Blog

  • Makalah Teori Kontigensi Dari Kepemimpinan Yang Efektif

    Teori Kontigensi Dari Kepemimpinan Yang Efektif

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar belakang

    Awal kita telah melihat bahwa aspek dari situasi menentukan persyaratan peran bagi para pemimpin. Penelitian komporatif mengenai cara perilaku manajerial beragam antarsituasi (dilihat bab 2) memberikan beberapa pandangan yang berguna, tetapi ini hanyalah sebuah pendekatan tidak langsung untuk menentukan jenis kepimpinan apa yang optimal dalam sebuah situasi tertentu. Sebuah pendekatan yang lebih langsung adalah menentukan bagaimana ciri atau perilaku pemimpin berhubungann dengan indikator  efektifitas kepemimpinan  dalam situasi berbeda. Aspek situasi yang memperkuat atau menghapuskan pengaruh dari ciri atau perilaku dari seorang pemimpin  disebut “variabel moderator situasional”. Teori yang menjelaskan efektiovitas kepemimpinan dalam hal variabel moderator situasional disebut “teori kontingensi’’ dari kepemimipinan. Jenis  teori ini sangat berguna saat  melibatkan variabel yang menghalangi untuk menjelaskan mengapa pengaruh dari perilaku atau hasilnya beragam antarsituasi.

    Bab ini meninjau lima teori kontingensi dari kepemimpinan : teori jalur sasaran, teori pengganti pemimpin,teori berbagai-hubungan, teori kontingensi LPC dan teori sumber daya kognitif. Setiap teori dijelaskan secara singkat dan dievaluasi secara koseptual ddan dukungan empiris. Bab ini diakhiri dengan beberapa pedoman umum bagi berbagai perilaku kepemimpinan dari situasi yang satu kesituasi yang lainnya.    

    Bab II. Pembahasan

    A. Model Kontingensi

    Model kontingentsi LPC dari fiedler (1964,1967) menjelaskan bagaimana situasi menengahi hubungan antara efektifitas kepemimpinan dengan ukuran ciri yang disebut ” nilai (LPC) rekan kerja yang paling tidak disukai”.

    v  Nilai LPC Pemimpin

    Niali LPC ditentukan dengan meminta seorang pemimpin untuk memikirkan semua rekan kerja  lama dan yang saat ini, memilih salah satu yang sulit bekerja sama dengan pemimpin, dan memberikan peringkat orang ini. Pada sekumpulan skala sifat bipolar (yaitu bersahabat-tidak bersahabat, kooperatif-tidak kooperatif,efisien-tidak efisien). Nilai  LPC adalah jumlah peringkat pada skala sifat bipolar ini. Seorang pemimpin umumnya kritis dalam memberikan peringkatbrekan kerja yang paling tidak disukai akn memperoleh nilai LPC yang rendah, sedangkan seorang pemimpin yannng umumnya toleran akan mendapatkan nilai LPC yang tinggi.

    Interpretasi dari nilai LPC  yang telah berubah beberapa kali selama ini. Menurut interpretasi dari fiedler(1978), nilai LPC menunjukan hierarki motif seorang pemimpin. Seorang pemimpin yang LPC-nya  tinggi terutama termotivasi untuk memiliki hubungan antarpribadi yang dekat dengan orang lain, termasuk bawahan, dan akan bertindak dalam dcara yang suportif dan perhatian jika hubungan itu harus diperbaiki. Keberhasilan dari sasaran tugas merupakan motif  sekunder yang akan menjadi penting hanya jika motif afiliasi telah dipenuhi oleh hubungan pribadi  yang dekat dengan bawahan dan rekan sejawat. Pemimpin yang LPC-nya  rendah terutama termotivasi oleh keberhasilan sasaran  tugas dan akan menekankan perilaku yang berorientasi tugas kapan saja terdapat permasalahan tugas. Motif sekunder dalam membuat hubungan yang baik dengan bawahan akan menjadi penting  hanya jika kelompok itu memiliki kinerja yang baik dan tidak ada permasalahan tugas yang serius.

    Rice (1978) meninjau 25 tahun penelitian mengenai nilai LPC dan menyimpulkan bahwa data tersebut mendukung interpretasi nilai-sikap yang lebih baik daripada interpretasi hierarki motif. Yaitu, para pemimpin yang LPC-nya menghargai keberhasilan antarpribadi. Sama halnya dengan interpretasi hierarki motif, pola perilaku kepemimpinan Beragam sesuai situasinya. Interpretasi rice pada dasarnya sesuai dengan  interpretasi hierarki motif dari fiedler tetapi singkat dan lebih didukung oleh beragam jenis penelitian.

    v  Variabel situasional

    Hubungan antara nilai LPC pemimpin dan efektivitas bergantung pada sebuah sebuah variabel situasional yang yang rumit disebut “ keuntungan situasional” atau kendali situasional. Fiedler mendefinisikan kesukaan sebagai batasan dimana situasi memberikan kendali kepada seorang pemimpin atas para bawahan. Tiga aspek situasi yang dipertimbangkan adalah sebagai berikut.

    1.      Hubungan pemimpin-anggota. Batasan dimana pemimpin memiliki dukungan dan kesetiaan dari para bawahan, dan hubungan dengan para bawahan bersahabat dan kooperatif.

    2.      Kekuasaan posisi. Batasan dimana pemimpin memiliki kewenangan untuk mengevaluasi kinerja bawahan dan memberikan penghargaan dan hukuman.

    3.      Struktur tugas. Batasan dimana terdapat standar prosedur operasi untuk menyelesaikan tugas, sebuah gambaran rinci dari produk atau jasa  yang telah jadi, dan idikator objektif mengenai seberapa  baiknya tugas itu dilaksankan.

    Keuntungan ditentukan dengan memberikan bobot dan mengkombinasikan ketiga aspek situasi tersebut. Prosedur pemberian bobot mengasumsikan bahwa  hubungan pemimpin-anggota lebih penting daripada struktur tugas, yang pada akhirnya  adalah lebih penting daripada kekuasaan posisi. Kemungkinan kombinasi memberikan delapan tingkat keuntungan, yang disebut “oktan”

    Table hubungan dalam model kontinjensi LPC

    OktanHubungan P-AStruktur tugasKekuatan PosisiPemimpin yang Efektif
    1BaikTerstrukturKuatLPC rendah
    2BaikTidak terstrukturLemahLPC rendah
    3BaikTidak terstrukturKuatLPC rendah
    4BaikTidak terstrukturLemahLPC rendah
    5BurukTerstrukturKuatLPC kuat
    6BurukTerstrukturLemahLPC kuat
    7BurukTidak terstrukturKuatLPC kuat
    8BurukTidak terstrukturLemahLPC rendah

    Saat seseorang pemimpin memiliki kekuasaan ,posisi yang tertinggi,lebih mudah untuk mempengaruhi bawahan .saat tugasnya berstruktur ,lebih mudah bagi pemimpin untuk mempengaruhi bawahan dan mengawasi kinerja mereka.situasi yang paling tidak menguntungkan bagi pemimpin (oktan 8)adalah saat hubungan dengan bawahan ternyata buruk,tugasnya tidak terstruktur dan kekuadsaan posisinya rendah.

    v  PENILITIAN MENGENAI TEORI

    Sejumlah besar studi telah di lakukan selama 20 tahun  terakhir untuk menguji teori kontigensi LPC.studi-studi ini telah di tinjau oleh strube dan garsia (1981)dan oleh peters ,hartke,dan pohlmann(1985).para peninjau menyimpulkan bahwa penilitian tersebut ,cenderung mendukung model walaupun tidak untuk setiap oktan dan tidak terlalu kuat untuk studi lapangan di bandingkan dengan studi laboratorium.

    Walaupun kebanyakan hasilnya possitif,metode yang di gunakan untuk menguji tersebut sangatlah di kecam oleh berjumlah penulis.sebuah kecaman adalah bahwa dukungn empiris di dasarkan pada hasil korelasional yang gagal mencapai kepentingan statistis dalam sebagian besar kasus walaupun korelasinya mungkin berada dalam arah yang benar.(graen,alfares,orris dan martela,1970:mcmahon,1972:feccio,1983)kecaman lainnya melibatkan proses diman ketiga aspek berbeda dari situasi itu di kombinasikan menjadi sebuah kontinum tunggal.bobot yang di gunakan untuk menghitung keuntungan situasi dan membuat oktan kelihatannya secara sembarang.(shiflett,1973)

    v  KELEMAHAN  KONSEPTUAL

    Teori kontigensi LPC memiliki beberapa kelemahan konseptul yang serius .nilai LPC merupakan ‘’ ukuran dalam pencarian makna (schriesheim dan kerr,1977,hal 23).interpretasinya telah berubah dalam cara tidak beraturan,dan interpretasi saat ini adalah spekulatif .nilai LPC mungkintidak stabil seiring waktu dan bias menjadi lebih rumit dari pada yang di perkirakan .

    Model tersebut bukan benar-benar sebuah teori karena tidak menjelaskan bagaimana nilai LPC seorang pemimpin yang jelas dan fariabel yang ,mengganggu kinerja kelompok (ashour,1973) saat tidak adanya fariabel perilaku,model tersebut tidak memberikan suatu bimbingan untuk melatih para pemimpin untuk bagaimana beradaptasi dengan situasi. Jika LPC adalah cirri kepribadian yang relative stabil ,seperti yang biasanya di asumsiakan,maka perubahan bukanlah sebuah pilihan ,untuk memperbaiki kepemimpinan.pilihan lain adalah memilih pemimpin agar sesuai dengan situasi ,tetapi skala LPC tidak dapat memenuhi persyaratan untuk ,sbuah perangkat seleksi yang sah.pilihan akhirnya adalah mengubah situasinya agar cocok dengan pemimpin.memang di mungkinkan untuk membuat situasi menjadi kurang atau lebih menguntungkan agar cocok dengan nilai LPC .pemimpin itu (vietler dan chemers 1982)tetapi mengurangi keuntungan barangkali adalah kontra produktif.sebagai contoh,ide bahwa beberapa pemimpin harus berusaha membuat hubungan pemimpin anggota jadi memburuk(yaitu,dengan amat tidak suportif)kelihatannya tidak etis dan juga tidak bijaksana (schriesheim dan kerr 1977)hal berupa,suatu perubahan yang di lakukan dalam struktur tugas harus di pandu oleh perhatian untuk penggunaan ornag dan sumber daya secara efisien,bukan oleh keinginan untuk membuat srtuktur tugas sebanding dengan nilai LPC ,pemimpin itu.penilitian menyatakan bahwa memodifikasi struktur tugas memiliki sepuluh kali  pengaruh atas kinerja kelompok seperti nilai LPC (O’briend dan kabanovv,1981)

    Moel(dan kebanyakan pe nilitian) mengabaikan para pemimpin  yang LPC nya sedang,yang jumlah nya barangkali mengalahkan para pemimpin yang LPC nya tinggi dan rendah.penilitian menyatakan bahwa pemimpin yang LPC nya sedang adalah lebih efektif dari pada pemimpin yang LPCnya tinggi atau rendah dalam sebagian besar situasi (lima dalam delapan okta).barangkali karena mereka menyimbangkan afiliasi dan perhatian akan keberhasilan secara lebih berhasil (kennedi ,1982 :shiflett,1973.)

    2.2 TEORI JALUR SASARAN DARI KEPEMIMPINAN

                Teori Jalur sasaran dari kepemimpinan telah di kembangkan untuk menjelaskan bagaimana perilaku dari seorang pemimpin mempengaruhi kepuasan  dari kinerja dari bawahan. Di bangun atas versi lebih awal dari teori Evans (1970), House (1971) memformulasikan sebuah versi yang lebih teliti yang menyertakan variabel situasional

                Menurut House (1972, hlm. 324), “Fungsi motivasional dari pemimpin dari pemimpin terdiri dari pembayaran pribadi yang makin meingkat bagi parah bawahan atas pencapaian sasaran kerja dan jalur untuk pembayaran ini menjadi lebih mudah dijalani dengan menjernihkannya, dengan mengurangi hambatan jalan dan lubang, dan sambil berjalan juga meningkatkan keempatan untuk kepuasan pribadi,”  pemimpin juga mempengaruhi kepuasan bawahan, khususnya kepuasan terhadap pemimpin.

    v  Proses Penjelasan

                Sebuah teori motivasi yang disebut “ teori harapan” (Georgopoulos, Mahoney & Jones, 1957; Vroom, 1964) di gunakan untuk menjelaskan bagaimana seorang pemimpin dapat mempengaruhi kepuasan dan upaya bawahannya. Teori harapan menjelaskan motivasi kerja dalam hal sebuah proses pilihan rasional dan di mana seorang memutukan seberapa banyak upaya yang akan di berikan kepada pekerjaan pada suatu waktu tertentu. Dalam memilih antar upaya maksimal dan upaya minimal dan upaya maksimal ( atau menengah), seorang memprtimbangkan kemungkinan bahw suatu tingkat upaya tertentu akan mengarah kepada penyelesaian tugas dengan berhasil dan kemungkinan bahwa penyelesain tugas akan memberikan hasil yang diinginkan ( yaitu, gaji yng lebih tinggi, pengakuan, promosi rasa keberhasilan) sambil menghindari hasil yang tidak diinginkan, (yaitu, pemberhentian, kecelakaan, teguran, penolakan oleh rekan kerja, tekanan berlebihan).

                Bagaimana semua harapan dan valensi yang banyak untuk hasil dan tingkatan upaya yang berada tersebut dikombinasikan untuk menentukan motivasi sesorang adalah masih sebuah masalah spekulasi dan kontroversi. Secara umum, jika bawahan percaya bahwa hsil yang berharga dapat di capai hanya dengan memberikan upaya yang serius dan mereka yakin bahwa upaya demikian akan berhasil, maka mereka akan memberikan upaya tersebut. Pengaruh dari perilaku seorang pemimpin terutama adaah untuk memodifiksikan persepsi dan keyakinan ini.

    v  Perilaku Pemimpin

                Versi awal dari teori ini hanya mengandung dua perilaku pemimpin yang didefenisikan secara luas; kepmimpinan suportif ( serupa dengan perhtian) dan kepemimpinanmengarahkan (serupa dengan struktur memprakarsai). Kedua perlaku pemimpin yang lainnya ditambahkan dalam veribelakanagna oleh House Mitchell (1974) keempat perilaku didefenisikan sebagai berikut :

    1.      Pemimpin suportif,  memberikan perhatian terhadap kebutuhaan bawahan, yang memperlihatkan perhatian akan kesejahteraan mereka dan menciptakan iklim yang bersahabat dalam unit kerja.

    2.      Kepemimpinan Mengarahkan,  membiarkan bawahan mengetahui apa yang diharapakn untuk mereka lakukan, memberikan bimbingan khusus, meminta bawahan untuk mengikuti peraturan dan prosedur, pembuatan jadwal dan mengordinasikan pekerjaan

    3.      Kepemimpinan Partisipatif, berkonsultasi dengan parah bawahan dan mempertimbangkan opini dan usulan mereka.

    4.      Kepemimpinan Berorientasi Keberhasilan, menetapakn sasaran yang menantang, mencari perbaikan kinerja, menekankan kinerja yang luar biasa, an memperlihatkan keyakinan bahwa bawahan  akan mencapai standar yang tinggi.

    v  Variabel Situasional

                Menurut teori jalur –sasaran, pengaruh dari perilaku pemimpin pada kepuasan dan upaya bawahan begantung pada aspek situasi, termasuk karakteristik tugas dan karakteristik bawahan. Variabel moderator situasional ini menentukan potensi meningkatkan motivasi bawahan dan cara d mana pemimpin harus bertindak untuk meningkatkan motivasi. Variabel situasional juga mempengaruhi pilihan bawahan akan sebuah pola periaku kepemimpinan tertentu, yang dengan demikian mempengaruhi dampak dari pemimpin terhadap kepuasan bawahan. Hubungan sebab akibat dalam teori ini diilustrasikan dalam Gambar 8-2

    VARIABEL SEBAB AKBATVARIABEL YANG MENGGAGGUVARIABEL HASIL AKHIR
    Perilaku pemimpinHarapan Dan Valensi BawahanUpaya  dan kepuasan bawahan
           VARIABEL MODERATOR SITUASIONAL
    Karakteristik tugas dan lingkungan

    GAMBAR 8-2 Hubungan Sebab Akibat Dalam Teori Jalur – Sasaran Dari Kepemimpinan

    v  Usulan Utama

                Saat tugasnya membuat  tekanan,  membosankan atau berbahaya, kepemimpinan suportif mengarah kepada meningkatnya upaya dan kepuasan bawahan dengan meningkatkan keyakinan diri, merendahkan rasa cemas, dan meminimalkan aspek yang tidak menyenangkan dari pekerjaan itu. Dalam terminilogi teori harapan, pemimpin meningkatkan valensi intrinsik (kesenangan) dari melakukan tugas itu dan harapan bahwa tugas itu akan diselesaikan dengan berhasil. Namun, jika sebuah tugas itu menarik dan dapat dinikmati, dan bawahan telah merasa yakin, maka kepemimpinan suportif hanya akan memiliki sedikit pengaruh,  jika ada. Hipotesis rantai sebab akibat untuk kepemimpinan suportif digambarkan dalam gambar 8-3

    Meningkatkan upaya
    Meningkatkan harapan upaya kinerja
    Meningkatkan keyakinan diri dan merendahkan kecemasan
    Kepemimpinan suportif
    Meningkatkan valensi intrinsik dari pekerjaan
    Mengurangi kejemuan dan membuat pekerjaan menjadi dapat ditoleransi

    GAMBAR 8-3 Hubungan Sebab Akibat Untuk Pengaruh Dari Kepemimpinan Suportif Pada Upaya Bawahan

                Saat tugasnya tidak terstruktur dan rumit, bawahan tidak berpengalaman, dan hanya ada sedikit formalisasi dari peraturan dan prosedur untuk membimbing pekerjaan, maka kepemimpinan mengarahkan akan menghasilkan kepuasan dan upaya yang lebih tinggi dari bawahan. Teori tersebut selanjutnya mengasumsikan bahwa ambiguitas peran adalah tidak menyenangkan dan mengurangurangi hal ini akan mengarah kepada kepuasan bawahan yang lebih besar. Saat tugasnya terstruktur atau bawahan amat kompeten, kepemimpinan yang mengarahkan tidak memiliki pengaruh atas upaya selanjutnya, dalam situasi ini, jika bawahan merasa bahwa pengawasan ketat dan arahan menjadi sebuah pembebanan yang tidak perlu dari kendali pemimpin, kepuasan bawahan akan menurun.

                Hipotesis rantai sebab akibat untuk kepemimpinan mengarahkan digambarkan dalam gambar 8-4. Seperti yang diperlihatkan oleh gambar itu, terdapat lebih dari satu cara agar kepemimpinan mengarahkan untuk mempengaruhi upaya bawahan. Upaya dapat ditingkatkan dengan menemukan penghargaan yang baru dan lebih besar bagi kinerja dan membuatnya makin tergantung atas kinerja bawahan. Opsi ini disertakan dalam formulasi awal dari teori Evans (1970) dan House (1971) tetapi diabaikan dalam sebagian besar versi berikutnya dan dalam penelitian pengesaha, barang kali karena perilaku penghargaan positif tidak terlalu cocok kedalam definisi yang berlaku atas perilaku yang mengarahkan.

    v  Penilitian Mengenai Teori

                Penelitian yang dilakukan untuk menguji teori jalur sasaran telah menghasilkan hasil campuran. Wofford dan Liska (1993) telah meninjau 120 studi survei mengenai teori ini dan melakukan sebuah analisis-meta dari hasilnya bagi periku tugas dan hubungan. Podsakoff, Mackenzie, Ahearne dan Bommer (1995) juga telah melakukan sebuah tinjauan luas atas penelitian mengenai variabel moderator dalam kepemimpinan. Meskipun terdapat begitu banyak studi yang telah menguji teori tersebut, hasilnya tidaklah konklusif. Tidak tersedia cukup studi untuk memberikan ujian hipotesis yang memadai atas moderator situsional dari kepemimpinan partisipatif dan berorientasi Keberhasilan. Kebanyakan usulan tentang moderat situasional dari kepemimpinan mengarahkan tidaklah didukung. Terdapat beberapa bukti bahwa kepemimpinan mengarahkan lebih kuat berkorelasi dengan kepuasan bagi bawahan yang memiliki kemampuan rendah, tetapi hanya ujian tidak langsung atas usulan itu yang dimungkinkan.

    Keterbatasan metodologi  memberikan kesulitan untuk menerjemahkan hasil dari sebagian besar penelitian yang menguji teori itu (Woffor & Liska, 1993; Yukl, 1989). Kebanyakan studi menggunakan kuesioner bawahan untuk mengukur perilaku pemimpin dan menggunakan rancangan korelasional statis.

    v  Kelemahan Konseptual

                Teori jalur-sasaran juga memiliki beberapa kekurangan konseptual yang membatasi penggunaannya. Secara umum, kelemahan terbesar adalah penggunaan teori harapan sebagai dasar utama untuk menjelaskan pengaruh pemimpin. Model keputusan rasional ini memberikan gambaran mengenai perilaku manusia yang terlalu kompleks dan kelihatan tidak realistis (Behling & Starke, 1973; Mitchell, 1974; Schriesheim & Kerr, 1977) Teori harapan tidak mempertimbangkan reaksi emosional terdapat dilema keputusan, seperti penolakan atau distorsi dari informasi yang relefan tentang harapan dan valensi.

                Keterbatasan konseptual lainnya adalah kepercayaan pada kategori luas dari perilaku pemimpin yang tidak terlalu sesuai dengan proses yang menengahi. Diasumsikan bahwa ambiguitas peran akan menyebabkan seorang memiliki harapan yang rendah secara tidak realistis, dan bahwa perilaku pemimpin yang menghasilkan kejelasan yang lebih besar secara otomatis akan meningkatkan harapan.

    2.3 TEORI PENGGANTI KEPEMIMPINAN

                Kerr dan Jermier (1978) mengembangkan sebuah model untuk mengidentifikasi aspek situasi yang mengurangi pentingnya kepemimpinan oleh para manajer dan para pemimpin formal lainnya. Teori itu membuat sebuah perbedaan antara dua jenis variabel situasional: penganti dan netralisatori. Hal ini meliputi suatu karakteristik dari bawahan, tugas atau organisasi yang memastikan bawahan akan jelas memahami peran mereka, mengetahui bagaimana melakukan pekerjaan, amat bermotivasidan puas dengan pekerjaan mereka. Netralisatori adalah suatu karakteristik dari tugas atau organisasi yang mencegah seorang pemimpin untuk bertindak dalam sebuah cara tertentu atau meniadakan pengaruh dari tindkan pemimpin itu.

                Dalam versi awal dari model itu, Kerr dan Jermier (1978) paling memperhatikan penganti dan netralisator yang mengidentifikasi untuk kepemimpinan suportif dan instrumental. Kepemimpinan suportif adalah serupa dengan pertimbangan, dan kepemimpinan instrumen adalah sama dengan struktur memprakarsai.

    v  Karakteristik Bawahan

                Saat bawahan memiliki pengalaman atau pelatihan yang cukup luas sebelumnya, hanya diperlukan sedikit arahan karena mereka telah memiliki keterampilan dan pengetahuan untuk mengetahui apa yang harus dilakukan dan bagaimana melakukanya. Contoh dokter medis, pilot penerbangan, akuntan, ahli listrik dan profesional lainnya, tidak membutuhkan banyak pengawasan, dan sering kali tidak menginginkannya.

    v  Karakteristik Tugas

                Penggantian lain untuk kepemimpinan instrumental adalah tugas yang sederhana dan berulang. Bawahan dapat belajar keterampilan yang tepat untuk jenis tugas ini secara cepat tampa perhatian dan arahan yang luas oleh pemimpin mereka.  Saat tugas itu memberikan umpan balik otomatis mengenai bagaimana baiknya pekerjaan itu dilakukan, pemimpin tidak perlu memberikan banyak umpan balik contohnya sebuah studi menemukan bahwa para pekerja dalam sebuah perusahan yang memiliki jaringan sistim komputer dan pabrikasi yang terintegrasi secara komputerisasi tidak membutuhkan banyak pengawasan karena mereka mampu memperoleh umpan balik atas produktifitas dan kualitas secara langsung dari sistem informasi, dan mereka dapat memperoleh bantuan dalam memecahkan masalah dengan menanyakan orang lain dalam jaringan itu (Lawlwr, 1988).

    v  Karakteristik Kelompok dan Organisasi 

                Dalam organisasi yang memiliki peraturan, regulasi dan kebijakan yang tertulis dengan rinci, hanya diperlukansedikit arahan saat peraturan dan kebijakan telah dipelajari oleh bawahan. Peraturan dan kebijakan dapat berfungsi sebagai netralisator dan juga sebagai pengganti jika mereka begitu tidak fleksibel sehingga mencegah seorang pemimpin membuat peruhbahan dalam pemberian tugas atau prosedur kerja untuk memudahkan upaya bawahan.

                Pengganti lainnya untuk kepemimpinan suportif adalah kelompok kerja yang amat kohesif dimana bawahan mendapatkan dukungan psikologis satu sama lain saat dibutuhkan. Kohesivitas kelompok dapat menggantikan upaya kepemimpinan untuk memotifasi bawahan jika terdapat tekanan sosial bagi setiap anggota untuk membuat sebuah konstribusi yang penting kepada tugas kelompok. Di sisi lain kohesivitas dapat berfungsi sebagai netralisator jika hubungan dengan manajemen ternyata buruk, dan tekanan sosial digunakan untuk membatasi produksi.

    v  Implikasi untuk Meningkatkan Kepemimpinan

                Howell et al. (1990) berpendapat bahwa bebrapa situasi memiliki begitu banyak  netralisator sehingga sulit atau tidak mungkin bagi pemimpin untuk berhasil. Dalam peristiwa ini, perbaikannya adalah tidak menggantikan pemimpin atau memberikan lebih banyak pelatihan, tetapi lebih mudah untuk mengubah situasi.

    v  Penelitian mengenai Teori

    Meski demikian,usulan pengujian penelitian tentang pengganti dan netralisator khusus masih terbatas (yaitu,Howell & Dorfman,1981,1986;Pitner, 1986;Podsakoff,MacKenzie & Williams,1993). Penelitianempiris telah menemukan dukungan untuk beberapa aspek dari teori tersebut, tetapi aspek lain belum diuji atau didukung. Sebuah tinjauan konprehensif (Podsakoff et,al1995) menemukan sedikit bukti bahwa variabel situasional menengahi hunbungan antara perilaku pemimipin dengan motifasi atau kepuasan bawahan. Namun terdapat banyak bukti bahwa variabel situasional secara langsung mempengaruhi kepusaan atau motifasi bawahan.Hasilnya kelihatan mendukung kesimpulan yang diraiholeh McIntosh (1988) bahwa banyak penelitian evaluasi telah menentukan aspek yang salah dari teori tersebut.

    v  Kelemahan Konseptual

    Teori ini memiliki bebrapa kelemahan konseptual.Teori ini tidak memiliki dasar pemikiran yang rinci untuk setiap pengganti dan netralisator dalam hal proses sebab akibat yang melibatkan variabel mengganggu yang jelas.Sebuah gambaran dari proses penjelasan akan membantu membedakan antara pengganti yang  mengurangi pentingnya sebuah variabel yang mengganggu dan pengganti yang melibatkan perilaku kepemimpinan oleh orang selain dari pemimpin formal.Sebagai conto, pentingnya kemampuan bawahan untuk kinerja kelompok dapat dikurangi daengan perbaikan terknologi seperti otomatisasi dan kecerdasan buatan . Situasi yang cukup berbeda adalah situasi di mana kemampuan tetap penting,tetapi keterampilan tugas yang di butuhkan oleh bawahan di perkuat oleh seseorang di samping pemimpin formal (yaitu rekan kerja,pelatih dari luar).

    2.4 MODEL BERBAGAI- HUBUNGAN

    Model berbagai hubungan (Yukl 1981,1989) didirikan atas model-model yang lebih awal dari kepimimpinan dan evektivitas kelompok. Model itu meliputi empat jenis variabel: perilak manajerial,variabel yang mengganggu ,variabel criteria,dan variabel situasional.Dengan cara yang umum model itu menjelasan pengaruh yang berinteraksi dari perilaku manajerial dan variabel situasional terhadap variabel yang mengganggu yang menentukan kinerja dari sebuah unit kerja.

    v  Variabel yang Mengganggu

    Untuk memahami bagaiman seorang pemimipin dapat mempengaruhi kinerja dari sebuah subunit kelompok atau organisasi,amatlah beguna untuk menguji variabel yang menngganggu yang menentukan kinerja kelompok.Keenam variabel yang mengganggu          dalam model didasarkan pada penelitian dan teori awal atas penetu kinerja individual dan kelompok (yaitu,Hackman,Brousseau & Weiss,1976;Likert,1967;MCGrath,1984;Porter & Lawler,1968;).Variabel yang mengganggu didevinisikan sebagai berikut.

    1.      Komitmen tugas.Batasan di mana para anggota unit berjuang untuk mencapai tingkatan kinerja yang tinggi dan memperlihatkan derajat komitmen pribadi yang tinggi kepada sasaran tugas unit.

    2.      Kemempuan dan kejelasan peran. Batasan dimana para anggota unit memahami tanggung jawab pekerjaan mereka sendiri,mengetahui apa yang harus dilakukan, dan memiliki keterampilan untuk melakukannya.

    3.      Organisasi pekerjaan.Batasan dimana Trategi kinerja yang efektif digunakan untuk mencapai sasaran tugas dan pekerjaan itu diatur untuk memastikan penggunaan personalia,peralatan,dan fasilitas secara efisien.

    4.      Kerja sama dan saling Mempercayai.Batasan dimana anggota kelompok saling mempercayai,berbagai informasi dan ide,saling membantu,dan dikenali unit kerja.

    5.      Sumber daya dan dukungan.Batasan dimana kelompok memiliki dana anggaran,peralatan,perangkat,persediaan,personel,dan fasilitas yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan,dan informasi dan batuan yang diperlukan dari unit lainnya.

    6.      Koordinasi Eksternal.Batasan dimana aktivitas unit kerja disinkronisasikan dengan aktifitas yang saling bergantung di bagian lain dari organisasi dan organisasi lain.

    v  Pengaruh Situasional pada Variabel yang Mengganggu      

    Aspek dari situasi mempengaruhi tingkat saat ini dari setiap variabel yang mengganggu secara idependen dari apa pun yang dilakukan oleh pemimpin.Aspek  dari model ini adalah serupa dengan “pengganti”dari kerr Kermier.Dalam sebuah situasi yang lebih menguntungkan,bebrapa variabel yang menngganggu mungkn telah berada pada tingkat jangka pendek maksimum,yang membuat pekerjaan pemimpin menjadi jauh lebih mudah.

                Variabel situasional mempengaruhi kemampuan bawahan meliputi perekrutan dan system seleksi dari organisasi dan pelatihan serta pengalaman sebelumnya dari bawahan itu. Sebuah organisasi yang memiliki prosedur perekrutan dan seleksi yang efektif dan gaji yang tinggi akan lebih besar kemungkinannya untuk menarik orang-orang yang memenuhi syarat yang memiliki kemampuan tinggi.Kemampuan akan lebihh mungkin menjadi lebih tinggi juga bagi para professional dan orang-orang dalam pertukaran keterampilan yang menerima pelatihan luas sebelumnya untuk bergabung dengan organisasi.

    Variabel situasional yang mempengaruhi organisasi kelompok kerja meliputi jenis teknologi yang digunakan untuk melakukan pekerjaan dan strategi kompetitif dari organisasi.Peran dan prosedur kerja akan lebih mungkin diberikan oleh manajemen puncak saat tugasnya sederhana dan berulang dari pada tugas yang kompleks dan variabel.Namun prosedur standar yang dikenakan oleh organisasi untuk memaksimalkan efisiensi hanyalah sebuah pengganti untuk perencanaan dan pengorganisasian pemimmpin saat mereka menghasilkan strategi kinerja yang optimal,yang tidak seelalu berlaku bahkan untuk tugas yang amat terstruktur.

    Memadainya sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan dipengaruhi oleh system anggaran formal organisasi,system persediaan,dan system pengendalian persediaan,dan juga kondisi pada saat tersebut.Tingkat sumber daya dan dukungan yang memadai akan lebih besar kemungkinannya akan tersedia saat organisasi itu makmur dan bertumbu daripada saat organisasi itu sedang menurun dan menghadapi kekurangan sumber daya yang parah.Karena beberapa organisasi memiliki sumber daya tambahan yang berlebihan dalam dunia kompetitif saat ini,maka peran memperoleh sumber daya akan lebih besar kemungkinannya untuk terus menjadi hal yang penting bagi sebagian besar pemimpin.

    Koordinasi eksternal dipengaruhi oleh stuktur formal organisasi.Saat tedapat saling ketergantungan yang tinggi secara lateral dalam sebuah organisasi,beberapa koordinasi yang diperlukan antarsubunit dapat dicapai dengan mekanisme pengintegrasian yang khusus seperti posisi integrator dan komite lintas-fungsi (Galbraith,1973;Lawrence &Lorsch,1967;).Hal serupa,beberapa koordinasi eksternal yang dibutuhkan dengan orang luar seperti klien atau subkontraktor dapat dicapai oleh orang-orang yang memiliki posisi hubungan yang khusus.

    v  Tindakan Jangka Pendek untuk Memperbaiki Kekurangan

    Sebuah usulan dasar teori itu adalah bahwa tindakan pemimpin untuk meperbaiki suatu kekurangan dalam variabel yang mengganggu akan meningkatkan kinerja kelompok.Seorang pemimpin yang gagal mengenali kesempatan untuk memperbaiki kekurangan dalam variabel mengganggu yanh penting,yang mengenali kesempatan tetapi gagal bertindak,atau yang bertindak tetapi tidak terampil akan tidak efektif secara optimal.Seorang pemimpin yang tidak efektif bisa membuat keadaan menjadi lebihh buruk dengan bertindak dengan cara yang meningkatkan bukannya menurunkan kekurangan dalam satu atau lebih variabel yang mengganggu.

    Tabel 8-4 meringkaskan kemungkinan tindakan jangka pendek untuk menghadapi kekurangan dalam variabel yang mengganggu.Para pemimpin dapat mempengaruhi bawahan untuk bekerja lebih cepat atau melakukan pekerjaan yang kualitasnya lebih baik (misalnya,dengan menawarkan insentif khusus,dengan memberikan perkataan yang memberikan inspirasi tentang pentingnya pekerjaan  tersebut,dengan menetapkan sasaran yang menantang). Para pemimpin dapat meningkatkan kemampuan bawahan untuk melakukan pekerjaan (misalnya,dengan Memperhatikan metode yang lebih baik kepada mereka  untuk melakukan pekerjaan,  dengan menjernihkan kebingungan mengenai siapa yang bertanggung jawab untuk hal apa).

    v  Pengaruh jangka panjang pada kinerja kelompok

    Selama periode waktu yang lebih lama, para pemimpin dapat berbuat perbaikan yang lebih besar dalam kinerja  kelompok dengan memodifikasi situasi agar lebih menguntungkan. Para pemimpin efektif bertindak untuk mengurangi batasan menignkatkan pengganti, dan mengurangi pentingnya variabel yang mengganggu yang tidak dapt diperbaiki untuk pengingkatan.

    Beberapa contoh kemungkinan tindakan yang dapat diambil oleh seorang pimpinan untuk memperbaiki situasi adalah sebagai berikut.

    1.      Mendapatkan kendali yang lebih besar atas perolehan sumber daya yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan dengan mempererat hubungan yang lebih baik dengan para pemasok, menemukan sumber daya alternatif, dan mengurangi ketergantungan pada sumber daya yang tidak dapat di andalkan

    2.      Mendapatkan kendali yang lebih besar atas permintaan akan produk dan jasa unit dengan menemukan pelanggan baru, membuka pelanggan baru membuka pelanggan baru lebh banyak iklan, dan memodifikasi produk atau jasa agar lebih dapat diterima oleh klien dan pelanggan

    3.      Memprakarsai aktivitas baru yang labih menguntungkan untuk unit kerja yang akan menggunakan personel, peralatan, dan fasilitas secara lebih baik

    4.      Memprakarsai program penaikan jangka panjang untuk meningkatkan personel peralatan dan fasilitas dalam unit kerja, seperti dengan mengganti peralatan lama membuat program pelatihan dan rekonstruksi fasilitas

    5.      Memodifikasi struktur formal unit kerja untuk menyelesaikan masalah kronis danmengurangi permintaan pada pemimpin untuk kerusakan jangka pendek seperti dengan mendefinisikan kembali hubungan otoritas, sentralisasi (atau desentralisasi) beberapa pembuatan keputusan, menciptakan (atau menghilangkan) posisi memodifikasi sistem informasi dan menyederhanakan (atau menghilangkan) peraturan dan prosedur standar.

    6.      Mengubah budaya organisasi untuk menekankan nilai, keyakinan dan norma yang merupakan sumber motivasi interal untuk menjadi unggul, belajar dan kerja sama.

    v  Evaluasi dari model berbagai hubungan

    Model berbagai hubungan adalah lebih rumit dan konfrenhensif dari pada teori-teori sebelumnya karena meliputi variabel mengganggu yang lebih relevan kisaran perilaku pemimpin yang lebih  luas dan variabel situasional yang lebih banyak.

    Model tersebut memiliki beberapa kelemahan konseptual. Model ini tidak menyebutkan bagaimana jenis perilaku yang berbeda dari pemimpij itu saling berinteraksi dalam pengaruhnya pada variabel yang mengganggu.

    2.5 TEORI SUMBER DAYA KOGNITIF

    Model situasional yang lebih baru dikembangkan oleh Fiedler dan para koleganya (Fiedler, 1986; Fiedler & Garcia 1987) berhubungan dengan kemampuan kognitif dari para pemimpin. Teori ini menguji kondisi dimana sumber daya kognitif seperti kecerdasan dan pengalaman itu berhubugan dengan kinerja kelompok.

    Hubungan sebab akibat utama dalam teori sumber daya kognitif digambarkan dalam gambar 8-6. Menurut teori tersebut, tekanan antar peribadi bagi pemimpin menengahi hubungan antara kecerdasan pemimpin dengan kinerja bawahan,

    Gambar 8-6 hubungan sebab akibat utama dalam teori sumber daya kognitif

    Tekanan sosial bagi pemimpin
    Kualitas keputusan
    Kecerdasan pemimpin
    Pengalaman pemimpin

    Tekanan antar peribadi bagi pemimpin juga menengahi hubungan antara engalaman pemimpin dengan kinerja bawahan. Biasanya pengalaman diukur dalam hal waktu dalam pekerjaan, dan ini diasumsikan menghasilkan pola perilaku kebiasaan untuk secara efektif menghadapi masalah tugas. Juga diasumsikan bahwa orang berada dibawah tekanan cenderung menghadapi masalah tugas dengan mengacu kepada perilaku yang dipelajari sebelumnya bukannya dengan memperlakukan sebagai masalah baru.

    v  Penelitian mengenai teori sumber daya kognitif

    Bukti yang mendukung usulan bahwa tekanan menengahi pengaruh dari kecerdasan dan pengalaman ditemukan dalam sebuah studi yang dilakukan atas para perwira penjaga pantai (Potter & Fiedler 1981) dan studi atas para petugas pemadam kebakaran (Frost 1983). Namun hanya satu studi yang menguji  kemungkinan alasan mengapa tekanan menengahi hubungan dari kecerdasan dan pengalaman pemimpin dengan efektifitas.

    Usulan bahwa kepemimpinan intelektual lebih berhubungan dengan kinerja untuk para pemimpin mengarahkan dari pada untuk para pemimpin yang tidak mengarahkan umumnya didukung dalam lima studi awal yang dilaporkan oleh Fiedler Gracia (1987 hlm 161) dan dalam tiga studi berikutnya (Blyth 1987; Murphy, Blyth & Fiedler 1992; Vecchio, 1990)beberapa studi yang dilakukan untuk mengevaluasi model Vroom-Yetton juga memberikan bukti yang mendukung untuk usulan dari teori sumber daya kognotif ini.

    v  Keterbatasan Dari Penelitian

                Terlalu dini untuk mencapai suatu kesimpulan mengenai kegunaan dari teori itu. Hasil dari penelitian validasi telah tidak konsisten antarstudi, permasalahan metodologis telah menyulitkan untk menerjemahkan beberapa hasilnya, dan beberapa aspek dari teori tersebut tidak diuji secara memadai (Fiedler, 1992; Gibson, 1992; Vecchio, 1990). Selanjutnya beberapa kelemehan metedologis telah diidentifikasikan.

                Kebanyakan studi yang disebutkan oleh Fiedler dan Garcia (1987) telah dilakukan untuk menguji model kontingengsi LPC dan hanya setelah beberapa waktu kemudian ia menganalisis kembali untuk menguji kembali untuk menguji teori sumber daya kogninitif. Studi korelasional ini tidak memberikan sebuah ujian penuh atas usulan dalam teori itu (Vecchio, 1990). Rancangan penelitian yang lebih baik adalah sebuah ekperimen yang membandingkan hail bagi berbagai kombinasi kecerdasan dan pengalaman di bawah kondisi tekanan dan tanpa tekanan.

                Aspek yang paling kontroversi dari teori tersebut adalah ide bahwa efetifitas pemimpin diprediksikan oleh kecerdasan dalam kondisis tekanan tinggi. Teori itu memberikan beberapa kemungkinan alasan untuk keputusan yang berkualitas buruk di bawah tekanan, tetapi penjelasannya belum diverivikasikan. Terdapat kebutuhan akan lebih banyak studi yang meliputi ukuran ari proses yang menengahi.

                Kebanyakan studi validasi telah bergantung pada ukuran penggati dari pengalaman, seperti lamanya bekerja, bukannya menggunakan kinerja kepemimpinan dari keahlian pekerjaaan yang relevan. Bettin dan Kennedy (1990) menemukan bahwa kinerja kepemimpinan dari para perwira AD diprediksikan oleh jumlah pengalaman sebelumnya yang relevan, tetapi bukan oleh waktu adlam posisi saat ini, lamanya bertugas, atau jumlah posisi sebelumnya. Selanjutnya, ukura pengalaman dapat terkontaminasi oleh faktor dari luar yang berhubungan dengan tekanan. Sebuah penjelasan tandingan untuk hasil tersebut adalah bahwa parapemimpin yang “berpengalaman”  memiliki toleransi yang lebih besar terhadap tekanan (pemimpin yang tidak dapat menangani tekanan telah berhenti atau diberhentikan). Penjelasan tandingan lainnya bahwa para pemimpin yang “berpengalaman” yang memiliki lebih banyak waktu untuk mengembangkan sebuah jaringan hubungan mendukung yang akan membantu mereka dibawah kondisi yang menekan. Penjelasan tandingan ini harus diselediki.

    v  Kelemahan Konseptual

                Teori sumber daya kogitif juga memiliki beberapa kelemahan konseptual yang membatasi kegunaannya untuk menjelaskan kepemimpinan yang efektif sebuah variabel ciri utama dalam teorii ini adalah kecerdasannumum. Tidak diberikan dasar pemikiran yang jelas untuk penggunaan kecerdasan umum dari pada ketrampilan kognitif khusus. Lebih besar kemungkinannya bahwa teori ini akan diperbaiki dengan mengenali aspek khusus dari kemampuan intelektual yang relevan dengan tugasnnya (Vecchio, 1990).

                Hanya ada satu kepemimpinan dalam teori itu, dan ini terlalu umum untuk menangkap kerumitan yang ditemukan dalam penelitian awal mengenai kepemimpinan partisipatif. Model Vroom-Yetton yang dijelaskan dalam bab 4 memberikan penjelasan yang jauh lebih baik atas pengaruh ari prosedur keputusan partisipatif dibawah kondisi yang berbeda.teori sumber daya kognitif akan diperbaiki dengan sebuah penjelasan yang lebih tepat atas pengaruh dari sumberdaya kognitif atas perilaku dan efektifitas pemimpin.

    2.6 EVALUASI UMUM DAN TEORI KONGTINGENGSI

                Tabel 8-5 menjelaskan fitur utama dari teori kongtingsi yang dijelaskan dalam bab ini dan model keputusan normatif Vroom dan Yetton (1973) yang dijelaskan dalam bab 4. Tabel itu memudahkan untuk membandingkan teori tersebutdengan memperhatikan isi dan validasinya. Ketujuh teori tersebut berisi variabel moderator situassional, tetapi keragaman dari variabel situasional adalah lebih besar dalam beberapa teori daripada teori lainnya. Kellihatannya lebih disukai agar teori situasional melibatkkan banyak aspek relevan dari situasi itu, teteapi melakukannya akan membuat sebuah teori sulit diuji. Variabel yang menggagu amatlah berguna untuk menjelaskan bagaimana para pemimpin mempengaruhi kenerja bawahan, tetapi hanya tiga dari teori tersebut yang memiliki variabel menggagu yang jelas.

                Sebuah teori situasional didukung oleh sebuah pola hasil yang konsisten dengan ususlan dari teori itu. Jika teori itu mendalilkan sebuah rantai sebab akibat dari pengaruh rangkaian dari perilaku pemimpin untuk menggagu variabel terhadap hasil, hasilnya harus konsisten dengan penjelasan ini. Sayangnya, kebanyakan teori kontingengsi dinyatakan secara begitu ambigusehingga menyulitkan untuk mendapatkan usulan khusus yang dapat di uji. Kebanyakan penelitian hanya memberikan ujian atas teori itu. Secara umum, penelitian menderita akibat kurangnya ukuran yang akurat dan bergantung pada rancangan penelitian yang lemah yang tidak mengizinkan kesimpulan yang kuat tentang arah dari hubungan sebab akibat itu (Korman &  Tanofsky, 1975; Schriesheim & Kerr, 1977).

                Beberapa ilmuan perilaku telah mempertanyakan apakah teori kontingengsi seperti yang ditinjau dalam bab ini memiliki suatu kegunaan untuk memperlihatkan para manajer tentang bagaimana menjadi lebih efektif. Sebagai contoh, McCall (1977) berpendapat bahwa langkah ribut dari pekerjaan manajerial dan relatif kurangnya kendali atasnya oleh para manajer membuat tidak mungkin untuk menerapkan teori yang rumit yang menyebutkan perilaku optimal untuk setiap jenis situasi. Para manajer begitu sibuk berhadapan dengan permasalahan sehingga mereka tidak memiliki waktu untuk berhenti dan menganalisis situasi dengan sebuah model yang rumit. McCall juga mempertanyakan asumsi yang implisit dari sebagian besar teori kongtingsi di mana terdapat sebuah cara terbaik untuk manajer bertidak di dalam sebuah situasi tertentu. Para pemimpin menghadapi begitu beragamnya situasi yang berubah dengan cepat, dan beberapa pola perilaku berbeda bisa sama-sama efektif dalam situasi yang sama. Teori kontingensi telah memberikan bimbingan yang cukup dalam bentuk prinsip umum untuk membantu para manajer mengenai persyaratan kepemimpinan yang mendasari dan pilihan dalam begitu banyaknya aktivitas dan masalah terfragmentasi yang menghadapi mereka. Apa yang mungkin dibutuhkan adalah sebuah teori yang memiliki elemen uuniversal (misalnya, prinsip umum) dan elemen situasional (misalnya, bimbingan untuk membantu mengenali perilaku yang diinginkan untuk sejenis situasi tertentu).

    v  APLIKASI: PEDOMAN BAGI PARA MANAJER

    ·           Menggunakan lebih banyak perencanaan untuk tugas yang panjang dan rumit

    Tugas yang panjang dan rumit adalah tugas yang melibatkan banyak aktivitas yang saling terkait yang di lakukan oleh sebuah kelompok besar selama periode waktu yang cukup panjang (misalnya, beberapa minggu atau beberapa bulan). Menyelesaikan tugas dengan berhasil, tepat waktu, dengan pengeluaran sumber daya yang minimum membutuhkan perencanaan yang teliti atas aktivitas itu. Perencanaan paling berguna saat langkah-langkah yang dibutuhkan untuk menjalankan tugas itu diketahui sejak awal, dan lingkungannya relatif dapat diprediksi. Beberapa contoh dari aktivitas demikian meliputi sebuah proyek konstruksi, pemasangan peralatan baru, pengenalan sistem informai baru, dan rancangan dan pelaksanaan sebuah program pelatihan. Pemimpin harus mengenali sejumlah aktivitas yang diperlukan, menentukan rangkaian optimal untuknya, memperkirakan kapan setiap aktivitas dan mengeali sumber daya yang dibutuhkan. Saat pemimpin bertanggung jawab untuk mengelola sebuah tugas rutin yang sederhana yang tidak membutuhkan waktu lama untuk menyelesaikannya, maka tidak dibutuhkan sebuah rencana yang rinci.

    ·           Banyak berkonsultasi dengan orang yang memiliki pengetahuan yang relevan

    Resep utama dari model Vroom-Yetton (1973)  adalah kebutuhan akan kepemimpinan yang lebih partisipatif saat terdapat sebuah tugas yang rumit dan tidak terstruktur dan bawahan (atau anggota tim) memiliki pengetahuan yang relevan dan ide kreatif bagaimana melakukan tugas itu. Sebuah kondisi tambahan untuk penggunaan efektif dari konsultasi adalah kesesuaian sasaran. Kualitas keputusan akan lebih mungkin meningkat saat pemimpin berkonsultai dengan orang yang memiliki keahlian yang relevan dan komitmen yang kuat untuk mencapai sasaran tugas. Terkadang tepat untuk melakukan agar bersama-sama memecahkan masalah, dan pada waktu lainnya adalah lebih tepat untuk berkonsultasi dengan satu atau dua orang sebelum membuat semua keputusan.

    ·           Memberikan lebih banyak arahan bagi orang yang memiliki peran yang saling tergantung

    Ketergantungan peran antaranggota kelompok meningkatkan ambiguitas peran karena membutuhkan penyesuaian bersama yang sering dalam perilaku. Sebuah tim tidak akan mencapai kinerja yang tinggi, kecuali tindakan para anggotanya amat terkordinasi. Bahkan saat tugas individual kelihatan relativ terstruktur, para anggota dapat menjadi bingung mengenai bagaimana membuat penyesuaian bersama untuk mengkoordinasikan tindakan mereka. Kebingunan menjadi lebih besar saat para anggota kelompok kekurangan pengalaman sebelumnya dalam melakukan sebuah tugass khusus bersama-sama. Beberapa contohnya meliputi tim yang baru terbentuk, sebuah tim yang telah maju yang harus melakukan sebuah tugas jenis baru. Dalam situasi demikian, terdapat kebutuhan untuk arahan yang berkelanjutan untuk mengkoordinasikan tindakan yang saling tergantung dari anggota tim berbeda. Jumlah arahan yang dibutuhkan oleh pemimpin dapat dikurangi dengan membuat tim mempraktikan respons mereka terhadap krisis yang disimulasikan sehingga para anggota menjadi terbiasa bekerja bersama secara ketat dan dapat mengantisipasi perilaku masing-masing. Contohnya meliputi tim olahraga (misalnya, bola basket, hoki s), tim penyelamat, tim pertempuran, dan tim yang mengoperasikan peralatan yang rumit (misalnyya, pesawat terbang, kapal selam).

    ·           Memberikan lebih banyak arahan dan taklimat saat terjadinya krisis

    Kebutuhan akan lebih banyak arahan amatlah bagus bagi sebuah tim yang harusbereaksi cepat dalam cara yang terkordiasi untuk menghadpai sebuah krisis serius atau keadaan darurat dimana mereka tidak siap. Mengetahui sebagaimana caranya untuk tetap tenang dan menghadapi krisis dalam cara yang sistematis tetapi tegas membutuhkan pemimpin yang memiliki ketrampilan dan keyakinan yang cukup besar. Amatlah penting bagi pemimpin untuk membuat sebuah analisis cepat tetapi sistematis atau situasi, mengatur sebuah respon yang tepat, mengarahkan tindakan dari para anggota kelompok, dan memberikan informasi kepada bawahan tentang sifat krisis itu dan apa yang dikerjakan untuk menghadapinya (Torance, 1954; Yukl dan Fanflerd 1982). Saat tidak adanya informasi yang tepat dan akurat, desas-desus yang berbahaya akan mungkin terjadi, dan orang bisa merasa kecil hati dan takut. Seorang manajer dapat membantu mencegah tekanan yang tidak perlu bagi bawahan dengan menerjemahkan peristiwa yang mengancamdan menekankan elemen positif bukannya membuat orang berfokus pada hal negatif. Saat memungkinkan, amatlah membantu untuk memberikan taklimat yang singkat dan periodik mengenai kemajuan dalam upaya untuk menghadapi krisis itu.

    ·           Mengawasi tugas kritis atau orang yang tidak dapat mengawasi tugas kritis atau orang yang tidak dapat diandalkan secara lebih ketat

    Mengawasi memberikan informasi yang dibutuhkan untuk mendeteksi dan memperbaiki masalah kinerja pengawsan yang lebih sering dan intensif tepat bagi sebuah tugas kritis yang melibatkan keterpaparan yang tinggi sehingga permasalahan dapat dideteksi sebelum mereka menjadi terlalu buruk sehingga kan merugikan dan sulit diperbaiki namun jumlah pengawasan yang tepat juga bergantung apada dapat diandalkannya para pahlawan yang melakukan tugas tersebut. Makin kurang kompeten dan kurang dapat diandalkan bawahannya, maka akan dibutuhkan pengawasan yang lebih besar. Bentuk pengawasan yang tepat dalam situasi ini adalah penggunanan pengamatan dan pertanyaan khusus tetang pekerjaan.  Gaya bertanya yang mendalam tetapi tidak eveluatif adalah lebih baik dari pada nada kritis yang mengancam. Pertanyaan biasanya mendapatkan informasi yang lebih baik jika dikatakan dengan cara berujung datar terbuka bukannya meminta jawabannya atau ya atau tidak yang sederhana. Sebagai contoh, mintalah bawahan untuk menjelaskan apa yang telah dikerjakan bukannya menayakan apakah ada masalah sering kali bawahan merasa takut atasan mereka memberitahu masalah, kesalah dan penundaan, khususnya saat responnya adalah ledakan kemarahan. Jadi, amatlah penting untuk bereaksi dengan cara yang konstuktif dan tidak menghukum bila mendapatkan informasi mengenai permasalahan.

    ·           Memberikan lebih banyak pelatihan kepada bawahan yang tidak berpengalaman

    Saat tugasnya amat rumit dan seseorang bawahan tidak berpengalaman melakukannya, terdapat kebutuhan untuk lebih banyak instruksi dan pelatihan oleh pemimpin itu. Kurangnya pengalaman akan lebih mungkin bawahan yang baru dalam pekerjaan itu, tetapi juga terjadi saat terdapat perubahan besar dalam sebagaimana pekerjaan itu di lakukan (misalnya, teknologi baru, pekerjaan yang dikonfigurasikan kembali). Seorang pemimpin yang memilki keahlian yang kuat dapat membantu seseorang menemukan alasan untuk kinerja yang lemah. Sebuah pendekatan diagnostik adalah secara bersama-sama meninjau langkah demi langkah bagaima orang menjalankan tugas itu untuk menentukan apakah ada langkah penting yang dihilangkan, langkah tidak perlu disertakan, atau langkah penting yang dihilangkan, langkah tidak perlu yang disertakan, atau langkh penting yang dilakukan secara tidak benar.

    ·           Bersifat lebih mendukung kepada seseorang yang memiliki tugas yang amat menekan

    Seseorang yang terganggu secara emosional akan mendapat kesulitan yang lebih besar dalam melakukan sebuah tugas dengan berhasil, khususnya jika membutuhkan pertimbangan dan pemecahan masalah. Tekanan makin meningkat dengan tuntutan yang tidak masuk akal, masalah yang tidak terkendali, hubungan antr pribadi yang sulit, (misalnya, pelanggan yang kritis dan sewenang-wenang) kondisi berbahaya (misalnya, pemadaman kebakaran, pertempuran, pekerjaan polisi), dan resiko kesalahan yang besar resikonya (pembedahan penasihat keuangan, pemelihara pesawat terbang . orang-orang dalam situasi demikian memiliki keutuhan yang kebih besar akan dukungan emosional, yang dapat diberikan oleh seorang pemimpin, rekan kerja, dan orang lain diluar organisasi. Khususnya amat penting  bagi pemimpin untuk mengurangi tekanan bukannya meningkatkanya pada seorang bawahan. Tekanan itu berkurang dengan memperlihatkan apresiasi, mendengarkan masalah dan keluhan, memberikan bantuan saat diperlukan, melakukan hal-hal untuk membuat lingkungan kerja lebih menyenagkan, dan menahan orang itu untuk dari tuntutan yang tidak masuk akal kemasukan dari orang luar. Tekanan meningkat dengan menjadi kritis, membuat tuntutan yang tidak masuk aka, menekan orang itu untuk bekerja lebih cepat, dan memaksa untuk memenuhi persyaratan birokratis yang tidak diperlukan.

    BAB III

    PENUTUP

    v  Kesimpulan

    Fiedler (1973,1977)telah menjawab kecaman ,dan perdebatan mengenai faliditas model itu masih berjlanjut.namun ,ketertarikan dalam teori itu telah melemah seiring waktu saat teori situasional yang lebih baik telah di kembamngkan  .model kontigensi LPC  adlah salah satu dari teori kontigensi paling awal dari kepemimpinan ,dari kontribusi utamanya mingkin untuk mendorong ketertarikan yang lebih besar pada factor-faktor  situasional.

    Sebuah teori situasional didukung oleh sebuah pola hasil yang konsisten dengan ususlan dari teori itu. Jika teori itu mendalilkan sebuah rantai sebab akibat dari pengaruh rangkaian dari perilaku pemimpin untuk menggagu variabel terhadap hasil, hasilnya harus konsisten dengan penjelasan ini. Sayangnya, kebanyakan teori kontingengsi dinyatakan secara begitu ambigusehingga menyulitkan untuk mendapatkan usulan khusus yang dapat di uji. Kebanyakan penelitian hanya memberikan ujian atas teori itu. Secara umum, penelitian menderita akibat kurangnya ukuran yang akurat dan bergantung pada rancangan penelitian yang lemah yang tidak mengizinkan kesimpulan yang kuat tentang arah dari hubungan sebab akibat itu

  • Makalah Perilaku Organisasi

    Perilaku Organisasi

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Kelompok merupakan bagian dari kehidupan manusia. Setiap manusia dalam berbagai kegiatan apapun manusia akan terlibat dalam aktivitas kelompok. Demikian pula kelompok merupakan bagian dari kehidupan organisasi. Dalam organisasi akan banyak ditemui kelompok-kelompok seperti ini. Hampir pada umumnya manusia yang menjadi anggota dari suatu organisasi besar atau kecil adalah sangat kuat  kercenderungannya untuk mencari keakraban dalam kelompok – kelompok tertentu. Di mulai dari adanya kesamaan tugas pekerjaan yang dilakukan, kedekatan tempat kerja, seringnya berjumpa dan berapakali adanya kesamaan kesenangan bersama, maka timbullah kedekatan satu sama lain, dan mulailah mereka berkelompok dalam organisasi tertentu.

    Tantangan yang paling berat dihadapi oleh organisasi dengan meningkatnya perubahan adalah perbedaan individu yang ada di dalam organisasi, yang selanjutnya akan membentuk prilaku kelompok. Salah satu topik menarik dalam bidang perilaku organisasi untuk ditelaah atau diteliti adalah mengenai perilaku kelompok. Kelompok merupakan bagian dari kehidupan manusia, setiap hari manusia akan terlibat dalam aktivitas kelompok. Demikian pula kelompok merupakan bagian dari kehidupan organisasi. Hal ini akan saling bersinergi manakala aktifitas akan bersentuhan satu sama lain dalam membentuk satu capaian yang di inginkan bersama.

    Kelomppok dapat mengubah motivasi individu atau kebutuhan, dan bisa mempengaruhi prilaku individu dalam satu kondisi organisasi. Perilaku organisasi adalah lebih dari sekedar kumpulan logika dari perilaku individu. Juga prilaku kelompok yang juga berinteraksi dan aktivitas dalam kelompok,

    Bab II. Kajian Teori

    2.1 Definisi Prilaku menurut para ahli :

    o   Menurut Petty Cocopio, prilaku adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri, obyek atau issue.

    o   Menurut Soekidjo Notoatmojo, prilalu adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek.

    o   Menurut Heri Purwanto, prilaku adalah pandangan-pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai sikap objek tadi.

    o   Menurut Louis Thurstone, Rensis Likert dan Charles Osgood,menurut mereka prilaku adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Berarti sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak maupun perasaaan tidak mendukung atau tidak memihak pada objek tersebut.

    2.2 Definisi Kelompok menurut para ahli :

    o   Menurut Schermerhorn, Kelompok adalah Suatu kumpulan dua atau lebih orang-orang yang bekerja dengan yang lainnya secara teratur untuk mencapai satu atau lebih tujuan umum

    o   Menurut Greenberg dan Baron, kelompok adalah Sekumpulan dua individu atau lebih yang saling berinteraksi dengan pola hubungan yang tetap dan saling berbagi tujuan, dan menganggap mereka sebagai suatu kelompok

    o   Menurut Kreitner dan Kinicki, kelompok adalah Sekumpulan orang dengan keahlian yang beragam, dimana mereka sepakat dalam suatu kegunanaan, tujuan dan pendekatan.

    o   Menurut Robbin, kelompok adalah Dua atau lebih individu yang berinteraksi dan saling bergantung, yang saling bergabung untuk mencapai sasaran tertentu.

    o   Menurut Gibson, kelompok adalah Dua atau lebih karyawan yang berinteraksi satu sama lain sedemikian rupa sehinga perilaku dan atau prestasi anggota dipengaruhi oleh perilaku dan atau prestasi anggota lain

    B. Pengertian Kelompok

    Secara formal kelompok adalah suatu kumpulan dua atau lebih orang-orang yang bekerja dengan yang lainnya secara teratur untuk mencapai satu atau lebih tujuan umum. Kelompok dalam hal ini, lebih dari sekedar kumpulan orang-orang, seperti untuk membeli karcis suatu pertandingan baseball atau berdesak-desakan di sekitar pemusik jalanan.

    Di dalam suatu kelompok yang sebenarnya, para anggota mempertimbangkan diri mereka sendiri dan bergantung satu dengan lainnya untuk mencapai tujuan umum, dan mereka saling berhubungan satu dengan yang lain secara teratur untuk mengejar tujuannya atas dukungan dalam suatu periode waktu. Terdapat beberapa pakar perilaku organisasi yang mendefinisikan kelompok dari sudut pandang yang berbeda-beda. Untuk itu lebih jelasnya dibawah ini dikemukakan konsep dan klasifikasi kelompok dalam sebuah tabel matriks.

    pakarKonsep kelompokPembagian kelompok
    Schermerhorn, et, al ., (1994:270-274)Suatu kumpulan dua atau lebih orang-orang yang bekerja dengan yang lainnya secara teratur untuk mencapai satu atau lebih tujuan umumMengklasifikasikan kelompok menjadi 3 yakni :1.      Kelompok formal2.      Kelompok informal3.      Kelompok psikologis
    Greenberg dan Baron (1995:286-287)Sekumpulan dua individu atau lebih yang saling berinteraksi dengan pola hubungan yang tetap dan saling berbagi tujuan, dan menganggap mereka sebagai suatu kelompokMengklasifikasikan kelompok menjadi 2 yakni :1.      Formal, terdiri dari 2 :a.       Kelompok yang memberikan perintahb.      Kelompok yang melaksanakan perintah.2.      Informal, terdiri dari 2 :a.       Kelompokyang terjadi karena adanya kepentingsnb.      Kelompok yang terjadi karena persahabatan
    Kreitner dan Kinicki (2001:414)Sekumpulan orang dengan keahlian yang beragam, dimana mereka sepakat dalam suatu kegunanaan, tujuan dan pendekatan.Mengklasifikasikan kelompok menjadi 4, yakni :1.      Kelompok advice2.      Kelompok production3.      Kelompok project4.      Kelompok action
    Gordon (1991:193-201)Dua individu atau lebih yang saling tergantung dan menganggap diri mereka sebagai satu unit dengan satu tujaun bersamaMengklasifikasikan kelompok menjadi 3, yakni :1.      Kelompok tugas2.      Kelompok pemeliharaan3.      Kelompok invidual
    Robbin (2006:294)Dua atau lebih individu yang berinteraksi dan saling bergantung, yang saling bergabung untuk mencapai sasaran tertentu.Mengklasifikasikan kelompok menjadi 2, yakni :1.      Kelompok formal meliputih :-          Kelompok komando-          Kelompok tugas2.      Kelompok informal meliputih :-          Kelompok kepentingan-          Kelompok persahabatan
    Gibson,et,al.,(1994:309-311)Dua atau lebih karyawan yang berinteraksi satu sama lain sedemikian rupa sehinga perilaku dan atau prestasi anggota dipengaruhi oleh perilaku dan atau prestasi anggota lainMengklasifikasikan kelompok menjadi 2, yakni :1.      Kelompok formal meliputih :-          Kelomppok komando-          Kelompok tugas2.      Kelompok informal meliputih :-          Kelompok kepentingan / minat-          Kelompok persahabatan

    3.2  Sifat-sifat kelompok

                Menurut Gibson tidak ada definisi umum yang diterimah mengenai keberadaan kelompok. Oleh sebab itu, dari perpektif yang berbeda dikembangkan suatu definisi yang komprehensif mengenai satu kelompok, yang penekanannya lebih pada sifat-sifat kelompok yaitu sebagai berikut :

    a)      Kelompok dari sisi persepsi adalah bahwa kumpula individu dianggap sebagai suatu kelompok, apabila terjadi interaksi satu dengan yang lain dalam satu pertemuan, yang masing-masing anggota menerima persepsi dari anggota lain yang berbeda.

    b)      Kelompok dari sisi organisasi adalah karasteristik kelompok penting seperti peran dan norma.

    c)      Kelompok dari sisi motivasi adalah kelompok yang gagal dari membantu anggotanya dalam memuaskan kebutuhan mereka akan menganggu semangat mereka.

    d)     Kelompok dari sisi interaksi adalah interaksi dalam bentuk interpedensi adalah mengelompokan, pandangan ini menitik beratkan pada interaksi interpersonal.

    Keempat pandangan di atas penting, karena merupakan ciri utama dari suatu kelompok. Apabila satu kelompok berada dalam satu organisasi, makan anggotanya akan termotivasi bergabung merasakan bahwa kelompok merupakan suatu kesatuan unit orang yang berinteraksi, berkontribusi dalam berbagai jumlah proses kelompok, dan mencapai kesepakatan atau tidak melalui berbagai interaksi.

    Ringkasan para ahli menunjukan  pertimbangan bahwa mengapa ada manajer yang dapat melupakan hal-hal penting yang sederhana berikut ini :

    ·         Kelompok yang baik untuk orang-orang

    ·         Kelompok dapat membantu mengembangkan kreativitas dan inovasi

    ·         Kelompok dapat membantu komitmen yang diperlukan untuk menerapkan keputusan

    ·         Kelompok kadang-kadang memperbaiki keputusan yang diambil dibandingkan individu

    ·         Kelompok dapat digunakan sebagai kendali atas anggota mereka

    ·         Kelompok membantu melewati pengaruh negatif yangterus meningkat dalam ukuran organisasi.

    ·         Kelompok adalah gejala alami, keduanya didalam dan di luar organisasi.

    Hasil riset menunjukan bahwa kelompok mempunyai tiga keuntungan atas individu yang bertindak sendiri,antara lain :

    1.      Ketika kehadiran dari “tenaga ahli” yang tidak pasti, kelompok yang nampaknya membuat pertimbangan yang lebih baik dibanding rata-rata perorangan.

    2.      Kapan pemecahan masalah dapat ditangani oleh suatu pembagian kerja dan pembagian informasi kelompok bersifat lebih berhasil dibanding individu.

    3.      Oleh karena itu kecenderungannya membuat keputusan lebih penuh resiko, kelompok dapat lebih inovatif dan kreatif dibanding individu dalam melakukan tuganya.

    3.3 Jenis-jenis kelompok dalam organisasi

    v  Kelompok formal

    Schermerhornet menjelaskan bahwa kelompok formal adalah suatu “ kepengurusan “ yang ditunjuk oleh kewenangan formal untuk melakukan suatu yang lebih spesifik.

    Sedangkan menurut Gibson, kelompok formal adalah kelompok yang diciptakan oleh keputusan manajerial untuk mencapai tujuan organisasi. Dalam hal ini  akan membentuk dua tipe kelompok formal yaitu :

    a.       Kelompok komando yaitu dispesifikasikan oleh bagan struktur organisasi, terdiri dari bawahan yang melapor langsung kepada penyelia tertentu.

    b.      Kelompok tugas yaitu karyawan ang bekerja sama untuk menyelesaikan suatu tugas tertentu atau proyek.

    Menurut Robbin kelompok formal adalah kelompok yang didefinisikan oleh struktur organisasi dengan pembagian kerja yang ditandai untuk menegakan tugas-tugas. Dalam kelompok formal perilaku-perilaku yang seharusnya ditunjukan dalam kelompok ditentukan dan diarahkan untuk tujuan organisasi.

    v  Kelompok informal

    Psikolog sosial membuat suatu perbedaan penting  antara kelompok formal yang dibahas diatas dengan kelompok informal. Belakang ini muncul bukan pejabat dan tidak secara formal ditunjuk ketika bagian bagian dari organisasi itu memerlukannya.kunci perbedaaan ini : kelompok formal secara resmi digambarkan dalam struktur organisasi, sedangkan kelompok informal menjadi ada secara spontan dan tanpa pengesahan formal. Kebanyakan kelompok formal meliputih satu atau elbih kelompok informal yang muncul diantara mereka.

    Dua jenis kelompok informal umumnya adalah kelompok persahabatan dan tujuan :

    §  Kelompok persahabatan terdiri dari para orang dengan gaya hubungan dekat yang alami satu sama lain, mereka cenderung untuk bekerja sama, duduk bersama-sama, istrahat bersama-sama di luar tempat kerja.

    §  Kelompok tujuan terdiri dari orang-orang yang berbagi banyak minat, mereka kemungkinan terkait minatnya dengan pekerjaan, seperti suatu keinginan keras untuk belajar lebih banyak tentang komputer atau bukan minat pekerjaan, seperti jasa masyarakat, sports, atau agama.

    3.4 Efektifitas kelompok

               Suatu kelompok yang efektif adalah satu pencapaian tingkat tinggi dari pemeliharaan kedua tugas sumber daya manusia dari waktu kewaktu. Dalam banyak hal pelaksanaan tugas, suatu kelompok yang efektif mencapai tujuan kinerja dalam pengetian standar tepat waktu dan hasil pekerjaannya berkualitas tinggi. Dalam banyak hal pemeliharaan sumber daya manusia, kelompok yang efektif adalah satu angotanya cukup dipenuhi dengan tugasnya, pemenuhan, dan hubungan antar pribadi bekerja baik bersama-sama pada suatu dasar yang berkesinambungan. Karena sebuah kelompok kerjapermanen dalam hal ini anggotanya bekerja bersama-sama untuk satu kelompok kerja temporer, ini berarti anggotanya bekerja bersama-sama untuk jangka waktu yang telah ditugaskan kepadanya.

    3.5 Dasar efektivitas kelompok

    Efektivitas mengenai beberapa kelompok ditentukan atas sebagian masukan, makin baik masukan kelompok, makin baik kesempatan untuk efektivitas kelompok. Jika masukan kelompok memuaskan semuanya, kelompok mempunyai suatu dasar yang kuat dalam pencapaian efektifitas. Tetapi, jika sebagian dari input tidak memuaskan, usaha pencapaian efektivitas akan mengalami kekurangan dan masalah karateristik keanggotaan, dan ukuran kelompok yang akan mempengaruhi hasil dari operasi kelompok.

    Hal-hal lain untuk pengaturan yang terbaik dalam suatu kelompok meliputih :

    §  Tujuan yang menekankan pemenuhan kelompok

    §  Penghargaan yang mengenali pemenuhan kelompok

    §  Sumber daya yang diperlukan untuk memenuhi tujuan

    §  Teknologi yang diperlukan untuk memenuhi tujuan

    §  Pengaturan mengenai ruang yang mendorong kerjasama kelompok

    §  Kultur yang membuat kerjasama sekelompok suatu nilai penting

    §  Struktur yang mendukung kerjasama kelompok.

    v  Faktor-faktor penentu kepribadian

    1.        Faktor keturunan

    Keturunan merujuk pada faktor genetis seorang individu. Tinggi fisik, bentuk wajah gender, tempramen, komposisi otot dan refleks, tingkat energi dan irama biologis adalah karasteristik yang pada umumnya diamggap, entah sepenuhnya atau secara substansial, dipengaruhi oleh siapa orang tua dari individu tersebut, yaitu komposisi biologis, psikologis, dan psikologis bawaandari individu.

    2.        Faktor lingkungan

    faktor lain yang mempengaruhi cukup besar terhadap pembentukan karakter adalah lingkungan dimana seseorang tumbuh dan dibesarkan normadalam keluarga, teman, dan kelompok sosial, dan penagruh-pengaruh lain yang seorang manusia dapat alami.faktor lingkungan ini memiliki peran dalam membentuk kepribadian seseorang.

    3.        Ciri ciri kepribadian

    Semakin konsisten karasteristik individu dan semakin sering terjadidalam berbagai situasi, maka semakin penting ciri-ciri itu untuk menggammbarkan individu ( Mahendrabrata,2010 )

    4.        Kepribadian utama yang mempengaruhi prilaku organisasi

    a.       Evaluasi inti diri

    Evaluasi inti diri adalah tingkat di mana individu menyukai atau tidak menyukai diri mereka sendiri, apakah mereka menganggap diri mereka cakap dan efektif, dan apakah mereka mersa memegang kendali atau tidak berdaya atas (lingkungan) mereka. Evaluasi inti diri  seorang individu ditentukanoleh dua elemen utama yaitu harga diri dan fokus kendali.

    b.      Machiavellianisme

    Machiavellianisme adalah tingkat dimana seorang individu pragmatis , mempertahankan jarak emosional dan yakin bahwa hasil lebih penting daripada proses.

    c.       Narsisme

    Narsisme adalah kecenderungan menjadi kecendurangan menjadi arogan, mempunyai rasa kepentingan diri yang berlebihan, membutuhkan pengakuan berlebih dan mengutamakan diri sendiri.

    d.      Kepribadian tipe A

    Kepribadian tipe A adalah keterlibatan secara agresif dalam perjuangan terus-menerus untuk secara agresif dalam perjuangan terus-menerus untuk mencapai lebih banyak dalam waktu yang lebih sedikit dan melawan upaya-upaya yang menentang dari orang atau hal lain.

    e.       Kepribadian proaktif

    Kepribadian proaktif adalah sikap yang cenderung oportunis, berinisiatif, berani bertindak, dan tekun hinga berhasil mencapai perubahan yang berarti pribadi proaktif menciptakan perubahan positif dalam lingkungan tanpa memedulikan batasan atau halangan.

    f.       Kepribadian dan budaya nasional

    Tidak ada tipe kepribadian umum untuk satu negara tertentu. Namun budaya suatu negara mempengaruhi karasteristik yang dominan dari penduduknya, ini dapat dilihat dengan memperhatikan fokus kendali dan kepribadian tipe A.

    3.6 Sifat Dasar Tugas Kelompok

                Perbandingan tugas sederhana, kompleks menjadi sering timbul secara tuntutan sosial. Mereka merupakan keseluruhan ego yang menyertainya, tetapi mereka juga makin kesulitan untuk menjangkau persetujuan akhir yang lebih baik maupun pemenuhan tujuan.

    ·         Keterlibatan ego mengacu pada tingkat dimana anggota betul-betul dan secara pribadi dengan tugas kelompok, ego meliputih tugas yang berhubungan dengan nilai-nilai pribadi, yang mempengaruhi kehidupan pribadi, dan atau melibatkan keterampilan pribadi.

    ·         Persetujuan akhir mengacu pada persetujuan anggota atas apa yang mereka usahakan untuk memenuhi dan kriteria untuk melukiskan “ kesuksesan “ persetujuan akhir adalah lebih mudah dicapai ketika tugas kelompok adalah jelas dan hasilnya terukur.

    ·         Perlengkapan persetujuan mengacu pada persetujuan anggora atas keperluan kelompok yang melakukan penyelenggaraan tugasnya; persetujuan alat-alat ini adalah lebih mudah dari tugas pendekatan yang terbaik, lebih keras untuk mencapai beberapa alternatif yang ada.

    BAB IV

    PENUTUP

    4.1              Kesimpulan

    Perilaku kelompok merupakan respon – respon anggota kelompok terhadap struktur sosial kelompok dan norma yang diadopsinya. Jadi ketika sebuah kelompok memasuki dunia organisasi maka karateristik yang dibawanya adalah kemampuan, kepercayaan pribadi, penghargaan kebutuhan, dan pengalaman masa lalunya. Banyak teori yang mengembangkan suatu anggapan mengenai awal mula terbentuknya kelompok. Mulai dari anggapan adanya kedekatan ruang kerja maupun tempat tinggal mereka, sampai kepada alasan-alasan praktis.

    Di dalam suatu kelompok yang sebenarnya, para anggota mempertimbangkan diri mereka sendiri dan bergantung satu dengan lainnya untuk mencapai tujuan umum, dan mereka saling berhubungan satu dengan yang lain secara teratur untuk mengejar tujuannya atas dukungan dalam suatu periode waktu

    4.2              Saran

    Sebaiknya setiap anggota kelompok yang masuk bergabung dengan sebuah organisasi baik itu organisasi besar maupun kecil haruslah bisa beradapsi dengan keadaan organisasi tersebut dan hanya mempertahankan prilaku yang baik aja sewaktu berada dalam kelompok ke dalam organisasi

  • Makalah Dinamika Kelompok

    Dinamika Kelompok

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar belakang

    Sejarah Dinamika Kelompok Sejarah munculnya dinamika kelompok dapat diuraikan sebagai berikut:

    Zaman Yunani Pada masa ini berkembang ajaran Plato, bahwa daya-daya pada individu tercermin dalam struktur masyarakat dengan karakteristik yang berbeda satu sama lain. Masing-masing struktur masyarakat tersebut merupakan kelompok yang terpisah satu sama lain dan tiap-tiap golongan memiliki norma yang berfungsi sebagai pemersatu dan pedoman dalam interaksi sosial antar anggota masing-masing golongan. Pada masa ini ikatan persatuan dan interaksi sosial terjalin dengan kuat, sehingga masing-masing golongan dapat mempertahankan kesatuannya dan tidak terpecah-pecah dalam kelompok/golongan yang lebih kecil.

     Zaman liberalisme Pengaruh cara berfikir bebas mengakibatkan individu bebas menentukan segala sesuatu bagi dirinya dan tiap individu tidak bisa menetukan individu lain dalam kehidupan. Kebebasan ini justru membawa malapetaka pada individu, karena individu merasa tidak mempunyai pedoman dalam kehidupan, sehingga mereka merasa tidak memiliki kepastian. Kondisi tersebut membuat individu merasa ketakutan, sehingga berbagai cara mereka tempuh untuk untuk menghilangkan ketakutan dan memperoleh pedoman dalam menjalani hidup. Gagasan individu yang muncul pada saat itu adalah mengadakan perjanjian social antara sesamanya dan hal tersebut dirumuskan dalam Leviathan atau Negara yang diharapkan dapat menjamin hidup mereka.

    B. Rumusan Masalah

    • Apakah tujuan dari dinamika kelompok
    • Apakah klasifikasi kelompok
    • Mengatahui apa yang di maksud tim kerja
    •  Apa yang di maksud mFase pembentukan kelompok
    • Mengetahui faktor eksternal dan internal

    Bab II. Pembahasan

    A. Pengertian Dinamika

    Dinamika adalah sesuatu yang mengandung arti tenaga kekuatan, selalu bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri secara memadai terhadap keadaan. Dinamika juga berarti adanya interaksi dan interdependensi antara anggota kelompok dengan kelompok secara keseluruhan. Keadaan ini dapat terjadi karena selama ada kelompok, semangat kelompok (group spirit) terus-menerus ada dalam kelompok itu, oleh karena itu kelompok tersebut bersifat dinamis, artinya setiap saat kelompok yang bersangkutan dapat berubah.

    PENGERTIAN KELOMPOK

    Kelompok adalah kumpulan orang-orang yang merupakan kesatuan sosial yang mengadakan interaksi yang intensif dan mempunyai tujuan bersama. Menurut W.H.Y. Sprott mendefinisikan kelompok sebagai beberapa orang yang bergaul satu dengan yang lain. Kurt Lewin berpendapat ”the essence of a group is not the similarity or dissimilarity of its members but their interdependence”. H. Smith menguraikan bahwa kelompok adalah suatu unit yang terdapat beberapa individu, yang mempunyai kemampuan untuk berbuat dengan kesatuannya dengan cara dan dasar kesatuan persepsi. Interaksi antar anggota kelompok dapat menimbulkan kerja sama apabila masing-masing anggota kelompok:

    ·           Mengerti akan tujuan yang dibebankan di dalam kelompok tersebut

    ·           Adanya saling menghomati di antara anggota-anggotanya

    ·           Adanya saling menghargai pendapat anggota lain

    ·           Adanya saling keterbukaan, toleransi dan kejujuran di antara anggota kelompok

    Menurut Reitz (1977) kelompok mempunyai karakteristik sebagai berikut:

    ·   Terdiri dari dua orang atau lebih

    ·    Berinteraksi satu sama lain

    ·    Saling membagi beberapa tujuan yang sama

    ·     Melihat dirinya sebagai suatu kelompok

    Kesimpulan dari berbagai pendapat ahli tentang pengertian kelompok adalah kelompok tidak terlepas dari elemen keberadaan dua orang atau lebih yang melakukan interaksi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.

    PENGERTIAN DINAMIKA KELOMPOK

    Dinamika kelompok  merupakan suatu kelompok yang terdiri dari dua atau lebih individu yang memiliki hubungan psikologi secara jelas antara anggota satu dengan yang lain yang dapat berlangsung dalam situasi yang dialami secara bersama.  Dinamika kelompok juga dapat didefinisikan sebagai konsep yang menggambarkan proses kelompok yang selalu bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri dengan keadaan yang selalu berubah-ubah. Dinamika kelompok mempunyai beberapa tujuan, antara lain:

    ·           Membangkitkan kepekaan diri seorang anggota kelompok terhadap anggota kelompok lain, sehingga dapat menimbulkan rasa saling menghargai

    ·           Menimbulkan rasa solidaritas anggota sehingga dapat saling menghormati dan saling menghargai pendapat orang lain

    ·           Menciptakan komunikasi yang terbuka terhadap sesama anggota kelompok

    ·           Menimbulkan adanya i’tikad yang baik diantara sesama anggota kelompok.

    Proses dinamika kelompok mulai dari individu sebagai pribadi yang masuk ke dalam kelompok dengan latar belakang yang berbeda-beda, belum mengenal antar individu yang ada dalam kelompok. Mereka membeku seperti es. Individu yang bersangkutan akan berusaha untuk mengenal individu yang lain. Es yang membeku lama-kelamaan mulai mencair, proses ini disebut sebagai “ice breaking”. Setelah saling mengenal, dimulailah berbagai diskusi kelompok, yang kadang diskusi bisa sampai memanas, proses ini disebut ”storming”. Storming akan membawa perubahan pada sikap dan perilaku individu, pada proses ini individu mengalami ”forming”. Dalam setiap kelompok harus ada aturan main yang disepakati bersama oleh semua anggota kelompok dan pengatur perilaku semua anggota kelompok, proses ini disebut ”norming”. Berdasarkan aturan inilah individu dan kelompok melakukan berbagai kegiatan, proses ini disebut ”performing”.

    2.2 DEFINISI DAN KLASIFIKASI KELOMPOK

    Pada bagian ini akan dibahas kelompok dalam organisasi, dinamika dalam kelompok,  serta bagaimana kelompok mempengaruhi perilaku individu dalam suatu lingkungan organisasi.

    Kelompok adalah merupakan bagian dari kehidupan manusia. Tiap hari manusia akan terlibat dalam aktivitas kelompok. Kelompok juga merupkan bagian dari kehidupan organisasi.Dalam organisasi akan banyak dijumpai kelompok-kelompok ini. Hampir pada umumnya manusia yang menjadi anggota dari suatu organisasi besar atau kecil adalah sangat kuat kecenderungannya untuk mencari keakraban dalam kelompok-kelompok tertentu. Adanya kelompok organisasi berawal dari adanya kesamaan tugas pekerjaan yang dilakukan, kedekatan tempat kerja, seringnya berjumpa, dan barangkali adanya kesamaan kesenangan bersama maka timbullah kedekatan satu sama lain. Mulailah mereka berkelompok dalam organisasi tertentu.

    Perilaku manusia (di dalam organisasi) dapat dikaji berdasarkan tiga tingkatan, yaitu individu, kelompok dan organisasi, yang masing-masing memiliki perspektif yang unik. Memahami dinamika kelompok sangat penting untuk memahami perilaku organisasi. Sebab, kelompok adalah bagian sentral dari kehidupan sehari-hari manusia, dan pada waktu-waktu tertentu tiap orang akan menjadi bagian (anggota) dari kelompok-kelompok yang berbeda, seperti : kelompok kerja, olah raga, organisasi sosial, ikatan alumni, kegemaran, dan sebagainya,

    Perlunya pemahaman akan dinamika kelompok setidaknya didasari oleh tiga alasan. Pertama, kelompok dapat memberikan pengaruh yang besar pada individu. Sikap, nilai, dan perilaku kita sebagai pribadi banyak sekali dipengaruhi oleh interaksi kita dengan anggota kelompok yang lain terhadap organisasi kelompok lain. Kedua, kelompok dapat memberikan pengaruh yang kuat terhadap kelompok lain dan terhadap organisasi. Banyak tugas-tugas pekerjaan dalam organisasi dilaksanakan oleh kelompok, dan keberhasilan organisasi banyak sekali ditentukan oleh efektifnya kelompok di dalamnya. Ketiga, mempelajari dinamika kelompok dapat membantu menjelaskan perilaku.

    Pada umumnya tidak ada definisi yang jelas dari suatu kelompok yang dapat diterima secara umum, maka untuk itu perlu disajikan beberapa definisi yang luas mengenai kelompok yang mempunyai banyak kesamaan dalam definisi itu.

    Beberapa definisi kelompok disampaikan oleh beberapa ahli. Kelompok (group) dapat didefinisikan sebagai kumpulan dua orang atau lebih yang berinteraksi satu sama lain sedemikian rupa, sehingga perilaku dan atau kinerja (performance) dari seseorang dipengaruhi oleh perilaku kinerja anggota yang lain (menurut Shaw dalam Nimran, 2004). Sedangkan menurut Robbin (2001) kelompok didefinisikan sebagai dua individu atau lebih yang berinteraksi dan saling bergantung.

    Definisi kelompok dipandang dari persepsi, definisi ini didasarkan pada persepsi dari para anggota kelompok. Dikemukakan bahwa para anggota harus mengetahui hubungan mereka dengan yang lain supaya mereka dapat dinamakan kelompok. Dengan demikian, definisi ini adalah sebagai berikut. Kelompok didefinisikan sejumlah orang yang melakukan interaksi dengan yang lain dalam suatu pertemuan tatap muka atau serangkaian pertemuan semacam itu. Definisi ini menunjukkan, bahwa para anggota kelompok harus mengetahui akan keberadaan tiap-tiap anggotanya dan mengetahui akan keberadaan tiap-tiap anggotanya dan mengetahui kesan dari tiap anggotanya.

    Definisi kelompok dipandang dari segi Organisasi, kelompok adalah suatu sistem yang terorganisasi yang terdiri dari dua orang atau lebih yang saling berhubungan sedemikian rupa sehingga sistem tersebut melakukan fungsi tertentu, mempunyai serangkaian peran hubungan antara para anggotanya dan mempunyai serangkaian norma yang mengatur fungsi kelompok dari tiap-tiap anggotanya. Definisi ini menekankan beberapa ciri penting dari kelompok seperti peran dan norma.

    Definisi kelompok dipandang dari segi motivasi, secara singkat penafsiran dari segi motivasi mendefinisikan kelompok sebagai suatu kumpulan individu yang eksistensinya adalah sebagai kumpulan yang sangat bermanfaat bagi para individu tersebut. Dalam pengertian ini, kelompok yang tidak mampu membantu para anggotanya memenuhi kebutuhannya akan menghadappi masa-masa sulit untuk tetap merupakan kelompok yang hidup terus. Seorang anggota kelompok yang tidak terpenuhi kebutuhannya akan mencari kelompok yang lain yang sekiranya dapat membantu kebutuhan pokoknya.

    Definisi kelompok dari segi interaksi menekankan pada interaksi interpersonal adalah sebagai berikut. Kelompok adalah sejumlah orang yang saling berkomunikasi antara yang satu dengan yang lain, serta seringkali dilakukan sepanjang jangka waktu tertentu dan jumlahnya cukup sedikit, sehingga tiap orang mampu berkomunikasi dengan semua orang dengan tatap muka.

    Dipandang dari sudut hubungannya dengan organisasi, maka kelompok dapat dibedakan ke dalam dua kategori :

    1.    Kelompok formal

    Kelompok formal, yaitu kelompok yang terbentuk dan berlangsung berdasarkan ketentuan formal ( resmi ) seperti struktur organisasi dan penugasan-penugasan organisasi.

    Dalam kelompok formal dibagi menjadi 2 yaitu :

    a.    Kelompok komando

    Yaitu kelompok yang terdiri dari atasan  dan bawahan yang tergambar dalam bagan organisasi tersusun atas manajer dan bawahan langsung.

    b.    Kelompok tugas

    Yaitu mereka yang bekerja bersama-sama untuk menyelesaikan suatu tugas pekerjaan

    2.    Kelompok informal

    Kelompok informal, sebaliknya yaitu suatu kelompok yang tidak terstruktur secara formal  dan tidak ditentukan oleh organisasi, muncul sebagai tanggapan terhadap kebutuhan akan kontak sosial.

    Kelompok Informal dibagi juga menjadi 2 :

    a.    Kelompok kepentingan/minat

    Adalah mereka yang bekerja bersama-sama untuk mencari suatu sasaran khusus yang menjadi kepedulian dari tiap orang ini atau terbentuk karena adanya minat tertentu.

    b.    Kelompok persahabatan

    Adalah mereka yang digabungkan bersama karena berbagi satu karakteristik/lebih, dalam arti kelompok yang terbentuk karena adanya kesamaan dalam beberapa ciri, seperti umur, hobi, sekolah dan sebagainya.

    Tahap Perkembangan Kelompok

    1.    Model Lima-Tahap.

    Adapun tahap-tahap tersebut adalah :

    a.    Pembentukan

    Mempunyai ciri banyak sekali ketidakpastian mengenai maksud, struktur dan kepemimpinan kelompok.

    b.    Keributan,

    Adalah tahap konflik dalam kelompok

    c.    Penormaan,

    Adalah tahap dimana berkembang hubungan yang karib dan kelompok memperagakan kekohesifan (kesalingtertarikan).

    d.    Pelaksanaan

    Adalah kelompok telah sepenuhnya fungsional dan diterima baik

    e.    Reses

    Merupakan kelompok untuk mempersiapkan pembubaran. Ciri tahap ini adanya  kepedulian untuk  menyelesaikan kegiatan-kegiatan daripada melaksanakan tugas

    2.    Model Kesetimbangan Tersela

    a.    Pertemuan pertama menentukan arah kelompok

    b.    Fase pertama kegiatan kelompok adalah fase inersi yaitu kelompok cenderung berdiam diri atau menjadi terkunci  ke dalam suatu arah tindakan yang tetap

    c.    Terjadi suatu peralihan (transisi) pada akhir fase pertama, yang terjadi tepat ketika kelompok telah menghabiskan separuh dari waktu yang disediakan

    d.    Transisi itu mengawali perubahan-perubahan utama

    e.    Fase kedua inersia mengikuti transisi yaitu fase suatu keseimbangan baru atau kurun waktu inersia baru. Dalam fase ini kelompok menjalankan rencana-rencana yang diciptakan selama periode transisi.

    f.     Pertemuan terakhir kelompok dicirikan oleh kegiatan yang percepatannya mencolok.

    2.3 PENGERTIAN TIM KERJA

    Pengetian Tim Kerja adalah kelompok yang usaha-usaha individualnya menghasilkan kinerja lebih tinggi daripada jumlah masukan individual (Stephen, Timothy 2008). Hal ini memiliki pengertian bahwa kinerja yang dicapai oleh sebuah tim lebih baik daripada kinerja perindividu disuatu organsasi ataupun suatu perusahaan.

    Allen (2004) pekerja tim atau tim kerja adalah orang yang sportif, sensitif dan senang bergaul, serta mampu mengenali aliran emosi yang terpendam dalam tim dengan sangat jelas. Tim kerja menghasilkan sinergi positif melalui usaha yang terkoordinasi. Usaha-usaha individual mereka menghasilkan satu tingkat kinerja yang lebih tinggi daripada jumlah masukan individual.

    Penggunaan tim secara ekstensif menghasilkan potensi bagi sebuah organisasi untuk membuahkan banyak hasil yang lebih besar tanpa peningkatan masukan. Kinerja tim akan lebih unggul daripada kinerja individu jika tugas yang harus dilakukan menuntut ketrampilan ganda.

             Sebuah tim (team) adalah sebuah unit yang terdiri dari 2 orang atau lebih yang berinteraksi dan mengkoordinasikan pekerjaan mereka untuk menyelesaikan sebuah tugas yang spesifik (Daft, 2003). Definisi ini mempunyai tiga komponen. Pertama, diperlukan 2 orang atau lebih. Tim dapat cukup besar, walaupun kebanyakan kurang dari 15 orang. Kedua, orang dalam sebuah tim melakukan interaksi secara teratur. Orang yang tidak berinteraksi, dan tidak membentuk sebuah tim. Ketiga, orang dalam sebuah tim terbagi sebuah tujuan berkinerja.

    2.4 FASE PEMBENTUKAN KELOMPOK

    Pembentukan kelompok pada dasarnya merupakan suatu rangkaian proses yang dinamis yang terdiri dari beberapa fase, yaitu :

    1.    Forming (pembentukan).

    Fase ini merupakan fase awal dimana keadaan ketidakpastian akan tujuan, struktur, dan kepemimpinan kelompok dihadapi. Fase ini berakhir pada saat para anggota mulai berpikir bahwa diri mereka adalah bagian dari sebuah kelompok.

    2.    Storming (merebut hati).

    Fase ini dicirikan oleh adanya konflik intra kelompok. Anggota menerima keberadaan kelompok, tetapi menolak pengendalian kelompok atas individu. Fase ini selesai manakala didapatkan hirarki kepemimpinan yang relatif jelas di dalam kelompok.

    3.    Norming (pengaturan norma).

    Fase ini menggambarkan adanya perkembagan hubungan dan kelompok menunjukkan adanya kohesi ( kepaduan ). Fase ini berakhir ini dengan adanya struktur kelompok yang semakin solid, dan merumuskan harapan-harapan serta perilaku kelompok yang benar dan diterima.

    4.    Performing (melaksanakan).

    Fase ini memperlihatkan fungsi kelompok berjalan dan diterima oleh anggota. Jadi, disini energi kelompok sudah bergerak dari tahap saling mengenal dan saling mengerti kepelaksanaan tugas-tugas yang ada. Untuk kelompok yang relatif permanen, fase ini merupakan fase terakhir di dalam perkembangannya.

    5.    Adjourning (pengakhiran).

    Fase ini merupakan fase terakhir yang ada pada kelompok yang bersifat temporer, yang di dalamnya tidak lagi berkenaan dengan kegiatan, pelaksanaan tugas-tugas, tetapi berakhirnya rangkaian kegiatan.

    2.5 ALASAN PERLUNYA KELOMPOK

    Ada beberapa alasan mengapa orang mengikuti atau menjadi bagian dari kelompok tertentu. Diantara alasan tertentu tersebut  adalah sebagai berikut :

    1.    Rasa aman

    Dengan  itu  kelompok  dapat  mengurangi rasa ketidakamanan ( rasa tidak aman ) karena berdiri sendiri, contoh : serikat pekerja.

    2.    Status dan harga diri

    Ada rasa peningkatan status dan harga diri karena mengikuti atau bergabung dengan suatu kelompok. Contohnya : menjadi anggota klub eksklusif.

    3.    Interaksi dan afiliasi

    Menikmati interaksi teratur dengan orang lain dan mendapatkan kepuasan dari interaksi tersebut. Contohnya : istri orang kaya yang masih tetap mau jadi pegawai negeri di sebuah instansi.

    4.    Kekuatan

    Dengan berkelompok perjalanan/ perjuangan menjadi lebih kuat dibandingkan dengan berjuang sendirian.

    5.    Pencapaian tujuan

    Dengan berkelompok tujuan lebih mudah dicapai daripada seorang diri.

    6.    Keuntungan bersama

    Dengan berkelompok maka orang-orang yang terlibat akan mendapatkan keuntungan bersama. Contohnya : koperasi, persekutuan dagang.

    7.    Kedekatan fisik

    Orang berkelompok, karena kedekatan jarak fisik. Contohnya : RT, RW, dan lain-lain. Di dalam suatu kelompok tertentu, sangat mungkin terjadi seseorang bisa mendapat lebih dari satu manfaat yang dapat diperolehnya. Hal demikian sah-sah saja. Dan ini banyak kita saksikan dalam kehidupan sehari-hari. Memahami alasan-alasan berkelompok, perlu bagi manajer. Sebab dengan pemahaman itu, maka perilaku kelompok dapat dijelaskan, diprediksi dan sekaligus dapat dikendalikan untuk tujuan-tujuan yang produktif bagi organisasi.

    2.6 BEBERAPA MASALAH DALAM DINAMIKA KELOMPOK

    Karena kelompok terdiri dari sejumlah orang dan (biasanya) dengan latar belakangnya yang berbeda-beda, maka sangat mungkin di dalam kelompok itu ditemukan banyak masalah-masalah. Hal ini perlu sekali mendapatkan perhatian. Diantara masalah-masalah tersebut yang terpenting adalah sebagai berikut :

    1.    Kepemimpinan.

    Masalah kepemimpinan sangat strategis sifatnya, karena dapat menentukan efektif tidaknya proses kelompok. Tidak jarang, suatu kelompok menjadi buyar karena kesalahan memilih pemimpin.

    2.    Pengambilan keputusan dan pemecahan masalah.

    Pengambilan keputusan dan pemecahan masalah, merupakan inti dari tugas atau misi kelompok. Pengambilan keputusan kelompok di dalam praktek lebih banyak sulitnya daripada mudahnya. Pengambilan keputusan kelompok secara umum telah diakui lebih baik kualitasnya daripada keputusan yang individual.

    3.    Komunikasi.

    Karena kelompok merupakan kumpulan dari para individu yang berinteraksi satu sama lain, maka masalah komunikasi memegang peranan yang sentral. Melalui komunikasi saling pengertian diciptakan yang pada akhirnya akan memperkuat kohesi, dan tercapainya tujuan-tujuan kelompok.

    4.    Konflik.

    Perbedaan kepentingan dan harapan-harapan yang ada di dalam kelompok boleh jadi tidak dapat dihindari. Hal ini akan dapat menjadi potensi konflik, sehingga sasaran yang telah ditetapkan gagal dicapai, bahkan bisa membuyarkan kelompok itu sendiri.

    2.7 FAKTOR  EKSTERNAL DAN INTERNAL YANG MEMPENGARUHI KELOMPOK

    1. Faktor-faktor Eksternal yang Mempengaruhi Prestasi Kelompok

    Ada sejumlah faktor yang mempengaruhi prestasi kelompok yang bersumber dari faktor eksternal, di antaranya :

    a) strategi organisasi

    Strategi yang diterapkan organisasi dirasakan tepat dan cocok dengan anggota organisasi maka strategi yang sudah ditetapkan itu akan memacu semua anggota untuk menunjukkan kemampuan yang dimilikinya secara optimal.

    b) struktur wewenang

    Jika struktur organisasi telah disusun dengan memperhatikan dengan baik konsep The right men on the right place at the right time dan satuan perintah (otoritas), dan tanggung jawab telah berjalan dengan baik maka struktur organisasi tersebut akan memacu anggota organisasi untuk berkinerja lebih baik dari waktu ke waktu.

    c) peraturan

    Semua peraturan di organisasi, mulai dari level yang paling tinggi sampai yang paling bawah,

    1) Strategi Organisasi

    2) Struktur Wewenang

    3) Peraturan,

    Semua peraturan di organisasi bisa kondusif bagi anggota organisasi untuk berkinerja lebih baik dari waktu ke waktu, bisa juga sebaliknya. Jika peraturan yang dibuat bersifat bottom up maka karyawan akan lebih apresiatif karena merasa dilibatkan dalam pembuatan aturan tersebut. Oleh sebab itu dia merasa berkewajiban untuk melaksanakan aturan-aturan tersebut.

    d) sumber daya organisasi

    Sumber daya yang dimiliki organisasi, mulai dari sumber dayua manusia, sumber daya alam, dana, material, mesin-mesin, pasar, teknologi, informasi, jika dimiliki secara memadai, baik secara kualitas maupun kuantitas, hal itu akan memacu karyawan untuk berkinerja secara maksimal.

    e) proses seleksi

    Seleksi karyawan merupakan langkah awal yang menentukan keberhasilan organisasi dalam mendapatkan karyawan yang berkinerja tinggi. Oleh karena itu seleksi harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

    f) penilaian prestasi dan sistem imbalan

    Penilaian prestasi kerja karyawan yang memenuhi azas keadilan bagi semua karyawan akan memacu karyawan untuk berprestasi. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan penilaian yaitu sistem penilaian, penilai, standar kinerja, dan waktu penilaian. Jika penilaian kinerja yang dilakukan sudah baik maka sistem imbalan juga harus memenuhi azas keadilan.

    g) budaya organisasi

    Organisasi yang memiliki budaya yang kondusif memacu karyawan untuk berkinerja maksimal, misalnya disiplin, kreatif, inovatif, tepat waktu, dll.

    h) faktor lingkungan fisik

    Lingkungan fisik berperan penting dalam menciptakan kondisi karyawan yang bersemangat atau tidak bersemangat dalam bekerja. Faktor lingkungan fisik misalnya adalah sarana dan prasarana di tempat kerja.

    2. faktor-faktor internal yang mempengaruhi prestasi kelompok

    Ada sejumlah faktor internal yang mempengaruhi prestasi kelompok, diantaranya adalah sebagai berikut :

    A)    Kemampuan Fisik

    Jika kemampuan fisik kelompok prima maka kelompok cenderung berkinerja maksimal. Kemampuan fisik itu bisa yang melekat pada anggota-anggota kelompok, yang berwujud, misalnya fisiknya, maupun yang berupa sarana prasarana yang dimiliki kelompok.
    B) Kemampuan Intelektual

    Tingkat pengetahuan, kemauan, kemampuan, keterampilan, dan kompetensi yang dimiliki anggota kelompok menentukan kemampuan kelompok untuk berprestasi atau sebaliknya.
    C) Karakteristik Kepribadian

    Kepribadian kelompok yang kondusif untuk berprestasi, misalnya terbuka, tahan terhadap kritik, inovatif, suka tantangan, suka perubahan, senang beekerjasama, dll.

    BAB  III

    PENUTUP

    3.1 Kesimpulan

    Kelompok merupakan suatu kelompok yang terdiri dari dua atau lebih individu yang memiliki hubungan psikologis secara jelas antara anggota satu dengan yang lain dan berlangsung dalam situasi yang dialami

    Kelompok merupakan kebutuhan bagi setiap individu yang hidup dalam sebuah kelompok. Fungsi dari kelompok itu antara lain:

    1. Membentuk kerjasama saling menguntungkan dalam mengatasi persoalan hidup.
    2. Memudahkan segala pekerjaan

    3. Menciptakan iklim demokratis dalam kehidupan masyarakat

    4. Mengatasi pekerjaan yang membutuhkan pemecahan masalah dan mengurangi beban

    pekerjaan yang terlalu besar sehingga seleseai lebih cepat, efektif dan efesian.
    Kelompok sosial adalah kesatuan sosial yang terdiri dari dua atau lebih individu yang mengadakan interaksi sosial agara ada pembagian tugas, struktur dan norma yang ada.
    Berdasarkan pengertian tersebut kelompok sosial dapat dibagi menjadi beberapa, antara lain:
    1. Kelompok Primer

    2. Kelompok Sekunder

    3. Kelompok Formal

    4. Kelompok Informal

    3.2       Saran

    Mungkin inilah yang diwacanakan pada penulisan kelompok ini meskipun penulisan ini jauh dari sempurna minimal kita mengimplementasikan tulisan ini. Masih banyak kesalahan dari penulisan kelompok kami, karna kami manusia yang adalah tempat salah dan dosa: dalam hadits “al insanu minal khotto’ wannisa’, dan kami juga butuh saran/ kritikan agar bisa menjadi motivasi untuk masa depan yang lebih baik daripada masa sebelumnya.

    DAFTAR PUSTAKA

       1.       http://fadlandyta.wordpress.com/2010/11/05/sejarah-dinamika-kelompok/

       2.       http://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/08/definisi-dinamika-kelompok.html

  • Makalah Perencanaan Bisnis

    Perencanaan Bisnis

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Di zaman sekarang ini, kemajuan teknologi semakin berkembang di masyarakat. Sehingga masyarakat dituntut untuk hidup lebih efektif dan efisien. Informasi yang semakin mudah didapat akibat adanya perkembangan teknologi, membuat batas-batas antar negara semakin pudar. Dengan menggunakan teknologi yang tersedia, seseorang bisa semakin mudah mengakses informasi di sekitarnya. Informasi tersebut dapat digunakan untuk kemudahan hidup seseorang.

    Untuk itu, kami mencoba untuk membuat dan merintis usaha sebuah warnet yang berfungsi juga untuk mengakses informasi. Dalam penyediaan jasa internet, kami menawarkan akses cepat dengan kualitas unggul serta beberapa kemudahaan-kemudahan.

    Usaha ini memudahkan seseorang dalam menggunakan waktunya secara efektif dan efisien serta dapat membantu seseorang untuk belajar. Sehingga diharapkan masyarakat dapat terbantu dengan adanya usaha kami ini. Usaha yang akan kami dirikan ini bernama Asyik- Net.

    B. Rumusan masalah

    • bagaimana bentuk perencanaan awal bisnis yang akan dilakukan?
    • bagaimana bentuk pengimplementasian dari perencanaan bisnis yangtelahdubuat?

    Bab II. Pembahasan

    A. Perencanaan Bisnis

    I. Pengertian Perencanaan

    Arti Perencanaan Menurut Para Ahli

    1. Garth N.Jone, Perencanaan adalah suatu proses pemilihan dan pengembanngan dari pada tindakan yang paling baik untuk pencapaian tugas.
    2. M.Farland, Perencanan adalah suatu fungsi dimana pimpinan kemungkinan mengunakan sebagian pengaruhnya untuk mengubah daripada wewenangnya
    3. Abdulrachman (1973), Perencanaan adalah pemikiran rasional berdasarkan fakta-fakta dan atau perkiraan yang mendekat (estimate) sebagai persiapan untuk melaksanakan tindakan-tindakan kemudian.
    4. Siagian (1994), Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penetuan secara matang daripada hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang akan datang dalam rangka pencapaian yang telah ditentukan.
    5. Terry (1975), Perencanaan adalah pemilihan dan menghubungkan fakta-fakta, membuat serta menggunakan asumsi-asumsi yang berkaitan dengan masa datang dengan menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan tertentu yang diyakini diperlukan untuk mencapai suatu hasil tertentu.
    6. Kusmiadi (1995), Perencanaan adalah  proses dasar yang kita gunakan  untuk memilih tujuan-tujuan dan menguraikan bagaimana cara pencapainnya.
    7. Soekartawi (2000), Perencanaan adalah pemilihan alternatif atau pengalokasian berbagai sumber daya yang tersedia.
    II. Pengertian Bisnis

    1. Hughes dan Kapoor

    Bisnis ialah suatu kegiatan usaha individu yang terorganisasi untuk menghasilkan dan menjual barang dan jasa guna mendapatkan keuntungan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dan ada dalam industri. Orang yang mengusahakan uang dan waktunya dengan menanggung resiko dalam menjalankan kegiatan bisnis disebut Entrepreneur.

    2. Irawanqq

    Sekumpulan uang kecil yang dikelolah oleh sekumpulan kelompok orang banyak sehingga  berubah menjadi Barang nyata dan diedarkan secara Konvensional atau sistem bagi hasil yang akan menghasilkan sekumpulan uang banyak.

    3. Mahmud Machfoedz

    Bisnis adalah usaha perdagangan yang dilakukan oleh sekelompok orang yang terorganisasi untuk mendapatkan laba dengan memproduksi dan menjual barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan konsumen.

    7. Musselman dan Jackson (1992)

    Bisnis adalah suatu aktivitas yang memenuhi kebutuhan dan keinginan ekonomis masyarakat dan perusahaan diorganisasikan untuk terlibat dalam aktivitas tersebut.

    III. Perencanaan bisnis

    Ada beberapa pengertian tentang perencanaa bisnis :

    ·      Business Plan merupakan suatu dokumen yang menyatakan keyakinan akan kemampuan sebuah bisnis untuk menjual barang atau jasa dengan menghasilkan keuntungan yang memuaskan dan menarik bagi penyandang dana. 

    ·      Business Plan merupakan dokumen tertulis yang menjelaskan rencana perusahaan/pengusaha untuk memanfaatkan peluang-peluang usaha(business opportunities) yang terdapat di lingkungan eksternal perusahaan,menjelaskan keunggulan bersaing(competitive advantage) uasaha, serta menjelaskan berbagai langkah yang harus dilakukan untuk menjadikan peluang usaha tersebut menjadi suatu bentuk usaha yang nyata. 

    ·      Business Plan adalah sebuah selling document yang mengungkapkan daya tarik dan harapan sebuah bisnis kepada penyandang dana potensial. 

    Jadi Business Plan adalah dokumen tertulis yang disiapkan oleh wirausaha yang menggambarkan semua unsur yang relevan baik internal maupun eksternal mengenai perusahaan untuk memulai pada waktu usaha. Adapun isinya sering merupakan perencanaan terpadu menyangkut pemasaran,permodalan,operasional dan sumber daya manusia.

    B. Perencanaa Awal Bisnis

    Sebelum memulai usaha warnet ini maka terlebih dahulu dilakukan perencanaan usaha yang akan dilakukan,antara lain adalah mencari lokasi yang strategis untuk mendirikan warnet agar akses ke warnet akan dibangun akan mudah dicapai,kemudian menentukan bentuk warnet yang bagaimana yang akan diterapkan dan pada usaha warnet ini akan dilakukan sistem hotspot dengan cara penjualan voucer dan memberikan sistem member agar pelanggan tetap royal terhadap warnet yang akan di bangun.

    C. Aspek Pasar

    Tidak ada proyek bisnis berhasil tanpa adanya permintaan atas barang/jasa yang dihasilkan proyek tersebut. Dengan bertambahnya permintaan akan kemajuan teknologi, kami berinisiatif membuka usaha warnet, untuk memenuhi permintaan pasar. Usaha warnet ini akan sangat menguntungkan karena selain mempunyai harga yang terjangkau, usaha ini juga mempunyai fasilitas lain yaitu game online. Dengan begitu mahasiswa maupun masyarakat semakin dimudahkan dalam mencari tugas/materi di internet maupun bermain game secara online..

    Usaha ini bernama Asyik-Net. Berlokasi di Jalan Raya Maliaro depan pertamina Kampung Pisang Ternate MaLut. Kami menawarkan jasa internet dan game online. Konsumen yang kami tujuh adalah kalangan akademik, orang yang berkecimpung di bidang pendidikan dan kalangan umum. Sehingga, pasar yang dituju yaitu pasar konsumen.

    Tujuan mendirikan Asyik-Net ini agar mampu memaksimalkan dari segi keuntungan dan manfaat karena di kota Ternate masih jarang usaha yang sekaligus terfokus pada dua  usaha yaitu internet dan game online. Bagi kami usaha ini sangat berpengaruh pada masyarakat karena usaha yang berkecimpung di dunia teknologi akan mempunyai prospek yang sangat bagus.

    D. Analisis Usaha

    Usaha kami memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan. Sehingga kami harus selalu waspada dalam menghadapi persaingan. Kami harus selalu bisa melihat kondisi pesaing, sehingga dalam menjalankan usaha, kami berusaha sebisa mungkin untuk menjaga dan meningkatkan kualitas usaha. Kami juga berusaha untuk mengurangi dan menutup kelemahan yang ada.

    Kelebihan dari usaha kami yaitu :

    1. Akses internet cepat dan lancar
    2. Semua instalasi software, jaringan LAN, router dan proxy server dapat dilakukan sendiri. Dengan demikian tidak perlu menganggarkan dana untuk jasa dari pihak ketiga.
    3. Harga terjangkau
    4. Tempat strategik dan mudah dijangkau
    5. Kebersihan tempat terjaga
    6. Pelayanan ramah dan memuaskan
    7. Tempat nyaman, tenang dan aman

    Kelemahan usaha saya yaitu :

    1. banyak usaha sejenis yang mulai bermunculan,
    2. kendala dalam mempromosikan Asyik-Net yang salah dapat menyulitkan jalannya usaha,
    3. perekrutan pegawai yang kurang selektif dapat menghambat jalannya usaha, dan
    4. kurangnya komunikasi antar pegawai dapat menggangu jalannya usaha.

    E. Aspek Pemasaran

    Segmentasi Pasar

    Segmen utama yang dipilih Asyik-Net adalah mahasiswa dan semua orang yang berkecimpung di bidang pendidikan khususnya siswa – siswi SMP, SMA, dan mahasiswa, Kami memilih segmen ini karena kami merasa kalangan tersebut yang saat ini sangat membutuhkan informasi dari internet untuk menyelesaikan tugas tugas akademik mereka, Namun tidak menutup kemungkinan masyarakat pada umumnya.

    Strategi Harga

    Harga yang kami tawarkan tidak terlalu mahal. Kami menerapkan sistem voucer hotspot/wifi dengan 2 paket yaitu harga Rp.10.000/10 jam dan Rp.5.000/3 jam.

    Strategi pemasaran

    Untuk menarik minat pelanggan agar tetap kewarnet maka diterapkan sistem member dan bonus jadi bagi para pelanggan yang telah membeli voucer sebanyak 12 lembar maka mereka dapat bonus voucer 3 jam secara gratis dan bagi yang telah membeli voucer sebanyak 15 voucer maka mereka dapat menjadi member dengan keuntungan diberikan potongan harga dalam pembelian voucer hotspot.

    F. Aspek Teknik Dan Teknologi

    Usaha ini sangat erat kaitannya dengan teknologi. Kami berupaya selalu menggunakan teknologi dengan kualitas terbaik untuk memuaskan konsumen. PC Gamers yang gunakan di impor langsung dari produsen AMD. Lokasi usaha yang terletak di Jalan MAliaro, Ternate merupakan lokasi strategis karena berdekatan dengan sekolah SMA yang ada di Ternate dan kantor Walikota Ternate. Usaha ini mengunakang kios biasa dengan keunggulan fasilitas di dalamnya. Konsumen akan dimanjakan dengan music – music Indonesia maupun Mancanegara, ruangan yang bersih, sejuk, dan nyaman, serta tempat parkir yang terjamin keamanannya

    G. Aspek Finansial

    Sumber dana usaha kami berasal dari modal pemilik usaha. Pada prinsipnya jumlah asset pemodal adalah sama baik pada saat pendirian usaha maupun pada tahun ke 1, ke 2, dst karena kami menganggarkan biaya penyusutan sebesar 2,5% per bulan dari semua asset milik pemodal. Dana penyusutan ini tetap menjadi milik pemodal sehingga total asset pemodal tetap walaupun nilai barang menjadi susut atau rusak.

    Resiko yang mungkin terjadi pada aspek keuangan adalah kurangnya biaya. Oleh karena itu modal dari usaha tidak kami gunakan semua, kami menyimpannya untuk mengantisipasi apabila usaha kami kekurangan biaya. Resiko yang dapat dikendalikan oleh manajemen adalah dalam menghadapi pesaing. Untuk menghadapi pesaing, kami mencoba membuat inovasi-inovasi baru yang tidak dimiliki pesaing.           

    2.7 Aspek Ekonomi, Sosial, Dan Politik

    §  Aspek Ekonomi

    1. Memberikan kesempatan kerja bagi masyarakat
    2. Menggunakan sumber daya lokal
    3. Menumbuhkan industri lain
    4. Turut menyediakan kebutuhan konsumen dalam negeri sesuai dengan kemampuan
    5. Menambah pendapatan nasional

    §  Aspek Sosial dan Politik

    CV kami berada dalam masyarakat yang pluralistik. Kami akan selalu mengikuti trend yang sedang berlaku di masyarakat sehingga kami bisa selalu mengikuti ritme permintaan masyarakat. Kami menyadari isu – isu politik akan mempengaruhi usaha kami, sehingga kami juga akan terus memantau kondisi politik di dalam maupun di luar negeri. Mengingat kami mnggunakan kurs dollar untuk membeli PC.

    Bab III. Penutup

    A. Penutup

    Asyik-Net adalah sebuah usaha berbentuk warnet dan game online. Meskipun jenis usaha ini dapat dikatakan follower tetapi usaha Asyik-Net ini memberikan beberapa inovasi baru. Inovasi inilah yang menjadikan usaha kami berbeda dari yang lainnya dan akan kami tonjolkan kepada konsumen. Dengan tujuan utama untuk memperoleh profit yang besar, kami optimis dapat bertahan dan berkembang untuk memajukan usaha ini dengan ciri khas yang telah ada.

  • Makalah Bentuk Bentuk Badan Usaha

    Bentuk Bentuk Badan Usaha

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Seringkali orang mencampuradukkan antara badan usaha dengan perusahaan. Padahal sebenarnya dua istilah tersebut memiliki perbedaan yang signifikan. Untuk itu diperlukan adanya pemahaman dari khalayak agar tidak terjadi kekeliruan.

    Badan usaha didefinisikan kesatuan yuridis dan ekonomi yang menggunakan faktor produksi untuk menghasilkan barang dan jasa dengan tujuan untuk mencari laba. Sedangkan perusahaan adalah suatu unit kegiatan yang melakukan aktivitas pengelolaan faktor produksi untuk menyediakan barang dan jasa bagi masyarakat.

    Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi berdirinya suatu badan usaha antara lain, Krisis ekonomi yang terjadi saat ini, banyaknya pengangguran, tingkat kesejahteraan masyarakat terhambat, dan krisis kemiskinan.

    Peranan badan usaha jelas sangat penting dan berkontribusi terhadap kemakmuran rakyat, dan untuk menyelesaikan faktor penghambat majunya perekonomian Indonesia.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang permasalahan yang ada, maka dikemukakan perumusan masalah sebagai berikut :

    1. Apa Perbedaan Badan Usaha dan Perusahaan?
    2. Apa saja bentuk-bentuk badan usaha?
    3. Bagaimana kelebihan dan kekurangan badan usaha?
    4. Apa peran badan usaha untuk perekonomia Indonesia?

    Bab II. Pembahasan

    A. Pengertian Badan Usaha

    Badan Usaha di definisikan sebagai organisasi yang terstruktur dalam mengelola faktor-faktor produksi untuk mendapatkan keuntungan.

    Pengertian lain Badan usaha dalam buku Kompeten Ekonomi adalah kesatuan yuridis dan ekonomi yang menggunakan faktor produksi untuk meghasilkan barang dan jasa dengan tujuan mencari keuntungan.

    Badan usaha adalah kesatuan yuridis dan ekonomi yang menggunakan faktor produksi untuk menghasilkan barang dan jasa dengan tujuan untuk mencari laba.

    Perusahaan adalah suatu unit kegiatan yang melakukan aktivitas pengelolaan faktor produksi untuk menyediakan barang dan jasa bagi masyarakat, mendistribusikannya, serta melakukan usaha lain dengan tujuan memperoleh keuntungan dan memuaskan kebutuhan masyarakat.
    Perbedaan badan usaha dengan perusahaan

    Sedangkan Perusahaan adalah Suatu unit kegiatan yang melakukan aktivitas pengelolaan faktor produksi untuk menyedikan barang dan jasa bagi masyarakat, mendistribusikannya, serta melakukan upaya-upaya lain untuk memperoleh keuntungan dan memuaskan kebutuhan masyarakat.
    Ada beberapa bentuk badan usaha antara lain, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Swasta (BUMS), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), dan badan usaha campuran.

    Badan Usaha Perusahaan

    • Suatu kebulatan ekonomi.
    • Bagian dari badan usaha.
    • Kesatuan yuridis dan ekonomi
    • Kesatuan teknis.
    • Kesatuan organisasi yang menggunakan faktor produksi untuk menghasilkan barang dan jasa dengan tujuan mencari laba.
    • Bagian dari proses produksi dan merupakan alat dan badan untuk memperoleh laba.
    • Tempat Kedudukan.
    • Tempat kediaman/domisili, pabrik/lokasi

    Badan usaha yang melakukan kegiatan usaha bertujuan untuk memperoleh keuntungan dengan fungsi-fungsi sebagai berikut:

    1. Fungsi Operasional

    Fungsi operasional adalah fungsi yang memungkinkan suatu badan usaha dapat melaksanakan kegiatannya dengan baik. Fungsi operasional terdiri dari fungsi pembelian dan produksi, fungsi pemasaran, fungsi keuangan, fungsi personalia, fungsi akuntansi, fungsi administrasi, fungsi tekhnologi informasi, dan fungsi transformasi dan komunikasi.

    2. Fungsi Manajerial

    Fungsi Manajerial adalah fungsi yang menyatakan bagaimana suatu badan usaha dikelola. Fungsi manajerial terdiri dari fungsi fungsi perencanaan, fungsi pengorganisasian, fungsi penggerakan, dan fungsi pengendalian

    3. Fungsi Sosial

    Fungsi sosial badan usaha berhubungan dengan lingkungan di luar badan usaha (eksternal). Fungsi sosial ini menyatakan sejuh mana suatu badan usaha mampu memberikan manfaat nyata bagi lingkungan di luar badan usaha tersebut. Fungsi sosial terdiri dari penyediaan lapangan kerja dan peingkatan kualitas hidup.

    4. Fungsi Pertumbuhan Ekonomi Sosial

    Pertumbuhan ekonomi sangat dipengaruhi oleh kemajuan dunia usaha. Kemajuan dunia usaha menyangkut kemajuan badan usaha.

    B. Bentuk-Bentuk Badan Usaha

    Badan Usaha menurut pemilkan modalnya dapat digolongkan menjadi empat, yaitu sebagai berikut:

    1. Badan Usaha Milik Swata (BUMS) adalah badan usaha yang seluruh modalnya dimiliki oleh swasta.
    2. Badan Usaha Milki Negara (BUMN) adalah badan usaha yang modalnya dimilki oleh negara baik seluruhnya maupun sebagian.
    3. Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) adalah badan usaha yang modalnya berasal dari kekayaan daerah.
    4. Badan Usaha Campuran adalah badan usaha yang modalnya berasal dari pihak swasta dan sebagian lagi bersal dari pemerintah.

    Badan usaha menurut badan hukumnya dapat digolongkan menjadi enam, yaitu sebagai berikut:

    1. Perusahaan perseorangan
    2. Persekutuan firma
    3. Persekutuan komanditer
    4. Perseroan terbatas
    5. Koperasi
    6. Yayasan

    Badan Usaha menurut jenid usahanya dapat digolongkan menjadi lima, yaitu sebagai berikut:

    1. Badan usaha ekstraktif adalah badan usaha yang kegiatan usahanya mengolah dan mengambil hasil yang disediakan alam, tanpa mengubah sifatnya. Misalnya, usaha pertambangan.
    2. Badan Usaha Agraris adalah badan usaha yang mengambil hasil dari alam dengan mengusahakan dan mengolah tanahnya terlebih dahulu untuk memperoleh hasilnya. Misalnya, pertanian, perternakan, perkebunan, perikanan, dan lain-lain.
    3. Badan usaha perdagangan adalah badan usaha yang membeli produk (barang, ide, jasa) untuk dijual kembali tanpa mengubah bentuk. Usaha pada bidang ini antara lai toko, pasar swalayan, supermarket, mall, dan lain-lain.
    4. Badan Usaha Industri adalah bada usaha yang membeli bahan baku kemudian mengolah menjadi baha penolong dan bahan jadi. Misalnya, pabrik semen, pembuatan tahu/tempe, dan lain-lain.
    5. Badan Usaha Jasa adalah badan usaha yang melakukan kegiatan dengan memberi jasa berupa kesenangan, kenikmata, kemudahan, kenyamanan, dan fasilitas lain yang hanya dapat dirasakan. Misalnya, usaha pengangkutan (udara, darat,dan laut),usaha bioskop, usaha pendidikan, dan lain-lain.

    Badan Usaha swasta berperan cukup vital dalam perekonomian Indonesia. Sumbangan terhadap perndapatan negara pun cukup besar diberikan oleh sektor swasta ini

    3.3.1. Bentuk-bentuk BUMS
    Badan usaha milik swasta dapat berbentuk sebagai berikut:

    3.3.1.1 Perusahaan perseorangan

    Perusahaan perseorangan adalah perusahaan yang dikelola oleh perseorangan (pengusaha perseorangan). Pengusaha perseorangan dapat memperoleh pinjaman dari kreditur unutk membantu kegiatan operasional perusahaan. Tetapi, pinjaman itu tidak menggambarkan kepemilikan karena wajib membayar sendiri semua utang akibat akibat pinjaman, namun tidak perlu membagi laba kepada kreditur yang memberi pinjaman. Toko/warung, rumah makan, penginapan berskala kecil, usaha foto copy adalah beberapa contoh usaha perseorangan. Pengelolaan perusahaan perseorangan langsung ditangani sendiri oleh pemiliknya. Ada beberapa perusahaan perseorangan yang akhirnya dapat berkembang menjadi perusahaan besar dan berubah bentuk menjadi Fa, CV, dan PT. Perusahaan perseorangan memilki kebaikan dan kelemahan.

    Kebaikan perusahaan perseorangan

    1. Pendirian dan pengelolaannya lebih mudah dan bisa dijalankan
      bersama anggota keluarga
    2. Kebutuhan modal dilakukan oleh pemilik
    3. Organisasinya lebih mudah/sederhana dan murah karena anggota keluarga yang turut menjalankan usaha tidak diperhitungkan gajinya
    4. Semua laba hanya untuk pemilik sendiri
    5. Pengendalian dilakukan seutuhnya oleh pemilik sehingga bebas bergerak
    6. Rahasia perusahaan lebih terjamin
    7. Pajak yang dikenakan rendah

    Kelemahan Perusahaan perseorangan

    • Tanggung jawab tidak terbatas, semua utang perusahaan ditanggung pemilik. Jika jumlah utang melebihi kekayaan perusahaan maka kekayaan pribadi harus digunakan untuk membayar utang tersebut
    • Pengembangan perusahaan terbatas karena disesuaikan kemampuan modal dan manajemen pemilik (pengelolaannya)
    • Kelangsungan hidup perusahaan tidak terjamin. Jika pemilik meninggal, anggota keluarga yang lain belum tentu mampu menjalankan usaha tersebut

    3.3.1.2 Persekutuan firma (Fa)

    Firma dari bahasa Belanda venootschap onder firma; secara harfiah: perserikatan dagang antara beberapa perusahaan) atau sering juga disebut Fa, adalah sebuah bentuk persekutuan untuk menjalankan usaha antara dua orang atau lebih dengan memakai nama bersama. Pemiliki firma terdiri dari beberapa orang yang bersekutu dan masing-masing anggota persekutuan menyerahkan kekayaan pribadi sesuai yang tercantum dalam akta pendirian perusahaan.

    1. Proses Pendirian

    Berdasarkan Pasal 16 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, Persekutuan Firma adalah persekutuan yang diadakan untuk menjalankan suatu perusahaan dengan memakai nama bersama. Menurut pendapat lain, Persekutuan Firma adalah setiap perusahaan yang didirikan untuk menjalankan suatu perusahaan di bawah nama bersama atau Firma sebagai nama yang dipakai untuk berdagang bersama-sama.

    Persekutuan Firma merupakan bagian dari persekutuan perdata, maka dasar hukum persekutuan firma terdapat pada Pasal 16 sampai dengan Pasal 35 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) dan pasal-pasal lainnya dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) yang terkait. Dalam Pasal 22 KUHD disebutkan bahwa persekutuan firma harus didirikan dengan akta otentik tanpa adanya kemungkinan untuk disangkalkan kepada pihak ketiga bila akta itu tidak ada. Pasal 23 KUHD dan Pasal 28 KUHD menyebutkan setelah akta pendirian dibuat, maka harus didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri dimana firma tersebut berkedudukan dan kemudian akta pendirian tersebut harus diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia.

    Selama akta pendirian belum didaftarkan dan diumumkan, maka pihak ketiga menganggap firma sebagai persekutuan umum yang menjalankan segala macam usaha, didirikan untuk jangka waktu yang tidak terbatas serta semua sekutu berwenang menandatangani berbagai surat untuk firma ini sebagaimana dimaksud di dalam Pasal 29 KUHD. Isi ikhtisar resmi akta pendirian firma dapat dilihat di Pasal 26 KUHD yang harus memuat sebagai berikut:

    Pernyataan firmanya dengan menunjukan apakah persekutuan itu umum ataukah terbatas pada suatu cabang khusus perusahaan tertentu dan dalam hal terakhir dengan menunjukan cabang khusus itu. Penunjukan para sekutu yang tidak diperkenankan bertanda tangan atas nama firma

    2. Proses Pembubaran

    Pembubaran Persekutuan Firma diatur dalam ketentuan Pasal 1646 sampai dengan Pasal 1652 KUHPerdata dan Pasal 31 sampai dengan Pasal 35 KUHD. Pasal 1646 KUHPerdata menyebutkan bahwa ada 5 hal yang menyebabkan Persekutuan Firma berakhir, yaitu :

    • Jangka waktu firma telah berakhir sesuai yang telah ditentukan dalam akta pendirian;
    • Adanya pengunduran diri dari sekutunya atau pemberhentian sekutunya;
    • Musnahnya barang atau telah selesainya usaha yang dijalankan persekutuan firma;
    • Adanya kehendak dari seorang atau beberapa orang sekutu;
    • Salah seorang sekutu meninggal dunia atau berada di bawah pengampuan atau dinyatakan pailit.

    3. Sekutu

    Dalam Persekutuan Firma hanya terdapat satu macam sekutu, yaitu sekutu komplementer atau Firmant. Sekutu komplementer menjalankan perusahaan dan mengadakan hubungan hukum dengan pihak ketiga sehingga bertanggung jawab pribadi untuk keseluruhan. Pasal 17 KUHD menyebutkan bahwa dalam anggaran dasar harus ditegaskan apakah diantara para sekutu ada yang tidak diperkenankan bertindak keluar untuk mengadakan hubungan hukum dengan pihak ketiga. Meskipun sekutu kerja tersebut dikeluarkan wewenangnya atau tidak diberi wewenang untuk mengadakan hubungan hukum dengan pihak ketiga, namun hal ini tidak menghilangkan sifat tanggung jawab pribadi untuk keseluruhan, sebagaimana diatur dalam Pasal 18 KUHD.

    Keuntungan

    Perihal pembagian keuntungan dan kerugian dalam persekutuan Firma diatur dalam Pasal 1633 sampai dengan Pasal 1635 KUHP yang mengatur cara pembagian keuntungan dan kerugian yang diperjanjikan dan yang tidak diperjanjikan diantara pada sekutu. Dalam hal cara pembagian keuntungan dan kerugian diperjanjikan oleh sekutu, sebaiknya pembagian tersebut diatur di dalam perjanjian pendirian persekutuan. Dengan batasan ketentuan tersebut tidak boleh memberikan seluruh keuntungan hanya kepada salah seorang sekutu saja dan boleh diperjanjikan jika seluruh kerugian hanya ditanggung oleh salah satu sekutu saja. Penetapan pembagian keuntungan oleh pihak ketiga tidak diperbolehkan.
    Apabila cara pembagian keuntungan dan kerugian tidak diperjanjikan, maka pembagian didasarkan pada perimbangan pemasukan secara adil dan seimbang dan sekutu yang memasukkan berupa tenaga kerja hanya dipersamakan dengan sekutu yang memasukkan uang atau benda yang paling sedikit.

    3.3.1.3 Persekutuan Komanditer (CV/ Commanditaire Vennotschop)

    Persekutuan komanditer biasanya didirikan dengan akta dan harus didaftarkan. Namun persekutuan ini bukan merupakan badan hukum (sama dengan firma), sehingga tidak memiliki kekayaan sendiri.

    A. Jenis-jenis CV

    Berdasarkan perkembangannya, bentuk perseroan komanditer adalah sebagai berikut:

    1. Persekutuan komanditer murni

    Bentuk ini merupakan persekutuan komanditer yang pertama. Dalam persekutuan ini hanya terdapat satu sekutu komplementer, sedangkan yang lainnya adalah sekutu komanditer.

    2. Persekutuan komanditer campuran

    Bentuk ini umumnya berasal dari bentuk firma bila firma membutuhkan tambahan modal. Sekutu firma menjadi sekutu komplementer sedangkan sekutu lain atau sekutu tambahan menjadi sekutu komanditer.

    3. Persekutuan komanditer bersaham

    Persekutuan komanditer bentuk ini mengeluarkan saham yang tidak dapat diperjualbelikan dan sekutu komplementer maupun sekutu komanditer mengambil satu saham atau lebih. Tujuan dikeluarkannya saham ini adalah untuk menghindari terjadinya modal beku karena dalam persekutuan komanditer tidak mudah untuk menarik kembali modal yang telah disetorkan.

    B. Prosedur Pendirian

    Dalam KUH Dagang tidak ada aturan tentang pendirian, pendaftaran, maupun pengumumannya, sehingga persekutuan komanditer dapat diadakan berdasarkan perjanjian dengan lisan atau sepakat para pihak saja (Pasal 22 KUH Dagang). Dalam praktik di Indonesia untuk mendirikan persekutuan komanditer dengan dibuatkan akta pendirian/berdasarkan akta notaris, didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri yang berwenang dan diumumkan dalam Tambahan Berita Negara RI. Dengan kata lain prosedur pendiriannya sama dengan prosedur mendirikan persekutuan firma.

    3.3.1.4. Perseroan Terbatas (PT)

    Perseroan Terbatas (PT), dulu disebut juga Naamloze Vennootschaap (NV), adalah suatu persekutuan untuk menjalankan usaha yang memiliki modal terdiri dari saham-saham, yang pemiliknya memiliki bagian sebanyak saham yang dimilikinya. Karena modalnya terdiri dari saham-saham yang dapat diperjualbelikan, perubahan kepemilikan perusahaan dapat dilakukan tanpa perlu membubarkan perusahaan.

    Perseroan terbatas merupakan badan usaha dan besarnya modal perseroan tercantum dalam anggaran dasar. Kekayaan perusahaan terpisah dari kekayaan pribadi pemilik perusahaan sehingga memiliki harta kekayaan sendiri. Setiap orang dapat memiliki lebih dari satu saham yang menjadi bukti pemilikan perusahaan. Pemilik saham mempunyai tanggung jawab yang terbatas, yaitu sebanyak saham yang dimiliki. Apabila utang perusahaan melebihi kekayaan perusahaan, maka kelebihan utang tersebut tidak menjadi tanggung jawab para pemegang saham. Apabila perusahaan mendapat keuntungan maka keuntungan tersebut dibagikan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan. Pemilik saham akan memperoleh bagian keuntungan yang disebut dividen yang besarnya tergantung pada besar-kecilnya keuntungan yang diperoleh perseroan terbatas.


    Selain berasal dari saham, modal PT dapat pula berasal dari obligasi. Keuntungan yang diperoleh para pemilik obligasi adalah mereka mendapatkan bunga tetap tanpa menghiraukan untung atau ruginya perseroan terbatas tersebut.


    A. Mekanisme Pendirian PT


    Untuk mendirikan PT, harus dengan menggunakan akta resmi ( akta yang dibuat oleh notaris ) yang di dalamnya dicantumkan nama lain dari perseroan terbatas, modal, bidang usaha, alamat perusahaan, dan lain-lain. Akta ini harus disahkan oleh menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia (dahulu Menteri Kehakiman). Untuk mendapat izin dari menteri kehakiman, harus memenuhi syarat sebagai berikut:


    Perseroan terbatas tidak bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan
    Akta pendirian memenuhi syarat yang ditetapkan Undang-Undang
    Paling sedikit modal yang ditempatkan dan disetor adalah 25% dari modal dasar. (sesuai dengan UU No. 1 Tahun 1995 & UU No. 40 Tahun 2007, keduanya tentang perseroan terbatas)

    Setelah mendapat pengesahan, dahulu sebelum adanya UU mengenai Perseroan Terbatas (UU No. 1 tahun 1995) Perseroan Terbatas harus didaftarkan ke Pengadilan Negeri setempat, tetapi setelah berlakunya UU NO. 1 tahun 1995 tersebut, maka akta pendirian tersebut harus didaftarkan ke Kantor Pendaftaran Perusahaan (sesuai UU Wajib Daftar Perusahaan tahun 1982) (dengan kata lain tidak perlu lagi didaftarkan ke Pengadilan negeri, dan perkembangan tetapi selanjutnya sesuai UU No. 40 tahun 2007, kewajiban pendaftaran di Kantor Pendaftaran Perusahaan tersebut ditiadakan juga. Sedangkan tahapan pengumuman dalam Berita Negara Republik Indonesia ( BNRI ) tetap berlaku, hanya yang pada saat UU No. 1 tahun 1995 berlaku pengumuman tersebut merupakan kewajiban Direksi PT yang bersangkutan tetapi sesuai dengan UU NO. 40 tahun 2007 diubah menjadi merupakan kewenangan/kewajiban Menteri Hukum dan HAM.

    Setelah tahap tersebut dilalui maka perseroan telah sah sebagai badan hukum dan perseroan terbatas menjadi dirinya sendiri serta dapat melakukan perjanjian-perjanjian dan kekayaan perseroan terpisah dari kekayaan pemiliknya.

    Modal dasar perseroan adalah jumlah modal yang dicantumkan dalam akta pendirian sampai jumlah maksimal bila seluruh saham dikeluarkan. Selain modal dasar, dalam perseroan terbatas juga terdapat modal yang ditempatkan, modal yang disetorkan dan modal bayar. Modal yang ditempatkan merupakan jumlah yang disanggupi untuk dimasukkan, yang pada waktu pendiriannya merupakan jumlah yang disertakan oleh para persero pendiri. Modal yang disetor merupakan modal yang dimasukkan dalam perusahaan. Modal bayar merupakan modal yang diwujudkan dalam jumlah uang.


    B. Pembagian perseroan terbatas


    1. PT terbuka


    Perseroan terbuka adalah perseroan terbatas yang menjual sahamnya kepada masyarakat melalui pasar modal (go public). Jadi sahamnya ditawarkan kepada umum, diperjualbelikan melalui bursa saham dan setiap orang berhak untuk membeli saham perusahaan tersebut.


    2. PT tertutup


    Perseroan terbatas tertutup adalah perseroan terbatas yang modalnya berasal dari kalangan tertentu misalnya pemegang sahamnya hanya dari kerabat dan keluarga saja atau kalangan terbatas dan tidak dijual kepada umum.


    3. PT kosong


    Perseroan terbatas kosong adalah perseroan yang sudah ada izin usaha dan izin lainnya tapi tidak ada kegiatannya


    C. Pembagian Wewenang Dalam PT

    Dalam perseroan terbatas selain kekayaan perusahaan dan kekayaan pemilik modal terpisah juga ada pemisahan antara pemilik perusahaan dan pengelola perusahaan. Pengelolaan perusahaan dapat diserahkan kepada tenaga-tenaga ahli dalam bidangnya ( profesional ). Struktur organisasi perseroan terbatas terdiri dari pemegang saham, direksi, dan komisaris.
    Dalam PT, para pemegang saham melimpahkan wewenangnya kepada direksi untuk menjalankan dan mengembangkan perusahaan sesuai dengan tujuan dan bidang usaha perusahaan. Dalam kaitan dengan tugas tersebut, direksi berwenang untuk mewakili perusahaan, mengadakan perjanjian dan kontrak, dan sebagainya. Apabila terjadi kerugian yang amat besar ( diatas 50 % ) maka direksi harus melaporkannya ke para pemegang saham dan pihak ketiga, untuk kemudian dirapatkan.

    Komisaris memiliki fungsi sebagai pengawas kinerja jajaran direksi perusahaan. Komisaris bisa memeriksa pembukuan, menegur direksi, memberi petunjuk, bahkan bila perlu memberhentikan direksi dengan menyelenggarakan RUPS untuk mengambil keputusan apakah direksi akan diberhentikan atau tidak.

    Dalam RUPS/Rapat Umum Pemegang Saham, semua pemegang saham sebesar/sekecil apapun sahamnya memiliki hak untuk mengeluarkan suaranya. Dalam RUPS sendiri dibahas masalah-masalah yang berkaitan dengan evaluasi kinerja dan kebijakan perusahaan yang harus dilaksanakan segera. Bila pemegang saham berhalangan, dia bisa melempar suara miliknya ke pemegang lain yang disebut proxy. Hasil RUPS biasanya dilimpahkan ke komisaris untuk diteruskan ke direksi untuk dijalankan.



    Isi RUPS:

     
    § Menentukan direksi dan pengangkatan komisaris
    § Memberhentikan direksi atau komisaris
    § Menetapkan besar gaji direksi dan komisaris
    § Mengevaluasi kinerja perusahaan
    § Memutuskan rencana penambahan/pengurangan saham perusahaan
    § Menentukan kebijakan perusahaan
    § Mengumumkan pembagian laba ( dividen )


    D. Keuntungan Membentuk Perusahaan Perseroan Terbatas


    Keuntungan utama membentuk perusahaan perseroan terbatas adalah:

    Kewajiban terbatas. Tidak seperti partnership, pemegang saham sebuah perusahaan tidak memiliki kewajiban untuk obligasi dan hutang perusahaan. Akibatnya kehilangan potensial yang “terbatas” tidak dapat melebihi dari jumlah yang mereka bayarkan terhadap saham. Tidak hanya ini mengijinkan perusahaan untuk melaksanakan dalam usaha yang beresiko, tetapi kewajiban terbatas juga membentuk dasar untuk perdagangan di saham perusahaan.

    Masa hidup abadi. Aset dan struktur perusahaan dapat melewati masa hidup dari pemegang sahamnya, pejabat atau direktur. Ini menyebabkan stabilitas modal, yang dapat menjadi investasi dalam proyek yang lebih besar dan dalam jangka waktu yang lebih panjang daripada aset perusahaan tetap dapat menjadi subyek disolusi dan penyebaran. Kelebihan ini juga sangat penting dalam periode pertengahan, ketika tanah disumbangkan kepada Gereja (sebuah perusahaan) yang tidak akan mengumpulkan biaya feudal yang seorang tuan tanah dapat mengklaim ketika pemilik tanah meninggal. Untuk hal ini, lihat Statute of Mortmain.
    Efisiensi manajemen. Manajemen dan spesialisasi memungkinkan pengelolaan modal yang efisien sehingga memungkinkan untuk melakukan ekspansi. Dan dengan menempatkan orang yang tepat, efisiensi maksimum dari modal yang ada. Dan juga adanya pemisahan antara pengelola dan pemilik perusahaan, sehingga terlihat tugas pokok dan fungsi masing-masing.

    E. Kelemahan Perusahaan Perseroan Terbatas

    Kerumitan perizinan dan organisasi. Untuk mendirikan sebuah PT tidaklah mudah. Selain biayanya yang tidak sedikit, PT juga membutuhkan akta notaris dan izin khusus untuk usaha tertentu. Lalu dengan besarnya perusahaan tersebut, biaya pengorganisasian akan keluar sangat besar. Belum lagi kerumitan dan kendala yang terjadi dalam tingkat personel. Hubungan antar perorangan juga lebih formal dan berkesan kaku.

    3.3.1.5. Yayasan


    Yayasan adalah suatu badan usaha, tetapi tidak merupakan perusahaan karena tidak mencari keuntungan. Badan usaha ini didirikan untuk sosial dan berbadan hukum.

    3.3.1.6. Koperasi


    Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan azas kekeluargaan.

    3.4. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)

    Menurut UU No. 19 Tahun tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan.

    Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) adalah Badan usaha yang diatur melalui peraturan daerah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Modal BUMD merupakan kekayaan negara yang dipisahkan. Kegiatan usaha yang dilakukan BUMD antara daerah yang satu dengan daerah yang lain bisa saja bebeda, semua sesuai kebutuhan setiap daerah.
    Usaha-usaha BUMN dan BUMD adalah melayani kepentingan masyarakat. Keduanya mempunyai peranan yang sangat penting dalam peningkatan dan kemajuan perekonomian

    Indonesia.

    3.5. Bentuk-bentuk BUMN

    3.5.1. Perusahaan Perseroan (Persero)

    Perusahaan persero adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas (PT) yang modal/sahamnya paling sedikit 51% dimiliki oleh pemerintah, yang tujuannya mengejar keuntungan. Maksud dan tujuan mendirikan persero ialah untuk menyediakan barang dan atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat dan mengejar keuntungan untuk meningkatkan nilai perusahaan. Ciri-ciri Persero adalah sebagai berikut:


    o Pendirian persero diusulkan oleh menteri kepada presiden
    o Pelaksanaan pendirian dilakukan oleh mentri dengan memperhatikan perundang-undangan
    o Statusnya berupa perseroan terbatas yang diatur berdasarkan undang- undang
    o Modalnya berbentuk saham
    o Sebagian atau seluruh modalnya adalah milik negara dari kekayaan negara yang dipisahkan
    o Organ persero adalah RUPS, direksi dan komisaris
    o Menteri yang ditunjuk memiliki kuasa sebagai pemegang saham milik pemerintah
    o Apabila seluruh saham dimiliki pemerintah, maka menteri berlaku sebagai RUPS, jika hanya sebagian, maka sebagai pemegang saham perseroan terbatas
    o RUPS bertindak sebagai kekuasaan tertinggi perusahaan
    o Dipimpin oleh direksi
    o Laporan tahunan diserahkan ke RUPS untuk disahkan
    o Tidak mendapat fasilitas negara
    o Tujuan utama memperoleh keuntungan
    o Hubungan-hubungan usaha diatur dalam hukum perdata
    o Pegawainya berstatus pegawai Negeri


    Fungsi RUPS dalam persero pemerintah ialah memegang segala wewenang yang ada dalam perusahaan tersebut. RUPS juga berwenang untuk mengganti komisaris dan direksi. Direksi persero adalah orang yang bertanggung jawab atas pengurusan persero baik didalam maupun diluar pengadilan. Pengangkatan dan pemberhentian dilakukan okeh RUPS. Komisaris adalah organ persero yang bertugas dalam pengawasan kinerja persero itu, dan melaporkannya pada RUPS.

    Persero terbuka sesuai kebijakan pemerintah tentang privatisasi. Privatisasi adalah penjualan sebagian atau seluruh saham persero kepada pihak lain untuk peningkatan kualitas. Persero yang diprivatisasi adalah yang unsur usahanya kompetitif dan teknologinya cepat berubah.

     Persero yang tidak bisa diubah ialah:


    o Persero yang menurut perundang-undangan harus berbentuk BUMN
    o Persero yang bergerak di bidang hankam negara
    o Persero yang diberi tugas khusus untuk kepentingan masyarakat
    o Persero yang bergerak di bidang Sumber Daya Alam yang secara tegas dilarang diprivatisasi oleh UU
    Di Indonesia sendiri yang sudah menjadi Persero adalah PT. PP (Pembangunan Perumahan), PT Bank BNI Tbk, PT Kimia Farma Tbk, PT Indo Farma Tbk, PT Tambang Timah Tbk, PT Indosat Tbk (pada akhir tahun 2002 41,94% saham Persero ini telah dijual kepada Swasta sehingga perusahaan ini bukan BUMN lagi), dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, Pt.Garuda Indonesia Airways(GIA).

    3.5.2. Perusahaan Jawatan (Perjan)


    Perusahaan Jawatan (perjan) sebagai salah satu bentuk BUMN memiliki modal yang berasal dari negara. Besarnya modal Perusahaan Jawatan ditetapkan melalui APBN. Ciri-ciri Perusahaan Jawatan antara lain sebagai berikut:


    o memberikan pelayanan kepada masyarakat
    o merupakan bagian dari suatu departemen pemerintah
    o dipimpin oleh seorang kepala yang bertanggung jawab langsung kepada menteri atau dirjen departemen yang bersangkutan
    o status karyawannya adalan pegawai negeri
    o Contoh Perusahaan Jawatan (Perjan):
    o Perusahaan jawatan kereta api(PJKA),bernaung di bawah Departemen Perhubungan.Sejak tahun 1991 Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA) berubah menjadi Perusahaan Umum Kereta Api (PERUMKA) berubah menjadi Perusahaan Negara Kereta Api (PENKA),dan yang terakhir berubah nama menjadi PT.Kereta Api Indonesia (PT.KAI).
    o Perusahaan Jawatan Pengadaian bernaung dibawah Departemen Keuangan.Pada saat ini,Perusahaan Jawatan Pengadaian berubah nama menjadi Perum Penggadaian.


    3.5.3. Perusahaan Umum (Perum)


    Perusahaan Umum(PERUM) adalah suatu perusahaan negara yang bertujuan untuk melayani kepentingan umum,tetapi sekaligus mencari keuntungan.

    Ciri-ciri Perusahaan Umum (Perum):
    o Melayani kepentingan masyarakat umum.
    o Dipimpin oleh seorang direksi/direktur.
    o Mempunyai kekayaan sendiri dan bergerak di perusahaan swasta.
    o Artinya,perusahaan umum(PERUM) bebas membuat kontrak kerja dengan semua pihak.
    o Dikelola dengan modal pemerintah yang terpisah dari kekayaan negara.
    o Pekerjanya adalah pegawai perusahaan swasta.
    o Memupuk keuntungan untuk mengisi kas negara.

    Contohnya : Perum Pegadaian, Perum Jasatirta, Perum DAMRI, Perum ANTARA,Perum Peruri,Perum Perumnas,Perum Balai Pustaka.



    3.6. Maksud da Tujuan pendirian BUMN dan BUMD


    BUMN didirikan dengan maksud dan tujuan sebagai berikut:
    a. Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian Nasional pada umumnya dan penerimaan negara pada khususnya. BUMN diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan pada masyarakat sekaligus memberikan kontribusi dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional dn membantu penerimaan keuangan negara.
    b. Meyelenggarakan kepetingan umum berupa penyediaan barang dan jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak.
    c. Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat.
    Tujuan BUMD adalah ikut serta melaksanakan pembangunan ekonomi nasional pada umumnya dan pembangunan ekonomi daerah yang bersangkutan.

    3.7. Peran BUMN/BUMD dalam perekonomian Indonesia

    Badan Usaha milik negara/daerah memiliki peranan yang besar dalam meningkatkan kemakmuran rakyat indonesia pada umumnya dan daerah pada khususnya. Berdasarkan pasal 33 dan penjelasannya UUD 1945, peranan BUMN dan BUMD itu sebagau berikut.
    a. Mengembangkan perekonomian negara dan penerimaan negara
    b. Memupuk keuntungan (Persero) dan pendapatan
    c. Menyelenggarakan kemanfaatan umum (Perum) berupa barang dan jasa berdaya saing tinggi bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak
    d. Menjadi perintis kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan badan usaha swasta dan koperasi
    e. Menyelenggarakan kegiatan usaha yang bersifat melengkapi kegitan dan badan usaha swasta dan koperasi
    f. Membimbing sektor swasta, khususnya pengusaha golongan ekonomi lemah (sektor usaha informal) dan sektor koperasi.
    g. Melaksanakan dan menunjang pelaksanaan program dan kebijakan pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan
    Secara keseluruhan, perusahaan-perusahaan negara memainkan peran penting dalam perekonomian nasional. Selain, menyumbang dan pembentukan modal nasional.

    3.8. Kelebihan dan Kekurangan BUMN dan BUMD
    BUMN/ BUMD bercirikan birokrasi didirikan berdasarkan amanah UUD 1945 dan peraturan

    pemerintah, memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan.

    3.8.1. Kelebihan BUMN/ BUMD
    • Meringankan beban pengeluaran konsumsi masyarakat melalui peetapan harga produk (barang dan harga) yang memegang hajat hidup orang benyak yang lebih murah karena subsidi oleh pemerintah.
    • Membantu sektor swasta mengelola sektor usaha yang secara ekonomis tidak menguntungkan, namun produknya sangat dibutuhkan oleh masyarakat.
    • Menyerap tenaga kerja formal dengan seleksi tertentu sehingga dapat diperoleh sumber daya manusia yang lebih berkualitas handal.
    • Mudah mengumpulkan modal, karena modal berasal dari kekayaan negara atau daerah yang dipisahkan.
    • Pengelolaannya berasal dari direksi dan komisaris yang ditunjuk pemerintah dan RUPS sehingga lebih berhati-hati dan profesional.
    3.8.2. Kekurangan BUMN/ BUMD
    • Keterbatasan kemampuan dan keahlia dalam mengelola BUMN dan BUMD menyebabkan sering menderita kerugian
    • Pada situasi tertentu bertindak sebagai perusahaan monopoli sehingga penetapan harga ditentuka sepihak (perusahaan), bukan melalui mekanisme pasar walaupun akhirnya untuk kesejahteraan rakyat
    • Pendiriannya sukar karena harus melalui peraturan dan perundang-undangan yang berlaku




    BAB IV
    PENUTUP



    4.1. Simpulan

    Badan usaha adalah kesatuan yuridis dan ekonomi yang menggunakan faktor produksi untuk menghasilkan barang dan jasa dengan tujuan untuk mencari laba. Sedangkan Perusahaan adalah suatu unit kegiatan yang melakukan aktivitas pengelolaan faktor produksi untuk menyediakan barang dan jasa bagi masyarakat, mendistribusikannya, serta melakukan usaha lain dengan tujuan memperoleh keuntungan dan memuaskan kebutuhan masyarakat.
    Bentuk badan usaha ada beberapa jenis antara lain, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Swasta (BUMS), dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Tiap-tiap badan usaha memiliki kekurangan dan kelebihan.


    Peran Badan Usaha dalam perekonomian Indonesia sangat penting guna mengembangkan perekonomian negara, meningkatkan kemakmuran rakyat Indonesia, memupuk keuntungan dan pendapatan, dan melaksanakan dan menunjang pelaksanaan program kebijakan pemerintah di bidang ekonomi.


    4.2. Saran


    Badan usaha dan perusahaan memiliki perbedaan, jadi jangan mencampuradukan badan usaha dan perusahaan.



    DAFTAR PUSTAKA



    – Nurdin, Muh. 2007. Kompeten Ekonomi,. Makasar: Mitra Media.
    – Sudarsono. 1988. Pengantar ekonomi Mikro. Jakarta: LP3S

  • Fungsi Gelombang dan Probabilitas

    Gelombang dan Probabilitas

    Secara umum, fungsi gelombang (notasi: ψ ) adalah elemen paling dasar yang menyusun seluruh dunia mekanika kuantum. Fungsi ini bisa dibilang sebagai fungsi yang paling ultimate — partikel apapun, seperti apa keadaannya dan propertinya, dapat diwakili oleh sebuah fungsi gelombang ψ.

    Catatan:

    Sebenarnya kegunaannya bukan cuma di mekanika kuantum. Fisika Newton pun bisa dijelaskan dengan fungsi gelombang; sehingga fungsi ini aslinya bernilai universal. Meskipun begitu kita tak akan membahas hal itu untuk saat ini. ;)

    Adapun persamaan matematisnya adalah sebagai berikut.

    iħ \frac{\delta ψ}{\delta t} =-\frac{ħ^2}{2m}\nabla^2ψ+Uψ

    Keterangan:

    \Psi = fungsi gelombang Schrödinger
    \hbar = konstanta Planck (h) / 2π
    \frac{\partial}{\partial t} = operator diferensial parsial terhadap waktu
    \nabla = operator del
    {U} = energi potensial benda (fungsi dari x, y, z, dan t)

    Persamaan ini ditemukan oleh Erwin Schrödinger di tahun 1925.

    Ketika pertama kali menemukan persamaan di atas, Schrödinger baru berhasil meramu sebuah fungsi energi universal, dengan fungsi gelombang ψ sebagai solusi persamaannya. Meskipun begitu, ada yang belum jelas: sebenarnya, fungsi gelombang itu melambangkan apa?

    Jawaban untuk ini ditemukan oleh fisikawan Max Born di tahun 1926. Menurut Born,

    “Fungsi gelombang ψ menunjukkan amplitudo probabilitas. Ia melambangkan sebaran kemungkinan perubahan elektron dari sebuah kondisi awal m menuju kondisi baru n.

    “Di sini ψ tidak memiliki konsep fisik. Jika kita mengambil nilai mutlak ψ dan menguadratkannya ( |ψ|2), barulah kita mendapatkan probabilitas fisik dari partikel yang dimaksud.”

    Dengan kata lain, fungsi gelombang melambangkan elemen probabilitas. Tidak ada yang pasti di dunia kuantum — yang ada hanyalah the most likely condition that may occur.

    Tak bisa tidak, penemuan ini mengubah wajah ilmu alam secara drastis. Ternyata alam yang kita diami bersifat probabilistik! :shock:

    Tentunya ini merupakan ancaman terhadap determinisme. Tetapi, sebagaimana yang sudah saya siratkan, pembahasan tentang ini akan saya tunda sampai bagian empat yang akan datang.

  • Makalah Pembiayaan Pendidikan

    Pembiayaan Pendidikan

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Suatu lembaga akan dapat berfungsi dengan memadai kalau memiliki sistem manajemen yang didukung dengan sumber daya manusia (SDM), dana/biaya, dan sarana-prasarana. Sekolah sebagai satuan pendidikan juga harus memiliki tenaga (kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, tenaga administratif, laboran, pustakawan, dan teknisi sumber belajar), sarana (buku pelajaran, buku sumber, buku pelengkap, buku perpustakaan, alat peraga, alat praktik, bahan dan ATK, perabot), dan prasarana (tanah, bangunan, laboratorium, perpustakaan, lapangan olahraga), serta biaya yang mencakup biaya investasi (biaya untuk keperluan pengadaan tanah, pengadaan bangunan, alat pendidikan, termasuk buku-buku dan biaya operasional baik untuk personil maupun nonpersonil). Biaya untuk personil antara lain untuk kesejahteraan dan pengembangan profesi, sedangkan untuk biaya nonpersonil berupa pengadaan bahan dan ATK, pemeliharaan, dan kegiatan pembelajaran.

    Suatu sekolah untuk memiliki tenaga kependidikan yang berkualitas dengan jumlah yang mencukupi kebutuhan memerlukan biaya rekrutmen, penempatan, penggajian, pendidikan dan latihan, serta mutasi. Dalam usaha pengadaan sarana dan prasarana untuk menunjang proses pembelajaran tentu saja diperlukan dana yang tidak sedikit, bahkan setelah diadakan maka diperlukan.

    Dana untuk perawatan, pemeliharaan, dan pendayagunaannya. Meskipun ada tenaga, ada sarana dan prasarana, untuk memanfaatkan dan mendayagunakan secara optimal perlu biaya operasional baik untuk bahan dan ATK habis pakai, biaya pemeliharaan, maupun pengembangan personil agar menguasai kompetensi yang dipersyaratkan. Dari uraian di atas jelas bahwa untuk penyelenggaraan pendidikan di sekolah termasuk di SMP perlu biaya, perlu dana, paling tidak memenuhi pembiayaan untuk memberikan standar pelayanan minimal.

    Biaya pendidikan merupakan komponen sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Dapat dikatakan bahwa proses pendidikan tidak dapat berjalan tanpa dukungan biaya. Dalam konteks perencaaan pendidikan, pemahaman tentang anatomi dan problematik pembiayaan pendidikan amat diperlukan. Berdasarkan pemahaman ini dapat dikembangkan kebijakan pembiayaan pendidikan yang lebih tepat dan adil serta mengarah pada pencapaian tujuan pendidikan, baik tujuan yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif.

    1. Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
    2. Peraturan pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan – 2005.
    3. Peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 48 tahun 2008 tentang pendanaan pendidikan

    B.Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi persoalan adalah :

    1. Apa yang menjadi standar pembiayaan pendidikan ?
    2. Sebutkan sumber-sumber dana pembiayaan pendidikan !
    3. Bagaimana peran tingkat ketersediaan dana penyelenggaraan pendidikan

    C. Tujuan

    Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut ;

    1. Untuk mengetahun standari pembiayaan pendidikan.
    2. Untuk mengetahui sumber dana pembiayaan pendidikan
    3. Untuk mengetahui peran tingkat ketersediaan dana penyelenggaraan pendidikan

    Bab II. Pembahasan

    A. Standar Pembiayaan Pendidikan

    Standar pembiayaan mencakup persyaratan minimal tentang biaya satuan pendidikan, prosedur dan mekanisme pengelolaan, pengalokasian, dan akuntabilitas penggunaan biaya pendidikan.

    Standar pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal.

    1. Biaya investasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud di atas meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumberdaya manusia, dan modal kerja tetap.
    2. Biaya personal sebagaimana dimaksud pada di atas meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.
    3. Biaya operasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud di atas meliputi:
      Gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji,

    Bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan Biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain sebagainya.

    Dengan berpandangan pada korelasi mutu dengan pembiayaan maka untuk menjaga mutu pendidikan yang baik maka standar pembiayaan minimal dirumuskan dengan memperhitungkan seluruh biaya personil (gaji, tunjangan dan faktor yang melekat pada gaji), biaya alat tulis sekolah, biaya rapat, biaya penilaian, biaya pemeliharaan,biaya pembinaan serta daya dan jasa yang diperkirakan terpakai. Standar yang dirumuskan terbatas pada sekolah pendidikan umum (SD, SMP dan SMA), sementara sekolah kejuruan belum dapat distandarkan dikarenakan keberagaman yang demikian luas dan waktu pengkajian yang terbatas. Asumsi yang dipergunakan dalam menghitung biaya rata-rata per murid menyesuaikan dengan standar proses, sehingga untuk SD ditetapkan minimal ada 6 rombongan belajar dan setiap rombongan belajar terdapat jumlah siswa 28 orang. Untuk SMP dan SMA masing-masing dengan minimal ada 3 rombongan belajar dengan jumlah siswa 32 orang setiap rombongan belajar. Untuk membedakan faktor kemahalan dan keunikan setiap daerah maka diberlakukan indeks kemahalan untuk setiap kabupaten di seluruh Indonesia. Standar pembiayaan tersebut akan dipergunakan untuk mengukur kelayakan sekolah dalam hal pembiayaan, dan untuk menjadi pertimbangan kebijakan pendanaan dari berbagai program pemerintah. Perhitungan yang telah didasarkan kajian audit keuangan yang memerlukan kompetensi pemahaman perhitungan keuangan tidak banyak dipahami peserta. Diskusi berpusat pada angka yang dijadikan patokan, yakni pembiayaan tenaga pendidik dengan golongan III A pada struktur pegawai negeri. Nampaknya perhitungan itu perlu dikaji lebih lanjut oleh orang yang berkeahlian yang sesuai.
    (http://www.bpkpenabur.or.id/files/Hal.108-110%20Isu%20Mutahir.pdf )

    1.Biaya investasi

    Biaya investasi adalah biaya penyelenggaraan pendidikan yang sifatnya lebih permanen dan jangka waktunya melebihi waktu satu tahun yang pada umumnya berupa sarana dan prasarana, pengembangan sumberdaya manusia, dan modal kerja tetap.

    Investasi yang menjadi tanggung jawab Pemerintah atau pemerintah daerah, baik lahan maupun selain lahan, yang menghasilkan aset fisik dibiayai melalui belanja modal dan/atau belanja barang sesuai peraturan perundang-undangan.

    Biaya investasi lahan pendidikan

    Pendanaan biaya investasi lahan satuan pendidikan dasar pelaksana program wajib belajar, baik formal maupun nonformal, yang diselenggarakan oleh Pemerintah pusat maupun pemerintah daerah menjadi tanggung jawab Pemerintah dan dialokasikan dalam anggaran pemerintah pusat dan pemerintah daerah
    Pendanaan tambahan di atas biaya investasi lahan yang diperlukan untuk pemenuhan rencana pengembangan satuan atau program pendidikan yang diselenggarakan Pemerintah menjadi bertaraf internasional dan/atau berbasis keunggulan lokal dapat bersumber dari:
    a.Pemerintah;
    b.pemerintah daerah;
    c.masyarakat;
    d.bantuan pihak asing yang tidak mengikat; dan/atau
    e.sumber lain yang sah.
    Anggaran biaya investasi lahan satuan pendidikan yang dikembangkan menjadi bertaraf internasional dan/atau berbasis keunggulan lokal harus merupakan bagian integral dari anggaran tahunan satuan pendidikan yang diturunkan dari rencana kerja tahunan yang merupakan pelaksanaan dari rencana strategis satuan pendidikan.
    Biaya investasi selain lahan pendidikan.
    Pendanaan biaya investasi selain lahan satuan pendidikan dasar pelaksana program wajib belajar, baik formal maupun nonformal, yang diselenggarakan oleh Pemerintah pusat maupun pemerintah daerah menjadi tanggung jawab Pemerintah dan dialokasikan dalam anggaran pemerintah pusat dan pemerintah daerah
    Pendanaan tambahan di atas biaya investasi selain lahan yang diperlukan untuk pemenuhan rencana pengembangan satuan atau program pendidikan yang diselenggarakan Pemerintah menjadi bertaraf internasional dan/atau berbasis keunggulan lokal dapat bersumber dari:
    a.Pemerintah;
    b.pemerintah daerah;
    c.masyarakat;
    d.bantuan pihak asing yang tidak mengikat; dan/atau
    e.sumber lain yang sah.
    Anggaran biaya investasi selain lahan satuan pendidikan yang dikembangkan menjadi bertaraf internasional dan/atau berbasis keunggulan lokal harus merupakan bagian integral dari anggaran tahunan satuan pendidikan yang diturunkan dari rencana kerja tahunan yang merupakan pelaksanaan dari rencana strategis satuan pendidikan.
    Biaya investasi memerlukan dana yang relatif besar, antara lain berupa:
    (a)Bangunan sekolah meliputi ruang belajar, ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang laboratorium, ruang perpustakaan, lapangan olahraga, tanah dan yang sejenis, biaya pembangunannya termasuk biaya investasi karena umur bangunan lebih dari satu tahun, bisa mencapai 20 tahun, 25 tahun, bahkan 30 tahun
    (b)Alat peraga, alat praktik, sumber belajar, buku-buku, media belajar, yang pada umumnya dapat dipakai lebih dari satu tahun, misalnya alat parktik bisa mencapai 10 tahun, buku bisa mencapai 5 tahun
    (c)Pengadaan tenaga pendidik dan kependidikan.
    Daya tahan pemakaian sarana-prasarana ikut menentukan besarnya biaya pemeliharaan adan penggantian alat yang rusak

    2.Biaya personal

    Biaya personal adalah biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan. Biaya ini sebagaian dibebankan kepada orangtuam yang sifatnya untuk keperluan pribadi siswa, Biaya pendidikan yang menjadi tanggungan orangtua adalah yang bersifat untuk keperluan pribadi siswa.

    Mungkin yang rasional ditanggung oleh orangtua dari jenis yang tersebut di atas adalah:
    Alat perlengkapan sekolah: sepatu, seragam sekolah, seragam olahraga, alat tulis dan buku catatan
    Transpor anak dari rumah ke sekolah
    Uang saku/uang jajan, dan
    Ekstrakurikuler terbatas.

    3.Biaya Operasi

    Biaya operasi adalah biaya yang diperlukan sekolah untuk menunjang proses pembelajaran, sehingga mampu menunjang proses dan hasil PBM sesuai yang diharapkan. Biaya operasional terdiri dari biaya personil dan biaya nonpersonil.

    Biaya operasi, yang terdiri atas:
    a.Biaya personalia
    Pengeluaran operasi personalia yang menjadi tanggung jawab Pemerintah atau pemerintah daerah dibiayai melalui belanja pegawai atau bantuan sosial sesuai peraturan perundang-undangan.

    Biaya personalia satuan pendidikan, yang terdiri atas:
    1.Gaji pokok bagi pegawai pada satuan pendidikan;
    2.Tunjangan yang melekat pada gaji bagi pegawai pada satuan pendidikan;
    3.Tunjangan struktural bagi pejabat struktural pada satuan pendidikan;
    4.Tunjangan fungsional bagi pejabat fungsional di luar guru dan dosen;
    5.Tunjangan fungsional atau subsidi tunjangan fungsional bagi guru dan dosen;
    6.Tunjangan profesi bagi guru dan dosen;
    7.Tunjangan khusus bagi guru dan dosen;
    8.Maslahat tambahan bagi guru dan dosen; dan
    9.Tunjangan kehormatan bagi dosen yang memiliki jabatan profesor atau guru besar
    Biaya personalia penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan, baik formal maupun nonformal, oleh Pemerintah, yang terdiri atas:
    1.gaji pokok bagi pegawai negeri sipil pusat;
    2.tunjangan yang melekat pada gaji bagi pegawai negeri sipil pusat;
    3.tunjangan struktural bagi pejabat struktural bagi pegawai negeri sipil pusat di luar guru dan dosen; dan
    4.tunjangan fungsional bagi pejabat fungsional bagi pegawai negeri sipil pusat di luar guru dan dosen.
    b.Biaya nonpersonalia.
    Pengeluaran operasi nonpersonalia yang menjadi tanggung jawab Pemerintah atau pemerintah daerah dibiayai melalui belanja barang atau bantuan sosial sesuai peraturan perundang-undangan.
    Pendanaan tambahan di atas biaya nonpersonalia yang diperlukan untuk pemenuhan rencana pengembangan satuan atau program pendidikan yang diselenggarakan pemerintah daerah sesuai kewenangannya menjadi bertaraf internasional dan/atau berbasis keunggulan lokal dapat bersumber dari:
    a.Pemerintah;
    b.Pemerintah daerah;
    c.Masyarakat
    d.Bantuan pihak asing yang tidak mengikat; dan/atau
    sumber lain yang sah.
    http://www.bsnp-indonesia.org/standards-pembiayaan.php

    B. Sumber Dana Pembiayaan Pendidikan

    Berdasarkan Peraturan Mendiknas Nomor 19 Tahun 2007, sekolah dewasai ni diharuskan untuk menyusun pedoman pengelolaan dana (investasi dan operasional) yang mengacu pada standar pembiayaan. Pedoman ini mengatur:
    Sumber pemasukan, pengeluaran, dan jumlah yang dikelolah
    Penyusunan dan pencairan anggaran serta penggalangan dana di luar dana investasi dan operasional.
    Kewenangan dan tanggung jawab kepala sekolah dalam membelanjakan anggaran pendidikan sesuai dengan peruntukannya
    Pembukuan semua penerimaan dan pengeluaran serta penggunaan anggaran untuk dilaporkan kepada komite sekolah serta institusi di atasnya.
    Pedoman tersebut diputuskan oleh komite sekolah dan ditetapkan oleh kepala sekolah dan harus disetujui oleh institusi di atasnya. Pedoman ini juga harus disosialisasikan kepada seluruh warga sekolah untuk menjamin tercapainya pengelolaan dana secara transparan dan akuntabel.
    Sumber dana sekolah dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kategori utama: pemerintah (pusat dan daerah), orang tua peserta didik, dan kelompok-kelompok masyarakat.

    1.Pemerintah Pusat

    Pemerintah pusat membantu keuangan sekolah melalui beberapa cara, antara lain mencakup yang berikut.
    •Hibah (grant) dan dana bantuan biaya operasional kepada sekolah.
    •Membayar gaji guru.
    •Membantu sekolah untuk mengadakan proyek penggalangan dana dengan menyediakan bantuan teknis termasuk bahan dan perlengkapan, serta
    •Ikut mendanai pembangunan dan rehabilitasi bangunan sekolah.
    Pemerintah juga melakukan kontribusi tidak langsung kepada sekolah. Misalnya, melalui pelatihan kepala sekolah dan guru, menyiapkan silabus dan bahan, serta melakukan pengawasan.

    2.Pemerintah Daerah

    Di negara kita, urusan pendidikan dasar dan menengah dilimpahkan kepada pemerintah daerah. Pemerintah daerah bertanggung jawab untuk membangun sekolah, membayar gaji guru, menyediakan sarana fisik, fasilitas ruang kelas, dan peralatan kantor sekolah dengan dana yang berasal dari APBD dan APBN. Daerah yang memiliki pendapatan asli daerah yang tinggi, akan memiliki peluang lebih besar untuk membantu pemenuhan kebutuhan dana penyelenggaraan sekolah.

    3.Orang Tua Peserta didik

    Kontribusi orang tua kemungkinan merupakan keharusan karena pemerintah belum mampu mendanai seluruh kebutuhan dasar dana sekolah. Hal ini umumnya terjadi di negara-negara berkembang seperti negara kita. Namun, di negara maju yang pemerintahnya dapat membangun fasilitas pendidikan yang baik, menyediakan guru yang cakap, dan menyediakan dana untuk berbagai program sekolah; orang tua peserta didik masih berkehendak untuk menyumbang dana atau berbagai peralatan yang diperlukan sekolah. Mereka ingin agar anak-anak mereka memasuki dunia nyata dengan bekal pendidikan terbaik yang dapat mereka peroleh. Mereka ingin anak-anak mereka memiliki keunggulan ketika memasuki dunia kerja.
    Cara orang tua berkontribusi kemungkinan mencakup yang berikut.
    •Membayar biaya pendidikan yang ditentukan secara resmi.
    •Memberi kontribusi kepada komite sekolah.
    •Membayar sumbangan untuk membangun fasilitas tertentu, seperti perumahan bagi guru.
    •Orang tua kemungkinan menyumbangkan tenaga dan keterampilan tertentu dalam berbagai kegiatan seperti pekerjaan bangunan atau membantu dalam pelatihan olah raga, atau bahkan mungkin dapat menggantikan guru yang tidak hadir.
    •Membayar guru atas tambahan pelajaran di luar jam sekolah.
    •Membayar pembelian buku pelajaran, alat tulis, sepatu dan seragam sekolah, meja dan kursi, perpustakaan, dan dana kegiatan olah raga.
    •Mendanai kesejahteraan anak-anak mereka, seperti uang transpor, uang makan, dan sebagainya.
    Kita perlu berasumsi bahwa semua orang tua dapat memberikan kontribusi yang sama, apakah itu sifatnya finansial atau dalam bentuk-bentuk kontribusi lainnya. Tingkat penghasilan orang tua di daerah perkotaan dan daerah pedesaan tampaknya cukup berbeda, seperti halnya juga ukuran keluarga. Diperlukan pendekatan yang sensitif oleh kepala sekolah. Kepala sekolah harus mampu mengetahui perbedaan keadaan orang tua peserta didik dan kemudian memberi kelonggaran bagi peserta didik yang orang tuanya kurang beruntung secara ekonomi. Jika di satu pihak kepala sekolah harus menetapkan target yang cukup ambisius untuk menggalang dana bagi sekolah, di lain pihak kepala sekolah juga perlu menerima keadaan bahwa tidak semua orang dapat berkontribusi dalam kadar yang sama.
    Dalam upaya mendorong orang tua berkontribusi, Anda akan perlu menargetkan upaya Anda itu pada mereka yang memiliki sarana, tetapi tidak termotivasi. Untuk melayani keluarga yang kurang mampu, Anda perlu menyiapkan dana dukungan beasiswa bagi mereka yang menunjukkan kemampuan akademik.

    4.Kelompok Masyarakat

    Kelompok-kelompok masyarakat seringkali termasuk sebagai sumber penting pendanaan sekolah. Kelompok-kelompok ini dimobilisasi untuk melaksanakan tugas dari para tokohnya (utamanya informal) di masyarakat, seperti kaum ulama. Di Indonesia, banyak sekolah (swasta) yang dibangun dan diselenggarakan oleh kelompok-kelompok masyarakat. Cara yang Anda identifikasi dalam memobilisasi dana kemungkinan mencakup yang berikut.
    •Memobilisasi kelompok-kelompok masyarakat dalam proyek pengembangan sekolah.
    •Melibatkan tokoh masyarakat dalam memobilisasi massa untuk berpartisipasi secara efektif dalam proyek-proyek sekolah.
    •Mengumpulkan dana untuk sekolah-sekolah di suatu wilayah.
    •Melibatkan kelompok-kelompok masyarakat dan mantan peserta didik dalam proyek swakarsa penggalangan dana.
    •Memungut pajak khusus pendidikan dari warga masyarakat.
    Di dalam masyarakat kemungkinan ada orang-orang yang juga memutuskan untuk membantu satu atau beberapa sekolah dengan dana dalam jumlah cukup besar. Adakalanya ada saja pengusaha yang ingin mendermakan sesuatu bagi satu atau lebih sekolah. Kontribusi seperti ini hendaknya disambut dengan baik dan bahkan sebaiknya didorong. Namun, pemerintah seyogianya perlu bersikap tegas terhadap yayasan yang menyelenggarakan sekolah semata-mata untuk memperoleh keuntungan finansial. Dewasa ini kecenderungan seperti itu telah semakin menggejala. Fungsi sosial pendidikan telah mulai memudar berganti dengan penekanan pada fungsi keuntungan ekonominya, khusus bagi para pengelolanya.

    5.Peserta didik

    Para peserta didik kemungkinan merupakan sumber penggalangan dana sekolah yang baik, jika mereka tahu manfaatnya bagi diri mereka sendiri dan bagi sekolah. Berikut adalah cara-cara pelibatan peserta didik Anda yang dapat dipertimbangkan:
    •Pengumpulan dana melalui kegiatan seperti pertanian, memelihara ayam petelur, membuat kerajinan tangan, dan lain-lain.
    •Kegiatan pengumpulan dana; misalnya melalui konser musik, tari, olahraga, pameran, bazar, atau turnamen.

    6.Yayasan

    Ada sekolah yang didirikan oleh lembaga keagamaan atau lembaga lain yang bukan berdasarkan ideologi tertentu yang merupakan organisasi non pemerintah. Masing-masing memiliki tujuan spesifik dalam mendirikan dan mengoperasikan sekolahnya yang juga bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang cerdas dan beradab. Yayasan ini memberikan dukungan finansial kepada sekolah dalam berbagai bentuk, seperti bangunan, peralatan, dan sumber daya manusia. Kemungkinan yayasan ini menyimpan dana di bank, yang kemudian diinvestasikan dalam bentuk saham, dan lain-lain. Hasil yang diperoleh digunakan untuk menyediakan dana pengoperasian sekolah.
    http://www.mbs-sd.org/isi.php?id=103

    C.Peran Tingkat Ketersediaan Dana Penyelenggaraan Pendidikan

    Tingkat ketersediaan dana penyelenggaraan adalah jumlah dana yang tersedia dibandingkan dengan kebutuhan, apakah lebih rendah, sesuai, atau lebih tinggi. Kondisi itu ada pengaruhnya terhadap tingkat keberhasilan pendidikan di sekolah, misalnya di SMP.

    1)Peran Ketersediaan Biaya untuk Ketenagaan

    Sistem pembelajaran yang saat ini masih banyak digunakan adalah sistem tatap muka antara guru dengan siswa. Bila proses belajar seperti ini berarti guru masih menduduki peran yang strategis. Dengan demikian penyediaan dana untuk rekrutmen guru yang berkualitas, kesejahteraan guru, serta pengembangan profesi akan sangat menentukan tingkat keberhasilan proses pembelajaran. Tentu saja hal tersebut harus diikuti dengan komitmen pada masing-masing individu. Bila dana untuk pengadaan guru kurang, berarti kebutuhan guru tidak terpenuhi. Begitu pula bila guru ada tetapi kualifikasinya tidak terpenuhi atau bahkan terjadi missmatch, maka akan terjadi penurunan kualitas hasil pendidikan. Biaya pengadaan guru sampai kepada penggajian, adalah termasuk biaya investasi, karena tidak hanya berlaku satu tahun, tetapi terus-menerus, sedangkan untuk pengembangan tenaga, masuk dalam biaya operasional. Dengan demikian dana untuk menyangkut kebutuhan tenaga meliputi:
    (a)Biaya rekrutmen dan pendidikan latihan,
    (b)Gaji upah, termasuk honor kelebihan jam mengajar,
    (c)Insentif untuk kesejahteraan, dan
    (d)Penyediaan sumber bahan dan alat pembelajaran sesuai bidang studinya.


    2)Peran Ketersediaan Dana untuk Pengadaan dan Pemanfaatan Sarana –Prasarana

    Dana untuk pengadaan sarana dan prasarana terbagi dalam dua jenis biaya, yaitu biaya investasi dan biaya operasional. Yang termasuk biaya investasi adalah pengadaan bangunan (ruang kelas, ruang kantor/TU, ruang kepala sekolah, ruang wakil kepala sekolah, ruang guru, ruang lab, ruang perpustakaan, gudang, kamar kecil, lapangan olahraga, ruang praktik) dan pengadaan sarana (buku, alat peraga, alat praktik, dan perabot), sedangkan yang termasuk biaya operasional adalah biaya perawatan/pemeliharaan, bahan dan ATK, serta bahan habis pakai. Fungsi dari pengadaan sarana-prasarana adalah fungsi penunjang yaitu menunjang proses belajar-mengajar. Bila sarana dan prasarana didayagunakan dengan baik, maka akan menunjang keberhasilan proses pembelajaran dan selanjutnya akan berpengaruh terhadap mutu hasil pembelajaran. Tetapi sebaliknya bila sarana-prasarana tak dimanfaatkan dengan baik maka tidak banyak berpengaruh terhadap peningkatan mutu pendidikan. Dana yang diperlukan untuk bidang sarana-prasarana antara lain: (a) bangunan, perabot, alat peraga, alat praktik, dan buku, dan (b) pemeliharaan sarana-prasarana, termasuk penggantian alat yang rusak.

    3)Peran Ketersediaan Dana untuk Biaya Operasional

    Bila sudah tersedia tenaga, sarana, dan prasarana, maka yang menjadi masalah adalah bagaimana kinerja tenaga kependidikan, serta bagaimana sarana dan prasarana dapat dimanfaatkan secara optimal. Pemanfaatan secara optimal sumberdaya pendidikan akan sangat tergantung kinerja tenaga kependidikan dan ketersediaan dana operasional yang menunjang proses pembelajaran. Sebagai contoh laboratorium IPA akan berpengaruh atas mutu pembelajaran IPA bila guru dan siswa mau memanfaatkan kegiatan laboratorium atau praktikum IPA secara optimal dan didukung oleh ketersediaan bahan habis pakai. Perpustakaan akan bermanfaat sebagai sumber belajar bila di dalamnya tersedia berbagai buku sumber dan buku lain untuk memperluas wawasan dan guru mau memanfaatkan perpustakaan dengan melibatkan siswa. Dana untuk biaya operasional dibutuhkan untuk antara lain untuk menunjang:
    (a)Proses belajar-mengajar,
    (b)Proses penilaian,
    (c)Pengadaan bahan praktik dan habis pakai,
    (d)Bahan dan ATK, (e) pembinaan kesiswaan, dan
    (f)Pelaksanaan supervisi.
    Dengan demikian ketersediaan dana, minimal untuk menunjang keterlaksanaan standar pelayanan minimal sangat diperlukan, karena penyelenggaraan pendidikan tanpa tersedia dana secara memadai akan berpengaruh terhadap mutu hasil pendidikannya. Dalam kaitan dengan ketersediaan dana operasional yang sangat terbatas maka perlu dilakukan prioritas:
    a.Pengadaan sarana dititikberatkan pada pengadaan sarana yang langsung berpengaruh terhadap keberhasilan proses pembelajaran, misalnya buku pelajaran yang ditunjang dengan alat peraga dan alat praktik.
    b.Pembinaan ketenagaan sebaiknya dititikberatkan pada pembinaan profesi/kompetensi tenaga kependidikan.
    c.Biaya operasional dititikberatkan pada usaha menunjang proses pembelajaran, yang berpengaruh langsung pada peningkatan mutu pendidikan. Biaya yang diperlukan untuk proses pembelajaran belum tentu tersedia secara memadai, baik untuk biaya investasi maupun untuk biaya operasional. Namun yang diharapkan adalah biaya untuk pelayanan minimal dapat tersedia secara bertahap, bahkan suatu saat dapat mencapai tingkat ideal.
    http://drssuharto.wordpress.com/2008/03/04/pokok-pokok-pikiran-dalam-merancang-biaya-satuan-pendidikan/


    BAB III
    PENUTUP
    A.Kesimpulan
    Berdasarkan uraian tersebut di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
    1.Standar pembiayaan pendidikan yaitu sebagai berikut :

    a.Biaya investasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud di atas meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumberdaya manusia, dan modal kerja tetap.
    b.Biaya personal sebagaimana dimaksud pada di atas meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.
    c.Biaya operasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud di atas meliputi:
    Gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji.
    Bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan
    Biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain sebagainya

    2.Sumber dana pembiayaan pendidikan yaitu :

    a.Pemerintah Pusat
    b.Pemerintah Daerah
    c.Orang Tua Peserta didik
    d.Kelompok Masyarakat
    e.Yayasan
    3.Peran tingkat ketersediaan dana penyelenggaraan pendidikan
    a.Peran Ketersediaan Biaya untuk Ketenagaan
    b.Peran ketersediaan dana untuk pengadaan dan pemanfaatan sarana –prasarana
    c.Peran ketersediaan dana untuk biaya operasional

    B.Saran
    Pendidikan adalah tanggung jawab negara dan masyarakat, tanggung jawab kita bersama, termasuk dalam hal pembiayaan. peran masyarakat untuk menyokong biaya pendidikan sangat penting diantaranya dengan menabung yang bermanfaat untuk membiayai pendidikan.








    DAFTAR PUSTAKA

    http://www.bpkpenabur.or.id/files/Hal.108-110%20Isu%20Mutahir.pdf
    http://www.bsnp-indonesia.org/standards-pembiayaan.php
    http://drssuharto.wordpress.com/2008/03/04/pokok-pokok-pikiran-dalam-merancang-biaya-satuan-pendidikan/

    http://www.kompas.com/kompas-cetak/0411/24/humaniora/1398167.htm
    http://www.mbs-sd.org/isi.php?id=103

    http://web.mb.ipb.ac.id/publikasi/view/2/273

  • Makalah Manajemen Pemasaran Pengembangan Produk Baru dan Hidup Produk

    Manajemen Pemasaran Pengembangan Produk Baru dan Hidup Produk

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang  

    Pemasaran adalah suatu proses dan manajerial yang membuat individu atau kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk yang bernilai kepada pihak lain atau segala kegiatan yang menyangkut penyampaian produk atau jasa mulai dari produsen sampai konsumen. Pemasaran merupakan suatu kegiatan-kegiatan pokok yang dilakukan oleh para perusahaan baik itu perusahaan barang atau pun perusahaan jasa dalam rangka mengembangkan usahanya, untuk memperoleh laba, serta untuk mempertahankan kelangsungan hidup usahanya tersebut.

    Saat ini, kegiatan dalam bidang pemasaran memiliki peranan yang penting dalam dunia bisnis, hal ini disebakan karena pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan dimana perusahaan berhubungan langsung dengan konsumen. Kegiatan pemasaran ini harus memberikan kesan yang baik di mata konsumen, dimana perusahaan harus memberikan layanan serta hasil produk berupa barang dan jasa yang terbaik sehingga dapat memberikan kepuasan kepada para konsumen, karena kepuasan konsumen menjadi tolak ukur serta keberhasilan perusahaan dalam mengasilkan produk yang berkualitas dan yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Peranan pemasaran saat ini tidak hanya menyampaikan produk atau jasa hingga tangan konsumen tetapi juga bagaimana produk atau jasa tersebut dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan dengan menghasilkan laba. Sasaran dari pemasaran adalah menarik pelanggan baru dengan menjanjikan nilai kepada pelanggan, menetapkan harga menarik, mendistribusikan produk dengan mudah, mempromosikan secara efektif dan efisien serta mempertahankan pelanggan yang sudah ada dengan tetap memegang prinsip kepuasan pelanggan.

    Untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukannya manajemen yang baik dalam pemasaran pada suatu perusahaan. Manajemen pemasaran adalah suatu usaha untuk merencanakan, mengimplementasikan (yang terdiri dari kegiatan mengorganisaikan, mengarahkan, mengkoordinir) serta mengawasi atau mengendalikan kegiatan pemasaran dalam suatu organisasi agar tercapai tujuan organisasi secara efesien dan efektif. Di dalam fungsi manajemen pemasaran ada kegiatan menganalisis yaitu analisis yang dilakukan untuk mengetahui pasar dan lingkungan pemasarannya, sehingga dapat diperoleh seberapa besar peluang untuk merebut pasar dan seberapa besar ancaman yang harus dihadapi.

    Pada umumnya tujuan dari didirikannya suatu perusahaan adalah untuk mencari laba semaksimal mungkin serta usaha yang berkesinambungan. Keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuan tersebut sangat dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan dalam memasarkan produknya. Perusahaan dapat menjual produknya dengan harga yang menguntungkan pada tingkat kualitas yang diharapkan, akan mampu mengatasi tantangan dari para pesaing terutama dalam bidang pemasaran. Oleh karena itu untuk menarik konsumen melakukan pembelian maka perusahaan harus bisa menerapkan suatu strategi pemasaran yang tepat sesuai dengan kondisi pasar yang dihadapi.

    Dari penjabaran penjelasan di atas, perusahaan sangat perlu untuk mengetahui lebih mendalam tentang manajemen pemasaran baik itu konsep pemasaran, lingkungan pemasaran, pasar konsumen, pasar produsen, segmentasi, targeting, positioning, startegi produk, dan silkus hidup produk, seperti yang akan di bahas lebih lanjut dalam makalah ini

    B. Rumusan Masalah

    1. Bagaimana Pengembangan Produk Baru Dan Daur Hidup Produk?
    2. Bagaimana Pengertian Pengembangan Produk Baru?
    3. Bagaimana Proses Pengembangan Produk Baru?
    4. Bagaimana Syarat Keberhasilan Pengembangan ?Produk Baru
    5. Bagaimana Stretegi Siklus Hidup Produk?
    6. Bagaimana Produk Dan Strategi Penentuan Merek ?
    7. Bagaimana Pengertian Produk?
    8. Bagaimana Tingkatan produknya ?
    9. Bagaimana Klasifikasi Produk?
    10. Bagaimana Klasifikasi Barang Konsumsi?
    11. Bagaimana Klasifikasi Barang Industry?
    12. Bagaimana Keputusan Produk Dan Jasa ?

    Bab II. Pembahasan

    A. Pengembangan Produk baru dan Daur Hidup

    A.    Pengertian Pengembangan Produk Baru

    Kotler dan Amstrong (2008) mendefiniskan pengembangan produk baru yaitu :

    “pengembangan produk baru adalah pengembangan dari produk orisinil, peningkatan produk, modifikasi produk melalui usaha Riset Development (R&D) perusahaan sendiri.”

    Menurut Kotler dan Armstrong (2008), ada dua cara memperoleh produk baru yaitu :

    1. Membeli seluruh perusahaan , hak paten, atau mengambil lisensi dan produk orang lain
    2. Mengenmbangkan produk baru (new product development)

    Pengembangann produk sering mengalami kegagalan, antara lain :

    1. Produk aktual didesain dengan buruk
    2. Produk salah diposisikan , diluncurkan pada waktu yang salah, harga terlalu tinggi, atau dilakukan dengan buruk
    3. Biaya pengembangan lebih besar
    4. Perlawanan pesaing lebih gencar

    B.    Proses pengembangan Produk Baru

    Kotler dan Armstrong (2008) menyatakan delapan tahap pengembangan produk baru, yaitu sebagai berikut :

    PenciptaanIde
    PenyaringanIde
    Pengembangan dan Pengujian Konsep
    Pengembangan strategi pemasaran
    Analisis bisnis
    Pengembangan Produk
    Pemasaranuji
    Komersialisasi

    Penjelasan :

    1.     Penciptaan Ide (Idea Generation)

    Tahap awal dari proses pengembangan produk baru adalah penciptaan ide. Ide dapat diperoleh dari berbagai sumber, yaitu pelanggan, ilmuwan, pesaing, salesman perusahaan, distributor, ataupun manajemen puncak.

    Untuk memunculkan ide konsep poduk baru, ada bebeapa hal yang harus diperhatikan, yaitu sebagai berikut :

    a.      Kebutuhan dan keinginan konsumen terus dipantau untuk memperoleh inormasi tentang hal-hal yang harus dilakukan untuk menciptakan gagasan-gagasan yang jitu

    b.     Para ilmuwan merupakan sumber ide yang menarik, tetapi diperlukan seleksi yang teliti

    c.      Pesaing yang telah menciptakan dan meluncurkan ide – ide baru serta produk-produk yang diciptakan dan diluncurkan pesaing tersebut perlu diinovasi. Banyak perusahaan melakukan peniruan, tetapi dengan cara menyempurnakan atau menjadikan produknya memiliki kekhasan tersendiri dibandingkan dengan prosuk pesaing

    d.     Sumber ide akan dapat dijadikan suatu produk baru yang memiliki keunggulan bersaing

    Selanjutnya, dilakukan cara untuk mengembangkan konsep produk tersebut. Ada beberapa teknik atau pendekatan yang dilakukan. Salah satu diantaranya adalah mengidentifikasi kebutuhan konsumen atau menganalisis struktur manfaat, yaitu meneliti manfaat yang dinginkan konsumen dan sejauh mana penerimaan konsumen sehingga peluang – peluang baru dapat ditetapkan

    2.     Penyaringan Ide (Idea Screening)

    Masalah penyaringan ide bukan hanya memilih salah satu ide yang tepat. Ide tersebut hanya disesuaikan dengan tujuan dan sumber daya yang dimiliki perusahaan.

    Dalam penyaringan ide (idea screening), manajemen harus dapat menghindari dua macam kesalahan berikut :

    a.      Kesalahan membuang (a drop-error), yaitu mrninggalkan ide – ide yang baik

    Misalnya , manajemen eksekutif penerbit “ SAHID” mengetahui dan melihat suatu peluang bahwa setelah pemerintah memutuskan untuk memperbanyak buku bacaan bagi anak-anak sekolah, diperlukan naskah (tulisan) yang sesuai dan menarik untuk anak serta bersedia membeli buku – buku tersebut dalam jumlah banyak. Manajer penerbit memiliki kerabat (penulis) yang mempunyai kemampuan untuk itu, tatapi tidak segera memanfaatkan peluang tersebut. Tampaknya ia terlalu berhati – hati, ragu-ragu atau mungkin juga tidak bisa menerbitkan buku bacaan tersebut sehingga kurang perhatiaan. Akhirnya , penerbit lain memanfaatkan peluang tersebut. Timbulah penyesalan, peluang yang begitu bagus erbuang

    b.     Tancap terus (a go error), yaitu mengembangkan ide – ide yang tidak baik.

    Kesalahan tersebut dapat berupa sebagai berikut :

    1)     Kegagalan produk mutlak (an absolute product failure)

    Hal ini dapat diketahui karena hasil penjualan tidak dapat menutupi biaya variabel

    2)     Kegagalan sebagian produk (a partial product failure)

    Perusahaan tidak gagal mutlak, tetapi hasil penjualan produk baru tersebut hanya dapat menutup biaya variabel dan sebagian biaya tetap

    3)     Kegagalan relatif (a relative product failure), yaitu hasil penjualan tidak mencapai target rate of return dan lebih keci daripada pengembalian investasi

    Untuk menyaring ide tersebut , perusahaan harus menyesuaikan ide – ide yang ada dengan tujuan – tujuan yang dikehendaiki. Salah satu caranya adalah dengan menilai ineks tertimbang, artinya faktor – faktor yang akan memengaruhi peluncuran produk tersebut diberi bobot penilaian dan akhirnya diambil suatu kesimpulan apakah gagasan itu benar – benar menyakinkan

    3.     Pengembangan dan pengujian konsep (concept Development and Testing)

    ide yang telah lolos dari penyaringan dibuat menjadi konsep produk yang dikembangkan dan dilakukan pengujiannya. Kelompok konsumen akan memanfaatkan produk tersebut dan memanfaatkan berbagai hal yang akan dipeolehnya sehingga ia menerima prosuk tersebut. Selanjutnya, menentukan posisi produk dan merk produk. Meramalkan atau membandingkan konsep produk baru tersebut dengan produk lain yang bersaing untuk menentukan produk yang paling berkesan pada konsumen, terutama bagi pembeli potensial. Pengembangan dan pemhujian konsep ini harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat diketahui reaksi dan pembeli potensial terhadap jenis produk, jasa atau ide.

          Dalam pengujian dan pengembangan konsep, setelah menerima inormasi, manajer produk mengukur dimensi produk dengan memina konsumen menjawab pertanyaan – pertanyaan berikut.

    a.      Keampuan untuk dikomunikasikan dan dipercayai. Apakah manfaat konsep tersebut dapat dikomunikasikan dan dapat dipercaya ?

    b.     Tingkat kebutuhan. Apakah anda (konsumen) menganggap produk menyelesaikan masalah atau memenuhi kebutuhan anda (konsumen)?

    c.      Tingkat kesenjangan. Apakah prosuk lain saat lain memnuhi  kebutuhan ini aau memuaskan anda ?

    d.     Persepsi nilai. Apakah biaya tersebut masuk akal dalam hubungannya dengan nilainya ?

    e.      Maksud pembelian. Apakah anda (konsumen) akan membeli poduk tersebut? (pasti,mungkin tidak,pasti tidak)

    f.      Suasana pemakai, saat pembelian dan frekuensi pembelian. Siapa yang akan menggunakan produk itu dan kapan serta berapa sering produk tersebut akan digunakan ?

    4.     Pengembangan strategi pemasaran (marketing Strategy development)

    Untuk memperkenalkan konsep produk baru tersebut, manajer produk baru menyusun strategi yang tepat, yaitu strategi penempatan produk, peningkatan hasil penjualan , pangsa ppasar dan sasaran laba yang akan dicapai.

    5.     Analisis bisnis (bussiness Analysis)

    Setelah mengembangkan konsep produk dan strategi pemasaran, manajemen dapat mengevaluasi daya tarik dari usulan.

    Manajemen juga memerlukan proyeksi penjualan, biaya yang diperlukan, dan laba yang akan dicapai. Semua itu harus disesuaikan dengan tujuan perusahaan

    Pada analisis bisnis terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan, yaitu sebagai berikut.

    a.      Prakiraan penjualan (estimating sales)

    Untuk memperoleh keuntungan yang memuaskan, manajemen memperkirakan penjualan yang cukup tinggi. Metode memprakirakan penjualan ini bergantung pada seberapa sering produk tersebut dibeli konsumen. Bisa sekali, beberapa kali tetapi tidak sering, atau prosuk yang dibeli dalam frekuensi tinggi.

    Berikut ini gambar daur hidup penjualan produk untuk tiga tipe penjualan

    Sales                           sales                            sales

    Frequently purchased product
    One-time purchased product
    Infrequently purchased product

                                Time                                   Time                           Time

                            Keterangan :

    Pertama, produk yang dibeli satu kali, mula – mula kurvanya baik setelah sampai tingkat puncak kepuasan , pembelian produk menurun dengan tajam

    Kedua, produk yang dibeli terus meningkat, tetapi setelah sampai pada tingkat puncaknya, pembelian produk semakin menurun walaupun tidak tajam seperti pada gambar pertama. Hal ini sebagai akibat adanya usaha mengembangkan proud tersebut

    Ketiga, produk yang sering dibeli, terlihat pada gambar ketiga, yaitu pada barang – barang konsumsi dan barang industri tidak tahan lama. Kurvanya agak berbeda dengan kurva yang pertama dan kedua

    Pembelian pertama meningkat tajam sekali, tetapi segera turun sekalipun tidak terlalu tajam sebagai usaha meningkatkan kualitas dan berbagai cara yang memberikan kepuasan kepada konsumen

    b.     Memprakirakan penjualan perdana

    c.      Memprakirakan penjualan penggantian

    d.     Memprakirakan biaya dan laba yang akan diperoleh

    e.      Memprakirakan biaya dan laba yang akan diperoleh ini . ada beberapa hal yang perlu diprakirakan yaitu :

    ·       Hasil penjualan yang akan dicapai

    ·       Harga pokok penjualan

    ·       Biaya yang diperlukan, termasuk biaya pengembangan

    ·       Laba kotor dan laba bersih yang akan diperoleh

    6.     Pengembangan produk (product development)

    Setelah dianalisis kemungkinan – kemungkinannya secara teoritis dan dapat diterima, dikembangkan secara fisik produk tersebut. Ada 3 langkah yang perlu dilakukan yaitu sebagai berikut.

    a.      Pembuatan prototype dengan 3 persyaratan

    a)       Dipandang konsumen sebagai perwujudan atribut – atribut pokok seperti produk sebelumnya

    b)      Bekerja dengan aman dalam keadaan dan penggunaan yang normal

    c)       Dapat dilaksanakan oleh pabrik sesuai dengan anggaran yang tersedia

    b.     Pengujian fungsional, yaitu pengujian untuk mengetahui apakah produk tersebut benar – benar berfungsi secara efektif dan aman bagi konsumen

    c.      Pengunjian konsumen, yaitu mencoba konsumen untuk memperoleh tanggapan konsumen. Pengujian ini dilakukan sebelum dites di pasar, tetapi dapat dites di pabrik, rumah atau kantor.

    7.     Pengujian pasar (market testing)

    Uji pemasaran dilakukan setelah produk mendapat tanggapan dari konsumen dan berfungsi aman. Setelah diberi kemasan dan merk, produk dibawa ke pasar untuk dites guna mendapatkan informasi mengenai pembeli, penyalur, efektivitas prgrampemasaran, potensi pasar dan lain lain. Proses pengujian pasar bergantung pada biaya dan resiko penanaman modal, keterbatasan waktu dan biaya penelitian. Kadang – kadang perusahaan merasa tidak perlu melakukan uji pemasaran ini. Dalam pengujian pasar sangat diperlukan wawasan dan kemampuan manajer pemasaran atau tenaga peneliti. Bebapa kemungkinan yang dapat terjadi atas pengujian pasar ini , yaitu sebagai berikut :

    a.      Pengujian pasar barang konsumsi, yaitu bagaimana pembelian ulang yang petama , penerimaan dan frekuensi pembelian konsumen

    Metode pengujian pasar untuk barang konsumsi terdiri atas beberapa tahap berikut :

    1)     Penelitian gelombang penjualan, yaitu menawarkan pada konsumen yang sama dengan produk perusahaan atau produk milik pesaing, beberapa kali dan melihat tingkat kepuasan konsumen terhadap produk tersebut

    2)     Teknik toko tiruan, yaitu uji coba dengan membandingkan jumlah produk yang diiklankan perusahaan dibeli dibandingkan dengan produk yang diiklankan pesaing pada toko tertentu.

    3)     Uji coba pemasaran terkendali, yaitu uji coba pada toko secara terkendali langsung diawasi oleh perusahaan (berdasarkan perjanjian)

    4)     Pasar percobaan, melakukan kerjasama dengan perusahaan yang khusus menangani uji pasar ini, menempatkan produk pada beberapa lokasi atau wilayah yang langsung diteliti oleh penelii khusus tersebut

    Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pengujian pasar barang konsumsi perusahaan pada hakikatnya memperoleh hal hal berikut

    1)          Menemukan kelompok segmen pasar yang potensial dan kurang potensial, serta tidak potensial

    2)          Menemukan bagaimana sebaiknya promosi dilakukan untuk menarik konsumen sebanyak mungkin

    3)          Meramalkan prospek masa depan produk tersebut

    4)          Mengetahui bagaimana prospek produk tersebut jika dibandingkan dengan produk pesaing

    5)          Faktor paling dominan yang mempengaruhi selera atau tanggapan konsumen terhadap produk tersebut.

    b.     Pengujian pasar barang industri.barang konsumsi dapat diuji di laboratorium dan dilanjutkan di pasar

    Pengujian dapat dilakukan dengan beberapa metode berikut

    1)     Uji penggunaan produk, yaitu dengan menawarkan kepada beberapa pembeli (bisa dirumah) atau ditempat lain yang dianggap potensial dan melihat reaksinya.

    2)     Melalui pameran dagang

    3)     Melalui ruang pamer pada ditributor dan penyalur

    4)     Pasar percobaan atau pasar terkendali

    Tujuan uji pasar (test marketing) adalah :

    1)     Mengurangi resiko kegagalan ditingkat nasional

    2)     Menghadapi produk – produk pesaing dalam situasi sebenarnya

    3)     Membantu manajemen dalam pengambilan keputusan, apakah menghentikan gagasan produk, mengubahnya atau memperkenalkan ke pasar

    4)     Meningkatkan produktivitas dan bauran pemasaran.

    8.     Tahap Komersialisasi (comercialization)

    Tahap ini merupakan tahap peluncuran produk ke pasar dengan program pemasaran dalam skala penuh

    Kewajiban manajemen dalam tahap ini, yaitu menjawab pertanyaan berikut

    a.      Kapan kita mulai memasarkan produk (when) ?

    b.     Ke daerah mana kita memasarkan produk tersebut (where) ?

    c.      Kepada siapa kita memasarkan produk tersebut (to whom)?

    d.     Bagaimana kita memasarkan produk tersebut (how)?

    Beberapa perusahaan mendukung diperlukannya uji coba pemasaran dan ada pula yang menyatakan tidak perlu

    Beberapa pertimbangan diperlukannya test market :

    a.      Potensi penjualan sukar diramalkan

    b.     Ketidakpastian penerimaan terhadap konsep produk tersebut

    c.      Memproduksi dalam skala penuh

    d.     Rekayasa kemasan

    Alasan untuk tidak melakukan test market :

    a.      Biaya yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan resiko kegagalan

    b.      Produk akan memiliki siklus yang singkat

    c.      Karena harga, kemasan, dan promosi lain sudah cukup meyakinkan konsumen

    C.    Syarat keberhasilan pengembangan produk baru

    Pengembangan produk baru yang berhasil dengan syarat beikut

    1.     Berpusat pada pelanggan

    Pengembangan produk baru harus berpusat pada pelanggan. Artinya, pengembangan produk baru yang berfokus pada menemukan cara baru untuk memecahkan masalah pelanggan dan memberikan pengalaman yang lebih memuaskan kepada pelanggan.

    Berdasarkan hasil penelitian (sebagaimana yang diungkapkan Kotler dan Armstrong), pengembangan produk baru yang berhasil adalah memiliki diferensiasi memecahkan masalah utama pelanggan dan menawarkan preposisi nilai pelanggan yang menarik.

    Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pengembangan produk baru yang berpusat pada pelanggan dimulai dan di akhiri dengan memecahkan permasalahan pelanggan

    2.     Pengembangan produk berdasarkan Tim

    Pengembangan produk baru berdasakan tim, artinya pendekatan untuk pengembangan produk baru, yaitu berbagai departemen bekerjasama secara erat, melewati beberapa tahapan dalam proses pengembangan produk baru untuk menghemat waktu dan meningkatkan efektivitas

    Tim ini biasanya meliputi departemen pemasaran, keuangan, desain, produksi, pemahaman pelanggan

    Peusahaan yang melakukan pengembangan poduk baru yang berpusat pelanggan dengan mengembangkan produk baru berdasarkan tim akan mendapatkan keunggulan kompetitif yang sangat menguntungkan.

    3.     Pengembangan produk baru yang sistemais

    Pengembangan produk baru tersebut hendaknya dilakukan secara kualistik dan sistematik

    Perusahaan dapat menggunakan sistem manajemen, motivasi, untuk mengumpulkan, meninjau, mengevaluasi dan mengatur produk baru

    D.    Stretegi Siklus Hidup Produk

    Siklus hidup produk (product life cycle) adalah pengalaman penjualan dan keuntungan produk slama masa hidup mencakup lima tahap yang berbeda , yaitu pengembangan produk, pengenalan, pertumbuhan, kedewasaan dan penurunan.

    Siklus hidup (product life cycle) memiliki 5 tahap yaitu, sebagai berikut

    Penjualan danKeuntungan (Rp)
    waktu
    Pengembanganproduk
    Pengenalan
    pertumbuhan
    penurunan
    penjualan
    laba
    kedewasaan
    KerugianInvestasi (Rp)

    Penjelasan :

    1.     Pengembangan produk dimulai ketika perusahaan menemukan dan mengembangkan ide produk baru. Selama pengembangan produk, penjualan masih Nol dan biaya investasi perusahaan menumpuk

    2.     Pengenalan adalah periode yang menunjukan lambatnya pertumbuhan pada saat produk diperkenalkan di pasar. Keuntungan tidak terjadi pada tahap ini karena pengeluaran yang besar untuk memperkenalkan produk

    3.     Pertumbuhan merupakan period penerimaan dengan cepat oleh pasar dan peningkatan keuntungan

    4.     Kedewasaan adalah periode melambatnya pertumbuhan penjualan karena produk telah diterima oleh sebagian besar pembeli potensial. Tingkat keuntungan tidak berada di puncak atau menurun karena meningkatnya pengeluaran pemasaran untuk mmpertahankan produk dalam persaingan

    5.     Penurunan merupakan periode ketika penjualan mulai menurun dan keuntungan jatuh

    Tidak semua produk mengikuti siklus hidup produk ini. Ada poduk yang baru diperkenalkan gugur dengan cepat, ada pula yang berada pada tahap kedewasaan untuk waktu yang lama sekali. Beberapa memasuki tahap penurunan dan kemudian memasuki siklus lagi dalam tahap pertumbuhan melalui promosi atau reposisi yang kuat. Tampaknya merek yang diatur dengan baik dapat hidup selamanya. Salah satu merk yang panjang umur adalah coca cola

    Dalam keputusan pengembangan produk dan jasa harus dipertimbangkan pula tanggung jawab sosial perusahaan, meliputi masalah kebijakan publik dan peraturan yang melibatkan tindakan meraih atau membuang produk, perlindungan hak paten kualitas dan keamanan produk, dan jaminan produk.

    2.     PRODUK DAN STRATEGI PENENTUAN MEREK

    A.    Pengertian Produk

    Manusia memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka dengan barangdan jasa. Produk menurut Philip Kotler adalah: “segala sesuatu yangditawarkan ke pasar untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan”(1997:52). Basu Swastha dan Irawan, menyatakan bahwa produk adalah:”suatu sifat kompleks, baik dapat diraba maupun tidak diraba, termasukbungkus, warna, harga, prestise perusahaan, pelayanan pengusaha danpengecer, yang diterima pembeli untuk memuaskan keinginan dankebutuhan” (1990:165).Fandy Tjiptono mengartikan produk sebagai: “segala sesuatu yangditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli,

    digunakan/dikonsumsi pasar sebagai pemenuh kebutuhan/keinginan pasaryang bersangkutan” (1999:95). Produk yang ditawarkan tersebut meliputi:barang fisik, jasa, orang/pribadi, organisasi, dan ide. Secara lebih rinci,konsep produk meliputi: barang, kemasan, merk, warna, label, harga,kualitas, pelayanan dan jaminan.Selama ini banyak penjual melakukan kesalahan dengan memberikanperhatian lebih banyak pada produk fisik daripada manfaat yangdihasilkan dari produknya. Mereka menempatkan diri lebih dari sebagaipenjual daripada memberikan pemecahan kebutuhan. Padahal perusahaanharus berpusat pada kebutuhan pelanggan, bukan hanya pada keinginanyang sudah ada. Hal ini dikarenakan produk merupakan alat untuk memecahkan masalah konsumen.

    B.    Tingkat Produk

    Tingkat produk dapat digambarkan sebagai berikut

                                              produk tambahan                           Pengiriman                                                                   pelayananDan                                                                                     purnajualPenialianInstalasi                                                                            jaminan
    Produk actualNama                                  fiturMerekTingkat                       Kualitas                                           desain      kemasan                                             
    Manfaat inti

    Penjelasan :

    Dari gambar tersebut terdapat tiga produk yaitu sebagai berikut

    1.     Tingkat yang paling dasar adalah manfaat inti yaitu sesuatu yang benar benar dapat di rasakan konsumen dari produk tersebut . contohnya , sabun mandi sampai sejauh mana kebersihan badan dirasakan oleh konsumen dari sabun mandi ini

    2.     Produk actual , yaitu karakter yang dimiliki produk , seperti fitur , nama merek desain, tingkat kualitas kemasan dan lain lain. Contoh nama merek sabun “LUX”

    3.     Produk tambahan atauyang disempurnakan , yaitu kelengkapan dan penyempurnaam produk inti seperti pelayanan purnajual , cara pengirimannya , dan lain lain

    C.    Klasifikasi produk

    Klasifikasi produk biasanya dilakukan berdasarkan beberapa sudut pandang, namun secara umum produk dapat dibagi 2 yaitu:

    a. Barang

    Barang menurut Fandy Tjiptono adalah “produk yang berwujud fisik sehingga dapat bisa dilihat, disentuh, dirasa, dipegang, disimpan, dan perlakuan fisik lainnya” (1999:98). Ditinjau dari daya tahannya, terdapat dua macam barang yaitu:

    1) Barang tahan lama (durable goods). Merupakan barang berwujud yang biasanya bisa tahan lama dengan banyak pemakaian, atau umur ekonomisnya untuk pemakaian normal satu tahun atau lebih.

    Contoh: lemari es dan televisi.

    2) Bahan tidak tahan lama (non durable goods). Merupakan barang berwujud yang biasanya habis dikonsumsi dalam satu kali pemakaian, atau umur ekonomisnya dalam pemakaian normal kurang dari sattu tahun. Contoh: sabun mandi dan makanan.

    b. Jasa

    Jasa menurut Philip Kotler adalah “setiap tindakan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain. Pada dasarnya jasa tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun” (1992:45). Produk jasa mungkin berkaitan dengan produk fisik atau tidak. Produk juga dapat diklasifikasikan berdasarkan konsumennya dan untuk apa produk tersebut dikonsumsi. Berdasarkan kriteria ini Fandy Tjiptono mengklasifikasikan produk menjadi:

    a. Barang Konsumen

    Barang Konsumen adalah barang yang dikonsumsi untuk kepentingan konsumen akhir (individu atau rumah tangga), dan bukan untuk kepentingan bisnis, barang konsumen dapat dibedakan menjadi empat

    jenis yaitu:

    1) Convenience Goods

    Convenience Goods merupakan barang yang pada umumnya memiliki frekuensi pembelian yang tinggi (sering dibeli), dibutuhkan dalam waktu segera dan memerlukan usaha yang minimum dalam perbandingan dan pembelianya. Contohnya: rokok, sabun mandi, pasta gigi, dan permen.

    2) Shooping Goods

    Shooping goods adalah barang yang proses pemilihan dan pembelianya, dibandingkan oleh konsumen diantara berbagai alternatif yang tersedia. Kriteria pembanding meliputi harga,

    kualitas, dan model masing-masing. Contohnya: alat rumah tangga, pakaian, dan kosmetik.

    3) Speciality goods

    Speciality goods adalah barang yang memiliki karakteristik atau identifikasi merek yang unik dimana sekelompok konsumen bersedia melakukan usaha khusus untuk membelinya. Umumnya jenis barang ini terdiri atas barang-barang mewah, dengan merek dan model yang spesifik, seperti mobil jaguar dan pakaian desain terkenal.

    4) Unsought goods

    Unsought goods adalah barang yang tidak diketahui oleh konsumen atau kalaupun sudah diketahui oleh konsumen, konsumen belum tentu tertarik untuk membelinya. Contohnya:

    batu nisan, ensiklopedi, dan tanah pekuburan.

    b. Barang industri

    Barang industri adalah barang yang di konsumsi oleh industriawan (konsumen antara atau konsumen bisnis). Barang industri digunakan untuk keperluan selain di konsumsi langsung yaitu: untuk diolah menjadi barang lain atau untuk dijual kembali. Barang industri dapat

    dibagi menjadi tiga kelompok yaitu:

    1) Material and part

    Merupakan barang yang seluruhnya atau sepenuhnya masuk ke dalam produk jadi. Kelompok ini dibagi menjadi dua kelas yaitu bahan baku serta bahan jadi dan suku cadang.

    2) Capital Items

    Merupakan barang tahan lama (long Lasting) yang memberi kemudahan dalam mengembangkan atau mengelola produk jadi. Capital items dibagi menjadi dua kelompok yaitu instalasi (meliputi bangunan dan peralatan kantor).

    3) Supplies and service

    Merupakan barang yang tidak tahan lama serta jasa yang memberi kemudahan dalam mengembangkan atau mengelola keseluruhan produk jadi (1999:98-101).

    D.    BARANG INDUSTRI

                Barang industry adalah barang barang yang dibeli untuk diproses lebih lanjut atau dipergunakan dalam menjalankan bisnis.

    Ini artinya barang industry ini diproduksi untuk membuat barang lain untuk diproduksikan

    Klasifikasi barang industri

    1.               Barang suku cadang , yaitu barang barang yang seluruhnya masuk dalam produk jadi

    2.               Barang modal yaitu barang barang berat atau barang modal

    3.               Perbekalan dan pelayanan

    4.               Keputusan produk dan jasa

    Atribut Produk
    Penetapanmerek
    Kemasan
    Pelabelan
    Jasa pendukung produk

    Gambar

    Keputusan produk perseorangan

    Penjelasan

    E.     Atribut Produk

    Produk akan berhasil apabila memiliki atribut-atribut yang sesuaidengan yang diharapkan oleh konsumen. Atribut produk menurut IndriyoGito Sumarno adalah “suatu komponen yang merupakan sifat-sifat produkyang menjamin agar produk tersebut dapat memenuhi kebutuhan dankeinginan yang diharapkan pembelinya” (1994:188).Atribut produk menurut Fandy Tjiptono adalah “unsur-unsur produkyang dipanndang penting oleh konsumen dan dijadikan dasar pengambilankeputusan pembelian” (1999:103). Atribut produk secara umum meliputi:

    a. Desain Produk

    Indriyo Gito Sumarno menyatakan bahwa “desain atau bentukproduk merupakan atribut yang sangat penting untuk mempengaruhikonsumen agar mereka tertarik dan kemudian

    membelinya”(2000:192). Dalam praktiknya kita dapat melihat bahwa desain produkdari merek tertentu, berbeda dengan desain produk yang sama namunmerek yang berbeda.

    Mark Gobe menyatakan bahwa “desain produk yang baik harusdapat memberikan

    pengalaman sentuhan yang menyenangkan bagipelanggan” (2005:7). Gobe meyakini bahwa “ dalam membeli sesuatukonsumen tidak hanya memerlukan infomasi mengenai produk,mereka cenderung menyentuh produk untuk proses evaluasi”

    (2005:97).

    b. Warna produk

    Penglihatan merupakan indera yang utama bagi manusiia dalammengeksploitasi dan memahami dunia. Warna merupakan elemenpenting dalam desain grafis yang memiliki pengaruh besar terhadappenglihatan audiens. Pada suatu produk, warna adalah elemen pentingyang dilihat pertama kali oleh audiens. Warna juga merupakan halyang menjadi pertimbangan kualitas suatu produk.Marc Gobe menyatakan bahwa secara umum warna warnamemiliki efek psikologis atau emosi sebagai berikut:

    1) Warna yang memiliki gelombang panjang berarti memprovokasi.

    Warna-warna yang memiliki gelombang panjang antara lain warna merah dan kuning. Warna merah sebagai warna yang palingmerangsang, akan menarik perhatian mata lebih cepat dibandingwarna lain. Warna kuning, berada di tengah gelombang cahayayang dapat dideteksi oleh mata, karena warna kuning menjadiwarna yang paling cerah dan mudah menarik perhatian. Warnawarnaseperti ini cocok untuk produk-produk yang membutuhkanlebih seperti garis polisi.

    2) Warna yang memiliki gelombang pendek berarti menenangkan,antara lain biru dan hiaju. Warna biru mempunyai sifat yangmenyegarkan dan memberi rasa rileks. Sedangkan warna hijaumemberi kesan sejuk dan alami (2005:84-85).

    c. Merek

    Merek menurut Philip Kotler dan A.B. Susanto (2001;575) adalah“nama, istilah, simbol, atau rancangan, atau kombinasi dari hal-haltersebut yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasadari seseorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakannya dengan pesaing-pesaing”. David Baker dan Fandy Tjiptono (1999:105)menyatakan bahwa “merek berbeda dengan produk”. Produk adalah sesuatu yang dihasilkan oleh pabrik, sedang merek adalah sesuatu yang dibeli konsumen. Produk bisa lebih dengan mudah ditiiru pesaing,

    sedang merek memiliki keunikan yang relative sukar ditiru atau dijiplak. Istilah merek (brand) mempunyai pengertian yang luas. The American Marketing Association dalam Basu Swastha merumuskan

    sebagai berikut:

    1) Brand adalah nama, istilah, symbol, atau desain atau kombinasi yang dimaksudkan untuk memberi tanda barang atau jasa dari seseorang penjual atau sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari barang-barang yang dihasilkan oleh pesaing.

    2) Brand name terdiri atas kata-kata, huruf, dan atau angka-angka yang dapat diucapkan.

    3) Brand mark adalah bagian dari merek yang dinyatakan dalam bentuk symbol,desain, atau warna atau huruf tertentu.

    4) Trade mark adalah merek yang dilindungi oleh undang-undang karena sudah didaftarkan kepada pemerintah dan perusahaan mempunyai hak tunggal untuk menggunakannya (1984:135). Merek menurut Fandy Tjiptono memilki beberapa tujuan, yaitu:

    1) Identitas. Merek bermanfaat untuk membedakan produk suat  perusahaan dengan produk pesaingnya. Merek juga bermanfaat untuk memudahkan konsumen mengenali produk saat berbelanja dan saat melakukan pembelian ulang.

    2) Alat promosi. Merek bermanfaat sebagai alat daya tarik produk.

    3) Membina citra, yaitu dengan memberikan keyakinan, jaminan kualitas serta prestise tertentu kepada konsumen.

    4) Mengendalikan pasar (1999:106).

    Merek yang digunakan oleh suatu perusahaan tidak bisa sembarangan, karena merek dapat menentukan persepsi konsumen terhadap produk. Merek yang baik menurut Fandy Tjiptono harus memenuhi beberapa syarat sebagai berikut:

    1) Merek harus khas atau antik.

    2) Merek harus menggambarkan sesuatu mengenai manfaat produk dan pemakaiannya.

    3) Merek harus menggambarkan kualitas produk.

    4) Merek harus mudah diucapkan, dikenali dan diingat.

    5) Merek harus dapat menyesuaikan diri (adaptable) dengan produkproduk baru yang mungkin ditambahkan ke dalam lini produk (1998:108).

    d. Kemasan

    Pengemasan (packaging) menurut Basu Swastha (1984:139) adalah “kegiatan-kegiatan umum dalam perencanaan barang yang melibatkan penentuan desain dan pembuatan bungkus atau kemasan bagi suatu barang”. Fandy Tjiptono menyatakan bahwa: “pengemasan, berkaitan dengan perancangan dan pembuatan wadah atau pembungkus untuk suatu produk” (1999:106). Fandy Tjiptono menyatakan bahwa pemberian kemasan pada produk memiliki beberapa tujuan, yaitu:

    1) Pelindung isi (protection), misalnya dari kerusakan, kehilangan, berkurangnya dan sebagainya.

    2) Memberikan kemudahan dalam penggunaan (operation), misalnya supaya tidak tumpah, sebagai alat pemegang dan sebagainya.

    3) Bermanfaat dalam pemakaian ulang (reusable), misalnya untuk diisi kembali atau untuk wadah lain.

    4) Memberi daya tarik (promotion), yaitu aspek artistik, warna, bentuk maupun desainnya.

    5) Identitas produk (image), misalnya berkesan kokoh, awet, lembut, dan mewah.

    6) Distribusi (shipping), misalnya mudah disusun, dihitung dan ditangani.

    7) Informasi (labelling), yaitu menyangkut isi, pemakaian dan kualitas.

    8) Cermin inovasi produk, berkaitan dengan kemajuan teknologi dan daur ulang (1999:106).

    Pemberian kemasan suatu produk biasanya disertai strategi tertentu. Basu Swastha menyatakan bahwa kemasan produk meliputi masalah-masalah sebagai berikut:

    1) Perubahan Bungkus

    Perubahan bungkus suatu produk umumnya untuk melakukan perubahan produk, yaitu adanya penurunan penjualan dan usaha untuk memperluas pasar. Kemasan baru juga diharapkan dapat memberikan sumbangan untuk promosi perusahaan.

    2) Pembungkus Produk Line

    Perusahaan kadang mengadakan pembungkusan untuk beberapa jenis barang dalam kelompok yang sama yang disebut pembungkusan kelompok (family packaging). Strategi ini sama dengan strategi merek kelompok.

    3) Pembungkusan yang dapat digunakan lagi Strategi penggunaan bungkus kembali biasanya digunakan untuk mendorong pembelian ulang. Strategi ini banyak dipakai pada produk kebutuhan rumah tanga dan produk makanan.

    4) Pembungkusan Ganda

    Perusahaan yang menggunakan strategi ini memakai satu kemasan untuk membungkus beberapa satuan barang, seperti rokok, Iilin, dan kok ( l984:141).

    e. Pemberian label

    Label menurut Basu Swastha adalah “bagian dari sebuah barang yang berupaya keterangan (kata-kata) tentang barang tersebut atau penjualnya” (1984:44). Label bisa merupakan bagian dari kemasan atau merupakan etiket (tanda pengenal) yang dicantelkan pada produk.

    Misalnya tulisan “hanya untuk dewasa” pada kemasan obat. Stanton dalam Fandy Tjiptono membagi label menjadi tiga macam yaitu:

    1) Brand Label, yaitu merek yang diberikan pada produk atau dicantumkan pada kemasan.

    2) Descriptive Label, yaitu label yang memberikan informasi objektif mengenai penggunaan, konstruksi/pembuatan, perawatan/perhatian dan kinerja produk serta karakteristik karakterisrik lainya yang berhubungan dengan produk

    3) Grade Label, yaitu label yang mengidentifikasikan penilaian kualitas produk dengan huruf, angka atau kata (1990:107).

    f. Harga produk

    Harga menurut Basu Swastha adalah “jumlah uang (ditambah beberapa barang kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya” (1990:65). Harga sering digunakan konsumen sebagai indikator penentuan

    harga. Konsumen akan memilih barang yang harganya lebih murah, meski selisihnya sedikit untuk barang yang menurut memreka memiliki kualitas yang sama. Konsumen kadang juga memilih barang yang lebih mahal untuk jenis barang yang sama dengan mengharapkan

    kualitas yang lebih. Pada umumnya perusahaan menentukan harga dengan mempertimbangkan biaya yang dikeluarkan dan keuntungan yang diharapkan, Basu Swastha menyatakan bahwa: “harga ditetapkan untuk mendapatkan laba maksimum, mendapatkan pengembalian investasi yang ditargetkan atau pengembalian pada penjualan bersih, mencegah atau mengurangi persaingan dan mempertahankan atau memperbaiki market share” (1984:148-149).

    g. Kualitas produk

     Perusahaan selalu berusaha memenuhi kebutuhan konsumen dengan menawarkan produk yang berkualitas. Produk yang berkualitas adalah produk yang memiliki manfaat bagi konsumennya. Philip Kotler menyatakan bahwa: “kualitas adalah keseluruhan sifat serta ciri

    dari suatu produk/pelayanan yang berpengaruh pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan/tersurat” (1997:24). MC. Cartny dan Philip Kotler menyatakan bahwa “kualitas merupakan salah satu atribut produk yang dipertimbangkan konsumen saat

    memilih suatu produk” (1998:88) Fandy Tjiptono menyatakan ada beberapa faktor yang digunakaan untuk menilai kualitas produk, yaitu:

    1) Kinerja (Performance), yaitu karakteristik operasi pokok dari produk inti (core product) yang dibeli.

    2) Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (features), yaitu karakteristik sekunder atau pelengkap.

    3) Keandalan (reliability), yaitu kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan atau gagal pakai.

    4) Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to specification), yaitu sejauh mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar-standar yang ditetapkan sebelumnya.

    5) Daya tahan (durability), berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat digunakan. Dimensi ini mencakup umur teknis maupun umur ekonomis produk.

    6) Serviceability, meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, mudah direparasi serta penangan keluhan yang memuaskan. Misalnya tersedia hotline service yang menangani keluhan pelanggan.

    7) Estetika, yaitu daya tarik produk terhadap panca indra, misalnya: bentuk fisik dan warna yang menarik serta model/desain yang

    artistik (1997:25-26).

    g.                Saat ini produk apapun tidak lepas dari unsur jasa/pelayanan, baik

    itu jasa sebagai produk inti (jasa murni) maupun jasa sebagai pelengkap. Produk inti umumnya sangat bervariasi, tetapi layanan pelengkapnya memiliki kesamaan. Fandy Tjiptono menyatakan bahwa layanan pelengkap terdiri dari: “informasi, konsultasi, order taking (pemesanan), hospitality (pelayanan), care taking (perhatian pada barang bawaan dan belanjaan), exceptions (permintaan khusus), billing (pengajuan rekening), dan pembayaran” (1999:98).

    i. Jaminan

    Jaminan menurut Fandy Tjiptono adalah “janji yang merupakan kewajiban produsen atas produknya kepada konsumen, dimana konsumen akan memberi ganti rugi bila produknya tidak dapat berfungsi seperti apa yang diinginkan/diharapkan” (1999:108).Jaminan bisa meliputi kualitas produk, reparasi, dan atau ganti rugi(uang kembali/produk ditukar). Jaminan sendiri ada yang bersifat tertulis dan ada pula yang tidak tertulis. Sekarang jaminan sering dimanfaatkan sebagai aspek promosi, terutama produk tahan lama.

    BAB III

    KESIMPULAN

    Pemasaran adalah suatu proses dan manajerial yang membuat individu atau kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk yang bernilai kepada pihak lain atau segala kegiatan yang menyangkut penyampaian produk atau jasa mulai dari produsen sampai konsumen. Pemasaran merupakan suatu kegiatan-kegiatan pokok yang dilakukan oleh para perusahaan baik itu perusahaan barang atau pun perusahaan jasa dalam rangka mengembangkan usahanya, untuk memperoleh laba, serta untuk mempertahankan kelangsungan hidup usahanya tersebut.dalam pemasaran PENGEMBANGAN PRODUK BARU DAN DAUR HIDUP PRODUK sangat penting yang terdiri dari Pengertian Pengembangan Produk Baru ,Proses pengembangan Produk Baru ,Syarat keberhasilan pengembangan produk baru ,Stretegi Siklus Hidup Produk dan juga mengenai PRODUK DAN STRATEGI PENENTUAN MEREK juga sangat mempengaruhi dalam pemasaran yang diantaranya menyangkut  Pengertian produk ,Tingkat produk ,Klasifikasi produk ,Klasifikasi barang konsumsi ,Klasifikasi barang industry dan Keputusan produk dan jasa semuanya sangat mempengaruhi dalam hal pemasaran yang dilakukan seseorang individu maupn kelompok

  • Contoh Proposal Kontes Modifikasi Program Studi Otomotif

    Proposal Kontes Modifikasi Program Studi Otomotif

    A. Latar Belakang

    Puji dan syukur tidak pernah henti-hentinya kita sanjungkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya kita masih diberikan kenikmatan yang tidak terhitung jumlahnya. Shalawat serta salam selalu kita haturkan kepada junjungan kita baginda Rasulullah Muhammad SAW, yang telah membawa kita keluar dari zaman kegelapan menuju ke jalan yang penuh cahaya. Serta pada keluarga, sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman.

    Mahasiswa Politeknik Negeri Sriwijaya (POLSRI), yang tergabung dalam berbagai organisasi kemahasiswaan, dituntut mempersiapkan diri mengadapi era baru yang mengedepankan pentingnya manajemen organisasi dan komunukasi dalam dunia global. Organisasi kemahasiswaan memiliki peran penting dalam membentuk kepribadian, karakter, watak yang berwawasan luas sebagai penyiapan tenaga professional dalam bidangnya.

    Keberhasilan sebuah organisasi, lebih utama dikarenakan keberhasilan manajemen organisasi, kredibilitas kepengurusan dan kreatifitas kegiatan yang dimiliki. Oleh sebab itu, dipandang perlu untuk menyamakan persepsi tentang organisasi kemahasiswaan antara pimpinan, pembmbing dan pengurus organisasi kemahasiswaan.

    Maka dari itu kami dari Himpunan Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Sriwijaya akan mengadakan suatu kegiatan “MOTOR MODIFICATION CONTEST SE SUMATERA-SELATAN”. Kegiatan ini diharapkan bisa membantu para mahasiswa jurusan teknik mesin khususnya untuk menghadapi persaingan global tersebut, serta menumbuhkan rasa percaya diri akan kemampuan yang dimiliki.

    B. Maksudan dan Tujuan Kegiatan

    Adapun maksud dari kegiatan ini adalah:

    1. Menjelaskan pada masyarakat, khususnya masyarakat se-sumatera selatan bahwa POLSRI bukan merupakan politeknik UNSRI, tetapi Politeknik Negeri Sriwijaya.
    2. Mengembangkan kreatifitas mahasiswa daalam bentuk kegiatan-kegiatan yang mereka senangi.
    3. Melatih jiwa wiraswasta kepada mahasiswa Politeknik Negeri Sriwijaya, khususnya jurusan Teknik Mesin.
    4. Menunjukkan kepada masyarakat tentang keberadaan jurusan teknik mesin di POLSRI.
    5. Menunjukkan kemampuan mahasiswa jurusan teknik mesin polsri kepada masyarakat.
    6. Merealisasikan progam kerja HMJ Teknik Mesin POLSRI.

    C. Nama Kegiatan

    Nama kegiatan yang akan diselenggarakan ini adalah ” Motor Modification Contest Se Sumatera-Selatan

    D. Tema Kegiatan

    Tema kegiatan yang akan dilaksanakan ini adalah “ Menjadikan Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin Yang Siap Pakai dan Siap Unuk Menghadapi Tantangan Global “

    V. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN

    Kegiatan Motor Modification Contestini akan dilaksanakan pada :

    Hari : Sabtu /minggu

    Tanggal : 12 s/d. 13 DESEMBER 2009

    Waktu : 07.00 s/d Selesai

    Tempat : Halaman depan KPA Politeknik Negeri Sriwijaya

    VI. BENTUK KEGIATAN

    1. Kontes Modifikasi Sepeda Motor

    Kontes modifikasi sepeda motor ini akan diikuti oleh kalangan pelajar, mahasiswa dan masyarakat umum se-sumatera selatan. Dalam kontes ini akan diadakan lima kelas penilaian / lima kriteria penilaian:

    1. Fungki
    2. Ceper
    3. Airbrush
    4. Exstrime
    5. Matic

    2. Ganti Oli

    Ganti oli ini akan dilakukan langsung oleh mahasiswa jurusan Teknik Mesin, sebagai salah satu cara agar mahasiswa jurusan Teknik Mesin siap menghadapi tantangan global dan siap kerja. Serta menumbuhkan rasa percaya diri akan kemampuannya.

    3. Service Ringan Gratis

    Dalam service ringan ini juga akan langsung dilakukan oleh mahasiswa jurusan Teknik Mesin. Yang bertujuan untuk mengaplikasian ilmu yang dimiliki mahasiswa.

    4. Pameran Tugas Akhir Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin POLSRI

    Berisi tentang pameran hasil karya mahasiswa jurusan Teknk Mesin yang berupa alat-alat / mesin-mesin. Pameran Tugas Akhir ini bertujuan agar masyarakat mengetahui kemampuan para mahasiswa jurusan Teknik Mesin POLSRI. Dan menunjukkan kepada masyrakat serta perusahaan bahwa alumni jurusan Teknik Mesin POLSRI siap menghadapi tantangan global.

    5. Bazar-Bazar

    Bazaar berfungsi sebagai wadah atau tempat untuk memasarkan produk para sponsor, juga sekaligus untuk memeriahkan acara ini. kusus bazar dari pihak sponsor, stan diperbolehka membawa sendiri.

    VII. SASARAN KEGIATAN

    Dalam kegiatan ini sasarannya adalah kalangan pelajar yang meliputi pelajar SMA , para mahasiswa , serta masyarakat umum se- Sumatera Selatan.

    VIII. LAMPIRAN

    Untuk melenkapi proposal ini, berikut kami lampirkan:

    1. Susunan Panitia
    2. Susunan Acara
    3. Anggaran Biaya

    IX. SUMBER DANA

    Sumber dana berasal dari dana kemahasiswaan dan dana sponsorship serta donator yang tidak mengikat.

    X. PENUTUP

    Demikianlah proposal  Motor Modification Contes Se Sumatera-Selatan ” ini disampaikan dengan harapan dapat dilaksanakan dengan baik dan semoga kegiatan ini dapat menunjukan kepada masyarakat kemampuan dan kreatifitas para mahasiswa jurusan Teknik Mesin POLSRI. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kerja sama yang baik dari semua pihak.

    Palembang November 2009

    Lampiran I

    SUSUNAN KEPANITIAAN

    MOTOR MODIFICATION CONTEST

    SE-SUMATERA SELATAN

    HIMPUNAN MAHASISWA JURUSAN TEKNIK MESIN

    12 s/d. 13 DESEMBER 2009

    PELINDUNG : R.D. Kusumanto, S.T.,M.M.

    Direktur Politeknik Negeri Sriwijaya

    PENASEHAT : H. Firdaus, S.T.,M.T

    Pembantu Direktur I Politeknik Negeri Sriwijaya

    H.L Suhairi Hazisma,SE,M.Si

    Pembantu Direktur II Politeknik Negeri Sriwijaya

    H.Yohandri Bow,S.T, M.T

    Pembantu Direktur IV Politeknik Negeri Sriwijaya

    PENANGGUNG JAWAB : Ir. Ahmad Bahri Joni Malyan

    Pembantu Direktur III Politeknik Negeri Sriwijaya

    PEMBIMBING : Firdaus, S.E.

    Kepala Bagian Administrasi Umum dan Keuangan

    Yanuar, S.E.

    Kepala Bagian Akademik dan Kemahasiswaan

    Iskandar, S.T.

    Ketua Jurusan Teknik Mesin

    Hatta Yudhistira, S.Kom

    Koordinator Unit Kemahasiswaan

    Indra Satriadi, S.T.

    Koordinator Bidang Penalaran dan Keilmuan

    PENANGGUNG JAWAB KEGIATAN : Hasdi Febriansyah

    Ketua MPM Politeknik Negeri Sriwijaya

    Alminata Hussen

    Presiden Mahasiswa Politeknik Negeri Sriwijaya

    Ridwan Angga Saputra

    Gubernur Mahasiswa Jurusan Teknk Mesin

    ORGANIZING COMMITTE

    Fredy Anwar SetiokoWahidun Habibi Al FajriRahmat Nurhidayat::
    :
    KETUA PELAKSANASEKERTARIS BENDAHARSEKSI-SEKSI
    1.2.3.4.5.6.7KESEKRETARIATANKoordinatorAnggotaACARAKoordinatorAnggotaPERLENGKAPANKoordinatorAnggotaKONSUMSIKoordinatorAnggotaHUMASKoordinatorAnggotaDOKUMENTASIKoordinatorAnggotaKEAMANANKoordinatorAnggota:::::::::::::::::::GayatriM.HanandyoJemi sastraHendyHary Sukma PratamaDeni saputraWisnu WahyudiYayan KurniawanRio Cyrus Aulia FauziM. Affan PratamaFredi siswantoHarry Sukma PM RidwanNefsi RolestaAde kurniawanAl fajriansyahM arisDwino KrisnoDeni martin

    Lampiran II

    SUSUNAN ACARA

    MOTOR MODIFICATION CONTEST

    SE-SUMATERA SELATAN

    HIMPUNAN MAHASISWA JURUSAN TEKNIK MESIN

    12 s/d. 13 DESEMBER 2009

    v Hari Pertama , Sabtu 12 Desember 2009

    WaktuDeskripsi KegiatanPengisi Acara
    07.00 – 08.00Absen dan pengumpulan berkas pesertaPanitia
    07.30 – 07.40Sambutan PembukaanMC
    07.40 – 07.50Sambutan Ketua PelaksanaFredy Anwar Setioko
    07.50 – 08.00Sambutan Gubernur Mahasiswa Jurusan Teknik MesinRidwan Angga Saputra
    08.20- 08.00Sambutan dari Ketua Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri SriwijayaST.Iskandar .Bpk.
    08.20 – 08.45Sambutan Pembantu Direktur III Politeknik Negeri Sriwijaya, sekaligus membuka acara Motor Modification Contest Se sumatera Selatan Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Sriwijaya tahun 2009 secara resmi.Bpk. Ir. A. Bahri Joni Malyan
    08.45 – 09.00DoaPanitia
    09.00 – 12.00Acara Ganti Oli, Service Gratis, Bazar, Pameran Tugas Akhir Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri SriwijayaPanitia
    12.00 – 13.00Break
    13.00 – 17.30Hiburan dan Ganti Oli, Service Gratis, Bazar, Pameran Tugas Akhir Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri SriwijayaPanitia

    v Hari Kedua , Minggu 13 Desember 2009

    WaktuDeskripsi KegiatanPengisi Acara
    07.00 – 08.00Absensi PesertaPanitia
    08.00- 08.30Sambutan Pembukaan,Ganti Oli, Service Gratis, Bazar, Pameran Tugas Akhir Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri SriwijayaMC dan Panitia
    08.30 – 12.00Penilaian,Ganti Oli, Service Gratis, Bazar, Pameran Tugas Akhir Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri SriwijayaJuri dan Panitia
    12.00 – 13.00Break
    13.00 – 14.00Rapat Para Juri,Ganti Oli, Service Gratis, Bazar, Pameran Tugas Akhir Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri SriwijayaPanitia dan Para Juri
    14.00 – 16.00Pengumuman Pemenang dan Pembagian HadiahPanitia
    16.00 s/d selesaiPenutupPanitia

    Lampiran III

    ESTIMASI BIAYA

    MOTOR MODIFICATION CONTEST

    SE-SUMATERA SELATAN

    HIMPUNAN MAHASISWA JURUSAN TEKNIK MESIN

    12 s/d. 13 DESEMBER 2009

    1. Seksi Kesekretariatan

    12345678910Pembuatan proposal 50 exemplar @ Rp. 20.000,-Pembuatan LPJ 5 Exemplar @ Rp. 20.000,-Amplop besar 1 kotak @ Rp. 20.000,-Stempel pampel 2 buah @ Rp. 30.000,-Kertas HVS 80 gr 4 rim @ Rp. 32.000,-Kwitansi 2 buah @ Rp. 5.000,-Foto CopyRefil Tinta Print 5 kotak @ Rp. 25.000,-Materai 6.000 10 buah @ Rp. 7.000,-Komunukasi Hari HTOTALRp.Rp.Rp.Rp.Rp.Rp.Rp.Rp.Rp.RpRp1.000.000,-100.000,-20.000,-60.000,-128.000,-10.000,-100.000,-125.000,-70.000,-500.000,-2.113.000,-

    2. Seksi Acara

    1234Hadiah doorprize 5 paket @ Rp. 100.000,-T-shirt Panitia 40 buah @ Rp. 50.000,-Co Card Panitia + Peserta 100 buah @ Rp. 5.000,-Hadiah kontes1 Uang tunai 5 paket @ Rp. 1.200.000,-2 Tropi 5 paket @ Rp. 200.000,-3 T-shirt 5 paket @ Rp. 180.000,-4 Piagam 5 paket @ Rp. 100.000,-TOTALRp.Rp.RpRpRp.Rp.Rp.Rp500.000,-2.000.000,-500.000,-6.000.000,-1.000.000,-900.000,-500.000,-11.400.000,-

    3. SEKSI HUMAS, PUBLIKASI DAN DOKUMENTASI

    1234567Spanduk 20 Buah @ Rp.125.000,-Stiker event 2 Rim @ Rp.250.000,-Cetak digitalPoster 1 Rim @ Rp.2.000.000,-Pamflet 4 Rim @ Rp.250.000,-Tali spanduk 100 Meter @ Rp.2.000,-Perekat poster 5 Kaleng @ Rp.30.000,-TOTALRp.Rp.Rp.Rp.Rp.Rp..RpRp2.500.000,-500.000,-200.000,-2.000.000,-1.000.000,-200.000,-150.000,-6.550.000,-

    4. Seksi Perlengkapan dan Transportasi

    123Sewa perlengkapan 20 Unit Rp.300.000,-Bnsin kendaraan 50 Liter Rp. 4.500,-Guest DJ 1 Hari @ Rp. 1.500.000,-TOTALRp.Rp.Rp.Rp6.000.000,-225.000,-1.500.000,-7.725.000,-

    5 . Seksi Konsumsi

    123456Makan siang panitia 2 hari x 50 Bungkus@ Rp. 12.000,-Snack panitia 2 hari x 50 Kotak @ Rp. 5.000,-Snack Peserta 2 hari x 80 Kotak @ Rp. 5.000,-Snack Tamu Undangan 2 hari x 50 Kotak@ Rp. 5.000,-Air Mineral Botol 2 Kotak @vRp. 60.000,-Air Mineral Cup 10 Jotak @ Rp. 20.000,-TOTALRp.Rp.Rp..RpRp.Rp.Rp.1.200.000,-500.000,-800.000,-500.000,-120.000,-200.000,-3.320.000,-

    REKAPITULASI DANA

    PENGELUARAN:

    12345seksi kesekretariatanseksi acaraseksi humas ,Publikasi dan DokumentasiSeksi Perlengkapan dan TranportasiSeksi KonsumsiTOTALRp.Rp.Rp.Rp.Rp.Rp.2.113.000,- 11.400.000,-6.550.000,- 7.725.000,-3.320.000,-31.108.000,-

    PEMASUKAN :

    Dana KemahasiswaanKekurangan DanaRpRp5.000,000,-26.108.000,-

    Terbilang : Dua Puluh Enam Juta Seratus Delapan Ribu Rupiah

    PENAWARAN SPONSORSHIP

    Panitia Motor Modification Contest Se sumatera Selatan Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Sriwijaya memberikan memberikan kesempatan kepada perusahaan atau badan usaha untuk berpartisipasi dalam menyelenggarakan acara ini.

    Ketentuan bagi seponsor :

    1. Mengenalkan dan mengeksistensikan perusahaan pada masyarakat

    2. Menambah animo masyarakat luas terhadap produk perusahaan

    Ketentuan umum sponsor:

    1. Penandatanganan kontrak dilaksanakan langsung dengan mengisi fomulir yang disediakan panitia.

    2. pembayaran uang muka sebesar 50% dilakukan pada saat penandatanganan kesediaan sponsor.

    3. Pembayaran kedua adalah pelunasan batas akhir waktu tanggal 8 Desember 2009.

    4. Perjanjian kontrak sponsor dapat dilakukan dengan panitia yang diberikan tugas.

    5. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi panitia dengan:

    – Fredy Anwar Setioko : 0852 6847 7177

    – Zarmansyah Erman : 0856 5874 4774

    Jenis Penawaran sponsorship

    A. Sponsor utama (Tunggal)

    Adalah perusahaan atau badan usaha yang bersedia menanggung Seluruhkekurangan anggaran sebesar yang akan disepakati. Dan ini merupakan sebuah penawaran yang menantang, dimana produk perusahaan akan dicantumkan pada semua perlengkapan yang akan digunakan pada acara ini, yaitu pada:

    – Spanduk

    – Stiker event

    – Poster

    – Sertifikat

    – Pamflet

    – Block note

    – Co card

    – Kaos panitia

    B. Sponsor pendamping

    Adalah perusahaan atau badan usaha yang bersedia ikut membantu sebagian anggaran dana, sarana dan prasarana dan berhak memilih salah satu bagian dari perlengkapan acara ini.

    C. Donatur

    Donatur adalah seseorang / kelompok yang bersedia membantu kegiatan tanpa kerja sama yang mengikat.

    LEMBAR PENGESAHAN

    Mengetahui, Ketua Pelaksana

    Gubernur Mahasiswa

    Teknik Mesin

    Ridwan Angga Saputra Fredy Anwar Setioko

    NIM 060830200116 NIM. 0607 3020 0818

    Mengetahui,
    Ketua Jurusan
    Iskandar.ST
    NIP. 13178159

    LEMBAR KERJA SAMA

    Setelah mempelajari naskah proposal kegiatan penawaran sponsorship, kami berkeinginan untuk berpartisipasi dalam kegiatan Motor Modification Contest Se sumatera Selatan Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Sriwijaya, Untuk itu kami sepakat untuk menjadi :

    o Sponsor Utama

    o Sponsor Pendamping

    o Donatur

    Dan produk kami dicantumkan di :

    o Spanduk

    o Stiker event

    o Poster

    o Sertifikat

    o Blocknote

    o Co card

    o Kaos panitia

    o Pamflet

    Nama :

    Jabatan :

    Perusahaan :

    Alamat :

    Telp :

    E-mail :

    Uang yang kami sepakati :

    Uang yang kami berikan :

    Sisanya dilunasi pada tanggal :

    Panitia Pelaksana Palembang, November 2009

  • Makalah Tentang Jenis Kelamin Dan Gender

    Jenis Kelamin Dan Gender

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang Masalah

    Salah satu isu penting yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis social, menjadi pokok bahasan dalam wacana perdebatan mengenai perubahan social dan juga menjadi topik utama dalam perbincangan mengenai pembangunan dan perubahan social.

    Bahkan beberapa waktu terakhir ini, berbagai tulisan baik di media massa maupun buku-buku, atau kegiatan-kegiatanseperti seminar, diskusi, dan sebagainya banyak membahas tentang protes dan gugatan yang terkait dengan ketidakadilan dan diskriminasi terhadap kaum perempuan. Ketidakadilan dan diskriminasi tersebut terjadi hampir di semua tingkatan dan sektor, mulai dari tingkat internasional, negara, keagamaan, social (kemasyarakatan), budaya, ekonomi, sampai pada tingkat rumah tangga.

    Gender memasuki dua dasawarsa terakhir telah menjadi bahasa yang memasuki setiap analisis sosial menjadi pokok bahasan dalam wacana perdebatan mengenai perubahan sosial serta menjadi topik penting dalam setiap perbincangan mengenai pembangunan. Namun apa sesungguhnya yang dimaksud dengan gender dan mengapa dikaitkan dengan usaha emansipasi kaum perempuan? Untuk itu diperlukan penjelasan mengenai konsep gender.

    Pemahaman dan pembeda antara konsep seks dan gender sangatlah diperlukan  dalam melakukan analisa untuk memahami persoalan ketidakadilan sosial yang menimpa kaum perempuan. Hal ini karena ada kaitan erat antara perbedaan gender (gender differences) dan ketidakadilan gender dengan struktur ketidakadilan masyarakat secara lebih luas.

    Bab II. Pembahasan

    A. Perbedaan Jenis Kelamin dan Gender

    Istilah gender pada awalnya dikembangkan sebagai suatu analisis ilmu sosial oleh Aan Oakley (1972), dan sejak saat itu menurutnya gender lantas dianggap sebagai alat analisis yang baik untuk memahami persoalan diskriminasi terhadap kaum perempuan secara umum.

    Gender berbeda dengan jenis kelamin (seks). Konsep seks atau jenis kelamin mengacu pada perbedaan biologis pada perempuan dan laki-laki; pada perbedaan antara tubuh laki-laki dan perempuan. Dengan demikian manakala kita berbicara tentang perbedaan jenis kelamin maka kita akan membahas perbedaan biologis yang umumnya dijumpai antara kaum laki-laki dan perempuan, seperti perbedaan pada bentuk, tinggi serta berat badan, pada struktur organ reproduksi dan fungsinya, pada suara, dan sebagainya.

    Sedangkan gender adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan perbedaan antara laki-laki dan perempuan secara sosial. Gender adalah konsep hubungan sosial yang membedakan fungsi dan peran antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan fungsi dan peran antara laki-laki dan perempuan itu tidak ditentukan karena keduanya terdapat perbedaan biologis dan kodrat, melainkan dibedakan menurut kedudukan, fungsi, dan peranan masing-masing dalam berbagai bidang kehidupan dan pembangunan.

    Mead mengemukakan bahwa dalam sejarah dan kebudayaan masyarakat Barat dikenal perbedaan kepribadian antara laki-laki dan perempuan. Dalam klasifikasi tersebut perempuan umumnya dikaitkan dengan cirri kepribadian tertentu seperti watak keibuan, tidak agresif, berhati lembut, suka menolong, emosional, tergantung, memanjakan, peduli terhadap keperluan orang lain dan mempunyai seksualitas feminism. Laki-laki, dipihak  lain dikaitkan dengan cirri kepribadian keras, agresif, menguasai dan seksualitas kuat.

    Namun dalam penelitiannya selama beberapa tahun di kalangan suku Arapesh yang tinggal dipegunungan, suku Mundugumor yang tinggal di tepi sungai, dan suku Tschambuli yang tinggal di tepi danau, Mead menemukan bahwa klasifikasi tersebut tidak berlaku bagi ketiga kelompok etnik tersebut. Menurut Mead, kepribadian kaum perempuan maupun kaum laki-laki di kalangan suku Arapesh cenderung kearah sifat tolong menolong, tidak agresif dan penuh perhatian terhadap kepentingan orang lain; disana tidak dijumpai seksualitas kuat maupun dorongan kuat kearah kekuasaan. Pada suku Mundugumor, dipihak lain, baik laki-laki maupun perempuan diharapkan bersifat agresif, perkasa dan keras disertai seksualitas kuat sedangkan kepribadian yang mengarah ke sifat keibuan dan watak melindungi hampir tidak Nampak. Sedangkan pada suku etnik Tschambuli, menurut temuan Mead dijumpai keadaan yang bertentangan dengan masyarakat Barat, karena disana kaum perempuan justru bersifat menguasai sedangkan kaum laki-laki berkepribadian emosional dan kurang bertanggung jawab. Dari temuannya dilapangan mengenai tidak adanya hubungan antara kepribadian dengan jenis kelamin ini Mead menyimpulkan bahwa kepribadian laki-laki dan perempuan tidak tergantung pada faktor jenis kelamin melainkan dibentuk oleh faktor kebudayaan. Perbedaan kepribadian antar masyarakat maupun individu menurut Mead merupakan hasil proses sosialisasi, terutama pola asuhan dini yang dituntun oleh kebudayaan masyarakat yang bersangkutan.

    Gender bersifat dinamis, dapat berbeda karena perbedaan adat istiadat, budaya, agama, dan sistem nilai dari bangsa, masyarakat dan suku bangsa tertentu. Selain itu gender dapat berubah karena perjalanan sejarah, perubahan politik, ekonomi, dan sosial budaya, atau karena kemajuan pembangunan. Dengan demikian gender tidak bersifat universal atau tidak berlaku secara umum, akan tetapi bersifat situasional masyarakatnya.

    B. Genden dan Sosialisasi

    Sebagaimana dikemukakan oleh Kerstan (1995), gender tidak bersifat biologis melainkan dikonstruksikan secara sosial. Gender tidak dibawa sejak lahir melainkan dipelajari melalui sosialisasi. Oleh sebab itu menurutnya gender dapat berubah. Sebagaimana halnya dalam sosialisasi pada umumnya, maka dalam sosialisasi gender agen penting yang berperan pun terdiri atas keluarga, kelompok bermain, dan media massa.

    1. Keluarga Sebagai Agen Sosialisasi Gender

    Sebagaimana bentuk-bentuk sosialisasi yang lain, maka sosialisasi gender pun berawal dari keluarga. Melalui proses pembelajaran gender (gender learning), seseorang mempelajari peran gender (gender role) yang oleh masyarakat dianggap sesuai dengan jenis kelaminnya.

    Proses sosialisasi ke dalam peran perempuan dan laki-laki sudah dimulai semenjak seorang bayi dilahirkan. Sejak lahir bayi perempuan sering sudah diberi busana yang jenis dan warnanya berbeda dengan jenis dan warna busana yang dikenakan oleh bayi laki-laki. Perlakuan yang diterima pun sering cenderung berbeda. Korner mengemukakan, misalnya dalam berbagai masyarakat Barat bayi perempuan cenderung diangkat dan ditimang-timang dengan lebih hati-hati dan lebih cepat ditolong dikala menangis daripada bayi laki-laki. Dalam berkomunikasi lisan dengan seorang bayi bayi perempuan diperlakukan berbeda.

    Bayi laki-laki misalnya diberi julukan maskulin seperti tampan dan gagah, sedangkan bayi perempuan diberi julukan feminine seperti cantik atau manis.

    Salah satu media yang digunakan orang tua untuk memperkuat identitas gender adalah mainan yaitu dengan memberikan mainan berbeda untuk setiap jenis kelamin. Meskipun sewaktu masih bayi seorang anak diberi mainan berupa boneka, namun boneka yang diberikan kepada bayi laki-laki cenderung berbeda dengan boneka yang diberikan kepada bayi perempuan. Dengan semakin meningkatnya usia anak, jenis mainan yang diberikan pun semakin mengarah ke peranan gender. Anak perempuan diberi mainan yang berbentuk peralatan rumah tangga seperti perlengkapan memasak, sedangkan anak laki-laki diberi mainan yang berbentuk kendaraan bermotor, alat berat, alat pertukangan atau senjata.

    2. Kelompok Bermain Sebagai Agen Sosialisasi Gender

    Kelompok bermain merupakan agen sosialisasi yang telah sejak dini membentuk perilaku dan sikap kanak-kanak. Dibidang sosialisasi gender pun, kelompok bermain menjalankan peran cukup besar.

    Dikala berada dalam kelompok bermain laki-laki cenderung memainkan jenis permainanan yang lebih menekankan pada segi persaingan, kekuatan fisik dan keberanian sedangkan dalam kelompok bermain perempuan, anak perempuan cenderung memainkan permainan yang lebih menekankan pada segi kerja sama. Setelah anak-anak berusia remaja dan mulai belajar berbagai tehnik untuk menghadapi lawan jenis mereka. Remaja laki-laki belajar dari teman-temannya bahwa laki-laki harus senantiasa berani dan agresif terhadap perempuanserta mampu menerapkan berbagai cara untuk dapat “merebut” dan “menaklukkan” mereka. Anak perempuan dipihak lain dididik oleh sesamanya bahwa perempuan cenderung pasif, bertahan mampu mempertahankan kehormatannya seraya mempertahankan haknya untuk memilih siapa diantara para pria yang mendekatinya pantas mendapat perhatiannya.

    Sebagai agen sosialisasi, kelompok bermain pun menerapkan kontrol sosial bagi anggota yang tidak menaati peraturannya. Seorang anak laki-laki memilih untuk bermain dengan mainan anak perempuan dan berkumpul dengan mereka, misalnya cenderung dicap”sissy” atau “banci” dan menghadapi resiko dikucilkan. Hal serupa dihadapi anak perempuan yang berorientasi pada permainan anak laki-laki dan bermain dengan mereka yang dapat dicap sebagai “tomboy”.

    3. Sekolah Sebagai Agen Sosialisasi Gender

    Sekolah menerapkan pembelajaran gender melalui media utamanya, yaitu kurikulum formal. Dalam mata pelajaran prakarya misalnya ada sekolah yang

    memisahkan sisiwa dengan sisiwi agar masing-masing dapat diberi pelajaran berbeda.

    Pembelajaran gender disekolah dapat pula berlangsung melalui buku teks yang digunakan. Misalnya buku teks ilmu pengetahuan alam yang cenderung mengabaikan kontribusi ilmuwan perempuan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan serta kesenian.

    4. Media Massa Sebagai Agen Sosialisasi Gender

    Sebagaimana halnya dengan buku cerita nutuk kanak-kanak dan remaja serta buku pelajaran di sekolah, maka madia massa pun sangat berperan dalam sosialisasi gender, baik melaui pemberitaannya, kisah fiksi yang dimuatnya, maupun melalui iklan yang dipasang didalamnya. Media massa baik berupa media cetak maupun media elektronik sering memuat iklan yang menunjang stereotip gender (gender-stereotyped advertising). Iklan yang mempromosikan berbagai produk keperluan rumah tangga misalnya cenderung menampilkan perempuan dalam peran sebagai ibu rumah tangga maupun sebagai ibu, sedangkan iklan yang mempromosikan produk mewah yang merupakan symbol status dan kesuksesan di bidang pekerjaan cenderung menampilkan model laki-laki. Meskipun iklan yang menampilkan perempuan di ranah publik berjumlah banyak, namun iklan demikian sering menekankan pekerjaan yang cenderung diperankan oleh perempuan dan menempati posisi rendah dalam organisasi, seperti misalnya peran sebagai resepsionis, pramugari, sekretaris atau kasirn dan bukan pada jabatan berstatus tinggi seperti misalnya presiden direktur atau kapten penerbangan.

    Gerakan sosial kaum perempuan untuk memperjuangkan persamaan gender telah membawa dampak pada dunia periklanan. Berbagai iklan dimedia massa kini sudah mulai menampilkan kepekaan dengan jalan menghindari stereotip gender dan menonjolkan persamaan peran gender. Meskipun demikian, gerakan tersebut hingga kini masih belum mampu menanggulangi praktik pembuatan iklan yang mengandung stereotip gender.

    C. Gender dan Stratifikasi

    Adanya stratifikasi gender telah mendorong lahirnya gerakan sosial dikalangan kaum perempuan, yang bertujuan membela dan memperluas hak-hak kaum perempuan. Gerakan ini dinamakan feminism, yang menurut Giddens telah bermula di Prancis pada abad 18 dan kemudian menyebar ke negara-negara lain di benua Eropa, Amerika, Afrika, dan Asia. Dibidang politik gerakan ini terpusat pada perjuangan persamaan hak pilih dengan laki-laki dan telah menghasilkan diberikannya persamaan hak pilih di banyak Negara.

    1.      Gender dan Pendidikan

    Dalam berbagai masyarakat maupun dalam kalangan tertentu dalam masyarakat dapat kita jumpai nilai dan aturan agama ataupun adat kebiasaan yang tidak mendukung dan bahkan melarang keikutsertaan anak perempuan dalam pendidikan formal. Ada nilai yang mengemukakan bahwa “perempuan tidak perlu sekolah tinggi-tinggi karena pada akhirnya akan ke dapur juga”, ada yang mengatakan bahwa perempuan harus menempuh pendidikan yang oleh orang tuanya dianggap “sesuai dengan kodrat perempuan,” dan ada yang berpandangan bahwa seorang gadis sebaiknya menikah diwaktu muda agar tidak menjadi “perawan tua” . Atas dasar nilai dan aturan demikian ada masyarakat yang mengizinkan perempuan bersekolah tetapi hanya sampai jenjang tertentu saja atau dalam jenis atau jalur pendidikan tertentu saja.

    Sejalan dengan ekspansi pendidikan yang melanda masyarakat dunia sejak awal abad yang lalu, maka angka partisipasi perempuan dalam segala jenjang dan kesenjangan kesempatan pendidikan antara laki-laki masih tetap menandai dunia pendidikan, dan pendidikan bagi semua orang masih merupakan suatu harapan yang masih jauh dari kenyataan di lapangan.

    2.      Gender dan Pekerjaan

    Apabila orang membahas pekerjaan yang dilakukan oleh perempuan, mungkin yang dibayangkan hanyalah pekerjaan yang dijumpai di ranah publik: seperti pabrik dan kantor, pekerjaan dalam perekonomian formal. Orang sering melupakan bahwa di rumahnyapun perempuan sering melakukan berbagai kegiatan yang menghasilkan dana seperti melakukan perdagangan eceran, memproduksi atau memproses hasil pertanian dan sebagainya.

    Salah satu masalah yang dihadapi kaum perempuan diberbagai masyarakat adalah adanya diskriminasi terhadap kaum perempuan (sex discrimination) dibidang pekerjaan. Kasus ekstrem adalah aturan yang melarang perempuan untuk bekerja di ranah publik. Ada juga masyarakat yang menerapkan berbagai macam diskriminasi di bidang pekerjaan seperti dalam hal rekrutmen, pelatihan, magang, atau pemutusan hubungan kerja.

    Suatu bentuk diskriminasi yang sering dialami pekerja perempuan ialah diskriminasi terhadap orang hamil (pregnancy discrimination), diskriminasi terhadap orang hamil tersebut dapat berbentuk penolakan untuk mempekerjakannya, pemutusan hubungan kerja, keharusan cuti dan sanksi lain.

    3.      Gender dan Penghasilan

    Dalam banyak masyarakat seorang pekerja, apapun jenis kelaminnya, menerima upah yang sama untuk pekerjaan yang sama (equal pay for equal work).

     Namun, diberbagai masyarakat lain pekerja laki-laki memperoleh upah lebih tinggi daripada upah pekerja perempuan walaupun pekerjaan yang dilakukan sama. Gejala semacam ini dinamakan diskriminasi upah berdasarkan jenis kelamin.

    Macionis mencatat bahwa menurut data Departemen Tenaga Kerja AS. 80% dari pekerjaan yang dinamakannya pekerjaan kerah merah jambu seperti pekerjaan sekretaris, juru tik, dan stenograf dipegang oleh perempuan. Masalah yang dihadapi para pekerja perempuan ini adalah bahwa upah yang mereka terima dinilai terlalu rendah, yang mengakibatkan mereka sering terjerat yang oleh Moore dan Sinclair (1995) dinamakan perangkap kemiskinan.

    2.4. GENDER DAN KEKUASAAN

    1. Gender dan Politik

                Hak perempuan untuk memilih dan dipilih. Kalau selama beberapa dasawarsa ini telah kita saksikan keikutsertaan kaum perempuan di Negara kita dalam pemilihan umum untuk memilih anggota DPR, maupun dalam pemilihan untuk memilih kepala desa, maka tentu kita tidak membayangkan bahwa dimasa dulu kaum perempuan kita mempunyai hak pilih.

                Berkat perjuangan mereka semenjak pertengahan abad ke-19, maka sejak 1893 barulah kaum perempuan diberbagai negara Barat mulai meraih hak pilih. Data yang disajikan Giddens misalnya menunjukkan bahwa antara tahun 1893 dan 1928 hak pilih diraih kaum perempuan di 18 negara di Eropa, Amerika Utara serta di Australia dan Selandia Baru. Mulai tahun 1929 hak pilih mulai diraih pula disejumlah negara  dikawasan Asia, Afrika, Dan Amerika Latin. Dari data tersebut nampak pula bahwa di sejumlah Negara Eropa seperti Prancis, Yugoslavia, dan Yunani kaum perempuan baru mengenal hak pilih setelah berakhirnya Perang Dunia II.

    2.    Gender dan Keluarga

                Dalam banyak rumah tangga kita menemukan ketimpangan antara kekuasaan suami dan istri. Hal itu tidak mengherankan, karena dalam berbagai masyarakat masih banyak menganut pandangan lama bahwa tempat seorang perempuan adalah di ruman dan di belakang suaminya.

                Para ahli telah menggunakan berbagai indikator untuk mengukur pembagian kerja dan kekuasaan suami istri dalam rumah tangga. Salah satu cara adalah merinci pekerjaan rumah tangga apa saja dan dilakukan oleh siapa.

    2.5. PERBEDAAN GENDER DAN LAHIRNYA KETIDAKADILAN

                Sebenarnya perbedaan gender tidak akan menjadi masalah selama tidak memunculkan ketidakadilan gender. Ketidakadilan gender adalah suatu sistem dan struktur dimana kebanyakan perempuan menjadi korban sistem tersebut. Untuk memahami persoalan yang muncul sebagai akibat adanya perbedaan dapat dilihat manifestasinya berikut ini

    1.      Gender dan Marginalisasi Perempuan

    Bentuk ketidakadilan gender yang berupa proses marginalisasi perempuan adalah suatu proses pemiskinan atas satu jenis kelamin tertentu dalam hal ini perempuan disebabkan oleh perbedaan gender. Ada beberapa perbedaan jenis dan bentuk, tempat dan waktu serta mekanisme proses marginalisasi perempuan karena perbedaan gender.

    Revolusi hijau misalnya, secara ekonomis telah menyingkirkan kaum perempuan dari pekerjaannya dan kehilangan pekerjaan sehingga terjadilah proses pemiskinan terhadap perempuan. Banyak kaum perempuan miskin di desa termarginalisasi, sehingga semakin miskin dan tersingkir karena tidak memperoleh pekerjaan di sawah. Hal ini berarti bahwa program revolusi hijau direncanakan tanpa mempertimbangkan aspek gender.

    Marginalisasi kaum perempuan tidak hanya terjadi di tempat kerja, akan tetapi juga terjadi disemua tingkat seperti dalam rumah tangga, masyarakat atau kultur, dan bahkan sampai tingkat negara.

    2.      Gender dan Subordinasi

    Pandangan gender tidak saja berakibat terjadinya marginalisasi, akan tetapi juga mengakibatkan terjadinya subordinasi terhadap perempuan. Adanya anggapan dalam masyarakat bahwa perempuan itu emosional, irasional dalam berpikir, perempuan tidak bisa tampil sebagai pemimpin, maka akibatnya perempuan ditempatkan pada posisi yang tidak penting dan tidak strategis.

    Bentuk subordinasi akibat perbedaan gender ini bermacam-macam, berbeda menurut tempat dan waktu. Pada masyarakat Jawa misalnya, dulu ada anggapan bahwa perempuan tidak perlu sekolah tinggi-tinggi, toh akhirnya akan kedapur. Bahkan dalam keluarga yang memiliki keuangan terbatas, maka pendidikan akan diprioritaskan pada anak laki-laki. Contoh lain, bila seorang laki-laki akan mengambil kredit di lembaga perbankan, maka bisa membuat keputusan sendiri, sebaliknya istri harus seizin suaminya. Praktik subordinasi itu sebenarnya bermula dari kesadaran gender yang tidak adil.

    3.      Gender dan Stereotip

    Stereotip adalah pelabelan terhadap pihak tertentu yan selalu berakibat merugikan pihak lain dan menimbulkan ketidakadilan. Salah satu stereotip yang dikenalkan dalam bahasan ini adalh stereotip yang bersumber pada pandangan gender. Karena itu banyak bentuk ketidakadilan terhadap jenis kelamin yang kebanyakan adalah perempuan yang bersumber pada stereotip yang melekat padanya. Sebagai contoh adanya anggapan bahwa perempuan yang bersolek atau memakai rok mini akan memancing perhatian lawan jenis, sehingga bisa terjadi pelecehan seksual dan perkosaan, maka perempuan tersebut yang disalahkan. Contoh lain adalah adanya anggapan bahwa tugas perempuan adalah melayani suami dirumah, karena itu pendidikan dianggap tidak terlalu penting bagi perempuan. Stereotip semacam itu juga terjadi pada pekerjaan perempuan, seperti adanya anggapan bahwa perempuan bukanlah pencari nafkah utama keluarga,maka perempuan yang bekerja acap kali dianggap sebagai “sambilan” atau “membantu suami”. Bahkan banyak jenis pekerjaan perempuan yang dianggap tidak bermoral, misalnya pekerjaan sebagai “pelayan” di tempat-tempat minum, “tukang pijat”,atau pekerjaan lainnya yang terkait dengan industri peerhotelan dan turisme, serta pekerjaan yang dilakukan pada waktu malam hari.

    4.      Gender dan Kekerasan

    Kekerasan (violence) adalh suatu serangan baik terhadap fisik maupun integrasi mental psikologis seseorang. Kekerasan terhadap manusia terjadi karena berbagai macam sumber, salah satunya adalah kekerasan yang bersumber pada anggapan gender. Kekerasan semacam ini disebut gender-related violence, yang pada dasarnya  terjadi karena adanya ketidaksetaraan kekuatan atau kekuasaan dalam masyarakat. Banyak macam kejahatan yang bisa dikategorikan sebagai kekerasan gender, antara lain:

    1.      Perkosaan terhadap perempuan, termasuk perkosaan dalam perkawinan. Perkosaan terjadi jika seseorang memaksa untuk mendapatkan pelayanan seksual tanpa ada kerelaan dari yang bersangkutan. Meskipun ketidakrelaan ini acapkali tidak terekspresikan karena berbagai faktor, seperti ketakutan, malu, keterpaksaan ekonomi, sosial, bahkan tak jarang karena adanya ancaman tertentu

    2.      Tindakan pemukuan dan serangan fisik yang terjadi dalam rumah tangga. Termasuk kekerasan dalam rumah tangga ini adalah kekerasan dan penyiksaan terhadap anak.

    3.      Prostitusi atau pelacuran. Pelacuran merupakan bentuk kekerasan terhadap perempuan yang diselenggarakan karena suatu mekanisme ekonomi yang merugikan perempuan. Masyarakat dan negara acapkali mamandang pekerja seksual selalu menggunakan standar ganda, artinya disatu sisi,

    4.       pemerintah melarang dan menangkapi pekerja seksual, namun dari sisi lain negara juga menarik pajak dari pekerja seksual. Selain itu pekerja seksual dianggap rendah oleh masyarakat, tapi kenyataan menunjukkan bahwa kegiatan yang dilakukan pekerja seksual selalu ramai dikunjungi orang.

    5.      Kekerasan terhadap perempuan dalam bentuk pornografi. Jenis kekerasan ini termasuk kekerasan nonfisik, yakni pelecehan terhadap kaum perempuan di mana tubuh perempuan dijadikan objek demi keuntungan seseorang. Hal ini bisa disebut pornografi.

    6.      Kekerasan dalam bentuk pemaksaan sterilisasi dalam keluarga berencana. Keluarga berencana dibanya masyarakat menjadi sumber kekerasan terhadap perempuan. Karena untuk memenuhi target untuk mengontrol pertumbuhan penduduk, perempuan acapkali dijadikan korban demi suksesnya program tersebut, meskipun kita tau bahwa persoalannya tidak saja pada perempuan saja tetapi juga pada kaum laki-laki. Namun seringkali perempuan yang dipaksa melakukan sterilisasi, meskipun sering membahayakan perempuan baik secara fisik maupun kejiwaan.

    7.      Kekerasan terselubung. Ada beberapa bentuk yang dapat dikategorikan sebagai kekerasan terselubung, misalnya memegang atau menyentuh perempuan dalam berbagai cara atau kesempatan tanpa kerelaannya. Jenis kekerasan terselubung ini dapat terjadi di tempat kerja, tempat umum seperti di dalam bus dan sebagainya.

    8.      Kekerasan terhadap perempuan yang paling umum dan sering terjadi dan sering dilakukan dalam masyarakat adalah berupa pelecehan seksual. Jenis kekerasan semacam ini banyak terjadi. Pelecehan ini terjadi dalam bentuk lelucon jorok dihadapan kaum perempuan, meyakiti atau membuat malu seseorang dengan omongan kotor, mengintrogasi seseorang tentang kehidupan atau kegiatan seksualnya, meminta imbalan seksual dalam rangka janji untuk mendapatkan kerja atau promosi di tempat kerja, atau menyentuh/menyenggol bagian tubuh tanpa serela atau tanpa seizing yang bersangkutan.

    2.6. PERSPEKTIF

                  Ada pendapat berbeda-beda dalam merespon ketidakadilan gender yang terjadi dalam masyarakat, karena perbedaan pandangan, perspektif atau paradigma yang dianutnya. Dalam studi tentang gender, terdapat dua toeri besar dalam ilmu sosial yang melahirkan aliran feminism, yakni aliran fungsionalisme dan aliran konflik.

    1.      Paradigma Fungsionalisme dan Feminisme

    Aliran fungsionalisme dikembangkan oleh Robert Merton dan Talcott Parsons. Penganut aliran ini berpendapat bahwa masyarakat adalah suatu sistem yang terdiri atas bagian dan saling berkaitan dan masing-masing bagian selalu berusaha untuk mencapai keseimbangan dan keharmonisan, sehingga dapat menjelaskan posisi kaum perempuan. Menurut teori struktural fungsional konsep gender dibentuk menurut pembagian peran dan fungsi masing-masing laki-laki dan perempuan agar tercipta keharmonisan antara laki-laki dan perempuan.

    Pengaruh fungsionalisme dapat ditemui dalam pemikiran feminisme liberal. Sebelum menjelaskan tentang feminisme liberal, apa sebenarnya yang disebut dengan feminisme ? Pada umumnya orang berprasangka bahwa feminisme adalah gerakan pemberontakan terhadap kaum laki-laki, upaya melawan pranata sosial yang ada, seperti institusi rumah tangga, perkawinan maupun usaha pemberontakan perempuan untuk mengingkari kodrat. Karena adanya prasangka tersebut, maka feminisme tidak mendapat tempat pada kaum perempuan, bahkan ditolak oleh masyarakat. Sedangkan menurut kaum feminisme, feminisme seperti halnya aliran pemikiran dan gerakan yang lain, bukan merupakan suatu pemikiran dan gerakan yang berdiri sendiri, akan tetapi meliputi berbagai ideologi, paradigma, serta teori yang dipakainya. Meskipun gerakan feminisme berasal dari analisis dan ideologi yang berbeda tetapi mempunyai kesamaan tujuan, yaitu kepedulian memperjuangkan nasib perempuan.

    Asumsi dasar feminisme liberal adalah bahwa kebebasan dan kesamaan berasal dari rasionalitas dan pemisahan antara dunia privat dan publik. Dalam memperjuangkan persoalan masyarakat, menurut kerangka kerja feminisme liberal tertuju pada “kesempatan yang sama dan hak yang sama” bagi setiap individu, termasuk didalamnya kaum perempuan. Kesempatan dan hak yang sama antara laki-laki dan perempuan ini penting, sehingga tidak perlu pembedaan kesempatan. Oleh karena itu, ketika ditanyakan mengapa kaum perempuan dalm keadaan terbelakang atau tertinggal? Menurut feminisme liberal hal itu disebabkan oleh kesalahan “mereka sendiri”. Artinya jika sistem sudah memberikan kesempatan yang sama pada laki-laki dan perempuan, tetapi ternyata kaum perempuan tersebut kalah bersaing, maka kaum perempuan sendiri yang perlu disalahkan. Aliran ini kemudian mengusulkan bahwa untuk memecahkan masalah kaum perempuan cara yang harus dilakukan adalah menyiapkan kaum perempuan agar bisa bersaing dalam suatu dunia yang penuh persaingan bebas.

    2.      Paradigma Konflik dan Feminisme

    Teori konflik lahir sebagai reaksi terhadap teori struktural fungsional. Teori ini percaya bahwa setiap kelompok masyarakat memiliki kepentingan dan kekuasaan yang merupakan sentral dari setiap hubungan sosial termasuk hubungan laki-laki dan perempuan.

                Bagi penganut aliran konflik, gagasan dan nilai-nilai selalu dipergunakan sebagai alat untuk menguasai kekuasaan, tidak terkecuali hubungan laki-laki dan perempuan. Atas dasar asumsi itu, maka perubahan akan terjadi melalui konflik, yang berakibat akan  mengubah posisi dan hubungan. Aliran feminisme yang dikategorikan dalam teori konflik, adalah:

    Kelompok pertama, aliran feminisme radikal. Aliran ini justru muncul sebagai kultur sexism atau diskriminasi sosial berdasarkan jenis kelamin di Barat pornografi.

    Para penganut feminisme radikal tidak melihat adanya perbedaan antara tujuan personal dan politik, unsur-unsur seksual atau biologis, sehingga dalam melakukan analisis tentang penyebab penindasan terhadap kaum perempuan oleh patriarkinya. Dengan demikian “kaum laki-laki” secara biologis maupun politis adalah bagian dari permasalahan. Menurut penganut aliran feminisme radikal, patriarki adalah sumber ideologi penindasan dimana laki-laki memiliki kekuasaan superior.

    Akan tetapi aliran feminisme Marxis, menganggap bahwa analisis yang dilakukan feminis radikal disebut sebagai ahistoris, karena menganggap patriarki sebagai hal yang universal dan merupakan akar dari segala penindasan.

    Kelompok penganut teori konflik yang kedua adalah feminisme marxis. Kelompok  ini menolak keyakinan kaum feminisme radikal. Bagi mereka penindasan perempuan adalah bagian dari penindasan kelas dalam hubungan produksi. Karl Mark sendiri tidak banyak menjelaskan dalam teorinya tentang posisi kaum perempuan dalam perubahan sosial. Menurut Mark, hubungan antara suami dan istri serupa dengan hubungan antara proletar dan borjuis, serta tingkat kemajuan masyarakat dapat diukur dari status perempuannya.

    Pada zaman kapitalisme, penindasan perempuan oleh berbagai cara dan alasan karena menguntungkan. Pertama, eksploitasi pulang kerumah, yakni suatu proses yang dilakukan untuk membuat laki-laki yang dieksploitasi di pabrik bekerja lebih produktif. Kedua, kaum perempuan dianggapa bermanfaat bagi sistem kapitalisme reproduksi buruh murah. Ketiga, masuknya perempuan sebagai buruh juga dianggap menguntungkan sistem kapitalisme karena umumnya upah buruh perempuan sering kali rendah daripada upah buruh laki-laki.

    Aliran ini tidak menganggap patriarki sebagai permasalahan, akan tetapi justru sistem kapitlisme yang menjadi penyebabnya.

    Aliran konflik yang ketiga adalah feminisme sosialis. Feminisme sosialis mulai dikenal tahun 1970-an. Mitchel dalam bukunya woman estate telah meletakkan dasar-dasar feminisme sosialis. Menurutnya politik penindasan sebagai suatu konsekuensi baik penindasan kelas maupun penindasan patriarkis.

    Penganut aliran ini menerima dan menggunakan prinsip dasar marxisme dan memperluasnya dengan bidang yang selama ini diabaikan oleh teori marxis. Menurut banyak kalangan terutama pengikut gerakan perempuan aliran ini dianggap lebih memiliki harapan, karena analisis yang ditawarkan lebih dapat diterapkan. Bagi feminisme sosialis, penindasan perempuan terjadi dikelas manapun, bahkan revolusi sosialis juga tidak serta merta menaikkan posisi perempuan. Asumsi yang digunakan oleh feminis sosialis adalah bahwa hidup dalam masyarakat yang kapitalis bukan satu-satunya penyebab keterbelakangan perempuan. Feminis sosialis menolak visi marxis yang meletakkan eksploitasi ekonomi sebagai dasar penindasan gender. Sebaliknya feminisme tanpa kesadaran kelas juga menimbulkan masalah. Oleh karena itu analisis patriarki perlu dikawinkan dengan analisis kelas.

    Lebih lanjut, teori kapitalis patriarki, yang pertama kali diungkapkan oleh Zillah Eisenstein memulai teorinya dengan tesis perempuan sebagai suatu kelas yang diterapkan, dengan menguraikan apa yang disebut oleh Marx sebagai keterasingan, untuk melihat nasib kaum perempuan. Dalam analisanya Eisenstein melihat bahwa patriarki sudah muncul sejak sebelum kapitalisme dan tetap ada pada era pascakapitalisme.

    BAB III

    PENUTUP

    a.        KESIMPULAN

                  Gender berbeda dengan jenis kelamin (seks). Konsep seks atau jenis kelamin mengacu pada perbedaan biologis pada perempuan dan laki-laki; pada perbedaan antara tubuh laki-laki dan perempuan. Sedangkan gender adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan perbedaan antara laki-laki dan perempuan secara sosial. Gender adalah konsep hubungan sosial yang membedakan fungsi dan peran antara laki-laki dan perempuan.

                  Mead mengemukakan bahwa dalam sejarah dan kebudayaan masyarakat Barat dikenal perbedaan kepribadian antara laki-laki dan perempuan. Dalam klasifikasi tersebut perempuan umumnya dikaitkan dengan cirri kepribadian tertentu seperti watak keibuan, tidak agresif, berhati lembut, suka menolong, emosional, tergantung, memanjakan, peduli terhadap keperluan orang lain dan mempunyai seksualitas feminism. Laki-laki, dipihak  lain dikaitkan dengan cirri kepribadian keras, agresif, menguasai dan seksualitas kuat.

    Gender bersifat dinamis, dapat berbeda karena perbedaan adat istiadat, budaya, agama, dan sistem nilai dari bangsa, masyarakat dan suku bangsa tertentu. Selain itu gender dapat berubah karena perjalanan sejarah, perubahan politik, ekonomi, dan sosial budaya, atau karena kemajuan pembangunan. Dengan demikian gender tidak bersifat universal atau tidak berlaku secara umum, akan tetapi bersifat situasional masyarakatnya.

    DAFTAR PUSTAKA

    J.Dwi Narwoko dan Bagong suyanto. 2004. Sosiologi: teks pengantar dan terapan edisi ke-3. Jakarta: Kencana

    Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar sosiologi (edisi revisi). Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.