Blog

  • Tes Formatif Dalam Pembelajaran

    Tes Formatif

    Tes formatif adalah tes hasil belajar yang bertujuan untuk mengetahui, sudah sejauh manakah peserta didik “telah terbentuk” (sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah ditentukan) setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. Perlu diketahui bahwa istilah “formatif” itu berasal dari kata “form” yang berarti “bentuk”. (Sudijono, 2005 : 71)

    Tes formatif ini biasa dilaksanakan di tengah-tengah perjalanan program pengajaran, yaitu dilaksanakan pada setiap kali satuan pelajaran atau subpokok bahasan berakhir atau dapat diselesaikan. Di sekolah-sekolah tes formatif ini biasa dikenal dengan istilah “ulangan harian”. Materi dari tes formatif ini pada umumnya ditekankan pada bahan-bahan pelajaran yang telah diajarkan. Butir-butir soalnya terdiri atas butir-butir soal, baik yang termasuk kategori mudah maupun yang termasuk kategori sukar. (Sudijono, 2005 : 71). Evaluasi Formatif juga berguna dalam menganalisis materi pembelajaran, dan prestasi belajar siswa, dan efektifitas guru.. Wally Guyot (1978)

    Dari berbagai pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwasannya tes formatif adalah tes yang dilakukan pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar atau setiap akhir pembahasan suatu pokok bahasan/ topik agar siswa dan guru memperoleh informasi (feedback) mengenai kemajuan yang telah dicapai.

    A. Tujuan Tes Formatif

    a)        Evaluasi formatif adalah mengetahui sejauh mana program yang dirancang dapat berlangsung, sekaligus mengidentifikasi hambatan. Dengan diketahui hambatan dan hal-hal yang menyebabkan program tidak lancar, pengambilan keputusan secara dini dapat mengadakan perbaikan yang mendukung kelancaran pencapaian tujuan program.

    b)        Untuk memastikan tujuan yang diharapkan dapat tercapai dan untuk melakukan perbaikan suatu produk atau program.

    B. Fungsi Tes Formatif

    a)        Fungsi utama dari tes formatif adalah untuk mengetahui keberasilan dan kegagalan proses belajar mengajar, dengan demikian dapat dipakai untuk memperbaiki dan menyempurnakannya.

    b)        Fungsi tes formatif adalah untuk mengetahui masalah dan hambatan kegiatan belajar mengajar termasuk metode belajar dan pembelajaran yang digunakan guru, kelemahan dan kelebihan seorang siswa.

    C. Manfaat Tes Formatif

    a)        Bagi Siswa

    1)      Digunakan untuk mengetahui apakah siswa sudah menguasai bahan program secara menyeluruh.

    2)      Merupakan penguatan bagi siswa. Dengan mengetahui bahwa tes yang dikerjakan sudah menghasilkan skor yang tinggi sesuai dengan yang diharapkan, maka siswa merasa mendapat “anggukan kepala” dari guru, dan ini merupakan suatu tanda bahwa apa yang sudah dimiliki merupakan pengetahuan yang benar. Dengan demikian maka pengetahuan itu akan bertambah membekas diingatan. Disamping itu tanda keberhasilan suatu pelajaran akan memperbesar motivasi siswa untuk belajar lebih giat, agar dapat mempertahankan nilai yang sudah baik itu atau memperoleh lebih baik itu.

    3)      Usaha perbaikan. Dengan umpan balik (feed back) yang diperoleh setelah melakukan tes siswa mengetahui kelemahan-kelemahannya. Sehingga siswa mengetahui bab mana yang dirasa belum dikuasainya. Dengan demikian ada motivasi untuk meningkatkan penguasaan.

    4)      Sebagai diagnosa. Bahwa pelajaran yang sedang dipelajari oleh siswa merupakan serangkaian pengetahuan dan ketrampilan. Dengan mengetahui hasil tes formatif, siswa dengan jelas dapat mengetahui bagian mana dari bahan pelajaran yang masih dirasakan sulit.

    b)        Manfaat bagi guru

    1)      Mengetahui sampai sejauh mana bahan yang diajarkan sudah dapat diterima oleh siswa. Hal ini akan menentukan pula apakah guru itu harus menggantikan cara menerangkan (strategi mengajar) atau tetap dapat menggunakan cara (strategi) yang lama.

    2)      Mengetahui bagian-bagian mana dari bahan pelajaran yang belum menjadi milik siswa. Apabila bagian yang belum dikuasai kebetulan merupakan bahan prasyarat bagi bagian pelajaran yang lain, maka bagian itu harus diterangkan lagi, dan barangkali memerlukan cara atau media lain untuk memperjelas. Apabila bahan ini tidak diulangi, maka akan mengganggu kelancaran pemberian bahan pelajaran selanjutnya, dan siswa akan semakin tidak dapat menguasainya

    3)      Dapat meramalkan sukses dan tidaknya seluruh program yang akan diberikan.

    c)        Manfaat bagi program

    1. Apakah program yang telah diberikan merupakan program yang tepat dalam arti sesuai dengan kecakapan anak.
    2. Apakah program tersebut membutuhkan pengetahuan-pengetahuan prasyarat yang belum diperhitungkan.
    3. Apakah diperlukan alat, sarana dan prasarana untuk mempertinggi hasil yang akan dicapai.
    4. Apakah metode, pendekatan dan evaluasi yang digunakan sudah tepat.

    C.    Perbedaan Tes Formatif dan Tes Sumatif

    Untuk memperoleh gambaran mengenai tes formatif dan tes sumatif secara lebih mendalam, maka berikut ini akan disajikan perbandingan antara keduanya. Agar dapat diketahui tiap-tiap persamaan dan perbedaannya. Dalam membandingkan, akan ditinjau dari 4 aspek, yaitu fungsi, waktu, titik berat, atau tekanannya, alat evaluasi, cara memilih tujuan yang dievaluasi, tingkat kesulitan soal-soal tes, cara menyekor

    1.      Ditinjau dari Fungsinya

    a)         Tes formatif digunakan sebagai umpan balik bagi siswa, guru maupun program- program untuk menilai pelaksanaan satu unit program.

    b)        Tes sumatif digunakan untuk memberikan tanda kepada siswa bahwa telah mengikuti suatu program, serta menentukan posisi kemampuan siswa dibandingkan dengan kawannya dalam kelompok.

    2.      Ditinjau dari Waktu

    a)         Tes formatif dilakukan selama pelajaran berlangsung untuk mengetahui kekurangan agar pelajaran dapat berlangsung sebaik-baiknya

    b)        Tes sumatif dilakukan pada akhir unit catur wulan, ataupun semester akhir tahun atau akhir pendidikan.

    3.      Ditinjau dari Titik Berat Penilaian

    a)         Tes formatif menekankan pada tingkah laku kognitif.

    b)        Tes sumatif sama-sama menekankan pada tingkah laku kognitif, tetapi ada kalanya pada tingkat psikomotor dan juga kadang-kadang pada afektif akan tetapi walaupun menekankan pada tingkah laku kognitif, yang diukur adalah tingkatan yang lebih tinggi.

    4.      Ditinjau dari Segi Alat Evaluasi

    a)         Tes formatif merupakan tes prestasi belajar yang tersusun secara baik.

    b)        Tes sumatif merupakan tes ujian akhir.

    5.      Ditinjau dari Cara Memilih Tujuan yang Dievaluasi

    a)         Tes formatif mengukur semua tujuan instruksional khusus.

    b)        Tes sumatif mengukur tujuan instruksional umum.

    6.      Ditinjau dari Tingkat Kesulitan Tes

    a)         Tes formatif belum dapat ditentukan.

    b)        Tes sumatif. Rata-rata mempunyai tingkat kesulitan antara 0,35 – 0,70, Soal yang sangat mudah dan soal yang sangat sukar

    7.      Ditinjau dari Skoring

    a)         Tes formatif, menggunakan standar mutlak.

    b)        Tes sumatif, kebanyakan menggunakan standar relatif tetapi dapat pula dipakai standar mutlak.

    D.    Contoh Perbedaan Tes Formatif dan Tes Sumatif

    Penilaian formatif adalah kegiatan penilaian yang bertujuan untuk mencari atau memperoleh sebuah umpan balik (feed back), yang kemudian selanjutnya dari hasil penilaian tersebut dapat digunakan untuk memperbaiki suatu proses belajar mengajar yang sedang atau yang sudah dilaksanakan. Jadi, sebenarnya pada panilaian formatif itu tidak hanya dilakukan pada tiapa akhir pelajaran akan tetapi bisa juga ketika proses pelajaran  sedang berlangsung. Misalnya, ketika guru sedang mengajar, guru tersebut mengajukan beberapa pertanyaan-pertanyaan kepada siswa untuk mengecek atau mendapatkan informasi apakah siswa telah memahami apa yang telah diterangkan guru. Jika ternyata masih banyak siswa yang belum mengerti, maka tindakan guru selanjutnya ialah menambah atau memperbaiki cara mengajarnya sehingga benaar-benar dapat diserap oleh siswa

    Dari contoh tersebut, jelas bahwa penilaian formatif tidak hanya berbentuk tes tertulis dan hanya pada akhir pelajaran, tetapi dapat pula berbentuk pertanyaan-pertanyaan lisan atau tugas-tugas yang diberikan selama pelajaran berlangsung ataupun sesudah pelajaran selesai. Dalam hubungan ini maka proses dan post-tes yang bisaa dilakukan dalam sistem pelajaran termasuk dalam penilaian foramatif.

    Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilakukan untuk memperoleh data atau informasi sampai dimana penguasaan atau pencapaian belajar siswa terhadap bahan pelajaran yang telah dipelajarinya selama jangka waktu tertentu. Adapun fungsi dan tujuannya ialah untuk menentukan apakah dengan nilai yang diperolehnya itu siswa dapat dinyatakan lulus. Pengertian lulus dan tidak lulus disini dapat berarti : dapat tidaknya siswa melanjutkan ke modul berikutnya, dan dapat tidaknya seorang siswa mengikuti pelajaran pada semester berikutnya, dan dapat tidaknya seorang siswa dinaikan ke kelas yang lebih tinggi.

    Dari apa yang telah dikemukakan, jelas kiranya bahwa penilaian sumatif tidak hanya merupakan penilaian yang dilaksanakan pada setiap akhir semester, tetapi juga dilaksanakan misalnya pada setiap modul, setiap akhir tahun ajaran ataupun evaluasi belajar tahap akhir.

    Dari uaraian diatas dapat disimpulkan perbedaan antara penilaian formatif dan penilaian sumatif  bukan terletak pada kapan atau waktu tes itu dilaksanakan, tetapi terutama pada fungsi dan tujuan tes atau penilaian itu dilaksanakan. Jika penilaian atau tes itu berfungsi dan bertujuan untuk memperoleh umpan balik dan selanjutnya digunakan untuk memperbaiki proses belajar-mengajar, maka penilaian itu disebut penilaian formatif.

    Tetapi jika penilaian itu berfungsi dan bertujuan untuk mendapatkan informasi sampai dimana prestasi atau penguasaan dan pencapaian belajar siswa yang selanjutnya diperuntukan dengan penentuan lulus tidaknya seorang siswa, maka penilaian itu disebut penilaian  sumatif.

  • Contoh Rubrik Penilaian Poster

    Pada beberapa mata pelajaran, guru seringkali memberikan tugas kelompok, tugas rumah (PR), tugas proyek, dan sebagainya dalam bentuk poster. Produk belajar siswa berupa poster tentunya harus dinilai secara obyektif. Untuk menghindarkan guru dari kemungkinan memberikan penilaian yang kurang adil, maka penilaian hasil belajar siswa dalam membuat poster dapat dilakukan dengan rubrik. Sebuah rubrik penilaian produk belajar seperti poster ini memerlukan penekanan pada aspek-aspek atau kriteria-kriteria yang harus diperhatikan dalam pembuatan poster. Aspek-aspek itu misalnya meliputi isi atau teks, desain, gambar, ketersampaian pesan.

    Isi atau teks

    Dalam sebuah poster, teks atau isi poster harus singkat tetapi padat dan kaya akan informasi, kemudian teks juga harus jelas keterbacaannya. Perhatikan bahwa poster hanya memuat tulisan-tulisan pendek. Walaupun demikian informasi yang terdapat di dalamnya harus padat. Jadi penting sekali untuk menyusun informasi dengan pemilihan kalimat yang tepat. Sifatnya pun bisa persuasif, kritik, hingga deskriptif. Ini tentu tergantung tujuan dari dibuatnya poster itu sendiri. Jenis huruf yang digunakan juga harus mudah dibaca dan menunjang  desain.

    Desain

    Penggunaan warna harus menjadi perhatian dalam pembuatan poster. Ini tentu tujuannya agar poster itu menjadi lebih menarik. Ukuran elemen-elemen penyusun harus proporsional. Sementara itu, pesan yang ingin disampaikan harus dapat menjadi pusat perhatian

    Gambar

    Gambar merupakan elemen utama dalam sebuah poster selain teks. Oleh karena itu, gambar harus menarik. Tidak sekedar menarik tentu saja, tetapi juga harus bermakna sebagai penyampai pesan, dan orisinil.

    Ketersampaian pesan   

    Tujuan dibuatnya sebuah poster adalah untuk menyampaikan sebuah pesan tertentu. Oleh sebab itu, sangat penting untuk memperhatikan apakah pesan yang ingin disampaikan oleh pembuat poster dapat ditangkap dengan mudah oleh pembaca.

    Ini adalah sebuah contoh rubrik penilaian produk berupa poster buatan siswa berdasarkan kriteria-kriteria poster yang baik yang telah diuraikan di atas.

    Aspek / Kategori / Kriteria4321
    Isi / teksIsi teks singkat, padat akan informasi, jelas keterbacaannyaDua dari kriteria isi / teks yang baik dipenuhi, sementara salah satu kriteria tidak dipenuhiHanya salah satu dari kriteria isi / teks yang baik dipenuhi, sementara dua kriteria tidak dipenuhiIsi teks terlalu panjang, miskin informasi, tidak jelas keterbacaannya (seluruh kriteria tidak terpenuhi)
    DesainWarna menarik, ukuran elemen penyusun proporsional, pesan yang ingin disampaikan menjadi pusat perhatian (ketiga kriteria terpenuhi)Dua dari kriteria desain yang baik dipenuhi, sementara salah satu kriteria tidak dipenuhiHanya salah satu dari kriteria desain yang baik dipenuhi, sementara dua kriteria tidak dipenuhiWarna, ukuran elemen penyusun, pusat perhatian tidak menunjukkan desain yang baik (seluruh kriteria tidak terpenuhi)
    GambarGambar menarik, bermakna sebagai penyampai pesan, dan orisinil (ketiga kriteria terpenuhi)Dua dari kriteria gambar yang baik dipenuhi, sementara salah satu kriteria tidak dipenuhiHanya salah satu dari kriteria gambar yang baik dipenuhi, sementara dua kriteria tidak dipenuhiGambar tidak menarik, tidak bermakna sebagai penyampai pesan, dan tidak orisinil (seluruh kriteria desain yang baik tidak terpenuhi)
    Ketersampaian PesanPesan sangat mudah ditangkap pembacaPesan cukup mudah ditangkap pembacaPesan sulit ditangkap pembacaPesan tidak dapat ditangkap pembaca

    Demikian contoh rubrik penilaian poster yang dapat saya berikan untuk anda. Semoga dapat bermanfaat untuk kegiatan penilaian hasil belajar (produk) di kelas anda yang berkaitan dengan tugas membuat poster. Jika anda mempunyai ide atau saran, silakan menuliskannya di kolom komentar. Semoga bermanfaat. Wassalam

  • Rubrik Penilaian Keterampilan Pidato

    Rubrik Penilaian Keterampilan Pidato

    Rubrik Penilaian Keterampilan Pidato adalah panduan yang digunakan untuk menilai kemampuan pidato seseorang. Secara khusus, Rubrik ini digunakan guru untuk menilai Keterampilan Pidato Peserta didik di dalam kelas.

    Contoh Rubrik Penilaian Keterampilan Pidato

    Pada pelajaran Bahasa Indonesia, salah satu keterampilan penting yang harus dikuasai siswa adalah berpidato. Penilaian keterampilan berpidato biasanya dilakukan dengan menggunakan sebuah rubrik lembar observasi. Pada tulisan kali ini, saya akan mencoba membuat sebuah rubrik dengan skala penilaian 1 – 4 untuk menilai keterampilan siswa berpidato pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.

    Rubrik penilaian pidato ini dibuat dengan memperhatikan unsur-unsur penting pada saat seseorang sedang berpidato, antara lain:

    A. Kesiapan

    Kesiapan adalah aspek yang menunjukkan peserta didik memiliki gestur yang baik dalam menyampaikan pidato. Bahasa tubuh yang tenang dan tegas muncul sehingga para para pendengar pidato dapat percaya dengan nilai-nilai yang disampaikan dalam pidato.

    • Kesiapan
    • Kejelasan
    • Isi pidato
    • Volume suara
    • Posisi tubuh dan kontak pandang
    • Jeda
    • Waktu/durasi
    • Selain itu pada rubrik ini juga akan ditambahkan kepedulian dalam mendengarkan pidato teman sekelasnya.

    Sekarang mari kita lihat rubriknya.

    Aspek Penilaian4321
    KesiapanMenunjukkan gestur Tenang dan tegas serta penampilan yang rapi.Siswa tampak cukup siap berpidato dan sepertinya masih perlu sedikit berlatihSiswa tampak cukup siap berpidato dan sepertinya masih perlu banyak berlatihSiswa tampak tidak siap
    KejelasanSiswa berpidato dengan jelas, tidak ada kesalahan pengucapanSiswa berpidato dengan jelas, ada kesalahan pengucapan 1 kataSiswa berpidato dengan jelas, ada kesalahan pengucapan lebih dari satu kataSiswa berpidato dengan tidak jelas atau tidak dapat dimengerti, atau kesalahan pengucapankata banyak sekali
    Isi PidatoSiswa menunjukkan pemahaman yang sangat baik tentang topik pidatoSiswa menunjukkan pemahaman yang baik tentang topik pidatoSiswa menunjukkan pemahaman yang baik pada beberapa bagian topik pidatoSiswa menunjukkan pemahaman yang buruk tentang topik pidato
    Volume SuaraSeluruh pidato cukup keras sehingga dapat didengar dengan jelas oleh seluruh audienPidato cukup keras sehingga dapat didengar dengan jelas oleh paling tidak 90% audienPidato cukup keras sehingga dapat didengar dengan jelas oleh paling tidak 80% audienPidato seringkali terlalu pelan volumenya sehingga kurang dapat didengar oleh banyak audien
    Posisi tubuh dan kontak pandangBerdiri tegak, tampak percaya diri dan rileks, melakukan kontak pandang dengan seluruh audienBerdiri tegak, melakukan kontak pandang dengan seluruh audienkadang-kadang tidak berdiri dengan tegak dan melakukan kontak pandang dengan audienTampak gelisah dan tidak melakukan kontak pandang dengan audien
    JedaMemberikan jeda pada saat yang tepat sebanyak 2 kali atau lebih untuk memberikan efek dramatis atau meningkatkan makna pidatoMemberikan jeda pada saat yang tepat sebanyak 1 kali sepanjang pidato untuk memberikan efek dramatis atau meningkatkan makna pidatoMemberikan jeda pada saat pidato tetapi belum dapat memberikan efek dramatis atau meningkatkan makna pidatoJeda sepertinya tidak digunakan sama sekali
    Waktu/DurasiPanjang pidato 3 sampai 5 menitPidato kurang dari 3 menit atau lebih dari 5 menit
    Mendengarkan pidato teman sekelasMendengarkan dengan baik dan tidak membuat gerakan atau suara berisik yang mengganggu temannya yang sedang berpidatoMendengarkan dengan baik dan tetapi 1 kali membuat gerakan atau suara-suara berisik yang mengganggu temannya yang sedang berpidatoKadang-kadang tampak tidak mendengarkan dengan baik, tetapi tidak membuat suara atau gerakan-gerakan yang membuat berisikKadang-kadang tampak tidak mendengarkan dengan baik, dan membuat suara atau gerakan-gerakan yang membuat berisik

    Demikian contoh rubrik yang dapat digunakan guru Bahasa Indonesia untuk melakukan penilaian keterampilan pidato/berpidato. Jika anda punya ide lain atau saran untuk menyempurnakan rubrik penilaian di atas, silakan memberikannya di kolom komentar. Semoga bermanfaat. Wassalam.

  • Tes Sebagai Instrumen Pendukung Pembelajaran

    Tes Sebagai Alat Bantu Pembelajaran

    Tes tentunya tidak hanya sebagai alat untuk mengevaluasi hasil belajar peserta didik. Akan tetapi, tes hasil belajar juga seharusnya dapat membantu dan menjadi penguatan beragam aspek dalam pembelajaran. Tes dapat membantu baik guru maupun peserta didik itu sendiri, misalnya untuk mengecek kesiapan belajar, memonitor proses pembelajaran, mendiagnosis kesulitan belajar, serta mengevaluasi hasil belajar peserta didik.

    Tes adalah alat yang paling umum digunakan dalam mengukur hasil belajar peserta didik di kelas. Sayangnya, beberapa guru tidak sampai kepada pemahaman beragam fungsi tes yang lain selain sebagai alat evaluasi hasil belajar, sebagaimana fungsi-fungsi yang disebutkan di atas. Dan untuk memperoleh alat atau tes yang bagus guru haruslah memahami bagaimana cara mengembangkan tes dengan baik dan benar. Seseungguhnya, fungsi dari tes adalah untuk  meningkatkan proses pembelajaran peserta didik. Itu adalah esensi sebenarnya dari suatu tes.

    Bagaimana melakukan tes di saat proses pembelajaran?

    Telah disebutkan di atas bahwa tes adalah alat yang sangat bermanfaat sebagai alat bantu belajar. Karena itu sangatlah penting untuk menjadikan tes sebagai bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran. Itulah sebabnya tes harus dirancang bersama-sama perancangan proses pembelajaran. Jika kita memperhatikan urutan sebuah proses pembelajaran, maka kita akan menemukan 3 bagian utama pembelajaran, yaitu: pendahuluan, pada saat proses pembelajaran berlangsung, dan di akhir pembelajaran. Jika guru ingin tes bermanfaat dalam proses pembelajaran dan meliputi ketiga tahap ini, maka ia harus merancang pertanyaan-pertanyaan untuk ketiga bagian utama proses pembelajaran tadi dengan tujuan tes (pertanyaan-pertanyaan) itu masing-masing.

    Tes di Kegiatan Awal (Pendahuluan) Pembelajaran

    Pada tahapan kegiatan awal (pendahuluan) pembelajaran ini guru harus memperhatikan dua hal, yaitu pengetahuan atau keterampilan apakah yang telah dimiliki oleh peserta didik sebelum mengikuti pembelajarannya, dan yang kedua akan dikembangkan ke arah mana pengetahuan dan keterampilan peserta didik selama proses pembelajaran nanti.

    Untuk mengetahui pengetahuan atau keterampilan apa saja yang telah dikuasai atau dimiliki oleh peserta didik guru dapat melakukan pretes. Tes ini (pretes) dimaksudkan untuk melihat bagaimana kesiapan peserta didik mengikuti proses pembelajaran. Tes untuk ini diberikan pada awal sekali pada suatu unit atau kompetensi dasar tertentu. Melalui pretes peserta didik dapat diketahui apakah sudah menguasai pengetahuan prasyarat yang harus dimiliki untuk melanjutkan proses pembelajaran agar dapat berjalan dengan lancar.

    Untuk mengetahui dikembangkan ke arah mana pengetahuan dan keterampilan peserta didik, guru kemudian dapat memberikan tes penempatan. Tes semacam ini diperlukan untuk mengetahui jangan-jangan ada peserta didik yang telah menguasai suatu pengetahuan atau keterampilan yang akan diajarkan. Dengan tes penempatan, guru dapat menentukan apakah peserta didik dapat mengembangkan pengetahuan yang telah dimilikinya secara lebih mendalam. Peserta didik yang telah menguasai pengetahuan dan keterampilan  yang akan diajarkan dapat ditempatkan pada kelompok advanced (tingkat lanjut) dan dibedakan dari peserta didik yang lainnya.

    Tes Pada Saat Proses Pembelajaran Berlangsung

    Pada saat proses pembelajaran berlangsung, maka guru dapat melakukan paling tidak 2 jenis tes, yaitu tes formatif dan tes diagnostik. Pada saat proses pembelajaran berlangsung, maka ada 2 pertanyaan penting yang harus dijawab oleh seorang guru, yaitu pertama: pada tugas pembelajaran yang mana peserta didik telah mengalami kemajuan yang memuaskan, dan pada tugas pembelajaran mana peserta didik masih memerlukan bantuan, dan pertanyaan kedua adalah: peserta didik yang mana saja yang mengalami hambatan dalam proses belajar sehingga membutuhkan remedial?

    Ketika guru ingin menjawab pertanyaan pertama, maka guru dapat melakukan tes yang disebut sebagai tes formatif. Tes formatif dapat didefinisikan sebagai tes yang diberikan kepada peserta didik saat proses pembelajaran berlangsung untuk mengetahui kemajuan pembelajaran peserta didik pada suatu segmen pembelajaran tertentu. Pada praktiknya di sekolah guru sering menyebut tes formatif sebagai ulangan harian. Atau ada juga yang menyebutnya sebagai kuis di akhir bab atau sebuah unit pembelajaran. Hasil tes ini harus digunakan untuk meningkatkan pembelajaran, dan sebaiknya bukan sebagai alat untuk menghakimi peserta didik.

    Dengan tes formatif guru dapat menyesuaikan pembelajarannya sehingga semua peserta didik mendapatkan pembelajaran yang sesuai untuk mencapai hasil belajar yang diharapkan sesuai potensi mereka masing-masing. Jika pada tes formatif ada peserta didik yang gagal, maka guru harus mengajarkan ulang (memberikan pelajaran remedial) kepada mereka sembari memberikan pembelajaran pengayaan kepada peserta didik lain yang telah sukses.

    Tes Pada Akhir Pembelajaran

    Di akhir proses pembelajaran dilakukan sebuah tes yang disebut sebagai tes sumatif. Tes ini secara praktik dilakukan oleh guru misalnya pada akhir pertengahan semester, di akhir semester, di akhir tahun. Tes ini penting untuk menjawab pertanyaan seperti: Apakah peserta didik telah menguasai  tugas-tugas belajar untuk suatu mata pelajaran? Apa grade yang harus diberikan kepada peserta didik itu? Ciri khas tes sumatif adalah cakupan materi pembelajaran yang luas dan banyak. Secara umum, tes sumatif lebih banyak digunakan untuk keperluan grading (perankingan) atau menentukan naik kelas/tidak naik kelas, namun demikian hasil tes sumatif sebenarnya tetap dapat digunakan untuk mengetahui efektivitas suatu proses pembelajaran. Tentu saja efektivitas di sini adalah dalam rentang waktu yang lebih panjang misal setengah semester, satu semester, atau satu tahun pelajaran.

  • Masuknya Islam di Asia Tenggara

    Islam menjadi agama paling banyak penganutnya di kawasan Asia Tenggara. Lebih dari 250 Juta orang menganut agama ini dan terkonsentrasi di Indonesia, Malaysia dan Brunei Darussalam.


    Dalam historiografi Asia Tenggara, diterima secara luas bahwa sejarah Asia Tenggara pada umumnya dibagi menjadi dua periode yaitu, Asia Tenggara yang ter-India-kan dan periode Asia Tenggara yang ter-Islam-kan sebelum datangnya era Kolonial. Penyebaran Islam ke Kepulauan Asia Tenggara di mulai sekitar akhir abad ke-13 dan awal abad ke-14. Kedatangan Islam menandai awal menelusuri lanskap sosio-politik dan kultural indigenos di dunia melayu sebelum penetrasi budaya hindu serta asal-usul dan proses akulturasi dari pengaruh Hindu dan Islam di kawasan Asia Tenggara.

    Masa prasejarah kepulauan Asia Tenggara tidak terlalu jelas. Orang-orang dari kepulauan yang menggunakan rumpun bahasa Autronesia itu mengawali migrasi ke arah selatan dari daratan Asia menuju kepulauan Asia Tenggara antara 3000 SM hingga 1000 SM. Riset yang dilakukan oleh para antropolog, arkeolog dan pakar linguistik, menyebutkan bahwa penduduk kepulauan Malaya ini berpindah tempat dari cina selatan menuju pulau-pulau sekarang dikenal sebagai Filipina sekitar tahun 2500 SM dan kemudian menyebar ke Malaysia dan Indonesia. Penduduk awal Asia Tenggara menganut Animisme sebelum masuknya Hinduisme yang datang dari anak benua india. Agama-agama asli orang austronesia adalah Shamanisme atau Animisme yang mengakui bahwa manusia, binatang, pohon, tumbuhan, batuan, arus sungai dan gunung, mengandung kekuatan spritual yang sangat kuat.

    Sejarah Islam dikepulauan Asia Tenggara merupakan sebuah topik diskusi yang hidup dikalangan sejarawan sejak tahun 1860-an. Islamisasi adalah sebuah proses akulturasi dimana kontak-kontak berbagai kelompok budaya yang berbeda mengarah pada penerimaan pola-pola budaya baru oleh satu atau kedua kelompok dengan mengambil seluruh atau sebagian dari budaya kelompok yang lain. Perdebatan tersebut terfokus pada dua isu, yakni asal-usul dan perkembangan Islam di kepulauan Asia Tenggara.Sejarawan pada umumnya, menerima fakta bahwa pedagang-pedagang Muslim adalah penyebar pertama budaya Islam ke kepulauan Asia Tenggara. Jadi, para sejarawan membidik tepat ke arah pedagang Arab Muslim dan pedagang India muslim yang kemungkinan besar merupakan sumber-sumber penyebar Islam ke kawasan Asia Tenggara. Karena itu, dua aliran pemikiran utama yang dikembangkan, yaitu berasal-usul Arab dan berasal-usul India.

    A.  ISLAMISASI DI ASIA TENGGRARA

    Pada kurun ke-11, suatu tempoh yang turbulent bermuncul dalam sejarah sejarah Kepulauan Melayu, tentera laut Chola menyeberangi laut untuk menyerang kerajaan Sri Sangrama Vijayatunggavarman Srivijaya di Kadaram (Kedah), ibu negara kerajaan kelautan berkuasa itu telah dijarah dan raja ditawan. Seiring dengan Kadaram, Pannai di Sumatera pada ketika itu dan Malaiyur dan semenanjung Malaya diserang juga. Tak lama setelah itu, raja Kedah Phra Ong Mahawangsa menjadi penguasa pertama yang meninggalkan agama Hindu tradisional, dan memeluk ugama Islam dengan penubuhan Kesultanan Kedah yang didirikan pada tahun 1136. Samudera Pasai masuk Islam pada tahun 1267, Raja Malaka Parameswara menikah dengan putri dari Pasai, anak tersebut menjadi sultan pertama Malaka, segera Malaka menjadi pusat penggajian Islam dan perdagangan maritim, yang diikuti penguasa lainnya. Pemimpin agama dan bahasa Indonesia sarjana Islam Hamka (1908-1981) menulis pada 1961: “. Perkembangan Islam di Indonesia dan Malaysia terkait erat dengan seorang Muslim Cina, Laksamana Zheng He”.

    Ada beberapa teori untuk proses Islamisasi di Asia Tenggara. Teori pertama adalah perdagangan. Perluasan perdagangan antara Asia Barat, India dan Asia Tenggara membantu penyebaran agama sebagai pedagang Muslim membawa agama Islam ke wilayah tersebut. Teori kedua adalah peran misionaris atau sufi. Para misionaris sufi memainkan peran penting dalam menyebarkan agama dengan syncretising ide-ide Islam dengan keyakinan lokal yang ada dan gagasan-gagasan keagamaan. Akhirnya, kelas penguasa memeluk Islam dan yang lebih membantu para pengembangan agama di seluruh wilayah. Penguasa pelabuhan wilayah yang paling penting, Melaka Kesultanan, memeluk Islam di abad 15, menggembar-gemborkan masa konversi dipercepat Islam di seluruh wilayah sebagai agama yang diberikan kekuatan pemersatu antara yang berkuasa dan kelas perdagangan.

    Menurut Uka Tjandra Sasmita, prorses masukya Islam ke Asia Tenggara yang berkembang ada enam, yaitu:

    1.      Saluran perdagangan

    Pada taraf permulaan, proses masuknya Islam adalah melalui perdagangan. Kesibukan lalu-lintas perdagangan pada abad ke-7 hingga ke-16 membuat pedagangpedagang Muslim (Arab, Persia dan India) turut ambil bagian dalam perdagangan dari negeri-negeri bagian Barat, Tenggara dan Timur Benua Asia. Saluran Islamisasi melaui perdagangan ini sangat menguntungkan karena para raja dan bangsawan turut serta dalam kegiatan perdagangan, bahkan mereka menjadi pemilik kapal dan saham. Mereka berhasil mendirikan masjid dan mendatangkan mullah-mullah dari luar sehingga jumlah mereka menjadi banyak, dan karenanya anak-anak Muslim itu menjadi orang Jawa dan kaya-kaya. Di beberapa tempat penguasa-penguasa Jawa yang menjabat sebagai Bupati Majapahit yang ditempatkan di pesisir Utara Jawa banyak yang masuk Islam, bukan karena hanya faktor politik dalam negeri yang sedang goyah, tetapi karena factor hubungan ekonomi drengan pedagang-rpedrarrgarng Muslim.Perkembangan selanjutnya mereka kemudian mengambil alih perdagangan dan kekuasaan di tempat-tempat tinggalnya.

    2.      Saluran perkawinan

    Dari sudut ekonomi, para pedagang Muslim memiliki status sosial yang lebih baik daripada kebanyakan pribumi, sehingga penduduk pribumi terutama puteri-puteri bangsawan, tertarik untuk menjadi isteri saudagar-saudagar itu. Sebelum dikawin mereka diislamkan terlebih dahulu. Setelah mereka mempunyai keturunan, lingkungan mereka makin luas, akhirnya timbul kampung-kampung, daerah-daerah dan kerajaan Muslim.

    Dalam perkembangan berikutnya, ada pula wanita Muslim yang dikawini oleh keturunan bangsawan; tentu saja setelah mereka masuk Islam terlebih dahulu. Jalur perkawinan ini jauh lebih menguntungkan apabila antara saudagar Muslim dengan anak bangsawan atau anak raja dan anak adipati, karena raja dan adipati atau bangsawan itu kemudian turut mempercepat proses Islamisasi. Demikianlah yang terjadi antara Raden Rahmat atau sunan Ampel dengan Nyai Manila, Sunan Gunung Jati dengan puteri Kawunganten, Brawijaya dengan puteri Campa yang mempunyai keturunan Raden Patah (Raja pertama Demak) dan lain-lain.

    3.      Saluran Tasawuf

                Pengajar-pengajar tasawuf atau para sufi mengajarkan teosofi yang bercampur dengana jaran yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Mereka mahir dalam soal magis dan mempunyai kekuatan-kekuatan menyembuhkan. Diantara mereka juga ada yang mengawini puteri-puteri bangsawab setempat. Dengan tasawuf, “bentuk” Islam yang diajarkan kepada penduduk pribumi mempunyai persamaan dengan alam pikiran mereka yang sebelumnya menganut agama Hindu, sehingga agama baru itu mudah dimengerti dan diterima. Diantara ahli-ahli tasawuf yang memberikan ajaran yang mengandung persamaan dengan alam pikiran Indonesia pra-Islam itu adalah Hamzah Fansuri di Aceh, Syekh Lemah Abang, dan Sunan Panggung di Jawa. Ajaran mistik seperti ini masih dikembangkan di abad ke-19 M bahkan di abad ke-20 M ini.

    4.      Saluran prendidikan

    Islamisasi juga dilakukan melalui pendidikan, baik pesantren maupun pondok yang diselenggarakan oleh guru-guru agama, kiai-kiai dan ulama. Di pesantren atau pondok itu, calon ulama, guru agama dan kiai mendapat pendidikan agama. Setelah keluar dari pesantren, mereka pulang ke kampung masing-masing atau berdakwak ketempat tertentu mengajarkan Islam. Misalnya, pesantren yang didirikan oleh Raden rahmat di Ampel Denta Surabaya, dan Sunan Giri di Giri. Keluaran pesantren ini banyak yang diundang ke Maluku untuk mengajarkan Agama Islam.

    5.      Saluran kesenian

    Saluran Islamisasi melaui kesenian yang paling terkenal adalah pertunjukan wayang. Dikatakan, Sunan Kalijaga adalah tokoh yang paling mahir dalam mementaskan wayang. Dia tidak pernah meminta upah pertunjukan, tetapi ia meminta para penonton untuk mengikutinya mengucapkan kalimat syahadat. Sebagian besar cerita wayang masih dipetik dari cerita Mahabarata dan Ramayana, tetapi dalam serita itu di sisipkan ajaran nama-nama pahlawan Islam. Kesenian-kesenian lainnya juga dijadikan alat Islamisasi, seperti sastra (hikayat, babad dan sebagainya), seni bangunan dan seni ukir.

    6.      Saluran politik

    Di Maluku dan Sulawesi selatan, kebanyakan rakyat masuk Islam setelah rajanya memeluk Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya Islam di daerah ini. Di samping itu, baik di Sumatera dan Jawa maupun di Indonesia Bagian Timur, demi kepentingan politik, kerajaan-kerajaan Islam memerangi kerajaan-kerajaan non Islam. Kemenangan kerajaan Islam secara politis banyak menarik penduduk kerajaan bukan Islam itu masuk Islam.

               Untuk lebih memperjelas bagaimana proses masuknya agama Islam di Asia Tenggara ini, ada 3 teori diharapkan dapat membantu memperjelas tentang penerimaan Islam yang sebenarnya:

    a.       Menekankan peran kaum pedagang yang telah melembagakan diri mereka di beberapa wilayah pesisir lndonesia, dan wilayah Asia Tenggara yang lain yang kemudian melakukan asimilasi dengan jalan menikah dengan beberapa keluarga penguasa local yang telah menyumbangkan peran diplomatik, dan pengalaman lnternasional terhadap perusahaan perdagangan para penguasa pesisir. Kelompok pertama yang memeluk agama lslam adalah dari penguasa lokal yang berusaha menarik simpati lalu-lintas Muslim dan menjadi persekutuan dalam bersaing menghadapi pedagang-pedagang Hindu dari Jawa. Beberapa tokoh di wilayah pesisir tersebut menjadikan konversi ke agama lslam untuk melegitimasi perlawanan mereka terhadap otoritas Majapahit dan untuk melepaskan diri dari pemerintahan beberapa lmperium wilayah tengah Jawa.

    b.      Menekankan peran kaum misionari dari Gujarat, Bengal dan Arabia. Kedatangan para sufi bukan hanya sebagai guru tetapi sekaligus juga sebagai pedagang dan politisi yang memasuki lingkungan istana para penguasa, perkampungan kaum pedagang, dan memasuki perkampungan di wilayah pedalaman. Mereka mampu mengkomunikasikan visi agama mereka dalam bentuknya, yang sesuai dengan keyakinan yang telah berkembang di wilayah Asia Tenggara. Dengan demikian dimungkinkan bahwa masuknya Islam ke Asia Tenggara agaknya tidak lepas dengan kultur daerah setempat.

    c.       Lebih menekankan makna lslam bagi masyarakat umum dari pada bagi kalangan elite pemerintah. Islam telah menyumbang sebuah landasan ldeologis bagi kebajikan lndividual, bagi solidaritas kaum tani dan komunitas pedagang, dan bagi lntegrasi kelompok parochial yang lebih kecil menjadi masyarakat yang lebih besar (Lapidus, 1999:720-721). Agaknya ketiga teori tersebut bisa jadi semuanya berlaku, sekalipun dalam kondisi yang berbeda antara satu daerah dengan yang lainnya. Tidak terdapat proses tunggal atau sumber tunggal bagi penyebaran lslam di Asia Tenggara, namun para pedagang dan kaum sufi pengembara, pengaruh para murid, dan penyebaran berbagai sekolah agaknya merupakan faktor penyebaran lslam yang sangat penting.

    B.  TEORI MASUKNYA ISLAM DI ASIA TENGGARA

    Sejak abad pertama, kawasan laut Asia Tenggara, khususnya Selat Malaka sudah mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan pelayaran dan perdagangan internasional yang dapat menghubungkan negeri-negeri di Asia Timur Jauh, Asia Tenggara dan Asia Barat. Perkembangan pelayaran dan perdagangan internasional yang terbentang jauh dari Teluk Persia sampai China melalui Selat Malaka itu kelihatan sejalan pula dengan muncul dan berkembangnya kekuasaan besar, yaitu China dibawah Dinasti Tang (618-907), kerajaan Sriwijaya (abad ke-7-14), dan Dinasti Umayyah (660-749).

    Masuknya Islam ke berbagai wilayah di Asia tenggara tidak berada dalam satu waktu yang bersamaan tetapi berada dalam satu kesatuan proses sejarah yang panjang. Kerajaan-kerajaan dan wilayah itupun berada dalam situasi politik dan kondisi sosial budaya yang berbeda-beda. Ketika sriwijaya mengembangkan kekuasaannya sekitar abad VII dan VIII, jalur selat malaka sudah ramai oleh para pedagang Muslim. Data ini diperkuat dengan berita Cina jaman dinasti T’ang yang dapat memberikan gambaran bahwa ketika itu telah ada masyarakat Muslim di kanfu (kanton) dan daerah Sumatera. Diperkirakan terjalinnya perdagangan yang bersifat Internasional ketika itu juga sebagai akibat kegiatan kerajaan Cina jaman dinasti T’ang di Asia timur dengan kerajaan Islam dibawah Bani Umayyah di bagian Barat, dan tentunya kerajaan Sriwijaya sendiri di wilayah Asia Tenggara.

    Keberadaan pedagang-pedagang di Asia Tenggara ketika itu mungkin belum memberikan pengaruh pada kerajaan-kerajaan yang ada. Setelah pecahnya pemberontakan petani Cina Selatan terhadap kaisar Hi-Tsung (878-889 M) yang menyebabkan banyak orang Islam di bunuh maka mulailah mereka mencari perlindungan ke Kedah. Hal ini berarti orang Islam telah mulai melakukan politik yang tentunya banyak membawa akibat pada kerajaan di Asia Tenggara dan Cina. Syed Naguib al-attas mengatakan bahwa sejak abad VII orang Islam telah mendirikan perkampungan di kanton dengan derajat keagamaan yang tinggi dan menyelenggarakan pemerintahan perkampungan sendiri di Kedah dan Palembang.

    Ada beberapa teori tentang masuknya Islam ke kawasan Asia Tenggara, seperti Teori kedatangan Islam ke Asia Tenggara dari Arab, cina dan india

    1.      Teori kedatangan Islam ke Asia Tenggara dari Arab.

                Dikemukakan oleh John Crawford. Menurutnya Islam datang dari Arab melalui pedagang.  Buktinya catatan China mengatakan orang Arab dan Persia telah mempunyai pusat perniagaan di Canton sejak tahun 300 M. Pedagang Arab yang ke China singgah di pelabuhan Asia Tenggara tepatnya di Selat Malaka karena posisinya yang strategis, dalam jalur perdagangan. Kemudian Pedagang Arab ini tinggal beberapa bulan di Asia Tenggara dan ada yang menetap serta membina perkampungan Arab. Perkampungan ini juga menjadi tempat untuk berdagang. Ada juga pedagang Arab yang Menikah dengan wanita tempatan dan menyebarkan Islam. Karena sebagian besar pedagang menggunakan jalur laut sebagai sarana transportasi maka pada Masa menunggu angin muson/musim digunakan oleh pedagang Arab untuk mengembangkan Islam.

    Adapun beberapa bukti dari teori ini yaitu :

    1.      Kampung  Arab di Sumatera Utara yaitu di Ta Shih.

    2.      Persamaan penulisan dan kesusasteraan Asia Tenggara dan Arab.

    3.      Budaya dan musik pengaruh dari arab seperti dabus dan tarian Zapin.

    4.      Karya-karya yang  menceritakan pengislaman raja tempatan oleh syeikh dari Tanah Arab contohnya hikayat Raja-raja samudra Pasai mengatakan Raja Malik diislamkan oleh ahli sufi dari Arab yaitu Syeikh Ismail.

    2.      Teori kedatangan Islam ke Asia Tenggara dari Cina.

    Dikemukakan oleh E.G Eredia dan S.Q. Fatimi. Menurut Eredia, Canton pernah menjadi pusat Perdagangan bagi para pedagang Arab hingga pedagang Cina memeluk Islam.Pedagang China Islam ini kemudiannya berdagang di Asia tenggara disamping menyebarkan Islam.

    Sedangkan menurut Fatimi, pedagang Cina Canton pernah berpindah beramai-ramai ke Asia Tenggara.

    Adapun Bukti kedatangan Islam dari China ini yaitu :

          –          Pada Batu Bersurat Terengganu, batu nisan yang mempunyai ayat al-Quran di Pekan, Pahang.

     Wujud persamaan antara seni Bangunan Cina dengan seni Bangunan masjid di Kelantan, Melaka dan Jawa  yaitu seperti bumbung pagoda, ciri khas atap genteng dari China.

    3.      Teori kedatangan Islam ke Asia Tenggara dari India/Gujarat.

    Dikemukakan oleh S.Hurgronje, Menurutnya Islam datang dari Gujarat/India dan pantai Koromandel di semenanjung India. Hubungan dagang Asia Tenggara dengan India telah terwujud sejak lama, hal ini memberikan peluang bagi pedagang Islam India untuk  menyebarkan Islam.

    Adapun beberapa bukti dari teori ini yaitu :

    1.                Terdapat batu marmar pada batu nisan mempunyai cirri buatan India,  contohnya di batu nisan Raja Malik Pasai.

    2.                Unsur budaya India amat banyak kita jumpai di Negara-negara Asia Tenggara.

    1.     MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA

    a.       Teori Gujarat

    Teori ini merupakan teori tertua yang menjelaskan tentang masuknya Islam di Nusantara. Dinamakan Teori Gujarat, karena bertolak dari pandangannya yang mengatakan bahwa Islam masuk ke Nusantara berasal dari Gujarat, pada abad ke-13 M, dan pelakunya adalah pedagang India Muslim.

    Bukti-bukti dari teori ini yaitu :

    1. Bukti batu nisan Sultan pertama Kerajaan Samudera Pasai, yakni Malik al-Shaleh yang wafat pada 1297. relif nisan tersebut bersifat Hinduistis yang mempunyai kesamaan dengan nisan yang terdapat di Gujarat.

    2. Adanya kenyataan bahwa agama Islam disebarkan melalui jalan dagang antara Indonesia-Cambai (Gujarat)-Timur Tengah-Eropa.

    b.       Teori Makkah

    Teori ini dicetuskan oleh Hamka, Ia lebih menguatkan teorinya dengan mendasarkan pandangannya pada peranan bangsa Arab sebagai pembawa agama Islam ke Indonesia, kemudian diikuti oleh orang Persia dan Gujarat. Gujarat dinyatakan sebagai tempat singgah semata, dan Makkah sebagai pusat, atau Mesir sebagai tempat pengambilan ajaran Islam.

    Hamka menolak pendapat yang mengatakan bahwa Islam baru masuk pada abad 13, karena kenyataanya di Nusantara pada abad itu telah berdiri suatu kekuatan politik Islam, maka sudah tentu Islam masuk jauh sebelumnya yakni abad ke-7 Masehi  atau pada abad pertama Hijriyah.

    Pada 674 M telah terdapat perkampungan perdagangan Arab Islam di Pantai Barat Sumatera, bersumber dari berita Cina. kemudian berita Cina ini ditulis kembali oleh T.W. Arnold (1896), J.C. van Leur (1955) dan Hamka (1958). Timbulnya perkampungan perdagangan Arab Islam ini karena ditunjang oleh kekuatan laut Arab.

    Dari keterangan tentang peranan bangsa Arab dalam dunia perniagaan seperti di atas, kemudian dikuatkan dengan kenyataan sejarah adanya perkampungan Arab Islam di pantai barat Sumatera di abad ke-7, maka terbukalah kemungkinan peranan bangsa Arab dalam memasukkan Islam ke Nusantara.

    c.       Teori Persia

    Pencetus teori ini adalah P.A. Hoesein Djajadiningrat. Teori ini berpendapat bahwa agama Islam yang masuk ke Nusantara berasal dari Persia, singgah ke Gujarat, sedangkan waktunya  sekitar abad ke-13. Teori ini lebih menitikberatkan tinjauannya kepada kebudayaan yang hidup di kalangan masyarakat Islam Indonesia yang dirasakan memiliki persamaan dengan Persia (Morgan, 1963:139-140). Di antaranya adalah:

    1.      Peringatan 10 Muharram atau Asyura sebagai hari peringayan Syi’ah atas syahidnya Husein.

    2.      Adanya kesamaan ajaran antara Syaikh Siti Jenar dengan ajaran Sufi Iran al-Hallaj, sekalipun al-Hallaj telah meninggal pada 310H / 922M, tetapi ajarannya berkembang terus dalam bentuk puisi, sehingga memungkinkan Syeikh Siti Jenar yang hidup pada abad ke-16 dapat mempelajarinya.

    Pencetus teori ini adalah P.A. Hoesein Djajadiningrat. Teori ini berpendapat bahwa agama Islam yang masuk ke Nusantara berasal dari Persia, singgah ke Gujarat, sedangkan waktunya  sekitar abad ke-13. Teori ini lebih menitikberatkan tinjauannya kepada kebudayaan yang hidup di kalangan masyarakat Islam Indonesia yang dirasakan memiliki persamaan dengan Persia (Morgan, 1963:139-140).

    Di antaranya adalah:

    1.      Peringatan 10 Muharram atau Asyura sebagai hari peringayan Syi’ah atas syahidnya Husein.

    2.      Adanya kesamaan ajaran antara Syaikh Siti Jenar dengan ajaran Sufi Iran al-Hallaj, sekalipun al-Hallaj telah meninggal pada 310H / 922M, tetapi ajarannya berkembang terus dalam bentuk puisi, sehingga memungkinkan Syeikh Siti Jenar yang hidup pada abad ke-16 dapat mempelajarinya.

    Dari uraian tentang tiga teori masuknya Islam ke Indonesia di atas, dapat dilihat beberapa perbedaan dan kesamaannya:

    1. Teori Gujarat dan Persia mempunyai persamaan pandangan mengenai masuknya agama Islam ke Nusantara  berasal dari Gujarat. Perbedaannya terletak pada teori Gujarat yang melihat ajaran Islam di Indonesia mempunyai kesamaan ajaran dengan mistik di India. Sedangkan teori Persia memandang adanya kesamaan dengan ajaran Sufi di Persia. Gujarat dipandangnya sebagai daerah yang dipengaruhi oleh Persia, dan menjadi tempat singgah ajaran Syi’ah ke Indonesia.

    2. Dalam hal Gujarat sebagai tempat singgah, teori Persia mempunyai persamaan dengan teori Makkah, tetapi yang membedakannya adalah teori Makkah memandang Gujarat sebagai tempat singgah perjalanan perjalanan laut antara Indonesia dengan Timur Tengah, sedangkan ajaran Islam diambilnya dari Makkah atau dari Mesir.

    3. Teori Gujarat dan Persia keduanya tidak memandang peranan bangsa Arab dalam perdagangan. Dalam hal ini keduanya lebih memandang pada peranan orang India  Muslim. keduanya meyakini Islam masuk di Nusantara pada abad ke-13. Sebaliknya teori Makkah lebih meyakini Islam masuk di Nusantara pada abad ke-7, karena abad ke-13 dianggap sebagai saat-saat perkembangan Islam di Nusantara.

    4. Dalam melihat sumber negara yang mempengaruhi Islam di Nusantara, teori Makkah lebih berpendirian pada Makkah dan Mesir dengan mendasarkan tinjauannya pada besarnya pengaruh madzhab Syafi’i di Indonesia. Sedangkan teori Persia, meskipun mengakui pengaruh madzhab Syafi’i di Indonesia tetapi, bagi teori ini, hal itu merupakan pengaruh madzhab Syafi’i yang berkembang di Malabar, oleh karena itu teori ini lebih menunjuk India sebagai negara asal Islam Indonesia.

    Walaupun dari analisa perbandingan di atas ketiga teori tersebut lebih menampakkan tajamnya perbedaan dari pada persamaan, namun ada titik temu yang bisa disimpulkan yakni, bahwa : 

    Pertama, Islam masuk dan berkembang melalui jalan damai (infiltrasi kultural),

    Kedua, Islam tidak mengenal adanya misi sebagaimana yang dijalankan oleh kalangan Kristen dan Katolik.

    Para Ulama awal yang menyebarkan Islam di Indonesia adalah Hamzah Fansuri,Syamsuddin Al-Sumatrani, Nuruddin Ar-Raniri, Abdurauf Singkel, Syeikh Muhammad Yusuf Al-Makassari, Syeikh Abdussamad al-Palimbani, Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, Syeikh Muhammad Nafis al-Banjari, Syeikh Muhammad bin Umar al-Nawawi al-Bantani, Khatib Minangkabau.

    2. ISLAM DI MALAYSIA

    Islam merupakan agama resmi negara federasi Malaysia.Hampir 50% dari 13 juta penduduknya adalah Muslim dan sebagian besar diantaranya adalah orang melayu yang tinggal di Semenanjung Malaysia.Adapun sisanya terdiri dari kelompok-kelompok etnik yang minoritas yakni diantaranya Cina yang terdiri sekitar 38% dari penduduk Malaysia dan yang lainnya India dan Arab. Diantara warga Muslim dan non Muslim dapat hidup rukun tanpa ada permusuhan sehingga masyarakat di sana tentram dan damai. Perkembangan Islam di Malaysia telah membawa peradaban-peradaban baru yang diakui Dunia Islam. Sampai saat ini Muslim Malaysia dikenal sebagai Muslim yang taat ibadahnya, kuat memegang hukum Islam dan juga kehidupan beragamanya yang damai serta mencerminkan keIslaman agamanya baik di perkampungan maupun dalam pemerintahan. Mengenai hasil peradaban Islam di Malaysia ini juga tidak kalah dengan negara-negara Islam yang lain, seperti:

    a.                           Adanya bangunan-bangunan masjid yang megah seperti Masjid Ubaidiyah di Kuala Kancong.

    b.                           Banyaknya bangunan-bangunan sekolah Islam.

    c.                           Berlakunya hukum Islam pada pemerintahan Malaysia (hukum Islam di sana mendapat kedudukan khusus karena dijadikan hukum negara).

    Selain itu juga keputusan yang diambil oleh Perdana Mentri Mahatir Muhammad pada tahun 1982untuk menjalankan kebijakan penanaman nilai-nilai islami dalam pemerintahan juga membuat peran islam semakin penting terutama ketika kebijakan tersebut dilaksanakan secara nyata.

    3.    ISLAM DI THAILAND

    Islam di Muangthai adalah agama minoritas hanya 4 %, selain itu masyarakat Muangthai menganut agama Budha dan Hindu.Orang Melayu Muslim merupakan golongan minoritas terbesar ke-dua di Muangthai, sesudah golongan Cina.Mereka tergolong Muslim Sunni dari madzab Syafi’I yang merupakan madzab paling besar dikalangan umat Islam di Muangthai.Ikatan-ikatan budayanya telah membantu memupuk suatu perasaan keterasingan dikalangan mereka terhadap lembaga-lembaga sosial, budaya, dan politik Muangthai.Sejak bangsa Muangthai untuk pertama kali menyatakan daerah itu sebagai wilayah yang takluk kepada kekuasaannya.Pada akhir abad ke-13 orang Melayu Muslim terus-menerus memberontak terhadap kekuasaan Muangthai

    Keinginan mereka adalah untuk menjadi bagian dari Dunia budaya Melayu Muslim dengan pemerintahan otonom.Akhirnya keinginan yang tak pernah mengendor itu pudar dalam sejarah, dan ciri-ciri sosial ekonomi dan budaya mereka telah membuat mereka sadar bahwa mereka hanyalah kelompok kecil yang mempunyai identitas terpisah dari bagian utama penduduk Negeri Muangthai.Masyarakat Muslim di Muangthai sebagian besar berlatarbelakang pedesaan. Dan Perkembangan Islam di Muangthai telah banyak membawa peradaban-peradaban, misalnya :

    a.                          Di Bangkok terdaftar sekitar 2000 bangunan masjid yang sangat megah dan indah.

    b.                          Golongan Tradisional dan golongan ortodoks telah menerbitkan majalah Islam “Rabittah”.

    c.                          Golongam modernis berhasil menerbitkan jurnal “Al Jihad”.

    4.    ISLAM DI BRUNEI DARUSSALAM

    Brunei Darussalam memperoleh kemerdekaan penuhnya pada tanggal 1 januari 1984. Penduduk negara ini terdiri dari 65% suku melayu, 25% keturunan cina dan sisanya kelompok pribumi kalimantan. Beberapa sumber menyatakan bahwa agama islam masuk ke negara ini pada abad ke-15, dan sejak itu negara ini berubah menjadi kesultanan Islam. Agama resminya juga Islam dan tradisi keislaman juga dijaga sangat baik sampai sekarang.Dari segi politik situasi di negara ini terbilang tenang dan stabil karena ukuran negara ini kecil. Dan sebagai agama resmi negara islam mendapatkan perlindungan dari negara. Dominasi keluarga kerajaan di bidang pemerintahan dan tidak adanya demokrasi politik memungkinkan pemerintah memberlakukan kebijakan di bidang agama dan bidang lainnya tanpa banyak kesulitan.

    5.    ISLAM DI FILIPINA

    Islam tersebar di wilayah ini pada abad ke-6 H/12 M. Saat itu penjajah Portugis telah sampai di wilayah ini. Kemudian disusul oleh Belanda dan Inggris yang datang pada tahun 1211H/1796 M. Terjadilah perlawanan dan revolusi di negeri ini sejak tahun 1305 H. Negeri ini berada dibawah perlindungan Inggris sejak tahun 1367 H/ 1947 M, dan mengumumkan diri sebagai negara republic yang merdeka pada tahun 1385 H/ 1965 M. Adapun di Filiphina, Islam tersebar hampir mencapai seluruh kepulauannya, pula telah berdiri pemerintahan Islam. Akan tetapi, munculah arus pemiliran keagamaan yang dibawa oleh penjajah Spanyol yang amat dibenci.Pada tahun 928 H/ 1521 M, secara mendadak Spanyol menyerbu kepulauankepulauan Filipina. Mereka datang denagn membawa seluruh dendam orang-orang salib terhadap kaum muslimin,.

    Maka, situasi di Filipina saat itu hamper sama denagn situasi yang dialami oleh Islam Andalusia. Penjajah Spanyol berada di Filiphina ini hingga tahun 1316 H/ 1898 M. Selama masa yang hampir mencapai 4 abad, telah terjadi upaya penjauhan ajaran Islam dari generasi kaum muslim secara berturut-turut lewat jalan peperangan yang menghancurkan kaum muslimin dan memaksa mereka untuk memeluk agama Nasrani denagn ancaman kekerasan. Sekalipun demikian, mereka tidak juga mampu mengalahkan pemerintahan-pemerintahn Muslim, sehingga disana masih tersisa beberapa pemerintahan.

    Spanyol belum berhasil sepenuhnya menguasai Filipina khususnya kepulauan Mindanao dan Sulu. Amerika Serikat kemudian menguasai kepulauan Filipina pada tahun 1317 H/1899 M. Maka timbulah perlawanan menentanganya dan berlangsung hingga tahun 1339 H/ 1920 M. Setelah itu kaum Muslimin menyerah, karena mereka tealh ditimpa penyakit “wahn”(penyakit cinta dunia dan takut mati). Kemudian tersebarlah berbagai penyakit, kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan diantara mereka.Pada saat itulah orang-orang salib menawarkan berbagai bantuan, hingga akhirnya Islam surut kembali di negeri itu. Amerika lalu mengumumkan kemerdekaan bagi Filipina pada tahun 1366 H/ 1946 M. Sekarang ini Islam hanya tinggal ada di 13 wilayah di selatan filipina, yang sampai saat ini masih tetap menuntut pemerintahan otonomi dengan segala upayanya.

    C.  KERAJAAN ISLAM DI ASIA TENGGARA

    Penyebaran Islam di wilayah Asia Tenggara ditandai dengan berdirinya kesultanan Islam di kawasan tersebut. Sejarah perkembangan kesultanan Islam di Asia Tenggara tidak lepas dari kepentingan perdagangan dan syiar agama yang dibawa oleh para saudagar dan ulama muslim dari Asia Barat. Adapun Malaka dikenal sebagai pintu gerbang Nusantara.Julukan ini diberikan mengingat peranannya sebagai jalan lalu lintas antara Asia Timur san Asia Barat bagi para pedagang yang hendak keluar masuk pelabuhan-pelabuhan di Asia Tenggara.Berikut ini adalah profil beberapa kesultanan Islam yang pernah berkuasa di Asia Tenggara.

    1.      Kesultanan Samudera Pasai (abad ke-13)

    Samudera Pasai merupakan kesultanan Islam pertama di Indonesia.Letak kesultanan ini di Aceh Utara.Sultan pertama Samudera Pasai adalah Malikush Shaleh.Letak Samudera Pasai sangat strategis sebagai pusat pelayaran dan perdagangan di Nusantara. Banyak pedagang muslim dari Arab, Cina dan India datang untuk berdagang dan menyebarkan Islam. Kesultanan ini memperoleh sumber pendapatan yang besar dari pajak perdagangan dan pelayaran.Samudera Pasai ditaklukkan Portugis pada 1521. Sejarah Kesultanan Samudera Pasai dapat diketahui antara lain dengan ditemukannya uang dirham emas dengan tulisan nama sultan yang memerintah Samudera Pasai.

    2.      Kesultanan Malaka (abad  ke-15)

    Kesultanan ini terletak di Semenanjung Malaka.Islam di Malaka berasal dari Kesultanan Samudera Pasai.Pendiri Kesultanan Malaka adalah Paramesywara, seorang pangeran dari Sriwijaya.Paramesywara menikah dengan putri sultan Samudera Pasai dan kemudian masuk Islam.Kesultanan Malaka mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Muzaffar Syah (1445-1459). Kesultanan ini runtuh ketika Portugis menyerang dan mengalahkan Malaka pada 1511.Peninggalan sejarah Kesultanan Malaka barupa mata uang yang merupakan peninggalan dari akhir abad ke-15 dan benteng A’Farmosa yang merupakan bukti penaklukkan Malaka oleh pasukan Portugis.

    3.      Kesultanan Islam Pattani (abad ke-15).

    Kehadiran Islam di Pattani dimulai dengan kedatangan Syekh Said, mubalig dari Pasai, yang berhasil menyembuhkan raja Pattani bernama Phaya Tu Nakpa yang sedang sakit parah.Phaya Tu Nakpa (1486-1530) beragama Budha kemudian masuk Islam dan bergelar Sultan Ismail Syah.Kesultanan Pattani mengalami kemajuan pesat setelah menjalin hubungan dagang dengan Kesultanan Malaka.Kesultanan Pattani kemudian menjadi pusat perdagangan dan pelabuhan, terutama bagi pedagang dari Cina dan India.Kejayaan Pattani berakhir setelah dikalahkan Kerajaan Siam dari Bangkok. Peninggalan sejarah Pattani berupa nisan kubur yang disebut Batu Aceh yang melambangkan kedekatan hubungan dengan Samudera Pasai.

    4.      Kesultanan Brunei Darussalam (abad ke-15).

    Kesultanan Brunei Darussalam merupakan kesultanan Islam yang terletak di Pulau Kalimantan sebelah utara.Islam pertama kali masuk ke Brunei pada 977, dibawa saudagar Cina. Setelah raja Awang Alak Betatar (1406-1408) masuk Islam, ia mengubah kerajaan itu menjadi kesultanan. Kata “Darussalam” ditambahkan pada kata “Brunei” pada abad ke-15 untuk menekankan Islam sebaga agama negara.Kesultanan Brunei Darussalam berkembang menjadi pusat penyebaran Islam dan perdagangan wilayah Melayu ketika Kesultanan Malaka jatuh ke tangan Portugis.Kesultanan Brunei Darussalam pernah dikuasai Inggris pada 1888, di masa kepemimpinan Sultan Hasyim Jalilu Ageramaddin, sultan ke-15, namun dapat meraih kemerdekaannya dari Inggris 1983.

    5.       Kesultanan Islam Sulu (abad ke-15).

    Kesultanan Sulu merupakan kesultanan Islam yang terletak di Filipina bagian selatan.Islam masuk dan berkembang di Sulu melalui orang Arab yang melewati jalur perdagangan Malaka dan Filipina.Pembawa Islam di Sulu adalah Syarif Karim al-Makdum, orang Arab yang ahli ilmu pengobatan. Abu Bakar, seorang dai dari Arab, menikah dengan putri dari pangeran Bwansa dan kemudian memerintah di Sulu dengan mengangkat dirinya sebagai Sultan.

    6.      Kesultanan Ternate (abad ke-15).

    Kesultanan Islam terbesar di Maluku adalah Kesultanan Ternate.Penyebaran Islam di daerah ini dilakukan oleh para ulama dan pedagang dari Pulau Jawa.Islam menjadi agam kerajaan setelah Sultan Zainal Abidin memerintah.Kesultanan Ternate menjadi salah satu pusat penyebaran Islam di kawasan timur Nusantara.Kesultanan Ternate mencapai kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Babullah.Kesultanan Ternate bersaing dengan Kesultanan Tidore terutama dalam perdagangan.Kesultanan Ternate berakhir setelah ditaklukkan oleh VOC (Verenidge Osst-Indische Compagnie) pada 1660. Peninggalan Kesultanan Ternate antara lain Benteng Portugis dan bekas istana di Ternate (Maluku Utara).

    7.              Kesultanan Aceh Darussalam (abad ke-16).

    Kesultanan Aceh atau Aceh Darussalam adalah kerajaan Islam yang terletak di Pulau Sumatera bagian utara.Kesultanan ini didirikan pada 1541 oleh Sultan Ali Mughayat Syah.Kesultanan Aceh mengantikan peran Kesultanan Samudera Pasai dan Kesultanan Malaka yang jatuh ke tangan Portugis, terutama dalam perdagangan dan pelayaran.Kesultanan ini mengalami puncak kejayaan pada masa kepemimpinan Sultan Iskandar Muda.Kesultanan Aceh akhirnya jatuh ke dalam kekuasaan pemerintah Hindia Belanda pada 1912. Peninggalan sejarah Kesultanan Aceh antara lain Masjid Raya Baiturrahman di Banda Aceh dan Cakra Donya, yaitu lonceng hadiah dari kaisar Cina.

    8.      Kesultanan Demak (abad ke-16).

    Kesultanan Demak adalah kesultanan Islam pertama di Pulau Jawa.Raja Demak pertama adalah Raden Fatah, bupati Majapahit di Bintoro dan mencapai puncak kejayaan di bawah kepemimpinan Sultan Trengono.Kesultanan Demak berhasil melebarkan kekuasaannya sampai ke daerah luar Jawa, seperti Kesultanan Banjar, Kerajaan Kotawaringin, dan Kesultanan Kutai di Kalimantan.Kesultanan ini mengalami kemunduran di masa Sunan Prawoto karena beberapa daerah taklukkan Demak memberontak.Peninggalan Kesultanan Demak yang paling terkenal adalah Masjid Agung Demak. Ciri khas masjid ini adalah bangunannya ditopang empat tiang atau saka guru yang dibangun empat orang sunan dari sembilan wali (Wali Songo), yaitu Sunan Ampel, Sunan Gunung Jati, Sunan Bonang, dan Sunan Kalijaga.

    9.      Kesultanan Cirebon (abad ke-16).

    Kesultanan Cirebon merupakan kerajaan Islam pertama di Jawa Barat.Kesultanan Cirebon didirikan pada 1450 oleh Pangeran Walangsungsang.Tokoh yang paling berperan menjadikan Cirebon sebagai Kesultanan Islam adalah Syarif Hidayatullah. Sepeninggal Panembahan Girilaya (1650-1662), Kesultanan Cirebon dibagi menjadi dua oleh kedua anaknya, menjadi Kesultanan Kasepuhan dan Kesultanan Kanoman. Meskipun tidak mempunyai kekuasaan administratif, Kesultanan Cirebon tetap bartahan sampai saat ini.

    10.  Kesultanan Banjar (abad ke-16).

    Kesultanan Banjar merupakan kesultanan Islam yang terletak di Pulau Kalimantan bagian selatan.Kesultanan ini pada walnya bernama Daha, sebuah kerajaan Hindu yang berubah menjadi kesultanan Islam.Kesultanan Banjar berdiri pada 1595 dengan penguasa pertama Sultan Suriansyah.Islam masuk ke wilayah ini tahun 1470, bersamaan dengan melemahnya kerajaan Maajapahit di Pulau Jawa.Penyebaran Islam secara luas dilakukan Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, seorang ulama yang menjadi Mufti Besar Kalimantan.Kesultanan Banjar mengalami kemunduran dengan terjadinya pergolakan masyarakat yang menentang pengangkatan Pangeran Tamjidillah (1857-1859) sebagai sultan oleh Belanda.Pada 1859-1905, terjadi perang Banjar yang dipimpin Pangeran Antasari (1809-1862) melawan Belanda.Akibat dari perang ini, Belanda menghapuskan Kesultanan Banjar pada 1860.Peninggalan sejarah Kesultanan Banjar dapat dilihat dari bangunan masjid di Desa Kuin, Banjar Barat (Banjarmasin) yang dibangun pada masa pemerintahan Sultan Tamjidillah.

    11.  Kesultanan Banten (abad ke-16).

    Kesultanan ini adalah kesultanan terbesar di Jawa Barat.Kesultanan Banten didirikan Sunan Gunung Jati pada 1524.Pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin, Islam telah mengalami perkembangan pesat.Hal ini ditandai dengan berdirinya bangunan masjid dan pesantren.Kesultanan Banten mencapai masa keemasannya di masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1683). Kesultanan ini mengalami kemunduran setelah terjadi perang melawan Belanda.Peninggalan Kesultanan Banten berupa Masjid Agung Banten, Menara Banten, Benteng Speelwijk, dan bekas Keraton Surosowan.

    12.  Kesultanan Buton (abad ke-16).

    Kesultanan Buton merupakan kerajaan Islam yang terletak di Pulau Buton, Sulawesi bagian tenggara.Kerajaan Buton menjadi kesultanan setelah Halu Oleo, raja ke-6, memeluk agama Islam. Penyebaran Islam secara luas dilakukan oleh syekh Abdul Wahid bin Syarif Sulaiman al-Patani, seorang ulama dari Kesultanan Johor. Peninggalan sejarah Kesultanan Buton berupa Benteng Kraton dan Batupoaro, yaitu batu tempat berkhalwat (mengasingkan diri) Syekh Abdul Wahid di akhir keberadaannya di Buton.

    13.  Kesultanan Goa (abad ke-16).

    Kesultanan Goa terletak di sebelah selatan Pulau Sulawesi.Kerajaan Goa berubah menjadi kesultanan pada akhir abad ke-16, di masa pemerintahan Sultan Alauddin (1593-1639).
    Pada masa kepemimpinan Sultan Hasanuddin terjadi perang Makassar (1666-1669) meawan Belanda.Kesultanan Goa selanjutnya dikuasai oleh Belanda setelah dipaksa menyerah dan menandatangani Perjanjian Bongaya.Peninggalan Kesultanan Goa berupa kompleks makam Sultan Goa dan bekas rumah Sultan Goa terakhir di Makassar (Sulawesi Selatan).

    14.  Kesultanan Johor (abad ke-16).

    Kesultanan Johor berdiri setelah Kesultanan Malaka dikalahkan oleh Portugis.Sultan Alauddin Riayat Syah membangun Kesultanan Johor pada sekitar tahun 1530-1536.Masa kejayaan kesultanan ini terjadi pada masa pemerintahan Sultan Abdul Jalil Riayat Syah II.Kesultanan Johor memperkuat dirinya dengan mengadakan sebuah aliansi bersama Kesultanan Riau sehingga disebut Kesultanan Johor-Riau.Kesultanan Johor-Riau berakhir setelah Raja Haji wafat dan wilayah tersebut dikuasai oleh Belanda.

    15.   Kesultanan Kutai (abad ke-16).\

    Kesultanan Kutai terletak di sekitar Sungai Mahakam, Kalimanta bagian timur.Pada awalnya, Kutai merupakan kerajaan yang dipengaruhi ajaran Hindu dan Buddha.Islam berkembang pada masa kepemimpinan Aji Raja Mahkota (1525-1600).
    Penyebaran Islam dilakukan oleh seorang mubalig bernama Said Muhammad bin Abdullah bin Abu Bakar al-Warsak. Kesultanan ini mencapai kejayaannya pada masa Aji Sultan Muhammad Salehuddin (1780-1850) memerintah.Kesultanan Kutai mengalami kemunduran setelah Aji Sultan Muhammad Salehuddin meninggal dunia.Peninggalan sejarah Kesultanan Kutai berupa makam para sultan di Kutai Lama (dekat Anggana).

    16.  Kesultanan Pajang (abad ke-16).

    Kesultanan Pajang merupakan kerjaan Islam pertama di pedalaman Jawa.Kesultanan ini didirikan oleh Joko Tingkir pada 1546, setelah Trenggono, Sultan Demak, wafat.Joko Tingkir atau Sultan Adiwijaya membawa pengaruh Islam dari wilayah pesisir ke wilayah pedalaman Jawa.Kesultanan Pajang hanya bertahan selama 45 tahun karena dihancurkan oleh Kesultanan Mataram pada 1618.Peninggalan Kesultanan Pajang berupa makam Pangeran Benowo.

    17.  Kesultanan Mataram (abad ke-16).

    Kesultanan Mataram beridiri sejak 1582.Kesultanan ini berawal dari wilayah Kesultanan Pajang yang dihadiahkan oleh Sultan Adiwijaya kepada Kiai Ageng Pamanahan.Sultan pertama Mataram adalah Panembahan Senopati (1582-1601). Puncak kekuasaan Kesultanan Mataram tercapai pada masa kepemimpinan Sultan Agung (1613-1645).Kesultanan Mataram melemah setelah terjadi perpecahan wilayah akibat Perjanjian Giyanti serta campur tangan pihak Belanda.Kesultanan Mataram selanjutnya terbagi menjadi empat wilayah yaitu Kesultanan Yogyakarta, Pakualaman, Kasunanan Surakarta, dan Mangkunegara. Peninggalan Kesultanan Mataram antara lain berupa pintu gerbang Masjid Kotagede di Yogyakarta.

    18.  Kesultanan Palembang (abad ke-16).

    Pada awalnya, Kesultanan Palembang termasuk dalam wilayah kekuasaan Kesultanan Demak.Sultan pertama sekaligus pendiri Kesultanan ini adalah Ki Gendeng Suro (1539-1572).Pengetahuan dan keilmuan Islam berkembang pesat dengan hadirnya ulama Arab yang menetap di Palembang.Kesultanan Palembang menjadi bandar transit dan ekspor lada karena letaknya yang strategis.Belanda kemudian menghapuskan Kesultanan Palembang setelah berhasil mengalahkan Sultan Mahmud Badaruddin.Salatu satu peninggalan Palembang adalah Masjid Agung Palembang yang didirikan pada masa kepemimpinan Sultan Abdur Rahman.

    19.   Kesultanan Bima (abad ke-17).

    Kesultanan Bima adalah kerajaan Islam yang terletak di Pulau Sumbawa bagian timur. Kerajaan Bima berubah menjadi kesultanan Islam pada 1620 setelah rajanya, La Ka’i, memeluk agama Islam dan mengganti namanya menjadi Sultan Abdul Kahir. Pada masa pemerintahan Sultan Abdul Khair Sirajuddin (1640-1682), Kesultanan Bima menjadi pusat penyebaran Islam kedua di timur Nusantara setelah Makassar.Kesultanan Bima berakhir pada 1951, ketika Muhammad Salahuddin, sultan terakhir, wafat. Peninggalan Kesultanan Bima antara lain berupa kompleks istana yang dilengkapi dengan pintu lare-lare atau pintu gerbang kesultanan.

    20.  Kesultanan Siak Sri Indrapura (abad ke-18).

    Siak Sri Indrapura adalah sebuah kesultanan Melayu, didirikan (1723) oleh Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah, dan penyebarab Islam di Sumatera Timur.Pusatnya adalah Desa Buantan, kemudian pindah ke Siak Sir Indrapura (sekitar 90 km ke timur laut Pekanbaru).Wilayah kekuasaan Siak Sri Indrapura meliputi Siak Asli, Bukit Batu, Merbau, Tebing Tinggi, Bangko, Tanah Putih dan Pulau Bengkalis (Kabupaten Bengkalis); Tapung Kiri dan Tapung Kanan (Kampar); Pekanbaru; dan sekitarnya. Istana bekas tempat tinggal dan pusat Kesultanan Siak Sri Indrapura sampai sekarang masih berdiri dengan megah di pinggir Sungai Siak dan merupakan salah satu objek pariwisata di daerah Riau.

    DAFTAR PUSTASKA

    Abdullah,  Taufik; Sharron Siddique, 1978,  Islam and Society in Southeast asia (Tradisi dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara), Jakarta,LP3ES.

    Alwi, Al-Habib, 2001, Sejarah Masuknya Islam di Timur Jauh, Jakarta: Lentera Basritama.

    Aphornsuvan, Thanet, 2003. History and Politics of The Muslim in Thailand, Thammasat University

    Azra, Azyumardi, 2005, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII, Jakarta: Kencana.

    Farouq, Omar Bajunid, The Muslim In Thailand: A Review, at Shouteast Asian Studies, (Volume 37. No. 2 September 1999)

  • Pemberontakan Petani Unra 1943 – Gerakan Sosial di Sulawesi Selatan

    Gerakan sosial, lahir pada mulanya sebagai suatu kelompok orang yang tidak puas terhadap suatu kondisi atau keadaaan. Kelompok itu semula tidak terorganisasi, dan tidak terarah, serta tidak memiliki perencanaan yang matang. Menurut Sartono Kartodirjo, gerakan sosial adalah gerakan perjuangan yang dilakukan oleh golongan sosial tertentu melawan eksploitasi ekonomi, sosial, politik, agama dan kultural oleh kelompok penekan termasuk itu penguasa atau Negara. Inilah termasuk dalam gerakan seperti kaum petani dan buruh.

    Pemberontakan Petani Unra

    Pemerintah kolonial Hindia Belanda, terusir dengan masuknya bala tentara pendudukan Jepang di Indonesia. Organisasi-organisasi pedesaan secara langsung dihubungkan dengan kepentingan perang dalam pengertian politik, ekonomi dan sosial budaya. Untuk tujuan ini, pemerintah pendudukan Jepang memperkenalkan lembaga-lembaga sosial baru kepada masyarakat Indonesia, khususnya kepada penduduk desa.

    Kebijakan mobilisasi massa oleh pemerintah penduduk Jepang juga dilakukan dalam rangka memperlancar pelaksanaan politik perang di wilayah penduduk untuk mendukung upaya Jepang dalam memenangkan Perang Asia Timur Raya. Upaya pemerintah penduduk  Jepang ini ialah bagaimana untuk menarik simpati rakyat, dan mengindoktrinasi, mereka sehingga menjadi lebih bersimpati dan mendukung upaya Jepang untuk memobilisasi rakyat Indonesia menuju kesesuaian pandangan tentang “cita-cita menuju lingkungan kemakmuran Asia Timur Raya”.

    Kerangka kebijakan politik perang pemerintah pendudukan Jepang, telah memberikan beberapa implikasi positif, seperti di bidang pendidikan, mengingat pada masa akhir pemerintah colonial Belanda, sebagian besar sekolah yang ada di tutup. Namun, ketika pendudukan Jepang masuk, sekolah-sekolah dibuka kembali, dan bendera Merah Putih dikibarkan, serta lagu kebangsaan Indonesia Raya diperdengarkan. Selain implikasi positif, pemerintah pendudukan Jepang juga mengandung implikasi negative dan merugikan rakyat Indonesia, terutama bagi rakyat di pedesaan, yang terdiri dari petani. Kebijakan yang sangat merugikan dan membawa penderitaan itu ialah diterapkannya sistem “ politik beras” atau wajib serah padi secara paksa terhadap petani di desa, yang bertujuan untuk kepentingan logistic bala tentara pendudukan Jepang dalam menghadapi Perang Asia Timur Raya, sebagaimana yang terjadi di desa Unra Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan pada tahun 1943. Faktor-faktor inilah yang memicu terjadinya perlawanan rakyat di pedesaan, terutama di daerah-daerah lumbung beras, seperti yang terjadi di daerah Desa Unra.

    Selain faktor “wajib serah padi” yang menjadi faktor lain dalam memicu terjadinya pemberontakan petani ialah, perubahan struktur otoritas tradisional di pedesaan. Selama pemerintahan pendudukan Jepang, hubungan antara pemerintahan lokal, seperti kepala desa, lurah, dengan rakyatnya semakin melemah. Tidak lagi terjadi hubungan “melindungi dan dilindungi”, tetapi justru yang terjadi adalah para kepala desa atau lurah dijadikan wakil pemerintah pendudukan Jepang.

    Maka dengan ini pemakalah mengambil judul mengenai tentang “ Pemberontakan Petani Unra  tahun 1943: Gerakan Sosial di Sulawesi Selatan Pada Massa Pendudukan Jepang”.

    Penyebab Terjadinya Pemberontakan Petani Unra

    Desa Unra yang terletak di bagian utara Kabupaten Bone, masuk dalam wilayah pemerintahan Kecamatan Awangpone. Letaknya 15 kilometer dari ibukota Kabupaten Bone, 185 kilometer dari Makassar, ibukota Provinsi Sulawesi Selatan. Desa ini berpenduduk sekitar 7000 Jiwa.

    Kata Unra berasal dari kata “Unrainna Bone” yang artinya “benang pada jarum”. Jarum yang dimaksud adalah Bone, sedangkan yang dimakasud benang adalah Unra sendiri; sehingga antara Unra dan Bone tidak dapatt dipisahkan.

    Rakyat Unra hidup dari bertani. Hal ini karena faktor geografis yang mendukung, yakni terdiri dari tanah persawahan yang subur dan luas. Dengan keadaan fisik dan kondisi daerah yang demikian itulah, Unra sangat menarik bagi pemerintah pendudukan Jepang untuk memobilisasi rakyat yang terdiri dari petani untuk memenuhi ambisi politiknya dalam hal pengumpulan padi atau beras.

    Adanya faktor penghasilan penduduk yang rendah, dan panen yang gagal sebagai akibat dari musim kemarau yang panjang, atau cuaca hujan yang menyebabkan banjir dan rusaknya hasil panen telah membawa efek yang gawat pada kelangsungan hidup penduduk Unra, yang terdiri dari kaum petani. Oleh karena itu, tidak mengherankan kalau di daerah daerah yang demikian timbul pemberontakan dan perlawanan terhadap pemerintah jajahan. Dalam kategori inilah, ketika pemerintah pendudukan Jepang berkuasa di Sulawesi Selatan, Unra yang waktu itu gagal panen, karena musim kemarau yang panjang, dipaksa oleh pemerintah untuk menyetor hasil  padinya, melalui elite penguasa lokal. Akibat tekanan hidup yang mencekik leher ini, terjadilah keresahan sosial yang berujung pada pemberontakan.

    Selain faktor ekologis, juga secara geografis letak Unra yang terpencil dalam wilayah kekuasaan kerajaan Bone, mungkin merupakan faktor lain yang dapat menjelaskan tradisi-tradisi mereka, sebagai masyarakat dengan watak yang keras, dan pembangkang. Apalagi ketika pemerintah kerajaan Bone tidak lagi memperhatikan rakyat Unra, karena adanya intervensi pemerintah pendudukan Jepang sebagai penguasa pusat, rakyat Unra justru menjadi lebih menderita karean hanya menjadi  pelayan pemerintah dalam memenuhi kepentinganya. Ini patut menjadi perhatian, sekaligus berkaitan dengan kecenderungan untuk memberontak.

    Relung ekologis yang khas, yang ditempati oleh kaum petani menyebabkan mereka sangat rawan terhadap resiko, subtensi, yang mengakibatkan runtuhnya kedaulatan pangan petani. Petani Unra yang senantiasa hanya tergantung pada belas kasihan hujan, meskipun sawah menghampar luas, telah mengalami krisis subsistensi, yang disebabkan kemarau panjang, sehingga banyak penduduk Unra yang hanya mengkonsumsi bonggol pisang.

    Kondisi subsistensi pada masa paceklik, sebagaimana yang terjadi di Unra pada masa pedudukan Jepang, telah menyebabkam rakyat sangat sulit memenuhi kebutuhan pangannya, ditambah dengan adanya kewajiban secara paksa untuk menyetor beras kepada pemerintah sebanyak 500 liter tiap rumah tangga petani.

    Peristiwa dan Peran Tokoh Petani

    A. Insiden di Rumah Ibanna sebagai Prolog

    Pada tahun 1943, diawali dengan sebuah insiden di rumah Ibanna, tepatnya 10 September 1943. Ibanna adalah salah seorang petani penduduk Unra yang belum menyetor semua tunggakan yang diwajibkan oleh pemerintah kepad setiap penduduk Unra. Hal ini disebabkan karena yang bersangkutan tidak mampu lagi menumbuk padi karena usianya telah lanjut, sehingga tidak dapat memenuhi keinginan pemerintah. Waktu itu, Ibanna masih mendapat konsesi dari utusan“onderdistrik” Jaling. Yang dimaksud “onderdistrik” dalam tulisan ini ialah daerahkecamatan. Jadi, yang dimaksud utusan onderdistrik Jaling ialah utusan atau wakil pemerintah kecamatan yang berjanji suatu saat akan kembali lagi untuk menagih tunggakan setoran padinya. Tiga hari sebelum pemberontakan berkecamuk, kepala onderdistrik Jaling Andi Mannuhung dan para pengawalnya mendatangi lagi rumah Ibanna untuk mengambil beras. Tetapi, Andi Mannuhung bersama pengawalnya kecewa, sebab mereka hanya mendapatkan tiga bakul kecil beras yang sudah ditumbuk, sehingga utusan tersebut langsung naik ke loteng rumah (Bugis: rakkiang) untuk mengambil padi.

    Menurut saksi mata, sebelum mereka mengambil padi, terlebih dahulu mereka membuka bubungan rumah Ibanna (Bugis: timpa’ laja) sebelah selatan, agar mudah mengambil padi yang ada di atas loteng. Kemudian, padi-padi itu diambil, dan dibuang ke tanah. Kejadian ini disaksikan sendiri oleh Ibanna, yang langsung melaporkannya kepada salah seorang keluarganya yang bernama Ipagga, dan berkata “tegapo melomate”, yang artinya” di mana lagi kau akan mati”. Mendengar perkataan seperti itu, Ipagga kemudian pergi ke tempat kejadian; akan tetapi, kedatangannya membuat suasana semakin panas, dan dia sendiri menjadi sasaran

    kemarahan Andi Mannuhung dan para pengawalnya. Salah seorang pengawal, yakni Andi Dambu, langsung memukul Ipagga dengan pedang. Diperlakukan seperti itu, Ipagga melakukan perlawanan, tetapi tidak berdaya, dan ditangkap.

                Berita terkini tentang insiden tersebut segera tersebar Desa  Unra,  dan  perkampungan-perkampungan di sekitarnya. Tidak lama berselang, sejumlah  penduduk datang dan  berteriak   dalam bahasa Bugis, “lappessangngi’ annyarang’na, artinya: lepaskan kudanya. Yang dimaksud di sini ialah kuda-kuda yang dikendarai oleh Andi Mannuhung beserta pengawalnya, supaya  mereka  tidak  dapat  melarikan  diri.  Di  antara para penduduk  yang  datang  ke  tempat  kejadian,  ialah Hajji  Temmale,  seorang  tokoh  masyarakat  Unra  yang juga  menjabat  sebagai  Sekretaris  Desa  atau  jurutulis desa (Bugis: Sariang). Berkat bantuan Hajji Temmale, rombongan  Andi  Mannuhung  dapat  meninggalkan tempat kejadian tanpa menimbulkan korban jiwa. 

    B. Aksi Protes di Rumah Sullewatang Unra (Kepala Desa Unra) dan Situasi Politik yang Memanas.

                Pada malam  harinya,  setelah  terjadinya  insiden  di  rumah Ibanna, rakyat Unra berkumpul di sekitar rumah Ibanna, untuk berjaga-jaga agar jangan sampai Andi Mannuhung beserta pengawalnya datang untuk mengambil kembali padi  yang  telah  dibuang  dari  loteng  rumah  Ibanna, sehingga padi-padi itu berserakan di tanah. Untuk itu, penduduk  secara  bersama-sama  mendatangi  rumah Guru Imante untuk meminta pertimbangan tentang apa yang  harus  dilakukan  dalam  mengahadapi  pemerintah yang semakin memberatkan penderitaan rakyat. Menurut  seorang  informan,  Guru  Imante  hanya memberikan saran kepada penduduk Unra, agar pergi ke perbatasan  desa  antara  Unra  dan  Jaling,  dan  juga disarankan agar semua penduduk membuka baju, serta sarungnya, sehingga hanya memakai celana kolor saja (Bugis: sulara’ pappuru). Maksudnya adalah agar Andi Mannuhung  beserta  pengawalnya  tidak  berani  lagi kembali; atau siap dihadang di perbatasan desa. Setelah itu,  banyak  penduduk  siap  siaga  di  perbatasan  desa, untuk menunggu kedatangan Andi Mannuhung beserta pengawalnya,  namun  sampai  menjelang  pagi  yang ditunggu tidak muncul, sehingga penduduk kembali ke rumah  masing-masing.  Paginya,  penduduk  Unra dibawah  pimpinan  Guru  Imante  bersepakat  untuk mendatangi rumah kepala desa Unra Andi Satinja, untuk melakukan  aksi  protes,  sehubungan  dengan  tindakan aparat pemerintah terhadap rakyat Unra. Aksi ini terjadi pada 21 September 1943. Tujuan utama aksi ini ialah untuk  menangkap  Andi  Dambu  yang  telah  memukul Ipagga  pada  waktu  insiden  di  rumah  Ibanna.

    Namun, tujuan  itu  tidak  tercapai,  karena  Andi  Dambu  tidak berada  di  tempat  itu.  Oleh  sebab  itu,  penduduk  Unra semakin marah, dan beteriak-teriak memanggil orang-orang  yang  ada  di  dalam  rumah  kepala  desa  Unra, namun tidak ada yang menanggapi. Akhirnya, sebagian penduduk  berinisiatif  masuk  ke  dalam  rumah,  namun dicegah  oleh  Hajji  Temmale,  yang  sedang  berada  di halaman  rumah,  bersama  Kulasse,  dan  Mejje.  Suasana yang tegang itu, hampir mencapai puncaknya, seandainya  tidak  dicegah oleh  Hajji  Temmale.  Dalam kesempatan  itu,  Hajji  Temmale  menyampaikan  pidato singkat,  bahwa”  tindakan  aparat  desa  yang  telah melakukan pemaksaan penyetoran padi terhadap rakyat kepada pemerintah Jepang, akan segera diatasi”, dan ia juga menyampaikan nasihat kepada Tipu, menantunya ”sadarlah  kamu  itu  adalah  menantu  saya,  dan  juga keponakanku, kalau ingin membunuh salah seorang dari mereka, lebih baik kau membunuh saya”. Inilah yang kemudian dalam    analisis    peristiwa    sejarah pemberontakan  petani  Unra,  menyebabkan  Hajji Temmale dicap sebagai orang yang melindungi aparat yang  berlaku  kejam  terhadap  rakyat.  Hajji  Temmale kemudian  mendapatkan hukuman  adat dikucilkan dari penduduk Unra, setelah pemerintah pendudukan Jepang menyerah  dan  tidak  berkuasa  lagi  Setelah  menyampaikan  himbauan,  dan  ajakannya kepada  penduduk  Unra,  Guru  Imante  kemudian berpaling kepada Sullewatang Unra (Kepala Desa Unra). Andi Satinja, dan Sullewatang Jaling, Andi Mannuhung untuk bertemu besok pagi di alun-alun Abbolang’Nge, sebagai  penentu  siapa  yang  laki-laki,  dan  siapa  yang berada di pihak yang benar.  Sullewatang   Unra,   Andi   Satinja   yang   merasa keselamatan  dirinya  terancam,  memutuskan  untuk menyingkir  ke  rumah  orang  tuanya  di  desa  Jaling. Tujuannya  untuk  meminta  perlindungan  dari  ayahnya Andi Mannuhung, dan pemerintah Jepang. Jadi, antara Kepala Desa Unra (Sullewatang Unra) Andi Satinja, dan Andi Mannuhung ada hubungan antara anak dan Bapak. Andi Satinja adalah anak Andi Mannuhung. Kepergian Andi Satinja ke Jaling, di kawal oleh Hajji Temmale, Dullah,  dan  Mejje.  Kepergian  mereka  tidak  diketahui oleh penduduk desa Unra. Sesampainya di desa Jaling, Dullah  dan  Mejje,  diperintahkan  oleh  Hajji  Temmale untuk kembali ke Unra untuk mengantisipasi situasi dan kondisi,  serta  segala  kemungkinan  yang  terjadi. Sementara  itu,  Hajji  Temmale,  dan  Andi  Satinja berangkat ke Watampone, ibukota pemerintahan Bone, untuk  melaporkan  kepada  kepolisian  dan  urusan pemerintahan,  yaitu  Arung  Ponceng  Andi  Abdullah, bahwa situasi keamanan semakin panas di Unra. Pada waktu itu juga, Arung Ponceng Andi Abdullah, beserta pengawalnya  satu  regu  kepolisian  bersenjata  api berangkat  ke  Unra.  Di  antara  rombongan  Arung Ponceng,  terdapat  Andi  Patarai  selaku  Mantri  Polisi, Marsuki, Andi Ukkase, Tume Daeng Pawawo, Beddu, Nara,  Pabittei,  dan  Sangka,  masing-masing  sebagai polisi.  Rombongan itu tidak langsung menuju desa Unra, tetapi mereka  singgah  dahulu  di  rumah  kepala  desa  Jaling untuk beristirahat. Pada dini hari, Rabu, 22 September 1943, baru rombongan tersebut berangkat menuju desa Unra.  Dalam  rombongan  ini,  kepala  desa  Jaling (Sulleawatang  Jaling)  Andi  Mannuhung  turut  serta. Dalam perjalanan, Hajji Temmale bersama kepala desa Unra Andi Satinja, tidak langsung menuju desa Unra, tetapi  keduanya  menuju  desa  Cempa  untuk  menemui Mado  Cempa  (Kepala  Kampung)  Cempa.  Tujuannya adalah  untuk  meminta  bantuan,  karena  Mado  Cempa diduga  berpihak  kepadanya,  dan  kepada  pemerintah pusat  pendudukan  Jepang  di  Watampone.  Namun, maksud  mereka  sia-sia,  karena  orang  yang  akan ditemuinya  tidak  berada  di  tempat.

    C. Persiapan Pemberontakan.

                Kedatangan Arung Ponceng, yang juga anggota “adat tujuh” (ade’ pitu’e), yang  menangani  masalah  keamanan  dan  urusan pemerintahan di Bone, tidak diketahui oleh penduduk Unra. Mereka hanya mengetahui, bahwa Hajji Temmale bersama Andi Satinja berangkat ke Watampone untuk melaporkan  bahwa  rakyat  Unra  akan  mengadakan pemberontakan.  Sejak  itulah  Guru  Mante  beserta seluruh  penduduk  Unra  yang  bergabung  dengannya siap-siaga menghadapi segala kemungkinan yang bakal terjadi.  Hal  ini  mengingatkan  mereka  pada  ramalan Guru Mante, bahwa suatu saat akan datang kegelapan beberapa  hari  lamanya.  Pada  waktu  itu,  bulan  tidak menunjukkan  cahayanya,  yang  menandakan  sebentar lagi kegelapan akan menyelimuti desa Unra. Sementara  itu,  Guru  Mante  sejak  sore  harinya  telah mencoba mengontak beberapa sahabatnya, juga murid-muridnya,   beserta   seluruh   penduduk,   untuk membicarakan  langkah-langkah  yang  harus  diambil dalam menghadapi situasi yang akan terjadi, termasuk persiapan pemberontakan. Oleh karena itu, pada malam harinya,  Rabu  23  September  1943,  segera  dilakukan pertemuan  kilat  di  rumah  Itipu,  untuk  menghadapi segala kemungkinan yang terjadi. Dalam pertemuan ini, banyak  murid,  dan  sahabat  Guru  Mante  yang  datang dari  luar  desa  Unra,  seperti  dari  desa  Ulaweng,  desa Kacimpang,  dan  desa  Maroanging,  dengan  maksud bergabung dengan penduduk Unra dalam satu gerakan pemberontakan   melawan   pemerintah   pendudukan Jepang di bawah pimpinan Guru Mante.

    D. Pemberontakan di Mulai.

                Tepat  pada  Kamis,  23 September 1943, bertepatan dengan 8 Syawal 1364 H, atau  seminggu  setelah  hari  Raya  Idul  Fitri,  Arung Ponceng  beserta  rombongan  tiba  di  Unra  untuk mengadakan   pemeriksaan   sesuai   laporan   yang diterimanya.  Pertama  diperiksa  adalah  rumah-rumah penduduk, namun rata-rata rumah penduduk sudah pada kosong ditinggalkan penghuninya. Tujuan pemeriksaan adalah untuk mengetahui sampai sejauh mana persiapan penduduk  untuk  melakukan  pemberontakan,  dan menghadapi  kekuatan  militer  Jepang.  Selain  itu,  juga untuk  mengetahui  di  mana  rakyat  dan  pimpinan memusatkan  pertemuan-pertemuannya dalam  menyusun  kekuatan.  Para  petani  berprinsip bahwa  lebih  baik  mati  berdarah  daripada  mati kelaparan. Manusia tidak akan mati sebelum ajal tiba. Setelah  mendengar,  bahwa  rakyat  Unra  memusatkan kekuatannya  di  alun-alun  Abbolang’Nge  di  bawah pimpinan  Guru  Mante,  aparat  kepolisian  dan  utusan pemerintah  menuju  ke  tempat  itu.  Suasana  makin mencekam, dan dua kekuatan berhadap-hadapan, yakni kekuatan rakyat Unra dan kekuatan aparat kepolisian.  Sebelum  terjadi  kontak  senjata  di  antara  kedua  belah pihak,  datanglah  Arung  Awangpone  Andi  Pananrangi ke  tempat  kejadian.  Kedatangan  Andi  Pananrangi adalah  untuk  menjadi  penengah;  agar  rakyat  Unra mengurungkan  niatnya  untuk  memberontak. 

    Dalam kesempatan itu, beliau menyampaikan himbauan dalam bahasa  Bugis,  ”talingekko iko maneng rak’yatku, engkaka mai, nasaba adecengeng’mu maelo ritakko”, yang   artinya:   sadarlah   wahai   rakyatku,   bahwa kedatanganku  kemari  hanyalah  untuk  kebaikanmu semua.  Namun,  nasihat  atau  himbauan  itu  tidak mempan lagi.  Rakyat  diperintahkan  untuk  meletakkan senjatanya secara sukarela, yang berupa badik, pedang, dan  keris,  serta  tombak.  Namun,  imbauan  itu  tidak diindahkan oleh rakyat. Seketika itu juga, muncul Andi Mannuhung,  menerobos  ke  tengah-tengah  kerumunan penduduk;  dan  berkata  “berikan  saya jalan,  saya  mau melihat  tampang  orang  yang  pernah  menantang  saya (maksudnya  adalah  Guru  Mante),  kalau  dia  laki-laki seperti  yang  pernah  diucapkannya,  maka  saya  siap sekarang  untuk  menghadapinya”.  Selanjutnya,  Andi Mannuhung  berkata  kepada  anaknya  Andi  Dambu “mana  orangnya”?  Andi  Dambu  kemudian  menunjuk Ikepo,  dan  langsung  menendangnya.  Orang  ini  diberi gelar Ikepo, karena kakinya pincang sebelah.

    Melihat  perlakuan  Andi  Mannuhung  terhadap  Ikepo, rakyat kemudian serentak melakukan serangan terhadap aparat  kepolisian  beserta  rombongan  pemerintah  yang datang,  di  bawah  pimpinan  komando  Guru  Mante. Terjadilah  pertempuran  antara  kedua  belah  pihak, sehingga korbanpun berjatuhan. Menyadari situasi yang tidak menguntungkan itu, Arung Awangpone dan Arung Ponceng   bermaksud   melarikan   diri   dari   arena pertempuran,  namun  karena  sudah  terkepung  oleh pemberontak, mereka terjepit dalam arena pertempuran. Malang  tak  dapat  ditolak,  untung  tak  dapat  diraih, mautpun  menjemput  Arung  Ponceng  Andi  Abdullah, yang  tewas  dalam  pertempuran  itu,  disusul  kemudian oleh kepala desa Unra Andi Satinja, Kepala desa Jaling Andi  Mannuhung,  dan  anaknya  sendiri  Andi  Dambu, yang  tewas  secara  bersama-sama.  Para  pemberontak belum puas sampai di situ, dan mereka terus melakukan perlawanan  secara  gencar  terhadap  aparat  kepolisian pemerintah. Hanya sebagian kecil saja dari pihak polisi dan  wakil  pemerintah  yang  tersisa  dan  melarikan  diri dari  kejaran. Menjelang  dhuhur,  pertempuran  berakhir,  dengan kemenangan di pihak pemberontak. Tetapi, kemenangan itu,  dirasakan  oleh  pemberontak  hanya  bersifat sementara, karena mereka menyadari, bahwa pasti akan datang  serangan  balik  dari  pihak  pemerintah,  karena banyaknya  wakil  pemerintah  dan  aparat  polisi  yang tewas  dalam  pertempuran  itu.

     Perlu  diuraikan  di  sini bahwa,  berdasarkan  data  yang  diperoleh,  dalam pertempuran  antara  pemberontak  dengan  pihak  aparat kepolisian dan wakil pemerintah di Abbolang’Nge, telah tewas  beberapa  orang,  di  antaranya:  Arung  Ponceng Andi Abdullah, Sullewatang Jaling (kepala desa Jaling) Andi   Mannuhung,   Andi   Dambu   (anak   Andi Mannuhung), Komandan Polisi Marzuki, Tume Daeng Pawawo,  dan  Sullewatang  Unra  (Kepala  Desa  Unra) Andi Satinja, yang kesemuanya dari unsur pemerintah. Selanjutnya,  terjadi  situasi  yang  tidak  menentu  pasca meletusnya  peristiwa  pertempuran  di  Abbolang’Nge, karena  tersebar  berita,  bahwa  akan  datang  pasukan tentara  Jepang  dari  Watampone  untuk  melakukan penangkapan, dan serangan militer terhadap penduduk Unra, untuk mencari pemimpin pemberontak. Berita ini disampaikan  oleh  Hajji  Kulasse,  yang  menyarankan agar  semua  penduduk  Unra  menyingkir  ke  luar  desa, untuk  menghindari  serangan  balik  tentara  Jepang. Namun, rakyat memilih untuk tetap bertahan, dan siap menghadapi segala kemungkinan terburuk. Berita  mengenai  meletusnya  pemberontakan  petani Unra, sampai kepada Raja Bone di Watampone, yang segera  memerintahkan  aparat  kerajaan,  yang  dikawal oleh  pasukan  Jepang  untuk  segera  menuju  desa  Unra. Sementara  itu,  pihak  pemberontak  dibawah  pimpinan Guru  Mante  memusatkan  kekuatan  penuh  dalam persiapan  menghadapi  kekuatan  tentara  Jepang  yang diperkirakan segera tiba. Tepat keesokan harinya, pada 24 september 1943, rombongan aparat pemerintah dan tentara  Jepang  tiba  di  Unra,  dan  langsung  menuju ke tempat   konsentrasi   kekuatan   pemberontak   di Abbolang’Nge. Melihat  pemberontak  dalam  keadaan siap  tempur,  tentara  Jepang  melepaskan  tembakan peringatan, agar para pemberontak menyerah. Namun, hal itu tidak membuat para pemberontak menghentikan perlawanannya,  bahkan  justeru  mereka  bergerak  maju secara  serentak  menyerang  tentara  Jepang.  Pada  saat itulah  pemimpin  pemberontak  Guru  Mante,  dan beberapa   pemberontak   lainnya   gugur   di   arena pertempuran.  Jadi,  Guru  Mante;  baru  tewas  setelah pasukan   Jepang   didatangkan   dari   Watampone. Sebelumnya,    ketika    pecah    pertempuran    di Abbolang’Nge, tidak ada satupun anggota pemberontak yang tewas. Dengan gugurnya pemimpin pemberontak Guru Mante, pimpinan  kemudian  diambil  alih  oleh  Itipu. Itipu sebagai pemimpin baru pemberontak tidak lama setelah kejadian itu, ditangkap oleh tentara pendudukan Jepang, dan  dibawa  ke  Watampone,  selanjutnya  dibawa  ke Makassar;   dan   dipenjarakan   oleh   pemerintah pendudukan  Jepang.  Berdasarkan  informasi  yang diperoleh,  sampai  pemerintah  Jepang  meninggalkan Indonesia;  dan  setelah  Indonesia  merdeka,  Itipu  tidak diketahui  di  mana  keberadaannya.

    2.3 Dampak Pemberontakan Petani Unra Terhadap Situasi Kehidupan Rakyat Unra.

                Tewasnya pemimpin pemberontak (Guru Mante) mengejutkan semua orang, baik anak buahnya sendiri, maupun rakyat Unra yang turut dalam pemberontakan. Hal ini dikarenakan umum sudah mengetahui, bahwa Guru Mante mengajarkan tarekat “awaraningeng”atau ilmu kekebalan, dan mereka tidak yakin bahwa ia tewas tertembus peluru. Akhirnya, seiring dengan waktu, tidak ada lagi pemimpin yang karismatis seperti Guru Mante, dan  berakhirlah  pemberontakan  yang  dilakukan oleh penduduk Unra. Namun, perlu juga diuraikan bahwa, ketika terjadi  pemberontakan  di  Unra  pada  23 September 1943, ada beberapa orang murid Guru Mante dari kampung Kacimpang Desa Ulaweng yang ikut serta membantu petani Unra dalam pemberontakan. Banyak rakyat  Unra  yang  melarikan  diri bersama  Mappe  dari Desa  Ulaweng,  dan  di  sanalah  mereka  menyusun kekuatan  baru  untuk  mengadakan  perlawanan  yang lebih  terorganisir.  Namun,  belum  sempat  mereka menyusun  kekuatan,  gerakan  mereka  sudah  diketahui oleh Jepang. Berdasarkan  data  yang  diperoleh,  dalam  upaya penangkapan para pemberontak, telah ditangkap kurang lebih 300 orang. Mereka yang ditangkap terdiri dari Hajji Temmale, yaitu Sekretaris Desa Unra, dengan tuduhan tidak mampu mengatasi atau mencegah terjadinya  pemberontakan.  Hal  inilah  barangkali  yang menjadi  pertimbangan,  mengapa  ia  ditangkap  dan dimasukkan  ke  penjara  hingga  tewas.  Penangkapan massal,   dan   penyiksaan   oleh   tentara   Jepang, mengakibatkan terjadinya eksodus rakyat Unra ke luar desa   untuk   menghindari   penangkapan. Para pemberontak  yang  ditangkap,  pasca  pemberontakan ialah: Dullah, Mappiare, Hajji Temmale (meninggal di dalam penjara), sedangkan Itipu, Pagga, Bennu, Massi, dan  Ikepo,  tidak  diketahui  nasibnya  sampai  sekarang. Untuk menghindari penangkapan, banyak rakyat Unra yang  merantau  ke  negeri  seberang,  seperti  Malaysia, Sumatera, Kendari, Pomalaa, Brunai, dan Tawao. 

  • Intelektualisme Barat Zaman Renaissance dan Humanisme

    Intelektualisme Barat

    Filsafat Modern lahir melaui proses panjang yang berkesinambungan, dimulai dengan munculnya abad Renaissance atau zaman pencerahan. Renaissance dalam berbagai diskusi filsafat tidak pernah hilang dari pembicaraan. Karena memang keberadaannya telah membangun sebuah peradaban baru dunia filsafat. Dalam banyak bidang, renaissance telah menumbuhkan benih-benih kesadaran masyarakat Eropa yang telah lama terkubur dalam bayang-bayang doktrin gereja. Lahirnya gerakan ini bermula dari kondisi waktu itu yang tidak memberi kebebasan bagi manusia untuk mengaktualisasikan dirinya seperti berfikir. Galilei Galileo misalnya adalah filsuf yang merasakan betapa kebebasan manusia telah sedemikian dibatasi. Hanya karena mengajukan pernyataan yang bertentangan dengan keyakinan gereja, Galilei Galileo meringkuk di penjara seumur hidup.

    Zaman pencerahan telah membawa beberapa dampak positif maupun negative. Dengan zaman pencerahan manusia mulai dapat mengaktualisasikan kembali akalnya, dan percaya akan nilai-nilai pribadinya. Namun disisi lain, renaissance bagaimanpun telah pula mengaggungkan manusia secara melebihi keagungan Tuhannya. Sehingga harus disadari bahwa renaissance telah menyangsikan keberadaan Tuhan dan menganggap bahwa manusialah pusat dunia.

    A. Pengertian Renaisance

    Secara etimologi, renaissance berarti “kelahiran kembali” atau “kebangkitan kembali”. Kata renaissance sebenarnya berasal dari kata dalam bahasa perancis, yaitu kata “re” (lagi, kembali) dan kata “naissance” (kelahiran), sedangkan dalam bahasa latin, istilah renaissance berasal dari kata “nascentia”, “nascor”, atau “natus” yang setara artinya dengan kelahiran, lahir, atau dilahirkan. Zaman kelahiran kembali inilah yang kemudian disebut juga dengan zaman pencerahan (Auflarung). Begitu juga pencerahan kembali mengandung arti akan “munculnya kesadaran baru manusia” terhadap dirinya (yang selama ini dikunkung oleh gereja).  Pada zaman pencerahan ini manusia menyadari bahwa dialah yang menjadi pusat dunianya (vaber mundi) bukan lagi sebagai obyek dunianya (fitiator mundi). Sedangkan istilah renaissance juga menunjukkan kepada suatu gerakan yang meliputi suatu zaman dimana orang merasa dilahirkan kembali dalam keadaban. Di dalam kelahiran kembali itulah, orang – orang ingin atau merasa kembali pada sumber-sumber yang murni bagi pengetahuan dan estetika. Zaman renesans juga berarti zaman yang menekankan pada otonomi dan kedaulatan manusia dalam berfikir, dalam mengadakan eksplorasi, eksperimen, dalam mengembangkan seni sastra dan ilmu pengetahuan di Eropa. Ideologi yang berkembang pada jaman Renaisans dinamakan filsafat Humanisme, yang berarti sebagai bentuk filsafat ‘eksistensialisme kolektif’. Dimana kesadaran akan diri yang merupakan bagian dari kolektif dan keputusan untuk turut menjadi bagian dari gerakan kolektif. Filsafat Humanisme dalam bentuk ideologi tersebar secara psikologis kepada orang-orang di jaman Renaisans. Kesadaran yang muncul bukan ‘aku adalah manusia’, melainkan ‘kita adalah manusia’. Yang timbul adalah kesadaran bahwa ‘kita’ adalah ‘manusia’, dan ‘kita’ adalah yang ‘utama’. ‘Lupakan organisasi itu (gereja), buat apa kita mengabdi kepadanya’. ‘Ternyata kita pun juga sangat penting’. ‘Cukup sudah dibatasi oleh gereja lagi’.

    B. Pengertian Humanisme

    Humanisme dan Renaisans adalah kesatuan yang saling pengaruh mempengaruhi dalam arah secara bersama-sama. Humanisme merupakan sebuah ideologi yang menentang dogma-dogma pada Abad Pertengahan yang melatarbelakangi atau mempengaruhi Renaisans. Karena Renaisans merupakan era waktu yang dapat dikatakan bahwa Humanisme berada didalam Renaisans. ”Humanisme” dipandang sebagai sebuah gagasan positif oleh kebanyakan orang. Humanisme mengingatkan kita akan gagasan-gagasan seperti kecintaan akan pri kemanusiaan, perdamaian, dan persaudaraan.

    Humanisme mempunyai arti :

    1. menganggap individu rasional sebagai nilai paling tinggi;
    2. menganggap individu sebagai sumber nilai akhir;
    3. mengabdi pada pemupukan perkembangan kreatif dan perkembangan moral individu secara rasional, dan berarti tanpa acuan pada konsep-konsep yang adikodrati.

    Humanisme adalah pandangan yang menyatakan bahwa manusia dapat memahami dunia serta keseluruhan realita dengan menggunakan pengalaman dan nilai-nilai kemanusiaan bersama. Dalam pandanga humanisme seringkali kita terkensan dengan konsep bahwa “Kita bisa hidup melalui dan tanpa agama sekalipun”. Mereka para Humanis berusaha menciptakan yang terbaik bagi kehidupan dengan menciptakan makna dan tujuan bagi diri sendiri.

    Sikap hidup kaum Humanis antara lain :

    a.      kritis dan tidak mudah percaya tanpa bukti nyata (skeptis)

    b.     menentang terhadap tradisi lama

    c.      sekularisme (sikap mengutamakan keduniawian dan hidup di dunia ini). Hal ini dikenal melalui pandangan hidupnya berbunyai “Carpe Diem” (nikmatilah hidup) yang bertolak belakang dengan pandangan hidup pada abad pertengahan yaitu “ momento mori” (ingatlah hari sesudah mati)

    d.     record breaker, memecahkan rekor menghasil karya-karya yang terkenal

    1.     Sejarah Renaissance

    Berkembangnya filsafat pada abad pertengahan di Eropa yang ditandai dengan munculnya filsafat baru bernama filsafat skolastik pada abad 14, dan berlangsung hingga abad ke-15. Sehingga pada abad ke-16 dan ke-17, Eropa dikuasai oleh suatu gerakan yang disebut renaissance. Secara hierarki, awal gerakan pembaharuan ini berlangsung dibidang kerohanian, kemasyarakatan dan kegerejaan yang telah diterapkan pada periode yang merentang pada abad ke-15 dan abad ke-16, istilah gerakan pembaharuan atau yang lebih dikenal dengan nama renaissance ini kemudian muncul kembali setelah Michelet pada tahun 1855 dan Buckhardt pada tahun 1860 menggunakan istilah ini dalam judul karya-karya sejarah tentang perancis dan Italia. Periode ini kemudian dipandang sebagai priode kelahiran kembali semangat Yunani dan Romawi, dan kebangkitan kembali untuk belajar ilmiah. Gerakan pembaharuan ini pada awalnya hanya dilakukan oleh orang –orang humanis di Italia.

    Gerakan para humanis Italia ini memiliki tujuan utama yaitu untuk merealisasikan kesempurnaan pandangan hidup Kristiani, yang dilaksanakan dengan mengaitkan hikmat kuna (klasik) dengan wahyu, dan dengan memberi kepastian kepada gereja bahwa pikiran-pikiran klasik (pemikiran dari sumber-sumber yunani dan romawi) itu tidak bisa binasa. Dengan memanfaatkan kebudayaan dan bahasa klasik itu mereka bermaksud mempersatukan gereja yang telah dipecah-pecah oleh banyak madzhab dan mempertigggi keadaan yang telah diberikan oleh agama Kristen. Sehingga dari sini, mereka dapat meningkatkan perkembangan yang harmonis dari sifat-sifat dan kecakapan-kecakapan alamiah manusia dengan mengusahakan adanya kepustakaan yang baik, dengan mengikuti jejak kebudayaan klasik yang telah mereka pelajari pada abad pertengahan. Pada umumnya mereka tidak menyangkal tentang adanya Kuasa yang Lebih Tinggi. Hanya mereka berpendapat, bahwa hal-hal yang alamiah pada dirinya sendiri telah memiliki nilai yang cukup untuk dijadikan sasaran pengenalan dan pengusahaan manusia. Baru pada zaman  kemudian di Jerman timbul orang-orang humanis yang melepaskan segala tujuan yang diarahkan kepada akhirat dan menerima hidup di dalam batas-batas dunia seperti apa adanya.

    Pada masa Renaisans muncul karya-karya besar dibidang kesenian seperti seni lukis, arsitektur dan seni pahat. Manusia diutamakan dan sangat dijunjung tinggi sebagai pusat disini. Detil-detil yang ditampilkan sangat baik dan indah. Alirannya lebih bersifat realisme. Pada masa ini juga muncul gerakan untuk mengeksplorasi bumi, seperti diadakannya pelayaran dan pencarian tempat-tempat diluar bumi. Tokoh-tokoh besar yang kita ketahui adalah Da Vinci, Giovani dari Medici, Michaelangelo, Copernicus, Galileo, Colombus, dan lainnya.

    2.     Faktor Munculnya Renaissance

    Middle Age merupakan zaman sebelum munculnya reissance, dimana Eropa ketika itu sedang mengalami masa suram. Berbagai kreativitas sangat diatur oleh gereja. Dominasai gereja sangat kuat dalam berbagai aspek kehidupan. Agama Kristen sangat mempengaruhi berbagai kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Seolah raja tidak mempunyai kekuasaan, justru malah gereja lah yang mengatur pemerintahan. Berbagai hal diberlakukan demi kepentingan gereja, tetapi sebaliknya hal-hal yang merugikan gereka akan mendapat balasan yang sangat kejam. Contohnya, pembunuhan Copernicus, ketika ia memproklamsikan teori tata surya yang menyebutkan bahwa matahari adalah pusat dari tata surya, tetapi hal ini bertolak belakang dengan pendapat dari gereja,  sehingga Copernicus harus dibunuh.

    Pemikiran manusia pada Abad Pertengahan, mendapat doktrinasi dari gereja. Hidup seseorang selalu dikaitkan dengan tujuan akhir (ekstologi). Kehidupan manusia ketika itu dipandang sebagai hakekat yang sudah ditentukan oleh Tuhan. Maka tujuan hidup manusia adalah mencari keselamatan. Pemikiran tentang ilmu pengetahuan banyak diarahkan kepada theology. Pemikiran filsafat memang berkembang juga ketika itu, namun haruslah yang sejalan dengan pemikiran-pemikiran gereja, sehingga lahir filsafat scholastik yaitu suatu pemikiran filsafat yang dilandasi pada agama dan untuk alat pembenaran agama. Oleh karena itu disebut Dark Age atau Zaman Kegelapan.

    Dengan adanya berbagai pembatasan yang dilakukan pihak pemerintah atas saran dari gereja maka timbulah sebuah gerakan kultural, pada awalnya merupakan pembaharuan di bidang kejiwaan, kemasyarakatan, dan kegerejaan di Italia pada pertengahan abad XIV. Sebelumnya gereja mempunyai peran penting dalam pemerintahan, golongan ksatria hidup dalam kemewahan, kemegahan, keperkasaan dan kemasyuran. Namun, ketika dominasi gereja mulai berpengaruh maka hal seperti itu tidak mereka peroleh sehingga timbullah semangat renaissance.

    Menurut Ernst Gombrich munculnya renaissance sebagai suatu gerakan untuk kembali di dalam seni, artinya bahwa renaissance tidak dipengaruhi oleh ide-ide baru. Misalnya, gerakan Pra-Raphaelite atau Fauvist merupakan gerakan kesederhanaan primitif setelah kekayaan gaya Gotik Internasional yang penuh hiasan. Menurut Prancis Michel De Certeau, renaissance muncul karena bubarnya jaringan-jaringan sosial lama dan pertumbuhan elite baru yang terspesialisasi sehingga gereja berusaha untuk kembali mendesak kendali dan manyatukan kembali masyarakat lewat pemakaian berbagai teknik visual-dengan cara-cara mengadakan pameran untuk mengilhami kepercayaan, khotbah-khotbah bertarget dengan menggunakan citra-citra dan teladan-teladan dan lain sebagainya yang diambil dari pemikiran budaya klasik, sehingga dapat mempersatukan kembali gereja yang terpecah-belah akibat skisma (perang agama).

    Renaissance muncul dari timbulnya kota-kota dagang yang makmur akibat perdagangan, yang kemudian mengubah perasaan pesimistis (zaman Abad Pertengahan) menjadi optimistis. Hal ini juga menyebabkan dihapuskannya system stratifikasi sosial masyarakat agraris yang feodalistik. Maka muncullah kebebasan untuk melepaskan diri dari ikatan feodal menjadi masyarakat yang bebas. Termasuk kebebasan untuk melepaskan diri dari ikatan agama sehingga menemukan dirinya sendiri dan menjadi focus kemajuan. Antroposentrisme kemudian menjadi pandangan hidup, dan dengan konsep humanisme yang menjadi pegangan sehari-hari. Selain itu adanya dukungan dari keluarga saudagar kaya yang semakin menggelorakan semangat Renaissance sehingga menyebar ke seluruh Italia dan Eropa.

    3.     Karakteristik Renaissance

    Renaissance merupakan titik awal dari sebuah peradaban modern di Eropa. Essensi dari semangat Renaissance salah satunya adalah pandangan bahwa manusia bukan hanya memikirkan nasib di akhirat seperti semangat Abad Tengah, tetapi mereka harus memikirkan hidupnya di dunia ini. Renaissance menjadikan manusia lahir ke dunia untuk mengolah, menyempurnakan dan menikmati dunia ini, baru setelah itu menengadah ke surga. Nasib manusia di tangan manusia, penderitaan, kesengsaraan dan kenistaan di dunia bukanlah takdir Tuhan melainkan suatu keadaan yang dapat diperbaiki dan diatasi oleh kekuatan manusia dengan akal budi, otonomi dan bakat-baktnya. Manusia bukan budak melainkan majikan atas dirinya. Inilah semangat humanis, semangat manusia baru yang oleh Cicero dikatakan dapat dipelajari melalui bidang sastra, filsafat, retorika, sejarah dan hukum.

    Dengan semakin kuatnya Renaissance, pada kenyataannya sekularisasipun berjalan semakin kuat. Hal ini menyebabkan agama semakin diremehkan bahkan kadang digunakan untuk kepentingan sekulerisasi itu sendiri. Semboyan mereka “religion was not highest expression of human values”. Bahkan salah seorang yang dilukiskan sebagai manusia ideal renaissance oleh Leon Batista Alberti (1404-1472), secara tegas berani mengatakan “Man can do all things if they will”. Renaissance mengajarkan kepada manusia untuk memanfaatkan kemampuan dan pengetahuannya bagi pelayanan kepada sesama. Manusia hendaknya menjalani kehidupan secara aktif dan memikirkan kepentingan umum bukan hidup bersenang-senang dalam belenggu moral dan ilmu pengetahuan di menara gading. Manusia harus berperan aktif dalam kehidupan, bukan sifat pasif seraya pasrah pada takdir. Namun, manusia menjadi pusat segala hal dalam kehidupan atau inilah yang disebut dengan Antoposentrisme. Manusia dalam konsep renaissance, harus berani memuji dirinya sendiri, mengutamakan kemampuannya dalam berfikir dan bertindak secara bertanggung jawab, menghasilkan karya seni dan mengarahkan nasibnya kepada sesama. Keinginan manusia haruslah untuk menonjolkan diri baik dari keindahan jasmani maupun kemampuan intelektual-intelektualnya. Keinginannya itu dituangkan dalam berbagai karya seni sastra, seni lukis, seni pahat, seni music dan lain-lain. Ekspresi daya kemampuan manusia harus terus berkembang sampai saat ini, sehingga di zaman modern ini pun tidak ada lagi segi kehidupan manusia yang tidak ditonjolkan.

    4.     Tokoh-Tokoh Renaissance dan humanisme

    Diantara tokoh-tokoh renaissance yang mempunyai peran yang penting dalam renaissance, adalah tokoh-tokoh  antara lain, seperti :

    a.      Dante Alighiere (1265-1321).

    Dante lahir pada tanggal 21 Mei 1265 di Firenze, ia berasal dari keluarga kaya raya. Dia pernah menjadi prajurit Firenze, yang menginginkan negaranya dapat merdeka dari pengaruh tiga kerajaan yang lebih besar yaitu Kepausan, Spanyol dan Perancis. Dante mulai menjadi pengkritik dan penentang otoritas moral Kepausan yang dinilainya tidak adil dan tidak bermoral. Puncaknya ia tuangkan dalam sebuah buku berjudul De Monarchia (On Monarchy) yang menggabarkan tentang kedudukan dan keabsahan Sri Paus sebagai pemimpin spiritual tertinggi Gereja Katolik, mengapa sekaligus menjadi raja dunia (Kerajaan Kepausan) yang otoriter. Hasil karya Dante antaral lain adalah La Vita Nuova (The New Life) juga berisi tentang gambaran pertumbuhan cinta manusia. Comedia yang ditulis ketika dia berada dalam pengasingan panjang di Revenna. Buku ini berisi tentang perjalanan jiwa manusia yang penuh kepedihan dalam perjalanan dari dunia ke alam gaib. Tokoh utamanya adalah Virgilius (nama sastrawan dari zaman Romawi kuno) yang setelah kematiannya harus melewati tiga fase yaitu inferno (neraka), purgatoria (pembersih jiwa), dan paradiso (surga).

    b.     Lorenzo Valla (1405-1457)

    Lahir di Roma pada tahun 1405 dari keluarga ahli hukum. Salah satu ungkapannya yang sangat terkenal adalah “Mengorbankan hidup demi kebenaran dan keadilan, adalah jalan menuju kebajikan tertinggi, kehormatan tertinggi dan pada hal tertinggi”. Hasil karyanya antara lain adalah De volupte (kesenangan) yang terbit pada tahun 1440, yang berisi kekagumannya pada etika Stoisisme yang mengajarkan pentingnya manusia itu mati raga (askese) dalam rangka mendapatkan keselamatan jiwa. Buku yang berjudul De Libero erbitrio (keinginan bebas) yang mengatakan individualitas manusia berakar pada kebesaran dan keunikan manusia, khususnya kebebasan sehingga kehendak awal Sang Pencipta tidak membatasi perbuatan bebas manusia dan tidak meniadakan peran kreatif manusia dalam sejarahnya, dan buku berjudul De falso credita et ementita Constantini donation declamation, yang mengisahkan tentang donasi hadiah kepada Sri Paus oleh Kaisar Constantinus sebenarnya adalah palsu,  sebab dari sudut bahasa donasi itu jelas bukan gaya bahasa abad ke4 melainkan abd ke-8.

    c.      Niccolo Machiavelli (1469-1527)

    Nicolo Machiavelli adalah filosof politik Italia, Niccolo Machiavelli lahir pada tahun 1469 di Florence, Italia. Ayahnya, seorang ahli hukum. Pada usia 29 tahun Machiavelli memperoleh kedudukan tinggi di pemerintahan sipil Florence. Selama empat belas tahun sesudah itu dia mengabdi kepada Republik Florentine dan terlibat dalam berbagai missi diplomatik atas namanya, melakukan perjalanan ke Perancis, Jerman, dan di dalam negeri Italia.

    Hasil karyanya yang paling masyhur adalah The Prince, (Sang Pangeran) ditulis tahun 1513, dan The Discourses upon the First Ten Books of Titus Livius (Pembicaraan terhadap sepuluh buku pertama Titus Livius). Diantara karya-karya termashur lainnya adalah The art of war (seni berperang), A History of Florence (sejarah Florence) dan La Mandragola (suatu drama yang bagus, kadang-kadang masih dipanggungkan orang). Tetapi, karya pokoknya yang terkenal adalah The Prince (Sang Pangeran), mungkin yang paling brilian yang pernah ditulisnya dan memang paling mudah dibaca dari semua tulisan filosofis. Machiavelli kawin dan punya enam anak. Dia meninggal dunia tahun 1527 pada umur lima puluh delapan.

    d.     Boccacio (1313-1375)

    Giovani Boccacio lahir di Certaldo, Italia tahun 1313 dari seorang pedagang yang berasal dari Firenze. Hasil karyanya antara lain cerita epos seperti Thebaid atau Aenid, prosa seperti Ameto, puisi seperti Amoroso Visione dan Ninfale Fiesolan. Puncak karyanya Decamerome, adalah karya sastra berjudul De genealogis deorum gentilium (On The Genealogy of God) yang tersusun dalam 15 jilid.

    e.      Francesco Petrarca (1304-1374)

    Adalah seorang yang lahir pada 20 Juli 130 di Tuscan. Ia belajar hukum di Montpellier dan melanjutkan ke Universitas Bologna. Namun, ia lebih tertarik pada seni sastra dan seni lukis. Dia seorang humanis yang mengagumi hal-hal yang serba naturalis, polos dan apa adanya. Salah satu ungkapan terkenalnya pada alam dituangkan dalam karya lukis yang diberi nama Ikaros.

    f.      Desiderius Erasmus (1466-1536)

    Eramus lahir pada 27 Oktober 1466 di Gouda. Ibundaya bernama Margaret. Setelah lulus dari Sekolah Atas ia melanjutkan ke biara Agustin di Styn hingga menjadi pastor kemudian melanjutkan ke Universitas Paris. Hasil karya Eramus dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok yaitu :

    1)     Kelompok karya-karya satiris dengan tujuan ingin mengungkap segala kelemahan penyakit korup, dan munafik yang melanda warga masyarakat, seperti Praise of Folly (1509).

    2)     Kelompok karya bernada satiris berupa pesan moral yang diharapkan dapat memperbaiki atau mempengaruhi mentalitas kaum Katolik, seperti buku yang berjudul Hand Book of the Christian Knight (1501), The Complaint of peace (1517).

    3)     Kelompok dalam bentuk terjemahan kitab suci Perjanjian Baru berdasrakan naskah asli Yunani, seperti Annotations on the New Testament (1505), The Prince of the Christian Humanists.

    C.    Pengaruh dan Signifikansi Renaissance

    Renaissance sebagai gerakan yang identik dengan gerakan humanisme dan bertitik tolak pada upaya melepaskan manusia dari keterkaitan agama, memiliki manifestasi utama dalam gerakannya, yaitu :

    a)     Gerakan Humanisme, yang berusaha tidak hanya untuk menerjemahkan sumber-sumber Yunani dan Romawi, tetapi juga mencari nilai atau gaya hidup manusia yang terkandung di dalamnya.

    b)     Penolakan tradisi Aristotelian Abad Pertengahan. Kebangkitan Platonisme, yang sangat bergaung dalam Akademi Florentina merupakan suatu konsekuensi penolakan ini. Selain itu, perhatian kepada mistisisme seperti merebak kembali, termasuk minat kepada Cabala, tulisan hermetik dan alkimia.

    c)     Pemikiran Renaissance juga terbuka pada ilmu-ilmu baru yang mulai terbentuk.

    d)     Dalam lapisan agama periode ini ditandai oleh ketidakpuasan dengan kemapanan yang mengarah para reformasi protestan.

    Disisi lain, filsafat abad pertengahan memiliki perbedaan yang jelas bila dibandingkan dengan filsafat renaissance. Yang pertama lebih mencurahkan perhatiannya kepada hal-hal yang abstrak, sedangkan kepada pengertian-pengertian, hal-hal yang konkrit, yang nampak, terlalu diabaikan. Sedangkan filsafat renaissance lebih tertuju kepada hal-hal yang konkrit seperti kepada alam semesta dan kepada manusia, juga kepada kehidupan bermasyarakat serta sejarah. Dapat juga dikatakan bahwa manusia pada saat itu menemukan dua hal yaitu, dunia dan dirinya sendiri. Dimana pengenalan akan dirinya sendiri terbentuk atas kesadaran manusia akan nilai pribadinya dan akan kekuatan pribadinya itu.

    Namun dalam banyak hal, manusia justru mengaggungkan dirinya dan menganggap bahwa akal mempunyai wibawa terhadap kebenaran-kebenaran keagamaan, bahwa kebenaran harus dicapai dengan kekuatan sendiri. Hingga lambat laun intelektualitas terasing daripada agama yang positif. Intelektualitas bersifat individualis dan titik tolaknya adalah kebebasan mutlak bagi pemikiran dan penelitian, bebas daripada tiap wibawa dan tradisi -dalam hal ini tradisi kristen- yang mana disebutkan bahwa pengetahuan yang pasti bukan didapat dari pewarisan, melainkan apa yang diperoleh manusia sendiri karena kekuatannya sendiri dengan penelitian dan penemuan-penemuannya.

  • Seni Musik Renaisans

    Seni Musik Renaisans

    Renaisans merupakan masa transisi antara abad pertengahan dan abad modern. Masa ini berada pada abad ke 14 sampai 17. Banyak aspek yang membuat satuan periode ini diajktegorikan dalam Renaisans khususnya bagi kehidupan Eropa yang berada dalam krisis kehidupan sosial karena Perang Salib dan Kekuatan Doktrin Gereja Katolik Roman. Hal ini juga berdampak pada seni musik renaisans.

    Musik Renaissance

    A. Sejarah Musik     

    Musik era renaissance adalah music di antara tahun 1400 sampai tahun 1600. Musik pada era ini disebut-sebut sebagai era yang sangat lemah dalam sejarah musik. Zaman Renaissance bermula di negara Italia di akhir abad pertenga handan menjalar ke seluruh eropa.

    Dalam masa Renaissance sebagaimana dengan Zaman Abad Pertengahan, music Vokal dianggap jauh lebih penting darimusik Instrumental . Sebagaimana  pada perkembangan filsafat dalam zamanini, berkembang falsafah humanisme, makain tersthumanistik juga terjadi dalam musik, sehingga terjadi hubungan yang errata ntara kata-kata (lirik) dan vokal.

    B. Pengertian Musik RENAISSANCE

    Musik Renaissance adalah  music eropa barat yang berkembang pada masa Renaissance. Zaman Renaissance  yang dalam bahasaPerancisberarti “kelahirankembali” adalahsebuahzaman yang berkisar dari awal abadke 14 dan sampai kepada abad ke 17.

    1. Faktor Tumbuhnya Musik RENAISSANCE

    1. timbulnya kota-kota dagang yang makmur akibat perdagangan mengubah perasaan pesimistis (zaman Abad Pertengahan) menjadi optimistis.
    2. dukungan dari keluarga saudagar kaya semakin menggelorakan semangat Renaissancese hingga menyebar keseluruh Italia dan Eropa.
    3. sebagai gerakan kultural, pada awalnya merupakan pembaharuan di bidang kejiwaan, kemasyarakatan, dan kegerejaan di Italia pada pertengahan abad XIV, berakar pada cita-cita keksatriaan abad  pertengahan yang menginginkan kemewahan, kemegahan, keperkasaan dan kemasyuran, mereka mensintesakan gagasan Kristiani dengan pemikiran klasik  (Yunani-Romawi).

    2. Fungsi Musik RENAISSANCE

    Hampir sebagian besar budaya pada pada akhir abad pertengah dipengaruhi oleh kebutuhan ritual. Fungsi musik pada masa Reinasans praktis melanjutkan fungsi musik abad pertengahan yakni untuk

    1. Ritual Keagamaan Khususnya Kristen
    2. Kegiatan dan upacara adat
    3. Upacara dan Acara Kerajaan
    4. Pengiring kegiatan dalam pesta kerajaan

    3. Manfaat Musik RENAISSANCE

    1. Untuk nyanyian pembangkit jiwa biasanya di selenggarakan di gereja –gereja pada abad pertengahan dahulu
    2. Dalam hal ini musik Renaissance yang  memuji Tuhan sangat boleh digunakan dalam ibadah, tetapi jemaat harus dipersiapkan dan dididik untuk mengerti musik-musik  tersebut.
    3. Musik renaissance juga dipakai untuk sarana beribadah umat kristiani dengan lantujan memuji kristus

    4. Ciri-ciri Musik

    1. Merupakan music eropa barat yang berkembang pada masa Renaissance yaitu sebuah zaman yang berkisar dari awal abad ke 14 dan sampai kepada abad ke 17.
    2. Bermula di negara Italia di akhir abad pertengahan dan menjalar keseluruh eropa dan berkembang dengan pesat dari pada musik Poliphoni.
    3. Sebuah lagu Choral  secarati pikal mempunyai empat, lima atau enam suara  dengan  interest melodi  yang sejajar,  masing-masing suara mempunyai tema melodi yang sama yang munculber gantian sebagaimana musik jenis Kanon.
    4. Bertemakan Istanasentris (Kerajaan)
    5. Lebih mementingkan musik dari Vokal ketimbang musik Instrumen
    6. Dalam kebanyakan musik Renaissance penggunaan interval ketiga (terts) sebagai konsonan merupakan sebuah “idiom” atau kebiasaan musik yang digemari pada zaman awal renaissance. Idiom ini membuatmusik renaissance terdengar santai karena stabil dan kaya dalam harmoni.

    5. Komposer Musik RENAISSANCE

    1. Thomas  Tallis (1510-1585)
    2. Josquin  Des Prez (1440-1521)
    3. Pierre  de La Rue (1460-1518)
    4. Claudio  Monteverdi (1567-1643)
    5. Giovanni  Gabrieli (1553-1612)

    Kesimpulan

    Musik  Renaissance  adalah music eropa barat yang berkembang pada masa Renaissance yaitu music diantara tahun 1400 sampai tahun 1600. Musi kini lebih mementingkan music Vokal dibandingkan music Instrumen . Fungsi music ini selain untuk Hiburan juga untuk Ibadah (Bagiumat Kristen), acara  kerajaan dll. Ciri-ciri music iniantara lain, mempunyai empat,lima atau enam suara dengan interest melodi yang sejajar. Dan composer yang terkenal antara lain Thomas Tallis (1510-1585) , Josquin Des Prez (1440-1521), Pierre de La Rue (1460-1518), Claudio Monteverdi (1567-1643), Giovanni Gabrieli (1553-1612).

    Musik Baroque

    A. Sejarah Musik Baroque

    Musik Baroque (Barok) merupakan musik klasik barat pada rentang waktu 1600 dan 1750. Zaman ini beririsan dengan masa Renaisans khususnya periode akhir Renainsans. Barok sendiri berarti Mutiara yang tidak berbentuk wajar. Maskudnya adalah mutiara yang tidak bulat sempurna yang menggambarkan seni dan desain pada masa ini.

    1. Pada zaman tersebut, piano belum ditemukan, dan komposisi dikarang untuk hapsicord. Partitur musik di zaman Barok ditandai dengan tidak adanya iringan atau polifoni. Karya JS Bach untuk hapsicord lazim mempunyai dua melodi atau lebih untuk tangan kanan dan tangan kiri.
    2. Musik Barok lazimnya hanya mencerminkan satu jenis emosi saja. Dibanding dengan Musik Klasik dan Romantik, musik Barok jarang mempunyai modulasi atau rubato. Untuk komposisi piano, pedal jarang digunakan saat memainkan musik Barok.
    3. Musik barok dan musik klasik lainnya merupakan pilihan yang bagus unutk berbagai situasi dan bagi banyak pendengar.

    1. Pembagian Masa

    Era Musik Barok dibagi ke dalam tiga time line yakni :

    1. Musik Barok Awal (1580-1630)
    2. Musik Barok Pertengahan (1630-1680)
    3. Musik Barok Akhir (1680-1750)

    2. Fungsi Musik Baroque

    1. Iringan Untuk Opera
    2. Iringan Musik Gereja
    3. Iringan Dalam Drama & Teater

    3. Maanfaat Musik Baroque

    1. Menghangatkan, dan memberdayakan lingkungan belajar.
    2. Membuat pikiran tenang dan terbuka untuk belajar.
    3. Menciptakan persaan dan asosiatif positif.
    4. Menciptakan “peningkatan” di otak.
    5. Mendorong pembelajaran multi-indra.
    6. Membantu mempercepat dan meningkatkan proses belajar.

    4. Komposer Musik Baroque

    JOHAN SEBASTIAN BASCH, Arcangelo Corelli, George Frederick Handel, Heinrich Schütz, Georg Philipp Telemann, Antonio Vivaldi, Domenico Scarlatti, Claudio Monteverdi, Dietrich Buxtehude, Jean P. Remeau, Elisabeth-Claude Jacquet de la Guerre, Henry Purcell

    5. Karakteristik  Musik Baroque

    Ritme (Berlanjut dan di ulang – ulang ). Kesatuan Ekspresi (Menekankan pada satu ekspresi). Melodi  Melodi (berkelanjutan dan di ulang ulang dalam berbagai variasi ). Dinamika (Tidak berubah secara tiba-tiba namun bertahap). Tekstur Polyponi ( Ada melodi yang berkejar kejaran )

    Kesimpulan

    Musik Barok adalah musik klasik barat yang digubah pada Zaman Baro(Baroque), kira-kira antara tahun 1600 dan 1750. Zaman ini berlangsung sesudah Zaman Renaisans dan sebelum Zaman Klasik. Sebenarnya, kata “Barok” itu berarti “mutiara yang tidak berbentuk wajar”, sangat pas dengan seni dan perancangan bangunan pada era ini; kemudian kata ini juga dipakai untuk jenis musik itu. Beberapa komponis Zaman Barok adalah Claudio Monteverdi, Henry Purcell, Johann Sebastian Bac, Jean-Philippe Rameau, George Frideric Handel, dan Antonio Vivaldi.

    Musik klasik

    Sejarah Perkembangan Musik Klasik

    musik klasik adalah komposisi musik yang lahir dari budaya Eropa sekitar tahun 1750-1825.
    Biasanya musik klasik digolongkan melalui periodesasi tertentu. Mulai dari periode Klasik, Barok, Rokoko, sampai periode Romantik. Pada era inilah nama-nama besar seperti J.S Bach, W.A Mozart, atau J. Hadyn menciptakan karya-karya musik. Musik mereka tercipta dalam bentuk sonata, simfoni, konserto solo, string kuartet hingga opera. Walau terjadi penggolongan berdasarkan periodesasi, pada kenyataanya para composer klasik tidak pernah menggolong-golongkan jenis komposisi yang mereka gubah. Penggolongan yang kita kenal sekarang dilakukan semata-mata untuk mempermudah, terutama dalam kepentingan akademis. Berikut adalah penggolongan sejarah musik barat.


    Zaman pertengahan
    Pada abad pertengahan, musik modern barat mengalami perubahan besar dari musik satu suara (monofonik) menjadi musik dengan beberapa suara (polifonik), seperti kanon (lagu yang sama dinyanyikan beberapa kelompok dalam waktu yang berlainan saat masuknya) dan madrigal (nyanyian bersama dari empat atau lima suara). Pada Zaman inilah musik gerejawi berkembang dengan pesat, sesuai dengan nuansa politik yang pada waktu itu juga dikuasai oleh gereja. Musik greorgian mencapai puncaknya pada masa ini dengan penggunaan pada misa/ibadat di gereja. Lagu-lagu duniawi yang muncul, biasanya
    merupakan lagu kerakyatan yang dibawakan oleh para pemusik keliling.

    Zaman Klasik
    Zaman Klasik atau periode Klasik dalam sejarah musik Barat berlangsung selama sebagian besar abad ke-18 sampai dengan awal abad ke-19. Walaupun istilah musik Klasik biasanya digunakan untuk menyebut semua jenis musik dalam tradisi ini, istilah tersebut juga digunakan untuk menyebut musik dari zaman tertentu ini dalam tradisi tersebut. Zaman ini biasanya diberi batas antara tahun 1750 dan 1820, namun dengan batasan tersebut terdapat tumpang tindih dengan zaman sebelum dan sesudahnya, sama seperti pada semua batasan zaman musik yang lain. Zaman klasik berada di antara zaman Barok dan zaman Romantik. Beberapa komponis zaman klasik adalah Joseph Haydn, Muzio Clementi, Johann Ladislaus Dussek, Andrea Luchesi, Antonio Salieri dan Carl Philipp Emanuel Bach, walaupun mungkin komponis yang paling terkenal dari zaman ini adalah Wolfgang Amadeus Mozart dan Ludwig van Beethoven.


    Ciri musik pada zaman Klasik :


    1. Menggunakan peralihan dinamik dari lembut sampai keras atau (cressendo)dan dari
    keras menjadi lembut(decrssendo).
    2. Perubahan-perubahan tempo dengan percepatan atau (accelerando) dan
    perlambatan(ritardando).
    3. Hiasan / ornamentik diperhemat pemakaiannya.
    4. Pemakaian akord 3 nada.

    Pengertian Musik Klasik

    Musik klasik merupakan istilah luas yang biasanya mengacu pada musik yang dibuat atau berakar di tradisi kesenian barat.

    Fungsi Musik Klasik

    Menurut penelitian ilmiah, musik klasik berguna baik bagi ibu hamil dan bayi yang dikandungnya.Musik klasik bisa membantu ibu hamil untuk merilekskan badannya akibat otot-otot tubuh yang tegang karena membawa beban berat dalam kandungannya, sehingga tubuh juga akan rileks menghadapi masa persalinan.

    Sedangkan bagi  bayi baik dalam kandungan maupun sudah lahir, musik klasik dapat membantu merangsang perkembangan otak dan indera pendengarannya. Musik klasik juga membuat bayi akan tidur dengan nyaman, rileks dan pulas.

    Manfaat Musik Klasik

    manfaat musik klasik bagi kesehatan, terutama untuk kecerdaan otak. Memang dalam hidup ini kita tak kan pernah lepas dari yang namanya musik. dimanapun kita berada kita akan selalu bersentuhan dengan musik. namun pilihan kita terhadap musik juga dapat berpengaruh pada kesehatan kita.
             Pada tahun 1998, Don Campbell, seorang musisi sekaligus pendidik, bersama Dr. Alfred Tomatis yang psikolog, mengadakan penelitian untuk melihat efek positif dari beberapa jenis musik. Hasilnya dituangkan dalam buku mereka yang di Indonesia diterbitkan dengan judul Efek Mozart, Memanfaatkan Kekuatan Musik Untuk Mempertajam Pikiran, Meningkatkan Kreativitas dan Mnyehatkan Tubuh.Banyak fakta menarik yang diungkap Campbell dan Tomatis. Diantaranya, adanya hubungan yang menarik antara musik dan kecerdasan manusia.
    Musik (klasik) terbukti dapat meningkatkan fungsi otak dan intelektual manusia secara optimal. Campbell kemudian mengambil contohkarya Mozart, Sonata in D major K 488 yang diyakininya mempunyai efek stimulasi yang paling baik bagi bayi.
           Sedangkan menurut Dra. Louise, M.M.Psi., psikologi sekaligus terapis musik dari Present Education Program RSAB Harapan Kita, Jakarta, sesungguhnya bukan hanya musik Mozart yang dapat digunakan. Semua musik berirama tenang dan mengalun lembut memberi efek yang baik bagi janin, bayi dan anak-anak.
    Lebih sering disebut efek Mozart sebab musik-musik gubahan Mozart-lah yang pertama kali di teliti.


    Komposer Musik Klasik

    de Man, Roderik (1941–…)  dan Schurmann, Gerard (1924–…)

    Kesimpulan

    Music klasik adalah music lembut yang identik dengan instrument indah yang berfungsi untuk menyegarkan otak. Music ini juga bagus didengar oleh ibu hamil dan bayinya.

  • Aspek-Aspek Penilaian dalam Apresiasi Karya Seni Rupa

    Aspek-Aspek Penilaian dalam Apresiasi Karya Seni Rupa

    Dalam upaya Apresiasi Karya Seni Rupa, aspek-aspek penialaian merupakan hal yang penting. Aspek ini menjadi penentu dan standar dari karya seni. Hanya saja terkadang aspek-aspek tersebut justru sulit diterima oleh orang awam.

    Aspek-Aspek Penilaian Karya Seni

    Dalam upaya penilaian terhadap sebuah karya seni rupa, sebuah karya dianggap bila memenuhi beberapa kriteria. Kriteria tersebut selanjutnya disusun sebagai aspek-aspek penilaian karya seni.

    Adapun aspek-aspek tersebut adalah :


    A. Aspek Ide atau Gagasan

    Proses kreatif dalam dunia kesenirupaan merupakan suatu proses yang timbul dari imajinasi menjadi kenyataan. Proses mencipta suatu benda melalui pikiran, dan melaksanakannya melalui proses sehingga masyarakat dapat menikmati dan memanfaatkannya. Ekspresi yang muncul akibat adanya rangsangan dari luar dan ilham dari dalam menciptakan suatu keunikan sendiri. Keunikan ekspresi pribadi itulah yang disebut kreativitas.

    B. Aspek Penguasaan Teknis

    Teknik adalah cara untuk mewujudkan suatu ide menjadi hal-hal yang kongkrit dan punya nilai. Ketidaktrampilan dalam penggunaan teknik akan berdampak pada karya yang dihasilkan. Demikian dalam hal pemilihan teknik juga harus menjadi bahan pertimbangan dalam pembuatan karya seni. Kesalahan dalam pemilihan teknik, juga akan berdampak pada karya seni yang dihasilkan. Itulah sebabnya aspek penguasaan teknik perlu dipertimbangkan dalam penilaian sebuah karya seni.

    C. Aspek penguasaan bahan

    Setiap bahan mempunyai sifat dan karakteristik yang berbeda, misalnya sifat rotan adalah lentur, logam adalah keras, tanah liat adalah plastis dan masih banyak lagi. Untuk itu seorang pencipta karya seni harus tahu betul sifat dan karakter bahan yang digunakan. Kesalahan dalam memilih bahan juga akan berakibat pada hasil karya yang dibuatnya. Untuk itulah aspek penguasaan bahan dalam penilaian karya seni rupa terapan patut dipertimbangkan.

    D. Aspek kegunaan

    Sebagaimana dalam aspek pertimbangan penciptaan karya seni terapan, perlu mempertimbangkan aspek kegunaan (applied), maka dalam penilaian juga perlu mempertimbangkan aspek tersebut. Hal ini sangat penting mengingat fungsi utama dalam seni rupa terapan adalah kegunaan. Segi-segi penilaian yang perlu dipertimbangkan dalam kegunaan adalah segi kenyamanan dalam penggunaan, segi keluwesan/fleksibelitas dan segi keamanan dalam penggunaannya.

    E. Aspek wujud (form)

    Aspek wujud (form) adalah aspek yang berhubungan erat dengan prinsip-prinsip komposisi. Prinsip-prinsip komposisi itu meliputi proporsi, keseimbangan (balance), irama (ritme), kontras, klimaks, kesatuan (unity). Prinsip itulah yang menjadi ukuran untuk menilai karya seni dari segi wujud atau form.

    F. Aspek gaya atau corak

    Karya seni adalah karya perseorangan, ia lahir dari cita, visi, dan interpretasi individual seorang seniman. Seorang yang mempunyai watak yang keras akan tercermin karya-karya yang keras baik dalam segi bentuk, pewarnaan ataupun dalam pemilihan dan pengelolahan tema. Gaya atau corak seseorang dalam menciptakan karya seni, perlu juga dipertimbangkan dalam penilaian pada sebuah apresiasi.

    G. Aspek kreativitas

    Kreativitas yang dimaksud di sini adalah kreativitas yang bersangkutan dengan karya seni. Banyak cara untuk menemukan kreativitas, misalnya dalam penggunaan media, bahan, alat, dan teknik yang berbeda dari yang sebelumnya. Kreativitas juga bisa didapat dengan menampilkan bentuk-bentuk baru atau memadukan unsur baru dengan yang lama. Bila-halhal di atas dapat dicapai pada penciptaan karya seni rupa, khususnya karya seni rupa terapan, maka penilaian dari aspek ini menjadi penting untuk dipertimbangkan.

    H. Aspek tempat

    Pertimbangan tempat di mana karya itu akan diletakkan harus mendapat perhatian dari seorang perancang karya seni rupa terapan. Seperangkat meja kursi makan dari rotan yang dibuat untuk keperluan rumah tangga, tentunya harus berbeda dengan seperangkat meja kursi makan dari rotan yang dibuat untuk keperluan suatu rumah makan besar.

    I. Aspek selera dan agama

    Seorang seniman yang ingin membuat karya seni terapan yang dapat digunakan oleh orang banyak, harus dapat menyesuaikan karyanya dengan selera dan agama yang dianut oleh pasar. Dalam hal ini selera harus dipertimbangkan hal-hal yang sedang menjadi tren di masyarakat, misalnya dari segi model/bentuk, warna, ukuran, bahan yang digunakan.

    Dalam hal agama, hal-hal yang menjadi bahan pertimbangan, misalnya penerapan motif pada karya seni yang diciptakan, motif Bali akan lebih cocok bagi mereka yang beragama Hindu. Hal-hal seperti itu penting karena jika tidak demikian karya seni yang diciptakan tidak akan mendapat tempat dihati masyarakat. 

  • Warna dan Jenis Alat Musik Barat

    Jenis alat musik barat secara umum dibedakan berdasarkan warna musik yakni Melodis, Harmonis dan Ritmis.

    A. Melodis

    Alat musik melodis, yaitu alat musik yang memainkan melodi lagu. Alat musik melodis, antara lain sebagai berikut:

    a. Rekorder

    Rekorder adalah jenis alat musik tiup. Alat musik ini mempunyai 4 jenis, yaitu rekorder sopranino, rekorder sopran, rekorder alto, dan rekorder bas. Rekorder yang sering digunakan di sekolah adalah rekorder sopran.

    b. Pianika

    Pianika adalah alat musik bertuts yang dimainkan dengan cara ditiup. Bilah-bilah nadanya yang berwarna hitam menghasilkan nada kromatis.

    c. Harmonika

    Harmonika adalah alat musik yang memiliki dua perangkat penggetar berpisah yang berbunyi saat pemain meniup dan mengisap udara dari alat tersebut.

    d. Saxophon

    Saxophon merupakan alat musik tiup bersuara logam dengan jangkauan nada dan kemampuan ekspresinya yang besar. Saxophon diciptakan oleh Adolphne Sax pada tahun 1846. Ada empat jenis saxophon, yaitu saxophon sopran, alto, tenor, dan bariton. Keempatnya dapat membentuk kwartet yang setara dengan kwartet gesek.

    e. Trompet

    Trompet adalah alat musik tiup yang dapat mengeluarkan bunyi berapi-api yang dihasilkan oleh besarnya tenaga yang digunakan untuk memainkan fanfare tetapi juga disebabkan oleh tabung logam yang sempit, lubang silindris, dan corong yang lebar dan mengembang. Musisi jazz memanfaatkan semua bunyi yang dihasilkan alat musik trompet dan trombon. Dengan memainkan kedua alat musik ini, diharapkan akan menghasilkan permainan solo yang memesona.

    f. Hobo

    Hobo, yaitu alat musik tiup yang bersuara lembut dengan lidah getar rangkap. Jangkauan nadanya sampai dua setengah oktaf. Hobo dikenal sejak zaman Mesir Kuno. Pada abad ke-18, alat musik ini tampil pada musik kamar atau konserto. Hobo dibedakan menjadi tiga macam, yaitu hobo cor anglais, hobo diamore, dan hobo masa kini. Karya yang banyak menampilkan alat musik ini, dapat kita dengar pada karya Bellini, Berio, dan Rossini.

    g. Flute

    Flute merupakan alat musik tiup bersuara kaya dan menimbulkan suasana magis. Flute modern lebih mudah dimainkan dan bunyinya lebih jernih.

    h. Klarinet

    Klarinet adalah alat musik tiup yang dikembangkan oleh Theoblad Boem dengan nada tinggi dan nyaring. Klarinet mulai digunakan dalam musik orkes dan band militer pada pertengahan abd ke-18.

    i. Biola

    Biola merupakan alat musik string yang cara memainkannya digesek. Suara biola dengan ekspresi musikal banyak digunakan dalam musik orkestra untuk menghasilkan nada yang tinggi dan menakjubkan dalam jumlah yang besar. Biola hasil karya Stradivarius (1644–1737) dianggap sebagai alat musik terbaik yang pernah dibuat.

    Sejak saat itu, alat musik gesek tidak berubah. Biola yang digunakan dalam orkestra ada dua macam, yaitu biola sopran dan biola alto.

    B. Harmonis

    Alat musik harmonis, yaitu alat musik yang berfungsi mengiringi perjalanan melodi lagu dengan menggunakan akor tertentu. Alat musik harmonis, antara lain sebagai berikut.

    a. Piano

    Piano merupakan alat musik harmonis yang cara memainkannya dengan cara ditekan. Seorang pianis dapat memainkan musik yang bagus baik solo maupun dengan iringan orkes. Piano juga berperan penting bahkan mendominasi atau mengiringi alat musik lain dalam musik pop dan jazz.

    Piano terbaik adalah piano sayap (grand piano), baik dalam bunyi maupun ukuran. Piano tegak lebih banyak digunakan karena hanya membutuhkan tempat yang kecil dan harganya lebih murah.

    b. Keyboard

    Musik keyboard jenis organ yang perolehan nada dan warna bunyinya merupakan hasil olahan secara elektronik.

    c. Electon

    Electon adalah alat musik keyboard yang nada-nadanya diperoleh dari tiupan udara ke dalam sejumlah pipa pada organ mekanis. Penaikan udara diatur oleh tenaga simpanan dengan perangkat sejenis engkol sehingga organ seakan-akan berbunyi sendiri. Pada organ elektrik, prinsip dasarnya menyerupai organ asli, namun penyediaan udara dibuat dengan bantuan tenaga listrik.

    d. Gitar

    Gitar adalah alat musik petik yang sangat populer di masyarakat. Gitar umumnya berdawai enam dan berbahan dari kawat atau nilon. Gitar dimainkan dengan jari-jari tangan atau dengan bantuan sebuah plektrum. Dalam kegiatan musik, gitar berperan sebagai alat musik tunggal maupun pengiring musik atau lagu.

    Jangkauan nada gitar cukup luas, lebih dari tiga oktaf, dimulai dari nada E oktaf besar. Notasinya dituliskan satu oktaf lebih tinggi dari bunyi sebenarnya. Gitar spanyol (klasik) didesain oleh tukang kayu dari Spanyol Antonio de Torres Jurado dari abad ke-19. Gitar yang dimainkan dalam musik pop biasanya memiliki plat jari pada badannya Gambar 11.23 Gitar untuk melindungi gitar dari gesekan.

    Alat Musik Ritmis di Barat

    Alat musik ritmis, yaitu alat musik yang berfungsi untuk mengatur jalannya irama musik atau ritme lagu. Yang termasuk alat musik ritmis adalah sebagai berikut.

    1. Tamborin adalah alat musik jenis rebana, dengan atau tanpa hiasan kerincing logam di sekitar bingkai atau kerangkanya. Tamborin dipakai pada orkes modern atau dangdut.
    2. Triangle atau trikona adalah alat musik perkusi berbentuk lengkung segi dan terbuat dari baja. Alat musik ini dimainkan dengan pemukul kecil dari logam, bunyinya lembut dan tidak bernada. Namun, dentingan nyaring triangle sering terdengar dalam orkes maupun band.
    3. Tabla adalah alat musik India yang banyak dimainkan dalam berbagai kegiatan, misalnya sebagai pengiring sitar. Alat musik ini semacam gendang yang dimainkan berpegang dengan ketinggian bunyi yang berbeda.
    4. Simbal menghasilkan gema benturan saat dipukul dengan stik dan dapat digunakan untuk menandai bagian klimaks musik. Simbal ini dipasang pada penyangga di atas kedudukannya.
    5. Bongo, sepasang gendang kecil dan pendek yang ditata berbeda tingginya dan dimainkan dengan tangan terbuka. Alat musik ini terkenal dalam musik rumba dari Amerika Latin.
    6. Drum set adalah seperangkat alat musik perkusi, khususnya jenis drum yang jumlah dan macamnya tidak tentu, dan dapat dimainkan oleh seorang pemain saja. Pada susunan alat musik drum set yang sederhana terdiri atas snar drum, tenor drum, bass drum, dan simbal.
    7. Kastanyet adalah lonceng kayu yang dipegang dengan tangan.
    8. Kabassa adalah derik Amerika Selatan yang manik-manik bajanya diuntai bagian luarnya.
    9. Marakas adalah sepasang derik Amerika Selatan yang biasanya dibuat dari labu berongga yang berisi biji-bijian atau dari kayu berisi manikmanik. Alat musik ini biasanya digoyang dengan kedua tangan.
    10. Pauken atau timpani, yaitu alat musik perkusi sejenis drum atau genderang. Alat musik ini merupakan alat musik simponi, biasanya terletak di belakang alat-alat musik lainnya. Selain badannya yang besar, alat musik timpani merupakan alat musik ritmis yang bernada atau dapat distem tinggi rendahnya.