Blog

  • Uji Validitas Kuesioner Penelitian

    Uji Validitas Kuisioner dalam Penelitian adalah upaya yang dilakukan untuk memberikan jamina instrumen yang digunakan sudah tepat mengukur nilai dari variabel penelitian yang hendak diukur. Uji validitas ini dilakukan dalam tiga aspek yakni konstruk, tampang dan empirik. Dalam upaya uji dilibatkan pendapat pakar dan praktisi di bidang yang sedang diteliti.

    Validitas Kuesioner

    Validitas kuisioner adalah ketepatan dan kesesuian instrumen dalam mengukur variabel yang hendak diukur. Validitas ini terbagi atas dua aspek yakni valid konstruk dan valid empirik. Instrumen yang valid akan menghasilkan data yang valid sehingga menjadi aspek penting dalam suatu penelitian.

    A. Validitas konstruk

    Validitas konstruk adalah kesesuaian instrumen yang disusun dengan konsep, variabel dan seluruh atribut yang melekat dengan objek. Tiga aspek saling berkaitan dalam pengukuran sehingga ketidak sinkornan salah satu nya akan membuat instrumen menjadi tidak valid untuk digunakna mengumpulkan data.

    Konstruksi instrumen disusun dengan mengumpulkan konsep dan teori yang berkaitan dengan tiga aspek tersebut. Konsep dan teori ini dikumpulkan berdasarkan kajian mengenai penelitian paling baru dan juga pendapat pakar yang dituangkan dalam buku, artikel jurnal dan hal-hal yang bersifat formal akademik lainnya seperti orasi ilmiah dan opini pakar.


    Dalam upaya menguji Validitas

    Validitas konstruks adalah kerangka dari dari suatu konsep. Untuk mencari kerangka konsep dapat ditempuh dengan:

    1. Mencari definisi konsep yang dikemukakan oleh para ahli yang tertulis dalam literatur
    2. Jika dalam literatur tidak didapatkan definisi konsep yang ingin diukur, peneliti harus mendifinisikan sendiri konsep tersebut (dengan bantuan para ahli)
    3. Menanyakan definisi konsep yang akan diukur kepada calon responden atau orang yang mempunyai karakteristik yang sama dengan responden.
    • Validitas isi kuesioner ditentukan oleh sejauh mana isi kuesioner tersebut mewakili semua aspek yang dianggap sebagai aspek kerangka konsep. Misal konsep yang mau diteliti terdiri dari tiga aspek, maka kuesioner yang dibuat harus menanyakan tentang ketiga aspek tersebut, jika hanya menanyakan satu aspek saja berarti kuesioner tersebut tidak memiliki validitas isi yang tinggi.
    • Validitas eksternal adalah validitas yang diperoleh dengan cara mengkorelasikan kuesioner baru dengan tolok ukur eksternal yang sudah valid, misal skala pengukur motivasi untuk berprestasi yang diciptakan oleh Mehrabian (1973) yang sudah teruji kevalidanya. Jika kita mau menciptakan kuesioner baru, maka hasil pengukurannya harus dikorelasikan dengan kuesioner yang sudah vailid dengan menggunakan uji korelasi, bila korelasinya tinggi dan signifikan berarti kuesioner yang baru memiliki validitas yang memadai.

    Uji Validitas Kuesioner

    PENGUJIAN VALIDITAS KONSTRUK (CONSTRUCT VALIDITY)

    • Untuk menguji validitas konstruk, maka dapat digunakan pendapat dari para ahli (judment experts). Untuk itu kuesioner yang telah dibuat berdasakan teori tertentu, dikonsultansikan kepada ahlinya (minimal tiga) untuk mendapatkan tanggapan atas kuesioner yang telah kita buat, saran para ahli dapat tanpa perbaikan, dengan perbaikan atau dirombak total
    • Setelah pengujian konstruk selesai, perlu diteruskan dengan uji coba kuesioner tersebut para populasi yang mempunyai kriteria serupa, setelah data ditabulasi maka pengujian validitas konstruk dilakukan dengan analisis faktor, yaitu mengkorelasikan antar skor item kuesioner.

    PENGUJIAN VALIDITAS ISI (CONTENT VALIDITY)

    • Pengujian validitas isi dilakukan dengan membandingkan antara isi kuesioner dengan isi yang terdapat dalam konsep, misalkan seorang dosen memberi ujian dengan soal yang telah diajarkan berarti dosen tersebut telah memberi soal yang memenuhi validitas isi.
    • Untuk pengujian validitas konstruksi dan validitas isi dapat dilakukan dengan uji coba kuesioner tersebut pada responden yang mempunyai karakteristik sama, kemudian hasil masing-masing item kuesioner dikorelasikan dengan skor total (korelasi product moment)

    PENGUJIAN VALIDITAS EKSTERNAL

    • Validitas eksternal kuesioener diuji dengan cara membandingkan antara kriteria yang ada pada kuesioner dengan fakta-fakta emperis yang terjadi di lapangan, misalkan kuesioner untuk mengukur kinerja pegawai di Puskesmas, maka kriteria kinerja yang ada pada kuesioner tersebut perlu dibandingkan dengan catatan emperis kinerja yang ada di Puskesmas, bila terdapat kesamaan antara kinerja di kuesioner dengan fakta di lapangan maka dapat dikatakan kuesioner tersebut mempunyai validitas eksternal yang tinggi.

    CARA MENGUJI VALIDITAS KUESIONER

    1. Mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur
    2. Melakukan uji coba kuesioner tersebut pada sejumlah responden, disarankan jumlah responden untuk uji coba minimal 30 responden (mendekati kurve normal)
    3. Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban
    4. Menghitung korelasi antara masing-masing item dalam kuesioner dengan skor total, dengan menggunakan teknik korelasi product moment

    Dengan bantuan software komputer, nilai “r” masing-masing item dalam kuesioner dapat dihitung, misalkan ada 10 item kuesioner dengan hasil “r” sebagai berikut:

    1 = 0,884

    2 = 0,893

    3 = 0,931

    4 = 0,811

    5 = 0,920

    6 = 0,705

    7 = 0,827

    8 = 0,893

    9 = 0,867

    10 = 0,564

    Angka “r” hitung dari komputer harus dibandingkan dengan “r” tabel (angka kritik)

    Cara melihat angka kritik dalam tabel adalah dengan melihat baris N-2,dimana N adalah jumlah responden, misalkan jumlah responden 10 orang, maka jalur yang dilihat adalah baris 10 – 2 = 8, untuk taraf signifikansi 5 % angka kritiknya adalah 0,632 sedangkan untuk taraf signifikansi 1 % angka kritiknya adalah 0,765

    CARA MENENTUKAN VALIDITAS

    • Bila kita menggunakan taraf signifikansi 5% maka angka kritisnya adalah 0,632, kemudian masing-masing “r” hitung item dalam kuesioner dibandingkan dengan “r” kritis. Item dalam kuesioner dikatakan valid jika hasil “r” hitung lebih besar dari “r” kritis
    • Berarti dari 10 item kuesioner diatas, item nomer 1 s/d 9 dinyatkan valid karena nilai ‘r’ hitung lebih besar dari nilai “r” kritis, sedang item nomer 10 dinyatakan tidak valid karena “r” hitung lebih kecil dari “r” kritis
    • Untuk item yang tidak valid, tidak dapat digunakan sebagai item kuesioner, dan harus diganti dengan item kuesioner lain yang valid. Oleh karena itu kita harus membuat item kuesioner cadangan, agar dapat digunakan kalau ada item kuesioner yang tidak valid.

    REFERENSI

    1. Sugiyono, 2010, Statistika untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta
    2. Singarimbun, 1989, Metode Penelitian Survai, Jakarta: LP3ES
  • Desain Instruksional Model Addie

    Dalam proses pembelajaran, hal penting yang harus selalu disiapkan atau diupayakan oleh guru secara maksimal  adalah bagaimana menyampaikan suatu materi. Dengan adanya perubahan dan pembaharuan pendidikan, khususnya dalam proses pembelajaran maka upaya tersebut dituntut lebih . Guru harus inovatif dan efektif dalam menyajikan pembelajaran, mendorong siswa aktif dan kreatif, serta materi dapat dengan mudah difahami siswa dengan cara menciptakan suasana belajar yang  menyenangkan namun tetap sesuai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

    Untuk itu seorang guru harus mempersiapkan  atau merencanakan kegiatan pembelajaran dengan baik dan tepat. Dalam penyusunan perencanaan tersebut, guru harus memiliki  tambahan kemampuan karena yang disusun bukan sekedar memindahkan materi dari buku paket ke dalam perencanaan namun mengembangkan bahan ajar/materi yang akan dibahas/diajarkan  juga bagaimana melakukan atau membangun komunikasi dengan siswa, menata urutan materi, memilih metode/model pembelajaran, memilih media dan sumber belajar yang tepat, mengelola kelas serta  menyusun instrument penilaian.  Perencanaan atau rancangan kegiatan belajar  inilah yang disebut Desain Instruksional (Pembelajaran).

    Beberapa definisi desain instruksional menurut para ahli adalah sebagai berikut:

    ·      The process of deciding what metods of instruction are best for bringing about desired changers in student knowledge and skills  for a specific course content and a specific student populations.

    Reigeluth, (1983) in Richey, Rita C., Klein, James D., and Tracey, Monica W. (2011).The Instructional Design Knowledge Base: Theory, Research, and Practice. New York: Routledge. (p.2)

    Reigulth menyampaikan bahwa desain instruksional merupakan proses penentuan metode pembelajaran untuk perubahan/perbaharuan pengetahuan dan keterampilan siswa.

    ·      Instructional Design means more than literally creating instruction. It is associated with the broader concept of analyzing human performance problem systematically, identifying the root causes of those problems, considering various solutions to address the root causes, and implementing the solutions in ways designed to minimize the unintended consequences of corrective action. 

    Rothwel, Wiliam J., and Kazanas, H.C. (2004). Mastering the Instruction Design Process: A Systematic Approach. USA . Pfeiffer.     (p. 3)

    Menurut Rothwel, desain pembelajaran berkaitan dengan menganalisis kinerja manusia secara sistematis dengan cara mengidentifikasi dan mengatasi akar permasalahannya, serta menerapkan solusi yang telah dirancang.

    ·      Instructional Design is an iterative process of planning performance objectives, selecting instructional strategies, choosing media and selecting or creating materials, and evaluations

    Branch, Robert M (2009). Instructional Design: The ADDIE Approach. New York:Springer. (p.8)

    Robert mendefinisikan desain instruksional sebagai suatu proses merencanakan tujuan kinerja, menentukan strategi pembelajaran, memilih media dan menentukan atau membuat bahana ajar  dan evaluasi.

    Menurut penulis, desain instruksional adalah rancangan yang disusun secara sistemis untuk menghasilkan  pembelajaran yang berkualitas dari segala aspek sehingga dapat meningkatkan kinerja peserta didik.

    Desain pembelajaran muncul dan tumbuh dengan dipengaruhi oleh berbagai teori dari beberapa disiplin ilmu diantaranya  ilmu komunikasi dan psikologi belajar.

    Model ADDIE

    Desain Pembelajaran Model ADDIE adalah  salah satu proses pembelajaran yang bersifat interaktif dengan tahapan-tahapan dasar pembelajaran yang efektif, dinamis dan efisien.

    Model ADDIE (Analysis, Design, Development, Implementation, Evaluations) berawal dari konsep Model Desain Instruksional dan Teori untuk Angkatan Darat AS pada tahun 1950. Kemudian pada tahun 1975 dikembangkan lagi oleh Florida State University untuk digunakan pada semua Angkatan Bersenjata AS.

    Praktisi pendidikan membuat beberapa revisi dan di pertengahan 1980-an muncullah model yang lebih interaktif dan dinamis dari aslinya. Model ini kemudian dapat digunakan untuk berbagai macam bentuk pengembangan produk seperti strategi dan metode pembelajaran, media dan bahan ajar. Model ADDIE dapat menjadi pedoman dalam membangun perangkat dan infrastruktur program pelatihan atau pembelajaran yang efektif, dinamis dan mendukung kinerja pelatihan itu sendiri dengan beberapa tahapan.

    Model ADDIE merupakan salah satu model yang sering digunakan dalam kegiatan pelatihan dan pengembangan SDM.  Model ADDIE terdiri dari 5 langkah :

    1. Analyze
    2. Design
    3. Develop
    4. Implement
    5. Evaluate

    Langkah dalam Model ADDIE :

    1. Analyze (Analisis)

    Pada tahapan ini, dilakukan analisa tentang beberapa hal yang perlu diketahu sebelum kegiatan pelatihan dilakukan. Seperti tujuan penyelenggaraan training, siapa peserta dan apa yang menjadi kebutuhan peserta training terkait dengan materi, metode, teknik pembelajaran, dan lain-lain.

    2. Design (desain)

    Dalam tahap desain ini seorang perancang pelatihan perlu melakukan perencanaan awal untuk program pelatihan/pembelajaran, perancangan materi pelatihan dan perencanaan evaluasi pelatihan secara konseptual yang nantinya akan dijadikan dasar dalam tahap pengembangan.

    3. Develop (pengembangan)

    Pada tahapan ini kegiatan dilakukan dengan merealisasikan konsep yang sudah dibuat pada tahap desain. Kegiatan pengembangan adalah merealisasikan kerangka yang dibuat dalam bentuk materi pelatihan, persiapan peralatan yang akan digunakan dan pembuatan evaluasi pelatihan.

    4. Implement (implementasi)

    Tahapan implementasi adalah tahapan dimana program pelatihan dilaksanakan. Program pelatihan dilakukan sesuai rencana yang sudah dibuat.

    5. Evaluate (evaluasi)

    Tahap akhir adalah evaluasi. Evaluasi dilakukan guna meninjau kembali pelaksanaan pelatihan apakah sudah sesuai dengan kebutuhan atau tidak. Kemudian evaluasi juga digunakan oleh perancang pelatihan untuk memperbaiki kekurangan metode yang akan digunakan, sehingga kegiatan pembelajaran kedepannya dapat dirancang dengan lebih baik lagi.

    Best Practice

    Skema desain pembelajaran model ADDIE membentuk siklus yang terdiri dari 5 tahapan. Berikut adalah penerapan ADDIE di sebuah Sekolah Alam tingkat sekolah dasar:

    1.    Analysis (Analisis) 

    Pihak sekolah menemukan permasalahan di lapangan terkait pengembangan dan pelaksanaan pembelajaran tematik. Hal ini ditindaklanjuti dengan pengumpulan data melalui kunjungan dan observasi kelas, wawancara dan pemberian angket kepada para guru. Diharapkan melalui tindak lanjut ini, akan diperoleh gambaran yang riil tentang kondisi permasalahan tersebut dan akan menjadi input untuk tindakan selanjutnya.  

    Berikut ini adalah resume dari hasil pengumpulan data:

    a.    Permasalahan:

    • Guru kesulitan dalam mencari atau menentukan tema dan sub tema sesuai konsep pembelajaran tematik
    • Guru kesulitan mengeksplor aktifitas asyik yang harus dikaitkan dan dikembangkan sesuai tema
    • Guru kesulitan dalam mencari/menggali materi sesuai dengan potensi lingkungan sekitar ataupun SDA  dan budaya setempat
    • Guru kesulitan dalam mengaitkan materi sesuai SKKD dengan tema
    • Guru kesulitan dalam melakukan pemetaan bagi Kompetensi Dasar yang lintas semester dan Kompetensi Dasar yang tidak sesuai dengan tema
    • Guru kesulitan dalam merumuskan keterpaduan berbagai mata pelajaran pada langkah pembelajaran dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
    • Guru  belum memahami konsep tematik sehingga masih sering mengajar per mata pelajaran
    • Keterbatasan pengetahuan dan kemampuan guru dalam mengajarkan lagu/rhyme sesuai tema

    b.   Profil guru

    Berikut  data yang diperoleh tentang guru:

    Berdasarkan lama mengajar:

    • 40 % guru adalah guru baru dan fresh graduated (pengalaman pertama mengajar)
    • 35% guru yang telah mengajar 1-2 tahun
    • 25% guru yang telah mengajar selama 3 tahun atau lebih

    Berdasarkan pemahaman konsep pembelajaran tematik dan aplikasinya:

    • 20% guru cukup memahami konsep pembelajaran tematik serta aplikasinya
    • 30% guru cukup memahami konsep pembelajaran tematik namun belum terlihat dalam aplikasinya
    • 50% guru belum memahami konsep pembelajaran tematik

    c.    Profil lingkungan

    • Sekolah berada di pinggiran perkotaan, dekat dengan pusat bisnis serta berada diantara perumahan modern (komplek) dan perumahan biasa
    •  Area sekolah cukup luas dan asri, dengan banyaknya pepohonan juga serangga serta beberap binatang lainnya
    • Perpustakaan dan koleksi buku cukup lengkap tersedia
    • Ruang IT tersedia
    • Listrik dan wifi tersedia

    d.   Pengembangan wawasan dan keilmuan

    • 85% guru merasa membutuhkan pelatihan konsep pembelajaran tematik serta aplikasinya
    • 15% guru tidak merasa membutuhkan pelatihan konsep pembelajaran tematik serta aplikasinya

    2.    Design (Desain)

    Berdasarkan hasil analisis, maka diputuskan bahwa 85% guru akan mengikuti pelatihan dan 15% akan mengikuti TOT Pembelajaran Tematik. Pihak sekolah dan trainer merancang pelatihan yang muatan materinya disesuaikan dengan kebutuhan para guru. Berikut ini adalah desain untuk Pelatihan Pembelajaran Tematik:

    a.    Sasaran

    85% guru atau sebanyak 30 orang, wajib mengikuti pelatihan pembelajaran tematik, materi dimulai dari basic (landasan dan hal-hal mendasar untuk menguatkan pemahaman guru)

    No. Judul Materi Durasi
    1.Landasan pembelajaran tematik120 menit
    2.Konsep dasar pembelajaran tematik190 menit
    3.Konsep dasar pemetaan170 menit
    4.Review materi hari pertama30 menit
    5.Aplikasi pembelajaran tematik di Sekolah Alam250 menit
    6.Simulasi mengajar (microteaching) dengan konsep pembelajaran tematik dan pembuatan RPP155 menit
    7.Evaluasi dan refleksi45 menit

    Kegiatan secara rinci pada Rencana Pelaksanaan Pelatihan.

    c.    Waktu pelatihan:

    2 (dua) hari, 8 jam perhari

    d.   Metode Presentasi,  diskusi kelompok, simulasi,  games

    • Untuk kegiatan presentasi pada hari pertama, para guru sebagai peserta pelatihan akan dibagi menjadi 6 (enam) kelompok sehingga tiap kelompok terdiri dari 5 guru. Tiap kelompok akan mendapat giliran presentasi sebanyak 3 kali. 2 kelompok pertama melakukan presentasi pada sessi 1, 2 kelompok kedua pada sessi 2, dan 2 kelompok ketiga pada sessi 3..
    •  Sedangkan pada kegiatan presentasi hari kedua, pada sessi 2 anggota kelompok akan  dibentuk baru. Para guru sebagai peserta pelatihan akan dibagi menjadi 10 (sepuluh) kelompok, 3 orang perkelompok. Pada sessi 3 setiap 5 (lima) kelompok akan menjadi 1 (satu) kelompok besar sehingga akan terbentuk 2 (dua) kelompok besar.

    e.   Mediainfocus, audio, papan tulis besar, spidol, papan tulis kecil, sticky note. laptop

    Media penunjang lainnya: alat tulis (spidol besar, spidol kecil, pinsil warna, krayon) kertas A4, karton manila/kertas plano, lakban, selotif, gunting, kabel roll

    f.     Sarana: Ruangan tertutup atau semi tertutup sesuai dengan jumlah peserta

    3.       Development (Pengembangan)

    Berdasarkan hasil analisa dan disain yang telah disusun, pihak sekolah dan trainer melakukan kajian materi dan  mengembangkan  modul  pelatihan, menyiapkan lembar kegiatan atau teknik evaluasi  permateri, menyiapkan games, ice breaking, dan menyiapkan sumber belajar lainnya yang akan digunakan. 

    4.       Implementation (Implementasi)

    Implementasi adalah langkah nyata untuk menerapkan  sistem dan desain pelatihan yang telah disusun sehingga tujuan – tujuan yang telah ditetapkan tercapai.

    5.       Evaluation (Evaluasi)

    Evaluasi adalah sebuah proses yang dilakukan untuk memberikan nilai terhadap program pembelajaran. Pada model ini, evaluasi yang yang dilakukan adalah:

    a.    Evaluasi formatif

    s Setiap selesai melakukan proses pada setiap tahapan

    s Setiap selesai materi pelatihan/persessi dilakukan evaluasi dengan cara membagikan kertas evaluasi dan refleksi. Dalam kegiatan ini peserta diminta menuliskan beberapa hal/kata/kalimat kunci dari materi yang disampaikan untuk mengecek pemahaman dan refleksi dari para peserta training terkait  kebermanfaatan  materi yang disampaikan kaitannya dengan kebutuhan/aplikasi  di lapangan

    s Simulasi mengajar (microteaching) dan pembuatan RPP pada akhir kegiatan

    s Evaluasi untuk 4 materi pada akhir pelatihan (lembar evaluasi penyelenggaraan pelatihan)

    b.   Evaluasi sumatif

    Mengevaluasi keberhasilan program pelatihan dengan cara melakukan evaluasi langsung di lapangan. Dalam 2 bulan,  secara terjadwal pihak sekolah melakukan:

    s Monitoring dan pendampingan di kelas saat penyusunan RPP

    s Monitoring dan pendampingan kegiatan pembelajaran

  • Laporan Prakerin di Dinas Pemadaman Kebakaran Kota Cimahi

    Laporan Prakerin di Dinas Pemadaman Kebakaran Kota Cimahi

    Contoh laporan praktek kerja industri di Dinas Pemadam Kebakaran Kota Cimahi.

    Prakerin di Dinas Pemadaman Kebakaran Kota Cimahi

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Tujuan Pendidikan Nasional untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yaitu pribadi yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, demokratis, menjunjung tinggi hak asasi manusia, menguasai ilmu pengetahuan teknologi dan seni, memiliki keterampilan hidup yang berharkat dan bermartabat serta memiliki tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan yang mampu mewujudkan kehidupan bangsa yang cerdas dan berdaya saing di era globalisasi.

    Pendidikan Sistem Ganda atau Prakerin akan menjadi salah satu model pendidikan yang paling efektif mendekati kesesuaian antara supply dan demand ketenagakerjaan, sesuai dengan kebijakan Departemen Pendidikan Nasional tentang Kurikulum Berbasis Kompetensi.

    Prakerin bagi siswa SMK adalah untuk mengetahui lebih dini dari lingkungan kerja sesuai dengan bidangnya, tidak hanya kompetensi yang dibutuhkan, tetapi juga sosial skills bagaimana berinteraksi dengan sesama teman, anak buah, atasan, menyampaikan pesan dan perintah, dan lain-lain yang tidak diajarkan di sekolah peserta prakerin akan lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan kerja.
    Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis menyusun Laporan Prakerin dengan Judul “Input-Output Surat Masuk dan Surat Keluar pada Bagian Pemadam Kebakaran”.

    B. Maksud Dan Tujuan

    Maksud penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat Uji Kompetensi SMK. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kerja praktik ini adalah sebagai berikut :

    1. Mendeskripsikan kegiatan Praktik Kerja Industri di Bagian Kantor Pemadam Kebakaran Kota Cimahi.
    2. Mengetahui kegiatan yang dilaksanakan di Bagian Kantor Pemadam Kebakaran Kota Cimahi.
    3. Mengetahui hasil kegiatan Prakerin di Bagian Kantor Pemadam Kebakaran Kota Cimahi.

    C. Manfaat 

    a. Manfaat Teoritis

    Laporan ini diharapkan dapat dijadikan bahan referensi bagi laporan yang sama dalam rangka Praktik Kerja Industri untuk tahun yang akan datang.

    b. Manfaat Praktis
    1. Bagi penulis, sebagai sarana untuk menerapkan hasil Praktik Kerja Industri sekaligus dapat menambah wawasan dan pengetahuan yang berguna untuk mengoptimalkan peran praktikan industri.
    2. Bagi sekolah, sebagai dokumentasi Praktik Kerja Industri.

    Bab II. Selayang Pandang Perusahaan

    A. Sejarah Perusahaan

    Brandweer atau Pemadam Kebakaran belum ada di Batavia hingga awal abad 20. Di masa sebelum Brandweer ada, orang mengandalkan jasa tukang ronda. Tiap lingkungan atau rumah warga diwajibkan menyiapkan Kentongan Kayu serta pasir. Kentongan ini dipukul saat terjadi kebakaran, dan bencana lainnya, sedangkan pasir digunakan untuk pemadaman awal kebakaran.

    Cara menangani kebakaran seperti itu tentu lama kelamaan menjadi tidak efektif sehingga tidak dilanjutkan lagi yang tertulis pada buku “Jarboek Van Batavia En Omstreken”. Dalam sidang-sidang Kotapraja usulan mendesak agar Kotapraja punya satu Korp Pemadam Kebakaran terus didengungkan.

    Pada tahun 1918 terjadi kebakaran besar di Kwitang. Momen itulah yang kemudian menyentak orang termasuk para petinggi Kotapraja, karena kebakaran besar itu tak mampu dipadamkan hanya dengan sistem anak pompa. Akhirnya, persis di tahun 1919 secara resmi Kotapraja Batavia memiliki Pemadam Kebakaran.

    Persoalan tak lantas selesai. Masalah bagaimana mendapatkan air dengan cepat menjadi masalah selanjutnya. Seringkali kebakaran terjadi di kawasan yang jauh dari sumber air, sungai misalnya dan saluran air yang mungkin ada di dekat lokasi kebakaran sering kering di musim kemarau dan berlumpur pula. Untuk mengatasi masalah itu, lahirlah Sumur Kebakaran yang dibuat di beberapa tempat. Air Sumur Bor dialirkan ke Sumur Kebakaran.

    Markas Pemadam Kebakaran di Kotapraja Batavia ini masih ditempati oleh Pemadam Kebakaran DKI Jakarta, yaitu di Gang Ketapang. Diabad 20 itu Tangsi Pemadam Kebakaran memiliki Kantor, Ruang Jaga, dan Garasi dengan tiga Mobil Penyemprot Air. Enam sepeda juga menjadi bagian dari perangkat Pemadam Kebakaran ini. Dan kini Pemadam Kebakaran mulai berkembang, di Jakarta saja sudah ada enam Sudin Pemadam Kebakaran Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, Jakarta timur dan Sudin Pulau Seribu dan didukung UPT Pusdiklatsar.

    B. Lokasi Perusahaan

    Bagian Kantor Pemadam Kebakaran di Jalan Mahar Martanegara Kompleks Pilar Mas  Nomor 2.

    C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

    a. Waktu

    Praktik Kerja Industri dilaksanakan pada tanggal 9 Januari s.d 7 April 2017. Mulai pukul 08.00 s.d. 12.00

    b. Tempat

    Bagian Pencegahan, Kantor Pemadam Kebakaran Kota Cimahi.

    D. Struktur Organisasi Departemen

    Contoh Struktur Organisasi Perusahaan

    Bab III. Laporan Kegiatan

    A. Landasan Teoritis (Bidang  yang  Dilaporkan)

    I. Pengertian Rekayasa Perangkat Lunak

    Rekayasa Perangkat Lunak adalah rancang bangun program-program komputer dengan metode atau cara, teknik dan alat bantu tertentu(Roger Pressman). Banyak definisi yang muncul berkaitan dengan istilah Rekayasa Perangkat Lunak akan tetapi secara umum dapat disimpulkan bahwa Rekayasa Perangkat Lunak adalah pengembangan perangkat lunak dengan menggunakan prinsip-prinsip rekayasa, sehingga dihasilkan produk perangkat lunak yang ekonomis, handal dan bekerja efisien pada dunia nyata. Dalam kegiatan perekayasaan perangkat lunak, terdapat 3 elemen kunci, yaitu :

    1. Metode, yaitu teknik pengembangan perangkat lunak yang menawarkan alur dan konfigurasi proses pengembangan.
    2. Proses, yaitu aktualisasi pengembagan perangkat lunak mulai dari proses analisis kebutuhan sampai validasi.
    3. Alat, yaitu berfungsi sebagai pendukung metode sehingga metode tersebut dapat digunakan lebih efektif dan efisien.

    Adapun tujuan dari Rekayasa Perangkat Lunak adalah untuk menghasilkan suatu produk Perangkat Lunak. Sedangkan produk Perangkat Lunak adalah system perangkat lunak yang tidak hanya terdiri dari perangkat lunak, tetapi termasuk dengan dokumentasinya yang menggambarkan cara menginstalasi dan menggunakan perangkat lunak yang dibangun tersebut.

    II. Ruang Lingkup

    Sesuai dengan definisi yang telah disampaikan sebelumnya, maka ruang lingkup RPL dapat digambarkan sebagai berikut:

    Ruang lingkup RPL (Abran Et.Al., 2004)           

    • Software Requirements berhubungan dengan spesifikasi kebutuhan dan persyaratan perangkat lunak
    • Software Design mencakup proses penampilan arsitektur, komponen, antar muka, dan karakteristik lain dari perangkat lunak
    • Software Construction berhubungan dengan detail pengembangan perangkat lunak, termasuk algoritma, pengkodean, pengujian dan pencarian kesalahan
    • Software Testing meliputi pengujian pada keseluruhan perilaku perangkat lunak
    • Software Maintenance mencakup upaya-upaya perawatan ketika perangkat lunak telah dioperasikan
    • Software Configuration management berhubungan dengan usaha perubahan konfigurasi perangkat lunak untuk memenuhi kebutuhan tertentu
    • Software Engineering Management berkaitan dengan pengelolaan dan pengukuran RPL, termasuk perencanaan proyek perangkat lunak
    • Software Engineering Tools and Methods mencakup kajian teoritis tentang alat bantu dan metode RPL
    • Software Engineering Process berhubungan dengan definisi, implementasi pengukuran, pengelolaan, perubahan dan perbaikan proses RPL
    • Software Quality menitik beratkan pada kualitas dan daur hidup perangkat lunak
    III. Pengertian Visual Basic

    Visual Basic adalah salah satu dari bahasa pemrograman yang digunakan untuk membuat program aplikasi berbasis windows dengan mode grafis Graphic User Interface (GUI) dan menggunakan bahasa pemrograman BASIC sebagai bahasa originalnya.

    Visual basic merupakan pengembangan dari bahasa pemrograman BASIC dengan berprinsip pada Integrated Development Environment (IDE). Visual Basic mampu membuat program berbasis windows dengan bahasa BASIC yang hampir sama dengan versi BASIC untuk DOS, namun perbedaannya adalah Visual Basic menggunakan Object Oriented Programming (OOP) dan Event-Driven Model of Programming (eksekusi program tergantung pada event yang sedang terjadi pada tiap objek).selain itu Visual Basic menyediakan fasilitas kontrol-kontrol pembuatan objek untuk program aplikasi, seperti : textbox, CommandButton, label dan sebagainya.

    Pada waktu memulai Visual Basic, beberapa window kecil berada didalam window besar (window induk), bentuk inilah yang dikenal dengan format Multiple Document Interface (MDI).

    IV. Input-Output Surat Masuk dan Surat Keluar

    a. Input (Masukan)

    Tahap ini merupakan proses memasukkan data ke dalam sistem komputer melalui input device.

    b. Output (Keluar)

    Tahap ini merupakan proses menghasilkan output dari hasil pengolahan data yang berupa informasi hasil pengolahan.

    c. Surat Masuk

    Surat masuk adalah surat-surat yang diterima oleh suatu organisasi/perusahaan yang berasal dari seseorang atau dari suatu organisasi.

    d. Surat Keluar

    Surat keluar adalah surat-surat yang dikeluarkan/dibuat suatu organisasi /perusahaan untukdikirimkan kepada pihak lain, baik perseorangan maupun kelompok.

    B. Deskripsi Kegiatan Prakerin

    Selama melaksanakan kegiatan Praktik Kerja Industri tidak banyak kegiatan yang saya lakukan, dikarenakan administrasi di sana yang masih tergolong sedikit. Kegiatan dari hari senin sampai dengan hari jumat diawali dengan melaksanakan upacara atau apel pagi kemudian dilanjutkan dengan mengisi daftar hadir dengan menandatangani absen dan mengerjakan tugas seperti semestinya. Ada dua tempat lokasi kerja, Gedung Pemadam Kebakaran, dan Kantor Pemadam Kebakaran tepatnya di komplek Pilar Mas.

    Saya ditempatkan di Kantor Pemadam Kebakaran. Salah satu kegiatan yaitu menginput-output Surat Masuk dan Surat Keluar. Pada proses penginputan data maka yang biasa dilakukan memasukkan data kedalam komputer. Selanjutnya akan diproses ketahap selanjutnya.

    Tahap selanjutnya, yaitu tahap output data. Pada tahap ini, data yang sebelumnya sudah terproses dan selesai dibuat maka langkah selanjutnya adalah data tersebut akan dicetak dan digandakan menjadi beberapa salinan dokumen untuk diarsipkan.

    C. Kegiatan Yang Dilaksanakan

    NOHari Dan TanggalJenis Kegiatan
    1Kamis, 12 Januari 2017Membuat Lembar Disposisi
    2Senin,16 Januari 2017Membuat Buku Agenda Surat Masuk dan Surat Keluar
    3Rabu, 18 Januari 2017Menandai berkas yang belum lengkap
    4Kamis, 19 Januari 2017Membuat sistem informasi Surat Masuk dan Surat Keluar
    5Jum’at, 20 Januari 2017Menandai berkas yang belum lengkap
    6Kamis, 26 Januari 2017Menjadi seksi dokumentasi selama kunjungan TK
    7Kamis, 26 Januari 2017Menghitung durasi saat praktik pemadaman
    8Rabu, 1 Februari 2017Mengarsipkan surat
    9Kamis, 2 Februari 2017Mengarsipkan surat
    10Jum’at, 3 Februari 2017Mengarsipkan surat dengan kriteria tanggal kejadian
    11Jum’at, 3 Februari 2017Memilah sasaram kerja pegawai
    12Jum’at, 3 Maret 2017Membuat Laporan Pelaksanaan Perjalanan Dinas
    13Selasa, 21 Maret 2017Menjadi seksi dokumentasi selama kunjungan TK
    14Rabu, 22 Maret 2017Membuat Surat Permohonan Domisili Perusahaan

    D. Hasil Kegiatan

    Lampirkan foto-foto kegiatan dan deskripsi kegiatan.

    Bab III. Penutup

    A. Kesimpulan

    Kegiatan Prakerin sangat bermanfaat bagi para siswa/siswi khususnya  siswa/siswi SMK Pasundan 2 Cimahi. Dengan adanya kegiatan Prakerin siswa/siswi dituntut untuk mempunyai sikap inisiatif, mandiri dan mampu berinteraksi dengan orang lain sehingga siswa/siswi diharapkan dapat memiliki keterampilan serta wawasan yang tinggi. Prakerin merupakan kegiatan Praktik di luar jam Sekolah yang bekerja sama dengan masyarakat atau instansi, sehingga siswa/siswi dapat berlatih untuk mampu bergaul dan bekerja sama dengan masyarakat luar.

    B. Saran

    Bagi pihak sekolah :

    1. Pihak Sekolah hendaknya menempatkan siswa/siswi Praktik di tempat kerja yang sesuai dengan jurusan/keahliannya.
    2. Diharapkan Sekolah dapat lebih meningkatkan materi dan bimbingan kepada siswa/siswi agar lebih siap dalam melaksanakan Praktik Kerja Industri.

    Bagi pihak perusahaan :             

    1. Sebaiknya para petugas lapangan yang bertugas, merawat kendaraan pemadam kebakaran lebih baik. Sehingga saat perjalanan tidak terjadi lagi kendala, terutama ketika perjalanan menuju lokasi kebakaran.
    2. Diharapkan untuk melakukan olahraga bersama, setidaknya seminggu sekali.
  • Laporan Prakerin di Kejaksaan Negeri Majene

    Laporan Prakerin di Kejaksaan Negeri Majene

    Contoh laporan prakerin di Kejaksaan Negeri Majene. Laporan ini disusun dalam 4 bab sebagai tugas akhir praktek kerja industri.

    Bab 1. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) adalah suatu bentuk penyelenggaraan dari sekolah yang memadukan secara sistematik dan sinkron antara program pendidikan di sekolah dan program pengusahaan yang diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung di dunia kerja untuk mencapai suatu tingkat keahlian profesional. Dimana keahlian profesional tersebut hanya dapat dibentuk melalui tiga unsur utama yaitu ilmu pengetahuan, teknik dan kiat. Ilmu pengetahuan dan teknik dapat dipelajari dan dikuasai kapan dan dimana saja kita berada, sedangkan kita tidak dapat diajarkan tetapi dapat dikuasai melalui proses mengerjakan langsung pekerjaan pada bidang profesi itu sendiri.

    Pendidikan Sistem Ganda dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang profesional dibidangnya. Melalui Pendidikan Sistem Ganda diharapkan dapat menciptakan tenaga kerja yang profesional tersebut. Dimana para siswa yang melaksanakan Pendidikan tersebut diharapkan dapat menerapkan ilmu yang didapat dan sekaligus mempelajari dunia industri. Tanpa diadakannya Pendidikan Sistem Ganda ini kita tidak dapat langsung terjun ke dunia industri karena kita belum mengetahui situasi dan kondisi lingkungan kerja.

    Ada beberapa peraturan tentang Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) dan keputusan Menteri. Adapun peraturan Praktek Kerja Industri(PRAKERIN) adalah sebagai berikut :

    Tercantum pada UU. No. 2 tahun 1989 tentang Pendidikan Nasional yaitu untuk menyiapkan peseta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.

    Peraturan Pemerintah No. 29 tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah yang bertujuan meningkatkan kemampuan peserta didik sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, alam sekitar, dan meningkatkan pengetahuan peserta didik untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dan untuk mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) serta kebudayaan;

    Peraturan pemerintah No. 39 tahun 1992 tentang peran serta masyarakat dalam Pendidikan Nasional; serta Keputusan Menteri No. 0490/1993 tentang Kurikulum SMK yang berisi bahwa “Dalam melaksanakan pendidikan dilaksanakan melalui dua jalur yaitu Pendidikan didalam sekolah dan Pendidikan diluar sekolah”.

    B. Tujuan

    Tujuan Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) adalah sebagai berikut :

    1. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan yang berharga, dan memperoleh masukan serta umpan balik guna memperbaiki dan mengembangkan kesesuaian pendidikan dan kenyataan yang ada di lapangan.
    2. Meningkatkan pengetahuan siswa pada aspek-aspek usaha yang profesional dalam lapangan kerja antara lain struktur organisasi, jenjang karir dan teknik.
    3. Untuk mencapai Visi dan Misi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 TINAMBUNG
    4. Mengimplotasikan antara pendidikan disekolah dan diluar sekolah.

    C. Manfaat

    1. Adapun manfaat dari Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) manfaatnya adalah sebagai berikut :
    2. Dapat mengenali suatu pekerjaan industri di lapangan sehingga setelah selesai dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 TINAMBUNG dan terjun kelapangan kerja industri dapat memandang suatu pekerjaan yang tidak asing lagi baginya.
    3. Dapat menambah keterampilan dan wawasan dalam dunia usaha yang profesional dan handal.
    4. Untuk mengasah keterampilan yang telah diberikan di sekolah dan juga sesuai dengan Visi dan Misi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 TINAMBUNG
    5. Mendapat teman baru dari sekolah lain
    6. Mengasah kekompakan antara siswa smk negeri 1 TINAMBUNG dengan siswa sekolah lain
    7. Dapat saling sharing satu sama lain antara siswa smk 1 dengan siswa smk lain.

    Bab 2. Laporan Praktek Kerja Industri

    A. Kegiatan Prakerin

    Awal pertama masuk kerja yaitu tanggal 12 september sampai dengan tanggal 12 desember 2012/ kami melakukan Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) di kantor kejaksaan negeri tinambung yaitu :

    1. Mengisi buku Registrasi
    2. Membuat Amplop Surat

    Minggu kedua bulan september yaitu tanggal 24 september di kantor kejaksaan negeri majene  kami melakukan tugas sebagai berikut :

    1. Menerima surat masuk dari instansi lain

    Pada tanggal 28 september sampai dengan tanggal 12 2012,di kantor kajaksaan negeri majene dengan uraian tugas berikut :

    1. Mengisi register surat masuk
    2. Mendisposisi Surat yang diterima dari instansi lain
    3.  Mengagendakan Surat Masuk

    Tanggal 8 oktober sampai dengan tanggal 8 oktober 2012 di kantor kejaksaan negeri majene dengan tugas sebagai berikut:

    1. Menerima surat dari  instansi lain
    2. Menyusun daftar perkara
    3. Menulis berbagai kasus tindak pidana
    4. Membuat aplop

    Bab 3. Jadwal Kegiatan

    NoHari/TanggalUraian KegiatanKeterangan
    1.Rabu,12/09/12PEmbagian ruangan
    2.Kamis,13/09/12Menerima surat
    3.Jum,at,14/09/12Memasukkan surat ke agenda
    4.Senin,17/09/12Menerima surat dan mengagenda
    5.Selasa,18/09/12Menyusun arsip
    6.Rabu,19/09/12Buat amplot
    7.Kamis,20/09/12Menerima surat
    8.Jum’at,21/09/12Mengetik
    9.Senin,24/09/12Membuat amplot
    10.Selasa,25/09/12Memberes kan surat
    11.Rabu,26/09/12Membuat amplot
    12.Kamis,27/09/12Menulis keterangan tahanan
    13.Jum’at,28/09/12Menulis keterangan tahanan
    14.Senin,01/10/12Menulis keterangan di buku register
    15.Selasa,02/10/12Meregister surat
    16.  Rabu,03/10/12Meregister surat
    17.Kamis,04/10/12Membuat amplot
    18.Jum’at,05/10/12Membuat amlop
    19.Senin,08/10/12Meregister surat masuk
    20.Selasa,09/10/12Membuat amlop
    21.Rabu,10/10/12Membuat amplop
    22.Kamis,11/10/12Penomoran surat
    23.Jum’at,12/10/12Meregister surat
    24.Senin,15/10/12membuat amplop
    25.Selasa,16/10/12mengetik
    26.Rabu,17/10/12Mengetik
    27.kamis,18/10/12mengetik
    28.Jum’at,19/10/12mengetik
    29.Senin,22/10/12Membereskan surat
    30.Selasa,23/10/12Meregister surat dan menyusun surat
    31.Rabu,24/10/12Membuat amlop
    32.Kamis,25/10/12Meregister surat masuk
    33.Jum’at,26/10/12Meregister surat masuk
    34.Senin,29/10/12Mengetik
    35.Selasa,30/10/12Mengetik
    36.Rabu,31/10/12Meregister surat masuk
    37.Kamis,01/11/12Membuat amlop
    38.Jum’at,02/11/12Kerja bakti
    40.Senin,05/11/12Mengetik
    41.Selasa,06/11/12mengetik
    42.Rabu,07/11/12Membuat amplop
    43.Kamis,08/11/12 Menyusun dokumen kantor
    44.Jum’at,09/11/12Menbuat amplop
    45.Senin,12/11/12
    46.Selasa,13/11/12Membuat amplop menyusun surat dakwa
    47.Rabu14/11/12Menyusun as tenka

    Bab 4. Penutup

    A. Kesimpulan

    Sebagai kesimpulan laporan akhir berikut ini adalah:

    1. Selama melakukan Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) penulis menemukan jati diri selama berada dan berinteraksi dalam lingkungan masyarakat luas.
    2. Berinteraksi atau menggeluti dunia usaha tidak sangat mudah, ada banyak hal yang perlu dilakukan, agar orang yang akan kita melakukan hubungan kerja sama dapat terkesan akan apa yang kita lakukan atau kerjakan.

    B. Saran

    Berikut adalah beberapa saran penulis untuk sekolah maupun untuk tiap-tiap jurusan, yaitu :

    1. Harapan penulis supaya kedisiplinan sekolah di tegaskan;
    2. Proses pembelajaran ditingkatkan;
    3. Tiap jurusan harus diaktifkan praktek saat jam praktek;
    4. Dan juga agar guru-guru selalu memberikan motivasi dan bimbingan kepada siswa-siswi SMKN 1 tinambung
  • Laporan Praktikum Kimia Larutan Elektrolit

    Laporan Praktikum Kimia Larutan Elektrolit

    Praktikum larutan elektrolit adalah percobaan yang dilakukan untuk mengetahui sifat elektrolist dari sebuah larutan. Sifat larutan ini dapat dilihat dari kemampuan menghantarkan listrik dan bahkan menghasilkan energi listrik.

    Praktikum Larutan Elektrolit

    Bab I. Latar Belakang

    A. Pendahuluan

    Larutan memiliki peran besar dalam kehidupan sehari-hari beberapa contoh diantaranya seperti air mineral yang kita konsumsi sehari-hari, larutan elektrolit, dan air garam. Selain itu kita sering tidak menyadari bahwa ternyata larutan-larutan di atas bisa menghantarkan listrik jika disambungkan dengan alat uji tertentu.

    B. Tujuan

    Tujuan dari praktikum tersebut, sebagai berikut :

    1. Menguji daya hantar listrik beberapa larutan.
    2. Memahami ciri dan sifat larutan elektron dan larutan non elektronik.

    C. Alat dan Bahan

    1. Gelas kimia 100 ml
    2. Lampu bekas senter
    3. Baterai
    4. Elektrode + kabel
    5. Air suling
    6. Alkohol 70%
    7. Larutan garam dapur 1 M
    8. Larutan gula
    9. Larutan urea
    10. Larutan amonia
    11. Larutan asam cuka
    12. Larutan HCI
    13. Larutan KOH

    Bab II. Tinjauan Pustaka

    Elektrolit adalah suatu zat yang ketika dilarutkan dalam air akan menghasilkan larutan yang dapat menghantarkan arus listrik. Sedangkan nonelektrolit tidak menghantarkan arus listrik ketika dilarutkan ke dalam air. Senyawa ionik dan kovalen polar biasanya bersifat elektrolit. Contohnya asam, basa, dan garam.

    Senyawa kovalen nonpolar biasanya nonelektrolit. Molekul air bermuatan netral tetapi mempunyai ujung positif (atom H) dan ujung negatif (ujung O) sehingga sangat efektif melarutkan senyawa ionik atau senyawa kovalen polar. Molekul-molekul air menstabilkan ion-ion dalam larutan dengan mengelilingi ion-ion tersebut, sehingga kation tidak bergabung kembali dengan anion.

    Proses di mana sebuah ion dikelilingi oleh molekul-molekul air yang tersusun dalam keadaan tertentu disebut hidrasi. Contoh padatan NaCl akan terionisasi menghasilkan Na+ dan Cl saat dilarutkan dalam air. Ion Na+ akan tertarik ke elektrode negatif dan ion Cl tertarik ke elektrode positif sehingga menghasilkan arus listrik yang setara dengan aliran elektron sepanjang kawat penghantar (kabel).

    Teori Ionisasi Svante August Arrhenius

    Mengapa larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik, sedangkan larutan nonelektrolit tidak dapat menghantarkan arus listrik? Penjelasan tentang permasalahan ini pertama kali dikemukakan oleh Svante August Arrhenius (1859 – 1927) dari Swedia saat presentasi disertasi Ph. D-nya di Universitas Uppsala tahun 1884.

    Menurut Arrhenius, zat elektrolit dalam larutannya akan terurai menjadi partikel-partikel yang berupa atom atau gugus atom yang bermuatan listrik yang dinamakan ion. Ion yang bermuatan positif disebut kation, dan ion yang bermuatan negatif dinamakan anion. Peristiwa terurainya suatu elektrolit menjadi ion-ionnya disebut Proses Ionisasi.

    Ion-ion zat elektrolit tersebut selalu bergerak bebas dan ion-ion inilah yang sebenarnya menghantarkan arus listrik melalui larutannya. Sedangkan zat nonelektrolit ketika dilarutkan dalam air tidak terurai menjadi ion-ion, tetapi tetap dalam bentuk molekul yang tidak bermuatan listrik. Hal inilah yang menyebabkan larutan nonelektrolit tidak dapat menghantarkan listrik.

    Bab III. Metode Percobaan

    A. Cara Kerja

    1. Susunlah alat penguji elektrolit.
    2. Perhatikan penjelasan guru mengenai cara menggunakan alat dan bahan  sebelum Anda melakukan eksperimen.
    3. Masukkan 50 mL air suling ke dalam gelas kimia dan ujilah daya hantarnya. Catatlah jika lampu menyala atau timbul gelembung pada electrode.
    4. Bersihkan elektroda dengan air dan keringkan.
    5. Ulangi cara kerja 2 dan 3 dengan larutan lain yang tersedia.

    Bab IV. Hasil dan Pembahasan

    A. Hasil Pengamatan

    NoBahan yang DiujiRumus Zat LarutanLampu Menyala/TidakPengamatan Lain
    1.Air sulingH2OLampu tidak menyalaTidak terdapat gelembung
    2.Alkohol (etanol)C2H5OHLampu tidak menyalaTidak terdapat gelembung
    3.Larutan garam dapurNaCILampu menyalaTerdapat gelembung
    4.Larutan gulaC12H22O11Lampu tidak menyalaTidak terdapat gelembung
    5.Larutan ureaCO(NH2)2Lampu tidak menyalaTidak terdapat gelembung
    6.Larutan amoniaLampu tidak menyalaterdapat gelembung
    7.Larutan asam cukaLampu tidak menyalaterdapat gelembung
    8.Larutan HCIHCILampu menyalaterdapat gelembung
    9.Larutan KOHLampu tidak menyalaterdapat gelembung

    Pembahasan

    1. Bohlam menyala karena pada larutan yang diuji merupakan larutan elektrolit, sedangkan bohlam yang tidak menyala karena pada larutan yang diuji merupakan larutan non elektrolit.
    2. Karena larutan elektrolit mampu menghantarkan arus listrik karena dalam larutan tersebut terdapat ion-ion  ( positif + dan negatif – ) yang terurai, apabila terurai secara sempurna maka larutan elektrolit kuat dan jika terurai tidak sempurna maka larutan elektrolit lemah.
    3. Dari percobaan ini diketahui daya hantar listrik di berbagai larutan dalam pelarut air. Larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik. Contohnya seperti larutan garam dapur yang menyala terang dan larutan sabun cuci yang menyala terang. Sedangkan non elektrolit tidak dapat menghantarkan listrik karena tidak menghasilkan ion-ion contohnya larutan gula, air suling ( mineral ), asam cuka , alkohol  dan air jeruk nipis.

    Bab. V Penutup

    A. Kesimpulan

    1. Larutan elektrolit kuat dapat menghantarkan listrik dengan baik/sempurna karena terbentuk muatan-muatan sempurna yang dibentuk oleh banyaknya ion-ion secara berlawanan.
    2. Larutan elektrolit lemah kurang dapat menghantarkan listrik dengan baik/sempurna karena muatan-muatan kurang sempurna yang dibentuk oleh sedikitnya ion-ion secara berlawanan.
    3. Larutan non elektrolit tidak dapat menghantarkan listrik karena larutan-larutan tersebut tidak terurai menjadi ion-ion, sehingga zat-zat tersebut tetap berwujud melekul-molekul netral yang tidak bermuatan listrik.

    B. Saran

    1. Dalam melaksanakan praktikum kita harus berhati-hati dalam melaksanakan pengamatan agar hasilnya nanti tidak salah atau adanya kekeliruan dalam pembacaan hasil praktikum.
    2. Pengamatan ini sangat penting dengan tujuan agar kita dapat mengetahui larutan yang dapat menghantarkan listrik dan tidak dapat menghantarkan listrik.
    3. Periksa alat uji elektrolit secara teliti, keran alat uji elektrolit yang tidak benar akan mempengaruhi hasil percobaan. Larutan yang di uji usahakan setelah tembaga yang dicelupkan di salah satu larutan bersihkan dulu dengan air mineral dan dilap sebelum di celupkan ke larutan yang lain supaya larutan yang telah diujikan tidak lagi menempel pada elektroda.
    4. Lebih baik percobaan dilakukan lebih dari satu kali tujuannya untuk lebih meyakinkan atau memastikan terhadap hasilnya.
  • Laporan Praktikum Fisika Pengukuran Dasar

    Laporan Praktikum Fisika Pengukuran Dasar

    Berikut ini laporan Praktikum Fisika dengan Topik Pengukuran Dasar. Praktikum ini menjadi kegiatan pembuka kegiatan di Laboratorium Fisika Dasar.

    Pengukuran Dasar

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Pengukuran adalah proses penting dalam kegiatan praktikum di laboratorium. Tidak hanya berlaku dalam percobaan dan praktikum fisika tapi seluruh disipilin ilmu sains dan teknik seperti Biologi, Kimia, Geografi, dan disiplin ilmu teknik. Pengukuran menjadi aspek yang menentukan valid tidaknya data dalam percobaan sehingga kesalahan dalam pengukuran akan berdampak pada hasil praktikum yang tidak jelas pula. Dengan demikian seorang saintis wajib memiliki keterampilan dasar pengukuran yang benar.

    Objek yang diukur dalam praktikum sains dan fisika adalah besaran dari variabel. Besaran-besaran dalam fisika terdiri dari tiga jenis yakni besaran pokok, besaran turunan dan besaran tambahan yakni besaran yang tidak memiliki satuan seperti Sudut.

    Dalam upaya memperkenalkan proses pengukuran dan praktikum yang lebih advance, maka mahasiswa jurusan fisika diharapkan memiliki keterampilan dasar pengkukuran dimulai dari pengukuran dasar fisika. Pengukuran dasar fisika adalah pengukuran yang dilakukan dengan alat ukur langsung menunjukkan nilai dari besaran yang diukur seperti besaran pokok yakni Panjang, Massa, Waktu, Suhu, Kuat Arus dan Intensitas Cahaya. Selain itu beberapa besaran turunan juga dapat diukur secara langsung seperti Gaya Berat, Massa Jenis dan Sejenisnya.

    Berdasarkan urarian di atas maka disusun praktikum pengukura dasar fisika.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan urarian diatas maka disusunlah rumusan masalah :

    1. Bagaimanakan hasil pengukuran dasar dengan Mistar?
    2. Bagaimanakan hasil pengukuran dasar dengan Jangka Sorong?
    3. Bagaimanakan hasil pengukuran dasar dengan Mikrometer Sekrup?
    4. Bagaimanakan hasil pengukuran dasar dengan Neraca 3 Lengan?
    5. Bagaimanakan hasil pengukuran dasar dengan Gelas ukur?

    C. Tujuan Praktikum

    1. Mengetahui proses pengukuran dasar menggunakan mistar.
    2. Mengetahui proses pengukuran dasar menggunakan Jangka Sorong.
    3. Mengetahui proses pengukuran dasar menggunakan Mikrometer Sekrup.
    4. Mengetahui proses pengukuran dasar menggunakan Neraca 3 Lengan.
    5. Mengetahui proses pengukuran dasar menggunakan gelas Ukur.

    Bab II. Tinjauan Pustaka

    A. Pengukuran

    Pengkuran adalah sebauh proses mengetahui kuantitas dari sebuah besaran. Kuantitas ini selanjunya disebat sebagai nilai dari sebuah besaran. Hasil pengukuran dinyatakan dalam angka sebagai nilai lalu diikuti satuan dari besaran yang diukur misalnya 2 m, 4 kg, 17 N, dan sebagainya.

    Konsep paling sederhana yang digunakan dalam pengukuran adalah membandingkan dua besaran yang sejenis. Misalnya pengukuran panjang meja dilakukan dengan membandingkan panjang meja dengan panjang skala-skala pada mistar sebagai alat ukur panjang.

    B. Ketidakpastian Pengukuran

    Dalam fisika, pengukuran yang akuran adalah hal yang sangat penting, hanya saja keterbatasan alat ukur dalam menunjukkan skala membuat keterbatasan alat ukur. Keterbatasan alat ukur dalam menunjukkan skala yang sebanrnya disebut sebagai ketidakpastian.

    Misalkan sebuah pensil diukur menggunakan pensil dengan skala terkecil 0,1 cm. Terkadang ujung dari pensil tidak tepat berhimpit dengan garis. Hal ini membuat panjang pensil sebenarnya tidak dapat diketahui.

    Kita asumsikan saja ujung pensil yang diukur ternyata berada di antara skala 5,2 cm dan 5,3 cm, maka pensil tersebut tidaklah cukup 5,3 cm namun lebih dari 5,2 cm. Fisika membuat kesepakatan dalam menulis panjang pensil sebanrnya agar tidak terjadi kesalahan presepsi yakni menyertakan kesalahan relatif dari pensil tersebut.

    Setiap alat ukur memiliki karakteristik dalam penelitan kesalahan relatif. Pada kasus pensil, kesalahan relatif adalah 1/2 nst (nilai skala terkecil) alat yakni 0,05 cm. Sehingga panjang pensil dapat dilaporkan dalam bentuk 5,2 ± 0,05 cm.

    x = (5,2 ± 0,05) cm.

    Kesalahan relatif ini dapat menujukkan ketidakpastian dari hasil pengukuran. Semakin besar nilai benda yang diukur maka sumbangan kesalahan relatif dimana ketidakpastian relatif dapat dihitung dengan persamaan

    \% diff = \frac{\Delta nst}{x}

    Seringkali, ketidakpastian pada suatu nilai terukur tidak dinyatakan secara  eksplisit. Pada kasus seperti ini, ketidakpastian biasahnya dinaggap sebesar satu atau dua satuan (atau bahkan tiga) dari digit terahir yang diberikan. Sebagai contoh, jika panjang suatu benda dinyatakan sebagai 5,2 cm, ketidakpastian dianggap sebesar 0,1 cm (atau mungkin 0,2 cm). dalam hal ini, adalah penting bagi anda untuk tidak menulis 5,20 cm, karena hal ini menyatakan ketidakpastian sebesar 0,01 cm, dianggap bahwa panjang benda tersebut mungkin antara 5,19 dan 5,21 cm, sementara sebenarnya anda menyangkan nilainya antara 5,1 dan 5,3 cm.

    Jumlah digit yang diketahui dapat diandalkan disebut jumlah angka signifikan pada angka 23-21 dan dua pada 0,062 cm (nol pada angka pertama dan kedua hanya merupakan ‘’pemegang tempat’’ yang menunjukkan dimana koma diletakkan). Jumlah angka signifika mungkin tidak selalu jelas. Misalnya, ambil angka 80. Apakah angka tersebut terdiri terdiri atas dua atau satu angka signifikan ? jika kita katakana jarak antara dua koma kira-kira 80 km, hanya ada satu angka signifikan (8) karena nolnya hanyalah pemegang tempat. Jika jarak tersebut 80 km dengan ketetapan  1 tau 2 km, berarti angka 80 km tersebut memiliki dua angka penting signifikan. Jika tepat 80 km terukur dengan angka ketidakpastian 0,1 km, kita tuliskan 80,0 km.

    Ketika melakukan pengukuran, atau perhitungan, anda harus menghindari dari keinginan untuk menulis lebih banyak digit pada jawaban terahir dari dari jumlah digit yang diperbolehkan. Sebagai contoh untuk menghitung  luas persegi panjang dengan ukuran 11,3 cm dan 6,8 cm, hasil perkaliannya adalah 78,84 cm2 tetapi jawaban ini tidak jelas tidak akurat sampai 0,01 cm2, karena (dengan menggunakan batas luar dari perkiraan ketidankpastian untuk setiap pengukuran) hasilnya bisa diantara 11,2 x 6,7 = 75,04 cm2. Sebagai aturan umum hasil ahir dari perkalian atau pembagian harus memiliki digitnya sebanyak digit pada angka dengan jumlah angka signifikan terkecil yang digunakan sebanyak digit pada angka dengan jumlah angka signifikan terkecil yang digunakan.

    Sebelum mengukur sesuatu, pertama-tama kita harus memiliki suatu satuan bagi masing-masing besaran yang akan diukur. Untuk keperluan pengukuran terhadap besaran dan aturan fundamental  dan yang diturunkan. Fisikawan mengenal empat besaran fundamental yang tidak bergantung pada yang lain : panjang, massa, waktu, dan muatan listrik.

    Dengan beberapa pengecualian semua besaran lain yang sejauh ini digunakan dalam fisika dapat dikembalikan ketempat besaran ini dengan bantuah definisi bantuan masing-masing besaran, yang dinyatakan dalam hubungan yang melibatkan panjang , massa, waktu, dan muatan listrik. Dengan perantara hubungan yang mendefinisikan ini, maka pada gilirannya satuan semua besaran yang ditemukan  dalam satuan keempat besaran fundamental tersebut. Kareena perjanjian akan satuan keempat besaran fundamental ini merupakan persyaratan bagi suatu sistem satuan yang selaras. Para fisikawan telah menyetujui (pada konferensi umum ke sebelah bagi berat dan ukuran yang diselenggarakan di Paris pada tahun 1960) untuk menggunakan sistem internasional (si). Satuan dasar adalah meter, kilogram, detik dan coulomb.

    Satuan SI diterima, terdapat sistem lain yang sangat digemari dalam karya ilmiah : yaitu system cgs, dalam mana satuan panjang adalah sentimeter, satuan massa adalah gram dan satuan waktu adalah detik. Tak ada satuan muatan listrik yang pasti dikaitkan dengan system ini. System cgs setahap demi setahap digantikan oleh SI dalam karya ilmiah dan praktis.

    C. Jenis-jenis Alat Ukur

     1. Jangka sorong 

    Jangka sorong merupakan alat pengukur panjang suatu benda yang ukurannya cukup kecil, dan jari-jari dalam dan luar, serta kedalaman suatu tabung. Jangka sorong terdiri dari dua pasang rahang, sepasang untuk pengukur luar dan sepasang untuk pengukur dalam. Dari pasangan itu ada rahang yang tetap ada dan ada rahang yang di geser-geser. Pada rahang tetap terdapat batang skala yang diberi skala dalam cm dan mm sebagai skala utama. Pada rahang geser terdapat 10 skala yang panjangnya 9 mm sebagai skala nonius. Oleh Karena itu, 1 skala nonius sama dengan 0,9 mm. jadi, skala nonius berselisih 0,1 mm dengan skala mm pada skala utama. Angka 0,1 mm menyatakan ketelitian jangka sorong.

    2. Mikrometer

    Mikrometer sekrup mempunyai bagian-bagian utama, antara lain: poros tetap, poros geser, skala utama, dan skala nonius yang berupa pemutar. Biasanya alat ini digunakan untuk mengukur panjang, ketebalan, diameter bola, dan diameter kawat ang sangat kecil. Skala utama mempunyai skala mm dan 0,5 mm. Skala nonius mempunyai 50 skala dengan laju putar 0,5 mm/putaran. Oleh karena itu 1 skala nonius sama dengan 0,01 mm

    Bab III. Metode Penelitian

    A. Alat

    1. Jangka Sorong
    2. Mikrometer Sekrup
    3. Mistar atau penggaris
    4. Neraca Ohauss
    5. Gelas Ukur

    B. Bahan

    1. Batu
    2. Kubus Kayu
    3. Silinder
    4. Air

    C. Prosedur Kerja

    a. Bahan : Kubus

    1. Timbanglah massa kubus dengan neraca Ouhauss
    2. Ukurlah panjang, lebar, dan tinggi kubus
    3. Tentukan volume kubus
    4. Masukan data yang diperoleh ke dalam tabel
    5. Ulangi kegiatan 1, s/d 4 sebanyak 5 kali pengamatan

    b. Bahan : Silinder

    1. Timbanglah massa silinder dengan neraca Ouhauss
    2. Tentukan Volume silinder
    3. Masukan data yang diperoleh ke dalam tabel
    4. Ulangi kegiatan 1, s/d 3 sebanyak 5 kali pengamatan

    c. Bahan : Batu

    1. Timbanglah massa batu dengan neraca Ohauss
    2. Tentukan volume batu
    3. Masukkan data yang diperoleh ke dalam tabel
    4. Ulangi kegiatan 1, s/d 3 sebanyak 5 kali pengamatan

    Bab IV. Hasil dan Pembahasan

    A. Hasil Pengamatan

    1. Kubus

    Tabel 4.1. Tabel Hasil Pengukuran Dimensi Kubus

    NoAlat UkurPanjang (cm)Lebar (cm)Tinggi (cm)
    1.Mistar2,05 cm2,05 cm2,05 cm
    2.Jangka Sorong2,047 cm2,048 cm2,048 cm
    3.Mikrometer Sekrup2,04 mm2,05 mm2,04 mm

    Bahan : Kubus
    Massa Kubus : 4,10 ± 0,5 gram

    2. Silinder

    Tabel 4.2. Tabel Hasil Pengukuran Dimensi Silinder

    NoAlat UkurDiameter (cm)Tinggi (cm)
    1.Mistar0,903,10
    2.Jangka Sorong0,8803,170
    3.Mikrometer Sekrup0,92

    Bahan : Silinder
    Massa Silinder : 3,07 gram

    3. Gelas Ukur

    Bahan : Batu
    Alat Ukur : Gelas ukur
    Massa batu : 3,79 gram

    No.Volume (cm3)Massa Jenis (gr/cm3)
    1.2 cm31,90

    B. Pembahasan

    A. Volume dan Massa Jenis Kubus

    Volume Kubus dengan mistar adalah

    V_1=(2,05)(2,05)(2,05)=8.62 \ cm^3

    Volume Kubu dengan Jangka Sorong

    V_2=(2,047)(2,048)(2,048 ) = 8.586 \ cm^3

    C. Pembahasan

    Pengukuran dengan penggaris.

    a. Mengukur kubus dengan penggaris

    Setelah kami mengukur dengan menggunakan penggaris, kami mendapat hasil bahwa panjang kubus tersebut adalah 2 cm, tinggi 2 cm, dan lebar 2 cm.  Volume didapat dengan cara :

    Diketahui :

    P = 2 cm
    l = 2 cm
    t  = 2 cm

    Ditanya : V…?

    V = p × l × t atau s3

      = 2 cm × 2 cm × 2 cm

      = 8 cm3            

    Dan massa jenis kubus diperoleh dengan cara :

    Diketahui :

            m = 4,10 gr

           v = 8 cm3

    Ditanya :  ρ …?

    Jawab :

      ρ =  

     ρ  = 

     ρ = 0, 51 gr/cm3

    b.       Mengukur silinder dengan penggaris

    Setelah kami mengukur dengan menggunakan penggaris, kami mendapat hasil bahwa diameter silinder tersebut adalah 9 mm, dan tinggi 3 mm.  Volume didapat dengan cara :

    Diketahui : v = volume

                        Π = 3,14

                                              r = ½ d = ½ . 9 mm= 4,5               
                                                  mm

                        t = 3 mm  

    Ditanya : Volume silinder…?

    Jawab : t

    V = 3,14 × 4,5 mm × 4,5 mm × 3 mm

    V = 191 mm3/0,191 cm3

    Dan massa jenis silinder tersebut didapat dengan cara :

    Diketahui :

            m = 3,07 gr

     v = 191 mm3               0,191 cm3

    Ditanya :  ρ …?

    Jawab :

    ρ  = 16,07 gr/cm3

    Pengukuran dengan jangka sorong

    a.         Mengukur kubus dengan jangka sorong

    Setelah kami mengukur dengan menggunakan jangka sorong, kami mendapat hasil bahwa panjang kubus tersebut adalah 2,14 cm, tinggi 2,14 cm, dan lebar 2,14 cm.  Volume didapat dengan cara :

    Diketahui :

    P = 2,14 cm

    l = 2,14 cm

    t  = 2,14 cm

    Ditanya : V…?

    V = p × l × t atau s3

       V = 2,14 cm × 2,14 cm × 2,14 cm

       V = 9,80 cm3

    Dan massa jenis kubus diperoleh dengan cara :

    Diketahui :

    m = 4,10 gr

    v = 9,14 cm3

    Ditanya : ρ…?

    ρ   =  

           =  

           = 0,45 gr/cm3

    b.      Mengukur silinder dengan jangka sorong

    Setelah kami mengukur dengan menggunakan jangka sorong, kami mendapat hasil bahwa diameter silinder tersebut adalah 8,2 mm, dan tinggi 27,7 mm.  Volume didapat dengan cara :

    Diketahui : v = volume

    r = 4,1 mm

                        Π = 3,14

                        t = 27,7 mm

    V = 3,14 × 4,1 mm × 4,1 mm × 27,7 mm

    V = 1,46 mm3.

    Dan massa jenis silinder tersebut didapat dengan cara :

    Diketahui :

    m = 4,07 gr

    v = 0,00146 cm3

    Ditanya : ρ…?

    ρ = 2,78 gr/cm3

    Ø  Pengukuran dengan mikrometer sekrup

    a. Mengukur kubus dengan mikrometer sekrup

    Setelah kami mengukur dengan menggunakan mikrometer sekrup, kami mendapat hasil bahwa panjang kubus tersebut adalah 20,4 mm, tinggi 20,4 mm, dan lebar 20,4 mm.  Volume didapat dengan cara :

    V = p × l × t atau s3

       V = 20,4 mm × 20,4 mm × 2o,4 mm

       V = 8,48 mm3              

    Dan massa jenis kubus diperoleh dengan cara :

    Diketahui :

    m = 4,10 gr

    v = 8,48 cm3

    Ditanya : ρ…?

    ρ     =  

           =

           = 0,45 gr/cm3

    b.      Mengukur silinder dengan mikrometer sekrup

    Setelah kami mengukur dengan menggunakan jangka sorong, kami mendapat hasil bahwa diameter silinder tersebut adalah 8,2 mm, dan tinggi 27,7 mm.  Volume didapat dengan cara :

    Diketahui : v = volume

                        r = 4,1 mm

                        Π = 3,14

                        t = 27,7 mm

    V = 3,14 × 4,1 mm × 4,1 mm × 27,7 mm

    V = 1,46 mm3.

    Dan massa jenis silinder tersebut didapat dengan cara :

    Diketahui :

    m = 4,07 gr

    v = 0,00146 cm3

    Ditanya : ρ…?

    Jawab :

    ρ =  

    ρ = 

    ρ = 2,78 gr/cm3

    Ø Pengukuran dengan  gelas ukur

    Kami mengisi gelas ukur dengan air yang mula-mula sebanyak 60 ml. Ketika benda dimasukka ke dalam gelas ukur, volume cairan dalam gelas ukur menjadi 62 ml. Jadi, hasil pengukuran volume benda adalah (62 ml – 60 ml) cm3 = 2 cm3.

    Cara mengukur massa jenisnya dengan cara :

    ρ =  

    ρ = 

    ρ = 1,89 gr

    Bab V. Penutup

    A. Kesimpulan

    Dari hasil penelitian kami dapat disimpulkan, bahwa kami telah meneliti sebanyak tiga kali dan hasil penelitian yang berbeda-beda tergantung alat ukur, ketelitian, dan ketepatan dalam mengukur dan menghitung.  

    B. Saran

    Pendidikan fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang tergolong rumit, yang pada dasarnya teori-teori yang di pelajari tidak akan berkembang tanpa adanya praktikum.

    Seperti halnya dalam pengukuran menggunakan mistar, jangka sorong, mikrometer sekrup, dan neraca. Mungkin, kebanyakan siswa tidak tahu cara mengukur yang benar menggunakan alat ukur tersebut. Namun, setelah diadakan praktik siswa dan siswi dapat mengetahui cara mengukur menggunakan alat tersebut dengan baik dan benar. Dalam ilmu pendidikan teori atau studi dengan praktik adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan, dengan praktik teori-teori yang dipelajari akan terasa lebih terealisasikan. Namun yang lebih menunjang untuk melakukan praktik adalah sarana dan psarana,    alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum, semua hal itu merupakan infrastruktur untuk menuju kesuksesan dalam studi maupun praktikum mata pelajaran fisika. Untuk itu, siswa- siswi akan lebih memahami jika setiap teori selalu di adakan praktik.

  • Komunikasi Data

    Seiring dengan Kemajuan teknologi komunikasi sekarang mempunyai pengaruh pada perkembangan pengolahan data. Data dari satu tempat dapat kirim ke tempat lain dengan alat telekomunikasi. Nah, itulah yang akan kita bahas kali ini dan langsung saja ke materinya !

    Komunikasi Data

    Untuk mengkomunikasikan data dari satu tempat ke tempat yang lain, tiga elemen sistemharus tersedia, yaitu sumber data (source), media transmisi (Transmission media) yang membawa data yang dikirim dari sumber data ke elemen ketiga yaitu penerima (receiver). Bila salahsatu elemen tidak ada, maka komunikasi tidak akan dapat dilakukan.

    Media Transmisi Data

    Transmisi data merupakan proses pengiriman data dari satu sumber ke penerim adata. Untuk dapat mengetahui tentang transmisi data lebih lengkap, maka perlu diketahui beberapa hal yang berhubungan dengan prosesini. Hal tersebut menyangkut : 

    • Media transmisi yang dapat digunakan;
    • Kapasitas channel transmisi;
    • Tipedarichannel transmisi; 
    • Kode transmisi yang digunakan;
    • Mode transmisi;
    • Protokol;
    • Penanganan kesalahan transmisi.

    Beberapa media transmisi dapat digunakan sebagai channel (jalur/ kanal) transmisi atau carrier dari data yan  dikirim dapat berupa kabel maupun radiasi elektromagnetik. Bila sumber data dan penerima jaraknya tidak terlalu jauh dan dalam area yang lokal, maka dapat digunakan kabel sebagai 

    media transmisinya. Kabel dapat berbentuk kabel tembaga biasa yang digunakan pada telepon, coaxial cable (kabel koax) atau fiber optic (serat optik).

    Kabelkoax merupakan kabel yang dibungkus dengan metal yang lunak dan mempunyai tingkat transmisi data yang lebih tinggi dibanding dengan kabel biasa.tetapi lebih mahal. Sedangkan kabel serat optik dibuat dari serabut serabut kaca (optical fibers) yang tipis dengan diameter sebesar diameter rambut manusia. Kabel jenis ini mempunyai kecepatan pengiriman data sampai 10 kali lebih besar dari kabel koax.

    Bila sumber data dan penerima data jaraknya cukup jauh, kanal komunikasi data berupa media radiasi elektromagnetik yang dipancarkan melalui udara terbuka, yang dapat berupa gelombang mikro (microwave), sistem satelit (satellite system) atau sistem laser (laser system). Gelombang merupakan gelombang radio frekuensi tinggi yang dipancarkan dari satu stasiun ke stasiun yang lain. Sifat pemancaran dari gelombang mikro adalah line-of-sight, yaitu tidak boleh terhalang, misalnya karena adanya gedung-gedung yang tinggi, bukit-bukit atau gunung-gunung. Gelombang mikro biasanya digunakan untuk jarak-jarak yang dekat saja. Untuk jarak yang jauh, harus digunakan stasiun relay yang berjarak 30 sampai 50 kilometer. Stasiun relay diperlukan karena untuk memperkuat sinyal yang diterima dari stasiun relay sebelumnya dan meneruskannya ke stasiun relay berikutnya.

    Karena gelombang mikro tidak boleh terhalang maka untuk jarak jarak yang jauh digunakan sistem satelit. Satelit akan menerima sinyal yang dikirim dari stasiun gelombang mikro di Bumi dan mengirimkannya kembali ke stasiun bumi yang lainnya. Satelit berfungsi sebagai stasiun relay yang letaknya diluar angkasa. 

    Kapasitas Kanal Transmisi

    Bandwidth (lebar band) menunjukkan sejumlah data yang dapat ditransmisikan untuk satu unit waktu yang dinyatakan dalam satuan bits per second (bps) atau characters per second (cps). Bandwith dengan satuannya bps atau cps menyatakan ukuran dari kapaitas kanal transmisi, bukan ukuran kecepatan. Transmisi data dengan ukuran 1000bps tidak dapat dikatakan lebih cepat dari transmisi data dengan ukuran 200 bps, tetapi dapat dikatakan bahwa lebih banyak data yang dapat dikirimkan pada satu unit waktu tertentu (detik). 

    Kapasitas atau transfer rate (tingkat penyaluran) atau baud ratedari kana  tranmisi dapat digolongkan dalam narrow band channel, voice band channel, wide band channel. Narrow band channel atau subvoice grade channel merupakan kanal transmisi dengan bandwidth yang rendah, berkisar dari 50-300bps. Biaya transmisi lewat narrow band channel lebih rendah, tetapi biaya rata-rata per bitnya lebih mahal dengan tingkat kemampuan kesalahan yang besar. Jalur telegraph merupakan contoh dari kanal jenis ini. Voice band channel atau voice grade channel merupakan kanal transmisi yang mempunyai bandwidth lebih besar dibandingkan dengan narrowband channel, yang berkisar dari 300 – 500 bps.

    Jalur telepon merupakan contoh dari kanal jenis ini. Wide band channel atau broad band channel adalah kanal transmisi yang digunakan untuk transmisi volume data yang besar dengan bandwidth sampai 1juta bps. Secara umum transmisi data dengan kanal ini sangat mahal, tetapi bila diperhitungkan biaya per bitnya akan lebih murah dan kemungkinan kesalahan transmisi kecil. Jalur telepon jarak jauh menggunakan kanal wideband, yaitu menggunakan media kabel koax yang ditanam di dasar atau gelombang mikro atau sistem satelit. 

    Tipe Kanal Transmisi

    Suatu channel transmisi dapat mempunyai tipe transmisi satu arah (one way transmission), transmisi dua arah bergantian (either way transmision) atau transmisi dua arah serentak (both way transmission). Tipe transmisi satu arah merupakan kanal transmisi yang hanya dapat membawa informasi data dalam bentuk satu arah saja, tidak bisa bolak-balik. Siaran radio atau televisi merupakan contoh dari transmisi dari arah, yaitu sinyal yang dikirimkan dari stasiun pemancar hanya dapat diterima oleh pesawat penangkap siaran, tetapi pesawat penangkap siaran tidak dapat mengirimkan informasi balik ke stasiun pemancar.

    Pengiriman data dari satu komputer ke komputer lain yang searah (komputer yang satu sebagai pengirim dan komputer yang lainnya sebagai penerima) merupakan contoh transmisi satu arah. Tipe transmisi dua arah bergantian (two way transmission atau half duplex) merupakan kanal transmisi dimana informasi data dapat mengalir dalam dua arah yang bergantian (satu arah dalam suatu saat tertentu), yaitu bila satu mengirimkan, yang lain sebagai penerima dan sebaliknya, tidak bisa serentak. Dengan transmisi dua arah bergantian maka dapat mengirim dan menerima data. Walkie-talkie merupakan contoh dari transmisi dua arah bergantian, yaitu dapat mendengarkan atau berbicara secara bergantian.

  • Komunikasi Audio Video

    Audio Video

    Komunikasi audio Visual adalah ilmu yang mengembangkan bentuk bahasa komunikasi visual berupa pengolahan-pengolahan pesan-pesan untuk tujuan sosial atau komersial, dari individu atau kelompok yang ditujukan kepada individu atau kelompok lainnya. 

    Contohnya seperti televisi, VCD player, DVD player, computer dan lain – lainnya yang bisa digunakan untuk memvisualisasikan sekaligus memperdengarkan isi pesan dan informasi tersebut. Bentuk aplikasinya dari komunikasi visual itu bisa berbentuk film yang bersifat entertain maupun informatif dan iklan seperti yang kita sering lihat di televise

    Contoh komunikasi Audio Visual

    1. Film atau gambar hidup merupakan gambar-gambar dalam frame dimana frame demi frame diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga pada layar terlihat gambar itu hidup.
    2. Video sebagai media audio visual yang menampilkan gerak, semakin lama semakin populer dalam masyarakat kita. Pesan yang disajikan dapat bersifat fakta (kejadian/ peristiwa penting, berita), maupun fiktif (seperti misalnya cerita), bisa bersifat informatif, edukatif maupun instruksional.
    3. Televisi adalah sistem elektronik yang mengirimkan gambar diam dan gambar hidup bersama suara melalui kabel dan ruang. Dewasa ini televisi yang dimanfaatkan untuk keperluan pendidikan dengan mudah dapat dijangkau melalui siaran dari udara ke udara dan dapat dihubungkan melalui satelit.

    Ciri-Ciri Komunikasi Audio Video

    1. Bersifat Linier
    2. Menampilkan visual yang dinamis
    3. Cenderung merupakan bentuk representasi fisik dan gagasan yang real dan abstrak
    4. Dikembangkan berdasarkan prinsip Psikologi tingkah laku dan kognitif
    5. Kurang memperhatikan interaktivitas peserta belajar
    6. Digunakan dengan cara yang telah ditetapkan sebelumnya oleh perancang/pembuatnya;

    Persyaratan Terjadinya Komunikasi Audio Video

    syarat untuk terjadinya sebuah komunikasi audio video adalah harus dapat dilihat sekaligus didengar jadi untuk mengakses informasi yang disampaikan, digunakan indra penglihatan dan pendengaran.

  • Komunikasi Video

    Komunikasi Video

    Komunikasi Video adalah Suatu penyampaian informasi secara tampak atau visual, singkatnya hal yang dapat dilihat mata manusia, Seperti video yang ditampilkan secara sinkron juga bersamaan melalui media jaringan lokal maupun internet.

    Macam – Macam Komunikasi Video

    1. Video IP

    Video IP adalah sebuah video yang dilewatkan melalui IP. Video ini dapat dipancarkan ke publik baik melewati satelit, melalui kabel, dan melalui IP atau format radio analog.

    2. Videotex

    Videotex adalah pelayanan informasi interaktif dari komputer pusat yang memungkinkan individu untuk meminta kerangka informasi dari komputer pusat melalui telepon atau kabel, untuk ditampilkan ada layar tampilan video (umumnya televisi rumah).

    3. VideoOut

    VideoOut adalah Perangkat keras seperti kamera yang layar kameranya dapat ditampilkan di layar lainnya dengan cara disambungkan ke layar televisi atau layar lainnya. Jadi intinya seperti video dikamera keluar ke layar lainnya, maka dari itu dinamakan VideoOut.

    4. Video RAM

    Video RAM atau VRAM adalah penyimpanan komputer media gambar yang ditampilkan di monitor, yang bertindak sebagai buffer antara CPU dan kartu grafis

    5. Video Text

    Yaitu suatu kemampuan untuk mengirimkan juga mentransmisikan secara 2 arah dari suatu gambar atau suara

    Manfaat Komunikasi Video

    1. Dapat memberitahukan informasi tanpa harus bertemu langsung dengan penerima informasi
    2. Menghemat biaya, karena kita tidak perlu bertemu dengan begitu, kita akan menghemat biaya transportasi.
    3. Lebih praktis, karena dengan komunikasi video, kita dapat memberitahu informasi ke beberapa orang sekaligus tanpa harus menemuinya satu per satu
  • Komunikasi Audio – Jaringan dan Komunikasi

    Pengertian Komunikasi Audio

    Komunikasi Audio adalah Komunikasi yang terjadi antar sistem dalam bentuk suara, yang ditransmisikan kedalam bentuk jaringan.

    Komunikasi ini bisa terjadi dalam 2 perangkat atau lebih, namun biasanya terjadi dalam 2 perangkat, yang di antara perangkat satu dengan yang lainnya saling terhubung oleh jaringan, Baik jaringan lokal maupun luar.

    Macam – Macam Komunikasi Audio

    Dalam komunikasi audio tentunya terdapat berbagai macam audio yang dapat kita ketahui, biasanya ada 4 macam, yaitu:

    1. Audio Streaming adalah Jenis audio yang langsung diputar di Internet, Hal ini tentu berbeda dengan yang didownload atau disimpan terlebih dahulu lalu diputar. Contoh web atau aplikasi yang menyediakan audio streaming adalah Jango, iHeart, Spotify, Joox, dan lainnya.
    2. Audio Visual adalah perangkat sound system yang dilengkapi dengan penampilan gambar, biasanya digunakan untuk presentasi, home theater dan lain sebagainya.
    3. Audio Response adalah Suara yang dihasilkan oleh sistem baik itu komputer maupun perangkat lainnya, hal ini terjadi karena output suara yang dihasilkan itu berasal dari input tertentu, misalnya ketika memencet tombol panggilan di hp, pasti akan terdengan suara tut dan lainnya.
    4. Audio Oscillator adalah produk dari perusahaan Hewlett Packard, produk ini digunakan oleh Walt Disney Studios dalam pembuatan Film nya yang bernama Fantasia.
    5. Audio Modem Riser adalah Kartu plug-in dalam motherboard Intel yang memuat sirkuit modem atau audio, fungsi Sirkuit modem adalah mengubah data audio menjadi sebuah data lainnya seperti internet, atau data visual, sedangkan sirkuit audio adalah murni untuk menerima data audio.

    Perangkat – Perangkat Komunikasi Audio

    1. Audio CODEC : melakukan fungsi kompresi sinyal audio untuk penghematan bandwidth
    2. Audio Controller : melakukan fungsi kontrol terhadap pengaruh akustik yang tidak dikehendaki dari speaker terhadap mikropon seperti suara mencuit, echo dan lain-lain.
    3. Mikropon & Speaker : merupakan perangkat input/output dalam sistem audio Sedangkan komunikasi audio adalah komunikasi yang dilakukan dengan menggunakan lambang verbal atau bahasa yang disampaikan secara lisan.

    Jenis – Jenis format Audio

    1. MP3 atau MPEG 1/2 Audio Layer 3 – Mp3 adalah format audio yang paling populer pada saat ini. Format ini menggunakan algoritma audio lossy compression yang dapat mengurangi ukuran file. Mp3 dikembangkan di Jerman fraunhofer Institute dan berbasis format MPEG.
    2. AIFF dan AIFC (Audio Interchange File Format) – AIFF adalah format file yang tidak dikompres yang dikembangkan oleh Apple pada Machintosh dan Platform Unix
    3. Ogg dan Ogg Vorbis – Ogg adalah format multimedia gratis yang dirancang untuk streaming dan penyimpanan yang sangat efisien. Ogg dikembangkan oleh Xiph.org Foundation. Begitu juga Ogg Vorbis yang merupakan codec audio gratis
    4. WAV – WAV adalah standar audio yang dikembangkan oleh microsoft dan IBM. WAV adalah format utama untuk menyimpan data audio pada windows dan menggunakan metode yang sama dengan AIFF untuk menyimpan data. WAV menggunakan teknik pulse-code modulation(PCM)yang tidak dikompres.
    5. AAC atau Advance Audio Codec – AAC adalah sistem lossy compression untuk file audio yang dikembangkan oleh Motion Picture Expert Group untuk menggantikan MP3 yang mempunyai kelebihan yaitu kompresi lebih efisien dan kualitas suara audio yang lebih baik dan mendukung audio multichannel.
    6. WMA (Windows Media Audio) – WMA adalah codec untuk lossy compression yang dikembangkan oleh microsoft untuk menyaingi mp3. Akan tetapi sementara ini Microsoft memposisikan WMA bersaing dengan AAC. WMA juga menggunakan sistem Digital Rights Management seperti AAC untuk proteksi penggandaan dan membatasi pemutaran pada PC atau perangkat tertentu
    7. Real Audio – real Audio adalah codec audio yang dikembangkan oleh Real Networks pada tahun 1995. Codec ini awalnya hanya digunakan untuk transmisi bandwidth yang rendah. Real Audio banyak digunakan oleh station radio untuk streaming program-program via internet secara realtime.

    Contoh Komunikasi Audio

    Terdapat berbagai produk dengan cara kerja komunikasi audio, contohnya seperti Telepon, Radio, dan Tape Recorder

    • Telepon adalah Sebuah alat yang dimana harus terdapat 2 perangkat agar komunikasi dapat berjalan, telepon menggunakan sinyal, gelombang radio yang diubah ke data audio.
    • Radio Jika telepon membutuhkan 2 perangkat agar terhubung, maka radio cukup satu, karena radio hanya bisa bertindak sebagai client (penerima data) dan tidak bisa menjadi server (pengirim data), untuk server sendiri membutuhkan alat khusus yang membuat frekuensi audio agar bisa memancarkan sinyal radio dan dapat diterima oleh radio.