Listrik dalam era industri merupakan keperluanyang sangat vital. Dengan adanya transformator, keperluan listrik pada tegangan yang sesuai dapat terpenuhi. Dahulu untuk membawa listrik diperlukan kuda.
Keterkaitan antara magnet dan listrik ditemukan pertamakali oleh salah seorang ilmuan Fisika pada tahun 1820. Penemuan itu telah berhasil membuktikan bahwa arus listrik dapat menimbulkan sebuah medan magnet. Berawal dari penemuan itu, para ilmuan lain akhirnya berpikir bahwa ada kemungkinan besar hal sebaliknya juga dapat terjadi, yakni medan magnet menghasilkan arus listrik. Hingga pada tahun 1822 salah seorang ilmuan Fisika lain akhirnya berhasil membuktikan bahwa keyakinan sejumlah ilmuan itu benar, medan magnet juga dapat menghasilkan arus listrik. Hingga saat ini penemuan kedua ilmuan Fisika tersebut telah diterapkan di berbagai aplikasi di dunia kelistrikan. Berikut adalah dua ilmuan Fisika tersebut beserta penemuan yang mereka lakukan.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana keterkaitan antara magnet dan listrik?
Metode apa saja yang dilakukan untuk menghasilkan induksi elektromagnetik?
Apa itu GGL induksi dan apa penyebab terjadinya GGL induksi serta faktor apa saja yang mempengaruhi besar GGL induksi?
Apakah yang dimaksud dengan induksi diri pada selenoida?
Bagaimana hubungan transformator dengan induksi elektromagnetik?
Apa saja penerapan induksi elektromagnetik di dalam kehidupan?
1.3 TUJUAN PENULISAN
a. Agar mengetahui keterkaitan antara magnet dan listrik
b. Mampu mengetahui berbagai metode untuk menghasilkan induksi elektromagnetik
c. Mengenal lebih dekat tentang GGL induksi dan mampu menguraikan penyebab terjadinya GGL induksi dan faktor yang mempengaruhi besar GGL induksi
d. Mampu Mendefinisikan apa itu induksi diri pada selenoida
e. Untuk mengetahui bagaimana hubungan transformator dengan induksi elektromagnetik
f. Untuk mengetahui penerapan induksi elektromagnetik di dalam kehidupan
Bab II. Pembahasan
2.1 KETERKAITAN ANTARA MAGNET DAN LISTRIK
Keterkaitan antara magnet dan listrik ditemukan pertamakali oleh salah seorang ilmuan Fisika pada tahun 1820. Penemuan itu telah berhasil membuktikan bahwa arus listrik dapat menimbulkan sebuah medan magnet. Berawal dari penemuan itu, para ilmuan lain akhirnya berpikir bahwa ada kemungkinan besar hal sebaliknya juga dapat terjadi, yakni medan magnet menghasilkan arus listrik. Hingga pada tahun 1822 salah seorang ilmuan Fisika lain akhirnya berhasil membuktikan bahwa keyakinan sejumlah ilmuan itu benar, medan magnet juga dapat menghasilkan arus listrik. Hingga saat ini penemuan kedua ilmuan Fisika tersebut telah diterapkan di berbagai aplikasi di dunia kelistrikan. Berikut adalah dua ilmuan Fisika tersebut beserta penemuan yang mereka lakukan.
Hans Christian Oersted
Pada tahun 1820, Oersted melakukan sebuah percobaan terhadap arus listrik pada sebuah kabel. Oersted meletakkan kabel tersebut tepat diatas sebuah kompas kecil dimana kabel tersebut dihubungkan pada power supply (gb.a). Pada awalnya ia menduga bahwa arah jarum kompas tersebut akan memiliki arah yang sama dengan arah arus listrik yang melewati kabel, namun kemudian Orsted dikejutkan oleh sebuah kejadian dimana arah jarum kompas tersebut malah berubah arah menjauhi arus listrik pada kabel (gb.b). Tak hanya itu, Oersted juga menemukan bahwa setelah tidak ada arus listrik yang melewati kabel, gaya magnet yang bekerja pada kompas juga hilang.
Dari peristiwa itu akhirnya Oersted menyimpulkan bahwa gaya magnet yang bekerja pada kompas tersebut disebabkan oleh arus listrik pada kabel yang terletak tepat di kompas itu. Berawal dari penemuan ini, akhirnya Oersted melahirkan salah satu hukum fisika yang dikenal dengan nama right hand rule, yakni hukum sederhana unutk mengetahui arah medan magnet terhadap arah arus listrik. Selain itu Oersted juga berhasil mengemukakan sebuah penemuan lain yakni Elektromagnetik, sebuah penemuan tentang arus listrik pada kumparan yang dapat menimbulkan sebuah magnet permanen yang lengkap dengan kutubnya.
Michael Faraday
Penemuan Oersted telah membuat Faraday berpikir bahwa jikalau arus listrik dapat meghasilkan medan magnet, maka hal sebaliknya juga sangat mungkin dapat terjadi. Hingga pada tahun 1822, Farad menuliskan sebuah penemuan barunya pada buku catatannya yakni penemuan yang dapat mengubah magnet menjadi energi listrik. Percobaan demi percobaan ia lakukan hingga akhirnya penemuan itu berhasil ia dapatkan setelah hampir sepuluh tahun.
Penemuan Farrad itu ia dapatkan dari pengujian sebuah kabel yang melewati medan magnet, dimana kabel itu dihubungkan pada Galvanometer. Namun ternyata kabel itu tidak dapat begitu saja memiliki arus listrik, sekalipun sudah diletakkan di medan magnet. Kabel itu ternyata harus digerakkan keatas atau kebawah hingga memutus garis medan magnet. Farad kemudian menyimpulkan bahwa medan magnet dapat menimbulkan mutan listrik jika terjadi pergerakan relative antara kabel dan magnet. Proses menghasilkan arus listrik pada rangkaian yang berasal dari magnet itulah yang dinamakan sebagai Induksi Elektromagnetik.
2.2 METODE YANG DILAKUKAN UNTUK MENGHASILKAN INDUKSI ELEKTROMAGNETIK
Kesimpulan Farad terait Elektromagnetik juga memperkenalkan suatu besaran yang dinamakan fluks magnetik. Fluks magnetik ini menyatakan jumlah garis-garis gaya magnet yang mempengaruhi Indusksi Elektromagnetik. Farad kemudian menuliskannya dalam sebuah perumusan
Φ = B A cos θ
Φ= fluks magnetik (weber atau Wb)
B = induksi magnetik (Wb/m²)
A = luas penampang (m²)
cos θ = Sudut antara induksi magnet dan normal bidang
Sehingga dari perumusan diatas dapat diketahui bahwa Induksi Elektromagnetik dapat dilaksanakan dalam berbagai metode yakni:
Menggerakkan loop / penghantar di dalam medan magnet sehingga menghasil perubahan luas penampang.
Menggerakkan batang magnet terhadap kumparan sehingga menghasilkan perubahan garis garis gaya magnet (B).
Kumparan / penghantar berputar pada medan magnet yang menghasilkan perubahan sudut. (θ).
2.3 GGL INDUKSI
Istilah GGL Induksi sering kita dengar dalam metode Induksi Elektromagnetik dengan menggerakkan batang magnet dalam kumparan. Ketika kutub utara batang magnet digerakkan masuk kedalam kumparan, maka jumlah garis-garis gaya magnet yang terdapat pada kumparan akan bertambah banyak. Bertambahnya jumlah garis gaya pada ujung-ujung kumparan inilah yang dinamakan Gaya Gerak Listrik (GGL) Induksi.
Arus listrik bisa terjadi jika pada ujung-ujung kumparan terdapat GGL Induksi. Namun, jarum galvanometer yang dihubungkan pada kumparan hanya bergerak saat magnet digerakkan keluar masuk kumparan. Sehingga Arus listrik hanya timbul pada saat magnet bergerak. Jika magnet diam di dalam kumparan, maka di ujung kumparan tidak terjadi arus listrik.
2.4 PENYEBAB TERJADINYA GGL INDUKSI
a) Kutub utara batang magnet digerakkan masuk kedalam kumparan
b)
Kutub utara batang magnet digerakkan keluar dari dalam kumparan. Ketika kutub utara magnet batang digerakkan keluar dari dalam kumparan, jumlah garis-garis gaya magnet yang terdapat di dalam kumparan berkurang. Berkurangnya jumlah garis-garis gaya ini juga menimbulkan GGL induksi pada ujung-ujung kumparan
c) Kutub utara batang magnet diam di dalam kumparan
Ketika kutub utara magnet batang diam di dalam kumparan, jumlah garis-garis gaya magnet di dalam kumparan tidak terjadi perubahan (tetap). Karena jumlah garis-garis gaya tetap, maka pada ujung-ujung kumparan tidak terjadi GGL induksi.
2.5 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BESAR GGL INDUKSI
Kecepatan gerakan magnet atau kecepatan perubahan jumlah garis-garis gaya magnet.
Jumlah lilitan kumparan.
Medan magnet.
Faktor tersebut dirumuskan dalam sebuah persamaan
є = -N ( ΔΦ / Δt )
є = ggl induksi (volt)
N = jumlah lilitan (tanda negative didapatkan dari pernyataan Hukum Lenz)
ΔΦ / Δt = laju perubahan fluks magnetic
Second Right-Hand Rule
Sesuai dengan hukum Lenz maka akan timbul induksi magnet yang menantang sumber. Arah induksi magnet (B) ini dapat digunakan untuk menentukan arah arus induksi yakni dengan menggunkan second right-hand rule, seperti pada gambar disamping. Ibu jari sebagai arah arus induksi, sedangkan empat hari lain sebagai arah B.
GGL Induksi Pada Penghantar yang Bergerak Dalam Medan Magnet
Penghantar yang bergerak dalam medan magnet dengan kecepatan (v) akan menyapu luasan yang terus berubah. Perubahan luas inilah yang menyebabkan terjadinya induksi magnetik pada ujung-ujung penghantar. Induksi magnetik ini juga disebut sebagai GGL Induksi. Perumusan GGL Induksi yang terjadi pada penghantar yang bergerak dalam medan magnet dinyatakan sebagai berikut:
є = B l v sin θ
є = ggl induksi (volt)
B = induksimagnet (Wb/m²)
l = panjang penghantar (m)
v sin θ = kecepatan gerak penghantar terhadap medan magnet (m/s)
Fourth Right-Hand Rule
Ketika Induksi Elektromagnetik diperoleh dengan cara menggerakkan loop, maka arah dari arus listrik yang dihasilkan dapat ditentukan dengan menggunkan Fourth Right-Hand Rule (seperti gambar samping). Ibu jari sebagai arah gerak penghantar, empat jari lain sebagai arah induksi magnet, sedangkan telapak sebagai arah Gaya Lorentz.
GGL Induksi Pada Generator
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, ada tiga metode yang dapat dilakukan untuk melakukan induksi elektromagnetik. Salah satunya adalah dengan memutar penghantar / kumparan pada medan magnet. Prinsip inilah yang digunakan dalam pross kerja generator. metode ini adalah induksi magnet yang dihasilkan dari perubahan sudut. Besar GGL Induksi dapat ditentukan dari rumus sebagai berikut:
є = N B A ω
є = ggl induksi (volt)
N = jumlah lilitan
B = induksi magnet (Wb/m²)
A = luas penampang (m²)
ω = kecepatan sudut penghantar (rad/s)
2.6 INDUKSI DIRI PADA SELENOIDA
Pada Elektromagnetik kita mengenal bahwa selenoida atau kumparan yang dialiri arus listrik dapat menimbulkan sebuah medan megnet permanent lengkap degan kutubnya. Sehingga jika terjadi perubahan arus listri yang mengaliri selenoida maka pada kumparan juga akan terjadi perubahan fluks magnetik. Perubahan fluks magnetik inilah yang disebut sebagai induksi diri. Oleh karena itu selenoida disebut sebagai induktor.
Besar perubahan fluks magnetik sebanding dengan perubahan arus listrik pada selenoida tersebut, sehingga dapat dirumuskan:
є = -L ( Δi / At)
є = ggl induksi diri (volt)
Δi / Δt = perubahan kuat arus tiap satuan waktu
L = induktansi diri (henry)
Kemudian L dapat dirumuskan lebih lanjut dalam persamaan
L = ( μ N² A ) / l
μ = 4π.10 Wb/A/m
N = jumlah lilitan
A = luas penampang inductor
l = panjang inductor (m)
2.7 TRANSFORMATOR
Transformator dirancang dari dua kumparan untuk dapat menimbulkan induksi timbal balik. Induksi timbale balik pada travo akan menimbulkan arus induksi pada kumparan sekundernya. Kuat arus dan tegangan yang dihasilkan tergantung pada jumlah lilitan. Pada transformator dinyatan pada rumus berikut ini
I = Kuat Arus
V = Tegangan
N = Jumlah lilitsn
2. 8 PENERAPAN INDUKSI ELEKTROMAGNETIK
Induksi Elektromagnetik telah digunakan untuk memenuhi berbagai kebutuhan manusia di segala sektor, termasuk didalamnya adalah sektor industri maritim. Berikut ini adalah beberapa aplikasi penerapan Induksi Elektromagnetik di kehidupan sehari-hari.
Aplikasi di Industri Maritim
Pernahkah kita bertanya bagaimana kita dapat menggunkan listrik di kapal, sekalipun kapal tersebut tidak mendapatkan pasokan listrik dari perusahaan pembangkit listrik seperti PLN? Jawabannya adalah, kapal tesebut menggunakan generator sebagai sumber penghasil listriknya. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa prinsip kerja generator adalah menggunkan metode Induksi Elektromagnetik. Generator merubah energi kinetik menjadi energi listrik.
Generator listrik memiliki jumlah kumparan penghantar yang banyak dan diletakkan di medan magnet yang sangat kuat. Kumparan ini adalah bagian dari generator yang bergerak, dan disebut sebagai rotor. Sedangkan magnet disebut sebagai bagian generator yang diam atau disebut stator. Kemudian kumparan ini berputar di medan magnet dan memotong garis gaya medan magnet sehingga terjadilah GGL Induksi. Kumparan penghantar itu disambungka pada rangkaian tertutup sehingga GGL Induksi tersebut menghasilkan arus listrik
Aplikasi di Kehidupan Sehari-hari
Kita pasti sudah sering mendengar peralatan elektronik bernama travo. Travo digunakan sebagai alat untuk meurunkan (step down travo) dan menaikkan tegangan (step down travo). Travo adalah alat dengan prinsip kerja transformater yang menggunakan Induksi Elektromagnetik. Hampir semua peralatan elektronik memasang komponen transformator pada rangkaian didalamnya.
Bab III. Penutup
A. Kesimpulan
Timbulnya gaya listrik (GGL) pada kumparan hanya apabila terjadi perubahan jumlah garis-garis gaya magnet.Gaya gerak listrik yang timbul akibat adanya perubahan jumlah garis-garis gaya magnet disebut GGL induksi, sedangkan arus yang mengalir dinamakan arus induksi dan peristiwanya disebut induksi elektromagnetik. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi besar GGL induksi yaitu:
1. Kecepatan perubahan medan magnet. Semakin cepat perubahan medan magnet, maka GGL
induksi yang timbul semakin besar.
2. Banyaknya lilitan Semakin banyak lilitannya, maka GGL induksi yang timbul juga semakin besar.
3. Kekuatan magnet Semakin kuat gelaja kemagnetannya, maka GGL induksi yang timbul juga semakin besar.
3.2 SARAN
Saran kami tidaklah banyak, hanya saja kami meminta masukan atau kritikan yang membangun agar pembenahan terhadap makalah kami bias terminimalisir, karena kami tau di dalam makalah ini masi banyak kekurangan, untuk itu kami sangat memerlukan kritikan dan saran yang membangun.
DAFTAR PUSTAKA
Damari, Ari. Handayani, Sri. 2009. Fisika SMA Kelas XII. Jakarta : Depdiknas.
Physics, Prinsiple and Problems. Ohio : Glencoe Science
Penuaan adalah suatu proses akumulasi dari kerusakan sel somatik yang diawali oleh adanya disfungsi sel hingga terjadi disfungsi organ dan pada akhirnya akan meningkatkan risiko kematian bagi seseorang. Apabila dilihat dari sudut pandang yang lebih luas, proses penuaan merupakan suatu perubahan progresif pada organisme yang telah mencapai kematangan intrinsik dan bersifat irreversibel serta menunjukkan adanya kemunduran sejalan dengan waktu.
Pada hakikatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaiyu : masa kanak-kanak, masa remaja, dan masa tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki masa tua berarti mengalami kemunduran baik fisik maupun psikis.
Corak perkembangan proses penuaan bersifat lambat namun dinamis dan bersifat individual baik secara fisiologis maupun patologis, karena banyak dipengaruhi oleh riwayat maupun pengalaman hidup di masa lalu yang terkait dengan faktor biologis, psikologis, spiritual, fungsional, lingkungan fisik dan sosial. Perubahan struktur dan penurunan fungsi sistem tubuh tersebut diyakini memberikan dampak yang signifikan terhadap gangguan homeostasis sehingga lanjut usia mudah menderita penyakit yang terkait dengan usia misalnya: stroke, Parkinson, dan osteoporosis dan berakhir pada kematian. Penuaan patologis dapat menyebabkan disabilitas pada lanjut usia sebagai akibat dari trauma, penyakit kronis, atau perubahan degeneratif yang timbul karena stres yang dialami oleh individu. Stres tersebut dapat mempercepat penuaan dalam waktu tertentu, selanjutnya dapat terjadi akselerasi proses degenerasi pada lanjut usia apabila menimbulkan penyakit fisik.
Oleh karena itu diperlukannya pelaksanaan program terapi yang diperlukan suatu instrument atau parameter yang bisa digunakan untuk mengevaluasi kondisi lansia, sehingga mudah untuk menentukan program terapi selanjutnya. Tetapi tentunya parameter tersebut harus disesuaikan dengan kondisi lingkungan dimana lansia itu berada, karena hal ini sangat individual sekali, dan apabila dipaksakan justru tidak akan memperoleh hasil yang diharapkan. Dalam keadaan ini maka upaya pencegahan berupa latihan-latihan atau terapi yang sesuai harus dilakukan secara rutin dan berkesinambungan.
1.2.Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penyusunan makalah ini yaitu : 1.1. Apa definisi dari terapi modalitas pada lansia ? 1.2. Apa jenis-jenis dari terapi modalitas pada lansia ? 1.3. Apa macam-macam dari terapi modalitas pada lansia ? 1.4. Apa program-program pada lansia ? 1.5. Apa Peran Tim Medis Pada Terapi Modalitas 1.6. Apa teknik pada terapi modalitas 1.7. Bagaimana farmakoterapi pada lansia
1.3 Tujuan PenyusunanAdapun tujuan penyusuna makalah ini yaitu :
1.1. Untuk mengetahui definisi dari terapi modalitas pada lansia 1.2. Untuk mengetahui jenis-jenis dari terapi modalitas pada lansia
1.3. Untuk mengetahui macam-macam dari terapi modalitas pada lansia
1.4. Untuk mengetahui penerapan terapi modalitas pada lansia 1.5. Untuk mrngrtahui Peran Tim Medis Pada Terapi Modalitas 1.6. Untuk mengetahui teknik pada terapi modalitas 1.7. Untuk mengetahui farmakoterapi pada lansia
Bab II. Pembahasan
A. Definisi Terapi Modalitas
Terapi modalitas adalah Kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu luang bagi lansia. Terapi ini di berikan dalam upaya mengubah perilaku klien dari perilaku maladaptif menjadi perilaku adaptif. Terapi modalitas mendasarkan potensi yang dimiliki pasien (modal-modality) sebagai titik tolak terapi atau penyembuhannya.
Tujuan : · Mengisi waktu luang bagi lansia · Meningkatkan kesehatan lansia · Meningkatkan produktifitas lansia · Meningkatkan interaksi sosial antar lansia
1.2.Jenis-Jenis Dari Terapi Modalitas Pada Lansia
Psikodrama · Bertujuan untuk mengekspresikan perasaan lansia. Tema dapat dipilih sesuai dengan masalah lansia.
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) · Terdiri atas 7-10 orang. Bertujuan untuk meningkatkan kebersamaan, bersosialisasi, bertukar pengalaman, dan mengubah perilaku. Untuk terlaksananya terapi ini dibutuhkan Leader, Co-Leader, dan fasilitator. Misalnya : cerdas cermat, tebak gambar, dan lain-lain.
Terapi Musik · Bertujuan untuk mengibur para lansia seningga meningkatkan gairah hidup dan dapat mengenang masa lalu. Misalnya : lagu-lagu kroncong, musik dengan gamelan
Terapi Berkebun · Bertujuan untuk melatih kesabaran, kebersamaan, dan memanfaatkan waktu luang. Misalnya : penanaman kangkung, bayam, lombok, dll
Terapi dengan Binatang · Bertujuan untuk meningkatkan rasa kasih sayang dan mengisi hari-hari sepinya dengan bermain bersama binatang. Misalnya : mempunyai peliharaan kucing, ayam, dll
Terapi Okupasi · Bertujuan untuk memanfaatkan waktu luang dan meningkatkan produktivitas dengan membuat atau menghasilkan karya dari bahan yang telah disediakan. Misalnya : membuat kipas, membuat keset, membuat sulak dari tali rafia, membuat bunga dari bahan yang mudah di dapat (pelepah pisang, sedotan, botol bekas, biji-bijian, dll), menjahit dari kain, merajut dari benang, kerja bakti (merapikan kamar, lemari, membersihkan lingkungan sekitar, menjemur kasur, dll)
Terapi Kognitif · Bertujuan agar daya ingat tidak menurun. Seperti menggadakan cerdas cermat, mengisi TTS, tebak-tebakan, puzzle, dll
Life Review Terapi · Bertujuan untuk meningkatkan gairah hidup dan harga diri dengan menceritakan pengalaman hidupnya. Misalnya : bercerita di masa mudanya
Rekreasi · Bertujuan untuk meningkatkan sosialisasi, gairah hidup, menurunkan rasa bosan, dan melihat pemandangan. Misalnya : mengikuti senam lansia, posyandu lansia, bersepeda, rekreasi ke kebun raya bersama keluarga, mengunjungi saudara, dll.
Terapi Keagamaan · Bertujuan untuk kebersamaan, persiapan menjelang kematian, dan meningkatkan rasa nyaman. Seperti menggadakan pengajian, kebaktian, sholat berjama’ah, dan lain-lain.
Terapi Keluarga · Terapi keluarga adalah terapi yang diberikan kepada seluruh anggota keluarga sebagai unit penanganan (treatment unit). Tujuan terapi keluarga adalah agar keluarga mampu melaksanakan fungsinya. Untuk itu sasaran utama terapi jenis ini adalah keluarga yang mengalami disfungsi; tidak bisa melaksanakan fungsi-fungsi yang dituntut oleh anggotanya. · Dalam terapi keluarga semua masalah keluarga yang dirasakan diidentifikasi dan kontribusi dari masing-masing anggota keluarga terhadap munculnya masalah tersebut digali. Dengan demikian terlebih dahulu masing-masing anggota keluarga mawas diri; apa masalah yang terjadi di keluarga, apa kontribusi masing-masing terhadap timbulnya masalah, untuk kemudian mencari solusi untuk mempertahankan keutuhan keluarga dan meningkatkan atau mengembalikan fungsi keluarga seperti yang seharusnya.
1.3. Macam-Macam Terapi Modalitas Pada Lansia 1) Terapi Review Kehidupan Satu dari pendekatan yang paling terkenal terhadap pengobatan usila adalah dengan menggunakan Review Kehidupan/Life Review (Butler, 1963, Butler dan Lewis, 1981). Butler dan Lewis (1981) menjelaskan bahwa Therapi Review Kehidupan adalah lebih ekstensif daripada pengingatan kembali masa lampau secara sederhana, walaupun kenang-kenangan merupakan komponen utama dalam pendekatan ini. Mereka juga menjelaskan bahwa pemerolehan suatu otobiografi yang ekstensif dari manula adalah penting (tergantung pada keragaman sumber misalnya : album keluarga, silsilah keluarga), dengan membiarkan mereka mengatur hidupnya sendiri. Oleh karena itu, konflik-konflik intrapsikis, hubungan keluarga, keputusan tentang keberhasilan dan kegagalan, penyelesaian masalah dan klarifikasi dari nilai-nilai yang dimiliki manula adalah potensial untuk memberikan keuntungan yang diperoleh melalui life review yang dilakukan secara individu atau kelompok.
Tetapi review kehidupan dapat menjadi suatu pengalaman yang membuat frustasi dan menyakitkan untuk banyak manulau yang mungkinmemperoleh dukungan emosional dari seorang penasehat (konselor) selama periode waktu yang lama untuk mengatasi hasil tambahan (by product) dari proses ini (putus asa, rasa bersalah, permusuhan). Sherwood dan Mor (1980 : 867) menunjukan bahwa kenang-kenangan (life review) therapy paling baik dipergunakan dalam suatu lingkungan yang suportif untuk menciptakan kembali identitas orang yang sudah lanjut usia “untuk kembali dari keadaan ketidaksesuaian (dissonance) yang disebabkan oleh kesadaran bahwa usia lanjut tidak memungkinkan untuk menikmati hidup sepuas-puasnya seperti harapan dirinya dimasa lampau”. Sherwood dan Mor (1980) mencatat bahwa kenang-kenangan mungkin tidak cocok bagi manula yang memiliki riwayat “kelainan sosial dan psikologis” . Juga kegunaanya mungkin terbatas bagi manula yang memiliki sumber-sumber interpersonal (interpersonal resourses) seperti : anak, istri/suami, teman, cucu atau bagi mereka yang kebutuhannya untuk tidak menerima pengalaman-pengalaman yang menyakitkan (dan bagi mereka yang menjadikan penolakan sebagai pendekatan seumur hidup terhadap masalah-masalahnya) lebih besar dari keuntungan-keuntungan proses review kehidupan (sebagai suatu persiapan untuk kematian) bukanlah cirri-ciri khusus bagi manula secara keseluruhan ( Hayslip dan Martin, 1985).
2) Orientasi Realitas Realitas (RO) menekankan pada pengurangan kebingungan/disorientasi (biasanya dikerjakan dalam suatu institusi), dan mungkin sangat terstruktur, dengan menekankan orientasi pada waktu, tempat dan orang atau secara intensif selama 24 jam. Karena ini melibatkan suatu perubahan lingkungan (melibatkan staf dan keluarga), cara ini serupa dengan pengobatan lingkungan pergaulan (Folsom, 1968). Studi yang berhubungan dengan RO cenderung deskriptif dengan peningkatan yang bersifat umum atau pulang dari institusi tersebut merupakan tujuan utama (Sherwood dan Mor, 1980), Penelitian ini secara metodologi memiliki kekurangan (misalnya tidak melakukan pengontrolan terhadap harapan staf akan peningkatan). Penelitian yang dilakukan oleh Zelpin, Wolfe dan Kleinplatz (1981) menunjukan bahwa RO adalah efektif dalam menurunkan disorientasi (relatif terhadap kontrol), tetapi efektifitas ini terbatas bagi manula yang tidak mengalami disorientasi berat atau yang lebih muda. Penulis menarik kesimpulan bahwa “Walaupun ada keterbatasan efektifitas dari RO, RO berguna sebagai suatu alat untuk mengorganisasikan perhatian terhadap mereka yang dosrientasi sehingga dapat menghindari kebijakan-kebijakan penjagaan yang tidak pada tempatnya (Zelpin dkk. 1981 : 77). Zelpin dkk (1981) dan Storand (1978) keduanya menunjukan bahwa keterikan pada suatu pengobatan yang kaku sering membatasi efektifitas dari RO. Mengingat RO dapat dipergunakan oleh staf nonprofessional (pembantu perawat), penggunaannya harus fleksibel, dan mungkin terbatas pada manula yang tidak begitu disorientasi (Storand : 1978). Dilain pihak, Storand mencatat bahwa pasien yang disorientasinya sedikit banyak menunjukan rasa permusuhan apabila terpapar dengan RO secara sama, sehingga memerlukan waktu dan upaya tambahan bagi staf untuk mengatasi rasa marahnya.
Seperti Hayslip dan Kooken (1982 : 295) tunjukan, “ partisipasi seperti dapat dengan baik mencegah penurunan kognitif yang mungkin diakibatkan oleh kurangnya stimulasi. Prinsip yang paling penting yang harus diingat adalah perlu ada keterpaparan terhadap tuntuan untuk memproses dan memperoleh kembali informasi, atau dalam istilah sederhana “latihan berfikir”. Ketrampilan berpikir tidak boleh dihentikan untuk waktu yang lama karena dapat menyebabkan kerusakan-kerusakan baik bersifat eksperiensial maupuin organic. Tujuan utama therapist adalah selalau membuat manula aktif. Berbeda dengan psikotherapi dengan kelompok umur lainnya, therapy ini memerlukan sesi satu atau dua kali sehari, jika tidak, sumber stimulasi lainnya untuk klien akan muncul dan dapat tertanam.
3) Remotivasi Remotivasi juga dapat dilakukan dengan bantuan perawat, memiliki prinsip bahwa bagian yang sehat dari kepribadian seseorang dapat diaktifkan. Penerima therapy ini dapat “Menjembatani” klien dengan realita, reinforcement asintraksi kelompok dan “Penemuan kembali” aktifitas-aktifitas sebelumnya yang memuaskan. Tujuan dari pendekatan remotivasi ini adalah peningkatan kompetensi social, kemampuan self care dan tingkat aktifitas. Bukti-bukti menunjukan bahwa tehnik remotivasi ini memenuhi tujuan seperti diatas untuk orang-orang lanjut usia yang dirawat dipanti-panti jompo (tehnik remotivasi ini juga sudah digunakan pada orang-orang usila yang berada di masyarakat). Namun ada beberapa indikasi bahwa keefektifan tehnik ini berbeda-beda sesuai dengan posisi klien.Storand (1978 : 286) menyatakan bahwa tehnik remotivasi ini tidak harus dipandang sebagai sesuatu hal yang memerlukan penelitian yang lebih mendetail untuk menentukan aspek-aspek mana dari prosedur yang paling menguntungkan, mengingat hal itu dapat merugikan pasien sendiri. Yang perlu diingat bahwa remotivasi ni pada awalnya berpengaruh sangat besar dan bila sudah tertarik dan berminat berminat maka remotivasi ini paling banyak digunakan oleh perawat dan pasien.
Related:MAKALAH PENERAPAN TERAPI MODALITAS PADA LANSIA DIKELUARGA 4) Therapi Milieu/ Manipulasi Lingkungan Therapy mipieu dilakukan dengan menciptakan suatu “Komunitas therapeutic” dimana seluruh fase interaksi paien-pasien usila dengan perawat dirancang sedemikian rupa sehingga menguntungkan pasien . Therapi ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan social, memperbersar tanggung jawab terhadap aktifitas sendiri dan meningkatkan harga diri. Asumsi, yaitu : § Perawatan pasien harus manusiawi dan tidak menghukum § Pelaksana therapy Milieu akan meningkatkan pengelolaan ruang perawatan § Therapi Milieu berkaitan langsung dengan sumber-sumber interpersonal dalam lingkungan sekitarnya.
Storand juga menunjukan bahwa therapy Milieu ini akan berfungsi dengan baik pada pasien usila yang memiliki gejala psikotik secara emosional tetapikemampuankognitifnya masih utuh. Dengan demikian pasien usila yang masih bersikap bermusuhan dan mengamuk akan sulit ditangani dengan therapy Milieu. Ia mencatat bahwa meskipun memiliki kelemahan (misalnya tanggung jawab yang sedikit pada pasien atau terjadi penyimpangan /perbedaan tujuan antara pasien dengan perawat) namun harus diakui bahwa therapy sangat bermanfaat bagi pasien usila terutama yang menjadi apatis dan tidak responsive sebagai akibat dari perawatan/ pengobatan sebelumnya. Sebagai tambahan, selain dari therapy Milieu ini ada beberapa tehnik “Manipulasi Lingkungan” yang berguna dalam menghadapi situasi diatas. Seperti yang telah dijelaskan oleh Fozard dan Popkin (1978), Manipulasi lingkungan kecemasan, disorientasi dan kebingungan pada pasoen-pasien usila. Tehnik Milieu/Manipulasi lingkungan ini meliputi : · Berbicara lebih jelas dan lebih keras · Memperendah kekuatan suara tetapi volume suara ditingkatkan (seperti pada telepon dan bel pintu) · Memperbanyak petunjuk-petunjuk visual lewat kode-kode warna · Menghindari cahaya/warna yang menyilaukan misalnya dengan penggunaan cat bernuansa datar secukupnya. · Mengatur cahaya agar redup · Merancang area pribadiMenggunakan tanda-tanda/symbol-simbol yang konkrit sambil meningkatkan fungsi memori
Rodin dan Langer (1976 dan 19770 menjelaskan tentang adanya keuntungan-keuntungan lain dari tehnik ini seperti : Meningkatkan kesehatan fisik, moral dan harga diri, bila disertai : · Mengatur jam kunjung · Dapat memilih salah saatu makanan dari berbagai jenis makanan yang ada untuk makan siangnya · Dapat menanam tanaman diruang/pot atau luar ruangan · Tindakan lain yang bisa mendukung keefektifan ini adalah : · Memberi imbalan/reward (seperti : kue, uang dan hadiah) untuk aktifitas yang telah dilakukan · Menyediakan permainan (seperti teka-teki, game) atau rekreasi · Mengijinkan pasien untuk makannya dan merancang dekorasi/furniture diruangannya.
Keberhasilan tehnik ini dipengaruhi oleh kemampuan self care, tingkat aktifitas, dengan orang lain. Therapi lain yang dapat dilakukan pada pasien usila adalah : psikotherapi individu, therapy kelompok /keluarga , therapy perilaku dan penanganan psikofarmakologi. 5) Terapi Kelompok Therapi kelompok adalah alternatif lain untuk perawatan lansia dan seringkali digunakan untuk suatu kelompok dan institusi. Hayslip dan Kooken (1982 : 295) menyatakan “Ciri therapy kelompok pada lansia adalah ketergantungan pada kebutuhan-kebutuhan dapat digunakan untuk keuntungan mereka. Pendekatan ini digunakan pada beberapa bentuk dari issue yang berorientasikan diskusi kelompok, untuk kelompok yang dirancang untuk merangsang verbalisasi/interaksi antar anggota kelompok, untuk kelompok khususnya untuk meningkatkan kemandirian dan perasaan positif terhadap diri sendiri. Ini akan membuahkan hasil yang realistis, sampai berfokus pada beberapa klien yang kuat yang menjadi kepaduan kelompok. Therapi kelompok sering menggunakan berbagai variasi seperti therapy seni, therapy tari/therapy musik untuk orang lanjut usia. Hardfort (1980) mengatakan bahwa bervariasinya latar belakang dimana metode kelompok ini dapat digunakan telah melalui 3 dekade : perawatan rumah-rumah, perawatan dirumah-rumahsakit, privat homes daycare centers, komunitas, seniorcenter-sebiorcenter. Ia menjelaskan bahwa banyak tujuan-tujuan yang efektif dengan menggunakan metode kelompok ini :
Perkembangan individu (rehabilitasi)
Pengembangan hubungan interpersonal
Peningkatan pemecahan masalah
Perubahan segera apa yang ada disekelilingnya
Perubahan-perubahan dalam system social/institusi
Perubahan-perubahan sikap dan nilai-nilai dalam anggota kelompok
Perubahan-perubahan berkenaan dengan sikap/perkembangan Hartford (1980) status kelompok-kelompok banyak menggunakan usia, contoh untuk daya tahan berhubungan dengan dunia nyata dan dengan masyarakat sebelum terjalin hubungan antara keduanya. Kemudian hak untuk fisik atau masalah-masalah emosional, untuk anggota perkembangan dan perbaikan, untuk pengetahuan baru dan menambah kelangsungan hidup. Sebagai pencahayaan, orientasi kenyataan sebelum dimotivasi, tinjauan hidup, therapy seni, therapy pekerjaan, therapy tarian dan therapy musik untuk tempat pertimbangan yang spesifik. Dalam hal ini digunakan untuk perlakuan kelompok. Sebagai peran pemimpin kelompok, membantu sebagai fasilitasi diskusi, menyediakan susunan, memberikan definisi goal, menjelaskan apakah dia saat itu berperan atau dengan suportif pasif sederhana. Hardfort (1980) mencatat kelompok therapy sesekali memerlukan keahlian dan menggunakan tindakan preventif guna memperbaiki pengertian. Sunggah menyedihkan bagaimanapun suatu penggunaan kelompok therapy dengan usia relatif tanpa kritik, jelas kekurangan pengertian penelitian, kelompok-kelompok pemakai rumah untuk orang tua, pelajaran “kelompok” dimana rumah untuk orang tua sebagai subyek. Buku metodologi kelompok pekerjaan praktis dengan orang tua, atau contoh pekerjaan dengan rumah untuk orang tua, di buku “kelompok metode” celah acara-acara penting (diantaranya riset dan practice) pada (Harford, 1980).
6) Psikoanalisa Psikotherapi dilakukan Freud pada tahun 1924 dengan teorinya Psikoanalisa. Dalam teori ini pemberian pertolongan sangat dipengaruhi emosi. Freud juga melihat bahwa banyak hambatan dalam mengeluarkan buah pikiran. Hambatan ini terjadi akibat adanya kekuatan tertentu yang sering tidak didasari dan ingatan tentang hal-hal yang mencemaskan atau menyakitkan akan muncul kembali (tidak masuk ke alam sadar). Menurut Freud struktur kepribadian manusia meliputi : Ø Ego : berdasar prinsip realitas Ø Id : meliputi insting (naluri) dan tidak disadari Ø Super ego : pengontrol Id, Ego dan berhubungan dengan moral dan idial seseorang Setelah terjadi gabungan ketiganya dan terjadi konflik antara Id, Ego dan Super ego dan tampaknya tidak normal, dianggap normal oleh pemberi therapy. Freud melihat sedikit klien tua dan dirinya ragu akan keberhasilan tehnik ini bagi ketuaan seseorang, hal ini sungguh tidak menguntungkan, untuk menghilangkan keraguan itu maka usaha yang harus dilakukan adalah mempertahankan tehnik ini sampai beberapa tahun meskipun kurang berharga bagi klien. Karena klien merasa tua, maka tehnik itu untuk dirinya dan seandainya dirinya dapat tumbuh/berubah itu sangat sukar. Catatan-catatan Gottastm (1980), Freud dan Therapist yang lain, Abraham (1949) dan Goldfarb (1953) mereka pencetus dan pelopor perubahan dalam therapy psykoanalitik dengan lanjut usia. Seperti mengenai therapy dukungan, kreatifitas/therapeutic digunakan untuk memeprtahankan ketergantungan orang tua dalam pemenuhan kebutuhan dan mengijinkan serta memanfaatkan pemindahan untuk therapy, siapa pengganti seperti pengganti anak. Dari kenyataan yang ada sedikit sekali laporan-laporan yang berhubungan pengetahuan yang mengarah perlakuan psikoanalitik pada klien usila karena amat tanda-tanda yang ada dan hanya mempercayakan atas pertimbangan medis/klinis. Hal ini sukar mencapai hasil akhir yang memuaskan dari pengobatan. Gottestam (1980 : 788) menyatakan “ini penting untuk menahan efek dari pemindahan dan menahan perpindahan dan permainan mana yang boleh adalah penting dan yang melibatkan orang tua dalam therapy daripada dalam therapy tradisional. Berdasar pengetahuan saat ini, adalah tidak benar menyimpulkan bahwa klien yang sudah tua tidak sanggup mencapai pengetahuan yang ada.
7) Terapi Keluarga Therapi keluarga adalah pilihan lain yang terbanyak untuk menangani orang usila yang mengalami masalah komunikasi (Butler dan Lewis, 1981; Hayslip dan Kooken, 1982 : 246) “Perubahan-perubahan dalam tugas seperti mengalami pensiun atau menjadi kakek, masalah-masalah yang disertai penyakit kronik atau akut, masalah sebagai orang tua tunggal ataupun dengan pasangannya serta timbulnya konflik ketika orang tua dalam perawatan dirumah oleh anak remaja maka dapat dilakukan pendekatan dengan melibatkan semua bagian termasuk merumuskan harapan yang jelas dari perilakunya, meningkatkan komunikasi, mengurangi rasa bersalah, ketidakpercayaan.” Therapi keluarga tepat digunakan untuk memulihkan konflik antara orang tua dan anak disekitar perkawinan dan menjadi kekuatan dalam rumah atupun danya keterbatasan orang tua dalam merawat anak karena sakit atau perpisahan orang tua dengan anak yang telah dewasa. Therapi keluarga bisa juga digunakan oleh individu unutk mengekspresikan perasaan mencari pilihan dan meningkatkan sensitivitas terhadap pandangan orang lain. Menurut Hartford (1980) Pengobatan therapy keluarga tradisional banyak diabaikan pada 3,4,5 generasi dalam keluarga meskipun banyak informasi tersedia pada keluarga dinamis dan keluarga yang memilikim pola saling tolong-menolong pada usila (See Sussman, 1976; Troll, Miller dan Atchley, 1979). Grauer, Betts dan Birnborm (1973) telah berhasil melakukan penyatuan keluarga sehingga keluarga dapat menempatkan orang-orang usila yang bermaslah dalam suatu pusat perawatan. Dye dan erber (1981) melaporkan bahwa individu, kelompok konseling, kelompok konseling keluarga merupakan suatu kontrol tanpa adanya pegobatan dalam memfasilitasi masa transisi pada perawatan keluarga. Kemungkinan diskusi yang sering digunakan pada intervensi keluarga telah disediakan, menurut Herr dan weakland (1979). “Teori system yang menjadikan keluarga sebagai suatu system, dimana setiap bagian dapat saling mempengaruhi satu sama lainnya. Pendekatanannya menekankan pada saat ini dan sekarang. Pada waktu sekarang yang saling mempengaruhi (masalah penagnan terhadap masalah) meliputi anggota keluarga. Beberapa ahli melihat ada beberapa maslah interaksi pada anggota keluarga yang usila meliputi orang tua sebagai anggota keluarga, yaitu : · Disebabkan orang pada dahulu kala · Kealahan peran orang tua anak, dimana anak dewasa harus bertanggung jawab akan orang tuanya · Pertentangan antara pasangan anggota keluarga (contoh : ibu-anak perempuan melawan ayah). · Hubungan simbiotik, dimana orang tua tidak dapat membiarkan anak-anaknya yang sudah dewasa untuk pergi. · Ketidaksinambungan antara harapan orang tua dan harapan anak anakan orang tuanya. · Pengalihan peran, sebagai contoh : pada saat suami sakit maka istri harus menggantikan pekerjaan suaminya. · Rasa takut dan menarik diri pada orang tua dari orang-orang yang lebih muda kesulitan berkomunikasi, sering muncul pada saat-saat tertentu seperti saat sakit, kematian dan pensiun.
Masalah merupakan ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan, ada yang melihat sebagai tidak terpenuhinya kebutuhan seseorang, dan adapula yang mengartikannya sebagai suatu hal yang tidak mengenakkan atau sesuatu yang dapat menghambat seseorang dalam mencapai tujuannya. Prayitno (1985) mengemukakan bahwa masalah adalah sesuatu yang tidak disukai adanya, menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri dan atau orang lain, ingin atau perlu dihilangkan.
Masalah dapat muncul di mana saja, tak terkecuali dalam belajar. Dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah ditemukan hal-hal berikut. Guru telah mengajar dengan baik. Ada siswa belajar dengan giat. Ada siswa pura-pura belajar. Ada siswa belajar setengah hati. Bahkan ada siswa yang tidak belajar. Dilihat dari hal-hal tersesbut dapat ditemukan adanya masalah-masalah belajar yang dialami oleh siswa.
Seorang guru yang profesional harus mampu menemukan masalah yang dihadapi oleh siswanya dan memberikan solusi atau jalan keluar baik berupa dorongan, motivasi atau nasehat-nasehat yang dapat membantu siswa menyelesaikan masalah yang dihadapinya agar tidak berlarut-larut mengganggu proses belajarnya.
A. Faktor-Faktor Internal Belajar
Dalam interaksi belajar mengajar ditemukan bahwa proses belajar yang dilakukan oleh seorang siswa merupakan kunci keberhasialan belajar.
Aktifitas mempelajari bahan belajar tersebut memakan waktu. Lama waktu mempelajari tergantung pada jenis dan sifat bahan. Lama waktu untuk mempelajari tergantung pada kemampuan siswa. Jika bahan belajarnya sukar, dan siswa kurang mampu, maka dapat diduga bahwa proses belajar memakan waktu yang lama. Sebaliknya, jika bahan belajar mudah, dan siswa berkemampuan tinggi, maka proses belajar memakan waktu singkat. Aktifitas belajar dialami oleh siswa sebagai suatu proses yaitu proses belajar sesuatu.
Pada kegiatan belajar dan mengajar di sekolah ditemukan dua subjek, yaitu siswa dan guru. Dalam kegiatan belajar, siswalah yang memegang perang penting. Dalam proses tahap penting, yaitu:
Sebelum belajar. hal yang berpengaruh pada belajar, menurut biggs & telfer dan winkel, adalah ciri khas pribadi, minat, kecakapan, pengalaman, dan keinginan belajar.
Proses belajar, yaitu suatu kegiatan yang dialami dan dihayati oleh siswa sendiri. Kegiatan atau proses belajar ini terpengaruh oleh sikap, motivasi, konsentrasi, mengolah, menyimpan, menggali, dan ujuk berprestasi.
Sesudah belajar, merupakan tahap untuk prestasi hasil belajar. Secara wajar diharapkan agar hasil belajar menjadi lebih baik, bila dibandingkan dengan keadaan sebelum belajar.
Proses belajar, merupakan kegiatan mental mengolah bahan belajar atau pengalaman lain. Proses belajar ini tertuju pada bahan belajar dan sumber belajar yang diprogramkan guru.
Proses belajar yang berhubungan dengan bahan belajar tersebut,dapat diamati oleh guru dan umumnya dikenal sebagai aktivitas belajar siswa. Guru adalah pendidikan yang membelajarkan siswa.
Perorganisasian belajar.
Penyajian bahan belajar dengan pendekatan pembelajaran tertentu.
Melakukan evaluasi hasil belajar.
Proses belajar merupakan hal yang kompleks.siswalah yang menentukan tejadi atau tidak terjadi belajar. Untuk bertindak belajar siswa menghadapi masalah-masalah secara intern. Jika siswa tidak dapat mengatasi masalahnya, maka ia tidak belajar dengan baik.
Faktor intern yang dialami dan dihayati oleh siswa yang berpengaruh pada proses belajar yaitu:
1. Sikap terhadap Belajar
Sikap merupakan kemampuan memberiakan penilaian tentang sesuatu yang membawa diri sesuai dengan penilaian, adanya penilaian tentang sesuatu, mengakibatkan terjadinya sikap menerim, menolak, atau mengabaikan.
2. Motivasi Belajar
Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar.oleh karena itu, motivasi belajar pada diri siswa perlu diperkuat terus menerus.agar siswa memiliki motivasi belajar yang kuat, pada tempatnya diciptakan suasana belajar yang menggembirakan.
3. Konsentrasi Belajar
Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran. Untuk memperkuat perhatian pada pembelajaran, guru perlu menggunakan bermacam-macam strategi belajar-mengajar, dan memperhitungkan waktu belajar serta selingan istirahat.
4. Mengolah Bahan Belajar
Mengolah bahan belajar merupakan kemampuan siswa untuk menerima isi dan cara pemerolehan ajaran sehingga menjadi bermakna bagi siswa.isi bahan belajar berupa pengetahuan, nilai kesusilaan, nilai agama, nilai kesenian serta keterampilan mental dan jasmani.
5. Menyimpan Perolehan Hasil Belajar
Menyimpan perolehan hasil belajar merupakan kemampuan menyimpan isi pesan dan cara memperoleh pesan. Kemampuan menyimpan tersebut dapat berlangsung dalam waktu pendek dan waktu yang lama. Kemampuan menyimpan dalam waktu pendek berarti hasil belajar cepat dilupakan, kemampuan menyimpan dalam waktu lama berarti hasil belajar tetap dimiliki siswa.
Cara melukiskan proses belajar sebagai berikut:
Proses penerimaan merupakan kegiatan siswa melakukan pemusatan perhatian, menyeleksi, dan memberi kode terhadap hal yang dipelajari.
b) Proses pengaktifan merupakan kegiatan siswa untuk menguatkan pesan baru, membangkitkan pesan dan pengalaman lama.
c) Proses pengolahan merupakan proses belajar. Dalam tahap ini siswa menggunakan kesadaran penuh. Ia memikirkan tugas, berlatih, menarik kesimpulan, dan unjuk belajar.
d) Proses penyimpanan merupakan saat memperkuat hasil beajar. Pebelajaran menggunakan berbagai teknik belajar agar tersimpan dalam ingatan, penghayatan dan keterampilan jangka panjang.
e) Proses pemanggilan di mana pesan atau kesan lama diaktifkan kembali.
6. Menggali Hasil Belajar yang Tersimpan
Menggali hasil belajar yang tersimpan merupakan proses mengaktifkan pesan yang telah diterimah.
7. Kemampuan Berprestasi atau Unjuk Hasil Belajar
Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Dalam belajar pada ranah kognitif ada gejala lupa. Lupa merukan peristiwa biasa, meskipun demikian dapat dikurangi. Lupa pada ranah kognitif umumnya berlawanan dengan mengingat. Pesan yang dilupakan belum tentu berarti “hilang” dari ingatan.kadang kala siswa memerlukan waktu untuk “membangkitkan” kembali pesan yang “Terlupakan”.
Cara melukiskan suatu proses belajar yang memungkinkan terjadinya lupa yaitu:
a) Pembelajar melakukan konsentrasi terhadap bahan ajar. Pemusatan perhatian tersebut dapat menurun karena lelah atau memang lemah. Akibatnya ada bahan ajar yang keluar dan tak terterimah.
b) Pebelajar mengolah bahan ajar yang terterima.
c) Apa yang terolah akan disimpan,tetapi ada bagian yang keluar.
d) Dalam menghadapi tugas-tugas belajar lanjut,maka siswa akan menggali pengetahuan dan pengalaman belajar yang tersimpan.
e) Pebelajar menggunakan pesan-pesan yang dipelajari untuk berprestasi.
8. Rasa Percaya Diri Siswa
Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil. Dari segi perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul berkat adanya pengakuan dan lingkungan. Dalam proses belajar diketahui bahwa unjuk prestasi merupakan tahap pembuktian “perwujudan diri” yang diakui oleh guru dan rekan sejawat siswa.makin sering berhasil menyelesaikan tugas, maka semakin memperoleh pengakuan umum, dan selanjutnya rasa percaya diri semakin kuat. begitupun sebaliknya.
9. Intelegensi dan Keberhasilan Belajar
Menurut wechler (monks & knoers, Siti Rahayu Haditono) inteligensi adalah suatu kecakapan global atau rangkuman kecakapan untuk dapat bertindak secar terarah, berfikir secara baik, dan bergaul dengan lingkungan secara efisien. Kecakapan tersebut, menjadi aktual bila siswa memecahkan masalah dalam belajar atau kehidupan sehari-hari.
10. Kebiasaan belajar
Dalam kegiatan sehari-hari ditemukan adanya kebiasaan belajar yang kurang baik. kebiasaan belajar tersebut antara lain berupa:
a) Belajar pada akhir semester
b) Belajar tidak teratur
c) Menyia-nyiakan kesempatan belajar
d) Bersekolah hanya untuk bergensi
e) Datang terlambat bergaya bermimpi
f) Bergaya jantan separti merokok,sok menggurui teman lain dan
g) Bergaya minta”belas kasihan” tanpa belajar.
Kebiasaan-kebiasaan buruk tersebut dapat ditemukan di sekolah yang ada di kota besar,kota kecil,dan pelosok tanah air.
11. Cita-Cita Siswa
Cita-cita merupakan motivasi intrinsik.tetapi adakalahnya” gambar yang jelas” tentang tokoh teladan bagi siswa belum ada. Akibatnya, siswa hanya berperilaku ikut-ikutan. Sebagai ilustrasi, siswa ikut-ikutan berkelahi, merokok sebagai tanda jantan, atau berbuat “jagoan” dengan melawan aturan. Dengan perilaku tersebut, siswa beranggapan bahwa ia telah “menempuh” perjalanan mencapai cita-cita untuk terkenal di lingkungan siswa sekota.
B. Faktor-Faktor Ekstern Belajar
Proses belajar didorong oleh motivasi intrinsik siswa. disamping itu proses belajar juga dapat terjadi, atau menjadi bertambah kuat, bila didorong oleh lingkungan siswa. Dengan kata lain aktivitas belajar dapat meningkat bila program pembelajaran disusun dengan baik. Program pembelajar sebagai rekayasa pendidikan guru disekolah merupakan faktor ekstern belajar.Faktor-faktor ekstern tersebut adalah sebagai berikut:
1. Guru sebagai Pembina Siswa Belajar
Guru adalah pelajar yang mendidik.Guru mengajar siswa adalah seorang pribadi yang timbul menjadi penyandang profesi guru badang studi tertentu. Sebagai seorang pribadi juga mengembangkan diri menjadi pribadi utuh. Sebagai seorang diri yang mengembangkan keutuhan pribadi, ia juga menghadapi masalah pengembangan diri, pemenuhan kebutuhan hidup sebagai manusia.
Guru juga menumbuhkan diri secara profesional. Ia bekerja dan bertugas mempelajari profesi guru sepanjang hayat. hal-hal yang dipelajari oleh guru yaitu:
Memiliki integritas moral kepribadian
Memiliki integritas intelektual beriorientasi kebenaran
Memiliki integritas religus dalm konteks pergaulan dalam masyarakat mejemuk
Mempertinggi mutu keahlian bidang studi sesuai dengan kemmampuan ilmu pengetahuan,teknologi,dan seni.
Memahami,menghayati dan mengamalkan etika profesi guru
Bergabung dengan asosiasi profesi,serta
Mengakui dan menghormati martabat siswa sebagai klien guru.
2. Prasarana dan Sarana Pembelajaran
Prasarana pembelajaran meliputi gedung sekolah,ruang belajar, lapangan olah raga,ruang ibadah,ruang kesenian,dan peralatan olah raga.sarana pembelajaran meliputi buku pelajaran,buku bacaan,alat dan fasilitas laboratorium sekolah dan berbagai media pengajaran yang lain.
Prasarana dan sarana proses belajar adalah barang mahal. Barang-barang tersebut dibeli dengan dengan uang pemerintah dan masyarakat. Maksud pembelian tersebut adalah untuk mempermudah sisawa belajar.
Peran Guru adalah sebagai berikut:
1. Memelihara, mengatur prasarana untuk menciptakan suasana belajar yang menggembirakan
2. Memelihara dan mengatur sasaran pembelajaran yang berorientasi pada keberhasialan siswa belajar dan
3. Mengorganisasi belajar siswa sesuai dengan prasarana dan sasaran secara tepat guna.
Peran siswa adalah sebagai berikut:
a) Ikut serta memelihara dan mengatur prasarana dan sarana secara baik.
b) Ikut serta dan berperan aktif dalam pemanfaatan prasarana dan sarana secara tepat guna,dan
c) Menghormati sekolah sebagai pusat pembelajaran dalam rangka pencerdasan kehidupan generasi muda bangsa.
3. Kebijakan Penilaian
Hasil belajar merupakan proses belajar. Pelaku aktif dalam belajar adalah siswa.hasil belajar juga merupakan hasil proses belajar, atau proses pembelajaran. Pelaku aktif pembelajaran. Pelaku aktif pembelajaran adalah guru dengan demikian,hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi.dari sisi siswa, hasil belajar merupakan “ tingkat perkembangan mental” yang lebih baik bila dibandingkan pada saat pra-belajar.” Tingkat perkembangan mental” tersebut terkait dengan bahan pembelajaran.dan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pembelajaran. Hal ini terkait dengan tujuan penggal-penggal pengajaran
4. Lingkungan Sosial Siswa di Sekolah
Siswa-siswi di sekolah membentuk suatu lingkungan pergaulan yang dikenal sebagai lingkungan sosial siswa.dalam lingkungan sosial tersebut ditemukan adanya kedudukan dan peradaban tertentu.sebagai ilustrasi,seorang siswa dapat menjabat sebagai pengurus kelas, sebagai ketua kelas,sebagai ketua OSIS di sekolahnya, sebagai pengurus OSIS di sekolah-sekolah di kotanya, tingkat provinsi atau tingkat nasional.
Pengaruh lingkungan sosial tersebut berupa hal-hal berikut:
a) Pengaruh kejiwaan yang bersifat menerima atau menolak siswa, yang akan berakibat memperkuat atau memperlemah konsentrasi belajar.
b) Lingkungan sosial mewujud dalam suasana akrab,gembira,rukun dan damai; sebaliknya, mewujud dalam suasana perselisihan, bersaing, salah-menyalahkan dan cerai berai.
c) Lingkungan sosial siswa di sekolah atau juga di kelas dapat berpengaruh pada semangat belajar kelas.
5. Kurikulum Sekolah
Program pembelajaran di sekolah mendasarkan diri pada suatu kurikulum.kurikulum yang diberlakukan sekolah adalah kurikulum nasional yang disahkan oleh pemerintah,atau suatu kurikulum yang disahkan oleh suatu yayasan pendidikan.kurikulum sekolah tersebut berisi tujuan pendidikan,isi pendidikan,kegiatan belajar-mengajar dan evaluasi.
Perubahan kurikulum sekolah menimbulkan masalah. Masalah-masalah itu adalah:
a) Tujuan yang akan dicapai mungkin berubah.bila tujuan berubah, berarti pokok bahasan,kegiatan belajar-mengajardan evaluasi akan berubah.sekurang-kurangnya,kegiatan belajar perlu diubah.
b) Isi pendididkan berubah; akibatnya buku-buku pelajaran,buku bacaan dan sumber yang lain akan berubah.
c) Kegiatan belajar-mengajar berubah; akibatnya guru harus mempelajari strategi, metode, teknik dan pendekatan mengajar yang baru.
d) Evaluasi berubah; akibatnya guru akan mempelajari metode dan teknik evaluasi belajar yang baru.
C. Cara Menentukan Masalah-Masalah Belajar
Program pembelajaran merupakan hal yang kompleks. Ke kompleksan itu terentang dari:
a) Konstruksi kurikulum dan pemberlakuan kurikulum sekolah.
b) Tugas guru menyusun, melaksanakan dan mengevaluasi program pembelajaran; dalam pelaksanaan pembelajaran guru memilih media dan sumber belajar, serta strategi mengajar yang sesuai dengan kurikulum.
c) Peran siswa yang sesuai kurikulum yang berlaku.
Belajar di sekolah terkait dengan beberapa hal. Dalam bertindak belajar, siswa berhubungan dengan guru, bahan belajar, pemerolehan pengetahuan dan pengalaman, dan tata cara evaluasi belajar. Di samping itu, siswa secara intern menghadapi disiplin, kebiasaan dan semangat belajarnya sendiri.
1. Pengamatan Perilaku Belajar
Guru selaku pembelajar bertindak membelajarkan,dengan mengajar. Guru selaku pengamat,melakukan pengamatan terhadap perilaku siswa.dalam pengamatan tersebut guru juga mewawancarai siswa atau teman belajarnya.jadi ada perbedaan peran guru, yaitu peran membelajarkan dan peran pengamat untuk menemukan masalah-masalah belajar.bila masalah siswa ditemukan,maka sebagai pendidik, guru berusaha membantu memecahkan msalah belajar.
Peran pengamatan perilaku belajar dilakukan sebagai berikut:
a. Menyusun rencana pengamatan,seperti tindak belajar berkelompok atau belajar sendiri,atau yang lain.
b. Memilih siapa yang akan diamati,meliputi beberapa orang siswa.
c. Menentukan berapa lama berlangsungnya pengamatan, seperti dua,tiga atau empat bulan.
d. Menentukan hal-hal yang akan diamati,seperti cara siswa membaca,cara menggunakan media belajar,prosedur,dan cara proses belajar sesuatu.
e. Mencatat hal-hal yang diamati.
f. Menafsirkan hasil pengamatan. Untuk memperoleh informasi tentang pengamatan perilaku belajar tersebut, bila perlu guru melakukan wawancara pada siswa tertentu, untuk mempermudah pengamatan, pada tempatnya guru menggunakan lembar pengamatan perilaku belajar.
2. Analisis Hasil Belajar
Analisis hasil belajar siswa merupakan pekerjaan khusus. Hal ini pada tempatnya dikuasai dan dikerjakan oleh guru.dalam melakukan analisis hasil belajar pada tempat guru melakukan langkah-langkah berikut:
a. Merencanakan analisis sejak awal semester, sejalan dengan desain instuksional
b. Merencanakan jenis-jenis pekerjaan siswa yang dipandan sebagai hasil belajar.sebagai ilustarasi,hasil ujian atau pokok bahasan mana yang dijadikan kajian
c. Merencanakan jenis-jenis ujian dan alat evaluasi; kemudian menganalisis kepantasan jenis ujian dan alat evaluasi tersebut.
d. Mengumpulkan hasil belajar siswa, baik yang berupa jawaban ujian tulis,ujian lisan dan karya tulis maupun benda.
e. Melakukan analisis secara statistik tentang angka-angka perolehan ujian dan mengategori karya-karya yang tidak bisa diangkakan
f. Mempertimbangkan hasil pengamatan pada kegiatan belajar siswa;perilaku belajar siswa tersebut dikategorikan secara ordinal
g. Mempertimbangkan tingkat kesukaran bahan ajar bagi kelas, yang dibandingkan dengan program kurikulum yang berlaku.
h. Memperhatiakan kondisi-kondisi ekstern yang berpengaruh atau di duga ada pengaruhnya dalam belajar
i. Guru juga melancarkan suatu angket evaluasi pembelajaran pada siswa menjelang akhir simester.
3. Tes Hasil Belajar.
Pada penggal proses belajar dilancarkan tes hasil belajar.adapaun jenis tes yang digunakan umumnya digolongkan sebagai tes lisan dan tes tertulis. Tes tertulis terdiri dari tes esai dan tes objektif.
Tes lisan memiliki kelebihan.kelebihannya adalah yaitu:
a. Penguji dapat menyesuaikan bahasa dengan tingkat daya tangkap siswa.
b. Penguji dapat mengejar tingkat penguasaan siswa tentang pokok bahasan tertentu.
c. Siswa dapat melengkapi jawaban jawaban lebih leluasa.
Kelemahan tes lisan adalah yaitu:
a. Penguji dapat terjerumus pada kesan subjektif atas perilaku siswa.
b. Menemukan waktu yang lama.
Tes tertulis memiliki kelebihan.kelebihannya adalah yaitu :
a. Penguji dapat menguji banyak siswa dalam waktu terbatas.
b. Objektivitas pekerjaan tes terjamin dan mudah diawasi.
c. Penguji dapat menyusun soal-soal yang merata pada tiap pokok bahassan
d. Penguji dengan mudah dapat menentukan standar penilaian
e. Dalam pengerjaan siswa dapat memilih menjawab urutan soal sesuai kemampuanya.
Kelemahan tes tertulis adalah yaitu :
a. Penguji tidak sempat memperoleh penjelasan tentang jawaban siswa
b. Rumusan pertanyaan yang tak jelas menyulitkan siswa.
c. Dalam pemeriksaan dapat terjadi subjektivitas penguji.
Tes esai memiliki kelebihan.kelebihannya adalah yaitu :
a. Penguji dapat menilai dan meneliti kemampuan siswa bernalar.
b. Bila cara memberi angka ada kriteria jelas maka dapat menghasilkan data objektif.
Kelemahan tes esai adalah yaitu :
a. Jumlah soal sangat terbatas dan kemungkinan siswa berspekulasi dalam belajar
b. Objektifitas pengerjaan dan pembinaan sukar dilakukan.
Tes objektif memiliki kelebihan.kelebihannya yaitu:
a. Penguji dapat membuat soal yang banyak dan meliputi semua pokok bahasan.
b. Pemeriksaaan dapat dilakukan secara objektif dan cepat.
c. Siswa tak dapat berspekulasi dalam belajar
d. Siswa yang tak pandai menjelaskan dengan bahasa yang baik tidak terhambat.
Kelemahan tes objektif adalah :
a. Kemampuan siswa bernalar tidak tertangkap.
b. Penyusunan tes memakan waktu lama.
c. Memakan dana besar.
d. Siswa yang pandai menerka jawaban dapat keuntungan.
e. Pengarsipan soal sukar dan memungkinkan kebocoran.
Tes hasil belajar adalah alat untuk mebelajarkan siswa.meskipun demikian keseringan penggunaan tes tertentu akan menimbulkankebiasaan tertentu. artinya jenis tes tertentu akan membentuk jenis-jenis ranah kognitif,afektiff dan psikomotorik tertentu.
Tes hasil belajar dapat digunakan :
a. Menilai kemajuan belajar.
b. Mencari masalah-masalah dalam belajar.
Untuk menilai kemajuan dalam belajar, pada umumnya penyusun tes adalah oleh guru sendiri.untuk mencari masalah-masalah dalam belajar, sebaliknya penyusun tes adalah tim guru bersama-sama konselor sekolah. Oleh karena itu,pada tempatnya guru profesional memiliki kemampuan melakukan penilitian secara sederhana.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam proses belajar seringkali siswa mengalami masalah yang dapat membuatnya kesulitan dalam menyerap pelajaran. Masalah-masalah tersebut dapat disebabkan oleh beberpa faktor yatu, faktor dari dalam diri siswa (intern) seperti, sikap terhadap belajar, motivasi belajar, konsentrasi belajar, dan lain-lain. Faktor dari luar diri siswa (ekstern) seperti, guru sebagai pembina siswa belajar, saran dan prasarana belajar, kebijakan penilaian, lingkungan siswa, dan lain-lain. Oleh karena itu, guru harus mengetahui cara menetukan masalah belajar sehingga apabila terdapat siswa yang mengalami masalah belajar bisa diketahui dan diatasi dengan cepat.
B. Saran
seorang guru sebaiknya mampu mengidentifikasi masalah dan memberikan solusi terhadap masalah-masalah belajar yang dialami oleh siswanya agar peroses belajar mengajar tetap berjalan dengan lancar dan tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan baik.
Era global ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan industri, kompetisi dalam semua aspek kehidupan ekonomi, serta perubahan kebutuhan yang cepat didorong oleh kemajuan ilmu dan teknologi. Untuk memenuhi perkembangan ilmu dan teknologi, diperlukan SDM yang berkualitas. Oleh karena itu, pendidikan di Indonesia perlu ditingkatkan hingga ke pelosok negeri dan bagi masyarakat menengah ke bawah. Mereka yang paling memerlukan layanan pendidikan dalam mengantisipasi persaingan global di samping penyandang buta huruf adalah masyarakat miskin di tempat-tempat yang jauh dan tersebar.
Pembangunan pendidikan merupakan salah satu prioritas utama dalam agenda pembangunan nasional. Pembangunan pendidikan sangat penting karena perannya yang signifikan dalam mencapai kemajuan di berbagai bidang kehidupan: sosial, ekonomi, politik, dan budaya. Karena itu, Pemerintah berkewajiban untuk memenuhi hak setiap warga negara dalam memperoleh layanan pendidikan guna meningkatkan kualitas hidup bangsa Indonesia sebagaimana diamanatkan oleh UUD 1945, yang mewajibkan Pemerintah bertanggung jawab dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan menciptakan kesejahteraan umum. Kurang meratanya pendidikan di Indonesia menjadi suatu masalah klasik yang hingga kini belum ada langkahlangkah strategis dari pemerintan untuk menanganinya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi pemerataan pendidikan di Indonesia?
2. Bagaimana upaya pemerintah dalam melakukan pemerataan pendidikan di Indonesia?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui bagaimana kondisi pemerataan pendidikan di Indonesia.
2. Untuk mengetahui bagaimana upaya pemerintah dalam melakukan pemerataan pendidikan di Indonesia.
D. Manfaat Penulisan
1. Dapat mengetahui bagaimana kondisi pemerataan pendidikan di Indonesia.
2. Dapat mengetahui bagaimana upaya pemerintah dalam melakukan pemerataan pendidikan di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kondisi Pemerataan Pendidikan Di Indonesia
Di Indonesia, yang paling memerlukan pendidikan adalah mereka yang berada di daerah miskin dan terpencil. Untuk mengatasi kebutuhan pendidikan bagi mereka adalah upaya penerapan cara non konvensional. Cara lain itu adalah memanfaatkan potensi, kemajuan serta keluwesan teknologi baru. Sekalipun teknologi baru seperti teknologi komunikasi, informasi dan adi-marga menawarkan pemerataan pendidikan dengan biaya yang relatif rendah, penggunaannya masih merupakan jurang pemisah antara ‘yang kaya’ dan ‘yang miskin’. Di samping itu, sekalipun teknologi dapat menjangkau yang tak terjangkau serta dapat menghadirkan pendidikan kepada warga belajar, mereka yang terlupakan tetap dirugikan karena bukan hanya tetap buta teknologi tetapi tertinggal dalam hal ilmu pengetahuan.
Mayoritas kaum miskin di Indonesia tinggal di tempat-tempat jauh yang terpencil. Mereka praktis kekurangan segalanya; fasilitas, alat-alat transportasi dan komunikasi di samping rendahnya pengetahuan mereka terhadap teknologi. Bila pendidikan ingin menjangkau mereka yang kurang beruntung ini kondisi yang proporsional harus diciptakan dengan memobilasasi sumber-sumber lokal dan nasional. Ketimpangan pemerataan pendidikan juga terjadi antarwilayah geografis yaitu antara perkotaan dan perdesaan, serta antara kawasan timur Indonesia (KTI) dan kawasan barat Indonesia (KBI), dan antartingkat pendapatan penduduk ataupun antargender.
Kurangnya pemerataan dan carut-marut pendidikan kita selama ini disebabkan pendidikan dikelola tidak secara profesional. Terjadi bongkar pasang kebijakan secara tidak konsisten, misalnya; penerapan kurikulum CBSA, Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan kurikulum KTSP. Penggantian nama dari SMA ke SMU kembali lagi ke SMA, sebelum diadakan evaluasi hasil pelaksanaannya.
Terbatasnya ketersediaan buku juga merupakan salah satu faktor terpenting penyelenggaraan pembelajaran yang berkualitas. Namun demikian berbagai sumber data termasuk SUSENAS 2004 mengungkapkan bahwa tidak semua peserta didik dapat mengakses buku pelajaran baik dengan membeli sendiri maupun disediakan oleh sekolah.
1. Pemarataan pendidikan formal
a. Pendidikan prasekolah dan sekolah dasar
Pendidikan prasekolah merupakan pendidikan pada anak usia dini, misal : playgroup dan taman kanak-kanak. Pada daerah perkotaan pendidikan prasekolah secara formal sudah sering ditemukan, tetapi untuk daerah terpencil seperti di pedesaan, masih sangat jarang dan mutunya sangat berbeda dengan pendidikan prasekolah yang ada di daerah perkotaan.
Pendidikan sekolah dasar memang sudah cukup dirasakan pemerataannya di berbagai daerah, hal ini sejalan dengan program wajib belajar 9 tahun, tetapi mutu dari pendidikan tersebut masih sangat berbeda antara daerah perkotaan dengan pedesaan.
Ketersediaan buku juga merupakan salah satu faktor sangat penting dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang berkualitas, namun buku pelajaran yang diperlukan itu belum tersedia secara memadai, terutama dalam pendidikan dasar. Data Susenas 2004 dan sumber-sumber yang lain mengungkapkan bahwa tidak semua peserta didik dalam pendidikan dasar dapat mengakses buku pelajaran, baik dengan membeli sendiri maupun mendapat pinjaman dari sekolah. Adanya sekolah-sekolah yang membolehkan guru mata pelajaran menjual buku yang berharga tinggi juga menjadi permasalahan tersendiri. Penjualan buku-buku dengan harga yang cukup tinggi membuat masyarakat yang kurang mampu merasa terbebani.
b. Pendidikan menengah
Pada pendidikan menengah, saat ini banyak bermunculan sekolah-sekolah unggul. Dalam pelaksanaannya model sekolah ini hanya diperuntukkan untuk kalangan borjuis, elit, dan berduit yang ingin mempertahankan eksistensinya sebagai kalangan atas. Kalaupun ada peserta didik yang masuk ke sekolah dengan sistem subsidi silang itu hanya akal-akalan saja dari pihak sekolah untuk menghindari “image” di masyarakat sebagai sekolah mahal dan berkualitas, sekolah plus, sekolah unggulan, sekolah alam, sekolah terpadu, sekolah eksperimen (laboratorium), sekolah full day, dan label-label lain yang melekat pada sekolah yang diasumsikan dengan “unggul”.
c. Pendidikan tinggi
Untuk pendidikan tinggi persoalannya menyangkut pemerataan kesempatan dalam memperoleh pendidikan tinggi bagi warga negara dalam kelompok usia 19-24 tahun. Biaya yang diperlukan untuk menempuh pendidikan di perguruan tinggi memang sangat besar, sehingga hanya anak-anak yang berasal dari keluarga mampu saja yang memperoleh kesempatan mengenyam pendidikan tinggi. Kebutuhan biaya baik langsung maupun tak langsung yang cukup besar inilah yang menyebabkan rendahnya partisipasi pendidikan pada jenjang perguruan tinggi.
Penyebaran geografis lembaga pendidikan tinggi unggulan di Indonesia juga tidak merata. Berbagai universitas terkemuka dipusatkan berada di pulau Jawa, sehingga masyarakat yang berada di pulau lain harus meninggalkan kampung halamannya demi melanjutkan pendidikan tinggi.
Kritik kini mulai bermunculan atas pelaksanaan Badan Hukum Milik Negara (BHMN) bagi beberapa universitas dan institut, seperti: UI, UGM, USU, UPI, ITB, dan IPB. BHMN dinilai telah mengarah ke komersialisasi pendidikan, yang bertentangan dengan misi utama sebuah lembaga pendidikan tinggi. Untuk bisa kuliah di universitas dan institut terpandang itu, orangtua mahasiswa harus mengeluarkan uang puluhan juta rupiah.
Ada beberapa argument yang menyebabkan muncul gerakan protes atas gejala komersialisasi pendidikan tinggi. Pertama, pendidikan tinggi yang selama ini bersifat elitis akan semakin bertambah elitis. Perguruan tinggi bertarif mahal akan makin mengentalkan watak elitisme dan kian mereduksi jiwa egalitarianisme. Gejala ini jelas bertentangan dengan prinsip pemerataan pendidikan seperti diamanatkan di dalam UU Sistem Pendidikan Nasional. Prinsip dasar pemerataan ini sangat penting guna memberikan kesempatan bagi semua golongan masyarakat, untuk memperoleh pelayanan pendidikan yang baik. Kedua, ada alasan ideologis di balik gerakan protes itu. Selama ini, yang bisa menikmati pendidikan tinggi adalah orang-orang yang berasal dari keluarga kelas menengah. Bagi orang-orang yang berasal dari kelas bawah (keluarga miskin) mengalami kesulitan mendapatkan akses pendidikan tinggi dengan biaya yang mahal itu. (Eka, R. 2007).
2. Pemerataan pendidikan nonformal
Di samping menghadapi permasalahan dalam meningkatkan akses dan pemerataan pendidikan di jalur formal, pembangunan pendidikan juga menghadapi permasalahan dalam peningkatan akses dan pemerataan pendidikan non formal.
Pada jalur pendidikan non formal juga menghadapi permasalahan dalam hal perluasan dan pemerataan akses pendidikan bagi setiap warga masyarakat. Sampai dengan tahun 2006, pendidikan non formal yang berfungsi baik sebagai transisi dari dunia sekolah ke dunia kerja (transition from school to work) maupun sebagai bentuk pendidikan sepanjang hayat belum dapat diakses secara luas oleh masyarakat. Pada saat yang sama, kesadaran masyarakat khususnya yang berusia dewasa untuk terus-menerus meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya masih sangat rendah. Apalagi pendidikan non formal, pada umumnya membutuhkan biaya yang cukup mahal sehingga tidak dapat terangkau oleh masyarakat menengah ke bawah.
3. Permasalahan pemerataan pendidikan di Indonesia
Pemerataan pendidikan dalam arti pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan telah lama menjadi masalah yang mendapat perhatian, terutama di negara sedang berkembang. Peningkatan pemerataan pendidikan, diutamakan bagi kelompok masyarakat miskin yang berjumlah sekitar 38,4 juta atau 17,6 persen dari total penduduk. Kemiskinan menjadi hambatan utama dalam mendapatkan akses pendidikan. Selain itu, daerah-daerah di luar Jawa yang masih tertinggal juga harus mendapat perhatian gunamencegah munculnya kecemburuan sosial. Pemerataan pendidikan di Indonesia merupakan masalah yang sangat rumit. Ketidakmerataan pendidikan di Indonesia ini terjadi pada lapisan masyarakat miskin. Faktor yang mempengaruhi ketidakmerataan ini disebabkan oleh faktor finansial atau keuangan Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin mahal biaya yang dikeluarkan oleh individu. Indonesia merupakan negara berkembang yang sebagian besar masyarakatnya hidup pada taraf yang tidak berkecukupan.
Masalah pemerataan pendidikan juga dipengaruhi oleh sarana dan prasarana. Di beberapa daerah di Indonesia terdapat banyak sekolah yang kurang terawat. Pada tahun 2006 sekitar 57,2 persen gedung SD/MI dan sekitar 27,3 persen gedung SMP/MTs mengalami rusak ringan dan rusak berat. Gedung SD/MI yang dibangun secara besar-besaran pada saat dimulainya Program Inpres SD tahun 1970-an dan Program Wajib Belajar Enam Tahun pada tahun 1980-an sudah banyak yang rusak berat yang diperburuk dengan terbatasnya biaya perawatan dan perbaikan. Di bebrapa daerah terpencil sebagian gedung sekolah hanya terbuat dari kayu dan berlantaikan tanah. Hal ini diakibatkan oleh buruknya akses jalan menuju daerah tersebut dan kurangnya perhatian dari pemerintah.
Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas pada tingkat Sekolah Dasar. Data Balitbang Departemen Pendidikan Nasional dan Direktorat Jenderal Binbaga Departemen Agama tahun 2000 menunjukan Angka Partisipasi Murni (APM) untuk anak usia SD pada tahun 1999 mencapai 94,4% (28,3 juta siswa). Pencapaian APM ini termasuk kategori tinggi. Angka Partisipasi Murni Pendidikan di SLTP masih rendah yaitu 54,8% (9,4 juta siswa). Sementara itu layanan pendidikan usia dini masih sangat terbatas. Kegagalan pembinaan dalam usia dini nantinya tentu akan menghambat pengembangan sumber daya manusia secara keseluruhan. Oleh karena itu diperlukan kebijakan dan strategi pemerataan pendidikan yang tepat untuk mengatasi masalah ketidakmerataan tersebut. Berbagai permasalahan dan tantangan yang masih dihadapi dalam penyelenggaraan pemerataaan peendidikan.
a. Pendidikan prasekolah,
Beberapa permasalahan yang masih dihadapi dewasa ini adalah sebagai berikut:
a) Sebagian besar pendirian lembaga-lembaga pendidikan prasekolah yang diprakarsai oleh masyarakat masih berorientsi di wilayah perkotaan, sedangkan untuk wilayah-wilayah di pedesaan atau daerah terpencil dirasakan masih sangat kurang. Hal ini berakibat pada kurang adanya pemerataan kesempatan untuk pendidikan prasekolah.
b) Masih terdapat pendirian/penyelenggaraan pendidikan prasekolah tidak memenuhi standar minimal baik dari segi sarana dan prasarana maupun mutu dan profesionalisme guru.
c) Kondisi sosial ekonomi masyarakat di pedesaan dan daerah terpencil yang sebagian besar miskin telah menyebabkan kualitas gizi anak kurang dapat mendukung aktivitas anak didik dalam bermain sambil belajar.
d) Banyak penyelenggaraan pendidikan prasekolah terutama dikota-kota besar, kurang memperhatikan kurikulum dengan mempraktekkan pola pendekatan terhadap anak didik terlalu berorientasi akademik dan memperlakukannya sebagai “orang dewasa kecil” yang dapat menyebabkan terjadinya proses pematangan emosi anak menjadi kurang seimbang.
b. Pendidikan dasar
Dalam kaitannya dengan perluasan dan pemerataan program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun, wajib belajar belum memiliki makna “compulsory” karena ketidakmampuan subsidi pemerintah untuk menjangkau masyarakat menengah ke bawah yang jumlahnya cukup besar dan secara ekonomi tidak mampu.
B. Upaya Pemerintah dalam Melakukan Pemerataan Pendidikan Di Indonesia.
Untuk meningkatkan kualitas dan pemerataan pendidikan berbagai langkah akan diambil seperti peningkatan jumlah anak yang ikut merasakan pendidikan, akses terhadap pendidikan ini dihitung berdasarkan angka partisipasi mulai tingkat Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Umum. Dewasa ini, pemerintah telah melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan tingkat pendidikan masyarakatnya, hal itu dapat dilihat sejak tahun 1984, Indonesia telah berupaya untuk memeratakan pendidikan formal Sekolah Dasar, kemudian dilanjutkan dengan Wajib Belajar Sembilan Tahun pada tahun1994. Selain itu, pemerintah semakin intensif untuk memberikan bantuan berupa beasiswa, seperti Gerakan Orang Tua Asuh, Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
Di dalam Propenas 1999 dalamnya memuat program-program baik untuk Pendidikan Dasar dan Prasekolah, Pendidikan Menengah, Pendidikan Tinggi, maupun pendidikan luas sekolah. Di antara program-program tersebut terdapat Dasar dan Prasekolah, maupun Pendidikan Menengah penuntasan wajib belajar 9 tahun sebagai Program pembinaan Pendidikan Luar Sekolah (PLS) bertujuan untuk menyediakan pelayanan kepada masyrakat yang tidak atau belum sempat memperoleh pendidikan formal untuk mengembangkan diri, sikap, pengetahuan dan keterampilan, potensi mengembangkan usaha produktif guna meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Untuk melaksanakan ini maka dilakukan usaha berupa: meningkatkan sosialisasi dan jangkauan pelayanan pendidikan dan kualitas serta kuantitas warga belajar Kejar Paket B setara SLTP untuk mendukung wajib belajar 9 tahun, dan mengembangkan berbagai jenis pendidikan luar sekolah yang berorientasi pada kondisi dan potensi lingkungan dengan mendayagunakan prasarana dan kelembagaan.
Di samping itu terdapat pula upaya pemerataan pendidikan adalah menerapkan pada masyarakat yang kurang beruntung (masyarakat miskin, berpindah terasing, minoritas dan di daerah bermasalah, termasuk anak jalanan), seperti menempatkan satu guru, guru kunjung dan sistem tutorial, SD Pamong dan SD/Mts, SLTP/MTs terbuka. Untuk meningkatkan kulaitas pendidikan dasar dan prasekolah dilakukan dengan cara meningkatkan penyediaan, penggunaan, perawatan sarana dan prasarana pendidikan berupa buku pelajaran pokok, buku bacaan, alat peraga Spesial (IPS), IPA dan matematika, perpustakaan, laboratorium, serta ruang lain yang diperlukan.
Pada jenjang perguruan tinggi ada kegiatan pokok untuk memperluas memperoleh pendidikan tinggi bagi masyarakat. Kapasitas pendidikan tinggi secara geografis untuk memberikan kesempatan bagi kelompok masyarakat yang berpenghasilan rendah termasuk kelompok masyarakat dari daerah bermasalah, dengan menyelengarakan beasiswa perguruan tinggi sebagai pusat pertumbuhan di kawasan serta menyelenggarakan pembinaan program unggul di wilayah kedudukan perguruan tinggi. Salah satu upaya alternatif layanan pendidikan, khususnya bagi yang berpindah-pindah, terisolasi, SD dan MI kecil MI terpadu kelas jauh. Dari uraian di atas tampak jelas keinginan pemerintah untuk memajukan pendidikan baik pendidikan dasar dan prasekolah, pendidikan menengah, pendidikan luar sekolah dan pendidikan tinggi. Kegiatan yang sangat menonjol adalah upaya pemerataan pendidikan, wajib belajar 9 tahun serta pembinaan perguruan tinggi.
Pemerataan pendidikan dilakukan dengan mengupayakan agar semua lapisan masyarakat dapat menikmati pendidikan tanpa mengenal usia dan waktu. Untuk itu dilakukan pembinaan ke semua jenjang pendidikan baik pendidikan reguler ataupun terbuka seperti SD kecil, guru kunjung, SD Pamong, SLTP terbuka, pendidikan penyetaraan SD, SLTP dan SMU (paket A, B, C), dan pendidikan tinggi terbuka yang lebih dikenal pendidikan jarak jauh. Suatu bukti bahwa pemerintah serius mengelola pemerataan pendidikan dan penuntasan Wajib Belajar 9 tahun adalah kualitas dan jumlah SMP Terbuka. Program SMP Terbuka seudah berjalan 25 tahun sejaktahun 1979 yang telah menamatkan 245 ribu siswa dengan jumlah sekolah 2.870 unit sekolah, 12.871 Tempat Kegiatan Belajar (TKB ) dikan dianggarkannya Rp 90 miliar untuk meningkatkan(TKB), dan itu baru menjangkau 18% kebutuhan.
Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk menanggulangi ketidakmerataan pendidikan ini dengan cara Wajib Belajar Sembilan Tahun, pemberian beasiswa-beasiswa bagi masyarakat yang kurang mampu atau miskin, kemudian memberikan Bantuan Dana Operasional (BOS). Walaupun sudah diadakan sekolah gratis, Bantuan Dana Operasional (BOS), ataupun alokasi dana BBM, namun bantuan yang diberikan belum merata. Masih banyak masyarakat miskin yang tidak mendapatkan apa yang seharusnya mereka dapatkan, padahal seluruh rakyat berhak mendapatkan pendidikan yang layak.
1. Wajib Belajar
Dalam sektor pendidikan, kewajiban belajar tingkat dasar perlu diperluas dari 6 ke 9 tahun, yaitu dengan tambahan 3 tahun pendidikan setingkat SLTP seperti dimandatkan oleh Peraturan Pemerintah 2 Mei 1994. Hal ini segaris dengan semangat “Pendidikan untuk Semua” yang dideklarasikan di konferensi Jomtien di Muangthai tahun 1990 dan Deklarasi Hak-Hak Azasi Manusia Sedunia Artikel 29 yang berbunyi: “Tujuan pendidikan yang benar bukanlah mempertahankan ‘sistem’ tetapi memperkaya kehidupan manusia dengan memberikan pendidikan lebih berkualitas, lebih efektif, lebih cepat dan dengan dukungan biaya negara yang menanggungnya”.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh bangsa Indonesia untuk meningkatkan taraf pendidikan penduduk Indonesia termasuk pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun yang diharapkan tuntas pada tahun 2008 yang dapat diukur antara lain dengan peningkatan angka partisipasi kasar jenjang pendidikan sekolah menengah pertama dan yang sederajat menjadi 95 persen. Namun demikian sampai dengan tahun 2006 belum seluruh rakyat dapat menyelesaikan jenjang pendidikan dasar.
2. Alokasi subsidi BBM
Pengalihan alokasi subsidi bahan bakar minyak (BBM) oleh pemerintah yang sebagian diperuntukkan bagi sektor pendidikan dan kesehatan mungkin bisa menjadi penghibur. Dari dana kompensasi bidang pendidikan direncanakan terdistribusi dalam bentuk beasiswa. Sekitar 9,6 juta anak kurang mampu usia sekolah menjadi sasaran dari program alokasi ini.
Pada tahun 2003, setidaknya 1 dari 4 penduduk Indonesia termasuk miskin. Jika total penduduk Indonesia adalah sekitar 220 juta jiwa, maka berarti ada sekitar 60 juta jiwa saudara kita yang dalam kategori miskin. Artinya, apa yang sekarang sedang direncanakan pemerintah sangat mungkin belum dapat menjangkau semua rakyat miskin. Memang dibutuhkan cukup waktu untuk sampai ke situ. Yang jelas awal menuju ke arah itutelah dimulai. Dalam konteks ini sebaiknya dibuat suatu kriteria siapa yang bisa mendapatkan bantuan, dan siapa saja yang bisa menunggu giliran berikutnya. Kriteria itu penting agar bantuan yang diberikan kepada rakyat miskin tepat sasaran. Oleh karena itu, proses seleksi seharusnya benar didasarkan oleh data lapangan yang seakurat mungkin.
3. Bidang Teknologi
Kemajuan teknologi menawarakan solusi untuk menyediakan akses pendidikan dan pemerataan pendidikan kepada masyarakat belajar yang tinggal di daerah terpencil. Pendidikan harus dapat memenuhi kebutuhan belajar orang-orang yang kurang beruntung ini secara ekonomi ketimbang menyediakan akses yang tak terjangkau oleh daya beli mereka.
Televisi saat ini digunakan sebagai sarana pemerataan pendidikan di Indonesia karena fungsinya yang dapat menginformasikan suatu pesan dari satu daerah ke daerah lain dalam waktu yang bersamaan. Eksistensi televisi sebagai media komunikasi pada prinsipnya, bertujuan untuk dapat menginformasikan segala bentuk acaranya kepada masyarakat luas. Hendaknya, televisi mempunyai kewajiban moral untuk ikut serta berpartisipasi dalam menginformasikan, mendidik, dan menghibur masyarakat yang pada gilirannya berdampak pada perkembangan pendidikan masyarakat melalui tayangan-tayangan yang disiarkannya.
Sebagai media yang memanfaatkan luasnya daerah liputan satelit, televisi menjadi sarana pemersatu wilayah yang efektif bagi pemerintah. Pemerintah melalui TVRI menyampaikan program-program pembangunan dan kebijaksanaan ke seluruh pelosok tanpa hambatan geografis yang berarti. Saat ini juga telah dirintis Televisi Edukasi (TV-E), media elektronik untuk pendidikan itu dirintis oleh Pusat Teknologi Komunikasi dan Informasi Pendidikan (Pustekkom), lembaga yang berada di bawah Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). Ini untuk memberikan layanan siaran pendidikan berkualitas yang dapat menunjang tujuan pendidikan nasional. Tugasnya mengkaji, merancang, mengembangkan, menyebarluaskan, mengevaluasi, dan membina kegiatan pendayagunaan teknologi informasi dan komunikasi untuk pendidikan jarak jauh/terbuka. Ini dalam rangka peningkatan kualitas dan pemerataan pendidikan di semua jalur, jenis, dan jenjang pendidikan sesuai dengan prinsip teknologi pendidikan berdasarkan kebijakan yang ditetapkan Menteri Pendidikan Nasional.
Siaran Radio Pendidikan untuk Murid Sekolah Dasar (SRPM-SD) adalah suatu sistem atau model pemanfaatan program media audio interaktif untuk siswa SD yang dikembangkan oleh Pustekkom sejak tahun 1991/1992. SRPM-SD lahir dimaksudkan untuk meningkatkan mutu pendidikan dasar. Produk media audio lain yang dihasilkan oleh Pustekkom antara lain Radio Pelangi, audio integrated, dan audio SLTP Terbuka. Tentu saja, itu tadi, termasuk TV-E yang akan berfungsi sebagai media pembelajaran bagi peserta didik, termasuk mereka yang tinggal di daerah terpencil dalam rangka pemerataan kesempatan dan peningkatan mutu pendidikan (Eka, R. 2007).
4. Pemanfaatan APBN untuk pendidikan
Dalam UU Nomor 20/2003 tentang sistem pendidikan nasional disebutkan bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Untuk memenuhi hak warga negara, pemerintah pusat dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah wajib menjamin tersedianya dana guna terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun.
Untuk mengejar ketertinggalan dunia pendidikan baik dari segi mutu dan alokasi anggaran pendidikan dibandingkan dengan negara lain, UUD 1945 mengamanatkan bahwa dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada sektor pendidikan dan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
Dengan kenaikan jumlah alokasi anggaran pendidikan diharapkan terjadi pembaharuan sistem pendidikan nasional yaitu dengan memperbaharui visi, misi, dan strategi pembangunan pendidikan nasional. Pendidikan nasional mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.
Persentase anggaran pendidikan adalah perbandingan alokasi anggaran pendidikan terhadap total anggaran belanja negara. Sehingga anggaran pendidikan dalam UU Nomor 41/2008 tentang APBN 2009 adalah sebesar Rp 207.413.531.763.000,00 yang merupakan perbandingan alokasi anggaran pendidikan terhadap total anggaran belanja negara sebesar Rp 1.037.067.338.120.000,00. Pemenuhan anggaran pendidikan sebesar 20 persen tersebut disamping untuk memenuhi amanat Pasal 31 Ayat (a) UUD 1945, juga dalam rangka memenuhi Putusan Mahkamah Konstitusi tanggal 13 Agustus 2008 Nomor 13/PUU-VI I 2008.
Menurut putusan Mahkamah Konstitusi, selambat-lambatnya dalam UU APBN Tahun Anggaran 2009, Pemerintah dan DPR harus telah memenuhi kewajiban konstitusionalnya untuk menyediakan anggaran sekurang-kurangnya 20 persen untuk pendidikan. Selain itu, Pemerintah dan DPR memprioritaskan pengalokasian anggaran pendidikan 20 persen dari APBN Tahun Anggaran 2009 agar UU APBN Tahun Anggaran 2009 yang memuat anggaran pendidikan tersebut mempunyai kekuatan hukum yang mengikat dan sejalan dengan amanat UUD 1945.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemerataan pendidikan merupakan sautu masalah yang sangat rumit dan takkunjung selesai. Banyak hal yang mempengaruhi masalah pemerataan pendidikan di Indonesia seperti pendidikan masih berorientasi di wilayah perkotaan, jumlah masyarakat miskin cukup besar, dan banyaknya daerah yang terpencil dan sulit dijangkau oleh kendaraan. Berbagai upayapun telah dilakukan oleh pemerintah dalam mengatasi masalah pemerataan pendidikan seperti program wajib belajar 9 tahun, dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), relokasi subsidi BBM, dan penggunaan APBD. Namun upaya tersebut masih belum merata.
B. Saran
Sebaiknya pemerintah lebih meningkatkan upaya-upaya pemerataan pendidikan di Indonesia dan pengawasan terhadap penyaluran bantuan yang diberikan masyarakat miskin seperti biaya siswa lebih ditingkatkan agar bantuan tersebut tepet sasaran.
DAFTAR PUSTAKA
Dirga. 2013. Kualitas pendidikan di Indonesia. http://dirgamath29.wordpress.com. diakses 18 Juni 2013
Eka, R. 2007. Kondisi Pemerataan Pendidikan di Indonesia. http://edu-articles.com. diakses 18 Juni 2013
Sri Lestari. 2012. Pemerataan Pendidikan. http://srilestari59.blogspot.com. diakses 18 Juni 2013
Berikut ini makalah pendidikan dengan judul Pengaruh globalisasi terhadap budaya bangsa.
Daftar isi
Pengaruh Globalisasi Terhadap Budaya Bangsa
Bab I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Globalisasi adalah kata yang sangat sering kita ucap atau kita dengar. Mengapa demikian? Karena setiap hari kita selalu besahabat dengan teknologi. Teknologi itu sering dapat berupa ponsel atau telepon genggam.
Kita tidak dapat terhindar dari kata teknologi, karena era modern ini sudah banyak manusia yang menggunakan teknologi. Bahkan, sekarang sudah ada teknologi yang lebih canggih yaitu internet.
Dari internet ini, semua lapisan masyarakat dapat mengakses berbagai macam informasi. Informasi itu tentunya bukan dari dalam negeri saja, tetapi informasi tentang masyarakat luar negeri.
Informasi dari luar inilah yang harus kita waspadai pengaruhnya bagi masyarakat. Karena banyak budaya-budaya luar yang semestinya tidak ditiru malah menjadi ikut membudaya dalam masyarakat Indonesia.
Dalam Indonesia sendiri, sudah banyak budaya-budaya luar yang sudah merusak atau membawa dampak negatif yang besar. Dampak ini dialami banyak oleh para kaum remaja.
Mengapa saya katakana demikian? Karena remaja sekarang banyak mencontoh pakaian orang-orang barat yang tidak sesuai dengan kebudayaan Indonesia. Maka dari itu kita sebagai orang muslim harus menyikapi dengan baik cara berpakaian dari orang-orang barat. Karena sering kita lihat pakaian yang sudah ditiru remaja sekarang yaitu pakaian yang mengumbar aurat.
Oleh karena itu, pengaruh globalisasi terhadapa budaya bangsa harus kita antisipasi. Tapi tidak menutup kemungkinan bahwa pengaruhnya bukan yang negative saja. Pengaruh positif dapat kita saring sebagai bahan pembelajaran. Pengaruh positif tentu saja bias mendatangkan manfaat.
B. Rumusan Masalah
Apakah globalisasi itu?
Apakah yang dimaksud dengan perubahan budaya?
Apakah yang dimaksud dengan konsep & globalisasi budaya?
Bagaimana pengaruh globalisasi terhadap budaya bangsa?
Bagaimanakah upaya kita untuk menyikapi pengaruh globalisasi, khususnya terhadap budaya bangsa Indonesia ?
C. Tujuan
Tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk menjadi bahan diskusi, wacana dan lain-lain yang dapat bermanfaat. Selain itu, memberikan informasi tentang apa sebenarnya globalisasi itu. Tujuannya yang lain, yaitu untuk mengetahui bagaimanakah perubahan budaya itu terjadi.
Tapi yang paling utama, untuk menyampaikan kepada pembaca tentang pengaruh budaya bangsa Indonesia.
Bab II. Pembahasan
A. Pengertian Globalisasi
Globalisasi berasal dari kata globe yang artinya dunia. Globalisasi artinya proses mendunia atau menuju dunia. Globalisasi adalah sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa dan antarmanusia di seluruh dunia melalui perdangangan, investasi, perjalanan, budaya popular dan bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu Negara menjadi bias.
Dalam globalisasi, orang-orang, wilayah-wilayah dan Negara-negara saling berhubungan dan saling bergantung. Hal itu, berarti setiap fenomena, baik itu perubahan atau integrasi social budaya, merupakan hal yang tidak terlepas dari perubahan atau integrasi di bagian lain dari dunia ini.
Globalisasi merupakan suatu proses pengintegrasian manusia dengan segala macam aspek kehidupan ke dalam satu kesatuan masyarakat yang utuh dan lebih besar dalam kehidupan internasional. Globalisasi terjadi karena perkembangan yang pesat di bidang komunikasi, teknologi informasi, dan arus transportasi. Arus globalisasi tidak dapat kita bending karena itu harus kita ikuti dan kita tangkap sebagai peluang. Dan yang harus kita hindari dalam arus globalisasi adalah sikap asal meniru terhadap perubahan, namun hendaknya sikap meniru dan mengambil sebuah nilai selalu diseleksi terlebih dahulu agar sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia yaitu Pancasila.
B. Pengertian Perubahan Budaya
Perubahan budaya adalah perubahan yang terjadi pada unsur-unsur kebudayaan karena unsur-unsur kebudayaan itu sudah tidak cocok lagi bagi kehidupan masyarakat. Perubahan kebudayaan terjadi karena adanya perubahan pola berpikir masyarakat yang menjadi pendukung kebudayaan.
Perubahan kebudayaan dapat diartikan sebagai adnya ketidaksesuaian di antara unsur-unsur kebudayaan yang berbeda sehingga terjadi keadaan yang tidak serasi fungsinya dalam kehidupan sosial.
Perubahan kebudayaan ini jauh lebih luas daripada perubahan social karena perubahan budaya menyangkut banyak aspek, seperti kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, berorganisasi bahkan juga filsafat.
C. Konsep dan Globalisasi Budaya
Dalam pranata Wikipedia, didapatkan arti dari pada budaya sebagai berikut: ” budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan dengan hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia”. Sedangkan para ahli mengemukakan pendapatnya masing-masing mengenai budaya. Menurut Edwar B. Taylor: ” Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks,yang didalamnya mengandung kepercayaan,kesenian ,moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan- kemampuan lain yang didapat seorang sebagai anggota masyarakat ”. Sementara itu Selo Soemardjan dan Seelaiman Soemardi , menurut mereka ” kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa dan cipta masyarakat”. Dalam definisi globalisasi menurut beberapa ahli, salah satunya adalah Jan Aart Scholte mengatakan globalisasi adalah: ”serangkaian proses dimana relasi sosial menjadi relatif terlepas dari wilayah geografis”. Sementara bila mana menilik definisi budaya diatas, maka bisa diartikan bahwa globalisasi budaya adalah : ”serangkaian proses dimana relasi akal dan budi manusia relatif terlepas dari wilayah geografis”.
Hal ini memunculkan jalinan situasi yang integratif antara akal dan budi manusia disuatu belahan bumi yang satu dengan yang lainnya. Sementara itu dalam pandangan hiperglobalis mereka berpendapat tentang definisi globalisasi budaya adalah: “homogenization of the wold under the uauspices of American popular culture or Western consumerism in general “. Ini berarti bahwa globalisasi budaya adalah proses homogenisasi dunia dibawah bantuan budaya popular Amerika atau paham komsumsi budaya barat pada umumnya.
Definisi hiperglobalis tersebut, jika bisa disamakan dengan keanekaragaman istilah globalisasi pada umumnya, yang salah satunya adalah Westernisasi. Dimana ada penyebaran budaya barat terutama kebudayaan Amerika. Namu, jika dilihat lebih lanjut, definisi dari hiperglobalis tidak bisa terlepas dari pada sifat-sifat yang cenderumg mengandung pikiran ekonomi,berorientasi ekonomi.
Hal itu jelas dapat dilihat dan dinilai dari penekanan paham konsumsi terhadap budaya Barat pada umumnya. Jadi bisa juga diartikan bahwa, budaya barat adalah budaya yang diperjualbelikan, sementara masyarakat dunia pada umumnya adalah konsumen yang menikmati. Sehingga munculah kondisi dimana istilah Westernisasi digunaklan sebagai simbolis terhadap sifat konsumerisme tersebut. Baik itu konsumsi terhadap bentuk pemerintahan atau sistim politik, mekanisme pasar atau paham ekonomi , bahkan hingga bentuk celana jeans atau kebudayaan.
D. Pengaruh Globalisasi Terhadap Budaya Bangsa
Unsur-unsur kebudayaan yang dipengaruhi oleh globalisasi menyebabkan terjadinya perubahan sosial budaya maupun perilaku suatu masyarakat. Unsur-unsur kebudayaan tersebut antara lain sistem religi, organisasi masyarakat, pengetahuan, bahasa, kesenian, mata pencaharian, dan teknologi.
Contoh perubahan unsur kebudayaan dari sistem teknologi yaitu, penyalahgunaan handphone dan internet untuk hal-hal menyimpang.
Contoh yang lain dari pengaruh globalisasi yaitu hilangnya budaya asli suatu daerah atau suatu negara, terjadinya erosi nilai-nilai budaya, menurunnya rasa nasionalisme dan patriotisme,hilangnya sifat kekeluargaan dan gotong royong,kehilangan kepercayaan diri, dan gaya hidup kebarat-baratan.
Selain itu saat ini masyarakat sedang mengalami serbuan yang hebat dari berbagai produk pornografi berupa tabloid, majalah, buku bacaan di media cetak, televisi, radio, dan terutama adalah peredaran bebas VCD. Baik yang datang dari luar negeri maupun yang diproduksi sendiri. Walaupun media pernografi bukan barang baru bagi Indonesia, namun tidak pernah dalam skala seluas sekarang. Bahkan beberapa orang asing menganggap Indonesia sebagai ”surga pornografi” karena sangat mudahnya mendapat produk-produk pornografi dan harganya pun murah. Dan contoh lain misal kita berjalan-jalan di mall atau di tempat publik sangat mudah menemui wanita Indonesia yang berpakaian serba minim dan mengumbar aurat. Dimana budaya itu sangat bertentangan dengan dengan norma yang ada di Indonesia. Belum lagi maraknya kehidupan free sex di kalangan remaja masa kini. Terbukti dengan adanya video porno yang pemerannya adalah orang-orang Indonesia.
Di sini pemerintah dituntut untuk bersikap aktif tidak masa bodoh melihat perkembangan kehidupan masyarakat Indonesia. Menghimbau dan kalau perlu melarang berbagai sepak terjang masyarakat yabg berperilaku yang tidak semestinya. Misalnya ketika Presiden Susilo Bambang Yudoyono menyarankan agar televisi tidak merayakan goyang erotis denga puser atau perut kelihatan. Ternyata dampaknya cukup terasa, banyak televisi yang tidak menayangkan artis yang berpakaian minim.
Nilai Budaya yang mulai memudar lainnya adalah Budaya tari-tarian. Tari Indonesia sangatlah beraneka ragam, setiap daerah memiliki ciri tersendiri dalam pembawannya. Beragam jenis gerak dan gerik telah tercipta dan menjadikan suatu kesatuan seni yang terlihat indah dan harmonis. Lenggak-lenggok khas wanita Indonesia dan gagah pembawaan penari laki-laki. Contoh-contoh tarian dari Indonesia adalah tari pendet, tari ramayana, tari kecak, tari jaipong, tari piring, tari saman dan masih banyak lagi. Sangat banyak rupa, gerakan dan cara membawakannya. Itulah budaya yang dapat kita banggakan sebagai warga Indonesia.
Dari banyaknya pilihan tari yang ada, banyak yang tidak mengetahuinya atau bahkan sampai mereka bertanya ‘apakah itu merupakan tarian Indonesia?’ suatu pertanyan yang cukup miris di dengarnya. Dengan kemajuan berbagai media informasi dan dengan mudahnya untuk di akses, masih banyak yang tidak mengetahui budaya tari sendiri. Padahal manfaat dari teknologi sendiri adalah untuk mempermudah manusia untuk mencari informasi.
Namun tarian yang mereka ketahui saat ini adalah tari-tari ‘Dance’ yang pembawaanya sangat ‘energic’ dan gerakannya yang terlihat begitu cepat. Wanita Indonesia digambarkan sebagai peribadi yang lembut dan penuh dengan kehalusan, akan terlihat kurang baik jika harus meniru tari-tarian yang dicontohkan orang barat itu. Cobalah untuk membuat dirimu mencintai tari-tarian tradisional. Jangan lihat dari satu sisi saja, tapi lihatlah dari berbagai sisi bahwa banyak nilai positif jika kita lebih memilih dan menyukai tarian dari Indonesia. Jangan takut dianggap sebagai orang yang tidak ‘Modern’ hanya karena lebih memilih untuk mempertahankan budaya tari Indonesia. Tapi harusnya orang yang masih mempertahankan budaya inilah yang dibanggakan. Di zaman sekarang sudah sangat jarang ditemui anak-anak muda yang ikut berpartisipasi dalam melestarikan budaya. Hanya beberapa saja, yang masih melestarikannya dan kebanyakan mereka adalah anak muda yang tinggal di pedesaan.
Permainan Tradisional pun tidak luput dari dampak globalisasi. Dengan kemajuan teknologi yang modern, anak-anak lebih senang bermain dengan alat-alat canggih dibandingkan bermain dengan permainan tradisional atau teman sebayanya. Dampak yang terjadi dari kedekatan anak-anak terhadap teknologi cukup menjadi masalah yang panjang. Anak-anak yang sering bergaul dengan alat-alat kesukaanya seperti Laptop, PSP, Robot canggih dan sebagainya. Akan mempengaruhi Psikologis dalam kehidupannya. Anak ini akan cenderung tidak peka terhadap lingkungan sekitarnya, tidak percaya diri dalam bergaul dengan teman sebaya dan akan mengalami dampak kecanduan jika terlalu sering menggunakan permainan-permainan canggih tersebut.
Dalam kehidupan sehari-haripun pengaruh globalisasi sudah cukup terlihat. Budaya gotong-royong antar sesama rupanya kini mulai memudar. Saat ini kebanyakan orang lebih memilih untuk hidup secara individual atau hidup masing-masing tanpa memperdulikan orang terdekatnya disekitarnya. Padahal budaya gotong-royong dalam bermasyarakat sangat dibutuhkan, selain manfaatnya untuk memperingan melakukan suatu pekerjaan, juga dapat mempererat tali persaudaraan antar masyarakat.
Jika budaya ini hilang, bagaimana cara untuk mempererat kesatuan antar sesama. Perselisihan akan sering terjadi karena keegoisan masing-masing yang lebih mementingkan diri sendiri tanpa peduli terhadap orang lain. Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial, tidak dapat hidup sendiri dan membutuhkan peran orang lain. Peran sebagai saudara bersama inilah yang dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat.
E. Menyikapi Pengaruh Globalisasi Terhadap Budaya Bangsa
Arus globalisasi sangat kuat maka harus diantisipasi dengan bijaksana. Dengan demikian dapat diadakan untuk memperkecil dampak negatif serta memperkaya wawasan, sehingga mewakili kesiapan menerima dampak positif. Hal yang paling dikhawatirkan atas derasnya arus globalisasi adalah memudarkan kepribadian bangsa atau jati diri bangsa. Upaya-upaya pembangunan jati diri bangsa Indonesia, termasuk didalamnya penghargaan nilai budaya dan bahasa, nilai-nilai solidaritas sosial, kekeluargaan dan cinta tanah air yang dirasakan semakin memudar dapat disebabkan oleh beberapa faktor.Dalam kenyataannya didalam struktur masyarakat terjadi ketimpangan sosial, baik dilihat dari status maupun tingkat pendapatan. Kesenjangan sosial yang semakin melebar itu menyebabkan orang kehilangan harga diri. Budaya lokal yang lebih sesuai dengan karakter bangsa semakin sulit dicernakan sementara itu budaya global lebih mudah merasuk.
Ada juga beberapa cara untuk menyikapi pengaruh globalisasi terhadap budaya bangsa, antara lain:
1. Memberi pendidikan kebudayaan
Jati diri bangsa dan kepribadian bangsa akan diukur oleh perilaku-perilaku individu dalam masyarakat. Kita hindari nilai kepribadian yang dapat merusak identitas dan jati diri bangsa, antara lain sebagai berikut.
Perilaku ketergantungan pada narkoba
Perilaku seks bebas
Perilaku premanisme
Perilaku hedonis
Adapun pendidikan kebangsaan dapat diberikan melalui.
Pembinaan dan pengembangan Bahasa Indonesia
Program muatan lokal
Yang dimaksud muatan lokal adalah program pendidikan yang isi dan media penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan alam, sosial, budaya dan kebutuhan daerah yang perlu diajari oleh murid. Dalam hal ini kurikulum akan memberi perhatian serius tentang pembelajaran yang perlu ditonjolkan di suatu daerah antara lain.
Adanya pelajaran bahasa daerah
Masuknya pelajaran kesenian daerah
Budidaya industri di suatu daerah
Pelestarian budaya bangsa
Keragaman budaya merupakan sesuatu yang menjadi cir khas nilai-nilai kemanusiaan. Bahkan apabila ada upaya untuk meninggalkan ciri khas tersebut tentu akan mendapat penolakan masyarakat. Untuk itu perlu adanya dukungan terhadap upaya-upaya yang mengarah pada pelestarian budaya bangsa.
3. Pemberdayaan organisasi kepemudaan
Generasi muda memiliki potensi berupa daya serap yang tinggi dan sarat akan kritikan. Generasi muda memiliki kepentingan yang sangat besar dalam hidup bermasyarakat dan bernegara. Generasi mudalah yang paling menentukan kehidupan suatu bangsa, pada hari ini dan hari esok.
Bab III. Penutup
A. Kesimpulan
Dari uraian dan penjelasan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa dampak globalisasi kenyataannya sangat berpengaruh terhadap prilaku dan budaya masyarakat Indonesia dimana fenomena peng- globalan dunia harus disikapi dengan arif dan positifthinking karena globalisasi dan modernisasi sangat diperlukan dan bermanfaat bagi kemajuan. Namun kita tidak boleh lengah dan terlena, karena era keterbukaan dan kebebasan itu juga menimbulkan pengaruh negatif yang akan merusak budaya bangsa. Menolak globalisasi bukanlah pilihan tepat, karena itu berarti menghambat kemajuan ilmu pengetahwan dan teknologi. Akan tetapi perlu kecerdasan dalam menyaring efek globalisasi. Akses kemajuan tehnologi informatka dan komunikasi dapat dimanfaatkan sebagai pelestari dan pengembang nilai-nilai budaya lokal.Jati diri daerah harus terus tertanam dijiwa masyarskat Indonesia, serta harus terus, meningkatkan nilai-nilai keagamaaan.
B. Saran
Sebagai generasi yang pandai, harusnya kita mampu dan siap untuk menghadapi pengaruh globalisasi. Pengaruh negatif atau positif itu tergantung individu yang mengartikan sendiri. Sebagai pribadi yang unggul dan cerdas pasti akan tahu apa yang akan dilakukan dengan memanfaatkan globalisasi ini. Karena banyak juga yang di dapat dari globalisasi jika kita mampu memanfaatkannya dengan baik, hasil yang kita dapatkan akan baik juga. Begitupun sebaliknya, jika kita memanfaatkan dengan tidak baik, hasil yang di dapat juga tidak akan baik.
Apapun boleh kita manfaatkan selama berpengaruh baik terhadap diri kita, orang lain, bangsa, dan tentunya juga Negara. Apalagi untuk memajukan budaya bangsa, itu merupakan suatu tindakan yang mulia dan sangat berjasa untuk sebuah negara.
DAFTAR PUSTAKA
Anggota IKAPI 091/JTE/06. 2011. Pendidikan kewarganegaraan untuk SMP/MTs Kelas IX Semester II. Klaten: Sina Mandiri
Sawiji, dkk. 2008. Pendamping Materi Prestasi IPS Terpadu Kelas IX Semester I & II. Klaten: Agung Klaten
Berikut ini adalah makalah dengan judul karakteristik dan Perbedaan Individu. Tujuan dari makalah ini adalah mengetahui pengertian dari individu dan karakteristik setiap individu.
Daftar isi
Makalah Karakteristik dan Perbedaan Individu
Bab I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan ini setiap orang memiliki karakteristik yang berbeda – beda tergantung dari kepribadian yang setiap individu bentuk dari semenjak lahir .
Setiap individu ada yang dapat mengetahui bagaimana karakteristik yang mereka miliki. Namun, ada pula yang tidak sadar akan karakteristik mereka sendiri .Dengan mempelajari karakteristik dari setiap individu maka kita dapat mengetahui bagaimana kepribadian dan bersikap kepada individu sehingga dapat tercipta persatuan dan tenggang rasa diantara setiap individu tanpa ada perselisihan diantara setiap individu.
B. Rumusan Masalah
Apa pengertian dari individu dan karakteristik setiap individu ?
Apa saja perbedaan dari setiap individu ?
Apa sajakah aspek – aspek pertumbuhan dan perkembangan individu ?
C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui pengertian dari individu dan karakteristik setiap individu.
Untuk mengetahui apa saja perbedaan dari setiap individu.
Untuk mengetahui aspek-aspek pertumbuhan dan perkembangan individu.
D. Manfaat Penulisan.
Dengan mempelajari karateristik dan perbedaan individu dapat diketahui pengertian dari individu dan karakteristik , perbedaan dari setiap individu dan aspek – aspek pertumbuhan dan perkembangan individu maka setiap individu akan mengerti dan memahami bagaimana berprilaku terhadap sesama sehingga terciptalah kehidupan yang aman , tentram dan sejahtera .
Bab II. Pembahasan
A. Individu dan karakteristiknya
Pokok isi uraian yang disajikan pada bab ini adalah karakteristik individu secara umum. Untuk memahami karakteristik individu tersebut, perlu terlebih dahulu dipahami apa yang dimaksud dengan individu itu.
1. Pengertian Individu
Manusia adalah makhluk yang dapat dipandang dari berbagai sudut pandang. Sejak ratusan tahun sebelum Isa, manusia telah menjadi salah satu objek filsafat, baik objek formal yang mempersoalkan hakikat manusia maupun objek materil yang mempersoalkan manusia sebagai apa adanya manusia dan dengan berbagai kondisinya. Kini bangsa Indonesia telah menganut suatu pandangan, bahwa manusia yang dimaksud secara utuh adalah manusia sebagai pribadi yang mengejawantahankan menunggalnya bebagai ciri atau karakter hakiki atau sifat kodrati manusia yang seimbang dari berbagai segi, yaitu antara segi ( i ) individu dan sosial, (ii) jasmani dan rohani, dan (iii) dunia dan akhirat. Keseimbangan hubungan tersebut mengambarkan keselarasan hubungan antara manusia dengan dirinya, manusia dengan sesama manusia, manusia dengan alam sekitar atau lingkungannya, dan manusia dengan Tuhan.
2. Karakteristik Individu
Setiap individu memiliki ciri dan sifat atau karakteristik bawaan (heredity) dan karakteristik yang diperoleh dari pengaruh lingkungan. Karakteristik bawaan merupakan karakteristik keturunan yang dimiliki sejak lahir, baik yang menyangkut faktor biologis maupun faktor sosial psikologis. Pada masa lalu ada keyakinan. Kepribadian terbawa pembawaan (heredity) dan lingkungan ; merupakan dua faktor yang tebentuk karena faktor tepisah, masing-masing mempengaruhi kepribadian dan kemempuan individu bawaan dan lingkungan dengan caranya sendiri-sendiri. Namun kemudian makin disadari bahwa apa yang dipikirkan dan di kerjakan seseorang, atau apa yang dirasakan oleh seorang anak, remaja atau dewasa, merupakan hasil dari perpaduan antara apa yang ada di antara faktor-faktor biologis yang diturunkan dan pengaruh lingkungan.
B. Perbedaan Individu
Dari bahasa bermacam-macam aspek perkembangan individu dikenal ada dua fakta yang menonjol, yaitu (i) semua manusia mempunyai unsur-unsur kesamaan di dalam pola perkembangannya dan (ii) di dalam pola yang bersifat umum dari apa yang membentuk warisan manusia secara biologis dan sosial, tiap-tiap individu mempunyai kecendrungan yang berbeda. Perbedaan-perbedaan tersebut secara keseluruhan lebih banyak bersifat kualitatif dan bukan kualitatif.
Setiap orang, apakah ia berada seorang anak atau seorang dewasa,dan apakah ia berada dalam suatu kelompok atau seorang diri, ia disebut individu. Individu menunjukan kedudukan seseorang sebagai orang perorangan atau perseorangan.Sifat individual adalah sifat yang berkaitan dengan orang perseorangan. Ciri dan sifat orang yang satu berbeda dengan yang lain. Perbedaan ini disebut dengan perbedaan individu atau perbedaan individual. Maka “perbedaan” dalam “perbedaan individual” menurut Landgren (1980 : 578) menyangkut variasi yang terjadi, baik fariasi pada aspek fisik maupun fsikologis.
1. Bidang-Bidang Perbedaan
Upaya pertama yang dilakukan untuk mengetahui perbedaan individu, sebelum dilakukan pengukuran kapasitas mental yang mempengaruhi penilaian sekolah, adalah menghitung umur kronologi.Ketidakmampuan yang jelas tampak pada siswa untuk menguasai bahan pelajaran umumnya dijelaskan dengan pengertian faktor-faktor seperti kemalasan atau sifat keras kepala.Penjelasan itu tidak mendasarkan kenyataan bahwa siswa memang berbeda dalam kemampuan mereka untuk menguasai satu atau lebih bahan pelajaran dan mungkin berada dalam satu tingkat perkembangan.
Garry 1963 (Oxendine, 1984: 317) mengatagorikan perbedaan individual ke dalam bidang-bidang berikut :
Perbedaan fisik: usia, tingkat dan berat badan, jenis kelamin, pendengaran, penglihatan, dan kemampuan bertindak.
Perbedaan social termasuk status ekonomi, agama, hubungan keluarga dan suku.
Perbedaan kepribadian termasuk watak, motif, minat, dan sikap.
Perbedaan intelegensi dan perbedaan dasar.
Perbedaan kecakapan atau kepandaian di sekolah.
a. Perbedaan Kognitif.
Menurut Bloom,proses belajar baik disekolah maupun diluar sekolah mengahasilkan tiga pembentukan kemampuan yang dikenal sebagai taxonomy Bloom yaitu kemampuan kognitif,afektif dan psikomotorik. Kemampuan kognitif merupakan kemampuan yang berkaitan dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.Setiap orang memiliki persesif tentang pengamatan dan penyerapan atas suatu objek.Berarti dia menguasai suatu yang diketahui dalam arti pada dirinya terbentuk suatu persepsi, dan pengetahuan itu diorganisasikan secara sistematis untuk menjadi miliknya.
b. Perbedaan Individual dalam Kecekapan Bahasa
Bahasa merupakan salah satu kemampuan individu yang sangat penting dalam kehidupannya. Kemampuan tiap individu dalam berbahasa berbeda-beda,kemampuan berbahasa merupakan kemampuan seseorang untuk menyatakan buah pikirannya dalam bentuk ungkapan kata dan kalimat yang penuh makna, logis, dan sistematis. Kemampuan berbahasa tersebur sangat dipengaruhi oleh factor kecerdasan dan factor lingkungan.Faktor-faktor lain yang juga sangat penting adalah factor fisik,terutama factor berbicara.
c. Perbedaan dalam Kecakapan Motorik
Kecakapan motorik atau kemampuan psikomotorik merupakan kemampuan untuk melakukan koordinasi kerja saraf motorik yang diakukan oleh saraf pusat untuk melakukan kegiatan.
Dengan demikian, ketepatan kerja jaringan saraf akan menghasilkan suatu bentuk kegiatan yang tepat dalam arti kesesuaian antara rangsangan dan responnya. Kerja ini menggambarkan tingkat kecakapan motorik.Makna tersebut secara visual dapat digambarkan sebagai berikut.
Seorang individu yang semakin dewasa menunjukkan fungsi-fungsi fisik yang semakin matang. Hal ini berarti ia akan mampu menunjukkan kemampuan yang lebih baik dalam banyak hal,seperti kekuatan untuk mempertahankan perhatian,kordinasi otot,kecepatan berpenampilan, keajegan untuk mengontrol, dan resisten terhadap kelelahan. Dari kenyataan ini dapat dinyatakan semakin bertambahnya umur seseorang, berarti ia semakin matang dan akan mampu menunjukkan tingkat kecakapan motorik yang semakin tinggi.
d. Perbedaan dalam Latar Belakang
Dalam suatu kelompok siswa pada tingkat mana pun, perbedaan latar belakang dan pengalaman mereka masing-masing dapat memperlancar atau menghambat prestasinya, terlepas dari potensi individu untuk menguasai bahan pelajaran.Pengalaman-pengalaman belajar yang dimiki anak dirumah mempengaruhi kemauan untuk berprestasi dalam situasi belajar yang disajikan.
Minat dan sikap individu terhadap sekolah dan mata pelajaran tertentu,kebiasaan-kebiasaan, kerja sama, atau kemauan berkonsentrasi pada bahan-bahan pelajaran, dan kebiasaan-kebiasaan belajar semuanya merupakan factor-faktor tersebut kadang-kadang berkembang akibat sikap–sikap anggota keluarga dirumah dan lingkungan sekitar. Sosiokultural adalah berbeda–beda. Demikian pula lingkungan sekitarnya,baik lingkungan sosial maupun lingkungan fisik akan memberikan pengaruh yang berbeda–beda.
e. Perbedaan dalam Bakat
Bakat merupakan kemampuan khusus yang dibawa sejak lahir. Kemampuan tersebut akan berkembang dengan baik apabila mendapatkan rangsangan dan pemupukan secara tepat.Sebaliknya bakat tidak dapat berkembang sama sekali, manakala lingkungan tidak memberikan kesempatanuntuk berkembang, dalam arti tidak ada rangsangan pemupukan yang menyentuhnya. Dalam hal inilah makna pendidikan menjadi penting artinya.
f. Perbedaan dalam Kesiapan Belajar
Kondisi fisik yang sehat, dalam kaitannya dengan kesehatan dan penyesuaian diri yang memuaskan terhadap pengalaman–pengalaman, disertai dengan rasa ingin tahu yang amat besar terhadap orang–orang dan benda– benda, membantu berkembangnya kebiasaan berbahasa dan belajar yang diharapkan.Sikap apatis, pemalu, dan kurang percaya diri akibat dari kesehatan yang kurang baik, cacat tubuh, dan latar belakang yang miskin pengalaman,mempengaruhi perkembangan pemahaman dan ekspresi diri.
C. Aspek-Aspek Pertumbuhan dan Perkembangan Individu.
Dalam banyak buku, makna pertumbuhan sering diartikan sama dengan perkembangan sehingga kedua istilah itu penggunaannya seringkali dipertukaran (interchange) untuk makna yang sama. Setiap individu pada hakikatnya akan mengalami pertumbuhan fisik dan perkembangan nonfisik yang meliputi aspek-aspek intelek, emosi, sosial, bahasa, bakat khusus, nilai dan moral, serta sikap. Berikut ini diuraikan pokok-pokok pertumbuhan dan perkembangan aspek-aspek berikut.
1. Pertumbuhan Fisik
Pertumbuhan manusia merupakan perubahan fisik menjadi lebih besar dan lebih panjang, prosesnya terjadi sejak anak sebelum lahir hingga ia dewasa.
a. Pertumbuhan Sebelum Lahir
Manusia itu ada, dimulai dari proses pembuahan (pertemuan sel telur dan sperma) yang membentuk suatu sel kehidupan yang disebut embrio. Embrio manusia yang telah berumur satu bulan, berukuran setengah sentimeter.Pada umur dua bulan ukuran embrio itu membesar menjadi dua setengah sentimeter dan disebut janin atau “fetus”.Baru setelah satu bulan kemudian (jadi kandungan telah berumur tiga bulan), janin atau fetus tersebut telah berbentuk menyerupai bayi dalam ukuran kecil.
b. Pertumbuhan Setelah Lahir
Pertumbuhan fisik manusia setelah lahir merupakan kelanjutan pertumbuhannya sebelum lahir.Proses pertumbuhan fisik manusia berlangsung sampai masa dewasa.Selama tahun pertama dalam pertumbuhannya,ukuran panjang badannya akan bertambah sekitar sepertiga dari panjang badan semula dan berat badannya akan bertambah menjadi sekitr tiga kalinya. Sejak lahir sampai dengan umur 25 tahun, perbandingan ukuran badan individu dari pertumbuhan yang kurang proporsional pada awal terbentuknya manusia (kehidupan sebelum lahir atau pranatal) sampai dengan proporsi yang ideal di masa dewasa.
Setelah mengalami pertumbuhan fisik manusia, selanjutnya berikut ini diuraikan tentang kemampuan-kemampuan nonfisik seperti kemampuan intelek (berpikir), sosial, bahasa, mengenal nilai, moral, dan sikap.
2. Intelek.
Intelek atau daya pikir berkembang sejalan dengan pertumbuhan saraf otak. Karena pikiran pada dasarnya menunjukkan fungsi otak,maka kemampuan intelektual yang lazim disebut dengan istilah lain kemampuan berpikir, dipengaruhi oleh kematangan otak yang mampu menunjukkan fungsinya secara baik. Pertumbuhan saraf yang telah matang akan diikuti oleh fungsinya dengan baik, dan oleh karena itu seorang individu juga akan mengalami perkembangan kemampuan berpikirnya, mana kala pertumbuhan saraf pusat atau otaknya telah mencapai matang. Fungsi ini Perkembangan lebih lanjut tentang perkembangan intelek ini ditunjukkan pada perilakunya, yaitu tindakan menolak dan memilih sesuatu. Tindakan itu berarti telah mendapatkan proses mempertimbangkan atau yang lazim dikenal dengan proses analisis, evaluasi, sampai dengan kemampuan menarik kesimpulan dan keputusan. terus berkembang mengikuti kekayaan pengetahuannya tentang dunia luar dan proses belajar yang dialaminya, sehingga pada saatnya seseorang akan berkemampuan melakukan peramalan atau prediksi, perencanaan, dan berbagai kemampuan analisis dan sitesis. Perkembangan kemampuan berpikir semacam ini dikenal pula sebagai perkembangan kognitif. Perkembangan kognitif seseorang menurut Piaget (Sarlito, 1991 : 81) mengikuti tahap-tahap sebagai berikut:
1. Tahap pertama : Masa sensori motor (0.0 – 2.5 tahun).
Masa ketika bayi mempergunakan sistem pengindraan dan aktivitas motorik untuk mengenal lingkungannya. Bayi memberikan reaksi motorik atas rangsangan-rangsangan yang diterimanya dalam bentuk refleks, misalnya refleks mencari puting susu ibu, refleks menangis, dan lain-lain. Refleks-refleks ini kemudian berkembang lagi menjadi gerakan-gerakan yang lebih canggih, misalnya berjalan.
2. Tahap kedua : Masa pra-operasional (2.0 – 7.0 tahun)
Ciri khas masa ini adalah kemampuan anak menggunakan simbol yang mewakili sesuatu konsep.Misalnya kata “pisau plastik”.Kata “pisau” atau tulisan “pisau” sebenarnya mewakili makna benda yang sesungguhnya. Kemampuan simbolik ini memungkinkan anak melakukan tindakan-tindakan yang berkaitan dengan hal-hal yang telah lewat; misalnya seorang anak yang pernah melihat dokter berpraktek,akan (dapat) bermain “dokter-dokteran”.
3. Tahap ketiga : Masa konkreto prerasional (7.0 – 11.0 tahun)
Pada tahap ini anak sudah dapat melakukan berbagai macam tugas yang konkret. Anak mulai mengembangkan tiga macam operasi berpikir, yaitu:
a. Identifikasi : mengenali sesuatu,
b. Negasi : mengingkari sesuatu,dan
c. Reprokasi : mencari hubungan timbal-balik antara beberapa hal.
4.Tahap keempat : Masa operasional (11.0 – dewasa).
Dalam usia remaja dan seterusnya seseorang sudah mampu berpikir abstrak dan hipotetis.
3. Emosi
Rasa dan perasaan merupakan salah satu potensi yang khusus dimiliki oleh manusia. Dalam hidupnya atau dalam proses pertumbuhan dan perkembangan manusia, banyak hal yang dibutuhkannya. Keinginan untuk segera memenuhi kebutuhan, terutama kebutuhan primer, merupakan hal yang wajar bagi setiap inividu.Emosi merupakan gejala perasaan disertai dengan perubahan atau perilaku fisik.
4. Sosial
Bayi lahir dalam keadaan yang sangat lemah. Ia tidak akan mampu hidup terus tanpa orang lain. Manusia lain, terutama ibunya, akan membantu bayi yang baru lahir itu untuk dapat hidup terus. Jadi bayi, begitu juga setiap orang, memerlukan orang lain.
5. Bahasa
bahasa sebagai alat komunikasi. Setiap orang senantiasa berkomunikasi dengan dunia sekitarnya, dengan orang-orang di sekitarnya. Sejak bayi manusia telah berkomunikasi dengan dunia lain.Tangis atau menangis di saat kelahiran, mempunyai arti bahwa di samping menunjukkan gejala kehidupan juga merupakan cara bayi itu berkomunikasi dengan sekitar. Pengertian bahasa sebagai alat komunikasi dapat diartikan sebagai tanda, gerak, dan suara uantuk menyampaikan isi pikiran kepada orang lain. Dengan demikian, dalam berbahasa ada dua pihak yang terlibat, yaitu pihak penyampai isi pikiran dan pihak penerima isi pikiran. Dalam percakapan atau berdialog, pihak-pihak itu saling berganti fungsinya, antara penerima dan penyampai isi pikiran.
6. Bakat Khusus
Bakat merupakan kemampuan tertentu atau khusus yang dimiliki oleh seorang individu yang hanya dengan ransangan atau sedikit latihan, kemampuan itu dapat berkembang dengan baik.Sumadi Suryabrata (1984) menyimpulkan bahwa pengertian tentang bakat yang dikemukakan oleh para ahli memang belum seragam.
7. Sikap, Nilai, dan Moral
Menurut Piaget pada awalnya pengenalan nilai perilaku serta tindakan itu masih bersifat paksaan dan anak belum mengetahui maknanya.Akan tetapi sejalan dengan perkembangan inteleknya, berangsur angsur anak mulai mengikuti berbagai ketentuan yang berlaku didalam keluarga dan semakin lama semakin luas sampai dengan ketentuan yang berlaku didalam masyarakat dan Negara.
Bab III. Penutup
Manusia adalah makhluk yang dapat dipandang dari berbagai sudut pandang. Sejak ratusan tahun sebelum Isa, manusia telah menjadi salah satu objek filsafat, baik objek formal yang mempersoalkan hakikat manusia maupun objek materil yang mempersoalkan manusia sebagai apa adanya manusia dan dengan berbagai kondisinya.
Dalam buku ini, istilah pertumbuhan diberi makna dan digunakan untuk menyatakan perubahan-perubahan ukuran fisik yang secara kuantitatif semakin besar dan atau panjang, sedang istilah perkembangan diberi makna dan digunakan untuk menyatakan terjadinya perubahan-perubahan aspek psikologidan aspek sosial.
Setiap individu pada hakikatnya akan mengalami pertumbuhan fisik dan perkembangan nonfisik yang meliputi aspek-aspek intelek, emosi, sosial, bahasa, bakat khusus, nilai dan moral, serta sikap.
DAFTAR PUSTAKA
Sunarto dan B.Agung Hartono .2008 .Perkembangan Peserta Didik .Jakarta : PT. Rineka Cipta .
Salah satu organisasi sosial keagamaan terbesar dan terpenting yang ada di Indonesia adalah Muhammadiyah yang didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H bertepatan dengan tanggal 18 November 1912M di Yogyakarta. Muhammadiyah didirikan dengan tujuan “menegakkan dan menjunjung tinggi ajaran Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya”.
Jauh sebelum Muhammadiyah resmi berdiri pada tahun 1912, KH. Ahmad Dahlan telah merintis pendidikan modern yang memadukan antara pendidikan Barat yang hanya mengajarkan “ ilmu-ilmu umum” dan pendidikan Islam yang hanya mengajarkan “ilmu-ilmu agama”.Gagasan pembaharuan Muhammadiyah di dalamnya sudah termasuk gagasan pembaharuan di bidang pendidikan. KH. Dahlan melihat adanya problematika obyektif yang dihadapi oleh pribumi yaitu terjadinya keterbelakangan pendidikan yang takut karena adanya dualisme model pendidikan yang masing-masing memiliki akar dan kepribadian yang saling bertolak belakang. Di satu pihak pendidikan Islam yang berpusat di pesantren mengalami kemunduran karena terisolasi dari perkembangan pengetahuan dan perkembangan masyarakat modern, di pihak lain sekolah model Barat bersifat sekuler dan nasional mengancam kehidupan batin para pemuda pribumi karena dijauhkan dari agama dan budaya negerinya.
Sejarah perkembangan kehidupan manusia, pendidikan telah menjadi semacam teknologi yang memproduksi manusia masa depan paling efektif. Dari fenomena perkembangan yang terakhir, memberikan petunjuk bahwa pendidikan bukan saja menjadi alat suatu lembaga atau suatu masa dalam berbagai proyeksi berbagai macam tujuan mereka, pendidikan bahkan telah menjadi kebutuhan manusia sendiri secara massal, karenanya pendidikan yang diterima oleh manusia hendaknya pendidikan yang seimbang antara pendidikan lahir dan batin, antara pendidikan dunia dan akhirat, sehingga manusia dalam memperoleh pendidikan tersebut memiliki keseimbangan dalam mengelola kehidupannya untuk dapat mencapai tujuan yang ideal yakni “fi al-dunya hasanatan wa fi al-akhirati hasanatan”. Tujuan ideal inilah yang digagas oleh KH. Ahmad Dahlan dalam hal perjuangan di bidang pendidikan yang menjadi warna pendidikan Muhammadiyah.
Gagasan pembaharuan di bidang pendidikan yang menghilangkan dikotomi pendidikan umum dan pendidikan agama pada hakikatnya merupakan terobosan besar dan sangat fundamental karena dengan itu Muhammadiyah ingin menyajikan pendidikan yang utuh, pendidikan yang seimbang yakni pendidikan yang dapat melahirkan manusia utuh dan seimbang kepribadiannya, tidak terbelah menjadi manusia yang berilmu umum saja atau berilmu agama saja.
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah sejarah Muhammadiyah?
Bagaimanakah sejarah pendidikan Muhammadiyah ?
Bagaimanakah perkembangan pendidikan Muhammadiyah di Indonesia?
Apa sajakah garis besar program pendidikan Muhammadiyah?
Bagaimanakah perbedaan pendidikan Muhammadiyah dengan pendidikan pada umumnya?
C. Rumusan Masalah
Untuk mengetahui sejarah Muhammadiyah.
Untuk mengetahui bagaimanakah sejarah pendidikan Muhammadiyah.
Untuk mengetahui perkembangan pendidikan Muhammadiyah di Indonesia.
Untuk mengetahui garis besar program pendidikan Muhammadiyah.
Untuk mengetahui perbedaan pendidikan Muhammadiyah dengan dengan pendidikan pada umumnya.
D. Manfaat Penulisan
Sistem pendidikan Muhammadiyah merupakan sistem pendidikan yang berbasis ke-Islaman, di mana ditegakkannya peraturan-peraturan agama yang telah keluar dari jalurnya. Melalui sistem pendidikan Muhammadiyahlah merupakan salah satu cara untuk meluruskan sesuatu yang telah bengkok, sesuatu yang telah keliru dalam pemahaman sebagian besar masyarakat Indonesia mengenai Islam yang sebenarnya, di sinilah pentingnya pendidikan yang berbasis ke-Islaman dan tentunya sistem pendidikan Muhammadiyah yang dimaksud. Diharap dengan sistem pendidikan Muhammadiyah ini selain dapat memperbaiki moral dan prilaku anak bangsa juga pastinya dapat dapat memperbaiki sesuatu yang telah rusak dalam ajaran agama Islam
Bab II. Pembasahan
A. SEJARAH MUHAMMADIYAH
Kauman, sebuah daerah di kelurahan Ngupasan, Kecamatan Gondomanan, Kota Yogyakarta, sekitar 500 meter ke arah selatan dari ujung kawasan Malioboro. Di tempat inilah Muhammadiyah lahir pada 8 Dzulhijjah 1330, bertepatan dengan tanggal 18 November 1912. Maksud dan tujuannya ialah untuk menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam, sehingga dapat mewujudkan masyarakat islam yang sebenar-benarnya. Faktor-faktor lain yang mendorong K.H Ahmad Dahlan mendirikan organisasi Muhammadiyah antara lain:
1. Ajaran Islam dilaksanakan tidak secara murni bersumberkan Al Qur’an dan Hadist, tetapi tercampur dengan perbuatan syirik dan khurafat.
2. Lembaga-lembaga pendidikan Islam tidak lagi dapat memenuhi tuntunan zaman, akibat dari terlampau mengisolir diri dari pengaruh luar.
3. Keadaan umat yang sangat menyedihkan dalam bidang sosial, ekonomi, politik, kultural, akibat adanya penjajahan.
Semangat yang ditunjukkan Muhammadiyah yang lahir untuk mementingkan pendidikan dan pengajaran yang berdasarkan Islam, baik pendidikan di sekolah/madrasah ataupun pendidikan dalam masyarakat. Maka tidak heran sejak berdirinya Muhammadiyah membangun sekolah-sekolah/madrasah-madrasah dan mengadakan tabligh-tabligh, bahkan juga menerbitkan buku-buku dan majalah-majalah yang berdasarkan islam. Di antara sekolah-sekolah Muhammadiyah yang tertua dan jasanya ialah:
1. Kweekschool Muhammadiyah Yogya.
2. Mu’allimin Muhammadiyah, Solo, Jakarta.
3. Mu’allimat Muhammadiyah Yogyakarta.
4. Zu’ama/Za’imat Yogyakarta.
5. Kuliyah Mubaligin/mubalighat, Padang Panjang.
6. Tablighschool Yogyakarta.
7. H.I.K Muhammadiyah Yogya.
Dan masih banyak lagi sekolah/madrasah yang didirikan oleh Muhammadiyah ini, semua sekolah/madrasah ini didirikan pada masa penjajahan Belanda dan pendudukan Jepang, yang tersebar pada tiap-tiap Cabang Muhammadiyah seluruh kepulauan Indonesia.
Pada masa Indonesia merdeka Muhammadiyah mendirikan sekolah/madrasah berlipat-lipat ganda banyaknya dari masa penjajahan Belanda dahulu. Jika di jumlahkan ada 682 buah Madrasah dan 877 buah Sekolah Umum dan totalnya 1559 buah madrasah dan sekolah umum
Mula-mula K.H Ahmad Dahlan memberi pelajaran agama islam di Kweekschool Jetis, sekolah guru pada zaman penjajahan Belanda meskipun pelajaran itu hanya diberikan diluar pelajaran-pelajaran yang formal. Sistem yang beliau gunakan sudah sangat pedagogis. Di samping memberikan pelajaran islam di Kweekschool. K.H Ahmad Dahlan mendirikan sekolah-sekolah yang sebagian mengikuti teknik sekolah-sekolah kursi, meja, kapur dan lain-lain tetapi diberi juga pelajaran agama. Di samping itu didirikan juga madrasah-madrasah yang merupakan modernisasi dari pesantren-pesantren yang telah ada kitab-kitab, metode mengajarnya, latihan dan ujian diambil dari sekolah model barat. Dengan demikian Muhammadiyah berhasil mendekatkan dua golongan rakyat, yakni kaum intelek Indonesia yang memperoleh didikan model Barat dengan rakyat dengan rakyat selebihnya yang melulu mendapatkan pelajaran agama, dua golongan yang sudah mulai terpisah dan tercerai.
Muhammadiyah telah mengadakan pembaharuan pendidikan agama dengan jalan modernisasi dalam sistem pendidikan, menukar sistem pondok pesantren dengan sistem pendidikan yang modern yang sesuai dengan tuntutan dan kehendak zaman. Mengajarkan agama dengan cara yang mudah di faham, didaktis, dan pedagogis, selalu menjadi pemikiran dalam Muhammadiyah.
Selain jasa di bidang pendidikan, ada pula usaha dan jasa-jasanya yang besar lainnya yaitu : mengubah dan membetulkan arah kiblat yang tidak tepat menurut mestinya. Umumnya masjid-masjid dan langgar-langgar di Yogyakarta menghadap ke jurusan timur dan orang-orang sembahyang di dalamnya menghadap ke arah barat lurus. Padahal kiblat yang sebenarnya menuju Ka’bah dari tanah Jawa haruslah miring ke arah utara ± 24 derajat dari sebelah barat. Berdasarkan ilmu pengetahuan tentang ilmu falak itu orang tidak boleh menghadap kiblat menuju barat lurus, melainkan harus miring ke utara ± 24 derajat. Oleh sebab itu K.H Ahmad Dahlan mengubah bangunan pesantrennya sendiri, supaya menuju arah kiblat yang betul. K.H Ahmad Dahlan juga mengajarkan agama islam secara populer, bukan saja di pesantren, melainkan ia pergi ke tempat-tempat lain seperti mendatangi berbagai golongan bahkan dapat dikatakan bahwa K.H Ahmad Dahlan adalah bapak mubaliq islam di Jawa Tengah. K.H Ahmad Dahlan memberantas bit’ah-bit’ah dan khurafat serta adat istiadat yang bertentangan dengan ajaran agama islam.
B. SEJARAH PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH
Berdirinya Muhammadiyah juga didasari oleh faktor pendidikan. Sutarmo, Mag dalam bukunya Muhammadiyah, Gerakan Sosial, Keagamaan Modernis mengatakan bahwa Muhammadiyah didirikan oleh KHA. Dahlan didasari oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang berkaitan dengan ajaran Islam itu sendiri secara menyeluruh dan faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berada di luar Islam. Maka pendidikan Muhammadiyah adalah salah satu faktor internal yang mendasari Muhammadiyah didirikan. Kita ketahui bahwa pada masa awal berdirinya Muhammadiyah, lembaga-lembaga pendidikan yang ada dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar sistem pendidikan. Dua sistem pendidikan yang berkembang saat itu, pertama adalah sistem pendidikan tradisional pribumi yang diselenggarakan dalam pondok-pondok pesantren dengan Kurikulum seadanya. Pada umumnya seluruh pelajaran di pondok-pondok adalah pelajaran agama. Proses penanaman pendidikan pada sistem ini pada umumnya masih diselenggarakan secara tradisional, dan secara pribadi oleh para guru atau kyai dengan menggunakan metode srogan (murid secara individual menghadap kyai satu persatu dengan membawa kitab yang akan dibacanya, kyai membacakan pelajaran, kemudian menerjemahkan dan menerangkan maksudnya) dan weton (metode pengajaran secara berkelompok dengan murid duduk bersimpuh mengelilingi kyai juga duduk bersimpuh dan sang kyai menerangkan pelajaran dan murid menyimak pada buku masing-masing atau dalam bahasa Arab disebut metode Halaqah) dalam pengajarannya. Dengan metode ini aktivitas belajar hanya bersifat pasif, membuat catatan tanpa pertanyaan, dan membantah terhadap penjelasan sang kyai adalah hal yang tabu. Selain itu metode ini hanya mementingkan kemampuan daya hafal dan membaca tanpa pengertian dan memperhitungkan daya nalar. Kedua adalah pendidikan sekuler yang sepenuhnya dikelola oleh pemerintah kolonial dan pelajaran agama tidak diberikan.
Bila dilihat dari cara pengelolaan dan metode pengajaran dari kedua sistem pendidikan tersebut, maka perbedaannya jauh sekali. Tipe pendidikan pertama menghasilkan pelajar yang minder dan terisolasi dari kehidupan modern, akan tetapi taat dalam menjalankan perintah agama, sedangkan tipe kedua menghasilkan para pelajar yang dinamis dan kreatif serta penuh percaya diri, akan tetapi tidak tahu tentang agama, bahkan berpandangan negatif terhadap agama.
Maka atas dasar dua sistem pendidikan di atas KHA. Dahlan kemudian dalam mendirikan lembaga pendidikan Muhammadiyah coba menggabungkan hal-hal yang positif dari dua sistem pendidikan tersebut. KHA. Dahlan kemudian coba menggabungkan dua aspek yaitu, aspek yang berkenaan secara ideologis dan praktis. Aspek ideologisnya yaitu mengacu kepada tujuan pendidikan Muhammadiyah, yaitu untuk membentuk manusia yang berakhlak mulia, pengetahuan yang komprehensif, baik umum maupun agama, dan memiliki kesadaran yang tinggi untuk bekerja membangun masyarakat (perkembangan filsafat dalam pendidikan Muhmmadiyah, syhyan rasyidi). Sedangkan aspek praktisnya adalah mengacu kepada metode belajar, organisasi sekolah mata pelajaran dan kurikulum yang disesuaikan dengan teori modern. Maka inilah sejarah awal berdirinya lembaga pendidikan Muhammadiyah yang jika disimpulkan ihwal berdirinya lembaga pendidikan Muhammadiyah untuk mencetak ulama atau pemikir yang mengedepankan tajdid atau tanzih dalam setiap pemikiran dan gerakannya bukan ulama atau pemikir yang say yes pada kemapanan yang sudah ada (established) karena KHA. Dahlan dalam memadukan dua sistem tersebut coba untuk menciptakan ulama/pelajar yang dinamis dan kreatif serta penuh percaya diri dan taat dalam menjalankan perintah agama.
Meskipun tema pembaharuan pendidikan Muhammadiyah memperoleh perhatian yang cukup serius dari para pengkaji sejarah pendidikan Indonesia, namun sejauh ini belum ada satu karya pun yang menunjukkan bagaimana sebenarnya model filsafat pendidikan yang dikembangkan oleh Muhammadiyah. Untuk melangkah ke arah itu bisa dilakukan dengan beberapa pendekatan:
1. Pendekatan normatif yakni bertitik tolak dari sumber-sumber otoritatif Islam (al-Qur’an dan Sunnah Nabi), terutama tema-tema pendidikan, kemudian dieksplorasi sedemikian rupa sehingga terbangun satu sistem filsafat pendidikan;
2. Pendekatan filosofis yang diberangkatkan dari mazhab-mazhab pemikiran filsafat kemudian diturunkan ke dalam wilayah pendidikan;
3. Pendekatan formal dengan merujuk pada hasil-hasil keputusan resmi persyarikatan;
4. Pendekatan historis-filisofis yaitu dengan cara melacak bagaimana konsep dan praksis pendidikan yang dilakukan oleh tokoh-tokoh kunci dalam Muhammadiyah lalu dianalisis dengan dengan pendekatan filosofis.
Corak pendekatan keempat yang dipilih dalam tulisan ini, dengan menampilkan Kyai Dahlan, pendiri Muhammadiyah, sebagai tokoh kuncinya. Benar bahwa dia belum merumuskan landasan filosofis pendidikan tapi sebenarnya ia memiliki minat yang besar terhadap kajian filsafat atau logika sehingga pada tingkat tertentu telah memberikan jalan lempang untuk perumusan satu filsafat pendidikan. K.H Ahmad Dahlan (1868-1923) adalah tipe man of action sehingga sudah pada tempatnya apabila mewariskan cukup banyak amal usaha bukan tulisan. Oleh sebab itu untuk menelusuri bagaimana orientasi filosofis pendidikan kyai musti lebih banyak merujuk pada bagaimana ia membangun sistem pendidikan. Namun naskah pidato terakhir Kyai yang berjudul Tali Pengikat Hidup menarik untuk dicermati karena menunjukkan secara eksplisit konsen Kyai terhadap pencerahan akal suci melalui filsafat dan logika. Sedikitnya ada tiga kalimat kunci yang menggambarkan tingginya minat Kyai dalam pencerahan akal, yaitu:
1. Pengetahuan tertinggi adalah pengetahuan tentang kesatuan hidup yang dapat dicapai dengan sikap kritis dan terbuka dengan mempergunakan akal sehat dan istiqomah terhadap kebenaran akali dengan di dasari hati yang suci;
2. Akal adalah kebutuhan dasar hidup manusia;
3. Ilmu mantiq atau logika adalah pendidikan tertinggi bagi akal manusia yang hanya akan dicapai hanya jika manusia menyerah kepada petunjuk Allah swt.
Pribadi Kyai Dahlan adalah pencari kebenaran hakiki yang menangkap apa yang tersirat dalam tafsir Al-Manaar sehingga meskipun tidak punya latar belakang pendidikan Barat tapi ia membuka lebar-lebar gerbang rasionalitas melalui ajaran Islam sendiri, menyerukan ijtihad dan menolak taqlid. Dia dapat dikatakan sebagai suatu “model” dari bangkitnya sebuah generasi yang merupakan “titik pusat” dari suatu pergerakan yang bangkit untuk menjawab tantangan-tantangan yang dihadapi golongan Islam yang berupa ketertinggalan dalam sistem pendidikan dan kejumudan paham agama Islam. Berbeda dengan tokoh-tokoh nasional pada zamannya yang lebih menaruh perhatian pada persoalan politik dan ekonomi, Kyai Dahlan mengabdikan diri sepenuhnya dalam bidang pendidikan. Titik bidik pada dunia pendidikan pada gilirannya mengantarkannya memasuki jantung persoalan umat yang sebenarnya. Seiring dengan bergulirnya politik etis atau politik asosiasi (sejak tahun 1901), ekspansi sekolah Belanda diproyeksikan sebagai pola baru penjajahan yang dalam jangka panjang diharapkan dapat menggeser lembaga pendidikan Islam semacam pondok pesantren. Pendidikan di Indonesia pada saat itu terpecah menjadi dua: pendidikan sekolah-sekolah Belanda yang sekuler, yang tak mengenal ajaran-ajaran yang berhubungan dengan agama; dan pendidikan di pesantren yang hanya mengajar ajaran-ajaran yang berhubungan dengan agama saja. Dihadapkan pada dualisme sistem (filsafat) pendidikan ini Kyai Dahlan “gelisah”, bekerja keras sekuat tenaga untuk mengintegrasikan, atau paling tidak mendekatkan kedua sistem pendidikan itu.
Cita-cita pendidikan yang digagas Kyai Dahlan adalah lahirnya manusia-manusia baru yang mampu tampil sebagai “ulama-intelek” atau “intelek-ulama”, yaitu seorang muslim yang memiliki keteguhan iman dan ilmu yang luas, kuat jasmani dan rohani. Dalam rangka mengintegrasikan kedua sistem pendidikan tersebut, Kyai Dahlan melakukan dua tindakan sekaligus; memberi pelajaran agama di sekolah-sekolah Belanda yang sekuler, dan mendirikan sekolah-sekolah sendiri di mana agama dan pengetahuan umum bersama-sama diajarkan. Kedua tindakan itu sekarang sudah menjadi fenomena umum; yang pertama sudah diakomodir negara dan yang kedua sudah banyak dilakukan oleh yayasan pendidikan Islam lain. Namun, ide Kyai Dahlan tentang model pendidikan integralistik yang mampu melahirkan muslim ulama-intelek masih terus dalam proses pencarian. Sistem pendidikan integralistik inilah sebenarnya warisan yang musti kita eksplorasi terus sesuai dengan konteks ruang dan waktu, masalah teknik pendidikan bisa berubah sesau dengan perkembangan ilmu pendidikan atau psikologi perkembangan.
Dalam rangka menjamin kelangsungan sekolahan yang ia dirikan maka atas saran murid-muridnya Kyai Dahlan akhirnya mendirikan persyarikatan Muhammadiyah tahun 1912. Metode pembelajaran yang dikembangkan Kyai Dahlan bercorak kontekstual melalui proses penyadaran. Contoh klasik adalah ketika Kyai menjelaskan surat al-Ma’un kepada santri-santrinya secara berulang-ulang sampai santri itu menyadari bahwa surat itu menganjurkan supaya kita memperhatikan dan menolong fakir-miskin, dan harus mengamalkan isinya. Setelah santri-santri itu mengamalkan perintah itu baru diganti surat berikutnya. Ada semangat yang musti dikembangkan oleh pendidik Muhammadiyah, yaitu bagaimana merumuskan sistem pendidikan ala al-Ma’un sebagaimana dipraktekan Kyai Dahlan.
Anehnya, yang diwarisi oleh warga Muhammadiyah adalah teknik pendidikannya, bukan cita-cita pendidikan, sehingga tidak aneh apabila ada yang tidak mau menerima inovasi pendidikan. Inovasi pendidikan dianggap sebagai bid’ah. Sebenarnya, yang harus kita tangkap dari Kyai Dahlan adalah semangat untuk melakukan perombakan atau etos pembaruan, bukan bentuk atau hasil ijtihadnya. Menangkap api tajdid, bukan arangnya. Dalam konteks pencarian pendidikan integralistik yang mampu memproduksi ulama-intelek-profesional, gagasan Abdul Mukti Ali menarik disimak. Menurutnya, sistem pendidikan dan pengajaran agama Islam di Indonesia ini yang paling baik adalah sistem pendidikan yang mengikuti sistem pondok pesantren karena di dalamnya diresapi dengan suasana keagamaan, sedangkan sistem pengajaran mengikuti sistem madrasah/sekolah, jelasnya madrasah/sekolah dalam pondok pesantren adalah bentuk sistem pengajaran dan pendidikan agama Islam yang terbaik. Dalam semangat yang sama, belakangan ini sekolah-sekolah Islam tengah berpacu menuju peningkatan mutu pendidikan. Salah satu model pendidikan terbaru adalah full day school, sekolah sampai sore hari, tidak terkecuali di lingkungan Muhammadiyah.
C. PERKEMBANGAN PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH
Cita-cita pendidikan yang digagas Kyai Dahlan adalah lahirnya manusia-manusia baru yang mampu tampil sebagai “ulama-intelek” atau “intelek-ulama”, yaitu seorang muslim yang memiliki keteguhan iman dan ilmu yang luas, kuat jasmani dan rohani. Dalam rangka mengintegrasikan kedua sistem pendidikan tersebut, Kyai Dahlan melakukan dua tindakan sekaligus; memberi pelajaran agama di sekolah-sekolah Belanda yang sekuler, dan mendirikan sekolah-sekolah sendiri di mana agama dan pengetahuan umum bersama-sama diajarkan. Kedua tindakan itu sekarang sudah menjadi fenomena umum; yang pertama sudah diakomodir negara dan yang kedua sudah banyak dilakukan oleh yayasan pendidikan Islam lain. Namun, ide Kyai Dahlan tentang model pendidikan integralistik yang mampu melahirkan muslim ulama-intelek masih terus dalam proses pencarian. Sistem pendidikan integralistik inilah sebenarnya warisan yang musti kita eksplorasi terus sesuai dengan konteks ruang dan waktu, masalah teknik pendidikan bisa berubah sesuai dengan perkembangan ilmu pendidikan atau psikologi perkembangan.
Dalam rangka menjamin kelangsungan sekolahan yang ia dirikan maka atas saran murid-muridnya Kyai Dahlan akhirnya mendirikan persyarikatan Muhammadiyah tahun 1912. Metode pembelajaran yang dikembangkan Kyai Dahlan bercorak kontekstual melalui proses penyadaran. Contoh klasik adalah ketika Kyai menjelaskan surat al-Ma’un kepada santri-santrinya secara berulang-ulang sampai santri itu menyadari bahwa surat itu menganjurkan supaya kita memperhatikan dan menolong fakir miskin, dan harus mengamalkan isinya. Setelah santri-santri itu mengamalkan perintah itu baru diganti surat berikutnya. Ada semangat yang musti dikembangkan oleh pendidik Muhammadiyah, yaitu bagaimana merumuskan sistem pendidikan ala al-Ma’un sebagaimana dipraktekkan Kyai Dahlan.
Anehnya, yang diwarisi oleh warga Muhammadiyah adalah teknik pendidikannya, bukan cita-cita pendidikan, sehingga tidak aneh apabila ada yang tidak mau menerima inovasi pendidikan. Inovasi pendidikan dianggap sebagai bid’ah. Sebenarnya, yang harus kita tangkap dari Kyai Dahlan adalah semangat untuk melakukan perombakan atau etos pembaruan, bukan bentuk atau hasil ijtihadnya. Menangkap api tajdid, bukan arangnya. Dalam konteks pencarian pendidikan integralistik yang mampu memproduksi ulama-intelek-profesional, gagasan Abdul Mukti Ali menarik disimak. Menurutnya, sistem pendidikan dan pengajaran agama Islam di Indonesia ini yang paling baik adalah sistem pendidikan yang mengikuti sistem pondok pesantren karena di dalamnya diresapi dengan suasana keagamaan, sedangkan sistem pengajaran mengikuti sistem madrasah/sekolah, jelasnya madrasah/sekolah dalam pondok pesantren adalah bentuk sistem pengajaran dan pendidikan agama Islam yang terbaik. Dalam semangat yang sama, belakangan ini sekolah-sekolah Islam tengah berpacu menuju peningkatan mutu pendidikan. Salah satu model pendidikan terbaru adalah full day school, sekolah sampai sore hari, tidak terkecuali di lingkungan Muhammadiyah.
Satu dekade terakhir ini virus sekolah unggul benar-benar menjangkiti seluruh warga Muhammadiyah. Lembaga pendidikan Muhammadiyah mulai Taman Kanak-kanak (TK) hingga Perguruan Tinggi (PT) berpacu dan berlomba-lomba untuk meningkatkan kualitas pendidikan untuk menuju pada kualifikasi sekolah unggul. Sekarang ini hampir di semua daerah kabupaten atau kota terdapat sekolah unggul Muhammadiyah, terutama untuk tingkat TK dan Sekolah Dasar. Sekolah yang dianggap unggul oleh masyarakat sehingga mereka menyekolahkan anak-anak di situ pada umumnya ada dua tipe; sekolah model konvensional tetapi memiliki mutu akademik yang tinggi, atau sekolah model baru dengan menawarkan metode pembelajaran mutakhir yang lebih interaktif sehingga memiliki daya panggil luas.
Apabila Muhammadiyah benar-benar mau membangun sekolah/universitas unggul maka harus ada keberanian untuk merumuskan bagaimana landasan filosofis pendidikannya sehingga dapat meletakkan secara tegas bagaimana posisi lembaga-lembaga pendidikan Muhammadiyah dihadapan pendidikan nasional, dan kedudukannya yang strategis sebagai pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta fungsinya sebagai wahana dakwah Islamiyah. Ketiadaan orientasi filosofis ini jelas sangat membingungkan; apa harus mengikuti arus pendidikan nasional yang sejauh ini kebijakannya belum menuju pada garis yang jelas karena setiap ganti menteri musti ganti kebijakan. Kalau memang memilih pada pengembangan iptek maka harus ada keberanian memilih arah yang berbeda dengan kebijakan pemerintah. Model pondok gontor bisa dijadikan alternatif, dengan bahasa dan kebebasan berpikir terbukti mampu mengantarkan peserta didik menjadi manusia-manusia yang unggul. . Filsafat pendidikan memanifestasikan pandangan ke depan tentang generasi yang akan dimunculkan. Filsafat yang dianut dan diyakini oleh Muhammadiyah adalah berdasarkan agama Islam, maka sebagai konsekuensinya logik, Muhammadiyah berusaha dan selanjutnya melandaskan filsafat pendidikan Muhammadiyah atas prinsip-prinsip filsafat yang diyakini dan dianutnya
Jika menengok sekolah atau universitas Muhammadiyah saat ini, dari sisi kurikulumnya itu sama persis dengan sekolah atau universitas negeri ditambah materi al-Islam dan kemuhammadiyahan. Kalau melihat materi yang begitu banyak, maka penambahan itu malah semakin membebani anak, karenanya amat jarang lembaga pendidikan melahirkan bibit-bibit unggul. Apakah tidak sudah waktunya untuk merumuskan kembali Al-Islam dan kemuhammadiyahan yang terintegrasikan dengan materi-materi umum, atau paling tidak disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik; misalnya, evaluasi materi ibadah dan Al-Qur’an, serta bahasa dengan praktek langsung tidak dengan sistem ujian tulis seperti sekarang ini.
Perhatian dan komitmen Muhammadiyah dalam bidang pendidikan tidak pernah surut, hal ini nampak dari keputusan-keputusan persyarikatan yang dengan konsisten dalam setiap muktamar (sebagai forum tertinggi persyarikatan Muhammadiyah) senantiasa ada agenda pembahasan dan penetapan program lima tahunan bidang pendidikan, sejak pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Dalam lima belas tahun terakhir (tiga kali muktamar) dapat dilihat bahwa Muhammadiyah senantiasa memiliki agenda yang jelas berkenaan dengan program pendidikan, keputusan-keputusan dalam muktamar sebagaimana dapat kita lihat sebagai berikut:
Rincian program bidang pendidikan keputusan Muktamar 43 Banda Aceh:
1. Peningkatan kualitas Pendidikan Dasar dan Menengah Muhammadiyah dilakukan dengan empat tema pokok, yaitu pengembangan kualitas, pengembangan keunggulan, pengembangan kekhasan program, dan pengembangan kelembagaan yang mandiri. Empat tema pokok ini diimplementasikan dalam proses belajar mengajar agar secara terpadu merupakan aktivitas alih pengetahuan, alih metode dan alih nilai.
2. Menata kembali kurikulum Pendidikan dasar dan Menengah Muhammadiyah pada semua jenjang dan jenis sekolah Muhammadiyah yang meliputi pendidikan al-Islam Kemuhammadiyahan dan sebagai kekhasan sekolah Muhammadiyah, spesifikasi setiap wilayah sesuai kebutuhan dan kondisi setempat, pendidikan budaya dan seni yang bernafas Islam.
3. Menyusun peta Nasional Pendidikan Muhammadiyah yang memuat spesifikasi tiap wilayah/daerah, agar didapatkan relevansi pendidikan dengan kebutuhan masyarakat setempat.
4. Merespon secara positif pengembangan “sekolah unggulan” dengan tetap mengembangkan kekhasan pendidikan Muhammadiyah, terutama dalam pengembangan kurikulum dan proses belajar mengajar, sehingga misi pendidikan Muhammadiyah tetap terlaksana.
5. Dalam pengembangan Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM), penyelenggaraan pendidikan diorientasikan kepada peningkatan kompetensi lulusan yang elastis dan antisipatif terhadap tuntutan dan kebutuhan masa depan, yang meliputi kompetensi akademik, kompetensi profesional, kompetensi menghadapi perubahan, kompetensi kecendekiaan dan kompetensi iman dan takwa.
6. Mengarahkan program PTM untuk penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang relevan dengan kebutuhan masyarakat dan kebutuhan masa depan.
7. Kaidah pendidikan dasar dan menengah serta kaidah PTM perlu disempurnakan, sesuai dengan perkembangan tuntutan masyarakat.
8. Koordinasi dan pengawasan pelaksanaan kaidah pendidikan dasar dan menengah serta perguruan tinggi perlu ditingkatkan.
9. Meningkatkan dan memantapkan kerja sama antara Majelis Dikdasmen dan Majelis Dikti.
10.Mengupayakan beasiswa Muhammadiyah bagi para siswa dan atau mahasiswa yang berprestasi.
11.Melalui amal usaha pendidikan meningkatkan kualitas kader-kader ulama yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia.
12.Mengembangkan berbagai lembaga pendidikan khusus seperti pesantren dan madrasah diniyah, taman pendidikan Al-Qur’an, serta taman kanak-kanak Al-Qur’an. Penanganan pondok pesantren dan madrasah menjadi tanggung jawab dan wewenang dari Majelis Dikdasmen.Rencana Strategis Pendidikan Muhammadiyah Membangun kekuatan Muhammadiyah dalam bidang pendidikan dan pengembangan sumber daya insani, ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), dan eksplorasi aspek-aspek kehidupan yang bercirikan Islam, sehingga mampu menjadi alternatif kemajuan dan keunggulan di tingkat nasional atau regional.
Keputusan setiap Muktamar berkenaan dengan program pendidikan bukan hanya sekedar daftar keinginan, akan tetapi program-program tersebut merupakan bentuk komitmen persyarikatan Muhammadiyah dalam dunia pendidikan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, keputusan-keputusan muktamar berkenaan dengan bidang pendidikan tersebut menggambarkan betapa Muhammadiyah menjadikan lembaga pendidikan sebagai pilar yang strategis dalam mendukung tujuan Muhammadiyah. Program-program tersebut juga mencerminkan dinamika pendidikan yang dikelola oleh persyarikatan Muhammadiyah.
D. GARIS BESAR PROGRAM PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH
(1). Membangun system informasi kekuatan Sumber Daya Insani (SDI) Muhammadiyah dalam bidang Iptek.
(2). Menyusun road map pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Muhammadiyah.
(3). Memobilisasi kekuatan Muhammadiyah dalam bidang Iptek melalui pusat-pusat keunggulan yang berbasis lembaga pendidikan Muhammadiyah.
(4). Membangun cetak biru (blue print) pendidikan Muhammadiyah untuk menjawab ketertinggalan pendidikan Muhammadiyah selama ini, dan sebagai langkah antisipasi bagi masa depan pendidikan yang lebih kompleks.
(5). Menegaskan posisi dan implementasi nilai Islam, Kemuhammadiyahan dan kaderisasi dalam seluruh system pendidikan Muhammadiyah.
(6). Mempercepat proses pengembangan institusi perndidikan Muhammdiyah sebagai pusat keunggulan dengan menyusun standar mutu.
(7). Menjadikan mutu sebagai tujuan utama bagi seluruh usaha pengembangan amal usaha pendidikan Muhammadiyah.
(8). Mengintegrasikan pengembangan amal usaha pendidikan Muhammadiyah dengan program pengembangan masyarakat.
(9). Menyusun system pendidikan Muhammadiyah yang berbasis al-Qur’an dan sunnah.
(10). Mengembangkan program-program penelitian dan pengembangan di bidang pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi dan berbagai aspek kehidupan yang penting dan strategis sebagai basis bagi pengambilan kebijakan dan pengembangan kemajuan persyarikatan.
(11). Mengembangkan jaringan dan kerjasama lembaga-lembaga serta pusat-pusat penelitian dan pengembangan di lingkungan persyarikatan.
E. PERBEDAAN PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH DENGAN PENDIDIKAN PADA UMUMNYA
Pendidikan Islam berbeda dengan pendidikan yang lain. Pendidikan Islam lebih mengedepankan nilai-nilai keislaman dan tertuju pada terbentuknya manusia yang berakhlakul karimah serta taat dan tunduk kepada Allah semata. Sedangkan pendidikan selain Islam, tidak terlalu memprioritaskan pada unsur-unsur dan nilai-nilai keislaman, yang menjadi prioritas hanyalah pemenuhan kebutuhan indrawi semata.
Indonesia adalah sebuah negara besar yang memiliki penduduk ratusan juta jiwa. Indonesia juga adalah negara yang mayoritas penduduknya memeluk agama Islam. Menurut sebuah perhitungan manusia Muslim Indonesia adalah jumlah pemeluk agama Islam terbesar di dunia. Jika dibanding dengan negara-negara Muslim lainnya, maka penduduk Muslim Indonesia dari segi jumlah tidak ada yang menandingi. Jumlah yang besar tersebut sebenarnya merupakan sumber daya manusia dan kekuatan yang sangat besar, bila mampu dioptimalkan peran dan kualitasnya. Jumlah yang sangat besar tersebut juga mampu menjadi kekuatan sumber ekonomi yang luar biasa. Jumlah yang besar di atas juga akan menjadi kekuatan politik yang cukup signifikan dalam percaturan nasional.
Namun realitas membuktikan lain. Jumlah manusia Muslim yang besar tersebut ternyata tidak memiliki kekuatan sebagaimana seharusnya yang dimiliki. Jumlah yang sangat besar di atas belum didukung oleh kualitas dan kekompakan serta loyalitas manusia Muslim terhadap sesama, agama, dan para fakir miskin yang sebagian besar (untuk tidak mengatakan semuanya) adalah kaum Muslimin juga. Kualitas manusia Muslim belum teroptimalkan secara individual apalagi secara massal. Kualitas manusia Muslim Indonesia masih berada di tingkat menengah ke bawah. Memang ada satu atau dua orang yang menonjol, hanya saja kemenonjolan tersebut tidak mampu menjadi lokomotif bagi rangkaian gerbong manusia Muslim lainnya. Apalagi bila berbicara tentang kekompakan dan loyalitas terhadap agama, sesama, dan kaum fakir miskin papa. Sebagian besar dari manusia Muslim yang ada masih berkutat untuk memperkaya diri, kelompok, dan pengurus partainya sendiri. Masih sangat sedikit manusia Muslim Indonesia yang berani secara praktis bukan hanya orasi belaka memberikan bantuan dan pemberdayaan secara tulus ikhlas kepada sesama umat Islam, khususnya para kaum fakir miskin papa.
Paradoksal fenomena di atas, yakni jumlah manusia Muslim Indonesia yang sangat besar akan tetapi tidak memiliki kekuatan ideologi, kekuatan politik, kekuatan ekonomi, kekuatan budaya, dan kekuatan gerakan adalah secara tidak langsung merupakan dari hasil pola pendidikan Islam selama ini. Pola dan model pendidikan Islam yang dikembangkan selama ini masih berkutat pada pemberian materi yang tidak aplikatif dan praktis. Bahkan sebagian besar model dan proses pendidikannya terkesan “asal-asalan” atau tidak profesional. Selain itu, pendidikan Islam di Indonesia negara tercinta mulai tereduksi oleh nilai-nilai negatif gerakan dan proyek modernisasi yang kadang-kadang atau secara nyata bertentangan dengan ajaran Islam itu sendiri.
Tulisan ini mencoba untuk memberikan gambaran secara global tentang pendidikan Islam Indonesia saat ini sebagai landasan awal untuk meneropong moralitas bangsa di masa depan. Moralitas masa depan bangsa menjadi sangat penting untuk diteropong, karena didasarkan pada asumsi awal sebagian pakar yang berpendapat bahwa salah satu faktor penyebab atau “biang keladi” terjadi dan berlangsungnya krisis multidimensional negara Indonesia adalah masalah moralitas bangsa yang sangat “amburadul” dan tidak “karu-karuan”.
Kalau kita kembali kepada sejarah pendidikan Islam di Indonesia, maka kita akan temukan bahwa pada awal munculnya pendidikan Islam tidak terlepas dari peran para pembawa Islam ke Indonesia sendiri. Jadi sebelum pendidikan Islam ada, terlebih dahulu Indonesia dimasuki oleh para penyebar Islam, walaupun menurut kajian sejarah bahwa para ahli berbeda pendapat tentang waktu dan pembawanya masuknya Islam ke Indonesia. Ada yang mengatakan pada abad ke-7 seperti yang dikatakan HAMKA dalam Seminar Sejarah Masuknya Agama Islam di Indonesia (1963). Ada lagi yang mengatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13. Teori ini dicetuskan oleh seorang orintalis Snouck Hurgronje, yang belajar agama puluhan tahun di Mekah dengan tujuan untuk menghancurkan Islam dari dalam.
Terlepas dari perbedaan tersebut, pendidikan Islam di Indonesia telah ada semenjak Islam masuk ke Indonesia. Yaitu, melalui dakwah mereka dalam menyebarkan Islam, walaupun bentuknya tidak formal seperti sekolah-sekolah yang ada sekarang. Seperti, sambil berdagang mereka mendakwahkan Islam. Seiring perjalanan sejarah, pendidikan Islam semakin tahun semakin mengalami perkembangan. Apalagi setelah muncul dua organisasi besar Muhammadiyah dan Nahdhatul Ulama’ (NU). Kedua organisasi ini bergerak dalam bidang dakwah melalui pendidikan, ada yang dengan sistem klasik dan ada yang modern.
Misalnya, Muhammadiyah pada awal berdirinya 18 November 1912 M mendirikan madrasah pertamanya yaitu Al-Qism Al-Arqo’. Madrasah ini didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan Pendiri Muhammadiyah sendiri, dan sekarang berubah nama menjadi PP. Muallimin Muallimat Jogjakarta. Pendidikan semacam ini didirikan oleh Muhammadiyah untuk mengimbangi pendidikan kolonial Belanda yang cenderung jauh dari nilai-nilai keislaman, bahkan cenderung meracuni bangsa.
Sedangkan NU yang didirikan tanggal 31 Januari 1926 M, walaupun menurut sejarah pernah masuk dan menjadi partai politik dan menjadi kontenstan dalam pemilu 1955 dan 1971, organisasi ini tetap menaruh perhatian besar terhadap pendidikan Islam. Memang NU tidak bergerak melalui madrasah-madrasah atau sekolah umum seperti Muhammadiyah, akan tetapi mayoritas pendidikan Islam di NU banyak berkembang di dalam pesantren yang di gunakan sebagai tempat pengkaderan.
Walaupun jalan yang ditempuh oleh kedua organisasi ini dalam mengembangkan pendidikan Islam berbeda, akan tetapi tetap tujuan utamanya sama, yaitu sama-sama ingin menjadikan Islam tetap berkembang di Indonesia melalui cara-cara yang menurut masing-masing biasa dilakukan. Sekarang kita melihat kondisi pendidikan Islam di era modern ini, apakah metode atau jalan yang ditempuh oleh Muhammadiyah dan NU, yang dulunya berbeda tersebut sekarang bisa mengarah pada persatuan. Dan menimbulkan kesadaran pada masing-masing?.
Kita lihat sekarang Muhammadiyah yang pada mulanya tidak terlalu berkecimpung dalam dunia pesantren dalam mengembangkan pendidikan Islam, akan tetapi sekarang sudah mulai memperhatikannya bahkan sudah banyak pesantren-pesantren yang didirikan Muhammadiyah. Kesadaran ini muncul setelah nampak di tengah-tengah Muhammadiyah apa yang dinamakan dengan “krisis ulama’. Relevan dengan ini ialah pendapat Karim yang dikutip oleh Khozin M.Si (2006) dalam bukunya Sejarah Pendidikan Islam “efektivitas pendidikan dan pengajaran agama melalui pesantren juga telah disadari oleh Muhammadiyah yang sepanjang sejarahnya menaruh perhatian pada sistem pendidikan modern”.
Adapun NU yang pada mulanya banyak mencurahkan perhatiannya terhadap dunia pesantren dalam mengembangkan pendidikan Islam, sekarang sudah mulai sadar akan pentingnya dunia sekolah yang cenderung modern dan mengikuti perkembangan zaman. Apalagi di era yang teknologinya serba canggih, Realitas saat ini Keterpurukan dan keterbelakangan pendidikan nasional saat ini tentu mempunyai dampak yang signifikan terhadap pendidikan Islam. Walaupun pada dasarnya secara historis saat ini pendidikan Islam mengalami perubahan-perubahan dan perkembangan yang signifikan juga dibanding dengan kondisi pendidikan Islam sebelumnya yang berlaku di Indonesia.
Apalagi setelah munculnya SKB 3 Mentri, yaitu Menteri Pendidikan, Menteri Agama dan Menteri Kebudayaan. Dengan ketentuan bahwa ijazah madrasah mempunyai nilai yang sama dengan ijazah sekolah umum yang setingkat, Lulusan madrasah dapat melanjutkan ke sekolah umum setingkat lebih atas, dan madrasah dapat berpindah ke sekolah umum yang setingkat begitupun sebaliknya.
Walaupun demikian, tidak dapat dinafikan bahwa masih banyak lembaga-lembaga Islam yang jauh tertinggal. Menurut Abd. Assegaf Pendidikan Islam di Indonesia saat ini bisa dibilang mengalami intellectual deadlock (kebuntuan intelektual).
Indikasinya adalah minimnya upaya pembaharuan dalam pendidikan Islam, Praktek pendidikan Islam selama ini masih memelihara budaya lama yang tidak banyak melakukan pemikiran kreatif, inovatif dan kritis terhadap isu-isu aktual, model pembelajaran yang masih menekankan pada pendekatan intelektualisme verbalistik dan mengenyampingkan urgensi interactive education and communication antara guru dan murid, orientasi pendidikan Islam lebih menitikberatkan pada pembentukan insan sebagai abdun (hamba) bukan pada fitrahnya sebagai khalifah di bumi.
Melihat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat, Maka pendidikan Islam dituntut untuk bergerak dan mengadakan inovasi-inovasi dalam pendidikan. Mulai dari paradigma, sistem pendidikan dan metode yang digunakan. Ini dimaksudkan agar perkembangan pendidikan Islam tidak tersendat-sendat. Sebab kalau pendidikan Islam masih berpegang kepada tradisi lama yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan IPTEK, maka pendidikan Islam akan buntu.
Menurut Rahmat Ismail (dalam Khozin, 2006) bahwa ada beberapa hal yang perlu dibangun dan diperbaiki kembali dalam pendidikan Islam supaya dapat berkembang sesuai dengan perkembangan zaman, yaitu:
Pertama : Rekontruksi paradigma, dengan mengganti paradigma yang lama dengan paradigma baru, bahwa konsep pendidikan yang benar harus selalu sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan zaman. Rekontruksi ini diharapkan dapat menyelesaikan masalah-masalah yang sedang dihadapi pendidikan Islam, yakni keluar dari belenggu dikotomi ilmu pengetahuan, keluar dari sistem pendidikan yang doktrinir dan otoriter, terlepas dari penyimpangan profesionalitas pendidik.
Kedua : Memperkuat landasan moral. Kita melihat pengaruh dari globalisasi yang telah menimpa Indonesia, moral barat dengan mudahnya masuk ke dalam negari ini dan dapat mempengaruhi masyarakat Indonesia, Maka sangat urgen sekali kalau moral para praktisi pendidikan Islam dibangun dan dibentuk dengan kokoh, supaya tidak terpengaruh dengan budaya barat tersebut.
Ketiga : Menguasai lebih dari dua bahasa.
Keempat : Menguasai komputer dan berbagai program dasarnya.
Kelima : Pengembangan kompetensi kepemimpinan.Adapun menurut hemat penulis agar pendidikan Islam terus berkembang dan selalu sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, Maka perlu adanya integrasi antara pendidikan Islam Tradisional (pesantren) yang sepanjang sejarahnya dikembangkan oleh NU dan pendidikan Islam modern yang dikembangkan oleh Muhammadiyah. Pendidikan Pesantren diharapkan untuk tetap dapat menjaga originilitas ulama’. Sedangkan pendidikan Islam modern diharapkan dapat menyesuaikan dengan perkembangan IPTEK. Dalam kaedah usul dikatakan “al-muhafadhoh ‘alal qodimis soleh wal akhdu biljadidil ashlah (menjaga tradisi lama yang baik, dan mengambil tradisi baru yang lebih baik)”
Selain itu juga perlu adanya rekontruksi metode atau model pembelajaran yang digunakan di dalam pendidikan Islam. Dalam hal ini pendidikan Islam dapat menggunakan metode pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning). Ini diharapkan dapat mengikuti tuntutan anak modern yang selalu kritis dan lebih berpikiran maju dari anak zaman dahulu yang cenderung manut dan tunduk terhadap apa yang disampaikan guru.
Pendidikan Islam ke depan harus lebih memprioritaskan kepada ilmu terapan yang sifatnya aplikatif, bukan saja dalam ilmu-ilmu agama akan tetapi juga dalam bidang teknologi. Sebab selama ini Pendidikan Islam terlalu terkonsentrasikan pada pendalaman dikotomi halal haram dan sah batal, namun terlalu mengabaikan kemajuan IPTEK yang menjadi sarana untuk mencapai kemajuan di era modern ini.
Bila dianalisis lebih jeli selama ini, khususnya sistem pendidikan Islam seakan-akan terkotak-kotak antara urusan duniawi dengan urusan ukhrowi. Ada pemisahan antara keduanya. Sehingga dari paradigma yang salah itu, menyebabkan umat Islam belum mau ikut andil atau berpartisipasi banyak dalam agenda-agenda yang tidak ada hubungannya dengan agama atau sains sebaliknya. Sebagai permisalan tentang sains, sering kali umat Islam Phobia dan merasa sains bukan urusan agama. Dalam hal ini ada pemisahan antara urusan agama yang berorientasi akhirat dengan sains yang dianggap hanya berorientasi dunia saja.
Sejarah telah mencatat, pada awal abad VIII umat Islam telah menorehkan tinta emas kemajuan iptek jauh sebelum terjadinya revolusi Industri yang diagung-agungkan bangsa Eropa. Kala itu, Ilmuwan-ilmuwan Islam dapat meletakkan dasar kemajuan iptek yang tentu saja atas dasar agama. Di antara ilmuwan seperti, Abu Bakar Muhammad bin Zakariya ar-Razi (Razes [864-930 M]) yang dikenal sebagai ‘dokter Muslim terbesar’, atau pakar kedokteran Abu Ali Al-Hussain Ibn Abdallah Ibn Sina (Avicenna [981-1037 M]) yang hasil pemikirannya The Canon of Medicine (Al-Qanun fi At Tibb) menjadi rujukan utama ilmu kedokteran di eropa. Al Kawarijmi Jabir Ibnu Hayyan yang meninggal tahun 803 M disebut-sebut sebagai Bapak Kimia. Algoritma yang kita kenal dalam pelajaran matematika itu berasal dari nama seorang ahli matematik Muslim bernama Muhammad bin Musa Al-Khwarizmi (770-840M)
Ilmuwan muslim telah diakui menjadi “jembatan” yang menghubungkan Pra-revolusi dengan kemajuan Eropa melalui revolusi industri yang sempat diklaim mengubah dunia. Lantas apa yang menyebabkan Islam dapat bersinar kala itu?. Alasannya adalah peran Islam dalam mengembangkan iptek sangatlah luar biasa. Selain ilmuwan-ilmuwan yang bekerja keras, ditambah pemerintahan yang mendukung dengan rela menyewa penerjemah-penerjemah untuk menerjemahkan warisan-warisan ilmuan kuno Yunani. Sehingga nampak bahwa Islam tidak hanya berorientasi pada agama, tetapi juga turut mengembangkan iptek yang sebelumnya dianggap berorientasi pada dunia.
Saat ini bangsa Eropa dan Amerika sedang berada pada posisi atas, mereka memegang peran yang signifikan dalam penguasaan seluruh tataran kehidupan di dunia. Hal ini sesuai dengan Sunatullah yang menyebutkan bahwa, akan ada pergiliran kekuasaan di antara manusia dan ini adalah sebuah kepastian. “Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran) …” Namun pergiliran ini terjadi, selain atas izin Allah, juga bergulir sesuai dengan sunatullah yang lain yaitu usaha keras bangsa Eropa dan Amerika dalam penguasaan berbagai macam disiplin ilmu. Salah satunya adalah sains.
Oleh karena itu, umat Islam harus mengusahakan agar roda itu terus berputar hingga suatu saat nanti giliran umat Islam berada pada posisi di atas dengan cara memadukan Islam dan sains melalui sistem pendidikan. Sehingga Umat Islam dapat menggenggam dunia dengan sistem yang lebih baik dari sekarang. Dan perlu diingat, bahwa Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, bila kaum itu yang mengubah keadaannya sendiri.
Dan yang sampai sekarang bergolak dalam dada penulis, kapan Rifaiyah akan melakukan rekonstruksi untuk menuju dan ikut serta menorehkan tinta emas dalam percaturan sejarah nasional ?. Sekali lagi, sambil bergumam dalam hati sembari memejamkan mata membangun imajinasi yang rupawan tentang Rifaiyah, penulis mengajak semua intelektual Rifaiyah untuk bersatu dan bersama membangun warisan sang guru ini.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Setelah membahas maka dapat disimpulkan tujuan utama Muhammadiyah adalah:
a. Mengembalikan amal dan perjuangan umat pada sumber Al Qur’an dan Hadist, bersih dari Bid’ah dan khurafat.
b. Menafsirkan ajaran-ajaran Islam secara modern.
c. Memperbaharui sistem pendidikan Islam secara modern sesuai dengan kehendak dan kemajuan jaman.
d. Membebaskan umat dari ikatan-ikatan tradisionalisme, konservatisme, taqlidisme dan formalisme yang membelenggu kehidupan umat.
Muhammad Amien Rais dkk, 1985. Pendidikan Muhammadiyah dan Perubahan Sosial (sarasehan pimpinan pusat ikatan pelajar Muhammadiyah). Yogyakarta : PLP2M.
Mahmud Yunus, 1996.Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Hidakarya Agung.
Mulkhan, Abdul Munir. 1990. Pemikiran KH. Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah. Jakarta: Bumi Aksara.
Yunus Salam, 1968. Riwayat Hidup KHA Dahlan Amal dan perjuangannya. Jakarta: Depot Pengajaran Muhammadiyah.
Berikut ini adalah contoh makalah Identifikasi, Analisis dan Rumusan Masalah PTK. Topik utama dalam makalah ini adalah cara mengidentifikasi dan menyusun rumusan masalah pada penelitian tindakan kelas.
Daftar isi
Identifikasi, Analisis dan Rumusan Masalah PTK
Bab I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Apakah penelitian tindakan kelas itu? Pertanyaan ini tentu akan menggelitik kita. Betapa tidak, bila kita bicara tentang penelitian, anggapan orang mengatakan penelitian itu pekerjaan seorang
ilmuwan. Kalau sudah bicara tentang ilmuwan, maka gambaran yang terbersit dalam kacamata kita adalah pastilah sukar, rumit alias susah binti sulit. Benarkah demikian? Mengapa sebagian guru merasa penelitian itu sulit? Apakah penelitian itu memerlukan dana yang besar sehingga harus menunggu bantuan?
Selama ini, menulis karya tulis ilmiah (KTI) merupakan momok bagi para guru. Kurangnya budaya membaca menyebabkan guru kurang dapat menulis dengan baik. Padahal, menulis itu dimulai dari banyak membaca. Kalau sudah banyak membaca, tentunya guru akan tertarik untuk meneliti dari apa yang dibacanya. Penelitian dimulai dari adanya masalah. Masalah dapat dipecahkan bila kita melakukan penelitian. Penelitian dapat dilakukan bila adanya upaya dari guru untuk memperbaiki kualitas pembelajarannya di sekolah.
PTK atau Classroom action research (CAR) adalah action research yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas. Penelitian Tindakan pada hakikatnya merupakan rangkaian riset tindakan, yang dilakukan secara siklus, dalam rangka memecahkan masalah, sampai masalah itu terpecahkan.Sehingga dalam kajian permasalahan PTK ada beberapa hal yang perlu kita pahami hingga masalah tersebut dapat terpecahkan diantaranya adalah identifikasi, analisis dan rumusan masalah.
B. Rumusan Masalah
Adapun masalah yang dijadikan sebagai acuan dalam pembahasan makalah ini meliputi:
Apa sajakah ruang lingkup masalah PTK?
Bagaimana identifikasi masalahan dalam PTK?
Bagaimana menganalisis masalah dalam PTK?
Bagaimana merumuskan masalah dalam PTK?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah:
Mengetahui ruang lingkup masalah PTK.
Mengetahui cara mengidentifikasi masalah dalam PTK
Mengetahui analisis masalah dalam PTK
Mengetahui rumusan masalah dalam PTK
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai pembelajaran awal bagi mahasiswa dalam melakukan peneitian yang berhubungan dengan permasalahan dikelas atau pembelajaran, selain itu manfaat bagi guru untuk memecahkan masalah dalam proses belajar dikelas demi mencapai hasil belajar yang maksimal.
Bab II. Pembahasan
A. Ruang Lingkup Masalah
Ruang lingkup masalah yang dijadikan garapan PTK antara lain:
Metode mengajar, mungkin mengganti metode konvensional (tradisional) dengn metode penemuan.
Strategi belajar, misalnya menggunakan pendekatan integratif pada pembelajaran daripada satu guru mengajar saja.
Prosedur evaluasi, misalnya meningkatkan metode dalam penilaian kontinu.
Penanaman maupun perubahan sikap dan nilai, mungkin mendorong timbulnya sikap yang lebih positif terhadap beberapa aspek kehidupan.
Pengembangan profesionalisme guru, misalnya meningkatkan keterampilan mengajar, mengembangkan metode mengajar yang baru, menambahkan kemampuan analisis, atau meningkatkan kesadaran diri.
Pengelolaan dan kontrol, pengenalan bertahap pada teknik modifikasi perilaku.
Administrasi, menambahkan efisiensi aspek tertentu dari administrasi sekolah.
B. Identifikasi Masalah
Suatu rencana PTK diawali dengan adanya masalah yang dirasakan atau disadari oleh guru sebagai pengelola pembelajaran. Guru merasa bahwa ada sesuatu yang harus diperbaiki di kelasnya, yang jika dibiarkan akan berdampak buruk bagi peroses dan hasil belajar siswa. Misalnya, ada sekelompok siswa yang mengalami kesulitan yang sama dalam mempelajari suatu bagian pelajaran, ada siswa yang tidak disiplin mengerjakan tugas, atau hasil belajar siswa menurun secara drastic. Anda dapat mengemukakan contoh lain dari pengalaman Anda sendiri dalam mengelola peroses pembelajaran. Masalah yang dirasakan guru mungkin masih kabur, sehingga guru perlu merenung atau melakukan refleksi agar masalah tersebut menjadi semakin jelas.
Identifikasi masalah merupakan tahap pertama dalam serangkaian tahapan penelitian. Oleh sebab itu, identifikasi masalah merupakan tahap kualitas masalah yang diteliti. Masalah yang asal-asalan (kurang teridentifikasi) dapat menyebabkan pemborosan energi karena penelitiannya tidak membawa temuan yang bermanfaat. Sebagaimana disinggung dalam tulisan sebelumnya, tidak semua masalah pendidikan dapat didekati dengan penelitian tindakan kelas. Untuk itu, beberapa langkah berikut perlu diikuti dengan saksama sebagai cara untuk menemukan masalah yang dapat didekati dengan peneltian tindakan kelas.
Masalah harus riil dan on-the job problem oriented, artinya masalah tersebut dibawah kewenangan seseorang guru untuk memecahkan. Masalah itu pun datang dari pengamatan (penglaman) seorang guru sendiri melalui kegiatan sehari-hari, bukan datang dari pengalaman orang lain.
Masalah harus problematik (artinya, masalah tersebut perlu dipecahkan). Tidak semua masalah pendidikan yang nyata adalah masalah-masalah yang problematik karena (a) pemecahan masalah tersebut kurangmendapat dukungan literatur/sarana prasarana, (b) pemecahan masalah belum mendesak dilaksanakan, dan (c) ternyata guru tidak mempunyai wewenang penuh untuk memecahkan.
Masalah harus memberi manfaat yang jelas, artinya pemecahan masalah tersebut akan memberi manfaat yang jelas atau nyata. Untuk itu pilih masalah penelitian yang memiliki asaa manfaat secara jelas.
Masalah PTK harus feasible (dapat dipecahkan atau ditangani). Apakah dilihat dari sumber daya peneliti (waktu,, dana, dukungan,birokrasi, dan seterusnya) asalah tersebut dapat dipecahkan . Dengan kata lain, tidak semua peneliti yang sudah riil problematik dan manfaatnya jelas, selalu feasible. Untuk itu harus dipilih masalah-masalah yang feasible dengan pertimbangan faktor-faktor pendukung diatas.
Hopkins (1993) menekankan bahwa pada awalnya guru mungkin bingung untuk mengidentifikasi masalah, oleh karena itu, guru tidak selalu harus mulai dengan masalah. Guru dapat mulai dengan suatu gagasan untuk melakukan perbaikan, kemudian mencoba memfokuskan gagasan tersebut. Meskipun demikian akan lebih baik bila mana Anda mengawalinya dengan menemukan suatu masalah yang benar-benar nyata dihadapi karena hal itu akan mempermudah merumuskan bentuk tindakan perbaikan yang sesuai.
Adapun pertanyaan yang dapat dijadikan acuan dalam mengidentifikasi masalah menurut Sudarsono(1996/1997 : 5) yaitu :
Apa yang menjadi keprihatinan anda (guru, kepala sekolah)
Mengapa anda memperhatikannya ?
Menurut anda, apa yang dapat anda lakukan untuk itu ?
Bukti-bukti apa yang dapat anda kumpulkan agar dapat membantu membuat penilaian tentang apa yang terjadi ?
Bagaimana anda mengumpulkan bukti-bukti tersebut ?
Bagaimana anda melakukan pengecekan terhadap kebenaran dan keakuratan tentang apa yang telah terjadi ?
Meskipun pertanyaan di atas nampak sederhana, akan tetapi membutuhkan waktu dan pemikiran yang serius untuk menjawabnya. Mungkin diperlukan waktu untuk merenung atau melakukan refleksi tentang apa yang sesungguhnya terjadi di kelas. Perlu kembali diingat bahwa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada refleksi diri membutuhkan keterbukaan dan kejujuran.
Tidak jauh berbeda dengan pendapat di atas, Wardani (2003:2.5) memamparkan beberapa bentuk pertanyaan sederhana untuk menjadi acuan di dalam mengidentifikasi masalah yang dapat dijawab oleh guru sendiri :
Apa yang sedang terjadi di kelas ?
Masalah apa yang ditimbulkan oleh kejadian itu ?
Apa pengaruh tersebut bagi kelas saya ?
Apa yang akan terjadi jika masalah tersebut saya biarkan ?
Apa yang saya dapat lakukan untuk mengatasi masalah tersebut atau memperbaiki situasi yang ada?
Adapun contoh identifikasi masalah pada sebuah sekolah misalnya SMAN.1 BARRU yang mana sekolah ini masih memiliki masalah tentang proses belajar mengajar, khususnya pada pelajaran matematika berdasarkan guru yang sedang meneliti.Matematika merupakan mata pelajaran yang sulit dipahami oleh siswa. Berdasarkan hasil observasi awal di sekolah tersebut hanya 30 % yang menyukai matematika sedangkan 70 % yang tidak menyukai mata pelajaran matematika. Alasannya matematika itu sulit dimengerti, rumit dan membosankan ditambah lagi siswa yang takut terhadap guru matematika. Hal ini mengakibatkan kurangnya ketertarikan siswa dalam belajar matematika salah satu mata pelajaran tersebut adalah Sistem Persamaan Linear pada siswa kelas X. Setelah diidentifikasi lebih lanjut maka adapun permasalahan yang dihadapi antara lain:
Kemampuan siswa dalam konsep matematika masih sangat rendah
Guru kurang bervariasi dalam menggunakan metode mengajar dalam pelajaran matematika.
Hasil belajar matematika di sekolah masih rendah.
Materi sistem persamaan linear merupakan salah satu materi pelajaran masih sulit dipahami oleh siswa misalnya kurangnya kemampuan siswa dalam mengubah permasalahan ke model matematika.
C. Analisis Masalah
Menganalisi masalah merupakan langkah yang harus dilakukan guru setelah melakukan identifikasi. Jika melalui identifikasi anda dapat menemukan beberapa masalah yang terkait dengan kegiatan pembelajaran di kelas, maka analisis bertujuan agar masalah tersebut menjadi lebih jelas dan dapat menduga faktor-faktor penyebabnya. Guru sebagai peneliti selanjutnya perlu melakukan analisis.Melalui Brainstorming (secara kolaboratif), analisis penyebab munculnya masalah dapat dijabarkan dengan mudah. Dengan memahami berbagai kemungkinan penyebab masalah tersebut, suatu tindakan dapat dikembangkan. Untuk memastikan akar penyebab masalah tersebut, beberapa teknik pengumpulan data dapat diterapkan. Misalnya (a) mengembangkan angket, (b) mewawancarai siswa, dan (c) melakukan observasi langsung dalam kelas.
Dari berbagai kemungkinan penyebab masalah yang dapat ditemukan untuk memastikan penyebab yang paling mungkin, siswa diminta pendapatnya atau diwawancarai,apa yang sesungguhnya menjadi penyebab hasil belajar siswa di kelas X masih rendah. Data dicoba diidentifikasi dan dianalisis untuk menentukan penyebab yang paling mungkin dan data-data dikumpulkan melalui (a) angket, (b) wawancara, (c) observasi kelas. Data tersebut kemudian dianalisis secara (kolaboratif) dan disimpulkan.
Ternyata melalui hasil kolaboratif dan analisis data, penyebab sesungguhnya adalah metode yang digunakan guru tidak kondusif (mendukung/mendorong) siswa untuk memahami pelajaran matematika khususnya materi sistem persamaan linear sehingga tidak mampu mencapai hasil belajar yang maksimal. Umumnya, siswa menganggap bahwa akar penyebab masalah kualitas belajar mengajar antara lain sebagai berikut:
Proses belajar mengajar yang satu arah
Metode mengajar guru yang membosankan, kurang menarik
Akar penyebab masalah tersebut perlu dianalisis sehingga bentuk intervensi (action/soluting) dalam penelitian tindakan kelas dapat dikembangkan secara lebih tepat.
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas, merupakan titik tolak dari hasil penelitian nantinya dan atau judul penelitian. Maka setelah mengidentifikasi dan memilih masalah, langkah berikutnya adalah merumuskan masalah. Kesalahan fatal seorang guru yang akan melakukan penelitian tindakan kelas adalah, berusaha membuat judul tanpa merumuskan masalah terlebih dahulu.
Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa yang menjadi masalah penelitian adalah kesenjangan antara apa yang seharusnya. Situasi yang mencerminkan adanya kesenjangan itu disebut dengan situasi yang problematik. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengenali situasi tersebut adalah dengan mengenali terlebih dahulu berbagai fakta yang ada, terutama yang terkait dengan munculnya situasi yang problematik itu.
Dengan berpijak pada fakta yang ada di kelas, selanjutnya dipikirkan bagaimana seharusnya situasi itu, dengan cara mencari penjelasan berdasarkan suatu teori ilmiah tertentu, asumsi-asumsi yang ditemukan dari suatu teori, atau konsep-konsep yang diperoleh dari berbagai literatur yang terkait seperti buku-buku, majalah, jurnal dan laporan penelitian, dan fakta di kelas lain. Dengan pengenalan terhadap situasi problematik dan gambaran yang diperoleh mengenai rumusan masalah, mencerminkan pula variabel-variabel penelitian. Setelah jelas posisi masing-masing variabel (apakah terikat atau bebas), maka dirumuskan definisi operasional yaitu batasan tentang keberadaan variabel secara operasional, bagaimana pengukurannya serta instrumen apa yang digunakan untuk mengukurnya.
Dalam membuat rumusan masalah, terdapat beberapa patokan yang perlu dipedomani antara lain :
Masalah hendaknya dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya.
Rumusan itu hendaklah khusus, padat dan jelas, dan tidak terlalu umum. Contoh: apakah karakter menteri kabinet tahun 1985-1990 mampu meningatkan motivasi belajar siswa di kelas….. Topik ini jelas sangat luas karena meliputi wilayah yang sangat luas dan heterogen dari sosial, budaya, dan sebagainya. Karena itu topik perlu dibatasi. Misalnya “apakah metode cerita mampu meningkatkan motivasi Belajar Siswa ….”.
Rumusan itu hendaklah memberi petunjuk tentang kemungkinan mengumpulkan data dalam rangka menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terkandung dalam rumusan-rumusan itu.
Menghindari rumusan masalah yang terlalu umum, dan terlalu argumentatif, mengandung emosi, prasangka atau unsur-unsur yang tidak ilmiah, Misalnya : Berbulan Madu di Pulau Sembilan.
Agar mudah dimengerti, rumusan masalah tersebut perlu memberikan informasi tentang:
Apa yang dipermasalahkan (what)
Siapa yang terlibat dalam objek masalah (who)
Dimana terjadinya masalah (where)
Kapan terjadinya masalah (when)
Bagaimana penyimpangan dan berapa besar penyimpangannya (how/how much).
Berdasarkan uraian-uraian tersebut, disimpulkan bahwa rumusan masalah merupakan bagian yang sangat menentukan dalam penelitian tindakan kelas, karena itu perumusannya dilakuakan secara cermat dengan memperhitungkan berbagai hal yang memungkinkan bagi terwujudnya suatu rumusan yang baik, sehingga dapat memberikan arah yang jelas bagi peneliti dalam kegiatan atau langkah-langkah selanjutnya dalam suatu penelitian tindakan kelas.
Adapun rumusan masalah pada permasalahan sebelumnya dapat kita rumuskan “Apakah metode Bruner (penemuan) mampu meningkatkan hasil belajar siswa kelas X SMAN.1 BARRU ?
Beberapa contoh rumusan masalah:
Bagaimana persepsi dan kesan siswa terhadap metode cooperative learning dalam pelajaran matematika ?
Bagaimana pengunaan alat peraga untuk meningkatkan pemahaman konsep pada mata pelajaran fisika dikelas X SMA Jakarta?
Apakah dengan metode cooperative learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas I SMPN.1 Jakarta?
Bagaimana penerapan Active Learning untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah pada mata pelajaran kimia di kelas XII SMA Jakarta ?
E. Rangkuman
Adapun ruang lingkup masalah yang dijadikan garapan PTKyaitu :
Metode mengajar
Strategi mengajar
Prosedur evaluasi
Penanaman maupun perubahan sikap dan nilai
Pengembangan profesionalisme guru.
Pengelolaan dan kontrol
Administrasi
Adapun tujuan dalam menganalisis masalah antara lain:
Mendapatkan Kejelasan Masalah yang Sesungguhnya
Menemukan Kemungkinan Faktor Penyebab
Menentukan Kadar Permasalahan
Agar mudah dimengerti, rumusan masalah tersebut perlu memberikan informasi tentang:
Apa yang dipermasalahkan (what)
Siapa yang terlibat dalam objek masalah (who)
Dimana terjadinya masalah (where)
Kapan terjadinya masalah (when)
Bagaimana penyimpangan dan berapa besar penyimpangannya (how/how much).
Bab III. Penutup
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat dipetik dari pembahasan sebelumnya adalah:
Suatu rencana PTK diawali dengan adanya masalah yang dirasakan atau disadari oleh guru sebagai pengelola pembelajaran. Guru merasa bahwa ada sesuatu yang harus diperbaiki di kelasnya, yang jika dibiarkan akan berdampak buruk bagi proses dan hasil belajar siswa. Sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya bahwa melalui identifikasi masalah biasanya guru menemukan beberapa masalah dalam pembelajaran. Sehingga analisis dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada diri sendiri atau dengan melakukan refleksi. Setelah memilih suatu masalah maka yang harus diperhatikan lagi adalah rumusan masalah. Rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas, merupakan titik tolak dari hasil penelitian nantinya dan atau judul penelitian.
B. Saran
Sebagai calon guru yang hendaknya mampu merespons permasalahan aktual yang muncul dilingkungan kerja kita terutama dalam lingkungan kelas dan sebaiknya ada upaya untuk mengatasinya, untuk meningkatkan pendidikan dan tenaga kependidikan akan lebih mudah tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Sinar Grafika
Kunandar. 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta. PT. Rajawali Pers.
Madeamin, Ishaq. 2012. Identifikasi, analisis dan rumusan masalah dalam PTK. Http://ishaqmadeamin.com. 4 Oktober 2014
Syurga, Pemimpin. 2010. Identifikasi PTK. Http://islamilmusains.Wordpress.com. 4 Oktober 2014.
Toz-Media. 2011. Identifikasi masalah dalam PTK. Http://identifikasi –masalah-dalam-penelitian.html. 6 November 2014
Wiriaatmadja, Rochiati. 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.
Set Instruksi (bahasa Inggris: Instruction Set, atau Instruction Set Architecture (ISA)) didefinisikan sebagai suatu aspek dalam arsitektur komputer yang dapat dilihat oleh para pemrogram. Secara umum, ISA ini mencakup jenis data yang didukung, jenis instruksi yang dipakai, jenis register, mode pengalamatan, arsitektur memori, penanganan interupsi, eksepsi, dan operasi I/O eksternalnya (jika ada).
ISA merupakan sebuah spesifikasi dari Pullman semua kode-kode biner (opcode) yang diimplementasikan dalam bentuk aslinya (native form) dalam sebuah desain prosesortertentu. Kumpulan opcode tersebut, umumnya disebut sebagai bahasa mesin (machine language) untuk ISA yang bersangkutan. ISA yang populer digunakan adalah set instruksi untuk chip Intel x86, IA-64, IBM PowerPC, Motorola 68000, Sun SPARC, DEC Alpha, dan lain-lain.
ISA kadang-kadang digunakan untuk membedakan kumpulan karakteristik yang disebut di atas dengan mikroarsitektur prosesor, yang merupakan kumpulan teknik desain prosesor untuk mengimplementasikan set instruksi (mencakup microcode, pipeline, sistem cache, manajemen daya, dan lainnya). Komputer-komputer dengan mikroarsitekturberbeda dapat saling berbagi set instruksi yang sama. Sebagai contoh, prosesor Intel Pentium dan prosesor AMD Athlon mengimplementasikan versi yang hampir identik dari set instruksi Intel x86, tetapi jika ditinjau dari desain internalnya, perbedaannya sangat radikal. Konsep ini dapat diperluas untuk ISA-ISA yang unik seperti TIMI yang terdapat dalam IBM System/38 dan IBM IAS/400. TIMI merupakan sebuah ISA yang diimplementasikan sebagai perangkat lunak level rendah yang berfungsi sebagai mesin virtual. TIMI didesain untuk meningkatkan masa hidup sebuah platform dan aplikasi yang ditulis untuknya, sehingga mengizinkan platform tersebut agar dapat dipindahkan ke perangkat keras yang sama sekali berbeda tanpa harus memodifikasi perangkat lunak (kecuali yang berkaitan dengan TIMI). Hal ini membuat IBM dapat memindahkan platform AS/400dari arsitek
B. Rumusan Masalah
masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah mengenai bahasa pemograman yang meliputi :
Apa yag dimaksud dengan Set Instruksi ?
Jelaskan Karakteristik Instruksi Mesin ?
Jelaskan Tipe-tipe Operan dan tipe-tipe Operasi Set Instruksi !
Jelaskan bagaimana Pegamatan dan format instruksi ?
C. Tujuan
Mengetahui apa itu yang dimaksud dengan karakteristik Instruksi Mesin.
Mengetahui tipe operand dan operasi pada set instruksi.
Mengetahuin Pengamatan dan format pada instruksi
Bab II. Pembahasan
A. Karakteristik Instruksi Mesin
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Karakteristik adalah ciri-ciri khusus atau mempunyai sifat khas sesuai dengan perwatakan tertentu. Instruksi adalah perintah atau arahan (untuk melakukan suatu pekerjaan atau melaksanakan suatu tugas). Mesin adalah perkakas untuk menggerakkan, atau membuat sesuatu yang dijalankan dengan roda-roda dan digerakkan oleh tenaga manusia atau motor penggerak yang menggunakan bahan bakar minyak atau tenaga alam.
Jadi, karakteristik-karakteristik instruksi mesin adalah ciri-ciri khusus atau sifat khas yang dimiliki oleh instruksi-instruksi atau kode operasi dalam pemrograman komputer.. Operasi CPU ditentukan oleh instruksi-instruksi yang dieksekusinya. Instruksi-instruksi ini dikenal sebagai intruksi mesin atau instruksi computer. Set fungsi dari instruksi-instruksi yang berbeda yang dapat di eksekusi oleh CPU dikenal sebagai set instruksi CPU.
Elemen-elemen Instuksi Mesin
Setiap instruksi harus terdiri dari informasi yang diperlukan oleh CPU untuk dieksekusi. Gambar langkah-langkah yang terdapat dalam eksekusi instruksi dan bentuk elemen-elemen instruksi mesin, adalah sebagai berikut :
Kode Operasi : menentukan operasi-operasi yang akan dilakukan (misalnya: ADD,I/O). Operasi itu dispesifilan oleh sebuah kode biner, dikenal sebagai kode operasi.
Acuan Operand Sumber : Operasi dapat melibatkan satu atau lebih operand sumber, dengan kata lain, operand adalah input bagi operasi.
Acuan Operand Hasil: Operasi dapat menghasilkan sebuah hasil.
Acuan Instruksi Berikutnya: Elemen ini memberitahukan CPU posisi instruksi berikutnya yang harus diambil setelah menyelesaikan eksekusi suatu instruksi. Instuksi berikutnya yang akan diambil berada di memori utama atau pada system memori virtual, akan berada baik di dalam memori utama atau memori sekunder. Umumnya, instruksi yang akan segera diambil selanjutnya, berada setelah instruksi saat itu. Ketika acuan eksplisit dibutuhkan, maka alamat memori utama atau alamat memori virtual harus disiapkan. Operand sumber dan hasil dapat berada di salah satu dari ketiga daerah berikut ini:
Memori Utama atau Memori Virtual: Dengan adanya acuan instruksi berikutnya, maka alamat memori utama atau memori virtual harus diketahui.
Register CPU: Dengan suatu pengecualian yang jarang terjadi, CPU terdiri dari sebuah register atau lebih yang dapat diacu oleh instruksi-instruksi mesin. Bila hanya terdapat sebuah register saja, maka acuan ke instruksi tersebut dapat berbentuk implicit. Sedangkan jika terdapat lebih dari satu register, maka setiap register diberi nomor yang unik, dan instruksi harus terdiri dari nomor register yang dimaksud.
Perangkat I/O: Instruksi harus menspesifikan modul I/O dan perangkat yang diperlukan oleh operasi. Jika digunakan I/O memori terpetakan, maka perangkat ini merupakan memori utama atau memori virtual.
Untuk dapat dieksekusi, suatu instruksi harus berisi elemen informasi yang diperlukan CPU secara lengkap dan jelas. Elemen instruksi mesin di antaranya adalah :
Operation Code (OP Code) menspesifikasi operasi yang akan dilakukan Kode Operasi berbentuk Kode Biner.
Source Operand Reference operasi dapat berasal dari satu sumber. Operand adalah input operasi.
Result Operand Reference hasil operasi/keluaran operasi.
Next Instruction Reference menginformasikan CPU ke instruksi berikutnya yang harus diambil dan dieksekusi.
B. Tipe-tipe Operand
Operand adalah sebua objek yang ada pada operasi matematika yang dapat digunakan untuk melakukan operasi. Operand atau operator dalam bahasa C berbentuk simbol buka berbentuk keyword ataua kata yang biasa ada di bahasa pemograman lain. Simbol yang digunakan bukan karakter yang ada dalam abjad tapi ada pada keybord
Tipe-tipe operand diantaranya :
Addresses (akan dibahas pada addressing modes)
Numbers :
Integer or fixed point
Floating point
Decimal (BCD)
Characters :
ASCII
EBCDIC
Logical Data : Bila data berbentuk binary: 0 dan 1 Jenis-jenis operator adalah sebagai berikut :
Operator Aritmetika Operator untuk melakukan fungsi aritmetika seperti : +(penjumlahan), – (mengurangkan), * (mengalikan), / (membagi).
Operator relational Operator untuk menyatakan relasi atau perbandingan antara dua operand, seperti > (lebih besr), =(lebih besar atau sama), <= (lebih kecil atau sama), == (sama), != (tidak sama).
Operator Logik Operator untuk merelasikan operand secara logis seperti && (and), || (or), !(not).
C. Tipe-Tipe Operasi
Dalam perancangan arsitektur komputer, jumlah kode operasi akan sangat berbeda untuk masing-masing komputer, tetapi terdapat kemiripan dalam jenis operasinya.
Jenis operasi komputer -Transfer data – konversi
Menetapkan lokasi operand sumber dan operand tujuan.
Lokasi-lokasi tersebut dapat berupa memori, register atau bagian paling atas daripada stack.
Menetapkan panjang data yang dipindahkan.
Menetapkan mode pengalamatan. -Aritmatika – input/output Tindakan CPU untuk melakukan operasi arithmetic :
Transfer data sebelum atau sesudah.
Melakukan fungsi dalam ALU.
Menset kode-kode kondisi dan flag. -Logika – kontrol sistem dan transfer kontrol Tindakan CPU sama dengan arithmetic Operasi set instruksi untuk operasi logical :
AND, OR, NOT, EXOR
COMPARE : melakukan perbandingan logika.
TEST : menguji kondisi tertentu.
SHIFT : operand menggeser ke kiri atau kanan menyebabkan konstanta pada ujung bit.
ROTATE : operand menggeser ke kiri atau ke kanan dengan ujung yang terjalin.
D. Pengamatan
Metode pengalamatan adalah bagaimana cara menunjuk dan mengalamati suatu lokasi memori pada sebuah alamat di mana operand akan diambil. Mode pengalamatan diterapkan pada set instruksi, pengalamatan memberikan fleksibilitas khusus yang sangat penting. Mode pengalamatan ini meliputi direct addressing, indirect addressing, dan immediate addressing.
Direct Addresing
Dalam mode pengalamatan direct addressing, harga yang akan dipakai diambil langsung dalam alamat memori lain. Contohnya: MOV A,30h. Dalam instruksi ini akan dibaca data dari RAM internal dengan alamat 30h dan kemudian disimpan dalam akumulator. Mode pengalamatan ini cukup cepat, meskipun harga yang didapat tidak langsung seperti immediate, namun cukup cepat karena disimpan dalam RAM internal. Demikian pula akan lebih mudah menggunakan mode ini daripada mode immediate karena harga yang didapat bisa dari lokasi memori yang mungkin variabel.
Kelebihan dan kekurangan dari Direct Addresing antara lain :
Kelebihan
Field alamat berisi efektif address sebuah operand
Kelemahan
Keterbatasan field alamat karena panjang field alamat biasanya lebih kecil dibandingkan panjang word
Indirect Addresing
Mode pengalamatan indirect addressing sangat berguna karena dapat memberikan fleksibilitas tinggi dalam mengalamati suatu harga. Mode ini pula satu-satunya cara untuk mengakses 128 byte lebih dari RAM internal pada keluarga 8052. Contoh: MOV A,@R0. Dalam instruksi tersebut, 89C51 akan mengambil harga yang berada pada alamat memori yang ditunjukkan oleh isi dari R0 dan kemudian mengisikannya ke akumulator. Mode pengalamatan indirect addressing selalu merujuk pada RAM internal dan tidak pernah merujuk pada SFR. Karena itu, menggunakan mode ini untuk mengalamati alamat lebih dari 7Fh hanya digunakan untuk keluarga 8052 yang memiliki 256 byte spasi RAM internal.
Kelebihan dan kekurangan dari Indirect Addresing antara lain :
Kelebihan
Ruang bagi alamat menjadi besar sehingga semakin banyak alamat yang dapat referensi
Kekurangan
Diperlukan referensi memori ganda dalam satu fetch sehingga memperlambat preoses operasi
Immediate Addresing
Mode pengalamatan immediate addressing sangat umum dipakai karena harga yang akan disimpan dalam memori langsung mengikuti kode operasi dalam memori. Dengan kata lain, tidak diperlukan pengambilan harga dari alamat lain untuk disimpan. Contohnya: MOV A,#20h. Dalam instruksi tersebut, akumulator akan diisi dengan harga yang langsung mengikutinya, dalam hal ini 20h. Mode ini sangatlah cepat karena harga yang dipakai langsung tersedia.
Kelebihan dan kekurangan dari Immedieate Addresing antara lain :
Keuntungan
Tidak adanya referensi memori selain dari instruksi yang diperlukan untuk memperoleh operand
Menghemat siklus instruksi sehingga proses keseluruhan akan cepat
Kekurangan
Ukuran bilangan dibatasi oleh ukuran field alamat
B. Pengenalan pada Register Addressing
Register adalah merupakan sebagian memori dari mikro prosessor yang dapat diakses dengan kecepatan tinggi. Metode pengalamatan register ini mirip dengan mode pengalamatan langsung. Perbedaannya terletak pada field alamat yang mengacu pada register, bukan pada memori utama. Field yang mereferensi register memiliki panjang 3 atau 4 bit, sehingga dapat mereferensi 8 atau 16 register general purpose.
Kelebihan dan kekurangan Register Addressing :
Keuntungan pengalamatan register
Diperlukan field alamat berukuran kecil dalam instruksi dan tidak diperlukan referensi memori
Akses ke regster lebih cepat daripada akses ke memori, sehingga proses eksekusi akan lebih cepat
Kerugian
Ruang alamat menjadi terbatas
Register Indirect Addressing
Metode pengalamatan register tidak langsung mirip dengan mode pengalamatan tidak langsung Perbedaanny
a adalah field alamat mengacu pada alamat register. Letak operand berada pada memori yang dituju oleh isi register.
Kelebihanan dan kekurangan pengalamatan register tidak langsung adalah sama dengan pengalamatan tidak langsung
Keterbatasan field alamat diatasi dengan pengaksesan memori yang tidak langsung sehingga alamat yang dapat direferensi makin banyak
Dalam satu siklus pengambilan dan penyimpanan, mode pengalamatan register tidak langsung hanya menggunakan satu referensi memori utama sehingga lebih cepat daripada mode pengalamatan tidak langsung.
Pengenalan Displacement Addressing dan Stack Addresing
Displacement Addressing adalah menggabungkan kemampuan pengalamatan langsung dan pengalamatan register tidak langsung. Mode ini mensyaratkan instruksi memiliki dua buah field alamat, sedikitnya sebuah field yang eksplisit.
Field eksplisit bernilai A dan field implisit mengarah pada register.
Ada tiga model displacement : Relative addressing, Base register addressing, Indexing
Relative addressing
Register yang direferensi secara implisit adalah progra counter (PC)
Alamat efektif relative addresing didapatkan dari alamat instruksi saat itu ditambahkan ke field alamat
Relativ addressing memanfaatkan konsep lokalitas memori untuk menyediakan operand-operand berikutnya
Base register addresing, register yang direferensi berisi sebuah alamat memori, dan field alamat berisi perpindahan dari alamat itu
Referensi register dapat eksplisit maupun implisit
Memanfaatkan konsep lokalitas memori
Indexing adalah field alamat mereferensi alamat memori utama, dan register yang direferensikan berisi pemindahan positif dari alamat tersebut
Merupakan kebalikan dari mode base register
Field alamat dianggap sebagai alamat memori dalam indexing
Manfaat penting dari indexing adalah untuk eksekusi program-program iterative
Stack adalah array lokasi yang linier = pushdown list = last-in-first-out. Stack merupakan blok lokasi yang terbalik. Butir ditambakan ke puncak stack sehingga setiap saat blok akan terisi secara parsial. Yang berkaitan dengan stack adalah pointer yang nilainya merupakan alamat bagian paling atas stack. Dua elemen teratas stack dapat berada di dalam register CPU, yang dalam hal ini stack pointer mereferensi ke elemen ketiga stack. Stack pointer tetap berada dalam registerDengan demikian, referensi-referensi ke lokasi stack di dalam memori pada dasarnya merupakan pengalamatan register tidak langsung
2.5 Format Instruksi
Suatu instruksi terdiri dari beberapa field yang sesuai dengan elemen dalam instruksi tersebut. Layout dari suatu instruksi sering disebut sebagai Format Instruksi (Instruction Format).
A. JENIS-JENIS OPERAND
Ø Addresses (akan dibahas pada addressing modes)
Ø Numbers : – Integer or fixed point
– Floating point
– Decimal (BCD)
Ø Characters -ASCII
-EBCDIC
Ø Logical Data : Bila data berbentuk binary: 0 dan 1
B. JENIS-JENIS INSTRUKSI
Ø Data processing: Arithmetic dan Logic Instructions
Ø Data storage: Memory instructions
Ø& Data Movement: I/O instructions
Ø Control: Test and branch instructions
C. TRANSFER DATA
Menetapkan lokasi operand sumber dan operand tujuan.
Lokasi-lokasi tersebut dapat berupa memori, register atau bagian paling atas daripada stack.
Menetapkan panjang data yang dipindahkan.
Menetapkan mode pengalamatan.
Tindakan CPU untuk melakukan transfer data adalah :
a. Memindahkan data dari satu lokasi ke lokasi lain.
– Menetapkan alamat memori.
– Menjalankan transformasi alamat memori virtual ke alamat memori aktual.
– Mengawali pembacaan / penulisan memori
Operasi set instruksi untuk transfer data :
MOVE : memindahkan word atau blok dari sumber ke tujuan
STORE : memindahkan word dari prosesor ke memori.
LOAD : memindahkan word dari memori ke prosesor.
EXCHANGE : menukar isi sumber ke tujuan.
CLEAR / RESET : memindahkan word 0 ke tujuan.
SET : memindahkan word 1 ke tujuan.
PUSH : memindahkan word dari sumber ke bagian paling atas stack.
POP : memindahkan word dari bagian paling atas sumber
BAB III PENUTUP
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dapat ditarik kesimpulan bahwa instruksi-instruksi mesin harus mampu mengolah data sebagai implementasi keinginan-keinginan kita
Set instruksi (instruction set) adalah sekumpulan lengkap instruksi yang dapat di mengerti oleh sebuah CPU, set instruksi sering juga disebut sebagai bahasa mesin (machine code), karna aslinya juga berbentuk biner kemudian dimengerti sebagai bahasa assembly, untuk konsumsi manusia (programmer), biasanya digunakan representasi yang lebih mudah dimengerti oleh manusia.
Di dalam sebuah instruksi terdapat beberapa elemen-elemen instruksi:
Operation code (Op code)
Source Operand reference
Result Operand reference
Next Instruction Reference
Terdapat kumpulan unit set instruksi yang dapat digolongkan dalam jenis-jenisnya, yaitu :
1. Pengolahan data (data processing)
Meliputi operasi-operasi aritmatika dan logika, operasi aritmatika memiliki kemapuna komputasi untuk pengolahan data numrik, sedangkan instruksi logika beroperasi terhadap bit-bit, bukannya sebagi bilangan, sehingga insrtuksi ini memiliki kemampuan untuk pengolahan data lain.
2. Perpindahan data ( data movement)
Berisi instruksi perpindahan data antar register maupun modul I/O.untuk dapat diolah oleh CPU maka diperlukan operasi-operasi yang bertugas memindahkan data operand yang diperlukan.
3. Penyimpanan data ( data storage)
Berisi instruksi-instruksi penyimpanan ke memori, instruksi penyimpanan sangat penting dalam operasi komputasi, karena data tersebut akan digunakan untuk operasi berikutnya, minimal untuk ditampilkan pada layar harus diadakanpenyimpanan walaupun sementara
4. Control aliran program ( program flow control)
Berisi instruksi pengontrolan operasi dan pencabangan, instruksi ini berguna untuk pengontrolan status dan mengoperasikan pencabangan ke set instruksi lain
Saat ini, informatika memiliki perkembangan yang sangat pesat. Informatika sendiri yaitu disiplin ilmu teknik yang menangani masalah transformasi atau pengolahan fakta simbolik dengan menggunakan komputer melalui proses-proses logika. Dalam informatika, hal yang paling berhubungan adalah bahasa pemograman atau bahasa komputer .
Bahasa pemograman juga dibagi dalam empat kelompok namun dari sumber lain ada yang hanya menyebutkan tiga kelompok bahasa pemograman. Empat jenis bahasa pemograman, yaitu Object Oriented Language, high level, middle level, low level. Sebenarnya, keempat pengelompokkan bahasa tersebut sama saja intinya. Seperti bahasa manusia yang memiliki bermacam-macam bahasa namun sebenarnya bermakna sama, yang membedakan adalah simbol atau istilah yang dipakai.
Adapun bahasa berorentasi object salah satunya yaitu Python, Phyton adalah bahasa pemrograman dinamis yang mendukung pemrograman berorientasi obyek. Python dapat digunakan untuk berbagai keperluan pengembangan perangkat lunak dan dapat berjalan di berbagai platform sistem operasi. Seperti halnya bahasa pemrograman dinamis, python seringkali digunakan sebagai bahasa skrip dengan interpreter yang teintergrasi dalam sistem operasi. Saat ini kode python dapat dijalankan pada sistem berbasis Linux/Unix, Windows, Mac OS X, Java Virtual Machine, OS/2, Amiga, Palm, dan Symbian (untuk produk-produk Nokia) Python didistribusikan dengan beberapa lisensi yang berbeda dari beberapa versi. Lihat sejarahnya di Python Copyright. Namun pada prinsipnya Python dapat diperoleh dan dipergunakan secara bebas, bahkan untuk kepentingan komersial. Lisensi Python tidak bertentangan baik menurut definisi Open Source maupun General Public License (GPL).
B. Rumusan Masalah
masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah mengenai bahasa pemograman yang meliputi :
Bagaimana sejarah dan perkembangan Pemograman Bahasa phyton?
Cara Mengisnstal dan menjalankan Program Phyton
Bentuk Dasar Pada Bahsa Phyton
Kelebihan dan kekurangan Bahasa Pemograman Phyton
C. Tujuan
Untuk memahami kegunaan dan dasar pada bahasa Pemograman Phyton juga Python memungkinkan kita untuk membagi-bagi program menjadi modul-modul yang dapat di gunakan kembali dalam program python lainnya.python mempunyai koleksi besar modul-modul standar yang dapat anda gunakan sebagai dasar bagi program atau sebagai contoh untuk awal mempeljari cara memprogram dengan python. terdapat juga modul build-in yang menyediakan Fasilitas,seperti I/O file,system call,socket,dan bahkan antarmka untuk GUI toolkit seperti tkinter
Bab II. Pembahasan
A. Sekilas dan Sejarah tentang Bahasa Pemograman Pyhton
Python dikembangkan oleh Guido van Rossum pada tahun 1990 di CWI, Amsterdam sebagai kelanjutan dari bahasa pemrograman ABC. Versi terakhir yang dikeluarkan CWI adalah 1.2.
Tahun 1995, Guido pindah ke CNRI sambil terus melanjutkan pengembangan Python. Versi terakhir yang dikeluarkan adalah 1.6. Tahun 2000, Guido dan para pengembang inti Python pindah ke BeOpen.com yang merupakan sebuah perusahaan komersial dan membentuk BeOpen PythonLabs. Python 2.0 dikeluarkan oleh BeOpen. Setelah mengeluarkan Python 2.0, Guido dan beberapa anggota tim PythonLabs pindah ke DigitalCreations.
Saat ini pengembangan Python terus dilakukan oleh sekumpulan pemrogram yang dikoordinir Guido dan Python Software Foundation. Python Software Foundation adalah sebuah organisasi non-profit yang dibentuk sebagai pemegang hak cipta intelektual Python sejak versi 2.1 dan dengan demikian mencegah Python dimiliki oleh perusahaan komersial. Saat ini distribusi Python sudah mencapai versi 2.6.1 dan versi 3.0.
Nama Python dipilih oleh Guido sebagai nama bahasa ciptaannya karena kecintaan Guido pada acara televisi Monty Python’s Flying Circus. Oleh karena itu seringkali ungkapan-ungkapan khas dari acara tersebut seringkali muncul dalam korespondensi antar pengguna Python
Python adalah bahasa pemrograman interpretatif multiguna. Tidak seperti bahasa lain yang susah untuk dibaca dan dipahami, python lebih menekankan pada keterbacaan kode agar lebih mudah untuk memahami sintaks. Hal ini membuat Python sangat mudah dipelajari baik untuk pemula maupun untuk sudah menguasai pemoraman lain. Dengan kode yang simpel dan mudah diimplementasikan, seorang programmer dapat lebih mengutamakan pengembangan aplikasi yang dibuat, bukan malah sibuk mencari syntax error.
B. Instalasi Phyton
Sebelum Anda menggunakan Python, Anda harus menginstalnya terlebih dahulu sistem operasi komputer Anda
Buka (klik 2x) file installer python yang baru saja di download
Ikuti langkah instalasi sampai selesai
Jika Anda belum ingin menginstal Python di komputer, Anda bisa menggunakan online console yang sudah disediakan PythonAnywhere dibawah ini. Dengan console Python ini Anda bisa mempelajari bahasa pemrograman Python dengan praktis.
CONSOLE PADA PYHTON ONLINE
IDE adalah sebuah software aplikasi yang memberikan Anda fasilitas bermanfaat ketika membuat program. Biasanya sebuah IDE terdiri dari source code editor build automation tools dandebugger.
Untuk menulis sebuah program, bisa menggunakan text editor atau IDE nya. Bagi yang sudah mahir, menulis program deng an text editor bukanlah menjadi masalah. Tetapi untuk pemula akan lebih mudah menggunakan IDE
IDE untuk Python sangatlah banyak, tersedia bermacam-macam IDE dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Beberapa IDE untuk Python yang cukup populer adalah : – Komodo – LiClipse – NetBeans – PyCharm – KDevelop – PyDev – Wing IDE
Dibawah ini adalah contoh fungsi Python yang digunakan untuk mencetak. Di Python untuk mencetak cukup gunakan fungsi print() , dimana sesuatu yang akan dicetak harus diletakkan diantara kurung buka dan kurung tutup, bahkan di Python versi 2.x Anda tidak harus menggunakan tanda kurung kurawal, cukup pisahkan dengan spasi.
Jika ingin mencetak tipe data String langsung, Anda harus memasukanya ke dalam tanda kutip terlebih dahulu.
2.3 Phyton Dasar
2.3.1 Komentar Pyhton
Komentar (comment) adalah kode di dalam script Python yang tidak dieksekusi atau tidak dijalankan mesin. Komentar hanya digunakan untuk menandai ataumemberikan keterangan tertulis pada script.
Komentar biasa digunakan untuk membiarkan orang lain memahami apa yang dilakukan script. atau untuk mengingatkan kepada programmer sendiri jika suatu saat kembali mengedit scripttersebut. Untuk menggunakan komentar anda cukup menulis tanda pagar #, diikuti dengan komentar Anda. Dibawah ini adalah contoh penggunaan komentar pada Python
B. Variable Phyton
Variabel adalah lokasi memori yang dicadangkan untuk menyimpan nilai-nilai. Ini berarti bahwa ketika Anda membuat sebuah variabel Anda memesan beberapa ruang di memori. Variabel menyimpan data yang dilakukan selama program dieksekusi, yang natinya isi dari variabel tersebut dapat diubah oleh operasi – operasi tertentu pada program yang menggunakan variabel.
Variabel dapat menyimpan berbagai macam tipe data. Di dalam pemrograman Python, variabel mempunyai sifat yang dinamis, artinya variabel Python tidak perlu didekralasikan tipe data tertentu dan variabel Python dapat diubah saat program dijalankan.
Penulisan variabel Python sendiri juga memiliki aturan tertentu, yaitu : 1. Karakter pertama harus berupa huruf atau garis bawah/underscore _ 2. Karakter selanjutnya dapat berupa huruf, garis bawah/underscore _ atau angka 3. Karakter pada nama variabel bersifat sensitif (case-sensitif). Artinya huruf kecil dan huruf besar dibedakan. Sebagai contoh, variabel namaDepan dan namadepan adalah variabel yang berbeda.
Untuk mulai membuat variabel di Python caranya sangat mudah, Anda cukup menuliskan variabel lalu mengisinya dengan suatu nilai dengan cara menambahkan tanda sama dengan = diikuti dengan nilai yang ingin dimasukan.
Dibawah ini adalah contoh penggunaan variabel dalam bahasa pemrograman Python
Pyhton adalah salah satu bahasa pemrograman yang bertipe Loosely Typed Language, Artinya tidak membutuhkan atau menyertakan tipe data sewaktu Anda membuat sebuah variable. Tipe data pada bahasa pemrograman Python mirip dengan tipe data pada bahasa pemrograman
Tetapi secara dasar, Python memiliki beberapa tipe data, yaitu:
Tipe Data String
Tipe Data Number
Tipe Data Boolean
Tipe Data Tuples
Tipe Data List
dan Tipe Data Dictionary
Keenam tipe data diatas akan kita bahas satu persatu pada tutorial ini.
Tipe Data String
Tipe data string adalah tipe data yang digunakan untuk menyimpan nilai atau value yang berupa string atau karakter atau huruf.
Pada bahasa pemrograman Python, tipe data string dapat dibentuk dengan menggunakan petik tunggal (single quote), petik ganda (double quote), dan petik tiga (tipple quote). Khusus untuk triple quote, Anda dapat menggunakan beberapa baris string tanpa menggunakan escape character ‘\n’ (new line).
Contoh Program
Di bawah ini adalah contoh implementasi tipe data string pada program.
# string_datatype.py
x = “Selamat Datang”
y = ‘Selamat Belajar Python’
z = “””
belajar
bahasa python
sangat
menyenangkan
“””
print (x)
print (y)
print (z) Apabila Anda jalankan program diatas, maka akan menghasilkan output seperti berikut:
Selamat Datang
Selamat Belajar Python
belajar
bahasa python
sangat
menyenangkan
Tipe Data Number
Tipe Data Number digunakan untuk menyimpan data dalam bentuk numerik seperti int (integer), long, float, dan bilangan kompleks (complex number).
Contoh Program
Di bawah ini adalah contoh program penggunaan tipe data number:
# Nama File: number_datatype.py
#integer number
_int1 = 100
_int2 = -600
_int3 = 0x69
print (“==== Integer Number ====”)
print (_int1)
print (_int2)
print (_int3)
#Float number
print (“\n==== Float Number ====”)
_float1 = 0.0
_float2 = -21.9
_float3 = 70.2E-29
print (_float1)
print (_float2)
print (_float3)
#complex number
_complex1 = 3.14j
_complex2 = .876j
_complex3 = 4.53e-7j
print (“\n==== Complex Number ====”)
print (_complex1)
print (_complex2)
print (_complex2)
Jika Anda jalankan program diatas, maka akan menghasilkan output sebagai berikut:
==== Integer Number ====
100
-600
105
==== Float Number ====
0.0
-21.9
7.02e-28
==== Complex Number ====
3.14j
0.876j
0.876j
Tipe Data Boolean
Tipe data Boolean digunakan menyimpan data yang mempunyai nilai true atau false.
Tipe Data Tuples
Tipe data Tuples adalah tipe data yang digunakan untuk menyimpan data koleksi (kumpulan dari beberapa tipe data). Ciri dari tipe data tuples adalah memiliki tanda kurung buka dan kurung tutup “( )”.
Contoh Program
Di bawah ini adalah contoh implementasi tipe data tuples pada program Python:
Tipe Data List adalah tipe data yang mirip dengan tipe data tuples, yaitu untuk menyimpan data koleksi (kumpulan data beberapa tipe data). Ciri dari tipe data tuples adalah memiliki tanda kurung siku “[ ]”.
Contoh Program
Di bawah ini adalah contoh implementasi tipe data list pada program Python:
# Nama File: list_datatype.py
list1 = ( ‘vwxyz’, 123 , 1.15, ‘Nursalim’, 70.2 )
list2 = (123, ‘Al Farizi’)
print ( list1 ) # Menampilkan semua data pada list
print ( list1[0] ) # Menampilkan elemen pertama pada list
print ( list1[1:3] ) # Menampilkan data dari elemen kedua sampai ketiga
print ( list1[2:] ) # Menampilkan data dimulai dari elemen ketiga
print ( list2 * 2 ) # Menampilkan data list dua kali
print ( list1 + list2 ) # Menggabungkan list1 sama dengan list2
Jika Anda jalankan program diatas, maka akan menghasilkan output sebagai berikut:
Tipe data Dictionary adalah tipe data yang digunakan untuk menyimpan data dalam bentuk pasangan key dan value. Tipe data ini mirip dengan Map pada bahasa pemrograman Java.
Contoh Program
Dibawah ini adalah contoh implementasi tipe data dictionary pada program Python:
Pengambilan keputusan (kondisi if) digunakan untuk mengantisipasi kondisi yang terjadi saat jalanya program dan menentukan tindakan apa yang akan diambil sesuai dengan kondisi.
Pada python ada beberapa statement/kondisi diantaranya adalah if, else dan elif Kondisi if digunakan untuk mengeksekusi kode jika kondisi bernilai benar.
Jika kondisi bernilai salah maka statement/kondisi if tidak akan di-eksekusi
Di bawah ini adalah contoh penggunaan if pada phyton
Pengambilan keputusan (kondisi if else) tidak hanya digunakan untuk menentukan tindakan apa yang akan diambil sesuai dengan kondisi, tetapi juga digunakan untuk menentukan tindakan apa yang akan diambil/dijalankan jika kondisi tidak sesuai.
Pada python ada beberapa statement/kondisi diantaranya adalah if, else dan elif Kondisi if digunakan untuk mengeksekusi kode jika kondisi bernilai benar.
Kondisi if else adalah kondisi dimana jika pernyataan benar (true) maka kode dalam if akan dieksekusi, tetapi jika bernilai salah (false) maka akan mengeksekusi kode di dalam else.
Dibawah ini adalah contoh penggunaan kondisi if else pada Python
Pengambilan keputusan (kondisi if elif) merupakan lanjutan/percabangan logika dari “kondisi if”. Dengan elif kita bisa membuat kode program yang akan menyeleksi beberapa kemungkinan yang bisa terjadi. Hampir sama dengan kondisi “else”, bedanya kondisi “elif” bisa banyak dan tidak hanya satu.
Dibawah ini adalah contoh penggunaan kondisi elif pada Python
Pengambilan keputusan (kondisi if elif) merupakan lanjutan/percabangan logika dari “kondisi if”. Dengan elif kita bisa membuat kode program yang akan menyeleksi beberapa kemungkinan yang bisa terjadi. Hampir sama dengan kondisi “else”, bedanya kondisi “elif” bisa banyak dan tidak hanya satu.
Dibawah ini adalah contoh penggunaan kondisi elif pada Python
String merupakan salah satu tipe data yang sering digunakan dalam pemrograman Python. Sebuah string dapat dinyatakan sebagai kumpulan karakter yang dibatasi oleh satu atau dua tanda petik. Inilah contohnya,
Dari contoh di atas, ketika kita memanggil variabel secara langsung maka akan ditampilkan isi dari variabel tersebut dengan sebuah tanda petik. Namun jika kita menggunakan pernyataan print, maka tanda petik tersebut akan dihilangkan.
Menampilkan Tanda Petik Sebagai String
Di dalam sebuah string tidak dapat berisi tanda petik yang sama dengan tanda petik yang digunakan oleh string tersebut. Misalkan, ketika kita menuliskan ‘Py’thon’ maka akan muncul pesan kesalahan (syntax error). Agar tidak muncul pesan kesalahan, kita bisa mengganti tanda petik luarnya dengan tanda petik ganda, misalnya “Py’thon”. Tanda petik juga dapat ditulis setelah tanda backslash (\) agar dapat ditampilkan sebagai string.
Jika kita ingin menuliskan string yang panjang dalam beberapa baris, maka kita perlu menambahkan tanda backslash diikuti huruf n (\n) sebagai tanda baris baru.
>>> teks = “Python adalah bahasa pemrograman yang powerfull.\nTerbukti Python bisa dijalankan di segala platform OS.\nJadi, saatnya kita menggunakan Python sebagai bahasa permrograman \nsehari-hari. Salam Python Dahsyat!”
Tanda \n akan memberikan perintah membuat baris baru jika kita memanggil teks dengan pernyataan print.
>>> print teks Python adalah bahasa pemrograman yang powerfull. Terbukti Python bisa dijalankan di segala platform OS. Jadi, saatnya kita menggunakan Python sebagai bahasa permrograman sehari-hari. Salam Python Dahsyat!
Kita juga dapat menggunakan tanda petik tiga (triple quotes), “”” atau ”’, untuk menuliskan sebuah string yang panjang dalam beberapa baris.
>>> teks = “””Python adalah bahasa pemrograman yang powerfull. … Terbukti Python bisa dijalankan di segala platform OS. … Jadi, saatnya kita menggunakan Python sebagai bahasa pemrograman … sehari-hari. Salam Python Dahsyat!”””
Tampilan teks dengan pernyataan print seperti di bawah ini,
>>> print teks Python adalah bahasa pemrograman yang powerfull. Terbukti Python bisa dijalankan di segala platform OS. Jadi, saatnya kita menggunakan Python sebagai bahasa pemrograman sehari-hari. Salam Python Dahsyat!
Menggabungkan String
Untuk menggabungkan dua buah string atau lebih, kita dapat menggunakan operator +.Sedangkan untuk menggandakan string, kita gunakan operator *.
>>> blog = ‘Klinik’ + ‘Python’ >>> blog ‘KlinikPython’ >>> newblog = blog*5 >>> newblog ‘KlinikPythonKlinikPythonKlinikPythonKlinikPythonKlinikPython’ >>> blog *= 4 >>> print blog KlinikPythonKlinikPythonKlinikPythonKlinikPython
Jika dua string ditulis secara berurutan, maka secara langsung kedua string tersebut akan digabungkan.
>>> blog = ‘Klinik”Python’ >>> blog ‘KlinikPython’
Menentukan Panjang String
Panjang dari sebuah string dapat kita temukan dengan menggunakan fungsi len().
>>> len(blog) 12
Memecah String
Tidak seperti bahasa lainnya, Python tidak mendukung tipe Karakter. Untuk mengambil satu karakter atau lebih dari sebuah string, kita dapat memecah string tersebut menggunakan indeks (disebut Metode Irisan). Irisan terdiri dari dua indeks yang dipisahkan tanda koma.
Dari contoh di atas, panjang string buah adalah 5. Ketika kita menghitung maju, indeks bernilai 0 sampai (panjang-string – 1) dimulai dari kiri ke kanan. Maka dari itu, kita dapat mengakses setiap karakter dalam range 0 sampai 4.
Sebuah string juga dapat dihitung mundur, dengan indeks -1 sampai (negatif panjang-string) dimulai dari kanan ke kiri. Berikut gambaran lengkapnya, baik itu penghitungan maju atau mundur.
Jika kita lupa berapa nilai indeks awala atau indeks akhir, kita dapat kosongkan indeks tersebut.
>>> buah[:3] ‘Nan’ >>> buah[2:] ‘nas’
Pengosongan indeks akan menyebabkan semua string ditampilkan.
>>> buah[:] ‘Nanas’
String Bersifat Immutable
Tipe data String pada Python bersifat immutable, yang artinya sekali dibuat maka tidak dapat diubah kembali. Ada pertanyaan bagus, jika string bersifat immutable, mengapa kita bisa mengubah nilai dari variabel string tersebut? Jawabannya sangat sederhana. Ketika kita memberikan nilai yang berbeda pada variabel string, sebuah obyek baru berhasil kita buat. Lihat contoh berikut,
>>> nama = “Klinik” >>> nama ‘Klinik’ >>> id(nama) 3076962016L >>> nama = “Python” >>> id(nama) 3077289888L
Catat bahwa ketika string nama telah kita buat, maka identitas dari variabel ini dapat kita ketahui dengan menggunakan fungsi id(). Jika kita ubah nilai dari variabel nama tersebut, maka identitasnya juga berubah. Hal ini menandakan bahwa obyek baru telah dibuat. Penggantian nilai pada string pada posisi indeks tertentu akan menghasilkan pesan kesalahan.
>>> nama[0] = ‘K’ Traceback (most recent call last): File “”, line 1, in TypeError: ‘str’ object does not support item assignment
Kita juga dapat menambahkan sebuah string baru pada string lama.
Dictionary menggunakan beberapa kunci untuk mengindeks nilai-nilai yang ada di dalamnya. Kunci tidak harus berupa angka. Kunci dapat berupa tipe data immutable lainnya, yaitu String, Number, dan Tuple. Tuple dapat digunakan sebagai kunci jika di dalam Tuple tersebut tidak terdapat obyek yang bersifat mutable. Dengan kata lain, Dictionary Python merupakan kumpulan pasangan kunci:nilai (selanjutnya kita sebut: key-value) yang tidak berurutan. Dictionary Python ini sama halnya dengan array-asosiatif atau hash-table di pemrograman Perl.
Suatu kunci (key) pada Dictionary bersifat unik, yang artinya satu kunci hanya mempunyai satu nilai. Aturan penulisannya berupa key:value. Sebuah Dictionary ditandai dengan kurung kurawal “{}”. Setiap pasangan key:value dipisahkan dengan tanda koma. Berikut contohnya,
Pada contoh di atas, kita membuat sebuah Dictionary kosong kamusyang hanya ditandai oleh tanda kurung kurawal dan sebuah Dictionarykamus1berisi tiga pasang key:value yang dipisahkan dengan tanda koma.
Untuk mengakses sebuah value dari Dictionary, kita dapat menggunakan key yang berhubungan dengan value tersebut. Berikut contohnya,
Pada contoh di atas, terlihat jelas bahwa value ‘fisika’ dapat diakses dengan menggunakan key‘jurusan’. Ketika kita menggunakan sebuah key dalam Dictionary, maka value yang sesuai akan ditampilkan. Dengan kata lain, kita bisa mengakses data dari Dictionary dengan menggunakan suatu key yang berhubungan dengan data tersebut. Jika kita mencoba menggunakan key yang tidak ada dalam Dictionary, maka pesan kesalahan akan dimunculkan. Berikut contohnya,
>>> kamus1['alamat'] Traceback (most recent call last): File "", line 1, in kamus1['alamat'] KeyError: 'alamat'
Dictionary bersifat mutable. Pasangan key:value dapat dengan mudah kita tambahkan berulang kali. Pada Dictionary, sebuah value baru dapat ditambahkan atau diubah dengan cara mengakses sebuah key dan memberinya value baru.
Pada contoh di atas, karena ‘alamat’ bukanlah key yang terdapat dalam kamus1, maka pasangan key:value akan ditambahkan ke kamus1dengan key = ‘alamat’ dan value = ‘malang’.
Semua key yang ada dalam Dictionary tidak harus mempunyai tipe data yang sama. Marilah kita lihat contoh di bawah ini dimana key yang ada saling berbeda tipe datanya.
Dari contoh di atas, key pertama yaitu ‘2’ merupakan string yang dihubungkan dengan value1234 yang bertipe integer, key kedua yaitu 2 bertipe integer dan dihubungkan dengan sebuah string ‘abc’, dan key yang ketiga adalah sebuah bilangan real 6.5 yang dipasangkan dengan sebuah string ‘cukup’.
Jika kita ingin mengambil semua key yang ada dalam Dictionary, kita dapat menggunakan metode keys(). Metode keys() akan mengembalikan sebuah list key. Berikut contohnya,
>>> tesDict.keys() dict_keys([2, '2', 6.5])
Panjang sebuah Dictionary sama dengan banyaknya pasangan key:value yang ada di dalamnya.
>>> len(tesDict) 3
Elemen-elemen yang ada di dalam Dictionary dapat kita hapus dengan menggunakan pernyataan del. Kita juga bisa menggunakan pernyataan del untuk menghapus Dictionarysecara keseluruhan. Kita juga bisa membersihkan Dictionary dengan menggunakan metode clear().
>>> del kamus1['nim'] >>> kamus1 {'nama': 'azzam', 'alamat': 'malang', 'jurusan': 'fisika'} >>> kamus1.clear() >>> kamus1 {} >>> del kamus1 >>> kamus1 Traceback (most recent call last): File "", line 1, in kamus1 NameError: name 'kamus1' is not defined
Pengulangan for pada pemrograman Python mempunyai kemampuan untuk melakukan iterasi data-data yang berurutan, seperti list atau string. Syntax umumnya adalah,
12
for variabel in urutan: pernyataan_yang_diulang
Jika urutan berupa sebuah list, maka urutan tersebut akan diuji dahulu. Kemudian data-data dari urutan tersebut akan dijadikan sebagai variabel. Selanjutnya, blok pernyataan_yang_diulangakan dieksekusi. Berikut akan diperlihatkan bagaimana pengulangan for bekerja dalam tipe urutan yang berbeda,
12
>>> for huruf in ‘Indonesia’:… print “Huruf: “, huruf
Keluaran yang ditampilkan dari kode di atas adalah:
Huruf: I Huruf: n Huruf: d Huruf: o Huruf: n Huruf: e Huruf: s Huruf: i Huruf: a
Ketika pengulangan for untuk iterasi string, variabel iterasi diasumsikan sebagai nilai dari setiap karakter pada string. Keluaran dari pengulangan for dalam bentuk satu karakter mengindikasikan bahwa urutan iterasi yang digunakan berupa string, bukan berupa obyek seperti list.
Jika kita ingin menampilkan sebuah daftar nama orang diikuti dengan panjangnya nama tersebut, maka lebih cocok kita menggunakan pengulangan for menggunakan urutan bertipe list. Berikut contohnya,
123
>>> nama = [‘Fahmi’, ‘Dodit’, ‘Agus’, ‘Biggie’]>>> for x in nama:… print “Nama %-3s panjangnya %d karakter” %(x, len(x))
Pada kode di atas, bentuk % digunakan untuk memformat keluaran dan fungsi len() digunakan untuk menghitung panjang dari tiap-tiap item dalam daftar nama. Keluarannya seperti berikut,
Nama Fahmi panjangnya 5 karakter Nama Dodit panjangnya 5 karakter Nama Agus panjangnya 4 karakter Nama Biggie panjangnya 6 karakter
2.3.13 While Phyton
Untuk melakukan pengulangan atau loop di bahasa Python, kita bisa menggunakan pernyataan while atau for. Pada kesempatan ini, kita akan membahas tentang penggunaan pengulangan menggunakan pernyataan while. Berikut penjelasannya…
Pengulangan While
Pengulangan while akan berhenti jika pengujian suatu kondisi sudah tidak sesuai alias False. Yang mana, pengujian kondisi ini menggunakan pengujian logika dan akan memberikan nilai benar atau salah. Syntax umum dari pengulangan while adalah sebagai berikut,
12
while pengujian_kondisi: pengulangan_kode
Berikut contoh penggunaan while,
123456789101112
angka = input(“Masukkan sebuah angka yang lebih besar dari 1: “)bilangan_1 = 0bilangan_2 = 1print bilangan_1while(bilangan_2 < angka): print bilangan_2 bilangan_2 = bilangan_1 + bilangan_2 bilangan_1 = bilangan_2 – bilangan_1
Hasil dari program di atas jika kita memasukkan angka 200 adalah,
Masukkan sebuah angka yang lebih besar dari 1: 200 0 1 1 2 3 5 8 13 21 34 55 89 144
Pada contoh di atas, bagian pengulangan_kode pada pengulangan while akan diulang beberapa kali sampai nilai bilangan_2 lebih besar daripada nilai angka. Pada setiap iterasi (pengulangan), nilai bilangan_2 akan bertambah sebesar bilangan_1, dan nilai bilangan_1 akan diubah menjadi selisih antara bilangan_2 dengan bilangan_1 itu sendiri
2.3.14 Break dan Continue Phyton
BREAK adalah sebuah pernyataan yang akan membuat sebuah program berhenti atau keluar dari suatu blok pengulangan. Dan semua kode setelah pernyataan break akan diabaikan. Pernyataan break ini dapat kita gunakan pada pengulangan while dan for. Berikut contoh sederhananya,
1234567891011121314151617
# penggunaan break pada whileangka = input(“Masukkan sebuah bilangan bulat: “)bil_1 = 0bil_2 = 1print bil_1while (bil_2 < angka): print bil_2 bil_2 = bil_1 + bil_2 bil_1 = bil_2 – bil_1 if bil_2 == 89: break
Pada kode di atas, ketika bil_2 sudah bernilai 89, maka program langsung keluar. Hal ini disebabkan oleh pernyataan break yang kita letakkan pada blok if. Berikut hasil keluaran dari program ini,
Masukkan sebuah bilangan bulat: 200 0 1 1 2 3 5 8 13 21 34 55
123456789
# penggunaan break pada fornama = [“Ahmad”, “Azzam”, “Avika”, “Ari”, “Ardhana”]for i in range(len(nama)): if len(nama[i]) > 6: break print i, nama[i]
Pada kode di atas, program akan berhenti ketika panjang sebuah nama melebihi 6 karakter. Jadi ketika i menunjuk pada nama “Ardhana“, yang panjangnya 7 karakter, program secara otomatis terhenti karena ada break. Berikut hasil dari program ini,
0 Ahmad 1 Azzam 2 Avika 3 Ari
Apa Itu CONTINUE?
Berbeda dengan pernyataan break, pernyataan continue akan melakukan pengulangan mulai dari awal lagi. Dan akan mengabaikan semua kode yang tersisa pada loop untuk menuju awal loop lagi. Berikut contohnya,
1234567891011121314
# penggunaan continue pada whilebilangan = 0pilihan = ‘y’while (pilihan != ‘n’): bilangan = int(raw_input(“Masukkan bilangan di bawah 100: “)) if (bilangan > 100): print “Bilangan melebihi angka 100. Coba lagi.” continue print “Pangkat dua dari bilangan ini adalah”, bilangan*bilangan pilihan = raw_input(“Apakah Anda ingin mengulangi lagi (y/n)?”)
Pada kode di atas, ketika kita memasukkan nilai di atas 100 maka program akan mengulang lagi dari awal untuk meminta masukan. Berikut hasil keluaran dari listing di atas,
Masukkan bilangan di bawah 100: 24 Pangkat dua dari bilangan ini adalah 576 Apakah Anda ingin mengulangi lagi (y/n)?y Masukkan bilangan di bawah 100: 201 Bilangan melebihi angka 100. Coba lagi. Masukkan bilangan di bawah 100: 25 Pangkat dua dari bilangan ini adalah 625 Apakah Anda ingin mengulangi lagi (y/n)?n
12345678910111213141516171819202122
# penggunaan continue pada forstatus = Falsei = 3daftar_password = [‘kacab’, ‘keuangan’, ‘akademik’]while i > 0: pwd = raw_input(“Masukkan password Anda: “) for password in daftar_password: if pwd == password: print “Password Benar” status = True break if not status: print “Password Salah” i = i – 1 continue else: break
Pada kode di atas, jika kita salah memasukkan password sebanyak 3 kali, maka program akan keluar. Jika kita memasukkan pasword yang salah untuk yang pertama dan kedua, maka program akan mengulang lagi dari awal yaitu meminta masukan password dari kita. Berikut keluaran dari listing di atas,
1. Tidak ada tahapan kompilasi dan penyambungan (link) sehingga kecepatan perubahan pada masa pembuatan system aplikasi meningkat.
2. Tidak ada deklarasi tipe sehingga program menjadi lebih sederhana, singkat, dan fleksible.
3. Manajemen memori otomatis yaitu kumpulan sampah memori sehingga dapat menghindari
pencatatan kode
4. Tipe data dan operasi tingkat tinggi yaitu kecepatan pembuatan system aplikasi menggunakan objek yang telah ada
5. Pemrograman berorientasi objek
6. Pelekatan dan perluasan dalam C
7. Terdapat kelas, modul, eksepsi sehingga terdapat dukungan pemrograman skala besar secara modular
8. Pemuatan dinamis modul C sehingga ekstensi menjadi sederhana dan berkas biner yang kecil
9. Pemuatan kembali secara dinamis modul phyton seperti memodifikasi aplikasi tanpa
menghentikannya
10. Model objek universal kelas Satu
11. Konstruksi pada saat aplikasi berjalan
12. Interaktif, dinamis dan alamiah
13. Akses hingga informasi interpreter
14. Portabilitas secara luas seperti pemrograman antar platform tanpa ports
15. Kompilasi untuk portable kode byte sehingga kecepatan eksekusi bertambah dan melindungi kode sumber
16. Antarmuka terpasang untuk pelayanan keluar seperti perangkat Bantu system, GUI, persistence, database, dll
Kekurangan Pemograman Bahasa Phyton
1. Beberapa penugasan terdapat diluar dari jangkauan python, seperti bahasa pemrograman dinamis lainnya, python tidak secepat atau efisien sebagai statis, tidak seperti bahasa pemrograman kompilasi seperti bahasa C.
2. Disebabkan python merupakan interpreter, python bukan merupakan perangkat bantu terbaik untuk pengantar komponen performa kritis.
3. Python tidak dapat digunakan sebagai dasar bahasa pemrograman implementasi untuk beberapa komponen, tetapi dapat bekerja dengan baik sebagai bagian depan skrip antarmuka untuk mereka.
4. Python memberikan efisiensi dan fleksibilitas tradeoff by dengan tidak memberikannya secara menyeluruh. Python menyediakan bahasa pemrograman optimasi untuk kegunaan, bersama dengan perangkat bantu yang dibutuhkan untuk diintegrasikan dengan bahasa pemrograman lainnya.
Banyak terdapat referensi lama terutama dari pencarian google, python adalah pemrograman yang sangat lambat. Namun belum lama ini ditemukan bahwa Google, Youtube, DropBox dan beberapa software sistem banyak menggunakan Python. Bahkan terakhir Google merilis big Data Processing API enginenya (MapReduce) di Java dan Python (Link). Meski yang “katanya” Python adalah pemrograman yang lambat dari beberapa bechmark, tetapi tidak begitu terbukti mempengaruhi kemudahan dalam penggunaannya.
Python adalah bahasa pemrograman interpretatif multigunadengan filosofi perancangan yang berfokus pada tingkat keterbacaan kode. Python diklaim sebagai bahasa yang menggabungkan kapabilitas, kemampuan, dengan sintaksis kode yang sangat jelas, dan dilengkapi dengan fungsionalitas pustaka standar yang besar serta komprehensif.
Python mendukung multi paradigma pemrograman, utamanya; namun tidak dibatasi; pada pemrograman berorientasi objek, pemrograman imperatif, dan pemrograman fungsional. Salah satu fitur yang tersedia pada python adalah sebagai bahasa pemrograman dinamis yang dilengkapi dengan manajemen memori otomatis. Seperti halnya pada bahasa pemrograman dinamis lainnya, python umumnya digunakan sebagai bahasa skrip meski pada praktiknya penggunaan bahasa ini lebih luas mencakup konteks pemanfaatan yang umumnya tidak dilakukan dengan menggunakan bahasa skrip. Python dapat digunakan untuk berbagai keperluan pengembangan perangkat lunak dan dapat berjalan di berbagai platform sistem operasi.