Blog

  • Makalah Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori

    Perbedaan Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Suatu landasan teori dari suatu penelitian tertentu atau karya ilmiah sering juga disebut sebagai studi literatur atau tinjauan pustaka. Salah satu contoh karya tulis yang penting adalah tulisan itu berdasarkan riset. Melalui penelitian atau kajian teori diperoleh kesimpulan-kesimpulan atau pendapat-pendapat para ahli, kemudian dirumuskan pada pendapat baru. Penulis harus belajar dan melatih dirinya untuk mengatasi masalah-masalah yang sulit, bagaimana mengekspresikan semua bahan dari bermacam-macam sumber menjadi suatu karya tulis yang memiliki bobot ilmiah.

    Tinjauan Pustaka (Literature Review)merupakan salah satu bab yang hampir selalu ditemukan dalam proposal penelitian dan laporan penelitian, termasuk skripsi, tesis, dan disertasi. Tinjauan Pustaka tidak ditemukan dalam sebuah artikel jurnal ilmiah atau prosiding seminar ilmiah, dan fungsi Tinjauan Pustaka di sini diambil alih oleh bagian Pendahuluan. Di luar negeri, orang sering juga menerbitkan Literature Review sebagai artikel dalam jurnal ilmiah.

    B. Rumusan Masalah

    a.    Apa pengertian tinjauan pustaka ?
    b.    Apa bukan ringkasan penelitian terdahulu ?
    c.    Apa fungsi tinjauan pustaka ?
    d.    Bagaimana menulis tinjauan pustaka ?
    e.    Apa pengertian landasan teori ?
    f.    Apa Fungsi landasan teori ?

    Bab II. Pembahasan

    TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

    A.    Pengertian Tinjauan Pustaka
    Tinjauan Pustaka (Literature Review)merupakan salah satu bab yang hampir selalu ditemukan dalam proposal penelitian dan laporan penelitian, termasuk skripsi, tesis, dan disertasi. Tinjauan Pustaka tidak ditemukan dalam sebuah artikel jurnal ilmiah atau prosiding seminar ilmiah, dan fungsi Tinjauan Pustaka di sini diambil alih oleh bagian Pendahuluan. Di luar negeri, orang sering juga menerbitkan Literature Review sebagai artikel dalam jurnal ilmiah.
    Istilah Tinjauan Pustaka diterjemahkan secara langsung dari Literature Review. Namun demikian, bagian ini tidak sekedar meninjau pustaka pada bagian permukaan saja, melainkan jauh ‘masuk ke dalam’. Hal itu diperlukan agar kita bisa melihat lebih banyak, bisa melakukan evaluasi dan sintesis dari isi pustaka yang kita gunakan.
    Membuat Tinjauan Pustaka yang baik tidak lah mudah dan memerlukan keterampilan dan usaha dari kita. Perlu diketahui bahwa Tinjauan Pustaka bukan hanya sekedar daftar hasil penelitian sebelumnya yang sudah diterbitkan. Lebih dari pada itu, kita harus melakukan evaluasi dan sintesis sehingga sebuah Tinjauan Pustaka yang kita hasilkan memiliki nilai akademik yang tinggi.
    Apa yang disebut dengan Tinjauan Pustaka. Cooper (1988) mendefinisikan Tinjauan Pustaka sebagai berikut:
    “tinjauan pustaka menggunakan sebagai laporan database beasiswa primer atau asli, dan tidak melaporkan beasiswa dasar yang baru itu sendiri. Laporan utama yang digunakan dalam literatur mungkin lisan, tetapi dalam sebagian besar kasus laporan ditulis dokumen. Jenis-jenis beasiswa mungkin empiris, teoritis, kritis / analitis, metodologis atau di alam. Kedua kajian literatur berusaha untuk menggambarkan, meringkas, mengevaluasi, mengklarifikasi dan / atau mengintegrasikan isi laporan utama.”
    B. Bukan Ringkasan Penelitian Terdahulu
    Tinjauan Pustaka bukanlah sekedar daftar hasil-hasil penelitian yang telah dipublikasikan sebelumnya. Namun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa kita masih sering menemukan kesalahan seperti ini. Tinjauan Pustaka masih dibuat hanya dengan melaporkan kembali hasil penelitian orang lain, tanpa mencoba untuk melakukan evaluasi, perbandingan, dan sintesis antara satu hasil penelitian dengan yang lainnya.

    C. Fungsi Tinjauan Pustaka
    Tinjauan Pustaka merupakan bagian yang sangat penting dari sebuah tesis atau disertasi. Ada beberapa alasan yang melatarbelakangi adanya Tinjauan Pustaka dalam tulisan ilmiah sebagaimana yang ditayangkan oleh Deakin University Library:
    •    Untuk menunjukkan adanya celah-celah kosong (gap) dalam literatur yang perlu diisi melalui penelitian
    •    Untuk mencegah agar tidak terjadi pengulangan yang tidak perlu dalam penelitian. Kita bisa melihat apa yang sudah dilakukan dan apa yang belum. Jika sudah dilakukan, seberapa dalam pengetahuan yang telah diperoleh dan kemungkinan untuk pengembangannya lebih lanjut.
    •    Untuk mengetahui dari mana kita bisa mulai. Penelitian adalah sebuah upaya untuk memperbaiki apa yang sudah diperoleh sebelumnya.
    •    Untuk mengetahui siapa saja yang telah melakukan penelitian dan publikasi dalam bidang ilmu kita masing-masing. Tujuannya adalah agar kita bisa lebih mudah membangun jejaring akademik.
    •    Untuk meningkatkan pemahaman kita tentang topik yang sedang kita geluti.
    •    Untuk menunjukkan bahwa kita memiliki akses terhadap database informasi ilmiah yang berhubungan dengan topik penelitian kita
    •    Untuk memberikan landasan teori terhadap penelitian kita sehingga bisa menunjukkan posisi penelitian kita dibandingkan dengan penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya.
    •    Untuk mengidentifikasi informasi dan ide yang mungkin berhubungan dengan topik penelitian kita.
    •    Untuk mengidentifikasi teknik dan metode yang relevan dengan topik penelitian kita.
    D. Menulis Tinjauan Pustaka
    Di bawah ini adalah langkah-langkah umum yang bisa dilakukan dalam menulis bagian Tinjauan Pustaka :
    1.     Tentukan Masalah atau Topik
    2.     Tentukan keluaran yang diinginkan
    3.     Buat kerangka kerja bagaimana mengumpulkan, mengatur dan menyusun referensi
    4.     Tentukan sumber informasi yang tersedia

    E. Pengertian Landasan Teori
    Suatu landasan teori dari suatu penelitian tertentu atau karya ilmiah sering juga disebut sebagai studi literatur atau tinjauan pustaka. Salah satu contoh karya tulis yang penting adalah tulisan itu berdasarkan riset. Melalui penelitian atau kajian teori diperoleh kesimpulan-kesimpulan atau pendapat-pendapat para ahli, kemudian dirumuskan pada pendapat baru. Penulis harus belajar dan melatih dirinya untuk mengatasi masalah-masalah yang sulit, bagaimana mengekspresikan semua bahan dari bermacam-macam sumber menjadi suatu karya tulis yang memiliki bobot ilmiah.

    Biasanya setelah masalah penelitian dirumuskan, maka langkah kedua dalam proses penelitian (kuantitatif) adalah mencari teori, konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi hasil penelitian yang bisa dijadikan sebagai landasan teori untuk pelaksanaan penelitian.

    Hoy & Miskel (1987:2) mendefinisikan : ” Teori adalah seperangkat konsep interrealated, asumsi dan generalisasi yang secara sistematis menggambarkan dan menjelaskan keteraturan dalam perilaku dalam organisasi “.

    Berdasarkan definisi diatas dapat diartikan teori itu berkenaan dengan konsep, asumsi dan generalisasi yang logis yang berfungsi untuk mengungkapkan, menejlaskan dan memprediksi prilaku yang memiliki keteraturan sebagai stimulan dan panduan untuk mengembangkan pengetahuan.

    Yang dibahas pada bagian ini adalah teori-teori tentang ilmu-ilmu yang diteliti. Penyajian teori dalam landasan teori dianggap tidak terlalu sulit karena bersumber dari bacaan-bacaan. Akibatnya terjadilah penyajian materi yang tidak proporsional, yaitu mengambil banyak teori walaupun tidak mendasari bidang yang diteliti.Jadi seharusnya teori yang dikemukakan harus benar-benar menjadi dasar bidang yang diteiti. Selain itu, pada bagian ini juga dibahas temuan-temuan penelitian sebelumnya yang terkait langsung dengan penelitian. Teori yang ditulis orang lain atau temuan penelitian orang lain yang dikutip harus disebut sumbernya untuk menghindari tuduhan sebagai pencuru karya orang lain tanpa menyebut sumbernya. Etika ilmiah tidak membenarkan seseorang melakukan pencurian karya orang lain.

    F.  FUNGSI LANDASAN TEORI
    Menyusun landasan teori juga merupakan langkah penting untuk membangun suatu hipotesis. Landasan teori yang dipilih haruslah sesuai dengan ruang lingkup permasalahan. Landasan teoritis ini akan menjadi suatu asumsi dasar peneliti dan sangat berguna pada saat menentukan suatu hipotesis penelitian.
    Peneliti harus selalu bersikap terbuka terhadap fakta dan kesimpulan terdahulu baik yang memperkuat maupun yang bertentangan dengan prediksinya. Jadi, dalam hal ini telaah teoritik dan temuan penelitian yang relevan berfungsi menjelaskan permasalahan dan menegakkan prediksi akan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan penelitian.
    Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa hipotesis penelitian dapat dirumuskan melalui jalur:
    1.    Membaca dan menelaah ulang (reviu) teori dan konsep-konsep yang membahas variabel-variabel penelitian dan hubungannya dengan proses berfikir deduktif.
    2.    Membaca dan mereviu temuan-temuan penelitian terdahulu yang relevan dengan permasalahan penelitian lewat berfikir induktif.

    G. PERBEDAAN TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
    Perbedaan Tinjauan Pustaka dengan Tinjauan Pustaka
    • Tinjauan Pustaka mungkin sama dengan Landasan Teori, peneliti mengumpulkan teori/data/informasi yang menjadi dasar identifikasi, penjelasan dan pembahasan masalah penelitian
    • Dalam Telaah Pustaka selain mengumpulkan teori, peneliti menambahkan komentar, kritik (kelebihan dan atau kekurangan teori dalam pustaka), perbandingan dengan teori (pustaka) lain, kaitannya dengan penelitian yang sedang dilakukan.

    Telaah Pustaka tidak hanya untuk judul dan isi Bab II dalam laporan penelitian.
    Bab II dalam laporan penelitian tidak selalu harus berjudul “Telaah Pustaka”
    Telaah Pustaka digunakan untuk melakukan penelitian, untuk semua bagian (laporan) penelitian.
    Telaah Pustaka dapat menjadi bagian laporan penelitian, thesis, atau esai kajian pustaka yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah.
    Telaah Pustaka: adalah kajian kritis atas pembahasan suatu topik yang sudah ditulis oleh para peneliti atau ilmuwan yang terakreditasi (diakui kepakarannya). Kepakaran diakui bila penelitian dipublikasikan melalui jurnal/seminar bertaraf nasional/internasional atau dalam bentuk cetakan buku yang representatif.
    Telaah Pustaka meliputi pelbagai sumber pustaka yang membahas satu topik/masalah penelitian yang spesifik. Jadi melakukan Telaah Pustaka membutuhkan lebih dari satu pustaka (bacaan).

    BAB III
    PENUTUP

    A. Kesimpulan
    Istilah Tinjauan Pustaka diterjemahkan secara langsung dari Literature Review. Namun demikian, bagian ini tidak sekedar meninjau pustaka pada bagian permukaan saja, melainkan jauh ‘masuk ke dalam’. Hal itu diperlukan agar kita bisa melihat lebih banyak, bisa melakukan evaluasi dan sintesis dari isi pustaka yang kita gunakan.
    Suatu landasan teori dari suatu penelitian tertentu atau karya ilmiah sering juga disebut sebagai studi literatur atau tinjauan pustaka. Salah satu contoh karya tulis yang penting adalah tulisan itu berdasarkan riset.

    DAFTAR PUSTAKA

    Pateda, Mansoer dan Yenni P. Palubuhu. 1993. Bahasa Indonesia Sebagai Mata Kuliah Dasar Umum. Nusa Indah: Surabaya.

  • Makalah PKN Sengekata Internasional

    Sengekata Internasional

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Di era modern ini banyak sekali negara yang melakukan hubungan dengan negara lain untuk memenuhi kebutuhan negaranya. Hubungan yang dijalin tersebut terikat dengan hukum internasional , dengan adanya hukum internasional sangat berdampak positif dalam menjaga ketertiban hubungan antarnegara

    Akan tetapi, banyak pula negara yang menyalahi hukum internasional dalam melakukan hubungan internasional dengan negara lain. Diantaranya adalah negara adikuasa Amerika yang selalu mencampuri urusan  negara lain , sehingga sangat rentan menimbulkan sengketa internasional.

    B. Rumusan Masalah

    Masalah-masalah yang akan di bahas :

    1. Penyebab sengketa internasional
    2. Cara penyelesaian senketa internasional.

    1.3    TUJUAN PENYUSUNAN
    A.    Untuk mengetahui sengketa internasional.
    B.    Untuk memberikan solusi terbaik dari masalah-masalah yang ada.

    Bab II. Pembahasan

    Hubungan antar negara pada dasarnya berada dalam dua kondisi yang saling bertentangan, yaitu damai atau sengketa. Kadang-kadang dalam hal tertentu berada dalam kondisi bersengketa, tetapi damai. Kasus hubungan antara India dan Pakistan tentang Kashmir adalah suatu contoh kondisi bersengketa dalam damai, begitu pula halnya Korea Utara dengan Korea Selatan.

    A. Pengertian Sengketa Internasional

    Sengketa internasional adalah suatu perselisihan antara subjek-subjek hukum internasional mengenai fakta, hukum atau politik dimana tuntutan atau pernyataan suatu pihak ditolak, dituntut balik atau diinkari oleh pihak lainnya. Sengketa Internasional juga bisa diartikan sebeagai perselisihan yanhg trjadi antara negara dengan negara, individu dengan individu, atau negara dengan badan/lembaga yang menjadi subjek hukum internasional.

    2.2     PENYEBAB SENGKETA INTERNASIONAL
    Sengketa internasional bukan saja mencakup sengketa – sengketa antar negara. Akan tetapi sengketa internasional dapat mencakup kasus – kasus lain yang berada dalam lingkup peraturan internasional. Beberapa sengketa internasional itu antara lain salah satu pihak tidak memenuhi kewajiban dalam perjanjian internasional, perbedaan dan penafsiran mengenai isi perjanjian internasional, perebutan sumber- sumber ekonomi pengaruh ekonomi, politik, atau  keamanan regional dan internasional, intervensi terhadap kedaulatan negara lain serta penghinaan terhadap harga diri bangsa. Masalah-masalah yang menyebabkan sengketa internasional adalah :

    A.    Intervensi
         Adalah tindkan suatu negara untuk mncampuri urusan negara lain.
    Intervensi bertentangan dengan hukum internasional bila :
    1.    Campur tangan tersebut bertentangan dengan kehendak negara yang dicampuri,
    2.    Campur tangan tersebut mengganggu kemerdekaanpolitik negara yang dicampuri.

    B.    Penyerahan (ekstradisi)
    Adalah penyerahan seseorang yang di tuduh melakukan tindakan pidana atau sudah dijatuhi hukuman oleh suatu negara, dan bersembunyi atau melarikan diri ke negara lain untuk dikembalikan ke negara asal. Orang yang dapat diekstradisi adalah :
    1.    Warga negaranya sendiri
    2.    Warga negara dari negara yang telah memiliki perjanjian ekstradisi.

    C.    Suaka (Asylum)
         Adalah perlindungan yang diberikan oleh suatu negara kepada warga negara dari negara lain. Pemberian suaka didasarkan dua kepentingan, yaitu pertimbangan kemanusiaan dan pertimbangan politik. Pemberian suaka ini biasanya akan memperburuk hubungan  antara negara yang memberikan suaka dengan negara yang warga negaranya mendapatkan suaka.

    D.    Hukum Netralitas
         Adalah suat sikap negara yang tidak turut berperang dan tidak ikut dalam permusuhan.

    E.    Politis (Adanya Pakta Pertahanan atau Pakta Perdamaian )
    Pasca perang dunia kedua (1945) muncul 2 blok kekuatan besar, yaitu blok barat (liberal, membentuk pakta ketahabab NATO,) dibawah pimpinan Amerika dan blok timur (komunis, membentuk pakta pertahanan  Waraswa) dipimpin  Uni Soviet. Kedua blok tersebut , saling berebut pengaruh dibidang ideologi dan ekonomi serta saling berlomba memprkuat senjata. Akibatnya , sering terjadi konflik (senketa) di berbagai negara ‘yang menjadi korban.

    F.    Suatu Wilayah Teritorial.
    Wilayah teritorial menjadi sangat kompleks manakala wilayah tersebut menjadi sengketa ‘’saling mengklaim’’ antarneagra yang berbeda. Misalnya, masalah kepulauan Sipadan-Lingitan antara pemerintah Indonesia dengan malaysia. Yang akhirnya berdasarkan penetapan Mahkamah Internasional kedua pulau tersebut dimenangkan oleh Malaysia.

    G.    Pengembangan Senjata Nuklir atau Senjata Biologi.
    Negara-negara selain yang memiliki hak veto di PBB dan pemenang Perang Dunia ke-II, sulit untuk mendapat kepercayaan dunia internasional dalam mengembangkan berbagai senjata yang berbasis teknologi nuklir dan biologi. Mereka akan selalu dicurigai dan dianggap sebagai destabilitas untuk kawasan sekitarnya. Misalnya, Korea Utara dan Iran sampai hari ini masih dicurigai Amerika dan sekutunya, karena kepemilikan senjata nuklir.

    H.    Permasalahan Terorisme
    Kasus Amerika-Afghanistan, kasusu ini diawali peristiwa 11 november 2001 atau peristiwa serangan teroris terhadap gedung World Trade Center dan gedung Petagon di Amerika. Amerika menduga serangan tersebut dilakukan oleh kelompok Islam Al-Qaeda (afghanistan) pmpinan Osama Bin Laden. Dampak peristiwa ini adalah serangan/invasi Amerika dan sekutunya terhaadap negara Afghanistan, Irak, dan Somalia (negara-negara yang dianggap sarang teroris)

    I.    Ketidakpuasan Terhadap Rezim Yang Berkuasa
    Pemerintah dalam melaksanakan kekuasaannya, dirasakan kurang adil oleh sebaigan masyarakat atau daerah sehingga menuntut adanya otonomi lebih luas ataupun sparatis (pemisahan untuk merdeka). Contoh, kasus GAM (Gerakan Aceh Merdeka) di Indonesia yang menuntut kemerdekaan.

    J.    Prebutan Sumber-Sumber Ekonomi.

      2.3  PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL  MELALUI  MAHKAMAH INTERNASIONAL
    Umumnya, metode-metode pnyelesaian sengketa internasionall melalui Mahkamah Internasional digolongkan dalam dua kategori, yaitu :
    1.    Cara-cara penyelesaian damai, yaitu apabila para pihak trlah fapat mnyepakati untuk menemukan suatu solusi yang bersahabat.
    2.    Cara-cara penyelesaian secara paksa atau dengan kekerasan, yaitu apabila solusi yang dipakai atau yang dikenakan adalah melalaui kekerasan.

    Di bawah ini akan dibahas metode-metode penyelesaian sengketa internasional tersebut.
    1.    CARA PENYELESAIAN DAMAI ATAU BERSAHABAT
    A.    ARBITRASI
    Arbitrasi adalah cara penyelesaian sengketa dengan mengajukan sengketa kepada orang-orang tertentu, yang dipilih secara bebas oleh pihak-pihak yang bersengketa. Orang yang dipilih untuk memutuskan perkara tersebut disebut  arbitrer. Penyelesaiaan dengan arbitrasi ini dapat dilakukan melalui perjanjian internasaional antara negara-negara yang sedang bertikai.

    B.    PENYELESAIAN YUDISIAL.
    Penyelesaian yudisial adalah suatu cara penyelesaian sengketa internasional melalui suatu pengadilan internasional yang dibentuk sebagaimana mestinya, dengan memberlakukan kaidah-kaidah hukum. Lembaga pengadilan internasional yang berfungsi sebagai organ penyelesaian yudisisal dalam masyarakat internasional adalah Internatonal Court Of Justice 

    C.    Rujuk
    Rujuk adalah penyelesaian sengketa melalui usahaa penyesuaian pendapat antara pihak-pihak yang bersengketa secara kekeluargaan. Rujuk dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
    1.    Negoisasi, yaitu perundingan antara pihak yang bersengketa sebagai sarana uuntuk menetapkan sikap tentang masalah yang disengketakan.
    2.    Mediasi, yaitu bantuan jasa baik dari pihak ketiga. Dalam mediasi peran pihak ketiga akan lebih aktif, misalnya mempertemukan pihak-pihak yang yang bersengketa, memberikan saran-saran agar sengketa dapat diselesaikan secara damai dan sebgainya.
    3.    Konsiliasi, dapat diartika secara luas dan secara sempit. Secara luas adalah penyelesaian sengketa dengan pihak ketiga tidak memihak. Sedangkan secara sempit konsiliasi berarti penyerahan sengketa pada ssuatu panitia. Panitia tersebut menyelidiki persengketaaan antara kedua belah pihak kemudian akan memberikan usul. 
    4.    Melalui penitia penyelidik, panitia penyelidik brtugas mengadakan penyelidikan kepastian peristiwa dan kemudian menyiapkan penyelesaian yang disepakati.

    D.    PENYELESAIAN SENGEKTA DIBAWAH PENGAWASAN PBB
    Untuk menyelesaiakn sengketa secara damai, PBB dapat menempuh melalui dua jalan, yaitu melalui poloik (dilakukan oleh Majelis Umum dan Dewan Keamanan PBB), dan secara hukum (dilakukan oleh Mahkamah Internasional).
    Sengketa yang penyelesaiannya ditangani oleh Dewan Keamanan digolongkan menjadi :
    1.    Sengketa yang membahayakan perdamaian dan keamanan internasional. Setelah melalui beberapa pertimbangan, Dewan Keamana dapat memberikan rekomendasi ara yang tepat untuk menyelesaiakan sengketa.
    2.    Peristiwa ancaman perdamaian, pelanggaran perdamaian atau agresi. Dalam peristiwa ini, Dewan Keamana berwenang merekomendasikan cara-cara guna memulihkan perdamaian dan keamanan.

    E.    Peradialan Internasional
    Penyelesaian sengketa melalui peradilan internasional adalah penyelesaian secara hukum internasional. Peradilan internesional tidak hanya diselenggarakan oleh Mahkamah Internasional tapi juga oleh badan peradilan internasional lain dengan persetujuan pihak-pihak yang bersengketa.

    2.    PENYELESAIAN SENGEKTA INTERNASIONAL DENGAN CARA KEKERASAN
    1.     Blokade Masa Damai
    Blokade adalah pengepungnan wilayah untuk memutuskan hubungan wilayah untuk memutuskan hubungan wilayah itu dengan pihak luar, misalnya pengepungan suatu kota atau pelabuhan.
    2.    Pertikaian Senjata
    Adalah pertentangan yang disertai penggunaan kekerasan denga tujuan menundukkan lawan dan menetapkan perdyaratan damai secara sepihak.
    3.    Reprisal
    Adalah pembalasan yang dilakukan olehsuatu negara terhadap tindakan yang melanggar hukum dari negara lawan dari suatu pertikaian. Misalnya pemboikotan barang, dll.
    4.    Retorasi
    Adalah pembalasan yang dilakukan oleh suatu negara terhadap tindakan yang tidak pantas dari negara lain. Midalnya pengetatan hubungan diplomatik, penghapusan hak istimewa diplomatik , dan lain-lain.

    BAB III
    PENUTUP

    3.1  KESIMPULAN
        Hubungan antarnegara yang melahirkan Hukum Internasional sangat banyak bermanfaat bagi negara-negara yang mengadakan hubungan internasional. Ternyata hukum internasional juga banyak  dilanggar oleh negara-negara yang mengadakan hubungan internasional. Sengketa internasional dapat diselesaikan denga cara damai, dan juga ada beberapa negara yang memilih jalan kekerasan.

    3.2 SARAN
        Semoga makalah ini dapat diterima oleh semua pihak. Kami sebagai penyusun mengaharapkan kepada pembaca supaya dapat mengkritik mekalah ini untuk tujuan membangun bagi kebaikan menadatang. Karena kami yakin masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat baik untuk penyusun maupun pembaca.

    3.3 DAFTAR PUSTAKA
        Bambang Suteng, dkk. 2007. PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga
        Joko Sukamto, dkk. Modul PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN untuk SMA/MA/SMK/MAK kelas XI. Sukoharjo: Pista
        Chotib, dkk. 2007. KEWARGANEGARAAN 2 Menuju Masyarakat Madani.Jakarta: Yudhistira.
        http://www.google.com

  • Fauna Asiatis, Australis dan Peralihan

    Fauna Asiatis, Australis dan Peralihan

    Di Indonesia terdapat 3 jenis persebaran Fauna, persebaran fauna di batasi oleh garis wallace dan garis webber. Ke 3 persebaran fauna tersebut memiliki jenis jenis fauna yang berbeda.

    Jenis-Jenis dan Persebaran Fauna di Indonesia dibedakan menjadi Fauna Asiatis, Fauna Australis dan Fauna peralihan, adapun penjelasan dari Fauna Asiatis, Fauna Australis dan Fauna Peralihan adalah sebagai berikut.

    Fauna Asiatis.
    Fauna Asiatis disebut juga fauna dataran sunda. Penyebaran Fauna Asiatis terdapat sebelah barat yang meliputi Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Bali. Fauna Asiatis antara lain adalah: Gajah, Harimau, Badak Bercula Dua, Badak Bercula Satu, Orang Utan, Kancil, Beruang Madu, Beo, Bekantan/Kera.

    Fauna Australis
    Fauna Australis disebut juga fauna dataran sahul. Fauna ini terdapat di Irian Jaya dan pulau-pulau disekitarnya. Binatang-binatangnya mempunyai kesamaan dengan binatang-binatang di benua Australia. Fauna Australis contohnya antara kanguru, kasuari, kuskus, burung cendrawasih dan berbagai jenis burung lainnya, reptil, dan amphibi.

    Fauna Peralihan
    Daerah fauna Peralihan dibatasi oleh garis Wallace yang membatasi dengan fauna di dataran Sunda dan garis Weber yang membatasi dengan fauna di dataran Sahul. Fauna peralihan tersebar di Maluku, Sulawesi, dan Nusa Tenggara. Fauna Peralihan contoh faunanya antara lain babi rusa, anoa, kuskus, biawak, tapir (kerbau liar), burung Kasuar, komodo.( Dhidhit )

    Beberapa hewan khas wilayah fauna Australia antara lain :

    Kiwi – Koala – Oposum Layang (pemanjat berkantung) – Kangguru Pohon

    Burung Penghisap Madu – Burung Emu – Kakaktua – Kasuari

    Nokdiak (landak Irian) – Wallaby – Cendrawasih – Kangguru

    JENIS DAN PERSEBARAN FAUNA DI INDONESIA DAN DUNIA

    Setelah mempelajari kegiatan 3 ini, Anda diharapkan dapat:
    1. menjelaskan jenis-jenis dan persebaran fauna di Indonesia; dan
    2. menyebutkan pembagian wilayah fauna di dunia.
        Pola persebaran fauna di Indonesia sama dengan pola persebaran tumbuhan, yaitu di bagian Barat, faunanya mempunyai kemiripan dengan fauna Asia, di bagian Timur faunanya mirip dengan fauna di Australia, dan diantara kedua daerah tadi, faunanya merupakan fauna daerah peralihan. Hal tersebut dimungkinkan karena pada zaman es Indonesia pernah menyatu dengan Asia dan Australia. Pada masa itu Indonesia menjadi jembatan persebaran hewan dari Asia dan Australia. Sekarang kita bahas dahulu mengenai jenis-jenis dan persebaran fauna di Indonesia.

    Jenis-Jenis dan Persebaran Fauna di Indonesia

    a.    Fauna Asiatis (Oriental)
        Fauna ini tersebar di bagian Barat yang meliputi Pulau Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Bali. Daerah ini juga disebut daerah fauna dataran Sunda.
        Fauna Asiatis antara lain adalah: gajah India di Sumatera, harimau terdapat di Jawa, Sumatera, Bali, badak bercula dua di Sumatera dan Kalimantan, badak bercula satu di Jawa, orang utan di Sumatera dan Kalimantan, Kancil di Jawa, Sumatera dan Kalimantan, dan beruang madu di Sumatera dan Kalimantan. Hal yang menarik adalah di Kalimantan tidak terdapat harimau dan di Sulawesi terdapat binatang Asiatis seperti monyet, musang, anoa, dan rusa. Di Nusa Tenggara terdapat sejenis cecak terbang yang termasuk binatang Asia. Fauna endemik di daerah ini adalah, badak bercula satu di Ujung kulon Jawa Barat, Beo Nias di Kabupaten Nias, Bekantan/Kera Belanda dan Orang Utan di Kalimantan. Dapatkah Anda menyebutkan fauna Asiatis lainnya?

    Gambar 3.1. Berbagai jenis fauna Asiatis.

    b.    Fauna Australis
    Fauna ini terdapat di Irian Jaya dan pulau-pulau disekitarnya. Binatang-binatangnya mempunyai kesamaan dengan binatang-binatang di benua Australia. Daerah ini juga disebut fauna dataran Sahul., contohnya antara lain: kanguru, kasuari, kuskus, burung cendrawasih dan berbagai jenis burung lainnya, reptil, dan amphibi. Apakah Anda dapat menyebutkan lainnya?

    Gambar 3.2. Fauna Australis.
    Keterangan : Beri foto aslinya

    c.    Fauna Peralihan
    Fauna peralihan tersebar di Maluku, Sulawesi, dan Nusa Tenggara. Daerah fauna Peralihan dibatasi oleh garis Wallace yang membatasi dengan fauna di dataran Sunda dan garis Weber yang membatasi dengan fauna di dataran Sahul. Contoh faunanya antara lain: babi rusa, anoa, kuskus, biawak, katak terbang. Katak terbang ini juga termasuk fauna Asiatis. Di daerah fauna peralihan juga terdapat fauna endemik seperti: Komodo di P.Komodo dan pulau-pulau sekitarnya, tapir (kerbau liar), burung Kasuari di Pulau Morotai, Obi, Halmahera dan Bacan.

    Gambar 3.3. Fauna Peralihan.

  • Makalah Peluang dan Tantangan Pembelajaran PAI Pada Sekolah

    Pembelajaran PAI Pada Sekolah

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Sebagaimana tertuang dalam UU Nomor 20/2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, terutama pada penjelasan pasal 31 Ayat (1) bahwa pendidikan agama dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan YME serta berakhlak mulia. Untuk membentuknya diperlukan pengembangan ketiga dimensi berikut secara terpadu, yaitu pertama, moral knowing, yang meliputi:

    1. moral awareness
    2. knowing moral values
    3. perspective-taking
    4. moral reasoning
    5. decision making
    6. humality.ketiga, moral action, yang mencakup: (1) competence (2) will (3) habit (Lickona, 1990).

    Pada tautan moral action, agar peserta didik terbiasa (habit) memiliki kemauan (will) dan kompeten (competence) dalam mewujudkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia tersebut, maka diperlukan pembinaan terpadu. Oleh sebab itu maka tidak salah dalam pasal 37 Undang-Undang sisdiknas menempatkan pendidikan agama disemua jenjang pendidikan sebagai salah satu mata pelajaran wajib. Bahkan dalam penjelasan umum ditegaskan bahwa strategi pertama dalam melaksanakan pembaharuan sistem Pendidikan Nasional adalah “pelaksanaan pendidikan agama dan akhlak mulia.”

    Pelaksanaan pendidikan agama dan akhlak mulia yang salah satunya diimplementasikan dalam bentuk mata pelajaran pendidikan agama islam (PAI) di semua jenjang pendidikan, mengandung tantangan untuk segera dijawab dengan perbaikan mutu pendidikan dan usaha-usaha antisipasi tehadap dampak yang muncul.

    B. Rumusan Masalah

    1. jelaskan pengertian pendidikan agama islam?
    2. jelaskan peluang dan tantangan pemselajaran PAI disekolah?

    C. Tujuan Penulisan

    1. untuk mengetahui pengertian pendidikan agama islam
    2. untuk mengetahui peluang dan tantangan pemselajaran PAI disekolah

    Bab II. Pembahasan

    A. Pengertian Pendidikan Agama Islam

    Dari segi bahasa pendidikan berasal dari bahasa arab “tarbiyah” dengan kata kerja “rabba”. Kata pengajaran dalam bahasa arabnya adalah “ta’lim” dengan kata kerja “’alama”. Pendidikan dan pengajaran dalam bahasa arabnya “tarbiyah wa ta’lim”. Sedangkan Pendidikan Islam dalam bahasa arabnya adalah “tarbiyah Islamiya. Pendidikan menurut istilah Drs. Ahmad D. Marimba dalam bukunya pengantar filsafat pendidikan memberikan definisi pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju kepribadian yang utama. Pengertian Pendidikan Agama dapat diartikan sebagai bimbingan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Oleh sebab itu pendidikan dipandang sebagai salah satu aspek yang memiliki peranan pokok dalam membentuk generasi muda agar memiliki kepribadian yang utama.

    Secara sederhana, istilah Pendidikan Agama Islam dapat dikatakan sebagai pendidikan menurut Islam atau Pendidikan Islam, yakni Pendidikan yang dipahami dan dikembangkan, dan diajarkan dalam nilai-nilai fundamental yang terkandung dalam sumber dasarnya yaitu, Al Qur’an dan Al Hadits. Dalam pengertian ini Pendidikan Agama Islam dapat berwujud pemikiran dan teori pendidikan yang mendasarkan diri atau dibangun dan dikembangkan dari sumber sumber dasar tersebut.

    Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa hakekat Pendidikan Agama Islam tersebut konsep dasarnya dapat dipahami dan dianalisis serta dikembangkan dari Al Qur’an dan Al Hadits, konsep operasionalnya dapat dipahami, dianalisis, dan dikembangkan dari proses pemberdayaan pewarisan dan pengembangan ajaran-ajaran agama, budaya dan peradaban Islam dari segi generasi ke generasi, sedangkan secara praktis dapat dipahami, dianalisis dan dikembangkan dari proses pembinaan dan pengembangan (pendidikan) pribadi muslim pada setiap generasi dalam sejarah umat Islam.

    Dasar ideal pelaksanaan pendidikan agama di Indonesia ialah falsafah negara pancasila dimana sila yang pertama ialah Ketuhanan Yang Maha Esa, ini menunjukan bahwa seluruh warga Negara Indonesia harus percaya kepada Tuhan Yanag Maha Esa yang berarti semua bangsa Indonesia harus beragama.

    Dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dalam bab 6, bagian 9 : pasal 30 ayat 1, 2, 3, 4, dan 5 memuat tentang pendidikan keagamaan, yang berbunyi :

    a.       Pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh pemerintah/masyarakat  dari pemeluk agama sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

    b.      Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai- nilai ajaran agamanya dan menjadi ahli ilmu agama.

    c.       Pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan dalam jalur pendidikan formal, non formal, informal.

    d.      Pendidikan keagamaan berbentuk pendidikan diniyah, pesantren, asrama, dan bentuk lain yang sejenis. 

    e.       Ketentuan mengenai pendidikan keagamaan sebagai mana dimaksud dalam ayat 1, ayat 2, ayat 3 dan ayat 4 diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

    1.        Tujuan Pendidikan Agama (Islam)

    Pada dasarnya kehidupan manusia di dunia ini mempunyai tujuan, baik kebahagiaan  di dunia maupun di akhirat kelak. Demikian juga tujuan yang hendak dicapai oleh pendidikan yang pada hakekatnya adalah suatu perwujudan nilai-nilai ideal, yang terbentuk dari pribadi manusia yang diinginkan. Nilai-nilai tersebut mempengaruhi dan mewarnai pola kepribadian manusia, sehingga terwujud dalam prilaku lahiriah.

    Dalam metodologi pengajaran agama Islam dikatakan bahwa tujuan pendidikan agama Islam adalah kepribadian muslim yaitu suatu kepribadian yang seluruh aspeknya dijiwai oleh ajaran agama Islam. Orang yang kepribadian muslim dalam Al Qur’an disebut muttaqien karena itu pendidikan agama Islam berarti juga pembentukan manusia yang bertaqwa.

    B. Peluang dan Tantangan Pendidikan Agama Islam

               1. Peluang pembelajaran PAI

                Yaitu untuk mengembangkan akhlak dari peserta didik. Karena seperti sekarang ini menghadapi era globalisasi semakin pesat, jadi disinilah peluang materi pendidikan agama islam untuk membangun akhlak para peserta didik.Sekolah memiliki peluang yang sangat besar untuk menarik minat masyarakat. Ketika mendengar nama tersebut, maka masyarakat akan berbondong-bondong untuk memasukkan anaknya ke sekolah tersebut, karna dalam benak mereka yang ada adalah bahwa sekolah akan mendidik anak-anak mereka menjadi anak-anak yang berprestasi, bukan hanya dalam bidang akademik, namun juga non-akademik.

    2.      Tantangan pembelajaran PAI  

    Tantangan yang dihadapi dalam Pendidikan Agama, khususnya Pendidikan Agama Islam sebagai sebuah mata pelajaran adalah bagaimana mengimplementasikan pendidikan agama Islam bukan hanya mengajarkan pengetahuan tentang agama akan tetapi bagaimana mengarahkan peserta didik agar memiliki kualitas iman, taqwa dan akhlak mulia. Dengan demikian materi pendidikan agama bukan hanya mengajarkan pengetahuan tentang agama akan tetapi bagaimana membentuk kepribadian siswa agar memiliki keimanan dan ketakwaan yang kuat dan kehidupannya senantiasa dihiasi dengan akhlak yang mulia dimanapun mereka berada, dan dalam posisi apapun mereka bekerja. Maka saat ini yang mendesak adalah bagaimana usaha-usaha yang harus dilakukan oleh para guru Pendidikan Agama Islam untuk mengembangkan metode-metode pembelajaran yang dapat memperluas pemahaman peserta didik mengenai ajaran-ajaran agamanya, mendorong mereka untuk mengamalkannya dan sekaligus dapat membentuk akhlak dan kepribadiannya.

    Tantangan tersebut dapat dikelompokan dalam dua tantangan pokok, yaitu tantangan eksternal (makro) dan tantangan internal (mikro).

    Tantangan eksternal (makro) berupa tantangan yang sifanya luas, yaitu meningkatkan kualitas SDM dalam menghadapi percaturan dunia global dengan segala manfaat, roblem dan tantangan-tantangan yang menyertainya, termasuk kebutuhan life skills. Berupa kecenderungan global yang perlu diantisipasi oleh dunia pendidikan. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi dunia pendidikan khususnya pendidikan islam dalam menjawab berbagai permasalahan yang timbul dengan mengupayakan sedini mungkin bentuk pembelajaran yang dapat meningkatkan life skills dalam mempersiapkan anak yang berkarakter.

          Sedangkan tantangan internal (mikro) berupa tantangan yang sifatnya terbatas, yaitu yang berhubungan dengan pelaksanaan pembelajaran PAI dikelas yang dilakukan guru dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran. Tantangan yang harus dihadapi adalah beberapa problematika, sebagaimana dikemukakan buchori(1992:8), yang menunjukan bahwa praktik pembelajaran PAI selama ini hanya memperhatikan aspek kognitif semata dari pertumbuhan kesadaran nilai-nilai (agama), dan mengabaikan pembinaan aspek efektif, yakni kemauandan tekad untuk mengamalkan Nilai-nilai ajaran agama.ketidak seimbangan itu mengakibatkan terjadi kesenjangan antara pengetahuan dan pengalaman, antara teori dan praktek dalam kehidupan nilai agama atau dalam praktik pendidikan agama berubah menjadi pengajaran agama, sehingga tidak mampu membentuk pribadi-pribadi bermoral, padahal intsari dari pendidikan agama adalah pendidikan moral.

    BAB IIII

    PENUTUP

    A.   SIMPULAN

           Dari segi bahasa pendidikan berasal dari bahasa arab “tarbiyah” dengan kata kerja “rabba”. Kata pengajaran dalam bahasa arabnya adalah “ta’lim” dengan kata kerja “’alama”. Pendidikan dan pengajaran dalam bahasa arabnya “tarbiyah wa ta’lim”. Sedangkan Pendidikan Islam dalam bahasa arabnya adalah “tarbiyah Islamiya

           Tantangan yang dihadapi dalam Pendidikan Agama, khususnya Pendidikan Agama Islam sebagai sebuah mata pelajaran adalah bagaimana mengimplementasikan pendidikan agama Islam bukan hanya mengajarkan pengetahuan tentang agama akan tetapi bagaimana mengarahkan peserta didik agar memiliki kualitas iman, taqwa dan akhlak mulia.

    DAFTAR PUSTAKA

    Azra, Azyumardi,  Pendidikan IslamTradisi dan Modernisasi Menuju Milenium    Baru, Jakarta: Logos, 1999

    Maimun, Agus, dan Agus Zaenul Fitri, Madrasah Unggulan Lembaga Pendidikan
                Alternatif di Era Kompettitf,
     Malang : UIN-MALIKI PRESS, 2010

    Moedjiarto, Sekolah Unggul, Surabaya: Duta Graha Pustaka, 2002

  • Makalah Konsep Manajemen Kebidanan

    Makalah Konsep Manajemen Kebidanan

    Konsep Manajemen Kebidanan

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Bidan sebagai seorang pemberi layanan kesehatan (health provider) harus dapat melaksanakan pelayanan kebidanan dengan melaksanakan manajemen yang baik. Dalam hal ini bidan berperan sebagai seorang manajer, yaitu mengelola atau memanage segala sesuatu tentang kliennya sehingga tercapai tujuan yang di harapkan. Dalam mempelajari manajemen kebidanan di perlukan pemahaman mengenai dasar – dasar manajemen sehingga konsep dasar manajemen merupakan bagian penting sebelum kita mempelajari lebih lanjut tentang manajemen kebidanan.

    Akar atau dasar manajemen kebidanan, adalah ilmu manajemen secara umum. Dengan mempelajari teori manajemen, maka diharapkan bidan dapat menjadi manajer ketika mendapat kedudukan sebagai seorang pimpinan, dan sebaliknya dapat melakukan pekerjaan yang baik pula ketika bawahan dalam suatu system organisasi kebidanan. Demikian pula dalam hal memberikan pelayanan kesehatan pada kliennya, seorang bidan haruslah menjadi manager yang baik dalam rangka pemecahan ,masalah dari klien tersebut. Untuk itu kita perlu mengenal terlebih dahulu pemahaman mengenai ilmu manajemen secara umum, teori – teori manajemen, fungsi – fungsi manajemen, dan bahkan manajemen skill.

    Manajemen kebidanan adalah suatu metode proses berfikir logis sistematis. Oleh karena itu manajemen kebidanan merupakan alur pikir bagi seorang bidan dalam memberikan arah/kerangka dalam menangani kasus yang menjadi tanggung jawabnya.

    Manajemen kebidanan mempunyai peran penting dalam menunjang kerja seorang bidan agar bidan dapat melakukan pelayanan dengan baik kepada kliennya. Oleh karena itu, kami menyusun makalah ini dengan judul “MANAJEMEN KEBIDANAN “ selain sebagai tugas kelompok juga dapat dijadikan  referensi bagi pembaca.

     B. Rumusan Masalah

    1. Bagaimana cara melakukan manajemen kebidanan?
    2. Bagaimana konsep manajemen kebidanan yang berkualitas?

     C. Tujuan

    1. Untuk mengetahui bagaimana cara melakukan manajemen kebidanan
    2. Untuk mengetahui konsep  manajemen kebidanan yang berkualitas

     D. Manfaat

    1. Untuk Depkes

    Dapat dijadikan sebagai acuan dalam mengawasi para bidan Indonesia apakah bidan Indonesia sudah melakukan manajemen kebidanan sesuai dengan standar.

           2.Untuk Institusi

    Dapat dijadikan sebagai acuan dalam memberikan wawasan/pengetahuan kepada mahasiswa, apakah mahasiswa sudah memahami manajemen kebidanan.

           3.Untuk Mahasiswa

    Dapat dijadikan sebagai referensi dalam menggali/mencari informasi untuk memperluas wawasan/pengetahuan tentang manajemen kebidanan.

    Bab II. Pembahasan

     A. Konsep Dasar Manajemen

    Akar atau dasar manajemen kebidanan, adalah ilmu manajemen secara umum. Dengan mempelajari teori manajemen, maka diharapkan bidan dapat menjadi manajer ketika mendapat kedudukan sebagai seorang pimpinan, dan sebaliknya dapat melakukan pekerjaan yang baik pula ketika bawahan dalam suatu system organisasi kebidanan. Demikian pula dalam hal memberikan pelayanan kesehatan pada kliennya, seorang bidan haruslah menjadi manager yang baik dalam rangka pemecahan ,masalah dari klien tersebut. Untuk itu kita perlu mengenal terlebih dahulu pemahaman mengenai ilmu manajemen secara umum, teori – teori manajemen, fungsi – fungsi manajemen, dan bahkan manajemen skill.

    I. Pengertian Manajemen Secara Umum

    Manajemen adalah seni dalam melaksanakan suatu kegiatan melalui orang – orang (Mary Parker Follet)1. Manajemen sering pula diartikan sebagai pengaturan atau pengelolaan sumber daya yang ada sehingga hasilnya maksimal. Itulah sebabnya manajemen juga di terjemahkan sebagai “tata laksana”.

    Manajemen adalah suaytu proses atau karangka kerja yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang – orang kearah tujuan – tujuan organisasional atau maksud – maksud yang nyata (George R. Terry dan Leslie W. Rue)2.

    Menurut grant dan masey3, 1999 yang di kutip oleh nursalam, manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan aktif dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Dimana di dalam manajemen tersebut mencakup kegiatan koordinasi dan superpisi terhadap staf sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi.

    Menurut Rosmery E. Cross (2001)4, “ management is a highly process and manager is some one who gets done trought of others”. Manajemen adalah sebuah proses sangat kompleks dan manajer adalah seorang yang melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan melalui orang lain.

    Manajemen adalah suatu kegiatan, pelaksanaannya adalah “ managing” yaitu pengelolaan, sedangkan pelaksanannya disebut managar atau pengelola. Seorang manager adalah orang yang melaksanaakan fungsii manajemen dan bekerja dengan dan melalui orang lain. Dia bertanggung jawab atas pekerjaannya sendiri dan orang lain, menyeimbangkkan tujuan yang saling bertentangan dan menentukan prioritas, mampu berfikir secara analisis dan konseptual, menjadi penengah, oleh politisi dan diplomat dan mampu mengambil keputusan yang sulit. Inti dari menejemen adalah kepemimpinan. Seorang maneger yang baik adalah memiliki jiwa kepemimpinan. Seorang manager yang baik adalah yang memiliki jiwa kepemimpinan.

    B. Teori-teori manajemen

    a) Teori manajemen ilmiah ( Scientific Management Theory )

    Teori mengatakan bahwa manager pada tingkat bawah sangat penting, karena berhubungan langsung dengan proses produksi, dan menentukan berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai target yang ditentukan (Frederick W. Taylor )5.

    b)Teori administratif ( Administratif Theory)

    Teori ini menganggap yang penting adalah organisasi pada tingkat teratas, karena segala sesuatu dapat berjalan dengan baik jika para manajer dapat manajer dapat menggerakkan organisasi sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen.

    c)Teori motivasional ( motivational Theory )

    Teori ini mengatakan bahwa efektif manajer adalah seseorang yang dapat memotivasi stafnya untuk bekerja lebih baik dengan memperhatikan staf tersebut.

    d) Teori situasional ( Situational Theory )

    Teori ini berdasarkan pada asumsi dasar untuk melakukan motivasi pada seseorang untuk melakukan pekerjaan, yang berhubungan dengan :

    1) Pencapaian tujuan yang diharapkan.

    2) Kepuasan pribadi

    3) Reward

    C. Fungsi-fungsi manajemen

    Menurut Ibnu Syamsi fungsi1 manajemen terdiri dari :

    1. Fungsi perencanaan
    2. Fungsi mengatur pelaksanaan
      1) Pengorganisasian (organizing )
      2) Penyiapan tenaga ( staffing)
      3) Pengarahan (directing)
      4) Pengkordinasian (coordinating)
      5) Permintaan laporan ( reporting )
    3. Fungsi pengendalian (controlling )
    4. Fungsi pengembangan (development )

    Proses manajemen menurut Rosmerry E. Cross 2 adalah  :

    1. Forecasting, Planning, and Development (ramalan, perencanaan, dan pengembangan )
    2. Managing Human Resourch (Manajemen Sumber Daya Manusia )
    3. Policy Making ( Penetapan Kebijaksanaa)
    4. Organizing ( Pengorganisasian )
    5. Communicating (komunikasi )
    6. Motivating ( Motivasi )
    7. Coordinating (Koordinasi )
    8. Controlling ( pengendalian )
    9. Information Handling ( Pengaturan Informasi )
    10. Problem Solving and decision making ( pemecahan masalah dan pengambilan keputusan )

    Manajemen adalah suatu bentuk kerja. Manajer dalam pekerjaannya harus melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu yang dinamakan fungsi-fungsi manajemen, yaitu sebagai berikut :

    1. Planning ( Perencanaan )
      Yaitu menentukan tujuan-tujuan yang hendak dicapai selama suatu masa yang akan dating dan apa yang harus diperbuat agar dapat mencapai tujuan-tujuan itu.
    2. Organizing
      Yaitu mengelompokkan dan menentukan berbagai kegiatan penting dan memberikan kekuasaan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan itu.
    3. Staffing
      Yaitu menentukan keperluan-keperluan sumber daya manusia, pengarahan, penyaringan, latihan pengembangan tenaga kerja.
    4. Controlling (pengawasan )
      Yaitu mengukur pelaksanaan dengan tujuan-tujuan, menentukan sebab-sebab penyimpangan dan mengambil tindakan korektif yang diperlukan.

    Secara umum unsur-unsur dari manajemen yaitu :

    1. Manusia, yaitu tenaga kerja (manusia)
    2. Money, yaitu uang yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
    3. Methods, yaitu cara-cara yang digunakan dalam pencapaian tujuan.
    4. Material, yaitu bahan-bahan yang digunakan untuk mancapai tujuan.
    5. Machines, yaitu peralatan yang diperlukan untul mancapai tujuan.
    6. Market, yaitu pasar untuk menjual output dan jasa-jasa yang dihasilkan.

    D. Manajemen Skill

    Menurut La Monica terdapat 3 kategori yang harus dimiliki oleh sorang manajer yaitu :

    1. Technical skill
      Kemampuan untuk menggunakan penegtahuan, metoda, teknik, untuk melaksanakan tugas-tugas dan pekerjaa, didapatkan melalui pengalaman, pendidikan dan latihan.
    2. Human skill
      Kemampuan untuk bekerja dengan baik bersama staf, yang meliputi pengertian dan motivasi yang diberikan dan dengan melaksanakan kepemimpinan yang efektif.
    3. Conceptual skill
      1. Mempunyai kemampuan untuk mengetahui seluk beluk organisasi
      2. Melaksanakan peran dan tanggungjawab dengan baik
      3. Menggunakan pengetahuan untuk menata organisasi
      4. Melakukan kontak mata dengan staf dan melakukan komunikasi yang efektif.

    B.  MANAJEMEN KEBIDANAN

    Berdasarkan uraian di atas mengenai konsep manajemen secara umum kami akan membahas bagaimana manajemen kebidanan manajemen kebidanan kaitannya dengan peran dan fungsi seorang bidan di dalam prakteknya secara professional, dituntut tanggungjawab manajerial yang bermutu. Untuk itu metode ilmiah akan dapat dilakukan bila telah memahami betul teknik – teknik manajemen yang adekuat. Artinya di dalam prakteknya yang penuh tanggungjawab itu dilakukan menggunakan teori-teori dan prinsip manajemen , yang telah diakui secara nasional maupun internasional. Dengan perkataan lain, bidan praktek telah menggunakan manajemen kebidanan yang adekuat dalam memberikan asuhan kebidanan pada kliennya.

    1.  Pengertian Manajemen Kebidanan

    Manajemen kebidanan adalah suatu metode proses berfikir logis sistematis dalam member asuhan kebidanan, agar menguntungkan kedua belah pihak baik klien maupun pemberi asuhan. Oleh karena itu, manajemen kebidanan merupakan alur fikir bagi seorang bidan dalam memberikan arah/kerangka dalam menangani kasus yang menjadi tanggung jawabnya.

    Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan-temuan, keterampilan suatu keputusan yang berfokus pada klien.

    Pengertian manajemen kebidanan menurut beberapa sumber :

    1. Menurut buku 50 tahun IBI, 2007 1
      Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis mulai dari pengkajian, analisis data, diagnosis kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
    2. Menurut Depkes RI, 2005 2
      Manajemen kebidanan adalah metode dan pendekatan pemecahan masalah ibu dan anak yang khusus dilakukan oleh bidan dalam memberikan asuhan kebidanan kepada individu, keluarga dan masyarakat.
    3. Menurut Helen Varney (1997) 3
      Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keteranpilan dalam rangkaian tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan berfokus pada klien.

    Sesuai dengan perkembangan pelayanan kebidanan, maka bidan diharapkan lebih kritis dalam melaksanakan proses manajemen kebidanan untuk mengambil keputusan. Menurut Helen Varney, ia mengembangkan proses manajemen kebidanan ini dari 5 langkah menjadi 7 langkah yaitu mulai dari pengumpulan data sampai dengan evaluasi.

    Bidan mempunyai fungsi yang sangat penting dalam asuhan yang mandiri, kolaborasi, dan melakukan rujukanyang tepat. Oleh karena itu, bidan dituntut untuk mampu mendeteksi dini tanda dan gejala komplikasi kehamilan, memberikan pertolongan kegawatdaruratan kebidanan dan perinatal dan merujuk kasus. Praktek kebidanan telah mengalami perluasan peran dan fungsi dari focus terhadap ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir serta anak balita bergeser kepada upaya mengantisipasi tuntutan kebutuhan masyarakat yang dinamis yaitu menuju kepada pelayanan kesehatan reproduksi sejak konsepsi, persalinan, pelayanan ginekologis, kontrasepsi, asuhan pre dan post menopause, sehingga hal ini merupakan suatu tantangan bagi bidan.

    Asuhan yang diberiakan oleh bidan harus dicatat secara benar, singkat, jelas, logis dan sistematis sesuai dengan metode pendokumentasian. Dokumentasi sangat penting artinya baik bagi pemberi asuhan maupun penerima pelayanan asuhan kebidanan, dan dapat digunakan sebagai data otentik bahwa asuhan telah dilaksanakan.

    Bidan sebagai tenaga kesehatan yang professional memberikan asuhan kepada klien memiliki kewajiban memberikan asuhan untuk menyelamatkan ibu dan anak dari gangguan kesehatan. Asuhan yang dimaksud adalah asuhan kebidanan. Secara definitive, asuhan kebidanan dapat diartikan sebagai bantuan yang diberikan oleh bidan kepada individu ibu atau anak. Asuhan kebidanan merupakan bagian dari pelayanan kesehatan yang diarahkan untuk mewujudakan kesehatan kelaurga dalam rangka tercapainya keluarga kecil bahagia sejahtera.

    Untuk melaksanakan asuhan tersebut digunakan metode dan pendekatan yang disebut manajemen kebidanan. Metode dan pendekatan digunakan untuk mendalami permasalahan yang dialami oleh klien, dan kemudian merumuskan permasalahan tersebut serta akhirnya mengambil langkah pemecahannya. Manajemen kebidanan membantu proses berfikir bidan dalam melaksanakan asuhan dan pelayanan kebidanan.

    Dalam melaksanakan tugasnya pada pelayanan kebidanan, seorang bidan melakukan pendekatan dengan metode pemecahan masalah yang dikenal dengan manajemen kebidanan.

    Manajemen kebidanan untuk mengaplikasikan pendekatan itu, adalah :

    1. Identifikasi dan analisis masalah yang mencakup pengumpulan data subjektif dan objektif dan analisis dari data yang dikumpul/dicatat.
    2. Perumusan (diagnosis) masalah utama, masalah yang mungkin akan timbul (potensial) serta penentuan perlunya konsultasi, kolaborasi, dan rujuakan.
    3. Penyusunan rencana tindakan berdasarkan hasil perumusan.
    4. Pelaksanaan tindakan kebidanan sesuai dengan kewenangannya.
    5. Evaluasi hasil tindakan. Hasil evaluasi ini digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan tindakan kebidanan yang telah dilakukan dan sebagai bahan tindak lanjut.

    Semua tahapan dari manajemen kebidanan ini didokumentasi sebagai bahan tanggung jawab dan tanggung gugat dan juga untuk keperluan lain seperti referensi serta penelitian.

    2. Prinsip Managemen Kebidanan

    Proses manajemen kebidanan sebenarnya sudah dilakukan sejak orang mulai menolong kelahiran bayi. Pada zaman dahulu kala perempuan-perempuan yang sudah berpengalaman melahirkan dipercaya untuk memberikan pelayanan kepada ibu-ibu hamil dan melahirkan. Mereka diharapkan mampu memberikan pertolongan kepada ibuyang hamil dan melahirkan. Tentu pertolongan yang diberikan pada masa tersebut hanya berdasarkan pengalaman mereka sendiri, namun walau tanpa referensi mereka mampu juga memberikan pelayanan untuk menyelamatkan ibu dan bayi.

    Pada era millennium yang terus menghadapkan kita pada situasi yang mangandalkan ilmu pengetahuan membuat kita, bidan maupun penerima jasa pelayanan bidan semakin kritis terhadap mutu pelayanan kebidanan. Dengan demikian pelayanan yang diberikan sudah selayaknya berdasarkan teori yang dapat dipertanggungjawabkan dan praktik yang dilakukan berdasarkan Evidence Based Medicine ( Bukti Ilmiah yang Rasional ).

    Varney (1997) menjelaskan bahwa prinsip manajemen adalah pemecahan masalah. Dalam text book masalah kebidanan yang ditulisnya pada tahun 1981 proses manajemen kebidanan diselesaikan melalui 5 langkah.

    Setelah menggunakannya, Varney (1997) melihat ada beberapa hal yang penting disempurnakan. Misalnya seorang bidan dalam manajemen yang dilakukannya perlu lebih kritis untuk mengantisipasi masalah atau diaognosa potensial. Dengan kemampuan yang lebih dalam melakukan analisa kebidanan akan menemukan diagnose atau masalah potensial ini. Kadangkala bidan juga harus segera bertindak untuk menyelesaikan maslah tertentu dan mungkin juga harus melakukan kolaborasi, konsultasi bahkan mungkinjuga harus merujuk kliennya. Varney kemudian menyempurnakan proses manajemen kebidanan menjadi 7 langkah. Ia menambahkan langkah ke III agar bidan lebih kritikal mengantisipasi masalah yang kemungkinan dapat terjadi pada kliennya.

    Varney juga menambahkan langkah ke IV di mana bidang diharapkan dapat menggunakan kemanpuannya untuk melakukan deteksi dini dalam proses majemen sehingga bila klien membutuhkan tindakan segera atau kolaborasi,konsultasi bahkan dirujuk segera dapat dilaksanakan.Proses manajemen kebidanan ini diyulis oleh Varney berdasarkan proses manajemen kebidanan yang American College of Midwife pada dasar  pemikiran yang sama dengan proses manajemen menurut Varney.

    Prinsip proses manajemen kebidanan menurut Varney

    Proses manajemen kebidanan sesuai dengan standar yang dikeluarkan oleh American College Nurse

    Midwife (ACNM) terdiri dari :

    1. Secara sistematis mengumpulkan data dan memperbaharui data yang lengkap dan relevan dengan melakukan pengajian yang komprehensif terhadap kesehatan setiap klien,termasuk mengupulkan riwayat kesehatan dan pemeriksa fisik.
    2. Mengidentifikasi masalah dan membuat diagnosa berdasarkan interprestasi data dasar.
    3. Mengindentifikasi kebutuhan terhadap asuhan kesehatan dalam menyelesaikan masalah dan merumuskan tujuan asuhan kesehatan bersama klen.
    4. Memberi informasi dan support sehingga klien dapat membuat keputusan dan bertanggungjawab terhadap kesehatannya.
    5. Membuat rencana asuhan yang komprehensif bersama klien.
    6. Secara pribadi bertanggungjawab terthadap implementasi rencana individual.
    7. Melakukan konsultasi,perencanaan dan melaksanakan manajemen dengan berkolaborasi dan merujuk klien untuk mendapatkan asuhan selanjutnya.
    8. Merencanakan manajemen   terhadap komplikasi tertentu,dalam situasi darurat dan bila ada penyimpangan dari keadaan normal.
    9. Melakukan evaluasi bersama klien terhadap pencapaian asuhan kesehatan dan merevisi rencana asuhan sesuai dengan kebutuhan.

    3.      Sasaran Managemen Kebidanan

    Manajemen kebidanan tidak hanya diimplementasikan pada asuhan kebidanan pada individu akan tetapi dapat juga diterapkan di dalam pelaksanaan pelayaanan kebidanan yang ditujukan kepada keluarga dan masyarakat.manajemen kebidanan  mendorong para bidan menggunakan cara yang teratur dan rasional sehingga mempermudah pelaksanaan yang tepat dalam mencagahkan masalah klien dan kemudian akhirnya tujuan mewujudkan kondisi ibu dan anak yang sehat dapat  tercapai.

    Seperti  yang telah dikemukakan di atas bahwa permasalahan kesehatan ibu dan anak yang ditangani oleh  bidan mutlak menggunakan metode dan pendekatan manajemen kebidanan. Sesuai dengan lingkup dan tanggungjawab bidang maka sasaran manajemen kebidanan ditunjukan kepada baik individu ibu dan anak, keluarga maupun kelompok masyarakat.

    Individu sebagai sasaran didalam asuhan kebidanan disebut klien.yang dimaksud klien di sini ialah setiap individu yang dilayani oleh bidan baik itu sehat maupun sakit.klien yang sakit disebut pasien.upaya menyehatkan dan meningkatkan status kesehatan keluarga akan lebih efektip bila dlakukan melalui ibu baik didalam keluarga maupun didalam kelompok masyarakat.didalam pelaksanaan manajemen kebidanan,bidan memandang keluarga dan kelompok masyarakat sebagai kumpulan individi-individuyang berada di dalam suatu ikatan sosial dimana ibu memegang peran sentral.

    Manajemen kebidanan dapat digunakan oleh bidan di dalam setiap melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan,pencegahan penyakit,penyembuhan,pemulihan kesehatan ibu dan anak dalam lingkup dan tanggungjawab.

    4.      Proses Managemen Kebidanan

    Proses manajemen kebidanan dalam bentuk kegiatan praktek kebidanan dilakukan melalui suatu proses yang disebut langkah-langkah atau proses manajemen kebidanan.

    Langkah-langkah manajemen kebidanan tersebut adalah :

    1. Identifikasi dan analisis masalahProses manajemen kebidanan dimulai dengan langkah pertama identifikasi dan analisis masalah. Di dalam langkah pertama ini bidan sebagai tenaga professional tidak dibenarkan untuk menduga-duga masalah yang terdapat pada kliennya. Bidan harus mencari dan menggali data atau fakta baik dari klien, keluarga maupun anggota tim kesehatan lainnya dan juga dari hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh bidan sendiri.Langkah pertama ini mencakup kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis data atau fakta untuk perumusan masalah. Langkah ini merupakan proses berfikir yang  ditampilkan oleh bidan dalam tindakan yang akan menghasilkan rumusan masalah yang dialami/ diderita pasien atau klien.
    2. Diagnosis kebidanan
      Setelah ditentukan masalah dan masalah utamanya maka bidan merumuskannya dalam suatu pernyataan yang mencakup kondisi, masalah, penyebab dan prediksi terhadap kondisi tersebut. Prediksi yang dimaksud mencakup masalah potensial dan prognosis. Hasil dari perumusan masalah merupakan keputusan yang ditegakkan oleh bidan yang disebut diagnosis kebidanan. Dalam menentukan diagnosis kebidanan diperlukan pengetahuan keprofesionalan bidan.Penegakan diagnosis kebidanan dijadikan dasar tindakan dalam upaya menanggulangi ancaman keselamatan hidup pasien atau klien. Masalah potensial dalam kaitannya dengan diagnosis kebidanan adalah masalah yang mungkin timbul dan bila tidak segera diatasi akan mengganggu keselamatan hidup klien atau diantisipasi, dicegah dan diawasi serta segera dipersiapkan tindakan untuk mengatasinya.
    3. Perencanaan
      Berdasarkan diagnosis yang ditegakkan, bidan menyusun rencana kegiatannya. Rencana kegiatan mencakup tujuan dan langkah-langkah yang akan dilakukan oleh bidan dalam melakukan intervensi untuk memecahkan masalah pasien atau klien serta rencana evaluasi.Berdasarkan hal tersebut di atas, maka langkah penyusunan rencana kegiatan adalah sebagai berikut :
      1)  Menentukan tujuan yang akan dilakukan termasuk sasaran dan hasil yang akan dicapai.
      2)  Menentukan tindakan sesuai dengan masalah dan tujuan yang akan dicapai. Langkah-langkah tindakan mencakup kegiatan yang dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau rujukan.
      3)  Menentukan kriteria evaluasi dan keberhasilan.
    4. Pelaksanaan
      Langkah pelaksanaan dilakukan oleh bidan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Pada langkah ini bidan melakukan secara mandiri, pada penanganan kasus yang di dalamnya memerlukan tindakan di luar kewengangan bidan, perlu dilakukan kegiatan kolaborasi atau rujukan. Pelaksanaan tindakan selalu diupayakan dalam waktu yang singkat, efektif, hemat dan berkualitas. Selama pelaksanaan, bidan mengawasi dan memonitor kemajuan pasien atau klien.
    5. Evaluasi
      Langkah akhir dari proses manajemen kebidanan adalah evaluasi. Evaluasi adalah tindakan pengukuran antara keberhasilan dan rencana. Jadi tujuan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan tindakan kebidanan yang dilakukan.
      Pada tahun 1997, Helen Varney menyempurnakan proses 5 langkah tersebut memnjadi 7 langkah. Langkah-langkah tersebut membentuk kerangka yang lengkap yang bias diaplikasikan dalam semua situasi. Akan tetapi, setiap langkah tersebut bias dipecah-pecah ke dalam tugas-tugas tertentu dan semuanya bervariasi sesuai dengan kondisi klien.Langkah – langkah :
      1) Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk menilai keadaan klien secara keseluruhan.
      2)  Menginterpretasikan data untuk mengidentifikasi diagnosis atau masalah.
      3) Mengindentifikasi diagnosis atau masalah potensial dan mengantisipasi penanganannya.
      4) Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain serta rujukan berdasarkan kondisi klien.
      5) Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan rasional berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkah-langkah sebelumnya.
      6)  Pelaksanaan langsung asuhan secara efisien dan aman.
      7) Mengevaluasi keefektifan asuhan yang diberikan dengan mengulang kembali manajemen proses untuk aspek-aspek asuhan yang tidak efektif.

    Melihat kembali penjelasan di atas maka proses manajemen kebidanan merupakan langkah sistematis yang merupakan pola piker. Bidan dalam melaksanakan asuhan kepada klien diharapkan dengan pendekatan pemecahan masalah yang sistematis dan rasional, maka seluruh aktivitas atau tindakan yang bersifat coba-coba yang akan berdampak kurang baik untuk klien.

    Langkah-langkah di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :

    Langkah 1 : Tahap Pengumpulah Data Dasar

    Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari  semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara :

    1. Anamnesis. Dilakukan untuk mendapatkan biodata, riwayat menstruasi, riwayat kesehatan, riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas, bio-psiko-sosial-spiritual, serta pengetahuan klien.
    2. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital, meliputi :
      1. Pemeriksaan khusus (inspeksi, palpasi, auscultasi, dan perkusi )
      2. Pemeriksaan penunjang ( laboratorium, radiologi/USG, dan cacatan terbaru serta catatan sebelumnya ).

    Tahap ini  merupakan langkah awal yang akan menentukan langkah berikutnya, sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus yang dihadapi yang akan menentukan proses interpretasi yang benar atau tidak dalam tahap selanjutnya. Sehingga dalam pendekatan ini harus komprehensif meliputi data subjektif, objektif dan hasil pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan kondisi pasien yang sebenarnya dan valid.

    Kaji ulang data yang sudah dikumpulkan apakah sudah tepat, lengkap dan akurat.

    Langkah 2 : Interpretasi Data Dasar

    Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah berdasarkan interpretasi atas data-data yang telah dikumpulkan.

    Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik. Rumusan diagnosis dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan seperti diagnosis tetapi tetap membutuhkan penanganan. Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian. Masalah juga sering menyertai diagnosis.

    Diagnosis kebidanan adalah diagnose yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnose kebidanan.

    Standar nomenklatur diagnosis kebidanan :

    1) Diakui dan telah disahkan oleh profesi.

    2) Berhubungan langsung dengan praktek kebidanan.

    3) Memiliki cirri khas kebidanan.

    4) Didukung oleh clinical judgement dalam praktek kebidanan.

    5) Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan.

    Langkah 3 : Mengidentifikasi Diagnosis atau Masalah Potensial dan Mengantisipasi Penanganannya.

    Pada langkah ini bidan mengidantifikasi masalah potensial atau diagnosis potensial berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap mencegah diagnosis atau masalah potensial ini menjadi benar-benar terjadi. Langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan yang aman.

    Pada langkah ketiga ini bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah potensial, tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan terjadi tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau diagnosis potensial tidak terjadi. Sehingga langkah ini benar merupakan langkah yang bersifat antisipasi yang rasional atau logis.

    Kaji ulang apakah diagnosis atau masalah potensial yang diidentifikasi sudah tepat.

    Langkah 4 : Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera untuk Melakukan Konsultasi, Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain Berdasarkan Kondisi Klien.

    Mengindentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau tenaga konsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.

    Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan terus menerus, misalnya pada waktu wanita tersebut dalam persalinan.

    Data baru mungkin saja dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data mungkin mengidentifikasi situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu atau anak.

    Data baru mungkin saja dikumpilkan dapat menunjukkan satu situasi yang memerlukan tindakan segera sementara yang lain harus menunggu intervensi dari seorang dokter. Situasi lainnya tidak merupakan kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.

    Demikian juga bila ditemukan tanda-tanda awal dari preeclampsia, kelainan panggul, adanya penyakit jantung, diabetes, atau masalah medic yang serius, bidan memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.

    Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin juga akan memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain seperti pekerja sosial, ahli gizi atau seorang ahli perawatan klinis bayi  baru lahir. Dalam hal ini bidan harus mampu mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan kepada siapa konsultasi dan kolaborasi yang paling tepat dalam manajemen asuhan kebidanan.

    Kaji ulang apakah tindakan segera ini benar-benar dibutuhkan.

    Langkah 5 : Menyusun Rencana Asuhan yang Menyeluruh.

    Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah atau diagnose yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi.

    Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah terindentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling dan apakah perlu merujuk klien bila ada  masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi-kultural atau masalah psikologis. Dengan kata lain, asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan setiap aspek asuhan kesehatan. Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua pihak, yaitu oleh bidan dank lien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien juga akan melaksanakan rencana asuhan bersama klien kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya.

    Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to dateserta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan dilakukan klien.

    Langkah 6 : Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan Aman.

    Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bias dilakukan seluruh oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Walau bidan tidak melakukannya sendiri, ia tetap memikul tanggungjawab untuk mengarahkan pelaksanaannya, misalnya memastikan langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana.

    Dalam situasi di mana bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien adalah tetap bertanggungjawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut. Manajemen yang efisien akan menyangkut waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dan asuhan klien.

    Kaji ulang apakah semua rencana asuha telah dilaksanakan.

    Langkah 7 : Mengevaluasi

    Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi kefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi dalam diagnose dan masalah. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya.

    Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut efektif sedangkan sebagian belum efektif. Mengingat bahwa proses manajemen asuhan ini merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan maka perlu mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui manajemen tidak efektif serta melakukan penyusaian terhadap rencana asuhan tersebut.

    Langkah-langkah proses manajemen umumnya merupakan pengkajian yang memperjelas proses pemikiran yang mempengaruhi tindakan serta berorientasi pada proses klinis, karena proses manajemen tersebut berlangsung di dalam situasi klinik dan dua langkah terakhir tergantung pada klien dan situasi klinik, maka tidak mungkin proses manajemen ini dievaluasi dalam tulisan saja.

    5.Implementasi manajemen kebidanan

    Identifikasi dan analisis masalah

    Bila seorang pasien/klien datang meminta bantuan pada bidan, maka langkah awal dari kegiatan yang dilakukan adalah mengidentifikasi masalah kemudian menganalisis masalah tersebut. Bidan mulai mewawancarai klien untuk menggali data subjektif.

    Data subjektif

    1)Biodata mencakup identitas klien :

    a)Nama yang jelas dan lengkap. Bila perlu ditanyakan nama penggilan sehari-hari. Bagi pasien anak, ditanyakan nama orant tua atau wali.

    b)Umur dicatat dalam hitungan tahun. Untuk balita ditanyakan umur dalam hitungan tahun dan bulan.

    c)Alamat ditanyakan untuk maksud mempermudah hubungan bila diperlukan keadaan mendesak. Dengan mengetahui alamat, bidan juga dapat mengetahui tempat tinggal dan lingkungannya.

    d)Pekerjaan klien ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruh pekerjaan terhadap permasalaha kesehatan pasien. Pekerjaan orang tua bila pasien anak balita.

    e)Agama ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap kebiasaan kesehatan klien. Dengan diketahui agama klien akan memudahkan bidan melakukan pendekatan di dalam melaksanakan asuhan kebidanan.

    f) Pendidikan klien ditanyakan untuk mengetahui tingkat intelektualnya. Tingkat pendidikan mempengaruhi sikap perilaku kesehatan seseorang. Untuk anak balita perlu ditanyakan pendidikan orang tua atau walinya.

     2) Riwayat menstruasi

    Hal yang perlu ditanyakan : menarche, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya darah yang keluar, aliran darah yang keluar, mentruasi terakhir, adakah dismenorhe, gangguan sewaktu menstruasi (metrorhagi, menoraghi), gejala premenstrual.  

    3) Riwayat perkawinan

    Kawin                                                 : ……………. Kali

    Usia kawin pertama                : ……………. Kali

    4) Riwayat kehamilan dan persalinan

    a)Jumlah kehamilan dan kelahiran : G (gravid), P (para), A (abortus), H (hidup).

    b)Riwayat persalinan yaitu jarak antara dua kelahiran, tempat melahirkan, lamanya melahirkan, cara melahirkan.

    c) Masalah/gangguan kesehatan yang timbul sewaktu hamil dan melahirkan, missal : preeklampsi, infeksi, dll.

    5) Riwayat ginekologi

    Pengalaman yang berkaitan dengan penyakit kandungan mencakup : infertilitas, penyakit kelamin, tumor atau kanker, system reproduksi, operasi ginekologis.

    6) Riwayat keluarga berencana

    Bila ibu pernah mengikuti KB perlu ditanyakan : jenis kontrasepsi, efek samping, alas an berhenti (bila tidak memakai lagi), lamanya menggunakan alat kontrasepsi.

    7) Riwayat kehamilan sekarang

    Waktu mandapat haid terakhir, keluhan berkaitan dengan kehamilan.

    8) Gambaran penyakit yang lalu.

    Ditanyakan untuk mengetahui apakh ada hubungannya dengan masalah yang dihadapi oleh klien. Misalnya penyakit campak atau cacar air sewaktu kecil, penyakit jantung, hipertensi, dll. Apakah pernah diirawat di RS ? kapan ? berapa lama ? penyakit apa ? dan lain sebagainya.

    9)      Riwayat penyakit keluarga

    Untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit terhadap gangguan kesehatan pasien. Riwayat keluarga yang perlu ditanyakan misalnya jantung, diabetes, ginjal, kelainan bawaan, kehamilan kembar.

    10)  Keadaan sosial budaya

    Untuk mengetahui keadaan psikososial perlu ditanyakan antara lain :  jumlah anggota keluarga, dukungan moral dan material dari keluarga, pandangan, dan penerimaan keluarga terhadap kehamilan, kebiasaan-kebiasaan yang menguntungkan dan merugikan, pandangan terhadap kehamilan, persalinan dan anak baru lahir.

    Data objektif

    Data objektif dikumpulkan  melalui :

    1) Pemeriksaan fisik

    2)  Pemeriksaan khusus.

    3) Pemeriksaan penunjang.

    a) Diagnosis

    Di dalam diagnosis unsur-unsur berikut perlu dicantumkan yaitu :

    (1)Keadaan pasien / klien (khusus bagi ibu hamil dan melahirkan termasuk keadaan bayinya).

    (2)Masalah utama dan penyebabnya.

    (3) Masalah potensial.

    (4)Prognosis.

    b) Rencana tindakan

    Berdasarkan diagnosis yang telah ditegakkan, bidan menyusun rencana tindakan yang harus dilakukan kepada kliennya. Rencana tindakan tersebut berisikan tujuan dan hasil yang akan dicapai dan langkah-langkah kegiatan termasuk rencana evaluasi.

    Tujuan di dalam rencana kegiatan menunjukkan perbaikan-perbaikan yang diharapkan. Misalnya, tujuan asuhan pada ibu dalam keadaan inpartu adalah menyelesaikan persalinan dengan baik. Hasil dari tindakan adalah ibu yang melahirkan dan anak yang dilahirkan dalam keadaan sehat dan selamat.

    Langkah-langkah tindakan dilakukan berdasarkan masalah yang dihadapi oleh pasien / klien. Langkah-langkah tindakan merupakan upaya intervensi untuk mengatasi masalah. Misalnya, ibu yang dalam keadaan inpartu, dan kurang siap untuk melahirkan secara fisiologis, maka di dalam langkah-langkah tindakan yang dilakukan oleh bidan ialah member dorongan agar ibu memiliki kemampuan kuat untuk melahirkan dan kemudian memberikan bimbingan dalam menyelesaikan persalinan.

    Rencana evaluasi dibuat untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan tindakan dilakukan.

    Di dalam rencana evaluasi ditentukan sasaran yang akan dicapai. Misalnya, dalam evaluasi ibu di masa persalinan, maka criteria evaluasi antara lain :

    (1)Tekanan darah, denyut nadi dalam batas normal.

    (2)Keadaan his : kekuatan, frekuensi, dan lamanya semakin bertambah sewaktu mendekati kala II.

    (3) DJJ harus selalu positif.

    (4) Turunnya kepala bayi semakin maju melalui saluran persalinan.

    (5)Pembukaan serviks semakin melebar (lengkap dengan garis menengah sekitar 10 cm )

    c) Tindakan pelaksanaan

    Tindakan yang dilakukan oelh bidan sesuai dengan rencana yang telah disusun. Tindakan yang dilakukan berdasarkan prosedur yang telah lazim diikuti atau dilakukan. Misalnya, di dalam melakukan tindakan pada kasus partus kala II, bidan melakukan prosedur :

    (1) Ibu mengedan sewaktu his menguat

    (2)Menekan dinding perineum agar tidak robek

    (3)Mempermudah gerak rotasi kepala bayi

    (4)Mengeluarkan bahu dan seterusnya sampai bayi lahir dengan sempurna.

    Di dalam tahap ini, bidan melakukan observasi sesuai dengan criteria evaluasi yang telah direncanakan. Bila bidan perlu memberikan infus atau pemberian obat, maka tindajan tersebut dilakukan sesuai dengan prosedur tetap yang berlaku.

    Berbagai hal yang perlu mendapat perhatian di dalam tahap pelaksanaan ini ialah :

    (1) Intervensi yang dilakukan harus verdasarkan prosedur tetap yang lazim dilakukan.

    (2)Pengamantan dilakukan secara cermat dan tepat sesuai dengan criteria evaluasi yang ditetapkan.

    (3) Pengendalian keadaan pasien/klien sehingga secara berangsur-angsur menuju kondisi kesehatan yang diharapakn.

    Di dalam melaksanakan tindakan, bidan dapat melakukan asuhan secara mandiri untuk kasus-kasus yang di dalam batas kewenangannya. Bila bidan menemukan kasus di luar batas kewenangannya di dalam melakukan tindakan, maka pasien/klien tersebut dirujuk ke rumah sakit (dengan dokter atau tenaga kesehatan lainnya pada kasus-kasus tertentu.

    d) Evaluasi

    Bidan melakukan evaluasi sesuai dengan criteria yang telah ditetapkan di dalam rencana kegiatan. Tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui kemajuan hasil dari tindakan yang dilakukan. Semakin dekat hasil tindakan yang dilakukan dengan sasaran yang ditetapkan didalam criteria evaluasi, tindakan akan mendekati keberhasilan yang diharapakan.

    Misalnya, ibu telah menyelesaikan persalinan. Di dalam evaluasi menunjukkan tekanan darah dan denyut nadi normal, bayi lahir dengan selamat dan tidak ada kelainan, serta plasenta keluar denganspontan, dan tidak terjadi pendarahan setelah partus.

    Maka hasil evaluasi menunjukkan bahwa tujuan pertolongan persalinan tercapai, dan hasilnya ibu dapat menyelesaikan persalinan dengan selamat dalam keadaan sehat, disertai bayi yang dilahirkan juga dalam keadaan sehat.

    Hasil evaluasi dapat digunakan untuk kegiatan asuhan lebih lanjut bila diperlukan, atau sebagai bahan peninjauan terhadap langkah-langkah di dalam proses manajemen sebelumnya oleh karena tindakan yang dilakukan kurang berhasil.

    BAB III
    PENUTUP

    A.    Kesimpulan

    Pada dasarnya untuk melakukan manajemen kebidanan memang harus melewati beberapa tahap. Seperti dikemukakan Hellen Varney ada 7 langkah sedangkan dari depkes menyatakan 5 langkah. Pada prinsipnya masing-masing pendapat sama, hanya berbeda dalam cara pendokumentasiannya. Namun dalam penerapannya nanti tidaklah harus kaku menggunakan 5 langkah atau 7 langkah yang perlu diingat bahwa dalam manajemen kebidanan tersebut dilakukan secara sistematis dengan metode pendekatan tertentu dalam membantu pemecahan masalah kesehatan ibu dan anak.

    Secara umum konsep manajemen kebidanan berkualitas meliputi :

    1. Manajemen dilakukan melalui pendekatan dengan mengidentifikasi kebutuhan konsumen.
    2. Meliputi seluruh kegiatan.
    3. Meliputi seluruh aspek pelayanan dan dedikasi aktif seluruh staf untuk mengidentifikasi seluruh konsumen.
    4. Memberikan pelayanan secara berkesinambungan.
    5. Memonitor kepuasan konsumen.
    6. Memahami kebutuhan dan memantau perubahan yang terjadi melalui pemantauan ulang.
    7. Meningkatkan sumber daya untuk mengembangkan kualitas tindakan dab pelayanan khusus secara tetap melalui prosedur dan system informasi yang fleksibel.

    B. Saran

    Dalam penyusunan makalah ini, masih terdapat banyak kesalahan-kesalahan. Oleh karena itu, kami senantiasa menerima saran dan kritik yang sifatnya membangun.

     DAFTAR PUSTAKA

    Asrinah,dkk. 2010. Konsep kebidanan. Graha Ilmu : Yogyakarta. Hal. 109

    Estiwidani, dkk. 2009. Konsep Kebidanan. Fitramaya : Yogyakarta. Hal. 117

    Tadjuddin norma. Konsep Kebidanan. Poltekkes Kemenkes Makassar : Makassar. Hal 70

  • Makalah Tumbuh Kembang Balita

    Tumbuh Kembang Balita

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Manusia hidup tidaklah secara permanen, melainkan terus berubah-ubah. Mulai dari pembuahan, menjadi janin, bayi, lahir, dewasa, dan akhirnya mati. Saat bayi lahir, belum memiliki kemampuan apapun kecuali menangis. Dengan cara berinteraksi secara terus-menerus dengan lingkungan sekitar, bayi akan lebih menyempurnakan diri, hingga bayi tersebut mengalami perubahan fisik sampai menjadi lebih seimbang. Seiring berjalannya waktu, bayi tersebut terus mengalami perubahan. Perilaku dan keterampilannya juga semakin berkembang.

    Perkembangan merupakan proses perubahan secara progress baik secara fisik maupun non fisik menuju kesempurnaan. Perkembangan secara fisik merupakan perkembangan yang terjadi pada aspek-aspek biologis seorang individu. Sedangkan perkembangan non fisik didalamnya terdapat perkembangan emosi, perkembangan kognitif, dan perkembangan pada aspek sosial peserta didik. Peserta didik sebagai makhluk sosial membutuhkan peran lingkungannya atau bantuan dari orang lain untuk dapat tumbuh kembang menjadi manusia yang utuh. Dalam perkembangannya, pendapat dan sikap peserta didik dapat berubah karena interaksi dan saling berpengaruh antar sesama peserta didik maupun dengan proses sosialisasi dan menambah pengetahuan pada balita.

    Perkembangan dan pertumbuhan merupakan hal yang penting untuk kita pelajari dan kita pahami. Banyak para pendidik dan orang tua yang belum memahami perkembangan-perkembangan anak. Sehingga masih ada pendidik dan orang tua yang menerapkan sistem pembelajaran tanpa melihat perkembangan anak. Hal ini akan berakibat adanya ketidak seimbangan antara system pembelajaran dengan perkembangan anak yang akan menyulitkannya untuk mengikuti system pembelajaran yang ada. Dengan mengetahui faktor-faktor perkembangan dan pertumbuhan anak diharapkan kita akan mudah mengetahui system pembelajaran yang efektif, efisien, terarah dan sesuai dengan perkembangan anak.

    Untuk mengembangkan potensi anak didik dan menciptakan generasi-generasi masa depan yang berkualitas, maka diperlukan adanya pemahaman tentang perkembangan dan pertumbuhan anak. Dengan demikian, sebagai pendidik kita diharuskan mengetahui dan memahami perkembangan dan pertumbuhan peserta.

    Dalam psikologi perkembangan, banyak dibahas mengenai bagaimana tahap perkembangan sosial anak, diantara tokoh yang memberi kontribusi dalam hal ini adalah teori perkembangan psikososial Erik H. Erikson. Erikson mengatakan bahwa istilah “psikososial” dalam kaitannya dengan perkembangan manusia berarti bahwa tahap-tahap kehidupan seseorang dari lahir sampai mati dibentuk oleh pengaruh-pengaruh sosial yang berinteraksi dengan suatu organisme yang menjadi matang secara fisik dan psikologis.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah pada makalah ini antara lain:

    1. Apakah yang dimaksud dengan balita?
    2. Bagaimana perkembangan fisik pada balita?
    3. Bagaimana perkembangan motorik dan kognitif balita?
    4. Bagaimana perkembangan Bahasa balita?
    5. Bagaimana perkembangan psikososial pada balita?

    C. Tujuan Makalah

    1. Untuk mengetahui pengertian balita dari
    2. Untuk mengetahui perkembangan fisik pada balita
    3. Untuk mengetahui perkembangan motorik dan kognitif balita
    4. Untuk mengetahui perkembangan bahasa balita
    5. Untuk mengetahui perkembangan psikososial pada balita

    Bab II. Pembahasan

    A.      Pengertian Balita

    Balita adalah bayi yang berada pada rentang usia 0-5 tahun. Pada usia ini otak anak mengalami pertumbuhan yang sangat pesat yang dikenal dengan istilah masa keemasan (the golden ege), dan pada masa ini harus mendapatkan stimulasi secara menyeluruh baik kesehatan, gizi, pengasuhan dan pendidikan.

    Menurut Soetjiningsih (2001), balita adalah anak dengan usia dibawah 5 tahun dengan karakteristik pertumbuhan yakni pertumbuhan cepat pada usia 0-1 tahun dimana umur 5 bulan BB naik 2x BB lahir dan 3x BB lahir pada umur 1 tahun dan menjadi 4x pada umur 2 tahun. Pertumbuhan mulai lambat pada masa pra sekolah kenaikan BB kurang lebih 2 kg/ tahun, kemudian pertumbuhan konstan mulai berakhir.

    Balita merupakan istilah yang berasal dari kependekan kata bawah lima tahun. Istilah ini cukup populer dalam program kesehatan. Balita merupakan kelompok usia tersendiri yang menjadi sasaran program KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) di lingkup Dinas Kesehatan. Balita merupakan masa pertumbuhan tubuh dan otak yang sangat pesat dalam pencapaian keoptimalan fungsinya. Periode tumbuh kembang anak adalah masa balita, karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan kemampuan berbahasa, kreatifitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya (supartini, 2004)

    Bawah Lima Tahun atau sering disingkat sebagai balita, merupakan salah satu periode usia manusia setelah bayi sebelum anak awal. Rentang usia balita dimulai dari satu sampai dengan lima tahun, atau bisa digunakan perhitungan bulan yaitu usia 12-60 bulan. Pada masa ini semua orang tua menginginkan anaknya tumbuh menjadi anak yang cerdas, tapi sedikit yang memanfaatkan peluang ini, karena mereka merasa pertumbuhan anak adalah proses alami yang akan terjadi dengan sendirinya tanpa dengan interpretesi orang tua atau siapapun.

    B.       Perkembangan Fisik, Motorik, Kognitif, Dan Sosioemosional Pada Balita

    Perttumbuhan dan perkembagan bayi merupakan suatu hal yang penuh teka-teki dan pertanyaan karena bayi terlihat bagae mahlik yag perilaku umumnya tampak tidak terorgaisasi, ia akan menangis ketika merasa tidak nyaman dan tidak aman. Serta hanya terdiam saja ketika sebaliknya. Hal itu membuat orang bertanya-tanya sebenarnya hal apa saja yang bias ia lakukan apakah dengan terdiamnya serta kebiasaanya yang selalu tidur hingga 16-17 jam perhari bayi juga bias melihat, mendengar dan merasakan rangsangan dari sekitarnya.

    Sang ibu biasanya memliki permasalaha komunikasi degan bayinya. Ibu ingin memenuhi kenyamana dan keiginan bayi sepenuhnya namun kadang kita tidak tau apa maksud dari tangisan bayi. Dalam makalah ini akan membahas mengenai bagaemana sebenarya pertumbuhan dan perkembangan bayi tersebut. Sehingga kita dapat memahami bagaemana dunia sang bayi tersebut dimana hal tersebut akan mendorong perkembangan dan pertumbuhan bayi secara optimal.

    a.        Perkembangan Fisik Pada Balita

    Perkembangan fisik merupakan dasar bagi kemajuan perkembangan berikutnya. Dengan meningkatnya pertumbuhan tubuh,baik yang menyangkut ukuran berat dan tinggi maupun kekuatannya, memungkinkan anak untuk dapat lebih mengembangkan keterampilan fisiknya dan mengeksplorasi lingkungannya. Perkembanga fisik anak ditandai dengan berkembangnya keterampilan motorik, baik yang kasar maupun halus.

    Pada fase ini anak berkembang dengan sangat pesat (Choirunisa, 2009 : 10). Pada periode ini, balita memiliki ciri khas perkembangan menurun disebabkan banyaknya energi untuk bergerak.

    Perkembangan fisik pada balita antara lain:

    a.        Urutan Cephalocaudal dan proximodistal

    Urutan Cephalocaudal ialah urutan pertumbuhan,dimana pertumbuhan terbesar selalu dimulai dari atas kepala dilanjutkan dengan pertumbuhan fisikmencakup yang besar,berat serta pertumbuhan organ tubuh lainnya secara berangsur-angsur dari atas kebawah(keleher, bahu batang tubuh tengah dan lain lain).

    Urutan proximodistal ialah pertumbuhan dimulai pada bagian tengah tubuh lalu bergerak dari kaki dan tangan.

    b.        Tinggi dan berat

    Bayi yang baru lahir kehilangan 5-7% berat tubuh meraka, segera setelah bayi menyesuaikan diri dangan mengisap, menelan dan mencerna mereka bertumbuh cepat dan memperoleh berat kira-kira 5-6 ons perminggu selama bulan pertama pada bulan ke empat berat badan mereka naik mencapai hampir tiga kali lipat dari berat mereka ketika hari pertama kelahiiran.

    c.        Keterampilan Motorik kasar dan halus

    Ketrampilan motorik kasar meliputi kegiatanotot-otot besar seperti menggerakan lengan danberjalan.dan ketrampilan motorik halus meliputi gerakan-gerakan menyesuaikan secara lebih halus, separti ketangkasan jari meraih dan menggegan, gerakan pergelangan tangan, perputaran tangan, dan koordinasi jari.

    d.       Otak

    Ketika bayi berjalan, berbicara, berlari, menggoyang-goyagka mainan yang daat berbunyi, tersenyum dan mengerutkan dahi maka perubahan-perubahan dalam otaknya sedang berkembang. Sebenarnya sejak lahirn bayi sudah memiliki semua sel syaraf (neurons) yang akan dimiliki sepanjang hidupnya.tetapi pada saat lahir dan awal khidupannya keterkaitan sel-sel ini masih sangat lemah.

    e.        Kebutuhan gizi dan perilaku makan

    Perbedaan-perbedan yang ada pada setiap bayi dalam cadangan gizi, komposisi tubuh, tingkat pertumbuhan dan pola kegiatan membuat pendefinisian kebutuhan gizi yang sesungguhnya sulit dilakukan. Akan tetapi para pakar gizi menganjurkan bahwa bayi perlu mengkonsumsi 50 kalori per hari untuk setiap pon berat mereka.

    f.         Perkembangan Sensoris dan persepsi

    Semua informasi datag pada bayi melalui indra. Sesasi terjadi ketika sekumpulan informasi menadakan kontak dengan peerima sensor (mata, telinga, lidah, hidung, dan kulit). Persepsiialah interpretasi tentag apa yang diindrakan atau dirasakan.

    g.        Persepsi Visual

    Dunia visual pada bayi yang baru lahir bukanlah kebingungan tetapi bayi yang baru lahir diperkirakan 20/200-20/600 pada bagan snellen yaitu akat untuk menguji mata.ini sekitar 10-30 kali lebih rendah dari penglihatan orang dewasa normal. Tetapi akan meningkat pada usia 6 bulan

    h.        Pendengaran

    Segera setelah kelahiran, bayi dapat mendengar, walaupun ambang pintu sensor orang dewasa (Trehub, dkk, 1991). Oleh karenanya, suatu rangsangan harus lebih nyaring untuk didengar oleh bayi. (Morrongiello, Fenwick, & Chace, 1990). Kenyataan bukan hanya bayi yang baru lahir yang bisa mendengar, bahwa ada kemungkinan janinpun bisa mendengar ketika ia mendekap di dalam kandungan ibunya. Janin dapat mendengar pada beberapa bulan terakhir kehamilan.

    i.          Sentuhan pada Bayi yang Baru Lahir

    Bayi-bayi yang baru lahir ternyata sudah memberi respons terhadap sentuhan. Sentuhan ke pipi ternyata menghasilkan gelengan kepala sedangkan sentuhan ke bibir menghasilkan gerakan mengisap. Sebagai contoh, sunat biasanya dilakukan kepada bayi laki-laki kecil kira-kira hari ketiga setelah kelahiran. Peningkatan tangisan dan ocehan intensif selama prosedur sunat dilakukan, mengindikasikan bayi berusia 3 hari mengalami rasa sakit (Gunnar, Malone, & Fisch, 1987; Porter, & Marshall, 1988)

    Bayi laki-laki yang baru lahir yang menangis intensif selama sunat, menunjukkan bahwa mereka mengalami stres.

    Selama bertahun-tahun, para dokter telah melakukan operasi pada bayi-bayi yang lahir tanpa pembiusan. Praktek kedokteran ini dilakukan karena bahaya pembiusan terhadap bayi dan anggapan bahwa bayi yang baru lahir tidak merasakan sakit. Baru-baru ini, ketika para peneliti yakin bahwa bayi yang baru lahir dapat merasakan sakit, praktek operasi yang telah berlangsung lama pada bayi yang baru lahir tanpa pembiusan semakin banyak diperdebatkan.

    j.          Penciuman (Smell)

    Bayi-bayi yang baru lahir dapat membedakan bau. Hal ini ditunjukkan dari ekspresi wajah mereka. Mereka kelihatannya menyukai bau vanilla dan arbei tetapi tidak suka bau telur dan ikan busuk (Steiner, 1979).

    k.        Kecapan (Taste)

    Ketika mengisap puting yang diolesi dengan suatu larutan yang manis, jumlah isapan bertambah (Lipsitt, dkk, 1976). Dalam penelitian lain, bayi-bayi yang baru lahir memperlihatkan suatu ekspresi senyum setelah diberi larutan manis. Sebaliknya mereka mengerutkan lidah mereka setelah diberi larutan asam (Steiner, 1979).

    l.          Persepsi Menyeluruh

    Percepsi menyeluruh (intermodal perception) ialah kemampuan mengaitkan dan informasi atas dua atau lebih pengalaman sensoris, seperti penglihatan dan pendengaran.

    2.        Perkembangan Kognitif Pada Balita

    Seorang anak melalui serangkaian tahap pemikiran dari masa bayi hingga masa dewasa. Kemampuan bayi dari tahap-tahap tersebut berasal dari tekanan biologis untuk menyesuaikan diri (adapt) dengan lingkungan dan adanya pengorganisasian struktur berpikir.

    Menurut Piaget, perkembangan pemikiran dibagi ke dalam empat tahap yang secara kualitatif sangat berbeda: sensoris-motorik, praoperasional dan operasional konkret, dan operasional formal.

    a.        Tahap Perkembangan Sensoris- Motorik

    Tahap sensoris motorik Piaget berlangsung dari kelahiran hingga kira-kira usia 2 tahun. Selama masa ini perkembangan mental dipengaruhi oleh kemajuan yang besar pada kemampuan bayi untuk mengorganisasikan dan mengkoordinasikan sensasi melalui gerakan-gerakan dan tindakan-tindakan fisik – oleh karena itu, namanya sensorik-motorik (Piaget, 1952)

    Tahapan-tahapan Piaget, perkembangan subtahap sensoris motorik adalah: (1) reflek sederhana, (2) kebiasaan-kebiasaan sederhana dan reaksi sirkuler primer, (3) reaksi sirkuler sekunder, (4) koordinasi reaksi sirkuler; (5) reaksi sirkuler tersier, pencarian dan keingin tahuan; (6) internalisasi skema.Reflek sederhana (simple reflexe) ialah subtahap sensoris motorik pertama Piaget, yang terjadi pada bulan pertama setelah kelahiran. Pada subtahap ini, alat dasar Reaksi sirkuler sekunder (secondary sircular reaction) ialai subtahap sensorik-motorik ketiga Piaget, yang berkembang antara usia 4 dan 8 bulan. Pada subtahap ini, bayi semakin berorientasi atau berfokus pada benda di dunia, yang bergerak dengan keasyikan dengan diri sendiri dalam interaksi sensoris-motorik.

    Koordinasi reaksi sirkuler sekunder (coordination of secondery sirculer reaction) ialah subtahap sensorik-motorik keempat Piaget, yang berkembang antara usia 8 dan 12 bulan. Pada subtahap ini, beberapa perubahan yang signifikan berlangsung yang meliputi koordinasi skema dan kesengajaan.

    Reaksi sirkuler tersier, kesenangan atas suatu yang baru, dan keingintahuan (tertiary circular reaction, novelty and curiosity) ialah subtahap sensoris-motorik kelima Piaget yang berkembang antara usia 12 dan 18 bulan. Pada subtahap ini bayi semakin tergugah minatnya oleh berbagai hal yang ada pada benda-benda itu dan oleh banyak hal yang dapat mereka lakukan pada benda-benda itu.

    Internalisasi skema yaitu (internalization of sehemes) ialah subtahap sensoris-motorik keenam dan terakhir Piaget, yang berkembang antara usia 18 dan 24 bulan. Pada subtahap ini fungsi mental bayi berubah dari suatu taraf sensoris motorik murni menjadi suatu taraf simbolis, dan bayi mulai mengembangkan kemampuan untuk mengembangkan kemampuan untuk menggunakan simbol-simbol primitif.koordinasi sensasi dan aksi ialah melalui perilaku reflektif, seperti mencari dan mengisap, yang dimiliki bayi sejak kelahiran.

    Kebiasaan-kebiasaan pertama dan reaksi sirkuler primer (first habit dan primary circual reaktion) ialah subtahap sensorik-motorik kedua Piaget 1-4 bulan. Pada subtahap ini, pada subtahap ini bayi belajar mengkoordinasikan sensasi tipe skema atau struktur-yaitu, kebiasaan dan reaksi-reaksi sirkuler primer.

    Reaksi sirkuler primer (primary circular reaction) ialah suatu skema yang didasarkan pada usaha bayi untuk memproduksi suatu peristiwa yang menarik atau menyenangkan yang pada mulanya terjadi secara kebetulan.

    b.        Ketetapan Benda

    Ketetapan benda (object permanence) ialah istilah Piaget bagi pencapaian paling penting pada seorang bayi: pemahaman bahwa benda-benda dan peristiwa-peristiwa masih tetap ada dan berlansung walaupun benda-benda dan peristiwa-peristiwa itu tidak dapat dilihat, didengar atau disentuh secara langsung.

    3.        Perkembangan Bahasa

    Bahasa (language) ialah suatu sistem simbol yang digunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Pada manusia, bahasa ditandai oleh daya cipta yang tidak pernah habis dan adanya sebuah sistem aturan. Daya cipta yang tidak pernah habis (invinite generativity) ialah suatu kemampuan individu untuk menciptakan sejumlah kalimat bermakna yang tidak pernah berhenti dengan menggunakan seperangkat kata dan aturan yang terbatas, yang menjadikan bahasa sebagai upaya yang sangat kreatif.

    Sistem aturan bahasa mencakup: fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmantik.

    a.        Fonologi (phonologi) ialah study tentang bunyi-bunyian bahasa.

    b.        Morfologi (morphologi) mengacu pada ketentuan-ketentuan pengkobinasian morfem; morfem ialah rangkaian bunyi-bunyian terkecil yang memberi makna kepada penggalan suku kata yang kita ucapkan dan dengar.

    c.        Sintaksis (syntax) melibatkan bagaimana kata-kata dikombinasikan untuj membentuk ungkapan dan kalimat yang dapat diterima.

    Menurut clara dan wiLiam stern beberapa perkembangan bahasa antara lain:

    a.         Prastadium (tahun pertama)

    Kata pertama yang diucapkan anak dimulai dari suara-suara seperti yang kita dengar keluar dari mulut seorang bayi. Dalam masa ini anak cendrung mengucapkan pengulangan suara. Contoh sebagai penjelasan, ma-ma, mi-mi (saya mau minum).

    b.        Kalimat satu kata (12-18 bulan)

    Satu perkataan dimaksudkan untuk mengungkapkan satu perasaan, atau satu keinginan. Seperti kata “mama” dimaksudkan untuk “mama, saya minta makan.”

    c.         Masa memberi nama (18-24 bulan)

    Perkembangan bahasa ini, seakan-akan terhenti selama beberapa bulan kerena anak memusatkan perhatiannya untuk belajar berjalan. Sambil berjalan kesana sini, dengan tak henti-hentinya dia bertanya, “ini apa?, itu apa?, itu siapa?, ia mengapa?” itulah alasannya mengapa ada yang menyebut masa ini dengan masa “masa memberi nama” atau “masa apa itu”.

    d.        Masa kalimat tunggal (24-30 bulan)

    Bahasa dan bentuk kalimat makin baik dan sempurna, anak telah menggunakan kalimat tunggal. Sekarang ia mulai menggunakan awalan dan akhiran yang membedakan bentuk dan warna.

    e.         Masa kalimat majemuk (>30 bulan)

    Anak mengucapkan kalimat yang makin panjang dan bagus. Anak telah mulai menyatakan pendapatnya dengan kalimat majemuk. Sesekali ia menggunakan kata perangkai, akhirnya timbullah anak kalimat. Dalam hal ini anak sering berbuat kesalahan.

    Selain berdasarkan umur, perkembangan bahasa balita sangat dipengaruhi perilaku dan lingkungan. Kebanyakan peneliti penguasaan bahasa yakin bahwa anak-anak dari berbagai konteks sosial yang luas menguasai bahasa ibu mereka tanpa diajarkan secara khusus. Walaupun begitu, proses pembelajaran bahasa biasanya memerlukan lebih banyak dukungan dan keterlibatan dari pengasuh dan guru.

    Strategi mengajarkan bahasa pada bayi atau anak kecil :

    1.        Satu peran lingkungan yang membangkitkan rasa ingin tahu dalam penguasaan bahasa pada anak kecil disebut motherese, yakni cara ibu dan orang dewasa sering berbicara pada bayi dengan frekuensi dan hubungan lebih luas daripada normal, dan kalimat-kalimat yang sederhana.

    2.        Menyusun ulang (recasting) ialah pengucapan kata suatu kalimat yang sama atau yang mirip dengan cara yang berbeda, barangkali dengan menguahnya menjadi suatu pertanyaan.

    3.        Menggemakan(echoing) ialah mengulangi apa yang dikatakan anak kepada Anda, khususnya kalau perkataan itu suatu ungkapan atau kalimat yang tidak sempurna.

    4.        Memperluas(expanding) ialah mengatakan ulang apa yang telah anak katakan dalam bahasa yang secara linguistik “canggih“.

    5.        Memberi nama (labeling) ialah mengidentifikasi nama-nama benda.

    4.        Perkembangan Psikososial Pada Balita

    Selain perkembangan fisik, satu hal juga yang harus diperhatikan oleh setiap orangtua yaitu perkembngan psikologis dan emosional buah hatinya. Dengan peka terhadap setiap tahap perkembangan si kecil dapa mempererat hubungan orangtua dan anak,selain tentunya membantu anda mengetahui bagaimana cara menangani anak muda. Berikut beberapa tahap dalam perkembangan psikologis dan emosional anak.

    a.        Usia 12-36 bulan

    Kegiatan mendongeng atau membacakan cerita sebelum tidur untuk si kecil merupakan sebuahaktifitas yang tak hanya menyenangkan namun juga dapat mengembangkan kemampuan membaca si kecil sejak dini. Kemampuan tersebut meliputi :

    1)        Bagaimana sebuah buku bekerja, dalam hal ini anda mengajarkan bahwa sebuah buku bisa baru akan bermakna setelah kita membukanya, dan membaca cerita didalamnya

    2)        Buku bisa menceritakan sebuah kisah.

    3)        Setiap cerita memiliki awal dan akhir

    Setelah si kecil tahu manfaat dan cara kerja buku, anda bisa mulai mengajarkannya untuk menyukai aktifitas membaca buku, ditahap ini anda cukup mengajarkannya beberapa hal seperti :

    1)        Membacakannya buku dengan suara yang jelas dan keras

    2)        Biarkan si kecil bermain-main dengan bukunya, sehingga ia familiar dengan buku

    3)        Bacalah dalam waktu yang singkat, karena bagi anak-anak 10 menit membaca merupakan waktu yang lama

    4)        Ikuti cerita anda dengan pertanyaan seputar kisah yang ada dalam buku tersebut, untuk memancing interaksi antara anak anda dengan buku yang sedang dibaca

    5)        Jika si kecil tiba-tiba merebut buku yang sedang anda bacakan, biarkan ia melakukan tersebut, karena itu pertanda si kecil ingin bereksplorasi dengan bukunya.

    b.        Usia 18-36 bulan

    Jika di bulan-bulan sebelumnya bayi anda sulit berpisah dari anda, maka memasuki tahun ke-2 si kecil mulai menyadari bahwa ia juga makhluk individual. Mereka akan mulai melakukan sesuatu sendiri. Pada tahap ini berikan ruang pada anak anda untuk tumbuh. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara :

    1)        Sediakan lebih banyak waktu untuk bagi anak anda untuk melakukan lebih banyak hal sendiri, misalnya saat ia ingin mengembalikan mainannya sendiri ke kotaknya, saat ia ingin makan sendiri, membuka sepatu sendiri dan sebagainya.

    2)        Sertakan sikecil dalam aktifitas harian anda misalnya saat anda membersihkan rumah, anda bisa menberinya lap bersih dan sebagainya sehingga ia merasa telah turut serta bersih-bersih bersama anda.

    3)        Pada tahap ini ada kalanya si kecil akan membuat anda jengkel misanya membuat makananya berantakan saat mencoba makan sendiri,jika hal tersebut terjadi bersabarlah,bimbinglah iya untuk berlatih kemandirianya dengan benar dan jangan buat iya menyerah karna omelan anda.

    4)        Seringkali anda mengatakan “tidak”untuk melarang si kecil melakukan ini itu,jangan kaget jika di usia ini si kecil akan balik mengatakan “tidak” untuk setiap anda minta. Alangkah lebih baik jika sejak dini anda mulai memilih kata-kata yang tepat untuk mengatakan “tidak” pada si kecil.

    c.         Usia 18-24 bulan

    Memasuki usia 18 bulan, si kecil sudah mulai bisa mengucapkan satu dua patah kata sederhana,bahkan anda akan merasa excidet karna ternyata si kecil sudah milai bisa anda ajak mengobrol. Meski demikian anda harus bersabar karna meski sudah mengenal beberapa kata,namun si kecil belum sepenuhnya mengerti maksud dari kata yang di ucapkanya. Bimbinglah iya terus untuk mengembangkan kemampuan bicaranya dengan cara :

    1)        Jangan meneruskan kalimat yang seharusnya diselsaikan anak anda, karena hanya akan membuat anak anda frustasi.

    2)        Meski sudah mulai bisa berbicara, namun anda harus ingat, si kecil masih akan menggunakan tangisan saat lelah, lapar, atau sakit

    3)        Beri kesempatan pada si kecil untuk berbicara,khususnya jika ada anak lain yang lebih tua di rumah anda.

    4)        Jadilah contoh pembicara yang baik untuk anak anda,karna pada usia ini anak anda sedang hobinya meniru apa yang di lihat dan di dengarnya.

    d.        Usia 24 bulan

    Memasuki usia 24 bulan anak anda muai merasakan hubungan antara perasaan dan perbuatanya terhadap orang lain. Hal tersebutlah yang menjadi dasar interaksi si kecil dengan sesama yang nantinya membangun hubungan persahabatan. Sikap empati tersebut perlu di kembangkan oleh si kecilsejak dini dengan cara :

    1)        Saat anak anda sedang kesal atau sedih, biarkan iya merasakan dan menghadapi perasaan tersebut, jangan mencoba menutupi perasaaya atau melarangnya mengungkapkan perasaanya. Dengan demikian anak anda belajar mengidentifikasi beragam perasaan yang dirasakanya.

    2)        Perhatikan emosi anda.jangan malu mengakui jika anda sedang marah, sedih atau kecewa, namun pastikan juga anda tidak over acting menghadapi perasaan tersebut sehingga membuat anda takut dan aneh dengan reaksi anda.

    Selain berdasarkan penjelasan diatas, pendapat lain mengatakan bahwa perkembangan psikososial balita dapat dijelaskan sebagai berikut:

    a.        Percaya Vs Tidak percaya ( 0-1 tahun )

    Komponen awal yang sangat penting untuk berkembang adalah rasa percaya. Membangun rasa percaya ini mendasari tahun pertama kehidupan. Begitu bayi lahir dan kontakl dengnan dunia luar maka ia mutlak terganting dengan orang lain. Rasa aman dan rasa percaya pada lingkungan merupakan kebutuhan. Alat yang digunakan bayi untuk berhubungan dengan dunia luar adalah mulut dan panca indera, sedangkan perantara yang tepat antara bayi dengan lingkungan dalah ibu. Hubungan ibu dan anak yang harmonis yaitu melalui pemenuhan kebutuhan fisik, psikologis dan sosial, merupakan pengalaman dasar rasa percaya bagi anak. Apabila pada umur ini tidak tercapai rasa percaya dengan lingkungan maka dapat timbul berbagai masalah. Rasa tidak percaya ini timbul bila pengalaman untukmeningkatkan rasa percaya kurang atau kebutuhan dasar tidak terpenuhi secara adekwat, yaitu kurangnya pemenuhan kebutuhan fisik., psikologis dan sosial yang kurang misalnya: anak tidak mendapat minuman atau air susu yang edukat ketika ia lapar, tidak mendapat respon ketika ia menggigit dot botol dan sebagainya.

    2.      Otonomi Vs Rasa Malu dan Ragu ( 1-3 tahun )

    Pada masa ini alat gerak dan rasa telah matang dan ada rasa percaya terhadap ibu dan lingkungan. Perkembangan Otonomi selama periode balita berfokus pada peningkatan kemampuan anak untuk mengontrol tubuhnya, dirinya dan lingkungannya. Anak menyadari ia dapat menggunakan kekuatannya untuk bergerak dan berbuat sesuai dengan kemauannya misalnya: kepuasan untuk berjalan atau memanjat. Selain itu anak menggunakan kemampuan mentalnya untuk menolak dan mengambil keputusan. Rasa Otonomi diri ini perku dikembangkan karena penting untik terbentuknya rasa percaya diri dan harga diri di kemudian hari. Hubungan dengan orang lain bersifat egosentris atau mementingkan diri sendiri.

    Peran lingkungan pada usia ini adalah memberikan support dan memberi keyakinan yang jelas. Perasaan negatif yaitu rasa malu dan ragu timbul apabila anak merasa tidak mampu mengatasi tindakan yang di pilihnya serta kurangnya support dari orangtua dan lingkungannya, misalnya orangtua terlalu mengontrol anak.

    5.        Perkembangan Emosi

    Pada masa ini, emosi balita sangat kuat di tandai oleh ledakan amarah, kekuatan yang hebat atau iri hati yang tidak masuk akal. Pada usia 4 tahun anak sudah mulai menyadari “aku” nya. Bahwa “aku” nya (dirinya) berbeda dengan orang lain. Bersamaan dengan itu, berkembang pula perasaan harga diri yang menuntut pengakuan dari lingkungannya.

    Pola emosi umum yang terjadi pada masa balita antara lain :

    a.         Takut : perasaan terancam oleh suatu objek yang di anggap membahayakan.

    b.        Cemas : perasaan takut yang bersifat khayalan.

    c.         Marah : perasaan tidak senang atau benci.

    d.        Cemburu : perasaan tidak senang pada orang lain.

    e.         Kegembiraan, kesenangan dan kenikmatan : masukkan yang positif, nyaman karena terpenuhi keinginannya.

    6.        Perkembangan Kepribadian

    Masa ini lazim di sebut masa “trotzalter” yaitu periode berlawanan atau masa krisis pertama. Krisis ini terjadi karena ada perubahan yang hebat dalam dirinya. Dia menyadari bahwa dirinya terpisah dari lingkungan atau orang lain. Dengan kesadaran ini balita menemukan bahwa ada dua pihak yang berhadapan yaitu “akunya” dan “orang lain”. Aspek-aspek perkembangan kepribadian balita meliputi :

    1.        Ketergantungan atas citra diri (dependensi vs self image).

    Konsep balita tentang dirinya sulit di pahami dan di analisis, karena keterampilan bahasanya belum jelas dan pandangan terhadap orang lain masih egosentris. Mereka memiliki system pandangan dan persepsi yang kompleks, tetapi belum dpat menyatakannya.

    2.        Inisiatif vs rasa bersalah ( initiative vs guilt )

    Erik erikson mengemukakan suatu teori bahwa mengalami suatu krisis perkembangan, karena mereka menjadi kurang defenden dan mengalami konflik antara inisiatif dan rasa bersalah. Kemampuan anak berkembang, baik secara fosik maupun mental. Pada tahap ini balita siap dan berkeinginan untuk belajar dan bekerja sama dengan orang lain guna mencapai tujuannya.

    7.        Perkembangan Moral

    Pada masa ini balita sudah memiliki dasar tentang sikap motalitas terhadap kelompok socialnya ( orang tua, saudara dan teman sebaya ). Melalui pengalaman berinteraksi dengan temannya, anak belajar memahami tentang kegiatan atau prilaku mana yang baik / boleh / di terima / disetujui / buruk / tidak boleh.

    Pada saat mengenal konsep baik buruk, benar salah atau menanamkan disiplin oleh orang tua hendaknya memberikan penjelasan tentang alasanya. Penanaman disiplin dengan di sertai alasannya ini di harapkan akan mengembangkan self control atau self discipline pada anak.

    C.      Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan

    1.        Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan

    Pada dasarnya pertumbuhan manusia itu berbeda satu dengan yang lainnya karena mereka memiliki perbedaan genetic dan asupan dari masing-masing manusia. Sehingga bisa dikatakan bahwa faktor dari pertumbuhan manusia itu sendiri merupakan hal penting dalam perkembangan manusia . Faktor-faktornya adalah :

    a.         Faktor Genetik (Keturunan)

    Faktor ini merupakan factor utama yang dimiliki oleh seorang manusia dalam awal pertumbuhannya. Faktor ini sangat berpengaruh dalam proses pertumbuhannya dari bayi sampai dewasa. Biasanya factor genetic ini susah untuk diubah, karena sudah terbentuk dan melekat pada si manusia sejak mereka lahir. Dan sekalipun bisa diubah itu memerlukan waktu yang cukup lama untuk mengubahnya. Contoh factor-faktor genetic manusia ; postur tubuh, warna rambut, warna kulit, sifat, tempramen dan lain-lain.

    b.        Faktor Asupan

    Faktor ini juga mempengaruhi dalam proses pertumbuhan manusia. Dengan pemberian asupan seperti makanan,vitamin,buah-buahah,sayuran,dll secara teratur dalam proses pertumbuhannya maka akan terbentuklah manusia yang sehat, baik sehat fisik dan sehat psikis. Asupan juga berpengaruh dengan cara berfikir, pertumbuhan badan, dan lain-lain.

    c.         Faktor Lingkungan

    Setelah kedua factor diatas telah dilewati segeralah anda mengetahui factor yang satu ini, factor lingkungan merupakan cara pembelajaran para manusia dalam pembangunan karakter secara alamiah dengan kata lain proses belajarnya secara otomatis. Maka dengan itu lingkungan berpengaruh dalam pembangunan sifat dan karakter mereka. Apabila factor gen dan asupan mereka telah terpenuhi dengan baik tetapi ia bergaul dan hidup dilingkungan yang salah (tidak baik) maka akan menghasilkan manusia yang tidak baik pula.

    Sedangkan faktor pertumbuhan organisme pada manusia, diantaranya yaitu:

    1.        Faktor sebelum lahir. Misalnya peristiwa kekurangan nutrisi pada ibu dan janin, janin terkena virus, keracunan sewaktu bayi ada dalam kandungan, terkena infeksi oleh bakteri virus dan lain-lain

    2.        Faktor ketika lahir. Antara lain : pendaran pada bagian kepala bayi yang disebabkanoleh tekanan dari dinding rahim ibu sewaktu ia dilahirkan.

    3.        Faktor sesudah lahir. Antar lain: pengalaman traumatik pada kepala, kepala bagian dalam terluka, kepala terpukul atau mengalami serangan sinar matahari.

    4.        Faktor psikologis. Misalnya bayi yang ditinggal ibu, ayah atau kedua orangtuanya. Sebab lain ialah dibesarkan didalam institusional sehingga kurang mendapat perawatan jasmaniah dan cinta kasih. Anak-anak tersebut kemungkinan besar mengalami kehampaan jiwa, sehingga mengakibatkan kelambatan pertumbuhan fungsi jasmani dan rohani terutama perkembangan inteligensi dan emosi.

    2.        Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan

    Perkembangan anak tidak berlangsung secara makanis-otomatis sebab perkembangan terjadi sangat bergantung pada beberapa faktor secara simultan. Faktor tersebut antara lain :

    a.         Faktor hereditas (warisan sejak lahir/ bawaan)

    Hereditas merupakan factor pertama yang mempengaruhi perkembangan individu. Dalam hal ini hereditas diartikan sebagai totalitas karakteristik individu yang diwariskan orangtua kepada anak, atau segala potensi, baik fisik maupun psikis yang dimiliki individu sejak masa konsepsi (pembuahan ovum oleh sperma) sebagai pewarisan dari pihak orangtua melalui gen-gen.

    Setelah terjadi pembuahan maka terjadilah perpaduan kromoson yang jumlahnya menjadi 48 pasang. Perpaduan ini pun segera diikuti oleh pembelahan diri menjadi dua organism sehingga jumlah kromoson pada sel-sel baru tersebut tetap 24 pasang. Diantara kedua organism baru tersebut terjadilah perjuangan dan yang lebih kuat dapat terus hidup. Pada akhirnya hanya satu organism yang berhasil hidup, maka akan lahir satu orang anak, tetapi apabila keduanya berhasil mempertahankan hidupnya, akan lahir anak kembar.

    b.        Faktor lingkungan

    Urie Bronfrenbrenner & Ann Crouter mengemukakan bahwa lingkungan perkembangan merupakan “berbagai peristiwa, situasi atau kondisi di luar organism yang diduga mempengaruhi atau dipengaruhi oleh perkembangan individu”. Lingkungan ini terdiri atas:

    1)        Fisik, yaitu meliputi segala sesuatu dari molekul yang ada di sekitar janin sebelum lahir sampai kepada rancangan arsitektur suatu rumah

    2)        Sosial, yaitu meliputi seluruh manusia yang secara potensial mempengaruhi dan dipengaruhi oleh perkembangan individu.. Konsep lama tentang lingkungan perkembangan, memahaminya sebagai seperangkat kekuatan yang membentuk manusia, karena manusia dipandang seperti seonggok tanah liat yang dapat dicetak atau dibentuk. Sekarang dipahami bahwa manusia disamping dipengaruhi, juga mempengaruhi lingkungan fisik dan sosialnya. Dengan kata lain, dapat dikemukakan bahwa hubungan antara manusia dengan lingkungan itu bersifat saling mempengaruhi. Hampir sama dengan pengertian diatas, J.P Chaplin (1979;175) mengemukakan bahwa lingkungan merupakan “keseluruhan aspek atau fenomena fisik dan sosial yang mempengaruhi organism individu”. Sementara itu, Joe Kathena mengemukakan bahwa lingkungan itu merupakan segala sesuatu yang berada di luar individu yang meliputi fisik dan sosial budaya. Lingkungan ini merupakan sumber seluruh informasi yang diterima individu melalui alat inderanya. Berdasarkan ketiga pengertian diatas, bahwa yang dimaksud dengan lingkungan perkembangan siswa adalah “ keseluruhan fenomena (peristiwa, situasi, atau kondisi) fisik atau sosial yang anak yang akan dibahas yaitu menyangkut lingkungan keluarga, sekolah, kelompok sebaya, dan masyarakat.

    3)        Kematangan fungsi-fungsi organis dan psikis, Kematangan merupakan fase perubahan yang dialami oleh individu karena pengaruh genetic dan berlangsung secara bertahap.

    4)        Aktifitas anak sebagai subyek bebas yang berkemauan, kemampuan seleksi, bisa menolak atau menyetujui, punya emosi, serta usaha membangun diri sendiri. Setiap fenomena atau gejala perkembangan anak merupakan produk dari kerjasama dan pengaruh timbal balik antara potensialitas hereditas dengan faktor-faktor lingkungan. Sehingga perkembangan merupakan produk dari pertumbuhan berkat pematangan fungsi-fungsi fisik, pematangan fungsi-fungsi fisik, pematangan fungsi-fungsi psikis dan usaha belajar oleh subyek anak dalam mencobakan segenap potensialitas rohani dan jasmaninya.

    BAB III

    PENUTUP

    A.      Kesimpulan

    Balita adalah bayi yang berada pada rentang usia 0-5 tahun dan merupakan masa terpenting dalam kehidupan manusia karena pada usia ini otak anak mengalami pertumbuhan yang sangat pesat yang dikenal dengan istilah masa keemasan (the golden ege), dan pada masa ini harus mendapatkan stimulasi secara menyeluruh baik kesehatan, gizi, pengasuhan dan pendidikan.

    Perkembangan dan pertumbuha pada balita sangatlah cepat. Perkembangan tersebut mencangkup beberapa aspek yang sangat mendukung satu sama lain. Diantaranya aspek fisik akan mempunyai pengaruh besar terhadap aspek kognitif, bahasa dan sosio-emosional. Maupun aspek kognitif akan mengalami kesinambungan satu sama lain.

    Keadaan ini juga dipengaruhi oleh pola asuh yang diberikan orang tua terhadap anak. Pola asuh yang tidak baik akan berdampak tidak baik juga terhadap anak, dan akan membuat perkembangan dan pertumbuhan anak terhambat. Pada dasarnya dalam menjaga perkembangan anak peran orang tua dalam menjaga, mendidik, dan memberi dorongan motivasi membangun terhadap anak itu sangatlah diperlukan anak. 

    B.      Saran

    Saran yang ingin penulis sampaikan pada makalah ini yaitu sebagai orang tua ataupun pendidik harus memperhatikan anak baik dari pendidikan, lingkungan, pola asuh dan lain sebagainya karena baik buruknya anak tergantung pada orang tuanya dan pada masa balita anak sangat mudah memperoleh kemampuan yang baik.

    DAFTAR PUSTAKA

    A.Aziz Alimul Hidayat. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan, Jakarta.Penerbit Medika Salemba.

    Nursalam,Susilaningrum Rekawati,Utami Sri. 2008. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (untuk Perawat dan Bidan).Cetakan Kedua, Jakarta.Penerbit Medika Salemba.Halaman 42-43

    http://www.seputaribudananak.co.cc

    http://mariaanasiati.blogspot.co.id/2013/05/makalah-psikologi-tentang-balita.html

  • Makalah Filsafat Dalam Ilmu Keperawatan

    Filsafat Dalam Ilmu Keperawatan

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Filsafat saat ini telah berkembang lebih maju dalam berbagai bidang dan mempunyai peranan penting dalam kehidupan. Cabang filsafat sendiri saat ini telah berkembang dalam berbagai bidang yaitu filsafat pengetahuan, filsafat moral, filsafat seni, metafisika, politik, filsafat agama, filsafat ilmu, filsafat pendidikan, filsafat hukum, filsafat sejarah, filsafat matematika dan lain sebagainya. Filsafat juga sangat berperan dalam bidang kesehatan khususnya keperawatan. Filsafat dalam bidang keperawatan ini dapat dipandang atau dilihat dari dua sisi yaitu dari sisi filsafat pendidikannya dan filsafat ilmu keperawatannya serta pelayanannya. Oleh karena itu dalam kurikulum pendidikan saat ini di perguruan tinggi terutama dalam program pendidikan pasca sarjana magister keperawatan, filsafat telah banyak dimasukkan sebagai salah satu mata ajar yang harus ditempuh peserta didik.

    Filsafat dalam bidang pendidikan keperawatan mampu memberikan pedoman kepada para pendidik (dosen/guru) sehingga akan dapat mewarnai sikap perilakunya dalam mengelola proses belajar mengajar (PBM). Selain itu dengan adanya filsafat akan didapatkan pengetahuan yang murni atau kemajuan pengetahuan di bidang pelayanan keperawatan untuk dapat diaplikasikan demi kesembuhan pasien dengan didasarkan pada premis-premis pendukung hal tersebut.

    Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk menulis paper yang membahas tentang peranan filsafat dalam pendidikan dan keperawatan.

    B.       TUJUAN

    Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami tetang apa itu filsafat, peranannya dalam kehidupan, peranannya dalam pendidikan serta peranannya dalam ilmu keperawatan

    Bab II. Pembahasan

    Sebelum kita membahas tentang filsafat dalam pendidikan dan filsafat dalam keperawatan, kita akan sedikit membahas dulu tentang filsafat dan perannya dalam kehidupan.

    A. Filsafat

    Kata falsafah atau filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa Arab فلسفة, yang juga diambil dari bahasa Yunani; Φιλοσοφία philosophia. Dalam bahasa ini, kata ini merupakan kata majemuk dan berasal dari kata-kata (philia = persahabatan, cinta dsb.) dan (sophia = “kebijaksanaan”). Sehingga arti harafiahnya adalah seorang “pencinta kebijaksanaan”. Kata filosofi yang dipungut dari bahasa Belanda juga dikenal di Indonesia. Bentuk terakhir ini lebih mirip dengan aslinya. Dalam bahasa Indonesia seseorang yang mendalami bidang falsafah disebut “filsuf”. Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak didalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika.

    Sejarah perkembangan filsafat itu sendiri melalui lima tahapan yaitu :

    1.    Filsafat Yunani Kuno

    Dalam filsafat yunani kuno ini filsafat umum yang masih dominan tetapi agama juga masih berperan. Tokohnya antara lain : thales dan phytagoras

    2.    Filsafat Yunani

    Dalam filsafat ini menyatakan bahwa hakikat manusia tidak terlepas antara tubuh dan jiwa. Tokohnya adalah plato dan aristoteles

    3.    Filsafat Abad Pertengahan

    Dalam filsafat ini menyatakan bahwa agama sebagai kekuatan baru, filsuf berasal dari rohaniawan dan wahyu punya otoritas dalam menentukan kebenaran. Adapun tokohnya : santo anselmus, thomas aquinas, dan augustinus

    4.    Filsafat Modern

    Inti dari filsafat ini adalah sebagai era pembebasan terhadap jaman skolastik. Tokohnya antara lain : francis bacon, thomas hobbes, john locke dan voltaire

    5.    Filsafat Posmodern

    Inti dari filsafat ini adalah mendobrak sifat filsafat modern yang mengagungkan keuniversalitasan, kebenaran tunggal dan kebebasnilaian. Tokohnya adalah williams james, john dewey.

    Filsafat sekarang ini mempunyai beberapa cabang antara lain epistemologi, etika, estetika, metafisika, politik, filsafat agama, filsafat ilmu, filsafat pendidikan, filsafat hukum, filsafat sejarah dan filsafat matematika.

    B.       PERAN FILSAFAT DALAM KEHIDUPAN

    Pentingnya kita belajar filsafat adalah karena dalam sejarah filsafat kita bertemu dengan hasil penyelidikan semua cabang filsafat. Sejarah filsafat mengajarkan jawaban-jawaban yang diberikan oleh pemikir-pemikir besar, tema-tema yang dianggap penting dalam periode tertentu, dan aliran-aliran besar yang menguasai pemikiran dalam suatu jaman atau diseluruh bagian dunia tertentu.

    Secara garis besar manfaat atau peranan filsafat dalam kehidupan adalah sebagai berikut :

    1. 1.                Sebagai dasar dalam bertindak.
    2. 2.                Sebagai dasar dalam mengambil keputusan.
    3. 3.               Untuk mengurangi salah paham dan konflik
    4. 4.               Untuk bersiap siaga menghadapi situasi dunia yang selalu berubah.
    5. 5.     Menawarkan metode-metode mutakhir untuk menangani masalah-masalah mendalam manusia,   tentang  hakikat kebenaran dan pengetahuan, baik biasa maupun ilmiah, tentang tanggung jawab, dan keadilan dan sebagainya.
    6. 6.    Mampu mendalami, menanggapi, serta belajar dari jawaban-jawaban yang sampai sekarang ditawarkan oleh para pemikir dan filosof terkemuka terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut.

    Sedangkan filsafat sendiri bisa kita terapkan di negara kita yaitu di Indonesia, karena kita kaitkan peranan filsafat dengan lingkungan sosial dan budaya. Adapun peranan filsafat di Indonesia adalah sebagai berikut :

    1.     Bangsa indonesia terletak di tengah-tengah dinamika proses modernisasi yang meliputi banyak bidang dan  hanya hanya untuk sebagian dapat dikemudikan melalui kebijakan pembangunan. Menghadapi tantangan modernisasi dengan perubahan pandangan hidup, nilai-nilai, dan norma-norma. Filsafat dapat membantu untuk mengambil sikap yang sekaligus terbuka dan kritis.
    2. 2.    Filsafat merupakan sarana yang baik untuk menggali kembali kekayaan-kebudayaan, tradisi-tradisi, dan filsafat indonesia serta untuk mengaktualisasikannya bagi Indonesia modern yang sedang kita bangun. Filsafatlah yang paling sanggup untuk mendekati warisan rohani tidak hanya secara museal dan verbalistik, melainkan evaluatif, kritis, dan refleksif, sehingga kekayaan rohani bangsa dapat menjadi modal dalam pembentukan terus-menerus identitas modern bangsa Indonesia.
    3. 3.    Filsafat merupakan dasar paling luas untuk berpartisipasi secara kritis dalam kehidupan intelektual bangsa pada umumnya dan pada khususnya pada lingkungan universitas-universitas dan lingkungan akademis.
    4. 4.    Menyediakan dasar dan sarana sekaligus bagi diadakannya dialog diantara agama-agama yang ada di Indonesia pada umumnya dan secara khusus dalam rangka kerja sama antar-agama dalam membangun masyarakat adil-makmur berdasarkan pancasila.

    C.      FILSAFAT ILMU

    Filsafat ilmu adalah bagian dari filsafat pengetahuan atau sering juga disebut epistimologi. Epistimologi berasal dari bahasa Yunani yakni episcmc yang berarti knowledge, pengetahuan dan logos yang berarti teori. Istilah ini pertama kali dipopulerkan oleh J.F. Ferier tahun 1854 yang membuat dua cabang filsafat yakni epistemology dan ontology (on=being, wujud, apa+logos = teori ), ontology ( teori tentang apa ).

    Secara sederhana dapat dikatakan bahwa filsafat ilmu adalah dasar yang menjiwai dinamika proses kegiatan memperoleh pengetahuan secara ilmiah. Ini berarti bahwa terdapat pengetahuan yang ilmiah dan tak-ilmiah. Adapun yang tergolong ilmiah ialah yang disebut ilmu pengetahuan atau singkatnya ilmu saja, yaitu akumulasi pengetahuan yang telah disistematisasi dan diorganisasi sedemikian rupa, sehingga memenuhi asas pengaturan secara prosedural, metologis, teknis, dan normatif akademis. Dengan demikian teruji kebenaran ilmiahnya sehingga memenuhi kesahihan atau validitas ilmu, atau secara ilmiah dapat dipertanggungjawabkan. Sedang pengetahuan tak-ilmiah adalah yang masih tergolong prailmiah. Dalam hal ini berupa pengetahuan hasil serapan indrawi yang secara sadar diperoleh, baik yang telah lama maupun baru didapat. Disamping itu termasuk yang diperoleh secara pasif atau di luar kesadaran seperti ilham, intuisi, wangsit, atau wahyu (oleh nabi).

    Inti sari dari filsafat ilmu terdiri dari kebenaran, fakta, logika, dan konfirmasi. Adapun ciri-ciri dan cara kerja filsafat ilmu antara lain sebagai berikut:

    1.    Mengkaji dan menganalisis konsep-konsep, asumsi dan metode ilmiah

    2.    Mengkaji keterkaitan ilmu yang satu dengan ilmu yang lainnya

    3.  Menyelidiki berbagai dampak pengetahuan ilmiah terhadap : cara pandang manusia, hakikat manusia, nilai-nilai yang dianut manusia, tempat tinggal manusia, sumber-sumber pengetahuan dan hakekatnya, logika dengan matematika, logika dan matematika dengan realitas yang ada

    Sedangkan fungsi dari filsafat ilmu itu sendiri antara lain :

    1.    Alat-alat untuk menulusuri kebenaran segala hal-hal yang dapat disaksikan dengan panca indra dan dapat diterangkan serta dinilai secara ilmiah

    2.    Memberikan pengertian tentang cara hidup dan pandangan hidup

    3.    Panduan tentang ajaran moral dan etika

    4.    Sumber ilham dan panduan untuk menjalani berbagai aspek kehidupan

    Sehingga dengan demikian filsafat ilmu sangatlah penting peranannya bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Tentu juga filsafat ilmu sangat bermanfaat bagi manusia untuk menjalani berbagai aspek kehidupan.

    D.      FILSAFAT DALAM PENDIDIKAN DAN PERANANNYA

    Pendidikan sangat penting untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa terutama bangsa Indonesia. Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik, potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Sehingga dalam dunia pendidikanpun tetap tidak bisa terlepas dari peranan filsafat didalamnya. Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah pendidikan. Filsafat pendidikan juga bisa didefinisikan sebagai aktifitas pikiran yang teratur yang menjadikan filsafat itu sebagai jalan untuk mengatur, menyelaraskan, dan memadukan proses pendidikan. Filsafat pendidikan itu dapat menjelaskan nilai-nilai dan matlamat-matlamat yang diusahakan untuk mencapainya. Dengan ini maka filsafat, filsafat pendidikan dan pengalaman kemanusiaan merupakan suatu unsur yang bersatu dan berpadu.

    Dalam filsafat pendidikan sendiri ada tiga aliran yaitu filsafat pendidikan progresivisme, filsafat pendidikan essensialisme, dan perenialisme. Progresivisme berpendapat tidak ada teori realita yang umum, nilai berkembang terus karena adanya pengalaman-pengalaman baru antara individu dengan nilai yang telah disimpan dalam kebudayaan dan kurikulum yang baik adalah kurikulum yang eksperimental, yaitu kurikulum yang setiap waktu dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Filsafat pendidikan essensialisme didukung oleh idealisme dan realisme. Esensialisme berpendapat bahwa pendidikan haruslah bertumpu pada nilai-nilai yang telah teruji keteguhan-ketangguhan, dan kekuatannya sepanjang masa. Menurut idealisme, pengetahuan timbul karena adanya hubungan antara dunia kecil dengan dunia besar. Sedangkan menunut realisme, pengetahuan terbentuk berkat bersatunya stimulus dan tanggapan tententu menjadi satu kesatuan. Hal ini sedikit berbeda dengan filsafat pendidikan perenialisme. Filsafat ini hanya didukung oleh idealisme. Filsafat ini menyatakan bahwa program pendidikan yang ideal harus didasarkan atas paham adanya nafsu, kemauan, dan akal selain itu perkemhangan budi merupakan titik pusat perhatian pendidikan dengan filsafat sebagai alat untuk mencapainya.

    Filsafat pendidikan terdiri dari apa yang diyakini seorang Dosen/guru mengenai pendidikan, atau merupakan kumpulan prinsip yang membimbing tindakan profesional dosen/guru. Setiap dosen/guru baik mengetahui atau tidak memiliki suatu filsafat pendidikan, yaitu seperangkat keyakinan mengenai bagaimana manusia belajar dan tumbuh serta apa yang harus manusia pelajari agar dapat tinggal dalam kehidupan yang baik. Filsafat pendidikan secara vital juga berhubungan dengan pengembangan semua aspek pengajaran. Dengan menempatkan filsafat pendidikan pada tataran praktis, para dosen/guru dapat menemukan berbagai pemecahan permasalahan pendidikan. Sehingga terdapat hubungan yang kuat antara perilaku guru dengan keyakinannya:

    1. Keyakinan mengenai pengajaran dan pembelajaran

    Komponen penting filsafat pendidikan seorang dosen/guru adalah bagaimana memandang pengajaran dan pembelajaran, dengan kata lain, apa peran pokok dosen/guru. Sebagian guru memandang pengajaran sebagai sains, suatu aktifitas kompleks. Sebagian lain memandang sebagai suatu seni, pertemuan yang sepontan, tidak berulang dan kreatif antara dosen/guru dan siswa. Yang lainnya lagi memandang sebagai aktifitas sains dan seni. Berkenaan dengan pembelajaran, sebagian dosen/guru menekankan pengalaman-pengalaman dan kognisi siswa, yang lainnya menekankan perilaku siswa.

    1. Keyakinan mengenai siswa

    Akan berpengaruh besar pada bagaimana dosen/guru mengajar. Seperti apa siswa yang dosen/guru yakini, itu didasari pada pengalaman kehidupan unik dosen/guru. Pandangan negatif terhadap siswa menampilkan hubungan dosen/guru-siswa pada ketakutan dan penggunaan kekerasan tidak didasarkan kepercayaan dan kemanfaatan. Dosen/guru yang memiliki pemikiran filsafat pendidikan mengetahui bahwa anak-anak berbeda dalam kecenderungan untuk belajar dan tumbuh.

    1. Keyakinan mengenai pengetahuan

    Berkaitan dengan bagaimana dosen/guru melaksanakan pengajaran. Dengan filsafat pendidikan, dosen/guru akan dapat memandang pengetahuan secara menyeluruh, tidak merupakan potongan-potongan kecil subyek atau fakta yang terpisah.

    1. Keyakinan mengenai apa yang perlu diketahui

    Dosen/guru menginginkan para siswanya belajar sebagai hasil dari usaha mereka, sekalipun masing-masing dosen/guru berbeda dalam meyakini apa yang harus diajarkan.

    Filsafat pendidikan mempunyai banyak peranan dalam pengembangan ilmu pendidikan. Tujuan filsafat pendidikan memberikan inspirasi bagaimana mengorganisasikan proses pembelajaran yang ideal. Teori pendidikan bertujuan menghasilkan pemikiran tentang kebijakan dan prinsip-rinsip pendidikan yang didasari oleh filsafat pendidikan. Praktik pendidikan atau proses pendidikan menerapkan serangkaian kegiatan berupa implementasi kurikulum dan interaksi antara dosen dengan peserta didik guna mencapai tujuan pendidikan dengan menggunakan rambu-rambu dari teori-teori pendidikan. Peranan filsafat pendidikan memberikan inspirasi, yakni menyatakan tujuan pendidikan negara bagi masyarakat, memberikan arah yang jelas dan tepat dengan mengajukan pertanyaan tentang kebijakan pendidikan dan praktik di lapangan dengan menggunakan rambu-rambu dari teori pendidik. Seorang dosen perlu menguasai konsep-konsep yang akan dikaji serta pedagogi atau ilmu dan seni mengajar materi subyek terkait, agar tidak terjadi salah konsep atau miskonsepsi pada diri peserta didik.

    Secara garis besar manfaat dan peranan filsafat pendidikan dapat disimpulkan sebagai berikut :

    1.    Dapat menolong perancang-perancang pendidikan dan orang-orang yang melaksanakannya dalam suatu Negara untuk membentuk pemikiran sehat terhadap proses pendidikan.

    2.    Dapat membentuk asas yang dapat ditentukan pandangan pengkajian yang umum dan yang khas.

    3.    Menjadikan asas yang terbaik untuk penilain pendidikan dalam arti yang menyeluruh.

    4.    Menjadi sandaran intelektual yang digunakan untuk membela tindakan-tindakan mereka dala bidang pendidikan dan pengajaran dalam melaksanakan falsafah.

    5.   Akan menolong untuk memberikan pendalaman fikiran bagi pendidikan kita dan akan mengaitkannya dengan factor spiritual, kebudayaan, social, ekonomi, dan politik di negeri kita

    E.       FILSAFAT DALAM KEPERAWATAN DAN PERANANNYA

    Keperawatan saat ini tengah mengalami masa transisi panjang yang tampaknya belum akan segera berakhir. Keperawatan yang awalnya merupakan vokasi dan sangat didasari oleh mother instinct – naluri keibuan, mengalami perubahan atau pergeseran yang sangat mendasar atas konsep dan proses, menuju keperawatan sebagai profesi. Perubahan ini terjadi karena tuntutan dan perkembangan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan secara umum, perkembangan IPTEK dan perkembangan profesi keperawatan sendiri.

    Keperawatan sebagai profesi harus didasari konsep keilmuan yang jelas, yang menuntun untuk berpikir kritis-logis-analitis, bertindak secara rasional–etis, serta kematangan untuk bersikap tanggap terhadap kebutuhan dan perkembangan kebutuhan masyarakat akan pelayanan keperawatan. Keperawatan sebagai direct human care harus dapat menjawab mengapa seseorang membutuhkan keperawatan, domain keperawatan dan keterbatasan lingkup pengetahuan serta lingkup garapan praktek keperawatan, basis konsep dari teori dan struktur substantif setiap konsep menyiapkan substansi dari ilmu keperawatan sehingga dapat menjadi acuan untuk melihat wujud konkrit permasalahan pada situasi kehidupan manusia dimana perawat atau keperawatan diperlukan keberadaannya. Secara mendasar, keperawatan sebagai profesi dapat terwujud bila para profesionalnya dalam lingkup karyanya senantiasa berpikir analitis, kritis dan logis terhadap fenomena yang dihadapinya, bertindak secara rasional-etis, serta bersikap tanggap atau peka terhadap kebutuhan klien sebagai pengguna jasanya. Sehingga perlu dikaitkan atau dipahami dengan filsafat untuk mencari kebenaran tentang ilmu keperawatan guna memajukan ilmu keperawatan.

    Filsafat keperawatan merupakan pandangan dasar tentang hakekat manusia dan esensi keperawatan yang menjadikan kerangka dasar dalam praktek keperawatan. Pendapat lain tentang filsafat keperawatan adalah suatu ilmu yg mempalajari tentang cara berfikir seorang perawat dalam menghadapi pasiennya tentang kebenaran dan kebijaksanaan sehingga tingkat kesejahteraan dan kesehatan pasien dapat meningkat. Ilmu keperawatan jika dilihat dari sudut pandang filsafat akan dapat muncul pertanyaan-pertanyaan antara lain pertanyaan ontologi ( apa ilmu keperawatan ), pertanyaan epistemologi ( bagaimana lahirnya ilmu keperawatan ) dan pertanyaan aksiologi ( untuk apa ilmu keperawatan itu digunakan )

    Jawaban pertanyaan ontologi tentang apa itu ilmu keperawatan dapat didefinisikan dalam beberapa pendapat. Calilista Roy (1976) mendefinisikan bahwa keperawatan merupakan definisi ilmiah yang berorientasi kepada praktik keperawatan yang memiliki sekumpulan pengetahuan untuk memberikan pelayanan kepada klien. Sedangkan Florence Nightingale (1895) mendefinisikan keperawatan sebagai berikut, keperawatan adalah menempatkan pasien dalam kondisi paling baik bagi alam dan isinya untuk bertindak. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa keperawatan adalah upaya pemberian pelayanan/asuhan yang bersifat humanistic dan expert, holistic berdasarkan ilmu dan kiat, serta standart pelayanan dengan berpegang teguh kepada kode etik yang melandasi perawat expert secara mandiri atau melalui upaya kolaborasi.

    Jawaban pertanyaan epistemologi tentang bagaimana lahirnya ilmu keperawatan berkaitan dengan kehidupan dahulu. Secara naluriah keperawatan lahir bersamaan dengan penciptaan manusia. Orang-orang pada zaman dahulu hidup dalam keadaan original. Namun demikian mereka sudah mampu memiliki sedikit pengetahuan dan kecakapan dalam merawat atau mengobati. Perkembangan keperawatan dipengaruhi oleh semakin majunya peradaban manusia maka semakin berkembang keperawatan. Pekerjaan “merawat” dikerjakan berdasarkan naluri (instink) “mother instinct” (naluri keibuan) yang merupakan suatu naluri yang bersendi pada pemeliharaan jenis (melindungi anak, dan merawat orang lemah). Diawali ole seorang Florence Nightingale yang mengamati fenomena bahwa pasien yang dirawat dengan keadaan lingkungan yang bersih ternyata lebih cepat sembuh dibanding pasien yang dirawat dalam kondisi lingkungan yang kotor. Hal ini membuahkan kesimpulan bahwa perawatan lingkungan berperan dalam keberhasilan perawatan pasien yang kemudian menjadi paradigma keperawatan berdasarkan lingkungan. Sehingga semenjak itu banyak pemikiran baru yang didasari dengan berbagai tehnik untuk mendapatan kebenaran baik dengan cara Revelasi (pengalaman pribadi), otoritas dari seorang yang ahli, intuisi (diluar kesadaran), dump common sense (pengalaman tidak sengaja), dan penggunaan metode ilmiah dengan penelitian-peneltian dalam bidang keperawatan. Misalnya Peplau (1952) menemukan  teori interpersonal sebagai dasar perawatan. Orlando (1961) menemukan teori komunikasi sebagai dasar perawatan. Roy (1970) menemukan teori adaptasi sebagai dasar perawatan. Johnson (1961) menemukan stabilitas sebagai tujuan perawatan dan Rogers (1970) menemukan konsep manusia yang unik.

    Jawaban pertanyaan aksiologis diatas dapat dijelaskan bahwa ilmu keperawatan digunakan sebagai ilmu, pedoman, dan dasar dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien dengan berbagai tingkatan dari individu, keluarga, kelompok bahkan sampai masyarakat luas guna meningkatkan derajat kesehatan pasien tersebut. Sehingga bisa merubah kondisi seseorang atau sekelompok orang dari kondisi sakit menjadi sembuh dan yang sudah sehat dapat mempertahankan atau mengoptimalkan derajat kesehatannya.

    Hakekat manusia sebagai makhluk biopsikososio dan spritual, pada hakekatnya keperawatan merupakan suatu ilmu dan kiat, profesi yang berorientasi pada pelayanan, memiliki tingkat klien (individu, keluarga, kelompok dan masyarakat) serta pelayanan yang mencakup seluruh rentang pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Adapun hakekat keperawatan adalah sebagai berikut:

    1.    Sebagai ilmu dan seni, merupakan suatu ilmu yang didalam aplikasinya lebih kearah ilmu terapan.

    2.  Sebagai profesi yang berorientasi kepada pelayanan umtuk membantu manusia mengatasi masalah sehat dan sakit dalam kehidupannya untuk mencapai kesejahteraan.

    3. Sebagai pelayanan kesehatan yang memiliki tiga sasaran, diantaranya individu, keluarga dan masyarakat sebagai klien.

    4. Sebagai kolaborator dengan tim kesehatan lainnya dalam pembinaan kesehatan, pencegahan penyakit, penentuan diagnosis dini, penyembuhan serta rehabilitasi dan pembatasan penyakit.

    Sedangkan esensinya yang meliputi:

    1.  Memandang pasien sebagai makhluk yang utuh (holistik) yang harus dipenuhi segala kebutuhannya baik biospikososio dan spritual yang diberikan secara komprehensif dan tidak bisa dilakukan secara sepihak atau sebagian dari kebutuhannya.

    2. Bentuk pelayanan keperawatan harus diberikan secara langsung dengan memperhatikan aspek kemanusiaan.

    3. Setiap orang berhak mendapatkan perawatan tanpa memandang perbedaaan suku, kepercayaan, status sosial, agama dan ekonomi.

    4. Pelayanan keperawatan tersebut merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan mengingat perawat bekerja dalam lingkup tim kesehatan bukan sendiri-sendiri.

    5.    Pasien adalah mitra aktif dalam pelayanan kesehatan bukan sebagai penerima jasa yang pasif.

    Keperawatan sebagai sains tentang human care didasarkan pada asumsi bahwa human science and human care merupakan domain utama dan menyatukan tujuan keperawatan. Sebagai human science keperawatan berupaya mengintegrasikan pengetahuan empiris dengan estetia, humanities dan kiat/art (Watson,1985). Sebagai pengetahuan tentang human care fokusnya untuk mengembangkan pengetahuan yang menjadi inti keperawatan, seperti dinyatakan oleh Watson (1985) human care is the heart of nursing atau Leininger (1984) yang menekankan caring is the central and unifying domain for the body of knowledge and practices of nursing.

    Dalam eksplikasi sains tentang human care, pencarian harus termasuk pada beragam metoda untuk memperoleh pemahaman utuh dari human phenomena. Pencarian ini harus memfasilitasi integrasi pengetahuan dari biomedical, perilaku, sosiokultural, seni dan humaniora untuk menemukan pengetahuan keperawatan baru. Melalui strategi integrasi dan analisis, dunia objektifitas dapat dihubungkan dengan dunia subjektif dari pengalaman manusia untuk mencapai linkage ini. Perspektif tentang human science memberi kesempatan bagi pemikir atau peneliti keperawatan untuk melakukan telaah terhadap keilmuan keperawatan dan arahnya, guna meletakkan dasar-dasar subject matter serta tanggung jawab ilmiah dan sosialnya. Melalui perspektif ini, kajian terhadap makna, nilai etika tentang manusia, kesehatan dan keperawatan dapat dilakukan.

    Dalam konteks ini, pemahaman tentang human science berbasis pada filosofi tentang kebebasan, pilihan dan tanggung jawab manusia biologi dan psikologi tentang keutuhan manusiawi (holism). Epistemologi bukan hanya secara empiris tetapi juga pengembangan estetis, nilai-nilai etis, intuisi dan proses eksplorasi dan penemuan konteks hubungan, dan proses interaksi antar manusia.

    Relevansi antara filsafat ilmu dengan keperawatan dapat dijelaskan sebagai berikut :

    Filsafat keperawatan mengkaji penyebab dan hukum-hukum yang mendasari realitas, serta keingintahuan tentang gambaran sesuatu yang lebih berdasakan pada alasan logis daripada metoda empiris. Filsafat keilmuan harus menunjukkan bagaimana pengetahuan ilmiah sebenarnya dapat diaplikasikan yang kemudian menghasilkan pengetahuan alam semesta, dalam hal ini pengetahuan keperawatan, sehingga filsafat keperawatan adalah keyakinan dasar tentang pengetahuan keperawatan yang mengandung pokok pemahaman biologis manusia dan perilakunya dalam keadaan sehat dan sakit terutama berfokus kepada respons mereka terhadap situasi.

    Manfaat/peranan Filsafat dalam Ilmu Keperawatan

    Dalam pengembangan ilmu keperawatan tidak bisa terlepas dari peranan filsafat didalamnya. Adapun manfaat atau peranan filsafat dalam keperawatan antara lain adalah :

    1.    Memudahkan proses keperawatan karena tanpa mempelajari filsafat ilmu keperawatan maka akan semakin sulit melaksanakan proses keperawatan

    2. Dengan mengetahui dan melaksanakan perilaku yang mengandung makna, rasa cinta terhadap kebijaksanaan, terhadap pengetahuan, terhadap hikmah dan ucapannya yang baik dan sopan seseorang dapat mengetahui bagaimana landasan dasar dari ilmu keperawatan tersebut

    3. Dapat memecahkan suatu permasalahan meliputi dampak teknologi, sosial budaya, ekonomi, pengobatan alternatif, kepercayaan spritual dan masih banyak yang lainnya mengenai seluk beluk lingkup profesi keperawatan yang semuanya digunakan dalam hal pencapaian profesionalisme seorang perawat

    4.  Menghindari dan meminimalisasi kesalahpahaman dan konflik dalam pencarian kebenaran tentang ilmu keperawatan

    5. Sebagai dasar dalam penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan untuk bertindak melalui pengalaman-pengalaman yang sudah ada

    6. Mendapatkan kebenaran tentang hal-hal yang dianggap belum pasti apakah tindakan yang kita lakukan dan pendapat yang kita keluarkan itu adalah benar atau salah, misalnya jika kita melakukan tindakan seperti injeksi terhadap klien kita harus tahu terlebih dahulu prosedur-prosedur apa saja yang dilakukan, jadi setelah kita mengetahuinya maka kita akan melakukan tindakan itu secara benar

    7.  Dengan filsafat seorang perawat dapat menggunakan kebijaksanaan yang dia peroleh dari filsafat sehingga perawat tersebut dapat lebih berfikir positif (positif thinking) dan dengan positif thinking tersebut seorang perawat dapat menjalankan tugasnya dengan baik sehingga pasien yang tadinya susah berkomunikasi dapat menjadi lebih dapat berkomunikasi dengan baik dan akhirnya dapat mempercepat proses penyembuhan pasien tersebut

    BAB III

    PENUTUP

    A.      KESIMPULAN

    Filsafat dalam keperawatan mempunyai peranan yang sangat penting. Keperawatan sendiri bisa dilihat dari dua sudut yaitu tentang ilmu keperawatan itu sendiri dan tentang pendidikan keperawatan. Peran filsafat dalam pendidikan bagi dosen dalam perguruan tinggi yaitu supaya tahu bagaimana cara memperlakukan mahasiswanya, dosen mengetahui apa yang harus diberikan kepada mahasiswa, bagaimana cara memperoleh pengetahuan keperawatan, dan bagaimana cara menyampaikan pengetahuan keperawatan tersebut kepada mahasiswanya sehingga mahasiswanya bisa mengaplikasikannya. Sedangkan filsafat dalam keperawatan adalah keyakinan dasar tentang pengetahuan keperawatan yang mengandung pokok pemahaman biologis manusia dan perilakunya dalam keadaan sehat dan sakit terutama berfokus kepada respon mereka terhadap situasi. Manfaat filsafat dalam keperawatan salah satunya adalah mendapatkan kebenaran tentang hal-hal yang dianggap belum pasti apakah tindakan yang kita lakukan dan pendapat yang kita keluarkan tentang dunia keperawatan itu adalah benar atau salah

    B.       SARAN

    Penerapan filsafat dalam pendidikan keperawatan masih belum merata sehingga diharapkan semua institusi pendidikan keperawatan menerapkan filsafat untuk masuk dalam kurikulum pendidikan.

    DAFTAR PUSTAKA

    Hidayat A aziz alimul. 2002. Pengantar Dokumentasi Proses Keperawatan. EGC, salemba medika: Jakarta

    Irmayanti Meliono, dkk. 2007. MPKT Modul 1. Jakarta: Lembaga Penerbitan FEUI. hal. 1

    Poedjiadi, A. 2008. Peranan Filsafat Pendidikan dalam Pengembangan Ilmu Pendidikan. Diposkan 15 Januari 2008. Diakses 26 November 2011. URL : http://www.education.com/filsafat

    Sadulloh, U. 2003. Pengantar Filsafat Pendidikan. CV Alfabeta, Bandung

    Soemowinoto, S. 2008. Pengantar Filsafat Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

  • Makalah Hubungan Kepadatan Penduduk dan Kemacetan Lalu Lintas

    Hubungan Kepadatan Penduduk dan Kemacetan Lalu Lintas

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Jaringan jalan memiliki fungsi yang sangat penting yaitu sebagai prasarana untuk memindahkan / transportasi orang dan barang, dan merupakan urat nadi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, sosial, budaya dan stabilitas nasional, serta upaya pemerataan dan penyebaran pembangunan. Dalam dimensi yang lebih luas, jaringan jalan mempunyai peranan yang besar dalam pengembangan suatu wilayah, baik wilayah secara nasional, propinsi, maupun kabupaten/kota sesuai dengan fungsi dari jaringan jalan tersebut.

    Permasalahan di sektor transportasi merupakan permasalahan yang banyak terjadi di berbagai kota. Bila di suatu wilayah perkotaan populasinya mengalami pertumbuhan yang cukup pesat, maka secara linier terjadi pula peningkatan jumlah kendaraan. Hal ini disebabkan karena adanya pertumbuhan penduduk di daerah perkotaan yang berarti semakin meningkatnya mobilitas warga masyarakat yang berakibat pada kepemilikan kendaraan pribadi dan angkutan umum. Sektor transportasi merupakan salah satu sektor yang memberikan dampak yang cukup besar terhadap lingkungan, terutama akibat penggunaan bahan bakar fosil yang menjadi penyebab utama terjadinya pencemaran udara terutama di daerah perkotaan. Pencemaran udara akibat gas buang akibat lalu lintas dipengaruhi oleh volume lalu lintas, proporsi kendaraan berat, kecepatan, dan jarak antara sumbu jalan dengan titik yang di tinjau.

    Kemacetan tidak bisa dipisahkan dari tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi. khususnya dibeberapa kota besar salah satunya yaitu kota Bandar Lampung. Kota Bandar Lampung merupakan sebuah kota, sekaligus ibu kota provinsi Lampung, Indonesia. Secara geografis, kota ini menjadi pintu gerbang utama pulau Sumatera, tepatnya kurang lebih 165 km sebelah barat laut Jakarta, memiliki andil penting dalam jalur transportasi darat dan aktivitas pendistribusian logistik dari Jawa menuju Sumatera maupun sebaliknya. Berdasarkan data dari Badan Pusat Stastik Provinsi Lampung terdapat 902.885 jiwa penduduk di Kota Bandar Lampung pada tahun 2012. Seiring perkembangannya, kota Bandar Lampung memiliki masalah terhadap kemacetan lalu lintas, seperti yang dialami oleh kota-kota besar lainnya. Kemacetan lalu lintas juga tidak akan dapat dihindari. Kita lihat saja dalam beberapa tahun terakhir ini, semakin padat saja jalan utama yang berada di kota Bandar Lampung.

    Kemacetan lalu lintas itu sendiri adalah kondisi dimana volume lalu lintas lebih besar daripada kapasitas jalan. Kemacetan lalu lintas terjadi biasanya pada ruas jalan yang menjadi akses utama dari aktifitas masyarakat suatu kota. Semakin meningkatnya jumlah penduduk mengakibatkan semakin tingginya tingkat kegiatan dan secara langsung akan meningkatkan pergerakan pada suatu daerah. Meningkatnya jumlah pergerakan di suatu kota akan meningkatkan jumlah penggunaan sarana transportasi baik sarana transportasi umum maupun pribadi.

    Semakin meningkatnya jumlah sarana transportasi yang tidak seiring dengan peningkatan prasarana transportasi, seperti jalan raya, mengakibatkan peningkatan volume lalu lintas tidak mampu ditampung oleh kapasitas jalan raya.

    Terjadinya kepadatan lalu lintas di Kota Bandar Lampung merupakan salah satu permasalahan yang penting bagi Pemerintah Kota Bandar Lampung, terutama terjadinya kepadatan pada jalan-jalan utama pada kawasan-kawasan pusat kota (Central Business District).

    B. Rumusan Masalah

    Permasalahan dalam makalah ini adalah:

    1. Apakah hubungan kepadatan penduduk dengan kemacetan lalu lintas yang terjadi di kota Bandar Lampung?
    2. Apakah yang menjadi penyebab terjadinya kemacetan lalu lintas di kota Bandar Lampung?
    3. Bagaimanakah solusi pemerintah kota Bandar Lampung dalam mengurangi kemacetan?

    C.      Tujuan

    1.        Mengetahui hubungan kepadatan penduduk dengan kemacetan lalu lintas yang terjadi di kota Bandar Lampung

    2.        Mengetahui sebab-sebab masalah kepadatan penduduk yang mengakibatkan kemacetan lalu lintas di kota Bandar Lampung.

    3.        Mengetahui solusi pemerintah kota Bandar Lampung dalam mengurangi kemacetan.

    D.      Sumber Data yang Digunakan

    Sumber data yang digunakan dalam makalah ini adalah data skunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada berupa catatan atau dokumentasi perusahaan, dan laporan pemerintah.

    Bab II. Pembahasan

    A. Kepadatan Penduduan Kota Bandar Lampung

    Kota Bandar Lampung adalah Ibukota Provinsi Lampung, dengan luas wilayah daratan 19.722 Ha ( 197.22 KM2) dan luas perairan ± 39.82 KM2, terdiri atas Pulau Kubur dan Pulau Pasaran. Daerah ini merupakan pusat kegiatan pemerintahan, sosial, politik, pendidikan dan kebudayaan, serta merupakan pusat kegiatan perekonomian daerah Lampung (BPS, 2012).

    Kota Bandar Lampung terletak pada 5° 20’- 5° 30’ Lintang Selatan dan 105° 28’ – 105° 37’ Bujur Timur, serta terletak pada ketinggian 0 sampai 700 meter di atas permukaan laut, dengan rata-rata ketinggian 77,08 meter di atas permukaan laut. Keadaan demografis tersebut menjadikan Kota Bandar Lampung sebagai pintu gerbang penghubung antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Kota Bandar Lampung juga daerah persinggahan untuk pengiriman bahan pangan melalui darat (BPS, 2012)

    Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2012 Kota Bandar lampung memiliki kepadatan penduduk 4.520 jiwa/KM2 yaitu dari jumlah penduduknya sebesar 891.374 jiwa, dan juga luas wilayahnya seluas 197,22 km2 terbagi kedalam 12 kecamatan, dimana kecamatan, luas wilayah, dan kepadatan penduduknya disajikan pada yang tabel berikut ini.

     Tabel 1. Luas wilayah, jumlah penduduk dan kepadatan penduduk per kecamatan

    di Kota Bandar Lampung tahun 2011

    KecamatanJumlah Penduduk (jiwa)Luas Wilayah (km2)Kepadatan Penduduk (jiwa/km2)
    Teluk Betung BaratTeluk Betung SelatanPanjangTeluk Betung TimurTeluk Betung UtaraTanjung Karang PusatTanjung Karang BaratKemilingKedatonRajabasaTanjung SenengSukarameSukabumi60.04193.15664.19490.29563.34273.16964.43972.24889.27343.72741.67271.53064.28820,9910,0721,1621,1110,386,6815,1427,6510,8813,0211,6316,8711,642.8609.2513.0344.2776.12010.9534.2562.6138.2053.3583.5834.2405.523
    Jumlah891.374197,224.520

    Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2012

    B.       Kemacetan di Kota Bandar Lampung

    Kemacetan adalah situasi atau keadaan terhentinya lalu lintas yang disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan melebihi kapasitas jalan. Kemacetan banyak terjadi di kota-kota besar, terutama yang tidak mempunyai transportasi publik dengan baik atau memadai ataupun juga tidak seimbangnya kebutuhan jalan dengan kepadatan penduduk.

    Masalah kemacetan menjadi bagian dari beragam permasalahan kota yang saling berkaitan satu dengan lainnya. Terjadinya kemacetan lalu lintas di Kota Bandar Lampung merupakan salah satu permasalahan penting yang harus diatasi oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung, terutama terjadinya kepadatan pada jalan-jalan utama pada kawasan-kawasan pusat kota

    Dapat diketahui bahwa data peningkatan jumlah kendaraan di Kota Bandar Lampung yang ada pada tabel di bawah ini.

     Tabel 1. Jumlah Kendaran di Kota Bandar Lampung pada Tahun 2005-2009

    TahunMobil PribadiMotor
    200540.560121.682
    200650.380150.930
    200762.583190.822
    200874.300250.065
    200996.573327.180

    (Sumber: BPS Kota Bandar Lampung dala Angka dan Dinas Perhubungan,

    2010).

    Dari tabel di atas dapat diketah bahwa jumlah kendaraan mengala peningkatan yang bagitu cepat, padah peningkatan kendaraan tidak diimban dengan peningkatan infrastruktur ja seperti pelebaran ruas dan perbaikan ja yang rusak. Masalah kemacetan tidak han berimplikasi dengan hal teknis saj melainkan perilaku masyarakat yang leb memilih kendaraan pribadi dibandingkan kendaraan umum sebagai sara transportasi.

    C.      Hubungan Tingkat Kepadatan Penduduk dan Kemacetan Lalu Lintas di Kota Bandar Lampung

    Tingkat kepadatan penduduk sangat mempengaruhi kemacetan lalu lintas di kota Bandar Lampung karena bertambahnya penduduk maka penggunaan kendaraan semakin banyak karena mereka memiliki keinginan untuk memperoleh kenyamanan, prestise, dan kurang representatifnya transportasi massal mungkin mendorong orang-orang yang mampu secara ekonomi untuk membeli dan menggunakan kendaraan pribadi, khususnya roda empat. Bayangkan jika ternyata rata­rata kendaraan roda empat di kota initernyata hanya mengangkut 1-2 orang pada setiap kali perjalanannya, tidak dapat dihindari lagi pertambahan volume kendaraan dan meningkatnya beban jalan.

    Selain itu, faktor yang menjadi penyebab timbulnya kemacetan di Kota Bandar Lampung; Pertama, Daya tampung ruas jalan yang overload atau beban yang terlalu berat dengan jumlah kendaraan yang lewat. Beberapa jalan di Kota Bandar Lampung sebenarnya tidak mampu lagi menampung aktivitas kendaraan pada jam jam puncak. Kondisi jalan tersebut kini kontras sekali dengan kondisi 1-2 tahun sebelumnya. Pada ruas jalan protokol misalnya mulai pukul 07.00-18.00 semakin macet. Jika dilihat dalam konteks kota secara keseluruhan, ada beberapa ruas jalan di Bandar Lampung yang rutin mengalami kemacetan ketika jam -jam sibuk, seperti Jalan Kartini, Jalan Raden Intan, dan Jalan Ahmad Yani dan beberapa ruas jalan lainnya di Kota Bandar Lampung meskipun intensitas kemacetannya tidak sama pada pusat kota yang ada di Ibu Kota Jakarta. Kedua, beberapa trafic light rambu lalu lintas yang kurang berfungsi turut menjadi penyebab meningkatnya angka kemacetan di Kota Bandar Lampung. Ketiga, angkutan kota dan perilaku pengguna jalan, perilaku sopir angkutan kota yang berhenti sembarangan untuk menaikkan dan menurunkan penumpang, serta perilaku pengguna jalan bahkan mungkin kita sendiri menjadi faktor penyumbang bertambahnya angka kemacetan. Keempat, tata guna lahan atau pengembangan sarana publik seperti pusat perbelanjaan yang masih berkonsentrasi di pusat kota berimplikasi pada terpusatnya pergerakan kendaraan dan orientasi masyarakat untuk selalu menuju pusat kota untuk berbelanja atau untuk menikmati sarana publik yang memiliki kesan metropolis. Kelima, pedagang Kaki Lima (PKL). Aktivitas PKL khususnya yang ada di sekitar Jalan Kartini dan Raden Intan dan jalan-jalan lain di pusat kota yang menggunakan badan jalan ikut menyumbang kemacetan. Kemacetan tersebut disebabkan banyaknya kendaraan pribadi yang menuju ke pasar tradisional paling populer di Kota Bandar Lampung tersebut secara bersamaan.

    BAB III

    PENUTUP

    A.      Kesimpulan

    Kemacetan adalah situasi atau keadaan terhentinya lalu lintas yang disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan melebihi kapasitas jalan. Kemacetan banyak terjadi di kota-kota besar, terutama yang tidak mempunyai transportasi publik dengan baik atau memadai ataupun juga tidak seimbangnya kebutuhan jalan dengan kepadatan penduduk.

    Tingkat kepadatan penduduk sangat mempengaruhi kemacetan lalu lintas di kota Bandar Lampung karena bertambahnya penduduk maka penggunaan kendaraan semakin banyak karena mereka memiliki keinginan untuk memperoleh kenyamanan, prestise, dan kurang representatifnya transportasi missal. Selain itu, factor lain yang mempengaruhi kemacetan di kota Bandar Lampung adalah daya tampung ruas jalan yang overload, beberapa trafic light rambu lalu lintas yang kurang berfungsi, angkutan kota dan perilaku pengguna jalan, perilaku sopir angkutan kota yang berhenti sembarangan, tata guna lahan atau pengembangan sarana public yang tidak sesuai, dan juga pedagang Kaki Lima (PKL).

    B.       Saran

    Seharusnya pemerintah Bandar Lampung segera mengambil langkah yang bijak dan memperbaiki sarana dan prasarana sehingga kemacetan di Bandar lampung dapat segera teratasi sebelum menjadi lebih parah seperti di Jakarta.

    DAFTAR PUSTAKA

    Badan Pusat Statistik.2010. Peningkatan jumlah kendaraan di Kota Bandar Lampung .http://lampung.bps.go.id/

    ________2012. Kepadatan Penduduan Kota Bandar Lampung. http://lampung.bps.go.id/

    http://download.portalgaruda.org/article.php?article=258288&val=7023&title=STRATEGI%20DINAS%20PERHUBUNGAN%20DALAM%20MENGATASI%20KEMACETAN%20DI%20KOTA%20BANDAR%20LAMPUNG

    http://www.skyscrapercity.com.

    Sadyahutomo, M. 2008. Manajemen Kota dan Wilayah, Realita dan Tantangan. Bumi Aksara. Jakarta

  • Makalah Pubertas – Ciri-Ciri dan Masa Peralihan Anak-Anak Ke Dewasa

    Pubertas – Ciri-Ciri dan Masa Peralihan Anak-Anak Ke Dewasa

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Setiap mahluk hidup yang diciptakan Allah SWT ke alam raya ini pasti mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Begitu juga dengan manusia sebagai bagian dari mahluk hidup, pasti mengalami pertumbuhan dan perkembangan walaupun dengan tingkat periodisasi yang berbeda-beda.

    Pada peristiwa pertumbuhan akan tampak adanya penambahan jumlah atau ukuran dari hal-hal yang telah ada, sedangkan pada peristiwa perkembangan akan tampak adanya sifat-sifat yang baru, yang berbeda dari yang sebelumnya, sehingga biasanya peristiwa perkembangan itu menjadi sebuah masalah yang harus dialami dan dihadapi oleh setiap individu.

    Selama perkembangan kehidupan individu-individu itu tidak statis, melainkan dinamis dan pengalaman belajar yang disajikan kepada mereka harus sesuai dengan masa perkembangannya itu. Apalagi perkembangan itu merupakan suatu hal yang berkesinambungan. Untuk lebih mudah memahami dan mempersoalkannya, biasanya orang menggambarkan perkembangan itu dalam fase-fase tertentu. Dari beberapa fase tersebut, fase genital merupakan fase yang kritis dan menjadi masalah bagi dirinya sendiri karena pada fase ini terjadi perubahan yang sangat besar dan cepat dalam diri dan dunianya, sehingga hal ini menimbulkan revolusi dalam kepribadiannya. Fase genital ini dimulai sejak seseorang memasuki masa remaja awal (pubertas).

    Masa remaja awal atau masa puber merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa remaja sebenarnya sehingga masa ini sering terjadi kegoncangan jiwa.

    Oleh karena itu, penulis merasa tertarik untuk membahas tentang perkembangan seseorang (peserta didik) pada masa remaja awal (masa puber) dalam sebuah makalah yang berjudul Perkembangan Remaja Awal.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah pada makalah ini yaitu

    1.        Apakah yang dimaksud dengan masa pubertas?

    2.        Apa saja ciri-ciri pada masa puber?

    3.        Apasaja kriteria masa pubertas?

    4.        Bagaimana perubahan tubuh yang terjadi pada masa puber?

    5.        Apa akibat dari perubahan fisik masa puber terhadap sikap dan perilaku?

    C.      Tujuan

    Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, tujuan yang ingin diketahui pada makalah ini antara lain:

    1.        Untuk mengetahui pengertian masa pubertas

    2.        Untuk mengetahui ciri-ciri pada masa puber

    3.        Untuk mengetahui kriteria masa pubertas

    4.        Untuk mengetahui perubahan tubuh yang terjadi pada masa puber

    5.        Untuk mengetahui akibat dari perubahan fisik masa puber terhadap sikap dan perilaku

    BAB II

    PEMBAHASAN

    A.      Pengertian Masa Pubertas

    Masa remaja awal atau masa pra puber adalah masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa remaja sebenarnya (masa pubertas), dimana seorang anak yang telah besar (puber = anak besar) ini sudah ingin berlaku seperti orang dewasa tetapi dirinya belum siap termasuk kelompok orang dewasa.

    Masa pubertas“ (berasal dari bahasa latin “pubescere”, artinya mendapat rambut kemaluan), yakni masa awal terjadinya pematangan seksual. Dalam rangkaian proses perkembangan seseorang, masa puber tidak mempunyai tempat yang jelas. Sulit membedakan antara masa puber dengan masa remaja karena masa puber adalah bagian dari masa remaja dan pubertas sering dijadikan sebagai pertanda awal seseorang memasuki masa remaja. Ketika seorang anak mengalami pubertas, berarti dia anggap sudah memasuki masa remaja, yakni masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

    Meskipun sering tidak mempunyai tempat yang jelas dalam rangkaian proses perkembangan manusia, masa pubertas mempunyai arti khusus dalam kehidupan seseorang. Betapa tidak, pada masa pubertas inilah terjadi perubahan-perubahan besar dan dramatis dalam perkembangan seorang anak, baik dalam pertumbuhan atau perkembangan fisik, kognitif, maupun dalam perkembangan psikososial anak.

    Waktu datangnya masa pubertas tidak dapat diketahui secara pasti. Ada anak-anak yang memulai masa pubertasnya pada usia yang lebih awal dan ada pula yang lebih belakangan. Biasanya, anak perempuan mulai memasuki masa pubertas lebih awal 2 tahun dibandingkan dengan anak laki-laki. Menurut sejumlah ahli perkembangan, pada anak perempuan pubertas terjadi sekitar usia 10 tahun, sedangkan pada anak laki-laki terjadi pada usia sekitar 12 tahun.

    Menurut Sigmund Freud, masa pra puber atau remaja awal berada pada fase genital, dimana pada fase ini terjadi kesenangan atau kegairahan seksual yang sesungguhnya, bersamaan dengan terjadinya perkembangan fisiologis yang berhubungan dengan kematangan kelenjar endokrin. Kelenjar endokrin adalah kelanjar yang bermuara langsung di saluran darah. Dengan melalui pertukaran zat yang ada di antara jaringan-jaringan kelenjar dengan pembuluh rambut di dalam kelenjar tadi. Zat-zat yang keluar itu disebut hormon, selanjutnya hormon-hormon tadi memberikan stimulasi pada tubuh anak, sedemikian rupa. Sehingga anak merasakan adanya rangsangan-rangsangan tertentu. Suatu rangsangan hormonal ini menyebabkan rasa tidak tenang pada diri anak, suatu rasa yang belum pernah dialami sebelumnya pada akhir dunia anak-anaknya yang cukup menggembirakan.

    Peristiwa kematangan tersebut pada perempuan terjadi 1,5 sampai 2 tahun lebih awal daripada laki-laki. Terjadi kematangan jasmani bagi perempuan biasanya ditandai dengan adanya menstruasi (mensis/t=bulan=datang bulan). Sedangkan pada laki-laki ditandai dengan keluarnya sperman pertama, biasanya lewat bermimpi merasakan kepuasan seksual.

    Kematangan atas jenis kelamin tersebut, banyak tergantung dengan iklim, lingkungan budaya setempat, bangsa dan lain-lain, sehingga peristiwa ini tiap-tiap bangsa di dunia seringkali terjadi perbedaan waktunya yang menyolok. Contoh bagi Indonesia dan Perancis terjadi pada usia 13-14 tahun (karena adanya kesamaan iklim). Tetapi di negeri panas, Arab Saudi umur 11-12 dan di malabar pada umur 8-9, di negeri dingin Siberia pada umur 17-19 tahun.

    Batasan usia remaja awal (pra puber) yang umum digunakan para ahli antara umur 12-15 tahun. Tetapi menurut Monks, Knoers dan Haditono (2001) batasan usia pra puber antara umur 10-13 tahun.

    B.       Ciri-Ciri Masa Puber

    1.        Ciri-Ciri Primer

    Ciri-ciri primer disini maksudnya ialah ciri-ciri yang menunjukkan pada organ tubuh secara langsung berhubungan dengan proses reproduksi. Ciri-ciri primer pria dan wanita berbeda. Adapun ciri-ciri primer tersebut yaitu :

    a.         Bagi laki-laki ditandai dengan keluarnya sperma pertama kali yang dikenal dengan “mimpi basah”

    Hal ini dipengaruhi oleh hormon perangsang yang diproduksi oleh kelenjar bawah otak (pituitary gland). Hormon ini merangsang testis sehingga testis menghasilkan hormon testosteron dan androgen serta spermatozoa.

    b.        Bagi perempuan ditandai dengan menstruasi (menarche)

    Yaitu menstruasi yang pertama kali dialami oleh seorang gadis. Hal ini dipengaruhi oleh perkembangan indung telur (ovarium) yang terletak dalam rongga perut wanita bagian bawah, didekat uterus yang berfungsi memproduksi sel-sel telur dan hormon-hormon estrogen dan progesteron. Progesteron berfungsi untuk mematangkan sel telur, sedangkan estrogen mempengaruhi pertumbuhan sifat-sifat kewanitaan pada tubuh seseorang atau mengatur siklus haid atau menstruasi.

    2.        Ciri-Ciri Sekunder

    Ciri-ciri sekunder adalah ciri-ciri jasmaniah yang tidak langsung berhubungan sengan proses reproduksi, namun merupakan tanda-tanda yang membedakan laki-laki dan perempuan. Adapun ciri-ciri sekundernya, yaitu :

    a.         Bagi laki-laki

    1)        Tumbuh suburnya rambut, janggut, kumis dan lainnya.

    Sudah lazimnya dalam kehidupan ditemukan seorang anak yang baru menginjak remaja ini ditandai dengan tumbuhnya bulu-bulu halus di sebagian tubuh, seperti janggut, kumis dan lain sebagainya. Hal ini terjadi karena rangsangan kelenjar endoktrin yang bermuara di dalam darah.

    2)        Selaput suara semakin besar dan berat.

    3)        Wajah anak-anak sudah mulai hilang, seperti dahi yang semula sempit sekarang menjadi lebih luas, mulut lebar, bibir lebih menjadi penuh.

    4)        Terjadi percepatan pertumbuhan otot sehingga terjadi pengurangan lemak dalam tubuh.

    5)        Perkembangan otot anak laki-laki lebih cepat dari anak perempuan, karena lebih banyak memiliki jaringan otot sehingga anak laki-laki lebih kuat daripada anak perempuan.

    b.        Bagi perempuan

    1)        Pinggul semakin besar

    2)        Payudara mulai membesar

    3)        Suara menjadi lebih halus (merdu), bulat dan tinggi.

    4)        Tumbuh rambut di bagian-bagian tertentu dialat kelamin.

    5)        Kulit semakin halus.

    3.        Ciri-ciri Tersier

    Cir-ciri tersier merupakan ciri-ciri yang berakibat dari dua ciri-ciri diatas. Diantaranya sebagai berikut.

    1)        Perubahan sikap dan perilaku

    2)        Munculnya perasaan-perasaan negatif pada diri anak

    3)        Ingin melepas diri dari orang tua

    4)        Anak ingin menyamakan dirinya dengan orang dewasa

    Menurut pendapat yang lain mengatakan bahwa Ciri-ciri masa puber :

    1.         Masa Puber Adalah Periode Tumpang Tindih

    Masa puber harus dianggap sebagai periode tumpang tindih karena mencakup tahun-tahun akhirmasa kanak-kanak dan tahun-tahun awal masa remaja. Sampai anak matang secara seksual, ia akan dikenal sebagai “ Anak Puber.” Setelah matang secara seksual, anak dikenal sebagai “Remaja” atau ”Remaja Muda.”

    2.        Masa Puber Adalah Periode yang Singkat

    Dibandingkan dengan banyaknya perubahan yang terjadi di dalam maupun di luar tubuh, masa puber relatif merupakan periode yang singkat, sekitar dua sampai empat tahun. Anak yang mengalami masa puber selama dua tahun atau kurang dianggap sebagai anak yang “ cepat matang,” sedangkan yang memerlukan tiga sampai empat tahun untuk menyelesaikan peralihan menjadi dewasa dianggap sebagai anak yang “ lambat matang.” Sebagai kelompok, anak perempuan cenderung lebih cepat matang daripada kelompok anak laki-laki, tetapi terdapat perbedaan yang mencolok dalah setiap kelompok.

    3.        Masa Puber Dibagi dalam Tahap-tahap

    Meskipun masa puber relatif merupakan periodeyang singkat dalam rentang kehidupan, namun biasanya dibagi menjadi tiga tahap, yaitu:

    a.         Tahap Prapuber

    Tahap ini merupakan tumpang tindih dengan satu atau dua tahun terakhir masa 3 kanak-kanak pada saat anak dianggap sebagai “ prapuber”, yaitu bukanlah seorang anak tetapi belum juga seorang remaja, tetapi bisa disebut tahap pematangan.

    b.        Tahap Puber

    Tahap ini terjadi pada garis pembagi antara masa kanak-kanak dan masa remaja, saat dimana kriteria kematangan seksual muncul haid pada anak perempuan dan pengalaman akan mimpi basah pertama kali di malam hari pada anak laki-laki.

    c.         Tahap Pascapuber

    Tahap ini bertumpang tindih denga tahun pertama atau tahun kedua remaja.Selama tahap ini, ciri-ciri seks skunder telah berkembang baik dan organ-organ seks telah berkembang dengan matang.

    4.        Masa Puber Merupakan Masa Pertumbuhan dan Perubahan yang Pesat

    Perubahan-perubahan pesat yang terjadi selama masa puber menimbulkan keraguan, perasaan tidak mampu dan tidak nyaman, dan dalam banyak kasus mengakibatkan perilaku yang kurang baik. Dalam membahas perubahan-perubahan ini,

    5.        Masa Puber Merupakan Fase Negatif

    Bertahun-tahun yang lalu, Charlotte Buhler menamakan masa puber sebagai fase negatif. Istilah fase menunjukkan periode yang berlangsung singkat, negatif berarti bahwa individu mengambil sikap “anti” terhadap kehidupan atau kelihatannyakehilangan sifat-sifat baik yang sebelumnya sudah berkembang.

    Terdapat bukti bahwa sikap dan perilaku negatif merupakan ciri dari bagian awal masa puber dan yang terburuk dai fase negatif ini akan berakhir bila individi secara seksual menjadi matang.

    6.        Pubertas Terjadi pada Berbagai Usia

    Purbetas dapat terjadi setiap saat antara usia lima atau enam tahun dan sembilan belas tahun. Tetapi, rata-rata anak perempuandalam kebudayaan Amerika saat ini menjadi matang secara seksualpada tiga belas tahun, dan rata-rata anak laki=laki setahun kemudian. Juga terdapat perbedaan waktuyangperluuntuk menyelesaikan proses perubahan masa puber. Variasi pada usia saat terjadinya pubertas dan dalam waktu yang diperlukan untuk proses ini menimbulkan banyak masalah pribadi maupun sosial bagi anak laki-laki dan perempuan.

    C.      Kriteria Masa Pubertas

    Pubertas (puberty) ialah suatu periode dimana kematangan kerangka dan seksual terjadi dengan pesat. Kriteria yang paling sering digunakan untuk menentukan timbulnya pubertas dan untuk memastikan tahap Pubertas tertentu yang telah dicapai adalah menstruasi, basah malam , bukti yang diperoleh dari analisis kimia terhadap air seni dan foto sinar X dari perkembangan tulang.

    Menstrusi pertama sering digunakan sebagai kriteria kematangan seksual anak perempuan, tetapi ini bukanlah perubahan fisik pertama dan terakhir yang terjadi selama masa puber. Bila menstrusi terjadi, organ-organ seks seks dan ciri-ciri seks skunder semua sudah mulai berkembang, tetapi belum ada yang matang. Menstrusi lebih tepat di agap sebagai titik tengah dalam masa puber.

    Bagi anak laki-laki, kriteria yag dipakai adalah basah malam. Selama tidur, penis kadang-kadang menjadi tegang, dan bibit atau cairan yang mengandung sperma dipancarkan. Ini merupakan cara yang normal bagi organ reproduksi pria untuk membebaskan diri dari jumlah bibit yang berlebihan . Namun, tidak semua anak laki-laki mengalami gejala ini dan tidak semua menyadarinya. Selanjutnya, basah malam seperti menstrusi, terjadi setelah beberapa perkembangan pubertas terjadi dan karenanya tidak dapat digunakan sebagai kriteria yang tepat untuk menentukan terjadinya pubertas.

    Analisis kimia terhadap air seni anak laki-laki yang oertama dipagi hari dapat merupakan cara yang efektif untuk menentukan kematangan seksual, seperti halnya ananlisis terhadap air seni wanita, yang dipakai untuk menentukan ada tidaknya estrogen, yaitu hormon gonadotrofik wanita. Namun, kesulitan praktis untuk memperoleh contoh dari air seni anak laki-laki pada pagi hari dan cara ini agak terbatasi pada anak perempuan.

    Foto sinar-X dari berbagai bagian tubuh, terutama tangan dan lutut, selama tumbuh pesat praremaja dapat menunjukan apakah masa puber mulai dan menunjukan tingkat kemajuan pubertas. Sampai sekarang, cara yang memakai foto sinar-X merupakan metode yang dapat dipercaya untuk menentukan kematangan seksual, meskipun seperti halnya analisis kimia terhadap air seni pagi hari mempunyai kesulitan prtaktis tertentu yang tidak memungkinkan metode ini dipakai secara luas.

    D.      Perkembangan Masa Pubertas

    1.        Perkembangan Fisik

    Secara umum terjadi pertumbuhan dan perkembangan fisik yang sangat pesat dalam masa remaja awal (12 / 13 tahun). Menurut Dr. Zakiah Darajadjat, bahwa diantara hal yang kurang menyenangkan remaja adalah adanya beberapa bagian tubuh yang cepat pertumbuhannya, sehingga mendahului bagian yang lain seperti kaki, tangan, hidung yang mengakibatkan cemasnya remaja melihat wajah dan tubuhnya yang kurang bagus.

    a.         Perubahan Tubuh Pada Masa Puber

     Selama pertumbuhan pesat masa puber, terjadi empat perubahan fisik penting di mana tubuh anak dewasa yaitu perubahan ukuran tubuh, perubahan proporsi tubuh, perkembangan ciri-ciri seks primer dan perkembangan ciri-ciri seks sekunder.

    1)        Perubahan ukuran tubuh

    Perubahan fisik utama pada masa puber adalah perubahan ukuran tubuh dalam tinggi dan berat badan. Rata-rata tinggi anak laki-laki adalah sekitar 59 atau 60 inchi (150 atau 152 cm) sedangkan tinggi anak perempuan sekitar 54 atau 55 inchi (137 atau 140 cm). Karena penambahan tinggi anak laki-laki dan anak perempuan selama masa remaja sekitar 9 atau 10 inchi (22,5 atau 25 cm) dan pertumbuhan relatif sedikit, maka perempuan pada akhirnya lebih pendek dibanding laki-laki.

    Bagi anak laki-laki, permulaan periode pertumbuhan pesat tinggi tubuh dimulai rata-rata pada usia 12,8 tahun dan rata-rata berakhir pada 15,3 tahun, dengan puncaknya pada empat belas tahun. Peningkatan tinggi badan yang terbesar terjadi setahun sesudah dimulainya masa puber. Sesudahnya, pertumbuhan menurun dan dan berlangsung lambat sampai usia dua puluh atau dua uluh satu tahun. Karena periode pertumbuhan yang lebih lama, anak laki-laki lebih tinggi daripada anak perempuan pada saat sudah matang.

    Pertambahan berat tidak hanya karna lemak,tetapi juga karena tulang dan jaringa otot bertambah besar. Jadi, meskipun anak puber dengan pesat bertambah berat, tetapi seringkali kelihatannya kurus dan kering. Pertambahan berat yang paling besar pada anak perempuan terjadi sesaat sebelum dan sesudah menstrusi. Setelah itu pertambahan berat badan hanya sedikit. Bagi anak laki-laki, pertambahan berat badan maksimum terjadi setahun atau dua tahun setelah anak perempuan dan mencapai puncaknya pada usia enam belas tahun, setelah itu pertambahan berat badan hanya sedikit.

    Percepatan pertumbuhan berat badan juga terjadi dalam penambahan berat badan, yakni sekitar 13 Kg bagi anak laki-laki dan 10 Kg bagi anak perempuan. Pertumbuhan ini lebih mudah dipengaruhi melalui diet, latihan dan gaya hidup umumnya.

    Kegemukan selama masa puber bagi anak laki-laki dan anak perempuan tidaklah aneh. Antara usia sepuluh dan dan dua belas tahun, di sekitar permulaan terjadinya pertumbuhan pesat, anak cenderung menumpuk lemak di perut, di sekitar puting susu, di pinggul dan paha, di pipi, leher dan rahang. Lemak ini biasanya hilang setelah kematangan masa puber dan pertumbuhan pesat tinggi badan dimulai, meskipun ada yang menetap sampai dua tahun lebih selama awal masa puber.

    2)        Perubahan Proporsi Tubuh

    Perubahan fisik pokok yang kedua adalah perubahan proporsi tubuh. Daerah-daerah tubuh tertentu yang tadinya terlampau kecil, sekarang menjadi terlampau besar karena kematangan tercapai lebih cepat dari daerah-daerah tubuh yang lain. Ini tampak jelas pada hidung, kaki dan tangan. Barulah pada bagian akhir masa remaja seluruh daerah tubuh mencpai ukuran dewasa, meskipun perubahan besar terjadi sebelum masa puber usai.

    Badan yang kurus dan panjang mulai melebar di bagian pinggul dan bahu, dan ukuran pinggang berkembang. Pada mulanya ukuran pinggang tampak tinggi karena kaki menjadi lebih panjang dari badan. Dengan bertambah panjangnya badan, ukuran pinggang berkurang sehingga memberikan perbandingan tubuh dewasa. Lebar pinggul dan bahu dipengaruhi oleh usia kematangan. Anak laki-laki yang lebih cepat matang biasanya mempunyai pinggul yang lebih lebar daripada anak yang lebih lambat matang, dan anak perempuan yang lebih lambat matang mempunyai pinggul yang sedikit lebih besar daripada anak yang cepat matang.

    Tidak lama sebelum masa puber, tungkai kaki lebih panjang daripada badan dan keadaan ini bertahan sampai sekitar usia lima belas tahun. Pada anak yang lambat matang, pertumbuhan tungkai kaki berlangsung lebih lama daripada anak yang cepat matang, sehingga tungkai kaki lebih panjang. Tungkai kaki anak yang cepat matang cenderung pendek, gemuk sedangkan tungkai kaki yang lambat matang pada umumnya lebih ramping.

    Pola yang sama terjadi pada pertumbuhan lengan, yang pertumbuhannya mendahului pertumbuhan pesat badan, sehingga tampaknya terlalu panjang. Seperti halnya dengan pertumbuhan tungkai kaki, pertumbuhan lengan dipengaruhi oleh usia kematangan. Anak-anak yang cepat matang yang mempunyai tungkai kaki lebih pendek daripada tungkai kaki anak yang lambat matang. Sampai pertumbuhan lengan dan tungkai kaki mendekati sempurna, barulah tercapai perbandingan yang baik dengan tangan dan kaki, yang keduanya mencapai ukurannya kematangan pada awal masa puber.

    b.        Ciri-ciri seks primer

    Perubahan fisik pokok ketiga adalah pertumbuhan dan perkembangan ciri-ciri seks primer, menunjukkan pada organ tubuh yang secara langsung berhubungan dengan proses reproduksi. Ciri-ciri seks primer ini ini berbeda antara anak laki-laki dan anak perempuan. Bagi anak laki-laki, ciri-ciri seks primer yang sangat penting ditunjukkan dengan pertumbuhan yang cepat dari batang kemaluan (penis) dan kantung kemaluan (scrotum), yang mulai terjadi pada usia sekitar 12 tahun dan berlangsung sekitar 5 tahun untuk penis dan 7 tahun untuk skrotum. Pada skrotum, terdapat dua buah testis (bauh pelir) yang tergantung dibawah penis. Testis ini sebenarnya telah ada sejak kelahiran, namun baru sekitar 10% dari ukuran matang. Testis mencapai kematangan penuh pada usia 20 atau 21 tahun, yang mula-mula terlihat pada peningkatan pajang penis, yang secara berangsur-angsur bertambah besar.

    Perubahan-perubahan pada ciri-ciri seks primer pada pria ini sangat dipengaruhi oleh hormon, terutama hormon perangsang yang diproduksi oleh kelenjar bawah otak (pituitary gland). Hormon perangsang pria ini merangsag testis, sehingga testis menghasilkan hormon testosteron dan androgen serta spermatozoa. Sperma yang dihasilka dalam testis selama masa remaja ini, memungkinkan untuk mengadakan reproduksi untuk pertama kalinya. Karena itu, kadang-kadang sekitar usia 12 tahun, anak laki-laki kemungkinan untuk mengalami penyemburan air mani (ejaculation of semen) mereka yang pertama atau yang dikenal dengan istilah “mimpi basah”.

    Sementara itu, pada anak perempuan, perubahan ciri-ciri seks primer ditandai dengan munculnya periode menstruasi, yang disebut dengan manarche, yaitu menstruasi yang pertama kali dialami oleh gadis. Terjadinya menstruasi yang pertama ini memberi petunjuk bahwa mekanisme reproduksi anak perempuan telah matang, sehingga memungkinkan mereka untuk mengandung dan melahirkan anak. Munculnya menstruasi pada perempuan ini sangat dipengaruhi oleh perkembangan indung telur (ovarium). Ovarium terletak dalam rongga perut wanita bagian bawah, di dekat uterus yang berfungsi memproduksi sel-sel (ovum) dan hormon-hormon estrogen dan progesteron. Hormon progresteron bertugas untuk mematangkan dan mempersiapkan sel telur (ovum) sehingga siap untuk dibuahi. Sedangkan hormon estrogen adalah hormon yang mempengaruhi pertumbuhan sifat-sifat kewanitaan pada tubuh seseorang. Hormon ini juga mengatur siklus menstruasi.

    Oleh sebab itu, menstruasi pertama pada seorang gadis didahului oleh sejumlah perubahan lain, yang meliputi pembesaran payudara, kemunculan rambut di sekitar daerah kelamin, pembesaran pinggul daan bahu. Selanjutnya, ketika percepatan pertumbuhan mencapai puncaknya, maka ovarium, uterus, vagina, labia, dan klitoris berkembang pesat.

    c.         Perubahan ciri-ciri seks sekunder

    Ciri-ciri seks sekunder adalah tanda-tanda jasmaniah yang tidak langsung berhubungan dengan proses reproduksi, namun merupakan tanda-tanda yang membedakan antara laki-laki dan perempuan. Tanda-tanda jasmaniah ini muncul sebagai konsekuens dari berfungsinya hormon-hormon yang disebutkan di atas. Di antara tanda-tanda jasmaniah yang terlihat pada laki-laki adalah tumbuh kumis dan janggut, jakun, bahu dan dada melebar, suara berat, tumbuh bulu ketiak, di dada, di kaki dan di lengan, dan di sekitar kemaluan, serta otot-otot menjadi kuat. Sedangkan pada perempuan terlihat payudara dan pinggul yang membesar, suara menjadi halus, tumbuh bulu ketiak dan di sekitar kemaluan.

    2.        Perkembangan Kognitif

    Pertumbuhan otak dan perkembangan kemampuan remaja awal, pertumbuhan otak anak wanita meningkat lebih cepat dalam usia 11 tahun dibandingkan pertumbuhan otak pria, tetapi pertumbuhan otak anak pria di usia 13 tahun meningkat 2 kali lebih cepat dibandingkan dengan kecepatan pertumbuhan otak anak perempuan seusianya. Selain itu terdapat pula bukti-bukti hasil penelitian yang menyimpulkan hal yang menyangkut pola dan cara berpikir remaja cenderung mengikuti orang dewasa yang telah menunjukkan kemampuan berpikirnya. Ini mengisyaratkan adanya sisi positif dari perkembangan kemampuan psikis remaja awal. Sisi positif pertumbuhan otak dan perkembangan kemampuan berpikir remaja, memanglah berimplikasi terhadap praktek-praktek pendidikan di sekolah.

    Menurut teori Piaget ada dua perkembangan kognitif pada diri anak, yakni sebagai berikut.

    a.         Anak sudah mulai berpikir secara abstrak dan hipotesis, anak mampu memikirkan sesuatu yang akan atau mungkin terjadi.

    b.        Anak mulai berpikir secara sistematik, mampu memikirkan segala kemungkinan secara sistematik untuk memecahkan suatu masalah.

    3.        Perkembangan Emosi (afektif)

    Perkembangan (dua pertumbuhan) sikap, perasaan emosi, remaja awal, sikap perasaan/emosi seseorangtelah ada 2 berkembang semenjak bergaul dengan lingkungan. Timbul sikap, perasaan/emosi itu (positif dan negatif) merupakan produk pengamatan dan pengalaman individu secara unik dengan benda fisik lingkungannya. Dengan orang tua dan saudara, serta pergaulan sosial yang lebih luas. Perasaan yang sangat ditakuti remaja adalah takut dikucilkan atau tersindir dari kelompoknyaa. Rasa sedih merupakan sebagian emosi yang sangat menonjol dalam masa remaja awal. Sebaliknya perasaan gembira biasanya akan nampak manakala si remaja mendapat pujian, terutama pujian terhadap diri atau hasil usahanya.

    4.        Perkembangan Sosial

    Pertumbuhan kelenjar-kelenjar seks dan perkembangan seksual remaja awal, pertumbuhan kelenjar-kelenjar seks (gonads) remaja, sesungguhnya merupakan bagian integral dari pertumbuhan dan perkembangan jasmani secara menyeluruh. Lebih jauh lagi bahwa kematangan seksual dalam usia remaja awal dan parohan pertama remaja akhir mempunyai korelasi positif dengan perkembangan sosial mereka. Hal semacam ini ditunjukkan oleh hasil penelitian James dan Moore terhadap remaja yang berusia antara 12-21 tahun dengan jumlah sampel 535 orang. Perkembangan perilaku seksual yang lebih bersangkutan dengan diri remaja, diantaranya yang sangat menonjol dan penting adalah onani atau masturbasi. Hal-hal seperti tentang seks ini tentu saja berpengaruh terhadap minat mereka pada sekolah atau pelajaran.

    Pribadi diartikan sebagai organisme yang dinamis dalam sistem fisik dan psikis yang menentukan keunikan seseorang menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Remaja dengan citra dirinya, menilai diri sendiri dan menilai lingkungannya terutama lingkungan sosial misalnya remaja menyadari adanya sifat-sifat sikap sendiri yang baik dan buruk. Moral adalah standar yang muncul dari agama dan lingkungan sosial remaja, memberikan konsep yang baik dan buruk, patut atau tidak, layak dan tidak layak secara mutlak.

    Dari uraian di atas dapat disimpulkan perkembangan sosial anak pada usia ini terlihat pada hal-hal berikut ini.

    a.         Perubahan sikap dan perilaku, sebagaimana yang diistilahkan oleh Psikolog David Elkind dengan egosentrisme yakni kecenderungan remaja untuk menerima dunia dari perspektifnya sendiri.

    b.        Munculnya perasaan-perasaan negatif pada diri anak

    c.         Ingin melepas diri dari orang tua.

    d.        Anak ingin menyamakan dirinya dengan orang dewasa.

    E.       Masalah yang Terjadi Pada Masa Puber

    1.        Masalah Fisik

    Hal yang dikhawatirkan adalah bentuk badan yang terlalu gemuk, kurus, pendek, tinggi. Wajah yang kurang tampan atau cantik.

    a)        Gemuk dan Kurus

    Pada masa ini lazimnya bagi anak-anak sekarang gemuk menjadi permasalahan dalam hidupnya, sehingga timbullah inisiatif yang sebenarnya merugikan bagi diri seorang anak. Seperti apa yang dikenal dengan istilah diet kata orang sekarang, yang salahnya dalam hal ini ialah terkadang anak-anak salam dalam memahami diet tersebut, sehingga untuk diet anak terkadang menahan-nahan makan. Inilah yang berbahaya bagi seorang anak, yang diet karena makan yang tidak teratur sehingga menimbulkan bahaya yang kedua yaitu kurus, juga jadi masalah dalam kehidupan seorang anak. Jika diet atau kurusnya karena mengurangi pola makan.

    b)        Pendek dan Tinggi

    Pendek sering mengakibatkan timbulnya cemoohan dari teman-teman seorang anak, sehingga bahayanya berdampak pada psikologisnya.

    2.        Masalah Psikologi

    Dapat dimengerti bahwa akibat yang luas dari masa puber pada keadaan fisik anak juga mempengaruhi sikap dan perilku. Namun ada bukti yang menunjukkan bahwa perubahan dalam sikap dan perilaku yang terjadi pada saat ini lebih merupakan akibat dari perubahan sosial daripada perubahan kelenjar yang berpengaruh pada keseimbagan tubuh. Semakin sedikit simpati dan pengertian yang diterima anak puber dari orang tua, kakak-asik, guru-guru dan teman-teman, dan semakin besarnya harapan sosial pada periode ini, semakin besar akibat psikologis dari perubahan-perubahan fisik.

    Perubahan masa puber terhadap sikap dan perilaku yang paling umum, paling serius, dan paling kuat seperti dipaparkan dibawah ini.

    1.        Ingin Meyendiri

    Kalau perubahan pada masa puber mulai terjadi anak-anak biasanya menarik diri dari teman-temannya dan dari berbagai kegiatan keluarga dan sering bertengkar dengan teman-teman dan anggota keluarga. Gejala menarik diri ini mencakup ketidakinginan berkomunikasi dengan orang-orang lain.

    2.        Bosan

    Anak puber bosan dengan permainan yang sebelumnya amat digemari, tugas-tugas sekolah,kegiatan sosial dan kehidupan pada umumnya. Akibatnya, anak sedikit sekali bekerja sehingga prestasi diberbagai bidang cenderung menurun.

    3.        Inkoordinasi

    Pertumbuhan pesat dan tidak seimbang mempengaruhi pola koordinasi gerakan dan anak akan merasa kikuk dan janggal selama beberapa waktu. Setelah pertumbuhan melambat, koordinasi akan membaik secara bertahap.

    4.        Antagonisme sosial

    Anak puber seringkali tidak mau bekerja sama, sering membantah dan menentang. Permusuhan terbuka antara dua jenis kelamin berlainan di ungkapkan dalam kritik dan komentar-komentar yang merendahkan. Dengan berlanjutnya masa puber, anak kemudian menjadi lebih ramah, lebih dapat bekerja sama dan lebih sabar kepada orang lain.

    5.        Emosi yang meninggi

    Kemurungan, merajuk, ledakan amarah dan kecenderungan untuk menangis karena hasutan yang sangat kecil merupakan ciri-ciri bagian awal masapuber. Pada masa ini anak merasa khawatir, gelisah dan cepat marah. Sedih, mudah marahn suasana hati yang negatif sangat sering terjadi selama masa prahaid dan awal periode haid. Dengan semakin matangnya keadaan fisik, ketegangan mulai berkurang dan anak sudah mulai mampu mengendalikan emosinya.

    6.        Hilangnya kepercayaan diri

    Anak-anak yang tadinya sangat yakin pada diri sendiri, sekarang menjadi kurang percaya diri dan takut akan kegagalan karena daya tahan fisik menurun dan karena kritik yang bertubi-tubi dari orang tua dan teman-temannya. Banyak anak laki-laki dan perempuan setelah masa puber mempunyai perasaan rendah diri.

    7.        Terlalu sederhana

    Perubahan tubuh yang terjadi selama masa puber menyebabkan anak menjadi sangat sederhana dalam segala penampilannya karena takut orang lain akan memperhatikan perubahan yang dialaminya dan memberi komentar yang buruk. Pada umumnya pengaruh masa puber lebih banyak pada anak perempuan dari pada anak laki-laki, sebagian disebabkan karena anak perempuan biasanya lebih cepat matang dari pada anak laki-laki dan sebagian karena banyak hambatan-hambatan sosial mulai di tekankan pada perilaku anak perempuan justru pada saat anak perempuan mencoba untuk membebaskan diri dari berbagai pembatasan. Karena mencapai masa puber lebih dulu, anak perempuan lebih cepat menunjukkan tanda-tanda perilaku yang mengganggu dari pada anak laki-laki. Tetapi perilaku anak perempuan lebih cepat stabil dari pada anak laki-laki dan anak perempuan mulai berperilaku seperti sebelum masa puber.

    Sementara itu, akibat psikologis juga timbul karena kebingungan yang berasal dari harapan sosial orang tua, guru dan orang lainnya. Anak laki-laki dan perempuan diharapkan berbuat sesuai dengan standar-standar yang pantas untuk usia mereka. Hal ini relatif mudah kalau pola perilaku mereka terletak pada tingkat perkembangan yang sesuai. Namun anak yang kematangannya belum siap untuk memenuhi harapan-harapan sosial menurut usianya cenderung mengalami masalah.

    BAB III

    PENUTUP

    A.      Simpulan

    Masa remaja awal atau masa pra puber adalah masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa remaja sebenarnya, dimana seorang anak yang telah besar ini sudah ingin berlaku seperti orang dewasa tetapi dirinya belum siap termasuk kelompok orang dewasa. Pubertas adalah periode dalam rentang perkembangan ketika anak-anak berubah dari makhluk aseksual menjadi makhluk seksual. Menurut sejumlah ahli perkembangan, pada anak perempuan pubertas terjadi sekitar usia 10 tahun, sedangkan pada anak laki-laki terjadi pada usia sekitar 12 tahun. Batasan usia remaja awal (pra puber) yang umum digunakan adalah antara umur 12-15 tahun.

    Kriteria yang paling sering digunakan untuk menentukan timbulnya pubertas dan untuk memastikan tahap pubertas tertentu yang telah dicapai adalah haid, basah malam, bukti yang diperoleh dari analisis kimia terhadap air seni dan foto sinar-X dari perkembangan tulang.

    Ketika seseorang memasuki masa pra puber maka akan terlihat ciri-ciri pada jasmani maupun rohaninya (kejiwaannya). Ciri-ciri pada masa pra puber terbagi menjadi tiga yaitu ciri-ciri primer yang berhubungan langsung dengan proses reproduksi. Ciri-ciri sekunder yang berhubungan dengan tanda-tanda jasmaniah yang membedakan antara laki-laki dan perempuan. Ciri-ciri tersier, yang berhubungan dengan psikologis (kejiwaan).

    Dalam perkembangan remaja awal (pra puber), seseorang akan mengalami perkembangan fisik, perkembangan kognitif, perkembangan emosi (afektif) dan perkembangan sosial. Masa pra puber merupakan masa yang kritis, sehingga seseorang yang memasuki masa ini memiliki bahaya-bahaya baik bahaya fisik maupun bahaya psikologis.

    B.       Saran

    Adapun saran-saran yang ingin disampaikan penulis yaitu :

    1.        Bagi anak-anak yang baru memasuki masa pra puber hendaknya bersikap tenang dalam menghadapi masa ini, jangan sampai masa ini digunakan untuk melakukan sifat-sifat negatif, meskipun tidak dipungkiri bahwa pada masa inilebih banyak ditandai dengan sifat-sifat negatif.

    2.        Bagi orang tua, hendaklah bersikap fleksibel, tidak otoriter dan memberikan perhatian yang ekstra tanpa melakukan pengekangan terhadap anak serta mampu memposisikan diri sebagai sahabat, jangan sampai anak-anak kita terjerumus pada hal-hal negatif apalagi di jaman sekarang yaitu jaman globalisasi yang ditandai dengan kemajuan IPTEK.

    3.        Bagi pendidik (guru), sebagai pengganti orang tua di rumah dan sebagai orang yang mempunyai kewajiban mendidik hendaklah bersikap fleksibel, sabar, mampu mengarahkan kepada hal-hal yang positif dan memberikan perhatian yang lebih serta dapat memposisikan diri sebagai sahabat yang selalu menerima curahan hati mereka.

    DAFTAR PUSTAKA

    Abdurrouf, Mohammad dkk. 2005. Masa Transisi Remaja. Jakarta : Tiansco Publisher Cetakan ke-2.

    Arif, Iman Setiadi. 2006. Dinamika Kepribadian, Gangguan dan Terapinya.Bandung : PT. Refika Aditama.

    Desmita. 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

    Desmita. 2009. Psikologi Perkembanga Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosdakarya.

    Dian Ratnaningtyas, dkk. 2012. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Diktat Kuliah (Tidak Dipublikasikan). Madiun: IKIP PGRI Madiun.

    Fauzi, Ahmad. 2004. Psikologi Umum. Bandung : CV. Pustaka Setia.

    Hurlock., E.B. 1998. Psikologi Perkembangan. Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

    http://www.google.co.id/#h1=id&source=hp&blw=&bih=&q=perkembangan+pra+puber & btn G.

    Mujib, Abdul dkk. 2002. Nuansa Nuansa Psikologi Islam. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persana Cetakan ke-2

    Zulkifli, L. 1992. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

  • Makalah Bimbingan Konseling Islam

    Bimbingan Konseling Islam

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Dalam perkembangan ilmu pengetahuan modern, kehadiran Bimbingan dan Konseling Islami telah menjadi mainstream baru dalam perkembangan keilmuan Bimbigan dan Konseling dewasa ini. Posisi Bimbingan dan Konseling Islami tidak saja bernilai The Indigenous counseling, tetapi juga dianggap sebagai ilmu bimbingan dan konseling alternatif yang menelusuri alam syahadah (empirik) dan alam ghaib (meta-empirik), atau bisa dikatakan memasuki alam dunia dan akhirat. Paling tidak, untuk alasan terakhir inilah, Bimbingan dan konseling Islam itu eksis serta diharapkan banyak dalam membentuk kepribadian manusia sempurna yang tidak ditemukan pada mazhab Bimbingan dan konseling yang lain.

    Bimbingan dan Konseling Islami menempatkan Al Qur’an sebagai posisi sentral dalam menapaki dunia konseling. Kisah al Qur’an merupakan cerita terbaik, paling lengkap dan paling indah, sebagaimana firman-Nya

    “Kami ceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al Qur’an ini kepadamu” (dalam Qs Yusuf : 3)

    Didalam cerita tersebut terdapat hikmah, teladan dan hokum bagi permasalahan umat manusia di muka bumi ini. Kebenaran dan keterujian dari Al Qur’an begitu terjaga, karena Alloh telah menjamin untuk menjaga kitab-Nya :

    “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur’an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya” (dalam Qs Al-Hijr : 9)

    Penjagaan tersebut terwujud pada penjagaan sunnah Nabawiyah sebagai akibat penjagaan dari Al Qur’an. Sebab Assunnah itu melengkapi, menjabarkan, menafsirkan dan menjelaskan Al Qur’an. Maka tampaklah jelas bahwa kebenaran akan ilmu atau hokum dari Al Qur’an akan tetap terjaga hingga umat manusia itu ada.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah pada makalah ini yaitu:

    1. Apa Makna dan Definisi Bimbingan dan Konseling Islami?
    2. Apa saja Prinsip Bimbingan dan Konseling Islami?
    3. Apa Tujuan Bimbingan dan Konseling Islami?
    4. Apa Fungsi dan Kegiatan Bimbingan dan Konseling Islami?

    C.      Tujuan

    Berdasarkan penjelasan pada latar belakang dan rumusan masalah diatas,  tujuan penulisan makalah bimbingan konseling islam adalah:

    1.        Untuk mengetahui pengertin Bimbingan dan Konseling Islami.

    2.        Untuk mengetahui Tujuan Bimbingan Konseling Islam.

    3.        Untuk mengetahui fungsi dan Kegiatan Bimbingan dan Konseling Islam.

    Bab II. Pembahasan

    A. Pengertian Bimbingan dan Konseling Islami

    Bimbingan dan konseling merupakan alih bahasa dari istilah Inggris guidance and ciunseling. Dulu istilah counseling diindonesiakan menjadi penyuluhan (nasihat). Akan tetapi, karena istilah penyuluhan banyak digunakan di bidang lain, semisal dalam penyuluhan pertanian dan penyuluhan keluarga berencana yang sama sekali berbeda isinya dengan yang dimaskud dengan counseling, maka agar tidak menimbulkan salah paham istilah counseling tersebut langsung diserap saja menjadi konseling.

    Mengenai kedudukan dan hubungan antara bimbingan dan konseling terdapat banyak pandangan, salah satunya memandang konseling sebagai teknik bimbingan. Dengan kata lain, konseling berada di dalam bimbingan. Pendapat lain mengatakan bahwa bimbingan terutama memusatkan diri pada pencegahan munculnya masalah sementara konseling memusatkan diri pada pencegahan masalah yang dihadapi individu. Dalam pengertian lain, konseling berada di dalam bimbingan. Pendapat lain mengatakan bahwa bimbingan terutama memusatkan diri pada pencegahan munculnya masalah sementara konseling memusatkan diri pada pencegahan masalah yang dihadapi individu. Dalam pengertian lain, bimbingan sifat atau fungsinya preventif, sementara konseling kuratif atau korektif. Dengan demikian bimbingan dan konseling berhadapan dengan obyek garapan yang sama, yaitu problem atau masalah. Perbedaannya terletak pad titik berat perhatian dan perlakuan terhadap masalah tersebut.

    Bimbingan tidak sama dengan pendidikan, walaupun pendidikan sering disebut juga sebagai bimbingan. Bimbingan merupakan bagian dari pendidikan. Pendidikan lebih luas cakupannya dibandingkan dengan bimbingan. Tentang hal ini akan diuraikan lebih jauh dalam pembahasan mengenai bimbingan dan konseling pendidikan Islami.

    Bimbingan sendiri didefiniskan orang bermacam-macam, ada yang sedemikian itu singkat rumusannya, ada pula amat panjang dengan merinci berbagai aspek yang terkandung dalam proses atau kegiatan bimbingan tersebut. Dalam tulisan ini bimbingan (Islami) akan dicoba dirumusakan secara singkat sebagai berikut:

    Bimbingan Islami adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

    Dengan demikian bimbingan Islami merupakan proses bimbingan sebagaimana kegiatan bimbingan lainnya, tetapi dalam seluruh seginya berlandaskan ajaran Islam, artinya berlandaskan Al-Qur’an dan Sunnah Rasul.

    Sejalan dengan bimbingan dan konseling konvensional, bimbingan dan konseling Islami mengandaikan adanya hubungan personal antar manusia, satu pihak yang ingin memecahkan masalah, dan pihak lain yang membantu menyelesaikan masalah tersebut. Dalam hal ini, MD. Dahlan mengungkapkan bahwa bimbingan dan konseling Islami adalah “bimbingan kehidupan yang pada intinya tertuju pada realisasi doa rabanna atina fi ad-dunya hasanah wa fil akhirati hasanah wa qina adzaba an-nar. Berisikan rintisan jalan ke arah penyadaran kepribadian manusia sebagai makhluk Allah dan dapat menumbuhkan rasa tentram dalam hidup karena selalu merasa dekat dengan Allah dan ada dalam lindungan-Nya.”

    Selain itu, Seminar Bimbingan dan Konseling Islam yang diselenggarakan oleh UII Yogyakarta tahun 1985, merumuskan bahwa: Bimbingan dan konseling Islami adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar menyadari kembali eksistensinya sebagai makhluk Allah yang seharusnya hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.

    Bimbingan dan konseling Islami merupakan proses bimbingan sebagaimana kegiatan bimbingan lainnya, tetapi dalam seluruh seginya berlandaskan ajaran Islam, artinya berlandaskan al-Qur’an dan Sunnah Rasul. Bimbingan Islami merupakan proses pemberian bantuan, artinya bimbingan tidak menentukan atau mengharuskan, melainkan sekedar membantu individu. Individu dibantu, dibimbing, agar mampu hidup selaras denga ketentuan dan petunjuk Allah. Maksudnya sebagai berikut:

    1.        Hidup selaras dengan ketentuan Allah artinya sesuai dengan kodratnya yang ditentukan Allah; sesuai dengan sunnatullah; sesuai dengan hakikatnya sebagai makhluk Allah’

    2.        Hidup selaras dengan petunjuk Allah artinya sesuai dengan pedoman yang telah ditentukan Allah melalui Rasul-Nya (ajaran Islam);

    3.        Hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah berarti menyadari eksistensi diri sebagai makhluk Allah yang diciptakan Allah untuk mengabdi kepada-Nya; mengabdi dalam arti seluas-luasnya.

    Ada beberapa defenisi tentang bimbingan dan konseling Islam, yaitu :

    1.        Thohari mengartikan bimbingan dan konseling Islam sebagai suatu proses pemberian bantuan terhadap individu agar menyadari kembali eksistensinya sebagai makhluk Allah SWT yang seharusnya hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah SWT, sehingga dapat mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

    2.        Yahya Jaya menyatakan bimbingan dan konseling agama Islam adalah pelayanan bantuan yang diberikan oleh konselor agama kepada manusia yang mengalami masalah dalam hidup keberagamaannya, ingin mengembangkan dimensi dan potensi keberagamaannya seoptimal mungkin, baik secara individu maupun kelompok, agar menjadi manusia yang mandiri dan dewasa dalam beragama, dalam bidang bimbingan akidah, ibadah, akhlak, dan muamalah, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan keimanan dan ketaqwaan yang terdapat dalam al-Qur’an dan Hadis.

    3.        Ainur Rahim Faqih mengartikan bahwa bimbingan dan konseling Islam adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah SWT, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

    Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa bimbingan dan konseling Islam merupakan suatu usaha yang dapat dilakukan dalam rangka mengembangkan potensi dan memecahkan masalah yang dialami klien agar dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat berdasarkan ajaran Islam. Ciri khas konseling Islam yang paling mendasar menurut Hamdani Bakran Adz-Dzaky, adalah;

    1.        Berparadigma pada wahyu dan keteladanan para Nabi, Rasul dan para ahli warisnya

    2.        Hukum konselor memberikan konseling kepada klien dan klien meminta bimbingan kepada konselor adalah wajib dan suatu keharusan dan bahkan merupakan ibadah

    3.        Akibat konselor menyimpang dari wahyu dapat berakibat fatal baik bagi diri sendiri maupun bagi kliennya

    4.        System konseling Islam di mulai dari mengarahkan kepada kesadaran nurani dan membaca ayat-ayat Allah

    5.        Konselor sejati dan utama adalah mereka yang proses konseling selalu di bawah bimbingan dan pimpinan Allah SWT dan al-Qur’an.

    Perbedaan bimbingan dan konseling umum dengan bimbingan dan konseling Islam menurut Thohari Musnamar, di antaranya yaitu:

    1.        Pada umumnya di barat proses layanan bimbingan dan konseling tidak dihubungkan dengan Tuhan maupun ajaran agama. Maka layanan bimbingan dan konseling dianggap sebagai hal yang semata-mata masalah keduniawian, sedangkan Islam menganjurkan aktifitas layanan bimbingan dan konseling itu merupakan suatu ibadah kepada Allah SWT suatu bantuan kepada orang lain, termasuk layanan bimbingan dan konseling, dalam ajaran Islam di hitung sebagai suatu sedekah.

    2.        Pada umumnya konsep layanan bimbingan dan konseling barat hanyalah di dasarkan atas pikiran manusia. Semua teori bimbingan dan konseling yang ada hanyalah didasarkan atas pengalaman-pengalaman masa lalu, sedangkan konsep bimbingan dan konseling Islam didasarkan atas, yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, aktivitas akal dan pengalaman manusia.

    3.        Konsep layanan bimbingan dan konseling Barat tidak membahas masalah kehidupan sesudah mati. Sedangkan konsep layanan bimbingan dan konseling Islam meyakini adanya kehidupan sesudah mati

    4.        Konsep layanan bimbingan dan konseling Barat tidak membahas dan mengaitkan diri dengan pahala dan dosa. Sedangkan menurut bimbingan dan konseling Islam membahas pahala dan dosa yang telah di kerjakan.

    Dengan menyadari eksistensinya sebagai makhluk Allah yang demikian itu, berarti yang bersangkutan dalam hidupnya akan berperilaku yang tidak keluar dari ketentuan dan petunjuk Allah, dengan hiduo serupa itu maka akan tercapailah kehidupan yang bahagia di dunia dan akhirat, yang menjadi idam-idaman setiap musli melalui do’a “Rabbana atina fid-dunya hasanah, wa fil akhirati hasanah, wa qinna ‘adzaban-nar” (Ya Tuhan kami, karuniakanlah pada kami kehidupan di dunia yang baik, dan kehidupan di akhirat yang baik pula, dan jauhkanlah kami dari siksa api neraka).

    Hakekat bimbingan dan konseling Islami adalah upaya membantu individu belajar mengembangkanfitrah dan atau kembalikepada fitrah, dengan cara memberdayakan (empowering) iman, akal, dan kemauan yang dikaruniakan Aloh SWT. Kepadanya untuk mempelajari tuntunan Allah dan rasul-Nya, agar fithrah yang ada pada individu itu berkembang dengan benar dan kokoh sesuai tuntunan Allah SWT.

    Dari rumusan di atas nampak, bahwa konseling Islami adalah aktifitas yang bersifat “membantu”, dikatakan membantu karena pada hakekatnya individu sendirilah yang perlu hidup sesuai tuntunan Allah (jalan yang lurus) agar mereka selamat. Karena posisi konselor bersifat membantu, maka konsekuensinya individu sendiri yang harus aktif belajar memahami dan sekaligus melaksanakantuntunan Islam (Al-Quran dan sunnah rasul-Nya). Pada akhirnya diharapkan agar individu selamat dan memperoleh kebahagiaan yang sejati di dunia dan akhirat, bukan sebaliknya kesengsaraan dan kemelaratan di dunia dan akhirat.

    B.       Landasan Bimbingan dan Konseling Islami

    Landasan (fondasi atau dasar pijak) utama bimbingan dan konseling islami adalah al-quran dan sunnah rasul, sebab keduanya merupakan sumber dari segala sumber pedoman kehidupan umat Islam,seperti disebutkan Nabi Muhammad saw sebagai berikut  yang artinya :

    “Aku tinggalkan sesuatu bagi kalian semua yang jika kalian selalu berpegang teguh kepadanya niscaya selamanya-selamanya tidak akan pernah salah langkah  tidak akan pernah salang langkah tersesat jalan, sesuatu itu yakni kitabullah dan sunah Rasulnya.”

    Al-quran dan Assunah rasul dapatlah diistilahkan sebagai landasan ideal dan konseptual. Bimbingan dan konseling islami. Dari Al-quran dan as-sunnah rasul itulah gagasan, tujuan dan konsep-konsep (pengertian,dan makna hakiki) .

    Landasan Filosofis islami  penting artinya bagi bimbingan dan konseling islami antara lain adalah :

    1.        Falsafah tentang dunia manusia (citra manusia)

    2.        Falsafah tentang dunia dan kehidupan

    3.        Falsafah tentang pernikahan dan keluarga

    4.        Falsafah tentang pendidikan

    5.        Falsafah tentang masyarakat dan hidup kemasyarakatan

    6.        Falsafah tentang upaya mencari nafkah atau falsafah kerja.

    C.      Prinsip Bimbingan dan Konseling Islami

    Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling Islami, prinsip-prinsip yang digunakan bersumber dari ajaran utama Islami, yaitu al-Qur’an dan Hadis yang kemudian dilengkapi dengan hasil penelitian dan pengalaman praktis berkaitan dengan hakikat manusia, perkembangan serta kehidupan manusia dalam konyeks sosial budaya.

    Disekolah, pelaksanaan bimbingan dan konseling Islami dilaksanakan dengan prinsip bahwa klien atau siswa adalah manusia yang menjadi khalifah dan sekaligus hamba Allah. Kedudukan sebagai khalifah menganaikan adanya tanggung jawab atas diri sendiri, orang lain, dan lingkungan di sekitarnya. Sementara kedudukan manusia sebagai hamba Allah memberi tanggung jawab kepada manusia untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah dengan mengikuti ajaran-ajaran Islam yang terdapat dalam al-Qur’an dan Hdis. Dengan prinsip lain, diharapkan pelaksanaan bimbingan dan konseling Islami dapat berkembang dengan baik mengingat sekolah merupakan lahan yang potensial bagi pelaksanaan bimbingan dan konseling Islami.

    Sekolah memiliki kondisi dasar yang menuntut pelaksanan bimbingan dan konseling Islami dengan intensitas yang tinggi. Para siswa yang sedang dalam tahap perkembangan memerlukan berbagai jenis bimbingan dan konseling dengan segala fungsinya.

    Dalam kaitan ini, tampak jelas perbedaan prinsip bimbingan dan konseling Islami dengan bimbingan dan konseling konvensional. Bimo Walgito mengungkapkan bahwa prinsip-prinsip bimbingan dan konseling konvensional meliputi hal-hal sebagai berikut:

    1.        Prinsip-prinsip berkenaan dengan sasaran pelaksanaan adalah:

    a.         Bimbingan dan konseling melayani semua individu tanpa memandang umur, jenis kelamin, suku, agama dan status sosial ekonomi.

    b.         Bimbingan dan konseling berurusan dengan pribadi dan individu yang unik dan dinamis.

    c.         Bimbingan dan konseling memperhatikan sepenuhnya tahap dan berbagai aspek perkembangan individu yang menjadi orientasi pokok pelayanannya.

    d.        Bimbingan dan konseling memberikan perhatian utama kepada perbedaan individu yang menjadi orientasi pokok pelayanannya.

    2.        Prinsip-prinsip berkenaan dengan dengan permasalahan individu adalah sebagai berikut:

    a.         Bimbingan dan konseling berurusan dengan hal-hal yang menyangkut pengaruh kondisi mental maupun fisik individu terhadap penyesuaian dirinya dirumah, di sekolah, serta kaitannya dengan kontak sosial dan pekerjaan, dan sebaliknya pengaruh lingkungan terhadap kondisi mental dan fisik individu.

    b.         Kesenjangan sosial, ekonomi dan kebudayaan merupakan faktor timbulnya masalah pada individu yang kesemuanya menjadi perhatian utama pelaksanaan bimbingan dan konseling.

    3.        Prinsip-prinsip berkenaan dengan program pelaksanaan adalah sebagai berikut:

    a.         Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari upaya pendidikan dan pengembangan individu, oleh karena itu program bimbingan dan konseling harus diselaraskan dengan program pendidikan serta pengembangan siswa.

    b.         Program bimbingan dan konseling harus fleksibel, disesuaikan dengan kebutuhan individu, masyarakat, dan kondisi lembaga.

    c.         Program bimbingan dan konseling disusun secara berkelanjutan dari jenjang pendidikan yang terendah sampai tertinggi.

    d.        Terhadap isi dan pelaksanaan program bimbingan dan konseling perlu diadakan penilaian yang teratur dan terarah.

    4.        Prinsip-prinsip berkenaan dengan tujuan dan pelaksanaannya adalah:

    a.         Bimbingan dan konseling harus diarahkan untuk pengembangan individu yang akhirnya mampu membimbing diri sendiri dalam menghadapi permasalahannya.

    b.         Dalam proses bimbingan dan konseling keputusan yang diambil dan akan dilakukan oleh individu hendaknya atas kemauan individu itu sendiri, bukan karena kemauan atau paksaan dari pembimbing atau pihak lain.

    c.         Pemasalahan individu harus ditangani oleh tenaga ahli dalam bidang yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi.

    d.        Kerjasama antara guru pembimbing, guru-guru lain, dan orang tua sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan bimbingan dan konseling.

    e.         Pengembangan program pelaksanaan bimbingan dan konseling ditempuh melalui pemanfaatan yang maksimal dari hasil pengukuran dan penilaian terhadap individu yang terlibat dalam proses pelaksanaan dan program bimbingan dan konseling itu sendiri.

    Sedangkan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling Islami di sekolah adalah:

    1.        Bimbingan dan konseling Islami perlu memperhatikan sikap dan tingkah laku individu dengan segala perbedaan dan kebutuhan yang menjadi sasaran kegiatan pelayanan,

    2.        Program bimbingan dan konseling Islami harus disusun sedemikian rupa sehingga sesuai dengan program pendidikan di sekolah, fleksibel serta dapat berkembang secara optimal sehingga dapat memecahkan masalah yang dihadapi.

    3.        Semua individu berhak mendapatkan pelaksanaan bimbingan dan konseling Islami, dan segala keputusan yang diambil berpusat pada keputusan siswa.

    4.        Petugas bimbingan memiliki pengetahuan dan keterampilan serta pengalaman yang memadai tentang berbagai metode bimbingan serta menggunakannya secara tepat.

    Berdasarkan uraian di atas, maka prinsip-prinsip bimbingan dan konseling Islami memiliki perbedaan dengan bimbingan dan konseling konvensional. Bimbingan dan konseling Islami berbrinsip pada pembentukan peningkatan iman dan takwa kepada Allah (dimensi spiritual), sementara bimbingan dan konseling konvensional hanya membicarakan maslaah material, seperti penanaman nilai sosial, pembentukan moralitas dan lain sebagainya, yang pada dasarnya lebih berorientasi kepada aspek keduniawian.

    D.      Tujuan Bimbingan dan Konseling Islami

    Secara garis besar atau secara umum, tujuan bimbingan dan konseling Islami itu dapat dirumuskan sebagai “membantu individu mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.”

    Bimbingan dan konseling sifatnya hanya merupakan bantuan, hal ini sudah diketahui dari pengertiannya. Individu yang dimaksudkan di sini adalah orang yang dibimbing atau diberi konseling, baik orang perorangan maupun kelompok. “Mewujudkan diri sebagai manusia seutuhya” berarti mewujudkan diri sesuai dengan hakekatya sebagai manusia untuk menjadi manusia yang selaras perkembangan unsure dirinya dan pelaksanaan fungsi atau kedudukannya sebagai makhluk Allah (makhluk religious), makhluk individu, makhluk sosial, dan sebagai makhluk berbudaya.

    Manusia tidak bisa seperti yang dikehendaki, yakni menjadi manusia yang seutuhnya. Dengan kata lain yang bersangkutan berhadapan dengan masalah (problem), yaitu menghadapai adanya kesenjangan antara yang seharusnya (ideal) dengan yang senyatanya. Orang yang menghadapai masalah, lebih-lebih masalah berat, maka yang bersangkutan tidak merasa bahagia. Bimbingan dan konseling Islami berusaha membantu individu agar bisa hidup bahagia, bukan saja di dunia, melainkan juga di akhirat. Karena itu, tujuan akhir bimbingan dan konseling Islami adalah kebahagiaan hidup manusia di dunia dan di akhirat. Bimbingan dan konseling Islami berusaha membantu mencegah jangan sampai individu menghadapi atau menemui maslah. Dengan kata lain membantu individu mencegah timbulnya maslah bagi dirinya. Bantuan pencegahan maslah ini merupakan salah satu fungsi bimbingan.

    Karena berbagai faktor, individu bisa juga terpaksa menghadapi masalah, dan kerap kali individu tidak mampu memecahkan masalahnya sendiri, maka bimbingan berusaha membantu memecahkan masalah yang dihadapinya. Manakala klien atau yang dibimbing telah bisa meyelesaikan masalah yang dihadapinya, bimbingan dan konseling Islami masih tetap membantunya dengan membantu individu dari mengalami kembali menghadapi masalah tersebut sekaligus dengan membantu mengembangkan segi-segi positif yang dimiliki individu.

    Dengan demikian, tujuan bimbingan dan konseling Islami dapat dirumuskan sebagai berikut:

    1.        Tujuan Umum:

    Membantu individu mewujudkan dirinya menjadi manusia seutuhya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

    2.        Tujuan Khusus:

    a.         Membantu individu agar tidak menghadapi masalah,

    b.        Membantu individu mengatasi masalah yang sedang dihadapinya,

    c.         Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang baik atau yang telah baik agar tetap menjadi baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak akan menjadi sumber maslah bagi dirinya dan orang lain.

    E.       Fungsi dan Kegiatan Bimbingan dan Konseling Islami

    Fungsi(kelompok tugas atau kegiatan sejenis) dari bimbingan dan konseling Islami itu sebagai berikut:

    1.        Fungsi preventif, yakni membantu individu menjaga atau mencegah timbulnya masalah bagi dirinya.

    2.        Fungsi kuratif atau korektif, yaki membantu individu memecahkan masalah yang sedang dihadapinya.

    3.        Fungsi preservatif, yakni membantu individu menjaga agar situasi dan kondisi yang semula tidak baik (mengandung masalah) menjadi baik (terpecahkan) dan kebaikan itu bertahan lama (in state of good).

    Untuk mencapai tujuan seperti yang telah disebutkan, dan sejalan dengan fungsi-fungsi bimbingan dan konseling Islami tersebut, maka bimbingan dan konseling Islami melakukan kegiatan yang dalam garis besarnya dapat disebutkan sebagai berikut:

    1.        Mengingatkan kembali individu akan fitrahnya. Fitrah Allah dimaksudkan bahwa manusia itu membawa fitrahnya ketauhidan, yakni mengetahui Allah SWT Yang Maha Esa, mengakui dirinya sebagai ciptaanNya, yang harus tunduk dan patuh pada ketentuan dan petunjukNya.

    2.        Membantu individu tawakkal atau berserah diri kepada Allah. Dengan tawakkal atau berserah diri kepada Allah berarti meyakini bahwa nasib baik-buruk itu ada hikmahnya yang bisa jadi manusia tidak tahu.

    3.        Membantu individu merumuskan masalah yang dihadapinya dan membantunya mendiagnosis masalah yang sedang dihadapinya itu.

    4.        Membantu individu menemukan alternatif pemecahan masalah. Terapi umum bagi pemecahan maslah (rohaniah) individu, seperti yang dianjurkan Al-Qur’an, antara lain: berlaku sabar, membaca dan memahami Al Qur’an, berzikir atau mengingat Allah.

    5.        Membantu individu mengembangkan kemampuan mengantisipasi masa depan, sehingga mampu memperkirakan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi berdasarkan keadaan-keadaan sekarang, atau memperkirakan akibat yang akan terjadi manakal sesuatu tindakan saat ini dikerjakan.

    BAB III

    PENUTUP

    A.      Kesimpulan

    Bimbingan dan konseling Islam merupakan suatu usaha yang dapat dilakukan dalam rangka mengembangkan potensi dan memecahkan masalah yang dialami klien agar dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat berdasarkan ajaran Islam.

    Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling Islami, prinsip-prinsip yang digunakan bersumber dari ajaran utama Islami, yaitu al-Qur’an dan Hadis yang kemudian dilengkapi dengan hasil penelitian dan pengalaman praktis berkaitan dengan hakikat manusia, perkembangan serta kehidupan manusia dalam konyeks sosial budaya.

    Secara garis besar atau secara umum, tujuan bimbingan dan konseling Islami itu dapat dirumuskan sebagai “membantu individu mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.”

    Secara umum bimbingan dan konseling memiliki tiga fungsi yaitu fungsi preventif, yakni membantu individu menjaga atau mencegah timbulnya masalah bagi dirinya. Fungsi kuratif atau korektif, yaki membantu individu memecahkan masalah yang sedang dihadapinya dan fungsi preservatif, yakni membantu individu menjaga agar situasi dan kondisi yang semula tidak baik (mengandung masalah) menjadi baik (terpecahkan) dan kebaikan itu bertahan lama (in state of good).

    Untuk mencapai tujuan seperti yang telah disebutkan, dan sejalan dengan fungsi-fungsi bimbingan dan konseling Islami tersebut, maka bimbingan dan konseling Islami melakukan kegiatan yang dalam garis besarnya dapat disebutkan Mengingatkan kembali individu akan fitrahnya, Membantu individu tawakkal atau berserah diri kepada Allah, Membantu individu merumuskan masalah yang dihadapinya dan membantunya mendiagnosis masalah yang sedang dihadapinya itu, Membantu individu menemukan alternatif pemecahan masalah, Membantu individu mengembangkan kemampuan mengantisipasi masa depan, sehingga mampu memperkirakan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi berdasarkan keadaan-keadaan sekarang, atau memperkirakan akibat yang akan terjadi manakal sesuatu tindakan saat ini dikerjakan.

    B.        Saran

    Saran yang penulis ingin sammpaikan pada makalah ini yaitu:

    1.        Sebagai calon pendidik kita seharusnya dapat lebih memahami mngenai bimbingan dan konseling dalam islam sehingga kita dapat mengatasi masalah dengan berpedoman dengan secara islami.

    2.        Untuk para pendidik dapat menggunakan pemahaman bimbingan dan konseling untuk diajarkan kepada anak didiknya, sehingga para anak didik dapat mengambil pelajaran dan tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang melanggar, terutama pada ajaran islam.

    DAFTAR PUSTAKA

    Sutoyo, A. 2009. Bimbingan dan Konseling Islami Teori & Praktik Edisi Revisi. Semarang: Widya Karya.

    Dahlan, A. C. 2009. Bimbingan & Konseling Islami Sejarah, Konsep dan Pendekatannya. Yogyakarta: Pura Pustaka.

    Lubis, S. A. 2007. Konseling Islami Kyai & Pesantren. Yogyakarta: Elsaq Press.

    Mohammmad Surya, Psikologi konseling, Pustaka Bani Quraisy. Bandung: 2003

    Asy`ari, Ahm dkk., Pengantar Studi Islam (Surabaya: IAIN Sunan Ampel, 2004),  Ahmad bin Muhammad al-Mali al-Shawi, Syarh al-Shawi `ala Auhar al-Tauhid,.

    Ahmad Mubarok, Al-Irsyad an Nafsy, Konseling Agama Teori dan Kasus(Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2002)

    Farid Hariyanto, Makalah dalam Seminar Bimbingan dan Konseling AgamaJakarta: 2007

    Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, UII press. Jakarta: 2001

    Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan depaartemen Pendidikan Nasional, Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta: 2007