Blog

  • LKPD Praktikum Fisika SMA Gerak Parabol

    Lembar Kerja Siswa (LKS) Praktikum Fisika Gerak Parabola Kelas IX – Membukktikan tinggi maksimum dan jarak terjauh di gerak parabola

    LKS Gerak Parabola

    Lembar Kerja Siswa (LKS) Praktikum Fisika Gerak Parabola Kelas IX – Membukktikan tinggi maksimum dan jarak terjauh di gerak parabola – Hai sahabat jejak dosen Info Guru/Dosen, Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Lembar Kerja Siswa (LKS) Praktikum Fisika Gerak Parabola Kelas IX – Membukktikan tinggi maksimum dan jarak terjauh di gerak parabola, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. semoga Artikel Fisika, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

    Hari/Tanggal:

    KelasXI
    Nama KelompokC
    Anggota1
    2
    3
    4
    5
    6

    1. Judul Percobaan
        Gerak Parabola dengan Pistol Mainan

    2. Tujuan Percobaan

    • Mengetahui cara kerja kerja gerak parabola
    • Menentukan kecepatan awal

    3. Dasar Teori

    Tentang gerak parabola dengan pistol mainan yang disertai dengan rumus-rumus persamaan untuk mencari waktu tertinggi, waktu terjauh, tinggi maksimum, jarak maksimum dan jarak terjauh.

    4. Alat dan Bahan
    Alat dan bahan yang kami pergunakan untuk praktek ini adalah sebagai berikut:

    • Pistol mainan dengan peluru mainan
    • Meteran
    • Busur
    • Kertas Folio
    • Alat tulis
    • Stopwatch

    5. Cara Kerja
    Berikut adalah cara kerja untuk mempraktekan gerak parabola:
    · Siapkan pistol mainan yang sudah terisi peluru mainan didalamnya.
    · Ukurlah ketinggian pistol mainan dari dasar tanah/lantai untuk menemukan Ho. (Dalam laporan ini kami memakai ketinggian 1 m dari tanah) Gunakan meteran untuk mengukurnya.
    · Ukurlah sudut elevasi dengan berpatokan di laras pistol tersebut dengan sudut yang telah ditentukan (30,45,60) dengan menggunakan busur.
    · Siapkan stopwatch untuk mulai menghitung waktu terjauh disaat pistol mainan ditembakan dan mulai memberhentikan hitungan waktu disaat peluru sudah menyentuh tanah.
    · Setelah itu, tembakanlah pistol itu sehingga pelurunya mengalami gerak parabola. Amati tempat peluru itu jatuh.
    · Lalu, gunakan meteran untuk mengukur X terjauh jarak antara tempat sebuah pistol ditembakan dengan peluru yang sudah jatuh.
    · Setelah semua data yang diperlukan sudah dicatat di kertas folio, hitunglah dengan menggunakan rumus-rumus.

    6. Data

    NoSudutTerjauh (cm)Terjauh (s)Vo (m/s)Maks (cm)
    130
    245
    360

    7. Analisis Data
    Pada sudut elevasi 30°, didapatkan data sebagai berikut:
    X terjauh =
    t terjauh =

    Pada sudut elevasi 45°, didapatkan data sebagai berikut:
    X terjauh =
    t terjauh =

    Pada sudut elevasi 60°, didapatkan data sebagai berikut:
    X terjauh =
    t terjauh =

    8. Pembahasan

    9. Kesimpulan

  • Laporan Praktikum Fisika Tekanan Air dan Udara

    Tekanan Air dan Udara

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Tekanan (p) adalah satuan fisika untuk menyatakan gaya (F) per satuan luas (A). Satuan tekanan sering digunakan untuk mengukur kekuatan dari suatu cairan atau gas. Satuan tekanan dapat dihubungkan dengan satuan volume (isi) dan suhu. Semakin tinggi tekanan di dalam suatu tempat dengan isi yang sama, maka suhu akan semakin tinggi. Hal ini dapat digunakan untuk menjelaskan mengapa suhu di pegunungan lebih rendah dari pada di dataran rendah, karena di dataran rendah tekanan lebih tinggi.

    Akan tetapi pernyataan ini tidak selamanya benar atau terkecuali untuk uap air, uap air jika tekanan ditingkatkan maka akan terjadi perubahan dari gas kembali menjadi cair. (dikutip dari wikipedia : kondensasi). Rumus dari tekanan dapat juga digunakan untuk menerangkan mengapa pisau yang diasah dan permukaannya menipis menjadi tajam. Semakin kecil luas permukaan, dengan gaya yang sama akan dapatkan tekanan yang lebih tinggi.

    Tekanan dapat dibagi menjadi 3, yaitu:  tekanan pada zat padat, tekanan pada zat cair, dan tekanan pada zat gas.

    Tekanan pada Zat Padat

    Tekanan pada suatu zat padat dapat dinyatakan sebagai gaya per satuan luas penampang. Secara matematis, tekanan dapat dinyatakan sebagai berikut.

    dengan:                                                         

    p =\frac{F}{A}

    p = tekanan (N/m2)
    F = gaya (N)
    A = luas bidang tekan (m2)

    Tekanan pada Zat Cair

    Tekanan pada zat cair sering disebut juga dengan tekanan hidrostatis. Tekanan hidrostatis ini tergantung pada suatu tingkatan kedalaman dan berat jenis pada zat cair. Tekanan pada zat cair mengarah ke segala arah. Rumus tekanan hidrostatis sebagai berikut.

    Pp.g.h

    dengan:

    ph = tekanan hidrostatis zat cair (N/m2)
    = massa jenis (kg/m3)
    = percepatan gravitasi (m/s2)
    h = kedalaman dari permukaan (m)

    Tekanan pada Zat Gas

    Gas-gas yang ada di dalam ruangan yang tertutup akan mengeluarkan udar dan  menekan ke segala arah dengan sama besar. Tekanan gas pada ruang tertutup bisa diukur dengan menggunakan 2 alat yang berbeda yang masing-masing namanya seperti  manometer terbuka dan manometer tertutup. Tekanan gas dalam ruang terbuka dapat diukur dengan menggunakan barometer

    Tujuan

    Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan tekanan, ada berapa jenis tekanan, dan apa alat yang digunakan untuk mengukur tekanan serta memahami hukum-hukumnya.

    Bab II. Kajian Pustaka

    Tekanan merupakan suatu ukuran yang terdiri dari besarnya gaya yang bekerja pada suatu benda untuk setiap satu satuan luas permukaan bidang tekan. Tekanan dapat dinotasikan sebagai simbolp (pressure) dan memiliki satuan SI Nnr2. Satuan tekanan yang lain adalah pascal (Pa) dan bar (Sangdedi, 2010)

    Tekanan udara merupakan tenaga yang bekerja untuk menggerakkan massa udara dalam setiap satuan luas tertentu. Diukur dengan menggunakan barometer. Satuan tekanan udara adalah milibar (mb). Garis yang menghubungkan tempat-tempat yang sama tekanan udaranya disebut sebagai isobar. Tekanan udara dapat diukur dengan menggunakan barometer (Leonheart, 2010)

    Tekanan zat cair ialah adanya gaya yang mendorong gerakan air, sehingga air dapat mengalir. Air mengalir dari tempat dengan energi potensial tinggi ke tempat dengan energi potensial rendah (kanginan, 2007)

    Tekanan Hidrostatis adalah tekanan yang terjadi di bawah air. Tekanan ini terjadi karena adanya berat air yang membuat cairan tersebut mengeluarkan tekanan. Tekanan sebuah cairan bergantung pada kedalaman cairan di dalam sebuah ruang dan gravitasi juga menentukan tekanan air tersebut (Anonim2, 2011)

    Hukum Pascal adalah tekanan yang diberikan kepada zat cair didalam ruang tertutup diteruskan ke segala arah dan sama besar.  Hukum Archimedes:  suatu benda yang dicelupkan sebagian atau seluruhnya kedalam zat cair akan mendapat gaya keatas yang sama besarnya dengan berat zat cair yang dipindahkan oleh benda tersebut (Anonim1, 2006)

    Bab III. metode Praktikum

    Bahan dan Alat

         Kegiatan 1;

    ·         Air

    ·         Botol plastik bekas air mineral ukuran 1500 mL

    ·         Pipet obat

    ·         Gelas plastik

         Kegiatan 2:

    ·         Air

    ·         Tanah liat

    ·         Corong

    ·         Botol plastik bekas air mineral

         Kegiatan 3:

    ·         Gelas ukur 3 buah

    ·         Sedotan plastik panjang 15 cm

    ·         Tanah

    ·         Air, larutan garam dan minyak goreng

    Prosedur Kerja

         Kegiatan 1:

    ·         Masukkan pipet dalam segelas air untuk memastikan bahwa pipet itu mengapung.  Tekan pipetnya dan tariklah sedikit air.  Jika pipet tersebut masih mengapung, tambahkan lagi airnya.  Jika pipet tersebut tenggelam, tekan sedikit air agar keluar. Terus tarik air ke dalam atau tekan air keluar sampai pipet tersebut agak mengambang secara tegak didalam air

    ·         Isi botol plastik dengan air sampai penuh, pastikan bahwa tidak ad gelembung udara yang terperangkap dalam botol

    ·         Kemudian masukkan pipet kedalam botol. Tutup botol rapat-rapat

    ·         Tekan botol secara perlahan

    ·         Amati apa yang terjadi pada pipet dalam botol

         Kegiatan 2:

    ·         Letakkan corong diatas leher botol

    ·         Masukkan air ke dalam botol, amati

    ·         Letakkan corong diatas leher botol lagi

    ·         Letakkan tanah liat disekeliling leher botol sehingga tidak ada ruangan diantara botol dengan corong

    ·         Selanjutnya tuang air melalui corng dan amatilah

         Kegiatan 3:

    ·         Tuangkan masing-masing air, larutan garam, dan minyak goreng pada ketiga gelas ukur dengan volume yang sama

    ·         Tempelkan tanah liat pada salah satu ujung sedotan membentuk sebuah bandul

    ·         Celupkan banul tersebut ke dalam air hingga melayang

    ·         Tandai sedotan dengan spidol tepat pada permukaan air

    ·         Celupakn sedotan itu lagi pada larutan garam.  Amati letak tanda spidol tadi (diatas atau dibawah permukaan larutankah tanda itu)

    ·         Kemudian celupkan sedotan itu lai kedalam gelas yang berisi minyak goreng.  Amati letak tanda spidol tadi (diatas atau dibawah permukaan minyakkah tanda itu)

    ·         Pada zat cair manakah sedotan tercelup paling dalam?

    ·         Bagaimana kesimpulanmu dari kegiatan diatas?

    Waktu dan Tempat

         Praktikum fisika ini dilaksanakan pada hari Jum’at, 13 Juni 2012 jam 14.00 WITA.  Bertempat di laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat.

    Bab IV. Hasil dan Pembahasan

    Hasil

         Kegiatan 1:

         Pada saat botol tertutup rapat yang berisi air yang didalamnya dimasukkan pipet berisi air ditekan pipet akan turun kebawah dan saat dilepas pipet akan kembali mengapung dipermukaan.

         Kegiatan 2:

         Pada saat botol yang diletakkan corong dileher botol kita masukkan air akan mudah mengalir masuk kedalam botol.  Sedangkan jika kita letakkan tanah liat disekeliling leher botol sehingga tidak ada ruangan diantara botol dengan corong saat kita masukkan air, airnya akan tertahan dalam corong.

         Kegiatan 3:

         Pada saat sedotan yang ujungnya ditempeli tanah liat membentuk bandul dicelupkan diair biasa hanay seperempat yang tenggelam.  Pada air garam kurang dari seperempat yang tenggelam.  Pada minyak sedotannya setengah tenggelam.

    Pembahasan

         Kegiatan 1:

         Pada saat botol ditekan pipet akan turun kebawah karena saat ditekan molekul-molekul air akan merapat dan menekan pipet sehingga pipet turun kebawah dan saat dilepaskan pipet akan neik keatas sebab dalam pipet terdapat tekanan udara dan zat cair juga.

         Kegiatan 2:

         Pada leher botol yang tidak diberi tanah liat akan dengan mudah air masuk, karena adanya pertukaran udara dalam botol.  Saat air dimasukkan kedalam botol melalui corong, udara dalam botol akan keluar melalui celah2 antara leher botol dan corong sehingga air dengan mudah masuk.  Sedangkan kalo diantara leher botol dan corong tempeli dengan tanah liat dengan sangat rapat, maka saat air dimasukkan kedalam botol akan tertahan didalam corong karena udara dalam botol tidak bisa keluar kecuali lewat corong sehingga udara tersebut menghalangi air untuk masuk kedalam botol.

         Kegiatan 3:

         Pada saat sedotan dimasukkan kedalam air seperempatnya tenggelam, karena air memiliki massa jenis dan kerapatan yang tidak terlalu besar yang mengakibatkan tekanan hidrostatiknya kecil sehingga akan mudah ditembus oleh benda.  Dalam air garam sedotan kurang dari seperempat tenggelamnya, karena air garam memiliki massa jenis dan kerapatan yang lebih besar dari air yang mengakibatkan tekanan hidrostatiknya besar sehingga benda sulit menembusnya.  Sedangkan dalm minyak sedotan setengahnya tenggelam, karena minyak memiliki massa jenis dan kerapatan yang lebih kecil dari air mengakibatkan tekanan hidrostatiknya lebih kecil sehingga sangat mudah ditembus.

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Kesimpulan

    1.      Tekanan merupakan suatu ukuran yang terdiri dari besarnya gaya yang bekerja pada suatu benda untuk setiap satu satuan luas permukaan bidang tekan.

    2.      Tekanan dapat dibagi berdasarkan jenis zatnya.

    3.      Dalam tekanan terdapat beberapa hukum antara lain:  Hukum Pascal, Hukum Archimedes, dsb.

    4.      Zat cair memiliki sifat akan mengembalikan gaya yang diberikan suatu benda.  Dimana gaya yang dikembalikan sama besar denagn gaya yang diberikan benda tersebut.

    Saran

         Dalam praktikum kali ini hendaknya praktikan lebih teliti dan serius dalam melakukan percobaan, sebab dalam percobaan kalau tidak teliti dan serius bisa mengakibatkan kegagalan.

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonim1.  2006.  Tekananhttp://www.scribd.com.  Diakses tanggal 10 Juni 2011.

    Anonim2.  2011.  Tekanan.  http://id.wikipedia.org.  Diakses tanggal 9 Juni 2011

    Kanginan, Marthen.  2007.  IPA Fisika untuk SMP Kelas VIII.  Jakarta:  Penerbit Erlangga.

    Leonheart.  2010.  Tekanan Udara.  http://leonheart94.blogspot.com.  Diakses tanggal 9 Juni 2011.

    Sangdedi.  2010.  Tekanan Pada Zat Serta Hukumnya.  http://klikbelajar.com.  Diakses tanggal 9 Juni2011.

  • Makalah Gerak Melingkar Beraturan

    Gerak Melingkar Beraturan

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Gerak adalah suatu perubahan tempat kedudukan pada suatu benda dari titik keseimbangan awal. Sebuah benda dikatakan bergerak jika benda itu berpindah kedudukan terhadap benda lainnya baik perubahan kedudukan yang menjauhi maupun yang mendekati.

    Fisika adalah ilmu yang mempelajari benda-benda serta fenomena dan keadaan yang terkait dengan benda-benda tersebut. Untuk menggambarkan suatu fenomena yang terjadi atau dialami suatu benda, maka didefinisikan berbagai besaran-besaran fisika. Besaran-besaran fisika ini misalnya panjang, jarak, massa, waktu, gaya, kecepatan, temperatur, intensitas cahaya, dan sebagainya. Terkadang nama dari besaran-besaran fisika tadi memiliki kesamaan dengan istilah yang dipakai dalam keseharian, tetapi perlu diperhatikan bahwa besaran-besaran fisika tersebut tidak selalu memiliki pengertian yang sama dengan istilah-istilah keseharian. Seperti misalnya istilah gaya, usaha, dan momentum, yang memiliki makna yang berbeda dalam keseharian atau dalam bahasa-bahasa sastra. Misalnya, “Anak itu bergaya.

    Pada makalah ini akan dibahas tentang gerak melingkar beraturan dalam Fisika beserta Besaran-besarannya.

    B. Tujuan

    1. Untuk mengetahui tentang pengertian gerak melingkar beraturan dan besaran-Besaran dalam gerak Melingkar Beraturan
    2. Untuk mengetahui tentang kecepatan sudut/kecepatan angular gerak melingkar beraturan dan contoh soal.

    Bab II. Pembahasan

    A. Pengertian Gerak Melingkar Beraturan

    Gerak Melingkar Beraturan (GMB) adalah gerak yang lintasannya berbentuk lingkaran dengan laju konstan dan arah kecepatan tegak lurus terhadap arah percepatan. Arah kecepatan terus berubah sementara benda bergerak dalam lingkaran tersebut, tampak seperti pada gambar disamping. Oleh karena percepatan didefinisikan sebagai besar perubahan kecepatan, perubahan arah kecepatan menyebabkan percepatan sebagaimana juga perubahan besar kecepatan. Dengan demikian, benda yang mengelilingi sebuah lingkaran terus dipercepat, bahkan ketika lajunya tetap konstan (v1= v2= v).

    Beberapa lambang yang biasa ditemukan dalam GMB antara lain :

    Keterangan

    f : frekuensi (Hz)
    T : Periode (s)
    n : banyak putaran
    t : waktu (s)
    ω : frekuensi sudut (rad/s)
    v : kecepatan (m/s
    r : jari-jari lintasan (m)

    Frekuensi (f) dan periode (T) dalam GMB :

    \theta =\frac{s}{R}

    sesuai dengan keterangan lambang2 di atas berarti :

    Frekuensi = banyaknya putaran/waktu

    Periode = waktu/banyaknya putaran

    Rumus Kecepatan Sudut (ω)

    Keterangan :
    ω = Kecepatan sudut (rad/s)
    f   = frekuensi (Hz)
    T  = periode (s)
    π  3,14 atau 22/7 atau tetap/tidak diganti angka

    B.     Besaran-Besaran Dalam Gerak Melingkar Beraturan

    1.      Periode Dan Frekuensi Gerak Melingkar Beraturan

    Sebuah partikel/benda yang bergerak melingkar baik gerak melingkar beraturan ataupun yang tidak beraturan, geraknya akan selalu berulang pada suatu saat tertentu. Dengan memerhatikan sebuah titik pada lintasan geraknya, sebuah partikel yang telah melakukan satu putaran penuh akan kembali atau melewati posisi semula. Gerak melingkar sering dideskripsikan dalam frekuensi ( f ), yaitu jumlah putaran tiap satuan waktu atau jumlah putaran per sekon. Sementara itu, periode (T ) adalah waktu yang diperlukan untuk menempuh satu putaran.

    Hubungan antara periode (T ) dan frekuensi ( f ) adalah:

    dengan:

    T = periode (s)
    f = frekuensi (Hz)

    Sebagai contoh, jika sebuah benda berputar dengan frekuensi 3 putaran/sekon, maka untuk melakukan satu putaran penuh, benda itu memerlukan waktu 1/3 sekon. Untuk benda yang berputar membentuk lingkaran dengan laju konstan ν, dapat kita tuliskan:

    Hal ini disebabkan dalam satu putaran, benda tersebut menempuh satu keliling lingkaran (= 2 π R).

    2.      Posisi Sudut (θ) Gerak Melingkar Beraturan

    Gambar dibawah melukiskan sebuah titik P yang berputar terhadap sumbu yang tegak lurus terhadap bidang gambar melalui titik O. Titik P bergerak dari A ke B dalam selang waktu t. Posisi titik P dapat dilihat dari besarnya sudut yang ditempuh, yaitu θ yang dibentuk oleh garis AB terhadap sumbu x yang melalui titik O. Posisi sudut θ diberi satuan radian (rad). Besar sudut satu putaran adalah 360° = 2 θ radian.

     

    Jika θ adalah sudut pusat lingkaran yang panjang busurnya s dan jari-jarinya R, diperoleh hubungan:

    dengan:

    θ = lintasan/posisi sudut (rad)
    s = busur lintasan (m)
    R = jari-jari (m)

     C.    Kecepatan Sudut/Kecepatan Angular Gerak Melingkar Beraturan

    Dalam gerak melingkar beraturan, kecepatan sudut atau kecepatan anguler untuk selang waktu yang sama selalu konstan. Kecepatan sudut didefinisikan sebagai besar sudut yang ditempuh tiap satu satuan waktu. Untuk partikel yang melakukan gerak satu kali putaran, didapatkan sudut yang ditempuh θ =2 π dan waktu tempuh t = T. Berarti, kecepatan sudut ( ω) pada gerak melingkar beraturan dapat dirumuskan:

    dengan:

    ω = kecepatan sudut (rad/s)
    T = periode (s)
    f = frekuensi (Hz)

    D.    Contoh Soal :

    1.      Sebuah partikel bergerak melingkar dengan kelajuan sudut konstan 10 rad/s. Tentukan (a) kelajuan sudut partikel setelah 10 sekon (b) sudut yang dikelilingi partikel setelah 10 sekon.

    Pembahasan

     Jawab :

    (a)    kelajuan sudut setelah 10 sekon

    Partikel bergerak melingkar beraturan = partikel bergerak dengan kecepatan sudut tetap. Jadi kelajuan sudut setelah 10 sekon tetap 10 radian/sekon.

    (b)   sudut yang dikelilingi setelah 10 sekon

    Kelajuan sudut konstan 10 radian / sekon artinya setiap 1 sekon, partikel mengelilingi sudut 10 radian. Setelah 2, partikel telah mengelilingi sudut 2 x 10 = 20 radian. Setelah 10 sekon, partikel telah mengelilingi sudut 10 x 10 radian = 100 radian.

    2.      Sebuah titik pada tepi silinder bergerak melingkar dengan kelajuan konstan 10 m/s. Jari-jari silinder = 1 meter. Tentukan (a) kelajuan tepi silinder 5 sekon kemudian (b) jarak yang ditempuh tepi silinder 5 sekon kemudian (c) percepatan sentripetal titik yang berjarak 0,5 meter dan 1 meter dari poros alias sumbu putar.

    Pembahasan
    Diketahui :

    Jari-jari silinder (r) = 1 meter

    Kelajuan tepi silinder (v) = 10 m/s

    Ditanya :

    (a)    kelajuan tepi silinder (v) setelah t = 5 sekon

    (b)   jarak tempuh (s) tepi silinder setelah t = 5 ekon

    (c)    percepatan sentripetal (as)

    Jawab :

    (a)    kelajuan titik pada tepi silinder setelah 5 sekon

    Silinder bergerak melingkar dengan kelajuan konstan karenanya 5 sekon kemudian, kelajuan tepi silinder tetap 10 meter/sekon

    (b)   jarak tempuh titik pada tepi silinder setelah 5 sekon

    Tanpa rumus

    Kelajuan 10 meter/sekon artinya setiap 1 sekon, titik pada tepi selinder bergerak sejauh 10 meter. Setelah 1 sekon, titik pada tepi silinder bergerak sejauh 10 meter. Setelah 2 sekon, titik pada tepi silinder bergerak sejauh 20 meter. Setelah 5 sekon, titik pada tepi silinder bergerak melingkar sejauh 50 meter.

    Menggunakan rumus :

    v = s / t

    s = v t = (10)(5) = 50 meter

    (c)    percepatan sentripetal (as)

    Percepatan sentripetal sebuah titik berjarak 0,5 meter dari poros adalah :

    as = v2 / r = 102 / 0,5 = 100 / 0,5 = 200 m/s2

    Percepatan sentripetal sebuah titik berjarak 1 meter dari poros adalah :

    as = v2 / r = 102 / 0,5 = 100 / 1 = 100 m/s2

    3.      Sebuah meja putar berjari-jari 2 meter bergerak kelajuan sudut konstan 60 rpm. Tentukan (a) besar kecepatan sudut meja putar 2 sekon kemudian (b) sudut yang dikelilingi meja putar setelah 1 menit (b) kelajuan tangensial, percepatan sentripetal dan jarak yang ditempuh suatu titik berjarak 1 meter dari poros alias sumbu putar (c) kelajuan tangensial, percepatan sentripetal dan jarak yang ditempuh suatu titik pada tepi meja putar.

    Pembahasan
    Diketahui :

    Jawab :

    (a)    kelajuan sudut ( ) setelah 2 sekon

    Kelajuan sudut konstan karenanya setelah 2 sekon kelajuan sudut meja putar tetap 6,28 radian / sekon

    (b)   Sudut ( ) yang dikelilingi meja putar setelah 1 menit

    Kelajuan sudut 1 putaran / sekon artinya setiap 1 sekon meja putar melakukan 1 putaran. Setelah 60 sekon, meja putar melakukan 60 putaran. Atau dengan cara lain,

    Kelajuan sudut 6,28 radian / sekon artinya setiap 1 sekon meja putar mengelilingi sudut 6,28 radian. Setelah 60 sekon, meja putar mengelilingi sudut 376,8 radian.

    4.      Roda sebuah mobil selalu melakukan 120 putaran setiap 60 sekon. Berapa kelajuan sudut roda ? Nyatakan dalam : (a) revolution per minute (rpm) atau putaran per menit (b) derajat per sekon (o/s) (c) radian per sekon (rad/s)
    Pembahasan

    (a)     kelajuan sudut roda dalam satuan putaran / menit (rpm)

    120 putaran / 60 sekon = 120 putaran / 1 menit = 120 putaran / menit =

    120 rpm

    (b)    kelajuan sudut roda dalam satuan derajat / sekon (o/s)

    1 putaran = 360o, 120 putaran = 43200o

    Jadi 120 putaran / 60 sekon = (120)(360o) / 60 sekon = 43200o / 60 sekon

    = 720o/sekon

    (c)     kelajuan sudut roda dalam satuan radian/sekon (rad/s)

    1 putaran = 6,28 radian

    Jadi 120 putaran / 60 sekon = (120)(6,28) radian / 60 sekon = 753,6 radian / 60 sekon = 12,56 radian/sekon

    BAB III

    PENUTUP

    A.    Kesimpulan

    Gerak Melingkar Beraturan (GMB) adalah gerak yang lintasannya berbentuk lingkaran dengan laju konstan dan arah kecepatan tegak lurus terhadap arah percepatan. Arah kecepatan terus berubah sementara benda bergerak dalam lingkaran tersebut. Oleh karena percepatan didefinisikan sebagai besar perubahan kecepatan, perubahan arah kecepatan menyebabkan percepatan sebagaimana juga perubahan besar kecepatan. Dengan demikian, benda yang mengelilingi sebuah lingkaran terus dipercepat, bahkan ketika lajunya tetap konstan (v1= v2= v).

    Fisika adalah ilmu yang mempelajari benda-benda serta fenomena dan keadaan yang terkait dengan benda-benda tersebut. Untuk menggambarkan suatu fenomena yang terjadi atau dialami suatu benda, maka didefinisikan berbagai besaran-besaran fisika. Besaran-besaran fisika ini misalnya panjang, jarak, massa, waktu, gaya, kecepatan, temperatur, intensitas cahaya, dan sebagainya.

    B.     Saran

    Demikianlah makalah mengenai gerak melingkar beraturan yang dapat penulis sampaikan, penulis berharap  kepada pembaca agar dapat memberikan penulis kritikan maupun masukkan yang positif demi penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini memberikan faedah bagi kita semua.

    DAFTAR PUSTAKA

    Contoh soal gerak melingkar beraturan

    http://nurayuannisa.blogspot.com/2013/08/contoh-soal-dan-penyelesaian-gerak.html

    Gerak Melingkar

    http://e-learningman1mdn.blogspot.com/2011/11/gerak-melingkar.html

  • Laporan Praktikum Fisika Hukum Hooke

    Laporan Praktikum Fisika Hukum Hooke

    Hukum Hooke adalah bagian dari hukum Dinamika yang menghubungkan antara pertambahan panjang pegas dan berat beban yang tergantung pada pegas tersebut. Pada daerah elastis, pertambahan panjang ini linier dengan faktor pertambahan yang disebut konstantan pegas (k).

    Hukum Hooke

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Dalam kehidupan sehari-hari, prinsip-prinsip fisika sering diterapkan dalam berbagai aktivitas. Salah satu contoh dari prinsip fisika yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari adalah prinsip Hukum Hooke yang diterapkan dalam penggunaan pegas. Pegas merupakan benda elastis yang digunakan untuk menyimpan energi mekanik. Pegas biasanya terbuat dari baja. Kegunaan pegas sangat banyak diantaranya melunakkan tumbukan dengan memanfaatkan sifat elastisitasan bahannya, menyerap dan menyimpan energy dalam waktu yang singkat. Pegas sering ditemukan ditempat tidur atau yang biasa kita sebut dengan springbed dan sistem suspense mobil atau motor. Pada springbed pegas berfungsi untuk membuat kita nyaman ketika kita duduk atau tidur diatasnya. Sedangkan sistem suspense pada kendaraan mempunyai fungsi untuk menyerap kejut dari jalan dan getaran roda agar tidak diteruskan pada badan kendaraan secara langsung. pegas memiliki batas keelastisan. Apabila terdapat gaya yang menyebabkan pegas tersebut tertarik melampaui batas elastinya, maka akan menyebabkan fungsi pegas tidak optimal lagi.

    Setiap pegas memiliki nilai konstanta yang berbeda – beda tergantung gaya yang diberikan dan pertambahan panjang yang terjadi pada pegas tersebut. Maka penting bagi kita untuk mengetahui nilai tetapan dari suatu pegas yang menggambarkan kekakuan dari suatu pegas. Oleh karena itu, praktikum tetapan pegas ini dilakukan agar kita dapat memanfaatkan suatu pegas dengan tepat.

    B. Rumusan Masalah

    1. Bagaimanakah hubungan antara berat beban dan pertambahan pegas?
    2. Berapakan cara menentukan nilai konstanta pegas?

    Bab II. Kajian Teori

    A. Hukum Hooke untuk Pegas

    Hubungan linier antara gaya dengan pertambahan panjang menurut Hooke tidak hanya perlaku pada benda padat saja melainkan juga berlaku pada pegas. Hubungan ini dapat dituliskan sebagai berikut :

    F=-k \Delta x \ \ \ \ \ ...(1)

    Disini F ialah gaya yang menyebabkan pegas bertambah panjang sebesar x. Konstanta perbandingan k disebut tetapan sspegas

    Pada gambar di atas melukiskan kurva hasil eksperimen F sebagai fungsi dari x. Kurva berbentuk garis lurus dengan kemiringan sama dengan konstatanta pegas k. (Abdullah,2010)

    Jika pada awalnya pegas berada pada posisi normal (tidak teregang) memiliki panjang pegas x sama dengan nol karena dianggap sebagai titik acuan, kemudian pegas direntangkan oleh tangan seseorang yang memberikan gaya Fp ke kanan (arah positif), maka pegas akan menarik ke belakang dengan gaya Fs, jika tangan seseorang menekan pegas (x<0) maka pegas akan mendorong kembali denga gaya Fs dimana Fs > 0 karena x< 0. (Riani, 2008)

    Hukum Hooke menyatakan bahwa bagi seseorang yang memegang pegas meregang atau tertekan sejauh x dari panjang normalnya (tidak  teregang) dibutuhkan gaya Fp sebesar :

    Fp=k . x………………… ……            (2.2)

    Dimana konstanta perbandingan k disebut konstanta pegas (ukuran kekakuan pegas) yang nilainya pada umumnya berbeda untuk pegas yang berbeda pula. Pegas itu sendiri memberikan gaya dengan arah yang berlawanan dengan gaya luar, sebesar:

    Fs= -k . x…………….. ……            (2.3)

    Gaya Fs disebut sebagai gaya pemulih karena pegas memberikan gayanya pada arah yang berlawanan dengan perpindahan (sehingga bertanda minus) dan bekerja untuk mengembalikan dirinya ke panjang normal.(Riani, 2008)

    Jika kita menarik ujung pegas sementara ujung yang lain terikat tetap, pegas akan bertambah panjang. Jika pegas kita lepaskan, pegas akan kembali ke posisi semula akibat gaya pemulih. Pertambahan panjang pegas saat diberi gaya akan sebanding dengan besar gaya yang diberikan. Hal ini sesuai dengan Hukum Hooke yang menyatakan bahwa “Jika gaya tarik tidak melampaui batas elastisitas pegas, maka perubahan panjang pegas berbanding lurus dengan gaya tariknya.”

    Besar gaya pemulih Fr sama dengan besar gaya yang diberikan, yaitu F ,tetapi arahnya berlawanan: Fr = -F

    Berdasarkan hukum Hooke, besar gaya pemulih pada pegas yang ditarik  sepanjang ΔL adalah :

    Fs = -k . ΔL…………… ……            (2.4)

    dengan k adalah konstanta yang berhubungan dengan sifat kekakuan pegas.Tanda negatif pada persamaan menunjukkan bahwa gaya pemulih berlawanan arah dengan simpangan pegas. (Yohanes, 2010)

    B. Hukum I Newton

    Memang benar bahwa sebuah benda akan tetap diam jika tidak ada gaya yang bekerja padanya. Demikian pula sebuah benda akan tetap bergerak lurus beraturan (kecepatan benda tetap) jika gaya atau resultan gaya pada benda nol. Pernyataan ini merupakan pernyataan alami dan apabila digabung akan merupakan rumusan hukum I Newton yang menyatakan bahwa “Sebuah benda akan tetap diam atau tetap bergerak lurus beraturan jika tidak ada resultan gaya yang bekerja pada benda itu. Jadi, jika jumlah gaya-gaya yang bekerja pada benda adalah nol, maka ada dua kemungkinan keadaan benda yaitu benda dalam keadaan diam atau benda sedang bergerak dengan kecepatan benda konstan”. Bagian pertama dari pernyataan Hukum I Newton itu mudah dipahami, yaitu memang sebuah benda akan tetap diam bila benda itu tidak dikenai gaya lain. Tentunya gaya-gaya konservatif seperti gaya berat dan gaya normal selalu ada dan sama besar serta berlawanan sehingga saling meniadakan. Keadaan benda diam demikian itu disebut keseimbangan. (Riani, 2008)

    Jika resultan dari gaya-gaya yang bekerja pada sebuah benda sama dengan nol (∑F= 0), maka percepatan benda juga sama dengan nol (a= 0) dan benda tersebut:

    – Jika dalam keadaan diam akan tetap diam, atau

    – Jika dalam keadaan bergerak lurus beraturan akan tetap bergerak lurus beraturan. 

    Jadi benda akan selalu berusaha mempertahankan keadaan awal jika benda tidak dikenai gaya atau resultan gaya. Hal ini yang menyebabkan seringnya Hukum I Newton disebut sebagai hukum kelembaman/inersia (malas/inert untuk berubah dari keadaan awal).  Dalam persamaan matematis hukum I Newton sering dituliskan sebagai berikut. 

    ∑F = 0………………….. ……            (2.5)

    dimana ∑F adalah resultan gaya yang bekerja pada benda. Karena benda bergerak translasi, maka pada sistem koordinat Cartesius dapat dituliskan

    ∑ Fx = 0 ………………………..          (2.6)

    ∑ Fy = 0                     ……            (2.7)

    (Riani, 2008)

    2.3 Hukum II Newton

    Bila ada resultan gaya yang timbul pada sebuah benda, dapat dipastikan benda tersebut akan bergerak dengan suatu percepatan tertentu. Bila benda semula dalam keadaan diam akan bergerak dipercepat dengan percepatan tertentu, sedangkan bila benda semula bergerak dengan kecepatan tetap akan berubah menjadi gerak dipercepat atau diperlambat. Resultan gaya yang bekerja pada benda yang bermassa konstan adalah setara dengan hasil kali massa benda dengan percepatannya. Pernyataan inilah yang dikenal sebagai Hukum II Newton. Secara matematis hukum tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:

    ∑F  =  m . a…………….. …  (2.8)

    dimana m adalah massa benda dalam satuan kg, a adalah percepatan benda dalam satuan m/s2, dan ∑F adalah resultan gaya yang bekerja pada benda. ∑F adalah resultan gaya yang menjumlahkan beberapa gaya pada benda. (Riani, 2008)

    2.4 Getaran Selaras

    Getaran adalah gerak bolak – balik yang melalui titik kesetimbangan tetap dan lintasan yang sama. Sedangkan getaran selaras adalah gerak bolak – balik yang melalui titik kesetimbangan dengan amplitudo dan frekuensi yang sama.

    Beberapa istilah yang perlu dipahami antara lain adalah jarak x massa dari titik setimbang pada setiap saat disebut simpangan. Simpangan maksimum adalah jarak terbesar dari titik setimbang dan biasa disebut dengan Amplitudo (A). Satu siklus mengacu pada gerak bolak balik yang lengkap dari satu titik awal, kemudian kembali ketitik yang sama, katakanlah dari x = A ke x = -A kembali ke x = A. Periode (T) adalah waktu yang dibutuhkan untuk satu siklus lengkap. Dan frekuensi (f) adalah jumlah siklus lengkap per detik. Hubungan frekuensi dan periode adalah sebagi berikut:

                               ……            (2.9)

    (Riani, 2008)

    Untuk gerak seperti perpindahan x dari partikel dari titik asal diberikan sebagai fungsi waktu oleh

    x(t)= xm . …………………….(2.10)

    di mana xm, adalah ampitudo,  adalah gerak fase dan xm, , adalah konstanta. Gerakan ini disebut gerak harmonik sederhana (Getaran Selaras), sebuah istilah yang berarti gerak periodik adalah fungsi sinusoidal waktu.Persamaan (2.10) dimana fungsi sinusoidal adalah fungsi cosinus. Kecepatan sudut  adalah ada kaitannya dengan perode dan frekuensi.

    …………………..…(2.11)

    …… ……….(2.12)

    Pada gambar (a) kurva merah berbeda dari kurva biru hanyadalam amplitudo kurva merah xm adalah lebih besar (ekstrem merah-kurva perpindahan yang lebih tinggi dan lebih rendah). Pada gambar (b) kurva merah berbeda dari biru kurva hanya dalam periode merah-kurva adalah T’=T/2 (merah kurva dikompresi horizontal).Pada gamabar (c) kurva merah berbeda dari kurva biru hanya dalam bahwa untuk kurva merah  = π/4 rad dari pada nol (nilai negatif dari fmenggeser kurva merah ke kanan). Dalam Gambar(b) dua kurvamemiliki amplitudo sama tetapi satu memiliki dua kali periode dengan yang lain (dan dengan demikian setengah frekuensi dengan yang lain. Kurva memiliki amplitudo yang sama dan periode yang sama tapi satu bergeser relatif terhadap yang lain karena nilai-nilai yang berbeda.Untuk menemukan kecepatan v (t) sebagai fungsi waktu, dapat diturunan waktufungsi posisi x (t) dalam persamaan 2.10:

    ……………………………(2.13)

     (t)= –  xm ……………….(2.14)

    Kecepatan tergantung pada waktu karena fungsi sinus bervariasi dengan waktu, antara nilai -1 dan +1. Jumlah dalam depan fungsi sinus menentukan sejauh mana variasi dalam kecepatan, antara – xm dan + xm. Ketika partikel bergerak ke kanan melalui x= 0, kecepatannya positif dan besarnya adalah pada nilai terbesar ini. Ketika bergerak ke kiri melalui x= 0, kecepatan adalah negatif dan besarnya adalah lagi di nilai terbesar ini. (Dosen-Dosen Fisika.2013)

    Untuk mendapatkan fungsi percepatan partikel di getaran selaras gerakan terhadap waktu adalah :

             ……….(2.15)

    sehingga,

          = -w2. xm ……………(2.16)

    Percepatan bervariasi karena fungsi cosinus bervariasi dengan waktu antara -1 dan +1. Variasi besarnya percepatan diatur oleh percepatan amplitudo ayang merupakan produk 2xm yang mengalikan fungsi cosinus.Dan besarnya percepatan maksimum ketika besarnya kosinus adalah maksimum, ketika partikel pada titik ekstrim, di mana ia telah melambat untuk berhenti sehingga yang gerak dapat dibalik. Sehingga:

    a(t)= – x(t)     ….……….(2.17)

    Ini adalah ciri khas dari getaran selaras:

    1. Percepatan partikel selalu oposisi-situs perpindahan nya (maka tanda minus) dan
    2. Dua kuantitas selalu terkait dengan suatu konstanta ( 2).

    Dalam getaran selaras, percepatan sebanding denganperpindahan x tetapi berlawanan arah datangnya dan dua kuantitas terkait dengan kuadrat dari frekuensi sudut .

    Kita dapat menerapkan hukum kedua Newton untuk menggambarkan kekuatan yang yang terjdi pada getaran selaras sebagai berikut:

    F= m.a              ….……….(2.18)

    F= m(- x)

    F= – ( m . ) x…….……..(2.19)

    (Hallidayand  Resnick, 1998)

    Tanda minus berarti bahwa arah gaya pada partikel berlawanan arah perpindahan partikel. Dalam getaran selaras gaya yang bekerja adalah gaya pemulih dalam arti bahwa ia berjuang melawan perpindahan, mencoba untuk mengembalikan partikel ke titikpusat di x= 0. Sebuah partikel dengan massa m yang bergerak dibawa pengaruh gaya pemuli pada Hukum Hooke yang diberikan:

    F= -k . x              ……….(2.20)

    kecepatan sudut yang dihasilkan dari getaran selaras dapat diambil dari persamaan:

    k= m . 2            ……….(2.21)

    Jika diketahui massa berosilasi, maka dapat ditentukan frekuensi sudut dari gerak dengan menulis ulang Persamaan. 2.21 sebagai berikut:

                  ……….(2.22)

    Selanjutnya dapat ditentukan periode gerak yakni:

               ……….(2.23)

    (Halliday and  Resnick, 1998)

    2.5 Tetapan Pegas

    Pegas akan selalu memiliki sifat keelastisan. Sifat elastis diartikan sebagai kemampuan suatu benda untuk kembali ke kedudukan semula setelah diberi gaya dari luar. Apabila kita meninjau pegas, andai panjang pegas pada keadaan seimbang adalah lo. Salah satu ujung pegas dihubungkan pada suatu neraca pegas dan ujung yang lain ditarik sedemikian rupa sehingga pegas tersebut akan bertambah panjang. Besar atau kecilnya pertambahan panjang pegas bergantung pada besar kecilnya gaya yang digunakan untuk menarik pada pegas. Artinya semakin besar gaya yang dipakai untuk menarik suatu pegas, maka akan semakin besar pula pertambahan panjang yang dialami pegas, begitu pula sebaliknya.(Riani, 2008)

    Apabila digambarkan pada grafik, maka grafik antara beban dan pertambahan panjang yang dialami pegas akan membentuk grafik linier yang naik ke atas. Dengan menggunakan grafik antara beban dan pertambahan panjang pegas, konstanta atau tetapan pegas dapat ditentukan dengan menghitung gradien grafik tersebut. Setiap pegas akan memiliki tetapan pegas yang berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya. Tetapan pegas diartikan sebagai ukuran kekakuan yang dimiliki oleh suatu pegas yang biasanya dilambangkan dengan huruf k dan memiliki satuan N/m. (Dosen-Dosen Fisika,2013)

    Tentu saja nilai tetapan pegas dari setiap pegas berbeda-beda yang disebabkan oleh berbagai faktor. Yang pertama adalah luas permukaan pegas. Semakin besar luas permukaan suatu pegas maka akan semakin besar pula nilai tetapannya, begitu pula sebaliknya. Yang kedua adalah suhu. Semakin tinggi suhu yang diterima oleh suatu pegas maka akan semakin kecil nilai tetapannya, begitu pula sebaliknya. Saat suhu tinggi, partikel-partikel penyusun pegas mendapat energi dari luar sehingga memberikan energi pula kepada prtikel penyusun pegas untuk bergerak sehingga ikatan antar partikel merenggang. Yang ketiga adalah diameter pegas. Semakin besar diameter yang dimiliki suatu pegas maka akan semakin kecil nilai tetapannya, begitu pula sebaliknya. Dan yang terakhir adalah jumlah lilitan pegas. Semakin banyak jumlah lilitan yang dimiliki suatu pegas maka akan semakin besar nilai tetapannya, begitu pula sebaliknya. Hal-hal tersebutlah yang menyebabkan nilai tetapan setiap pegas tidak sama, tergantung pada kondisi yang dialami oleh setiap pegas masing-masing.(Bejamin, 2006)\

    Bab III. Metode Praktikum

    A. Alat dan Bahan

    Pada percobaan tetapan pegas alat dan bahan yang digunakan adalah ember kecil, anak timbangan satu set, pegas dua buah, stopwatch satu buah, statif satu set, penggaris 30 cm, dan neraca o’hause, dan ember kecil.

    B. Prosedur Kerja

    3.2.1 Cara Kerja

    3.2.1.1 Cara Statis

    Cara kerja yang digunakan dalam percobaan tetapan pegas ada dua yaitu cara statis dan cara dinamis. Untuk cara statis, langkah yang dilakukan pertama-tama adalah  massa anak timbangan ditimbang terlebih dahulu. Kemudian ember kecil digantung pada pegas untuk menentukan xo nya. Setelah itu,  satu persatu beban yang ada ditambahkan dan dicatat massa beban yang digunakan serta kedudukan ember disetiap penambahan bebannya. Selanjutnya, beban dikurangi satu persatu dan dicatat massa bebannya serta kedudukan ember disetiap pengurangan bebannya. Dalam percobaan tetapan pegas ini dilakukan pengulangan sebanyak 5 kali untuk setiap massa beban  yang berbeda.

    3.2.1.2 Cara Dinamis

    Sedangkan untuk cara dinamis langkah yang dilakukan pertama-tama adalah anak timbangan dan ember kecil ditimbang terlebih dahulu. Kemudian ember kecil digantungkan pada statif dan diberi simpangan sebesar 5 cm, lalu dilepaskan. Dicatat waktunya untuk 15  getaran. Setelah itu, ditambahkan beban satu persatu pada ember dengan simpangan yang sama dan dicatat waktunya untuk 15 getaran. Lalu diulangi lagi dengan simpangan 8 cm dan dicatat waktunya untuk 10 getaran. Dalam percobaan tetapan pegas ini dilakukan pengulangan sebanyak 5 kali untuk setiap simpangan yang berbeda.

    Gambar 3.1 Rangkaian Percobaan Tetapan Pegas

    BAB IV

    ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

    4.1 Analisa Data

    Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka diperoleh data-data yang diperlukan untuk menentukan nilai tetapan dari setiap pegas. Variasi yang digunakan adalah beban, pegas, dan simpangan. Pegas yang digunakan adalah pegas A, pegas B, pegas C, dan pegas D. Beban yang digunakan pada pegas A dan B adalah ember 0,108 kg, m1 0,061 kg, m2 0,063 kg, m3 0,655 kg, m4 0,06 kg, m5 0, 061 kg. Simpangan yang digunakan pada pegas A, B, C, dan D adalah 0,05 meter dengan 15 getaran dan 0,08 meter dengan 10 getaran.  Berikut ini merupakan data-data yang telah diperoleh:

    4.1.1 Cara Statis

    Beikut ini merupakan data pertambahan panjang pada percobaan tetapan pegas dengan cara statis.

    Tabel 4.1 Pegas A dengan Penambahan Beban

    Massa Beban (Kg)Δx (m) pengulangan ke-
    12345
    0,060,250,250,250,250,26
    0,120,310,310,310,310,31
    0,190,370,370,370,370,37
    0,250,420,420,420,420,42
    0,310,480,470,470,470,47

    Tabel 4.2 Pegas A dengan Pengurangan Beban

    Massa Beban (Kg)Δx (m) pengulangan ke-
    12345
    0,310,480,470,470,470,47
    0,250,420,420,420,420,42
    0,190,370,370,360,370,37
    0,120,310,310,310,310,31
    0,060,250,250,250,250,25

    Tabel 4.3 Pegas B dengan Penambahan Beban

    Massa Beban (Kg)Δx (m) pengulangan ke-
    12345
    0,060,380,380,380,380,38
    0,120,470,470,470,470,47
    0,190,560,560,560,560,56
    0,250,640,640,650,650,65
    0,310,720,730,730,730,73

    Tabel 4.4 Pegas B dengan Pengurangan Beban

    Massa Beban (Kg)Δx (m) pengulangan ke-
    12345
    0,310,720,730,730,730,73
    0,250,640,650,660,650,65
    0,190,560,560,560,560,56
    0,120,470,470,470,470,47
    0,060,380,380,380,380,38

    Tabel 4.5 Pegas C dengan Penambahan Beban

    Massa Beban (Kg)Δx (m) pengulangan ke-
    12345
    0,060,080,080,080,080,08
    0,120,160.160,160,160,16
    0,180.240.240.240.250.24
    0,230,320,320,320,320,32
    0,290,400.400.400.400.39

    Tabel 4.6 Pegas C dengan Pengurangan Beban

    Massa Beban (Kg)Δx (m) pengulangan ke-
    12345
    0,290,400.400.400.400.39
    0,230,320,320,320,320,32
    0,180,250,240,240.250,24
    0,120.160.160.160.160.16
    0,060,080,080,080,080,08

    Tabel 4.7 Pegas D dengan Penambahan Beban

    Massa Beban (Kg)Δx (m) pengulangan ke-
    12345
    0,060,050,050,050,050,06
    0,120,110,100,100,100,10
    0,180,160,150,160,160,16
    0,230,210,200,200,200,21
    0,290,250,250,260,260,25

    Tabel 4.8 Pegas D dengan Pengurangan Beban

    Massa Beban (Kg)Δx (m) pengulangan ke-
    12345
    0.290,250,250,260,260,25
    0.230,200,200,200,200,20
    0,180,150,150,150,150,16
    0,120.100.100.100.100.10
    0,060,050.050.050.050.05

    4.1.2 Cara Dinamis

    Beikut ini merupakan data pertambahan panjang pada percobaan tetapan pegas dengan cara dinamis.

    Tabel 4.Pegas A dengan Simpangan 0,05 m

    Massa Beban (Kg)Waktu t (sekon) pengulangan ke-
    12345
    0,119,7010,109,909,709,90
    0,1712,1012,1012,1012,1012,10
    0,2313,6013,6013,9013,9013,70
    0,3015,5015,4015,5015,4015,50
    0,3616,7016,8016,8016,8016,80
    0,4218,6018,4018,6018,6018,50

    Tabel 4.10 Pegas A dengan Simpangan 0,08 m

    Massa Beban (Kg)Waktu t (sekon) pengulangan ke-
    12345
    0,119,409,409,409,409,40
    0,1712,0012,0012,1012,0012,10
    0,2313,5013,8013,6013,6013,80
    0,3015,9015,8015,8015,8015,90
    0,3617,2017,0017,0017,0017,50
    0,4218,5018,8018,2018,5018,60

    Tabel 4.11 Pegas B dengan Simpangan 0,05 m

    Massa Beban (Kg)Waktu t (sekon) pengulangan ke-
    12345
    0,1112,5012,5012,5012,5012,60
    0,1715,2015,6015,3015,3015,30
    0,2317,5017,9017,5017,5017,80
    0,3019,0019,8019,4019,8019,50
    0,3621,5021,3021,5021,3021,30
    0,4223,2023,1023,1023,1023,10

    Tabel 4.12 Pegas B dengan Simpangan 0,08 m

    Massa Beban (Kg)Waktu t (sekon) pengulangan ke-
    12345
    0,118,208,408,608,408,40
    0,1710,0010,2010,2010,0010,20
    0,2311,5011,4011,8011,5011,50
    0,3012,5012,7012,7012,7012,70
    0,3614,1014,1014,1014,1014,10
    0,4215,2015,3015,2015,2015,30

    Tabel 4.13 Pegas C dengan Simpangan 0,05 m

    Massa Beban (Kg)Waktu t (sekon) pengulangan ke-
    12345
    0,10121212,112,112
    0,1614,614,614,614,414,7
    0,2116,916,716,916,816,8
    0,2818,91918,918,918,8
    0,3320,820,520,720,820,7
    0,3922,32222,322,322,2

    Tabel 4.14 Pegas C dengan Simpangan 0,08 m

    Massa Beban (Kg)Waktu t (sekon) pengulangan ke-
    12345
    0,108,18,38,38,18,2
    0,169,79,99,79,79,8
    0,2111,211,211,111,211,3
    0,2812,812,812,912,812,7
    0,3313,913,813,813,913,9
    0,3914,914,914,914,914,9

    Tabel 4.15 Pegas D dengan Simpangan 0,05 m

    Massa Beban (Kg)Waktu t (sekon) pengulangan ke-
    12345
    0,108,38,48,58,38,5
    0,1611,211,111,111,211,2
    0,2113,113,213,213,213,1
    0,2814,814,814,714,814,7
    0,3316,316,416,416,416,3
    0,3917,617,717,617,617,7

    Tabel 4.16 Pegas D dengan Simpangan 0,08 m

    Massa Beban (Kg)Waktu t (sekon) pengulangan ke-
    12345
    0,105,85,55,55,85,8
    0,167,37,67,47,57,6
    0,218,78,78,78,68,7
    0,289,99,79,79,99,8
    0,3310,710,710,710,710,7
    0,3911,711,611,711,711,7


    4.3 Pembahasan

    Percobaan tetapan pegas dilakukan untuk menentukan besar tetapan pegas suatu benda. Dalam percobaan ini digunakan 4 pegas dengan ukuran yang berbeda – beda, ember kecil satu buah, anak timbangan lima buah, statif satu set, stopwatch satu buah, neraca o’haus dan penggaris dua buah. Percobaan tetapan pegas ini dilakukan dengan dua cara yaitu cara statis dan cara dinamis yang masing – masing digunakan lima macam beban dan lima kali pengulangan percobaan. Untuk cara statis langkah pertama yang dilakukan adalah menimbang anak beban dan dicatat massanya, kemudian ember digantung pada pegas dan diukur panjang awal pegas (xo). Selanjutnya, beban ditambah satu – persatu sambil dicatat perubahan panjangnya. Setelah penambahan beban selesai, dilakukan dengan pengurangan beban satu persatu sambil dicatat pula pertambahan panjangnnya. Sedangkan untuk cara dinamis, selain massa anak beban, massa ember diperhatikan. Sama seperti cara statis, namun pada cara dinamis ini pegas diberi simpangan terlebih dulu dan dicatat simpangan awalnya. Simpangan 0.05 meter dengan 15 getaran dan 0.08 meter dengan 10 getaran. Waktu yang diperlukan untuk 15 getaran dan 10 getaran dicatat. Dalam percobaan tetapan pegas dengan cara dinamis hanya dilakukan untuk penambahan beban saja. Dalam percobaan tetapan pegas digunakan prinsip hukum Hooke, hukum I Newton dan hukum II Newton. Hukum hooke diterapkan pada percobaan tetapan pegas baik dengan cara statis maupun dinamis, karena pada setiap pegas yang diberikan gaya padanya maka akan ada gaya yang arahnya selalu berlawanan dengan arah gaya yang diberikan, atau disebut juga gaya pemulih. Pada hukum I Newton hanya diterapkan pada percobaan tetapan pegas dengan cara statis karena pada cara statis pegas dalam keadaan diam dan mempertahankan keadaannya baik, hal ini sesuai dengan prinsip hukum I Newton, yaitu setiap benda mempunyai kemampuan untuk mempertahankan keadaannya baik ketika bergerak maupun diam. Sedangkan hukum II newton diterapkan pada percobaan tetapan pegas dengan cara dinamis, karena pada cara dinamis pegas bergerak dengan kecepatan yang berbeda pada tiap detiknya, yang sesuai dengan prinsip hukum II Newton dimana suatu benda yang diberi gaya mempunyai percepatan yang arahnya searah dengan neto gaya.

    Berdasarkan hasil percobaan dan perhitungan diperoleh nilai k pada pegas (A, B, C dan D ) dengan cara statis dan dinamis yang berbeda. Pada pegas A dengan cara statis nilai k-nya 11.27 N/m, sedangkan dengan cara dinamis nilai k-nya sebesar 10,74 N/m. Pada pegas B dengan cara statis nilai k-nya 7.18 N/m, sedangkan  dengan cara dinamis nilai k-nya 6.75 N/m. pada pegas C dengan cara statis nilai k-nya 7.42 N/m, sedangkan dengan cara dinamis nilai k-nya 6.61 N/m. pada pegas D dengan cara statis nilai k-nya 11.52 N/m, sedangkan dengan cara dinamis nilai k-nya 11.34 N/m.  Jika dirata – rata nilai k dari cara statis dan dinamis diperoleh k pegas A adalah 11.01 N/m, nilai k pegas B adalah 6,97 N/m, nilai k pegas C adalah 7,01  N/m dan nilai k pegas D adalah 11.43 N/m. Pada subbab 4.3 terdapat grafik hubungan antara pertambahan panjang dan gaya berat. Dari grafik tersebut, jika titik – titik pada grafik dihubungkan maka akan  menghasilkan garis yang tidak linier. Terlihat dari R2 pada grafik tidak mencapai 1 tapi hanya 0.99 yang artinya titik – titik yang ada didalam grafik tersebut tidak cocok dengan regresi liniernya, hal ini dikarenakan terdapat faktor eror yang mempengaruhi data hasil percobaan.

    Nilai tetapan pegas (k) pada setiap pegas itu dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mengakibatkan nilai k pada setiap pegas itu berbeda. Faktor – faktor tersebut adalah suhu lingkungan, rapat massa, diameter pegas, lilitan dan luas penampang pegas. Suhu lingkungan sangat berpengaruh pada nilai tetapan pegas, pada saat suhu tinggi maka pegas akan memuai atau merenggang, sedangkan pada suhu rendah pegas akan merapat, hal ini akan memberikan efek pada kerapatan massa. Semakin tinggi suhu maka kerapatan massanya rendah maka nilai k – nya kecil dan sebaliknya. Lilitan pada pegas juga mempengaruhi nilai k, jika lilitannya semakin banyak maka pegas akan  semakin kaku sehingga nilai k-nya semakin tinggi. Selain itu, luas permukaan pegas juga mempengaruhi nilai k, jika luas penampang semakin besar maka nilai k-nya juga semakin besar. Sedangkan pada diameter pegas, jika semaki lebar diameter pegas maka niai k – nya akan semakin kecil hal ini dikarenakan semakin lebar diameter pegas maka semakin besar pula daerah pergeseran elemen pegas sehingga menghasilkan pertambahan panjang yang semakin besar yang akibatnya nilai konstanta pegas semakin kecil.

    Nilai k pada pegas dengan cara statis atau dinamis seharusnya memiliki nilai k yang sama, namun dari hasil perhitungan didapat nilai k yang berbeda – beda. Perbedaan nilai k tersebut kemungkinan besar dikarenakan kurangnya ketelitian praktikan dalam mengambil data pada saat percobaan dan dalam penggunaan alat masih terdapat kesalahan. Selain itu, terdapat suatu faktor yang dapat mempengaruhi pengambilan data percobaan tetapan pegas dan faktor tersebut tidak dapat dikendalikan. Faktor yang dimaksud adalah gaya gesek udara yang membuat pegas mengalami perlambatan. Sehingga data yang didapat kurang valid. Hal ini dapat terlihat dari perubahan waktu yang didapatkan pada percobaan dinamis tidak sama pada setiap pengulangan percobaan, meskipun dengan beban yang sama. 

    Bab V. Penutup

    A. Kesimpulan

    Dari percobaan tetapan pegas yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa untuk menentukan tetapan pegas dilakukan dengan cara statis dan cara dinamis, serta nilai k pada pegas A adalah11.01 N/m., pada pegas B adalah  6,97 N/m, pada pegas C adalah 7,01N/m dan pada pegas D adalah 11.43N/m.

    Daftar Pustaka

    College, University.2013.”College Physics”.Rice University.Texas.

    Crowell, Bejamin.2006.”Conceptual Physics”.Creative Comons.New York.

    Dosen-Dosen Fisika FMIPA ITS.2013.”Fisika I”.Yanasika.Surabaya.

    Halliday dan Resnick.1998.”Fundamental Of Physics”.Wiley.Cleveland State University.Lubis, Riani.2008.”Diktat Fisika Dasar I”.Unikom.Jogjakarta.

    Mikrajuddin, Abdullah.2010.”Diktat Kuliah Fisika I.”ITB.Bandung.Resnick, Halliday.2010.”Fisika Dasar”.Erlangga.Jakarta.

    Sears dan Zemansky.2000.”Fisika Universitas”.Erlangga.Jakarta.

    Surya, Yohanes.2010.”Mekanika dan Fluida 2”.PT Kandel.Tangerang.Young, Hugh D.2004.”Fisika Universitas”.Jakarta.Erlangga.

  • Laporan Praktikum Sistem Penggandengan Pada Traktor Mesin Bensin

    Sistem Penggandengan Pada Traktor Mesin Bensin

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Alat dan mesin pertanian adalah berbagai alat dan mesin yang digunakan dalam usaha pertanian. Beberapa contoh alat pertanian adalah sprayer tipe gendong dan alat penanam benih padi (transplanter). Sedangkan contoh mesin adalah traktor roda dua, mesin penggiling, dan mesin pemanen padi.

    Alat dan mesin pertanian memiliki berbagai peranan dalam usaha pertanian, antara lain:

    • Menyediakan tenaga untuk daerah yang kekurangan tenaga kerja
    • Antisipasi minat kerja di bidang pertanian yang terus menurun
    • Meningkatkan kapasitas kerja sehingga luas tanam dan intensitas tanam dapat meningkat
    • Meningkatkan kualitas sehingga ketepatan dan keseragaman proses dan hasil dapat diandalkan serta mutu terjamin
    • Meningkatkan kenyamanan dan keamanan sehingga menambah produktivitas kerja
    • Mengerjakan tugas khusus atau sulit dikerjakan oleh manusia
    • Memberikan peran dalam pertumbuhan di sektor non pertanian

    Sebagai contoh, pekerjaan pengolahan tanahsawah bila menggunakan tenaga manusia diperlukan 50 hari kerja per hektar. Bila dibajak dengan kerbau, membutuhkan 25 hari kerja per hektar. Sedangkan jika dikerjakan dengan traktor roda dua, cukup 10 jam per hektar.

    Alat dan mesin (alsin) pertanian dikelompokkan menjadi dua: alsin budidaya tanaman dan alsin pengolahan hasil pertanian. Alsin budidaya pertanian adalah alsin yang digunakan untuk produksi tanaman dan ternak. Contoh alsin untuk produksi tanaman adalah alsin pengolah tanah, mesin tanam, sprayer, mesin pemanen, dan sebagainya. Contoh alsin budidaya ternak adalah alsin penyiapan pakan, aerator, pemerah susu, dan sebagainya.

    Alsin pengolahan hasil pertanian adalah alsin yang digunakan untuk menangani atau mengolah hasil tanaman atau hasil ternak. Contoh alsin penanganan dan pengolahan hasil tanaman dan ternak adalah Rice Milling Unit, pengering, thresher, mesin sortasi, mesin pengolah biji sawit, dan sebagainya.Tenaga yang digunakan untuk menggerakan alat dan mesin pertanian di antaranya tenaga manusia, tenaga hewan, tenaga angin, tenaga uap, hingga mesin bensin dan diesel. Lebih lengkapnya, lihat tenaga pertanian.Daya untuk alat dan mesin pertanian pada awalnya adalah tenaga kuda dan hewan lainnya. Dengan adanya penemuan mesin uap, muncul mesin-mesin yang mampu digunakan di lapang (mesin portabel), dan kemudian mesin traksi yang menggantikan fungsi kuda dalam menarik alat dan mesin pertanian. Mesin ini dulunya merupakan modifikasi dari lokomotif uap. Mesin uap ini juga mampu menggerakan mesin lainnya melalui mekanisme sabuk dan puli.Mesin pembakaran dalam (internal combustion engine) mulai menggantikan mesin uap sebagai mesin portabel dan sumber daya pada traktor karena efisiensi dan besarnya daya yang dihasilkan mesin jenis ini pada ukuran mesin yang relatif kecil.

    Pada awalnya mesin bensin digunakan, namun perlahan digantikan oleh mesin diesel karena mampu menghasilkan daya yang tinggi pada waktu yang relatif lebih lama. Mesin jenis ini juga menjadi kunci perkembangan mesin combine harvester yang merupakan mesin pemanen yang memiliki sumber daya sendiri sehingga tidak digerakk an dengan traktor.Selain traktor, kendaraan lain yang juga digunakan untuk usaha pertanian antara lain truk untuk pengangkutan hasil pertanian, dan pesawat terbang untuk penyemprotan di udara.

    1.2 Tujuan praktikum

    Praktikum tentang system penggandengan dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:

    1. Mahasiswa mengetahui system penggandengan satu titik.
    2. Mahasiswa mengetahui system penggandengan tiga titik.
    3. Mahasiswa mengetahui fungsi dari system penggandengan dalam pertanian.

    Bab II. Tinjauan Pustaka

    A. Traktor

    Traktor pertanian saat ini menjadi komponen yang tak terpisahkan dari pembangunan pertanian dan pedesaan. Kita sakasikan perkembangan yang pesat penggunaan traktor tangan di pedesaan. Kita saksikan bahwa jarang penduduk yang telah merasakan manfaat penggunaan traktor untuk melakukan pekerjaan pengolahan tanah secara cepat kemudian beralih memilih menggunakan hewan atau tenaga otot untuk pekerjaan yang sama. Hal tersebut karena mereka dapat memperbandingkan bahwa ternyata melakukan pengolahan tanah dengan traktor lebih menguntungkan dibanding cara lain.Dari asal katanya, traktor berarti alat peghela. Memang fungsi utama traktor ialah untuk menghela sesuatu. Itulah sebabnya semua traktor tentu pada bagian belakangnya dilengkapi dengan sambungan untuk tempat menggandeng alat yang akan dihela tersebut. Pengertian traktor ialah kendaraan bermesin yang khusus dirancang untuk menjadi penghela. Dari sejarahnya, traktor memang dirancang awalnya untuk mengganti hewan hela dengan mesin yang lebih kuat.Pada saat ini traktor digunakan untuk berbagai keperluan. Penggunaan yang paling banyak ialah untuk pengolahan tanah, karena memang pekerjaan pengolahan tanah adalah pekerjaan pertanian yang relatif membutuhkan daya yang besar dibanding pekerjaan lainnya. Selain itu traktor juga digunakan untuk penanaman, untuk pemeliharan tanaman, untuk memutar pompa irigasi, untuk pemanen (dengan memasang pisau reaper), untuk memutar perontok padi, serta untuk pengangkutan, mulai dari bibit, pupuk, peralatan, sampai hasil pertanian)(Depdiknas, 2002).

    Traktor tangan (hand tractor) adalah sumber penggerak dari implemen (peralatan) pertanian. Biasanya traktor tangan digunakan untuk mengolah tanah. Namun sebenarnya traktor tangan ini merupakan mesin yang serba guna, karena dapat digunakan untuk tenaga penggerak implemen yang lain, seperti : pompa air, alat prosesing, trailer, dan lain-lain.

    Berdasarkan jenis bahan bakar yang digunakan, traktor tangan dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :

    1. Traktor tangan berbahan bakar Solar
    2. Traktor tangan berbahan bakar bensin
    3. Traktor tangan berbahan bakar minyak tanah (kerosin)

    Berdasarkan besarnya daya motor, traktor tangan dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :

    • Traktor tangan berukuran kecil, tenaga penggeraknya kurang dari 5 hp
    • Traktor tangan berukuran sedang, tenaga penggeraknya antara 5 – 7 hp
    •  Traktor tangan berukuran besar, tenaga penggeraknya antara 7–12 hp

    Catatan :

    Traktor dengan bahan bakar bensin dan minyak tanah biasanya berukuran kurang dari 7 hp. Jenis motor yang paling banyak digunakan traktor tangan di Indonesia adalah motor berbahan bakar solar.

    Untuk lebih mengenal traktor tangan maka Langkah pertama yang harus dipelajari oleh calon operator untuk dapat mengoperasikan traktor tangan adalah mengenal traktor tangan itu sendiri. Bagian-bagian utama dari traktor tangan dapat dilihat pada gambar di bawah ini.(Haryono, M. 1996)

    B. Bajak

    Bajak /plow (peralatan pengolahan tanah pertama). Bajak berdasarkan bentuk dan kegunaannya dibedakan atas : bajak singkal (moldboard plow), bajak piringan (disc plow), bajak putar (rotary plow), bajak pahat (chisel plow), bajak tanah bawah (sub soil plow).

    a.   Bajak singkal (moldboard plow)

    Bajak singkal termasuk bajak yang paling tua. Di Indonesia bajak singkal inilah yang paling sering digunakan oleh petani untuk melakukan pengolahan tanah, dengan tenaga ternak hela sapi atau kerbau sebagai sumber daya penariknya.Fungsi dari pisau bajak adalah untuk memotong tanah secara horisontal. Biasanya alat ini terbuat dari logam yang berbentuk tajam. Singkal berfungsi untuk menghancurkan dan membalik tanah, karena bentuknya yang melengkung maka pada waktu bajak bergerak maju, tanah yang terpotong akan terangkat ke atas dan kemudian dibalik dan dilemparkan sesuai dengan arah pembalikan bajak. Landside berfungsi untuk mempertahankan gerak maju bajak agar tetap lurus, dengan cara menahan atau mengimbangi gaya kesamping yang diterima bajak singkal pada waktu bajak tersebut digunakan untuk memotong dan membalik tanah.

    Untuk meyempurnakan hasil kerjanya, selain bagian-bagian utama di atas, bajak singkal juga dilengkapi dengan perlengkapan tambahan, yaitu roda alur penstabil (furrow wheel), roda dukung (land wheel), kolter, jointer dan kerangka.Furrow wheel berfungsi untuk menjaga kestabilan pembajakan. Land wheel berfungsi untuk mengatur kedalaman sehingga kedalamannya konstan. Kolter berfungsi untuk memotong seresah dan memotong tanah ke arah vertikal sehingga pembalikan tanah menjadi lebih ringan dan biasanya dipasang di depan bajak serta berada sedikit di atas mata bajak. Jointer berfungsi untuk memungkinkan penutupan seresah lebih sempurna dalam pembajakan, terpasang di atas pisau bajak dengan kedalaman kerja + 5 cm. Pada kerangka terdapat titik penggandengan yang nantinya akan dirangkaikan dengan sumber daya penariknya.Penggunaan bajak singkal ini memiliki beberapa kelebihan, antara lain : pembalikan tanah lebih seragam pada tiap petak tanah yang diolah, lebih praktis untuk pengolahan tanah sistem kontur, tidak menimbulkan alur mati (dead furrow) atau alur punggung (back furrow) sehingga pembajakan lebih rata. Bajak singkal dapat dipergunakan untuk mengait dan mencacah gulma, serta pembajakan di bawah vegetasi hijau yang tinggi. Bajak ini bekerja dengan ditarik oleh penggandeng misalnya traktor. Namun bajak jenis ini konstruksinya biasanya lebih berat dan lebih rumit, sehingga untuk ukuran yang besar perlu dilengkapi sistem hidrolis untuk pemutaran mata bajaknya, dengan tenaga operator yang lebih terampil(Hardjosentono. 1996).

    2.3 Garu (harrow)

    Tanah setelah dibajak pada pengolahan tanah pertama, pada umumnya masih merupakan bongkah-bongkah tanah yang cukup besar, maka untuk lebih menghancurkan dan meratakan permukaan tanah yang terolah dilakukan pengolahan tanah kedua. Alat dan mesin pertanian yang digunakan untuk melakukan pengolahan tanah kedua adalah alat pengolahan tanah jenis garu (harrow). Penggunaan garu sebagai pengolah tanah kedua, selain bertujuan untuk lebih meghancurkan dan meratakan permukaan tanah hingga lebih baik untuk pertumbuhan benih maupun tanaman, juga bertujuan untuk mengawetkan lengas tanah dan meningkatkan kandungan unsur hara pada tanah dengan jalan lebih menghancurkan sisa-sisa tanaman dan mencampurnya dengan tanah titik (Mulyoto H dkk, 1996).

    Macam-macam garu yang digunakan untuk pengolahan tanah kedua adalah : garu piringan (disk harrow); garu bergigi paku (spikes tooth harrow); garu bergigi per (springs tooth harrow); dan garu-garu untuk pekerjaan khusus (special harrow).

    1.   Garu piringan (disk harrow)

    Pada prinsipnya peralatan pengolahan tanah ini hampir menyerupai bajak piringan, khususnya bajak piringan vertikal. Perbedaannya hanya terletak pada ukuran, kecekungan dan jumlah piringannya. Garu piringan mempunyai ukuran dan kecekungan piringan yang lebih kecil dibandingkan dengan bajak, hal ini disebabkan pengolahan tanah kedua dilakukan lebih dangkal dan tidak diperlukan pembalikan tanah yang efektif seperti pengolahan tanah pertama. Selanjutnya karena draft penggaruan lebih kecil dari draft pembajakan, maka dengan besar daya penarikan yang sama, lebar kerja garu akan lebih besar dibandingkan dengan lebar kerja bajak, dengan demikian jumlah piringan garu piringan dengan sendirinya akan lebih banyak dibandingkan dengan bajak piringan. Seperti bajak piringan, bagian-bagian utama dari garu piringan terdiri atas: piringan; poros piringan; penggarak piringan; kerangka. Kadang kala dilengkapi pula dengan roda dukung, apabila sistem penggandengan dengan daya penariknya menggunakan sistem hela (trailing). Garu piringan biasanya tidak dilengkapi dengan roda alur penstabil. Beberapa piringan dari garu piringan dirangkai menjadi satu rangkaian dengan menggunakan satu poros, rangkaian-rangkaian ini biasa disebut sebagai rangkaian piringan (disk gang). Konstruksi garu piringan umumnya terdiri atas dua rangkaian piringan atau empat rangkaian piringan. Ditinjau dari proses penghancuran tanah, langkah penggaruan dapat dibedakan atas ; penggaruan satu aksi (single action) dan penggaruan dua aksi (double action).

    Didasarkan atas uraian di atas, garu piringan dibedakan atas garu piringan dua rangkaian satu aksi (single action two gang disk harrow); garu piringan dua rangkaian dua aksi (double action two gang disk harrow); garu piringan empat rangkaian dua aksi atau biasanya disebut tandem (tandem disk harrow). Untukjelasnya konstruksi dari bermacam-macam garu piringan dapat dilihat pada gambar.

    2. Garu bergigi paku (spikes tooth harrow)

    Garu bergigi paku atau biasa disebut sebagai garu sisir, adalah jenis garu yang sudah umum digunakan petani di Indonesia. Garu sisir yang ditarik hewan, umumnya giginya terbuat dari kayu dan biasa digunakan untuk pengolahan tanah sawah dalam keadaan basah, sebagai pekerjaan lanjutan setelah tanah diolah dengan bajak singkal. Garu bergigi paku yang ditarik dengan tenaga traktor gigi-giginya terbuat dari bahan logam, dipasang pada batang penempatan (tooth bar) dengan di klem atau di las. Konstruksi garu bergigi paku yang ditarik dengan tenaga traktor biasanya terdiri dari satu batang penempatan. Pemasangan gigi pada batang penempatan disusun berselang-seling antara batang penempatan yang satu dengan lainnya. Bentuk gigi paku sangat bervariasi ada yang lurus runcing dan ada yang pipih, ada pula yang berbentuk blimbingan (diamond shape). Kadangkala batang penempatan posisinya dapat diatur atau diputar sehingga memungkinkan untuk merubah sudut gigi pakunya, guna mengatur masuknya gigi di dalam tanah. Batang-batang penempatan selanjutnya dipasangkan pada kerangka penguat dari garu tersebut. Dengan demikian bagian-bagian utama garu bergigi paku atau garu sisir adalah terdiri atas ; gigi paku, batang penempatan dan kerangka penguat. Garu bergigi paku terutama digunakan untuk meratakan dan menghaluskan tanah sesudah pembajakan, lebih cocok digunakan untuk tanah yang mudah hancur. Alat ini cukup efektif untuk memberantas tanaman pengganggu khususnya yang masih kecil-kecil, atau baru tumbuh.

    3. Garu bergigi per (spring tooth harrow)

    Garu bergigi per ini secara keseluruhan konstruksinya hampir menyerupai garu bergigi paku, hanya gigi-giginya terbuat dari per atau pegas. Juga digunakan untuk meratakan dan menghaluskan tanah sesudah pembajakan. Alat ini juga lebih sesuai digunakan untuk tanah yang mudah dihancurkan. Cocok untuk memberantas gulma yang mempunyai perakaran yang cukup kuat dan dalam. Hal ini dikarenakan garu bergigi per mempunyai penetrasi kedalaman yang lebih besar dibandingkan dengan garu bergigi paku. Dari sifatnya yang lentur dan bentuknya yang lengkung akan dapat mengangkat atau mencabut akar-akar tanaman sehingga terlempar keluar ke permukaan tanah.

    4. Garu-garu khusus (special harrow)

    Jenis garu-garu khusus, biasanya digunakan untuk mengerjakan pengolahan tanah dengan tujuan yang lebih khusus. Sebagai misal, pengolahan tanah dengan tujuan khusus untuk memusnahkan tanaman pengganggu, menghancurkan seresah, atau untuk menggemburkan tanah secara intensif, atau mungkin bertujuan untuk membuat bedengan (seed bed) yang lebih layak. Penggunaan garu-garu khusus biasanya dilakukan setelah pengolahan tanah pertama dan pengolahan tanah kedua. Macam-macam garu khusus antara lain adalah : pencacah gulma atau seresah (weeder mulcher); garu potong putar (rotary cross harrow); penggemburan tanah (soil surgeon))(Soedijanto, 1971).

    Bab. III Metode Praktikum

    A. Waktu dan Tempat

    Waktu pelaksanaan praktikum ALSINTAN  dengan judul “pengenalan alat pengolahan tanah sekunder” ini dilaksanan pada hari Kamis 5 april 2018, sedangkan tempat pelaksanaannya berada di Laboratorium Daya Alat Dan Mesin Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

    B. Alat dan Bahan

    Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah traktor, alat tulis, kamera, dan bajak singkal.

    3.3 Prosedur Kerja

    Beberapa prosedur kerja yang harus dilakukan yaitu:

    1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
    2. Dijelaskan oleh asisten tentang system penggandengan.
    3. Dilakukan penggandengan garu piring dengan traktor.
    4. Dilakukan pengoperasian traktor dengan implement yang telah digandengkan.
    5. Dilakukan pembongkaran penggandengan.
    6. Hasil.

    Bab IV. Hasil dan Pembahasan

    A. Pembahasan

    Dalam pemasangan implemen traktor yang perlu diperhatikan adalah posisi traktor dan implement yang akan dipasangkan terhadap traktor harus sejajar. Jika traktor yang akan dipasangkan tidak sejajar dengan implementnya maka akan terjadi kesulitan dalam memasangkannya. Cara pemasangan implement traktor :

    1. Memposisikan traktor tepat sejajar dengan implement yang akan dipasangkan. Disini pengemudi harus mahir dalam mengendalikan traktor agar pemasangan implement menjadi mudah dan cepat. Jika pengemudi tidak mahir dalam mengendalikan traktor maka pemasangan implement akan sangat memakan waktu dan sulit. Patokannya adalah kita perhatikan bagian upper hitch point pada traktor harus sejajar dengan implementnya.

    2.Setelah implement dan traktor dalam sejajar, aturlah jarak traktor dan implement hingga tepat. Patokannya adalah bagian three point hitch pada traktor telah sesuai dengan lubang pada batang penarik (beam) pada implement. Kita dapat mensesuaikan kedua lower link arm dengan menaikkan atau menurunkanya hingga sesuai dengan lubang yang terdapat pada implement dengan cara menekan atau menarik tuas yang berfungsi untuk menaikkan atau menurunkan lower link arm disanping jok kemudi.

    3.Dalam pemasangan three point hitch terhadap implement, hal pertama yang harus dilakukan adalah memasangkan bagian sebelah kiri terlebih dahulu pada batang penarik pada implement. Hal ini dikarenakan pada bagian sebelah kiri (lower link arm dan lift arm) sebelah kiri bersifat static. Setelah itu sesuaikan lubang pada implement dengan lower hitch point dan kunci dengan menggunakan pin. Setlah bagian sebelah kiri terpasang barulah kita memasang bagian sebelah kanannya dengan cara yang sama. Jika bagian sebelah kanan tidak sesuai kita dapat mengaturnya karena (lower link arm dan lift arm) bersifat dinamis. Setelah kedua lower hitch point terpasang barulah kita dapat memasang upper hitch point dengan cara yang sama yaitu dengan menyesuaikan lubang pada btang penarik yang terdapat pada implement dengan upper hitch point lalu menguncinya dengan sebuah pin.

    4.Setelah semua three hitch pint terpasang barulah kita kencangankan alat yang menyatu dengan lower link arms yang berbentuk seperti ulir, hingga lower link arm tidak dapat bergerak lagi.

    5.Setelah semua siap barulah traktor dan implementnya dapat digunakan.

    Implemen traktor adalah peralatan yang digunakan pada traktor sesuai dengan kegunaannya. Sebuah traktor tidak dapat digunakan untuk mengolah tanah jika traktor tersebut tidak dip[asangi oleh implement. Implement pada traktor dapat digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu :

    • Alat pembuka Alat penghancur atau penghalus Alat perata atau pembendeng Alat pemeliharaan Implement terpenting dalam pengolahan tanah adalah bajak (Plow) dan rotary tiller. Rotary tiller dapat juga dipakai sebagai alat penghancur. Bajak sendiri dibagi menjadi 2 macam :

     • Single action : bajak hanya dapat memotong dan melemparkan tanah ke salah satu arah saja.

    • Double action : bajak yang dapat diatur arah pelemparan tanahnya (ke kiri atau ke kanan). Reversible plow ini lebih banyak memiliki fungsi dibandingkan dengan bajak single action. Cara menggandengkannya dengan traktor ialah dengan memasangkannya pada drawbar atau hitch dan memasangkan pin. Sebelum pemasangan bajak dilakukan, roda untuk membajak harus dipasang dahulu. Misalnya untuk membajak tanah yang kering akan lain rodanya dengan untuk membajak tanah yang basah. Bajak Piringan Bajak piringan dikembangkan sekitar tahun 1890. model-model didaftar dalam katalog menjelang tahun 1895. salah satu patent tertua untuk bajak piringan diperoleh M.A. dan I.M. Cravath, Blomington, Illionis. Semenjak tahun 1900, pengembangan bajak piringian mengikuti kecenderungan yang serupa dengan bajak singkal.

    Kita dapat menemukan dua jenis sistem penggandengan pada traktor yang banyak beredar di masyarakat, yakni :

    1. Sistem penggandengan satu titik (trailing)

    Sistem penggandengan trailing pada traktor ini pada umumnya digunakan untuk menggandeng peralatan transportasi. Salah satu syarat dari Mesin atau alat yang digandeng oleh traktor ini adalah harus memiliki roda sendiri, sehingga beban tidak disangga oleh traktor. Peralatan tambahan pada traktor untuk sistem penggandengan sistem trailing adalah drawbar.

    2. Sistem penggandengan tiga titik (Mounted)

    Sistem penggandengan mounted ini menggunakan tiga titik pengandengan yang terdiri dari dua titik penggandengan bawah (low link) dan satu titik penggandengan atas (top link). Sistem ini dilengkapi dengan sistem hidrolis yang berfungsi untuk mengangkat dan menurunkan alat/mesin pertanian yang digandeng. Alat/mesin pertanian yang digandeng tidak dilengkapi roda, sehingga berat alat/mesin yang digandeng dibebankan kepada traktor.Sistem ini biasanya digunakan untuk menggandeng bajak, garu, alat penyiang dan lain-lain.

    Implement pertanian adalah alat – alat pertanian yang penggunaanya digandengkan dengan sumber tenaga penggerak/penarik baik menggunakan tenaga manusia, tenaga hewan, maupun tenaga traktor. Implement pertanian antara lain bajak singkal, bajak rotary, bajak piring, garu dengan jenisnya, dll.  System penggandengan implement dapat dibagi menjadi 2, yaitu system penggandengan 1 titik, dan system penggandengan 3 titik (Soedijanto, 1971).

    Titik gandeng yaitu titik yang menggandengkan implemen atau trailer dengan traktor.Fungsi titik gandeng yaitu untuk menyalurkan gaya dari traktor-implemen, mengatur pergerakan dan posisi relatif antara traktor dan implement, mempermudah pertukaran implement (Harris Pearson Smith,1996).

    Tipe drawbar/sistem penggandengan 1 titik yang berfungsi   untuk menarik trailer tanpa dapat mengangkutnya untuk transportasi. System  penggandengan 3 titik/Tiga-titik gandeng (three-point hitch) adalah bagian dari traktor yang berfungsi untuk menggandeng implemen. Dua buah lower link, kiri dan kanan, mampu bergerak naik yang dioperasikan oleh tekanan hidrolik, dan bergerak turun oleh gaya gravitasi. Implemen dapat dinaik-turunkan oleh operator melalui alat ini dari kursi duduk operator. Pada saat mengolah tanah, implemen pengolahan tanah umumnya diangkat pada saat traktor berbelok. Bila peralatan stasioner, misalnya alat perontok atau pompa air dioperasikan melalui pemanfaatan poros pto, maka alat-alat tersebut akan dapat dengan mudah dipindahkan dari satu lokasi ke lokasi lainnya apabila alat-alat tersebut dipasangkan pada tiga-titik gandeng (Haryono. 1982).

    Bab V. Penutup

    Adapun kesimpulan yang diperoleh dari praktikum ini adalah:

    1. Penggandengan satu titik digunakan untuk menggandeng peralatan transportasi.
    2. Penggandengan tiga titik digunakan untuk menggandeng bajak, garu, alat penyiang dan lain-lain.
    3. Penggandengan dalam pertanian berfungsi untuk menggandeng alat dan mesin saat melakukan  pengolahan tanah.
  • Laporan Praktikum Fisika Dinamika Gerak

    Dinamika Gerak

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Gaya gesek adalah gaya yang berarah melawan gerak benda atau kecenderungan benda akan bergerak. Gaya gesek muncul apabila dua buah benda bersentuhan dimana sebuah benda diam atau meluncur pada suatu permukaan yang memberikan gaya-gaya kepadanya. Setiap kali dua benda berinteraksi akibat kontak langsung (sentuhan) dari permukaan-permukaan maka gaya-gaya interaksinya disebut gaya kontak. Gaya gesekan juga selalu terjadi antara permukaan benda padat yang bersentuhan, sekalipun benda tersebut sangat licin. Ketika sebuah benda bergerak, misalnya ketika sebuah buku didorong di atas permukaan meja, gerakan buku tersebut mengalami hambatan dan akhirnya akan berhenti, karena terjadi sebuah gesekan antara permukaan buku dengan permukaan meja serta gesekan antara permukaan buku dengan udara.

    Memahami akan pentingnya gaya gesek merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia. Sehingga kita perlu mengetahui peran penting dan besarnya dalam kehidupan melalui praktikum ini, yaitu menentukan koefisien gesek bahan. Dalam melakukan praktikum ini tentu kita tidak lepas dengan Hukum-Hukum Newton, karena inilah yang mendasari kegiatan praktikum ini. Di kehidupan sehari-hari kita tidak terlepas dari bantuan gaya gesekan, walaupun terkadang kita tidak menyadarinya. Akibat dari pentingnya pengetahuan untuk memahami tentang gaya gesek dalam kehidupan sehari-hari maka dilakukan percobaan ini.

    B. Tujuan

    Tujuan dilaksanakan praktikum adalah sebagai berikut :

    1. Menghitung gaya gesek dan koefisien gerak.
    2. Menghitung percepatan benda bergerak.

    Bab II. Tinjauan Pustaka

    Permukaan sebuah benda meluncur di atas permukaan benda lain masing-masing benda akan saling melakukan gaya gesekan, sejajar dengan permukaan. Gaya gesekan terhadap tiap benda berlawanan arahnya dengan arah gerakannya relatif terhadap benda “lawan ”nya. Jadi jika sebuah balok meluncur dari kiri ke kanan di atas permukaan sebuah meja. Suatu gaya gesek ke kiri akan bekerja terhadap meja. Gaya gesekan juga ada yang bekerja dalam keadaan tidak terjadi gerakan relatif. Suatu gaya horizontal terhadap sebuah peti berat yang terletak dilantai mungkin saja tidak cukup besar untuk menggerakkan peti itu. Karena gaya tersebut terimbangi oleh suatu gaya gesekan yang besarnya sama dengan berlawanan arah, yang dikerjakan oleh lantai terhadap peti(Francis,1998).

    Gaya gesek adalah gaya yang melawan arah gaya relatifnya. Gaya gesek dibagi menjadi dua, gaya gesek statis dan gaya gesek kinetis. Gaya gesek statis adalah singgungan dua benda pada saat keadaan diam, atau saat benda dalam keadaan diam dalam bidang horizontal. Gaya gesek kinetis adalah gaya luncuran pada benda yang bergerak di permukaan kasar. Gaya gesek kinetis berlawanan dengan kecepatan benda formula yang dipakai untuk mencari koefisien dari gesek statis dan kinetis adalah F= µs x N untuk gaya gesek statis dan formula F= µk x N untuk gaya gesek kinetis pada benda(Giancolli, 1998).

    Pada gaya gesek terdapat gaya normal yaitu gaya yang dilakukan benda terhadap benda lain dengan arah tegak lurus bidang antara permukaan benda. Secara matematika hubungan antara gaya gesek dengan gaya normal adalah sebagai berikut :

    Fs < µk . N dan Fs > µs . N

    Tanda sama dengan itu menunjukkan bila gaya gesek mencapai maksimum. Besar µk dan µs tergantung pada sifat permukaan yang saling bergesekan harganya bisa lebih besar dari suatu yang biasanya lebih kecil (Faradah,1987)

    Hukum-hukum tentang gesekan adalah hukum yang berdasarkan pengalaman. Gesekan suatu benda yang menggelinding di atas permukaan dilawan oleh gaya yang timbul akibat perubahan bentuk permukaan yang bersinggungan. Contoh sebuah kubus diam pada suatu bidang miring memiliki sudut, kemudian diperbesar sudutnya maka kubus akan mulai tergelincir(Astuti,1997).

    Dalam percobaan kali ini akan berlaku hukum newton I dan II. Hukum newton I menyatakan “setiap benda akan berada dalam keadaan diam atau bergerak lurus beraturan kecuali jika dipaksa untuk mengubah keadaan ini oleh gaya-gaya yang berpengaruh padanya”. Sesungguhnya Hukum Newton ini memberikan pernyataan tentang kerangka acuan. Pada umumnya percepatan suatu benda bergantung kerangka acuan mana ia diukur. Hukum ini menyatakan bahwa jika tidak ada benda lain didekatnya (artinya tidak ada gaya yang bekerja, karena setiap gaya harus dikaitkan dengan benda dan dengan lingkungannya) maka dapat dicari suatu keluarga kerangka acuan sehingga suatu partikel tidak mengalami percepatan (Silaban,sucipto, 1985).

    Bab III. Metode Praktikum

    3.1 Waktu dan Tempat

    Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 10 September 2019 di Laboratorium Fisika Dasar Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian¸ Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

    3.2 Alat dan Bahan

    Alat-alat yang digunakan pada praktikum adalah papan kayu sepanjang 1 meter, stopwatch, spidol, busur, mistar ukur, dan timbangan. Bahan yang digunakan pada praktikum adalah balok kayu.

    3.3 Prosedur Kerja

    Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum Dinamika Gerak untuk percobaan 1 adalah sebagai berikut :

    1. Diletakkan papan di atas meja, pada posisi mendatar.
    2. Diletakkan potongan balok (ditimbang terlbih dahulu dan dicatat bobotnya) di atas papan (posisi di tengah).
    3. Diangkat salah satu ujung papan pelan-pelan, terus sampai balok meluncur.
    4. Diukur sudut kemiringan papan (θ) dengan busur derajat, pada saat balok meluncur.
    5. Dicatat dan diulangi langkah 1 sampai 4 sebanyak tiga kali.
    6. Dihitung gaya gesek (Fs) maksimum dan koefisien gesek statis (µs) dengan melihat vektor kesetimbangan gaya.

    Prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum Dinamika Gerak pada percobaaan kedua adalah sebagai berikut :

    1. Disiapkan papan dan ditandai dengan spidol titik 0 dan 1 berjarak 75 cm (0,75 m).
    2. Dimiringkan papan tersebut, dengan besar sudut 30o.
    3. Diletakkan balok pada titik 0 dan diluncurkan, pada saat yang bersamaan, ditekan tombol ON stopwach.
    4. Pada saat balok sampai di titik 1, ditekan tombol OFF stopwatch. Dihitung waktu balok kayu meluncur sejauh 0,75 m.
    5. Diulangi langkah 2-4 sampai 3 kali.

    Bab IV. Hasil dan Pembahasan

    A. Hasil

    Tabel 1. Hasil Percobaan 1 : Statik

    UlanganF(N)µs
    10,180,42
    20,370,62
    30,150,38
    Rata-rata0,230,47
    Standar Deviasi (SD)0,110,12

    Tabel 2. Hasil Percobaan 2 : Kinetik dengan sudut 30o

    UlanganF(N)µkV (m/dt)A (m/dt2)F (N)
    10,80,811,272,150,23
    21,081,101,874,670,51
     0,910,921,533,120,34
    Rata-rata0,930,941,553,310,36
    SD0,140,140,31,260,13

    Tabel 3. Hasil Percobaan 2 : Kinetik dengan sudut 45o

    UlanganF(N)µkv (m/s)a (m/dt2)F (N)
    11,643,072,417,770,85
    21,31,641,874,670,51
    33,013,813,57171,87
    Rata-rata1,982,502,619,811,07
    SD0,881,140,866,40,7

    Tabel 4. Hasil Percobaan 2 : Kinetik dengan sudut 60o

    UlanganF(N)µkV (m/dt)A (m/dt2)F (N)
    13,526,454,1623,112,54
    21,893,432,58,330,91
    33,836,964,4125,942,85
    Rata-rata3,085,613,6919,122,1
    SD1,151,91,039,451,02

    4.2 Pembahasan

    Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapat data pada percobaan pertama yaitu koefisien gaya gesek statis. Koefisien gaya gesek statis (µs) didapat dari penurunan rumus Fs = µ. N menjadi µ= tanθ. Sehingga µs dapat dicari dengan mengetahui besar sudut antara papan dengan lantai sehingga balok mengalami perpindahan posisi dari ujung papan ke ujung papan lainnya. Setelah didapat µs, kita bisa mencari Fs (gaya gesek statis) dengan mengalikan µdengan N yang merupakan gaya yang arahnya tegak lurus dengan permukaan lantai benda.

    Lalu pada percobaan kedua, balok yang akan diletakkan di ujung papan akan dilepaskan ke ujung lainnya dengan sudut antara papan dengan lantai yang telah ditentukan. Jika semakin besar sudut yang telah ditentukan,  maka hal tesebut berpengaruh pada kecepatan benda (V) yang lebih besar, percepatan benda yang lebih besar (a), dan gaya (F) yang lebih besar. Hal ini berarti besar sudut antara papan dengan permukaan lantai berpengaruh terhadap kecepatan (V), percepatan (a), gaya (F), gaya gesek kinetis (Fk), dan koefisien gaya gesek kinetis (µk).

    Pada percobaan pertama, didapatkan data koefisien gesek statis (µs) yang besarnya rata-rata 0,47. Hasil itu didapatkan karena sudut antara papan dengan permukaan lantai saat balok meluncur dari ujung papan ke ujung lainnya. Besar sudut rata-rata yang didapatkan pada percobaan pertama adalah 26o. Hasil ini berbeda dengan percobaan kedua yang dilakukan, karena pada percobaan kedua sudut antara papan dengan permukaan lantai telah ditentukan. Karena sudutnya telah ditentukan, maka besar koefisien gesek kinetis (µk) nya lebih besar dibandingkan percobaan pertama. Jadi Perbedaan percobaan 1 dan 2 yaitu di percobaan pertama mencari sudut kemiringannya terlebih dahulu lalu menghitung gaya gesek maksimum dan koefisien gesek statis sedangkan pada percobaan kedua karena sudut telah ditentukan kita hanya mencari waktu yang diperlukan balok untuk  menuju titik nol,.

    Untuk mendorong sebuah benda yang mempunyai permukaan kasar di atas meja dengan laju konstan dibutuhkan gaya dengan besar tertentu. Untuk mendorong benda lain yang sama beratnya tetapi mempunyai permukaan yang licin di atas meja dengan laju yang sama, akan memerlukan gaya lebih kecil. Jika selapis minyak atau pelumas lainnya dituangkan antara permukaan benda dan meja, maka hampir tidak diperlukan gaya sama sekali untuk menggerakkan benda itu. Pada urutan kasus tersebut, gaya yang diperlukan makin kecil. Sebagai langkah berikutnya, kita bisa membayangkan sebuah situasi di mana benda tersebut tidak bersentuhan dengan meja sama sekali, atau ada pelumas yang sempurna antara benda itu dan meja, dan mengemukakan teori bahwa sekali bergerak, benda tersebut akan melintasi meja dengan laju yang konstan tanpa ada gaya yang diberikan.

    Berdasarkan penemuan ini, Isaac Newton (1642- 1727), membangun teori geraknya yang terkenal. Analisis Newton tentang gerak dirangkum dalam “tiga hukum gerak” -nya yang terkenal. Dalam karya besarnya, Principia

    (diterbitkan tahun 1687), Newton menyatakan terima kasihnya kepada Galileo. Pada kenyataannya, hukum pertama Newton tentang gerak sangat dekat dengan kesimpulan Galileo. Hukum I Newton menyatakan bahwa:

    “Setiap benda tetap berada dalam keadaan diam atau bergerak dengan laju tetap sepanjang garis lurus, kecuali jika diberi gaya total yang tidak nol.”

    Kecenderungan sebuah benda untuk mempertahankan keadaan diam atau gerak tetapnya pada garis lurus disebut inersia (kelembaman). Sehingga, Hukum I Newton sering disebut Hukum Inersia. Hukum I Newton tidak selalu berlaku pada setiap kerangka acuan. Sebagai contoh, jika kerangka acuan kalian tetap di dalam mobil yang dipercepat, sebuah benda seperti cangkir yang diletakkan di atas dashboard mungkin bergerak ke arah kalian (cangkir tersebut tetap diam selama kecepatan mobil konstan). Cangkir dipercepat ke arah kalian tetapi baik kalian maupun orang atau benda lain memberikan gaya kepada cangkir tersebut dengan arah berlawanan. Pada kerangka acuan yang dipercepat seperti ini, Hukum I Newton tidak berlaku. Kerangka acuan di mana Hukum I Newton berlaku disebut kerangka acuan inersia. Hukum Newton 1 bisa dituliskan dalam rumus  ΣF = 0.

    Aplikasi penerapan Hukum Newton 1 dalam kehidupan sehari-hari adalah pada saat kita mengendarai mobil, lalu kita mengerem secara mendadak. Sontak tubuh kita akan mempertahankan posisi tubuh kita agar tidak terpental ke depan. Inilah yang merupakan penerapan dari Hukum Newton 1.

    Hukum I Newton menyatakan bahwa jika tidak ada gaya total yang bekerja pada sebuah benda, maka benda tersebut akan tetap diam, atau jika sedang bergerak, akan bergerak lurus beraturan (kecepatan konstan). Selanjutnya, apa yang terjadi jika sebuah gaya total diberikan pada benda tersebut? Newton berpendapat bahwa kecepatan akan berubah. Suatu gaya total yang diberikan pada sebuah benda mungkin menyebabkan lajunya bertambah.

    Akan tetapi, jika gaya total itu mempunyai arah yang berlawanan dengan gerak benda, gaya tersebut akan memperkecil laju benda. Jika arah gaya total yang bekerja berbeda arah dengan arah gerak benda, maka arah kecepatannya akan berubah (dan mungkin besarnya juga). Karena perubahan laju atau kecepatan merupakan percepatan, berarti dapat dikatakan bahwa gaya total dapat menyebabkan percepatan.

    Pengalaman sehari-hari dapat menjelaskan hubungan antara percepatan dan gaya. Ketika kita mendorong kereta belanja, maka gaya total yang terjadi merupakan gaya yang kita berikan dikurangi gaya gesek antara kereta tersebut dengan lantai. Jika kita mendorong dengan gaya konstan selama selang waktu tertentu, kereta belanja mengalami percepatan dari keadaan diam sampai laju tertentu, misalnya 4 km/jam.

    Jika kita mendorong dengan gaya dua kali lipat semula, maka kereta belanja mencapai 4 km/jam dalam waktu setengah kali sebelumnya. Ini menunjukkan

    percepatan kereta belanja dua kali lebih besar. Jadi, percepatan sebuah benda berbanding lurus dengan gaya total yang diberikan. Selain bergantung pada gaya,

    percepatan benda juga bergantung pada massa. Jika kita mendorong kereta belanja yang penuh dengan belanjaan, kita akan menemukan bahwa kereta yang penuh memiliki percepatan yang lebih lambat. Dapat disimpulkan bahwa makin besar massa maka akan makin kecil percepatannya, meskipun gayanya sama. Jadi, percepatan sebuah benda berbanding terbalik dengan massanya. Hubungan ini selanjutnya dikenal sebagai Hukum II Newton, yang bunyinya sebagai berikut:

    “Percepatan sebuah benda berbanding lurus dengan gaya total yang bekerja padanya dan berbanding terbalik dengan massanya. Arah percepatan sama dengan arah gaya total yang bekerja padanya.”

    Hukum II Newton tersebut dirumuskan secara matematis dalam  persamaan:

     Σm.a

    dengan:

    = percepatan (m/s2)

    = massa benda (kg)

    Σ= resultan gaya (N)

    Aplikasi Hukum Newton 2 dalam kehidupan sehari-hari adalah bus yang melaju di jalan raya akan mendapatkan percepatan yang sebanding dengan gaya dan berbanding terbalik dengan massa bus tersebut,  lalu pada permainan kelereng, kelereng yang kecil saat dimainkan akan lebih cepat menggelinding, sedangkan kelereng yang lebih besar relatif lebih lama.

    Hukum II Newton menjelaskan secara kuantitatif bagaimana gaya-gaya memengaruhi gerak. Tetapi kita mungkin bertanya, dari mana gaya-gaya itu datang? Berdasarkan pengamatan membuktikan bahwa gaya yang diberikan pada sebuah benda selalu diberikan oleh benda lain. Sebagai contoh, seekor kuda yang menarik kereta, tangan seseorang mendorong meja, martil memukul/ mendorong paku, atau magnet menarik paku. Contoh tersebut menunjukkan bahwa gaya diberikan pada sebuah benda, dan gaya tersebut diberikan oleh benda lain, misalnya gaya yang diberikan pada meja diberikan oleh tangan.

    Newton menyadari bahwa hal ini tidak sepenuhnya seperti itu. Memang benar tangan memberikan gaya pada meja. Tetapi meja tersebut jelas memberikan gaya kembali kepada tangan. Dengan demikian, Newton berpendapat bahwa kedua benda tersebut harus dipandang sama. Tangan memberikan gaya pada meja, dan meja memberikan gaya balik kepada tangan.

    Hal ini merupakan inti dari Hukum III Newton, yaitu: “Ketika suatu benda memberikan gaya pada benda kedua, benda kedua tersebut memberikan gaya yang sama besar tetapi berlawanan arah terhadap benda pertama.” . Hukum III Newton ini kadang dinyatakan sebagai hukum aksi-reaksi, “untuk setiap aksi ada reaksi yang sama dan berlawanan arah”. Untuk menghindari kesalahpahaman,

    sangat penting untuk mengingat bahwa gaya “aksi” dan gaya “reaksi” bekerja pada benda yang berbeda.

    Aplikasi Hukum Newton III dalam kehidupan sehari-hari antara lain  Ketika kita menginjakkan kaki ke tanah, berarti kita memberikan sebuah gaya dorong terhadap tanah tersebut. Gaya yang kaki kita berikan kepada tanah ini merupakan gaya aksi. Kemudian sebagai respon dari gaya aksi yang kita berikan, maka tanah memberikan gaya dorong ke kaki kita yang membuat kaki bisa terangkat. Gaya dorong yang diberikan tanah ini adalah gaya reaksi. Proses ini berlangsung secara terus menerus sehingga membuat kita dapat berjalan di atas tanah.

    Pada praktikum ini juga terdapat kendala yang menyebabkan hasil yang didapat kurang akurat. Kendalanya adalah pada saat balok diluncurkan dari papan, balok sering keluar jalur papan, sehingga percobaan tersebut harus diulangi. Lalu kendala selanjutnya adalah pada saat menghitung waktu tempuh balok, seringkali saat menekan tombol stopwatch tidak sesuai pada saat jalannya balok tersebut, sehingga data yang didapatkan kurang akurat. Kendala yang terakhir adalah pada saat mengukur sudut antara papan dengan permukaan lantai di percobaan pertama. Saat menggunakan busur, besar sudut yang didapatkan pada ulangan ke 1, 2, dan 3 memiliki rentang perbedaan yang cukup jauh.

    Hubungan antara bentuk permukaan benda dengan gaya gesek adalah semakin kasar permukaan benda maka gaya gesek akan semakin besar , dan  sebaliknya apabila semakin halus permukaan benda maka gaya gesek akan semakin kecil Selain itu juga, hubungan antara permukaan benda dan gaya gesek adalah gaya gesek menimbulkan hambatan saat dua benda saling bersentuhan pada kedua permukaan benda.

    V. KESIMPULAN

    Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum yang dilakukan adalah sebagai berikut:

    1. Gaya gesek rata-rata pada percobaan pertama adalah 0,23 N dan koefisien gaya geseknya adalah 0,12. Besar gaya gesek rata-rata pada percobaan kedua dengan sudut 30adalah 0,93 N, dengan sudut 45adalah 1, 98 N, dan dengan sudut 60o adalah 3,08 N. Untuk besar koefisien gaya geseknya pada sudut 30o adalah 0,94, pada sudut 45o adalah 2,5 dan pada sudut 60o adalah 5,61.

    2. Percepatan rata-rata yang didapatkan pada percobaan kedua dengan sudut 30o adalah 3,31 m/s2, dengan sudut 45o adalah 9,81 m/s2, dan dengan sudut 60o adalah 19,12 m/s2.

    DAFTAR PUSTAKA

    Alonso, Marcelo, dan Fien Edward. 1994. Dasar-Dasar Fisika Universitas. Erlangga. Jakarta.

    Astuti, Asri. 1997. Diktat Fisika Dasar 1. Universitas Jember. Jember.

    Faradah, Inang. 1987. Fisika jilid 1 edisi ke-3. Erlangga. Jakarta.

    Francis. 1998. Fisika jilid 2. Erlangga. Jakarta.

    Giancoli, Douglas C. 1998. Fisika Jilid 1. Erlangga. Jakarta.

    Halliday, David. 1996. Fisika Jilid 1. Erlangga. Jakarta.

    Marcelo. 1999. Fisika Edisi Kedelapan. Erlangga. Jakarta.

    Silaba dan Sucipto. 1985. fisika dasar jilid 1. Erlangga. Jakarta.

    Sumarsono, Joko, 2009. Fisika. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

  • Laporan Pratkikum Fisika Elastisitas dan Tumbukan

    Elastisitas dan Tumbukan

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Dalam kehidupan sehari-hari, kita biasa menyaksikan benda-benda saling bertumbukan. Banyak kecelakaan yang terjadi di jalan raya disebabkan karena tabrakan (tumbukan) antara dua kendaraan, baik antara sepeda motor dengan sepeda motor, mobil dengan mobil, maupun antara sepeda motor dengan mobil. Demikian juga dengan kereta api atau kendaraan lainnya. Hidup kita tidak terlepas dari adanya tumbukan. Ketika bola sepak ditendang, pada saat itu juga terjadi tumbukan antara bola sepak dengan kaki. Tanpa tumbukan, permainan billiar tidak pernah ada. Demikian juga dengan permainan kelereng.

    Tumbukan terjadi pada saat dua benda saling bersentuhan dan memiliki gaya reaksi setelah bertumbuk. Saat terjadi tumbukan selalu terjadi hukum kekebalan momentum tetapi tidak selalu berlaku hukum kekebalan energi kinetik. Mungkin sebagian energi panas terjadi akibat adanya tumbukan yang terjadi terus menerus. Kita telah meninjau hubungan antara momentum benda dengan peristiwa tumbukan. Oleh karena itu, dilaksanakanlah praktikum dengan judul Tumbukan agar praktikan dapat memahami tumbukan yang terjadi akibat dua benda yang berbeda.

    1.2  Tujuan

    Tujuan dilaksanakan praktikum adalah sebagai berikut :

    1.      Menentukan koefisien restitusi antara:

    a. Kelereng dengean lantai.

    b. Bola pingpong dengan lantai.

    c. Bola Kasti dengan lantai.

    2.      Menyebutkan jenis tumbukan pada percobaan ini.

    3.      Memberi alasan mengapa nilai koefisien restitusi = 1 pada percobaan ini

    Bab II. Kajian Pustaka

    Tumbukan lenting sempurna adalah tumbukan yang terjadi pada dua benda yang massanya sama, dimana benda satu menumbuk benda dua yang diam, setelah tumbukan benda satu diam dan benda dua bergerak ke tempat semula (awal). Dalam kasus ini seakan-akan momentum benda satu dialihkan seluruhnya ke benda dua. Jenis tubukan ini berlaku kekebalan momentum dan kekebalan energi kinetik. Pada tumbukan sempurna besar nilai koefisien restitusi e = 1 (Sumarjono, 2005).

    Kekebalan momentum yaitu jika gaya eksternal dan momentumnya total sistem kwkal artinya momentum totalnya tetap konstan. Dalam suatu tumbukan kedua benda saling mendekat dan berinteraksi dengan kuat dan saling menjauhi sebelum tumbukan. Ketika saling berjauhan, kedua benda itu bergerak dengan kecepatan konstan. Setelah tumbukan keduanya bergerak dengan kecepatan konstan yang berbeda(Zemansky, 2002).

    Hukum kekekalan momentum menyatakan bahwa “Pada peristiwa tumbukan, jumlah momentum benda-benda sebelum dan sesudah tumbukan adalah tetap, asalkan tidak ada gaya luar yang bekerja pada benda-benda tersebut”. Misalkan : dua bola bilyar masing-masing memiliki massa m1 dan m2 keduanya bergerak saling mendekati dengan kecepatan masing-masing v1 dan v2. Jika diasumsikan gaya eksternal total sitem dua bola ini adalah nol (∑ F = 0), artinya gaya yang signifikan hanyalah gaya yang di berikan tiap bola ke bola lainnya ketika terjadi tumbukan. Maka implus untuk masing-masing bola adalah

    I_1=I_2
    F_1∆t=F_2∆t
    m_1(v'_1-v_1)=m_2(v'_2-v_2)

    Untuk memecahkan permasalahan tumbukan, konsep hukum kekekalan momentum dapat diperlukan. Pada tumbukan lenting sempurna energi kinetik sebelum tumbukan dan setelah tumbukan adalah sama.Pada tumbuhan tak lenting sempurna, energi kinetik awal sebelum tumbukan di ubah menjadi energi jenis lain, seperti energi panas atau potensial sehingga terjadi pengurangan energi kineti dan energi total sebelum tumbukan akan lebih besar dari pada energi kinetik total sesudah tumbukan. Koefisien restitusi atau elstisitas: perbandingan besar kecepatan relatif antara kedua benda sesudah dan sebelum tumbukan.Harga e berkisar antara 0 (tak lenting) dan 1 (lenting) (Marcelo, 1999).

    Massa merupakan besaran skalar, sedangkan kecepatan merupakan besaran vektor. Perkalian antara besaran skalar dengan besaran vektor akan menghasilkan besaran vektorJadi, momentum merupakan besaran vektor. Arah momentum searah dengan arah kecepatan.Momentum sebuah partikel dapat dipandang sebagai ukuran kesulitan untuk mendiamkan benda. Sebagai contoh, sebuah truk berat mempunyai momentum yang lebih besar dibandingkan mobil yang ringan yang bergerak dengan kelajuan yang sama. Gaya yang lebih besar dibutuhkan untuk menghentikan truk tersebut dibandingkan dengan mobil yang ringan dalam waktu tertentu(Halliday, 1996).

    Bab III. Metode Praktikum

    A. Waktu dan Tempat

    Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 24 September 2019 di Laboratorium Fisika Dasar Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian¸ Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

    B. Alat dan Bahan

    Alat-alat yang digunakan pada praktikum adalah meteran. Bahan – bahan yang digunakan pada praktikum adalah kelereng, bola pingpong, dan bola kasti.

    3.3 Prosedur Kerja

    Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum adalah sebagai berikut :

    1. Disiapkan semua alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan.
    2. Ditempelkan meteran pada dinding.
    3. Diambil bola kasti, kemudian diangkat bola tersebut pada ketinggian tertentu di depan mistar.
    4. Dijatuhkan bola tersebut dan diamati tinggi pantulan bola yang pertama kalinya.
    5. Ditandai tinggi pantulan bola yang pertama kalinya pada mistar.
    6. Diulangi percobaan sebanyak 5 kali dengan tinggi yag berbeda.
    7. Diulangi percobaan menggunakan bola pingpong dan kelereng.
    8. Dicatat data yang diperoleh pada tabel data.
    9. Dihitung koefisien restitusi tiap ulangan berdasarkan rumus lalu dirata-ratakan hasilnya.
    10. Dihitung standar deviasi dari koefisin restitusi.
    11. Diulangi langkah 2-4 sampai 3 kali.
    12. Dijawab pertanyaan dan dibahas kegiatan praktikum pada lembar yang disediakan.

    Bab IV. Hasil dan Pembahasan

    A. Hasil

    Hasil yang diperoleh berdasarkan praktikum yang dilakukan adalah sebagai berikut :

    Tabel 1. Hasil Pengukuran Ketinggian Pantulan Pertama Bola Kasti.

    No.hawal (m)hpantulan (m)e
    1.10,550,74
    2.0,90,500,74
    3.0,80,400,70
    4.0,70,350,70
    5.0,60,300,70
    Rata-rata0,72
    Standar deviasi0,02

    Tabel 2. Hasil Pengukuran Ketinggian Pantulan Pertama Bola Pingpong.

    No.hawal (m)hpantulan (m)e
    1.10,700,83
    2.0,90,630,83
    3.0,80,550,82
    4.0,70,500,84
    5.0,60,450,86
    Rata-rata0,84
    Standar deviasi0,01

    Tabel 3. Pengukuran Ketinggian Pantulan Pertama Kelereng.

    No.hawal (m)hpantulan (m)e
    1.10,500,70
    2.0,90,450,70
    3.0,80,350,66
    4.0,70,300,65
    5.0,60,250,64
    Rata-rata0,67
    Standar deviasi0,02

    B. Pembahasan

    Dari percobaan yang telah dilakukan, dimulai dari bola kasti yang dijatuhkan dari ketinggian satu meter, kemudian dikurangi 10 cm setiap pengukuran berikutnya, didapatkan bahwa ketinggian yang dicapai setelah mengalami tumbukan dengan lantai bervariasi ketinggiannya. Untuk bola pingpong dan kelereng, dilakukan juga percobaan yang sama dan didapatkan juga hasil yang bervariasi. Setelah ketinggian pantulan pertama kali didapatkan, kita dapat mencari nilai koefisien restitusinya. Besar koefisien restitusi dari bola kasti adalah 0,72, besar koefisien restitusi dari bola pingpong adalah 0,84, dan besar koefisien restitusi dari kelereng adalah 0,67. Apabila besar nilai koefisien restitusinya semain mendekati sat, maka tumbukannya mendekati lenting sempurna. Apabila besarnya mendekati nol, maka tumbukannya semakin tidak lenting. Tumbukan tersebut dapat dinyatakan lenting sempurna jika ketinggian pantulan pertama kali sama dengan ketinggian awal bola dijatuhkan.

    Tumbukan merupakan peristiwa bertemunya dua buah benda yang bergerak. Saat tumbukan selalu berlaku hukum kekekalan momentum tetapi tidak selalu berlaku hukum kekekalan energi kinetik. Ada tiga jenis tumbukan yangg terjadi, antara lain :

    1. Tumbukan lenting sempurna, yaitu tumbukan yang tidak mengalami perubahan energi. Dengan besar koefisien restitusinya e = 1.
    2. Tumbukan lenting sebagian, yaitu tumbukan yang tidak berlaku hukum kekeakalan energi mekanik, sebab ada energi yang diubah dalam bentuk lain. Besar koefisien restitusinya 0 < e < 1.
    3. Tumbukan tidak lenting sama sekali, yaitu dimana pada saat kedua benda mengalami tumbukan, posisi keduanya saling berimpitan atau benda yang menabrak (menumbuk) berada di titik tumbukan. Besar koefisien restitusinya adalah e = 0.

    Aplikasi tumbukan dapat kita temukan dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya :

    1.  Permainan bola billiard

    Bola billiard merupakan cabang olahraga yang membutuhkan konsentrasi. Terdapat dua tipe bola yaitu bola terget yang dalam keadaan diam, berarti momentumnya bernilai nol dan bola putih yang disodok agar bergerak menyentuh atau bertumbukan dengan bola target sehingga memiliki massa dan kecepatan. Bola putih akan berkurang kecepatannya setelah bertumbukan dan bola target akan bergerak dan itu berarti momentum bertambah.

    1. Permainan bola bekel

    Permainan anak-anak yang menggunakan prinsip dari momentum lenting sempurna adalah permainan bola bekel dengan memntulkan bola ke lantai. Momentum bola sebelum dan sesudah adalah sama. Sehingga berlaku hukum tumbukan lenting sempurna.

    1. Bola bisbol dan pemukulnya

    Bola bisbol bersentuhan dengan tongkat pemukul yang menyebabkan terjadinya momentum. Jumlah dari momentum awal dan jumlah momentum akhir pemukuldan bola adalah sama. Momentum pemukulyang hilang akan berpindah pada bola bisbol.

    1. Peluru yang ditembakan

    Peluru yang ditembakan oleh pistol mengalami jumlah momentum peluru dan pistol ke arah yang berlawanan. Ketika pistol mundur momentum awal dan akhir salin meniadakan dan sistem kedudukannya sama.

    1. Melompat dari perahu

    Ketika seseorang melompat dari sebuah perahu maka akan terjadi perubahan posisi perahu dan orang tersebut yang saling  berlawanan arah. Pergerakan orang melompat kedepan akan menyebabkan perahu mundur kebelakang. Seseorang dan perahu memiliki massa dan kecepatan, sehingga memiliki momentum. Seseorang dan perahu sebelum dan sesudah bergerak akan memiliki momentum yang sama.

    Lalu mengapa pada saat benda yang dijatuhkan dari ketinggian yang paling tinggi memiliki koefisien restitusi yang lebih besar daripada benda yang dijatuhkan ari ketinggian yang rendah? Hal ini dipengaruhi oleh gaya gravitasi bumi. Apabila benda berada di tempat yang tinggi, misalkan berada di ketinggian 3000 MDPL, maka gaya gravitasi di tempat tersebut lebih kecil dibandingkan benda yang berada di ketinggian 200 MDPL. Namun apabila suatu benda dijatuhkan dari tempat yang tinggi, maka gaya tarik bumi terhadap benda tersebut semakin besar. Misalkan para penerjun bebas yang terjun dari pesawat di ketinggian 2500 MDPL, mereka akan terjun dengan sangat cepat karena dipengaruhi oleh gaya tarik bumi tersebut.

    Kendala yang terdapat pada saat melakukan praktikum adalah pada saat menjatuhkan bola –bola tersebut ke lantai, terkadang hasil ketinggian pantulan pertamanya memiliki perbedaan meskipun ketinggian awalnya sama. Lalu pada saat melihat atau mengamati ketinggian pantulan pertama, terkadang mata pengamat tidak melihat dimana posisi ketinggian bola tersebut pada mistar.

    Bab V. Penutup

    A. Kesimpulan

    Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum yang dilakukan adalah sebagai berikut:

    1. Besar koefisien restitusi bola kasti dengan lantai adalah 0,72. Besar koefisien restitusi bola pingpong dengan lantai adalah 0,84. Besar koefisien restitusi kelereng dengan lantai adalah 0,67.
    2. Jenis tumbukan yang terjadi pada percobaan ini adalah tumbukan lenting sebagian.
    3. Nilai koefisien restitusi ketiga bola pada percobaan ini tidak mencapai e = 1, karena ketinggian pantulan pertama kali bola-bola tersebut tidak mencapai atau tidak sama dengan ketinggian mula-mula.

    DAFTAR PUSTAKA

    Faradah, Inang. 1987. Fisika jilid 1 edisi ke-3. Erlangga. Jakarta.

    Francis. 1998. Fisika jilid 2. Erlangga. Jakarta.

    Giancoli, Douglas C. 1998. Fisika Jilid 1. Erlangga. Jakarta.

    Halliday, David. 1996. Fisika Jilid 1. Erlangga. Jakarta.

    Marcelo. 1999. Fisika Edisi Kedelapan. Erlangga. Jakarta.

    Sumarjono, dkk. 2005. Fisika Dasar 1. Universitas Negeri Malang. Malang.

    Zemansky, Sears. 2002. Fisika Universitas Jilid 1 Edisi Kesepuluh. Erlangga. Jakarta

  • Laporan Praktikum Fisika Bandul Matematis

    Laporan Praktikum Fisika Bandul Matematis

    Berikut ini adalah laporan praktikum fisika bandul matematis. Praktikum ini bertujuan untuk menghitung percepatan gravitasi Bumi pada lokasi praktikum.

    Bandul Matematis

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Suatu peristiwa dalam kehidupan sehari hari selalu erat kaitannya dengan ilmu fisika ,diantaranya adalah peristiwa bandul matematis.Prinsip yang digunakan pada peristiwa bandul matematis sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari hari. Misalnya pada bola penghantar kabel penderek, timah kecil yang ditahan oleh suatu tali pada tempat pengukuran tanah, ayunan yang terdapat di taman kanak kanak,wahana kapal yang ada di taman bermain seperti di Ancol Jakarta, serta konsep bandul pada jam dinding.

    Ayunan merupakan salah satu sistem yang melakukan gerak harmonis sederhana yang memiliki amplitudo kecil.Bandul sederhana adalah benda ideal yang terdiri dari sebuah benda yang bermassa m di gantung pada tali yang ringan, dengan catatan panjang tali tersebut tidak akan bertambah saat di beri beban.Bila bandul di geser ke samping dari titi kesetimbangan ( titik tengah ), dan ketika di lepaskan, maka bandul akan berayun dalam bidang vertikal karena di pengaruhi oleh gaya gravitasi bumi. Pada ayunan tersebut nantinya akan dapat di ketahui periode nya, yaitu selang waktu yang dibutuhkan oleh beban untuk melakukan Suatu getaran dan juga menghitung besar Gravitasi bumi di suatu tempat .

    Berdasarkan pernyataan pernyataan di atas, maka di lakukanlah percobaan bandul sistematis ini agar dapat di ketahui Prinsip dasar apa saja yang digunakan pada bandul matematis sehingga dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari hari.

    2. Rumusan Masalah

    1. Bagaimana memahami azas kerja ayunan / bandul matematis ?
    2. Bagaimana memahami dan menentukan besar percepatan gravitasi ?
    3. Bagaimana menentukan besarnya percepatan gravitasi bumi dengan metode   ayunan bandul.?
    4. Bagaimana menentukan pengaruh panjang tali terhadap besarnya periode osilasi bandul.?
    5. Bagaimana menentukan pengaruh besar simpangan awal terhadap besarnya nilai g yang diperoleh.?

    3. Hipotesis

    1. Semakin pendeknya tali maka gerak bandul akan demakin cepat. Semakin panjang tali maka gerak bandul semakin lambat
    2. Besar kecilnya nilai percepatan gravitasi tergantung panjang tali dan periode ayunan
    3. Panjang tali mepengaruhi jarak lintasan

    4. Tujuan Percobaan

    1. Memahami azas kerja ayunan matematis dan getaran selaras.
    2. Memahami dan menentukan besar percepatan gravitasi ditempat percobaan dilakukan.
    3. Mengetahui hubungan antara periode bandul matematis dengan panjang tali gantungan
    4. Mengamati gerak osilasi bandul matematis
    5. Menentukan frekuensi bandul matematis
    6. Menganalisis konsep gerak harmonis sederhana dan beberapa faktor yang mempengaruhi periode gerak bandul sederhana

    Bab II. Kajian Teori

    Pandulum adalah beban yang diikat dengan tali dan di gunakan pada suatu tempat dimana tali yang di gantungkan tidak dapat mulur, jika dengan sudut tertentu kemudian di lepaskan maka benda akan beayun pada bidang vertikal, kerak bolak balik pada bandul di sebut gerak sederhana.

    Jika gaya-gaya yang bekerja pada beban diuraikan atas komponen radial dan komponen tangensial, maka resultan gaya radial bertindak sebagai gaya yang dibutuhkan agar beban tetap bergerak melingkar dan resultan gaya tangensial bertindak sebagai gaya pemulih yang bekerja pada beban untuk mengembalikan ke titik kesetimbangannya.

    Bandul adalah benda yang terikat pada sebuah tali dan dapat beraun secara bebas dan periodik yang menjadi dasar kerja dari sebuah jam dinding kuno yang mempunyai ayunan.Dalam bidang fisika, prinsip ini pertama kali ditemukan pada tahun 1602 oleh Galileo Galiler,bahwa perioda (lama gerak osilasi satu ayunan, T) dipengaruhi oleh panjang tali danpercepatan gravitasi mengikuti rumus:T= 2π θ ( Sudut – ayunan) >> 1 dimana L adalah panjang tali dan g adalah percepatan gravitasi. (Novitasari,2013)

    Gaya yang bekerja pada bola pendulum adalah gaya berat (w = mg) dan gaya tegangan tali FT. Gaya berat memiliki komponen mg cos θ yang searah tali dan mg sin θ yang tegak lurus tali. Pendulum berosilasi akibat adanya komponen gaya berat mg sin θ. Karena tidak ada gaya gesek udara, maka pendulum melakukan osilasi sepanjang busur lingkaran dengan besar amplitudo tetap sama (Prihanto, 2013).

    Gerakan ayunan bandul sederhana berkaitan dengan panjang tali, sudut awal, massa bandul, amplitudo, dan periode ayunan. Panjang tali yang digunakan untuk mengikat bandul merupakan tali tanpa massa dan tidak dapat mulur. Dan bandul yang digunakan dianggap sebagai massa titik. Jika tidak ada gesekan maka suatu ayunan akan terus berosilasi tanpa berhenti. Namun kenyataannya jika kita mengayunkan bandul, setelah sekian lama amplitudo osilasi teredam dikarenakan adanya gesekan (Khotimah, 2011).

    Pada mulanya, dibuat tiga asumsi tentang bandul. Pertama, tali di mana massa beban berayun adalah tidak bermassa, tidak meregang, dan selalu tetap tegang. Kedua, massa beban adalah massa titik. Ketiga, gerak terjadi dalam bidang dua dimensi, yaitu pendulum tidak berayun masuk dan keluar dari bidang. (Sihono, 2007: 18) Online

    Perioda ayunan adalah waktu yang dibutuhkan ayunan untuk melakukan satu kali gerakan bolak balik perioda pada ayunan sederhana dipeeroleh oleh persamaan gaya pemulih dan hukum kedua newton, yaitu: – mg sin Ө= m.a (Rustiawan,Suganda,2010:51)

    Ketika beban digantungkan pada ayunan dan tidak diberikan gaya maka benda akan diam dititik kesetimbangan B.Jika beban di tarik ke titik A dan dilepaskan,maka beban akan bergerak ke B.C lalu kembali lagi ke A.gerakan beban akan terjadi berulang secara periodik dengan kata lain beban pada ayunan melakukan gerak haarmonik sederhana.

    Benda yang bergerka harmonik sederhana pada ayunan sederhana memiliki perioda.Perioda ayunan (T) adalah waktu yang diperlukan benda untuk melakukan satu getaran.Benda dikatakan melakukan getaran jika benda bergerak ke titik dimana benda tersebut mulai bergerak dan kembali lagi ke titik tersebut.( Kartikasari,2014)

    Gaya pada partikel sebanding dengan jarak partikel dari posisi setimbang maka partikel tersebut melakukan gerak harmonik sederhana. Teori Robert hooke (1635-1703) menyatkan bahwa jika sebuah benda diubah bentuknya maka benda itu akan melawan perubahan bentuk dengan gaya yang seimbang/sebanding dengan besar deformasi, asalkan deformasi ini tidak terlalu besar, F = -kx. Dan dalam batas elastisitas gaya pada pegas adalah sebanding dengan pertambahan panjang pegas. Sedangkan pertambahan panjang pegas adalah sama dengan simpangan osilasi atau getaran. F = + k∆x

    Benda berayun lama akan berhenti bergetar. Ini merupakan periodik teredam. Gerak dengan persamaan berupa fungsi sinus merupakan gerak harmonik sederhana.

    Periode getaran yaitu T. Waktu yang diperlukan untuk satu getaran frekuensi gerak f. jumlah getaran dalam satu satuan waktu T = 1/f posisi saat dimana resultan gaya pada benda sama dengan nol adalah posisi setimbang, kedua benda mencapai titik nol (setimbang) selalu pada saat yang sama.

    Secara eksperimen besarnya percepatan gravitasi bumi dapat di tentukan dengan metode ayunan matematis seperti berikut ini. Suatu benda di gantungkan pada suatu titik tetap dengan seutas tali yang di anggap tidak bermassa, kemudian di simpangkan sebesar sudut θ terhadap garis vertikal maka gaya yang mengembalikan adalah:

    F=-mg \sin θ

    Gaya gesekan adalah sebanding dengan kecepatan benda dan mempunyai arah yang berlawanan dengan kecepatan. persamaan gerak dari suatu osilator harmonik teredam dapat diperoleh dari hukum  II Newton yaitu  F = m.a dimana F adalah jumlah dari gaya balik –kx dan gaya redam yaitu –b dx/dt, b adalah suatu tetapan positif.

    Banyak benda yang berosilasi bergerak bolak-balik tidak tepat sama karena gaya gesekan melepaskan tenaga geraknya. Periode T suatu gerak harmonik adalah waktu yang dibutuhkan untuk menempuh suatu lintasan langkah dari geraknya yaitu satu putaran penuh atau satu putar frekwensi gerak adalah V = 1/T .

    Satuan SI untuk frekwensi adalah putaran periodik hert. posisi pada saat tidak ada gaya netto yang bekerja pada partikel yang berosilasi adalah posisi setimbang. partikel yang mengalami gerak harmonik bergerak bolak-balik melalui titik yang tenaga potensialnya minimum (setimbang). contoh bandul berayun.

    Chritian Haygens (1629-1690) menciptakan : Dalam bandul jam, tenaga dinerikan secara otomatis oleh suatu mekanisme pelepasan untuk menutupi hilangnya tenaga karena gesekan.

    Bandul matematis adalah salah satu matematis yangbergerak mengikuti gerak harmonik sederhana. bandul matematis merupakan benda ideal yang terdiri dari sebuah titik massa yang digantungkan pada tali ringan yang tidak bermassa. jika bandul disimpangkan dengan sudut θ dari posisi setimbangnya lalu dilepaskan maka bandul akan berayun pada bidang vertikal karena pengaruh dari gaya gravitasinya.

     Gerak harmonik sederhana adalah gerak bolak balik benda melalui suatu titik keseimbangan tertentu dengan banyaknya getaran benda dalam setiap sekon selalu konstan. Gerak harmonik sederhana dapat dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu (1) gerak harmonik sederhana linier, misalnya penghisap dalam silinder gas, gerak osilasi air raksa/ air dalam pipa U, gerak horizontal/vertikal.

    Ketika beban digantungkan pada ayunan dan tidak diberikan gaya, maka benda akan diam di titik keseimbangan B. Jika beban ditarik ke titik A dan dilepaskan, maka beban akan bergerak ke B, C, lalu kembali lagi ke A. Gerakan benda akan terjadi berulang secara periodik, dengan kata lain beban pada ayunan di atas melakukan gerak harmonik sederhana.

    Untuk mengukur percepatan gravitasi dan menentukan hubungan periode getaran (+) dengan panjang tali (l) melalui eksperimen dapat dirancang alat seperti pada gambar 2. Benda diikat dengan benang sepanjang (l), dikaitkan pada statif. Kemudian diayunkan. Dengan mengukur waktu pada 10 ayunan, berlaku :

    T = t /10

    Syarat sebuah benda melakukan gerak harmoni sederhana adalah apabila gaya pemulih sebanding dengan simpangannya. Apabila gaya pemulih sebanding dengan simpangan x atau sudut maka pendulum melakukan gerak harmonik sederhana.

    Gerak pemulih pada sebuah ayunan menyebabakannnya selalu bergerak menuju titik setimbangnya. Periode ayunan tidak berhubungan dengan amplitudo, akan tetapi ditentukan oleh parameter internal yang berkait dengan gaya pemulih pada ayunan tersebut.

    Periode adalah selang waktu yang diperlukan oleh suatu benda untuk melakukan satu getaran lengkap. Getaran adalah gerakan bolak balik yang ada disekitar titik keseimbangan dimana kuat lemahnya dipengaruhi besar kecilnya energi.

    Bab III. Metode Praktikum

    A. Alat Dan Bahan

    NoAlat dan BahanFungsi
    11 set statifSebagai penyangga
    2Penggaris logamUntuk mengukur panjang tali
    3Jepit penahanUntuk menjepit batang statif
    4Tali nilonUntuk mengikat beban
    5StopwatchUntuk menghitung waktu osilasi bandul
    6BebanSebagai objek pengamatan atau sebagai pemberat
    7Busur derajatUntuk memberi simpangan awal pada bandul
    8Alat TulisUntuk mencatat hasil dari percobaan
    9Neraca digitalMengukur massa bandul

    B. Identifikasi Variabel

    a)      Variabel manipulasi

    ·         Simpangan (ᵒ/cm)

    b)      Variabel kontrol

    ·         Panjang tali ( cm)

    ·         Massa Bandul (g)

    ·         Jumlah ayunan

    c)      Variabel respon

    ·         Waktu (s)

    C. Definisi Operasional Variabel

    a) Variabel manipulasi :

    Simpangan adalah bandul yang ditarik dari titik kesetimbangannya, yang di ukur dengan busur derajat , dan memiliki Satuan ukur cm.

    b) Variabel kontrol :

    Panjang tali adalah panjang tali yang di ukur dari suatu ujung ke ujung yang lain yang diukur dengan menggunakan penggaris dan memiliki satuan cm.

    Massa bandul adalah berat bandul yang diukur dengan menggunakan neraca digital dan memiliki satuan gram .

    Jumlah ayunan adalah banyak nya ayunan yang dilakukan bandul. Pada percobaan kali ini jumlah ayunan di tentukan yaitu sebanyak 20 perioda.

    D. Prosedur Kerja

    1. Rangkailah alat percobaan
    2. Tempatkan rangkaian di pinggir meja
    3. Gunakan bola pejal 50 gram sebagai bandul dan ikat bola tersebut menggunakan tali sepanjang 0.5 meter
    4. Ikat tali tepat pada lubang gantung
    5. Siapkan stopwatch
    6. Berikan simpangan sebesar sudut 10 derajat dari titik setimbang. Ambil salah satu titik sebagai acuan.
    7. Lepaskan bandul dan hidupkan stopwatch secara bersamaan.
    8. Setelah itu baru mulai mencatat waktu yang diperlukan untuk 20 ayunan.
    9. Lakukan hal di atas sebanyak 5 kali agar penghitungannya maksimal.
    10. Siapkan stopwatch
    11. Berikan simpangan, kali ini sudut 30 derajat dari titik setimbang. Ambil salah satu titik sebagai acuan
    12. Lepaskan bandul dan hidupkan stopwatch secara bersamaan. Mulai hitung sebanyak 20 ayunan, dan perhatikan waktu yang diperlukan untuk 20 ayunan
    13. Lakukan hal tersebut sebanyak 5 kali agar penghitungannya maksimal.
    14. Siapkan stopwatch.
    15. Berikan simpangan sebesar sudut 10 derajat dari titik setimbang. Ambil salah satu titik sebagai acuan.
    16. Lepaskan bandul dan hidupkan stopwatch secara bersamaan. Mulai hitung sebanyak 20 ayunan, dan perhatikan waktu yang diperlukan untuk 20 ayunan.
    17. Ganti panjang Tali yang tadinya adalah sepanjang 50 cm menjadi 40 cm.
    18. Berikan simpangan pada bandul sebesar sudut 10 derajat dari titik setimbang,.
    19. Lepaskan bandul dan hidupkan stopwatch secara bersamaan. Mulai hitung sebanyak 20 ayunan.Kemudian catat hasilnya dalam buku tulis.
    20. Berikan simpangan pada bandul sebesar sudut 30 derajat dari titik setimbang,.
    21. Lepaskan bandul dan hidupkan stopwatch secara bersamaan. Mulai hitung sebanyak 20 ayunan. Kemudian catat hasilnya dalam buku tulis.
    22. Berikan simpangan pada bandul sebesar sudut 45 derajat dari titik setimbang,.
    23. Lepaskan bandul dan hidupkan stopwatch secara bersamaan. Mulai hitung sebanyak 20 ayunan.Kemudian catat hasilnya dalam buku tulis.
    24. Lakukakn kegiatan pada nomor 18-23, namun dengan panjang tali yang berbeda, yaitu 30 cm.

    Bab IV. Hasil dan Pembahasan

    A. Hasil Pengamatan

    Kegiatan 1 : Hubungan pengaruh besar simpangan terhadap waktu selama 20 kali gerakan bolak balik bandul.

    Berikut ini adalah tabel dari hasil percobaan yang telah dilakukan

    No.Simpangan Sudut (ᵒ)Panjang tali (cm)Beban (g)Waktu (s)
    110505029,63
    2505030,26
    3505030,15
    4505030,5
    5505030,52
    630505030,62
    7505030,82
    8505030,89
    9505030,78
    10505030,93
    1145505031,79
    12505031,76
    13505031,92
    14505031,66
    15505031,94

    Analisis Data

    Setelah mencatat semua hasil dari pengamatan ,untuk mengetahui percepatan gravitasi bumi dengan menggunakan bandul matematis , terlebih dahulu kita harus mencari periodenya .

    Rumus Periode adalah :

    T = t/s

    Dimana : T = Periode (s)

                    t = Waktu yang di tempuh berdasar jumlah ayunan (s)

                    s = Jumlah ayunan bandul

    Kemudian kita masukkan rumus berdasarkan teori yang ada , Diketahui suatu rumus percepatan gravitasi. Dimana

    g=4 \pi ^2\frac{l}{T^2}

    Dimana :

    g : Percepatan gravitas (m/s2)
    l : Panjang tali (m)
    T = Perioda (s)

    Sekarang kita masukkan rumus tersebut pada hasil percobaan yang telah di lakukan

    A.    Percobaan dengan simpangan sebesar 10 derajat :

    1.      Percobaan 1

    1 =50 cm = 0,5 m

    T= t/n = 29,63/20 = 1,4815 s

    T2=  (1,48) = 2,194 s2

    G = 4 π2 L / T2 = 4×9,8596×0,5/2,194 = 9,39 m/s2

    2.      Percobaan 2

    1 =50 cm = 0,5 m

    T= t/n = 30,26/20 = 1,513 s

    T2=  (1,513) = 2,289 s2

    G = 4 π2 L / T2 = 4×9,8596×0,5/2,289 = 8,64 m/s2

    3.      Percobaan 3

    1 =50 cm = 0,5 m

    T= t/n = 30,15/20 = 1,507 s

    T2=  (1,48) = 2,27 S2

    G = 4 π2 L / T2 = 4×9,8596×0,5/2,194 = 8,68 m/s2

    4.      Percobaan 4

    1 =50 cm = 0,5 m

    T= t/n = 29,20/20 = 1,46 s

    T2=  (1,46) = 2,13 s2

    G = 4 π2 L / T2 = 4×9,8596×0,5/2,13 = 9,25 m/s2

    5.      Percobaan 5

    1 =50 cm = 0,5 m

    T= t/n = 28,26/20 = 1,41 s

    T2=  (1,41) = 1,9 s2

    G = 4 π2 L / T2 = 4×9,8596×0,5/1,9 = 9,909 m/s2

    Dari hasil perhitungan di atas, dapat di ketahui rata rata percepatan gravitasi  berdasarkan simpangan 10 derajat adalah :

     = 9,17

    Dan dapat di ketahui hasil rata rata perioda nya adalah :

     = 1,47 s

    B.     Percobaan dengan simpangan sebesar 30 derajat :

    1.      Percobaan 1

    1 =50 cm = 0,5 m

    T= t/n = 30,62/20 = 1,53 s

    T2=  (1,53) = 2,34 s2

    G = 4 π2 L / T2 = 4×9,8596×0,5/2,34 = 8,427 m/s2

    2.      Percobaan 2

    1 =50 cm = 0,5 m

    T= t/n = 30,82/20 = 1,54 s

    T2=  (1,54) = 2,37 s2

    G = 4 π2 L / T2 = 4×9,8596×0,5/2,37 = 8,32 m/s2

    3.      Percobaan 3

    1 =50 cm = 0,5 m

    T= t/n = 30,89/20 = 1,544 s

    T2=  (1,54) = 2,385 s2

    G = 4 π2 L / T2 = 4×9,8596×0,5/2,385 = 8,26 m/s2

    4.      Percobaan 4

    1 =50 cm = 0,5 m

    T= t/n = 30,78/20 = 1,539 s

    T2=  (1,539) = 2,368 s2

    G = 4 π2 L / T2 = 4×9,8596×0,5/2,368 = 8,327 m/s2

    5.      Percobaan 5

    1 =50 cm = 0,5 m

    T= t/n = 30,93/20 = 1,546 s

    T2=  (1,546) = 2,39 s2

    G = 4 π2 L / T2 = 4×9,8596×0,5/2,39 = 8,25 m/s2

    Dari hasil perhitungan di atas , dapat di ketahui rata rata percepatan gravitasi  berdasarkan simpangan 30 derajat adalah :

     = 8,31m/s2

    Dan dapat di ketahui hasil rata rata perioda nya adalah :

     = 1,539 s

    C.       Percobaan dengan simpangan sebesar 45 derajat :

    1.      Percobaan 1

    1 =50 cm = 0,5 m

    T= t/n = 31,79/20 = 1,58 s

    T2=  (1,58) = 2,52 S2

    G = 4 π2 L / T2 = 4×9,8596×0,5/2,52 = 7,82 m/s2

    2.      Percobaan 2

    1 =50 cm = 0,5 m

    T= t/n = 31,92/20 = 1,596 s

    T2=  (1,596) = 2,54 S2

    G = 4 π2 L / T2 = 4×9,8596×0,5/2,54 = 7,76 m/s2

    3.      Percobaan 3

    1 =50 cm = 0,5 m

    T= t/n = 31,76/20 = 1,58 s

    T2=  (1,58) = 2,52 S2

    G = 4 π2 L / T2 = 4×9,8596×0,5/2,385 = 7,82 m/s2

    D.    Percobaan 4

    1 =50 cm = 0,5 m

    T= t/n = 31,66/20 = 1,58 s

    T2=  (1,58) = 2,52 S2

    G = 4 π2 L / T2 = 4×9,8596×0,5/2,52 = 7,82 m/s2

    E.     Percobaan 5

    1 =50 cm = 0,5 m

    T= t/n = 31,60/20 = 1,58 s

    T2=  (1,58) = 2,52 S2

    G = 4 π2 L / T2 = 4×9,8596×0,5/2,52 = 7,82 m/s2

    Dari hasil perhitungan di atas , dapat di ketahui rata rata percepatan gravitasi  berdasarkan simpangan 45 derajat adalah :

     = 7,80m/s2

    Dan dapat di ketahui hasil rata rata perioda nya adalah :

     = 1,58 s

    (Di karenakan hasil yang di peroleh rata rata perbedaannya tidak terlalu signifikan , maka seterusnya hanya akan di lakukan sekali percobaan dengan simpangan yang berbeda .)

    Berikut ini adalah tabel perbandingan dari hasil di atas

    NoSimpangan Sudut (ᵒ)Percepatan Gravitasirata rata periode
    1109,171,47
    2308,311,539
    3457,81,58

    Kegiatan 2 : Menyelidiki hubungan antara panjang tali dengan Percepatan gravitasi melalui bandul matematis dengan 20 gerakan bolak balik bandul .

    Berikut ini adalah tabel dari hasil yang dilakukan dengan mengubah panjang talinya yaitu ukuran panjang 40 cm dan 30 cm

    No.Simpangan Sudut (ᵒ)Panjang tali ( cm)Beban (gram)Waktu(s)
    110405027,93
    2305025,3
    330405028,33
    4305025,73
    545405028,99
    6305026,28

    Percobaan dengan Panjang tali 40 cm :

    1.      Percobaan 1 dengan simpangan 10 derajat.

    1 =40 cm = 0,4 m

    T= t/n = 27,93/20 = 1,39 s

    T2=  (1,39) = 1,95 S2

    G = 4 π2 L / T2 = 4×9,8596×0,4/1,95 = 8,08 m/s2

    2.      Percobaan 2 dengan simpangan 30 derajat

    1 =40 cm = 0,4 m

    T= t/n = 28,33/20 = 1,41 s

    T2=  (1,41) = 2,006 S2

    G = 4 π2 L / T2 = 4×9,8596×0,4/2,006 = 7,86 m/s2

    3.      Percobaan 3 dengan simpangan 45 derajat

    1 =40 cm = 0,4 m

    T= t/n = 28,99/20 = 1,4495 s

    T2=  (1,4495) = 2,101 S2

    G = 4 π2 L / T2 = 4×9,8596×0,4/2,101 = 7,50 m/s2

    Percobaan dengan Panjang tali 30 cm :

    1.      Percobaan 1 dengan simpangan 10 derajat.

    1 =30 cm = 0,3 m

    T= t/n = 25,30/20 = 1,265 s

    T2=  (1,265) = 1,60 S2

    G = 4 π2 L / T2 = 4×9,8596×0,3/1,60 = 7,39 m/s2

    2.      Percobaan 2 dengan simpangan 30 derajat

    1 =30 cm = 0,3 m

    T= t/n = 25,73/20 = 1,2865 s

    T2=  (1,2865) = 1,655 S2

    G = 4 π2 L / T2 = 4×9,8596×0,3/1,655 = 7,14 m/s2

    3.      Percobaan 3 dengan simpangan 45 derajat

    1 =30 cm = 0,3 m

    T= t/n = 26,28/20 = 1,314 s

    T2=  (1,314) = 1,726 S2

    G = 4 π2 L / T2 = 4×9,8596×0,3/1,726 = 6,85 m/s2

    Berikut ini adalah tabel hasil perhitungan perioda dan percepatan gravitasi dari keseluruhan percobaan:

    No.Panjang TaliSimpanganPeriodaPercepatan Gravitasi
    150101,479,17
    2301,5398,31
    3451,587,8
    440101,398,08
    5301,417,86
    6451,44957,5
    730101,2657,39
    8301,28657,14
    9451,3146,85

    Berikut ini adalah hubungan antara panjang tali, simpangan, beserta perioda yang di sajikan dalam diagram garis:

    Berikut ini adalah hubungan antara panjang tali, simpangan, beserta percepatan gravitasi yang di sajikan dalam diagram garis:

    Pengujian Rumus

    Untuk Membuktikan bahwa  percobaan yang di lakukan sudah berhasil atau tidak, maka perlu diadakan sebuah perbandingan rumus yang ada dalam teori dengan rumus yang ada dalam praktek. Diketahui Rumus dalam teori

    T=2 π

    Kemudian kita masukkan secara acak dari hasil percobaan yang telah di lakukan :

            I.            Hasil Percobaan Pada Panjang tali 50 cm dan simpangan 10 derajat

    T=2 π

    T=2 . 3,14

    T=6,28. 

    T=6,28 x 0,233

    T=1,466

    Pada Perbandingan antara hasil teori dengan praktek terdapat selisih 0,004 , maka kita anggap percobaan kita kali ini BERHASIL karena angka toleransi nya tidak mencapai kalibrasi dari stopwatch yang di gunakan ( kalibrasi stopwatch 0,01)

    Hasil Percobaan Pada Panjang tali 40 cm dan simpangan 30 derajat

    T=2 π

    T=2 . 3,14

    T=6,28. 

    T=6,28 x 0,2255

    T=1,41

    Pada Perbandingan antara hasil teori dengan praktek tidak terdapat selisih , maka kita anggap percobaan kita kali ini BERHASIL .

    Hasil Percobaan Pada Panjang tali 30 cm dan simpangan 45 derajat

    T=2 π

    T=2 . 3,14

    T=6,28. 

    T=6,28 x 0,20927

    T=1,314

    Pada Perbandingan antara hasil teori dengan praktek tidak terdapat selisih , maka kita anggap percobaan kita kali ini BERHASIL .

    ANALISIS DAN PEMBAHASAN

    Gerak ayunan bandul sederhana berkaitan dengan panjang tali ,sudut awal,massa bandul,amplitudo dan prioda ayunan bandul.Panjang tali yang digunakan untuk mengikat bandu l merupakan tai massa dan tidak dapat mulur.Dan bandul yang digunakan dianggap sebagai massa titik.Jika tidak ada gesekan maka suatu ayunan akan terus berisolasi tanpa berhenti.

    Pada percobaan penentuan percepatan gravitasi bumi dengan metode ayunan bandul, dilakukan percobaan sebanyak 21 kali dengan catatan 15 kali percobaan pada panjang tali 50 cm, dan 3 kali percobaan masing masing pada panjang 40cm dan 30cm. Tujuan di adakan percobaan panjang 50 cm sebanyak 15 kali adalah untuk mengukur tingkat keakuratan dari percobaan. Dalam percobaan kali ini , menggunakan simpangan sebesar 10,30 dan 40 derajat, tetapi massa benda yang digunakan pada percobaan ini sama. Pada percobaan ini jumlah ayunan atau osilasi pada tiap-tiap percobaan yaitu 20 kali sehingga diperoleh waktu rata-rata untuk panjang tali 0,5 m secara berturut-turut yaitu 30,26 s ,30,78s, 31,79. Pada panjang tali 0,4 m diperoleh waktu benda untuk berosilasi yaitu 27,93s, 28,33s, 28,99s. Sedangkan dengan panjang tali 0,3 m diperoleh waktu benda untuk berosilasi yaitu 25,30s, 25,7s, 26,28s. Dari data tersebut semakin besar panjang tali dan simpangan yang diberikan maka semakin banyak waktu yang diperlukan benda untuk berosilasi.

    Analisis data pada penentuan periode osilasi bandul dilakukan secara praktek dan teori. Secara praktek nilai periode diperoleh dari hasil bagi antara waktu rata-rata dan banyaknya osilasi yang terjadi. Untuk panjang tali 0,5 m diperoleh nilai berturut-turut yaitu 1,47s,1,539s, 1,58s, untuk panjang tali 0,4 m diperoleh 1,39s, 1,41s, 1,44s, dan untuk panjang tali 0,3 m diperoleh nilai periode osilasi berturut-turut yaitu 1,26 s, 1,28 s, dan 1,314 s. Sedangkan secara teori nilai periode osilasi diperoleh dari hasil kali antara dua phi dengan akar dari panjang tali dibagi percepatan gravitasi sehingga diperoleh nilai berturut-turut yaitu  1,466 untuk panjang tali 50 cm dan simpangan 10, dan 1,41 untuk panjang tali 40 cm dan simpangan sebesar 30, serta 1,314 untuk panjang tali 30cm dan simpangan sebesar 45. Dari data tersebut, secara praktek diketahui bahwa periode osilasi berbanding lurus dengan waktu osilasi bandul artinya semakin banyak waktu yang dibutuhkan bandul untuk berosilasi maka semakin besar pula nilai periode yang diperoleh sedangkan secara teori diketahui bahwa periode osilasi berbanding lurus dengan panjang tali yang digunakan artinya semakin besar panjang tali yang digunakan maka semakin besar pula nilai periode yang diperoleh. Periode yang diperoleh secara praktek dan teori berbeda, hal ini dikarenakan kurangnya ketelitian pada saat pengukuran panjang tali, dan perhitungan banyaknya osilasi tidak tepat pada saat menekan stopwatch.

    Analisis data pada penentuan percepatan gravitasi dilakukan secara praktek dan teori. Secara praktek nilai percepatan gravitasi diperoleh dari hasil bagi antara empat phi kuadrat dikali panjang tali dan periode kuadrat, sehingga diperoleh nilai percepatan gravitasi berturut-turut yaitu untuk simpangan 10 derajat 9,17 m/s2, 8,08 m/s2, 7,39 m/s2, dan untuk simpangan 30 derajat 8,31m/s2, 7,86 m/s2, 7,14m/s2, serta untuk simpangan 45 derajat sebesar 7,8 m/s2, 7,5 m/s2 dan 6,85m/s2.

     Dari data tersebut nilai percepatan gravitasi bumi secara praktek berbanding lurus dengan panjang tali artinya bahwa semakin panjang tali yang digunakan maka semakin besar pula nilai percepatan gravitasi yang diperoleh, sedangkan secara teori percepatan gravitasi berbanding terbalik dengan percepatan bandul artinya semakin besar percepatan bandul maka semakin kecil nilai percepatan gravitasi yang diperoleh. Nilai percepatan gravitasi secara praktek dan teori mengalami perbedaan yang cukup jauh. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti adanya gesekan antara tali dengan udara (angin) yang mempengaruhi benda bergerak bolak-balik atau berosilasi tidak sama, dan kurangnya ketelitian pada saat melakukan praktikum seperti kurang teliti saat mengukur, menghitung waktu osilasi, dan adanya gaya tambahan saat bandul berayun atau berosilasi.

    Pada praktikum ini dari analisis data yang diperoleh dapat digambarkan grafik hubungan antara panjang tali (L) dan periode (T2). Dari data tersebut diketahui bahwa periode berbanding lurus dengan panjang tali artinya semakin panjang tali yang digunakan maka semakin besar pula nilai periode yang diperoleh.

    Bab V. Penutup

    A. Kesimpulan

    Pendulum adalah beban yang diikat dengan tali dan digantungkan pada suatu tempat,dimana tali yang digantungkan tidak dapat mulur.Percepatan gravitasi dipengaruhi olleh panjang tali dan perioda  seperti persamaan berikut: dimana panjang tali dalam meter (m) dan perioda (T) dalam sekon (s)

    Perioda adalah waktu yang digunakan untuk melakukan satu kali gerakan bolak balik.Hal ini menunjukkan dengan gerakan benda dari titk dimana benda tersebut mulai bergerak dan kembali lagi ketitik tersebut.

    Periode osilasi bandul berbanding lurus dengan panjang tali artinya semakin panjang tali yang digunakan maka semakin besar pula periode osilasi bandul yang diperoleh.

    Simpangan awal berpengaruh dalam menentukan nilai percepatan gravitasi yang diperoleh secara praktek. Sedangkan secara teroi besarnya simpangan awal yang diberikan tidak mempengaruhi besarnya nilai percepatan gravitasi.

    Percepatan gravitasi bumi selalu sama jika dihitung secara teori meskipun menggunakan besar simpangan yang berbeda.

    B. Saran

    Pada pratikum kali ini diharapkan kepada para peserta agar memahami materi yang kan dipraktikkan agar mempermudah menjalankan pratikum,serta penggunaan waktu yang disediakan dapat dioptimalkan dengan baik.

    Sebaiknya melakukan percobaan dengan waktu minimal 60 menit agar percobaan berjalan secara maksimal.

    Lebih banyak perhitungan dalam satu waktu percobaan akan semakin baik , yang nantinya akan di gunakan nilai rata rata .

    Dalam melakukan percobaan sebaiknya dalam ruangan yang tenang , tidak di arahkan ke kipas angin atau sesuatu yang dapat mempengaruhi gerak bandul

    DAFTAR PUSTAKA

    –          Kartikasari,Widya.2014.Laporan Pratikum Bandul sederhana   (online).

    http//widyawidiwks.blogspot.co.id/2014/03/laporan-pratikum-fisika-percobaan.html ? m=I.

    (Diakses pada minggu,1-11-2015,jam 06.32 WIB)

    –          Novitasari,Elsha.2013.Laporan Fisika Ayunan Bandul sederhana (online).

    HHTP://Elshanovitasari.blogspot.com/2013/03/laporan-fisika-ayunan-bandul-sederhana.html? m=I

    (Diakses pada minggu 1-11-2015,jam 06.40 WIB).

    –          Saripudin,Aip,Dede Rustiawan,dan Adit Suganda.2010.Praktis Belajar Fisika. Jakarta : Visindo.

    –          Tim penyususn panduan pratikum Fisika Dasar.2013. Panduan Pratikum Fisika Dasar.Jambi : Universitas Jambi

  • MFungsi dan Tanggung Jawab Kepala Sekolah Sebagai Administrator

    Kepala Sekolah Sebagai Penanggung Jawab

    Kepala sekolah merupakan personel sekolah yang bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan-kegiatan sekolah. Ia mempunyai wewenang dan tanggung jawab penuh untuk menyelenggarakan seluruh kegiatan pendidikan dalam lingkungan sekolah yang dipimpinnya dengan dasar Pancasila dan bertujuan untuk;

    –          Meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa

    –          Meningkatkan kecerdasan dan keterampilan

    –          Mempertinggi budi pekerti

    –          Memperkuat kepribadian

    –          Mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air.

    Kepala sekolah tidak hanya bertanggung jawab atas kelancaran jalannya sekolah secara teknis akademis saja, akan tetapi segala kegiatan, keadaan lingkungan sekolah dengan kondisi dan situasinya serta hubungan dengan masyarakat sekitarnya merupakan tanggung jawabnya pula. Inisiatif dan kreatif yang mengarah pada perkembangan dan kemajuan sekolah merupakan tugas dan tanggung jawab kepala sekolah. Namun demikian, dalam usaha memajukan sekolah dan menanggulangi kesulitan yang dialami sekolah baik yang berupa atau bersifat material seperti perbaikan gedung, penambahan ruang, penambahan perlengkapan, dan sebagainya maupun yang bersangkutan dengan pendidikan anak-anak, kepala sekolah tidak dapat bekerja sendiri. Kepala sekolah harus bekerja sama dengan para guru yang dipimpinnya, dengan orang tua murid atau BP3 serta pihak pemerintah setempat.

    B.     Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin Sekolah

    Aswarni Sudjud, Moh. Saleh dan Tatang M. Amirin dalam bukunya yang berjudul “Administrasi pendidikan”, menyebutkan bahwa fungsi kepala sekolah adalah:

    1.      Perumusan tujuan kerja dan pembuat kebijaksanaan (policy) sekolah.

    2.      Pengatur tata kerja (mengorganisasi) sekolah, yang mencakup:

    a.       Mengatur pembagian tugas dan wewenang.

    b.      Mengatur petugas pelaksana

    c.       Menyelenggarakan kegiatan (mengkoordinasi)

    3.      Pensupervisi kegiatan sekolah, meliputi:

    a.       Mengawasi kelancara kegiatan

    b.      Mengarahkan pelaksanaan kegiatan

    c.       Mengevaluasi (menilai) pelaksanaan kegiatan

    d.      Membimbing dan meningkatkan kemampuan pelaksana dan sebagainya.

    Fungsi yang pertama dan kedua tersebut di atas adalah fungsi kepala sekolah sebagai pemimpin sedang yang ketiga fungsi kepala sekolah sebagai supervisor. Fungsi sekolah sebagai pemimpin sekolah berarti kepala sekolah dalam kegiatan memimpinnya berjalan melalui tahap kegiatan sebagai berikut:

    1.      Perencanaan (planning)

    Perencanaan pada dasarnya menjawab pertanyaan: apa yang harus dilakukan, bagaimana melakukannya, di mana dilakukan, oleh siapa dan kapan dilakukan. Kegiatan-kegiatan sekolah seperti yang telah disebutkan dimuka harus direncanakan oleh kepala sekolah, hasilnya berupa rencana tahunan sekolah yang akan berlaku pada tahun ajaran berikutnya.

    2.      Pengorganisasian (organizing)

    Kepala sekolah sebagai pemimpin bertugas untuk menjadikan kegiatan-kegiatan sekolah untuk mencapai tujuan sekolah dapat berjalan dengan lancar. Kepala sekolah perlu mengadakan pembagian kerja yang jelas bagi guru-guru yang menjadi anak buahnya.

    3.      Pengarahan (directing)

    Pengarahan adalah kegiatan membimbing anak buah dengan jalan memberi perintah, memberi petunjuk, mendorong semangat kerja, menegakkan disiplin, memberikan berbagai usaha lainnya agar mereka dalam melakukan pekerjaan mengikuti arah yang ditetapkan dalam petunjuk, peraturan atau pedoman yang telah ditetapkan.

    4.      Pengkoordinasian (coordinating)

    Pengkoordinasian adalah kegiatan menghubungkan orang-orang dan tugas-tugas sehingga terjalin kesatuan atau keselarasan keputusan, kebijaksanaan, tindakan, langkah, sikap serta tercegah dari timbulnya pertentangan, kekacauan, kekembaran (duplikasi), kekosongan tindakan.

    5.      Pengawasan (controling)

    Pengawasan adalah tindakan atau kegiatan usaha agar pelaksanaan pekerjaan serta hasil kerja sesuai dengan rencana, perintah, petunjuk atau ketentuan-ketentuan lainnya yang telah ditetapkan.

    C.    Kepala Sekolah Sebagai Supervisor

    Supervisi adalah salah satu tugas pokok dalam administrasi pendidikan bukan hanya merupakan tugas pekerjaan para inspektur maupun pengawas saja melainkan juga tugas pekerjaan kepala sekolah terhadap pegawai-pegawai sekolahnya. Di bawah ini sekali lagi diingatkan kembali pengertian supervisi, faktor-faktor yang mempengaruhi, keberhasilan supervisi dan pembinaan kurikulum yang merupakan tugas kepala sekolah yang perlu mendapatkan tekanan.

    1.      Supervisi

    Untuk menjawab pertanyaan apakah yang dilakukan seorang kepala sekolah sebagai supervisi, kita perlu kembali mengingat pengertian supervisi. Supervisi adalah aktivitas menentukan kondisi/syarat-syarat yang esensial yang akan menjamin tercapainya tujuan pendidikan.

    Melihat pengertian tersebut, maka tugas kepala sekolah sebagai supervisor berarti bahwa ia harus meneliti, mencari dan menentukan syarat-syarat mana saja yang diperlukan bagi kemajuan sekolahnya. Kepala sekolah harus dapat meneliti syarat-syarat mana yang telah ada dan tercukupi, dan mana yang belum ada atau kurang secara maksimal.

    2.      Prinsip-Prinsip Supervisi

    a.       Supervisi hendaknya bersifat konstruktif, yaitu pada yang dibimbing dan diawasi harus menimbulkan dorongan untuk bekerja

    b.      Supervisi harus didasarkan atas keadaan dan kenyataan yang sebenarnya (realistis, mudah dilaksanakan)

    c.       Supervisi harus dapat memberi perasaan aman pada guru-guru/pegawai sekolah yang disupervisi

    d.      Supervisi harus sederhana dan informal dalam pelaksanaannya

    e.       Supervisi harus didasarkan pada hubungan profesional, bukan atas hubungan pribadi.

    f.       Supervisi harus selalu memperhitungkan kesanggupan, sikap dan mungkin prasangka guru-guru/pegawai sekolah

    g.      Supervisi tidak bersifat mendesak (otoriter), karena dapat menimbulkan perasaan gelisah atau antisipasi  dari guru-guru/pegawai

    h.      Supervisi tidak boleh didasarkan atas kekuasaan pangkat kedudukan atau kekuasaan pribadi

    i.        Supervisi tidak boleh bersifat mencari kesalahan dan kekuarangan

    j.        Supervisi tidak boleh terlalu cepat mengharapkan hasil, dan tidak boleh lekas merasa kecewa

    k.      Supervisi hendaknya juga bersifat preventif, korektif dan koperatif.

    Preventif berarti berusaha jangan sampai timbul/terjadi hal-hal yang negatif, mengusahakan memenuhi syarat-syarat sebelum terjadi sesuatu yang tidak diharapkan. Korektif berarti mencari  kesalahan-kesalahan atau kekurangan-kekurangan dan usaha memperbaiki dilakukan bersama-sama oleh supervisor dan orang-orang yang disupervisi.

    3.      Faktor-Faktor yang Mempunyai Keberhasilan Supervisi

    a.       Lingkungan masyarakat dimana sekolah berada

    b.      Besar kecilnya sekolah yang menjadi tanggung jawab kepala sekolah.

    c.       Tingkatan dan jenis sekolah

    d.      Keadaan guru-guru dan pegawai-pegawai yang tersedia

    e.       Kecakapan dan keahlian kepala sekolah itu sendiri

    4.      Pembinaan Kurikulum Sekolah

    Tugas lain dari seorang kepala sekolah sebagai supervisor yang perlu dibicarakan tersendiri adalah masalah pembinaan kurikulum sekolah. Sebenarnya apa pembinaan kurikulum, tidak terlepas dari keseluruhan fungsi supervisi yang dijalankan oleh kepala sekolah. Dapat dikatakan bahwa semua tugas kepala sekolah sebagai supervisor harus selalu berlandaskan pada kurikulum sekolah. Bukanlah kurikulum merupakan pedoman segala kegiatan sekolah dalam usaha mencapai tujuan pendidikan di sekolah.

    D.    Syarat-Syarat Kepala Sekolah

    Dalam peraturan yang berlaku dilingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, untuk setiap tingkatan dan jenis sekolah sudah ditetapkan syarat-syaratnya untuk pengangkatan kepala sekolah. Seperti telah kita ketahui bahwa untuk menjadi kepala sekolah TK dan SD serendah-rendahnya berijazah SGA/SPG. Untuk kepala SMTP serendah-rendahnya berijazah sarjana muda B1. Karena jenis SMTP maupun SMTA itu bermacam-macam (SMP, SMA, STM, SMKK, SPMA, dll) maka ijazah yang diperlukan bagi seorang kepala sekolah hendaknya sesuai dengan jurusan/jenis sekolah yang dipimpinnya.

    Pengalaman kerja merupakan syarat penting yang tidak dapat diabaikan. Bagaimana bisa memimpin apabila ia belum mempunyai pengalaman bekerja atau menjadi guru pada jenis sekolah yang dipimpinnya. Mengenai persyaratan lamanya pengalaman kerja  untuk pengangkatan kepala sekolah belum ada keseragaman di antara berbagai jenis sekolah.

    Disamping ijazah dan pengalaman kerja, ada syarat lain yang tidak kurang pentingnya, yaitu persyaratan kepribadian dan kecakapan yang dimilikinya. Seorang kepala sekolah hendaknya memiliki kepribadian yang baik sesuai dengan kepemimpinan yang akan dipegangnya. Ia hendaknya memiliki sifat-sifat jujur, adil dan dapat dipercaya, suka menolong dan membantu guru dalam menjalankan tugas dan mengatasi kesulitan-kesulitan, bersifat supel dan ramah mempunyai sifat tegas dan kensekuen yang tidak kaku. Seorang kepala sekolah harus berjiwa nasional dan memiliki falsafat hidup yang sesuai dengan falsafah dan dasar negara kita.

    Jika kita dapat simpulkan apa yang telah diuraikan di atas, maka syarat seorang kepala sekolah adalah sebagai berikut:

    a.       Memiliki ijazah yang sesuai dengan ketentuan/peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

    b.      Mempunyai pengalaman kerja yang cukup, terutama di sekolah yang sejenis dengan sekolah yang dipimpinnya

    c.       Mempunyai sifat kepribadian yang baik, terutama sikap dan sifat-sifat kepribadian yang diperlukan bagi kepentingan pendidikan.

    d.      Mempunyai keahlian dan pengetahuan yang luas, terutama mengenai bidang-bidang pengetahuan pekerjaan yang diperlukan bagi sekolah yang dipimpinnya

    e.       Mempunyai ide dan inisiatif yang baik untuk kemajuan dan pengembangan sekolahnya.

    BAB II

    KESIMPULAN

    Dari pembahasan makalah tersebut diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa, Kepala sekolah merupakan personel sekolah yang bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan-kegiatan sekolah. Ia mempunyai wewenang dan tanggung jawab penuh untuk menyelenggarakan seluruh kegiatan pendidikan dalam lingkungan sekolah yang dipimpinnya dengan dasar Pancasila dan bertujuan untuk; Meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Meningkatkan kecerdasan dan keterampilan, Mempertinggi budi pekerti, Memperkuat kepribadian, Mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air.

    Fungsi kepala sekolah adalah:

    1.      Perumusan tujuan kerja dan pembuat kebijaksanaan (policy) sekolah.

    2.      Pengatur tata kerja (mengorganisasi) sekolah, yang mencakup:

    a.       Mengatur pembagian tugas dan wewenang.

    b.      Mengatur petugas pelaksana

    c.       Menyelenggarakan kegiatan (mengkoordinasi)

    3.      Pensupervisi kegiatan sekolah, meliputi:

    a.       Mengawasi kelancara kegiatan

    b.      Mengarahkan pelaksanaan kegiatan

    c.       Mengevaluasi (menilai) pelaksanaan kegiatan

    d.      Membimbing dan meningkatkan kemampuan pelaksana dan sebagainya

    DAFTAR PUSTAKA

    Drs. H.M. Daryanto, Administrasi Pendidikan, Jakarta. Rineka Cipta. 2001

    Drs. Burhanuddin, Yusak. Administrasi Pendidikan, Bandung. Pustaka Setia. 2005

    http://maqomilmu.blogspot.com/2012/05/makalah-fungsi-dan-tanggung-jawab.html

    FUNGSI DAN TANGGUNG JAWABKEPALA SEKOLAH SEBAGAI ADMINISTRATOR PENDIDIKAN

    KepalaSekolahSebagaiPenanggungJawab

    Kepala sekolah merupakan personel sekolah yang bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan-kegiatan sekolah. Ia mempunyai wewenang dan tanggung jawab penuh untuk menyelenggarakan seluruh kegiatan pendidikan dalam lingkungan sekolah yang dipimpinnya dengan dasar Pancasila dan bertujuan untuk:

    –           Meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

    –           Meningkatkan kecerdasan dan ketrampilan.

    –           Mempertinggi budi pekerti.

    –           Memperkuat kepribadian.

    –           Mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air.

    Kepala sekolah tidak hanya bertanggung jawab atas kelancaran jalannya sekolah secara teknis akademis saja, akan tetapi segala kegiatan, keadaan lingkungan sekolah dengan kondisi dan situasinya serta hubungan dengan masyarakat sekitarnya merupakan tanggung jawabnya pula. Inisiatif dan kreatif yang mengarah kepada perkembangan dan kemajuan sekolah adalah merupakan tugas dan tanggung jawab kepala sekolah. Namun demikian, dalam usaha memajukan sekolah dan menanggulangi kesulitan yang dialami sekolah baik yang berupa atau bersifat material seperti perbaikan gedung, penambahan ruang, penambahan perlengkapan, dan sebagainya maupun yang bersangkutan dengan pendidikan anak-anak, kepala sekolah tidak dapat bekerja sendiri. Kepala sekolah harus bekerja sama dengan para guru yang dipimpinnya, dengan orang tua murid atau BP3 serta pihak pemerintah setempat.

    Kegiatan-kegiatan sekolah yang menjadi tanggung jawab kepala sekolah seperti yang ditegaskan dalam Rapat Kerja Kepala SMA Daerah Istima Yogyakarta tanggal 22-23 September 1987 adalah sebagai berikut:

    1.     Kegiatan mengatur proses belajar-mengajar.

    2.     Kegiatan mengatur kesiswaan.

    3.     Kegiatan mengatur personalia.

    4.     Kegiatan mengatur peralatan pengajaran.

    5.     Kegiatan mengatur dan memelihara gedung dan perlengkapan sekolah.

    6.     Kegiatan mengatur keuangan.

    7.     Kegiatan mengatur hubungan sekolah dengan masyarakat.

    2.         Kepala Sekolah Sebagai Pimpinan Sekolah

    Aswarni Sudjud, Moh. Saleh dan Tatang M. Amirin dalam bukunya yang berjudul “Adiministrasi Pendidikan”, menyebutkan bahwa fungsi Kepala Sekolah adalah:

    1.    Perumusan tujuan kerja dan pembuat kebijaksanaan (policy) sekolah.

    2.    Pengatur tata kerja (mengorganisasi) sekolah, yang mencakup mengatur pembagian tugas dan wewenang.

    3.         Kepala Sekolah Sebagai Supervisor

    Sepervisi adalah salah satu tugas pokok dalam administrasi pendidikan bukan hanya merupakan tugas pekerjaan para inspektur maupun pengawas saja melainkan juga tugas pekerjaan kepala sekolah terhadap pegawai-pegawai sekolahnya.

    a.    Supervisi

    Untuk menjawab pertanyaan apakah yang dilakukan seorang kepala sekolah sebagai supervisor, kita perlu kembali mengingat pengertian supervisi. Supervisi adalah aktivitas menentukan kondisi/syarat-syarat yang esensial yang akan menjamin tercapainya tujuan pendidikan.

    Melihat pengertian tersebut, maka tugas kepala sekolah sebagai supervisor berarti bahwa ia harus meneliti, mencari dan menentukan syarat-syarat mana saja yang diperlukan bagi kemajuan sekolahnya. Kepala sekolah harus dapat meneliti syarat-syarat mana yang telah ada dan tercukupi, dan mana yang belum ada atau kurang secara maksimal.

    b.    Prinsip Supervisi

    Dari uraian di atas kita ketahui betapa banyak dan besar tanggung jawab kepala sekolah sebagai supervisor. Oleh karena itu, seperti yang dikatakan oleh Moh. Rifai, MA. untuk menjalankan tindakan-tindakan supervisi sebaik-baiknya, kepala sekolah hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:

    –           Supervisi hendaknya bersifat konstruktif, yaitu pada yang dibimbing dan diawasi harus menimbulkan dorongan untuk bekerja.

    –           Supervisi harus didasarkan atas keadaan dan kenyataan yang sebenarnya (realistis, mudah dilaksanakan).

    –           Supervisi harus dapat memberi perasaan aman pada guru-guru/pegawai sekolah yang disupervisi.

    –           Supervisi harus sederhana dan informal dalam pelaksanaannya.

    –           Supervisi harus didasarkan pada hubungan profesional, bukan atas dasar hubungan pribadi.

    –           Supervisi harus selalu memperhitungkan kesanggupan, sikap dan mungkin prasangka guru-guru/pegawai sekolah.

    –           Supervisi tidak bersifat mendesa (otoriter), karena dapat menimbulkan perasaan gelisah atau antisipasi dari guru-guru/pegawai.

    –           Supervisi tidak boleh didasaran atas kekuasaan pangkat, kedudukan atau kekuasaan pribadi.

    –           Supervisi tidak boleh bersifat mencari kesalahan dan kekurangan (ingat bahwa supervisi tidak sama dengan inspeksi).

    –           Supervisi tidak boleh terlalu cepat mengharapkan hasil dan tidak boleh lekas merasa kecewa.

    –           Supervisi hendaknya juga bersifat preventif, korektif dan kooperatif.

    Preventif berarti berusaha jangan sampai timbul/terjadi hal-hal yang negatif, mengusahakan memenuhi syarat-syarat sebelum terjadi sesuatu yang tidak diharapkan. Korektif berarti mencari-cari kesalahan-kesalahan atau kekurangan-kekurangan dan usaha memperbaiki dilakukan bersama-sama oleh supervisor dan orang-orang yang disupervisi.

    c.    Faktor-Faktor yang Mempunyai Keberhasilan Supervisi

    Apabila prinsip-prinsip supervisi di atas diperhatikan dan benar-benar dilakukan oleh kepala sekolah, kiranya dapat diharapkan setiap sekolah akan berangsur-angsur maju dan berkembang sebagai alat yang benar-benar memenuhi syarat untuk mencapai tujuan pendidikan. Akan tetapi kesanggupan dan kemampuan seorang kepala sekolah dipengaruhi oleh berbagai faktor. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya supervisi atau cepat lambatnya hasil supervisi itu antara lain:

    –        Lingkungan masyarakat di mana sekolah berada.

    –        Besar kecilnya sekolah yang menjadi tanggung jawab kepala  sekolah.

    –        Tingkatan dan jenis sekolah.

    –        Keadaan guru-guru dan pegawai-pegawai yang tersedia.

    –        Kecakapan dan keahlian kepala sekolah itu sendiri.

    d.    Pembinaan Kurikulum

    Tugas lain dari seorang kepala sekolah sebagai supervisor yang perlu dibicarakan tersendiri adalah masalah pembinaan kurikulum sekolah. Sebenarnya apa pembinaan kurikulum, tidak terlepas dari keseluruhan fungsi supervisi yang dijalankan oleh kepala sekolah. Dapat dikatakan bahwa semua tugas kepala sekolah sebagai supervisor harus selalu berlandaskan pada kurikulum sekolah. Bukankah merupakan pedoman segala kegiatan sekolah dalam usaha mencapai tujuan pendidikan di sekolah.

    Beberapa hal yang merupakan tugas kepala sekolah yang juga merupakan teknik supervisi kepala sekolah sebagai supervisor dalam rangka pembinaan kurikulum sekolah antara lain dapat dikemukakan di sini:

    –        Kepala sekolah hendaknya dapat membimbing para guru untuk dapat meneliti dan memilih bahan-bahan mana yang baik yang sesuai dengan perkembangan anak dan tuntutan kehidupan dalam masyarakat. Dapat dilakukan misal percakapan pribadi (individu conference).

    –        Membimbing dan mengawasi guru-guru agar mereka pandai memilih metode-metode mengajar yang baik, dan melaksanakan metode itu sesuai dengan bahan pelajaran dan kemampuan anak. Dapat diadakan kegiatan observasi kelas (class room observation).

    –        Menyelenggarakan rapat-rapat dewan guru secara insidentil maupun periodik, yang khusus untuk membicarakan kurikulum, metode mengajar, dan sebagainya.

    –        Mengadakan kunjungan kelas (class visit) yang teratur: mengunjungi guru sedang mengajar untuk meneliti bagaimana metode mengajarnya, kemudian mengadakan diskusi dengan guru yang bersangkutan (dilakukan seinformal mungkin).

    –        Mengadakan saling kunjungan kelas antara guru (inter class visit). Hal ini harus direncanakan sebelumnya dengan sebaik-baiknya sehingga guru yang akan diserahi mengajar dan dilihat oleh guru-guru lain itu benar-benar dapat mempersiapkan diri.

    –        Setiap permulaan tahun ajaran guru diwajibkan menyusun suatu silabus mata pelajaran yang akan diajarkan, dengan berpedoman pada rencana pelajaran/kurikulum yang berlaku di sekolah itu.

    –        Setiap akhir tahun ajaran masing-masing guru mengadakan penilaian cara dan hasil, kerjanya dengan meneliti kembali hal-hal yang pernah diajarkan (sesuai dengan silabus), untuk selanjutnya mengadakan perbaikan-perbaikan dalam tahun ajaran berikutnya.

    –        Setiap akhir tahun ajaran mengadakan penelitian bersama guru-guru mengenai situasi dan kondisi sekolah pada umumnya dan usaha memperbaikinya. (Sebagai pedoman untuk membuat program sekolah untuk tahun berikutnya).

    4.         Syarat-Syarat Kepala Sekolah

    Telah kita maklumi bahwa tugas kepala sekolah itu sedemikian banyak dan tanggung jawanya sedemikian besar. Maka tidak sembarang orang patut menjadi kepala sekolah. Untuk dapat menjadi kepala sekolah harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Di samping syarat yang berupa ijazah (yang merupakan syarat formal) persyaratan pengalaman kerja dan kepribadian harus dipenuhi pula.

    Disamping ijazah dan pengalaman kerja, ada syarat lain yang tidak kurang pentingnya, yaitu persyaratan kepribadian dan kecakapan yang dimilikinya. Seorang kepala sekolah hendaknya memiliki kepribadian yang baik sesuai dengan kepemimpinan yang akan dipegangnya. Ia hendaknya memiliki sifat-sifat jujur, adil dan dapat dipercaya, suka menolong dan membantu guru dalam menjalankan tugas dan mengatasi kesulitan-kesulitan, bersifat supel dan ramah mempunyai sifat tegas dan konsekuen yang tidak kaku. Seorang kepala sekolah harus berjiwa nasional dan memiliki falsafah hidup yang sesuai dengan falsafah dan dasar negara kita.

    Jika kita simpulkan apa yang telah diuraikan di atas, maka syarat seorang kepala sekolah adalah sebagai berikut:

    a.    Memiliki ijazah yang sesuai dengan ketentuan/peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

    b.    Mempunyai pengalaman kerja yang cukup, terutama di sekolah yang sejenis dengan sekolah yang dipimpinnya.

    c.    Mempunyai sifat kepribadian yang baik, terutama sikap dan sifat-sifat kepribadian yang diperlukan bagi kepentingan pendidikan.

    d.    Mempunyai keahlian dan pengetahuan yang luas, terutama mengenai bidang-bidang pengetahuan pekerjaan yang diperlukan bagi sekolah yang dipimpinnya.

    e.    Mempunyai ide dan inisiatif yang baik untuk kemajuan dan pengembangan sekolahnya.

    KESIMPULAN

    Kepala sekolah adalah personel yang paling penting untuk kemajuan sekolah, tidak sembarang orang bisa menjadi kepala sekolah, syarat-syarat untuk menjadi kepala sekolah diantaranya mempunyai ijazah yang sesuai dengan pendidikan, sekolah yang dipimpin, pengalaman kerja, dan pengetahuan luas. Kemudian fungsinya sebagai perumus tujuan kerja dan pembuat kebijaksanaan dan pengatur tata kerja dan bertanggung jawab atas kelancaran jalannya sekolah.

  • Makalah Integrater Marketing Communication – Promotion Mix and Costumer Relationship Marketing

    Promotion Mix and Costumer Relationship Marketing

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Gejala pemakaian promosi secara meluas hampir menjangkau segala bidang usaha, baik usaha yang berorientasi bisnis maupun usaha non bisnis. Kesemuanya mengharapkan agar apa yang dihasilkan untuk konsumen mencapai sasaran.

    Promosi merupakan salah satu unsur atau variabel dalam marketing mix yang bertujuan untuk memperkenalkan,mengingatkan,membujuk serta memberitahukan konsumen mengenai suatu produk atau barang maupun jasa yang ditawarkan.

    Bagi perusahaan yang menginginkan agar produknya habis terjual sudah tentu harus menggunakan strategi pemasaran yang baik. Strategi yang digunakan oleh perusahaan seperti perencanaan produk, penentuan harga dan saluran distribusi kurang berarti tanpa didukung dengan usaha mempromosikan produk hingga ke tangan konsumen. Masalah semakin ketatnya persaingan di antara para pengusaha dalam memperebutkan pasar yang sama sedikit banyaknya turut memegang peranan terhadap pemakaian sarana promosi secara meluas pada setiap perusahaan.

    Perusahaan atau lembaga pembawa pesan berusaha mengadakan komunikasi dengan masyarakat agar dapat membujuk dan mempengaruhinya untuk mengikuti keinginan perusahaan. Misalnya saja, departemen kesehatan sebagai lembaga non bisnis mempromosikan program Keluarga Berencana pada masyarakat supaya mengikuti anjuran tersebut. Sama halnya dengan perusahaan bisnis yang mempengaruhi masyarakat atau konsumen melalui usaha promosi agar mau membeli produknya.

    Untuk mengetahui dan mengenal secara mendalam mengenai apa sebenarnya promosi itu, maka berikut ini akan diketengahkan beberapa pendapat para ahli.

    Menurut pendapat Winardi (1989 : 23) bahwa :Promosi adalah metode-metode yang berhubungan dengan usaha-usaha untuk mengkomunikasikan kepada pasar target produk yang tepat yang harus dijual pada tempat yang tepat dan dengan harga yang tepat pula.

    Pada pokoknya pendapat ini menguraikan tentang bagaimana perusahaan itu menyampaikan informasi yang tepat pada konsumen yang tepat pula mengenai produk perusahaan, dan mampu menyakinkan konsumen bahwa konsumen tidak salah dalam memilih produk dengan harga yang pantas. Keberhasilan perusahaan dalam mempromosikan produknya terlihat dari besarnya minat konsumen untuk membeli.

    Pendapat yang dikemukakan di atas, menegaskan mengenai pemakaian metode untuk berkomunikasi dengan pasar sasaran, sudah seharusnya disesuaikan dengan kondisi yang ada. Maksudnya, setiap metode yang digunakan terlebih dahulu harus dicocokkan dengan pasar targetnya, apakah ditujukan pada konsumen kelas atas ataukah kelas menengah ke bawah. Dengan demikian perusahaan dapat menentukan metode yang tepat dalam mengkomunikasikan pesan yang hendak disampaikan pada pasar sasaran.

    Sesuai dengan masalah yang dihadapi, masalah penulisan ini lebih lanjut membahas salah satu variabel dalam marketing mix yaitu promotion (promosi) sebagai faktor yang dititikberatkan. Untuk menetapkan kebijakan promosi, perusahaan perlu memperhatikan kombinasi strategi yang paling baik dari unsur-unsur promosi agar diperoleh suatu kebijakasanaan yang efektif.

    Pengertian promotional mix menurut Swastha yang dikutip dari karangan Angipora (2002 : 338) yaitu : ”Promosi adalah kombinasi strategi yang paling baik dari variabel-variabel periklanan, personal selling, dan alat promosi lainnya yang kesemuanya mencapai program penjualan”.

    Sedangakan pengertian menurut Kotler promotional mix terdiri dari empat alat utama yaitu :

    1.    Advertising : kegiatan pemasaran yang biasanya dilakukan oleh bank,

    2.    Sales promotion : kegiatan promosi penjualan yang dilakukan bank,

    3.    Publicity : kegiatan dalam memperkenallkan produk,

    4.    Personal selling : kegiatan bank untuk melakukan kontak langsung.

    Bab II. Pembahasan

    A.   Promosi & Promotion-Mix (CHOLIFAH)

    Promosi adalah suatu usaha dari pemasar dalam menginformasikan dan mempengaruhi orang atau pihak lain sehingga tertarik untuk melakukan transaksi atau pertukaran produk barang atau jasa yang dipasarkannya.

    Tujuan Promosi :

    1. Menyebarkan informasi produk kepada target pasar potensial

    2. Untuk mendapatkan kenaikan penjualan dan profit

    3. Untuk mendapatkan pelanggan baru dan menjaga kesetiaan pelanggan

    4. Untuk menjaga kestabilan penjualan ketika terjadi lesu pasar

    5. Membedakan serta mengunggulkan produk dibanding produk pesaing

    6. Membentuk citra produk di mata konsumen sesuai dengan yang diinginkan.

    Promotional Mix / Bauran Promosi

    Bauran promosi merupakan gabugan dari berbagai jenis promosi yang ada untuk suatu produk yang sama agar hasil dari kegiatan promo yang dilakukan dapat memberikan hasil yang maksimal. Sebelum melakukan prmosi sebaiknya dilakukan perencanaan matang yang mencakup bauran promosi sebagai berikut :

    1. Iklan seperti iklan koran, majalah, radio, katalog, poster, dll.

    2. Publisitas positif maksimal dari pihak-pihak luar.

    3. Promosi dari mulut ke mulut dengan memaksimalkan hal-hal positif.

    4. Promosi penjualan dengan ikut pameran, membagikan sampel, dll.

    5. Public relation / PR yang mengupayakan produk diterima masyarakat.

    6. Personal selling / penjualan personil yang dilakukan tatap muka langsung.

    Bicara soal manfaat, kontribusi advertising bagi perusahaan jelas tidak dapat disepelekan. Bahkan, periklanan memegang kunci penting, terutama dalam hal pelaksanaan promosi perusahaan. Di dalam aktivitas perusahaan, advertising/periklanan merupakan bagian dari promotion mix/ bauran promosi.

    Bauran komunikasi pemasaran (marketing communication mix / promotion mix) merupakan ramuan sekaligus penerapan lima alat promosi utama perusahaan untuk mencapai tujuan-tujuan pemasaran.

    Yang termasuk lima alat promosi itu sendiri adalah :

    1. Pemasangan iklan, setiap bentuk presentasi dan promosi non personal yang memerlukan biaya tentang gagasan, barang, atau jasa oleh sponsor yang jelas. Bisa melalui iklan media massa yang ada , atau iklan luar ruangan seperti pesamangan billboard, spanduk dan poster.

    2. Penjualan personal, presentasi personal oleh tenaga penjualan sebuah perusahaan dengan tujuan menghasilkan transaksi penjualan dan membangun hubungan dengan pelanggan. Mencakup presentasi penjualan, pameran dagang dan promosi insentif.

    3. Promosi penjualan, insenstif-insentif jangka pendek untuk mendorong pembelian atau penjualan sebuah produk/jasa. Meliputi pajangan-pajangan di sejumlah titik/lokasi penting pemasaran, bingkisan, discount, kupon belanja, pemasangan iklan khusus.

    4. Hubungan masyarakat, membangun hubungan baik dengan public internal / eksternal) untuk membangun atau bahkan meningkatkan image baik perusahaan. Ikut serta atau mengadakan acara-acara tertentu yang sifatnya tidak murni profit orientes dengan instansi lain. Misalkan dengan menggelar acara malam bhskti sosial atau penggalangan dana.

    5. Pemasaran langsung, hubungan langsung dengan pelanggan yang ditargetkan secara tepat dengan tujuan mendapatkan tanggapan sesegera mungkin untuk menciptakan hubungan baik dengan pelanggan yang langgeng. Meliputi telemarketing, catalog, pasang poster di kios-kios, iklan via internet dll.

    Dibawah ini adalah penjelasan promotion mix menurut beberapa para ahli: (MUDAHRI)

    Kotler (2005: 264-312), mengatakan bahwa unsur bauran promosi (promotion mix) terdiri atas lima perangkat utama, yaitu :
    1) Advertising : merupakan semua penyajian non personal, promosi ide-ide, promosi produk atau jasa yang dilakukan sponsor tertentu yang dibayar.
    2) Sales Promotion : berbagai insentif jangka pendek untuk mendorong keinginan mencoba atau membeli suatu produk atau jasa.
    3) Public relation and publicity : berbagai program untuk mempromosikan dan/atau melindungi citera perusahaan atau produk individualnya.
    4) Personal Selling : Interaksi langsung dengan calon pembeli atau lebih untuk melakukan suatu presentasi, menjawab langsung dan menerima pesanan.
    5) Direct marketing : penggunaan surat, telepon, faksimil, e-mail dan alat penghubung nonpersonal lain untuk berkomunikasi secara dengan atau mendapatkan tanggapan langsung dari pelanggan tertentu dan calon pelanggan.

    Pengertian promotional mix menurut Swastha yang dikutip dari karanganAngipora (2002 : 338) yaitu : ”Promosi adalah kombinasi strategi yang paling baik dari variabel-variabel periklanan, personal selling, dan alat promosi lainnya yang kesemuanya mencapai program penjualan”.

                Sedangakan pengertian menurut Kotler promotional mix terdiri dari empat alat utama yaitu :

    1.    Advertising : kegiatan pemasaran yang biasanya dilakukan oleh bank

    2.    Sales promotion : kegiatan promosi penjualan yang dilakukan bank

    3.    Publicity : kegiatan dalam memperkenallkan produk

    4.    Personal selling : kegiatan bank untuk melakukan kontak langsung

    Dari pendapat di atas, dapat diartikan bahwa iklan merupakan setiap bentuk penyajian non-personal dan promosi ide-ide, barang dan jasa dengan pembayaran oleh suatu sponsor tertentu.

    Promosi penjualan adalah rangsangan jangka pendek, untuk merangsang pembeli atau penjual suatu produk atau jasa. Publisitas adalah suatu stimulasi non personal terhadap permintaan produk, jasa menyebarluaskan berita-berita komersil yang penting mengenai kebutuhan akan produk tertentu disuatu media yang disebarkan di radio, televisi atau panggung yang dengan tidak dibayar oleh pihak sponsor.

    B. Promotion-Mix dalam ilmu manajemen pemasaran. (ARIVAL)

    Pengertian promosi mix dalam ilmu manajemen pemasaran adalah: Integrated Marketing Communication to make relationship – Money atau dalam pengertian bahasa indonesia yang lebih simple ialah : “bauran atau paduan strategi pemasaran / promosi untuk membangun relasi yang bertujuan untuk menghasilkan keuntungan atau mendapatkan uang dari produk yang kita tawarkan.”

    Sedangkan Pengertian Promosi itu sendiri di artikan sebagai : sistem komunikasi yang di terapkan untuk membujuk (persuade)mengingatkan (reminder) bertujuan agar bisa mendapatkan pembeli yang berpotensial sehingga dengan begitu kita akan mendapatkan tanggapan dari target pasar berupa : membeli, menyiarkan kembali, atau menjadi customer kita.

    Setelah kita melakukan beberapa hal yang berkaitan dengan kegiatan promosi maka kita akan mendapatkan respon atau tanggapan dari konsumen yang telah kita target melalui promosi, ada beberapa tanggapan yang bisa kita dapatkan dari konsumen diantaranya :

    1.      Awareness : mereka menyadari adanya produk atau jasa yang sebelumnya mereka tidak memperhatikan sama sekali.

    2.      Knowladge : konsumen jadi bertambah wawasannya atau paham akan produk atau jasa yang kita punya.

    3.      Liking : konsumen bisa jadi menyukai produk kita setelah melihat iklan atau promosi yang kita lakukan.

    4.      Preferen : Konsumen akan menjadikan promosi kita sebagai bahan referensi atau pilihan untuk membelinya.

    5.      Conviction : konsumen akan mendapatkan keyakinan terhadap produk kita dari berbagai aspek manfaat dan kebutuhan mereka akan produk tersebut.

    6.      Purchasing : konsumen akan melakukan pembelian atau berusaha untuk memiliki dan lain sebagainya setelah melihat tayangan promosi yang kita lakukan.

    Dalam promotional Mix ada 5 hal yang bisa kita tempuh untuk melakukan strategi promosi produk :

    1.      Advertising : beriklan di layanan jasa iklan seperti televisi, radio, dan lainnya.

    2.      Public Relation : sistem promosi yang di lakukan untuk membangun komunikasi yang baik antara sebuah perusahaan dengan pelanggan atau public.

    3.      Sales Promotion : strategi penjualan yang bersifat memikat pelanggan dengan menghadirkan berbagai penawaran menarik misalnya : memberikan diskon, kupon, sample produk gratis dll.

    4.      Personal Selling : penjualan yang biasanya di lakukan oleh perorangan, contohnya yang di lakukan oleh para SPG, atau marketing lain yang biasanya menjual atau menawarkan produknya bersifat personal atau perorangan.

    5.      Direct Marketing : strategy promosi secara langsung tanpa embel – embel pengantar dan lain sebagainya, dalam hal ini orang jerman menjadikan sistem direct marketing sebagai andalan mereka tanpa bertele – tele.

    Dalam strategi promosi mix juga ada istilah yang di namakan dengan Competitive Advantage yang berfungsi untuk memenangkan persaingan dalam dunia promosi, karena begitu banyak berbagai perusahaan yang juga melakukan strategi promosi dengan kelebihannya masing – masing maka di perlukanlah kita mengetahui Competitive Adventage untuk mengambil celah agar bisa mendapatkan pelanggan lebih banyak.

    C. Penerapan Customer Relationship Marketing (CRM) sebagai Strategi Bersaing (SUHENDRA)

    Pengertian Customer Relationship Marketing
    Winer (2001, p. 12) mendefinisikan customer relationship marketing sebagaistrategi untuk membangun hubungan yang baik dengan pelanggan dalam jangka panjang dengan mengkombinasikan kemampuan untuk merespon secara langsung dan untuk melayani pelanggan dengan interaksi yang tinggi. Untuk mendukung penerapan strategi customer relationship marketing, diperlukan suatu perangkat berupa pendekatan manajemen, yaitu customer relationship management (CRM).

    Septiadi (2001, p. 225) menyatakan: “Sesuatu yang dapat dijadikan patokan bagi perusahaan untuk tetap menjaga hubungan antara konsumen dan perusahaan adalah “kesesuaian”, yaitu kesesuaian antara harapan konsumen dan realitas yang dirasakan.” Berdasarkan kajian tersebut, dapat dimengerti bahwa konsumen akan tetap menjaga hubungan dengan perusahaan karena konsumen sendiri merasakan suatu kepuasan karena harapan yang diinginkan mampu dipenuhi oleh perusahaan melalui produk dan layanan yang diberikan. Kesesuaian antara harapan dan realitas yang diterima dapat digunakan batu pijakan bagi perusahaan untuk terus mengembangkan produk dan layanan yang diberikan
    sehingga makin sesuai atau melebihi harapan konsumen. Jika hal tersebut mampu
    dipenuhi oleh perusahaan, dengan sendirinya berarti perusahaan telah menjaga hubungan dengan konsumen.
    Kajian mengenai customer relationship marketing berarti kajian mengenai sisi interaksi yang terjadi antara konsumen dan perusahaan melalui komunikasi yang diperankan oleh pihak perusahaan kepada pelanggan. Untuk itu inti dari customer relationship marketing adalah komunikasi yang intensif antara perusahaan dan konsumen. 

    Pendorong penerapan konsep customer relationship marketing

    Persaingan sangat penting bagi keberhasilan atau kegagalan perusahaan. Persaingan menentukan kegiatan yang perlu bagi perusahaan untuk berprestasi seperti inovasi, budaya yang kohesif atau implementasi yang baik. Strategi bersaing merupakan upaya mencari posisi bersaing yang menguntungkan dalam suatu industri, arena fundamental dimana persaingan berlangsung.
    Strategi bersaing bertujuan membina posisi yang menguntungkan dan kuat dalam melawan kekuatan yang menentukan persaingan dalam industri. Lingkungan yang mengharuskan penerapan customer relationship marketing adalah lingkungan yang menghadapi berbagai bentuk persaingan. Persaingan yang terjadi tersebut menyebabkan tiap perusahaan untuk mampu mempertahankan pelanggan, dan hal tersebut dapat menjadi kenyataan jika diantara pelanggan dan perusahaan terjalin customer relationship marketing. Daya tarik industri maupun posisi bersaing dapat dipengaruhi suatu perusahaan, dan inilah yang membuat pemilihan strategi bersaing menantang dan menarik Haryanto (1999, p. 221) menyatakan: “Terdapat lima faktor yang mempengaruhi persaingan, yaitu masuknya pendatang baru, ancaman produk substitusi, kekuatan tawar menawar pembeli, kekuatan tawar menawar pemasok dan tingkat persaingan diantara perusahaan sejenis.” Pendapat tersebut menunjukkan bahwa persaingan yang terjadi di pasar terpengaruh oleh pendatang baru, keberadaan produk subtitusi, kekuatan penawaran pembeli, kekuatan penawaran pemasok dan persaingan yang terjadi diantara perusahaan sejenis.

    (UDIN) Haryanto (1999, p. 226) menyatakan bahwa terdapat tiga strategi generik untuk mencapai keunggulan bersaing, yaitu:
    (a) Operational excellent yaitu perusahaan harus mampu dan unggul dalam membuat barang
    (b) Customer intimacy yaitu perusahaan harus mampu membina hubungan yang intim dengan pelanggan
    (c) Product leadership, yaitu menjadi pemimpin produk di antara produk lain.
    Kajian itu juga menjelaskan cara menganalisis pesaing dan meramalkan serta mempengaruhi perilaku konsumen, cara memetakan para peserta persaingan ke dalam beberapa kelompok strategik dan memperkirakan posisi yang paling menarik dalam industri. Selanjutnya kajian itu berusaha menerapkan kerangka tersebut di berbagai ragam lingkungan industri yang penting yaitu disebut perangkat struktural, meliputi industri yang terfragmentasi, industri yang sedang berkembang, industri yang sedang mengalami peralihan ke kedewasaan, industri yang sedang menurun dan industri global. Akhirnya kajian itu membahas berbagai keputusan strategik penting yang terjadi dalam suatu industri termasuk integrasi vertikal, perluasan kapasitas dan memasuki suatu industri.


    Haryanto (1999, p. 223) menyatakan bahwa kajian ini sendiri menggunakan kerangka dalam competitive strategy (strategi bersaing) sebagai titik awal. Tema sentral kajian ini adalah bagaimana perusahaan dapat secara aktual menciptakan dan mempertahankan keunggulan bersaing dalam industrinya – bagaimana perusahaan dapat mengimplementasikan strategi generik. Tujuannya adalah menjembatani strategi dengan implementasinya dan tidak memperlakukan kedua subyek ini secara terpisah.
    Keunggulan bersaing pada dasarnya tumbuh dari nilai atau manfaat yang dapat diciptakan perusahaan bagi para pembelinya yang lebih dari biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk menciptakannya. Nilai dan manfaat inilah yang sedia dibayar oleh pembeli, dan nilai yang unggul berasal dari penawaran harga yang lebih rendah ketimbang harga pesaing untuk manfaat setara atau penawaran manfaat unik yang melebihi harga yang ditawarkan. Jadi ada dua jenis dasar keunggulan bersaing, yaitu keunggulan biaya dan diferensiasi. Kajian ini menguraikan bagaimana suatu perusahaan dapat memperoleh keunggulan biaya atau bagaimana perusahaan dapat mendeferensiasikan dirinya. Kajian ini
    menjelaskan bagaimana pilihan cakupan bersaing atau ragam kegiatan perusahaan, dapat memainkan peran penting dalam menentukan keunggulan bersaing. Akhirnya kajian ini menterjemahkan konsep-konsep tersebut, digabungkan dengan konsep-konsep dalam kajian sebelumnya, kedalam implikasi menyeluruh untuk strategi bersaing, ofensif dan defensif, termasuk peran ketidakpastian dalam mempengaruhi pilihan strategik. Kajian ini tidak hanya membahas strategi bersaing dalam industri tertentu melainkan juga strategi korporasi untuk perusahaan yang terdiversifikasi. Keunggulan bersaing dalam satu industri dapat sangat diperkuat oleh antar hubungan dengan unit-unit usaha yang bersaing di sejumlah industri terkait, jika antar hubungan ini dapat benar-benar diwujudkan. Antar hubungan di kalangan unit usaha merupakan sarana utama bagi perusahaan yang terdiversifikasi untuk menciptakan nilai (manfaat) dan dengan demikian menegakkan sokoguru bagi strategi korporasi. Perlu dikaji lebih jauh hubungan diantara unit-unit usaha ini dan menerjemahkannya ke dalam suatu strategi korporasi. Selain itu harus juga dijelaskan cara mewujudkan antar hubungan dalam praktek meskipun banyak hambatan organisasi yang ada di banyak perusahaan yang terdiversifikasi.

    Haryanto (1999, p. 225), penekanan competitive strategy adalah pada analisis struktur industri dan pesaing di berbagai lingkungan industri, meskipun juga mengandung banyak implikasi bagi keunggulan bersaing. Kajian ini sendiri mulai dengan mengasumsikan adanya pemahaman struktur industri dan perilaku pesaing dan menekankan cara menerjemahkan pemahaman tersebut menjadi keunggulan bersaing. Tetapi tindakan untuk menciptakan keunggulan bersaing seringkali mempunyai konsekuensi penting terhadap struktur industri dan reaksi pesaing.

    Relationship marketing adalah cara usaha pemasaran pada pelanggan yang meningkatkan pertumbuhan jangka panjang perusahaan dan kepuasan maksimum pelanggan. Pelanggan yang baik merupakan suatu asset di mana bila ditangani dan dilayani dengan baik akan memberikan pendapatan dan pertumbuhan jangka panjang bagi suatu perusahaan.

    Tandjung (2004: 89) menyatakan bahwa,“Relationship marketing adalah pertumbuhan, pengembangan, dan pemeliharaan dalam jangka panjang yang menimbulkan hubungan biaya efektif dengan pelanggan, pemasok, karyawan, dan partner-partner lain yang saling menguntungkan”. Relationship marketing merupakan suatu praktik membangun hubungan jangka panjang yang memuaskan dengan pihak-pihak kunci meliputi pelanggan, pemasok, dan penyalur guna mempertahankan preferensi bisnis dalam jangka panjang.

    (ALFIAN) Menurut Chan (2003: 87), “Relationship marketing ditujukan untuk menciptakan pengenalan bagi setiap pelanggan secara lebih dekat melalui komunikasi dua arah dengan mengelola suatu hubungan yang saling menguntungkan antara pelanggan dan perusahaan”.

    Relationship marketing merupakan upaya pengenalan kepada setiap pelanggan secara lebih dekat, menciptakan komunikasi dua arah dengan konsumen, dan mengelola hubungan yang saling antara pelanggan dan konsumen.

    Relationship marketing merupakan konsep yang dinamis, perilaku pelanggan yang merupakan komponen utama untuk menentukan arah kebijakan relationship marketing dari waktu ke waktu selalu berubah.

    Relationship marketing merupakan interaksi yang penting dalam menjalankan sebuah bisnis. Sebagaimana yang diungkapkan Ford (2003: 38), “Relationship as the pattern of interactions and the mutual conditioning of behaviors over time, between company and a customer, a supplier or another organization”. Maksudnya, pola interaksi dan kondisi yang menguntungkan antara perusahaan dan konsumen, pemasok, atau organisasi lainnya.

    Perusahaan berusaha melaksanakan strategi di dalam menarik perhatian konsumen, pemasok, dan memelihara anggota, serta mengelola hubungan dengan konsumen, pemasok, dan perusahaan lain. Selain itu, konsep ini merupakan upaya membangun hubungan yang lebih konstruktif dengan anggota terpilih dalam mencapai sukses pemasaran jangka panjang.

    Ada beberapa konsep inti relationship marketing, diantaranya menurut Kotler  (2003) adalah sebagai berikut:

    1. Horizon Orientasi Jangka Panjang

    Merupakan ciri utama relationship marketing. Keberhasilan relationship marketing diukur dari seberapa lama pelanggan terjaga dalam hubungan dengan perusahaan. Dengan demikianrelationship marketing juga menyangkut nilai estimasi mengenai nilai sepanjang hidup konsumen.

    2. Komitmen dan Pemenuhan Janji

    Untuk dapat menjalin hubungan jangka panjang, relationship marketing menekankan upaya pemeliharaan sikap percaya atau kepercayaan, komitmen, dengan menjaga integritas masing-masing melalui pemenuhan janji atau timbal balik, empati di antara kedua belah pihak.

    3. Pangsa Konsumen Bukan Pangsa Pasar

    Relationship marketing tidak lagi pada konsentrasi pada pencapaian pangsa pasar melainkan pada upaya untuk mempertahankan pelanggan.

    4. Nilai Sepanjang Hidup Pelanggan

    Perusahaan perlu mengidentifikasi pelanggan yang berpotensi menjalin hubungan jangka panjang dan kemudian menghitung nilai hidup pelanggan (Customer Lifetime Value – CLV) agar menguntungkan perusahaan.

    5. Dialog Dua Arah

    Untuk mencapai hubungan yang diinginkan, maka diperlukan komunikasi dua arah.

    6. Kustomisasi

    Relationship marketing memberikan pemahaman yang lebih baik akan tuntutan dan keinginan konsumen, sehingga memungkinkan penyediaan produk yang sesuai dengan spesifikasi pelanggan.

    Menurut Ford (2003)Relationship Marketing bisa berkembang melalui tiga cara yaitu:

    1.      Interaction customer relationship, dimulai dari kontak pertama antara sebuah kelompok dengan kelompok lain, di mana interaksi tersebut merupakan komunikasi dua arah.

    2.      Coordinating activities, interaksi antara dua perusahaan yang berbeda membutuhkan koordinasi aktivitas yang membantu terjalinnya hubungan yang alami.

    3.      Adaptions, inti utama dari bisnis yang dilakukan oleh perusahaan adalah menciptakan kepuasan bersama. Tidak ada hubungan yang dilakukan tanpa melalui adaptasi karena adaptasi dapat menciptakan kondisi yang menguntungkan.

    PENUTUP

                Demikian makalah ini selesai kami tulis. kami sangat berharap agar makalah ini bermanfaat baik untuk pembaca maupun penulis. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat kami butuhkan agar menjadi pedoman dalam penulisan makalah kami yang selanjutnya.

    DAFTAR PUSTAKA

    http://tonysoegi.blogspot.co.id/2013/10/promotion-mix-bauran-promosi.html

    http://jurnal-sdm.blogspot.co.id/2009/08/penerapan-customer-relationship.html

    http://www.pendidikanekonomi.com/2013/02/pengertian-relationship-marketing.html

    http://psychokidz-kuliahkomunikazeeeeklan.blogspot.com/2009/06/promotion-mixbauran-promosi.html

    http://tutorialkuliah.blogspot.com/2009/12/bauran-promosi-promotion-mix-menurut.html

    http://nanangbudianas.blogspot.com/2013/02/pengertian-promotional-mix.html