Karya tulis ini berjudul “Pemanfataan Sampah Anorganik untuk Kerajinan Tas”. Latar belakang penelitian berasal dari permasalahan penumpukan sampah anorganik seperti, plastil, botol bekas, dan sebaginya sehingga dengan menggunakan keterampilan sampah yang bernilai ekonomis rendah bisa didaur ulang menjadi barang yang berekonomis tinggi dan nilai guna yang bermanfaat bagi setiap orang. Oleh karena itu pemanfaatan sampah anorganik maupun organic perlu diketahui bagi setiap orang, sampah organic dapat dimanfaatkan sebagai pupuk kompos dan sampah anorganik dapat dimanfaatkan sebagai kerajinan.
Daftar isi
Pemanfaatan Sampah Anorganik untuk Kerajinan Tas
Bab I. Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya bumi kita penuh dengan sampah yang merugikan bagi manusia. Tetapi faktanya manusia sendirilah yang menyebabkan sampah merugikan diri mereka. Di Indonesia sendiri sudah banyak wilayah-wilayah yang terkena bencana- bencana alam karena sikap manusia yang tidak peduli akan sampah padahal sampah sendiri bisa dimanfaatkan menjadi barang yang berguna dan lebih bermanfaat. Pemanfaatan sampah meliputi proses mengubah sampah menjadi material yang memiliki nilai ekonomis terutama sampah anorganik yang jika dimanfaatkan dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi.
Karena jika sampah munumpuk dapat merugikan manusia, contohnya sampah yang dibuang sembarangan dapat menyumbat saluran air dan menyebabkan banjir dan bencana lainnya yang merugikan dan merusak alam atau wilayah tempat manusia tinggal. Sebenarnya sampah akan bernilai jika dimanfaatkan dengan baik.
Sampah perlu dimanfaatkan, terutama sampah anorganik seperti plastik, botol bekas, kertas, dan sebagainya. Sampah plastik adalah sampah yang sukar sekali untuk diuraikan membutuhkan waktu yang amat sangat lama mencapai berjuta-juta tahun namun jika tidak dimanfaatkan sampah plastik akan menumpuk dan merugikan manusia dimasa yang akan datang oleh karena itu sikap keterampilan perlu diasah untuk proses pemanfaatan sampah yang berdampak positif dan menyelamatkan bumi untuk masa depan.
Menurut Abas dan Endang Aris(2010:153) menyatakan bahwa “sampah adalah sisa atau sesuatu hal yang dibuang atau seringkali tidak dikehendaki kehadirannya dan tidak memiliki nilai ekonomis” Menurut Tim Penulis Panebar Surabaya menyatakan bahwa “sampah sesuatu barang yang terbuang atau dibung dari sumber hasil aktivitas manusia yang yang belum memiliki nilai ekonomis” oleh karena itu sampah perlu dimanfaatkan agar bermanfaat dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi karena tangan manusia memiliki keterampilan yang bisa mengubah dan membuat hal-hal baru yang dianggap tinggi dan berharga oleh orang lain.
Pemanfaatan plastik daur ulang dalam pembuatan kembali barang-barang plastik telah berkembang pesat. Hampir seluruh jenis limbah plastik (80%) dapat diproses kembali menjadi barang semula walaupun harus dilakukan pencampuran dengan bahan baku baru dan additive untuk meningkatkan kualitas. Pemanfaatan limbah plastik merupakan upaya menekan pembuangan plastik seminimal mungkin dan dalam batas tertentu menghemat sumber daya dan mengurangi ketergantungan bahan baku impor. Pemanfaatan limbah plastik dapat dilakukan dengan pemakaian kembali (reuse) maupun daur ulang (recycle).
B. Rumusan Masalah
“Bagaimana dampak positif pemanfaatan sampah anorganik sebagai kerajinan tas ?”
C. Tujuan Penelitian
Penelitian Karya Tulis Ilmiah “Pemanfaatan Sampah Anorganik untuk Kerajinan Tas” bertujuan untuk menginformasikan pada pembaca betapa pentingnya manfaat penanggulangan sampah, daur ulang sampah anorganik untuk kerajinan tas supaya sampah bernilai ekonomis tinggi dan sampah tidak menumpuk dan tidak merugikan diri sendiri dan orang lain.
1.4 Manfaat Penelitian
Bagi peneliti : Berbagi informasi kepada pembaca dan menyalurkan pendapat
tentang pemanfaatan sampah anorganik agar bisa bermanfaat
Bagi siswa : Menambah informasi dan pengetahuan tentang pemanfaatan
sampah anorganik
Bagi sekolah : Mengasah bakat siswa dengan membuat dan memudahkan siswa
menyalurkan berbagai pendapat yang bisa bermanfaat dalam penulisan
karya ilmiah tentang pemanfaatn sampah anorganik untuk kerajian
Bagi masyarakat : Mendapatkan informasi tentang daur ulang atau pemanfaatan dan
bahaya jika tidak dimanfaatkan sampah anorganik untuk kerajinan tas
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari yang menguntungkan
Bab II. Kajian Teori
Dalam kajian teori ini, akan dijabarkan secara jelas masalah tentang sampah. ”Sampah adalah sesuatu yang tidak berguna lagi, dibuang oleh pemiliknya atau pemilik semula” (Tandjung, Dr. M.Sc.,1982). ”Sampah adalah sumber daya yang tidak siap pakai ”(Radyastuti, W. Prof. , Ir, 1996)
Sampah menurut asal zat yang di kandungnya, secara garis besar sampah dibagi menjadi 2 kelompok yaitu sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik adalah sampah yang berasal dari makhluk hidup, misalnya sisa sayuran, buah-buahan dan daun-daunan. Sedangkan sampah anorganik adalah sampah yang berasal dari benda mati, misalnya plastik, kertas, kaca, kaleng dan besi. Sampah anorganik banyak yang sulit hancur dan sulit diolah. Untuk mengolah sampah ini memerlukan biaya dan teknologi tinggi.
Dilihat dari sumbernya, sampah bisa dibedakan menjadi tiga macam, yaitu sampah rumah tanfga adalah sampah yang dihasilkan dari rumah tangga, sampah industri, meliputi buangan hasil proses industri, dan sampah makhluk hidup, segala jenis benda buangan dari makhluk hidup. (Amri.2008. ” Sulap Sampah Jadi Barang Bermanfaat”(online)),
Sampah anorganik yang sulit diuraikan akan menimbulkan masalah serius dalam kaitannya dengan pencemaran lingkungan terutama pencemaran tanah, bakteri pengurai di dalam tanah tidak dapat menguraikan misalnya kaleng, kayu, besi, dan plastik. Sedangkan untuk sampah organik tidak ada masalah dalam penguraiannya, bakteri pengurai mampu menguraikannya. Sampah anorganik yang terbagi menjadi sampah rumah tangga, sampah industri, dan sampah makhluk hidup. Intensitas pencemarannya sangat tinggi dan selanjutnya menimbulkan kerugian untuk masyarakat maka dari itu perlu dimanfaatkan
Bab III. Metode Penelitian
3.1 Lokasi Penelitian
Berdasarkan permasalahan pemanfaatan sampah anorganik sebagai tas, dilakukan penelitian yang berlokasi di SMA NEGERI 2 MALANG yang terletak di Jln. Laksamana Martadinata 84 Malang.
3.2 Sarana Penelitian
Penelitian yang dilakukan di SMA NEGERI 2 MALANG dengan menggunakan metode wawancara kepada yang bersangkutan, wawancara yang dilakukan dengan proses tanya jawab langsung mengenai hal pemanfaatan sampah anorganik utnuk digunakan sebagi kerajinan tas kepada responden juga menggunakan metode pustaka yaitu dengan menggunakan sumber-sumber tertulis yang ada , seperti buku, internet dan lain-lainnya dengan mencari pedoman atau hal-hal yang bersangkutan di perpustakaan SMA NEGERI 2 MALANG
3.3 Waktu Penelitian
Berdasarkan permasalahan pemanfaatan sampah anorganik untuk kerajinan telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mencari sumber atau kejelasan yang pasti dengan metode wawancara yang melakukan tanya jawab secara langsung dan dengan metode pustaka yaitu dengan mencari kejelasan informasi yang tertulis yang dilakukan di perpustakaan.
Metode wawancara dilakukan di Ruang SeniBudaya oleh Guru Seni Budaya pada hari Sabtu, 26 Maret 2016 pada pukul 07.00-08.00.
Metode Pustaka dilakukan di Perpustakaan Sekolah SMA NEGERI 2 MALANG pada hari Kamis, 24 Maret 2016 pada pukul 13.00-15.00.
3.4 Pelaksana Kegiatan
Penelitian dilakukan oleh TANZILLA SALSABILA / XIPS 3 / 27 / SMA NEGERI 2 MALANG untuk menuntaskan Karya Tulis Ilmiah yang berjugul Pemanfaatan Sampah Anorganik untuk Kerajinan Tas.
3.5 Sarana Pendukung Penelitian
Penelitian dilakukan dan akan berhasil dengan maximal jika terdapat sarana pendukung, sara pendukung yang digunakan peneliti dalam penelitian pemanfaatan sampah anorganik untuk kerajinan tas adalah, buku-buku yang ada diperpustakaan, internet, beberapa blog penulis karya tulis ilmiah lainnya dan alat-alat tulis lainnya
3.6 Prosedur Kegiatan Penelitian
Mencari permasalahan
Melihat pedoman KTI
Mencari referensi KTI terdahulu
Melakukan kunjungan ke perpustakaan
Melakukan wawancara dengan reponden
Mencari sumber-sumber di internet (blog terdahulu)
Bab IV. Hasil dan Pembahasan
A. Hasil
Dalam wawancara yang dilakukan dengan Guru Seni Budaya saya mendapatkan banyak informasi tentang sampah dan pemanfaatannya. Banyak masyarakat yang kian tak peduli terhadap kelestariannya. Hal ini terbukti bahwa banyak warga yang membuang sampah sembarangan. Apalagi sampah yang mereka buang adalah sampah yang sulit diuraikan di dalam tanah. Produk daur ulang ini berbahan utama sampah plastik. Biasanya beliau membuatnya dari plastik deterjen, bungkus makanan ringan, botol dan gelas air mineral.Untuk mendapatkan Sampah-sampah tersebut, dengan bekerja sama dengan murid yang berupa tugas sekolah dunruk mendapatkan nilai disamping itu juga dapat mengurangi sampah plastic dan dimanfaatkan menjadi barang yang bernilai guna tinggi. Tas adalah produk yang paling diminati.Pembeli biasanya merupakan buruh pabrik, tidak memerlukan modal yang besar, karena bahannya murah dan mudah dijumpai. Justru modal yang besar bukan dinilai dari berapa banyak uang yang dikeluarkan. Namun modal yang harus kita miliki keterampilan untuk membuat sesuatu yang tidak berguna menjadi benba bernilai guna.
Proses pembuatan tas, yang cara pembuatannya paling sulit diantara produk lainnya.
Pertama kita kumpulkan sampah plastikterlebih dahulu. Kemudian, cuci sampai bersih. Kedua, potong sampah tersebut menjadi bentuk persegi panjang dan ukurannya sesuai dengan yang diinginkan. Ketiga, Lipat menjadi tiga bagian. Keempat, ambil dua potongan sampah yang sudah dilipat, kemudian bentuklah menjadi sebuah anyaman. Setelah itu dijahit sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Beliau juga menuturkan bahwa sebenarnya dalam membuat keterampilan seperti ini tidak sulit bagi pemula. Namun kita harus memiliki ketelatenan agar mendapat hasil yang bernilai jual.
B. Pembahasan
Dengan permasalahan “Pemanfaatan Sampah Anorganik untuk Kerajinan Tas” terbukti bahwa sampah adalah barang yang bernilai guna rendah sehingga harus dimanfaatkan supaya menjadi bahan yang bernilai tinggi dengan keterampilan. Keterampilan adalah modal awal yang murah dan tidak perlu banyak mengeluarkan uang namun sangat bermanfaat untuk mengolah barang yang bernilai rendah menjadi bernilai tinggi
Dengan metode wawancara ternukti bahwa tas adalah barang kerajinan yang banyak diminati karena untuk factor kenyamanan dan nilai guna terlihat dijamin tinggi dan biasanya untuk fashion anak muda tas-tas sangat digemari karena macam, bentu, warna nya beragam oleh karena itu Pemanfaatan sampah anorganik untuk kerajinan tas perlu dikembangkan dan sangat berguna dan bermanfaat.
Bab V. Penutup
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dengan menggunakan metode dan memperhatikan pedoman dan referensi Karya Tulis Ilmiah yang lainnya dapat disimpulakan dengan keterampilan sampah bisa bermanfaat yaitu dengan mengolah atau mendaur ulang sampah menjadi barang yang bernilai guna tinggi. Sampah organic dapat dimanfaatkan sebagai pupuk kompos untuk tanaman dan sampah anorganik dapat dimanfaatkan menjadi barang barang kerajinan seperti tas, tempat pensil, dan sebaginya, oleh karena itu kita perlu memanfaatakan sampah supaya sampah tidak menumpuk.
B. Saran
Dalam penulisan karya tulis ini, penulis mempunyai beberapa harapan, yaitu:
Dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan mendapatkan hasil yang maximal dan Kaya Tulis Ilmiah bisa bermanfaat bagi diri sendiri dan pembaca
Diharapkan warga SMA NEGERI 2 MALANG ikut turut serta menjunjung keterampilan seperti Guru Seni Budaya yang mengubah sampah menjadi barang yang bernilai ekonomis tinggi
Diharapkan dapat membanggakan SMA NEGERI 2 MALANG dan membuat nama baik bagi sekolah.
Diharapkan pembaca tidak membuang sampah anorganik, melainkan mendaur ulang sampah tersebut menjadi barang yang bernilai, sehingga pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh sampah anorganik dapat dikurangi
Indonesia merupakan negara yang memiliki budaya yang sangat beranekaragam, ini merupakan daya tarik tersendiri yang dimiliki Indonesia. Kebudayaan yang timbul merupakan kebudayaan yang diturunkan secara turun temurun, yang dapat dikatakan sebagai kearifan lokal, kebudayaan yang terdapat di Indonesia memiliki karakter yang berbeda sesuai adat dan aturan yang berlaku di masyarakat, Salah satu tradisi budaya yang telah berkembang secara turunntemurun yaitu adalah kerajinan anyaman, anyaman merupakan suatu produk yang dihasilkan dari kegiatan mengatur bilah-bilah seperti pandan, bambu, dan bahan lainnya tindih menindih atau silang menyilang.
Seni anyam sudah ada sejak dahulu kala, hingga sekarangpun masih akrab dalam kehidupan masyarakat. Bahkan hampir di seluruh nusantara terdapat home industri pengrajin barang anyam-anyaman. Maka bisa dikatakan seni anyam termasuk kategori warisan budaya yang harus dilestarikan.
Menurut beberapa sumber keterampilan anyaman masuk ke Indonesia sejak beberapa ribu tahun lalu, ketika migrasi besar-besaran penduduk dari dataran Asia Tengah menuju ke Nusantara, keterampilan itu terus berlanjut hingga sekarang. Di beberapa tempat di Indonesia anyaman berkembang menjadi suatu komoditas yang menjanjikan, namun beberapa sumber mengatakan bahwa anyaman merupakan kebudayaan asli bangsa melayu, termasuk Indonesia, tanpa adanya pengaruh dari dunia luar. Di wilayah Jawa Barat tepatnya kecamatan Rajapolah, merupakan komoditas yang berharga, karena kebanyakan penduduknya merupakan pengrajin anyaman yang hidup dari menganyam, sehingga Rajapolah berkembang menjadi salah satu sentra Industri anyaman
Selama bertahun-tahun Rajapolah telah menjadi ikon pariwisata dan belanja cinderamata di daerah Tasikmalaya, jenis anyaman Rajapolah terbagi menjadi 3 jenis yaitu mendong, pandan, dan bambu, setiap anyaman memiliki karakteristik dalam teknik pembuatannya maupun motifnya. Motif anyaman Rajapolah merupakan motif yang 2 dipercayai merupakan motif yang dibuat oleh suku Sunda, contohnya saja pada bambu, motif anyaman bambu yang beredar di masyarakat Rajapolah sama dengan motif-motif yang beredar di Suku Sunda pada daerah lain, seperti Garut dan Cirebon hanya saja beberapa anyaman memiliki panggilan yang berbeda walaupun bentuknya sama, ini dipengaruhi oleh adat istiadat yang berkembang di Masyarakat, keadaan alam dan status kekerabatan pada suku Sunda yang mendiami suatu daerah.
Dalam perkembangan anyaman, tidak adanya pewarisan formal ilmu menganyam dan kurangnya dokumentasi mengenai pola anyaman di Rajapolah merupakan salah satu bukti kurangnya pelestarian dan kecintaan kita terhadap budaya Indonesia. Banyak pengrajin membuat motif anyaman hanya karena mengejar keuntungan, banyak sekali motif anyaman Rajapolah yang tata cara penamaannya didapat dari mengarang nama saja, sehingga banyak motif anyaman Rajapolah dengan bentuk yang sama, beredar dalam satu tempat, tapi memiliki nama yang berbeda. Jika hal ini dibiarkan maka anyaman Rajapolah tidak memiliki karakteristik dan ciri khas, sehingga tidak menutup kemungkinan anyaman Rajapolah hanya akan menjadi sesuatu yang biasa, dan hal ini mungkin akan menjadi suatu masalah di kemudian hari seperti batik yang diklaim oleh negara lain karena menjadi sesuatu yang biasa bagi kita.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas adalah :
Apa pengertian seni anyaman bambu
Bagaimana sejarah anyaman bambu
Bagaimana proses pembuatan anyaman bambu
Bagaimana perkembangan anyaman bambu pada saat ini
Apa jenis bambu yang digunakan untuk menganyam
Mengapa bambu digunakan dalam anyaman
Apa teknik teknik untuk menganyam
Apa contoh contoh anyaman bambu
C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
Mengetahui pengertian anyaman bambu
Mengetahui sejarah anyaman bambu
Mengetahui proses pembuatan anyaman bambu
Mengetahui perkembangan anyaman bambu di saat ini
Mengetahu jenis bambu yang digunakan untuk menganyam
Mengetahui alasan bambu digunakan dalam menganyam
Mengetahui teknik teknik menganyam
Mengetahui contoh contoh anyaman bambu
Bab II. Pembahasan
A. Pengertian Anyaman
Anyaman merupakan proses menyilangkan bahan-bahan dari tumbuh-tumbuhan untuk dijadikan satu kumpulan yang kuat dan boleh digunakan. Bahan-bahan yang boleh digunakan antara lain lidi, buluh, pandan, akar, mengkuang dan sebagainya, bahan ini biasanya mudah dikeringkan dan lembut.
Biasanya pengolahan seni anyaman ini dilakukan dengan alat yang masih sederhana seperti pisau pemotong, pisau penipis, tang dan catut bersungut bundar, yang membutuhkan kreativitas tinggi, ide, perasaan pemikiran dan kerajinan tangan.
Dalam dunia industri, biasanya anyaman dibuat dalam karya seni terapan, yaitu karya seni yang mempunyai kaitan langsung dengan kehidupan manusia, mengingat karya seni terapan mempunyai makna guna dalam keseharian manusia dan lebih menekankan fungsi gunanya tanpa meninggalkan fungsi estetisnya atau keindahannya.
Asal Usul Anyaman
Seni anyaman adalah milik masyarakat melayu yang masih sangat di kagumi dan di gemarihinnga saat ini. Kegiatan seni anyaman telah ada semenjak zaman dahulu kala, hal ini dapat dilihat pada rumah-rumah orang jaman dahulu di mana dinding rumah mereka di anyam denganmenggunakan buluh dan kehalusan seni anyaman itu masih bertahan hingga saat ini. Rumahyang berdinding dan beratapkan nipah tidak panas, karena lapisan daun nipah yang tebal.
Seni anyaman di percaya bermula dan berkembangnya tanpa menerima pengaruh luar.Penggunaan tali, akar, dan rotan merupakan asas pertama dalam penciptaan kerajinan tangananyaman. Bahan-bahan itu tumbuh liar di hutan-hutan, kampung-kampung, dan kawasan sekitarpantai.
Berbagai bentuk kerajinan tangan dapat di bentuk melalui proses dan teknik anyaman dari jenistumbuhan pandan dan bengkuang. Bentuk-bentuk anyaman di buat berdasarkan fungsinya.Misalnya bagi masyarakat petani / nelayan, anyaman di bentuk menjadi topi, bakul, tudung saji,tikar, dan aneka rupa yang di bentuk untuk digunakan sehari-hari.
Selain dari tumbuhan pandan dan bengkuang, anyaman juga dapat di buat dari tumbuhan jenispalma dan nipah. Berdasarkan bahan dan rupa bentuk anyaman yang di hasilkan. Seni anyamanmerupakan daya cipta dari sekelompok masyarakat luar istana yang lebih mengutamakan nilaikegunaannya. Walaupun pada tahun 1756 sampai 1794 telah terdapat penggunaan tikar untuk raja yang terbuat dari rotan.
Untuk memulai menganyam, waktu yang tepat adalah pada pagi atau malam hari dalam keadaancuaca yang redup dan dingin. Daun-daun lebih lembut dan mudah di bentuk tanpa meninggalkankesan-kesan pecah. Biasanya beberapa orang melakukan kegiatan menganyam secaraberkelompok di halaman rumah atau beranda rumah pada waktu malam, petang, atau waktusenggang.
Seni kerajinan tangan anyaman adalah sesuatu karya yang unik dan rumit proses pembuatannya.Namun usaha untuk mempertahankannya harus di teruskan agar tidak termakan olehperkembangan zaman. Budaya bangsa bukan hanya di lihat dari bahasa dan ragamnya saja, tetapi juga di lihat dari hasil karyanya yang bermutu tinggi. Warisan budaya yang unik ini harus selaludi terus di pelihara dan di manfaatkan bersama.
B. Sejarah Anyaman
Anyaman merupakan seni tradisi yang tidak mempunyai pengaruh dari luar. Perkembangan sejarah anyaman adalah sama dengan perkembangan seni tembikar. Jenis seni anyaman padamasa Neolitik kebanyakan adalah menghasilkan tali, rumah dan keperluan kehidupan. Bahandaripada akar dan rotan adalah bahan asas yang awal digunakan untuk menghasilkan anyaman.Menurut Siti Zainun dalam buku Reka bentuk kraftangan Melayu tradisi menyatakan padazaman pemerintahan Long Yunus (1756-94) di negeri Kelantan, penggunaan anyaman digunakan oleh raja. Anyaman tersebut dipanggil ‘Tikar Raja’ yang diperbuat daripada pohon bemban.
Ada beberapa hal yang harus di ketahui tentang sejarah anyaman, yaitu :
Dipercayai seni graf tangan muncul dan bergembang tanpa pengaruh luar.
Pada zaman dahulu, kegiatan anyaman dilakukan oleh kaum wanita untuk mengisi masasenggang dan bukan sebagai mata pencarian utama.
Hasil graf tangan dijadikan alat untuk kegunaan sendiri atau sebagai hadiah untuk anak saudara atau sahabat handai sebagai tanda kasih atau kenang-kenagan.
Seseorang wanita dianggap tidak mempunyai sifat kewanitaan yang lengkap jika dia tidak mahir dalam seni anyaman.
Proses anyaman biasanya dijalankan oleh kaum wanita; lelaki hanya menolong menetap daundan memprosesnya.
Perusahaan anyaman biasanya dilakukan secara individu dan secara kecil-kecilan yangmerupakan satu usaha ekonomi bagi orang-orang di kampung.
Kini,terdapat organisasi dan perbadanan yang mengusahakannya, dengan skala yang besarseperti cawangan-cawangan Perbadanan Kemajuan Kraftangan Malaysia, Persatuan GerakanWanita Felda, Pusat Graftangan Felda, dan sebainya.
Hasilan anyaman bermutu tinggi bagi memenuhi keperluan pelanggan.Hasilan anyaman tidahterkongkong dalam bentuk tradisional sahaja. Ciptan dimensi baru dari segi rupa dan bentuk,warna dan corak, teknik dan bahan sering diubah-ubahkan mengiikut peredaran zaman dan citarasa pelanggan.
Ada 3 jenis anyaman, yaitu
1. Anyaman datar
Anyaman datar dibuat datar, pipih dan lebar. Jenis kerajinan ini banyak digunakan untuk tikar, untuk dinding rumah tradisional, untuk pembatas dinding.
2. Anyaman tiga demensi
Anyaman tiga demensi berwujud benda tiga dimensi sebuah produk benda kerajinan. Kerajinan ini telah berkembang bukan hanya berbentuk kerajinan tradisional tetapi telah berkembang jenis produknya dan lebih bernilai seperti sandal, kursi, tas lampu lampion, dan tempat wadah.
3. Makrame seni simpul menyimpul
Makrame seni simpul menyimpul bahan hanya dengan keahlian tangan dengan bantuan alat pengait yang fungsi sama dengan jarum. Dalam seni makrame seni simpul menyimpul merupakan teknik utama untuk menciptakan sebuah sambungan dalam sebuah karya kerajinan.
Beberapa hasil kerajinan makrame yang menggunakan teknik makrame seperti taplak meja, keset kaki, mantel baju, dan souvenir.
Anyaman dapat dibagi menjadi empat jenis anyaman, yaitu :
1. Anyaman silang tunggal,
merupakan anyaman yang memiliki dua arah sumbu yang saling tegak lurus atau miring satu sama lainnya.
2. Anyaman silang ganda,
menganyam dengan teknik ini sama dengan silang tunggal ialah menyisipkan dan menumpang dua benda pipih, yaitu pakan dan lusi yang berbeda arah. Bedanya ialah pada benda pipih, yaitu pakan dan lusi yang diselusup dan ditumpangi tidak hanya satu tepi tetapi dapat dua, tiga, empat, lima, dan seterusnya sehingga dikenal silangan ganda dua, ganda tiga, ganda empat, ganda lima, dan seterusnya sesuai dengan jumlah benda pipih dilompati dan disusupi.
3. Anyaman tiga sumbu,
teknik ini sama seperti teknik anyaman silang, hanya saja perlu diingat bahwa benda pipih, yaitu pakan dan lusi yang akan dianyam tersusun menurut tiga arah. Teknik anyaman ini memberi peluang untuk memperoleh hasil anyaman tiga sumbu jarang dan anyaman tiga sumbu rapat, sedangkan anyaman tiga sumbu rapat dengan pola bentuk heksagonal (segi enam beraturan) atau belah ketupat.
4. Anyaman empat sumbu, teknik anyaman ini berprinsip menyisip dan menumpangkan benda pipih yaitu pakan dan lusi secara satu sama lainnya berbeda arah. Hanya saja benda pipih yang berbeda arah disini makin banyak jumlahnya (empat buah sumbu). Jenis anyaman empat sumbu termasuk jenis anyaman yang berlubang-lubang dengan bentuk pola oktogonal (segi delapan beraturan).
Jenis – Jenis Anyaman & Bahan Hasil anyaman
Anyaman Mengkuang Daun mengkuang Tikar, tudung salji, bekas pakaian dan lain-lain.
Anyaman pandan Daun pandan duri Tikar sembahyang, hiasan dinding.
Anyaman Buluh Jenis-jenis buluh yang sesuai Bakul, bekas pakaian, nyiru, beg .
Anyaman Rotan Rotan yang telah diproses Bakul, bekas pakaian, tempat buaian anak dan lain-lain.
Anyaman Lidi Lidi kelapa Lekar, bekas buah, bekas telor.
Anyaman ribu-ribu Paku pakis ribu-ribu. Tempat tembakau, bekas sirih terbus, bakul, bekas sebaguna dan lain-lain.
Macam – Macam Benda Anyaman
Dilihat dari ciri-ciri fisiknya, pada umumnya anyaman terbagi ke dalam tiga kategori, yaitu :
1) Anyaman datar
Jenis anyaman ini di buat datar pipih dan lebar . Anyaman datar biasanya digunakan sebagai bilik rumah tradisional, tikar, pembatas ruangan dan barang-barang hias lainnya. Anyaman datar dapat dibentuk dengan berbagai pola dan bentuk. Tentu, pembentukan pola ini membutuhkan ekstra kelihaian tangan dan kecermatan dalam membentuk pola dan alur anyaman.
2) Anyaman tiga dimensi
Anyaman ini merupakan pengembanngan bentuk dari anyaman tradisional yang memiliki bentuk sederhana tetapi sudah lebih dikembangkan dan ditekankan pada nilai seni dan fungsionalitasnya yang lebih tinggi. Misalnya, kursi, tas, tempat wadah-wadah, dan lampu lampion.
3) Macrame
Macrame merupakan seni keahlian tangan menyimpul bahan dengan dibantu oleh alat pengait . misalnya jarum. Dengan teknik macrame, pengrajin dimungkinkan untuk dapat membentuk sambungan dan menciptakan pola-pola baru yang lebih bagus. Benda anyaman yang dibentuk melalui macrae di antaranya adalah ta[lak meja, keset kaki, dan bentuk souvenir.
C. Cara Membuat Anyaman
Langkah-langkah Membuat Anyaman Segitiga Bintulu Lugu 1. Persiapan Alat : Gunting, penggaris, pensil, double tip/lem, cutter/silet Bahan : – Kertas Asturo hitam (14 x 10 cm), buat persegi di bagian dalam dengan
ukuran 8 x 10 cm (jarak tepi atas, kanan, kiri = 1 cm, bawah = 3 cm),
iris-iris bagian dalam persegi dengan ukuran lebar 0, 25 cm – Kertas lipat warna (iris dengan ukuran lebar 0,25 cm)
2. Pembuatan
Baris I : 5-1-1-5-5-1-1-5 dst. Baris II : 4-2-2-4-4-2-2-4 dst. Baris III : 3-3-3-3-3-3-3-3 dst. Baris IV : 2-4-4-2-2-4-4-2 dst. Baris V : 1-5-5-1-1-5-5-1 dst. Baris VI : 1-5-5-1-1-5-5-1 dst. Baris VII : 2-4-4-2-2-4-4-2 dst. Baris VIII: 3-3-3-3-3-3-3-3 dst. Baris IX : 4-2-2-4-4-2-2-4 dst. Baris X : 5-1-1-5-5-1-1-5 dst. Kembali ke langkah pada baris I dst. Ket : Hijau (luar)
Hitam (dalam)
Baris pertama dimulai dari bawah, dari kanan ke kiri.
Cara menganyam
Dekatkan bahan anyaman yang sudah siap di anyam atau dihaluskan
Penganyaman kipas atau hihid ini berbeda dengan menganyam bilik, tolombong, tampan, atau yang lainnya. Karna caranya di balik agar kedua sisinya kelihatan rapih dan tidak ada ujung anyamannya ( lihat photo kipas / hihid diatas ).
Pertama kali memulai menganyam kita siapkan dua helai irisan bambu yang sudah dihaluskan / dihua, lebih baik dua – duanya memakai hinis agar kelihatan hasilnya rapih
Untuk sumbu tengah kita perlu yang panjang ukurannya
Sumbu yang satunya di zig-zag ukurannya agar nanti pas kita balikan cukup untuk ukuran di anyamkan
Kita membuat sudutnya dengan menyilangka dan melipat secara sejajar dengan bagian yang kita buat untuk sumbu tengah dengan cara menambah bahan anyaman.
Cara menganyam ini tidak lepas dengan hitungan satu-tiga-satu sampai seterusnya, dan yang ke sampingnya jangan salah jumlah anyamannya dua.
Lakukan itu dengan berulang-ulang sampai hasilnya menjadi segitiga, dan sampai kira-kira kita sudah pas untuk membalikan anyaman itu.
Perhatikan pas kita mau membalikan anyaman jangan salah dan jangan lupa akhir penganyaman kita akhiri dengan kitungan satu, agar rapih hasilnya, berbeda dengan kita letakan dengan tiga, hasilnya akan terlihat tidak rapih.
Lalu kita saatnya membalikan anyaman kita dengan cara melipat ujung terakhir yang kita anyamkan, dan menganyanya kembali ke bagian tengahnya sampai ujung
Lakukan selanjutnya dengan cara yang sama, sampai pada akhirnya akan jadi kipas berbentuk segi empat dan siap untuk diproses selanjutnya.
Sejarah Anyaman Di Minangkabau
Seni anyaman ini telah dikenal dan dikembangkan oleh suku melayu di sepanjang pulau Sumatera, semenanjung malaya, serta pesisir Kalimatan bagian barat dan bagian utara. Menganyam termasuk kesenian asli suku Melayu. Bukan hasil dari pengaruh dari budaya luar Melayu. Seperti tembikar, seni anyaman yang dimulai pada masa neolitik ini menghasilkan tali, dinding, peralatan rumah tangga. Awal mula yang dugunakan akar dan rotan. Selain kuat dan lentur, kedua bahan ini juga didapat di alam tropis, seperti di Indonesia. Semakin lama seni anyaman semakin berkembang, tidak hanya barang kerajinan dibuat menjadi beragam, bahan yang digunakan untuk menganyampun semakin banyak jenisnya. Ada anyaman pandan seperti tikar untuk shalat dan hiasan dinding. Dan ada juga anyaman rotan dan anyaman bambu.
Menganyam merupakan salah satu seni tradisi tertua di dunia. Kegiatan
menganyam ditiru manusia dari cara burung menjalin ranting-ranting menjadi bentuk
yang kuat, kemudian manusia mengembangkannya menjadi sebuah karya seni anyaman.
Di Indonesia teknik ini sudah menjadi tradisi yang turun-temurun dilakukan di beberapa
daerah seperti di Aceh dan Sumatra Selatan.
Pada awalnya kegiatan menganyam dilakukan dengan menggunakan bahan-bahan alam yang hanya diproses secara sederhana seperti daun kelapa, rotan, eceng gondok, serta
daun pandan, tetapi seiring berkembangnya zaman, menganyam tidak hanya
menggunakan bahan-bahan alam, serta menggunakan bahan tekstil sebagai bahan
dasarnya
Bagi daerah Sumatera Barat banyak faktor yang dapat menunjang pengembang produk industri kecil dan kerajinan antara lain:
1. Sumber alam berupa bahan baku berbagai jenis kayu, bambu, rotan bahan anyaman, hasil laut, bahan mineral dan sebagainya.
2. Sumber daya manusia yang tersedia, dengan tingkat upah relatif murah.
3. Keanekaragaman budaya tradisional yang spesifik dan memiliki nilai seni cukup tinggi.
4. Motif berbagai ragam flora dan fauna.
5. Perkembangan pariwisata yang cukup berarti dapat menjadi sarana dan media
D. Desain dan Prinsip Teknik Menganyam
Macam-macam desain motif anyaman, yaitu : motif Sasag, Pihuntuan tertututp,
Pihuntuan Terbuka, Balakacupat, Rereng mata walik, Petai silang, Lereng, Goal, Bunga
gambir, Mata walik, Bunga cengkeh
Prinsip yang harus diperhatikan dalam pembuatan produk kriya dengan teknik
menganyam, yaitu :
1. Pilih jenis produk/benda yang akan dibuat (benda hias, benda pakai, atau memiliki
fungsi keduanya).
2. Pilih dan sesuaikan desain motif anyaman dengan produk/bendanya.
3. Pilih Jensi bahan dan juga pilih warna yang sesuai dengan motif hias yang akan dibuat.
Bahan-Bahan anyaman di Minangkabau
1. Anyaman bambu
Bambu banyak digunakan sebagai sovenir atau kerajinan beracam-macam bentuk gantungan kunci, bingkai foto, hiasan dinding. Selain itu bisa dijadikan kerajinan anyaman bambu.
a. Proses Pembuatan Anyaman Bambu
Syarat bambu yang digunakan dalam kerajinan anyaman bambu
1) Pilihlah bambu yang tidak terlalu tua, juga tidak terlalu muda.
2) Setelah ditebang, lalu potong sepanjang dua atau tiga ruas
3) Simpan ditempat yang teduh selama 5 sampai 6 hari.
4) Pilihlah bambu yang memiliki ruas yang panjang.
Bambu yang akan digunakan harus mengalami proses pengolahan terlebih dahulu. Adapun cara penglahannya yaitu:
1) Pengolahan bambu untuk anyaman adalah dengan menebang pohon bambu, kemudian bamabu dipotong-potong sepanjang ruasnya dan buang buku-bukunya. Bila diperukan anyaman yang panjang dapat juga dipotong dan disesuaikan dengan kebutuhan
2) Buang, dan bersihkan bagian dalamnya, diraut dan dihaluskan baik kulit maupun isi,
3) Iris tipis-tipis sesuai dengan keperluan lalu dikeringkan dan kemudian dianyam.
Bambu yang sudah diolah dapat dipergunakan untuk membuat apa yang diinginkan perajin, seperti pembuat raga da peralatan menangkap ikan seperti lukah, belat, sangkar/sangkar ayam, sangkar burung, penampi bersa dan sebagainya.
Disamping itu, cara pembuatan anyaman bambu yang lain, yang merupakan inovasi produksi perajin adalah:
1. Bambu yang dipergunakan adalah bambu dewasa berukuran besar dan sama panjang ruasnya.
2. Dilakukan pembekahan atau dibelah dan diserut hingga tipis lalu dijemur hingga kering
3. Bambu yag tipis dibetuk dengan meganyam dan diikat dengan rotan yang sudah diraut halus
4. Pekerjaan akhir adalah memberi zat pengkilat dengan meggunakan vernis atau pelitur
Di Kabupaten Kuantan Singigi anyaman bambu ini sudah dikembagkan sebagai suatu usaha kerajinan membuat barang-barang yang bersifat aksesoris yang dekoratif. Produknya antara lain tempat buah, tempat tisu, kap lampu, dan sebagainya.
Di Nagari silungkang, Sawahlunto, cara mengolah bambu untuk pembuatan tudung saji mempunyai cara tersediri yaitu :
1. Batang bambu yang diperluka adalah yang masih muda, berdiameter besar dan beruas panjang.
2. Pohon di tebang dan di kerat-kerat sesuai ukura ruasya.
3. Bagian luar da daging bambu dibuang sehingga tinggal dibagian dalam yag telah tipis.
4. Bagian yang tipis ini di panaskan di perapian sehingga sebagian dalam bambu yang lain licin menjadi paring dan terkelupas dengan sendirinya.
5. Kemudian bambu dibelah sehingga menjadi lembaran yag tipis.
6. Lembaran yang tipis/paring itu dicuci dan dijemur degan panas matahari sampai kerig agar menghasilka bentuk melengkung.
7. Setelah kering, paring tersebut dikerat-kerat sesuai dengan ukura tudung sajai yang diinginkan.
8. Paring disususun bertinding atau berlapis dan dijahit satu sama lainnya dengan menggunakan kolindang benang hingga terbentuk bulatan cekung.
9. Pada bagian dalam dilapis dengan daun sangai mengikuti bentuk dari susunan pahing yag sudah diikat dan di jahit.
10. Pada ujung sekeliling lingkaran diberi bingkai dari rotan yang sudah dikupas kulitanya, da terbentuklah sebuah tudung saji.
11. Proses seterusnya adalah membuat lukisan dasar ornamet denga menggunkan alat tulis kalam atau saga, yaitu alat tulis yang terbuat dari lidi pohon enau. Sedangkan bahan tinta adalah campuran dari getah jeruk dengan jelaga atau arag lampu teplok/pelita.
12. Selesai diwarnai, maka jadilah tudung saji yang diinginkan.
Dalam perkembanganya, Kerajinan tudung saji ini sudah dijadikan barang cenderamata dengan ukururan bervariasi, antara lain sebagai hiasan dinding dan lain sebagainya, dan banyak diminati oleh pembeli baik dari dalam maupu luar negeri.
b. Kegunaan Anyaman Bambu
Kegunaan Anyaman Bambu, barang-barang yang dihasilkan dari kerajinan anyaman bambu yang digunakan dalam kehidupan masyarakat adalah :
Kegunaan pada upacara adat :
Upacara “Maawo” ikan di Kampar
Upacara Permainan “Lukah Gila”
Upacara pernikahan
Kegunaan lainnya :
1) Niru
Niru ini digunakan untuk penampi beras. Daerah yang banyak memproduksinya adalah di Payakumbuah dan Palupuah. Niru hasil prosuksi dari darah ini mempunyai perbedaan dari struktunya. Niru yang dari payakumbuh strukrurnya tidak serong dan bambu yang digunakan lebih kecil. Sedangkan niru yang berasal dari palupuah mempunyai struktur besar.
2) Katidiang
Berasal dari gaduik
3) Tempat barang
Tempat barang ini banyak digunakan masyarakat untuk menjajakan jualaannya dengan menggunakan motor.
4) Tempat ayam
Tempat ayam ini digunakan masyarakat Minangkabau untuk membawa ayam. Tempat ayam ini diproduksi di Padang.
5) Rak buku
Rak buku ini terbuat dari rotan. Jenis anyaman yang digunakan adalah anyaman empat sumbu yang diproduksi di daerah Rao, Pasaman Timur.
6) Kipas sate
Kipas sate ini diproduksi di daerah Payakumbuah
7) Topi untuk petani
8) Kotak tisu
9) Lampu gantung
10) Asbak rokok
11) Tempat buah
12) Keranjang
13) Dan lain-lain sesuai dengan yang diinginkan.
14) tempat nasi
tempat nasi ini biasanya di Minangkabau disebut dengan kampia. Kampia ini banyak dibuat di daerah payakumbuh.
15) Tempat pensil
Banyak diproduksi di daerah embun pagi.
16) Kibang
kibang ini digunakan oleh masyarakat Minangkabau pada upacara kematian untuk membawa beras. Kibang ini diproduksi di daerah Embun pagi, Maninjau.
17) Keranjang dan sendal
Kerajang dan sendal ini banyak di produksi di daerah silokek, sijunjung
18) Salapah
Kerajinan uni digunakan untuk tempat salapah yang dipakai di saat upacara adat.
19) Kambuik
Kambuik banyak diproduksi di daerah Lasi dan juga di Payakumbuah.
20) Dompet pandan
Dompet pandan ini diproduksi dari daerah Embun Pagi, Maninjau.
21) tempat nasi
tempat nasi ini biasanya di Minangkabau disebut dengan kampia. Kampia ini banyak dibuat di daerah payakumbuh.
22) Tempat pensil
Banyak diproduksi di daerah embun pagi.
23) Kibang
kibang ini digunakan oleh masyarakat Minangkabau pada upacara kematian untuk membawa beras. Kibang ini diproduksi di daerah Embun pagi, Maninjau.
24) Keranjang dan sendal
Kerajang dan sendal ini banyak di produksi di daerah silokek, sijunjung
25) Salapah
Kerajinan uni digunakan untuk tempat salapah yang dipakai di saat upacara adat.
26) Kambuik
Kambuik banyak diproduksi di daerah Lasi dan juga di Payakumbuah.
27) Dompet pandan
Dompet pandan ini diproduksi dari daerah Embun Pagi, Maninjau.
2. Anyaman pandan
Pandan merupakan salah satu jenis bahan yang digunakan untuk menganyam. Kegiatan produksi kerajinan pandan sangatlah mudah oleh karenanya banyak dikerjakan oleh ibu-ibu rumah tangga.
Di minangkabau daerah yang terkenal dalam memproduksi anyaman pandan ini adalah di Nagari Silokek, Sijunjung dan daerah embun pagi. Dahulu kerajinan pandan di silokek sangatlah berkembang ditandai dengan banyaknya permintaan dari luar negeri. Para konsumen biasanya membeli kerajinan berupa dompet, tas, tikar dan hiasan dinding.
Kerajinan pandan ini merupakan kegiatan yang dilakukan melalui kegiatan turun-temurun. Sehingga untuk mempertahankan dan melestarikan kerajinan pandan ini setiap ibu-ibu mengajarkannya kepada keluarganya terutama yang perempuan.
Produk-produk anyaman pandan ini banyak diminati oleh konsumen dari mancanegara. Karena sifat produknya yang mudah didaur ulang serta sampah yang berbahan pandan tidak merusak lingkungan hidup.
Pengadaan sarana dan bahan baku kerajinan anyaman pandan ini diupayakan sendiri oleh pengarajin. Bahan baku dan penunjang produksi yang biasa digunakan pengrajin adalah, pandan, kain, kancing batok kelapa, benang jahit, lem, pewarna, dan lain sebagainya.
Sebelum daun pandan dibuat anyaman maka harus diperlakukan khusus terlebih dahulu melalui beberapa tahapan:
3. Anyaman rotan dan anyaman lidi
Hasil dari anyaman tersebut diantaranya adalah:
1) Tempat sampah
Tempat sampah ini merupakan anyaman yang berbahan dasar rotan. Tempat sampah ini diproduksi sendiri oleh para pedagangnya sendiri. Karena proses pembuatannya yang mudah dan tidak memerlukan waktu yang lama. Rotannya sendiri diperoleh dari payakumbuah.
2) Vas bunga
Vas bunga ini digunakan untuk meletakkan bunga di atas meja. Anyaman ini berbahan dasar lidi. Anyaman ini diproduksi di daerah Pitalah, Padang Panjang.
3) Tempat Koran
Anyaman ini banyak diproduksi di kota padang. Yang berbahan dasar rotan.
4) Bola takraw
Bola takraw ini di buat dari rotan yang diproduksi di daerah Payakumbuh.
5) Senggan
Senggan ini diproduksi dari daerah Pitalah. Senggan ini terbuat dari lidi yang di anyam.
6) Pembatas dinding
Pembatas dinding terbuat dari rotan yang dproduksi di kota Padang
E. Macam – macam Anyaman Bambu
i). Anyaman Tunggal
Disebut ayaman tunggal yaitu anyaman yang dibuat secara tungal/satu-satu di anyamnya atau satu tumpang satu. Ayaman tunggal ini bisa di gunakan untuk membuat kerajinan anyaman:
Saringan / ayakan
Tampan/Cetakan pembuata Tahu
Cerangka dan lain sebagainya
ii). Anyaman bilik atau anyaman dua – dua
Disebut dengan anyaman bilik yaitu anyaman yang di buat secara disilang secara berurutan dengan melewati/langkah dua-dua. Anyaman ini bisa di gunakan untuk membuat
Bilik
Nyiru
iii). Anyaman teratei
Disebut anyaman teratei yaitu sebuah anyaman yang sangat unik dan indah, berfungsi untuk membuat bilik bangunan/gubuk dengan harapan hanya sekedar sebuah seni bangunan dengan berbagai pariasi dan corak.
iv). Ayaman Bunga Cengkih
Disebut anyaman Bunga Cengkih yaitu anyaman seperti bunga cengkih. Nah, jenis anyaman ini bisa kita jumpai di beberapa anyaman seperti kipas / hihid, tolok/kecempeh, boboko, sangku, dll
F. Teknik Anyaman membentuk motif
Motif anyaman bambu juga di dapat dari teknik anyaman yang berbeda-beda. Teknik anyaman erdiri dari beberapa jenis, yaitu:
1. Anyaman tegak
Pada anyaman ini lurus tegak dengan penganyam, sedangkan pakan sejajar dengan orang yang menganyam
2. Anyaman serong
Pada teknik ini lusi dan pakan terletak tegak lurus. Letaknya menyimpang 45 derajat ke kanan dan kiri orang yang menganyam. Untuk membedakannya digunakan istilah irka(iratan ke kanan) dan irki (iratan ke kiri)
3. Anyaman kombinasi
Teknik ini adalah kombinasi antara anyaman serong dan anyaman tegak
4. Anyaman membelit
Teknik ini dilakukan dengan membelitkan kusi dan pakan secara bergantian
5. Anyaman pita
Membuat sifat anyaman memanjang dan dibuat dengan membentuk jalur pita
6. Anyaman melingkar
Teknik ini menjadikan lusi sebagai jari-jari lingkaran, sedanngkan pakan melingkar dari pusat ke luar
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Di Minangkabau terdapat berbagai macam kerajinan tangan salah satunya adalahnya anyaman. Anyaman merupakan proses menyilangkan bahan-bahan dari tumbuh-tumbuhan untuk dijadikan satu kumpulan yang kuat dan boleh digunakan. Bahan-bahan yang boleh digunakan antara lain lidi,buluh,pandan, akar, mengkuang dan sebagainya, bahan ini biasanya mudah dikeringkan dan lembut.
Di Minangkabau, hampir setiap daerahnya yang memproduksi anyaman. Diantara daerah-daerah itu adalah, daerah Silokek, Payakumbuh, Pitalah, Tanjuang Ampalu, Sijunjung, Pariaman, Gaduik, dan daerah-daerah lainnya.
B. Saran
Anyaman di Minangkabau memiliki banyak variasi dan mempunyai nilai industri yang tinggi, oleh karena itu sebaiknya kerajinan anyaman ini dilestarikan supaya tidak punah. Anyaman merupakan kerajinan yang turun temurun, yang harus tetap dipelihara sebagai ciri khas budaya Minangkabau. Kerajinan anyaman juga dapat membuka lapangan pekerjaan dan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat.
THPB adalah suatu sistem silvikultur yang meliputi cara penebangan dan cara pembuatannya kembali yaitu dengan cara menebang habis semua pohon yang terdapat dalam tegakan hutan sedangkan permudaannya dilakukan dengan mengadakan penanaman kembali areal bekas tebangan habis tersebut, dengan tujuan untuk memperoleh tegakan hutan baru yang seumur dan bernilai tinggi (memperoleh hasil maksimal), sesuai dengan tujuan perusahaan (umumnya untuk keperluan industri)
Dalam sistem silvikultur THPB, semua pohon berharga baik karena jenis maupun karena ukurannya, ditebang untuk dimanfaatkan. Jatah tebangan disesuaikan dengan keadaan hutan, target produksi dan kemampuan reboisasi Secara ideal sistem ini meliputi penebangan dan permudaan setiap tahun dengan luas blok-blok yang sama (coupes) dan tergantung pada daur (rotasi) dari species pohon yang itu sendiri. Hasil akhir dari sistem ini akan terbentuk tegakan-tegakan dengan umur: 1,2,3,………..r (r = rotasi). Penebangan dengan selalu meninggalkan tegakan pelindung (a sheltering stand).Lebar blok tebangan ideal adalah 20-100 m.
Beberapa aspek yang dijadikan pertimbangan dalam sistem ini mencakup asas kelestarian hutan, teknik silvikultur dan asas ekonomi perusahaan hutan. Asas kelestarian hasil mencakup penyelamatan tanah dan air (soil and water conservation), perlindungan alam dan tidak terjadinya penurunan/kekosongan produksi, diusahakan meningkatkan nilai produksi dan tiap areal hutan dengan jalan penanaman dan pemeliharaan serta perlakuan-perlakuan lain terhadap jenis-jenis kayu perdagangan terutama jenis-jenis kayu industri, secara terus menerus dari satu rotasi ke lain rotasi.
Pertimbangan teknik silvikultur adalah keadaan tempat tumbuh (iklim dan tanah), keadaan lapangan (topografi) dan vegetasi (sifat dari jenis tanaman). Asas ekonomi perusahaan dan pengawasan mencakup aspek tujuan penguasahaan hutan, pada tahap penebangan habis hutan alam, ditujukan untuk memperoleh hasil maksimal di mana semua kayu dapat dimanfaatkan, sementara pada tahap pengadaan hutan kembali, diusahakan penanaman jenis-jenis pohon yang bernilai tinggi terutama untuk keperluan industri, serta memungkinkannya diadakan pengawasan yang efektif yang meliputi cara penebangan dara penghutanannya kembali.
Areal penggunaan sistem THPB diprioritaskan pada lahan kosong, padang alang-alang dan semak belukar. Sisem ini kurang cocok untuk diterapkan di hutan alam karena menimbulkan ancaman terhadap kelestarian ekologi, yang mana penting bagi keberlanjutan hutan seterusnya. Sistem ini diterapkan pada pengelolaan hutan tanaman karena ditujukan untuk membangun hutan buatan terutama untuk memenuhi kebutuhan kayu untuk keperluan industri sehingga pada dasarnya diterapkan dalam pengelolaan Hutan Tanaman Industri/HTI (PP No. 7 tahun 1990 tentang Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri dan KepMenHut No.435/Kpts-II/1997 tentang Sistem Silvikultur dalam Pengelolaan Hutan Tanaman Industri). Sistem ini dapat diterapkan pada hutan alam jika pada areal tersebut ditujukan untuk konversi ke hutan tanaman untuk pengembangan tanaman pokok dan atau tanaman kehidupan dan atau tanaman unggulan (PerMenHut No.P.3/MenHut II/2008) namun sebaiknya upaya konversi ini dihindari jikapun terpaksa untuk dilakukan harus melalui beberapa pertimbangan dan disesuaikan dengan aturan yang ada agar tidak berbahaya dari segi ekologi. Keadaan topografi dengan kelerengan maksimal 25% dan kelerengan dengan topografi 8%-25% harus diikuti dengan upaya konservasi tanah (KepMenHut No.10.1/Kpts-II/200)
THPB bersifat monocyclic (siklus tunggal) dan intensitas penebangan sangat besar sehingga menyebabkan pengurangan jumlah jenis bahkan terjadi pergantian jenis tanaman.
Rangkaian kegiatan THPB dapat berupa kegiatan sebagai berikut :
Survei ekologi dan sosial ekonomi untuk mengetahui kondisi tanah, iklim, dan topografi, tenaga kerja, pemasaran hasil dari suatu areal yang akan dikerjakan.
Pemilihan jenis yang sesuai dengan TAPAK di lapangan
Persiapan sumber benih dan cara memperolehnya, serta persiapan persemaian sesuai kebutuhan
Persiapan areal penanaman
Penanaman dengan jenis terpilih pada awal musim penghujan dengan cara tumpang sari atau banjar harian.
Pemeliharaan tanaman. Kegiatan pemeliharaan dapat berupa :
Penyulaman; besarnya intensistas penyulaman tergantung persen jadi tanaman. Maksimal dilakukan dua kali yaitu 1-2 bulan sesuah penanaman dan akhir tahun ke 2 atau awal tahun ke 3 setelah penanaman.
Pemupukan – Dilakukan pada tanah-tanah yang miskin hara dan jika tanaman perlu untuk dipercepat pertumbuhannya. Umumnya dilakukan pada tanaman berumur 1-3 bulan
Pemangkasan cabang – Hanya dilakukan pada tanaman yang diperuntukkan sebagai penghasil kayu pertukangan
Penjarangan – Penjarangan dilakukan untuk tujuan produksi kayu pertukangan dan untuk produksi
Perlindungan terhadap hama dan penyakit.
Pada akhir daur atau umur rotasinya tercapai, dilaksanakan penebangan habis pada petak-petak masak tebang. Setiap petak dapat berukuran 25 Ha dan bentuknya mengikuti topografi lapangan. Karena sistem ini bukan sistem tebang selektif sehingga arah rebah tebangan lebih ditentukan oleh arah angin dan keadaan topografi (kelerengan) serta kemudahan dalam pengambilan hasil tebangan.
Pencegahan bahaya erosi dan aliran permukaan sebagai akibat pembukaan areal hutan. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat teras-teras (sengkedan).
Penanaman kembali areal bekas tebangan dengan jenis-jenis yang sesuai untuk dipanen pada rotasi tebang berikutnya.
Pada rotasi tebang berikutnya persiapan bibit dilakukan sebelum penebangan karena setelah penebangan, segera dilakukan penanaman kembali yang diikuti oleh kegiatan pemeliharaan tanaman.
Daur untuk hutan tanaman ditetapkan berdasarkan umur masak tebang tanaman pokok. Umur masak tebang tanaman pokok dalam pengelolaan hutan tanaman ditetapkan berdasarkan kelas perusahaan atau jenis tanaman pokok dan tujuan akhir pengelolaan (kayu serat atau kayu perkakas).
Dalam sistem THPB ini dikenal 2 (dua) cara/sistem permudaan:
1. Permudaan buatan dengan penyemaian langsung (artificial regeneration by direct seeding)
Keuntungan dari sistem ini antara lain :
Tenaga kerja sedikit dan cocok untuk daerah yang berbukit yang sulit dijangkau;
Tidak memerlukan persemaian yang kompleks, jalan, dan alat transportasi untuk mensuplai seedling;
Bisa dilakukan dari udara dengan menggunakan pesawat udara;
Jika berhasil, umumnya lebih murah dari sistem dengan menggunakan planting.
Cara ini pernah dicoba di Jawa Tengah namun hasilnya kurang memuaskan.
Beberapa kerugian dari sistem ini antara lain :
· Membutuhkan peralatan dan fasilitas pengumpulan dan penyimpanan benih;
· Terbatas pada jenis-jenis yang dapat beradaptasi dengan kondisi cuaca dan kondisi lapang;
· Bahan kimia biasa digunakan untuk merangsang/ mempermudah proses germinasi yang dapat berbahaya bagi manusia dan hewan.
2. Permudaan buatan dengan penyemaian di persemaian:
Permudaan ini dapat dilakukan dengan cara bibit tanaman dipelihara dipersemaian sebelum dilakukan penanaman. Bibit dari hutan alam dapat digunakan sebagai sumber bibit, tetapi sebelum penanaman dipelihara dipersemaian.
Hasil dari sistem silvikultur dapat berupa hutan murni (satu jenis tanaman) maupun campuran tergantung tujuan pengelolaan. Sistem THPB ini sangat baik untuk jenis-jenis tanaman yang memerlukan cahaya penuh dengan cara pembersihan lahan secara total. Untuk jenis-jenis tanaman yang semi toleran, perlu dilakukan prakondisi iklim mikro yaitu dengan menanam jenis-jenis pohon peneduh yang bertajuk ringan terlebih dahulu sebelum tanaman pokok ditanam.
Jumlah benih yang dibutuhkan untuk penanaman bersifat relatif, tergantung pada luas areal penanaman dan jarak tanam yang digunakan, daya hidup (vigor) bibit dipersemaian dan dilapangan serta daya kecambah (vigor dan viabilitas) dari benih yang digunakan untuk menghasilkan bibit.
Keuntungan Sistem THPB :
• Mudah dilakukan
• Dapat melakukan perbaikan kualitas maupun kuantitas tegakan baru. Hutan yang rusak dapat direhabilitasi dan ditingkatkan produktifitasnya (menggunakan jenis tanaman dan bibit yang unggul)
• Pelaksanaan regenerasi dapat dilakukan dengan cepat karena permudaannya berasal dari permudaan buatan yang telah disiapkan.
• Pemanenan kayu lebih maksimal ( seluruh pohon berharga ditebang)
• Pekerjaannya terpusat (memudahkan dalam pengerjaan terutama penggunaan alat-alat berat)
• Penebangan kurang menimbulkan kerusakan pada vegetasi sekitar karena tidak ada tegakan tinggal.
• Tegakannya seumur dan teratur
• Sangat baik untuk pengembangan jenis-jenis yang membutuhkan cahaya
Kerugian/Kelemahan Sistem THPB :
• Memusnahkan penutup tanah, iklim mikro, gulma tumbuh meluas (khususnya areal yang kurang pemeliharaan), sifat fisik tanah rusak dan menjadi padat karena penyaradan.
• Dapat menimbulkan erosi terutama di tanah pegunungan (berlereng) karena areal ditebang habis.
• Hutan baru yang sama umur kurang tahan terhadap hama dan penyakit dan kebakaran
• Membutuhkan biaya yang lebih mahal (terutama jika dibandingkan dengan THPA) karena membutuhkan dana untuk pengadaan bibit/penyemaian yang cukup luas
• Dari segi estetika kurang indah
Kesuksesan suatu sistem silvikultur tidak terletak pada keuntungan maupun kelemahannya namun terhadap kekonsistenan sistem ini diterapkan yang sesuai dengan kondisi lingkungan maupun sosial budaya setempat.
DAFTAR PUSTAKA
DephutbunRI, 1999. Panduan Kehutanan Indonesia. Departemen Kehutanan dan Perkebunan. Jakarta.
Ngadiono. 2004. 35 Tahun Pengelolaan Hutan Indonesia: Refleksi dan Prospek. Yayasan Adi Sanggoro. Bogor.
Ekosistem mangrove dapat berkembang baik di daerah pantai berlumpur dengan air yang tenang dan terlindung dari pengaruh ombak yang besar serta eksistensinya bergantung pada adanya aliran air tawar dan air laut. Samingan (1971) menyatakan bahwa kebanyakan mangrove merupakan vegetasi yang agak seragam, selalu hijau dan berkembang dengan baik di daerah berlumpur yang berada dalam jangkaan peristiwa pasang surut.
Komposisi mangrove mempunyai batas yang khas dan batas tersebut berhubungan atau disebabkan oleh efek selektif dari: (a) tanah, (b) salinitas, (c) jumlah hari atau lamanya penggenangan, (d) dalamnya penggenangan, serta (e) kerasnya arus pasang surut.
Pertumbuhan vegetasi mangrove dipengaruhi oleh faktor lingkungan (fisik, kimia, dan biologis) yang sangat kompleks, antara lain:
1. Salinitas
Salinitas air tanah mempunyai peranan penting sebagai faktor penentu dalam pengaturan pertumbuhan dan keberlangsungan kehidupan. Salinitas air tanah dipengaruhi oleh sejumlah faktor, seperti genangan pasang, topografi, curah hujan, masukan air tawar dan sungai, run-off daratan dan evaporasi.
Aksorkoae (1993) menyatakan bahwa salinitas merupakan faktor lingkungan yang sangat menentukan perkembangan hutan mangrove, terutama bagi laju pertumbuhan, daya tahan dan zonasi spesies mangrove.
Toleransi setiap jenis tumbuhan mangrove terhadap salinitas berbeda-beda. Batas ambang toleransi tumbuhan mangrove diperkirakan 36 ppm (MacNae 1968). Adapun Aksornkoae (1993) mencatat bahwa Avicennia spp. memiliki toleransi yang tinggi terhadap garam dan Bruguieragymnorhiza ditemukan pada daerah dengan salinitas 10-20 ppm. Di Australia, Avicennia marina dapat tumbuh dengan tingkat salinitas maksimum 85 ppm, sedangkan Bruguiera spp. dapat tumbuh dengan salinitas tidak lebih dari 37 ppm (Wells 1982 dalam Aksornkoae 1993).
2. Tanah
Tanah di hutan mangrove memiliki ciri-ciri yang selalu basah, mengandung garam, oksigen sedikit, berbentuk butir-butir dan kaya bahan organik (Soeroyo 1993). Tanah tempat tumbuh mangrove terbentuk dari akumulasi sedimen yang bersal dari sungai, pantai atau erosi yang terbawa dari dataran tinggi sepanjang sungai atau kanal (Aksornkoae 1993). Sebagian tanah berasal dari hasil akumulasi dan sedimentasi bahan-bahan koloid dan partikel. Sedimen yang terakumulasi di daerah mangrove memiliki kekhususan yang berbeda, tergantung pada sifat dasarnya.
Sedimen yang berasal dari sungai berupa tanah berlumpur, sedangkan sedimen yang berasal dari pantai berupa pasir. Degradasi dari bahan-bahan organik yang terakumulasi sepanjang waktu juga merupakan bagian dari tanah mangrove. Soerianegara (1971) dalam Kusmana (1996) menjelaskan bahwa tanah mangrove umumnya kaya akan bahan organik dan mempunyai nilai nitrogen yang tinggi, kesuburannya bergantung pada bahan alluvial yang terendap.
Menurut Soeroyo (1993), pembentukan tanah mangrove dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
faktor fisik, yaitu berupa transport nutrien oleh arus pasang, aliran laut, gelombang dan aliran sungai;
faktor fisik-kimia, yaitu berupa penggabungan dari beberapa partikel oleh penggumpalan dan pengendapan;
faktor biotik, yaitu berupa produksi dan perombakan senyawa-senyawa organik.
3. Suhu
Menurut Aksornkoae (1993), suhu merupakan faktor penting dalam proses fisiologi tumbuhan seperti fotosintesis dan respirasi. Diperkirakan suhu rata-rata didaerah tropis meupakan habitat terbaik bagi tumbuhan mangrove.
Mikroorganisme mempunyai batasan suhu tertentu untuh bertahan terhadap kegiatan fisiologisnya. Respon bakteri terhadap suhu berbeda-beda, umumnya mempunyai batasan suhu optimum 27–36˚C. Oleh karena itu, suhu perairan berpengaruh terhadap penguraian daun mangrove dengan asumsi bahwa serasah daun mangrove sebagai dasar metabolisme.
Hutchings dan Saenger (1987) menyatakan bahwa Avicennia marina yang ada di Australia memproduksi daun baru pada suhu 18–20˚C, jika suhunya lebih tinggi maka laju produksi daun baru akan lebih rendah. Selain itu, laju tertinggi produksi dari daun Rhizopora spp., Ceriops spp., Exocoecaria spp., dan Lumnitzera spp. adalah pada suhu 26–28˚C. Adapun laju tertinggi produksi daun Bruguiera spp. adalah 27˚C.
4. Curah hujan
Aksornkoae (1993) menyatakan bahwa jumlah, lama dan distribusi curah hujan merupakan faktor penting yang mengatur perkembangan dan penyebaran tumbuhan. Disamping itu curah hujan mempengaruhi faktor lingkungan lain, seperti suhu udara dan air, kadar garam air permukaan dan air tanah yang pada gilirannya akan mempengaruhi kelangsungan hidup spesies mangrove. Pada umumnya tumbuhan mangrove tumbuh dengan baik pada daerah dengan curah hujan kisaran 1.500-3.000 mm/tahun. Namun demikian tumbuhan mangrove dapat juga ditemukan pada daerah dengan curah hujan 4.000 mm/tahun yang tersebar antara 8–10 bulan dalam 1 tahun.
Menurut Noakes (1951), iklim dimana tumbuhan mangrove dapat tumbuh dengan baik adalah iklim tropika yang lembab dan panas tanpa ada pembagian musim tertentu, hujan bulanan rata-rata sekitar 225–300 mm, serta suhu rata-rata maksimum pada siang hari mencapai 32˚C dan suhu rata-rata malam hari mencapai 23˚C.
5. Kecepatan angin
Angin merupakan faktor yang berpengaruh terhadap ekosistem mangrove melalui aksi gelombang dan arus di daerah pantai. Hal ini mengakibatkan terjadinya erosi pantai dan perubahan sistem ekosistem mangrove. Angin berpengaruh pada tumbuhan mangrove sebagai agen polinasi dan desiminasi biji, serta meningkatkan evapotranspirasi. Angin yang yang kuat memungkinkan untuk menghalangi pertumbuhan mangrove dan menyebabkan karakteristik fisiologis yang tidak normal. Angin juga berpengaruh terhadap jatuhan serasah mangrove, angin yang tinggi mengakibatkan besarnya produksi serasah.
6. Derajat kemasaman (pH)
Nilai pH suatu perairan mencerminkan keseimbangan antara asam dan basa dalam air. Nilai pH perairan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain aktifitas fotosintesis, aktifitas biologi, temperatur, kandungan oksigen, dan adanya kation serta anion dalam perairan (Aksornkoae & Wattayakorn 1987 dalam Aksornkoae 1993). Nilai pH hutan mangrove berkisar antara 8.0 – 9.0 (Welch dalam Winarno 1996). Nilai pH yang tinggi lebih mendukung organisme pengurai untuk menguraikan bahan-bahan organik yang jatuh di daerah mangrove, sehingga tanah mangrove yang bernilai pH tinggi secara nisbi mempunyai karbon organik yang kurang lebih sama dengan profil tanah yang dimilikinya (Winarno 1996).
Air laut sebagai media yang memiliki kemampuan sebagai larutan penyangga dapat mencegah perubahan nilai pH yang ekstrim. Perubahan nilai pH sedikit saja akan memberikan petunjuk terganggunya sistem penyangga.
7. Zat hara
Aksornkoae (1993) menyatakan bahwa hara merupakan faktor penting dalam memelihara keseimbangan ekosistem mangrove. Hara dalam ekosistem mangrove dibagi kedalam dua kelompok:
Hara anorganik, yang penting untuk kelangsungan hidup organisme mangrove. Hara ini terdiri atas N, P, K, Mg, Ca, dan Na. Sumber utama hara anorganik adalah curah hujan, limpasan sungai, endapan, air laut, dan bahan organik yang terurai di mangrove;
Detritus organik, yang merupakan bahan organik yang berasal dari bioorganik yang melalui beberapa tahap pada proses mikrobial. Sumber utama detritus organik ada dua, antara lain:
Autochtonous, seperti fitoplankton, diatom, bakteri, jamur, algae pada pohon atau akar dan tumbuhan lain di hutan mangrove;
Allochtonous, seperti partikel-partikel dari aliran sungai, partikel tanah dari erosi darat, tanaman, dan hewan yang mati di daerah pesisir atau laut.
Masing-masing dedaunan yang tumbuh di berbagai tumbuhan di dunia ini memiliki ciri khas yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut ditunjukkan dari berbagai hal, yaitu bentuk daun keseluruhan, bentuk ujung dan pangkal daun, permukaan daun, dan tata daunnya (Tabel 1).
Tabel 1 Berbagai istilah dalam menjelaskan bentuk-bentuk daun
No
Istilah
Penjelasan Istilah
Bentuk Daun
1
Deltate
Bentuk delta, menyerupai bentuk segitiga sama sisi
2
Elliptical
Ellips, bagian terlebar di bagian tengah daun
3
Elliptical Oblong
Berbentuk antara ellips sampai memanjang
4
Lanceolate
Bentuk lanset, panjang 3-5 x lebar, bagian terlebar sekitar 1/3 dari pangkal dan menyempit di bagian ujung daun
5
Oblong
Memanjang, panjang daun sekitar 2 ½ x lebar
6
Oblong lanceolate
Berbentuk antara memanjang sampai lanset
7
Oblong obovate
Berbentuk antara memanjang sampai bulat telur sunsang
8
Oblong cylindric
Berbentuk antara memanjang sampai silindris (bulat)
9
Oblong elliptic
Berbentuk antara memanjang sampai ellips
10
Oblonceolate
Bentuk lanset sungsang
11
Obovate
Bentuk bulat telur sungsang
12
Orbicular
Bundar, panjang sama dengan lebar
13
Ovate
Bentuk bulat telur, bagian terlebar dekat pangkal daun
14
Reniform
Bentuk ginjal, pendek dan lebar, seperi daun waru
Pangkal dan Ujung Daun
1
Accuminate
Meruncing
2
Acute
Runcing
3
Cuneate
Bentuk segitiga sungsang (baji)
4
Obtuse
Tumpul
5
Rounded
Bundar, membusur penuh
6
Truncate
Terpotong
Permukaan Daun
1
Glabrous
Tanpa rambut, gundul, licin
2
Pubescens
Berbulu pendek, lembut
3
Rugose
Berkeriput, tulang daun tenggelam
4
Tomentose
Berambut seperti wool, ikal
Tata Daun
1
Alternate
Berseling, hanya satu helai daun melekat pada setiap buku, daun tertata mengitari ranting seperti spiral
2
Opposite
Daun berpasangan dan berhadapan (bersilang) pada lingkaran ranting (buku) yang sama
3
Sub-opposite
Modifikasi dari alternate, dimana daun tertata sehingga tampak seperti bersilang (opposite)
4
Verticillate
Lebih dari dua daun pada buku yang sama (berlingkar)
Sumber: Istomo et al. (1997)
Agar dapat dipahami secara lebih jelas, macam-macam bentuk daun jika digambarkan adalah sebagai berikut:
Adapun macam-macam bentuk permukaan daun adalah sebagai berikut:
Bentuk Permukaan Daun
Bentuk ujung, pangkal, dan tepi daun pun berbeda-beda seperti yang digambarkan oleh gamber berikut:
Bentuk ujung daun
Bentuk pangkal daun
Bentuk Tepi Daun
Untuk men-download artikel ini, silahkan klik disini. Semoga bermanfaat.(RRG)
Perhutanan Sosial adalah sistem pengelolaan hutan lestari yang dilaksanakan dalam kawasan hutan negara atau Hutan Hak/Hutan Adat yang dilaksanakan oleh masyarakat setempat atau masyarakat hukum adat sebagai pelaku utama untuk meningkatkan kesejahteraannya, keseimbangan lingkungan dan dinamika sosial budaya dalam bentuk Hutan Desa, Hutan Kemasyarakatan, Hutan Tanaman Rakyat, Hutan Adat dan kemitraan kehutanan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 9 Tahun 2021 bahwa Pengelolaan Perhutanan Sosial adalah kegiatan pemanfaatan hutan yang dilakukan oleh kelompok Perhutanan Sosial melalui Persetujuan Pengelolaan HD, HKm, HTR, kemitraan kehutanan, dan Hutan Adat pada kawasan Hutan Lindung, kawasan Hutan Produksi atau kawasan Hutan Konservasi sesuai dengan fungsinya.
A. Hutan Desa
Hutan Desa (HD) adalah hutan negara yang dikelola oleh desa dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan desa serta belum dibebani izin/hak. Artinya bahwa masyarakat desa melalui lembaga desa dapat menjadi pelaku utama dalam mengelola dan mengambil manfaat dari hutan negara. Mengelola mempunyai makna lingkup yang lebih luas, bukan sekedar memanfaatkan sumber daya hutan yang ada tetapi lebih bertanggungjawab atas kelestarian fungsi hutan sebagai penyangga kehidupan (Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Jeneberang Walanae, 2010) dalam Muin dan Hapsari, 2014).
B. Hutan Kemasyarakatan
Hutan Kemasyarakatan (Hkm) adalah hutan negara yang pemanfaatan utamanya ditujukan untuk memberdayakan masyarakat setempat. Kebijakan Hutan kemasyarakatan mengizinkan masyarakat untuk dapat mengelola sebagian dari sumberdaya hutan dengan rambu-rambu yang telah ditentukan Permintaan dari kelompok-kelompok petani hutan kemasyarakatan mengenai perizinan Hkm di sekitar kawasan hutan lindung (Rosalia dan Ratnasari, 2016).
C. Hutan Tanaman Rakyat
Hutan Tanaman Rakyat (HTR) merupakan kebijakan Pemerintah Indonesia yang membutuhkan partisipasi dan tanggungjawab dari masyarakat lokal untuk mengelola hutan produksi secara berkelanjutan (Febriani dkk., 2012).
D. Kemitraan Kehutanan
Kemitraan Kehutanan merupakan salah satu skema kerjasama antara pengelola hutan dengan masyarakat dalam rangka mengembangkan dan memanfaatkan sumber daya hutan yang ada untuk kepentingan ekonomi. Kemitraan Kehutanan lahir dari Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.83/Menlhk-Setjen/2016 tentang Perhutanan Sosial (Ma’ruf, 2019).
E. Hutan Adat
Hutan adat adalah hutan negara dimana hutan adat merupakan hutan yang tidak dibebani pada hak. Pengkategorian hukum adat sebagai hukum negara secara hukum telah membuat hutan adat yang telah dikuasai secara turun temurun akan menghilang hak dan pengelolaannya oleh masyarakat hukum adat (Dewi dkk, 2020).
HOTEL JUGA MEMPUNYAI LOKASI/AREA YANG MENDUKUNG SARANA PRASANA YANG ADA DI HOTEL : Beberapa lokasi / area bagian dalam (Indoor/internal area) dan lokasi/area bagian luar (Outdoor/external area).
AREA BAGIAN DALAM (INDOOR/INTERNAL AREA):
A.FRONT OFFICE yaitu salah satu section yang berada di hotel yang berfungsi/ digunakan untuk proses penjualan kamar hotel,penerimaan tamu dengan/tanpa pemesanan bagi tamu. B.CORRIDOR yaitu gang atau jalan diantara ruang atau kamar yang berfungsi tempat sarana keluar masuknya tamu, staff hotel maupun yang lainnya. C.OFFICE (kantor-kantor) yaitu ruangan yang digunakan untuk proses administrasi hotel,yang terdiri dari executive office,accounting office,marketing office,back of the front office,FB office,human resources office,engeneering office,dan lainnya. D.MEETING ROOM yaitu lokasi/area yang digunkan untuk kegiatan pertemuan baik lingkup kecil maupun internasional.
E.RESTAURANT merupakan fasilitas yang menyediakan layanan makanan dan minuman untuk tamu dalam maupun lua hotel. F.BAR merupakan fasilitas yang menyediakan layanan minuman baik alcohol maupun non alcohol.bar terdiri dari beberapa bagian :bar lounge,bar counter,dancing floor,dan bar display. G.SALON & SPA merupakan ruang yang menyediakan layanan kecantikan dan perawatan kecantikan,umumnya diengkapi dengan beberapa ruangan yang berbeda fungsi dan dilengkapi dengan ruang ganti,kamar mandi,meja penerimaan tamu,ruang tunggu,dan kolam perawatan.
H.FITNESS CENTER, ruang ini digunakan untuk kegiatan kebugaran tubuh dengan meggunkan alat atau tanpa alat Bantu. I.DRUG STORE merupkan ruang yang menyediakan sarana-sarana keperluan tamu yang bersifat sederhana misalnya obat-obatan untuk menghilangkan rasa nyeri,kelengkapan wanita dan lainya. J.ARCADES merupakan ruangan-ruangan yang disediakan oleh hotel untuk disewakan kepada kantor perwakilan suatu instansi atau took laiinya
K.EMPLOYEE AREA yaitu lokasi/area yang digunakan oleh karyawan untuk beristirahat.ruangan ini terdiri dari ruang ganti (locker),toilet,ruang makan (employee dining room).
AREA BAGIAN LUAR (OUTDOOR/EXTERNAL AREA):
A.KOLAM RENANG merupakan sarana yang disediakan pihak hotel bagi yang ingin berenang. B.SARANA PARKIR merupakan area yang digunakan untuk memarkir kendaraan tamu. C.AREA BERMAIN ANAK merrupakan tempat yang disediakan oleh hotel bagitamu yang membawa anak-anak mereka,sehingga anak-anak tersebut dapat bermain dan bersosialisasi.
Seorang houseman/maid harus menguasai pengetahuan tentang jenis-jenis peralatan dan bahan pembersih agar lebih mudah membersihkan area yang mau dibersihkan,dan juga mempunyai ilmu atau bekal pada saat sekolah di smk atau perguruan tinggi agar saat menggunakan alat atau chemical tidak salah.
Berikut pengertian tentang equipment classification dan cleaning supplies.
A. Berdasarkan klasifikasi ini,jenis peralatan dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar :
Peralatan Manual: peralatan yang digerakan oleh tenaga manusia
Peralatan Mechanikal: peralatan yang digerakan oleh tenaga listrik
B. Menurut kegunaan peralatan itu sendiri dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu:
1. Broom and Brush merupakan semua peralatan yang dimanfaatkan untuk membersihkan kotoran yang ringan/mudah lepas dan atau kotoran yang sudah melekat pada berbagai permukaan(lantai,dinding,langit-langit,dan perabotan).
Contoh (broom:floor broom,hand broom,palm broom,ceiling broom,, dan brush: hand floor,loor brush,toilet bowl brush).
2.Container merupakan peralatan yang memiliki ruang,didalamnya dapat diisikan sesuatu baik benda cair,padat,bubuk,atau serbuk. Dan juga dimanfaatkan untuk merendam pada proses pencucian ,dan membawa lena kotor bersih.
Contoh: (bucket,linen humper,linen trolley,bottle sprayer,dust pan,water scope,public area trolley cart
3. Linen merupakan peralatan pembersih yang berbahan dasar dari serat kapas,umumnya berbentuk kain atau lena.
4. Machinal yaitu peralatan pembersih yang digerakan dengan tenaga listrik/mesin.
Contoh: (vacuum cleaner dibagi menjadi 2: dry vaccum cleaner yaitu mesin penyedot yang dapat debu dan sampah kecil dalam keadaan kering, wet vacuum cleaner yaitu mesin penyedot yang dapat menyedot sampah kecil dalamkeadaan basah dan air., floor machine,shampooing machine,high pressure machine,air flow machine.)
5. Peralatan pelindung peralatan yan digunakan untuk melindungi pekerjaan dari kecelakaan kerja,
Contoh:(helmet,mask,hand gloves,safety goggles,safety belt,booth,net body protector)
6.Peralatan pendukung (supporting equipment) yaitu peralatan yan digunakan untuk mendukung suatu pekerjaan sehingga menghasilka pekerjaan yang baik.
Pada industri perhotelan pengadaan jenis dan jumlah peralatan dipengaruhi oleh pertimbangan evektivitas penggunaan,kegunaan,daya tahan,harga,cara perawatan,penyimpanan,mudah diperoleh dipasaran.dari maka itu peralatan yang diadakan untukmembantu prose kerja harus ditangani secara baik sesuai jenis dan petunjuk penggunaannya.
1.Dusting (mengelap kering) yaitu membersihkan permukaan benda dengan cara mengelap sehingga debu terangkat. 2.DAMP DUSTING (mengelap lembab) yaitu membersihkan permukaan benda dengan cara mengelap menggunakan kain lembab sehingga debu terangkat. 3.SWEEPING (menyapu) yaitu membersihkan permukaan lantai dengan cara mengangkat debu/kotoran.
4.DAMP SWEEPING (mengepel) yaitu mengelap permukaan lantai dengan kain lembab sehingga kotoran/debu yang menempel dapat terangkat.
5.Mopping yaitu mengelap permukaan lantai denan moplembab dan tangkai mop sehingga kotoran debu yang menempel dapat terangkat.
6.Glass wiping yaitu membersihkan kaca yang memiliki prmukaan lebar menggunakan glass wiper. 7.Mengkilapkan (polishing) yaitu proses memberikan lapisan pada suatu permukaan / benda sehingga tanpak mengkilap.
berikut sya akan menjelaskan pengertian tentang room:
Room adalah salah satu section yang berada di departement housekeeping,, yang bertanggung jawab atas kebersihan lokasi area dalam maupun luar kamar..yang bertugas membersihkan kamar tersebut adalah room attendant, kalian sudah tau cara melakukan striping bed,making bed?
berikut cara-caranya :
LANGKAH-LANGKAH MELAKUKAN STRIPING BED:
Tarik matras dari boxsnya.
Buka sarung bantal(pillow cases),letkkan pillow pada kursi terdekat.
Tarik sheet III dan letakkan pada kursi terdekat.
Tarik blanket dan diangin-anginkan pada sandaran kursi.
Tarik sheet II dan letakkan pda kursi terdekat.
Tarik dan gulung sheet I ,letakkan pada kursi terdekat.
Ambil semua lena kotor baik yang ada di kamar tidur dan kamar mandibawa dan nasukkan kedalam linen bumper.pastikan pada saat kembali kekamar membawa linen kamar tidur dan linen kamar mandi yang bersih.
Tempatkan linen kamar tidur bersih pada kursi terdekat dari linen kamar mandi bersih pada rak bagasi (luggage rack)
LANGKAH-LANGKAH MERAPIKAN TEMPAT TIDUR MENGGUNAKAN III SHEET:
Balik matras secara bekala sesuai petunjuk yang ada.
Pasang bed protector (matras pad) pada bed.
Tebarkan sheet I.perhatikan,seprai harus berada di tengah-tegah tempat tidur.
Lipat dan rapikan sudut-sudut pada seprai dan masukan dibawah tempat tidur membentuk sut 45 derajat.
Biasa disebut juga Chef De Cuisin atau dipanggil dengan “Chef” saja. Pekerjaan seorang Chef lebih banyak bersifat administrative. Pada Hotel kecil seorang Chef masih dituntut untuk turun tangan mengolah makanan. vTugas dan tanggung jawab seorang Chef antara lain sebagai berikut :
Mengelola dapur yang menjadi tanggung jawabya.
Menyusun Menu
Membuat standard recipe beserta food cost nya
Membuat purchase order (bahan-bahan).
Membuat perkiraan (forecast) yang akan dicapai.
Memimpin staff dan bawahannya.
Mengawasi jalannya operasional kitchen terutama pada saat Hotel atau restaurant buka.
b. Assistant Chief Cook ( Sous Chef )
Tugas dan tanggung jawabnya adalah menggantikan kedudukan Chef apabila dia berhalangan atau sedang libur ( day off ).
c. Chef de Partie
Chef de Partie bertugas mengawasi kelancaran jalannya operasional pada salah satu seksi yang menjadi tanggung jawabnya. Mengorganisasi dan membagi tugas dan pekerjaan pada bawahannya, dan ikut secara Langsun turun tangan mengolah makanan.
d. Demi Chef
Demi Chef adalah wakil Chef de Partie, tugas dan tanggung jawabnya sama.
e. Cook / Commis
Setiap Chef de Partie dibantu oleh juru masak ( Cook ) dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dan jumlahnya tergantung pada volume pekerjaan masing-masing bagian.
Commis 1 atau 1st Cook (Senior Cook ) adalah pangkat yang biasanya diberikan kepada seorang Cook yang dianggap mampu untuk mengambil alih tanggung jawab atasannya dan untuk beberapa hal dia diberi wewenang untuk bertindak sebagai “ Chef de Partie /Demi Chef” apa bila yang bersangkutan berhalangan, misalnya sakit, cuti, libur (day off ), sedangkan Commis 2, Commis 3 / Cook Helper adalah sebagai pelaksana yang bekerja atas perintah atasannya.Kepangkatan mereka dinilai berdasarkan kecakapan / kemampuan dan lamanya bekerja.