Blog

  • Sejarah Perkembangan Islam di Irak

    Perkembangan Islam di Irak

    Negara Irak dikenal sebagai Mesopotamia, yang berarti “di antara sungai-sungai” dalam bahasa Yunani. Irak merupakan tempat kelahiran peradaban pertama dunia yang dikenal, budaya Sumeria, diikuti dengan budaya Akkadia, Babilonia dan Asyur yang pengaruhnya meluas ke daerah-daerah tetangganya sejak sekitar 5000 SM. Peradaban-peradaban ini menghasilkan tulisan tertua dan sebagian dari ilmu pengetahuan, matematika,hukum dan filsafat yang pertama di dunia, hingga menjadikan wilayah ini pusat dari apa yang umumnya dikenal sebagai “Buaian Peradaban”. Peradaban Mesopotamia kuno mendominasi peradaban-peradaban lainnya pada zamannya.

    Pada abad ke-6 SM, wilayah ini menjadi bagian dari Kekaisaran Persia di bawah Koresy Agung selama hampir 4 abad, sebelum ditaklukkan oleh Alexander Agung dan tetap berada di bawah kekuasaan Yunani selama hampir dua abad. Sebuah suku bangsa Iran dari Asia Tengah yang bernama Parthia kemudian merebut wilayah ini, diikuti dengan Dinasti Sassanid Persia selama 9 abad, hingga abad ke-7.

    Di awal abad ke-7, Islam menyebar ke daerah yang sekarang bernama Irak. Sepupu sekaligus menantu Nabi Muhammad memindahkan ibukota di Kufah “fi al-Iraq” di mana ia menjadi Khulafaur Rasyidin yang ke-4. Bani Umayyah yang berkuasa dari Damaskus di abad ke-7 menguasai Provinsi Irak.

    Baghdad, ibukota Khilafah Abbasiyah, adalah kota utama bagi dunia Arab dan Islam selama 5 abad.

    Irak Sebelum Islam

    Irak terkenal sebagai tempat lahirnya peradaban. Lebih dari sepuluh ribu situs arkeologi bernilai tinggi terdapat di sini. Sejarah Irak dimulai pada zaman paleolitik yang hidup di dataran Mesopotamia, sekitar seribu abad yang lalu. Dataran subur ini diapit sungai Tigris dan sungai Eufrat, atau lebih dikenal dengan sebutan “Bulan sabit yang subur”.

    Pada tahun 4800 SM ditemukan tanda-tanda kebaradaan bangsa Sumeria di kawasan al-Ubaid. Dan pada tahun 2371 SM kelompok Akkodians mendirikan kerajaan yang dapat mempersatukan bangsa Sumeria.

    Tahun 1894 SM kelompok Amorites mendirikan dinasti Babylonia. Salah satu yang menjadi penguasanya adalah Hammurabi (1792-1750 SM). Dialah yang pertama kali membuat aturan hukum negara di dunia. Setelah berjalan bertahun-tahun terjadi konflik antar saudara yang berakhir dengan hancurnya dinasti Babylonia. Kemudian muncul Babylonia baru. Diantara rajanya yang terkenal adalah Nebuchardnezzar II yang membangun “Taman Gantung” yang bertingkat-tingkat dengan ketinggian tiap lapisan kurang lebih 350 kaki.

    Proses Masuknya Islam ke Irak

    Agama Islam dan bangsa Arab masuk ke wilayah Irak pada masa Khilafah Umar bin Khattab tahun 637 M. Merekalah yang menyebut wilayah ini Irak. Kholifah kemudian mendirikan dua kota penting, yaitu Kuffah dan Bashroh.

    Mulai abad ke-7, Islam menyebar di Irak. Sepupu sekaligus menantu Nabi Muhammad memindahkan ibukota di Kufah “fi al-Iraq” di mana ia menjadi Khulafaur Rasyidin yang ke-4. Bani Umayyah yang berkuasa dari Damaskus di abad ke-7 menguasai Provinsi Irak.

    Irak (masuk)/ ditaklukkan oleh tentara Arab Islam pada tahun 633-637 dengan membawa bahasa Arab dan ajaran Islam. Penaklukan itu berlangsung dalam tiga tahap berikut ini.

    Tahap pertama

    Pada masa Khalifah Abu Bakar as-Siddiq di bawah pimpinan Musanna bin Harisah yang menaklukkan bagian barat Sungai Eufrat. Selanjutnya, Abu bakar as-Siddiq mengirim pasukan yang lebih besar di bawah pimpnan Khalid bin Walid. Ia berhasil meguasai Kota Hirah dan al-Ubullah.

    Tahap kedua

    Khalifah Umar bin Khattab mengirim pasukannya ke utara Bagdad dengan melibatkan banyak panglima terbaik Islam, antara lain Musanna bin Harisah, Abu Ubaidah bin Umar as-Saqafi, jarir bin Abdullah, dan Sa’ad bin Waqas. Tahap kedua ini berlangsung beberapa tahun berhasil menaklukkan seluruh daerah as-Sawad yang sekarang disebut basrah.

    Tahap ketiga

    Tahap ketiga ini juga terjadi pada masa Khalifah Umar bin Khattab. Pasukan Islam dipimpin oleh Iyad bin Ganam. Serangan diarahkan ke daerah yang dikuasai bangsa Romawi dan mampu merebut beberapa kota penting.

    Penyebaran agama islam dipusatkan di kota kembar Basrah Kufah yang dibangun pada masa Khalifah Umar bin Khottab. Khlaifah Umar bin Khattab mengirim Abu Musa al-Asy’ari ke Basrah dan Abdullah bin mas’ud ke Kufah. Ulama-ulama dari Madinah juga berdatangan ke kota ini.

    Tahun 750 M dinasti Abbasiyah menguasai Irak. Putranya, al-Mansur menemukan sebuah kota kecil yang dinamakan Baghdad yang ia juluki “Madinatus Salam (Kota Perdamaian). Baghdad didirikan pada tahun 762, menjadi ibu kota kekhalifahan Abbasiah oleh Abu Jafar al-Mansur, yang dikenal sebagai orator dan administrator ulung serta pakar bahasa. Sejak saat itu, kota yang terletak di tepi barat Sungai Tigris tersebut seakan mewarisi kejayaan kerajaan-kerajaan besar di Mesopotamia. Sejarah menceritakan, Baghdad menjadi pusat perdagangan, budaya, dan kota pelajar yang penting. Bahkan, Baghdad juga pernah dianggap sebagai pusat intelektual dunia, pusat kekuatan dunia. Di kota itulah dahulu kebudayaan Arab dan Persia bercampur dan menghasilkan ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan karya-karya sastra yang adiluhung. Apa yang sudah diletakkan Al-Mansur terus dikembangkan oleh para penerusnya. Di tangan Harun ar-Rashid (786-806), cucu Al-Mansur, Baghdad kian bersinar dan menjadi kota terbesar kedua di dunia setelah Konstantinopel. Adalah Harun ar-Rashid pula yang memerintahkan pembangunan kanal-kanal kota, tanggul, dan tempat-tempat penampungan air. Ia juga memerintahkan agar rawa-rawa sekitar Baghdad dikeringkan sehingga tidak menjadi sarang nyamuk.

    Di zaman Harun ar-Rashid yang dikenal sebagai “Khalifah yang tidak pernah tidur” karena selalu keliling negerinya di malam hari untuk bertemu dan mendengarkan apa keinginan rakyatnya, kaum intelektual mendapat tempat terhormat. Seni sastra juga berkembang pesat. Di kala itu lahirlah cerita Seribu Satu Malam dan muncul tokoh cerita Aladdin, Ali Baba, dan Sinbad “Si Pelaut”.

    Kebudayaan Arab berkembang demikian pesat di zaman Al-Ma’mun (813-833), putra Harun ar-Rashid. Di zaman khalifah inilah dilakukan penerjemahan karya-karya para penulis Yunani. Al-Ma’mun juga mendirikan Darul Hikmah yang mengambil alih peran Universitas Jundaisapur Persia. Segera setelah akademi itu didirikan, Baghdad menjadi pusat ilmu pengetahuan. Perpustakaan di akademi tersebut diperkaya dengan buku-buku terjemahan dari pelbagai bahasa. Para sarjana dari berbagai bangsa dan agama diundang untuk bekerja di akademi tersebut

    Masa Perang Dunia I

    Pada perang Dunia I, Inggris merebut Irak dari Kerajaan Turki Usmani. Pada tahun 1920, Liga bangsa-Bangsa memberi mandat kepada Inggris atas Irak dan pada tahun 1921 Inggris membantu para pemimpin Irak untuk membentuk pemerintahan.

    Pada tahun 1958, kelompok militer mengambil alih kekuasaan dan menyatakan Irak sebagai negara Republik. Sejak 1979, Saddam Husain, seorang pimpinan Partai Ba’at menjadi presiden Irak. Dalam perkembangan selanjtunya, Saddam Hussein membawa Irak terlibat dalam tiga perang besar. Tiga perang tersebut adalah melawan Iran pada tahun 1980-1990 karena masalah perbatasan, melawan Tentara Sekutu di bawah pimpinan Amerika Serikat pada tahun 1992, karena invasinya ke Kuwait. Perang yang terakhir adalah melawan Amerika Serikat dan Iggris yang terjadi pada tahun 2003 yang lalu. Perang ini terjadi karena kepemilikan senjata pemusnah masal Irak dan mengakhiri kepemimpinan Saddam Hussein.

    Penduduk irak terdiri dari berbagai macam suku yang sulit bersatu. Oleh karena itu, sampai saat ini mereka masih mengalami permasalahn dalam pembaharuan mereka. Wilayah pegunungan di sebelah utara dihuni suku Kurdi dan minoritas Yazidi, Kristen, dan Terkmen. Wilayah Diyala, di timur Bagdad, dihuni para petani. Wilayah Jazira, diutara Bagdad, dihuni kaum Sunni Badui. Sedangkan wilayah gurun ditengah dan selatan Irak dihuni penganut Syiah. Secara garis besar, diantara berbagai kelompok di atas, ada 3 kelompok yang perananya sangatkuat. Tiga kelompok tersebut adalah Syiah di selatan, Sunni di tangah (bagdad), dan Kurdi di utara.hal ini mengakibatkan sulitnya pembentukan negara dan bangsa Irak. Berdasarkan data pada tahun 2001, jumlah penduduk Irak mencapai 23. 750.00 jiwa.

    Itulah sejarah singkat proses masuk dan berkembangnya agama islam di irak 

    Sumber referensi :

  • Laporan Praktikum Preferensi Organisme Terhadap Suhu

    Praktikum Preferensi Organisme Terhadap Suhu

    A. Tujuan Praktikum

    Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk mengetahui preferensi ikan Cupang (Betta splendens) terhadap suhu.

    B. Dasar Teori

    Organisme untuk bertahan hidup dan dapat bereproduksi dalam suatu tempat menunjukkan toleransinya terhadap seluruh kumpulan variabel lingkungan yang dihadapi organisme tersebut. Pada lingkungan perairan, faktor fisik, kimiawi dan biologis berperan dalam pengaturan homeostatis yang diperlukan bagi pertumbuhan dan reproduksi biota perairan. Suhu merupakan faktor penting dalam ekosistem perairan. Kenaikan suhu air dapat akan menimbulkan kehidupan ikan dan hewan air lainnya terganggu, jadi faktor suhu sangat penting untuk kehidupan dalam ekosistem perairan (Indriyanto, 2008).

    Suhu merupakan salah satu faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan makhluk hidup. Suhu dapat memberikan pengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung. Suhu akan mempengaruhi laju evaporasi dan menyebabkan tidak saja keefektifan hujan tetapi juga laju kehilangan air dari organisme. Sebenarnya sangat sulit untuk memisahkan secara mandiri pengaruh suhu sebagai faktor lingkungan. Misalnya energi cahaya mungkin diubah menjadi energi panas ketika cahaya diabsorpsi oleh suatu substansi. Suhu sering berperan bersamaan dengan cahaya dan air untuk mengontrol fungsi- fungsi dari organisme (Basri, 1992).

    Salah satu faktor fisik lingkungan perairan adalah suhu. Permukaan air peka terhadap perubahan suhu dan perubahan suhu dipengaruhi oleh letak geografis, ketinggian tempat, lama paparan terhadap matahari dan kedalaman badan air. Suhu merupakan faktor yang sangat menentukan aktivitas enzim di dalam tubuh organisme. Peningkatan suhu tubuh pada rentang kisaran toleransi hewan akan menyebabkan kenaikan aktivitas enzim dalam membantu reaksi metabolisme. Suhu yang ekstrim tinggi menyebabkan protein sebagai komponen utama penyusun enzin akan rusak atau terdenaturasi dan menyebabkan enzim tidak mampu lagi dalam melakukan fungsinya sebagai biokatalisator. Demikian juga jika suhu tubuh turun sangat ekstrim bahkan di bawah kisaran toleransinya akan menyebabkan aktivitas enzim sangat rendah. Dibandingkan dengan lingkungan daratan, lingkungan perairan mempunyai variasi suhu yang relatif sempit (Wolf, 1992).

    Ikan memiliki derajat toleransi terhadap suhu dengan kisaran tertentu yang sangat berperan bagi pertumbuhan, inkubasi telur, konversi pakan dan resistensi terhadap penyakit. Selanjutnya adapula ikan akan mengalami stres manakala terpapar pada suhu di luar kisaran yang dapat ditoleransi. Suhu tinggi tidak selalu berakibat mematikan tetapi dapat menyebabkan gangguan status kesehatan untuk  jangka panjang. Misalnya stres yang ditandai tubuh lemah, kurus, dan tingkah laku abnormal, sedangkan suhu rendah mengakibatkan ikan menjadi rentan terhadap infeksi fungi dan bakteri patogen akibat melemahnya sistem imun (Dharmawan, 2001).

    Sebagai hewan air, ikan memiliki beberapa mekanisme fisiologis yang tidak dimiliki oleh hewan darat. Perbedaan habitat menyebabkan perkembangan organ-organ ikan disesuaikan dengan kondisi lingkungan. Secara kesuluruhan ikan lebih toleran terhadap perubahan suhu air, beberapa species mampu hidup pada suhu air mencapai 29oC, sedangkan jenis lain dapat hidup pada suhu air yang sangat dingin, akan tetapi kisaran toleransi individual terhadap suhu umumnya terbatas (Odum, 1993).

    C. Waktu dan Tempat

    Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum ini adalah:

    Hari/tanggal            : Sabtu/24 Mei 2014

    Waktu                     : 08.00-10.00 WITA

    D. Alat dan Bahan

    1. Alat

    Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu alat tulis menulis kotak kaca persegi empat, bunsen, korek, kaki tiga dan kawat kasa.

    2. Bahan

    Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu ikan Cupang, air dan es batu.

    E. Cara Kerja

    Adapun cara kerja pada percobaan ini yaitu sebagai berikut:

    1. Mengisi kotak percobaan dengan air setinggi 4 cm. Mengisi salah satu ujung kotak dengan bongkahan es dan memanasi bagian ujung lain dengan bunsen.

    2.  Mengupayakan suhu pemanasan tidak melebihi 35oC dengan mengatur nyala api dari bawah kotak.

    3.  Mencatat suhu setiap ruang atau zona. Setelah terjadi gradien suhu dari yang dingin ke yang lebih panas, memasukkan 20 ekor ikan Cupang di bagian tengah kotak. Biarkan selama 5-10 menit.

    4.  Mengamati penyebaran ikan-ikan tersebut.

    5.  Mencatat kondisi suhu di setiap zona dan jumlah ikan yang terdapat di zona masing-masing.

    6.  Melakukan pengamatan yang serupa sebanyak 3 kali setiap interval waktu 5 menit.

    7. Mencatat hasil pengamatan pada tabel pengamatan.

    F. Hasil Pengamatan

    Adapun hasil pengamatan pada percobaan ini adalah sebagai berikut ini:

    NoZonaSuhu (oC)Jumlah Ikan
    BetinaJantan
    1Panas26oC22
    2Sedang24oC11
    3Dingin23oC13

    G. Pembahasan

    Adapun pembahasan pada percobaan ini adalah Ikan cupang ini adalah ikan air tawar yang mempunyai bentuk dan karakter yang unik dan cenderung agresif dalam mempertahankan wilayahnya. Ikan cupang adalah salah satu ikan yang kuat bertahan hidup dalam waktu lama sehingga apabila ikan tersebut ditempatkan di wadah dengan volume air sedikit dan tanpa adanya alat sirkulasi udara (aerator), ikan ini masih dapat bertahan hidup. Habitat merupakan tempat hidup di mana ikan cupang akan beraktivitas selama hidupnya. Di habitat yang sesuai, ikan cupang dapat tumbuh dan berkembang biak secara optimal. Adapun karakteristik perairan yang sesuai ditunjukkan dengan beberapa parameter seperti keasaman (pH), air, suhu perairan, serta kesadahan.

    Ikan cupang adalah ikan hias yang sangat dikenal oleh masyarakat khususnya anak-anak, karena ikan tersebut selain rupanya yang cantik juga dapat merupakan ikan yang menarik bila diadu. Ikan ini juga sering disebut ikan laga dan nama latinnya adalah Betta splendens, termasuk dalam famili Anabantidae (Labirynth Fisher). Ciri khas yang dimiliki oleh ikan cupang jantan adalah selain warnanya yang indah, siripnya pun panjang dan menyerupai sisir serit, sehingga sering disebut cupang serit. Sedangkan ikan betina warnanya tidak menarik atau kusamdan bentuk siripnya lebih pendek dari ikan jantan.

    Dalam praktikum ini, ikan cupang yang digunakan sebanyak 10 ekor ikan cupang yaitu 5 ekor jantan dan 5 ekor betina. Pada pengamatan yang dilakukan memperlihatkan hasil 2 ekor ikan cupang betina dan21 ekor ikan cupang jantan telah berada pada zona panas yaitu suhu 26oC, 1 ekor ikan betina dan  1 ekor ikan jantan berada pada zona sedang. Sedangkan 1 ekor ikan betina dan  3 ekor ikan jantan berada pada zona dingin. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, maka data yang diperoleh sesuai dengan teori bahwa ikan cupang hidup pada zona panas dengan kisaran suhu 24oC-30oC.

    Di alam, ikan cupang ditemukan di daerah beriklim tropis dan hidup di sungai, rawa, persawahan, serta perairan tawar dangkal lainnya. Bisa dibayangkan, habitat ikan cupang di alam yang tenang dan teduh akan mudah ditemui di daerah yang banyak ditumbuhi pepohonan. Jika dilakukan pengukuran, umumnya perairan seperti ini mempunyai beberapa karakteristik, yaitu pH 6,5-7,5 dan suhu air 24oC-30oC.

    H. Kesimpulan

    Adapun kesimpulan pada percobaan ini adalah ikan cupang (Betta splendens) adalah ikan yang ditemukan di daerah beriklim tropis dan hidup di sungai, rawah, persawahan, serta perairan tawar lainnya. Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa habitat ikan cupang umumnya di perairan dengan suhu air 24oC – 30oC.

    DAFTAR PUSTAKA

    Basri, Hasan.  Ekologi Tanaman. Jakarta: Rajawali Press, 1992.

    Dharmawan. Ekologi LIngkungan. Surabaya: Bumi Aksara, 2001.

    Odum, Ougene. Ekologi Air. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1993.

    Wolf. Ekologi Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1992.

    Indriyanto. Ekolologi Perairan. Jakarta: Bumi Aksara, 2008.

  • Laporan Praktikum Estimasi Kelimpahan Populasan Serangga

    Praktikum Estimasi Kelimpahan Populasan Serangga

    A. Tujuan Praktikum

    Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini adalah agar mahasiswa mampu menerapkan metode CMRR (Capture, Mark, Release, Recapture Methode) untuk memperkirakan jumlah/cacah populasi serangga Belalang dan membandingkan hasil estimasi dengan rumus Schumacer-Eschemeyer.

    B. Dasar Teori

    Populasi ditafsirkan sebagai kumpulan kelompok makhluk yang sama jenis atau kelompok lain yang individunya mampu bertukar informasi genetik yang mendiami suatu ruangan khusus, yang memiliki berbagai karakteristik yang walaupun paling baik digambarkan secara statistik, unik sebagai milik kelompok dan bukan karakteristik individu dalam kelompok itu (Soetjipta, 1992).

    Walaupun istilah populasi itu dapat mencakup varietas atau kelompok lain yang mungkin saja merupakan satuan ekologi, populasi merupakan berbagai ciri khas tambahan yang berbeda dari dan ciri lainnya yang merupakan tambahan pada ciri umum individunya yang membentuk kelompok itu. Diantaranya ciri yang sama-sama dimiliki oleh populasi dan individu ialah kenyataan bahwa populasi mempunyai riwayat hidup sebagaimana tampak dari kenyataan bahwa populiasi tumbuh, mengkhususkan dan memelihara dirinya dan bahwa populasi memiliki susunan di struktur yang pasti yang dapat diberikan dalam hubungan yang sama seperti individu. Ciri kelompok mencakup berbagai corak seperti angka kelahiran/ laju berbiak angka kematian, struktur umur, dan stuktur sosial (Ewusie, 1990).

    Pengetahuan tentang pertumbuhan dan pengaruh individu populasi merupakan dasar untuk memahami struktur dan dinamika ekologi. Semua spesies memiliki potensi tumbuh yang tinggi pada kondisi optimum. Jumlah kelahiran dan kematian mungkin berfluktasi secara luas sebagai respon terhadap pengaruh lingkungan yang berbeda, tetapi jumlah itu mendekati seimbang dalam waktu yang lama. Interaksi species seperti predasi, kompetisi dan herbivore akan mengatup naik turunnya pertumbuhan populasi. Populasi terdiri dari banyak individu yang tersebar pada rentangan goegrafis (Naughhton, 1973).

    Ada beberapa pola penyebaran yaitu menggerombol, acak dan tersebar. Pola distribusi ini disebabkan oleh tipe tingkah laku individu yang berbeda. Di satu pihak, menggerombol sebagai akibat dari tertariknya individu-individu pada tempat yang sama, apakah karena lingkungan yang cocok. Misalnya perkawinan, di pihak lain tersebar sebagai interaksi antagonis antar individu. Karakteristik dasar populasi adalah besar populasi atau kerapatan (Naughhton, 1973).

    Tingkat pertumbuhan populasi yaitu sebagai hasil akhir dari kelahiran dan kematian, juga mempengaruhi struktur umur dan populasi. Kerapatan populasi ialah ukuran besar populasi yang berhubungan dengan satuan ruang, yang umumnya diteliti dan dinyatakan sabagai cacah individu. Kadang kala penting untuk membedakan kerapatan kasar dari kerapatan ekologik. Kerapatan kasar adalah biomassa persatuan ruang total, sedangkan kerapatan ekologik adalah cacah individu biomassa persatuan ruang habitat (Hadisubroto, 1989).

    Capture Mark Release Recapture (CMMR) yaitu menangkap, menandai, melepaskan dan menangkap kembali sampel sebagai metode pengamatan populasi. Merupakan metode yang umumnya dipakai untuk menghitung perkiraan besarnya populasi. Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti. Hal yang pertama dilakukan adalah dengan menentukan tempat yang akan dilakukan estimasi, lalu menghitung dan mengidentifikasinya, dan hasil dapat dibuat dalam sistem daftar (Rochmatulloh, 2012).

    C. Waktu dan Tempat

    Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum ini adalah:

    Hari/tanggal            : Sabtu/17 Mei 2024

    Waktu                     : 08.00-10.00 WITA

    D. Alat dan Bahan

    1. Alat

    Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu alat tulis menulis dan jaring penangkap serangga.

    2. Bahan

    Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu pilox sebagai penanda Belalang.

    E. Cara Kerja

    Adapun cara kerja pada percobaan ini yaitu sebagai berikut:

    1.  Menangkap sejumlah belalang dengan menggunakan jaring.

    2.  Menghitung jumlah belalang yang tertangkap lalu memberi tanda dengan pilox pada bagian caputthorax, atau abdomen pada tiap belalang dan melepaskan kembali.

    3.  Mengulangi langkah pertama dan menghitung jumlah belalang yang tertangkap baik yang telah diberi tanda dan tetangkap kembali maupun yang belum memiliki tanda.

    4.  Memberi tanda pada belalang yang belum memiliki tanda dan melepaskannya kembali.

    5.  Mengulangi percobaan tersebut sampai penagkapan  10 kali.

    6.  Mencatat hasil pengamatan pada tabel pengamatan.

    F. Hasil Pengamatan

    Adapun hasil pengamatan pada percobaan ini adalah sebagai berikut ini:

    Sam-plingkeCMMRCMC(M)2∑(CM)MRCM  R∑R∑CM  ∑RR2C
    188
    2180186464881641
    328021612880168326,62
    4180186488884221
    518018649688519,21
    6180186410488617,31
    71801864112887161
    81801864120888151
    998187257619264916127,1
    101901981201991711,81
    Jumlah267391714511691057137746720416,1

    v Analisis Data

    1. Rumus Schumacer-Eschemeyer

        N     =

                     =

                     = 1,95 …… ( )

          Variansi = 1/( S-1) { }

                              = 1/( 10-1) { }

                              = 1/9 x 2,88 – 308,2

                              = 0,32 – 308,2

                              =  -307,88…… (b)

            Standar Error   =

             =

             =

             =

             = 0,35

    2. Rumus Peterson

    N  =

    =

    =

    = 8,22

    3. Rumus Shenebet

    N  =

    =

    = 62,2

    G. Pembahasan

    Adapun pembahasan pada percobaan ini adalah hewan sebagai komponen penyusun komunitas biotik dalam suatu ekosistem mempunyai peran dan fungsi penting untuk habitat dan lingkungan serta makhluk hidup lainnya. Lingkungan adalah faktor-faktor di luar makhluk hidup yang berpengaruh langsung pada kemungkinan hewan untuk dapat bertahan hidup, tumbuh dan berkembangbiak. Di dalam habitatnya organisme sudah menyesuaikan diri dengan kondisi yang ada sehingga mampu bertahan hidup, tumbuh dan berkembangbiak. Suatu komunitas terdiri dari berbagai kumpulan populasi yang saling berinteraksi satu sama lain.

    Oleh karena itu, dalam komunitas berarti ada keanekaragaman jenis-jenis ynag terkumpul membentuk populasi dan saling berinteraksi antar populasi tersebut membentuk komunitas. Sehingga dapat dikatakan bahwa di dalam komunitas salah satu ciri utama adalah adanya keanekaragaman jenis. Keanekaragaman jenis dari seluruh jumlah jenis di dalam komponen tropik atau dalam suatu komunitas secara keseluruhan ditentukan oleh jenis yang jarang, dominan, atau umum. Untuk mengetahui keanekaragaman suatu organisme maka kita harus mengetahui kemelimpahan suatu individu, dapat diketahui dengan menggunakan metode yaitu CMRR (CaptureMarkRelease, dan Recapture).

    Metode CMRR dapat dilakukan melalui simulasi atau tiruan untuk menggantikan populasi suatu hewan yang dimaksud. Dengan pengambilan sampel yang akurat akan didapatkan besarnya populasi yang mendekati jumlah yang sebenarnya. Seperti yang dilakukan pada praktikum ini yaitu dengan menggunakan kancing genetika berwarna hitam dan putih dengan dua perlakuan yaitu metode tangan terbuka dan tangan tertutup.

    Pada praktikum ini, dilakukan di area terbuka sekitar samata dengan cara mengkap belalang kemudian ditandai, setelah ditandai belalang tersebut dilepas kembali dan selanjutnya kita menangkap kembali belalang, ini dilakukan sebanyak 10 kali pengulangan.

    Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh, estimasi kelimpahan populasi belalang dengan metode CMRR dengan 10 kali pengulangan diperoleh jumlah populasi belalang adalah 26 dengan jumlah belalang yang ditandai yaitu 9. Hasil analisis data dengan rumus Schumacer-Eschemeyer, diperoleh jumlah populasi (N) sebesar 1,95, variansi sebesar -307,88 dan standar error (SE) sebesar 0,35. Dari nilai standar error yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa data estimasi yang diperoleh baik dan valid karena standar error (SE) nilainya kecil. Hal tersebut terjadi karena belalang yang terambil merata dan konsisten. Dari nilai N dapat disimpulkan bahwa jumlah populasi yang diperoleh lumayan besar. Sedangkan hasil dari rumus Peterson jumlah (N) sebesar 8,22 dan rumus Shenebet jumlah (N) sebesar 62,2.

    H. Kesimpulan

    Adapun kesimpulan pada percobaan ini adalah percobaan estimasi kelimpahan populasi belalang dilakukan dengan cara sederhana, yaitu metode CMRR (CaptureMarkRelease, dan Recapture). Perhitungan sebaran populasi yang diperoleh dapa diperoleh dengan menggunakan rumus rumus Schumacer-Eschemeyer, Peterson, dan Shenebet. Berdasarkan hasil analisis data, simulasi estimasi kelimpahan populasi belalang diperoleh jumlah populasi (N) sebesar 1,95, variansi sebesar -307,88 dan standar error (SE) sebesar 0,35. Sedangkan hasil dari rumus Peterson jumlah (N) sebesar 56,24 dan rumus Shenebet jumlah (N) sebesar 9,55. Untuk metode tangan tertutup diperoleh jumlah populasi (N) sebesar 18,03, variansi sebesar -62,72 dan standar error (SE) sebesar 0,47. Sedangkan hasil dari rumus Peterson jumlah (N) sebesar 8,22 dan rumus Shenebet jumlah (N) sebesar 62,2.

    DAFTAR PUSTAKA

    Ewusie, Yanney. Ekologi Tropika. Bandung: ITB Press, 1990.

    Hadisubroto, Tisni.  Ekologi Dasar. Jakarta: DeptDikBud, 1989.

    Naughhton. Ekologi Umum Edisi Ke 2. Yogyakarta: UGM Press, 1973.

    Rochmatulloh, Adam. Blog Adam. “Laporan Simulasi Estimasi Populasi Hewan” http:// www.adamrocmatulloh.blogspot.com (19 Mei 2014).

    Soetjipta. Dasar-dasar Ekologi Hewan. Jakarta: DeptDikBud DIKTI, 1992.

  • Laporan Praktikum Ekologi Hewan

    Laporan Praktikum Ekologi Hewan

    A. Tujuan Praktikum

    Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini adalah agar mahasiswa mampu menerapkan metode CMRR (Capture, Mark, Release, Recapture Methode) untuk memperkirakan jumlah atau cacah populasi Kacang Koro dan membandingkan hasil estimasi dengan rumus Schumacer-Eschemeyer.

    B. Dasar Teori

    Populasi ditafsirkan sebagai kumpulan kelompok makhluk yang sama jenis atau kelompok lain yang individunya mampu bertukar informasi genetik yang mendiami suatu ruangan khusus, yang memiliki berbagai karakteristik yang walaupun paling baik digambarkan secara statistik, unik sebagai milik kelompok dan bukan karakteristik individu dalam kelompok itu (Soetjipta, 1992).

    Walaupun istilah populasi itu dapat mencakup varietas atau kelompok lain yang mungkin saja merupakan satuan ekologi, populasi merupakan berbagai ciri khas tambahan yang berbeda dari dan ciri lainnya yang merupakan tambahan pada ciri umum individunya yang membentuk kelompok itu. Diantaranya ciri yang sama-sama dimiliki oleh populasi dan individu ialah kenyataan bahwa populasi mempunyai riwayat hidup sebagaimana tampak dari kenyataan bahwa populiasi tumbuh, mengkhususkan dan memelihara dirinya dan bahwa populasi memiliki susunan di struktur yang pasti yang dapat diberikan dalam hubungan yang sama seperti individu. Ciri kelompok mencakup berbagai corak seperti angka kelahiran/ laju berbiak angka kematian, struktur umur, dan stuktur sosial (Ewusie, 1990).

    Pengetahuan tentang pertumbuhan dan pengaruh individu populasi merupakan dasar untuk memahami struktur dan dinamika ekologi. Semua spesies memiliki potensi tumbuh yang tinggi pada kondisi optimum. Jumlah kelahiran dan kematian mungkin berfluktasi secara luas sebagai respon terhadap pengaruh lingkungan yang berbeda, tetapi jumlah itu mendekati seimbang dalam waktu yang lama. Interaksi species seperti predasi, kompetisi dan herbivore akan mengatup naik turunnya pertumbuhan populasi. Populasi terdiri dari banyak individu yang tersebar pada rentangan goegrafis (Naughhton, 1973).

    Ada beberapa pola penyebaran yaitu menggerombol, acak dan tersebar. Pola distribusi ini disebabkan oleh tipe tingkah laku individu yang berbeda. Di satu pihak, menggerombol sebagai akibat dari tertariknya individu-individu pada tempat yang sama, apakah karena lingkungan yang cocok. Misalnya perkawinan, di pihak lain tersebar sebagai interaksi antagonis antar individu. Karakteristik dasar populasi adalah besar populasi atau kerapatan (Naughhton, 1973).

    Tingkat pertumbuhan populasi yaitu sebagai hasil akhir dari kelahiran dan kematian, juga mempengaruhi struktur umur dan populasi. Kerapatan populasi ialah ukuran besar populasi yang berhubungan dengan satuan ruang, yang umumnya diteliti dan dinyatakan sabagai cacah individu. Kadang kala penting untuk membedakan kerapatan kasar dari kerapatan ekologik. Kerapatan kasar adalah biomassa persatuan ruang total, sedangkan kerapatan ekologik adalah cacah individu biomassa persatuan ruang habitat (Hadisubroto, 1989).

    Capture Mark Release Recapture (CMMR) yaitu menangkap, menandai, melepaskan dan menangkap kembali sampel sebagai metode pengamatan populasi. Merupakan metode yang umumnya dipakai untuk menghitung perkiraan besarnya populasi. Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti. Hal yang pertama dilakukan adalah dengan menentukan tempat yang akan dilakukan estimasi, lalu menghitung dan mengidentifikasinya, dan hasil dapat dibuat dalam sistem daftar (Rochmatulloh, 2012).

    C. Waktu dan Tempat

    Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum ini adalah:

    Hari/tanggal            : Sabtu/10 Mei 2014

    Waktu                     : 08.00-10.00 WITA

    D. Alat dan Bahan

    1. Alat

    Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu alat tulis menulis.

    2. Bahan

    Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu kancing genetika berwarna putih dan kuning.

    E. Cara Kerja

    Adapun cara kerja pada percobaan ini yaitu sebagai berikut:

    1. Metode tangan terbuka

    1. Mengambil segenggam kancing genetika putih dari meja, menghitung jumlahnya kemudian ganti dengan sejumlah yang sama dengan kancing genetika kuning, menggabungkan ke dalam meja. Jumlah kancing genetika yang terambil harus sesuai dengan range pengambilan yang telah ditentukan.
    2. Mengaduk agar kancing genetika tercampur dengan homogen.
    3. Mengambil cuplikan ke dua dengan cara yang sama, maka catat C dalam tabel. Sedangkan jumlah kancing genetika putih yang terambil kedua dicatat sebagai m dalam tabel.
    4. Mengulangi pengambilan seperti di atas sampai 10 kali.
    5. Mencatat hasil pengamatan pada tabel pengamatan dan menentukan estimasi kancing genetika putih dengan rumus Schumacer-Eschemeyer.

    2. Metode tangan tertutup

    a.    Mengambil segenggam kancing genetika putih dari meja, menghitung jumlahnya kemudian ganti dengan sejumlah yang sama dengan kancing genetika kuning, menggabungkan ke dalam kantong baju. Jumlah kancing genetika yang terambil harus sesuai dengan range pengambilan yang telah ditentukan.

    b.    Mengaduk agar kancing genetika tercampur dengan homogen di dalam kantong baju.

    c.    Mengambil cuplikan ke dua dengan cara yang sama, maka catat C dalam tabel. Sedangkan jumlah kancing genetika putih yang terambil kedua dicatat sebagai m dalam tabel.

    d.   Mengulangi pengambilan seperti di atas sampai 10 kali.

    e.    Mencatat hasil pengamatan pada tabel pengamatan dan menentukan estimasi kancing genetika putih dengan rumus Schumacer-Eschemeyer.

    F. Hasil Pengamatan

    Adapun hasil pengamatan pada percobaan ini adalah sebagai berikut ini:

    1. Metode tangan terbuka

    Sam-plingkeCMmRCMC(M)2∑(CM)MRCMR∑R∑CM∑RR2C
    199
    21292101089721089010,801010,808,33
    312113913214522409914,671912,636,75
    49145412617643665631,502315,911,78
    581944152288851876382719,192
    692363207476172569693024,171
    715297843512615116023254,373830,534,27
    8113656396142561556216664435,363,27
    912413949220172204836954,675338,646,75
    101944145836367842884220167,25849,721,32
    Jumlah116226585828849566496051427506,2302236,935,47

    2. Metode tangan tertutup

    Sam-plingkeCMmRCMC(M)2∑(CM)MRCMR∑R∑CM∑RR2C
    11212
    21412311168201616813215,271115,278,64
    3131549195292536313521,672018,156,23
    4131958247469361015230,882821,794,92
    5152487360864097016851,433527,713,27
    6113274352112641322128883933,901,45
    711396542916731175119585,804439,802,27
    8104582450202502201902254647,850,4
    9105373530280902731159176,64955,730,9
    101160926603960033911203305166,490,36
    Jumlah120299695133911342091350712791025323326,628,5

    3. Analisis Data

    a. Metode tangan terbuka

    1. Rumus Schumacer-Eschemeyer

        N     =

                     =

                     = 9,47 …… ( )

          Variansi = 1/( S-1) { }

                              = 1/( 10-1) { }

                              = 1/9 x 3,69 – 1066

                              = 0,44 – 1066

                              =  -1065…… (b)

            Standar Error   =

             =

             =

             =

             = 0,03

    2. Rumus Peterson

    N  =

    =

    =

    = 56,24

    3. Rumus Shenebet

    N  =

    =

    = 9,55

    b. Metode tangan tertutup

    1. Rumus Schumacer-Eschemeyer

        N     =

                     =

                     = 18,03 …… ( )

          Variansi = 1/( S-1) { }

                              = 1/( 10-1) { }

                              = 1/9 x 3,10 – 63,06

                              =  0,34 – 63,06

                              =  -62,72…… (b)

            Standar Error   =

             =    

             =  

             =

             =

             = 0,47

    2. Rumus Peterson

    N  =

    =

    =

    = 113,9

    3. Rumus Shenebet

    N  =

    =

    = 66,5

    G. Pembahasan

    Adapun pembahasan pada percobaan ini adalah hewan sebagai komponen penyusun komonitas biotik dalam suatu ekosistem mempunyai peran dan fungsi penting untuk habitat dan lingkungan serta makhluk hidup lainnya. Lingkungan adalah faktor-faktor di luar makhluk hidup yang berpengaruh langsung pada kemungkinan hewan untuk dapat bertahan hidup, tumbuh dan berkembangbiak. Di dalam habitatnya organisme sudah menyesuaikan diri dengan kondisi yang ada sehingga mampu bertahan hidup, tumbuh dan berkembangbiak. Suatu komunitas terdiri dari berbagai kumpulan populasi yang saling berinteraksi satu sama lain.

    Oleh karena itu, dalam komunitas berarti ada keanekaragaman jenis-jenis ynag terkumpul membentuk populasi dan saling berinteraksi antar populasi tersebut membentuk komunitas. Sehingga dapat dikatakan bahwa di dalam komunitas salah satu ciri utama adalah adanya keanekaragaman jenis. Keanekaragaman jenis dari seluruh jumlah jenis di dalam komponen tropik atau dalam suatu komunitas secara keseluruhan ditentukan oleh jenis yang jarang, dominan, atau umum. Untuk mengetahui keanekaragaman suatu organisme maka kita harus mengetahui kemelimpahan suatu individu, dapat diketahui dengan menggunakan metode yaitu CMRR (CaptureMarkRelease, dan Recapture).

    Metode CMRR dapat dilakukan melalui simulasi atau tiruan untuk menggantikan populasi suatu hewan yang dimaksud. Dengan pengambilan sampel yang akurat akan didapatkan besarnya populasi yang mendekati jumlah yang sebenarnya. Seperti yang dilakukan pada praktikum ini yaitu dengan menggunakan kancing genetika berwarna hitam dan putih dengan dua perlakuan yaitu metode tangan terbuka dan tangan tertutup.

    Pada praktikum ini, kancing digunakan sebagai simulasi dari individu hewan. Kancing berwarna putih dianggap sebagai individu yang ditandai, sedangkan kancing kuning dianggap sebagai individu yang tidak ditandai. Setiap kancing putih dan kuning yang terambil akan digantikan oleh kancing putih yang dianggap sebagai individu yang tertangkap dan ditandai. Jika kancing yang terambil 10 biji maka akan digantikan dengan kancing berwarna kuning sebagi individu yang ditandai.

    Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh, simulasi estimasi populasi dengan metode tangan terbuka pada 10 kali pengulangan diperoleh jumlah populasi kancing putih dan kuning yang terambil adalah 116 dengan jumlah kancing kancing putih yang ditandai yaitu 58. Hasil analisis data dengan rumus Schumacer-Eschemeyer, diperoleh jumlah populasi (N) sebesar 9,47, variansi sebesar -1065 dan standar error (SE) sebesar 0,03. Dari nilai standar error yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa data estimasi yang diperoleh baik dan valid karena standar error (SE) nilainya kecil. Hal tersebut terjadi karena jumlah kancing yang terambil merata dan konsisten. Dari nilai N dapat disimpulkan bahwa jumlah populasi yang diperoleh lumayan besar. Sedangkan hasil dari rumus Peterson jumlah (N) sebesar 56,24 dan rumus Shenebet jumlah (N) sebesar 9,55.

    Sedangkan berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh, pada simulasi estimasi populasi dengan metode tangan terbuka pada 10 kali pengulangan diperoleh jumlah populasi kancing putih dan kuning yang terambil adalah 120 dengan jumlah kancing kancing putih yang ditandai yaitu 69. Hasil analisis data dengan rumus Schumacer-Eschemeyer, diperoleh jumlah populasi (N) sebesar 18,03, variansi sebesar -62,72 dan standar error (SE) sebesar 0,47. Dari nilai standar error yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa data estimasi yang diperoleh baik dan valid karena standar error (SE) nilainya kecil. Hal tersebut terjadi karena jumlah kancing yang terambil merata dan konsisten. Dari nilai N dapat disimpulkan bahwa jumlah populasi yang diperoleh lumayan besar. Sedangkan hasil dari rumus Peterson jumlah (N) sebesar 113,9 dan rumus Shenebet jumlah (N) sebesar 66,5.

    Pengambilan sampel yang hanya dengan menggunakan kancing belum tentu akurat untuk di lapangan. Bisa saja keadaan di lapangan tidak sesuai dengan apa yang kita kira. Pengambilan contoh dalam populasi dapat menghasilkan prakiraan yang tidak akurat. Suatu sampel dinyatakan tidak keliru apabila setiap individu populasi yang dipelajari memiliki kesempatan yang sama.

    H. Kesimpulan

    Adapun kesimpulan pada percobaan ini adalah percobaan simulasi estimasi populasi hewan dilakukan dengan cara sederhana, yaitu metode CMRR (CaptureMarkRelease, dan Recapture). Perhitungan sebaran populasi yang diperoleh dapa diperoleh dengan menggunakan rumus rumus Schumacer-Eschemeyer, Peterson, dan Shenebet. Berdasarkan hasil analisis data, simulasi estimasi populasi dengan metode tangan terbua diperoleh jumlah populasi (N) sebesar 9,47, variansi sebesar -1065 dan standar error (SE) sebesar 0,03. Sedangkan hasil dari rumus Peterson jumlah (N) sebesar 56,24 dan rumus Shenebet jumlah (N) sebesar 9,55. Untuk metode tangan tertutup diperoleh jumlah populasi (N) sebesar 18,03, variansi sebesar -62,72 dan standar error (SE) sebesar 0,47. Sedangkan hasil dari rumus Peterson jumlah (N) sebesar 113,9 dan rumus Shenebet jumlah (N) sebesar 66,5.

    DAFTAR PUSTAKA

    Ewusie, Yanney. Ekologi Tropika. Bandung: ITB Press, 1990.

    Hadisubroto, Tisni.  Ekologi Dasar. Jakarta: DeptDikBud, 1989.

    Naughhton. Ekologi Umum Edisi Ke 2. Yogyakarta: UGM Press, 1973.

    Rochmatulloh, Adam. Blog Adam. “Laporan Simulasi Estimasi Populasi Hewan” http:// www.adamrocmatulloh.blogspot.com (12 Mei 2014).

    Soetjipta. Dasar-dasar Ekologi Hewan. Jakarta: DeptDikBud DIKTI, 1992.

  • Laporan Praktikum Ekologi Hewan

    Laporan Praktikum Ekologi Hewan

    A. Tujuan Praktikum

    Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk memahami keragaman komunitas suatu ekosistem tertentu melalui indeks keragaman, indeks dominansi, dan indeks kemerataan.

    B. Dasar Teori

    Komunitas secara umum diartikan sebagai masyarakat yang mempunyai pengertian, kumpulan dari beberapa individu yang masing-masing kelompok memiliki karakter spesifik, didalamnya terjadi interdependensi, yang dinamis pada skala ruang dan waktu tertentu. Dalam kajian ekologi, komunitas diartikan sebagai kumpulan populasi yang saling berinteraksi pada ruang dan waktu secara bersamaan. Konsep komunitas menjadi demikian penting dalam mempelajari ekologi, karena pada tingkat komunitas ini dikaji keberadaan beraneka ragam jenis organisme yang hidup bersama dengan cara yang beraturan, tidak tersebar bebas begitu saja tanpa ada saling ketergantungan (Aslam, 2012).

    Variasi organisme baik cacah individu maupun jumlah species dalam komunitas sangat menentukan karakter dari komunitas tersebut, namun demikian tidak semua organisme mempunyai kontribusi yang sama terhadap karakter yang dibentuk. Pengaruh organisme dalam pembentukan karakter komunitas ditentukan oleh cacah individu dan jumlah jenis yang secara matematis ditunjukkan oleh dominansi nisbi. Nilai atau nisbi mempunyai pengertian pengendali atau penguasaan species terhadap suatu komunitas yang didasarkan pada cacah individu species tersebut. Dengan demikian boleh jadi species tersebut mempunyai sistematika dalam taksonomi yang jauh berbeda, namun dalam komunitas mempunyai sinergitas dalam hubungan fungsi (Rososoedarmo, 1990).

    Komunitas diberi nama dan digolongkan menurut species atau bentuk hidup yang dominan, habitat fisik atau kekhasan fungsional. Analisis komunitas dapat dilakukan dalam setiap lokasi tertentu berdasarkan pada pembedaan zone atau gradien yang terdapat dalam daerah tersebut. Umumnya semakin curam gradien lingkungan, makin beragam komunitasnya karena batas yang tajam terbentuk oleh perubahan yang mendadak dalam sifat fisik lingkungan. Angka banding antara jumlah species dan jumlah total individu dalam komunitas dinyatakan sebagai keragaman species (Michael, 1994).

    Daya dukung lingkungan merupakan sumber daya alam lingkungan. Kemampuan lingkungan mempunyai batas, sehingga apabila keadaan lingkungan berubah maka daya dukung lingkungan juga berubah. Hal ini karena daya dukung lingkungan dipengaruhi oleh faktor pembatas, seperti: cuaca, iklim, pembakaran, banjir, gempa, dan kegiatan manusia. Karakteristik komunitas pada suatu lingkungan adalah keanekaragaman. Makin beranekaragam komponen biotik, maka makin tinggi keanekaragaman. Sebaliknya makin kurang beranekaragaman maka dikatakan keanekaragaman rendah (Dwidjoseputro, 1990).

    Komunitas yang mengalami situasi lingkungan yang keras dan tidak menyenangkan dimana kondisi fisik terus menerus menderita, kadangkala atau secara berkala, cenderung terdiri atas sejumlah kecil species yang berlimpah. Dalam lingkungan yang lunak atau menyenangkan, jumlah species besar, namun tidak ada satupun yang berlimpah. Keragaman species dapat diambil untuk menandai jumlah species dalam suatu daerah tertentu. Hubungan ini dapat dinyatakan secara numerik sebagai indeks keragaman. Jumlah species dalam suatu komunitas adalah penting dari segi ekologi karena keragaman species tampaknya bertambah bila komunitas menjadi makin stabil. Gangguan parah menyebabkan penurunan yang nyata dalam keragaman (Odum, 1993).

    C. Waktu dan Tempat

    Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum ini adalah:

    Hari/tanggal            : Sabtu/03 Mei 2014

    Waktu                     : 08.00-10.00 WITA

    D. Alat dan Bahan

    1. Alat

    Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu alat tulis menulis, plot berukuran 1×1 meter.

    2. Bahan

    Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu tali rafia, tali rafia dan dan spesies-spesies hewan (serangga) yang terdapat pada daerah sampling atau dalam plot.

    E. Cara Kerja

    Adapun cara kerja pada percobaan ini yaitu sebagai berikut:

    1. Menyediakan plot yang berukuran 1×1 meter.
    2. Meletakkan plot tersebut pada suatu lokasi tempat secara acak lalu membiarkan selama 3 menit.
    3. Menghitung serangga yang ada di permukaan serta menghitung serangga yang terdapat dalam plot tersebut.
    4. Mengulangi percobaan sebanyak 10 kali.
    5. Mencatat seluruh hasil pengamatan pada tabel hasil pengamatan.

    F. Hasil Pengamatan

    Adapun hasil pengamatan pada percobaan ini adalah sebagai berikut ini:

    1. Plot I

    No.SpesiesJumlah (ni)Indeks keragaman (c)Dominansi (d)
    1.Belalang100,1158965250,001731302
    2.Nyamuk10,0247475470,00017313
    3.Lalat buah110,1214951310,001904432
    4.Semut hitam520,1127649070,00900277
    5.Spesies A10,0247475470,00017313
    6.Spesies B10,0247475470,00017313
    Jumlah (N)760,4243992050,013157895
    N25776

     2. Plot II

    No.SpesiesJumlah (ni)Indeks keragaman (c)Dominansi (d)
    1.Belalang180,0573829630,040816327
    2.Capung10,0629628240,002267574
    3.Spesies A20,0972561240,004535147
    Jumlah (N)210,2176019100,047619048
    N2441

    3. Plot III

    No.SpesiesJumlah (ni)Indeks keragaman (c)Dominansi (d)
    1.Lalat besar10,0229080870,000141723
    2.Belalang250,1566485940,003543084
    3.Lalat buah100,1100332480,001417234
    4.Semut hitam480,1388788850,006802721
    Jumlah (N)840,4284688150,011904762
    N27056

    4. Plot IV

    No.SpesiesJumlah (ni)Indeks keragaman (c)Dominansi (d)
    1.Semut besar hitam150,1043771680,034013605
    2.Belalang10,0629628240,002267574
    3.Nyamuk50,1483926880,011337868
    Jumlah (N)210,3157326800,047619048
    N2441

    5. Plot V

    No.SpesiesJumlah (ni)Indeks keragaman (c)Dominansi (d)
    1.Capung20,1451583360,024691358
    2.Belalang70,0848901430,086419753
    Jumlah (N)90,2300484790,111111111
    N281

    6. Plot VI

    No.SpesiesJumlah (ni)Indeks keragaman (c)Dominansi (d)
    1.Belalang50,1278051110,005202914
    2.Laba-laba10,0481084420,001040583
    3.Semut hitam250,0753400690,026014568
    Jumlah (N)310,2512536220,032258065
    N2961

    7. Plot VII

    No.SpesiesJumlah (ni)Indeks keragaman (c)Dominansi (d)
    1.Belalang150,0262769280,058593750
    2.Kupu-kupu putih10,0752574990,003906250
    Jumlah (N)160,1015344270,062500000
    N2256

    8. Plot VIII

    No.SpesiesJumlah (ni)Indeks keragaman (c)Dominansi (d)
    1.Belalang80,1424618130,005540166
    2.Semut hitam300,0810492170,020775623
    Jumlah (N)380,2235110300,026315789
    N21444

    9. Plot IX

    No.SpesiesJumlah(ni)Indeks keragaman (c)Dominansi(d)
    1.Laba-laba10,0361469090,00047259
    2.Semut hitam450,0093378110,021266541
    Jumlah (N)460,0454847200,02173913
    N22116

    10. Plot X

    No.SpesiesJumlah (ni)Indeks keragaman (c)Dominansi (d)
    1.Belalang180,1590404180,006172840
    2.Laba-laba10,0320813660,000342936
    3.Semut merah350,1220629640,012002743
    Jumlah (N)540,3131847480,018518519
    N22916

    Adapun rekapitulasi jumlah seluruh plot adalah sebagai berikut:

    NoSpesiesJumlahDM– xlog
    1.Belalang10710,70,2702-0,5680,1535588910,000682328
    2.Nyamuk60,60,0151-1,8190,0275688483,82614E-05
    3.Lalat buah212,10,0530-1,2750,0676388730,000133915
    4.Semut hitam20020,00,5050-0,2960,1498309040,00127538
    5.Spesies A30,30,0075-2,1200,0160649541,91307E-05
    6.Spesies B10,10,0025-2,5970,0065598366,3769E-06
    7.Capung30,30,0075-2,1200,0160649541,91307E-05
    8.Lalat besar10,10,0025-2,5970,0065598366,3769E-06
    9.Semut hitam bsar151,50,0378-1,4210,0538486349,56535E-05
    10Laba-laba30,30,0075-2,5970,0160649541,91307E-05
    11.Kupu-kupu putih10,10,0025-2,5970,0065598366,3769E-06
    12.Semut merah353,50,0883-1,0530,0931236110,000223192
    Jumlah (n)39639,60,9994-21,060,6134441310,002525253
    N2156816

    v Indeks Keanekaragaman (H’)        : 0,613444131 = 0,61

    v Indeks Dominansi                          : 0,9994           = 1

    v Indeks Kemerataan Jenis               :                  ∑ = H’/DM

                                                                                    = 0,61/39,6

                                                                                    = 0,015

                                                            Jadi, H’ < 3,5  = Rendah

    G. Pembahasan

    Adapun pembahasan pada percobaan ini adalah Keanekaragaman makhluk hidup dapat terjadi akibat adanya perbedaan warna, ukuran, bentuk, jumlah, tekstur, penampilan, dan sifat-sifat lainnya. Sedangkan keanekaragaman dari makhluk hidup dapat terlihat dengan adanya persamaan ciri antar makhluk hidup. Untuk dapat mengenal makhluk hidup khususnya pada hewan berdasarkan ciri-ciri yang dimilikinya dapat dilakukan melalui pengamatan ciri-ciri morfologi, habitat, cara berkembang biak, jenis makanan, tingkah laku, dan beberapa ciri lain yang dapat diamati.

    Untuk mengetahui keanekaragaman jenis hewan pada suatu tempat  dapat menentukan indeks keanekaragaman suatu komunitas, sangatlah diperlukan pengatahuan atau keterampilan dalam mengindentifikasi hewan. Bagi seseorang yang sudah terbiasa pun dalam melakukan indentifikasi hewan sering membutuhkan waktu yang lama, apalagi yang belum terbiasa. Karena itu untuk kajian dalam komunitas dan indeks keanekaragaman sering didasarkan pada kelompok hewan, misalnya, familia, ordo atau kelas dan hal ini pun dibutuhkan cukup keterampilan dan pengalaman.

    Mengingat keanekaragaman spesies, ada suatu cara penentuan untuk mendukung indeks keanekaragaman suatu habitat atau komunitas tanpa harus mengetahui nama masing-masing jenis hewan sama atau berbeda pada pola pengurutan pengambilan sampel yang dilakukan secara acak pada saat pengamatan di laboratorium atau di lapangan secara langsung. Dan hal tersebut telah diaplikasikan dalam praktikum kali ini.

    Berdasarkan hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa karakteristik dari keanekaragaman komunitas ditentukan oleh banyaknya jenis organisme dan perbandingan jumlah individu-individu tiap jenis dengan jumlah individu seluruh jenis. Pada pengamatan yang dilakukan di sekitar lapangan terbuka belakang gedung Fakultas Ushuluddin dan Filsafat dengan menggunakan plot yang berukuran 1×1 meter yang diletakkan pada lokasi tempat pengamatan secara acak yang dilakukan sebanyak 10 kali pengulangan. Pada setiap plot yang diletakkan, semua jenis serangga yang terdapat dalam plot tersebut dicatat dan dihitung. Dari hasil pengamatan ini diperoleh data bahwa pada plot I ditemukan 6 jenis serangga yaitu belalang, nyamuk, lalat buah, semut hitam, spesies A dan spesies B. Dari hasil analisis data dapat diketahui indeks keragaman yaitu 0,424399205 (424×10-9) dan indeks dominansi yaitu 0,013157895 (131×10-9).

    Pada plot II ditemukan 3 jenis serangga yaitu belalang, capung, dan spesies A dengan indeks keragaman yaitu 0,217601910 (217×10-9)dan indeks dominansi yaitu 0,047619048 (476×10-9). Pada plot III ditemukan 4 jenis serangga yaitu lalat besar, belalang, lalat buah, dan semut hitam dengan indeks keragaman yaitu 0,428468815 (428×10-9)& indeks dominansi yaitu 0,011904762 (119×10-9). Pada plot IV ditemukan 3 jenis serangga yaitu semut besar hitam, belalang, dan nyamuk dengan indeks keragaman yaitu 0,315732680 (315×10-9)dan indeks dominansi yaitu 0,047619048 (476×10-9). Pada plot V ditemukan 2 jenis yaitu capung dan belalang, dimana indeks keragaman yaitu 0,230048479 (230×10-9)dan indeks dominansi yaitu 0,111111111 (111×10-9).

    Kemudian pada plot VI ditemukan 3 jenis serangga yaitu belalang, laba-laba, dan semut hitam dengan indeks keragaman yaitu 0,251253622 (251×10-9)dan indeks dominansi yaitu 0,032258065 (322×10-9). Pada plot VII ditemukan pula 2 jenis yaitu belalang, dan kupu-kupu putih dengan indeks keragaman yaitu 0,101534427 (101×10-9)dan indeks dominansi yaitu 0,062500000 (625×10-9). Pada plot VIII ditemukan 2 jenis serangga yaitu belalang dan semut hitam dengan indeks keragaman yaitu 0,223511030 (223×10-9)dan indeks dominansi yaitu 0,026315789 (263×10-9). Pada plot IX ditemukan 2 jenis serangga yaitu laba-laba dan semut hitam dengan indeks keragaman yaitu 0,045484720 (454×10-9)dan indeks dominansi yaitu 0,02173913 (217×10-9). Dan pada plot X ditemukan 3 jenis serangga yaitu belalang, laba-laba, dan semut merah dengan indeks keragaman yaitu 0,313184748 (313×10-9)dan indeks dominansi yaitu 0,018518519 (185×10-9).

    Adapun hasil rekapitulasi dari semua jumlah plot yaitu dari plot I sampai plot X diperoleh jumlah keseluruhan spesies yang ditemukan adalah 12 jenis dengan indeks keragaman 0,712800000 (712×10-9) dan indeks kemerataan (Hi) adalah 0,002525253 (252×10-9) serta dominansi mutlak adalah 39,6. Menurut ketentuan, pada kategori indeks keragaman jika H’ < 1 maka keragaman rendah, jika H’ ≥ 1 maka keragaman sedang, dan jika H’ = 3 maka keragaman termasuk tinggi. Pada indeks dominansi menurut ketentuan jika 0,01-0,30 = rendah, jika 0,31-0,60 = sedang, dan kalau 0,61-1,0 = tinggi. Dan ketentuan pada indeks kemerataan jika H’ = 3,5 maka rendah, jika H’ = 3,5-5,0 maka sedang, dan jika H’ = 5,0 ke atas maka tinggi. Diantara semua jenis serangga yang sering ditemukan pada setiap penempatan plot adalah belalang. Dalam komunitas semua organisme merupakan bagian dari komunitas dan antara komponennya saling berhubungan melalui keragaman interaksinya. Keragaman komunitas dibentuk dengan menghitung indeks keragaman, dimana indeks keragaman populasi makin tinggi jika jumlah spesies organisme makin banyak.

    H. Kesimpulan

    Adapun kesimpulan pada percobaan ini adalah keragaman komunitas merupakan kumpulan populasi yang saling berinteraksi pada ruang dan waktu secara bersamaan. Karakter komunitas suatu ekosistem dapat ditentukan oleh keanekaragaman dari spesies penyusunnya. Dan hal tersebut dapat ditentukan melalui indeks keragaman serta indeks dominasi. Pada hasil pengamatan di lapangan indeks keragaman dari rekapitulasi seluruh jumlah spesies adalah 0,712800000 (712×10-9) dan indeks kemerataan (Hi) adalah 0,002525253 (252×10-9) serta dominansi mutlak adalah 39,6. Sementara indeks kemerataan tertinggi terdapat pada semut hitam yaitu 0,001275380 (127×10-9) dan indeks kemerataan terendah terdapat pada spesies B, lalat besar, dan kupu-kupu putih yaitu 0,0000063769 (637×10-11).

    DAFTAR PUSTAKA

    Aslam, Munadry. 2012. Blog Aslam. Keragaman Komunitas, http://www.catatan    kecilku-ekologimundary-blog.com (22 Mei 2014).

    Dwidjoseputro. “Ekologi Manusia dengan Lingkungan”. Erlangga, Jakarta: 1990.

    Michael, Davis “Dasar-Dasar Ekologi”. Universitas Indonesia, Jakarta: 1994.

    Odum, Ougene. “Dasar-Dasar Ekologi”. UGM Press, Yogyakarta: 1993.

    Rososoedarmo, Soedjiran. “Pengantar Ekologi”. Remaja Rosdakarya, Jakarta: 1990.

  • Laporan Praktikum Kompetensi Intra Spesifik

    Praktikum Kompetensi Intra Spesifik

    A. Tujuan Praktikum

    Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat mempelajari kompetisi secara langsung dengan analisis pengaruh kerapatan populasi pada lalat buah (Drosophyla melanogaster) yang ditanama pada medium pisang : tape  singkong : gula merah dengan perbandingan 7 : 2 : 1.

    B. Dasar Teori

    Apabila ditinjau dari segi proses alam, makhluk hidup selalu berinteraksi dengan lingkungannya. Interaksi yang terjadi antar setiap organisme dengan lingkungannya merupakan proses yang tidak sederhana melainkan suatu proses yang kompleks. Karena di dalam lingkungan hidup terdapat banyak komponen yang disebut komponen lingkungan. Berdasarkan konsep dasar pengetahuan ekologi, komponen lingkungan yang dimaksud tersebut juga dinamakan komponen ekologi karena setiap komponen lingkungan tidak berdiri sendiri, melainkan selalu berhubungan dan saling memengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung (Sigen, 2014).

    Organisme hidup membentuk satu kumpulan individu-individu yang menempati sustu tempat tertentu, sehingga antar organisme dapat terjadi interaksi. Interaksi-interaksi yang terjadi dapat merupakan interaksi antar individu dari spesies yang sama, dapat juga merupakan interaksi antar individu dari spesies yang berbeda. Interaksi yang terjadi antar spesies anggota populasi akan mempengaruhi terhadap kondisi populasi mengingat keaktifan atau tindakan individu mempengaruhi kecepatan pertimbuhan ataupun kehidupan populasi. Setiap anggota populasi dapat memakan anggota populasi yang lainnya, bersaing terhadap makanan, mengeluarkan kotoran yang merugikan lainnya, dapat saling membunuh, dan interaksi tersebut dapat searah ataupun dua arah (timbal balik) (Setiadi, 1989).

    Persaingan terjadi ketika organisme baik dari spesies yang sama maupun dari spesies yang berbeda menggunakan sumber daya alam. Di dalam menggunakan sumber daya alam, tiap-tiap organisme yang bersaing akan memperebutkan sesuatu yang diperlukan untuk hidup dan pertumbuhannya. Persaingan yang dilakukan organisme-organisme dapat memperebutkan kebutuhan ruang (tempat), makanan, unsur hara, air, sinar, udara, atau faktor-faktor ekologi lainnya sebagai sumber daya yang dibutuhkan oleh tiap-tiap organisme untuk hidup dan pertumbuhannya (Indriyanto, 2006).

    Dalam artian yang luas persaingan ditunjukan pada interaksi antara dua organisme yang memperebutkan sesuatu yang sama. Persaingan ini dapat terjadi antara indifidu yang sejenis ataupun antara indifidu yang berbeda jenis. Persaingan yang terjadi antara individu yang sejenis disebut dengan persaingan intraspesifik sedangkan persaingan yang terjadi antara individu yang berbeda jenisnya disebut sebagai persaingan interspesifik. Persaingan yang terjadi antara organisme-organisme tersebut mempengaruhi pertumbuhan dan hidupnya, dalam hal ini bersifat merugikan. Setiap organisme yang berinteraksi akan di rugikan jika sumber daya alam menjadi terbatas jumlahnya. Yang jadi penyebab terjadinya persaingan antara lain makanan atau zat hara, sinar matahari, dan lain–lain. Faktor-fator intraspesifik merupakan mekanisme interaksi dari dalam individu organisme yang turut mengendalikan kelimpahan populasi. Pada hakikatnya mekanisme intraspesifik yang di maksud merupakan perubahan biologi yang berlangsung dari waktu ke waktu (Wirakusumah, 2003).

    C. Waktu dan Tempat

    Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum ini adalah sebagai berikut:

    Hari/tanggal            : Selasa/13 Mei 2024

    Waktu                     : 08.00-10.00 WITA

    D. Alat dan Bahan

    1. Alat

    Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu alat tulis menulis, botol jam (botol bekas selai), loupe, timbangan, blender, selang plastik (penyedot), kuas kecil (kuas lukis), dan cawan petri.

    2. Bahan

    Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu pisang raja, gula merah, baygon cair, yeast (fermipan), lalat buah (Drosophila sp), agar-agar, dan label.

    E. Cara Kerja

    Adapun cara kerja pada percobaan ini yaitu sebagai berikut:

    1.    Cara pembuatan medium

    a.    Mengupas pisang raja kemudian menimbang sebanyak 700 gram.

    b.    Menimbang pula gula merah sebanyak 100 gram.

    c.    Menghancurkan pisang hingga halus dengan menggunakan blender, tambahkan air secukupnya.

    d.   Mencampurkan ke dalam panci adonan pisang, gula merah dan agar-agar.

    e.    Masak campuran tersebut hingga kadar airnya berkurang (15 menit setelah mendidih) sambil mengaduknya.

    f.     Memasukkan medium yang telah dingin ke dalam botol selai, sesuai kegiatan (penanaman) dan menyimpan lebihnya di dalam kulkas.

    g.    Menaburi beberapa butir yeast ke atas medium di dalam botol selai dan meletakkan pupasi di atasnya, serta Menutup dengan sumbat busa.

    2.    Stocking  

    a.    Menyiapkan botol-botol selai yang telah berisi medium.

    b.    Memasukkan Drosophyla melanogaster jantan dan betina dengan perbandingan 2:2, 2:4, dan 2:8 dengan masing-masing perbandingan.

    c.    Membiarkan biakan selama 2 minggu, sehingga memperoleh generasi baru dengan cacah yang melimpah.

    3.    Labeling

    a.    Menyiapkan medium dalam botol-botol jam sebagaimana pada saat stocking.

    b.    Memberi label pada masing-masing botol: 2:2, 2:4, dan 2:8. Melakukan 3 ulangan pada masing-masing perbandingan sehingga masing-masing kelompok menyiapkan 9 botol.

    c.    Melakukan pengamatan sebanyak 5 kali, maka tiap kelompok harus menyiapkan 45 botol.

    4.    Penanaman

    a.    Menyiapkan biakan stocking yang telah berumur 2 minggu.

    b.    Membius Drosophyla sp dengan cara menggunakan kapas yang telah dibubuhi dengan DDT atau eter.

    c.    Melakukan sexing dengan cara memisahkan Drosphyla sp jantan dan betina. Melakukan pengamatan dengan hati-hati menggunakan loupe.

    d.   Melakukan penanaman pada botol: yang telah diberi label sesuai dengan perbandingan (sex ratio) pada label tersebut yang dilakukan pada hari ke 12, 14, 16, 18, dan 20.

    e.    Memelihara biakan tersebut hingga sampai waktu pengamatan. Menghindari penyimpanan dari serangga lain seperti semut dan lain-lain.

    5.    Pengamatan

    a.    Melakukan pengamatan populasi Drosophyla pada umur biakan ke 12 hari, melakukan dengan cara menghitung cacah Drosophyla jantan dan betina sebagai berikut:

    Pengamatan Ke-Hari Ke-
    I12
    II14
    III16
    IV18
    V20

    b.    Melakukan pengamatan dengan terlebih dahulu membius lalat buah dengan DDT yang dibubuhi dikapas.

    c.    Merekam hasil pengamatan dalam tabel pengamatan.

    F. Hasil Pengamatan

    Adapun hasil pengamatan pada percobaan ini adalah sebagai berikut ini:

    Pengamatan ke-(I) 10 Mei 2014(II) 14 Mei 2014
    Sex RatioJantanBetinaJantanBetina
    2:234252732
    2:445586042
    2:834495371
    Rata-rata31444748

    G. Pembahasan

    Adapun pembahasan pada percobaan ini adalah kompetisi merupakan persaingan terhadap antar makhluk hidup. Persaingan sendiri akan dapat menghasilkan pemenang, pemenang itu pun yang dapat meneruskan kelangsungan hidupnya. Persaingan sesama jenis pada umumnya terjadi lebih awal dan menimbulkan pengaruh yang lebih buruk dibandingkan persaingan yang terjadi antar jenis yang berbeda. Persaingan antarjenis dapat berakibat dalam penyesuaian keseimbangan dua jenis, atau dapat berakibat dalam penggantian populasi jenis satu dengan yang lainnya atau memaksanya yang satunya itu untuk menempati tempat lain, tidak perduli apapun yang menjadi dasar persaingannya itu.

    Kompetisi antar spesies merupakan suatu interaksi antar dua atau lebih populasi spesies yang mempengaruhi pertumbuhannya dan hidupnya secara merugikan. Bentuk dari kompetisi dapat bermacam-macam. Kecenderungan dalam kompetisi menimbulkan adanya pemisahan secara ekologi, spesies yang berdekatan atau yang serupa dan hal tersebut di kenal sebagai azaz pengecualian kompetitif. Kompetisi dalam suatu komunitas dibagi menjadi dua, yaitu kompetisi sumber daya (exploitative competition), yaitu kompetisi dalam memanfaatkan secara bersama-sama sumber daya yang terbatas Inferensi (inference competition atau contest competition), yaitu usaha pencarian sumber daya yang menyebabkan kerugian pada individu lain, meskipun sumber daya tersebut tersedia secara tidak terbatas. Biasanya proses ini diiringai dengan pengeluaran senyawa kimia (allelochemical) yang berpengaruh negatif pada individu lain.

    Pada pengamatan ini, hasil yang diperoleh setelah melakukan pengamatan selama 2 minggu adalah untuk pengamatan pertama yang dilakukan pada tanggal 10 Mei 2014 adalah untuk perbandingan 2:2 diperoleh jantan 34 ekor dan betina 25 ekor. Untuk perbandingan 2:4, diperoleh jantan sebanyak 45 ekor dan betina sebanyak 58 ekor, dan untuk perbandingan 2:8 didapatkan jantan sebanyak 34 ekor dan betina sebanyak 49 ekor. Adapun hasil rata-rata dari pengamatan pertama adalah jantan 31 dan betina 44. Sedangkan pengamatan kedua dilakukan pada tanggal 14 Mei 2014 dimana hasil yang didapatkan untuk perbandingan 2:2 adalah jantan 27 ekor dan betina 32 ekor. Untuk perbandingan 2:4, diperoleh hasil dimana jantan adalah 60 ekor dan betina adalah 42 ekor. Untuk perbandingan 2:8 diperoleh jantan sebanyak 53 ekor dan betina sebanayak 71 ekor, sehingga dari semua perbandingan pada pengamatan kedua didapatkan hasil rata-rata untuk jantan adalah 47 dan betina adalah 48.

    H. Kesimpulan

    Adapun kesimpulan pada percobaan ini adalah kompetisi adalah interakksi antar individu yang muncul akibat kesamaan kebutuhan akan sumber daya yang bersifat terbatas. Persaingan yang dilakukan organisme-organisme dapat memperebutkan kebutuhan ruang (tempat), makanan, unsur hara, air, sinar, udara, agen penyerbukan, agen dispersal, atau faktor-faktor ekologi lainnya sebagai sumber daya yang dibutuhkan oleh tiap-tiap organisme untuk hidup dan pertumbuhannya. Rata-rata hasil yang didapatkan pada pengamatan pertama adalah jantan 31 dan betina 44, sedangkan untuk pengamatan kedua adalah jantan 47 dan betina 48.

    DAFTAR PUSTAKA

    Indriyanto. Ekologi Hutan. Jakarta: Bumi Aksara, 2006.

    Setiadi, Dede. Dasar-Dasar Ekologi. Yogyakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, 1989.

    Sigen, Afief. 2010. Blog Afief. Ekologi Persaingan Intra dan Interspesifik. http://www.gado-gadorujak-i-power-blog.com. (28 April 2014).

    Wirakusumah. Dasar-dasar Ekologi bagi populasi dan Komunitas. Jakarta: UI-Press, 2003.

  • Laporan Praktikum Alel Ganda

    Praktikum Alel Ganda

    A. Tujuan Praktikum

    Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk mengenal beberapa sifat keturunan pada manusia yang ditentukan oleh pengaruh alel ganda dan mencoba menetapkan genotipnya sendiri.

    B. Dasar Teori

    Sistem-sistem genetik yang selama ini diajukan dibatasi sampai pada satu pasang alel. Jumlah sel maksimum pada suatu lokus gen yang dimiliki setiap individu adalah dua, satu pada setiap kromosom homolog. Bila kita mendengar kata alel, maka dalam pikiran kita selalu terbayang sepasang gen yang terdiri dari 2 anggota, yang masing-masing terletak pada lokus yang sama dalam pasangan kromosom yang homolog. Letak gen pada kromosom dikenal dengan istilah Lokus. Seperti kita ketahui variasi-variasi baru terjadi karena timbulnya mutasi gen (Suryo, 2008).

    Pengertian alel ganda ialah bahwa dalam suatu populasi individu jumlah jenis alel pada suatu lokus terdapat lebih dari dua. Contoh yang sudah cukup luas dikenal ialah golongan darah pada manusia. Di kenal ada empat jenis golongan darah, yaitu A, B, AB dan O yang dikendalikan oleh tiga alel, yaitu IA, IB dan i. Alel tersebut bertanggung jawab dalam mengendalikan pembentukan antigen sel darah (Fadly, 2013).

    Alel ganda (multiple alleles) adalah adanya lebih dari satu alel pada lokus yang sama. Pada manusia, hewan dan tumbuhan dikenal beberapa sifat keturunan yang ditentukan oleh suatu seri alel ganda. Golongan darah ABO yang ditemukan oleh Landsteiner pada tahun 1900 dan faktor Rh yang ditemukan oleh Landsteiner bersama Weiner pada tahun 1942 juga ditentukan oleh alel ganda. Untuk golongan darah tipe ABO misalnya, dikenal oleh alel ganda IA, IB, dan i. Sebagaimana kita ketahui bahwa pengertian alel ganda ialah bahwa dalam suatu populasi individu jumlah jenis alel pada suatu lokus terdapat lebih dari dua. Contoh yang sudah cukup luas dikenal ialah golongan darah pada manusia (Hartati, 2002).

    Darah adalah jaringan dasar yang terdiri atas dua komponen, yaitu plasma darah yang mencakup serum (cairan darah), trombosit (fragmen-fragmen sel yang membantu dalam pembekuan darah), dan protein. Sebagian protein yang sangat banyak adalah albumin, immunoglobulin, fibrinogen dan enzim pembeku darah. Komponen yang lain adalah komponen padat yang meliputi sel-sel darah yaitu sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keeping darah (trombosit) (Bresnick, 2003).

    Alel ganda terjadi karena timbulnya mutasi gen. tetapi gen yang bermutasi tidak selalu menghasilkan varian yang sama. Umpamanya, gen A bermutasi menjadi a1 atau a2 atau a3, yang masing-masing menghasilkan fenotip yang berlainan. Dengan demikian mutasi gen A dapat menghasilkan 4 macam varian, sedangkan anggota alel-nya bukan hanya 2 (dua), tetapi ada 4 (empat), yaitu: A, a1, a2 dan a3. Alel yang anggotanya lebih dari dua disebut alel ganda Pengaruh alel ganda dapat dilihat salah satu contohnya pada sistem golongan darah ABO. Darah terdiri dari dua komponen, yaitu : sel-sel (antara lain eritrosit dan leukosit) dan cairan (plasma). Karl Landsteener dalam penelitiannya menemukan adanya dua antibodi alamiah di dalam darah dan dua antigen pada permukaan eritrosit. Inilah penyebab terjadinya penggumpalan (beraglutinasi) sel-sel darah merah (eritrosit) dari beberapa individu apabila bercampur dengan serum dari beberapa orang (Agus, 2013).

    C. Waktu dan Tempat

    Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum ini adalah sebagai berikut:

    Hari/tanggal            : Senin/10 November 2025

    Waktu                     : 08.00-10.00 WITA

    D. Alat dan Bahan

    a. Alat

    Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu Loop, kertas, dan alat tulis menulis.

    b. Bahan

    Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu jari tangan dan data golongan darah masing-masing praktikan.

    E. Cara Kerja

    Adapun cara kerja pada percobaan ini yaitu:

    1.    Pengamatan Jari Tangan

    Mengamati sisi atas jari-jari tangannya sendiri menggunakan loop
    Memperhatikan dengan seksama apakah ada segmen digitalis tengah dan jari-jari tangan tampak jelas tumbuh rambut.
    Mencatat hasil pengamatan

    2.   

    Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

    Pengamatan Golongan Darah

    Menekan lancet pada ujung jari, kemudian jari dipencet untuk dikeluarkan darahnya
    Menitikkan darah di dua bagian tempat di permukaan gelas preparat
    Meneteskan serum A pada titik I dan meneteskan serum B pada titik II
    Memperhatikan penggumpalan yang mungkin terjadi pada titik tersebut

    F. Hasil Pengamatan

    1.    Jari tangan

    a.    Pengamatan jari tangan data kelompok 5

    NamaAlel Ganda
    H1H2H3H4H5
    Hariani
    A.Nurul I
    Lasinrang A
    Muh. Alif
    Nur Aziza P
    Jumlah5
    JumlahH1 = 5/5 x 100% = 100%

    b.    Pengamatan jari tangan data kelas

    NamaData
    H1H2H3H4H5
    Ramlah
    Karmila
    Rahmat H
    Sri Aprelia
    Irma F
    Rasdiana.S
    Zulhaeni
    A.Mirnayanti
    Mukarramah
    Suriani
    Taufik AT
    Afnan F
    Atirah Mulia
    Muh.Yusuf
    Novita S
    Zulfiansyah
    Kusnadi A
    Hafsah
    Asrianti B
    St. Fatimah
    Erna Afdal
    Hariani
    A.Nurul I
    Lasinrang A
    Muh. Alif
    Nur Aziza P
    Jumlah242
    Persentase            H1 = 24/26 X 100% = 92,3 % 
    H2 = 2/26 x 100% = 7,69 % 
    H3, H4, H5 = 0

    Keterangan :

                  H: rambut terdapat pada semua jari, ibu jari tidak dipakai.

                  H2 : rambut pada jari kelingking, manis dan tengah.

                  H3 : rambut pada jari manis dan tengah.

                  H4 : rambut pada jari manis saja.

                  H5 : tidak ada rambut pada semua empat jari.

                  Dominan dari alel-alel itu ialah : H1, H2, H3, H4 dan H5.

    2.    Golongan Darah

    a.    Pengamatan golongan darah data kelompok 5

    NamaJenis Golongan Darah
    ABABO
    Hariani
    A.Nurul Islamiah
    Lasinrang Aditia
    Muh. Alif
    Nur Aziza Pratiwi
    Jumlah78110
    PersentaseGolongan darah B = 2/5 x 100% = 40%Golongan darah AB = 1/5 x 100% = 20%Golongan darah O = 2/5 x 100% = 40%

    b.    Pengamatan golongan darah data kelas

    NamaJenis Golongan Darah
    ABABO
    Ramlah
    Karmila
    Rahmat H
    Sri Aprelia
    Irma F
    Rasdiana.S
    Zulhaeni
    A.Mirnayanti
    Mukarramah
    Suriani
    Taufik AT
    Afnan F
    Atirah Mulia
    Muh.Yusuf
    Novita S
    Zulfiansyah
    Kusnadi A
    Hafsah
    Asrianti B
    St. Fatimah
    Erna Afdal
    Hariani
    A.Nurul I
    Lasinrang A
    Muh. Alif
    Nur Aziza P
    Jumlah78110
    PersentaseGolongan darah A = 7/26 x 100% = 26,92%Golongan darah B = 8/26 x 100% = 30,76%Golongan darah AB = 1/26 x 100% = 3,84%Golongan darah O = 10/26 x 100% = 38,46%

    G. Pembahasan

    Alel ganda adalah adanya lebih dari satu alel pada lokus yang sama. Pada manusia, hewan dan tumbuhan dikenal beberapa sifat keturunan yang ditentukan oleh suatu seri alel ganda. Untuk golongan darah tipe ABO misalnya, dikenal oleh alel ganda IA, IB, dan i. Sebagaimana kita ketahui bahwa pengertian alel ganda ialah bahwa dalam suatu populasi individu jumlah jenis alel pada suatu lokus terdapat lebih dari dua. Contoh yang sudah cukup luas dikenal ialah golongan darah pada manusia. Golongan darah manusia adalah keturunan, gen untuk golongan darah ini, ditentukan oleh alel ganda, dan berhubungan dengan itu, maka seseorang mempunyai arti penting dalam kehidupan (Hartati, 2002).

    Berdasarkan hasil pengamatan jari tangan kelompok V didapatkan hasil penamatan yaitu semua anggota kelompok memiliki rambut pada semua jari, kecuali ibu jari tidak dipakai (H1) atau tidak menjadi bahan pengamatan pada praktikum ini, jadi untuk pengamatan jari tangan untuk kelompok V memiliki presentase H1 = 5/5 x 100% = 100%. Untuk (H2) : rambut pada jari kelingking, manis dan tengah (H3) : rambut pada jari manis dan tengah, (H4) : rambut pada jari manis saja, dan ( H5) : tidak ada rambut pada semua empat jari memiliki presentase 0 %. Untuk pengamatan jari tangan data kelas didapatkan hasil penamatan yaitu dari 26 anggota kelas terdapat 24 orang anggota kelompok memiliki rambut pada semua jari (H1) dan memiliki presentase H1 = 24/26 X 100% = 92,3 %. Untuk anggota kelas yang memiliki rambut pada jari kelingking, manis dan tengah terdapat 2 orang dari 26 orang dengan presentase H2 = 2/26 x 100%    = 7,69 %.  Untuk (H3) : rambut pada jari manis dan tengah, (H4) : rambut pada jari manis saja, dan ( H5) : tidak ada rambut pada semua empat jari memiliki presentase 0 %. Ciri ini terjadi karena adanya alel ganda. Data tersebut berarti menunjukkan bahwa seri alel ganda pada H1 bersifat dominan dibandingkan dengan seri alel ganda pada tipe lainnya.

    Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan terhadap golongan darah praktikan perkelas maka diperoleh hasil yang bergolongan darah A sebanyak 5 orang yaitu jika ditetesi antibodi B akan terjadi penggumpalan pada antigen A, sehingga golongan darah ini memiliki antigen A dan memiliki antibodi B.

    Untuk golongan darah B sebanyak 9 orang yaitu jika ditetesi antibodi A akan terjadi penggumpalan pada antigen B, sehingga golongan darah ini memiliki antigen B dan memiliki antibodi A.

    Untuk golongan darah AB sebanyak 2 orang yaitu jika ditetesi antibodi A ataupun B akan terjadi penggumpalan pada antigen A dan B, sehingga golongan darah ini memiliki antigen A dan B tetapi tidak memiliki antibodi A ataupun B.

    Untuk golongan darah O sebanyak 9 orang yaitu jika ditetesi antibodi A ataupun B tidak terjadi penggumpalan pada antigen A dan B, sehingga golongan darah ini tidak memiliki antigen A dan B tetapi memiliki antibodi A dan B.

    Plasma darah golongan darah A mengandung antibody anti-B, plasma darah golongan darah B mengandung antibody anti-A; plasma darah golongan darah AB tidak mengandung antibody anti-A dan anti-B; dan plasma darah golongan darah O mengandung antibodi anti-A maupun anti-B.

    Berdasarkan hasil diatas maka diperoleh presentase Golongan darah A = 7/26 x 100% = 26,92%. Golongan darah B = 8/26 x 100% = 30,76%. Golongan darah AB = 1/26 x 100% = 3,84% dan Golongan darah O = 10/26 x 100% = 38,46%.

    H. Kesimpulan

    Adapun kesimpulan pada percobaan ini adalah untuk pengamatan jari tangan data kelas didapatkan hasil penamatan yaitu dari 26 anggota kelas terdapat 24 orang anggota kelompok memiliki rambut pada semua jari (H1) dan memiliki presentase H1 = 24/26 X 100% = 92,3 %. Untuk anggota kelas yang memiliki rambut pada jari kelingking, manis dan tengah terdapat 2 orang dari 26 orang dengan presentase H2 = 2/26 x 100%    = 7,69 %.  Untuk (H3) : rambut pada jari manis dan tengah, (H4) : rambut pada jari manis saja, dan ( H5) : tidak ada rambut pada semua empat jari memiliki presentase 0 %. Ciri ini terjadi karena adanya alel ganda. Data tersebut berarti menunjukkan bahwa seri alel ganda pada H1 bersifat dominan dibandingkan dengan seri alel ganda pada tipe lainnya. Untuk pengamatan golongan darah diperoleh presentase Golongan darah A = 7/26 x 100% = 26,92%. Golongan darah B = 8/26 x 100% = 30,76%. Golongan darah AB = 1/26 x 100% = 3,84% dan Golongan darah O = 10/26 x 100% = 38,46%.

    DAFTAR PUSTAKA

    Agus. Penuntun Praktikum Genetika. Makassar: Universitas Hasanuddin, 2013.

    Bresnick, Stephen. Intisari Biologi. Jakarta: Trisakti Press, 2003

    Fadly. 2013. Blog Fadly Qnoze. Alel Ganda. http://fadliqnoze.blogspot.com/2010/11

    /laporan-alel-ganda.html (13 November 2014).

    Hartati, Rekayasa Genetika. Malang: UMM Press, 2002.

    Suryo. Genetika. Yogyakarta: UGM Press, 2008.

  • Laporan Praktikum Gen Ganda

    Praktikum Gen Ganda

    A. Tujuan Praktikum

    Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini adalah sebagai berikut ini:

    1. Untuk mengetahui pola sulur jari tangan.
    2. Untuk menguji perbandingan genetik pola sulur dari populasi mahasiswa dalam  satu kelas (dengan menggunakan metode Chi Square).

    B. Dasar Teori

    Diketahui bahwa sifat dikendalikan oleh sepasang alel pada suatu lokus gen. Namun pada kenyataannya banyak sifat yang dikendalikan oleh lebih dari satu gen pada lokus yang berbeda dalam kromosom yang sama atau bahkan dalam kromosom yang berlainan, fenomena ini dinamakan poligen atau gen majemuk. Poligen merupakan suatu seri gen ganda yang menentukan sifat secara kuantitatif. Dalam hal ini, pewarisan sifat dikendalikan oleh lebih dari satu gen pada lokus yang berbeda dalam kromosom yang sama atau berlainan. Biasanya kita beranggapan bahwa suatu kelas fenotip itu selalu mudah dibedakan dari kelas fenotip yang lain. Misanya, warna kulit orang ada yang hitam dan ada yang putih, tubuh orang ada yang tinggi dan ada yang pendek. Akan tetapi bila diperhatikan dengan baik, dalam kenyataannya kelas fenotip tadi tidak dapat dibedakan semudah itu. Sebab karena sering kali masih dapat diketahui adanya beberapa variasi di dalam suatu kelas fenotip. Misalnya saja, kulit hitam pada orang ada yang hitam sekali, hitam biasa, sawo matang. Tubuh orang ada yang tinggi sekali, tinggi dan sedang. Penyelidikan mengatakan bahwa timbulnya berbagai variasi di dalam suatu kelas fenotip itu disebabkan karena pengaruh gen-gen ganda (Poligen atau multipel gen) (Suryo, 2005).

    Sidik jari adalah gambaran yang menunjukkan aur-alur pada ujung jari manusia. Gambaran ini biasa di dapat dengan cara menyentuhkan ujung jari pada tinta atau zat warna lainnya, kemudian di tempelkan pada kertas atau media lain yang dapat mencetak gambar. Setiap orang memiliki sidik jari berbeda-beda, bahkan orang kembar identik sekalipun, karena itu sidik jari bias menjadi sarana identifikasi seseorang yang paling aman. Mengapa demikian? Karena sidik jari tidak dapat di palsukan oleh orang lain. Berbeda dari identifikasi berupa tanda tangan yang sangat mudah di palsukan. Sir Richard Edward Henry, berkat dirinya dalam usaha mengelompokkan pola sidik jari tapi bukanlah penemu teknik atau metode sidik jari (Wiliam, 2007).

    Sidik jari orang merupakan cantoh indah pula untuk mengetahui peranan poligen. Berdasarkan sistem Galton, dapat dibedakan 3 pola dasar dai bentuk sidik jari yaitu bentuk lengkung atau arch, bentuk sosok atau loop dan bentuk lingkaran atau whorl. Jumlah rigi dari sidik jari seseorang akan tetap pada kira-kira Minggu ke dua belas setelah konsepsi dan tidak akan dipengaruhi oleh faktor lingkungan (Wildan, 1996).

    Perhitungan banyaknya rigi dilakukan mulai dari triradius sampai ke pusat dari pola sidik jari. Klasifikasi dari bentuk sidik jari didasarkan atas banyaknya triradius, yaitu titik-titik Diana rigi-rigi menuju ke tiga arah dengan sudut kira-kira 120°. Bentuk sidik jari yang paling sederhana ialah lengkung, yang tidak mempunyai triradius, sehingga tidak dapat dilakukan perhitungan rigi. Dua buah triradius terdapat pada bentuk lingkaran, sedangkan bentuk sosok memiliki sebuah triradius. Jika bagian yang terbuka dari bentuk sosok menuju ke arah ujung jari, maka bentuk sosok dinamakan sosok radial. Tetapi jika bagian yang terbuka itu menuju ke pangkal jari, maka bentuk sosok disebut sosok ulnar (Goodenough, 1984).

    C. Waktu dan Tempat

    Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum ini adalah sebagai berikut:

    Hari/tanggal            : Senin/17 November 2024

    Waktu                     : 08.00-10.00 WITA

    D. Alat dan Bahan

    a. Alat

    Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu alat tulis-menulis dan bantalan stempel.

    b. Bahan

    Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu jari tangan orang coba (Probandus).

    E. Cara Kerja

    Adapun cara kerja pada percobaan ini yaitu:

    Menekan jari tangan satu persatu dibantalan stempel yang telah di beri tinta terlebih dahulu.
    Menempelkan jari tangan pada kertas yang telah tersedia.
    Menentukan tipe/pola sulur ke sepuluh jari tangan
    Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
    Menghitung frekuensi masing-masing pada seluruh kelas masukkan dalam tabel kolom O (= Observedvalue)
    Menguji dengan statistik Chi squere (pengukuran taraf signifikan 5%)

    F. Hasil Pengamatan

    1.    Pembentukan sidik jari pada tangan manusia

    NoNamaJumlah tiap jenis pola sulur jariJumlahketerangan
    ArchLoopWhorl
    1.Ramlah08210Tangan kanan dan tangan kiri
    2.Karmila82010
    3.Irma Fitrianti28010
    4.Sri Aprelia Tenry06410
    5.Rahmat Hidayat010010
    6.Silvana Manan07310
    7.Zulhaeni010010
    8.Rasdiana S02810
    9.Mukarramah28010
    10.Taufik AT08210
    11.Suriani08210
    12.Afnan Fadhlan37010
    13.Atira Mulya19010
    14.Muhammad Yusuf73010
    15.Novita Syarif73010
    16.Zulfiansyah91010
    17.Kusnadi Alimuddin09110
    18.Asrianti Basri010010
    19.Hafsah010010
    20.Siti Fatimah100010
    21.Erna Afdal09110
    22.Nur Azizah Pratiwi010010
    23.Lasinrang Aditia04610
    24.Hariani08210
    25.A. Nurul Islamiah100010
    26.Muhammad Alif010010
    Jumlah5917031260
    Presentase22,67 %65,38 %11,92 %

    2.    Perhitungan Chi Square

    ArchLoopWhorlJumlah
    O22,765,412100
    e57025100
    d17,7-4,6-130,1
    d2/e62,70,36,869,8

    G. Pembahasan

    Poligen merupakan suatu seri gen ganda yang menentukan sifat secara kuantitatif. Dalam hal ini, pewarisan sifat dikendalikan oleh lebih dari satu gen pada lokus yang berbeda dalam kromosom yang sama atau berlainan. Timbulnya berbagai variasi di dalam suatu kelas fenotip disebabkan oleh pengaruh poligen. Sifat yang disebabkan oleh pengaruh poligen tidak mudah digolongkan ke dalam kategori fenotip yang jelas. Hal ini menandakan fenotipnya membentuk suatu spektrum tergantung pada jumlah gen yang berkonstribusi. Salah satu sifat yang disebabkan oleh poligen adalah tinggi badan manusia.

    Timbulnya berbagai variasi di dalam suatu kelas fenotip disebabkan oleh pengaruh poligen. Sifat yang disebabkan oleh pengaruh poligen tidak mudah digolongkan ke dalam kategori fenotip yang jelas. Hal ini menandakan fenotipnya membentuk suatu spektrum tergantung pada jumlah gen yang berkonstribusi. Salah satu sifat yang disebabkan oleh poligen adalah tinggi badan manusia.

    Sidik jari orang merupakan contoh indah pula untuk mengetahui peranan poligen. Berdasarkan sistem Galton, dapat dibedakan 3 pola dasar dai bentuk sidik jari yaitu bentuk lengkung atau arch, bentuk sosok atau loop dan bentuk lingkaran atau whorl. Jumlah rigi dari sidik jari seseorang akan tetap pada kira-kira Minggu ke dua belas setelah konsepsi dan tidak akan dipengaruhi oleh faktor lingkungan.

    Berasarkan hasil pengamatan pada kelas A dengan jumlah 26 orang. Berdasarkan hasil perhitungan pada Chi Square X2 = ∑(d2/e) pada pola lengkung atau “arch” dengan persentase 22,7% dengan hasil Chi Squarenya 62,7%, bentuk sosok atau “loop” dengan persentase 65,4% dengan hasil Chi Squarenya 0,3% dan bentuk lingkaran atau “whorl” dengan persentase 12% dengan hasil Chi Squarenya 6,8% dengan jumlah total 69,8%.  dengan taraf signifikan 5 (p = 0,05) maka data dapat diterima atau tidak buruk karena diatas 5, 99. Hal ini sesuai dengan teori yaitu pada tabel Chi Square (X2) deretan angka paling atas mendatar merupakan nilai kemungkinan. Kolom sebelah kiri tegak lurus membuat angka-angka yang menunjukkan besarnya derajat kebebasan (dk). Angka-angka lainnya adalah X2. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut jumlah pola sosok atau “loop” dan bentuk lingkaran atau “whorl” pada jari tangan sesuai dengan teori, sedangkan pada pola lengkung atau “arch” persentasenya tidak sesuai dengan teori hal ini terjadi karena pada saat menentukan pola sulur jari tangan terjadi kesalahan dalam menentukan pola sulur. Frekuensi dari berbagai pola sidik jari sangat bervariasi dari satu jari dengan jari lainnya. Kira-kira 5% dari bentuk sidik jari pada ujung jari adalah tipe lengkung. Bentuk sosok kira-kira 65%-70% dan kira-kira 25%-30% adalah tipe lengkung.

    Menurut para ahli statistik, apabila nilai X2 yang didapat di bawah kolom nilai kemungkinan 0,05, itu berarti bahwa data yang diperoleh dari percobaan itu buruk. Ini disebabkan karena penimpangan sangat berarti dan ada faktor lain di luar faktor berperan di situ.Kalau nilai X2 yang didapat berada di dalam kolom nilai kemungkinan 0,01 berarti data yang diperoleh dari percobaan buruk sekali. Nilai X2 itu disebut sangat berarti (Highlysignificant). Ini disebabkan karena penyimpangan sangat berarti dan di luar faktor kemungkinan besar peranannya. Jadi data percobaan dapat diterima kebenerannya apabila nilai X2 yang didapat berada di dalam kolom nilai kemungkinan 0,05 atau di dalam kolom sebelah kirinya. Pada percobaan ini menggunakan tarif signifikan 5% (1%, 5% dan 10%), jadi dari hasil analisis menggunakan Chi Square di dapatkan 95% data hasil yang diamati dapat diterima kebenarannya, karena X2 hitung (69,8) > X2 tabel Chi Square. Jika X2 hitung < X2 tabel maka data yang diamati nilai kebenarannya tidak dapat diterima.

    H. Kesimpulan

    Adapun kesimpulan pada percobaan ini adalah sebagai berikut ini:

    1. Pola sulur jari tangan ada tiga jenis pola sulur yaitu bentuk lengkung atau arch, bentuk sosok atau loop dan bentuk lingkaran atau whorl.
    2. Perbandingan pola sulur jari tangan pada kelas A adalah pada pola lengkung atau arch yaitu 62,7, bentuk sosok atau loop yaitu 0,3 dan bentuk lingkaran atau whorl yaitu 6,8 dengan jumlah total 69,8.

    DAFTAR PUSTAKA

    Goodenough. Genetika. Jakarta: Erlangga, 1984.

    Wiliam, Standfield. Genetika. Jakarta: Erlangga, 2007.

    Wildan, Yatim. Genetika. Bandung: Tarsito, 1996.

    Suryo. Genetika Strata 1. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1984.

    LAMPIRAN

    ArchLoopWhorlJumlah
    O22,765,412100
    e57025100
    d17,7-4,6-130,1
    d2/e62,70,36,869,8

    O = Observedvalue

    A =

    L =

    W =

    22,7 + 65,4 + 12 = 100

    d = Deviation (penyimpangan) d = O – e

    A = 22,7 – 5 = 17,7

    L = 65,4 – 70 = – 4,6

    W = 12 – 25 = -13

    17,7 + – 4,6 + – 13 = 0,1

    X(Chi Square) X2 = d2/e)

    A =

    L =

    W  =

    62,7 + 0,3 + 62,7 = 69,8

    Kesimpulan:

    Jadi dari hasil analisis menggunakan Chi Square di dapatkan 95% data hasil yang diamati dapat diterima kebenarannya, karena X2 hitung (69,8) > X2 tabel Chi Square. Jika X2 hitung < X2 tabel maka data yang diamati nilai kebenarannya tidak dapat diterima.

  • Laporan Praktikum Genetika Populasi

    Praktikum Genetika Populasi

    A. Tujuan Praktikum

    Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk mengetahui cara mengihitung frekuensi gen, sifat morfologi, dan sifat tingkah laku dengan menggunakan metode Hardy-weinberg.

    B. Dasar Teori

    Populasi adalah suatu kelompok individu sejenis yang hidup pada suatu daerah tertentu. Genetika populasi adalah cabang dari ilmu genetika yang mempelajari gen-gen dalam populasi dan menguraikannya secara matematik akibat dari keturunan pada tingkat populasi. Suatu populasi dikatakan seimbang apabila frekuensi gen dan frekuensi genetik berada dalam keadaan tetap dari setiap generasi (Suryo, 2011).

    Dari objek bahasannya, genetika populasi dapat dikelompokkan sebagai cabang genetika yang berfokus pada pewarisan genetik. Ilmu ini membicarakan implikasi hukum pewarisan Mendel apabila diterapkan pada sekumpulan individu sejenis di suatu tempat. Berbeda dengan genetika Mendel, yang mengkaji pewarisan sifat untuk perkawinan antara dua individu (atau dua kelompok individu yang memiliki genotipe yang sama), genetika populasi berusaha menjelaskan implikasi yang terjadi terhadap bahan genetik akibat saling kawin yang terjadi di dalam satu atau lebih populasi (Campbell, 2002).

    Genetika Populasi didasarkan pada Hukum Hardy-Weinberg, yang diperkenalkan pertama kali oleh Wilhelm Weinberg (1908) dan, hampir bersamaan tetapi secara independen, Godfrey Hardy (1908). Asas Hardy-Weinberg menyatakan bahwa frekuensi alel dan frekuensi genotipe dalam suatu populasi akan tetap konstan, yakni berada dalam kesetimbangan dari satu generasi ke generasi lainnya kecuali apabila terdapat pengaruh-pengaruh tertentu yang mengganggu kesetimbangan tersebut. Pengaruh-pengaruh tersebut meliputi perkawinan tak acak, mutasi, seleksi, ukuran populasi terbatas, hanyutan genetik, dan aliran gen (Syamsuri, 2004).

    Untuk mempelajari pola pewarisan sifat pada tingkat populasi terlebih dahulu perlu difahami pengertian populasi dalam arti genetika atau lazim disebut juga populasi mendelian ialah sekelompok individu suatu spesies yang bereproduksi secara seksual, hidup di tempat tertentu pada saat yang sama, dan di antara mereka terjadi perkawinan sehingga masing-masing akan memberikan kontribusi genetik ke dalam lungkang gen, yaitu sekumpulan informasi genetik yang dibawa oleh semua individu di dalam populasi (Welsh, 1991).

    Deskripsi susunan genetik suatu populasi mendelian dapat diperoleh apabila kita mengetahui macam genotipe yang ada dan juga banyaknya masing-masing genotipe tersebut. Sebagai contoh, di dalam populasi tertentu terdapat tiga macam genotipe, yaitu AA, Aa, dan aa. Maka, proporsi atau persentase genotipe AA, Aa, dan aa akan menggambarkan susunan genetik populasi tempat mereka berada. Adapun nilai proporsi atau persentase genotipe tersebut dikenal dengan istilah frekuensi genotipe. Jadi, frekuensi genotipe dapat dikatakan sebagai proporsi atau persentase genotipe tertentu di dalam suatu populasi. Dengan perkataan lain, dapat juga didefinisikan bahwa frekuensi genotipe adalah proporsi atau persentase individu di dalam suatu populasi yang tergolong ke dalam genotipe tertentu. Pada contoh di atas jika banyaknya genotipe AA, Aa, dan aa masing-masing 30, 50, dan 20 individu, maka frekuensi genotipe AA = 0,30 (30%), Aa = 0,50 (50%), dan aa = 0,20 (20%) (Yatim, 1986).

    C. Waktu dan Tempat

    Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum ini adalah sebagai berikut:

    Hari/tanggal            : Senin/24 November 2014

    Waktu                     : 08.00-10.00 WITA

    Tempat                   : Laboratorium Genetika dan Molekuler Lantai II

                                     Fakultas Sains dan Teknologi

                                     Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

                                     Samata-Gowa

    D. Alat dan Bahan

    a. Alat

    Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu alat tulis-menulis.

    b. Bahan

    Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu data golongan darah masing-masing praktikan.

    E. Cara Kerja

    Adapun cara kerja pada percobaan ini yaitu:Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam percobaan

    Data kelas dari praktikum alel ganda (penentuan golongan darah yang telah dianalisis dan telah diketahui genotif masing-masing praktikan, di masukkan ke dalam tiap-tiap simbol rumus lalu kemudian dihitung.

                          Membuat analisis dan kesimpulannya

    F. Hasil Pengamatan

    Adapun hasil yang diperoleh dari pengamatan yaitu sebagai berikut ini:

    NoNamaGolongan Darah
    ABABO
    1.Afnan Fadlanü   
    2.Andi Mirnayantiü   
    3.Andi Nurul Islamiahü   
    4.Asrianti Basriü   
    5.Atirah Muliaü   
    6.Erna Afdalü   
    7.Hafsahü   
    8.Harianiü   
    9.Irma Fitriantiü   
    10.Karmilaü   
    11.Kusnadi Alimuddinü   
    12.Lasinrang Aditiaü   
    13.Muhammad Alifü   
    14.Muhammad Yusufü   
    15.Mukarramahü   
    16.Novita Syarifü   
    17.Nur Azizah Pratiwiü   
    18.Ramlah Ganiü   
    19.Rahmat Hidayatü   
    20.Rosdianaü   
    21.Sitti Fatimahü   
    22.Sri Aprelia T.Aü   
    23.Deri Lestariü   
    24.Sulfiansyah Suparkanü   
    25.Surianiü   
    26.Taufik Hidayatü   
    27.Zulhaeniü   
    Jumlah78111
    Persentase19,2 %30,76%7,6%38,46%

    G. Pembahasan

    Genetika populasi adalah cabang ilmu genetika yang mempelajari komposisi gen pada kelompok suatu individu dan perubahan komposisi gen yang diakibatkan oleh waktu. Frekuensi alel pada suatu populasi dipengaruhi oleh perkawinan tidak acak, migrasi, mutasi, seleksi alam, dan genetic drift. Perkawinan tidak acak, migrasi, mutasi, seleksi alam, dan genetic drift memiliki kesamaan  pengaruh terhadap gen populasi, yaitu mempengaruhi frekuensi alel atau gen dalam suatu populasi. Perkawinan tidak acak adalah perkawinan antar individu yang masih  berkerabat dekat, sehingga sifat parental akan muncul kembali pada anak. Migrasi adalah perpindahan suatu  populasi ke populasi lain, sehingga terjadi perubahan frekuensi alel. Mutasi adalah perubahan struktur genetik suatu individu sebagai komponen populasi. Seleksi alam adalah perubahan gen populasi yang disebabkan oleh  perubahan lingkungan, sehingga hanya beberapa gen yang sesuai dengan lingkungan yang masih bertahan. Genetic drift adalah perubahan kumpulan gen pada suatu  populasi yang disebabkan oleh penyebab lain selain seleksi alam, mutasi gen, dan migrasi.

    Genetika Populasi didasarkan pada Hukum Hardy-Weinberg, yang diperkenalkan pertama kali oleh Wilhelm Weinberg (1908). Pola pewarisan suatu sifat tidak selalu dapat dipelajari melalui percobaan persilangan buatan

    Berdasarkan hasil pengamatan yakni dengan menggunakan data  penggolongan darah mahasiswa dalam satu kelas yang berjumlah 27 orang, di dapatkan hasil yaitu mahasiswa yang bergolongan darah O sebanyak 11 orang dengan frekuensi alel sebesar 0,673, mahasiswa yang bergolongan darah A sebanyak 8 orang dengan frekuensi alel sebesar 0,838.

    Frekuensi genotipe golongan darah yang diperoleh berdasarkan hukum Hardy-Weinberg yaitu, yang bergolongan darah A homozigot dengan alel IAIA sebesar 0,04, golongan darah A heterozigot dengan alel IAIO sebesar 0,065. Frekuensi genotipe yang bergolongan darah B homozigot dengan alel IBIO sebanyak 0,026  sedangkan golongan darah B heterozigot dengan alel IBIB sebanyak 0,206. Frekuensi golongan AB heterozigot dengan alel IAIB sebanyak 0,256 dan yang bergolongan darah O homozigot dengan alel IOIO memiliki frekuensi genotipe sebesar 0,405. Sedangkan yang bergolongan darah A sebanyak 7 orang sebesar 25,92 %, mahasiswa yang bergolongan darah B dengan jumlah 8 orang sebesar 29,2 % dan yang bergolongan darah AB dengan jumlah 1 orang sebesar 3,70 %.Sedangkan frekuensi fenotipe mahasiswa yang bergolongan darah O sebanyak 11 orang sebesar 40,74 %,

    H. Kesimpulan

    Adapun kesimpulan pada percobaan ini adalah perhitungan populasi dengan sistem frekuensi yaitu dengan menghitung frekuensi alel ganda. Persamaan p + q = 1 hanya berlaku apabila terdapat dua alel pada satu lokus tertentu pada autosom di dalam suatu populasi. Apabila lebih banyak alel ikut mengambil peranan, maka dalam persamaan harus ditambahkan lebih banyak simbol. Misalnya pada golongan darah sistem ABO dikenal dengan tiga alel, yaitu IA, IB dan IO. Apabila p menyatakan frekuensi alel IA, q untuk frekuensi alel IB dan r untuk frekuensi alel IO, maka persamaannya p + q + r = 1.

    DAFTAR PUSTAKA

    Campbell. Biologi Jilid 1.Jakarta:Erlangga, 2002.

    Suryo. Genetika Strata 1. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada, 2011.

    Syamsuri. Biologi. Jakarta: Erlangga, 2004.

    Welsh. Dasar-Dasar Genetika dan Pemuliaan Tanaman. Jakarta: Erlangga, 1991.

    Yatim, Wildan. Genetika. Bandung: Tarsito, 1986.

    LAMPIRAN

    A.    Analisis data golongan darah

    1.      Jumlah individu bergolongan darah A            : 7 orang

    2.      Jumlah individu bergolongan darah B            : 8 orang

    3.      Jumlah individu bergolongan darah AB         : 1 orang

    4.      Jumlah individu bergolongan darah O            : 11 orang

    a.    Frekuensi Alel

         P = alel IA

         q = alel IB

          r = alel IO

    b.   Frekuensi alel populasi kelas

         r2=

         r2 = = 0,40

         r  =

         r =

    (p+ r)2 =

                =

                =  = 0,70

    (p+r) =

             = 0,83

    c.    Untuk mencari nilai p maka p = (p + r) – r

          P = 0,70 – 0,40

             = 0,30

    Untuk mencari nilai q maka:

    P + q + r = 1

                Q = 1 – (p+r)

                    = 1 – (0,70) = 0,30

    Jadi, nilai dari setiap variabel

    P = 0,30

    q = 0,30

    r  = 0,40

    d.   Menghitung Frekuensi genotip golongan darah data kelas

    Rumus  : (p+q+r)2 = 1

             : p2+2pq+q2+2qr+2pr+r2

    Golongan darah A homozigot (IAIA) = p2

    (0,30)2 = 0,09

    Golongan darah A heterozigot (IAI0) = 2pq

    2 (0,30 x 0,30) = 2 x 0,90 = 0,8

    Golongan darah B homozigot (IBIB) = q2

    (0,30)2 = 0,09

    Golongan darah B heterozigot (IBI0)= 2qr

    2 (0,30 x 0,40) = 0,002

    Golongan darah AB homozigot (IAIB) = 2pr

    2 (0,30 x 0,40) = 0,002

    Golongan darah O homozigot (IoI0) = r2

    (0,40)2 = 0,16

    Dengan menggunakan rumus Hardy-wenberg, maka :

    = p2+2pq+q2+2qr+2pr+r2

    = 0,09+ 0,8 + 0,09 + 0,002 + 0,002 + 0,16

    = 0,524

    e.    Menghitung frekuensi fenotip

    1.      Golongan darah A =  x 100%

    =

    2.      Golongan darah B =  x 100%

    =

    3.      Golongan darah AB =  x 100%

    =

    4.      Golongan darah O =  x 100%

  • Makalah Respirasi Bakteri

    Respirasi Bakteri

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Oksigen bebas dari udara sangatlah penting bagi bakteri untuk respirasi sel, namun keperluan bakteri akan oksigen bebas tersebut sangatlah berbeda, tergantung pada adanya sistem enzim biooksidatif yang ada pada tiap spesies, sehingga dikenal adanya respirasi aerob dan anaerob. Respirasi yang menggunakan oksigen bebas sebagai penerima elektron disebut respirasi aerob, dan yang menggunakan senyawa anorganik sebagai penerima elektron disebut respirasi anaerob (Dwidjoseputro, 1994).

    Pengamatan terhadap kelompok bakteri yang mempunyai perbedaan sifat respirasi dapat dilakukan pada media pertumbuhan bakteri, baik media padat maupun media cair, untuk memperjelas pengamatan terhadap sifat respirasi bakteri biasanya menggunakan media cair. Dalam media cair pertumbuhan bakteri tersebut dapat diamati lebih jelas dengan mengamati akumulasi dari sel-sel bakteri yang tumbuh. Bakteri aerob akan berada dipermukaan atas karena ia akan mengambil oksigen bebas dari udara, bakteri anaerob akan berada didasar jauh dari permukaan, bakteri yang anaerob fakultatif akan tumbuh tersebar pada medium cair tersebut, sebagai bakteri mikroaerofil akan tumbuh sedikit dibawah permukaan (Suriawiria, 1986).

    Maka dari itu, untuk mengetahui jenis respirasi yang dilakukan bakteri, praktikum ini perlu dilakukan, agar para mahasiswa/praktikan dapat mengetahui secara langsung bakteri yang diuji melakukan respirasi yang seprti apa.

    B. Rumusan masalah

    Rumusan masalah dalam praktikum ini adalah:

    1. Bagaimana mengetahui sifat respirasi bakteri?
    2. Bagaimana cara mengidentifikasi berdasarkan sifat respirasinya?

    C. Tujuan

    Tujuan dalam praktikum ini adalah:

    1. Mengetahui sifat respirasi bakteri.
    2. Dapat mengidentifikasi berdasarkan sifat respirasinya.

    Bab II. Kajian Pustaka

    A. Pengertian Respirasi Bakteri

    Respirasi didefinisikan sebagai penggunaan rantai angkut elektron untuk mengantarkan elektron ke penerima elektron anorganik akhir. Energi diperoleh melalui fosforilasi oksidatif tetapi prosesnya dapat menggunakan oksigen sebagai penerima elektron terakhir (respirasi aerob) atau senyawa anargonik lainnya (respirasi anaerob) (Pelczar, 1986).

    Gas-gas utama yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri adalah oksigen dan karbon dioksida. Bakteri memperlihatkan keragaman yang luas dalam hal respon terhadap oksigen bebas dan atas dasar tersebut maka mudah sekali untuk membagi mereka menjadi empat kelompok yaitu aerobik, anaerob, anaerob fakultatif, dan mikroanaerob, dan kelompok ini dapat dibedakan menurut pola pertumbuhan didalam tabung-tabung reaksi (Pelczar, 1986).

    Menurut (Dwidjoseputro, 1994), faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri yaitu:

    1. Temperatur, umumnya bakteri tumbuh baik pada suhu antara 25-35. Kelembaban, lingkungan lembab dan tingginya kadar air sangat menguntungkan untuk pertumbuhan bakteri.
    2. Sinar matahari, sinar ultraviolet yang terkandung dalam sinar matahari dapat mematikan bakteri.
    3. Zat kimia, antibiotik, logam berat dan senyawa-senyawa kimia tertentu dapat menghambat bahkan mematikan bakteri.

    B. Macam-Macam Akumulasi Bakteri

    2.2.1 Respirasi Aerob

    Banyak organisme dapat menggunakan oksigen sebagai penerima hidrogen terakhir, dalam hal demikian, tidak perlu mereduksi hasil antara lain seperti halnya pada fermentasi, hasil semacam itu dapat dioksidasi secara sempurna menjadi CO2 Dan H2O. Hal ini merupakan keuntungan luar biasa bagi organisme itu karena banyaknya energi yang tersedia dari oksidasi sempurna molekul glukosa lebih besar dari pada energi yang diperoleh dari fermentasi glukosa. Hal ini terjadi karena jalan bertahap setiap pasangan elektron dari NADH ke oksigen melalui serangkaian pengangkutan tiga molekul ATP (Pelczar, 1986).

    2.2.2 Respirasi Anaerob

    Organisme anaerobik atau anaerob adalah setiap organisme yang tidak memerlukan oksigen untuk tumbuh. Anaerob obligat akan mati bila terpapar pada oksigen.

    Ada kelompok organisme terakhir yang terpisahkan karena organisme ini bukan pula fermentatif. Bakteri ini adalah anaerob obligat, tetapi bukannya menggunakan hasil antara mtabolismenya, organisme tersebut menggunakan ion-ion anorganik sebagai penerima elektron terakhir. Organisme semacam ini dapat dibagi lagi menjadi tiga tipe: pereduksi netrat, pereduksi sulfat, pereduksi metan (Suriawiria, 1986).

    2.2.3 Respirasi Mikroaerofilik

    Mikroaerofilik respirasi bagi organisme yang dapat menggunakan oksigen, tetapi hanya pada konsentrasi yang rendah (rentang mikromolar rendah), pertumbuhannya dihambat oleh level oksigen yang normal (sekitar 200 mikromolar) (Wheeler, 1993).

    2.2.4 Respirasi Fakultatif Anaerob

    Anaerob fakultatif dapat menggunakan oksigen jika tersedia. Organisme aerotoleran dapat hidup walaupun terdapat oksigen di sekitarnya, tetapi mereka tetap anaerobik karena mereka tidak menggunakan oksigen sebagai terminal electron acceptor (akseptor elektron terminal) (Wheeler, 1993).

    Bab III. Pembahasan

    Pada praktikum dengan topik respirasi bakteri telah ditemukan bahwa bakteri mengadakan respirasi secara aerob dan anaerob. Menurut Utami (2004), kebutuhan akan oksigen bebas dari udara bagi bakteri untuk respirasi sel sangat berbeda, tergantung pada adanya sistem enzim biooksidatif yang ada pada tiap spesies sehingga dikenal adanya respirasi aerob dan anaerob. Respirasi yang menggunakan oksigen bebas sebagai penerima elektron disebut respirasi aerob, sebagai yang menggunakan senyawa anorganik sebagai penerima elektron disebut respirasi anaerob.

    Menurut Darmawan (2010) dalam pemanfaatan Oksigen (O2) untuk respirasinya, bakteri dibagimenjadi 4 kelompok yaitu sebagai berikut :

    1. Aerob obligat, yaitu kelompok bakteri yang membutuhkan (O2) yang sangat banyak sebagai akseptor akhir dalam oksidasi biologis atau respirasi aerob.
    2. Anaerob obligat yaitu kelompok bakteri yang tidak membutuhkan O2 bebas, bahkan jika kontak dengan oksigen akan mematikan organisme tersebut.
    3. Fakultatif aerob atau fakultatif anaerob, dapat menggunakan O2 sebagai akseptor elektron, atau sebagai penggantinya, diambil oksigen dari garam-garam seperti NaNO3 Penggunaan pengganti ini kadang-kadang disebut jugarespirasi anaerob. 
    4. Mikroaerofil, bakteri kelompok ini akan terhambat pertumbuhnya olehoksigen yang jenuh. Pertumbuhan terbaik baik bagi kelompok organisme iniadalah konsentrasi oksigen terbatas

    a. Respirasi Aerob

    Pengamatan terhadap kelompok bakteri yang mempunyai perbedaan sifat respirasi dapat dilakukan pada media pertumbuhan bakteri baik media padat maupun media cair, untuk memperjelas pengamatan terhadap sifat respirasi bakteri biasanya menggunakan media cair. Dalam media cair pertumbuhan bakteri tersebut dapat diamati lebih jelas dengan mengamati akumulasi dari sel-sel bakteri yang tumbuh. Pada pengamatan yang telah dilakukan yaitu terdapat bahwa respirasi bakteri secara aerob, bakteri terdapat pada tabung reaksi pada daerah atas permukaan tabung reaksi. Menurut (Utami, 2004), bakteri aerob akan berada dipermukaan atas karena ia akan mengambil oksigen bebas dari udara

    Secara sederhana, respirasi yang satu ini diartikan sebagai sebuah reaksi katabolisme yang memerlukan suasana aerobic dengan demikian dalam prosesnya keberadaan oksigen sangat dibutuhkan. Hasil dari reaksi ini adalah energi dengan jumlah yang besar. contoh : Nitrosomonas, Nitrobacter, Nitrosococcus. 

    Dalam kenyataan reaksi yang terjadi tidak sesederhana itu. Banyak tahapan yang terjadi dari awal hingga terbentuknya energi. Reaksi-reaksi itu dapat dibedakan menjadi 3 tahapan yaitu glikolosis, siklus krebs dan transport elektron (Syamsuri, 1980). 

    1.1 Glikolisis, berarti menguraikan gula dan itulah yang tepatnya terjadi selama jalur ini. Glukosa, gula berkarbon enam, diuraikan menjadi dua gula berkarbon tiga. Gula yang lebih kecil ini kemudian dioksidasi, dan atom sisanya disusun ulang untuk membuat dua molekul piruvat (Champbell, 2002)

    1.2  Siklus krebs. Glikolisis melepas energi kurang dari seperempat energi kimiawi yang tersimpan dalam glukosa, sebagian besar energi itu tetap tersimpan dalam dua molekul piruvet. Jika ada oksigen molekuler, piruvat itu memasuki mitokondria dimana enzim siklus krebs menyempurnakan oksidasi bahan bakar organiknya (Champbell, 2002). 

    1.3  Transpor Elektron adalah serangkaian reaksi pemindahan elektron melalui proses reaksi redoks (reduksi-oksidasi). Hidrogen yang terdapat pada molekul NADH serta FADH2 ditranspor dalam serangkaian reaksi redoks yang melibatkan enzim, sitokrom, quinon, pirodoksin, dan flavoprotein. Pada akhir transport elektron, oksigen akan mengoksidasi elektron dan ion Hidrogen (H) menghasilkan air (H2O). Transport elektron terjadi pada membran dalam mitokondria (Maskoeri,1989). 

    b. Respirasi Anaerob

    Pada pengamatan yang telah dilakukan yaitu terdapat bahwa respirasi bakteri secara anaerob yaitu pada pengamatan respirasi bahwa bakteri terdapat pada tabung reaksi pada daerah bawah dan jauh dengan permukaan.

    Organisme anaerobik atau anaerob adalah setiap organisme yang tidak memerlukan oksigen untuk tumbuh. Anaerob obligat akan mati bila terpapar pada oksigen dengan kadar atmosfer. Anaerob fakultatif dapat menggunakan oksigen jika tersedia.

    Organisme aerotoleran dapat hidup walaupun terdapat oksigen di sekitarnya, tetapi mereka tetap anaerobik karena mereka tidak menggunakan oksigen sebagai terminal electron acceptor (akseptor elektron terminal). Anaerob adalah organisme yang tidak dapat tumbuh bila terdapat konsentrasi mikromolar oksigen, tetapi dapat tumbuh dan diuntungkan pada konsentrasi nanomolar oksigen (Wheeler, 1993).

    Anaerob obligat dapat menggunakan fermentasi atau respirasi anaerobik. Jika terdapat oksigen, anaerob fakultatif menggunakan respirasi aerobik; tanpa oksigen beberapa diantaranya berfermentasi, beberapa lagi menggunakan respirasi anaerobik. Organisme aerotoleran hanya dapat berfermentasi. Mikroaerofil melakukan respirasi aerobik, dan beberapa diantaranya dapat juga melakukan respirasi anaerobic (Wheeler, 1993).

    Tumbuhan dan jamur (contohnya ragi) biasanya melakukan fermentasi alkohol (etanol) ketika oksigen terbatas melalui reaksi berikut:

    C6H12O6 + 2 ADP + 2 fosfat → 2 C2H5OH + 2 CO2 + 2 ATP

    Energi yang dilepaskan sekitar 180 kJ per mol, yang disimpan dalam regenerasi dua ATP dari ADP per glukosa (Wheeler, 1993).

    Bakteri anaerobik menggunakan jalur ini dan beberapa jalur lainnya dalam melakukan fermentasi seperti: fermentasi asam propionat, fermentasi asam butirat, fermentasi pelarut, fermentasi asam campuran, fermentasi butanediol, fermentasi Stickland, asetogenesis atau metanogenesis (Wheeler, 1993).

    Beberapa bakteri anaerobik menghasilkan toksin (racun) seperti toksin tetanus atau botulinum yang sangat berbahaya bagi organisme yang lebih besar, termasuk manusia (Wheeler, 1993).

    Anaerob obligat akan mati bila terdapat oksigen karena tidak adanya enzim superoksida dismutase dan katalase yang dapat mengubah superoksida berbahaya yang timbul dalam selnya karena adanya oksigen (Wheeler, 1993).

    DAFTAR PUSTAKA

    Champbell, N.A, dkk. 2002. Biologi. Edisi lima Jilid satu. Jakarta : Erlangga

    Darmawan, Ericka. 2010. Pertumbuhan Bakteri pada Medium Cair. JavAurora.

    Dwidjoseputro, D. 1994. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.

    Maskoeri, Jaslin. 1989. Biologi Umum Untuk Perguruan Tinggi.Surabaya: Bina Pustakatama

    Pelczar, Michael, dkk. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Universitas Indonesia. hlm: 2-3, 140-142. 

    Suriawiria, Unus. 1986. Buku Materi Pokok Mikrobiologi. Jakarta: Penerbit Karunia Jakarta.Universitas Terbuka. hlm: 43.  

    Syamsuri, Istamar. 1980. Biologi SMA. Erlangga:Jakarta

    Utami, Ulfa. 2004. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. Malang: Universitas Islam Negeri Malang

    Wheeler dan volk. 1993. Mikrobiologi Dasar. Jakarta: Erlangga. Hlm 30-31