Blog

  • Makalah Model Pembelajaran Certainty of Response Index – CRI

    Model Pembelajaran Certainty of Response Index – CRI

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Guru sebagai salah satu komponen pendidikan dan merupakan suatu bidang profesi, mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses belajar mengajar untuk membawa anak didiknya kepada kedewasaan dalam arti yang luas.

    Dalam proses pembelajaran terjadi saling keterkaitan antara komponen yang satu dengan komponen yang lain. Komponen-kompon tersebut meliputi: tujuan, materi, metode dan evaluasi. Keempat komponen pembelajaran tersebut harus diperhatikan oleh guru dalam memilih dan menentukan model-model pembelajaran apa yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar juga merupakan proses melihat, mengamati dan memahami sesuatu. Dalam kegiatan belajar ini dilakukan oleh dua pelaku yaitu guru dan siswa. Perilaku guru adalah mengajar dan perilaku siswa adalah belajar. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran.

    Miskonsepsi atau kekeliruan konsepsi merupakan fenomena yang sering terjadi terhadap siswa. Miskonsepsi diduga kuat terbentuk pada masa anak dalam interaksi otak dengan alam di sekitarnya. Adanya miskonsepsi ini jelas akan sangat menghambat pada proses penerimaan dan asimilasi pengetahuan-pengetahuan baru dalam diri siswa, sehingga akan menghalangi keberhasilan siswa dalam proses belajar lebih lanjut. Persoalan yang kerap muncul ketika akan dilakukan upaya pengobatan adalah adanya kesulitan dalam membedakan apakah seorang siswa mengalami miskonsepsi atau justru tidak tahu konsep. Karena cara mengobati siswa yang mengalami miskonsepsi akan sangat berbeda dengan cara mengobati siswa yang tidak tahu konsep. CRI dikembangkan untuk mengidentifikasi terjadinya miskonsepsi sekaligus dapat membedakannya dengan tidak tahu konsep.

    B. Rumusan Masalah

    1. Bagaimana konsep/teori model pembelajaran Certainty of Response Index?
    2. Bagaimana prinsip Certainty of Response Index?
    3. Apa saja kelebihan dan kelemahan Certainty of Response Index?
    4. Bagaimanakah langkah-langkah Certainty of Response index?
    5. Bagaimana aplikasi Certainty of Response index pada pembelajaran Matematika?

    C. Tujuan

    1. Mengetahui konsep/teori tentang model pembelajaran Certainty of Response Index.
    2. Mengetahui prinsip Certainty of Response Index.
    3. Mengetahui kelebihan dan kelemahan Certainty of Response Index.
    4. Mengetahui langkah-langkah Certainty of Response index.
    5. Mengetahui aplikasi Certainty of Response index pada pembelajaran Matematika.

    Bab II. Pembahasan

    A. Pengertian Certainty of Responsi Index

    Certainty of Response Index (CRI) merupakan teknik untuk mengukur miskonsepsi seseorang dengan cara mengukur tingkat keyakinan atau kepastian seseorang dalam menjawab setiap pertanyaan yang diberikan. Hal yang sangat penting untuk diperhatikan dalam penggunaan CRI adalah kejujuran siswa dalam mengisi CRI untuk jawaban suatu soal, karena nantinya akan menentukan pada keakuratan hasil identifikasi yang dilakukan.

    Secara sederhana (Certainty of Response Index) CRI dapat diartikan sebagai ukuran tingkat keyakinan/kepastian responden (dalam hal ini adalah peserta didik) dalam menjawab setiap pertanyaan (soal) yang diberikan.

    CRI sering digunakan dalam survei-survei terutama yang meminta rensponden untuk memberikan derajat kepastian yang dia miliki dari kemampuannya untuk memilih dan membangun pengetahuan, konsep-konsep, atau hukum-hukum yang terbentuk dengan baik dalam dirinya untuk menentukan jawaban dari suatu pertanyaan. Dengan kata lain CRI juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi terjadinya miskonsepsi sekaligus dapat membedakannya dengan tidak tahu konsep. Oleh karena itu, akan dibahas mengenai apa itu konsep, konsepsi dan miskonsepsi.

    1. Konsep

    Menurut Piaget, “manusia memiliki struktur pengetahuan dalam otaknya, seperti kotak-kotak yang masing-masing berisi informasi bermakna yang berbeda-beda” (Trianto, 2009:114). Pengalaman yang sama bagi beberapa orang akan dimaknai berbeda-beda oleh masing-masing individu dan disimpan dalam kotak-kotak yang berbeda.

    Sedangkan menurut Dahar (2001:80), “Konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan atau hubungan-hubungan yang mempunyai atribut-atribut yang sama”. Konsep adalah ide abstrak yang memungkinkan kita dapat mengelompokkan benda-benda, symbol-simbol atau peristiwa tertentu kedalam contoh dan bukan cotoh dari ide abstrak tersebut itu. Dahar berpendapat bahwa konsep merupakan penyajian internal dari sekelompok stimulus. Konsep- konsep tidak dapat diamati, konsep-konsep harus disimpulkan dari perilaku.

    Dengan demikian konsep merupakan buah pemikiran seseorang atua sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga melahirkan produk pengetahuan meliputi prinsip, hukum dan teori.

    B. Konsepsi

    Tafsiran seseorang terhadap konsep disebut konsepsi. Konsepsi seseorang terhadap suatu objek dianggap benar jika konsep tersebut memiliki atribut-atribut dan struktur objek yang relevan dengan konsep yang disepakati bersama. Pemahaman konsep diartikan sebagai kemampuan untuk menyerap arti dari materi atau bahan yang dipelajari. Seorang siswa dikatakan mampu memahami konsep jika dapat melakukan: a) translasi (menterjemahkan), yaitu kemampuan untuk menggunakan suatu komunikasi kedalam bahasa lain, seperti kemampuan berkomunikasi dengan grafik; b) interpretasi, yaitu kemampuan untuk menyimpulkan dari suatu ide atau materi, kemudian diungkapkan berdasarkan data-data yang ada menurut pandangan individu tersebut kedalam bentuk yang lain; c) ekstrapolasi, yaitu kemampuan untuk meramalkan akibat dan implikasi-implikasi serta sebagainya (Usman dan Setiawati, 2001:112).

    Sedangkan Hartati (2001:22) menjelaskan bahwa makna pemahaman sebagai kemampuan untuk menerangkan dan menginterpretsikan sesuatu. Suparno (2001:97) mengemukakan bahwa pemahaman konsep dibedakan atas pemahaman instrumental dan pemahaman relasional. Pemahaman instrumental adalah pemahaman atas konsep yang saling terpisah dan hanya dapat menghpal rumus dalam perhitungan sederhana, sedangkan dalam pemahaman relasional termuat suatu skema atau struktur yang dapat digunakan dalam  menyelesaikan makalah yang lebih luas.

    C. Miskonsepsi

    Sebagian besar pembelajaran secara tradisional telah terpisah menjadi beberapa bagian dan kemudian terfokus pada masing-masing bagian. Tetapi beberapa siswa tidak mampu membentuk konsep dan kemamapuan dari bagian-bagian yang terpisah tadi (Yatim Riyanto, 2009:148).

    Van Den Berg mendefinisikan ‘miskonsepsi sebagai pertentangan atau ketidakcocokan konsep yang dipahami seseorang dengan konsep yang dipakai oleh para pakar ilmu yang bersangkutan‘. Sedangkan menurut Brown ‘miskonsepsi didefinisikan sebagai suatu pandangan yang naif, suatu gagasan yang tidak cocok dengan pengertian ilmiah yang sekarang diterima’. Pendapat lain tentang miskonsepsi dikemukanan Fowler Paul Supar, bahwa ‘miskonsepsi memiliki arti sebagai sesuatu yang tidak akurat akankonsep, penggunaan konsep yang salah, klasifikasi contoh yang salah, kekacauan konsep-konsep yang berbeda.

    Miskonsepsi atau kekeliruan konsepsi merupakan fenomena yang sering terjadi terhadap siswa, karena keberadaan miskonsepsi dipercaya dapat menghambat pada proses asimilasi pengetahuan-pengetahuan baru pada benak para siswa. Miskonsepsi diduga kuat terbentuk pada masa anak dalam interaksi otak dengan alam di sekitarnya. Persoalan yang kerap muncul ketika akan dilakukan upaya pengobatan adalah adanya kesulitan dalam membedakan apakah seorang siswa mengalami miskonsepsi atau justru tidak tahu konsep. Karena cara mengobati siswa yang mengalami miskonsepsi akan sangat berbeda dengan cara mengobati siswa yang tidak tahu konsep. CRI dikembangkan untuk mengidentifikasi terjadinya miskonsepsi sekaligus dapat membedakannya dengan tidak tahu konsep.

    CRI biasanya didasarkan pada suatu skala dan diberikan bersamaan dengan setiap jawaban suatu soal. Tingkat kepastian jawaban tercermin dalam skala CRI yang diberikan, CRI yang rendah menandakan ketidakyakinan konsep pada diri responden dalam menjawab suatu pertanyaan, dalam hal ini jawaban biasanya ditentukan atas dasar tebakan semata. Sebaliknya CRI yang tinggi mencerminkan keyakinan dan kepastian konsep yang tinggi pada diri responden dalam menjawab pertanyaan, dalam hal ini unsur tebakan sangat kecil. Seorang responden mengalami miskonsepsi atau tidak tahu konsep dapat dibedakan secara sederhana dengan cara membandingkan benar tidaknya jawaban suatu soal.

    Dalam Saleem Hasan (1999:295) skala yang digunakan adalah skala enam (0-5)

    0Totally Guessed Answer
    1Almost Guess
    2Not Sure
    3Sure
    4Almost Sure
    5Certain

    Keterangan:

    1. Skala CRI (0-2) menandakan derajat kepastian rendah. Hal ini menggambarkan faktor penebakan dalam menjawab sangat tinggi tanpa memandang jawaban tersebut benar atau salah. Hal ini menandakan bahwa siswa tidak tahu sama sekali tentang konsep-konsep yang ditanyakan.
    2. Nilai CRI yang sedang yaitu memiliki skala (3-4). Hal ini menggambarkan faktor dalam menjawab cukup tinggi, namun masih belum memiliki tingkat ketepatan sangat tinggi dalam menjawab pertanyaan sehingga mengalami kesalahan dalam memahami suatu konsep.
    3. Nilai CRI yang sangat tinggi yaitu memiliki skala (5). Angka 5 menunjukkan tingkat kepercayaan siswa dalam menjawab pertanyaan sangat tinggi. Mereka menjawab pertanyaan dengan pengetahuan dan konsep-konsep.

    Nilai- nilai tersebut merupukan nilai yang diberikan oleh siswa sendiri mengenai keyakinannya ketika menjawab setiap pertanyaan. Dengan kata lain ketika siswa memberikan nilai CRI sebenarnya siswa telah memberikan penilaiannya terhadap dirinya sendiri.

    Dari ketentuan tersebut maka CRI dapat digunakan untuk membedakan antara siswa yang mengalami kesalahan dalam memahami konsep-konsep, siswa yang memahami konsep dan siswa yang tidak mengetahui konsep.

    B. Prinsip Certainty of Response Index

    1. Mengukur tingkat kepastian atau kepercayaan pada setiap jawaban siswa.
    2. Membedakan antara siswa yang mengalami kesalahan konsep dalam memahami suatu konsep dengan siswa yang tidak mengetahui konsep.
    3. Didasarkan pada suatu skala dan dibedakan bersamaan dengan jawaban suatu soal yang telah di isi oleh responden (dalam hal ini berarti siswa).
    4. Siswa memberikan penilaian terhadap dirinya sendiri akan keyakinan yang dimilikinya dalam menjawab soal.

    C. Kelebihan dan Kelemahan Certanity of Response Index

    Sebagai suatu teknik yang digunakan untuk mengukur tingkat keyakinan siswa dalam menjawab pertanyaan. Certainty of Response Index dalam penggunaannya memiliki beberapa kelebihan yaitu sebagai berikut:

    1. Dapat membedakan antara siswa yang mengalami miskonsepsi dan tidak tahu konsep. Dengan dapat teridentifikasinya seorang siswa mengalami miskonsepsi atau tidak tahu konsep maka dapat ditentukan dengan mudah langkah untuk mengatasinya.
    2. Tidak terlalu sulit dalam proses persiapan dan pelaksanaannya.
    3. Mudah dan cepat dalam penganalisisan.

    Selain itu CRI juga memiliki kelemahan yaitu:

    1. Ketidakjujuran siswa dalam menjawab pertanyaan yang berpengaruh terhadap penganalisisan.
    2. Terjadinya kesalahan dalam pengisian CRI.
    3. Penganalisisan hasil CRI akan mengalami kesulitan jika belum mengetahui cara perhitungan CRI.

    D. Langkah-Langkah Certanity of Responsive Index

    Menurut Saleem Hasan langkah-langkah dalam mengidentifikasi pemahaman konsep siswa dengan menggunakan CRI pada soal pilihan ganda adalah sebagai berikut:

    1. Siswa memilih salah satu jawaban yang dianggap benar dari alternatif pilihan yang ada.
    2. Siswa memberikan nilai pada setiap soal antara 0-5 sesuai dengan tingkat keyakinan siswa dalam menjawab pertanyaan yang telah disediakan.
    3. Nilai jawaban yang benar dan nilai CRI dimasukan dalam matrik kriteria CRI.

    Ketentuan untuk perorangan siswa dan untuk setiap pertanyaan yang diberikan didasarkan pada kombinasi dari jawaban benar atau salah dan tinggi rendahnya CRI. Untuk suatu pertanyaan yang diberikan, total CRI untuk jawaban salah diperoleh dengan cara menjumlahkan CRI dari semua siswa yang jawabannya salah untuk pertanyaan tersebut. Rata-rata CRI untuk jawaban salah untuk suatu pertanyaan yang diberikan diperoleh dengan cara membagi jumlah CRI untuk jawaban salah tiap siswa dengan jumlah siswa yang jawabannya salah untuk pertanyaan tersebut.

    Dengan cara yang sama total CRI untuk jawaban benar diperoleh dengan menjumlahkan CRI dari semua siswa yang jawabannya benar untuk pertanyaan tersebut. Sedangkan rata-rata CRI untuk jawaban benar suatu pertanyaan yang diberikan diperoleh dengan cara membagi jumlah CRI untuk jawaban benar tiap siswa dengan jumlah siswa yang jawabannya benar utuk pertanyaan tersebut.

    Pengidentifikasian miskonsepsi untuk kelompok responden dapat dilakukan dengan cara yang sama seperti untuk kasus tiap responden secara individu, kecuali harga CRI diambil merupakan hasil perata-rataan CRI tiap responden. Dalam kasus kolompok, pada umumnya sebagian jawaban dari pertanyaan yang diberikan benar dan sebagian lagi salah , tidak seperti pada kasus responden secara individu.

    Tabel

    Ketentuan Untuk Membedakan Antara Tahu Konsep, Miskonsepsi Dan Tidak Tahu Konsep

    Kriteria Jawaban SiswaCri Rendah (<2,5)Cri Tinggi (>2,5)
    Jawaban BenarTidak Tahu Konsep(Lucky Guess/Menebak)Menguasai Konsep Dengan Baik
    Jawaban SalahTidak Tahu Konsep(Lucky Guess/Menebak)Miskonsepsi

    Tabel diatas menjelaskan bahwa jika siswa menjawab benar dengan CRI rendah maka menandakan bahwa siswa tidak tahu konsep, jika siswa menjawab benar dengan CRI tinggi maka menunjukkan bahwa siswa memahami konsep dengan baik dan jika siswa menjawab salah dengan CRI rendah maka menandakan siswa tidak tahu konsep. Sementara jika siswa menjawab salah dengan CRI tinggi maka menandakan siswa mengalami miskonsepsi.

    Yuyu R. Tayubi (Rohendi, 2007:37) memberikan pengoperasionalan kriteria CRI tersebut yang dinyatakan dengan presentase unsur tebakan dalam menjawab suatu pertanyaan.

    Tabel

    Pengoperasionalan Kriteria CRI

    CRIKriteria
    0Jika menjawab soal 100% ditebak
    1Jika dalam menjawab soal presentase unsur tebakan antara 75,99%
    2Jika dalam menjawab soal presentase unsur tebakan antara 50,74%
    3Jika dalam menjawab soal presentase unsur tebakan antara 25,49%
    4Jika dalam menjawab soal presentase unsur tebakan antara 1,24%
    5Jika dalam menjawab soal tidak ada unsur tebakan sama sekali (0%)

    E. Palikasi Certanity of Response Index Pada Pembelajaran Matematika

    Logika Matematika dapat diartikan sebagai tata cara berpikir atau pola berpikir matematika (ST. Negoro dan B. Harahap, 2010:183). Maksud mempelajari matematika anatara lain agar kita lebih cermat, lebih teliti dalam membahas dan memcahkan soal-soal matematika, dan diharapkan agar lebih disiplin dalam pemakaian bahasa matematika. Dalm logika matematika kemampuan menalarkan sangat berpengaruh terhadap pemahaman konsep itu sendiri. Kemampuan menalarkan sesuatu merupakan salah satu kelebihan manusia dibandingkan dengan makhluk lainnya. Dengan kemampuannya itu peradaban manusia berkembang pesat hingga sekarang. Penalaran merupakan proses mendapatkan kebenaran yang bersandarkan pada kebenaran-kebenaran yang telah ada. Kebenaran yang baru ini nantinya dapat digunakan pula untuk menurunkan kebenaran baru yang lainnya (Sukino, 2006:1). Untuk menggunakan kebenaran yang telah ada dalam menurunkan kebenaran baru lainnya maka siswa tidak boleh mengalami miskonsepsi karena akan bertentangan dengan kebenaran yang  telah ada.

    Untuk dapat mengetahui apakah siswa mengalami miskonsepsi, tidak tahu konsep atau mengatahui konsep dalam pembelajaran matematika pada materi Logika Matematika, maka dapat dilakukan dengan metode CRI.

    Aplikasi CRI dalam pembelajaran matematika (dalam hal ini yaitu pada materi Logika Matematika) dapat dilihat seperti dibawah ini.

    a.      Merumuskan Tujuan Pembelajaran

    Standar Kompetensi

    Menggunakan logika matematika dalam pemecahan masalah yang bekaitan dengan pernyataan majemuk dan pernyataan berkuantor.

    Kompetensi dasar

    Merumuskan pernyataan yang setara dengan pernyataan majemuk atau pernyataan berkuantor yang telah diberikan.

    Indikator

    1. Siswa dapat memeriksa kesetaraan antara dua pernyataan majemuk dengan cepat.
    2. Siswa dapat membuktikan kesetaraan antara dua pernyataan majemuk dengan cepat.
    3. Siswa dapat menentukan hubungan antara konvers, invers dan kontraposisi dari sebuah implikasi.
    4. Siswa dapat menyebutkan contoh pernyataan majemuk dengan menghubngkannya pada masalah sehari-hari.
    5. Siswa dapat menentukan nilai kebenaran dari pernyataan majemuk yang bersifat tautologi, kontradiksi atau bukan keduanya.

    b.      Menentukan Isi Pembelajaran

    1)      Kesetaraan dalam pernyataan majemuk

    2)      Konvers, invers dan kontraposisi

    Andaikan pernyataan “Jika hari hujan, saya memakai jas hujan” bernilai benar, maka itu tidak berarti bahwa pernyataan “Saya memakai jas hujan berarti hari hujan” juga bernilai benar; sebab mungkin saja saya memakai jas hujan walaupun hari tidak hujan.
    Demikian pula pernyataan “Jika hari tidak hujan, saya tidak memakai jas hujan” belum tentu bernilai benar.  Sedangkan pernyataan “Jika saya tidak memakai jas hujan, hari tidak hujan” akan bernilai benar. Definisi :

    a. Konvers dari implikasi p ⇒ q adalah q ⇒ p

    b. Invers dari implikasi p ⇒ q adalah ~ p ⇒ ~ q
    c. Kontraposisi dari implikasi p ⇒ q adalah ~ q ⇒ ~ p

    Untuk melihat hubungan nilai kebenaran antara implikasi, konvers, invers dan kontraposisi perhatikanlah tabel kebenaran berikut :

    PqImplikasip  qKonversq  pInvers~p  ~qKontraposisi~q  ~p
    BBBBBB
    BSSBBS
    SBBSSB
    SSBBBB

    Dari tabel di atas ternyata: Implikasi ekuivalen dengan kontraposisinya atau ditulis p  q  ~q  ~p  dengan kata lain jika implikasi bernilai benar maka kontraposi-sinya juga bernilai benar atau jika implikasi bernilai salah maka kontraposisinya juga bernilai salah.

    Konvers suatu implikasi ekuivalen dengan inversnya atau ditulis

     p  ~p  ~q

    Contoh:
    Tentukanlah konvers, invers dan kontraposisi dari pernyataan:
     Jika harga bahan bakar minyak naik maka harga beras naik.

    Penyelesaian:
    Konvers : Jika harga beras naik maka harga bahan bakar minyak naik.
    Invers : Jika harga bahan bakar minyak tidak naik maka harga beras tidak naik.

    Kontraposisi: Jika harga beras tidak naik maka harga bahan bakar minyak tidak naik.

    Jelas konvers (p  q)~  r  r  (p  q),~
    invers (p  q)~  r  ~(p  q)~   r~  p~(  q)   r,~
    kontraposisi (p  q)~  r   r~  ~(p  q)~   r~  (~p  q).

    3)      Tautologi dan kontradiksi

    Dalam logika matematika, tautologi adalah suatu pernyataan majemuk yang bernilai benar untuk setiap kemungkinan. Hal ini dapat dibuktikan menggunakan tabel kebenaran ataupun sifat-sifat logika.

    Contoh tautologi adalah:

    Pq~p~qp → q(p → q) ∧ ~q[(p → q) ∧ ~q] → ~p
    BBSSBSB
    BSSBSSB
    SBBSBSB
    SSBBBBB

    Dari tabel di atas, bisa dilihat bahwa apapun nilai kebenaran premis p dan q, pernyataan di atas tetap bernilai benar semua, sehingga digolongkan sebagai tautologi.

    Kontradiksi adalah hubungan dua pernyataan yang selalu berlawanan. Misalnya jika a berkontradiksi dengan b maka a salah jika dan hanya jika b benar. Dan a benar jika dan hanya jika b salah.Tentu, contoh sederhana dari kontradiksi adalah suatu pernyataan dengan negasinya sendiri. Pernyataan p pasti berkontradiksi dengan ~p (negasi p).

    Meski konsep kontradiksi tampak sederhana tetapi aplikasinya sangat luas dan berguna. Sering kita sulit membuktikan apakah pernyataan p itu benar atau salah. Dengan konsep kontradiksi, kita dapat mengasumsikan bahwa negasi p bernilai benar. Lalu dengan beberapa proses kita berhasil menunjukkan bahwa ~p ternyata bernilai salah (seringnya karena terjadi kontradiksi).

    Karena ~p bernilai salah maka kita dapat menyimpulkan bahwa p bernilai benar (terbukti, dengan prinsip kontradiksi).

    Contoh: Buktikan bahwa setiap bilangan komposit (bukan bilangan prima) selalu dapat dinyatakan sebagai hasil kali dari beberapa bilangan prima.

    Misal,
    6 = 2.3
    8 = 2.2.2
    40 = 2.2.2.5
    70 = 2.5.7
    1000 = 2.2.2.5.5.5

    c.       Penilaian Kemampuan Awal Siswa

    1)      Guru memberikan pretest

    Pretest dilakukan untuk mengetahui apa yang sudah dan belum diketahui siswa tentang Kesetaraan dari Pernyataan Majemuk, Konvers, Invers dan Kontraposisi serta Tautologi dan Kontradiksi.

    2)      Data tentang pengetahuan awal dan kesiapan

    Apakah anda telah memahami materi yang telah anda kerjakan? Jika ya, jawablah pertanyaan berikut:

    Jelaskan dengan singkat materi yang telah anda pahami tersbut!

    Adakah manfaat yang anda dapatkan dari materi tersebut untuk kegiatan sehari-hari anda?

    d.      Metode Pembelajaran

    CRI, ekspositori, demonstrasi, latihan praktik.

    e.       Langkah-langkah Pembelajaran

    Kegiatan awal

    –       Apresepsi/ Motivasi

    Kegiatan Inti

    Tahap I Ekspositori, tentang Kesetaraan dari Pernyataan Majemuk, Konvers, Invers dan Kontraposisi serta Tautologi dan Kontradiksi.

    Tahap II Demonstrasi, tentang Kesetaraan dari Pernyataan Majemuk, Konvers, Invers dan Kontraposisi serta Tautologi dan Kontradiksi.

    Tahap III Latihan Praktik, penggunaan Kesetaraan dari Pernyataan Majemuk, Konvers, Invers dan Kontraposisi serta Tautologi dan Kontradiksi.

    Tahap IV CRI, tentang Kesetaraan dari Pernyataan Majemuk, Konvers, Invers dan Kontraposisi serta Tautologi dan Kontradiksi.                                                

    Kegiatan Penutup

    Guru mengulang kembali kegiatan yang telah dilakukan memberikan kesimpulan kemudian memberikan  pekerjaan rumah dan menginformasikan materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.

    f.       Alat/Bahan dan Sumber Belajar

    Buku Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar Kelas 6 .

    LKS Matematika SD untuk Kelas VI  6B

    Soal

    Petunjuk:

    1)      Pilihlah satu jawaban yang tepat

    2)      Berikan nilai pada setiap soal antara 0-5 sesuai dengan tingkat keyakinan dalam menjawab soal

    0 jika menjawab soal dengan semata-mata menebak

    1 jika menjawab soal dengan hampir menebak

    2 jika menjawab soal dengan tidak yakin benar

    3 jika menjawab soal dengan yakin benar

    4 jika menjawab soal dengan hampir pasti benar

    5 jika menjawab soal dengan pasti benar

    1.      Jika invers pernyataan p → ~q  bernilai salh maka konvers pernyataan berikut yang bernilai salah adalah….

    a.       p → q                    d. ~q → ~p

    b.      q → q                    e. ~p → ~q

    c.       q → ~q 

    Tingkat keyakinan:

    2.      ingkaran dari pernyataan (p ∧ q) → r adalah….

    a.  ~p   ~q ∨ r                d. ~p  ∧ ~q ∧ r

    b.  (~p  ∧ ~q) ∨ r            e. . ~p  ~q ∧ r

    c.  p  ∧ q ∧ ~r

    Tingkat keyakinan:

    3.      Kontraposisi dari pernyataan  (p ∧ q) → ~r adalah…

    a.       r → (~p→ ~q)       d. (~p→ ~q) → r

    b.      r → (p→ ~q)         e. (~p→ q) → r

    c.       r → (~p→ q)

    Tingkat keyakinan…

    4.      Invers dari p → (q→ r) ekuivalen dengan…

    a.  ∨ (p ∧ ~r) d. p ∧ (q ∨ ~r)

    b.  ∨ (q ∧ ~r) e. q ∧ (r ∨ ~p)

    c.  q ∧ (p ∨ ~r)

    Tingkat keyakinan…

    5.      Konvers p → (q ∨ r) ekuivalen dengan…

    a.       (p ∧ q→ p            d. ~p → ~(p ∨ q)

    b.      (p ∨ q→ p e. ~(p ∨ q→ ~p

    c.  (p ∨ q→ ~p

    Tingkat keyakinan…

    6.      Perhatikan kalimat “jika ia berusaha maka ia berhasil”. Kontraposisi dari kalimat ini adalah…

    a.       “jika ia tidak berusaha maka ia tidak berhasil”

    b.      “jika ia berhasil maka ia berusaha”

    c.       Jika ia tidak berhasil maka ia tidak berusaha”

    d.      “ia tidak berusaha tetapi ia berhasil”

    e.       “ia tidak berusaha tetapi ia tidak berhasil”

    Tingkat keyakinan…

    7.      Diketahui dua buah hipotesis

    Hipotesis 1: jika Badu seorang pegawai negeri maka ia mendapat gaji bulanan

    Hipotesis 2: Badu seorang pegawai negeri

    Kesimpulan yang dapat diambil dari kedua hipotesis tersebut adalah…

    a.       Badu seorabg pegawai negeri

    b.      Badu seorang pegawai swasta

    c.       Badu mendapat gaji bulanan

    d.      Badu tidak mendapat gaji bulanan

    e.       Badu mendapat gaji bulanan ataupun tidak

    Tingkat keyakinan…

    dst

    .

    Penilaian CRI

    Ketentuan  untuk perorangan siswa dan untuk setiap pertanyaan yang diberikan didasarkan pada kombinasi dari jawaban benar atau salah dan tinggi rendahnya CRI. Untuk suatu pertanyaan yang diberikan, total CRI untuk jawaban salah diperoleh dengan cara menjumlahkan CRI dari semua siswa yang jawabannya salah untuk pertanyaan tersebut. Rata-rata CRI untuk jawaban salah untuk suatu pertanyaan yang diberikan diperoleh dengan cara membagi jumlah CRI untuk jawaban salah tiap siswa dengan jumlah siswa yang jawabannya salah untuk pertanyaan tersebut.

    Dengan cara yang sama total CRI untuk jawaban benar diperoleh dengan menjumlahkan CRI dari semua siswa yang jawabannya benar untuk pertanyaan tersebut. Sedangkan rata-rata CRI untuk jawaban benar suatu pertanyaan yang diberikan diperoleh dengan cara membagi jumlah CRI untuk jawaban benar tiap siswa dengan jumlah siswa yang jawabannya benar utuk pertanyaan tersebut.

    Ketentuan Untuk Membedakan Antara Tahu Konsep, Miskonsepsi Dan Tidak Tahu Konsep

    Kriteria Jawaban SiswaCri Rendah (<2,5)Cri Tinggi (>2,5)
    Jawaban BenarTidak Tahu Konsep(Lucky Guess/Menebak)Menguasai Konsep Dengan Baik
    Jawaban SalahTidak Tahu Konsep(Lucky Guess/Menebak)Miskonsepsi

    Tabel diatas menjelaskan bahwa jika siswa menjawab benar dengan CRI rendah maka menandakan bahwa siswa tidak tahu konsep, jika siswa menjawab benar dengan CRI tinggi maka menunjukkan bahwa siswa memahami konsep dengan baik dan jika siswa menjawab salah dengan CRI rendah maka menandakan siswa tidak tahu konsep. Sementara jika siswa mwnjawab salah dengan CRI tinggi maka menandakan siswa mengalami miskonsepsi.

     BAB III

    PENUTUP

    Berdasarkan paparan diatas dapat diketahui bahwa Certainty of Response Index (CRI) merupakan teknik untuk mengukur miskonsepsi seseorang dengan cara mengukur tingkat keyakinan atau kepastian seseorang dalam menjawab setiap pertanyaan yang diberikan. CRI biasanya didasarkan pada suatu skala dan diberikan bersamaan dengan setiap jawaban suatu soal. Tingkat kepastian jawaban tercermin dalam skala CRI yang diberikan, CRI yang rendah menandakan ketidakyakinan konsep pada diri responden dalam menjawab suatu pertanyaan, dalam hal ini jawaban biasanya ditentukan atas dasar tebakan semata. Sebaliknya CRI yang tinggi mencerminkan keyakinan dan kepastian konsep yang tinggi pada diri responden dalam menjawab pertanyaan, dalam hal ini unsur tebakan sangat kecil. Seorang responden mengalami miskonsepsi atau tidak tahu konsep dapat dibedakan secara sederhana dengan cara membandingkan benar tidaknya jawaban suatu soal.

    Sebagai suatu metode CRI juga memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya diantaranya yaitu:

    1.      Dapat membedakan antara siswa yang mengalami miskonsepsi dan tidak tahu konsep. Dengan dapat teridentifikasinya seorang siswa mengalami miskonsepsi atau tidak tahu konsep maka dapat ditentukan dengan mudah langkah untuk mengatasinya.

    2.      Tidak terlalu sulit dalam proses persiapan dan pelaksanaannya.

    3.      Mudah dan cepat dalam penganalisisan.

    Selain itu CRI juga memiliki kelemahan yaitu:

    1.    Ketidakjujuran siswa dalam menjawab pertanyaan yang berpengaruh terhadap penganalisisan.

    2.    Terjadinya kesalahan dalam pengisian CRI.

    3.    Penganalisisan hasil CRI akan mengalami kesulitan jika belum mengetahui cara perhitungan CRI.

  • Makalah Musik Tradisional Daerah Sulawesi Selatan

    Beikut ini adalah contoh makalah Musik tradisional daerah Sulawesi Selatan. Makalah ini membahas musik berdasarkan alat dan daerahnya.

    Musik Tradisional Daerah Sulawesi Selatan

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Dalam mempelajari alat musik Tradisional diperlukan hal dan bakat tertentu ataupun dengan cara belajar dengan tekun,kita sebagai manusia tentu kita mempunyai kelebihan-kelebihan tertentu,pada kelebihan yang kita miliki kita tentu ingin akan lebih tingkatkan dan kelebihan yang dimiliki oleh orang lain tentu kita tertarik,untuk mempelajarinya maka dari itu kita sebagai manusia saling melengkapi atau saling membutuhkan seperti pula alat musik juga saling melengkapi,perpaduan antara alat musik yang satu dengan alat musik yang lain. , contoh bahwa perkembangan music semakin maju,selain itu faktor kemauanlah yang sangat mempengaruhi ketertarikan seseorang terhadap seseorang terhadap alat musik,kemudian faktor penyedian alat musik yang dibutuhkan juga dapat mempengaruhi karena bila mana tidak ada alat musik yang tersedia maka sangat sulitlah seseorang mempelajari cara memainkan suatu alat musik. 

    B. Tujuan Mengamati Alat Musik Tradisional 

    Dalam kehidupan sehari hari kita sering memperhatikan seseorang yang memainkan Alat Musik dan disaat melihat hal tersebut pastilah kita merasa tertarik ,maka dari itulah kita mengamati alat musik dan adapun tujuan kita mengamati alat musik tradisional yaitu untuk mengetahui asal,bentuk,cara memainkan,bunyi dan nilai seninya, maksud dari mengamati mengetahui asalnya berarti kita ingin mengetahui asal/tempat alat musik tersebut, mengetahui bentuknya berarti kita merasa ingin mengetahui model/bentuk alat musik tersebut cara memainkannya berarti rasa ingin tahu terhadap tatanan cara memainkan dan mempertunjukkan alat musik yang kita mainkan. Bunyi artinya kita ingin mengetahui irama bunyi dari alat musik yang kita amat Nilai seninya bermaksud apakah alat musik tersebut memiliki nilai seni yang tinggi atau kurang dan lain-lain. 

    Bab II. Pembahasan

    A. Fungsi Musik (tradisional) 

    1. Fungsi Individual  

    Melalui musik seseorang dapat mengungkapkan atau mengekspresikan gejolak jiwa, perasaan, atau kegalauan yang terpendam dalam dirinya. Melalui syair lagu yang diubahnya, seniman musik dapat mengkritik atau memprotes kondisi yang ada dilingkungannya, serta dapat pula mengungkapkan rasa cinta dan kekagumannya terhadap sesame manusia, alam, dan sang pencipta. Jadi seni apapun termasuk seni musik yang dapat dipakai sebagai media ekspresi yang dapat membaerikan kepuasan batin bagi pencipanya. 

    2. Fungsi Sosial

    Musik memiliki peran yang besar dalam kehidupan manusia. Hal itu dapat kita saksikan dimana musik sering diperdengarkan pada sebuah upacara adat, upacara kenegaraan, penyambutan tamu, pesta, dan lain-lain. Apakah yang akan terjadi apabila suatu pesta rakyat tanpa musik? Tentunya pesta itu tidak akan meriah. Sebuah pertunjukan tari akan kacau apabila secara tiba-tiba musik yang mengiringinya berhenti ditengah jalan. Hal yang sama akan terjadi pada gereja tanpa lonceng atau litany, atau masjid tanpa bedug. Hal tersebut tentunya akan kehilangan roh kekhidmatannya.

    Bagi masyarakat, kehadiran seni musik memiliki bermacam-macam fungsi social, diantaranya sebagai berikut.

    Media Rekreasi atau Hiburan  

    Sebuah pagelaran musik ternyata mampu menciptakan kondisi tertentu yang bersifat penyegaran dan pembaruan kondisi yang telah ada. Dalam hal ini, musik memasuki psikologi kegembiraan massa sehingga mampu menghilagkan perasaan jenuh dan bosan terkurung dalam kerutinan kehidupan. Melalui syair dan iringan musik, kita dapat menikmati keindahannya. 

    Media Komunikasi  

    Selain menggunakan bahasa verbal atau visual, jalinan komunikasi antaretnis, bahkan antarnegara bisa dilakukan dengan seni musik. Saat ini terdapat fenomena baru dalam mempertemukan karya pemusik tradisional dengan pemusik modern yang disebut dengan kolaborasi. Melaliu bahasa musik, syair lagu serta alunan musik, pesan-pesan tertentu dapat disampaikan dengan lebih indah. 

    Media Pendidikan  

    Diantara tujuan pendidikan adalah membentuk manusia berbudi pekerti luhur. Secara filosofis titik tekannya adalah obyek nilai dan moral pada diri anak tersebut. Seni dapat dimanfaatkan untuk membimbing dan mendidik mental serta tingkah laku seseorng agar berubah menjadi kondisi yang lebih baik, antara lain memperhalus perasaan, bersikap santun, berprilaku lemah lembut, bermoral mulia, dan berbudi pekerti luhur. 

    Media Pemujaan  

    Musik (vocal) memainkan peranan penting alam kegiatan beribadah atau kegiatan keagamaan, seperti pemujaan kepada kepada sang Pencipta seperti yang dilakukan di Pura, Gereja, atau Masjid. Dalam agama islam, lagu-lagu pujian banyak diiringi dengan pukulan rebana, sedangkan di Gereja didiringi dengan piano, gitar atau alat msik .

    LATAR BELAKANG MUSIK TRADISIONAL

    Musik yang telah lama hidup dan berkembang di Negara Indonesia yang tercinta ini, diciptakan oleh nenek moyang bangsa Indonesia dan memiliki nsifat turun-temurun secara tradisional dari generasi yang satu kegenerasi berikutnya. Dari proses pewarisan yang turun temurun inilah musik jenis ini hidup dan berkembang sampai saat ini. Musik-musik ini sering disebut dengan istilah musik tradisioal yang tersebar di seluruh Indonesia. Karena musik tradisional yang ada di Indonesia merupakan hasil karya cipta setiap suku bangsa (Batak, Dayak, Mentawai, Papua, Riau, Sunda, Jawa, Bali, dan sebagainya) yang hidup di bumi ini. Maka banyaknya jenis musik yang ada di tentukan oleh jumlah suku bangsa Indonesia yang cukup banyak. Selain itu, setiap suku bangsa yang hidup di Indonesia memiliki jenis musik yang berbeda dengan musik yang berkembang pada suku-suku bangsa lainnya di Negeri ini. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa musik tradisional adalah merupakan kekayaan dan cirri khas dari masyarakat suku dan daerah pemiliknya

    Berdasarkan jenisnya musik terbagi menjadi dua, yaitu musik tradisional dan musik modern. Musik tradisional disebut juga misik daerah , yaitu merupakan jenis msik yang muncul atau klahir dari budaya daeraqh secara turun temurun. Biasanya lirik lagu tradisional bersifat sederhana. Demikian pula dengan peralatan yang digunakan masih bersifat sederhana, kecapi, seruling, dll.

    Hampir setiap daerah di wilayah nusantara memiliki musik daerah atau musik traisional dengan lagu serta peralatan yang berbeda-beda. Pada numumnya, musik daerah di Indonesia masih sedrhana dan kental dengan unsure kedaerahannya.

    B. Jenis Alat Musik Tradisional Sulawesi Selatan

    1. Kesok-Kesok – ᨀᨙᨔᨚ ᨀᨙᨔᨚ

    Kesok-kesok adalah nama instrumen gesek berdawai satu dari Sulawesi Selatan yang dimainkan secara vertikal sambil duduk oleh satu orang sambil bernyanyi atau bertutur. Menurut Ensiklopedi Musik Indonesia dan salah satu referensi lainnya, kesok-kesok bisa jadi merupakan instrumen tertua dan paling sederhana (primitif) di Sulawesi.

    Alat musik ini biasa digunakan dalam salah satu tradisi seni khas Sulawesi yang disebutsinrilik. Pemainnya biasa disebut sebagai pasinrilik. Di masa awal kelahirannya sekitar abad ke-15, sinrilik biasa digunakan sebagai penyampai pesan raja dari istana. Di masa-masa berikutnya sinrilik mulai menyajikan kisah epik seputar hikayat dan legenda yang dinyanyikan semalam suntuk.

    Cerita sinrilik tersusun secara puitis, yang didalamnya disisipkan humor dan kritik sosial. Kesenian ini dimainkan secara spontan dan terbuka kemungkinan bagi penonton untuk berkomentar, sehingga ada unsur interaktif dan improvisasi dalam penuturannya.

    Musik kesok-kesok ini sendiri sangat sederhana. Biasanya nada-nada yang dimainkan hanya berputar-putar secara bebas di empat atau lima nada tanpa oktaf. Berikut ini adalah contoh transkripsi bebas kalimat musik dari nyanyian dan permainan kesok-kesok dari CD Discover Indonesia:

    Bentuk kalimat-kalimat musik kesok-kesok ini sangat mirip dengan Gregorian Chant di abad pertengahan, khususnya yang berbentuk liturgical recitative. Termasuk penggunaan empat nada utama tetrachord-nya yang dimainkan secara bebas tanpa ketukan maupun birama, mengikuti penuturan cerita.

    Untuk lagu kesok-kesok di rekaman ini, nada yang digunakan hanya berputar-putar di:

    (F#) – G – A – B – C

    Dengan tonik di G, secara tension bow dapat didengar perpindahan nadanya hanya melulu bergerak di harmoni Subdominant ii yang kemudian di-resolve ke Tonik I. Kalimat musik biasa dimulai dari ii atau A. F# digunakan hanya sebagai leading note sebelum ke tonik G.

    2. Passuling – ᨄᨔᨘᨒᨗ

    a. Ciri-ciri : Biasanya dilantunkan pada acara pedukaan.

    Biasanya diiringi dengan alat musik suling dari toraja (suling lembang) dan biasanya dimainkan oleh pria.

    b.   Instrumen yang digunakan : Suling Lembang

    c.   Fungsi : Biasanya digunakan untuk mengiringi lantunan lagu duka (pa’marakka) dalam menyambut keluarga atau kerabat yang menyatakan dukacitanya. Atau dapat juga dimainkan di luar acara kedukaan, bahkan boleh dimainkan untuk menghibur diri dalam keluarga pedesaan sambil menunggu padi menguning.

    3. Paggambusu (musik gambus)

    a.   Ciri-ciri : Musik ini biasa dijumpai pada acara pernikahan. Musik  gambus identik dengan musik islami karena nuansa musiknya terasa lembut dan bernada dasar realigi. Musik  gambus sudah jarang ditemukan,khususnya didaerah kabupaten Pangkep karena umumnya masyarakat modern kini lebih dominan menyukai musik-musik modern,seperti:elekton,orkes,band pop dll. Kesenian musik ini lebih mengutamakan alat musik gambusnya daripada instrument pendukung yang lain.sehingga,apabila didengar dari jarak jauh hanya gambusnya yang terdengar.

    b.   Instrumen yang digunakan : Gambus, Rebana, Kerinci, Suling bambu

    c.   Fungsi : Sebagai sarana hiburan untuk masyarakat agar kelestarianya tetap terjaga. Dahulunya musik ini berfungsikan untuk menghibur para keluarga Karaeng yang dimainkan oleh para budak.namun,sekarang semua orang bisa menikmati musik ini.

    4. Sindrilik
    1. Ciri-ciri : Berupa sastra Makassar yang berbentuk prosa yang cara penyampaiannya dilagukan secara berirama baik dengan menggunakan alat musik maupun tanpa menggunakan alat musik. Biasanya diiringi dengan alat musik tradisonal Makassar seperti alat musik Kesok-kesok (alat musik sejenis rebab). Musik Sinrilik biasanya berisi pesan atau nasehat, kisah perjuangan. Musik Sinrilik ini juga dapat dijadikan sebagai musik penghibur bagi komunitas yang telah ditinggalkan oleh kerabat atau keluarganya.
    2. Instrumen yang digunakan : Gendang, Kesok – Kesok (Rebab)
    3. Fungsi : Biasanya digunakan pada acara kematian atau kedukaan. Dapat pula dijadikan sebagai hiburan bagi orang yang ditinggalkan.
    5. Pakacaping

    a.   Ciri-ciri : Menggunakan alat musik kecapi sebagai alat musik yang utama. Kesenian musik ini biasa dijumpai pada upacara adat kekaraengan,acara-acara resmi dan acara pernikahan. Musik kecapi ini biasanya diikuti oleh satu atau dua orang penyanyi yang berbalas pantun melalui nyanyian dengan cara mengikuti syair musiknya . Meskipun musik ini mempunyai penyanyi namun kesenian musik ini lebih mengutamakan syair alat musik kecapinya. Dalam hal ini,penyanyi hanya berperan sebagai pelengkap irama agar musik ini terasa merdu didengar dan lebih hidup.

    b.   Instrumen yang digunakan : Kecapi

    Instrumen pelengkapnya : Kerinci, Gendang, Rebab dan Suling bambu

    c.   Fungsi : Untuk melestarikan kebudayaan masyarakat sulawesi selatan. Sebagai sarana hiburan masyarakat agar kelestarianya tetap terjaga.

    6. Pakkacaping II

    a. Ciri-ciri : Kesenian musik ini biasa dijumpai pada acara pernikahan khusus untuk keturunan berdarah biru atau keturunan Karaeng,Andi atau Daeng. Musik ini biasa dijumpai pada upacara adat kekaraengan dan acara-acara resmi lainya seperti penyambutan tamu terhormat. Musik ini juga tidak sembarangan orang bisa mempergelarkannya hanya orang-orang yang berketurunan darah biru yang bisa mempergelarkannya. Musik ini juga bisa dipergelarkan apabila sangat perlu ,tapi jika acara tersebut tidak harus membutuhkan musik penpangganrang, maka musik ini tidak boleh sama sekali dipertunjukkan.

    b.   Instrumen yang digunakan  : Gendang, Gong, Suling bambu, Gambang, Pui-pui (semacam terompet)

    c.   Fungsi : Musik ini biasa dijumpai pada acara pernikahan. Musik  gambus identik dengan musik islami karena nuansa musiknya terasa lembut dan bernada dasar realigi. Musik  gambus sudah jarang ditemukan,khususnya didaerah kabupaten Pangkep karena umumnya masyarakat modern kini lebih dominan menyukai musik-musik modern, seperti: Electone, Orkes, Band Pop dll. Kesenian musik ini lebih mengutamakan alat musik gambusnya daripada instrument pendukung yang lain.sehingga,apabila didengar dari jarak jauh hanya gambusnya yang terdengar.

    7. Pa’pelle Pa’barrung

    a. Ciri-ciri : Alat musik yang digunakan terbuat dari batang padi dan disambungkan sehigga mirip terompet. Biasanya digunakan dalam upacara pentahbian rumah adat (Tongkaonan).

    b.   Instrumen yang digunakan : Alat musik yang terbuat dari batang padi

    c.   Fungsi : Pa’barrung biasa dimainkan pada upacara pentahbisan rumah adat (Tongkonan) seperti Ma’bua’, Merok, Mangara dan sejenisnya.

    8. Pa’pompang / Pa’bas

    a.   Ciri-ciri : Merupakan bambu yang pagelarannya merupakan satu simponi orkestra. Biasanya dimainkan oleh banyak orang biasanya murid-murid sekolah di bawah pimpinan seorang dirigen. Biasanya diiringi dengan lagu-lagu nasional, lagu-lagu daerah Tana Toraja, lagu-lagu gerejawi, dan lagu-lagu daerah di seluruh Indonesia.

    b.   Instrumen yang digunakan : Alat musik tradisional Toraja.

    c.    Fungsi : Musik bambu jenis ini sering diperlombakan pada perayaan bersejarah seperti hari peringatan Proklamasi Kemerdekaan RI, Peringatan Hari Jadi tana Toraja.

    9. Gendrang Pamanca

    a.   Ciri-ciri : Didominasi dengan alat musik pukul, umumnya ditabuh menggunakan stik (pa’babbala).

    b.   Instrumen yang digunakan : Gendang, Gong, Anaq Beccing, Pui-pui

    c.   Fungsi : Sebagai perangkat pelengkap upacara adat.

    10. Gendrang Bulo

    a. Ciri-ciri : Biasa dimainkan berkelompok dan dijadikan tarian khas.

    b.   Instrumen yang digunakan : Alat musik yang terbuat dari bambu : Gendang, Kecapi

    c.   Fungsi : Sebagai sarana hiburan. Sebagai pelengkap upacara adat. Maupun pada acara-acara tertentu

    11. Rampak Gendrang

    a.   Ciri-ciri : Dimainkan dengan dominasi gendang.

    b.   Instrumen yang digunakan : Gendang, Pui-pui, Kecapi

    c.   Fungsi : Sebagai sarana hiburan.

    C. Jenis-Jenis Alat Musik Tradisional

    Gendang/Genrang/Ganrang

    Bahannya dibuat dari kayu seperti kayu batang pohon cendana, kayu batang pohon nangka, kayu batang pohon kelapa dan kayu jati. Pilihan bahan dalam pembuatan gendang tersebut karena disamping ketahanannya juga karakter bunyi yang dihasilkannya karena kayu tersebut berfungsi sebagai tabung suara atau ruang resonansi. 

    Gendang tersebut, disekat oleh kulit hewan (kulit kambing) sebagai sumber bunyi dan rautan rotan kecil yang dibelah empat sebagai penarik sekat atau pembentang kulit kambing tersebut  untuk mendapatkan hasil bunyi yang diinginkan.

    Fungsinya:

    1.  Gendang Besar (Ganrang Pakballe)

    Sebagai media spiritual ke transcendental pada setiap upacara-upacara ritual seperti pada pencucian benda-benda pusaka kerajaan (Gowa), upacara perkawinan pada prosesi akpassili (pembersihan) dan akkorongtigi (malam pacar), upacara assongkabala (tulakbala), khitanan.

    2. Gendang Tengah (Ganrang Pakarena)

    Sebagai sarana hiburan, mengiringi tari-tarian, upacara perkawinan, sunatan ataukah dihadirkan di depan tamu-tamu agung.

    3. Gendang Kecil (Ganrang Pamanca)

    sebagai musik pengiring seni beladiri atau pencak silat dan paraga (permainan akrobat bola takrow).
    pada upacara ritual, tabuhan gendang  disertai tiupan serunai (puik-puik), dan tabuhan gong.

    SULING

    1.    Suling Ponco’ (suling pendek), adalah suling yang memiliki 6 (enam) lubang nada. Pada masyarakat Sinjai suling ponco’ disebut juga suling kambara (kembar) dalam penyajiannya dilengkapi dengan nyanyian-nyanyian seperti: buruda, donda, lenggang-lenggang, si jauh la malang, ammacciang, dan lain-lain.

    2.    Suling Lampe (suling panjang). Suling lampe agak lebih panjang  dari suling ponco’ memiliki 5 (lima) lubang nada. Pada ujung suling lampe ditambahkan tanduk kerbau yang berfungsi sebagai corong pembesar suara.

    3.    Suling Lontarak,  adalah suling yang memiliki 4 (empat) lubang nada. Pada masyarakat Barru suling lontarak selain untuk menghibur masyarakat juga berfungsi seagai sarana ritual meong palo (naskah kuno suku Bugis). Suling lontarak dibunyikan disertai dengan nyanyian-nyanyian yang syairnya berisikan tentang petuah-petuah dan nasehat leluhur. 

    4.    Suling Bulatta pada masyarakat Sidenreng Rappang sebagai sarana hiburan yakni disamping sebagai alat instrument pelipur lara untuk kalangan sendiri juga digunakan sebagai alat pengiring tari, pengiring lagu-lagu.

    5.    Suling Baliu,  bagi masyarakat Soppeng menjadi musik pelipur lara di kala suntuk. Menghilangkan kejenuhan di kala menjaga kebun, dan memberikan efek ketenangan hati (terapi otot). Adapun lubang nada pada alat musik ini terdiri atas 4 (empat) lubang nada dan menyerupaijenis suling ponco’ namun sedikit lebih pendek.

    6.    Suling Lembang (suling panjang) pada masyarakat Toraja berfungsi ritual karena hadir pada saat pelaksanaan upacara rambu solo (upacara kedukaan) yang dimainkan bersamaan dengan gong dan nyanyian (vocal). Suling lembang ditambahkan tanduk kerbau pada ujungnya  sebagai corong pembesar suara. 

    Kecapi

    Kecapi merupakan salah satu bentuk alat musik tradisional Sulawesi Selatan. Termasuk dalam rumpun  alat musik chordophone atau alat musik yang bersumber bunyi dari dawai/senar. Dahulu kecapi sangat digemari dikalangan tua dan muda, dapat menjadi pelipur lara dikala gundah ataupun teman bersuka ria. Kecapi juga menjadi sahabat dekat bagi para petani yang sedang menunggui sawah ataupun para pelaut yang sedang berlayar di tengah samudera.

    Seiring perjalan zaman pemainan kecapi sebagai sarana hiburan tampil lebih fleksibel berdasar pada permintaan masyarakat. Kecapi dapat dimainkan oleh satu orang dapat juga secara berkelompok dalam bentuk ansambel sejenis. Juga dapat dimainkan bersama dengan alat musik tradisional lainnya seperti gendang, suling, lea-lea, gong, biola, mandaliong, katto-katto dan lain-lain. Adakalanya disertai penyanyi laki-laki atau penyanyi perempuan. Permainan kecapi juga digunakan sebagai pengiring tarian.

    Permainan kecapi hadir pada upacara-upacara seperti perkawinan, sunatan, acara kenegaraan dan lainnya. Adapun bahan pembuatannya dari batang pohon kayu cendana, kayu nangka dan kayu jati. Alat musik ini terdiri atas 2 (dua) senar/dawai dengan masing-masing senar memiliki stem yang berbeda. Dahulu, kecapi dalam masyarakat terdiri atas 3(tiga) grep namun mengalami perkembangan menjadi 4-6 grep.

    D. Tokoh-Tokoh Musik Tradisional

    Tiga tokoh generasi kedua yang masih aktif hingga saat ini adalah :

    1. Muhammad Saini atau dikenal dengan nama La Bangkini (to Lairung)
    2. La Tambasa (to Tempe)
    3. I Kurdia (to awakaluku Tempe)

    Ketiga tokoh utama tersebut dalam pertunjukannya sering dibantu oleh generasi ketiga dan keempat. Generasi ketiga, yakni :

    1. La Fire (anak kandung La Bangkini to Lairung)
    2. Nur Alang (anak kandung La Tambasa to Tempe)
    3. Andi Aribe (to Toddang Salo’ Liu)
    4. Mustaring (pa’soling to Sengkang)
    5. Abdul Rahim (to Sengkang)
    6. Andi Agussalim AJ (to Sabbangparu)

    sedangkan generasi keempat, yakni:

    1.     Andi Ardinangsyah (anak kandung Andi Aribe to Toddang Salo’ Liu).

    Bab III. Penutup

    A. Kesimpulan

    Bila kita amati kita hanya bisa menikmati keindahan bunyinya saja,tetapi kita juga bisa mencoba memahami pesan yang terkandung didalamnya,ciri khas,fungsi dan kegunaan,sejarah dan perkembangan tari tersebut serta hubungan musik dalam kehidupan manusia. Selain itu fungsi dan bentuk alat musik itu berbeda-beda/tidak sama dengan alat musik lainnya baik dari segi bentuk,asal,bunyi hingga cara memainkanya.  Jenis – jenis musik di Sulawesi Selatan berbeda – beda, contohnya : musik kesik-kesok, musik sinrilik, pakacaping, dan masih banyak lagi. Bukan hanya jenis musik yg berbeda tetapi alat musiknya jg yg berbeda, seperti : kecapi, suling, gendang, dan masih banyak lgi. Di Sulawesi terdapat tokoh musik tradisional antara lain : Muhammad Saini atau dikenal dengan nama La Bangkini (to Lairung), La Tambasa (to Tempe), I Kurdia (to awakaluku Tempe), La Fire (anak kandung La Bangkini to Lairung), Nur Alang (anak kandung La Tambasa to Tempe), Andi Aribe (to Toddang Salo’ Liu), Mustaring (pa’soling to Sengkang), Abdul Rahim (to Sengkang), Andi Agussalim AJ (to Sabbangparu), Andi Ardinangsyah (anak kandung Andi Aribe to Toddang Salo’ Liu).

    GAMBAR ALAT MUSIK TRADISIONAL BUGIS SULAWESI SELATAN

  • Makalah Seni Musik Tradisional Nusantara

    Seni Musik Tradisional Nusantara

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Musik yang telah lama hidup dan berkembang di Negara Indonesia yang tercinta ini, diciptakan oleh nenek moyang bangsa Indonesia dan memiliki sifat turun-temurun secara tradisional dari generasi yang satu kegenerasi berikutnya. Dari proses pewarisan yang turun temurun inilah musik jenis ini hidup dan berkembang sampai saat ini. Musik-musik ini sering disebut dengan istilah musik tradisioal yang tersebar di seluruh Indonesia. Karena musik tradisional yang ada di Indonesia merupakan hasil karya cipta setiap suku bangsa (Batak, Dayak, Mentawai, Papua, Riau, Sunda, Jawa, Bali, dan sebagainya) yang hidup di bumi ini. Maka banyaknya jenis musik yang ada di tentukan oleh jumlah suku bangsa Indonesia yang cukup banyak. Selain itu, setiap suku bangsa yang hidup di Indonesia memiliki jenis musik yang berbeda dengan musik yang berkembang pada suku-suku bangsa lainnya di Negeri ini. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa musik tradisional adalah merupakan kekayaan dan cirri khas dari masyarakat suku dan daerah pemiliknya.

    Berdasarkan jenisnya musik terbagi menjadi dua, yaitu musik tradisional dan musik modern. Musik tradisional disebut juga misik daerah , yaitu merupakan jenis musik yang muncul atau lahir dari budaya daerah secara turun temurun. Biasanya lirik lagu tradisional bersifat sederhana. Demikian pula dengan peralatan yang digunakan masih bersifat sederhana, seperti gamelan, angklung, dan rebana.  Hampir setiap daerah di wilayah nusantara memiliki musik daerah atau musik traisional dengan lagu serta peralatan yang berbeda-beda. Pada numumnya, musik daerah di Indonesia masih sedrhana dan kental dengan unsur kedaerahannya.

    1.2.Rumusan Masalah
    a. Jelaskan pengertian dan fungsi dari musik tradisional ?

    b. Sebutkan Unsur dan elemen dalam musik tradisional?

    c. Sebutkan karya-karya musik tradisional ?

    d. Sebutkan keunikan dan karakteristik musik tradisional ?

    e. sebutkan alat-alat musik tradisional ?

    f. Bagaimana sejarah musik tradisional di nusantara?

    1.3.Tujuan Penulisan

    Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah agar para pembaca makalah ini bisa lebih mengerti Musik tradisional dan berharap banyak bisa menjaga kekayaan seni musik tanah air.

    1.4.Manfaat Penulisan

    a. Agar bisa mengerti pengertian dan fungsi dari musik tradisional.
    b. Supaya bisa mengerti Unsur dan elemen dalam musik tradisional.
    c. Untuk mengetahui apa saja karya-karya musik tradisional.
    d. Agar bisa mengetahui keunikan dan karakteristik musik tradisional.
    e. Bisa mengenal alat-alat musik tradisional.
    f. Bisa mengetahui bagaimana sejarah musik tradisional di nusantara.

    BAB II
    PEMBAHASAN

    2.1.Pengertian dan Fungsi Musik Tradisional
    a. Pengertian Musik Tradisional

    Musik tradisional adalah musik yang berkembang di daerah sekitar musik itu berasal. Contoh di Indonesia adalah musik gamelan. Musik tradisional disebut juga musik daerah, yaitu merupakan jenis musik yang muncul atau lahir dari budaya daerah secara turun-menurun.

    b. Fungsi Musik Tradisional
    1). Fungsi Individual

    Melalui musik seseorang dapat mengungkapkan atau mengekspresikan gejolak jiwa, perasaan, atau kegalauan yang terpendam dalam dirinya. Melalui syair lagu yang diubahnya, seniman musik dapat mengkritik atau memprotes kondisi yang ada dilingkungannya, serta dapat pula mengungkapkan rasa cinta dan kekagumannya terhadap sesame manusia, alam, dan sang pencipta. Jadi seni apapun termasuk seni musik yang dapat dipakai sebagai media ekspresi yang dapat membaerikan kepuasan batin bagi pencipanya.

    2).  Fungsi Sosial

    Musik memiliki peran yang besar dalam kehidupan manusia. Hal itu dapat kita saksikan dimana musik sering diperdengarkan pada sebuah upacara adat, upacara kenegaraan, penyambutan tamu, pesta, dan lain-lain. Apakah yang akan terjadi apabila suatu pesta rakyat tanpa musik? Tentunya pesta itu tidak akan meriah. Sebuah pertunjukan tari akan kacau apabila secara tiba-tiba musik yang mengiringinya berhenti ditengah jalan. Hal yang sama akan terjadi pada gereja tanpa lonceng atau litany, atau masjid tanpa bedug. Hal tersebut tentunya akan kehilangan roh kekhidmatannya. Bagi masyarakat, kehadiran seni musik memiliki bermacam-macam fungsi social, diantaranya sebagai berikut.

    3). Media Rekreasi atau Hiburan

    Sebuah pagelaran musik ternyata mampu menciptakan kondisi tertentu yang bersifat penyegaran dan pembaruan kondisi yang telah ada. Dalam hal ini, musik memasuki psikologi kegembiraan massa sehingga mampu menghilagkan perasaan jenuh dan bosan terkurung dalam kerutinan kehidupan. Melalui syair dan iringan musik, kita dapat menikmati keindahannya.

    4). Media Komunikasi

    Selain menggunakan bahasa verbal atau visual, jalinan komunikasi antaretnis, bahkan antarnegara bisa dilakukan dengan seni musik. Saat ini terdapat fenomena baru dalam mempertemukan karya pemusik tradisional dengan pemusik modern yang disebut dengan kolaborasi. Melaliu bahasa musik, syair lagu serta alunan musik, pesan-pesan tertentu dapat disampaikan dengan lebih indah.

    5). Media Pendidikan

    Diantara tujuan pendidikan adalah membentuk manusia berbudi pekerti luhur. Secara filosofis titik tekannya adalah obyek nilai dan moral pada diri anak tersebut. Seni dapat dimanfaatkan untuk membimbing dan mendidik mental serta tingkah laku seseorng agar berubah menjadi kondisi yang lebih baik, antara lain memperhalus perasaan, bersikap santun, berprilaku lemah lembut, bermoral mulia, dan berbudi pekerti luhur.

    6).  Media Pemujaan

    Musik (vocal) memainkan peranan penting alam kegiatan beribadah atau kegiatan keagamaan, seperti pemujaan kepada kepada sang Pencipta seperti yang dilakukan di Pura, Gereja, atau Masjid. Dalam agama islam, lagu-lagu pujian banyak diiringi dengan pukulan rebana, sedangkan di Gereja didiringi dengan piano, gitar atau alat msik lainnya.

    2.2.Unsur-Unsur dan Elemen Musik Tradisional

    a. Nada

    Nada atau tangga nada dalam istilah jawanya disebut laras. Tangga nada/laras jawa menggunakan tangga nada pentatonis (lima nada), yaitu laras pelog (ji, mi, pat, mo, tu,) dan laras slendro (ji, ro, lu, mo, nem). Nada-nada pelog bernuansa sejuk, lembut. Sedangkan nada-nada slendro bernuansa meriah dan riang.

    b. Irama

    Irama adalah ketukan yang teratur. Dalam gamelan jawa ada beberapa tingkatan irama, seperti lancer, tanggung, dadi, wiled, dan rangkep. Sama halnya dengan irama musik modern, ada pop, rock, slow rock, pop ballad, dan sebagainya.

    c. Melodi

    Melodi adalah rangkaian nada yang disusun sedemikian rupa sehingga enak didengar. Contoh melodi sederhana: 1 3 1 3 4 5 5 . 7 1 7 1 7 5 . 0

    d. Harmoni

    Harmoni adalah elemen musik yang didasarkan atas penggabungan nada-nada menurut aturan-aturan tertentu dalam hubungan secara vertikal. Bila harmoniya terdiri atas tiga nada atau lebih, maka disebut akord. Misalkan akord C = do, mi, sol. Akord G= sol, si, re.

    e. Dinamika

    Dinamika merupakan keras-lembutnya lagu yang dinyanyikan. Sebuah lagu ada kalanya dinyanyikan dengan lembut, ada pula yang dinyanyikan dengan keras, menyesuaikan dengan isi lagu yang disampaikan penyanyi. Istilah jenis-jenis dinamika pada musik non tradisional:

    1.      Sangat Keras = Fortissimo (ff)

    2.       Keras = Forte (f)

    3.       Sedang = Mezzoforte (mf)

    4.       Lembut = Piano (p)

    5.       Lebih Lembut = Pianissimo (pp)

    f. Tempo

    Tempo diartikan cepat lambatnya lagu yang dinyanyikan. Dahulu, pada partitur lagu tradisional daerah tidak dicantumkan tanda temponya. Namun setelah masuknya musik mancanegara, ada beberapa istilah dalam tempo lagu seperti largo=lambat, moderato=sedang, allegro=cepat, dan sebagainya.

    2.3. Karya-Karya Musik Tradisional

    Musik tradisional merupakan kekayaan budaya dan identitas setiap daerah dan bangsa di belahan nusantara. Setiap daerah memiliki ciri khas musik tersendiri. Musik tradisional juga dinamakan musik daerah.

    Berdasarkan sifat dan keberasalannya, musik tradisional Nusantara dapat dibagi menjadi dua, yaitu :

    1. Musik Rakyat

    Musik Rakyat merupakan musik daerah yang lahir dan diolah oleh masyarakat pedesaan, hidup dan berkembang di tengah-tengah rakyat, disukai dan tersebar sampai ke rakyat jelata.Ciri utama musik rakyat yaitu memiliki bentuk dan teknik sederhana serta tidak dikenal penciptanya (NN = no name). Tema musik rakyat banyak mengambil darikehidupan sehari-hari masyarakat. Contoh musik rakyat misalnya musik untuk pernikahan, kematian, berladang berlayar, dan sebagainya.

    2. Musik Klasik

    Musik tradisional klasik merupakan musik rakyat pilihan yang dikembangkan di pusat-pusat pemerintahan masyarakat lama seperti ibukota kerajaan atau kesultanan.Fungsi musik klasik yaitu diterapkan pada upacara-upacara kerajaan. Musik ini telah tertata dengan aturan-aturan yang baku seperti, pemakaian notasi, syair, penggayaan vokal (cengkok).

    Instrumen musik di beberapa daerah :

    1.      Musik Daerah Jawa Tengah : Gamelan Jawa

    2.      Musik Daerah Bali : Gamelan Bali

    Celempungan ; instrumennya berupa celempungan (bambu besar yang diberi dawai), kecapi, rebab, gendang, gong.

    Kliningan ; alat musik berupa gamelan dan seperangkat gendang.

    Calung ; alat musik berupa seperangkat bambu yang dipukul.

    Angklung ; alat musik dari bambu yang cara memainkannya dengan dikocok.

    Tarling ; instrumennya bermula dari gamelan bambu dan kecapi, lalu meningkat menjadi gamelan besi atau perunggu, gitar, dan suling. Nama tarling diambil dari singkatan gitar dan suling.

    3.      Musik Daerah Jakarta

    Gambang Kromong ; instrumennya terdiri dari biola, rebab, bonang, krecek, gendang, gong,dan gambang.

    Tanjidor ; instrumennya berupa terompet dan bas drum.

    Siapa yang pernah tahu berapa jumlah pasti alat musik tradisional Indonesia. Sungguh sebuah kekayaan intelektual milik budaya Indonesia yang tak ternilai harganya. Namun dilain pihak banyak pula yang tidak mengetahui bahkan sama sekali belum pernah mendengar alat musik tradisional tersebut dimainkan, ditengah derasnya industri musik modern alat musik tradisional ini semakin terpinggirkan.
    Alat musik tradisional yang merupakan alat musik khas Indonesia memiliki banyak ragam dari berbagai daerah di Indonesia, namun banyak pula dari alat musik tradisional Indonesia ‘dicuri’ oleh negara lain untuk kepentingan penambahan budaya dan seni musiknya sendiri dengan mematenkan hak cipta seni budaya dari Indonesia.

    2.4.Keunikan Musik Dan Karakteristik Musik Tradisional

    Tiap-tiap daerah memiliki keunikan dalam seni musiknya. Keunikan atau ciri khas tersebut dapat dilihat dari instrumenn,melodi,ritme,harmoni,warna,maupun bangunan karya musik etnis nusantara adalah “kenthongan”. Berikut ini jenis-jenis seni musik tradisional dan ciri khasnya :

    a.      Gamelan Jawa

    Gamelan Jawa merupakan seperangkat instrumen sebagai pernyataan musikal yang sering disebut dengan istilah karawitan. Karawitan berasal dari bahasa Jawa rawit berarti rumit,berbelit-belit,tetapi rawit juga berarti halus,cantik,berliku-liku dan enak. Kata Jawa karawitan khususnya dipakai untuk mengacu kepada musik gamelan,musik Indonesia yang bersistem nada non diatonis(dalam laras selendro dan pelog) yg garapan-garapannya menggunakan sistem notasi,warna suara, ritme, memiliki fungsi, pathet dan aturan garap dalam bentuk sajian instrumentalia, vokalia,dan campuran yg indah didengar.

    b.      Gamelan Bali

    Gamelan adalah ensembel musik yang biasanya menonjolkan metalofon,gambang,gendang,dan gong. Istilah gamelan merujuk pada instrumennya/alatnya,yang mana merupakan satu kesatuan utuh yg diwujudkan dan dibunyikan bersama. Kata Gamelan sendiri berasal dari bahasa Jawa gamel yg berarti memukul/menabuh,diikuti akhiran an yg menjadikan kata benda. Orkes gamelan kebanyakan terdapat dipulau Jawa,Madura,Bali,dan Lombok di Indonesia dalam berbagai jenis ukuran dan bentuk ensembel. Di Bali dan Lombok saat ini,dan di Jawa lewat abad ke-18,istilah gong lebih dianggap sinonim dengan gamelan.

    c.       Gambang Kromong

    Sebutan Gambang Kromong di ambil dari nama dua buah alat perkusi,yaitu gambang dan kromong. Bilahan gambang berjumlah 18 buah,biasa terbuat dari suangking,huru batu atau kayu jenis lain yang empuk bunyinya bila dipukul. Kromong biasanya dibuat dari perunggu atau besi,berjumlah 10 buah(sepuluh pencon). Orkes Gambang Kromong merupakan perpaduan yg serasi antara unsur-unsur pribumi dengan unsur Tionghoa. Secara fisik unsur Tionghoa tampak pada alat-alat musik gesek yaitu Tehyan,Kongahyan,dan Sukong,sedangkan alat musik lainnya yaitu gambang,kromong,gendang,kecrek,dan gong merupakan unsur pribumi. Perpaduan kedua unsur kebudayaan tersebut tampak pula pada perbendarahaan lagu-lagunya.

    d.      Tajidor

    Tajidor adalah sebuah kesenian Betawi yg berbentuk orkes. Kesenian ini sudah dimulai sejak abad ke-19. Alat-alat musik yg digunakan biasanya terdiri dari penggabungan alat musik tiup,alat-alat musik gesek dan alat-alat musik perkusi. Biasanya kesenian ini digunakan untuk mengantar pengantin atau dalam acara pawai daerah. Tapi pada umumnya kesenian ini diadakan di suatu tempat yang akan dihadiri oleh masyarakat Betawi secara luas layaknya sebuah orkes. Kesenian Tajidor juga terdapat di Kalimantan Barat,sementara di Kalimantan Selatan sudah punah.

    e.       Kolintang

    Kolintang adalah alat musik khas daerah Sulawesi Utara. Kolintang berasal dari Minahasa. Kolintang terbuat dari kayu lokal yang ringan namun kuat seperti telur,bandaran,wenang,kanikik kayu cempaka,dan yang mempunyai konstruksi fiber paralel. Nama kolintang berasal dari suara tong(nada rendah),ting(nada tinggi),dan tang(nada biasa). Dalam bahasa daerah,ajakan “Mari kita lakukan TONG TING TANG” adalah “Mangemo kumolintang”. Ajakan tersebut akhirnya berubah menjadi kata kolintang.

    f.       Angklung

    Angklung adalah alat musik tradisional Indonesia yg berasal dari Tanah Sunda,terbuat dari bambu,yang dibunyikan dengan cara digoyangkan(bunyi disebabkan oleh benturan badan pipa bambu) sehingga menghasilkan bunyi yg bergetar dalam susunan nada 2,3,sampai 4 nada dalam setiap ukuran,baik besar maupun kecil. Laras(nada) alat musik angklung sebagai musik tradisi Sunda kebanyakan adalah salendro dan pelog.

    2.5.Alat-Alat Musik Tradisional

    a. Tanjidor

    Tanjidor adalah salah satu musik tradisional Betawi yang sekarang sudah mulai jarang ditemukan. Tanjidor adalah salah satu jenis musik yang banyak mendapat pengaruh dari musik Eropa. Kata “tanjidor” adalh kata dalam bahasa Portugis tangedor, yang artinya “alat – alat musik berdawai”. Dalam kenyataanya, arti kata tanjidor tidak sesuai dengan alat – alat musik yang dimainkan, dalam tanjidor, alat – alat musik yang dimainkan kebanyakan adalah alat musik tiup seperti, karinet, trombon, piston, seksofon. Secara lengkap instrumen musik yang digunakan dalam orkes tanjidor adalah klarinet, pistone, trombon, terompet, seksofon tenor, seksofone bass, drum, simbal, side drum. Biasanya pemain tanjidor terdiri dari 10 – 7 orang pemain musik dan 1 – 2 orang penyanyi. Musik yang muncul pada abad ke-18 ini, pada zaman dahulu sering dimainkan oleh para sekelompok petani yang menghabiskan waktunya setelah musim panen. Mereka biasanya menunjukan kebolehan mereka dengan cara mengamen dari rumah ke rumah, dari restoran ke restoran.

    Pada zaman dahulu tanjidor juga sering ditampilkan dalam acara – acara besar, seperti acara Hari besar islam, parayaan cina yang sering disebut “Cap Go Meh”, atau bisa ditemukan juga pada hari sedekah bumi yang menjadi tradisi masyarakat petani Cirebon. Namun pada akhir – akhir ini musik tanjidor sudah jarang sekali ditampilkan, munkin hanya sesekali saja, biasanya untuk sekarang – sekarang ini tanjidor hanya ditampilkan pada waktu Penyambutan tamu agung, Perhelatan/pengarakan pengantin. Adapun lagu – lagu yang sering dimainkan dalam orkes tanjidor adalah Kramton dan Bananas (yang merupakan lagu Belanda), Cente Manis, Keramat Karam, Merpati Putih, Surilang. Adapun lagu yang terkenal adalah Warung Pojok.

    b. Rinding

    Alat Musik Tradisional Desa Beji Desa Beji memiliki alat musik tradisional yang bernama Rinding. Masyarakat Desa Beji meyakini bahwa Rinding merupakan alat musik warisan para leluhur, khususnya Kecamatan Ngawen dan sekitarnya.Bahan baku Rinding adalah bambu. Rinding berukuran panjang sekitar 20 centimeter dan lebar sekitar 5 centimeter. Untuk menghasilkan suara, Rinding dimainkan dengan cara ditempelkan di mulut dan ditiup. Bunyi musik akan tercipta dengan menarik tali berulang-ulang sesuai nada. “Tidak semua orang dapat memainkan Rinding. Orang tua kami mengatakan bahwa Rinding merupakan alat musik untuk menghormati arwah para leluhur,” kata Sudiyo (70), sesepuh pengelola Hutan Wonosadi. Rinding hanya dimainkan pada saat acara Sadranan di Hutan Wonosadi. Sadranan merupakan ritual yang dilakukan setahun sekali setelah panen.(BJ-33)

    c. Rebana

    Rebana merupakan alat music islami, terbuat dari papan kayu pilihan, dibulatkan dengan pisau khusus dan dilobangi dengan mesin bubut dengan desain khusus pula. Pada sisi sebelahnya dipasang kulit yang sudah dikeringkan dan disamak putih.
    Eksistensi Rebana di desa Kaliwadas, kecamatan Bumiayu, Jawa tengah berawal dari keuletan Bapak Madali ( alm ) dan Bapak Toip sebagai pembantu dalam membuat alat music pengiring Sholawat ini pada tahun 1950-an. Saat itu pembuatan rebana boleh dibilang masih sebagai pengisi waktu luang disela – sela kesibukan mereka bertani. Pembeli serta penikmat suaranya yang khas pun masih terbatas orang – orang berusia tua dan di daerah terdekat saja.

    Jenis rebana saat itu hanya ada 2 macam :

    1)      Rebana Syaraka dengan diameter 38 – 39 cm, tinggi 10 cm terbuat dari kayu mangga, laban hingga sawo dan

    2)      Rebana Jawa Klasik yang terbuat dari kayu kelapa ( Glugu ) sebagai adaptasi alat music yang konon dipopulerkan oleh Sunan Kalijaga.

    Tahun 1970-an H. Sulaiman ( alm ) seorang pengusaha dari Tasikmalaya yang membuka tokoh aksesoris dari kerang – kerang laut di jalan pasar ikan, Jakarta datang berkunjung. Beliau sempat tertarik melihat ketekunan dan kerajinan Bapak Toip yang notabene ayah kami dalam membuat rebana sehingga kemudian mengajaknya membuka usaha sendiri dan memberinya modal yang kelak menjadi modal gratis

    Kemudian dari tokoh dengan nama “Setia” inilah kemudian rebana dikenal luas. Puncak kejayaannya terjadi pada tahun 1999 hingga sekarang.

    d. Angklung

    Angklung adalah alat musik multitonal ( bernada ganda ) yang secara tradisional berkembang dalam masyarakat berbahasa Sunda di pulau Jawa bagian Barat. Alat music ini dibuat dari bambu, dibunyikan dengan cara digoyangkan ( bunyi disebabkan oleh benturan badan pipa bambu ) sehingga menghasilkan bunyi yang bergetar dalam susunan nada 2, 3, sampai 4 nada dalam setiap ukuran, baik besar maupun kecil. Laras ( nada ) alat music angklung sebagai music tradisi Sunda kebanyakan adalah Salendro dan Pelok.
    Angklung terdaftar sebagai Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi Manusia dari UNESCO sejak November 2010.

    Asal – usul

    Tidak ada petunjuk sejak kapan angklung digunakan, tetapi diduga bentuk primitifnya telah digunakan dalam kultur Neolitikum yang berkembang di Nusantara sampai awal penanggalan Modern, sehingga angklung merupakan bagian dari relic pra – Hinduisme dalam kebudayaan Nusantara.

    Catatan mengenai angklung baru muncul merujuk pada masa Kerajaan Sunda ( abad ke – 12 sampai abad ke – 16 ). Asal – usul terciptanya music bamboo, seperti angklung berdasarkan pandangan hidup masyarakat Sunda yang agraris dengan sumber kehidupan dari padi ( pare ) sebagai makanan pokoknya. Hal ini melahirkan mitos kepercayaan terhadap Nyai Sri Pohaci sebagai lambang dewi padi pemberi kehidupan ( hirup – hurip ). Masyarakat Baduy, yang dianggap sebagai sisah – sisah masyarakat sunda asli, menerapkan angklung sebagai bagian dari ritual mengawali penanaman Padi. Permainan angklung gubrag di Jasinga, Bogor, adalah salah satu yang masih hidup sejak lebih dari 400 tahun lampau. Kemunculannya berasal dari ritus padi. Angklung diciptakan dan dimainkan untuk memikat dewi Sri turun kebumi agar tanaman Padi rakyat tumbuh subur.

    Jenis bambu yang biasa digunakan sebagai alat music tersebut adalah bambu hitam ( awi wulung ) dan bambu putih ( awu temen ). Tiap nada ( laras ) dihasilkan dari bunyi bambunya yang terbentuk bilah ( wilahan ) setiap ruas bamboo dari ukuran kecil hingga besar.

    Dikenal oleh masyarakat Sunda sejak masa Kerajaan Sunda diantaranya sebagai pengunggah semangat dalam pertempuran. Fungsi angklung sebagai pemompa semangat rakyat masih terus terasa sampai pada masa penjajahan, sebab itu pemerintah Hindia Belanda sempat melarang masyarakat menggunakan angklung, pelarangan itu sempat membuat popularitas angklung menurun dan hanya dimainkan oleh anak – anak pada waktu itu.

    Selanjutnya lagu – lagu persembahan terhadap Dewi Sri tersebut disertai dengan pengiring bunyi tabuh yang terbuat dari batang – batang bamboo yang dikemas sederhana yang kemudian lahirlah struktur alat music bambu yang kita kenal sekarang bernama angklung. Kemudian pula pada saat pesta panen dan seren taun dipersembahkan permainan angklung. Terutama pada penyajian angklung yang berkaitan dengan upacara padi, kesenian ini menjadi sebuah pertunjukan yang sifatnya arak – arakan atau helaran, bahkan disebagian tempat menjadi iring – iringan Rengkonh dan Dongdang serta Jampana ( usungan pangan ) dan sebagainya.

    Dalam perkembangannya, angklung berkembang dan menyebar ke seantero Jawa, lalu ke Kalimantan dan Sumatera. Pada 1908 tercatat sebuah misi kebudayaan dari Indonesia ke Thailand, antara lain ditandai penyerahan angklung, lalu permainan music bambu ini pun sempat menyebar disana. Bahkan sejak 1966, Udjo Ngalagena_ tokoh angklung yang mengembangkan teknik permainan berdasarkan laras – laras pelog, salendro, dan madenda_mulai mengajarkan bagaimana bermain angklung kepada banyak orang dari berbagai komunitas.

    e. Bonang Barung

    Bonang adalah alat music yang digunakan di Jawa Gamelan. Ini adalah kumpulan gong kecil (kadang – kadang disebut “ ceret” atau “pot” ) ditempatkan secara horizontal ke string dalam bingkai kayu ( Rancak ), baik 1 atau 2 baris lebar. Semua ceret memiliki bos pusat, tapi disekitarnya yang lebih rendah bernada datar yang memiliki kepala, sedangkan yang lebih tinggi memiliki melengkung 1. Masing – masing sesuai untuk pitch tertentu dalam skala yang sesuai. Mereka biasanya memukul dengan tongkat berlapis ( tabuh ). Bonang dapat dipalsukan terbuat dari perunggu, di las dan dingin dipalu besi, atau kombinasi dari logam. Selain berbentuk gong bentuk ceret, ekonomis dipalu boning yang terbuat dari besi atau plat kuningan dengan mengangkat bos sering ditemukan di Desa Gamelan, di Suriname Gamelan gaya, dan dalam beberapa gamelan Amerika.

    Bonang barung yang bernada 1 oktaf dibawah boning panerus, dan juga secara umum mencapai 2 oktaf, kira – kira kisaran yang sama seperti demung dan saron digabungkan. Ini adalah salah satu instrument yang paling penting dalam ansambel, karena memberikan banyak isyarat untuk pemain lain dalam gamelan.
    Bagian – bagian yang dimainkanoleh boning barung lebih kompleks dari pada banyak instrument dalam gamelan, dengan demikian, pada umumnya dianggap sebagai instrument mengelaborasi. Kadang – kadang memainkan melodi berdasarkan balungan, meskipun umumnya diubah dengan cara yang sederhana. Namun, juga dapat dimainkan pola yang lebih kompleks yang diperoleh dengan menggabungkan barung dan panerus patters, seperti saling silih bergantinya bagian ( imbal ) dan interpolasi dari pola melodi jerau ( sekaran ). Tunggal, i-berbentuk, baris, boning juga merupakan instrument melodi terkemuka di Sunda Degung. Boning mirip dengan Bali reong.

    2.6 Sejarah Musik Tradisional di Nusantara

    Terdapat tahapan- tahapan perkembangan musik Indonesia (nusantara). tahapan tersebut adalah sebagai berikut:

    1.      Masa sebelum masuknya pengaruh Hindu- Buddha

    Pada masa ini, musik dipakai sebagai bagian dari kegiatan ritual masyarakat. Dalam beberapa kelompok, bunyi- bunyian yang dihasilkan oleh anggota badan atau alat tertentu diyakini memiliki kekuatan magis. Instrumen atau alat musik yang digunakan umumnya berasal dari alam sekitarnya.

    2.      Masa setelah masuknya pengaruh Hindu- Buddha

    Pada masa ini, berkembanglah musik- musik istana (khususnya di Jawa). saat itu, musik tidak hanya dipakai sebagai bagian ritual saja, tetapi juga dalam kegiatan- kegiatan keistanaan (sebagai sarana hiburan para tamu raja). Musik istana yang berkembang adalah musik gamelan. Musik gamelan terdiri dari 5 kelompok, yaitu kelompok balungan, kelompok blimbingan, kelompok pencon, kelompok kendang,dan kelompok pelengkap.

    3.      Masa setelah masuknya pengaruh Islam

    Selain berdagang dan menyebarkan agama islam, para pedagang arab juga memperkenalkan musik mereka. Alat musik mereka berupa gambus & rebana. dari proses itulah muncul orkes- orkes gambus di nusantara (Indonesia) hingga saat ini.

    4.      Masa Kolonialisme

    Masuknya bangsa Barat ke Indonesia juga membawa pengaruh besar dalam perkembangan musik Indonesia. Para pendatang ini memperkenalkan berbagai alat musik dari negeri mereka, misalnya biola, selo (cello), gitar, seruling (flute), dan ukulele. Mereka pun membawa sistem solmisasi dalam berbagai karya lagu. Itulah masa- masa perkembangan musik modern Indonesia. Saat itu,para musisi Indonesia menciptakan sajian musik yang merupakan perpaduan musik barat dan musik Indonesia . Sajian musik itu dikenal sebagai musik keroncong.

    5.      Masa Kini

    Seiring dengan masuknya media elektronik ke Indonesia,masukpula berbagai jenis musik barat, seperti pop, jazz, blues, rock, dan R&B. demikian pula dengan musik- musik negeri India yang banyak dibawa melalui film- filmnya. Dari perkembangan ini, terjadi perpaduan antara musik asing dengan musik Indonesia. Musik India mengalami perpaduan dengan musik melayu sehingga menghasilkan jenis musik dangdut. Maka, muncul pula berbagai musisi Indonesia yang beraliran pop, jazz, blues, rock, dan R&B. Berkembang pula jenis musik yang memadukan unsur kedaerahan Indonesia dengan unsur musik barat, terutama alat- alat musiknya. Jenis musik ini sering disebut musik etnis.

    BAB III

    PENUTUP

    3.1  Kesimpulan

    Berdasarkan jenisnya musik terbagi menjadi dua, yaitu musik tradisional dan musik modern. Musik tradisional disebut juga misik daerah , yaitu merupakan jenis musik yang muncul atau lahir dari budaya daerah secara turun temurun. Biasanya lirik lagu tradisional bersifat sederhana. Demikian pula dengan peralatan yang digunakan masih bersifat sederhana, seperti gamelan, angklung, dan rebana.  Hampir setiap daerah di wilayah nusantara memiliki musik daerah atau musik traisional dengan lagu serta peralatan yang berbeda-beda. Pada numumnya, musik daerah di Indonesia masih sedrhana dan kental dengan unsur kedaerahannya.

    3.2  Saran

    Makalah ini hanya sebagian kecil pengetahuan mengenai seni musik nusantara. Selebihnya, Anda bisa membaca buku mengenai musik nusantara yan lengkap atau mengunjungi situs internet.

  • Wanita Dalam Iklan TV

    TV adalah suatu kebutuhan manusia yang sudah menjadi kebutuhan primer, tidak seorang pun di dunia ini yang mampu menghindar dari tayangan acara televisi. Meski sesibuk apapun, seseorang akan selalu menyempatkan waktu untuk melihat acara televisi. Bahkan belakangan ini berbagai tayangan acara televisi swasta sering menjadi bahan referensi dalam bersikap dan berperilaku dikehidupan sehari-hari dalam suatu masyarakat sekitar tersebut.

    Satu kekhawatiran yang saat ini masih menjadi polemik antara pakar dan praktisi komunikasi massa adalah dampak negatif dari tayangan iklan televisi terhadap pemirsa wanita. Televisi dianggap sangat berpengaruh terhadap kelompok yang lemah yaitu wanita, karena wanita mempunyai mental dan psikologis yang rendah dan lemah, terlebih lagi bila wanita itu berada dalam siklus kehidupan yang domestik dan tradisional. Sehingga, kaum wanita menjadi sasaran intervensi dalam tayangan televisi dengan berbagai macam corak ragam acaranya.

    Beberapa hasil penelitian di Amerika, Paisley-Butler (Anonim, 2011) mengemukakan dari hasil penelitiannya bahwa kesan yang dibentuk dari iklan-iklan yang muncul tentang wanita, yaitu:

    1. Merendahkan wanita. Dalam iklan, wanita digambarkan sebagai objek seks.
    2. Menempatkan wanita di tempatnya. Wanita lebih banyak diperlihatkan dalam peran tradisional dan tidak berjuang dengan peran di luar mereka.
    3. Wanita hanya memiliki dua tempat, yaitu sebagai istri atau ibu.
    4. Menjadi ibu rumah tangga merupakan pekerjaan mutlak seorang wanita.

    Sedang sebuah studi tentang perempuan dalam iklan majalah memberikan rumusan tentang konsep citra perempuan yang muncul dalam sebuah iklan. Konsep tersebut adalah: citra pigura, citra pilar, citra peraduan, citra pinggan, dan citra pergaulan (Tomagola, 1998). Secara rinci kelima rumusan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

    1. 1. Pigura; wanita digambarkan sebagai mahluk yang harus memikat dengan ciri-ciri biologisnya seperti: buah dada, pinggul, dan ciri-ciri keperempuanan yang dibentuk oleh budaya; seperti rambut, panjang betis, dan lain-lain.
    2. 2. Pilar; digambarkan sebagai pilar pengurus utama keluarga; pengurus rumah tangga, dan wilayah tanggung jawabanya dalam rumah tangga. Dalam hal ini wanita bertanggung jawab terhadap keindahan fisik rumah suaminya, pengelolaan sumber daya rumah, dan anak-anak.
    3. 3. Peraduan; citra ini menganggap wanita sebagai objek seks atau pemuasan laki-laki. Seluruh kecantikan perempuan (kecantikan alamiah maupun buatan) disediakan untuk dikonsumsi laki-laki) seperti menyentuh dan dihargai. Bagian tubuh yang dieksploitir adalah betis, dada, punggung, pinggul dan rambut.
    4. 4. Pinggan; wanita digambarkan sebagai pemilik kodrat, setinggi apapun pendidikannya atau penghasilannya, kewajibannya tetap di dapur.

    Wanita digambarkan sebagai mahluk yang dipenuhi kekhawatiran tidak memikat, tidak tampil menawan, tidak bisa dibawa ke muka umum, dan lain-lain.  Dan karena hal ini sangat berpengaruh, maka pesan yang disampaikan oleh iklan tersebut akan sangat mempengaruhi wanita. Seorang wanita ingin tampil sempurna di lingkungan pergaulannya, dan inilah yang dimanfaatkan oleh produsen untuk memperkenalkan produknya.

    Menanggapi hal yang demikian, maka baiknya wanita lebih berhati-hati dalam melihat tayangan iklan di televisi. Dan akan semakin baik jika wanita bisa menyikapi tayangan tersebut secara kritis dan analitis.

  • Makalah Konsep Dharma Agama dan Dharma Negara dalam Agama Hindu

    Dharma Agama dan Dharma Negara dalam Agama Hindu

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Agama Hindu adalah agama yang rill mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Tujuan Agama Hindu yang ingin dicapai dan diwujudkan dalam kehidupan ini adalah berupa Moksa dan Jagathita melalui jalan dharma. Pembangunan nasional yang telah dicanangkan oleh pemerintah Indonesia, mempunyai tujuan yang pasti sebagaimana disebutkan dengan satu kalimat yang oleh masyarakatnya telah secara umum pula diketahui yaitu untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya.

    Bila dikaji secara mendalam hakekat dan tujuan agama Hindu dengan tujuan pembangunan nasional adalah selaras, sama dan sesuai yaitu sama-sama ingin mewujudkan keseimbangan dalam lahir dan batinnya, sebab subyeknya sama yaitu manusia dan obyeknya pun sama yaitu keseimbangan dalam lahir dan batin manusia. Keseimbangan lahir dan batin manusia akan mampu menciptakan kesejahteraan dalam lahir dan kebahagiaan dalam batin adalah selaras dengan manusia seutuhnya yaitu tenang, aman dan damai dalam kehidupan lahir dan batin berdasarkan dharma agama dan dharma negaranya.

    B. Rumusan Masalah

    1. Apa yang dimaksud dengan Dharma Agama?
    2. Apa yang dimaksud dengan Dharma Negara?

    C. Tujuan Penulisan

    1. Agar mahasiswa atau masyarakat mengetahui pengertian dan memahami Dharma Agama.
    2. Agar mahasiswa atau masyarakat mengetahui pengertian dan memahami Dharma Negara.

    Bab II. Pembahasan

    A. Pengertian dan Konsep Dharma Agama

    Dharma Agama adalah merupakan tugas dan kewajiban yang patut dilaksanakan oleh setiap umat untuk mencapai tujuan agama atau bisa juga Dharma Agama adalah hukum, tugas, hak dan kewajiban setiap orang untuk tunduk dan patuh serta melaksanakan ajaran agama dan aspek-aspek yang dikandung dalam ajaran agama.

    Apa-apa yang diajarkan oleh agamanya patut dapat dipedomani, dihayati dan lanjut diamalkan dalam kehidupannya sehari-hari. Dharma agama merupakan santapan rohani yang patut didalami secara perlahan-lahan melalui proses berpikir mendekatkan diri kepada Tuhan/Hyang Widhi Wasa, karena sebenarnya pada diri kita masing-masing hal itu sudah ada dan tinggal menghubungkan untuk menjadi lebih dekat lagi. Sarana mendekatkan adalah dengan menuntung sang diri melalui ajarannya. Satelah tuntunan diperoleh terangilah diri dengan tuntunan itu agar dapat membedakan mana yang baik dan benar serta mana pula yang buruk dan salah dan patut dihindari. Dharma agama mengandung ajaran moral yang tinggi, patut untuk dihayati dengan memotivasi diri, sehingga kita dapat mempunyai daya dorong yang lebih meyakinkan, sehingga tak takut akan berbuat, karena apa yang diperbuat telah diyakini sesuai Dharma. Perbuatan didasarkan pada Dharma Agama akan memberikan kepuasan dan kebahagiaan tersendiri secara dinamis, sehingga menyebabkan pemeluk agama, menjadi berani tidak takut ataupun gelisah dalam berlomba-lomba membuat kebaikan dengn tuhan.

    B. Kosenp Dharma Dalam Agama Hindu  

    Dharma agama menurut hindu adalah perbuatan baik berdasarkan ajaran agama hindu yang dilakukan oleh agama hindu umat hindu untuk pengembangan dan kepentingan agama hindu. Semua pikiran , ucapan dan tindakan umat hindu harus berpedoman pada ajaran agama hindu yang dalam sastra-sastra Hindu yaitu:

    1. Weda sruti sebagai ajaran inti
    2. Bhagawadgita
    3. Dharma sastra smerti dan sastra smuscaya
    4. Tatwa-tatwa(filsafat kerohanian)
    5. Ajaran-ajaran penuntun kesusilaan yang lain.

    Sebagai warga Negara yang beragama hindu dan hidup dalam negara yang berdasarkan pancasila,dalam mengamalkan ajaran agama, tidak boleh berpandangan sempit. Umat hindu harus berpandangan luas sepandangan luas sehingga tidak menimbulkan fanatisme agama yang sempit. Umat Hindu di Indonesia harus benar-benar melaksanakan ajaran agama hindu sacara murni dan konsekuen, sehingga kehadiranya dalam masyarakat Indonesia akan sangat bermanfaat bagi bangsa dan Negara Indonesia. Melalui pendekatan Dharma Agama sejauh mungkin diusahakan agar agama dapat mendorong berhasilnya pembangunan nasional dan untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional yaitu: masyarakat adil dan makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan pancasila dan UUD 1945.

    Pasal 29 UUD 1945 menyatakan bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa, oleh karena itu Negara menjamin kebebasan (kemerdekaan) tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaan itu. Dalam menyukseskan pembangunan nasional, peranan segenap masyarakat termasuk umat agama Hindu sangat menentukan berhasilnya pembangunan nasional, dengan terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan pancasila dan UUD 1945.

    Pentingnya peranan agama, karena agama befungsi sebagai berikut:

    1. Faktor motivatif yaitu sebagai pendorong yang melandasi amal perbuatan manusia dalam seluruh aspek kehidupan.
    2. Faktor integrative yaitu dengan keyakinan yang tebal dan penghayatan ajaran agama secara benar, akan dapat mempersatukan bangsa dan menghindarkan manusia dari situasi dan kepribadiannya yang dapat menimbulkan perpecahan.
    3. Faktor sublimatif yaitu melalui pemahaman ajaran agama, akan dapat merubah cara berfikir, berbicara dan bertindak sesuai dengan ajaran Tri Kaya Parisudha, yaitu berfikir yang baik, berbicara yang baik dan berbuat yang baik.
    4. Faktor insfiratif yaitu melalui pemahaman ajaran agama dapat memberikan insfirasi kepada manusia bagi pengembangan seni dan budaya yang diwarnai oleh nilai-nilai ajaran agama.
    5. Faktor sumber nilai dan norma yaitu dengan pemahaman ajaran agama yang benar akan memberikan dasar bagi moral masyarakat yang merupakan sumber nilai dan norma yang mengilhami dan mengikat masyarakat.

    Hal ini penting karena kelangsungan dan ketentraman masyarakat tidak hanya ditentukan oleh hukum saja, melainkan juga oleh ikatan moral yang dihayati masyarakat.

    3.3   Pengertian Dharma Negara

    Dharma Negara adalah meruapakan tugas dan kewajiban warga masyarakat terhadap tujuan negaranya yaitu dalam pembangunan yang telah dicanangkan atau bisa juga Dharma Negara adalah hukum, tugas, hak dan kewajiban setiap orang un tuk tunduk dan patuh kepada Negara, termasuk dalam pengertian yang seluas-luasnya. Disamping kita mengenal istilah Dharma sebagai hukum yang kemudian dimaksudkan adalah hukum yang mengatur hidup manusia, termasuk dalam pengertian, tugas/hak dan kewajiban umat manusia, maka hukum yang mengatur gerak alam semesta disebut Rta dan Tuhan Yang Maha Esa disebut Retavan, yaitu sebagai pendukung atau pengendali Rta. Pembangunan Negara adalah pembangunan untuk kepentingan kita bersama, maka kepentingan umum berada diatas kepentingan pribadi atau golongan. Pembangunan Negara adalah merupakan pembangunan kebersamaan semua warga masyarakat yang mendiami Negara itu. Setiap orang yang tinggal dan hidup dalam satu Negara mempunyai tugas dan kewajiban untuk membangun Negaranya secara lahir dan batin sama-sama dengan warga masyarakatnya.

    Negara adalah tempat kehidupan untuk dapat hidup secara tenang, aman dan damai secara lahir dan batin, maka oleh sebab itu setiap warga Negara patut berusaha menciptakannya. Semua aturan-aturan untuk kepentingan pembangunan Negara elah diatur dan di undangkan dengan ketetapan-ketetapan dan peraturan-peraturan. Sebagai warga Negara patut mematuhinya sebagai pengabdiannya berupa Dharma terhadap negaranya.

    3.4   Hubungan Negara Dengan Warga Negara (Dharma Negara)

    Hubungan antara Negara dengan warga Negara, dalam ajaran agama Hindu disebut dengan istilah Dharma Negara. Artinya bahwa umat Hindu di Indonesia melalui pendekatan Dharma Negara ikut berperan, mempertahankan, mengisi kemerdekaan serta memikul tanggung jawab masa depan bangsa dan bernegara Indonesia berdasarkan pancasila dan UUD 1945. Agama Hindu adalah salah satu agama yang diakui keberadaannya di Indonesia disamping agama Islam, Katholik, Protestan, Dan Budha. Agama Hindu telah memberi warna tersendiri dalam pembangunan nasional dan khususnya dalam pembangunan umat beragama. Pembangunan nasional baik yang telah, sedang dan yang akan dilaksanakan, tidak terlepas dari nilai-nilai keagamaan yang dijunjung tinggi oleh masyarakat beragama termasuk masyarakat beragama Hindu. Dalam pembangunan lima tahun keenam, salah satu sasaran pembangunan adalah bidang agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Dalam masalah hubungan antara Negara dengan umat beragama Hindu selaku warga Negara, telah ada pedoman yang diatur dalam salah satu ajaran Catur Guru Bhakti yaitu:

    1.      Bhakti kepada Guru Swadhyaya yaitu Sang Hyang Widhi Wasa.

    2.      Bhakti kepada Guru Pengajian yaitu guru disekolah.

    1. Bhakti kepada Guru Rupaka yaitu orang tua dirumah.
    2. Bhakti kepada guru wesesa yaitu Negara dan pemerintah.

    Berdasarkan ajaran Catur Guru Bhakti, khususnya tentang Bhakti kepada Guru Wesesa maka umat Hindu Indonesia harus senantiasa melaksanakan hak dan kewajiban serta tanggung jawab untuk membela, mempertahankan, mengisi kemerdekaan, mengabdi dan berbakti kepada bangsa dan Negara Indonesia yang berdasarkan pancasila dan UUD 1945. Bagi umat Hindu Indonesia pelaksanaan Dharma Negara harus sejalan dengan amanat UUD 1945 antara lain:

    1. Setiap umat hindu harus menyadari bahwa hak dan kewajiban untuk membela Negara Indonesia adalah sesuai dengan pasal 30 ayat (1) UUD 1945.
    2. Setiap umat hindu Indonesia harus selalu ikut serta memajukan pendidikan nasional baik melalui pendidikan yang dilaksanakan pemerintah maupun suasta. Hal ini sesuai dengan pasal 31 UUD 1945.
    3. Setiap umat Hindu Indonesia harus selalu aktif memelihara dan mengembangkan kebudayaan nasional dan menerima budaya asing secara selektif yang bermanfaat bagi bangsa dan Negara Indonesia. Hal ini sesuai dengan pasal 32 UUD 1945.
    4. Setiap umat Hindu harus aktif ikut serta menanggulangi masalah fakir miski sesuai dengan kemampuannya. Masalah fakir miskin bukanlah semata-mata menjadi beban dan tanggung jawab pemerintah, melainkan merupakan tanggung jawab seluruh rakyat Indonesia termasuk umat Hindu. Hal ini sesuai dengan pasal 34 UUD 1945.
    5. Setiap umat Hindu harus selalu ikut aktif mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa serta memelihara instrument-instrument pemersatu bangsa seperti menghormati bendera nasional menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, serta menghayati dan mengamalkan pancasila. Hal ini sesuai dengan pasal 35-36 dan pembukaan UUD 1945.

    3.5   Dharma Agama dan Dharma Negara Dalam Realisasi Kehidupan Masyarakat Bali

    Masyarakat bali adalah masyarat religious , dimana cita-cita hidup dan kehidupannya untuk mencapai kerahayuan, dalam pengertian kesejahteraan jasmani(jagadhita), yang seimbang dengan kesejahteraan rohani(moksha). Etika keagamaan hindu dalam masyarakat bali, yang merupakan rujukan prilaku bagi masyarakatnya, pada dirinya telah memancarkan untuk pelaksanaan Dharma Agama dan Dharma Negara itu sendiri. Etika keagamaan hindu dalam masyarakat bali, yang memancarkan rujukan untuk pelaksanaan Dharma Agama dan Dharma Negara, seperti :

    1. Bagi masyarakat Bali, pemahaman dharma agama adalah menjalankan ajaran agama itu sendiri. Contohnya adalah Tri Hita Karana. Tri Hita Karana bagi masyarakat bali adalah ajaran agama buat kehidupannya dan mengatur kehidupannya.

    2.  Pemahaman dean penghayatan Dharma Negara bagi amsyarakat, adalah mentaati seluruh aturan hukum yang berlaku termasuk seluruh ketentuan hukum agama terhadap untuk menjaga ketertiban dan keselarasan hubunan social masyarakatnya.

    3.  Bukti yang sangat kongkrit dari pelaksanaan Dharma Agama dan Dharma Negara dalam sejarah perjuangan kemerdekaan masyarakat Bali

    4.  Pelaksanaan Yadnya dalam masyarakat Bali, yang antara lain juga bertujuan dan bermakna: penyelarasan hubungan antara manusia dengan alam, manusia dengan manusia lainnya, serta manusia dan Tuhan.

    5.  Sangat diyakini oleh masyarakat Bali, bahwa: ketaatan pada swadharma akan melahirkan kesadaran diri, disiplin personal dan kemudian disiplin social, dan tegaknya tata tertib social.

    6.  Cita-cita kehidupan keagamaan dalam masyarakat Bali adalah terciptanya masyarakat yang Sadhu dalam artian: etika keagamaan ditegaskan dalam prilaku kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara.

    3.6   Tantangan Dharma Agama dan Dharma Negara

    Tantangan yang dihadapi oleh masyarakat Bali dalam pengrealisasian Dharma Agama dan Dharma Negara di Zaman yang oleh banyak pihak disebut sebagai era globalisasi, secara garis besar adalah:

    1. Menyadari kepada masyarakat agar tetap berporos dan atau kembali kepada konsepsi swadharma kehidupan, sehingga tidak mudah terjebak untuk melakukan prilaku menyimpang dari etika kehidupan keagamaan.
    2. Masyarakat Bali harus meningkatkan kemampuan dirinya untuk mendidik diri sendiri, dalam pemahaman dan penghayatan Dharma Agama dan Dharma Negara untuk bertujuan kerahayuan, diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara bahkan alam semesta.
    3. Melalui konsepsi : utpati (penciptaan), Stiti (pelestarian) dan praline (peleburan), masyarakat Bali tidak hanya sadar, tetapi menjadi yakin bahwa phenomena perubahan dalam masyarakat adalah cirri alamiah diri manusia, alam dan masyarakat itu sendiri, sehingga selalu siap untuk menerima perubahan itu sendiri. Dengan demikian, hendakna masyarakat Bali selalu menyadari bahwa dinamika perubahan tidak menggerus masyarakatnya untuk keluar, menyimpang, melawan Dharma kehidupan.

    Berkaitan dengan dharmanegara hendaknya dipahani juga
    1.  Dharma karya adalah  melakukan kerja dengan baik dan benar
    2.  Dharma tattwa adalah memahami esensi hukun yang hakiki
    3.  Dharma dharsana adalah pengetahuan filsafat tentang hukum
    4.  Dharma yudha adalah memperjuangkan kejujuran dan keadilan
    5.  Dharma sabda adalah  sidang untuk menegakan keadilan
    6.  Dharma yadnya adalah  mepersembahkan kerja sebagai sebuah yadnya secara iklas
    7.  Dharma wijaya adalah menangnya keadilan dan kebajikan

    Dalam melaksanakan dharmanegara seorang peminpin ibarat matahari yang menyinari bumi, menghilangkan semua gelapnya dunia, demikianlah orang yang melakukan dharma memusnahkan segala macam dosa dan sesamsaraan raknyatnya.
    Sri Kresna bersabda: Manakala dharma hendak sirna, dan adharma merajalela, saat itu, wahai bharata, aku sendiri turun menjelma.

    3.7 Hutang Manusia Kepada Negara

    Hari minggu tanggal 16 Agustus 2009 keluarga Bapak dan Ibu Ngurah kelihatan sangat sibuk di pagi hari. Dalam rangka 17 Agustus, Ibu Ngurah tampak membersihkan taman dan halaman rumahnya serta menyiram tanaman. Dek Widya, anak perempuannya, tampak ikut membantu ibunya mengangkut sampah ke lubang sampah dan membersihkan lantai rumah. Pak Ngurah tampak masih sibuk memasak di dapur. Hari itu ternyata Pak Ngurah menyiapkan makanan yang enak untuk keluarganya. Ia membuat lawar, sate, dan  ikan goreng untuk lauk makanan. Ngurah, anak pertamanya, ikut membantunya memasak dan menghaturkan sesaji makanan ke Sanggah/Merajan (pura keluarga). Sesaji makanan itu dipersembahkan (diyadnyakan) adalah sebagai wujud rasa syukur dan terima kasih kehadapan Tuhan Yang Maha Esa (Ida Sang Hyang Widhi Waca) atas segala karunia makanan yang dilimpahkanNya.

    3.8 Kewajiban Membayar Hutang kepada Negara

                Hutang kita kepada negara, sama seperti hutang kepada guru rupaka (orangtua), hutang kepada guru pengajian di sekolah, dan hutang kepada leluhur wajiblah dibayar. Orang Bali membayar hutang kepada guru rupaka, kepada guru pengajian, dan kepada leluhur ini dilakukan dengan beryadnya. Karena itu orang Bali mengenal adanya lima atau Panca Yadnya, yaitu yadnya atau membayar hutang kepada Tuhan Yang Maha Kuasa (Dewa Yadnya), membayar hutang kepada leluhur (Pitra Yadnya dan Manusa Yadnya), membayar hutang kepada guru suci (Rsi Yadnya), dan membayar hutang kepada lingkungan alam semesta disebut Butha Yadnya. Melakukan yadnya adalah kewajiban utama manusia didunia sebagai makhluk religius ciptaan Tuhan. Kewajiban manusia yang utama ini adalah melakukan dharma agama sesuai dengan ajaran agama dan kepercayaan masing-masing. Dharma agama artinya menjalankan kewajiban suci atau kebajikan agama dengan sebaik-baiknya sebagaimana diajarkan dalam kitab suci masing-masing agama.

    3.9 Dharma Agama dan Dharma Negara Dalam Realisasi Kehidupan Masyarakat Bali

    Masyarakat bali adalah masyarat religious , dimana cita-cita hidup dan kehidupannya untuk mencapai kerahayuan, dalam pengertian kesejahteraan jasmani(jagadhita), yang seimbang dengan kesejahteraan rohani(moksha).

    Etika keagamaan hindu dalam masyarakat bali, yang merupakan rujukan prilaku bagi masyarakatnya, pada dirinya telah memancarkan untuk pelaksanaan Dharma Agama dan Dharma Negara itu sendiri. Etika keagamaan hindu dalam masyarakat bali, yang memancarkan rujukan untuk pelaksanaan Dharma Agama dan Dharma Negara, seperti :

    1. Bagi masyarakat Bali, pemahaman dharma agama adalah menjalankan ajaran agama itu sendiri. Contohnya adalah Tri Hita Karana.tri Hita Karana bagi masyarakat bali adalah ajaran agama buat kehidupannya dan mengatur kehidupannya.

    2.  Pemahaman dean penghayatan Dharma Negara bagi amsyarakat, adalah mentaati seluruh aturan hukum yang berlaku termasuk seluruh ketentuan hukum agama terhadap untuk menjaga ketertiban dan keselarasan hubunan social masyarakatnya.

    3.  Bukti yang sangat kongkrit dari pelaksanaan Dharma Agama dan Dharma Negara dalam sejarah perjuangan kemerdekaan masyarakat Bali adalah: long march dari para pejuang kemerdekan ke Gunung Agung, yang pada hakikatnya mengandung makna, Tirtha Yatra dengan tujuan untuk nunas kerahayuan dalam konteks perjuangan bangsa merebut dan mempertahankan kemerdekaan.

    4.  Pelaksanaan Yadnya dalam masyarakat Bali, yang antara lain juga bertujuan dan bermakna: penyelarasan hubungan antara manusia dengan alam, manusia dengan manusia lainnya, serta manusia dan Tuhan.

    5.  Sangat diyakini oleh masyarakat Bali, bahwa: ketaatan pada swadharma akan melahirkan kesadaran diri, disiplin personal dan kemudian disiplin social, dan tegaknya tata tertib social.

    6.  Cita-cita kehidupan keagamaan dalam masyarakat Bali adalah terciptanya masyarakat yang Sadhu dalam artian: etika keagamaan ditegaskan dalam prilaku kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara.

    4.0   Tantangan Dharma Agama dan Dharma Negara

    Tantangan yang dihadapi oleh masyarakat Bali dalam pengrealisasian Dharma Agama dan Dharma Negara di Zaman yang oleh banyak pihak disebut sebagai era globalisasi, secara garis besar adalah:

    1.      Menyadari kepada masyarakat agar tetap berporos dan atau kembali kepada konsepsi swadharma kehidupan, sehingga tidak mudah terjebak untuk melakukan prilaku menyimpang dari etika kehidupan keagamaan.

    2.      Masyarakat Bali harus meningkatkan kemampuan dirinya untuk mendidik diri sendiri, dalam pemahaman dan penghayatan Dharma Agama dan Dharma Negara untuk bertujuan kerahayuan, diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara bahkan alam semesta.

    3.      Melalui konsepsi : utpati (penciptaan), Stiti (pelestarian) dan praline (peleburan), masyarakat Bali tidak hanya sadar, tetapi menjadi yakin bahwa phenomena perubahan dalam masyarakat adalah cirri alamiah diri manusia, alam dan masyarakat itu sendiri, sehingga selalu siap untuk menerima perubahan itu sendiri. Dengan demikian, hendakna masyarakat Bali selalu menyadari bahwa dinamika perubahan tidak menggerus masyarakatnya untuk keluar, menyimpang, melawan Dharma kehidupan.

    4.1 Menjalankan Dharma Negara dan Dharma Agama

                Bagaimana caranya warga negara menjalankan dharma negara dan dharma agama secara selaras atau sejalan. Berikut dicontohkan sikap seorang ksatria dalam menjalankan dharma negara selaras dengan dharma agamanya. Contoh ini diambil dari cerita Ramayana dalam cerita pewayangan.

    BAB III

    PENUTUP

    4.1         Kesimpulan

    Dari Makalah Dharma Agama dan Dharna Negara yang kami buat dapat kami simpulkan bahwa Dharma Agama adalah hukum, tugas, hak dan kewajiban setiap orang untuk tunduk dan patuh serta melaksanakan ajaran agama dan aspek-aspek yang dikandung dalam ajaran agama. Dan Dharma Negara hukum, tugas, hak dan kewajiban setiap orang un tuk tunduk dan patuh kepada Negara, termasuk dalam pengertian yang seluas-luasnya.

    4.2         Saran

    Saran dari kelompok kami mengenai Dharma negara dan Dharma Agama  sebaiknya kita sebagai umat beragama dan bernegara harus mematuhi Dharama Agama dan Dharma Negara supaya kehidupan kita menjadi lebih sejahtera.

  • Makalah Pendinginan dan Pembekuan

    Pendinginan dan Pembekuan

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Pendinginan umumnya merupakan suatu metode pengawetan yang ringan, pengaruhnya kecil sekali terhadap mutu bahan pangan secara keseluruhan. Oleh sebab itu pendinginan seperti di dalam lemari es sangat cocok untuk memperpanjang kesegaran atau masa simpan sayuran dan buah-buahan. Sayuran dan buah-buahan tropis tidak tahan terhadap suhu rendah dan ketahanan terhadap suhu rendah ini berbeda-beda untuk setiap jenisnya. Sebagai contoh, buah pisang dan tomat tidak boleh disimpan pada suhu lebih rendah dari 130C karena akan mengalami chilling injury yaitu kerusakan karena suhu rendah.

    Pertumbuhan bakteri di bawah suhu 100C akan semakin lambat dengan semakin rendahnya suhu. Pada saat air dalam bahan pangan membeku seluruhnya, maka tidak ada lagi pembelahan sel bakteri. Pada sebagian bahan pangan air tidak membeku sampai suhu –9,50C atau di bawahnya karena adanya gula, garam, asam dan senyawa terlarut lain yang dapat menurunkan titik beku air.

    Pembekuan adalah proses penurunan suhu bahan pangan sampai bahan pangan membeku, yaitu jika suhu pada bagian dalamnya paling tinggi sekitar –180C, meskipun umumnya produk beku mempunyai suhu lebih rendah dari ini. Pada kondisi suhu beku ini bahan pangan menjadi awet karena mikroba tidak dapat tumbuh dan enzim tidak aktif. Sayuran dan buah-buahan umumnya diblansir dahulu untuk menginaktifkan enzim sebelum dibekukan. Bahan pangan seperti daging dapat disimpan antara 12 sampai 18 bulan, ikan dapat disimpan selama 8 sampai 12 bulan dan buncis dapat disimpan antara 12 sampai 18 bulan.

    Pertumbuhan bakteri di bawah suhu 100C akan semakin lambat dengan semakin rendahnya suhu. Pada saat air dalam bahan pangan membeku seluruhnya, maka tidak ada lagi pembelahan sel bakteri. Pada sebagian bahan pangan air tidak membeku sampai suhu –9,50C atau di bawahnya karena adanya gula, garam.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan aturan penulisan rumusan masalah sebuah tindakan tentang pendinginan dan pembekuan, pendinginan dan pembekuan juga menggambarkan sebuah upaya dalam rangka melakukan aktivitas dalam pertanian  yang akan dilakukan serta hasil yang diharapkan tercapai.

    Bertolak dari urean permasalahan diatas, maka pernasalahan dalam Tugas  ini yang berjudul “Pendinginan dan Pembekuan”

    C. Tujuan

    Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui segala hal tentang pendinginan dan pembekuan  baik itu pengertian, macam-macam, bakteri, dan dalam kehidupan sehari-hari.

    Bab II. Pembahasan

    A. Pengertian pendinginan.

    Pendinginan atau refrigerasi ialah penyimpanan dengan suhu rata-rata yang digunakan masih di atas titik beku bahan. Kisaran suhu yang digunakan biasanya antara – 1oC sampai -4oC. Pada suhu tersebut, pertumbuhan bakteri dan proses biokimia akan terhambat sehingga perubahan yang terjadi pada produk yang disimpan dapat diminimalisir atau diperlambat. Pendinginan mempunyai pengaruh yang kecil terhadap perubahan mutu bahan pangan secara keseluruhan. Namun pendinginan hanya dapat mengawetkan bahan pangan selama beberapa hari atau beberapa minggu, tergantung kepada jenis bahan pangannya.

    1. Prinsip

    Prinsip pendinginan itu sendiri adalah panas dari bahan diserap atau diambil dan digantikan oleh udara yang memiliki tekanan yang lebih rendah dibandingkan tekanan di dalam sel, sehingga panas yang ada dalam bahan berkurang dan lama-kelamaan akan berubah menjadi dingin mengikuti suhu udara pendinginan yang digunakan.

    2. Faktor-Faktor

    Dalam proses pendinginan ada beberapa faktor yang berpengaruh pada hasil akhir bahan yang di dinginkan. Faktor – faktor tersebut antara lain :

    1. Jenis dan Varietas Produk

    Pendinginan biasanya digunakan untuk jenis bahan yang mudah mengalami kerusakan dan peka terhadap kondisi lingkungan disekitarnya. Jenis dan varietas setiap bahan tidak sama dengan tingkat kematangan dan pemanenan yang berbeda pula sehingga suhu yang digunakan selama pendinginan harus dapat disesuaikan dengan jenis dan sifat bahan tersebut agar tujuan dari pendinginan tersebut dapat tercapai.

    2. Suhu

    Suhu dalam penyimpanan seharusnya dipertahankan agar tidak terjadi kenaikan dan penurunan. Biasanya dalam penyimpanan dingin, suhu dipertahankan berkisar antara 1OC sampai dengan 2OC. Suhu pendinginan di bawah optimum akan menyebabkan pembekuan atau terjadinya chilling injury, sedangkan suhu di atas optimum akan menyebabkan umur simpan menjadi lebih singkat.

    3. Kelembaban Relatif

    Untuk kebanyakan komoditi yang mudah rusak, kelembaban relatif dalam penyimpanan sebaiknya dipertahankan pada kisaran 90 sampai 95%. Kelembaban di bawah kisaran tersebut akan menyebabkan kehilangan kelembaban komoditi. Kelembaban yang mendekati 100% kemungkinan akan terjadi pertumbuhan mikroorganisme lebih cepat dan juga menyebabkan permukaan komoditi pecah-pecah.

    4. Kualitas Bahan dan Perlakuan Pendahuluan

    Untuk tetap mempertahankan kesegaran bahan maka sebaiknya sayuran, buah- buahan maupun bunga potong yang akan disimpan terbebas dari luka atau lecet maupun kerusakan lainnya. Kerusakan tersebut dapat menyebabkan kehilangan air. Buah-buah yang telah memar dalam penyimpanannya akan mengalami susut bobot hingga empat kali lebih besar bila dibandingkan buah- buah yang utuh dan baik.

    5. Jenis Pengemas

    Pengemasan merupakan salah satu upaya modified packaging storage yang dapat membantu mempertahankan mutu dari bahan. Dengan dilakukan pengemasan maka proses reaksi enzimatis dan chilling injury dapat diminimalisir sehingga kesegaran produk tetap terjaga.

    Ø  Beberapa perubahan yang terjadi selama proses pendinginan

    1.      Perubahan Tekstur

    Pada proses pendinginan Sayuran dan buah-buahan tropis tidak tahan terhadap suhu rendah dan ketahanan terhadap suhu rendah ini berbeda-beda untuk setiap jenisnya. Buah pisang tidak boleh disimpan pada suhu lebih rendah dari 130C karena akan mengalami chilling injury yaitu kerusakan karena suhu rendah. Buah pisang yang disimpan pada suhu terlalu rendah kulitnya akan menjadi bernoda hitam atau berubah menjadi coklat dan teksturnya menjadi lembek karena mengalami dehidrasi (kehilangan air), sedangkan buah terong akan menjadi lunak karena teksturnya rusak.

    2.      Penyusutan Berat

    Kehilangan berat pada buah, sayuran maupun bunga potong selama penyimpanan disebabkan karena hilangnya air pada bahan. Kehilangan air pada bahan yang disimpan tidak hanya menyebabkan kehilangan berat, tetapi dapat juga menyebabkan kerusakan yang akhirnya menyebabkan penurunan kualitas.

    Penyusutan berat pada bahan yang dikemas jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan bahan yang tidak dikemas dan tampa perlakuan apapun. Menurut Fellow (2000) penyusutan berat selama pendinginan dapat disebabkan karena kelembaban yang ada pada bahan meninggalkan permukaan bahan dan menuju ke udara disekitarnya melalui proses kondensasi uap air. Sedangkan pada produk daging penyustan berat dapat disebabkan karena terjadi kerusakan gel protein dan mengalami proses koagulasi protein, sehingga menurunkan daya ikat protein terhadap air dan air bebas di dalam daging akan lepas menuju ke udara disekitarnya yang akan hilang bersama dengan uap air. Kerusakan struktur molekul akibat pendinginan ini juga dapat menyebabkan penyusutan berat.

    Kehilangan air pada bahan dapat dicegah dengan cara pengaturan suhu dan kelembaban ruang simpan dengan tepat. namun secara umum buah-buahan dan sayuran serta bunga potong memiliki kandungan air bahan sejumlah 80 hingga 90 persen. Sebagian besar air tersebut akan menguap selama penyimpanan. Dalam penyimpanan pada suhu rendah.

    3.      Perubahan Warna

    Perubahan warna selama pendinginan pada produk sayur dan buah diakibatkan karena reaksi enzimatis (pencoklatan) dimana terjadi degradasi pigmen klorofil yang menyebabkan warna kulit berubah menjadi kuning kecoklatan karena adanya karetenoit dan xantifil yang semula tertutup menjadi terbuka akibat dari efek suhu pendinginan. Pori-pori buah yang disimpan pada suhu rendah menjadi lebih terbuka akibat membekunya air dalam jumlah banyak sehingga mengubah rasa, warna dan kualitas bahan.

    Pada produk daging dan ikan yang disimpan pada suhu 0-2oC dapat bertahan selama 2-3 hari (daging dikemas). Namun Perubahan ini disebabkan karena terjadi oksidasi pigmen heme yang merupakan penyusun utama dalam warna daging. Pigmen mioglobin mengalami proses perubahan menjadi oksiomioglobin yang bewarna merah kecoklatan.

    Perbedaan antara pendinginan dan pembekuan juga ada hubungannya dengan aktivitas mikroba.

    1. Sebagian besar organisme perusak tumbuh cepat pada suhu di atas 10oC
    2. Beberapa jenis organisme pembentuk racun masih dapat hidup pada suhu kira-kira 3,3oC
    3. Organisme psikrofilik tumbuh lambat pada suhu 4,4oC sampai – 9,4oC

    Organisme ini tidak menyebabkan keracunan atau menimbulkan penyakit pada suhu tersebut, tetapi pada suhu lebih rendah dari – 4,0oC akan menyebabkan kerusakan pada makanan.

    B. Pengertian Pembekuan

    Pembekuan atau freezing ialah penyimpanan di bawah titik beku bahan, jadi bahan disimpan dalam keadaan beku. Pembekuan yang baik dapat dilakukan pada suhu kira-kira –17 oC atau lebih rendah lagi. Pada suhu ini pertumbuhan bakteri sama sekali berhenti. Pembekuan yang baik biasanya dilakukan pada suhu antara – 12 oC sampai – 24 oC. Dengan pembekuan, bahan akan tahan sampai bebarapa bulan, bahkan kadang-kadang beberapa tahun. Perbedaan antara pendinginan dan pembekuan juga ada hubungannya dengan aktivitas mikroba.

    Pertumbuhan bakteri di bawah suhu 100C akan semakin lambat dengan semakin rendahnya suhu. Pada saat air dalam bahan pangan membeku seluruhnya, maka tidak ada lagi pembelahan sel bakteri. Pada sebagian bahan pangan air tidak membeku sampai suhu –9,50C atau di bawahnya karena adanya gula, garam, asam dan senyawa terlarut lain yang dapat menurunkan titik beku air.

    Lambatnya pertumbuhan mikroba pada suhu yang lebih rendah ini menjadi dasar dari proses pendinginan dan pembekuan dalam pengawetan pangan. Proses pendinginan dan pembekuan tidak mampu membunuh semua mikroba, sehingga pada saat dicairkan kembali (thawing), sel mikroba yang tahan terhadap suhu rendah akan mulai aktif kembali dan dapat menimbulkan masalah kebusukan pada bahan pangan yang bersangkutan.

    a.      Prinsip

    Prinsip pembekuan adalah panas pada bahan diambil dan diturunkan hingga mencapai titik dibawah titik beku bahan sehingga segala mekanisme perubahan pada bahan dapat dihambat dan masa simpan dapat diperpanjanga. Secara umum mekanisme pembekuan dibagi menjadi 3 tahap. Tahap pertama panas sensible bahan pangan diambil sehingga suhu menjadi turun sampai titik beku. Tahap kedua, pada proses pembekuan dilepaskan sejumlah energi panas sehingga bahan pangan dan air yang terkandung didalamnya membeku. Dan tahap ketiga setelah terjadi pembekuan energi panas tetap dilepaskan sehingga suhu menurun sampai suhu tertentu.

    b.      Faktor-faktor

    1.      Jenis Bahan

    Perubahan yang terjadi tergantung dari komposisi makanan sebelum dibekukan. Konsentrasi padatan terlarut yang meningkat, akan merendahkan kemampuan pembekuan. Bila dalam larutan mengandung lebih banyak garam, gula, mineral, dan protein, akan menyebabkan titik beku lebih rendah dan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk membeku.

    2.      Perlakuan Pendahuluan

    Perlakuan pendahuluan bertujuan untuk mencegah penurunan mutu sebelum produk dibekukan, Pencuncian untuk menghilangkan kotoran dan mengurangi jumlah mikroba awal, pengemasan, blanshing atau pasteurisasi untuk menginaktivasi enzim yang ada pada produk dan menurunkan jumlah mikroba awal, pelilinan maupun pencelupan ke dalam larutan asam askorbat untuk mempertahankan tekstur.

    3.      Suhu

    Suhu pembekuan disesuaikan dengan jenis komoditi yang akan dibekukan. Pada suhu kurang dari 0 oC , air akan membeku kemudian terpisah dari larutan dan membentuk es. Jika kristal es yang terbentuk besar dan tajam akan merusak tekstur dan sifat pangan.

    4.      Waktu

    Pembekuan dengan waktu singkat/cepat akan menghasilkan kristal es berukuran kecil sehingga akan meminimalkan kerusakan tekstur bahan yang dibekukan. Selain itu, proses pembekuan cepat juga menyebabkan terjadinya kejutan dingin (freeze shock) pada mikroorganisme. Sedangkan pembekuan dalam waktu yang lama akan menghasilkan kristal yang besar dan tajam sehingga dapat merusak dan merobek jaringan buah yang dibekukan.

    5.      Metode pembekuan

    Metode yang digunakan pada pembekuan seperti cooled air freezer, cooled liguid freezer, cooled surface freezer, cryogenik akan memberikan hasil yang berbeda dengan jenis bahan yang akan dibekukan. Penggunaan metode harus dilakukan dengan tepat sesuai dengan karakteristik dari bahan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

    Ø  Perubahan yang terjadi selama proses pembekuan

    1.      Perubahan Tekstur

    Buah dan sayur memiliki komponen kadar air yang besar sebagai penyusun utamanya. Kadar air yang tinggi. Dengan adanya kadar air yang tinggi akan menyebabkan perubahan volume yang besar. Dimana menurut Estiasih (2009) buah dan sayur sebagian besar memiliki tekstur yang lebih kaku jika dibandingkan dengan tekstur daging dan ikan.

    Dalam pembekuan semakin suhu yang digunakan masih berada di antara titik beku bahan maka akan terjadi pembekuan yang lambat dengan pembekuan lambat ini maka pelepasan air di dalam jaringan bahan menjadi lebih banyak dan membentuk kristal yang besar. Secara normal pembesaran kristal-kristal es dimulai di ruang ekstra seluler, karena viskositas cairannya relatif lebih rendah. Bila pembekuan berlangsung secara lambat, maka volume ekstra seluler lebih besar sehingga terjadi pembentukan kristal-kristal es yang besar di tempat itu. Kadar air bahan makin rendah , maka akan terjadi denaturasi protein terutama pada bahan nabati.

    Selama proses thawing berlangsung sel yang rusak akan mengalami pelepasan komponen bagian-bagian sel, air yang hilang membuat bagian dalam sel menjadi kosong dan tidak dapat tergantikan. Kerusakan ini tidak dapat kembali ke bentuk semula sehingga mengakibatkan tekstur menjadi lunak.

    Pada produk daging dan ikan tidak mempunyai titik beku namun memiliki kisaran titik beku dimana jumlah air yang ada ditentukan oleh rendahnya suhu yang digunakan. Pada daging mentah seperti ayam dan sapi masih memiliki kandungan serat dan protein yang masih fleksibel, pada saat pembekuan komponen ini tidak hilang hanya mengalami proses pemisahan sehingga kandungan air yang ada masih dapat dipertahankan. Sedangkan untuk bahan sosis perubahan nya menjadi lebih kenyal dan lunak.

    2.      Perubahan Berat

    Perubahan berat atau susut berat pada komoditi yang dibekukan dapat disebabkan karena kandungan air yang ada pada bahan keluar selama proses pembekuan dan menuju ke kristal es yang sedang terbentuk sehingga bagian dalam es akan kosong. Proses ini terjadi karena kristal es memiliki tekanan uap air yang lebih rendah jika dibandingkan dengan tekanan didalam sel sehingga air dalam sel akan menuju kristal dan hilang pada saat proses thawing dilakukan.

    3.      Perubahan Warna

    Perubahan warna disebabkan karena terjadi reaksi enzimatis (pencoklatan) yang disebabkan karena aktivitas enzim peroksidase, katalase yang menghasilkan warna coklat, degradasi karoten dan degradasi pigmen klorofil yang menyebabkan warna kulit berubah menjadi kuning kecoklatan karena adanya karetenoit dan xantifil yang semula tertutup menjadi terbuka akibat dari efek suhu pembekuan dan kristal es. Menurut Dragon (2008) Kerusakan ini terjadi pada bahan yang dibekukan tanpa dibungkus atau yang dibungkus dengan pembungkus yang kedap uap air serta waktu membungkusnya masih banyak ruang-ruang yang tidak terisi bahan. 

    BAB III

    PENUTUP

    3.1  Kesimpulan

    Pendinginan merupakan salah satu teknologi penyimpanan dan pengawetan bahan pertanian yang mudah rusak dengan cara mengambil panas bahan, yang kemudian digantikan oleh udara dingin. Panas yang hilang pada bahan akan menurunkan segala bentuk perubahan selama masa simpan baik secara fisik, kimia dan mikrobiologi. Selama masa penyimpanan hal-hal yang perlu diperhatikan adalah tingkat suhu dan kelembaban yang digunakan, karena buah dan sayuran setelah dipanen masih melakukan respirasi (dan fotosintesis jika masih memiliki klorofil dan cahaya yang cukup). Perbedaan ini dikarenakan setiap komoditi memiliki kriteria dan sifat yang berbeda-beda (ketebalan lilin, kulit dan kandungan penyusun bahan). Sedangkan untuk produk daging memerlukan suhu pendinginan bekisar antara 0-15 0 C untuk mencegah terjadinya degradasi warna, tekstur dan citarasa nya.

    penggunaan kalsium. Dengan demikian, produk atau bahan dapat dipertahankan mutunya dan tidak menurunkan kualitas produk bila disimpan pada suhu rendah.

    Pembekuan merupakan teknologi penyimpanan bahan di bawah titik beku sehingga segala bentuk akitivitas metabolisme sel menjadi lambat. Dengan pembekuan masa simpan produk dapat dipertahankan. Perubahan yang terjadi pada pembekuan disebabkan karena hilangkan air didalam bahan menuju kristal yang tumbuh dan mengakibatkan bagian dalam bahan kosong sehingga pada saat dilakukan thawing komponen sel akan lepas dari sel yang telah rusak, perubahan warna terjadi karena proses degradasi karoten dan klorofil akibat terbukanya pori-pori buah dan sayur. Semua bahan yang dibekukan, kecuali es krim, setelah dilakukan “thawing“, akan mengalami denaturasi protein pada waktu pencairan kembali, air yang keluar tidak dapat diabsorpsi (diserap) kembali sehingga bahan mengalami penurunan berat.

    3.2 Saran

                Penyusunan Tugas ini, masih jauh dari kesempurnaan, karena terbatas sarana dan prasarana yang dimiliki penulis untuk bisa mendukung kelancaran dan kesempurnaan penyusunan Tugas ini , oleh karena itu, pada penyusunan Tugas sejenis yang dilakukan kemudian , semoga dapat lebih disempurnakan, karena hanya inilah kemampuan penulis miliki, segala kekurangan datang dari penulis sendiri dan segala kelebihan hanya Milik ALLAH Semata.

    DAFTAR PUSTAKA

    Buckle. K, Edward.R, Fleet.G, Wotton. M. 1987. Food Knowledge. UI.Press. Jakarta.
    Fellow. 2000. Frozen Food Technology

    Estiasih. T, Indria. P, Wenny B., Umi H. 2011. Teknologi Pengolahan Pangan. UB. Malang

  • Makalah Fotografi – Kamera dan Lensa

    Kamera dan Lensa

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Kamera merupakan salah satu penemuan penting yang dicapai umat manusia. Lewat jepretan dan bidikan kamera, manusia bisa merekam dan mengabadikan beragam bentuk gambar mulai dari sel manusia hingga galaksi di luar angkasa. Jauh sebelum masyarakat Barat menemukannya, prinsip-prinsip dasar pembuatan kamera telah dicetuskan seorang sarjana Muslim sekitar 1.000 tahun silam. Peletak prinsip kerja kamera itu adalah seorang saintis legendaris Muslim bernama Ibnu al-Haitham. Pada akhir abad ke-10 M, al-Haitham berhasil menemukan sebuah kamera obscura. Itulah salah satu karya al-Haitham yang paling menumental. Penemuan yang sangat inspiratif itu berhasil dilakukan al-Haithan bersama Kamaluddin al-Farisi. Keduanya berhasil meneliti dan merekam fenomena kamera obscura. Penemuan itu berawal ketika keduanya mempelajari gerhana matahari. Untuk mempelajari fenomena gerhana, Al-Haitham membuat lubang kecil pada dinding yang memungkinkan citra matahari semi nyata diproyeksikan melalui permukaan datar.

    Berabad – abad yang lalu orang telah mengetahui bahwa kalau cahaya lurus dari sebuah lobang kecil kedalam sebuah ruangan yang gelap maka pada dinding dihadapannya kelihatan bayangan dari apa yang ada dimuka lubang itu. Hanya dalam keadaan terbalik, yang di atas ke bawah dan sebaliknya. Ruangan seperti itu disebut “ Kamera Obscura “ yang artinya tidak lain dari pada kamar gelap. Dari perkataan kamera obcura itulah lahir perkataan kamera, nama yang diberikan untuk alat pemotret. Inilah yang mula – mula disebut Kamera Obscura ( kamera = kamar, Obscura = gelap ), yaitu sebuah ruangan yang gelap dengan lubang kecil pada salah satu dindingnya. Kajian ilmu optik berupa kamera obscura itulah yang mendasari kinerja kamera yang saat ini digunakan umat manusia. Oleh kamus Webster, fenomena ini secara harfiah diartikan sebagai “ruang gelap”. Biasanya bentuknya berupa kertas kardus dengan lubang kecil untuk masuknya cahaya. Teori yang dipecahkan Al-Haitham itu telah mengilhami penemuan film yang kemudiannya disambung-sambung dan dimainkan kepada para penonton.

    Jika kita perhatikan perkembangan kamera di masa kini, sungguh sangat luar biasa pertumbuhannya. Hampir di setiap manusia berada, tidak lepas dari keberadaan kamera. Dapat dikatakan bahwa kamera kini telah menjadi kebutuhan pokok. Bagaimana tidak, hampir di setiap handphone yang dimiliki sebagian besar masyarakat ada fasilitas kameranya. Dalam makalah ini kita akan mengulas tentang kamera mulai dari sejarah ditemukannya kamera hingga berbagai jenis perkembangan kamera saat ini.

    Bab II. Pembahasan

    A. Kamera

    Kamera adalah alat paling populer dalam aktivitas fotografi. Nama ini didapat dari camera obscura, bahasa Latin untuk “ruang gelap”, mekanisme awal untuk memproyeksikan tampilan di mana suatu ruangan berfungsi seperti cara kerja kamera fotografis yang modern, kecuali tidak ada cara pada waktu itu untuk mencatat tampilan gambarnya selain secara manual mengikuti jejaknya. Dalam dunia fotografi, kamera merupakan suatu peranti untuk membentuk dan merekam suatu bayangan potret pada lembaran film. Pada kamera televisi, sistem lensa membentuk gambar pada sebuah lempeng yang pekacahaya. Lempeng ini akan memancarkan elektron ke lempeng sasaran bila terkena cahaya. Selanjutnya, pancaran elektron itu diperlakukan secaraelektronik. Dikenal banyak jenis kamera potret.

    B.   Sejarah Kamera

    Ø  Sejarah Kamera Sederhana

    Kamera merupakan alat yang berfungsi dan mampu untuk menangkap dan mengabadikan gambar/image. Kamera pertama kali disebut sebagai camera obscura, yang berasal dari bahasa latin yang berarti ruang gelap. Camera obscura merupakan sebuah alat yang terdiri dari ruang gelap atau kotak, yang dapat memantulkan cahaya melalui penggunaan dua buah lensa konveks, kemudian menempatkan gambar objek eksternal tersebut pada sebuah kertas/film, film tersebut diletakkan pada pusat fokus dari lensa tersebut. Camera obscura yang pertama kalinya ditemukan oleh seorang ilmuwan Muslim yang bernama Alhazen, hal tersebut terdapat seperti yang dijelaskan pada bukunya yang berjudul Books of Optics (1015-1021).

    Kamera Obscura

    Sementara di tahun 1660-an ilmuwan asal Inggris Robert Boyle dan asistennya Robert Hooke menemukan portable camera obscura. Namun kamera pertama yang cukup praktis dan cukup kecil untuk dapat digunakan dalam bidang fotografi ditemukan pertama kali oleh Johann Zahn, penemuan tersebut terjadi pada tahun 1685. Kamera fotografi pada awalnya banyak yang menerapkan prinsip model Zahn, dimana selalu menggunakan slide tambahan yang digunakan untuk memfokuskan objek. Sistem tersebut adalah dengan memberikan tambahan sebuah plat sensitif di depan lensa kamera tersebut setiap sebelum melakukan pengambilan gambar.

    Portable Camera Obscura

    Kamera terus berlanjut, Jacques Daguerre merupakan salah satu dari orang-orang yang berperan dalam perkembangan teknologi kamera, dan sekaligus memberikan jasa pada perkembangan dunia fotogarfi kita. Daguerre dilahirkan tahun 1787 di kotaCormeilles di Perancis Utara. Pada waktu muda, Jacques Daguerre adalah seorang seniman. Pada umur 30-an Daguerre merancang diograma, yang dimaksud dengan diograma adalah barisan lukisan pemandangan yang mempesona bagusnya, dipertunjukkan dengan bantuan efek cahaya. SementaraDaguerre mengerjakan pekerjaannya tersebut, Daguerre menjadi tertarik dengan pengembangan suatu mekanisme untuk secara otomatis melukiskan kembali pemandangan yang ada di dunia tanpa menggunakan kuas atau cat, yaitu tidak lain adalah KAMERA.

    Di tahun 1827 Daguerre bertemu dengan Joseph Nicephore Niepce yang juga sedang mencoba  menciptakan kamera. Dua tahun kemudian mereka bekerjasama. Namun di tahun 1833 Niepce meninggal, akan tetapi Daguerre tetap melanjutkan percobaannya. Menjelang tahun 1837 ia berhasil mengembangkan sebuah sistem praktis fotografi yang disebutnya daguerreotype. Tahun 1839 Daguerre memberitahu publik secara terbuka tanpa mempatenkannya. Sebagai imbalan, pemerintah Perancis menghadiahkan pensiun seumur hidup kepada Daguerre maupun anak Niepce. Pengumuman penemuan Daguerre menimbulkan kegemparan penduduk pada saat itu dan ia menjadi seorang pahlawan yang ditaburi berbagai macam penghormatan serta penghargaan, sementara metode daguerreotype dengan cepat berkembang dan banyak digunakan oleh khalayak. Daguerre sendiri segera pensiun. Dia meninggal tahun 1851 di kota asalnya dekat Paris.

    Seiring dengan berjalannya waktu, perkembangan teknologi kamera semakin hari berkembang semakin pesat. Fungsi dan kebutuhan penggunaanya pun semakin luas dirasakan oleh berbagai pihak. Kamera tidak hanya digunakan sekedar untuk menangkap objek yang berfungsi sebagai kenang-kenangan semata, tetapi juga digunakan untuk menangkap objek yang sedang bergerak. Sebut saja perkembangannya kemudian seperti kamera video, kamera mikro, kamera sensor dan lain sebagainya. Perkembangannya pun telah meliputi berbagai bidang, seperti pada bidang sinematografi, pendidikan, kedokteran, dan bahkan sampai pada bidang sistem pertahanan dan keamanan pun tidak terlepas dari penggunaan teknologi kamera ini.

    Ø  Sejarah Kamera Digital

    Fotografi digital merupakan salah satu inovasi terbaik dalam dunia fotografi. Kehadirannya telah mengubah paradigma masyarakat yang menganggap bahwa fotografi adalah suatu bidang yang mahal dan sulit untuk dikuasai. Fotografi digital benar-benar bisa memberikan kepraktisan dan kemudahan bagi setiap orang untuk membuat sebuah foto yang baik. Dengan perkembangan teknologi yang pesat, dan beragam fitur untuk membuat foto yang bagus, muncul sebuah ungkapan bahwa setiap orang bisa menjadi fotografer profesional.

    Bila ditelusuri dari sejarahnya, maka kita akan kembali ke tahun 1960-an. Di mana dunia sedang mengalami revolusi besar-besaran di bidang teknologi digital dan elektronik. Eugene F. Lally, seorang teknisi dari Jet Propulsion Laboratory NASA adalah orang pertama yang mencetuskan ide untuk mendigitalisasi sebuah foto. Saat itu tujuannya adalah untuk mempermudah pengiriman foto secara langsung dari misi-misi luar angkasa Amerika Serikat.

    Pada tahun 1970an, dunia jurnalistik turut mempengaruhi kemunculan kamera digital. Saat itu, terdapat sebuah tuntutan untuk menghadirkan foto dari suatu peristiwa yang terjadi, secepat mungkin. Maka digunakanlah media pemindai foto (scanner). Sebuah foto dipindai menjadi data elektronik, kemudian dikirimkan melalui jalur telepon. Akan tetapi, cara ini juga masih dianggap merepotkan, karena terjadi penurunan kualitas gambar yang cukup signifikan dan proses pengiriman foto pun masih memerlukan waktu yang relatif lama. Untuk menjawab persoalan ini, diperlukan suatu kamera yang bisa secara langsung menciptakan foto yang berupa data elektronik. barulah pada bulan Desember tahun 1975, seorang teknisi dari perusahaan Kodak yang bernama Steven Sasson, menjadi orang pertama yang menemukan Kamera Digital.

    Kamera yang dibuatnya, menggunakan sensor CCD sebagai media penerimaan gambar dan hanya mampu menghasilkan foto hitam putih dengan resolusi sebesar 0,01 megapixel (320 x 240 pixel). Media penyimpanannya adalah sebuah kaset tape, sedangkan untuk melihat hasil gambar, kamera ini harus disambungkan terlebih dahulu dengan sebuah televisi. Kamera ini mempunyai bobot seberat 3,6 kg dan membutuhkan waktu tak kurang dari 23 detik untuk memproses satu buah foto.

    Kamera Digital Pertama

    Walaupun kamera digital model pertama ini masih belum praktis dan belum sepenuhnya menjawab persoalan-persoalan yang terjadi, tapi alat ini telah menjadi awal mula dari kemudahan dan kepraktisan teknologi fotografi digital yang kita nikmati sekarang ini. Setelah penemuan dari kamera digital model pertama, kamera-kamera digital selanjutnya terus bermunculan dengan perbaikan-perbaikan dari model sebelumnya, dengan berbagai fitur serta kemampuan yang baru.

    Ada bebrapa sensor yang digunakan dalam kamera digital. Namun pada kenyataannya, hanya ada dua jenis sensor yang sering digunakan yaitu sensor CCD(charge coupled device) dan CMOS( Complementary metal oxide semicondictor). Sensor CCD merupakan keping silikon yang terbentuk dari ribuan(bahkan jutaan) dioda foto sensitif yang disebutphotosite,photo element,atau pixel. Setiap pixel menangkap satu titik objek, kemudian merangkainya dengan hasil tangkapan pixel lain hingga menjadi gambar. Sedangkan CMOS adalah sirkuit kecil yang ditempelkan pada keping silikon. Sirkuit ini bisa mengatasi kekurangan pada sensor CCD dalam hal ukuran karena lebih kecil. Dari segi teknologi dan harga pun CMOS bisa memberi harapan yang baik.

    Kamera bersensor CMOS memberi keuntungan-keuntungan yang tidak didapat pada kamera bersensor CCD. Sensor CMOS bisa digabungkan dengan rangkaiaan lain untuk keperluan tertentu sehingga harganya bisa ditekan. Bentuk kamera pun dimungkinkan lebih kecil dan ringan. Kelebihan lainnya adalah sensor CMOS bisa berubah dari mode pemindaiaan gambar menjadi mode pemindai gambar bergerak. Ini menjadikan kamera digital bisa sekaligus menjadi sarana untuk merekam video sekaligus. Sensor CMOS juga mempunyai daya tahan lebih lama daripada sensor CCD

    Terlepas dari segala kelebihannya dibandingkan dengan kamera bersensor CCD, kamera bersensor CMOS juga memiliki kekurangan. Bahkan secara keseluruhan, kamera bersensor CCD jauh lebih baik dibandingkan dengan kamera bersensor CMOS. Hal ini dikarenakan kualitas gambar yang dihasilkan kamera bersensor CCD lebih baik daripada kualitas gambar yang dihasilkan kamera bersensor CMOS. Noise yang dihasilkan juga tidak sebanyak kamera bersensor CMOS.

    C.   Macam-macam Kamera

    1.      Berdasarkan mekanisme kerja :

    ·         Kamera single lens reflex

    Kamera ini memiliki cermin datar dengan singkap 45 derajat di belakang lensa, sehingga apa yang terlihat oleh pemotret dalam jendela pandang adalah juga apa yang akan di tangkap pada film. Umumnya kamera ini digunakan setinggi pinggang ketika dipotretkan.

    ·         Kamera instan

    Istilah instan adalah dimilikinya mekanisme automatik pada kamera, sehingga berdasar pengukur cahaya (lightmeter atau fotometer), lebar diafragma dan kecepatan pemetik potret secara otomatis telah diatur.

    2.      Berdasarkan teknologi viewfinder

    Viewfinder memainkan peranan penting dalam penyusunan komposisi fotografi. Fotografer ahli biasanya akan lebih memilih viewfinder dengan kualitas baik dan mampu memberikan gambaran tepat seperti apa yang akan tercetak.

    ·         Kamera saku

    Jenis yang paling populer digunakan masyarakat umum. Lensa utama tak bisa diganti,umumnya otomatis atau memerlukan sedikit penyetelan. Cahaya yang melewati lensa langsung membakar medium. Kelemahan film ini adalah gambar yang ditangkap oleh mata akan berbeda dengan yang akan dihasilkan film, karena ada perbedaan sudut pandang jendela bidik (viewfinder) dengan lensa.

    ·         Kamera TLR

    Kelemahan kamera poket diperbaiki oleh kamera TLR. Jendela bidik diberikan lensa yang identik dengan lensa di bawahnya. Namun tetap ada kesalahan paralaks yang ditimbulkan sebab sudut dan posisi kedua lensa tidak sama.

        3.    Berdasarkan jenis kamera dari masa ke masa :

    ·         Kamera Format Besar

    Disebut kemera format besar karena ukuran dari kamera ini memang besar. Ukurannya kira-kira setara dengan kamera pada masa Leonardo da Vinci yaitu sebesar televisi atau radio. Kamera ini menggunakan film dalam ukuran besar dan berupa lembaran bukan dalam bentuk gulungan. Karena ukurannya yang amat besar ini, kamera ini digunakan hanya untuk membidik objek yang tidak banyak bergerak. Kaca pembidik terletak di belakang kamera. Fungsinya adalah untuk melihat objek dan tempat untuk meletakan film saat memotret. Hasil foto dari kamera format besar sangat bagus dan tajam. Ukurannya foto yang dihasilkan bisa dibesarkan hingga seukuran papan reklame tanpa mengurangi kualitas dan mutu gambar. Jenis kamera ini sering juga disebut view camera.

    Beberapa dasawarsa pada awal fotografi, pembesaran foto sulit dilakukan dan mahal. Hasilnya pun terkadang tidak memuaskan, hasilnya hanya gambaran yang serba kabur. Banyak pemotret yang menggunakan kamera besar. Dan selalu saja kamera yang lebih besar dibuat bila ada permintaan untuk membuat foto yang semakin besar. Salah satu kamera yang amat besar adalah yang dibuat oleh C. Thurston Thompson, seorang fotografer Inggris pada tahun 1858. Spesialisasi Thompson adalah membuat foto reproduksi karya seni. Kamera Thompson panjangnya sekitar 3,6 meter untuk membuat foto sebesar 91 cm persegi. Namun kamera terbesar dibuat di Amerika Serikat sekitar tahun 1900 dan dinamakan “the Mammoth”. Kamera ini dirancang untuk para pejabat perusahaan kereta api “Chicago and Alton Railroad Company” yang bermaksud membuat satu foto yang sempurna dari kereta api mewah mereka yang baru. Setelah tugas itu selesai, nasib kamera Mammoth mirip makhluk prasejarah yang namanya digunakan. Kamera itu lenyap tak pernah dibuat lagi, korban dari kebesaran ukurannya yang membuatnya serba kaku untuk dipindah-pindah.

    ·         Kamera Format Sedang

    Kamera jenis ini merupakan perkembangan dari kamera format besar. Perubahan yang paling menonjol jika dibandingkan dengan kamera sebelumnya adalah pada bentuknya yang lebih kecil. Hal ini menyebabkan semakin mudahnya kamera dibawa kemana-mana. Film yang digunakan juga berukuran lebih kecil. Selain itu film juga tidak dalam bentuk lembaran lagi, namun sudah dalam bentuk roll atau gulungan. Tempat bidikan juga mengalami perubahan yaitu diletakan di atas kamera. Film yang sebelunya dijadikan satu dengan tempat bidikan tetap ditempatkan sendiri di belakang kamera. Terdapat perubahan pula dari segi cermin refleksi. Jika kamera sebelumnya masih belum ada, pada kamera jenis ini sudah ada. Proyeksi lensa tidak terbalik melainkan terlihat apa adanya seperti mata melihat langsung.

    ·         Kamera format kecil (SLR-35mm)

    Kamera ini merupakan perkembangan selanjutnya dari kamera-kamera sebelumnya. Bentuk dari kamera ini lebih kecil dan film yang digunakan berformat film bioskop 35mm. Kamera ini dibuat dengan menggunakan sistem pencari ketajaman range finder, yaitu menggabungkan dua proyeksi lensa dari objek yang diabadikan. Oleh karena itu kamera ini disebut kamera range  finder. Untuk memudahkan mencari ketajaman, dibuat penta prisma di bagian atas kamera. Penta prisma sendiri adalah lima cermin berbentuk prisma yang berfungsi merefleksikan kembali mirror ke kaca pembidik. Kamera SLR-35mm adalah kamera yang banyak digunakan baik untuk pemotretan dalam maupun luar studio. Pada masa sekarangpun format kamera ini masih digunakan di beberapa kamera digital

    ·         Kamera istimewa

    Melihat namanya yang memakai istilah istimewa, kamera ini memang memiliki keistimiwaan cara kerja yang berbeda dengan kamera lainnya. Kamera ini tidak mengunakan tombol kecepatan dan diafragma. Para fotografer tinggal mengklik tombol kamera dan foto akan jadi. Kamera ini juga tidak mempunyai fokus karena sudah dirancang sedemikian rupa untuk mengatur fokus di berbagai jarak. Hasilnya adalah gambar yang tajam kecuali pada jarak kurang dari satu meter. Beberapa contoh dari kamera jenis ini adalah kamera saku, kamera bawah air, kamera langsung jadi, kamera kedokteran dan sebagainya.

    ·         Kamera Polaroid

    Kamera jenis ini memakai lembaran polaroid yang langsung memberikan gambar positif sehingga pemotret tidak perlu melakukan proses cuci cetak film.

    Kamera Polaroid

    ·         Kamera Saku

    Jenis yang paling populer digunakan masyarakat umum. Lensa utama tak bisa diganti,umumnya otomatis atau memerlukan sedikit penyetelan Cahaya yang melewati lensa langsung membakar medium. Kelemahan film ini adalah gambar yang ditangkap oleh mata akan berbeda dengan yang akan dihasilkan film, karena ada perbedaan sudut pandang jendela pembidik (viewfinder) dengan lensa.

    Kamera Saku

    ·         Kamera Advance Photo System

    Ciri utama dari kamera ini adalah film yang digunakan sama dengan film kamera 35 mm. Perbedaan yang ada hanya pada ukuran film ynag lebih kecil, begutu pula dengan bentuk kameranya. Hasil kamera advance photo system(APS) berbeda dengan hasil foto kamera 35 mm. Jika kamera 35 mm berupa negatif dan untuk memperoleh hasil positifnya harus dicetak maka hasil foto kamera APS hanya positif saja. Tetapi hasil foto itu tidak ditaruh dalam bingkai-bingkai kecil seperti halnya film positif(slide) kamera 35 mm, melainkan digulung kembali dalam wadahnya. Hasil foto kamera APS ini terbilang sangat bagus karena film terlindungi dalam kaset. Namun kekurangannya adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk kamera dan film relatif mahal.

    ·         Kamera Digital

    Kamera ini adalah perkembangan jenis kamera paling mutakhir dan masih digunakan sebagai ujung tombak dalam hal fotografi. Keutamaan dari kamera ini adalah adanya memory penyimpanan dalam bentuk digital yang terbuat dari unsur kimia. Data digital mudah dipindahkan dan bisa memuat banyak foto. Cara kerja kamera ini ada pada CCD yang menyerap cahaya dari objek yang dibidik. Disini cahaya diubah menjadi titik-titik yang jumlahnya mencapai ribuan, bahkan jutaan. Titik itu kemudian membentuk suatu foto. Jika titik yang didapat banyak dan rapat, maka gambar akan bagus dan padat, begitu juga sebalinya. Jumlah titik ini ditentukan oleh resolusi kamera.

    Kamera jenis ini merupakan kamera yang dapat bekerja tanpa menggunakan film. Si pemotret dapat dengan mudah menangkap suatu objek tanpa harus susah-susah membidiknya melalui jendela pandang karena kamera digital sebagian besar memang tidak memilikinya. Sebagai gantinya, kamera digital menggunakan sebuah layar LCD yang terpasang di belakang kamera. Lebar layar LCD pada setiap kamera digital berbeda-beda.

    Sebagai media penyimpanan, kamera digital menggunakan internal memory ataupun external memory yang menggunakan memory card.

    Kamera Digital

       2. LENSA

    A. Pengertian Lensa       

    Lensa merupakan alat vital dari kamera yang berfungsi memfokuskan cahaya hingga mampu membakar medium penangkap. Terdiri atas beberapa lensa yang berjauhan yang bisa diatur sehingga menghasilkan ukuran tangkapan gambar dan variasi fokus yang berbeda.

    Di bagian luar lensa fotografi biasanya ditempatkan tiga cincin pengatur, yaitu cincin panjang fokus (untuk lensa jenis variabel), cincin diafragma, dan cincin fokus.

    Focus => Adalah bagian yang mengatur jarak ketajaman lensa terhadap gambar.

    Diafragma => berfungsi seperti pupil dalam mata. Diafragma berguna untuk mengatur cahaya yang akan masuk ke dalam kamera. Jika cahaya terang, maka diafragma akan menyempit. Jika cahaya redup, maka diafragma melebar. Cahaya yang masuk ke dalam kamera membentuk gambar pada film. Bayangan benda yang terbentuk harus jatuh pada film dalam kamera tersebut.

    Dan definisi secara umum dari lensa itu ialah alat untuk melengkapi untuk mengambil sebuah gambar dan alat paling vital pada kamera. Tanpa lensa kamera tidak akan menangkap dan merekam gambar. Dalam fotografi, lensa berfungsi untuk memfokuskan cahaya dan mengantarkannya ke dalam badan kamera. Di bagian luar lensa biasanya terdapat tiga cincin panjang focus (untuk lensa jenis variabel), cincin diafragma dan cincin focus.

    Pada permukaan lensa juga di lengkapi sebuah lapisan yang dibuat dari uap logam (coating). Lapisan coating berfungsi untuk menghilangkan efek flare yang di dapat ketika melawan matahari. Sehingga para fotografer tidak takut memandang matahari melalui kameranya. Coating juga berguna untuk menghilangkan efek kabur atau sering juga di sebut blur yang di dapat dalam sebuah foto.

    Dalam dunia fotografi ada berbagai jenis lensa. Setiap jenis mempunyai keistimewaan untuk merekam sebuah gambar dan memberikan efek serta karakteristik masing-masing yang dapat di sesuaikan dengan kebutuhan fotografer.

    B. Macam-macam Lensa

    1.     Lensa Kit (standar/normal)

    Lensa ini juga disebut lensa normal, berukuran 50-55mm dan memberikan karakter bidikan natural. Gambar yang dihasilkan tidak akan beda jauh dengan apa yang dilihat oleh mata. sebuah lensa yang memetakan citra yang nampak seperti perspektif pandang normal mata manusia. Pemetaan perspektif tersebut didapat karena panjang fokus lensa sebanding dengan jarak diagonal bidang fokal dengan sudut pandang diagonal sekitar 53 derajat.

    2.     Lensa Wide Angle (Lensa Sudut-Lebar)

    Lensa jenis ini dapat digunakan untuk menangkap subjek yang luas dalam ruang sempit. Karakter lensa ini adalah membuat subjek lebih kecil dari ukuran sebenarnya. Dengan lensa jenis ini, kita dpat memotret lebih banyak orang yang berjejer jika dibandingkan dengna lensa kit (standar) di dalam ruangan. Semakin peendek jarak fokusnya maka semakin lebar pandangannya. lensa dengan panjang fokus lebih pendek daripada lensa normal, sesuai dengan ukuran bingkai citra pada bidang film pada kamera film, maupun dimensi sensor foto pada bidang fokal pada kamera digital. Menurut standar fotografi, lensa normal adalah lensa yang mempunyai panjang fokus mendekati panjang diagonal bidang fokal. Lensa sudut lebar dengan panjang fokus yang lebih pendek akan memproyeksikan lingkaran citra yang lebih besar ke bidang fokal.  UKuran lensa ini beragam mulai dari 17 mm, 24 mm, 28 mm dan 35 mm

    3.     Lensa Tele

    Lensa tele merupakan kebalikan dari lensa Wide Angle. Fungsi lensa ini untuk mendekatkan subjek, namun mempersempit sudut pandang. Yang termasuk lensa tele adalah lensa berukuran 70 mm ke atas. Karena sudut pandangannya sempit, lensa tele akan mengaburkan pandangan sekitarnya. Namun, hal ini tidak menjadi masalah karenan lensa tele memang di gunakan untuk mendekatkan pandangan dan memfokuskan pada objek yang di tujunya. Lensa ini digunakan oleh fotografer unutk untuk memotret objek dari jarak jauh, seperti foto candid atau landscape.

    Berikut sedikit biography dari lensa Tele : adalah lensa dengan konstruksi panjang yang lebih pendek daripada panjang fokusnya sehingga mengakibatkan pusat optis (en:optical center) berada di luar badan lensa. Sebuah lensa tele dapat dikenali dengan adanya susunan lensa yang disebut telephoto group yang didesain untuk jarak fokus (en:focal length) yang jauh.

    Telephoto group adalah lensa komposit yang ditemukan oleh Peter Barlow. Sebuah lensa regular yang mempunyai panjang lensa lebih pendek daripada panjang fokusnya, tidak selalu berupa lensa tele. Tetapi pada kenyataan sebuah lensa dengan panjang fokus di atas 280mm selalu dikatakan lensa tele. Jika sebuah lensa kamera berada pada panjang fokus 200mm dan terfokus ke jarak tak terhingga, exit pupil tersebut berada pada jarak 200mm dari bidang fokal dan pupil tersebut menjadi pusat optis lensa. Ketika panjang fokus lensa ini bertambah, panjang fisik badan lensa akan bertambah panjang jika lensa ini bukan lensa tele. Namun tidak demikian dengan lensa tele, susunan lensa telephoto group membuat cahaya yang dilewatkan oleh kata depan, seakan-akan berasal dari kata dengan panjang fokus yang sangat panjang sebelum diteruskan ke bidang fokal karena sifat fokus negatif susunan lensa ini. Lensa tele terberat yang pernah ada, dibuat oleh Carl Zeiss dengan panjang fokus 1700mm f/4 dengan panjang badan lensa 425mm dan berat 256 kg. Didesain untuk kamera medium format Hasselblad 203 FE.

    4.     Lensa Zoom

    Merupakan gabungan antara lensa standar, lensa wide angle dan lensa tele. Ukuran lensa tidak fixed, misalnya 80-200 mm. lensa ini cukup fleksibel dan memiliki range lensa yang cukup lebar. Lensa zoom banyak digunakan sebab pemakai tinggal memutar ukuran lensa sesuai yang dibutuhkannya.

    Berikut definisi dan biography dari lensa variable atau sering disebut lensa zoom : Lensa variabel (en:varifocal lens, zoom lens) adalah lensa yang tidak dapat mempertahankan bidang fokus pada saat terjadi perubahan panjang fokus karena posisi bidang fokal juga ikut tergeser, sehingga diperlukan pemfokusan ulang setiap terjadi perubahan panjang fokus. Panjang fokus dari lensa variabel tidak tunggal, tetapi dapat diubah-ubah pada rentang tertentu dari nilai minimum ke nilai maksimumnya. Ukuran lensa variabel sering ditentukan dengan rasio dari panjang fokus lensa yang terpanjang dan terpendek, misalnya sebuah lensa dengan panjang fokus 100mm ke 400mm, dijelaskan sebagai 4:1 atau “4x” zoom. Dengan teknologi pengembangan lensa yang modern, degradasi mutu citra yang dihasilkan oleh lensa variabel, dibandingkan dengan lensa prima, sangatlah minim. Hal ini berbeda dengan sekitar 20 tahun yang lalu, ketika dengan pertimbangan untuk mempertahankan mutu citra, banyak fotografer profesional saat itu memilih untuk bekerja dengan tidak mengandalkan lensa variabel. Walaupun demikian, masih dikatakan bahwa hingga tahun 2009, belum ada lensa variabel dengan ukuran di atas 3x yang dapat menandingi lensa prima dalam hal mutu citra. Tentu hal ini bergantung juga pada kepiawaian seorang fotografer dalam mengatur cahaya, mempertahankan stabilitas kamera dari goncangan selama waktu pajanan dan olah digital.

    5.     Lensa Super Zoom

    Lensa superzoom (en:superzoom lens, hyperzoom lens) adalah lensa fotografi dengan faktor panjang fokus (en:focal length factor) yang sangat besar, lebih besar dari 4x. Faktor panjang fokus dapat berkisar hingga 15x zoom pada kamera refleks lensa tunggal dan 26x pada kamera digital, hingga 100x pada kamera televisi profesional.

    6.    Lensa Tetap

    Lensa tetap (en:prime lens) adalah lensa dengan panjang fokus tunggal. Lensa tetap sering dikatakan mempunyai nilai lebih pada ketajaman hasil citra. Dengan ukuran yang lebih kecil, lensa tetap mempunyai bobot yang lebih ringan dan harga yang lebih murah dibandingkan dengan lensa zoom pada mutu yang sama. Lensa prima juga mempunyai kelebihan pada kecepatan lensa dan dengan diameter tingkap yang besar (nilai bukaan yang kecil), sebuah lensa tetap menjadi lebih handal untuk digunakan pada pemotretan low light photography dan menimbulkan efek blur dengan kedalaman ruang yang rendah.

    Dalam bahasa Inggris, istilah prime dalam konteks lensa telah digunakan sebagai lawan kata zoom. Sebuah lensa prima dengan panjang fokus tunggal dan lensazoom dengan panjang fokus variabel.

    7.  Lensa Fish eye (Lensa mata ikan)

    Lensa Fish Eye merupakan lensa Wide Angle dengan diameter 14 mm, 15 mm, 16 mm. Lensa ini memberikan pandangan 180 derajat. Gambar yang dihasilkan dari lensa ini akan cenderung melengkung, terdistorsi menjadi oval dan terlihat seperti gepeng.

    Berikut biography dari lensa fish eye/ mata ikan : Lensa mata ikan (en:fisheye lens) adalah lensa sudut lebar dengan sudut pandang hemisperis yang sangat lebar. Lensa mata ikan pertama kali didesain dan dikembangkan guna kepentingan meteorologi untuk mempelajari barisan awan dan pertama kali disebut “whole-sky lenses”, lensa mata ikan menjadi populer pada fotografi umum karena distorsi citranya yang khas.

     8. Lensa fokus tunggal (lensa fixed)

    Lensa fokus tunggal (en:fixed focus lens) adalah lensa dengan bidang fokus tunggal, biasanya disetel pada jarak hiperfokal. Lensa fokus tunggal didesain untuk mencapai jarak fokal (en:focal distance) yang maksimum sehingga kedalaman ruang dapat mencapai rentang dari jarak dekat hingga jarak terjauh (jarak hiperfokal).

    9. Lensa Fokus halus

    Lensa fokus halus (en: soft focus lens) adalah lensa dengan aberasi speris. Soft focus adalah sebuah efek pada fotografi yang disebabkan oleh blur akibat aberasi speris lensa. Sebuah lensa fokus halus didesain untuk menimbulkan efek blur tersebut namun tetap menjaga ketajaman setiap garis dari subyeknya. Efek soft focus yang ditimbulkan oleh lensa ini tidak sama dengan efek out of focus yang disebabkan posisi subyek di luar bidang fokus.

    Contoh lensa fokus lunak adalah Canon EF 135mm f/2,8 with Softfocus[5] dan Pentax SMC 28mm f/2,8 FA Soft Lens. Keduanya dilengkapi dengan sistem pengaturan aberasi speris, jika aberasi speris tersebut dimatikan, lensa akan menghasilkan citra dengan fokus yang tajam seperti lensa lain pada umumnya.

    10. Lensa parfokal

    Lensa parfokal (en:parfocal lens, true zoom lens) adalah sebuah lensa yang mempertahankan ketajaman bidang fokusnya walaupun terjadi perubahan panjang fokus lensa.

    11. Ambiguitas

    Istilah prime lens pada awalnya mempunyai arti lensa utama pada sebuah kombinasi sistem lensa.Ketika sebuah lensa digunakan bersamaan dengan misalnya teleconverter, lensa tersebut sering disebut prime lens yang berarti lensa yang utama, dan teleconverter sebagai komponen tambahan (en:auxiliary). Beberapa pabrikan lensa seperti ARRI Media, ISCO Precision Optics, Schneider Kreuznach, Carl Zeiss, Canon masih memasarkan produk lensa variabel mereka dengan istilah variable prime sehingga dapat menimbulkan kesan seakan-akan produk tersebut berupa lensa parfokal.

    Lensa normal standar untuk berbagai format film dalam fotografi:

    Format filmDimensi citraDiagonal citraPanjang fokus normal lensa
    9.5 mm Minox8 × 11 mm13.6 mm15 mm
    Half-frame24 × 18 mm30 mm30 mm
    APS C16.7 × 25.1 mm30.1 mm28 mm, 35 mm
    135, 35mm24 × 36 mm43.3 mm45 mm, 50 mm
    120/220, 6 × 4.5 (645)56 × 42 mm71.8 mm75 mm
    120/220, 6 × 656 × 56 mm79.2 mm80 mm
    120/220, 6 × 756 × 68 mm88.1 mm90 mm
    120/220, 6 × 956 × 84 mm101.0 mm105 mm
    120/220, 6 × 1256 × 112 mm125.0 mm120 mm
    large format 4 × 5 sheet film96 × 120 mm (image area)153.7 mm150 mm
    large format 5 × 7 sheet film120 × 170 mm (image area)208.0 mm210 mm
    large format 8 × 10 sheet film194 × 245 mm (image area)312.5 mm300 mm

    PENUTUP

    A.Kesimpulan

    Sebelum kamera ditemukan, orang membuat gambar dengan melukis atau menggambar. Itu membutuhkan waktu dan bisa tidak akurat. Ditemukannya kamera obskura merupakan tonggak perubahan adanya kamera yang kita manfaatkan saat ini. Kamera memungkinkan orang untuk membuat catatan visual dari kehidupan mereka dan kejadian penting. Tiba-tiba orang bisa melihat foto-foto suatu tempat yang jauh. Kamera membawa seluruh dunia menjadi lebih dekat dan terbayangkan. Foto-foto mulai mempengaruhi orang-orang dan berpendapat tentang dunia. Kamera membawa perubahan besar pada kehidupan.

                                                      DAFTAR PUSTAKA

    1.      Hecht, E. Optics Fourth Edition, AW.2002.

    2.      http://carakerjakamera.com/

    3.      http://najis7turunan.blogspot.com/

    4.      http://shared4learning2gether.blogspot.com/2010/06/sekilas-tentang-kamera.html

    5.      http://hazfaa.blogspot.com/2011/05/asal-muasal-kamera-obscura-proyektor.html

    6. Johnson, William S.; Rice, Mark; Williams, Carla (2005). In Therese Mulligan and David Wooters. A History of Photography. Los Angeles, California: Taschen America. ISBN 978-3-8228-4777-0.

    7. London, Barbara; Upton, John; Kobré, Kenneth; Brill, Betsy (2002). Photography (ed. 7). Upper Saddle River, New Jersey: Prentice Hall. ISBN 0-13-028271-5.Wenczel, Norma (2007). Part I – Introducing an Instrument. In Wolfgang Lefèvre. “The Optical Camera Obscura II Images and Texts”. Inside the Camera Obscura – Optics and Art under the Spell of the Projected Image (Max Planck Institute for the History of Science). hlm. 13–30.

  • Macam – macam Film

    Film Dokumenter

    Film dokumenter menyajikan realita melalui berbagai cara dan dibuat untuk berbagai macam tujuan. Namun harus diakui, film dokumenter tak pernah lepas dari tujuan penyebaran informasi, pendidikan, dan propaganda bagi orang atau kelompok tertentu. Intinya, film dokumenter tetap berpijak pada hal – hal senyata mungkin. (Adhi Nugroho, 25/8/2013).

    Film Negatif Warna
    Film jenis ini adalah yang paling banyak beredar dan dipakai banyak orang. Film ini merekam warna sesuai dengan warna aslinya. Film ini masih bisa diproses di banyak laboratorium foto. Bahan kimia yang digunakan untuk memprosesnya disebut C-41.

    Beberapa contoh Film negatif warna : Kodak Portra UC 100, Kodak Portra 160 NC dan VC, Kodak Portra 400 NC, VC dan UC, Kodak Portra 800, Fuji Pro 160 C, Fuji NPS 160, Fuji Pro 400 H, Fuji 800 Z.

    1. Film Instant
      Jenis film yang diperkenalkan pertama kali oleh Polaroid yang didesain khusus untuk digunakan pada kamera instant atau aksesori instant back yang dapat dipasang pada beberapa kamera. Film berisi bahan kimia yang diperlukan untuk memproses setelah pengambilan gambar, sehingga hanya perlu beberapa menit untuk melihat hasilnya. Hanya beberapa toycam yang dapat menggunakan film ini, dan diantaranya harus menggunakan aksesories tambahan, beberapa yang dapat menggunakan adalah Holga dengan Holgaroid (yang bisa menggunakan film tipe 600) dan DianaF+ dengan Instaback (yang menggunakan film Instax produksi Fujifilm).

    Beberapa produsen Film Instant: Polaroid, Fujifilm, Kodak, The Impossible Project

    1. Film cinematic
          Sinematografi adalah kata serapan dari bahasa Inggris Cinematography yang
      berasal daribahasa Latin kinema ‘gambar’. Sinematografi sebagai ilmu terapan
      merupakan bidang ilmuyang membahas tentang teknik menangkap gambar dan
      menggabung-gabungkan gambar tersebut sehingga menjadi rangkaian gambar yang
      dapat menyampaikan ide (dapat mengemban cerita).Sinematografi memiliki objek
      yang sama dengan fotografi yakni menangkap pantulan cahaya yang mengenai
      benda. Karena objeknya sama maka peralatannyapun mirip. Perbedaannya,
      peralatan fotografi menangkap gambar tunggal, sedangkan sinematografi
      menangkap rangkaian gambar. Penyampaian ide pada fotografi memanfaatkangambar tunggal, sedangkan pada sinematografi memanfaatkan rangkaian gambar.
      Jadi sinematografi adalah gabungan antara fotografi dengan teknik perangkaian
      gambar atau dalam sinematografi disebut montase (montage).
      Sinematografi sangat dekat dengan film dalam pengertian sebagai media penyimpan
      maupun sebagai genre seni. Film sebagai media penyimpan adalah pias (lembaran
      kecil) selluloid yakni sejenis bahan plastik tipis yang dilapisi zat peka cahaya. Benda
      inilah yang selalu digunakan sebagai media penyimpan di awal pertumbuhan
      sinematografi. Film sebagai genre seni adalah produk sinematografi
      Film mempunyai banyak pengertian yang masing-masing artinya dapat dijabarkan
      secara luas. Film merupakan media komunikasi sosial yang terbentuk dari
      penggabungan dua indra, penglihatan dan pendengaran, yang mempunyai inti atau
      tema sebuah cerita yang banyak mengungapkan realita sosial yang terjadi di sekitar
      lingkungan tempat dimana film itu sendiri tumbuh. Film sendiri dapat juga berarti
      sebuah industri, yang mengutamakan eksistensi dan ketertarikan cerita yang dapat
      mengajak banyak orang terlibat. Film berbeda dengan cerita buku, atau cerita
      sinetron. Walaupun sama-sama mengangkat nilai esensial dari sebuah cerita, film
      mempunyai asas sendiri. Selain asas ekonomi bila dilihat dari kacamata industri,
      asas yang membedakan film dengan cerita lainnya adalah asas sinematografi. Asas
      sinematografi tidak dapat digabungkan dengan asas-asas lainnya karena asas ini
      berkaitan dengan pembuatan film. Asas sinematografi berisikan bagaimana tata
      letak kamera sebagai alat pengambilan gambar, bagaimana tata letak properti dalam
      film, tata artistik, dan berbagai pengaturan pembuatan film lainnya.
  • Makalah Fotografi Sebagai Media Pembelajaran

    Fotografi Sebagai Media Pembelajaran

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Media yang digunakan dalam pendidikan adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim kepada penerima, sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, minat sehingga terjadi proses belajar.

    Media pendidikan menjadi salah satu perangkat pendidikan yang posisinya sebagai alat bantu dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Salah satu media pendidikan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah fotografi. Fotografi sebagi media pembelajaran harus dipilih dan dipergunakan sesuai dengan tujuan khusus mata pelajaran, artinya tidak bisa gambar-gambar itu hanya dipertunjukkan secara tersendiri, melainkan harus ada keterpaduan pada pelajaran tertentu.

    B. Rumusan Masalah

    1. Apa yang menjadikan fotografi sebagai media pembelajaran dan prinsip-prinsip pemakaian fotografi ?
    2. Seperti apakah fotografi yang baik sebagai media pembelajaran serta keuntungan dan kelemahannya ?
    3. Bagaimana karakteristik komunikasi dari gambar fotografi ?

    C. Tujuan

    1. Untuk menjelaskan fotografi sebagi media pembelajarandan prinsip-prinsip pemakaian fotografi ?
    2. Untuk menjelaskan fotografi yang baik sebagi media pembelajran serta keuntungan dan kelemahannya ?
    3. Untuk menjelaskan karakteristik komunikasi dari gambar fotografi ?

    Bab II. Pembahasan

    A. Pengertian  Fotografi

    Fotografi  (dari bahasa Inggris: photography, yang berasal dari kata dalam bahasa Yunani yaitu “Photos”: cahaya dan “Grafo”: Melukis) adalah proses melukis/menulis dengan menggunakan media cahaya.

    Fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya. Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera. Tanpa cahaya, tidak ada foto yang bisa dibuat.

    Untuk menghasilkan intensitas cahaya yang tepat untuk menghasilkan gambar, digunakan bantuan alat ukur berupa lightmeter. Setelah mendapat ukuran pencahayaan yang tepat, seorang fotografer bisa mengatur intensitas cahaya tersebut dengan mengubah kombinasi ISO/ASA (ISO Speed), Diafragma (Aperture), dan Kecepatan Rana (Speed). Kombinasi antara ISO, Diafragma & Speed disebut sebagai pajanan (Exposure). Di era fotografi digital dimana film tidak digunakan, maka kecepatan film yang semula digunakan berkembang menjadi Digital ISO.

    B. Sejarah Fotografi

    Pada abad ke-19 atau tepatnya tahun 1839 sejarah fotografi dimulai. Di awal tahun kelahirannya, Fotografi dinyatakan sebagai terobosan tekhnologi, pernyataan resmi tersebut diselenggarakan di Prancis.

    Menurut sejarah, fotografi bermulai pada abad ke-5 jauh sebelum masehi (SM) jauh sebelum masehi. Seorang pria bernama Mo Ti mengamati suatu gejala. Jika pada dinding ruangan yang gelap terdapat lubang kecil (pinhole), maka di bagian dalam ruang itu akan terefleksikan pemandangan di luar ruang secara terbalik lewat lubang tadi. Mo Ti adalah orang pertama yang menyadari fenomena kamera obscura.

    Berabad-abad setelahnya banyak yang menyadari fenomena tersebut, katakanlah Aristoteles pada abad ke-3 sm dan Ibnu Al Haitam (Al Hazen) pada abad ke-10 SM, seorang ilmuan arab yang melakukan usaha dan mengembangkan sebuah alat yang kita kenal sekarang dengan nama kamera.

    Giambattista della, seorang ilmuwan Italia Pada tahun 1558 mengatakan ”camera obscura” pada sebuah kotak yang membantu pelukis menangkap bayangan gambar.

    Berabad-abad kemudian, banyak yang menyadari dan mengagumi fenomena ini, sebut saja Aristoteles pada abad ke-3 SM dan seorang ilmuwan Arab Ibnu Al Haitam (Al Hazen) pada abad ke-10 SM, yang berusaha untuk menciptakan serta mengembangkan alat yang sekarang dikenal sebagai kamera. Pada tahun 1558, seorang ilmuwan Italia, Giambattista della Porta menyebut ”camera obscura” pada sebuah kotak yang membantu pelukis menangkap bayangan gambar.

    Nama kamer obscura diciptakan oleh Johanes Kepler pada tahun 1611. Johannes Kepler membuat sebuah desain kamera porteble yang dibuat seperti tenda, dan alat tersebut diberi nama kamera obscura. Didalam tenda tersebut sangat gelap, hanya sedikit saja cahaya yang ditangkap oleh lensa, yang membentuk gambar keadaan di luar tenda di atas selembar kertas.
    Pada awal abad ke-17 berbagai penelitian dilakukan, seorang ilmuan berkebang saan Italia, angelo Sala menggunakan sebuah cahaya matahari untuk merekam serangkaian kata pada pelat chloride perak. Tapi upaya yang dilakukannya tersebut gagal mempertahankan gambar secara permanen. ekitar tahun 1800, Thomas Wedgwood, seorang berkebangsaan Inggris bereksperimen untuk merekam gambar positif dari citra pada kamera obscura berlensa, hasilnya sangat mengecewakan. Humphrey Davy melakukan percoban yang lebih lanjut dengan menggunakan chlorida perak, tapi gagal juga walaupun sudah berhasil menangkap imaji melalui kamera obscura tanpa lensa.

    Akhirnya pada tahun 1824, Joseph-Nicephore Niepce (1765-1833), Joseph-Nicephore Niepce (1765-1833), setelah delapan jam meng-exposed pemandangan dari jendela kamarnya, melalui proses yang disebutnya Heliogravure (proses kerjanya mirip lithograph) di atas pelat logam yang dilapisi aspal, berhasil melahirkan sebuah gambar yang agak kabur, berhasil pula mempertahankan gambar secara permanen. Ia melanjutkan percobaannya hingga tahun 1826, inilah yang akhirnya menjadi sejarah awal fotografi yang sebenarnya. Foto yang dihasilkan pada waktu itu kini diabadikan di University Of Texas di Austin, AS.

    Penelitian-penelitian terus dikembangkan dan disempurnakan oleh banyak ilmuan di dunia. Hingga pada 19 Agustus 1839, Louis Jacques Made Daguerre (1787-1851) dinobatkan sebagai orang pertama yang berhasil membuat foto yang sebenarnya. Dia melakukan proses daguerreotype hingga menghasilkan sebuah gambar permanen pada lembaran plat tembaga perak yang dilapisi larutan iodin yang disinari selama satu setengah jam cahaya langsung dengan pemanas merkuri (neon). Untuk membuat gambar permanen, pelat dicuci larutan garam dapur dan asir suling. Daguerre sebenarnya ingin mematenkan temuannya itu. Akan tetapi, Pemerintah Perancis berpikir bahwa temuan itu sebaiknya dibagikan ke seluruh dunia secara cuma-cuma.
    Perkembangan fotografi begitu pesat, George Eastman merupakan pelaku yang mengembangkan fotografi hingga berkembang pesat seiring perkembangan zaman. George Eastman mengembangkan fotografi dengan menciptakan serta menjual roll film dan kamera boks yang praktis, sejalan dengan perkembangan dalam dunia fotografi melalui perbaikan lensa, shutter, film dan kertas foto.

    Tahun 1950, sebagai upaya memudahkan dalam melakukan pembidikan pada kamera Single Lens Reflex maka mulailah digunakan prisma (SLR). Hingga perkembangan fotografi semakin pesat, banyak negara yang mulai mengembangkan fotografi. Jepang mulai masuk dengan produksi kamera Nikon, kemudian tak begitu lama disusul dengan Canon. Selanjutnya kamera Polaroid, temuan Edwin Land pada tahun 1972, mulai dipasarkan. Kamera tersebut mampu menghasilakan gambar tanpa melalui proses pengembangan serta pencetakan film.

    Kemajuan tekhnologi berkembang begitu cepat dewasa ini, kita sebagai orang yang lahir pada abad ini sudah tidak akan lagi menemukan atau menggunakan alat fotografi sebesar tenda. Hasil yang didapat pun belum tentu sebagus hasil dari kamera-kamera yang kita gunakan sekarang. Selain hasil yang bagus dan juga alat yang mudah kita genggam, kini kita dapat menikmatinya.

    C. Macam-Macam Fotografi

    1. Cahaya

    Di dalam fotografi, pencahayaan (exposure) dapat dikatakan sebagai seni atau teknik untuk mencari keseimbangan antara seberapa besar jumlah cahaya (volume) yang melalui sebuah lensa dengan seberapa lama waktu yang dibutuhkannya untuk mampu menghasilkan gambar pada sebidang bahan peka cahaya (film) atau sensor digital yang terdapat di dalam kamera.
    Bila diterjemahkan ke dalam fotografi, lensa dengan diafragma berfungsi sebagai “keran” untuk mengatur volume cahaya yang akan sampai pada film atau sensor digital. Rana kamera, dengan skala kecepatannya, berfungsi sebagai pengatur yang menentukan seberapa lama cahaya “mengalir”. Sementara film dan sensor digital dianalogikan sebagai “ember” penampung cahaya.

    2. Kamera

    Secara garis besar, ada empat jenis kamera berdasarkan metode kerja, yaitu :

    a.    Range Finder ( RF )/ Penemu Jarak
    Jenis kamera ini mempunyai jendela pengamat (viewfinder) terpisah dari lensa pengambilan gambar.
    b.    Single Lens Reflex ( SLR )/ Refleks Lensa Tunggal (RLT)
    Kamera ini mengunakan hanya satu lensa untuk membidik dan mengambil gambar. Dinamakan refleks karena menggunakan cermin pada jalur cahaya yang memantulkan cahaya dari lensa ke prisma penta (pentaprism) untuk kemudian diteruskan ke mata.
    c.    Twins Lens Reflex ( TLR )/ Refleks Lensa Kembar (RLK)
    Memakai dua lensa dengan pembesaran yang sama. Satu digunakan untuk lensa pengamat dan yang lain digunakan untuk lensa pengambilan gambar. Kamera jenis ini menempatkan kedua lensa secara bertumpuk, satu diatas yang lain. Pada lensa pengamat, kamera ini juga menggunakan cermin agar gambar yang diteruskan dipantulkan ke mata.
    d.    View Camera/Kamera “View”
    Inilah jenis kamera dengan konstruksi paling sederhana. Pada dasarnya, kamera jenis ini terdiri dari dua panel yang diubungkan dengan selubung akordeon (bellows). Panel depan kamera ini menyangga lensa, sedangkan panel belakang berfungsi sebagai penyangga film dan tabir untuk melakukan penajaman gambar.
    3.    Lensa
    Ada dua jenis lensa pengambilan gambar yang digunakan menurut kemampuan pembesaran dan cakupan sudut pandang.
    a.    Lensa Fix (Tunggal/Prime Lens)
    Lensa jenis ini memiliki pembesaran gambar dan sudut pandang yang tidak dapat diubah-ubah. Contohnya (dari kiri) : lensa 14 mmf/2,8, 50 mmf/1,8, dan 400 mmf/2,8
    b.    Lensa Zoom (Vario)
    Sebuah lensa disebut sebagai lensa zoom apabila pembesaran gambar dan sudut pandangnya dapat diubah-ubah tanpa harus mengganti-ganti lensa. Contoh (dari kiri) : 18-35 mm f/3,5-4,5, 28-70 mm f/2,8, dan 70-300 mm f/4-5,6.

    D. Fotografi Sebagai Media Pembelajaran

    Gambar atau foto merupakan salah satu media pembelajaran yang amat dikenal dalam setiap kegiatan pembelajaran. Hal ini disebabkan kesederhanaannya, tanpa memerlukan perlengkapan, dan tidak perlu diproyeksikan untuk mengamatinya. (Menurut Nana Sudjanadan Ahmad Rifai, 1997:71).

    Gambar atau foto merupakan bahasa yang umum, yang dapat dimengerti dan dinikmati di mana-mana. Oleh karena itu, pepatah Cina mangatakan bahwa “sebuah gambar berbicara lebih banyak dari pada seribu kata”. Foto adalah gambar barang (orang, binatang dan sebaginya) yang dibuat dengan alat pemotret/kamera. (Menurut Arief S.Sadiman,dkk, 2006 : 28).

    Tidak semua benda, objek, atau peristiwa dapat dibawa ke kelas, dan tidak selalu anak-anak dibawa ke objek atau peristiwa tersebut. Gambar atau foto dapat mengatasi hal tersebut. Bangunan Ka’bah yang megah atau Masjid Agung Demak dapat disajikan ke kelas lewat gambar atau foto. Peristiwa-peristiwa yang terjadi dimasa lampau, kemarin atau bahkan semenit yang lalu kadang-kadang tidak dapat kita lihat separti apa adanya.

    Gambar atau foto amat bermanfaat dalam hal ini. Materi pelajaran yang memerlukan visualisasi dalam bentuk ilustrasi yang dapat diperoleh dari sumber yang ada. Gambar-gambar dari majalah, booklet, brosur, selembaran, dan lain-lain mungkin dapat memenuhi kebutuhan kita. Jika pada saat ini belum memiliki clipping gambar, sebaiknya kita mengumpulkan gambar dari berbagai disiplin ilmu.

    Dari berbagai sumber tersebut diatas, diharapkan tersedia gambar sesuai dengan isi pelajaran. Dengan gabungan dari dua potongan gambar atau lebih, kebutuhan akan gambar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran akan dapat terpenuhi. Gambar Fotografi merupakan salah satu media pengajaran yang amat dikenal dalam setiap kegiatan pengajaran.

    Hal itu disebabkan kesederhanaannya, tanpa memerlukan perlengkapan, dan tidak perlu diproyeksikan untuk mengamatinya. Gambar fotografi termasuk kepada gambar tetap atau still picture yang terdiri dari dua kelompok, yaitu : Pertama flat opaque picture atau gambar datar tidak tembus pandang, misalnya gambar fotografi, gambar dan lukisan tercetak. Kedua adalah transparent picture atau gambar tembus pandang, misalnya film slides, film strips dan transparencies.

    Gambar Fotografi bisa dipergunakan baik untuk tujuan pengajaran individual, kelompok kecil maupun untuk kelompok besar yang dibantu dengan proyektor opek atau opaque projector. Sedangkan guna memperoleh dampak tiga dimensi sepasang film ukuran 16 mm ditempatkan pada stereograpich viewer.

    E. Prinsip-Prinsip Pemakaian Fotografi

    Beberapa prinsip gambar fotografi sebagai media visual :
    a. Pergunakanlah gambar untuk tujuan-tujuan pelajaran yang spesifik, yaitu    dengan cara memlilih gambar tertentu yang akan mendukung penjelasan inti pelajaran atau pokok-pokok pelajaran.
    b. Padukan gambar-gambar kepada pelajaran, karena keefektifan pemakaian gambar-gambar otografi didalam proses belajar mengajar memerlukan keterpaduan.
    c.    Pergunakanlah gambar-gambar itu sedikit saja, dar ipada mempergunakan banyak gambar tetapi tidak efektif.
    d.    Kurangi penambahan kata-kata pada gambar, oleh karena gambar-gambar itu justru sangat penting dalam mengembangkan kata-kata atau cerita, atau dalam menyajikan gagasan baru.
    e.    Mendorong pernyataan yang kreatif, melalui gambar-gambar para siswa akan didorong untuk mengembangkan keterampilan berbahasa lisan atau tulisan, seni grafis, dan bentuk kegiatan lainnya.
    f.    Mengevaluasi kemajuan kelas, bisa juga dengan memanfaatkan gambar-gambar baik secara umum maupun secara khusus.

    F. Fotografi yang Baik Sebagai Media Pendidikan Serta Keuntungan dan Kelemahannya.

    1.  Fotografi Yang Baik Sebagai Media Pendidikan
    Fotografi Yang Baik Sebagai Media Pendidikan diantaranya sebagai berikut :
    a.    Autentik artinya gambar tersebut harus secara jujur melukiskan situasi seperti kalau    orang melihat yang sebenarnya.
    b.    Sederhana artinya komposisi gambar hendaknya cukup jelas menunjukkan poin-poin     pokok dalam gambar.
    c.    Ukuran Relatif artinya foto guna memperbesar atau memperkecil objek/benda sebenarnya.
    d.    Apabila foto tersebut tentang benda atau objek yang belum dikenal atau pernah dilihat anak maka sulitlah membayangkan barapa besar benda atau obyek tersebut. Untuk menggambarkan itu hendaknya dalam foto itu  terdapat sesuatu yang dikenal anak-anak sehingga dapat membantunya membayangkan gambar.
    e.    Foto sebaiknya mengandung gerak atau perbuatan. Gambar yang baik tidaklah menunjukkan objek dalam keadaan diam tetapi memperlihatkan aktivitas tertentu.
    f.    Gambar yang bagus belum tentu baik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Walaupun dari segi mutu kurang, foto karya siswa sendiri sering kali lebih baik. Tidak setiap gambar yang bagus merupakan media yang bagus.
    2.  Keuntungan dan Kelemahan Fotografi
    Media gambar atau foto memiliki sejumlah kelebihan dan kelemahan. Menurut Arief S. Sadiman, dkk. (2006:29) dan Nana Sudjana dan Ahmad Rifai (1997:72) diantara kelebihan media gambar/foto adalah :
    a.    Bisa manyampaikan banyak pesan, seperti kata pepatah Cina “sebuah gambar berbicara lebih banyak dari pada seribu kata”.
    b.    Sifatnya kongkret dibanding dengan ungkapan verbal.
    c.    Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu
    A.    Ada keuntungan yang dapat diperoleh dari gambar fotografi dalam hubungannya dengan pengajaran :
    1.    Mudah dimanfaatkan didalam kegiatan belajar mengajar, karena praktis tanpa memerlukan perlengkapan apa-apa.
    2.    Harganya relatif lebih murah dari pada jenis-jenis media pengajaran lainnya dan caranya mudah tanpa mengeluarkan biaya yang besar. Seperti contohnya : kalender bekas, surat kabar, dan lain-lainnya.
    3.    Gambar fotografi bisa digunakan untuk berbagai jenjang pendidikan dan berbagai disiplin ilmu. Dari ilmu sosial sampai dengan ilmu eksakta.
    4.    Gambar fotografi dapat menerjemahkan konsep atau gagasan yang abstrak menjadi lebih realistik.

    B.    Sekalipun demikian media pengajaran juga mempunya beberapa kelemahan, diantaranya :
    1.    Gambar sudah cukup memadai akan tetapi tidak cukup besar ukurannya apabila dipergunakan untuk tujuan pengajaran kelompok besar, kecuali jika disajikan melalui proyektor.
    2.    Gambar fotografi adalah berdimensi dua, sehingga sukar untuk melukiskan bentuk sebenarnya yang berdimensi tiga. Kecuali dengan pengambilan yang tidak hanya dari satu sudut saja.
    3.    Gambar fotografi bagaimanapun indahnnya tetap tidak memperlihatkan gerak seperti halnya gambar hidup. Namun demikian, beberapa gambar fotografiyang disusun secara berurutan dapat memberikan kesan gerak, dengan maksud guna meningkatkan daya efektivitas proses belajar-mengajar.

    G.    Karakteristik Komunikasi Dari Fotografi dan Kriterianya
    1.    Karakteristik Komunikasi Dari Fotografi
    Setiap guru hendaknya mengetahui media pengajaran mana yang dapat mencapai hasil paling baik dalam situasi pengajaran yang diharapkannya. Untuk itu setiap guru harus mengenal secara tepat keuntungan serta kelemahan dari setiap media pengajaran yang akan dipergunakan. Demikian pula halnya dengan gambar fotografi ini memiliki beberapa karakteristik tertentu, antara lain :
    a.    Gambar fotografi itu adalah dua dimensi.
    Dari sudut pandang pembelajaran hal itu menjadi amat penting, terutama bagi para siswa usia muda, atau untuk mata pelajaran yang rumit. Semua jenis gambar datar itu ditinjau dari sudut mata pelajaran dimana kedalaman perlu diperhatikan dan dipahami, maka gambar harus memiliki kualitas tiga dimensi yang memadai untuk tujuannya pengajaran.
    Untuk ahli fotografi mempunyai cara-cara tertentu dalam menciptkan gambar-gambarnya dengan membuat garis-garis prespektif.
    b.    Gambar datar adalah medium yang “diam”.
    Oleh sebab itu dalam hal ini seringkali dipergunakan istilah gambar tetap atau gambar diam, untuk menyatakan bahwa gambar itu tidak bergerak. Pemandangan, gunung-gunung, hutan atau pohon-pohonan, bangunan, objek, binatang atau manusia, dalam posisi diam merupakan subjek natural yang baik sekali untuk gambar datar.
    c.  Gambar datar yang memberikan kesan gerak.
    Misalnya gambar yang memperlihatkan adegan di jalan raya sangat efektif. Orang-orng yang lalu-lalang, kendaraan yang lewat, pohon-pohonan yang bergoyang ditiup angin. Semua itu tidak sukar bagi para pengamat dalam menghayati gerak dari adegan yang diperlihatkan pada gambar tersebut.
    d. Gambar datar menekankan gagasan pokok dan impresi.
    Bahwa untuk menilai dan memilih gambar datar yang baik harus menampilkan satu gagasan utama. Dengan satu pusat perhatian maka seluruh adegan akan mendukung kepada pesan apa yang ingin disampaikan. Jadi, dengan adanya impresi atau tekanan pada satu gagasan pokok nilai gambar menjadi sangat berkaidah dalam pengajaran.
    e.  Gambar datar memberi kesempatan untuk diamati rinciannya secara individual.
    Misalnya hasil pemotretan jagat raya dengan benda-benda langitnya, memerlukan pengamatan rincian gambar yang tekun.
    f.  Gambar datar yang melayani berbagai mata pelajaran.
    Misalnya segala macam objek dapat dipotret dari yang kongkret sampai kepada gagasan yang abstrak.
    2.    Beberapa kriteria dalam memilih gambar fotografi
    Ada beberapa kriteria dalam memilih gambar-gambar yang memenuhi persyaratan bagi tujuan pengajaran. Dalam hal ini guru hendak menetapkan kegunaan-kegunaan gambar yang secara relative memadai, dan memilihnya yang terbaik untuk tujuan khusus pengajaran. Dari sudut pandang ini ada dua macam pertimbangan, pertama dari sudut pendidikan, dan kedua dari sudut seni.
    Dalam memilih gambar fotografi ada lima kriteria untuk tujuan pengajaran, yaitu harus memadai untuk tujuan pengajaran, kualitas artistik, kejelasan dan ukuran yang cukup, validitas yang menarik.
    A.    Gambar fotografi itu harus memadai,
    Artinya pantas untuk tujuan pengajaran yaitu harus menampilkan gagasan, bagian informasi atau satu konsep yang mendukung tujuan serta mendukung kebutuhan pengajaran.
    Disamping itu hendaknya gambar fotografi hendaknya realistic dan hidup, pewarnaan yang bagus, dan harus cukup besar sehingga rinciannya bisa diamati untuk dipelajari.
    Demikian juga pola gambarnya harus sederhana dan gagasannya tidak kompleks. Jadi banyak faktor yang perlu dipertimbangkan dalam “membaca” gambar itu. Gambar-gambar itu harus memenuhi persyaratan artistic yang bermutu.
    B.    Lain dari pada itu, gambar-gambar yang memenuhi persyaratan mutu seni hendaknya juga memenuhi faktor-faktor:
    a)    Komposisi yang baik.
    Merupakan ciri fundamental efektivitas gambar yang baik atau pengorganisasian ke seluruh gambar yang baik, artinya gambar itu mempunyai pusat perhatian yang jelas sehingga memberikan keseimbangan kepada gambar secara keseluruhan, kedudukan dan arah garis-garis, pemakaian cahaya, bayangan serta pewarnaan. Jadi pusat perhatian dari suatu gambar adalah gagasan, misi, pesan yang ingin dikomunikasikan bukan bersifat fisik.
    b)    Pewarnaan yang efektif.
    Berarti pemakaian warna-warna secara harmonis merupakan ciri kedua dari kualitas artistik suatu gambar. Gambar berwarna harus dipilih betul menurut kenyataan dan alamiah, misalnya merah, biru, hijau, dan violet. Warna-warna campuran hanya dipergunakan bila ingin menonjolkan makna tertentu terhadap gagasan yang ditampilkan ke depan. Fungsi utama pewarnaan pada gambar adalah kesan realismenya dan memikat perhatian.
    c)    Teknik.
    Merupakan ciri yang ketiga dari gambar yang baik untuk tujuan pengajaran, tekhnik pemotretan yang unggul bernilai lebih dari komposisi dan pewarnaan. Ketiga, gambar fotografi untuk tujuan pengajaran harus cukup besar dan jelas.
    d)    Validitas gambar.
    Yaitu apakah gambar itu benar atau tidak? Gambar-gambar fotografi yang melukiskan suasana dramatis atau mencekam, dengan yang ideal, lebih pantas dipajang daripada untuk tujuan pengajaran.
    e)    Memikat perhatian anak-anak.
    Memikat perhatian kepada anak-anak cenderung kepada hal-hal yang diamatinya, yaitu terhadap benda-benda yang akrab dengan kehidupan mereka.

    BAB III
    PENUTUP
    A.    Kesimpulan
    Gambar Fotografi merupakan salah satu media pengajaran yang amat dikenal dalam setiap kegiatan pengajaran. Hal itu disebabkan kesederhanaannya, tanpa memerlukan perlengkapan, dan tidak perlu diproyeksikan untuk mengamatinya, dalam menggunakan media fotografi sebagai media pembelajaran ada keuntungan dan kelebihannya, fotografi mempunyai karakteristik tertentu.
    Setiap guru hendaknya mengetahui media pengajaran mana yang dapat mencapai hasil paling baik dalam situasi pengajaran yang diharapkannya. Untuk itu setiap guru harus mengenal secara tepat keuntungan serta kelemahan dari setiap media pengajaran yang akan dipergunakan.
    Dalam memilih gambar fotografi ada lima kriteria untuk tujuan pengajaran, yaitu harus memadai untuk tujuan pengajaran, kualitas artistik, kejelasan dan ukuran yang cukup, validitas yang menarik. Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam menggunakan gambar-gambar fotografi sebagai media visual setiap dalam kegiatan pengajaran.
    B.    Saran
    Para pembaca yang budiman, baru saja diketahui oleh penulis bahwa Fotografi adalah salah satu media pembelajaran yang sangat dikenal dan mudah untuk ditemukan. Foto amat bermanfaat dalam hal ini. Materi pelajaran yang memerlukan visualisasi dalam bentuk ilustrasi yang dapat diperoleh dari sumber yang ada. Gambar-gambar dai majalah, booklet, brosur, selembaran, dan lain-lain. Foto yang bagus itu belum tentu baik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Walaupun dari segi mutu kurang, foto karya siswa sendiri sering kali lebih baik
    Maka dari itu, setiap guru hendaknya mengetahui media pengajaran mana yang dapat mencapai hasil paling baik dalam situasi pengajaran yang diharapkannya. Untuk itu setiap guru harus mengenal secara tepat keuntungan serta kelemahan dari setiap media pengajaran yang akan dipergunakan.

    DAFTAR PUSTAKA
    Azar Arsyad,   Media Pembelajaran, Jakarta, Rajawali Press, 2011.
    Arief S .Sudiman, M. Sc. Dkk,   Media Pendidikan (Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya), Jakarta, Rajawali Press, 2010.
    Yulian Ardiansyah, Teori dan Aplikasi Belajar Fotografi, Jakarta, PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2005.
    Nana Sudjana & Ahmad Rifai,   Media pembelajaran, Jakarta, Sinar Baru Algensindo,  2009.
    http://daniarwikan.blogspot.com/2017/08/sejarah-fotografi.html

  • Makalah Fotografi – Segitiga Exposure

    Segitiga exposure adalah tiga aspek dalam pencahayaan fotografi yang saling berikatan satu sama lain. Segitiga Eksposure tersebut adalah ISO, Shutter Speed dan Aperture Value.

    Segitiga Exposure

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Perkembangan teknologi digital merambah hampir setiap lini kehidupan manusia termasuk dalam dunia Fotografi. Perkembangan ini dapat dilihat dari semakin berkembangan kamera digital mulai dari kelas yang beragam hingga merek.

    Salah satu keuntungan perkembangan teknologi digital yang paling terasa dalam dunia fotografi adalah sistem automatisasi dalam pencahayaan. Di masa lampau, fotografer harus bergelut dengan angka-angka yang berkaitan dengan nilai cahaya. Kesalahan dalam menghitung membuat foto akan terlalu gelap (under Exposure) atau terlalu terang (Over exposure).


    Pada makalah ini kami akan membahas mengenai penggunaan segitiga exposure dan juga depth of field pada kamera digital seputar fotografi. Melihat masih banyaknya orang yang belum paham akan hal tersebut, dan terkhusus bagi pemula yang mulai tertarik dalam dunia fotografi.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah :

    1. Bagaimana konsep segitiga Eksposure dalam Fotografi?
    2. Apa yang dimaksud ISO?
    3. Apa yang dimaksud Shutter Speed?
    4. Apa yang dimaksud Aperture Value?

    Bab II. Pembahasan

    A. Segitiga Exposure

    Kamera pada dasarnya merupakan alat yang berguna untuk menangkap atau melukis cahaya melalui sensor kamera tersebut. Dimana cahaya yang masuk atau diterima kemudian diterjemahkan oleh sensor menjadi sebuah gambar.

    Exposure itu sendiri menyatakan cerah atau terang tidaknya atau jumlah pencahayaan dari sebuah gambar/photo. Apabila cahaya yang diterima oleh kamera kurang, maka gambar akan menjadi gelap – dalam dunia fotografi, hal tersebut sering disebut dengan Under Exposed (US). Adapun sebaliknya apabila cahaya yang diterima tersebut berlebihan, maka yang terjadi gambar yang dihasilkan akan menjadi terlalu terang atau Over Exposed (OE). Jadi, usahakan selalu pada normal exposure.

    Bryan Peterson, seorang fotografer ternama telah menulis buku berjudul Understanding Exposure yang menerangkan mengenai konsep exposure secara mudah. Peterson memberi ilustrasi mengenai tiga elemen yang harus diketahui untuk memahami exposure, dengan menamai hubungan ketiganya dengan sebutuan segitiga fotografi atau biasa dikenal dengan segitiga exposure. Dimana setiap elemen dalam segitiga exposure tersebut tentunya berhubungan dengan cahaya.

    Ketiga elemen yang dimaksud tersebut  merupakan ISO, Aperture, dan Shutter speed. Interaksi ketiga elemen inilah yang disebut exposure. Perubahan dalam salah satu elemen akan mengakibatkan perubahan dalam elemen lainnya. Dimana kombinasi dari ketiganya yang akan menentukan gelap terangnya sebuah foto.

    1. ISO

    ISO merupakan ukuran sensitivitas sensor terhadap cahaya. Ukuran dimulai dari angka 50, 80, atau 100 dan akan berlipat ganda sampai 3200 atau bahkan lebih besar lagi. ISO dengan ukuran angka kecil, berarti sensitivitas terhadap cahaya rendah, ISO dengan angka besar berarti sebaliknya. ISO dengan angka besar atau disebut juga dengan ISO tinggi akan mengurangi kualitas gambar, karean munculnya bintik-bintik yang dinamakan “noise”. Foto angkan Nampak berbintik-bintik seperti pasir dan detail yang halus akan hilang. Tapi untuk kondisi yang sulit, seperti sedikit cahayadalam ruangan, ISO yang tinggi seringkali diperlukan.

    2. Shutter Speed

    Kecepatan rana (shutter speed) adalah durasi kamera membuka sensor untuk menyerap cahaya. Semakin lama durasinya, semakin banyak cahaya yang masuk ke kamera dan hasil foto akan bertambah terang.

    Satuan shutter speed adalah dalam detik atauy pecahan detik. Biasanya berawal dari 1/4000 detik sampai 30 detik. Variasinya ini diatur pada badan kamera bukan pada lensa. Shutter speed juga mempengaruhi pada kecepatan rana yang cepat membeku (freeze) objek yang bergerak, dan kecepatan rana yang lama menangkap gerakan (motion) objek secara berkesinambungan.

    Dalam praktek kita membutuhkan kecepatan rana yang tinggi untuk membekukan gerakan subjek yang bergerak. Seperti pada foto liputan olahraga. Sebaliknya kita menggunakan kecepatan rana yang rendah untuk merekam efek gerak. Seperti dalam merekam pergerakan air terjun.

    3. Aperture

    Aperture adalah komponen dari lensa yang berfungsi mengatur intensitas cahaya yang masuk ke kamera. Aperture (bukaan lensa kamera) merupakan salah satu factor yang mempengaruhi banyak tidaknya penerimaan cahaya yang ada pada sebuah foto atau gambar. Apabila bukaannya besar akan banyak cahaya yang masuk dibandingkan degan bukaan kecil.

    Selain merupakan salah satu cara untuk mengendalikan cahaya yang masuk, bukaan digunakan juga untuk mengendalikan kedalaman ruang ( Depth of Field ). Bukaan besar membuat kedalaman ruang menjadi tipis, akibatnya latar belakang subjek menjadi kabur. Bukaan kecil membuat kedalaman bidang menjadi besar. Akibatnya semua bidang dalam foto menjadi tajam atau berada dalam fokus.

    Hal yang sering membuat bingung bagi pemula adalah nomor dalam setting bukaan, dimana terbalik dengan besarnya bukaannya. Misalnya angka kecil berarti bukaan besar, sedangkan angka besar berarti bukaan kecil. Contoh : f/1, f/1.4, f/2, f/4, f/5.6, f/8, f/16, f/22 dan seterusnya.

    Setiap lensa memiliki bukaan maksimum dan minimum. Angka yang tertera dalam lensa seperti f/3.5-5.6 berarti maksimum bukaan bervariasi Antara f/3.5 sampai f/5.6.

    Bab III. Penutup

    A. Kesimpulan

    Exposure menyatakan cerah atau terang tidaknya atau jumlah pencahayaan dari sebuah gambar. Dalam dunia fotografi dikenal segitiga exposure yang dimana setiap elemen dalam segitiga exposure tersebut tentunya berhubungan dengan cahaya. Komponen tersebut merupakan Aperture, Shutter Speed dan ISO. Kombinasi dari ketiganya menentukan gelap terangnya suatu foto yang dihasilakan.

    Sedangkan Depth of Field sendiri adalah ketajaman ruang yang di tentukan atau dikendalikan oleh aperture.