Blog

  • Contoh Laporan PKL SMK Administrasi Perkantoran

    Contoh Laporan PKL SMK Administrasi Perkantoran

    Berikut ini adalah contoh Laporan PKL SMK Administrasi Perkantoran. Laporan ini dibuat oleh Siswa asal SMKN 2 Purwerejo. Laporan ini disusun dalam 4 bab.

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Didasari dalam rangka meningkatkan wawasan pengalaman belajar dan Penguasaan Keterampilan atau Keahlian Profesi tertentu pada siswa – siswi, antara lain diperlukannya adanya penciptaan berbagai aktivitas belajar dilingkungan Sekolah. Kondisi demikian telah lama menjadi pusat perhatian Dunia pendidikan, lebih-lebih untuk sekolah Kejuruan, bahwa penguasaan keahlian Profesi sebagai salah satu tujuan Esensial yang menggambarkan eksistensi sekolah kejuruan tidak mungkin dapat diwujudkan tanpa adanya kesempatan melalui pengenalan pada Dunia Kerja yang sebenarnya.

    Praktek Kerja Industri dan Instansi (Prakerin) merupakan suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian, professional yang memadukan secara sistematika dan sinkron program pendidikan disekolah dan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung di dunia kerja dengan tertata dan terprogram untuk mencapai tingkat keahlian professional tertentu.

    Salah satu upayah mewujudkan hal tersebut, yaitu menyelenggarkan Program Kegiatan Praktek Kerja Industri dalam rangka Pendidikan Sistem Ganda di dunia kerja terkait dengan kondisi obyektif sekolah yang bersangkutan. Sehubungan dengan dasar pemikiran sebagaimana diutarakan diatas, SMK Negeri 2 Purworejo menerjunkan semua siswa kelas II (dua) untuk melaksanakan Pendidikan Program Sistem Ganda (PSG) yang di tetapkan oleh sekolah.

    Prakerin menambah wawasan dan pengalaman kepada siswa/siswi guna kemanfaatan studi sehingga pada gilirannya lulus memuaskan yang memiliki kompetensi profesional dibidangnya masing-masing, sejalan dengan tuntutan pembangunan bangsa.

    B. Pengertian

    Praktek Kerja industri adalah suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian propesi yang memadukan secara sistematis dan singkron antara pendidikan disekolah dan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung didunia kerja dengan terarah dan terprogram untuk mencapai tingkat keahlian yang propesional tertentu. Prakerin adalah bagian dari Pendidikan Sistem Ganda (PSG) pada SMK.

    Prakerin merupakan bagian dari program bersama antara SMK dan Industri yang dilaksanakan di Dunia Usaha/Dunia Industri. Program yang dilaksanakn di industri/perusahaan, meliputi Praktek dasar kejuruan, dapat dilaksanakan sebagian di sekolah dan sebagian lainnya di industri. Praktek dasar kejuruan dapat dilaksanakan di industri apabila industri pasangan memiliki fasilitas pelatihan di industrinya. Ababila industri memilliki sepenuhnya dilaksanakn di sekolah.

    Praktek keahlian produktif dilaksanakan di industri dalam bentuk “On the Job Training”, berbentuk kegiatan mengerjakan pekerjaan produksi atau jasa (pekerjaan yang sesungguhnya) di industri atau perusahaan. Pengaturan program a, b harus disepakati pada awal program oleh kedua pihak.

    C. Tujuan dan Manfaat

    1. Tujuannya

    1. Mengembangkan pengetahuan, sikap dan kemampuan serta menambah wawasan siswa-siswi yang berkaitan dengan pelajaran yang telah diterima di sekolah.
    2. Melatih kerja dan pengamatan teknik-teknik yang diterapkan di tempat Peraktek Kerja Industri (Prakerin) sesuai di bidang keahlian yang dimiliki.
    3. Untuk mencari pengalaman dalam Prakerin di dunai usaha/industri.
    4. Untuk menerapkan ilmu-ilmu yang telah didapatkan di sekolah.
    5. Untuk menambah bekal hidup di masa depan.
    6. Memperkokoh Link and Match kesesuaian, kecocokan antara Program Sekolah dengan tuntutan dunia kerja.

    2. Manfaatnya

    Dengan adanya Praktek Sistem Ganda (PSG), ilmu yang diperoleh dari sekolah dapat dirasakan manfaatnya dan dikembangkan dilapangan, dan siswa juga mendapatkan wawasan baik disekolahan maupun di instansi/perusahaan.

    D. Rumusan Masalah

    Mengapa kami memilih Prakerin di UPT DIKPORA  Kecamatan Bayan Kabupaten Purworejo ?

    Karena di tempat itu menjadi salah satu keputusan dari sekolah dan disesuaikan dengan jurusan yang kami tekuni yaitu Administrasi Perkantoran juga menambah pengalaman kerja dan juga bisa lebih memahami tentang manajemen pendidikan yang ada di lingkungan wilayah Kecamatan Bayan.

    E. Metode Pengumpulan Data

    Metode yang penulis gunakan untuk mendapat informasi yaitu :

    1. Observasi (Pengamatan) – Metode ini penulis gunakan sewaktu melaksanakan Prakerin.
    2. Interview (Wawancara) – Dengan menanyakan langsung data-data kepada pimpinan.

    Bab II. Pembahasan

    A. Sejarah Berdiri

    Kantor Ranting DIKPORA Kec. Bayan berdiri tahun 1966 sebelum bertempat di Desa Besole kantor tersebut  berada di Jalan Raya No. 164 Desa Bandungrejo. Menempati milik Bapak Suyut Hadi Saputra. Kantor tersebut mulai dipindahkan ke Desa Besole pada tahun 1970 dengan mendapat bantuan pemerintah berupa swadaya masyarakat wali murid.

    1. Poerwo Pandoyo – Tahun 1966 s/d Tahun 1967
    2. Suyut Hadi Saputra – Tahun 1967 s/d Tahun 1970
    3. Ngaiso Wardi Sumarto – Tahun 1970 s/d Tahun 1974
    4. S. Padmo Wiyoto – Tahun 1974 s/d Tahun 1976
    5. S. Tjipto Rahardjo – Tahun 1976 s/d Tahun 1978
    6. Sumardi, BA – Tahun 1978 s/d Tahun 1980
    7. Sengkan, BA – Tahun 1980 s/d Tahun 1982
    8. Sutarno Kusumo Diharjo – Tahun 1982 s/d Tahun 1984
    9. Sutedjo – Tahun 1984 s/d Tahun 1988
    10. Yuwono Trisunu – Tahun 1988 s/d 30-07-1990
    11. S. Priyanto Hadi, BA : 30-07-1990 s/d 05-01-1991
    12. Sularno, BA: 05-01-1991 s/d 31-08-1993
    13. Natular S,BA/G.Triyanti/Supodo, BA: 31-08-1993 s/d 22-05-2001
    14. Drs. Subarno: 23-05-2001 s/d 05-07-2002
    15. Ponen, S,B.Pd: 05-07-2002 s/d 31-03-2004
    16. P. Jaenal Abidin                              
    17. Drs. L.E. Harjono: 31-03-2004 s/d 30-06-2010
    18. Sudarman, S.Pd: 01-07-2005 s/d 30-04-2006
    19. Amat Tulus, BA: 01-05-2006 s/d 31-01-2010
    20. Sudarman, S.Pd: 01-02-2010 s/d 31-07-2011
    21. Drs. Muh Hamidi, M.Pd: 01-08-2011 s/d 29-02-2012
    22. Ngadino, S.Pd, M.M: 01-03-2012 s/d 17-10-2013
    23. Drs. Joko Sutanto, M.Pd: 18-10-2013 s/d 12-08-2014
    24. Drs. Sardi, M.M: 23-01-2015 s/d Sekarang

    B. Visi dan Misi UPT Dikpora Kec. Bayan

    1. Visi

    Profesional dalam bekerja, prima dalam pelayanan.

    2. Misi

    1. Mewujudkan dan Meningkatkan kualitas SDM bagi tenaga pendidik.
    2. Mengusahakan terpenuhinya tenaga pendidik, sarana dan prasarana pendidikan, sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan.
    3. Mewujudkan pelayanan prima pada masyarakat secara akuintable.

    C. Profil UPT DIKPORA  Kecamatan Bayan

    1. Profil UPT DIKPORA  Kecamatan Bayan

    UPTD Pendidikan yang ada di Kecamatan memegang peran sangat penting, demi terwujudnya pencapaian program pemerintah wajib belajar 9 tahun. UPTD Pendidikan ini didasari oleh ketentuan hukum yang berlaku dari Pemerintah Daerah dengan di keluarkannya Lembaran Daerah Kabupaten Garut Peraturan  Daerah  Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Pada Dinas Dan Lembaga Teknis Daerah. Sebagaimana yang termaktub pada Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2004 (Pasal 2 ayat 2.b  :116) yang berbunyi “UPTD yang mempunyai wilayah kerja tertentu adalah UPTD pada Dinas Pendidikan meliputi UPTD Pendidikan Dasar”.

    “UPTD Pendidikan mempunyai tugas pokok melaksanakan dan menyelenggarakan pendidikan sesuai dengan kewenangannya. Dalam melaksanakan tugasnya, kepala UPTD Pendidikan wajib melaksanakan prinsip koordinasi baik di lingkungan kerja sendiri maupun satuan organisasi serta dengan instansi lainnya sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya serta wajib melaksanakan koordinasi pengawasan melekat.

    2. Wilayah Kerja

    Dasar/landasan penulisan Memori Jabatan ini adalah :

    1. Surat Keputusan Bupati Purworejo Nomor : 9 tahun 2009 tanggal 5 Januari 2009 tentang pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Tenis Pendidikan dan Kebudayaan Bayan.
    2. Surat Keputusan Bupati Purworejo Nomor : 821.2/4026/2013 tanggal 18 Oktober 2013 tentang Pengangkatan/Penunjukkan dalam jabatan Struktural Eselon II, III, IV, dan V di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Purworejo.

    Wilayah kerja UPT DIKPORA Kec. Bayan adalah meliputi 25 desa dan 1 kelurahan, yaitu :

    1. Desa Bayan
    2. Desa Tanjungrejo
    3. Desa Besole
    4. Desa Dewi
    5. Desa Bandungrejo
    6. Desa Botorejo
    7. Desa Bandung kidul
    8. Desa Botodaleman
    9. Desa Jatingarang
    10. Desa Dukuhrejo
    11. Desa Tangkisan
    12. Desa Pekutan
    13. Desa Krandegan 
    14. Desa Pucangagung
    15. Desa Ketiwijayan
    16. Desa Sambeng
    17. Desa Jono 
    18. Desa Jrakah
    19. Desa Pogung juru tengah
    20. Desa Bringin
    21. Desa Pogungrejo
    22. Desa Grantung
    23. Desa Pogungkalangan
    24. Desa Kalimiru
    25. Desa Banjarejo
    26. Kelurahan Sucen juru tengah

    Adapun luas wilayah Kecamatan Bayan meliputi areal seluas 4.321.160 Ha. Dengan batas-batas sebagai berikut :

    1. Sebelah Utara: Kecamatan Kemiri dan Kecamatan Gebang
    2. Sebelah Timur: Kecamatan Purworejo dan Kecamatan Banyuurip
    3. Sebelah Selatan: Kecamatan Grabag dan Kecamatan Ngombol
    4. Sebelah Barat: Kecamatan Kutoarjo

    Wewenang dan tanggung jawab kepala UPT DIKPORA Kecamatan Bayan adalah meliputi :

    1. Jumlah Sekolah PAUD, TK, SD, dan MI
    1. Jumlah PAUD : 20
    2. Jumlah Taman Kanak: 32
    3. Jumlah Sekolah Dasar: 28
    4. Jumlah Madrasah Ibtidaiyah: 2
    2. Jumlah Murid PAUD, TK, SD, dan MI
    1. Jumlah Murid PAUD : 524 anak
    2. Jumlah Murid TK : 1109 anak
    3. Jumlah Murid SD : 4133 anak
    4. Jumlah Murid MI : 221 anak
    3. Jumlah Guru PAUD dan Taman Kanak-Kanak (TK)
    1. Guru PAUD: 68 orang
    2. Guru TK N Pembina: 6 orang
    3. Guru TK DPK: 26 orang
    4. Guru Swasta: 82 orang
    5. Penjaga: 2 orang
    6. TU: 3 orang
    4. Jumlah Kepala SD, Guru SD, dan Penjaga SD
    1. Kepala SD: 23 orang
    2. Guru Kelas: 128 orang
    3. Guru Olahraga : 28 orang
    4. Guru Agama Islam: 19 orang
    5. Penjaga SD: 8 orang
    6. Guru WB: 78 orang
    5. Jumlah Kepala MI, Guru MI, dan Penjaga MI
    1. Kepala MI: 1 orang
    2. Guru Kelas: 5 orang
    3. Guru Olahraga: – orang
    4. Guru Agama Islam: 2 orang
    5. Tenaga Administrasi: 1 orang
    6. Penjaga: 1 orang
    7. Guru WB: 108 orang
    6. Organisasi Pemuda di Kecamatan Bayan

    Karang Taruna 26 kelompok, berlokasi di setiap desa se-Kecamatan Bayan yang berjumlah 26 desa. Kegiatan Olahraga, meliputi 12 cabang yaitu :

    1. Sepak Bola
    2. Gerak Jalan
    3. Bola Volly
    4. Kasti
    5. Bulutangkis
    6. SKJ
    7. Tenis Meja
    8. Atletik
    9. Sepak Takraw
    10. Pencak Silat
    11. Catur
    12. Tarik Tambang
    7. Jumlah Gugus Depan di Kecamatan Bayan
    1. Siaga: 30 pa + 30 pi
    2. Penggalang: 6 pa + 6 pi
    3. Gudep Teritorial: Gudep
    4. Penegak: 1 pa +1 pi
    8. Peninggalan Benda Purbakala
    1. Prasasti
    2. Joni
    3. Beji (sumur)
    4. Masjid
    5. Batu Bata
    6. Guci
    7. Besi Aji
    8. Uang Logam
    9. Kayu Bekas Titian
    10. Krowong
    9. Organisasi Kesenian Yang Ada di Kecamatan Bayan
    1. Tari Klasik
    2. Karawitan
    3. Paduan Suara
    4. Shalawatan
    5. Orkes Melayu
    6. Orkes Keroncong
    7. Kemprengan
    8. Samroh
    9. Dolalak
    10. Wayang Kulit
    11. Campursari
    12. Kuda Kepang
    10.  Kepercayaann Terhadap Tuhan Yang Maha Esa, ada dua :
    1. SBP 1945

    11.  Kantor UPT DIKPORA

    Kec. Bayan menempati gedung milik sendiri di atas tanah millik Desa Besole dengan cara menyewa dan dibangun secara gotong-royong pada tahun 1970 (pada tahun 1966 berada di Desa Bandungrejo rumah Bapak Suyud Hadi Saputra). Jumlah karyawan Kantor UPT DIKPORA Kec. Bayan ada 11 terdiri dari :

    1. Kepala UPT: – orang
    2. Pengawas TK/SD: 4 orang
    3. Penilik PAUD: 1 orang
    4. Ka. Subag. TU: 1 orang
    5. Staf: 4 orang
    6. WB: 1 orang

    Sesuai Dengan Surat Keputusan Bupati Purworejo Nomor : 821.2/4026/2013 tanggal 18 Oktober 2013 tentang Pengangkatan/Penunjukkan dalam jabatan Struktural Eselon II, III, IV, dan V di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Purworejo, maka Kepala UPT DIPORA Kec. Bayan mempunyai wewenang untuk memonitoring, menilai, dan mengendalikan bidang TK/SD, keolahragaan, Pendidikan Generasi Muda, Pendidikan Masyarakat, Kebudayaan dan Pengembangannya.

    Dalam melaksanakan tugas, kami selalu bekerja sama dengan Nivo Kecamatan, terutama dengan Muspika dan dibantu oleh seluruh staf UPT DIPORA Kec. Bayan dan seluruh masyarakat.

    D. Gambaran Lokasi UPT DIKPORA Kecamatan Bayan

    Lokasi UPT DIKPORA Kecamatan Bayan yang beralamat di Jl. Gajah Mada Km. 07 Purworejo, Desa Besole, Kec. Bayan, Kab Purworejo,. Kode POS 54223.

    E. Korelasi UPT DIKPORA dengan SMK Negeri 2 Purworejo

    Korelasi dalam dunia pendidikan antara UPT DIKPORA dan SMK Negeri 2 Purworejo yaitu sama-sama untuk saling memajukan pendidikan agar anak didiknya mendapatkan pelajaran atau ilmu yang bermanfaat bagi dirinya serta nusa dan bangsa.

    Bab III. Hasil Prakerin

    A. Persiapan

    Berkaitan dengan adanya program Administrasi Perkantoran SMK Negeri 2 Purworejo, yang bertujuan untuk memenuhi kurikulum di sekolah, maka sekolah kami mengajukan izin Praktek Kerja Lapangan di UPT DIKPORA Kecamatan Bayan pada Tanggal 13 Desember 2016 sampai dengan 17 Maret 2017, adapun persiapannya sebagai berikut :

    1. Surat Tugas
    2. Buku Prakerin
    3. Daftar Hadir Prakerin 
    4. Kartu Identitas Peserta Prakerin

    Prakerin SMK Negeri 2 Purworejo tersebut yang berlandaskan pada :

    1. Undang-Undang Dasar 1945
    2. Undang-Undang No. 2 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional
    3. Kepmendikbud No. 0490/U/1992, tentang Sekolah Menengah Kejuruan
    4. Kepmendikbud No. 080/U/1993, tentang Kurikulum SMK
    5. Kepmendikbud No. 323/U/1993, tentang Penyelenggaraan PSG pada SMK

    B. Pelaksanaan dan hasil Kegiatan

    Pelaksanaan Prakerin di mulai tanggal 13 Desember 2016 sampai dengan 17 Maret 2017, di Kantor UPT DIKPORA Kecamatan Bayan.

    1. Pelaksanaan

    1. Pembelajaran di dunia kerja adalah bagian intergral dari program diklat secara menyeluruh, karena itu materi yang dipelajari dan kompetensi yang dilatihkan harus jelas kaitannya dengan profil kompetensi tamatan yang ditetapkan.
    2. Mengingat iklim kerja yang ada di SMK berbeda dengan yang terjadi di dunia kerja maka sekolah menyiapkan peserta sesuai dengan karakteristik dan tuntutan dunia kerja tempat berlatih.
    3. Sebelum peserta diterjunkan untuk belajar di dunia kerja, sekolah bersama Institusi Pasangan mengadakan pembekalan bagi peserta yang menyangkut :
      1. Pemahaman tentang program pelatihan yang akan diikuti
      2. Pemahaman peraturan ketenagakerjaan secara umum dan tata tertib (disiplin) pekerja di tempat mereka akan bekerja
      3. Orientasi tempat kerja
      4. Peserta ditempatkan pada pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan program yang telah disepakati
      5. Sejauh berkaitan dengan misi program peserta dapat diperlakukan sebagaimana layaknya pekerja pada umumnya
      6. Peserta dapat diberi pekerjaan lain, sejauh tidak mengganggu program yang telah ditetapkan
      7. Segala sesuatu yang menyangkut peraturan dan tata tertib, disiplin pekerja di institusi pasangan dunia kerja dapat dilakukan terhadap peserta sejauh berkaitan dengan misi program
      8. Kegiatan pelatihan di institusi pasangan diprogramkan sesuai dengan program bersama yang telah disepakati
      9. Peserta pelatihan adalah tingkat dua semester kedua selama satu bulan dan tingkat tiga semester kedua selama dua bulan.

    2. Hasil Kegiatan

    Pada pelaksanaan prakerin di Kantor UPT DIKPORA Kec. Bayan dengan hasil kegiatan sebagai berikut:

    NOKegiatan
    1.Melaksanakan Pelayanan Prima
    2.Mengetik dan mengolah dokumen/data secara manual/computer
    3.Mengerjakan administrasi secara manual/computer
    4.Menangani tamu
    5.Menangani telepon/facsimile
    6.Mengelola pertemuan/rapat
    7.Mengelola arsip/dokumen kantor
    8.Menangani alat tulis/perlengkapa kantor
    9.Menangani jadwal kegiatan/perjalanan dinas pimpinan

    a. Umum meliputi pengelolaan surat menyurat serta kearsipan :

    1. Menyusun program kerja dan membuat laporan tahunan
    2. Penerimaan dan pelayanan tamu
    3. Mengurus/ mengatur rumah tangga kantor
    4. Mengesahkan salinan ijasah/STTB dan mengganti yang hilang/rusak
    5. Lain-lain yang bersifat umum.

    b. Kepegawaian meliputi :

    1. Pengelolaan tata usaha keuangan yang meliputi gaji pegawai baik tenaga teknis maupun non teknis serta hak-hak keuangan lainnya dari pendidikan prasekolah.
    2. Mengerjakan buku induk pegawai dan data file
    3. Menyelesaikan DP3
    4. Membuat pengawasan kenaikan pangkat, gaji berkala dan pensiunan
    5. Pelaksana usulan pengangkatan, mutasi dan pemberhentian Kepala Sekolah, Guru, Tenaga Tata Usaha, Penjaga dari Persekolahan, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Luar Sekolah
    6. Pengelolaan administrasi kepegawaian bagi pegawai UPT Dikpora Kec. Bayan
    7. Pelaksanaan urusan rumah tangga UPT Dikpora Kec. Bayan
    8. Pelaksana Tata Usaha perbekalan/material.

    c Perlengkapan meliputi :

    1. Memelihara dan menyimpan barang-barang inventaris kantor
    2. Menerima dan mendistribusikan barang-barang droping
    3. Mendata barang-barang inventaris kantor
    4. Membuat laporan
    5. Lain-lain yang berhubungan dengan perlengkapan

    d. Keuangan yang meliputi :

    1. Mengambil dan membagi gaji Guru SD
    2. Membukukan dan mempertanggungjawabk­an penerimaan ATK (belanja rutin)
    3. Meng-SPJkan penerimaan alat tulis
    4. Pengurusan belanja Ma tersebut Sub 1 meliputi :
      1. Belanja alat rumah tangga kantor
      2. Biaya dokumentasi
      3. Biaya pemeliharaan gedung
      4. Biaya pemeliharaan peralatan kantor

    e. Data dan statistik meliputi :

    1. Mengumpulkan dan mengelola data laporan TK/SD
    2. Menyusun/menyajikan data
    3. Membuat laporan mengenai perkembangan pendidikan TK/SD
    4. Lain-lain yang berhubungan dengan data statistik.

    Demikian hasil kegiatan yang penulis peroleh selama melaksanakan praktek Prakerin di Kantor UPTD Pendidikan Kecamatan Mekarmukti Kabupaten Garut selama lebih kurang dua bulan tersebut.

    Bab IV. Penutup

    A. Kesimpulan

    Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) merupakan kegiatan yang sangat bermanfaat bagi siswa dan siswi, dan dapat mengenal lebih jauh bagaimana cara bekerja dilapangan sesuai keahlian masing-masing siswa. Sehingga siswa dapat melihat gambaran mengenai kagiatan bidang usaha dimasa yang akan datang, serta siswa-siswi mengetahui standar kompetensi yang akan dijadikan peluang kerja dan kesempatan kerja.

    Dalam dunia usaha dibutuhkan kedisiplinan yang cukup baik, instansi-instansi biasanya memerlukan karyawan yang disiplin, terampil, rajin dan cerdas. Pada praktek kerja lapangan ini diperlukan keahlian yang cukup. Selama penulis melaksanakan PKL (Praktek Kerja Lapangan) di Kantor UPTD Pendidikan Kecamatan Mekarmukti, penulis merasa bangga bisa mendapatkan Ilmu yang belum pernah penulis dapatkan sebelumnya serta memperoleh banyak pengalaman.

    Tujuan lain PKL (Praktek Kerja Lapangan) adalah menambah wawasan yang luas bagi siswa dan siswi, terutama dalam bidang yang di tempatinya. Adapula tempat yang disukai yakni diruangan pendataan, penulis bisa belajar dan dapat mengetahui yang belum penulis dapatkan selama ini, terutama pengetahuan tentang berbagai aplikasi kependidikan yang tersedia.

    Praktek Kerja Lapangan (PKL) telah terlaksana dengan baik, dengan program keahlian masing-masing tanpa halangan apapun dan penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Kepala UPTD Pendidikan beserta semua rekan kerjanya yang telah bersedia menerima penulis apa adanya untuk melaksanakan PKL (Praktek Kerja Lapangan) dan bersedia mendampingi penulis selama PKL berlangsung.

    B. Saran

    Dengan segenap kekurangan dan keterbatasan yang dimiliki, penulis menyarankan bagi semua pembaca khususnya siswa-siswi SMK Mekarmukti terutama adik kelas agar lebih bersemangat dan  bersungguh-sungguh dalam melaksanakan program yang diadakan disekolah dan bagi semua teman seperjuangan agar tetap bersemangat dan berjuang dalam mengembangkan potensi diri dan menjaga nama baik sekolah.

    Sebuah karya pasti mempunyai kelebihan dan juga kelemahan, penulis merasa bahwa karya yang telah dibuat ini masih banyak kekurangannya oleh karena itu penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritik yang dapat membangun semangat kami agar dapat membuat yang lebih baik dari sebelumnya. Untuk saran dan kritiknya dapat menghubungi sekolah atau pihak yang bersangkutan.

    Sebagai kata penutup dalam penulisan tugas ahir ini,  penulis panjat puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga dengan penuh kesabaran, ketabahan, dan jerih payah penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik. Semoga apa yang telah kami paparkan dalam tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi diri kami khususnya dan pembaca pada umumnya.

    Hanya kepada Allah lah segalanya penulis kembalikan, sebab di tangan-Nyalah sumber segala kebenaran. Bila ada sedikit kebenaran dalam tugas ahir ini semata-mata datangnya dari Allah SWT dan bila terdapat banyak kesalahan itu karena kedho’ifan penulisan.

    Demikianlah penulisan laporan ini dibuat, semoga bermanfaat Amin ya Mujibassa’ilin.

  • Daftar Kata Kerja Operasional Taksonomi Bloom – Ranah Kognitif, Afektif dan Psikomotorik

    Daftar Kata Kerja Operasional Taksonomi Bloom – Ranah Kognitif, Afektif dan Psikomotorik

    KKO atau kata kerja operasional adalah kata perintah yang digunakan dalam memberikan instruksi kepada peserta didik untuk melaksanakan seperangkat keterampilan tertentu. KKO ini menentukan tingkat kompleksitas dari keterampilan yang ingin dicapai atau diukur.

    Kata Kerja Operasional

    Kata kerja operasional berdasarkan Taksonomi Bloom dibagi dalam beberapa Ranah yaitu afektif(sikap), kognitif (pengetahuan) dan psikomotorik (keterampilan)

    Adapun tujuan pendidikan dibagi ke dalam tiga domain, yaitu:

    1. Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir.
    2. Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.
    3. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.

    Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi dan perlu mempertimbangkan:

    Daftar kata kerja operasional dengan tiga ranah yang biasa dipergunakan untuk menyusun indikator.

    A. Ranah Kognitif

    Indikator kognitif proses merupakan perilaku siswa yang diharapkan muncul setelah melakukan serangkaian kegiatan untuk mencapai kompetensi yang diharapkan.

    Indikator kognitif produk berkaitan dengan perilaku siswa yang diharapkan tumbuh untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan dengan kata kerja operasional aspek kognitif. Objek dari indikator adalah produk IPA misalnya konsep, hukum, kaidah dll.

    1. Pengetahuan (C1) : Mengutip, Menyebutkan, Menjelaskan, Menggambar, Membilang, Mengidentifikasi, Mendaftar, Menunjukkan, Memberi label, Memberi indeks, Memasangkan, Menamai, Menandai, Membaca, Menyadari, Menghafal, Meniru, Mencatat, Mengulang, Mereproduksi, Meninjau, Memilih, Menyatakan, Mempelajari, Mentabulasi, Memberi kode, Menelusuri, Menulis
    2. Pemahaman (C2) : Memperkirakan, Menjelaskan, Mengkategorikan, Mencirikan, Merinci, Mengasosiasikan, Membandingkan, Menghitung, Mengkontraskan, Mengubah, Mempertahankan, Menguraikan, Menjalin, Membedakan, Mendiskusikan, Menggali, Mencontohkan, Menerangkan, Mengemukakan, Mempolakan, Memperluas, Menyimpulkan, Meramalkan, Merangkum, Menjabarkan
    3. Penerapan (C3) : Menugaskan, Mengurutkan, Menerapkan, Menyesuaikan, Mengkalkulasi, Memodifikasi, Mengklasifikasi, Menghitung, Membangun , Membiasakan, Mencegah, Menentukan, Menggambarkan, Menggunakan, Menilai, Melatih, Menggali, Mengemukakan, Mengadaptasi, Menyelidiki, Mengoperasikan, Mempersoalkan, Mengkonsepkan, Melaksanakan, Meramalkan, Memproduksi, Memproses, Mengaitkan, Menyusun, Mensimulasikan, Memecahkan, Melakukan, Mentabulasi, Memproses, Meramalkan
    4. Analisis (C4) : Menganalisis, Mengaudit, Memecahkan, Menegaskan, Mendeteksi, Mendiagnosis, Menyeleksi, Merinci, Menominasikan, Mendiagramkan, Megkorelasikan, Merasionalkan, Menguji, Mencerahkan, Menjelajah, Membagankan, Menyimpulkan, Menemukan, Menelaah, Memaksimalkan, Memerintahkan, Mengedit, Mengaitkan, Memilih, Mengukur, Melatih, Mentransfer
    5. Sintesis (C5) :  Mengabstraksi, Mengatur, Menganimasi, Mengumpulkan, Mengkategorikan, Mengkode, Mengombinasikan, Menyusun, Mengarang, Membangun, Menanggulangi, Menghubungkan, Menciptakan, Mengkreasikan, Mengoreksi, Merancang, Merencanakan, Mendikte, Meningkatkan, Memperjelas, Memfasilitasi, Membentuk, Merumuskan, Menggeneralisasi, Menggabungkan, Memadukan, Membatas, Mereparasi, Menampilkan, Menyiapkan Memproduksi, Merangkum, Merekonstruksi
    6. Penerapan (C6) : Membandingkan, Menyimpulkan, Menilai, Mengarahkan, Mengkritik, Menimbang, Memutuskan, Memisahkan, Memprediksi, Memperjelas, Menugaskan, Menafsirkan, Mempertahankan, Memerinci, Mengukur, Merangkum, Membuktikan, Memvalidasi, Mengetes, Mendukung, Memilih, Memproyeksikan.

    Tabel KKO Kognitif

    Pengetahuan
    C1
    Pemahaman
    C2
    Penerapan
    C3
    Analisis
    C4
    Sintesis
    C5
    Evaluasi
    C6
    Mengutip
    Menyebutkan
    Menjelaskan
    Menggambarkan
    Membilang
    Mengidentifikasi
    Mendaftar
    Menunjukkan
    Memberi label
    Memberi indek
    Memasangkan
    Menamai
    Menandai
    Membaca
    Menyadap
    Menghafal
    Mencatat
    Mengulang
    Mereproduksi
    Meninjau
    Memilih
    Menyatakan
    Mempelajari
    Mentabulasi
    Memberi kode
    Menelusuri
    Menulis
    Memperkirakan
    Menjelaskan
    Mengkategorikan
    Mencirikan
    Mengasosiasikan
    Membandingkan
    Menghitung
    Mengkontraksikan
    Mengubah
    Mempertahankan
    Mengurutkan
    Menguraikan
    Menjalin
    Membedakan
    Mendiskusikan
    Menggali
    Mencontohkan
    Menerangkan
    Menerangkan
    Mengemukakan
    Mempolakan
    Memperluas
    Menyimpulkan
    Meramalkan
    Merangkum
    Menjabarkan
    Menugaskan
    Mengurutkan
    Menentukan
    Menerapkan
    Menyesuaikan
    Mengkalkulasi
    Memodifikasi
    Mengklasifikasi
    Membangun
    Mengurutkan
    Membiasakan
    meramalkan
    Mencegah
    Menentukan
    Menggambarkan
    Menggunakan
    Menilai
    Melatih
    Menggali
    Mengemukakan
    Mengadaptasi
    Menyelidiki
    Mengoperasikan
    Mempersoalkan
    Mengkonsepkan
    Melaksanakan
    Meramalkan
    Memproduksi
    Memproses
    Mengaitkan
    Mensimulasikan
    Memecahkan
    Mentabulasi
    Memproses
    Menganalisis
    Mengaudit
    Memecahkan
    Menegaskan
    Mendeteksi
    Mendiagnosis
    Menyeleksi
    Memerinci
    Menominasikan
    Mendiagramkan
    Mengurutkan
    Mengkorelasikan
    Merasionalkan
    Menguji
    Mencerahkan
    Menjelajah
    Membagankan
    Menyimpulkan
    Menemukan
    Menelaah
    Memaksimalkan
    Memerintahkan
    Mengedit
    Mengaitkan
    Memilih
    Mengukur
    Melatih
    Mentransfer
    Mengabstraksi
    Mengatur
    Menganimasi
    Mengumpulkan
    Mengkategorikan
    Mengkode
    Mengkombinasikan
    Menyusun
    Membangun
    Menanggulangi
    Menghubungkan
    Menciptakan
    Mengkreasikan
    Mengoreksi
    Merancang
    Merencanakan
    Meningkatkan
    Memperjelas
    Memfasilitasi
    Membentuk
    Merumuskan
    Menggeneralisasi
    Menggabungkan
    Memadukan
    Membatasi
    Mereparasi
    Menampilkan
    Menyiapkan
    Memproduksi
    Merangkum
    Merekonstruksi
    Membandingkan
    Menyimpulkan
    Menilai
    Mengarahkan
    Mengkritik
    Menimbang
    Memutuskan
    Memisahkan
    Memperjelas
    Menugaskan
    Menafsirkan
    Mempertahankan
    Memerinci
    Mengukur
    Merangkum
    Membuktikan
    Memvalidasi
    Mengetes
    Mendukung
    Memilih
    Memproyeksikan

    B. Ranah Afektif

    Indikator afektif merupakan sikap yang diharapkan saat dan setelah siswa melakukan serangkaian kegiatan pembelajaran. Dalam pembelajaran IPA, indicator afektif berkaitan dengan salah satu hakekat IPA yaitu sikap ilmiah, adapun contoh sikap ilmiah adalah: berlaku jujur, peduli, tanggungjawab dll.

     Selain itu, indicator Afektif juga perlu memunculkapun keterampilan social misalnya: bertanya, menyumbang ide atau berpendapat, menjadi pendengar yang baik, berkomunikasi dll.

    1. Menerima : Memilih, Mempertanyakan, Mengikuti, Memberi, Menganut, Mematuhi, Meminati
    2. Menanggapi : Menjawab, Membantu, Mengajukan, Mengompromika, Menyenangi, Menyambut, Mendukung, Menyetujui, Menampilkan, Melaporkan, Memilih, Mengatakan, Memilah, Menolak
    3. Menilai : Mengasumsikan, Meyakini, Melengkapi, Meyakinkan, Memperjelas, Memprakarsai, Mengimani, Mengundang, Menggabungkan, Mengusulkan, Menekankan, Menyumbang
    4. Mengelola : Menganut, Mengubah, Menata, Mengklasifikasikan, Mengombinasikan, Mempertahankan, Membangun, Membentuk pendapat, Memadukan, Mengelola, Menegosiasi, Merembuk
    5. Menghayati : Mengubah perilaku, Berakhlak mulia, Mempengaruhi, Mendengarkan, Mengkualifikasi, Melayani, Menunjukkan, Membuktikan, Memecahkan

    C. Ranah Psikomotor

    Indikator psikomotorik merupakan perilaku (behavior) siswa yang diharapkan tampak setelah siswa mengikuti pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. Selama proses pembelajaran IPA, diperlukan kegiatan yang berkaitan dengan percobaan, penemuan atau pembuktian konsep. Kegiatan ini melibatkan aktivitas fisik, misalnya merangkai, mengukur, membuat, dll.

    1. Menirukan (P1): Mengaktifkan, Menyesuaikan, Menggabungkan, Melamar, Mengatur, Mengumpulkan, Menimbang, Memperkecil, Membangun, Mengubah, Membersihkan, Memposisikan, Mengonstruksi
    2. Memanipulasi (P2): Mengoreksi, Mendemonstrasikan, Merancang, Memilah, Melatih, Memperbaiki, Mengidentifikasikan, Mengisi, Menempatkan, Membuat, Memanipulasi, Mereparasi, Mencampur
    3. Pengalamiahan (P3): Mengalihkan, Menggantikan, Memutar, Mengirim, Memindahkan, Mendorong, Menarik, Memproduksi, Mencampur, Mengoperasikan, Mengemas, Membungkus
    4. Artikulasi (P4): Mengalihkan, Mempertajam, Membentuk, Memadankan, Menggunakan, Memulai, Menyetir, Menjeniskan, Menempel, Mensketsa, Melonggarkan, Menimbang

  • Struktur dan Dimensi Kognitif Taksonomi Bloom

    Struktur dan Dimensi Kognitif Taksonomi Bloom

    Gagasan tentang domain keterampilan dalam pembelajaran dibedakan menjadi tiga ranah. Ranah tersebut adalah Kognitif, Afektif dan Psikomotorik. Masing-masing ranah selanjutnya disusun secara hirarki atau kompleksitas ranah yang selanjutnya disebut taksonomi Bloom. Disebut demikian karena Bloom adalah orang yang pertama kali menyampaikan gagasan ini.

    1. Taksonomi Bloom

    Benyamin Bloom menyampaikan gagasan mengenai Taksonomi Tujuan Pembelajaran dalam bentuk Hirarki. Hirarki ini merupakan klasifikasi perubahan pada diri siswa berdasarkan tingkat kompleksitas dari aspek dari masing-masing ranah. Tingkatan Hirarki ini selanjutnya disebut sebagai taksonomi Bloom.

    Dalam proses penyusunan, Taksonomi disusun berdasarkan 4 prinsip dasar yakni

    1. Prinsip Metodologi – Perbedaan yang besar telah merefleksi kepada cara-cara guru dalam mengajar
    2. Prinsip psikologis – Taksonomi hendaknya konsisten fenomena kejiwaan yang ada sekarang
    3. Prinsip Logis – Taksonomi hendaknya dikembangkan secara logis dan konsisten
    4. Prinsip tujuan – Tingkatan-tingkatan tujuan tidak selaras dengan tingkatan-tingkatan nilai-nilai.

    Taksonomi Bloom merupakan hasil kelompok penilai di Universitas yang terdiri dari B.S Bloom Editor M.D Engelhart, E Frust, W.H. Hill dan D.R Krathwohl, yang kemudian di dukung oleh Ralp W. Tyler. Bloom merumuskan tujuan-tujuan pendidikan pada 3 tingkatan :

    1. Kategori tingkah laku yang masih verbal
    2. Perluasan kategori menjadi sederetan tujuan
    3. Tingkah laku konkrit yang terdiri dari tugas-tugas dalam pertanyaan-pertanyaan sebagai ujian dan butir-butir soal.

    Pada awalnya Bloom mengklasifikan tujuan kognitif dalam enam level, yaitu pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), aplikasi (apply), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation) dalam satu dimensi, maka Anderson dan Kratwohl merevisinya menjadi dua dimensi, yaitu proses dan isi/jenis.

    Pada dimensi proses, terdiri atas mengingat (remember), memahami (understand), menerapkan (apply), menganalisis (analyze), menilai (evaluate), dan berkreasi (create). Sedangkan pada dimensi isinya terdiri atas pengetahuan faktual (factual knowledge), pengetahuan konseptual (conceptual knowledge), pengetahuan prosedural (procedural knowledge), dan pengetahuan metakognisi (metacognitive knowledge).

    B. Struktur Taksonomi Bloom

    Tujuan kognitif atau Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Dalam ranah kognitif itu terdapat enam jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai jenjang yang tertinggi.yang meliputi 6 tingkatan:

    C1. Pengetahuan (Knowledge)

    Menekan pada proses mental dalam mengingat dan mengungkapkan kembali informasi-informasi yang telah siswa peroleh secara tepat sesuai dengan apa yang telah mereka peroleh sebelumnya. Informasi yang dimaksud berkaitan dengan simbol-simbol matematika, terminologi dan peristilahan, fakta-fakta, keterampilan dan prinsip-prinsip

    C2. Pemahaman (Comprehension)

    Tingkatan yang paling rendah dalam aspek kognisi yang berhubungan dengan penguasaan atau mengerti tentang sesuatu. Dalam tingkatan ini siswa diharapkan mampu memahami ide-ide matematika bila mereka dapat menggunakan beberapa kaidah yang relevan tanpa perlu menghubungkannya dengan ide-ide lain dengan segala implikasinya.

    C3. Penerapan (Application)

    Kemampuan kognisi yang mengharapkan siswa mampu mendemonstrasikan pemahaman mereka berkenaan dengan sebuah abstraksi matematika melalui penggunaannya secara tepat ketika mereka diminta untuk itu.

    C4. Analisis (Analysis)

    Kemampuan untuk memilah sebuah informasi ke dalam komponen-komponen sedemikan hingga hirarki dan keterkaitan antar ide dalam informasi tersebut menjadi tampak dan jelas.

    C5. Sintesis (Synthesis)

    Kemampuan untuk mengkombinasikan elemen-elemen untuk membentuk sebuah struktur yang unik dan system. Dalam matematika, sintesis melibatkan pengkombinasian dan pengorganisasian konsep-konsep dan prinsip-prinsip matematika untuk mengkreasikannya menjadi struktur matematika yang lain dan berbeda dari yang sebelumnya.

    C6. Evaluasi (Evaluation)

    Kegiatan membuat penilaian berkenaan dengan nilai sebuah ide, kreasi, cara, atau metode. Evaluasi dapat memandu seseorang untuk mendapatkan pengetahuan baru, pemahaman yang lebih baik, penerapan baru dan cara baru yang unik dalam analisis atau sintesis.

    Keenam jenjang berpikir pada ranah kognitif ini bersifat kontinum dan overlap (tumpang tindih), dimana ranah yang lebih tinggi meliputi semua ranah yang ada dibawahnya. Overlap di antara 6 jenjang berpikir itu akan lebih jelas pada gambar II

    Keterangan:

    1. Pengetahuan adalah jenjang berpikir paling dasar.
    2. Pemahaman, mencakup pengetahuan
    3. Aplikasi atau penerapan, mencakup pemahaman dan pengetahuan.
    4. Analisis, mencakup aplikasi, pemahaman dan pengetahuan.
    5. Sintesis, meliputi juga analisis, aplikasi, pemahaman dan pengetahuan,
    6. Evaluasi, meliputi sintesis, analisis, aplikasi, pemahaman dan pengetahuan.

    C. Struktur dari dimensi Isi/Jenis

    Jika isi adalah subjek-materi yang spesifik maka akan memerlukan banyak taksonomi karena ada materi (misalnya, satu untuk ilmu pengetahuan, satu untuk sejarah, dll). Kemudian, jika isi dianggap ada di luar siswa, maka timbul permasalahan bagaimana untuk mendapatkan isi dalam siswa. Ketika isi di dalam siswa, itu menjadi pengetahuan yang dimiliki oleh siswa. Transformasi ini pengetahuan diperoleh melalui proses-proses kognitif yang digunakan oleh siswa. Sehingga dibedakan atas 4 jenis pengetahuan

    1. Pengetahuan faktual (Factual Knowledge)

    Yaitu elemen dasar dimana siswa harus tahu akan berkenalan dengan disiplin atau memecahkan masalah di dalamnya. Termasuk di dalamnya pengetahuan terminologi dan pengetahuan tentang rincian spesifik dan unsur.

    2. Pengetahuan konseptual (Conceptual Knowledge)

    Yaitu hubungan antara unsur-unsur dasar dalam struktur yang lebih besar yang memungkinkan mereka untuk berfungsi bersama-sama. Diantaranya: Pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori, pengetahuan tentang prinsip-prinsip dan generalisasi, Pengetahuan tentang teori, model, dan struktur.

    3. Pengetahuan Prosedural (Procedural Knowledge)

    Yaitu bagaimana melakukan sesuatu atau penyelidikan, dan kriteria untuk menggunakan keterampilan, teknik, dan metode.

    Diantaranya: Pengetahuan tentang subyek-keterampilan khusus, pengetahuan subjek-teknik khusus dan metode, pengetahuan kriteria untuk menentukan ketika untuk menggunakan prosedur yang tepat.

    4. Pengetahuan metakognitif (Metacognitive Knowledge)

    Yaitu pengetahuan kognisi secara umum serta kesadaran dan pengetahuan tentang kognisi sendiri. Diantaranya: Pengetahuan strategis, pengetahuan tentang tugas-tugas kognitif, termasuk sesuai kontekstual dan kondisi pengetahuan, Pengetahuan diri

  • Makalah Taksonomi Bloom untuk Aspek Kognitif, Afektif dan Psikomotorik Dalam Pembelajaran

    Makalah Taksonomi Bloom untuk Aspek Kognitif, Afektif dan Psikomotorik Dalam Pembelajaran

    Berikut ini adalah Contoh Makalah Taksonomi Bloom untuk Aspek Kognitif, afektif dan psikomotorik.

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang Masalah

    Pendidikan merupakan suatu proses generasi muda untuk dapat menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efisien. Pendidikan lebih daripada pengajaran, karena pengajaran sebagai suatu proses transfer ilmu belaka, sedang pendidikan merupakan transformasi nilai dan pembentukan kepribadian dengan segala aspek yang dicakupnya. Perbedaan pendidikan dan pengajaran terletak pada penekanan pendidikan terhadap pembentukan kesadaran dan kepribadian anak didik di samping transfer ilmu dan keahlian.

    Dalam pendidikan, taksonomi dibuat untuk mengklasifikasikan tujuan pendidikan. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain, yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor. Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai tingkah laku yang paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan menyertakan juga tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah.

    Taksonomi ini pertama kali disusun oleh Benjamin S. Bloom dan kawan-kawan pada tahun 1956, sehingga sering pula disebut sebagai “Taksonomi Bloom”. Taksonomi bloom merujuk pada tujuan pembelajaran yang diharapkan agar dengan adanya taksonomi ini para pendidik dapat mengetahui secara jelas dan pasti apakah tujuan instruksional pelajaran bersifat kognitif, afektif atau psikomotor. Taksonomi berarti klasifikasi berhirarki dari sesuatu atau prinsip yang mendasari klasifikasi. Semua hal yang bergerak, benda diam, tempat, dan kejadian sampai pada kemampuan berpikir dapat diklasifikasikan menurut beberapa skema taksonomi.

    B. Indentifikasi Makalah

    Dari  latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

    1. Apa pengertian dari taksonomi Bloom?
    2. Bagaimana peran Taksonomi Bloom dalam Pembelajaran?

    C. Pembatasan Masalah

    Untuk memperjelas ruang lingkup pembahasan, maka masalah yang dibahas dibatasi pada masalah:

    1. Pembahasan tentang Taksonomi Bloom.
    2. Peran Taksonomi Bloom dalam Pembelajaran

    D. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah tersebut, masalah- masalah yang dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut:

    1. Apakah Pengertian Taksonomi Bloom dan sejarahnya ?
    2. Bagaimana Peran Taksonomi Bloom dalam Pembelajaran ?

    C. Tujuan

    Adapun tujuan makalah ini agar para mahasiswa diharapkan dapat :

    1. Mengetahui pengertian taksonomi.
    2. Memahami taksonomi yang dikemukakan menurut Bloom.
    3. Mengetahui peran Taksonomi Bloom dalam Pembelajaran.

    Bab II. Pembahasan

    A. Sejarah Taksonomi Bloom

    Taksonomi Bloom diperkenalkan oleh Benjamin Samuel Bloom (1913-1999). Bloom adalah psikolog pendidikan Amerika Serikat yang mengamati tentang taksonomi kognitif yang mendukung teori belajar tuntas. Bloom mendapatkan pendidikan Sarjana dan Magister di Universitas Pennsylvania State University sedangkan gelar Doktor dalam bidang pendidikan didapatkan di University of Chicago.

    Bloom kemudian bekerja sebagai staff Board of Examination di University of Chicago, lalu setelah ditunjukan sebagai pemeriksa pemeriksa di universitas sampai kemudian mengakhiri jabatan tersebut tahun 1959. Pekerjaan sebagai pengajar di Jurusan Pendidikan University of Chicago dimulai tahun 1944 untuk kemudian ditunjuk sebagai Distinguished Service Professor pada tahun 1970. Ia menjabat sebagai presiden American Educational Research Association dari tahun 1965 sampai 1966. Ia menjadi penasihat pendidikan bagi pemerintahan Israel, India, dan beberapa bangsa lain.

    Kata Taksonomi diambil dari bahasa Yunani Tassein yang berarti untuk mengklasifikasi dan nomos yang berarti aturan. Taksonomi dapat diartikan sebagai klasifikasi berhirarki dari sesuatu, atau prinsip yang mendasari klasifikasi. Hampir semua ( benda bergerak, benda diam, tempat, dan kejadian ) dapat diklasifikasikan menurut beberapa skema taksonomi.

    Dalam pendidikan, taksonomi dibuat untuk mengklasifikasikan tujuan pendidikan. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain, yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor. Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai tingkah laku yang paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan menyetarakan juga tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah. Taksonomi ini pertama kali disusun oleh Benjamin S. Bloom dan kawan-kawan pada tahun 1956, sehingga sering pula disebut sebagai “Taksonomi Bloom”.

    B. S. Bloom bersama rekan-rekannya yang berpikir sehaluan, menjadi kelompok pelopor dalam menyumbangkan suatu klasifikasi tujuan instruksional (educational objectives). Pada tahun 1956, terbitlah karya “Taxonomy of Educational Objectives”, Cognitive Domain”. Pada tahun 1964, terbitlah karya “Taxonomy of Educational Objectives, Affective Domain”. Kelompok pelopor ini tidak berhasil menerbitkan suatu taksonomi yang menyangkut tujuan instruksional di bidang psikomotorik (psychomotor domain). Orang lainlah yang mengembangkan suatu klasifikasi di bidang ini, antara lain E. Simpson pada tahun 1967 dan A. Harrow pada tahun 1972.

    Adapun suatu taksonomi adalah merupakan suatu tipe system klasifikasi yang khusus, yang berdasarkan data penelitian ilmiah mengenai hal-hal yang digolong-golongkan dalam sistematika itu. Misalnya klasifikasi atas genus dan species terhadap tumbuh-tumbuhan dan binatang, sebagaimana dikembangkan dalam ruang lingkup Biologi, sesuailah dengan apa yang diketahui tentang tumbuh-tumbuhan dan binatang. Sistematika pembagian / penggolongan itu tidak berdasarkan suatu sistematika yang ditentukan sendiri (yang bersifat arbitrer), sebagaimana terjadi dalam kartotek perpustakaan, yang mengklasifikasikan buku-buku menurut urutan abjad nama-nama pengarang, menurut urutan abjad judul-judul buku atau menurut topik-topik yang dibahas dalam buku-buku itu. Taksonomi-taksonomi di tiga rana kognitif, afektif, dan psikomotorik, yang dikembangkan oleh kelompok pelopor ini dan beberapa orang lain, memang disebut “taxonomy”, tetapi menurut pendapat beberapa ahli psikologi belajar, mungkin tidak seluruhnya memenuhi tuntutan suatu taksonomi sebagaimana dijelaskan diatas, khususnya dalam rana kognitif. Meskipun demikian, nama taksonomi akan tetap dipertahankan di sini, sesuai dengan sumber-sumber yang asli, kecuali untuk sistematika yang dikembangkan oleh Simpson dalam rana psikomotorik yang menggunakan nama/judul “klasifikasi” (classification).

    B. Peran Taksonomi Bloom dalam Model Pembelajaran

    Dalam proses mengajar kita harus merumuskan tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran itulah yang akan kita jadikan sebagai tolak ukur dari hasil belajar siswa. Taksonomi Bloom dapat membantu kita untuk mengetahui sampai dimana tingkat keberhasilan kita dalam proses belajar mengajar sehingga dapat dievaluasi dan ditingkatkan menjadi lebih baik lagi dan atau dinaikkan lagi setingkat lebih tinggi dari semula.

    Adapun taksonomi Bloom berdasar area atau rana adalah Rana Kognitif terdiri dari Pengetahuan (Knowledge); Pemahaman (Comprehension); Penerapan (Application); Analisa (Analysis); Sintesa (Syntesis); Evaluasi (Evaluation), Rana Afektif terdiri dari Penerimaan (Receiving) Partisipasi (Responding); Penilaian / Penentuan Sikap (Valuing); Organisasi (Organization); Pembentukan Pola Hidup (Characterization By A Value Or Value Complex), Rana Psikomotorik terdiri dari Persepsi (Perception); Kesiapan (Set); Gerakan Terbimbing (Guided Response); Gerakan yang Terbiasa (Mechanical Response); Gerakan Yang Kompleks (Complex Response); Penyesuaian Pola Gerakan (Adaptation); Kreativitas (Creativity)

    a. Rana Kognitif

    Kawasan kognitif yaitu kawasan/area yang berkaitan aspek-aspek intelektual atau berfikir/nalar terdiri dari :

    1. Pengetahuan (Knowledge)

    Mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan. Hal-hal itu dapat meliputi fakta, kaidah dan prinsip, serta metode yang diketahui. Pengetahuan yang disimpan dalam ingatan, digali pada saat dibutuhkan melalui bentuk ingatan mengingat (recall) atau mengenal kembali (recognition).

    Misalnya, TIK yang untuk sebagian dirumuskan sebagai berikut : “siswa akan mampu menyebutkan nama semua sekretaris jenderal PBB, sejak saat PBB mulai berdiri”. Siswa akan mampu menulis semua nama provinsi di Indonesia, pada peta perbatasan daerah-daerah propinsi”.

    2. Pemahaman (Comprehension)

    Mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam menguraikan isi pokok dari suatu bacaan, mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk lain, seperti rumus matematika ke dalam bentuk kata-kata, membuat perkiraan tentang kecenderungan yang nampak dalam data tertentu, seperti dalam grafik.

    3. Penerapan (Application)

    Mencakup kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode bekerja pada suatu kasus/problem yang kongkret dan baru. Adanya kemampuan dinyatakan dalam aplikasi suatu rumus pada persoalan yang belum dihadapai atau aplikasi suatu metode kerja pada pemecahan problem baru.

    4. Analisa (Analysis)

    Mencakup kemampuan untuk merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian, sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami dengan baik. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam penganalisaan bagian-bagian pokok atau komponen-komponen dasar, bersama dengan hubungan/relasi antara bagian-bagian itu.

    5. Sintesa (Synthesis)

    Mencakup kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau pola baru. Bagian-bagian dihubungkan satu sama lain, sehingga terciptakan suatu bentuk baru.

    6. Evaluasi (Evaluation)

    Mencakup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersama dengan pertanggungjawaban pendapat itu, yang berdasarkan kriteria tertentu. Kemampuan itu dinyatakan dalam memberikan penilaian terhadap sesuatu, seperti penilaian terhadap pengguguran kandungan berdasarkan norma moralitas, atau pernyataan pendapat terhadap sesuatu, seperti dalam menilai tepat-tidaknya perumusan suatu TIK, berdasarkan kriteria yang berlaku dalam perumusan TIK yang baik.

    b. Rana Afektif

    Pembagian domain ini disusun Bloom bersama dengan David Krathwol.Kawasan afektif yaitu kawasan yang berkaitan aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya, terdiri dari :

    1. Penerimaan (Receiving/Attending)

    Mencakup kepekaan akan adanya suatu perangsang dan kesediaan untuk memperhatikan rangsangan itu, seperti buku pelajaran atau penjelasan yang diberikan oleh guru.

    2. Partisipasi (Responding):

    Mengadakan aksi terhadap stimulus, yang meliputi proses sebagai berikut :

    1. Kesiapan menanggapi (acquiescence of responding). Contoh : mengajukan pertanyaan, menempelkan gambar dari tokoh yang disenangi pada tembok kamar yang bersangkutan, atau mentaati peraturan lalu lintas.
    2. Kemauan menanggapi (willingness to respond), yaitu usaha untuk melihat hal-hal khusus di dalam bagian yang diperhatikan. Misalnya pada desain atau warna saja.
    3. Kepuasan menanggapi (satisfaction in response), yaitu adanya aksi atau kegiatan yang berhubungan dengan usaha untuk memuaskan keinginan mengetahui. Contoh kegiatan yang tampak dari kepuasan menanggapi ini adalah bertanya, membuat coretan atau gambar, memotret dari objek yang menjadi pusat perhatiannya, dan sebagainya.
    3. Penilaian/Penentuan Sikap (Valuing)

    Mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian itu. Mulai dibentuk suatu sikap : menerima, menolak atau mengabaikan, sikap itu dinyatakan dalam tingkah laku yang sesuai dan konsisten dengan sikap batin.

    4. Organisasi (Organization)

    Mencakup kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan. Nilai-nilai yang diakui dan diterima ditempatkan pada suatu skala nilai mana yang pokok dan selalu harus diperjuangkan, mana yang tidak begitu penting. Kemampuan itu dinyatakan dalam mengembangkan suatu perangkat nilai, seperti menguraikan bentuk keseimbangan yang wajar antara kebebasan dan tanggung jawab dalam suatu negara demokrasi atau menyusun rencana masa depan atas dasar kemampuan belajar, minat dan cita-cita hidup.

    5. Pembentukan Pola Hidup (Characterization By A Value Or Value Complex)

    Mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan sedemikian rupa, sehingga menjadi milik pribadi (internalisasi) dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehidupannya sendiri.

    3. Rana Psikomotorik

    Kawasan psikomotor yaitu kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot (neuronmuscular system) dan fungsi psikis. Kawasan ini terdiri dari :

    1. Persepsi (Perception)

    Mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan pembedaan antara ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing rangsangan. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam suatu reaksi yang menunjukkan kesadaran akan hadirnya rangsangan (stimulasi) dan perbedan antara rangsangan-rangsangan yang ada, seperti dalam menyisihkan benda yang berwarna merah dari yang berwarna hijau.

    2. Kesiapan (Set)

    Mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam keadaan akan memulai suatu gerakan atau rangkaian gerakan. Kemampuan ini dinyatakan dalam bentuk kesiapan jasmani dan mental, seperti dalam mempersiapkan diri untuk menggerakkan kendaraan yang ditumpangi, setelah menunggu beberapa lama di depan lampu lalu lintas yang berwarna merah.

    3. Gerakan Terbimbing (Guided Response)

    Mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik, sesuai dengan contoh yang diberikan (imitasi). Kemampuan ini dinyatakan dalam mengerakkan anggota tubuh, menurut contoh yang diperlihatkan atau diperdengarkan, seperti dalam meniru gerakan-gerakan tarian atau dalam meniru bunyi suara.

    4. Gerakan Yang Terbiasa (Mechanism Response)

    Mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik dengan lancar, karena sudah dilatih secukupnya, tanpa memperhatikan lagi contoh yang diberikan. Kemampuan ini dinyatakan dalam menggerakkan anggota-anggota tubuh, sesuai dengan prosedur yang tepat, seperti dalam menggerakkan kaki, lengan dan tangan secara terkoordinir.

    5. Gerakan Kompleks (Complex Response)

    Mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu keterampilan yang terdiri atas beberapa komponen, dengan lancar, tepat dan efisien. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam suatu rangkaian perbuatan yang berurutan dan menggabungkan beberapa sub ketrampilan menjadi suatu keseluruhan gerak-gerik yang teratur, seperti dalam membongkar mesin mobil dalam bagian-bagiannya dan memasangnya kembali.

    6. Penyesuaian Pola Gerakan (Adaptation)

    Mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dan menyesuaikan pola gerak-gerik dengan kondisi setempat atau dengan persyaratan khusus yang berlaku. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam menunjukkan suatu taraf ketrampilan yang telah mencapai kemahiran, misalnya seorang pemain tenis yang menyesuaikan pola permainannya dengan gaya bermain dari lawannya atau dengan kondisi lapangan.

    7. Kreativitas (Creativity)

    Mencakup kemampuan untuk melahirkan pola-pola gerak-gerik yang baru, seluruhnya atas dasar prakarsa dan inisiatif sendiri. Hanya orang-orang yang berketerampilan tinggi dan berani berpikir kreatif, akan mampu mencapai tingkat kesempurnaan ini, seperti kadang-kadang dapat disaksikan dalam pertunjukan tarian di lapisan es dengan diiringi musik instrumental.

    C. Manfaat Memahami Taksonomi Bloom

    Dengan memahami taksonomi Bloom, kita sebagai guru dapat memahami dan menerapkan jenjang-jenjang itu sesuai dengan kondisi siswa di dalam kelas. Beberapa kemungkinan yang dapat diterapkan dalam situasi kelas adalah :

    1. Semua siswa melakukan aktivitas mengingat dan memahami, kemudian beberapa siswa dapat melakukan aktivitas pada jenjang yang lebih tinggi (higher order thinking skills).
    2. Beberapa siswa bekerja pada keterampilan berfikir jenjang dasar (basic thinking skills), sementara beberapa siswa lain yang lebih cepat berfikirnya bekerja pada jenjang yang lebih tinggi.
    3. Beberapa siswa melakukan aktivitas jenjang dasar, kemudian mereka dapat memilih aktivitas pada jenjang yang lebih tinggi.
    4. Beberapa aktivitas dikatakan wajib dikerjakan (essensial), sedangkan yang lainnya digolongkan sebagai pilihan (optional).
    5. Guru menerapkan proses pembelajaran diawali dengan membawa masalah yang berjenjang kemudian siswa dirangsang untuk aktif berfikir pada tingkatannya.

    Proses penerapan taksonomi Bloom tentu saja harus dianalisis tingkat kebutuhan dan karakteristis siswa/peserta didik yang kita ajar, proses pengetahuan gambaran awal kemampuan siswa tertera dalam Kriteria Ketuntasan minimal (KKM) khususnya intake siswa.

    D. Hasil-hasil Belajar

    Hasil belajar berwujud penampilan-penampilan yang disebut kemampuan-kemampuan (capabilities). Di antaranya bersifat kognitif, yaitu:

    1. Keterampilan Intelektual

    Termasuk dalam keterampilan intelektual adalah :

    Diskriminasi-diskriminasi, merupakan suatu konsep kemampuan untuk mengadakan respons-respons yang berbeda terhadap stimulus-stimulus yang berbeda dalam satu atau lebih dimensi fisik.

    1. Konsep-konsep konkret, menunjukkan suatu sifat objek atau atribut objek. Dalam hal ini diyakini bahwa penampilan manusia merupakan sebuah konsep yang konkret. Belajar konkret merupakan prasyarat dari belajar abstrak.
    2. Konsep terdefinisi, mensyaratkan kemampuan mendemonstrasikan arti dari kelas tertentu tentang objek-objek, kejadian-kejadian, atau hubungan-hubungan.
    3. Aturan-aturan, menunjukkan bagaimana penampilan mempunyai keteratuan dalam berbagai situasi khusus. Dalam hal ini konsep terdefinisi merupakan merupakan suatu bentuk khusus dari aturan yang bertujuan untuk mengelompokkan objek-objek, dan kejadian-kejadian. Dapat pula dikatakan bahwa konsep terdefinisi merupakan suatu aturan pengklasifikasian.
    4. Aturan-aturan tingkat tinggi, merupakan gabungan dari berbagai aturan-aturan sederhana yang dipergunakan untuk memecahkan masalah. Aturan-aturan yang kompleks atau aturan-aturan tingkat tinggi ditemukan untuk memecahkan suatu masalah praktis atau sekelompok masalah.

    2. Strategi-strategi Kognitif Strategi

    Strategi kognitif merupakan suatu proses kontrol, yaitu proses internal yang digunakan siswa (orang yang belajar) untuk memilih dan mengubah cara-cara memberikan perhatian, belajar mengingat, dan berpikir.

    1. Strategi-strategi menghafal, yaitu siswa melakukan latihan tentang materi yang dipelajari dalam bentuk pengulangan terus-menerus.
    2. Strategi-strategi elaborasi, yaitu siswa mengasosiasikan hal – hal yang akan dipelajari dengan bahan-bahan lain yang tersedia. Misalnya pembuatan catatan secara matriks, penggunaan analogi, menyeleksi ide utama dari buku teks, dan penggunaan metode PQ4R (preview, question, read, reflect, recite, dan review)
    3. Strategi-strategi pengaturan, yaitu mempelajari materi dengan menyusun kerangka yang teratur dari materi tersebut.
    4. Strategi-strategi metakognitif, meliputi kemampuan siswa untuk menentukan tujuan belajar, memperkirakan n keberhasilan pencapaian tujuan itu, dan memilih alternatif untuk mencapai tujuan itu.
    5. Strategi-strategi afektif, yaitu teknik yang digunakan siswa untuk memusatkan dan mempertahankan perhatian, mengendalikan kemarahan dan menggunakan waktu secara efektif.

    3. Informasi Verbal

    Informasi verbal adalah informasi yang diperoleh dari belajar di sekolah, kata-kata yang diucapkan orang, membaca, radio, televisi, dan media yang lain.

    4. Sikap-sikap

    Sikap-sikap yang umum biasanya disebut dengan nilai. Sikap-sikap ini ditujukan pada perilaku-perilaku sosial seperti kata-kata kejujuran, dermawan, dan istilah-istilah lain yang lebih moralitas.

    5. Keterampilan-keterampilan motorik

    Keterampilan motorik tidak hanya meliputi kegiatan fisik, tetapi juga kegiatan-kegiatan motorik yang digabungkan dengan kegiatan-kegiatan intelektual, misalnya membaca dan menulis. Proses belajar mengajar di suatu kelas dapat dilakukan melalui beberapa fase yang tujuannya untuk mempermudah siswa dan guru berinteraksi dalam suatu proses belajar mengajar.

    Fase –fase tersebut adalah :

    1. Fase Motivasi (motivatim phase)

    Siswa (yang belajar) harus diberi motivasi untuk belajar dengan harapan, bahwa belajar akan memperoleh hadiah. Misalnya, siswa-siswa dapat mengharapkan bahwa informasi akan memenuhi keingintahuan mereka tentang suatu pokok bahasan, akan berguna bagi mereka atau dapat menolong mereka untuk memperoleh angka yang lebih baik.

    2. Fase Pengenalan (apperehending phase)

    Siswa harus memberikan perhatian pada bagian-bagian yang esensial dari suatu kejadian instruksional, jika belajar akan terjadi. Misalnya, siswa memperhatikan aspek-aspek yang relevan tentang apa yang ditunjukkan guru, atau tentang ciri-ciri utama dari suatu bangun datar.

    Guru dapat memfokuskan perhatian terhadap informasi yang penting, misalnya dengan berkata: “Perhatikan kedua bangun yang Ibu katakan, apakah ada perbedaannya”. Terhadap bahan-bahan tertulis dapat juga melakukan demikian dengan menggaris-bawahi kata, atau kalimat tertentu, atau dengan memberikan garis besarnya untuk setiap bab.

    3. Fase Perolehan (acquisition phase) B

    ila siswa memperhatikan informasi yang relevan, maka ia telah siap untuk menerima pelajaran. Informasi yang disajikan, sudah dikemukakan dalam bab-bab terdahulu, bahwa informasi tidak langsung disimpan dalam memori. Informasi itu diubah menjadi bentuk yang bermakna yang dihubungkan dengan informasi yang telah ada dalam memori siswa. Siswa dapat membentuk gambaran-gambaran mental dari informasi itu, atau membentuk asosiasi-asosiasi antara informasi baru dan informasi lama.

    Guru dapat memperlancar proses ini dengan penggunaan pengaturan-pengaturan awal (Ausubel. 1963), dengan membiarkan para siswa melihat atau memanipulasi benda-benda, atau dengan menunjukkan hubungan-hubungan antara informasi baru dan pengetahuan sebelumnya.

    4. Fase Retensi (retention phase)

    Informasi yang baru diperoleh harus dipindahkan dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang. Ini dapat terjadi melalui pengulangan kembali (rehearsal), praktek (practice), elaborasi atau lain-lainnya.

    5. Fase Pemanggilan (recall)

    Mungkin saja kita dapat kehilangan hubungan dengan informasi dalam memori jangka panjang. Jadi bagian penting dalam belajar adalah belajar memperoleh hubungan dengan apa yang telah kita pelajari, untuk memanggil (recall) informasi yang telah dipelajari sebelumnya.

    Hubungan dengan informasi ditolong oleh organisasi materi yang diatur dengan baik dengan mengelompokkan menjadi kategori-kategori atau konsep-konsep, lebih mudah dipanggil daripada materi yang disajikan tidak teratur. Pemanggilan juga dapat ditolong, dengan memperhatikan kaitan-kaitan antara konsep-konsep, khususnya antara informasi baru dan pengetahuan sebelumnya.

    6. Fase Generalisasi

    Biasanya informasi itu kurang nilainya jika tidak dapat diterapkan di luar konteks dimana informasi itu dipelajari. Jadi, generalisasi atau transfer informasi pada situasi-situasi baru merupakan fase kritis dalam belajar. Transfer dapat ditolong dengan meminta para siswa menggunakan keterampilan-keterampilan berhitung baru untuk memecahkan masalah-masalah nyata, setelah mempelajari pemuaian zat, mereka dapat menjelaskan mengapa botol yang berisi penuh dengan air dan tertutup, menjadi retak dalam lemari es.

    7. Fase Penampilan

    Para siswa harus memperlihatkan, bahwa mereka telah belajar sesuatu melalui penampilan yang tampak. Misalnya, setelah mempelajari bagaimana menggunakan busur derajat dalam pelajaran matematika, para siswa dapat mengukur besar sudut. Setelah mempelajari penjumlahan bilangan bulat, siswa dapat menjumlahkan dua bilangan yang disebutkan oleh temannya.

    8. Fase Umpan Balik

    Para siswa harus memperoleh umpan balik tentang penampilan mereka, menunjukkan apakah mereka telah atau belum mengerti tentang apa yang diajarkan.Umpan balik ini dapat memberikan masukan pada mereka penampilan yang berhasil.

    Bab III. Penutup

    A. Kesimpulan

    Kata taksonomi diambil dari bahasa Yunani yaitu “tassein” yang berarti untuk mengklasifikasi dan “nomos” yang berarti aturan. Taksonomi dapat diartikan sebagai klasifikasi berhirarki dari sesuatu, atau prinsip yang mendasari klasifikasi. Semua hal yang bergerak, benda diam, tempat, dan kejadian, sampai pada kemampuan berpikir dapat diklasifikasikan menurut beberapa skema taksonomi. Pendidikan lebih daripada pengajaran, karena pengajaran sebagai suatu proses transfer ilmu belaka, sedang pendidikan merupakan transformasi nilai dan pembentukan kepribadian dengan segala aspek yang dicakupnya. Perbedaan pendidikan dan pengajaran terletak pada penekanan pendidikan terhadap pembentukan kesadaran dan kepribadian anak didik di samping transfer ilmu dan keahlian.

    Taksonomi pendidikan lebih dikenal dengan sebutan “Taksonomi Bloom”. Taksonomi ini pertama kali disusun oleh Benjamin S. Bloom dan kawan-kawan. Dalam pendidikan, taksonomi dibuat untuk mengklasifikasikan tujuan pendidikan. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain, yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor. Proses penerapan taksonomi Bloom tentu saja harus dianalisis tingkat kebutuhan dan karakteristis siswa/peserta didik yang kita ajar, proses pengetahuan gambaran awal kemampuan siswa tertera dalam Kriteria Ketuntasan minimal (KKM) khususnya intake siswa.

    B. Saran

    Pendidikan sangat penting di era modern ini. Maka untuk menempuh pendidikan yang sukses perlu adanya teknik belajar dan pembelajaran yang baik dan menarik agar mereka yang belajar memiliki jiwa semangat tinggi untuk terus belajar dan menjadi generasi bangsa yang cerdas. Kami juga berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan kami berharap kritik dan saran yang bersifat positif untuk kesempurnaan makalah ini.

    DAFTAR PUSTAKA

    Abidin , M.Z. (2012). Taksonomi Bloom, Konsep dan Iplikisinya bagi Pendidikan Matematika. Online. Tersedia : http://www.masbied.com/2010/03/20/taksonomi-bloom-konsep-dan-implikasinya-bagi-pendidikan-matematika/. Diakses 09 Oktober 2015

    Dahara, Ratna wilis. 2006 . Teori-Teori Belajar Dan Pembelajaran. Bandung. Erlangga.

    Sagala,Syaiful.2010 . Konsep Dan Makna Pembelajaran . Bandung . Alfabeta.

    Wiranataputra, Udin.S.dkk.2007. Teori Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta .Universitas Terbuka.

    _____________. 2006. Lampiran Permendiknas no. 22 dan 41 tahun 2006 tentang Standar Isi dan Standar Proses untuk mata pelajaran matematika SD, SMP dan SMA. Jakarta : Depdiknas.

    Setiawan, dkk. 2008. Pengembangan pembelajaran dan penilaian untuk memfasilitasi Higher Order Thinking. Bahan ajar Diklat Guru Pengembang Matematika SMA jenjang Lanjut. Yogyakarta : PPPPPTK

    Matematika. Iriyanti, P. 2008. Taksonomi Bloom Revisi. Yogyakarta : PPPPPTK Matematika.

    Leriva. (2012). Taksonomi Bloom. Online. Tersedia: http://www.leriviaa.blogspot.com/2012/10/taksonomi-bloom.html. Diakses 09 Oktober 2015

  • Aliran Psikologi dalam Teori Belajar

    Bab I Pendahuluan

    A. Latar Belakang Masalah 

    Pengajaran identik dengan pendidikan. Proses pengajaran adalah proses pendidikan. Setiap kegiatan pengajaran adalah untuk mencapai tujuan pendidikan. Pengajaran adalah suatu proses aktivitas mengajar dan belajar, di dalamnya terdapat dua subjek yang saling terlibat, yaitu guru dan peserta didik. 

    Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam melaksanakan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Adanya proses yang panjang dan tertata dengan rapi serta berjenjang akan memungkinkan belajar menjadi lebih baik dan efisien.

    Teori belajar selalu bertolak belakang dari sudut pandangan psikologi belajar tertentu. Dengan berkembangnya psikologi dalam pendidikan, maka bebarengan dengan itu bermunculan pula berbagai teori tentang belajar. Justru dapat dikatakan, bahwa dengan tumbuhnya pengetahuan tentang belajar, maka psikologi dalam pendidikan menjadi berkembang secara pesat. 

    Di dalam masa perkembangan psikologi pendidikan di jaman mutakhir ini muncullah secara beruntun beberapa aliran psikologi pendidikan, masing-masing yaitu: psikologi Behaviorisme, Kognitif, Humanisme, dan Psikoanalisis. Keempat aliran psikologi pendidikan tersebut tumbuh dan berkembang secara beruntun, dari periode ke periode berikutnya. Dalam setiap periode perkembangan aliran psikologi tersebut bermunculan teori-teori tentang belajar.

    Dengan latar belakang tersebut,maka dalam makalah ini penulis akan menguraikan tentang “Aliran Psikologi yang Mendasari Teori Belajar”. 

    B. Rumusan Masalah

    Berpijak dari latar belakang masalah di atas, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut: 

    1. Bagaimana aliran behaviorisme dan cirri-ciri yang dimiilikinya? 
    2. Bagaimana aliran kognitif dan cirri-ciri yang dimilikinya? 
    3. Bagaimana aliran humanisme dan cirri-ciri yang dimiilikinya? 
    4. Bagaimana aliran psikoanalisis dan cirri-ciri yang dimiilikinya?

    C. Tujuan Pembuatan 

    Makalah Berdasarkan pada permasalahan yang diajukan diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam makalah ini adalah sebagai berikut: 

    1. Untuk mengetahui aliran-aliran apa saja yang mendasari teori belajar. 
    2. Untuk mengetahui bagaimana maksud aliran Behaviorisme, Kognitif, humanism, dan Psikoanalisis.
    3. Untuk mengetahui tokoh-tokoh serta cirri-ciri masing-masing aliran yang mendasari teori belajar.

    D. Manfaat Makalah 

    Berdasarkan tujuan diatas, nantinya diharapkan makalah ini bermanfaat bagi penulis maupun orang lain. Adapun manfaat yang ingin diperoleh dari makalah ini adalah: 

    1. Manfaat Teoritis

    Hasil makalah ini diharapkan dapat memberi pengetahuan tentang aliran yang mendasari teori belajar. 

    2. Manfaat Praktis 

    1. Bagi Guru Makalah ini dapat dijadikan pedoman bagi guru sebagai salah satu sumber informasi dan bahan acuan dalam meningkatkan keberhasilan pembelajaran. 
    2. Bagi Siswa Untuk memberi wawasan kepada peserta didik mengenai aliran yang mendasari teori belajar sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan akhirnya memiliki tingkat keberhasilan belajar yang baik. 
    3. Bagi penulis Sebagai bahan untuk menambah wawasan pengetahuan tentang aliran yang mendasari teori belajar. 

    Bab II. Latar Belakang

    Memasuki abad ke-19 beberapa ahli psikologi mengadakan penelitian eksperimental tentang teori belajar, walaupun pada waktu itu para ahli menggunakan binatang sebagai objek penelitiannya. Penggunaan binatang sebagai objek penelitian didasarkan pada pemikiran bahwa apabila binatang yang kecerdasannya dianggap rendah dapat melakukan eksperimen teori belajar, maka sudah dapat dipastikan bahwa eksperimen itupun dapat berlaku bahkan dapat lebih berhasil pada manusia, karena manusia lebih cerdas dari pada binatang. 

    Dari berbagai tulisan yang membahas tentang perkembangan teori belajar seperti (Atkinson, dkk. 1997; Gredler Margaret Bell, 1986) memaparkan tentang teori belajar yang secara umum dapat dikelompokkan dalam empat kelompok atau aliran meliputi: 

    1. teori belajar Behavioristik
    2. teori belajar kognitif
    3. teori belajar humanistic 
    4. teori belajar psikoanalisis. 

    Keempat aliran belajar tersebut memiliki karakteristik yang berbeda, yakni aliran behavioristik menekankan pada “hasil” dari pada proses belajar. Aliran kognitif menekankan pada “proses” belajar. Aliran humanistic menekankan pada “isi” atau apa yang dipelajari. Aliran Psikoanalisis menekankan pada “kejiwaan”. Kajian tentang keempat aliran tersebut akan diuraikan satu persatu.

    Behaviorisme

    Behaviorisme merupakan salah satu aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu.

    Dalam Kamus Psikologi disebutkan juga beberapa pengertian Behaviorisme: 

    1. Pandangan beberapa ahli psikologi pada awal abad 20 yang menentang metode introspeksi; dan menganjurkan agar psikologi dibatasi pada penelaahan perilaku yang terlihat (observable behavior) untuk dijadikan dasar pertimbangan data ilmiah. 
    2. Suatu aliran (dan sistem) psikologi yang dikembangkan oleh John B. Watson; suatu pandangan umum yang menekankan peranan perilaku yang bias diamati (terbuka, overt behavior) serta memperkecil arti dari proses-proses mental. 
    3. Pandangan yang menyatakan bahwa perilaku manusia dan hewan bias dimengerti, bias diramalkan dan dikontrol tanpa bantuan keterangan-keterangan yang menyangkut keadaan mentalnya. Suatu aliran psikologi, yang menekankan agar psikologi dibatasi pada studi mengenai perilaku saja.

    Behaviorisme adalah sebuah aliran dalam psikologi yang didirikan oleh John B. Watson pada tahun 1913 yang berpendapat bahwa perilaku harus merupakan unsur subjek tunggal psikologi. Behaviorisme merupakan aliran revolusioner, kuat dan berpengaruh, serta memiliki akar sejarah yang cukup dalam. Behaviorisme lahir sebagai reaksi terhadap introspeksi (yang menganalisis jiwa manusia berdasarkan laporan-laporan subjektif) dan juga Psikoanalisis (yang berbicara tentang alam bawah sadar yang tidak tampak).

    Teori belajar psikologi behavioristik dikemukakan oleh para psikolog behavioristik. Mereka berpendapat, bahwa tingkah laku manusia itu dikendalikan oleh ganjaran (reward) atau penguatan (reinforcement”) dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioral dengan stimulasinya. 

    Guru-guru yang menganut pandangan ini berpendapat bahwa tingkah laku murid-murid merupakan reaksi-reaksi terhadap lingkungan mereka pada masa lalu dan masa sekarang, dan bahwa segenap tingkah laku adalah merupakan hasil belajar. Kita dapat menganalisis kejadian tingkah laku dengan jalan mempelajari latar belakang penguatan (reinforcement) terhadap tingkah laku tersebut. Psikologi aliran behavioristik mulai berkembang sejak lahirnya teori-teori tentang belajar. Tokoh-tokohnya antara lain E.L. Thorndike, Ivan Petrovich Pavlov, B.F. Skinner, dan Bandura.

    Berdasarkan pengalaman penelitian masing-masing, yang berbeda satu sama lain, mereka menciptakan teori belajar yang berbeda, tetapi mempunyai kesamaan dalam prinsipnya, yaitu bahwa perubahan tingkah laku terjadi karena (semata-mata) lingkungan. 

    Ciri- ciri aliran Behaviorisme: 

    1. Mementingkan pengaruh lingkungan. 
    2. Mementingkan bagian-bagian dari pada keseluruhan. 
    3. Mementingkan reaksi psikomotor. 
    4. Mementingkan sebab-sebab masa lampau. 
    5. Mementingkan pembentukan kebiasaan. 
    6. Mengutamakan mekanisme terjadinya hasil belajar. 
    7. Mengutamakan “trial and error”.

    Dalam buku lain juga disebutkan bahwa ciri-ciri utama aliran Behaviorisme antara lain: 

    1. Aliran ini mempelajari perbuatan manusia bukan dari kesadarannya, melainkan hanya mengamati perbuatan dan tingkah laku yang berdasarkan kenyataan. Pengalaman-pengalaman batin dikesampingkan. Dan hanya perubahan dan gerak-gerik pada badan sajalah yang dipelajari. Maka sering dikatakan bahwa Behaviorisme adalah psikologi tanpa jiwa. 
    2. Segala macam perbuatan dikembalikan kepada reflex Behaviorisme mencari unsur-unsur yang paling sederhana yakni perbuatan-perbuatan bukan kesadarn, yang dinamakan reflex. Refleks adalah reaksi yang tidak disadari terhadap suatu perangsang. Manusia dianggap suatu kompleks refleks atau suatu mesin reaksi. 
    3. Behaviorisme berpendapat bahwa pada waktu dilahirkan semua adalah sama. Menurut Behaviorisme pendidikan adalah maha kuasa. Manusia hanya makhluk yang berkembang karena kebiasaan-kebiasaan, dan pendidikan dapat mempengaruhi refleks sekehendak hatinya.

    Kognitif Psikologi kognitif merupakan salah satu cabang dari psikologi umum dan mencakup studi ilmiah tentang gejala-gejala kehidupan mental sejauh berkaitan dengan cara manusia berpikir dalam memperoleh pengetahuan, mengolah kesan-kesan yang masuk melalui indra, pemecahan masalah, menggali ingatan pengetahuan dan prosedur kerja yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Kehidupan mental mencakup gejala kognitif, afektif, konatif sampai pada taraf tertentu, yaitu psikosomatis yang tidak dapat dipisahkan secara tegas satu sama lain. Oleh karena itu, psikologi kognitif tidak hanya menggali dasar gejala khas kognitif, tetapi juga dari afektif (penafsiran dan pertimbangan yang menyertai reaksi perasaan), konatif (keputusan kehendak).

    Ada beberapa ahli yang belum merasa puas terhadap penemuan-penemuan para ahli sebelumnya mengenai belajar sebagai proses hubungan stimulus-response-reinforcement. Mereka berpendapat, bahwa tingkah laku seseorang tidak hanya dikontrol oleh reward dan reinforcement. Mereka ini adalah para ahli jiwa aliran kognitivistik. Menurut pendapat mereka,tingkah laku seseorang senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi. 

    Dalam situasi belajar, seseorang terlibat langsung dalam situasi itu dan memperoleh insight untuk pemecahan masalah. Jadi, kaum kognitivistik berpandangan, bahwa tingkah laku seseorang lebih bergantung kepada insight terhadap hubungan-hubungan yang ada di dalam suatu situasi. Keseluruhan adalah lebih dari bagian-bagiannya. Mereka member tekanan pada organisasi pengamatan atas stimuli di dalam lingkungan serta pada faktor-faktor yang mempengaruhi pengamatan.

    Tokoh-tokohnya antara lain Kohler, Max wertheimer, Kurt Lewin, dan Bandura. Teori belajar mereka diciptakan berdasarkan percobaan-percobaan masing-masing yang tidak sama, tetapi dasar belajar mereka sama, yaitu bahwa dalam belajar terdapat kemampuan mengukur lingkungan, sehingga lingkungan tidak otomatis mempengaruhi manusia. 

    Ciri-ciri aliran Kognitif adalah: 

    1. Meningkatkan apa yang ada dalam diri manusia 
    2. Meningkatkan keseluruhan daripada bagian-bagian 
    3. Meningkatkan peranan kognitif 
    4. Meningkatkan kondisi waktu sekarang 
    5. Meningkatkan pembentukan struktur kognitif 
    6. Mengutamakan keseimbangan dalam diri manusia 
    7. Mengutamakan “insight” (pengertian).

    Humanisme Teori jenis ketiga adalah teori humanistic. Humanism adalah aliran kemanusiaan, humanism adalah suatu pendekatan psikologis, dimana ditonjolkan masalah-masalah, kepentingan-kepentingan manusiawi, nilai-nilai dan martabat manusiawi. 

    Menurut kamus psikologi ada beberapa pengertian tentang psikologi Humanistik antara lain: 

    1. Suatu pendekatan terhadap psikologi yang menekankan usaha melihat orang sebagai makhluk-makhluk yang utuh, dengan memusatkan diri pada kesadaran subjektif, meneliti masalah-masalah manusiawi yang penting, serta memperkaya kehidupan manusia. 
    2. Pendekatan psikologi secara umum, yang menekankan sifat-sifat karakteristik yang membedakan makhluk-makhluk manusia dari hewan-hewan lainnya. Para psikolog Humanistik terutama sekali menekankan kapasitas-kapasitas manusiawi yang sosiatif dan konstruktif. 
    3. Pendekatan terhadap studi atas keberadaan manusia, yang menekankan masalah keseluruhan pribadi serta unsure-unsur pokok (konstituen-konstituen) internal dan integrative dari totalitas aku pribadi seseorang, motif-motif, niat-niat, perasan-perasaan dan seterusnya.

    Bagi penganut teori ini, proses belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri. Dari keempat teori belajar, teori humanistic inilah yang paling abstrak, yang paling mendekati dunia filsafat dari pada dunia pendidikan. Meskipun teori ini sangat menekankan pentingnya “isi” dari proses belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal.

    Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti apa adanya, seperti apa yang biasa kita amati dalam dunia keseharian. Wajar jika teori ini sangat bersifat eklektik. Teori apapun dapat dimanfaatkan asal tujuan untuk memanusiakan manusia (mencapai aktualisasi diri dan sebagainya itu) dapat tercapai.

    Dalam dunia pendidikan aliran humanistic muncul pada tahun 1960 sampai dengan 1970-an dan mungkin perubahan-perubahan dan inovasi yang terjadi selama dua dekade yang terakhir pada abad 20 ini pun juga akan menuju pada arah ini. (John Jarolimek dan Clifford Foster, 1976, hlm.330).

    Dalam menyoroti masalah perilaku, ahli-ahli psikologi behavioral dan humanistic mempunyai pandangan yang sangat berbeda. Perbedaan ini dikenal sebagai freedom determination issue. Para behavioris memandang orang sebagai makhluk reaktif yang memberikan responnya terhadap lingkungannya. Pengalaman lampau dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Sebaliknya para humanis mempunyai pendapat bahwa tiap orang itu menentukan perilaku mereka sendiri. Mereka bebas dalam memilih kualitas hidup mereka, tidak terikat oleh temannya.

    Psikologi Kognitif disempurnakan oleh tokoh-tokoh seperti Carl Rogers dan Frankel. Jadi ciri-ciri kognitif masih terdapat dalam aliran psikologi humanisme. Ciri-ciri aliran humanisme:

    1. Mementingkan manusia sebagai pribadi 
    2. Mementingkan kebulatan pribadi 
    3. Mementingkan peranan kognitif dan efektif 
    4. Mementingkan persepsi subjektif yang dimiliki tiap individu 
    5. Mementingkan kemampuan menentukan bentuk tingkah laku sendiri
    6. Mengutamakan “insight”.

    Abraham Maslow (1908-1970) dapat dipandang sebagai bapak dari psikologi humanistic. Gerakan ini merupakan gerakan psikologi yang merasa tidak puas dengan psikologi behavioristik dan psikoanalisis, dan mencari alternatif psikologi yang fokusnya adalah manusia dengan ciri-ciri eksistensinya. 

    Gerakan ini kemudian dikenal dengan psikologi humanistic (Misiak dan Sexton,1988).[18] Manusia adalah makhluk yang kreatif, yang dikendalikan bukan oleh kekuatan-kekuatan ketidaksadaran-psikoanalisis-melainkan oleh nilai-nilai dan pilihan-pilihannya sendiri. Pada tahun 1958 Maslow menamakan psikologi humanistic sebagai “kekuatan yang ketiga”, disamping psikologi behavioristik dan psikoanalisis sebagai kekuatan pertama dan kekuatan kedua.

    Ada empat cirri psikologi yang berorientasi humanistic, yaitu: 

    1. Memusatkan perhatian pada person yang mengalami, dan karenanya berfokus pada pengalaman sebagai fenomena primer dalam mempelajari manusia. 
    2. Menekankan pada kualitas-kualitas yang khas seperti kreatifitas, aktualisasi diri, sebagai lawan dari pemikiran tentang manusia yang mekanistis dan reduksionistis. 
    3. Menyandarkan diri pada kebermaknaan dalam memilih masalah-masalah yang akan dipelajari dan prosedur-prosedur penelitian yang akan digunakan. 
    4. Memberikan perhatian penuh dan meletakkan nilai yang tertinggi pada kemuliaan dan martabat manusia serta tertarik pada perkembangan potensi yang inheren pada setiap individu (Misiak dan Sexton, 1988). 

    Selain Maslow sebagai tokoh dalam psikologi humanistic, juga Carl Rogers (1902-1987) yang terkenal dengan client-centered therapy. Psikoanalisis Psikoanalisis adalah satu psikoterapi yang secara tipis mencakup angan-angan dan mimpi-mimpi. Kesulitan-kesulitan pasien ditafsirkan oleh analis bagi dirinya, dan dia dinasehati untuk berbuat sesuatu untuk meredakan atau menguranginya. Data yang diperoleh melalui prosedur psikoanalisis biasanya ditafsirkan sesuai dengan teori psikoanalitik. 

    Teori aslinya yaitu dari Freud, sangat menekankan seksualitas yang tertekan atau yang ada dalam sub kesadaran. Sekarang ini terdapat beberapa sekolah , aliran psikoanalisa, beberapa dari padanya berbeda dengan pendirian Freud dalam hal tidak terlalu menekankan motivasi seksual. Beberapa dari sekolah tersebut menekankan dasar-dasar sosial maupun biologis dari motivasi manusia.

    Pendiri Psikoanalisis adalah Sigmund freud (1856-1936). Tujuan dari psikoanalisis dari Freud adalah membawa ke tingkat kesadaran mengenai ingatan atau pikiran-pikiran yang direpres atau ditekan, yang diasumsikan sebagai sumber perilaku yang tidak normal dari pasien. Menurut Freud dalam kehidupan sehari-hari baik orang yang normal maupun orang yang neurotic keadaan tidak sadar (unconscious ideas) bergelut untuk mengekspresikan dan dapat memotivasi pemikiran ataupun perilaku.

    Psikoanalisis merupakan psikologi sebagai suatu ilmu. Akan tetapi untuk kepentingan pengobatan, Freud mengatakan psikoanalisis ini boleh disebut sebagai suatu cara atau penyembuhan. 

    Ciri-ciri aliran psikoanalisis: (1) Proses kejiwaan meliputi proses kesadaran dan proses ketidaksadaran. (2) Menganut prinsip “psychic determinism” yang berarti bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam pikiran seseorang, tidaklah terjadi secara kebetulan, melainkan karena peristiwa kejiwaan yang mendahuluinya. Peristiwa kejiwaan yang satu berkaitan dengan peristiwa lainnya, dan menimbulkan hubungan sebab-akibat. (3) Proses-proses mental yang tidak disadari berfungsi lebih banyak dan lebih penting dalam kondisi mental baik normal maupun abnormal.

    Perbedaan aliran Psikoanalisa, Humanistik, dan Behavior: 

    1. Aliran Psikoanalisa: mengabaikan potensi-potensi , melihat dari sisi negatif individu, alam bawah sadar, mimpi, dan masa lalu. 
    2. Aliran Behaviorisme: mengabaikan potensi-potensi yang ada pada diri manusia, manusia diperlakukan sebagai mesin yang artinya manusia sebagai satu sister kompleks yang bertingkah laku menurut cara yang sesuai hukum. 
    3. Aliran Humanistik: tidak mengabaikan potensi-potensi yang ada pada diri manusia, percaya pada kodrat individu, artinya individu pasti dapat dan harus mengatasi masa lampau atau Psikoanalisa, secara kodrat biologis dan lingkungan.

    Bab III. Masalah

    Makalah ini membahas tentang aliran yang mendasari teori belajar. Dimana makalah ini memaparkan bahwa, aliran yang mendasari teori belajar itu ada empat yakni aliran Behaviorisme, Kognitif, Humanisme, dan Psikoanalisis. Menurut Cronbach, dia mengemukakan dalam bukunya “Educational Psychology” dengan mengatakan bahwa belajar dengan yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami itu si pengajar menggunakan panca inderanya. 

    Berdasarkan apa yang sudah dipaparkan di atas bahwa terdapat beberapa macam aliran yang mendasari teori belajar dan mempunyai cirri-ciri yang berbeda. Aliran Behaviorisme merupakan aliran dalam psikologi yang timbul sebagai perkembangan dari psikologi pada umumnya. Para ahli psikologi dalam rumpun behaviorisme ingin meneliti psikologi secara objektif. Mereka berpendapat bahwa kesadaran merupakan hal yang dubious, sesuatu yang tidak dapat diobservasi secara langsung, secara nyata.

    Rumpun ini sangat menekankan perilaku atau tingkah laku yang dapat diamati. Aliran Kognitif, dasarnya bahwa belajar terdapat kemampuan mengenal lingkungan sehingga, lingkungan tidak otomatis mempengaruhi manusia. Aliran Humanisme, lahir sebagai revolusi ketiga atau dikatakan sebagai mazhab ketiga Psikologi. Aliran Humanistik melengkapi aspek-aspek dasar dari aliran psikoanalisis dan behaviorisme dengan memasukkan aspek positif yang menentukan seperti cinta, kreativitas, nilai makna dan pertumbuhan pribadi. 

    Psikologi Humanistik banyak mengambil penganut psikoanalisis Neofreudian. 

    “Asumsi dasar aliran ini yang membedakan dengan aliran lain adalah perhatian pada makna kehidupan bahwa manusia bukanlah sekedar pelakon tetapi pencari makna kehidupan. 

    Abraham Maslow menyatakan“Studi tentang orang-orang yang mengaktualisasikan dirinya mutlak menjadi fondasi bagi sebuah ilmu psikologi yang lebih semesta”. (Frank Goble, 1993,34). Aliran psikoanalisa, pertama kali diperkenalkan oleh Sigmund Freud. 

    Dengan asumsi bahwa: 

    1. Perilaku dan proses mental manusia dimotivasi oleh kekuatan-kekuatan dan konflik-konflik dari dalam, manusia memiliki sedikit kesadaran dan kontrol atas kekuatan tersebut. Perilaku manusia menjadi lebih rasional bila diterima secara sosial. 
    2. Libido seksual mengikuti hukum kekekalan energy.

    Bab IV Penutup

    Kesimpulan Berdasarkan uraian sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 

    1. Behaviorisme adalah sebuah aliran dalam psikologi yang didirikan oleh John B. Watson pada tahun 1913 yang berpendapat bahwa perilaku harus merupakan unsur subjek tunggal psikologi. Behaviorisme merupakan aliran revolusioner, kuat dan berpengaruh, serta memiliki akar sejarah yang cukup dalam. 
    2. Ciri- ciri aliran Behaviorisme: 
      1. Mementingkan pengaruh lingkungan. 
      2. Mementingkan bagian-bagian dari pada keseluruhan. 
      3. Mementingkan reaksi psikomotor. 
      4. Mementingkan sebab-sebab masa lampau. 
      5. Mementingkan pembentukan kebiasaan. 
      6. Mengutamakan mekanisme terjadinya hasil belajar. 
      7. Mengutamakan “trial and error”. 
    3. Tokoh-tokoh aliran Behaviorisme antara lain E.L. Thorndike, Ivan Petrovich Pavlov, B.F. Skinner, dan Bandura. 
    4. Psikologi kognitif merupakan salah satu cabang dari psikologi umum dan mencakup studi ilmiah tentang gejala-gejala kehidupan mental sejauh berkaitan dengan cara manusia berpikir dalam memperoleh pengetahuan, mengolah kesan-kesan yang masuk melalui indra, pemecahan masalah, menggali ingatan pengetahuan dan prosedur kerja yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. 
    5. Ciri-ciri aliran Kognitif adalah: – Meningkatkan apa yang ada dalam diri manusia – Meningkatkan keseluruhan daripada bagian-bagian – Meningkatkan peranan kognitif – Meningkatkan kondisi waktu sekarang – Meningkatkan pembentukan struktur kognitif – Mengutamakan keseimbangan dalam diri manusia – Mengutamakan “insight” (pengertian). 
    6. Tokoh-tokoh aliran kognitif antara lain Kohler, Max wertheimer, Kurt Lewin, dan Bandura.
    7. Humanisme adalah suatu pendekatan psikologis, dimana ditonjolkan masalah-masalah, kepentingan-kepentingan manusiawi, nilai-nilai dan martabat manusiawi. 
    8. Ciri-ciri aliran humanisme: – Mementingkan manusia sebagai pribadi – Mementingkan kebulatan pribadi – Mementingkan peranan kognitif dan efektif – Mementingkan persepsi subjektif yang dimiliki setiap individu – Mementingkan kemampuan menentukan bentuk tingkah laku sendiri – Mengutamakan “insight” 
    9. Psikologi Humanisme tokoh-tokohnya seperti Carl Rogers dan Frankel. Abraham Maslow (1908-1970) dapat dipandang sebagai bapak dari psikologi humanistic. 
    10. Psikoanalisis merupakan psikologi sebagai suatu ilmu. Akan tetapi untuk kepentingan pengobatan, Freud mengatakan psikoanalisis ini boleh disebut sebagai suatu cara atau penyembuhan. Tujuan dari psikoanalisis dari Freud adalah membawa ke tingkat kesadaran mengenai ingatan atau pikiran-pikiran yang direpres atau ditekan, yang diasumsikan sebagai sumber perilaku yang tidak normal dari pasien. 
    11. Ciri-ciri aliran psikoanalisis: – Proses kejiwaan meliputi proses kesadaran dan proses ketidaksadaran. – Menganut prinsip “psychic determinism” yang berarti bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam pikiran seseorang, tidaklah terjadi secara kebetulan, melainkan karena peristiwa kejiwaan yang mendahuluinya. Peristiwa kejiwaan yang satu berkaitan dengan peristiwa lainnya, dan menimbulkan hubungan sebab-akibat. – Proses-proses mental yang tidak disadari berfungsi lebih banyak dan lebih penting dalam kondisi mental baik normal maupun abnormal
    12. Pendiri Psikoanalisis adalah Sigmund freud (1856-1936).

    Saran-saran Berdasarkan uraian makalah tersebut, maka penulis mengajukan saran: 

    1. Agar para pendidik lebih memahami akan aliran-aliran yang mendasari teori belajar supaya mengetahui lebih lanjut akan aliran tersebut dan bisa menerapkannya dalam proses pembelajaran.
    2. Bagi peserta didik supaya belajar yang sungguh-sungguh dan supaya bisa membedakan antara setiap aliran yang mendasari teori belajar.

    Penutup Alhamdulillah atas limpahan rahmat dan Fadhilahnya makalah ini bisa terselesaikan. Penulis telah berusaha semampu mungkin untuk menyempurnakan penyusunannya. Meskipun telah berusaha sekuat tenaga, penulis tidak menafikan kemungkinan bahwa makalah ini banyak kekurangan dan kesalahan. Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada pihak yang telah membantu terselesainya makalah ini. Besar harapan makalah ini bisa bermanfaat bagi para pembaca. Jika tujuan ini tercapai maka semua itu adalah karunia Allah SWT yang diberikan kepada siapapun yang Dikehendaki. 

    Allah SWT pemilik karunia yang agung. Kalau bukan karena-Nya, niscaya penulis tidak akan sanggup menyelesaikannya. Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupanya. Semoga Allah SWT menjadikan amal sebagai persembahan yang ikhlas semata-mata mengharapkan keridhoan-Nya. Semoga Allah mengilhamkan kebenaran pada ucapan kita, menjauhkan kita dari segala rintangan. Amin. Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya makalah ini. Saran dan kritik yang membangun bagi para pembaca sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini. 

    DAFTAR PUSTAKA 

    Andi, “Teori-teori Belajar”, http://www. Andi1988.wordpress.com/2009/01/28/teori-teori- belajar.phtml. Dalyono, M., Psikologi pendidikan, Jakarat: PT. Rineka Cipta, 2001, Cet. 

    Djaali, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008, Cet. 

    Gani, Abdul, “Rangkuman Materi-materi Diskusi Kelompok”, http://www.scribd.com/doc/ 46753211/psikoanalisis-behaviorisme-humanistik-jung-roger. 

    Kartono, Kartini dan Gulo, Dali, Kamus Psikologi, Bandung: CV. Pionir  Jaya, 2000. Muhammad, “Psikologi Aliran Behaviorisme”, http://www.psikologi.or.id. Mustaqim, Ilmu Jiwa Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2001, Cet. 

    Sari, Tanti Nur Indah, Perbedaan Aliran Psikoanalisa, Humanistik, dan Behavior”, http://www.t4nti.blog.com/2009/10/10/perbedaan-aliran-psikoanalisa-humanistik-dan- behavior.phtml.

    Soemanto, Wasty, Psikologi Pendidikan, Edisi Baru, Jakarta: PT. Rineka Cipta,1998, Cet. 4. 

    Sudrajat, Akhmad, Teori-teori Belajar”, http://www.scribd.com/cod/15874999/teoriteori- Belajar.phtml.

    Uno, Hamzah B., Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008, Cet. 3.

    Walgito, Bimo, Pengantar psikologi Umum, Yogyakarta: Andi, 2004.

  • Definisi Saham – Sekuritas Yang Mewakili Jumlah Kepemilikan Sebagian Aset dari Perusahaan

    Apa Itu Saham?

    Saham (juga dikenal sebagai ekuitas) adalah keamanan yang mewakili kepemilikan sebagian kecil dari suatu perusahaan. Ini memberikan hak kepada pemilik saham untuk mendapatkan bagian dari aset dan keuntungan perusahaan yang sama dengan berapa banyak saham yang mereka miliki. Unit saham disebut “saham”.

    Saham dibeli dan dijual terutama di bursa saham, meskipun ada juga penjualan pribadi, dan merupakan dasar dari banyak portofolio investor individu. Transaksi ini harus sesuai dengan peraturan pemerintah yang dimaksudkan untuk melindungi investor dari praktik penipuan. Secara historis, mereka telah mengungguli sebagian besar investasi lain dalam jangka panjang. Investasi ini dapat dibeli dari sebagian besar pialang saham online.
    Apa itu pengertian dari saham

    Memahami Saham

    Korporasi menerbitkan (menjual) saham untuk mengumpulkan dana guna menjalankan bisnis mereka. Pemegang saham (pemegang saham) sekarang telah membeli bagian dari korporasi dan, tergantung pada jenis saham yang dimiliki, mungkin memiliki klaim atas sebagian dari aset dan pendapatannya. Dengan kata lain, pemegang saham sekarang menjadi pemilik perusahaan penerbit. Kepemilikan ditentukan oleh jumlah saham yang dimiliki seseorang relatif terhadap jumlah saham yang beredar. Misalnya, jika sebuah perusahaan memiliki 1.000 lembar saham beredar dan satu orang memiliki 100 lembar saham, orang tersebut akan memiliki dan mengklaim 10% dari aset dan pendapatan perusahaan.
    Pemegang saham tidak memiliki perusahaan; mereka memiliki saham yang diterbitkan oleh perusahaan. Tetapi korporasi adalah jenis organisasi khusus karena hukum memperlakukan mereka sebagai badan hukum. Dengan kata lain, perusahaan mengajukan pajak, dapat meminjam, dapat memiliki properti, dapat digugat, dll. Gagasan bahwa korporasi adalah “orang” berarti bahwa korporasi memiliki asetnya sendiri. Kantor perusahaan yang penuh dengan kursi dan meja adalah milik perusahaan, dan bukan milik pemegang saham.3
    Saham ini penting karena harta perusahaan secara hukum terpisah dari harta pemegang saham, yang membatasi kewajiban baik korporasi maupun pemegang saham. Jika korporasi bangkrut, hakim dapat memerintahkan semua asetnya dijual – tetapi aset pribadi Anda tidak berisiko. Pengadilan bahkan tidak bisa memaksa Anda untuk menjual saham Anda, meskipun nilai saham Anda akan turun drastis. Demikian juga, jika pemegang saham utama bangkrut, dia tidak dapat menjual aset perusahaan untuk melunasi krediturnya.

    Pemegang Saham dan Kepemilikan Ekuitas

    Yang sebenarnya dimiliki pemegang saham adalah saham yang dikeluarkan oleh korporasi; dan korporasi memiliki aset yang dimiliki oleh perusahaan. Jadi, jika Anda memiliki 33% saham suatu perusahaan, tidak benar untuk menyatakan bahwa Anda memiliki sepertiga dari perusahaan itu; justru benar untuk menyatakan bahwa Anda memiliki 100% dari sepertiga saham perusahaan. Pemegang saham tidak dapat melakukan apa yang mereka inginkan dengan perusahaan atau asetnya. Seorang pemegang saham tidak dapat keluar dengan kursi karena perusahaan memiliki kursi itu, bukan pemegang saham. Ini dikenal sebagai “pemisahan kepemilikan dan kontrol.”
    Memiliki saham memberi Anda hak untuk memberikan suara dalam rapat pemegang saham, menerima dividen (yang merupakan keuntungan perusahaan) jika dan ketika dibagikan, dan memberi Anda hak untuk menjual saham Anda kepada orang lain.
    Jika Anda memiliki mayoritas saham, hak suara Anda meningkat sehingga Anda dapat secara tidak langsung mengontrol arah perusahaan dengan menunjuk dewan direksinya.5 Ini menjadi paling jelas ketika satu perusahaan membeli yang lain: perusahaan yang mengakuisisi tidak pergi berkeliling membeli gedung, kursi, karyawan; itu membeli semua saham. Dewan direksi bertanggung jawab untuk meningkatkan nilai perusahaan, dan sering kali melakukannya dengan mempekerjakan manajer profesional, atau pejabat, seperti Chief Executive Officer, atau CEO.
    Bagi sebagian besar pemegang saham biasa, tidak mampu mengelola perusahaan bukanlah masalah besar. Pentingnya menjadi pemegang saham adalah Anda berhak atas sebagian dari keuntungan perusahaan, yang, seperti yang akan kita lihat, merupakan dasar dari nilai saham. Semakin banyak saham yang Anda miliki, semakin besar porsi keuntungan yang Anda dapatkan. Banyak saham, bagaimanapun, tidak membayar dividen, dan sebaliknya menginvestasikan kembali keuntungan kembali ke pertumbuhan perusahaan. Laba ditahan ini, bagaimanapun, masih tercermin dalam nilai saham.

    Saham Biasa vs. Saham Preferen

    Ada dua jenis utama saham: biasa dan preferen. Saham biasa biasanya memberikan hak kepada pemiliknya untuk memberikan suara pada rapat pemegang saham dan menerima dividen yang dibayarkan oleh perusahaan. Pemegang saham preferen umumnya tidak memiliki hak suara, meskipun mereka memiliki klaim yang lebih tinggi atas aset dan pendapatan daripada pemegang saham biasa. Misalnya, pemilik saham preferen (seperti Larry Page) menerima dividen sebelum pemegang saham biasa dan memiliki prioritas jika perusahaan bangkrut dan dilikuidasi.
    Perusahaan dapat menerbitkan saham baru setiap kali ada kebutuhan untuk mengumpulkan uang tambahan. Proses ini melemahkan kepemilikan dan hak pemegang saham yang ada (asalkan mereka tidak membeli penawaran baru). Perusahaan juga dapat terlibat dalam pembelian kembali saham yang akan menguntungkan pemegang saham yang ada karena akan menyebabkan nilai saham mereka naik.

    Saham vs Obligasi

    Saham diterbitkan oleh perusahaan untuk meningkatkan modal, disetor atau saham, dalam rangka mengembangkan bisnis atau melakukan proyek baru. Ada perbedaan penting antara apakah seseorang membeli saham secara langsung dari perusahaan ketika menerbitkannya (di pasar perdana) atau dari pemegang saham lain (di pasar sekunder). Ketika korporasi menerbitkan saham, ia melakukannya dengan imbalan uang.
    Obligasi secara fundamental berbeda dari saham dalam beberapa hal. Pertama, pemegang obligasi adalah kreditur korporasi, dan berhak atas bunga serta pembayaran pokok. Kreditur diberikan prioritas hukum atas pemangku kepentingan lainnya dalam hal kepailitan dan akan dibuat utuh terlebih dahulu jika suatu perusahaan terpaksa menjual aset untuk melunasinya. Pemegang saham, di sisi lain, berada di urutan terakhir dan sering kali tidak menerima apa pun, atau hanya sen dolar, jika terjadi kebangkrutan. Ini menyiratkan bahwa saham secara inheren adalah investasi yang lebih berisiko daripada obligasi

    Pertanyaan yang Sering Diajukan

    Apa itu saham?
    Saham adalah jenis keamanan yang memberikan hak kepada pemegang sebagian kecil kepemilikan di sebuah perusahaan. Melalui kepemilikan saham ini, pemegangnya dapat diberikan sebagian dari pendapatan perusahaan, yang dibagikan sebagai dividen. Secara garis besar, ada dua jenis saham utama, saham biasa dan saham preferen. Pemegang saham biasa memiliki hak untuk menerima dividen dan memberikan suara dalam rapat pemegang saham, sedangkan pemegang saham preferen memiliki hak suara terbatas atau tidak sama sekali. Pemegang saham preferen biasanya menerima pembayaran dividen yang lebih tinggi, dan jika terjadi likuidasi, klaim aset yang lebih besar daripada pemegang saham biasa.
    Bagaimana cara membeli saham?
    Paling sering, saham dibeli dan dijual di bursa saham, seperti Nasdaq atau New York Stock Exchange (NYSE). Setelah sebuah perusahaan go public melalui penawaran umum perdana (IPO), saham mereka menjadi tersedia bagi investor untuk membeli dan menjual di bursa. Biasanya, investor akan menggunakan akun pialang untuk membeli saham di bursa, yang akan mencantumkan harga beli (bid) atau harga jual (offer). Harga saham dipengaruhi oleh faktor penawaran dan permintaan di pasar, di antara variabel lainnya.
    Apa perbedaan antara saham dan obligasi?
    Ketika sebuah perusahaan meningkatkan modal dengan menerbitkan saham, itu memberikan hak kepada pemegang saham kepemilikan di perusahaan tersebut. Sebaliknya, ketika sebuah perusahaan mengumpulkan dana untuk bisnis dengan menjual obligasi, obligasi ini mewakili pinjaman dari pemegang obligasi kepada perusahaan. Obligasi memiliki persyaratan yang mengharuskan perusahaan atau entitas untuk membayar kembali pokok beserta tingkat bunga sebagai imbalan atas pinjaman ini. Selain itu, pemegang obligasi diberikan prioritas di atas pemegang saham jika terjadi kebangkrutan, sementara pemegang saham biasanya berada di urutan terakhir dalam klaim aset.
  • Pengertian dan Defenisi Filsafat Pendidikan

    Pendidikan – Filsafat pendidikan adalah cabang dari filsafat terapan atau praktis yang berkaitan dengan hakikat dan tujuan pendidikan serta masalah-masalah filosofis yang timbul dari teori dan praktek pendidikan. Karena praktik itu ada di mana-mana di dalam dan di seluruh masyarakat manusia, manifestasi sosial dan individualnya begitu beragam, dan pengaruhnya begitu mendalam, subjeknya sangat luas, melibatkan isu-isu dalam etika dan filsafat sosial / politik, epistemologi, metafisika, filsafat pikiran dan filsafat. bahasa, dan bidang filsafat lainnya. Karena itu terlihat baik ke dalam bagi disiplin orang tua dan ke luar untuk praktik pendidikan dan konteks sosial, hukum, dan kelembagaan di mana itu terjadi, filsafat pendidikan memperhatikan dirinya sendiri dengan kedua sisi teori / praktik tradisional. Pokok bahasannya mencakup masalah filosofis dasar (misalnya, sifat pengetahuan yang layak diajarkan, karakter kesetaraan dan keadilan pendidikan, dll.) Dan masalah yang berkaitan dengan kebijakan dan praktik pendidikan tertentu (misalnya, keinginan kurikulum dan pengujian standar, dimensi sosial, ekonomi, hukum dan moral dari pengaturan pendanaan khusus, pembenaran keputusan kurikulum, dll.). Dalam semua ini, filsuf pendidikan menghargai kejelasan konseptual, ketelitian argumentatif, pertimbangan berpikiran adil tentang kepentingan semua yang terlibat atau dipengaruhi oleh upaya dan pengaturan pendidikan, dan penilaian yang terinformasi dan beralasan dengan tujuan dan intervensi pendidikan.

    Filsafat pendidikan memiliki sejarah yang panjang dan berbeda dalam tradisi filosofis Barat, dari pertempuran Socrates dengan kaum sofis hingga saat ini. Banyak tokoh paling terkenal dalam tradisi itu memasukkan masalah pendidikan ke dalam agenda filosofis mereka yang lebih luas (Curren 2000, 2018; Rorty 1998). Sementara sejarah bukan fokus di sini, perlu dicatat cita-cita penyelidikan beralasan yang diperjuangkan oleh Socrates dan keturunannya telah lama menginformasikan pandangan pendidikan harus mendorong semua siswa, sejauh mungkin, disposisi untuk mencari alasan dan kemampuan untuk mengevaluasi mereka secara meyakinkan, dan untuk dipandu oleh evaluasi mereka dalam hal kepercayaan, tindakan dan penilaian. Pandangan ini, bahwa pendidikan secara terpusat melibatkan pengembangan nalar atau rasionalitas, dengan artikulasi dan kualifikasi yang berbeda-beda telah dianut oleh sebagian besar tokoh sejarah tersebut; itu terus dipertahankan oleh filsuf pendidikan kontemporer juga (Scheffler 1973 [1989]; Siegel 1988, 1997, 2007, 2017). Seperti halnya tesis filosofis lainnya, ini kontroversial; beberapa dimensi kontroversi dieksplorasi di bawah ini.

    Hubungan Filsafat dan Filsafat Pendidikan

    Sepintas lalu, ini seharusnya tidak mengherankan. Untuk satu hal, pengejaran pertanyaan filosofis tentang pendidikan sebagian bergantung pada penyelidikan bidang inti filsafat yang lebih dikenal. Misalnya, pertanyaan tentang kurikulum secara rutin bergantung pada epistemologi dan filosofi dari berbagai mata pelajaran kurikulum (misalnya, Haruskah kelas sains menekankan penguasaan teori saat ini atau “melakukan” sains? berhak mendapatkan tempat dalam kurikulum? Menurut kriteria apa sebaiknya konten kurikulum tertentu dipilih? Haruskah semua siswa diajar dengan konten yang sama?). Pertanyaan tentang pembelajaran, pemikiran, penalaran, keyakinan, dan perubahan keyakinan biasanya bergantung pada epistemologi, etika, dan / atau filosofi pikiran (misalnya, Dalam kondisi apa yang diinginkan dan / atau diizinkan untuk berusaha mengubah keyakinan fundamental siswa? akhir haruskah siswa diajar — jika mereka harus diajar — bernalar? Dapatkah penalaran dipupuk secara independen dari advokasi, penanaman, atau indoktrinasi keyakinan tertentu?). Pertanyaan tentang sifat dan kendala yang mengatur pengajaran sering kali bergantung pada etika, epistemologi, dan / atau filosofi pikiran dan bahasa (misalnya, Apakah diinginkan dan / atau diizinkan untuk mengajarkan ilmu pengetahuan kontemporer arus utama kepada siswa yang budaya atau komunitasnya menolaknya? semua siswa diajar dengan cara yang sama? Bagaimana praktik pengajaran yang diizinkan dibedakan dari yang tidak diizinkan?). Demikian pula, pertanyaan tentang sekolah sering kali bergantung pada etika, filosofi sosial / politik, dan epistemologi sosial (misalnya, dengan asumsi bahwa sekolah memiliki peran untuk dimainkan dalam pengembangan warga etis, haruskah mereka berkonsentrasi pada pengembangan karakter atau, lebih tepatnya, pada benar atau salahnya tindakan tertentu? Apakah sekolah diperbolehkan dalam usaha pembentukan karakter siswa, mengingat keengganan liberalisme untuk mendukung konsepsi tertentu tentang kebaikan? Haruskah sekolah dijadikan sebagai komunitas demokratis? Apakah semua siswa memiliki hak untuk pendidikan? Jika demikian, sejauh mana jika ada pendidikan semacam itu yang diwajibkan untuk menghormati kepercayaan semua kelompok, dan apa yang tercakup dalam penghormatan tersebut?). Ketergantungan semacam ini pada disiplin orang tua adalah tipikal pertanyaan filosofis tentang pendidikan.

  • Hakikat dan Prinsip-Prinsip Belajar

    Hakikat dan Prinsip-Prinsip Belajar. Belajar merupakan sebuah upaya dalam bentuk sadar yang dilakukan untuk mengetahui hal-hal baru. Heinich (1999) menyatakan bahwa bahwa belajar dilakukan melalui proses aktivitas pengembangan pengetahuan, keterampilan dan sikap sebagai interkasi seseorang dengan informasi dan lingkungan. Hal ini bermakna bahwa proses belajar memerlukan usaha dalam hal memiliki, menyusun dan menyampaikan informasi dalam lingkungan kepada subjek yang melakukan belajar.

    Gredler juga menekankan pengaruh lingkungan yang sangat kuat dalam proses belajar, studi belajar bukanlah sekedar latihan akademik, ia adalah aspek penting baik bagi individu maupun masyarakat. Belajar juga merupakan basis untuk kemajuan masyarakat di masa depan. 

    Selanjutnya Gagne & Briggs (2008)4 menjelaskan belajar adalah hasil pasangan stimulus dan respon yang kemudian diadakan penguatan kembali (reinforcement) yang terus menerus. Reinforcement ini dimaksudkan untuk menguatkan tingkah laku yang diinternalisasikan dalam proses belajar. Proses belajar setiap orang akan menghasilkan hasil belajar yang berbedabeda untuk itu perlunya reinforcement yang terus menerus hingga mengalami perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik. 

    Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan dengan sengaja atau tidak sengaja oleh setiap individu, sehingga terjadi perubahan dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak bisa berjalan menjadi bisa berjalan, tidak bisa membaca menjadi bisa membaca dan sebagainya. Belajar adalah suatu proses perubahan individu yang berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya ke arah yang baik maupun tidak baik.

    Belajar setiap orang dapat dilakukan dengan cara berbeda. Ada belajar dengan cara melihat, menemukan dan juga meniru. Karena melalui belajar seseorang akan mengalami pertumbuhan dan perubahan dalam dirinya baik secara psikis maupun fisik. Secara fisik jika yang dipelajari berkaitan dengan dimensi motorik. Secara psikis jika yang dipelajari berupa dimensi afeksi. Secara kognitif jika yang dipelajari berupa pengetahuan baru. Jadi pada hakikatnya belajar pada ranah kognitif juga akan bersinggungan dengan ranah afektif dan juga dengan ranah psikomotorik. Ketiga ranah ini saling berhubungan satu sama lainnya

    Belajar merupakan aktivitas menuju kehidupan yang lebih baik secara sistematis. Proses belajar terdiri atas tiga tahapan, yaitu tahap informasi, transformasi dan evaluasi. Yang dimaksud dengan tahap informasi adalah proses penjelasan, penguraian atau pengarahan mengenai struktur pengetahuan, keterampilan dan sikap. Tahap transformasi adalah proses peralihan atau pemindahan struktur tadi ke dalam diri peserta didik. Proses transformasi dilakukan melalui informasi. Sedangkan, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

    Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya, tujuan belajar adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi. Kegiatan belajar mengajar seperti mengorganisasi pengalaman belajar, mengolah kegiatan belajar mengajar, menilai proses dan hasil belajar, semua termasuk tanggung jawab guru. Dengan demikian semakin banyak usaha belajar itu dilakukan maka semakin banyak dan baik perubahan yang diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha sendiri.

    Dalam proses belajar pasti ada suatu tujuan yang ingin dicapai, ada beberapa hal yang menjadi tujuan dalam belajar. Klasifikasi hasil belajar menurut Benyamin Bloom (Nana Sudjana, 2010: 22-23)6, yaitu:

    1. Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajara intelektual yang terdiri dari enam aspek yang meliputi pengetahuan, pemahaman, aplikasi,analisi, sintesis, dan evaluasi.
    2. Ranah afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yang meliputi penerimaan, jawaban, penilaian, organisasi, dan internalisasi. 
    3. Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar yang berupa ketrampilan dan kemampuan bertindak, meliputi enam aspek yakni gerakan refleks, keterampilan gerak dasar, kemampuan perceptual,ketepatan, keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif.

    Hasil dari belajar menjadi model dalam proses pembelajaran selanjutnya. Pembelajaran berarti kegiatan belajar yang dilakukan oleh pemelajar dan guru. Proses belajar menjadi satu sistem dalam pembelajaran. Sistem pembelajaran terdiri dari beberapa komponen yang saling berinteraksi hingga diperoleh interaksi yang efektif. Dick dan Carey7 menjelaskan komponen dalam sistem pembelajaran adalah pemelajar, instruktur (guru), bahan pembelajaran dan lingkungan pembelajaran. 

    Menurut Nana Sudjana mengajar adalah proses memberikan bimbingan/ bantuan kepada anak didik dalam melakukan proses belajar. Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material fasilitas, pelengkap dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Atau dapat disimpulkan hakekat belajar mengajar adalah proses pengaturan yang dilakukan oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah disusun.

    Sebagai suatu proses pengaturan, kegiatan belajar mengajar tidak terlepas dari ciri-ciri tertentu, menurut Edi Suardi kegiatan belajar mengajar sebagai berikut : 

    1. Belajar mengajar memiliki tujuan Belajar mengajar memiliki tujuan, yakni untuk membentuk anak didik dalam suatu perkembangan tertentu. Inilah yang dimaksud belajarmengajar itu sadar tujuan, dengan menempatkan anak didik sebagai pusat perhatian. Anak didik mempunyai tujuan, unsur lainya sebagai pengantardan pendukung.
    2. Ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncanakan, di desain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Agar dapat mencapai tujuan secara optimal, maka dalam melakukan interaksi perlu ada prosedur, atau langkahlangkah sistematik dan relevan. Untuk mencapai suatu tujuan yang satu dengan yang lain, mungkin akan membutuhkan prosedur dan desain yang berbeda pula. Sebagai contoh, misalnya tujuan pembelajaran agar anak didik dapat menunjukkan letak kota New York tentu kegiatanya tidak cocok kalau anak didik disuruh membaca dalam hati; dan begitu seterusnya. 
    3. Kegiatan belajar mengajar ditandai dengan satu penggarapan materi yang khusus. Dalam hal ini materi harus didesain sedemikian rupa, sehingga cocok untuk mencapai tujuan. Sudah barang tentu dalam hal ini perlu memperhatikan komponen-komponen yang lain, apalagi komponen anak didik yang merupakan sentral. Materi harus didesain dan dipersiapkan sebelum kegiatan belajar mengajar. 
    4. Ditandai dengan aktivitas anak didik. Sebagai konsekuensi, bahwa anak didik merupakan syarat mutlak bagi kegiatan belajar mengajar. Aktivitas anak didik dalam hal ini, baik secara fisik maupun secara mental, aktif. Jadi tidak ada gunanya melakukan kegiatan belajar mengajar, kalau anak didik hanya pasif. Karena anak didiklah yang belajar, maka merekalah yang harus belajar.
    5. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru berperan sebagai pembimbing. Dalam perananya sebagai pembimbing, guru harus berusaha menghidupkan dan mmemberikan motivasi, agar terjadi interaksi yang kondusif. Guru harus siap sebagai moderator dalam segala situasi proses belajar mengajar, sehingga guru akan merupakan tokoh yang dilihat dan ditiru tingkah lakunya oleh peserta didik. Guru (akan lebih baik bersama anak didik) sebagai desaigner akan memimpin terjadinya interaksi. 
    6. Dalam belajar mengajar membutuhkan disiplin. Disiplin dalam kegiatan belajar mengajar ini diartikan sebagai suatu pola tingkah laku yang diatur sedemikian rupa menurut ketentuan yang sudah ditaati oleh pihak guru maupun anak didik dengan sadar. Mekanisme konkret dari ketaatan dan ketentuan atau tata tertib itu akan terlihat dari pelaksanaan prosedur. Jadi, langkah-langkah yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang telah digariskan. Suatu penyimpangan dari prosedur berarti suatu indikator dari pelanggaran disiplin. 
    7. Ada batas waktu Untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam sistem berkelas (kelompok anak didik), batas waktu menjadi salah satu ciri yang tidak biasa ditinggalkan. Setiap tujuan akan diberi waktu tertentu, kapan tujuan itu sudah harus tercapai.
    8. Evaluasi Dari seluruh kegiatan di atas, evaluasi menjadi bagian penting yang tidak bisa diabaikan, setelah guru melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Evaluasi harus guru lakukan untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pengajaran yang telah ditentukan.

    Dari beberapa definisi-defenisi di atas dapat dikemukakan beberapa hal yang menyangkut pengertian belajar sebagai berikut: 

    1. Belajar merupakan proses perubahan dalam setiap individu ke arah yang lebih menguatkan dan ke arah yang baik. 
    2. Belajar merupakan suatu proses perubahan pertumbuhan dan perkembangan setiap individu dengan lingkungannya baik secara fisik maupun kognitifnya. 
    3. Belajar adalah interaksi individu dengan lingkungannya sehingga membentuk kepribadian baik emosional, kecakapan, keterampilan dan sikap. 
    4. belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu untuk suatu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memiliki sikap menjadi bersikap benar, dari tidak terampil menjadi terampil melakukan sesuatu. 
    5. Belajar tidak hanya sekedar memetakan pengetahuan atau informasi yang disampaikan. Namun bagaimana melibatkan individu secara aktif membuat atau pun merevisi hasil belajar yang diterimanya menjadi suatu pengalamaan yang bermanfaat bagi pribadinya.

    Demikian juga, dengan mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan menanamkan sikap mental sebagai upaya dari pencapaian tujuan belajar akan diperoleh hasil dari belajar itu sendiri. Sedangkan tentang Perubahan tingkah laku/sikap pemelajar sebagai hasil belajar lebih banyak dipengaruhi oleh lingkunganya. Jika lingkungan sekolah mendidik pembelajar menjadi ramah budaya maka pembelajar belajar menjadi anak yang mencintai budayanya. 

    Daftar Pustaka

    Gagne, Briggs J, (2008)  Principles of Instructional Design, Second Edition, New York: Holt Rinehart and Winston

    Gredler, Margareth E. (2011) Learning and Instruction : Teori dan Aplikasi. Jakarta : Kencana

    Henry Clay Lindgren, (1976) Educational Psychology in the Classroom. Toronto : John Wiley & Sons, Inc.

    Heinich, Robert, et al, (1999) Instructional Media and Technology for Learning. New Jersey : Prentice Hall.

    Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. (Cet. XV). Bandung: PT. Ramaja Rosdakarya.

  • Pengertian Belajar Menurut Pendapat Ahli Disertai Judul Buku dan Daftar Pustaka

    Pendidikan – Belajar memiliki defenisi sederhana sebagai sebuah proses yang dilakukan pebelajar (Peserta didik) dari tidak tahu menjadi tahu dan dari kurang paham menjadi lebih paham. Namun defenisi belajar jauh lebih luas dari defenisi tersebut. 

    Pengertian Belajar Menurut Pandangan Ahli
    Adapun pengertian Belajar menurut pendapat ahli sebagai berikut :

    1. Djamarah dan Zain

    Belajar adalah proses perubahan perilaku yang didapatkan berdasarkan pengalaman dan latihan yang dilakukan oleh peserta didik. Hal ini berarti tujuan dari kegiatan belajar adalalah adanya perubahan tingkah laku baik dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan sikap.
    Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

    2. Oemar Hamalik

    Belajar bukanlah sebuah tujuan melainkan sebuah proses untuk mencapau tujuan dengan cara memodifikasi suatu pengetahuan atau memperteguh sebuah perilaku melalui pengalaman.
    Hamalik, Oemar (2008) Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

    3. Slameto

    Hakikat dari belajar adalah proses yang menghasilkan sebuah perubahan dari seseorang dari sisi tingkah laku baik sebagaian ataupun menyeluruh. 
    Slameto. (2003). Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

    4. Sanjaya

    Peserta didik dikatakan melakukan belajar jika terdapat perubahan perilaku setelah melewati serentetan pengalaman dan latihan.
    Sanjaya, Wina. (2008). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media Group. 

    5. Sagala (2005)

    Belajar adalah proses perubahan perilaku dari peserta didik berdasarkan praktek dan pengalaman yang dialami. 
    Sagala, Syaiful. (2006). Konsep Dan Makna Pembelajaran. Bandung: CV Alfabeta

    6. Hilgard, ER. And Bower, G. H

    Learning is the process by which an activity originates or changed through training procedures (wether in the laboratory or in the natural environment) as distinguished from changes by factors not attributable to training.
    Artinya : Belajar adalah proses yang melibatkan aktifitas dari individu yang menghasilkan perubahan setelah melewati serangkaian latihan abik itu didalam kelas, laboratorium maupun terjadi secara alami.
    Hilgard, ER. And Bower, G. H., 1975, Schemas Versus Mental Model In Human Memory. Chinester : John Wiley and Sons

    7. Nana Sudjana 

    Belajar merupakan sebuah proses yang ditunjukkan melalui tanda-tanda perubahan pada diri si pebelajar (Peserta Didik). Perubahan yang didapatkan setelah melalui proses belajar ditunjukkan melalui aspek pengetahuan, pemahaman, sikap, kecakapan, kebiasaan dan tingkah laku serat seluruh aspek yang dipengaruhi setelah peserta didik melewati suatu proses.
    Nana Sudjana 2010. Dasar-dasar Proses Belajar. Bandung : Sinar Baru

    8. Baharuddin dan Esa

    Belajar adalah proses yang dilakukan manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan dan perubahan sikap. Proses ini dilakukan sejak manusia lahir sampai akhir hayatnya
    Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni (2009). Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta : Ar-ruz Media
  • Pengertian Keterampilan Proses Sains Menurut Pendapat Ahli Disertai Judul Buku dan Daftar Pustakanya

    Pengertian Keterampilan Proses Sains Menurut Pendapat Ahli Disertai Judul Buku dan Daftar Pustakanya

    Keterampilan proses sains adalah pendekatan yang dilakukan oleh seseorang dalam belajar sains agar fenomena sains dapat dipahami secara menyeluruh. Keterampilan ini melibatkan banyak hal tentang pengamatan dan penarikan kesimpulan dari sebuah gejala yang diamati.

    Pengertian KPS

    Adapun pengertian keterampilan proses sains menurut pendapat ahli sebagai berikut :

    1. Tawil dan Liliasari

    Keterampilan Proses Sains (KPS) adalah wawasan pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial, fisik yang bersumber dari kemampuan dasar pada peserta didik untuk memahami fenomena alam yang terjadi di sekitarnya melalui metode yang terstruktur dan sistematis.

    Tawil, Muh dan Lilisari (2014). Keterampilan-keterampilan sains dan implementasinya dalam pembelajaran IPA. Makassar : Badan Penerbit UNM

    2. Gamaliel dan Suciati

    Keterampilan proses sains adalah aspek-aspek kegiatan intelektual yang dilakukan oleh oleh saintis dalam menyelesaikan masalah-masalah sains. Hasil dari Kterampilan proses saisn adalah produk-produk sains dapat berupan teori, konsep, potsulat, dan hukum mengenai sains.

    Airlanda, G.A. dan Suciati Sudarisman (2011) Festival sains dalam pembelajaran biologi Untuk meningkatkan keterampilan proses sains. Proceeding Biology Education Conference: Biology, Science, Enviromental, and Learning Vol 1 No. 8.

    3. Fauziah

    Keterampilan proses sains merupakan kemampuan peserta didik menerapkan metode-metode ilmiah dalam memahami, mengembangkan sains serta menemukan [pengetahuan sains. Keterampilan proses sains adalah aspek penting bagi peserta didik dalam memperoleh pengetahuan baru dalam bidang sains

    Fauzi, A. (2012). Peningkatan Perilaku Berkarakter Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas Ix Mtsn Model Padang Pada Mata Pelajaran Ipa-Fisika Menggunakan Model Problem Based Instruction. Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika, 1, 1– 16.

    4. Hamzah B. Uno

    Keterampilan proses sains adalah seluruh kegiatan pembelajaran dalam proses belajar mengajar yang melibatkan pikiran, gerak dan tindakan untuk menemukan fakta-fakta dan konsep yang sedang dipelajari.

    Dr. Hamzah B. Uno, M.Pd. (2008) Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.

    5. Rusman

    Keterampilan proses sains adalah pendekatan yang dilakukan dalam pengajaran ilmu pengetahuan alam yang berlandaskan atas pengamatan terhadap objek yang sedang dipelajari.

    Rusman. (2013). Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

    6. Chiapetta & Koballa

    A process skill approach stresses the development of investigative skills are often associated with scientific inquiry. 

    Artinya : Keterampilan proses sains adalah pendekatan yang menitikberatkan pada keterampilan menyelidiki yang erat hubunganya dengan penemuan saintifik.

    Chiappetta, E.L., & Koballa, T.R. (2010). Science Instruction in The Middle and secondary School 7th Edition. Boston: Allyn And Bacon.

    7. McKenzie, D., & Padilla, M

    Keterampilan proses sains adalah sebuah keterampilan yang teridiri dari keterampilan berfikir kritis, kreatif yang digabungkan dengan metode sains dalam upaya memecahkan masalah sains yang sedang dipecahkan.

    McKenzie, D., & Padilla, M. (1984). Effect of laboratory activities and written simulations on the acquisition of graphing skills by eighth grade students. Paper presented at the annual meeting of the National Association for Research in Science Teaching, New Orleans.