Kalajengking adalah hewan beruas dengan delapan buah kaki (Oktopoda) yang termasuk dalam ordo Scorpiones dalam kelas Arachnida. Kalajengking masih berkerabat dengan Ketonggeng, Laba-laba, Tungau, dan Caplak. Diperkirakan ada sekitar 2000 jenis Kalajengking di dunia.
Semua spesies Kalajengking memiliki bisa atau sengat yang terletak pada ujung ekornya. Kalajengking menggunakan sengatnya untuk membunuh atau melumpuhkan mangsanya agar mudah dimakan, selain itu Kalajengking juga menggunakan sengatnya untuk melindungi diri dari ancaman. Sengatan Kalajengking pada tubuh manusia dapat menimbulkan rasa nyeri seperti terbakar dan pembengkakan. Pada beberapa spesies Kalajengking, sengatannya bahkan dapat menyebabkan kematian.
Kalajengking betina memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dan berat dibanding Kalajengking jantan. Hal ini membuat Kalajengking betina tidak bisa berlari cepat sehingga mereka menutupi kelemahan itu dengan menjadi lebih agresif dan menyengat lebih cepat.
Kalajengking merupakan satu diantara Arthropoda Terstian tertua. Fosilnya ditemukan sejak zaman Paleozoik 430 juta tahun yang lalu dengan penampilan yang serupa dengan yang ditemukan saat ini. Populasi Kalajengking tersebar di seluruh hutan di wilayah Indonesia, terutama di pulau Jawa, Sumatera dan Maluku.
Kalajengking memiliki tubuh dengan panjang rata-rata 7 centimeter dan ekor beruas yang berujung sebagai penyengat beracun. Kakinya terdiri atas Empat pasang (8 buah kaki) dan sepasang Pedipalpi (capit) dengan bentuk seperti pinset di ujung, yang digunakan untuk menangkap mangsa. Kalajengking memiliki bulu sensor di bagian capit dan ekornya, yang memungkinkan baginya untuk mendeteksi mangsa dan ancaman melalui getaran di udara dan tanah.
Kalajengking mendiami habitat yang luas mulai dari gurun, hutan, gua, padang rumput, bahkan ditemukan di bawah tumpukan batu salju pada ketinggian di atas 12.000 kaki di pegunungan Himalaya Asia. Contoh jenis Kalajengking yang banyak ditemukan di Asia termasuk Indonesia adalah jenis Heterometrus Spinifer (Asian forest scorpion).
Kalajengking terbesar di dunia adalah Kalajengking Emperor yang memiliki tubuh dengan panjang mencapai 20 centimeter. Kalajengking ini berasal dari hutan hujan Afrika.
Cara Kalajengking berkembangbiak
Kalajengking berkembangbiak dengan cara Ovovivipar, yaitu kondisi dimana telur Kalajengking disimpan dan berkembang di dalam tubuh Kalajengking betina hingga menetas. Janin Kalajengking mendapatkan asupan nutrisi dari sang induk. Jika sudah saatnya, bayi-bayi Kalajengking akan keluar dari tubuh induknya dengan cara melahirkan.
Seekor Kalajengking betina dapat melahirkan 12 ekor bayi Kalajengking bahkan lebih. Bayi-bayi Kalajengking akan lahir satu persatu, ketika semuanya sudah lahir, mereka akan diletakkan di atas punggung induknya sampai mereka cukup besar untuk hidup dan mencari makan sendiri.
Iklim adalah pola cuaca rata-rata yang terjadi untuk waktu yang relatif lebih lama dan mencakup wilayah yang luas.
Sedangkan cuaca itu adalah keadaan udara yang terjadi di suatu tempat yang relatif sempit dengan waktu yang relatif singkat.
Iklim memiliki rentang waktu yang lama dan wilayah yang luas, sehingga bisa dikenali dan dikelompokkan dengan mudah.
Karena hal ini, terdapat beberapa klasifikasi iklim yang digunakan secara global.
Klasifikasi tersebut adalah:
Iklim Matahari
Iklim Koppen
Iklim Junghuhn
Iklim Schmidt-Ferguson
Iklim Oldeman
Klasifikasi ini emang ada fungsi dan kegunaannya masing-masing. Sekarang kita akan bahas semua tentang klasifikasi tipe iklim.
Klasifikasi Tipe Iklim
1. Iklim Matahari
Iklim Matahari merupakan klasifikasi iklim yang didasarkan oleh panas matahari yang diterima bumi. Menurut Iklim Matahari, iklim di bumi dibagi menjadi 4, yaitu tropis, subtropis, sedang, dan dingin. Masih ingat kan tadi di awal aku udah sebut perbedaan iklim di Indonesia dan Korea Selatan? Nah perumpamaan yang aku gunakan sebelumnya merujuk pada iklim Matahari, ya!
Klasifikasi tipe iklim ini merupakan yang paling umum digunakan loh. Ini karena klasifikasi ini merupakan yang paling mudah dikenali apabila dibandingkan dengan klasifikasi lainnya.
2. Iklim Koppen
Iklim Koppen merupakan pengelompokkan iklim berdasarkan pada rata-rata curah hujan dan temperatur. Klasifikasi iklim ini dibagi menjadi 5 tipe, dan masing-masing tipe menggunakan huruf sebagai simbolnya. Berikut adalah klasifikasi iklim Koppen:
Klasifikasi iklim Koppen ini merupakan klasifikasi yang paling detail. Bahkan sebenarnya dari masing-masing iklim yang 2 huruf, masih ada pembagiannya lagi menjadi 3 huruf. Misalnya, Cs bisa dibagi lagi menjadi 2 loh, yaitu Csa dan Csb. Tapi untuk saat ini kamu pahami sampai ke pembagian 2 huruf saja.
3. Iklim Junghuhn
Iklim Junghuhn merupakan klasifikasi iklim berdasarkan ketinggian dan vegetasi di kawasan tertentu. Pada klasifikasi ini, iklim dibagi menjadi 4 macam, yaitu:
semua tanaman yang disebutkan di atas merupakan tanaman budi daya. Itu karena iklim Junghuhn ini lebih ditujukan untuk kegunaan agrikultur nih. Makanya kamu jarang banget dengar istilah iklim ini kalo kamu gak beraktivitas di sekitar kegiatan pertanian dan perkebunan.
4. Iklim Schmidt-Ferguson
Iklim Schmidt-Ferguson merupakan klasifikasi iklim berdasarkan curah hujan. Pada klasifikasi ini, iklim dibagi menjadi 8 tipe, yaitu:
Untuk mencari Q rumus yang digunakan adalah rata-rata bulan kering/rata-rata bulan basah x 100. Cara untuk mengetahui sebuah bulan disebut bulan basah atau kering adalah melalui curah hujan di bulan tersebut ya, gais. Kalo menurut Schmidt-Ferguson kriterianya adalah sebagai berikut:
Bulan Basah = Curah hujan >100mm
Bulan Lembap = Curah hujan antara 60 – 100m
Bulan Kering = Curah hujan <60mm
5. Iklim Oldeman
Terakhir ada iklim Oldeman, yaitu klasifikasi iklim yang menggunakan curah hujan juga sebagai acuannya. Perbedaannya dengan iklim Schmidt-Ferguson adalah pada kriteria bulan basah dan cara menghitungnya. Berikut adalah klasifikasi iklim Oldeman:
Pada iklim Oldeman, untuk menentukan tipe iklimnya kamu gak perlu menggunakan rumus seperti iklim Schmidt-Ferguson. Kamu hanya perlu menentukan bulan basah dalam satu tahun berdasarkan curah hujannya. Berikut adalah kriteria bulan basah pada iklim Oldeman:
Bulan basah = curah hujan >200mm
Bulan lembap = curah hujan 100 – 200mm
Bulan kering = curah hujan <100mm
Demikian bahasan kali ini mengenai klasifikasi tipe iklim dan pola iklim global, semoga bermanfaat bagi sahabat cinta sains.
Udang adalah hewan air yang memiliki sifat Omnivora. Ia biasa memakan tumbuhan dan hewan kecil yang hidup di air. Udang juga banyak dibudidayakan oleh manusia karena merupakan bahan konsumsi yang lezat dan memiliki nilai ekonomis tinggi.
Cara Udang berkembang biak
Udang berkembang biak dengan cara bertelur (Ovipar). Waktu betelur Udang biasanya terjadi pada malam hari atau beberapa jam setelah kawin. Seekor Udang betina mampu menelurkan 50.000 hingga 1 juta telur. Telur-telur tersebut diletakkan di kaki Udang betina dan membutuhkan waktu 24 jam saja untuk menetas.
Telur Udang yang telah menetas akan menjadi Larva yang disebut sebagai Naupilus. Pada tahap selanjutnya, Naupilus akan berubah menjadi Zoea dan berubah lagi menjadi Mysis yang memakan Alga dan Zooplankton. Setelah 3 sampai 4 hari, Mysis akan bermetaorfosis menjadi Postlarva atau Udang muda. Keseluruhan proses dari tahap Naupilus sampai menjadi Postlarva membutuhkan waktu sekitar 12 hari.
Udang muda menghabiskan waktunya dengan melayang-layang di air. Seiring waktu, setelah mulai tumbuh, mereka mulai tenggelam di dasar air dan mulai berganti cangkang hingga mencapai tahap Udang dewasa.
Kepiting adalah hewan laut Kelas Krustasea dengan ciri-ciri memiliki ruas-ruas di tubuhnya yang tertutup oleh kulit tebal dan keras dari zat khitin. Secara periodik Kepiting mengalami fase moulting atau berganti kulit yang memungkinkan kepiting dapat tumbuh pesat setelah ganti kulit. Kepiting yang masih muda berganti kulit lebih sering dibanding dengan Kepiting yang sudah tua. Dengan demikian, Kepiting muda tumbuh lebih cepat daripada yang telah tua.
Kepiting terdapat di wilayah perairan pantai dengan kadar garam 0 sampai 35 ppt. Kepiting menyukai perairan yang berdasar lumpur dan lapisan air yang tidak terlalu dalam sekitar 10- 80 cm dan terlindung, seperti di wilayah hutan bakau.
Bagaimana cara Kepiting berkembang biak?
Kepiting adalah salah satu hewan yang berkembang biak dengan cara Ovipar atau bertelur. Di laut dekat pantai, Nelayan sering dapat menangkap kepiting yang sudah dewasa dan mengandung telur. Sepertinya Kepiting menyukai laut sebagai tempat melakukan perkawinan, namun Kepiting lebih banyak dijumpai berkembang biak di daerah tambak dan hutan bakau yang berair tak terlalu dangkal (lebih dari 0,5 meter).
Habitat hutan bakau adalah habitat yang paling disukai Kepiting untuk tumbuh dan berkembang, hal ini karena hutan bakau memang banyak dihuni oleh organisme kecil yang menjadi sumber makanan Kepiting.
Mekanisme ganti kulit atau moulting pada Kepiting sangat sejalan dengan musim kawinnya. Menjelang perkawinan, akan terjadi proses moulting sehingga kulit Kepiting betina menjadi lunak yang memudahkan bagi Kepiting jantan melakukan proses perkawinan, memasukkan sperma kedalam thelycum (alat kelamin) Kepiting betina.
Telur Kepiting betina lalu dibuahi oleh sperma yang sudah disimpan ketika perkawinan terjadi. Telur yang sudah dibuahi tidak akan dilepaskan kedalam air, melainkan segera menempel pada rambut-rambut yang terdapat pada umbai-umbai di bagian bawah abdomen Kepiting.
Telur-telur itu kemudian akan dierami selama 20 hingga 23 hari sampai menetas. Seekor induk betina Kepiting yang beratnya 100 gram mampu menghasilkan telur sebanyak 1 sampai dengan 1,5 juta butir telur. Semakin besar atau berat induk Kepiting, semakin banyak telur yang bisa dihasilkan.
Telur yang baru difertilisasi atau dibuahi berwarna kuning–orange . Semakin berkembang embrio dalam telur, warna telur akan berubah menjadi semakin gelap yaitu kelabu dan akhirnya menjadi coklat kehitaman ketika hampir menetas.
Induk Kepiting yang mengerami telur bisa tidak makan sama sekali. Induk itu selalu menggerakkan kaki-kaki renangnya dan sering tampak seperti berdiri tegak pada kaki dayungnya, ini bertujuan agar telur-telurnya mendapat aliran air segar yang cukup oksigen.
Saat tiba saatnya telur-telur itu menetas, induk Kepiting akan menggarukkan kaki-kaki jalan dan kaki dayungnya terus menerus dengan cepat, untuk memudahkan pelepasan larva atau bayi Kepiting yang segera menyebar ke sekelilingnya. Fungsi kaki-kaki jalan pada Kepiting sangat penting dalam hal ini, jika jumlahnya tidak lengkap atau cacat, maka proses penetasan akan terganggu atau sulit dilakukan. Proses penetasan telur Kepiting biasanya akan berlangsung selama 3-5 jam.
Jangkrik adalah serangga yang memiliki kemampuan melompat yang sangat baik. Selain itu, Jangkrik juga memiliki suara yang khas sehingga banyak orang yang memeliharanya. Meski Jangkrik memiliki sayap namun ia tak bisa terbang, ia hanya pandai untuk melompat.
Jangkrik yang juga dikenal dengan nama Cengkerik merupakan kerabat dekat Belalang. Memiliki tubuh yang rata dan sepasang antena panjang. Jangkrik merupakan hewan pemakan segala atau Omnivora, namun demikian, Jangkrik lebih suka memakan daun-daun atau rerumputan kecil seperti halnya belalang.
Suara Jangkrik yang khas hanya mampu dihasilkan oleh Jangkrik jantan. Suara Jangkrik jantan memiliki beberapa maksud, antara lain :
Memikat Jangkrik betina agar mau kawin dengannya
Menandai seberapa luas teritori atau wilayah kekuasaannya
Sebagai tanda bahwa ia marah dan siap berkelahi dengan pejantan lain
Intonasi suara Jangkrik untuk ketiga maksud di atas akan berbeda-beda. Jangkrik hidup dengan berlindung pada celah tanah atau lubang-lubang yang digalinya.
Cara Jangkrik berkembang biak
Jangkrik berkembang biak dengan cara bertelur atau Ovipar. Jangkrik betina mengeluarkan telur-telurnya melalui sebuah alat reproduksi bernama Ovipositor, yang bentuknya menyerupai sebuah Jarum. Hal inilah yang membuat Jangkrik mudah dikenali apakah ia berjenis kelamin jantan atau betina. Jika ada Jangkrik yang memiliki “sebuah jarum” di bagian belakang tubuhnya, maka sudah bisa dipastikan bahwa Jangkrik tersebut adalah Jangkrik betina.
Jangkrik berada pada kondisi siap kawin pada usia 70 hingga 80 hari masa hidupnya. Saat akan melakukan perkawinan, Jangkrik jantan akan merayap dari arah belakang tubuh betina dan memposisikan tubuhnya di bawah tubuh Jangkrik betina. Jadi posisi Jangkrik betina akan berada di atas Jangkrik jantan.
Saat hubungan badan atau kopulasi terjadi, maka Jangkrik jantan akan melekatkan semacam kantong putih berisi sperma ke alat reproduksi Jangkrik betina dekat pangkal Ovipositor, yang kemudian masuk ke Abdomen untuk bertemu dengan sel telur. 7 hingga 10 hari setelah perkawinan, Jangkrik betina akan mulai bertelur. Jangkrik betina kemudian akan mencari tempat-tempat yang lembab atau tanah gembur atau pasir untuk meletakkan telur-telurnya. Telur Jangkrik akan menetas setelah 10 hingga 13 hari.
Satuan Pendidikan : SD Inpres XX Mata Pelajaran : IPA Kelas / Semester : IV / I Alokasi Waktu : 2 x 45 menit Topik : Ebergi dan Perubahannya Standar Kompetensi : Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya/model
I. Indikator
I. Indikator :
A. Kognitif
· Produk
6.1.1 Menjelaskan macam-macam cahaya
6.1.2 Menuliskan sumber-sumber cahaya
· Proses
6.1.3Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya
B. Afektif
1. Karakter
disiplin, teliti, jujur, tanggung jawab
2. Keterampilan sosial
Bertanya, menyumbangkan ide dalam berdiskusi
C. Psikomotor
Melakukan percobaan tentang sifat-sifat cahaya
I. Tujuan Pembelajaran :
A. Kognitif
1. Produk
– Melalui penugasan siswa dapat menjelaskan 2 macam cahaya
– Melalui Tanya jawab siswa dapat menuliskan 4 sumber cahaya
2. Proses
Melalui kerja kelompok siswa dapat mendeskripsikan 4 sifat cahaya
B. Afektif
1. Karakter
disiplin, teliti, jujur, tanggung jawab
2. Keterampilan sosial
Melakukan komunikasi yang meliputi keaktifan dalam bertanya, dan menyumbangkan ide dalam berdiskusi
C. Psikomotor
Melalui kerja kelompok siswa dapat terampil dalam mengerjakan teka-teki silang Melalui kerja kelompok siswa dapat terampil dalam melakukan percobaan tentang sifat-sifat cahaya
II. Materi Ajar :
Sifat-sifat Cahaya
– Macam-macam Cahaya
– Sumber-sumber cahaya
– Sifat-sifat cahaya (cahaya merambat lurus, cahaya dapat menembus benda bening, cahaya dapat dipantulkan, cahaya dapat dibiaskan)
III. Model dan Metode Pembelajaran :
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD
Metode ceramah, Tanya jawab, penugasan dan diskusi
IV. Sumber/Media Pembelajaran :
a. KTSP 2006
b. Sulistyanto, heri. Edi wiyono. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD/MI kelas V. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
c. Rositawaty, S. Aris Muharam. 2008. Senang Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Untuk Kelas V SD/MI. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
d. Azmiyawaty, Choiril dkk. 2008. IPA 5 Salingtemas untuk SD/MI Kelas V. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
e. Lilin
f. Kertas
g. Plastik bening
h. Senter
i. Gelas bening
j. Cermin
k. Buku
V. Proses Belajar Mengajar atau Skenario Pembelajaran :
A. Pendahuluan
Waktu
1. Mengucapkan salam2. Mengecek kehadiran siswa3. Berdo’a4. Apersepsi (bertanya jawab tentang bagaimana manusia dapat melihat)5. Menyampaikan tujuan pembelajaran6. Memberikan motivasi
B. Inti
Kegiatan
Waktu
& Eksplorasi1. Siswa diinstruksikan untuk bekerja secara berkelompok2. Tanya jawab tentang sumber-sumber cahaya3. Menyimak materi tentang macam-macam cahaya4. Menyimak materi tentang sifat-sifat cahaya& Elaborasi1. Siswa ditugaskan untuk melakukan percobaan tentang sifat-sifat cahaya sesuai instruksi guru2. Siswa ditugaskan menyelesaikan LKS secara berkelompok3. Beberapa orang siswa melaporkan hasil pekerjaannya4. Siswa lainnya diberi kesempatan untuk menanggapi& Konfirmasi1. Siswa diberi kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang belum dimengerti2. Bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan3. Evaluasi individu
Berikut ini laporan praktikum Pembuatan Tempe. Tempe sendiri adalah salah satu produk dari Penerapan Bioteknologi yakni pemanfaatan bakteri.
Daftar isi
Praktikum Pembuatan Tempe
Bab I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Fermentasi merupakan akvititas yang terjadi karena adanya mikroba pada subtark organik. Proses fermentasi ini dapat menyebabkan perubahan sifat pada bahan pangan. Hal ini disebabkan oleh pemecehahan kandungan protein pada bahan pangan tersebut.
Proses fermentasi dapat dikatakan kebalikan dari proses pengawaten makanan. Jika proses pengawetan makakan dilakukan melalui proses pemanasan, pendinginan, pengeringan, iradiasi, penambahan zat pengawet yang bertujuan membunuh mikroba pada bahan pangan, maka fermentase justru bertujuan untuk menambahkan dan memperbanyak jenis mikroba tertentu dalam bahan makanan. Bakteri ini diharapkan melakukan metabolisme di dalam bahan makakan. Hanya saja dalam proses fermentase, bakteri yang digunakan merupakan spesies bakteri khusus yang bertujuan untuk memecahkan protein sesuai dengan hasil akhir yang dikehendaki.
Peradaban manusia baik secara tradisional maupun menggunakan ilmu sains modern telah berhasil membuat jenis-jenis makanan. Beberapa jenis tersebut antara lain adalah Tempe, Tauco, Kecap, Yogurt, Terasi, Keju, Tape dan sebagainya.
Salah satu produk Bioteknologi yang paling digemari di Indonesia adalah Tempe. Tempe merupakan makanan yang murah dan dapat dijangkau luas masyarakat kelas atas, menangah dan bahwa namun memiliki kandungan protein nabati yang tinggi. Tempe merupakan makakan berbahan dasar kedelai yang difermentasi dengan bantuan mircoba Rhizpous. Jenis jamur Rhizopus yang banyak dikgunakan di Indonesia adalah hizopus oligosporus, Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer (kapang roti), atau Rhizopus arrhizus.
Di pasaran, biang jamur ini dijual dipasaran dikenal dengan nama Ragi Tempe. Ragi ini dijadikan agen dalam memunculkan Rhizopa pada Tempe. Proses pembuatan tempe dikatakan berhasil jika tumbuh jamur berwarna putih disekitar tempe. Warna putih ini adalah disebabkan oleh Miselia hamur yang tumbuh di permukaan biji kedelai. Miselia tumbuh saling berikatan satu sama lain sehingga membuat kedelaian saling terikat dan kompak.
Proses fermentasi membuat banyak jamur aktif yang tumbu. Jamur Rhizopus menjadi spesies yang paling banyak tumbuh. Jamur-jamur ini kemudian mengeluarkan enzim yang mampu merombak organisme kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana. Jika dikonsumsi, Protein sederhana ini lebih cepat diserap oleh tubuh dibandingkan dengan protein yang lebih kompleks.
Proses fermentase jamur ini dilakukan secara aerobik dan tidak melibatkan senyawa Alkohol. Lantas bagaimana cara pembuatan tempe ini? Praktikum ini disusun untuk mengetahui cara memanfaatkan ragi untuk menumbuh jamur Rhizopus pada kedelai hingga menjadi tempe.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka disusunluh rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
Bagaimana cara pembuatan tempe?
Bagaimam peranan Mikroorganisme Rhizopus Oryzae dalam proses pembuatan tempe?
C. Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dri praktikum ini adalah :
Mengetahui proses pembuatan tempe.
Mengetahui bagaimana peranan dari Mikroorganisme Rhizopus Oryzae dalam pembuatan tempe.
Bab II. Tinjauan Pustaka
A. Pengertian Fermentasi
Fermentasi bahan pangan adalah proses yang memanfaatkan kegiatan mikroba untuk mendapatkan bahan hasil kegiatan yang bermafaat bagi manusia. Mikroba yang dimanfaatkan berasal dari jenis Bakteri, Kapang, dan Khamir.
Secara alami, proses fermentasi melibatkan banyak jamur. Dalam Bioteknologi, Proses fermentasi diupayakan untuk membuat hanya mikorba tertentu yang terlibat dalam proses ferementasi tersebut. Tujuannya agar hasil akhir dari proses fermentasi ini sesuai dengan harapan, misalnya bakteri yang digunakan untuk menghasilkan asam Laktat, Khamir digunakan untuk menghasilkan alkohol, dan kapang untuk menghasilkan tempe.
Proses fermentasi ini akan dibantu dengan kultur sebagai agen Mikroba. Dengan demikian tugas dari Mikrobiologi juga menghasilkan kultur yang dapat digunakan dengan mudah dan bebas waktu.
Fermentasi biasanya dilakukan dengan menggunakan kultur murni yang dihasilkan di laboratorium. Kultur ini dapat disimpan dalam keadaan kering atau dibekukan, misalnya kultur murni dari bakteri asam laktat untuk membuat keju. Kadang-kadang tidak digunakan kultur murni untuk fermentasi sebagai laru (starter). Misalnya pada pembuatan tempe atau oncom digunakan hancuran tempe dan oncom yang sudah jadi.
B. Mikroorganisme pada Fermentasi
Jenis kapang digunakan dalam khususnya bagi beberapa jenis kayu dan fermentasi bahan pangan khususnya di Asia, seperti kecap, miso, tempe dan lain-lainnya. Jenis kapang yang banyak memegang peranan penting dalam fermentasi bahan makanan tersebut adalah Aspergillus, Rhizopus dan Penicillium.
Tempe adalah sumber protein yang penting bagi pola makanan di Indonesia, terbuat dari kedelai. Pembuatan tempe dilakukan sebagai berikut : kedelai kering dicuci, direndam semalam pada suhu 25oC esok paginya kulit dikeluarkan dan air rendam dibuang. Kedelai lalu dimasak selama 30 menit. Sesudah itu didinginkan, diinokulasikan dengan spora Rhizopus oligosporus dan Rhizopus oryzae, ditaruh dalam panci yang dangkal dan diinkubasikan pada suhu 30oC selama 20 – 24 jam. Dalam waktu itu kedelai terbungkus sempurna oleh mycelia putih dari jamur. Sekarang tempe siap untuk dikosumsi. Cara penyajiannya adalah tempe dipotong-potong, direndam sebentar dalam garam lalu digoreng dengan minyak nabati. Hasilnya adalah tempe yang berwarna coklat dan kering. Dapat juga dimakan dalam bentuk mempunyai kuah atau dengan kecap.
C. Rhizopus oryzae dalam tempe
Tempe adalah makanan yang populer di negara kita. Meskipun merupakan makanan yang sederhana, tetapi tempe mempunyai atau mengandung sumber protein nabati yang cukup tinggi. Tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai atau beberapa bahan lain yang menggunakan beberapa jenis kapang Rhizopus, seperti Rhizopus oligosporus, Rh. oryzae, Rh. stolonifer (kapang roti), atau Rh. arrhizus, sehingga membentuk padatan kompak berwarna putih. Sediaan fermentasi ini secara umum dikenal sebagai ragi tempe.Warna putih pada tempe disebabkan adanya miselia jamur yang tumbuh pada permukaan biji kedelai.
Rhizopus oryzae
Tekstur kompak juga disebabkan oleh mise1ia jamur yang menghubungkan biji-biji kedelai tersebut. Banyak sekali jamur yang aktif selama fermentasi, tetapi umumnya para peneliti menganggap bahwa Rhizopus sp merupakan jamur yang paling dominan. Jamur yang tumbuh pada kedelai tersebut menghasilkan enzim-enzim yang mampu merombak senyawa organik kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga senyawa tersebut dengan cepat dapat dipergunakan oleh tubuh.
Tempe banyak dikonsumsi di Indonesia, tetapi sekarang telah mendunia. Kaum vegetarian di seluruh dunia banyak yang telah menggunakan tempe sebagai pengganti daging. Akibatnya sekarang tempe diproduksi di banyak tempat di dunia, tidak hanya di Indonesia. Berbagai penelitian di sejumlah negara, seperti Jerman, Jepang, dan Amerika Serikat.
Indonesia juga sekarang berusaha mengembangkan galur (strain) unggul Rhizopus untuk menghasilkan tempe yang lebih cepat, berkualitas, atau memperbaiki kandungan gizi tempe. Beberapa pihak mengkhawatirkan kegiatan ini dapat mengancam keberadaan tempe sebagai bahan pangan milik umum karena galur-galur ragi tempe unggul dapat didaftarkan hak patennya sehingga penggunaannya dilindungi undang-undang (memerlukan lisensi dari pemegang hak paten).
Jamur Rhizopus oryzae merupakan jamur yang sering digunakan dalam pembuatan tempe (Soetrisno, 1996). Jamur Rhizopus oryzae aman dikonsumsi karena tidak menghasilkan toksin dan mampu menghasilkan asam laktat (Purwoko dan Pamudyanti, 2004). Jamur Rhizopus oryzae mempunyai kemampuan mengurai lemak kompleks menjadi trigliserida dan asam amino (Septiani, 2004). Selain itu jamur Rhizopus oryzae mampu menghasilkan protease (Margiono, 1992). Menurut Sorenson dan Hesseltine (1986), Rhizopus sp tumbuh baik pada kisaran pH 3,4-6.
Pada penelitian semakin lama waktu fermentasi, pH tempe semakin meningkat sampai pH 8,4, sehingga jamur semakin menurun karena pH tinggi kurang sesuai untuk pertumbuhan jamur. Secara umum jamur juga membutuhkan air untuk pertumbuhannya, tetapi kebutuhan air jamur lebih sedikit dibandingkan dengan bakteri. Selain pH dan kadar air yang kurang sesuai untuk pertumbuhan jamur, jumlah nutrien dalam bahan, juga dibutuhkan oleh jamur.
Bab III. Metode Percobaan
A. Bahan dan Alat Percobaan
1. Bahan
Biji kedelai
Ragi atau bibit tempe
2. Alat
Panci
Kompor gas
Tampah plastik
Sendok nasi
Ember
Pembungkus plastik
Jarum
Serbet
B. Metode Kerja
Biji kedelai yang telah dipilih, dibersihkan dan dicuci dengan air bersih, kemudian direndam dengan air bersih selama satu hari satu malam.
Lalu kedelai direbus sampai mendidih dan lanjutkan perebusan sampai kedelai benar-benar kelihatan empuk.
Setelah tempe direbus, hasil rebusan tempe di tiriskan/di anginkan sambil diaduk
Kulit ari kedelai dibuang dengan cara diremas-remas sampai biji terbelah dan kedelai menjadi bersih.
Kedelai yang telah dibuang kulitnya di cuci bersih lalu ditiriskan. 6) Setelah rebusan kedelai dingin, taburkan ragi (bibit tempe) sebanyak 1 gram ragi per 1 kg kedelai secara merata dengan alat pengaduk.
Kedelai yang sudah dicampur ragi (bibit tempe), dibungkus dengan plastik yang sudah ditusuk-tusuk dengan jarum. Setelah itu disimpan selama dua hari.
Pengamatan dilakukan selama dua hari berturut-turut guna melihat proses berlangsungnya fermentasi.
Setelah tempe disimpan selama dua hari maka seluruh permukaan kacang kedelai tertutupi jamur.
Bab IV. Hasil dan Pembahasan
A. Hasil Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan pratikan pada dua hari berturut-turut setelah pengolahan kedelai hingga menjadi tempe adalah sebagai berikut:
a) Pengamatan I (Jum’at, 19 Februari 2016)
Kedelai yang terbungkus masih dalam keadaan panas dan mengembun.
b) Pengamatan II (Sabtu, 20 Februari 2016)
Jamur merata, tekstur rata dan bau tempe.
B. Pembahasan
Pada pengamatan I keadaan bungkus kedelai dipenuhi uap air akibat panas yang masih ditimbulkan oleh proses fermentasi dan mycelia putih dari jamur belum merata (masih terlihat padatan/biji kedelai).
Pada pengamatan II masih ada biji kedelai yang terlihat akan tetapi keadaan kedelai telah terbungkus sempurna oleh mycelia putih dari jamur, karena padatan kedelai menempel pada pembungkusnya maka padatan kedelai tersebut terlihat membentuk tekstur yang rata sesuai bentuk pembungkusnya dan pastinya tercium bau yang khas dari bungkusan kedelai tersebut yaitu bau tempe.
Bab V. Penutup
A. Kesimpulan
Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa tempe sangat tergantung dari hasil fermentasi jenis bahan utama/substratnya yaitu kedelai, macam mikroba yang aktif dan kondisi di sekelilingnya yang mempengaruhi pertumbuhan dan metabolisme mikroba tersebut, dan hal ini dapat dikatakan bahwa pengolahan kedelai hingga menjadi tempe sesuai dengan hasil akhir yang dikehendaki.
Pada dasarnya proses pembuatan tempe merupakan proses penanaman mikroba jenis jamur Rhizopus sp pada media kedelai, sehingga terjadi proses fermentasi kedelai oleh ragi tersebut. Hasil fermentasi menyebabkan tekstur kedelai menjadi lebih lunak, terurainya protein yang terkandung dalam kedelai menjadi lebih sederhana, sehingga mempunyai daya cerna lebih baik dibandingkan produk pangan dari kedelai yang tidak melalui proses fermentasi.
Tempe terbuat dari kedelai dengan bantuan jamur Rhizopus sp. Jamur ini akan mengubah protein kompleks kacang kedelai yang sukar dicerna menjadi protein sederhana yang mudah dicerna karena adanya perubahan-perubahankimia pada protein, lemak, dan karbohidrat. Selama proses fermentasi kedelai menjadi tempe, akan dihasilkan antibiotika yang akan mencegah penyakit perut seperti diare.
B. Saran
Pemberian keterangan/pengarahan yang dilakukan asisten/pembimbing sudah baik akan tetapi pratikan masih mengharapkan pada percobaan selanjutnya para asisten/pembimbing untuk dapat memberikan keterangan/pengarahan lebih spesifik lagi dalam hal pengolahan dan penyajian bahan yang dicoba. Dengan adanya keterangan/pengarahan yang lebih baik lagi yang diberikan asisten/pembimbing dapat menjadi pengetahuan dan bahan kuliah bagi pratikan nantinya.
Daftar Pustaka
Muchtadi,T.R. 1989. Teknologi Proses Pengolahan Pangan. PAU Pangan dan Gizi, IPB Bogor.
Setiadi. 2002. Kepekaan Terhadap Pengolahan Pangan. Pusat Dinamika Pembangunan UNPAD, Bandung.
Winarno,F.G, dkk. 1984. Pengantar Teknologi Pangan. PT Gramedia, Jakarta.
Wirakartakusumah, dkk. 1992. Peralatan dan Unit Proses Industri Pangan. PAU Pangan dan Gizi, IPB Bogor.
Keberhasilan Belajar Mengajar dapat dinyatakan sebagai bentuk tercapai tujuan instruksional khusus (TIK) dalam pembelajaran yang sesuai dengan kartakteristik dan topik materi diajarkan. Hal ini ditinjau dari sisi peserta didik dengan demikian, maka proses pembelajaran yang dilakukan tidaklah cukup dikatakan sebagai keberhasilan pembelajaran.
B. Indikator Keberhasilan
Yang menjadi petunjuk bahwa suatu proses belajar mengajar dianggap berhasil adalah hal-hal sebagai berikut:
· Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi,baik secara individual maupun kelompok.
· Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran/instruksional khusus (TIK) telah dicapai oleh siswa,baik secara individual maupun kelompok.
C. Penilaian Keberhasilan
Berdasarkan tujuan dan ruang lingkupnya,tes prestasi belajar dapat digolongkan ke dalam jenis penilaian sebagai berikut:
· Tes Formatif
Penilaian ini digunakan untuk mengukur satu atau beberapa pokok bahasan tertentu dan bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap siswa terhadap pokok bahasan tersebut.
· Tes Subsumatif
Tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah diajarkan dalam waktu tertentu.
· Tes Sumatif
Tes ini diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap bahan pokok-pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester,satu atau dua tahun pelajaran.
D. Tingkat Keberhasilan
Setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar. Masalah yang dihadapi adalah sampai tingkat mana prestasi (hasil) belajar yag telah dicapai. Tingkatan keberhasilan tersebut adalah sebagai berikut:
· Istimewa/maksimal : Apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa
· Baik sekali/optimal : Apabila sebagian besar (76% s.d. 99%) bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai siswa.
· Baik/minimal : Apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60% s.d. 75% saja dikuasai oleh siswa.
· Kurang : apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai oleh siswa.
E. Program Perbaikan
Taraf atau tigkatan keberhasilan proses belajar mengajar dapat dimanfaatkan untuk berbagai upaya. Salah satunya adalah sehubungan dengan kelagsungan proses belajar mengajar itu sendiri.
1. Apabila 75% dari jumlah siswa yang mengikuti proses belajar mengajar atau mencapai taraf keberhasilan minimal, optimal, atau ahkan maksimal, maka proses belajar mengajar berikutnya dapat membahas pokok bahasan yang baru.
2. Apabila 75% atau lebih dari jumlah siswa yang mengikuti proses belajar mengajar mencapai taraf keberhasilan kurang (di bawah taraf minimal), maka proses belajar mengajar berikutnya hendakanya bersifat perbaikan (remedial).
Pengukuran tentang taraf atau tingkatan keberhasilan proses belajar mengajar ini ternyata berperan penting. Karena itu,pengukuranya harus betul-betul syahih (valid),andal (reliabel), lugas (objective).
F. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan
Berbagai faktor adalah tujuan,guru,anak didik,kegiatan pengajaran,alat evaluasi,bahan evaluasi,dan suasana evaluasi. Berbagai faktor tersebut akan dijelaskan sebagai berikut :
1. Tujuan
Tujuan adalah pedoman sekaligus sebagai sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Sedikit banyaknya perumusan tujuan akan mempengaruhi kegiatan pengajaran yang dilakukan oleh guru,dan secara langsung guru mempengaruhi kegiatan belajar anak didik.
2. Guru
Guru adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada anak didik di sekolah. Guru adalah orang yang berpengalaman dalam bidang profesinya. Dengan keilmuanya,dia dapat merubah anak didik menjadi anak yang cerdas.
Keberhasilan belajar mengajar dihasilkan bervariasi. Kevariasian ini dilihat dari tingkat keberhasilan anak didik menguasai bahan pelajaran yang diberikan oleh guru dalam setiap kali pertemuan kelas.variasi hasil produk ini patokanya adalah tujuan pembelajaranya yang harus dicapai oleh setiap peserta didik.
3. Anak Didik
Anak didik adalah orang yang dengan sengaja datang ke sekolah.orang tuanya lah yang memasukkanya untuk di didik agar menjadi orang yang berilmu pengetahua di kemudian hari. Kepercayaan orang tua anak diterima oleh guru dengan kesadaran dan penuh keikhlasan. Maka jadilah guru sebagai pengemban tanggung jawab yang diserahkan itu.
4. Kegiatan Pembelajaran
Pola umum kegiatan pengajaran adalah terjadinya interaksi antara guru dengan anak didik dengan bahan sebagai perantaranya. Guru yang bmengajar,anak didik yag belajar. Maka guru adalah orang yang menciptakan lingkungan belajar bagi kepentingan belajar anak didik
Strategi penggunaan metode mengajar amat menentukan kualitas hasil belajar mengajar. Jarang ditemukan guru hanya menggunakan suatu metode dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.hal ini disebabkan rumusan tujuan yang guru buat tidak hanya satu, tetapi bisa lebih dari dua rumusan tujuan.
Dengan demikian,kegiatan pengajaran yang dilakukan oleh guru mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar.
5. Bahan dan Alat Evaluasi
Bahan evaluasi adalah suatu bahan yang terdapat di dalam kurikulum yang sudah dipelajari oleh anak didik guna kepentingan ulangan. Biasanya bahan pelajaran itu sudah dikemas dalam bentuk buku paket untuk dikonsumsioleh anak didik
6. Suasana Evaluasi
Selain faktor tujuan,guru,anak didik,kegiatan pengajaran,serta bahan dan alat evaluasi, faktor suasana evaluasi juga merupakan faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar. Pelaksanaan evaluasi kelas masing-masing.
Sejumlah akar historis dan teoritis dimunculkan untuk memberikan rasional dan dukungan bagi pengajaran langsung. Beberapa aspek dari model tersebut diturunkan dari prosedur pelatihan yang dikembangkan dalam konteks industri dan militer. Barak Rosenshine dan Robert Stevens (1986), misalnya, melaporkan bahwa mereka menemukan buku yang dipublikasikan tahun 1945 berjudul How to Instruct yang berisi gagasan terkait dengan pengajaran langsung. Dukungan teoris dan empiris meliputi teori perilaku, teori kognitif sosial, dan penalitian efektivitas guru.
B. Merencanakan dan Melakasanakan Pelajaran Pengajaran Langsung Sama halnya dengan pendekatan pengajaran apapun, pelaksanaan terampil dari pelajaran pengajaran langsung membutuhkan keputusan dan perilaku khusus oleh guru selama perencanaan dan selama melaksanakan pelajaran. Bebebrapa tindakan ini mirip dengan tindakan yang ditemukan di model-model pengajaran lainnya. Ada beberapa hal yang ditekankan dalam melaksanakan pelajaran pengajaran langsung.
a. Merencanakan Pengajaran Langsung Model pengajaran langsung khususnya dirancang untuk meningkatkan pembelajaran siswa tentang pengetahuan faktual yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan cara bertahap dan untuk membantu siswa menguasai pengetahuan prosedural yang dibutuhkan untuk menampilkan keterampilan sederhana dan kompleks. Tujuan pengajaran yang dimaksudkan untuk meningkatkan pemerolehan pengetahuan dengan tujuan yang dimaksudkan untuk pengembangan ketemapilan. 1. Menyiapkan Tujuan Ketika menyiapkan tujuan untuk pelajaran pengajaran langsung, format perilaku yang lebih khusus biasanya merupakan pendekatan yang disukai. Tujuan yang baik harus berpusat pada siswa dan spesifik, menyatakan situasi pengetesan (penilaian), dan mengidentifikasi tingkat kinerja yang diharapkan. Perbedaan utama antara menulis tujuan untuk pelajaran yang berorientasi pada keterampilan dan menulis pelajaran dengan konten yang lebih kompleks adalah bahwa tujuan yang berorientasi keterampilan biasanya menujukkan perilaku yang diamati dengan mudah yang dapat diungkapkan dengan tepat dan diukur dengan akurat. Misalnya jika tujuannya adalah membuat siswa dapat memanjat tali sepanjang 15 kaki dalam tujuh menit, perilaku tersebut dapat diamati dan diukur waktunya. Jika tujuannya adalah menyuruh siswa mengamati bola dunia dan menunjukkan Irak, perilaku tersebut juga dapat diamati. 2. Kemajuan Belajar dan Analisis Tugas Kemajuan belajar dan analisis tugas merupakan alat yang digunakan guru untuk mendefinisikan hasil belajar yang terkait dengan potongan pengetahuan atau keterampilan tertentu dan menentukan cara terbaik menyusun pengajaran. Alat ini, kadang dikaitkan dengan Popham (2008), digunakan untuk mengidentifikasi seperangkat sub keterampilan atau sub pengetahuan yang memampukan (blok pembangun) yang harus dikuasai siswa dalam perjalanannya menuju tujuan atau standar yang lebih global atau keseluruhan. Analisis tugas merupakan alat yang sama. Gagasan pokok di balik analisis tugas adalah bahwa pemahaman dan keterampilan kompleks tidak dapat dipelajari pada satu saat saja atau secara keseluruhan. Alih-alih untuk memudahkan pemahan dan penguasaan, keterampilan dan pemahaman kompleks pertama-tam harus dibagi menjadi bagian-bagian penting. Analisis tugas membantu guru mendefinisikan secara tepat apa yang perlu dilakukan siswa untuk menampilkan keterampilan yang diharapkan. Hal ini dapat dicapai melalui beberapa tahap: a. Mencari tahu apa yang dilakukan orang yang berpenga\etahuan luas ketika keterampilan ditampilkan b. Membagi keterampilan keseluruhan menjadi sub keterampilan c. Meletakkan sub keterampilan dengan urutan tertentu, menunjukkan sub keterampilan mana yang mungkin menjadi prasyarat keterampilan lain d. Merancang strategi untuk mengajarkan setiap sub keterampilan dan cara menggabungkannya 3. Merencanakan Waktu dan Ruang Merencanakan dan mengelolah waktu sangatlah penting bagi pelajaran pengajaran langsung. Guru harus memastikan waktunya cukup, cocok dengan bakat dan kemampuan siswa dalam kelas tersebut, dan siswa termotivasi untuk tetap terlibat selama pelajaran. Memastikan bahwa siswa memahami tujuan pelajaran pengajaran langsung dan mengaitkan pelajaran dengan pengetahuan awal dan minat siswa merupakan cara-cara meningkatkan atensi dan keterlibatan siswa. b. Melaksanakan Pelajaran Pengajaran Langsung Pada setiap model pengajaran memiliki sintaks atau fase-fase pengajaran yang berbeda antara satu model pengajaran dengan model pengajaran yang lain. Model pengajaran langsung memiliki lima fase yang sangat penting, yaitu guru mengawali pengajaran dengan penjelasan tentang tujuan dan latar belakang pembelajaran, serta mempersiapkan siswa untuk menerima penjelasan guru. Selanjutnya diikuti oleh presentasi materi ajar yang diajarkan atau demonstrasi tentang keterampilan tertentu. Pelajaran itu termasuk juga pemberian kesempatan kepada siswa untuk melakukan pelatihan dan pemberian umpan balik terhadap keberhasilan siswa. Kelima fase dalam pengajaran langsung dapat dijelaskan secara detail seperti berikut. 1. Menyampaikan Tujuan dan Mempersiapkan Siswa. a) MenjelaskanTujuan Para siswa perlu mengetahui dengan jelas, mengapa mereka berpartisipasi dalam suatu pelajaran tertentu, dan mereka perlu mengetahui apa yang harus dapat mereka lakukan setelah selesai berperan serta dalam pelajaran itu. Guru mengkomunikasikan tujuan tersebut kepada siswa–siswanya melalui rangkuman rencana pembelajaran dengan cara menuliskannya di papan tulis, atau menempelkan informasi tertulis pada papan buletin, yang berisi –tahap-tahap dan isinya, serta alokasi waktu yang disediakan untuk setiap tahap. Dengan demikian siswa dapat melihat keseluruhan alur tahap pelajaran dan hubungan antar tahap-tahap pelajaran itu. b) Menyiapkan Siswa. Kegiatan ini bertujuan untuk menarik perhatian siswa, memusatkan perhatian siswa pada pokok pembicaraan, dan mengingatkan kembali pada hasil belajar yang telah dimilikinya, yang relevan dengan pokok pembicaraan yang akan dipelajari. Tujuan ini dapat dicapai dengan jalan mengulang pokok-pokok pelajaran yang lalu, atau memberikan sejumlah pertanyaan kepada siswa tentang pokok-pokok pelajaran yang lalu. 2. Mendemonstrasikan Pengetahuan atau Keterampilan Kunci keberhasilan pada fase ini yaitu mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan sejelas mungkin dan mengikuti langkahlangkah demonstrasi yang efektif. a. Menyampaikan informasi dengan jelas Kejelasan informasi atau presentasi yang diberikan guru kepada siswa dapat dicapai melalui perencanaan dan pengorganisasian pembelajaran yang baik. Dalam melakukan presentasi guru harus menganalisis keterampilan yang kompleks menjadi keterampilan yang lebih sederhana dan dipresentasikan dalam langkah-langkah kecil selangkah demi selangkah. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam penyampaian informasi/presentasi adalah: · kejelasan tujuan dan poin-poin utama, yaitu menfokuskan pada satu ide (titik, arahan) pada satu waktu tertentu dan menghindari penyimpangan dari pokok bahsan/LKS; · presentasi selangkah demi selangkah; · prosedur spesifik dan kongkret, yaitu berikan siswa contoh-contoh kongkrit dan beragam, atau berikan kepada siswa penjelasan rinci dan berulang-ulang untuk poin poin yang sulit; · pengecekan untuk pemahaman siswa, yaitu pastikan bahwa siswa memahami satu poin sebelum melanjutkan ke poin berikutnya, ajukan pertanyaan kepada siswa untuk memonitor pemahaman mereka tentang apa yang telah dipresentasikan, mintalah siswa mengikhtisarkan poin-poin utama dalam bahasan mereka sendiri, dan ajarkan ulang bagian-bagian yang sulit dipahami oleh siswa dengan penjelasan guru lebih lanjut atau dengan tutorial sesama siswa (Kardi dan Nur, 2000: 32). b. Melakukan demonstrasi Pengajaran langsung berpegang teguh pada asumsi bahwa sebagian besar yang dipelajari berasal dari pengamatan terhadap orang lain. Tingkah laku orang lain yang baik maupun yang buruk merupakan acuan siswa, sehingga perlu diingat bahwa belajar melalui pemodelan dapat mengakibatkan terbentuknya tingkah laku yang kurang sesuai atau tidak benar. Oleh karena itu, agar dapat mendemonstrasikan suatu keterampilan atau konsep dengan berhasil, guru perlu sepenuhnya menguasai konsep atau keterampilan yang akan didemonstrasikan, dan berlatih melakukan demonstrasi untuk menguasai komponen-komponennya. 3. Menyediakan Latihan Terbimbing Salah satu tahap penting dalam pengajaran langsung adalah cara guru mempersiapkan dan melaksanakan “pelatihan terbimbing.” Keterlibatan siswa secara aktif dalam pelatihan dapat meningkatkan retensi, membuat belajar berlangsung dengan lancar, dan memungkinkan siswa menerapkan konsep/keterampilan pada situasi yang baru atau yang penuh tekanan Beberapa prinsip yang dapat digunakan sebagai acuan bagi guru dalam menerapkan dan melakukan pelatihan adalah seperti berikut : Ø Tugasi siswa melakukan latihan singkat dan bermakna. Ø Berikan pelatihan sampai benar-benar menguasai konsep/keterampilan yang dipelajari Ø Hati-hati terhadap kelebihan dan kelemahan latihan berkelanjutan (massed practice) dan latihan terdistribusi (distributed practiced) Ø Perhatikan tahap-tahap awal pelatihan. 4. Mengecek Pemahaman dan Memberikan Umpan Balik Pada pengajaran langsung, fase ini mirip dengan apa yang kadang-kadang disebut resitasi atau umpan balik. Guru dapat menggunakan berbagai cara untuk memberikan umpan balik kepada siswa. Beberapa pedoman dalam memberikan umpan balik efektif yang patut dipertimbangkan oleh guru seperti berikut: a. Berikan umpan balik sesegera mungkin setelah latihan b. Upayakan agar umpan balik jelas dan spesifik c. Konsentrasi pada tingkah laku, dan bukan pada maksud d. Jaga umpan balik sesuai dengan tingkat perkembangan siswa e. Berikan pujian dan umpan balik pada kinerja yang benar f. Apabila memberikan umpan balik yang negatif, tunjukkan bagaimana melakukannya dengan benar g. Bantulah siswa memusatkan perhatiannya pada “proses” dan bukan pada “hasil.” h. Ajari siswa cara memberi umpan balik kepada dirinya sendiri, dan bagaimana menilai kinerjanya sendiri. 5. Memberikan Kesempatan Latihan Mandiri Kebanyakan latihan mandiri yang diberikan kepada siswa sebagai fase akhir pelajaran pada pengajaran langsung adalah pekerjaan rumah. Pekerjaan rumah atau berlatih secara mandiri, merupakan kesempatan bagi siswa untuk menerapkan keterampilan baru yang diperolehnya secara mandiri. Kardi dan Nur (2000: 43) memberikan tiga panduan umum latihan mandiri yang diberikan sebagai pekerjaan rumah seperti berikut. a. Tugas rumah yang diberikan bukan merupakan kelanjutan dari proses pembelajaran, tetapi merupakan kelanjutan pelatihan atau persiapan untuk pembelajaran berikutnya b. Guru seyogyanya menginformasikan kepada orang tua siswa, tentang tingkat keterlibatan yang diharapkan c. Guru seharusnya memberikan umpan balik tentang pekerjaan rumah tersebut.
C. Mengelola Lingkungan Pembelajaran Tugas yang dikaitkan dengan pengelolaan lingkungan belajar selama pelajaran pengajaran langsung hampir sama dengan tugas yang digunakan ketika menggunakan model presentasi. Dalam pengajaran langsung guru menyusun lingkungan belajar dengan sangat ketat, membuat fokus akademik, dan mengharapkan siswa jadi pengamat, pendengar dan siswa yang cermat. Guru yang efektif menggunakan metode-metode untuk mengatur pembicaraan siswa dan memastikan kecepatan pelajaran tetap terjaga. Perilaku tidak menyenangkan yang terjadi selama pelajaran pengajaran langsung harus ditangani secara akurat dan cepat. Namun demikian, pemeliharaan lingkungan terstruktur dengan fokus akademis tidak mengesampingkan lingkungan yang ditandai dengan proses demokratis dan suasana perasaan yang positif.
D. Penilaian dan Evalusi Model pengajaran langsung digunakan paling tepat untuk mengajarkan keterampilan dan pengetahuan yang dapat diajarkan secara bertahap, evaluasi seharusnya berfokus pada tes kinerja yang mengukur perkembangan keterampilan dan bukannya tes tertulis mengenai pengetahuan deklaratif. Misalnya mampu mengidentifikasi karakter dalam papan ketik komputer jelas-jelas tidak memberikan banyak informasi mengenai kemampuan seseorang memainkan papan ketik, namun tes penggunanaan papan ketik yang diukur waktunya akan lebih baik dilakukan seorang guru. Mampu mengidentifikasi kata kerja dalam kolom kata benda tidak berati bahwa seseorang siswa dapat menulis kalimat, hal ini membutuhkan tes yang mengharuskan siswa menulis kalimat agar guru mampu mengevaluasi keterampilan siswa. Menghafalkan langkah-langkah yang benar dalam model pembelajaran apapun yang dijabarkan tidak memberitahu kita apakah seorang guru bisa menggunakan model tersebut didepan 25 orang, hanya demonstrasi kelas yang dapat menunjukkan penguasaan guru akan keterampilan tersebut. Sering kali guru sulit membuat tes kinerja dan menilainya dengan tepat, dan tes tersebut juga sangat menyita waktu. Namun demikian jika anda ingin siswa anda menguasai keterampilan yang anda ajarkan, tidak ada satupun yang dapat mengantikan prosedur evaluasi berbasis kinerja.
Model Presentasi merupakan adaptasi dari model Advance Organizer yang mengharuskan guru untuk mempersiapkannya sebelum mempresentasikan informasi baru dan secara khusus memperkuat dan memperluas pemikiran siswa selama dan setelah presentasi. Pendekatan ini banyak dipilih oleh guru karena cocok dengan pengetahuan sekarang tentang cara individu memperoleh, memproses dan menyimpan informasi baru; dan berbagai komponen model ini telah dikaji dengan seksama selama empat puluh tahun terakhir sehingga memberikan dasar pengetahuan yang substansial, meskipun tidak selalu konsisten. Secara singkat hasil belajar model presentasi cukup jelas dan tidak rumit dalam membantu siswa memperoleh, mengasimilasi, menyimpan informasi baru; memperluas struktur konseptual dan kebiasaan mendengarkan dan memikirkan informasi.
Presentasi merupakan model yang berfokus pada guru yang terdiri atas empat fase pokok:
Alurnya mulai dari usaha awal guru untuk mengklarisifikasi tujuan pelajaran dan mempersiapkan siswa untuk belajar, Penyajian pengorganisasian awal Penyajian informasi baru Interaksi yang bertujuan memeriksa pemahaman siswa akan informasi baru dan memperluas dan menguatkan keterampilan berpikir mereka.
Merencanakan Presentasi
1. Memilih Tujuan dan Isi
Tujuan pembelajaran presentasi diutamakan untuk mendapatkan pengetahuan deklaratif. Contoh siswa mampu mendifinisikan arti fotosintesis, mampu menyebutkan aturan-aturan dasar permainan sepak bola, dll. Pemilihan konten presentasi dapat menggunakan prinsip power yang menyatakan hanya konsep penting dan paling kuat yang seharusnya diajarkan dan bukan yang menarik tapi tidak penting bagi mata pelajaran. Sedangkan menurut prinsip ekonomi merekomendasikan bahwa guru menghindari kekacauan verbal dan membatasi presentasi dengan jumlah informasi minimum. Peta konsep juga bermanfaat bagi seorang guru untuk membantu menyampaikan jenis ide dan bagi siswa memberikan gambaran untuk memahami hubungan diantara ide-ide.
2. Mendiaknosa pengetahuan siswa sebelumnya
Informasi yang diberikan dalam presentasi didasarkan pada perkiraan guru tentang struktur kognitif yang sudah ada dan pengetahuan yang dimiliki siswa tentang subyek tertentu. Tidak ada aturan yang tegas atau formula yang mudah yang dapat dilakukan guru untuk memeriksa pengetahuan siswa sebelumnya. Guru dapat menggunakan asesmen untuk mengetahui perkembangan siswa. Sedangkan dalam pembelajaran guru dapat menggunakan induksi atau establishing set untuk memeriksa pengetahuan siswa. Siswa memiliki prior knowledge, perkembangan intelektual, gaya belajar dan intelegensia yang berbeda sehingga guru perlu menyesuaikan presentasi dan penjelasan agar sesuai dengan kebutuhan dan latar belakang siswa antara lain dengan penggunaan gambar dan ilustrasi, isyarat dan contoh.
Memilih advance organizer yang tepat
Advance organizer merupakan scaffolding intelektual, dan membantu siswa melihat gambaran umum dari materi yang akan dipresentasikan. Berikut ini merupakan contoh advance organizer: “ saya akan memberikan informasi tentang jenis-jenis makanan yang dibutuhkan tubuh agar berfungsi dengan baik. Sebelum itu saya ingin memberi ide kepada kalian yang akan membantu memahami berbagai makanan yang sudah kalian makan dengan mengatakan bahwa makanan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi lima golongan utama yaitu lemak, karbohidrat, protein, vitamin dan mineral. Makanan tersebut berisi unsur-unsur tertentu seperti karbon dan nitrogen. Makanan yang kita makan juga mengandung unsur-unsur yang terdapat dalam golongan makanan tersebut. Sekarang saya akan membicarakan diet seimbang yang dibutuhkan tubuh. Saya ingin kalian memperhatikan tarmasuk golongan manakah makanan yang kita makan?”
Merencanakan penggunaan waktu dan ruang Hal-hal yang harus diperhatikan guru yaitu memastikan waktu dialokasikan sesuai dengan kemampuan dan sikap siswa di kelas dan memotivasi siswa agar mereka tetap memperhatikan selama pembelajaran. Selain itu guru juga mengelola ruang, penataan ruang tradisional paling cocok dengan kelas yang menggunakan papan tulis, OHP atau proyektor.
Melaksanaan Presentasi Menyampaikan Tujuan Pembelajaran dan menyiapkan siswa Tujuan pembelajaran dapat disampaikan dipapan tulis, newsprint chart atau display. Menyiapkan siswa untuk belajar dapat dilakukan dengan memberikan establishing set dan isyarat (cues) kepada siswa.
Mempresentasikan advance organizer Guru memastikan advance organizer dilakukan terpisah dari kegiatan introduksi dan presentasi materi. Advance organizer dipresentasikan kepada siswa menggunakan format visual tertentu seperti OHP atau power point image. Siswa harus memahami advance organizer sehingga harus diajarkan kepada siswa.
Mempresentasikan Materi belajar Menyampaikan materi dilaksanakan setelah direncanakan dan dipresentasikan dengan cara efektif, memperhatikan kejelasan, explaining links, contoh-contoh, teknik rule-explaining rule, penggunaan transisi dan antusiasme.
Memantau dan memeriksa pemahaman Untuk memantau pemahaman siswa guru dapat melakukan metode informal selama presentasi misalnya isyarat verbal dan non verbal misalnya siswa bingung, diam dan kernyitan kening sebagai tanda siswa tidak paham, sedangkan mengangguk, tersenyum dan mata melebar takjub merupakan tanda pemahaman sedang terjadi. Secara formal guru dapat meminta respon siswa tentang materi yang baru disampaikan.
Mengelola Lingkungan Belajar Pada awal pelajaran guru berperan sebagai presenter aktif dan berharap siswa menjadi pendengar aktif. Kesuksesan model ini bergantung dari motivasi siswa untuk melihat serta mendengarkan presentasi. Model ini membutuhkan aturan yang mengatur pembicaraan siswa, pacing (langkah) yang baik dan metode untuk mengatur perilaku siswa pada saat presentasi, misalnya siswa yang melakukan kegiatan lain atau berbicara dengan teman sebelahnya.
Asesmen dan Evaluasi Model presentasi sangat cocok untuk menyampaikan informasi baru kepada siswa dan membantu menyimpan informasi tersebut dalam memori mereka. Sehingga strategi evaluasi yang tepat adalah menguji perolehan dan retensi pengetahuan siswa. Faktor yang perlu diperhatikan dalam menguji pengetahuan siswa adalah menguji semua tingkat pengetahuan dan bukan hanya sekedar mengingat informasi, guru juga seharusnya mengkomunikasikan kepada siswa apa yang mau diujikan dan lakukan pengujian segera setelah selesai topik jangan menunggu mid atau semester.