Blog

  • Ciri-Ciri Pengikut Syiah

    Syiah adalah salah satu aliran yang dianggap sesat di Indonesia. Hal ini membuat banyak orang yang waspada keluarga mereka masuk dalam aliran Syiah sehingga banyak yang mencari tahu bagaimana Ciri-Ciri Pengikut Syiah?

    Ciri Pengikut Syiah

    Meskipun sudah banyak fatwa yang menyatakan Syiah adalah aliran sesat, namun Indonesia masih menjadi salah satu negara yang memiliki banyak pengikut syiah. Mayoritas pengikut Syiah ini tersebar di Jawa Barat, Sulawei Selatan, Madura dan Pasuruan.

    Jumlah pengikut Syiah di Indonesia diperkirakan mecapai 5 Juta orang dengan organisasi formal dalam bentuk Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia atau IJABI. Kebanyakan Penganut Syiah melaluiah Taqiyah yakni berpura-pura tidak menganut Syiah dan bergabung dengan Aliran Islam lainnya

    Dan juga dampak bahaya pengaruh buruk syiah terhadap agama Islam salah satunya adalah akan merusak Agama Islam Dan Menyesatkan Kaum muslimin. Karena memang demikianlah pemikiran Syiah dengan segala keanehan dan kesesatannya terus didakwahkan.

    Dan juga disebarkan dengan segala sarana yang mereka miliki untuk mengumpulkan sebanyak mungkin orang yang akan mengikutinya dan semakin banyak orang yang meninggalkan agama Islam yang shahih dengan segala propokasi para ulama mereka yang selalu berusaha memperbanyak jumlah pengikut mereka.

    Berikut ini beberapa ciri-ciri orang yang menganut ajaran syiah yang harus kita waspadai dan berhati-hati dengannya seperti yang diungkapkan oleh Syaikh Mamduh Farhan Al-Buhairi di Majalah Islam Internasional Qiblati antara lain adalah sebagai berikut :

    1. Menggunakan memakai songkok hitam dengan bentuk tertentu. Tidak seperti songkok yang dikenal umumnya masyarakat Indonesia, songkok mereka seperti songkok orang Arab hanya saja warnanya hitam.
    2. Pengikut Syiah jarang shalat jama’ah karena mereka tidak mengakui shalat lima waktu, tapi yang mereka yakini hanya tiga waktu saja dalam sehari semalam dalam melakukan ibadah sholat.
    3. Orang Syiah juga tidak akan mengakhiri shalatnya dengan mengucapkan salam yang dikenal kaum Muslimin,

    tetapi dengan memukul kedua pahanya beberapa kali.Cara berwudhu syiah aneh. Karena memang bila diperhatikan caranya berwudhu maka kita akan dapati bahwa wudhunya sangat aneh, tidak seperti yang dikenal kaum Muslimin.Penganut Syi’ah banyak-banyak mengingat Ahlul Bait seperti halnya Ali, Fathimah, Hasan dan Husain radhiyallahu anhum.Mayoritas pengikut Syi’ah selalu membawa At-Turbah Al-Husainiyah yaitu batu/tanah dari Karbala yang digunakan menempatkan kening ketika sujud bila mereka shalat tidak didekat orang lain.Syiah tidak menunjukkan penghormatan kepada Abu Bakar, Umar, Utsman, mayoritas sahabat dan Ummahatul Mukminin radhiyallahu anhum.Kita tidak akan mendapati seorang penganut Syi’ah memegang dan membaca Al-Qur’an kecuali jarang sekali, itu pun sebagai bentuk taqiyyah (kamuflase), karena Al-Qur’an yang benar menurut mereka yaitu al-Qur’an yang berada di tangan al-Mahdi yang ditunggu kedatangannya.Pada bulan Ramadhan penganut Syi’ah tidak langsung Berbuka Puasa setelah Adzan maghrib karena dalam hal ini Syi’ah berkeyakinan seperti Yahudi yaitu berbuka puasa jika bintang-bintang sudah nampak di langit, dengan kata lain mereka berbuka bila benar-benar sudah masuk waktu malam. (mereka juga tidak shalat tarwih bersama kaum Muslimin, karena menganggapnya sebagai bid’ah).Orang Syiah tidak berpuasa pada hari Asyura, dia hanya menampilkan kesedihan di hari tersebut.Mereka berusaha sekuat tenaga untuk menanam dan menimbulkan fitnah antara jamaah salaf dengan jamaah lain, sementara itu mereka mengklaim tidak ada perselisihan antara mereka dengan jamaah lain selain salaf. Ini tentu tidak benar.Tanda ciri wanita perempuan pengikut syiah diantaranya adalah bersedia, bahkan senang untuk nikah mut’ahMut’ah adalah kawin kontrak untuk jangka waktu tertentu baik dalam hitungan hari, bulan ataupun tahun..Pada beberapa acara keagamaan, selain mengenakan pakaian hitam-hitamwanita Syiah juga memakai ikat kepala bertuliskan syiar Syiah. Sepintas, tulisan itu tampak biasa tetapi ternyata memiliki makna seruan doa. Misalnya: Ya Ali, Ya Husain, Ya Fatimah.

    Ciri-ciri mereka sangat banyak. Selain yang kami sebutkan di atas masih banyak ciri-ciri lainnya, sehingga tidak mungkin bagi kita untuk menjelaskan semuanya di sini.

    Namun cara yang paling praktis ialah dengan memperhatikan raut wajah. Wajah mereka merah padam jika kita mencela Khomeini dan Sistani, tapi bila kita menghujat Abu Bakar, Umar, Utsman, Aisyah dan Hafshah, atau sahabat-sahabat lainnya radhiyallahu anhum tidak ada sedikitpun tanda-tanda kegundahan di wajahnya.

  • Syiah Moderat dan Ekstrim

    Munculnya gerakan syiah di Indonesia merupakan sebuah fenomena yang sebenarnya tidak begitu asing bagi yang mau mengkaji tentang sejarah munculnya syi’ah di Indonesia. Namun keberadaannya selama ini laksana clandestine atau gerakan bawah tanah yang memang secara formal tidak menampakkan jati dirinya yang sebenarnya, walaupun bagi yang memperhatikan dan mengikuti perkembangannya mungkin akan Nampak jelas. Namun sudah menjadi suatu keniscayaan bagi sebuah gerakan yang ingin diterima dalam suatu masyarakat maka dia harus menghindari singgungan dan konflik dengan masyarakat jika ajarannya bertentangan dengan yang di anut sebagian besar masyarakat. Apalagi jika itu akan didakwahkan kepada masyarakat. 

    Kalau kita kaji berbagai kelompok di dalam syiah memang akan kita temukan banyak sekali sekte-sekte yang memiliki keyakinan yang berbeda di dalam tubuh Syiah sendiri. Namun secara garis besar jika dilihat dari kaca mata Sunni, saya mengklasifikasikannya ada yang Syiah moderat ada yang Syiah ekstrim. Yang moderat adalah mereka yang memiliki doktrin dan keyakinan yang tidak jauh berbeda dengan Sunni, sedangkan Syiah ekstrim inilah yang doktrin-doktrinnya sangat bertentangan dengan keyakinan kaum Sunni.

    Namun sepanjang kajian saya terhadap referensi-referensi yang meneliti tentang Syiah dari sumbernya langsung, mayoritas tokoh-tokoh puncak Syiah masih mencantumkan dalam kitab-kitab mereka doktrin dan pemikiran ekstrim yang bertentangan dengan Ahlussunah. Termasuk sampai tokoh terkininya seperti Ayatullah Khumaeni dan pengikut-pengikutnya di Iran masih tetap merujuk kepada doktrin-doktrin Syiah ekstrim klasik. Hal ini sudah banyak diungkap oleh para peneliti dan ulama, dimana mereka masih mengutip kitab-kitab Syiah ekstrim dan menyebarkan doa-doa yang melaknat Abu Bakar, Umar dan Usman. 

    Doktrin-doktrin ekstrim mereka di antaranya adalah pengingkaran terhadap kekhalifahan Abu bakar, Umar dan Usman bahkan mereka menyebutnya berhala-berhala Qurasiy padahal dalam fakta dan sejarah merekalah bertiga yang memimpin ummat Islam sehingga mampu melebarkan kekuasaan Ummat Islam sampai luas dan itulah yang diyakini kaum Sunni. 

    Tidak cukup sampai disitu Syiah juga menganggap kafir sebagian besar sahabat karena memang merupakan fakta dan sejarah bahwa semua sahabat mendukung kepemimpinan Abu Bakar, Umar dan Usman, kecuali 4 orang sahabat saja yang mereka anggap mendukung Syiah. Inilah doktrin yang sangat berlawanan dengan Sunni. Sehingga dengan berbagai upaya,  mereka melakukan dan menghalalkan segala cara untuk mendukung doktrin-doktrinnya termasuk membuat riwayat-riwayat dan hadis-hadis palsu sesuai versi mereka termasuk tafsir dan takwil bathil terhadap Al Qur’an. 

    Tidak cukup sampai disitu mereka juga berani punya keyakinan yang berbeda dengan mayoritas sahabat yaitu adanya perubahan dalam Al Qur’an demi mendukung keyakinan Imamah mereka, bahwa mereka punya mushaf sendiri yang tersembunyi, lalu ada surat wilayah yang tidak tercantum, ada ayat-ayat Al Qur’an yang dibuang, dan lain-lain, bukti-bukti tentang keyakinan syiah ini sudah banyak diungkap oleh banyak ulama dan ilmuan walaupun sebagian syiah ada yang menolak atau memang karena sedang bertaqiyah Wallahua’lam. 

    Dalam penelitian sejarah paham yang di anut oleh Syiah ekstrim sebenarnya muncul dari inviltrasi atau penyusupan musuh-musuh Islam yang menyandarkan riwayat-riwayat dusta mereka kepada Sahabat Ali bin Abi Thalib Karramallahuwajhah dan ahlul bait termasuk imam-imam mereka. Tokohnya adalah Abdullah Bin Saba’ Yahudi yang pura-pura masuk Islam akhirya dihukum oleh Khalifah Ali.Padahal sahabat Ali bin Abi Thalib dan ahlul bait adalah suci dan bersih dari dusta-dusta itu. 
    Faham-faham inilah yang sebenarnya tidak hanya menyebabkan permusuhan kaum Sunni, namun jika dibiarkan akan menghancurkan Islam itu sendiri. Justru sebenarnya eksistensi mereka lebih berbahaya dibandingkan non muslim, jika orang non muslim mereka jelas-jelas berbeda dengan  Islam, akan tetapi Syiah ekstrim, mereka masih meyakini sebagai muslim akan tetapi sebenarnya mereka mencoba membangun rumah sendiri yang memiliki pondasi dan bangunan yang berbeda dengan bangunan Islam yang dibangun Rasulullah SAW dan para sahabatnya serta berusaha merobohkan bangunan Islam.

    Bagi syiah ekstrim yang memiliki doktrin Taqiyah tentunya akan lebih mudah untuk mengelabui sebagian masyarakat Indonesia yang Mayoritas Islam Ahlussunnah Wal jama’ah. Dalam tataran awal tentunya mereka akan tampil seolah-olah tidak berbeda dan  bahkan tidak kontradiksi dengan Ahlussunnah, namun dalam kondisi tertentu ternyata akan terkuak juga dan muncul kepermukaan apa yang menjadi doktrin syiah yang sebenarnya yang tentunya sangat berlawanan dengan apa yang diyakini Ummat Islam Indonesia yang berfaham Ahlussuunah Waljama’ah.

    Perbedan doktrin dan keyakinan antara Sunni dan Syiah khususnya syiah ekstrim inilah yang jika bersinggungan dalam suatu masyarakat akan menyebabkan konflik.

    Apa yag terjadi di sampang di antarnya adalah merupakan hasil dari persinggungan dua keyakinan yang berbeda itu. Kita tahu bahwa masyarakat Indonesia Mayoritas adalah Islam Ahlususuunah, ketika muncul orang yang mencoba mendakwahkan suatu faham yang bertolak belakang dengan keyakinan yang selama ini dianut tentunya akan timbul reaksi dan reaksi itulah yang menyebabkan konflik

    Untuk syiah moderat jika memang itu masih ada, maka itulah sebenarnya yang masih menjadi harapan akan adanya titik temu antara Ahlusuunah dan Syiah dan mungkin inilah yang dicoba untuk diwujudkan oleh sebagian tokoh-tokoh dan para ulama baik dari kalangan Syiah maupun Sunni. Dan ini juga yang mungkin coba dilakukan oleh bapak Prof. DR. Quraisy Sihab, MA dengan bukunya : Sunni-Syiah bergandengan tangan mungkinkah? Walaupun buku ini juga banyak mendapat tanggapan dari berbagai pihak dan kesimpulan yang dikemukakan buku tersebut memang berbeda dengan peneliti-peneliti lain seperti DR. Ihsan Ilahi Dzahir, DR. Abdul Mun’im Al Nimr atau Prof. DR. Ali Ahmad As Salus dan lain-lain.  

    Namun jika yang dilakukan oleh mereka yang dianggap Syiah moderat adalah sebuah usaha untuk memberikan tafsir dzahir ketika berhubungan dengan kaum Ahlussunah, namun mereka tetap memiliki tafsir Bathin ketika hanya dikalangan mereka maka itu merupakan setandar ganda kaum Syiah atau lebih tepat disebut kemunafikan yang patut diwaspadai.

    Atau jika yang dilakukan mereka hanya sebuah upaya manipulasi dan kepura-puraan dengan tetap  berpegang dengan doktrin taqiyahnnya dan menunggu kesempatan serta menunggu munculnya Imam Mahdi yang akan membawa mushaf Fatimah dan mengungkap kebenaran dan membalas orang-orang yang memusuhi Syiah menurut versi mereka, maka kondisi ini merupakan sesuatu yang juga patut untuk selalu diwaspadai oleh Ummat Islam Indonesia sehingga kedepannya bisa diantisipasi akan timbulnya konfik yang berkepanjangan. 

    Mudah-mudahan bisa dicari solusi penyelesaian yang lebih baik tentunya dengan tidak menyalakan korek api di tempat bensin artinya tidak perlu bersusah-susah mesyiahkan orang Indonesia yang sudah memiliki paham Ahlussunnah, namun hormatilah kondisi mereka. Kalau perlu terus lakukan dialog secara rasional dengan kedua belah pihak sehingga kebenaran akan Nampak dan kebodohan serta kebohongan suatu paham akan terkuat sehingga masyarakat semakin cerdas. Wallahu a’lam bis sowab

  • Syiah – Islam atau Bukan?

    Salah satu rekomendasi penting dari Muktamar Muhammadiyah Ke-47 di Makassar pada 1-7 Agustus kemaren adalah himbauan agar umat Islam menempuh corak keberagamaan yang moderat, menghindari  takfir (gemar mengkafirkan sesama Muslim) dan membangun dialog Sunni-Syiah.

    Ini adalah undangan sangat penting yang perlu mendapatkan apresiasi. Bravo kepada Muhammadiyah yang berani memulai tradisi moderatisme selangkah lebih maju. Buat saya, istilah “Islam moderat” belum mengatakan apa-apa jika tidak diberikan isi yang progresif dan maju. Moderat saja bisa berarti suatu konservatisme. Moderatisme yang progresif, seperti ditunjukkan oleh Muhammadiyah ini, perlu kita dorong.

    Himbauan ini merupakan “theo-political breakthrough” yang sangat berani. Andai saja ini dinyatakan lewat Facebook, tentu saja layak memperoleh berjuta-juta “like” beserta ikon jempol!

    Yang menarik, undangan ini menyeruak di tengah-tengah kampanye besar-besaran yang tampaknya dibiayai oleh uang petro dollar dari negeri-negeri teluk. Tujuannya: menyebarkan sentimen sektarianisme dan mengekspor konflik Sunni-Syiah ke Indonesia.

    Kampanye ini jelas bagian dari usaha negeri-negeri teluk, terutama Saudi Arabia yang berpaham Wahabi, untuk meluaskan “sphere of influence” ke dunia Islam vis-à-vis Iran yang juga melakukan hal yang sama. Di sini, kita melihat “war of proxies” versi dunia Islam. Indonesia, tampaknya, hendak diseret sebagai salah satu proxy dalam “perang” ini.

    “Refrain” berikut kerap kita dengar akhir-akhir ini: Bahwa Syiah bukanlah Islam. Masalah ini sudah diperdebatkan sejak ratusan tahun lalu, dan tak akan membawa dunia Islam ke mana-mana selain jurang perpecahaan yang konyol. Umat Islam sebaiknya belajar dari umat Kristen yang berhasil mengakhiri konflik Katolik-Protestan yang pernah berlangsung ratusan tahun.

    Dalam tulisan lalu, saya mengajukan suatu definisi minimalis mengenai Islam dan Muslim. Siapa saja yang mengucapkan syahadat, dia adalah Muslim, tak peduli apa sekte, mazhab dan afiliasi politiknya. Definisi minimalis ini sengaja saya ajukan untuk menghindarkan umat Islam dari perang “truth claims” yang tiada berkesudahan dan sia-sia belaka.

    Dengan merujuk definisi minimalis itu, saya hendak meyakinkan Anda bahwa umat Syiah adalah bagian yang sah dari umat Islam. Syiah adalah salah satu firqah/sekte saja dari sejumlah sekte yang ada dalam sejarah Islam. Syiah adalah sekte, sebagaimana Sunni juga sekte. Sesama sekte janganlah saling menjatuhkan. Kesamaan antara orang Sunni dan Syiah jauh lebih banyak daripada perbedaannya. Keduanya adalah sama-sama ahl al-qiblah.

    Sebagaimana umat Sunni, orang Syiah mengucapkan syahadat, melaksanakan salat, puasa, membayar zakat, dan melakukan ritual haji. Jangan percaya kepada sejumlah fitnah yang disebar-sebarkan untuk mengobarkan sentimen anti-Syiah. Misalnya: fitnah bahwa Syiah memiliki syahadat yang beda, Qur’an yang beda, dan gemar mencerca sahabat.

    Soal mencerca sahabat (sabb al-shahabah) ini perlu saya bahas sedikit. Inilah tuduhan yang kerap dijadikan alasan kalangan Sunni/Wahabi untuk terus mengobarkan kebencian kepada kaum Syiah.

    Menurut saya, tuduhan kaum Sunni ini tidak sepenuhnya salah. Tetapi sejumlah caatatan perlu saya berikan di sini. Apa yang disebut sebagai “mencerca” itu, jika kita telaah literatur Syiah secara menyeluruh, sebetulnya adalah sejenis kajian kritis atas sahabat. Kalangan Syiah memang memiliki pandangan yang kritis tentang sahabat. Ini berbeda dengan doktrin Sunni yang cenderung memandang semua sahabat adalah baik (‘adalat al-shahabah). Sebaiknya perbedaan mengenai posisi terhadap sahabat ini dipandang sebagai perbedaan sudut pandang saja. Tak harus membuat seseorang dianggap telah keluar dari Islam.

    Meski demikian, saya setuju: Kebiasaan kalangan Syiah yang kadang menggunakan redaksi yang cenderung keras terhadap satu-dua figur sahabat sebaiknya dihentikan, karena hanya akan mengobarkan sentimen sektarianisme. Kultur baru yang lebih kondusif untuk menjalin dialog sebaiknya dikembangkan.

    Dalam konteks inilah himbauan Muhammadiyah untuk membangun dialog Sunni-Syiah amatlah muhim. Ini mengingatkan pada inisiatif Pendekatan Mazhab-Mazhab (Al-Taqrib Bain al-Madzahib) yang pernah digagas di Mesir pada 1947, dan melibatkan beberapa tokoh seperti Syekh Mahmud Syaltut dan Hasan al-Banna, pendiri Ikhwanul Muslimin.

    Ada fatwa Mahmud Syaltut yang menarik: Mazhab fiqh Imamiyyah-Ja’fariyyah yang banyak dianut di Iran adalah mazhab yang sah dalam Islam. Kita boleh menjalankan ibadah (al-ta’abbud) dengan mengikuti mazhab ini. Bersama dengan empat mazhab Sunni yang lain, mazhab Imamiyyah merupakan kekayaan intelektual Islam yang patut dihargai dan dipelajari.

    Penduduk Iran saat ini berjumlah sekitar 79 juta. Mayoritas adalah pengikut mazhab Syiah. Jika anda menganggap Syiah bukan Islam, paling tidak anda telah mengeluarkan sekitar tujuh puluh juta orang dari Islam. Ini jelas pemurtadan massal dan terbesar dalam sejarah Islam. Pendeta Kristen manapun tak akan kuasa melakukan hal seperti ini.

  • Sejarah Aliran Syiah

    Sejarah Aliran Syiah

    Syiah adalah salah satu cabang agama Islam yang menganggap Imam Ali bin Abi Thalib sebagai Teladan mereka dibanidngkan 3 Khalifah Sebelumnya. Hal ini juga membuat Syiah sering dianggap sebagai anti tesis dari Sunni yang mengakui ke 4 Khalifah sebagai Tauladan umat Islam.

    Syi’ah adalah aliran islam yang dianggap antitesis dan Sunni. Syiah kemudian tumbuh menjadi Mazhab yang memiliki banyak perbedaan pandangan terhadap Sunni mulai dari keyakinan, tata cara beribadah hingga menjadi dasar yang mempengaruhi pandangan politik. Selain itu hal lain yang paling dikenal sebagai Pembeda antara Syiah dan Sunni adalah Nikah Kontrak atau Muttah. Syiah sering dikaitkan dengan praktik nikah muttah atau kawin kontrak bahkan dengan pasangan orang lain.

    Di antara pemikiran itu ada yang menyimpang, dan ada pula yang lurus. Ketika keturunan Ali yang sekaligus keturunan Rasulullah mendapat perlakuan zalim yang semakin hebat dan banyak mengalami penyiksaan pada masa bani Umayyah, rasa cinta mereka terhadap keturunan Ali semakin mendalam. Mereka memandang Ahlulbait ini sebagai Syuhada dan korban kedzaliman. Dengan demikian, semakin meluaslah daerah madzhab Syiah dan pendukungnya semakin banyak. Golongan Syiah beranggapan bahwa Sayyidina Ali bin Abi Thalib dan anak keturunannya lebih berhak menjadi khalifahdaripada orang lain, berdasarkan wasiat Nabi. Masalah khalifah ini adalah soal politik yang dalam perkembangan selanjutnya mewarnai pandangan mereka di bidang agama.

    Asal-Usul Kemunculan Syiah

    Syi’ah dilihat dari bahasa berarti pengikut, pendukung, partai, atau kelompok, sedangkan secara terminologis adalah sebagian kaum muslim yang dalam bidang spiritual dan keagamaannya selalu merujuk pada keturunan Nabi Muhammad SAW. Poin penting dalam doktrin Syi’ah adalah pernyataan bahwa segala petunjuk agama itu bersumber dari ahl al-bait. Mereka menolak petunjuk-petunjuk keagamaan dari para sahabat yang bukan ahl al-bait atau para pengikutnya.

    Menurut Thabathbai, istilah Syi’ah untuk pertama kalinya ditujukan pada para pengikut Ali (Syi’ah Ali), pemimpin pertama ahl al-bait pada masa Nabi Muhammad SAW. Para pengikut Ali yang disebut Syi’ah itu diantaranya adalah Abu Dzar Al-Ghiffari, Miqad bin Al-aswad, dan Ammar bin Yasir.

    Pengertian bahasa dan terminologis diatas hanya merupakan dasar yang membedakan Syi’ah dengan kelompok islam lainnya. Di dalamnya belum ada penjelasan yang memadai mengenai Syi’ah berikut doktrin-doktrinnya. Meskipun demikian, pengertian diatas merupakan titik tolak penting bagi mazhab Syi’ah dalam mengembangkan dan membangun doktrin-doktrinnya yang meliputi segala aspek kehidupan, seperti imamah, taqiyah, mut’ah, dan sebagainya.

    Mengenai kemunculan Syi’ah dalam sejarah, terdapat perbedaan pendapat dikalangan para ahli. Menurut Abu Zahrah, Syi’ah mulai muncul pada masa akhir pemerintahan Usman bin Affan kemudian tumbuh dan berkembang pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib. Adapun menurut Watt, Syi’ah baru benar-benar muncul ketika berlangsung peperangan antara Ali dan Mu’awiyah yang dikenal dengan Perang Siffin. Dalam peperangan ini, sebagai respon atas penerimaan Ali terhadap arbitrase yang ditawarkan Muawiyah, pasukan Ali diceritakan terpecah menjadi dua, satu kelompok mendukung sikap Ali-kelak disebut Syi’ah, dan kelompok lain menolak sikap Ali, kelak disebut Khawarij.

    Kalangan Syi’ah sendiri berpendapat bahwa kemunculan Syi’ah berkaitan dengan masalah pengganti (khilafah) Nabi SAW. Mereka menolak kekhalifahan Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Usman bin Affan karena dalam pandangan mereka hanya Ali bin Abi Thaliblah yang berhak menggntikan Nabi. Kepemimpinan Ali dalam pandangan Syi’ah tersebut sejalan dengan isyarat-isyarat yang diberikan oleh Nabi SAW pada masa hidupnya. Pada awal kenabian, ketika Muhammad SAW diperintahkan menyampaikan dakwah kepada kerabatnya, yang pertama-tama menerima adalah Ali bin Abi Thalib. Diceritakan bahwa Nabi pada saat itu mengatakan bahwa orang yang pertama-tama memenuhi ajakannya akan menjadi penerus dan pewarisnya. Selain itu, sepanjang kenabian Muhammad, Ali merupakan orang yang menunujukkan perjuangan dan pengabdian yang luar biasa besar.

    Bukti utama tentang sahnya Ali sebagai penerus Nabi adalah peristiwa Ghadir Khumm.Diceritakan bahwa ketika kembali dari haji terakhir, dalam perjalanan dari Mekkah ke Madinah, di suatu padang pasir yang bernama Ghadir Khumm. Nabi memilih Ali sebagai penggantinya dihadapan masa yang penuh sesak yang menyertai beliau. Pada peristiwa itu, Nabi tidak hanya menetapkan Ali sebagai pemimpin umum umat (walyat-i ‘ammali) mereka. Namun realitas berkata lain.

    Berlawanan dengan harapan mereka, justru ketika Nabi wafat dan jasadnya belum dikuburkan, sedangkan anggota keluarganya dan beberapa orang sahabat sibuk dengan persiapan dan upacara pemakamannya, teman dan pengikut Ali mendengar kabar adanya kelompok lain yang telah pergi ke masjid, tempat umat berkumpul menghadapi hilangnya pemimpin yang tiba-tiba. Kelompok ini, yang kemudian menjadi mayoritas, bertindak lebih jauh, dan dengan sangat tergesa-gesa memilih pimpinan kaum muslimin dengan maksud menjaga kesejahteraan umat dan memecahkan masalah mereka saat itu. Mereka melakukan hal itu tanpa berunding denganahlul bait, keluarga, ataupun para sahabat yang sedang sibuk dengan upacara pemakaman, dan sedikit pun tidak memberitahukan mereka. Dengan demikian, kawan-kawan Ali dihadapkan kepada suatu  keadaan yang sudah tak dapat berubah lagi (faith accompli).

    Berdasarkan realitas itulah, muncul sikap di kalangan sebagian kaum muslimin yang menentang kekhalifahan dan menolak kaum mayoritas dalam masalah-masalah kepercayaan tertentu. Mereka tetap berpendapat bahwa pengganti Nabi dan penguasa keagamaan yang sah  adalah Ali. Mereka berkeyakinan bahwa semua persoalan kerohanian dan agama harus merujuk kepadanya serta mengajak  masyarakat utuk mengikutinya. Inilah yang kemudian disebut sebagai Syi’ah. Namun lebih dari itu, seperti dikatakan Nasr, sebab utama munculnya Syi’ah terletak pada kenyataan bahwa kemungkinan  ini ada dalam wahyu islam sendiri, sehingga mesti diwujudkan.

    Perbedaan pendapat di kalangan para ahli mengenai kalangan Syi’ah merupakan sesuatu yang wajar. Para ahli berpegang teguh pada fakta sejarah ‘perpecahan’ dalam islam yang memang mulai mencolok pada pemerintahan Utsman bin Affan dan memperoleh momentumnya yang paling kuat pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib, tepatnya setelah perang Shiffin. Adapun kaum Syi’ah, berdasarkan hadist-hadist yang mereka terima dari ahl al-bait, berpendapat bahwa perpecahan itu sudah mulai ketika Nabi SAW. Wafat dan kekhalifahan jatuh ke tangan Abu Bakar. Segera setelah itu terbentuklah Syi’ah. Bagi mereka, pada masa kepemimpinan Al-Khulafa Ar-rasyidiun sekalipun, kelompok Syi’ah sudah ada. Mereka bergerak di bawah permukaan untuk mengajarkan dan menyebarkan doktrin-doktrin Syi’ah kepada masyarakat. Tampaknya, Syi’ah sebagai salah satu faksi politik islam yang bergerak secara terang-terangan, memang baru muncul pada masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib, sedangkan Syi’ah sebagai doktrin yang diajarkan secara diam-diam oleh ahl al-bait muncul segera setelah wafatnya Nabi.

    Syi’ah mendapatkan pengikut yang besar terutama pada masa dinasti Amawiyyah. Hal ini menurut Abu Zahrah merupakan akibat dari perlakuan kasar dan kejam dinasti ini terhadap ahl al-bait. Diantara bentuk kekerasan itu adalah yang dilakukan penguasa Bani Umayyah. Yazid bin Mu’awiyah, umpamanya pernah memerintahkan pasukannya yang dipimpin oleh Ibnu Ziyad untuk memenggal kepala Husein bin Ali di Karbala. Diceritakan bahwa setelah dipenggal, kepala Husein dibawa ke hadapan Yazid dan dengan tongkatnya Yazid memukul kepala cucu Nabi Muhammad SAW yang pada waktu kecilnya sering dicium Nabi. Kekejaman seperti ini menyebabkan sebagian kaum muslimin tertarik dan mengikuti madzhab Syi’ah, atau paling tidak menaruh simpati mendalam terhadap tragedi yang menimpa ahl al-bait.

    Dalam perkembangannya, selain memperjuangkan hak kekhalifahan ahl al-bait di hadapan dinasti Ammawiyah dan Abbasiyah, Syi’ah juga mengembangkan doktrin-doktrinnya sendiri. Berkaitan dengan teologi, mereka mempunyai lima rukun iman, yakni tauhid (kepercayaan kepada keesaan Allah); nubuwwah (kepercayaan kepada kenabian); ma’ad (kepercayaan akan adanya hidup di akhirat); imamah (kepercayaan terhadap adanya imamah yang merupakan hak ahl al-bait); dan adl (keadilan Ilahi). Dalam Ensiklopedia Islam Indonesia ditulis bahwa perbedaan antara Sunni dan Syi’ah terletak pada doktrin imamah. Meskipun mempunyai landasan keimanan yang sama, Syi’ah tidak dapat mempertahankan kesatuannya. Dalam perjalanan sejarah, kelompok ini akhirnya terpecah menjadi beberapa sekte. Perpecahan ini terutama dipicu oleh masalah doktrin imamah.

    A. Sekte Syiah

    a. Syi’ah Itsna Asy’ariyah (Syi’ah Dua Belas/Syi’ah Imaimyah)

    b. Asal-usul Pengambutan Imamiyah dan Syi’ah Itsna Asyariah

    Dinamakan Syi’ah Imamiyah karena dasar yang terjadi dasar akidahnya adalah persoalan imam dalam arti pemimpin religio politik,yakni ali berhak menjadi khalifah bukan hanya karena kecakapannya atau kemulianan akhlahnya, tetapi juga karena ia telah ditunjuk nas dan pantasmenjadi kholifah pewaris pemimpinan Nabi Muhammad SAW. Ide tentaqng hak alidan keturunannya untuk menduduki jabatan kholifah telah adasejak nabi wafat,yaitu dlam perbincangan politik di Saqifah Bani Sa’idah.      

    Syi’ah Itsna Asyariyah sepakat bahwa ali adalah penerima wasiat Nabi Muhammad seprti yang di tunjukkan nas. Adapun Al-ausiya (penerima wasiat) setelah ali bin abi tholib adalah keturunan dari garisfatimah, yaitu Hasan bin Ali kemudian Husen bin Ali sebagaimana yang disepakati. Setelah Husen adalah Ali Zainal Abidin, kemudian secara berturut-turut;Muhammad Al-Baqir,Abdullah ja’far Ash-Shadiq,Musa Al-kahzim,Ali Ar-Rida,Muhammad Al-Jawwad,Ali Al-Hadi, Hasan Al-Askari  dan Muhammad Al-Mahdi sebgai imam kedua belas. Demikian lah, karena berbaiat di bawah imamah dua belas imam, mereka di kenal dengan sebutasyiah Itsna Asyariyah.

    Nama dua belas (Itsna Asyariyah) ini mengandung pesan penting dalam tinjauan sejarah, yaitu golongan ini terbentuk setelah lahirnya kedua belas iman yaitu kira-kira pada tahun 260 H/878 M. Pengikut sekte ini menganggap bahwa iman ke buabelas, Muhammad Al-Mahdi, dinyatakan gaibah (occultation). Muhammad Al-Mahdi bersembunyi diruang bawah tanah rumah ayahnya di samarra dan tidak kembali. Itulah sebabnya kembalinya Imam Al-Mhdi ini selalu ditunggu-tunggu pengikut sekte Syi’ah Itsna Asyariyah. Ciri khas kehadirannya adalah sebangai Ratu Adil yang akan turun di akhir zaman. Oleh karena inilah, Muhammad Al-Mahdi dijuluki sebagai Imam Mahdi Al-Muntazhar (yang ditunggu).

    B. Doktrin-doktrin Syi’ah Itsna Asyariyah

    Di dalam sekte Syi’ah Itsna Asyariyah dikenal konsep UsulAd-Din. Konsep ini terjadiakar atau fondasi pragmatisme agama. Konsep usuluddin mempunyai lima akar.

    a. Tauhid (The Devine Unity)

    Tuhan adalah Esa baik esensi maupun eksistensi-Nya. Keesaan Tuhan adalah mutlak. Ia bereksistensi dengan sendirinyasebelum ada ruang dan waktu. Ruang dan waktu diciptakan oleh tuhan. Tuhan maha tahu,maha mendengar,selalu hidup,mengerti tidak murakkab (tersusun). Tuhan tidak membutuhkan sesuatu. Ia berdiri  sendiri,tidak dibatasioleh ciptaan-Nya. Tuhan tidak dapat dilihat dengan mata biasa.

    b. Keadilan (The Devine Justice)

    Tuhan menciptakan kebaikan di dalam semesta ini merupakan keadilan. Ia tidak pernah menghiasi ciptaan-Nya dengan ketidakadailan. Karena ketidakadilan dan kelaliman terhadap yang lain merupakan tanda kebodohan dan ketidak mampuandan sifat ini jauh dari keabsolutan dan kehendak tuhan.Tuhan memberikan akal kepada manusia untuk mengetahui pekara yang benar atau salah melalui perasaan. Manusia dsapat menggunakan penglihatan, pendengaran, dan indra lainya untuk melakukan perbuatan, baik perbuatan baiak maupun perbuatan buruk.jadi, manuasia dapat mamanfatkan potensi  berkehandak sebagaianugrah tuhan untuk mewujudkan dan bertangguang  jawab atas perbuatannya.

    c. Nubuwwah (Apostleship)

    Setiap makhluk sekalipun telah diberi insting, masih membutuhkan petunjuk, baik petunjuk dari tuhan maupun dari manuasia. Rosul merupakan petunjuk hakiki utusan Tuhan yang secara transenden diutus untuk membrikan acuan dalam membedakan antara yang baiak dan yang buruk di alam semesta. Dalam keyakinan Syi’ah itsna Asyariyah, tuhan telah mengutus 124.000 rasul untuk memberikan petunjuk kepada manusia. Syi’ahn Itsna Asyariyah percaya mutlak tentang ajaran tauhid dengan kerasulan sejak adam hingga Muhammad. Mereka percaya adanya kiamat. Kemurnian dan keaslian Al-Qur’an  jauh dari tahrif perubahan, atau tambahan.

    d. Ma’ad (The Last Day)

    Ma’ad adalah hari akhir (kiamat) untuk menghadap pengadilan atuhan di akhirat. Seriap muslim harus yakin akan keberadaan kiamat dan kehidupan suci setelah dinyatakan bersih dan lurus dalam pengadilan Tuhan. Mati adalah periode transit dari kehidipan dunia nemuju ke akhirat.

    e. Imamah (The Devine Guidance)

    Imamah adalah institusi yang di inagurasikan tuhan untuk memberikan petunjuk manusia yang di pilih dari keturunan ibrahim dan di delegasikan kepada keturunan muhammad sebagai nabi dan rosul terakhir.

    Selanjutnya, dalam sisi yang yang bersifat mahdah, Syi’ah isna asyariyah berpijak kepada delapan cabang agama yang di sebut dengan furu ad-din delapan cabang tersebut terdiri atas shalat, puasa, haji, zakat, khumus, atau pajak sebesar seperlima dari penghasilan, jihad al-amri bi al-ma’ruf dan an-nahyu an-munkar.

    B. Syi’ah Sab’iyah (Syi’ah Tujuh)

    Asal Usul Penyebutan Syi’ah Sab’iyah

    Istilah Syi’ah sab’iyah (syiah tujuh) di analogikan dengan Syi’ah Itsna asyariyah . Istilah itu memberikan pengertian bahwa sekte Syi’ah Sabi’yah hanya mengakui tujuh Imam, yaitu Ali, Hasan, husein, Ali Zainal Abidin, Muhammad Al-Baqir, ja’far As-Shodiq, dan Ismail bin ja’far. Karena dinisbatkan pada ismail bin Ja’far As-Shadiq, syiah sab’iyah disebut juga Syiah Ismailiyah.

    Berbeda dengan Syi’ah Itsna Asyariyah, Syi’ah istna asyariyah membatalkan ismail bin ja’far sebagai imam ketujuh karena memiliki kebiasaan tak terpuji dan dia wafat mendahului bapaknya,ja’far. Sebagai penggantinya adalah Musa Al-Kadzim, adik Ismail. Syiah sab’iyah menolak pembatalan tersebut berdasarkan sistem pengangkatan imam dalam syi’ah dan menganggap Ismail sebagai Imam ketujuh, dan sepeninggalnya diganti oleh putranya yang tertua yang bernama Muhammad bin Ismail.

    1.      Doktrin Imamah dalam Syi’ah Sab’iyah

    Para pengikut Syi’ah sab’iyah percaya bahwa islam dibangun oleh tujuh pilar seperti dijelaskan Al-Qadhi Anu’man dalam Da’im Al Islam. Tujuh pilar tersebut adalah Iman, Thoharah, Salat, zakat, saum, haji, dan jihad.Berkaitan deengan pilar pertama, yaitu Iman  Qadhi An-nu’man merincinya sebagai berikut:

    Iman kepada Allah, tiada tuhan selain Allah dan Muhammadutusan Allah, iman kepada surga, iman kepada neraka, iman kepada hari kebangkitan, iman kepada hari pengadilan, iman kepada nabi dan rasul Allah,iman kepada imam, percaya, mengetahui, dan membenarkan para imam zaman.

    Tentang imam  zaman, Syi’ah Sabi’yah mendasarkan pada sebuah hadits Nabi SAW yang terjemahan bahasa inggrisnya sebagai berikut ini, “ he who dies without knowing of time when still alive dies in ignorance “ (Ia telah wafat dan waktu kewafatannya masih belum diketahui sampai kini). Hadits seperti ini juga terdapat dalam sekte sunni dan Syiah itsna Asyariyah, Tetapi dalm hadis kedua sekte ini tidak dicantumkan imam zaman.

    Dalam pandngan Syi’ah Sabi’yah, Keimanan hanya bisa diterima apabila sesuai dengan keyakinan mereka, yakni melalui wilayah (kesetiaan) kepada imam zaman. Imam adalah seseorang yang yang menuntun umatnya kepada pengetahuan (ma’rifat).

    Syarat – syarat imam dalam pandangan Syi’ah Sab’iyah adalah sebagai berikut :

    a.       Imam harus berasal dari keturunan Ali melalui perkawinannya dengan Fatimah yang kemudian dikenal dengan Ahlul bait.

    b.      Berbeda dengan aliran Kasaniah, pengikut Mukhtar Ats-tsaqafi, mempropagandakan bahwa keimanan harus dari keturunan Ali melalui pernikahannya dengan seorang wanita dari bani hanifah dan mempunyai anak yang bernama Muhammad bin Al-hHanafiiyah.

    c.       Imam harus berdasrkan penunjukan atau nas. Syi’ah sab’iyah meyakini bahwa setelah Nabi wafat, Ali menjadi Imam berdasarkan penunjukan khusus dari Nabi sebelum beliau wafat. Suksesi keimanan menurut doktrin dan tradisi syi’ah harus berdasarkan nas oleh imam terdahulu.

    d.      Keimanan jatuh pada anak tertua .Syi’ah sab’iyah menggariskan bahwa seorang beriman memperoleh keimanan dengan jalan wiratsah (heredity). Jadi, ayahnya yang menjadi iman menunjuk anak nya yang paling tua.

    e.       Imam harus maksum (immunity fromm sin an error). Sebagaimana sekte Syi’ah lainnya, Syi’ah sab’iyah menggariskan bahwa seorang iman harus terjaga dari salah satu dosa. Bahkan lebih dari itu, Syi’ah Sab’iyah berpendapat bahwa meskipun iman berbuat salah, perbuatannyatidak salah.

    f.       Imam harus dijabat oleh seorang yang paling baik (best of man). Berbeda dengan Zaidah, Syi’ah Sab’iyah dan Syi’ah Dua belas tidak membolehkan imam mafdul, dalam pandangan Syi’ah Sab’iyah,perbuatan dan ucapan iman tidak boleh bartentangan dengan syari’at. Sifat dan kekuasaan seorang sama dengan nabi, perbedaan nya terletak pada kenyataan nya bahwa nabi mendapatkan wahyu, sedangkan imam tidak mendapatkannya.

    2.      Ajaran Syi’ah Sab’iyah Lainnya

     Ajaran Sab’iyah lainnya pada dasarnya sama dengan ajaran sekte-sekte Syi’ah lainnya. Perbedaan nya terletak pada konsep kemaksuman iman, adanya aspek batin pada setiap yang lahir, dan  penolakannya terhadap Al-Mahdi Al-Muntadzar bila dibandingkan dengan sekta Syi’ah lainnya, sab’iyah sangat ekstrim dalam menjelaskan kemaksuman iamm.Sebagaiman telah daijelaskan, kelompok ini menjelaskan bahwa imam walaupun melakukan kesalahan dan menyimpang dari syariat, ia tidaklah menyimpangkarena menpunyai pengetahuan yang tidak dimiliki manusia biasa. Konsep kemaksuman imam seperi itu merupakan konsekuensi logis dari dotrin Sab’iyah tentang pengetahuan imam akan ilmu batin.

    Ada satu sekte dalam Sab’iyah yang berpendapat bahwa tuhan mengambil tempat dalam diri imam. Oleh karena itu, imam harus disembah. Salah seorang khalifah Dinasti Fatimiyah, Al-hakim bin Amrillah, berkeyakinan bahwa dalam dirinya terdapat tuhan sehingga ia memaksa rakyat untuk menyembahnya.

    Menurut Sab’iyah, Al-qur’an memiliki nmakna batin selain makna lahir. Dikatakan bahwa segi-segi lahir atau tersurat dari syariat itu diperuntukan bagi orang awam yang kecerdasannya terbatas dan tidak memiliki kesempurnaan rohani. Bagi orang-orang tertentu, mungkin saja terjadi perubahan dan peralihan dan bahkan penolakan terhadappelaksanaan syariat tersebut karena mendasarkan pada yang batin tadi. Yang dimaksud dengan orang-orang tertentu ialah para imam yang memilki ilmu zahirdan ilmu batin.

    Dengan prinsip ta’wil. Sab’iyah menawilkan, misalnya, ayat Al-Qur’an tentang puasa dengan menahan diri dari menyiarkan rahasia-rahasia imam; dan ayat Al-Qur’an tentang haji ditakwilkan dengan mengunjungi imam bahkan , diantara mereka ada yang menggugurkan kewajiban ibadah. Mereka itu adalah orang-orang yang telah mengenal imam dan telah mengetahui ta’wil (melalui imam).Mengenai sifat Allah, sebagaimana hanya Mu’tazilah- Sab’iyah meniadakan sifat dari dzat allah. Menurut mereka penetapan sifat merupakan penyerupaan dengan makhluk.

    C.     Syi’ah Zaidiyah

    Asal-usul Penamaan Zaidiyah

    Disebut  Zaidiyah karena sekte ini mengakui Zaid bin Ali sebagai imam kelima, putra imam keempat , Ali Zainal Abidin. Sekte ini berbeda dengam Syi’ah lain yang menganggap Muhammad Al-Baqir, putra Zainal Abidin yang lain, sebagai imam kelima. Syi’ah Zaidiyah ini sangatlah moderat. Abu Zahrah menyatakan bahwa sekte ini merupakan yang paling dekat dengan Sunni.

    1.      Doktrin Imamah menurut Syiah Zaidiyah

    Imamah, sebagaimana telah disebutkan, merupakan doktrin fundamental dalam Syiah secara umum. Berbeda dengan pengembangan imamah dengan syiah lain, Zaidiyyah lebih tipikal, mereka menolak seorang imam pewaris Nabi SAW. telahditentukan nama dan orangnya oleh nabi, tetapi hanya sifat-sifatnya saja. Ini jelas berbeda dengan syiah lain yang menunjuk Ali sebagai imam yang pantas setelah Nabi wafat jarena Ali memiliki sifat-sifat yang tidak dimiliki oleh orang lain, seperti keturunan Bani Hasyim, wara(saleh, menjauhkan diri dari segala dosa), bertamwa, baik, dan membaur dengan rakyat  untuk mengalak mereka hingga mengakuinya sebagai imam.

    Menurut Zaidiyah, paling tidak seorang ima harus bercirikan. Pertama, ia merupakan keturunanahl- al-bait, baik keturunan Hasan maupun Husein, implikasi penolakan mereka terhadap sistem pewarisan dan nas kepemimpinan. Kedua, memiliki kemampuan mengangkat senjata sebagai pertahanan diri atau menyerang, implikasi penolakan Mahdiisme yang merupakan salah satu ciri sekte syiah lain, baik yang gaib maupun dibawah umur. Bagi mereka penegak kebenarandan keadilan adalah Mahdi. Ketiga, memiliki kecenderungan intelektualisme yang dapat dibuktikan melui ide dan karya dalam bidang keagamaan. Mereka menolak kemaksuman imam.

    Dalam sejarahnya Syiah Zaidiyah, krisis keimaman dalam sekte ini disebabkan oleh dua hal. Pertama, terdapat beberapa pemimpin yang memplokramirkan diri sebagai imam. Kedua, tidak seorangpun yang memplokmamirkan diri atau pantas sebagai imam. Dalam menghadapi pemecahannya, diantaranya dengan membagi  tugas imam kepada dua individu, dalam bidang politik dan bidang ilmu serta keberagamaan. Syiah Zaidiyah mencita-citakan pemimpin yang aktif bukan pasif seperti Mahdi yang gaib, menurut mereka imam tidak hanya memiliki kekuatan rohani tetapi juga bersedia melakukan perlawanan demi cita-cita suci sehingga dihormati oleh umatnya.

    2.      Doktrin-doktrin Syiah Zaidiyah Lainnya

    Syiah Zaidiyah berpandapat bahwa kekhalifahan  Abu Bakar dan Umar adalah sah menurut sudut pandang islam. mereka tidaklah merampas kekuasaan dari tangan Ali. Selain itu mereka tidak mengkafirkan seorang sahabatpun. Mengenai hal ini Zaid sebagaimana dikutip Abu zahrah mengatakan:

    “Sesungguhnya Ali bin Abi Tholib adalah sahabat yang paling utama. Kekhalifahannya diserahkan kepada Abu Bakar  karna mempertimbangkan kemaslahatan dan kaidah agama yang mereka pelihara, yaitu untuk meredam timbulnya fitnah dan memenangkan rakyat. Era peperangan yang terjadi pada masa kenabian baru saja berlalu, pedang Amirul Mukminin Ali masih basah dengan darah orang-orang kafir. Begitu pula kedengjian suku tertentu untuk memumtut balas belumlah surut. Sedikitpun hati  kita tidaklah pantas untuk cenderung kesitu. Jangan lagi ada leher yang terputus karena masalah itu. Inilah yang dinamakan krmaslahatan bagi orang-orang yang mengenal dengan kelemah lembutan dan kasih sayang, juga bagi orang yang lebih tua dan lebih dahulu memeluk Islam, serta yang dekat dengan Rasulullah”.

    Prinsip inilah yang menurut Abu Zahrah menyebabkan banyak orang  keluar  dari Syiah Zaidiyah, implikasinya berkurangnya pendukung saat peperangan melawan Hisyam bin Abdul Malik.Sekte ini percaya bahwa orang yang melakukan dosa besar, akan abadi di neraka kecuali orang yang bertobat dengan sebenar-benar tobat.  Dikarenakan Zaid mempunyai  hubungan dengan Washil bin Atha’, bahkan Abu Zahra dan moojan momen mengatakan bahwa hampir sepenuhnya mengikuti Mu’tazilah dan secara etis bisa dikatakan mereka anti-Murjiah juga puritan dalam menyikapi tarekat.

    Berbeda dengan aliran syiah lain mereka menolak praktek Nikah Mut’ah dan juga menolak doktrin taqiyah. Meskipun demikian, dalam bidang ibadah mereka tetap cenderung mengamalkan amalan Syiah pada umumnya, seperti memberi selingan hayya ala khair al-amal dalam adzan, takbir sebanyak lima kali dalam sholat jenazah, menolak sahnya mask al-Khuffain,menolak imam sholat yang tidak sholeh dan menolak binayang sembelihan bukan muslim.

    D. Syi’ah Ghulat

    Asal-usul Penamaan Syiah Ghulat

    Istlah Ghulat berasal dari kata ghala-yaghlu-ghuluw artinya bertambah dan naik.Ghala bi ad-dinartinya  memperkuat dan menjadi ekstrim sehingga melampaui batas. Syiah ghulat adalah klompok pendukung Ali yang memiliki sikap berlebih-lebihan atau ekstrim. Lebih jauh menurut Abu Zahra adalah kelompok yang menempatkan Ali pada derjat ketuhanan atau kenabian bahkan lebih dari nabi Muhammad SAW.

    Gelar Ghuluw diberikan karena pendapat yang janggal, yakni ada beberapa orang yang dianggap tuhan dan juga ada yang dianggap Rasul setelah Nabi SAW, dan ada jga doktrin ekstrim lainnya seperti tanasukh, hulul, tasbih,dan  ibaha.Pada dasarnya sekte yang dibawa oleh Abdullah bin Saba’ ini terdapat banyak sekte karena perbedaan prinsip yang mendasar bagi pengikut, namun prinsip faham ini pada dasarnya dipengaruhi oleh sistem agama Babilonia Kuno yang ada di Irak, seperti  Zoroaster, Yahudi, Manikam, Mazdakisme.

    1.      Doktrin-doktrin Syiah Ghulat

    Mnurut Syahrastani, ada empat doktrin yang membuat mereka ekstrim, yaitu tanasukh, bada’, raj’ah,dan tasbih. Moojan momen menambahkannya dengan hulul dan ghayba. Tanasukhadalah keluarnya roh dari satu jasad dn mengambil tempat pada jasad yang lain, faham ini diambil dari falsafah Hindu. Bada’  adalah keyakinan bahwa Allah mengubah kehendaknya dengan perubahan ilmu-NYA, serta dapat memerintahkan suatu perbuatan kemudian memerintah yang sebaliknya. Raj’ah ada hubungannya dengan Mahdiyah. Syiah Ghulat mempercayai bahwa imam Mahdi Al-Muntazhar akan datang kebumi, faham ini merupakan ajaran seluruh Syiah. Namun, mereka berbeda pendapat siapa yang akan kembali, sebagian meyakini bahwa yang akan kembali adalah Ali, sedangkan sebagaian lainnya menyatakan Ja’far As-Shadiq, Muhammad bin Al-Hanafi, bahkan ada yang menyatakan  Mukhtar Ats Tsaqafi.Tasbih artinyamenyerupakan atau mempersamakan. Syiah Ghulat menyerupakan salah seorang imam mereka dengan tuhan , atau tuhan dengan makhluk. Hulul artinya Tuhan berada pada setiap tempat, berbicara dengan semua bahasa, dan ada pada setiap individu manusia. Hululbagi Ghukat berarti tuhan menjelma dalam diri imam sehingga imam harus disembah. Ghayba (occultation) artinya menghilangnya Imam mahdi. Ghayba merupakan kepercayaan Syiah bahwa imam mahdi itu ada dalam negeri  inidan tidak dapat dilihat dengan mata biasa. Konsep Ghaybapertama kali dikenalkan oleh Mukhtar Ats Tsaqafi ketika mempropagandakan  Muhammad bin Al-Hanafi sebagai Imam Mahdi di Kuffah pada tahun 66H/686M.

    2.      Syi’ah dan Perkembangannya

    Berbicara mengenai syiah ataupun aliran syiah, kita tidak akan terlepas dengan mengaitkan hal tersebut dengan agama islam. Di kalangan awam masyarakat islam menganggap syiah adalah eksistensi yang tidak jelas, tidak diketahui apa hakikatnya, bagaimana berkembang, tidak melihat bagaimana sejarahnya, dan tidak dapat diprediksi bagaimana di kemudian hari. Mereka selalu mengaitkan bahwa syiah adalah islam. Padahal islam dan syiah sangat berbeda sekali, terutama dalam hal aqidahnya. bagaikan minyak dan air yang tidak mungkin dapat di satukan lagi.

    Aliran ini timbul pada masa pemerintahan khalifah Usman Bin Affan yang di pimpin oleh Abdullah bin Saba’ Al-Himyari. Abdullah bin Saba’ Al-Himyari dalam memuliakan Ali sangat berlebihan diamenanamkan doktrin kepada pengikut aliran syiah dengan suatu slogan bahwa Ali yang berhak menjadi imam (khalifah) dan ia adalah seorang yang ma’shum (terjaga dari segala dosa). Bahkan dia sampai menuhankan Ali. Hal ini terdengar oleh Khalifah Ali, akhirnya Khalifah Ali memeranginya dengan membakar para pengikut aliran syiah, kemudian sebagiannya lari ke Madain.

    Pada periode awal hijriah, aliran syiah belum menjelma menjadi aliran yang solid, namun pada abad ke dua hijriah syiah mengalami perkembangan yang sangat pesat bahkan mulai menjadi mainstrem tersendiri. Dan pada periode-periode berikutnya aliran Syiah menjadi semacam keyakinan yang menjadi trend di kalangan generasi pemuda islam yaitu Syiah mengklaim menjadi tokoh pembaharu Islam, namun banyak dari pemikiran dan prinsip dasar keyakinan ini yang tidak sejalan dengan Islam itu sendiri.

    Gerakan Syiah pertama kali berkembang di iran, rumah dan kiblat utama Syiah. Namun sejak tahun 1979, persis ketika revolusi Iran meletus dan negeri ini dipimpin oleh Ayatullah Khomeini dengan cara menumbangkan rejim Syah Reza Pahlevi, Syiah merembes ke berbagai penjuru dunia. Kelompok-kelompok yang mengarah kepada gerakan Syi’ah seperti yang terjadi di Iran, marak dan muncul di mana-mana.

    Dalam menyebarkan paham keagamaannya, Syiah menggunakan beberapa cara. Diantaranya adalah dengan mengatasnamakan dirinya dengan Madhzab Ahlul Bait. Dengan tampilan ini, aliran Syiah lebih leluasa dalam menggait dan menyebarkan pahamnya terhadap masyarakat luas yang pada umumnya adalah masyarakat awam. Cara yang kedua yaitu aliran syiah membuat doktrin dan ajaran yang disebut dengan “TAQIYA”.Taqiyah adalah konsep Syiah dimana mereka diperbolehkan memutarbalikkan fakta (berbohong) untuk menutupi kesesatannya dan mengutarakan sesuatu yang tidak diyakininya. Seorang Syi’ah wajib bertaqiyah di depan siapa saja, baik orang mukmin yang bukan alirannya maupun orang kafir atau ketika kalah beradu argumentasi, terancam keselamatannya serta di saat dalam kondisi minoritas. Dalam keadaan minoritas dan terpojok, para tokoh Syi’ah memerintahkan untuk meningkatkan taqiyah kepada pengikutnya agar menyatu dengan kalangan Ahlus Sunnah wal Jama’ah, berangkat Jum’at di masjidnya dan tidak menampakkan permusuhan. Inilah kecanggihan dan kemujaraban konsep taqiyah, sehingga sangat sulit untuk melacak apalagi membendung gerakan mereka.

    Para ulama Ahli Sunnah wal Jama’ah berpendapat bahwa melakukan Taqiyah adalah hukumnya mubah(boleh) sesuai yang terdapat dalam al-Quran dan as-Sunnah. Mubah disini dapat dikategorikan apabila dalam keadaan terpaksa dan mengancam keselamatan jiwa. Seperti ketika menghadapi kaum musrikin demi menjaga keselamatan jiwanya dari siksaan yang akan menimpanya, atau dipaksa untuk kafir dan taqiyah ini merupakan pilihan terakhir karena tidak ada jalan lain. Demikianlah doktrin taqiyah yang ditanamkan syiah kepada para pengikutnya yang telah menyalahi dan menyimpang dari ajaran Allah yang bersumber pada al-Qur’an dan as-Sunnah.

    1.      Kesesatan-kesesatan Syiah

    Di kalangan Syiah, terkenal klaim 12 Imam atau sering pula disebut “Ahlul Bait” Rasulullah Muhammad saw; penganutnya mendakwa hanya dirinya atau golongannya yang mencintai dan mengikuti Ahlul Bait. Klaim ini tentu saja ampuh dalam mengelabui kaum Ahli Sunnah, yang dalam ajaran agamanya, diperintahkan untuk mencintai dan menjungjung tinggi Ahlul Bait. Padahal para imam Ahlul Bait berlepas diri dari tuduhan dan anggapan mereka. Tokoh-tokoh Ahlul Bait (Alawiyyin) bahkan sangat gigih dalam memerangi faham Syi’ah, seperti mantan Mufti Kerajaan Johor Bahru, Sayyid Alwi bin Thahir Al-Haddad, dalam bukunya “Uqud Al-Almas.”

    Adapun beberapa kesesatan Syiah yang telah nyata adalah:

    a.       Keyakinan bahwa Imam sesudah Rasulullah saw. Adalah Ali bin Abi Thalib, sesuai dengan sabda Nabi saw. Karena itu para Khalifah dituduh merampok kepemimpinan dari tangan Ali bin Abi Thalib r.a.

    1. Keyakinan bahwa Imam mereka maksum (terjaga dari salah dan dosa).
    2. Keyakinan bahwa Ali bin Abi Thalib dan para Imam yang telah wafat akan hidup kembali sebelum hari kiamat untuk membalas dendam kepada lawan-lawannya, yaitu Abu Bakar, Umar, Utsman, Aisyah dll.
    3. Keyakinan bahwa Ali bin Abi Thalib dan para Imam mengetahui rahasia ghaib, baik yang lalu maupun yang akan datang. Ini berarti sama dengan menuhankan Ali dan Imam.

    e.       Keyakinan tentang ketuhanan Ali bin Abi Thalib yang dideklarasikan oleh para pengikut Abdullah bin Saba’ dan akhirnya mereka dihukum bakar oleh Ali bin Abi Thalib sendiri karena keyakinan tersebut.

    f.       Keyakinan mengutamakan Ali bin Abi Thalib atas Abu Bakar dan Umar bin Khatab. Padahal Ali sendiri mengambil tindakan hukum cambuk 80 kali terhadap orang yang meyakini kebohongan tersebut.

    1. Keyakinan mencaci maki ara sahabat atau sebagian sahabat seperti Utsman bin Affan (lihat Dirasat fil Ahwaa’ wal Firaq wal Bida’ wa Mauqifus Salaf minhaa, Dr. Nashir bin Abd. Karim Al Aql, hal.237).
    2. Pada abad kedua Hijriah perkembangan keyakinan Syi’ah semakin menjadi-jadi sebagai aliran yang mempunyai berbagai perangkat keyakinan baku dan terus berkembang sampai berdirinya dinasti Fathimiyyah di Mesir dan dinasti Sofawiyyah di Iran. Terakhir aliran tersebut terangkat kembali dengan revolusi Khomaeni dan dijadikan sebagai aliran resmi negara Iran sejak 1979.

    Saat ini figur-figur Syiah begitu terkenal dan banyak dikagumi oleh generasi muda Islam, karena pemikiran-pemikiran yang lebih banyak mengutamakan kajian logika dan filsafat. Namun, semua jamaah Sunnah wal Jamaah di seluruh dunia, sudah bersepakat adanya bahwa Syiah adalah salah satu gerakan sesat.

  • Contoh RPP Model Pembelajaran Inkuiri Mata Pelajaran Biologi

    Berikut adalah contoh RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri untuk mata pelajaran Biologi kelas 10:

    Mata Pelajaran : Biologi
    Kelas : X
    Pertemuan ke : 1
    Alokasi Waktu : 2 x 45 menit

    Standar Kompetensi:

    1. Memahami prinsip-prinsip dasar interaksi ekosistem dalam rangka memelihara keberlangsungan hidup makhluk hidup.

    Kompetensi Dasar:
    3.1 Mendeskripsikan interaksi antar makhluk hidup dalam suatu ekosistem.

    Indikator:

    1. Menyebutkan jenis-jenis interaksi dalam ekosistem.
    2. Menjelaskan pengertian dan contoh kompetisi dalam ekosistem.
    3. Menguraikan pengertian dan contoh mutualisme dalam ekosistem.

    Tujuan Pembelajaran:
    Setelah mengikuti pembelajaran ini, siswa dapat:

    1. Menjelaskan jenis-jenis interaksi dalam ekosistem.
    2. Menjelaskan pengertian dan contoh kompetisi dalam ekosistem.
    3. Menguraikan pengertian dan contoh mutualisme dalam ekosistem.

    Materi Pembelajaran:

    • Jenis-jenis interaksi dalam ekosistem
    • Kompetisi dalam ekosistem
    • Mutualisme dalam ekosistem

    Metode Pembelajaran:
    Pembelajaran inkuiri

    Langkah-langkah Pembelajaran:

    1. Pendahuluan (10 menit)
      a. Guru memperkenalkan diri dan menanyakan kabar siswa.
      b. Guru memberikan pengantar tentang topik yang akan dipelajari dan menyampaikan tujuan pembelajaran.
      c. Guru mengajak siswa untuk menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang muncul terkait materi pembelajaran.
    2. Eksplorasi (20 menit)
      a. Siswa membaca teks tentang interaksi dalam ekosistem yang telah disediakan oleh guru.
      b. Siswa bekerja dalam kelompok kecil untuk membahas dan merumuskan pertanyaan yang relevan dengan topik pembelajaran.
      c. Setiap kelompok menyajikan pertanyaannya dan guru membantu siswa dalam memfokuskan pertanyaan yang relevan.
    3. Investigasi (45 menit)
      a. Siswa bekerja dalam kelompok kecil untuk mengumpulkan data tentang interaksi dalam ekosistem dengan cara melakukan observasi dan wawancara.
      b. Siswa mencatat hasil pengamatan dan wawancara dalam lembar kerja yang telah disediakan.
      c. Guru memberikan bimbingan dan mengarahkan siswa dalam melakukan investigasi.
    4. Penyimpulan (20 menit)
      a. Siswa mempresentasikan hasil investigasinya kepada teman-temannya dalam kelompok.
      b. Guru membantu siswa dalam melakukan analisis data dan menarik kesimpulan yang sesuai dengan teks dan pertanyaan yang telah disampaikan.
      c. Guru memberikan umpan balik dan evaluasi terhadap presentasi kelompok.
    5. Refleksi (10 menit)
      a. Guru mengajak siswa untuk merefleksikan pembelajaran yang telah dilakukan dan memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengemukakan pendapat atau pertanyaan yang muncul.
      b. Guru memberikan umpan balik dan menjelaskan kesimpulan dari pembelajaran hari ini.
    6. Penutup (5 menit)
      a. Guru mengingatkan kembali tujuan pembelajaran yang telah disampaikan pada awal pembelajaran.
      b. Guru menyampaikan tugas rumah dan mengevaluasi pembelajaran hari ini.

    Sumber Belajar:

    • Buku Biologi Kelas X
    • Teks dan gambar yang disediakan oleh guru
    • Alat tulis
    • Lembar kerja investigasi

    Penilaian:

    • Penilaian dilakukan secara formatif melalui pengamatan dan penilaian terhadap lembar kerja siswa selama pembelajaran.
    • Guru juga melakukan penilaian terhadap presentasi kelompok dan refleksi siswa pada akhir pembelajaran.

    Catatan:

    • Guru harus memastikan bahwa siswa telah memahami tujuan pembelajaran dan langkah-langkah pembelajaran sebelum memulai kegiatan pembelajaran.
    • Guru juga harus mengkaji sumber belajar yang akan digunakan dan memilih sumber belajar yang sesuai dengan tingkat pemahaman siswa.
    • Guru harus memberikan bimbingan dan umpan balik yang tepat dan efektif selama kegiatan pembelajaran.
  • Model Pembelajaran Inkuiri

    Model pembelajaran inkuiri adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran di mana siswa memperoleh pengetahuan melalui eksplorasi dan penemuan sendiri melalui proses tanya jawab atau penyelidikan. Dalam model ini, guru berperan sebagai fasilitator yang membimbing siswa dalam memperoleh informasi dan memecahkan masalah.

    Ada beberapa tahapan dalam model pembelajaran inkuiri, yaitu:

    1. Pertanyaan: Siswa diajak untuk menanyakan pertanyaan yang relevan dengan topik yang akan dipelajari.
    2. Hipotesis: Siswa membuat hipotesis tentang jawaban atas pertanyaan yang diajukan.
    3. Eksperimen: Siswa melakukan eksperimen atau pengamatan untuk mengumpulkan data yang diperlukan.
    4. Analisis: Siswa menganalisis data yang telah dikumpulkan untuk menarik kesimpulan.
    5. Komunikasi: Siswa mempresentasikan hasil penemuan mereka dan berbagi dengan siswa lain.

    Dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri, siswa dapat belajar secara aktif dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Selain itu, siswa juga akan lebih termotivasi dan merasa lebih memiliki terhadap proses pembelajaran karena mereka terlibat secara aktif dalam proses pencarian pengetahuan.

  • Hakikat Perencanaan Pembelajaran

    Setiap guru harus melakukan perencanaan pembelajaran, perencanaan pembelajaran tersebut dilakukan oleh seorang agar apa yang menjadi tujuan dari pembelajaran tersebut dapat tercapai. 

    Perencanaan adalah hubungan antara apa yang ada sekarang (what is) dengan bagaimana seharusnya (what should be) yang bertalian dengan kebutuhan, penentuan tujuan, prioritas, program, dan alokasi sumber. Perencanaan di sini menekankan kepada usaha mengisi kesenjangan antara keadaan sekarang dengan keadaan yang akan datang disesuaikan dengan apa yang dicita-citakan, ialah menghilangkan jarak antara keadaan sekarang dengan keadaan mendatang yang diinginkan (Uno, 2009: 1-2). 

    Menurut Uno (2009: 1-2), setiap perencanaan minimal harus memiliki empat unsur sebagai berikut:

    1) Adanya tujuan yang harus dicapai 
    Tujuan merupakan arah yang harus dicapai agar perencanaan dapat disusun dan ditentukan dengan baik, maka tujuan itu perlu dirumuskan dalam bentuk sasaran yang jelas dan terukur. Dengan adanya saran yang jelas, maka ada target yang harus dicapai. Target itulah yang menjadi fokus dalam menentukan langkah-langkah selanjutnya.  

    2) Adanya strategi untuk mencapai tujuan 
    Strategi berkaitan dengan penetapan keputusan yang harus dilakukan oleh seorang perencana, misalnya keputusana tentang waktu pelaksanaan dan jumlah waktu yang diperlukan untuk mencapai tujuan.

    3) Sumber daya yang dapat mendukung 
    Penetapan sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan, di dalamnya meliputi penetapan sarana dan prasarana yang diperlukan, anggaran biaya dan sumber daya lainnya, misalnya pemanfaatan waktu yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan.

    4) Implementasi setiap keputusan 
    Implementasi adalah pelaksanaan dari strategi dan penetapan sumber daya. Implementasi merupakan unsur penting dalam proses perencanaan, dan untuk menilai efektivitas suatu perencanaan dapat dilihat dari implementasinya. 

    Berdasarkan unsur-unsur perencanaan yang telah dikemukakan, maka suatu perencanaan bukan harapan yang hanya ada dalam angan-angan yang bersifat khayalan dan tersimpan dalam benak seseorang, tetapi harapan dan angan-angan serta bagaimana langkah-langkah yang harus dilaksanakan untuk mencapainya dideskripsikan secara jelas dalam suatu dokumen tertulis, sehingga dokumen itu dapat dijadikan pedoman oleh setiap orang yang memerlukanya (WinaSanjaya, 2009: 24-25). 

    Perencanaan adalah suatu cara untuk mengantisipasi dan menyeimbangkan perubahan (Robbin dalam Uno, 2006: 1). Makna perencanaan di sini adalah usaha mengubah organisasi agar sejalan dengan perubahan lingkungannya. Sementara itu, menurut Terry dalam Majid (2007: 16), Perencanaan adalah menetapkan pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh kelompok untuk mencapai tujuan yang digariskan. Perencanaan mencakup kegiatan pengambilan keputusan. Untuk itu diperlukan untuk mengadakan visualisasi dan melihat ke depan guna merumuskan suatu pola tindakan untuk masa mendatang. 

    Hal senada juga dikemukakan oleh Nawawi dalam Majid (2007: 16) bahwa perencanaan berarti menyusun langkah-langkah penyelesaian suatu masalah atau pelaksanaan suatu pekerjaan yang terarah pada pencapaian tujuan tertentu. Dalam hal ini perencanaan mencakup rangkaian kegiatan untuk menentukan tujuan umum (goal) dan tujuan khusus (objektivitas) suatu organisasi atau lembaga penyelenggara pendidikan, berdasarkan dukungan informasi yang lengkap. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa perencanaan adalah proses penyusunan berbagai keputusan yang akan dilaksanakan pada masa yang akan datang untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan. 

    Penjelasan di atas adalah pengertian dari perencanaan sedangkan apa itu pembelajaran akan di bahas di bawah ini agar anda lebih paham. 

    Menurut Jihad (2008: 11), pembelajaran merupakan suatu proses yang terdiri dari kombinasi dua aspek, yaitu: belajar tertuju kepada apa yang harus dilakukan oleh siswa, mengajar berorientasi pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pemberi pelajaran. Dimyati dan Mudjiono (2009: 7) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah suatu persiapan yang dipersiapkan oleh guru guna menarik dan memberi informasi kepada siswa, sehingga dengan persiapan yang dirancang oleh gurudapat membantu siswa dalam menghadapi tujuan. Sementara itu, definisi pembelajaran menurut Hamalik (2005: 57) adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional disebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. 

    Berdasarkan definisi di atas, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. Pembelajaran adalah sutu proses interaksi yang terjadi antara pendidik dan peserta didik dalam suatu lingkungan belajar untuk mencapai tujuan belajar. Pembelajaran harus didukung dengan baik oleh semua unsur dalam pembelajaran yang meliputi pendidik, peserta didik, dan juga lingkungan belajar. 

    Dari definisi diatas dapat kita jabarkan bahwasannya Perencanaan pembelajaran adalah proses penyusunan berbagai keputusan pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam proses kegiatan pembelajaran untuk mencapai kompetensi pembelajaran yang telah ditetapkan. Perencanaan pembelajaran merupakan bagian integral dari komponen pembelajaran. Kegiatan perencanaan tidak boleh terlepas dari kegiatan-kegiatan yang lain dalam pembelajaran. Oleh karena itu, perencanaan pembelajaran juga harus berkaitan dengan kepentingan komponen yang terkait dengan kepentingan komponen yang terkait dengan proses pembelajaran (Wahyuni dan Ibrahim, 2012: 13). 

    Komponen perencanaan mempengaruhi apa yang akan terjadi pada komponen interaksi. Selanjutnya apa yang terjadi pada komponen interaksi akan berpengaruh pada komponen evaluasi. Komponen evaluasi ini kemudian memberikan informasi mengenai hasil belajar yang telah dimiliki siswa. Dari informasi tersebut, guru dapat menemukan apakah kompetensi yang ditetapkan telah dikuasai atau belum. Di samping itu, guru dapat pula menentukan hal-hal yang harus diperbaiki, baik pada komponen interaksi maupun pada komponen perencanaan. 

    Perencanaan pembelajaran merupakan proses penerjemahan kurikulum yang berlaku menjadi program-program pembelajaran yang selanjutnya dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam penyelengaraan proses pembelajaran.

    Rencana pembelajaran adalah satuan atau unit program pembelajaran terkecil untuk jangka waktu mingguan atau harian yang berisi rencana penyampaian suatu pokok atau satuan bahasan tertentu dalam satu mata pelajaran. Jadi perencanaan pembelajaran adalah sebuah rencana yang dilakaukan oleh seorang guru untuk melakukan proses pembelajaran yang di muat dalam sebuah RPP sebagai bentuk terkecil dalam sebuah perencanaan pembelajaran yang bersifat aplikatif yang akan kita gunakan dalam proses pembelajaran dan menjadi bpedoman bagi kita dalam melakasanakan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran tersebut dilakukan agar tujuan pembelajaran tersebut dapat terarah dan lebih efisien dan efektif dalam melaksanakn proses pembelajaran, yang tujuannya untuk mencapai kompetensi pembelajaran yang telah ditetapkan.

    Sebagai tenaga pengajar, guru harus memiliki kemampuan dan berkemauan, baik sebagai perencana/ perancang pembelajaran, pelaksana pembelajaran, maupun penilaian proses dan hasil pembelajaran. Guru sebagai perancang pembelajaran bertugas membuat rancangan program pembelajaran yang menjadi tanggung jawabnya sesuai dengan kompetensi yang telah ditetapkan. Guru sebagai pelaksana pembelajaran bertugas melakukan pembelajaran (menyajiakan dan mengelola kelas sesuai dengan program yang dirancang untuk dapat mencapai kompetensi yang ditetapkan. Guru sebagai penilai proses dan hasil belajar bertugas menilai pembelajaran yang dilakukannya ataupun menilai kemampuan siswa dalam menguasai kompetensi yang telah ditetapkan, dan kemudian menggunakan hasil penilaiannya untuk peningkatan proses dan hasil pembelajaran berikutnya.

  • Implementasi Pendidikan Karakter dan Penguatan Profil Pelajar Pancasila

    3 (Tiga) Implementasi pendidikan karakter disekolah menurut Kemendiknas

    Salam, pada kesempatan kali ini kami akan membahas tentang 3 Implementasi pendidikan karakter disekolah menurut Kemendiknas, Apa sajakah 3 Implementasi itu? 3 Implementasi itu adalah: 1. Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Kurikulum, 2. Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran, 3. Implementasi Pendidikan Karakter dalam Budaya Sekolah.

    Proses implementasi atau pelaksanaan  terintegrasi ke dalam mata pelajaran, pengembangan diri dan budaya sekolah. Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional telah melakukan berbagai upaya dalam menanamkan nilai-nilai karakter disekolah. Salah satunya adalah dengan membuat buku pedoman sekolah yang dikeluarkan oleh Kemendiknas.

    Agar implementasi nilai-nilai pendidikan karakter di sekolah dapat berjalan dengan baik, maka hal yang harus dilakukan, diantaranya: (1) teladan dari guru, kepala sekolah, dan pemangku kebijakan sekolah; (2) pendidikan karakter dilaksanakan secar konsisten dan secara terus menerus; dan (3) penanaman nilainilai karakter yang utama. Nilai-nilai pendidikan karakter juga harus diterapkan lewat kebiasaan kehidupan sehari hari disekolah melalui budaya sekolah (Pedoman Depdiknas,2011:15-20).

    Menurut pedoman sekolah yang dikeluarkan oleh Kemendiknas.proses implementasi nilai-nilai pendidikan karakter  di sekolah dapat dilakukan melalui:

    a. Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Kurikulum

    Kurikulum dalam istilah pendidikan sebagaimana pendapat Ronald C. Doll (dalam Mudlofir, 2011:1) menyatakan, “the curriculum of a school is the formal and informal content and process by which learner gain knowledge and understanding, develope, skills and alter attitudes appreciations and values under the auspice of that school” (kurikulum sekolah adalah muatan dan proses, baik formal maupun informal yang diperuntukkan bagi pembelajar untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman, mengembangkan keahlian dan mengubah apresiasi sikap dan nilai dengan bantuan sekolah). 

    Atau dengan kata lain kurikulum merupakan rencana atau penunjuk arah pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan yang kemudian diwujudkan dalam suatu rangkaian proses pembelajaran. Tujuan pendidikan sendiri akan membantu siswa dalam mengembangangkan potensi agar mampu menghadapi tantangan, menghadapi probelematika hidup dan persaingan dalam dunia kerja sehingga mereka mampu mengatasi problematika tersebut secara arif dan kreatif. Dan yang kita kenal saat ini adalah kurikulum 2013 yang berbasis karakter.

    Telah disebutkan sebelumnya bahwa kurikulum merupakan serangkaian rencana, penunjuk arah untuk mencapai suatu tujuan pendidikan. Dengan demikian sekolah diarahkan untuk memunculkan nilai-nilai tersebut. Baik dalam kegiatan pembelajaran dan dalam budaya sekolah melalui serangkaian pembiasaan. Proses pengintegrasian nilai-nilai karakter dalam pengembangan kurikulum merupakan
    salah upaya dalam mengimplementasikan nilai karakter dalam kurikulum. 

    Contoh dari pengembangan dokumen kurikulum yang mengandung nilai-nilai pendidikan karakter misalnya adalah prioritas dalam mengembangkan kejujuran, religius, disiplin dengan mengintegrasikannya dalam RPP dan melaksanakannya dalam pembelajaran. Contoh lain adalah dengan menyusun peraturan dan tata tertib sekolah yang berisi tentang unsur-unsur yang berkaitan dengan pendidikan karakter.  

    Baca juga: Hakikat dan Peran Pendidikan Karakter dalam Dunia Pendidikan dan bangsa

    b. Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran
    Implementasi pendidikan karakter dalam pembelajaran yang dimaksud disini adalah pada mata pelajaran yang ada di sekolah. Implementasi pendidikan karakter dalam pembelajaran harus dilakukan dengan strategi yang matang dengan melihat kondisi dan kemampuan siswa serta lingkungan sekitarnya. Hal tersebut sejalan dengan Wagiran yang menyatakan bahwa:
    “Pelaksanaan integrasi karakter dalam pendidikan memiliki prinsip-prinsip umum seperti: (1) tidak mengubah sistem pendidikan yang berlaku, (2) tidak mengubah kurikulum, (3) pembelajaran menggunakan prinsip learning to know, learning to learn, learning to be, dan learning to live together, dan (4) dilaksanakan secara kontekstual sehingga terjadi pertautan antara pendidikan dan kebutuhan nyata siswa” Wagiran (2011:197). 

    Mengimplementasikan nilai-nilai karakter pada pembelajaran bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai pada siswa akan pentingnya pendidikan karakter, sehingga mereka mampu menginternalisasikan nilai-nilai tersebut tingkah laku sehari-hari. 

    Dalam kurikulum 2013 pengimplementasian nilai-nilai  pendidikan  karakter di setiap mata pelajaran dapat dilakukan dengan mengintegrasikan nilai-nilai pendidikan karakter ke dalam Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD).

    Selanjutnya kompetensi dasar yang dapat diintegrasikan dengan nilai-nilai pendidikan karakter tersebut dikembangkan pada Rencana Program Pembelajaran (RPP). Guru berperan dalam mengintegrasikan dan mengembangkan nilai-nilai karakter ke dalam proses pembelajaran yang menyenangkan dan dapat diterima siswa sesuai dengan Kurikulum. 

    Proses pembelajaran didasarkan pada upaya menguasai kompetensi pada tingkat yang memuaskan dengan memperhatikan karakteristik konten kompetensi dimana pengetahuan adalah konten yang bersifat tuntas (mastery). Keterampilan kognitif dan psikomotorik adalah kemampuan penguasaan konten yang dapat dilatihkan. Sedangkan sikap adalah kemampuan penguasaan konten yang lebih sulit dikembangkan dan memerlukan proses pendidikan yang tidak langsung (Uji Publik Kurikulum 2013, 2012:5-6). 

    Bagaimana seorang guru berperan dalam membiasakan nilai-nilai tersebut melalui kegiatan pembelajaran merupakan point penting dalam implementasi pendidikan karakter dalam pembelajaran. Guru mengupayakannilai-nilai yang telah tertuang dalam kurikulum tersebut agar mendorong siswa untuk menjadikannya sebagai suatu pembiasaan dan tidak merasakannya sebagai sebuah beban. 

    c. Budaya Sekolah Sekolah merupakan suatu lembaga yang dirancang untuk melaksanakan
    proses belajar mengajar antara guru dengan murid. Sistem pendidikan di sekolah merupakan sistem pendidikan formal yang mana pelaksanaannya dilakukan secara terencana dan terperinci.Sekolah berfungsi mengembangkan kemampuan siswa dari segi hard skill, soft skill serta nilai-nilai kebaikan dalam diri mereka. Hal tersebut sejalan dengan Sjarkawi (2006: 42), yang mengemukakan bahwa sekolah  sebagai lembaga pendidikan bertanggung jawab untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan kecakapan siswa dalam menetapkan suatu keputusan untuk bertindak atau untuk tidak bertindak.

    Agar hal tersebut dapat tercapai sekolah harus menciptakan iklim dan budaya sekolah yang baik sehingga dapat mengembangkan pola pikir dan meningkatkan kemampuan soft skill dan karakter siswa. Sudrajat (2009: 8), menyatakan bahwa tiap sekolah mempunyai budayanya sendiri, budaya merupakan serangkaian nilai, norma, aturan moral, dan kebiasaan, yang telah membentuk perilaku dan hubungan-hubungan yang terjadi di dalamnya.

    Greer (1997: 3) mendefinisikan budaya  sekolah  sebagai  keyakinan,  kebijakan,  norma, dan  kebiasaan di  dalam  sekolah  yang dapat dibentuk, diperkuat, dan dipelihara melalui  pimpinan  dan  guru-guru  di  sekolah. Berdasarkan pendapat tersebut kebudayaan dapat didefinisikan sebagai serangkaian kebiasaan , aturan, aturan moral, keyakinan dalam sekolah yang dibentuk, diperkuat, dan dipelihara melalui pimpinan, guru-guru di sekolah, serta warga sekolah. Orang tua juga dapat memonitoring kegiatan yang berkaitan dengan implementasi nilai-nilai karakter di sekolah, selain berperan dalam penanaman nilai karakter di dilingkungan keluarga tentunya. 

    Proses pengembangan karakter siswa di sekolah menurut Zamroni (2011:178), memiliki pola: rencanakan, laksanakan, refleksi dan apa langkah selanjutnya. Tentu saja dengan pelaksanaan yang dilakukan secara berkesinambungan dan terus menerus. Hal tersebut dimaksudkan agar pendidikan karakter memanfaatkan pengalaman yang telah dilalui, tidak mengulang kesalahan, dan senantiasa memperbaiki tindakan yang telah dilakukan. Proses yang berkesinambungan tersebut diwujudkan dalam pembiasaan dan budaya sekolah. Hal tersebut sejalan dengan kutipan berikut.

    Baca juga: Pentingnya Pendidikan Karakter bagi Bangsa dan Dunia Pendidikan

    Pendidikan karakter, khususnya yang bersifat sikap sebenarnya merupakan perwujudan dari kesadaran diri yang sebagian besar merupakan bagian dari aktivitas sehari-hari manusia (Wagiran, 2011:199). Secara teori aspek sikap atau ranah afektif lebih efektif bila dilaksanakan melalui kegiatan sehari hari. Misalnya sikap disiplin dan kemandirian siswa akan lebih mudah tertanam dan dikembangkan pada siswa bila hal tersebut telah menjadi suatu kebiasaan sehari-hari di sekolah. 

    Contoh dari pembiasaan dan budaya sekolah yang dilaksanakan oleh sekolah misalnya: pagelaran bertema budaya dan karakter bangsa, lomba olah raga antarkelas, lomba kesenian antarkelas, pameran hasil karya siswa, kegiatan ektrakurikuler dan lain sebagainya (Kemendiknas, 2010:54-55). 

    Proses budaya sekolah tersebut berlangsung secara berkesinambungan melalui kegiatan pengajaran dan pergaulan antara warga sekolah baik antara kepala sekolah, guru karyawan dan siswa. Penanaman nilai karakter sangat erat kaitannya dengan budaya sekolah. Tanpa adanya kolaborasi dan sinergitas yang baik diantara keduanya maka implementasi nilai-nilai karakter pada siswa tidak akan dapat berjalan dengan baik. 

  • Jenis-Jenis Media Pembelajaran

    Salam, saya selalu berharap dan berdoa agar pendidikan kita ini akan menjadi lebih baik lagi kedepannya. Pada kesempatan kali ini saya akan membahas tentang macam-macam media pembelajaran dan manfaat media pembelajaran. Okeh sebelumnya mungkin anda belom tau apa itu media pembelajaran. kita mulai dari pengertian media pembelajaran terlerbih dahulu, sebelum kita membahas tentang macam-macam media pembelajaran dan manfaat media pembelajaran. 

    Pengertian Media Pembelajaran

    Media (bhs Latin) bentuk jamak dari “medium”  “perantara” atau “pengantar”. Pengantar atau Perantara dari sumber pesan (communicator) kepada penerima pesan (communicant). Media Pembelajaran Pada mulanya, media pembelajaran hanya berfungsi sebagai alat bantu guru untuk mengajar yang digunakan adalah alat bantu visua. Pertengahan abad Ke –20 usaha pemanfaatan visual dilengkapi dengan digunakannya alat audio, sehingga lahirlah alat bantu audio-visual. Saat ini penggunaan alat bantu atau media pembelajaran menjadi semakin luas dan interaktif, seperti adanya komputer dan internet.

    Media pembelajaran adalah media-media yang digunakan dalam pembelajaran, yaitu meliputi alat bantu guru dalam mengajar serta sarana pembawa pesan dari sumber belajar ke penerima pesan belajar (siswa). Dalam arti sempit, media pembelajaran hanya meliputi media yang dapat digunakan secara efektif dalam proses pengajaran yang terencana. Sedangkan dalam arti luas, media tidak hanya meliputi media komunikasi elektronik yang kompleks. Akan tetapi juga mencakup alat-alat sederhana seperti: TV, radio, slide, fotografi, diagram, dan bagan buatan guru, atau objek-objek nyata lainnya.

    (Djamarah, Syaiful Bahri dkk, 2006: 136) Sedangkan pengertian lain media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran. (Asnawir dan M. Basyiruddin Usman, 2002: 12) Dari definisi-definisi tersebut dapat dikatakan bahwa media merupakan sesuatu yang bersifat meyakinkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan audiens (siswa) sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya.

    Jadi iika diambil formasi pendapat di atas media pembelajaran adalah alat atau metodik dan teknik yang digunakan sebagai perantara komunikasi antara seorang guru dan murid dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan pengajaran di sekolah. 

    Macam-macam media pembelajaran

    Media Pembelajaran banyak sekali jenis dan macamnya.  Mulai yang paling kecil sederhana dan murah hingga media yang canggih dan mahal harganya.  Ada media yang dapat dibuat oleh guru sendiri, ada media yang diproduksi pabrik.  Ada media yang sudah tersedia di lingkungan yang langsung dapat kita manfaatkan, ada pula media yang secara khusus sengaja dirancang untuk keperluan pembelajaran.

    Media pembelajaran dibagi menjadi dua, yaitu :

    1. Media Nonelektronik 

    a.  Media Cetak

    (Azhar Arsyad, 2005: 29) Media cetak adalah cara untuk menghasilkan atau mnyampaikan materi, seperti buku dan materi visual statis terutama melalui proses percetakan mekanis atau fotografis.

    Contoh media cetak ini antara lain  buku teks, modul, buku petunjuk, grafik, foto, lembar lepas, lembar kerja, dan sebagainya. Media ini menghasilakan materi pembelajaran dalam bentuk salinan tercetak. Dua komponen pokok media ini adalah materi teks verbal dan materi visual yang dikembangkan berdasarkan teori yang berkaitan dengan persepsi visual, membaca, memproses informasi, dan teori belajar. 

    b. Media Pajang

    Media pajang umumnya digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi didepan kelompok kecil. Media ini meliputi papan tulis, white board, papan magnetik, papan buletin, chart dan pameran. Media pajang paling sederhana dan hampir selalu tersedia disetiap kelas adalah papan tulis.  

    c. Media Peraga dan Eksperimen

    Media peraga dapat berupa alat-alat asli atau tiruan, dan biasanya berada di laboratorium.Media ini biasanya berbentuk model dan hanya digunakan untuk menunjukkan bagian-bagian dari alat yang asli dan prinsip kerja dari alat asli tersebut. Di samping media peraga terdapat pula media eksperimen yang berupa alat-alat asli yang  biasanya digunakan untuk kegiatan praktikum. 

    Perbedaan antara media peraga dengan media eksperimen antara lain:

    1) Alat-alat pada media eksperimen berupa alat asli sedangkan media peraga berupa alat-alat tiruan.
    2) Media eksperimen dapat digunakan sebagai media peraga, sedangkan media peraga belum tentu dapat digunakan sebagai media eksperimen.

    2. Media Elektronik

    a.  Overhead Projector (OHP)

    Media transparansi atau overhead transparency (OHT) sering kali disebut dengan nama perangkat kerasnya yaitu OHP (overhead projector). Media transparansi adalah media visual proyeksi, yang dibuat di atas bahan transparan, biasanya film acetate atau plastik berukuran 81/2” x 11”, yang digunakan oleh guru untuk memvisualisasikan konsep, proses, fakta, statistik, kerangka outline, atau ringkasan di depan kelompok kecil/besar. (Basyiruddin Usman, 2002: 57)

    b. Program Slide Instruksional

    Slide merupakan media yang diproyeksikan dapat dilihat dengan mudah oleh para siswa di kelas. Slide adalah sebuah gambar transparan yang diproyeksikan oleh cahaya melalui proyektor. (Basyiruddin Usman, 2002: 72)

    c.   Program Film Strip

    Film strip adalah satu rol positif 35 mm yang berisi sederetan gambar yang saling berhubungan dengan sekali proyeksi untuk satu gambar. 

    d. Film

    Film merupakan gambar hidup yang diambil dengan mengguanakan kamera film dan ditampilkan melalui proyektor film. Dibandingkan dengan film strip, film bergerk dengan cepat sehingga tampilannya kontinu atau ajeg. Objek yang ditampilkan akan lebih alamiah, artinya sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Terlebih lagi film yang diunakan adalah film berwarna. Pada umumnya film digunakan untuk menyajikan hiburan.Tetapi, dalam perkembangannya film dapat menyajikan informasi lain, khususnya informasi yang berkaitan dengan konsep pembelajaran keterampilan dan sikap. (Basyiruddin Usman, 2002: 95)

    e.   Video Compact Disk

    Untuk menayangkan program VCD instruksional dibutuhkan beberapa perlengkapan, seperti kabel penghubung video dan audio, remote control, dan kabel penghubung RF dan TV.

    f.   Televisi

    Televisi adalah system elektronik yang mengirimkan gambar diam dan gambar hidup bersama suara melalui kabel atau ruang. Sistem ini menggunakan peralatan yang mengubah cahaya dan suara kedalam gelombang elektrik dan mengkonversinya kembali kedalam cahaya yang dapat dilihat dan suara yang dapat didengar. (Basyiruddin Usman, 2002: 50)

    g. Internet

    Media ini memberikan perubahan yang besar pada cara orang berinteraksi, bereksperimen, dan berkomunikasi. Berdasarkan karakteristik tersebu, internet sangat cocok untuk kelas jarak jauh, dimana siswa dan guru masing-masing berada di tempat berbeda, tetapi tetap dapat berkomunikasi dan berinteraksi seperti layaknya di kelas.  

    Manfaat Media pembelajaran

    Hamalik (1986) mengemukakan bahwa pemakaian media pengajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. 

    Secara umum, manfaat media dalam proses pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara gurudengan siswa sehingga pembelajaran akan lebih efektif dan efisien.  Tetapi secara lebih khusus ada beberapa manfaat media yang lebih rinci Kemp dan Dayton (1985) misalnya, mengidentifikasi
    beberapa manfaat media dalam pembelajaran yaitu:
    a. Penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan 
    Dengan bantuan media pembelajaran, penafsiran yang berbeda antar guru dapat dihindari dan dapat mengurangi terjadinya kesenjangan informasi diantara siswa dimanapun berada.
    b. Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik
    Media dapat menampilkan informasi melalui suara, gambar, gerakan dan warna, baik secara alami maupun manipulasi, sehingga membantu guru untuk menciptakan suasana belajar menjadi lebih hidup, tidak monoton dan tidak membosankan.
    c. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif

    Dengan media akan terjadinya komunikasi dua arah secara aktif, sedangkan tanpa media guru cenderung bicara satu arah.
    d. Efisiensi dalam waktu dan tenaga
    Dengan media tujuan belajar akan lebih mudah tercapai secara maksimal dengan waktu dan tenaga seminimal mungkin. Guru tidak harus menjelaskan materi ajaran secara berulang-ulang, sebab dengan sekali sajian menggunakan media, siswa akan lebih mudah memahami pelajaran.
    e. Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa
    Media pembelajaran dapat membantu siswa menyerap materi belajar lebih mendalam dan utuh. Bila dengan mendengar informasi verbal dari guru saja, siswa kurang memahami pelajaran, tetapi jika diperkaya dengan kegiatan melihat, menyentuh, merasakan dan mengalami sendiri melalui media pemahaman siswa akan lebih baik.
    f. Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja.
    Media pembelajaran dapat dirangsang sedemikian rupa sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar dengan lebih leluasa dimanapun dan kapanpun tanpa tergantung seorang guru. Perlu kita sadari waktu belajar di sekolah sangat terbatas dan waktu terbanyak justru di luar lingkungan sekolah.
    g. Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar
    Proses pembelajaran menjadi lebih menarik sehingga mendorong siswa untuk mencintai ilmu pengetahuan dan gemar mencari sendiri sumber- sumber ilmu pengetahuan.
    h. Mengubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif
    Guru dapat berbagi peran dengan media sehingga banyak mamiliki waktu untuk memberi perhatian pada aspek-aspek edukatif lainnya, seperti membantu kesulitan belajar siswa, pembentukan kepribadian, memotivasi belajar, dan lain-lain.

    Selain beberapa manfaat media seperti yang dikemukakan oleh Kemp dan Dayton tersebut, tentu saja kita masih dapat menemukan banyak manfaat- manfaat praktis yang lain.  Manfaat praktis media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar sebagai berikut (Basyiruddin Usman, 2002: 26):
    a). Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.
    b). Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.
    c).  Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu. 

    d). Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungannya misalnya melalui karya wisata, kunjungan-kunjungan ke museum atau kebun binatang.

  • Komponen Pembelajaran – Pengertian dan Jenis-Jenisnya

    Salam, semoga kita semua menjadi pembeharu dalam dunia pembelajaran atau pendidikan agar pembelajaran atau pendidikan bisa lebih baik lagi kedepannya. Tak dapat di pungkiri peran Pendidikan sangat krusial yakni sebagai pencetak generasi bangsa yang lebih baik. pendidikan adalah perbaikan jangka panjang suatu bangsa kearah yang lebih baik.  kali ini saya akan mermbahas tentang komponen pembelajaran dan sebelumnya komponen pembelajaran tersebut apa yang di maksud dengan komponen pembelajaran? dan apa saja komponen pembelajaran? itu akan kita bahas di bawah.

    Pengertian Komponen Pembelajaran

    Pandangan mengenai konsep pembelajaran terus menerus mengalami perubahan dan perkembangan sesuai dengan perkembangan IPTEK. Pembelajaran sama artinya dengan kegiatan mengajar. Kegiatan mengajar dilakukan oleh guru untuk menyampaikan pengetahuan kepada siswa. Pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri dari berbagai komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Komponen pembelajaran tersebut meliputi: kurikulum, tujuan, guru, siswa, materi, metode, media dan evaluasi. Pelaksanaan pembelajaran adalah operasionalisasi dari perencanaan pembelajaran, sehingga tidak lepas dari perencanaan pengajaran / pembelajaran yang sudah dibuat. Oleh karenanya dalam pelaksanaannya akan sangat tergantung pada bagaimana perencanaan pengajaran sebagai operasionalisasi dari sebuah kurikulum. 

    Pembelajaran kontektual merupakan salah satu model pembelajaran yang diterapkan oleh guru dalam proses belajar-mengajar, yaitu konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan enam komponen pembelajaran utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiri), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment).

    Jadi dapat disimpulkan bahwa komponen pembelajaran adalah kumpulan dari beberapa item yang saling berhubungan satu sama lain yang merupakan hal penting dalam proses pembelajaran. 

    Macam-macam Komponen Pembelajaran

    Di dalam pembelajaran, terdapat komponen-komponen yang berkaitan dengan proses pembelajaran, yaitu : 

    1. Kurikulum

    Secara etimologis, kurikulum ( curriculum ) berasal dari bahasa Yunani, curir yang artinya “pelari” dan curere yang berarti “tempat berpacu”. yaitu suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari dari garis start sampai garis finish. Secara terminologis, istilah kurikulum mengandung arti sejumlah pengetahuan atau mata pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan siswa guna mencapai suatu tingkatan atau ijazah. Pengertian kurikulum secara luas tidak hanya berupa mata pelajaran atau bidang studi dan kegiatan-kegiatan belajar siswa saja, tetapi juga segala sesuatu yang berpengaruh terhadap pembentukan pribadi siswa sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan. Misalnya fasilitas kampus, lingkungan yang aman, suasana keakraban dalam proses belajar mengajar, media dan sumber-sumber belajar yang memadai.  kurikulum disini adalah salah satu komponen dari komponen pembelajaran.

    Kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya peranan kurikulum di dalam pendidikan dan dalam perkembangan kehidupan manusia, maka dalam penyusunan kurikulum tidak bisa dilakukan tanpa menggunakan landasan yang kokoh dan kuat.  Dengan diterapkannya kebijakan pemerintah (Depdiknas) yaitu pengembangan kurikulum operasional dilakukan oleh setiap satuan pendidikan, maka seluruh jajaran di setiap satuan pendidikan harus memiliki pemahaman yang luas dan mendalam tentang landasan pengembangan kurikulum, dan secara operasional harus dijadikan rujukan dalam mengimplementasikan kurikulum di setiap satuan pendidikan yang dikelolanya.

    2. Guru

    Yang selanjutnya komponen pembelajaran itu sendiri yakni Gutu. Kata Guru berasal dari bahasa Sansekerta “guru” yang juga berarti guru, tetapi arti harfiahnya adalah “berat” yaitu seorang pengajar suatu ilmu. Dalam bahasa Indonesia, guru umumnya merujuk pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. 

    Di dalam masyarakat, dari yang paling terbelakang sampai yang paling maju, guru memegang peranan penting. guru merupakan komponen pembelajaran penting dari pembelajaran itu sendiri. Guru merupakan satu diantara pembentuk-pembentuk utama calon warga masyarakat. Peranan guru tidak hanya terbatas sebagai pengajar (penyampai ilmu pengetahuan), tetapi juga sebagai pembimbing, pengembang, dan pengelola kegiatan pembelajaran yang dapat memfasilitasi kegiatan belajar siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 

    3. Siswa

    Yang ketiga komponen pembelajaran pembelajaran itu sendiri yakni siswa. Siswa atau Murid biasanya digunakan untuk seseorang yang mengikuti suatu program pendidikan di sekolah atau lembaga pendidikan lainnya, di bawah bimbingan seorang atau beberapa guru. Yang artinya murid juga menjadi komponen pembelajaran. Dalam konteks keagamaan murid digunakan sebagai sebutan bagi seseorang yang mengikuti bimbingan seorang tokoh bijaksana. Meskipun demikian, siswa jangan selalu dianggap sebagai objek belajar yang tidak tahu apa-apa. Ia memiliki latar belakang, minat, dan kebutuhan serta kemampuan yang berbeda. Bagi siswa, sebagai dampak pengiring (nurturent effect) berupa terapan pengetahuan dan atau kemampuan di bidang lain sebagai suatu transfer belajar yang akan membantu perkembangan mereka mencapai keutuhan dan kemandirian. 

    4. Metode Pembelajaran

    Komponen pembelajaran selanjutnya yakni, Metode pembelajaran adalah cara yang dapat dilakukan untuk membantu proses belajar-mengajar agar berjalan dengan baik, metode-metode tersebut antara lain : 

    a. Metode Tanya Jawab 

    Banyak sekali metode-metode pembelajaran, metode tersebut menjadi komponen pembelajaran yang penting dalam menentukan keberhasilan dalam sebuah pendidikan tersebut. Metode tanya jawab adalah metode aktif learning yang berpusat pada siswa yang sesuai dengan kurikuylum yang kita gunakan saat ini yakni kurikulum kurtilas yang berpusat pada siswa. Metode Tanya jawab adalah  suatu metode dimana guru menggunakan atau memberi pertanyaan kepada murid dan murid menjawab, atau sebaliknya murid bertanya pada guru dan guru menjawab pertanyaan murid itu ( Soetomo, 1993 : 150 ) 

    b. Metode Diskusi 

    Metode diskusi juga menjadi metode yang digunakan dealam pembelajaran kurtilas yang mengharuskan peserta didik mampu untuk bekerja sama dalam kelompok. itulah mengapa metode juga penting dalam sebuah pembelajarean dan menjadi komponen pembelajaran. Muhibbin Syah ( 2000 ), mendefinisikan bahwa metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah (problem solving). Metode ini lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok (group discussion) dan resitasi bersama (socialized recitation).Metode diskusi dapat pula diartikan sebagai siasat “penyampaian” bahan ajar yang melibatkan peserta didik untuk membicarakan dan menemukan alternatif pemecahan suatu topik bahasan yang bersifat problematis. Guru, peserta didik atau kelompok peserta didik memiliki perhatian yang sama terhadap topik yang dibicarakan dalam diskusi. 

    5. Materi Pembelajaran

    Komponen pembelajaran selanjutnya yakni Materi Pembelajaran. Materi juga merupakan salah satu faktor penentu keterlibatan siswa. Adapun karakteristik dari materi yang bagus menurut Hutchinson dan Waters adalah: 

    • Adanya teks yang menarik. 

    • Adanya kegiatan atau aktivitas yang menyenangkan serta meliputi kemampuan berpikir siswa. 

    • Memberi kesempatan siswa untuk menggunakan pengetahuan dan ketrampilan yang sudah mereka miliki. 

    • Materi yang dikuasai baik oleh siswa maupun guru.

    6. Alat Pembelajaran (Media)

    Selanjutnya komponen pembelajaran yakni alat pembelajaran (media). Media adalah alat perantara untuk menyampaiakan pesan atau informasi. Seoarang pengajar tidak akan terlepas dariu yang namanaya media pembelajaran seorang guru juga media pembelajaran. Itulah mengapa media menjadi Komponen pembelajaran. Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari “medium” yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Jadi media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Media pembelajaran adalah perangkat lunak (soft ware) atau perangkat keras (hard ware) yang berfungsi sebagai alat belajar atau alat bantu belajar. Media pada hakekatnya merupakan salah satu komponen sistem pembelajaran. Sebagai komponen, media hendaknya merupakan bagian integral dan harus sesuai dengan proses pembelajaran secara menyeluruh. Ujung akhir dari pemilihan media adalah penggunaaan media tersebut dalam kegiatan pembelajaran, sehingga memungkinkan siswa dapat berinteraksi dengan media yang kita pilih.  

    7. Evaluasi

    Komponen pembelajaran yang terakhir yakni Evaluasi pembelajaran. Istilah evaluasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “Evaluation”. Menurut Wand dan Brown, evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari suatu hal. Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan data seluas-luasnya, sedalam-dalamnya yang bersangkutan dengan kapabilitas siswa, guna mengetahui sebab akibat dan hasil belajar siswa yang dapat mendorong dan mengembangkan kemampuan belajar.

    Hubungan Masing-Masing Komponen Pembelajaran 

    Dari semua komponen pembelajaran, antara komponen yang satu dengan yang lain memiliki hubungan saling keterkaitan. Guru sebagai ujung tombak pelaksanaan pendidikan di lapangan, sangat menentukan keberhasilan dalam mencapai tujuan pendidikan. Tidak hanya berfungsi sebagai pelaksana kurikulum, guru juga sebagai pengembang kurikulum. Bagi guru, memahami kurikulum merupakan suatu hal yang mutlak.  

    Setelah guru mempelajari kurikulum yang berlaku, selanjutnya membuat suatu desain pembelajaran dengan mempertimbangkan kemampuan awal siswa (entering behavior), tujuan yang hendak dicapai, teori belajar dan pembelajaran, karakteristik bahan yang akan diajarkan, metode dan media atau sumber belajar yang akan digunakan, dan unsur-unsur lainnya sebagai penunjang. Setelah desain dibuat, kemudian KBM atau pembelajaran dilakukan. Dalam hal ini ada dua kegiatan utama, yaitu guru bertindak mengajar dan siswa bertindak belajar. Kedua kegiatan tersebut berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Pada akhirnya implementasi pembelajaran itu akan menghasilkan suatu hasil belajar. Hasil ini akan memberikan dampak bagi guru dan siswa. Setiap komponen pembelajaran akan salaing terkait satu sama lain. 

    Komponen pembelajaran utama yang menentukan pembelajaran itu sendiri yakni guru. Bagi setiap guru, dituntut untuk memehami masing-masing metode secara baik. Dengan pemilihan dan penggunaan metode yang tepat untuk setiap unit materi pelajaran yang diberikan kepada siswa, maka akan meningkatkan proses interaksi belajar-mengajar. Siswa juga akan memperoleh hasil belajar yang efektif dan mendapatkan kesempatan belajar yang seluas-luasnya. Jika ada salah satu komponen pembelajaran yang bermasalah, maka proses belajar-mengajar tidak dapat berjalan baik