Mugus atau Musyawarah Gugus Depan adalah kegiatan rutin caturwulanan yang dilakukan olhe gugus depan untuk mengevaluasi dan merencanakan kegiatan pramuka. Kegiatan ini bertujuan untuk memstikan keterlaksanaan program kerja dalam satuan pramuka.
Daftar isi
Musyawarah Gugus Depan
Sudahkah Sekolah / Madrasah anda melakukan Musyawarah Gugus Depan (Mugus)? Musyawarah ini perlu dilakukan guna meningkatkan kemajuan di masing-masing Pangkalan Gugus Depan.
Musyawarah Gugusdepan disingkat Mugus adalah pemegang kekuasaan tertinggi di setiap Gugus Depan Gerakan Pramuka.
Ketentuan Mugus
Mugus diadakan setiap 3 tahun sekali.
Diantara dua waktu Mugus jika ada hal-hal yang bersifat mendesak dan luar biasa dapat diadakan Mugus Luar Biasa.
Mugus dan Mugus Luar Biasa dinyatakan sah jika dihadiri oleh sekurang-kurangnya dua pertiga dari jumlah utusan.
Yang berhak hadir dalam Mugus terdiri atas:
Ketua Gudep.
Para Pembina Satuan.
Para Pembantu Pembina Satuan.
Perwakilan Majelis Pembimbing Gudep.
Perwakilan Dewan Penegak.
Perwakilan Dewan Pandega.
Pada Mugus dan Mugus Luar Biasa setiap peserta yang hadir berhak satu suara.
Penyampaian usul dan materi Mugus dan Mugus Luar Biasa:Materi atau bahan tertulis Mugus disiapkan oleh Ketua Gudep selambatlambatnya 2 (dua) minggu sebelum waktu pelaksanaan Mugus dan disampaikan kepada semua peserta yang berhak hadir dalam Mugus.
Keputusan Mugus dan Mugus Luar Biasa tidak boleh bertentangan dengan AD dan ART Gerakan Pramuka, Keputusan Munas, Musda, Mucab, Musran, dan Keputusan Kwarnas, Kwarda, Kwarcab dan Kwarran.
Pimpinan Mugus adalah Presidium yang dipilih oleh Mugus yang jumlahnya gasal.
Sampai dengan serah terima jabatan Ketua Gudep, Ketua Gudep lama berstatus demisioner Persiapan Mugus.
Langkah-langkah persiapan Mugus adalah sebagai berikut:
Menyusun laporan pertanggungjawaban Gudep sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Menyampaikan bahan tertulis Mugus termasuk visi dan misi Gudep yang akan dicapai selama 3 tahun.
Menyusun rencana kerja untuk mencapai visi dan misi.
Menyampaikan nama-nama calon yang akan ikut dalam pemilihan Ketua Gudep.
Menghimpun usul-usul dan saran dari peserta
Acara Mugus
Acara Pokok Mugus adalah:
Laporan pertanggungjawaban Ketua Gudep selama masa baktinya, termasuk pertanggungjawaban keuangan.
Menetapkan rencana kerja gudep termasuk visi dan misi. untuk masa bakti berikutnya.
Memilih Ketua Gudep untuk masa bakti berikutnya.
Pelantikan Ketua Gudep terpilih oleh Ketua Presidium
Mugus.
Acara laporan pertanggungjawaban Gudep termasuk laporan pertanggungjawaban keuangan harus diselesaikan sebelum acara yang lain.
Laporan pertanggungjawaban keuangan Gudep selama masa baktinya yang dibuat oleh Ketua Gudep dengan bantuan seorang ahli administrasi keuangan, sebelum diajukan pada Mugus diteliti dan disyahkan oleh
Badan Pemeriksa Keuangan Gudep (BPKG).
Tatacara Pemilihan Ketua Gudep
1. Penetapan Calon
a) Selambat-lambatnya 3 minggu sebelum Mugus, Ketua Gudep sudah menyampaikan nama-nama yang akan mencalonkan diri sebagai Ketua Gudep dan anggota Badan Pemeriksa Keuangan kepada semua yang berhak hadir dalam Mugus.
b) Yang berhak menjadi calon Ketua Gudep adalah:
(1) Para Pembina satuan di gudep tersebut.
(2) Para Pembantu Pembina di gudep tersebut.
(3) Ketua Gudep yang akan berakhir masa baktinya.
c) Yang berhak menjadi calon Anggota BPKG adalah:
(1) Anggota Mabigus
(2) Pembina dan Pembantu Pembina Satuan
2. Pemilihan dan Pengambilan Keputusan dalam Mugus
a) Mufakat
Keputusan Mugus diupayakan dengan sungguh-sungguh berdasarkan musyawarah untuk mufakat.
b) Pemungutan suara. Jika tidak dicapai mufakat, Mugus mengambil keputusan dengan pemungutan suara yang caranya sebagai berikut:
(1) Lisan, pemilih menyebut nama calon.
(2) Tertulis dan rahasia, pemilih menuliskan nama calon di kertas pemungutan suara, lalu dilipat sehingga tulisan nama tidak terlihat siapapun atau rahasia.
(3) Keputusan syah apabila calon memperoleh lebih dari seperdua jumlah suara yang hadir.
c) Pelantikan
Pelantikan dilaksanakan segera setelah terpilih Ketua Gudep oleh Ketua Presididium
Proses pembelajaran merupakan suatu rangkaian komplek berupa interkasi antara guru dan peserta didik dalam proses tranfer pengetahuan. Proses ini tidak hanya melibatkan komptensi teknis namun juga aspek psikologi pembelajaran.
Proses belajar mengajar adalah sebuah kegiatan utuh terpadu antara siswa sebagai pelajar yang sedang mengajar dengan guru sebagai pengajar yang sedang mengajar. Dalam kesatuan kegiatan ini terjadi interaksi atau hubungan antara pendidik dan para anak didiknya. Sehubungan dengan proses ini, setiap pendidik sangat diharapkan memiliki karakteristik kepribadian ideal yang sesuai dengan aspek psikologis. Banyak aspek psikologis dalam proses pembelajaran yang harus dipahami oleh pendidik demi tercapainya tujuan pendidikan. Pendidik harus memahami berbagai konsep psikologi, terutama psikologi belajar. Untuk mewujudkan proses belajar mengajar yang efektif dan efisien, maka perilaku yang terlibat dalam proses tersebut hendaknya didinamiskan dengan baik. Oleh karena itu, dalam makalah ini kami akan menjelaskan sedikit banyak mengenai aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran.
Daftar isi
Aspek Psikologi Pembelajaran
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sudut pandang atau hal-hal yang memberi keterangan kepada kata kerja sehubungan bagaimana suatu perbuatan yang dinyatakan kata kerja itu berlangsung. Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku manusia dengan lingkungannya. Sedangkan pembelajaran didefinisikan sebagai proses yang menyatukan pengaruh kognitif, emosional, lingkungan dan pengalaman untuk memperoleh, meningkatkan atau membuat perubahan dalam pengetahuan seseorang, keterampilan, nilai dan pandangan dunia.
Jadi, aspek psikologis dalam pembelajaran adalah hal-hal yang mempengaruhi manusia dalam memperoleh suatu perubahan perilaku secara keseluruhan.
1. Persepsi
Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. suatu proses yang bersifat yang menyebabkan orang dapat menerima atau meringkas informasi yang diperoleh dari lingkungannya. Melalui persepsi manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya, yaitu indera penglihat, pendengar, peraba, perasa dan pencium.
2. Berpikir
Berpikir adalah suatu keaktifan pribadi manusia yang mengakibatkan penemuan yang terarah kepada suatu tujuan.
Berpikir manusia sebenarnya merupakan proses yang dinamis. Dinamika berpikir ini dimungkinkan oleh pengalaman yang meluas, perbendaharaan bahasa yang kaya dan didukung pula pendidikan pula yang baik dan ketajaman dalam berpikir. Dan akhirnya, puncak berpikir yang sebenarnya terletak pada tingkat abstrak atau menurut Bigot, terletak pada kemampuan dalam memecahkan masalah.
3. Intelegensi
Intelegensi merupakan konsep abstrak yang sulit didefinisikan secara memuaskan. Meskipun demikian dari sekian banyak definisi intelegensi yang dirumuskan oleh para ahli, secara umum dapat dimasukkan ke dalam salah satu dari tiga klasifikasi berikut:
Kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan, beradaptasi dengan situasi-situasi atau menghadapi situasi-situasi yang sangat beragam.
Kemampuan untuk belajar atau kapasitas untuk menerima pendidikan.
Kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menggunakan konsep-konsep abstrak dan menggunakan secara luas simbol-simbol dan konsep.
4. Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus-menerus yang disertai rasa senang. Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian.
5. Motivasi
Motivasi adalah kekuatan mental yang berupa keinginan, perhatian, kemauan, dan cita-cita yang mendorong seseorang untuk melakukan tindakan yang sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
6. Memori
Menurut Bruno (1987), memori ialah proses mental yang meliputi pengkodean (enconding), penyimpanan, dan pemanggilan kembali informasi dan Pengetahuan yang kesemuanya terpusat dalam otak. Ditinjau dari sudut jenis informasi dan pengetahuan yang disimpan, memori manusia terdiri atas dua macam yakni:
Sematic memory, yaitu memori khusus yang menyimpan arti-arti atau pengertian-pengertian.
Episodic memory, yaitu memori khusus yang menyimpan informasi tentang peristiwa-peristiwa.
Pengaruh Aspek-aspek Psikologi Terhadap Pembelajaran
1. Persepsi
Persepsi ini bersifat relatif, selektif dan teratur. Oleh karena itu, sejak dini siswa perlu ditanamkan memiliki persepsi yang baik dan akurat mengenai apa yang dipelajari. Ketika persepsi salah terhadap apa yang dipelajari, hal tersebut akan mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan belajar yang akan ditempuh.
Prinsip-prinsip umum yang perlu diperhatikan dalam menggunakan persepsi adalah:
Makin baik persepsi mengenai sesuatu makin mudah siswa belajar mengingat suatu tersebut.
Perlunya menghindari dari persepsi salah, karena akan menimbulkan yang salah pula.
Perlunya berbagai sumber belajar yang dapat mendekati benda yang sesungguhnya, agar siswa mendapatkan persepsi yang kuat.
2. Berpikir
Berpikir manusia sebenarnya merupakan proses yang dinamis. Dinamika berpikir ini dimungkinkan oleh pengalaman yang meluas, perbendaharaan bahasa yang kaya dan didukung pula pendidikan pula yang baik dan ketajaman dalam berpikir.
Dan akhirnya, jika manusia itu mampu berpikir secara optimal maka ia akan dapat memperoleh kesuksesan yang sangat baik dalam kehidupannya.
3. Intelegensi
Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang sama, siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensi rendah. Walaupun begitu siswa yang mempunyai tingkat intelegensi tinggi belum tentu berhasil dalam belajarnya. Hal ini disebabkan karena belajar adalah suatu proses yang kompleks dengan banyak faktor yang mempengaruhinya, sedangkan intelegensi adalah salah satu faktor di antara faktor lain.
4. Motivasi
Motivasi memiliki komponen utama yang sangat berpengaruh yaitu, kebutuhan, dorongan dan tujuan. Motivasi belajar penting bagi siswa dan guru. Bagi siswa pentingnya motivasi dalam belajar adalah sebagai berikut :
Menyadarkan pentingnya kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil akhir dalam belajar. Menginformasikan tentang pentingnya kekuatan usaha belajar yang di bandingkan dengan teman sebaya.
Mengarahkan kegiatan belajar.
Membesarkan semangat belajar
Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja (di sela – selanya adalah istirahat atau bermain) yang berkesinambungan , yang mana individu dilatih untuk menggunakan kekuatannya sedemikian rupa agar dapat berhasil.
Sedangkan bagi guru pentingnya pemahaman dan pengetahuan tentang motivasi belajar pada siswa adalah sebagai berikut:
a. Membangkitkan , meningkatkan , dan memelihara semangat belajar siswa sampai berhasil.
b. Mengetahui dan memahami bahwa motivasi siswa bermacam – macam.
c. Meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu di antara bermacam – macam peran dalam pembelajaran seperti sebagai penasehat, fasilitator, instruktur, teman diskusi, penyemangat, pemberi hadiah atau pendidik
d. Memberi peluang bagi guru untuk “unjuk kerja” dalam rekayasa pedagogis (perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pendidikan).[10]
5. Minat
Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai denga minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya.
6. Memori
Tinggi rendahnya memori sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran oleh anak didik dalam menerima pelajaran. Oleh karena itu untuk membantu memudahkannya dalam menyerap pelajaran, harus digunakan beberata strategi. Matlin (1994) menyebutkan empat macam strategi memori yang penting, yaitu: rehearsal, organization, imagery dan retrival.
a. Reherseal (pengulangan), meningkatkan memori dengan cara mengulangi berkali-kali informasi setelah informasi tersebut disajikan.
b. Organization (organisasi), seperti pengkategorian dan pengelompokan, merupakan stretegi yang sering digunakan oleh orang dewasa.
c. Imagery (perbandingan), tipe dari karakteristik pembayangan dari seseorang.
d. Retrival (pemunculan kembali), proses mengeluarkan atau menganngkat informasi dari tempat penyimpanan.[11]
Pembelajaran Microteaching adalah praktik proses pembelajaran yang dilakukan pada kelas kecil (micro) dengan tujuan sebagai wadah simulasi guru maupun calon guru dalam menunjukkan keterampilan mengajar dan mengelola kelas. Kata micro dalam microteaching merujuk pada penyederhanaan seluruh aspek pembelajaran mulai dari jumlah murid, alokasi waktu dan materi yang diajarkan.
Ciri khas pembelajaran Micro Teaching
Pembelajaran micro teaching dengan ciri-ciri sebagaiberikut :
Micro dalam pengajaran micro berarti dalam skala kecil. Skala kecil dapat berkaitan dengan ruang lingkup materi pelajaran, tujuan atau kompetensi, waktu dan siswanya dan keterampilannya.
Micro dalam pengajaran micro dapat disamakan dengan pengertian micro. Makanya adalah berbagai sebagian kecil keterampilan mengajar yang komplek akan dipelajari lebih mendalam dan teliti.
Pengajaran micro adalah pengajaran yang sebenarnya. Calon guru harus membuat persiapan mengajar, melaksanakan pengajaran berdasarkanrencana yang telah dibuat, mengelola kelas, dan sebagainya.
Pengajaran micro juga berarti belajar yang sesungguhnya ditinjau dari calon guru, dia belajar sebagaimana mengajar, sedangkan dari siswanya akan memperoleh atas belajar sesuatu, sesuai dengan tujuan pengajaran yang dirumuskan oleh calon guru.
Pengajaran micro bukanlah simulasi. Dalam situasi mengajar teman sejawat, calon guru tidak boleh memperlakukan teman sebagai siswa- siswa.
Untuk mendapatkan hasil rekaman yang akuran, pengajaran micro teaching dilengkapi dengan alat-alat perekam video maupun audio.
Tujuan Pembelajaran Micro Teaching
Menurut Dwight Allen dalam Moedjiono, tujuan pembelajaran mikro adalah:
a. Bagi siswa calon guru
Pertama, memberikan pengalaman belajar yang nyata dan latihan sejumlah keterampilan dasar mengajar secara terpisah. Kedua, calon guru dapat mengembangkan keterampilan mengajarnya sebelum mereka terjun ke kelas yang sebenarnya. Dan ketiga, memberikan kemungkinan bagi calon guru untuk mendapatkan bermacam–macam keterampilan dasar mengajar serta memahami kapan dan bagaimana keterampilan itu diterapkan.
b. Bagi guru
Pertama, memberikan penyegaran dalam program pendidikan. Kedua, guru mendapatkan pengalaman belajar mengajar yang bersifat individual demi perkembangan profesinya. Dan ketiga, mengembangkan sikap terbuka bagi guru terhadap pembaharuan yang berlangsung di pranatan pendidikan.
Fungsi micro teaching sebagai berikut :
a. Fungsi Intruksional
Pada fungsi ini micro teaching sebagai penyedia fasilitas praktik/latihan bagi calon guru/tenaga kependidikan untuk berlatih dan/atau memperbaiki dan meningkatkan keterampilan pembelajaran, yang pada hakikatnya merupakan latihan penerapan pengetahuan metode dan teknik mengajar dan/atau ilmu keguruan yang telah dipelajari secara teoritik.
b. Fungsi Pembinaan
Fungsi selanjutnya yaitu sebagai tempat pembinaan dan pembekalan para calon guru sebelum terjun ke lapangan (pengajaran sebenarnya).
c. Fungsi Integralistik
Dalam dunia kependidikan, PPL (Program Pengalaman Lapangan) menjadi hal utama untuk menguji kualitas. Bukan hanya di sistem pendidikan keguruan saja yang melaksanakan ini bahkan disetiap lembaga pendidikan tinggi juga menerapkannya, baik teknik, perbankan, apalagi keguruan. Artinya, program micro teaching merupakan bagian integral Program Pengalaman Lapangan (PPL) serta merupakan mata kuliah prasyarat PPL dan berstatus sebagai mata kuliah wajib lulus.
d. Fungsi Eksperimen
Keberadaan micro teaching berfungsi sebagai bahan uji coba bagi calon guru pakar di bidang pembelajaran.
Fungsi-fungsi ini, bagi mahasiswa calon guru mengadakan latihan pembelajaran pada pengajaran mikro ini yang utama adalah performance. Hal inilah yang biasanya dikembangkan dalam pengajaran mikro. Performance (penampilan, kinerja) adalah penampilan seseorang yang dihayati oleh orang lain. Kesan pertama terhadap seseorang karena kenampakan alami diri seseorang (appearance). Selanjutnya dengan melakukan latihan yang berulang–ulang dalam pengajaran mikro, performa mahasiswa calon guru diharapkan akan menjadi perilaku (behavior).
Penilaian Non-Tes adalah proses pemberian skor dan atribut tanpa melibatkan proses uji (Ujiann). Dengan demikian, Penilaian non-tes tidak melibatkan pengukuran keterampilan dan komptensi yang spesifik.
Jenis penilaian ini pada umumnya dilakukan untuk mengukur sikap, perilaku, pendapat dan ranah-ranah psikometri sosial lainnya. Beberapa ranah mungkin bisa diukur dengan dua alat ukur baik itu tes dan not tes seperti tentang Sholat, namun keduanya menghasilkan pandangan yang berbeda.
Tes Sholat dilakukan untuk mengetahuia apakah peserta didik tahu tata cara, gerakan dan bacaan sholat.
Non-Tes Sholat dilakukan untuk mengetahui pakah peserta didik rajin shlat atau tidak.
Macam-Macam Instrumen Non-Tes
Macam-macam instrumen non tes adalah observasi, wawancara (interview), skala sikap (attitude scale), daftar cek (check list), skala penilaian (rating scale), angket, studi kasus, catatan insidental, sosiometri, inventori kepribadian, dan teknik pemberian penghargaan kepada peserta didik.
Observasi adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu.
Tujuan utama observasi adalah :
Mengumpulkan data dan inforamsi mengenai suatu fenomena, baik yang berupa peristiwa maupun tindakan, baik dalam situasi yang sesungguhnya maupun dalam situasi buatan.
Mengukur perilaku kelas (baik perilaku guru maupun peserta didik), interaksi antara peserta didik dan guru, dan faktor-faktor yang dapat diamati lainnya, terutama kecakapan sosial (social skill).
Menilai tingkah laku individu atau proses yang tejadi dalam situasi sebenarnya maupun situasi yang sengaja dibuat.
Wawancara (Interview)
Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber. Komunikasi tersebut dilakukan dengan dialog (Tanya jawab) secara lisan, baik langsung maupun tidak langsung (menggunakan alat komunikasi).
Bentuk pertanyaan wawancara
Bentuk pertanyaan berstruktur, yaitu oertanyaan yang menuntut jawaban agar sesuai dengan apa yang terkandung dalam pertanyaan tersebut. Pertanyaan semacam ini biasanya digunakan jika masalahnya tidak terlalu kompleks dan jawabannya sudah konkret.
Bentuk pertanyaan tidak berstruktur, yaitu pertanyaan yang bersifat terbuka, peserta idik secara bebas menjawab pertanyaan tersebut. Pertanyaan semacam ini tidak memberi struktur jawaban kepada peserta didik karena jawaban dalam pertanyaan itu bebas.
Bentuk pertanyaan campuran, yaitu pertanyaan yang menuntut jawaban campuran, ada yang berstruktur dan ada pula yang bebas.
Skala Sikap
Sikap merupakan suatu kecenderungan tingkah laku untuk berbuat sesuatu dengan cara, metode, teknik, dan pola tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik berupa orang -orang maupun objek-objek tertentu.
Daftar cek adalah suatu daftar yang berisi subjek dan aspek-aspek yang akan diamati. Daftar cek dapat memungkinkan guru sebagai penilai mencatat tiap-tiap kejadian yang betapapun kecilnya, tetapi dianggap penting. Ada bermacam-macam aspek perbuatan yang biasanya dicantumkan dalam daftar cek, kemudian tinggal memberikan tanda centang pada tiap-tiap aspek tersebut sesuai dengan hasil penilaiannya. Daftar cek banyak manfaatnya, anatara lain membantu guru untuk mengingat-ingat apa yang harus diamati, dan dapat memberikan informasi kepada stakeholder.
Skala Penilaian (Rating Scale) Dalam daftar cek, penilaian hanya dapat mencatat ada tidaknya variabel tingkah laku tertentu, sedangkan dalam skala penilaian fenomena-fenomena yang akan dinilai itu disusun dalam tingkatan-tingkatan yang telah ditentukan.
Angket
Angket (kuesioner) merupakan alat pengumpul data melalui komunikasi tidak langsung, yaitu melalui tulisan. Angket ini berisi daftar pertanyaan yang bertujuan untuk mengumpulkan keterangan tentang berbagai hal yang berkaitan dengan responden.
Ditinjau dari segi siapa yang menjawab:
Kuesioner langsung
Kuesioner dikatakan langsung jika kuesioner tersebut dikirimkan dan diisi langsung oleh orang yang akan dimintai jawaban tentang drinya.
Kuesioner tidak langsung
Adalah kuesioner yang dikirimkan dan diisi oleh bukan orang yang diminta keterangannya. Kuisioner tidak langsung biasanya digunakan untuk mencari informasi tentang bawahan, anak, saudara, tetangga dan sebagainya.
Studi Kasus
Studi kasus pada dasarnya mempelajari secara intensif seorang individu yang dianggap mengalami kasus tertentu.
Kelebihan studi kasus dari studi lainnya adalah bahwa subjek dapat dipelajari secara mendalam dan menyeluruh. Namun, kelemahannya sesuai dengan sifat studi kasus bahwa informasi yang diperoleh sifatnya subjektif, artinya hanya untuk individu yang bersangkutan, dan belum tentu dapat digunakan untuk kasus yang sama pada individu yang lain.
Ditinjau dari cara memadukan konsep, keterampilan, topik, dan unit tematisnya, menurut seorang ahli yang bernama Robin Fogarty (1991) terdapat sepuluh cara atau model dalam merencanakan pembelajaran terpadu. Kesepuluh cara atau model tersebut adalah: (1) fragmented, (2) connected, (3) nested, (4) sequenced, (5) shared, (6) webbed, (7) threaded, (8) integrated, (9) immersed, dan (10) networked. Secara singkat kesepuluh cara atau model tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Model Penggalan (Fragmented)
Model fragmented ditandai oleh ciri pemaduan yang hanya terbatas pada satu mata pelajaran saja. Misalnya, dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, materi pembelajaran tentang menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dapat dipadukan dalam materi pembelajaran keterampilan berbahasa. Dalam proses pembelajarannya, butir-butir materi tersebut dilaksanakan secara terpisah-pisah pada jam yang berbeda-beda.
Menurut Padmono dalam bukunya Pembelajaran Terpadu melalui Kurikulum Terpadu dalam Satu Disiplin Ilmu, mengatakan bahwa pembelajaran terpadu melalui kurikulum terpadu fragmented terjadi jika seorang guru memiliki keinginan agar siswa setelah menempuh pembelajaran satu kurun waktu tertentu memiliki kemampuan atau kecakapan tertentu.
Kelebihan pembelajaran model ini adalah siswa menguasai secara penuh satu kemampuan tertentu untuk tiap mata pelajaran, ia ahli dan terampil dalam bidang tertentu. Sedangkan kekurangannya adalah Ia belajar hanya pada tempat dan sumber belajar dan kurang mampu membuat hubungan atau integrasi dengan konsep sejenis.
2. Model Keterhubungan (Connected)
Model connected dilandasi oleh anggapan bahwa butir-butir pembelajaran dapat dipayungkan pada induk mata pelajaran tertentu. Butir-butir pembelajaran kosakata, struktur, membaca dan mengarang misalnya, dapat dipayungkan pada mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Penguasaan butir-butir pembelajaran tersebut merupakan keutuhan dalam membentuk kemampuan berbahasa dan bersastra. Hanya saja pembentukan pemahaman, keterampilan dan pengalaman secara utuh tersebut tidak berlangsung secara otomatis. Karena itu, guru harus menata butir-butir pembelajaran dan proses pembelajarannya secara terpadu.
Kelebihan yang diperoleh dalam model connected ini adalah adanya hubungan antar ide-ide dalam satu mata pelajaran, anak akan memperoleh gambaran yang lebih jelas dan luas dari konsep yang dijelaskan dan siswa diberi kesempatan untuk melakukan pedalaman, tinjauan, memperbaiki dan mengasimilasi gagasan secara bertahap.
Kekurangan dalam model ini, model ini belum memberikan gambaran yang menyeluruh karena belum menggabungkan bidang-bidang pengembangan/mata pelajaran lain.
3. Model Sarang (Nested)
Model nested merupakan pemaduan berbagai bentuk penguasaan konsep keterampilan melalui sebuah kegiatan pembelajaran. Misalnya, pada satuan jam tertentu seorang guru memfokuskan kegiatan pembelajaran pada pemahaman tata bentuk kata, makna kata, dan ungkapan dengan saran pembuahan keterampilan dalam mengembangkan daya imajinasi, daya berpikir logis, menentukan ciri bentuk dan makna kata-kata dalam puisi, membuat ungkapan dan menulis puisi. Pembelajaran berbagai bentuk penguasaan konsep dan keterampilan tersebut keseluruhannya tidak harus dirumuskan dalam tujuan pembelajaran.
Keterampilan dalam mengembangkan daya imajinasi dan berpikir logis dalam hal ini disikapi sebagai bentuk keterampilan yang tergarap saat siswa memakai kata-kata, membuat ungkapan dan mengarang puisi. Penanda terkuasainya keterampilan tersebut dalam hal ini ditunjukkan oleh kemampuan mereka dalam membuat ungkapan dan mengarang puisi.
Kelebihan model ini yaitu guru dapat memadukan beberapa keterampilan sekaligus dalam pembelajaran satu mata pelajaran, memberikan perhatian pada berbagai bidang penting dalam satu saat sehingga tidak memerlukan penambahan waktu dan guru dapat memadukan kurikulum secara luas.
Kekurangannya adalah apabila taanpa perencanaan yang matang memadukan beberapa keterampilan yang menjadi targget dalam suatu pembelajaran akan berdampak pada siswa dimana prioritas pelajaran menjadi kabur.
4. Model Urutan/Rangkaian (Sequenced)
Model sequenced merupakan model pemaduan topik-topik antar mata pelajaran yang berbeda secara paralel. Isi cerita dalam roman sejarah misalnya, topik pembahasannya secara paralel atau dalam jam yang sama dapat dipadukan dengan ikhwal sejarah perjuangan bangsa, karakteristik kehidupan sosial masyarakat pada periode tertentu maupun topik yang menyangkut perubahan makna kata. Topik-topik tersebut dapat dipadukan pembelajarannya pada alokasi jam yang sama.
Kelebihannya yaitu dengan menyusun kembali urutan topik, bagian dari unit, guru dapat mengutamakan prioritas kurikulum daripada hanya mengikuti urutan yang dibuat penulis dalam buku teks, membantu siswa memahami isi pembelajaran dengan lebih kuat dan bermakna.
Kekurangannya yaitu diperlukkan kolaborasi berkelanjutan dan fleksibilitas semua orang yang terlibat dalam content area dalam mengurutkan sesuai peristiwa terkini.
5. Model Bagian (Shared)
Model shared merupakan bentuk pemaduan pembelajaran akibat adanya “overlapping” konsep atau ide pada dua mata pelajaran atau lebih. Butir-butir pembelajaran tentang kewarganegaraan dalam PPKN misalnya, dapat bertumpang tindih dengan butir pembelajaran dalam Tata Negara, PSPB, dan sebagainya.
Kelebihannya yaitu lebih mudah dalam menggunakannya sebagai langkah awal maju secara penuh menuju model terpadu yang mencakup empat disiplin ilmu, dengan menggabungkan disiplin ilmu serupa yang saling tumpang tindih akan memungkinkan mempelajari konsep yang lebih dalam. Sedangkan kekurangannya yaitu model integrasi antar dua disiplin ilmu memerlukan komitmen pasangan untuk bekerjasama dalam fase awal, untuk menemukan konsep kurikula yang tumpang tindih secara nyata diperlukan dialog dan percakapan yang mendalam.
6. Model Jaring Laba-laba (Webbed)
Selanjutnya, model yang paling populer adalah model webbed. Model ini bertolak dari pendekatan tematis sebagai pemadu bahan dan kegiatan pembelajaran. Dalam hubungan ini tema dapat mengikat kegiatan pembelajaran baik dalam mata pelajaran tertentu maupun lintas mata pelajaran.
Kelebihan pendekatan jaring laba-laba untuk mengintegrasikan kurikulum adalah faktor motivasi sebagai hasil bentuk seleksi tema yang menarik perhatian paling besar, faktor motivasi siswa juga dapat berkembang karena adanya pemilihan tema yang didasarkan pada minat siswa.
Kekurangan model ini adalah banyak guru sulit memilih tema. Mereka cenderung menyediakan tema yang dangkal sehingga kurang bermanfaat bagi siswa, dan guru seringkali terfokus pada kegiatan sehingga materi atau konsep menjadi terabaikan.
7. Model Galur/ benang(Threaded)
Model threaded merupakan model pemaduan bentuk keterampilan misalnya, melakukan prediksi dan estimasi dalam matematika, ramalan terhadap kejadian-kejadian, antisipasi terhadap cerita dalam novel, dan sebagainya. Bentuk threaded ini berfokus pada apa yang diesbut meta-curriculum.
Kelebihan dari model ini antara lain: konsep berputar sekitar metakurikulum yang menekankan pada perilaku metakognitif; materi untuk tiap mata pelajaran tetap murni, dan siswa dapat belajar bagaimana seharusnya belajar di masa yang akan datang sesuai dengan laju perkembangan era globalisasi.
Kekurangan yaitu hubungan isi antar materi pelajaran tidak terlalu ditunjukkan sehingga secara eksplisit siswa kurang dapat memahami keterkaitan konten antara mata pelajaran satu dengan yang lainnya.
8. Model Keterpaduan (Integrated)
Model integrated merupakan pemaduan sejumlah topik dari mata pelajaran yang berbeda, tetapi esensinya sama dalam sebuah topik tertentu. Topik evidensi yang semula terdapat dalam mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, Pengetahuan Alam, dan Pengetahuan Sosial, agar tidak membuat muatan kurikulum berlebihan cukup diletakkan dalam mata pelajaran tertentu, misalnya Pengetahuan Alam. Contoh lain, dalam teks membaca yang merupakan bagian mata pelajaran.
Bahasa Indonesia, dapat dimasukkan butir pembelajaran yang dapat dihubungkan dengan Matematika, Pengetahuan Alam, dan sebagainya. Dalam hal ini diperlukan penataan area isi bacaan yang lengkap sehingga dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan berbagai butir pembelajaran dari berbagai mata pelajaran yang berbeda tersebut. Ditinjau dari penerapannya, model ini sangat baik dikembangkan di SD.
Kelebihan dari model ini yaitu siswa saling mengaitkan, saling menghubungkan diantara macam-macam bagian dari mata pelajaran. Keterpaduan secara sukses diimplementasikan, pendekatan belajar yang lingkungan belajar yang ideal untuk hari terpadu (integrated day) secara eksternal dan untuk keterpaduan belajar untuk fokus internal. Selain itu model ini juga mendorong motivasi murid.
Kekurangan yaitu model ini sulit dilaksanakan secara penuh; membutuhkan keterampilan tinggi,percaya diri dalam prioritas konsep, keterampilan dan sikap yang menembus secara urut dari mata pelajaran; dan membutuhkan model tim ahli pada bidang dan merencanakan dan mengajar bersama.
9. Model Celupan/Terbenam (Immersed)
Model immersed dirancang untuk membantu siswa dalam menyaring dan memadukan berbagai pengalaman dan pengetahuan dihubungkan dengan medan pemakaiannya. Dalam hal ini tukar pengalaman dan pemanfaatan pengalaman sangat diperlukan dalam kegiatan pembelajaran.
Kelebihan dari model ini adalah setiap siswa mempunyai ketertarikan mata pelajaran yang berbeda maka secara tidak langsung siswa yang lain akan belajar dari siswa lainnya. Mereka terpacu untuk dapat menghubungkan mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya. Sedangkan kekurangan dari model ini adalah siswa yang tidak senang membaca akan mendapat kesulitan untuk mengerjakan proyek ini, sehingga siswa menjadi kehilangan minat belajar.
10. Model Jaringan (Networked)
Terakhir, model networked merupakan model pemaduan pembelajaran yang mengandaikan kemungkinan pengubahan konsepsi, bentuk pemecahan masalah, maupun tuntutan bentuk keterampilan baru setelah siswa mengadakan studi lapangan dalam situasi, kondisi, maupun konteks yang berbeda-beda. Belajar disikapi sebagai proses yang berlangsung secara terus-menerus karena adanya hubungan timbal balik antara pemahaman dan kenyataan yang dihadapi siswa.
Kelebihan dari model ini adalah siswa memperluas wawasan pengetahuan pada satu atau dua mata pelajaran secara mendalam dan sempit sasarannya. Sedangkan kekurangannya adalah kemungkinan motivasi siswa akan berubah kedalaman materi pelajaran menjadi dangkal secara tidak sengaja karena mendapat hambatan dalam mencari sumber. (sumber: Robin Fogarty. 1991. How to Integrate the Curricula. Illinois: Skylight Publishing
Kamu adalah mahasiswa jurusan Pendidikan yang sedang menyusun tugas akhir atau skripsi? Berikut ini daftar atau trend masalah pembalajaran yang cocok dijadikan latar belakang skripsi
Daftar isi
Masalah Pembelajaran
Masalah pembelajaran secara sederhana didefenisikan sebagai gap atau perbedaan yang tampak antara harapan dengan kenyataan. Misalnya dalam pembelajaran tentu saja harapan guru adalah memiliki siswa dengan prestasi belajar tinggi namun pada kenyataan ternyata hasil belajarnya rendah. Makan peneliti atau guru akan melakukan sebuah treatment untuk menyelesaikan masalah tersebut. Pemberian Treatment ini adalah bagian dari desain penelitian eksperimen.
A. Hasil Belejar Rendah
Hasil belajar adalah nilai peserta didik yang didapatkan melalui hasil ujian. Nilai ini biasanya meliputi 3 hal yakni Ranah Pengetahuan (Kognitif), Keterampilan (Psikomotorik) dan Sikap (Afektif).
Umunya, masalah ini banyak ditemukan pada dua ranah saja yakni Pengetahuan dan Keterampilan. Masalahnya adalah
Tidak lulus KKM
Skor hasil belajar rendah meskipun lulus KKM
Tidak memiliki keterampilan praktikum
Tidak memiliki keterampilan mendesain praktikum
Solusi yang ditawarkan pada umumnya adalah memperbaiki proses pembelajaran. Proses-proses pembelajaran di pengaruhi olegh beberapa hal seperti:
1. Metode Pembelajaran yang Tidak Sesuai
2. Sikap dan perilaku
Sikap dan perilaku sebenarnya juga adalah bagian dari karakter yang dimiliki oleh siswa, tetapi ini lebih di fokuskan lagi karena dari semua karakter yang dimiliki oleh siswa, sikap dan perilakulah yang paling berpengaruh dan mempengaruhi budaya siswa di sekolah.
3. Minat dan bakat
Guru diwajibkan untuk menemukan bakat dan minat siswa. Penyaluran bakat dan minat siswa secara tepat dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, sebaliknya akan menimbulkan masalah bagi guru, sekolah dan siswa itu sendiri. Siswa yang terpendam bakat dan minatnya pada umumnya menjadi siswa yang agresif, melawan dan suka melakukan tindakan-tindakan negatif yang melanggar tata tertib sekolah. Gejala kenakalan siswa sebaiknya tidak direspon secara negatif tetapi patut diapresiasi dengan baik dan dilakukan pencegahan sehingga tidak menimbulkan bentuk kenakalan baru.
4. Daya serap siswa
Inilah kendala yang sering dihadapi oleh guru, tingkat daya serap siswa yang rendah terhadap materi pelajaran akan mengganggu rencana guru, alokasi waktu belajar, dan lain sebagainya. Jangan terlalu cepat mendiskreditkan siswa karena kelambatannya menerima materi, namun sedapat mungkin guru menemukan strategi yang tepat yang dapat mendorong siswa memaksimalkan kemampuannya menerima dan menyerap materi yang diajarkan.
5. Kurangnya disiplin siswa
Kedisiplinan merupakan faktor penentu keberhasilan pembelajaran, disiplin terhadap waktu, disiplin terhadap tugas yang diberikan, disiplin terhadap proses pembelajaran dan lain sebagainya. Mengajar di kelas yang siswanya memiliki tingkat kedisiplinan tinggi lebih menyenangkan dibandingkan dengan mengajar di kelas yang memiliki disiplin rendah. Akan tetapi guru tidak boleh menyerah dengan permasalahan ini, guru harus mengembalikan kedisiplinan siswa agar pembelajaran berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
6. Siswa terlalu pasif
Pernahkah anda menemukan situasi seperti baik ditanya maupun tidak mereka tetap diam?. Situasi ini menyulitkan guru, guru sulit memastikan bahwa mereka telah mengerti dan paham materi atau belum. Solusinya tentu saja harus memancing mereka agar menjadi aktif sehingga anda dapat membaca dan menganalisis sejauh mana tingkat penerimaan mereka terhadap materi yang diajarkan.
7. Tidak tenang di dalam kelas
Walaupun jumlahnya sangat kecil namun aktivitas ini cukup mengganggu anda dan siswa lainnya. Anda harus menemukan solusinya, jangan terlalu cepat menyalahkan siswa karena boleh jadi sumber masalahnya adalah anda. Misalnya anda mengajar terlalu membosankan, cara anda berkomunikasi tidak jelas, materi terlalu padat, atau situasi lain misalnya ruangan terlalu panas, banyak gangguan dari luar, meja dan kursi tidak menyenangkan dan lain sebagainya.
8. Kepercayaan siswa pada anda
Jangan sepelehkan tentang ini, salah satu keberhasilan pembelajaran antara lain tentang keyakinan siswa pada anda. Keyakinan dimaksud adalah mereka tidak salah belajar pada anda karena anda menguasai materi sehingga mendorong mereka mencintai pelajaran yang anda ajarkan.
9. Pujian
Siswa sebenarnya haus dengan pujian dari anda, saat ini banyak guru mengabaikannya karena lebih menitikberatkan pada penyelesaian materi pelajaran. Karena kurangnya pujian yang diperolehnya sehingga mengurangi motivasi belajarnya, sementara motivasi belajar merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pembelajaran.
10. Hanya mengikut saja
Banyak siswa hanya memposisikan dirinya berada dibelakang, mereka tidak mau menjadi yang terdepan. Mudah saja menemukan siswa seperti ini, mereka selalu berusaha duduk dibelakang, tidak mau duduk didepan. Guru akan kesulitan memulai pembelajaran apabila siswa tidak memiliki inisiatif untuk berbuat, apalagi paradigma pendidikan saat ini telah berubah dari “diberi tahu” menjadi “mencari tahu”.
Menentukan skor nilai pada soal pilihan ganda sangat mudah, namun bagaimana dengan soal esay? Tentunya membutuhkan analisis guru setiap soal. Soal esay terbagi atas tiga yakni soal dengan tingkat kesulitan rendah, soal dengan tingkat kesulitan menengah dan soal dengan tingkat kesulitan tinggi. Ketiga bentuk soal ini memiliki perbedaan untuk menentukan skor nilai, dasarnya adalah tingkat kesulitan soalnya.
Pemberian skor nilai pada soal esay dapat diselesaikan dengan menggunakan instrument penilaian soal. Instrumen itu memuat No, Nomor Soal, Kegiatan, dan Skor. Misalnya:
Jelaskan perbedaan antara iklim dan cuaca
Sebutkan 4 Alasan mengapa Belanda menjajah Indonesia
Skor nilai pada soal di atas dapat ditentukan dengan cara berikut (sebaiknya diselesaikan menggunakan tabel):
a. Soal nomor 1, deteksi kemungkinan jawaban siswa dengan pernyataan berikut:
Jika siswa menjawab benar pengertian iklim dan cuaca maka skornya adalah 3
Jika siswa menjawab benar pengertian iklim dan menjawab salah pengertian cuaca maka skornya adalah 2
Jika siswa menjawab salah pengertian iklim dan menjawab benar pengertian cuaca maka skornya adalah 2
Jika siswa menjawab salah, baik pengertian cuaca maupun iklim maka skornya adalah 1
Jika siswa tidak menuliskan satu katapun maka skornya adalah 0
b. Soal nomor 2, deteksi kemungkinan jawaban siswa dengan pernyataan berikut:
Jika siswa menuliskan 4 alasan dengan benar maka skornya adalah 5
Jika siswa menuliskan 3 alasan dengan benar maka skornya adalah 4
Jika siswa menuliskan 2 alasan dengan benar maka skornya adalah 3
Jika siswa menuliskan 1 alasan dengan benar maka skornya adalah 2
Jika siswa menuliskan alasan tetapi salah maka skornya adalah 1
Jika siswa tidak menuliskan satu alasan pun maka skornya adalah 0
(Catatan, skor maksimal diberikan pada setiap nomor tergantung jumlah kemungkinan jawaban siswa.)
Kemudian tentukan berapa nilai yang dicapai oleh siswa berdasarkan contoh soal di atas, caranya:
Sebelum memeriksa lembar jawab siswa, terlebih dahulu hitung jumlah skor maksimal. Pada contoh di atas jumlah skor maksimal adalah 8, diperoleh dari skor maksimal pada soal nomor 1 yakni 3 dan skor maksimal pada nomor 2 yakni 5.
Misalnya:
Setelah memeriksa hasil ulangan siswa ditemukan si Andi memperoleh skor nilai pada soal nomor 1 adalah 2 karena hanya bisa menjawab benar pengertian cuaca sementara pengertian iklim salah, sementara pada soal nomor 2 memperoleh skor nilai sebesar 5 karena dapat menuliskan 4 alasan mengapa Belanda menjajah Indonesia dengan benar. Jadi jumlah skor yang diperoleh si Andi adalah 2 + 5 = 7. Kemudian konversi nilai yang diperoleh si Andi menggunakan rumus berikut:
Nilai perolehan = (Skor yang dicapai : Skor maksimal) X 100
Nilai si Andi adalah:
(7 : 8) x 100 = 87,5
Ket: 7 = jumlah nilai yang diperoleh si Andi, 8 = jumlah skor nilai maksimal dari nomor 1 sampai nomor 2.
Muatan lokal merupakan mata pelajaran yang memiliki bahan kajian tentang potensi dan kearifan lokal pada tingkat satuan pendidikan. Tujuan dari mata pelajaran ini adalah meningkatkan kesadaran peserta didik terkait dengan potensi yang ada di daerah sekitar terutama hal yang sifatnya khusus.
Adapun Tujuan dari Muatan Lokal adalah:
mengenal dan mencintai lingkungan alam, sosial, budaya, dan spiritual di daerahnya; dan
melestarikan dan mengembangkan keunggulan dan kearifan daerah yang berguna bagi diri dan lingkungannya dalam rangka menunjang pembangunan nasional.
Muatan lokal dikembangkan atas prinsip:
kesesuaian dengan perkembangan peserta didik;
keutuhan kompetensi;
fleksibilitas jenis, bentuk, dan pengaturan waktu penyelenggaraan; dan
kebermanfaatan untuk kepentingan nasional dan menghadapi tantangan global.
Muatan lokal dapat berupa antara lain:
seni budaya,
prakarya,
pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan,
bahasa, dan/atau
teknologi.
Muatan pembelajaran terkait muatan lokal berupa bahan kajian terhadap keunggulan dan kearifan daerah tempat tinggalnya. Muatan pembelajaran terkait muatan lokal diintegrasikan antara lain dalam mata pelajaran seni budaya, prakarya, dan/atau pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan. Dalam hal pengintegrasian tidak dapat dilakukan, muatan pembelajaran terkait muatan lokal dapat dijadikan mata pelajaran yang berdiri sendiri.
Muatan lokal dirumuskan dalam bentuk dokumen yang terdiri atas:
kompetensi dasar;
silabus; dan
buku teks pelajaran.
Muatan lokal dikembangkan dengan tahapan:
analisis konteks lingkungan alam, sosial, dan/atau budaya;
identifikasi muatan lokal;
perumusan kompetensi dasar untuk setiap jenis muatan lokal;
penentuan tingkat satuan pendidikan yang sesuai untuk setiap kompetensi dasar;
pengintegrasian kompetensi dasar ke dalam muatan pembelajaran yang relevan;
penetapan muatan lokal sebagai bagian dari muatan pembelajaran atau menjadi mata pelajaran yang berdiri sendiri;
penyusunan silabus; dan
penyusunan buku teks pelajaran.
Satuan pendidikan dapat mengajukan usulan muatan lokal berdasarkan hasil analisis konteks dan identifikasi muatan lokal kepada pemerintah kabupaten/kota. Pemerintah kabupaten/kota melakukan:
analisis dan identifikasi terhadap usulan satuan pendidikan
perumusan kompetensi dasar; dan
penentuan tingkat satuan pendidikan yang sesuai untuk setiap kompetensi dasar.
Pemerintah kabupaten/kota menetapkan muatan lokal sebagai bagian dari muatan pembelajaran atau menjadi mata pelajaran yang berdiri sendiri. Pemerintah kabupaten/kota mengusulkan hasil penetapan muatan lokal kepada pemerintah provinsi.
Pemerintah provinsi menetapkan muatan lokal yang diusulkan oleh pemerintah kabupaten/kota untuk diberlakukan di wilayahnya. Pemerintah provinsi atau pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya merumuskan kompetensi dasar, penyusunan silabus, dan penyusunan buku teks pelajaran muatan lokal.
Dalam hal satuan pendidikan tidak mengajukan usulan muatan lokal pemerintah daerah dapat menetapkan sesuai dengan kebutuhan daerahnya.
Pelaksanaan muatan lokal pada satuan pendidikan perlu didukung dengan:
kebijakan Pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, dan satuan pendidikan sesuai kewenangannya; dan
ketersediaan sumber daya pendidikan yang dibutuhkan.
Pengembangan muatan lokal oleh satuan pendidikan dilakukan oleh tim pengembang Kurikulum di satuan pendidikan dengan melibatkan unsur komite sekolah/madrasah, dan nara sumber, serta pihak lain yang terkait.
Pengembangan muatan lokal oleh daerah dilakukan oleh Tim Pengembang Kurikulum provinsi, Tim Pengembang Kurikulum kabupaten/kota, tim pengembang Kurikulum di satuan pendidikan, dan dapat melibatkan narasumber serta pihak lain yang terkait. Pengembangan muatan lokal dikoordinasikan dan disupervisi oleh dinas pendidikan atau kantor kementerian agama provinsi dan kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya.
Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini, ketentuan dalam Peraturan Menteri Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum yang mengatur mengenai Muatan Lokal dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Sumber Rujukan ;
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2014 TENTANG MUATAN LOKAL KURIKULUM 2013.
Kurikulum, proses pembelajaran, dan penilaian merupakan komponen penting dalam program pembelajaran disamping komponen-komponen yang lain. Komponen tersebut saling terkait antara satu dengan yang lain. Kurikulum berisi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang menjadi landasan program pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan upaya untuk mencapai Kompetensi Dasar yang dirumuskan dalam kurikulum. Sementara itu, kegiatan penilaian dilakukan untuk mengukur dan menilai tingkat pencapaian Kompetensi Dasar. Penilaian juga digunakan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan dalam proses pembelajaran, sehingga dapat dijadikan dasar untuk pengambilan keputusan, dan perbaikan proses pembelajaran yang telah dilakukan. Oleh sebab itu kurikulum yang baik dan proses pembelajaran yang benar perlu di dukung oleh sistem penilaian yang baik, terencana dan berkesinambungan.
Penilaian pembelajaran merupakan satu tahap penting dalam proses pembelajaran yang dilakukan di semua jenjang pendidikan. Proses ini juga merupakn langkah strategis dalam upaya meningkatkan kualitas output pebelajaran yang lebih terukur dan kompetitif.
Kedudukan penilaian sangat penting bagi penunaian tugas keberhasilan melaksanakan utamanya, yakni melaksanakan pembelajaran. Pada akhir suatu program pendidikan, pengajaran ataupun pelatihan pada umumnya diadakan penilaian. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah suatu program pendidikan, pengajaran ataupun pelatihan tersebut telah dikuasai oleh pesertanya atau belum.
B. Batasan Masalah
Untuk membatasi makalah ini, pembahasan yaitu meliputi antara lain:
Pengertian penilaian
Persamaan dan perbedaan assesmen dan evaluasi
Fungsi penilaian
Tujuan penilaian
Prinsip-prinsip penilaian
Teknik penilaian
Aspek yang dinilai
Sepuluh langkah penilaian
Hubungan penilaian dengan pembelajaran
C. Tujuan penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini sebagai berikut:
Mengkaji dan memberikan informasi pengertian penilaian
Memberikan informasi tentang persamaan dan perbedaan assesmen dan evaluasi
Memberikan informasi tentang fungsi penilaian
Memberikan informasi tentang tujuan penilaian
Memberikan informasi tentang prinsip-prinsip penilaian
Memberikan informasi tentang teknik penilaian
Memberikan informasi tentang aspek yang Dinilai
Memberikan informasi tentang sepuluh langkah penilaian
Mengetahui hubungan penilaian dengan pembelajaran
Bab II. Pembahasan
A. Pengertian Penilaian
Istilah penilaian dalam bahasa Inggris terdapat dua kata yakni assesment dan evaluation. Arti dari kedua bahasa tersebut berbeda, perbedaan itu dapat kita kaji dalam bidang pendidikan.
1. Penilaian pedidikan (educational assesment)
Penilaian pedidikan (educational assesment) adalah Educational assessment is the process of documenting, usually in measurable terms, knowledge, skill, attitudes, and beliefs (Glossary of Useful Terms, SABES Home Page). Yang artinya penilaian pendidikan adalah proses mendokumentasikan,biasanya dalam hal terukur, pengetahuan, keterampilan, sikap, dan keyakinan. (Wikipedia, the free encyclopedia). Dalam pendidikan, penilaian merujuk pada berbagai metode atau alat yang menggunakan pendidik untuk mengevaluasi, mengukur, dan mendokumentasikan kesiapan akademik, kemajuan belajar, keterampilan akuisisi, atau kebutuhan pendidikan peserta didik.
Penilaian biasanya dirancang untuk mengukur bagian tertentu dari pembelajaran-misalnya, tingkat pengetahuan mahapeserta didik sudah memiliki konsep atau keterampilan guru berencana untuk mengajar atau kemampuan untuk memahami dan menganalisis berbagai jenis teks dan bacaan. Penilaian juga digunakan untuk mengidentifikasi kelemahan individu peserta didik dan kekuatan sehingga pendidik dapat memberikan dukungan khusus terhadap pembelajaran tersebut, program pendidikan, atau pelayanan sosial. Selain itu, penilaian yang dikembangkan oleh beragam kelompok dan individu, termasuk guru, administrator distrik, universitas, perusahaan swasta, negara departemen pendidikan, dan kelompok-kelompok yang mencakup kombinasi dari individu-individu dan lembaga.
Berikut ini beberapa pendapat ahli tentang pengertian penilaian (assesment):
a. Menurut James A. Mc. Lounghlin & Rena B Lewis (1994). “Proses sistematika dalam mengumpulkan data seseorang anak yang berfungsi untuk melihat kemampuan dan kesulitan yang dihadapi seseorang saat itu, sebagai bahan untuk menentukan apa yang sesungguhnya dibutuhkan. Berdasarkan informasi tersebut guru akan dapat menyusun program pembelajaran yang bersifat realitas sesuai dengan kenyataan objektif.
b. Menurut NSW Departement of Education (dikutip Arthur, 1996: 324) Assesment is the process of gathering evidence and making judgement about students’ needs, strenghts, abilities and eachievement.Penilaian adalah proses mengumpulkan fakta-fakta dan membuat keputusan tentang kebutuhan peserta didik, kekuatan, kemampuan, dan kemajuannya.
c. Terry Overton (2008): Assesment is a process of gathering information to monitor progress and make educational decisions if necessary. As noted in my definition of test, an assesment may include a test, but also include methods such as observations, interview, behavior monitoring, etc. (Artinya: sesmen adalah suatu proses pengumpulan informasi untuk memonitor kemajuan dan bila diperlukan pengambilan keputusan dalam bidang pendidikan
d. Menurut Suharsimi Arikunto (2009) penilaian adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk. Penilaian bersifat kualitatif.
e. Dalam PP.19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Bab I pasal 1 ayat 17 dikemukakan bahwa “penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik”.
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa assessment atau penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar peserta didik, menjelaskan dan menafsirkan hasil pengukuran (kuantifikasi suatu objek, sifat, perlaku dan lain-lain), menggambarkan informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian adalah kegiatan mengambil keputusan untuk menentukan sesuatu berdasarkan kriteria baik buruk dan bersifat kualitatif. Hasil penilaian sendiri walaupun bersifat kualitatif, dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka).
Seterusnya, tujuan dari penilaian (assessment) praktek-praktek dalam pendidikan, tergantug kerangka kerja secara teori-teori dari pelaksana-pelaksana atu peneliti-peneliti, dugaan-dugaan dan keyakinan-keyakinan mereka tentang hakikat dari pemikiran manusia, asal suatu pengetahuan, dan proses belajar.
2. Penilaian pendidikan (Educational evaluation)
Educational evaluation is the evaluation process of characterizing and appraising some aspect/s of an educational process. Penilaian pendidikan adalah proses evaluasi karakteristik dan menilai beberapa aspek dari sebuah proses pendidikan. Penilaian pendidikan (Educational evaluation) juga merupakan kegiatan professional bahwa idividu dari para pendidik membutuhkan untuk melaksanakan bila mereka bermaksud merevisi dan meningkatkan belajar yang mereka usahakan dalam rangka memfaslitasi. (Wikipedia, the free encyclopedia).
Beberapa pendapat ahli tentang pengertian penilaian pendidikan ( educational evaluation):
a. Menurut Edwin Wond dan Gerold W. Brown; evaluasi pendidikan adalah proses untuk menentukan nilai dari segala sesuatu yang berkenaan dengan pendidikan.
b. Wrightstone, dkk (1956) yang mengemukakan bahwa evaluasi pendidikan adalah penaksiran terhadap pertumbuhan dan kemajuan peserta didik kearah tujuan atau nilai-nilai yang telah ditetapkan dalam kurikulum (Djaali & Pudji Muljono, 2007).
c. Menurut Stufflebeam, dkk (1971) mendefinisikan evaluasi sebagai “The process of delineating, obtaining, and providing useful information for judging decision alternatives”. Artinya evaluasi merupakan proses menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan informasi yang berguna untuk merumuskan suatu alternatif keputusan.
d. Endang Purwanti (2008: 6) Berpendapat bahwa evaluasi adalah proses pemberian makna atau penetapan kualitas hasil pengukuran dengan cara membandingkan angka hasil pengukuran tersebut dengan kriteria tertentu.
e. Evaluasi merupakan proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk mengumpulkan, mendeskripsikan, menginterpretasikan, dan menyajikan informasi tentang suatu program untuk dapat digunakan sebagai dasar membuat keputusan, menyusun kebijakan maupun menyusun program selanjutnya (S. Eko Putro Widoyoko, 2012: 6).
Dari berbagai defenisi diatas, evaluasi adalah adalah kegiatan atau upaya yang meliputi pengukuran dan penilaian yang direncanakan untuk mendukung tercapainya tujuan (program, produksi, prosedur). Untuk selanjutnya hasil dari kegiatan atau upaya tersebut digunakan sebagai bahan pengambilan keputusan atas objek yang dievaluasi.
B. Persamaan dan Perbedaan Asesmen dan Evaluasi
Antara asesmen dan evaluasi memiliki persamaan yaitu keduanya mempunyai pengertian untuk membuat keputusan dan menilai suatu objek. Dan alat yang digunakan untuk mengumpulkan informasi pada keduannya dapat berupa tes.
Rustaman (2003) mengungkapkan bahwa asesmen lebih ditekankan pada penialain proses. Sementara itu evaluasi lebih ditekankan pada hasil belajar. Apabila dilihat dari keberpihakannya, menurut Stiggins (1993) asesmen labih berpihak pada kepentingan peserta didik. Peserta didik dalam hal ini menggunakan hasil asesmen untuk merefleksikan kekuatan, kelemahan, dan perbaikan belajar. Sementara itu evaluasi menurut Rustaman (2003) lebih berpihak kepada kepentingan evaluator.
Yulaelawati (2004) mengungkapkan bahwa terdapat perbedaan antara evaluasi dengan asesmen. Evaluasi (evaluation) merupakan penilaian program pendidikan secara menyeluruh. Evaluasi pendidikan lebih bersifat makro, meluas, dan menyeluruh. Evaluasi program menelaah komponen-komponen yang saling berkaitan tentang perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan. Sementara itu asesmen merupakan penilaian dalam scope yang lebih sempit (lebih mikro) bila dibandingkan dengan evaluasi. Seperti dikemukakan oleh Kumano (2001) asesmen hanya menyangkut kompetensi peserta didik dan perbaikan program pembelajaran.
Harlen (1982) mengungkapkan perbedaan antara asesmen dan evaluasi dalam hal metode. Evaluasi dinyatakan menggunakan kriteria dan metode yang bervariasi. Asesmen dalam hal ini hanya merupakan salah satu dari metode yang dipilih untuk evaluasi tersebut. Selain dari itu, subyek untuk asesmen hanya , sementara itu subyek evaluasi lebih luas dan beragam seperti peserta didik, guru, materi organisasi, dll.
Yulaelawati (2004) menekankan kembali bahwa scope asesmen hanya mencakup kompetensi lulusan dan perbaikan cara belajar peserta didik. Jadi hubungannya lebih pada peserta didik. Ruang lingkup evaluasi yang lebih luas ditunjukkan dengan cakupannya yang meliputi isi atau substansi, proses pelaksanaan program pendidikan, kompetensi lulusan, pengadaan dan pemingkatan tenaga kependidikan, manajemen pendidikan, sarana dan prasarana, dan pembiayaan.
C. Fungsi Penilaian
Penilaian merupakan kegiatan yang sangat penting dalam pembelajaran. Kegiatan ini merupakan salah satu dari empat tugas pokok guru. Keempat tugas tersebut adalah merencanakan, menilai keberhasilan pengajaran, dan memberikan bimbingan. Terhadap seluruh komponen kegiatan proses pembelajaran penilaian memberikan sumbangan yang cukup berarti. Sehubungan dengan ini, dalam kurikuum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), fungsi penilaian digunakan sebagai acuan untuk memperbaiki kegiatan-kegiatan proses pembelajaran, acuan untuk menentukan kenaikan kelas dan kelulusan, alat untuk menyeleksi, alat untuk penempatan, dan alat untuk memberikan motivasi belajar peserta didik.
Menurut Nana Sudjana ( dalam Jihad, 2008: 56) fungsi penilaian sebagai: (a) alat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan instruksional; (b) umpan balik bagi perbaikan proses pembelajaran; (c) dasar dalam menyusun laporan kemajuan peserta didik kepada orangtuanya. Dengan demikian penilaian berfungsi sebagai pemantau kinerja komponen-kompnen pembelajaran untu mencapai tujuan yang diharapkan.
Fungsi penilaian dibedakan menjadi dua yakni fungsi hasil belajar dan fungsi evaluasi program pengajaran.
1. Fungsi Hasil Belajar
a. Fungsi Formatif
Adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir program belajar mengajar untuk melihat tingkat keberhasilan proses belajar mengajar itu sendiri. Dengan demikian, penilaian formatif berorientasi kepada proses belajar mengajar. Penilaian ini dapat memberikan informasi yang berupa umpan balik baik bagi guru/dosen maupun bagi peserta didik/mahapeserta didik.
b. Fungsi Sumatif
Penilaian sumatif dilaksanakan pada akhir program pengajaran, misalnya pada akhir semester atau akhir tahun ajaran. Tujuannya adalah untuk melihat hasil yang dicapai oleh peserta didik , yakni seberapa jauh tujuan-tujuan kurikuler dikuasai oleh peserta didik. Penilaian ini berorientasi prosuk bukan proses.
c. Fungsi Diagnostik
Penilaian untuk mengungkapkan kesulitan-kesulitan / kelemahan – kelemahan peserta didik serta faktor penyebabnya. Prosesnya dapat dilakukan pada permulaan pembelajaran, selama penbelajaran berlangsung ataupun pada akhir pembelajaran. Penilaian ini dilaksanakan untuk keperluan bimbingan belajar, pengajaran remedial, menemukan kasus-kasus, dan lain-lain.
d. Fungsi Selektif
Penilaian dapat dipakai untuk menyeleksi masukan (input) dan disesuaikan dengan ruangan , tempat duduk atau fasilitas lain yang tersedia. Penilaian yang bertujuan untuk keperluan seleksi, misalnya ujian sarinagn masuk kelemba pendidikan tertentu.
e. Fungsi Motivasi
Penilaian dipakai untuk memotivasi peserta didik untuk belajar menjadi lebih tinggi, terutama bagi peserta didik yang ingin menunjukkan kemampuannya.
2. Fungsi Evaluasi Pengajaran
a. Laporan untuk Orangtua dan Peserta didik
b. Laporan untuk Sekolah
Mengadakan remedial
Mengadakan pengayaan
Perbaikan pembelajaran yang dilakukan oleh guru
Penilaian kinerja guru oleh kepala sekolah
Laporan untuk masyarakat
D. Tujuan penilaian
Dalam pedoman penilaian Depdikbud (1994), tujuan penilaian adalah untuk mengetahui kemajuan belajar peserta didik, untuk perbaikan dan peningkatan kegiatan belajar peserta didik serta sekaligus memberi umpan balik bagi perbaikan pelaksanaan kegiatan belajar. Penilaian secara sistematis dan berkelanjutan untuk: (1) menilai hasil belajar peserta didik di sekolah (2) mempertanggungjawabkan penyelenggaraan pendidikan kepada masyarakat; dan (3) mengetahui mutu pendidikan di sekolah (Kep. Mendiknas No. 012/U/2001)
Penilaian memiliki tujuan yang sangat penting dalam pembelajaran, diantaranya untuk grading, seleksi, mengetahui tingkat penguasaan kompetensi, bimbingan diagnosis, dan prediksi.
Sebagai grading, penilain ditujukan untuk menentukan atau membedakan kedudukan hasil kerja peserta didik dibandingkan dengan peserta didik lain. Penilaian ini akan menunjukakan kedudukan peserta didik dalam urutan dibandingkan dengan anak lain . karena itu fungsi penilain untuk grading ini cenderung membandingkan anak dengan anak lain sehingga lebih mengacu kepada penilaian acuan norma (norm referenced assesment).
Sebagai alat seleksi, penilaian ditujukan untuk memisahkan antara peserta didik yang masung dalam kategori tertentu dan yang tidak. Peserta didik yang boleh masuk atau tidak di sekolah tertentu.
Untuk menggambarkan sejauh mana seorang peserta didik telah menguasai kompetensi.
Sebagai bimbingan, penilaian bertujuan untuk mengevaluasi hasil belajar peserta didik dalam rangka membantu peserta didik memahami dirinya, membuat keputusan tentang langkah berikutnya, baik pemilihan program, pengembangan kepribadian maupun untuk penjurusan.
Sebagai alat diagnosis, penilaian bertujuan untuk menunjukkan kesulitan belajar yang dialami peseta didik dan kemungkinan prestasi yng bisa dikembangkan. Ini akan membantu guru menentukan apakah seseorang perlu remedial atau pengajayaan
Sebgai alat prediksi, penilaian bertujuan untuk mendapatkan informasi yang dapat memprediksi bagaimana kinerja peserta didik pada jenjang pendidikan berikutnya atau dalam pekerjaan ynag sesuai. Contoh dari penilaian ini adalah tes bakat skolastik atau tes potensi akademik.
Dari keenam tujuan penilaian tersebut, tujuan untuk melihat tingkat penguasaan kompetensi, bimbingan, dan diagnostik merupakan peranan utama dalam penilaian. Sesuai dengan tujuan tersebut, penilaian menuntut guru agar secara langsung mampu melaksanakan penilaian dalam keseluruhan proses pembelajaran. Untuk menilai sejauh mana peserta didik telah menguasai beragam kompetensi , tentu saja berbagai jenis penilaian perlu diberikan sesuai dengan kompetensi yang akan dinilai, sepperti unjuk kerja/kinerja (performance), penugasan/proyek, hasil karya/produk, kumpulan hasil kerja peserta didik/portofolio, dan penilaian tertulis.
Jadi, tujuan penilaian adalah untuk memberikan masukan informasi secara komprehensif tentang hasil belajar peserta didik, baik dilihat ketika saat kegiatan pembeljaran berlangsung maupun dilihat dari hasil akhirnya, dengan menggunakan berbagai cara penilaian sesuai dengan kompetensi yang diharapkan dapat dicapai peserta didik.
E. Prinsip-prinsip Penilaian
Menurut Jihad (2008: 63) Sistem penilaian dalam pembelajaran, baik pada penilaian berkelanjutan maupun penilaian akhir, hendaknya dikembangkan berdasarkan sejumlah pinsip sebagai berikut:
1. Menyeluruh
Penguasaan kompetensi/kemampuan dalam mata pelajaran hendaknya menyeluruh, baik menyangkut standar kompetensi, kemampuan dasar serta keseluruhan indikator ketercapaian, baik menyangkut domain kognitif (pengetahuan), afektif (sikap, perilaku, dan nilai), serta psikomotor (keterampilan), maupun menyangkut evaluasi proses dan hasil belajar.
2. Berkelanjutan
Penilaian dilakukan secara berkelanjutan ( direncanakan dan dilakukan terus menerus) guru mendapatkan gambaran yang utuh mengenai perkembangan hasil belajar peserta didik sebagai dampak langsung (dampak instruksional/pembelajaran) maupun dampak tidak langsung (dampak pengiring/nurturan effect) dari proses pembelajaran.
3. Berorientasi pada indikator ketercapaian
Sistem penilaian dalam pembelajaran harus mengacu pada indikator ketercapaian yang sudah ditetapkan berdasarkan kemampuan dasar/kemampuan minimal dan standar kompetensinya.
4. Sesuai dengan pengalaman belajar
Sistem penilaian dalam pembelajaran harus disesuaikan dengan pengalaman belajarnya.
Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapai hasil belajar peserta didik. (PP RI No 19 tahun 2005, pasal 1 ayat 17). Dalam penilaian kriteria penilaian hendaknya memenuhi kriteria:
1. Validitas
Validitas berarti menilai apa yang seharusnya dinilai dan alat penilaian yang digunakan sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai dan isinya mencakup semua kompetensi yang terwakili secra proposional.
2. Reliabelitas
Reliabelitas berkaitan dengan konsistensi (keajegan) hasil penilaian. Penilaian yang reliable (ajeg/dapat dipercaya) memungkinkan perbandingan yang reliabel dan menjamin konsistensi. Misal, guru menilai dengan proyek, penilaian akan reliabel jika hasil yang diperoleh itu cenderung sama bila proyek itu dilakukan lagi dengan kondisi yang relatif sama.
3. Terfokus pada kompetensi
Penilaian harus terfokus pada pencapaian kompetensi (rangkaian kemampuan), bukan pada penguasaan materi (pengetahuan). Kompetensi-kompetensi itu diukur dengan membandingkan kemampuan peserta didik sebelum dan sesudah pembelajaran/pelathan. Kemampuan mengembangkan kepakaan rasa untuk mendeteksi, mensikapi suatu kondisi tertentu dengan kemampuan merespon yang berkembang semakin baik dari waktu ke waktu. Dalam hal-hal teetentu seperti kompetensi menggunakan alat peraga atau alat praktek pada kekhususan tertentu pada suatu eksperimen harus dapat mengembangkan kemampuan-kemampuan dalam ketaatan mengikuti prosedur penggunaan alat, larangan atau suruhan yang ahrus ditaati saat mengoperasikan peralatan untuk bereksperimen serta aturan-aturan lain yang menyertainya.
4. Keseluruhan/komprehensif
Penilaian harus menyeluruh dengan menggunakan beragam cara dan alat untuk menilai beragam kompetensi atau kemampuan peserta didik dalam mengembangkan sikap yang tergamabar dalam kompetensi lulusan, sehingga tergamabar profil kemampuan peserta didik. Aspek kreativitas peserta didik, seperti mengembangkan alternative pengukuran dengan alat-alat lainya temasuk kriteria penilaian.
5. Objektivitas
Penilaian harus dilaksanakan secara obyektif dan adil. Pemahaman penilaian harus adil. Maksud adil disini adalah adil terhadap semua peserta didik tanpa membedakan latar belakang sosial ekonomi, budaya, dan gender (jenis kelamin). Disamping itu harus adil, juga menyesuaikan dengan karakterstik kekhususan, jenjang dan usia peserta didik.
6. Mendidik
Penilain dilakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran bagi guru dan meningkatkan kualitas belajar bagi peserta didik khususnya mendidik peserta didik berpikir, berbuat dan berperilaku ilmiah. Disamping itu, penilaian harus memberikan sumbangan positif terhadap pencapaian belajar peserta didik, atinya hasil penilaian harus dapat dirasakan sebagai penghargaan bagi peserta didik yang berhasil atau sebagai pemberian motivasi bagi peserta didik yang kurang/belum berhasil.
F. Teknik Penilaian
Teknik penilaian terdiri atas dua yaitu tes dan non tes
1. Tes
Jenis teknik penilaian tes terdiri dari tertulis dan lisan.
a. Tertulis
1) Objektif
Tes objektif adalah tes yang memilki jawaban pendek.
Tes objektif terbagi atas :
Benar –Salah (True-False) (B-S)
Menjodohkan (matching)
Tes isian singkat
Isian rumpang (fll in)
Pilhan ganda
Kelebihan tes objektif:
Mudah mengoreksi
Pengoreksiannya bisa dialihkan kepada orang lain.
Bisa mengukur kemampuan peserta didik pada materi yang bervariaci
Kekurangan tes objektif:
a. Membuat soal susah/sukar b. Tes objektif hanya bisa mengukur hapalan peserta didik c. Peserta didik bisa berspekulasi d. Dalam menjawab sola peserta didik bisa bekerja sama
2) Essay
Tes essay adalah jenis tes tertulis yang memerlukan jawaban sampai ke analisis peserta didik diawali dengan kata tanya.
Tes essay tergi dua, diantaranya:
ü Essay terbuka
Pertanyaan yang tidak membatasi jawaban peserta didik. Contoh: Menurut pendapat saudaara kenapa tugas itu diselesaikan?
ü Essay tertutup
Pertanyaan langsung membatasi jawaban peserta didik
Contoh: jelaskan tiga ciri-ciri makhluk hidup?
Kelebihan tes essay, diantaranya:
a) Membuatnya murah, mudah, dan cepat
b) Bisa mengukur kemampuan analisis peserta didik lebih dalam
c) Peserta didik tidak bisa bekerja sama
d) Soal essay lebih mudah guru mengetahui tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi
Kelemahan tes essay, diantaranya:
a) Soal essay lebih sukar mengoreksi
b) Soal tidak bisa dialihkan mengoreksi kepada orang lain
c) Materi yang diujikan bersifat komprehensif.
d) Tes essay bisa berdampak subjektif guru terhadap peserta didik.
b. Lisan
2. Non tes
Penilaian non tes dapat dilakukan dengan menggunakan:
a. Lembaran observasi
b. Lembaran wawancara
c. Lembaran cheklist
d. Lembaran jurnal
e. Lembaran portofolio
G. Aspek yang Dinilai
Sesuai dengan kemampuan dasar yang ingin dicapai , maka pengujian harus mencakup:
1. Proses belajar, yaitu seluruh pengalaman yang dilakukan peserta didik.
2. Hasil belajar, yaitu ketercapaian setiap kemampuan dasar , baik kognitif, afektif, maupun psikomotor, yang diperoleh peserta didik selama mengikuti kegiatan pembelajaran tertentu.
Domain kognitif (pengetahuan atau yang mencakup kecerdasan bahasa dan kecerdasan logika-matematika).
Domain afektif ( sikap dan nilai atau yang mmnencakup kecerdasan antarpribadi dan kecerdasan intra pribadi, dengan kata lain kecerdasan emosional).
Domain psikomotor (keterampilan yang mencakup kecerdasan kinestetik, kecerdasan visual-spasial, dan kecerdasan musikal).
H. Sepuluh langkah penilaian
Menurut Tenbrink (1974), bahwa penilaian meliputi 10 langkah. Berikut ini dikemukakan 10 langkah tersebut dikemukakan secara ringkas:
1. Buat Kesimpulan Sespesifik Mungkin dan Untuk Membuat Keputusan-Keputusan
Keputusan yang tepat tentu saja dibuat berdasarkan kesimpulan yang benar, dan kesimpulan dibuat berdasarkan data yang dikumpulkan yang sesuai dengan kebutuhan. Membuat kesimpulan, membuat keputusan dan mengumpulkan, maka inilah yang dikatakan proses penilaian.
2. Deskribsikan informasi yang dibutuhkan
Semakin tepat deskribsi data yang dibutuhkan semakin tepat pemilihan cara atau alat yang digunakan untuk mengumpulakan informasi tersebut, dan semakin tepat pula benar pula data tersebut.
3. Lihat Apakah Informasi Sudah ada yang Tersedia
informasi yang diperoleh secara rutin dapat pula digunakan dalam membuat keputusan-keputusan, dan mungkin saja informasi diperoleh dari kumpulan catatan dalam folder dapat digunakan guru untuk membuat kesimpulan dan kemudian keputusan-keputusan. Dengan demikian bila informasi sudah tersedia, dan dari jenis informasi yang dibutuhkan, dan mungkin saja tepat untuk digunakan.
4. Putuskan Bila dan Bagaimana Cara Mengumpulkan Informasi
Mengumpulkan informasi hendaknya dilakukan dengan cara yang benar dengan cara yang tepat, dan dalam kondisi yang benar. Oleh sebab itu, mungkin saja skedul pengumpulan data berubah untuk mengumpulkan data. Skedul hendaknya dinyatakan secara spesifik untuk bila dan bagaimana informasi akan diperoleh.
5. Bangun Atau Pilih Instrumen Pengumpul Data yang akan Digunakan
Pada guru kelas ada paling kurang empat data yang sudah tersedia. Data tersebut dapat berupa hasil ujian, hasil inquiry, hasil observasi, dan tugas-tugas project dari peserta didik. Walaupun demikian pemilihan/pembuatan atau penyusunan instrumen perlu dipertimbangkan. Banyak hal yang harus dipertimbangkan sebagai dasar pemilihan/ pembentukan instrument. Pertimbangan-pertimbangan antara lain adalah (1) kesesuaian dengan tujuan penilaian, (2) kesesuaian dengan kesimpulan yang akan dibuat, (3) Keseasuan dengan data yang dibutuhkan. dll. Dengna mempertimbangkan berbagai hal tersebut ditentikan teknik-teknik pengumpulan data seperti membuat ceklis, berbagai rating skale, yang semuanya digunakan untuk mengamatim atau untuk menguji.
6. Kumpulkan Informasi yang Dibutuhkan
Pada langkah pengumpulan data ini, dijelaskan aturan penggunaan setiap informasi dan teknik-teknik pengumpulan data. Dalam pelaksanaan pengumpulan informasi, yang penting dilakukan guru adalah memahami petunjuk-petunjuk yang tertulis pada format-format instrument yang dibuat pada langkah kelima.
7. Analisis dan Simpan Informasi
Setelah informasi terkumpul atau diperoleh, guru harus menganalisis informasi tersebut. Dari hasil menganalisis informasi dibuatlah kesimpulan-kesimpulan yang pada gilirannya dibuatlah keputusan.
8. Bentuk Kesimpulan-kesimpulan
Untuk membentuk kesimpulan dapat digunakan skor-skor tes, hasil-hasil pengamatan yang sudah dianalisis pada langkah ke7. Cara membentuk kesimpulan dapat dengan cra membanding-bandingkan kesimpulan yang bersifat estimasi, prediksi dapat dibuat.
9. Buat Keputusan
Membuat keputusan lebih komplek dari membuat kesimpulan. Karakteristik kesimpulan yang dibuat guru hendaknya memenuhi kriteria: Sederhana, Fleksibel, dan Objektif. Sederhana: maksudnya agar mudah melaksanakannya, tidak membutuhkan waktu yang banyak, dan mudah dipahami. Fleksibel masudnya adalah bermanfaat untuk keputusan-keputusan yang komplek, yang memuat beberapa alternative. Fleksibel masudnya adalah bermanfaat untuk keputusan-keputusan yang komplek, yang memuat beberapa alternative.
10. Laporan
I. Hubungan penilaian dengan pembelajaran
Penilaian yang diadakan guru bertujuan untuk mengetahui sejauh mana peserta didik telah belajar dan mencapai apa yang diinginkan guru untuk dipelajari peserta didik mereka. Sementara pembelajaran menjamin bahwa peserta didik mereka tersebut mempelajarinya. Untuk terjadinya hal ini, penilaian-penilaian, tujuan-tujuan belajar, dan strategi-strategi butuh untuk dirancang secara berhubungan/memenuhi satu sama lain sehingga ketiga komponen tersebut saling menguatkan satu sama lain.
Untuk menjamin ketiga kompenen tersebut, pembelajaran dirancang dengan mempertimbang sebagai berikut:
1. Apa yang diinginkan guru untuk diketahui oleh peserta didiknya, bagaimana setelah mereka selesai mempelajarinya?
2. Apa jenis penilaian , tugas yang akan diberi yang dapat mengetahui apakah peserta didik telah mencapai tujuan belajar yang telah dibuat.
3. Apa kegiatan dan hasil selesai belajar dan persiapan untuk penilaian yang semuanya disesuaikan dengan Strategi pembelajaran yang digunakan.
Jika kesalahan terjadi pada rancangan suatu penilaian, misalnya kesalahan pada tujuan belajar atau pemilihan strategi pembelajaran, maka akan dapat terjadi menurunkan motivasi peserta didik untuk belajar. Untuk hal ini dapat dipertimbangkan (1) tujuan peserta didik belajar menggunakan keterampilan-keterampilan menganalisis, namun penilaian mungkin hanya secara faktual saja. Akibatnya peserta didik yang memiliki tujuan untuk mempertajam keterampilan berpikir analisisnya dikecewakan, kerena tidak terjadi pengukuran apa yang telah mereka pelajari.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Istilah penilaian dalam bahasa Inggris terdapat dua kata yakni assesment dan evaluation. Arti dari kedua bahasa tersebut berbeda, perbedaan itu dapat kita kaji dalam bidang pendidikan.
a. assessment atau penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa, menjelaskan dan menafsirkan hasil pengukuran (kuantifikasi suatu objek, sifat, perlaku dan lain-lain), menggambarkan informasi tentang sejauh mana hasil belajar siswa atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) siswa.
b. evaluasi adalah adalah kegiatan atau upaya yang meliputi pengukuran dan penilaian yang direncanakan untuk mendukung tercapainya tujuan (program, produksi, prosedur). Untuk selanjutnya hasil dari kegiatan atau upaya tersebut digunakan sebagai bahan pengambilan keputusan atas objek yang dievaluasi.
2. Persamaan dan perbedaan asesmen dan evaluasi
Antara asesmen dan evaluasi memiliki persamaan yaitu keduanya mempunyai pengertian untuk membuat keputusan dan menilai suatu objek. Dan alat yang digunakan untuk mengumpulkan informasi pada keduannya dapat berupa tes.
Perbedaan asesmen dengan evaluasi
No
Assesmen
Evaluasi
1
Lebih menekankan pada penilaian proses
Lebih menekankan pada hasil belajar.
2
Berpihak kepada kepentingan peserta didik
Lebih berpihak kepada kepentingan evaluator
3
penilaian dalam scope yang lebih sempit (lebih mikro)
Evaluasi pendidikan lebih bersifat makro, meluas, dan menyeluruh.
4
subyek untuk asesmen hanya peserta didik
Ruang lingkup evaluasi yang lebih luas ditunjukkan dengan cakupannya yang meliputi isi atau substansi, proses pelaksanaan program pendidikan, kompetensi lulusan, pengadaan dan pemingkatan tenaga kependidikan, manajemen pendidikan, sarana dan prasarana, dan pembiayaan
3. Fungsi penilaian
Menurut Nana Sudjana ( dalam Jihad, 2008: 56) fungsi penilaian sebagai: (a) alat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan instruksional; (b) umpan balik bagi perbaikan proses pembelajaran; (c) dasar dalam menyusun laporan kemajuan peserta didik kepada orangtuanya.
Selain itu fungsi penilaian dibedakan dibedakan menjadi dua yakni fungsi hasil belajar dan fungsi evaluasi program pengajaran.
4. Tujuan penilaian
Penilaian memiliki tujuan yang sangat penting dalam pembelajaran, diantaranya untuk grading, seleksi, mengetahui tingkat penguasaan kompetensi, bimbingan diagnosis, dan prediksi.
5. Prinsip- prinsip Penilaian
Menurut Jihad (2008: 63) prinsip penilaian diantaranya menyeluruh, berkelanjutan, berorientasi pada indikatot ketercapaian, sesuai dengan pengalam belajar.
Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapai hasil belajar peserta didik. (PP RI No 19 tahun 2005, pasal 1 ayat 17). Dalam penilaian kriteria penilaian hendaknya memenuhi kriteria: validitas, reliabelitas, terfokus pada kompetensi, keseluruhan/komprehensif, objektivitas, dan mendidik.
6. Teknik penilaian terdiri dari tes dan non tes.
7. Sesuai dengan kemampuan dasar yang ingin dicapai , maka pengujian harus mencakup: proses belajar dan hasil belajar.
8. Menurut Tenbrink (1974), bahwa penilaian memiliki 10 langkah.
9. Penilaian yang diadakan guru bertujuan untuk mengetahui sejauh mana peserta didik telah belajar dan mencapai apa yang diinginkan guru untuk dipelajari peserta didik mereka. Sementara pembelajaran menjamin bahwa peserta didik mereka tersebut mempelajarinya. Untuk terjadinya hal ini, penilaian-penilaian, tujuan-tujuan belajar, dan strategi-strategi butuh untuk dirancang secara berhubungan/memenuhi satu sama lain sehingga ketiga komponen tersebut saling menguatkan satu sama lain.
B. Saran
Dengan mengetahui kegiatan penilaian diharapkan bisa membantu memberikan pengetahuan kepada guru agar bisa memahami cara mendiagnosa kelebihan dan kelemahan peserta didik termasuk metode yang digunakan apakah sudah tepat atau belum lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Kusuma, Wijaya (2009). Penilaian Siswa. Artikel Pendidikan
Mardapi, Dj. dan Ghofur, A, (2004). Pedoman Umum Pengembangan Penilaian; Kurikulum Berbasis Kompetensi SD. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Umum.
Nana Sudjana. 2006. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya
Nana Sudjana, R. Ibrahim. 2000. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru.
Rasyid, Harun dan Mansur, (2007). Penilaian Hasil Belajar. Bandung : PT. Wacana Prima
Zainul, A. & Nasoetion, N. 1993. Penilaian Hasil Belajar, Depdikbud:Pusat Antar Universitas.
TPA Keterampilan Teknikal. Psikotes jenis ini bertujuan untuk mengukuran keterampulan analisis kuantitatif atau logika terapan pada kasus-kasus yang bersifat umum.
Daftar isi
TPA Kemampuan Teknikal
Kemampuan Teknikal Paket I
Latihan psikotes kemampuan teknikal bertujuan untuk mengukur dan mengevaluasi kemampuan kuantitatif dan logika analisis dalam bidang teknik secara umum.
Question
Your answer:
Correct answer:
You got {{SCORE_CORRECT}} out of {{SCORE_TOTAL}}
Your Answers
Pembahasan
Soal 1
Suatu perlombaan lari diadakan dengan dua kali perhentian. Jarak tempuh antara start sampai perhentian A adalah 2 km, antara perhentian A sampai dengan perhentian B adalah 7,5 km, dan antara perhentian B sampai dengan finish adalah 1,5 km. Berapa kilo meterkah total jarak tempuh pada perlombaan lari tersebut?
a. 10 km b. 11 km c. 12 km d. 13 km
Pembahasan
Berdasarkan informasi soal terdapat 3 jarak yakni Start ke A = 2 km, A ke B = 7,5 m dan B ke Finish = 1,5 km. Jadi total jarak adalah
x = 2 km + 7,5 km + 1,5 km = 11 km
Soal 2
Seorang pedagang air memindahkan 900 liter air dari 1 bak ke dalam drum. Setelah dihitung-hitung ternyata sisa air tinggal 870 liter. Ternyata ketika memindahkan air menggunakan ember masing-masing berkurang 3 liter. Berapa ember yang digunakan untuk memindahkan air tersebut ?
a. 8 ember b. 9 ember c. 10 ember d. 11 ember
Pembahasan
Berdasarkan informasi dari 900 Liter air steelah dipindahkan ke drum tersisa 870 Liter, dengan demikian total air yang dipidahkan hanya 30 liter
Total Air = 900 L – 870 L = 30 L
Jika dipindahkan dengan ember berukuran 3 liter maka dibutuhkan
x = 30 L / 3 L = 10
Soal 3
Jika Burhan telah mengerjakan soal sejak pukul 08.30 hingga pukul 12.00 sebanyak 20 soal maka rata-rata soal yang dikerjakan Burhan setiap setengah jam adalah :
a. 2,0 b. 2,5 c. 3,0 d. 3,3
Pembahasan
Lama Waktu burhan Mengerjakan soal adalah :
t = 12.00 – 8.30 = 3.30
Jadi lama waktu burhan mengerjakan 20 soal adalah 3.30 menit. Karena yang ditanyakan adalah setiap 30 menit, maka kita bagi saja 3.30 menit ke dalam satu kelompok 30 menitan, artinya adalah 10 kelompok.
Maka rereta soal yang dikerjakan adalah
Rerata \ soal = \frac{20}{10}=2
Soal 4
Diketahui suatu bangunan berbentuk balok, dengan volume 162 m kubik. Sisi panjangnya adalah 6 m sisi pendeknya 3 m. Hitunglah berapa cm sisi tingginya?
a. 600 cm b. 700 cm c. 800 cm d. 900 cm
Pembahasan
V=p.l.t
t=\frac{V}{p.l}=\frac{162}{6.3}=\frac{81}{3.3}=9 \ m
Soal 5
Seekor kancil dapat berlari dengan kecepatan 80 km per jam. Berapa menit yang diperlukan kancil untuk menempuh jarak 8 km ?
a. 9 menit b. 8 menit c. 7 menit d. 6 menit
Pembahasan
v=\frac{s}{t}
t =\frac{s}{v}=\frac{8 \ km}{80 \ km/jam} = 0,1 \ jam
Jika 1 jam adalah 60 menit, maka 0,1 jam adalah 6 menit.
Soal 6
Jika cuaca berkabut, sebuah mobil berjalan dengan kecepatan 30 km per jam. Jika cuaca baik kecepatan rata-rata mobil tersebut 60 km per jam. Berapa lama ia menempuh jalan yang panjangnya 210 km jika 2/7 (dua per tujuh) dari perjalanan itu bercuaca buruk berkabut?
a. 3,5 jam b. 5,0 jam c. 4,5 jam d. 4,0 jam
Soal 7
Luas area parkir 176 m2, luas rata-rata untuk mobil sedan 4 m2 dan bis 20 m2. Kapasitas maksimum hanya 20 kendaraan, biaya parkir untuk mobil Rp. 1000 satu kali parkir dan untuk bis Rp. 2000 satu kali parkir. Jika dalam satu jam tidak ada kendaraan yang pergi dan datang, maka hasil maksimum tempat parkir itu adalah…
a. Rp. 300.000 b. Rp. 260.000 c. Rp. 440.000 d. Rp. 340.000
Soal 8
Sepotong kayu panjangnya 40 meter dipotong menjadi 2 bagian dimana yang satu panjangnya 2/3 dari lainnya. Berapa panjang bagian yang terpendek ?
a. 16 m b. 18 m c. 22 m d. 24 m
Soal 9
Di permukaan laut, air mendidih pada suhu 100 derajat Celcius jika tekanan udara normal. Jika tekanan udara kurang dari normal, maka air mendidih pada suhu yang lebih rendah dari 100 derajat Celcius. Di daerah-daerah yang letaknya lebih tinggi dari permukaan laut, tekanan udara sering kali lebih rendah daripada tekanan normal. Di daerah ini akan :
a. Selalu mendidih pada suhu 100 derajat Celcius b. Selalu mendidih pada suhu di atas 100 derajat Celcius c. Sering mendidih pada suhu di bawah 100 derajat Celcius d. Tidak pernah mendidih pada suhu 100 derajat Celcius
Soal 10
Johan naik mobil berangkat pukul 07.00 dari kota A ke kota B dengan kecepatan rata-rata 60 km/jam. Hasan naik motor berangkat pukul 07.00 dari kota B ke kota A dengan kecepatan rata-rata 40 km/jam. Jika jarak kota A dan B = 350 km, Maka Johan dan Hasan akan bertemu pada pukul …