Blog

  • Teori Belajar Humanistik

    Teori Humanistik

    Teori pendidikan adalah suatu pandangan pendidikan yang diidealkan yang disajikan dalam bentuk sebuah sistem konsep dan dalil. Ada juga yang mengatakan teori pendidikan adalah serangkaian konsep, definisi, asumsi dan proposisi tentang cara merubah sikap dan tingkah laku seseorang dalam rangka mewujudkan manusia yang adil dan beradab.

    Teori Humanistik lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia.Psikolog humanistik mencoba untuk melihat kehidupan manusia sebagaimana manusia melihat kehidupan mereka.Mereka berfokus pada kemampuan manusia untuk berfikir secara sadar dan rasional untuk dalam mengendalikan hasrat biologisnya, serta dalam meraih potensi maksimal mereka.Dalam pandangan humanistik, manusia bertanggung jawab terhadap hidup dan perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap dan perilaku mereka.

    Menurut para tokoh aliran ini penyusunan dan pemilihan materi pelajaran harus sesuai dengan perasaan dan perhatian siswa.Tujuan utama pendidik adalah membantu siswa mengembangkan dirinya, yaitu membantu individu untuk mengenal dirinya sendiri sebagai manusia secara utuh dan membantu mengembangkan potensi dan keterampilan mereka.

    Para ahli humanistik melihat adanya dua bagian pada proses belajar yaitu proses memperoleh informasi baru dan internalisasi informasi ini pada individu. Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.Pengertian humanistik yang beragam membuat batasan-batasan aplikasinya dalam dunia pendidikan mengundang berbagai macam arti pula.

    Selain teori belajar behavioristik dan toeri kognitif, teori belajar humanistik juga penting untik dipahami.Menurut teori humanistik, proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri.Oleh sebab itu, teori belajar humanistik sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati bidang kajian filsafat, teori kepribadian, dan psikoterapi, dari pada bidang kajian kajian psikologi belajar. Teori humanistik sangat mementingkan si yang dipelajari dari pada proses belajar itu sendiri. Teori belajar ini lebih banyak berbicara tentang konsep-konsep pendidikan untuk membentuk manusia yang dicita-citakan, serta tentang proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada penertian belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada pemahaman tentang proses belajar sebagaimana apa adanya, seperti yang selama ini dikaji oleh teori-teori belajar lainnya.

    Dalam pelaksanaannya, teori humanistik ini antara lain tampak juga dalam pendekatan belajar yang dikemukakan oleh Ausubel. Pandangannya tentang belajar bermakna atau “Meaningful learning” yang juga tergolong dalam aliran kognitif ini, mengatakan bahwa belajar merupakanasmilasi bermakna.Materi yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Faktor motivasi dan pengalaman emosional sangat penting dalam peristiwa belajar, sebab tanpa motivasi dan keinginan dari pihak si pelajar, maka tidak akan terjadi asimilasi pengetahuan baru ke dalam strujtur konitif yang telah dimilikinya. Teori humanstik berpendapat bahwa belajar apapu dapat dimanfaatkan, asal tujuannya untuk memanusiakan manusia yaitu mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi diri orang yang belajar secara optimal.

    Pemahamanan terhadap belajar yang diidealkan menjadikan teori humanistik dapat memanfaatkan teori belajar apapun asal tujuannya untuk memanusiakan manusia.Hal ini menjadikan teori humanistik bersifat elektik. Tidak dapat disangkal lagi bahwa setiap pendirian atau pendekatan belajar tertentu, akan ada kebaikan dan ada pula kelemahannya. Dalam arti ini elektisisme bukanlah suatu sistem dengan membiarkan unsur-unsur tersebut dalam keadaan sebagaimana adanya atau aslinya. Teori humanistik akan memanfaatkan teori-teori apapun, asal tujuannya tercapai, yatu memanusiakan manusia.

    Manusia adalah makhluk yang kompleks.Banyak ahli di dalam menyusun teorinya hanya terpaku pada aspek tertentu yang sedang menjadi pusat perhatiannya.Dengan pertimbangan-pertimbangantertentu setiap ahli melakukan penelitiannya dari sudut pandangnya masing-masing dan menganggap bahwa keterangannya tentang bagaimana manusia itu belajar adalah sebagai keterangan yang paling memadai. Maka akan terdapat berbagai teori tentang belajar sesuai dengan pandangan masong-masing.

    Dari penalaran di atas ternyata bahwa perbedaan antara pandangan yang satu dengan pandangan yang lain sering kali hanya timbul karena perbedaan sudut pandangan semata, atau kadang-kadang hanya perbedaan aksentuasi. Jadi keterangan atau pandangan yang berbeda-beda itu hanyalah keterangan mengenai hal yang satu dan sama dipandang dari sudut yang berlainan. Dengan demikian teori humanistik dengan pandangannyadengan pandangannya elektik yaitu dengan cara memanfaatkan atau merangkumkan berbagai teori belajar dengan tujuan untuk memanusiakan manusia bukan saja mungkin untuk dilakukan, tetapi justru harus dilakukan.

    Banyak tokoh penganut aliran humanistik, diantaranya adalah Kolb yang terkenal dengan “Belajar Empat Tahap”nya, honey dan Mumford dengan pembagian tentang macam-macam siswa, Hubemas dengan “Tiga macam tipe belajar”nya, serta Bloom dan Krathwohl yang terkenal dengan “Taksonomi Bloom”nya.

    Tokoh-tokoh Teori Humanistik

    Ø  Historis Teori Humanistik

    Aliran Humanistik muncul sekitar tahun 1960-1972.Kemudian muncul bebrapa perubahan dan inovasi baru sampai dekade terakhir. Adapun tokoh – tokoh yang mempelopori psikologi humanistik yang digunakan sebagai teori belajar humanisme sebagai berikut :

    Abraham Maslow

         Maslow percaya bahwa manusia bergerak untuk memahami dan menerima dirinya sebisa mungkin. Teorinya yang paling di kenal adalah teori tentang Hierarchy of Needs ( Hirarki kebutuhan ). Dia mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarkis. Pada diri orang memiliki rasa takut yang dapat membahayakan apa yang sudah ia miliki dan sebagainya, tetapi di sisi lain memiliki dorongan untuk lebih maju ke arah keutuhan. Manusia juga bermotivasi untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan hidupnya.Kebutuhan – kebutuhan tersebut memiliki tingkatan mulai dari yang rendah sampai yang tinggi. 

    Carl Rogers, adalah seorang psikolog humanistik yang menekankan perlunya sikap saling menghargai dan tanpa prasangka dalam membantu mengatasi masalah–masalah kehidupannya. Menurutnya hal yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran yaitu : Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar.Siswa tidak harus belajar tentang hal – hal yang tidak ada artinya. Siswa akan mempelajari hal – hal yang bermakna bagi dirinya. Pengorganisasian bahan pelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa. Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bahan yang bermakna bagi siswa. Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses.

    Dari bukunya Freedom to learn, ia menunjukan sejumlah prinsip – prinsip yang terpenting adalah :

    Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid mempunyai relevansi dengan maksud – maksud tersendiri. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya sendiri di anggap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.Belajar yang bermakna di peroleh siswa dengan melakukanya. Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut bertanggung jawab terhadap proses belajar itu.  Bagaimana proses belajar dapat terjadi menurut teori belajar humanisme? Orang balajar karena ingin mengetahui dunianya. Individu memilih sesuatu untuk dipelajari, mengusahakan proses belajar dengan caranya sendiri, dan menilainya sendiri tentang apakah proses belajarnya berhasil. 

    Ø  Bloom dan Krathwohl

    Dalam hal ini, Bloom dan Krathwohl menunjukkan apa yang mungkin dikuasai (dipelajari) oleh siswa, yang tercakup dalam tiga kawasan berikut.

    Kognitif, terdiri dari enam tingkatan, yaitu:

    1.      Pengetahuan (mengingat, menghafal);

    2.      Pemahaman (menginterpretasikan);

    3.      Aplikasi (menggunakan konsep untuk memecahkan suatu masalah);

    4.      Analisis  (menjabarkan suatu konsep);

    5.      Sintesis (menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep utuh);

    6.      Evaluasi (membandingkan ide, nilai, metode, dsb).

    Psikomotor, terdiri dari lima tingkatan, yaitu:

    1.      Peniruan (menirukan gerak);

    2.      Penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerak);

    3.      Ketepatan (melakukan gerak dengan benar);

    4.      Perangkaian (melakukan beberapa gerakan sekaligus dengan benar);

    5.      Naturalisasi (melakukan gerak secara wajar).

    Afektif, terdiri dari lima tingkatan, yaitu:

    1.      Pengenalan (ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu);

    2.      Merespon (aktif berpartisipasi);

    3.      Penghargaan (menerima nilai-nilai, setia kepada nilai-nilai tertentu);

    4.      Pengorganisasian (menghubung – hubungkan nilai-nilai yang dipercayai);

    5.      Pengalaman  (menjadikan nilai-nilai sebagai bagian dari pola hidup). 

    Sementara itu, Kolb membagi tahapan belajar menjadi empat tahap, yaitu:

    a.              Pengalaman konkret; Pada tahap ini seorang siswa hanya mampu sekedar ikut mengalami suatu kejadian.Dia belum mempunyai kesadaran tentang hakikat kejadian tersebut.Dia pun belum mengerti bagaimana dan mengapa suatu kejadian harus terjadi seperti itu.

    b.              Pengalaman aktif dan reflektif; Siswa lambat laun mampu mengadakan observasi aktif terhadap kejadian itu, serta mulai berusaha memikirkan dan memahaminya.

    c.              Konseptualisasi; Siswa mulai belajar untuk membuat abstraksi atau “teori” tentang sesuatu hal yang pernah diamatinya. Pada tahap ini siswa diharapkan sudah mampu untuk membuat aturan-aturan umum ( generalisasi ) dari berbagai contoh kejadian yang meskipun tampak berbeda-beda, tetapi mempunyai landasan aturan yang sama.

    d.             Eksperimentasi aktif Siswa sudah mampu mengaplikasikan suatu aturan umum ke situasi yang baru. Dalam dunia matematika misalnya, siswa tidak hanya memahami “ asal-usul” sebuah rumus, tetapi ia juga mampu memakai rumus tersebut untuk memecahkan suatu masalah yang belum pernah ia temui sebelumnya.

    Ø  Pandangan Honey Dan Mumford Terhadap Belajar

    Tokoh teori humanistik lainnya adalah Honey dan Mumford.Pandangannya tentang belajar diilhami oleh pandangan kolb mengenai tahap-tahap di atas. Honey dan Mumford menggolong-golongkan orang yang belajar ke dalam empat macam atau golongan, yaitu kelompok aktivis, golongan reflektor, kelompok teoritis dan golongan pragmatis. Masing-masing kelompok memiliki karakteristik yang berbeda dengan kelompok lainnya. Karakteristik tang dimaksud adalah :

    a.              Kelompok aktivis

    Orang-orang yang termasuk ke dalam kelompok aktivis adalah mereka yang senang melibatkan diri dan berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan dengan tujuan untuk memperoleh pengalaman-pengalaman baru. Orang-orang tipe ini mudah diajak berdialog, memiliki pikiran terbuka, menghargai pendapat orang lain, dan mudah percaya pada orang lain.

     Namun dalam melakukan suatu tindakan sering kali kurang pertimbangan secara matang, dan lebih banyak didorong oleh kesenangannya untukmelibatkan diri. Dalam kegiatan belajar, orang-orang demikian senang pada hal-hal yang sfatnya penemuan-penemuanbaru, seperti pemikiran baru, pengalaman barru dan sebagainya, sehingga metode yang cocok adalah problem solving, barinstorming. Namun mereka akan cepat bosan dengan kegiatan-kegiatan yang implementasinya memakan waktu lama.

    b.         Kelompok reflector

    Mereka yang termasuk dalam kelompok reflektor mempunyai kecenderungan yang berlawanan dengan mereka yang termasuk kelompok aktivis.Dalam dalam melakukan suatu tindakan, orang-orang tipe rflektor sangant berhati-hati dan penuh pertimbangan.Pertimbangan-pertimbangan baik-buruk dan untung-rugi, selalu memperhitungkan dengan cermat dalam memutuskan sesuatu.Orang orang demikian tidak mudah dipengaruhi, sehingga mereka cenderung bersifat konservatif.

    c.         Kelompok teoritis

    Lain halnya dengan orang-orang tipe teoritis, merreka memiliki kecenderugan yang sangat keritis, suka menganalisis, selalu berfikir rasional dengan menggunakan penalarannya. Segala sesuatu sering dikembalikan kepada teori dan konsep-konsep atau hukum-hukum.Mereka tidak menyukai pendapat atau penilaian yang sifatnya subjektif.Dalam melakukan atau memutuskan sesuatu, kelompok teoritis penuh dengan pertimbangan, sangat skeptis da tidak menyukai hal-hal yang bersifat spekulatif. Mereka tampak lebih tegas dan mempunyai pendirian yang kuat, sehingga tidak mudah terpengaruh oleh pendapat orang lain.

    d.         Kelompok pragmatis

    Berbeda dengan orang-orang tipe prangmatis, mereka memiliki sifat-sifat praktis, tda suka berpanjang lebardengan teori-teori, konsep-konsep, dalil-dalil, dan sebagainya.Bagi mereka yang penting adalah aspek-aspek praktis, sesuatu yang nyata dan dapat dilaksanakan.Sesuatu hanya bermanfaat jika dapat dipraktekkan.Teori, konsep, dalil, memang penting, tetapi jika itu semua tidak dapat dipraktekkan maka teori, konsep, dalil, dan lain-lain itu tidak ada gunanya.Bagi mereka, sesuatu lebih baik dan berguna jika dapat dipraktekkan dan bermanfaat bagi kehidupan manusia.

    3.      Ciri-ciri dan Prinsip dalam Teori Humanistik

    Berdasarkan teori Kolb ini, Honey dan Mumford menggolongkan siswa menjadi empat tipe, yakni:

    1.         Aktivis; Ciri dari siswa ini adalah suka melibatkan diri pada pengalaman-pengalaman baru dan cenderung berpikiran terbuka serta mudah diajak berdialog. Namun, siswa seperti ini biasanya kurang skeptis terhadap sesuatu. Dalam belajar mereka menyukai metode yang mampu mendorong seseorang menemukan hal-hal baru, seperti brainstorming atau problem solving .Akan tetapi mereka cepat merasa bosan dengan hal-hal yang perlu waktu lama dalam implementasi.

    2.         Reflektor; Siswa tipe ini cenderung sangat berhati-hati mengambil langkah sehingga dalam mengambil keputusan mereka lebih suka menimbang-nimbang secara cermat baik buruknya.

    3.          Teoris; Siswa tipe ini biasanya sangat kritis, senang menganalisis, dan tidak menyukai pendapat atau penilaian yang sifatnya subjektif.Berpikir rasional adalah sangat penting.Dan mereka cenderung sangat skeptis dan tidak suka hal-hal yang spekulatif.

    4.         Pragmatis; Siswa pada tipe ini menaruh perhatian besar pada aspek-aspek praktis dari segala hal. Bagi mereka teori memang penting, tapi tidak akan berguna jika tidak dipraktikkan.

    4.         Aplikasi Teori Humanistik Terhadap Pembelajaran Siswa

    Teori humanistik sering dikritik karena sukar diterapkan daam konteks yang lebih praktis.Teori ini diangagap lebih dekat dengan bidang filsafat, teori kepribadian dan psikoterapi dari pada bidang pendidikan, sehingga sukar menterjemahkannya ke dalam langkah-langkah yang lebih kongkret dan praktis.Namun karena sifatnya yang ideal, yaitu memanusiakan manusia, maka teori humanistik mampu memberikan arah terhadap semua komponen pembelajaran untuk mendukung tercapainya tujuan tersebut.

    Semua komponen pendidikan temasuk tujuan pendidikan diarahkan pada terbentuknya manusia yang ideal, manusia yang dicita-citakan, yaitu manusia yang mampu mencapai aktualisasi diri.Untuk itu, sangat perlu diperhatikan bagaimana perkembangan peserta didik dalam mengaktualisasi dirinya, pemahaman terhadap dirinya, serta realisasi diri.Pengalaman emosional dan karakteristik khusus individu dalam belajar perlu diperhatikan oleh guru dalam merencanakan pembelajaran. Karena seseorang akan dapat belajar dengan baik jika mempunyai pengertian tentang dirinya sendiri dan dapat membuat pilihan-pilihan secara bebas ke arah mana ia akan berkembang. Dengan demikian teori humanistik mampu menjelaskan bagaimana tujuan yang ideal tersebut dapat dicapai.

    Teori humanistik akan sangat membantu para pendidik dalam memahami arah belajar pada dimensi yang lebih luas, sehingga upaya pembelajaran apapun dan dalam konteks manapun akan selalu diarahkan dan dilakukan untuk mencapai tujuannya. Meskipun teori humanistik ini masih sukar diterjemahkan ke dalam langkah-langkah pembelajaran yang praktis dan operasional, namun sumbangan teori ni amat besar. Ide-ide, konsep-konsep, taksonomi-taksonomi tujuan yang telah dirumuskannya dapat membantu para pendidik dan guru untuk memahami hakekat kejiwaan manusia. Hal ini akan dapat membantu mereka dalam menentukan komponen-komponen pembelajaran seperti perumusan tujuan, penentuan materi, pemilihan strategi pembelajaran, serta pengembangan alat evaluasi, ke arah pembentukan manusia yang dicita-citakan tersebut.

    Kegiatan pembelajaran yang dirancang secara sistematis, tahap demi tahap secara ketat, sebagai mana tujuan-tujuan pembelajaran yang telah dinyatakan secara eksplisit dan dapat diukur, kondisi belajar yang dapat diatur dan ditentukan, serta pengalaman-pengalaman belajar yang dipilih untuk siswa, mungkin saja berguna bagi guru tetapi tidak berarti bagi siswa (Rogers dalam Snelbecker, 1974). Hal tersebut tidak sejalan dengan teori humanistik.Menurut teori ini, agr belajar bermakna bagi siswa, diperlukan insiatif dan keterlibatan penuh dari siswa sendiri. Maka siswa akan mengalami belajar eksperiensial (experiential learning).

    Dalam prakteknya teori humanistik ini cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir induktif, mementingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar. Oleh sebab itu, walaupun secara ekspilsit belum ada pedman baku tantang langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan humanistik, namun paling tidak langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan humanistik, namun paling tidak langkah-langkah pembelajaran yang dikemukakan oleh Suciati dan Prasetya Irawan (2001) dapat digumakan sebagi acuan. Langkah-langkah yang dimaksud adalah sebagi berikut :

    1. Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran.
    2. Menentukan materi pembelajaran.
    3. Mengidentifikasi kemampuan awal (entri behvior) siswa.
    4. Mengidentifikasi topik-topik pelajaran yang memungkinkan siswa secara aktif melibatkan diri atau mengalami dalam belajar.
    5. Merancang fasilitas belajar seperti lingkungan dan media pembelajaran.
    6. Membimbing siswa belajar secara aktif.
    7. Membimbing siswa untuk memahami hakikat makna dari pengalaman belajarnya.
    8. Membimbing siswa membuat konseptualisasi pengalaman belajarnya.
    9. Membimbing siswa dalam mengaplikasikan konsep-konsep baru ke situasi nyata.
    10. Mengevaluasi proses dan hasil belajar.

    Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran.

    Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri , mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif.Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar. Adapun proses yang umumnya dilalui adalah :

    1.         Merumuskan tujuan belajar yang jelas. Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas, jujur dan positif.         

    2.         Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas inisiatif sendiri.

    3.         Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara mandiri.

    4.         Siswa didorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya sendiri, melakukkan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dariperilaku yang ditunjukkan.

    5.         Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa, tidak menilai secara normatif tetapi mendorong siswa untuk bertanggungjawab atas segala resiko perbuatan atau proses belajarnya.

    6.         Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya.

    7.         Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa.

    Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk diterapkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial.Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin atau etika yang berlaku.

    Ø  Ciri-ciri guru yang baik dan kurang baik menurut Humanistik

    Guru yang baik menurut teori ini adalah : Guru yang memiliki rasa humor, adil, menarik, lebih demokratis, mampu berhubungan dengan siswa dengan mudah dan wajar. Ruang kelas lebih terbuka dan mampu menyesuaikan pada perubahan. Sedangkan guru  yang tidak efektif  adalah guru yang memiliki rasa humor yang rendah, mudah menjadi tidak sabar, suka melukai perasaan siswa dengan komentar yang menyakitkan, bertindak agak otoriter, dan kurang peka terhadap perubahan yang ada.

    Ø  Teori kurikulum humanistic

    Konsep dasar

    Kurikulum humanistik dikembangkan oleh ahli pendidikan humanistik. Kurikulum ini berdasarkan konsep aliran pendidikan pribadi yaitu oleh jhon dewey dan J.J Rousseau. Aliran ini lebih memberikan tempat utama kepada siswa.Mereka bertolak dari asumsi bahwa anak atau siswa adalah yang pertama dan utama dalam pendidikan.Ia adalah subjek yang menjadi pusat kegiatan pendidikan. Para pendidik humanis juga berpegang pada konsep gesalt, bahwa individu atau anak merupakan satu kesatuan yang menyeluruh.Pendidikan diarahkan kepada membina manusia yang utuh bukan saja segi fisik dan intelektual tetapi juga segi sosial dan afektif.

    Pendidikan humanistik menekankan peranan siswa.Pendidikan merupakan suatu upaya untuk menciptakan situasi yang permisif, rileks, akrab.Berkat situasi tersebut anak mengembangkan segala potensi yang dimilikinya.Pendidikan mereka lebih menekankan bagaimana mengajar siswa (mendorong siswa), dan bagaimana merasakan atau bersikap terhadap sesuatu.Tujuan pengajaran adalah memperluas kesadaran diri sendiri dan mengurangi kerenggangan dan keterasingan dari lingkungan. Aliran yang termasuk dalm pendidikan humanistik yaitu pendidikan: konfluen, kritikisme radikal, dan mistikisme modern.

    Pendidikan konfluen menekankan keutuhan pribadi, individu harus merespon secara utuh terhadap kesatuan yang menyeluruh dari lingkungan. Pendidikan kritikisme radikal bersumber dari aliran naturalisme atau romantisme rousseau. Mereka memandang pendidikan sebagai upaya untuk membantu anak menemukan dan mengembangkan sendiri segala potensi yang dimilikinya. Pendidikan mistikisme modern adalah aliran yang menekankan latihan dan pengebangkan kepekaan perasaan, kehalusan budi peerti, melalui sensitivity training, yoga, meditasi, dan sebagainya.

    Ø  Karakteristik kurikulum humanisik 

    Kurikulum humanistik memiliki beberapa karakteristik, berkenaan dengan tujuan, metode, organisasi isi, dan evaluasi. Menurut para humanis, kurikulum berfungsi menyediakan  pengalaman  berharga untuk membantu memperlancar perkembangan pribadi murid.

    Karekteristik humanistik menuntut hubungan emosional yang baik antara guru dan murid. Guru selain harus menciptakan hubungan yang hangat dengan urid, juga mampu menjadi sumber. Ia harus mampu memberikan materi yang menarik dan mampu menciptakan situasi yang memperlancar proses belajar. Sesuai prinsip yang dianut humanistik menekankan integrasi, yaitu kesatuan prilaku, bukan saja yang bersifat intelektual tetapi juga emosional dan tindakan.

  • Teori Belajar Konstruktivisme

    Belajar bukanlah hanya sekedar mengingat. Hasil belajar bagi siswa harus dapat menerapkan ilmu pengetahuan dan harus bisa memecahkan masalah di kehidupan sehari-hari mereka. Jadi kegiatan belajar yang selama ini mereka enyam akan bermanfaat untuk mereka bahkan orang lain. Menurut teori konstruktivisme setiap orang yang belajar sesungguhnya telah membangun pengetahuannya sendiri sehingga mereka bisa menjadi aktif dan terus meningkatkan diri dalam kondisi tertentu.

    Konstruktivisme Dalam Pembelajaran

    Teori konstruktivisme merupakan pembelajaran yang bersifat generatif yaitu melalui tindakan maka dapat menciptakan sebuah makna dari apa yang di pelajari. Dalam teori konstruktivisme, diharapkan siswa dapat menemukan suatu pemahaman mereka sendiri sesuai konsep dan prinsip yang telah diajarkan oleh guru. Salah satu konsep kunci dari teori belajar konstruktivisme adalah pembelajaran dengan pengaturan diri (self regulated learning) yaitu seseorang yang memiliki pengetahuan tentang strategi belajar efektif dan bagaimana serta kapan menggunakan pengetahuan itu (Nur dan Wika, 2000). Pendekatan yang lain dalam pengajaran dan pembelajaran yang juga berlandaskan pada teori konstruktivis adalah pengajaran dan pembelajaran kontekstual. Pengajaran dan pembelajaran kontekstual merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengkaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya.

    Beberapa tokoh dibalik teori konstruktivisme antara lain :

    a. Teori Piaget

    Dalam pandangan Piaget pengetahuan datang dari tindakan, jadi perkembangan kognitif sebagian besar bergantung kepada seberapa jauh anak aktif memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungannya. Pembelajaran menurut konstruktivis ini dilakukan dengan memusatkan perhatian kepada berfikir atau proses mental anak, tidak sekedar pada hasilnya dan mengutamakan peran siswa dalam kegiatan pembelajaran serta memaklumi adanya perbedaan individu dalam kemajuan perkembangan yang dapat dipegaruhi oleh perkembangan intelektual anak. Ada tiga aspek perkembangan intelektual yaitu  struktur, isi dan fungsi.

    b. Teori Vygotsky

    Pada teori ini lebih menekankan pada kinerja berfikir anak. Jadi, siswa diberikan bantuan di awal pembelajaran baik dengan teman sebaya maupun orang dewasa lalu mengurangi bantuan tersebut secara perlahan dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengambil tanggung jawab yang semakin besar setelah ia dapat memecahkan masalahnya sendiri. Pendekatan konstruktivisme dalam pengajaran menekankan pengajaran top down daripada bottom-up. Top down berarti bahwa siswa mulai dengan masalah kompleks untuk dipecahkan dan kemudian memecahkan atau menemukan (dengan bimbingan guru) keterampilan-keterampilan dasar yang diperlukan (Nur, 1998).

    HAKIKAT TEORI KONSTRUKTIVISME

    Hal terpenting dalam teori konstruktivisme adalah bahwa dalam proses pembelajaran, siswa  yang harus aktif  mengembangkan pengetahuan mereka, bukan pembelajar atau orang lain. Mereka yang harus bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya. Penekanan belajar siswa secara aktif ini perlu dikembangkan. Kreativitas dan keaktifan siswa akan membantu mereka untuk berdiri sendiri dalam kehidupan kognitif siswa sehingga belajar lebih diarahkan pada experimental learningHakekat dari teori konstruktivis adalah bahwa siswa harus menjadikan informasi itu miliknya sendiri (Nur dan Wika,2000). Beberapa hal yang mendapat perhatian pembelajaran konstruktivistik, yaitu:

    1.      Mengutamakan pembelajaran yang bersifat nyata dalam kontek  yang relevan.

    2.      Mengutamakan proses

    3.      Menanamkan pembelajran dalam konteks pengalaman social

    4.      Pembelajaran dilakukan dalam upaya mengkonstruksi pengalaman

    ASPEK-ASPEK PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISTIK

                Aspek-aspek konstruktivitik diantaranya adalah adaptasi (adaptation), konsep pada lingkungan (the concept of envieronmet), dan pembentukan makna (the construction of meaning). Dari ketiga aspek tersebut diadaptasi terhadap lingkungan  yang dilakukan melalui dua proses yaitu :

    1. Asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya.

    2. Akomodasi terjadi untuk membentuk skema baru yang cocok dengan rangsangan yang baru atau memodifikasi skema yang telah ada sehingga cocok dengan rangsangan itu.

    Scaffolding, berarti upaya pembelajar untuk membimbing siswa dalam upayanya mencapai keberhasilan. Dorongan guru sangat dibutuhkan agar pencapaian siswa ke jenjang yang lebih tinggi menjadi optimum.

    Pandangan-pandangan Konstruktivistik

    a.       Pandangan Konstruktivistik  tentang belajar dan pembelajaran

    b.      Pandangan Konstruktivistik  tentang penataan lingkungan belajar

    c.       Pandangan Konstruktivistik  tentang tujuan pembelajaran

    d.      Pandangan Konstruktivistik  tentang strategi pembelajaran

    e.       Pandangan Konstruktivistik  tentang evaluasi

    Rancangan Pembelajaran Konstruktivistik

    1.    Identifikasi awal terhadap gagasan yang mereka miliki terhadap lingkungannya disaring untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan akan  munculnya miskonsepsi yang menghinggapi struktur kognitif siswa. Identifikasi ini dilakukan dengan tes awal, interview.

    2.      Penyusunan program pembelajaran

    3.  Orientasi dan elicitasi, menciptakan situasi pembelajaran yang kondusif dan mengasyikkan

    4.  Refleksi, mengklarifikasi miskonsepsi berdasarkan tingkat kesalahan dan kekonsistenannya untuk memudahkan merestrukturisasikannya.

    5.    Resrtukturisasi ide, berupa tantangan, konflik kognitif dan diskusi kelas  dan membangun ulang kerangka konseptual.

    6.   Aplikasi, menyakinkan siswa akan manfaat untuk beralih konsepsi dari miskonsepsi menuju konsepsi ilmiah.

    7.  Review, dilakukan untuk meninjau keberhasilan strategi pembelajaran yang telah berlangsung dalam upaya mereduksi miskonsepsi yang muncul pada awal pembelajaran.

    8.      Revisi terhadap strategi pembelajaran dilakukan bila miskonsepsi yang muncul kembali. Hal ini penting dilakukan agar miskonsepsi tersebut tidak selamanya menghinggapi struktur kognitif, yang pada akhirnya akan bermuara pada kesulitan belajar dan rendahnya prestasi siswa bersangkutan.

    Enam keunggulan penggunaan pandangan konstruktivisme dalam pembelajaran di sekolah, yaitu:

    1.      Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan menggunakan bahasa siswa sendiri, berbagi gagasan dengan temannya, dan mendorong siswa memberikan penjelasan tentang gagasannya.

    2.      Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa agar siswa memperluas pengetahuan mereka tentang fenomena dan memiliki kesempatan untuk merangkai fenomena, sehingga siswa terdorong untuk membedakan dan memadukan gagasan tentang fenomena yang menantang siswa.

    3.      Pembelajaran konstruktivisme memberi siswa kesempatan untuk berpikir tentang pengalamannya. Ini dapat mendorong siswa berpikir kreatif, imajinatif, mendorong refleksi tentang model dan teori, mengenalkan gagasan-gagasanpada saat yang tepat.

    4.      Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru agar siswa terdorong untuk memperoleh kepercayaan diri dengan menggunakan berbagai konteks, baik yang telah dikenal maupun yang baru dan akhirnya memotivasi siswa untuk menggunakan berbagai strategi belajar.

    5.      Pembelajaran konstruktivisme mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan merka setelah menyadari kemajuan mereka serta memberi kesempatan siswa untuk mengidentifikasi perubahan gagasan mereka.

    6.      Pembelajaran konstruktivisme memberikan lingkungan belajar yang kondusif yang mendukung siswa mengungkapkan gagasan, saling menyimak, dan menghindari kesan selalu ada satu jawaban yang benar.

  • Teori Belajar Kognitivistik

    Pada dasarnya pendidikan merupakan suatu usaha sadar yang dilakukan dengan proses mendidik, yakni proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik agar mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dalam lingkungannya sehingga akan menimbulkan perubahan dalam dirinya, yang dilakukan dalam bentuk pembimbingan, pengajaran, dan atau pelatihan. Dimana setiap orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak. Jadi pendidikan merupakan kebutuhan pokok yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Dalam proses pendidikan, belajar merupakan salah satu bagian yang tak terpisahkan. Dimana belajar merupakan suatu proses perubahan perilaku dan pola pikir yang dialami oleh seseorang, misalnya dari sesuatu hal yang tidak bisa menjadi bisa,dari tidak tau menjadi tau. Selama proses belajar manusia pasti tak luput dari kesalahan. Untuk itu perlu adanya teori-teori belajar yang tepat yang diterapkan dalam proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran yang diinginkan bisa tercapai dengan maksimal.

    Teori – teori pembelajaran berpedoman pada prinsip-prinsip pembelajaran yang dihasilkan daripada kajian-kajian ahli psikologi pendidikan. Teori ini merupakan azas kepada para pendidik agar dapat memahami tentang cara pelajar belajar. Selain itu, dengan adanya pengetahuan yang menyeluruh tentang teori ini pendidik diharapkan agar dapat menghubungkan prinsip dan hukum pembelajaran dengan kaedah dan teknik yang akan digunakan.

    Berdasarkan pemaparan diatas, dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai “Teori Belajar Kognitif dalam Pembelajaran”. Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses belajar yang terjadi dalam akal pikiran manusia atau gagasan manusia bahwa bagian-bagian suatu situasi saling berhubungan dalam konteks situasi secara keseluruhan. Jadi belajar melibatkan proses berfikir yang kompleks dan mementingkan proses belajar.

    Teori Belajar Kognitif

    Salah satu teori belajar yang dikembangkan selama abad ke-20 adalah teori belajar kognitif, yaitu teori belajar yang melibatkan proses berfikir secara komplek dan mementingkan proses belajar. Menurut Drs. H. Baharuddin dan Esa Nur wahyuni (2007: 89) yang menyatakan” aliran kognitif memandang kegiatan belajar bukan sekedar stimulus da respons yang bersifat mekanistik, tetapi lebih dari itu, kegiatan belajar juga melibatkan kegiatan mental yang ada di dalam individu yang sedang belajar”. Kutipan tersebut di atas berarti bahwa belajar adalah sebuah proses mental yang aktif untuk mencapai, mengingat dan menggunakan perilaku, sehingga perilaku yang tampak pada manusia tidak dapat diukur dan diamati tanpa melibatkan proses mental seperti motivasi, kesengajaan, keyakinan dan lain sebagainya.

    Teori belajar kognitif menurut Drs. Bambang Warsita yang beranggapan bahwa” Belajar adalah pengorganisasian aspek-aspek kognitif dan persepsi untuk memperoleh pemahaman”. Maksudnya bahwa belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat dilihat sebagai tingkah laku. Dimana teori ini menekankan pada gagasan bahwa bagian-bagian suatu situasi saling berhubungan dalam kontek situasi secara keseluruhan.

    Seperti juga di ungkapkan oleh Winkel (1996:53) bahwa “Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif dan berbekas.” (http://hasanahworld.wordpress.com/2009/03/01/teori-belajarkognitif/). Hal ini berarti bahwa perubahan yang terjadi dipengaruhi oleh pengalaman hidup yang dialami oleh manusia, dimana pengalaman tersebut bersifat relatif menjadi proses belajar yang membekas dalam fikiran manusia. Selain itu teori belajar kognitif memandang “belajar sebagai proses pemfungsian unsur-unsur kognisi, terutama unsur pikiran, untuk dapat mengenal dan memahami stimulus yang datang dari luar. Aktivitas belajar pada diri manusia ditekankan pada proses internal berfikir, yakni proses pengolahan informasi.

    Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya belajar adalah suatu proses usaha yang melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses interaksi aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, ketrampilan dan nilai sikap yang bersifat relatif dan berbekas.

    Tokoh – tokoh Teori Belajar Kognitif

    Tokoh-tokoh aliran kognitif di antaranya adalah Thorndike,Watson, Clark L. Hull, Edwin Guthrie, dan Skinner. Berikut akan dibahas karya-karya para tokoh aliran kognitivisme, antara lain:

    1. Piaget

    Menurut Piaget dalam buku “Teknologi Pembelajaran” dari Drs. Bambang Warsita (2008:69) yang menjelaskan bahwa perkembangan kognitif merupakan suatu prosess genetika yaitu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis yaitu perkembangan sistem syaraf. Dalam buku “Psikologi Pendidikan” karya Wasty Soemanto (1997:123) yang menyatakan teori belajar piaget disebut cognitive-development yang memandang bahwa proses berfikir sebagai aktivitas gradual dari pada fungsi intelektual dari kongkrit. Belajar terdiri dari tiga tahapan yaitu :asimilasi, akomodasi dan equilibrasi. Piaget juga mengemukakan bahwa proses belajar harus disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif yang dilalui siswa. Proses belajar yang dialami seorang anak berbeda pada tahap satu debfab tahap lainnya yang secara umum semakin tinggi tingkat kognitif seseorang maka semakin teratur dan juga semakin abstrak cara berpikirnya. Oleh karena itu guru seharusnya memahami tahap-tahap perkembangan kognitif anak didiknya serta memberikan isi, metode, media pembelajaran yang sesuai dengan tahapannya.

    Langkah-langkah pembelajaran dalam merancang pembelajaran menurut Piaget, antara lain:1) menentukan tujuan pembelajaran; 2)memilih materi pembelajaran; 3) menentukan topik-topik yang dapat dipelajari oleh peserta didik; 4) menentukan dan merancang kegiatan pembelajaran sesuai topik; 5) mengembangkan metode pembelajaran; 6) melakukan penilaian proses dan hasil peserta didik.

    2. David Ausubel

    Menurut Ausubel dalam buku karya Drs. Bambang Warsita bahwa “belajar haruslah bermakna, materi yang dipelajari diasimilasi secara nonarbitrer dan berhubungan dengan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya”(2008:72). Hal ini berari bahwa pembelajaran bermakna merupakan suatu proses yang dikaitkan dengan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif peserta didik. Dimana Proses belajar tidak sekedar menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta saja, tetapi merupakan kegiatan yang menghubungkan konsep-konsep untuk menghasilkan pemahaman yang utuh sehingga konsep yang dipelajari akan dipahami secara baik dan tidak mudah dilupakan. Jadi guru harus menjadi perancang pembelajaran dan pengembang program pembelajaran dengan berusaha mengetahui dan menggali konsep-konsep yang dimiliki peserta didik dan membantu memadukan secara harmonis dengan pengetahuan baru yang dipelajari.

    Langkah-langkah pembelajaran bermakna menurut Ausebel,dalam merancang pembelajaran antara lain: 1) menentukan tujuan pembelajaran; 2) melakukan identifikasi peserta didik; 3) memilih materi pembelajaran sesuai karakteristik peserta didik dan mengaturnya dalam bentuk konsep inti; 4) menentukan topik peserta didik dalam bentuk advance organizers; 5) mengembangkan bahan belajar untuk dipelajari peserta didik; 6) mengatur topik pembelajaran dari yang sederhana ke kompleks; 7) melakukan penilaian proses dan hasil belajar peserta didik.

    3. Jerome Bruner

    Berdasarkan Drs. Wasty Soemanto (1997:127) dan Drs. Bambang warsita(2008:71) dimana Jarome Bruner mengusulkana teori yang disebutnya free discovery learning.Teori ini bertitik tolak pada teori kognitif, yang menyatakan belajar adalah perubahan persepsi dan pemahan. Maksudnya, teori ini menjelaskan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu aturan termasuk konsep, teori, ide, definisi dan sebagainya melalui contoh-contoh yang menggambarkan atau mewakili aturan yang menjadi sumbernya.

    Keuntungan belajar menemukan : Menimbulkan rasa ingin tahu siswa sehingga dapat memotivasi siswa sehingga dapat menemukan jawabannya. Menimbulkan keterampilan memecahkan masalahnya secara mandiri dan mengharuskan siswa untuk menganalisis dan memanipulasi informasi. Menurut Burner ada tiga tahap perkembangan kognitif seseorang yang ditentukan oleh cara melihat lingkungan, antara lain: tahap pertama enaktif yaitu peserta didik melakukan aktivitas dalam usaha memahami lingkungan; tahap kedua, ikonik yaitu peserta didik melihat dunia melalui gambar dan visualisasi verbal; tahap yang ketiga, simbolok yaitu peserta didik mempunyai gagasan abstrak dimana komunikasi dibantu sistem simbolik.

    Langkah-langkah pembelajaran dalam merancang pembelajaran menurut Bruner antara lain: 1) menentukan tujuan pembelajaran; 2) melakukan identifikasi peserta didik; 3) memilih materi pembelajaran; 4) menentukan topik secara induktif; 5) mengembangkan bahan belajar untuk dipelajari peserta didik; 6) mengatur topik pembelajaran dari yang sederhana ke kompleks; 7) melakukan penilaian proses dan hasil belajar peserta didik.

    4. Albert Bandura

    Bandura berpendapat tentang teori kognitif sosial. Seperti yang dijelaskan dalam buku karya John W. Santrock (2007:285) yang menyatakan bahwa teori Kognitif Sosial (Social Cognitive Theory) merupakan faktor sosial dan kognitif dan juga faktor perilaku, memainkan peran penting dalam pembelajaran. Hal ini berarti bahwa faktor kognitif berupa ekspektasi murid untuk meraih keberhasilan sedangkan faktor sosial mencakup pengamatan murid terhadap perilaku orang tuanya. Jadi menurut Bandura antara faktor kognitif/person, faktor lingkungan dan faktor perilaku mempengaruhi satu sama lain dan faktor-faktor ini bisa saling berinteraksi untuk mempengaruhi pembelajaran. Faktor kognitif mencakup ekspektasi, keyakinan, strategi, pemikiran dan kecerdasan.

    5. Kurt Lewin

    Yang juga merupakan tokoh teori belajar kognitif adalah Kurt Lewin yang menyatakan tentang teori belajar medan kognitif (cognitive-field learning theory). Seperti yang di jelaskan oleh Nana Sudjana dalam bukunya yang menjelaskan bahwa dalam teori belajar medan kognitif, “belajar didefinisikan sebagaai proses interaksional dimana pribadi menjangkau wawasan-wawasan baru dan atu merubah sesuatu yang lama”(1991:97). Hal ini berarti bahwa seseorang harus peduli dengan diri mereka sendiri dan juga dengan orang lain, dengan belajar secara afektif sehingga diharapkan mereka atau seorang guru bisa mengerti dengan dirinya sendiri dan dapat melaksanakan tugas dengan lebih baik selain itu juga mengembangkan sistem psikologis yang bermanfaat dalam berurusan dengan anak-anak dan pemuda dalam ssituasi belajar.

    Prinsip-Prinsip Teori Belajar Kognitif

    Berdasarkan pendapat dari Drs. Bambang Warsita (2008:89) yang menyatakan tentang prinsip- prinsip dasar teori kognitivisme, antara lain:

    • Pembelajaran merupakan suatu perubahan status pengetahuan
    • Peserta didik merupakan peserta aktif didalam proses pembelajaran
    • Menekankan pada pola pikir peserta didik
    • Berpusat pada cara peserta didik mengingat, memperoleh kembali dan menyimpan informasi dalam ingatannya
    • Menekankan pada pengalaman belajar, dengan memandang pembelajaran sebagai proses aktif di dalam diri peserta didik
    • Menerapkan reward and punishment
    • Hasil pembelajaran tidak hanya tergantung pada informasi yang disampaikan guru, tetapi juga pada cara peserta didik memproses informasi tersebut.

    Kelebihan dan Kelemahan Teori Belajar Kognitif

    Setiap teori belajar tidak akan pernah sempurna, demikian pula dengan teori belajar kognitif. Di samping memiliki kelebihan – kelebihannya ada pula kelemahan – kelemahannya. Berikut adalah beberapa kelebihan dan kelemahan teori kognitif menurut http://alhafizh84.wordpress.com/2010/10/15/teori-belajar-kognitif/, antara lain:

    1. Kelebihan Teori Belajar Kognitif

    a. Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri.

    Dengan teori belajar kognitif siswa dituntut untuk lebih kreatif karena mereka tidak hanya merespon dan menerima rangsangan saja, tapi memproses informasi yang diperoleh dan berfikir untuk dapat menemukan ide-ide dan mengembangkan pengetahuan. Sedangkan membuat siswa lebih mandiri contohnya pada saat siswa mengerjakan soal siswa bisa mengerjakan sendiri karena pada saat belajar siswa menggunakan fikiranya sendiri untuk mengasah daya ingatnya, tanpa bergantung dengan orang lain dengan.

    b. Membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah

    Teori belajar kognitif membantu siswa memahami bahan ajar lebih mudah karena siswa sebagai peserta didik merupakan peserta aktif didalam proses pembelajaran yang berpusat pada cara peserta didik mengingat, memperoleh kembali dan menyimpan informasi dalam ingatannya. Serta Menekankan pada pola pikir peserta didik sehingga bahan ajar yang ada lebih mudah dipahami.

    b. Kelemahan Teori Belajar kognitif

    a. Teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan.

    b. Sulit di praktikkan khususnya di tingkat lanjut.

    c. Beberapa prinsip seperti intelegensi sulit dipahami dan pemahamannya masih belum tuntas.

    DAFTAR PUSTAKA

    • Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Ar – Ruzz Media
    • Dahar, Ratna Wilis. 1988. Teori – Teori Belajar. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
    • Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta
    • Pidarta, Made. 1997. Landasan Kependidikan. Jakarta : Rineka Cipta
    • Santrock, John W. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Prenada Media Group
    • Slavin, Robert E. 2008. Psikologi Pendidikan : Teori dan Praktik. Jakarta : PT. Indeks
    • Soemanto, Wasty. 1987. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Bina Aksara
    • Sujana, Nana. 1991. Teori – Teori Belajar Untuk Pengajaran. Jakarta :Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
    • Suryabrata, Sumadi. 1990. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rajawali
    • Warsita, Bambang. 2008. Teknologi Pembelajaran, Landasan dan Aplikasinya. Jakarta : Rineka Cipta
  • Teori Belajar Behavioral

    Behaviorisme adalah sebuah aliran dalam psikologi yang didirikan oleh John B. Watson pada tahun 1913. Sama halnya dengan psikoanalisa behaviorisme juga merupakan aliran yang revolusioner, kuat dan berpengaruh, serta memiliki akar sejarah yang cukup dalam. Sejumlah filsuf dan ilmuan sebelum Watson dalam satu dan lain bentuk telah mengajukan gagasan-gagasan mengenai pendekatan objektif dalam mempelajari manusia berdasarkan pandangan yang mekanistis dan materialistis, suatu pendekatan yang menjadi ciri utama dari behaviorisme. Seorang diantaranya adalah Ivan Pavlov (1849-1936).

    Aliran Behavioris didasarkan pada perubahan tingkah laku yang dapat diamati. Oleh karena itu, aliran ini berusaha mencoba menerangkan dalam pembelajaran bagaimana lingkungan berpengaruh terhadap perubahan tingkah laku. Dalam aliran ini tingkah laku dalam belajar akan berubah kalau ada stimulus dan respon. Stimulus dapat berupa perlakuan yang diberikan pada siswa, sedangkan respon berupa perubahan tingkah laku yang terjadi pada siswa. Adapun yang terjadi antara stimulus dan respon itu dianggap tidak penting diperhatikan sebab tidak dapat diamati, factor lain yang penting yaitu penguatan (reinforcement), yaitu penguatan yabf dapat memperkuat respon.

    Pendekatan Behavioristik Dalam Pembelajaran

    Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang mempelajari tingkah laku manusia. Menurut Desmita (2009:44) teori belajar behavioristik merupakan teori belajar memahami tingkah laku manusia yang menggunakan pendekatan objektif, mekanistik, dan materialistik, sehingga perubahan tingkah laku pada diri seseorang dapat dilakukan melalui upaya pengkondisian. Dengan kata lain, mempelajari tingkah laku seseorang seharusnya dilakukan melalui  pengujian dan pengamatan atas tingkah laku yang terlihat, bukan dengan mengamati kegiatan bagian-bagian dalam tubuh. Teori ini mengutamakan pengamatan, sebab pengamatan merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respons (Slavin, 2000). Seseorang dianggap telah belajar apabila dapat menunjukkan perubahan prilaku sebgai hasil belajar.

    Behaviorisme adalah pandangan yang menyatakan bahwa perilaku harus dijelaskan melalui pengalaman yang dapat diamati, bukan dengan proses mental. Menurut kaum behavioris, perilaku adalah segala sesuatu yang kita lakukan dan bias dilihat secara langsung: anak membuat poster, guru tersenyum pada anak, murid menganggu murid lain, dsb. Proses mental didefinisikan oleh psikolog sebagai pikiran perasaan, dan motif yang kita alami namun tidak bias dilihat oleh orang lain. Meskipun kita tidak bisa melihat semua itu adalah nyata, seperti pemikiran anak tentang cara membuat poster, perasaan guru terhadap muridnya.

    Pandangan Behaviorisme yaitu:

    A. Pengkondisian Klasik

    Pengkondisian klasik adalah tipe pembelajaran dimana suatu organisme belajar untuk mengaitkan atau mengasosiasikan stimuli. Dalam pengkondsisan klasik, stimulus netral (seperti melihat seseorang) diasosiasikan dengan stimulus yang bermakna (seperti makanan) dan menimbulkan kapasitas untuk mengeluarkan respon yang sama. Untuk memahami teori pengkondisian klasik Pavlov(1927) kita harus memahami dua tipe stimuli dan dua tipe respon;

    1. unconditioned stimulus(US) adalah sebuah stimulus yang secara otomatis menghasilkan respon tanpa ada pembelajaran terlebih dahulu, dalam eksperimen Pavlov adalah makanan,
    2. unconditioned response (UR) adalah respon yang tidak dipelajari yang secara otomatis dihasilkan oleh US, dalam eksperimen Pavlov adalah air liur anjing yang merespon makanan,
    3. conditioned stimulus(CS) adalah stimulus yang sebelumnya netral yang akhirnya menghasilkan conditioned response setelah diasosiasikan dengan US, diantara stimuli yang terkondisikan dalam eksperimen Pavlov adalah beberapa penglihatan dan suara yang terjadi sebelum anjing menyantap makanan, seperti suara pintu tertutup sebelum makanan ditempatkan dipiring anjing
    4. conditioned respose (CR), adalah reson yang dipelajari, yakni respon terhadap stimulus yang terkondisikan yang muncul setelah terjadi pasangan US-CS.

    Jika kita kaitkan dengan proses pembelajaran, dapat dianalogkan bahwa jika guru berharap siswa dapat menghapalkan materi berupa ayat pada surat Al- Waqi`ah (di mana siswa harus hapal semua ayat), dan ternyata siswa ini dapat menghapalkannya. Kemudian dalam kondisi seperti ini anak  tidak mendapatkan nilai akhir (raport) yang lebih baik (dibanding dengan kawan yang lain), maka jika kelak suatu ketika ia diminta untuk menghapalkan lagi dia tak akan berusaha menghapalkannya (karena ia tahu hapal pun besok tidak akan mendapat nilai yang baik). Dalam segmen bagian akhir dari contoh di atas, anak diminta menghapalkan suatu ayat dan kepadanya disediakan pula sejumlah hadiah (misalnya gratis SPP) setiap saat, maka anak itu dengan sendirinya akan terus berusaha untuk dapat menghapalkan ayat dimaksud (karena ia tahu hal ini akan membawa hasil, yaitu mendapatkan hadiah).

    B. Koneksionisme Thorndike

    Pandangan Edwar Lee  Thorndike ( 1874-1949)  mengenai pembelajaran yakni bahwa  semua pembelajaran  dijelaskan melalui hubungan atau ikatan  yang dibentuk antara stimulus dan respon. Hubungan-hubungan ini muncul  lebih utama melalui  trial dan error ( coba dan gagal), yaitu suatu proses  yang disebut oleh Thorndike  sebagai koneksionisme atau belajar melalui seleksi dan hubungan. Thorndike merumuskan hukum belajar yang tidak fleksibel, melainkan aturan-aturan agar belajar nampak dipatuhi. Dia  mengutarakan tiga hukum belajar utama yaitu:

    1). Hukum kesiapsiagaaan ( law of readiness). Makhluk hidup ( manusia dan hewan ) memiliki kesiapan  untuk membentuk hubungan-hubungan, jika makhluk hidup melakukanya akan mendapatkan kepuasaan dan jika tidak melakukannya akan merasa kecewa. kesiapsiagaan seperti seorang petugas  pengintai yang mengirim sinyal ke stasiun yang menjadi tujuan kereta untuk membuka palang pintu perlintasan. Sekolah tidak dapat  memaksa siswa untuk belajar jika mereka tidak siap secara fisik dan psikologis. Mereka dapat belajar jika mereka sudah merasa siap.

    2) Hukum latihan ( Law of exercise) Hukum ini menyatakan bahwa hubungan  antara stimulus dan respon itu akan kuat apabila suatu kegiatan sering dilakukan atau semakin sering suatu perbuatan dilakukan maka semakin kuat hubungan antara stimulus dan respon, sebaliknya hubungan antara stimulus dan respon akan lemah apabila intensitas suatu perbuatan menurun. Hukum ini mendapat kritikan dari banyak orang bahwa  hukum latihan semata tidak cukup untuk melakukan perbaikan, mesti juga ada kesadaran dari pelaku akibat yang dapat ditimbulkan dari suatu perbuatan.

    3) Hukum Pengaruh (Law of  effect ). Hukum ini merupakan hukum yang paling penting. Hukum effek menyatakan bahwa respon yang dibarengi oleh kepuasan akan terjadi hubungan yang lebih kuat antara stimulus dan respon, jika  respon dibarengi oleh perasaan tidak menyenangkan maka  hubungan antara stimulus dan respon akan melemah. Semakin tinggi tingkat kepuasan maka semakin kuat hubungan antara stimulus dan respon jika semakin besar perasaan yang tidak menyenangkan yang ditimbulkan maka semakin lemah pula hubungan antara stimulus dan respon.

    C. Pengkondisian Operan

    Pengkondisian operan/ instrumental adalah sebentuk pembelajaran di mana kosekuensi-konsekuensi dari perilaku menghasilkan perubahan dalam probabilitas perilaku itu akan diulangi. Arsitek utama dari Pengkondisian operan adalah B.F Skinner, yang pandangannya didasarkan pada Pandangan E.L. Thorndike.

    Pengkondisian operan skinner, di mana konsekuensi perilaku akan menyebabkan perubahan dalam probabilitas perilaku itu akan terjadi, penguatan(imbalan) meningkatkan probabilitas sebaliknya, hukuman menurunkan probabilitas terjadinya perilaku.

    ·         Penguat positive ( positive reinforce) stimulus yang kehadiranya memperkuat prilaku

    ·         Penguat negative ( negative reinforce) stimulus yang dengan ketiadaannya menguatkan prilaku

    ·         Hukuman, peristiwa yang mengakibatkan berkurangnya frekuensi prilaku[5]

    Penguat bisa positif dan negative, yang dapat meningkatkan perilaku, dalam hukuman perilakunya berkurang

    2.3 Penerapan Pendekatan Behavioristik Dalam Pembelajaran

    Aliran psikologi yang sangat berpengaruh terhadap pengembangan teori dan praktek pendidikan serta pembelajaran hingga kini adalah behavioristik. Aliaran ini menekankan pada pembentukan perilaku yang tampak asebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukan orang yang belajar sebagai individu yang pasif.

    Istilah-istilah seperti hubungan stimulus-respon, individu atau siswa pasif, perilaku sebagai hasil belajar yang tampak, pembentukan perilaku (Shaping) dengan penataan kondisi secara ketat, ini semua merupakan unsur-unsur yang sangat penting dalam teori behavioristik. Teori ini hingga sekarang masih merajai praktek pembelajaran di ndonesia. Hal ini tampsk dengan jelas pada penyelenggaraan pembelajaran dari tingkat paling dini, sepertikelompok bermain, taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah menengah, bahkan sampai diperguruan tinggi, pembentukan prilaku dengan cara drill (pembiasaan) reinforcement atau hukuman masih sering dilakukan.

    Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapahal seperti; tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia,. Pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyeknya, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan kepada seorang yang belajar atau siswa. Siswa diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami murid.

    Fungsi mind atau pikiran adalah untuk meniru struktur pengetahuan yang sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipili , sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristtik struktur pengetahuan tersebut.

    Karena teori behavioristik memandang bahwa sebagai sesuatu yang ada didunia nyata telah terstruktur rapi dan teratur, maka siswa atau seorang yang belajar harus dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan lebih dulu secara ketat. Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat sensial dengan belajar sehingga pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan kedisplinan. Demikian juga, ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentu keberhasilan belajar. Siswa atau peserta didik adalah objek yang harus diperlakukan sesuai dengan aturan, sehingga control belajar harus dipegang oleh system yangberada diluardiri siswa.

    Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagai aktivitas “mimetic”, yang menuntut siswa untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secaraketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku teks/buku wajib dengan penekanan pada ketrampilan mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajin tersebut. pembelajaran

    Evaluasi menekankan pada respon positif, ketrampilan secaraterpisah, dan biasanya menggunakan paper and pencil test. Evaluasi hasil belajar menuntut satu jawaban benar. Maksudnya, bila siswa menjawab secara “benar” sesuai dengan keinginan guru, hal ini menunjukkan bahwa siswa telah menyelesaikan tugas belajarnya.Evaluasi belajar dipandang sebagai bagian yang terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah selesai kegiatan pembelajaran. Teori ini menekankan evaluasi pada kemampuan siswa secara individual.

    Secara umum langkah-langkah pembelajaran yang berpijak pada teori behavioristik yang dikemukakan oleh Siciati dan Prasetyo Irawan (2001) dapat digunakan dalam merancang pembelajarn. Langkah-langkah tersebut meliputi:

    1.    Menentukan tujuan-tujuan  pembelajaran.

    2.    Menganalisis lingkungan kelas yang ada saat ini termasuk     mengidentifikasikan pengetahuan awal (entry behavior) siswa.

    3.    Menentukan materi pelajaran

    4.         Memecahkan materi pelajaran menjadi bagian kecil-kecil, meliputi pokok bahasan, sub pokok bahasan, topik, dsd.

    5.    Menyajikan materi pelajaran

    6.    Memberikan stimulus, dapat berupa: pertanyaan baiksecara lisan maupun tulisan, tes/kuis , latihan, atau tugas-tugas.

    7.    Mengamati dan mengkaji respons yang diberikan siswa

    8.    Memberikan penguatan/reinforcement (mungkin penguatan positif ataupun penguatan negative), ataupun hukuman.

    9.    Memberikan stimulus baru

    10.  Mengamati dan mengkaji respons yang diberikan siswa.

    11.  Memberikan penguatan lanjutan atau hukuman.

    12.  Evaluasi hasil belajar.

    Demikian halnya dalam pembelajaran, pebelajar dianggap sebagai objek pasif yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh karena itu, para pendidik mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan menggunakan standar-standar tertentu dalam proses pembelajaran yang harus dicapai oleh para pebelajar. Begitu juga dalam proses evaluasi belajar pebelajar diukur hanya pada hal-hal yang nyata dan dapat diamati sehingga hal-hal yang bersifat tidak teramati kurang dijangkau dalam proses evaluasi.

    Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin. Kegagalan atau ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu dihukum dan keberhasilan belajar atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang pantas diberi hadiah. Demikian juga, ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentu keberhasilan belajar. Pebelajar atau peserta didik adalah objek yang berperilaku sesuai dengan aturan, sehingga kontrol belajar harus dipegang oleh sistem yang berada di luar diri pebelajar.

  • Prinsip-Prinsip Pembelajaran

    Kata prinsip berasal dari bahasa latin “Asas (Kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir, bertindak, dan sebagainya) Dasar”. Dalam bahasa Inggris, Prinsip disebut Principle yang berarti a truth or believe that is accepted as a base for reasoning or action. Prinsip merupakan sebuah kebenaran atau kepercayaan yang diterima sebagai dasar dalam berfikir atau bertindak.

    Prinsip adalah sesuatu yang dipegang sebagai panutan yang utama Menurut Badudu dan Zein (2001). Menurut Syah Djanilus (1993), prinsip adalah sesuatu yang menjadi dasar dari pokok berpikir, berpijak dan sebagainya. Suatu kebenaran yang kebenarannya sudah terbukti dengan sendirinya menurut Dardiri (1996). Jadi prinsip dapat diartikan sebagai  sesuatu yang menjadi dasar dari pokok berpikir, berpijak atau bertindak.

    Menurut Skinner dalam Dimyati dan Mudjiono (2009:9), belajar merupakan suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun. Menurut Gagne dalam Dimyati dan Mudjiono (2009:10), belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Menurut Wingkel (1987), belajar adalah suatu aktifitas mental dan psikis dalam berinteraksi dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan perilaku pada diri sendiri.

    Pembelajaran adalah suatu aktivitas atau proses mengajar dan belajar. Aktivitas ini merupakan proses dua arah, antara pihak guru dan peserta didik. Dalam UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.

    Jadi prinsip pembelajaran adalah landasan berpikir, landasan berpijak dengan harapan tujuan pembelajaran tercapai dan tumbuhnya proses pembelajaran yang dinamis dan terarah.

    Prinsip-Prinsip Pembelajaran

    Menurut Syaiful Sagala prinsip-prinsip pembelajaran yaitu prinsip perkembangan, perbedaan individu, minat, kebutuhan, aktivitas dan motivasi. Sementara Ahmad Rohani berpendapat bahwa prinsip pembelajaran adalah termasuk aktivitas, motivasi, individualitas, lingkungan, konsentrasi, kebebasan, peragaan, kerjasama dan persaingan, apersepsi, korelasi, efisiensi dan efektivitas, globalitas, permainan dan hiburan. Wina Sanjaya mengatakan bahwa yang termasuk prinsip pembelajaran adalah tujuan, aktivitas, individualitas, integritas, interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang dan motivasi.

    Dari berbagai prinsip belajar tersebut terdapat beberapa prinsip yang relatif berlaku umum. Dalam Damyati dan Mudjiono (2012:42), Prinsip-prinsip itu berkaitan dengan perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/pengalaman, pengulangan tantangan, balikan dan penguatan, serta perbedaan individu.

    Adapun penjelasan tentang prinsip-prinsip pembelajaran diuraikan sebagai berikut:

    1. Perhatian dan Motivasi

    Perhatian mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Menurut Gage dan Berliner dalam Dimyati dan Mudjiono (2009:42), dari kajian teori belajar pengolahan informasi terungkap bahwa tanpa adanya perhatian tak mungkin terjadi belajar. Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya.

    Disamping perhatian, motivasi mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang. Motivasi dapat dibandingkan dengan mesin dan kemudi pada mobil menurut Gage dan Berliner dalam Dimyati dan Mudjiono (2009:42). Menurut Herbert.L. Petri dalam Dimyati dan Mudjiono (2009:43), “Motivation is the concept we use when we describe the force action on or within an organism to initiate and direct behavior”. Motivasi dapat merupakan tujuan dan alat dalam pembelajaran.

    Motivasi dapat bersifat internal, artinya datang dari dirinya sendiri, dapat juga bersifat eksternal yakni dari orang lain, guru, teman, orang tua dan sebagainya. Motivasi dibedakan atas motif intrinsik dan motif ekstrinsik. Motif Intrinsik adalah tenaga pendorong yang sesuai dengan perbuatan yang dilakukan. Contoh, seorang siswa yang dengan sungguh-sungguh mempelajari mata pelajaran di sekolah karena ingin memiliki pengetahuan yang dipelajarinya. Sedangkan Motif Ekstrinsik adalah tenaga pendorong yang ada di luar perbuatan yang dilakukannya tetapi menjadi penyertanya. Contoh, siswa belajar bersungguh-sungguh bukan disebabkan ingin memiliki pengetahuan yang dipelajarinya melainkan didorong oleh keinginan naik kelas atau mendapat ijazah.

    2. Keaktifan

    Belajar tidak bisa dipaksakan orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin tejadi apabila anak aktif mengalaminya sendiri. Menurut Jhon Dewey dalam Davies (1937:31), mengemukakan bahwa, belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang dari siswa sendiri. Guru sekedar pembimbing dan pengarah.

    Menurut Thomas M. Riskdalam Zakiah Daradjat, “teaching is theguidance of learning experiences.” Mengajar adalah proses membimbing pengalaman belajar. Pengalaman tersebut diperoleh apabila peserta didik mempunyai keaktifan untuk bereaksi terhadap lingkungannya. Apabila seorang anak ingin memecahkan suatu persoalan dia harus dapat berpikir sistematis atau menurut langkah-langkah tertentu, termasuk ketika dia menginginkan suatu keterampilan tentunya harus pula dapat menggerakkan otot-ototnya untuk mencapainya.

    Menurut Thorndike dalam Dimyati dan Mudjiono (2009:45) mengemukakan keaktifan siswa dalam belajar dengan hukum “Law of Exercise”-nya yang menyatakan bahwa belajar memerlukan adanya latihan-latihan. Mc Keachie berkenan dengan prinsip keaktifan mengemukakan bahwa individu merupakan  “Manusia belajar yang aktif selalu ingin tahu, sosial”. (Mc Keachie, 1976:230 dari Gredler MEB terjemahan Munandir, 1991:105).

    Prinsip aktivitas di atas menurut pandangan psikologis bahwa segala pengetahuan harus diperoleh melalui pengamatan dan pengalaman sendiri. Jiwa memiliki energi sendiri dan dapat menjadi aktif karena didorong oleh kebutuhan-kebutuhan. Jadi, dalam pembelajaran yang mengolah dan mencerna adalah peserta didik sesuai dengan kemauan, kemampuan, bakat dan latar belakang masing-masing, guru hanya merangsang keaktifan peserta didik dengan menyajikan bahan pelajaran.

    3. Keterlibatan Langsung/Pengalaman

    Prinsip keterlibatan langsung merupakan hal yang penting dalam pembelajaran. Pembelajaran sebagai aktivitas mengajar dan belajar, maka guru harus terlibat langsung begitu juga peserta didik. Prinsip keterlibatan langsung ini mencakup keterlibatan langsung secara fisik maupun non fisik. Prinsip ini diarahkan agar peserta didik merasa dirinya penting dan berharga dalam kelas sehingga dia bisa menikmati jalannya pembelajaran.

    Menurut Edgar Dale dalam Dimyati (2009:45), “Belajar yang baik adalah belajar dari pengalaman langsung”. Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak sekedar mengamati secara langsung tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap hasilnya.

    Pentingnya keterlibatan langsung dalam belajar dikemukakan oleh Jhon Dewey dengan “Learning by Doing”. . Walaupun demikian perlu dijelaskan bahwa keterlibatan itu bukan dalam bentuk fisik semata, bahkan lebih dari itu keterlibatan secara emosional dengan kegiatan kognitif dalam perolehan pengetahuan, penghayatan dalam pembentukan afektif dan pada saat latihan dalam pembentukan nilai psikomotor.

    4. Pengulangan

    Prinsip pembelajaran yang menekankan pentingnya pengulangan yang barangkali paling tua seperti yang dikemukakan oleh teori psikologi daya. Menurut teori ini bahwa belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri dari daya mengamat, menangkap, mengingat, menghayal, merasakan, berpikir dan sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan berkembang.

    Teori lain yang menekankan prinsip pengulangan adalah teorinkoneksionisme. Tokohnya yang terkenal adalah Thorndike dengan teorinya yang terkenal pula yaitu “law of exercise” bahwa belajar ialah pembentukan hubungan antara stimulus dan respon, dan pengulangan terhadap pengalaman-pengalaman itu memperbesar timbulnya respon benar . Selanjutnya teori dari phychology psikologi conditioning respons sebagai perkembangan lebih lanjut dari teori koneksionisme yang dimotori oleh Pavlov yang mengemukakan bahwa perilaku individu dapat dikondisikan dan belajar merupakan upaya untuk mengkondisikan suatu perilaku atau respons terhadap sesuatu. Begitu pula mengajar membentuk kebiasaan, mengulang-ulang sesuatu perbuatan sehingga menjadi suatu kebiasaan dan pembiasaan tidak perlu selalu oleh stimulus yang sesungguhnya, tetapi dapat juga oleh stimulus penyerta.

    Ketiga teori di atas menekankan pentingnya prinsip pengulangan dalam pembelajaran walaupun dengan tujuan yang berbeda. Teori yang pertama menekankan pengulangan untuk melatih daya-daya jiwa, sedangkan teori yang kedua dan ketiga menekankan pengulangan untuk membentuk respons yang benar dan membentuk kebiasaan.

    Hubungan stimulus dan respons akan bertambah erat kalau sering dipakai dan akan berkurang bahkan hilang sama sekali jika jarang atau tidak pernah digunakan. Oleh karena itu, perlu banyak latihan, pengulangan, dan pembiasaan.

    5. Tantangan

    Kuantzu dalam Azhar Arsyad mengatakan: “if you give a man fish, he will have a single meal. If you teach him how to fish he will eat all his life”. Pernyataan Kuantzu ini senada dengan prinsip pembelajaran yang berupa tantangan, karena peserta didik tidak merasa tertantang bila hanya sekedar disuapi sehingga dirinya tinggal menelan apa yang diberikan oleh guru. Sebab, tanpa tantangan peserta didik merasa masa bodoh dan kurang kreatif sehingga tidak berkesan materi yang diterimanya.

    Agar pada diri peserta didik timbul motif yang kuat untuk mengatasi hambatan dengan baik, maka materi pembelajaran juga harus menantang sehingga peserta didik bergairah untuk mengatasinya.

    Hal ini sejalan dengan prinsip pembelajaran dengan salah satu prinsip konsep contextual teaching and learning  yaitu inkuiri. Di mana dijelaskan bahwa inkuiri merupakan proses pembelajaran yang berdasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Jadi, peserta didik akan bersungguh-sungguh dalam menemukan masalahnya terlebih dahulu kemudian menemukan sendiri jalan keluarnya.

    6. Balikan dan Penguatan

    Prinsip pembelajaran yang berkaitan dengan balikan dan penguatan, ditekankan oleh teori operant conditioning, yaitu law of effect. Bahwa peserta didik akan belajar bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Hasil yang baik akan merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik bagi hasil usaha belajar selanjutnya. Namun dorongan belajar tidak saja oleh penguatan yang menyenangkan atau penguatan positif, penguatan negatif pun dapat berpengaruh pada hasil belajar selanjutnya.

    Apabila peserta didik memperoleh nilai yang baik dalam ulangan tentu dia akan belajar bersungguh-sungguh untuk memperoleh nilai yang lebih baik untuk selanjutnya. Karena nilai yang baik itu merupakan penguatan positif. Sebaliknya, bila peserta didik memperoleh nilai yang kurang baik tentu dia merasa takut tidak naik kelas, karena takut tidak naik kelas, dia terdorong pula untuk belajar lebih giat. Inilah yang disebut penguatan negatif yang berarti bahwa peserta didik mencoba menghindar dari peristiwa yang tidak menyenangkan.

    Format sajian berupa tanya jawab, eksprimen, diskusi, metode penemuan dan sebagainya merupakan cara pembelajaran yang memungkinkan terjadinya balikan dan penguatan. Balikan yang diperoleh peserta didik setelah belajar dengan menggunakan metode-metode yang menarik akan membuat peserta didik terdorong untuk belajar lebih bersemangat.

    7. Perbedaan Individu

    Siswa merupakan individual yang unik artinya orang satu dengan yang lain berbeda. Perbedaan itu terdapat pada karakteristik psikis, kepribadian, dan sifat lainnya. Untuk dapat memberikan bantuan agar peserta didik dapat mengikuti pembelajaran yang disajikan oleh guru, maka guru harus benar-benar dapat memahami ciri-ciri para peserta didik tersebut. Begitu pula guru harus mampu mengatur kegiatan pembelajaran, mulai dari perencanaan, proses pelaksanaan sampai pada tahap terakhir yaitu penilaian atau evaluasi, sehingga peserta didik secara total dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik tanpa perbedaan yang berarti walaupun dari latar belakang dan kemampuan yang berbeda-beda.

    Implikasi Prinsip-Prinsip Pembelajaran Bagi Peserta didik

    Peserta didik sebagai motor utama “primus motor” dalam kegiatan pembelajaran sehingga akan berhasil jika menyadari implikasi prinsip-prinsip pembelajaran terhadap dirinya.

    1. Perhatian dan Motivasi

    Dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran peserta didik dituntut untuk  memberikan perhatian terhadap semua rangsangan. Adanya tuntutan tersebut seyogyanya mendorong peserta didik memiliki perhatian terhadap segala pesan yang terimanya. Pesan-pesan yang diterima dalam pembelajaran adalah yang dapat merangsang indranya.

    Dengan demikian, peserta didik diharapkan selalu melatih indranya untuk memperhatikan rangsangan yang muncul dalam proses pembelajaran. Karena peningkatan minat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi. Sebagai contoh dalam proses pembelajaran peserta didik harus betul-betul dapat berkonsentrasi dalam mendengarkan ceramah guru, membandingkan konsep-konsep yang diterimanya, mengamati secara cermat gerakan yang dilakukan oleh guru dan sebagainya. Itu semua untuk membangkitkan motivasi belajarnya, karena tanpa perhatian seperti itu peserta didik tidak dapat menerima pelajaran secara maksimal.

    Sedangkan implikasi prinsip motivasi bagi peserta didik adalah disadarinya oleh peserta didik bahwa motivasi belajar yang ada pada dirinya harus dibangkitkan  dan dikembangkan secara terus-menerus. Hal ini dapat dicapai dengan mengetahui tujuan belajar yang hendak dicapai, termasuk menanggapi secara positif pujian atau dorongan dari orang lain, harus mempunyai rencana tentang tujuan dia belajar dan kapan harus menyelesaikan jenjang pendidikan yang sedang dijalaninya dan lain sebagainya.

    1. Keaktifan

    Peserta didik sebagai sentral dalam pembelajaran, maka sebagai konsekuensinya aktivitas peserta didik merupakan syarat berlangsungnya proses pembelajaran. Aktivitas peserta didik dalam hal ini baik secara fisik maupun intelektual dan emosional harus aktif. Jadi, tidak ada gunanya guru melakukan pembelajaran jika peserta didiknya pasif saja. Sebab para peserta didiklah yang belajar, maka merekalah yang harus melakukannya.

    Sebagai implikasi prinsip keaktifan bagi peserta didik terbentuk perilaku-perilaku untuk mencari sumber informasi yang dibutuhkan, menganalisis hasil percobaan, ingin mengetahui segala percobaan yang dilakukan di laboratorium, membuat tugas-tugas yang diberikan oleh guru dan sebagainya. Proses selanjutnya terjalin keterlibatan langsung peserta didik dalam pembelajaran.

    1. Keterlibatan Langsung/pengalaman

    Tempat seorang peserta didik dalam kelas tidak dapat tergantikan oleh orang lain. Oleh karena itu, keterlibatan langsung peserta didik dalam proses pembelajaran mutlak adanya.

    Sebagai implikasinya peserta didik dituntut untuk mengerjakan sendiri tugas belajar yang diberikan oleh gurunya. Dengan keterlibatan ini mereka akan mendapat pengalaman. Bentuk-bentuk perilaku yang merupakan implikasi prinsip keterlibatan langsung adalah segala kegiatan yang dilakukan di sekolah apakah itu berbentuk intrakurikuler ataukah ekstrakurikuler. Meskipun kegiatan tersebut tidak menjamin terwujudnya prinsip keaktifan pada diri peserta didik, namun dengan keterlibatan ini diharapkan dapat mewujudkan keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran.

    1. Pengulangan

    Menurut Davies dalam Dimyati (2009:52), penguasaan yang penuh dari setiap langkah memungkinkan belajar secara keseluruhan lebih berarti. Implikasi adanya prinsip pengulangan bagi siswa adalah kesadaran siswa untuk bersedia mengerjakan latihan-latihan yang berulang untuk satu macam permasalahan. Dengan kesadaran ini diharapkan siswa tidak merasa bosan dalam melakukan pengulangan. Misalnya menghafal unsur-unsur kimia, mengerjakan soal latihan dan sebagainya.

    1. Tantangan

    Prinsip belajar ini bersesuaian dengan pernyataan bahwa apabila siswa diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sendiri, maka ia lebih termotivasi untuk belajar, ia akan belajar dan mengingat secara lebih baik (Davies dalam Dimyati, 2009:53).

    Implikasi prinsip tantangan bagi siswa adalah tuntutan dimilikinya kesadaran pada diri siswa akan adanya kebutuhan untuk selalu memperoleh, memproses dan mengolah pesan. Selain itu, siswa juga harus memiliki keingintahuan yang besar terhadap segala permasalahan yang dihadapinya. Misalnya melakukan eksperimen, melaksanakan tugas terbimbing maupun mandiri atau mencari tahu pemecahan suatu masalah.

    1. Balikan dan Penguataan

    Siswa selalu membutuhkan kepastian  dari kegiatan yang dilakukan. Dengan demikian siswa selalu memiliki pengetahuan tentang hasil (Knowledge of Result), yang sekaligus penguat (Reinforcement) Menurut Davies dalam Dimyati (2009:53).

    Hal ini timbul karena kesadaran adanya kebutuhan untuk memperoleh balikan dan sekaligus penguatan bagi setiap kegiatan yang dilakukannya. Misalnya dengan segera mencocokan jawaban dengan kunci jawaban, menerima kenyataan terhadap skor yang dicapai, atau menerima teguran dari guru/orang tua karena hasil beajarnya jelek.

    1. Perbedaan Individu

    Setiap peserta didik mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Adanya perbedaan ini seharusnya membuat setiap peserta didik menyadari bahwa dirinya berbeda dengan temannya, hal ini akan membantu diri peserta didik dalam menentukan cara belajarnya sendiri. Sebagai implikasi dari prinsip perbedaan individual bagi peserta didik adalah menentukan tempat duduk di kelas, menyusun jadwal belajar dan sebagainya.

    D.    Implikasi Prinsip-Prinsip Pembelajaran Bagi Guru

    Guru seperti halnya peserta didik tidak terlepas dari implikasi prinsip-prinsip pembelajaran, karena guru yang merencanakan selanjutnya melaksanakan pembelajaran tersebut.

    Implikasi prinsip-prinsip pembelajaran bagi guru terwujud dalam perilaku fisik dan psikis mereka. Jadi dengan adanya kesadaran guru pada prinsip-prinsip tersebut diharapkan adanya peningkatan kualitas pembelajaran yang diselenggarakan.

    1.      Perhatian dan Motivasi

    Dalam merencanakan kegiatan pembelajarannya, guru sudah memikirkan perilakunya terhadap peserta didik sehingga dia dapat menarik perhatian dan motivasi peserta didik dan tidak berhenti pada rencana pembelajaranya tetapi sampai selesai menyajikan materinya.

    Sebagai implikasi prinsip perhatian bagi guru tampak pada perilaku-perilaku berikut: hendaknya guru membuat setiap bahan pelajaran agar mengandung suatu masalah yang menarik perhatian peserta didik dan merangsang untuk berusaha menyelidiki serta memecahkan, guru menghubungkan bahan pelajaran dengan masalah dan tugas kongkret yang dapat dikerjakan peserta didik secara kelompok, dan guru menghubungkan bahan pelajaran dengan bidang kegiatan tertentu dalam kehidupan sehari-hari.

    Selain guru itu juga dapat menggunakan metode yang bervariasi, menggunakan media sesuai dengan tujuan belajar dan materi, guru dapat menggunakan gaya bahasa yang tidak monoton serta dapat mengemukakan pertanyaan-pertanyaan yang membimbing. Bila diperhatikan secara seksama implikasi prinsip perhatian  bagi guru ini, ini sesuai dengan prinsip pembelajaran contextual teaching and learning, seperti inkuiri dan masyarakat belajar.

    Adapun implikasi prinsip motivasi bagi guru tampak pada perilaku-perilaku di antaranya:

    1.      Memilih bahan ajar sesuai dengan minat peserta didik.

    2.      Menggunakan metode dan teknik mengajar yang disukai peserta didik.

    3.      Mengoreksi sesegera mungkin pekerjaan peserta didik dan sesegera mungkin memberitahukan hasilnya kepada peserta didik.

    4.      Memberikan pujian verbal atau non-verbal terhadap peserta didik yang memberi respon terhadap pertanyaan yang diberikan.

    5.      Memberitahukan nilai guna dari pelajaran yang sedang dipelajari peserta didik.

    6.      Perilaku yang merupakan implikasi prinsip perhatian dan motivasi bagi guru dapat dilihat lebih dari satu perilaku dari suatu kegiatan pembelajaran.

    2.      Keaktifan

    Guru memberikan kesempatan belajar kepada peserta didik, memberikan peluang dilaksanakannya implikasi prinsip keaktifan bagi guru secara optimal. Peran guru mengorganisasikan kesempatan  belajar bagi masing-masing peserta didik berarti mengubah peran guru, yaitu menjamin bahwa setiap peserta didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan di dalam kondisi yang ada. Hal ini berarti pula bahwa kesempatan yang diberikan oleh guru akan menuntut peserta didik selalu aktif mencari, memperoleh dan mengolah bahan belajarnya.

    Untuk dapat menimbulkan keaktifan belajar pada diri peserta didik maka guru dapat melaksanakan perilaku-perilaku berikut:

    1.      Menggunakan multimetode dan multimedia.

    2.      Memberikan tugas secara individual dan kelompok.

    3.      Memberikan kesempatan kepada peserta didik melaksanakan eksprimen dalam kelompok kecil (beranggota tidak lebih dari 3 orang).

    4.      Memberikan tugas untuk membaca bahan belajar, mencatat hal-hal yang kurang jelas, serta

    5.      Mengadakan tanya jawab dan diskusi.

    Sebenarnya terdapat berbagai macam metode atau cara yang dapat dipergunakan oleh guru untuk mengaktifkan peserta didik dalam pembelajaran. Terutama dengan memberikan tugas kelompok, diskusi, pemodelan serta demonstrasi.

    3.      Keterlibatan Langsung

    Sudah dijelaskan di awal bahwa keterlibatan langsung peserta didik bukan hanya secara fisik karena itu tidak menjamin keaktifan belajar. Guru harus pandai-pandai merancang pembelajaran sedemikian rupa sehingga peserta didik dapat terlibat langsung bukan saja secara fisik tetapi juga mental emosional serta intelektual peserta didik.

    Perilaku sebagai implikasi prinsip keterlibatan langsung bagi guru adalah sebagai berikut:

    Merancang kegiatan pembelajaran yang lebih banyak pada pembelajaran individual dan kelompok kecil.

    1.      Mementingkan eksprimen langsung oleh peserta didik dibandingkan dengan demonstrasi.

    2.      Menggunakan media yang langsung digunakan oleh peserta didik.

    3.      Memberikan tugas kepada peserta didik untuk mempraktikkan gerakan psikomotorik yang dicontohkan.

    4.      Melibatkan peserta didik mencari informasi/pesan dari sumber informasi di luar kelas atau sekolah.

    5.      Melibatkan peserta didik dalam merangkum atau menyimpulkan informasi pesan pembelajaran.

    Selain itu, implikasi dari adanya prinsip ini bagi guru adalah kemampuan guru untuk bertindak bukan saja sebagai fasilitator, tetapi juga sebagai manajer/pengelola kegiatan yang mampu mengarahkan, membimbing dan memotivasi peserta didik ke arah tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

    4.       Pengulangan

    Jika guru mampu memilihkan bahan yang membutuhkan pengulangan dan yang tidak membutuhkan pengulangan maka guru telah melakukan implikasi dari prinsip pengulangan. Karena tidak semua bahan pembelajaran itu membutuhkan pengulangan. Pengulangan terutama dibutuhkan oleh bahan-bahan pembelajaran yang harus dihafalkan tanpa ada kesalahan sedikit pun, termasuk bahan yang membutuhkan latihan-latihan.

    Perilaku guru yang merupakan implikasi prinsip pengulangan di antaranya adalah:

    1.      Merancang pelaksanaan pengulangan.

    2.      Mengembangkan / merumuskan soal-soal latihan.

    3.      Mengembangkan petunjuk kegiatan psikomotorik yang harus diulang.

    4.      Mengembangkan alat evaluasi kegiatan pengulangan.

    5.       Membuat kegiatan pengulangan yang bervariasi.

    5.      Tantangan

    Tantangan sebagai salah satu prinsip pembelajaran yang dapat mengantar peserta didik mencapai tujuannya. Sehingga guru harus merancang kegiatan pembelajaran dalam bentuk kegiatan, bahan dan media yang dapat memberi tantangan kepada peserta didik untuk lebih bersemangat dengan tantangan itu.

    Perilaku guru yang merupakan implikasi prinsip tantangan di antaranya adalah:

    1.      Merancang dan mengelola kegiatan eksperimen yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukannya secara individual atau dalam kelompok kecil (3-4 orang).

    2.      Memberikan tugas kepada peserta didik memecahkan masalah yang membutuhkan informasi dari orang lain di luar sekolah sebagai sumber informasi.

    3.      Menugaskan kepada peserta didik untuk menyimpulkan isi pelajaran yang selesai disajikan.

    4.      Mengembangkan bahan pembelajaran (teks, hand out, modul, dan lain-lain) yang memperhatikan kebutuhan peserta didik untuk mendapatkan tantangan di dalamnya, sehingga tidak harus semua pesan pembelajaran disajikan secara detail tanpa memberikan kesempatan peserta didik mencari dari sumber lain.

    5.      Membimbing peserta didik untuk menemukan fakta, konsep, prinsip, dan generalisasi sendiri.

    6.      Guru merancang dan mengelola kegiatan diskusi untuk menyelenggarakan masalah-masalah yang disajikan dalam topik diskusi.

    6.      Balikan dan Penguatan

    Pemberian balikan dan penguatan dapat dengan lisan dan tulisan. Guru harus dapat menentukan momen dan cara yang tepat keduanya dapat diberikan dengan tepat sasaran.

    Implikasi prinsip balikan dan penguatan bagi guru dapat berwujud perilaku-perilaku di antaranya:

    1.      Memberitahukan jawaban yang benar setiap kali mengajukan pertanyaan yang telah dijawab peserta didik secara benar ataupun salah.

    2.      Mengoreksi pembahasan pekerjaan rumah yang diberikan kepada peserta didik pada waktu yang telah ditentukan.

    3.      Memberikan catatan-catatan pada hasil kerja peserta didik (berupa makalah, laporan, klipping pekerjaan rumah), berdasarkan hasil koreksi guru terhadap hasil kerja pembelajaran.

    4.      Memberikan lembar jawaban tes pelajaran yang telah dikoreksi oleh guru, disertai skor dan catatan-catatan bagi peserta didik.

    5.      Mengumumkan dan mengonfirmasikan peringkat yang diraih setiap peserta didik berdasarkan skor yang dicapai dalam tes.

    6.      Memberikan anggukan atau acungan jempol atau isyarat lain kepada peserta didik yang menjawab dengan benar pertanyaan yang disajikan oleh guru.

    7.      Memberikan hadiah/ganjaran kepada peserta didik yang berhasil menyelesaikan tugas.

    7.      Perbedaan Individu

    Guru menghadapi peserta didik secara klasikal dalam kelas tentunya harus mempertimbangkan latar belakang atau karakteristik masing-masing peserta didik. Jadi, guru harus dapat melayani peserta didiknya sesuai karakteristik mereka orang per orang.

    Adapun implikasi prinsip perbedaan individual bagi guru berwujud perilaku-perilaku sebagai berikut:

    1.      Menentukan penggunaan berbagai metode yang diharapkan dapat melayani kebutuhan peserta didik sesuai karakteristiknya.

    2.      Merancang pemanfaatan berbagai media dalam menyajikan pesan pembelajaran.

    3.      Mengenali karakteristik setiap peserta didik sehingga dapat menentukan perlakuan pembelajaran yang tepat bagi peserta didik yang bersangkutan.

    4.      Memberikan remediasi ataupun pertanyaan kepada peserta didik yang membutuhkan.

    DAFTAR PUSTAKA

    Arsyad, Azhar. 1987. Your Basic Vocabulary. Cet. I; Ujung Pandang: AMA

              Press.

    Daradjat, Zakiah. et al. 2001. Metodik Khusus Pengajaran Agama IslamEdisi II,

              Cet. II; Jakarta: PT. Bumi  Aksara.

    Davies, Ivor K. (Penerjemah:Sudarsono S., dkk.). 1987. Pengelolaan Belajar.

              Jakarta: C.V. Rajawali dan PAU-UT.

    Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

              Cet. I; Jakarta: Balai Pustaka.

    Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.

    Gage, N.L., dan David C. Berliner. 1984. Educational Psychology. Chicago:

              Rand Mc Nally Collage Publishing Company.

    Gredler, Margaret E. Bell. (Penerjemah Munandir). 1991. Belajar dan

              Membelajarkan. Jakarta: C.V. Rajawali dan PAU-UT.

    Sagala, Syaiful. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran; Untuk Membantu

    Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Cet. VII; Bandung: Alfabeta.

    Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran; Teori dan Praktik

    Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.

    Petri, Herbert L. 1986. Motivation: Theory and Research. Belmong,California:

              Wadsworth Publishing Company.

  • Hakikat Belajar dan Pembelajaran

    Belajar dan Pembelajaran

    A. Hakikat Belajar

    Pengertian belajar dapat diartikan sebagai aktifitas mental atau psikis yang terjadi karena adanya interaksi aktif antara individu dengan lingkungannya yang menghasilkan perubahan-perubahan yang bersifat relatif tetap dalam aspek-aspek : kognitif, psikomotor dan afektif.

    Belajar merupakan proses yang ada didalam diri kita. Belajar memiliki beberapa tahap yang dikemukakan oleh Witting :

    • Tahap acquisition, yaitu tahapan perolehan informasi;
    • Tahap storage, yaitu tahapan penyimpanan informasi;
    • Tahap retrieval, yaitu tahapan pendekatan kembali informasi

    Adanya kegiatan belajar diharapkan dapat membuat seseorang yang tadinya tidak bisa menjadi bisa melakukan sesuatu yang dipelajari dan juga terjadinya perubahan sikap seseorang menjadi lebih baik lagi. Belajar juga tidak dibatasi oleh usia. Semua orang dapat melakukan belajar dengan gaya belajar dan cara belajar mereka masing-masing.

    Ciri-ciri Belajar

    –          Adanya aktifitas (fisik, mentak dan emosional)

    Jika jiwa, jasmani dan rohani seimbang maka proses belajar akan berjalan lancar

    –          Melibatkan unsur lingkungan

    Dalam belajar, lingkungan disekitar tempat belajar tidak boleh kumuh dan kotor agar kenyamanan belajar dan semangat belajar terus terjaga

    –          Bertujuan kearah terjadinya perubahan tingkah laku

    Setelah kita belajar, kita akan menemui hal baru yang dapat memperbaiki perilaku kita agar menjadi lebih baik

    B. Hakikat Pembelajaran

    Pembelajaran adalah penyediaan system lingkungan yang mengakibatkan terjadinya proses perubahan. Aunurrahman (2012:34). Tujuan dari pembelajaran sendiri yaitu membantu prosees belajar siswa. Dalam pembelajaran, situasi dan kondisi yang memungkinkan terjadinya proses belajar harus dipertimbangkan oleh guru terlebih dahulu. Adanya pembelajaran diharapkan dapat membuat perubahan sikap dan tingkah laku siswa menjadi lebih baik lagi.

    Ciri-ciri pembelajaran sebagai berikut :

    1. Merupakan upaya sadar dan disengaja
    2. Pembelajaran harus membuat siswa belajar
    3. Tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan
    4. Pelaksanaannya terkendali, baik isinya, waktu, proses maupun hasi

    C. Pengertian Mengajar dan Pengajaran

                Mengajar adalah segala upaya yang disengaja dalam rangka memberi kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan. Sedangkan menurut Jones A. Majid, (2005:16),  pengajaran adalah suatu cara bagaimana mempersiapkan pengalaman belajar bagi peserta didik. Dengan kata lain pengajaran adalah suatu proses yang dilakukan oleh para guru dalam membimbing, membantu, dan mengarahkan peserta didik untuk memiliki pengalaman belajar.

    D. Tujuan Belajar dan Pembelajaran

    a.      Tujuan Intruksional, Tujuan Pembelajaran, dan Tujuan Belajar

    Tujuan instruksional khusus juga disebut sebagai sasaran belajar siswa. Tujuan instruksional khusus mempertimbangkan pengetahuan awal dan kebutuhan belajar siswa. Bagi siswa, sasaran belajar merupakan panduan belajar yang harus diikuti karena terdapat kriteria keberhasilan belajar. Bagi guru, tujuan instruksional yaitu sebagai penjabaran dari sebuah kurikulum yang berlaku.

    b.      Siswa dan Tujuan Belajar

    Siswa adalah subjek yang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Siswa mengalami suatu proses belajar. Dalam proses belajar tersebut siswa menggunakan kemampuan mentalnya untuk mempelajari bahan belajar. Kemempuan-kemampuan kognitif, afektif, psikomotor yang dibelajarkan dengan bahan belajar menjadi semakin rinci dan menguat. Adanya informasi tentang sasaran belajar, adanya penguatan-penguatan, adanya evaluasi dan keberhasilan belajar, menyebabkan siswa semakin sadar akan kemampuan dirinya.

    E. Teori Deskriptif dan Teori Preskriptif

     Tujuan utama teori pembelajaran adalah menetapkan metode pembelajaran yang optimal, sedangkan teori belajar bersifat deskritif karena tujuan utama teori belajar adalah menjelaskan proses belajar. Teori pembelajaran perspektif dimaksudkan untuk mencapai tujuan, sedangkan teori belajar deskriptif dimaksudkan untuk memberikan hasil teori pembelajaran mengungkapkan hubungan antara kegiatan pembelajaran dengan proses psikologis dalam diri siswa, sedangkan teori belajar mengungkapkan hubungan antara kegiatan siswa dengan proses psikologi dalam diri siswa

    Teori Deskriptif : 

    Bila isi/materi pelajaran (kondisi) diorganisasi dengan menggunakan metode elaborasi (metode), maka perolehan belajar dan retensi (hasil) akan meningkat.  Jika membuat rangkuman tentang isi buku teks yang dibaca, maka retensi terhadap isi buku teks itu akan lebih baik.

    Teori Preskriptif : 

    Agar perolehan belajar dan retensi (hasil) meningkat, organisasilah isi/materi pelajaran (kondisi) dengan menggunakan model elaborasi (metode).  

    Agar dapat mengingat isi buku teks yang dibaca secara lebih baik, maka bacalah isi buku teks itu berulang-ulang dan buatlah rangkumannya.

    Kelebihan Dan Kekurangan Teori Belajar Deskriptif Dan Prespektif

    1. Kelebihan teori belajar deskriptif yaitu  lebih terkonsep sehingga siswa lebih memahami materi yang akan disampaikan.mendorong siswa untuk mencari sumber pengetahuan sebanyak-banyaknya dalam mengerjakan suatu tugas
    2. Kekuragan teori belajar deskiptif yaitu kurang memperhatikan sisi psikologis siswa dalam mendalami suatu materi
    3. Kelebihan teori belajar prespektif yaitu lebih sistematis sehingga memiliki arah dan tujuan yang jelas. banyak member motivasi agar terjadi proses belajar mengoptimalisasikan kerja otak secara maksimal
    4. Kekurangan teori belajar prespektif yaitu membutuhkan waktu cukup lama
  • Elastisitas Permintaan dan Penawaran

    Konsep & Jenis Permintaan Elastisitas

    Elastisitas permintaan mengacu pada tingkat respons permintaan suatu komoditas terhadap perubahan faktor-faktor penentunya. Dengan kata lain %Δ dalam Qdx dibagi dengan %Δ dalam determinannya.

    Pertama kali diperkenalkan oleh ekonom klasik AA Cournot & JS Mill dan kemudian oleh ekonom Neo-klasik, Alfred Marshall mengembangkannya secara ilmiah dalam bukunya “Principle of Economics” yang diterbitkan pada tahun 1890 M. 

    Secara simbolis, Ed = % Δ  dalam Qd / % Δ  dalam determinannya

    A. Elastisitas Harga Permintaan (PED)

    Ep berarti seberapa kuat reaksi konsumen (dengan menggunakan lebih sedikit) jika Anda menaikkan harga produk Anda. Jadi, Ep adalah reaksi kuantitas terhadap harga. Secara simbolis :

    E_P=\frac{\%Δ in Q^d_x}{\%ΔinP_x}=\frac{ΔQ}{ΔP}X\frac{P}{Q}

    B. Derajat/Jenis PED

    1] Permintaan Sangat Elastis 

    E_P=\frac{Huge \ Δin Q^d_x}{Negligiblee \ ΔinP_x}

    2] Permintaan Inelastis Sempurna

    Elastisitas Harga Permintaan yang Inelastis Sempurna

    3] Permintaan Elastis Kesatuan 

    Elastisitas Kesatuan Harga Elastisitas Permintaan

    4 ] Permintaan Relatif Elastis 

    Harga Relatif Elastisitas Permintaan

    5] Permintaan yang Relatif Inelastis 

    Elastisitas Harga Permintaan yang Relatif Inelastis

    Tabel Contoh Elastisitas Harga Permintaan

    Tabel Jenis Elastisitas Harga terhadap Permintaan

    Penentu PED

    1] Ketersediaan Pengganti

    Jika tersedia →Pengguna mengganti produk → Lebih elastisJika tidak →Pengguna tidak dapat mengganti produk → Tidak elastis

    2] Jangka Waktu

    Cakrawala waktu yang lebih panjang → Pilihan → Lebih elastis & sebaliknya [Kondisi penundaan]

    3] Sifat Barang

    Diperlukan → Inelastis, Mewah → Barang elastis & pembentuk kebiasaan (rokok) → Inelastis

    4] Proporsi Pendapatan yang Dibelanjakan

    Proporsi lebih besar → Proporsi elastis & Kecil → Kurang elastis

    5] Jumlah Penggunaan Suatu Komoditas

    Sekali pakai (listrik) → Elastis & Sekali Pakai (Tinta) → Kurang elastis

    6] Ekspektasi Harga Pembeli

    Ekspektasi penurunan harga → Permintaan kurang responsif dan sebaliknya

    Kegunaan atau Pentingnya PED

    Ep memiliki kepentingan praktis yang besar dalam perumusan kebijakan ekonomi & memahami masalah ekonomi. Manajer harus bisa menjawab:- Berapa banyak kita harus memotong harga untuk mencapai pertumbuhan penjualan 3%?- Jika harga dipotong 5%, berapa unit lagi yang akan terjual?

    1] Bermanfaat bagi perusahaan monopoli dalam menetapkan harga

    Lebih elastis → Keuntungan meningkat dengan menurunkan hargaKurang elastis → Keuntungan bisa meningkat dengan menaikkan harga

    2] Membantu pemerintah dalam merumuskan kebijakan perpajakan

    Menteri Keuangan harus mempertimbangkan sifat Ed suatu komoditas sebelum mengenakan cukai terhadap komoditas tersebut.  Permintaan tidak elastis → Pajak↑ → Pendapatan publik↑Barang kebutuhan → Pajak↓ & Barang mewah → Pajak↑

    3] Penentuan upah

    Permintaan tenaga kerja yang tidak elastis → Serikat pekerja dapat memaksa pengusaha untuk meningkatkan jumlah pemogokan yang mengorganisir upahPermintaan tenaga kerja yang elastis → Taktik serikat pekerja tidak akan berhasil untuk menaikkan upah

    3] Perdagangan Internasional

    Komoditas ekspor mempunyai permintaan yang inelastis dan komoditi impor mempunyai permintaan elastis → bermanfaat bagi negara

    4] Bermanfaat dalam menentukan nilai tukar

    Sebelum memutuskan untuk mendevaluasi atau merevaluasi mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing, pemerintah harus mempelajari secara cermat elastisitas permintaan impor dan ekspor. 

    5] Membantu dalam mendeklarasikan industri tertentu sebagai ‘Utilitas Publik’

    Konsep Ed juga memungkinkan pemerintah untuk memutuskan industri tertentu apa yang harus dinyatakan sebagai utilitas publik dan akibatnya dimiliki & dioperasikan oleh negara. 

    6] Penentuan harga utilitas umum seperti kantor pos, air minum, listrik dll.

    Permintaan tidak elastis → Harga↑ & Permintaan elastis → Harga↓ 

    7] Penentuan harga produk gabungan seperti domba & wol, padi & jerami -wfg / k/fn_

    Biaya produksi tidak dapat dihitung secara terpisah. Jadi Ed berguna untuk menentukan harga.Permintaan tidak elastis → Harga↑ & Permintaan elastis → Harga↓

    Elastisitas Pendapatan Permintaan (YED)

    YED mengukur daya tanggap permintaan terhadap perubahan pendapatan (riil), OTRS.

    Elastisitas Pendapatan dari Permintaan

    Jenis/derajat YED

    1] YED Positif [ Ey > 0] 

    Qdx bervariasi positif dengan pendapatan dan berhubungan dengan barang normal Y↑ → Qdx ↑ & Y↓ → Qdx↓Secara simbolis,

    Elastisitas Permintaan Pendapatan Positif

    a) Lebih besar dari Persatuan

    Elastisitas Permintaan Pendapatan Lebih Besar dari Persatuan

    b) Setara dengan Persatuan

    Elastisitas Permintaan Pendapatan Sama dengan Persatuan

    c) Kurang dari Persatuan 

    Elastisitas Permintaan Pendapatan Kurang dari Persatuan

    2] YED Negatif [Ey < 0]

    Qdx bervariasi berbanding terbalik dengan pendapatan & berhubungan dengan barang inferior.Y↑ → Qdx ↓ & Y↓ → Qdx↑

    Elastisitas Permintaan Pendapatan Negatif

    3] Nol YED [ Ey = 0]

    Tidak ada respon permintaan karena perubahan pendapatan & terkait dengan harga barang yang sangat rendah.

    Elastisitas Permintaan Pendapatan Nol

    Tabel Contoh Elastisitas Pendapatan terhadap Permintaan

    Tabel Jenis Elastisitas Pendapatan terhadap Permintaan

    Elastisitas Permintaan Silang (XED)

    OTBE, XED mengukur respon permintaan barang x terhadap perubahan harga barang y.

    Elastisitas Silang Permintaan

    Jenis/derajat XED

    Elastisitas Permintaan Silang Positif
    Elastisitas Permintaan Silang Negatif
    Elastisitas Permintaan Silang Nol

    Tabel Contoh Elastisitas Silang Permintaan

    Tabel Jenis-Jenis Elastisitas Silang Permintaan

    Konsep & Jenis Elastisitas Penawaran

    Konsep ES

    Elastisitas penawaran mengacu pada tingkat respons pasokan suatu komoditas terhadap perubahan faktor-faktor penentunya. Dengan kata lain %Δ pada Qsx dibagi dengan %Δ pada determinannya.Secara simbolis, Es = %Δ dalam Qsx/%Δ pada determinannya

    Elastisitas Harga Pasokan (PES)

    ES berarti seberapa kuat reaksi produsen jika terjadi kenaikan harga produk. Jadi, ES adalah reaksi jumlah penawaran terhadap harga.Secara simbolis,

    Elastisitas Harga Penawaran
    Elastisitas Harga Elastisitas Sempurna dari Penawaran
    Elastisitas Harga Penawaran yang Inelastis Sempurna
    Elastisitas Harga Elastisitas Kesatuan Penawaran
    Harga Relatif Elastis Elastisitas Penawaran
    Elastisitas Harga Penawaran yang Relatif Inelastis
  • Penawatan dan Keseimbangan

    Dua konsep dijabarkan menjadi beberapa konsep lagi. Kegiatan pertama membicarakan konsep permintaan dan kegiatan ke dua konsep penawaran. Konsep-konsep ini, merupakan bekal yang baik di dalam mempertajam penalaran atas berbagai masalah ekonomi yang ada di masyarakat. Khususnya tentang faktor-faktor yang menyebabkan berubah-ubahnya permintaan dan penawaran suatu barang di pasar dan bagaimana akibatnya terhadap harga.

    Hubungan fungsional terjadi antara jumlah barang dengan harganya. Hubungan tersebut dapat berlangsung secara lurus arau secara terbalik. Dalam peristiwa membeli biasanya terjadi hubungan fungsional yang bersifat terbalik dalam arti apabila harganya naik maka jumlah barang yang dibeli akan berkurang dan sebaliknya apabila harga turun maka jumlah yang dibeli akan bertambah. Sedangkan dalam peristiwa menjual berlangsung hubungan fungsional secara langsung. Setiap kenaikan harga akan menyebabkan jumlah barang yang dijual akan bertambah dan sebaliknya jika harga turun akan menyebabkan jumlah barang yang dijual berkurang. Dari peristiwa ini dapat disusun konsep permintaan, penawaran, dan keseimbangan pasar.

    Interaksi di antara penjual dan pembeli di pasar barang akan dapat memecahkan masalah ini. Untuk memberi gambaran tentang ciri interaksi tersebut perlu di pelajari toeri permintaan, teori penawaran dan penentuan keseimbangan pasar.

    Terdapat beberapa faktor yang menentukan permintaan masyarakat ke atas sesuatu barang. Faktor yang terpenting adalah tingkat harga tersebut. Teori permintaan menerangkan sifat hubungan antara tingkat harga dengan kuantitas yang diminta.

    Interaksi di antara permintaan dan penawaran akan menentukan keadaan keseimbangan di pasar yaitu, keadaan dimana keinginan masyarakat untuk membeli adalah sama dengan keinginan produsen barang untuk menjual barangnya. Keseimbangan ini akan menentukan tingkat harga yang berlaku di pasar dan kuantitas barang yang akan diperjualbelikan dan perlu diproduksikan.

    Permintaan dan Kurva Permintaan

    a. Beberapa penentu permintaan

    Permintaan sesorang atau sesuatu masyarakat kepada sesuatu barang ditentukan oleh banyak faktor. Diantara faktor-faktor tersebut yang terpenting adalah seperti yang dinyatakan dibawah ini:

    a)      Harga barang itu sendiri

    b)      Harga barang lain yang berkaitan erat dengan barang tersebut

    c)      Pendapatan rumah tangga dan pendapatan rata-rata masyarakat

    d)     Corak distribusi pendapatan dalam masyarakat

    e)      Cita rasa masyarakat

    f)       Jumlah penduduk

    g)      Ramalan mengenai keadaan di masa yang akan datang

    Dalam analisis ekonomi dianggap bahwa permintaan suatu barang terutama dipengaruhi oleh tingkat harganya. Oleh sebab itu, dalam teori permintaan yang terutama dianalisis adalah hubungan antara jumlah permintaan suatu barang dengan harga barang tersebut.

    Dalam analisis tersebut diasumsikan bahwa “faktor-faktor lain tidak mengalami perubahan“ atau ceteris paribus. Tetapi dengan asumsi yang dinyatakan ini tidaklah berrati bahwa kita mengabaikan faktor-faktor yang dianggap tetap tersebut. Setelah menganalisis hubungan diantara jumlah permintaan dan tingkatharga maka kita selanjutnya oleh mengasumsikan bahwa harga adalah tetap dan kemudian menganalisis bagaimana permintaan suatu barang dipenggaruhi oleh berbagai faktor lainnya.

    b.      Harga dan permintaan

    Dalam hukum permintaan dijelaskan sifat hubungan antara permintaan suatu barang dengan tingkat harganya. Hukum permintaan pada hakikatnya merupakan suatu hipotesis yang menyatakan makin rendah harga suatu barang maka makin banyak permintaan terhadap barangtersebut. Sebaliknya makin tinggi harga suatu barang maka makin sedikit permintaan terhadap barang tersebut.

    Mengapa jumlah permintaan dan tingkat harga memiliki sifat hubungan seperti diatas ? Yang pertama ,sifat hubungan yang seprti itu disebabkan karena kenaikan harga menyebakan para pembeli mencari barang lain yang dapat digunakan sebagai pengganti terhadap barang yang mengalami kenaikan harga, dan apabila harga turun maka orang mengurangi pembelian terhadap barang lain yang sama jenisnya dan menambah pembelian terhadap barang yang mengalami penurunan harga. Yang kedua, kenaikan harga menyebabkan pendapatan riil para pembeli berkurang. Pendapatan yang merosot tersebut memaksa para pembeli untuk mengurangi pembeliannya terhadap berbagai jenis barang, dan terutama barang yang mengalami kenaikan harga.

    c.       Kurva permintaan

    Hubungan antara harga suatu komoditif dengan jumlah yang diminta dapat dilihat dalam tabel permintaan yang bila dicabarkan secara grafis akan membentuk suatu kurva permintaan. Kurva permintaan adalah kurva yang menghubungkan antara tingkat harga suatu barang dengan jumlah yang diminta atas barang tersebut.

    Contoh :

    Permintaan Terhadap Buku Tulis pada Berbagai Tingkat Harga

    KeadaanHarga (rupiah)Jumlah yg Diminta
    PQRST500040003000200010002004006009001300

    Kurva permintaan berbagai jenis barang pada umumnya menurun dari kiri atas ke kanan bawah. Kurva yang demikian di sebabkan oleh sifat hubungan antara harga dan jumlah yang diminta, yang mempunyai sifat hubungan yang terbalik.

    d.      Permintaan perseorangan dan permintaan pasar

    Permintaan terhadap sesuatu barang dapat dilihat dari dua sudut, yaitu permintaan yang dilakukan oleh seseorang dan permintaan yang dilakukan oleh semua orang di dalam pasar. Oleh karena itu, dalam analisis perlu di bedakan antara kurva permintaan perseorangan dan kurva permintaan pasar. Untuk memperoleh kurva permintaan pasar, kurva permintaan berbagai individu dalam pasar harus dijumlahkan.

    Contoh :

    HargaJumlah yang diminta
    Permintaan ali Permintaan badu Permintaan pasar
    500040003000200010001015305070+
    +
    +
    +
    +
    1015203045=====20305080115

    Contoh kurva :







    2.2  PENGARUH FAKTOR BUKAN HARGA TERHADAP PERMINTAAN

    Hukum permintaan terutama memperhatikan sifat hubungan antara harga sesuatu barang dengan jumlah barang yang di minta. Sedangkan dalam kenyataan sebenarnya seperti yang sudah dinyatakan sebelum ini banyaknya permintaan terhadap sesuatu barang juga ditentukan oleh banyak faktor lain. Oleh sebab itu, untuk melengkapi analisis mengenai teori permintaan, adalah perlu untuk menganalisis bagaimana faktor penting lainnya dapat mempengaruhi permintaan.

    a.       Harga barang-barang lain

    Hubungan antara sesuatu barang dengan berbagai jenis-jenis barang lainnya dapat di bedakan menjadi tiga golongan yaitu ; (i) barang lain merupakan pengganti, (ii) barang lain merupakan pelengkap, dan (iii) barang yang tidak ada kaitannya sama sekali (netral).

                                                                  i.      Barang pengganti

    Sesuatu barang dinamakan barang pengganti kepada barang lain apabila ia dapat menggantikan fungsi barang lain tersebut. Harga barang pengganti dapat mempengaruhi permintaan barang yang di gantikannya. Sekiranya harga barang pengganti bertambah murah maka barang yang digantikannya akan mengalami pengurangan permintaan.

                                                                ii.      Barang pelengkap

    Apabila sesuatu barang selalu digunakan bersama dengan barang lainnya, maka barang tersebut dinamakan barang pelengkap kepada barang lain tersebut. Kenaikan atau penurunan permintaan terhadap barang pelengkap selalu sejalan dengan perubahan permintaan barang yang di lengkapinya.

                                                              iii.      Barang netral

    Permintaan terhadap beras dan terhadap buku tulis tidak mempunyai hubungan sama sekali. Maksudnya, perubahan permintaan dan harga beras tidak akan mempengaruhi permintaan buku tulis dan begitu pula sebaliknya. Apabila du macam barang tidak mempunyai hubungan yang rapat maka perubahan terhadap permintaan salah satu barang tersebut tidak akan mempengaruhi permintaan barang lainnya. Barang seperti ini di namakan barang netral.

    b.      Pendapatan para pembeli

    Pendapatan para pembeli merupakan faktor yang sangat penting dalam menetukan corak permintaan terhadap berbagai barang. Perubahan pendapatan selalu menimbulkan perubahan terhadap berbagai jenis barang. Bersadasrkan kepada sifat perubahan permintaan yang berlaku apabila pendapatan berubah, berbagai barang dapat dibedakan menjadi empat golongan yaitu ; barang inferior, barang esensial, barang normal, dan barang mewah

    i.        Barang inferior

    Barang inferior adalah barang yang banyak diminta oleh orang-orang yang berpendapatan rendah. Kalau pendapatan bertambah tinggi maka permintaa terhadap barang-barang yang tergolong barang inferior akan berkurang. Para pembeli yang mengalami kenikan pendapatan akan mengurangi pengeluarannya terhadap barang-barang inferior dan menggantikannya dengan barang-barang yang lebih baik mutunya.

    ii.      Barang esensial

    Barang esensial adalah barang yang sangat penting artinya dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Biasanya barang itu terdiri dari kebutuhan pokok masyarakat seperti makanan (beras, kopi, dan gula) dan pakain yang utama. Perbelanjaan seprti ini tidak berubah walaupun pendapatan meningkat.

    iii.    Barang normal

    Sesuatu barang yang dinamakam barang normal apabila ia mengalami kenikan dalam permintaan sebagai akibat dari knaikan pendapatan. Kebanyakan barang yang ada dalam masyarakat termasuk dalam golongan ini. Ada dua faktor yang menyebabkan barang-barang seperti itu permintaannya akan engalami kenaikan kalau pendapatn para pembeli bertambah yaitu ; (i) pertambahan pendapatan menambah kemampuan untuk membeli lebih banyak barang, dan (ii) pertambahan pendapatan memungkinkan para pembeli menukar konsumsi mereka dari yang kurang baik mutunya kepada barang yang lebih baik mutunya.

    iv.    Barang mewah

    Jenis-jenis yang dibeli orang apabila pendapatan mereka sudah relatif tinggi termasuk dalam golongan ini. Emas, intan, mobil adalah beberapa contoh barang mewah. Selain itu perabot rumah yang mahal adalah contoh lainnya. Biasanya barang-barang tersebut baru di beli masyarakat setelah dapat memenuhi kebutuhan yang pokok seperti makanan, pakaian, perumahan.

    c.       Pendapatan para pembeli

    Beberapa faktor lain yng cukup penting peranannya dalam mempengaruhi permintaan terhadap suatu barang adalah distribusi pendapatan, cita rasa, jumlah penduduk dan ekspektasi mengenai keadaan masa depan. Faktor-faktor tersebut yakni ;

    i.                    Distribusi pendapatan

    Distribusi pendapatan juga dapat mempengaruhi corak permintaan terhadap berbagai jenis barang. Sejumlah pendapatan masyarakat yang tertentu besarnya akan menimbulkan corak permintaan masyarakat yang berbeda apabila pendapatan tersebut diubah corak distribusinya. Sekiranya pemerintah menaikkan pajak terhadap orang-orang kaya dan kemudian menggunakan hasil pajak ini untuk menaikkan pendapatan pekerja yang bergaji rendah maka corak permintaan terhadap berbagai barang akan mengalami perubahan.

    ii.                  Cita rasa masyarakat

    Cita rasa mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap keinginan masyarakat untuk membeli barang-barang. Pada 1960-an sedikit sekali orang yang suka menggunakan mobil-mobil buatan jepang. Tetapi semenjak tahun 1970-an suasananya sudah sangat berubah. Di berbagai negara di dunia di dapati mobil buatan jepang semakin populer dan banyak digunakan orang. Akibatnya, permintaan terhadap mobil-mobil buatan amerika dan eropa menurun. Contoh ini menggambarkan bagaiman perubahan cita rasa masyarakat dapat mempengaruhi permintaan berbagai jenis barang.

    iii.                Jumlah penduduk

    Pertambahan penduduk tidak dengan sendirinya menyebabkan pertambahan permintaan. Tetapi biasanya pertambahan penduduk di ikuti oleh perkembangan dalam kesempatan kerja. Dengan demikian lebih banyak orang yang menerima pendapatan dan ini menambah daya beli dalam masyarakat. Pertambahan daya beli ini akan menambah permintaan.

    iv.                Ekspetasi tentang masa depan

    Perubahan-perubahan yang di ramalkan mengenai keadaan pada masa yang akan datang dapat mempengaruhi permintaan. Ramalan para konsumen bahwa harga-harga akan menjadi lebih bertambah tinggi pada masa depan akan mendorong mereka untuk membeli lebih banyak pada masa kini, untuk menghemat pengeluaran pada masa yang akan datang. Sebaliknya, ramalan bahwa lowongan kerja akan bertambah sukar di peroleh dan kegiatan ekonomi akan mengalami resesi, akan mendorong orang lebih hemat dalam pengeluarannya dan mengurangi permintaan.

    Gerakan Sepanjang dan perubahan kurva permintaan

    Perubahan sepanjang kurva permintaan berlaku apabila harga barang yang diminta menjadi makin tinggi atau makin menurun. Misalanya pada contoh dibawah ini. Dimisalkan DD adalah kurva permintaan pasar terhadap buku tulis dan pada permulaannya harga barang adalah Rp. 3000 dan jumlah barang yang dimint adalah 600. Keadaan ini ditunjukan oleh titik R

                          Pada gambar dibawah ini dapat dilihat bahwa perubahan harga tersebut penyebabkan keadaan permintaan berubah, yaitu dar yang ditunjukkan oleh titik R kepada titik S. Ini berarti penurunan harga buku dari Rp. 3000  menjadi Rp. 2000 telah menambah jumlah yang diminta dari 600 kepada 900 buku tulis. Kenaikan harga akan mengurangi jumlah yang diminta. Akibat dari kenaikan harga jika dapat diikuti sepanjang kurva permintaan. Katakanlah yang berlaku adalah kenaikan harga dari Rp.3000 menjadi Rp. 4000. Ini berarti kedudukan dalam kurva DD berubah dari R menjadi T, yang menggambarkan bahwa kenaikan harga itu telah menggurangi jumlah barang yang diminta darin 600 kepada 400 buku tulis.

                          Contoh Sepanjang Kurva Permintaan.









    Pergeseran kurva permintaan

    Kurva permintaan akan bergerak ke kanan atau ke kiri,yaitu seperti yang ditunjukkan dalam gambar di bawah ini, apabila dapat perubahan permintaan yang ditimbulkan oleh faktor bukan harga. Sekiranya harga barang lain,pendapatan para pembeli dan berbagai faktor bukan harga lainnya mengalami perubahan, maka perubahan ini akan menyebabkan kurva permintaan pindah kekanan atau kekiri.

    Kearah manakah kurva permintan akan bergerak apabila perubahan itu ditimbulkan oleh perubahan faktor bukan harga, misalnya perubahan pendapatan pembeli? Bagian ini akan menganalisis suatu contoh dimana dimisalkan bahwa pendapatan para pembeli mengalami kenaikan. Apabila faktor-faktor lain tidak mengalami perubahan, kenaikan pendapatan ini akan menaikan permintaan, yaitu kepada setiap tingkat harga jumlah yang diminta menjadi bertambah banyak. Keadaan seperti ini digambarkan oleh perpindahan kuva permintaan dan menurut contoh dalam gambar di bawah ini perubahan itu adalah dari kurva DD menjadi D1 D1.

    Perhatikanlah sekarang titik A dan A1. Titik A mengambarkan bahwa pada harga P, jumlah yang diminta adalah Q sedankan titik A1 menggambarkan bahwa pada harga P jumlah yang diminta adalah Q1. Dapat dilihat bahwa Q1 >Q dan berarti kenaikan pendapatan menyebabkan pada harga P permintaan bertambah sebesar QQ1. Contoh ini menunjukkan bahwa apabila kurva permintaan bergerak ke sebelah kanan, maka perpindahan itu menunjukkan pertambahan dalam permintaan. Sebaliknya pergeseran kurva permintaan kesebelah kiri, misalanya menjadi D2 D2 , berarti bahwa permintaan telah berkurang. Sebagai akibat dari perubahan ini pada harga P, jumlah barang yang diminta adalah Q2. Keadaan ini ditunjukkan oleh titik A2.







    Contoh Pergeseran Kurva Permintaan
    harga (ribu Rp)            D
                         5                        

    4                            T

    3                                       R

    2                                                           S

    1                                                                                         D

        0         1          400      600        900               1300

                                                                Kuantitas

    2.3  TEORI PENAWARAN DAN KURVA PENAWARAN

    Terdapatnya permintaan belum merupakan syarat yang cukup untuk mewujudkan transaksi dalam pasar. Permintaan yang nyata hanya dapat di penuhi apabila para penjual dapat menyediakan barang-barang yang diperlukan tersebut.

    Ini adalah penentu – penentu penawaran ;

    a.       Penentu-penentu penawaran

    Keinginan para penjual dalam menawarkan barangnya pada berbagai tingkat harga ditentukan oleh beberapa faktor. Yang terpenting adalah :

    1.      Harga barang itu sendiri

    2.      Harga barang-barang lain

    3.      Biaya produksi

    4.      Tujuan-tujuan operasi perusahaan tersbut

    5.      Tingkat teknologi yang digunakan

    Dalam menganalisis mengenai permintaan telah dinyatakan bahwa adalah tidak mungkin untuk membicarakan secara sekaligus bagaimana permintaan dipengaruhi oleh perubahan daripada berbagai faktor yang menetukannya. Kita haruslah menganalisis secara satu demi satu setiap faktor yang mempengaruhinya.

    b.      Ciri hubungan antara harga dan penawaran

    Harga suatu barang selalu sebagai faktor yang sangat penting dalam menentukan penawaran barang tersebut. Oleh sebab itu teori penawaran terutama mengumpulkan perhatiannya kepada hubungan di antara tingkat harga dengan jumlah barang yang di tawarkan.

    Hukum penawaran

    Adalah suatu pernyataan yang menjelaskan tentang sifat hubungan antara harga sesuatu barang dan jumlah barang tersebut yang ditawarkan para penjual. Hukum penawaran pada dasarnya mengatakan bahwa makin tinggi harga sesuatu barang, semakin banyak jumlah barang tersebut akan ditawarkan oleh para penjual. Sebaliknya, makin rendah harga suatu barang maka makin sedikit jumlah barang tersebut yang ditawarkan.

    c.       Kurva penawaran

    Kurva penawran adalah suatu kurva yang menunjukkan hubungan diantara harga suatu barang tertentu dengan jumlah barang tersebut yang ditawarkan. Dengan mengunakan data dalam tabel 4.3 dapat dilukiskan kurva penawarab buku tulis, yaitu seprti yang ditunjukkan dalam gambar 4.5. Titik A,B,C,D dan E dalam gambar 4.5 secara berturut-turut menggambarkan keadaaan A,B,C,D dan E dalam tabel titik 4.3. Kurva SS, yaitu kurva yang melalui titik A,B,C,D dan E adalah kurva penawaran.

    Contoh Daftar Penawaran Buku Tulis

    KeadaanHarga (rupiah)Jumlah yg ditawarkan(unit)
    ABCDE50004000300020001000900800600375100

    Kurva Penawaran Buku Tulis








    2.4  PENGARUH FAKTOR BUKAN HARGA TERHADAP PENAWARAN

    a.       Harga barang lain

    Telah yang diterangkan dalam membahas teori permintaan bahwa barang-barang ada yang saling bersaingan (barang-barang pengganti) satu sama lain dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Barang –barang seperti itu dapat menimbukan pengaruh yang penting kepada penawaran sesuatu barang.

    b.      Biaya untuk memperoleh faktor produksi

    Pembayaran kepada faktor-faktor produksi merupakan pengeluaran yang sangat penting dalam proses produksi berbagai perusahaan.pengeluaran tersebut mempunyai peranan yang sangat besar dalam menentukan biaya produksi. Tanpa adanya kenaikan produktivitas dan efisiensi, kenaikan harga fakto-faktor produksi akan menaikan biaya produksi. Diberapa perusahaan kenaikan pengeluaran untuk memperoleh faktor-faktor produksi akan menyebabkan biaya produksi melebihi hasil penjualannya dan mereka mengalami kerugian. Ini dapat menimbulkan penutupan usaha tersebut dan jumlah penawaran barang menjadi berkurang.

    c.       Tujuan perusahaan

    Dalam teori ekonomi selalu dimisalkan perusahaan berusaha memaksimumkan keuntungan. Dalam prakteknya perusahaan-perusahaan banyak yang mempunyai tujuan lain. Ada perusahaan yang tidak mau menanggung resiko, dan untuk itu mereka melakukan kegiatan yang lebih selamat walaupun keuntungannya lebih kecil.

    Tujuan yang berbeda-beda tersebut menimbulkan efek yang berbeda terhadap penentuan tingkat produksi. Dengan demikian penawaran sesuatu barang akan berbeda sifatnya sekiranya terjadi perubahan dalam tujuan yang ingin dicapai perusahaan .

    d.      Tingkat teknologi

    Tingkat teknologi memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan banyaknya jumlah barang yang dapat ditawarkan. Kenaikan produksi dan perkembangan ekonomi yang pesat diberbagai Negara terutama disebaabkan oleh penggunaan teknologi yang semakin modern. Dalam hubungannya dengan penawaran suatu barang, kemajuan teknologi menimbulkan 2 efek berikut :

    1.      Produksi dapat ditambah dengan lebih cepat.

    2.      Biaya produksi semakain murah.

    Gerakan Sepanjang Kurva Penawaran Dan Pergeseran Kurva Penawaran




    Seperti halnya dengan analisis permintaaan, penawarn juga perlu dibedakan antara pengertian gerakan sepanjang kurva penawaran dan pergeseran kurva permintaan yaitu :

    1.      Perubahan harga menimbulkan gerakan sepanjang kurva penawaran.

    2.      Sedangkan perubahan faktor-faktor lain diluar harga menimbulkan pergeseran kurva tersebut.

    Gambar di bawah ini dimislakan pada mulanya kurva penawaran adalah SS. Titik A menggambarkan bahwa pada waktu harga adalah P jumlah barang yang ditawarkan adalah Q. Sekiranya harga turun menjadi P1 hubungan diantara harga dan jumlah ditawarkan pindah ke titik B. Ini berrati sekarang jumlah yang ditawarkan hanyalah sebanyak Q1. Perubahan ini menggambarkan gerakan sepanjang kurva penawaran.

    Perubahan dalam jumlah ynag ditawarkan dapat pula berlaku sebagai akibat dari pergeseran kurva penawaran. Pergeseran dari SS mnjadi S1 S1 atau S2 S2 menggambarkan perubahan. Gambar di bawah ini menunjukkan pergeseran kurva penawaran dari SS menjadi S1 S1 menyebakan jumlah yang ditawarkan bertambah dari Q menjadi Q2 walaupun harga tetap sebesar P. Keadaan seperti ini ditunjukkan oleh titik A1. Pergeseran SS menjadi S2 S2 mengambarakan penggurangan.

    Contoh Gerakan Sepanjang Kurva Penawaran dan Pergeseran Kurva Penawaran





    2.5  KESEIMBANGAN PERMINTAAN, PENAWARAN, DAN PERUBAHANNYA

    a.       Penentuan harga dan jumlah yang diperjualbelikan

    Keadaan di suatu pasar di katakan dalam keseimbangan atau ekuilibrium apabila jumlah yang ditawarkan oleh para penjual pada suatu harga tertentu adalah sama dengan jumlah yang diminta para pembeli pada harga tersebut. Tiga cara dapat di gnakan untuk menunjukkan keadaan keseimbangan tersebut, yaitu (i) dengan contoh yang menggunakan angka, (ii)  dengan menggunakan kurva permintaan dan penawaran, (iii) menentukannya secara matematik.

    (i)                 Menentukan Keseimbangan Secara Angka

    Sekarang dapat di bandingkan permintaan dan penawaran buku tulis pada tingkat harga itu. Di dapati ada tiga keadaan yang mungkin wujud. Keadaan pertama adalah keadaan kelebihan penawaran yaitu jumlah yang di tawarkan di pasar adalah melebihi daripada yang di minta para pembeli. Keadaan ini berlaku apabila harga melebihi Rp 3000. Pada tingkat harga sebesar Rp 3000 yang berlaku adalah keadaan dimana permintaan sama dengan penawaran yaitu pada harga tersebut jumlah yang ditawarkan para penjual sama dengan yang diinginkan pembeli. Keadaan yang ketiga adalah keadaan yang kelebihan permintaan yaitu jumlah yang diminta para pembeli melebihi daripada yang di tawarkan para penjual. Misalkan harga buku tulis yang berlaku dipasar adalah Rp 5000 pada harga ini hanya sebanyak 200 buku tulis akan diminta pembeli sedangkan penjual menawarkan 900 buah. Kelebihan penawaran tersebut akan mendorong para penjual menurunkan harga. Juga apabila harga adalah Rp 4000 keadaan yang baru dinyatakan ini akan wujud.

    (ii)               Menentukan Keseimbangan Secara Grafik

    Cara kedua untuk menjelaskan bagaiman harga dan jumlah barang yang diperjualbelikan ditentukan di pasar adalah dengan secara gambaran grafik yaitu seperti yang ditunjukkan dalam gambar dibawah ini.

    Kurva DD menggambarkan permintaan buku tulis dan kurva SS menggambarkan penawaran buku tulis. Kedua kurva tersebut dilukiskan berdasarkan angka permintaan dan penawaran yang terdapat dalam tabel di bawah ini. Pada harga melebihi dari Rp 3000 kurva penawaran berada disebelah kanan kurva permintaan ; berarti penawaran melebihi permintaan. Keadaan ini tidak stabil dan harga akan mengalami penurunan. Pada harga kurang dari Rp 3000 keadaannya sebaliknya berlaku.

    Kurva permintaan berada di sebelah kanan kurva penawaran yang berarti permintaan melebihi penawaran. Ketdak keseimbangan ini menyebabkan harga tidak stabil yaitu ia cenderung untuk mengalami kenaikan. Pada harga Rp 3000 kurva permintaan dan penawaran saling berpotongan yaitu di titik E. Perpotongan itu berarti permintaan sama dengan penawaran dan dengan demikian keadaan keseimbangan tercapai. 

    (iii)             Menentukan Keadaan Keseimbangan Secara Matematik

    Disamping dengan menggunakan tabel dan grafik, keadaan keseimbangan pasar dapat juga ditunjukkan secara matematik. Pendekatan ini diterangkan dalam contoh berikut

    b.      Persamaan permintaan dan penawaran

    Untuk keperluan tersebut perlulah ditentukan dua persamaan, yaitu persamaan permintaan dan persamaan penawaran. Bentuk umum kedua persamaaan itu adalah:

    Persamaan permintaan: Qd = c – dP

    Persamaan penawaran: -m + nP

    Di mana:

    i.                    c adalah suatu angka tetap. Nilainya menunjukkan jumlah barang yang diminta apabila tingkat harga adalah 0. Nilai c selalu positif.

    ii.                  d adalah kecondongan kurva permintaan. Nilainya selalu negatif (- d), karena kurva permintaan menurun dari kiri ke kanan.

    iii.                m adalah suatu angka tetap. Nilainya menunjukkan jumlah barang yang ditawarkan apabila tingkat harga adalah 0. Biasanya nilai m adalah negatif ( – m).

    iv.                n adalah kecondongan kurva peenawaran. Nilainya selalu positif karena kurva penawaran naik dari kiri ke kanan.

    v.                  Qd adalah kuantitas yang diminta, Qs adalah kuantitas yang ditawarkan dan P adalah tingkat harga.

    Telah diterangkan bahwa keseimbangan pasaran dicapai apabila kuantitas yang diminta sama dengan sama dengan kuantitas yang ditawarkan. Dengan demikian secara matematik, syarat keseimbangan adalah:

    Qd   =  Qs

    Atau c – dP = -m + nP

      Contoh perhitungan untuk memberikan gambaran yang lebih baik mengenai penentuan keseimbangan secara matematik, di bawah ini diberikan suatu contoh perhitungan.

    Andaikan persamaan permintaan karet alam disuatu kampung adalah Qd = 22000 – 2P dan penawarannya adalah Qs = – 3000 + 3P. Berapakah harga karet alam dan kuantitas karet yang diperjualbelikan?

    Berdasarkan persamaan di atas keseimbangan dalam pasar itu akan tercapai apabila: – 3000 + 3p = 22000 -2p

                          5p = 25000

                          P   = 5000

    Perhitungan di atas menunjukkan bahwa tingkat harga adalah 5000 rupiah. Untuk menentukan kuantitas yang diperjualbelikan, Qd pada harga keseimbangan perlu ditentukan. Didapati:

    Qd = 22000 – 2p

          = 22000 – 2 (5000)

          = 12000

    Perhitungan ini menunjukkan sebanyak 12000 kg karet alam diperjualbelikan. Dengan menggunakan persamaan penawaran, nilai yang sama akan diperoleh yaitu;

    Qs = – 3000 + 3p

         = – 3000 + 3 (5000)

         = 12000

    BEBERAPA KASUS PERUBAHAN KESEIMBANGAN

    Terdapat 4 kemungkinan perubahan atau pergeseran kurva permintaan dan penawaran yaitu :

    -Permintaan bertambah ( kurva permintaan bergeser ke kanan )

    -Permintaan berkurang ( kurva permintaan bergeser ke kiri)

    -Penawaran bertambah ( kurva penawaran bergeser ke kanan)

    -Penawaran berkurang ( kurva penawaran bergeser ke kiri)

    Masing –masing perubahan yang dinyatakan di atas dapat (i) berubah secara tersendiri yaitu hanya salah satu perubahan dari keempat kemungkinan yang berlaku atau (ii) permintaan dan penawaran berubah secara serentak.

    PERUBAHAN PERMINTAAN DAN PENAWARAN

    Untuk melihat bagaimana tiap – tiap perubahan permintaan atau penawaran akan mempengaruhi keadaan keseimbangan, dalam gambar di bawah ini ditunjukkan 2 macam perubahan berikut:

    1. Pergeseran kurva permintan ke sebelah kanan.

    2. Pergeseran kurva penawaran ke sebelah kanan.

    EFEK PERTAMBAHAN PERMINTAAN

    Pergeseran kurva permintaan ke kanan yaitu dari DD menjadi D1D1, mengggambarkan berlakunya pertambahan permintaan yaitu seperti ditunjukkann dalam grafik (i). Perubahan ini menyebabkan keadaan keseimbangan pindah dari E manjadi E1. Perpindahan ini menunjukkan bahwa penaikan permintaan menyebabkan harga naik dari P ke P1 dan barang yang diperjualbelikan bertambah dari Q ke Q1.

    EFEK PERTAMBAHAN PENAWARAN

    Dalam grafik ( ii ) ditunjukkan kurva penawaran bergeser dari SS menjdi S1 S1 dan perubahan inni berarti penawaran telah bertambah. Kenaikan penawaran ini menyebabkan keadaan keseimbangan berubah dari E ke E1. Berarti harga turun dari P menjadi P1 dan jumlah yang diperjualbelikan bertambah dari Q menjadi Q1.

    PERUBAHAN SERENTAK PERMINTAAN DAN PENAWARAN

    Ada beberapa kemungkinan perubahan serentak permintaan dan penawaran yang dapat berlaku. Perubahan mungkin berlaku ke arah yang sama yaitu sama- sama mengalami kenaikan atau sama – sama menurun. Tetapi mungkin pula ia berlaku ke arah yang bertentangan, yaitu misalnya permintaan turun tetapi penawaran bertambah atau permintaan bertambah dan penawaran turun. Tiap-tiap perubahan tersebut akan menimbulkan efek yang berbeda kepda perubahan harga dan jumlah barang yang diperjualbelikan.

    Contoh kurva akibat pergeseran permintaan dan penawaran terhadap keseimbangan :











    Pada mulanya permintaan masyarakat terhadap sesuatu barang ditunjukkan oleh kurva DD, sedangkan penawaran barang itu oleh para penjual di tunjukkan oleh kurva SS. Dengan demikian pada mulanya keseimbangan dicapai di titik E. Berarti tingkat harga mencapai P dan jumlah barang yang diperjualbelikan adalah Q. Pada masa berikutnya penawaran bertambah menjadi S1S1 dan serentak dengan perubahan ini permintaan mengalami kenaikan dan sekarng menjadi D1D1. Dalam grafik digambarkan tingkat perubahan permintaan adalah lebih besar dan tingkat perubahan penawaran. Perubahan seperti itu ternyata mengakibatkan (i) harga naik ( dari P menjadi P1) dan (ii) jumlah barang yang diperjualbelikan bertambah –dari Q menjadi Q1. Disamping itu terdapat dua kemungkinan :

    a.       Apabila pertambahan permintaan sama dengan pertambahan penawaran maka tingkat harga tidak berubah.

    b.      Apabila pertambahan permintaan kurang dari pertambahan penawaran harga akan merosot.

  • Teori Permintaan

    Menurut pengertian sehari-hari,  permintaan diartikan secara absolut yaitu menunjukkan jumlah barang yang dibutuhkan, sedangkan dari  sudut pandang ilmu ekonomi, permintaan mempunyai arti apabila didukung oleh daya beli konsumen yang disebut dengan permintaan efektif. Jika permintaan hanya didasarkan atas kebutuhan saja dikatakan sebagai permintaan absolut (Nicholson, 1995).

    Kemampuan membeli seseorang tergantung atas dua unsur pokok yaitu, pendapatan yang dibelanjakan dan harga barang yang dikehendaki. Apabila jumlah pendapatan yang dapat dibelanjakan oleh seseorang berubah, maka jumlah barang yang diminta juga akan berubah. Demikian juga halnya apabila harga barang yang dikehendaki berubah maka jumlah barang yang dibeli juga akan berubah (Sudarsono, 1990). Terdapat dua model dasar permintaan yang berkaitan dengan harga, pertama adalah kenaikan harga menyebabkan para pembeli mencari barang lain yang dapat digunakan sebagai pengganti terhadap barang yang mengalami kenaikan harga (substitusi atau komplementer). Bila kenaikan harga suatu barang menyebabkan permintaan barang lain meningkat (hubungan positif), disebut barang substitusi (Nicholson, 1995). Apabila harga turun maka orang mengurangi pembelian terhadap barang lain dengan menambah pembelian terhadap barang yang mengalami penurunan harga. Penurunan harga suatu barang menyebabkan penurunan permintaaan barang-barang substitusinya, dimana barang substitusi adalah barang yang dapat berfungsi sebagai pengganti barang lain (Nicholson, 1995). Bila dua jenis barang saling melengkapi, penurunan harga salah satunya mengakibatkan kenaikan permintaan akan yang lainnya dan sebaliknya jika terjadi kenaikan harga salah satunya akan mengakibatkan penurunan permintaan terhadap barang yang lainnya. Bila kenaikan harga suatu barang menyebabkan permintaan barang lain menurun (hubungan negatif), maka disebut barang komplementer (Nicholson, 1995)

    Samuelson & Nordhaus (1996) menyatakan bahwa hal yang sama terkait harga dan permintaan, yaitu bahwa seseorang dalam usaha memenuhi kebutuhannya, pertama kali yang akan dilakukan adalah pemilihan atas berbagai barang dan jasa yang dibutuhkan, selain itu juga dilihat apakah harganya sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Jika harganya tidak sesuai, maka ia akan memilih barang dan jasa yang sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.

    Dalam analisis ekonomi diasumsikan bahwa, permintaan suatu barang sangat dipengaruhi oleh harga dari barang itu sendiri (ceteris paribus). Permintaan seseorang atau masyarakat terhadap suatu barang ditentukan oleh banyak faktor, antara lain: harga barang itu sendiri, harga barang lain yang mempunyai kaitan erat dengan barang tersebut, pendapatan masyarakat, cita rasa masyarakat dan jumlah penduduk maka dapat dikatakan bahwa permintaan terhadap suatu barang dipengaruhi oleh banyak variabel (Nicholson, 1991). 

    Teori permintaan diturunkan dari perilaku konsumen dalam mencapai kepuasan maksimum dengan memaksimumkan kegunaan yang dibatasi oleh anggaran yang dimiliki. Hal ini tentu dapat dijelaskan dengan kurva permintaan, yaitu kurva yang menunjukkan hubungan antara jumlah maksimum dari barang yang dibeli oleh konsumen dengan harga alternatif pada waktu tertentu (ceteris paribus), dan pada harga tertentu orang selalu membeli jumlah yang lebih kecil bilamana hanya jumlah yang lebih kecil itu yang dapat diperolehnya.

    Sudarsono (1990), mengelompokkan kerangka pemikiran Marshall bersifat parsial karena berdasarkan konsep ceteris paribus dimana permintaan dianggap sebagai kurva. Sementara itu Leon Walras lebih bersifat general karena memasukkan semua variabel yang mempengaruhi jumlah barang yang diminta. Sejalan dengan pemikiran Walras, beberapa ahli mengemukakan pendapatnya. Lipsey, Steiner dan Purvis (1990) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat permintaan (determinant of demand) adalah harga komoditi itu sendiri, rata-rata penghasilan rumah tangga, harga komoditi yang berkaitan, selera (taste), distribusi pendapatan diantar rumah tangga, dan besarnya populasi.

    Sudarsono (1980) mengatakan bahwa, tujuan dari teori permintaan adalah mempelajari dan menentukan berbagai faktor yang mempengaruhi permintaan. Faktor-faktor yang dimaksud adalah harga barang itu sendiri, harga barang lainnya (bersifat substitusi atau komplementer), pendapatan dan selera konsumen. Disamping variabel-variabel yang disebutkan diatas, maka distribusi pendapatan, jumlah penduduk, tingkat preferensi konsumen, kebijaksanaan pemerintah, tingkat permintaan dan pendapatan sebelumnya turut mempengaruhi permintaan terhadap suatu barang.

    Selanjutnya Reksoprayitno (2000), memilah perkembangan teori permintaan konsumen atas dua bagian yaitu: teori permintaan statis dan teori permintaan dinamis. Teori permintaan statis dinamakan juga sebagai teori permintaan tradisional, yang memusatkan perhatiannya pada prilaku konsumen serta beberapa faktor lain yang mempengaruhi permintaannya. Faktor-faktor ini antara lain adalah: harga barang yang diminta, harga barang lainnya, tingkat pendapatan dan selera. Teori permintaan statis ini didasarkan pada beberapa asumsi yaitu: permintaan pasar merupakan total permintaan perseorangan (individu), konsumen berperilaku rasional, sementara harga dan pendapatan dianggap tetap dan termasuk dalam teori permintaan statis ini adalah teori utilitas ordinal (ordinal utility theory) dan teori kardinal utilitas (cardinal utility theory).

    Teori utilitas ordinal dan teori utilitas kardinal merupakan pendekatan teori tingkah laku konsumen. Pendekatan nilai guna (utility) kardinal atau sering disebut teori nilai subyektif bahwa dianggap manfaat atau kenikmatan yang diperoleh seorang konsumen dapat dinyatakan secara kuantitatif/dapat diukur. Teori ini berpandangan bahwa keseimbangan konsumen dalam memaksimumkan kepuasan atas konsumsi berbagai macam barang, dilihat dari seberapa besar uang yang dikeluarkan untuk membeli unit tambahan dari berbagai jenis barang yang akan memberikan nilai guna marginal yang sama besarnya dengan menggunakan alat analisis marginal utility.

    Pendekatan nilai guna ordinal atau disebut analisis kurva indiferen yaitu manfaat yang diperoleh masyarakat dari mengkonsumsikan barang tidak dapat diukur/kualitatif dengan menggunakan alat analisis indifference curve atau kurva kepuasan sama.

    Selain itu terdapat teori utility (nilai guna) yang merupakan teori ekonomi yang mempelajari kepuasan atau kenikmatan yang diperoleh seorang konsumen dari mengkonsumsikan barang/jasa. Nilai guna ini dibedakan diantara dua pengertian, yaitu marginal utility (kepuasan marginal)  dan total utility. Marginal utility merupakan pertambahan atau pengurangan kepuasan sebagai akibat adanya pertambahan atau pengurangan penggunaan satu unit barang tertentu. Sedangkan total utility yaitu keseluruhan kepuasan yang diperolehdari mengkonsumsi sejumlah barang tertentu.

    Dalam teori ekonomi besarnya permintaan atas suatu barang biasanya dihubungkan dengan tingkat harganya. Faktor selain harga dianggap  tidak mengalami perubahan. Sifat hubungan diantara tingkat harga suatu barang dengan jumlah permintaan atas barang tersebut disebut hukum permintaan. Hukum permintaan menyatakan, Jika harga suatu barang naik, maka jumlah yang diminta akan barang tersebut turun. Dan jika harga suatu barang turun, maka jumlah barang yang diminta tersebut naik ceteris paribus (Sukirno, 2003).

  • Konsep Perekonomian Dua Sektor

    Konsep perekonomian dua sektor merupakan konsep  perekonomian yang terdiri dari dan sektor rumah tangga dan sektor perusahaan. Dalam perekonomian 2 sektor, tidak terdapat pajak dan pengeluaran pemerintah. Bukan hanya itu perekonomian 2 sektor pun tidak melakukan perdagangan luar negeri yakni tidak melakukan kegiatan ekspor dan impor.

    Dalam perekonomian dua sektor sumber  pendapatan yang diperoleh rumah tangga adalah dari perusahaan. Pendapatan ini meliputi gaji, upah, sewa, bunga dan keuntungan adalah sama nilainya dengan pendapatan nasional. Dan oleh karena itu, pemerintah tidak memungut pajak maka pendapatan nasional (Y) adalah sama dengan pendapatan disposebel (Yd) atau Y = Yd.

    Pendapatan yang digunakan oleh rumah tangga akan digunakan untuk dua tujuan yaitu untuk pengeluaran konsumsi dan ditabung. Tabungan ini akan dipinjamkan kepada penanam modal atau investor dan akan digunakan untuk modal, untuk membeli barang–barang seperti mesin–mesin, bahan baku, peralatan produksi, mendirikan bangunan pabrik dan bangunan kantor. 

    Model arus perputaran faktor produksi, barang dan jasa, serta uang antara rumah tangga dengan perusahaan dapat kalian lihat pada gambar berikut ini.

    Dari gambar 1, terlihat bahwa rumah tangga konsumen (RTK) adalah sebagai pemilik faktor-faktor produksi berupa tanah, tenaga kerja, modal, dan kewirausahaan. Penawaran faktor produksi oleh rumah tangga ini akan bertemu dengan permintaan faktor produksi oleh perusahaan. Interaksi ini terjadi di pasar faktor produksi. Sedangkan di pasar barang, terjadi interaksi antara perusahaan sebagai penghasil barang dan jasa dengan konsumen sebagai pengguna barang dan jasa. Sehingga terjadi hubungan yang saling menguntungkan satu sama lain. Dalam diagram juga terlihat arus aliran uang dari dan ke masing-masing rumah tangga. RTK menerima upah, sewa, bunga, dan keuntungan dari perusahaan sebagai balas jasa atas penyerahan faktor produksi. Perusahaan menerima uang pembayaran atas barang dan jasa yang dibeli.

    Interaksi ekonomi dalam perekonomian dua sektor juga dapat digambarkan seperti di bawah ini.

    Dari Bagan diatas terlihat bahwa sektor rumah tangga konsumen akan menjual faktor produksi pada sektor perusahaan (rumah tangga produsen) agar memperoleh pendapatan. Dalam hal ini, sektor rumah tangga konsumen akan memberikan faktor produksi seperti tanah, tenaga kerja, modal atau keahlian pada perusahaan (garis a). Sebagai balasan atas faktor produksi yang diberikan oleh sektor rumah tangga, maka sektor perusahaan akan memberikan balas jasa berupa sewa untuk tanah, upah atau gaji bagi tenaga kerja, bunga atau sewa untuk modal dan keuntungan bagi keahlian (garis b).

    Setelah sektor rumah tangga memperoleh balas jasa atas faktor produksi yang mereka jual kepada perusahaan, maka sektor rumah tangga memiliki pendapatan yang siap untuk dibelanjakan (yaitu pendapatan setelah dikurangi tabungan dan pajak) pada sektor perusahaan, berupa pembelian barang dan jasa (garis c bawah). Kemudian sektor rumah tangga produsen akan menyerahkan barang dan jasa tersebut kepada sektor rumah tangga konsumen (garis d).

    B. Hubungan antara Konsumsi dan Pendapatan

    Terdapat beberapa faktor yang menentukan tingkat pengeluaran rumah tangga (secara seunit kecil atau dalam keseluruhan ekonomi). Yang terpenting dalam perekonomian dua sektor adalah pendapatan rumah tangga. Tabel yang menggambarkan hubungan di antara konsumsi rumah tangga dan pendapatan dinamakan daftar (skedul) konsumsi. Daftar konsumsi pada dasarnya menggambarkan besarnya konsumsi rumah tangga pada tingkat pendapatannya yang berubah-ubah.

    Misalnya, seperti dapat dilihat dalam tabel 1.1, pada waktu pendapatan seseorang adalah Rp.500 ribu konsumsinya adalah Rp.500 ribu, pada waktu pendapatanya Rp.900 ribu konsumsinya Rp. 800 ribu, tabel 1.1 secara terperincih menunjukan hubungan di antara tingkat pendapatan disposebel dengan pengeluaran konsumsi dan tabungan rumah tangga.

    TABEL 1.1

    Daftar konsumsi dan tabungan rumah tangga

       (dalam ribuan rupiah)

    Pendapatandisposebel (Yd)(1)Pengeluarankonsumsi (C)(2)Tabungan (S)(3)
    01002003004005006007008009001000125200275350425500575650725800875-125-100-75-50-250255075100125

     1. Pada pendapatan yang rendah rumah tangga mengorek tabungan.

    Pada waktu pendapatan disposebel adalah (Y­= 0 ), pengeluaran konsumsi adalah Rp.125 ribu. Ini berarti rumah tangga harus menggunakan harta atau tabungan masa lalu untuk membiayai pengeluaran konsumsinya.

    2. Kenaikan pendapatan menaikan pengeluaran konsumsi. Biasanya pertambahan pendapatan adalah lebih tinggi dari pada pertambahan konsumsi.

    3. Pada pendapatan yang tinggi rumah tangga menabung. Pertambahan pendapatan selalu lebih besar dari pertumbuhan konsumsi maka pada akhirnya rumah tangga tidak “mengorek tabungan” lagi. ia akan mampu menabung sebagian dari pendapatannya.

             Konsumsi, pendapatan dan tabungan hubungannya sangat erat. Menurut pendapat JM Keyness dikenal dengan Psychological Consumption membahas tingkah laku masyarakat dalam konsumsi jika dihubungkan dengan pendapatan.

    Pendapat JM Keyness sebagai berikut :

    Jika pendapatan naik, maka konsumsi akan naik, tetapi tidak sebanyak kenaikan pendapatan.

    Setiap kenaikan pendapatan akan digunakan untuk konsumsi dan tabungan.

    ·      Setiap kenaikan pendapatan jarang menurunkan konsumsi dan tabungan.[3] 

    C.     Fungsi Konsumsi dan Fungsi Tabungan

    Dalam analisis makro ekonomi yang lebih penting bukanlah melihat konsumsi dan tabungan suatu rumah tangga, tetapi melihat konsumsi dan tabungan dari semua rumah tangga dalam perekonomian. Pengeluaran konsumsi dari semua rumah tangga dalam perekonomian dinamakan konsumsi agregat dan tabungan semua rumah tangga dalam perekonomian dinamakan tabungan agregat.

    1.      Ciri-ciri Fungsi Konsumsi dan Tabungan

    Sebelum menerangkan ciri-ciri fungsi konsumsi dan fungsi tabungan terlebih dahulu perlu didefinisikan arti dari istilah fungsi konsumsi dan fungsi tabungan.

    a.       Fungsi konsumsi adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan diantara tingkat konsumsi rumah tangga dalam perekonomian dengan pendapatan nasional perekonomian tersebut.

    b.      Fungsi tabungan adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan diantara tingkat tabungan rumah tangga dalam perekonomian dengan pendapatan nasional perekonomian tersebut.

    2.      Penentu-penentu Lain Konsumsi dan Tabungan

    a.       Kekayaan yang telah terkumpul.

    b.      Suku bunga.

    c.       Sikap berhemat.

    d.      Keadaan perekonomian.

    e.       Distribusi pendapatan.

    f.       Tersedia tidaknya dana pensiun yang mencukupi.

    D.    Investasi (Penanaman Modal)

    1.      Definisi dan arti Investasi

    Investasi atau penanaman modal merupakan komponen kedua yang menentukan tingkat pengeluaran agregat. Dengan demikian investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau perbelanjaan penanam-penanam modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang dan jasa yang tersedia dalam perekonomian.

    2.      Fungsi investasi

    Kurva yang menunjukan perkaitan di antara tingkat investasi dan tingkat pendapatan nasional dinamakan fungsi investasi.

    3.      Penentu-penentu tingkat Investasi

    a.       Ramalan keadaan perekonomian di masa depan.

    b.      Perubahan dan perkembangan teknologi.

    c.       Efek pertumbuhan pendapatan nasional.

    d.      Keuntungan perusahaan.

    E.     Perubahan keseimbangan dan multiplier

    Dari satu periode ke periode lainnya keseimbangan pendapatan nasional akan selalu mengalami perubahan. Dalam perekonomian dua sektor perubahan tersebut disebabkan oleh perubahan dalam investasi. Perkembangan teknologi, misalnya akan menambah investasi dan investasi yang bertambah akan memindahkan pengeluaran agregat ke atas.

    Analisis mengenai multiplier bertujuan untuk menerangkan pengaruh dari kenaikan atau kemerosotan dalam pengeluaran agregat keatas tingkat keseimbangan dan terutama keatas tingkat pendapatan nasional.

    DAFTAR PUSTAKA :

    Sukirno, Sadono. 1987. Pengantar Teori Makro Ekonomi, Lembaga Penerbit FEUI.

    Sukirno, Sadono. 2010. Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta. Rajawali Pers.

    Sukirno, Sadono. 2011. Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.