Blog

  • Pengaruh Pergaulan Remaja – Dampak Positif dan Negatif

    Pengaruh Pergaulan Remaja – Dampak Positif dan Negatif

    Pergaulan remaja merupakan interaksi sosial yang terjadi pada usia remaja baik antar individu maupun antara individu dan kelompok sebaya mereka. Interaksi membawa banyak pengaruh kepada pelaku (individu remaja itu sendiri) baik bersifat positif maupun negatif.


    Pergaulan Remaja

    Pergaulan merupakan proses interaksi yang dilakukan oleh individu dengan individu, dapat juga oleh individu dengan kelompok. Seperti yang dikemukakan oleh Aristoteles bahwa manusia sebagai makhluk sosial (zoon-politicon), yang artinya manusia sebagai makhluk sosial yang tak lepas dari kebersamaan dengan manusia lain. Pergaulan mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan kepribadian seorang individu. Pergaulan yang ia lakukan itu akan mencerminkan kepribadiannya, baik pergaulan yang positif maupun pergaulan yang negatif. Pergaulan yang positif itu dapat berupa kerjasama antar individu atau kelompok guna melakukan hal – hal yang positif.Sedangkan pergaulan yang negatif itu lebih mengarah ke pergaulan bebas, hal itulah yang harus dihindari, terutama bagi remaja yang masih mencari jati dirinya. Dalam usia remaja ini biasanya seorang sangat labil, mudah terpengaruh terhadap bujukan dan bahkan dia ingin mencoba sesuatu yang baru yang mungkin dia belum tahu apakah itu baik atau tidak.

    A. Pentingnya pergaulan untuk remaja

    Jika kau berkumpul dengan penjual minyak wangi maka kau akan berbau wangi. Jika kau berkumpul dengan penjual ikan maka kau akan berbau ikan. Begitulah perumpamaan betapa pentingnya memilih pergaulan.Berkumpul dengan ilmuwan kita menjadi pintar. Berkumpul dengan pecundang kita akan menjadi pecundang pula.

    Manusia memiliki naluri mengikuti dan meniru perilaku dan ucapan orang yang berada disekitarnya.Oleh karena itu, watak atau sifat manusia terbentuk dari lingkungan dan pergaulan.Manusia mulai bisa mendengar ketika masih berupa janin dalam kandungan yang berusia 4 bulan.Makanya bagi seorang ibu waktu hamil disarankan berkelakuan, berucap dan mendengarkan suara yang baik agar bayi yang dilahirkan terbentuk wataknya sesuai dengan masukan dari orang tua.

    Sebuah nasehat mengatakan rumahmu adalah sekolahanmu, orang tuamu adalah gurumu. Dari kata-kata singkat penuh arti tersebut, jelas bahwa sekolah pertama dan utama dalam hidup adalah lingkungan di rumah. Kelakuan kedua orang tua akan ditiru oleh anaknya. Setelah lulus berguru dari orang tua, sekolah lanjutannya adalah pergaulan. Jadi manusia itu secara gen anak produk dari kedua orang tua. Namun secara perilaku anak produk dari lingkungan atau pergaulannya.Sifat atau watak kita juga terbentuk dari dua lingkungan tersebut. Sebaik-baiknya sifat orang tua kalau lingkungan pergaulannya buruk maka si anak akan berwatak buruk, begitu juga sebaliknya.

    Dalam ketiga bahasan di atas pergaualan dalam lingkungan remaja yaitu sekolah ataupun lingkungan rumah mempengaruhi pola pikir dan cara mereka hidup , jadi remaja di haruskan untuk bisa memilih pergaulan agar tidak salah langkah.

    B. Faktor yang mempengaruhi pergaulan  

    Terdapat banyak Faktor yang mempengaruhi pergaulan dalam lingkungan keluarga :

    A. Orang Tua

    Peran keluarga amatlah penting dalam memberikan pengarahan,  karena orang tua itu sangat besar pengaruhnya terhadap pergaulan anaknya. Jika orang tuanya mengajarkan yang baik-baik, misalnya tatakrama, pengetahuan agama, sopan santun, dan lain lain maka anak tersebut akan nenerapkan juga di lingkungan luarnya dan ia pun  mencari pergaulan yang hamper sama dengan lingkungan keluarganya. Sedangkan sebaliknya jika orang tua mengajarkan yang tidak baik kepada anaknya maka anaknya tersebut akan terpengaruh dan mengikuti orang tuanya yaitu berperilaku buruk karena ada pepatah bilang “ buah itu jatuh tidak jauh dari pohonya “, oleh karena itu jika orang tuanya baik anaknya pun akan baik dan begitu sebaiknya.   

    Tetapi walaupun perhatian keluarga/ orang tua sangat penting, orang tua pun terlalu keras terhadap anaknya karena dengan begitu mungkin anak pun akan jenuh dengan perhatian orang tua yang berlebihan dan mungkin agak keras jadi sebaiknya keluarga / orang tua memberikan perhatian yang wajar-wajar saja tidak berlebihan tetapi juga tidak membebaskan pergaulan anak remajanya., (adanya umpan timbal balik , yaitu dimana jika orang tua memberikan kasih sayang maka anaknya pun akan memberikan kasih sayang kepada orang tuanya )  

    B. Saudara

    Adik atau kakak juga memiliki peran serta dalam mempengerahui pergaulan, contohnya seorang kakak berperilaku yang tidak baik dalam hal sering membolos saat sekolah, berbohong kepada keluarga maka seorang adik yang melihat kakaknya seperti itu akan mengikuti  perilaku yang buruk juga seperti kakanya. Begitu juga saudara sepupu yang tinggal satu rumah, mungkin akan berperlikau yang sama jika tidak ada peran kontrol orang tua dalam pergaulan.Oleh karena itu, sebagai saudara yang lebih tua, dalam hal ini kakak sebaiknya memberikan contoh yang baik buat adiknya.

    C. Lingkungan

    Lingkungan dalam pergaulan remaja ini pun tak kalah pentingya dengan keluarga, jika remaja tersebut tinggal dan bergaul di lingkungan yang buruk maka ia akan terbawa buruk juga misalnya remaja tersebut hidup di lingkungan yang kebanyakan orang –orangnya selalu berbuat yang tidak baik misalnya berjudi bisa jadi anak tersebut akan terpengaruh pergaulan yang seperti itu akan tetapi sebaliknya jika anak tersebut tinggal dan bergaul di lingkungan yang baik maka anak tersebut secara tidak langsung akan mengikuti perilaku baiktersebut.

    D. Spritual

    Pendidikan spiritual seharusnya di tanamkan kepada para remaja sejak dini agar tercipta suatu remaja yang berahklak dan berbudi luhur baik, karena remaja yang berakhlak akan membuat moral remaja tersebut menjadi baik dan remaja tersebut mempunyai pegangan dalam hidupnya, karena suatu agama adalah pegangan bagi manusia di dunia ini. Jika seorang remaja tidak pernah menanamkan keagamaan dalam kehidupannya remaja tersebut akan terjerumus ke dalam pegaulan bebas karena ia tidak punya pegangan dalam hidupnya, keagamaan tersebut bisa di dapat dari keluarga, lingkungan, dan  kehidupa sehari-harinya.

    Dari ke empat faktor diatas kita dapat melihat dampak-dampak sosialnya bagi remaja yaitu dimana jika seorang remaja berada di keluarga yang baik yaitu mengajarkan tentang tatakrama dalam bergaul, di lingkungan yang didalamnya rata-rata terdapat masyarakat yang baik yaitu masyarakat yang dapat memberikan contoh yang baik bagi remaja-remaja di sekitarnya,dan spiritual yang mendalam dapat membuat seorang remaja menjadi remaja yang berakhlak dan berbudi luhur. Akan tetapi sebaliknya jika seorang remaja tersebut berada di keluarga, lingkungan , dan spiritual yang tidak baik maka remaja tersebut bisa terjerumus ke dalam pergalan bebas dan seorang remaja tersebut tidak akan mempunyai pegangan dalam hidupnya.

    C. Pergaulan Bebas

    Pergaulan bebas adalah salah satu bentuk perilaku menyimpang, yang mana “bebas” yang dimaksud adalah melewati batas-batas norma ketimuran yang ada. Masalah pergaulan bebas ini sering kita dengar baik di lingkungan maupun dari media massa.

    Dari segi bahasa pergaulan artinya proses bergaul, sedangkan bebas artinya terlepas dari ikatan. Jadi pergaulan bebas artinya proses bergaul dengan orang lain terlepas dari ikatan yang mengatur pergaulan.

    Pergaulan bebas remaja Siswi SMA

    A. Penyebab pergaulan bebas

    1. Faktor Orang Tua

    Para orang tua perlu menyadari bahwa jaman telah berubah.System komunikasi, pengaruh media masa, kebebasan pergaulan dan modernisasi di berbagai bidang dengan cepat mempengaruhi anak-anak kita.Budaya hidup kaum muda masa kini, berbeda dengan jamanpara orang tua masih remaja dulu. Pengaruh pergaulan yang datang dari orang tuadalam era ini, dapat kita sebutkan antara lain:

    a.   Kesenjangan

    pada sebagian masyarakat kita masih terdapat anak-anak yang merasa bahwa orang tua mereka ketinggalan jaman dalam urusan orang muda. Anak-anak muda cenderung meninggalkan orang tua, termasuk dalam menentukan bagaimana mereka akan bergaul. Sementara orang tua tidak menyadari kesenjangan ini sehingga tidak ada usaha mengatasinya.

    bKekurang pedulian Orang tua

    kurang perduli terhadap pergaulan muda-mudi. Mereka cenderung menganggap bahwa masalah pergaulan adalah urusan anak-anak muda, nanti orang tua akan campur tangan ketika telah terjadi sesuatu. Padahal ketika sesuatu itu telah terjadi, segala sesuatu sudah terlambat

    c. Ketidak mengertian

    Kasus ini banyak terjadi pada para orang tua yang kurang menyadari kondisi jaman sekarang. Mereka merasa sudah melakukan kewajibannya dengan baik, tetapi dalam urusan pergaulan anak-anaknya, ternyata tidak banyak yang mereka lakukan. Bukannya mereka tidak perduli, tetapi memang mereka tidak tahu apa yang harus mereka perbuat.

    2. Faktor agama dan iman.

    Agama dan keimanan merupakan landasan hidup seorang individu. Tanpa agama hidup mereka akan kacau, karena mereka tidak mempunyai pandangan hidup. Agama dan keimanan juga dapat membentuk kepribadian individu.Dengan agama individu dapat membedakan mana yang baik dan mana yang tidak.Tetapi pada remaja yang ikut kedalam pergaulan bebas ini biasanya tidak mengetahui mana yang baik dan mana yang tidak.

    3.  Faktor perubahan Zaman

    Seiring dengan perkembangan zaman, kebudayaan pun ikut berkembang atau yang lebih sering dikenal dengan globalisasi. Remaja biasanya lebih tertarik untuk meniru kebudayaan barat yang berbeda dengan kebudayaan kita, sehingga memicu mereka untuk bergaul seperti orang barat yang lebih bebas.

    B. Dampak Pergaulan Bebas

    Pergaulan bebas identik sekali dengan yang namanya “dugem” (dunia gemerlap). Yang sudah menjadi rahasia umum bahwa di dalamnya marak sekali pemakaian narkoba.Ini identik sekali dengan adanya seks bebas.Yang akhirnya berujung kepada HIV/AIDS. Dan pastinya setelah terkena virus ini kehidupan remaja akan menjadi sangat timpang dari segala segi.

    Tingginya kasus penyakit Human Immunodeficiany Virus/Acquired Immnune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS), khususnya pada kelompok umur remaja.Seharusnya kita sebagai remaja yang berpendidikan haruslah mengetahui dampak dan akibat dari pergaulan bebas tadi. Sehingga kita tidak akan terjerumus dalam tindakan yang dilarangan oleh agama dan hukum.

    Pergaulan bebas dalam kehidupan bermasyarakat memang bukan hal yang asing lagi karena setiap hari para remaja sudah sering melihat dan mendengarkan hal tersebut baik lewat media maupun secara langsung. Untuk mencegah hal itu maka haruslah ditanamkan pengetahuan tentang bahayanya pergaulan bebas karena dampak dari pergaulan bebas ini akan dirasakan oleh berbagai macam pihak seperti keluarga, masyarakat dan yang lebih menyesali atas tindakannya tersebut adalah dirinya sendiri.

    Untuk menumbuhkan kesadaran akan bahayanya pergaulan bebas maka para remaja haruslah diberikan pendidikan mengenai dampak pergaulan bebas dan memberikan pendidikan kerokhanian agar mereka terhindar dari pergulan yang bisa menghancurkan masa depannya.

    D. Pergaulan yang sehat

    Pergaulan merupakan jalinan hubungan sosial antara seseorang dengan orang lain yang berlangsung dalam jangka relatif lama sehingga terjadi saling mempengaruhi satu dengan lainnya. Pergaulan merupakan kelanjutan dari proses interaksi sosial yang terjalin antara individu dalam lingkungan sosialnya. Kuat lemahnya suatu interaksi sosial mempengaruhi erat tidaknya pergaulan yang terjalin. Seorang anak yang selalu bertemu dan berinteraksi dengan orang lain dalam jangka waktu relatif lama akan membentuk pergaulan yang lebih. Beda dengan orang yang hanya sesekali bertemu atau hanya melakukan interaksi sosial secara tidak langsung.

    Dalam kehidupan sosial ada berbagai bentuk pergaulan, ada yang sehat ada pula yang dikategorikan pergaulan yang tidak sehat.Pergaulan sehat adalah pergaulan yang membawa pengaruh positif bagi perkembangan kepribadian seseorang. Sebaliknya pergaulan tidak sehat mengarah kepada pola perilaku yang merugikan bagi perkembangan dirinya sendiri maupun dampaknya bagi orang lain.

    Misalnya, pergaulan yang diisi dengan kebut-kebutan di jalan raya, atau minum-minuman keras di tempat mereka berkumpul, merupakan bentuk pergaulan yang kurang sehat.Sebab pola pergaulan dengan kegiatan semacam itu bukan hanya membahayakan bagi dirinya sendiri melainkan juga bagi lingkungan sekitarnya.Banyak tindak kejahatan berawal dari kebiasaan menegak minuman keras sehingga pola perilakunya di bawah pengaruh alkohol.Jika pergaulan diisi dengan diskusi, balajar kelompok, kogiatan olah raga, pecinta alam atau kegiatan keagamaan, maka ini termasuk pergaulan yang sehat. Sebab bukan hanya dirinya sendiri yang memperoleh manfaat positif tetapi juga lingkungan secara tidak langsung akan terbawa dalam situasi yang baik/positif. Pencapaian prestasi di bidang seni, olahraga, maupuu IPTEK senantiasa diawali dari bentuk pergaulan yang positif yang mengasah kemampuan dan kecakapan berpikir.

    Berikut ini adalah beberapa bentuk pergaulan yang sehat:

    1.      Kelompok bermain teman sebaya

    Dalam hal ini adalah permainan yang mengarah kepada pembentukan tubuh yang sehat yang berlangsung pada kanak-kanak.Bentuk permainan sebagai sarana pergaulan yang sehat.

    2.      Kelompok belajar

    Pembentukan kelompok belajar merupakan bentuk pergaulan yang sehat mengarah pada pemupukan aspek kecerdasan. Melalui kegiatan kelompok belajar inilah daya pikir anak lebih terasa bukan untuk dirinya sendiri, melainkan juga dalam bentuk penyimpangan terhadap orang lain.

    3.      Kegiatan pengembangan diri

    Dalam bentuk perkumpulan-perkumpulan yang mengarah kepada pengembangan bakat dan minat.Dengan menjadi anggota suatu perkumpulan pengembangan diri inilah anak disamping dapat membentuk kecakapan sesuai bakatnya, juga memperluas pergaulan dari berbagai latar belakang yang memiliki kesamaan minat.

    4.      Kegiataan keagamaan

           Sesuai agama yang dianutnya pembinaan mental spiritual yang berkaitan dengan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan YME secara intensif dapat dilakukan dengan aktif terjun dalam kegiatan keagamaan sesuai dengan agama yang dianutnya.

    5.      Kegiatan karang taruna

    Karang taruna merupakan organisasi kemasyarakatan yang mewadahi kegiatan pemuda/pemudi atau remaja yang ada di lingkungan pemukiman di bawah pemerintah desa.Melalui karang taruna inilah anak mengenal kemajemukan-kemajemukan msyarakat di lingkungannya.Melalui karang taruna inilah anak dipupuk untuk memiliki sifat social dalam bentuk kepedulian terhadap kemajuan daerah tempat tinggalnya.

    6.      Kegiatan social kemasyarakatan

    Dalam kehidupan masyarakat luas tehadap berbagai macam kegiatan yang bergerak di bidang social kemasyarakatan.Melaui kegiatan social kamasyarakatan tersebut anak dilatih untuk menerapkan nilai-nilai kemanusiaan dalam kehidupan sehari-hari.

    7.      Kegiatan pecinta alam

    Kegiatan pecinta alam merupakan media yang tepat bagi remaja yang senang berpetualang dan mencari tahu mengenai rahasia alam secara langsung.

    E. Dampak Pergaulan Remaja

    A. Dampak Positif

    Pergaulan merupakan ajang sosialisasi bagi individu dalam mengenal lingkungan sosialnya. Melalui pergaulan diperoleh manfaat sebagai berikut:

    1. Lebih mengenal nilai-nilai dan norma social yang berlaku sehingga mampu membedakan mana yang pantas dan mana yang tidak dalam melakukan sesuatu.
    2. Lebih mengenal kepribadian masing-masing orang sekaligus menyadari bahwa manusia memiliki keunikan yang masing-masing perlu dihargai
    3. Mampu menyesuaikan diri dalam berinteraksi dengan banyak orang sehingga mampu meningkatka rasa percaya diri
    4. Mampu membentuk kepribadian yang baik yang bisa diterima di berbagai lapisan masyarakat sehingga bisa tumbuh dan berkembang menjadi sosok individu yang pantas diteladani

    B. Dampak negatif

    Pergaulan yang tidak tepat akan menjerumuskan seseorang dalam jurang kenistaan dan kehancuran. Memang tidaklah mudah memilih pergaulan yang tepat, sebab kadangkala pergaulan yang negatif justru lebih menyenangkan. Pergaulan semacam ini lebih mengasyikkan dan sulit menyadari bahwa apa yang dilakukan menyimpang.

    Beberapa dampak negatif yang terbentuk akibat pergaulan yang salah, yaitu sebagai berikut:

    1. Hilangnya semangat belajar dan cenderung malas dan menyukai hal-hal yang melanggar norma social
    2. Suramnya masa depan akibat terjerumus dalam dunia kelam, misalnya: kecanduan narkoba, terlibat dalam tindak kriminal dan sebagainya
    3. Dijauhi masyarakat sekitar karena perilaku tidak sesuai dengan nilai/norma social yang berlaku
    4. Tumbuh menjadi sosok individu dengan kepribadian yang menyimpang.

    Dengan membaca penjelasan di atas, maka diharapkan remaja mampu untuk lebih berhati – hati dalam pergaulan. Jangan sampai remaja terbawa oleh arus pergaulan bebas yang menyesatkan dan tidak sesuai dengan norma dan adat istiadat  bangsa kita sebagai bangsa yang beragama. Jangan pernah merasa malu dikatakan katakan ketinggalan zaman karena tidak mengikuti gaya hidup yang salah, akan tetapi seharusnya kita merasa malu apabila kita melanggar norma, adat istiadat dan hukum yang berlaku di masyarakat.

  • Memahami Dunia Kerja

    Manusia sejak lahir hingga meninggal selalu melakukan kegiatan apa yang disebut dengan belajar dengan kata lain sesuai dengan istilah long life education. Dengan melakukan kegiatan belajar maka manusia akan memperoleh beberapa keuntungan, karena pada dasarnya belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh seorang individu yang mana setelah melakukan kegiatan belajar tersebut individu akan memperoleh pengetahuan baru, ilmu baru, ketrampilan baru dan lain-lain.

    Dunia Kerja

    Tinggi rendahnya tingkat pendidikan seseorang (secara formal) akan sangat mempengaruhi tingkat kwalitas dunia kerjanya. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka diharapkan akan menekuni dunia kerja yang berkwalitas, yang secara tidak langsung akan mempengaruhi tingkat penghasilan orang tersebut. Ada kata-kata yang bijak yang pernah dilontarkan oleh tokoh kulit hitam Nelson Mandela bahwa pendidikan dapat memotong rantai kemiskinan. Jadi pendidikan sangat penting sekali bagi manusia dalam rangka mencapai kesejahteraan hidup di masa yang akan datang.

    Pada dasarnya level dunia kerja ada 3 (tiga) tingkatan yaitu:

    1. Tingkat dunia kerja rendah/ kasar (tidak terlatih)
    2. Tingkat dunia kerja terlatih
    3. Tingkat dunia kerja profesional

    A. Dunia kerja tingkat rendah/ kasar (tidak terlatih)

    Dunia kerja tingkat tidak terlatih adalah level dunia kerja yang paling rendah. Semua orang dengan modal fisik sehat dapat melakukannya. Untuk mendapatkan kerja dalam level dunia kerja ini tidak perlu ijazah yang tinggi. Tanpa ijazahpun tidak menutup kemungkinan sudah dapat meraihnya. Jenis tenaga kerja ini secara kasat mata terlihat berat beban kerjanya, yang kadang-kadang harus disertai taruhan nyawa. Dunia kerja level ini sangat memprihatinkan, karena beban kerjanya berat namun penghasilannya kecil.

    Beberapa contoh dunia kerja tidak terlatih adalah: tukang becak, kuli bangunan, buruh tani, penjaga makam, tugas kebersihan taman dan lain-lain.

    B. Dunia Kerja tingkat terlatih

    Dunia kerja tingkat terlatih pada dasarnya adalah dunia kerja yang memiliki level setingkat lebih tinggi dibanding level dunia kerja kasar, hanya saja individu yang duduk di level terlatih ini sebelum bekerja mendapatkan pelatihan-pelatihan atau training dalam waktu yang relatif singkat sehingga diharapkan dapat bekerja sesuai harapan. Untuk menduduki level ini maka diperlukan ijazah formal tingkat yang rendah misalnya ijazah SD, SMP dan tidak menutup kemungkinan SMA dan SMK. Secara umum tingkat pendapatan dunia kerja tingkat terlatih ini lebih baik dibandingkan penghasilan dunia kerja tingkat tidak terlatih.

    Beberapa contoh dunia kerja tingkat terlatih adalah: penjaga toko, pelayan mall, pelayan rumah makan, kasir di pertokoan, sopir, tukang las, operator pabrik dan lain-lain

    C. Dunia Tenaga kerja Profesional

    Dunia kerja profesional pada dasarnya adalah level dunia kerja yang diperlukan kwalifikasi tertentu dalam meraihnya. Untuk memasuki dunia kerja profesional dibutuhkan persyaratan yang tidak semudah level tenaga kerja rendah atau terlatih. Untuk menduduki dunia kerja profesional dibutuhkan level pendidikan tertentu. Dalam melaksanakan tugas atau kerjanya, dalam dunia kerja profesional  relatif tidak dibutuhkan tenaga secara fisik yang berlebihan seperti halnya dunia pekerjaan level rendah, tetapi dibutuhkan pemikiran atau intelektual yang tinggi. Dari segi finansial dunia kerja tingkat profesional lebih baik dibanding dunia kerja tingkat rendah dan tingkat terlatih.

    Contoh tenaga kerja tingkat profesional antara lain: Dokter, dosen, guru, pilot, pengacara atau advokat, jurnalis, arsitek dan lain-lain.

    Dari paparan di atas kita semua dapat mengambil suatu pemahaman yang mana bahwa keberhasilan pendidikan sangat erat hubungannya dengan kesempatan meraih sukses dalam dunia kerja yang akan datang.  Kita semua menyadari bahwa hidup itu pada dasarnya adalah pilihan. Pilihan yang kita inginkan semuanya ada syarat dan konsekwensinya. Seseorang dengan tingkat pendidikan yang rendah kemungkinan untuk meraih jenjang tenaga kerja profesional adalah tidak mungkin.

    Dengan kata lain kalau kita (peserta didik)  berharap dikemudian hari ingin sukses mencapai cita-cita maka diperlukan sekali persiapan yang matang dan usaha yang nyata. Kalau kita lihat, kita amati dan kita cermati semua orang-orang yang sukses di sekitar kita atau para tokoh yang sukses dalam meraih kesuksesan pasti diikuti usaha yang sungguh-sungguh. Dalam buku biografi orang-orang yang sukses semua perjalanan hidup mereka dalam rangka mencapai kesuksesan dibutuhkan perjuangan yang luar biasa. Yang lebih luar biasa lagi ternyata para orang-orang yang sukses tersebut selain berusaha secara fisik atau jasmani ternyata mereka juga berusaha secara mental spiritual dengan sungguh-sungguh. Mereka beribadah dengan sungguh-sungguh. Pendekatan diri mereka pada Tuhannya juga luar biasa.

    Sehubungan dengan eratnya hubungan antara pendidikan dengan dunia kerja ada penelitian  yang hasilnya sebagai berikut:

    Kuantitas dari kesempatan kerja di negara kita bisa dikatakan setiap tahunnya mengalami penurunan. Hal tersebut berbanding terbalik dengan kuantitas para pencari kerja yang setiap tahunnya mengalami peningkatan. Jadi, bisa dikatakan bahwa lapangan pekerjaan yang tersedia semakin langka dan sulit untuk didapatkan. Hanya orang-orang dengan kualifikasi tertentu saja yang bisa dengan mudah untuk mendapatkan pekerjaan. Salah satu kualifikasi tersebut adalah menyangkut rendahnya kwalitas atau jenjang tingkat pendidikan para pencari kerja. Tidak dapat dipungkiri bahwa di era perdagangan global ini latar belakang pendidikan merupakan salah satu hal yang sangat diperhatikan oleh lembaga/perusahaan/seseorang yang sedang mencari pekerja/karyawan. Tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang merupakan gambarang tentang kualitas orang tersebut, sehingga dapat dikatakan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang diharapkan  semakin tinggi pula kualitas orang tersebut.

    Penelitian tersebut di atas  dilakukan untuk menguji hubungan antara tingkat pendidikan dengan lapangan pekerjaan utama di Jawa Timur tahun 2009.

    Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah bahwa kenaikan tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi dalam lapangan pekerjaan yang akan diperoleh. Terdapat hubungan yang kuat antara pendidikan dan lapangan pekerjaan, karena pendidikan masih memberikan sumbangan yang kuat dalam mencari pekerjaan.

    Perlu diketahui oleh para peserta didik bahwa pada eranya nanti yaitu era globalisasi maka persaingan dunia kerja semakin berat. Persaingan akan bertambah, baik dari segi kwantitas maupun kwalitas. Pada era globalisasi nanti kalo sudah sempurna 100% maka semua produk dan tenaga kerja asing akan masuk dan bersaing di negara kita ini dengan bebas. Sehingga secara kwantitas  saingan semakin berat karena jumlah persaingan tidak hanya warga negara Indonesia saja tetapi juga tenaga kerja asing. Demikian juga persaingan dari sisi kwalitas juga akan semakin berat, karena tidak menutup kemungkinan justru kwalitas tenaga kerja asing yang berebut dunia kerja di Indonesia lebih baik. Sudah bukan rahasia lagi pada saatnya globalisasi nanti bahwa tenaga kerja luar negeri tidak keberatan bekerja di Indonesia dengan penerimaan gaji sama dengan warga negara Indonesia. Bukan suatu hal yang salah seandainya suatu perusahaan akan memilih tenaga kerja yang lebih berkwalitas lebih baik daripada tenaga kerja yang berkwalitas kurang baik dengan gaji yang sama.

    Jika hal-hal tersebut di atas tidak disadari lebih awal oleh para peserta didik sebagai generasi penerus maka tidak menutup kemungkinan pada eranya nanti bangsa kita akan menjadi buruh di negaranya sendiri. Karena untuk level kerja yang tinggi bangsa kita tidak mampu bersaing dengan tenaga luar yang masuk atau berebut pekerjaan di negara kita, sehingga kita hanya mampu berebut di tingkat tenaga kerja yang rendah.

    Kalau kita jujur fenomena tersebut sudah kita lihat mulai sekarang. Kita lihat saja pada saat jam pulang kerja di suatu pabrik atau perusaan di sekitar kita. Pada saat jam pulang kerja terlihat berbondong-bondong tenaga kerja yang keluar dari pabrik yang sering membuat jalan macet. Semua yang berbondong-bondong keluar tersebut hampir semuanya kategori buruh pabrik. Jelang beberapa waktu biasanya akan keluar mobil mewah dari dalam pabrik, yang duduk dalam mobil mewah itu biasanya orang asing yang menduduki level tinggi dalam perusahaan atau pabrik tersebut. Suatu yang sungguh ironis.

    Apakah fenomena seperti ini akan tetap kita pertahankan pada masa yang akan datang ? Inilah tantangan sekaligus tugas yang tidak ringan untuk para peserta didik selaku generasi penerus. Para peserta didik juga harus menyadari betul harapan-harapan para orangtua. Yang jelas dan pasti orang tua akan selalu berharap bahwa tingkat sosial ekonomi anaknya harus lebih baik dibandingkan orang tuanya. Para orang tua bersusah payah banting tulang mencari uang dalam rangka untuk membiayai anak-anaknya, dengan harapan anaknya sukses dalam sekolah dan juga sukses meraih cita-citanya. 

  • Makalah Kurikulum Pendidikan Islam

    Berikut ini adalah contoh makalah dengan judul Kurikulum Pendidikan Islam.

    Kurikulum Pendidikan Islam

    Bab I. Pendahuluan

    Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan dalam suatu sistem pendidikan, karena itu kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan dan sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pengajaran pada semua jenis dan tingkat pendidikan. Setiap pendidik harus memahami perkembangan kurikulum, karena merupakan suatu formulasi pedagogis yang paling penting dalam konteks pendidikan, dalam kurikulum akan tergambar bagaimana usaha yang dilakukan membantu siswa dalam mengembangkan potensinya berupa fisik, intelektual, emosional, dan sosial keagamaan dan lain sebagainya.

    Dengan memahami kurikulum, para pendidik dapat memilih dan menentukan tujuan pembelajaran, metode, teknik, media pengajaran, dan alat evaluasi pengajaran yang sesuai dan tepat. Untuk itu, dalam melakukan kajian terhadap keberhasilan sistem pendidikan ditentukan oleh semua pihak, sarana dan organisasi yang baik, intensitas pekerjaan yang realistis tinggi dan kurikulum yang tepat guna. Oleh karena itu, sudah sewajarnya para pendidik dan tenaga kependidikan bidang pendidikan Islam memahami kurikulum serta berusaha mengembangkannya. Dalam makalah ini akan dibahas kurikulum pendidikan Islam secara mendalam.

    Bab II. Pembahasan

    A. Pengertian Kurikulum Pendidikan Islam

    Secara etimologi kurikulum berasal dari bahasa Yunani yaitu curir yang artinya pelari, atau curere yang berarti jarak yang harus ditempuh oleh pelari. Istilah ini pada mulanya digunakan dalam dunia olahraga yang berarti suatu jarak yang harus ditempuh dalam pertandingan olahraga. Berdasarkan pengertian ini, dalam konteksnya dengan dunia pendidikan, member pengertian sebagai suatu lingkaran pengajaran di mana guru dan murid terlibat di dalamnya.

    Kurikulum ialah rencana atau bahasan pengajaran , sehingga arah kegiatan pendidikan menjadi jelas dan terang[1]. Zakiah Darajat memandang kurikulum sebagai suatu program yang direncanakan dalam bidang pendidikan dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan-tujuan pendidikan itu. Kurikulum juga bisa diistilahkan dengan sejumlah pengalaman pendidikan, kebudayaan, sosial, olahraga, dan kesenian yang disediakan oleh sekolah bagi murid-muridnya di dalam dan di luar sekolah dengan maksud menolongnya berkembang secara menyeluruh dalam segala segi dalam mengubah tingkah laku mereka sesuai dengan tujuan pendidikan.

    Kurikulum pendidikan Islam adalah bahan-bahan pendidikan Islam berupa kegiatan, pengetahuan dan pengalaman yang dengan sengaja dan sistematis diberikan kepada anak didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan Islam. Atau dengan kata lain kurikulum pendidikan Islam adalah semua aktivitasi, pengetahuan dan pengalaman yang dengan sengaja dan secara sistematis diberikan oleh pendidik kepada anak didik dalam rangka tujuan pendidikan Islam.

    Kurikulum dalam pendidikan Islam, dikenal dengan kata manhaj yang berarti jalan yang terang yang dilalui oleh pendidik bersama anak didiknya untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap mereka. Selain itu, kurikulum juga dapat dipandang sebagai suatu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai pendidikan.

    B. Prinsip-prinsip Penyusunan Kurikulum Pendidikan Islam

    Dalam penyusunan kurikulum, kita harus memperhatikan prinsip-prinsip yang dapat mewarnai kurikulum pendidikan Islam. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:

    • Prinsip berasaskan Islam, termasuk ajaran dan nilai-nilainya. Maka setiap yang berkaitan dengan kurikulum, termasuk falsafah, tujuan-tujuan, kandungan-kandungan, metode mengajar, cara-cara perlakuan, dan hubungan-hubungan yang berlaku dalam lembaga-lembaga pendidikan harus berdasarkan pada agama dan akhlak Islam.
    • Prinsip mengarah kepada tujuan adalah seluruh aktivitas dalam kurikulum diarahkan untuk mencapai tujuan yang dirumuskan sebelumnya.
    • Prinsip integritas antara mata pelajaran, pengalaman-pengalaman, dan aktivitas yang terkandung di dalam kurikulum, begitu pula dengan pertautan antara kandungan kurikulum dengan kebutuhan murid juga kebutuhan masyarakat.
    • Prinsip relevansi, yaitu adanya kesesuaian pendidikan dengan lingkungan hidup peserta didik, relevansi dengan kehidupan masa sekarang dan akan dating, relevansi dengan tuntutan pekerjaan.
    • Prinsip fleksibilitas, adalah terdapat ruang gerak yang memberikan sedikit kebebasan dalam bertindak, baik yang berorientasi pada fleksibelitas pemilihan program pendidikan maupun dalam mengembangkan program pengajaran.
    • Prinsip integritas, adalah kurikulum tersebut dapat menghasilkan manusia seutuhnya, manusia yang mampu menintegrasikan antara fakultas dzikir dan fakultas pikir, serta manusia yang dapat menyelaraskan struktur kehidupan dunia dan struktur kehidupan akhirat.
    • Prinsip efisiensi, adalah agar kurikulum dapat mendayagunakan waktu, tenaga, dana, dan sumber lain secara cermat, tepat, memadai, dan dapat memenuhi harapan.
    • Prinsip kontinuitas dan kemitraan adalah bagaimana susunan kurikulum yang terdiri dari bagian yang berkelanjutan dengan kaitan-kaitan kurikulum lainnya, baik secara vertikal (perjenjangan, tahapan) maupun secara horizontal.
    • Prinsip individualitas adalah bagaimana kurikulum memperhatikan perbedaan pembawaan dan lingkungan anak pada umumnya yang meliputi seluruh aspek pribadi anak didik, seperti perbedaan jasmani, watak, inteligensi, bakat serta kelebihan dan kekurangannya.
    • Prinsip kesamaan memperoleh kesempatan, dan demokratis adalah bagaimana kurikulum dapat memberdayakan semua peserta didik memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang sangat diutamakan. Seluruh peserta didik dari berbagai kelompok seperti kelompok yang kurang beruntung secara ekonomi dan sosial yang memerlukan bantuan khusus, berbakat, dan unggul berhak menerima pendidikan yang tepat sesuai dengan kemampuan dan kecepatannya.
    • Prinsip kedinamisan, adalah agar kurikulum tidak statis, tetapi dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan perubahan sosial.
    • Prinsip keseimbangan, adalah bagaimana kurikulum dapat mengembangkan sikap potensi peserta didik secara harmonis.
    • Prinsip efektivitas, adalah agar kurikulum dapat menunjang efektivitas guru yang mengajar dan peserta didik yang belajar.[4]

    C. Komponen Kurikulum Pendidikan Islam

    Ahmad Tafsir (2006) menyatakan bahwa suatu kurikulum mengandung atau terdiri atas komponen-komponen : 1) tujuan ; 2) isi; 3) metode atau proses belajar mengajar, dan 4) evaluasi. Setiap komponen dalam kurikulum diatas sebenarnya saling terkait, bahkan masing masing merupakan bagian integral dari kurikulum tersebut.

    Sedangkan komponen kurikulum menurut Ramayulis meliputi:

    1. Tujuan yang ingin dicapai.

    Tujuan meliputi: tujuan akhir, tujuan umum, tujuan khusus dan tujuan sementara. Di dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) seorang pendidik harus pula dapat merumuskan kompetensi yang ingin dicapai, yaitu: kompetensi lulusan, kompetensi lintas kurikulum, kompetensi mata pelajaran, dan kompetensi dasar.

    Setiap tujuan tersebut minimal ada tiga domain, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Dalam pendidikan Islam, domain afektif lebih utama dari yang lainnya.

    2. Isi Kurikulum

    Berupa materi pembelajaran yang diprogram untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Materi tersebut disusun ke dalam silabus, dan dalam mengaplikasikannya dicantumkan pula dalam satuan pembelajaran dan perencanaan pembelajaran.

    3. Media (Sarana dan Prasarana)

    Media sebagai sarana perantara dalam pembelajaran untuk menjabarkan isi kurikulum agar lebih mudah dipahami oleh peserta didik. Media tersebut berupa benda (materiil) dan bukan benda (non-materiil).

    https://googleads.g.doubleclick.net/pagead/ads?client=ca-pub-3809783549113012&output=html&h=280&slotname=4454550951&adk=1052351895&adf=1573166957&pi=t.ma~as.4454550951&w=589&fwrn=4&fwrnh=100&lmt=1679958112&rafmt=1&format=589×280&url=https%3A%2F%2Fwww.anekamakalah.com%2F2013%2F03%2Fkurikulum-pendidikan-islam.html&ea=0&host=ca-host-pub-1556223355139109&fwr=0&rpe=1&resp_fmts=3&wgl=1&uach=WyJtYWNPUyIsIjEzLjUuMSIsImFybSIsIiIsIjExOS4wLjYwNDUuMTk5IixudWxsLDAsbnVsbCwiNjQiLFtbIkdvb2dsZSBDaHJvbWUiLCIxMTkuMC42MDQ1LjE5OSJdLFsiQ2hyb21pdW0iLCIxMTkuMC42MDQ1LjE5OSJdLFsiTm90P0FfQnJhbmQiLCIyNC4wLjAuMCJdXSwwXQ..&dt=1701775469703&bpp=1&bdt=98&idt=56&shv=r20231130&mjsv=m202311300101&ptt=9&saldr=aa&abxe=1&cookie=ID%3D2cb6ed2abe0c12cb%3AT%3D1701775450%3ART%3D1701775450%3AS%3DALNI_MZ6SKH6Kqr-t8iOaQWxc5Z7qA_RRQ&gpic=UID%3D00000ca557d98c00%3AT%3D1701775450%3ART%3D1701775450%3AS%3DALNI_MYK9yl8tx1r-uN9B73tk-Wez0UUcw&prev_fmts=589×148%2C0x0%2C1440x783&nras=2&correlator=7590767548759&frm=20&pv=1&ga_vid=937408923.1701775450&ga_sid=1701775450&ga_hid=313677929&ga_fc=1&u_tz=480&u_his=2&u_h=900&u_w=1440&u_ah=900&u_aw=1440&u_cd=30&u_sd=2&dmc=8&adx=256&ady=3640&biw=1440&bih=783&scr_x=0&scr_y=567&eid=44759875%2C44759926%2C44759837%2C31079931%2C42531706%2C44795922%2C44807753%2C44807764%2C44808148%2C44808284%2C44809071%2C31078663%2C31078665%2C31078668%2C31078670&oid=2&pvsid=2795110531727656&tmod=345724908&uas=0&nvt=1&ref=https%3A%2F%2Fwww.anekamakalah.com%2F2012%2F09%2Fmakalah-dampak-tawuran-pelajar.html%3Fm%3D1&fc=896&brdim=0%2C0%2C0%2C0%2C1440%2C0%2C1440%2C900%2C1440%2C783&vis=1&rsz=%7C%7CoeEbr%7C&abl=CS&pfx=0&fu=128&bc=31&td=1&psd=W251bGwsbnVsbCwicHJlcGVyaW9kIiwxXQ..&nt=1&ifi=2&uci=a!2&btvi=1&fsb=1&dtd=1260

    4. Strategi

    Strategi merujuk pada pendekatan dan metode serta teknik mengajar yang digunakan. Dalam strategi termasuk juga komponen penunjang lainnya seperti: sistem administrasi, pelayanan BK, remedial, pengayaan, dan senbagainya.

    5. Proses Pembelajaran

    Komponen ini sangat penting, sebab diharapkan melalui proses pembelajaran akan terjadi perubahan tingkah laku pada diri peserta didik sebagai indicator keberhasilan pelaksanaan kurikulum. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran dituntut sarana pembelajaran yang kondusif, sehingga memungkinkan dan mendorong kreativitas peserta didik.

    6. Evaluasi

    Dengan evaluasi (penilaian) dapat diketahui cara pencapaian tujuan.[5]

    D. Orientasi Kurikulum Pendidikan Islam

    Pada dasarnya, orientasi kurikulum pendidikan pada umumnya dapat dirangkum menjadi lima, yaitu orientasi pada pelestarian nilai-nilai, orientasi pada kebutuhan sosial, orientasi pada tenaga kerja, orientasi pada peserta didik, dan orientasi pada masa depan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.[6]

    1. Orientasi Pelestarian Nilai

    Dalam pandangan Islam, nilai terbagi atas dua macam, yaitu nilai yang turun dari Allah SWT, yang disebut nilai ilahiyah, dan nilai yang tumbuh dan berkembang dari peradaban manusia sendiri yang disebut dengan nilai insaniyah. Kedua nilai tersebut selanjutnya membentuk norma-norma atau kaidah-kaidah kehidupan yang dianut dan melembaga pada masyarakat yang mendukungnya. Tugas kurikulum selanjutnya adalah menciptakan situasi-situasi dan program tertentu untuk tercapainya pelestarian kedua nilai tersebut.

    2. Orientasi pada Kebutuhan Sosial

    Masyarakat yang maju adalah masyarakat yang ditandai oleh munculnya berbagai peradaban dan kebudayaan sehingga masyarakat tersebut mengalami perubahan dan perkembangan yang pesat walaupun perkembangan itu tidak mencapai pada titik kulminasi. Hal ini Karena kehidupan adalah berkembang, tanpa perkembangan berarti tidak ada kehidupan.

    Orientasi kurikulum adalah bagaimana memberikan kontribusi positif dalam perkembangan sosial dan kebutuhannya, sehingga output di lembaga pendidikan mampu menjawab dan mengatasi masalah-masalah yang dihadapi masyarakat.

    3. Orientasi pada Tenaga Kerja

    Manusia sebagai makhluk biologis mempunyai unsur mekanisme jasmani yang membutuhkan kebutuhan-kebutuhan lahiriah, misalnya makan minum, bertempat tinggal yang layak, dan kebutuhan biologis lainnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut harus terpenuhi secara layak, dan salah satu di antara persiapan untuk mendapatkan pemenuhan kebutuhan yang layak adalah melalui pendidikan. Dengan pendidikan, pengalaman dan pengetahuan seseorang bertambah dan dapat menentukan kualitas dan kuantitas kerja seseorang. Hal ini karena dunia kerja dewasa ini semakin banyak saingan, dan jumlah perkembangan penduduk jauh lebih pesat dari penyediaan lapangan kerja.

    Sebagai konsekuensinya, kurikulum pendidikan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan kerja. Hal ini ditujukan setelah keluar dari lembaga sekolah, peserta didik mempunyai kemampuan dan keterampilan yang profesional, berproduktif dan kreatif, mampu mendayagunakan sumber daya alam, sumber daya diri dan sumber daya situasi yang mempengaruhinya.

    4. Orientasi pada Peserta Didik

    Orientasi ini memberikan kompas pada kurikulum untuk memenuhi kebutuhan peserta didik yang disesuaikan dengan bakat, minat, dan potensi yang dimilikinya, serta kebutuhan peserta didik. Orientasi ini diarahkan kepada pembinaan tiga dimensi peserta didiknya.

    • Dimensi kepribadian sebagai manusia, yaitu kemampuan untuk menjaga integritas antara sikap, tingkah laku, etiket, dan moralitas.
    • Dimensi produktivitas yang menyangkut apa yang dihasilkan anak didik dalam jumlah yang lebih banyak, kualitas yang lebih baik setelah ia menamatkan pendidikannya.
    • Dimensi kreativitas yang menyangkut kemampuan anak didik untuk berpikir dan berbuat, menciptakan sesuatu yang berguna bagi diri sendiri dan masyarakat.

    5. Orientasi pada Masa Depan Pekembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

    Kemajuan suatu zaman ditandai oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta produk-produk yang dihasilkannya. Hampir semua kehidupan dewasa ini tidak lepas dari keterlibatan IPTEK, mulai dari kehidupan yang paling sederhana sampai kehidupan dan peradaban yang paling tinggi. Dengan IPTEK, masalah yang rumit menjadi lebih mudah, masalah yang tidak berguna menjadi lebih berguna, masalah yang using dan kemudian dibumbui dengan produk IPTEK menjadi lebih menarik.

    BAB III

    PENUTUP

    Kurikulum pendidikan Islam adalah bahan-bahan pendidikan Islam berupa kegiatan, pengetahuan dan pengalaman yang dengan sengaja dan sistematis diberikan kepada anak didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan Islam. Atau dengan kata lain kurikulum pendidikan Islam adalah semua aktivitasi, pengetahuan dan pengalaman yang dengan sengaja dan secara sistematis diberikan oleh pendidik kepada anak didik dalam rangka tujuan pendidikan Islam.

    Ahmad Tafsir (2006) menyatakan bahwa suatu kurikulum mengandung atau terdiri atas komponen-komponen: tujuan, isi, metode atau proses belajar mengajar, dan evaluasi. Sedangkan menurut Ramayulis (2008: 153-154) komponen kurikulum meliputi: tujuan yang ingin dicapai, isi kurikulum, media, strategi, proses pembelajaran, dan evaluasi.

    Dalam penyusunan kurikulum pendidikan Islam, kita harus memperhatikan prinsip-prinsip: berasaskan Islam, mengarah kepada tujuan, integritas antar mata pelajaran, relevansi, fleksibilitas, integritas, efisiensi, kontinuitas, individualitas, kesamaan memperoleh kesempatan, kedinamisan, keseimbangan, dan efektivitas. Pada dasarnya, orientasi kurikulum pendidikan pada umumnya dapat dirangkum menjadi lima, yaitu orientasi pada pelestarian nilai-nilai, orientasi pada kebutuhan sosial, orientasi pada tenaga kerja, orientasi pada peserta didik, dan orientasi pada masa depan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

  • Peraturan dan Pengertian Tolak Peluru

    Pengertian Tolak peluru merupakan salah satu nomor yang terdapat dalam nomor lempar pada cabang olahraga atletik. Tolak peluru dilakukan tidak dilempar akan tetapi ditolak atau didorong. Hal ini sesuai pula dengan peraturan, bahwa peluru itu harus didorong atau ditolak dari bahu dengan satu tangan.

    Tolak peluru adalah suatu bentuk gerakan menolak atau mendorong suatu alat bundar (peluru) dengan berat tertentu yang terbuat dari logam yang dilakukan dari bahu dengan satu tangan untuk mencapai jarak sejauh-jauhnya. 

    Peraturan Tolak Peluru

    1)   Sarana dan Prasarana

    • Sektor lemparan/lapangan dibatasi oleh 2 garis yang menuju ke pusat lingkaran, lewat tepi balok lemparan yang panjangnya 1,22 m; tinggi 10 cm; dan tebalnya 11,4 cm.
    • Berat peluru: pria 7,26 kg dan wanita 4 kg.
    • Sepatu yang dipergunakan mempunyai alas yang keras dan tanpa paku.

    2)   Peraturan Tolak Peluru

    Tolakan peluru yang dilakukan oleh peserta dianggap gagal, jika:

    • menyentuh balok batas sebelah atas dan menyentuh tanah di luar lingkaran;
    • keluar masuk lingkaran dari muka garis tengah;
    • peluru jatuh di luar sektor lingkaran;
    • berjalan keluar lingkaran di daerah lemparan;
    • peluru diletakkan di muka dada atau belakang kepala;
    • dipanggil sudah 2 menit belum melempar;
    • peserta gagal melempar setelah 3 kali lemparan.

    3)   Juri Tolak Peluru

    Untuk menentukan pemenang perlu adanya juri untuk memutuskan pemenangnya. Kemampuan wasit harus meyakinkan, serta penguasaan peraturan perlombaan dan pertandingan akan menunjang kelancaran jalannya perlombaan dalam tolak peluru. Wasit atau juri dalam perlombaan tolak peluru berjumlah 3 orang, yaitu juri 1, juri 2, dan juri 3. Setiap juri memiliki tugas dan wewenang yang berbeda-beda. 

    Berikut tugas dan wewenang setiap juri.

    a)    Juri 1 

    Mengawasi tangan dan kesalahan kaki yang terjadi pada sisi dekat dengannya. Juri 1 juga bertugas memanggil peserta dan mengukur hasilnya.

    b)    Juri 2

    Berkenaan dengan kesalahan kaki yang terjadi pada bagian atas papan penahan dan lingkaran-lempar pada sisi papan penahan. Juri 2 memegang bendera untuk memutuskan bahwa lemparan tersebut sah atau tidak.

    c)    Juri 3

    Bertugas untuk menentukan tempat jatuhnya peluru. Ia akan menancapkan paku atau bendera kecil tempat peluru tersebut jatuh. Bagi peserta yang menggunakan tangan kidal, tentu wasit harus berubah menyesuaikan posisinya.

  • Bentuk Latihan Kebugaran Jasmani

    Latihan Kebugaran Jasmani

    Untuk meningkatkan kebugaran jasmani, Anda perlu mengenal beberapa unsur yang perlu dilatih, yaitu kekuatan, kecepatan, daya tahan otot jantung dan paru-paru, kelincahan, daya ledak (power) dan kelentukan.

    A. Latihan Kekuatan

    Latihan kekuatan (strength training) pada umumnya dilakukan dengan pemberian beban, baik beban internal (tubuh sendiri) maupun beban eksternal (peralatan fitness).

    Adapun hal-hal yang menunjang keselamatan saat melakukan program latihan, antara lain sebagai berikut:

    1. Pakailah pakaian yang sesuai dan nyaman untuk berolahraga. Misalnya kaos dan training. Selain itu pakaian harus elastik, tidak menghambat gerakan, serta dapat menyerap keringat.
    2. Gunakan sepatu yang dilengkapi kaos kaki.
    3. Istirahatlah dalam setiap seri.
    4. Hindari penggunaan beban yang terlalu berat, terutama pada pemula.

    Oleh karena itu, untuk mendapatkan hasil yang optimal perlu memerhatikan beberapa hal berikut, antara lain sebagai berikut:

    b.   Lakukan pemanasan yang cukup pada otot-otot yang akan dilatih (warming up), sebelum memulai latihan.

    c.   Prinsip latihan peningkatan beban secara sistematis dan terencana (overload system).

    d.   Pergunakan beban sesuai kemampuan.

    e.   Lakukan setiap gerakan dengan repetisi dan set yang benar. Repetisi adalah jumlah ulangan angkatan pada saat mengangkat beban, sedangkan set adalah jumlah setiap ulangan.

    f.    Setiap bentuk latihan harus dilakukan dalam ruang gerak yang luas.

    g.   Harus mendapat pengawasan dan bantuan dari instruktur yang berpengalaman.

    h.   Lakukan pendinginan (cooling down) setelah berlatih.

    Ada sistem latihan yang harus diperhatikan saat melakukan latihan beban, antara lain sebagai berikut:

    a.  Sistem set (set system). Sistem latihan ini dilakukan dengan menggunakan 8 s/d 12 repetisi sebanyak 3 set.

    b.  Sistem superset (superset system), pelaksanaannya dilakukan dengan cara setiap bentuk latihan disusuldengan bentuk latihan antagonisnya, misalnya latihan biceps, kemudian latihan triceps (otot lengan).

    c.  Split routines. Pelaksanaanya hanya melatih tubuh bagian atas, kemudian melatih tubuh bagian bawah.

    2.   Latihan Kecepatan

    Latihan kecepatan (speed training) diberikan dalam bentuk latihan lari dan sekaligus dengan latihan reaksi. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melatih komponen kecepatan, antara lain sebagai berikut:

    e.   Lakukan pada awal dari suatu unit latihan, pada saat otototot masih kuat.

    f.    Intensitas latihan pada tingkat sub-maksimal atau maksimal.

    g.   Jarak antara 30–80 meter dianggap jarak yang baik untuk pembinaan kecepatan secara umum.

    h.   Jumlah pengulangan antara 10–16 kali dan terdiri atas 3–4 seri.

    i.   Untuk kecepatan daya ledak (explosive speed) dapat dilatih dengan penambahan beban yang tidak lebih dari 20% dari beban maksimal.

    j.    Waktu istirahat antara pengulangan (repetition) 1–3 menit, waktu istirahat antarseri sampai 6 menit.

    Bentuk latihan kecepatan reaksi dapat dilakukan dengan berbagai rangsangan-rangsangan luar, seperti: tepukan tangan, bunyi peluit, atau suara sebagai aba-aba untuk mulai yang sekaligus juga melatih reaksi pemain.

    3.   Latihan Daya Tahan

    Latihan daya tahan (endurance training) merupakan latihan untuk bekerja atau berlatih dalam waktu yang lama tanpa mengalami kelelahan. Daya tahan otot (muscular endurance) dapat dilakukan dengan latihan yang melibatkan satu otot pada tubuh. Caranya dengan melakukan suatu gerakan berulang-ulang dalam waktu yang relatif lama.

    Untuk melatih daya tahan otot biceps, latihan yang dilakukan adalah dengan mengangkat beban (dumble) ringan. Dilakukan sebanyak lebih dari 20 ulangan dengan beban kirakira 10–15 kg.

    Selain itu, untuk melatih daya tahan jantung dan paru-paru (general endurance) biasanya dengan melakukan latihan yang bersifat aerobik, yaitu latihan yang dilakukan dalam jangka waktu yang lama. Banyak kegiatan dalam membina daya tahan yang dapat dilakukan, diantaranya lari lintas alam (cross country), fartlek (speed play), circuit training, dan interval training.

    a. Lari Lintas Alam

    Lari lintas alam merupakan salah satu nomor lari jarak jauh yang dilakukan di alam terbuka, seperti jalan raya, pegunungan, pemukiman, atau hutan. Teknik lari lintas alam memiliki dasar yang sama dengan teknik lari jarak jauh (marathon). Jarak tempuh dan waktu berlari harus dapat terukur dengan baik sehingga dapat dipantau tingkat perkembangan dalam rangka penambahan beban atau kualitas latihan.

    b. Fartlek

    Fartlek atau biasa disebut speed play merupakan salah satu bentuk latihan untuk peningkatan daya tahan. Latihan ini mengombinasikan berbagai bentuk atau jenis lari lambat, cepat berkelok-kelok, lompat atau loncat.

    c. Circuit Training

    Circuit training adalah latihan yang dilakukan dengan membentuk beberapa pos latihan. Setiap pos memiliki satu bentuk latihan dengan fungsi dan tujuan tertentu. 

    Tujuan dari circuit training pada dasarnya adalah mengombinasikan beberapa bentuk latihan untuk meningkatkan beberapa komponen fisik secara bertahap dan berkesinambungan. Circuit training dapat dilakukan di lapangan, alam bebas, atau menggunakan mesin untuk latihan beban.

    Hal-hal yang harus diperhatikan dalam circuit training adalah sebagai berikut:

    1)   jarak yang ditempuh

    2)   bobot atau beban latihan

    3)   variasi berat dan ringan antar pos

    4)   keterlibatan otot (otot besar, otot kecil, otot badan atas, otot badan bawah)

    5)   waktu melakukan gerakan atau latihan

    6)   komponen fisik yang dilatih (misalnya kecepatan atau kelincahan)

    7)   jumlah pengulangan latihan

    Berikut bentuk latihan circuit training dengan tujuan pos:

    1)   Pos 1 melakukan latihan bermain lompat tali (skipping) selama 40 detik.

    2)   Pos 2 lari bolak-balik (suttle run) dengan jarak 5 meter sebanyak 8 kali.

    3)   Pos 3 push up sebanyak 20 kali.

    4)   Pos 4 sit up sebanyak 30 kali.

    5)   Pos 5 back up sebanyak 30 kali.

    6)   Pos 6 squat jump sebanyak 30 kali.

    7)   Pos 7 squat thrust sebanyak 30 kali.

    d. Interval Training

    Interval training adalah bentuk latihan dengan memerlukan faktor-faktor berikut:

    1)   Menetapkan jarak yang akan ditempuh. Misalkan 200, 400, atau 800 meter bergantung kemampuan siswa.

    2)   Menentukan pengulangan lari. Misalnya 400 meter sebanyak 5 kali.

    3)   Menetapkan tempo atau ritme kecepatan berlari (detik/ menit).

    4)   Menetapkan istirahat atau interval. Waktu istirahat antarulangan lari ditetapkan selama beberapa detik atau menit. Istirahat dilakukan dengan jalan pelan-pelan, jogging, senam ringan, dan mengatur napas.

    4.   Latihan Kelentukan

    Latihan kelentukan (flexibility training) dapat dikembangkan menjadi dua bentuk latihan, yaitu peregangan dinamis dan peregangan statis.

    a. Peregangan Dinamis

    Peregangan dinamis dilakukan dengan menggerakkan anggota tubuh secara berirama atau dengan gerakan memantulmantulkannya (bouncing). Contoh peregangan dinamis adalah sebagai berikut:

    1)   Duduk selonjor dengan kedua kaki lurus, usahakan untuk mencapai ujung jari kaki dengan jari-jari tangan, sambil melakukan gerakan merenggut pinggang.  

    2)   Duduk dengan sikap “lari gawang”. Kaki kiri lurus ke depan, kaki kanan dilipat ke belakang.

    3)   Berbaring terlungkup, tangan dilipat ke depan dada. Angkat kepala dan dada secara berulang-ulang setinggi mungkin ke atas.

    4)   Sikap jongkok, kedua tangan bertumpu di lantai. Lemparkan kaki lurus ke belakang secara bergantian kiri dan kanan.

    5)  Berdiri kangkang kedua tangan direntangkan ke samping. Bungkukkan badan sambil tangan kanan menyentuh ujung kaki kiri, kembali ke sikap semula.

    b. Peregangan Statis

    Peregangan statis dilakukan dengan meregangkan tubuh atau anggota tubuh, dan mempertahankan sikap tersebut tanpa bergerak (static) untuk beberapa saat.

    Contoh peregangan statis adalah sebagai berikut:

    1) Berdiri dengan kedua kaki rapat. Bungkukkan badan sehingga jari tangan menyentuh lantai. Pertahankan sikap ini tanpa bergerak (static) selama 20–30 detik.

    2)   Berdiri dengan kaki kangkang lebar. Bungkukkan badan sehingga kedua telapak tangan bertumpu di lantai. Pertahankan sikap ini selama 20-30 detik.

    3)  Duduk bersila dengan telapak kaki bertemu. Tarik tumit ke arah dalam dengan kedua tangan. Pertahankan sikap ini selama 20-30 detik.

    4)   Duduk dengan satu kaki lurus ke depan, kaki lainnya dilipat. Kedua tangan memegang pergelangan kaki yang lurus.

    5)  Sikap berbaring. Tarik kedua lutut dengan kedua tangan ke arah/menyentuh dada. Kepala diangkat. Pertahankan sikap ini selama 20-30 detik.

  • Hakikat Kebugaran Jasmani dan Komponen Fisik – Progrm Latihan Olahraga Umum

    Hakikat Kebugaran Jasmani

    Kebugaran jasmani, kesegaran jasmani, atau keselamatan jasmani memiliki makna yang sama. Namun, pada umumnya selalu disebut sebagai kebugaran jasmani.

    Kebugaran jasmani merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan yang cukup berat dan cukup lama tanpa mengalami kelelahan yang berarti.

    Seseorang yang memiliki derajat kebugaran jasmani masih memiliki tenaga cadangan untuk menghadapi suatu pekerjaan atau keadaan yang mendesak.

    Sementara itu, orang yang sehat belum tentu memiliki kebugaran jasmani yang tinggi dan belum tentu dapat mengerjakan sesuatu pekerjaan atau berolahraga yang cukup berat dan lama. Namun sebaliknya, orang yang memiliki kebugaran jasmani pasti sehat.

    Latihan kondisi fisik (physical conditioning) sangat penting untuk mempertahankan atau meningkatkan derajat kebugaran jasmani (physical fitness).

    Derajat kebugaran jasmani seseorang sangat menentukan kemampuan fisiknya dalam melaksanakan tugas sehari-hari. Semakin tinggi derajat kesegaran jasmani seseorang semakin tinggi pula kemampuan kerja fisiknya.

    Kurangnya daya tahan, kelentukan persendian, kekuatan otot, dan kelincahan merupakan penyebab utama timbulnya cedera. Faktor timbulnya cedera salah satunya dikarenakan program latihan kondisi fisik yang dilakukan tidak sempurna.

    Oleh karena itu, program latihan kebugaran jasmani perlu direncanakan secara sistematis. Tujuannya untuk meningkatkan kebugaran jasmani dan kemampuan ergosistem tubuh.

    Proses latihan kebugaran jasmani yang dilakukan secara cermat, kontinue dengan beban yang terus meningkat akan mudah meningkatkan kebugaran jasmani. Hal ini akan menyebabkan seseorang menjadi terampil, kuat, dan efisien dalam bergerak.

    Seorang atlet atau siswa dalam cabang olahraga tertentu perlu memerhatikan ciri khusus olahraga prestasi agar potensinya optimal. Karakteristik yang berlainan dari setiap cabang olahraga menuntut komponen kondisi fisik yang memiliki kekhususan dalam program latihannya.

    Adapun komponen fisik yang harus dipelihara dan ditingkatkan dalam program latihan olahraga pada umumnya, antara lain sebagai berikut:

    1. daya tahan umum (general endurance);
    2. daya tahan optimal (stamina);
    3. kekuatan (strength);
    4. kecepatan (speed);
    5. kelincahan (agility);
    6. koordinasi (coordination);
    7. tenaga eksplosif (explosive power);
    8. kelentukan (flexibility);
    9. keseimbangan (balance);
    10. ketepatan (accuracy).

    Untuk itu, dalam pelaksanaan program latihan harus mengetahui prinsip-prinsip latihan, maksud dan tujuan latihan, fungsi, dan cara melakukan latihannya. Hal tersebut untuk menghindari kecelakaan dan cedera otot.

  • Karakteristik Tahapan Perkembangan Peserta Didik

    Karakteristik Tahapan Perkembangan Peserta Didik

    Perkembangan Psikologi Manusia mengalami beberapa fase dan tahap. Perkembangan ini tidak hanya dipengaruhi kematangan kemampuan berfikir semata tapi juga pertumbuhan fisik manusia. Berdasarkan kriteria ini, perkembangan manusia dibagi ke dalam beberapa tahapan selanjutnya disebut sebagai tahapan perkembangan manusia.

    Tahapan Perkembangan Manusia

    Pada umumnya para ahli membagi tahap-tahap perkembangan manusia sebagai berikut :

    1. Masa pra-lahir
    2. Masa bayi (0-2 tahun)
    3. Masa kanak-kanak (3-5 tahun)
    4. Masa sekolah (6-12 tahun)
    5. Masa remaja (13-24 tahun)
      • Masa awal remaja (13-15 tahun)
      • Masa remaja (16-20 tahun)
      • Masa akhir remaja (21-24)
    6. Masa dewasa (25-60 tahun)
      • Masa awal dewasa (25-30 tahun)
      • Masa dewasa (31-45)
      • Masa akhir dewasa (46-60 tahun)
    7. Masa tua (61 tahun ke atas)
    8. Masa lansia (71 tahun ke atas)

    1. Karakteristik Anak Usia Dini

    Anak usia dini (0 – 8 tahun) adalah individu yang sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Bahkan dikatakan sebagai lompatan perkembangan karena itulah maka usia dini dikatakan sebagai golden age (usia emas) yaitu usia yang sangat berharga dibanding usia-usia selanjutnya. Usia tersebut merupakan fase kehidupan yang unik. Secara lebih rinci akan diuraikan karakteristik anak usia dini sebagai berikut :

    Usia 0 – 1 tahun

    Pada masa bayi perkembangan fisik mengalami kecepatan luar biasa, paling cepat dibanding usia selanjutnya. Berbagai kemampuan dan ketrampilan dasar dipelajari anak pada usia ini. Beberapa karakteristik anak usia bayi dapat dijelaskan antara lain : (a) Mempelajari ketrampilan motorik mulai dari berguling, merangkak, duduk, berdiri dan berjalan. (b) Mempelajari ketrampilan menggunakan panca indera, seperti melihat atau mengamati, meraba, mendengar, mencium dan mengecap dengan memasukkan setiap benda ke mulutnya. (c) Mempelajari komunikasi sosial. Bayi yang baru lahir telah siap melaksanakan kontrak sosial dengan lingkungannya. Komunikasi responsif dari orang dewasa akan mendorong dan memperluas respon verbal dan non verbal bayi.

    Berbagai kemampuan dan ketrampilan dasar tersebut merupakan modal penting bagi anak untuk menjalani proses perkembangan selanjutnya.

    Usia 2 – 3 tahun

    Anak pada usia ini memiliki beberapa kesamaan karakteristik dengan masa sebelumnya. Secara fisik anak masih mengalami pertumbuhan yang pesat. Beberapa karakteristik khusus yang dilalui anak usia 2 – 3 tahun antara lain :

    1. Anak sangat aktif mengeksplorasi benda-benda yang ada di sekitarnya. Ia memiliki kekuatan observasi yang tajam dan keinginan belajar yang luar biasa. Eksplorasi yang dilakukan oleh anak terhadap benda-benda apa saja yang ditemui merupakan proses belajar yang sangat efektif. Motivasi belajar anak pada usia tersebut menempati grafik tertinggi dibanding sepanjang usianya bila tidak ada hambatan dari lingkungan.
    2. Anak mulai mengembangkan kemampuan berbahasa. Diawali dengan berceloteh, kemudian satu dua kata dan kalimat yang belum jelas maknanya. Anak terus belajar dan berkomunikasi, memahami pembicaraan orang lain dan belajar mengungkapkan isi hati dan pikiran.
    3. Anak mulai belajar mengembangkan emosi. Perkembangan emosi anak didasarkan pada bagaimana lingkungan memperlakukan dia. Sebab emosi bukan ditemukan oleh bawaan namun lebih banyak pada lingkungan.

    Usia 4 – 6 tahun

    Anak usia 4 – 6 tahun memiliki karakteristik antara lain :

    1. Berkaitan dengan perkembangan fisik, anak sangat aktif melakukan berbagai kegiatan. Hal ini bermanfaat untuk mengembangkan otot-otot kecil maupun besar.
    2. Perkembangan bahasa juga semakin baik. Anak sudah mampu memahami pembicaraan orang lain dan mampu mengungkapkan pikirannya dalam batas-batas tertentu.
    3. Perkembangan kognitif (daya pikir) sangat pesat, ditunjukkan dengan rasa ingin tahu anak yang luar biasa terhadap lingkungan sekitar. Hl itu terlihat dari seringnya anak menanyakan segala sesuatu yang dilihat.
    4. Bentuk permainan anak masih bersifat individu, bukan permainan sosial. Walaupun aktifitas bermain dilakukan anak secara bersama.

    Usia 7 – 8 tahun

    Karakteristik perkembangan anak usia 7 – 8 tahun antara lain :

    1. Perkembangan kognitif anak masih berada pada masa yang cepat. Dari segi kemampuan, secara kognitif anak sudah mampu berpikir bagian per bagian. Artinya anak sudah mampu berpikir analisis dan sintesis, deduktif dan induktif.
    2. Perkembangan sosial anak mulai ingin melepaskan diri dari otoritas orangtuanya. Hal ini ditunjukkan dengan kecenderungan anak untuk selalu bermain di luar rumah bergaul dengan teman sebaya.
    3. Anak mulai menyukai permainan sosial. Bentuk permainan yang melibatkan banyak orang dengan saling berinteraksi.
    4. Perkembangan emosi anak sudah mulai berbentuk dan tampak sebagai bagian dari kepribadian anak. Walaupun pada usia ini masih pada taraf pembentukan, namun pengalaman anak sebenarnya telah menampakkan hasil.
  • Pengukuran Kebugaran Jasmani Anak Usia 10 – 12 Tahun

    Secara Kebugaran Jasmani dapat didefenisikan sebagai kemampuan seseorang melakukan latihan ringan tanpa mengalami kelelahan yang berarti.

    A. Pengkuran Kebugaran Jasmani

    Kebugaran Jasmani atau fitness merupakan kondisi fisik yang dimiliki seseorang. Kondisi ini meliputi 3 aspek yakni (1) anatomical fitness, (2) physiological fitness, dan (c) psychological Fitness.

    1. Anatomical fitness : adalah normalnya pertumbuhan dan pengembangan fisik anak berdasarkan faktor hereditas.
    2. Physiological fitness : adalah kemampuan tubuh untuk menyesuaikan fungsi fisiologisnya terhadap keadaan lingkungan, tugas fisik, kerja otak, secara efisien, tak mengalami kelelahan yang berlebihan. 
    3. Psychological fitness : adalah keadaan emosi yang stabil untuk mengatasi beberapa masaIah lingkungannya.

    Dengan demikian, definisi kebugaran jasmani adalah kesanggupan dan kemampuan untuk melakukan pekerjaan dengan efisien tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti. Dirjen Olahraga dan Pemuda, (1971)

    Unsur-unsur Kebugaran Jasmani

    Mengacu kepada definisi tersebut di atas maka kebugaran jasmani mempunyai enam unsur utama, yaitu : (1) strength, (2) power, (3) speed, (4) flexibility, (5) agility (6) endurance.  Ke-enam komponen tersebut, ada tiga unsur inti, yakni strength, endurance dan cardiorespiratoris.

    Fungsi Tes Kesegaran Jasmani

    1. Mengukur/mengetahui perkembangan kemampuan fisik siswa.
    2. Menentukan status kondisi fisik siswa.
    3. Sebagai bahan bimbingan dalam meningkatkan kebugaran jasmaninya.
    4. Sebagai bahan masukan dalam memberikan nilai pelajaran penjaskes.

    B. Tes Kebugaran Jasmani Indonesia (TKJI) Siswa SD Usia 10-12 th.

    Ada 5 (lima) Jenis Tes, yaitu : (1) Lari cepat 40 meter. (2) Gantung siku tekuk. (3) Baring duduk 30 detik. (4) Loncat tegak, dan (5) Lari 600 meter.  Petunjuk pelaksanaan dari setiap butir tes adalah sebagai berikut :

    Tes Kecepatan

    Tujuan : Untuk mengukur kecepatan Iari seseorang. Alat/fasilitas : (a) lintasan Iurus, rata dan tidak licin, jarak antara garis start dan finish 30 mete, (b) peluit, (c) stopwatch, dan (d) bendera start dan tiang pancang.

    Pelaksanaan : Subyek berdiri di belakang garis start dengan sikap berdiri, aba-aba “ya” subyek lari ke depan secepat mungkin menempuh jarak 40 meter. Pada saat subyek menyentuh / melewati garis finish stopwatch dihentikan.

    Catatan: Kesempatan lari diulang bilamana :

    1. Pelari mencuri start.
    2. Pelari terganggu oleh pelari lainnya.
    3. Skor skor hasiI tes yaitu waktu yang dicapai oleh pelari untuk menempuh jarak 40 meter.  Waktu dicatat sampai sepersepuluh detik.

    Tes Gantung Siku Tekuk

    Tujuan : untuk mengukur kekuatan dan ketahanan otot lengan dan bahu.

    Alat/fasilitas : (a) lantai yang rata clan bersih, (b) palang tunggal, tingginya diatur sehingga subyek dapat bergantung, (c) stopwatch, (d) formuIir pencatat hasil, dan (e) serbuk kapur (bedak bayi) atau magnesium karbonat.

    Petugas Tes : Pengukur waktu merangkap pencatat hasil.

    Pelaksanaan : Palang tunggal dipasang dengan ketinggian sedikit di atas kepala peserta.   Sikap permulaan: Peserta berdiri dibawah palang tunggal, kedua tangan berpegangan pada palang tunggal selebar bahu.Pegangan telapak tangan menghadap kebelakang.

    Gerakan:

    Dengan bantuan tolakan kedua kaki, peserta melompat ke atas sampai mencapai sikap bergantung siku tekuk, dagu berada di atas palang tunggal. Sikap tersebut dipertahankan selama mungkin.

    Pencatatan Hasil

    Hasil yang dicatat adalah waktu yang dicapai oleh peserta untuk mempertahankan sikap tersebut di atas, dalam satuan waktu detik. Catatan: Peserta yang tidak dapat melakukan sikap di atas dinyatakan gagal, hasilnya ditulis dengan angka o (nol).

    2.3.        Tes Baring Duduk 30 Detik

    Tujuan : Tes ini bertujuan untuk mengukur kekuatan dan ketahanan otot perut.  Alat dan Fasilitas;  (a) lantai.lapangan rumput yang rata dan bersih, (b) stopwatch, (c) alat tulis, (d) alas/tikar /matras.  Petugas Tes: (a) pengamat waktu, (b) penghitung gerakan merangkap pencatat hasil.

    Pelaksanaan:

    Sikap permulaan.

    Berbaring telentang dilantai atau dirumput, kedua lutut ditekuk dengan sudut ± 900, kedua tangan jari-jarinya berselang selip diletakkan dibelakang kepala.  Petugas/peserta lain membantu memegang atau menekan kedua pergelangan kaki, agar kaki tidak terangkat.

    Gerakan :

    1.        Gerakan aba-abak “Ya” peserta bergerak mengambil sikap duduk, sampai kedua sikunya menyentuh kedua paha, kemudian kembali ke sikap permulaan.

    2.        Gerakan ini dilakukan berulang-ulang dengan cepat tanpa istirahat (selama 30 detik).

    Catatan :

    ü  Gerakan tidak dihitung jika tangan terlepas, sehingga jari-jarinya tidak terjalin lagi

    ü  Kedua siku tidak sampai menyentuh paha

    ü  Mempergunakan sikunya untuk membantu menolak tubuh.

    Pencatatan Hasil

    1.        Hasil yang dihitung dan dicatat adalah jumlah gerakan baring duduk yang dapat dilakukan dengan sempurna selama 30 detik.

    2.        Peserta yang tidak mampu melakukan tes baring duduk ini, hasilnya ditulis dengan angka o (nol).

    2.4.        Tes Loncat Tegak  (Vertical Jump)

    Tujuan : Tes ini bertujuan untuk mengukur daya ledak otot dan tenaga eksplosif. Alat dan Fasilitas : (a) Papan berskala senti meter, warna gelap, berukuran 30 x 150 cm, dipasang pada dinding atau tiang (lihat Gambar 7). Jarak antara lantai dengan angka 0 (nol) pada skala yaitu 150 cm. (b) Serbuk Kapur (bedak bayi) (c) Alat Penghapus dan, (d) Nomor dada.

    Petugas Tes :

    Pengamat dan pencatat hasil

    Pelaksanaan :

    Sikap Permulaan

    a.         Terlebih dahulu ujung jari tangan peserta dioles dengan bedak bayi

    b.         Peserta berdiri tegak dekat dinding, kaki rapat, papan skala berada di samping kiri atau kanannya. Kemudian tangan yang dekat dinding diangkat lurus keatas telapak tangan ditempelkan pada papan berskala, sehingga meninggal bekas raihan jarinya (lihat gambar 7).

    Gerakan :

    c.         Peserta mengambil awalan dengan sikap menekukkan lutut dan kedua lengan diayun kebelakang (lihat gambar 8). Kemudian meloncat setinggi mungkin sambil menepuk papan dengan tangan yang terdekat sehingga menimbulkan bekas. (lihat gambar 9).

    d.        Ulangi loncatan ini sampai 3 kali berturut-turut.

    Pencatat Hasil:

    ü  Selisih raihan loncatan dikurangi raihan tegak

    ü  Ketiga selisih raihan dicatat.

    2.5.       Tes Lari Jarak 600 Meter

    Tujuan : untuk mengukur daya tahan jantung peredaran darah dan pernafasan. Alat dan Fasilitas: (a) lintasan lari dengan tanah yang rata, aman sejauh 600 meter, (b) stopwatch, (c) bendera start, (d) peluit, (e) tiang pancang, dan (f) alat tulis.

    Petugas Tes:

    ü  Petugas keberangkatan

    ü  Pengukur waktu

    ü  Pencatat hasil

    ü  Pembantu umum

    Pelaksanaan :

    Sikap permulaan : Peserta berdiri dibelakang garis start.

    Gerakan :

    ü  Pada aba-aba “Siap” peserta mengambil sikap start berdiri, siap untuk berlari (lihat gambar 10).

    ü  Pada aba-aba “Ya” peserta lari menuju garis finisj, menempuh jarak 600 meter.

    Catatan :

    a.         Lari diulang bilamana ada pelari yang mencuri start.

    b.         Lari diulang bilamana ada pelari yang tidak melewati garis finish.

    Pencatatan Hasil.

    1. Pengambilan waktu dilakukan dari saat bendera diangkat sampai pelari tepat melintas garis finish (lihat gambar 11)
    2. Hasil yang dicatat adalah waktu yang dicapai oleh pelari untuk menempuh jarak 600 meter. Waktu dicatat dalam satuan menit dan detik.
    3. Contoh penulisan hasil waktu berlari 3 menit 12 detik ditulis 3’12”.

    Petunjuk Penilaian Kebugaran Jasmani

    Petunjuk penilaian kebugaran jasmani (TKJI) untuk usia 10 – 12 tahun dinilai dengan menggunakan tabel nilai dengan mengacu kepada norma yang sudah ditetapkan.

    Tabel 3.1 Nilai TKJI Putra 10 – 12 Tahun

    Lari 40 mGantung Siku TekukBaring Duduk 30 detikLoncat TegakLari 600 meterNilai
    S.d. – 6.3”6.4” – 6.9”7.0” – 7.7”7.8” – 8.8”8.9” – dst51” ke atas31” – 50”15” – 30”05” – 14”04” dst23 ke atas18 – 1912 – 1704 – 110 – 0346 ke atas38 – 4531 – 3724 – 3023 dstS.d. – 2’09”2’20” – 2’30”2’31” – 2’45”2’46” – 3’44”3’45” – dst54321

    Tabel 3.2 Nilai TKJI Putri 10 – 12 Tahun

    Lari 40 mGantung Siku TekukBaring Duduk 30 detikLoncat TegakLari 600 meterNilai
    S.d. – 6.7”6.8” – 7.5”7.5” – 8.3”8.4” – 9.6”9.7” – dst40” ke atas20” – 39”08” – 19”02” – 07”0”- 0.1”20 ke atas14 – 1907 – 1302 – 060 – 0142 ke atas34 – 4128 – 3321 – 2720 dstS.d. – 2’32”2’33” – 2’54”2’55” – 3’28”3’29” – 4’22”4’23” – dst54321

    Tabel 3.3 Norma TKJI Putra Putri

    NomorJumlah NilaiKlasifikasi
    ABCDE22 – 2518 – 2114 – 1710 – 1305 – 09Baik SekaliBaikSedangKurangKurang Sekali

    Diadaftasikan : Tes Kebugaran Jasmani Indonesia (TKJI)

    Departemen Pendidikan Nasional Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani 

    Jakarta 2003

    Contoh Penggunaan

    Tabel Nilai dan Norma Kebugaran Jasmani

    FORMULIR TKJI
    Nama Peserta : ………………Jenis Kelamin : ( Lk / Pr )
    Umur              : …………. TahunNama Sekolah : SDN…………
    Tanggal Tes   :———————-Tempat Tes : ——————–
    NoJenis TesHasilNilaiKeterangan
    1Lari 40m6.2 detik5
    2Gantung siku tekuk angkat tubuh4.7 detik4
    3Baring duduk 30 detik20 kali4
    4Loncat tegak:Tinggi raihan:  215 cmLoncatan I     :  253 cmLoncatan II    :  255 cmLoncatan III   :  247 cmSelisih raihan255-215=4040 cm4
    5Lari 600 meter2’07”5
    6Jumlah Nilai22
    7KlasifikasiBAIK SEKALI
  • Prinsip Tes dan Pengukuran

    Tes dan Pengukuran

    Untuk melakukan penilaian terhadap suatu program latihan harus memperhitungkan prinsip pengetesan dan pengukuran.  Ada beberapa prinsip tes dan pengukuran sbb :

    1. Sebagai alat untuk mencapai tujuan.
    2. Pengukuran berhubungan dengan tujuan. Beberapa tujuan dalam pelatihan olahraga adalah sebagai berikut : (1) mengembangkan efisiensi fungsi organic, (2) mengembangkan keterampilan motorik, (3) mengembangkan sosial dan penyesuaian emosi dan, (4) mengembangkan pengetahuan dan pengertian.
    3. Menentukan kebutuhan. Pengukuran harus membantu dalam menentukan kebutuhan atlit secara individu maupun kelompok. Pengukuran akan membantu pelatih dan penyusun program untuk menentukan kebutuhan atlit secara individu maupun kelompok.
    4. Menentukan kebutuhan peralatan, bahan dan metode. Pengukuran harus membantu proses penilaian dan dapat memberikan dukungan dalam mengembangkan metode pelatihan dan menentukan kelayakan mengenai peralatan dan bahan latihan olahraga.
    5. Pengukuran lebih luas dari tes. Program pelatihan olahraga yang menggunakan hanya satu macam tes merupakan program terbatas. Tes hanya merupakan satu bentuk pengukuran, bahkan para pelatih olahraga akan mempertimbangkan mengenai jenis pengkuran yang digunakan dalam proses evaluasi.
    6. Pengukuran obyektif dan subyektif. Penilaian dalam bidang olahraga ada yang bersifat obyektif dan ada yang subyektif. Dalam penilaian obyektif tentunya berdasarkan hasil pengukuran yang obyektif. Pada penilaian yang bersifat subyektif ini dilakukan terhadap kualitatif performance (kualitas penampilan). Kenyataannya seorang pelatih tidak bisa mengelak penilaian yang bersifat subyektif, misalnya manakala menilai keterampilan senam, loncat  indah, meskipun dalam penilaian tersebut sudah ada ketentuan dan kriteria yang sudah ditetapkan, masih saja tidak obyektif.

    A. Fungsi Tes Pengukuran

    Tes dan pengukuran merupakan bagian integral proses evaluasi. Pengukuran merupakan salah satu teknik evaluasi yang berfungsi sebagai pengumpul data. Kegiatan  pengumpulan data merupakan proses pengukuran.

    Berikut ini beberapa fungsi tes pengukuran, yakni :

    1. Mengadakan klasifikasi atlit. Perihal ini bertujuan untuk menentukan pembagian kelompok dalam berlatih. Pengelompokkan atlit dalam beberapa kelompok homogeny, merupakan upaya pemberian kesempatan latihan yang baik dan akan memberikan terhadap kemajuan prestasi mereka dalam latihan. Penentuan kelompok dimaksud berdasarkan kemampuan motorik dan keterampilannnya. Bagi atlit yang memiliki tingkat kemampuan dan keterampilannya yang lebih baik, akan lebih cepat menguasai gerakan-gerakan. Tetapi bagi mereka yang tingkat kemampuannnya rendah, selanjutnya dikelompokkan dalam kemampuan motorik yang tinggi, akan berdampak negative terhadap psikologisnya atau muncul rasa rendah diri.
    2. Menentukan status atlit. Berdasarkan hasil pengukuran yang diperoleh dapat digunakan untuk menentukan status atlit.
    3. Mengadakan diagnose dan bimbingan.
    4. Pemberian motivasi.
    5. Perbaikan pelatihan.
    6. Menilai pelatihan dan materi pelatihannya.
    7. Sebagai alat survey.
    8. Sebagai alat bantu penelitian.

    B. Kriteria Memilih Tes Pengukuran.

    Dalam menentukan kriteria tes dan pengukuran dapat dilakukan dengan mempertimbangkan berdasarkan kriteria teknis, dan criteria pelangkap.  Kriteria teknis seperti : (1) kesahihan (validitas), (2) keterandalan (reliabilitas) dan (3) obyektif (obyektivitas). Sedangkan criteria pelengkap seperti mempertimbangkan faktor norma ekonomis, mudah dilaksanakan .

    1. Kesahihan (validitas).

    Kesahihan (validitas):Yang dimaksud tes yang valid adalah tes mengukur apa yang seharusnya diukur. Suatu pengukuran dapat dikatakan valid, apabila tes tersebut benar-benar tepat untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Ada 2 (dua) ketentuan dalam menetapkan derajat kesahihan, yakni (1) validitas logis dan (2) validitas empiris.

    Validitas logis menurut Arikunto (1995:64) terbagi lagi menjadi dua macam validitas logis, yakni : (a) validitas isi (content validity), (b) validitas konstruksi (construck validity). Demikian pula dengan validitas empiris terbagi menjadi dua, yakni (a) validitas setara (concurrent validity) dan (b) validitas perkiraan (predictive validity).

    Validitas isi adalah menggambarkan derajat kesahihan suatu alat ukur atau tes yang berkualitas dengan isi atau materi yang diberikan. Suatu tes dikatakan memiliki validitas isi yang baik, apabila tes itu mengukur tujuan tertentu sesuain dengan materi latihan yang telah diberikan. Jadi tes itu benar-benar mencakup materi atau bahan yang telah diberikan atau sesuai dengan ruang lingkup materi yang telah dilatihkan.

    Validitas konstruk adalah apabila butir-butir tes itu mengukur beberapa aspek yang terdapat dalam konsep materi latihan yang telah diberikan. Misalnya kebugaran jasmani terdiri dari beberapa komponen, seperti daya tahan, kekuatan, kecepatan, kelincahan, power dan kelenturan. Maka selayaknya butir-butir tes yang disusun itu juga mengacu kepada beberapa komponen kebugaran jasmani tadi. Karena kesatuan butir-butir tes tersebut menggambarkan derajat kebugaran jasmani seseorang.

    Validitas setara dikenal sebagai validitas empiris. Sebuah tes dikatakan memiliki valditas empiris apabila hasil tes itu sesuai dengan pengalaman. Hasil tes itu dibandingan dengan tes standar, maka dikatakan tes itu adalah valid, karena sesuai dengan standar atau sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.

    Validitas perkiraan (prediksi) atau validitas ramalan. Tes itu dikatakan memiliki validitas prediksi apabila mempunyai kemampuan untuk meramal apa yang akan terjadi pada masa yang akan dating. Contoh tes tes masuk perguruan tinggi  (UMPTN ) sebagaimana jenis tes keterampilan yang digunakan di JPOK FKIP Unlam Banjarbaru. Selayaknya tes tersebut mampu memperkirakan atau dapat meramalkan keberhasilan peserta tes dalam mengikuti perkuliahan diwaktu yang akan dating. Para calon yang diterima berdasarkan tes itu diharapkan mencerminkan kemampuan hasil belajarnya. Sebaliknya apabila mahasiswa tersebut pada semester pertama memperoleh nilainya rendah (jelek) dibandingkan dengan mahasiswa yang pada saat tes UMPTN rendah, maka tes keterampilan yang seperti digunakan JPOK tersebut dikatakan tidak memiliki validitas prediksi yang baik.

    Cara Mengetahui Validitas Tes

    Untuk mengetahui tinggi dan rendahnya validitas suatu tes, dapat dilakukan dengan cara mengkorelasikan hasil tes itu dengan kriteriumnya. Suatu tes dikatakan memiliki tingkat validitas yang tinggi apabila hasilnya sesuai dengan kriterium yang sudah ditentukan (ditetapkan) sebelumnya. Teknik yang digunakan adalah teknik korelasi (Pearson) yang tujuannya untuk mengetahui kesesuaian atau kesejajaran tes yang digunakan. Teknik korelasi Pearson dapat dilakukan  dengan tiga cara, yakni :

    1. Korelasi product moment dengan simpangan baku
    2. Korelasi dengan angka kasar
    3. Korelasi dengan teknik daya pembeda.

    3.2.       Keterandalan (Reliabilitas)

    Yang dimaksud keterandalan (reliabilitas) adalah derajat keajegan, atau konsistensi hasil pengukuran. Suatu alat ukur tes dikatakan memiliki keterandalan apabila alat ukur yang digunakan dapat menghasilkan  yang benar-benar dapat dipercaya atau diandalkan. Jika alat ukur itu reliable, maka pengukuran yang dilakukan berulang-ulang dengan memakai alat ukur yang sama terhadap obyek yang sama, hasilnya juga tetap sama.

    Cara Memperoleh Derajat Keterandalan.

    Keterandalan suatu alat ukur dapat diperoleh melalui tiga cara, yakni :

    a.         Keterandalan yang diperoleh melalui Test-retest

    b.        Keterandalan yang diperoleh melalui tes teknik belah dua

    c.         Keterandalan yang diperoleh melalui pengukuran setara.

    Test-retest

    Test-retest adalah pengukuran ulang. Untuk mengetahui besranya derajat keterandalan suatu alat ukur dapat dilakukan dengan dua kali, yaitu pengukuran pertama dan ulangannya.

    Teknik Belah Dua

    Teknik Belah Dua adalah prosedur penentuan derajat keterendalan suatu tes dapat dilakukan dengan membagi dua hasil tes tersebut dengan cara memisahkan butir-butir tes yang bernomor genap ke dalam parohan yang kedua. Perlu diperhatikan bahwa pemecahan butir ini hanya dilakukan pada waktu pemeriksaan saja dan tidak pada waktu pelaksanaan tes. Dengan teknik ini dalam sekali pelaksanaan tes diperoleh dua hasil tes yang terpisah yaitu dari kelompok hasil butir tes yang bernomor ganjil dan bernomor genap. Korelasi antara kedua hasil tes ini akan memperlihatkan derajat keterandalan alat pengukur tersebut.

    Keterandalan Yang  Diperoleh Melalui Pengukuran Setara.

    Keterandalan Yang  Diperoleh Melalui Pengukuran Setara.  Jika dua bentuk tes yang setara diberikan kepada sekelompok atlit, masing-masing pertama kali dengan tes bentuk ke satu dan berikutnya bentuk yang kedua. Pelaksanaan tes itu dapat dirangkai secara langsung atau boleh juga dipisahkan pelaksanaanya dengan jarak waktu tertentu. Korelasi antara hasil tes ke satu dengan tes kedua kan memberikan besranya keterendalan tes tersebut.

    3.3.       Obyektivitas.

    Pengertian obyektivitas mirip dengan keterandalan. Perbedaannya terletak pada adanya dua atau lebih pengetes memberikan suatu tes yang sama terhadap obyek dan subyek yang sama. Hasil tes yang diperoleh dari pengetes yang satu dikorelasikan dengan hasil tes yang derajat dari pengetes yang lain, dan hasil korelasi ini menunjukkan derajat obyektivitas suatu tes.

    Obyektivitas adalah derajat kesamaan hasil dari dua atau lebih pengambil tes (testor). Keterandalan maupun obyektivitas keduanya menggambarkan tentang keajegan, kesamaan hasil pengukuran. Keterandalan menunjukkan seorang pelaksana tes untuk tes pertama maupun tes ulangannya terhadap obyek dan subyek yang sama, sedangkan obyektivitas menunjukkan dua orang atau lebih pelaksana tes terhadap obyek yang sama, baik tes pertama maupun tes ulangannya. Ukuran tinggi rendahnya derajat obyektivitas suatu tes dinyatakan dengan atau koefesien obyektivitas.

    Teknik mencari derajat koefisien obyektivitas dapat dilakukan dengan  menggunakan pendekatan teknik korelasi. Korelasi tersebut dilakukan dengan cara mengkorelasikan hasiltes yang diperoleh dari masing-masing juri (testor).misalnya ada tiga yuri, yakni yuri A, B dan C. untuk mencari derajat obyektivitas hasil tes itu dapat dilakukan dengan 3 (tiga) cara yakni :

    a.         Mengkorelasikan hasil tes yang diperoleh oleh yuri A dengan B

    b.        Mengkorelasikan hasil tes yang diperoleh oleh yuri A dengan C

    c.         Mengkorelasikan hasil tes yang diperoleh oleh yuri B dengan B

    Hasil perhitungan derajat kesahihan, keterandalan dan obyektivitas tes dilaporkan dalam bentuk koefisien korelasi. Sebagai bahan acuan apakah tes itu mempunyai koefisien korelasi yang cukup tinggi atau rendah.Menurut Mathews (1963) ada beberapa standar koefisien korelasi yang dilakukan yakni :

    a.         Koefisien korelasi yang Baik Sekali           : 0,90 – 0,99

    b.        Koefisien korelasi yang baik                      : 0,80 – 0,89

    c.         Koefisien korelasi yang Sedang                 : 0,70 – 0,79

    d.        Koefisien korelasi yang Kurang                 : 0,60 – 0,69

    e.         Koefisien korelasi yang Kurang sekali       : ≤ 0,59

  • Implementasi 4 Pilar Pendidikan di Indonesia

    Dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan dan sumber daya manusia di Indonesia, Pemerintah ikut mengadaptasi 4 Pilar Pendidikan Unesco di Indonesia.

    Implementasi Pilar Pendidikan

    Implementasi 4 pilar pendidikan seperti yang dicanangkan UNESCO ini dapat dilihat dalam konsideran yang melandasi Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Dalam kaitan ini, reformasi pendidikan yang melahirkan visi pendidikan nasional Indonesia harus mencakup hal-hal sebagai berikut.

    1. Pemberdayaan Peserta Didik

    Penyelenggaraan pendidikan dinyatakan sebabagi suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didi yang berlangsung sepanjang hayat, di dalam proses tersebut harus ada pendidik yang memberikan keteladanan dan mampu membangun kemaun, serta mengembangkan potensi dan kreativitas peserta didik. Prinsip tersebut menyebabkan adanya pergeseran pradigma pembelajaran. Paradigma pengaajaran yang lebih menitikberatkan peran pendidik dalam mentranformasikan pengetahuan kepada peserta didiknya, bergeser pada paradigma pembelajaran yang memberikan peran lebih banyak kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dan kreativitas dirinya dalam rangka membentuk manusia yang memiliki kekuatan spiritual keagamaan, berakhlak mulia, berkpribadian, memiliki kecerdasan, memiliki estetika, sehat jasmani dan rohani, serta keterampilan yang dibutuhkan bagi dirinya, mayarakat, bangsa, dan nergara.

    Kedua, adanya perubahan pandangan tentang peran manusia dari paradigma manusia sebagai sumberdaya pembangunan, menjadi paradigm manusia sebagai subjek pembanguanan secara utuh. Pendidikan harus mampu membentuk manusia seutuhnya yang digamabarkan sebagai manusia yang memiliki karakteristik personal yang memahami dinamika psikososial dan lingkungan kulturalnya. Proses pendidikan harus mencakup: (a) penumbuhkembangan keimanan, ketakwaan, (b) pengembangan wawasan kebangsaan, kenegaraan, demokrasi dan kepribadian, (c) penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi; (d) pengembangan, penghayatan,  apresiasi, dan ekspresi seni, serta (e) pembentukan manusia yang sehat jasmani dan rohani. Proses pembentukan manusia itu pada hakikatnya merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.

    Ketiga, adanya pandangan terhadap keberadaan peserta didik yang teritegrasi dengan lingkungan sosio-kulturalnya dan pada gilirannya akan menumbuhkan individu sebagai pribadi dan anggota masyarakat mandiri yang berbudaya. Hal ini sejalan dengan proses pentahapan aktualisasi intelektual, emosional, dan spiritual peserta didik di dalam memahami sesuatu, mulai dari tahapan yang paling sederhana dan bersifat eksternal, sampai tahapan yang paling rumit dan bersifat internal, yang berkenaan denga pemahaman dirinya dan limgkungan kulturalnya.

    Jika kita melihat pada jargon-jargon yang dipergunakan di dalam menyusun konsideran Peraturan Pemerintah tersebut, maka terlihat jelas arah pendidikan dan  pembelajaran di Indonesia akan ke mana, serta konsep pendidikan dan pembelajaran apa yang sedang diminati di Indonesia. Beberapa istilah seperti pembudayaan, pergeseran paradigma pengajaran ke paradigma  pembelajaran, integrasi peserta didik denga  lingkungan sosio-kulturalnya memperlihatka pengaruh arus konstruktivisme social ke dalam dunia pendidikan di Indonesia. Sementara itu, sesuai dengan konsep pembelajaran sepanjang hayat dan learning to be dari dari UNESCO, gambaran tentang manusia Indonesia seutuhnya sebagai tujuan akhir pendidikan telah dirumuskansecara lengkap.