Blog

  • Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS)

    Melanjutkan uraian mengenai Think-Pair-Share yang lalu, kali ini saya ingin melengkapinya dengan membahas kelebihan dan kekurangan metode tersebut. Tidak ada metode belajar yang sempurna yang dapat digunakan dalam proses belajar. Suatu metode belajar pasti mempunyai kelebihan maupun kekurangan.

    Kelebihan dari strategi kooperatif dapat tercapai apabila ada penanggung jawab individual dari setiap anggota kelompok, artinya keberhasilan kelompok ditentukan oleh hasil belajar individual setiap anggota kelompok. Selain itu diperlukan adanya pengakuan kepada kelompok yang kinerjanya baik sehingga anggota kelompok tersebut dapat melihat bahwa kerja sama untuk saling membantu teman dalam suatu kelompok sangat penting. Kelemahan yang ada diharapkan dapat diminalisir dengan peran guru yang senantiasa meningkatkan motivasi siswa yang lemah agar dapat berperan aktif, meningkatkan tanggung jawab siswa untuk belajar bersama, dan membantu siswa yang mengalami kesulitan.

    Lie (2008:86) menyatakan kelebihan dan kekurangan metode Think-Pair-Share [TPS] adalah sebagai berikut:

    Daftar isi

    Kelebihan

    1. Meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran
    2. Cocok digunakan untuk tugas yang sederhana.
    3. Memberikan lebih kesempatan untuk kontribusi masing-masing anggota kelompok.
    4. Interaksi antar pasangan lebih muda.
    5. Lebih mudah dan cepat membentuk kelompoknya

    Kekurangan

    1. Lebih banyak kelompok yang akan lapor dan perlu dimonitor.
    2. Lebih sedikit ide yang muncul.
    3. Jika ada masalah tidak ada penengah

    Dari uraian dapat dipahami bahwa dengan adanya kegiatan berpikir-berpasangan-berbagi dalam metode think-pair-share memberi banyak keuntungan. Siswa secara individual dapat mengembangkan pemikirannya masing-masing karena adanya waktu berpikir (think time) sehingga kualitas jawaban mahasiswa juga dapat meningkat.

    Menurut Jones (2002), akuntabilitas berkembang karena setiap siswa harus saling melaporkan hasil pemikiran masing-masing dan berbagi dengan seluruh kelas. Jumlah anggota kelompok kecil mendorong setiap anggota untuk terlibat secara aktif, sehingga siswa yang jarang atau bahkan tidak pernah bicara di depan kelas paling tidak memberi ide atau jawaban kepada pasangannya. Keuntungan lainnya adalah pemahaman mahasiswa akan materi suatu pokok bahasan akan lebih mendalam.

    Namun kekurangan Think Pair Share adalah pada fokus siswa yang mampu ditangani guru. Sebab dengan banyaknya siswa otomatis membuat guru harus pandai mengakomodasi semua kendala yang muncul. Selain itu, perbedaan pendapat yang muncul kadang kurang dapat diatasi.

    Sumber :
    Jones. 2002. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
    Lie, Anita. 2005. Cooperative Learning. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.
    Nurhadi. 2003. Kurikulum 2004 (Pertanyaan dan Jawaban). Jakarta: Grasindo.

  • Syarat Resume dan Ringkasan yang Baik

    Ringkasan

    Salah satu cara untuk memahami sebuah teori adalah dengan membuat ringkasan. Ringkasan adalah penyajian karangan atau peristiwa yang panjang dalam bentuk yang singkat dan efektif. Ringkasan adalah sari karangan tanpa hiasan. Ringkasan itu dapat merupakan ringkasan sebuah buku, bab, ataupun artikel.

    Fungsi sebuah ringkasan adalah memahami atau mengetahui sebuah buku atau karangan. Dengan membuat ringkasan, kita mempelajari cara seseorang menyusun pikirannya dalam gagasan-gagasan yang diatur dari gagasan yang besar menuju gagasan penunjang, Melalui ringkasan kita dapat menangkap pokok pikiran dan tujuan penulis.

    Tapi agar inti dari artikel yang kita ringkas dapat tersampaikan dengan baik, kita harus memperhatikan syarat-syarat sebuah ringkasan yang baik. Selain itu, kita perlu memperhatikan bagian-bagian apa saja yang perlu dihilangkan saat membuat suatu ringkasan.

    Untuk memperoleh ringkasan yang baik, bagian-bagian yang dihilangkan adalah

    1. Keindahan gaya bahasa
    2. Ilustrasi atau contoh
    3. Penjelasan yang terperinci

    Meskipun memiliki bentuk yang ringkas, sebuah ringkasan tetap mempertahankan pola pikiran dan cara pendekatan penulis asli. Jadi, ringkasan tetap disusun dengan suara asli penulis. Ringkasan harus langsung diawali bagian-bagian karangan asli. Ringkasan tidak perlu diawali dengan kalimat pembuka, seperti “Dalam karangannya, pengarang berpendapat bahwa….”

    Syarat ringkasan yang baik diantaranya adalah :

    1. Ringkasan tetap mempertahankan urutan pikiran dan pendekatan penulis asli
    2. Ringkasan tidak boleh mengandung hal baru, pikiran, atau opini dari pembuat ringkasan, baik yang dimasukkan secara sadar maupun tidak sadar.
    3. Ringkasan harus disampaikan dengan suara asli penulis, bukan dengan suara pembuat ringkasan.

    Selain memperhatikan syarat-syarat diatas agar dapat membuat sebuah ringkasan yang baik, kita harus mengikuti langkah-langkah berikut ini :

    1. Membaca naskah atau teks asli beberapa kali.
    2. Mencatat gagasan utama penulis. Dalam artikel, harus dicatat kalimat topik pada setiap paragraf.
    3. Membuang paragraf yang berisi contoh, deskripsi, atau kutipan.
    4. Membuang berbagai keterangan tambahan yang tidak penting dalam sebuah kalimat.
    5. Mengubah dialog langsung ke dalam bentuk tidak langsung.
    6. Sedapat mungkin menggunakan kalimat tunggal.
    7. Menyusun ringkasan dengan mempertahankan susunan gagasan penulis asli.

    Pengertian dan syarat dalam membuat ringkasan diatas merupakan salah satu penjelasan yang diberikan oleh dosen saya selama mengikuti perkuliahan di PGSD. Meskipun terkesan sepele ternyata dalam membuat ringkasan yang baik kita harus memperhatikan syarat dan mengikuti langkah-langkah yang tepat.

  • Kegunaan dan Manfaat Senyawa Organik dalam Kehidupan Sehari-hari

    Senyawa Organik didefenisikan sebagai senyawa-senyawa yang memiliki molekul Karbon (C) seperti lemak, protein, karbohidrat, bahan bakar dan sejenisnya. Namun tidak semua Senyawa dengan molekul karbon masuk dalam kategori Organik. Senyawa Karbida, Karbonat dan Oksida Karbon tidak masuk kategori Organik.

    Manfaat Senyawa Organik

    Senyawa Organik dipelahari dalam bidang ilmu kimia Organik. Ada banyak kegunaan dari senyawa organik. Berikut ini adalah contoh-contoh kegunaan senyawa kimia organik :

    1. Alkana

    Alkana adalah senyawa yang memiliki rumus kimia umum CnH2n+2. Senyawa ini secara umum mudah terbakar dan encer sehingga banyak digunakan sebagai bahan bakar seperti Elpiji, kerosi, bensin, solar dan sejenisnya.

    Penamaan IUPAC dari senyawa ini diberikan sesuai dengan jumlah Carbonnya.

    Jumah CRumus KimiaNama
    1CH4metana
    2C2H6etana
    3C3H8propana
    4C4H10butana
    5C5H12pentana
    6C6H14heksana

    Bahan Bakar : elpiji, kerosin, bensin, dan solar.

    Pelarut : petrolium eter dan nafta digunakan sebagi pelarut dalam industri atau pencuci kering (Dry Cleaning).

    Sumber Hidrogen : Industri Amonia dan pupuk.

    Pelumas : alkan suku tinggi (jumlah karbon tiap molekulnya cukup besar) misalnya C18H38.

    Bahan Baku Senyawa Organik lain : untuk sintesis berbagai senyawa organik, seperti asam cuka, alkohol.

    Bahan Baku Industri : minyak bumi dan gas alam untuk bahan baku plastik, deterjen, karet sintesis, minyak rambut, obat gosok.

    2. ALKENA(CnH2n)

    Kegunaan alkena : Membuat karet sintesis, plastik dan alkohol.

    3. ALKUNA (CnH2n-2)
    Kegunaan alkuna : Alkuna mempunai nilai ekonomis paling penting hanyalah etuna, yang disebut asetilena (C2H2) digunakan untuk mengelas besi dan baja.

    4. HALOALKANA (R-X (F, Cl, Br, I) )

    Haloalkana mempunyai kegunaan praktis dalam berbagai bidang, misalnya sebagai zat anestesi, perlarut, dan bahan antiseptik.

    Sebagai Zat Anestesi

    Kloroform (CHCl3) pernah digunakan sebagai obat bius karena penggunaannya yang dapat menyebabkan kerusakan hati makanya diganti dengan Halotan yaitu 2-bromo-2-2dikloro-1,1,1-trifluoroetana (CF3CHClBr), yang bersifat tidak toksik, tidak mudah terbakar dan lebih nyaman bagi pasien. Kloroetana (C2H5Cl) digunakan sebagai anetesi lokal. Daya anestesi yang mudah menguap sehingga menurunkan suhu kulit dan membuat syaraf kurang sensitif.

    Sebagai Antiseptik

    Idioform (CHI3) adalah suatu zat berwarna kuning, bebau khas dan   digunakan   sebagai antiseptik. Dan juga digunakan untuk identifikasi etanol / aseton.

    Sebagai Pelarut

    Tetraklorometana(CCl4) adalah suatu zat cair tak berwarna. Zat ini digunakan untuk melarutkan lemak dan oli , dalam pencucian kering (dry cleaning) dan pembuatan senyawa – senyawa flourin. Tetapi jika terpapar terlalu lama akan meyebabkan kerusakan hati dan ginjal.

    Sebagai Pemadam Api

    Alkan terhalogenasi sempurna seperti karbon tetraklorida, CCl4, dan bromoklorodifluorometana (BCF) dapat memadamkan api . zat-zat tersebut mempunyai massa jenis yang cukup besar sehingga dapat mengusir udara dan memadamkan api, tetapi pada suhu tinggi CCI4dapat bereaksi dengan air membentuk fosgen (COCl2), suatu gas yang sangat beracun. BCF juga dapat merusak ozon pada stratosfer sehingga penggunakan bahan tersebut dilarang.

    Sebagai Klorofluorokarbon (CFC) dan Freon
    Senyawa klorofluorokarbon (CFC) adalah suatu golongan senyawa sintesis yang mengandung karbon, klorin dan flourin. Senyawa ini bersifat stabil dan tidak mudah terbakar, tidak korosif, tidak beracun, mudah dibuat, dan relatif murah. Contonya freon-11(CCl3F) dan freon-12(C2Cl2F2). Pada tahun 1970-an para ahli menyatakan bahwa senyawa ini menyebabkan kerusakan lapisan ozon pada stratosfer oleh sebab itu freon (CFC) dilarang penggunaannya.

    Senyawa Haloalkana

    Vinilklorida dan Kloroprena merupakan bahan dasar pada industri plastik dan karet sintesis.

    5. Senyawa Alkohol (R-OH)

    Beberapa penggunaan senyawa alkohol dalam kehidupan sehari-hari dan industri antara lain :

    Pada umumnya alkohol digunakan sebagai pelarut. Misal : lak dan vernis.

    Etanol dengan kadar 76% digunakan sebagai zat antiseptik. Etanol juga banyak digunakan sebagai bahan pembuat plastik, bahan peledak, dan kosmestik. Etanol banyak digunakan  sebagai bahan dasar pembuatan minuman keras.

    Campuran etanol dengan metanol digunakan sebagai bahan bakar yang biasa dikenal dengan nama Spiritus.

    Glikol digunakan untuk pelarut, bahan pelunak, bahan baku industri serat sintetis. Misalnya Dakron.

    Gliserol digunakan untuk pelembap dan pembalut pada berbagai macam kosmetik, pelembap tembakau, pelarut berbagai jenis obat, misalnya obat batuk. Dan juga digunakan untuk membuat nitrogliserin, yaitu bahan untuk membuat bahan peledak.

    CH2 ONO2

    CH              ONO2

    CH2 ONO2

    6. Senyawa Eter (R-O-R’)

    Senyawa-senyawa eter yang umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan industri antara lain :

    Dietil eter (etoksi etana) biasanya digunakan sebagai pelarut senyawa-senyawa organik. Selain itu dietil eter banyak digunakan sebagai zat anestesi (obat bius) di rumah sakit.

    MTBE (Metil Tertier Butil Eter)

    CH3

    |

    CH3–C–O–CH3

    |

    CH3

    Senyawa eter ini digunakan untuk menaikan angka oktan besin

    menggantikan  kedudukan TEL / TML, sehingga diperoleh bensin

    yang ramah lingkungan. Sebab tidak menghasilkan debu timbal

    (Pb2+), seperti bila digunakan TEL / TML.

    C.  Dimetil eter digunakan untuk pelarut dan juga untuk bahan pendingin.

    D.  Diisopropil eter sering kali digunakan sebagai pelarut  pengganti dietil

    eter.

    O

    | |

    7. Senyawa Aldehid (R-C-H)

    Senyawa aldehid yang paling banyak digunakan dalam kehidupan sehari – hari dan industri adalah Formaldehida dan Asetaldehida, antara lain sebagai berikut :

    Larutan formaldehida dalam air dengan kadar ± 40% dikenal dengan nama formalin. Zat ini banyak digunakan untuk mengawetkan spesimen biologi dalam laboratorium musium. Formaldehida juga banyak digunakan sebagai :

    1)      Insektisida dan pembasmi kuman

    2)      Bahan baku pembuatan damar buatan

    3)      Bahan pembuatan plastik dan damar sintetik seperti Galalit dan Bakelit

    Asetaldehide dalam kehidupan sehari-hari dan industri  antara lain digunakan sebagai :

    1)      Bahan untuk membuat karet dan damar buatan

    2)      Bahan untuk membuat asam asetat (Asam Cuka)

    3)      Bahan untuk membuat alkohol

    Butiraldehida banyak digunakan sebagai bahan dasar dalam sintesis senyawa  organik.

    O

    | |

    8. Senyawa Keton (R-C-R’)

    Senyawa alkanon yang paling banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan industri adalah aseton (propanon). Aseton banyak digunakan sebagai :

    Pelarut senyawa karbon misalnya : sebagai pembersih cat kuku.

    Bahan baku pembuatan zat organik lain, seperti kloroform yang digunakan sebagai obat bius.

    Selain aseton, beberapa senyawa alkanon banyak yang berbau harum sehingga digunakan sebagai campuran parfum dan kosmetika lainnya.

    Isobutil metil keton dengan nama dagang Hexone digunakan sebagai pelarut nitroselulosa dan berbagai getah.

    O

    | |

    9. Senyawa Asam Karboksilat (R-C-OH)                                     

    Penggunaan asam alkanoat dalam kehidupan sehari-hari dan industri antara lain :

    Asam format (asam metanoat) yang juga dikenal asam semut merupakan cairan tak berwarna dengan bau yang merangsang. Biasanya digunakan untuk :

    1)      Menggumpalkan lateks (getah karet)

    2)      Obat pembasmi hama

    3)      Pembuatan tekstil dalam industri tekstil

    Asam asetat atau asam etanoat yang dalam kehidupan sehari-hari dikenal dengan nama asam cuka. Asam cuka banyak digunakan sebagai pengawet makanan, dan  penambah rasa makanan (bakso dan soto). Dan juga banyak dipakai dalam sintesis hasil industri termasuk serat dan plastik.

    Asam sitrat biasanya digunakan untuk pengawet buah dalam kaleng.

    Asam stearat, asam ini berbentuk padat, berwarna putih. Dalam kehidupan sehari – hari terutama digunakan untuk membuat lilin.

    Asam oksalat digunakan untuk menghilangkan karat dan pereaksi pada pembuatan warna.

    Asam tartrat digunakan untuk mengasamkan minuman, permen, dan makanan. Dan juga digunakan dalam fotografi, keramik, menyamak kulit, dan proses dalam beberapa industri.

    Asam palmitat ( C15H31COOH ) digunakan dalam pembuatan garam Na – Palmitat yang merupakan salah satu contoh sabun Natrium.

    O

    | |

    10. Senyawa Ester (R-C-O-R’)

    Ester banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan industri antara lain :

    Amil asetat banyak digunakan sebagai pelarut untuk damar dan lak.

    Esterifikasi etilen glikol dengan asam bensen 1.4 dikarboksilat menghasilkan polyester yang digunakan sebagai bahan pembuat kain.

    Karena baunya yang sedap maka ester banyak digunakan sebagai esen pada makanan antara lain :

    O

    | |

    11. Senyawa Amida (R-C-NH2)

    Penggunaan senyawa Amida dalam kehidupan sehari – hari

    Formamida digunakan sebagai pelarut dan juga untuk bahan pelunak.

    Asetamida banyak sekali diperlukan dalam sintesis senyawa organik, baik sebagai pereaksi maupun pelarut dan juga untuk bahan pembasah.

    12. Senyawa Amina (R – NH2)

    Secara singkat dapat disimpulkan bahwa amina adalah senyawa organik yang luas kegunaannya antara lain :

    Untuk menghambat korosi pada logam

    Untuk membuat insektisida

    Untuk membuat bahan flotasi

    Dan digunakan dalam pembuatan zat warna

    13. Senyawa Benzena

    Penggunaan Senyawa Benzena dalam kehidupan sehari – hari dan industri antara lain :

    Fenol digunakan sebagai pelarut pada pemurnian minyak pelumas, bahan baku pembuatan plastik, dan antiseptik.

    Asam benzoat digunakan sebagai pengawet makanan dan minuman.

    Nitrobenzena banyak digunakan sebagai pelarut, peledak, serta bahan baku pembuatan zat warna, parfum, anilina.

    Asam salisilat banyak diperdagangkan untuk obat pusing dengan nama aspirin, asetosal dan sebagainya.

    Anilina digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan zat warna diazo, bahan pembutan peledak, dan bahan pembuatan obat – obatan.

    Toluena berguna untuk pembuatan bahan peledak yang sering kita sebut dengan istilah TNT ( Tri nitro toluena).

    Kimia anorganik adalah cabang kimia yang mempelajari sifat dan reaksi senyawa anorganik. Ini mencakup semua senyawa kimia kecuali yang berupa rantai atau cincin atom-atom karbon, yang disebut senyawa organik dan dipelajari dalam kimia organik. Perbedaan antara kedua bidang ilmu ini tidak mutlak dan banyak tumpang-tindih, khususnya dalam subbidang kimia organologam.

  • Silsilah Keturunan Andi Mappanyukki Sang Pahlawan Nasional

    Andi Mappanyukki Merupakan salah satu pahlawan Nasional yang berasal dari Sulawesi Selatan. Berikut ini adalah Silsilah keturunan Andi Mappanyukki.

     #WeTenriawaruPancaitanaBesseKajuara #Bone, #Suppa

    We Tenriawaru Besse Kajuara adalah Arung Pone selama 3 tahun (1857-1860). Dari pernikahannya dengan Arung Pone sebelumnya La Parenrengi (1845 – 1857) Paduka Sri Sultan Ahmad Saleh Muhi ud-din [MatinroE-ri Aja-benteng], Arumpone of Bone. Melahirkan 4 orang anak yakni :
    1. Pamadang Rukka Petta Ponggawae
    2. I Kati Arung Ugi
    2. I Madellung Datu Suppa
    3. We Cella (Petta Yalitta)

    We Cella ini lah yang menikah dengan Raja Gowa bernama 1895 – 1906 H.H. I-Makkulau Daeng Serang Karaeng Lembangparang Paduka Sri Sultan Husain ibnu Sultan Muhammad Idris [Tumenanga-ri Bunduna], Sultan of Gowa. Dari pernikahan ini maka lahirlah Andi Mappanyukki. Yang merupakan pahlawan Nasional berdasarkan SK Presiden RI nomor 089/TK/2004 dan La Panguriseng Arung Alitta.

    We Cella ini menikah dengan ponakannya, karena Sultan Husain I Makkulau ini adalah anak dari sepupu 1x beliau. Ibunda dari Sultan Husain I Makkulau adalah sepupu 1x We Cella. Ibunda Sultan Husain bernama We Tenri Pada Sitti Aisyah Karaeng Bainea Matinroe ri Gowa (Arung Barru XXII periode 1836-1875). We Tenri Pada Sitti Aisyah ini adalah saudara dari La Singkerurukka Arung Palakka Sultan Ahmad Idris Matinroe ri Topaccing (Petta Mangkaue ri Bone XXIX periode 31 Januari 1860-1871) Mangkau Bone XXIX Arung Palakka, MatinroE ri Topaccing.

    Makam MangkauE Pone, We Tenriawaru Besse Kajuara
    Foto : Andi Fachrie Lantera

    Sultan Husain adalah sepupu 1x dengan La Pawawoi Karaeng Segeri Petta Mangkau Jokkae Bandong (Petta Mangkaue ri Bone XXXI periode 1895-1905). La Pawowoi adalah putra dari La Singkerurukka Arung Palakka Sultan Ahmad Idris Matinroe ri Topaccing (Petta Mangkaue ri Bone XXIX periode 31 Januari 1860-1871) Mangkau Bone XXIX Arung Palakka, MatinroE ri Topaccing. Karena La Singkeru Rukka adalah saudara seayah seibu dengan We Tenri Pada Sitti Aisyah yakni ibunda dari Sultan Husain.

    Dengan kata lain Raja Gowa sepupu 1x dengan Raja Bone di zaman itu. ( I Makkulau Kr. Lembang Parang Somba Gowa & La Pawowoi Kr. Segeri Mangkau Bone)

  • Sejarah PMI – Korps Kemanusiaan Terbesar di Indonesia

    Sejarah PMI – Korps Kemanusiaan Terbesar di Indonesia

    Palang Merah Indonesia atau biasa disebut sebagai PMI merupakan organisasi Nasional yang bergerak dibidang kemanusiaan khususnay kesehatan. Organisasi ini merupakan turunan dari International Red Cross yang sama-sama bergerak dibidang kemanusiaan.

    Sejarah PMI

    Palang Merah Indonesia (PMI) adalah sebuah organisasi perhimpunan nasional di Indonesia yang bergerak dalam bidang sosial kemanusiaan. PMI selalu berpegang teguh pada tujuh prinsip dasar Gerakan Internasional Palang Merah dan Bulan sabit merah yaitu kemanusiaan, kesamaan, kesukarelaan, kemandirian, kesatuan, kenetralan, dan kesemestaan. Sampai saat ini PMI telah berada di 33 PMI Daerah (tingkat provinsi) dan sekitar 408 PMI Cabang (tingkat kota/kabupaten) di seluruh Indonesia.

    Palang Merah Indonesia tidak berpihak pada golongan politik, ras, suku ataupun agama tertentu. Palang Merah Indonesia dalam pelaksanaannya juga tidak melakukan pembedaan tetapi mengutamakan objek korban yang paling membutuhkan pertolongan segera untuk keselamatan jiwanya.

    Berdirinya Palang Merah di Indonesia sebetulnya sudah dimulai sebelum Perang Dunia II, tepatnya 12 Oktober 1873.Pemerintah Kolonial Belanda mendirikan Palang Merah di Indonesia dengan nama Nederlandsche Roode Kruis Afdeeling Indië (NERKAI) yang kemudian dibubarkan pada saat pendudukan Jepang.

    Perjuangan mendirikan Palang Merah Indonesia (PMI) diawali 1932. Kegiatan tersebut dipelopori Dr. R. C. L. Senduk dan Dr. Bahder Djohan dengan membuat rancangan pembentukan PMI. Rancangan tersebut mendapat dukungan luas terutama dari kalangan terpelajar Indonesia, dan diajukan ke dalam Sidang Konferensi Narkei pada 1940, akan tetapi ditolak mentah-mentah.Rancangan tersebut disimpan

    menunggu saat yang tepat. Seperti tak kenal menyerah pada saat pendudukan Jepang mereka kembali mencoba untuk membentuk Badan Palang Merah Nasional, namun sekali lagi upaya itu mendapat halangan dari Pemerintah Tentara Jepang sehingga untuk yang kedua kalinya rancangan tersebut kembali disimpan.

    Proses pembentukan PMI dimulai 3 September 1945 saat itu Presiden Soekarno memerintahkan Dr. Boentaran (Menkes RI Kabinet I) agar membentuk suatu badan Palang Merah Nasional.

    Dibantu Panitia lima orang terdiri atas Dr. R. Mochtar sebagai Ketua, Dr. Bahder Djohan sebagai Penulis dan tiga anggota panitia yaitu Dr. R. M. Djoehana Wiradikarta, Dr. Marzuki, Dr. Sitanala, mempersiapkan terbentuknya Perhimpunan Palang Merah Indonesia. Tepat sebulan setelah kemerdekaan RI, 17 September 1945, PMI terbentuk. Peristiwa bersejarah tersebut hingga saat ini dikenal sebagai Hari PMI.
    Peran PMI adalah membantu pemerintah di bidang sosial kemanusiaan, terutama tugas kepalangmerahan sebagaimana dipersyaratkan dalam ketentuan Konvensi-Konvensi Jenewa 1949 yang telah diratifikasi oleh pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1958 melalui UU No 59.

    Sebagai perhimpunan nasional yang sah, PMI berdiri berdasarkan Keputusan Presiden No 25 tahun 1925 dan dikukuhkan kegiatannya sebagai satu-satunya organisasi perhimpunan nasional yang menjalankan tugas kepalangmerahan melalui Keputusan Presiden No 246 tahun 1963. ””Teks tebal Kemanusiaan dan Kerelawanan

    Dalam berbagai kegiatan PMI komitmen terhadap kemanusiaan seperti Strategi 2010 berisi tentang memperbaiki hajat hidup masyarakat rentan melalui promosi prinsip nilai kemanusiaan, penanggulangan bencana, kesiapsiagaan penanggulangan bencana, kesehatan dan perawatan di masyarakat, Deklarasi Hanoi (United for Action) berisi penanganan program pada isu-isu penanggulangan bencana, penanggulangan wabah penyakit, remaja dan manula, kemitraan dengan pemerintah, organisasi dan manajemen kapasitas sumber daya serta humas dan promosi, maupun Plan of Action merupakan keputusan dari Konferensi Palang Merah dan Bulan Sabit Merah ke-27 di Jenewa Swiss tahun 1999.
    Dalam konferensi tersebut Pemerintah Indonesia dan PMI sebagai peserta menyatakan ikrar di bidang kemanusiaan.

    Hal ini sangat sejalan dengan tugas pokok PMI adalah membantu pemerintah Indonesia di bidang sosial kemanusiaan terutama tugas-tugas kepalangmerahan yang meliputi: Kesiapsiagaan Bantuan dan Penanggulangan Bencana, Pelatihan Pertolongan Pertama untuk Sukarelawan, Pelayanan Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat, Pelayanan Transfusi Darah. Kinerja PMI dibidang kemanusiaan dan kerelawanan mulai dari tahun 1945 sampai dengan saat ini antara lain sebagai berikut:

    Membantu saat terjadi peperangan/konflik. Tugas kemanusiaan yang dilakukan PMI pada masa perang kemerdekaan RI, saat pemberontakan RMS, peristiwa Aru, saat gerakan koreksi daerah melalui PRRI di Sumbar, saat Trikora di Irian Jaya, Timor Timur dengan operasi kemanusiaan di Dilli, pengungsi di Pulau Galang.

    Membantu korban bencana alam. Ketika gempa terjadi di Pulau Bali (1976), membantu korban gempa bumi (6,8 skala Richter) di Kabupaten Jayawijaya, bencana Gunung Galunggung (1982), Gempa di Liwa-Lampung Barat dan Tsunami di Banyuwangi (1994), gempa di Bengkulu dengan 7,9 skala Richter (1999), konflik horizontal di Poso-Sulteng dan kerusuhan di Maluku Utara (2001), korban gempa di Banggai di Sulawesi Tengah (2002) dengan 6,5 skala Richter, serta membantu korban banjir di Lhokseumawe Aceh, Gorontalo, Nias, Jawa Barat, Tsunami di Nangroe Aceh Darussalam, Pantai Pangandaran, dan gempa bumi di DI Yogyakarta dan sebagian Jawa Tengah. Semua dilakukan jajaran PMI demi rasa kemanusiaan dan semangat kesukarelawanan yang tulus membantu para korban dengan berbagai kegiatan mulai dari pertolongan dan evakuasi, pencarian, pelayanan kesehatan dan tim medis, penyediaan dapur umum, rumah sakit lapangan, pemberian paket sembako, pakaian pantas pakai dan sebagainya.

    Transfusi darah dan kesehatan. Pada tahun 1978 PMI memberikan penghargaan Pin Emas untuk pertama kalinya kepada donor darah sukarela sebanyak 75 kali. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1980 telah diatur tentang tugas dan peran PMI dalam pelayanan transfusi darah. Keberadaan Unit Transfusi Darah PMI diakui telah banyak memberikan manfaat dan pertolongan bagi para pasien/penderita sakit yang sangat membutuhkan darah. Ribuan atau bahkan jutaan orang terselamatkan jiwanya berkat pertolongan Unit Transfusi Darah PMI. Demikian pula halnya dengan pelayanan kesehatan, hampir di setiap PMI di berbagai daerah memiliki poliklinik secara lengkap guna memberikan pelayanan kepada masyarakat secara murah.
    untuk menjaga perdamaian dunia

    Basis Masyarakat
    Guna mengantisipasi berbagai kemungkinan yang terjadi pada saat-saat yang akan datang saat ini PMI tengah mengembangkan Program Community Based Disarter Preparedness (Kesiapsiagaan Bencana Berbasis Masyarakat). Program ini dimaksudkan mendorong pemberdayaan kapasitas masyarakat untuk menyiagakan dalam mencegah serta mengurangi dampak dan risiko bencana yang terjadi di lingkungannya. Hal ini sangat penting karena masyarakat sebagai pihak yang secara langsung terkena dampak bila terjadi bencana.
    Selain itu di Palang Merah Indonesia juga marak di selenggarakan pelatihan untuk Pertolongan Pertama Berbasis Masyarakat (Community Based First Aid/ CBFA)
    Pada dasarnya seluruh gerakan kepalangmerahan haruslah berbasis masyarakat, ujung tombak gerakan kepalangmerahan adalah unsur unsur kesukarelaan seperti Korps Sukarela atau KSR maupun Tenaga Sukarela atau TSR dan juga Palang Merah Remaja atau PMR dan seluruh unsur ini selalu berbasis pada anggota masyarakat sesuai salah satu prinsip kepalangmerahan yaitu kesemestaan 7 Prinsip Dasar Gerakan Palang Merah Internasional dan Bulan Sabit Merah Internasional

    1. Kemanusiaan (humanity)
    2. Kesamaan (impartiality)
    3. Kenetralan (neutrality)
    4. Kemandirian (independence)
    5. Kesukarelaan (voluntary service)
    6. Kesatuan (unity)
    7. Kesemestaan (universality)

    Hymne PMI

    Palang merah Indonesia
    Wujud kepedulian nyata
    Nurani yang suci
    Untuk membantu menolong sesama

    PMI
    Siaga setiap waktu
    Berbakti, dan mengabdi
    Bagi hidup manusia
    Agar sehat sejahtera di seluruh dunia
    Mars Palang Merah Indonesia

    Mars PMI

    Palang Merah Indonesia
    Sumber kasih umat manusia
    Warisan luhur, nusa dan bangsa
    Wujud nyata pengayom Pancasila

    Gerak juangnya keseluruh nusa
    Mendarmakan bhakti bagi ampera
    Tunaikan tugas suci tujuan PMI
    Di Persada Bunda Pertiwi

    Untuk umat manusia
    Di seluruh dunia
    PMI menghantarkan jasa

    Lagu yang pertama kali dikumandangkan tahun 1967 ini adalah ciptaan Mochtar H. S. yang adalah seorang tokoh PMI yang terkemuka waktu itu. Lagu ini juga menandai pembentukan Palang Merah Remaja (PMR) Kudus. PMR Kudus merupakan yang kedua di Indonesia setelah Bandung. Bisa dibayangkan, PMI Kudus pada masa itu adalah cabang terkemuka di Indonesia.
    Mars Palang Merah Remaja

    Bhakti Remaja

    Palang Merah Remaja Indonesia warga Palang Merah sedunia

    Berjuang berbakti penuh kasih sayang untuk rakyat semua
    Bekerja dengan rela tulus ikhlas untuk yang tertimpa sengsara
    Puji dan puja tidak dikejar… mengabdi tuk sesama…


    Putra Putri Palang Merah Remaja Indonesia
    Abdi rakyat sedunia luhur budinya
    Putra Putri Palang Merah Remaja Indonesia
    Abdi rakyat sedunia mulya citanya
    Lihat pula

    PMI Cabang Surakarta
    PMRmania Indonesia
    PMR Cabang Surakarta
    Transfusi darah
    Donor darah

    Pranala luar

    (Indonesia) Palang Merah Indonesia (PMI)
    PMI Cabang Surakarta
    (Indonesia) Palang Merah Indonesia Kabupaten Kapuas
    Posted Yesterday by Single Sudrajat
    0
    Add a comment
    PMR Sudrajat
    blog ini adalah berisi tentang kehidupan seseorang dan perjuangan serta kepalang merahan. Semoga blog ini bermanfaat bagi kita semua……

    kepalang merahan
    kepramukaan
    pendidikan
    pengumuman
    Download
    Home

    Nov
    22
    Sejarah kepalang merahan

    SEJARAH KEPALANG MERAHAN

    Palang Merah Indonesia (PMI) adalah sebuah organisasi perhimpunan nasional di Indonesia yang bergerak dalam bidang sosial kemanusiaan. PMI selalu berpegang teguh pada tujuh prinsip dasar Gerakan Internasional Palang Merah dan Bulan sabit merah yaitu kemanusiaan, kesamaan, kesukarelaan, kemandirian, kesatuan, kenetralan, dan kesemestaan. Sampai saat ini PMI telah berada di 33 PMI Daerah (tingkat provinsi) dan sekitar 408 PMI Cabang (tingkat kota/kabupaten) di seluruh Indonesia.

    Palang Merah Indonesia tidak berpihak pada golongan politik, ras, suku ataupun agama tertentu. Palang Merah Indonesia dalam pelaksanaannya juga tidak melakukan pembedaan tetapi mengutamakan objek korban yang paling membutuhkan pertolongan segera untuk keselamatan jiwanya.

    TRI BAKTI PMR

    dalam PMR ada tugas yang harus dilaksanakan, dalam PMR dikenal tri bakti yang harus diketahui, dipahami dan dilaksanakan oleh semua anggota. TRIBAKTI PMR  tersebut adalah:

    1. Taqwa kepada tuhan yang maha Esa
    2. Berkarya dan berbakti kepada masyarakat
    3. Mempererat persahabatan nasional dan internasional.

    TINGKATAN PMR
    Di Indonesia dikenal ada 3 tingkatan PMR sesuai dengan jenjang pendidikan atau usianya

    1. PMR Mula adalah PMR dengan tingkatan setara pelajar Sekolah Dasar (10-12 tahun). Warna emblem Hijau
    2. PMR Madya adalah PMR dengan tingkatan setara pelajar Sekolah Menengah Pertama (12-15 tahun). Warna emblem Biru Langit
    3. PMR Wira adalah PMR dengan tingkatan setara pelajar Sekolah Menengah Atas (15-17 tahun). Warna emblem Kuning

     Prinsip Dasar kepalang-merahan

    Dalam PMR dikenalkan 7 Prinsip Dasar yang harus diketahui dan dilaksanakan oleh setiap anggotanya. Prinsip-prinsip ini dikenal dengan nama”7 Prinsip Dasar Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional” (Seven Fundamental Principle of Red cross and Red Crescent).

    • Kemanusiaan

    Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah lahir dari keinginan untuk memberikan pertolongan kepada korban yang terluka dalam pertempuran tanpa membeda-bedakan mereka dan untuk mencegah serta mengatasi penderitaan sesama. Tujuannya ialah melindungi jiwa dan kesehatan serta menjamin penghormatan terhadap umat manusia. Gerakan menumbuhkan saling pengertian, kerja sama dan perdamaian abadi antar sesama manusia.

    • Kesamaan

    Gerakan memberi bantuan kepada orang yang menderita tanpa membeda-bedakan mereka berdasarkan kebangsaan, ras, agama, tingkat sosial atau pandangan politik. tujuannya semata-mata ialah mengurangi penderitaan orang lain sesuai dengan kebutuhannya dengan mendahulukan keadaan yang paling parah.

    • Kenetralan

    Gerakan tidak memihak atau melibatkan diri dalam pertentangan politik, ras, agama, atau ideologi.

    • Kemandirian

    Gerakan bersifat mandiri, setiap perhimpunan Nasional sekalipun merupakan pendukung bagi pemerintah dibidang kemanusiaan dan harus mentaati peraturan hukum yang berlaku dinegara masing-masing, namun gerakan bersifat otonom dan harus menjaga tindakannya agar sejalan dengan prinsip dasar gerakan.

    • Kesukarelaan

    Gerakan memberi bantuan atas dasar sukarela tanpa unsur keinginan untuk mencari keuntungan apapun.

    • Kesatuan

    Didalam satu Negara hanya boleh ada satu perhimpunan Nasional dan hanya boleh memilih salah satu lembaga yang digunakan Palang merah Bulan Sabit Merah. Gerakan bersifat terbuka dan melaksanakan tugas kemanusiaan diseluruh wilayah negara bersangkutan.

    • Kesemestaan

    Gerakan bersifat semesta. Artinya, gerakan hadir diseluruh dunia. Setiap perhimpunan Nasional mempunyai status yang sederajat, serta memiliki hak dan tanggung jawab yang sama dalam membantu sama lain.

  • Kelebihan dan Kekurangan Program Belajar Tuntas

    Program Belajar Tuntas

    Semua siswa dapat belajar bila diberi waktu yang cukup dan kesempatan belajar yang memadai. Inilah filosofi pembelajaran “Belajar Tuntas” yang dicetuskan oleh Benjamin S. Bloom yang disempurnakan oleh James H. Block. Mereka berpandangan bahwa untuk mencapai penguasaan materi diperlukan standar kurikulum yang jelas. Guru mengajar berdasarkan standar kurikulum tersebut, proses penilaian dilaksanakan dengan mengukur secara tepat kemajuan belajar siswa.

    Maksud dari belajar tuntas atau mastery learning adalah bagi siswa yang belum menguasai materi yang diajarkan atau topik yang diajarkan belum bisa berpindah ke topik yang lain sampai materi tersebut dikuasai oleh siswa. Dalam belajar tuntas, siswa yang cepat menguasai materi akan dilibatkan pada kegiatan pengayaan, tujuannya adalah menunggu siswa lainnya sampai menguasai materi dimaksud, untuk kemudian mereka melanjutkan materi secara bersama-sama.

    Belajar tuntas membutuhkan berbagai instrumen yang dilaksanakan secara tepat, instrumen tersebut berupa tes diagnostik, tes formatif, tabel koreksi kesalahan belajar dan lain-lain gunanya untuk menentukan secara tepat siswa yang telah menuntaskan materi pelajaran yang diberikan dan siswa yang belum menuntaskan materi pelajaran. Tes yang dilaksanakan mengacu pada kriteria bukan norma. Belajar tuntas penilaian terfokus pada proses bukan pada hasil, sehingga guru harus melakukan pengamatan secara langsung.

    Belajar tuntas bukanlah sesuatu yang sempurna, beberapa kelemahan yang sering muncul dari pelaksanaan belajar tuntas :

    1. Kelompok dan jadwal bisa menyulitkan, karena materi baru bisa dilanjutkan jika siswa semua telah menuntaskan materi yang diberikan.
    2. Bagi siswa dengan tingkat penerimaan dan daya serap materi lambat akan memakan waktu yang lama, siswa yang cepat akan menunggu sampai semua tuntas hal ini dapat menciptakan kebosanan dan kejenuhan bagi siswa yang cepat dalam hal penerimaan.

    Tetapi apabila dilaksanakan dengan standar yang tinggi, dukungan kurikulum yang memadai, fasilitas yang mendukung maka sistem pembelajaran “belajar tuntas” menjadi solusi yang tepat untuk mengatasi menurunnya kualitas pendidikan secara menyeluruh.

  • Keterampilan Berpikir Komputational

    Computational Thinking Skill

    Berpikir Komputasional merupakan landasan berpikir yang perlu diajarkan terus menerus sesuai dengan jenjang pendidikan, dengan tingkat kesulitan dan kompleksitas yang meningkat mulai dari SD/MI sampai dengan SMA/MA. 

    Berpikir Komputasional (BK) mencakup kemampuan untuk melakukan dekomposisi, abstraksi, merancang algoritme serta melakukan pengenalan pola yang menjadi dasar membangun suatu sistem terkomputerisasi dari suatu sistem nyata yang kompleks. Dengan melakukan dekomposisi, seseorang dapat memecah sebuah persoalan kompleks menjadi bagian-bagian yang dapat lebih mudah dipahami dan dicari solusinya. Bagian-bagian kecil dari persoalan akan mempunyai pola solusi. 

    Mengenali pola sistem, pola persoalan, dan bagian-bagiannya, serta pola solusi akan mempermudah dan mempercepat penyelesaian persoalan kompleks. Abstraksi akan memudahkan seseorang untuk menyimpulkan karakterisitik umum dan mengesampingkan hal detil yang tidak perlu diperhatikan untuk mencari solusi. Algoritme adalah rancangan solusi dalam bentuk instruksi/langkah yang harus dijalankan oleh agen pemroses informasi sesuai dengan instruksi yang direncanakan, untuk mendapatkan solusi. 

    Berkat kemampuan BK, seseorang mengintegrasikan pengalaman menyelesaikan persoalan dan membentuk suatu pola solusi yang memungkinkan ia untuk tidak hanya mampu memecahkan suatu persoalan yang sedang dihadapi, melainkan juga untuk menyelesaikan persoalan-persoalan sejenis dengan solusi yang lebih cerdas, efisien, dan optimal. 

    Berpikir Komputasional (BK) merupakan salah satu kemampuan penting abad ke‐21 yang sudah mulai ditumbuhkan sejak usia dini di negara maju. BK juga merupakan kemampuan utama yang melandasi bidang informatika. BK adalah kemampuan berpikir untuk memecahkan persoalan-persoalan yang penyelesaiannya berkaitan dengan “komputasi”. Komputasi adalah perhitungan baik aritmatika atau berupa langkah-langkah yang mengikuti suatu model yang sudah didefinisikan dengan baik yaitu algoritme. Komputasi merupakan salah satu aspek penting dalam disiplin ilmu informatika atau ilmu Komputer. 

    Saat ini komputer menjadi alat bantu untuk menyelesaikan persoalan dan mendukung berfungsinya hampir semua bidang ilmu lain, sehingga BK mempengaruhi bidang lain seperti biologi, kimia, kedokteran, linguistik, psikologi, ekonomi, energi, dan lain-lain. Kemampuan BK akan membantu seseorang untuk megenali akar persoalan, menyelesaikan persoalan, merancang sistem, memahami kekuatan, dan keterbatasan manusia, serta pembangunan sistem komputer, robot, bahkan mesin intelijen, yang berkaitan dengan disiplin ilmu yang lain. 

    Berpikir Komputasional (BK) berorientasi pada “problem solving”, sehingga membuat daya pikir seseorang menjadi berkembang. Seseorang yang mampu berpikir komputasional akan mampu berpikir tingkat tinggi, sehingga dengan lebih mudah ia dapat mengonsep dan memahami teknologi yang berbasis komputer, dan mempunyai daya saing lebih di dunia saat ini yang sudah memasuki Revolusi Industri 4.0 yang menghasilkan pabrik cerdas dari apapun dengan didasari cyber-physical system, IoT (Internet of Things), cloud computing, dan cognitive computation.

  • Instrumen Penilaian Non Tes

    Instrumen Penilaian Non Tes

    Pembelajaran merupakan proses yang holistik dan melibatkan banyak komponen kompleks sebagai hasil belajar. Penilaian hasil belajar yang komplek membutuhkan bentuk instrumen yang berbeda sesuai dengan aspek-aspek yang hendak dinilai. Secara umum dikenal dua alat kelompok alat yang disebut instrumen penilaian non tes dan tes.

    Instrumen Non Tes

    Instrumen tes adalah alat ukur yang digunakan untuk mengumpulkan informasi dan data terkait hal-hal yang sifatnya tidak memiliki standar benar atau salah. Instrumen ini baik digunakan untuk menunjukkan presepsi, sikap dan perilaku tanpa memberikan justifikasi terkait dengan data-data yang telah didapatkan.

    Objek atau variabel yang hendak diukur dalam instrumen tes fokus pada sikap seseorang bukan terkait dengan kompetensi. Sasaran dari instrumen seperti Perbuatan, Ucapan, Kegiatan, Penilaian Terhadap sesuatu, tingkah laku, presepsi dan sejenisnya. Hanya saja ada beberapa hal yang masih saling berisirisan antara kompetensi dari perilaku. Salah satu contohnya seperti kecenderungan orang memilih alat ukur, kecenderungan memilih alat ukur ini sebenarnya bisa masuk dalam kategori sikap namun pada kasus khusus, seseorang harus memilki pemahaman tentang alat ukur yang valid untuk digunakan.

    Contoh kasus dimisalkan ada orang yang cendering memilih akat ukur Mikormeter untuk mengukur ketebalan koin namun ada kuja yang menggunakan Jangka Soron. Dalam kasus ini Baik Jangka Sorong dan Mikrometer sama-sama mampu digunakan untuk mengukur ketebalan koin.


    Adapun menurut Sudjana (1986;67), kelebihan non test dari test adalah sifatnya lebih komprehensif, artinya dapat digunakan untuk menilai berbagai aspek dari individu sehingga tidak hanya untuk menilai aspek kognitif, tetapi juga aspek efektif dan psikomotorik, yang dinilai saat proses pelajaran berlangsung.

    Disini pemakalah akan membahas secara lebih lanjut tentang pengembangan instrumen non tes.

    A. Hakikat Penilaian

    Penilaian merupakan rangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.

    Penilaian dalam KTSP adalah penilaian berbasis kompetensi, yaitu bagian dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan untuk mengetahui pencapaian kompetensi peserta didik yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Penilaian dilakukan selama proses pembelajaran dan/atau pada akhir pembelajaran. Fokus penilaian pendidikan adalah keberhasilan belajar peserta didik dalam mencapai standar kompetensi yang ditentukan. Pada tingkat mata pelajaran, kompetensi yang harus dicapai berupa Standar Kompetensi (SK) mata pelajaran yang selanjutnya dijabarkan dalam Kompetensi Dasar (KD). Untuk tingkat satuan pendidikan, kompetensi yang harus dicapai peserta didik adalah Standar Kompetensi Lulusan (SKL).

    Kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh kemampuan satuan pendidikan dalam mengelola proses pembelajaran. Penilaian merupakan bagian yang penting dalam pembelajaran. Dengan melakukan penilaian, pendidik sebagai pengelola kegiatan pembelajaran dapat mengetahui kemampuan yang dimiliki peserta didik, ketepatan metode mengajar yang digunakan, dan keberhasilan peserta didik dalam meraih kompetensi yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil penilaian, pendidik dapat mengambil keputusan secara tepat untuk menentukan langkah yang harus dilakukan selanjutnya. Hasil penilaian juga dapat memberikan motivasi kepada peserta didik untuk berprestasi lebih baik.

    B. Pengertian Penilaian Non Test

    Belajar dan mengajar mengandung 3 unsur yaitu perencanaan pengajaran, kegiatan belajar mengajar dan penilaian . Pada dasarnya penilaian atau evaluasi bukan hal yang baru dalam proses pencapaian tujun pengajaran, karena penilaian merupakan tuntutan logis dari hakikat belajar mengajar. Hal ini disebabkan karena dari seluruh rangkaian belajar mengajar, penilaian menentukan dan mengukur seberapa besar pelajaran yang sudah dikuasai oleh anak didik, dan apakah kegiatan pengajaran yang telah dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan (Hasan dan Zainul, 1992).

    Ditinjau dari segi bahasa, sebagaimana dikutip dari buku Kamus lengkap Bahasa Indonesia, dijelaskan bahwa penilaian diartikan sebagai proses menggunakan nilai suatu objek untuk dapat menentukan suatu nilai atau hanya suatu objek diperlukan adanya ukuran atau kriteria (Poerwaderminta, 1984: 671). Sedangkan menurut Sudjana (1989: 3), “Penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu criteria tertentu”. Adapun menurut Hasyim (1997: 103), “Penilaian meliputi seluruh proses dan alat yang digunakan oleh guru untuk mengambil keputusan mengenai perkembangan atau penilaian hasil belajar siswanya”.

    Dari beberapa pendapat di atas, maka penilaian diartikan sebuah istilah umum yang menunjukkan sebuah rentang segala prosedur yang digunakan untuk memperoleh informasi mengenai belajar siswa (pengamatan, penilaian, penampilan atau proyek test tertulis) dan pembentukan nilai dan pertimbangan mengenai kemajuan belajar siswa.

    Mengingat penilaian proses belajar adalah upaya memberi nilai terhadap kegiatan belajar yang digunakan baik siswa maupun guru dan pencapaian tujuan-tujuan pengajaran, maka dalam penilaian yang dilihat sejauh mana keefektifan dalam efisiensinya dalam mencapai tujuan pengajaran atau perubahan tingkah laku siswa. Oleh sebab itu, penilaian hasil dan proses belajar saling berkaitan satu sama lain sebab hasil merupakan akibat dari proses.

    Pada umumnya alat penilaian dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu test dan non test. Kedua jenis ini dapat digunakan untuk menilai sasaran penilaian. Menurut Sudjana (1989:6) “Pengertian test sebagai alat penilaian adalah pernyataan-pernyataan yang diberikan pada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (test lisan) dan dalam bentuk tertulis (test tertulis) atau dalam bentuk perbuatan (test tindakan)”.

    Pada umumnya penilaian non test adalah penilaian pengamatan perubahan tingkah laku yang berhubungan dengan apa yang dapat diperbuat atau dikerjakan oleh peserta didik dibandingkan dengan apa yang diketahui atau dipahaminya. Dengan kata lain penilaian non test behubungan dengan penampilan yang dapat diamati dibandingkan dengan pengetahuan dan proses mental lainnya yang tidak dapat diamati oleh indera.

    Adapun menurut Hasyim (1997: 8) ”Penilaian non test adalah penilaian yang mengukur kemampuan siswa secara langsung dengan tugas-tugas riil dalam proses pembelajaran. Contoh penilaian non test banyak terdapat pada keterampilan menulis untuk bahasa, percobaan laboratorium sains, bongkar pasang mesin, teknik dan sebagainya”.

    Disamping penilaian non test merupakan suatu kesatuan dengan penilaian test lainya, karena test pada dasarnya menilai apa yang diketahui, dipahami, diaplikasikan atau yang dapat dilakukan oleh pesrta didik dalam tingkatan proses mental yang lebih tinggi. Meskipun itu dapat didemonstrasi dalam tingkah lakunya. Karena itu dibutuhkan beberapa penilaian non test yang merupakan bagian keseluruhan dari penilaian hasil belajar peserta didik. Dan penilaian non test ini pula merupakan penilaian otentik yang menilai keterampilan dan pemahaman dengan menilai secara langsung performa murid dengan setting yang alami.

    Meskipun bentuk-bentuk test formal sangat lazim digunakan sampai pada test yang digunakan, tetap saja ditemukan berbagai kelemahan didalam sistemnya. Kelemahan tersebut antara lain penilaian yang hanya berfokus pada aspek kognitif dengan materi dan keterampilan yang sangat terbatas, tidak memerlukan nalar dan keterampilan pemecahan masalah,serta tidak menilai menerapkan secara langsung dalam dunia nyata untuk mengatasinya, diperlukan jenis penilaian lain yaitu non test.

    C. Fungsi Penilaian Non Test.

    Inti penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai pada objek tertentu berdasarkan suatu criteria tertentu. Mengimplementasikan adanya suatu perbandingan antara criteria dan kenyataan dalam konteks situasi tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa objek yang dinilainya adalah hasil belajar siswa, yaitu adanya perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, efektif dan psikomotorik. Penilaian proses belajar adalah upaya memberi nilai terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dalam mencapai tujuan pengajaran. Sejauh mana keaktifan dan efisiensinya dalam perubahan tingkah laku siswa.

    Sejalan dengan pengertian tentang penilaian non test yang dikemukakan oleh Hasyim (1997:6), penilaian non test berfungsi antara lain sebagai berikut:

    1.  Alat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan instruksional. Dengan fungsi ini maka penilaian dapat mengacu pada rumusan-rumusan instruksional.
    2. Umpan balik bagi perbaikan proses belajar mengajar, perbaikan mungkin dilakukan dalam hal tujuan instruksional, kegiatan siswa, strategi mengajar guru, dan lain-lain.
    3. Dalam menyusun laporan pengajuan belajar siswa kepada para orang tuanya. Dalam laporan tersebut dikemukakan kemampuan dan kecakapan belajar siswa dalam berbagai bidang studi dalam bentuk nila-nilai prestasi yang didapatnya.
    4. Dapat digunakan untuk menilai berbagai aspek kognitif tetapi juga aspek afektif dan psikomotorik.
    5. Dapat memberikan pertanggung jawaban (accountability) dari pihak sekolah pada pihak pihak yang lain, karena diperoleh langsung dari proses belajar baik di kelas, laboratorium, lapangan, dan lain-lain.

    D. Teknik Non – Test

    Teknik non-tes merupakan prosedur mengumpulkan data untuk memahami pribadi siswa pada umumnya bersifat kualitatif.

    Alat penilaian dapat berarti teknik evaluasi. Tehnik evaluasi nontes berarti melaksanakan penilain dengan tidak mengunakan tes. Tehnik penilaian ini umumnya untuk menilai kepribadian anak secara menyeluruh meliputi sikap, tingkah laku, sifat, sikap sosial, ucapan, riwayat hidup dan lain-lain. Yang berhubungan dengan kegiatan belajar dalam pendidikan, baik secara individu maupun secara kelompok.

    Alat penilaian yang non-test, yang biasanya menyertai atau inheren dalam pelaksanaan proses belajar mengajar sangat banyak macamnya. Di antaranya bisa disebutkan adalah observasi (baik dengan cara langsung, tak langsung, maupun partisipasi), wawancara (terstruktur atau bebas), angket (tertutup atau terbuka), sosiometri, checklist, concept map, portfolio, student journal, pertanyaan-pertanyaan, dan sebagainya.

    Keberhasilan siswa dalam proses belajar-mengajar tidak dapat diukur dengan alat tes. Sebab masih banyak aspek-aspek kemampuan siswa yang sulit diukur secara kuantitatif dan mencakup objektifitas misalnya aspek efektif psikomotor.

    E. Jenis-Jenis Instrumen Non Tes

    Beberapa macam teknik non-tes diantaranya yaitu:

    1. Observasi (pengamatan)

    Yaitu teknik atau cara mengamati suatu keadaan atau suatu kegiatan (tingkah laku). Yang paling berperan disini adalah panca indra atau pengindraan terutama indra penglihatan. Selain itu observasi merupakan suatu pengamatan langsung terhadap siswa dengan memperhatikan tingkah lakunya. Secara umum observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.

    Adapun ciri-ciri observasi sebagai berikut:

    1. dilakukan sesuai dengan tujuan yang dirumuskan terlebih dahulu
    2. direncanakan secara sistematis
    3. hasilnya dicatat dan diolah sesuai tujuan
    4. perlu diperiksa ketelitiannya.

    a. Pembagian Observasi

    Menurut cara dan tujuannya observasi dapat dibedakan menjadi 3 macam:

    1. Observasi partisipatif dan non-partisipatifObservasi partisipatif adalah observasi dimana orang yang mengobservasi (observer) ikut ambil bagian alam kegiatan yang dilakukan oleh objek yang diamatinya. Sedangkan observasi non-partisipatif, observasi tidak mengambil bagian dalam kegiatan yang dilakukan oleh objeknya. Atau evaluator berada “diluar garis” seolah-olah sebagai penonton belaka. Contoh observasi partisipatif : Misalnya guru mengamati setiap anak. Kalau observasi non-partisipatif, guru hanya sebagai pengamat, dan tidak ikut bermain.
    2. Observasi sistematis dan observasi non-sitematisObservasi sistematis adalah observasi yang sebelum dilakukan, observer sudah mengatur sruktur yang berisi kategori atau kriteria, masalah yang akan diamati. Sedangkan observasi non-sistematis yaitu apabila dalam pengamatan tidak terdapat stuktur ketegori yang akan diamati.
      • Contoh observasi sistematis misalnya guru yang sedang mengamati anak-anak menanam bunga. Disini sebelum guru melaksanakan observasi sudah membuat kategori-kategori yang akan diamati, misalnya tentang: kerajinan, kesiapan, kedisiplinan, ketangkasan, kerjasama dan kebersihan. Kemudian ketegori-kategori itu dicocokkan dengan tingkah laku murid dalam menanam bunga. Kalau observasi nonsistematis maka guru tidak membuat kategori-kategori diatas, tetapi langsung mengamati anak yang sedang menanam bunga.

    3) Observasi Eksperimental

    Observasi eksperimental adalah observasi yang dilakukan secara non-partisipatif tetapi sistematis. Tujuannya untuk mengetahui atau melihat perubahan, gejala-gejala sebagai akibat dari situasi yang sengaja diadakan.

    Sebagai alat evaluasi , observasi digunakan untuk:

    • Menilai minat, sikap dan nilai yang terkandung dalam diri siswa.
    • Melihat proses kegiatan yang dilakukan oleh siswa maupun kelompok.
    • Suatu tes essay / obyektif tidak dapat menunjukan seberapa kemampuan siswa dapat menjelaskan pendapatnya secara lisan, dalam bekerja kelompok dan juga kemampuan siswa dalam mengumpulkan data.

    b. Sifat Observasi

    Observasi yang baik dan tepat harus memilki sifat-sifat tertentu yaitu:

    • Hanya dilakukan sesuai dengan tujuan pengajaran
    • Direncanakan secara sistematis
    • Hasilnya dicatat dan diolah sesuai dengan tujuan
    • Dapat diperiksa validitas, rehabilitas dan ketelitiannya.

    c. Kelebihan dan Kelemahan Observasi

    Observasi sebagai alat penilain non-tes, mempunyai beberapa kelebihan, antara lain:

    • Observasi dapat memperoleh data sebagai aspek tingkah laku anak.
    • Dalam observasi memungkinkan pencatatan yang serempak dengan terjadinya suatu gejala atau kejadian yang penting
    • Observasi dapat dilakukan untuk melengkapi dan mencek data yang diperoleh dari teknik lain, misalnya wawancara atau angket
    • Observer tidak perlu mengunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan objek yang diamati, kalaupun menggunakan, maka hanya sebentar dan tidak langsung memegang peran.

    Selain keuntungan diatas, observer juga mempunyai beberapa kelemahan, antara lain:

    1.  Observer tidak dapat mengungkapkan kehidupan pribadi seseorang yang sangat dirahasiakan. Apabila seseorang yang diamati sengaja merahasiakan kehidupannya maka tidak dapat diketahui dengan observasi. Misalnya mengamati anak yang menyayi, dia kelihatan gembira, lincah . Tetapi belum tentu hatinya gembira, dan bahagia. Mungkin sebaliknya, dia sedih dan duka tetapi dirahasiakan.
    2. Apabila si objek yang diobservasi mengetahui kalau sedang diobservasi maka tidak mustahil tingkah lakunya dibuat-buat, agar observer merasa senang.
    3. Observer banyak tergantung kepada faktor-faktor yang tidak dapat dapat dikontrol sebelumya.

    Langkah-langkah menyusun observasi :

    1. Merumuskan tujuan
    2. Merumuskan kegiatan
    3. Menyusun langkah-langkah
    4. Menyusun kisi-kisi
    5. Menyusun panduan observasi
    6. Menyusun alat penilaian

    2. Wawancara (Interview)

    Wawancara, suatu cara yang dilakukan secara lisan yang berisikan pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan tujuan informasi yang hendak digali. wawancara dibagi dalam 2 kategori, yaitu pertama, wawancara bebas yaitu si penjawab (responden) diperkenankan untuk memberikan jawaban secara bebas sesuai dengan yang ia diketahui tanpa diberikan batasan oleh pewawancara. Kedua adalah wawancara terpimpin dimana pewawancara telah menyusun pertanyaan pertanyaan terlebih dahulu yang bertujuan untuk menggiring penjawab pada informasi-informasi yang diperlukan saja.

    Wawancara adalah suatu tehnik penilain yang dilakukan dengan jalan percakapan (dialog) baik secara langsung (face to face relation) secara langsung apabila wawancara itu dilakukan kepada orang lain misalnya kepada orang tuannya atau kepada temanya. Keberhasilan wawancara sebagai alat penilaian sangat dipengaruhi oleh beberapa hal :

    1. Hubungan baik pewawancara dengan anak yang diwawancarai. Dalam hal ini hendaknya pewawancara dapat menyesuikan diri dengan orang yang diwawancarai
    2. Keterampilan pewawancara
    Keterampilan pewawancara sangat besar pengaruhnya terhadap hasil wawancara yang dilakukan, karena guru perlu melatih diri agar meiliki keterampilan dalam melaksanakan wawancara.
    3. Pedoman wawancara
    Keberhasilan wawancara juga sangat dipengaruhi oleh pedoman yang dibuat oleh guru sebelum guru melaksanakan wawancara harus membuat pedoman-pedoman secara terperinci, tentang pertanyaan yang akan diajukan.

    Langkah-langkah penyusunan wawancara :

    1. Perumusan tujuan
    2. Perumusan kegiatan atau aspek-aspek yang dinilai
    3. Penyusunan kisi-kisi
    4. Penyusunan pedoman wawancara
    5. Lembaran penilaian

    Kelebihan dan kelemahan wawancara

    Kelebihan wawancara yaitu :

    1. Wawancara dapat memberikan keterangan keadaan pribadi hal ini tergantung pada hubungan baik antara pewawancara dengan objek
    2. Wawancara dapat dilaksanakan untuk setiap umur dan mudah dalam pelaksaannya
    3. Wawancara dapat dilaksanakan serempak dengan observasi
    4. Wawancara dapat menimbulkan hubungan yang baik antara si pewawancara dengan objek.
    5. Data tentang keadaan individu lebih banyak diperoleh dan lebih tepat dibandingkan dengan observasi dan angket.

    Sedangkan Kelemahan wawancara:

    1. Keberhasilan wawancara dapat dipengaruhi oleh kesediaan, kemampuan individu yang diwawancarai.
    2. Kelancaran wawancara dapat dipengaruhi oleh keadaan sekitar pelaksaan wawancara
    3. Wawancara menuntut penguasaan bahasa yang baik dan sempurna dari pewawancara
    4. Adanya pengaruh subjektif dari pewawancara dapat mempengaruhi hasil wawancara

    Ada dua jenis wawancara yang dapat pergunakan sebagai alat evaluasi, yaitu:

    a. Wawancara terpimpin (Guided Interview) yang juga sering dikenal dengan istilah wawancara berstruktur (Structured Interview) atau wawancara sistematis (Systematic Interview) yaitu interview yang dilakukan oleh subyek evaluasi dengan cara mengajukan pertanyaan – pertanyaan yang sudah disusun terlebih dahulu. Jadi, dalam hal ini responden pada waktu menjawab pertanyaan tinggal memilih jawaban yang sudah disiapkan oleh penanya. Pertanyaan itu kadang-kadang bersifat sebagai yang memimpin, mengarahkan, dan penjawab sudah dipimpin oleh sebuah daftar cocok, sehingga dalam menulis jawaban ia tinggal membubuhkan tanda cocok di tempat yang sesuai keadaan responden.

    b. Wawancara tidak terpimpin (Un-Guided Interview) yang sering dikenal dengan istilah wawancara sederhana (Simple Interview) atau wawancara tidak sistematis (Non-Systematic Interview), atau wawancara bebas, dimana responden mempunyai kebebasan untuk mengutarakan pendapatnya, tanpa dibatasi oleh patokan-patokan yang telah dibuat oleh subyek evaluasi.

    3. Angket

    Angket (kuesioner) merupakan alat pengumpul data melalui komunikasi tidak langsung, yaitu melalui tulisan. Angket ini berisi daftar pertanyaan yang bertujuan untuk mengumpulkan keterangan tentang berbagai hal yang berkaitan dengan responden.
    Beberapa petunjuk untuk menyusun angket:

    1. gunakan kata-kata yang tidak mempunyai arti lengkap
    2. susun kalimat sederhana tapi jelas
    3. hindari kata-kata yang sulit dipahami
    4. Pertanyaan jangan bersifat memaksa untuk dijawab
    5. hindarkan kata-kata yang negatif dan menyinggung perasaan responden.

    Tentang macam kuesioner, dapat ditinjau dari beberapa segi :

    a) Ditinjau dari segi siapa yang menjawab:

    (1) Kuesioner langsungKuesioner dikatakan langsung jika kuesioner tersebut dikirimkan dan diisi

    langsung oleh orang yang akan dimintai jawaban tentang dirinya.
    (2) Kuesioner tidak langsung
    Adalah kuesioner yang dikirimkan dan diisi oleh bukan orang yang diminta keterangannya. Kuisioner tidak langsung biasanya digunakan untuk mencari informasi tentang bawahan, anak, saudara, tetangga dan sebagainya

    b) Ditinjau dari segi cara menjawabnya:

    (1) Kuesioner tertutup

    Adalah kuesioner yang disusun dengan menyediakan pilihan jawaban lengkap sehingga pengisi hanya tinggal memberi tanda pada jawaban yang dipilih.

    (2) Kuesioner terbuka

    Adalah kuesioner yang disusun sedemikian rupa sehingga para pengisi bebas mengemukakan pendapat. Kuesioner terbuka disusun apabila macam jawaban pengisi belum terperinci dengan jelas sehingga jawabannya akan beraneka ragam. Keterangan tentang alamat pengisi, tidak mungkin diberikan dengan cara memilih pilihan jawaban yang disediakan. Kuesioner terbuka juga digunakan untuk meminta pendapat seseorang.

    Angket sebagai alat penilaian terhadap sikap tingkah laku, bakat, kemampuan, minat anak, mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan.

    Kelebihan angket antara lain:

    • Dengan angket kita dapat memperoleh data dari sejumlah anak yang banyak yang hanya membutuhkan waktu yang singkat.
    • Setiap anak dapat memperoleh sejumlah pertanyaan yang sama
    • Dengan angket anak pengaruh subjektif dari guru dapat dihindarkan

    Sedangkan kelemahan angket, antara lain:

    • Pertanyaan yang diberikan melalui angket adalah terbatas, sehingga apabila ada hal-hal yang kurang jelas maka sulit untuk diterangkan kembali.
    • Kadang-kadang pertanyaan yang diberikan tidak dijawab oleh semua anak, atau mungkin dijawab tetapi tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Karena anak merasa bebas menjawab dan tidak diawasi secara mendetail.
    • Ada kemungkinan angket yang diberikan tidak dapat dikumpulkan semua, sebab banyak anak yang merasa kurang perlu hasil dari angket yang diterima, sehingga tidak memberikan kembali angket nya.

    Langkah-langkah menyusun angket :

    1. Merumuskan tujuan
    2. Merumuskan kegiatan
    3. Menyusun langkah-langkah
    4. Menyusun kisi-kisi
    5. Menyusun panduan angket
    6. Menyusun alat penilaian

    4. Catatan anekdot

    Yaitu catatan otentik hasil observasi yang menggambarkan tingkah laku murid atau kejadian dalam situasi khusus, bisa menyangkut individu juga kelompok. Dengan menggunakan catatan anekdot guru dapat:

    1. Memperoleh pemahaman yang lebih tepat tentang perkembangan anak.
    2. Memperoleh pemahaman tentang sebab-sebab dari gejala tingkah laku murid.
    3. Memudahkan dalam menyesuaikan diri dengan murid.

    Catatan anekdot yang baik memiliki syarat-syarat sebagai berikut:

    a. Objektif

    Untuk mempertahankan objektivitas dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:

    1. Catatan dibuat sendiri oleh guru.
    2. Pencatatan dilakukan segera setelah suatu kegiatan terjadi.
    3. Deskripsi dari suatu peristiwa dipisahkan dari tafsiran pencatatan sendiri.

    b. Deskriptif

    Catatan suatu peristiwa mengenai murid hendaknya lengkap disertai latar belakang, percakapan dicatat secara langsung, dan kejadian-kejadian dicatat secara tersusun sesuai dengan kejadiannya.
    c. Situasi yang dicatat adalah situasi yang relevan dengan tujuan dan masalah yang sedang menjadi perhatian guru sesuai keadaan murid.

    5. Autobiografi

    Yaitu sebuah karangan pribadi seseorang (siswa) yang murni hasil dirinya sendiri tanpa dimasuki pikiran dari orang lain, ini lebih menjurus tentang pengalaman hidup, cita-cita dan lain sebagainya. Autobiografi bagi guru bertujuan untuk mengetahui keadaan murid yang berhubungan dengan minat, cita-cita, sikap terhadap keluarga, guru atau sekolah dan pengalaman hidupnya.

    Autobiografi ini dalam pembuatannya dibagi kedalam dua jenis, yaitu karangan terstruktur dan tidak terstruktur.

    1. Terstruktur
    Karangan pribadi ini disusun berdasarkan tema (judul) yang telah ditentukan sebelumnya, seperti: cita-

    citaku, keluargaku, teman-temanku, masa kecilku dan sebagainya.2. Tidak terstruktur
    Di sini murid diminta membuat karangan pribadi secara bebas, dan tidak ditentukan kerangka karangan terlebih dahulu.

    6. Sosiometri

    Teknik ini bertujuan untuk memperoleh informasi dengan menghubungkan atau interaksi sosial diantara murid. Dengan sosiometri guru dapat mengetahui tentang:

    1. murid yang populer (banyak disenangi teman).
    2. murid yang terisolir (tidak dipilih/disukai teman).
    3. klik (kelompok kecil, 2-3 orang murid).

    Sosiometri juga dapat digunakan untuk:

    1. memperbaiki hubungan insani diantara anggota-anggota kelompok tertentu.
    2. menentukan kelompok kerja
    3. meneliti kemampuan memimpin seorang individu dalam kelompok tertentu untuk suatu kegiatan tertentu.

    7. Skala penilaian/ rating skala

    Skala penilaian digunakan untuk mengetahui keterangan tentang proses pembelajaran, misalnya: sikap peserta didik dalam mengikuti pelajaran matematika.

    8. Daftar cocok

    Maksudnya adalah suatu tes yang berbentuk daftar pertanyaan yang akan dijawab dengan membubuhkan tanda cocok ( √ ) pada kolom yang telah disediakan.

    9. Riwayat hidup

    Ini adalah salah satu tehnik non tes dengan menggunakan data pribadi seseorang sebagai bahan informasi penelitian. Dengan mempelajari riwayat hidup maka subjek evaluasi akan dpat menarik suatu kesimpulan tentang kepribadian, kebiasaan dan sikap dari objek yang dinilai.

    E. Pengembangan Instrumen Penilaian

    Pengembangan Instrumen Penilaian yang dikembangkan perlu memperhatikan hal-hal berikut :

    • berhubungan dengan kondisi pembelajaran di kelas dan/atau di luar kelas.
    • relevan dengan proses pembelajaran, materi, kompetensi dan kegiatan pembelajaran.
    • menuntut kemampuan berpikir berjenjang, berkesinambungan, dan bermakna dengan mengacu pada aspek berpikir Taksonomi Bloom
    • mengembangkan kemampuan berpikir kritis seperti: mendeskripsikan, menganalisis, menarik kesimpulan, menilai, melakukan penelitian, memecahkan masalah, dsb.
    • mengukur berbagai kemampuan yang sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik.
    • mengikuti kaidah penulisan soal.

    F. Langkah-Langkah Dalam Pengembangan Instrumen Non Tes

    Langkah-langkah dalam pengembangan instrumen non tes (dilihat dari afektif dan psikomotor):

    1. Menentukan spesifikasi instrumen
    2. Menulis instrumen
    3. Menentukan skala pengukuran
    4. Menentukan penskoran
    5. Menelaah instrument
    6. Melakukan uji coba
    7. Menganalisis hasil uji coba
    8. Melaksanakan pengukuran
    9. Menafsirkan hasil pengukuran

    PENUTUP

    Pada umumnya penilaian non test adalah penilaian pengamatan perubahan tingkah laku yang berhubungan dengan apa yang dapat diperbuat atau dikerjakan oleh peserta didik dibandingkan dengan apa yang diketahui atau dipahaminya. Dengan kata lain penilaian non test behubungan dengan penampilan yang dapat diamati dibandingkan dengan pengetahuan dan proses mental lainnya yang tidak dapat diamati oleh indera.

    Pengembangan Instrumen Penilaian yang dikembangkan perlu memperhatikan hal-hal berikut :

    • berhubungan dengan kondisi pembelajaran di kelas dan/atau di luar kelas.
    • relevan dengan proses pembelajaran, materi, kompetensi dan kegiatan pembelajaran.
    • menuntut kemampuan berpikir berjenjang, berkesinambungan, dan bermakna dengan mengacu pada aspek berpikir Taksonomi Bloom
    • mengembangkan kemampuan berpikir kritis seperti: mendeskripsikan, menganalisis, menarik kesimpulan, menilai, melakukan penelitian, memecahkan masalah, dsb.
    • mengukur berbagai kemampuan yang sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik.
    • mengikuti kaidah penulisan soal.

    Langkah-langkah dalam pengembangan instrumen non tes (dilihat dari afektif dan psikomotor):

    1. Menentukan spesifikasi instrumen
    2. Menulis instrumen
    3. Menentukan skala pengukuran
    4. Menentukan penskoran
    5. Menelaah instrument
    6. Melakukan uji coba
    7. Menganalisis hasil uji coba
    8. Melaksanakan pengukuran
    9. Menafsirkan hasil pengukuran
  • Strategi Pembelajaran Ekspositori

    Pembelajaran Ekspositori

    Model pembelajaran ekspositori adalah model pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Roy Killen menamankan model ekspositori ini dengan istilah model pembelajaran langsung (dirrect intruction), karena dalam model ini materi pelajaran disampaikan langsung oleh guru. Siswa tidak dituntut untuk menemukan materi itu. Model ekspositori sama seperti model ceramah.  Kedua model ini menjadikan guru sebagai pemberi informasi (bahan pelajaran).

    Dominasi guru dalam kegiatan belajar-mengajar model ceramah lebih terpusat pada guru dari pada model ekspositori. Pada model ekspositori siswa lebih aktif dari pada model ceramah. Siswa mengerjakan latihan soal sendiri, mungkin juga saling bertanya dan mengerjakan bersama dengan siswa lain, atau disuruh membuatnya dipapan tulis. Metode Ekspositori adalah cara penyampaian pelajaran dari seorang guru kepada siswa di dalam kelas dengan cara berbicara di awal pelajaran, menerangkan materi dan contoh soal disertai tanya jawab.  

    Guru dapat memeriksa pekerjaan siswa secara individual, menerangkan lagi kepada siswa apabila dirasakan banyak siswa yang belum paham mengenai materi. Kegiatan siswa tidak hanya mendengar dan mencatat, tetapi siswa juga menyelesaikan latihan soal dan bertanya bila belum mengerti.

    Beberapa karakteristik model ekspositori, diantaranya: 

    1. model ekspositori dilakukan dengan cara menyampaikan materi pelajaran secara verbal, artinya bertutur secara lisan merupakan alat utama dalam melakukan model ini., oleh karena itu sering mengidentikanya dengan ceramah;
    2. materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafal sehinga tidak menuntut siswa untuk bertutur ulang;
    3. tujuan utama pembelajaran dalah penguasaan materi pelajaran itu sendiri. Artinya, setelah proses pembelajaran berakhir siswa diharapkan dapat memahaminya dengan benar dengan cara dapat mengungkapkan kembali materi yang sudah diuraikan.

    Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran ekspositori adalah suatu model pembelajaran yang cara penyampaian materinya secara langsung oleh guru kepada siswa dengan tujuan siswa dapat menguasai materi secara optimal. Materi yang pelajaran yang disampaikan oleh guru dalam model pembelajaran ekspositori biasanya materi pelajaran yang sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafal sehinga tidak menuntut siswa untuk bertutur ulang.

    Langkah-Langkah Pembelajaran Ekspositori.

  • Fungsi dan Peran Pancasila Bagi Bangsa Indonesia

    Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri dari berbagau suku dan ras. Ada sebuah landasan negara yang membuat perbedaan ini melekat yakni Pancasila. Namun Fungsi dan Peran Pancasila lebih dari sekedar semboyan Bhineka Tunggal Ika semata. Ada peran pancasila yang lebih luas dari semboyan yang digemgang burung garuda.

    Fungsi Pancasila

    Fungsi Pancasila bagi Kehidupan Bangsa Indonesia

    Sikap dan Perilaku setiap Individu

    Mengingat individu adalah anggota masyarakat dan negara,maka kesejahteraan,keutuhan dan keamanan masyarakat dan negara diawali dari sikap dan perilaku individu. Kalau etika dan norma dipahami,dipatuhi dan dilaksanakan oleh setiap individu maka tujuan hidup bermasyarakat dan bernegara pun dapat dengan mudah dapat dicapai.

    Kualitas masyarakat dan negara,ditentukan pula oleh kualitas individu,semakin baik kualitas individu maka semakin baik pula kualitas masyarakat dan negara. Setiap individu mempunyai kelebihan dan keterbatasan,mempunyai harapan dan keadaan yang berbeda,namun yang pasti kesejahteraan adalah tujuan setiap individu. Pancasila memberikan arahan dan pedoman dari kesejahteraan yang ideal yang diinginkan oleh setiap manusia yaitu kesejahteraan yang menyelaraskan antara harapan dan kenyataan,antara lain lahir dan batin,antara jasmaniah dan rohaniah,antara dunia dan akhirat.

    Pedoman Bermasyarakat

    Pancasila sangat memahami kodrat dan hakiki manusia selaku makhluk social yang senantiasa membutuhkan orang lain dalam hidup dan perkembangannya. Dalam sila ke-2 dan ke-5 dijelaskan secara rinci tentang etika bermasyarakat yaitu menghargai persamaan derajat,keseimbangan hak dan kewajiban,menjunjung nilai kemanusiaan,bekerja sama,bergotong-royong,gemar melakukan perbuatan-perbuatan luhur berdasarkan kekeluargaan gotong-royong,adil dan menghormati orang lain,suka menolong,sama-sama mewujudkan kemajuan yang merata dan adil.

    Pedoman Bernegara

    Negara merupakan alat yang mengatur atau mengendalikan persoalan-persoalan bersama atas nama masyarakat. Negara mempunyai kewenangan mengatur hubungan bermasyarkat demi tercapainya tujuan bersama. Kewenangan yang dimiliki negara tidak semaunya,seenaknya sendiri atau untuk kelompok tertentu,tetapi dikendalikan oleh Pancasila sebagai sumber hukum. Indonesia adalah negara Pancasila yaitu negara yang mengutamakan musyawarah dalm mengambil keputusan,selalu punyai iktikad baik dan rasa tanggung jawab alam melaksanakan tugas dan mengambil keputusan,menggunakan akal sehat dan hati nurani yang luhur,keputusan-keputusan yang diambil dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan YME,menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran,menempatkan persatuan,kesatuan,kepentingan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan. Melindungi segenap bangsa dan tanah air Indonesia,memajukan pergaulan demipersatuan dan kesatuan bangsa.

    Pancasila menjadi dasar hidup bernegara,menjadi semangat bernegara untuk mencapai kesejahteraan bersama,menjadi sumber dari segala sumber hukum yang berlaku di Indonesia,menjadi pedoman berperilaku semua unsur aparatur negara dalam melaksanakan beban,tugas dan tanggung jawab.