Blog

  • Makalah Pengertian dan Fungsi Kebijakan

    Pengertian dan Fungsi Kebijakan

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Kebijakan adalah kata yang mungkin sering kita dengar, kita ucapkan atau bahkan kita lakukan. Namun dalam konteksnya seringkali  kita belum memahami sepenuhnya apa sesungguhnya makna atau arti dari kata kebijakan tersebut, maka dari itu kita harus lihat apa sesungguhnya makna dari kebijakan. Ada bermacam-macam pendapat yang mengemukakan tentang konsep kebijakan, oleh karena itu kita memerlukan kesepakatan terlebih dahulu apa yang di maksud dengan kebijakan itu sendiri.

    Dalam pemahaman yang lebih definitive bahwa kebijakan (policy) menurut hough (1994) merupakan istilah yang sulit di pahami dan menuntut penjelasan yang lebih jauh karena istilah itu sering di gunakan dalam cara yang berbeda, dan untuk menunjukan fenomena yang beragam. Proses kebijakan di dasarkan pada asumsi bahwa kebijakan publik lebih terkait dengan  transformasi konflik kelompok dan nilai-nilai yang mendasarinya. Kebijakan tidak lahir begitu saja melainkan di lahirkan dalam konteks seperangkat nilai yang khusus, tekanan, dan dalam susunan struktur yang khusus, termasuk di dalamya kebutuhan dan aspirasi masyarakat sebagai sasaran kebijakan.

    Landasan utama yang mendasari suatu kebijakan adalah pertimbangan akal pikiran manusia. Tentunya suatu kebijakan bukan semata-mata merupakan hasil pertimbangan akal manusia, namun demikian ,akal manusia merupakan unsur yang dominan di dalam mengambil keputusan dari berbagai opsi dalam pengambilan keputusan kebijakan. Dalam pambahasan makalah kali ini kita akan mengkaji lebih lanjut mengenai makna serta fungsi dari kebijakan itu sendiri.

    B. Rumusan Masalah

    Dari latar belakang masalah di atas maka terdapat beberapa permasalahan yang timbul yaitu sebagai berikut :

    1.         Apa pengertian kebijakan ?

    2.         Apa fungsi kebijakan ?

    C.    TUJUAN PEMBUATAN MAKALAH

    Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas mata kuliah Kebijakan dan Regulasi Pendidikan, selain itu juga memberikan suatu informasi yang berhubungan dengan kebijakan yaitu :

    1.      Untuk mengetahui pengertian kebijakan.

    2.      Untuk mengetahui fungsi kebijakan.

    BAB II

    PEMBAHASAN

    A.    PENGERTIAN KEBIJAKAN

    a.      Arti dan Makna Kebijakan

    Kebijakan adalah terjemahan dari kata “wisdom” yaitu suatu ketentuan dari pimpinan yang  berbeda dengan aturan yang ada, yang di kenakan pada seeorang atau kelompok orang tersebut tidak dapat dan tidak mungkin memenuhi aturan yang umum tadi, dengan kata lain ia dapat perkecualian (Imron, 1996:17). Artinya wisdom atau kebijakan adalah suatu kearifan pimpinan kepada bawahan atau masyarakatnya. Pimpinan yang arif sebagai pihak yang menentukan kebijakan, dapat saja pengecualian aturan yang baku  kepada seseorang atau sekelompok orang, jika mereka tidak dapat dan tidak mungkin memenuhi aturan yang umum tadi, dengan kata lain dapat dikecualian tetapi tidak melanggar aturan.

    Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988) mengemukakan bahwa kebijakan adalah kepandaian , kemahiran, kebijaksanaan, rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis dasar dan dasar rencana dalam pelaksanaan pekerjaan, kepemimpinan dan cara bertindak oleh pemerintah, organisasi dan sebagainya sebagai pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip atau maksud sebagai garis pedoman untuk manajemen dalam mencapai sasaran.

    Berikut Pengertian kebijakan menurut bebepara ahli

    Istilah kebijakan yang dimaksud dalam buku ini disepadankan dengan kata policy yang dibedakan dengan kebijaksanaan (wisdom) maupun kebajikan (virtues). Budi Winarno dan Sholichin Abdul Wahab sepakat bahwa istilah ‘kebijakan’ ini penggunaannya sering dipertukarkan dengan istilah-istilah lain seperti tujuan (goals), program, keputusan, undang-undang, ketentuan-ketentuan, standar, proposal dan grand design. Bagi para policy makers (pembuat kebijakan) dan orang-orang yang menggeluti kebijakan, penggunaan istilah-istilah tersebut tidak menimbulkan masalah, tetapi bagi orang di luar struktur pengambilan kebijakan tersebut mungkin akan membingungkan. Seorang penulis mengatakan, bahwa kebijakan adalah prinsip atau cara bertindak yang dipilih untuk mengarahkan pengambilan keputusan.

    Menurut Ealau dan Kenneth Prewitt yang dikutip Charles O. Jones, kebijakan adalah sebuah ketetapan yang berlaku yang dicirikan oleh perilaku yang konsisten dan berulang, baik oleh yang membuatnya maupun oleh mereka yang mentaatinya (a standing decision characterized by behavioral consistency and repetitiveness on the part of both those who make it and those who abide it).

    Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memberikan definisi kebijakan sebagai pedoman untuk bertindak. Pedoman ini bisa amat sederhana atau kompleks, bersifat umum atau khusus, luas atau sempit, kabur atau jelas, longgar atau terperinci, bersifat kualitatif atau kuantitatif, publik atau privat. Kebijakan dalam maknanya yang seperti ini mungkin berupa suatu deklarasi mengenai suatu program, mengenai aktivitas-aktivitas tertentu atau suatu rencana.

    Richard Rose (1969) sebagai seorang pakar ilmu politik menyarankan bahwa kebijakan hendaknya dimengerti sebagai serangkaian kegiatan yang sedikit banyak berhubungan beserta konsekuensi-konsekuensinya bagi mereka yang bersangkutan daripada sebagai suatu keputusan tersendiri. Kebijakan menurutnya dipahami sebagai arah atau pola kegiatan dan bukan sekadar suatu keputusan untuk melakukan sesuatu.

    Koontz dan O’Donnell (1987) mengemukakan bahwa kebijakan adalah pernyataan atau pemahaman umum yang mempedomani pemikiran dalam mengambil keputusan.

    Sedangkan Anderson (1979) mengemukakan bahwa kebijakan merupakan bagian dari perencanaan yang mempersiapkan seperangkat keputusan baik yang berhubungan dengan dana, tenaga, maupun waktu untuk mencapai tujuan.

    Campbell mengemukakan kebijakan adalah batasan keputusan memandu masa depan (mann, 1975). Implikasi kebijakan menurut Mann (1975) mempersyarat dua hal. Pertama, sekelompok persoalan dengan dengan karakteristik tertentu. Kedua, implikasi dari karakteristik pembuatan kebijakan sebagai suatu proses. Jika di lihat dari sudut pembangunan pendidikan maka implikasi kebijakan pendidikan nasional adalah upaya peningkatan taraf dan mutu kehidupan bangsa dalam mengembangkan kebudayaan nasional, karenanya dalam pengambilan kebijakan selalu di temukan problem. Adapun karakteristik problem tersebut pada dasarnya adalah bersifat publik, sangat konsekuensial, sangat kompleks, di dominasi ketidakpastian, dan mencermiinkan ketidaksepakatan tentang tujuan yang dicapainya.

    Rich (1974) mengemukakan bahwa kebijakan tidak hanya mengatur sistem operasi secara internal, tetapi juga menyajikan pengaturan yang berhubungan dengan fungsi secara definitif di antara sistem.

    Menurut poerwadarminta (1984) kebijakan berasal dari kata bijak, yang artinya pandai, mahir, selalu menggunakan akal budi. Dengan demikian, kebijakan adalah kepandaian atau kemahiran.

    Dalam bahasa Arab, dikenal dengan kata arif yang artinya tahu/mengetahui; cerdik/pandai/berilmu. Dengan demikian, seorang yang bijak adalah yang arif, pandai, dan berilmu dalam bidangnya.

    Kebijakan adalah rangkaian konsep asas yang menjadi garis dasar dan dasar rencana dalam pelaksanaan pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak oleh pemerintah, organisasi, dan sebagainya sebagai pernyataan cita-cita tujuan, prinsip atau maksud sebagai garis pedoman untuk manajemen dalam pencapaian sasaran.[5]

    Dengan demikian dari berbagai pendapat tersebut dapat di simpulkan bahwa kebijakan (wisdom) adalah kepandaian, kemahiran kebijaksanaan, kearifan, rangkaian konsep, dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan di dasarkan atas suatu ketentuan dari pemimpin yang berbeda dari aturan yang ada, yang di kenakan pada  seseorang karena adanya alasan yang dapat di terima seperti untuk tidak memberlakukan aturan yang berlaku karena sesuatu alasan yang kuat.[6]

    Menurut Thomas Dye kebijakan sebagai pilihan pemerintah untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu. Sementara Lasswel dan Kaplan melihat kebijakan sebagai sarana untuk mencapai tujuan, menyebutkan kebijakan sebagai program yang diproyeksikan berkenaan dengan tujuan, nilai dan praktek.

     Dari pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa kebijakan mengandung arti :

    1.      Hasil produk keputusan yang di ambil bersama.

    2.      Adanya formulasi.

    3.      Pelaksanaanya adalah orang-orang dalam organisasi.

    4.      Adanya prilaku yang konsisten bagi para pengambil keputusan.

    Kebijakan penggunaannya sering di sama artikan dengan istilah-istilah lain seperti tujuan (goals), program, keputusan, undang-undang, ketentuan-ketentuan, usulan-usulan atau rancangan besar. Sedangkan menurut perserikatan bangsa-bangsa kebijakan adalah pedoman untuk bertindak, meliputi pedoman untuk bertindak, meliputi pedoman yang bersifat  sederhana sampai dengan yang kompleks, bersifat umum atau khusus, berdasarkan luas maupun sempit, transparan  maupun kabur (tidak jelas), terperinci maupun global. Dengan demikian pengertian kebijakan dapat di artikan sebagai serangkaian tindakan yang memiliki tujuan tertentu dengan di ikuti dan di laksanakan oleh seorang atau sekelompok pelaku guna memecahkan masalah tertentu dengan memproyeksikan program-program.

    b.      Model-Model Kebijakan Pendidikan

    Beberapa masalah kebijakan tidak dapat di pahami hanya dengan menggunakan metodologi kuantitatif, karena sifatnya khusus dan unik seperti kegiatan pembelajaran, peningakatan kualitas mengajar guru, penataan ruang kelas, supervisi pengajaran, perencanaan pengajaran dan kegiatan lainnya di sekolah. Metodologi  kualitatif di bidang pendidikan dapat di lakukan dengan mempelajari  permasalahan kebijakan  secara khusus dan secara rinci dan secara kasus per kasus di telusuri dengan pendekatan kualitatif seperti manajemen sekolah, manajemen kelas, peningkatan kualitas pengajaran, penggunaan fasillitas dan perlengkapan pembelajaran dan sebagainya. Pendekatan analisis kebijakan pada dasarnya menurut Suryadi dan Tilaar (1993:46) meliputi dua bagian besar yaitu pendekatan deskriptif dan pendekatan normatif dan kenyataan kedua metodologi tersebut di laksanakan dalam kegiatan analisis kebijakan. Istilah tipe-tipe model kebijakan menurut  Dunn (1981:116) terdiri dari enam model di antaranya model deskriptif dan normatif. Walaupun istilahnya berbeda-beda dalam ilmu pengetahuan pendekatannya selalu berkisar diantara kedua jenis tersebut. Untuk menganalisisinya menurut Dunn (1981:111) dapat di gunakan berbagai model kebijakan yaitu medel deskriptif, model normatif, model verbal, model simbolis, model prosedural, model sebagai pengganti dan perspektif.

    1.    Model deskriptif

    Model deskriptif menurut Suryadi dan Tilaar (1993:46) adalah suatu prosedur atau cara yang di pergunakan untuk penelitian dalam ilmu pengetahuan baik murni maupun terapan untuk menerangkan suatu gejala yang terjadi dalam masyarakat. Sedangkan menurut Cohn (1981) model deskriptif merupakan pendekatan positif yang di wujudkan dalam bentuk  upaya ilmu pengetahuan  menyajikan suatu “state of the art”atau keadaan apa adanya dari suatu gejala yang sedang di teliti dan perlu di ketahui para pemakai. Tujuan model deskriptif oleh Dunn memprediksikan atau menjelaskan sebab-sebab dan konsekwensi dari pilihan-pilihan kebijakan. Model ini di gunakan untuk memantau hasil-hasil dan aksi-aksi kebijakan seperti indikator angka partisipasi murni dan angka drop out yang di publikasikan.

    Sedangakan pada tingkat satuan pendidikan setiap kepala sekolah bersama guru dan komitme sekolah mempersiapkan strategi perolehan mutu yang rasional berdasarkan dukungan sumber daya yang ada di sekolah dengan menyajikan  keadaan apa adanya. Dengan model deskriptif adalah pendekatan positif yang di wujudkan dalam bentuk upaya ilmu pengetahuan manyajikan suatu “state of the art” atau keadaan apa  adanya dari suatu gejala yang sedang di teliti dan perlu di ketahui oleh para pemakai. Untuk mendeskripsikan suatu kebijakan menggunakan prosedur atau cara untuk penelitian baik murni maupun terapan untuk menerangkan suatu gejala yang terjadi dalam masyarakat.

    2.         Model Normatif

    Di antara beberapa  model jenis normatif yang sering di gunakan analisis kebijakan adalah model normatif yang membantu menentukan tingkat kapasitas pelayanan yang optimum (model antri), pengaturan volume dan waktu yang optimun (model inventaris), dan keuntungan yang optimum pada investasi publik (model biaya manfaat). Karena masalah-masalah keputusan normatif adalah mencari nilai-nilai variable terkontrol (kebijakan) akan menghasilkan manfaat terbesar (nilai), sebagaaimana terukur dalam variabel keluaran yang hendak di ubah oleh para pembuat kebijakan. Pendekatan normatif menurut Suryadi dan Tilaar (1993:47)[12] di sebut juga pendekatan prespektif yang merupakan upaya ilmu pengetahuan menawarkan suatu norma, kaidah, atau  resep yang dapat di gunakan oleh pemakai untuk memecahkan suatu masalah. Tujuan model normatif buakan hanya menjelaskan atau memprediksi tetapi juga memberi dalil dan rekomendasi untuk mengoptimalkan pencapaian beberapa utilitas (nilai). Juga membantu memudahkan para pemakai hasil penelitian, menentukan atau memilih salah satu cara atau prosedur yang paling efisien dalam memecahkan suatu masalah.

    Model normatif ini tidak hanya memungkinkan analisis atau pengambil kebijakan memperkirakan masa lalu, masa kini dan masa mendatang. Pendekatan normatif dalam analisis kebijakan di maksudkan untuk membantu para pengambil keputusan (Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota, dan Kepala Sekolah) memberikan gagasan hasil pemikiran agar para pengambil keputusan dapat memecahkan suatu masalah kebijakan. Pendekatan normatif di tekankan pada rekomendasi serangkaian tindakan yang akan datang (aksi) yang dapat menyelesaikan masalah-masalh pendidikan yang di butuhkan oleh masyarakat pada semua jenjamg dan jenis pendidikan.

    c.       Model verbal

    Model verbal dalam kebijakan di dekspressikan dalam bahasa sehari-hari, bukan hanya bahasa logika, simbolis dan matematika sebagai masalah substantif. Dalam menggunakan model verbal, analisis berstandar pada penilaian nalar untuk membuat prediksi atau penawaran rekomendasi. Penilaian nalar menghasilkan argumen kebijakan, bukan berbentuk nilai-nilai angka pasti. Model verbal secara relatif mudah di komunikasikan di antara para ahli dan orang awam, dan biayanya yang murah[13]. Keterbatasan model verbal adalah masalah-masalah yang di pakai untuk memberikan prediksi dan rekomendasi bersifat implisit atau tersembunyi,sehingga sulit untuk memahami dan memeriksa secara kritis argumen-argumen tersebut sebagai keseluruhan, karena tidak di dukung informasi atau fakta yang mendasarinya.

    d.      Model Simbolis

    Model simbolis menggunakan simbol-simbol matematis untuk menerangkan hubungan antara variabel-variabel kunci yang di percaya menciri suatu  masalah. Prediksi atau solusi yang optimal dari suatu masalah kebijakan di peroleh dari model-model simbolis dengan meminjam dan menggunakan metode-metode matematika, statistika dan logika. Memang model ini sulit di komunikasikan di antara orang awam, termasuk oleh para pembuat kebijakan, dan bahkan diantara para ahli pembuat model sering terjadi kesalah pahaman tentang elemen-elemen dasar dari model tersebut. Kelemahan praktis model simbolis adalah hasilnya tidak mudah diinterprestasikan, bahkan diantara para spesialis, karena asumsu-asumsinya tidak di nyatakan secara memadai.

    Model-model simbolis dapat memperbaiki keputusan kebijakan, tetapi hanya jika premis-premis sebagai pijakan penysun model di buat eksplisit dan jelas. Terlalu sering isi yang pokok menjadi model yang berdasarkan teori dan bukti tidak lebih dari rekonsepsi dan prasangka ilmuwan yang terselubung dalam kekuatan ilmiah dan di hiasi dengan simulasi komputer yang ekstensif.tanpa verivikasi empiris hanya ada sedikit jaminan bahwa hasil praktek semacam itu dapat diandalkan untuk tujuan kebijakan normatif.[14] Karena itu untuk penentuan kebijakan atas dasar angka-angka kuantitatif tidak cukup memadai untuk melakukan prediksi, masih perlu data kualitatif atau fakta-fakta yang real sebagai pertimbangan prediksi dan juga penentuan kebijakan.

    e.       Model Prosedural

    Model prosedural menampilkan hubungan yang dinamis antara variabel-variabel yang diyakini menjadi ciri suatu masalah kebijakan. Prediksi-prediksi dan solusi-solusi optimal di peroleh dengan cara mensimulasikan dan meneliti seperangkat hubungan yang mungkin, sebagai contoh: pertumbuhan ekonomi, konsumsi energi, angkatan kerja terdidik, penuntasan wajib belajar 9tahun, alokasi anggaran pemerintah untuk pembelajaran, dan suplay makanan dalam tahun-tahun mendatang yang tidak dapat diterangkan sercara baik, karena data-data dan informasiyang di perlukan tidak tersedia. Prosedur simulasi dan penelitian pada umumnya (meskipun tidak harus) diperoleh dengan bantuan komputer, yang diprogram untuk menghasilkan prdiksi-prediksi alternatif di bawah serangkaian konsumsi yang berbeda-beda.[15]

    Model prosedural dicatat dengan memanfaatkan model ekspresi yanng simbolis dalam penentuan kebijakan. Perbedaanya, simbolis menggunakan data aktual untuk memperkirakan hubungan antara variabel-variabel kebijakan dan hasil, sedangkan model prosediran adalam mensimulasikan hubungan antara variabel tersebut. Model prosedural dapat ditulis dalam bahasa nonteknis yang terpahami, sehingga memperlancar komunikasi antara orang-orang awam. Kelebihannya memungkinkan simulasi dan penelitian yang kreatif, kelemahannya sering mengalami kesulitan mencari data atau argumen yang dapat memperkuat asumsi-asumsinya, dan biaya model prosedural ini relatif tinggi di banding model verbal dan simbolis.

    Pada pemerintah desentralisasi sesuai UU No. 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah penggunaan model prosedural ini dalam pengambilan kebijakan ada tiga tatanan yakni untuk memenuhi standar nasional dilakukan oleh Depertemen Pendidikan Nasional, untuk membantu kebutuhan satuan pendidikan pada tingkat regional oleh pemerintah provinsi, dan untuk memenuhi anggaran, sarana dan prasarana, fasilitas dan perlengkapan, dan ketenagaan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota. Ketiga tataran ini mempunyai hubungan dengan jumlah variabel kebijakan pendidikan, sedangkan muara dari kebijakan pendidikan adalah satuan pendidikan. Untuk hal-hal tersebut diatas menunjukan bahwa satuan pendidikan bukanlah intitusi penentu kebijakan, tetapi sebagai sarana kebijakan.[16]

    f.       Model Sebagai Pengganti dan Perspektif

    Pendekatan perspektif menurut Suryadi dan Tilaar (1993:47)[17] merupakan upaya ilmu pengetahuanmenawarkan suatu norma, kaidah atau resep yang dapat digunakan oleh pemakai memecahkan suatu masalah khususnya masalah kebijakan. Preskipsi atau rekomendasi diidentikan dengan advokasi kebijakan, yang acapkali dipandang sebagai cara pembuat keputusan idiologis atau untuk menghasilkan informasi kebijakan yang relevan dan argumen-argumen yang masuk akal mengenai solusi-solusi yang memungkinkan bagi masalah publik. Jadi pengambilan kebijakan bukan atas kemauan atau kehendak para penentu kebijakan, tetapi memiliki alasan-alasan yang kuat dan kebijakan tersebut memang menjadi kebutuhan publik. Bentuk ekspresi dari model kebijakan lepas dari tujuan, menurut Dunn (1981:115) dapat di pandang sebagai pengganti (surrogates) atau sebagai perspektif (perspektives).

    Model pengganti (surrogates model) di asumsikan sebagai pengganti dari masalah-masalah substantif. Model pengganti mulai disadari atau tidak dari asumsi bahwa masalah formal adalah representasi yang sah dari masalah yang subtantif. Model perspektif didasarkan pada asumsi bahwa masalah formal tidak sepenuhnya mewakili secara sah masalah subtantif, sebaliknya model perspektif dipandang sebagai satu dari banyak cara lainyang dapat digunakan untuk merumuskan masalah subtantif. Pebedaan antara model pengganti dan perspektif adalah pentinga dalam analisis kebijakan publik. Kebanyakan masalah penting cenderung sulit di rumuskan. (ill structured).

    Karena kebanyakan struktur masalah kebijakan masalah publik adalah kompleks sehingga penggunaan model pengganti secara signifikan meningkatkan probabilitas kesalahan yaitu memecahkan formulasi yang salah dari suatu maslah ketika harus memecahkan masalah yang tepat.[18] Model formal tidak dapat dengan sendirinya  memberitahu  apakah memecahkan formulasi masalah kebijakan organisasi yang salah ketika harus memecahkan masalah yang tepat. Untuk memutuskan kibijakan pendidikan baik itu pada tatana nasional, regional, dan satuan pendidikan tentu mengacu pada suatu norma, kaidah atau resep yang dapat digunakan oleh pemakai memcahkan suatu masalah pendidikan. Hal ini penting, karena pemecahan masalah pendidikan ini harus di lakukan dengan tepat, jika tentu akan mendpatkan kerugian baik waktu, material dan juga pemyimpangan dari tujuan yang telah di tentukan.[19]

    B.     FUNGSI KEBIJAKAN

    Kebijakan merupakan pedoman untuk menentukan atau melaksanakan program dan kegiatan, adapun  fungsi dari kebijakan itu sendiri yaitu :

    1.      Memberikan petunjuk, rambu dan signal penting dalam menyusun program kegiatan.

    2.      Memberikan informasi mengenai bagaimana  srategi akan di laksanakan.

    3.      Memberikan arahan kepada pelaksana.

    4.      Untuk kelancaran dan keterpaduan upaya mencapai visi misi sasaran dan tujuan.

    5.       Menyelenggarakan pengelolaan urusan tata usaha.[20]

    BAB III

    PENUTUP

    A.    KESIMPULAN

    Setelah kita membaca tentang pengertian dari kebijakan tersebut maka dapat di simpulkan bahwa pada dasarnya kebijakan (wisdom) adalah kepandaian, kemahiran kebijaksanaan, kearifan, rangkaian konsep, dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan di dasarkan atas suatu ketentuan dari pemimpin yang berbeda dari aturan yang ada, yang di kenakan pada  seseorang karena adanya alasan yang dapat di terima seperti untuk tidak memberlakukan aturan yang berlaku karena sesuatu alasan yang kuat.

    Kebijakan penggunaannya sering di sama artikan dengan istilah-istilah lain seperti tujuan (goals), program, keputusan, undang-undang, ketentuan-ketentuan, usulan-usulan atau rancangan besar. kemudian istilah tipe-tipe model kebijakan menurut  Dunn (1981:116) terdiri dari enam model di antaranya model deskriptif dan normatif. Walaupun istilahnya berbeda-beda dalam ilmu pengetahuan pendekatannya selalu berkisar diantara kedua jenis tersebut. Untuk menganalisisinya menurut Dunn (1981:111) dapat di gunakan berbagai model kebijakan yaitu medel deskriptif, model normatif, model verbal, model simbolis, model prosedural, model sebagai pengganti dan perspektif.

    Adapun dari fungsi kebijakan yaitu :

    1.      Memberikan petunjuk, rambu dan signal penting dalam menyusun program kegiatan.

    2.      Memberikan informasi mengenai bagaimana  srategi akan di laksanakan.

    3.      Memberikan arahan kepada pelaksana.

    4.      Untuk kelancaran dan keterpaduan upaya mencapai visi misi sasaran dan tujuan.

    5.      Menyelenggarakan pengelolaan urusan tata usaha.

    B.     SARAN

    Demikian makalah yang dapat penulis sampaikan, tentunya dalam penyusunan makalah ini masih banyak kata-kata atau penyampaian yang kurang jelas ataupun dalam penyajiannya yang kurang lengkap, pastinya makalah ini jauh dari kata sempurna, maka kritik dan saran sangatlah penulis harapkan untuk menjadikan pelajaran pada masa mendatang.

    DAFTAR PUSTAKA

    Dr. H. Ahmad Rusdiana,M.M. 2015. Kebijakan Pendidikan “ dari Filosofi ke Implementasi, BANDUNG : Pustaka Setia
    Ir. Agustinus Hermino, S.P., M.Pd. 2014. Kepemimpinan Pendidikan di Era Globallisasi, Yogyakarta : PUSTAKA PELAJAR

    Sagala,Syaiful.2009.Administrasi Pendidikan Kontemporer. Cetakan ke 5. Bandung: Alfabeta

    https://iwansmile.wordpress.com/konsep-kebijakan di akses pada kamis 24 September 2015 pukul 09.48 WIB

    https://oktaseiji.wordpress.com/2011/04/24/kebijakan-pendidikan-di-indonesia/? di akses pada 24 september 2015 pukul 10.03 WIB

  • Makalah Penyakit Menular Malaria

    Penyakit Menular Malaria

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Penyakit malaria berasal dari benua afrika. Malaria merupakan penyakit akibat udara atau musim yang buruk. Tahun 1880 penyebab penyakit malaria ditemukan oleh Laveran. Penyebabnya adalah sebuah parasit yang hidup dalam sel darah manusia. Kemudian Ross menemukan bahwa parasit itu ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Nyamuk anopheles hidup di daerah pantai, hutan, perkebunan, rawa dan persawahan, nyamuk ini juga menyukai air yang kotor.

    Penyakit malaria tersebar di seluruh dunia, khususnya di daerah  beriklim panas dimana parasit Plasmodium dapat berkembang baik. Daerah selatan Sahara di Afrika dan Papua Nugini di Oceania merupakan tempat-tempat dengan angka kejadian malaria tertinggi.

    Di Indonesia penderita malaria mencapai 1-2 juta orang pertahun, dengan angka kematian sebanyak 100 ribu jiwa. Kasus tertinggi penyakit malaria adalah daerah papua, akan tapi sekitar 107 juta orang Indonesia tinggal di daerah endemis malaria yang tersebar dari Aceh sampai Papua, termasuk di Jawa yang padat penduduknya (Adiputro,2008).

    Malaria dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi yaitu bayi, anak balita, ibu hamil. selain itu malaria secara langsung menyebabkan anemia dan dapat menurunkan produktivitas kerja.

    Dewasa ini upaya pemberantasan penyakit malaria dilakukan melalui, pemberantasan vektor penyebab malaria (nyamuk Anopheles) dan dilanjutkan dengan melakukan pengobatan kepada mereka yang diduga menderita malaria atau pengobatan juga sangat perlu diberikan pada penderita malaria yang terbukti positif secara laboratorium. Dalam hal pemberantasan malaria selain dengan pengobatan langsung juga sering dilakukan dengan jalan penyemprotan rumah dan lingkungan sekeliling rumah dengan racun serangga untuk membunuh nyamuk dewasa, upaya lain juga dilakukan untuk memberantas larva nyamuk.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan yang dikemukakan dalam latar belakang, maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh mengenai :

    a.   Apa pengertian dari Penyakit Malaria ?

    b.   Apa saja jenis-jenis parasit penyebab penyakit malaria ?

    c.   Bagaimana siklus hidup nyamuk anopheles?

    d.   Bagaimana Mekanisme penularannya?

    e.   Bagaiman cara pencegahan dan pengobatannya?

    C.  Tujuan Makalah

    a.   Mengetahui pengertian dari Penyakit Malaria.

    b.   Mengetahui jenis-jenis parasit penyebab penyakit malaria.

    c.   Mengetahui siklus hidup nyamuk anopheles.

    d.   Mengetahui Mekanisme penularannya.

    e.   Mengetahui cara pencegahan dan pengobatannya.

    D.  Kegunaan Makalah

    1.   Manfaat teoritis

    Sebagai sumber informasi yang dapat dipergunakan untuk penelitian selanjutnya.

    2.   Manfaat praktis

    Memberi informasi kepada masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan mengetahui berbagai jenis parasit penyebab Penyakit Malaria.

    E.  Metode Penulisan

    1.   Metode penulisan pada makalah ini penulis menggunakan studi leteratur yang bersumber dari internet dan buku.

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    Malaria sudah dikenal sejak 3000 tahun yang lalu. Seorang ilmuan Hippocrates (400-377 SM) Sudah membedakan jenis-jenis malaria.  Alphonse Laveran (1880) menemukan plasmodium sebagai penyebab malaria, dan Ross (1897) menemukan perantara malaria adalah nyamuk anopheles.

    Penyakit malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh plasmodium falsifarum, plasmodium vivax, plasmodium malariae, plasmodium ovale dan yang mix atau campuranyang penularannya melalui gigitan nyamuk anopheles betina (Kemenkes,2011).

    Menurut Hiswani (2004) Penyakit malaria adalah salah satu penyakit yang penularannya melalui gigitan nyamuk anopheles betina. Berdasarkan survai unit kerja SPP (serangga penular penyakit) telah ditemukan di Indonesia ada 46 species nyamuk anopheles yang tersebar diseluruh Indonesia. 

    Penyakit malaria yang kambuh disebabkan oleh reaktivasi fase laten hipnozoit P vivax dan P ovale (Wilson, 2001).

    Di Indonesia penderita malaria mencapai 1-2 juta orang pertahun, dengan angka kematian sebanyak 100 ribu jiwa. Kasus tertinggi penyakit malaria adalah daerah papua, akan tapi sekitar 107 juta orang Indonesia tinggal di daerah endemis malaria yang tersebar dari Aceh sampai Papua, termasuk di Jawa yang padat penduduknya (Adiputro,2008).

    BAB III

    PEMBAHASAN

    1.  Penyakit Malaria

    Penyakit malaria merupakan penyakit infeksi parasit yang bersifat akut maupun kronik, menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual di dalam darah. Plasmodium protista eukariotik yang ditularkan oleh nyamuk adalah penyebab utama dari penyakit malaria. Didalam tubuh manusia penyakit ini bersembunyi dan berkembang biak didalam hati (liver). Menginfeksi sel darah merah sehingga menyebabkan gejala Seperti demam, menggigil, anemia, sakit kepala dan pembesaran limpa. yang mana pada kasus yang parah akan mengarah ke koma (tidak sadarkan diri) dan kematian. Infeksi malaria dapat berlangsung tanpa komplikasi ataupun mengalami komplikasi sistemik yang dikenal sebagai malaria berat.

    Penyakit ini disebabkan oleh parasit malaria yang merupakan golongan PlasmodiumParasit protozoa penyebab penyakit malaria ini ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Protozoa parasit jenis ini banyak sekali tersebar di wilayah tropis dan subtropis, terutama di daerah yang berhutan dan mempunyai iklim basah, seperti di Amerika, Asia dan Afrika.

    2.   Jenis-jenis Parasit Penyebab Penyakit Malaria

                    Penyebab penyakit malaria adalah genus plasmodia family plasmodiidae dan ordo

           coccidiidae. Sampai saat ini di Indonesia dikenal 4 macam parasit malaria yaitu: 

    a.  Plasmodium vivax penyebab malaria tertina.

    Masa Inkubasi 12-17 hari, kadang-kadang lebih panjang 12-20 hari biasanya tanpa gejala. Simptomatis Didahului dengan gejala nyeri kepala, nyeri pinggang, mual dan muntah, Badan lesu, rasa ngantuk karena ada gangguan oksigen di otak, demam ( mula-mula demam tidak teratur kemudian demam mulai teratur setiap 48 jam sekali, timbul setiap hari ke tiga. Demam timbul waktu siang atau sore hari dan suhu badan dapat mencapai 41°C). pada perabaan limpa mulai dapat membengkak, manifestasi klinik Pada malaria vivax dapat berlangsung secara berat tetapi kurang membahayakan. 

    Malaria tersiana di Indonesia tersebar hampir diseluruh pulau. Ini merupakan jenis malaria terbanyak yang ditemukan di daerah-daerah berjangkitnya malaria.

    b.  Plasmodium malaria penyebab malariae quartana.

    Malaria ini banyak dijumpai didaerah Afrika, Amerika Latin, tetapi jarang ditemui di Indonesia. Penyebarannya tidak seluas P. vivax dan P. falciparum. Masa inkubasi 18-40 hari. Manifestasi klinik seperti pada malaria vivax hanya berlangsung lebih ringan. Biasanya tanpa gejala, sering ditemukan secara kebetulan saat pemeriksaan darah dan dalam sel darah merah ditemukan parasit malaria. Demam teratur setiap hari ke empat (72 jam sekali), penyakit ini dapat menggangu ginjal dan berlangsung menahun. Semakin lama kerusakan maka ginjalnya semakin parah, sehinga sel dan jaringan ginjal rusak dan mati, Gejala gangguan ginjalnya lebih berat dari pada penyakit lainnya. Limpa membengkak sangat besar.

    Prognosa umumnya baik, namun penyakit ini dapat kambuh kembali sepuluh tahun kemudian. Orang yang pernah terkena penyakit ini sewaktu muda, suatu waktu mengalami demam Seperti gejala penyakit malaria, maka perlu pemeriksaan darah untuk menemukan parasit malarianya.

    c.  Plasmodium ovale

    Merupakan bentuk yang paling ringan dari semua jenis malaria dan dapat sembuh dengan sendirinya serta jarang kambuh.

     Masa inkubasi 11-16 hari, Apabila terjadi infeksi campuran dengan plasmodium lain, maka P.ovale tidak akan tampak di darah tepi tetapi plasmodium yang lain yang akan ditemukan. Gejala klinis hampir sama dengan malaria vivax.

    d.  Plasmodium Falciparum penyebab malaria tropika yang sering menyebabkan malaria yang berat.

    Jenis malaria ini tersebar luas di semua pulau di Indonesia. Masa inkubasi 9-14 hari. Malaria  tropika merupakan bentuk yang paling berat (ganas), diitandai dengan sakit kepala, pegal linu dan sakit pinggang, lengan dan tungkai dingin, mual dan muntah, kadang-kadang disertai diare, demam ringan, limpa dan hati membengkak, gangguan pada ginjal.

    Jika tidak diobati penyakit ini akan berlanjut terus dan semakin parah. Dan ketika sudah menyerang otak akan timbul kejang dan lumpuh, serta kesadaran menurun bahkan dalam kondisi tertentu penderita bisa sampai meninggal. Tetapi penyakit ini masih bisa disembuhkan dengan cara penambahan takaran dan pengobatan, Seperti penambahan antibiotic atau campuran berbagai anti malaria.

    3.   Siklus Hidup Nyamuk Anopheles

    Semua serangga termasuk nyamuk, dalam siklus hidupnya mempunyai tingkatan-tingkatan yang kadang-kadang antara tingkatan yang satu dengan tingkatan berikutnya terlihat sangat berbeda. Berdasarkan tempat hidupnya dikenal dua tingkatan kehidupan yaitu :

    a.   Tingkatan di dalam air.

    b.   Tingkatan di luar temp at berair (darat/udara).

    Untuk kelangsungan hidup nyamuk diperlukan air, Jika tidak ada air maka siklus hidup nyamuk akan terputus. Tingkatan kehidupan yang berada di dalam air ialah : telur, jentik dan kepompong. Setelah satu atau dua hari telur berada didalam air maka telur akan menetas dan keluar jentik. Jentik yang baru keluar dari telur masih sangat halus seperti jarum. Dalam pertumbuhannya jentik anopheles mengalami pelepasan kulit sebanyak empat kali.

    Waktu yang diperlukan untuk pertumbuhan jentik antara 8-10 hari tergantung pada suhu, keadaan makanan serta species nyamuk. Dari jentik akan tumbuh menjadi kepompong (pupa) yang merupakan tingkatan atau stadium istirahat dan tidak makan. Pada tingkatan kepompong ini memakan waktu satu sampai dua hari. Setelah cukup waktunya, dari kepompong akan keluar nyamuk dewasa yang telah dapat dibedakan jenis kelaminnya.

    Setelah nyamuk bersentuhan dengan udara, tidak lama kemudian nyamuk tersebut telah mampu terbang, yang berarti meninggalkan lingkungan berair untuk meneruskan hidupnya didarat atau udara. Dalam meneruskan keturunannya. Nyamuk betina kebanyakan kawin satu kali selama hidupnya. Biasanya perkawinan terjadi setelah 24 -48 jam dari saat keluarnya dari kepompong.

               4.   Mekanisme Penularan

    Sebagian besar nyamuk anopheles akan mengigit pada waktu senja, atau pada waktu malam hari. Pada beberapa jenis nyamuk puncak gigitannya adalah tengah malam sampai fajar. Plasmodium akan mengalami dua siklus, siklus aseksual (skizogoni) terjadi pada tubuh manusia. Sedangkan siklus seksual (sporogoni) terjadi pada nyamuk.

    Parasit berkembang biak secara aseksual dalam tubuh manusia, Dimulai dengan bersatunya gamet jantan dan betina untuk membntuk ookinet dalam perut nyamuk. Ookinet akan menembus dinding lambung untuk membentuk kista di selaput luar lambung nyamuk. 

    Waktu yang diperlukan sampai pada proses ini adalah 8-35 hari, tergantung dari situasi lingkungan dan jenis parasitnya. Pada tempat inilah kista akan membentuk ribuan sporozoit yang terlepas dan kemudian tersebar ke seluruh organ nyamuk termasuk kelenjar ludah nyamuk.

    Pada kelenjar inilah sporozoit menjadi matang dan siap ditularkan,  Nyamuk anopheles yang didalam tubuhnya mengandung parasit menggigit manusia. Sporozoit masuk kedalam darah melalui gigitan tersebut. Manusia yang tergigit nyamuk infektif akan mengalami gejala sesuai dengan jumlah sporozoit, kualitas plasmodium dan daya tahan tubuhnya. Sporozoit akan memulai stadium eksoeritrositer dengan masuk ke sel hati. Di hati sporozoit matang menjadi skizon  yang akan pecah dan melepaskan merozoit jaringan. Merozoit akan memasuki aliran darah dan menginfeksi aliran darah untuk memulai siklus eritrositer. Merozoit dalam eritrosit akan mengalami perubahan morfologi yaitu :

    merozoit         bentuk cincin         trofozoit          merozoit 

    proses perubahan ini memerlukan waktu 2-3 hari. Diantara merozoit-merozoit tersebut akan ada yang berkembang membentuk gametosit untuk kembali memulai siklus seksual menjadi mikrogamet (jantan) dan mikrogamet (betina). Eritrosit yang terinfeksi biasanya pecah yang bermanifestasi pada gejala klinis. Jika ada nyamuk yang menggigit manusia yang terinfeksi ini, maka gametosit yang ada pada darah manusia akan terhisap oleh nyamuk.

    Penularan malaria dapat terjadi secara alamiah melalui gigitan nyamuk anopheles atau malaria bawaan (congenital) yang Terjadi pada bayi yang baru dilahirkan karena ibunya menderita malaria, penularan terjadi melalui tali pusat atau placenta.

    Secara mekanik Penularan terjadi melalui transfusi darah atau melalui jarum suntik yang tidak steril lagi. Cara penularan ini pernah dilaporkan terjadi disalah satu rumah sakit di Bandung pada tahun 1981, pada penderita yang dirawat dan mendapatkan suntikan intra vena dengan menggunakan alat suntik yang dipergunakan untuk menyuntik beberapa pasien, dimana alat suntik itu seharusnya dibuang sekali pakai (disposeble).

               5.   Gejala Yang Timbul Akibat Penyakit Malaria

            gejala klinis dengan gejala utama demam mengigil secara berkala dan sakit kepala

       kadang-kadang dengan gejala klinis lain sebagai berikut:

    a.  Badan terasa lemas dan pucat karena kekurangan darah dan berkeringat.

    b.  Nafsu makan menurun.

    c.   Mual-mual kadang-kadang diikuti muntah.

    d.  Sakit kepala yang berat, terus menerus, khususnya pada infeksi dengan plasmodium Falciparum.

    e.  Dalam keadaan menahun (kronis) gejala diatas, disertai pembesaran limpa.

    f.    Malaria berat, seperti gejala diatas disertai kejang-kejang dan penurunan.

    g.  Pada anak, makin muda usia makin tidak jelas gejala klinisnya tetapi yang menonjol adalah diare dan pucat, karena anemia serta berasal dari daerah malaria.

    Gejala klasik malaria, biasanya terdiri atas 3 stadium yang berurutan yaitu:

    1)  Stadium dingin (cold stage)

    menggigil dan perasaan yang sangat dingin. Gigi gemeretak dan penderita biasanya menutup tubuhnya dengan segala macam pakaian dan selimut yang tersedia, nadi cepat tetapi lemah. Bibir dan jari pucat kebiru-biruan, kulit kering. Penderita mungkin muntah dan pada anak-anak sering terjadi kejang. Stadium ini berlangsung antara 15 menit sampai 1 jam.

    2)  Stadium demam (Hot stage)

    Setelah merasa kedinginan, pada stadium ini penderita merasa kepanasan. Muka merah, kulit kering dan terasa sangat panas seperti terbakar, sakit kepala dan muntah, nadi menjadi kuat lagi. suhu badan dapat meningkat sampai 41°C atau lebih. Stadium ini berlangsung antara 2 sampai 4 jam. Demam disebabkan oleh pecahnya sison darah yang telah matang dan masuknya merozoit darah kedalam aliran darah.

    Pada plasmodium vivax dan P. ovale sison-sison dari setiap generasi menjadi matang setiap 48 jam sekali sehingga demam timbul setiap tiga hari terhitung dari serangan demam sebelumnya. Nama malaria tertiana bersumber dari fenomena ini. Pada plasmodium malariaa, fenomena tersebut 72 jam sehingga disebut malaria P. vivax/P. ovale, hanya interval demamnya tidak jelas. Serangan demam di ikuti oleh periode laten yang lamanya tergantung pada proses pertumbuhan parasit dan tingkat kekebalan yang kemudian timbul pada penderita.

    3)  Stadium berkeringat (sweating stage).

    Pada stadium ini penderita berkeringat banyak sekali sampai-sampai tempat tidurnya basah. Suhu badan meningkat dengan cepat, kadang-kadang sampai dibawah suhu normal. Penderita biasanya dapat tidur nyenyak. Pada saat bangun dari tidur merasa lemah tetapi tidak ada gejala lain, stadium ini berlangsung antara 2 sampai 4 jam. Gejala-gejala yang disebutkan diatas tidak selalu sama pada setiap penderita, tergantung pada species parasit dan umur dari penderita, gejala klinis yang berat biasanya teljadi pada malaria tropika yang disebabkan oleh plasmodium falciparum.

    6. Cara Pencegahan dan Pengobatan

    Cara pencegahan, pemahaman tentang kebiasaan dan perilaku nyamuk Anopheles betina sangat berguna dalam pencegahan penyakit. Tempat-tempat rawa dan lingkungan mikro yang tenang dapat mendukung perkembangbiakan nyamuk Anopheles. Menghindari tempat yang dipenuhi nyamuk dan membersihkan tempat perindukannya dapat mengurangi kemungkinan gigitan nyamuk.

    Tindakan pencegahan untuk menghindarkan diri dari gigitan nyamuk yaitu dengan cara tidur menggunakan kelambu, pemasangan kasa nyamuk pada ventilasi rumah, Kulit dibaluri obat anti nyamuk, memelihara ikan pemakan jentik nyamuk dll.

    Pengobatan malaria bertujuan untuk pencegahan terhadap pemindahan parasit (pemutusan rantai penularan). cara pengobatan dapat dilakukan dengan cara pemberian obat anti malaria (dengan resep dokter), memberikan obat tambahan Seperti analgetik dan antipiretik. Jika terjadi gangguan fungsi hati, ginjal, otak maka pasien membutuhkan perawatan rumah sakit.

    Dalam pengobatan malaria terapi antiplasmodium dan perawatan suportif sangat penting untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas. Klorokuin merupakan obat anti malaria yang efektif terhadap P. falciparum yang sensitive terhadap klorokuin. Keuntungannya tidak  menyebabkan hipoglikemi dan tidak mengganggu kehamilan. Namun, dengan meluasnya  resistensi terhadap klorokuin, maka obat ini sudah jarang dipakai untuk pengobatan malaria berat. Kona merupakan obat anti-malaria yang sangat efektif untuk semua jenis plasmodium dan dipilih sebagai obat utama untuk menangani malaria berat karena masih berefek kuat terhadap P.falciparum yang resisten terhadap klorokuin. Meskipun kona dapat digunakan pada  masa kehamilan, tetapi dapat menyebabkan kontraksi uterus dan memberikan kontribusi untuk hipoglikemia (Wilson,2001). 

    BAB IV

    KESIMPULAN DAN SARAN

    A.  Kesimpulan

    Berdasarkan hasil uraian dari BAB I – BAB III maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

    Penyakit malaria merupakan penyakit infeksi parasit yang bersifat akut maupun kronik dan menyerang eritrosit. disebabkan oleparasit  malaria  yang merupakan golongan PlasmodiumParasit protozoa penyebab penyakit malaria ini ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina.

    Berdasarkan tempat hidupnya dikenal dua tingkatan kehidupan yaitu di air dan ditanah/udara. Penularan malaria dapat terjadi secara alamiah melalui gigitan nyamuk anopheles atau malaria bawaan (congenital), Secara mekanik Penularan terjadi melalui transfusi darah atau melalui jarum suntik yang tidak steril lagi. gejala klinis dengan gejala utama demam mengigil secara berkala dan sakit kepala kadang-kadang dengan gejala klinis lain Seperti Badan terasa lemas, Nafsu makan menurun, berkeringat dan pucat karena kekurangan darah.

    untuk menghindarkan diri dari gigitan nyamuk yaitu dengan cara tidur menggunakan kelambu, Kulit dibaluri obat anti nyamuk, memelihara ikan pemakan jentik nyamuk dll. cara pengobatan dapat dilakukan dengan cara pemberian obat anti malaria (dengan resep dokter), memberikan obat tambahan Seperti analgetik dan antipiretik.

    B.  Saran

    Diharapkan pemerintah agar lebih memperhatikan dan melakukan penanggulangan terhadap penyakit ini. Seperti Melakukan penyuluhan secara intensif guna memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang cara mencegah dan menanggulangi malaria yaitu dengan memasang kasa nyamuk pada ventilasi rumah, menggunakan kelambu dan menggunakan obat anti nyamuk waktu tidur. Melakukan kegiatan surveilens malaria secara menyeluruh, baik pemantauan parasit dan spesies vektor serta kepadatan vektor malaria.

    DAFTAR PUSTAKA

    Widoyono, Penyakit Tropis Epid. Penularan, Pencegahan dan Pemberantasannya, Penerbit Erlangga, Semarang. 2005

    Supartini,N,T,Ilmu Penyakit Untuk Siswa Sekolah Pengatur Rawat Gigi, Depkes RI, Tasikmalaya. 1996

    Sutawanir. D., Metode Survei Sampel. Penerbit Karunika, UT, Jakarta. 1986

    Depkes RI. Malaria Direktorat Jenderal Pencegahan dan pemberantasan Penyakit Menular dan Lingkungan Pemukiman, Jakarta. 1995

  • Contoh Telaah Kritis untuk Disain Penelitian Survey

    “Telaah Kritis untuk Disain Penelitian Survey ( Cross-Sectional)”

    Pertanyaan umum

    1. Adakah keterangan yang lengkap mengenai subyek penelitian?

    Sampel atau subyek penelitian yang diambil yaitu ibu yang memiliki balita berusia 6-24 bulan di lingkungan kelurahan Kampung Kajanan Kecamatan Buleleng yang berjumlah 78 orang.

    2. Apakah metoda sampling sudah benar ?

    Ya..!! karena Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik simple random sampling, dengan perhitungan jumlah sampel menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Issac and Michael (Arikunto, 2010). Dalam menentukan banyaknya jumlah sampel dari keseluruhan jumlah populasi yang ada mempergunakan rumus sebagai berikut :

    S = λ².N.P.Q

    d²(N-1)+λ².P.Q

    Berdasarkan perhitungan jumlah sampel maka besar sampel dalam penelitian ini adalah 78 orang.

    3. Apakah ”response rate” nya tinggi ?

    Pengumpulan data dilaksanakan langsung dari sampel penelitian dengan teknik wawancara dengan berbantuan kuesioner sehingga diproleh data primer. Data primer yang diambil meliputi :

    a.       identitas responden (yang terpilih sebagai sampel yang merupakan ibu yang memiliki balita usia 6 -24 bulan di wilayah Kelurahan Kampung Kajanan, Kecamatan Buleleng. Usia responden dikategorikan menjadi 3, yaitu < 20 tahun, 21 – 30 tahun dan > 30 tahun).

    b.      Tingkat penghasilan keluarga responden yang dikelompokkan menjadi 3 kategori, yaitu penghasilan <500 ribu rupiah, 500 ribu-1 juta rupiah, dan > 1 juta rupiah.

    c.       Status pekerjaan.

    d.      Data pemberian asi ekslusif.

    cara pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti dengan tehnik wawancara dan kuesioner memiliki beberapa kelebihan yaitu bisa membangun hubungan dan memotivasi responden, mengklarifikasi pertanyaan dan memperoleh data yang banyak sehingga metode wawancara memiliki tingkat respon “response rate” yang baik. Dimana dalam penelitiannya peneliti mendapatkan tingkat respon yang tinggi.

    Pertanyaan spesifik

         1.      Apakah disain penelitian sudah sesuai tujuan penelitian ?

    Ia, karena Berdasarkan hasil uji korelasi diketahui bahwa nilai signifikansi atau p = 0,000 atau lebih kecil dari 0,05, hal ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pemberian ASI Eksklusif dengan status gizi balita usia 6-24 bulan.

          2.      Apakah penelitian nampak telah direncanakan dengan matang ?

    Penelitian nampak telah direncanakan dengan matang dimana dalam penelitian tercantumkan tempat dan waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Buleleng I, Kabupaten Buleleng, dimana tempat penelitian ini adalah di Kelurahan Kajanan, Kecamatan Buleleng pada bulan Agustus dan September 2012.

          3.      Apakah kemungkinan terjadinya bias seleksi sudah dipertimbangkan oleh peneliti ?

    Ia, karena jumlah sampel memiliki ukuran yang cukup besar dari populasi yang berjumlah 98 orang,  Berdasarkan perhitungan jumlah sampel maka besar sampel dalam penelitian ini adalah 78 orang. Dengan besarnya ukuran sampel maka dapat diperoleh nilai rata-rata yang baik sehingga sampel yang digunakan telah mewakili populasi dan tidak terjadi bias seleksi.

          4.      Apakah kesimpulan dibuat dengan benar sesuai tujuan penelitian ?

    Kesimpulan yang diberikan oleh peneliti dibuat sesuai dengan tujuan dari dilakukannya penelitian ini. Dimana tujuan dari penelitian ini adalah peneliti ingin mengetahui hubungan pemberian ASI Eksklusif dengan status gizi balita usia 6-24 bulan di Kelurahan Kampung Kajanan Kecamatan Buleleng. 

    Dan kesimpulan yang diberikan oleh peneliti adalah sebagai berikut : dapat disimpulkan ada hubungan antara pemberian ASI Eksklusif dengan status gizi balita usia 6-24 bulan, dimana ibu yang memberikan ASI Eksklusif akan semakin baik status gizi balitanya dari pada ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif kepada balita yang berusia 6 – 24 bulan.

         5.      Apakah hasil penelitian dapat digeneralisasi ?

    Ya, karena sampel yang diambil mewakili jumlah responden yang menunjukkan adanya kecenderungan bahwa ibu yang memberikan ASI Eksklusif, cenderung memiliki balita dengan status gizi lebih baik dari pada ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif. Hal ini terlihat bahwa ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif, sebanyak 9 % memiliki balita dengan status gizi diatas garis merah dan 1,3 % memiliki balita dengan status gizi di bawah garis merah, sedangkan pada ibu yang memberikan ASI Eksklusif, sebanyak 74,4 % memiliki balita dengan status gizi diatas garis merah dan 15,4% memiliki balita dengan status gizi di bawah garis merah.

  • Contoh Makalah Kesehatan Reproduksi Mengenai Transseksual atau Transgender

    Kesehatan Reproduksi Mengenai transseksual atau transgender

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Dari zaman ke zaman manusia terus semakin berkembang. Menurut teori gabungan (konvergensi) menyebutkan bahwa perkembangan individu ditentukan oleh faktor yang telah dibawa sejak lahir (faktor endogen) maupun faktor lingkungan sebagai factor eksogen . Dari faktor endogen dan eksogen tersebut menjadikan individu dikatakan sebagai orang yang ‘normal dan ’abnormal’.

    Di pandangan masyarakat umum, hanya ada satu orientasi seksual yang bisa diterima, yaitu heteroseksual. Penjabaran dari hubungan antara dua manusia dengan jenis kelamin yang berbeda, pria dan perempuan. Namun tidak bisa dipungkiri bahwa ada kaum yang dikatakan ‘berbeda’ yang juga hidup di tengah masyarakat. 

    Gender adalah perbedaan peran, fungsi, dan tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan yang merupakan hasil konstruksi sosial, dan dapat berubah sesuai dengan perkembangan jaman. Identitas gender adalah sebuah persepsi atau penghayatan subyektif seseorang tentang gender mereka, sehingga dirinya memiliki identifikasi psikologis di otak sebagai “pria” atau “perempuan”. 

    Transeksual, atau secara global disebut dengan transgender, adalah seseorang yang memiliki keinginan yang telah matang untuk merubah gender secara medis, operatif, dan sah, hingga memungkinkan mereka untuk hidup sebagai anggota dengan kebalikan gender (opposite sex) dari yang mereka miliki. Dengan kata lain, mereka yang terlahir sebagai pria pada suatu saat merasa bahwa dirinya adalah seorang perempuan secara emosional namun terjebak dalam tubuh yang salah. Begitupun sebaliknya, secara emosional dirinya adalah pria namun terlahir dengan tubuh perempuan. Hingga akhirnya keinginan untuk merubah identitas fisik pun dilakukan agar dirinya merasa nyaman dan sempurna.

     Indonesia termasuk salah satu Negara dengan jumlah transesual (aria) yang besar. Saat ini keberadaan waria, khususnya di Indonesia tidak diakui dan adanya deskriminatif terhadap komunitas ini karena adanya stigma negative masyarakat tentang mereka. Komonitas waria sampai saat ini keberadaannya masih diasingkan dari ruang social, budaya maupun politik, dimana deskriminatif terjadi dimana-mana. Walau reformasi dan perkembangan menuju masyarakat demokratis telah terbuka, namun hingga kini masih banyak diskriminasi terhadap hak asasi manusia dan pluralisme yang masih banyak terjadi di Indonesia. Tidak hanya dalam segi kebebasan beragama, kelompok minoritas yang memiliki orientasi seksual dan identitas gender yang berbeda pun masih jauh dari bentuk perlindungan.

    B.  Rumusan Masalah

    1.   Apa yang disebut transeksual ?

    2.   Bagaimana transeksual menurut pandanagn kesehatan ?

    3.   Bagaimana transeksual menurut pandangan hukum  RI ?

    4.   Bagaimana Transeksual menurut pandangan Agama ?

    C.  Tujuan Makalah

    1.   Untuk mengetahui pengertian transeksual.

    2.   Untuk mengetahui transeksual menurut pandangan kesehatan.

    3.   Untuk mengetahui transeksual menurut pandangan hukum RI.

    4.   Untuk mengetahui transeksual menurut pandangan agama.

    D.  Manfaat Makalah

    Manfaat makalah ini adalah adalah pembaca dapat mengerti tentang transeksual atau secara global disebut transgender menurut beberapa pandangan, baik dalam pandangan kesehatan, pandangan hukum RI dan pandangan Agama.

    E.  Metode Penulisan

    Metode yang digunakan penulis bersumber dari buku-buku referensi yang sesuai dengan judul dan dari sumber lainnya.

    BAB II

    PEMBAHASAN

    A.  Kajian Teoritis

    Transeksual yaitu seseorang menyimpang perilaku dan sifatnya, jika perempuan dia cenderung tidak bisa menerima kodratnya begitu pula jika dia laki-laki. Selama ini kaum transeksual (gay dan lesbian) masih dipandang sebagai kaum yang menyimpang. Masyarakat secara keseluruhan belum bisa menerima dan hidup bersama kaum transeksual ini. namun sekarang, keadaan sudah semakin bebas. Kaum transeksual mulai berani menunjukan identiasnya secara terang-terangan. Bahkan  mereka sudah mempunyai suatu lembaga semisal gaya  nusantara, untuk perkumpulan gay indonesia. Perkumpulan ini sebagai sarana untuk menyalurkan pendapat demi memperoleh pengakuan masyarakat. dimana-mana kita pasti akan menemukan kaum dengan kecendrungan orientasi seksual lain ini.

    1.   Persamaan dan perbedaan antara transeksual, lesbian dan homo Transeksual merupakan kecenderungan tidak suka terhadap lain jeisnya tetapi menyukai sesama jenis, sehingga merubah semua perilaku dan sifatnya seperti lain jenisnya. Biasanya penderita transeksual tidak suka pada jenis kelaminnya sendiri sehingga ada keinginan untuk merubahnya. Sedangkan lesbian adalah wanita yang menyuai sesama wanita tetapi sifatnya tidak cenderung berubah dia tetap sebagai seorang wanita kelainanya sangat condong di gairah seksualnya. Dan  Homo seksual adalah laki-laki yang menyukai laki-laki juga mereka juga tidak terlalu berubah dalam sifat tetapi kelainannya terletak di gairah seksualnya.

    2.   Faktor Yang Mempengaruhi Transeksual

    a.  Biasanya orang yang mempunyai kelainan Transeksual disebabkan oleh pembawaan dari kecil yang dibawa oleh Gen sehingga menyebabkan tidak normalnya seseorang.

    b.  Perilaku dan lingkungan dari kecil seperti seorang laki-laki yang bermain selalu dengan perempuan atau jenis dan alat mainannya adalah permainan (boneka,masakan.berdandan) milik perempuan.

    c.   Stres diakibatkan oleh pengalaman hidup sehingga dia (penderita kelainan seks) ingin berpaling dari sesama jenisnya.

    d.  Melanggar kodrati kebanyakan hal seperti ini disebabkan mereka tidak bersyukur atas keadaan masing-masing.

    3.   Macam-macam Penyimpangan

    a.   Penyimpangan individual atau personal adalah suatu perilaku pada seseorang dengan melakukan pelanggaran terhadap suatu norma pada kebudayaan yang telah mapan akibat sikap perilaku yang jahat atau terjadinya gangguan jiwa pada seseorang.

    Tingkatan bentuk penyimpangan seseorang pada norma yang berlaku:

    1)  Bandel atau tidak patuh dan taat perkataan orang tua untuk perbaikan diri sendiri serta tetap melakukan perbuatan yang tidak disukai orangtua dan mungkin anggota keluarga lainnya.

    2)  Tidak mengindahkan perkataan orang-orang disekitarnya yang memiliki wewenang seperti guru, kepala sekolah, ketua rt rw, pemuka agama, pemuka adat, dan lain sebagainya.

    3)  Melakukan pelanggaran terhadap norma yang berlaku di lingkungannya.

    4)  Melakukan tindak kejahatan atau kerusuhan dengan tidak peduli terhadap peraturan atau norma yang berlaku secara umum dalam lingkungan bermasyarakat sehingga menimbulkan keresahan. ketidakamanan, ketidaknyamanan atau bahkan merugikan, menyakiti.

    b.   Macam-macam bentuk penyimpangan individual

    1)  Penyalahgunaan Narkoba.

    2)  Pelacuran.

    3)  Penyimpangan seksual (homo, lesbian, biseksual, pedofil, sodomi, zina, Seks bebas, transeksual).

    4)  Tindak Kriminal/Kejahatan (perampokan, pencurian, pembunuhan, pengrusakan, pemerkosaan, dan lain sebagainya).

    5)  Gaya Hidup (wanita bepakaian minimalis di tempat umum, pria beranting).

    B.  Pembahasan

    1.   Pengertian Transeksual

    Pada hakikatnya, masalah kebingungan jenis kelamin atau yang lazim disebut juga sebagai gejala transseksualisme ataupun transgender merupakan suatu gejala ketidakpuasan seseorang karena merasa tidak adanya kecocokan antara bentuk fisik dan kelamin dengan kejiwaan ataupun adanya ketidakpuasan dengan alat kelamin yang dimilikinya.

    Ekspresinya bisa dalam bentuk dandanan, make up, gaya dan tingkah laku, bahkan sampai kepada operasi penggantian kelamin (Sex Reassignment Surgery).

    Transeksual dapat diakibatkan oleh faktor bawaan (hormon dan gen) dan faktor lingkungan. Faktor lingkungan di antaranya pendidikan yang salah pada masa kecil dengan membiarkan anak laki-laki berkembang dalam tingkah laku perempuan. pada masa pubertas dengan homoseksual yang kecewa dan trauma, trauma pergaulan seks dengan pacar, suami atau istri. 

    Perlu dibedakan penyebab transseksual kejiwaan dan bawaan. Pada kasus transseksual karena keseimbangan hormon yang menyimpang (bawaan), menyeimbangkan kondisi hormonal guna mendekatkan kecenderungan biologis jenis kelamin bisa dilakukan.

    Mereka yang sebenarnya normal karena tidak memiliki kelainan genetikal maupun hormonal dan memiliki kecenderungan berpenampilan lawan jenis hanya untuk memperturutkan dorongan kejiwaan dan nafsu adalah sesuatu yang menyimpang dan tidak dibenarkan menurut syariat Islam.

    Pada transseksualisme terdapat ketimpangan atau ketidaksesuaian antara jenis kelamin biologis dengan identitas gender akibat kelainan gen/hormon atau pengaruh lingkungan. Sebagai suatu fenomena ekstrem, J.P. Chaplin dalam Dictionary of Psychology (1981) menyatakan bahwa penderita transseksualisme memiliki beberapa kriteria khusus sebagai berikut.

    a.   Merasa tidak nyaman akan kelamin biologis dirinya.

    b.   Merasa terganggu secara berkelanjutan selama ≥ 2 tahun dan tidak hanya pada saat stres.

    c.   Memiliki kelainan genetis dan/atau congenital sex hormone disorders.

    d.   Tidak memiliki kelainan mental (misal: schizophrenia).

    e.   Berkeinginan untuk membuang/menghilangkan alat kelamin yang dimilikinya dan hidup dengan jenis kelamin berlawanan.

    Berkaitan dengan poin terakhir pada ciri transseksualisme, pada masa lampau perkembangan teknologi yang ada masih belum memberi keleluasaan penggantian gender. Namun, dengan teknologi yang telah ada sekarang, penggantian gender telah dapat dilakukan, bahkan hingga penggantian organ kelamin.

    2.   Transeksual menurut pandangan kesehatan

    Etika biomedis (bioetika) yang didefinisikan oleh International association of bioethics adalah studi tentang isu-isu etis sosial,hukum,dan isu-isu lain yang timbul dalam pelayanan kesehatan dan ilmu-ilmu biolagi. Isu etika biomedis (bioetika) di rumah sakit menyangkut persepsi dan perilaku profesional dan instutisional terhadap hidup dan kesehatan manusia dari sejak sebelum kelahiran, pada saat  sejak lahir, selama pertumbuhan, jika terjadi penyakit atau cidera, menjadi tua, sampai saat menjelang akhir hidup, kematian, dan malah beberapa waktu setelah itu. Contoh-contoh isu bioetika antara lain kegiatan rekayasa genetik, teknologi reproduksi, eksperimen medis, donasi dan transplantasi organ, eutanasia,  kloning terapeutik,  kloning reproduktif, dan penggantian kelamin.

     Etika medis berhubungan dengan hidup dan kesehatan. Objek kewajiban dan tanggung jawab pada etika medis adalah hidup dan kesehatan manusia dan kelompok manusia dilingkungan luar rumah sakit. itu berarti pasien staf serta karyawan rumah sakit,dan masyarakat. Masalah etika rumah sakit timbul apabila terjadi pelanggaran terhadap asas-asas etika (umum) dan Kode Etik Rumah Sakit, yang adalah uraian lebih operasional dari asas-asas etika. Asas-asas etika yang diterapkan pada etika rumah sakit sebagai etika praktis adalah:

    a.   Rumah sakit berbuat kebaikan (benifecence) dan tidak menimbulkan mudharat atau cidera (nonmalifecence)pada pasien,staf dan karyawan,masyarakat umum, serta lingkungan hidup.

    b.   Dua asas etika klasik ini sudah ada dalam lafal Sumpah Hipprokrates sejak lebih 23 abad yang lalu. Dua asas ini adalah juga ajaran semua agama. Ajaran Islam hampir selalu menyebut dua asas itu dalam satu kalimat amar ma ‘arup nahi mungkar, dan dalam ajaran agama hindu, nonmaleficence adalah ahimsa.

    c.   Asas menghormati manusia (respect for persons) berarti menghormati pasien, staf dan karyawan, serta masyarakat dalam hal hidup dan kesehatan mereka. itu berarti menghormati otonomi (hak untuk mengambil keputusan tentang diri sendiri),  hak-hak asasi sebagai warga negara, hak atas informasi, hak atas privasi, hak atas kerahasiaan,serta harkat dan mertabat mereka sebagai manusia dan lain-lain.

    d.   Asas keadilan (justice): keadilan sosial, keadilan ekonomi, dan perlakuan yang ‘fair’terhadap pasien, staf dan karyawan, serta masyarakat umum.

    Jadi dapat disimpulkan, menurut pandangan etika medis berdasarkan tiga asas etika  yang diterapkan di rumah sakit,maka tindakan operasi penggantian kelamin bukanlah merupakan suatu pelanggaran bioetika.

    3.   Transeksual menurut pandangan Hukum RI

    Berdasarkan Pasal 10 Ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman dikatkan dengan Pasal 77 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan yang berisi “Setiap orang dilarang mengubah, menambah atau mengurangi tanpa hak, isi elemen data pada Dokumen Kependudukan” tanpa adanya keputusan dari pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum, kemudian dihubungkan dengan Pasal 5 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman yang berbunyi Hakim dan hakim konstitusi wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat, maka apa yang dilakukan oleh para kaum transgender sudah sesuai dengan hukum, begitupun dengan keputusan hakim untuk mengabulkan permohonan para pemohon(kaum transeksual).

    4.   Transeksual menurut pandangan agama

    Pada dasarnya Allah menciptakan manusia ini dalam dua jenis saja, yaitu laki-laki dan perempuan, sebagaimana firman Allah swt:

    وَأَنَّهُخَلَقَالزَّوْجَيْنِالذَّكَرَ  وَالْأُنثَ

    ”Dan Dia (Allah) menciptakan dua pasang dari dua jenis laki-laki dan perempuan.“ (Qs An Najm : 45)

    يَاأَيُّهَاالنَّاسُإِنَّاخَلَقْنَاكُممِّنذَكَرٍوَأُنثَى

    “Wahai manusia Kami menciptakan kamu yang terdiri dari laki-laki dan perempuan.“ (Qs Al Hujurat : 13)

    Kedua ayat di atas, dan ayat-ayat lainnya menunjukkan bahwa manusia di dunia ini hanya terdiri dari dua jenis saja, laki-laki dan perempuan, dan tidak ada jenis lainnya. Tetapi di dalam kenyataannya, kita dapatkan seseorang tidak mempunyai status yang jelas, bukan laki-laki dan bukan perempuan.

    a.   Transseksual dan  Operasi Penggantian Kelamin Menurut Etika Agama, Individu yang sebenarnya normal karena tidak memiliki kelainan genetik maupun hormonal dan memiliki kecenderungan berpenampilan lawan jenis hanya untuk memperturutkan dorongan kejiwaan dan nafsu adalah sesuatu yang menyimpang dan tidak dibenarkan menurut syariat Islam. Bagi mereka yang melakukan operasi kelamin, tapi operasi itu sifatnya hanya aksesoris dan tidak bisa berfungsi normal, maka dalam syariat Islam tidak membuatnya berganti kelamin, sehingga status tetap laki-laki meski suara, bentuk tubuh, kulit dan seterusnya mirip wanita. Adapun hukum operasi kelamin dalam syariat Islam harus diperinci persoalan dan latar belakangnya, yaitu:

    1)  Masalah seseorang yang lahir dalam kondisi normal dan sempurna organ kelaminnya yaitu penis (dzakar) bagi laki-laki dan vagina (farj) bagi perempuan yang dilengkapi dengan rahim dan ovarium tidak dibolehkan dan diharamkan oleh syariat Islam untuk melakukan operasi kelamin. Ketetapan haram ini sesuai dengan keputusan fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam Musyawarah Nasional II tahun 1980 tentang Operasi Perubahan/ Penyempurnaan kelamin. Menurut fatwa MUI ini sekalipun diubah jenis kelamin yang semula normal kedudukan hukum jenis kelaminnya sama dengan jenis kelamin semula sebelum diubah.

    2)  Operasi kelamin yang bersifat  perbaikan atau penyempurnaan dan bukan penggantian jenis kelamin menurut para ulama diperbolehkan secara hukum syariat. Jika kelamin seseorang tidak memiliki lubang yang berfungsi untuk mengeluarkan air seni dan mani baik penis maupun vagina, maka operasi untuk memperbaiki atau menyempurnakannya dibolehkan bahkan dianjurkan sehingga menjadi kelamin yang normal karena kelainan seperti ini merupakan suatu penyakit yang harus diobati.

    3)  Dalam seminar Tinjauan Syariat Islam tentang Operasi Ganti Kelamin di Pesantren Nurul Jadid, Probolinggo tanggal 26-28 Desember 1989 yang diprakarsai Pengurus Wilayah Nahdatul Ulama Jawa Timur memutuskan bahwa kelamin yang sudah sempurna dan dioperasi  hukumnya haram, sementara yang memiliki kelainan (tidak sama antara organ genitalia luar dan dalam) maka harus dioperasi untuk disempurnakan, dan apabila organ genitalia luar dan dalam sama hanya bentuknya kurang sempurna, maka diperbolehkan untuk disempurnakan.

    BAB III
    KESIMPULAN DAN SARAN

    A.  Kesimpulan

            Berdasarkan hasil uraian dari BAB I – BAB III maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

    1.   transgender merupakan suatu gejala ketidak puasan seseorang karena merasa tidak adanya kecocokan antara bentuk fisik dan kelamin dengan kejiwaan ataupun adanya ketidakpuasan dengan alat kelamin yang dimilikinya.

    2.   menurut pandangan etika medis berdasarkan tiga asas etika  yang diterapkan di rumah sakit,maka tindakan operasi penggantian kelamin bukanlah merupakan suatu pelanggaran bioetika.

    3.   Berdasarkan Pasal 10 Ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2009, dikatkan dengan Pasal 77 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006, kemudian dihubungkan dengan Pasal 5 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009. maka apa yang dilakukan oleh para kaum transgender sudah sesuai dengan hukum, begitupun dengan keputusan hakim untuk mengabulkan permohonan para pemohon(kaum transeksual).

    4.   (Qs An Najm : 45) Dan (Qs Al Hujurat : 13). Kedua ayat ini,  dan ayat-ayat lainnya menunjukkan bahwa manusia di dunia ini hanya terdiri dari dua jenis saja, laki-laki dan perempuan, dan tidak ada jenis lainnya. Tetapi di dalam kenyataannya, kita dapatkan seseorang tidak mempunyai status yang jelas, bukan laki-laki dan bukan perempuan.

    5.   Saran

  • Laporan Praktikum Laboratorium Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3

    Praktikum Laboratorium Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Semakin berkembangnya dunia industri di dunia, telah mendorong para pekerja untuk bekerja lebih giat sesuai dengan kebutuhan pasar. Namun hal itu tidak jarang menyebabkan pekerja menjadi cidera. Dari cidera otot sampai yang menghasilkan korban jiwa. Dengan terganggunya perkembangan manusia sebagai salah satu modal utama pembangunan, maka negara-negara berkembang pada saat itu mulai peduli tentang kesehatan, keselamatan dan keamanan pekerja di negaranya tersebut.

    Prosedur kesehatan, keselamatan dan keamanan kerja berawal dari OSH ( Occupational Safety and Health ) yaitu: sebuah ilmu disiplin yang peduli dan melindungi keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan orang yang bekerja di tempat kerja.

    Tujuan utamanya adalah untuk menjamin bahwa pekerja mengerjakan tugasnya dengan lingkungan yang bebas bahaya bagi kesehatan dan keselamatan mereka, seperti bahan kimia beracun, bunyi berisik yang mengganggu, gangguan mekanik, kepanasan atau kedinginan atau lingkungan yang kotor.

    Sejak tahun 1950 ILO ( International Labour Organization ) dan WHO ( World Health Organization ) telah menetapkan definisi umum dari kesehatan kerja, yaitu: Kesehatan kerja harus mencapai peningkatan dan perawatan paling tinggi di bidang fisik, sosial sebagai seorang pekerja di bidang pekerjaan apapun; pencegahan bagi setiap pekerja atas pengurangan kesehatan karena kondisi kerja mereka, perlindungan bagi pekerja untuk mengurangi faktor-faktor yang dapat merugikan kesehatan mereka; penempatan dan perawatan bagi pekerja di lingkungan kerja sesuai dengan kemapuan fisik dan psikologi dari pekerja dan meringkas adaptasi dari setiap pekerja ke pekerjaannya masing-masing.

    Tujuan awal dari pendirian standar keselamatan dan kesehatan di tempat kerja antara lain:

    Moral (Seorang pekerja seharusnya tidak mempunyai resiko terluka pada saat kerja atau yang berhubungan dengan lingkungan kerja).

    Ekonomi (Dengan mengurangi biaya yang harus dibayar jika terjadi kecelakaan di tempat kerja; seperti gaji, denda, kompensasi kerusakan, waktu investigasi, kurang produksi, kehilangan semangat dari pekerja, pembeli atau pihak lainnya).

    Legal (Mendorong hukum agar menerapkan peraturan resmi agar dapat dipatuhi oleh banyak pihak).

    Jika kita pelajari angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di beberapa negara maju (dari beberapa pengamatan) menunjukan kecenderungan peningkatan prevalensi. Sebagai faktor penyebab, sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja yang kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia. Dalam penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan telah mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan disekitarnya.

    B. Tujuan

    1.      Tujuan Umum

    Setelah mengikuti pelatihan, mahasiswa diharapkan mampu untuk menjelaskan tentang cara dan metode pemantauan lingkungan kerja.

    2.      Tujuan Khusus

    a.       Mahasiswa mampu mampu menjelaskan tentang cara, metode dan analisa hasil pengukuran kebisingan

    b.      Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara, metode dan analisa hasil pengukuran penerangan

    c.       Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara, metode dan analisa hasil pengukuran getaran

    d.      Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara, metode dan analisa hasil pengukuran iklim kerja

    e.       Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara, metode dan analisa hasil pengukuran bahan kimia dan kadar debu

    f.       Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara, metode dan analisa hasil pengukuran kelelahan kerja

    g.      Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara, metode dan analisa hasil pengukuran nilai ambang dengar

    h.      Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara, metode dan analisa hasil pengukuran kapasitas fungsi paru

    i.        Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara, metode dan analisa hasil pemeriksaan phenol dalam urin

    j.        Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara, metode dan analisa hasil pemeriksaan kadar kreatinin dalam urin

    k.      Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara, metode dan analisa hasil pemeriksaan cholinesterase dalam darah

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A.  KONDISI LINGKUNGAN KERJA

    1.   Faktor Fisik

    yaitu potensi bahaya yang dapat menyebabkan gangguan-gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar,

    a.    Kebisingan

    1)   Pengertian

    Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki dan      mengganggu manusia. Berdasarkan SK Menteri Negara Lingkungan Hidup No:Kep.Men-48/MEN.LH/11/1996, kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari suatu usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan, termasuk ternak, satwa dan sistem alam.

    NAB adalah standar factor tempat kerja yang dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu. Menurut surat keputusan mentri tenaga kerja No.Kep 51/MEN/1999 tentang NAB factor fisik ditempat kerja, NAB kebisingan yang diperkenankan di Indonesia adalah 85 db (suma’mur 1996).

    2)   Dampak Kebisingan

    Dampak kebisingan terhadap kesehatan pekerja dijelaskan sebagai berikut :

    a)    Gangguan Fisiologis

    Pada umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu, apalagi bila terputus-putus atau yang datangnya tiba-tiba. Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah (± 10 mmHg), peningkatan nadi, konstriksi pembuluh darah perifer terutama pada tangan dan kaki, serta dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris.

    Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan pusing/sakit kepala. Hal ini disebabkan bising dapat merangsang situasi reseptor vestibular dalam telinga dalam yang akan menimbulkan evek pusing/vertigo. Perasaan mual,susah tidur dan sesak nafas disbabkan oleh rangsangan bising terhadap sistem saraf, keseimbangan organ, kelenjar endokrin, tekanan darah, sistem pencernaan dan keseimbangan elektrolit.

    b)   Gangguan Psikologis

    Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, susah tidur, dan cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam waktu lama dapat menyebabkan penyakit psikosomatik berupa gastritis, jantung, stres, kelelahan dan lain-lain.

    c)    Gangguan Komunikasi

    Gangguan komunikasi biasanya disebabkan masking effect (bunyi yang menutupi pendengaran yang kurang jelas) atau gangguan kejelasan suara. Komunikasi pembicaraan harus dilakukan dengan cara berteriak. Gangguan ini menyebabkan terganggunya pekerjaan, sampai pada kemungkinan terjadinya kesalahan karena tidak mendengar isyarat atau tanda bahaya. Gangguan komunikasi ini secara tidak langsung membahayakan keselamatan seseorang.

    d)   Gangguan Keseimbangan

    Bising yang sangat tinggi dapat menyebabkan kesan berjalan di ruang angkasa atau melayang, yang dapat menimbulkan gangguan fisiologis berupa kepala pusing (vertigo) atau mual-mual.

    e)    Efek pada pendengaran

    Pengaruh utama dari bising pada kesehatan adalah kerusakan pada indera pendengaran, yang menyebabkan tuli progresif dan efek ini telah diketahui dan diterima secara umum dari zaman dulu. Mula-mula efek bising pada pendengaran adalah sementara dan pemuliahan terjadi secara cepat sesudah pekerjaan di area bising dihentikan. Akan tetapi apabila bekerja terus-menerus di area bising maka akan terjadi tuli menetap dan tidak dapat normal kembali, biasanya dimulai pada frekuensi 4000 Hz dan kemudian makin meluas kefrekuensi sekitarnya dan akhirnya mengenai frekuensi yang biasanya digunakan untuk percakapan.

    3)   Macam-Macam Gangguan Pendengaran (ketulian),dapat dibagi atas :

    a)    Tuli sementara (Temporaryt Treshold Shift =TTS)

    Diakibatkan pemaparan terhadap bising dengan intensitas tinggi. Seseorang akan mengalami penurunan daya dengar yang sifatnya sementara dan biasanya waktu pemaparan terlalu singkat. Apabila tenaga kerja diberikan waktu istirahat secara cukup, daya dengarnya akan pulih kembali.

    b)   Tuli Menetap (Permanent Treshold Shift =PTS) Diakibatkan waktu paparan yang lama (kronis).

    c)    Trauma Akustik

    Trauma akustik adalah setiap perlukaan yamg merusak sebagian atau seluruh alat pendengaran yang disebabkan oleh pengaruh pajanan tunggal atau beberapa pajanan dari bising dengan intensitas yang sangat tinggi, ledakan-ledakan atau suara yang sangat keras, seperti suara ledakan meriam yang dapat memecahkan gendang telinga, merusakkan tulang pendengaran atau saraf sensoris pendengaran.

    d)   Prebycusis

    Penurunan dayadengar sebagai akibat pertambahan usia merupakan gejala yang dialami hampir semua orang dan dikenal dengan prebycusis (menurunnya daya dengar pada nada tinggi). Gejala ini harus diperhitungkan jika menilai penurunan daya dengar akibat pajanan bising ditempat kerja.

    e)    Tinitus

    Tinitus merupakan suatu tanda gejala awal terjadinya gangguan pendengaran . Gejala yang ditimbulkan yaitu telinga berdenging. Orang yang dapat merasakan tinitus dapat merasakan gejala tersebut pada saat keadaan hening seperti saat tidur malam hari atau saat berada diruang pemeriksaan audiometri (ILO, 1998).

    b.    Pencahayaan

    1)   Pengertian pencahayaan

    Menurut peraturan pemerintah (1999), penerangan ditempat kerja adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksakan kegiatan secara efektif. Penerangan dapat berasal dai cahaya alami dan buatan.

    2)   Jenis pencahayaan

    a)    Pencahayaan Alami

    Pencahayaan alami adalah sumber pencahayaan yang berasal dari sinar matahari. Sinar alamimempunyai banyak keuntungan, selain menghemat energi listrik juga dapat membunuh kuman. Untukmendapatkan pencahayaan alami pada suatu ruang diperlukan jendela-jendela yang besar ataupundinding kaca sekurang-kurangnya 1/6 daripada luas lantai.Sumber pencahayaan alami kadang dirasa kurang efektif dibanding dengan penggunaan pencahayaanbuatan, selain karena intensitas cahaya yang tidak tetap, sumber alami menghasilkan panas terutamasaat siang hari.

    b)   Pencahayaan Buatan

    Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber cahaya selain cahaya alami.Pencahayaan buatan sangat diperlukan apabila posisi ruangan sulit dicapai oleh pencahayaan alami atausaat pencahayaan alami tidak mencukupi

    3)   Dampak terhadap kesehatan pekerjaan

    a)    Akibat Tingkat pencahayaan berlebihan :

    (1)     Kesilauan

    (2)     Kelelahan, iritasi mata

    (3)     Ketidaknyamanan 

    b)   Akibat Tingkat pencahayaan kurang :

    (1)     Gangguan pada mata, kerusakan mata, kelelahan  mata (mata dipaksa berakomodasi)

    (2)     Sakit kepala, pegal sekitar mata, iritasi mata (berair, penglihatan ganda)

    (3)     Menurunkan ketajaman penglihatan, kepekaan kontras dan kecepatan persepsi

    (4)     Menimbulkan terjadinya kecelakaan

    (5)     Memperpanjang waktu kerja

    c.    Getaran

    1)   Pengertian

    Getaran adalah gerakan bolak-balik yang ada di sekitar titik keseimbangan di mana kuat lemahnya dipengaruhi besar kecilnya energi yang diberikan. Satu getaran frekuensi adalah satu kali gerak bolak-balik penuh. Berdasar Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 49 Tahun 1996Penyebab getaran dibedakan dalam 2 jenis yaitu: Getaran mekanik (getaran yang ditimbulkan oleh sarana dan peralatan kegiatan manusia) dan Getaran seismik (getaran tanah yang disebabkan oleh peristiwa alam dan kegiatan manusia).

    2)   Pengaruh getaran terhadap tenaga kerja

    a.    Gangguan kenikmatan dalam bekerja

    b.    Mempercepat terjadinya kelelahan

    c.    Gangguan kesehatan 

    Getaran seluruh badan dapat memicu terjadinya: 

    a.    Penglihatan kabur, sakit kepala, gemetaran

    b.    Kerusakan organ pada bagian dalam

    Getaran pada tangan dan lengan dapat mengakibatkan :

    a.    Sakit kepala, sakit pada persendian, dan otot lengan

    b.    Indra perasa pada jari-jari menurun fungsinya

    c.    Terbentuk noda putih pada punggung jari atau telapak tangan

    d.   Iklim Cuaca

    1)   Pengertian

    Menurut Suma’mur PK (1996: 84) iklim kerja adalah
    kombinasi dari suhu udara, kelembaban udara, kecepatan
    gerakan dan suhu radiasi. Kombinasi keempat faktor tersebut bila
    dihubungkan dengan produksi panas oleh tubuh dapat disebut
    dengan tekanan panas. Indeks tekanan panas disuatu
    lingkungan kerja adalah perpaduan antara suhu udara,
    kelembaban udara, kecepatan gerakan udara, dan panas
    metabolisme sebagai hasil aktivitas seseorang.

    .Suhu Kering (Dry bulb temperature) adalah suhu yang
    ditunjukkan oleh termometer suhu kering. Suhu basah alami
    (Natural Wet bulb temperature) adalah suhu yang ditunjukkan
    termomoter suhu basah. Suhu bola (Globe Temperature) adalah
    suhu yang ditunjukkan oleh temperatur bola. (Hiperkes, 2005)
    Suhu tubuh manusia dapat dipertahankan secara menetap oleh      suatu sistem pengatur suhu (Thermoregulatory
    system). Suhu menetap ini adalah akibat keseimbangan diantara
    panas yang dihasilkan didalam tubuh sebagai akibat metabolisme dan pertukaran panas diantara tubuh dengan lingkungan sekitar. Dari suatu penyelidikan diperoleh hasil bahwa  produktivias kerja manusia akan mencapai tingkat yang paling tinggi pada temperatur sekitar 24 derajat Celsius sampai 27derajat Celsius (Sritomo Wigjosoebrata, 2003). 

    2)   Efek terhadap tenaga kerja

    a)    Kejang Panas ( Heat Cramps )

    Dapat terjadi sebagai kelainan sendiri atau bersama-sama kelelahan panas. Kejang otot timbul secara mendadak, terjadi setempat atau menyeluruh, terutama pada otot ekstremitas dan abdomen. Penyebab utamanya adalah defisiensi garam. Kejang otot yang berat dalam udara panas menyebabkan keringat diproduksi banyak, bersama dengan keluarnya keringat, hilamg sejumlah air dan garam. Gejalanya adalah gelisah, kadang-kadang berteriak kesakitan, suhu tubuh dapat normal atau sedikit meninggi.

    b)   Kelelahan Panas ( Heat Exhaustion )

    Kelelahan panas timbul akibat kolaps sirkulasi darah perifer karena dehidrasi dan defisiensi garam. Dalam usaha menurunkan panas, aliran darah ke perifer bertambah, yang mengakibatkan pula produksi keringat bertambah. Penimbunan darah perifer menyebabkan darah yang dipompa  dari jantung ke organ-organ lain tidak cukup sehingga terjadi gangguan.

    Gejalanya : kulit pucat, dingin, basah dan berkeringat banyak, merasa lemah, sakit kepala, pusing, vertigo, badan terasa panas, sesak nafas, palpitasi dan lain-lain.

    c)    Sengatan Panas ( Heat Stroke, Heat Pyrexia, Sun Stroke )

    Jarang terjadi di industri, namun bila terjadi sangat hebat, biasanya yang terkena laki-laki yang pekerjaannya berat dan belum beraklimatisasi.

    Gejala yang terpenting adalah suhu badan yang naik sedangkan kulit kering dan panas.

    2.    Faktor kimia

    Adalah potensi bahaya yang berasal dari bahan-bahan kimia yang digunakan dalam proses produksi. Potensi bahaya ini dapat memasuki atau mempengaruhi tubuh tenga kerja  :

    a.    Bahan kimia

    Bahan kimia adalah segala bentuk zat kimia baik berupa zat tunggal maupun campuran yang dapat berakibat buruk bagi kesehatan dan lingkungan, baik secara langsung maupun tidak langsung.

    Dampak yang dapat ditimbulkan dari zat kimia berbahaya dibagi dalam dua kategori yaitu :

    1)   Dampak secara fisik

    Reaksi  hebat  yang  terjadi  dari  bahan-bahan  kimia yang     berbahaya dapat menimbulkan ledakan maupun kebakaran,sehingga menimbulkan dampak negatife bagi tubuh.

    2)   Dampak bagi kesehatan:

    Apabila terjadi kontak antara tubuh dengan zat kimia berbahaya Seperti ditelan,disentuh,mupun dihirup maka akan menimbulkn dampak yang buruk bagi kesehatan.

    Efek yang dapat ditimbulkan dapat berupa iritsi,aleri,gangguan system reproduksi,hingga dapat juga menyebabkan kanker.

    b.    Kadar debu

    Debu adalah partikel-partikel padat yang disebabkan oleh kekuatan-kekuatan alami atau mekanis Seperti pengolahan, pemecahan, penghancuran, penglembutan, pengepakan yang cepat, peledakan dan lain-lain dari bahan-bahan baik organic maupun anorganik. Debu merupakan salahsatu bahan yang sering disebut sebagai partikel yang melayang diudara (suspended particulate matter) dengan ukuran 1 micron sampai dengan 500 mikron.

    Secara garis besar debu dapat dibagi atas tiga macam :

    1)   Debu organic, debu yang berasal dari mahluk hidup

    2)   Debu biologis, debu yang berasal dari virus atau bakteri

    3)   Debu mineral, merupakan senyawa kompleks Seperti arang batu

    4)   Debu metal, debu yang didalamnya terkandung unsure logam

    a.    Dampak dari debu

    1)   Ganguan aestetik dan fisik, Seperti terganggunya pemandangan dan pelunturan warna bangunan.

    2)   Merusak kehidupan tumbuhan yang terjadi akibat adanya penutupan pori-pori tumbuhan.

    3)   Merubah iklim global regional maupun internasional

    4)   Menganggu kesehatan manusia Seperti timbulnya iritasi pada mata, alergi, gangguan pernapasan, dan kangker pada paru-paru. Efek debu terhadap kesehatan sangat tergantung pada solubity (mudah larut, komposisi kimia, konsentrasi debu, dan ukuran partikel debu).

    B.  KESEHATAN KERJA

    1.    Kadar phenol

    Phenolata asam karbolat atau benzenol adalah zat Kristal tak berwarna yang memiliki bau khas rumus kimianya adalah C6H5OH dan strukturnya memiliki guus hidroksil (-OH) yang berikatan dengan cincin fenil. Kata phenol juga merujuk pada beberapa zat yang memiliki cincin aromatic yang berikatan dengan gugus hidroksil. Phenol memiliki kelarutan terbatas dalam air, yakni 8,3gram/100ml. phenol memiliki sifat yang cenderung asam, artinya dapat melrpaskan ion H+ dari gugus hidroksilnya. Peneluaran ion tersebut menjadikan anion fenoksida C6H5O yang dapat dilarutkan dalam air.

    Disbanding dengan alkohol apatik lainnya phenol bersifat lebih asam. Hal ini dibuktikan dengan mereaksikan phenol dengan NaOH, dimana phenol dapat melepaskan H+.  pada kedaan yang samaalcohol alipatik lainnya tidak dapat bereaksi Seperti itu. Pelepasan ini diakibatkan kelengkapan orbital antara satu-satunya pasangan oksigen dan sisitem aromatic yang mendelokalisasi beban negative melalui cincin tersebut dan menstabilkan anionnya.

    Phenol didapatkan melalui oksidasi sebagian pada benzene atau asam benzoat dengan proses raschige. Phenol juga dapat diperoleh sebagai asil dari oksidasi batu bara. Phenol merupakan kompnen utama pada antiseptic dagang triklorophenol atau dikenak sebagat TCP. Phenol juga merupakan bagian dari komposisi beberapa anaestetika oral, misalnya semproyan kloraseptik. Phenol juga erfungsi dalam pembuatan obat-obatan (bagian dai produksi aspirin, pembasmi rumput liar, dll). Phenol yang terkonsentrasi dapat mengkibatkan pembakaran kimiaw pada kulit yang terbuka.

    2.    Keratin

    3.    Cholinesterase

    Pemeriksaan cholinesterase (CHE) merupakaan pengukuraan kadar che dalam darah che adalah emzim esterase non sfesifik yang disintesis oleh hati. Pemeriksaan ini di lakukan untuk mengevaluasi enzim fungsi hati.

    Manfaat pemeriksaan :

    a.    penurunaan che menunjukan kondisi penyakit hepatoselular. Menurunnya sintesis oleh sel hati dan buruknya nutrisi, dan mendeteksi hepatotoksik krena bahan kimia

    b.    Identifikasi paparan oleh karena organoposfat atau insektisida karbamat.

    4.    Audiometri

    Adalah pemeriksaan untuk menentukan jenis dan derajat ketulian (gangguan dengar).

    Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan jenis ketulian apakah:

    a.    Tuli konduktif

    b.    Tuli saraf (sensorineural)

    Audiometer adalah peralatan elektronik untuk menguji pedengaran. Audimoter diperlukan untuk mengukur ketajaman pendengaran:

    a.    Digunakan untuk mengukur ambang pendengaran

    b.    Mengindikasikan kehilangan pendengaran

    c.    Pembacaan dapat dilakukan secara manual atau otomatis

    5.    Spirometri

    Spirometri adalah pemeriksaan yang di lakukan untuk megukur secara objektif kafasitas atau pungsi paru (ventilasi) pada pasien dengan indikasi medis.prinsip spirometri adalah mengukur kecepatan perubahan volume udara dalam paru-paru. Selama pernafasan yang di paksakan atau disbebut forced volume capacity (FVC). Prosedur yang paling umum digunakan adalah subjek menarik nafas secara maksimal dan menghembuskannya secepat dan selengkap mungkin. Nilai FVC  dibandingkan terhadap nilai normal dan nilai prediksi berdasarkn usia,tinggi badan dan jenis kelamin. 


          spirometri dapat dilakukan dam bentuk socialfital capacity (FVC). Pada fvc diminta bernafas secara normal secara tiga kali.

    6.    Pemeriksaan kadar hemoglobin

    Hemoglobin adalah metaloproptein (protein yang mengandung zat besi) didalam sel darah merah yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh dan mengantarkannya ke seluruh tubuh.

    Methode pemeriksaan : mission Hb Test Strip.

    BAB III

    METODE PRAKTEK

    A.  ALAT DAN BAHAN

    1.    Pengukuran Kebisingan

    a.    Alat

    Alat yang digunakan untuk mengukur kebisingan adalah Sound Level Meter dengan satuan dB

    b.    Bahan

    Bahan yang digunakan untuk pengukuran kebisingan adalah dengan menyiapkan lembar data untuk diisi hasil pengukuran di lapangan.

    2.    Pengukuran Penerangan

    a.    Alat

    Alat yang digunakan untuk mengukur penerangan adalah Lux Meter, merk Hagner buatan Sweden, tipe EC 1 dengan satuan lux

    b.    Bahan

    Bahan yang digunakan untuk pengukuran pencahayaan adalah lembar data untuk diisi hasil pengukuran di lapangan.

    3.    Pengukuran Getaran

    a.    Alat

    Alat yang digunakan untuk pengukuran getaran adalahVibration Meter, merk Lutron, type VB-8213, nomor seri Q803988 dengan satuan m/s2

    b.    Bahan

    Bahan yang digunakan untuk pengukuran getaran adalah lembar data untuk diisi hasil pengukuran di lapangan.

    4.    Pengukuran Iklim Kerja

    a.    Alat

    Alat yang digunakan untuk mengukur iklim kerja adalah Quesstemp, merk Quess Technologies, buatan Amerika, type 36 dengan satuan Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB).

    b.    Bahan

    Bahan yang digunakan untuk pengukuran iklim kerja adalah lembar data untuk diisi hasil pengukuran di lapangan

    5.    Pengukuran Bahan Kimia dan Kadar Debu

    a.    pengukuran kadar debu (High Volume Sampler)

    AlatBahan
    1. High volume sampler
    2. Gilibrator
    3. Filter 2 buah
    4. Filter holder
    5. Tiang statis
    6. Ohauss
    7. Petri disk
    8. Exicator
    9. Selang
    1. Debu
    2. Blanko
    3. NO2

    b.    pengukuran kadar debu (Personal Dust Sampler)

    Alat dan Bahan

    1)   Exicator

    2)   Timbangan analitik

    3)   Personal dust sampler

    4)   Kertas filter

    5)   Silica gel.

    6.    Pemeriksaan kadar hemoglobin

    a.    Alat

    –       Mission test Hb

    –       Test strip whole blood

    –       Alcohol swabs

    –       Blood lancet

    –       Auto micro pipet

    b.    Bahan

    –       Darah tepi 10 µl

    B.   CARA PENGUKURAN

    1.    Pengukuran kebisingan

    a.    Pilih selector  pada posisi :

    –       Fast : untuk jenis kebisingan continue

    –       Slow : untuk jenis kebisingan implusif/terputus-putus

    b.    Pilih selector range intensitas kebisingan

    c.    Tentukan lokasi pengukuran

    d.    Setiap lokasi pengukuran dilakukan pengamatan selama satu sampai dua menit, dengan enam kali pembacaan. Hasil pengukuran adalah angka yang ditunjukan pada monitor

    e.    Catat hasil pengukuran,dan hitung rata-rata kebisingan sesaat.

    2.    Pengukuran penerangan

    a.    Peneragan umum

    –       Bagi ruang kerja menjadi beberapa titik pengukuran dengan jarak antar titik sekitar satu meter

    –       Lakukan pengukuran dengan tinggi lux meter kurang lebih 85 cm diatas lantai, dan posisi poto sel horizontal dg lantai

    –       Catat hasil pengukuran

    b.    Pengukuran peerangan local

    –       pengukuran dilakukan pada objek kerja

    –       Bagi objek kerja menjadi beberapa titik ukur ( sejangkauan tangan)

    –       Pengukuran dilakukan dg meletakan lux meter di objek kerja

    –       Catat data yang diperoleh pada lembar data.

    3.    Pengukuran getaran

    a.    Lakukan kalibrasi alat

    b.    Letakan alat pada badan mesin yang bergetar atau pada bagian mesin yang langsung berhubungan dengan anggota tubuh operator

    c.    Catat hasil pengukuran pada lembar data.

    4.    Pengukuran iklim

    a.    Thermometer suhu kering

    –       Paparan thermometer suhu kering pada lingkungan yang akan diukur, kurang lebih 30 sampai 60 menit

    –       Air raksa pada kolom dibaca sebagai suhu kering

    b.    Thermometer basah alami

    –       Basahi kain katun yang membalut dinding thermometer, tempatkan dalam erlendmeyer yang berisi 125 ml dengan jarak antara bibir erlendmeyer dg ujung bawah thermometer kira-kira 2,5 cm

    –       Paparan thermometer dilingkungan yang akan diukur kira-kira 30-60 menit. Baca air raksa pada kolom sebagai suhu basah alami.

    5.    Pengukuran Bahan Kimia dan Kadar Debu

    a.    Pengukuran kadar debu (High Volume Sampler)

    –       HVS disetel pada kecepatan 20 I/ menit dan dikaliberasi pada giliberator, kemudian dicatat hasilnya (v1)

    –       Filter untuk diuji debu dan control / blangko masing-masing ditimbang pada ohauss dan dicatat hasilnya (w1 dan b1)

    –       Filter untuk uji debu dimasukan dalam filter holder kemudian dipasang pada tiang statis. Filter holder ini dihubungkan dengan HVS melalui selang dan diletakan pada tempat yang diperiksa. Sedangkan filter untuk blangko diletakan didekatnya. Pengukuran dilakukan selama 60 menit (idealnya 2 jam)

    –       HVS dikaliberasi lagi pada giliberator pada kecepatan 20/menit, dicatat hasilnya (v2)

    –       Filter untuk uji debu dan blangko dimasukan pada eksikator selama 15 menit agar sesuai dengan suhu kamar

    –       Masing-masing filter ditimbang dengan ohauss (w2 dan b2)

    b.    Pengukuran kadar debu (Personal Dust Sampler)

    1)   Exicator

    –       Bagian bawah exicator diberi silikat gel yang berfungsi untuk menyerap kandungan air yang terdapat dalam filter

    –       Exicator dibuka, tempatkan filter pada posisinya

    –       Tutup rapat, simpan selama 24 jam

    –       Filter diambil, ditimbang dengan timbangan analitik degan satuan gram

    2)   Timbangan analitik

    –       Sambungkan alat dengan arus listrik

    –       Tekan tombol on/off  sampai muncul angka 8888, tunggu sampai berubah angka nol

    –       Masukan filter kedalam timbangan

    –       Berat filter dicatat dalam gram

    –       Filter dimbil, matikan alat

    –       Filter siap untuk pengukuran kadar debu lingkungan kerja

    3)   Personal dust sampler

    –       Pasang filter pada alat

    –       Alat di on kan

    –       Flow meter pada posisi 2,5 lt/ menit (diatur dengan flow adjustment)

    –       Pasang filter holder pada kerah baju tenaga kerja

    –       Kotaknya diikatkan pada pinggang tenaga kerja

    –       Tunggu sampai waktu hisap yang ditentukan.

    6.    Pengukuran pemeriksaan kdar haemoglobin

    a.    Siapkan alat mission Hb Test

    b.    Tekan tobol on

    c.    Pasang strip tes Hb

    d.    Bersihkan jari dengan alcohol swabs

    e.    Ambil contoh darah sebanyak 10 µ1

    f.     Pindahkan contoh darah pada test strip Hb

    g.    Baca hasil test pada layar monitor

    Reference nilai normal :

    Pria                : 13,0 – 17,0 g/Dl

    Wanita           : 12,0 – 15,0 g/dL

    BAB IV

    HASIL DAN EVALUASI

                A.    HASIL

    1.      Pencahayaan

    DATA PENGUKURAN PENERANGAN

    Nama Perusahaan  : Ruang Kuliah FIK UNSIL 

    Tanggal                 : 7 desember 2013

    Alamat                  : Jl. Siliwangi

    Nama Alat             : Lux Meter

    Merk/ buatan         :

    Model/ type           :

    No Seri                  :

    No.Lokasi/Kode LokasiIntensitas Penerangan (Lux)Keterangan
    UmumLokal
    DataLapanganHasilAkhirDataLapanganHasilAkhir
    1234567
    1.Ruang B. 16 FIK UNSIL112
    109
    224
    340
    Rata-rata196,25
    2.Meja alat praktikum245
    300
    396
    223
    255
    Rata-rata283,8

    Skema Ruangan B 16 (Pengukuran Umum)

    PintuX1X2X3X4Gorden (Sumber Cahaya Alami)
    Lampu NeonLampu Neon
    Papan TulisX1X2X3X4
    ProyektorLampu NeonLampu Neon

    Keterangan X: Pengukuran

    Skema Meja Alat Praktikum (Pengukuran Lokal)

    Sumber Cahaya Alami (Gorden)
    X5X4
    X1X2X3

    Keterangan X : Pengukuran

    2.      Kapasitas Fungsi Paru

    DATA PENGUKURAN KAPASITAS FUNGSI PARU

    PULMONARY FUNCTION TEST

    Nama : Nopiyanti  (P)                              

    Umur : 21 thn        TB: 160 cm     BB: 55 kg

    Fuction Unit          MEAS             PRED              % PR

          FVC L       :      312                 300                  104

    Fuction Unit          MEAS             PRED              % PR

          FEV1 L     :     252                  269                  93

    INTERPRETATION (DIAG)

    Nama : Luthfi Ramadhan (L)                              

    Umur : 20 thn        TB: 175 cm     BB: 55 kg

    Fuction Unit          MEAS             PRED              % PR

          FVC L       :      364                 412                  88

    Fuction Unit          MEAS             PRED              % PR

          FEV1 L     :     360                  366                  98

    INTERPRETATION (DIAG)

    3.      Iklim Kerja

    DATA PENGUKURAN IKLIM KERJA

    Nama Perusahaan  : Ruang B.16 FIK UNSIL

    Tanggal                 : 7 desember 2013

    Alamat                  : Jl. Siliwangi

    Nama alat              : Questamp

    Merk/ buatan         :

    Model/ type           :

    No seri                   :

               B.     ACUAN EVALUASI DAN NILAI AMBANG BATAS

               C.     PENGENDALIAN YANG DISARANKAN

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

         1.      Kebisingan

         NAB kebisingan adalah 85 dB yang dianggap aman untuk sebagian besar tenaga kerja bila bekerja 8 jam per hari atau 40 jam per minggu. Berdasarkan hasil pegukuran kebisingan dua lokasi ada 1 lokasi yang melebihi NAB karena dilokasi tersebut sedang melangsungkan kegiatan P2KM sehingga dilokasi tersebut menimbulkan kebisingan. Disarankan dilokasi tersebut menggunakan alat peredam suara.

          2.      Pencahayaan

           Berdasarkan hasil pengukuran penerangan diperoleh intensitas penerangan umum dengan rata-rata 81,04 lux dan penerangan local pada meja kerja 119 lux. Berdsarlkan peraturan mentri no.7 tahun1964 nilai intensitas penerangan umum dan local di kelas B16 memenuhi standar minimum yang dianjurkan.

          3.     Getaran

          Berdasarkan hasil pengukuran getaran, Data hasil lapangan 7,7m/s masih dibawah NAB

          4.      Iklim kerja

          Berdasarkan hasil pengukuran ISBB dibalai k3 didapatkan 10,690C nilai ini masih diambang batas.

          5.      Bahan Kimia dan Debu

           Berdasarkan Hasil pengukuran  dari kadar debu di dapatkan  70 µl dan kadar kimia NO2 didapatkan 23,6.

          6.      Kapsitas Fungsi Paru

           Berdasarkan hasil pengukran kapasitas paru pada responden pertama di dapatkan hasil FVC= 96 % dan FEV= 88%, pada responden kedua di daptkan hasil FVC= 99% dan FEV= 99%. Kedua responden tersebut memiliki kapasitas fungsi paru Normal.

          7.      Kelelahan Kerja

           Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan responden pertama tidak mengalami kelelahan karena rata-rata kecepatan reaksi rangsang cahaya dan suara di dapatkan 201,7 ml/s masih dibawah nilai ambang batas, sedangkan pada responden kedua mengalami kelelahan karena rata-rata kecepatan reaksi rangsang cahaya dan suara di dapatkan 271,9 ml/s diatas NAB.

          8.      Nilai Ambang Dengar

          Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan mempunyai  nilai rata-rata untuk telinga kanan 14,28 Db dan untuk telinga kiri 12,85. Kondisi ini menyatakan kondisi Normal.

          9.      Kadar phenol dalam urin

           Hasil pengukuran phenol pada urin dua probandus menunjukan bahwa kadar phenol urin masih Normal dibawah NAB yaitu 23,05 ml/mg kreatin dan 10,15 ml/mg keratin.

          10.  Cholinestrase dalam darah

          Tidak di dapatkan hasil, kemugkinan adanya kesalahan  pada reagen tetapi praktikum tetap dilakukan.

         11.  Kadar Hb dalam darah

         Berdasarkan hasil pengukuran kadar Hb pada darah dari ketiga responden didapatkan hasil Normal karena tidak melebihi 12,00 µl.

  • Contoh Analisis Kunjungan Komisi Penanggulangan Aids Kota Tasikmalaya

    Analisis Kunjungan Komisi Penanggulangan Aids Kota Tasikmalaya

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Organisasi adalah sebuah perkumpulan atau wadah bagi sekelompok orang untuk bekerjasama, terkendali dan terpimpin untuk tujuan tertentu. Organisasi biasanya memanfaatkan suatu sumber daya tertentu misalnya lingkungan, cara atau metode, material, mesin, uang dan beberapa sumberdaya lain dalam rangka mencapai tujuan oraganisasi tersebut. Orang-orang yang terkumpul dalam sebuah organisasi sepakat untuk mencapai tujuan tertentu melalui suatu sumber daya secara sistematis dan rasional yang terkendali dan adanya pemimpin organisasi yang akan memimpin operasional organisasi dengan terencana.

    Salah satu bentuk organisasi yang berada dibawah pemerintah adalah organisasi dalam bidang kesehatan yang khusus berkecimpung dalam penanganan HIV/AIDS. Latar belakang dibentuknya Komisi Penanggulangan AIDS berawal dari kasus pertama AIDS di Indonesia yang ditemukan 24 tahun yang lalu (1987). Antara tahun 1987 dan 1997, peningkatan infeksi tampak lambat, upaya penanggulangan pun sangat terbatas dan terutama terfokus di sektor kesehatan. Pada bulan Mei 1994 Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) yang pertama di Indonesia ditetapkan dengan Keputusan Presiden 36/19941, yang kemudian disusul dengan Strategi Nasional Penanggulangan AIDS yang pertama (bulan Juni 1994). 

    Epidemi semakin berkembang begitu pula dengan upaya penanggulangannya (1994 – 2004). Pada pertengahan tahun 1990an, tampak peningkatan yang tajam dalam penularan di kalangan pengguna napza suntik (penasun). Lingkungan sosial dan legal yang mengkriminalisasi penasun, menyebabkan sebagian besar menyuntik secara sembunyi-sembunyi dengan berbagi alat suntik. Hal ini berdampak negatif pada semua orang yang terlibat maupun pada penyebaran infeksi HIV. Pada tahun 1993 di kalangan penasun hanya 1 orang yang ditemukan HIV positif (di Jakarta), pada bulan Maret 2002 sudah dilaporkan 116 kasus AIDS karena penggunaan napza suntik di 6 provinsi. Pada akhir tahun 2004 dilaporkan 2.682 orang dengan AIDS dari 25 provinsi (kumulatif), diantaranya 1844 adalah ODHA baru 649 orang stadium HIV dan 1.195 AIDS baru. Sebanyak 824 orang (68,95% dari AIDS yang baru dilaporkan) adalah akibat penggunaan napza suntik.

    Pada tahun yang sama, selain di kalangan penasun, data surveilans di kalangan orang yang berisiko terinfeksi HIV akibat gaya hidup atau pekerjaannya seperti pekerja seks perempuan, laki-laki dan waria, laki-laki yang seks dengan laki-laki (LSL), dan pasangan masing-masing – semua juga menunjukkan peningkatan HIV secara signifikan. Antara tahun 2003 dan 2004 jumlah infeksi baru HIV dan kasus AIDS yang dilaporkan meningkat hampir 4 kali lipat (3,81 kali) antara lain karena meningkatnya sarana testing dan konseling, kemampuan mendiagnosa dan pelaporan yang lebih baik, terutama di Jawa, Bali dan beberapa provinsi lain di luar Jawa. Epidemi HIV di Indonesia “beralih” dari klasifikasi “epidemi tingkat rendah” menjadi “epidemi terkonsentrasi” – dimana prevalensi HIV di kalangan penduduk risiko tinggi sudah mencapai > 5%. 

    Epidemi HIV di Provinsi Papua menunjukkan perkembangan yang berbeda dengan provinsi lain. Walaupun penduduknya hanya 1% dari penduduk Indonesia, namun dalam bulan Desember 2004 HIV kumulatif yang dilaporkan di Papua berjumlah 19,1% dari seluruh infeksi baru di Indonesia.6 Selain itu, penularan utama HIV secara nasional disebabkan oleh penggunaan napza suntik, namun lebih dari 90% infeksi HIV di Papua disebabkan karena hubungan seks berisiko. Tantangan yang sangat besar untuk penanggulangan AIDS di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat adalah masalah komunikasi, transportasi serta infrastruktur kesehatan dan masyarakat yang sangat terbatas.

    Perpres 75/2006, tahap baru dalam upaya penanggulangan AIDS nasional. Pada bulan Desember 2005, setelah mendengar penjelasan dari Wakil Ketua Pokja Komitmen Sentani dan staf sekretariat KPA Nasional, Menteri Koordinator bidang Kesejahteraan Rakyat yang baru, Ir Aburizal Bakrie berkesimpulan, bahwa AIDS bukan merupakan persoalan lokal, tetapi merupakan ancaman serius terhadap pembangunan bangsa Indonesia secara nasional; dengan perkataan lain, upaya penanggulangan yang terpencar-pencar, terbatas dan tak terkoordinasi tidak akan mampu mengendalikan epidemi HIV dan AIDS di Indonesia. Atas dasar analisa tersebut, beliau berkesimpulan bahwa perlu ada perubahan dalam status, keanggotaan maupun tata kerja dari Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN).

    Enam bulan kemudian pada tanggal 13 Juli 2006, ditetapkanlah Peraturan Presiden no 75/ 2006 tentang Komisi Penanggulangan AIDS Nasional. KPAN yang baru ditugaskan untuk “meningkatkan upaya pencegahan dan penanggulangan AIDS yang lebih intensif, menyeluruh, terpadu dan terkoordinasi” (Ps 1). KPAN berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Presiden (Ps 2) – dengan demikian meningkatkan posisi KPAN sebagai bagian dari aparat pembangunan bangsa yang mempunyai tanggung jawab secara nasional. Berbeda dengan KPAN sebelumnya, KPAN dalam Perpres 75/2006 lebih inklusif dengan penambahan anggota selain dari sektor pemerintah sipil dan militer, juga dari organisasi ODHA nasional, perwakilan dari komunitas LSM AIDS, dan organisasi profesi dan sektor swasta. Dr Nafsiah Mboi, salah seorang anggota KPAN ditetapkan sebagai sekretaris penuh waktu merangkap sebagai Kepala Sekretariat KPAN dan Ketua Tim Pelaksana KPAN. Permenkokesra no. 5/ 2007 menetapkan masa jabatan sekretaris KPAN selama 5 tahun (2006 – 2011) dan hanya bisa diperpanjang selama maksimum 1 masa bakti (5 tahun) lagi. 

    Komisi Penanggulangan AIDS dibentuk dalam rangka meningkatkan upaya pencegahan, pengendalian dan penanggulangan AIDS, dimana dianggap perlu dilakukan langkah-langkah strategis untuk menjaga kelangsungan penanggulangan AIDS dan menghindari dampak yang lebih besar di bidang kesehatan, sosial, politik dan ekonomi serta dalam rangka meningkatkan efektifitas koordinasi penanggulangan AIDS sehingga lebih intensif, menyeluruh dan terpadu. 

    Berdasarkan pemaparan dari latar belakang diatas, maka kami tertarik untuk mensurvei sebuah organisasi yang berada di Tasikmalaya yaitu Komisi Penanggulangan AIDS Daerah Kota Tasikmalaya dan menyusun laporannya dengan judul “Analisis Kunjungan Komisi Pemberantasan AIDS Kota Tasikmalaya

    B.  Tujuan Survei

    Tujuan dari kunjungan ini yaitu untuk menganalisis, mengkaji lebih jauh mengenai:

    1.      Kebijakan penanggulangan HIV/AIDS

    2.      Fungsi Komisi Penanggulangan AIDS (KPA)

    3.      Struktur Organisasi KPA Tasikmalaya

    4.      Penanggulangan HIV/AIDS Di Tasikmalaya

    5.      Program-program KPA Tasikmalaya

    BAB II

    PENGUMPULAN DATA

    A.  Cara Pengumpulan Data

    Pengumpulan data primer dilakukan melalui proses wawancara. Wawancara merupakan proses tanya jawab untuk mendapatkan data primer dan informasi yang digunakan antara pewawancara (peserta survei) dengan responden/ informan. Data yang ditanyakan kepada responden adalah hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan pada Komisi Penanggulangan AIDS Daerah Kota Tasikmalaya (KPAD)  sesuai dengan tujuan survei

    Informan yang diwawancarai adalah anggota dan pengurus KPAD Kota Tasikmalaya. Dalam rangka membantu proses pelaksanaan wawancara, pewawancara menggunakan alat (instrument) berupa pedoman wawancara, yang dapat dilihat pada lampiran. Pengumpulan data sekunder diperoleh dari hasil pencatatan dan sumber-sumber dari literatur.

    B.   Waktu Pengumpulan Data

    Waktu pengumpulan data yaitu dengan teknik wawancara dilakukan pada tanggal 16 Mei 2013 yang bertempat di Rumah Makan Hegarsari Tasikmalaya.

    C.   Pengolahan dan Penyajian Data

    Bentuk pengolahan data yang dilakukan adalah dengan menggunakan pengolahan data secara manual. Data yang sudah diolah disajikan dalam bentuk narasi dan grafik.

                                                                        BAB III                                 

    HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

    A.  Kebijakan Penanggulangan HIV dan AIDS

    Beberapa kebijakan yang mendukung terbentuknya KPA, diantaranya

    1               Perpres No.75 tahun 2006 tentang KPA

    Pentingnya peraturan presiden untuk KPA karena :

    a.    Sudah banyak biaya, banyak upaya pencegahan & penanggulangan HIV/AIDS selama 20 tahun  

    b.    Infeksi HIV dengan sangat cepat

    c.    Sudah ada tanda-tanda bahwa HIV dan AIDS sudah masuk dalam keluarga.

    Peraturan Presiden No. 75 tahun 2006 meliputi :

    a.    Pasal 1 tentang terbentuknya KPA Nasional

    Untuk meningkatkan upaya pencagahan dan penanggulangan AIDS yang lebih intensif, menyeluruh, terpadu dan terkoordinasi

    b.    Pasal 2 tentang KPA Nasional bertanggung jawab kepada

    c.    Pasal 4 tentang Angg: Pem: sipil & militer, BNN, POLRI, org  prof, PMI, sektor swasta & perorangan. Sekretaris merangkap Anggota : profesional, penuh waktu 

    d.   Pasal 5 dan 6 tentang Tim pelaksana, Kelompok kerja & Panel ahli

    e.    Pasal 7 tentang dibantu sekretariat 

    f.     Pasal 8 – 15 tentang KPA Daerah

    1)   KPA Prov diketuai Gubernur,

    2)   KPA Kab/Kota diketuai Bupati/ Walikota

    3)   Laporan berkala kepada Ketua KPA Nasional

    4)   Semua Biaya KPA Prov/ Kab/ Kota : APBD Prov/Kab/Kota

    g.    Pasal 15 tentang Pembiayaan KPA Nasional dari APBN.

    2.    Permenko Kesra No. 2 tahun 2007 tentang Harm Reduction

    3. Permendagri No. 20 tahun 2007 tentang Pedoman Umum Pembentukan Komisi Penanggulangan AIDS dan Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka Penanggulangan HIV dan AIDS di Daerah

    a.    KPA Provinsi – Kep Gubernur

    1)   Ketua: Gubernur

    2)   Ketua Pelaksana: Wakil Gubernur

    3)   Wakil Ketua I: Kepala Dinas Kesehatan

    4)   Wakil Ketua II: Kepala Biro Kesra (unit kerja yang membidangi kesra)

    5)   Sekretaris I: Tenaga Senior Penuh Waktu

    6)   Sekretaris II: Kepala Badan/Dinas Pemberdayaan Masyarakat (yang membidangi)

    7)   Anggota: Kepolisian daerah, Kanwil Dephukham, BNP, Din Pendidikan, Din Sosial, LSM Peduli AIDS, Jaringan ODHA, Perwakilan pecandu, dan sesuai kebutuhan mengacu Perpres 75/2006.

    b.    KPA Kab/Kota – Kep Bup/Wali

    1)   Ketua: Bupati/Walikota

    2)   Ketua Pelaksana: Wakil Bupati/Walikota

    3)   Wakil Ketua I: Kepala Dinas Kesehatan

    4)   Wakil Ketua II: Kepala Bagian Kesra (yang membidangi kesra)

    5)   Sekretaris I: Tenaga Senior Penuh Waktu

    6)   Sekretaris II: Kepala Badan/Dinas/Kantor Pemberdayaan Masyarakat atau yang membidangi

    7)   Anggota: Kepolisian Resort, Din Pendidikan, Din Sosial, Yg membidangi  Hukham, BN Kab/Kota, LSM Peduli AIDS, Jaringan ODHA, Perwakilan pecandu, dan sesuai kebutuhan mengacu Perpres 75/2006.

    4.    Rencana Aksi Nasional (RAN) Penanggulangan AIDS 2007-2010

    5.    Strategi Nasional Penanggulangan HIV dan AIDS 2011-2014

    B.  Fungsi Komisi Penanggulangan HIV/ AIDS (KPA)

    1.    Tugas KPAD

    a.    Mengkoordinasi perumusan kebijakan, strategi, dan langkah-langka yang diperlukan dalam rangka penanggulangan HIV dan AIDS sesuai dengan kebijakan strategi dan pedoman yang ditetapkan oleh KPAN.

    b.    Memimpin, mengelola, mengendalikan, memantau dan mengevaluasi pelaksanaan penanggulangan HIV dan AIDS di Provinsi.

    c.    Menghimpun, menggerakkan, menyediakan dan memanfaatkan sumber daya yang berasal dari pusat, daerah, masyarakat dan BLN secara efektif dan efisien untuk kegiatan penanggulangan HIV dan AIDS.

    d.   Mengkoordinasi pelaksanaan tugas dan fungsi masing-masing instansi yang bergabung dalam keanggotaan KPAD. 

    2.    Tugas KPA Provinsi

    a.    Mengadakan kerja sama regional dalam rangka penanggulangan HIV dan AIDS.

    b.    Menyebarluaskan informasi mengenai upaya penanggulangan HIV dan AIDS kepada aparat dan masyarakat.

    c.    Mendorong terbentuknya LSM/Kelompok Peduli HIV dan AIDS.

    d.   Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan penanggulangan HIV dan AIDS serta menyampaikan laporan secara berkala dan berjenjang kepada KPAN.

    3.    Indikator Fungsi Leadership KPAD Kabupaten/ Kota

    a.    Aktifnya Sekretariat KPA di bawah Sekretaris

    b.    Tersedia dana di tingkat daerah

    c.    Terdapat Perda: strategi dan rencana kerja

    C.  Struktur Organisasi KPA Tasikmalaya

    Struktur organisasi KPA Tasikmalaya menggunakan struktur organisasi staff, hal ini dikarenakan Staf terbagi dalam beberapa kategori, staf ahli memberi nasehat sesuai dengan skill. Struktur organisasi ini sangat cocok diterapkan di KPA Tasiklmalaya karena KPA Tasikmalaya sendiri sudah dikategorikan sebagai organisasi yang berkembang. Kelebihan dari struktur staff ini.

    Pada umumnya orang-orang yang duduk dalam satuan organisasi staf ini ialah mereka yang ahli dan berasal dari berbagai spesialisasi sesuai dengan kebutuhan. Bentuk organisasi ini merupakan perkembangan lebih lanjut dari organisasi lini. Sebagai akibat makin kompleksnya masalah-masalah organisasi, pimpinan tidak dapat lagi menyelesaikan semuanya. Dalam keadaan seperti ini pimpinan tersebut membutuhkan bantuan, yakni dari mereka yang duduk dalam satuan organisasi staf. Patut dipahami bahwa bantuan yang diberikan oleh staf tersebut, hanya bersifat nasihat saja, sedangkan keputusan dan pelaksanaan dari keputusan tersebut tetap berada ditangan pimpinan.

    Keuntungan lain dari organisasi staf  ialah keputusan dapat lebih baik, karena telah dipikirkan oleh sekelompok kalangan ahli. Sedangkan kerugian dari struktur staf ini ini adalah pengambilan keputusan lebih lama dari pada organisasi lini karena itu dapat menghambat kelancaran program.

    Struktur Kepengurusan KPAD Tasikmalaya

    D.  Penanggulangan HIV/ AIDS di Kota Tasikmalaya

    Berbagai cara penanggulangan HIV/AIDS yang dilakukan oleh KPAD Tasikmalaya diantaranya:

    1.    Telah dibentuknya KPA Kota Tasikmalaya pada bulan Desember 2005 No.443/Kep.614-Dinkes/2005

    2.    Sudah memiliki Kantor Sekretariat dan 2 orang Staf Kesekretariatan

    3.    Terbentuknya Renstra, Renja, Pokja

    4.    Pendanaan Sekretariat dan Kegiatan KPAD pada th 2006 sebesar 100 juta dan 2007 adalah 100 juta meliputi Penguatan KPA, KIE & media Informasi, Surveilans HIV, Bantuan ODHA

    5.    Pendanaan APBD II 2007 :

    a.    12 juta Pemeriksaan IMS berkala, ( Dinkes )

    b.    16 juta Sosialisasi Narkoba ( Dinkes )

    c.    50 juta Pedmberdayaan Kel Resiko WPS ( Linsos )

    E.  Program-Program KPA Kota Tasikmalaya

    1.    Pertemuan Organisasi

            Pertemuan organisasi yang dilaksanakan oleh KPA Tasikmalaya adalah berupa pertemuan-pertemuan dengan organisasi lain/ LSM yang membahas mengenai isu-isu kesehatan khususnya di kota Tasikmalaya, umumnya di Indonesia. Bentuk pertemuan ini tidak selalu formal tetapi ada juga pertemuan-pertemuan yang dilakukan secara non formal. Selain pertemuan organisasi, KPAD Kota Tasikmalaya juga selalu melaksanakan pertemuan tahunan. Pertemuan tahunan ini dilaksanakan pada hari Selasa  8 januari 2013 yang lalu bertempat bertempat di Aula Bale Kota Tasikmalaya, dimana pertemuan ini mengingatkan kita terhadap isu serta masalah HIV dan AIDS.

    2.    Melaksanakan Program Kesehatan

            Seperti organisasi lainnya, KPAD Kota Tasikmalaya sebagai salah satu organisasi yang berkecimpung didunia kesehatan yang dikhususkan pada penanggulangan AIDS memiliki program-program kesehatan. Adapun bentuk-bentuk kegiatan yang biasa dilakukan oleh pengurus KPAD Tasikmalaya adalah:

    a.       Aksi Simpatik

    b.      Pembagian leaflet-leaflet kesehatan

    c.       Mengadakan seminar

    d.      Melakukan sosialisasi kepada masyarakat umum

    e.       Mengadakan Talkshow.

    3.    Menyediakan Outlet Kondom

           Pada dasarnya KPA dibentuk untuk menanggulangi penyebaran penyakit AIDS yang selama ini masih belum ditemukan obatnya. Untuk upaya-upaya preventif yang bisa dilakukan oleh KPAD Tasikmalaya salah satunya menyediakan outlet kondom. Keluar masuknya kondom akan dikelola oleh pengelola logistik yang ada di KPAD. 

    4.      Populasi Kunci

             Secara nasional sejak tahun 2010 terjadi perlambatan, yaitu penurunan laju pertambahan kasus HIV melalui jarum suntik sedangkan tahun 2011 menurun menjadi 16,3%. Banyak faktor yang mengakibatkan peningkatan kasus HIV khususnya kota Tasikmalaya yaitu jumlah kelompok kunci yang cukup tinggi berpotensi sebagai sumber penularan utama, dan pergeseran norma khususnya dikalangan anak muda yang meningkatkan perilaku beresiko. Terdapat empat fokus area program yang mencakup  pencegahan, perawatan, dukungan dan pengobatan, mitigasi dampak sosial ekonomi dan menciptakan lingkungan eksternal dan internal yang kondusif untuk program.

              Berdasarkan kajian efidemik isu penting, tantangan dan masalah di Kota Tasikmalaya sebagai berikut adanya peningkatan jumlah total kasus ODHA, karena masih terjadi infeksi baru, cakupan berbagaikegiatan program masih kurang, pemahaman pada masalah HIV AIDS pada berbagai lapisan masyarakat masih kurang, stigma distriminasi masih ada baik di masyarakat umum dan aparat pemerintah khususnya yang terlibat dengan pelayanan publik, masih terbatas anggaran operasional di Dinas Tekhnis sebagai pelaksana program pencegahan dan penanggulangan, keterlibatan sebagai institusi pemerintah dan non pemerintah yang masih terbatas dalam upaya pencegahan dan penanggulangan.

    BAB IV

    KESIMPULAN DAN SARAN

    A.  Kesimpulan

    Berdasarkan analisa pembahasan, terdapat beberapa hal yang perlu untuk ditarik kesimpulan dari  permasalahan ini, diantaranya adalah:

    1.    Kebijakan-kebijakan yang mendukung terbentuknya KPAadalah

    a.       Perpres No.75 tahun 2006 tentang KPA

    b.      Permenko Kesra No. 2 tahun 2007 tentang Harm Reduction

    c.       Permendagri No. 20 tahun 2007 tentang Pedoman Umum Pembentukan Komisi Penanggulangan AIDS dan Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka Penanggulangan HIV dan AIDS di Daerah

    d.      Rencana Aksi Nasional (RAN) Penanggulangan AIDS 2007-2010

    e.       Strategi Nasional Penanggulangan HIV dan AIDS 2011-2014

    2.    KPAD memiliki fungsi, diantaranya:

    a.    Mengkoordinasi perumusan kebijakan, strategi, dan langkah-langka yang diperlukan dalam rangka penanggulangan HIV dan AIDS sesuai dengan kebijakan strategi dan pedoman yang ditetapkan oleh KPAN.

    b.    Memimpin, mengelola, mengendalikan, memantau dan mengevaluasi pelaksanaan penanggulangan HIV dan AIDS di Provinsi.

    c.    Menghimpun, menggerakkan, menyediakan dan memanfaatkan sumber daya yang berasal dari pusat, daerah, masyarakat dan BLN secara efektif dan efisien untuk kegiatan penanggulangan HIV dan AIDS

    d.   Mengkoordinasi pelaksanaan tugas dan fungsi masing-masing instansi yang bergabung dalam keanggotaan KPAD.

    3.    Struktur organisasi KPA Tasikmalaya menggunakan struktur organisasi staff, hal ini dikarenakan Staf terbagi dalam beberapa kategori, staf ahli memberi nasehat sesuai dengan skill.

    4.    Berbagai cara penanggulangan HIV/AIDS yang dilakukan oleh KPAD Tasikmalaya diantaranya:

    a.    Telah dibentuknya KPA Kota Tasikmalaya pada bulan Desember 2005 No.443/Kep.614-Dinkes/2005

    b.    Sudah memiliki Kantor Sekretariat dan 2 orang Staf Kesekretariatan

    c.    Terbentuknya Renstra, Renja, Pokja

    d.   Pendanaan Sekretariat dan Kegiatan KPAD pada th 2006 sebesar 100 juta dan 2007 adalah 100 juta meliputi Penguatan KPA, KIE & media Informasi, Surveilans HIV, Bantuan ODHA

    e.    Pendanaan APBD II 2007

    5.    Adapun beberapa Program KPA Kota Tasikmalaya diantaranya:

    a.    Pertemuan Organisasi

    b.    Melaksanakan Program Kesehatan

    c.    Menyediakan Outlet Kondom

    d.      Populasi Kunci

    B.  Saran

    Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Karena kita ketahui bahwa kesempurnaan hanya milik Allah SWT maka dari itu penulis menyarankan:

    1.    Diharapkan kepada pembaca dapat memberikan informasi yang lebih lengkap mengenai KPAD Kota Tasikmalaya,

    2.    Diharapkan untuk KPAD Kota Tasikmalaya agar membentuk Duta Anti HIV/AIDS dikalangan anak-anak remaja. Sehingga dengan dibentuknya Duta Anti HIV/AIDS penyampaian informasi melalui  peer education bisa tersampaikan dan dapat diterima dikalangan remaja.

    3.    Melakukan tes kepada seluruh masyarakat Tasikmalaya secara berkala. Sehingga ketika ada ODHA proses pencegahan penularan dapat diminimalisasi

    DAFTAR PUSTAKA

    Azwar, A. 2010. Pengantar Administrasi Kesehatan Edisi Tiga. Tangerang: Binarupa Aksara Publisher

    Harri, A.K. Kebijakan Penanggulangan HIV dan AIDS. Tasikmalaya: Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya

    Wijono, D. 2009. Organisasi Kesehatan. Surabaya: CV. Duta Prima Airlangga.

    http://tasikmalayakota.go.id/new/index.php?option=com_content&view=article&id=608&catid=1&Itemid=104

    http://www.priangan.suarajabar.com/priangan/tasikmalaya/336-penanggulangan-aids-daerah-kpad-kota-tasikmalaya

  • Makalah Struktur Jaringan Batang Tumbuhan Dikotil

    Struktur Jaringan Batang Tumbuhan Dikotil

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Tumbuhan adalah tonggak dari sebagian besar ekosistem teresterial (daratan).Batang merupakan bagian tubuh tumbuhan yang amat penting, dan mengingat tempat dan kedudukan batang bagi tubuh tumbuhan, batang dapat disamakan dengan sumbu tubuh tumbuhan. Maka kami perlu mempelajarinya lebih mendalam untuk menambah pengetahuan kami dengan cara membuat makalah ini.

    1.2. Rumusan masalah

    Melihat latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

    1. Bagaimana Fungsi Batang pada Tumbuhan?
    2. Bagaimana Struktur Jaringan Batang Pada Tumbuhan
    3. Bagaimana Struktur Jaringan luar Batang Tumbuhan
    4. Bagaimana Struktur Jaringan Batang Tumbuhan Dikotil
    5. Bagaimana Struktur Jaringan Batang Tumbuhan Monokotil
    6. Bagaimana Pertumbuhan primer dan sekunder batang

    1.3. Tujuan penulisan

    Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini  adalah sebagai berikut:

    1.         Untuk mengetahui Fungsi Batang pada Tumbuhan

    2.         Untuk mengetahui Jaringan Batang Pada Tumbuhan

    3.         Untuk mengetahui Struktur Jaringan luar Batang Tumbuhan

    4.         Untuk mengetahui Struktur Jaringan Batang Tumbuhan Dikotil

    5.         Untuk mengetahui Struktur Jaringan Batang Tumbuhan Monokotil

    6.         Untuk mengetahui pertumbuhan primer dan sekunder

    7.         Dan bagaimana membuat tabel perbandingan antara jaringan dikotil dan monokotil.

    BAB II

    PEMBAHASAN

    2.1.   Struktur , Jaringan , Jenis & Fungsi Batang Tumbuhan

    Batang merupakan bagian sistem tunas pada tumbuhan. Letaknya berada di atas tanah. Organ ini dikategorikan sebagai penghasil alat-alat lateral, misalnya daun, tunas, dan bunga. Pada bagian batang terdapat buku (node) atau tempat daun melekat dan ruas (internode), yaitu bagian batang yang letaknya di antara buku-buku.

    Morfologi dasar tumbuhan menunjukkan sejarah evolusinya sebagai organisme teresterial. Suatu tumbuhan darat harus menempati dua lingkungan yang sangat berbeda, yaitu tanah dan udara, pada waktu yang bersamaan dan harus mengambil sumberdaya dari keduanya.

    Tanah menyediakan air dan mineral, udara merupakan sumber utama CO2, namun cahaya tidak bisa menembus jauh ke dalam tanah. Solusi evolusioner terhadap pemisahan  sumberdaya ini adalah diferensiasi tubuh tumbuhan menjadi dua sistem utama: sistem akar yang berada dibawah permukaan tanah dan sistem tunas yang ada di atas permukaan tanah yang terdiri dari batang, daun dan bunga.

    Tidak satupun di antara kedua sistem ini yang dapat hidup tanpa ada sistem yang lain. Jika tumbuhan tidak mempunyai kloroplas dan hidup di kegelapan, maka akar akan kelaparan tanpa gula dan nutrien (zat hara) organik lainnya yang didatangkan dari jaringan fotosintetik sistem tunas. Sebaliknya, sistem tunas bergantung pada air dan mineral yang diserap dari tanah oleh akaar. Jaringan vaskuler (pembuluh), yaag kontinyu di seluruh tubuh tumbuhan, mengangkut zat antara akar dan tunas.

    Kedua jenis jaringan vaskuler tersebut adalah xilem, yang mengirim air dan mineral yang terlarut ke atas dari akar ke tunas, dan floem, yang mengangkut makanan yang dibuat di daun yang sudah dewasa ke akar dan bagian-bagian tunas, seperti daun dan buah yang sedang berkembang.

    Selain buku dan ruas, pada batang terdapat suatu tunas. Tunas yang terdapat pada sudut di antara daun dan batang dinamakan tunas aksiler. Tunas ini berpeluang menjadi cabang. Adapun bagian ujung batang terdapat tunas terminal. Perhatikan Gambar 1.

    Gambar 1 Bagian-bagian batang

    2.2.   Fungsi Batang pada Tumbuhan

    Secara umum, batang mempunyai beberapa fungsi berikut :

    1)      Sebagai tempat pengangkutan air dan unsur hara dari akar.

    2)      Memperluas tajuk tumbuhan untuk efisiensi penangkapan cahaya matahari.

    3)      Tempat tumbuhnya organ-organ generatif.

    4)      Efisiensi penyerbukan dan membantu pemencaran benih.

    5)      Pada tumbuhan tertentu, sebagai tempat penyimpanan makanan cadangan, misalnya berupa umbi atau rimpang.

    2.3.  Struktur Jaringan Batang Pada Tumbuhan

    Secara umum struktur jaringan penyusun batang tumbuhan terdiri atas tiga bagian, yaitu epidermis, korteks, dan stele. Adapun struktur jaringan penyusun batang (dari luar ke dalam) beserta ciri-cirinya dijelaskan dalam  uraian berikut :

    1)      Epidermis batang Tumbuhan

    a.       Tersusun oleh selapis sel, tersusun rapat, tanpa ruang antarsel, dinding luar terdapat kutikula yang berfungsi untuk melindungi batang dari kehilangan air yang terlalu besar. Pada tumbuhan kayu yang telah tua terdapat kambium gabus yang menggantikan fungsi jaringan primer.

    b.      Aktivitas kambium gabus adalah melakukan pertukaran gas melalui celah yang disebut lentisel. Derivat epidermis antara lain sel silika dan sel gabus, misalnya pada batang tanaman tebu.

    2)      Korteks batang Tumbuhan

    a.       Tersusun oleh beberapa lapis sel parenkim yang tidak teratur dan berdinding tipis, banyak ruang antarsel.

    b.      Terdapat kolenkim dan sklerenkim yang berfungsi sebagai penyokong dan penguat tubuh.

    c.       Sel-sel korteks sebelah dalam yang mengandung amilum disebut floeterma (sarung tepung ).

    3)      Stele (silinder pusat) batang Tumbuhan

    a.       Lapisan terluar disebut perisikel.

    b.      Di dalamnya terdapat sel parenkim dan berkas pengangkut.

     Gambar 2 Jaringan pembuluh pada tanaman (a) monokotil dan (b) dikotil.

    2.4.   Struktur Jaringan luar Batang Tumbuhan

    Perbedaan struktur luar pada tumbuhan tingkat tinggi dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu batang tumbuhan herba dan batang tumbuhan berkayu. Tumbuhan herba dan tumbuhan berkayu memiliki daun-daun di sepanjang batangnya.


    1) Batang tumbuhan herba

    Batang tumbuhan herba biasanya, berwarna hijau, jaringan kayu sedikit atau tidak ada, ukuran batang kecil, dan umumnya relatif pendek. Bagian luar batang terdiri dari epidermis yang tipis dan tidak mengandung gabus. Pada epidermis terdapat stomata sehingga jaringan di dalamnya dapat mengambil oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida. Contoh: pacar air, jagung, bayam, kacang, dan bunga matahari.


    2) Batang tumbuhan kayu

    Batang tumbuhan berkayu umumnya keras dan umurnya relatif panjang. Permukaan batang keras dan di bagian tertentu terdapat lentisel. Lentisel berhubungan dengan bagian dalam batang dan berfungsi sebagai tempat pertukaran gas di batang. Pada tumbuhan berkayu yang masih muda terdapat klorofil, sehingga dapat melakukan fotosintesis. Akan tetapi, jika sudah terbentuk lapisan gabus kemampuan fotosintesis menjadi hilang. Lapisan gabus terbentuk oleh kambium gabus. Adanya aktivitas kambium menyebabkan rusaknya jaringan yang terdapat pada korteks dan epidermis. Dengan rusaknya jaringan tersebut akan menyebabkan kemampuan fotosintesis menjadi hilang.

    2.5.    Struktur Jaringan Batang Tumbuhan Dikotil

    Seperti halnya akar, batang juga tersusun atas berbagai jaringan, yaitu jaringan epidermis, jaringan dasar, dan jaringan pembuluh. Jaringan dasar tersusun oleh korteks, sedangkan jaringan pembuluh terdapat berkas vaskuler yaitu xilem dan floem. Cermati bagian-bagian batang tumbuhan dikotil secara lebih detail pada Gambar 1. Karena itu, batang memiliki beragam fungsi bagi tumbuhan. Namun, berbagai lapisan ini juga mempunyai beragam ciri khas. 

    Jaringan epidermis pada batang memiliki ciri yang sama seperti jaringan epidermis pada akar. Misalnya, sel yang tipis dan tersusun rapat serta berkutikula pada akar dan batang. Selain itu, batang memiliki kemampuan tumbuh, baik secara sekunder maupun primer. Pertumbuhan sekunder batang terjadi pada jaringan epidermis. Sedangkan pertumbuhan primer terjadi pada tunas terminal (ujung batang) tepatnya pada meristem apikal. Fungsi jaringan epidermis pada batang juga sama dengan jaringan epidermis pada akar yaitu melindungi jaringan yang ada di dalamnya. Epidermis batang ini juga dapat pecah. Pecahnya epidermis batang mengakibatkan jaringan kambium gabus (folagen) terisi dengan gabus. Bagian ini disebut lenti sel. Fungsi lenti sel adalah sebagai tempat pertukaran gas dan penguapan (transpirasi).

    Lapisan penyusun batang selanjutnya adalah jaringan dasar. Di dalam jaringan ini terdapat korteks. Korteks pada batang meliputi dua macam jaringan, yakni jaringan korteks luar dan korteks dalam. Sel kolenkim dan sel parenkim adalah penyusun korteks luar. Korteks dalam hanya disusun dari sel-sel parenkim saja. Korteks dalam (endodermis) dimiliki oleh semua tumbuhan. Namun sebaliknya, tidak semua tumbuhan memiliki korteks luar. Ada satu ciri khas yang dimiliki tumbuhan biji terbuka terkait lapisan korteks. Pada korteksnya terdapat seludang pati (sarung tepung) yaitu lapisan yang berisi pati.

    Setelah korteks, tubuh tumbuhan tersusun oleh jaringan pembuluh. Di dalam jaringan pembuluh terdapat stele atau silinder pusat. Pada tumbuhan dikotil, stele terletak di sebelah dalam korteks atau sebelah dalam endodermis. Sementara, lapisan terluarnya disebut perisikel atau perikambium. Di sebelah dalam korteks terdapat empulur dan berkas pengangkut. Pada berkas pengangkutan ini terdapat xilem dan floem. Sementara, di tengah stele terdapat empulur. Empulur juga ada di antara xilem dan floem. Bentuknya seperti jari-jari, disebut jari empulur. Selain itu, di antara xilem dan floem juga terdapat kambium.

    Oleh karena itu, berkas pengangkutannya disebut berkas kolateral terbuka. Kambium memiliki dua bagian, yakni kambium vaskuler dan kambium intravaskuler. Bagian kambium yang berada di antara xilem dan floem berasal dari prokambium disebut kambium vaskuler. Sedangkan kambium di luar xilem dan floem yang berasal dari sel-sel parenkim disebut kambium intravaskuler. Adapun ringkasan letak dan fungsi tiap-tiap jaringan penyusun batang Dikotil dapat teman teman lihat dalam Tabel 1. Berikut :

    Tabel 1. Jaringan-Jaringan Penyusun Batang Dikotil Beserta Letak dan Fungsinya

    2.6.  Struktur Jaringan Batang Tumbuhan Monokotil

    Seperti halnya tumbuhan dikotil, struktur batang tumbuhan monokotil tersusun atas jaringan epidermis, jaringan dasar, dan jaringan pengangkut atau berkas pembuluh. Agar mengetahui bagian bagian batang tumbuhan monokotil, simak Gambar 1. Bedanya, tumbuhan dikotil memiliki bentuk meristem apikal yang kecil. Meristem inilah yang akan membentuk tunas ketiak daun, bakal daun, dan epidermis.

    Gambar1.kiri. adalah penampang jaringan batang monokotil. kanan dikotil

    Pada tumbuhan monokotil juga terdapat meristem perifer. Meristem perifer merupakan bagian meristem yang berkembang menjadi batang berisi xilem dan fl oem. Lapisan epidermis batang tumbuhan dikotil memiliki dinding sel yang lebih tebal dibandingkan tumbuhan dikotil. Pada lapisan epidermisnya terdapat stomata dan buku-buku. Di bawah epidermis terdapat korteks. Korteks tersusun dari sel-sel sklerenkim. Korteks tumbuhan monokotil, korteks merupakan kulit batang. Kulit batang berfungsi mengeraskan bagian luar batang.

    Setelah korteks, lapisan berikutnya ialah stele. Tumbuhan monokotil memiliki batas korteks dan stele yang tidak jelas. Di dalam stelenya terdapat berkas pengangkutan. Berkas pengangkutan tersebut tersebar pada empulur dan letaknya berdekatan dengan kulit batang. Sarung sklerenkim mengelilingi seluruh berkas pengangkut. Tipe berkas pengangkutannya dinamakan kolateral tertutup, sebab di antara xilem dan fl oemnya tidak ditemui kambium. Akibatnya, tumbuhan monokotil tidak bisa tumbuh secara sekunder. Alias tubuhnya tidak membesar dan hanya memanjang. Adapun ringkasan letak dan fungsi tiap-tiap jaringan penyusun batang Monokotil dapat teman teman lihat dalam Tabel 1. Berikut

    Tabel 1. Jaringan-Jaringan Penyusun Batang Monokotil Beserta Letak dan Fungsinya

    2.7.  Pertumbuhan Primer

    Meristem apikal dari suatu tunas adalah suatu massa sel yang berbentuk kubah yang membelah pada ujung tunas terminal. Daun uncul sebagai bakal daun pada sisi yang mengapit meristem apikal. Tunas aksiler akan berkembang dari kumpulan sel meristematik yang ditingalkan oleh meristem apikal pada pangkal empelur bakal dari daun. Sebagian besar pemanjangan tunas sesungguhnya terjadi melalui pertumbuhan ruas yang sedikit lebih tua di bawah ujung ruas tersebut. Pertumbuhan ini disebabkan oleh pembelahan sel dan pemanjangan sel di dalam ruas tersebut. Pada beberapapa tumbuhan, termasuk rumput-rumputan, ruas terus memanjang sepanjang panjang tunas tersebut selama periode yang lama. Hal ini dimungkinkan karena tumbuhan tersebut memiliki daerah meristematik, yang disebut meristem interkalari, pada pamgkal masing-masing ruas.

    Pada beberapa spesies tumbuhan, pembentukan tunas lateral tidak terjadi sebelum daun lebih tua. Bakal tunas dapat juga terjadi di tempat lain dan disebut tunas tambahan atau tunas adventif. Pembentukannya adalah dengan cara diferensiasi sel yang bersifat parenkim. Kebanyakan tunas tambahan dibentuk secara eksogen, artinya dari jaringan di dekat permukaan. Tunas aksiler bisa saja membentuk cabang dari sistem tunas pada suatu saat nanti. Cabang sistem tunas berasal dari tunas aksiler, yang berlokasi pada permukaan suatu tunas utama. Jaringan pembuluh dari suatu batang berada dekat dengan permukaan, dan cabang-cabang dapat berkembang dengan adanya sambungan ke jaringan pembuluh tanpa harus berasal dari bagian paling dalam di dalam tunas utama. Perkembangan buku dan ruas di dalam ujung tunas, yang dimiliki suatu konstruksi moduler suatu rentetan segmen, yang masing-masing terdiri dari sebuah batang, satu atau lebih daun dan suatu tunas aksiler yang berkait dengan masing-masing daun. Pada kenyataanya, meristem apikal dapat berubah dari satu fase perkembangan ke satu perkembangan yang lain selama sejarahnya. Salah satu peruabahan fase dalam pertumbuhan vegetatif (memnghasilakan daun) ini adalah dari keadaan juvenil ke keadaan dewasa (terlihat pada perubahan morfologi daun). Pada beberapa kasus ujung tunas mengalami suatu perubahan kedua, yaitu dari keadaan vegetatif dewasa ke keadaan reprodukti (pembentukan bunga).

    2.8.  Pertumbuhan Sekunder

    Penambahan tinggi yang dicapai oleh pertumbuhan di meristem apeks sering disertai penambahan tabal batang. Penebalan itu disebabkan oleh pertumbuhan sekunder akibat aktivitas kambium pembuluh yang menambah jumlah jaringan pembuluh. Pertumbuhan sekunder terutama terjadi pada suatu batang utama dan cabangnya serta kadang-kadang tampak pula pada daun, tertutama pada tangkai daun dan ibu tulang daun. Beberapa tunbuhan dikotil basah dan kebanyakan monokotil tidak memiliki pertumbuhan sekunder.

    Sebaian besar tumbuhan pembuluh mengalami pertumbuhan sekunder, yang meningkatkan diameter dan panjangnya. Tubuh sekunder tumbuhan terdiri dari jaringan yang dihasilkan selama pertumbuhan sekunder diameter. Dua meriatem lateral yang berfungsi dari pertumbuhan sekunder yaitu: kambium pembuluh yang menghasilkan xilem sekunder (kayu) dan floem, serta kambium gabus, yang menghasilkan suatu penutup keras dan tebal yang mengantikan epidermis pada batang dan akar. Pertumbuhan sekunder terjadi pada semua gimnosperma. Pada angiosperma, pertumbuhan pada sekunder berlangsung pada sebagin besar spesies dikotil tetapi jarang spesies monokotil.

    Kambium pembuluh adalah satu suatu silinder yang tersusun dari sel-sel meristematik yang membentuk jaringan pembuluh sekunder. Akumulasi  jarinagn pembuluh sekunder ini selama bertahun-tahun, bertanggung jawab atas sebagin besar pertambahan diameter tumbuhan berkayu. Kambium pembuluh menghasilkan xilem sekunder ke arah dalam dan floem sekunder ke arah luar. Sejalan dengan waktu, diameter pohon bertambah besar seiring dengan bertambah meningkatnya diameter silinder kambium pembuluh, yang membentuk lapisan jaringan sekunder secara suksesif, dengan diameter yang lebih besar dibanding diameter sebelumnya.

    Dalam tumbuhan dikotil semusim yang kecil dan sebagin besar tumbuhan monokotil, semua sel dalam tubuh tumbuhan dihasilkan oleh meristem-meristem ujung, dan karen itu tumbuhan tersebut menyelesaikan seluruh daur hidupnya dengan pertumbuhan primer. Tetapi dalam sebagin besar dikotil, terutama tumbuhan berkayu menahun yang dari tahun ke tahun terus tumbuh, tubuh primer tubuhan ditambah denagan pembentukan jarinagn sekunder yang menambah ketebalan sumbu tumbuhan.

    Pertumbuhan primer dan pertumbuhan sekunder terjadi secara bersama pada bagian batang yang berbeda-beda. Pada saat meristem apikal memanjangkan batang dengan cara memnghasilakan jaringan primer, termasuk xilem dan floem primer dalam bentuk berkas pembuluh, pertumbuhan sekunder mulai semakin jauh di bawah tunas. Pertambahan jaringan pembuluh sekunder mengubah bentuk bagian yang lebih tua pada suatu batang.

    Setelah meristem apikal memanjangkan suatu tunas, tubuh primer tumbuhan tunas muda membuat perubahan dari pertumbuhan primer ke pertunbuhna sekunder dengan membentuk kambium pembuluh dari sel-sel parenkima yang mampu merubah sel-sel itu menjadi meristematik kembali. Meristem ini terbentuk dalam suatu lapisan antara xilem primer dan floem primer dari masing-masing berkas pembuluh dan dalam lempemgan jaringan dasar di antara berkas. Pita-pita meristematik di dalam berkas dan lempengan pembuluh menyatu membentuk kambium pembuluh sebagai suatu silinder kontinu yang tersusun dari sel-sel yang membelah  di sekitar xilem primer dan empelur batang. Lempengan jaringan xilem dan floem, yang sebagian besar terdiri dari paremkim, berfungsi sebagai sarana sistem transpor radial air dan nutrien di dalam suatu batang berkayu, serta untuk menyimpan pati dan cadangan makanan lainnya. Sementara pertumbuhan sekunder barjalan terus-menerus selama bertahun-tahun, lapisan demi lapisan xilem sekunder akan terakumulasi membentuk kayu. Kayu sebagian besar terdiri dari trakeid, unusur pembuluh (pada angiosperma), dan serat. Sel-sel ini, mati pada kematangan fungsional dan memiliki dinding tebal berlignin yang memberi kekerasan dan kekutan pada kayu.

    BAB III

    PENUTUP

    3.1.  Kesimpulan

    Batang pada suatu tumbuhan mempunyai ciri-ciri: berbentuk panjang silinder; terdiri atas ruas yang dibatasi oleh buku dan terdapat daun; umumnya tumbuh ke atas;  bertambah panjang di ujungnya; terdapat percabangan; tidak berwarna hijau.

    Dalam bentuk itu tugas utamanya adalah mendukung bagian-bagian tumbuhan; mengangkut air dan zat-zat makanan; penyimpan cadangan makanan dan sebagai alat perkembang biakan serta memperluas bidang asimilasi. Pertumbuhan batang meliputi pertumbuhan primer dan pertumbuhan sekunder. Pertumbuhan primer terjadi pada  ujung tunas dan akar tumbuhan serta mengakibatkan tumbuhan bertambah tinggi, sedangkan pertumbuhan sekunder terjadi pada bagian akar dan tunas yang agak tua dan jauh dari ujung, pertumbuhan sekunder menaibatkan batang bertanbah besar, dimana hanya tumbuhan dikotil berkayu dan sebagian tumbuhan monokotil dapat mengalami pertumbuhan sekunder.

    3.2.  Saran

    Pada umumnya batang terdiri dari buku-buku, ruas-ruas, tunas terminal dan tunas aksilar. Batang suatu tumbuhan ada yang bercabang ada yang tidak bercabang. Cara percabangan dibedakan menjadi tiga macam yaitu; monopodial, simpodial dan dikotom. Batang suatu tumbuhan dapat mengalami suatu modifikasi menjadi bentuk yang bermacam-macam diantaranya; rimpang, umbi lapis, umbi batang, duri, cabang pembelit dan geragih. Adanya tunas terminal dan tunas aksilar menentukan percabangan, bahkan keseluruhan arsitektur tumbuhan. Beberapa model yang dikenal antra lain: Pada pohon tak bercabang;Model Holtum, Model Corner. Pada pohon bercabang; Model Tomlinson, Model Camberlain, Model Leeuwenberg, Model Koriba, Model Aubreville, Model Rauh, Model Massart, Model Raux, Model Champagnat dan Model Troll.

    DAFTAR PUSTAKA

    Hidajat, Estiti B. Morfologi Tumbuhan.

    Hidajat, Estiti B. 1995. Morfologi Tumbuhan Berbiji. Bandung: ITB

    Loveless.A.R. 1991. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik I.Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama

    Reece, Campbell. 1999. Biologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga

    Tjitrosoepomo, Gembong. 1985. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

    The Gau’ 2011 : www.muhsakirmsg.blogspot.com /morfologi tumbuhan/

  • Makalah Kebudayaan Papua

    Kebudayaan Papua

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Dikatakan bahwa sejarah manusia diawali bersama-sama bahasa. Selama ini banyak ahli antropologi yang mendefinisikan bahwa manusia adalah makhluk pencipta alat (homo fabel). Artinya eksistensi alat atau perkakas merupakan tanda-tanda adanya kehidupan (kebudayaan). Akan tetapi, menurut Claude Levi-Strauss seperti dikutip oleh Maruyama (1995:43), anggapan tersebut sekarang sudah lebih disempurnakan.

    Dewasa ini, pembatas antara alam dengan kebudayaan bukan lagi didasarkan pada eksistensi sebuah alat, tetapi didasarkan pada bahasa. Dengan kata lain, sebelum membentuk manusia sebagai homo fabel atau homo sapiens (manusia haus ilmu) perlu dibentuk dulu manusia homo loquens (manusia berbahasa). Karena denga bahasa itulah manusia dapat memelihara seluruh kebudayaannya. Kalau pada sifat alat itu tampak adanya suatu tranformasi dari alam kepada kebuyaan, maka bahasalah alat yang paling utama yang diciptakan manusia untuk proses tersebut, dan inilah yang memungkinkan sumber konsep pembuatan seluruh alat-alat.

    Bahasa adalah organ physiology yang digunakan secara instingtif dan alami. Hal ini yang membedakan inti bahasa dengan ketika kita menggunakan paru-paru unuk bernafas atau berdiri kemudian berjalan.. Burung beo di rumah saya mampu menirukan kata salam seperti “selamat datang” dan menirukan kata “kamu jelek”. Tetapi Ia tidak bisa membuat kalimat bentuk lampau atau pengandaian.

    Sejak kita lahir di alam fana ini sudah dikelilingi oleh bahasa, dibesarkan dengan bahasa, berpikir memakai bahasa, berkomunikasi dengan orang lain menggunakan bahasa. Karena kelekatan bahasa dengan kehidupan kita, sering kali secara refleksi bahasa tidak dipikirkan. Dalam keadaan seperti ini, kadang-kadang kita dibuat jengkel karena tidak mampu memahami komunikasi dengan orang-orang yang menggunakan bahasa yang sama. Termasuk seperti contoh penulisan sms yang kadang susah untuk dipahami.

    Setiap mahluk hidup yang mendiami suatu ekosistem tertentu mempunyai hubungan erat dengan ekosistem tersebut. Hubungan itu berupa interaksi timbal balik antara sesama mahluk hidup dan antara mereka dengan alam tempat mereka hidup. Tingkat derajad pengaruh yang terjadi akibat interaksi antar sesama mahluk hidup maupun antara mahluk hidup dengan lingkungan alamnya senantiasa berada dalam suatu keseimbangan, meskipun kadang-kadang muncul ialah satu unsur sebagai faktor determinan. Misalnya pada suatu ekosistem tertentu terdapat hanya jenis-jenis mahluk tertentu saja karena jenis-jenis mahluk hidup inilah yang dapat beradaptasi untuk dapat hidup dan mempertahankan kelangsungan hidup spesiesnya di ekosistem tersebut. Dengan kata lain unsur alam merupakan faktor determinan terhadap jenis-jenis mahluk hidup di dalamnya.

    Manusia sebagai salah satu jenis mahluk hidup, juga mempunyai hubungan yang erat, baik antara dia dengan sesama mahluk hidup lainnya maupun dengan lingkungan alam di mana ia hidup, bahkan berbeda dengan jenis-jenis mahluk hidup lainnya ia mempunyai suatu kemampuan yang luar biasa untuk beradaptasi terhadap lingkungan manapun. Ia mampu untuk beradaptasi di lingkungan ekosistem yang berbeda-beda (di daerah tropis, sub-tropis, kutub, daerah berawa, pengunungan tinggi, pulau/pantai).

    Bentuk-bentuk hubungan apa yang terjalin antara manusia dengan mahlukmahluk hidup lainnya dan antara manusia dengan lingkungan alamnya dalam rangka mempertahankan eksistensinya dan apa yang terwujud sebagai hasil dari proses interaksi tersebut amat bervariasi dari satu ekosistem dengan ekosistem lainnya. Makalah ini membahas hubungan-hubungan apa yang diwujudkan oleh mahluk manusia untuk berinteraksi dengan ekosistemnya dan dampak-dampak yang diakibatkan oleh interaksi tersebut.

    Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya, masyarakat serta suku yang berbeda. Hal ini bisa kita lihat dari perbedaan suku, masyarakat, ras, agama yangmembentang seluas arcipelago Indonesia dari Sabang samapi Merauke. Merupakan sebuahkesalah besar apalbila kita sebagai masyarakat Indonesia, hanya acuh dan tidak mempelajarikebudayaan-kebudayaan yang beragam yang tersapat di Indonesia.Penulis memilih kebudayaan masyarakat Arfak papua, karena Propinsi Papua diIndonesia merupakan sebuah propinsi yang unik. Propinsi yang sering kali dianggap sebelahmata oleh orang orang karena anggapan mereka masyarakat papua masih primitif. Namu di balik anggapan primitif itu, masyaratakat papua merupakan salah satu masyarakat yangmasih memegang teguh budayanya, budaya asli Indonesia yang belum tercemar oleh pengaruh dari negara-negara barat.

    1.2   Rumusan masalah

    Agar dapat menunjukkan solusi yang tepat mengenai masalah-masalah sosial yang dihadapi Masyarakat Papua dewasa ini

    1.3   Tujuan penelitian

    Tujuan  dilakukan penelitian ini agar pembaca bisa mengerti dan memahami Tentang kebudayaan Papua dan dapat mempelajari tentang kebudayaan  Papua yang selama ini menurut kita bahwa kebudayaan papua itu aneh.

    BAB II

    PEMBAHASAN

    2.1.    Adat Istiadat Orang Papua

    Adat istiadat orang Papua yang masih dipertahankan sampai saat ini oleh suku-suku yang mendiami kepulauan Papua, antara lain :

    Adat Istiadat :

    ·      Di daerah ini masih banyak orang yang mengenakan holim (koteka)  (penutup penis) yang terbuat dari kunden kuning dan para wanita menggunakan pakaian wah berasal dari rumput/serat

    ·      Masyarakat Dani percaya pada kekuatan gaib, roh leluhur dan roh-roh kerabat yang telah meninggal.

    ·      Hubungan antara orang yang masih hidup dengan roh leluhur dan roh orang yang telah meninggal lainnya dilakukan melalui upacara.

    ·      Berduka: Memutus jari dan melumuri muka dengan tanah liat ketika berduka

    System  kekerabatannya :

    ·      Masyarakat Dani tidak mengenal konsep keluarga batih, di mana bapak, ibu, dan anak tinggal dalam satu rumah. Mereka adalah masyarakat komunal. Maka jika rumah dipandang sebagai suatu kesatuan fisik yang menampung aktivitas-aktivitas pribadi para penghuninya, dalam masyarakat Dani unit rumah tersebut adalah sili.

    ·      Pada dasarnya silimo / sili merupakan komplek tempat kediaman yang terdiri dari beberapa unit bangunan beserta perangkat lainnya.

    ·      Perkampungan tradisional di Wamena dengan rumah-rumah yang dibuat bernbentuk bulat beratap ilalang dan dindingnya dibuat dari kayu tanpa jendela.Rumah seperi ini disebut honai

    ·      Komplek bangunan biasanya terdiri dari unsur-unsur unit bangunan yang dinamakan: rumah laki-laki (Honei/pilamo), rumah perempuan (ebe-ae/ Ebei ), dapur (hunila) dan kandang babi (wamdabu/Wamai ).

    Persoalan sosial yang di alaminya adalah :

             1.  Perang:

    a.    Gadis: penyelesaian lima babi atau uang

    b.    Istri selingkuh: penyelesain lima ekor babi

    c.    Pencurian benda berharga: kerang, hewan, babi

    d.   Orang sakit ketika berladang, anak bermain,

    e.    Tanah

    2.    Kasus Soisal:

    a.    Konflik ini dimulai ketika seorang anak suku Damal meninggal dunia dan suku Dani dituduh sebagai pembunuhnya.

    b.    Tanda “gencatan senjata” berupa mematahkan panah dan memanah anak babi di masing-masing kubu.

    c.    Pembayaran denda untuk menyelesaikan masalah

    2.2.    Proses  Sosial

    Proses sosial adalah cara-cara berhubungan yang dilihat apabila orang-perorangan dan kelompok-kelompok sosial saling bertemu dan menentukan sistem serta bentu-bentuk hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan-perubahan yang menyebabkan goyahnya pola-pola kehidupan yang terlah ada.

    Proses sosial dapat diartikan sebagai pengaruh timbale-balik antara pelbagai segi kehidupan bersama, misalnya pengaruh-mempengaruhi antara sosial dengan politik, politik dengan ekonomi, ekonomi dengan hukum.

    Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial(yang juga dapat dinamakan sebagai proses sosial) karena interasi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Interaksi sosial antara kelompok-kelompok manusia terjadi anatara kelompo tersebut sebagai suatu kesatuan dan biasanya tidak menyangkut pribadi anggota-anggotanya.

    2.3.    Sistem Interaksi Sosial Komunikasi

    Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial, karena tanpa interkasi sosial tak akan mungkin ada kehidupan bersama.

    Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial(yang juga dapat dinamakan sebagai proses sosial) karena interasi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial.

    Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Interaksi sosial antara kelompok-kelompok manusia terjadi anatara kelompo tersebut sebagai suatu kesatuan dan biasanya tidak menyangkut pribadi anggota-anggotanya.

    Interaksi sosial antara kelompok-kelompok manusia terjadi pula di dalam masyarakat. Interaksi tersebut lebih mencolok ketika terjadi benturan antara kepentingan perorangan dengan kepentingan kelompok. Interaksi sosial hanya berlangsung antara pihak-pihak apabila terjadi reaksi terhadap dua belah pihak.

     Interaksi sosial tak akan mungkin teradi apabila manusia mengadakan hubungan yang langsung dengan sesuatu yang sama sekali tidak berpengaruh terhadap sistem syarafnya, sebagai akibat hubungan termaksud.

    Berlangsungnya suatu proses interaksi didasarkan pada pelbagai faktor :

    ð  Imitasi

    Salah satu segi positifnya adalah bahwa imitasi dapat mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku.

    ð  Sugesti

    Faktor sugesti berlangsung apabila seseorang memberi suatu pandangan atau suatu sikap yang berasal dari dirinya yang kemudian diterima oleh pihak lain.

    ð  Identifikasi

    Identifikasi sebenarnya merupakan kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain. Identifikasi sifatnya lebih mendalam daripada imitasi, karena kepribadian seseorang dapat terbentuk atas dasar proses ini.

    ð  Proses simpati

    Sebenarnya merupakan suatu proses dimana seseorang merasa tertarik pada pihak lain. Di dalam proses ini perasaan memegang peranan yang sangat penting, walaupun dorongan utama pada simpati adalah keinginan untuk memahami pihak lain dan untuk bekerja sama dengannya.

    Syarat-syarat Terjadinya Interaksi Sosial

    Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, menyangkut hubungan antara individu, antara kelompok maupun antara individu dengan kelompok.

    Dua Syarat terjadinya interaksi sosial :

    1.      Adanya kontak sosial (social contact), yang dapat berlangsung dalam tiga bentuk.Yaitu antarindividu, antarindividu dengan kelompok, antarelompok. Selain itu, suatu kontak dapat pula bersifat langsung maupun tidak langsung.

    2.      Adanya Komunikasi, yaitu seseorang memberi arti pada perilaku orang lain, perasaan-perassaan apa yang ingin disampaikan orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberi reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang tersebut.

    Bentuk-bentu Interaksi Sosial

    Bentuk-bentuk interaksi sosial dapat berupa kerja sama (cooperation), persaingan (competition), dan bahkan dapat juga berbentuk pertentangan atau pertikaian (conflict). Pertikaian mungkin akan mendapatkan suatu penyelesaian, namun penyelesaian tersebut hanya akan dapat diterima untuk sementara waktu, yang dinamakan akomodasi. Ini berarti kedua belah pihak belum tentu puas sepenunya. Suatu keadaan dapat dianggap sebagai bentuk keempat dari interaksi sosial.

    Keempat bentuk poko dari interaksi sosial tersebut tidak perlu merupakan suatu kontinuitas, di dalam arti bahwa interaksi itu dimulai dengan kerja sama yang kemudian menjadi persaingan serta memuncak menjadi pertikaian untuk akhirnya sampai pada akomodasi.

    2.4.    Sistem Sosial Kehidupan Masyarakat Manokwari

    Berbicara mengenai sistem sosial, terkandung sistem nilai sosial budaya. Koentjaraningrat (1974:25)1 menganggap nilai sosial budaya sebagai faktor mental yang menentukan perbuatan seseorang atau sekelompok orang di masyarakat. Sistem nilai budaya terdiri dari konsep-konsepsi yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar warga masyarakat, mengenai hal-hal yang harus mereka anggap amat bernilai dalam hidup. Karena itu suatu nilai budaya biasanya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia. Sistem-sistem tata kelakuan manusia lain yang tingkatnya lebih konkrit, seperti aturan-aturan khusus, hukum dan norma-norma, semuanya juga berpedoman kepada sistem nilai budaya.

    Semua sistem nilai budaya dalam semua kebudayaan, akan berkisar dalam lingkup masalah kehidupan (hakekat hidup), kerja, waktu, alam atau lingkungan hidup dan hubungan dengan sesama manusia. Sedangkan mengikuti klasifikasi Alisyahbana (1981:22)2, berusaha memilah-milah berbagai macam nilai budaya menjadi enam kelompok: Nilai teori, nilai ekonomi, nilai solidaritas, nilai agama, nilai seni dan nilai kuasa. Pertama nilai teori mendasari perbuatan seseorang atau sekeklompok orang yang bekerja terutama atas pertimbangan-pertimbangan rasional. Nilai ini dilawankan dengan nilai agama, yaitu nilai budaya yang mendasari perbuatan-perbuatan atas pertimbangan kepercayaan bahwa ‘’sesuatu’’ itu benar. Kedua nilai ekonomi yaitu pertimbangan utama yang mendasari perbuatan dengan ada tidaknya keuntungan finansial sebagai akibat dari perbuatannya, dilawankan dengan nilai seni, yakni nilai budaya yang mempengaruhi tindakan seseorang atau sekelompok orang terutama atas pertimbangan rasa keindahan atau rasa seni yang terlepas dari pertimbangan material. Ketiga nilai solidaritas, apabila perbuatan seseorang didasarkan atas pertimbangan bahwa teman atau tetangganya juga berbuat demikian tanpa menghiraukan akibat perbuatan itu terhadap dirinya sendiri. Nilai ini dilawankan dengan nilai kuasa, yaitu budaya yang mendasari perbuatan seseorang atau sekelompok orang terutama atas pertimbangan baik-buruk untuk kepentingan diri atau kelompoksendiri..

    Keenam jenis nilai tersebut, timbul dari aktivitas budi manusia, yaitu: (1) nilai teori atau ilmu yang merupakan identitas tiap benda atau peristiwa, terutama berkait erat dengan aspek penalaran (reasoning) ilmu dan teknologi; (2) nilai ekonomi, yang mencari dan member makna bagaimana kegunaan segala sesuatu, berpusat pada penggunaan sumber dan benda ekonomi secara efektif dan efisien berdasarkan kalkulasi dan pertanggung jawaban; (3) nilai agama, yang melihat segala sesuatu sebagai penjelmaan kekudusan, dikonsentrasikan pada nilai-nilai dasar bagi kemajuan kehidupan di dunia dan akhirat; (4) nilai seni, yang menjelmakan keindahan atau keekspresifan; (5) nilai kekuasaan, yang merupakan proses vertikal dari organisasi sosial yang terutama terjelma dalam hubungan politik, ditandai oleh pengambilan keputusan; dan (6) nilai solidaritas sosial, yang merupakan poros horizontal dari organisasi, terjelma dalam cinta dan kasih sayang, namun lebih berorientasi kepada kepoercayaan diri sendiri.

    Di dalam suatu masyarakat, seseorang mungkin mendasarkan perbuatannya terutama atas satu atau beberapa gabungan nilai budaya, sementara orang lain mendasarkan perbuatan atas nilai lainnya, sehingga sangat sulit ditarik suatu benang pemisah yang tegas nilai mana yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Meskipun demikian, kiranya dapat diterima bahwa nilai budaya yang dominan pada masyarakat tradisional adalah nilai solidaritas, nilai agama, dan nilai seni, sedangkan pada masyarakat maju (modern) nilai budaya yang dominan adalah nilai teori, nilai ekonomis dan nilai kuasa. Nilai-nilai tersebut tidaklah tetap begitu saja dari satu generasi ke generasi berikutnya, melainkan berubah sejalan dengan kemajuan itu sendiri. Satu atau dua nilai budaya yang lain mengalami pemudaran.

    Mengacu pada perbedaan tofografi dan adat istiadat, penduduk Papua dapat dibedakan menjadi tiga kelompok besar, masing-masing: 1) penduduka daerah pantai dan kepulauan dengan ciri-ciri umum rumah di atas tiang (rumah panggung) dengan mata pencaharian menokok sagu dan menangkat ikan; 2) Penduduk daerah pedalaman yang hidup di daerah sungai, rawa danau dan lebah serta kaki gunung. Umunya mereka bermata pencaharian menangkap ikan, berburu dan mengumpulkan hasil hutan; 3) Penduduk daerah dataran tinggi dengan mata pencaharian berkebun dan beternak secara sederhana.

    Kelompok asli di Papua terdiri atas 193 suku dengan 193 bahasa yang masing-masing berbeda. Tribal arts yang indah dan telah terkenal di dunia dibuat oleh suku Asmat, Ka moro, Dani dan Sentani. Sumber berbagai kearifan lokal untuk kemanusiaan dan pengelolaan lingkungan yang lebih baik diantaranya dapat ditemukan di suku Aitinyo, Arfak, Asmat, Agast, Aya maru, Mandacan, Biak, Ami, Sentani dan lain-lain. Umumnya masyarakat Papua hidup dalam sistem kekerabatan dengan menganut garis keturunan ayah (patrilinea). Budaya setempat berasal dari Melanesia. Masyarakat penduduk asli Papua cenderung menggunakan bahasa daerah yang sangat dipengaruhi oleh alam laut, hutan dan pegunungan.

    Dalam perilaku sosial terdapat suatu falsafah masyarakat yang sangat unik, misalnya seperti yang ditujukan oleh budaya suku Komoro di Kabupaten Mimika, yang membuat gendering dengan menggunakan darah. Suku Dani di kabupaten Jayawijaya yang gemar melakukan perang-perangan, yang dalam bahasa Dani disebut Win. Budaya ini merupakan warisan turun-temurun dan dijadikan festival budaya Lembah Baliem. Ada juga rumah tradisional Honai, yang di dalamnya terdapat mummy yang diawetkan dengan ramuan tradisional. Terdapat tiga mummy di Wamena; Mummy Aikima berusia 350 tahun, Mummy Jiwika 300 tahun, dan Mummy Pumo berusia 250 tahun.

    Di suku Marin, Kabupaten Merauke, terdapat upacara Tanam Sasi, sejenis kayu yang dilaksanakan sebagai bagian dari rangkaian upacara kematian. Sasi ditanam 40 hari setelah hari kematian seseorang dan akan dicabut kembali setelah 1.000 hari. Budaya Suku Asmat mempunyai empat makna dan fungsi, masing-masing; (1) melambangkan kehadiran roh nenek moyang; (2) untuk menyatakan rasa sedih dan bahagia; (3) sebagai suatu lambing kepercayaan dengan motif manusia, hewan, tetumbuhan dan benada-benda lain; (4) sebagai lambing keindahan dan gambaran ingatan kepada nenek moyang. Budaya Suku Imeko di Kabupaten Sorong Selatan menampilkan tarian adat Imeko dengan budaya suku Maybrat dengan tarian adat memperingati hari tertentu seperti panen tebu, memasuki rumah baru dan lainnya.

    Keagamaan merupakan salah satu aspek yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat di Papua dan dalam hal kerukunan antar umat beragama di sana dapat dijadikan contoh bagi daerah lain, mayoritas penduduknya beraga Kristen, namun demikian sejalan dengan semakin lancarnya transportasi dari dan ke Papua, jumlah orang dengan agama lain termasuk Islam juga semakin berkembang. Banyak misionaris yang melakukan misi keagamaan di pedalaman-pedalaman Papua. Mereka memainkan peran penting dalam membantu masyarakat, baik melalui sekolah misionaris, balai pengobatan maupun pendidikan langsung dalam bidang pertanian, pengajaran bahasa Indonesia maupun pengetahuan praktis lainnya. Misionaris juga merupakan pelopor dalam membuka jalur penerbangan ke daerah-daerah pedalaman yang belum terjangkau oleh penerbangan reguler.

    BAB III

    PENUTUP

    3.1.    Kesimpulan

    Sebagai kesimpulan dari penjelasan-penjelasan di atas ialah bahwa kita harus bercermin pada masyarakat tradisional untuk menata hubungan kita dengan alam demi keberlanjutan hidup mahluk manusia. Masyarakat tradisional telah berhasil mewariskan bumi ini dalam keadaan tidak tercemar kepada kita diwaktu sekarang untuk memanfaatkannya dan menikmati kehidupan di atasnya.

    Keberhasilan itu merupakan perwujudan nyata dari ketaatan mereka terhadap nilai-nilai dan norma-norma serta sikap yang mereka kembangkan dalam kebudayaannya untuk menjaga dan melestarikan alam. Seringkali norma-norma dan nilai-nilai itu mereka samarkan dalam kepercayaan-kepercayaan yang mereka anut sehingga bagi kebanyakan orang di zaman modern ini menganggapnya tidak rasional dan bahkan kadangkala mencemohkannya. Meskipun demikian jangan lupa, bahwa strategi-strategi yangmereka gunakan untuk menanamkan dan melaksanakan nilai-nilai dan norma-norma yang berhubungan dengan pengaturan dan penjagaan terhadap keseimbangan hubungan mahluk manusia dengan ekosistem dalam rangka menyiapkan secara lestari kebutuhan manusia itu adalah sangat efektif.

    3.2.    Saran

    Berbagai sumber daya alam yang dinikmati sekarang sesungguhnya merupakan bukti nyata keberhasilan masyarakat tradisional pada masa lampau untuk menjaga, melestarikan dan mewariskannya bagi kita di waktu sekarang. Persoalan bagi kita sekarang adalah mampukah kita untuk dapat berbuat halyang sama bagi generasi mendatang?

    Menurut hemat saya, bahwa kita yang hidup di zaman sekarang yang lebih rasional dapat menggunakan kemudahankemudahan teknologi informasi yang merupakan hasil kebudayaan modern untuk mensosialisasikan dan melaksanakan berbagai kebijakan lingkungan baik tingkat internasional, regional maupun lokal untuk memanfaatkan dan menata lingkungan secara lestari demi kepentingan kita di masa sekarang maupun bagi kepentingan generasi-generasi penerus kita di masa depan.

    Saya percaya bahwakita tidak akan mau kalah dari generasi-generasi pendahulu kita yang disebut masyarakat tradisional itu. Agar kita dapat berhasil mewariskan bumi kita ini sebagai tempat yang layak dihuni oleh generasi penerus kita, maka kita harus komit untuk saling mendukung dan bahu membahu dalam melaksanakan berbagai upaya pembangunan berkelanjutan secara transparan dan bertanggungjawab.

    DAFTAR PUSTAKA

    •       Alisyahbana, ST. 1981. Pembangunan Kebudayaan Indonesian Di Tengah Laju Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Jakarta: Prisma No. II (P3ES)

    •       Arifin, Syamsul. 1998. Spiritualitas Islam dan Peradaban Masa Depan. Yogyakarta: Sipress.

    •       Koentjaraningrat (1974). Rintangan-Rintangan Mental Dalam Pembangunan Ekonomi di Indonesia. Jakarta: Bharata.

    •       Nata, Abuddin. 2000. Islamisasi Ilmu Pengetahuan dan Konstribusi dalam Mengatasi Krisis Masyarakat Modern. Dikdaktika: Vol. 1 No. 3.

    •       Rokeach. 1982. Teory and Problem of Psychology. New Delhi: Mc Graw Hill.

    •       Soekanto, Soerjono. 1992. Memperkenalkan Sosiologi. Jakarta:Rajawali Pers.

    •       Tutik, Titik Triwulan dan Trianto. 2008. Dimensi Transendental dan Transformasi Sosial Budaya. Surabaya: Lintas Pustaka Publisher.

    •       The Gau’ 2011 : www.muhsakirmsg.blogspot.com/ makalah budaya papua.

    •       Wonda, Sendius. 2009. Jeritan Bangsa: Rakyat Papua Barat Mencari Keadilan. Yogyakarta: Galang Press.

  • Makalah Konsep Lanjut Usia

    Konsep Lanjut Usia

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Perubahan normal ( alami ) tidak dihindari cepat dan lambatnya perubahan dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, sosial, ekonomi dan medik. Perubahan akan terlihat pada jaringan organ tubuh seperti: kulit menjadi kering dan keriput, rambut beruban dan rontok, penglihatan menurun sebagian dan menyeluruh, pendengaran juga berkurang, daya penciuman berkurang,tinggi badan menyusut karena proses ostoporosis yang berakibat badan bungkuk, tulang keropos masanya berkurang, kekuatan berkurang dan mudah patah, elastisitas jaringan paru berkurang, nafas menjadi pendek, terjadi pengurangan fungsi organ di dalam perut, dinding pembuluh darah menebal dan terjadi peningkatan tekanan darah, otot bekerja tidak efisien, terjadi penurunan fungsi organ reproduksi terutama ditemukan pada wanita, otak menyusut dan reaksi menjadi lambat terutama pada pria dan sexsualitas tidak selalu menurun Terjadi perubahan abnormal pada fisik lansia.

    Perubahan fisik pada lansia dapat diperbaiki dan dapat dihilangkan melalui nasehat atau tindakan medik. Perubahan yang terjadi misalnya: katarak, kelainan sendi, kelainan prostat dan inkotenensia.

    Upaya Mengatasi Permasalahan Kesehatan Lansia

    Untuk mengatasi permasalahan kesehatan lansia, upaya yang dilakukan pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi :

    a.       Upaya pembinaan kesehatan

    b.      Upaya pelayanan kesehatan, meliputi: upaya promotif, upaya preventif, upaya diagnosa dini dan pengobatan, pencegahan kecacatan, upaya rehabilitatif, upaya perawatan dan upaya pelembagaan lanjut usia ( Setiabudhi,1999).

    1.2.       Rumusan Masalah

    Berbagai permasalahan yang berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan lanjut usia antara lain  (Setiabudhi,1999: 40 – 42):

    1.    Permasalahan Umum :

    ·       Makin besarnya jumlah lansia yang berada di bawah garis kemiskinan.

    ·       Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang berusia lanjut kurang diperhatikan, dihargai dan dihormati.

    ·       Lahirnya kelompok masyarakat industri.

    ·       Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga profesional pelayanan lanjut usia.

    ·       Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan lansia.

    2.    Permasalahan khusus :

    ·       Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik fisik, mental maupun sosial.

    ·       Berkurangnya integrasi sosial lanjut usia.

    ·       Rendahnya produktivitas kerja lansia.

    ·       Banyaknya lansia yang miskin, telantar dan cacat.

    ·       Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan masyarakat individualistik.

    ·       Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat mengganggu kesehatan fisik lansia.

    1.3.       Tujuan Penulisan

    ·      Untuk mengetahui konsep lansia

    ·      Untuk mengetahui apa saja kekurangan lansia

    ·      Untuk mengetahui fase-fase penuaan

    BAB II

    KONSEP LANJUT USIA (LANSIA)

    2.1.    Definisi Lansia

    ·      Menurut UU no 4 tahun 1945 Lansia adalah seseorang yang mencapai umur 55 tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain (Wahyudi, 2000).

    ·      Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang berakhir dengan kematian (Hutapea, 2005).

    ·      Usia lanjut adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari (Azwar, 2006).

    ·      Menua secara normal dari system saraf didefinisikan sebagai perubahan oleh usia yang terjadi pada individu yang sehat bebas dari penyakit saraf “jelas” menua normal ditandai oleh perubahan gradual dan lambat laun dari fungsi-fungsi tertentu (Tjokronegroho Arjatmo dan Hendra Utama,1995).

    ·      Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides 1994). Proses menua merupakan proses yang terus menerus (berlanjut) secara alamiah dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup (Nugroho Wahyudi, 2000).

    2.2.    Batasan Lansia

    ·  Menurut WHO, batasan lansia meliputi:

    1.    Usia Pertengahan (Middle Age), adalah usia antara 45-59 tahun

    2.    Usia Lanjut (Elderly), adalah usia antara 60-74 tahun

    3.    Usia Lanjut Tua (Old), adalah usia antara 75-90 tahun

    4.    Usia Sangat Tua (Very Old), adalah usia 90 tahun keatas

    Menurut Dra.Jos Masdani (psikolog UI)

    ·    Mengatakan lanjut usia merupakan kelanjutan dari usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi menjadi 4 bagian:

    1.      Fase iuventus antara 25dan 40 tahun

    2.      Verilitia antara 40 dan 50 tahun

    3.      Fase praesenium antara 55 dan 65 tahun

    4.      Fase senium antara 65 tahun hingga tutup usia

    2.3.    Tipe-tipe Lansia

    ·  Pada umumnya lansia lebih dapat beradaptasi tinggal di rumah sendiri daripada tinggal bersama anaknya. Menurut Nugroho W ( 2000) adalah:

    1.             Tipe Arif Bijaksana: Yaitu tipe kaya pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, ramah, rendah hati, menjadi panutan.

    2.             Tipe Mandiri: Yaitu tipe bersifat selektif terhadap pekerjaan, mempunyai kegiatan.

    3.             Tipe Tidak Puas: Yaitu tipe konflik lahir batin, menentang proses penuaan yang menyebabkan hilangnya kecantikan, daya tarik jasmani, kehilangan kekuasaan, jabatan, teman.

    4.             Tipe Pasrah: Yaitu lansia yang menerima dan menunggu nasib baik.

    5.             Tipe Bingung: Yaitu lansia yang kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, pasif, dan kaget.

    2.4.    Teori-teori Proses Penuaan

    1.  Teori Biologi

    ·      Teori genetic dan mutasi (Somatik Mutatie Theory)

    ·      Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang terprogramoleh molekul-molekul atau DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.

    Teori radikal bebas

    ·       Tidak setabilnya radikal bebas mengakibatkan oksidasi-oksidasi bahan organik yang menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.

    Teori autoimun

    ·       Penurunan sistem limfosit T dan B mengakibatkan gangguan pada keseimbangan regulasi system imun (Corwin, 2001). Sel normal yang telah menua dianggap benda asing, sehingga sistem bereaksi untuk membentuk antibody yang menghancurkan sel tersebut. Selain itu atripu tymus juga turut sistem imunitas tubuh, akibatnya tubuh tidak mampu melawan organisme pathogen yang masuk kedalam tubuh.Teori meyakini menua terjadi berhubungan dengan peningkatan produk autoantibodi.

    Teori stress

    ·       Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kesetabilan lingkungan internal, dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah dipakai.

    Teori telomer

    ·       Dalam pembelahan sel, DNA membelah denga satu arah. Setiap pembelaan akan menyebabkan panjang ujung telomere berkurang panjangnya saat memutuskan duplikat kromosom, makin sering sel membelah, makin cepat telomer itu memendek dan akhirnya tidak mampu membelah lagi.

    Teori apoptosis

    ·       Teori ini disebut juga teori bunuh diri (Comnit Suitalic) sel jika lingkungannya berubah, secara fisiologis program bunuh diri ini diperlukan pada perkembangan persarapan dan juga diperlukan untuk merusak sistem program prolifirasi sel tumor. Pada teori ini lingkumgan yang berubah, termasuk didalamnya oleh karna stres dan hormon tubuh yang berkurang konsentrasinya akan memacu apoptosis diberbagai organ tubuh.

    2. Teori Kejiwaan Sosial

    ·      Aktifitas atau kegiatan (Activity theory)

    ·      Teori ini menyatakan bahwa pada lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut bnyak kegiatan social.

         Keperibadian lanjut (Continuity theory)

    ·       Teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat dipengaruhi tipe personality yang dimilikinya.

    Teori pembebasan (Disengagement theory)

    ·       Dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur-angsur melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas.

    3. Teori Lingkungan

    ·       Exposure theory: Paparan sinar matahari dapat mengakibatkat percepatan proses penuaan.

    ·       Radiasi theory: Radiasi sinar y, sinar xdan ultrafiolet dari alat-alat medis memudahkan sel mengalami denaturasi protein dan mutasi DNA.

    ·       Polution theory: Udara, air dan tanah yang tercemar polusi mengandung subtansi kimia, yang mempengaruhi kondisi epigenetik yang dpat mempercepat proses penuaan.

    ·       Stress theory: Stres fisik maupun psikis meningkatkan kadar kortisol dalam darah. Kondisi stres yang terus menerus dapat mempercepat proses penuaan.

    Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia

    ·       Banyak kemampuan berkurang pada saat orang bertambah tua. Dari ujung rambut sampai ujung kaki mengalami perubahan dengan makin bertambahnya umur. Menurut Nugroho (2000) perubahan yang terjadi pada lansia adalah sebagai berikut:

    3. Perubahan Fisik

    Sel

    ·  Jumlahnya menjadi sedikit, ukurannya lebih besar, berkurangnya cairan intra seluler, menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, dan hati, jumlah sel otak menurun, terganggunya mekanisme perbaikan sel.

    Sistem Persyarafan

    ·  Respon menjadi lambat dan hubungan antara persyarafan menurun, berat otak menurun 10-20%, mengecilnya syaraf panca indra sehingga mengakibatkan berkurangnya respon penglihatan dan pendengaran, mengecilnya syaraf penciuman dan perasa, lebih sensitive terhadap suhu, ketahanan tubuh terhadap dingin rendah, kurang sensitive terhadap sentuhan.

    Sistem Penglihatan.

    ·  Menurun lapang pandang dan daya akomodasi mata, lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, pupil timbul sklerosis, daya membedakan warna menurun.

    Sistem Pendengaran.

    ·  Hilangnya atau turunnya daya pendengaran, terutama pada bunyi suara atau nada yang tinggi, suara tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas umur 65 tahun, membran timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.

    Sistem Cardiovaskuler.

    ·  Katup jantung menebal dan menjadi kaku,Kemampuan jantung menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, kehilangan sensitivitas dan elastisitas pembuluh darah: kurang efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi perubahan posisidari tidur ke duduk (duduk ke berdiri)bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65mmHg dan tekanan darah meninggi akibat meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer, sistole normal ±170 mmHg, diastole normal ± 95 mmHg.

    Sistem pengaturan temperatur tubuh

    ·  Pada pengaturan suhu hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu thermostat yaitu menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi beberapa factor yang mempengaruhinya yang sering ditemukan antara lain: Temperatur tubuh menurun, keterbatasan reflek menggigildan tidak dapat memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktifitas otot.

    Sistem Respirasi.

    ·  Paru-paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dan kedalaman nafas turun. Kemampuan batuk menurun (menurunnya aktifitas silia), O2 arteri menurun menjadi 75 mmHg, CO2 arteri tidak berganti.

    Sistem Gastrointestinal.

    ·  Banyak gigi yang tanggal, sensitifitas indra pengecap menurun, pelebaran esophagus, rasa lapar menurun, asam lambung menurun, waktu pengosongan menurun, peristaltik lemah, dan sering timbul konstipasi, fungsi absorbsi menurun.

    Sistem Genitourinaria.

    ·  Otot-otot pada vesika urinaria melemah dan kapasitasnya menurun sampai 200 mg, frekuensi BAK meningkat, pada wanita sering terjadi atrofi vulva, selaput lendir mongering, elastisitas jaringan menurun dan disertai penurunan frekuensi seksual intercrouse berefek pada seks sekunder.

    Sistem Endokrin.

    ·  Produksi hampir semua hormon menurun (ACTH, TSH, FSH, LH), penurunan sekresi hormone kelamin misalnya: estrogen, progesterone, dan testoteron.

    Sistem Kulit.

    ·  Kulit menjadi keriput dan mengkerut karena kehilangan proses keratinisasi dan kehilangan jaringan lemak, berkurangnya elastisitas akibat penurunan cairan dan vaskularisasi, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya, perubahan pada bentuk sel epidermis.

    System Muskuloskeletal.

    ·  Tulang kehilangan cairan dan rapuh, kifosis, penipisan dan pemendekan tulang, persendian membesar dan kaku, tendon mengkerut dan mengalami sclerosis, atropi serabut otot sehingga gerakan menjadi lamban, otot mudah kram dan tremor.

    Perubahan Mental

    ·  Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah:

    1.         Perubahan fisik.

    2.         Kesehatan umum.

    3.         Tingkat pendidikan.

    4.         Hereditas.

    5.         Lingkungan.

    6.         Perubahan kepribadian yang drastis namun jarang terjadi misalnya kekakuan sikap.

    7.         Kenangan, kenangan jangka pendek yang terjadi 0-10 menit.

    8.         Kenangan lama tidak berubah.

    9.         Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal, berkurangnya penampilan, persepsi, dan ketrampilan, psikomotor terjadi perubahan pada daya membayangkan karena tekanan dari factor waktu.

    Perubahan Psikososial

    ·  Perubahan lain adalah adanya perubahan psikososial yang menyebabkan rasa tidak aman, takut, merasa penyakit selalu mengancam sering bingung panic dan depresif.

    ·       Hal ini disebabkan antara lain karena ketergantungan fisik dan sosioekonomi.

    ·       Pensiunan, kehilangan financial, pendapatan berkurang, kehilangan status, teman atau relasi

    ·       Sadar akan datangnya kematian.

    ·       Perubahan dalam cara hidup, kemampuan gerak sempit.

    ·       Ekonomi akibat perhentian jabatan, biaya hidup tinggi.

    ·       Penyakit kronis.

    ·       Kesepian, pengasingan dari lingkungan social.

    ·       Gangguan syaraf panca indra.

    ·       Gizi

    ·       Kehilangan teman dan keluarga.

    ·       Berkurangnya kekuatan fisik.

    Menurut Hernawati Ina MPH (2006) perubahan pada lansia ada 3 yaitu perubahan biologis, psikologis, sosiologis.

    (1). Perubahan biologis meliputi :

    ·       Massa otot yang berkurang dan massa lemak yang bertambah mengakibatkan jumlah cairan tubuh juga berkurang, sehingga kulit kelihatan mengerut dan kering, wajah keriput serta muncul garis-garis yang menetap.

    ·       Penurunan indra penglihatan akibat katarak pada usia lanjut sehingga dihubungkan dengan kekurangan vitamin A vitamin C dan asam folat, sedangkan gangguan pada indera pengecap yang dihubungkan dengan kekurangan kadar Zn dapat menurunkan nafsu makan, penurunan indera pendengaran terjadi karena adanya kemunduran fungsi sel syaraf pendengaran.

    ·       Dengan banyaknya gigi geligih yang sudah tanggal mengakibatkan ganguan fungsi mengunyah yang berdampak pada kurangnya asupan gizi pada usia lanjut.

    ·       Penurunan mobilitas usus menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan seperti perut kembung nyeri yang menurunkan nafsu makan usia lanjut. Penurunan mobilitas usus dapat juga menyebabkan susah buang air besar yang dapat menyebabkan wasir .

    ·       Kemampuan motorik yang menurun selain menyebabkan usia lanjut menjadi lanbat kurang aktif dan kesulitan untuk menyuap makanan dapat mengganggu aktivitas/ kegiatan sehari-hari.

    ·       Pada usia lanjut terjadi penurunan fungsi sel otak yang menyebabkan penurunan daya ingat jangka pendek melambatkan proses informasi, kesulitan berbahasa kesultan mengenal benda-benda kegagalan melakukan aktivitas bertujuan apraksia dan ganguan dalam menyusun rencana mengatur sesuatu mengurutkan daya abstraksi yang mengakibatkan kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari yang disebut dimensia atau pikun.

    ·       Akibat penurunan kapasitas ginjal untuk mengeluarkan air dalam jumlah besar juga berkurang. Akibatnya dapat terjadi pengenceran nutrisi sampai dapat terjadi hiponatremia yang menimbulkan rasa lelah.

    ·       Incotenensia urine diluar kesadaran merupakan salah satu masalah kesehatan yang besar yang sering diabaikan pada kelompok usia lanjut yang mengalami IU sering kali mengurangi minum yang mengakibatkan dehidrasi.

    (2). Kemunduran psikologis

    ·  Pada usia lanjut juga terjadi yaitu ketidak mampuan untuk mengadakan penyesuaian–penyesuaian terhadap situasi yang dihadapinya antara lain sindroma lepas jabatan sedih yang berkepanjangan.

    (3). Kemunduran sosiologi

    ·  Pada usia lanjut sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan pemahaman usia lanjut itu atas dirinya sendiri. Status social seseorang sangat penting bagi kepribadiannya di dalam pekerjaan. Perubahan status social usia lanjut akan membawa akibat bagi yang bersangkutan dan perlu dihadapi dengan persiapan yang baik dalam menghadapi perubahan tersebut aspek social ini sebaiknya diketahui oleh usia lanjut sedini mungkin sehingga dapat mempersiapkan diri sebaik mungkin.

    Perawatan Lansia

    ·  Perawatan pada lansia dapat dilakukan dengan melakukan pendekatan yaitu:

    Pendekatan Psikis.

    ·  Perawat punya peran penting untuk mengadakan edukatif yang berperan sebagai support system, interpreter dan sebagai sahabat akrab.

    Pendekatan Sosial.

    ·  Perawat mengadakan diskusi dan tukar pikiran, serta bercerita, memberi kesempatan untuk berkumpul bersama dengan klien lansia, rekreasi, menonton televise, perawat harus mengadakan kontak sesama mereka, menanamkan rasa persaudaraan.

    Pendekatan Spiritual.

    ·  Perawat harus bisa memberikan kepuasan batin dalam hubungannya dengan Tuhan dan Agama yang dianut lansia, terutama bila lansia dalam keadaan sakit.

    BAB III

    PENUTUP

    3.1.    Kesimpulan

    Berkurangnya tinggi badan dan BB, bertambahnya fat – to – lean body mass ratio dan berkurangnya cairan tubuh

    Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak, kulit kering dan elastis karena menurunnya cairan dan hilangnya cairan adiposa, kulit pecah, dan terdapat bintik-bintik hitam akibat menurunnya aliran darah ke kulit dan menurunnya sel-sel yang memproduksi pigmen, kuku pada jaringan tangan dan kaki menjadi tabal dan rapuh, pada wanita usia > 60 tahun rambut wajah meningkat, rambut menipis dan botak dan warna kelabu, kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya dan fungsi kulit sebagai proteksi menurun.

    Produksi hampri semua hormon menurun, fungsi pharatyroid dan sekresinya tidakberubah, berkurangnya ACTH, FSH, TSH, LH, menurunnya aktivitas tyroid akibatnya basal metabolisme menurun, menurunnya produksi aldosterone, estrogen dan bertembahnya insulin, parathormon, vasopresin, berkurangnya kridotironin, psikomotor melambat.

    Selaput lendir vagina menurun atau kering, menciutnya ovari dan uterus, atropi payudara, testis masih dapat memproduksi meskpun adanya penurunan secara berangsur-angsur dan dorong sek menetap sampai diatas usia 70 tahun, asal kondisi kesehatan baik, penghentian produksi ovum pada saat menopause.

    Menurunnya kemampuan melakukan pengecapan dan sensitivitas terhadap 4 rasa menurun : gula, garam, mentega, asam setelah usia 50 tahun.

    3.2.    Saran

    Akibat perkembangan usia, masa lansia mengalami perubahan bersifat universal dan menuntut lansia untuk beradaptasi,secara terus menerus.

    Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.

    DAFTAR PUSTAKA

    • Almatsier, S.2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: EGC
    • Arikunto, S.1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Yogyakarta: Rineka Cipta.
    • Arikunto,S.2002.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.Yogyakarta:Rineka Cipta.
    • Azwar, A.2006. Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan. Depkes: Jawa Timur
    • Darmawan. 2008.Lansia Sebaiknya Jangan Kelebihan atau Kekurangan gizi.www. Keluarga Berencana & Kependudukan.com tanggal 5 januari 2009 jam 14.00.
    • Darmojo, dkk.2006. Geriatri Ilmu Usia Lanjut.FKUI:Jakarta
    • Alimul, AH..2003. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Salemba medika : Jakarta
    • Hermana.2006. Trik Menjaga Stamina di Usia Lanjut. http://www.infosehat.go.id, diperoleh tanggal 3 januari 2009 jam 15.17
    • Hernawati, I. 2006. Pedoman Tatalaksana Gizi Usia Lanjut Untuk Tenaga,Kesehatan.Depkes:Jakarta
    • Hudak ; Gallo. 1998. Ilmu Keperawatan Kritis. Vol 1. Jakarta: EGC
    • Hutapea, Ronald. 2005. Sehat dan Ceria Diusia Senja. PT Rhineka Cipta: Jakarta
    • Maryam, S dkk, 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya .Salemba Medika:Jakarta
    • Nasrul, E.1998.Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat Edisi 2.Jakarta:EGC
    • The Gau’ 2011 : www.muhsakirmsg.blogspot.com/ Konsep Lanjut Usia/html.
  • Makalah Kritik Sastra

    Makalah Kritik Sastra

    Berikut ini adalah makalah dengan judul Kritik Sastra. Makalah membahas tentang defenisi dan jenis-jenis kritik kepada karya sastra.

    Kritik Sastra

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Kritik merupakan salah satu dari cabang ilmu sastra. Kritik sastra menganalisis teks karya sastra itu sendiri. Kritik dapat diterapkan pada semua bentuk karya sastra, baik yang berupa puisi, prosa maupun drama. Kritik adalah karangan yang menguraikan tentang pertimbangan baik atau buruk suatu karya sastra. Kritik biasanya diakhiri dengan kesimpulan analisis .

    Tujuan kritik bukan hanya menunjukkan keunggulan, kelemahan, kebenaran, dan kesalahan sebuah karya sastra berdasarkan sudut tertentu, tetapi mendorong sastrawan untuk mencapai penciptaan sastra tertinggi dan untuk mengapresiasi karya sastra secara lebih baik. Tugas kritik sastra adalah menganalisis, menafsirkan, dan menilai suatu karya sastra . Kehadiran kritik sastra akan membuat sastra yang dihasilkan berikutnya menjadi lebih baik dan berbobot karena kritik sastra akan menunjukkan kekurangan sekaligus memberikan perbaikan.

    Menurut pelaksanaanya kritik sastra terbagi atas kritik judisial (judicial criticism) dan impresionistik (impressionistic criticism). Kritik judisial adalah kritik sastra yang melakukan analisis, interprestasi, dan penilaiannya berdasarkan ukuran-ukuran, hukum-hukum dan standar-standar tertentu. Kritikus judisal melakukan kritik sastra berdasarkan ukuran-ukuran tersebut. Jenis sifatnya deduktif. Dapat dikatakan kritik ini merupakan kebalikan dari kritik yang sifatnya induktif.

    Dalam kritik yang induktif, seorang kritikus tidak menerapkan standar-standar tertentu dalam mengkritik karya sastra. Ia berangkat dari fenomena yang ada dalam karya sastra itu secara objektif. Sedangkan kritik impresionik adalah kritik yang dibuat kritikus dengan mengemukakan kesan-kesan kritikus tentang objek kritiknya, tanggapan-tanggapan tentang kara sastra itu berdasarkan apa yang dirasakan kritikus tersebut. Dalam kritik yang impresionik, seorang kritikus menggunakan tafsiran untuk mengagumkan pembaca. Dalam kritik jenis ini kritikus jarang menggunakan penilaian.

    Kritik sastra menurut bentuknya dapat digolongkan menjadi kritik teori (thoeritical criticism), dan kritik terapan (applied criticism). Kritik teori adalah bidang kritik sastra yang bekerja untuk menerapkan istilah-istilah, kategori-kategori dan kriteria-kriteria untuk diterapkan dalam pertimbangan dan interprestasi karya sastra, yang dengannya karya sastra dan para sastrawannya dinilai. Adapun kritik terapan adalah pelaksanaan dalam penerapan teori-teori kritik sastra sastra baik secara eksplisit, maupun implisit.

    B. Rumusan Masalah

    1. Apa materi tentang kritik sastra ?
    2. Apa jenis-jenis kritik sastra  pengertiannya ?
    3. Bagaimana periodesasi kritik sastra Indonesia?

    C. Tujuan Penulisan

    1. Untuk mengetahui materi tentang kritik sastra ?
    2. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis Aliran kritik sastra  pengertiannya ?
    3. Untuk mengetahui bagaimana periodesasi kritik sastra Indonesia?

    Bab II. Pembahasan

    A. Materi Kritik Sastra

    Kritik merupakan salah satu dari cabang ilmu sastra. Kritik sastra menganalisis teks karya sastra itu sendiri. Kritik dapat diterapkan pada semua bentuk karya sastra, baik yang berupa puisi, prosa maupun drama.

    Kritik adalah karangan yang menguraikan tentang pertimbangan baik atau buruk suatu karya sastra. Kritik biasanya diakhiri dengan kesimpulan analisis .

    Tujuan kritik bukan hanya menunjukkan keunggulan, kelemahan, kebenaran, dan kesalahan sebuah karya sastra berdasarkan sudut tertentu, tetapi mendorong sastrawan untuk mencapai penciptaan sastra tertinggi dan untuk mengapresiasi karya sastra secara lebih baik.

    Tugas kritik sastra adalah menganalisis, menafsirkan, dan menilai suatu karya sastra .

    Kehadiran kritik sastra akan membuat sastra yang dihasilkan berikutnya menjadi lebih baik dan berbobot karena kritik sastra akan menunjukkan kekurangan sekaligus memberikan perbaikan.

    Ciri-ciri Kritik Sastra

    Kritik sastara mempunyai beberapa ciri, yaitu sebagai berikut :

    1. Memberikan tanggapan terhadap hasil karya.
    2. Memberikan pertimbangan baik dan buruk (kelebihan dan kekurangan ) sebuah karya sastra
    3. Pertimbangan bersifat obyektif
    4. Memaparkan kesan prebadi kritikus terhadap sebuah karya sastra
    5. Memberikan alternatif perbaikan atau penyerpurnaan
    6. Tidak berprasangka
    7. Tidak terpengaruh siapa penulisnya

    Pentingnya Kritik/ Fungsi Kritik

    a. Bagi Pembaca

    Bagi pembaca merupakan penuntun untuk dapat menikmati ciptaan yang dikritik itu , sehingga dapat   memberikan pandangannya dan menghargainya

    b. Bagi Seniman atau Pengarangnya

    Bagi pengarangnya merupekan petunjuk yang berharga yang wajib dipertimbangkan untuk kebaikan ciptaan yang akan datang.

    Prinsip-Prinsip Penulisan Kritik

    1. Penulis harus secara terbuka mengemukakan dari sisi  mana ia menilai karya sastra tersebut.
    2. Penulis harus obyktif dalam menilai
    3. Penulis harus menyertakan bukti dari teks yang dikritik

    Jenis-Jenis Kritik

    1. Kritik sastra intrinsik, yaitu menganalisis karya sastra berdasarkan unsur intrinsiknya, sehingga akan diketahui kelemahan dan kelebihan yang ada dalam karya sastra
    2. Kritik sastra ekstrinsik, yaitu menganalisis dengan cara menghubungkan karya sastra dengan penulisnya, pembacanya , atau masyarakatnya. Disamping itu juga melibatkan faktor ekstinsik lain seperti sejarah, psikologi, relegius, pendidikan dan sebagainya
    3. Kritik deduktif, yaitu menganalisis dengan cara berpegang teguh pada sebuah ukuran yang dipercayainya dan dipergunakan secara konsekuen
    4. Kritik Induktif, yaitu menganalisis dengan cara melepaskan semua hukum atau aturan yang berlaku
    5. Kritik impresionik, yaiti menganalisis hasil karya berdasarkan kesan pribadi secara subyektif terhadap karya sastra
    6. Kritik penghakiman , yaitu menganalisis dengan cara berpegang teguh pada ukuran atau aturan tertentu untuk menentukan apakah sebuah karya sastra baik atau buruk
    7. Kritik teknis, yaitu kritik yang dilakukan untuk tujuan tertentu saja

    Contoh kritik sastra

    1. ”Kesusastraan Indonesia Modern dalam Kritik dan Essay” , oleh H.B. Yassin
    2. ”Pokok dan Tokoh”, oleh Dr.A.Teeuw
    3. “Buku dan Penulis”, oleh Amal Hamzah

    Tujuan penulisan kritik sastra antara lain:

    1. Memberikan panduan yang benar cara memahami karya sastra
    2. Berguna untuk penyusunan teori sastra an sejarah  sastra
    3. Membantu perkembangan kesusastraan suatu bangsa karena memberikan penjelasan baik buruknya suatu karya sastra
    4. Memberikan manfaat kepada masyrakat tentang pemahaman dan apresiasi sastra

    B. Jenis-jenis Aliran Kritik Sastra  

    Menurut bantuknya

    Kritik sastra menurut bentuknya dapat digolongkan menjadi kritik teori (thoeritical criticism), dan kritik terapan (applied criticism). Kritik teori adalah bidang kritik sastra yang bekerja untuk menerapkan istilah-istilah, kategori-kategori dan kriteria-kriteria untuk diterapkan dalam pertimbangan dan interprestasi karya sastra, yang dengannya karya sastra dan para sastrawannya dinilai. Adapun kritik terapan adalah pelaksanaan dalam penerapan teori-teori kritik sastra sastra baik secara eksplisit, maupun implisit.

    Menurut pelaksanaannya

    Menurut pelaksanaanya kritik sastra terbagi atas kritik judisial (judicial criticism) dan impresionistik (impressionistic criticism). Kritik judisial adalah kritik sastra yang melakukan analisis, interprestasi, dan penilaiannya berdasarkan ukuran-ukuran, hukum-hukum dan standar-standar tertentu. Kritikus judisal melakukan kritik sastra berdasarkan ukuran-ukuran tersebut. Jenis sifatnya deduktif. Dapat dikatakan kritik ini merupakan kebalikan dari kritik yang sifatnya induktif.

    Dalam kritik yang induktif, seorang kritikus tidak menerapkan standar-standar tertentu dalam mengkritik karya sastra. Ia berangkat dari fenomena yang ada dalam karya sastra itu secara objektif.

    Sedangkan kritik impresionik adalah kritik yang dibuat kritikus dengan mengemukakan kesan-kesan kritikus tentang objek kritiknya, tanggapan-tanggapan tentang kara sastra itu berdasarkan apa yang dirasakan kritikus tersebut.

    Dalam kritik yang impresionik, seorang kritikus menggunakan tafsiran untuk mengagumkan pembaca. Dalam kritik jenis ini kritikus jarang menggunakan penilaian.

    Menurut orientasi kritik

    Abram (David Logde, 1972:5-21) membagi jenis kritik berdasarkan orientasinya, yaitu kritik mimetik, kritik ekspresif, kritik pragmatik dan kritik objektif.

    1. Kritik mimetik adalah kritik yang memandang karya sastra sebagai pencerminan kenyataan kehidupan manusia. Menurut Abrams, kritikus pada jenis ini memandang karya sastra sebagai tiruan aspek-aspek alam. Sastra merupakan pencerminan/penggambaran dunia kehidupan. Sehingga kriteria yang digunakan kritikus sejauh mana karya sastra mampu menggambarkan objek yang sebenarnya. Semakin jelas karya sastra menggambarkan realita semakin baguslah karya sastra itu. Kritik jenis ini jelas dipengaruhi oleh paham Aristoteles dan Plato yang menyatakan bahwa sastra adalah tiruan kenyataan.
    2. Kritik ekspresif adalah kritik sastra yang memandang karya sastra sebagai ekspresi, curahan perasaan, atau imajinasi pengarang. Kritik ekspresif menitikberatkan pada pengarang. Kritikus ekspresif meyakini bahwa sastrawan (pengarang) karya sastra merupakan unsur pokok yang melahirkan pikiran-pikiran, persepsi-persepsi dan perasaan yang dikombinasikan dalam karya sastra. Kritikus dalam hal ini cenderung menimba karya sastra berdasarkan kemulusan, kesejatian, kecocokan pengelihatan mata batin pengarang/keadaan pikirannya. Pendekatan ini sering mencari fakta tentang watak khusus dan pengalaman-pengalaman sastrawan yang sadar/tidak, telah membuka dirinya dalam karyanya.
    3. Kritik pragmatik memandang karya sastra sebagai sesuatu yang dibangun untuk mencapai efek-efek tertentu pada audien (pendengar dan pembaca), baik berupa efek kesenangan, estetis, pendidikan maupun efek lainnya. Kritik ini cenderung menilai karya sastra menurut berhasil tidaknya karya tersebut mencapai tujuan tersebut (Pradopo, 199:26). Kritik ini memandang karya sastra sebagai sesuatau yang dibangun untuk mencapai efek-efek tertentu pada audien (pendengar dan pembaca), baik berupa efek kesenangan, estetis, pendidikan maupun efek lainnya. Sementara tujuan karya sastra pada umumnya: edukatif, estetis, atau politis. Dengan kata lain, kritik ini cenderung menilai karya sastra atas keberhasilannya mencapai tujuan. Ada yang berpendapat, bahwa kritik jenis ini lebih bergantung pada pembacanya (reseptif). Kritik jenis ini berkembang pada Angkatan Balai Pustaka. Sutan Takdir Alisjabana pernah menulis kritik jenis ini yang dibukukan dengan judul “Perjuangan dan Tanggung Jawab” dalam Kesusastraan.
    4. Kritik objektif memandang karya satra hendaknya tidak dikaitkan dengan hal-hal di luar karya sastra itu. Ia harus dipandang dsebagai teks yang utuh dan otonom, bebas dari hal-hal yang melatarbelakanginya, seperti pengarang, kenyataan, maupun pembaca. Objek kritik adalah teks satra: unsur-unsur interinsik karya tersebut.

    Menurut objek kritik

    Karya sastra terdiri atas beragam jenis, yaitu puisi, prosa dan drama. Artinya, kritik sastra dapat menjadikan puisi, puisi, prosa atau drama sebagai objeknya. Dengan demikain, jenis kritik ini dapat dibagi lagi menjadi berdasarkan objeknya, yakni kritik puisi, kritik prosa, kritik drama. Selain itu, kritik satra itu sendiri dapat dijadikan kritik sehingga dinamakan kritik atas kritik.

    Karya sastra merupakan sebuah keseluruhan yang mencakupi dirinya, tersusun dari bagian-bagian yang saling berjalinan erat secara batiniah dan mengehendaki pertimbangan dan analitis dengan kriteria-kriteria intrinsik berdasarkan keberadaan (kompleksitas, koherensi, keseimbangan, integritas, dan saling berhubungan antarunsur-unsur pembentuknya. Jadi, unsur intrinsik (objektif)) tidak hanya terbatas pada alur, tema, tokoh, dsb; tetapi juga mencakup kompleksitas, koherensi, kesinambungan, integritas, dsb. Pendekatan kritik sastra jenis ini menitikberatkan pada karya-karya itu sendiri.

    Kritik jenis ini mulai berkembang sejak tahun 20-an dan melahirkan teori-teori:

    1. New Critics (Kritikus Baru di AS)
    2. Kritikus formalis di Eropa
    3. Para strukturalis Perancis

    Menurut sifatnya

    Dalam dunia kritik sastra sering terjadi pertentang antara kritik sastra yang ditulis kalangan akademik dan nonakademik. Hal ini misalnya terlihat pada polemik antara kritikus sastra yang mengusung apa yang dinamakan metode Ganzheit dengan tokoh antara lain Goenawan Mohamad dan Arif Budiman versus kritikus sastra yang kemudian diistilahkan dengan aliran Rawamangun dengan tokoh-tokohnya antaralain M.S Hutagalung.

    Dapat dikatakan kritik aliran Rawamangun mewakili jenis kritik sasta kalangan akademik. Sedangkan kritik sasta aliran Ganzheti mewakili kalangan nonakdemik.

    Ada perbedaan antara dua kritik sastra dua liran tersebut. Kritik sastra nonakemik tidak terpaku pada format seperti yang terdapat pada petunjuk Tekhnik Penulisan Ilmiah; teori dan metode sastra meskipun digunakan ─ tidak diekspilitkan, dan menggunakan bahasa ilmiah populer.

    Jenis-jenis tulisannya berupa esai dan artikel yang dipublikasikan lewat koran, majalah, atau buku-buku yang merupakan kumpulan kritik sastra. Para penulisnya umumnya sastrawan, wartawan atau kalangan umum yang tertarik mendalam dunia sastra. (Perkuliahan).

    C. Periodesasi Aliran  Kritik Sastra

    Aliran Kritik Sastra Pada Zaman Balai Pustaka

    Kegiatan kritik sastra Indonesia baru dimulai pada periode Balai Pustaka. Yang menulis kritik sastra pada waktu itu adalah para sastrawan. Di samping menulis karya sastra, mereka terkadang juga menulis kritik sastra. Adapun yang boleh dikatakan kritik sastra pertama ialah terkenal dengan nama Nota Rinkes, yakni Nota over de Vlkslectuur pada zaman Balai Pustaka (tahun 1920-an) yanh memuat aturan-aturan untuk buku yang diterbitkan oleh balai pustaka.

    Nota rinkes dapat dikatakan sebagai kritik sastra karena menjadi pedoman penulisan karya sastra yang antara lain berisi aturan tentang keharusan bersikap netral terhadap agama, memperhatikan syarat-syarat budi pekerti yang baik, menjaga ketertiban dan tidak boleh berpolitik melawan pemerintah sesuai dengan Politik Balas Budi.

    Oleh Karena itu, teori kritik sastra ini merupakan kritik normatif dan pragmatik. Hasilnya kelihatan dalam roman yang diterbitkan oleh balai pustaka, yaitu roman yang berorientasi pragmatik (memiliki tujuan tertentu) untuk memajukan dan mendidik rakyat untuk bebudi pekerti yang baik dan taat pada pemerintah. Di luar Balai pustaka, pada zaman itu ada juga penulisan kritik sastra yang meskipun sederhana oleh Mohammad Yamin. Kritik tersebut merupakan kritik sastra Indonesia yang pertama walaupun mengkritik karya sastra lama.

    Aliran Kritik Sastra Pada Zaman Pujangga Baru

    Kritik Sastra zaman Pujangga Baru memiliki beberapa kritikus yang berorientasi pada ekspresif dan romantik. Para kritikus tersebut adalah Sutan Takdir Alisyahbana, Armijn Pane, Sutan Syahrir dan J.E. Tatenkeng. Mereka menetujui adanya konsep sastra ‘ seni untuk seni’ (l’ art pour l’art).

    Sebagai kritikus sastrawan pujangga baru, Armijn Pane mengungkapakan bahwa, dalam kesusasteraan yang terpenting adalah isi dari karya sastra. Sementara rupa dan bentuk hanya sebagai penarik perhatian. Ia menambahkan, bila hasil karya sastra seorang pengarang dikritik, iut menjadi ukuran pengarangnya sendiri, karena dialah cermin masyarakat dan zamannya.

    Kritikus pujangga baru lainnya yaitu , J.E Tatenkeng juga berorientasi yang sama, ekspresif. Selain itu, Sutan Takdir Alisyahbana, tokoh kritikus yang produktif pada zaman itu, menambahkan bahwa tujuan sastra adalah untuk membangun bangsa. Serta karya sastra harus mengandung optimisme perjuangan , semangat jangan sampai ada karya satra lembek, yang hanya akan melemahkan pembaca (masyarakat).

    Sedangkan Sutan Syahrir, agak berbeda dengan Takdir, ia lebih mengarahkan kesusasteraan Indonesia kearah kiri sosialis-politis. Yaitu pragmatik sektoral, bukan pragmatik nasional. Namun keduanya memiliki kesamaan,yaitu  sastra untuk pendidikan dan bertendens.

    W.J.S Poerwadaminta mengatakan bahwa sastrawan Pujangga Baru, berorientasi ekspresif karena mendasarkan karya sastra sebagai curahan perasaan, pikiran, jiwa sastrawan dan gerak sukma sebagai pertimbangan dan gerak intrepertasi.

    Aliran Kritik Sastra Pada Periode Angkatan 45’

    Dalam periode ini, kritik sastra berupa esai dan terapan kritik. Dan di antara para kritikus zaman ini, HB Jassin muncul sebagai kritikus yang paling menonjol. Aliran sastra realisme, naturalisme dengan gaya ekspresionalisme adalah aliran yang terkenal pada zaman ini. Kritik sastra beraliran realisme dan naturalisme dilaksanakan pertama kali oleh HB Jassin pada periode ini sebagai suatu teori kritik.

    Pada saat itu juga timbul paham individualisme dan humanisme universal. Paham individualisme baru tampak dalam karya ‘Aku’ Chairil anwar sastrawan angkatan 45. Dan sajak itu kemudian menjadi lambang individulisme angkatan ’45.

    Aliran Teori Sastra Kelompok Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat)

    Lekra didirikan pada 17 Agustus 1950 atas inisiatif para tokoh PKI , antara lain Aidit, Nyoto, Henk Ngantung, A.S. sehingga tak heran jika corak Lekra adalah komunistis. Para seniman dan simpatisannya menganut paham realisme sosialis yang berkonsep ‘seni untuk rakyat’ dan menolak ‘seni untuk seni’ konsep dari zaman pujangga baru. Saat itu tokoh sastrawan Lekra Pramoedya Ananta Toer mempertentangkan realisme sosialis dengan realisme barat meskipun tidak tampak jelas perbedaan antara keduanya. Iaa juga menjelaskan sastra, politik dan filsafat itu tidak dapt dipisahkan. Akan tetapi, intinya seluruhnya selalu bernapaskan perlawanan terhadap segala yang berbau ‘humanisme Borjuis’ dan untuk memenangkan ‘humanisme proletar’. Dan jelaslah kritik sastra Lekra bertipe juga pragmatik

    Teori Kritik Sastra Revolusioner

    Teori Kritik Sastra Revolusioner adalah varian dari Teori Lekra. Teori ini berkembang pada saat Dekrit Presiden Juli 1959 dan berpusat pada gagasan Sitor Situmorang dalam bukunya Sastra Revolusioner yang mengatakan bahwa teori revolusioner berorientasi pragmatik. Menurut Sitor, untuk mengambil peran dalam revolusi serta mendapat isi revolusionernya, tradisi sastra perjuangan masa lalu harus dibangkitkan, untuk mencapai sastra nasional dan bukan sastra internasional yang diindonesiakan. Karena sesungguhnya sastra adalah milik rakyat tidak ada kelas-kelas dalam sastra. Pada hakikatnya teori lekra dan reviolusioner sama, teori pragmatik yang mengarahkan sasarannya pada penulisan sastra bagi tujuan politik.

    Teori Kritik Sastra Akademik

    Pada sekitar pertengahan tahun 1950-an timbul kritik sastra corak baru, yaitu kritik sastra akademik. Disebut demikian karena kritik sastra ini ditulis oleh kritikus dari kampus universitas dan mendominasi kurun waktu 1950-1988. Kritik akademik ini berlangsung dari tahun 1956-1975. Munculnya corak kritik baru ini menimbulkan reaksi sampai akhirnya timbul perdebatan. Dan kemudian periode ini cepat berakhir.

    Teori Kritik Sastra Periode 1956-1975

    Dari kelompok sastrawan, teori kritik sastra dalam periode ini diwakili oleh Rustandi Kartakusumah, Harijadi S. Hrtowardoyo dan Ajib Rosidi.

    Rustandi Kartakusumah mengatakan kunci selera sastra adalah pengajaran. Pengajaran di kuliah sastra, mempengaruhi penciptaan sastra dan akhirnya mempengaruhi selera sastra di Indonesia. Adapun jenis kritik sastranya adalah judisial, atau memberi penilaian.

    Berbeda dengan Rustandi, Harijadi menyatakan membaca adalah menggali hikmahnya. Atau, menemukan diri penyair dalam karangannya.kritik sastra harus mampu menyelidiki sampai mana penyair dapat mengungkapkan isi hatinya.

    Kritik Ajib Rosidi adalah kritik judisial. Ia mengemukakan bahwa untuk memahami karya sastra seseorang, diperlukan pembicaraan dan penelitian latar belakang sosio-budaya pengarang.

    R.H Lome dalam kritik sastra, ia melakukan pendekatan objektif, bersifat induktif dan mimetik. Sedangkan Umar Junus mengemukakan teori penciptaan, yaitu teoripenilaian yang intinya menyatakan bahwa suatu ciptaan harus bisa menimbulkan emosi pembaca. Atau juga bisa dikenal dengan teori induktif.

    Kritik Subagyo Sastrowardoyo termasuk dalam kelompok kritik ilmiah. Tugas sastra adalah mengorganisasikan dunia seni menjadi dunia pemikiran. Kesusasteraan tidak terpisah dari penilaian, dan dalam penilaian, subaqgyo menggunakan kriteria estetik.

    Aliran Rawamangun adalah kelompok sastra dari Univ. Indonesia yang lahir di daerah Rawamangun. Diprakarsai oleh M.S Hutagalung tahun 1975. dasar kritik aliran ini adalah teori objektif.

    Teori kritik Sastra Periode 1976-1988

    Pada tahun 1980-an teori sastra dan  kritik sastra Barat yang bermacam coraknya itu diterapkan di Indonesia oleh para sastrawan dan akademik. Seperti kritik sastra teori semiotik, kritik sastra kontekstual, realisme sosialis. Teori sastra yang dirasakan kurang sesuai dengan karya sastra Indonesia yang bercorak latar budayanya sendiri oleh sastrawan Indonesia dilakukan penyaringan. Para tokoh kritikus pada periode ini adalahKorrie Layun Rampan, Budi Darma, Pamusuk Eneste.

    Teori Kritik Sastra Indonesia/Nusantara Lama/Kuna

    Banyak bemunculan kajian dan kritik sastra Indonesia / Nusantara Lama/ Kuna yang menerapkan teori sastra Barat sekirtar tahun 1980-an. Beberapa mahasiswa mengedisikannya seprti naskah bali, Babad Buleleng oleh P.J WrsleyHikayat Sri Rama oleh Univ IndonesiaHikayat Hang Tuah dari Fakultas sastra UGMKakawin Gajah Mada oleh Univ. Padjajaran, disertsi Merong Mahawangsa berbahasa Melayu Kuno, dan disertasi Hikayat Iskandar Zulkarnaen oleh UGM. Demikianlah bukti bahwa teori modern Barat bisa di adaptasi hingga kritik sastra Nusantara Lama.

    Bab III. Penutup

    A. Kesimpulan

    Kritik sastra menurut bentuknya dapat digolongkan menjadi kritik teori (thoeritical criticism), dan kritik terapan (applied criticism). Kritik teori adalah bidang kritik sastra yang bekerja untuk menerapkan istilah-istilah, kategori-kategori dan kriteria-kriteria untuk diterapkan dalam pertimbangan dan interprestasi karya sastra, yang dengannya karya sastra dan para sastrawannya dinilai. Adapun kritik terapan adalah pelaksanaan dalam penerapan teori-teori kritik sastra sastra baik secara eksplisit, maupun implisit.

    Menurut pelaksanaanya kritik sastra terbagi atas kritik judisial (judicial criticism) dan impresionistik (impressionistic criticism). Kritik judisial adalah kritik sastra yang melakukan analisis, interprestasi, dan penilaiannya berdasarkan ukuran-ukuran, hukum-hukum dan standar-standar tertentu. Kritikus judisal melakukan kritik sastra berdasarkan ukuran-ukuran tersebut. Jenis sifatnya deduktif.

    Dapat dikatakan kritik ini merupakan kebalikan dari kritik yang sifatnya induktif. Dalam kritik yang induktif, seorang kritikus tidak menerapkan standar-standar tertentu dalam mengkritik karya sastra. Ia berangkat dari fenomena yang ada dalam karya sastra itu secara objektif. Sedangkan kritik impresionik adalah kritik yang dibuat kritikus dengan mengemukakan kesan-kesan kritikus tentang objek kritiknya, tanggapan-tanggapan tentang kara sastra itu berdasarkan apa yang dirasakan kritikus tersebut.

    Dalam kritik yang impresionik, seorang kritikus menggunakan tafsiran untuk mengagumkan pembaca. Dalam kritik jenis ini kritikus jarang menggunakan penilaian.

    Dalam dunia kritik sastra sering terjadi pertentang antara kritik sastra yang ditulis kalangan akademik dan nonakademik. Hal ini misalnya terlihat pada polemik antara kritikus sastra yang mengusung apa yang dinamakan metode Ganzheit dengan tokoh antara lain Goenawan Mohamad dan Arif Budiman versus kritikus sastra yang kemudian diistilahkan dengan aliran Rawamangun dengan tokoh-tokohnya antaralain M.S Hutagalung. Dapat dikatakan kritik aliran Rawamangun mewakili jenis kritik sasta kalangan akademik. Sedangkan kritik sasta aliran Ganzheti mewakili kalangan nonakdemik.

    Ada perbedaan antara dua kritik sastra dua liran tersebut. Kritik sastra nonakemik tidak terpaku pada format seperti yang terdapat pada petunjuk Tekhnik Penulisan Ilmiah; teori dan metode sastra meskipun digunakan – tidak diekspilitkan, dan menggunakan bahasa ilmiah populer. Jenis-jenis tulisannya berupa esai dan artikel yang dipublikasikan lewat koran, majalah, atau buku-buku yang merupakan kumpulan kritik sastra. Para penulisnya umumnya sastrawan, wartawan atau kalangan umum yang tertarik mendalam dunia sastra.

    B. Saran

    Karya sastra terdiri atas beragam jenis, yaitu puisi, prosa dan drama. Artinya, kritik sastra dapat menjadikan puisi, puisi, prosa atau drama sebagai objeknya. Dengan demikain, jenis kritik ini dapat dibagi lagi menjadi berdasarkan objeknya, yakni kritik puisi, kritik prosa, kritik drama. Selain itu, kritik satra itu sendiri dapat dijadikan kritik sehingga dinamakan kritik atas kritik.

    Karya sastra merupakan sebuah keseluruhan yang mencakupi dirinya, tersusun dari bagian-bagian yang saling berjalinan erat secara batiniah dan mengehendaki pertimbangan dan analitis dengan kriteria-kriteria intrinsik berdasarkan keberadaan (kompleksitas, koherensi, keseimbangan, integritas, dan saling berhubungan antarunsur-unsur pembentuknya. Jadi, unsur intrinsik (objektif)) tidak hanya terbatas pada alur, tema, tokoh, dsb; tetapi juga mencakup kompleksitas, koherensi, kesinambungan, integritas, dsb. Pendekatan kritik sastra jenis ini menitikberatkan pada karya-karya itu sendiri.

    DAFTAR PUSTAKA

    ·               Wiyanto, Asul. 2005. Kesusastraan Sekolah. Jakarta : Grasindo.

    ·               Ulfah, Suroto. 2000. Teori dan Bimbingan Apresiasi Sastra Indonesia. Jakarta : Erlangga.

    ·               Layun Rampan, Korrie. 1999. Aliran-Jenis Cerita Pendek. Jakarta : Balai Pustaka.

    ·               Sardjono Pradotokusumo, Partini. 2005. Pengkajian  Sastra. Jakarta : Gramedia.

    ·               The gau’ 2011 : Makalah Kritik Sastra_www.muhsakirmsg.blogspot.com/