Blog

  • Makalah Konsep Primary Health Care – PHC

    Konsep Primary Health Care – PHC

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Sebelum Deklarasi Alma Ata tahun 1978 tentang Perawatan Kesehatan Utama (PHC), Indonesia telah mengembangkan berbagai bentuk Puskesmas di beberapa daerah. Berdasarkan penelitian pada tahun 1976 diketahui bahwa 200 masyarakat kegiatan kesehatan berbasis (CBHA) telah diterapkan dandilaksanakan dalam masyarakat

    Seiring waktu, Puskesmas telah berkembang pesat dalam berbagai bentuk CBHA dan salah satu dari itu dicatat sebagai Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu). Aktivitas itu meliputi lima program utama, yaitu keluarga perencanaan, kesehatan ibu dan anak, perbaikan gizi, imunisasi dan diare pencegahan. Selain Posyandu, ada rumah sakit bersalin desa (VMH) yang dikelola oleh bidan desa sebagai cara untuk membuat kesehatan ibu dan anak dekat dengan masyarakat jasa

    CBHA dapat tumbuh secara progresif karena didukung oleh pusat kesehatan. Namun, CBHA pergi ke penurunan ketika krisis moneter pada tahun 1997 meledak yang mengakibatkan multi-dimensi krisis. Krisis menciptakan reformasi total dalam banyak aspek, termasuk di sektor kesehatan. Meskipun penting, desentralisasi menguasai aspek yang paling pembangunan, Termasuk sektor kesehatan. Ini telah benar-benar mengubah model perencanaan, yang sebelumnya adalah sentralisasi menjadi tergantung pada masing-masing kabupaten. Ini memiliki implikasi pada prioritas pengaturan masing-masing kabupaten. 

    Banyak perhatian lebih pada pemerintah daerah aspek kuratif daripada promotif dan tindakan pencegahan. Setelah euforia demokrasi berakhir, semua sektor termasuk kesehatan mulai menghidupkan kembali dan merevisi prioritas mereka untuk skala yang lebih baik. Pada tingkat visi misi pusat dan nilai-nilai Depkes dirumuskan dan dijelaskan ke 4 strategi utama yaitu:

    1. Untuk mengaktifkan dan memberdayakan masyarakat hidup sehat
    2. Untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan berkualitas
    3. Untuk meningkatkan sistem informasi surveilans, monitoring dan kesehatan
    4. Untuk meningkatkan pembiayaan kesehatan

    Semua strategi di atas terkait dengan Primary Health Care, dua yang pertama pada nomor 1 dan 2 erat terkait dengan perawatan kesehatan primer. Hal itu menunjukkan peran pentingnya Primary Health Care dalam pembangunan kesehatan di Indonesia.

    Oleh karena itu, maka kami membuat makalah ini untuk membuka wawasan pembaca mengenai konsep dasar sebenarnya dari Primary Health Care itu sendiri dan membahas pengimplementasiannya di Negara Indonesia khususnya di tengah masyarakat sekitar.

    B. Rumusan Masalah

    1. Konsep Primary Health Care (PHC).
    2. Perkembangan Primary Health Care (PHC) di Indonesia.

    C. Tujuan dan Manfaat

    1. Untuk mengetahui konsep Primary Health Care (PHC) secara umum.
    2. Untuk mengetahui latar belakang Primary Health Care (PHC).

    Bab II. Pembahasan

    A. Konsep Primary Health Care – PHC

    Pelayanan kesehatan primer atau PHC merupakan pelayanan kesehatan essensial yang dibuat dan bisa terjangkau secara universal oleh individu dan keluarga di dalam masyarakat. Fokus dari pelayanan kesehatan primer luas jangkauannya dan merangkum berbagai aspek masyarakat dan kebutuhan kesehatan. PHC merupakan pola penyajian pelayanan kesehatan dimana konsumen pelayanan kesehatan menjadi mitra dengan profesi dan ikut serta mencapai tujuan umum kesehatan yang lebih baik.

    Akses ke pelayanan kesehatan merupakan hak asasi manusia dan negara bertanggung jawab untuk memenuhinya. Di beberapa negara di dunia, termasuk Indonesia, pelayanan kesehatannya tumbuh menjadi industri yang tak terkendali dan menjadi tidak manusiawi. Mengalami hal yang oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) sebagai “the commercialization of healthcare in unregulated health systems”. Kondisi ini ditandai dengan maraknya komersialisasi pelayanan dan pendidikan, yang dipicu oleh pembiayaan kesehatan yang belum baik.

    Setelah deklarasi Alma Ata (1978), program kesehatan menjadi gerakan politik universal. Deklarasi ini telah menjadi tonggak sejarah peradaban manusia.Kesehatan diakui sebagai hak asasi manusia tanpa memandang status sosial ekonomi, ras, dan kewarganegaraan, agama,dan gender.

    Sebagai hak asasi manusia, kesehatan menjadi sektor yang harus diperjuangkan,serta mengingatkan bahwa kesehatan berperan sebagai alat pembangunan sosial,dan bukan sekadar hasil dari kemajuan pembangunan ekonomi semata.

    Kesadaran ini melahirkan konsep primary health care (PHC) yang intinya: Pertama, menggalang potensi pemerintah- swasta-masyarakat lintas sektor, mengingat kesehatan adalah tanggung jawab bersama. Kedua, menyeimbangkan layanan kuratif dan preventif serta menolak dominasi elite dokter yang cenderung mengutamakan pelayanan rumah sakit, peralatan canggih, dan mahal. Ketiga, memanfaatkan teknologi secara tepat guna pada setiap tingkat pelayanan. Berbagai negara di belahan dunia, seperti di Uni Eropa, Amerika Latin, serta di beberapa negara Asia, berhasil menata kembali sistem kesehatannya dengan kembali menerapkan primary health care (PHC) sebagai ujung tombak pembangunan kesehatan.

    2.1.1   DEFINISI PHC

    Primary Health Care ( PHC ) adalah pelayanan kesehatan pokok yang berdasarkan kepada metode dan teknologi praktis, ilmiah dan sosial yang dapat diterima secara umum baik oleh individu maupun keluarga dalam masyarakat melalui partisipasi mereka sepenuhnya, serta dengan biaya yang dapat terjangkau oleh masyarakat dan negara untuk memelihara setiap tingkat perkembangan mereka dalam semangat untuk hidup mandiri (self reliance) dan menentukan nasib sendiri (self determination).

    Pelayanan Kesehatan Primer / PHC merupakan strategi yang dapat dipakai untuk menjamin tingkat minimal dari pelayanan kesehatan untuk semua penduduk. PHC menekankan pada perkembangan yang bisa diterima, terjangkau, pelayanan kesehatan yang diberikan adalah essensial bisa diraih,  dan mengutamakan pada peningkatan serta kelestarian yang disertai percaya pada diri sendiri disertai partisipasi masyakarat dalam menentukan sesuatu tentang kesehatan.

    2.1.2    UNSUR UTAMA PHC

    Tiga unsur utama yang terkandung dalam PHC adalah sebagai berikut :

    a.    Mencakup upaya-upaya dasar kesehatan

    b.    Melibatkan peran serta masyarakat

    c.    Melibatkan kerjasama lintas sektoral

    2.1.3   PRINSIP PHC

    Pada tahun 1978, dalam konferensi Alma Ata ditetapkan prinsip-prinsip PHC sebagai pendekatan atau strategi global guna mencapai kesehatan bagi semua. Lima prinsip PHC sebagai berikut :

    a.    Pemerataan upaya kesehatan

    Distribusi perawatan kesehatan menurut prinsip ini yaitu perawatan primer dan layanan lainnya untuk memenuhi masalah kesehatan utama dalam masyarakat harus diberikan sama bagi semua individu tanpa memandang jenis kelamin, usia, kasta, warna, lokasi perkotaan atau pedesaan dan kelas sosial.

    b.    Penekanan pada upaya preventif

    Upaya preventif adalah upaya kesehatan yang meliputi segala usaha, pekerjaan dan kegiatan memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan dengan peran serta individu agar berprilaku sehat serta mencegah berjangkitnya penyakit.

    c.       Penggunaan teknologi tepat guna dalam upaya kesehatan

    Teknologi medis harus disediakan yang dapat diakses, terjangkau, layak dan diterima budaya masyarakat (misalnya penggunaan kulkas untuk vaksin cold storage).

    d.      Peran serta masyarakat dalam semangat kemandirian

    Peran serta atau partisipasi masyarakat untuk membuat penggunaan maksimal dari lokal, nasional dan sumber daya yang tersedia lainnya. Partisipasi masyarakat adalah proses di mana individu dan keluarga bertanggung jawab atas kesehatan mereka sendiri dan orang-orang di sekitar mereka dan mengembangkan kapasitas untuk berkontribusi dalam pembangunan masyarakat. Partisipasi bisa dalam bidang identifikasi kebutuhan atau selama pelaksanaan.

    Masyarakat perlu berpartisipasi di desa, lingkungan, kabupaten atau tingkat pemerintah daerah. Partisipasi lebih mudah di tingkat lingkungan atau desa karena masalah heterogenitas yang minim.

    e.       Kerjasama lintas sektoral dalam membangun kesehatan

    Pengakuan bahwa kesehatan tidak dapat diperbaiki oleh intervensi hanya dalam sektor kesehatan formal; sektor lain yang sama pentingnya dalam mempromosikan kesehatan dan kemandirian masyarakat. Sektor-sektor ini mencakup, sekurang-kurangnya: pertanian (misalnya keamanan makanan), pendidikan, komunikasi (misalnya menyangkut masalah kesehatan yang berlaku dan metode pencegahan dan pengontrolan mereka); perumahan; pekerjaan umum (misalnya menjamin pasokan yang cukup dari air bersih dan sanitasi dasar) ; pembangunan perdesaan; industri; organisasi masyarakat (termasuk Panchayats atau pemerintah daerah ,organisasi-organisasi sukarela , dll).

    2.1.4  PROGRAM-PROGRAM PHC

    Program – program PHC antara lain :

    1.        Asuransi kesehatan

    2.        Pos obat desa (POD)

    3.        Tanaman obat keluarga (TOGA)

    4.        Pos kesehatan

    5.        Kemitraan dengan sector diluar kesehatan

    6.        Peningkatan pemberdayaan masyarakat

    7.        Upaya promotif dan preventif 

    8.        Pelayanan kesehatan dasar

    9.        Tenaga kesehatan sukarela

    10.    Kader kesehatan

    11.    Kegiatan peningkatan pendapatan (perkreditan, perikanan, industri rumah tangga)

    Dalam pelaksanaan PHC harus memiliki 8 elemen essensial yaitu :

    a.    Pendidikan mengenai masalah kesehatan dan cara pencegahan penyakit serta pengendaliannya

    b.    Peningkatan penyedediaan makanan dan perbaikan gizi

    c.    Penyediaan air bersih dan sanitasi dasar

    d.   Kesehatan Ibu dan Anak termasuk KB

    e.    Imunisasi terhadap penyakit-penyakit infeksi utama

    f.     Pencegahan dan pengendalian penyakit endemic setempat

    g.    Pengobatan penyakit umum dan ruda paksa

    h.    Penyediaan obat-obat essensial

    2.1.5    TUJUAN PHC

    ·         TUJUAN UMUM
    Mencoba menemukan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan yang diselenggarakan sehingga akan dicapai tingkat kepuasaan pada masyarakat yang menerima pelayanan.

    ·         TUJUAN KHUSUS

    1.      pelayanan harus mencapai keseluruhan penduduk yang dilayani

    2.      pelayanan harus dapat diterima oleh penduduk yang dialami

    3.      pelayanan harus berdasarkan kebutuhan medis dari populasi yang dilayani

    4.      pelayanan harus secara maksimum menggunakan tenaga dan sumber-sumber daya lain dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.

    2.1.6    RUANG LINGKUP PHC

    a.       Pendidikan mengenai masalah kesehatan dan cara

    b.      pencegahan penyakit serta pengendaliannya.

    c.       Peningkatan penyediaan makanan dan perbaikan gizi

    d.      Penyediaan air bersih dan sanitasi dasar.

    e.       Kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana

    f.       Immuniasi terhadap penyakit-penyakit infeksi utama

    g.      Pencegahan dan pengendalian penyakit endemik setempat

    h.      Pengobatan penyakit umum dan ruda paksa.

    i.        Penyediaan obat-obat essensial.

    2.1.7    CIRI-CIRI PHC

    a.       Pelayanan yang utama dan intim dengan masyarakat

    b.      Pelayanan yang menyeluruh

    c.       Pelayanan yang terorganisasi

    d.      Pelayanan yang mementingkan kesehatan individu maupun masyarakat

    e.       Pelayanan yang berkesinambungan

    f.       Pelayanan yang progresif

    g.      Pelayanan yang berorientasi kepada keluarga

    h.      Pelayanan yang tidak berpandangan kepada salah satu aspek saja

    2.1.8     FUNGSI PHC
                 PHC hendaknya memenuhi fungsi-fungsi sebagai berikut:

    1.      Pemeliharaan kesehatan

    2.      Pencegahan penyakit

    3.      Diagnosis dan pengobatan

    4.      Pelayanan tindak lanjut

    5.      Pemberian sertifikat

    B. Perkembangan PHC di Indonesia

    PHC merupakan hasil pengkajian, pemikiran, pengalaman dalam pembangunan kesehatan dibanyak Negara yang diawali dengan kampanye masal pada tahun 1950-an dalam pemberantasanpenyakit menular, karena pada waktu itu banyak Negara tidak mampu mengatasi dan menaggulangiwabah penyakit TBC, Campak, Diare dsb.

    Pada tahun 1960 teknologi Kuratif dan Preventif dalam struktur pelayanan kesehatan telahmengalami kemajuan. Sehingga timbulah pemikiran untuk mengembangkan konsep ”Upaya DasarKesehatan ”.

    Pada tahun 1972/1973, WHO mengadakan studi dan mengungkapkan bahwa banyak negaratidak puas atas sistem kesehatan yang dijalankan dan banyak issue tentang kurangnya pemerataanpelayanan kesehatan di daerah – daerah pedesaan. Akhirnya pada tahun 1977 dalam SidangKesehatan Sedunia ( World Health Essembly ) dihasilkan kesepakatan ”Health For All by The Year 2000   atau Kesehatan Bagi Semua Tahun 2000 dengan Sasaran Semesta Utamanya adalah :”Tercapainya Derajat Kesehatan yang Memungkinkan Setiap Orang Hidup Produktif Baik SecaraSoial Maupun Ekonomi”.

    Oleh karena itu untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan perubahanorientasi dalam pembangunan kesehatan yang meliputi perubahan – perubahan dari :

    ·  Pelayanan Kuratif ke Promotif dan Preventif

    ·  Daerah Perkotaan ke Pedesaan

    ·  Golongan Mampu ke Golongan Masyarakat Berpenghasilan Rendah

    ·  Kampanya Massal ke Upaya Kesehatan terpadu.

    C. Penerapan PHC di Indonesia Melalui PKMD

    2.3.1. Definisi PKM

    Pembangunan kesehatn masyarakat desa (PKMD) adalah rangkaian kegiatan masyarakat yang dilaksanakan atas dasar gotong royong dan swadaya dalam rangka menolong diri sendiri dalam memecahkan masalah untuk memenuhi kebutuhanya dibidang kesehatan dan dibidang lain yang berkaitan agar mampu mencapai kehidupan sehat sejahtera. PKMD adalah kegiatan yang dilakuakn oleh masyarakat dari masyarakat untuk masyarakat. Pengembanagan dan pembinaanyang dilakukan oleh pemerintah adalah suatu pendekatan, buku program yang berdiri sendiri.

    2.3.2. Tujuan PKMD

    1)      Tujuan umum

    Untuk meningkatkan kemampuan masyarakat menolong diri sendiri dibidang kesehatan dalam rangka meningkatkan mutu hidup.

    2)      Tujuan khusus

    1. Menumbuhkan kesadaran masyarakat akan potensi yang dimilikinya untuk menolong diri mereka sendiri dalam meningkatkan mutu hidup mereka.
    2. Mengembangkan kemampuan dan prakarsamasyarakat untuk berperan secara aktif dan berswadaya dalam meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri.
    3. Menghasilkan lebih banyak tenaga-tenaga masyarakat setempat yang mampu, trmpil serta brperan aktif dalam kegiatan pembangunan desa.
    4. Meningkatkan kesehatan masyarakat dalam arti memenuhi beberapa indicator:
      • Angaka kesakitan menurun
      • Angka kematian menurun, terutama angka kematian bayi dan anak
      • Angka kelahiran menurun.
      • Menurunnya angka kekurangan gizi pada anak balita.

    2.3.3. Ciri- ciri PKMD

    1)        Kegiatan dilaksanakan atas dasar kesadaran, kemempuan prakarsa masyarakat sendiri, dalam arti bahwakegiatan dimulai dengan kegiatan untuk mengatasi masalah kesehatan yang memang dirasakan oleh masyarakat sendirisebagai kebutuha.

    2)        Perencanan kegiatan ditetapkan oleh masyarakat secara musyawara dan mufakat.

    3)        Pelaksanaan kegiatan berdasarkan pada peran serta aktif dan swadaya masyarakat dalam arti memanfaatkan secara optimal kemampuan dan sumber daya yang dimiliki masyarakat.

    4)        Masukan darui luar hanya bersifat memacu, melengkapi dan menunjang tidak mengakibatkan ketergantungan

    5)        Kegiatan dilakukan oleh tenaga-tenaga masyarakat setempat.

    6)        Memanfaatkan teknologi tepat guna.

    7)        Kegiatan yang dilakukan sekurang-kurangnya mencakupsalah satu dari 8 unsur PHC.

    2.3.4. Prinsip-prinsip PKMD

    1)        Kegiatan masyarakat sebaiknya dimulai dengan kegitan yang memenuhi kebutuhan masyarakat setempat walaupun kegiatan tersebutbukan merupakan kegiatan kesehatan secara langsung. Ini berarti bahwa kegiatan tidak hanya terbatas pada aspek kegiatan saja, melainkan juga mencakup aspek-aspek kehidupan lainnya yang secara tidak langsung peningkatan taraf kesehatan.

    2)        Dalam membina kegiatan masyarakat diperlukan kerjasama yang baik:

    (a)      Antar dinas-dinas/instansi-instansi/lembaga-lembaga lainnya yang bersangkutan.

    (b)     Antar dinas-dinas/instansi-instansi/lembaga-lembaga tersebut dengan masyarakat.

    Dalam hal ini masyarakat jika tidak dapat memecahkan masalah atau kebutuhannya sendiri, maka pelayanan langsung diberikan oleh sector yang bersangkutan.

    3.    Wadah kegiatan PKMD

    Kegiatan OKMD merupakan bagian bagian integral dari pembangunan desa, sedangkan wadah partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa adalah LKMD(Lembaga Ketahanan Masyarakat desa), maka dengan sendirinya wadah kegiatan PKMD adalah LKMD. Sesuai surat keputusan presidan Nomor: 28 tentang” penyempurnaan dan penempatan fungsi lembaga swadaya desa menjadi LKMD. Maka pada dasaranya LKMD merupakan wadah partisipasi masyarakatdalam pembangunan desa.

    Pembangunan PKMDyang bersifat lintas sektoral dengan sendirinya merupakan bagian dari tugas tim pembinaan LKMD.

    4.    Hal-hal yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan PKMD

    1)        Masyarakat perlu dikembangkan pengertian yang benar tentang kesehatan dan tentang programan-perograman yang dilaksanakan pemerintah.

    2)        Masyarakat perlu dikembangkan kesadaranya akan potensi dan sumber daya yang memiliki serta harus dikembangkan dan dibina kemampuan dadan keberanianya, untuk berperan secara aktif dan berswadaya  dalam meningkamutu hidup dan kesejahteraan mereka.

    3)        Sikap mental pihak penyelenggaraan pelayanan perlu dipersiapkan terlebih dahulu agar dapat  menyadari bahwa masyarakat mempunyai hak dan potensi untuk menolong diri mereka sendiri, dalam meningkatkan mutu hidup dan kesejahteraan mereka.

    4)        Harus ada kepekaan dari pada para Pembina untuk memahami aspirasi yang tumbuh dimasyarakat dan dapat berperan secara wajar dan tepat.

    5)        Harus ada keterbukaan dan interaksi yang dinamis dan berkesinambungan baik antara Pembina maupun antara Pembina dengan masyarakat, sehingga muncul arus pemikiran yang mendukung kegiatan PKMD.

    5.    Strategi pembinaan

    1)        Tim pembinaan PKMD dimasing-masing tingkat sekaligus dijadikan sebagai forum koordinasi dimasing-masing tingkat.

    2)        Setiap kegiatan partisipasi masyarakat yang akan dipromosikan oleh salah satu sector, terlebih dahulu dibahas dalam forum kooordinasi, untuk memungkinkan bantuan dari sector-sektor lain untuk menghindari tumpang tindih.

    3)        Jenis bantuan apapun yang akan dijalankan harus sesalu berdasarkan pada proporsi kebutuhan masyarakat setempat.

    4)        Seluruh tahap kegiatan, mulai dari persiapan, perencanaan, pelaksanaan, penilaian, pembinaan sampai pada perluasan, dilakukankan oleh masyarakat sendiri dan dimana perlu dibantu oleh pemerintah secara lintas program dan lintas secara sektoral.

    5)        Wadah kegiatan PKMD adalah lembaga ketahanan masyarakkat desa (LKMD) sesuai surat keputusan presiden Nomor.  28 tentang ”penyempurnaan dan penetapan fungsi lembaga swadaya desa menjadi LKMD. Maka pada dasarnya LKMD merupakan wadah partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa.

    6.    Mekanisme pembinaan peran serta masyarakat dalam PKMD

    Untuk  mengenal masalah dan kebutuhan mereka sendiri, masyarakat mendapatkan bimbingan dan motivasi dari puskesmas yang bekerjasama dengan sector-sektor yang bersangkutan.

    Dalam hal ini masalahdan kebutuhan masyarakat tidak mungkin diatasi sendiri, maka pelayanan langsung diberikan oleh puskesmas dan atau sector yang bersangkutan. Bagian dari mekanisme pemetaan PKMD dapat dilihat sebagai berikut :

    6.3.       PONED DAN PONEK

    PONED adalah pelayanan kegawatdaruratan obstetric neonatal esensial dasar, yang dilakukan pada tingkat pelayanan primer.komponen didalam PONED adalah agar pada tingkat pelayanan primer mampu memberikan pertolongan kegawatdaruratan pada kasus-kasus:

    a.    infeksi nifas.

    b.    perdarahan post partum.

    c.    pre-eklampsia dan eklampsia.

    d.   distosia bahu dan ekstraksi vakum.

    e.    resusitasi neonates.

    Pertolongan pada kasus krgawatan obstetric neonatal sacara tepat akan mempercepat penurunan angka kematian ibu dan angka kematian bayi. Seperti telah diketahui bahwa penyebab terbanyak kematian ibu (90%)disebabkan oleh komplikasi obstetri,seperti pre-eklampsia/eklampsia, perdarahan, infeksi, dan partus macet. Untuk itulah departemen kesehatan melaksanakan berbagai program untuk meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan bayi serta mengupayakan pelayanan tersebut sedekat mungkin pada ibu hamil.

    Dengan demikian upaya PONED merupakan rerobosan pelayanan kessehatan pada ibu supaya pemerintah mampu mendekatkan pelayanan kegawwatdaruratan obstetri mungkin pada masyarakat. Dengan cara itu pemerintah mampu memcegah keterlambatan dalam pertolongan dan keterlambatan dalam merujuk kasus-kasus kegawatdaruratan obstetric  dan neonatal. PONED juga dilakukan dalam rangka upaya penyampaian tiga pesan kunci Making Pregnancy Safer (MPS), yaitu:

    a.    setiap persalinan harus ditolong oleh tangan kesehatan terlatih,

    b.    setiap komplikasi obstetri memndapat pelayanan oleh tenaga kesehatan terlatih dan

    c.    setiap wanita subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran.

     Oleh karena itu didalam konsep PONED setiap tenaga kesehatan di unit pelayanan kesehatan dasar, khususnya puskesmas rawat inap harus dapat memberikan pelayanan yang tertampil dalam pelayanan komplikasi obstetri dan neonatal yang sesuai dengan standar yang ditetapkan.

    Adapun PONEK adalah pelayanan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal emergency komprehensif. Artinya bahwa setiap tenaga kesehatan di unit pelayanan menengah, khususnya rumah sakit tingkat kabupaten harus dapat memberikan pelayanan yang terampil dalam penanganan kasus rujukan komplikasi obstetri dan neonatal dari unit pelayanan dasar, sehingga tidak terjadi keterlambatan pertolongan di tingkat pelayanan rujukan yang seharusnya mampu menangani kasus-kasus komplikasi obstetri.

    BAB III

    PENUTUP

    3.1 KESIMPULAN

    PHC merupakan hasil pengkajian, pemikiran, pengalaman dalam pembangunan kesehatan dibanyak negara yang diawali dengan kampanye masal pada tahun 1950-an dalam pemberantasan penyakit menular, karena pada waktu itu banyak negara tidak mampu mengatasi dan menaggulangi wabah penyakit TBC, Campak, Diare dan sebagainya.

    Primary Health Care ( PHC ) adalah pelayanan kesehatan pokok yang berdasarkan kepada metode dan teknologi praktis, ilmiah dan sosial yang dapat diterima secara umum baik oleh individu maupun keluarga dalam masyarakat melalui partisipasi mereka sepenuhnya, serta dengan biaya yang dapatterjangkau oleh masyarakat dan negara untuk memelihara setiap tingkatperkembangan mereka dalam semangat untuk hidup mandiri (self reliance) dan menentukan nasib sendiri (self determination).

    Lima prinsip PHC sebagai berikut :

    a.         Pemerataan upaya kesehatan

    b.        Penekanan pada upaya preventif

    c.         Penggunaan teknologi tepat guna dalam upaya kesehatan

    d.        Peran serta masyarakat dalam semangat kemandirian

    e.         Kerjasama lintas sektoral dalam membangun kesehatan

    3.2.    SARAN

    Di Indonesia, pelaksanaan Primary Health Care secara umum dilaksanakan melaui pusat kesehatan dan di bawahnya (termasuk sub-pusat kesehatan, pusat kesehatan berjalan) dan banyak kegiatan berbasis kesehatan masyarakat seperti Rumah Bersalin Desa dan Pelayanan Kesehatan Desa seperti Layanan Pos Terpadu (ISP atau Posyandu). Secara administratif, Indonesia terdiri dari 33 provinsi, 349 Kabupaten dan 91 Kotamadya, 5.263 Kecamatan dan 62.806 desa.

    Di Indonesia, PHC memiliki 3 (tiga) strategi utama, yaitu kerjasama multisektoral, partisipasi masyarakat, dan penerapan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan dengan pelaksanaan di masyarakat. Dan sampai saat ini semua penerapan itu telah berjalan meskipun ada beberapa hambatan dalam pelaksanaannya.

     Daftar Pustaka

    ·        Vaughan, Morrow, 1993, Panduan Epidemiologi Bagi Pengelolaan Kesehatan Kabupaten, Bandung, ITB

    ·        Entjang, Indan, 2000, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Bandung, Citra Aditya Bakti

    ·        M. N. Buston, 1977, Pengantar Epidemiologi, Rineka Cipta, Jakarta

    ·        M. N. Buston, 1977, Epidemiologi penyakit Tidak Menular, Rineka Cipta, Jakarta

    ·        Azrul Azwar, 1989, Penanggulangan Wabah oleh Puskesmas, Binarupa, Jakarta

    ·        Noor Nasri N, 1997, Dasar Epidemiologi, Rineka Cipta, Jakarta

    ·        Sukidjo Notoatmodjo, 2001, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta, Jakarta

    ·        Azrul Azwar, 2001, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Binarupa, Jakarta

    ·        Bambang, 1990, Dasar dasar Epidemiologi

    ·        The Gau’ 2011: www.muhsakirmsg.blogspot.com /

  • Makalah Asas-Asas Filsafat Pendidikan

    Asas-Asas Filsafat Pendidikan

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Asas-asas filsafat pendidikan telah dimulai sejak awal hidup manusia, karena setiap kelompok manusia selalu dihadapkan dengan generasi muda keturunannya yang memerlukan pendidikan yang lebih baik dari orang tuanya. Di dalam berbagai kepustakaan tentang asas- asas pendidikan, pemikiran – pemikiran tentang pendidikan telah dimulai dari zaman Yunani Kuno sampai kini. Meskipun paparan ini terbatas hanya beberapa pada aliran penting, namun diharapkan tidak akan mengurangi maksud dan tujuannya sebagai pembekalan wawasan historis terhadap setiap calon tenaga pendidikan.

    Pendidikan merupakan usaha yang sengaja dan terencana untuk membantu perkembangan potensi dan kemampuan anak agar bermanfaat bagi kepentingan hidupnya sebagai seorang individu dan sebagai warga negara/ masyarakat, dengan memilih isi (materi), strategi, kegiatan dan teknik penilaian yang sesuai. Dengan kata lain, pendidikan dipandang mempunyai peranan yang besar dalam mencapai keberhasilan dalam perkembangan anak.

    Namun dalam sejarah pendidikan yang mana di dasari filsafat dapat dijumpai berbagai asas/pandangan mengenai bagaimana perkembangan manusia itu berlangsung. Adapun asas-asas filsafat yang berkaitan dengan pendidikan atau yang termaktub dalam filsafat pendidikan ialah asas Empirisme, Nativisme dan Konvergensi.

    Dengan sedikit ilmu yang di miliki oleh penulis, maka penulis ingin mengajak segenap civitas akademik untuk berdiskusi serta membahas permasalahan yang terkait dengan asas- asas filsafat pendidikan yang terangkum dalam sebuah makalah sederhana yang penulis memberikan judul dengan “Asas- asas Filsafat Pendidikan”

    Sebelum penulis mengakhiri latar belakang yang penulis sampaikan kiraanya kita mengingat kembali suatu goresan tinta pepatah yang berbunyi “ tiada gading yang tak retak”  suatu goresan nan penuh makna ini bukan berarti tiada subtansi atau makna yang terkandung didalamnya. Bahwasanya penulis menyadari,semua yang ada di dunia ini tiada yang sempurna kecuali Allah SWT. Penulis mungucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para civitas akademik yang berkenan membaca dan mengoreksi makalah sederhana ini, apabila banyak kekurangan dan kesalahan yang berarti, penulis meminta maaf yang sebesar-besarnya dan mohon nasihat agar makalah yang selanjutnya lebih baik dan lebih bermanfaat. Amien.

    B. Rumusan Masalah

    Adapun yang menjadi pokok permasalahan diatas adalah sebagai berikut:

    1. Apa yang dimaksud dengan asas?
    2. Apa pengertian filsafat pendidikan?
    3. Apa saja asas-asas filsafat pendidikan?

    C.    TUJUAN DAN MANFAAT PANULISAN
    1.    Tujuan
    Tujuan kami menulis makalah yang berjudul Asas- asas filsafat pendidikan ini ialah
    a.         Mengetahui arti/ makna asas-asas filsafat pendidikan.
    b.        Mengetahui  macam-macam asas-asas filsafat pendidikan.
    c.         Mengetahui pengertian masing-masing asas-asas filsafat pendidikan.

    2.    Manfaat
    Melihat tujuan-tujuan dari penulisan makalah sederhana ini kita bisa mengambil beberapa manfaat yang subtansional diantaranya :
    a.       Mengetahui kajian historis tentang asas-asas filasafat pendidikan.
    b.      Menambah wawasan terutama civitas akademik dan calon pendidik tentang asas-asas filasafat pendidikan.
    D.    Metodologi penulisan
    Penulis mempergunakan metode observasi dan kepustakaan.
    Cara-cara yang digunakan pada penelitian ini adalah : Studi Pustaka
    Dalam metode ini penulis membaca buku-buku yang berkaitan denga penulisan makalah ini.

    Bab II. Pembahasan

    A. Pengertian Asas

    Pengertian asas dalam Kamus Besar Indonesia mempunyai banyak pengertian diantaranya ialah 1. Dasar (sesuatu yg menjadi tumpuan berpikir atau berpendapat); 2. Dasar cita-cita (perkumpulan atau organisasi): sebelum memasuki suatu organisasi, kita harus tahu — dan tujuannya; 3. Hukum dasar: tindakannya itu melanggar – kemanusiaan. Asas dapat berarti dasar, landasan, fundamen, prinsip dan jiwa atau cita-cita.[1]

    B.       Pengertian Filsafat Pendidikan
    a.       Filsafat
    Kata filsafat atau falsafah, berasal dari bahasa Yunani. Kalimat ini berasal dari kata philosophia yang berarti cinta pengetahuan. Terdiri kata philos yang berarti cinta, senang, suka dan kata sophiaberarti pengetahuan, hikmah dan kebijaksanaan (Ali,1986 : 7). Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa filsafat adalah cinta kepada pengetahuan atau kebenaran, suka kepada hikmah dan kebijaksanaan. Jadi orang yang berfisafat adalah orang yang mencintai kebenaran, berilmu pengetahuan, ahli hikmah dan bijaksana.[2]
    Secara sederhana filsafat dapat diartikan sebagai berpikir menurut tata tertib dengan bebas dan dengan sedalam-dalamnya, sehingga sampai ke dasar suatu persoalan, yakni berpikir yang mempunyai ciri-ciri khusus, seperti analitis, pemahaman, deskritif, evaluatif, interpretatif, dan spekulatif. Sejalan dengan pengertian ini, Musa Asy’ari menulis, filsafat adalah berpikir bebas, radikal dan berada pada dataran makna. Sedangkan menurut M. Amin Abdullah, filsafat mempunyai beberapa devinisi,diantaranya :
    1.      Sebagai aliran atau hasil pemikiran yang berujud sistem pemikiran yang konsisten dan dalam taraf tertentu sebagai sistem tertutup (closed system),
    2.      Sebagai metode berpikir, yang dapat dicirikan: a. Mencari ide dasar yang bersifat fundamental (fundamental ideas), b. Membentuk cara berpikir kritis (critical thought), dan c. Menjunjung tinggi kebebasan serta keterbukaan intelektual (intelectual freedom).[3]
    b.      Pendidikan
    Untuk dapat membahas tentang apa itu pendidikan? Maka kita akan memulainya dari pembahasan istilah pedagogi yang ditarik dari kata paid artinya anak. Dan agogos artinya, membimbing atau memimpin. Dengan demikian, pedagogi secara harafiah adalah berarti seni atau pengetahuan membimbing atau memimpin (mengajar) anak. Selanjutnya, kata pedagogi juga kita kenal dalam bentuk paedagogi dan paedagogik. Paedagogi artinya pendidikan, sedangkan paedagogik adalah ilmu pendidikan. Keduanya berpengertian sebagai ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan merenungkan tentang gejala-gejala dalam perbuatan mendidik. Istilah paedagogiek adalah berasal dari kata Yunani yaitu paedagogia yang berarti pergaulan dengan anak-anak, dan paedagogos ialah seorang pelayan atau bujang pada zaman Yunani kuno yang pekerjaannya mengantar dan menjemput anak ke dan dari sekolah sampai ke rumahnya. Dengan demikian, nyatalah bahwa proses pendidikan pada anak-anak di Yunani kuno sebagian besar diserahkan kepada paedagogos itu.
    Paedagogos yang berasal dari kata paedos dan agoge yang memiliki makna (saya membimbing atau memimpin anak) tersebut, mulanya berkonotosi sebagai pelayan bujang (pekerja rendahan), namun dewasa ini bergeser menjadi makna yang dipakai untuk suatu pekerjaan “mulia” yang dikenal dengan sebutan paegoog (pendidik atau ahli didik). Yang tugasnya adalah mendidik, membimbing, dan membantu  anak (orang belum dewasa) dalam pertumbuhannya agar dapat “berdiri sendiri” menuju ke arah kedewasaan. Jadi, dari uraian singkat di atas maka dapatlah kita simpulkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar (sengaja) orang dewasa untuk perkembangan jasmani dan rohani peserta didiknya menuju ke arah kedewasaan. Namun demikian, perlu dicatat bahwa makna pendidikan dewasa inipun tidak hanya sebagai usaha sadar (sengaja) orang dewasa (guru) untuk mengembangkan (anak) tetapi pendidikan lebih sebagai wahana ‘interaksi’ antara guru dengan murid (warga belajar) menuju proses pemanusiaan manusia. Dengan perkataan lain bahwa anak tidak hanya dilihat sebagai ‘objek’ pendidikan, tetapi juga sebagai ‘subjek’ pendidikan yang dapat ‘mengembangkan dirinya sesuai dengan kompetensi dan potensi-potensi serta kebutuhan dasarnya dalam rangka aktualisasi diri sebagai individu yang mandiri. Dengan demikian, makna dasar pendidikan sebagai jembatan usaha pendewasaan anak dapat terealisasi dalam hasil nyata dan ‘menggembirakan’ manakala anak benar-benar diletakkan sebagai objek yang sekaligus dapat bertindak sebagai subjek pendidikan itu sendiri.[4]
    Pendidikan kiranya dapat dilihat sebagai bagian dari suatu rangkaian belajar. John A. Laska membuat sebuah penggolongan yang cukup menarik antara belajar dan pendidikan. Ia merumuskan pendidikan sebagai upaya sengaja yang dilakukan pelajar atau (yang disertai) orang lainnya untuk mengontrol (atau memandu, mengarahkan, mempengaruhi dan mengelola) situasi belajar agar dapat meraih hasil belajar yang diinginkan.[5]
    Setelah kita mengetahui arti filsafat dan pendidikan dari uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa filsafat pendidikan ialah  merupakan filsafat umum yang diterapkan pada keilmuwan pendidikan sebagai sebuah wilayah spesifik dari usaha serius manusia.[6]
    Menurut al-Ainan bahwa filsafat pendidikan ialah kegiatan berfikir yang sistematis yang diambil dari dart sistem filsafat sebagai cara mengatur pendidikan dan menyusunnya, menerangkan nilai-nilai dan tujuan-tujuannya yang telah ditetapkan untuk dilalui, dalam rangka membina perbuatan pendidikan.[7] Filsafat dan pendidikan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Karena filsafat (1) menetapkan dan kaya dengan ide-ide, sedangkan pendidikan berusaha melaksanakan prinsip dan ide-ide itu menjadi kenyataan , menjadi tindakan dan kepribadian,dan (2) tujuan pendidikan adalah tujuan filsafat, kebijaksanaan dan jalan yang ditempuh filsafat adalah juga jalan yang dilalui pendidikan , bertanya dan menyelidiki yang dapat membimbing ke arah kebijaksanaan.[8]

    C.       Asas-Asas Filsafat Pendidikan
    Setelah kita mengetahui pengertian asas dan filsafat pendidikan, maka kita bisa simpulkan bahwa asas-asas filsafat pendidikan ialah suatu dasar atau pokok yang menjadi acuan kajian filsafat pendidikan.
    Adapun asas-asas filsafat pendidikan ialah asas empirisme, asas nativisme dan asas konvergensi. Hal tersebut diuraikan sebagai berikut:
    a.    Asas Empirisme
    Secara harfiah , arti empirisme dari kata Yunani emperia yang berarti pengalaman.Aliran empirisme bertolak dari Lockean Tradition yang mementingkan stimulasi eksternal dalam perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung kepada lingkungan, sedangkan pembawaan tidak dipentingkan. Pengalaman yang diperoleh anak dalam kehidupan sehari – hari perintisnya adalah John Locke ( 1632-1704), dia mengagumi metode Descrates, tetapi ia tidak menyetujui isi ajarannya. Menurut Locke, rasio mula-mula harus dianggap” as a white paper” dan seluruh isinya dari pengalaman. Ada dua pengalaman : lahiriyah ( sensation ) dan batiniyah ( reflexion). Kedua sumber pengalaman ini menghasilkan ide-ide tunggal ( simple ideas ). Jiwa manusiawi bersifat pasif sama sekali dalam menerima ide-ide tersebut.[9]
    Jika hal empirisme di bawa ke ranah pendidikan maka empirisme mempunyai pengertian yang lebih spesifik. Bahwasanya hasil pendidikan dan perkembangan itu bergantung pada pengalaman-pengalaman yang diperoleh anak didik selama hidupnya. Pengalaman itu diperolehnya di luar dirinya berdasarkan perangsang yang tersedia baginya. John Locke berpendapat bahwa anak yag di dunia ini sebagai kertas kosong atau sebagai meja berlapis lilin (Tabula Rasa) yang belum ada tulisan di atasnya.[10]
                Hal ini berarti, baik dan buruknya anak tergantung pada baik dan buruknya pendidikan yang diterimanya. Menurut J.J. Rausseau (1712-1778) bahwa manusia pada dasarnya baik sejak ia dilahirkan. Jadi kalau ada manusia yang jahat bukan karena benihnya, tetapi dikembangkan setelah ia lahir, yakni setelah ia hidup di masyarakat dan setelah terpengaruh oleh lingkungan serta kebudayaan. Menurut Mensius ( 372-289 SM), yang menyatakan bahwa manusia pada dasarnya baik, sehingga cinta pada dasarnya lebih pengertian yang dangkal. Menurut H. Sun Tzu (289-230 SM) bahwa manusia pada dasarnya adalah jahat, akan tetapi untunglah manusia juga cerdas dan dengan kecerdasannya ia dapat mengolah kebaikan yang ada pada dirinya. Ia menjadi manusia yang baik karena ia bergaul dengan masyarakat. Jadi manusia itu menjadi baik bukan karena benihnya, tetapi karena hidup dan bergaul dengan masyarakat.[11]
    b.    Asas Nativisme
    Asas nativisme bertolak denan teori empirisme yang dianut oleh Schopenhauer (seorang filosuf bangsa Jerman, 1788-1860) yang berpendapat bahwa bayi lahir dengan pembawaan yang baik dan pembawaan yang buruk. Dalam hubungannya dengan pendidikan dan perkembangan manusia, ia berpendapat bahwa hasil akhir pendidikan dan perkembangan itu ditentukan oleh pembawaan yang sudah diperolehnya sejak lahir. Asas Nativisme berpendapat bahwa pendidikan tidak dapat menghasilkan tujuan yang diharapkan berhubungan dengan perkembangan anak didik. Aliran pendidikan yang menganut paham nativisme ini disebut aliran pesimisme.[12]
    Dengan kata lain, Nativisme merupakan aliran pesismisme (murung) dalam pendidikan. Berhasil tidaknya perkembangan anak tegantung pada tinggi rendahnya dan jenis pembawaan yang dimiliki oleh anak didik.[13]
    Lingkungan tidak berarti apa-apa dalam perkembangan manusia, apa yang dikerjakan, apa yang diucapkan, dan apa yang dipikirkan merupakan kecakapan yang dibawa sejak lahir, tetapi nativisme tidak menjelaskan bagaimana seorang lahir dengan membawa potensi, apakah potensi itu mempunyai hubungan sangat erat dengan kondisi orang tua atau tidak, selama ini tidak pernah ada penjelasan. Apabila orang tuanya mempunyai IQ tinggi atau mempunyai IQ rendah akan dapat berpengaruh kepada anaknya. Dalam beberapa penelitian menyimpulkan bahwa anak sangat dipengaruhi oleh keadaan orang tua, baik keadaan fisik, psikis, maupun sosial-ekonominya.[14]
    c.       Asas Konvergensi
    Aliran konvergensi dipelopori oleh William Stern (seorang ahli pendidikan bangsa Jerman, 1871-1939), ia berpendapat bahwa seorang anak dilahirkan di dunia sudah disertai pembawaan baik maupun buruk. Proses perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama – sama mempunyai peranan sangat penting. Bakat yang dibawa pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa dukungan lingkungan sesuai untuk perkembangan anak itu.
    Apabila pengaruh lingkungan sama besar dan  kuatnya dengan pembawaan siswa, maka hasil pendidikan didapat siswa itu pun akan seimbang dan baik, dalam arti tidak satu faktor pun yang dikorbankan secara sia-sia. Seterusnya, apabila pengaruh lingkungan lebih besar dan lebih kuat dari pembawaan, hasil pendidikan siswa hanya akan sesuai dengan kehendak lingkungan, dan pembawaan (watak dan bakat) siswa tersebut akan terkorbankan. Sebaliknya, jika pembawaan siswa lebih besar dan kuat pengaruhnya daripada lingkungan, hasil pendidikan tersebut hanya sesuai dengan bakat dan kemampuannya tanpa bisa berkembang lebih jauh, karena ketidakmampuan lingkungan. Oleh karena itu, terlalu kecilnya pengaruh lingkungan pendidikan, misalnya mutu guru dan fasilitas yang rendah akan merugikan para siswa yang membawapotensi dan bakat yang baik.[15]
    Oleh karena itu William Stern disebut teori Konvergensi artinya memuat ke suatu titik. Jadi menurut teori konvergensi ini adalah sebagai berikut:
    1.      Pendidikan mungkin diberikan.
    2.      Yang membatasi hasil pendidikan adalah pembawaan dan ligkungan itu sendiri.
    3.      Pendidikan diartikan sebagai penolong atau pertolongan yang diberikan kepada lingkungan anak didik untu mengembangkan pembawaan yang baik dan mencegah berkembangnya pembawaan yang buruk.[16]      
    Sebagai contoh, benarkah jika kita mengatakan ‘si Mizan adalah merupakan hasil dari pembawaan dan lingkungannya si Mizan?. Ketika jawabannya ‘benar’, maka seolah-olah si Mizan itu ‘hanya’ merupakan hasil dari proses alam yaitu pembawaan dan lingkungan belaka. Jika pembawaannya begini dan lingkungannya begitu, maka manusia akan demikian pula. Jika demikian halnya, maka apa bedanya dengan proses mencari hasil dari ‘angka-angka’ dalam pengetahuan matematika?. Kalau memang proses perkembangan manusia sama halnya dengan rumus-rumus pengetahuan matematika, maka dapat dipastikan bahwa tugas guru (ahli pendidik) akan lebih mudah yaitu tinggal mencari jalan untuk mengetahui pembawaan seseorang (kalau saja pembawaan itu dapat diketahui dengan pasti), dan kemudian mengusahakan suatu lingkungan atau pendidikan yang cocok (relevan) dengan pembawaan tersebut.
    Sekali lagi, proses perkembangan binatang dengan manusia tidaklah dapat disamakan. Sebab perkembangan binatang adalah merupakan hasil dari pembawaan dan lingkungannya, binatang hanya ‘terserah’ pada pembawaan keturunan dan pengaruh lingkungannya. Dimana perkembangan pada binatang seluruhnya ditentukan oleh kodrat dan hukum-hukum alam. Sementara manusia tidak hanya dari pembawaan dan lingkungannya, melainkan manusia lebih memiliki pengalaman ‘empirik’ yang dapat mempengaruhi perkembangannya.
    Dengan berpijak pada uraian di atas, maka nyatalah bagi kita bahwa jika ditanya tentang ‘perkembangan manusia itu bergantung pada pembawaan ataukah kepada lingkungan?’, atau manakah yang lebih dasar atau lebih kuat mempengaruhi perkembangan manusia itu?. Maka kita dapat mengatakan bahwa itu bukanlah bentuk pertanyaan yang perlu dicari jawabannya, sebab hal itu adalah merupakan suatu pertanyaan yang tidak ada jawabannya. Begitu juga W. Stern tidak menerangkan seberapa besar perbandingan pengaruh kedua faktor tersebut dan hingga dewasa ini dominasi pengaruh kedua faktor itu belumlah dapat ditetapkan.[17]
    Sesuai dengan corak dan karakteristik sosiologi, diantara tiga asas filsafat pendidikan dan teori perkembangan sosial di atas yang sabgat mendukung adalah teori empirisme. Di Amerika telah diselidiki seorang anak bernama Anna yang hidup terpencil di daerah Attic, Pensyilvanea di rumah seorang petani sejak umur 6 bulan sehingga umur 5 tahun. Setelah dipindah ke rumah biasa, Anna mulai belajar bahasa, mulai tertarik dengan anak lain dan turut bermain dengan anak-anak normal lainnya. Perubahan tingkah laku Anna karena berhubungan dengan lingkungannya dan pengalaman Anna sebelum dipindah ke rumah yang normal juga dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat.[18]

    BAB III
    KESIMPULAN DAN SARAN
    A. KESIMPULAN
    Pemikiran tentang pendidikan sejak dulu, kini, dan masa yang akan datang terus berkembang. Asas atau gerakan tersebut mempengaruhi pendidikan di seluruh dunia, termasuk pendidikan di Indonesia.
    Walau ada studi yang mengatakan ada suatu aliran yang paling baik, dari asas-asas filsafat pendidikan di atas,  kita tidak bisa mengatakan bahwa salah satu adalah yang paling baik. Sebab penggunaannya disesuaikan dengan tingkat kebutuhan, situasi dan kondisinya pada saat itu, karena setiap asas memiliki dasar – dasar pemikiran sendiri. Asas-asas filsafat pendidikan  yang ada yaitu, (1) aliran empirisme, (2) Nativisme, (3) dan (3) aliran konvergensi. Pada dasarnya aliran – aliran pendidikan kritis mempunyai suatu kesamaan ialah pemberdayaan individu. Inilah inti dari masyarakat pedagogik.
    B. SARAN
    Kajian tentang berbagai aliran atau gerakan pendidikan itu akan memberikan pengetahuan dan wawasan historis kepada tenaga kependidikan. Hal itu sangat penting agar para pendidik dapat memahami dan pada gilirannya kelak dapat memberikan kontribusi terhadap dinamika pendidikan itu.
    Dan tidak kalah pentingnya adalah bahwa dengan pengetahuan dan wawasan historis tersebut, setiap tenaga kependidikan diharapkan memiliki bekal yang memadai dalam meninjau berbagai masalah yang dihadapi, serta pertimbangan yang tepat dalam menetapkan kebijakan dan tindakan sehari-hari.

    DAFTAR PUSTAKA

    Assegaf, Abd. Rachman, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2011.
    Barnadib, Imam, Filsafat Pendidikan (sistem dan metode), Yogyakarta: Andi Offset. 1994.
    George R. Knight, Filsafat Pendidikan, penerjemah: Mahmud Arif, Jakarta: Gama Media. 2007.
    Jalaluddin & Abdullah, Filsafat Pendidikan: Manusia, Filsafat dan Pendidikan, Yogyakarta: Ar Ruzz Media.2010.
    Jalaluddin & Abdullah, Filsafat Pendidikan, Yogyakarta: Gaya Media Pratama. 1997.
    Maragustam, Mencetak Pembelajar Menjadi Insan Paripurna (Falsafah  Pendidikan Islam), Yogyakarta: Nuha Litera, 2010.
    Noorsyam, Mohammad, Filsafat Kependidikan dan Dasar Kependidikan Pancasila, Surabaya: Usaha Nasional. 1988.
    Noorsyam, Mohammad, Filsafat Kependidikan dan Filsafat Kependidikan Pancasila, Surabaya: Usaha Offset Printing. 1988.
    Muslih, Mohammad, Filsafat Ilmu, Yogyakarta: Belukar.2010.
    Purwanto, Ngalim, Ilmu Pendidikan: Teoritis dan Praktis, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2009.
    Padil, Moh & Triyo Suprayitno, Sosiologi Pendidikan, Malang: UIN-Maliki Press. 2010.
    Suryabrata, Sumadi,  Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rajawali Pers. 1991.
    Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan  (Dengan Pendekatan Baru)., Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2010.
    Tim Dosen FIP-IKIP Malang, Pengantar Dasar-Dasar Kependidikan., Surabaya: Usaha Offset Printing. 1981.
    Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo, Pengantar Pendidika, Jakarta: Rineka Cipta. 2005.
    Zulkifli, Psikologi Perkembangan, Bandng: PT. Remaja Rosdakarya. 2009.
    Dari Internet:
    http://abdanmatin.blogspot.com/2012/01/hereditas-dan-lingkungan-dalam-proses.html.
    http://www.artikata.com/arti-319710-asas.html.
    http://ompubogo.wordpress.com/2011/02/25/pengantar-pendidikan-dan-teori-teori-belajar.html.

    FOOTNOTE
    [1]http://www.artikata.com/arti-319710-asas.html/ diakses pada hari : Selasa, 20 Maret 2012, pukul 23.00 WIB.
    [2]Jalaluddin & Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan, (Manusia, Filsafat, dan Pendidikan),  ( Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), hal. 9.
    [3] Mohammad Muslih, Filsafat Ilmu, ( Yogyakarta: Belukar, 2010), hal. 21.
     [4]http://ompubogo.wordpress.com/2011/02/25/pengantar-pendidikan-dan-teori-teori-belajar.html/ diakses pada hari : Sabtu ,  24 Maret 201, pukul 11.23 WIB.
    [5] George R. Knight, Filsafat Pendidikan, terjemahan : Mahmud Arif ( Yogyakarta: Gama Media, 2007), hal. 15.
    [6] Ibid., hal. 21.
    [7] Maragustam, Mencetak Pembelajar menjadi Insan Paripurna (Falsafah Pendidikan Islam), (Yogyakarta: Nuha Litera, 2010), hal. 29-30.
    [8] Ibid., hal. 31.
    [9]  Mohammad Muslih, Filsafat Ilmu, ( Yogyakarta: Belukar, 2010), hal. 65.
    [10] Jalaluddin & Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan (Manusia, Filsafat, dan Pendidikan),  ( Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), hal. 128.
    [11] Moh. Padil & Triyo Suprayitno, Sosiologi Pendidikan, (Malang : UIN-Maliki Press, 2010), hal.76.
    [12] Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan: teoritis dan praktis, (Bandung : Rosakarya, 2009), hal.16.
    [13] Moh. Padil & Triyo Suprayitno, Sosiologi Pendidikan, (Malang : UIN-Maliki Press, 2010), hal.76.
    [14] Ibid.,hal.74.
    [15] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2010), hal.54.
    [16] Moh. Padil & Triyo Suprayitno, Sosiologi Pendidikan, (Malang : UIN-Maliki Press, 2010), hal.76.
    [17]http://ompubogo.wordpress.com/2011/02/25/pengantar-pendidikan-dan-teori-teori- belajar.html/ diakses pada hari : Sabtu, 24 Maret 201, 11.23 WIB.
    [18] Moh. Padil & Triyo Suprayitno, Sosiologi Pendidikan, (Malang : UIN-Maliki Press, 2010), hal.76.

  • Makalah Variasi Kalimat Dalam Bahasa Indonesia

    Variasi Kalimat Dalam Bahasa Indonesia

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi yang digunakan manusia dengan sesama anggota masyarakat lain. Bahasa itu juga berupa pikiran, keinginan, atau perasaan yang ada pada diri si pembaca atau penulis. Bahasa yang digunakan itu hendaklah dapat mendukung maksud secara jelas agar apa yang dipikirkan, diinginkan, atau dirasakan itu dapat diterima oleh pendengar atau pembaca.
    Dalam hal itu untuk menarik dan dapat mencapai sasaran secara baik kita juga harus menggunakan kalimat yang secara baik dengan variasi-variasi kalimat tersebut. Adapun keefektifan kalimat, selain dilihat darai ciri gramatikal, keselarasan, kepaduan dan kehematannya itu dapat dilihat dari variasi kalimat tersebut.

    Kevariasian kalimat dapat dilihat secara langsung berdampak pada kesalahan, tetapi lebih berdampak pada ketepatan gaya atau keindahan kevariasian dapat menghindarkan seorang pembaca atau pendengar dari kebosanan artinya seseorang dalam berkomunikasi dituntut memilih kata, klausa, kalimat, bahkan paragraf yang bervariasi.

    Soedjito (1988) membedakan variasi kalimat berdasarkan urutan kalimat dan jenis kalimat. Kalimat yang dimaksud bervariasi adalah suatu kalimat yang terdiri atas bermacam-macam kalimat yang berbeda-beda baik berupa unsur-unsurnya ataupun fungsinya.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah dapat dirumuskan beberapa masalah yang harus diuraikan, yaitu:
    1. Apa itu kalimat bervariasi?
    2. Apa saja urutan variasi-variasi kalimat yang perlu diketahui?
    3. Bagaimana dan apa saja yang termasuk dalam variasi kalimat tersebut?

    C. Tujuan
    Berdasarkan rumusan masalah, malah variasi kalimat kalimat memiliki beberapa tujuan, yaitu:
    1. Mendeskripsikan kalimat-kalimat yang bermacam bentuk varaisinya.
    2. Mendeskripsikan apa saja variasi kalimat yang perlu diketahui.
    3. Menyusun kalimat-kalimat berdasarkan variasinya.

    D. Manfaat
    Manfaat dari makalah ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian:
    1. Mengetahui maksud kalimat yang bervariasi.
    2. Mengetahui dalam menganalisis kalimat berdasarkan variasinya.
    3. Mengetahui dalam penyusunan variasi kalimat.

    BAB II
    PEMBAHASAN

    A. Pengertian Kalimat, Variasi, dan Variasi Kalimat
    1. Pengertian Kalimat
    Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Kalau dilihat dari hal predikat, kalimat-kalimat dalam bahasa Indonesia ada dua macam, yaitu:
    a. Kalimat-kalimat yang berpredikat kata kerja
    b. Kalimat-kalimat yang berpredikat bukan kata kerja
    Contoh:
    • Tugas itu dikerjakan oleh mahasiswa
    Kata kerja dalam kalimat ini adalah dikerjakan. Kata dikerjakan adalah predikat dalam kalimat ini.

    2. Pengertian Variasi
    Variasi adalah suatu makna kata yang bermacam-macam, yang berbeda bentuk, jenis, manfaat ataupun fungsinya. Begitu pula dalam kalimat banyak mempunyai variasi, karena kalimat dalam segi bentuk, jenis, manfaat atau fungsi itu yang membuat kalimat jadi berbeda-beda makna dalam hal segi kegunaannya.

    3. Pengertian Variasi Kalimat
    Variasi kalimat adalah sebuah bentuk suatu bahasa terkecil dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran utuh yang bermacam-macam dan berbeda baik dari segi bentuk, jenis, manfaat ataupun fungsinya maupun efektivitasnya dalam bahasa Indonesia.

    B. Kevariasian Kalimat
    Ciri kevariasian kalimat akan diperoleh jika kalimat yang satu dibandingkan dengan kalimat yang lain kemungkinan variasi tersebut sebagai berikut:
    1. Variasi dalam Pembukaan Kalimat
    Ada beberapa kemungkinan untuk memulai kalimat dan efektivitas, yaitu dengan variasi pembukaan kalimat. Dalam variasi pembukaan kalimat sebuah kalimat dapat dimulai / dibuka dengan:
    a. Frase keterangan (waktu, tempat, cara)
    b. Frase benda
    c. Frase kerja
    d. Partikel penghubung
    Contoh:
    a. Mang Diman dari kompas menganggap hal ini sebagai suatu isyarat serderhana untuk bertransmigrasi (frase benda)
    b. Dibuangnya jauh-jauh pikiran yang menghantuinya selama ini (frase kerja)
    c. Karena bekerja terlalu berat dia jadi jatuh sakit (frase penghubung)

    2. Variasi dalam Pola Kalimat
    Untuk efektivitas kalimat dan untuk menghindari suasana monoton yang dapat menimbulkan kebosanan, sebuah pola kalimat yang bervariasi dapat diubah letaknya dan bisa dibentuk kalimatnya asal sesuai dengan subjek – predikat – objek dapat diubah menjadi predikat – objek – subjek ataupun yang lainnya.
    Contoh:
    a. Dokter muda itu belum dikenal oleh masyarakat desa Sukamaju (S – P – O)
    b. Belum dikenal oleh masyarakat desa Sukamaju dokter muda itu (P – O – S)
    c. Dokter muda itu oleh masyarakat Sukamaju belum dikenal (S – O – P)
    Adapun pola kalimat dasar, dalam Bahasa Indonesia menurut penelitian para ahli yaitu:
    1) KB + KK : Mahasiswa berdiskusi
    KB KS

    2) KB + KS : Dosen itu ramah
    KB KS
    3) KB + K. Bil : Harga buku itu tiga puluh ribu rupiah
    KB K. Bil.
    4) KB1 + KK + KB2 + KB3 : Paman mencarikan saya pekerjaan
    KB1 KK KB2 KB3
    5) KB1 + KB2 : Rustam sang peneliti
    KB1 KB2
    Adapun juga suatu pola kalimat dasar ini juga dapat diperluas dengan berbagai keterangan, hingga menjadi kompleks. Baik subjek (S), predikat (P), objek (O), keterangan (K), ataupun pelengkap (Pel.), seperti contoh di atas:
    1) Pada pola 1 adalah yang mengandung subjek (S) kata benda dan predikat (P) kata kerja, kalimatnya yaitu:
    • Mahasiswa berdiskusi
    S P
    Adapun contoh lain yang berpola subjek (S) dan predikat (P), yaitu:
    • Cerita itu sudah tersebar
    S P
    2) Pada pola 2 adalah pola kalimat yang bersubjek kata benda dan berpredikat kata sifat, kalimatnya adalah:
    • Dosen itu ramah
    S P
    Adapun contoh lain, yaitu:
    • Atlet itu cekatan sekali
    S P
    3) Pada pola kalimat 3 adalah kalimat yang bersubjek kata benda, dan berpredikat kata bilangan, yang kalimat itu adalah:
    • Harga buku itu tiga puluh ribu rupiah
    S P
    Contoh lain selain pola kalimat 3 yang sama polanya adalah:
    • Rumahnya dua buah
    S P
    4) Pada pola kalimat 4, yaitu pola kalimat yang terdiri dari subjek kata benda, predikat kata kerja, objek kata benda, dan pelengkap kata benda, maka selengkapnya kalimat itu adalah menjadi:
    • Paman mencarikan saya pekerjaan
    S P O Pel.
    Contoh kalimat yang lain yang sama polanya dengan kalimat di atas adalah:
    • Dia membuatkan saya lukisan
     S P O Pel.
    5) Pada pola kalimat 5, yaitu pola kalimat yang bersubjek kata benda dan berpredikat kata benda. Baik subjek maupun predikat, keduanya kata benda. Jadi kalimat selengkapnya menjadi:
    • Rustam sang peneliti
    S P
    Contoh lain:
    • Dia sang juara
    S P
    Kelima pola kalimat tersebut tadi masing-masing terdiri atas satu kalimat tunggal. Setiap kalimat tunggal di atas dapat diperluas dengan menambahkan kata-kata pada unsur-unsurnya. Kalimat akan menjadi panjang, tetapi masih dapat dikenali unsur utamanya. Cara memperluasnya yaitu:
    1) Mahasiswa berdiskusi
    Diperluas menjadi:
    • Mahasiswa semester III sedang berdiskusi di aula
    2) Dosen itu ramah
    Diperluas menjadi:
    • Dosen itu selalu ramah setiap hari
    3) Harga buku itu tiga puluh ribu rupiah
    Diperluas menjadi:
    • Harga buku gambar besar itu tiga puluh ribu rupiah perbuah
    4) Paman mencarikan saya pekerjaan
    Diperluas menjadi:
    • Paman tidak lama lagi akan mencarikan saya, keponakan tunggalnya, pekerjaan
    5) Rustam sang peneliti
    Diperluas menjadi:
    • Rustam anak pak Camat adalah sang peneliti
    Pemerluasan suatu kalimat itu, terdiri atas:
    1) Keterangan tempat
    2) Keterangan waktu
    3) Keterangan alat
    4) Keterangan modalitas
    5) Keterangan cara
    6) Keterangan aspek
    7) Keterangan tujuan
    8) Berupa frase
    9) Keterangan aposisi

    3. Variasi dalam Jenis kalimat
    Untuk mencapai efektivitas sebuah kalimat berita atau pertanyaan, dapat dikatakan dalam kalimat dan agar suatu kalimat menjadi baik susunan dan kata-kata, maka kita harus mengetahui variasi-variasi dalam jenis kalimat tersebut.
    a. Kalimat Tanya dalam Bentuk Berita
    Contoh:
    …. Presiden SBY sekali lagi menegaskan perlunya kita lebih hati-hati memakai bahan bakar dan energi dalam negeri. Apakah kita menangkap peringatan tersebut?
    Dalam kutipan tersebut terdapat suatu kalimat yang dinyatakan dalam bentuk tanya. Penulis tentu dapat mengatakannya dalam kalimat berita. Akan tetapi untuk mencapai efektivitas, ia memakai kalimat tanya.

    b. Kalimat Majemuk Setara
    Kalimat majemuk setara terjadi dari dua kalimat tunggal atau lebih. Kalimat majemuk setara dikelompokkan lagi menjadi empat jenis yaitu:
    1) Dua kalimat tunggal atau lebih itu sejalan dan hasilnya disebut kalimat majemuk setara penjumlahan.
    Contoh:
    – Kami membaca
    – Kami menulis
    – Kami membaca dan mereka menulis
    Tanda koma dapat digunakan jika kalimat yang digabungkan itu lebih dari dua kalimat tunggal.
    Contoh:
    – Direktur tenang
    – Karyawan duduk teratur
    – Para nasabah antre
    Maka kalimat tersebut dapat digabung menjadi:
    – Direktur tenang, karyawan duduk, dan para nasabah antre
    2)  Kedua kalimat tunggal berbentuk kalimat setara itu dapat dihubungkan oleh kata tetapi jika kalimat itu menunjukkan pertentangan, dan hasilnya disebut kalimat majemuk setara pertentangan.
    Contoh:
    – Amerika dan Jepang tergolong negara maju
    – Indonesia dan Brunei Darussalam tergolong negara berkembang
    Maka kalimat tersebut digabung menjadi:
    – Amerika dan Jepang tergolong negara maju, tetapi donesia dan Brunei Darussalam tergolong negara berkembang
    3) Dua kalimat tunggal atau lebih dapat dihubungkan dengan kata lalu dan kemudian jika kejadian dikemukakannya berurutan, dan hasilnya disebut kalimat majemuk setara perurutan.
    Contoh:
    – Mula-mula disebutkan nama-nama juara MTQ tingkat remaja, kemudian disebutkan nama-nama juara MTQ tingkat dewasa
    4) Dapat pula dua kalimat tunggal atau lebih itu dihubungkan oleh kata atau jika kalimat itu menunjukkan pemilihan, dan hasinya disebut kalimat majemuk setara pemilihan.
    Contoh:
    – Pra pemilik televisi membayar iuran televisinya di kantor pos yang terdekat atau para petugas menagihnya ke rumah pemilik televisi

    c. Kalimat Majemuk Tidak Setara
    Kalimat majemuk tidak setara terdiri atas satu suku kalimat yang bebas (klausa bebas) dan satu suku kalimat atau lebih yang tidak bebas (klausa terikat). Jalinan kalimat ini menggambarkan taraf kepentingan yang berbeda-beda diantara unsur gagasan yang mejemuk, inti gagasan dituangkan ke dalam induk kalimat. Sedangkan pertaliannya dari sudut pandangan waktu, sebab, akibat, tujuan, syarat dan sebagainya dengan aspek gagasan yang lain diungkapkan dalam anak kalimat.
    Contoh:
    a) Para pemain sudah lelah
    b) Para pemain boleh istirahat
    (a dan b) karena pemain  sudah lelah, para pemain sudah boleh istirahat

    Induk kalimat ialah inti gagasan, sedangkan anak kalimat ialah pertalian gagasan dengan hal-hal lain. Penanda anak kalimat ialah kata walaupun, meskipun, sungguhpun, karena, apabila dan sebagainya.

    d. Kalimat Majemuk Campuran
    Kalimat jenis ini terdiri atas kalimat majemuk tak setara (bertingkat) dan kalimat majemuk setara, atau terdiri atas kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk tak setara.
    Contoh:
    – Karena hari sudah malam, kami berhenti dan langsung pulang
    Bertingkat Setara
    – Kami pulang, tetapi mereka masih bekerja karena tugasnya belum selesai
    Setara Bertingkat

    e. Kalimat Efektif Kesepadanan
    Yang dimaksud dengan kesepadanan adalah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik.
    Adapun ciri kesepadanan kalimat antara lain:
    1) Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam, bagi, untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya yang di depan subjek.
    Contoh:
    a) Bagi semua mahasiswa perguruan ini harus membayar uang kuliah (salah)
    b) Semua mahasiswa perguruan ini harus membayar uang kuliah (benar)
    2) Tidak terdapat subjek yang ganda
    Contoh:
    a) Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen
    Kalimat di atas dapat diperbaiki dengan cara:
    a) Dalam penyusunan laporan itu, saya dibantu oleh para dosen
    3) Penghubung intra kalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal
    Contoh:
    a) Kami datang agak terlambat, sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama
    4) Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang
    Contoh:
    a) Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu
    Perbaikan kalimat di atas adalah:
    a) Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu

    f. Kalimat Efektif Keparalelan
    Yang dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat itu. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan nominal, maka bentuk kedua dan seterusnya juga menggunakan nominal. Kalau bentuk pertama menggunakan verba, maka bentuk kedua juga menggunakan verba.
    Contoh:
    • Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes
    Kalimat di atas dapat diperbaiki dalam bentuk sejajar, yaitu:
    • Harga minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes

    g. Kalimat Efektif Ketegasan
    Yang dimaksud dengan ketegasan adalah suatu perbuatan penonjolan pada ide pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu ditonjolkan. Kalimat itu memberi penekanan atau penegasan pada penonjolan itu.
    Adapun cara untuk membentuk penekanan kalimat, yaitu:
    1) Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat)
    Contoh:
    • Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.
    Penekanannya adalah harapan presiden.
    2) Membuat urutan kata yang bertahap.
    Contoh:
    • Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar
    Seharusnya kalimat di atas adalah:
    • Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar
    3) Melakukan pengulangan kata (repetisi)
    Contoh:
    • Saya suka akan kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka
    4) Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan
    Contoh:
    • Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur
    5) Menggunakan partikel penekanan (penegasan)
    Contoh:
    • Saudaralah yang harus bertanggung jawab

    h. Kalimat Efektif Kehematan
    Yang dimaksud kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat mempergunakan kata, frase atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu.
    Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan dalam kalimat efektif kehematan, yaitu:
    1) Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan subjek
    Contoh:
    • Karena ia tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu
    Perbaikan kalimat di atas adalah:
    • Karena tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu
    2) Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponim kata
    Contoh:
    • Kata merah sudah mencukupi kata warna
    • Kata pipit sudah mencukupi kata burung
    Contoh kalimat:
    • Ia memakai baju warna merah
    Kalimat itu dapat diubah menjadi:
    • Ia memakai baju merah
    3) Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat
    • Kata naik bersinonim dengan kata ke atas
    • Kata sejak bersinonim dengan kata dari
    Contoh kalimat:
    • Dia hanya membawa badan saja
    Kalimat ini dapat diperbaiki menjadi:
    • Dia hanya membawa badannya
    4) Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak
    Misalnya:
    Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku
    – Para tamu-tamu
    – Para hadirin – Para tamu
    – Hadirin

    i. Kalimat Efektif Kecermatan
    Yang dimaksud dengan cermat adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran ganda dan tepat dalam pilihan kata.
    Contoh:
    • Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah
    Maksud dari kalimat di atas adalah kalimat tersebut memiliki makna ganda, yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa atau perguruan tinggi.

    j. Kalimat Efektif Kepaduan
    Yang dimaksud dengan kepaduan ialah kepaduan pernyataan dalam kalimat sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.
    Ciri kalimat tersebut, yaitu:
    1) Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak simetris
    2) Ada dua macam kalimat pasif, yaitu kalimat pasif biasa dan kalimat pasif pesona. Kalimat pasif biasa terjadi apabila kalimat yang berpola SPO dialihkan dengan memposisikan objek menjadi subjek dan predikat yang berawalan meng- menjadi predikat yang berawalan di- pada predikat pasif biasa digantikan dengan kata ganti pelaku
    Contoh:
    • Saya mencari udang (SPO aktif)
    • Udang itu dicari oleh saya (pasif biasa)
    • Udang itu saya cari (pasif pesona)
    Kalimat yang padu menggunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif pesona.
    Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita.
    Contoh:
    • Mereka membicarakan daripada kehendak rakyat
    Seharusnya kalimatnya dalah:
    • Mereka mebicarakan kehendak rakyat

    4. Variasi dalam Bentuk Aktif – Pasif
    Variasi kalimat dalam bentuk aktif – pasif, adalah kalimat-kalimat yang memuat tentang suatu paragraf yang berbentuk aktif – pasif.
    Contoh:
    a. Pohon pisang itu cepat tumbuh, kita dengan mudah dapat  menanamnya dan memeliharanya, lagipula kita tidak perlu memupuknya, kita hanya menggali lubang, menanam dan tinggal menunggu buahnya.
    Bandingkan dengan kalimat di bawah ini.
    b. Pohon pisang itu cepat tumbuh, dengan mudah pohon pisang itu dapat ditanam dan dipelihara, lagipula tidak perlu dipupuk, kita hanya menggali lubang, menanam dan tinggal menunggu buahnya.
    Kalimat-kalimat pada paragraf “a” semuanya berupa kalimat aktif, sedangkan pada paragraf “b” berupa kalimat aktif dan pasif, dapat dikatakan bahwa kalimat-kalimat pada paragraf “a” tidak bervariasi sedangkan paragraf “b” bervariasi, namun hanya variasi aktif – pasif.
    Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya melakukan suatu perbuatan atau aktivitas. Kalimat aktif biasanya diawali oleh awalan me- atau ber-
    Contoh:
    • Membeli
    • Bertemu
    Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai suatu perbuatan atau aktivitas. Kalimat pasif biasanya diawali oleh awalan di- atau ter-.
    Contoh:
    • Dipukul
    • Terinjak

    BAB III
    PENUTUP

    A. Simpulan
    Variasi kalimat adalah sebuah bentuk satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkap pikiran utuh yang bermacam-macam dan berbeda baik dari segi bentuk, jenis, manfaat, atau fungsinya maupun efektivitasnya dalam bahasa Indonesia.
    Kevariasian kalimat terdiri dari variasi dalam pembukaan, variasi dalam pola kalimat, variasi dalam jenis kalimat, dan variasi dalam bentuk aktif – pasif.
    Variasi dalam pembukaan kalimat dapat dimulai dengan frase keterangan, frase benda, frase kerja, dan partikel penghubung.
    Variasi dalam pola kalimat, terdiri dari pola kalimat dasar dan memperluas pola kalimat tunggal.
    Variasi dalam jenis kalimat, terdiri dari kalimat tanya dalam bentuk berita, kalimat majemuk setara, kalimat majemuk tidak setara, kalimat majemuk campuran, kalimat efektif kesepadanan, kalimat efektif keparalelan, kalimat efektif ketegasan, kalimat efektif kehematan, kalimat efektif kecermatan, dan kalimat efektif kepaduan.
    Variasi kalimat bentuk aktif – pasif adalah kalimat-kalimat yang memuat tentang suatu paragraf yang ada kalimat aktif dan pasif. Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya melakukan suatu perbuatan atau aktivitas, yang biasanya diawali oleh awalan me- atau ber-. Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai suatu perbuatan atau aktivitas, yang biasanya diawali oleh awalan ter- atau di-


    DAFTAR PUSTAKA

    Arifin, E. Zaenal dan S. Amran Tasai (Ed. 2008). Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akademika Pressindo.

    Ali, Lukman dkk. 1991. Petunjuk Praktis Berbahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

    Internet, www.google.co.id Tentang Kevariasian Kalimat

    Iswara, P.D. 2000. Variasi Pola Kalimat dan Keterbacaannya. Tesis pada Program Pascasarjana UPI Bandung.

    Finoza, Lamuddin. 2008. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi

  • Makalah Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia

    Makalah Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia

    Bahasa Indonesia pertama kali digaungkan pada Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928. Bahasa ini diberi nama Indonesia jauh sebelum Negara Indonesia dinyatakan merdeka 17 Agustus 1945. Perannya diharapkan sebagai bahasa Pemersatu bangsa sebagaimana yang tertuang pada Sumpah Pemuda “Kami Putra Putri Indonesia menjunjung Bahasa Persatuan, Bahasa Indonesia”.

    Pada perkembanganya, Fungsi Bahasa Indonesia ikut juga tumbuh yang awalnya menjadi bahasa Pemersatu menjadi bahasa yang kompleks. Lantas Bagaimana Sejarah bahasa Indonesia? Apa saja fungsi dan bagaimana kedudukannya? Makalah ini bertujuan untuk membahas pertanyaan tersebut.

    Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Melalui perjalanan sejarah yang panjang, bahasa Indonesia telah mencapai perkembangan yang luar biasa, baik dari segi jumlah pemakainya, maupun dari segi tata bahasa dan kosa kata serta maknanya. Sekarang Bahasa Indonesia telah menjadi bahasa modern yang digunakan dan dipelajari tidak hanya di seluruh Indonesia tetapi juga di banyak negara.

    Keberhasilan bangsa Indonesia dalam mengajarkan Bahasa Indonesia kepada generasi muda dicatat sebagai prestasi dari segi peningkatan komunikasi antara warga Negara Indonesia. Mahasiswa peserta kuliah perlu disadarkan akan kenyataan ini dan ditimbulkan kebanggaannya terhadap bahasa Nasional kita. Mahasiswa yang berkepribadian baik adalah mahasiswa yang menghargai sejarah perkembangan Bahasa Indonesia.

    B. Rumusan Masalah

    Adapun rumusan makalah ini adalah sebagai berikut:

    1. Bagaimana sejarah bahasa Indonesia ?
    2. Bagaimana kedudukan bahasa Indonesia ?
    3. Apa fungsi bahasa Indonesia ?

    C. Tujuan Masalah

    Adapun tujuan makalah ini adalah sebagai berikut:

    1. Dapat menjelaskan tentang bagaimana sejarah lahirnya bahasa
      Indonesia.
    2. Dapat mengetahui kedudukan bahasa Indonesia.
    3. Dapat menjelaskan tentang fungsi bahasa Indonesia.

    Bab II. Pembahasan

    A. Sejarah Bahasa Indonesia

    Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu termasuk rumpun bahasa
    Austronesia yang telah di gunakan sebagai lingua franca di nusantara sejak abad abad awal penanggalan modern, paling tidak dalam bentuk informalnya. Bentuk bahasa sehari-hari ini sering di namai dengan istilah Melayu pasar. Jenis ini sangat lentur sebab sangat mudah di mengerti dan ekspresif, dengan toleransi kesalahan sangat besar dan mudah menyerap istilah-istilah lain dari berbagai bahasa yang di gunakan para penggunanya.

    Selain Melayu pasar terdapat pula istilah Melayu tinggi. Pada masa lalu
    bahasa Melayu tinggi digunakan kalangan keluarga kerajaan di sekitar Sumatra, Malaya, dan Jawa. Bentuk bahasa ini lebih sulit karena penggunaannya sangat halus, penuh sindiran, dan tidak seekspresif bahasa Melayu pasar. Pemerintah kolonial Belanda yang menganggap kelenturan Melayu pasar mengancam keberadaan bahasa dan budaya. Belanda berusaha meredamnya dengan mempromosikan bahasa Melayu tinggi, di antaranya dengan penerbitan karya sastra dalam bahasa Melayu tinggi oleh balai pustaka. Tetapi bahasa Melayu pasar sudah terlanjur di ambil oleh banyak pedagang yang melewati Indonesia.

    Penamaan istilah “bahasa Melayu” telah di lakukan pada masa sekitar 683-
    686 M. Yaitu angka tahun yang tercantum pada beberapa prasasti berbahasa
    Melayu kuno dari Palembang dan Bangka. Prasasti-prasati ini di tulis dengan
    aksara Pallawa atas perintah raja Kerajaan Sriwijaya, kerajaan Maritim yang
    berjaya pada abad ke-7 dan ke-8. Wangsa Sailendra juga meninggalkan beberapa prasasti Melayu kuno di Jawa Tengah. Keping Tembaga Laguna yang di temukan di dekat Manila juga menunjukkan keterkaitan wilayah itu dengan Sriwijaya.

    Awal penamaan bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa bermula dari
    Sumpah Pemuda pada tanggal 28 oktober 1928. Di sana, pada Kongres Nasional Kedua di Jakarta, di canangkanlah penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa untuk negera Indonesia pasca-kemerdekaan. Soekarno tidak memilih bahasanya sendiri, Jawa (yang sebenarnya juga bahasa mayoritas pada saat itu), namun beliau memilih bahasa Indonesia yang beliau dasarkan dari bahasa Melayu yang di tuturkan di Riau.

    Bahasa Melayu Riau di pilih sebagai bahasa persatuan negara Republik
    Indonesia atas beberapa pertimbangan sebagai berikut:

    1. Jika bahasa Jawa digunakan, suku-suku bangsa atau puak lain di
      Republik Indonesia akan merasa dijajah oleh suku Jawa yang
      merupakan puak (golongan) mayoritas di Republik Indonesia.
    2. Bahasa Jawa jauh lebih sukar di pelajari di bandingkan dengan bahasa
      Melayu Riau. Ada tingkatan bahasa halus, biasa, dan kasar yang
      digunakan untuk orang yang berbeda dari segi usia, derajat, ataupun
      pangkat. Bila pengguna kurang memahami budaya Jawa, ia dapat
      menimbulkan kesan negatif yang lebih besar.
    3. Bahasa Melayu Riau yang di pilih, dan bukan bahasa Melayu Pontianak,
      Banjarmasin, Samarinda, Maluku, Jakarta (Betawi), ataupun Kutai,
      dengan pertimbangan: Pertama, suku Melayu berasal dari Riau, Sultan
      Malaka yang terakhir pun lari ke Riau selepas malaka direbut oleh
      Portugis. Kedua, sebagai lingua franca, bahasa Melayu Riau yang
      paling sedikit terkena pengaruh misalnya dari bahasa Tionghoa
      Hokkien, Tio Ciu, Ke, ataupun dari bahasa lainnya.
    4. Pengguna bahasa Melayu bukan hanya terbatas di Republik Indonesia.
      Pada 1945, pengguna bahasa Melayu selain Republik Indonesia yaitu
      Malaysia, Brunei, dan Singapura. Pada saat itu, dengan menggunakan
      bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan, diharapkan di negara-negara
      kawasan seperti Malaysia, Brunei, dan Singapura biasa di tumbuhkan
      semangat patriotic dan nasionalisme negara-negara jiran di Asia
      Tenggara.

    Dengan memilih bahas Melayu Riau, para pejuang kemerdekaan bersatu
    seperti pada masa Islam berkembang di Indonesia, namun kali ini dengan tujuan persatuan dan kebangsaan. Bahasa Indonesia yang telah dipilih ini kemudian distandarnisasi (dibakukan) lagi dengan nahwu (tata bahasa), dan kamus baku juga diciptakan. Hal ini telah dilakukan pada zaman penjajahan Jepang.

    Keputusan Kongres Bahasa Indonesia II 1954 di Medan, antara lain
    menyatakan bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Bahasa
    Indonesia tumbuh dan berkembang dari bahasa Melayu yang sejak zaman dahulu sudah digunakan sebagai bahasa perhubungan yang lingua franca bukan hanya di Kepulauan Nusantara, melainkan juga hampir di seluruh Asia Tenggara.

    Bahasa Melayu mulai diapakai di kawasan Asia Tenggara sejak Abad ke-
    7. Bukti yang menyatakan itu ialah dengan ditemukannya prasasti di Kedukan Bukit, berangka 683 M. (Palembang); Talang Tuwo, berangka 684 M.
    (Palembang); Kota Kapur, berangka 686 M. (Bangka Barat); dan Karang Brahi,
    berangka 688 M. (Jambi). Prasasti itu bertuliskan huruf Pranagari berbahasa
    Melayu kuno. Bahasa Melayu kuno itu tidak hanya dipakai pada zaman Sriwijaya karena di Jawa Tengah (Gandasuli) juga ditemukan prasasti berangka tahun 832 M. dan di Bogor ditemukan prasasti berangka tahun 942 M. yang juga menggunakan bahasa Melayu Kuno.

    ‘Pada zaman Sriwijaya, bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa
    kebudayaan, yaitu bahasa buku pelajaran agama Buddha. Bahasa Melayu juga dipakai sebagai bahasa perhubungan antarsuku di Nusantara dan sebagai bahasa perdagangan, baik sebagai bahasa antarsuku di Nusantara maupun sebagai bahasa yang digunakan terhadap para pedagang yang datang di luar Nusantara.

    Informasi dari seorang ahli sejarah Cina, I-Tsing, yang belajar agama
    Buddha, Sriwijaya antara lain, menyataka bahwa di Sriwijaya ada bahasa yang bernama Koen-luen (I-Tsing, 63: 159), Kou-luen (I-Tsing, 183), Koen-luen
    (Ferrand, 1919), Kw’enlun (Alisjahbana, 1971: 1089), Kun’lun (Parnikel,
    1977:91), Kun ‘lun (Prentice, 1078:190, yang berdampingan denga sangsakerta
    yang dimaksud Koen-luen adalah bahasa perhubungan (lingua franca) di
    kepulauna Nusantara, yaitu bahasa Melayu.

    Perkembangan dan pertumbuhan bahasa Melayu tampak makin jelas dari
    peniggalan kerajaan Islam, baik yang berupa batu tertulis seperti tulisan pada batu nisan di Minye Tujoh, Aceh, berangka 1380 M. Maupun hasil susastra (abad ke-16 dan ke-17), seperti Syair Hamzah Fansuri, Hikayat Raja-raja Pasai, Sejarah Melayu, Tajussalatin, dan Bustanussalatin.

    Bahasa Melayu menyebar kepelosok Nusantara bersamaan dengan
    menyebarnya agama Islam di wilayah Nusantara. Bahasa Melayu mudah diterima oleh masyarakat Nusantara sebagai bahasa perhubungan antarpulau, antarsuku, antarpedagang, antarbangsa, dan antarkerajaan karena bahasa Melayu tidak mengenal tingkat tutur.

    Bahasa Melayu dipakai dimana-mana di wilayah Nusantara serta makin
    berkembang dan bertambah kukuh keberadaannya. Bahasa Melayu yang dipakai di daerah di wilayah Nusantara dalam pertumbuhannya dipengaruhi oleh corak budaya daerah. Bahasa melayu menyerap kosa kata dari berbagai bahasa, terutama dari bahasa Sangsakerta, Persia, Arab, dan bahasa-bahasa Eropa. Bahasa Melayu pun dalam perkembangannya muncul dalam berbagai fariasi dan dialeg.

    Perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara memengaruhi dan
    mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan persatuan Bangsa Indonesia.
    Komunikasi antar perkumpulan yang bangkit pada masa itu menggunakan bahasa Melayu. Pemuda Indonesia yang tergabung dalam perkumpulan pergerakan secara sadara mengangkat bahasa Melayu menjadi Bahasa Indonesia, yang menjadi bahas persatuan untuk seluruh bangsa Indonesia. (Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928).

    Peristiwa-peristiwa penting berkaitan dengan perkembangan bahasa
    Indonesia diantranya:

    1. Pada 1901, disusunlah ejaan resmi bahasa Melayu ole Ch.A. Van
      Ophuijsen dan dimuat dalam kitab logat Melayu.
    2. Pada 1908, pemerintah mendirikan sebuah badan penerbit buku-buku
      bacaan yang diberi nama Commissie Voor de Volkslectuur (Taman
      bacaan rakyat) yang kemudian pada 1917 ia diubah menjadi balai
      pustaka. Balai itu menerbitkan buku-buku novel seperti Siti Nurbaya
      dan Salah Asuhan, buku-buku penuntun bercocok tanam, penuntun
      memelihara kesehatan, yang tidak sedikit membantu penyebaran
      bahasa Melayu di kalangan masyarakat luas.
    3. Pada 28 Oktober 1928 merupakan saat-saat yang paling menentuka
      dalam perkembangan bahasa Indonesia karena pada tanggal itulah para pemuda pilihan memancangkan tonggak yang kukuhuntuk perjalanan bahasa Indonesia.
    4. Pada 1933, Secara resmi berdirilah sebuah angkatan sastrawan muda
      yang menamakan dirinya sebagai Pujangga Baru yang dipinpim oleh
      Sultan Takdir Alisyabanah dan kawan-kawan.
    5. Pada tarikh 25-28 Juni 1938, dilangsungkanlah kongres bahasa
      Indonesia di Solo. Dari hasil kongres itu dapat disimpulkan bahwa
      usaha pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia telah dilakukan secara sadar oleh Cendikiawan dan budayawan Indonesia saat itu.
    6. 1945 ditanda tanganilah Undang Undang Dasar RI 1945, yang salah
      satu pasalnya (pasal 36) menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa
      Negara.
    7. Pada 19 Maret 1947, diresmikan penggunaan ejaan Republik (Ejaan
      Soewandi) sebagai pengganti ejaan Van Ophuijsen yang berlaku
      sebelumnya.
    8. Kongres bahasa Indonesia II de Medan pada Tarikh 28 Oktober – 22
      November 1954 juga salah satu perwujudan tekad bangsa Indonesia
      untuk terus menerus menyempurnakan bahasa Indonesia yang diangkat sebagai bahasa Kebangsaan dan ditetapkan sebagai bahasa Negara.
    9. Pada tanggal 16 Agustus 1972, H.M. Soeharto, Presiden Republik
      Indonesia, meresmikan penggunaan Ejaan Bahasa Indonesi Yang
      Disempurnakan (EYD) melalui pidato kenegaraan di hadapan sidang
      DPR yang dikuatkan pula dengan Keputusan Presiden No. 57 Tahun
      1972.
    10. Pada 31 Agustus 1972, Menteri Pendidikan dan Kebudayaaan
      menetapkan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang
      Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah resmi
      berlaku di seluruh wilayah Indonesia (Wawasan Nusantara).
    11. Kongres Bahasa Indonesia III yang diselenggarakan di Jakarta pada 28 Oktober – 2 November 1978 merupakan peristiwa penting bagi
      kehidupan bangsa Indonesia. Kongres yang diadakan dalam rangka
      memperingati Sumpah Pemuda yang ke-50 ini selain memperlihatkan
      kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan bahasa Indonesia sejak
      1928, juga berusaha memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa
      Indonesia.
    12. Kongres Bahasa Indonesia IV diselenggarakan di Jakarta pada tarikh 21 Oktober – 2 November 1983. Ia di selenggarakan dalam rangka memperingati hari Sumpah Pemuda yang ke-55. Dalam rangka putusannya disebutkan bahwa pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia harus lebih ditingkatkan sehingga amanat yang tercantum di dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara, yang mewajibkan kepada semua warga Indonesia untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, dapat tercapai semaksimal mungkin.
    13. Kongres Bahasa Indonesia V diselenggarakan di Jakarta pada tarikh 28 Oktober – 3 November 1988. Ia dihadiri oleh kira-kira 700 pakar bahasa Indonesia dari seluruh Nusantara (sebutan bagi negara Indonesia) dan peserta tamu dari negara sahabat seperti Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, Belanda, Jerman, dan Australia. Kongres itu ditandatangani dengan dipersembahkannya karya besar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa kepada pecinta bahasa di Nusantara, yakni Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
    14. Kongres Bahasa Indonesia VI diselenggarakan di Jakarta pada tarik 28 Oktober – 2 November 1993. Pesertanya sebanyak 770 pakar bahasa dari Indonesia dan 53 peserta tamu dari manca negara meliputi Australia, Brunei Darussalam, Jerman, Hongkong, India, Italia, Jepang, Rusia, Singapura, Korea Selatan dan Amerika Serikat. Kongres mengusulkan agar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa ditingkatkan statusnya menjadi Lembaga Bahasa Indonesia, serta mengusulkan disusunnya Undang-Undang Bahasa Indonesia.
    15. Kongres Bahasa Indonesia VII diselenggarakan di Hotel Indonesia, Jakarta pada 26 – 30 Oktober 1998. Kongres itu mengusulkan dibentuknya badan pertimbangan bahasa dengan ketentuan sebagai berikut ;
      1. Keanggotaannya terdiri dari tokoh masyarakat dan pakar yang mempunyai kepedulian terhadap bahasa dan sastra.
      2. Tugasnya memberikan nasihat kepada pusat pembinaan dan perkembangan bahasa serta mengupayakan peningkatan status kelembagaan pusat pembinaan dan pengembangan bahasa.
    16. Kongres Bahasa Indonesia VIII diselenggarakan di Jakarta pada 14-17 Oktober 2003.
    17. Kongres IX Bahasa Indonesia. Kongres ini akan membahas tiga persoalan utama :
      • Bahasa Indonesia
      • Bahasa daerah
      • Penggunaan bahasa Asing

    Tempat Kongres di Jakarta, pada 28 Oktober-1 November 2008 di Hotel Bumi Karsa, Kompleks Bidakara, Jalan M. T. Haryono, Jakarta Selatan. Secara umum, Kongres IX bahasa Indonesia ini bertujuan meningkatkan peran bahasa dan sastra Indonesia dalam mewujudkan Indonesia cerdas, kompetitif menuju Indonesia yang bermartabat, berkepribadian, dan berperadaban unggul.

    B. Kedudukan Bahasa Indonesia

    1. Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional

    Kedudukan bahasa indonesia sebagai bahasa nasional ditetapkan melalui ikrar Sumpah Pemuda pada tanggal 28 oktober 1928 yang berbunyi sebagai berikut:

    “Kami poetera dan poeteri Indonesia mengakoe bertoempah darah satoe, Tanah Air Indonesia. Mengakoe berbangsa satoe, Bangsa Indonesia. Kami poetera dan poeteri Indonesia Mendjoendjoeng bahasa persatoean, Bahasa Indonesia.”

    Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai:

    1. Lambang kebanggaan nasional
    2. Lambang identitas nasional
    3. Alat pemersatu berbagai suku bangsa
    4. Alat perhubungan antar daerah dan antar budaya

    Sebagai lambang kebanggaan nasional, bahasa Indonesia mencerminkan nilai-nilai sosial budaya yang mendasari rasa kebangsaan. Bangsa indonesia harus merasa bangga karena adanya bahasa indonesia yang dapat menyatukan berbagai suku bangsa yang berbeda. Atas dasar kebanggaan inilah, bahasa indonesia terpelihara dan berkembang serta rasa kebanggaan memakainya senantiasa terbina.

    Sebagai lambang identitas nasional, bahasa indonesia kita junjung tinggi di samping bendera dan lambang negara itu. Untuk membangun kepercayaan diri yang kuat, sebuah bangsa memerlukan identitas, diantaranya dapat diwujudkan melalui bahasanya. Dengan adanya sebuah bahasa yang dapat mengatasi berbagai bahasa dan suku bangsa yang berbeda dapat mengidentikkan diri sebagai suatu bangsa melalui bahasa tersebut.

    Berkat adanya bahasa Nasional, kita dapat berhubungan satu dengan yang lainnya sedemikian rupa sehingga kesalahpahaman sebagai akibat perbedaan latar belakang budaya dan bahasa dapat terhindarkan. Kalau tidak ada sebuah bahasa, seperti bahasa Indonesia yang bisa menyatukan suku-suku bangsa yang berbeda, akan banyak muncul masalah perpecahan bangsa, dan kita dapat bepergian keseluruh pelosok tanah air dengan memanfaatkan bahasa Indonesia sebagai satusatunya alat komunikasi.

    Sebagai alat perhubungan antar daerah dan antar budaya, bahasa Indonesia memungkinkan berbagai suku bangsa yang berbeda itu mencapai keserasian hidup sebagai bangsa yang bersatu dengan tidak perlu meninggalkan identitas kesukuan dan kesetiaan kepada nilai-nilai sosial budaya serta bahasa daerah yang bersangkutan. Dengan demikian, kita dapat meletakkan kepentingan nasional di atas kepentingan daerah (kesukuan) atau golongan.

    Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dengan masih digunakannya bahasa Indonesia sampai sekarang. Contohnya saja India, Malaysia, dan lain-lain yang harus bisa menggunakan bahasa Inggris juga dalam berbagai media komunikasi misalnya saja buku, koran, acara pertelevisian, website, dan lain-lain. Bahasa nasional juga sebagai alat pemersatu bangsa yang berbeda suku, agama, ras, adat istiadat, dan budaya.

    2. Kedudukan Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Negara

    Bahasa Indonesia dikukuhkan sebagai bahasa negara pada tanggal 18 Agustus 1945 dalam Undang-Undang Dasar 1945, BAB XV, pasal 36. Sebagai bahasa negara bahasa Indonesia berfungsi:

    1. Bahasa resmi kenegaraan, yang mana digunakannya bahasa Indonesia dalam naskah proklamasi kemerdekaan RI 1945. Mulai saat itu dipakailah bahasa Indonesia dalam segala upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan baik dalam bentuk lisan maupun tulisan.
    2. Bahasa pengantar dalam dunia pendidikan, dengan pemakaian bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar di lembaga pendidikan dari taman kanak-kanak, maka materi pelajaran yang berbentuk media cetak juga harus berbahasa Indonesia. Cara ini akan sangat membantu dalam meningkatkan perkembangan bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmu pengeyahuan dan teknologi (IPTEK).
    3. Alat perhubungan di tingkat nasional, dibuktikan dengan digunakannya bahasa Indonesia dalam hubungan antarbadan pemerintah dan penyebarluasan informasi kepada masyarakat. Sehubungan dengan itu hendaknya diadakan penyeragaman sistem administrasi dan mutu media komunikasi massa. Tujuan agar isi atau pesan yang disampaikan dapat dengan cepat dan tepat diterima oleh masyarakat.
    4. Alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Dibuktikan dengan penyebaran ilmu pengetahuan dan teknologi, baik melalui buku-buku pelajaran, buku-buku populer, majalah-majalah ilmiyah, maupun media cetak lainnya.

    Sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa Indonesia dipakai untuk urusan urusan kenegaraan. Dalam hal ini, pidato-pidato resmi, dokumen, dan surat resmi harus ditulis dalam bahasa Indonesia. Upacara-upacara kenegaraan juga dilangsungkan dengan menggunakan bahasa Indonesia. Pemakaian bahasa Indonesia dalam acara-acra kenegeraan sesuai dengan UUD 1945 mutlak dilakukan.

    Sebagai bahasa pengantar dalam pendidikan, bahasa Indonesia merupakan satu-satunya bahasa yang dapat memenuhi kebutuhan akan bahasa yang seragam dalam pendidikan di Indonesia. Bahasa Indonesi merupakan bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan mulai taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi, kecuali di daerah-daerah yang menggunakan bahasa daerahnya sebagai bahasa pengantar sampai dengan tahun ketiga pendidikan dasar.

    Sebagai Alat perhubungan di tingkat nasional untuk kepentingan pembangunan dan pemerintahan, bahasa indonesia dipakai bukan saja sebagai alat komunikasi timbal-balik antara pemerintah dan masyarakat luas, dan bukan saja sebagai alat perhubungan antar daerah dan antar suku, melainkan juga sebagai alat perhubungan dalam masyarakat yang sama latar belakang sosial budaya dan bahasanya. Kalau ada lebih dari satu bahasa yang digunakan sebagai alat perhubungan, keefektifan pembangunan dan pemerintahan akan terganggu karena akan diperlukan waktu yang lebih lama dalam berkomunikasi. Bahasa indonesia dapat mengatasi hambatan ini.

    Sebagai alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi bahasa Indonesia merupakan satu-satunya bahasa di Indonesia yang memenuhi syarat untuk itu karena bahasa Indonesia telah dikembangkan untuk keperluan tersebut dan bahasa ini dimengerti oleh sebagian besar masyarakan Indonesia. Pada saat yang sama pula bahasa Indonesia dipergunakan sebagai alat untuk menyataka nilai-nilai sosial budaya nasional.

    C. Fungsi Bahasa Indonesia

    Di dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai:

    1. Lambang kebanggaan kebangsaan,
    2. Lambang identitas nasional,
    3. Alat perhubung antar warga, antar daerah, dan antar budaya,
    4. Alat yang memungkinkan penyatuan berbagai-bagai suku bangsa dengan latar belakang sosial budaya dan bahasanya masing-masing ke dalam kesatuan kebangsaan Indonesia.

    Sebagai lambang kebanggaan kebangsaan, bahasa Indonesia mencerminkan nilai-nilai sosial budaya yang mendasari rasa kebangsaan kita.

    Atas dasar kebangsaan ini, bahasa Indonesia kita pelihara dan kita kembangkan, rasa kebanggaan memakainya senantiasa kita bina.

    Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia kita junjung di samping bendera dan lambang negara kita. Di dalam melaksanakan fungsi ini bahasa Indonesia tentulah harus memiliki identitasnya sendiri pula sehingga ia serasi dengan lambang kebangsaan kita yang lain. Bahasa Indonesia dapat memiliki identitasnya hanya apabila masyarakat pemakainya bersih dari unsur unsur bahasa lain, terutama bahasa asing seperti bahasa Inggris, yang tidak benarbenar diperlukan.

    Fungsi bahasa Indonesia yang ketiga sebagai bahasa nasional adalah sebagai alat perhubungan antarwarga, antardaerah, dan antarsuku bangsa. Berkat adanya bahasa nasional, kita dapat berhubungan satu dengan yang lain sedemikian rupa sehingga kesalahpahaman sebagai akibat perbedaan latar belakang sosial budaya dan bahasa tidak perlu dikhawatirkan. Kita dapat bepergian dari pelosok satu ke pelosok yang lain di tanah air kita dengan hanya memanfaatkan bahasa

    Indonesia sebagai satu-satunya alat komunikasi.

    Fungsi Bahasa Indonesia yang keempat dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional adalah sebagai alat yang memungkinkan terlaksananya penyatuan berbagai-bagai suku bangsa yang memiliki latar belakang sosial budaya dan bahasa yang berbeda-beda ke dalam satu kesatuan kebangsaan yang bulat. Di dalam hubungan ini, bahasa Indonesia memungkinkan berbagai-bagai suku bangsa ini mencapai keserasian hidup sebagai bangsa yang bersatu dengan tidak perlu meninggalkan identitas kesukuan dan kesetiaan kepada nilai-nilai sosial budaya serta latar belakang bahasa daerah yang bersangkutan. Lebih dari itu, dengan bahasa nasional itu kita dapat meletakkan kepentingan nasional jauh di atas kepentingan daerah atau golongan.

    Di dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai:

    1. Bahasa resmi kenegaraan,
    2. Bahasa pengantar di dalam dunia pendidikan,
    3. Alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan,
    4. Alat pengembangan budaya, ilmu pengetahuan, dan teknologi.

    Sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa Indonesia dipakai di dalam segala upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. Termasuk dalam kegiatan-kegiatan itu adalah dokumen-dokumen dan keputusan-keputusan serta surat-surat yang dikeluarkan oleh pemerintah dan badan-badan kenegaraan lainnya, serta pidato-pidato kenegaraan.

    Fungsinya yang kedua di dalam kedudukannya sebagai bahasa Negara, bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan mulai taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi di seluruh Indonesia, kecuali di daerah-daerah, seperti Aceh, Batak, Sunda, Jawa, Madura, Bali, dan Makassar yang menggunakan bahasa daerahnya sebagai bahasa pengantar sampai dengan tahun ketiga pendidikan dasar.

    Fungsi yang ketiga didalam kedudukanya sebagai bahasa Negara, bahasa Indonesia adalah sebagai alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan nasional dan untuk kepentingan pelaksanaan pemerintah.di dalam hubungan dengan fungsi ini. bahasa Indonesia dipakai bukan saja sebagai alat komunikasi timbal balik antara pemerintahan dan masyarakat luas,dan bukan saja sebagai alat perhubungan antar daerah dan antar suku, melainkan sebagai alat perhubungan didalamnya masyarakat yang sama latar belakang sosial budaya dan bahasanya.

    Bab III. Penutup

    A. Simpulan

    Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu termasuk rumpun bahasa Austronesia yang telah di gunakan sebagai lingua franca di nusantara sejak abadabad awal penanggalan modern, paling tidak dalam bentuk informalnya.

    Kedudukan bahasa indonesia sebagai bahasa nasional ditetapkan melalui ikrar Sumpah Pemuda pada tanggal 28 oktober 1928 . Dan kedudukan bahasa

    Indonesia sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai:

    1. Bahasa resmi kenegaraan,
    2. Bahasa pengantar di dalam dunia pendidikan,
    3. Alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan,
    4. Alat pengembangan budaya, ilmu pengetahuan, dan teknologi.

    Dan sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai:

    1. Lambang kebanggaan nasional
    2. Lambang identitas nasional
    3. Alat pemersatu berbagai suku bangsa
    4. Alat perhubungan antar daerah dan antar budaya

    B. Saran

    Dengan pemakaian bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar di lembaga pendidikan dari taman kanak-kanak, maka materi pelajaran yang berbentuk media cetak juga harus berbahasa Indonesia.

    Berkat adanya bahasa nasional, kita dapat berhubungan satu dengan yang lain sedemikian rupa sehingga kesalahpahaman sebagai akibat perbedaan latar belakang sosial budaya dan bahasa tidak perlu dikhawatirkan.

    DAFTAR PUSTAKA

    DR. Alek & Prof. DR. H. Ahmad H.P. “Bahasa Indonesia untuk

    Perguruan Tinggi”. Jakarta: Kencana, 2011.

    Http://Sejarah Bahasa Indonesia _ indoSastra.com.htm

  • Laporan Praktikum Bioteknologi Pangan Pembuatan Donat

    Laporan Praktikum Bioteknologi Pangan Pembuatan Donat

    Contoh laporan praktikum Bioteknologi Pangan dengan tujuan praktikum pembuatan Donat. Donat adalah makanan yang dibuat dengan proses fermentasi yang memanfaatkan bakteri.

    Bioteknologi Pangan Pembuatan Donat

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Bioteknologi adalah terapan biologi yang melibatkan displin ilmu mikrobiologi, biokimia, genetika, dan biologi monokuler. Definisi bioteknologi secara klasik atau konvensional adalah teknologi yang memanfaatkan agen hayati atau bagian-bagiannya untuk menghasilkan barang dan jasa dalam skala industri untuk memenuhi kebutuhan manusia. Sedangkan jika ditinjau secara modern, bioteknologi adalah pemanfaatan agen hayati atau bagian-bagian yang sudah direkayasa secara in vitro untuk mrenghasilkan barang dan jasa pada skala industri. Bioteknologi dikembangkan untuk meningkatkan nilai bahan mentah dengan memanfaatkan kemampuan mikroorganisme atau bagian-bagiannya misalnya bakteri dan kapang. Selain itu bioteknologi juga memanfaatkan sel tumbuhan atau sel hewan yang dibiakkan sebagai bahan dasar sebagai proses industri.

    Penerapan bioteknologi pada umumnya mencakup produksi sel atau biomassa dan perubahan atau transformasi kimia yang diinginkan. Misalnya saja pada pembuatan donat dengan melibatkan suatu organisme patogen seperti mikroorganisme. Salah satu bahan baku donat yang paling penting dalam proses pembuatan adalah ragi atau yeast. Ragi adalah mikroorganisme hidup yang berkembang biak dengan cara memakan gula. Fungsi utama ragi adalah mengembangkan adonan. Pengembangan adonan terjadi karena ragi menghasilkan gas karbondioksida (CO2) selama fermentasi. Gas ini kemudian terperangkap dalam jaringan gluten yang menyebabkan donat bisa mengembang.

    Proses pengembangan adonan merupakan suatu proses yang terjadi secara sinkron antara peningkatan volume sebagai akibat bertambahnya gas-gas yang terbentuk sebagai hasil fermentasi dan protein larut, lemak dan karbohidrat yang juga mengembang dan membentuk film tipis. Dalam proses ini terlihat dua kelompok daya yaitu daya poduksi gas dan daya penahan gas. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi daya produksi gas adalah konsentasi ragi donat, gula, malt, makanan ragi dan susu selama belansungnya fermentasi.

    B. Rumusan Masalah

    Bagaimanakah cara pembuatan roti manis dengan bantuan mikroorganisme?

    C. Tujuan Percobaan

    Untuk mengetahui pengaruh menggunakan mikroorganisme dalam pembuatan donat.

    D. Manfaat Percobaan

    Agar dapat mengetahui cara pembuatan donat dengan bantuan mikroorganisme.

    Bab II. Landasan Teori

    A. Pengertian Bioteknologi

    Bioteknologi adalah terapan biologi yang melibatkan disilin ilmu mikrobiologi, biokimia, genetika, dan biologi monokuler. Definisi bioteknologi secara klasik atau konvensional adalah teknologi yang memanfaatkan agen hayati atau bagian-bagiannya untuk menghasilkan barang dan jasa dalam skala industri untuk memenuhi kebutuhan manusia. Sedangkan jika ditinjau secara modern, bioteknologi adalah pemanfaatan agen hayati atau bagian-bagian yang sudah direkayasa untuk menghasilkan barang dan jasa pada skala industri.

    Bioteknologi dikembangkan untuk meningkatkan nilai bahan mentah dengan memanfaatkan kemampuan mikroorganisme atau bagian-bagiannya misalnya bakteri dan kapang. Selain itu bioteknologi juga memanfaatkan sel tumbuhan atau sel hewan yang dikembangkan sebagai bahan dasar sebagai proses industri. Penerapan bioteknologi pada umumnya mencakup produksi sel atau biomassa dan perubahan atau transformasi kimia yang diinginkan. Misalnya saja pada pembuatan donat dengan melibatkan suatu organisme patogen seperti mikroorganisme.

    Salah satu bahan baku donat yang paling penting dalam proses pembuatan donat yang lembut adalah ragi. Ragi adalah mikroorganisme hidup yang berkembang biak dengan cara memakan gula. Ragi biasa kita temui dalam bentuk cair atau butiran, Fungsi utama ragi adalah mengembangkan adonan. Pengembangan adonan terjadi karena ragi menghasilkan gas karbondioksida (CO2) selama fermentasi. Gas ini kemudian terperangkap dalam jaringan gluten yang menyebabkan donat bisa mengembang. Komponen lain yang terbentuk selama proses fermentasi adalah asam dan alkohol yang berkontribusi terhadap rasa donat tersebut.

    Sejarah Perkembangan Donat

    Asal-usul donat sering menjadi sumber perdebatan. Salah satu teori mengatakan donat dibawa ke Amerika Utara oleh imigran dari Belanda yang juga memopulerkan hidangan penutup lain, seperti: kue kering, pai krim (cream pie) dan pai buah (cobbler).

    Cerita lain mengatakan donat berbentuk cincin diciptakan kapten kapal asal Denmark bernama Hanson Gregory. Sang kapten sering harus menyetir kapal dengan kedua belah tangan karena kapal sering dilanda badai. Kue gorengan yang dimakan ketika sedang menyetir ditusukkan ke roda kemudi kapal, sehingga kue menjadi bolong. Kebetulan bagian tengah kue juga sering belum matang, sehingga donat sengaja dibuat berlubang di tengah agar permukaan donat yang terkena minyak bertambah dan donat cepat matang.

    Sejarah Donat di Indonesia

    Tahun 1968, stan American Donut di Djakarta Fair (sekarang disebut Pekan Raya Jakarta) merupakan perintis donat yang digoreng dengan mesin otomatis. Sejak itu, American Donut memiliki tradisi tahunan membuka stan di Pekan Raya Jakarta hingga sekarang.

    Tahun 1985, Dunkin’Donuts membuka gerai pertama di Jalan Hayam Wuruk, Jakarta Pusat yang terus berkembang menjadi lebih dari 200 gerai di berbagai kota di Indonesia. Yang kemudian diikuti dengan donat-donat waralaba asing lainnya seperti Master Ring, Master Donut, dan Mister Donut.

    Demam donat dibangkitkan kembali oleh J.CO Donuts & Coffee yang membuka gerai pertamanya di Super Mall Karawaci pada tanggal 26 Juni2005. Keberhasilan J.CO diikuti Krispy Kreme yang membuka gerai donatnya yang pertama di Mal Pondok Indah 2 pada tanggal 31 Agustus2006. J.CO sebagai merek lokal didirikan oleh Johnny Andrean seorang penata rambut terkemuka di Indonesia.

    Donat produksi industri kecil biasanya dijajakan berkeliling menggunakan sepeda atau sepeda motor. Di dalam bus, pedagang asongan menjual donat kemasan kotak dengan cara unik. Donat dalam kemasan dibagi-bagikan ke pangkuan penumpang untuk kemudian dikumpulkan kembali kalau penumpang tidak berminat.Donat jenis ini disebut juga sebagai donat kampung untuk membedakannya dengan donat-donat yang dijual di mal dan restoran.

    B. Hipotesis

    Adonan donat didiamkan selama sekitar satu jam. Selama satu jam tersebut, sel ragi melakukan respirasi anaerobik atau fermentasi alkohol. Fermentasi akan menghasilkan etanol, karbon dioksida, dan energi. Energi dipakai oleh ragi untuk tumbuh dan memperbanyak diri. Karbon dioksida terperangkap di dalam adonan dalam bentuk gelembung gas. Saat adonan goreng maka akan menyebabkan adonan mengembang dan ukurannya membesar. Ini terjadi karena gas mengembang jika temperatur tinggi. Panas menguapkan etanol dan membunuh yeast sehingga fermentasi berhenti. Hasilnya, donat akan berwarna kekuningan dan lembut atau sebaliknya, jika tidak beruntung, donat akan keras dan padat (bantat).

    Bab III. Metode Praktikum

    A. Alat dan Bahan

    Terigu 1 kgPenggorengan
    Mentega 300 gramSumpit
    Telur ¼ kgBaskom
    Gula 4 sendok makanMangkuk
    Garam ½ sendok theKompor Gas
    Fermipan/ yeast 2 sendok makanPiring
    Susu bubuk secukupnyaSaringan (jika perlu)
    SP 1 sendok teh2 gelas air
    Coklat blok 1 batangKain lap atau serbet
    Selai Stroberi
    Kacang

    B. Langkah Kerja Percobaan

    1. Siapkan alat dan bahan.
    2. Masukkan telur, gula, garam, fermipan/ ragi, SP, terigu, dan susu bubuk, lalu aduk sampai tercampur rata.
    3. Setelah tercampur rata, masukan mentega dan aduk kembali sampai adonan kalis.
    4. Diamkan selama 30 menit agar adonan mengembang.
    5. Bentuk adnoan menjadi bulatan-bulatan, kemudian diamkan selama 15 menit sampai terlihat mengembang.
    6. Lubangi bagian tengah donat dengan jari telunjuk.
    7. Masukkan minyak dan panaskan, goreng donat  yang  sudah dilubangi tadi dengan api sedang sampai kuning keemasan
    8. Angkat kemudian ti­riskan.
    9. Taburkan gula halus, atau hias donat dengan cokelat pemanis.

    Bab IV. Hasil dan Pembahasan

    A. Hasil Pengamatan

    Waktu  (Menit)Kondisi Donat
    10 menitBelum mengembang
    20 menitBelum terlalu mengembang
    30 menitSudah mengembang

    B. Pembahasan

    Donat adalah makanan yang terbuat dari tepung terigu, air, dan ragi yang pembuatannya melalui tahap pengulenan, fermentasi (pengembangan), dan proses penggorengan. Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan donat dapat digolongkan bahan utama dan bahan pembantu. Bahan utama yang digunakan dalam pembuatan donat adalah tepung terigu, air, ragi, dan garam. Tepung terigu mengandung dua macam protein yang memegang peranan penting dalam pembuatan donat, yaitu protein gluten berfungsi menentukan struktur produk donat dan memberikan kekuatan pada adonan untuk menahan gas dari aktivitasragi, dan glutenin memberikan elastisitas dan kekuatan untuk perenggangan terhadap gluten. Kandungan gizi tepung terigu yang baik akan mempunyai komposisi kadar air 13%, kadar  protein 12-13%, kadar hidrat arang 72-73%, kadar lemak 15%, pada saat bercampur dengan air yang berfungsi sebagai kerangka donat, membuat adonan tidak mudah pecah pada waktu dibentuk dan menahan gas COhasil fermentasi.

    Fungsi ragi (yeast) dalam pembuatan donat adalah untuk proses aerasi adonan dengan mengubah gula menjadi gas karbondioksida, sehingga mematangkan dan dalam adonan. Kondisi dari gluten ini akan memungkinkan untuk mengembangkan gas secara merata dan menahannya, membentuk cita rasa akibat terjadinya proses fermentasi. Fungsi garam dalam pembuatan donat adalah penambah rasa gurih, pembangkit rasa bahan-bahan lainnya, pengontrol waktu fermentasi dari adonan beragi, penambahan kekuatan glutein. Syarat garam yang baik dalam pembuatan donat adalah harus seratus persen larut dalam air, jernih, bebas dari gumpalan-gumpalan dan bebas dari rasa pahit.

    Pembentukan gas pada proses fermentasi sangat penting karena gas yang dihasilkan akan membentuk struktur seperti busa, sehingga aliran panas ke dalam adonan dapat berlangsung cepat pada saat baking. Panas yang masuk ke dalam adonan akan menyebabkan gas dan uap air terdesak keluar dari adonan, sementara terjadi proses gelatinisasi pati sehingga terbentuk struktur frothy. 

    Fermentasi adonan didasarkan pada aktivitas-aktivitas metobolis dari khamir dan bakteri asam laktat. Aktivitas mikroorganisme ini pada kondisi anaerob akan menghasilkan metabolit fungsional yang penting pada pembentukkan adonan. Dengan mengendalikan parameter proses fermentasi dan metode preparasi adonan dapat dimungkinkan mempengaruhi aktivitas mikroorganisme dan enzim untuk menghasilkan adonan donat yang dikehendaki seperti volume, konsistensi, dan pembentukkan.

    Khamir jenis Saccharomyces cereviceae merupakan jenis khamir yang paling umum digunakan pada pembuatan roti dan donat. Khamir ini sangat mudah ditumbuhkan, membutuhkan nutrisi yang sederhana, laju pertumbuhan yang cepat, sangat stabil, dan aman digunakan(food-gradeorganism). Dengan karakteristik tersebut, S. Cereviceae lebih banyak digunakan dalam pembuatan roti dibandingkan penggunaan jenis khamir yang lain. Dalam perdagangan khamir ini sering disebut dengan yeast atau ragi.

    Pengembangan adonan, penggunaan mikroorganisme dalam pengembangan adonan masih menjadi fenomena yang asing bagi masyarakat yang tidak familiar dengan pabrik donat. Udara (oksigen) yang masuk ke dalam adonan pada saat pencampuran dan pengulenan (kneading) akan dimanfaatkan untuk tumbuh oleh khamir. Akibatnya akan terjadi kondisi yang anaerob dan terjadi proses fermentasi. Gas CO2yang dihasilkan selama proses fermentasi akan terperangkap di dalam lapisan film gluten yang impermiabel. Gas akan mendesak lapisan yang elastis dan extensible yang selanjutnya menyebabkan pengembangan (penambahan volume) adonan.

    Bab V. Penutup

    A. Kesimpulan

    Berdasarkan hasil pengamatan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa donat adalah produk makanan yang terbuat dari fermentasi tepung terigu dengan ragi atau bahan pengembang lain. Fermentasi merupakan kegiatan mikrobia pada bahan pangan sehingga dihasilkan produk yang dikehendaki dan mikrobia yang umumnya terlibat dalam fermentasi adalah bakteri.

    B. Saran

    Makalah ini merupakan makalah yang berisi informasi dan wawasan mengenai bioteknologi. Sesuai dengan tujuan makalah ini, kami mengharapkan agar pembaca dapat lebih memahami tentang informasi yang terkandung dalam makalah ini. Oleh sebab itu, makalah ini sebaiknya dibaca dengan cermat dan teliti agar pembaca dapat benar-benar memahami isinya dan dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

  • Laporan Praktikum Bioteknologi Peranan Khamir Saccharomyces cerevisiae Pada Pembuatan Bolu Kukus

    Laporan Praktikum Bioteknologi Peranan Khamir Saccharomyces cerevisiae Pada Pembuatan Bolu Kukus

    Pembuatan Bolu Kukus melibatkan bakteri dalam proses fermentasi adonan agar kue yang dihasilkan dapat mengembang dengan sempurna. Bakteri yang digunakan adalah Saccharomyces cerevisiae.

    Praktikum Bioteknologi Pembuatan Bolu Kukus

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Bolu sebenarnya berasal dari daratan Eropa dan diperkenalkan kepada masyarakat Indonesia oleh bangsa Belanda selama masa penjajahan. Pada awalnya bolu telah dikenal oleh bangsa Mesir Kuno. Cara pengolahan serta bahan-bahannya sangat sederhana dan dibuat untuk keperluan upacara keagamaan. Pada abad pertengahan di Eropa mulai dikembangkan cara pembuatan bolu yang lebih modern, seperti roti menjadi lebih harum dan lembut. Variasi bolu juga mulai berkembang, seperti bolu panggang dan bolu kukus. Kualitas bolu semakin baik sejak kemajuan teknologi di bidang pangan, yaitu bioteknologi.

    Bioteknologi adalah pemanfaatan mikroorganisme untuk menghasilkan suatu produk yang dapat digunakan oleh manusia. Bioteknologi yang menggunakan teknologi yang masih sederhana disebut bioteknologi konvensional. Bioteknologi konvensional biasanya menggunakan mikroorganisme, seperti Saccharomyces Cerevisiae dalam pembuatan bolu kukus. Dengan menggunakan Saccharomyces Cerevisiae tekstur bolu kukus menjadi lebih lembut atau empuk dan lebih mengembang.

    Sekarang ini bolu kukus merupakan makanan yang mudah ditemui, selain rasanya yang enak, pembuatannya tidak terlalu sulit. Karena hal itulah, kami tertarik untuk mengkaji secara lebih detail mengenai peranan sekaligus cara kerja khamir Saccharomyces Cerevisiae dalam proses pembuatan bolu kukus.

    B. Rumusan Masalah

    1. Apa peranan khamir Saccharomyces Cerevisiae dalam proses pembuatan bolu kukus ?
    2. Bagaimana cara kerja khamir Saccharomyces Cerevisiae dalam proses pembuatan bolu kukus ?

    C. Tujuan Penelitian

    1. Mengetahui peranan khamir Saccharomyces Cerevisiae dalam proses pembuatan bolu kukus,
    2. Mengetahui cara kerja khamir Saccharomyces Cerevisiae dalam proses pembuatan bolu kukus.

    D. Manfaat Penelitian

    1. Menambah wawasan tentang pembuatan bolu kukus,
    2. Menambah wawasan tentang bioteknologi konvensional,
    3. Menambah pengetahuan tentang peranan dan cara kerja khamir Saccharomyces Cerevisiae dalam pembuatan bolu kukus.

    Bab II. Kajian Teori

    A. Pengertian Bioteknologi

    Menurut Lestari (2014) Biteknologi berasal dari bahasa latin, yaitu bio (hidup), teknos (teknologi dan penerapan), dan logos (ilmu). Bioteknologi adalah cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan makhluk hidup (bakteri, jamur atau virus) dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa.

    Bioteknologi secara umum berarti meningkatkan kualitas produk dengan bantuan mikroorganisme. Prinsip-prinsip bioteknologi telah digunakan untuk membuat dan memodifikasi tanaman, hewan dan produk makanan. Bioteknologi yang masih menggunakan teknologi sederhana disebut bioteknologi konvensional.

    B. Pengertian Bolu Kukus

    Menurut Aninim (2013) Bolu kukus adalah kue tradisional kekayaan kuliner Nusantara yang masih sangat populer sebagi cemilan dimasa kini. Berbeda dengan bolu pada umumnya, bolu kukus tidak dipanggang (oven) melainkan di kukus. Bolu kukus memiliki ciri khas tekstur yang lembut dan banyaknya rongga di dalamnya.

    Tabel Gizi bolu kukus per 100 gram

    NoNutrisiJumlah
    1Energi249 kkal
    2Protein5,1 gram
    3Lemak2,1 gram
    4Karbohidrat52,5 gram

    Pembuatan Bolu Kukus dengan pemanfaatan fermentasi Bakteri

    Menurut Supardi (2015) Respirasi merupakan perubahan glukosa menjadi karbon dioksida dan uap air, melalui 3 tahap yaitu: glikolisis, siklus krebs, dan transpor elektron. Respirasi sel terbagi menjadi 2 yaitu aerob dan anaerob. Respirasi aerob ialah seuatu proses pernafasan yang membutuhkan oksigen dan menghasilkan CO2 dan H2O. Sedangkan respirasi anaerob merupakan respirasi tanpa oksigen, dan menghasilkan alkohol.

    D. Objek Penelitian

    Klasifikasi Saccharomyces Cerevisiae

    KingdomFungi
    FilumAsscomycota
    SubfilumSaccharomycotina
    KelasSaccharomycetes
    Ordo  Saccharomycetales
    Famili Saccharomycetaceae
    Genus Saccharomyces
    SpesiesSaccharomyces cerevisiae

    Menurut Anonim (2012) Saccharomyces Cerevisiae adalah mikroorganisme bersel tunggal yang telah memahat milestones dalam kehidupan dunia. Bakteri ini merupakan mikroorganisme pertama yang dikembangbiakkan manusia untuk membuat makanan dan minuman. Saccharomyces Cerevisiae yang dalam proses pembuatan bolu kukus memiliki sifat dapat memfermentasikan maltosa secara cepat (lean dought yeast), memperbaiki sifat osmotolesance (sweet dought yeast), rapid fermentation kinetics, freeze dan tolerance dan memiliki kemampuan memetabolisme substrat.

    Pemakaian mikroorganisme dalam adonan sangat berguna untuk mengembangkan adonan karena terjadi fermentasi terhadap gula. Saccharomyces Cerevisiae berfungsi dalam pembuatan roti dan bir, karena Saccharomyces Cerevisiae bersifat fermentatif (melakukan fermentasi, yaitu memecah glukosa menjadi karbon dioksida dan alkohol) kuat. Namun dengan adanya oksigen, saccharomyses juga dapat melakukan respirasi yaitu mengoksidasi gula menjadi karbon dioksida dan air.

    Bab III. Metode Praktikum

    A. Alat dan Bahan

    NoAlatBahan
    1Baskom3 butir telur
    2Mixer2 gelas santan kental
    3Neraca500 gram terigu
    4Sendok500 gram Gula
    5Parutan1 sendok makan pengembang (khamir Saccharomyces Cerevisiae)
    6Saringan KelapaPasta secukupnya (pewarna makanan)
    7Loyang
    8Mangkuk
    9Panci
    10Kompor
    11Kertas Cetakan
    12Cetakan

    B. Langkah Kerja

    1. Menyiapkan alat dan bahan.
    2. Mencampurkan garam secukupnya, gula, telur, dan pengembang setelah itu mengocok hingga mengental dan mengembang sempurna.
    3. Menambahkan sedikit demi sedikit tepung dan santan secara bertahap, aduk hingga merata.
    4. Memisahkan adonan menjadi tiga bagian untuk diberi warna sesuai selera.
    5. Meletakkan kertas cetakan kedalam cetakan bolu kukus. Kemudian memasukkan adonan kedalam cetakan satu per satu.
    6. Mengukus adonan bolu kukus hingga matang kurang lebih 10 menit, setelah bolu kukus matang maka siap disajikan dan dinikmati.

    Bab IV. Hasil dan Pembahasan

    A. Hasil Penelitian

    Pada penelitian ini kami membuat dua jenis produk bolu kukus, yaitu bolu dengan campuran Saccharomyces Cerevisiae dan bolu tanpa Saccharomyces Cerevisiae. Hasilnya banyak perbedaan dari keduanya. Perbedaan yang pertama terlihat saat proses pengadukan adonan. Pengadukan bolu tanpa Saccharomyces Cerevisiae lebih sulit atau berat, adonan cenderung lebih liat karena tidak adanya rongga udara dalam adonan. Sedangkan pada bolu yang menggunakan Saccharomyces Cerevisiae adonan lebih mudah dan ringan diaduk, itu karena adonan memiliki banyak rongga udara didalamnya. Kemudian Perbedaan yang kedua terletak pada tekstur bolu setelah matang. Bolu tanpa Saccharomyces Cerevisiae memiliki tekstur yang keras (bantat). Sedangkan bolu yang menggunakan Saccharomyces Cerevisiae memiliki tekstur lebih lembut atau empuk, karena banyak terdapat rongga udara di dalamnya.

    B. Pembahasan

    Penggunaan mikroorganisme dalam pembuatan bolu sudah bukan fenomena yang asing lagi, terutama bolu kukus. Pengembang yang digunakan dalam pembuatan bolu kukus yaitu Saccharomyces Cerevisiae. Adonan yang mengembang akan mempermudah pengadukan serta saat sudah matang bolu akan memiliki tekstur yang berongga dan lembut.

    Proses yang paling penting dan mendasar dalam pembuatan bolu kukus adalah proses biologis yang disebut dengan respirasi aerob yang dilakukan oleh khamir Saccharomyces Cerevisiae. Khamir Saccharomyces Cerevisiae sendiri tidak dapat mengawali pembentukan gas dalam adonan, namun dalam tahapan selanjutnya kamir merupakan satu komponen utama yang berfungsi mengembangkan, mematangkan, memproduksi senyawa-senyawa gas dan aroma adonan yang melalui respirasi aerob yang dilakukan. Suhu optimum respirasi adonan adalah 27.

    Proses yang pertama yaitu saat pencampuran air dengan terigu, pada proses ini air mengaktifkan enzim amilase. Setelah aktif, enzim amilase terhidrolisis menjadi maltosa yang kemudian menjadi glukosa. Setelah terbentuk glukosa, proses respirasi baru akan dimulai.

    Respirasi sel menyangkut proses enzimatis didalam sel, dimana molekul karbohidrat diuraikan menjadi karbon dioksida dan uap air dengan konversi energi biologis yang sangat bermanfaat. Didalam proses respirasi sel, yang  menjadi bahan bakar adalah glukosa. Pembakaran tersebut memerlukan oksigen bebas, sehingga reaksi keseluruhan dapat ditulis sebagai berikut :

    C6H12O6 + 6O2 → 6CO2 + 6H2O + 675 kkal

    Udara (oksigen) yang masuk kedalam adonan pada saat pencampuran dan pengulenan (kneading) akan dimanfaatkan untuk tumbuh oleh khamir Saccharomyces Cerevisiae. Akibatnya akan terjadi kondisi yang aerob dan terjadi proses respirasi. Tahapan respirasi yang pertama yaitu glikolisis, pengubahan glukosa menjadi asam piruvat. Proses ini berlangsung di dalam protoplasma. Asam piruvat ini akan dioksidasi menjadi asetil-KoA. Asetil-KoA yang terbentuk kemudian memasuki siklus Krebs.

    Siklus Krebs berlansung di matriks mitokondria. Siklus Krebs menghasilkan 2 molekul ATP per molekul glukosa. Siklus Krebs juga menghasilkan banyak elektron yang dapat diberikan ke rantai transpor elektron untuk mensintesis lebih banyak ATP.

    Pada sistem transpor elektron, berlangsung pengepakan energi dari glukosa menjadi ATP. Reaksi ini terjadi didalam membran dalam mitokondria. Pada sistem elektron ini, oksigen adalah akseptor yang terakhir. Setelah menerima elektron, oksigen akan bereaksi dengan H+ membentuk H2O. Hasil akhir dari respirasi yaitu gas karbon dioksida, uap air dan energi.

    Gas karbon dioksida yang dihasilkan selama proses respirasi akan terperangkap didalam lapisan film gluten yang impermiabel. Gas akan mendesak lapisan yang elastis dan extensible yang selanjutnya menyebabkan pengembangan (penambahan volume) adonan.

    Pengembangan (penambahan volume) ini terjadi dua kali. Yang pertama pada saat pengocokan adonan, namun karena suhu pada saat itu hanya sekitar 27C maka adonan bolu kukus tidak begitu mengembang. Yang kedua pengembangan terjadi pada proses pengukusan, karena suhu pada proses ini adalah sekitar 100C sehingga terjadi pengembangan yang berlebih dalam hitungan menit ( menit) pada bolu kukus. Pengembangan berlebih ini dapat dilihat dari bentuk bolu yang meninggi dan pecah saat matang.

    Bab V. Penutup

    A. Simpulan

    Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa khamir Saccharomyces Cerevisiae  berperan sebagai pengembang adonan bolu kukus. Cara kerja khamir Saccharomyces Cerevisiae yaitu memfermentasi glukosa menjadi karbon dioksida dan uap air, hal ini menyebabkan adanya rongga-rongga udara dalam bolu kukus. Sehingga bolu kukus bertekstur ringan dan mengembang.

    B. Saran

    1. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk dapat menyempurnakan penelitian yang sebelumnya,
    2. Bagi pembaca diharapkan untuk bisa mengaplikasikan apa yang didapat dari penelitian ini.

    DAFTAR PUSTAKA

    Srikini, dkk. 2007.Biologi SMA Kelas XII.Jakarta: Erlangga

    www.refid-Lestarixxseara.blogspot.com

    www.academia.edu?suparno

    www.wikipedia.com/respirasi

    www.biologistudycenter.com

    www.biology-online.org

  • Laporan Praktikum Biologi Terapan Pembuatan Tape Dengan Bahan Dasar Beras ketan Merah

    Pembuatan Tape Dengan Bahan Dasar Beras ketan Merah

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Tape merupakan makanan fermentasi tradisional yang sudah tidak asing lagi. Tape dibuat dari beras, beras ketan, atau dari singkong (ketela pohon). Berbeda dengan makanan-makanan fermentasi lain yang hanya melibatkan satu mikroorganisme yang berperan utama, seperti tempe atau minuman alkohol, pembuatan tape melibatkan banyak mikroorganisme.

    Proses pembuatan tape melibatkan proses fermentasi yang dilakukan oleh jamur  Saccharomyces cerivisiae . Jamur ini memiliki kemampuan dalam mengubah karbohidrat (fruktosa dan glukosa) menjadi alcohol dan karbon dioksida . Selain Saccharomyces cerivisiae, dalam proses pembuatan tape ini terlibat pula mikrorganisme lainnya, yaitu Mucor chlamidosporus dan Endomycopsis fibuligera. Kedua mikroorganisme ini turut membantu dalam mengubah pati menjadi gula sederhana(glukosa).

    Mikroorganisme dari kelompok kapang akan menghasilkan enzim-enzim amilolitik yang akan memecahkan amilum pada bahan dasar menjadi gula-gula yang lebih sederhana (disakarida dan monosakarida). Proses tersebut sering dinamakan sakarifikasi (saccharification). Kemudian khamir akan merubah sebagian gula-gula sederhana tersebut menjadi alkohol. Inilah yang menyebabkan aroma alkoholis pada tape. Semakin lama tape tersebut dibuat, semakin kuat alkoholnya. Berdasarkan uraian sebelumnya, maka melalui praktikum ini akan mengetahui lebih lanjut, tentang pembuatan tape khususnya tape dengan menggunakan bahan dari beras ketan merah (Oryza sativa L.).

    B. Rumusan Masalah

    Praktikum pembuatan tape memiliki rumusan masalah yaitu bagaimana cara membuat tape beras ketan merah (Oryza sativa L.) ?

    C. Tujuan Praktikum

    Tujuan yang ingin dicapai dalam praktikum ini yaitu untuk mengetahui cara pembuatan tape beras ketan merah (Oryza sativa L.)

    D. Manfaat Praktikum

    Manfaat yang dapat diperoleh setelah dilakukannya praktikum ini yaitu dapat mengetahui cara pembuatan tape beras ketan merah (Oryza sativa L.)

     Bab II. Kajian Pustaka

    Bioteknologi adalah cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan makhluk hidup (bakteri, fungi, virus, dan lain-lain) maupun produk dari makhluk hidup (enzim, alkohol) dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa. Dewasa ini, perkembangan bioteknologi tidak hanya didasari pada biologi semata, tetapi juga pada ilmu-ilmu terapan dan murni lain, seperti biokimia, komputer, biologi molekular, mikrobiologi, genetika, kimia, matematika, dan lain sebagainya. Dengan kata lain, bioteknologi adalah ilmu terapan yang menggabungkan berbagai cabang ilmu dalam proses produksi barang dan jasa. (Anonim 1, 2011).

    Peranan mikrobiologi akan memberi warna, wawasan dan cakrawala barnubagi kehidupan bioteknologi modem. Bahan baku biomassa yang ada merupakan “renwable frontier” dapat diolah oleh bioteknologi tradisional maupun modem sehingga menjadi produk baru yang sangat berharga. Produk-produk bioteknologi sangat erat dengan perkembangan bioteknologi pada jamannya (Campbell, 1987).

    Menjelang akhir abad ke-20 sebagian besar masyarakat dunia menanti.bioteknologi dengan penuh harapan untuk memecahkan berbagai masalah umat manusia dibumi. Namun sebagian masyarakat memandang bahwa memasuki era bioteknologi sama saja memasuki hutan belantara ketidak pastian tentang dampakyang akan terjadi kemudian hari. Perkembangan bioteknologi sekarang ini akan menimbulkan dampak serius pada demensi etika dan budaya. Rekayasa genetika menimbulkan masalah-masalah etika serius yang berhubungan dengan pengubahan, manipulasi, penetapan paten dan pemilikan bentuk-bentuk kehidupan. Berbagai perkembangan dibidang kesehatan juga akan membawa implikasi mendalam pada nilai-nilai budaya. Infrastruktur teknologi dan desakan ekonomi akibat bioteknologi membawa dampak besar pada struktur sosial ekonomi serta pada nilai-nilai budaya, sementara masyarakat luas tidak mendapat informasi dan diasingkan dari pengambilan keputusan tentang ara, batas-batas tujuan dan dampak bioteknologi (Suharto, 1995).

    Tape merupakan makanan tradisional yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Proses pembuatan tape melibatkan proses fermentasi yang dilakukan oleh jamur Saccharomyces cerivisiae. Jamur ini memiliki kemampuan dalam mengubah karbohidrat (fruktosa dan glukosa) menjadi alcohol dan karbondioksida. Selain Saccharomyces cerivisiae, dalam proses pembuatan tape ini terlibat pula mikrorganisme lainnya, yaitu Mucor chlamidosporus dan Endomycopsis fibuligera. Kedua mikroorganisme ini turut membantu dalam mengubah pati menjadi gula sederhana (glukosa) (Anonim , 2011).

    Fermentasi yang baik dilakukan pada suhu 28-30ÛC dan membutuhkan waktu 45 jam. Fermentasi dapat diperlambat jika dingin. Fermentasi tapai paling baik dilakukan pada kondisi mikro aerob .Pada kondisi ini, kapang tidak mampu tumbuh sehingga tidak dapat menghidrolisis pati .Namun demikian, pada kondisi aerob yang merupakan kondisi paling baik bagi kapang dan kahamir, aroma tidak berkembang dengan baik karenatergantung dari fermentasi alkohol dan pada kondisi ini fermentasi alcohol menurun (Amin, 1985).

    Suhu berpengaruh kepada kecepatan fermentasi, meskipun suhu yang lebih rendah dari 25 ÛC akan menghasilkan produk dengan kadar alcohol yang tinggi pada fermentasi144 jam. Tapai dapat bertahan 2 3 hari bila di fermentasi pada suhu kamar.  Apabila fermentasi dalam suhu kamar melebihi hasil yang didapatkan akan rusak. Bila dikemas dengan cangkir plastik dan disimpan dalam lemari es akan bertahan selama 2 bulan akan tetapi teksturnya akan rusak yaitu menjadi keras (Elan, 1994).   

    III. METODE PRAKTIKUM

    A.  Waktu dan Tempat

    Praktikum Pembuatan Tape dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 13 November  2012  pukul 09.00 WITA – selesai yang bertempat di Laboratorium Lanjut MIPA Lama Universitas Haluoleo, Kendari.

    B.  Alat dan Bahan

    Alat yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 1.

    Tabel 1. Alat dan kegunaan yang diperlukan pada Praktikum Pembuatan Tape 

    NoNama AlatKegunaan
    1.Tupper waerrSebagai wadah untuk melakukan fermentasi
    2.PeriukUntuk memasak atau merebus beras ketan merah
    3.BaskomUntuk tempat mencuci dan menampung beras ketan merah.

    Bahan yang digunakan pada praktikum Pembuatan Tape dapat dilihat pada Tabel 2.

    Tabel 2. Bahan dan kegunaan pada praktikum Pembuatan Tape.

    NoNama bahanKegunaan
    1.RagiSebagai bahan fermentasi
    2.Beras Ketan MerahSebagai bahan yang akan diamati
    3.Daun pisangUntuk melapisi beras ketan merah yang akan difermentasi
    4.AirUntuk mencuci ubi/singkong

    C.  Prosedur Kerja

    Prosedur kerja dalam praktikum Pembuatan Tape yaitu sebagai berikut :

    1.      Menyiapkan seluruh peralatan dan bahan yang dibutuhkan.

    2.      Mencuci beras ketan merah dengan air bersih dan menghaluskan ragi yang akan digunakan.

    3.      Merebus beras ketan merah hingga masak lalu diinginkan sebelum diberi ragi.

    4.      Setelah dingin, lalu beras ketan merah dimasukkan kedalam tupper wear atau wadah yang telah diberi daun pisang dan  disusun rapi sambil diberi ragi yang telah dihaluskan tadi hingga rata.

    5.      Menutup wadah yang telah berisi beras ketan merah yang siap difermentasi dengan rapat dan kuat.

    6.      Meletakkan beras ketan merah yang siap difermentasi ditempat yang aman selama ± 2 hari.

    7.      Setelah ± 2 hari dilakukan pengamatan untuk melihat hasil fermentasi berhasil atau tidak.

    8.      Membuat laporan.

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    A.  Hasil Pengamatan

    Hasil pengamatan pada praktikum Pembuatan Tape  yaitu sebagai berikut :

    Gambar : Tape Ketan Merah yang sudah difermentasikan.

    (Sumber : Dokumnetasi Praktikum Biologi Terapan, 13/11/2012)

    B.  Pembahasan

    Tape merupakan makanan tradisional yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Proses pembuatan tape melibatkan proses fermentasi yang dilakukan oleh jamur Saccharomyces cerivisiae. Jamur ini memiliki kemampuan dalam mengubah karbohidrat (fruktosa dan glukosa) menjadi alcohol dan karbondioksida. Selain Saccharomyces cerivisiae, dalam proses pembuatan tape. Kedua mikroorganisme ini turut membantu dalam mengubah pati menjadi gula sederhana (glukosa).

    Tapai merupakan makanan selingan yang cukup popular di Indonesia dan  Malaysia. Pada dasarnya ada dua tipe tapai, tapai ketan dan tapai singkong. Tapai memiliki rasa manis dan sedikit mengandung alkohol, memiliki aroma yang menyenangkan, bertekstur lunak dan berair. Tapai sebagai produk makanan cepat rusak karena adanya fermentasi lanjut setelah kondisi optimum fermentasi tercapai, sehinga harus segera dikonsumsi.  Namun demikian jika disimpan dalam tempat yang dingin maka akan dapat bertahan selama dua minggu. Hasil dari fermentasi lanjut adalah produk yang asam beralkohol, yang tidak enak lagi untuk dikonsumsi.

    Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan anaerobik (tanpa oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi anaerobik, akan tetapi, terdapat definisi yang lebih jelas yang mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan anaerobik.
    Gula adalah bahan yang umum dalam fermentasi. Beberapa contoh hasil fermentasi adalah etanol, asam laktat, dan hidrogen. Akan tetapi beberapa komponen lain dapat juga dihasilkan dari fermentasi seperti asam butirat dan aseton. Ragi dikenal sebagai bahan yang umum digunakan dalam fermentasi untuk menghasilkan etanol dalam bir, anggur dan minuman beralkohol lainnya.

    Setelah melakukan pengamatan selama 2 hari tentang pembuatan tape ketan, kami dapat membahas bagaimana tape ketan dibuat, memaparkan faktor-faktor yang terlibat dalam pembuatan ataupun dalam proses fermentasi tape. Pertumbuhan mikroorganisme selama proses fermentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu konsentrasi garam, oksigen, dansuhu.

    Konsentrasi garam yang dianjurkan adalah 5-15% (20-600S). Garam berfungsi untuk menghambat pertumbuhan jenis-jenis mikroorganisme pembusuk yang tidak diinginkan selama proses fermentasi berlangsung. Prinsip kerja garam dalam proses fermentasi adalah untuk mengatur Aw (ketersediaan air untuk kebutuhan mikroorganisme). Mikroorganisme yang diinginkan untuk tumbuh adalah jenis-jenis bakteri penghasil asam. Selain mengatur Aw, garam juga berfungsi untuk menarik keluar cairan sel jaringan yang mengandung sakarida-sakarida, dimana sakarida tersebut merupakan nutrien untuk pertumbuhan mikroorganisme. Kadar garam selama fermentasi akan berubah karena cairan dalam sel-sel jaringan tertarik keluar sel, karena itu secara periodik harus diadakan penyesuaian kadar garam.

    Suhu selama proses fermentasi sangat menentukan jenis mikroorganisme dominan yang akan tumbuh. Umumnya diperlukan suhu 300C untuk pertumbuhan mikroorganisme. Bila suhu kurang dari 300C pertumbuhan mikroorganisme penghasil asam akan lambat sehingga dapat terjadi pertumbuhan produk.

    Ketersediaaan oksigen harus diatur selama proses fermentasi. Hal ini berhubungan dengan sifat mikroorganisme yang digunakan. Contoh khamir dalam pembuatan anggur dan roti biasanya membutuhkan oksigen selama proses fermentasi berlangsung, sedangkan untuk bakteri-bakteri penghasil asam tidak membutuhkan oksigen selama proses fermentasi berlangsung.Oleh karena itulah, proses fermentasi pada ketan yang tertutup rapat lebih cepat dibandingkan dengan ketan yang terbuka.

    V. PENUTUP

    A.  Simpulan

    Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Tape merupakan makanan tradisional yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Proses pembuatan tape melibatkan proses fermentasi yang dilakukan oleh jamur Saccharomyces cerivisiae dan setelah melakukan pengamatan selama 2 hari tentang pembuatan tape ketan, kami dapat membahas bagaimana tape ketan dibuat, memaparkan faktor-faktor yang terlibat dalam pembuatan ataupun dalam proses fermentasi tape. Pertumbuhan mikroorganisme selama proses fermentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu konsentrasi garam, oksigen, dansuhu.

    B.  Saran

    Saran yang dapat diajukan pada praktikum ini adalah sebaiknya teman praktikan lainmampu bekerja sama agar praktikum bisa berjalan dengan lebih lancar.

    DAFTAR PUSTAKA

    Amien Muhammad, 1985., Pegangan Umum Bioteknologi 3. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan: Jakarta.

    Anonim¹. 2011.. Biotekhnologi. http://www.Wikipedia Bahasa Indonesia, ensiklopedi bebas Diakses pada tanggal 20 November 2012.

    Anonim².2011.Pembuatan tape ketanhttp://www.Wikipedia Bahasa Indonesia, ensiklopedi bebas diakses pada tanggal 20 November 2012.

    Brown C.M, I Campbell, F.G Prest, 1987. Introduction to Biotechnology: Blackwell scientilic Publications, London.

    Ign Suharto, 1995. Bioteknologi Dalam Dunia Industri : Andi Offset, Yokyakarta.

    Elan Suherlan, 1994.,  Bioteknologi Bahan Pangan.,  Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA, Bandung.

  • Laporan Praktikum Biologi Terapan Aplikasi Pupuk Bokashi

    Aplikasi Pupuk Bokashi

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Beberapa lahan dan tanah pertanian pada saat ini mengalami kerusakan dan penurunan  tingkat kesuburan tanah yang sangat  memerlukan solusi penanganan secara efektif dan maksimal. Hal ini dapat mengakibatkan dampak yang besar bagi kehidupan manusia dan lingkungan sekitarnya. Pupuk memegang peranan yang sangat penting di dalam budidaya tanaman. Tanaman membutuhkan pupuk yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan unsur hara dan agar dapat tumbuh serta berkembang dengan baik.

    Terdapat beberapa jenis pupuk yaitu pupuk buatan pabrik (anorganik) dan pupuk kandang atau kompos (organik). Penggunaan bahan-bahan alami seperti kompos  memberikan keuntungan bagi tanah, tanaman dan lingkungan. Proses  pembuatan kompos juga menjadi salah satu solusi masalah sampah yang semakin memerlukan penanganan yang bijaksana.

    Pupuk anorganik yang selalu digunakan petani dapat diganti dengan pupuk organik yang dapat dibuat sendiri dari bahan-bahan alami seperti penggunaan pupuk bokasi yang dapat dibuat dari bahan jerami dan sampah rumah tangga. Bokasi adalah kompos yang salah satu bahan penyusunnya menggunakan EM (Effective Microorganism).  Teknologi EM dan bokashi merupakan salah satu pilihan yang realistis dalam mengatasi kelangkaan dan mahalnya pupuk buatan. Selain menunjang pertumbuhan tanaman, kedua teknologi tersebut dapat dimanfaatkan sebagai salah satu pilihan dalam pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Disamping itu, teknologi bokasi mudah, murah, dan ramah lingkungan sehingga sangat prospektif untuk dikembangkan di tingkat petani.

    B. Tujuan Praktikum

    Tujuan pada praktikum kali ini adalah untuk mengetahui proses pembuatan pupuk kompos (bokasi) dengan menggunakan EM dan mengetahui nilai uji NPK dari pupuk bokasi tersebut.

    C. Manfaat Praktikum

        Adapun manfaat praktikum kali ini yaitu agar praktikan mengetahui proses pembuatan pupuk kompos (bokasi) dengan menggunakan EM dan mengetahui nilai uji NPK dari pupuk bokasi tersebut.

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    Pengomposan didefinisikan sebagai suatu proses dekomposisi (penguraian) secara biologis dari senyawa-senyawa organik yang terjadi karena adanya kegiatan mikroorganisme yang bekerja pada suhu tertentu. Pengomposan merupakan salah satu metode pengelolaan sampah organik menjadi material baru seperti humus yang relatif stabil dan lazim disebut kompos. Pengomposan dengan bahan baku sampah domestik merupakan teknologi yang ramah lingkungan, sederhana dan menghasilkan produk akhir yang sangat berguna bagi kesuburan tanah atau tanah penutup. Pada dasarnya proses pengomposan adalah suatu proses biologis. Hal ini berarti bahwa peran mikroorganisme pengurai sangat besar. Prinsip-prinsip proses biologis yang terjadi pada proses pengomposan meliputi kebutuhan nutrisi untuk mikroorganisme, jenis-jenis mikroorganisme yang berperan dalam proses pengomposan, kondisi lingkungan ideal dan fase transformasi biokimia. Berdasarkan ada tidaknya asupan  udara, pembuatan kompos dapat dibedakan menjadi pengomposan secara aerobik dan pengomposan anaerobik yang lazim disebut digesti anaerobik. Pada pengomposan aerobik, adanya udara dapat mempercepat proses pembusukan oleh mikroorganisme aerobik, proses berlangsung cepat dan tidak menimbulkan bau. Sebaliknya oksigen tidak diperlukan dalam pengomposan anaerobik, proses berlangsung lama biasanya menimbulkan bau dan akhir yang terpenting adalah gas methan sebagai sumber energi baru (http://kandaga15.multiply.com/journal/item/6/Pembuatan Kompos Dan Permasalahannya).

    Bahan dasar pupuk organik, baik dalam bentuk kompos maupun pupuk kandang dapat berasal dari limbah pertanian, seperti jerami, dan sekam padi, kulit kacang tanah, ampas tebu, batang jagung, dan bahan hijauan lainnya.  Sedangkan kotoran ternak yang banyak dimanfaatkan adalah kotoran sapi, kerbau, kambing, ayam, itik dan babi.  Disamping itu, dengan berkembangnya pemukiman, perkotaan dan industri makan bahan dasar kompos makin beranekaragam seperti dari tinja, limbah cair, sampah kota dan pemukiman. Salah satu bentuk pupuk organik yang sekarang sedang banyak digunakan adalah pupuk bokasi.  Pupuk bokasi dibuat dengan memfermentasikan bahan-bahan organik (dedak, ampas kelapa, tepung ikan, dsb) dengan EM (Effective Microorganism).  Biasanya bokasi ditemukan dalam bentuk serbuk atau butiran.  Bokasi sudah digunakan para petani Jepang dalam perbaikan tanah secara tradisional untuk meningkatkan keragaman mikroba dalam tanah dan meningkatkan persediaan unsur hara bagi tanaman.  Secara tradisional bokasi dibuat dengan cara menfermentasikan bahan organik dedak dengan tanah dari hutan atau gunung yang mengandung berbagai jenis mikroorganisme. Akan tetapi, saat ini telah dikenal Bokasi EM yaitu bokasi dengan bahan organik yang difermentasikan dengan mikroorganisme efektif, bukan dengan tanah dari hutan atau gunung.  EM yang digunakan dalam pembuatan bokasi adalah  suatu kultur campuran berbagai mikrooganisme yang bermanfaat (terutama bakteri fotosintetik dan bakteri asam laktat, ragi, actinomycetes, dan jamur peragian) dan dapat digunakan sebagai inokulan untuk meningkatkan keragaman mikroba tanah (Nasir, 1999:145-147).

    Bokasi digunakan untuk menggambarkan bahan-bahan organik yang telah difermentasi oleh EM. Berdasarkan tipe fermentasinya, proses pembuatan bokasi dikelompokkan atas bokasi aerobik dan bokasi anaerobik. Bokasi dapat dipergunakan sebagai pupuk alternatif yang memiliki banyak keunggulan dibanding kompos tradisional dan pupuk buatan. Pembuatan kompos secara tradisional memakan waktu yang relatif lama (3 – 4 bulan). Dengan teknologi EM, pembuatan bokasi hanya memerlukan waktu yang sangat singkat (kurang lebih 4 hari). Kecepatan pembuatan bokasi dipandang penting mengingat berlimpahnya bahan organik buangan, sedangkan kebutuhan pupuk terus meningkat dengan harga yang semakin tinggi dan makin sulit terjangkau oleh petani. Seperti halnya kompos tradisional, bokasi juga ramah lingkungan. Dengan teknologi yang sederhana, petani dapat membuat sendiri sesuai dengan kebutuhan dan ketersediaan bahan-bahan organik buangan di sekitar tempat tinggal. Berbagai bahan organik seperti jerami, sekam padi, dedak, kotoran ternak, serbuk gergaji dan lain-lain dapat digunakan sebagai bahan pembuat bokasi yang baik (Subadiyasa, 1997:36).

    Teknologi EM telah dikembangkan dan digunakan untuk memperbaiki kondisi tanah, menekan pertumbuhan mikroba yang menyebabkan penyakit, dan memperbaiki efisiensi penggunaan bahan organik oleh tanaman. Pada pembuatan bokasi sebagai salah satu pupuk organik, bahan EM meningkatkan pengaruh pupuk tersebut terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Beberapa pengaruh EM yang menguntungkan dalam pupuk bokasi tersebut adalah memperbaiki perkecambahan bunga, buah, dan kematangan hasil tanaman; memperbaiki lingkungan fisik, kimia, dan biologi tanah serta menekan pertumbuhan hama dan penyakit dalam tanah; meningkatkan kapasitas fotosintesis tanaman; menjamin perkecambahan dan pertumbuhan tanaman yang lebih baik; dan meningkatkan manfaat bahan organik sebagai pupuk. Untuk meningkatkan dan menjaga kestabilan produksi pertanian, khususnya tanaman pangan, sangat perlu diterapkan teknologi yang murah dan mudah bagi petani. Teknologi tersebut dituntut ramah lingkungan dan dapat menfaatkan seluruh potensi sumberdaya alam yang ada dilingkungan pertanian, sehingga tidak memutus rantai sistem pertanian. Penggunaan pupuk bokashi EM merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan pada pertanian saat ini. Pupuk bokasi adalah pupuk organik (dari bahan jerami, pupuk kandang, sampah organik, dll) hasil fermentasi dengan teknologi EM-4 yang dapat digunakan untuk menyuburkan tanah dan menekan pertumbuhan patogen dalam tanah, sehingga efeknya dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman. Bagi petani yang menuntut pemakaian pupuk yang praktis, bokasi merupakan pupuk organik yang dapat dibuat dalam beberapa hari dan siap dipakai dalam waktu singkat. Selain itu pembuatan pupuk bokasi biaya murah, sehingga sangat efektif dan efisien bagi petani padi, palawija, sayuran, bunga dan buah dalam peningkatan produksi tanaman (http://ahmadsarbini.wordpress.com/2008/01/10/pembuatan-bokasi/).

    Kompos merupakan pupuk yang terbuat dari bahan organik yang penting dan banyak dibutuhkan tanaman. Kompos terbuat dari bagian-bagian tanaman yang telah mengalami penguraian oleh mikroorganisme. Pada awalnya, kompos tersedia berlimpah di hutan dan ladang pertanian (bekas tebangan hutan). Kompos ini berasal dari dedaunan dan ranting pohon yang mengalami pembusukan secara alami oleh bakteri pengurai dan jamur. Kompos yang merupakan pupuk organik memiliki kandungan unsur hara yang ramah lingkungan. Unsur hara yang terdapat pada kompos tidak akan merusak tanah seperti pupuk buatan pabrik (pupuk anorganik). Kompos juga bersifat slow release sehingga tidak berbahaya bagi tanaman, walaupun jumlah yang digunakan cukup banyak. Pupuk kompos yang dibuat dengan bantuan EM4 memiliki kandungan nitrogen sekitar 1,5%, P2O5 sekitar 1%, dan K2O sekitar 1.5 %. Bokasi merupakan kompos yang salah satu bahan penyusunnya menggunakan EM. Pembuatan bokasi harus dilakukan di tempat yang terlindung dari sinar matahari dan terpaan air hujan. Tempat ideal untuk proses pembuatan bokasi adalah tempat yang agak luas, memiliki atap, dan lantainya terbuat dari semen. Pembuatan bokasi membutuhkan bahan utama seperti pupuk kandang, jerami, dan daun-daunan (Redaksi Agromedia, 2007:24).

    DAFTAR PUSTAKA

    Nasir, SP., MBA. 1999. Pengaruh Penggunaan Pupuk Bokasi Pada Pertumbuhan Dan Produksi Padi Palawija Dan Sayuran. PT. Gramedia. Jakarta

    .

    Redaksi Agromedia. 2007. Cara Praktis Membuat Kompos. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta.

    Subadiyasa, N. 1997. Teknologi Effektive Microorganism (EM) potensi dan prospeknya di Indonesia. Seminar Nasional Pertanian Organik. Jakarta.

    http://ahmadsarbini.wordpress.com/2008/01/10/pembuatan-bokasi/

    http://kandaga15.multiply.com/journal/item/6/-PembuatanKompos-dan Permasalahannya.

    III. METODE PRAKTIKUM

    A. Waktu dan Tempat

    Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa 12 Oktober 2010 pada pukul 10.00 WITA sampai selesai dan bertempat di halaman belakang Laboratorium Lanjutan Biologi Fakultas MIPA Universitas Haluoleo, Kendari.

    B. Alat dan Bahan

    1. Alat

    Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 1

        Tabel 1. Alat-alat praktikum yang digunakan pada praktikum Aplikasi Pupuk  Bokashi

    No.Nama AlatFungsi
    1.PolibegUntuk menanam tanaman kedelai
    2.Pacul/ skupangUntuk mencangkul tanah
    4.KameraUntuk memotret hasil pengamatan
    5.MistarUntuk mengukur tinggi tanaman
    6.Timbangan analitikUntuk menimbang berat basa dan berat kering tanaman
    7.OvenUntuk mengeringkan tanaman

     2. Bahan

          Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 2.

    Tabel 2. Bahan yang digunakan pada Praktikum Aplikasi Pupuk Bokashi.

    No.Nama BahanFungsi
    1.Ampas sagu (10 kg)Sebagai bahan untuk pembuatan bokasi
    2.Pupuk kandang (10 kg)Sebagai bahan untuk pembuatan bokasi
    3.Dedak halus (2 kg)Sebagai bahan untuk pembuatan bokasi
    4.Abu gosok (2 kg)Sebagai bahan untuk pembuatan bokasi
    5.Gula pasir (250 g)Sebagai bahan untuk pembuatan bokasi
    6.EM (1 liter)Sebagai bahan untuk pembuatan bokasi
    7.Air secukupnyaSebagai bahan untuk pembuatan bokasi

    C. Prosedur Kerja

    1. Membuat larutan gula dan EM

    a. Menyediakan air dalam ember sebanyak 1 liter.

    b. Memasukan gula pasir sebanyak 250 gr kemudian mengaduk sampai rata.

    c. Memasukan EM sebanyak 1 liter ke dalam larutan tadi kemudian mengaduk hingga rata. 

    2. Membuat pupuk bokasi

     a. Mencampur bahan-bahan (kotoran sapi, pupuk kandang, abu gosok dan dedak) dan mengaduk sampai merata.

    b. Menyiramkan EM secara perlahan-lahan ke dalam adonan (campuran bahan organik) secara merata sampai kandungan air adonan mencapai 30 %.

    c. Bila adonan dikepal dengan tangan air tidak menetes dan bila kepalan tangan  dilepas maka adonan masih tampak menggumpal.

    d. Menyimpan campuran bahan-bahan tersebut di tempat yang teduh.

    e. Kemudian menutup dengan karung berpori (karung goni) selama 3-4 hari.

    f. Agar proses fermentasi dapat berlangsung dengan baik perhatikan agar suhu tidak melebihi 500 C, bila suhunya lebih dari 500 C menurunkan suhunya dengan cara membolak balik.

    g. Suhu yang tinggi dapat mengakibatkan bokasi menjadi rusak karena terjadi proses pembusukan.

    h. Setelah 4-7 hari bokasi telah selesai terfermentasi dan siap digunakan sebagai pupuk organik.

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil Pengamatan

         Tabel 3. Pengukuran Suhu

    HARI/TGLJAMKELOMPOKSUHUKET.
    Selasa /28 -10- 200820.00I– 0 –tdk ada pngukuran
    II– 0 –tdk ada pngukuran
    III– 0 –tdk ada pngukuran
    IV– 0 –tdk ada pngukuran
    Rabu /29 -10- 100801.00I– 0 –tdk ada pngukuran
    II– 0 –tdk ada pngukuran
    III– 0 –tdk ada pngukuran
    IV– 0 –tdk ada pngukuran
    06.00I290C
    II310C
    III350C
    IV370C
    11.00I310C
    II320C
    III370C
    IV410C
    16.00I310C
    II320C
    III400C
    IV440C
    21.00I330C
    II340C
    III410C
    IV480C
    Kamis /30 -10- 200802.00I350C
    II340C
    III410C
    IV500CSuhu Maximum
    07.00I370C
    II360C
    III430C
    IV460C
    12.00I380C
    II360C
    III440C
    IV480C
    HARI/TGLJAMKELOMPOKSUHUKET.
    Kamis /30 -10- 200817.00I390C
    II370C
    III460C
    IV520CSuhu Maximum
    22.00I400C
    II370C
    III460C
    IV450C
    Jum’at /31 -10- 200803.00I410C
    II380C
    III480C
    IV470C
    08.00I430C
    II390C
    III510CSuhu Maximum
    IV480C
    13.00I440C
    II400C
    III440C
    IV490C
    18.00I440C
    II390C
    III460C
    IV520CSuhu Maximum
    23.00I450C
    II410C
    III470C
    IV430C
    Sabtu /1 -11- 200804.00I450C
    II400C
    III500CSuhu Maximum
    IV440C
    09.00I460C
    II410C
    III420C
    IV440C
    HARI/TGLJAMKELOMPOKSUHUKET.
    Sabtu /1 -11- 200814.00I470C
    II390C
    III430C
    IV460C
    19.00I450C
    II390C
    III420C
    IV470C
    Minggu /2 -11- 200800.00I480C
    II380C
    III440C
    IV470C
    05.00I470C
    II380C
    III430C
    IV460C
    10.00I460C
    II380C
    III410C
    IV440C
    15.00I480C
    II370C
    III410C
    IV450C
    20.00I470C
    II360C
    III400C
    IV430C
    Senin /3 -11- 200801.00I470C
    II360C
    III410C
    IV430C
    06.00I480C
    II        380C
    III400C
    IV440C
    HARI/TGLJAMKELOMPOKSUHUKET.
    Senin /3 -11- 200811.00I460C
    II        360C
    III390C
    IV410C
    16.00I460C
    II        360C
    III380C
    IV400C
    21.00I470C
    II        370C
    III380C
    IV410C
    Selasa /4 -11- 200802.00I470C
    II        360C
    III390C
    IV410C
    07.00I460C
    II        360C
    III370C
    IV420C
    12.00I470C
    II        370C
    III380C
    IV410C

    Keterangan :                                             

           I                (KOTORAN SAPI)

           II             (JERAMI)

           III             (KANGKUNG)

           IV             (SERASAH)

           NB : Jika suhu diatas 500C maka diadakan pengadukan agar suhu pupuk bisa turun ke   suhu  normal.

    Gambar 1. Grafik Tingkat Perubahan Suhu Tiap Interval Waktu 5 Jam Selama Seminggu

    Tabel 2. Nilai Uji NPK

    PerlakuanN (%)P (%)K (%)
    Kelompok I8,968,719,14
    Kelompok II10,1512,139,36
    Kelompok III0,982,151,58
    Kelompok IV12,2111,1512,08

    B. Pembahasan

    Pupuk memegang peranan yang penting di dalam budidaya tanaman. Tanaman membutuhkan pupuk yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan unsur hara sehingga dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Terdapat beberapa jenis pupuk yaitu pupuk buatan pabrik (anorganik) dan pupuk kandang atau kompos (organik). Pupuk buatan pabrik (anorganik) merupakan pupuk hasil buatan pabrik. Sedangkan pupuk kandang atau kompos adalah pupuk yang dihasilkan dari tumbuh-tumbuhan atau hewan. Pupuk organik mempunyai kandungan hara yang rendah dan dipergunakan untuk kesuburan fisik tanah agar strukturnya menjadi lebih baik. Bokasi termasuk pupuk organik yang dihasilkan dari tumbuh-tumbuhan atau hewan.

    Bokasi adalah pupuk kompos yang dihasilkan dari proses fermentasi atau peragian bahan organik yang salah satu bahan penyusunnya menggunakan EM. Pembuatan bokasi harus dilakukan di tempat yang terlindung dari sinar matahari dan terpaan air hujan. Tempat yang ideal untuk proses pembuatan bokasi adalah tempat yang agak luas, memiliki atap, dan lantainya terbuat dari semen.  Pembuatan bokasi membutuhkan bahan utama seperti pupuk kandang, jerami, sayuran, dan serasah.  Selain bahan utama itu  biasanya menggunakan sekam atau serbuk gergaji sebagai bahan tambahan pembuatan bokasi.

    Pada pembuatan bokasi ini menggunakan EM sebagai salah satu bahan penyusunnya. Beberapa pengaruh EM yang menguntungkan dalam pembuatan  pupuk bokasi  diantaranya adalah memperbaiki perkecambahan bunga, buah, dan kematangan hasil tanaman, memperbaiki lingkungan fisik, kimia, dan biologi tanah serta menekan pertumbuhan hama dan penyakit dalam tanah,  meningkatkan kapasitas fotosintesis tanaman , menjamin perkecambahan dan pertumbuhan tanaman yang lebih baik,  dan meningkatkan manfaat bahan organik sebagai pupuk.

    Berdasarkan data hasil pengamatan  pada praktikum ini diperoleh suhu yang berbeda-beda dari setiap perlakuan. Suhu yang tertinggi yaitu 520C pada setiap perlakuan dan suhu yang terendah yaitu 27oC pada setiap perlakuan. Cara pengukuran suhu yaitu suhu pada pupuk di kontrol terus setiap 5 jam dengan cara membolak-balik agar suhunya stabil sehingga penghancuran pupuk atau kinerja dari mikroorganisme efektif. Pada  pupuk bokasi ini yang cepat hancur atau terurai yaitu pupuk bokasi dengan bahan dasar  sayuran (kangkung) karena pada sayuran terdapat kandungan air yang sangat tinggi sehingga dapat dengan mudah hancur.  Pada bokasi pupuk kandang sudah terurai atau hancur. Sedangkan pada pupuk bokasi dengan bahan dasar jerami dan serasah proses penguraiannya agak lama. Hal ini disebabkan karena kandungan selulosa dan kitin  yang tinggi sehingga mikroorganisme lama untuk mengurai. Komposisi tumbuhan pada graminae berbeda dengan komposisi tumbuhan yang lain. Proses fermentasi pada pembuatan bokasi ini yaitu sekitar 1 minggu. Bokasi yang sudah jadi dapat digunakan dalam pemupukan tanaman.

    Selain suhu, pada praktikum ini juga diukur kandungan NPK dalam pupuk bokasi tersebut. Pada tabel hasil pengukuran Nitrogen, Fosfor dan Kalium (NPK), kandungan nitrogen yang tinggi yaitu pertama pada perlakuan kelompok IV dengan menggunakan serasah  yaitu 12,21%. Kedua yaitu perlakuan kelompok II dengan menggunakan jerami  padi yaitu 10,15%. Ketiga yaitu perlakuan kelompok I dengan menggunakan pupuk kandang yaitu 8,96%. Yang terakhir yaitu perlakuan kelompok III dengan menggunakan sayuran (kangkung) yaitu 0,98%. Kandungan fosfor yang tertinggi yaitu  pertama pada kelompok II yaitu 12,13%, kedua pada kelompok IV yaitu 11,15%, ketiga pada kelompok I yaitu 8,71, dan terakhir pada kelompok III yaitu 2,15%. Pada kalium, kandungan yang tertinggi yaitu pertama pada kelompok IV dengan menggunakan serasah yaitu 12,08%, kedua pada kelompok I yaitu 9,14%, ketiga pada kelompok II yaitu 9,36%, dan terekhir pada kelompok III yaitu 1,58%. Pada pengukuran nilai tersebut, yang memiliki nilai NPK yang tinggi yaitu pada perlakuan kelompok IV dengan menggunakan serasah. Hal ini disebabkan karena serasah berasal dari pelapukan bahan-bahan organik jika dibandingkan dengan bahan-bahan dasar yang lain. Sedangkan kandungan NPK yang rendah yaitu pada perlakuan ketiga dengan menggunakan sayuran hijau (kangkung). Hal ini disebabkan karena kangkung tersebut memiliki kadar selulosa  dan kitin yang tinggi.

    Nitrogen merupakan unsur penting dalam pertumbuhan tanaman. Nitrogen berguna sebagai penyusun protein dan ikut berperan dalam sebagian proses pertumbuhan dan pembentukan produksi tanaman seperti buah, daun, dan umbi. Kekurangan nitrogen pada tanaman dapat menyebabkan suatu gejala. Diantaranya yaitu kondisi tanaman buruk dan menjadi sangat kerdil, daun tanaman kecil berwarna pucat dan berwarna hijau kekuningan, daun pada bagian paling bawah seperti terbakar dan mati sebelum masanya sementara daun pada tajuk atas tanaman masih hijau, dan produksi tanaman rendah.

    Fosfor dibutuhkan untuk menyusun 0,1- 0,4% bahan kering tanaman. Unsur ini sangat penting di dalam proses fotosintesis dan fisiologi kimiawi tanaman. Fosfor juga dibutuhkan di dalam sel, pengembangan jaringan dan titik tumbuh tanaman serta memiliki peranan penting di dalam proses transpor energi. Kekurangan fosfor pada tanaman dapat menyebabkan suatu gejala. Diantaranya yaitu pertumbuhan kerdil, daun berwarna hijau pucat, buah tidak terbentuk atau tidak tumbuh normal dan sebagainya.

    Kalium dibutuhkan untuk menyusun 1-4% bahan kering tanaman. Proses ini terjadi dalam larutan sel. Kalium memiliki banyak fungsi. Diantaranya mengaktifkan 60 enzim tanaman dan berperan penting dalam sintesis karbohidrat dan protein. Kalium juga meningkatkan kadar air pada tanaman.  Kekurangan kalium dapat mengakibatkan suatu gejala. Diantaranya yaitu daun menjadi kecil memutih kekuningan, pertumbuhan tanaman kerdil, rapuh, buah kecil dan terdapat bercak luka, daya simpan kualitas buah dan produksi sangat rendah dan sebagainya.

    IV. PENUTUP

    1. Kesimpulan

    Kesimpulan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:

                1. Pembuatan pupuk bokashi terdiri dari beberapa bahan dasar yaitu  pupuk kandang, jerami padi, dan sayuran serta  serasah  dengan menggunakan bantuan EM dan pengontrolan suhu.

    2.      Nilai NPK yang terdapat pada  masing masing  pupuk bokasi dengan bahan dasar pupuk kandang  yaitu N = 8,96%, P = 8,71% dan K = 9,14%, pada bokasi dengan bahan dasar jerami padi yaitu N = 10,15%, P = 12,13% dan K = 9,36%, pada bokasi dengan bahan dasar sayuran yaitu N = 0,98%, P = 2,15%, K = 1,58% dan pada boksi dengan bahan  dasar serasah yaitu N = 12,21%, P = 11,15% dan K = 12,08%.

    1. Saran

    Saran saya yaitu agar dalam praktikum selanjutnya bahan yang dipergunakan disesuaikan dengan kebutuhan yang akan dipakai dalam praktikum tersebut.

  • Makalah Genetika Lalat Buah – Drosophila melanogaster

    Genetika Lalat Buah

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

         Lalat buah (Drosophila melanogaster) adalah organisme  yang memiliki ciri yang sudah dikenal dan sesuai untuk penyelidikan genetika karena mudah berkembang biak dan memiliki siklus hidup singkat. Lalat buah  merupakan serangga yang populer merusak buah buahan serta sayuran, keadaan ini sangat merugikan petani besar dan juga kecil serta yang memiliki kebun kecil di rumah. Lalat buah akan menyerang tanaman berbuah dan sayuran berbuah seperti belimbing, mangga, jambu, cabai atau lombok, terong, tomat, nangka dan beberapa lagi buah buahan tropis yang kita tanam dengan cara menyuntikan telur kedalam buah buahan tersebut, ini akan menyebabkan buah buahan serta sayur tersebut rusak sebelum dapat dipetik. Siklus hidup lalat buah selama 20- 28 hari, selama hidupnya kawin dan bertelur dapat menghasilkan 1200 butir telur.Sepasang lalat buah dapat menghasilkan 300-400 butir telur.

         Siklus hidup drosophila terdiri atas stadium telur, larva, pupa, dan imago. Telur Drosophila sp. berukuran kira-kira 0,5 mm berbentuk lonjong, permukaan dorsal agak mendatar, sedangkan permukaan ventral agak membulat. Pada bagian anterodorsal terdapat sepasang filament yang fungsinya yang melekatkan diri pada permukaan, agar telur tidak tenggelam pada medium. Pada bagian ujung anterior terdapat lubang kecil yang disebut micropyle, yaitu tempat masuknya spermatozoa. Telur yang dikeluarkan dari tubuh biasanya sudah dalam tahap blastula. Dalam waktu 24 jam telur akan menetas menjadi larva. Larva yang menetas ini akan mengalami 2 kali pergantian kulit, sehingga periode stadium yang paling aktif. Larva kemudian menjadi pupa yang melekat pada permukaan yang relative kering. Pupa akan menetas menjadi imago setelah berumur 8-11 hari bergantung pada spesies dan suhu lingkungan.

         Salah satu spesies yang paling sering digunakan dalam penelitian adalah Drosophila melanogaster. Spesies ini umumnya dikenal sebagai lalat buah dalam pustaka-pustaka biologi eksperimental (walaupun banyak jenis lalat-lalat buah lainnya) dan merupakan organisme model yang paling banyak digunakan dalam penelitian genetikafisiologi, dan evolusi sejarah kehidupan. D. melanogaster populer karena sangat mudah berkembang biak (hanya memerlukan waktu dua minggu untuk menyelesaikan seluruh daur kehidupannya), mudah pemeliharaannya, serta memiliki banyak variasi fenotipe yang relatif mudah diamati.

         Dengan demikian, untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai Drosophila melanogaster , maka disusunlah makalah genetika ini untuk membantu proses perkuliahan dan untuklebih menambah pengetahuan.

    B.  Rumusan Masalah

                Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka hal-hal yang dapat dijadikan rumusan masalah yaitu :

    1.      Bagaimana morfologi dan anatomi pada lalat buah (Drosophila melanogaster) jantan dan lalat buah (Drosophila melanogaster) betina ?

    2.      Bagaimana siklus hidup lalat buah (Drosophila melanogaster) ?

    3.      Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pada siklus hidup lalat buah (Drosophila melanogaster) ?

    4.      Kelainan-kelainan yang dapat terjadi pada lalat buah (Drosophila melanogaster)?

    C.  Tujuan

                Tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu :

    1.      Untuk mengetahui morfologi dan anatomi pada lalat buah (Drosophila melanogaster) jantan dan lalat buah (Drosophila melanogaster) betina.

    2.      Untuk mengetahui siklus hidup lalat buah (Drosophila melanogaster).

    3.      Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pada siklus hidup lalat buah (Drosophila melanogaster).

    4.      Untuk mengetahui kelainan-kelainan yang terjadi pada lalat buah (Drosophila melanogaster).

    D.  Manfaat

                Manfaat yang dapat diambil dari penyusunan makalah ini yaitu :

    1.      Dapat mengetahui morfologi dan anatomi pada lalat buah (Drosophila melanogaster) jantan dan lalat buah (Drosophila melanogaster) betina.

    2.      Dapat mengetahui siklus hidup lalat buah (Drosophila melanogaster).

    3.      Dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pada siklus hidup lalat buah (Drosophila melanogaster).

    4.      Dapat mengetahui kelainan-kelainan yang terjadi pada lalat buah (Drosophila melanogaster).

    II.  LANDASAN TEORI

    Drosophila melanogaster merupakan jenis lalat buah yang dapat ditemukan di buah-buahan busuk. Drosophila telah digunakan secara bertahun-tahun dalam kajian genetika dan perilaku hewan.

    Berikut merupakan klasifikasi dari Drosophila melanogaster (Borror, 1992):

                Kingdom         : Animalia

                Phyllum           : Arthropoda

                Kelas               : Insecta

                Ordo                : Diptera

                Famili              : Drosophilidae

                Genus              : Drosophila

                Spesies            : Drosophila melanogaster

    Selain itu, Drosophila juga diklasifikasikan ke dalam sub ordo Cyclophorpha (pengelompokan lalat yang pupanya terdapat kulit instar 3, mempunyai jaw hooks) dan termasuk ke dalam seri Acaliptrata yaitu imago menetas dengan keluar dari bagian anterior pupa (Wheeler, 1981).

    Lalat buah dan Artrophoda lainnya mempunyai kontruksi modular, suatu seri segmen yang teratur. segmen ini menyusun tiga bagian tubuh utama, yaitu: kepala, thoraks, dan abdomen. Seperti hewan simetris bilateral lainnya, Drosophila ini mempunyai poros anterior dan posterior (kepala-ekor) dan poros dorsoventral (punggung-perut). Pada Drosophila, determinan sitoplasmik yang sudah ada di dalam telur memberi informasi posisional untuk penempatan kedua poros ini bahkan sebelum fertilisasi. setelah fertilisasi, informasi dengan benar dan akhirnya akan memicu struktur yang khas dari setiap segmen. Perkembangan dimulai segera setelah terjadi fertilisasi, yang terdiri dari dua periode. Pertama, periode embrionik di dalam telur pada saat fertilisasi sampai pada saat larva muda menetas dari telur dan ini terjadi dalam waktu kurang lebih 24 jam. Dan pada saat seperti ini, larva tidak berhenti-berhenti untuk makan (Silvia, 2003)

                Periode kedua adalah periode setelah menetas dari telur dan disebut perkembangan postembrionik yang dibagi menjadi tiga tahap, yaitu larva, pupa, dan imago (fase seksual dengan perkembangan pada sayap). Formasi lainnya pada perkembangan secara seksual terjadi pada saat dewasa (Silvia, 2003).

    Telur Drosophila berbentuk benda kecil bulat panjang dan biasanya diletakkan di permukaan makanan. Betina dewasa mulai bertelur pada hari kedua setelah menjadi lalat dewasa dan meningkat hingga seminggu sampai betina meletakkan 50-75 telur perhari dan mungkin maksimum 400-500 buah dalam 10 hari. (Silvia, 2003). Telur Drosophila dilapisi oleh dua lapisan, yaitu satu selaput vitellin tipis yang mengelilingi sitoplasma dan suatu selaput tipis tapi kuat (Khorion) di bagian luar dan di anteriornya terdapat dua tangkai.tipis. Korion mempunyai kulit bagian luar yang keras dari telur tersebut (Borror, 1992).

    Saat kutikula tidak lunak lagi, larva muda secara periodik berganti kulit untuk mencapai ukuran dewasa. Kutikula lama dibuang dan integumen baru diperluas dengan kecepatan makan yang tinggi. Selama periode pergantian kulit, larva disebut instar. Instar pertama adalah larva sesudah menetas sampai pergantian kulit pertama. Dan indikasi instar adalah ukuran larva dan jumlah gigi pada mulut hitamnya. Sesudah pergantian kulit yang kedua, larva (instar ketiga) makan hingga siap untuk membentuk pupa. Pada tahap terakhir, larva instar ketiga merayap ke atas permukaan medium makanan ke tempat yang kering dan berhenti bergerak. Dan jika dapat diringkas, pada Drosophila, destruksi sel-sel larva terjadi pada prose pergantian kulit (molting) yang berlangsung empat kali dengan tiga stadia instar : dari larva instar 1 ke instar II, dari larva instar II ke instar III, dari instar III ke pupa, dan dari pupa ke imago (Ashburner, 1985).

                Selama makan, larva membuat saluran-saluran di dalam medium, dan jika terdapat banyak saluran maka pertumbuhan biakan dapat dikatakan berlangsung baik. Larva yang dewasa biasanya merayap naik pada dinding botol atau pada kertas tissue dalam botol. Dan disini larva akan melekatkan diri pada tempat kering dengan cairan seperti lem yang dihasilkan oleh kelenjar ludah dan kemudian membentuk pupa.

                Saat larva Drosophila membentuk cangkang pupa, tubuhnya memendek, kutikula menjadi keras dan berpigmen, tanpa kepala dan sayap disebut larva instar 4. Formasi pupa ditandai dengan pembentukan kepala, bantalan sayap, dan kaki. Puparium (bentuk terluar pupa) menggunakan kutikula pada instar ketiga. Pada stadium pupa ini, larva dalam keadaan tidak aktif, dan dalam keadaan ini, larva berganti menjadi lalat dewasa (Ashburner, 1985)

                Struktur dewasa tampak jelas selama periode pupa pada bagian kecil jaringan dorman yang sama seperti pada tahap embrio. Pembatasan jaringan preadult (sebelum dewasa) disebut anlagen. Fungsi utama dari pupa adalah untuk perkembangan luar dari anlagen ke bentuk dewasa (Silvia, 2003).

    Dewasa pada Drosophila melanogaster dalam satu siklus hidupnya berusia sekitar 9 hari. Setelah keluar dari pupa, lalat buah warnanya masih pucat dan sayapnya belum terbentang. Sementara itu, lalat betina akan kawin setelah berumur 8 jam dan akan menyimpan sperma dalam jumlah yang sangat banyak dari lalat buah jantan.

                Pada ujung anterior terdapat mikrophyle, tempat spermatozoa masuk ke dalam telur. Walaupun banyak sperma yang masuk ke dalam mikrophyle tapi hanya satu yang dapat berfertilisasi dengan pronuleus betina dan yang lainnya segera berabsorpsi dalam perkembangan jaringan embrio. (Borror, 1992)

    III.  PEMBAHASAN

    A.  Morfologi  Lalat Buah (Drosophila melanogaster)

         Menurut sistem taksonomi atau pengelompokan jenis makhluk hidup lalat Drosophila melanogaster dapat dikelompokkan sebagai berikut:

           Kingdom         : Animalia

           Phyllum           : Arthropoda

           Kelas               : Insecta

           Ordo                : Diptera

           Famili              : Drosophilidae

           Genus              : Drosophila

           Spesies            : Drosophila melanogaster

         Morfologi lalat Drosophila melanogaster termasuk dalam subordo Cyclorharpha, yang mempunyai cylpeus yang terpisah oleh sclerite yang berbeda. Kantung ptilium atau frontal merupakan ciri-ciri dari bagian kepala yang keadaan luarnya ditunjukkan adanya ptilinae atau frontal suture. Suture adalah bagian yang sangat sempit disepanjang tepi bagian kepala, suture ini membentuk suatu kantong membran atau ptilium dan dinding terakhirnya terbentuk pada tempat yang sama dengan integumen. Kepala mempunyai organ-organ, yaitu:

    1. Antena

                Antena mempunyai alat yang penting untuk klasifikasi diptera. Antena merupakan bagian yang kecil terbentuk seperti sikat yang letaknya di ruas ketiga dari antena yang disebut arista. Antena terdiri dari tiga segmen besar dimana yang kedua lenih besar dan lebih kompleks, namun segmen kedua ini tidak mempunyai suture longitudinal.

    2. Mata

                Pada Drosophila melanogaster yang normal mempunyai warna mata merah sedang yang abnormal mempunyai warna mata putih. Gen yang mengatur warna terletak pada kromosom nomor satu dan tiap gen yang mengatur letak mutan terletak pada kromosom nomor tiga. Gen yang mengatur warna mata ini terpaut pada kromosom sex (linkage genes). Lalat ini mempunyai lima buah ata yaitu dua buah terletak pada anterolateral(merupakan mata yang besar)yang disebut mata orbital dan mata ocelli yang terletak pada bagian dorso-medial terdiri dari tiga ominatidia.
                Mata terdiri dari sel-sel mata dan disekeliling mata orbiatl terdapat rambut-rambut yang bentuk dan ukurannya teratur. Mata yang mengalami mutasi matanya berubah menjadi cokelat yang terdapat pada kromosom ketiga, putih pada kromosom ke satu dan posisi mata melintang terletak pada kromosom ke satu dan posisi itu disebut bar eyes.

    3. Mulut

    Organ mulut pada Drosophila melanogaster disokong oleh formasi hidung. Morfologi hidung sulit untuk digambarkan, sebab merupakan hasil modifikasi dari reduksi maksila, dan merupakan perluasan dari daerah membran. Hidung beradaptasi untuk mengisap cairan, namun untuk memasukkan partikel padat pada saluran makanan membutuhkan waktu yang lama. Kondisi ini membuat bibir menjadi berefleksi dengan lovat menuju ke puncak gigi dengan menggunakan alat pemotong. Mulut lalat ini berwarna hitam dan posterior mulut terdapat rambut-rambut vibrissa. Semua alat mulut menambah bentukan proboscis. Mulut terdiri dari:

    a.    Labrum, bagian dorsalnya berscelea baik, tetapi bagian ventral kebanyakan berupa membran, dan bagian luarnya kadang-kadang berupa membran.

    b.    Mandibula, tidak ada, bila ada merupakan menghisap.

    c.     Maxilla, sangat jarang, yang komplek terdiri dari sclerite, basal berpisah dan tersendiri. Sungut maxilla merupakan bagian yang penting unuk identifikasi. Sungut maxila ini terdiri dari 4 segmen, dimana segmen keempat tereduksi menjadi organ single.

    d.   Labium, membentuk hidung pada bagian distalnya, biasanya elebar berpasangan.

    e.     Hypopharink, pada umumnya ada dan keduanya tebentuk lanceolus, (Strickberger, 1985).

                Sedangkan pada bagian thorax dapat terdiri dari tiga ruas, padanya terdapat rambut-rambut yang besar disebut macrochaeta dan rambut-rambut yang berukuran kecil disebut microchaeta. Thorax terbentuk melalui segmen tengah yang sayapnya mengalami pelebaran dua daerah terakhir lebih kecil dari bagian anterior dan posterior yang berfungsi secara aktif sebagai penyokong.

    Bagian depan dan belakang kaki, berdasarkan pengamatan merupakan bentuk terbesar terletak pada bagian dorsal dari thorax dan terbagi menjadi presctum, scutum dan scutellum. Batas antara presctum dan scutum disebut transverse suture. Thorax terdiri dari:

    1. Sayap

              Terdiri satu pasang dan masing-masing terdiri dari delapan rambut-rambut jalan yang disebut aerostichol pada bagian anteriol dorso-ventral. Drosophila melanogaster nomal posisi sayapnya tidur dan menutupi, panjang sayapnya lebih panjang dari abdomennya, sedangkan mutan sayapnya mengalami perubahan yang bermacam-macam.

    2. Kaki

    Setiap segmen thorax mendukung satu pasang kaki. Bagian kaki dari proximal ke distal adalah coxa, trocahanter, femur, tibia, segmen tarsal 1 dan segmen tarsal 2, jadi setiap kaki terdiri dari 6 segmen yang semuanya dtumbuhi oleh rambut-rambut. Lalatbuahjantanmemiliki sex comb antara batas tarsal 1 dan tarsal 2. Rambut-rambutdisebelahpermukaan tibia bagian proximal apexdisebutpreatikal tibia spur. Trochanteradalahsatubangunanberbentuksegitigakecil yang menghubungkan antara coxa dan femur, (Sinnot, 1958).

    Bagianabdomennyaterdiridari 11 ruas. Lalatbetinaabdomennyamemiliki 8 targit, pada targitke 3 terdapatspirakel, vagina pada targitke 7 dan onalplate pada targitke 8. Bentuk abdomen lalatbetinamempunyaiujungeruncing dan pola-polagaris yang berbedadaripada abdomen jantan. Abdomen jantanmempunyai 7 targit, terdapatperisae. Targitke 5 terdapatlengkunggenitak dan onalplate pada ujungtargitke 7. Bentukabdomennyaberujungtumpuldengansegmenterakhirberwarnahitam. Ruaspertama abdomen dimulaidaristeiumsangattereduksi. Ruaskeduasampaike 11 terdapattipula. Ruas pada Drosphilamelanogastersulitdipastikan, jaranglebihdari 4 atau 5 yang nampakpembelahan.

         Secara morfologi Drosophila melanogaster jantan dan betina dapat dibedakan dengan parameter-parameter sebagai berikut:

    JantanBetina
    Ukuran tubuh lebih kecilUkuran tubuh lebih besar
    Memiliki 3 ruas abdomenMemiliki 6 ruas abdomen
    Memiliki sisir kelamin/sex combTidak memiliki sisir kelamin
    Ujung abdomen tumpulUjung abdomen runcing

    Gambar 1. Drosophila melanogaster betina dan jantan

         Lalat buah dan Artrophoda lainnya mempunyai kontruksi modular, suatu seri segmen yang teratur. segmen ini menyusun tiga bagian tubuh utama, yaitu kepala, thoraks, dan abdomen. seperti hewan simetris bilateral lainnya, Drosophila ini mempunyai poros anterior dan posterior (kepala-ekor) dan poros dorsoventral (punggung-perut). Pada Drosophila, determinan sitoplasmik yang sudah ada di dalam telur memberi informasi posisional untuk penempatan kedua poros ini bahkan sebelum fertilisasi. Setelah fertilisasi, informasi dengan benar dan akhirnya akan memicu struktur yang khas dari setiap segmen.

         Drosophila memiliki warna tubuh kuning kecoklatan dengan cincin berwarna hitam di tubuh bagian belakang. betina memilki ukuran panjang sekitar 2,5 mm dan yang jantan lebih kecil dibandingkan dengan betina. pada jantan, bagian tubuh belakang lebih gelap. pada Drosophila yang liar memilki mata berwarna merah.

    B. Siklus Hidup Lalat Buah (Drosophila melanogaster)

    Metamorfosis pada Drosophila termasuk metamorfosis sempurna, yaitu dari telur – larva instar I – larva instar II – larva instar III – pupa – imago. Fase perkembangan dari telur Drosophila melanogaster dapat dilihat lebih jelas pada gambar di bawah ini.:

    Gambar 2.  Siklus Hidup lalat buah (Drosophila melanogaster)

    Perkembangan dimulai segera setelah terjadi fertilisasi, yang terdiri dari dua periode. Pertama, periode embrionik di dalam telur pada saat fertilisasi sampai pada saat larva muda menetas dari telur dan ini terjadi dalam waktu kurang lebih 24 jam. Dan pada saat seperti ini, larva tidak berhenti-berhenti untuk makan. Periode kedua adalah periode setelah menetas dari telur dan disebut perkembangan postembrionik yang dibagi menjadi tiga tahap, yaitu larva, pupa, dan imago (fase seksual dengan perkembangan pada sayap). Formasi lainnya pada perkembangan secara seksual terjadi pada saat dewasa (Silvia, 2003).

    Telur Drosophila berbentuk benda kecil bulat panjang dan biasanya diletakkan di permukaan makanan. Betina dewasa mulai bertelur pada hari kedua setelah menjadi lalat dewasa dan meningkat hingga seminggu sampai betina meletakkan 50-75 telur perhari dan mungkin maksimum 400-500 buah dalam 10 hari. Telur Drosophila dilapisi oleh dua lapisan, yaitu satu selaput vitellin tipis yang mengelilingi sitoplasma dan suatu selaput tipis tapi kuat (Khorion) di bagian luar dan di anteriornya terdapat dua tangkai.tipis. Korion mempunyai kulit bagian luar yang keras dari telur tersebut (Borror, 1992).

    Larva Drosophila berwarna putih, bersegmen, berbentuk seperti cacing, dan menggali dengan mulut berwarna hitam di dekat kepala. Untuk pernafasan pada trakea, terdapat sepasang spirakel yang keduanya berada pada ujung anterior dan posterior (Silvia, 2003).

    Saat kutikula tidak lunak lagi, larva muda secara periodik berganti kulit untuk mencapai ukuran dewasa. Kutikula lama dibuang dan integumen baru diperluas dengan kecepatan makan yang tinggi. Selama periode pergantian kulit, larva disebut instar. Instar pertama adalah larva sesudah menetas sampai pergantian kulit pertama. Dan indikasi instar adalah ukuran larva dan jumlah gigi pada mulut hitamnya. Sesudah pergantian kulit yang kedua, larva (instar ketiga) makan hingga siap untuk membentuk pupa. Pada tahap terakhir, larva instar ketiga merayap ke atas permukaan medium makanan ke tempat yang kering dan berhenti bergerak. Dan jika dapat diringkas, pada Drosophila, destruksi sel-sel larva terjadi pada prose pergantian kulit (molting) yang berlangsung empat kali dengan tiga stadia instar : dari larva instar 1 ke instar II, dari larva instar II ke instar III, dari instar III ke pupa, dan dari pupa ke imago (Ashburner, 1985).

    Saat larva Drosophila membentuk cangkang pupa, tubuhnya memendek, kutikula menjadi keras dan berpigmen, tanpa kepala dan sayap disebut larva instar 4. Formasi pupa ditandai dengan pembentukan kepala, bantalan sayap, dan kaki. Puparium (bentuk terluar pupa) menggunakan kutikula pada instar ketiga. Pada stadium pupa ini, larva dalam keadaan tidak aktif, dan dalam keadaan ini, larva berganti menjadi lalat dewasa (Ashburner, 1985)

    Struktur dewasa tampak jelas selama periode pupa pada bagian kecil jaringan dorman yang sama seperti pada tahap embrio. Pembatasan jaringan preadult (sebelum dewasa) disebut anlagen. Fungsi utama dari pupa adalah untuk perkembangan luar dari anlagen ke bentuk dewasa (Silvia, 2003).

    Dewasa pada Drosophila melanogaster dalam satu siklus hidupnya berusia sekitar 9 hari. Setelah keluar dari pupa, lalat buah warnanya masih pucat dan sayapnya belum terbentang. Sementara itu, lalat betina akan kawin setelah berumur 8 jam dan akan menyimpan sperma dalam jumlah yang sangat banyak dari lalat buah jantan.

    Pada ujung anterior terdapat mikrophyle, tempat spermatozoa masuk ke dalam telur. Walaupun banyak sperma yang masuk ke dalam mikrophyle tapi hanya satu yang dapat berfertilisasi dengan pronuleus betina dan yang lainnya segera berabsorpsi dalam perkembangan jaringan embrio. (Borror, 1992).

    C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan pada Siklus Hidup Lalat Buah(Drosophila melanogaster)

    1.      Suhu Lingkungan

    Drosophila melanogaster mengalami siklus selama 8-11 hari dalam kondisi ideal. Kondisi ideal yang dimaksud adalah suhu sekitar 25-28°C. Pada suhu ini lalat akan mengalami satu putaran siklus secara optimal. Sedangkan pada suhu rendah atau sekitar 180C, waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan siklus hidupnya relatif lebih lama dan lambat yaitu sekitar 18-20 hari. Pada suhu 30°C, lalat dewasa yang tumbuh akan steril.

    Waktu perkembangan yang paling pendek (telur-dewasa), adalah 7 hari, dan dicapai pada suhu 28° C. Perkembangan meningkat pada suhu yang lebih tinggi, yaitu sekitar 30° C, selama 11 hari, hal tersebut berkaitan dengan pemanasan tekanan. Pada suhu 25° C tersebut, lama harinya umumnya adalah sekitar 8.5 hari, sedangkan pada suhu 18° C lama harinya sekitar 19 hari dan pada suhu 12° C lama hari perkembangannya adalah 50 hari. betina meletakkan sekitar 400 telur, sekitar lima tiap waktunya, dimasukkan ke dalam sebuag kantung atau material organik lain. panjnag telur sekitar 0.5 millimetres akan mengeram setelah 12-15 jam pada suhu 25° C. Akan menghasilkan larva instar I setelah 4 hari pada suhu 25° C, kemudian molting sebanyak dua kali sehingga masuk ke fase larva instar II & III, hal tersebut terjadi sekitar 24 dan 48 jam setelah eclosion. Selama masa ini, mereka akan mikroorganime yang menguraikan buah. Kemudian larva dibungkus oleh kapsul yang disebut puparium, puparium ini berfungsi melindungi pupa lalat buah dari gangguan lingkungan sekitarnya. pupa tersebut akanmengalami metamorfosis selama 5 hari dan tumbuh menjadi dewasa.

    Perkawinan pertama lalat buah betina terjadi 12 jam setelah ”emergence”. Betina menyimpan sperma dari jantan yang telah mengawininya. Drosophila melanogaster mulai bertelur setelah berumur lebih kurang 8 jam. Drosophila melanogaster betina sanggup menghasilkan 50-75 butir telur per hari atau dapat menghasilkan 400-500 butir telur. Telur Drosophila melanogaster berwarna putih susu berbentuk bulat panjang dengan ukuran 0,5 mm. Pada ujung anterior terdapat lubang yang disebut mikropil dan terdapat tonjolan memanjang seperti sendok.
    Telur yang dikeluarkan pada umumnya sudah tahap blastula berkembang dalam 24 jam dan akan menetas menjadi larva. Larva akan mengalami pergantian kulit 4 kali dan berubah menjadi pupa. Pupa akan menetas setelah 8-11 hari (tergantung dari spesies dan suhu lingkungan).

    2.      Ketersediaan Media Makanan

    Jumlah telur Drosophila melanogaster yang dikeluarkan akan menurun apabila kekurangan makanan. Lalat buah dewasa yang kekurangan makanan akan menghasilkan larva berukuran kecil. Larva ini mampu membentuk pupa berukuran kecil, namun sering kali gagal berkembang menjadi individu dewasa. Beberapa dapat menjadi dewasa yang hanya dapat menghasilkan sedikit telur. Viabilitas dari telur-telur ini juga dipengaruhi oleh jenis dan jumlah makanan yang dimakan oleh larva betina (Shorrocks, 1972).

    3.      Intensitas Cahaya

    Drosophila melanogaster lebih menyukai cahaya remang-remang dan akan mengalami pertumbuhan yang lambat selama berada di tempat yang gelap.

    D .  Kelainan-kelainan pada Lalat Buah (Drosophila melanogaster)

       LalatDrosophila melanogastermempunyai 4 pasangkromosom (2n=8) yang terdiridari 3 pasangautosomjantan dan betinaserta 1 pasangkromosom sex pada jantan dan 1 pasang pada betinatetapibentuknyaberbeda. Pada kromosomkelamindapatdibedakan atas:

    a.    Kromosom X yang berbentukbatangluas dan memiliki 2 kromosom X.

    b.    Kromosom Y yang sedikitmembengkok pada salahsatuujungnya dan kromosom Y lebihpendekdaripadakromosom X, sertalalatjantanmemilikisebuahkromosom X dan sebuahkromosom Y.

           Pada lalatbetina, pasangankromosomke 4 terdiridarikromosom yang sama panjang. Pada lalatjantan, pasangankromosomke 4 bentuknyatidak sama. Salahsatukromosomdaripasangankromosom yang tidak sama panjangtersebutberbentukbengkok. Sekitardua per tigapanjangnyalurus dan sepertigamembengkokhinggamenyerupaikail. Kromosominidisebutkromosom Y, pasangan yang lurusdisebutkromosom X. Dan keduakromosomitudisebutkromosomkelamin, karenakehadirannyaselaluberkolerasidengankelaminlalatitu.

           Jadi, sekitardua per tigakromosom X dan Y bepasangan, sedangkansepertigatidakberpasangan, karenaujungnyamembengkok. Karenaituterdapatsepertigabagiankromosom X yang tidakberalelkarenatidakditutupiolehkromosom Y. dikatakanbahwaduapertigakromosomitumemilikibagianhomolog, sedangkansepertigabagiankromosom X memilikibagian yang non homolog.

           Dengandemikian pada lalatjantanterdapatpasangankromosomterpendek yang bentuknyatidak sama kromosomjantanitudisebutkromosom XY, dan kromosombetinanya XX.

           Perbedaanjeniskelaminditandaidengansifat –sifatmenuruntertentu yang jelas. Polapigmentadi pada perutjantan, penis, dan bulukejur pada ruastorsalpertamadari kaki depanadalahbeberapadarisifatnyata yang membedakanlalatjantandarilalatbetina. Faktabahwaadaatautidakadanyasifat –sifatiniselaluberhubungandengankromosomkelaminyamgmerupakanbuktidariteoriketurunan.Walaupun pada umumnyadianggapbahwalalat XX adalahbetina dan Xyadalahjantan, akantetapikenyataandenganadanyanondisjunction, bahwakromosom Y pada lalatinitidakmempunyaipengaruh pada penentuanjeniskelamin. 

           Pada Drosophila melanogaster, penentuanjeniskelamindipengaruhiolehperbandingan antara kromosomkelamin dan jumlah set autosom (A).

    Apabila X/A > 1,5 adalah betina super.

    Apabila X/A = 1,0 adalah betina.

    Apabila X/A = 0,75 adalah interseks

    Apabila X/A = 0,5 adalah jantan

    Apabila X/A < 0,5 adalah jantan super.

                Lalat Drosphila mempunyai beberapa kelainan-kelainan yaitu terdiri dari:

    a.    Lalat ginandromorf adalah lalat yang separuh tubuhnya terdiri dari jaringan lalat betina sedangkan separuh lainnya terdiri dari jaringan lalat jantan. Lalat ini tidak mempunyai formula kromosom.

    b.    Lalat interseks adalah lalat yang jaringan tubuhnya merupakan mosaik (campuran yang tak teratur) dari jaringan lalat betina dan jantan. Lalat ini steril.

    c.    Lalat jantan super adalah lalat yang sebenarnya akan menjadi lalat jantan akan tetapi triploid (3n) untuk autosomnya (3AAAXY) dan steril.

    d.   Lalat dengan kromosom X yang melekat adalah lalat betina tetapi kedua kromosom X saling melekat pada salah satu ujungnya.Lalat Drosophila melanogaster normal ( tipe liar ) adalah lalat Drosophila yang ditemukan di alam yang memiliki fenotip dengan karakteristik yang telah ditentukan, diantaranya badan kelabu, warna mata merah, dan sayap lurus panjang.

    e.    Variasi fenotip muncul akibat adanya perbedaan pada satu hingga tiga gen, misalnya warna mata putih, sayap vestigial, tubuh ebony, dan banyak lagi variasi lainnya. Lalat Drosophila melanogaster yang memiliki sedikitnya satu karakter yang berbeda dengan tipe liarnya disebut sebagai mutan.

             Selain itu, masih ada beberapa kelainan-kelainan pada Lalat Drosophila melanogasteryaitu :

    Gambar 3. Curly-WingedFlies

           Sayap-sayap lalat ini keriting. Mereka mempunyai suatu cacat di dalam tubuh mereka yaitu “gen keriting” pada kromosom yang kedua. Sayap-sayap keriting ini terjadi karena suatu mutasi dominan, yang berarti bahwa satu salinan gen diubah dan menghasilkan cacat itu. Jika salinan kedua-duanya (orang tuanya) adalah mutan, maka lalat ini tidak akan survive.

    Gambar 4. Short-Winged Flies

           Sayap-sayap lalat ini pendek. Sayap lalat ini tidak bisa terbang. Mereka mempunyai suatu cacat di dalam tubuh mereka yaitu vestigial gen, pada kromosom yang kedua. Lalat ini mempunyai suatu mutasi terdesak/terpendam. Tentang penghembus vestigial gen yang dibawa oleh masing-masing lalat (satu dari orangtua masing-masing), kedua-duanya harus diubah untuk menghasilkan sayap yang abnormal. Seandainya satu adalah mutan, versi yang sehat dapat mengesampingkan cacat tersebut.

    Gambar 5. Ebony Flies

           Lalat ini berwarna gelap, hampir hitam dibadannya. Mereka membawa suatu cacat di dalam tubuh mereka yaitu gen kayu hitam yang terletak pada kromosom ketiga. Secara normal, gen kayu hitam bertanggung jawab untuk membangun pigmen yang memberi warna pada lalat buah normal. Jika gen kayu hitam cacat, maka pigmen yang hitam ini dapat menyebabkan badan pada lalat buah menjadi hitam semuanya.


    Gambar 6. Yellow Flies

           Lalat ini berwarna kekuningan dibanding lalat normal. Mereka mempunyai suatu cacat di dalam tubuh mereka yaitu gen kuning pada kromosom X. Gen kuning diperlukan untuk memproduksi suatu pigmen pada lalat hitam normal. Sedangkan pada mutan ini tidak bisa menghasilkan pigmen atau gen kuning ini.

    Gambar 7. White-Eyed Flies

           Lalat ini mempunyai mata putih. Seperti lalat orange-eyed, mereka juga mempunyai suatu cacat di dalam tubuh mereka yaitu gen putih. Tetapi di lalat ini, gen putih secara total cacat, sehingga tidak menghasilkan pigmen merah sama sekali.

    Gambar 8. Eyeless Flies

           Lalat ini tidak punya mata. Mereka mempunyai suatu cacat di dalam tubuh mereka yaitu gen buta, yang secara normal diinstruksikan sel di dalam larva untuk membentuk suatu mata.

    Gambar 9. Leg-Headed Flies

           Lalat ini mempunyai antena seperti kaki abnormal pada dahi mereka. Mereka mempunyai suatu cacat di dalam tubuh mereka yaitu gen antennapedia (bahasa latin untuk “antenna-leg”), yang secara normal diinstruksikan sel untuk merubah beberapa badan untuk menjadi kaki. Di lalat ini, gen antennapedia dengan licik instruksikan sel yang secara normal untuk membentuk antena menjadi kaki sebagai gantinya.

    IV.  PENUTUP

    A.    Kesimpulan

                Kesimpulan yang dapat diambil dari penyusunan Makalah Genetika ini yaitu :

    1.       Drosophila melanogastermemiliki morfologi yang terdiri dari kepala dan thorax. Dimana kepala terdiri dari : antena, mata dan mulut sedangkn bagian thorax terdiri dari :sayap dan kaki.

    2.      Metamorfosis pada Drosophila termasuk metamorfosis sempurna, yaitu dari telur – larva instar I – larva instar II – larva instar III – pupa – imago.

    3.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan pada Siklus Hidup Lalat Buah (Drosophila melanogaster) yaitu : suhu lingkungan, ketersedian makanan, dan intensitas cahaya.

    4.      Kelainan-kelainan pada Drosophila melanogaster yaitu : Lalat ginandromorf, lalat interseks, lalat jantan super, lalat dengan kromosom X yang melekat.


    B. Saran

    Saran yang dapat kami ajukan pada penyusunan makalah ini yaitu, sebaiknya setiap mahasiswa

  • Laporan Pratikum Bioteknologi Pembuatan Roti Metode Fermentasi Ragi

    Pratikum Bioteknologi Pembuatan Roti

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Bioteknologi adalah terapan biologi yang melibatkan disilin ilmu mikrobiologi, biokimia, genetika, dan biologi monokuler. Definisi bioteknologi secara klasik atau konvensional adalah teknologi yang memanfaatkan agen hayati atau bagian-bagiannya untuk menghasilkan barang dan jasa dalam skala industri untuk memenuhi kebutuhan manusia. Sedangkan jika ditinjau secara modern, bioteknologi adalah pemanfaatan agen hayati atau bagian-bagian yang sudah direkayasa secara in vitro untuk mrenghasilkan barang dan jasa pada skala industri. Bioteknologi dikembangkan untuk meningkatkan nilai bahan mentah dengan memanfaatkan kemampuan mikroorganisme atau bagian-bagiannya misalnya bakteri dan kapang. Selain itu bioteknologi juga memanfaatkan sel tumbuhan atau sel hewan yang dibiakkan sebagai bahan dasar sebagai proses industri. Penerapan bioteknologi pada umumnya mencakup produksi sel atau biomassa dan perubahan atau ransformasi kimia yang diinginkan. Misalnya saja pada pembuatan roti dengan melibatkan suatu organisme patogen seperti mikroorganisme.

    Salah satu bahan baku roti yang paling penting adalah ragi atau yeast. Ragi adalah mikroorganisme hidup yang berkembang biak dengan cara memakan gula. Fungsi utama ragi adalah mengembangkan adonan. Pengembangan adonan terjadi karena ragi menghasilkan gas karbondioksida (CO2) selama fermentasi. Gas ini kemudian terperangkap dalam jaringan gluten yang menyebabkan roti bisa mengembang. Komponen lain yang terbentuk selama proses fermentasi adalah asam dan alkohol yang berkontribusi terhadap rasa dan aroma roti, namun alkohol akan menguap dalam proses pemanggangan roti.

    Proses pengembangan adonan merupakan suatu proses yang terjadi secara sinkron antara peningkatan volume sebagai akibat bertambahnya gas-gas yang terbentuk sebagai hasil fermentasi dan protein larut, lemak dan karbohidrat yang juga mengembang dan membentuk film tipis. Dalam proses ini terlihat dua kelompok daya yaitu daya poduksi gas dan daya penahan gas. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi daya produksi gas adalah konsentasi ragi roti, gula, malt, makanan ragi dan susu selama berlangsungnya fermentasi. Berdasarkan uraian diatas maka pada praktikum kali ini yaitu “Pembuatan Roti Manis” untuk mengetahui cara pembuatan roti manis dengan bantuan mikroorganisme .

    B.    Rumusan Masalah

    Rumusan masalah pada praktikum ini yaitu bagaimanakah cara pembuatan roti manis dengan bantuan mikroorganisme Saccharomyces cereviciae ?

    C.    Tujuan Praktikum

    Tujuan praktikum ini yaitu untuk mengetahui cara pembuatan roti manis dengan bantuan mikroorganisme Saccharomyces cereviciae.

    D.    Manfaat Praktikum

    Manfaat praktikum yang ingin dicapai yaitu agar dapat mengetahui cara pembuatan roti manis dengan bantuan mikroorganisme Saccharomyces cereviciae.

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A.   Pengertian Bioteknologi

    Bioteknologi adalah cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan makhluk hidup  (bakteri,fungi,virus, dan lain-lain) maupun produk dari makhluk hidup  (enzim,alkohol) dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa. Bioteknologi terbagi menjadi dua, yaitu bioteknologi konvensional (tradisional) dan bioteknologi modern. Bioteknologi konvensional biasanya menggunakan mikroorganisme berupa bakteri, jamur, dll, sedangkan bioteknologi modern biasanya menggunakan teknologi-teknologi yang dapat membantu kita dalam proses pengkloningan, dan kultur jaringan.

    B.     Sejarah Roti

    Roti adalah salah satu makanan tertua di dunia. Sejarah roti yang panjang konon berawal dari Mesir dan Mesopotamia. Roti ditemukan saat mereka mencari cara lain untuk menikmati gandum. Gandum yang awalnya dikonsumsi langsung ternyata dapat dilumat bersama air sehingga membentuk pasta. Pasta yang dimasak di atas api kemudian mengeras dan dapat disimpan beberapa hari.

    Teknik paling dasar membuat roti seperti ini masih digunakan dibeberapa Negara walau perkembangan teknik dan jenis roti modern semakin beragam.  Sebut saja Tortila Mexico, Roti Canai India, Pitabread di Timur Tengah dan lain-lain. Roti-roti semacam ini dikenal lebih dengan nama istilah roti datar.

    Sementara ragi roti ditemukan saat orang-orang Mesir menyimpan sedikit adonan dari hari sebelumnya dan ditambah kanpada adonan yang baru.Kemudian dikembangkan pula jenis gandum yang baru yang memungkin kan terciptanya jenis roti yang baru.

    Dari Mesir inilah bangsa Yunani mengambil teknologi pembuatan roti. Teknologi yang kemudian menyebar di seluruh Eropa dan menjadikan roti sebagai makanan yang dianggap penting oleh masyarakatnya. Di Roma, roti dangan gandum lebih penting ketimbang daging.

    Di masa ribuan tahun silam, manusia hidup mengembara. Untuk kebutuhan makan mereka peroleh dari berburu dan memakan apa saja yang bias dimakan. Dari bulir gandum yang tadinya dimakan begitu saja akhirnya mereka tumbuk dan beri air supaya lembek.Adonan itu mereka jemur sampai kering, lalu kemudian ada juga yang membakar gandum itu di atas batu yang dipanaskan dengan api.

    Sekitar 4.600 tahun yang lalu, di Mesirada orang lupa mengeringkan adonan tepung.Adonan itu meragi.Setelah dibakar, rasanya lebih empuk dan lebih enak, Sejakitu, mereka sengaja meragikan dulu adonan tepung supaya mengembang.

    Roti masa itu belum seempuk dan seenak sekarang. Membuatnya pun menjijikkan. Di mana tepung, air dan adonan ragi dicampur lalu diinjak-injak oleh para budak.Namun roti tidak lagi dibakar di api terbuka, tetapi di dalam tungku primitif berbentuk kerucut. Masa itu para pekerja Mesir bukan di upah dengan uang, tetapi dengan roti.Sampai sekarang dalam bahasa Inggris pencari nafkah disebut breadwinner yaitu orang yang berjuang untuk mendapat sekerat roti.Kata ’Roti’ sering dipakai untuk menggantikan kata ’rezeki’. Sampai sekarang, roti tradisional di Timur Tengah, India dan Afrika bentuknya masih pipih. Sampai akhirnya roti kemudian menjadi makanan pokok di berbagai bagian dunia.

    Di zaman dahulu warna roti membedakan ‘kelas’ dalam masyarakat. Semakin gelap warna roti yang dikonsumsi maka semakin rendah satus sosialnya.Hal ini dikarenakan tepung putih yang mahal. Tetapi zaman sekarang roti berwarna gelap justru lebih mahal karena rasanya yang lebih enak dan kandungan gizinya lebih tinggi.

    Pembuatan roti terus berkembang. Kita mengenal berbagai macam bentukdan rasa roti. Di Indonesia kita biasa makan roti tawar yang empuk, berwarna putih, berbentuk kotak dan kulitnya tipis. Orang Perancis lebih menyukai roti panjang dan langsing seperti tabung, kulitnya tebal tetapi di dalamnya empuk.Sementara orang Jerman dan Rusia menyukai roti dari gandum.

    Saat ini roti sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Tidak hanya berbetuk datar, kita bias menikmati roti dalam aneka bentuk, rasa dan ukuran.Tinggal pilih mana saja yang kita sukai.

    C.    Bahan Baku Pembuatan Roti

    1.      Tepung Terigu

          Tepung terigu merupakan hasil olahan dari gandum, jenis bahan baku yang paling ideal untuk pembuatan roti, tepung terigu yang digunakan dalam pembuatan roti adalah tepung yang mempunyai kualitas baik, karena tepung terigu mampu menyerap air dalam jumlah besar, dapat mencapai konsistensi adonan yang tepat, memiliki elastisitas yang baik untuk menghasilkan roti dengan remah halus, tekstur lembut, volume besar serta mengandung protein paling tinggi yaitu berkisar antara 8%-14%. Didalam tepung terigu terdapat senyawa yang dinamakan gluten.Hal ini yang membedakan tepung terigu dengan tepung tepung lainnya.

          Tepung terigu mengandung dua macam protein yang memegang peranan penting dalam pembuatan roti, yaitu protein glutenberfungsi menentukan struktur produk roti dan memberikan kekuatan pada adonan untuk menahan gas dari aktivitas ragi, dan glutenin memberikan elastisitas dan kekuatan untuk perenggangan terhadap gluten. Kandungan gizi tepung terigu yang baik akan mempunyai komposisi kadar air 13%, kadar protein 12-13%, kadar hidrat arang 72-73%, kadar lemak 1,5%, pada saat bercampur dengan air yang berfungsi sebagai kerangka roti, membuat adonan tidak mudah pecah pada waktu diroll dan menahan gas CO2 hasil fermentasi. Gas CO2 yang tertahan dalam kerangka jaringan gluten dapat lolos kembali apabila kerangka gluten yang terbentuk tidak kuat, akibatnya roti menjadi kempes kembali setelah dioven (Haryono, 1992).

          Kualitas tepung terigu dipengaruhi oleh moisture (kadar air), ash (kadar abu), dan beberapa parameter fisik lainnya, seperti water absorption, development time, stability, dan lain-lain. Moisture adalah jumlah kadar air pada tepung terigu yang mempengaruhi kualitas tepung, bila jumlah moisture melebihi standar maksimum maka memungkinkanterjadinya penurunan daya simpan tepung terigu karena akan semakincepat rusak, berjamur dan bau apek. Ash adalah kadar abu yang ada padatepung terigu yang mempengaruhi proses dan hasil akhir produk antara lain, warna produk (warna crumb pada roti, warna mie) dan tingkatkestabilan adonan, semakin tinggi kadar Ash semakin buruk kualitastepung dan sebaliknya semakin rendah kadar Ash semakin baik kualitastepung, hal ini tidak berhubungan dengan jumlah dan kualitas protein(Anomim 2, 2007).

    2.  Margarin

    Margarin pada umumnya dibuat dari minyak nabati. Margarin merupakan emulsi yang terdiri atas lemak nabati, air dan garam denganperbandingan (80:18:2). Margarin dapat dikonsumsi tanpa dimasak. Sifat fisik margarin pada suhu kamar adalah berbentuk padat, berwarna kuning,dan bersifat plastis.Komposisi gizi margarin adalah sekitar 80 %.Merupakan zat gizi penting untuk menjaga kesehatan manusia.Selain itu,lemak dan minyak merupakan sumber energi yang lebih efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein.Sumbangan energi per gram lemak, protein, dan karbohidrat masing-masing 9, 4, dan 4 kkal.

    Margarin merupakan salah satu sumber energi dengan vitamin A,D, E dan K serta memiliki jumlah kalori yang lebih sedikit dari pada mentega biasa. Margarin memberi cita rasa gurih, mengurangi remah roti,mempermudah pemotongan, serta dapat memperlunak kulit roti, berfungsi untuk memperpanjang daya simpan, memperkeras tekstur agar tidakmeleleh pada suhu kamar, dan mempertinggi titik didih untuk memenuhitujuan pengovenan.Ciri-ciri margarin yang menonjol adalah bersifat plastis, padat pada suhu ruang, agak keras pada suhu rendah, teksturnya mudah dioleskan, serta segera dapat mencair di dalam mulut.

    3.  Air

    Air merupakan komponen penting dalam bahan baku pembuatan rotibakery, karena air dapat mempengaruhi penampilan, tekstur, serta cita rasamakanan, kandungan air dalam bahan makanan roti ikut menentukan acceptability, kesegaran, dan daya tahan bahan, kandungan air pada produk roti di tentukan pada saat penggolahan dimulai penggadonan, airsangat menentukan pada pengolahan makanan roti, tanpa air pengolahanmakanan tidak dapat berlangsung, air juga di gunakan sebagai ingredient makanan olahan.

    Air pada proses penggolahan juga dapat berfungsi sebagaipenghantar panas dan pelarut dan sebagai media reaksi antara gluten dengan karbohidrat, air yang digunakan sebaiknya memiliki pH antara 6-9,makin tinggi pH maka roti yang dihasilkan tidak mudah hancur karena absorbsi air meningkat dengan meningkatnya pH, selain pH air yang digunakan harus air yang memenuhi persyaratan air minum, diantaranya tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa.

    Jumlah air yang ditambahkan pada umumnya sekitar 26-38% daricampuran bahan yang akan digunakan, jika lebih dari 38% adonan akanmenjadi sangat lengket dan jika kurang dari 28% adonan akan menjadi rapuh sehingga sulit dicetak.

    Kadar air merupakan salah satu karakteristik yang sangat pentingpada bahan pangan, karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, dan cita rasa pada bahan pangan. Kadar air dalam bahan pangan ikut menentukan kesegaran dan daya awet bahan pangan tersebut, kadar air yang tinggi mengakibatkan mudahnya bakteri, kapang, dan khamir untuk berkembang biak, sehingga akan terjadi perubahan pada bahan pangan.

    D.    Bahan Tambahan Pembuatan Roti

    1.      Ragi

           Ragi roti adalah bahan penggembang pada adonan yaitu sebagaibahan tambahan pangan yang digunakan dalam pembuatan roti dan kue,menambah volume pada adonan, dan pada saat adonan dipanggang dapatlebih menggembang, jika bahan penggembang dicampurkan kedalam adonan maka akan terbentuk gas karbon dioksida, gas inilah yang kemudian terperangkap didalam gluten (komponen protein yang ada dalamtepung terigu) sehingga adonan menjadi menggembang karena gas yangdihasilkan semakin lama akan semakin banyak.

    2.      Telur

           Telur adalah suatu bahan makanan sumber protein hewani yangbernilai gizi tinggi.untuk dunia kuliner, telur berfungsi sebagai pengembang adonan, membentuk warna, perbaikan rasa, menambah nilaigizi, sebagai pelembut atau pengempuk, sebagai penambah aroma dan zatgizi. Jika telur tidak digunakan dalam adonan maka adonan harus ditambahkan cairan walaupun hasilnya kurang lunak. Roti yang lunak dapat diperoleh dengan penggunaan kuning telur yang lebih banyak. Kuning telur banyak mengandung lesitin (emulsifier). Bentuknya padat,tetapi kadar air sekitar 50%. Sementara putih telur, kadar air 86%. Putih telur mempunyai sifat creaming yang lebih baik dibandingkan kuning telur.

           Telur adalah suatu bahan makanan sumber zat protein hewani yangbernilai gizi tinggi.Fungsi telur dalam penyelenggaraan gizi adalahsebagai pengental, perekat atau pengikat.

           Nilai Gizi yang terkandung dari kuning telur dan putih telur berbeda,kuning telur memiliki kadar protein 16% dan kadar lemak 31%,sedangkan putih telur memiliki kadar protein 13 %. Oleh karena itu bagiantelur yang mempunyai nilai gizi paling tinggi sebagai bahan makanan yaitu kuning telur. Pada bagian kuning telur terdapat asam aminoessensial yang sering disebut triptofane. Garam yang banyak terdapat didalam kuning telur adalah garam ferum dan fosfor, akan tetapi garamtersebut sedikit mengandung kalsium, vitamin yang banyak terdapat dalam telur adalah vitamin B, komplek dalam jumlah cukup.

           Salah satu tolak ukur dalam menentukan mutu telur adalah berdasarkan berat, ukuran telur ada yang besar, sedang dan kecil, mutu telur dapat dinilai dari kondisi dan kebersihan kulit, besar kantong udara,kekompakan putih telur, letak dan bentuk kuning telur, telur yang baru dikeluarkan oleh induk ayam merupakan telur yang segar, telur yang masih baru, kuning telurnya masih rapat, terletak di tengah-tengah putih telur yang tebal, dilihat dari segi nutrisi telur baru dan telur lama tidak ada perbedaan, kecuali rasa dan penampilanya tidak menarik, telur yang berumur lebih dari dua minggu hanya baik untuk membuat kue.

    3.      Gula

           Gula adalah karbohidrat murni yang tidak tersusun atas nutrient lainnya seperti, lemak, protein, vitamin, dan mineral karena gula itu karbohidrat yang murni maka gula disebut sebagai kalori kosong. Gulapasir merupakan hasil dari batang tebu yang digiling dan diperas kemudian cairannya yang manis diolah menjadi gula, gula pasir atau sukrosa adalah disakarida yang tersusun dari satu gugus glukosa dan satu gugus fruktosa.

           Fungsi gula sebagai makanan ragi, memberi rasa, mengatur fermentasi, memperpanjang umur roti (shelf life), menambah kandungangizi, membuat tekstur roti menjadi lebih empuk, memberi daya pembasahan pada roti dan memberi warna cokelat yang menarik pada kulit karena proses maillard atau karamelisasi.

           Gula ditambahkan pada jenis roti tertentu untuk melengkapi karbohidrat yang ada untuk fermentasi dan untuk memberikan rasa yang lebih manis. Tapi gula lebih banyak dipakai untuk pembuatan kue dan biskuit dimana selain rasa manis gula juga mempengaruhi tekstur. Jumlah gula yang tinngi membuat remah kue lebih lunak dan lebih basah, dan pada biskuit juga melunakkan.

           Mutu kualitas dari sisi kebersihan produk yaitu warna kuning lebihdisukai, karena rasa lebih manis, terlihat lebih asli, tidak banyak terpaparbahan kimia, lebih hemat, sebagian tidak terlalu membedakan warna, yangmenyukai gula berwarna putih, alasan hanya estetika, terlihat lebih bersih lebih pantas disajikan. Ukuran kristal lebih besar, kualitas lebih bagus, penyuka gula putih, kristal lebih halus.

    4.      Susu

           Tujuan pemakaian susu dalam pembuatan produk bakery yaitu untukmemperbaiki gizi karena susu mengandung protein (kasein), gula laktosadan kalsium, memberikan pengaruh terhadap warna kulit (terjadi pencoklatan protein dan gula), digunakan untuk mengoles permukaan roti, memperkuat gluten karena kandungan kalsium, menghasilkan kulit yang enak dan crispy serta bau aromatic smell.

           Jenis susu yang banyak digunakan dalam proses bakery adalah susu bubuk, full krim dan skrim. Susu bubuk full krim mengandung lemak yang tinggi sehingga memberikan kelembutan dan aroma yang menyenangkan.Susu skim banyak mengandung protein kasein yang cenderung meningkatkan penyerapan dan daya menahan air, sehingga mengeraskan adonan dan memperlambat proses fermentasi adonan roti. Keuntungan susu skim adalah kandungan air dan kandungan lemaknya rendah sehinggadapat disimpan lebih lama dan tidak cepat tengik. Kada air susu skimadalah 2,5% dan kandungan lemaknya 1,1%.

           Susu yang digunakan untuk pembuatan roti pada umumnya dalambentuk bubuk (powder). Hal ini disebabkan alasan kemudahanpenyimpanan dan mempunyai umur simpan yang lebih panjang dari padasusu segar. Sebaiknya penyimpanan susu bubuk senantiasa dijaga agartetap kering, hal ini dilakukan karena susu bubuk bersifat sangat rentanterhadap kerusakan dari lingkungan terutama air.

    E.     Fermentasi

          Fermentasi merupakan kegiatan mikrobia pada bahan pangan sehingga dihasilkan produk yang dikehendaki.Mikrobia yang umumnya terlibat dalam fermentasi adalah bakteri, khamir dan kapang. Contoh bakteri yang digunakan dalam fermentasi adalah Acetobacter xylinum pada pembuatan nata decoco, Acetobacter aceti pada pembuatan asam asetat. Contoh khamir dalam fermentasi adalah Saccharomyces cerevisiae dalam pembuatan alkohol sedang contoh kapang adalah Rhizopus sp pada pembuatan tempe, Monascus purpureus pada pembuatan angkak dan sebagainya. Fermentasi dapat dilakukan menggunakan kultur murni ataupun alami serta dengan kultur tunggal ataupun kultur campuran.

          Fermentasi menggunakan kultur alami umumnya dilakukan pada proses fermentasi tradisional yang memanfaatkan mikroorganisme yang ada di lingkungan. Salah satu contoh produk pangan yang dihasilkan dengan fermentasi alami adalah gatot dan growol yang dibuat dari singkong. Tape merupakan produk fermentasi tradisional yang diinokulasi dengan kultur campuran dengan jumlah dan jenis yang tidak diketahui sehingga hasilnya sering tidak stabil. Ragi tape yang bagus harus dikembangkan dari kultur murni.

          Kultur murni adalah mikroorganisme yang akan digunakan dalam fermentasi dengan sifat dan karaktersitik yang diketahui dengan pasti sehingga produk yang dihasilkan memiliki stabilitas kualitas yang jelas. Dalam proses fermentasi kultur murni dapat digunakan secara tunggal ataupun secara campuran. Contoh penggunaan kultur murni tunggal  pada fermentasi kecap, yang menggunakan Aspergillus oryzae pada saat fermentasi kapang dan saat fermentasi garam digunakan bakteri Pediococcus sp dan khamir Saccharomyces rouxii.

    Fermentasi pada pengolahan roti

          Dalam industri roti menggunakan enzim amilase dan protease untuk mempercepat proses fermentasi, meningkatkan volume adonan, memperbaiki kelunakan dan tekstur. Enzim bersumber dari jamur dan bakteri.

          Proses fermentasi pada pengolahan roti sudah dilakukan sejak lama. Tahapan ini dilakukan untuk menghasilkan potongan roti (loaves) dengan bagian yang porus dan tekstur roti yang lebih lembut. Metode ini didasarkan pada terbentuknya gas akibat proses fermentasi yang menghasilkan konsistensi adonan yang frothy (porus seperti busa). Pembentukan gas pada proses fermentasi sangat penting karena gas yang dihasilkan akan membentuk struktur seperti busa, sehingga aliran panas ke dalam adonan dapat berlangsung cepat pada saat baking. Panas yang masuk ke dalam adonan akan menyebabkan gas dan uap air terdesak ke luar dari adonan, sementara terjadi proses gelatinisasi pati sehingga terbentuk struktur frothy.

          Fermentasi adonan didasarkan pada aktivitas-aktivitas metobolis dari khamir dan bakteri asam laktat. Aktivitas mikroorganisme ini pada kondisi anaerob akan menghasilkan metabolit fungsional yang penting pada pembentukkan adonan. Dengan mengendalikan parameter proses fermentasi dan metode preparasi adonan dapat dimungkinkan mempengaruhi aktivitas mikroorganisme dan enzim untuk menghasilkan adonan roti yang dikehendaki seperti volume, konsistensi, dan pembentukkan.

    Fermentasi Adonan

          Berbagai metode fermentasi adonan berkembang untuk memperoleh hasil sesuai dengan karakteristik berbagai jenis produk roti. Walaupun berbagai metode dikembangkan, namun secara umum terjadi kecenderungan untuk menyederhanakan, memperpendek dan automatisasi proses fermentasi. Proses biologis yang kompleks selama fermentasi perlu dikendalikan untuk menghasilkan adonan sesuai dengan yang diinginkan. Untuk itu, pengendalian haruslah dilakukan selama periode fermentasi. Semua faktor seperti suhu, mutu dan jumlah sel, serta lajupertumbuhan harus terkendali, sehingga terbentuk gas di dalam adonan.

          Adonan yang frothy dapat dihasilkan dengan terbentuknya atau terdispersinya gelembung-gelembung gas di dalam adonan. Gas yang dibutuhkan untuk terbentuknya adonandapat dihasilkan melalui proses biologis, kimia, maupun fisik. Gas yang dihasilkan terdispersi kedalam adonan dalam bentuk gelembung untuk menghasilkan pori yang halus seperti gabus. Gas yang terbentuk merupakan gas CO2.

          Kehalusan pori yang terbentuk selama proses pengadonantergantung pada karakteristik tepung yang digunakan seperti viskoelastisitas dari gluten dan daya ikat air (water-binding capacity) pentosan. Pori yang halus bisa juga terbentuk oleh karena udara masuk kedalam adonan dan terdispersi dalam bentuk gelembung yang halus ketika tepung dan air dicampur dan diulen. Gelembung udara yang terperangkap berperan sebagai inti yang menyerapgas CO2yang terbentuk akan membuat adonan mengembang membentuk struktur spon.Pengembangan adonan dapat melebihi 1:6 karena gas CO2terbentuk selama fermentasi.Pembentukan gas selama fermentasi diikuti oleh reaksi-reaksi fermentatif lainnya sepertiterbentuknya metabolit-metabolit intermediet yang berpengaruh pada konsistensi adonan danterbentuknya senyawa-senyawa volatil yang merupakan prekursor aroma.

          Gas yang terdispersi dan terperangkap di dalam adonan dalam bentuk gelembungdibutuhkan untuk pembentukan pori. Terbentuknya dinding pori yang elastis (extensible)tergantung pada kandungan protein yang spesifik yang dapat membentuk film yang elastis.Karakteristik semacam ini diperlihatkan oleh gluten (gliadin dan glutenin) yang merupakan jenisprotein yang terkandung di dalam tepung gandum. Ketika tepung gandum dicampur dengan air,gluten akan membentuk massa viskoelastis yang mengikat semua bahan adonan terutama patimenjadi suatu jaringan. Lapisan film yang terbentuk bersifat impermiabel terhadap gas, sehinggadapat memerangkap gas dan membentuk pori. Selanjutnya pada saat proses pemanggangan(baking) terjadi gelatinisasi pati dan koagulasi gluten yang dapat membentuk crumb dan tekstur yang lembut.

          Lama penyiapan dan fermentasi adonan sangat bervariasi yang harus dapat dikendalikan dengan baik. Penggunaan proporsi khamir yang tinggi akan menyebabkan pembentukan gasyang cepat. Hal ini dapat menyulitkan dalam pengaturan waktu fermentasi dan penyiapan adonan.Untuk itu, penjadwalan yang ketat dibutuhkan saat penyiapan adonan karenapengembangan volume adonan terjadi dengan cepat. Pengakhiran proses fermentasi sangat mempengaruhi volume dan bentuk akhir produk bakery.

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    A.   Waktu dan Tempat Penelitian

    Waktu        : Minggu, 8 Februari 2015

    Tempat       : Kp. Jayanti

    B.    Alat dan Bahan

    Bahan       :                                                           Alat                 :

    –          Tepung terigu 1 kg.                                         – Timbangan.

    –          Fermipan / ragi roti 2 bungkus.                        – Wadah.

    –          Gula pasir ¼ kg.                                              – Sendok.

    –          Susu bubuk 2 bungkus.                                   – Kompor.

    –          Telur ¼ kg.                                                      – Oven.

    –          Mentega.                                                          –

    –          Sukade

    –          Selai.

    –          Meses

    C.   Cara Pembuatan

    1.      Description: F:\Jobs\IMG-20150208-00155.jpgPanaskan air tapi jangan terlalu mendidih.

    2.      Description: F:\Jobs\IMG-20150208-00160.jpgMasukan fermipan lalu kocok hingga berbusa, lalu diamkan selama 8 menit.

    3.      Description: F:\Jobs\IMG-20150208-00184.jpgUntuk membuat adonan rotinya, campurkan mentega, gula, dan terigu.

    4.      Description: F:\Jobs\IMG-20150208-00188.jpgTambahkan telur yang sudah dikocok, sambil diaduk perlahan.  

    5.      Description: F:\Jobs\IMG-20150208-00192.jpgTambahkan air kocokan fermipan sedikit demi sedikit sambil terus diaduk.

    6.      Description: F:\Jobs\IMG-20150208-00202.jpgAdonan terus diaduk hingga menjadi kalis.

    7.      Description: F:\Jobs\IMG-20150208-00204.jpgSetelah adonan kalis, lalu diamkan selama 2 jam agar adonan mengembang.

    8.      Apabila adonan sudah mengembang, lalu bentuk menjadi bulat – bulat, setelah itu tunggu selama 30 menit.

    Description: F:\Jobs\IMG-20150208-00218.jpg

    9.      Setelah itu dapat dibentuk sesuka hati, lalu di oven.

    Description: F:\Jobs\IMG-20150208-00227.jpg

    10.  Tunggu beberapa menit, roti manis pun siap untuk disajikan.

    Description: F:\Jobs\IMG-20150208-00233.jpg

    BAB IV

    DATA PENGAMATAN & ANALISIS DATA

    A.   Data Pengamatan

    Description: F:\Jobs\IMG-20150208-00230.jpg
    Description: F:\Jobs\IMG-20150208-00233.jpg

    Setelah melakukan percobaan membuat roti, ternyata roti yang dihasilkan memiliki warna yang cukup bagus yaitu kuning kecoklatan dan memiliki tekstur yang kurang mengembang dan agak keras bila dimakan.

    B.    Analisis Data

    Mengapa roti yang dihasilkan memiliki tekstur yang kurang mengembang dan agak keras ?

    Penyebab roti kurang mengembang dan keras :

    1.      Adonan kurang kalis.

    Untuk membuat roti maka adonan harus kalis agar roti bisa mengembang dengan sempurna. Tanda-tanda adonan telah kalis adalah :

    ·         Adonan tidak lengket lagi di tangan atau di tempat untuk mengadon.

    ·         Jika diambil dan direntangkan, adonan tidak robek dan berbentuk lembaran tipis yang elastis (seperti kulit martabak telur).

    2.      Waktu fermentasi kurang.

    Roti yang dioven sebelum waktunya akan menghasilkan produk yang keras. Fermentasi roti dibantu oleh mikroorganisme yang bernama Saccharomyces cerevisiae yang terdapat dalam ragi roti. Udara (oksigen) yang masuk ke dalam adonan pada saat pencampuran dan pengulenan (kneading) akan dimanfaatkan untuk tumbuh oleh khamir. Akibatnya akan terjadi kondisi yang anaerob dan terjadi proses fermentasi. Gas COyang dihasilkan selama proses fermentasi akan terperangkap di dalam lapisan film gluten yang impermiabel. Gas akan mendesak lapisan yang elastis dan extensible yang selanjutnya menyebabkan pengembangan (penambahan volume) adonan.

    3.      Temperatur oven rendah.

    Pastikan oven standar yang akan dipakai telah mencapai temperatur yang sesuai sebelum roti dimasukkan. Jika temperatur oven lebih rendah dari yang semestinya maka waktu pembakaran akan menjadi lebih lama sehingga hasilnya akan keras. Karenanya juga lain roti lain suhu.

    Untuk pengaturan suhu adalah sebagai berikut:

    · Roti tawar : Suhu 200° C s/d 210° C dengan waktu pembakaran 20 s/d 35 menit.
    · Roti manis : Suhu 180° C s/d 200° C dengan waktu pembakaran 11 s/d 15 menit.

    BAB V

    PENUTUP

    A.   Kesimpulan

          Berdasarkan hasil percobaan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa roti adalah produk makanan yang terbuat dari fermentasi tepung terigu dengan ragi atau bahan pengembang lain. Fermentasi merupakan kegiatan mikrobia pada bahan pangan sehingga dihasilkan produk yang dikehendaki dan mikrobia yang umumnya terlibat dalam fermentasi adalah bakteri, khamir serta kapang, sedangkan khamir jenis Saccharomyces cereviceae merupakan jenis khamir yang paling umum digunakan pada pembuatan roti.

    B.    Saran

          Untuk percobaan selanjutnya perlu diperhatikan dalam pembuatan adonan, fermentasi, dan suhu oven agar tidak terjadi roti yang kurang mengembang.