Blog

  • Contoh Laporan Observasi Keuangan Sekolah

    Laporan Observasi Keuangan Sekolah

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam membentuk watak peserta didik, penyelenggaraannya merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, orang tua, dan masyarakat. OIeh sebab itu lembaga pendidikan harus dapat mengelola sumber daya yang ada untuk mewujudkan tujuan pendidikan. Sumber daya yang dapat mendukung untuk mencapai tujuan pendidikan salah satunya adalah keuangan/pembiayaan dalam suatu lembaga pendidikan. Maka pemerintah, orang tua, dan masyarakat hendaknya dapat mengalokasikan keuangan sebagai sumber dana pendidikan. Keuangan dan pembiayaan merupakan salah satu sumber daya yang secara langsung menunjang efektifitas dan efisiensi pengelolaan pendidikan.

    Hal tersebut yang menuntut sekolah mampu mengelola pembiayaan dengan sebaik-baiknya, agar dana-dana yang ada dapat dimanfaatkan secara optimal untuk menunjang tercapainya tujuan pendidikan. Kewenangan kepada sekolah untuk mencari dan memanfaatkan berbagai sumber dana sesuai dengan kebutuhan masing-masing sekolah karena pada umumnya dunia pendidikan selalu dihadapkan pada masalah keterbatasan dana, apa lagi dalam kondisi krisis pada sekarang ini.

    Keuangan dan pembiayaan merupakan salah satu sumber daya yang secara langsung menunjang efektifitas dan efisiensi pengelolaan pendidikan. Hal tersebut lebih terasa lagi karena sekarang pemerintah menerapkan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah), yang menuntut kemampuan sekolah untuk merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi serta mempertanggungjawabkan pengelolaan dana secara transparan kepada masyarakat dan pemerintah. Manajemen keuangan dalam suatu lembaga persekolahan mempunyai peranan penting dalam memelihara, memperlancar, dan meningkatkan pengembangan program pengajaran, mutu dan relevansi serta kesempatan pendidikan. Disamping itu untuk mewujudkan pengelolaan sekolah yang baik, perlu adanya kepala sekolah yang memiliki kemampuan sesuai tuntutan tugasnya.

    B. Tujuan Penulisan

    Tujuan dari penulisan ini adalah untuk melaporkan hasil observasi yang telah dilakukan di SMP N 1 KARANGGAYAM. Dimana hasil observasi yang berkaitan dengan segala hal mengenai pembiayaan sekolah, seperti:

    1. Sumber-sumber keuangan sekolah.
    2. Pos-pos pengeluaran keuangan sekolah.
    3. Proses pengelolaan keuangan sekolah.
    4. Proses perencanaan keuangan sekolah.
    5. Komponen anggaran BOS.
    6. Prosedur penyusunan anggaran BOS.
    7. Anggaran BOS.
    8. RKAS.
    9. Komponen RKAS.
    10. Prosedur penyusunan RKAS.
    11. Proses penanggung jawaban keuangan sekolah.

    C. Waktu dan Tempat Observasi

    Penulis melakukan observasi mata kuliah manajemen keuangan untuk mendapatkan data dan informasi mengenai pembiayaan sekolah, yaitu:

    Tempat            : SMP N 1 KARANGGAYAM

    Hari/Tanggal   : SABTU, 28 MEI 2016

    Pukul               : 08.30-11.00 WIB

    D. Teknik Pengumpulan Data

    Studi lapangan/Observasi merupakan teknik yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data dan mengadakan observasi langsung terhadap objek observasi melalui kegiatan wawancara (tanya jawab), yaitu proses mengumpulkan data dengan melakukan dialog.

    Bab II. Kajian Teori

    A. Pengertian Manajemen Keuangan Sekolah

    Manajemen keuangan merupakan salah satu substansi manajamen sekolah yang akan turut menentukan berjalannya kegiatan pendidikan di sekolah. Sebagaimana yang terjadi di substansi manajemen pendidikan pada umumnya, kegiatan manajemen keuangan dilakukan melalui proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, pengawasan atau pengendalian. Manajemen keuangan yaitu “memperoleh dan menetapkan sumber-sumber pendanaan, pemanfaatan dana, pelaporan, pemeriksaan dan pertanggungjawaban” (Lipham, 1985; Keith, 1991). Sedangkan menurut Depdiknas (2000) bahwa manajemen keuangan merupakan tindakan pengurusan/ketatausahaan keuangan yang meliputi pencatatan, perencanaan, pelaksanaan, pertanggungjawaban dan pelaporan. Dengan demikian, manajemen keuangan sekolah dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas mengatur keuangan sekolah mulai dari perencanaan, pembukuan, pembelanjaan, pengawasan dan pertanggung-jawaban keuangan sekolah.

    B. Tujuan Manajemen Keuangan Sekolah

    Melalui kegiatan manajemen keuangan maka kebutuhan pendanaan kegiatan sekolah dapat direncanakan, diupayakan pengadaannya, dibukukan secara transparan, dan digunakan untuk membiayai pelaksanaan program sekolah secara efektif dan efisien. Untuk itu tujuan manajemen keuangan adalah:

    1. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan keuangan sekolah.
    2. Meningkatkan akuntabilitas dan transparansi keuangan sekolah.
    3. Meminimalkan penyalahgunaan anggaran sekolah.

    Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dibutuhkan kreativitas kepala sekolah dalam menggali sumber-sumber dana, menempatkan bendaharawan yang menguasai dalam pembukuan dan pertanggung-jawaban keuangan serta memanfaatkannya secara benar sesuai peraturan perundangan yang berlaku.

    C. Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan

    Manajemen keuangan sekolah perlu memperhatikan sejumlah prinsip. Undang-undang No 20 Tahun 2003 pasal 48 menyatakan bahwa pengelolaan dana pendidikan berdasarkan pada prinsip keadilan, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik. Disamping itu prinsip efektivitas juga perlu mendapat penekanan. Berikut ini dibahas masing-masing prinsip tersebut, yaitu transparansi, akuntabilitas, efektivitas, dan efisiensi.

    a. Transparansi

    Transparan berarti adanya keterbukaan. Transparan di bidang manajemen berarti adanya keterbukaan dalam mengelola suatu kegiatan. Di lembaga pendidikan, bidang manajemen keuangan yang transparan berarti adanya keterbukaan dalam manajemen keuangan lembaga pendidikan, yaitu keterbukaan sumber keuangan dan jumlahnya, rincian penggunaan, dan pertanggungjawabannya harus jelas sehingga bisa memudahkan pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengetahuinya. Transparansi keuangan sangat diperlukan dalam rangka meningkatkan dukungan orangtua, masyarakat dan pemerintah dalam penyelenggaraan seluruh program pendidikan di sekolah. Disamping itu transparansi dapat menciptakan kepercayaan timbal balik antara pemerintah, masyarakat, orang tua siswa dan warga sekolah melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan di dalam memperoleh informasi yang akurat dan memadai.

    b. Akuntabilitas

    Akuntabilitas di dalam manajemen keuangan berarti penggunaan uang sekolah dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan. Berdasarkan perencanaan yang telah ditetapkan dan peraturan yang berlaku maka pihak sekolah membelanjakan uang secara bertanggung jawab. Pertanggungjawaban dapat dilakukan kepada orang tua, masyarakat dan pemerintah. Ada tiga pilar utama yang menjadi prasyarat terbangunnya akuntabilitas, yaitu :

    1. Adanya transparansi para penyelenggara sekolah dengan menerima masukan dan mengikutsertakan berbagai komponen dalam mengelola sekolah;
    2. Adanya standar kinerja di setiap institusi yang dapat diukur dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenangnya, dan
    3. Adanya partisipasi untuk saling menciptakan suasana kondusif dalam menciptakan pelayanan masyarakat dengan prosedur yang mudah, biaya yang murah dan pelayanan yang cepat.
    c. Efektivitas

    Efektif seringkali diartikan sebagai pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Garner(2004) mendefinisikan efektivitas lebih dalam lagi, karena sebenarnya efektivitas tidak berhenti sampai tujuan tercapai tetapi sampai pada kualitatif hasil yang dikaitkan dengan pencapaian visi lembaga. Effectiveness ”characterized by qualitative outcomes”. Efektivitas lebih menekankan pada kualitatif outcomes. Manajemen keuangan dikatakan memenuhi prinsip efektivitas kalau kegiatan yang dilakukan dapat mengatur keuangan untuk membiayai aktivitas dalam rangka mencapai tujuan lembaga yang bersangkutan dan kualitatif outcomes-nya sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

    d.         Efisiensi

    Efisiensi berkaitan dengan kuantitas hasil suatu kegiatan. Efficiency”characterized by quantitative outputs” (Garner,2004). Efisiensi adalah perbandingan yang terbaik antara masukan (input) dan keluaran (out put) atau antara daya dan hasil. Daya yang dimaksud meliputi tenaga, pikiran, waktu, biaya.

    BAB III

    HASIL OBSERVASI

    D.        Profil Sekolah

    1.      Identitas Sekolah

    Nama                                       : SMP N 1 KARANGGAYAM

    NIS                                         : 101012/20230468

    NSS                                         : 101012 201012

    NSB                                        : 1210180888033

    Alamat                                     : Jl. Penimbun

    Kelurahan                                : Karanggayam

    Kecamatan                              : Karanggayam

    Kab/Kota                                : Kebumen

    Provinsi                                   : Jawa Tengah

    Kode Pos                                : 54365

    Status Sekolah                         : Negeri

    Nomor Akte Pendirian            :

    Tahun Berdiri                          :

    Luas Tanah/Bangunan            : 1280 m2

    Status Bangunan                     : Pemerintah

    Situs                                        : –

    Telpon & Faksimili                  : 08122666721

    2.      Visi

    BERAKHLAQ MULIA, UNGGUL DALAM PRESTASI DAN TERAMPIL DALAM BERKARYA

    3.      Misi

    Ø  Meningkatkan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa bagi seluruh warga sekolah.

    Ø  Meningkatkan kedisiplinan seluruh warga sekolah.

    Ø  Menumbuhkan sikap kesetiakawanan.

    Ø  Melaksanakan kwalitas pembelajaran dan bimbingan secara efektif.

    Ø  Memberikan dorongan untuk berkompetisi secara sehat di bidang akademik maupun nonakademik kepada siswa.

    Ø  Meningkatkan kwalitas pembelajaran.

    Ø  Menumbuhkan sikap trampil berkarya.

    Ø  Menumbuhkan sikap kreatifitas.

    4.      Jumlah Guru                      : 40

    5.      Jumlah Siswa                    : 754

    6.      Jumlah Rombel                 : 24

    B.     Hasil Wawancara

    Narasumber 1              : Budi Santoso, S.Pd., M.Pd

    Jabatan                        : Kepala Sekolah

    NIP                             : 196004111982012006

    No. telp                       : 085291037074

    Narasumber 2              : Ahmad Sobirin. S.E

    Jabatan                        : Bendahara Sekolah

    No. telp                       : 081226991444

    1.      Sumber-Sumber Keuangan Sekolah

    Sumber keuangan SMP N 1KARANGGAYAM berasal dari pemerintah pusat dan pemerinta daerah yang biasanya disebut BOS Pusat, BOS Provinsi dan BOS Kabupaten. Sekolah ini sudah memiliki sumber keuangan yang berasal dari pemerintah, karena itu sekolah ini tidak boleh mengambil atau mencari dana dari masyarakat atau orangtua murid. Jadi SMP N 1 KARANGGAYAM hanya bergantung pada sumber dana tersebut saja.

    2.      Pos-Pos Pengeluaran Sekolah

    Di SMP N 1 KARANGGAYAM pos-pos pengeluaran sekolah yaitu penggunaan/belanja program sejumlah Rp. . Penggunaan/belanja program yang terdiri dari: pengembangan kompetensi lulusan Rp. 1.300.000, pengembangan standar isi Rp. -, pengembangan standar proses Rp. 47.672.600, pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan Rp. 43.151.000, pengembangan sarana dan prasarana pendidikan Rp. 330.290.610, pengembangan standar pengelolaan Rp. 120.080.625, pengembangan standar pembiayaan Rp. 54.177.889, dan pengembangan implementasi penilaian Rp.61.875.250. Sedangkan penggunaan/belanja non program terdiri dari: belanja pegawai Rp. 477.525.000 dan belanja barang dan jasa Rp. 26.348.800. Jumlah penggunaan/belanja uang diatas berdasarkan RKAS (Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah) pada tahun ajaran 2014/2015.

    3.      Proses Pengelolaan Keuangan Sekolah

    Proses pengelolaan keuangan di SMP N 1KARANGGAYAM sesuai dengan pos-pos yang sudah direncanakan sesuai dengan kebutuhan sekolah, realisasi tidak boleh melebihi target yang sudah di rencanakan dan disepakati oleh sekolah dan dinas terkait.

    4.      Proses Perencanaan Keuangan Sekolah

    Proses perencanaan keuangan di SMP N 1KARANGGAYAM yaitu mengadakan rapat membahas RKAS dengan kepala sekolah sebagai penanggung jawab, lalu bendahara sekolah, komite sekolah dan beberapa wali murid atau masyarakat sekitar sekolah yang tergabung dalam komite sekolah. Terarah dan terkendali sesuai dengan kebutuhan sekolah.

    5.      Komponen Anggaran BOS

    Komponen anggaran BOS di SMP N 1KARANGGAYAM, yaitu sebagai berikut:

    1. Pembelian/pengadaan buku teks pelajaran;
    2. Kegiatan penerimaan siswa baru;
    3. Kegiatan pembelanjaan dan ekstrakurikuler siswa;
    4. Kegiatan ulangan/ujian;
    5. Pembelian bahan habis pakai;
    6. Langganan daya dan jasa;
    7. Perawatan sekolah;
    8. Pembayaran honorarium bulanan, guru honorer dan tenaga kependidikan honorer;
    9. Pengembangan profesi guru;
    10. Pembiayaan pengelolaan BOS;
    11. Pembelian/ pengadaan komputer/printer, dan
    12. Alat peraga/media pembelajaran/peralatan kantor.

    6.      Prosedur Penyusunan Anggaran BOS

    Dengan cara mengumpulkan data kebutuhan yang diperlukan sekolah, mengetahui jumlah siswa yang ada disekolah.

    7.      Anggaran BOS

    Data anggaran BOS di SMP N 1 KARANGGAYAM yang didapat yaitu BOS Pusat Rp.757.500.000. Jumlah tersebut berdasarkan data RKAS pada tahun ajaran 2014/2015.

    8.      RAPBS

    RAPBS (Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah) ini merupakan  plafon pendanaan yang dibutuhkan dan harus disediakan serta direncanakan asal dana tersebut didapatkan. RAPBS inilah yang menjadi dasar pengelolaan manajemen sekolah. Segala hal yang dilakukan oleh sekolah harus tercover di RAPBS tersebut. Jika tidak, maka kegiatan tersebut haruslah diprogramkan di tahun depannya.

    Untuk itulah, maka setiap sekolah menyusun RAPBS sebagai acuan kegiatan yang terkait dengan pendanaan. Sebenarnya, dengan adanya RAPBS ini, sekolah dapat mengeksplorasi kemampuan dirinya dan menyeimbangkan dengan alokasi dana yang ada. Dengan cara ini, setiap program sekolah sudah terback up dalam RAPBS tersebut.

    9.      Komponen RAPBS

    Komponen yang terdapat dalam RAPBS terdiri dari 8 standar pendidikan, yaitu :

    a.       standar isi;

    b.      standar proses;

    c.       standar pengelolaan;

    d.      standar kompetensi lulusan;

    e.       standar pendidik dan tenaga kependidikan;

    f.       standar pembiayaan;

    g.      standar sarana dan prasarana, dan

    h.      standar penilaian.

    10.  Prosedur Penyusunan RAPBS

    a.       Kepala Sekolah menganalisis kebutuhan sekolah dengan memperhatikan skala prioritas yang dibutuhkan sekolah dan menganalisis RAPBS tahun lalu. Jika Kepala sekolah tidak membuat RAPBS maka akan di pertimbangkan dari RAPBS tahun lalu.

    b.      Kepala Sekolah melalui musyawarah kerja sekolah menyusun RAPBS yang dikaji secara mendalam.

    c.       RAPBS diajukan Kepala Sekolah kepada Ketua Komite Sekolah, dan selanjutnya Ketua Komite dan Pengurus lainnya melakukan verifikasi dan penilaian terhadap RAPBS yang diajukan.

    d.      Setelah diverifikasi dan penilaian oleh Ketua Komite danPengurus, selanjutnya RAPBS dibawa ke Rapat pengurus Komite.

    e.       Setelah disahkan dan ditetapkan RAPBS, RAPBS ini dipaparkan ke depan orang tua murid. Jika ada yang perlu direvisi dilakukan perbaikan dan penyesuaian seperlunya, untuk selanjutnya program kerja dan RAPBS dianggap sah dan dapat dijalankan.

    11.  Proses penanggung jawaban keuangan sekolah.

    Proses penanggung jawaban keuangan di sekolah ini, yaitu pengeluaran uang dilaporkan setiap 3 bulan sekali atau per triwulan kemudian dikelola sesuai dengan pos-pos yang sudah ditentukan oleh Dinas Pendidikan. Bentuk pelaporan tersebut transparan dan akurat dapat dibuktikan dengan berbagai kuitansi yang mendukung setiap transaksi yang dilakukan.

    BAB IV

    PENUTUP

    A.        Kesimpulan

    Di SMP yang telah saya pilih untuk tempat observasi yaitu SMP N 1 KARANGGAYAM, sudah memilki sumber dana dari pemerintah pusat maupun daerah. Pos-pos pengeluaran sudah terarahkan sesuai dengan kebutuhan yang dibutuhkan oleh sekolah. Pengelolaannya juga sudah sesuai dengan rencana karena realisasinya tidak melebihi target yang telah ditetapkan oleh kepala sekolah sebagai penanggung jawab, lalu bendahara sekolah, komite sekolah dan beberapa wali murid atau masyarakat sekitar sekolah yang tergabung dalam komite sekolah. Segala pengeluaran selalu di catat dan di rincikan dengan baik oleh bendahara sekolah dan selalu memberikan laporan pada dinas terkait setiap pertriwulan atau pertiga bulan. Semua bentuk penanggung jawaban atas keluar masuknya di SMP N 1 KARANGGAYAM dibuat oleh bendahara sekolah dan diketahui oleh kepala sekolah sebagai penanggung jawab bentuk pelaporan tersebut transparan dan akurat dapat dibuktikan dengan berbagai kuitansi yang mendukung setiap transaksi yang dilakukan. Dengan adanya bantuan pendidikan dari pemerintah  saat ini sudah mampu meringankan beban peserta didik dalam pencapaian wajib belajar, maka dengan bantuan tersebut juga dapat membuat kegiatan di sekolah dapat lancar, efektif dan efesien membuat peserta didik dapat mencapai cita-cita yang diinginkan.

    B.         Saran

    Saran saya untuk SMP N 1KARANGGAYAM dalam hal manajemen keuangan tetap mengikuti prosedur yang diberikan dinas, pelaporan keuangan yang transparan dan tetap melakukan pencatatan yang sesuai dengan pengeluaran dan pemasukan sekolah.

  • Makalah Pengertian dan Fungsi Kebijakan

    Pengertian dan Fungsi Kebijakan

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Kebijakan adalah kata yang mungkin sering kita dengar, kita ucapkan atau bahkan kita lakukan. Namun dalam konteksnya seringkali  kita belum memahami sepenuhnya apa sesungguhnya makna atau arti dari kata kebijakan tersebut, maka dari itu kita harus lihat apa sesungguhnya makna dari kebijakan. Ada bermacam-macam pendapat yang mengemukakan tentang konsep kebijakan, oleh karena itu kita memerlukan kesepakatan terlebih dahulu apa yang di maksud dengan kebijakan itu sendiri.

    Dalam pemahaman yang lebih definitive bahwa kebijakan (policy) menurut hough (1994) merupakan istilah yang sulit di pahami dan menuntut penjelasan yang lebih jauh karena istilah itu sering di gunakan dalam cara yang berbeda, dan untuk menunjukan fenomena yang beragam. Proses kebijakan di dasarkan pada asumsi bahwa kebijakan publik lebih terkait dengan  transformasi konflik kelompok dan nilai-nilai yang mendasarinya. Kebijakan tidak lahir begitu saja melainkan di lahirkan dalam konteks seperangkat nilai yang khusus, tekanan, dan dalam susunan struktur yang khusus, termasuk di dalamya kebutuhan dan aspirasi masyarakat sebagai sasaran kebijakan.

    Landasan utama yang mendasari suatu kebijakan adalah pertimbangan akal pikiran manusia. Tentunya suatu kebijakan bukan semata-mata merupakan hasil pertimbangan akal manusia, namun demikian ,akal manusia merupakan unsur yang dominan di dalam mengambil keputusan dari berbagai opsi dalam pengambilan keputusan kebijakan. Dalam pambahasan makalah kali ini kita akan mengkaji lebih lanjut mengenai makna serta fungsi dari kebijakan itu sendiri.

    B. Rumusan Masalah

    Dari latar belakang masalah di atas maka terdapat beberapa permasalahan yang timbul yaitu sebagai berikut :

    1. Apa pengertian kebijakan ?
    2. Apa fungsi kebijakan ?

    C. Tujuan Pembuatan Makalah

    Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas mata kuliah Kebijakan dan Regulasi Pendidikan, selain itu juga memberikan suatu informasi yang berhubungan dengan kebijakan yaitu :

    1.      Untuk mengetahui pengertian kebijakan.

    2.      Untuk mengetahui fungsi kebijakan.

    BAB II

    PEMBAHASAN

    A.    PENGERTIAN KEBIJAKAN

    a.      Arti dan Makna Kebijakan

    Kebijakan adalah terjemahan dari kata “wisdom” yaitu suatu ketentuan dari pimpinan yang  berbeda dengan aturan yang ada, yang di kenakan pada seeorang atau kelompok orang tersebut tidak dapat dan tidak mungkin memenuhi aturan yang umum tadi, dengan kata lain ia dapat perkecualian (Imron, 1996:17). Artinya wisdom atau kebijakan adalah suatu kearifan pimpinan kepada bawahan atau masyarakatnya. Pimpinan yang arif sebagai pihak yang menentukan kebijakan, dapat saja pengecualian aturan yang baku  kepada seseorang atau sekelompok orang, jika mereka tidak dapat dan tidak mungkin memenuhi aturan yang umum tadi, dengan kata lain dapat dikecualian tetapi tidak melanggar aturan.

    Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988) mengemukakan bahwa kebijakan adalah kepandaian , kemahiran, kebijaksanaan, rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis dasar dan dasar rencana dalam pelaksanaan pekerjaan, kepemimpinan dan cara bertindak oleh pemerintah, organisasi dan sebagainya sebagai pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip atau maksud sebagai garis pedoman untuk manajemen dalam mencapai sasaran.[2]

    Berikut Pengertian kebijakan menurut bebepara ahli

    Istilah kebijakan yang dimaksud dalam buku ini disepadankan dengan kata policy yang dibedakan dengan kebijaksanaan (wisdom) maupun kebajikan (virtues). Budi Winarno dan Sholichin Abdul Wahab sepakat bahwa istilah ‘kebijakan’ ini penggunaannya sering dipertukarkan dengan istilah-istilah lain seperti tujuan (goals), program, keputusan, undang-undang, ketentuan-ketentuan, standar, proposal dan grand design. Bagi para policy makers (pembuat kebijakan) dan orang-orang yang menggeluti kebijakan, penggunaan istilah-istilah tersebut tidak menimbulkan masalah, tetapi bagi orang di luar struktur pengambilan kebijakan tersebut mungkin akan membingungkan. Seorang penulis mengatakan, bahwa kebijakan adalah prinsip atau cara bertindak yang dipilih untuk mengarahkan pengambilan keputusan.

    Menurut Ealau dan Kenneth Prewitt yang dikutip Charles O. Jones, kebijakan adalah sebuah ketetapan yang berlaku yang dicirikan oleh perilaku yang konsisten dan berulang, baik oleh yang membuatnya maupun oleh mereka yang mentaatinya (a standing decision characterized by behavioral consistency and repetitiveness on the part of both those who make it and those who abide it).

    Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memberikan definisi kebijakan sebagai pedoman untuk bertindak. Pedoman ini bisa amat sederhana atau kompleks, bersifat umum atau khusus, luas atau sempit, kabur atau jelas, longgar atau terperinci, bersifat kualitatif atau kuantitatif, publik atau privat. Kebijakan dalam maknanya yang seperti ini mungkin berupa suatu deklarasi mengenai suatu program, mengenai aktivitas-aktivitas tertentu atau suatu rencana.

    Richard Rose (1969) sebagai seorang pakar ilmu politik menyarankan bahwa kebijakan hendaknya dimengerti sebagai serangkaian kegiatan yang sedikit banyak berhubungan beserta konsekuensi-konsekuensinya bagi mereka yang bersangkutan daripada sebagai suatu keputusan tersendiri. Kebijakan menurutnya dipahami sebagai arah atau pola kegiatan dan bukan sekadar suatu keputusan untuk melakukan sesuatu.[3]

    Koontz dan O’Donnell (1987) mengemukakan bahwa kebijakan adalah pernyataan atau pemahaman umum yang mempedomani pemikiran dalam mengambil keputusan.

    Sedangkan Anderson (1979) mengemukakan bahwa kebijakan merupakan bagian dari perencanaan yang mempersiapkan seperangkat keputusan baik yang berhubungan dengan dana, tenaga, maupun waktu untuk mencapai tujuan.[4]

    Campbell mengemukakan kebijakan adalah batasan keputusan memandu masa depan (mann, 1975). Implikasi kebijakan menurut Mann (1975) mempersyarat dua hal. Pertama, sekelompok persoalan dengan dengan karakteristik tertentu. Kedua, implikasi dari karakteristik pembuatan kebijakan sebagai suatu proses. Jika di lihat dari sudut pembangunan pendidikan maka implikasi kebijakan pendidikan nasional adalah upaya peningkatan taraf dan mutu kehidupan bangsa dalam mengembangkan kebudayaan nasional, karenanya dalam pengambilan kebijakan selalu di temukan problem. Adapun karakteristik problem tersebut pada dasarnya adalah bersifat publik, sangat konsekuensial, sangat kompleks, di dominasi ketidakpastian, dan mencermiinkan ketidaksepakatan tentang tujuan yang dicapainya.

    Rich (1974) mengemukakan bahwa kebijakan tidak hanya mengatur sistem operasi secara internal, tetapi juga menyajikan pengaturan yang berhubungan dengan fungsi secara definitif di antara sistem.

    Menurut poerwadarminta (1984) kebijakan berasal dari kata bijak, yang artinya pandai, mahir, selalu menggunakan akal budi. Dengan demikian, kebijakan adalah kepandaian atau kemahiran.

    Dalam bahasa Arab, dikenal dengan kata arif yang artinya tahu/mengetahui; cerdik/pandai/berilmu. Dengan demikian, seorang yang bijak adalah yang arif, pandai, dan berilmu dalam bidangnya.

    Kebijakan adalah rangkaian konsep asas yang menjadi garis dasar dan dasar rencana dalam pelaksanaan pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak oleh pemerintah, organisasi, dan sebagainya sebagai pernyataan cita-cita tujuan, prinsip atau maksud sebagai garis pedoman untuk manajemen dalam pencapaian sasaran.[5]

    Dengan demikian dari berbagai pendapat tersebut dapat di simpulkan bahwa kebijakan (wisdom) adalah kepandaian, kemahiran kebijaksanaan, kearifan, rangkaian konsep, dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan di dasarkan atas suatu ketentuan dari pemimpin yang berbeda dari aturan yang ada, yang di kenakan pada  seseorang karena adanya alasan yang dapat di terima seperti untuk tidak memberlakukan aturan yang berlaku karena sesuatu alasan yang kuat.[6]

    Menurut Thomas Dye kebijakan sebagai pilihan pemerintah untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu. Sementara Lasswel dan Kaplan melihat kebijakan sebagai sarana untuk mencapai tujuan, menyebutkan kebijakan sebagai program yang diproyeksikan berkenaan dengan tujuan, nilai dan praktek.

     Dari pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa kebijakan mengandung arti :

    1.      Hasil produk keputusan yang di ambil bersama.

    2.      Adanya formulasi.

    3.      Pelaksanaanya adalah orang-orang dalam organisasi.

    4.      Adanya prilaku yang konsisten bagi para pengambil keputusan.

    Kebijakan penggunaannya sering di sama artikan dengan istilah-istilah lain seperti tujuan (goals), program, keputusan, undang-undang, ketentuan-ketentuan, usulan-usulan atau rancangan besar. Sedangkan menurut perserikatan bangsa-bangsa kebijakan adalah pedoman untuk bertindak, meliputi pedoman untuk bertindak, meliputi pedoman yang bersifat  sederhana sampai dengan yang kompleks, bersifat umum atau khusus, berdasarkan luas maupun sempit, transparan  maupun kabur (tidak jelas), terperinci maupun global. Dengan demikian pengertian kebijakan dapat di artikan sebagai serangkaian tindakan yang memiliki tujuan tertentu dengan di ikuti dan di laksanakan oleh seorang atau sekelompok pelaku guna memecahkan masalah tertentu dengan memproyeksikan program-program.[7]

    b.      Model-Model Kebijakan Pendidikan

    Beberapa masalah kebijakan tidak dapat di pahami hanya dengan menggunakan metodologi kuantitatif, karena sifatnya khusus dan unik seperti kegiatan pembelajaran, peningakatan kualitas mengajar guru, penataan ruang kelas, supervisi pengajaran, perencanaan pengajaran dan kegiatan lainnya di sekolah. Metodologi  kualitatif di bidang pendidikan dapat di lakukan dengan mempelajari  permasalahan kebijakan  secara khusus dan secara rinci dan secara kasus per kasus di telusuri dengan pendekatan kualitatif seperti manajemen sekolah, manajemen kelas, peningkatan kualitas pengajaran, penggunaan fasillitas dan perlengkapan pembelajaran dan sebagainya. Pendekatan analisis kebijakan pada dasarnya menurut Suryadi dan Tilaar (1993:46)[8] meliputi dua bagian besar yaitu pendekatan deskriptif dan pendekatan normatif dan kenyataan kedua metodologi tersebut di laksanakan dalam kegiatan analisis kebijakan. Istilah tipe-tipe model kebijakan menurut  Dunn (1981:116) terdiri dari enam model di antaranya model deskriptif dan normatif. Walaupun istilahnya berbeda-beda dalam ilmu pengetahuan pendekatannya selalu berkisar diantara kedua jenis tersebut. Untuk menganalisisinya menurut Dunn (1981:111) dapat di gunakan berbagai model kebijakan yaitu medel deskriptif, model normatif, model verbal, model simbolis, model prosedural, model sebagai pengganti dan perspektif.[9]

    1.    Model deskriptif

    Model deskriptif menurut Suryadi dan Tilaar (1993:46) adalah suatu prosedur atau cara yang di pergunakan untuk penelitian dalam ilmu pengetahuan baik murni maupun terapan untuk menerangkan suatu gejala yang terjadi dalam masyarakat. Sedangkan menurut Cohn (1981) model deskriptif merupakan pendekatan positif yang di wujudkan dalam bentuk  upaya ilmu pengetahuan  menyajikan suatu “state of the art”atau keadaan apa adanya dari suatu gejala yang sedang di teliti dan perlu di ketahui para pemakai. Tujuan model deskriptif oleh Dunn memprediksikan atau menjelaskan sebab-sebab dan konsekwensi dari pilihan-pilihan kebijakan. Model ini di gunakan untuk memantau hasil-hasil dan aksi-aksi kebijakan seperti indikator angka partisipasi murni dan angka drop out yang di publikasikan.[10]

    Sedangakan pada tingkat satuan pendidikan setiap kepala sekolah bersama guru dan komitme sekolah mempersiapkan strategi perolehan mutu yang rasional berdasarkan dukungan sumber daya yang ada di sekolah dengan menyajikan  keadaan apa adanya. Dengan model deskriptif adalah pendekatan positif yang di wujudkan dalam bentuk upaya ilmu pengetahuan manyajikan suatu “state of the art” atau keadaan apa  adanya dari suatu gejala yang sedang di teliti dan perlu di ketahui oleh para pemakai. Untuk mendeskripsikan suatu kebijakan menggunakan prosedur atau cara untuk penelitian baik murni maupun terapan untuk menerangkan suatu gejala yang terjadi dalam masyarakat.[11]

    2.         Model Normatif

    Di antara beberapa  model jenis normatif yang sering di gunakan analisis kebijakan adalah model normatif yang membantu menentukan tingkat kapasitas pelayanan yang optimum (model antri), pengaturan volume dan waktu yang optimun (model inventaris), dan keuntungan yang optimum pada investasi publik (model biaya manfaat). Karena masalah-masalah keputusan normatif adalah mencari nilai-nilai variable terkontrol (kebijakan) akan menghasilkan manfaat terbesar (nilai), sebagaaimana terukur dalam variabel keluaran yang hendak di ubah oleh para pembuat kebijakan. Pendekatan normatif menurut Suryadi dan Tilaar (1993:47)[12] di sebut juga pendekatan prespektif yang merupakan upaya ilmu pengetahuan menawarkan suatu norma, kaidah, atau  resep yang dapat di gunakan oleh pemakai untuk memecahkan suatu masalah. Tujuan model normatif buakan hanya menjelaskan atau memprediksi tetapi juga memberi dalil dan rekomendasi untuk mengoptimalkan pencapaian beberapa utilitas (nilai). Juga membantu memudahkan para pemakai hasil penelitian, menentukan atau memilih salah satu cara atau prosedur yang paling efisien dalam memecahkan suatu masalah.

    Model normatif ini tidak hanya memungkinkan analisis atau pengambil kebijakan memperkirakan masa lalu, masa kini dan masa mendatang. Pendekatan normatif dalam analisis kebijakan di maksudkan untuk membantu para pengambil keputusan (Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota, dan Kepala Sekolah) memberikan gagasan hasil pemikiran agar para pengambil keputusan dapat memecahkan suatu masalah kebijakan. Pendekatan normatif di tekankan pada rekomendasi serangkaian tindakan yang akan datang (aksi) yang dapat menyelesaikan masalah-masalh pendidikan yang di butuhkan oleh masyarakat pada semua jenjamg dan jenis pendidikan.

    c.       Model verbal

    Model verbal dalam kebijakan di dekspressikan dalam bahasa sehari-hari, bukan hanya bahasa logika, simbolis dan matematika sebagai masalah substantif. Dalam menggunakan model verbal, analisis berstandar pada penilaian nalar untuk membuat prediksi atau penawaran rekomendasi. Penilaian nalar menghasilkan argumen kebijakan, bukan berbentuk nilai-nilai angka pasti. Model verbal secara relatif mudah di komunikasikan di antara para ahli dan orang awam, dan biayanya yang murah[13]. Keterbatasan model verbal adalah masalah-masalah yang di pakai untuk memberikan prediksi dan rekomendasi bersifat implisit atau tersembunyi,sehingga sulit untuk memahami dan memeriksa secara kritis argumen-argumen tersebut sebagai keseluruhan, karena tidak di dukung informasi atau fakta yang mendasarinya.

    d.      Model Simbolis

    Model simbolis menggunakan simbol-simbol matematis untuk menerangkan hubungan antara variabel-variabel kunci yang di percaya menciri suatu  masalah. Prediksi atau solusi yang optimal dari suatu masalah kebijakan di peroleh dari model-model simbolis dengan meminjam dan menggunakan metode-metode matematika, statistika dan logika. Memang model ini sulit di komunikasikan di antara orang awam, termasuk oleh para pembuat kebijakan, dan bahkan diantara para ahli pembuat model sering terjadi kesalah pahaman tentang elemen-elemen dasar dari model tersebut. Kelemahan praktis model simbolis adalah hasilnya tidak mudah diinterprestasikan, bahkan diantara para spesialis, karena asumsu-asumsinya tidak di nyatakan secara memadai.

    Model-model simbolis dapat memperbaiki keputusan kebijakan, tetapi hanya jika premis-premis sebagai pijakan penysun model di buat eksplisit dan jelas. Terlalu sering isi yang pokok menjadi model yang berdasarkan teori dan bukti tidak lebih dari rekonsepsi dan prasangka ilmuwan yang terselubung dalam kekuatan ilmiah dan di hiasi dengan simulasi komputer yang ekstensif.tanpa verivikasi empiris hanya ada sedikit jaminan bahwa hasil praktek semacam itu dapat diandalkan untuk tujuan kebijakan normatif.[14] Karena itu untuk penentuan kebijakan atas dasar angka-angka kuantitatif tidak cukup memadai untuk melakukan prediksi, masih perlu data kualitatif atau fakta-fakta yang real sebagai pertimbangan prediksi dan juga penentuan kebijakan.

    e.       Model Prosedural

    Model prosedural menampilkan hubungan yang dinamis antara variabel-variabel yang diyakini menjadi ciri suatu masalah kebijakan. Prediksi-prediksi dan solusi-solusi optimal di peroleh dengan cara mensimulasikan dan meneliti seperangkat hubungan yang mungkin, sebagai contoh: pertumbuhan ekonomi, konsumsi energi, angkatan kerja terdidik, penuntasan wajib belajar 9tahun, alokasi anggaran pemerintah untuk pembelajaran, dan suplay makanan dalam tahun-tahun mendatang yang tidak dapat diterangkan sercara baik, karena data-data dan informasiyang di perlukan tidak tersedia. Prosedur simulasi dan penelitian pada umumnya (meskipun tidak harus) diperoleh dengan bantuan komputer, yang diprogram untuk menghasilkan prdiksi-prediksi alternatif di bawah serangkaian konsumsi yang berbeda-beda.[15]

    Model prosedural dicatat dengan memanfaatkan model ekspresi yanng simbolis dalam penentuan kebijakan. Perbedaanya, simbolis menggunakan data aktual untuk memperkirakan hubungan antara variabel-variabel kebijakan dan hasil, sedangkan model prosediran adalam mensimulasikan hubungan antara variabel tersebut. Model prosedural dapat ditulis dalam bahasa nonteknis yang terpahami, sehingga memperlancar komunikasi antara orang-orang awam. Kelebihannya memungkinkan simulasi dan penelitian yang kreatif, kelemahannya sering mengalami kesulitan mencari data atau argumen yang dapat memperkuat asumsi-asumsinya, dan biaya model prosedural ini relatif tinggi di banding model verbal dan simbolis.

    Pada pemerintah desentralisasi sesuai UU No. 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah penggunaan model prosedural ini dalam pengambilan kebijakan ada tiga tatanan yakni untuk memenuhi standar nasional dilakukan oleh Depertemen Pendidikan Nasional, untuk membantu kebutuhan satuan pendidikan pada tingkat regional oleh pemerintah provinsi, dan untuk memenuhi anggaran, sarana dan prasarana, fasilitas dan perlengkapan, dan ketenagaan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota. Ketiga tataran ini mempunyai hubungan dengan jumlah variabel kebijakan pendidikan, sedangkan muara dari kebijakan pendidikan adalah satuan pendidikan. Untuk hal-hal tersebut diatas menunjukan bahwa satuan pendidikan bukanlah intitusi penentu kebijakan, tetapi sebagai sarana kebijakan.[16]

    f.       Model Sebagai Pengganti dan Perspektif

    Pendekatan perspektif menurut Suryadi dan Tilaar (1993:47)[17] merupakan upaya ilmu pengetahuanmenawarkan suatu norma, kaidah atau resep yang dapat digunakan oleh pemakai memecahkan suatu masalah khususnya masalah kebijakan. Preskipsi atau rekomendasi diidentikan dengan advokasi kebijakan, yang acapkali dipandang sebagai cara pembuat keputusan idiologis atau untuk menghasilkan informasi kebijakan yang relevan dan argumen-argumen yang masuk akal mengenai solusi-solusi yang memungkinkan bagi masalah publik. Jadi pengambilan kebijakan bukan atas kemauan atau kehendak para penentu kebijakan, tetapi memiliki alasan-alasan yang kuat dan kebijakan tersebut memang menjadi kebutuhan publik. Bentuk ekspresi dari model kebijakan lepas dari tujuan, menurut Dunn (1981:115) dapat di pandang sebagai pengganti (surrogates) atau sebagai perspektif (perspektives).

    Model pengganti (surrogates model) di asumsikan sebagai pengganti dari masalah-masalah substantif. Model pengganti mulai disadari atau tidak dari asumsi bahwa masalah formal adalah representasi yang sah dari masalah yang subtantif. Model perspektif didasarkan pada asumsi bahwa masalah formal tidak sepenuhnya mewakili secara sah masalah subtantif, sebaliknya model perspektif dipandang sebagai satu dari banyak cara lainyang dapat digunakan untuk merumuskan masalah subtantif. Pebedaan antara model pengganti dan perspektif adalah pentinga dalam analisis kebijakan publik. Kebanyakan masalah penting cenderung sulit di rumuskan. (ill structured).

    Karena kebanyakan struktur masalah kebijakan masalah publik adalah kompleks sehingga penggunaan model pengganti secara signifikan meningkatkan probabilitas kesalahan yaitu memecahkan formulasi yang salah dari suatu maslah ketika harus memecahkan masalah yang tepat.[18] Model formal tidak dapat dengan sendirinya  memberitahu  apakah memecahkan formulasi masalah kebijakan organisasi yang salah ketika harus memecahkan masalah yang tepat. Untuk memutuskan kibijakan pendidikan baik itu pada tatana nasional, regional, dan satuan pendidikan tentu mengacu pada suatu norma, kaidah atau resep yang dapat digunakan oleh pemakai memcahkan suatu masalah pendidikan. Hal ini penting, karena pemecahan masalah pendidikan ini harus di lakukan dengan tepat, jika tentu akan mendpatkan kerugian baik waktu, material dan juga pemyimpangan dari tujuan yang telah di tentukan.[19]

    B.     FUNGSI KEBIJAKAN

    Kebijakan merupakan pedoman untuk menentukan atau melaksanakan program dan kegiatan, adapun  fungsi dari kebijakan itu sendiri yaitu :

    1.      Memberikan petunjuk, rambu dan signal penting dalam menyusun program kegiatan.

    2.      Memberikan informasi mengenai bagaimana  srategi akan di laksanakan.

    3.      Memberikan arahan kepada pelaksana.

    4.      Untuk kelancaran dan keterpaduan upaya mencapai visi misi sasaran dan tujuan.

    5.       Menyelenggarakan pengelolaan urusan tata usaha.[20]

    BAB III

    PENUTUP

    A.    KESIMPULAN

    Setelah kita membaca tentang pengertian dari kebijakan tersebut maka dapat di simpulkan bahwa pada dasarnya kebijakan (wisdom) adalah kepandaian, kemahiran kebijaksanaan, kearifan, rangkaian konsep, dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan di dasarkan atas suatu ketentuan dari pemimpin yang berbeda dari aturan yang ada, yang di kenakan pada  seseorang karena adanya alasan yang dapat di terima seperti untuk tidak memberlakukan aturan yang berlaku karena sesuatu alasan yang kuat.

    Kebijakan penggunaannya sering di sama artikan dengan istilah-istilah lain seperti tujuan (goals), program, keputusan, undang-undang, ketentuan-ketentuan, usulan-usulan atau rancangan besar. kemudian istilah tipe-tipe model kebijakan menurut  Dunn (1981:116) terdiri dari enam model di antaranya model deskriptif dan normatif. Walaupun istilahnya berbeda-beda dalam ilmu pengetahuan pendekatannya selalu berkisar diantara kedua jenis tersebut. Untuk menganalisisinya menurut Dunn (1981:111) dapat di gunakan berbagai model kebijakan yaitu medel deskriptif, model normatif, model verbal, model simbolis, model prosedural, model sebagai pengganti dan perspektif.

    Adapun dari fungsi kebijakan yaitu :

    1.      Memberikan petunjuk, rambu dan signal penting dalam menyusun program kegiatan.

    2.      Memberikan informasi mengenai bagaimana  srategi akan di laksanakan.

    3.      Memberikan arahan kepada pelaksana.

    4.      Untuk kelancaran dan keterpaduan upaya mencapai visi misi sasaran dan tujuan.

    5.      Menyelenggarakan pengelolaan urusan tata usaha.

    B.     SARAN

    Demikian makalah yang dapat penulis sampaikan, tentunya dalam penyusunan makalah ini masih banyak kata-kata atau penyampaian yang kurang jelas ataupun dalam penyajiannya yang kurang lengkap, pastinya makalah ini jauh dari kata sempurna, maka kritik dan saran sangatlah penulis harapkan untuk menjadikan pelajaran pada masa mendatang.

    DAFTAR PUSTAKA

    Dr. H. Ahmad Rusdiana,M.M. 2015. Kebijakan Pendidikan “ dari Filosofi ke Implementasi, BANDUNG : Pustaka Setia
    Ir. Agustinus Hermino, S.P., M.Pd. 2014. Kepemimpinan Pendidikan di Era Globallisasi, Yogyakarta : PUSTAKA PELAJAR

    Sagala,Syaiful.2009.Administrasi Pendidikan Kontemporer. Cetakan ke 5. Bandung: Alfabeta

    https://iwansmile.wordpress.com/konsep-kebijakan di akses pada kamis 24 September 2015 pukul 09.48 WIB

    https://oktaseiji.wordpress.com/2011/04/24/kebijakan-pendidikan-di-indonesia/? di akses pada 24 september 2015 pukul 10.03 WIB

  • Makalah Perencanaan Sarpras Pendidikan

    Perencanaan Sarpras Pendidikan

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Sejalan dengan perputaran modernisasi pendidikan saat ini, banyak sekali hal yang berkaitan dengan dunia pendidikan, dunia pendidikan yang semakin berkembang dengan berbagai metode serta strategi yang di kembangkan dalam dunia pendidikan, hal yang mendukung untuk pengembangan dalam suatu lembaga pendidikan tak lepas dari yang namanya sarana dan prasarana.

    Sebagai lembaga pendidikan, sekolah memerlukan dukungan sarana dan prasarana pendidikan. Sarana dan prasarana pendidikan merupakan material pendidikan yang sangat penting. Banyak sekolah yang memiliki sarana dan prasarana yang lengkap sehingga menunjang proses pendidikan di sekolah. Namun sayangnya, kondisi tersebut tidak berlangsung lama. Tingkat kualitas maupun kuantitas sarana dan prasarana ini tidak dapat dipertahankan secara terus menerus. Oleh karena itu di butuhkan upaya pengelolaan sarana dan prasarana secara baik agar kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana dapat di pertahankan dalam waktu yang relatif lama. Maka dari itu pentingnya perencanaan sarana dan prasarana pendidikan.

    Bab II. Pembahasan

    A. Perencanaan Saran dan Prasarana Pendidikan

    Sarana pendidikan merupakan sarana penunjang bagi proses belajar mengajar.(Suharsimi Arikunto: 2008) Menurut rumusan Tim penyusun Pedoman Pembakuan Media Pendidikan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang di maksud dengan : “Sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar mengajar baik yang bergerak maupun tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan efisien.

    Menurut Suharsimi Arikunto secara lebih luas, fasilitas dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat memudahkan dan melancarkan pelaksanaan suatu usaha yang dapat memudahkan dan melancarkan usaha ini dapat berupa benda maupun uang. Jadi dalam hal ini fasilitas dapat di samakan dengan sarana.

    Depdiknas telah membedakan antara sarana dan prasarana pendidikan. Sarana pendidikan adalah semua perangkat peralatan, bahan, dan perabot yang secara langsung di gunakan dalam proses pendidikan di sekolah. Berkaitan dengan ini prasarana pendidikan adalah semua perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang pelaksanaan proses pendidikan di sekolah. Penekanan pada pengertian tersebut ialah pada sifatnya, sarana bersifat langsung, dan prasarana tidak bersifat langsung dalam menunjang proses pendidikan.

    B. Tujuan Perencanaan Saran dan Prasarana

    Adalah demi menghindari terjadinya kesalahan dan kegagalan yang tidak diinginkan dan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam pelaksanaannya. Perencanaan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan dilakukan berdasarkan analisis kebutuhan dan penentuan skala prioritas kegiatan untuk dilaksanakan yang disesuaikan dengan tersedianya dana dan tingkat kepentingan.

    C. Manfaat Perencanaan Saran dan Prasana dan Prasana Pendidikan

    Manfaat perencanaan yaitu dapat membantu dalam menentukan tujuan, meletakkan dasar-dasar dan menetapkan langkah-langkah, menghilangkan ketidakpastian, dapat dijadikan sebagai suatu pedoman atau dasar untuk melakukan pengawasan, pengendalian dan bahkan juga penilaian agar nantinya kegiatan berjalan dengan efektif dan efisien.

    D. Klasifikasi Saran dan Prasaran Pendidikan

    Fasilitas atau sarana dapat di bedakan menjadi 2 jenis yaitu :

    1. Fasilitas fisik, yakni segala sesuatu yang berupa benda atau fisik yang dapat di bendakan, yang mempunyai peranan untuk memudahkan dan melancarkan suatu usaha. Fasilitas fisik juga disebut fasilitas materiil. Contoh: kendaraan, alat tulis kantor (ATK), peralatan komunikasi elektronik,dsb. Dalam kegiatan pendidikan yang tergolong dalam fasilitas materiil antara lain: perabot ruang kelas, perabot kantor TU, perabot laboratorium, perpustakaan dan ruang praktek.
    2. Fasilitas Uang, yakni segala sesuatu yang bersifat mempermudah suatu kegiatan sebagai akibat bekerjanya nilai uang.

    Sarana pendidikan dapat di klasifikasikan menjadi tiga macam yaitu berdasarkan habis tidaknya, berdasarkan  gerak tidakya, dan berdasarkan hubungan dengan proses pembelajaran. Apabila di lihat dari habis tidaknya di pakai ada dua macam yaitu, sarana pendidikan yang habis di pakai dan sarana pendidikan yang tahan lama. Apabila di lihat dari gerak tidaknya pada saat pembelajaran juga ada dua macam yaitu bergerak dan tidak bergerak. Sementara jika di lihat dari hubungan sarana tersebut terhadap proses pembelajaran terdapat tiga macam, yaitu alat pelajaran, alat peraga, dan media pembelajaran.

    Gambar 1.1. Bagan Klasifikasi Sarana dan Prasarana Pendidikan

    Sarana pendidikan yang habis pakai merupakan bahan atau alat yang apabila digunakan dapat habis dalam waktu yang relatif singkat. Misalnya: kapurtulis, tinta printer, kertas tulis dan bahan-bahan kimia untuk praktik. Kemudian ada pula sarana pendidikan yang berubah bentuk misalnya, kayu, besi, dan kertas karton yang sering digunakan oleh guru dalam mengajar. Selain itu juga, sarana pendidikan tahan lama adalah bahan atau alat yang dapat di gunakan secara terus meneru satau berkali-kali dalam waktu yang relatif lama. Contohnya meja dan kursi, komputer, atlas, globe, dan alat-alat olahraga.

    Sarana pendidikan yang bergerak merupakan sarana pendidikan yang dapat di gerakan atau berpindah tempatkan sesuai dengan kebutuhan para pemakainya. Contoh meja dan kursi, almariarsip, dan alat-alat praktik. Kemudian, untuk sarana pendidikan yang tidak bergerak adalah sarana pendidikan yang tidak dapat di pindahkan atau sangat sulit di pindahkan, misalnya saluran dari perusahaan air minum (PDAM), saluran kabel listrik, dan LCD yang dipasang permanen.

    Dalam hubungannya dengan proses pembelajaran, sarana pendidikan di bedakan menjadi tiga, yaitu alat pelajaran, alat peraga, dan media pengajaran

    Alat pelajaran adalah alat yang dapat digunakan secara langsung dalam proses pembelajaran, misalnya, buku, alat peraga, alat tulis dan alat praktik.

     Alat  peraga mempunyai arti yang lebih luas. Alat peraga adalah semua alat pembantu pendidikan dan pengajaran  yang dapat berupa perbuatan-perbuatan atau benda-benda yang mengkongkretkan materi pembelajaran. Untuk dapat mempermudah pemberian pengertian kepada siswa. Dengan pengertian ini maka alat pelajaran dapat termasuk dalam lingkup alat peraga, tetapi belum tentu semua alat pelajaran ini merupakan alat peraga.

    Media pendidikan adalah sarana yang di gunakan sebagai perantara dalam proses belajar mengajar untuk mempertinggi efektifitas dan efisiensi pendidikan. Tetapi juga sebagai pengganti peranan guru.

    Menurut klasifikasi indra yang di gunakan ada 3 jenis media yaitu:

    • Media audio, media untuk pendengaran ( media pendengar)
    • Media visual, media untuk penglihatan (media tampak )
    • Media audio visual, media untuk pendengaran dan penglihatan.

    Selanjutnya dilihat dari komponennya, media terdiri dari dua bagian pokok yaitu hardware dan software

    • Hardware atau perangkat keras adalah alat penampil software. Contohnya : pesawat radio, tape recorder,proyektor slide, proyektor film dsb.
    • Software atau perangkat lunak adalah bahan atau program yang ditampilkan dengan hardware. Misalnya : kaset, piringan hitam, slide, skrip rekaman dsb.

    Kalau hardware adalah alat penampil, maka software adalah bahan yang ditampilkan yang di anggap oleh para siswa yang belajar. Siswa dapat mendengar suara dari pita suara bukan dari tape recordernya.

    Prasarana pendidikan di sekolah diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu prasarana langsung dan tidak langsung.

    Gambar1.2. Bagan Prasarana Pendidikan di sekolah.

    Prasarana langsung adalah prasarana yang secara langsung digunakan dalam proses pembelajaran, misalnya ruang kelas, ruang laboratorium, ruang praktik dan ruang komputer. Prasarana tidak langsung adalah prasarana yang tidak digunakan secara langsung dalam proses  pembelajaran tetapi sangat menunjang proses pembelajaran, misalnya ruang kantor, kantin sekolah, tanah dan jalan menuju sekolah, kamar kecil, ruangUKS, ruang guru ruang kepsek, taman, dan tempat parkir kendaraan.[9]

    5.      PERENCANAAN SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN

    Perencanaan Sarana dan Prasarana Pendidikan Perencanaan berasal dari kata dasar rencana yang memiliki arti rancangan atau kerangka dari suatu yang akan dilakukan pada masa depan. Perencanaan sarana dan prasarana pendidikan merupakan proses perencanaan upaya pembelian, penyewaan, peminjaman, penukaran, daur ulang, rekondisi/rehabilitasi, distribusi atau pembuatan peralatan dan perlengkapan yang sesuai dengan kebutuhan sekolah. Proses ini hendaknya melibatkan unsur-unsur penting sekolah dan wakilnya, dewan guru, kepala tata usaha, dan bendahara serta komite sekolah. Hal ini perlu di lakukan untuk membuka masukan dari berbagai pihak dan meningkatkan tingkat kematangan dari sebuah rencana. Perencanaan yang matang dapat meminimalisir kemungkinan terjadi kesalahan dan meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengadaan sarana dan prasarana.

    Hasil suatu perencanaan akan menjadi pedoman dalam pelaksanaan dan pengendalian, bahkan perencanaan sarana dan prasarana harus di lakukan dengan baik dengan memperhatikan persyaratan dari perencanaan yang baik. Ada beberapa persyaratan yang harus di lakukan dalam kegiatan perencanaan sarana dan prasarana pendidikan[10] (Depdiknas, 2009: 8-9) yaitu :

    1. Perencanaan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan harus di pandang sebagai bagian integral dari usaha peningkatan kualitas belajar mengajar.
    2. Perencanaan harus jelas. Untuk hal tersebut, kejelasan suatu rencana dapat dilihat pada hal-hal berikut :
      1. Tujuan dan sasaran atau target yang harus di capai serta ada penyusunan perkiraan biaya/harga keperluan pengadaan.
      2. Jenis dan bentuk tindakan/kegiatan yang akan di laksanakan.
      3. Petugas pelaksana, misalnya guru, karyawan, dll.
      4. Bahan dan peralatan yang di butuhkan.
      5. Kapan dan di mana kegiatan di laksanakan.
      6. Harus di ingat bahwa suatu perencanaan yang baik adalah yang realistis, artinya rencana tersebut dapat dilaksanakan.
    3. Berdasarkan atas kesepakatan dan keputusan bersama dengan pihak-pihak yang terlibat dalam perencanaan.
    4. Mengikuti pedoman (standar) jenis, kuantitas, dan kualitas sesuai dengan skala prioritas.
    5. Perencanaan pengadaan sesuai dengan platform anggaran yang di sediakan.
    6. Mengikuti prosedur yang berlaku.
    7. Mengikutsertakan unsur orangtua murid.
    8. Fleksibel dan dapat menyesuaikan dengan keadaan, perubahan situasi, dan kondisi yang tidak di sangka-sangka.
    9. Dapat di dasarkan pada jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.

      Untuk mengadakan perencanaan kebutuhan alat pelajaran dilalui tahap-tahap tertentu:

      1. Menganalisis terhadap materi pelajaran mana yang membutuhkan alat atau media dalam penyampaiannya. Dari analisis materi ini dapat didaftar alat-alat/media apa yang di butuhkan. Ini di lakukan oleh guru bidang studi.
      2. Apabila kebutuhan yang diajukan oleh guru-guru ternyata melampaui kemampuan daya beli atau daya pembuatan, maka harus diadakan seleksi menurut skala prioritas terhadap alat-alat yang mendesak pengadaannya.
      3. Mengadakan inventaris terhadap alat atau media yang telah ada. Alat yang sudah ada ini perlu dilihat kembali, lalu mengadakan re-inventaris. Alat yang perlu dipernaiki atau diubah disendirikan untuk di serahkan kepada orang yang dapat memperbaikinya.
      4. Mengadakan seleksi terhadap alat pelajaran/ media yang masih bisa di manfaatkan, baik dengan reparasi atau modifikasi maupun tidak.
      5. Mencari dana (bila belum ada). Kegiatan dalam tahap ini adalah mengadakan tentang perencanaan bagaimana caranya memperoleh dana, baik dari dana rutin maupun non rutin.
      6. Menunjuk seseorang (bagian pembekalan) untuk melaksanakan pengadaan alat. Petunjuk ini sebaiknya mengingat beberapa hal: keahlian, kelincahan berkomunikasi, kejujuran, dan sebagainya dan tidak hanya satu orang.

      A.      Perencanaan Pengadaan Barang Bergerak

      Barang-barang yang bergerak dapat berupa berbagai macam perlengkapan dan perabot sekolah. Menurut Endang Herawan dan Sukarti Nasihin (2001: 118-119),[12] perlengkapan dan perabot yang di buat harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

      a.       Syarat perabot sekolah

      1.      Ukuran fisik pemakai/murid agar pemakainya fungsional dan efektif.

      2.      Bentuk dasar yang memenuhi syarat-syarat antara lain :

      -Sesuai dengan aktivitas murid dalam KBM,

      -kuat, mudah pemeliharaannya, dan mudah di bersihkan,

      -memiliki pola dasar yang sederhana,

      -mudah dan ringan untuk disimpan/disusun, dan

      -fleksibel sehingga mudah di gunakan dan dapat pula berdiri sendiri.

      3.      Konstruksi perabot hendaknya :

      -kuat dan tahan lama,

      -mudah di kerjakan secara masal,

      -tidak tergantung keamanan pemakainya, dan

      -bahan yang mudah didapat di pasaran dan disesuaikan dengan keadaan setempat.

      b.      Syarat perlengkapan sekolah

      a.     Keadaan bahan baku/material harus kuat, tetapi ringan, tidak membahayakan keselamatan peserta didik.

      b.      Konstruksi barus di atur agar sesuai dengan kondisi peserta didik.

      c.    Dipilih dan direncanakan dengan teliti dan baik serta benar-benar di sesuaikan dengan usia, minat, dan taraf perkembangan peserta didik.

      d.  Pengadaan pengaturan harus sedemikian rupa sehingga benar-benar berfungsi bagi penanaman, pemupukan, serta pembinaan hal-hal yang berguna bagi perkembangan anak.

      Dalam proses perencanaan barang bergerak hendaknya melewati tahap-tahap meliputi : 1.penyusunan daftar kebutuhan; 2.estimasi biaya; 3.penyusunan skala prioritas; 4.penyusunan rencana pengadaan.

      Gambar1.3. Langkah-Langkah perencanaan sarana dan prasarana pendidikan

       Langkah pertama ialah menyusun daftar kebutuhan sekolah, dibuat dengan cara mengidentifikasi dan menganalisis seluruh kebutuhan, baik untuk masa sekarang, maupun untuk masa yang akan datang. Tentunya dengan tetap memperhatikan rencana kegiatan sekolah, baik bulanan, tahunan, ataupun yang lima tahunan.

      Hal-hal yang terkait dengan identifikasi dan menganalisis kebutuhan sarana dan prasarana di sekolah ( Depdiknas, 2007: 10)[13], sebegai berikut :

      1.      Adanya kebutuhan sarana dan prasarana sesuai dengan perkembangan di sekolah.

      2.  Adanya sarana dan prasarana yang rusak, dihapuskan, hilang, atau sebab lain yang dapat di pertanggungjawabkan sehingga memerlukan penggantian.

      3.    Adanya kebutuhan sarana dan prasarana yang dirasakan pada jatah perorangan jika terjadi mutasi guru atau pegawai sehingga turut mempengaruhi kebutuhan sarana dan prasarana.

      4.      Adanya persediaan sarana dan prasarana untuk tahun anggaran mendatang.

      Langkah kedua ialah estimasi biaya, yaitu penaksiran biaya yang di butuhkan. Pada barang yang habis pakai, perlu di taksir atau di perkirakan biaya untuk satu bulan, triwulan, dan biaya untuk satu tahun.

      Langkah ketiga yaitu menetapkan skala prioritas yang ditetapkan berdasarkan dana yang tersedia dan urgensi kebutuhan. Jangan sampai sekolah menggunakan dana untuk pengadaan perlengkapan yang sebenarnya tidak terlalu di butuhkan. Langkah keempat ialah menyusun rencana pengadaan. Rencana pengadaan dibuat per triwulan dan kemudian per tahunan.

      B.      Perencanaan Pengadaan Barang Tidak Bergerak

      1. Tanah

      Tanah yang di pilih untuk mendirikan sekolah hendaknya memiliki kelebihan tertentu. Kelebihan yang di maksud ialah kelebihan yang dapat mendukung proses pendidikan. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemilihan tanah secara cermat. Tanah harus strategis, bebas bencana, subur, dan memiliki pemandangan yang indah. Menurut J. Mamusung dalam Endang Herawan & Sukarti Nasihin, (2001: 115)[14], syarat-syarat yang harus di perhatikan dalam pemilihan tanah untuk bangunan sekolah meliputi hal-hal berikut :

      Ø  Mudah di capai dengan berjalan kaki maupun kendaraan.

      Ø  Terletak di suatu lingkungan yang memiliki banyak hubungan dengan kepentingan pendidikan (sekolah)

      Ø  Cukup luas bentuk maupun topografinya akan memenuhi kebutuhan.

      Ø  Mudah kering jika di genangi air, bebas dari pembusukan, dan tidak merupakan tanah yang konstruksinya adalah hasil buatan/timbangan/urugan.

      Ø  Tanahnya yang subur sehingga mudah di tanami dan indah pemandangan alam sekitarnya.

      Ø  Cukup air ataupun mudah dan tidak tinggi biaya jika harus menggali sumur atau pipa-pipa perairan.

      Ø  Di samping persediaan air cukup, harus pula merupakan air yang bersih (berkualitas).

      Ø Memperoleh sinar matahari yang cukup selama waktu sekolah berlangsung sehingga kelancaran dan kesehatan terjamin.

      Ø  Tidak terletak di tepi jalan/persimpangan jalan yang ramai dan berbahaya dan tidak berdekatan dengan rumah sakit, kuburan, pabrik-pabrik yang membisingkan, pasar dan tempat-tempat lain yang dapat memberikan pengaruh-pengaruh yang negatif.

      Ø  Harganya tidak terlalu mahal (murah). Sementara itu, dalam kegiatan perencanaan pengadaan tanah sebaiknya melewati langkah-langkah menganalisis kebutuhan tanah, melakukan survei kondisi tanah, dan mengadakan survei harga tanah. 

      Gambar.1.4. Langkah-Langkah Perencanaan Pengadaan Tanah

       Langkah-langkah perencanaan pengadaan tanah dijelaskan dalam poin-poin berikut:

                  i.      Menganalisis kebutuhan tanah. Tanah yang di pilih hendaknya mengacu pada syarat-syarat pemilihan tanah dan hasil analisis kebutuhan bangunan yang akan didirikan serta lokasi yang di tentukan berdasarkan pemetaan sekolah.

                     ii.    Mengadakan survei kondisi tanah. Saat melakukan survei tanah harus memmerhatikan aspek apakah di lokasi tersebut terdapat fasilitas (seperti jalan, listrik, air, telepon, dan alat transportasi) atau tidak.

              iii.  Mengadakan survei harga tanah. Harga tanah perlu di cek, apakah harga tanah yang di tawarkan terlalu mahal atau tidak. [15]

      2.      Bangunan

      Sebagai sarana atau tempat yang akan di bangun untuk kegiatan belajar mengajar, gedung sekolah yang akan di bangun selain harus memperhatikan kualitas juga memperhatikan kurikulum pendidikan sekolah. Oleh sebab itu, dalam membangun gedung sekolah menuntut adanya perencanaan dengan prosedur sebagai berikut:

      a.    Menyusun rencana bangunan yang di butuhkan berdasarkan analisis kebutuhan secara lengkap dan teliti. Misalnya, fungsi bangunan, jumlah pemakai (guru, karyawan, dan siswa), kurikulum sekolah, dan jenis serta jumlah perlengkapan yang akan di tempatkan pada bangunan tersebut.

      b.      Melakukan survei terhadap tanah.

      c.    Menyusun atau mengecek rencana konstruksi dan arsitektur bangunan berdasarkan kebutuhan dan hasil survei.

      d.      Menyusun rencana anggaran biaya sesuai harga standar di daerah yang bersangkutan.

      e.   Menyusun pentahapan rencana anggaran biaya (RAB) yang di sesuaikan dengan pelaksanaan secara teknis, serta memperkirakan anggaran yang akan di sediakan setiap tahun, dengan memperhatikan skala prioritas yang telah di tetapkan sebelumnya.

      Endang Herawan dan Sukarti Nasihin mengutip pernyataan J. Mamusung yang mengemukakan bahwa syarat bangunan sekolah yang ideal harus memenuhi kebutuhan dan syarat pedagogis. Pemenuhan dan syarat pedagogis artinya yaitu :

      a)      Ukuran dan bentuk setiap bangunan di sesuaikan dengan kebutuhan.

      b)      Datangnya/masuknya sinar matahari harus di perhatikan, yaitu dari sebelah kiri.

      c)      Tinggi rendahnya tembok, letak jendela, dan kusen di sesuaikan dengan kondisi anak-anak.

      d)     penggunaan warna yang cocok.

      e)     Aman, artinya material dan konstruksi bangunannya benar-benar dapat di pertanggung jawabkan, baik kekuatan/kekukuhan bangunan itu sendiri, maupun pengaruh erosi, angin, getaran, petir, dan pohon yang berbahaya.

      f)   Menurut syarat kesehatan, sinar matahari cukup bagi setiap ruangan, memungkinkan adanya pergantian udara yang segar selalu.

      g)      Menyenangkan untuk melakukan kegiatan-kegiatan pendidikan dan tak saling mengganggu.

      h)      Dapat memungkinkan untuk memperluas tanpa memakan biaya lagi yang besar.

      i)     Fleksibel artinya melihat kebutuhan hari depannya dan pula dapat di ubah-ubah setiap saat di   perlukan.

      j)        Memenuhi syarat keindahan

      k)      Ekonomis.

      Selain harus memenuhi kebutuhan dan syarat pedagogis, bangunan sekolah juga harus memenuhi kebutuhan jumlah ruang belajar. Jumlah ruang belajar dibuat berdasarkan perkiraan jumlah siswa yang akan masuk di tahun yang akan datang. Selain itu, diperhatikan pula perkiraan jumlah siswa yang keluar, baik karena putus sekolah, pindah sekolah, ataupun karena sudah lulus. Perhitungan kebutuhan ruang belajar/guru tergantung dari jumlah tambahan siswa, jumlah rata-rata murid untuk setiap rombongan belajar atau kelas, dan efisiensi penggunaan ruang belajar.[16]

      BAB III

      PENUTUP

                A.    KESIMPULAN

      Sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar mengajar baik yang bergerak maupun tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan efisien.

      Kemudian sarana pendidikan dapat di klasifikasikan menjadi tiga macam yaitu berdasarkan habis tidaknya, berdasarkan  gerak tidakya, dan berdasarkan hubungan dengan proses pembelajaran. Apabila di lihat dari habis tidaknya di pakai ada dua macam yaitu, sarana pendidikan yang habis di pakai dan sarana pendidikan yang tahan lama. Apabila di lihat dari gerak tidaknya pada saat pembelajaran juga ada dua macam yaitu bergerak dan tidak bergerak. Sementara jika di lihat dari hubungan sarana tersebut terhadap proses pembelajaran terdapat tiga macam, yaitu alat pelajaran, alat peraga, dan media pembelajaran

      Ada beberapa tahap-tahap tertentu untuk mengadakan perencanaan kebutuhan alat pelajaran diantaranya yaitu menganalisis terhadap materi pelajaran mana yang membutuhkan alat atau media dalam penyampaiannya.Apabila kebutuhan yang diajukan oleh guru-guru ternyata melampaui kemampuan daya beli atau daya pembuatan, maka harus diadakan seleksi menurut skala prioritas terhadap alat-alat yang mendesak pengadaannya.Mengadakan inventaris terhadap alat atau media yang telah ada. Alat yang sudah ada ini perlu dilihat kembali, lalu mengadakan re-inventaris. Mengadakan seleksi terhadap alat pelajaran/ media yang masih bisa di manfaatkan, baik dengan reparasi atau modifikasi maupun tidak. Mencari dana (bila belum ada). Kegiatan dalam tahap ini adalah mengadakan tentang perencanaan bagaimana caranya memperoleh dana, baik dari dana rutin maupun non rutin. Menunjuk seseorang (bagian pembekalan) untuk melaksanakan pengadaan alat.

      Dalam proses perencanaan barang bergerak hendaknya melewati tahap-tahap meliputi : 1.penyusunan daftar kebutuhan; 2.estimasi biaya; 3.penyusunan skala prioritas; 4.penyusunan rencana pengadaan.

             B.     SARAN

      Demikian makalah yang dapat penulis sampaikan, tentunya dalam penyusunan makalah ini masih banyak kata-kata atau penyampaian yang kurang jelas ataupun dalam penyajiannya yang kurang lengkap, pastinya makalah ini jauh dari kata sempurna, maka kritik dan saran sangatlah penulis harapkan untuk menjadikan pelajaran pada masa mendatang

      Selanjutnya halaman: 2 / 3 / 4 / Home


      DAFTAR PUSTAKA

      Arikunto, Suharsimi & Lia Yuliana.2009. Manajemen Pendidikan Islam. Yogyakarta: Aditya Media                     dan FIP UNY

      Bernawi & M. Arifin.2014. Manajemen Sarana dan Prasarana sekolah. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

      Hartani A.L. Manajemen Penddikan. Yogyakarta: LaksBang PRESSindo

    1. Makalah Manajemen Operasional – Perencanaan Layout Perusahaan

      Perencanaan Layout Perusahaan

      Bab I. Pendahuluan

      A. Latar Belakang

      Dalam pertumbuhan ekonomi pada masa sekarang ini, khususnya di negara kita Indonesia, persaingan diantara perusahaan sudah semakin meningkat. Untuk menghadapi dan memenangkan persaingan tersebut, perusahaan-perusahaan dituntut untuk menciptakan pemikiran yang kreatif dan inovatif di dalam tujuan perusahaan.

      Salah satu keputusan strategis yang paling penting dibuat oleh perusahaan untuk mencapai tujuan adalah dimana perusahaan tersebut harus menempatkan lokasi operasi, karena lokasi operasi yang tepat adalah pemacu biaya yang cukup signifikan dan lokasi sepenuhnya memiliki kekuatan untuk menghancurkan strategi bisnis atau perusahaan.

      Strategi lain yang merupakan keputusan penting adalah strategi lay out, dimana lay out dapat menentukan efisiensi sebuah operasi dalam jangka panjang. Lay out juga memiliki banyak dampak strategis karena lay out menentukan daya saing perusahaan dalam hal kapasitas, proses, fleksibilitas, biaya, kualitas lingkungan kerja, kontrak pelanggan dan citra perusahaan.

      1.2  Rumusan Masalah

      Di dalam menjalankan kegiatannya, seringkali suatu perusahaan dihadapkan dengan berbagai permasalahan. Permasalahan yang timbul ini menghalangi perusahaan untuk mencapai tujuannya dengan lancar. Untuk itu, perusahaan perlu mencari solusi yang tepat untuk mengatasi masalah yang timbul. Solusi yang diapakai tentunya telah dianggap tepat bagi perusahaan, setidaknya pada saat solusi itu dipakai. Adapun permasalah yang dihadapi perusahaan yang berhasil dirumuskan penulis adalah  “Perencanaan Lokasi dan lay out perusahaan yang kurang tepat”

      1.3 Tujuan Penulisan

      Sehubungan pernyataan diatas maka penulis tertarik untuk membahas suatu judul makalah dalam seminar manajemen operasional yang berjudul “PERENCANAAN  LAY OUT PERUSAHAAN”. Dengan melakukan pembahasan perencanaan lay out operasi, penulis memiliki tujuan pembahasan:

      1.     Untuk mengetahui bahwa perencanaan lokasi dan lay out dalam suatu perusahaan dapat memberikan keunggulan dalam bersaing.

      2.     Untuk mengetahui bagaimana bagaimana penerapan perencanaan lokasi dan lay out perusahaan yang tepat bagi suatu perusahaan.

      3.     Untuk mengetahui bahwa perencanaan lokasi dan lay out dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan.

      4.     Untuk mengetahui pentingnya peningkatan produktifitas dan kinerja suatu perusahaan yang ditinjau dari berbagai pertimbangan-pertimbangan.

      II

      PEMBAHASAN

      2.1 Perencanaan Lokasi

      Perencanaan Lokasi (Dr. Manahan P. Tampubolon,MM) adalah kegiatan penentuan lokasi perusahaan yang terlebih dahulu harus diadakan penelitian dan peninjauan situasi lokasi yang akan dipilih oleh perusahaan. Sebelum suatu perusahaan mendirikan pabrik, biasanya direncanakan letaknya sebaik mungkin. Sebab letak ini berpengaruh terhadap biaya operasi atau produksi, harga jual, serta kemampuan perusahaan untuk bersaing di pasar. Hal ini sangat menentukan keberhasilan perusahaan. Apabila pabrik sudah terlanjur berdiri ternyata baru diketahui kesalahan letaknya dan jika dipindah akan memakan biaya yag sangat mahal. Ada perusahaan yang meletakkan pabriknya di dekat pasar, ada yang dekat dengan bahan baku, dan sebagainya. Masing-masing memiiki alasan yang berbeda-beda.

      Sebagai contoh, toko emas biasanya terletak berdekatan tetapi pegadaian selalu terletak berjauhan. Alasan toko emas karena konsumen selalu membandingkan, baik mengenai harga maupun kualitas di beberapa toko sehingga mereka biasanya terletak berdekatan. Sedangkan pegadaian alasannya karena pegadaian yang satu dengan yang lain tidak boleh bersaing dan kalau di suatu wilayah terdapat dua pegadaian atau lebih, kiat mereka kurang efisien. Contoh lain adalah perusahaan gula pasir biasanya diletakkan di dekat lahan penanaman tebu. Alasannya karena bahan baku gula adalah tebu, yang beratnya sepuluh kali daripada gula yang dihasilkan, dan tebu mudah rusak atau menurun kadar gulanya jika tidak segera diproses.

      Menurut Dr. Manahan P.Tampubolon, MM. dalam bukunya Manajemen Operasional, strategi lokasi tersebut menggambarkan bahwa setiap perusahaan berusaha untuk menciptakan efisiensi dan pelayanan pasar (pelanggan) yang lebih cepat dan efisien, sebagai salah satu strategi menghadapai persaingan. Strategi ini dapat menjadi keunggulan bagi perusahaan untuk dapat menentukan lokasi yang strategis dari segi persaingan dalam merebut pasar, sehingga pelanggan tidak kecewa untuk memperoleh produk ataupun pelayanan yang cepat sesuai dengan keinginan konsumen.

      Di saat manajemen memutuskan untuk beroperasi di satu lokasi tertentu, banyak biaya menjadi tetap dan sulit untuk dikurangi. Sebagai contoh jika sebuah lokasi pabrik baru berada pada satu daerah dengan biaya energi yang tinggi, bahkan manajemen yang baik dengan strategi penekanan biaya energi yang luar biasapun akan memulai dengan kerugian. Hal yang sama terjadi dengan manajemen yang memiliki strategi sumber daya manusia yang baik namun tenaga kerja pada lokasi yang dipilih mahal, kurang terlatih, dan memiliki etos kerja yang buruk. Dengan  demikian kerja keras yang dilakukan manajemen untuk menetapkan lokasi fasilitas yang optimal merupakan investasi yang baik. Keputusan lokasi sering bergantung kepada tipe bisnis. Untuk keputusan lokasi industri strategi yang biasa digunakan adalah strategi yang digunakan untuk meminimalkan biaya, sedangkan untuk bisnis eceran dan jasa profesional strategi yang digunakan terfokus pada memaksimalkan pendapatan.  Walaupun demikian, strategi lokasi pemilihan gudang dapat ditentukan oleh kombinasi antara biaya dan kecepatan pengiriman. Secara umum, tujuan strategi lokasi adalah untuk memaksimalkan keuntungan lokasi bagi perusahaan. Keputusan lokasi tidak sering dilakukan oleh perusahaan biasanya karena permintaan telah melebihi kapasitas pabrik yang ada, atau karena adanya perubahan produktifitas tenaga kerja, valuta asing, biaya-biaya, dan sikap masyarakat sekitar. Perusahaan juga dapat memindahkan fasilitas manufaktur atau jasa mereka, karena adanya pergeseran demografi dan permintaan pelanggan.

      2.1.1 Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Perencanaan Lokasi

      Pemilihan letak pabrik dipengaruhi oleh beberapa hal atau factor. Ada yang membagi faktor-faktor itu kedalam faktor primer dan faktor sekunder, ada pula yang membaginya ke dalam faktor internal dan faktor eksternal. Faktor primer adalah suatu faktor yang harus dipenuhi jika tidak dipenuhi proses produksi atau operasi tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya,  sedangkan faktor sekunder adalah faktor yang sebaiknya ada, jika tidak dipenuhi masih bisa diatasi meskipun disertai dengan biaya yang relatif lebih mahal. Macam faktor primer serta sekunder ini berbeda antara pabrik yang satu dengan yang lain. Dalam bagian ini tidak mungkin disebutkan pembagian faktor-faktor itu kedalam primer dan faktor sekunder karena keadaan perusahaan yang berbeda-beda.

      1.     Letak Konsumen atau Pasar

      2.     Letak Sumber Bahan Baku

      3.     Sumber Tenaga Kerja

      4.     Tersedianya Air

      5.     Suhu Udara

      6.     Tenaga Listrik

      7.     Fasilitas Transportasi

      2.2 Strategi Lay out

      Tata Letak/ Lay Out (James M. Apple)  adalah kegiatan yang berhubungan dengan perancangan susunan unsur fisik suatu kegiatan dan selalu berhubungan erat dengan industri manufaktur. Lay out merupakan satu keputusan penting yang menentukan efisiensi sebuah operasi dalam jangka panjang. Lay out memiliki banyak dampak strategis karena lay out menentukan daya saing perusahaan dalam hal kapasitas, proses, fleksibilitas, dan biaya serta kualitas lingkungan kerja, kontrak pelanggan dan citra perusahaan. Lay out yang efektif dapat membantu organisasi mencapai sebuah strategi yang menunjang differensiasi, biaya rendah, atau respon cepat.

      Layout yang tepat menunjukkan ciri-ciri adanya penyesuaian lay out fasilitas operasional terhadap jenis produk dan proses konservasi. Pengaruh layout yang tepat bagi perusahaan adalah peningkatan produktivitas perusahaan. Perihal tersebut disebabkan arus barang yang akan diproses, dan selanjutnya masuk ke dalam pemrosesan sampai menjadi produk akhir dapat berjalan dengan lancar. Aspek lain, karyawan yang langsung terlibat di dalam pemrosesan dapat bergerak leluasa tanpa takut akan kemungkinan terjadi kecelakaan, sehingga mereka bekerja dengan tenang dan aman. Karena alasan tersebut di atas, maka diperlukan perencanaan layout yang seksama. Pentingnya perencanaan layout disebabkan beberapa hal, yaitu sebagai berikut :

      Untuk manufaktur

      §  Terjadinya perubahan desain produk yang secara terus-menerus untuk membuat produk baru.

      §  Kemungkinan penggantian fasilitas yang selalu baru (up to date).

      §  Setiap perubahan fasilitas akan menciptakan perubahan kondisi kerja yang tidak selalu menciptakan kepuasan atau pelayanan yang cepat dan baik.

      Untuk usaha jasa

      §  Karena tuntutan pelayanan yang prima dari pelanggan, sehingga harus     disesuaikan di dalam usaha memenuhi kepuasan pelanggan.

      §  Perubahan layout dapat menciptakan persepsi pelanggan bahwa perusahaan memperhatikan pelanggannya, atau merupakan gambaran bonafiditas perusahaan.

      §  Tuntutan pelanggan menginginkan layanan paling cepat dengan mutu yang tinggi, sehingga layout harus mendukung sistem layanan tersebut.

      §   Perilaku pelanggan yang terus berubah harus diikuti perusahaan dengan melakukan  perubahan layout secara berkelanjutan (continous improvement).

      2.2.1 Pertimbangan dalam Desain Lay out

      Dalam semua kasus, bahwa desain lay out harus mempertimbangkan bagaimana untuk mencapai beberapa hal dibawah ini misalnya :
      1. Utilisasi ruang, peralatan, dan orang yang lebih tinggi.
      2. Aliran informasi, barang, atau orang yang lebih baik.
      3. Moral karyawan yang lebih baik, juga kondisi lingkungan kerja yang lebih aman.
      4. Interaksi dengan pelanggan yang lebih baik.
      5. Fleksibilitas (bagaimanapun kondisi lay out yang ada sekarang, lay out tersebut akan perlu di ubah.
      Sehingga dengan melakukan pertimbangan tersebut suatu perusahaan dapat mewujudkan tujuannya dengan semaksimal mungkin.

      2.2.2 Manfaat Lay out Perusahaan yang Tepat

      ·      Meningkatkan jumlah produksi, sehingga proses produksi berjalan lancar, yang berimpas pada output yang besar, biaya dan jam tenaga kerja serta mesin minimum.

      ·      Mengurangi waktu tunggu, artinya terjadi keseimbangan beban dan waktu antara mesin yang satu dengan mesin lainnya, selain itu juga dapat mengurangi penumpukan bahan dalam proses, dan waktu tunggu.

      ·      Mengurangi proses pemindahan bahan dan meminimalkan jarak antara proses yang satu dengan yang berikutnya.

      ·      Hemat ruang, karena tidak terjadi penumpukan material dalam proses, dan jarak antara masing-masing mesin berlebihan sehingga akan menambah luas bangunan yang tidak dibutuhkan.

      ·      Mempersingkat waktu proses, jarak antar mesin pendek atau antara operasi yang satu dengan yang lain.

      ·      Efisiensi penggunaan fasilitas, pendayagunaan elemen produksi, yaitu tenaga kerja, mesin, dan peralatan.

      ·      Meningkatkan kepuasan dan keselamatan kerja, sehingga menciptakan suasana lingkungan kerja yang aman, nyaman, tertib, dan rapi, sehingga dapat mempermudah supervisi, mempermudah perbaikan dan penggantian fasilitas produksi, meningkatkan kinerja menjadi lebih baik, dan pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas.

      ·      Mengurangi kesimpangsiuran yang disebabkan oleh material menunggu, adanya gerak yang tidak perlu, dan banyaknya perpotongan aliran dalam proses produksi (intersection).

      2.2.3 Tipe-Tipe Lay out

      1. Lay Out dengan Posisi Tetap (Fixed Position Layout)
      Dalam lay out dengan posisi tetap (fixed position layout), proyek tetap berada pada satu tempat sementara para pekerja dan peralatan datang pada tempat tersebut. Contoh tipe proyek seperti ini adalah proyek pembuatan kapal, jalan layang, jembatan, rumah, dan sumur minyak bumi.

      2. Lay Out Berorientasi Proses (Process Oriented Layout)
      Dalam lay out berorientasi proses (process oriented layout) dapat menangani beragam barang atau jasa secara bersamaan. Ini merupakan cara tradisional untuk mendukung sebuah strategi difrensiasi produk. Lay out ini sangat efisien disaaat pembuatan produk yang memiliki persyaratan berbeda atau disaat penanganan pelanggan, pasien, atau klien dengan kebutuhan yang berbeda. Contoh:  rumah sakit, klinik. Seorang pasien yang masuk, masing-masing dengan kebutuhan yang berbeda, membutuhkan rute yang berbeda melalui pendaftaran, laboratorium, kamar operasi, radiologi, apotik, ruang perawatan, dan sebagainya. Peralatan,keahlian, dan pengawasan diatur disekitar proses ini.

      3. Lay Out Kantor ( Office Layout)
      Lay out kantor bertujuan untuk menentukan posisi karyawan dan peralatan agar selalu fleksibel. Ruangan kantor setiap karyawan diatur luasnya secara efesien agar dapat bekerja secara  produktif atau efektif, baik di dalam melakukan tugas maupun di dalam pengelolaan informasi dan perubahan yang berhubungan dengan penyelesaian tugasnya. Contoh: Posisi fasilitas karyawan di dalam suatu ruangan.

      4. Lay Out Ritel (Retail Layout)
      Lay out ritel (Retail Layout) didasarkan pada ide bahwa penjualan dan keuntungan bervariasi tergantung pada produk yang dapat menarik perhatian pelanggan. Jadi banyak manajer operasi ritel mencoba untuk memperlihatkan produk-produk kepada pelanggan sebanyak mungkin. Penelitian menunjukkan bahwa semakin besar produk yang dapat terlihat oleh pelanggan maka penjualan akan semakin tinggi dan tingkat pengembalian investasi akan semakin tinggi. Contoh: supermarket.

      5. Lay Out Gudang dan Penyimpanan (warehouse Layout)
      Lay out gudang dan penyimpanan (warehouse Layout) sangat penting diperhatikan dengan tujuan untuk penanganan dan pengendalian barang dapat dilakukan secara baik, sehingga tidak ada barang yang rusak atau tertunda pengeluarannya. Lay out gudang disesuaikan dengan sistem persediaan yang digunakan, seperti sistem persediaan barang dengan FIFO (first in First out) artinya barang yang pertama diterima harus siap dikeluarkan pertama sekali. Contoh: Penyusunan barang yang rapi untuk mempermudah keluar masuk barang.

      6. Lay Out Berorientasi Produk (Product Oriented Layout)
      Digunakan jika sebuah produk terstandarisasi proses produksinya, pada umumnya produk dihasilkan dalam jumlah besar dan merupakan proses yang kontinu. Tiap produk mempunyai urutan operasional yang sama dari awal sampai akhir. Dalam lay out produk pusat-pusat kegiatan, mesin-mesin dan peralatan disusun membentuk suatu garis untuk mempersiapkan urutan operasional yang akan menghasilkan produk. Contoh: Produksi makanan.

      2.2.4 Tanda-Tanda Lay out yang Baik

      1.    Keterkaitan kegiatan yang terencana.
      2.    Pola aliran barang terencana.
      3.    Aliran produksi yang lurus.
      4.    Langkah balik (kembali ke tempat yang telah dilalui) minimum.
      5.    Gang yang lurus.
      6.    Pemindahan antar operasi minimum.
      7.    Jarak pemindahan minimum.
      8.    Pemrosesan di gabung dengan pemindahan bahan.
      9.    Pemindahan bergerak dari penerimaan menuju pengiriman.
      10.  Operasi pertama dekat dengan penerimaan.
      11.  Operasi terakhir dekat dengan pengiriman.
      12.  Lay out yang dapat disesuaikan dengan perubahan.
      13.  Direncanakan perluasan yang terencana.
      14.  Barang setengah jadi minimum.
      15.  Pemakaian seluruh lantai pabrik maksimum.
      16.  Ruang penyimpanan cukup.
      17.  Penyediaan ruang yang cukup antar peralatan.
      18.  Bangunan di didirikan di sekeliling lay out.
      19.  Bahan diantar ke pekerja dan diambil dari tempat kerja.
      20.  Sesedikit mungkin jalan kaki antar operasi produksi.
      21.  Alat pemindah mekanis di pasang pada tempat yang sesuai.
      22.  Pengendalian kebisingan, kotoran, debu, asap, kelembapan yang cukup.
      23.  Sesedikit mungkin pemindahan barang.
      24.  Pemisah tidak menggangu aliran barang.
      25.  Pembuangan barang sisa sekecil mungkin.
      26.  Penempatan yang pantas bagi bagian penerimaan dan pengiriman.

      3.1 Kesimpulan

      Sesuai dengan hasil pembahasan yang telah kami lakukan dari judul makalah seminar “Perencanaan Lay out Perusahaan”. Maka dapat dibuat  kesimpulan, bahwa perencanaan lokasi dan strategi lay out yang tepat dan baik, akan memberikan dampak positif bagi perusahan karena strategi lay out yang tepat menentukan daya saing perusahaan dalam hal kapasitas, proses, fleksibilitas, biaya, kualitas lingkungan kerja, kontak pelanggan, dan citra perusahaan.
      Perencanaan lokasi dan strategi lay out yang tepat akan mendukung sebuah perusahaan di dalam pencapaian tujuan (goal) yang mengarah pada peningkatan profitabilitas perusahaan yang didasari dengan adanya efisiensi dan produktifitas kerja yang baik.

      3.2 Saran

      Penulis menyarankan jika ingin membangun suatu usaha, haruslah merencanakan lokasi dan lay out perusahaan yang baik. Karena strategi lay out yang tepat dapat memberikan keunggulan bagi perusahaan dalam persaingan.

    2. Makjalah Manajemen Produksi

      Makjalah Manajemen Produksi

      Bab I. Pendahuluan

      A. Latar Belakang

      Perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya baik perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa maupun barang mempunyai tujuan yang sama yaitu memperoleh keuntungan. Selain itu  perusahaan juga ingin memberikan kepuasan kepada konsumen atas produk yang yang dihasilkannya, karena kepuasan konsumen menjadi tolak ukur dari keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan  produk yang berkualitas, dan yang diinginkan oleh konsumen. Dalam mencapai strategi pemasaran yang tepat dan terbaik untuk diterapkan, salah satunya  perusahaan dapat melihat dari faktor bauran pemasaran. Hal tersebut penting karena bauran  pemasaran merupakan salah satu pokok pertimbangan konsumen dalam melakukan keputusan  pembelian suatu produk. Jika perusahaan tidak peka terhadap apa yang dibutuhkan oleh konsumen, maka dapat dipastikan bahwa perusahaan akan kehilangan banyak kesempatan untuk menjaring konsumen dan produk yang ditawarkan akan sia-sia.

             Pemasaran merupakan salah satu ilmu ekonomi yang telah lama berkembang, dan sampai pada saat sekarang ini pemasaran sangat mempengaruhi keberhasilan suatu perusahaan untuk bisa  bertahan di dalam pangsa pasar. oleh karena itu diperlukan strategi pemasaran yang dapat memberikan pengaruh untuk menentukan berhasil atau tidaknya dalam memasarkan produknya. Apabila strategi pemasaran yang dilaksanakan perusahaan tersebut mampu memasarkan  produknya dengan baik, hal ini akan berpengaruh terhadap tujuan perusahaan. Manajemen operasi (MO) mulai berkembang pesat sejak tahun 1910-an. Pada saat itu Frederick W Taylor mengembangkan konsep yang terkait dengan efisiensi di bidang produksi dengan menggunakan pendekatan ilmiah untuk menghitung produktivitas, menggunakan fungsi manajemen untuk menemukan dan menggunakan aturan dan prosedur dalam operasi system produksi.

      Ruang lingkup Manajemen Operasi mencakup tiga aspek utama yaitu:

      a.     Perencanaan Sistem Produksi. Perencanaan Sistem Produksi ini meliputi Perencanaan Produk, Perencanaan Lokasi Pabrik, Perencanaan Layout Pabrik, Perencanaan Lingkungan Kerja, Perencanaan Standar Produksi.

      b.     Sistem Pengendalian Produksi. Meliputi pengendalian proses produksi, bahan, tenaga kerja, biaya, kualitas dan pemeliharaan.

      c.     Sistem Informasi Produksi. Aspek ini meliputi struktur organisasi, Produksi atas dasar pesanan, Mass Production. Ketiga aspek dan komponen-komponennya tersebut agar dapat berjalan dengan baik perlu planning, organizing, directing, coordinating, controlling (Management Process).

      B. Rumusan Masalah

      a.     Apa pengertian Manajemen Produksi, Perkembangan, Proses dan Ruang Lingkup Manajemen Produksi ?

      b.     Apa maksud Strategi, Manufaktur dari Manajemen Produksi ?

      c.     Bagaimana Menentukan Letak dan Lokasi Bisnis ?

      d.     Bagaimana Menempatkan Fasilitas Pabrik ?

      e.     Apa Pengertian Manajemen Operasi dan Lingkungannya ?

      f.      Bagaimana Pembuatan Keputusan Dalam Produksi/Operasi ?

      g.     Apa Alasan Perusahaan Menjadi Global ?

      C. Tujuan Penulisan

      Tujuan utama pembuatan makalah ini untuk memenuhi nilai mata kuliah Bisnis Internasional. Selanjutnya untuk memaparkan pengertian produksi dan manajemen produksi, menjelaskan bagaimana proses produksi

      BAB II

      PEMBAHASAN

      2.1 Manajemen Produksi

           Manajemen produksi merupakan salah satu fungsi manajemen yang penting bagi kelangsungan hidup perusahaan. Kegiatan produksi yang buruk dapat juga berakibat pada rendahnya mutu produk atau jasa yang di hasilkan, peran manajemen produksi terasa sangat semakin penting bagi kelangsungan hidup perusahaan. Kegiatan produksi yang buruk mengakinatkan pemborosan dalam bentuk menumpuknya persediaan.

      2.1.1. Pengertian manajemen produksi mencakup 3 unsur penting yaitu:

      a.      Adanya orang yang lebih dari satu

      b.     Adanya tujuan yang ingin dicapai

      c.      Orang yang bertanggungjawab terhadap pencapaian tujuan tersebut

      2.1.2. Perkembangan Manajemen Produksi

      Ilmu manajemen berkembang hampir seumur dengan lamanya manusia menghuni bumi ini. Banyak catatan membuktikan bahwa manajemen sudah di terapkan sejak jaman kuno. Penafsiran tulisan kuno di Mesir yang di perkirakan di tulis tahun 1300 sebelum masehi menunjukan bahwa organisasi dan administrasi negara telah di terapkan oleh para pelaksana negara pada zaman kuno.

      Sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, bagian dari manajemen itu mengkhususkan diri untuk mengejar tujuannya masing-masing. Manajemen produksi termasuk ke dalam bidang manajemen  yang mengkhususkan tujuannya. Manajemen produksi berkembang mengikuti perkembangan konsumsi masyaakat terhadap produk yang di hasilkan.

      Perkembangan manajemen produksi terjadi berkat dorongan beberapa faktor yang menunjang yaitu:

      a.      Adanya pembagian kerja dan spesialisasi

      b.     Revolusi industri

      c.      Perkembangan alat dan teknologi

      d.     Perkembangan ilmu dan metode kerja

      2.1.3. Proses Produksi

      Proses produksi dapat ditinjau dari 2 segi, yaitu:

      a.     Berdasarkan kelangsungan hidup terbagi kedalam 2 bagian:

      ·      Proses produksi terus menerus (Continuous production)

      ·      Proses produksi yang terputus-putus (Intermiten Production)

      b.     Berdasarkan teknik terbagi kedalam 4 bagian:

      ·      Proses ekstraktif

      ·      Proses analitis

      ·      Proses pengubahan

      ·      Proses sintesis

      2.1.4. Ruang Lingkup Manajemen Produksi

      a.     Perencanaan sistem produksi.

      b.     Perencanaan produksi.

      c.     Perencanaan lokasi produksi.

      d.     Perencanaan letak fasilitas produksi.

      e.     Perencanaan lingkungan kerja.

      f.      Perencanaan standar produksi.

      2.1.5. Fungsi Dan Sistem Produksi

      Empat fungsi terpenting dalam fungsi produksi adalah:

      1.     Proses pengolahan, merupakan metode atau teknik yang digunakan untuk pengolahan masukan (inputs).

      2.     Jasa-jasa penunjang, merupakan sarana yang berupa pengorganisasian yang perlu untuk penetapan teknik dan metode yang akan dijalankan sehingga proses pengolahan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.

      3.     Perencanaan, merupakan penetapan keterkaitan dan pengorganisasian dari kegiatan produksi dan operasi yang akan dilakukan dalam satu dasar waktu atau tertentu.

      4.     Pengendalian atau pengawasan, merupakan fungsi untuk menjamin terlaksananya kegiatan sesuai dengan yang direncanakan, sehingga maksud dan tujuan untuk penggunaan dan pengolahan masukan (inputs) pada kenyataannya dapat dilaksanakan.

      2.2. Strategi, Manufaktur, dan Manajemen Produksi

      Secara umum, manajemen bisnis global (internasional) meliputi dua hal yaitu kegiatan produksi dan manajemen bahan baku. Kegiatan tersebut dilaksanakan dengan tujuan untuk menekan biaya penciptaan nilai dan untuk melayani kebutuhan konsumen dengan baik (nilai tambah).

      Produksi didefinisikan sebagai kegiatan mengubah barang mentah menjadi barang setengah jadi atau barang jadi sehingga dapat menambah nilai guna barang tersebut.Produksi merupakan kegiatan yang mencakup penciptaan suatu produk. Namun istilah produksi tidak hanya digunakan dalam penciptaan barang saja tetapi juga digunakan dalam kegiatan jasa.

      Manajemen bahan adalah kegiatan mengatur (planing, organazing, actuating, controlling) penyebaran material fisik melalui rantai nilai. Mulai dari usaha mendapatkan material tersebut melalui produksi sampai pendistribusiannya. Fungsi manajemen bahan bagi pihak internal perusahaan adalah biaya produksi yang lebih rendah dan peningkatan kualitas produk secara simultan melalui peniadaan produk rusak atau cacat baik dari rantai supplay dan proses pabrikasi.

      Perusahaan yang mengembangkan kontrol kualitasnya dapat mengurangi biaya penciptaan nilai melalui 3 cara yaitu :

      1.     Memanfaatkan waktu seefektif dan seefisien mungkin dalam memproduksi barang sehingga tidak terdapat produk yang kurang berkualitas dan tidak dapat dijual.

      2.     Meningkatkan kualitas produk dengan menekan biaya pekerjaan ulang (rework) dan biaya tambahan (scrap costs).

      3.     Meminimalkan biaya jaminan dan biaya pekerjaan ulang untuk mendapatkan kualitas produk yang lebih baik.

           Teknik manajemen utama yang digunakan perusahaan untuk meningkatkan kualitas produk mereka adalah Total Quality Management (TQM). Fokus inti TQM adalah pada kebutuhan untuk mengembangkan kualitas produk dan jasa perusahaan. Menurut Fandy Tjiptono (2000:23) pengertian TQM adalah suatu pendekatan dalam menjalankan bisnis yang berupaya untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus atas produk, jasa, manusia, proses dan lingkungannya. Terdapat 10 unsur dari TQM tersebut yaitu:

      1.     Fokus pada pelanggan

      2.     Memiliki obsesi yang tinggi terhadap kualitas

      3.     Penggunaan pendekatan alamiah

      4.     Memiliki komitmen jangka panjang

      5.     Pembentukan tim kerja

      6.     Penyempurnaan kualitas secara berkesinambungan

      7.     Pendidikan dan pelatihan

      8.     Kebebasan yang terkendali

      9.     Kesatuan tujuan

      10.  Adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan

      Selain itu, terdapat beberapa persyaratan dalam TQM, yaitu:

      1.     Komitmen dari manajemen puncak

      2.     Adanya stering committee (SC) dari seluruh bagian organisasi

      3.     Perencanaan dan publikasi

      4.     Pembentukan infrastruktur yang mendukung penyebarluasan dan perbaikan berkesinambungan

      2.2.1. JIT (just in time)

      Adalah suatu sistem yang seimbang dimana terdapat sedikit atau tidak ada barang setengah jadi atau dan barang jadi yang tertunda dan menganggur. Yaitu dengan mengefisiensikan biaya penyimpanan bahan. Dengan mendatangkan bahan tersebut tepat pada saat bahan tersebut dibutuhkan dan bukan sebelumnya.

      Produk yang dihasilkan tepat pada waktu dan dalam jumlah yang diminta atau dibutuhkan oleh konsumen. Apabila terdapat bahan yang cacat pada bahan yang masuk akan dapat segera dideteksi. Sehingga JIT dapat meningkatkan kualitas produk dan kerusakan pada bahan dapat diminimalisir.

      Namun, sistem JIT ini memiliki kelemahan, yaitu perusahaan tidak memiliki persediaan bahan, sehingga akan sulit bagi perusahaan apabila terjadi hambatan-hambatan dalam proses produksi atau saat terjadi lonjakan permintaan. Solusinya yaitu perusahaan harus memiliki beberapa pemasok bahan yang dibutuhkan.

      Selain pengurangan biaya dan peningkatan kualitas, ada dua sasaran yang penting dalam bisnis internasional yaitu:

      1.     Pabrikasi dan manajemen bahan harus dapat menghimpun permintaan dari respon lokal. Permintaan lokal meningkat dari adanya perbedaan nasional dalam cita rasa dan preferensi infrastruktur, saluran distribusi dan permintaan pemerintah. Permintaan untuk merespon kebutuhan lokalmenciptakan penekanan untuk mendesentralisasikan kegiatan produksi ke pasar nasional atau regional utama tempat perusahaan melakukan bisnis.

      2.     Pabrikasi dan manajemen bahan harus dapat memberikan respon yang cepat terhadap perubahan permintaan konsumen. Persaingan berdasarkan waktu telah menjadi semakin penting. Dengan kata lain, ketika permintaan konsumen cenderung meningkat dan perubahan tidak dapat diramalkan, perusahaan yang dapat beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan-perubahan ini akan memperoleh keuntungan.

      2.3 Menentukan Letak Lokasi Bisnis

      Letak lokasi bisnis menjadi salah satu syarat penting dalam menentukan sukses tidaknya suatu perusahaan tersebut didirikan serta untuk mencapai tujuan ganda yaitu meminimalisasi biaya dan mengembangkan kualitas produk. Dalam menentukan letak lokasi bisnis perlu diperhatikan beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut adalah:

      1.     Faktor Negara

      Faktor Negara merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan letak lokasi bisnis. Kondisi politik, ekonomi, budaya dan biaya faktor  relatif berbeda dari suatu Negara dengan Negara lain. Suatu Negara pasti memiliki keunggulan komparatif  yang menyebabkan biaya faktor relatif  bebeda-beda.Sedangkan perbedaan politik, ekonomi, dan budaya nasional memperngaruhi keuntungan, biaya dan risiko untuk melakukan bisnis di suatu Negara.

      Faktor Negara yang lain berkenaan dengan keputusan lokasi yaitu mencakup adanya hambatan dari suatu Negara yang akan dijadikan tempat bisnis tentang peraturan berinvestasi di Negara tersebut. Walaupun biaya faktor relatif lebih rendah namun dengan adanya keputusan larangan investasi memungkinkan dapat menghapus pilihan tersebut.

      Faktor Negara lain adalah tingkat pertukatan uang asing yang relatif berubah-ubah.perubahan yang berlawanan dalam tingkat perubahan dengan cepat tersebut dapat mengubah daya tarik suatu Negara yang akan mengadakan suatu bisnis di Negara tersbut. Apresiasi mata uang dapat mengubah suatu lokasi dengan biaya rendah menjadi lokasi dengan biaya tinggi.

      2.     Faktor Teknologi

      Teknologi yang menjadi perhatian penting adalah teknologi yang melaksanakan aktivitas-aktivitas pabrikasi khusus (manufacturing technology). Tipe teknologi yang digunakan sebuah perusahaan dalam pabriknya dapat menjadi sangat penting dalam keputusan lokasinya. Terdapat tiga karakteristik faktor teknologi adalah:

      a.     Biaya tetap

         Biaya tetap untuk mendirikan pabrik sangat tinggi, dimana suatu perusahaan harus melayani pasar dunia dari satu lokasi tunggal atau dari lokasi yang sangat sedikit.Biaya tetap yang relatif rendahsuatu saat dapat berubah menjadi biaya yang cukup ekonomis untuk melaksanakan aktivitas tertentu di beberapa lokasi.Hal ini memungkinkan perusahaan untuk menampung permintaan dari respon lokal dengan lebih baik.Pabrik yang berada di banyak lokasi juga dapat membantu perusahaan menghindari risiko ketergantungan pada satu lokasi. Tergantung terhadap satu lokasi akan memberikan dampak negatif terhadap perusahaan tersebut.

      b.     Skala efisien minimum

         Konsep skala ekonomi menerangkan bahwa bila output dari pabrik bertambah maka unit-unit biaya akan berkurang. Alasan terhadap hubungan ini mencakup pemanfaatan yang lebih optimal dari peralatan modal dan perolehan produktivitas yang muncul melalaui spesialisasi yang lebih banyak dari pekerjaan dalam suatu perusahaan. Tingkat output yang berada pada tingkat skala ekonomi yang terrendah menunjukkan skala efisien minimum dari output. Hal ini merupakan skala output suatu pabrik yang harus diopersikan pada semua tingkat pabrik utama untuk merealisasikan skala ekonomi.

         Konsep ini menunjukkan bahwa skala efisien minimum yang lebih besar dari suatu pabrik, merupakan pernyataan yang mendukung pada pemusatan produksi di satu lokasi atau sejumlah lokasi yang terbatas. Ketika skala efisien minimum dari suatu produksi rendah, maka kemungkinan biaya akan menjadi ekonomis bagi pabrik yang berada dibeberapa lokasi.

         Dalam hal ini, terdapat keuntungan-keuntungan yang diperoleh bagi perusahaan untuk menghimpun permintaan yang lebih baik bagi respon lokal atau untuk membatasi dalam upaya melawan risiko mata uang dengna memproduksi produk yang sama di beberapa lokasi.

      c.     Flexible manufacturing (lean production)

      Fleksibel manufacturing merupakan suatu susunan yang dirancang untuk:

      ·      Mengurangi waktu penanganan perlengkapan yang kompleks

      ·      Menciptakan pemanfaatan mesin secara individual melalui penjadwalan yang lebih baik

      ·      Meningkatkan kontrol kualitas disetiap tahap pabrikasi

      Teknologi produksi yang fleksibel menjadikan perusahaan dapat menghasilkan produk akhir dengan keragaman yang lebih banyak pada tingkat unit-unit biaya yang pada suatu waktu hanya dapat dicapai melalui produksi massa dari output yang didesentralisasi.

         Teknologi dalam suatu perusahaan dapat membantu perusahaan tersebut untuk menciptakan respon konsumennya. Teknologi yang fleksibel dalam bisnis internasional juga dapat membantu perusahaan menyeragamkan produknya untuk pasar nasional dan internasionala yang berbeda-beda

         Faktor teknologi dapat mendukung kebijakan ekonomi perusahaan untuk memusatkan fasilitas menufakturing pada pilihan lokasi. Kebijakan tesebut sesuaidan benar apabila:

      §  Biaya-biaya tetap besar

      §  Skala efisiensi minimum dari produksi tinggi

      §  Teknologi manufacturing yang fleksibel tersedia

         Hal tersebut sering kali benar bila terdapat perbedaan cita rasa dan preferensi konsumen dalam pasar-pasar nasional tersebut, selama teknologi mnaufakturing yang fleksibel mendukung perusahaan untuk menyeragamkan produk di Negara yang berbeda-beda pada fasilitas tunggal. Kebijakan untuk memusatkan produksi di satu atau sedikit lokasi tidak dapat dipaksa apabila:

      §  Biaya-biaya tetap rendah

      §  Skala efisiensi minimum dari produksi rendah

      §  Teknologi manufacturing yang fleksibel tidak tersedia

      Selain ketiga karakteristik teknologi manufaktur yang telah dibahas di atas, faktor teknologi yang lainnya juga perlu mendapat perhatian, diantaranya adalah peranan teknologi dalam keunggulan bersaing sebagaimana dikemukakan oleh Porter (1994:177) bahwa “teknologi berpengaruh pada keunggulan bersaing jika memiliki peran signifikan dalam menentukan posisi biaya relatif atau differensiasi relatif.Karena teknologi terwujud dalam setiap aktivitas nialai dan berperan dalam mewujudkan keterkaitan di antara berbagai aktivitas, maka teknologi dapat memiliki pengaruh besar tehadap biaya atau diferensiasi, jika berpengaruh pada faktor penentu biaya atau faktor penentu keunikan aktifitas nilai.

      3.     Faktor produk

      Terdapat dua ciri produk yang dapat mempengaruhi keputusan lokasi, yaitu:

      a.     Rasio antara nilai dan berat produk, karena hal ini berpengaruh dalam bidang transportasi. Banyak komponen-komponen elektronik yang memiliki rasio antara nilai dengan berat produk yang tinggi, mahal dan tidak terlalu berat. Dengan demikian, sekalipun komponen-komponen elektronik tersebut dibentuk separuh jalan di seluruh dunia. Biaya transportasi diperhitungkan dengan presentasi yang sangat kecil dari total biaya secara keseluruhan. Berkaitan dengan hal ini, maka yang lainnya akan menjadi sama, terdapat penekanan yang kaut terhadap pabrik produk-produk tersebut pada loksai yang optimal dan untuk melayani pasar dunia dari lokasi tersebut.

                  Penanganan produk yang berbeda yaitu rasio antara nilai dengan berat produk yang rendah.Produk tersebut relatif tidak terlalu mahal dan berat. Bila produk-produk tersebut dibentuk di beberapa tempat maka biaya transportasi diperhitungkan dengan presentasi yang besar dari total biaya keseluruhan. Maka produk lainnya akan sama, dimana terdapat penekanan yang kaut terhadap pabrik. Produk-produk ini terdapat di beberapa lokasi yang dekat dengan pasar utama untuk mengurangi biaya transportasi.

      b.     Produk yang melayani kebutuhan-kebutuha universal (kebutuhan yang sama di dunia). Sepanjang terdapat sedikit perbedaan nasional dalam citarasa dan preferensi konsumen untuk berbagai macam produk, maka kebutuhan untuk respon lokal akan berkurang. Maka hal ini akan meningkatkan daya tarik untuk menempatkan pabrik atau perusahaan pada suatu lokasi yang optimal.

      2.4. Menempatkan Fasilitas pabrik

      Terdapat dua strategi dalam penempatan fasilitas produksi, yaitu memusatkan fasilitas-fasilitas produksi tersebut pada lokasi yang optimal dan melayani pasar dunia, dan mendesentralisasikan fasilitas-fasilitas produksi tersebut pada wilayah atau lokasi nasional yang berragam yang dekat dengan pasar utama.Pilihan strategi yang tepat ditentukan oleh faktor keragaman, Negara, teknologi dan produk.

      Pemusatan pabrikasi sesuai jika:

      a.     Perbedaan dalam biaya-biaya faktor politik ekonomi dan budaya memberikan pengaruh besar pada biaya-biaya produksi di berbagai Negara.

      b.     Hambatan perdagangan rendah.

      c.     Tingkat pertukaran diharapkan akan relatif stabil.

      d.     Teknologi produksi mengandung biaya tetap yang tinggi atau skala efisien minimum yang tinggi serta keberadaan teknologi produksi yang fleksibel.

      e.     Ratio value to weight produk yang tinggi.

      f.      Produk yang melayani kebutuhan-kebutuhan universal.

      Desentralisasi produksi sesuai jika: 

      a)     Perbedaan antara Negara dalam biaya-biaya faktor politik ekonomi  dan budaya tidak membawa pengaruh besar pada biaya produksi di berragam Negara.

      b)    Hambatan perdagangan tinggi.

      c)     Tingkat pertukaran yang diharapkan berubah.

      d)    Teknologi produksi mengandung biaya tetap yang rendah, dan teknologi produksi yang fleksibel

      e)     Ratio value to weight produk yang rendah.

      f)     Produk tidak melayani kebutuhan universal, Karena perbedaan yang signifikan dalam cita rasa dan preferensi konsumen berada di Negara-negara.

      2.5. Manajemen Operasi dan Lingkungannya

      2.5.1. Pentingnya Manajemen operasi

             Alasan pertama pentingnya mempelajari manajemen poduksi adalah topik-topik yang dipelajari dalam manajemen produksi berkaitan dengan desain, operasi dan pengawasan sisi penawaran organisasi-organisasi. Semua organsasi ada untukmemenuhi permintaaan tersebut. Dengan pemahaman dasar tentang apa yang dilakukanuntukmengembangkan dan mengoperasikan sistem-sistem produksi, para manajer pemasaran dapat melayani pasar dan mengelola tenaga penjualan mereka dengan secara lebih baik bila mereka memahami kemampuan dan keterbatasan sistem permintaan-penawaran total mereka, pengenalan produk baru, dan kemampuan produk baru. Manajer keuangan dapat merencanakan ekspansi kapasitas dan akan dapat memahami tujuan-tujna persediaan ssecara lebih baik.

             Para akuntan mementingkan ini untuk memberi informasi akuntansi biaya,rasio-rasio pemanfaatan kapasitas, penilaian persediaan, dan informasi lain untuk pengawasan. Para manjer personlia juga dapat memperoleh suatu pengetahuan tentang kompleksitas desain pekerjaan,fungsi-fungi yang dilaksanakan manajer produksi, serta keterampilan-keterampilan yanga diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan mereka.

             Alasan kedua pentingnya mempelajari manajemen operasi adalah bahwa sekitar 70 persen aktiva –aktiva dalamberbagai organisasi manufacturing dan pemrosesan adalah berbentuk p ersediaan-persediaan,pabrik dan peralatan yang secara langsung atau tidak langsung berada di bawah pengawasan para manajer produksi atau operasi manajer, manajer bahan,manajer peralihan, dan para penyelia produksi yang semuanya merupakan anggota organisasi manjemen operasi dan produksi.

             Alasan ketiga adalah untuk meperoleh pengetahuan tentanng berbagai macam tekanan yang dihadapi manajer sebagai usaha mereka untuk melaksanakan tanggung jawab sosial perusahan terhadap masyarakat. Para manajer produksi dan operasi harus memenuhi keinginan pemilik, sebagai pemegang saham perusahaan atau anggota legislatif. Tetai, di lain sisi mereka harus beroperasi dalam sistem sosial dan mempinyai kewajiban-ewajiban terhadap masyarakat.

      Alasan terakhir untuk mempelajari manajemen produksi atau operasi adalah bahwa ada kesempatan pekerjaan dan karir yang cerah bagi individu kreatif ang berminat terjun dalamkarier profesional di bidang manajemen produksi atau operasi dan manjemen pelatihan.

      2.5.3. Hubungan fungsi produksi dan lingkungannya

             Pesanan-pesanan diterima oleh departeman penjualan yang merupakan bagian fungsi pemasaran; bahan mentah dan suplies didapatkan melalui fungsi pembelain; modal untuk pembelian berbagai pealatan datang dari fungsi keuangan; tenaga kerja diperoleh melalu fungsi personalia; dan produk dikirim oleh fungsi distribusi. Penyanggan fungsi produksi daripengaruh lingkungan secar langsung diperlakukan untuk alasan diantaranya interaksi dengan unsur-unsur lingkungan, proses transformasi tekologi yang lebih efisien dariada proses yang diperlukan dalam pengadaan masukan dan penjualan produk akhir, keterampilan manajerial yang diperlukan untuk keberehasilan operasi proses transformasi sering berbeda dengan yang diperlukan untuk keberehasilan operasi pemasaran, personalia, atau keuangan.

      2.5.3. Organisasi Formal Fungsi Produksi

      Pengorganisasian fungsi produksi merupakan proses penyusun struktur organisasi departemen produksi yang sesuai dengan tujuan organisasi, sumber daya yang dimiliknya, danlingkungan yang melingkupinya.

      2.6. Pembuatan Keputusan Dalam Produksi/Operasi

      Pembuatan keputusan merupakan elemen penting manajemen operasi dan produksi. Pembuatan keputusan dapat dioandang dari berbagai perspektif yang berbeda. Pembuatan keputusan merupakan keseluruhan proses pencapaian suatu keputusan dari idetifikasi awal melalui pengembangan dan penilaian alternatif-alternatif sampai pemilihannya.

           Proses pembuatan keputusan diawali dengan perumusan masalah yang dilakukan dengan menguji hubungan sebab-akibat, mencari penyimpangan-penyimpangan, dan yang paling penting adalah berkonsultasi dengan pihak lain. Selanjutnya pengembangan alternatif-alternatif dengan mengumpulkan dananalisa data yang relavan. Dari dat tersebut ditentukan alternatif dikembangkan sebelum diambil suatu keputusan.

           Setelah dikembangkannya alternatif maka langkah selanjutnya adalah evaluasi alternatif- alternatif yang tergantung pada kriteria pemilihan keputusan yang tepat. Evaluasi alternatif dipermudah dengan penggunaan model-model matematik formal. Ini memungkinkanpembut keputusan untuk mengkuantufikasikan kriteria dan batasan-batasan serta mengevaluasi berbagai alternatif berdasarkan kerangka model. Pemilihan alternatif dilakukan untuk mengevaluasi alternatif-alternatif untuk mempermudah alternatif yang tinggi. Alternatif yang terpilih sering hanya berdasarkan jumlah informasi terbatas yang tersedia bagi manajer dan ketidaksempurnaan keputusan manajer. Pilihan alternatif terbaik pun sering merupakan kompromberbagai faktor yang dipertimbangkan.

           Implementasi keputusan. Suatu keputusan belum selesai sebelum diterapkan dalam praktek. Langkah ini sama krusialnya dengan proses pembuatan keputusan secar keselururuhan. Pemahaman akan perubahan organisasionaladalah kunci sukses implementasi. Implementasi tidak sekedar menyangkut pemberian perintah, naun dalam hal ini manajer harus menetapkan jadwal kegiatan atau anggaran, mengadakan den mengalokasikan sumberdaya yang diperlukanserta melimpahkan wewenang dan tanggungjawab tertentu.

      2.7. Alasan Perusahaan Menjadi Global

      Dalam situasi dan kondisi yang semakin berkembang, maka banyak perusahaan yang membuat keputusan untuk mengembangkan bisnis ke dunia internasional.Ada beberapa alsan yang mendasari perusahaan menjadi global. Diantaranya adalah sebagai berikut:

      1.Efisiensi biaya

      Banyak cara yang telah dilakuakn oleh perusahaan yang beroperasi secara global atau secara internasional untuk dapat mengurangi berbagai biaya, antara lain dengan cara:

      a. Pemilihan lokasi yang menyediakan biaya tenaga kerja rendah

      b.Pemanfaatan adanya kesepakatan perdagangan yang berdampak pada kemajuan perusahaan

      2.Perbaikan manajemen rantai pasokan

      Dengan menempatkan fasilitas di suatu Negara dimana sumberdaya tertentu berada, maka pengelolaan manajemen rantai pasokan dapat lebih terjamin.

      3.Pemberian produk yang lebih baik

      Karena karakteristik produk yang diinginkan konsumen sangat bervariasi dan ditentukan oleh masing-masing lokasi maka banyak perusahaan yang beroperasi secara internasional menempatkan diri di suatu Negara tertentu dimaka produk perusahaan tersebut dipasarkan, misalnya disesuaikan dengan budaya yang berlaku.

      4.Menarik pasar baru

      Perusahaan yang wilayah pemasarannya di dalam negeri sudah terbatas, maka dapat memanfaatkan pasar luar negeri yang masih terbuka untuk digunakan sebagai tempat usaha dengan memperhatikan berbagai aspek.

      ·     

      BAB III

      PENUTUP

      3.1. Kesimpulan

       Pentingnya mempelajari manajemen poduksi adalah topik-topik yang dipelajari dalam manajemen produksi berkaitan dengan desain, operasi dan pengawasan sisi penawaran organisasi-organisasi. Proses pembuatan keputusan diawali dengan perumusan masalah yang dilakukan dengan menguji hubungan sebab-akibat, mencari penyimpangan-penyimpangan, dan yang paling penting adalah berkonsultasi dengan pihak lain.

         Dapat disimpulkan, tanpa adanya perencanaan yang matang, pengaturan yang bagus serta pengawasan akan mengakibatkan jeleknya hasil produksi. Di samping hasil produksi yang harus bagus kwalitasnya juga harus di pikirkan pula agar jangan sampai terjadi hasil produksi bagus tapi ongkos yang diperlukan untuk keperluan itu terlalu besar. Biaya produksi yang terlalu tinggi akan berakibat harga pokok produksinya menjadi besar dan hal ini akan mengakibatkan tingginya harga jual produk, sehingga akan tidak terjangkau oleh konsumen. Inilah yang merupakan tugas dari bagian produksi.  Tugas-tugas tersebut akan dapat terlaksana dengan baik dengan mengacu pada pedoman kerja tertentu. Pedoman kerja yang harus menjadi arah kerja bagi bagian produksi.

      3.2. Saran

      Dalam pembuatan makalah ini mungkin masih terdapat beberapa kesalahan baik dari isi dan cara penulisan. Untuk itu kami sebagai penulis mohon maaf apabila pembaca merasa kurang puas dengan hasil yang kami sajikan, dan kritik beserta saran juga kami harapkan agar dapat menambah wawasan untuk memperbaiki penulisan makalah kami.

    3. Makalah Posisi Islam Di Antara Agama-agama Lain

      Posisi Islam Di Antara Agama-agama Lain

      Bab I. Pendahuluan

      A. Latar Belakang

      Islam merupakan salah satu agama terbesar yang diakui di dunia. Bahkan di negara tertentu, Islam merupakan negara yang berpenduduk mayoritas. Dalam ilmu perbandingan agama, Islam merupakan agama samawi, yaitu agama yang diturunkan dari langit atau lebih pastinya Islam merupakan agama yang diturunkan melalui wahyu yang berasal dari Allah SWT.

      Islam juga merupakan agama samawi yang terakhir turun ke muka bumi ini dalam rangka menyempurnakan ajaran-­ajaran agama sebelumnya. Bahkan Islam pun mengakui keberadaan ajaran­ajaran agama sebelumnya dan meluruskan kesalah pahaman yang dilakukan oleh pengikut agama tersebut.

      Di dunia ini terdapat dua bagian atau jenis agama yaitu: yang pertama adalah kelompok agama yang diturunkan oleh Tuhan melalui wahyunya dan yang kedua adalah kelompok agama yang di dasarkan pada hasil renungan mendalam dari tokoh yang membawanya. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai kedudukan atau posisi islam di antara agama-agama lain di dunia, maka kita akan membahasnya di makalah ini.

      1.2.   Rumusan Masalah

                  Dalam penulisan makalah ini penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut :

      1)    Ada berapa kelompok agama di dunia?

      2)   Bagaimana posisi Islam terhadap agama-agama lain?

      3)   Bagaimana sifat islam di antara agama-agama lain?

      1.3.   Tujuan Penulisan

      Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

      1)   Sebagai tugas mata kuliah metodologi studi islam.

      2)   Agar dapat mengetahui kelompok agama-agama di dunia.

      3)   Agar dapat memahami posisi islam di antara agama-agama di dunia.

      4)   Agar dapat memahami sifat ajaran agama islam terhadap agama-agama lain di dunia.

      BAB II

      PEMBAHASAN

      2.1.   Kelompok-kelompok Agama di Dunia

                  Sebelum Islam datang ke dunia ini, telah terdapat sejumlah agama yang dianut oleh umat manusia. Para Ahli Ilmu Perbandingan Agama membagi agama secara garis besar kedalam dua bagian yaitu sebagai berikut :

      1.  Kelompok agama yang diturunkan oleh Tuhan melalui wahyu-Nya sebagaimana dijelaskan dalam kitab suci Al-Qur’an dan agama ini biasanya disebut dengan agama samawi (agama langit) karena berasal dari atas langit. Yang termasuk kedalam kelompok agama ini antara lain Yahudi, Nasrani dan Islam.

      2.  Kelompok agama yang didasarkan pada hasil renungan mendalam dari tokoh yang membawanya sebagaimana terdokumentasikan dalam kitab suci yang disusunnya dan agama ini biasanya disebut dengan agama ardli (agama bumi) karena berasal dari bumi. Yang termasuk kedalam kelompok agama ini antara lain Hindu, Budha, Majusi, Kong Hucu dan lain sebagainya.

                  Agama-agama tersebut hingga saat ini masih dianut oleh umat manusia didunia dan disampaikan secara turun temurun oleh penganutnya. Sebagian dari mereka ada yang bersifat inklusif pluralis, yakni mengakui keberadaan agama-agama tersebut, menghormati dan membiarkanya hidup berdampingan. Dan sebagian yang lain adapula yang bersifat eksklusif, yakni tertutup, tidak mengakui agama-agama lain itu, bahkan menganggapnya sebagai yang keliru dan mesti dijauhi.[1]

      2.2.   Posisi Islam di Antara Agama-agama di Dunia

                  Islam adalah agama yang terakhir diantara sekalian agama besar di dunia yang semuanya merupakan kekuatan raksasa yang menggerakan revolusi dunia dan mengubah nasib sekalian bangsa,agama yang melingkupi segala-galanya dan mencakup sekalian agama yang datang sebelumnya. Mengenai posisi islam terhadap agama-agama yang datang sebelumnya dapat dikemukakan sebagai berikut:[2]

      1.      Ciri Khas Agama Islam Dari Sudut Keyakinan

                  Dapat dilihat dari ciri khas agama islam yang paling menonjol yaitu bahwa islam menyuruh para pemeluknya agar beriman dan mempercayai bahwa sekian agama besar di dunia sebelumnya yang datang diturunkan dan diwahyukan oleh Allah SWT. Salah satu rukun iman ialah bahwa umat islam harus beriman kepada semua nabi yang diutus sebelum nabi Muhammad SAW . Di dalam Al-Qur’an dijumpai ayat-ayat yang menyuruh umat islam mengakui agama-agama yang diturunkan sebelumnya sebagai bagian dari rukun iman.

      Artinya:  Dan mereka yang beriman kepada kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-Kitab yang telah diturunkan sebelummu serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. (QS Al-Baqarah: 4).

      Berdasarkan ayat tersebut terlihat jelas bahwa posisi islam diantara agama-agama lainya dari sudut keyakinan  adalah agama yang meyakini dan mempercayai agama-agama yang dibawa oleh para rasul sebelumnya. Dengan demikian orang islam bukan saja beriman kepada nabi Muhammad SAW. Melainkan beriman pula kepada semua nabi. Dengan demikian, orang islam adalah orang yang beriman kepada para nabi. Orang yahudi hanya percaya kepada para nabi bangsa Israel, orang Kristen hanya percaya pada yesus kristus dan dalam kadar kecil, percaya juga kepada para nabi bangsa Israel, orang budha hanya percaya pada sang budha, orang majusi hanya percaya kepada zaraustra, orang hindu hanya percaya kepada para nabi yang timbul di india, orang kong hu cu hanya percaya kepada kong hucu, tetapi orang islam percaya kepada semua nabi dan kepada Muhammad SAW sebagai nabi terakhir.

      Oleh karena itu, islam adalah agama yang meliputi semuanya, yang mencangkup segala agama didunia. Demikian pula dengan kitab sucinya, yaitu Alquran, adalah gabungan dari semua kitab suci di dunia. Maka kita sebagai umat muslim harus percaya kepada semua nabi-nabi yang diutus oleh Allah SWT.

      2.      Islam Sebagai Agama Penyempurna

                  Posisi islam diantara agama-agama besar didunia dapat pula dilihat dari ciri khas agama islam yang memberikan kedudukan yang istimewa diantara sekalian agama. Selain menjadi agama yang terakhir, dan yang meliputi semuanya, islam adalah pernyataan kehendak ilahi yang sempurna. Sebagaimana halnya bentuk-bentuk kesadaran yang lain, kesadaran beragama bagi manusia sedikit demi sedikit dan berangsur-angsur dari abad keabad mengalami kemajuan, dan ini menciptakan titik kesempurnaan dalam islam.

                  Didalam Al-Qur’an pun dijelaskan dan dibuktikan bahwa agama islam lah agama yang sempurna :

      Š

      Artinya : Orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu. (QS Al-Maidah: 3).

      3.      Peran Penting Yang Dimainkan Oleh Islam

      Posisi islam diantara agama-agama yang lainnya dapat dilihat dari peran yang dimainkanya. Dalam hubungan ini agama islam memiliki tugas besar, yaitu:

      1)   Mendatangkan perdamaian dunia dengan membentuk persaudaraan diantara sekalian agama di dunia. Hal ini telah dijelaskan dalam al-qur’an bahwa banyak dijumpai ayat-ayat dalam yang menganjurkan kepada umat islam agar hidup saling berdampingan dan saling menghormati dengan penganut agama yang lainnya.

      2)   Menghimpun segala kebenaran yang termuat dalam agama yang telah ada sebelumnya. Hal ini diibaratkan dengan sebuah rumah, agama-agama sebelumnya dapat diibaratkan sebagai yang membawa genteng, dinding, pintu, jendela dan yang lainnya. Islam datang dengan  membawa semua yang menghimpunya dalam sebuah sistem bangunan yang kokoh dan utuh.[3]

      3)   Memperbaiki kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat oleh para penganut agama sebelumnya yang kemudian dimasukkan ke dalam agamanya itu. Hal ini dijelaskan di dalam al- qur’an banyak dijumpai ayat-ayat yang menjelaskan adanya penyimpangan yang dilakukan sebagain penganut agama tertentu yang kemudian dimasukkan ke dalam agama tersebut. Islam dengan al- qur’an datang mengoreksinya. Dalam hubungan ini al- qur’an datang sebagai al-muhaimin,yaitu yang menguji dan menyeleksi serta sekaligus membersihkan agama dari pengaruh paham-paham yang salah. Contoh  kesalahan orang-orang yang beragama Kristen dijelaskan dalam al-qur’an .

      Artinya : Lalu Kami utus kepada mereka, seorang Rasul dari kalangan mereka sendiri (yang berkata): “Sembahlah Allah oleh kamu sekalian, sekali-kali tidak ada Tuhan selain daripada-Nya. Maka mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya). (QS Al-Mu’minun: 32).

                    Dalam kaitan ini kita jumpai adanya paham bahwa Tuhan terdiri dari tiga unsur (unsur anak,roh kudus dan bapak) yang dikenal dengan nama trinitas. Al- qur’an menyatakan bahwa trinitas itu bukan berasal dari ajaran Isa,bahwa dianggap sebagai penyimpangan dari ajaran Isa. Hal ini pun telah Allah nyatakan dalam al-qur’an . [4]

      Artinya : Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: “Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga”, padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih.(QS Al-Maidah: 73).

      4)   Mengajarkan kebenaran yang abadi yang sebelumnya belum pernah diajarkan, berhubungan dengan bangsa atau umat pada waktu itu masih dalam taraf permulaan dari tingkat perkembangan mereka dan yang terakhir ialah memenuhi segala kebutuhan moral dan rohani bagi umat manusia yang selalu bergerak maju, karena agama-agama yang datang sebelumnya hanya berlaku hanya utuk zaman tertentu saja, tetapi islam datang untuk zaman yang tidak terbatas. Islam berlaku sepanjang zaman, segala bangsa dan segala keadaan ajarannya tetap berlaku.

      4.      Unsur Pembaharuan di Dalam Agama Islam

                  Posisi islam di antara agama-agama lain dapat pula dilihat dari adanya unsur pembaruan di dalamnya. Dengan datangnya islam, agama memperoleh arti yang baru. Dalam hal ini paling kurang ada dua hal, yaitu:

      1)      Agama tidak boleh dianggap sebagai digma atau aturan yang orang harus menerimanya, jika ia ingin selamat dari siksaan yang kekal. Dalam islam, agama harus diperlakukan sebagai ilmu yang didasarkan atas pengalaman universal umat manusia. Bukan hanya bangsa ini atau bangsa itu saja yang menjadi pilihan Allah yang menerima wahyu ilahi. Sebaliknya wahyu diakui sebagai factor penting untuk evolusi manusia. Selanjutnya mengenai pengertian agama sebagai ilmu, ini dimantapkan dengan menyajikan ajaran agama sebagai landasan bagi perbuatan. Tak ada satupun ajaran agama yang tak dijadikan  landasan perbuatan bagi perkembangan manusia menuju tingkat kehidupan yang lebih tinggi dan baik lagi.

      2)      Ruang lingkup agama itu tidak terbatas pada kehidupan akhirat saja melainkan juga mencakup kehidupan dunia. Karena islam tidak hanya mengajarkan kehidupan akhirat saja,tetapi agama islam membawa dan mengajarkan kedua-duanya baik itu kehidupan dunia maupun kehidupan di akhirat. Dengan kehidupan dunia yang baik, manusia dapat mencapai kesadaran akan adanya kehidupan yang lebih tinggi dan kehidupan yang abadi.

      5.      Sifat Yang Dimiliki Oleh Ajaran Agama Islam

                  Posisi islam diantara agama-agama yang lain dilihat dari dua sifat yang dimiliki ajaran islam, yaitu akomodatif dan persuasif. Islam berupaya mengakomodir ajaran-ajaran agama masa lalu dengan memberikan makna dan semangat baru di dalamnya. Sebelum islam datang misalnya dijumpai adanya kebiasaan melakukan kurban persembahan kepada para dewa dan arwah leluhur untuk memperoleh keberkahan.

                  Kebiasaan kurban ini diteruskan oleh agama islam dengan mengganti benda yang dikurbankan bukan lagi manusia melainkan hewan ternak. Tujuan dari kurban adalah sebagai pengabdian dan rasa syukur kepada Tuhan atas segala karunia yang diberikan Nya, sedangkan daging kurban diberikan kepada fakir miskin dan orang-orang yang kurang mampu. Dengan kurban tersebut maka akan tercipta tujuan agama, yaitu menjalani hubungan manusia dengan Tuhan dan hubungan manusia dengan manusia. Yang dimaksud berkorban di sini ialah menyembelih hewan Qurban dan mensyukuri nikmat Allah. Syariat atau dalil tentang berkurban ini diabadikan dalam Alquran .

      Artinya : Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah. (QS Al-Kautsar: 1-2).

                  Hal lain yang merupakan  masa lalu yang diteruskan oleh islam pada masa berikutnya dengan melakukan perubahan adalah kebiasaan melakukan pesta paling kurang dua kali selama setahun yang diadakan disekitar ka’bah. pada pesta tersebut mereka memperlombakan pembacaan pusi, nyayian-nyayian, hingga mabuk-mabukan dan perbuatan-perbuatan foya-foya lainnya. Islam melanjutkan kebiasaan tersebut dengan perayaan Idul Adha dan Idul Fitri, yang diisi dengan memanjatkan puji syukur, ibadat salat, berkurban dan melakukan sedekah dengan serangkaian perbuatan kebaikan yang lainnya.

      Selanjutnya yang kedua adalah ciri islam terhadap agama lainnya adalah persuasif(bersifat membujuk secara halus), yaitu dari satu segi islam melihat adanya hal-hal yang tidak disetujui dan harus dihilangkan, namun dari segi yang lain islam mengupayakan agar menghilangkan proses yang demikian tidak menimbulakan gejolak sosial atau masalah yang merugikan. Upaya tersebut dilakukan secara persuasif. Proses tersebut dilakukan secara bertahap sambil menjelaskan makna larangan tersebut yang disesuaikan dengan tingkat kemampuan intelektual atau kecerdasan mereka, hingga akhirnya perbuatan tersebut benar-benar ditinggalkan.

                  Sebagai contoh adalah terlihat pada larangan islam terhadap riba, judi dan minuman keras. Islam menjelaskan bahwa riba dan judi akan menimbulakan kesengsaraan dan merugikan ekonomi sosial masyarakat. Sedangkan minuman keras dapat merusak pikiran dan kesehatan yang dapat merugikan kehidupan manusianya itu sendiri .

                  Namun dengan demikian islam dalam proses pelarangannya menggunakan cara yang persuasif. Dimulai dengan membiarkan apa adanya, kemudian menjelaskan pengaruh positif dan negatifnya pada saat mereka bertanya. Seteah itu minuman keras tersebut dilarang pada saat-saat tertentu saja, yaitu pada saat akan melakukan salat, kemudian dilarang pada waktu kapan saja. Hal ini pun telah dijelaskan dalam al-quran.

      Artinya: Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah adalah Termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.(QS Al-Maidah:90).

      6.      Islam Dilihat Dari Segi Moral Atau Akhlak

      Hubungan islam dengan agama lain dilihat dari segi ajaran moral atau akhlak yang mulia yang ada di dalamnya. Seperti kita jumpai ajaran moral dalam agama-agama sebagai berikut:

      Dalam hindu terdapat ajaran pengandalian tentang kesenangan. Ajaran ini megajarkan bahwa keinginan terhadap kesenangan merupakan hal yang bersifat alamiah, sesuai dengan kodrat manusia. Kepada orang yang menginginkan kesenangan, ajaran hindu mengatakan: silahkan, hal itu tidak jelek. Karena dunia penuh dengan keindahan dan hal-hal yang menyenangkan bagi pancaindera kita. Ajaran tentang pengendalian diri dari mempertaruhkan hawa nafsu yang berakibat terjadinya tindak kejahatan ini dapat pula dijumpai pada agama budha. Dalam ajaran budha terdapat sejumlah ajaran etnis tentang larangan membunuh, larangan mencuri, berdusta, mempertaruhkan hawa nafsu, dan minum-minuman yang memabukkan. Ajaran tentang pengendalian diri dapat pula dijumpai dalam ajaran yahudi yang dibawa oleh nabi Musa.

      Selanjutnya dalam agama kristen dijumpai pula ajaran tentang berbuat baik yang bertolak pada pengendalian diri. Dalam kitab perjanjian lama, terdapat kata-kata yang sering diulang-ulang oleh yesus. Kata-kata tersebut antara lain berbunyi: “ cintailah sesama manusia seperti anda mencintai dirimu sendiri. Lakukanlah terhadap orang lain apa yang anda ingin lakukan terhadap diri anda sendiri. Datanglah kepadaku, kamu semua yang letih dan berbeban berat dan aku akan menyegarkan kamu.”

      Lebih lanjut dalam agam kristen ditekankan agar mengabaikan sama sekali  sifat-sifat pribadi pada orang –orang tertentu, yang bisanya menimbulkan perasaan suka atau tidak suka pada mereka, atau dengan kalimat yang hampir sama nadanya:

      “Karena itu hendaklah engkau menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri dan bersifat pemurah dalam setiap hal yang menyangkut kebaikan hatimu”.

                  Ajaran tentang pengendalian hawa nafsu keduniaan (hedonisme) yang diikuti oleh keharusan melakukan hal yang baik bagi kemanusiaan dalam makhluk lainnya dapat dijumpai pula dalam ajaran islam yang bersumber pada Alquran dan Al-Sunah. Alquran mengingatkan kepada penganutnya agar jangan tunduk terhadap hawa nafsu, karena mereka yang mengikuti hawa nafsunya akan mudah terjerumus ke dalam kehidupan yang menyengsarakan. Allah SWT berfirman:

      Artinya : Katakanlah: “Sesungguhnya aku dilarang menyembah tuhan-tuhan yang kamu sembah selain Allah”. Katakanlah: “Aku tidak akan mengikuti hawa nafsumu, sungguh tersesatlah aku jika berbuat demikian dan tidaklah (pula) aku Termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS. Al-An’am: 56).

                  Berdasarkan ayat tersebut terlihat dengan jelas bahwa posisi ajaran islam diantara agama-agama lain selain mengoreksi dan membenarkan juga melanjutkan sambil memberikan makna baru dan tambahan-tambahan sesuai dengan kebutuhan zaman.

      2.3.   Sifat Islam dAntara Agama-agama Lain

                  Posisi islam diantara agama-agama lain tampak bersifat:

      1.      Adil

      Dengan sifatnya yang adil, ajaran Islam mengakui eksistensi dan peran yang dimainkan atau digunakan oleh agama-agama yang pernah ada didunia dan tidak memihak salah satu agama serta tidak menyalahkan agama-agama sebelumnya.

      2.      Obyektif

      Dengan sifatnya yang obyektif, ajaran islam memberikan penilaian apa adanya terhadap agama-agama lain. Ajaran islam adalah agama yang memperbaiki dan meluruskan ajaran-ajaran agama yang salah dan tersesat.

      3.      Proporsional.

      Dengan bersifat proporsional, Islam memberikan perhatian terhadap ajaran agama yang tidak seimbang. Islam adalah agama yang terbuka, mau berkompromi dan berdialog dengan agama lain. Dengan sifatnya yang demikian ini, Islam telah tampil sebagai penyempurna, korektor, pembenar dan sekaligus sebagai pembaru.

      Posisi islam yang demikian itu membawa penganut islam sebagai umat yang ideal dan sempurna, menjadi pemersatu dan perekat diantara agama-agama yang yang ada di dunia. Namun demikian, diketahui bahwa di antara agama-agama tersebut terdapat segi-segi perbedaan yang secara spesifik dimiliki oleh masing-masing. Segi-segi perbedaan yang spesifik  tersebut terdapat pada ajran yang bersifat teologis normative. Ajaran tersebut dianggap sebagai yang ideal dan harus dilaksanakan. Ajaran-ajaran yang demikian itu berkaitan dengan keyakinan dan ritualistic, yakni peribadatan. Terhadap ajaran-ajaran yang demikian itu masing-masing agama dianjurkan harus menghargai dan menghormati.

      Dengan melihat posisi islam yang demikian itu, maka tidak ada alasan bagi siapapun untuk mencurigai atau takut pada islam. Islam agama perdamaian, jauh dari sikap bermusuhan, peperangan dan sebagainya. Terjadinya pertentangan antara satu agama dengan agama lain sebagaimana terlihat dalam sejarah, sama sekali bukan disebabkan karena faktor agama, melainkan karena faktor-faktor lain yang mengatasnamakan agama. Hal seperti ini harus segera dicegah dan dikembalikan kedalam situasi yang merperlihatkan keharmonisan hubungan antara agama-agama yang ada didunia.[5]

      BAB III

      PENUTUP

      3.1.   Kesimpulan

      1.   Kelompok-kelompok agama di dunia ada 2 yaitu :

      1)      Kelompok agama yang diturunkan oleh Tuhan melalui wahyu-Nya biasanya disebut dengan agama samawi (agama langit) karena berasal dari atas langit. Yang termasuk kedalam kelompok agama ini antara lain Yahudi, Nasrani dan Islam.

      2)      Kelompok agama yang didasarkan pada hasil renungan mendalam dari tokoh yang membawanya , agama ini biasanya disebut dengan agama ardli (agama bumi) karena berasal dari bumi. Yang termasuk kedalam kelompok agama ini antara lain Hindu, Budha, Majusi, Kong Hucu .

      2.    Islam adalah agama yang terakhir diantara sekalian agama besar di dunia.           Mengenai posisi islam terhadap agama-agama yang datang sebelumnya     dapat dikemukakan sebagai berikut :

      1)   Ciri khas agama islam dari sudut keyakinan

      2)    Islam sebagai agama penyempurna

      3)   Peran penting yang dimainkan oleh islam

      4)   Unsur pembaharuan di dalam agama islam

      5)   Sifat yang dimiliki oleh ajaran agama islam

      6)   Islam dilihat dari segi moral atau akhlak

      3.    Ada pula sifat ajaran agama islam di antara agama-agama lain yaitu:

      1)   Adil

      2)   Obyektif

      3)   Proposional

      3.2.   Saran

                       Semoga makalah yang kelompok kami buat dapat memberikan manfaat pengetahuan tantang posisi islam dalam agama-agama lain di dunia kepada pembaca. Semoga makalah ini dapat membantu para pembaca untuk pembuatan makalah tentang metodologi studi islam . Kami menyadari masih terdapat kekurangan dalam makalah ini ,maka kami meminta saran dan kritik dari para pembaca untuk penyempurnaan makalah kami.

      DAFTAR PUSTAKA

      Nata, Abuddin, Metodologi Studi Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2014

      Shihab, Quraish, Membumikan Al-Qur’an, Bandung: Mizan,1998

      Lubis, Saniah, Bandung:2014. Http://djamilawaludin.blogspot.co.id/2014/05/posisi-islam-di-antara-agama-agama-di.html.


                      [1] Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2014). hlm.119-120

                      [2] Diposkan oleh Saniah Lubis.Bandung:2014 Http://djamilawaludin.blogspot.co.id/2014/05/posisi-islam-di-antara-agama-agama-di.html . Diakses pada tanggal 13 november 2016.

                      [3] H.M.Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an,( Bandung: Mizan,1998),hlm.67

                      [4] Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2012).hlm.123-124

                      [5] Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2012).hlm.140-141

    4. Makalah Manajemen dan Lingkungan

      Manajemen dan Lingkungan

      Bab I. Pendahuluan

      A. Latar Belakang

      Pendidikan merupakan salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yangdinamis dan sarat perkembangan. Karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikanadalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan.Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat dan pada setiap bidangkeilmuan terus menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan.

      1.2 Tujuan

      Manejemen Lingkungan Pendidikan bertujuan sebagai pengembang dan pembentuk kemampuan, kepribadian, watak, serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangkamencerdaskan kehidupan bangsa memiliki peran penting dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan lingkungan hidup terhadap generasi penerus bangsa. Secara umum Manajemenlingkungan pendidikan pengelolaan dalam hal pendidikan yang membantu peserta didik dalam interaksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya, utamanya berbagai sumber daya pendidikan yang tersedia, agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang optimal. Terdapathubungan timbal balik dan saling mempengaruhi antara lingkungan yang satu denganlingkungan yang lain

      1.3 Rumusan masalah

      1.      Pengertian manajemen ?

      2.      Prinsip-prinsip manajemen ?

      3.      Lingkungan ekternal langsung?

      4.      Lingkungan umum perusaan ?

      5.      Lingkungan internal perusaan ?

      6.      Hubungan lingkungan dan organisasi ?

      7.      Tanggung jawab social dan etika manajer?

      8.      Manajemen dan globalisasi ?

      BAB II

      PEMBAHASAN

      2.1.Pengerian manajemen

      Manajemen adalah seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi Mary Parker Follet ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal. Manajemen belum memiliki definisi yang luas dan diterima secara universal.

      Kata Manajemen berasal dari bahasa Perancis kunoménagement, yang memiliki arti “seni melaksanakan dan mengatur.” Kata manajemen mungkin berasal daribahasa Italia (1561) maneggiareyang berarti “mengendalikan,” terutama dalam konteks mengendalikan kuda, yang berasal dari bahasa latin manusyang berarti “tangan“.Bahasa Prancis lalu mengadopsi kata ini dari bahasa Inggris menjadi ménagement, yang memiliki artiseni melaksanakan dan mengatur.

      2.2.Pengertian Manajemen Pendidikan menurut ahli

      Pada waktu ini istilah-istilah yang digunakan dalam menunjuk pekerjaan pelayanan kegiatan adalah manajemen, pengelolaan, pengaturan dan sebagainya, yang didefinisikan oleh berbagai ahli secara bermacam-macam. Beberapa pengertian Manajemen Pendidikan yang kiranya ada manfaatnya disadur maknanya atau hanya dikutip dari sumbernya sebagai berikut.
      1. Menurut Leonard D. White, manajemen adalah segenap proses, biasanya terdapat pada semua kelompok baik usaha negara, pemerintah atau swasta, sipil atau militer secara besar-besaran atau secara kecil-kecilan.
      2. Menurut The Liang Gie, manajemen adalah segenap proses penyelenggaraan dalam setiap usaha kerjasama sekelompok manusia untuk mencapai tujuan tertentu.Selanjutnya untuk memperoleh wawasan yang lebih luas, di sini dikutipkan lagi beberapa pendapat mengenai pengertian manajemendari sumber-sumber lain sebagai berikut :
      1. Menurut Sondang Palan Siagian, manajemen adalah keseluruhan proses kerjasama antara dua orang atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya.
      2. Menurut Pariata Westra, manajemen adalah segenap rangkaian perbuatan penyelenggaraan dalam setiap usaha kerjasama sekelompok manusia untuk mencapai tujuan tertentu.
      3. Dalam kurikulum 1975 yang disebutkan dalam Buku Pedoman Pelaksanaan Kurikulum IIID, baik untuk Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama maupun Sekolah Menengah Atas, manajemen ialah segala usaha bersama untuk mendayagunakan semua sumber-sumber (personil maupun materiil) secara efektif dan efisien guna menunjang tercapainya tujuan pendidikan.

      2.3.Macam-macam Manajemen ada 4, yaitu :

      a. Manajemen Sumber Daya Manusia: Kegiatan manajemenberdasarkan fungsinya untuk memperoleh SDM yang terbaikbagi bisnis yang kita jalankan dan bagiamana SDM yangterbaik tersebut dapat dipelihara dan tetap bekerja bersamakita dengan kualitas pekerjaan yang senantiasa konstanataupun bertambah.

      b. Manajemen Operasional: Kegiatan manajemen berdasarkanfungsinya untuk menghasilkan produk yang sesuai denganstandar yang ditetapkan berdasarkan keinginankonsumen,dengan teknik produksi yang seefesienmungkin,dari mulai pilihan lokasi produksi hingga produksiakhir yang dihasilkan dalam proses produksi.

      c. Manajemen Pemasaran: Kegiatan manajemen berdasarkanfungsinya yang pada intinya berusaha untukmengidentifikasi apa sesungguhnya yang dibutuhkan oleh9konsumen,dana bagaimana cara pemenuhannya dapatdiwujudkan.

      d. Manajemen Keuangan: Kegiatan manajemen berdasarkanfungsinya yang pada intinya berusaha untuk memastikanbahwa kegiatan bisnis yang dilakukan mampu mencapaitujuannya secara ekonomis yaitu diukur berdasarkan profit.Tugas manajemen keuangan diantaranya merencanakan darimana pembiayaan bisnis diperoleh,dan dengan carabagaimana modal yang telah diperoleh dialokasikan secaratepat dalam kegiatan bisnis yang dijalankan.

      2.4.Fungsi Manajemen

      Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat di dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan. Fungsi manajemen pertama kali diperkenalkan oleh seorang industrialis Perancis bernama Henry Fayol pada awal abad ke-20. Ketika itu, ia menyebutkan lima fungsi manajemen, yaitu merancang, mengorganisir, memerintah, mengordinasi, dan mengendalikan. Namun saat ini, kelima fungsi tersebut telah diringkas menjadi tiga, yaitu:

      1. Perencanaan (planning) adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan sumber yang dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk menentukan tujuan perusahaan secara keseluruhan dan cara terbaik untuk memenuhi tujuan itu. Manajer mengevaluasi berbagai rencana alternatif sebelum mengambil tindakan dan kemudian melihat apakah rencana yang dipilih cocok dan dapat digunakan untuk memenuhi tujuan perusahaan. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan, fungsi-fungsi lainnya tak dapat berjalan.
      2.  Pengorganisasian (organizing) dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas yang telah dibagi-bagi tersebut. Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara menentukan tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang harus mengerjakannya, bagaimana tugas-tugas tersebut dikelompokkan, siapa yang bertanggung jawab atas tugas tersebut, dan pada tingkatan mana keputusan harus diambil.
      3. Pengarahan (directing) adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan perencanaan manajerial dan usaha.

      4.      Pengendalian: Proses yang dilakukan untuk memastikan seluruh rangkaian kegiatan yang telah direncanakan,diorganisasikan dan diimplementasikan dapat berjalan sesuai dengan target yang diharapkan sekalipun berbagai perubahan terjadi dalam lingkungan dunia bisnis yang dihadapi

      2.5.Manajemen Sebagai Profesi

      Pada uraian terdahulu telah dijelaskan bahwa manajemen selain merupakan suatu seni,juga sekaligus merupakan suatu ilmu, tetapi apakah ia juga merupakan suatu profesi?Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996) disebutkan profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan dsb.) tertentu.
      Pigor (1950), juga Hunderson (1980), maupun Pollet (1959) dalam definisi mereka menyatakan bahwa:

      Tabel: 1.1 : Perbandingan antara manajemen sebagai ilmu dan seni
      (Terry, 1962)

      Manajemen sebagai ilmuManajemen sebagai seni
      a. A advanced by knowledge(mem-peroleh kemajuan melalui pengetahuan)b. proces (membuktikan)c. predicts (meramalkan)d. defines (merumuskan)e. measures (mengukur)a. advanced by practice (memperoleh kemajuan melalui praktek)b. feels (merasakan)c. guesses (mengira-ngira)d. mescribes (menguraikan)e. opines (memberi pendapat)

      2.6.Prinsip manajemen

      Prinsip-prinsip dalam manajemen bersifat lentur dalam arti bahwa perlu dipertimbangkan sesuai dengan kondisi-kondisi khusus dan situasi-situasi yang berubah. Menurut Henry Fayol, seorang pencetus teori manajemen yang berasal dari Perancis, prinsip-prinsip umum manajemen ini terdiri dari 14,yaitu :

      1. Pembagian kerja (division of work)
      2. Wewenang dan tanggung jawab(authority and responsibility)
      3. Disiplin (discipline)
      4. Kesatuan perintah (unity of command)
      5. Kesatuan pengarahan(unity of direction)
      6. Mengutamakan kepentingan organisasi di atas kepentingan sendiri (subordination of individual interests to the general interests)
      7. Pembayaran upah yang adil (renumeration)
      8. Pemusatan (centralisation)
      9. Hierarki (hierarchy)
      10. Tata tertib (order)
      11. Keadilan (equity)
      12. Stabilitas kondisi karyawan (stability of tenure of personnel)
      13. Inisiatif (Inisiative)
      14. Semangat kesatuan (esprits de corps)

      2.7.Lingkungan Eksternal Perusahaan

      Secara umum, lingkungan perusahaan dapat dikategorikan ke dalam dua bagian besar, yakni lingkungan eksternal dan lingkungan internal perusahaan. Lingkungan eksternal sendiri dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian besar lagi yakni lingkungan yang sifatnya umum dan lingkungan industri. Kategori lingkungan Eksternal perusahaan adalah sebagai berikut:

      2.7.1.Lingkungan Umum

      Lingkungan umum adalah suatu lingkungan dalam lingkungan eksternal organisasi yang menyusun faktor-faktor yang memiliki ruang lingkup luas dan faktor-faktor tersebut pada dasarnya berada di luar dan terlepas dari operasi perusahaan. Lingkungan ini hanya memiliki sedikit dampak implikasi langsung bagi pengaturan suatu organisasi. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah:a. Ekonomib. Sosialc. Politik dan Hukumd. Teknologie. Demografi Dengan kata lain, Lingkungan umum adalah sekumpulan elemen-elemen dalam masyarakat yang lebih luas yang mempengaruhi suatu industri dan perusahaan-perusahaan yang ada di dalamnya.

      2.7.2. Lingkungan Industri

      Lingkungan industri adalah serangkaian faktor-faktor-ancaman dari pelaku bisnis baru, supplier, pembeli, produk pengganti, dan intensitas persaingan di antara para pesaing yang secara langsung mempengaruhi perusahaan dan tindakan dan tanggapan kompetitifnya. Semakin besar kapasitas perusahaan untuk mempengaruhi lingkungan industri, semakin besar kemungkinan perusahaan untuk menghasilkan laba di atas rata-rata. Laba di atas rata-rata adalah kelebihan penghasilan yang diharapkan yang diharapkan seorang investor dari investor lain dengan jumlah risiko serupa. Risiko adalah ketidakpastian investor tentang laba atau rugi yang dihasilkan oleh investasi tertentu. Bagaimana perusahaan mengumpulkan dan menafsirkan informasi tentang para pesaing mereka disebut analisis pesaing

      . Kombinasi dari kedua analisis ini digunakan untuk memahami pengaruh lingkungan eksternal terhadap perkembangan misi strategis, tujuan strategis dan tindakan strategis perusahaan. Jika Analisis lingkungan umum terfokus pada masa yang akan datang, maka analisis lingkungan industri terfokus pada pemahaman akan factor-faktor dan kondisi-kondisi yang akan mempengaruhi profitabilitas perusahaan; dan analisis pesaing terfokus pada prediksi terhadap dinamika tindakan-tindakan, respon-respon, dan kemauan para pesaing.Secara singkat, dapat disimpulkan bahwa Lingkungan industri adalah tingkatan dari lingkungan eksternal organisasi yang menghasilkan komponen-komponen yang secara normal memiliki dampak yang relatif lebih spesifik dan langsung terhadap operasional perusahaan. Kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi persaingan industri sebagai berikut:a. Ancaman Masuknya Pendatang Barub. Tingkat Rivalitas Di Antara Para Pesaing yang adac. Tekanan dari Produk Penggantid. Kekuatan Tawar Menawar Pembeli (Substitusi)e. Kekuatan Tawar-menawar Pemasok

      Analisis Lingkungan Eksternal
      Analisis lingkungan eksternal bertujuan untuk mengetahui ancaman dan peluang. Ancaman adalah suatu kondisi dalam lingkungan umum yang dapat menghambat usaha-usaha perusahaan untuk mencapai daya saing strategis. Sedangkan peluang adalah kondisi dalam lingkungan umum yang dapat membantu perusahaan mencapai daya saing strategis. Proses yang dilakukan secara kontinyu untuk melakukan analisis lingkungan eksternal adalah dengan melakukan pemindaian (scanning), pengawasan (monitoring), peramalan (forecasting), dan penilaian (assessing).

       Pemindaian
      Melalui pemindaian perusahaan mengidentifikasi tanda-tanda awal dari perubahan potensial dalam lingkungan umum, dan mendeteksi perubahan-perubahan yang sedang t erjadi. Pemindaian lingkungan merupakan hal penting dan menentukan bagi perusahaan- perusahaan yang bersaing dalam lingkungan yang sangat tidak stabil.

      • Pengawasan
      Melalui pengawasan perusahaan mendeteksi perubahan dan trend-trend lingkungan melalui pengawasan yang berkelanjutan. Kritikal bagi pengawasan yang berhasil adalah kemampuan untuk mendeteksi makna dalam peristiwa-peristiwa lingkungan yang berbeda.

      • Peramalan
      Pada peramalan, analis mengembangkan proyek-proyek yang layak tentang apa yang mungkin terjadi, dan seberapa cepat, perubahan-perubahan dan trend-trend itu dideteksi melalui pemindaian dan pengawasan.

      • Penilaian
      Tujuan penilaian adalah untuk menentukan waktu dan signifikansi efek-efek dari perubahan- perubahan dan trend-trend lingkungan terhadap manajemen strategis suatu perusahaan. Selangkah lebih maju tujuan penilaian adalah untuk menspesifikasi implikasi pemahaman tersebut pada organisasi. Tanpa penilaian perusahaan dibiarkan dengan data-data yang menarik, tapi tidak diketahui relevansi kompetitiifnya.

      2.8.Lingkungan Umum perusaan

      Lingkungan umum merupakan lingkungan yang secara tidak langsung telah mempengaruhi kinerja perusahaan dan sebagian besar dipengaruhi oleh faktor ini. Yang termasuk dalam komponen lingkungan umum yaitu :

      • Demografi
      • Ekonomi
      • Alam
      • Teknologi
      • Politik
      • Sosial dan Budaya

      b. Lingkungan Industri

      Porter (1980) mengemukakan bahwa aspek lingkungan industri lebih mengarah pada aspek persaingan yang ada di sekitar perusahaan. Hal ini mengakibatkan, faktor-faktor yang mempengaruhi persaingan, seperti ancaman-ancaman dan kekuatan yang dimiliki perusahaan termasuk persaingan itu sendiri, menjadi sangat perlu untuk dianalisis. Porter mengungkapkan suatu konsep competitive strategy yang menganalisis bisnis berdasarkan lima aspek dan satu aspek pelengkap. Keenam aspek yang membentuk strategi bersaing ini adalah :

      • Ancaman masuk pendatang baru
      • Persaingan sesama perusahaan dalam industri
      • Ancaman dari produk pengganti
      • Kekuatan tawar pembeli
      • Kekuatan tawar pemasok
      • Pengaruh kekuatan pemegang saham (stakeholder) lainnya.

      2.9. Lingkungan Intenal

      Lingkungan internal adalah kekuatan-kekuatan yang berada didalam perusahaan dan masih dapat dikontrol oleh perusahaan. Lingkungan internal berpengaruh dalam kompetensi atau kinerja sebuah perusahaan. Kekuatan-kekuatan yang terdapat di dalam perusahaan meliputi : pekerja, dewan komisaris, dan pemegang saham.

      Menurut Jauch dan Glueck. Analisa lingkungan internal adalah proses dimana perencanaan strategi mengkaji faktor internal untuk menentukan di mana perusahaan memiliki kekuatan dan kelemahan secara efektif dan menghadapi ancaman yang terdapat dalam lingkungan.

      Aspek-aspek yang dianalisis dalam analisis lingkungan internal antara lain :

      Aspek manajemen dan Sumber Daya Manusia (SDM)

      Aspek pemasaran

      Aspek keuangan

      Aspek produksi

      Aspek penelitian dan pengembangan

      Aspek sistem informasi Di samping aspek-aspek di atas, aspek internal lainnya adalah budaya organisasi, yang meliputi :

      1.Menjungjung nilai-nilai luhur standar etika moral,

      2.ilmu pengetahuan, dan profesi.

      3.Membantu pengembangan manusia secara optimal, baik di lingkungan pendidikan maupun masyarakat.

      4.Mengembangkan ilmu secara bertanggung jawab dan berkesinambungan serta menjadikan budaya belajar (learning culture) dan peningkatan mutu diri yang berkesinambungan sebagai falsafah hidup.

      5.Mengembangkan ilmu bagi kepentingan dan kesejahteraan umat manusia tanpa membedakan agama dan suku bangsa.

      6.Memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya.

      .

      2.10.HUBUNGAN LINGKUNGAN DAN ORGANISASI

      hubungan lingkungan dengan organisasi akan menghasilkan organisasi sebagai sebuah sistem.

      yaitu seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa organisasi merupakan sistem yang dipengaruhi oleh sub!sub sistem yang terdiri dari lingkungan internal daneksternal dimana keduanya akan sangat berhubungan. ada dasarnya dalam sistem organiasi dibagi menjadi dua yaitu sistem tertutup dan sistem terbuka.

      Organisasi Sistem Tertutup

      -rganisasi dengan sistem tertutup akan cenderung mengambil peran yang menjauhdari lingkungan luar. Dengan sistem tertutup artinya ia membatasi diri dari interaksi denganlingkungan luar organisasi. Sistem ini sangat tidak sehat jika masih diterapkan dalam kontekskekinian, karena keputusan yang dihasilkan adalah dari atasan pemimpin(yang biasanya kakudan cenderung merugikan bagi bawahan karya.

      Organisasi Sistem Terbuka

      Kebalikan dari organisasi tertutup, organisasi dengan sistem terbuka adalah organsasiyang memiliki tingkat interaksi yang tinggi terhadap dunia atau lingkungan diluar organisasi.Sistem terbuka membuat organisasi lebih aktif dan dinamis dalam menyikapi setiap perubahan yang selalu terjadi. Sistem ini lebih mengedepankan keuntungan bersama antaralingkungan internal dan lingkungan eksternal.ada realitas saat ini suatu organisasi lebih cenderung menggunakan sistem terbuka,karena dengan sistem ini sebuah organisasi akan lebih efektif dalam beradaptasi dengansetiap perubahan. Seperti yang disampaikan oleh wahyudi bahwa “sistem terbuka padahakikatnya merupakan proses transformasi dari masukan yang menghasilkan keluaran,transformasi merupakan proses pendayagunaan input yang berupa sumber daya fisik,informasi, kebutuhan, pelanggan klien, tekhnologi dan manajemen. Sedangkan keluarandari organisasi merupakan masukan dari lingkunganya.

      2.11.tanggung jawab social dan  etika manajer

      Tanggung jawab sosial adalah sebuah intensi bisnis melampaui kewajiban legal dan ekonomi untuk melakukan hal yang benar dan bertindak dengan cara yang baik bagi masyarakat.

      Sebagai contoh :

      aktifitas perusaan tambahan yang dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan social dan meningkatkan kondisi social atau lingkungan.

      2.11.1.Etika Manajer

      ETIKA MANAJER
      Etika (Yunani Kuno: “ethikos”, berarti “timbul dari kebiasaan”) adalah cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab.

      Etika terbagi menjadi tiga bagian utama: meta-etika (studi konsep etika), etika normatif (studi penentuan nilai etika), dan etika terapan (studi penggunaan nilai-nilai etika).

      Etika manajerial adalah standar prilaku yang memandu manajer dalam pekerjaan mereka.

      Ada tiga kategori klasifikasi menurut Ricky W. Griffin dalam bukunya yang berjudul Business

      * Perilaku terhadap karyawan
      * Perilaku terhadap organisasi
      * Perilaku terhadap agen ekonomi lainnya

      Perilaku terhadap karyawan
      Kategori ini meliputi aspek perekrutan, pemecatan, kondisi upah dan kerja, serta ruang pribadi dan penghormatan. Pedoman etis dan hukum mengemukakan bahwa keputusan perekrutan dan pemecatan harus didasarkan hanya pada kemampuan untuk melakukan pekerjaan. Perilaku yang secara umum dianggap tidak etis dalam kategori ini misalnya mengurangi upah pekerja karena tahu pekerja itu tidak bisa mengeluh lantaran takut kehilangan pekerjaannya.
      Perilaku terhadap organisasi
      Permasalahan etika juga terjadi dalam hubungan pekerja dengan organisasinya. Masalah yang terjadi terutama menyangkut tentang kejujuran, konflik kepentingan, dan kerahasiaan. Masalah kejujuran yang sering terjadi di antaranya menggelembungkan anggaran atau mencuri barang milik perusahaan. Konflik kepentingan terjadi ketika seorang individu melakukan tindakan untuk menguntungkan diri sendiri, namun merugikan atasannya. Misalnya, menerima suap Sementara itu, masalah pelanggaran etika yang berhubungan dengan kerahasiaan di antaranya menjual atau membocorkan rahasia perusahaan kepada pihak lain.
      Perilaku terhadap agen ekonomi lainnya
      Seorang manajer juga harus menjalankan etika ketika berhubungan dengan agen-agen ekonomi lain—seperti pelanggan, pesaing, pemegang saham, pemasok, distributor, dan serikat buruh.

      2.12. GLOBALISASI DAN MANAJEMEN

      A. ARTI GLOBALISASI
      1. Proximity ( kedekatan )
      Kedekatann ini disebabkan oleh kemajuan teknologi, seperti TV, video, facsimile, dan internet.
      2. Location ( lokasi )
      Lokasi dan integrasi operasional organisasi diantar negara merupakan bagian dari organisasi secara keseluruhan.

      3. Attitude ( sikap )
      Globalisasi menunjukkan sikap yang terbuka mengenai praktik-praktik manajemen secara internasional.

      B. GLOBALISASI DAN DAYA SAING
      Daya saing : kemampuan perusahaan mempertahankan posisinya secara relatif 
      terhadap para pesaing. Menurut Porter, daya saing antar negara dapat dilihat dari dua 
      perspektif waktu :
      Masa kini sampai ke masa depan
      Msa lalu sampai masa kini

      C. PERUBAHAN TATANAN INTERNASIONAL
       
      a) Masyarakat Uni Eropa, implikasi bisnis :
      Meningkatkan efisiensi
      Daya saing Eropa Bersatu yang lebih kokoh di pasar global.Pelaku bisnis di Eropa lebih terfokus pada masyarakat Eropa.                                                                                                 

       b) Masyarakat Cina
      Dulu RRC menerapkan ekonomi terpimpin, sekarang menerapkan reformasi ekonomi yang memfokuskan pada pertumbuhan ekonomi.
      c) Keterbukaan Uni Soviet
      Perestroika merupakan restrukturisasi ekonomi yang dilakukan Mikhael Gorbachev. Menerapkan kebijakan politik yang demokratis dan terbuka.
      d) Perjanjian Perdagangan Bebas Masyarakat Amerika Utara ( NAFTA )
      Kontroversi NAFTA mempengaruhi kebijakan dan peraturan pemerintah di negara-negara tersebut, terutama masalah daya saing.
      e) Perjanjian Perdagangan Bebas Negara-Negara ASEAN ( AFTA )
      Tujuan AFTA : membentuk suatu wilayah prdagangan bebas yang mencakup seluruh batas negara-negara anggota ASEAN.
      f) Kawasan Investasi ASEAN / ASEAN INVESTMENT AREA ( AIA )
      Kegiatan-kegiatan yang dilakukan :
      Membuka semua industri
      Menjamin adanya perlakuan nasional
      Menyerdehanakan proses penanaman modal.
      g) World Trade Organization ( WTO )
      Peningkatan akses pasar
      Akses pasar bagi produk non pertanian 
      h) Asia Pasific Economic Cooperation ( APEC )
      Kerja sama APEC diharapkan memacu pertumbuhan ekonomi Indonesia yang lebih tinggi.
      D. SEJARAH SINGKAT GLOBALISASI
      Setelah perang dunia II ( PD II )
      AS satu-satunya negara yang tidak terkena dampak negatif dari PD II dan bahkan menguasai dunia secara politik, ekonomi, dan militer.
      Peran Perusaha Multinasional ( MNE )
      a. Dampak MNE bagi host country : memperbaiki neraca pembayaran, menciptakan pekerjaan, memperbaiki persaingan domestik.
      b. Dampak MNE bagi home countries : ketergantungan ekonomi, campur tangan politik, pengaruh negatif budaya
       

      2.12.1. PRAKTIK-PRAKTIK BISNIS GLOBAL
       
      1. Bagaimana go internasional
       
      a) Mengekspor
      b) Lisensi
      c) Waralaba
      d) Usaha patungan 
      e) Kemitraan strategis
       
      2. Globalisasi antar budaya yang berbeda
      3. Manajer dan prasangka   
      Tiga sikap manajer :
      a) Ethnocentric managers : menganggap sumber daya menusia adalah inferior.
      b) Polycentric managers : menganggap semua Negara punya budaya berbeda.
      c) Geocentric managers : mengakui adanya kemiripan.
       
      4. Wanita dalam angkatan kerja internasional
      5. Hofstede Studies   
      Lima dimensi perbedaan budaya nasional :
       
      a) Indiviualism Vs Collectivism
      b) High dan Low Power Distance
      c) Uncertainty Avoidance
      d) Masculinity Vs Feminity
      e) Time Orientation
       
      F. Pendekatan yang Dianut oleh Perusahaan di Jepang dan Amerika
      Manajer Jepang memperhatikan dengan implikasi keputusan jangka panjang dan 
      lebih memprioritaskan pengorbanan masa kini untuk memperoleh manfaat di masa 
      depan. Mendorong bawahan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan.
      Manajer AS, keputusan dilakukan atas kewenangan pribadi, tanggung jawab 
      perorangan atas hasil/kinerja. Memfokuskan pada suatu bagian tertentu saja.

      BAB III

      PENUTUP

      3.1 KESIMPULAN

      Manajemen lingkungan pendidikan mempunyai arti yaitu, Suatu sistem pengelolaandalam hal pendidikan sebagai suatu proses atau sistem organisasi dan peningkatankemanusiaan dalam kaitannya dengan suatu sistem pendidikan Proses mencapai tujuan pendidikan untuk menghasilkan manusia yang unggul baik secara pribadi maupun penguasaan ilmu pengetahuan tidak hanya tergantung tentang bagaimana sistem pendidikandijalankan oleh lingkungan pendidikan !ormal. “amun juga dipengaruhi oleh lingkungankeluarga serta lingkungan masyarakat. (ubungan dari ketiganya disebut sebagai tripusat pendidikan. Pendidikan tidak dapat berdiri sendiri, namun ada hubungan salingmempengaruhi diantara lingkungan pendidikan

      3.2DAFTAR PUSTAKA

      Danim, Sudarwan dan Suparno. 2008.’’Manajemen Dan Kepemimpinan
      Transformasional Kekepalasekolahan’’. Jakarta: Rineka Cipta.

      Fattah, Nanang. 2006. ‘’Landasan Manajemen Pendidikan’’. Bandung: PT
      Remaja Rosdakarya Bandung.

      H. Moh. Isa. 1980. ‘’Beberapa Bacaan tentang Dasar-dasar Manajemen’’.
      Jakarta: Pusat Pendidikan dan Latihan Pegawai Depkes RI.

      Ivancevich, J. M., Robert, K., Michel T. M., 2007, ‘’Perilaku dan Manajemen
      Organisasi’’, Jilid 1, Jakarta : PT. Gelora Aksara Pratama.

      Thoha, Miftah, 1994,”Kepemimpinan Dalam Manajemen”, CV. Rajawali,
      Jakarta.

      ANONIM : http://www.anakciremai.com/search/label/ILMU%20MANAJEMEN

      [ diakses pada tanggal 18-maret-2019 ]  penulis ; Anakciremai 

      ANONIM : http://qoronizumalin.blogspot.com/2010/11/manajemen-dan-lingkungan-eksternal.html

      [diakses pada tanggal 18-maret-2019 ] penulis : Waysul Qoroni -khudawandagar

    5. Pacaran Dalam Paradigma Ilmu Sosiologi

      Pacaran

      Pacaran adalah proses perkenalan antara dua insan manusia yang biasanya berada dalam rangkaian tahap pencarian kecocokan menuju kehidupan berkeluarga yang dikenal dengan pernikahan. 

      A. Dalam Paradigma positivistik Memandang

      Siswa berpacaran karena melihat bahwa pacaran itu adalah hal yang biasa dilakukan oleh remaja hingga dewasa, sehingga setiap remaja memiliki motivasi pada dirinya untuk berpacaran. Penyebab siswa berpacaran tak lepas dari peran keluarga, pergaulan, lingkungan, teman sepergaulan, serta aturan yang tidak tertera disekolah tentang larangan berpacaran. Apa lagi dalam masyarakat banyak dijuampai status hubungan yang bernama pacaran. Selain itu anak remaja selalu memiliki rasa penasaran yang tinggi dari apa yang dia lihat dalam lingkugan dan ingin mencoba merasakan sama seperti yang ada dalam lingkungan masyarakat.

      Tokoh-tokoh yang menjadi landasan dalam paradigma positifistik diantaranya adalah:

      1.  Auguste Comte 
      2.  Emile Durkheim
      3.  H. Spencer

      B. Dalam Paradigma Postpositivistik Memandang

      Siswa berpacaran karena memiliki rasa ketertarikan antara lawan jenis, dan menggunakan hati dalam mengolah perasaan yang mereka rasakan menjadi sebuah ikatan yang bernama pacaran, status pacaran yang mereka buat itu merupakan bentuk dari sebuah perasaan yang timbul dari hati lalu mereka menyebutnya “cinta” , karema hakikatnya cintalah yang memanusiakan manusia sehingga tidak ada salahnya mencintai manusia. Setiap siswa yang jatuh cinta akan memiliki dorongan dari dalam diri untuk membuat suatu status hubungan yang bernama pacaran,  dan itu selalu menjadi ajang dikalangan remaja hingga dewasa sebagai bentk bukti nyata adanya cinta.

      Tokoh-tokoh yang menjadi landasan dalam parradigma Postpositivistik diantaranya adalah:

      1. Karl R. Popper 
      2. Marx Weber
      3. Frankurt

      C. Dalam Paradigma Konstruktivistik

      Siswa berpacaran karena memiliki rasa cinta, karena cinta itu adalah fitrah bagi setiap mahluk remaja hingga dewasa, maka dari itu setiap siswa yang memiliki rasa kepada lawan jenis akan mengimplementasikan pada suatu hubungan pacaran. Kebanyakan dari siswa yang berpacaran selalu memiliki rasa penasaran dengan rasa yang dinamakan cinta, sehingga setiap siswa yang melihat filem-filem percintaan anak sekolah selalu diikat dengan setatus pacaran, maka itu menjadi inovasi dalam diri kebanyakan siswa bahwa pacaran anak sekolah itu adalah hal yang harus dilakukan. apa lagi kegiatan pacaran itu selalu terjadi dalam lingkungan sekolah dan masyarakat. Larangan berpacaran dalam lingkungan Pendidikan dan masyarakat tidak pernah ada tertulis secara jelas.

       Setiap siswa yang berpacaran selalu didasari factor ikut ikutan teman, ingin dibilang gaul, tidak ingin dibilang jomblo, siswa berpacaran selalu didukung oleh interaksi dari sesama siswa lainya.

      Tokoh-tokoh yang menjadi landasan dalam parradigma konstruktivistik diantaranya adalah: 

      1.  Edward
      2. Ivan Petrovich Pavlov

      D. Paradigma Posstruktualis

      Dalam masyarakat, berpacaran masih menuai kontrofersi status keberadaanya, apakah pacaran ini dapat diterima dimasyarakat dan apakah pacaran ini adalah suatu yang yang tidak benar keberadaanya, menurut survai dikalangan siswa dan pelajar, mereka berpendapat bahwa pacaran ini adalah suatu keharusan, karena masa remaja dan dewasa merupakan masa kebahagian, masa diamana mampu merasakan cinta serta mencari pasangan hidup. Namun dalam kalangan masyarakat tua, dominasi mengatakan bahwa pacaran ini adalah suatu hal yang tidak ada keberadaanya karena status pacarana hanya dibuat dan diciptakan berdasarkan kesepakatan berdua, bukan kesepakatan Bersama masyarakat lainya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa di Indonesia pacarana ini masih diterima keberadaanya dikalan siswa dan pelajar masa kini.

      Tokoh-tokoh yang menjadi landasan dalam parradigma posstruktualis diantaranya adalah: 

      1.  Jacques Derrida
      2. Michael Foucoult

      E. Paradigma kritis

      Dalam status pacaran, dan status sebagai siswa dan pelajar pacaran bukanlah hal yang diaunjurkan, karena siswa yang berpacaran memiliki banyak potensi terganggu dalam dunia Pendidikan, dalam dunia bersosialisasi, dan dunia berkeluarga. karena pacaran yang mereka lakukan menurut siswa dan pelajar itu adalah suatu pembenaran tanpa memikirkan bahwa pacaran itu memiliki dampak yang tidak baik bagi status mereka sebagai siswa dan pelajar, karena itu bisa menghambat perkembangan akademik siswa dan pelajar, maka setiap sekolah harus melakukan sosialisai kepada orang tua siswa dan membuat aturan tentang larangan pacarana dikalangan siswa dan pelajar.

      Tokoh-tokoh yang menajadi landasan dalam paradigma kritis diantaranya adalah:

      1.  Karl Marx 
      2. Juergen Habermars
    6. Makalah Profesionalisme Guru dan Globalisasi

      Profesionalisme Guru dan Globalisasi

      Bab I. Pendahuluan

      A. Latar Belakang

      Di era globalisasi saat ini, Indonesia harus mampu meningkatkan mutu pendidikan, sehingga tidak kalah bersaing dengan negara lain. Negara kita harus mencetak orang-orang yang berjiwa mandiri dan mampu berkompetisi di tingkat dunia. Saat ini, Indonesia membutuhkan orang-orang yang dapat berfikir secara efektif, efisien dan juga produktif. Hal tersebut dapat diwujudkan jika kita mempunyai tenaga pendidik yang handal dan mampu mencetak generasi bangsa yang pintar dan bermoral.

      Guru merupakan komponen pendidikan yang sangat berperan penting dalam kegiatan belajar mengajar. Kedudukan guru merupakan posisi yang penting dalam dunia pendidikan khususnya di lembaga pendidikan formal. Oleh karena itu, kebijakan sertifikasi bagi guru dan dosen memang suatu langkah yang strategis untuk dapat meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.

      Kompetensi guru merupakan seperangkat penguasaan kemampuan yang harus ada dalam diri guru agar dapat mewujudkan kinerja secara tepat dan efektif. Sedangkan guru yang profesional adalah guru yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga mampu melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal.

      Guru merupakan orang yang sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Sudah selayaknya seorang guru itu diberikan kesejahteraan berupa sertifikasi. Dapat dipahami bahwa sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru yang telah memenuhi persyaratan tertentu, yaitu memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional yang disertai dengan peningkatan kesejahteraan yang layak.

           B.  Rumusan Masalah

      1. Apa pengertian dari profesionalisme guru?
      2. Apa saja persyaratan profesionalisme guru?
      3. Apa pengertian dari globalisasi? 
      4. Apa saja tantangan profesionalisme guru dalam era globalisasi?

           C.  Tujuan

      1. Untuk memahami pengertian dari profesionalisme guru.
      2. Untuk mengetahui persyaratan profesionalisme guru.
      3. Untuk mengetahui pengertian globalisasi.
      4. Untuk mengetahui tantangan profesionalisme dalam era globalisasi.

      BAB II

      PEMBAHASAN

            1.      Profesionalisme Guru

            A.    Pengertian Profesionalisme Guru

      Ahmad Tafsir mendefinisikan bahwa profesionalisme adalah paham yang mengajarkan bahwa setiap pekerjaan harus dilakukan oleh orang yang profesional. Istilah profesional aslinya adalah kata sifat dari kata ”profession” (pekerjaan) yang berarti sangat mampu melakukan pekerjaan. Sebagai kata benda, profesional lebih berarti orang yang melaksanakan sebuah profesi dengan menggunakan profesi sebagai mata pencaharian.(Mc. Leod,1989)

      Dalam kamus bahasa Indonesia edisi kedua (1991), guru diartikan sebagai orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya) mengajar. Dalam bahasa Arab disebut ” Mu’alim”, dalam bahasa inggris ”teacher” memiliki arti sederhana yakni ” A person whose occuption is teaching others” ( Mc. Leod,1989) artinya seseorang yang pekerjaannya mengajar orang lain.
      Undang–undang No.14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, yakni sebagaimana tercantum dalam bab 1 ketentuan umum pasal 1 ayat 1 sebagai berikut: Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama, mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan dasar dan menengah.
      Di dalam UU sistem pendidikan nasional tahun 2003 pada pasal 39 ayat 2 menjelaskan:
      Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran,menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

      Profesionalisme guru merupakan kondisi,arah, nilai,tujuan, dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata pencaharian. Adapun guru yang profesional itu sendiri adalah guru yang berkualitas, berkompeten, dan guru yang dikehendaki untuk mendatangkan prestasi belajar serta mampu mempengaruhi proses belajar siswa yang nantinya akan menghasilkan prestasi belajar siswa yang lebih baik.

      Secara sederhana pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang secara khusus disiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak dapat atau tidak memperoleh pekerjaan yang lainnya.

            B.     Persyaratan Profesionalisme Guru

      Seorang pendidik/guru diharuskan memiliki suatau persyaratan profesioanal yang kompleks. Myra Pollanck Sadkar dan Dapid Miller Sadkar (1991) mengatakan: bahwa seorang yang dikatakan profesional adalah orang yang dipandang ahli dalam bidangnya,dimana yang bersangkutan bisa membuat keputusan dengan independen dan adil jika seorang menjadi profesional,haruslah membuat suatu langkah penawaran kolektif dengan membangun proses-proses yang baru,institusi yang baru,prosedur yang baru yang menggiring pada suatu pemahaman pada apa sesungguhnnya yang diinginkan pendididk: status,dignitas,profesional,dan konpensasi yang logis dalam suatu pekerjaan profesional.

      Proses pembelajaran di sekolah/madrasah sesungguhnya merupakan upaya merealisasikan kurikulum ideal/konsep/tekstual (ideal curriculum) ke kurikulum aktual (actual curriculum). Kurikulum tipe pertama, ideal curriculum, merupakan kurikulum yang masih dalam bentuk teks, ideal di cita-citakan dan belum dilaksanakan. Sedangkan kurikulum tipe kedua,actual curriculum, kurikulum yang diaplikasikan dalam proses pembelajaran di kelas. Yang paling menentukan keberhasilan dalam pembelajaran di kelas adalah sejauh mana adanya kesenjangan (gap) antara kurikulum ideal dan kurikulum aktual. Ketika pelaksanaan kurikum aktual dalam pembelajaran di kelas, seorang pendidik sesunggunya memiliki tanggung jawab terdepan terhadap sukses tidaknya sebagai pengembang kurikulum (curriculum developer).

      Agar suatu proses pembelajaran berkualitas dan relevan, up to date, dengan kebutuhan sumber daya manusia (man-power) teraplisasi dengan baik, seorang pendidik diharapkan selalu melakukan intropeksi dan meningkatkan sejumlah kompetensi dimiliki dan memerhatikan tentang pentingnya profesionalisme dalam menjalankan tugasny. Seorang pendidik selanjutnya diharapkan dapat memerhatikan tentang perubahan paradigma pembelajaran, yakni dari paradikma “lama” ke paradigma “baru”. Perlu memahami tentang globalisasi yang dapat berdampak terhadap kemajuan peradaban dunia, yang merupakan suatu pelajaran penting bagi pendidik yang senantiasa perlu melakukan mengedepankan profesionalisme dan responsif terhadap setiap permasalahan pembelajaran, dan inovatif terhadap perubahan sosial pendidikan yang sentiasa dinamis.

      Upaya memperbaiki kualitas dan profeionalisme pendidik di sekolah/madrasah karenanya memang patut terus menjadi perhatian. Sebagai respons terhadap globalisasi dan tuntunan kebutuhan terhadap kualitas pembelajaran dalam menciptakan anak didik yang berkualitas, berkompetitif dan mandiri di kemudian hari, sebagai persyaratan seorang pendidik profesional perlu terus menerus di perbaiki. Seperti diungkapkan Sudarwan Damin (2002) bahwa ketika persaingan dalam aneka perspektif sosional, ekonomi, teknologi dan kemanusiaan semakin bereskelasi secara masif, persyaratan kemampuan yang diperlukan orang untuk melakukan aneka pekerjaan semakin meningkat. Pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperoleh di bangku sekolah sering kali tidak memadai lagi karena tuntunan persyaratan kerja bereskalasi ekstra tinggi sementara menu sajian di sekolah teramat lambat pemutakhirannya. Lingkup pengetahuan dan keterampilan yang dapat di perlukan guru pun terbatas oleh kalender kerja, di samping kemampuan guru sendiri yang tidak tanpa batas.

      Dilihat dari tugas dan tanggung jawabnya, tenaga kependidikan ternyata bahwa untuk menyandang pekerjaan dan jabatan tersebut dituntut beberapa persyaratan. Menurut Muhammad Ali ( 1985 : 35 ) sebagai berikut:

      1.      Menuntut adanya keteramplilan yang berdasarkan konsep dan teori ilmu pengetahuan yang mendalam.

      2.      Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang profesinya.

      3.      Menuntut tingkat pendidikan keguruan yang memadai.

      4.      Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang dilaksanakannya.

      5.      Memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupannya.

      Untuk itulah seorang guru harus mempersiapkan diri sebaik– baiknya untuk memenuhi panggilan tugasnya, baik berupa im-service training (diklat/penataran) maupun pre service training (pendidikan keguruan secara formal).

           2.      Globalisasi

            A.    Pengertian Globalisasi

      Globalisasi adalah proses penyebaran unsur-unsur baru khususnya yang menyangkut informasi secara mendunia melalui media cetak maupun elektronik.

      Antara globalisasi dan demokrasi telah menarik perhatian banyak ilmuan abad ke-21. Globalisasi diyakini sebagai suatu pendorong gelombang demokratisasi dunia. Huntington menyebutnya sebagai the Third Wave untuk menggambarkan gelombang demokratisasi dunia di Negara dunia ketiga. Data kuantitatif menunjukan bahwa sekarang ini tidak kurang dari 117 negara dari 191 negara telah melakukan pemilihan umm multiparatai. Hal ini mennjukan bawha sistem politik demokrasi (dengan menggunakan ukuran ini) telah dianut oleh banyak negara, demikian diungkapkan Jaan Aart scolte.

      Nurcholish Madjid menuturkan modernisasi berarti rasionalisme untuk memperoleh daya-guna yang maksimal dalam berpikir dan bekerja demi kebahagiaan umat. Lanjut Madjid, modernisasi berarti berpikir dan bekerja menurut fitrah atau sunnatullah (hukum ilahi) yang hak, sebab alam adalah hak. Sunnatullah telah mengejawantahkan dirinya dalam alam, sehingga untk menjadi modern, manusia harus mengerti terlebih dahulu hukum yang berlaku di ala. Permahaman manusia tentang hukum-hukum alam inilah yang kemudian malahirkan ilmu pengetahuan. Akibatnya, sering dikatakan bahwa modern berarti ilmiah. Oleh karena ilmu pengetahuan ilmiah diperoleh manusia melalui akal (rasio), modern dapat pula berarti rasional. Disebut modern, seorang dapat berpikir dan bertindak secara ilmiah dan rasional.

      Dalam Oxford Advanced Learner`s Dictionary of Current English disebutkan bahwa istilah globalisasi berasal dari kata global yang dalam bahasa inggris berarti embracingthe whole of a group of items (merangkul keseluruhankelompok yang ada). Supriyoko (1993) menunjukan bawha dalam globalisasi terdapat saling ketergantungan (interdenpendency) dalam masalah sosial kultural dan politik suatu bangsa akan saling mengait dengan bangsa lain sebagai contoh hasil KTT bumi (Declaration of Rio: Principles of Forestry) di Brazil berpengaruh pada kebijakan perutangan di negara lain. Conyoh lain, sikapAmerika Serikat terhadap negara-negara Arab, khususnya Irak dan Iran; dan sikap Eropa terhadap Bosnia pada beberapa waktu yang lalu sangat memengaruhi kebijakan polotik negara lain.

      Bertalian dengan permasalahan perubahan iklim Global di abad ke-21 kian nyata, seperti terlihat pada konferensi para pihak tentang perubahan iklim (COP) ke-16,pada 8 Desember 2010, di Cancun, Meksiko, telah berhasil memecahkan kebekuan diantara negara kaya dan miskin. Negara maju dan negara miskin telah sepakat memperlambat perubahan iklim, dan akan ada kemitraan dalam pendanaan yang digunakan untuk mitigasi, adaptasi, dan transfer teknologi. Sebelumnya, negosiasi berlangsung alot setelah beberapa negara industri yang menjadi kunci seperti Jepang, Rusia, dan Amerika Serikat menyatakan tidak akan melanjutkan komitmen kedua protokol Kyota. Sekretaris Jendral PBB Ban Ki-moon menegaskan,  mulai 2020 negara maju harus bisa menggalang dana Us$ 100 milyar (sekitar 900 triliun) pet tahun untuk membantu negara miskin dalam melawan pemanasan global sesuai dengan kesepakatan COP-15 di Kopenhagen, Denmark, 2009.

            B.     Tantangan Profesionalisme Guru

      Globalisasi sebagai suatu produk pembangunan dimotori Barat selaku pemegang konstelasi dunia dalam sains-iptek dan ekonomi. Namun, perlu disadari bahwa keberhasilan Barat menjadi pihak paling berpengarh di dunia sesungguhnya tidak terlepas dari keberadaan dan  peranan lembaga pendidikan. Jadi, persoalan globalisasi tidak terlepas dari keberadaan lembaga pendidikan selaku pencetak Sumber Daya Manusia (SDM). Munculnya kategori negara berkembang (developing countries) dan negara-negara maju (developed countries), pada dasarnya sebagai konsekuensi atas perbedaan tingkat kualitas SDM untuk keperluan modernisasi. Sebagaimana moderisasi, globalisasi merupakan kehalusan sejarah. Globalisasi merupakan bagian dari dinamika peradaban manuusia. Islam memandang menuntut ilmu dengan orang yang berjuang di jalan Allah (fi sabilillah). Manusia harus berupaya mengejar ilmu tentang bagaimana sesungguhnya syariat dan akhlak Islam. Seorang mewujudkan dimensi praktik agama (syari`ah) dan dimensi pengalaman (akhlak), dia harus mendahlukan dimensi pengetahuan (ilmu). Sebab dimensi ilmu merupakan prasyarat bagi terlaksananya dimensi peribadatan dan dimensi pengalaman.

      Sering dengan berkembannya aktivitas manusia, era globalisasi pun mengandung banyak kecenderungan. Pengklasifikasian atas kecenderungan yang muncul sangat tergantung pada cara seorang memahami dinamika dunia, dan sejauh mana dia merasa terlibat di dalam kondisi global. Emil Salim(2005) mengatakan globalisasi memiliki beberapa kecenderungan berikut: perkembangan globalisasi ekonomi perkembangan teknologi yang cepat, perubahan demografi, perubahan politik, dan perubahansistem nilai. Supriyoko (1993) menyatakan kensep dasar globalisasi dapat dilihat dari aspek: ketergantungan (interdependency) dalam masalah sosial, politik dan budaya; peran strategis informasi ; dan era industri sebagai kemajuan suatu bangsa.

      Sebutan era informasi menggaris bawahi peran strategis dan informasi, yakni bahwa kendali atas dunia benar-benar ditentukan oleh pihak yang menguasai informasi. Terlebih lagi, informasi telah menafikan sekat-sekat geografis yang ada di dunia. Beberapa bukti bisa diilustrasikan di sini: pernyataan politik para pemimpin dunia dapat dinikmati dalam waktu yang nyaris bersama oleh segala masyarakat di seantero dunia; peristiwa politik seperti Pemilu Umum di amerika Serikat (AS) atau meninggalnya artis penyanyi Michael Jakcson (27 Juni 2009) dapat diketahui secara cepat oleh masyarakat dunia melalui internet atau TV; pertandingan sepak bola Liga Italia Inggris dapat ditonton oleh masyarakat dunia secara langsung melalui saluran TV; sama halnya bencana Tsunami di Aceh (2004) menewaskan ribuan penduduk, dan banjir dan longsor tanah yang menewaskan ratusan penduduk Wasior Papua Barat (2010), gempa di Mentawi-Sumatera Barat (2010), dan meletusnya Gunung Merapi-Yogyakarta (2010) dapat dilihat masyarakat dunia dengan cepat, melalui media elektronik TV dan internet.

      Perubahan dan perkembangan industri merupakan kemajuan bangsa di dunia, dan ini tidak dapat dilepaskan dari pergeseran konsentrasi sumber investasi. Sumber investasi negara praindustri terkonsentrasi pada pertanian (land), negara-negara industri pada permesinan (machinery), dan negara pasca-industri pada pengetahuan (knowledge). Kemajuan suatu negara sekaligus memberi peluang bagi negara tersebut untuk mengalami perubahan status. Misalnya, dari status negara agraris menjadi negara industri, dari negara industri menjadi negara pasca-industi. Indonesia, hingga kini, masih dikategorikan sebagai negara agraris dan dapat jga sebagai negara praindustri (preindustrial country).

      Aspek perubahan demografi merupakan salah satu kecendrungan lain di era-globalisasi. Kini, penduduk dunia mengalami pertumbuhan sekitar dua kali lipat dari jumlah penduduk tahun 1950 yang berjumlah kurang lebih 2,5 miliar. Berbagai persoalan pun muncul akibat perkembangan dan pertumbuhan penduduk yang cepat, seperti ancaman bahaya kelaparan, ekologi, polusi, dan hal-hal lain berkaitan dengan kesejahteraan hidup manusia. P. Kennedy mensinyalir, diduga tidak kurang dari 1 miliar orang di dunia menderita kelaparan karena kekurangan makanan.

      Sama halnya dengan Kennedy, masalah kemiskinan memang telah lama menjadi perhatian sejumlah pihak. Pada 2000, Sekjen Persatuan Bangsa-Bangsa (United Nations), Kofi Annan, telah memprakarsai program Millinium Development Goals (MDGs) untuk mengentaskan kemiskinan di negara-negara berkembang (developing countries) dan negara terbelakang (under developing countries) dan dalam tempo waktu 15 tahun. Dalam kenyataannya, angka kemiskinan dunia tidak berkurang dan justru bertambah sekitar 100 juta jiwa, dari sekitar 2 jiwa miliar sebelumnya hingga kini (2010) menjadi 2,1 miliar jiwa.

      Aspek lain yang menjadi keresahan masyarakat dunia adalah bertalian dengan rusaknya lingkungan. Kerusakan lingkungan tampak sudah mengglobal dan lebih transparan. Negara maju sering berpendapat bahwa negara berkembang sebagai pelaku kerusakan lingkungan karena tindakan penebangan hutan untuk sumber ekonomi atau devisa negara. Hal itu telah memunculkan reaksi keras dari negara berkembang dan justru menuding sebaliknya bahwa polusi (pollution) di muka bumi sebagian besar justru dilakukan negara maju (developed countries), melalui berbagai pabriknya sebagai sumber pencemaran. Tuding menuding antara negara berkembang dan negara maju sebenarnya hanya menimbulkan kelelahan belaka dan sering kali tampa adanya solusi. Suatu hal pasti bahwa isu ekologi sudah menjadi perhatian serius pemerintah dan masyarakat pada negara mana pun di dunia, karena isu ekologi sesungguhnya adalah isu ekologi-nasional dan mondial.

      Disadari atau tidak, baik negara maju maupun negara berkembang, sebetulnya telah merusak lingkungan, pada level yang mendasar sekalipun, dengan peran berbeda. Di negara berkembang terjadi penebangan hutan besar-besaran (illegal logging) dan tanpa terkontrol, perusahaan penggalian tambang yang tidak terkendali, dan pencemaran air laut yang merusak ekosistem. Negara maju memiliki peran berbeda, di mana hasil penebangan hutan sering kali atas permintaan atau setidaknya diekspor ke negara maju. Kerusakan lingkungan tidak terlepas dari peran negara maju maupun negara berkembang. Suatu hal yang perlu disadari bahwa penebangan hutan berlevih dapat menimbulkan tanah longsor yang berdampak pada kerugian harta benda dan nyawa manusia. Selain itu,kerusakan pada suatu negara akan berdampak pada negara lain. Sebagai ilustrasi, pembakaran hutan pada suatu negara akan berdampak pada polusi udara atas asap bekas pembakaran. Jadi, suatu hal yang penting adalah perlunya upaya mengatasi kerusakan ekologi (darat, udara,laut), sebagaimana upaya dunia mengatasi kerusakan ekologi seperti diselenggarakannya Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Bumi berdasarkan Declaration of Rio tentang Principle of Forestry.

      Perhatian terhadap Global Warming, sebagai bentuk nyata terhadap proses kerusakan ekologi. Kepada generasi dunia yang akan hidup pada abad mendatang perlu dibekali dengan penguatan sains-teknologi dan spiritual-keagamaan yang diharapkan dapat memecahkan berbagai permasalaha kehidupan masyarakat dunia yang semaakin kompleks. Selain pentingnya subtansi kurikulum yang dapat menjawab tantangan zaman lagi generasi anak didik mendatang tidak ada pilihan lain, kecuali, pendidik/guru dalam proses pembelajaran di sekolah/madrasah perlunya mengedepankan kualitas tugas dalam propesi dalam diembangnya. Kehidupan masa depan membutuhkan pengetahuan dan keterampilan yang harus di miliki anak didik yang akan hidup pada zaman berbeda, di mana dunia senantiasa dinamis yang membutuhkan adaptasi (dengan pengetahuan dan keterampilan) pada era globalisasi.

      Globalisasi telah mengubah cara hidup manusia sebagai individu, sebagai warga masyarakat dan warga bangsa. Tidak seorang pun dapat menghindari dari arus globalisasi. Setiap individu dihadapkan pada dua pilihan: pertama, dia menempatkan dirinya dan berperan sebagai pemain dalam arus perubahan globalisasi; dan kedua, dia menjadi korban globalisasi. Arus globalisasi juga masuk dalam wilayah pendidikan dengan berbagai implikasi dan dampaknya, positif dan negatif. Dalam konteks ini, tugas dalam peranan seorang pendidikan/guru sebagai ujung tombak dunia pendidikan di sekolah/madrasah sangat terdepan dalm menciptakan SDM yang dapat berkompetitif dengan negara bangsa lain dalam suatu mayarakat dunia.

      Sejalan dengan berkembang sains-teknologi dan meluasnya pengaruh globalisasi, pendidik senantiasa dituntut dapat mengimbangi perkembangan sains-teknologi yang terus berkembang. Seorang pendidik diharapkan mampu pula menghasilkan anak didik sebagai SDM yang memiliki kompetensi tinggi dan siap menghadapi tantangan hidup dengan penuh percaya diri. Untuk mencipatakan SDM berkualitas tersebut, seperti diungkapkan Louis V. Gerstner, Jr, dkk(1995), dibutuhkan “sekolah unggul” atau sekolah berkualitas yang memiliki ciri-ciri:

      1.      Kepala sekolah yang dinamis dan komunikatif dengan kemerdekaan memimpin menuju visi keunggulan pendidikan.

      2.      Memiliki visi, misi, dan strategi untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan dengan jelas.

      3.      Pendidik yang kompeten yang senantiasa bergairah dalam melaksanankan tugas dengan profesional dengan inovatif.

      4.      Siswa-siswa yang sibuk, bergairah, dan kerja keras dalam proses pembelajaran.

      5.      Masyarakat dan orang tua yang berperan dalam menunjang pendidikan.

      Sejumlah kecenderungan dan tantangan globalisasi yang harus diantisipasi pendidik dengan pentingnya mengedepankan profesionalisme. Pertama, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat dan mendasar. Dengan kondisi ini, seorang pendidik diharapkan dengan menyesuaikan diri dengan responsif, arief, dan bijaksana. Responsif artinya pendidik harus bisa mengusai dengan baik produk iptek, terutama yang berkaitan dengan dunua pendidikan, seperti pembalajaran dengan menggunakan multimedia. Tanpa penguasaan iptek yang baik, pendidik akan tertinggal dan menjadi korban iptek.

      Kedua, krisis “moral” yang melanda bangsa dan negara Indonesia akibat pengaruh iptek dan globalisasi telah menjadi penggeseran nilai-nilai yang ada dalam kehidupan masyarakat. Nilai-nilai tradisional yang sangat menjungjung tinggi moralitas bisa saja dapat bergeser dengan seiring dengah pengaruh iptek dan globalisasi. Di kalangan remaja sangat begitu terasa akan pengaruh iptek dan globalisasi. Pengaruh hiburan baik berasal dari meedia cetak maupun media elektronik yang menjurus pada hal-hal pornografi telah menjadikan sebagian remaja tergoda dalam suatu “pilihan” kehidupan yang menjurus pada pergaulan bebas dan materialisme. Mereka sebenarnya hanya menjadi korban dari globalisasi yang selalu menuntut kepraktisan, kesenangan balaka (hedonisme) dan budaya cepat saji (instant).

      Ketiga, krisis sosial, seperti kriminalitas, kekerasan, pengangguran, dan kemiskinan yang terjadi dalam masyarakat dunia. Akibat perkembangan industri dan kepitalisme maka muncul masalah-masalah sosial yang ada dalam masyarakat. Tidak semua lapisan masyarakat bisa mengikuti dan menikmati dunia industri dan kapitalisme. Mereka yang lemah secara pendidikan, akses, dan ekonomi akan menjadi korban ganasnya industralisasi dan kapitalisme, ini merupakan tentangan bagi guru dalam merespons realitas ini, terutama dalam kaitannya dengan unia pendidikan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang formal dan sudah mendapat kepercayaan (trust) dari masyarakat harus mampu menghasilkan peserta didik yang siap hidup dalam kondisi dan situasi bagaimanapun. Dunia pendidikan harus menjadi solusi dari suatu masalah sosial (kriminalitas,kekerasan, penganggura, dan kemiskinan)bukan menjadi bagian bahkan penyebab dari masalah sosial tersebut.

      Keempat, krisis identitas sebagai bangsa, sebagai bangsa dan negara di tengah bangsa lain di dunia membutuhkan identitas kebangsaan (nasionalisme) yang tinggi dari warga negara Indonesia. Semangat nasionalisme dibutuhkan tetep eksisnya bangsa dan negara Indonesia. Nasionalisme tinggi dari warga negara akan mendorong jiwa berkorban untuk bangsa dan negara sehingga akan membuat perilaku positif dan terbaik untuuk bangsa dan negara. Dalam dekade terakhir, ada kecenderungan menipisnya jiwa nasionalisme di kalangan generasi muda. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator, seperti kurang apresiasinya generasi muda terhadap “kebudayaan asli” bangsa Indonesia, pola dan hidup remaja yang kebarat-baratan, dan beberapa idikator lainnya. Melihat realitas perilaku generasi muda ini, pendidik/guru sebagai penjaga nilai-nilai termasuk nilai nasionalisme harus mampu memberikan kesadaran kepada generasi muda akan pentingnya jiwa nasionalisme dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

      Kelima, adanya perdagangan bebas, baik tingkat ASEAN, Asia Pasifik, maupun dunia. Kondisi ini membutuhkan kesiapan yang matang terutama dari segi SDM. Indonesia, ke depan, membutuhkan SDM yang andal dan unggul yang siap bersaing dengan bangsa-bangsa lain. Dunia  pendidikan mempunyai peranan yang penting dan strategi dalam menciptakan SDM yang berkualitas.dibutuhkan pendidik/guru yang visioner, kompeten, berdedikasi tinggi dan berkomitmen agar mampu membekali peserta didik, output, dengan sejumlah kompetensi yang diperlukan dalam kehidupan di tengah masyarakat sedang dan terus berubah.

      Bertalian dengan perubahan paradigma tersebut, setidaknya terdapat tiga acuan dasar pendidikan nasional. Pertama, acuan filosofis, yakni yang mampu mengembangkan kreativitas, kebudayaan, dan peradaban; mendukung desiminitas nilai keunggulan mengembangkan nilai-nilai demokrassi, kemanusian,keadilan, dan keagamaan; dan mengembangkan secara berkelanjutan kinerja dan kreatif dan produktif yang koheren dengannilai-nilai moral. Kedua, acuan nilai kultural, yakni nilai inti ideal acuan pendidikan yaitu nilai pemberdayaan untuk kemandirian dan keunggulan; pada tingkat  instrumental, ekonomi, kecakapan, kesadaran berdemokrasi, kreativitas, daya saing, estetika, kearifan, moral, harkat martabat, dan kebanggan; pada tingkat operasioal pentingnya kerja keras, sportivitas, kesiapan bersaing, bekerja sama, dan disiplin diri. Ketiga, acuan lingkungan strategis yakni masih berlangsungnya beragam krisis, reformasi total terhadap birokrasi, ekonomi, sosial, politik, huku, dan kehidupan beragama; pendidikan dengan standar global; dan penggunaan berbagai cara belajar dengan mendaya gunakan beragam sumber belajar.

      Dalam pembangunan SDM dikelompokkan pada dimensi pekerjaan dan angkatan kerja, serta ilmu pengetahuan dan kualitas hidup. Dimensi tersebut saling mendukung dan bertalian erat satu dengan lain dalam rangka peningkatan kualitas SDM. Setiap dimensi memiliki karakter dan masalah tersendiri yang memerlukan penyelesaian secara efisien dan efektif (pekerjaan dan angkatan kerja, serta Iptek dan kualitas hidup). Dimensi tersebut saling mendukung bertalian erat satu dengan lain dalam rangka peningkatan kualitas SDM. Setiap dimensi memeiliki karakter dan masalah tersendiri yang memerlukan penyelesaian secara efisien dan efektif.

      Dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan nasional, diperlukan pendidik/guru profesional yang mencukupi dan dapat menggerakan dinamika kemajuan pendididikan nasional  diperlukan suatu proses yang berkesinambungan, tepat sasaran dan efektif. Dalam kenyataannya masih banyak guru yang belum memenuhi syarat untuk disebut sebagi guru profesional. Keyataan ini tentu saja menjadi pekerjaan rumah yang sangat berat bagi pemerintah.

      Dalam meningkatkan kualitas pendidik/guru dilakukan dengan melakukan program sertifikasi guru yang berlangsung saat ini, kualifikasi menjadi salah satu syarat utama selain penilaian portofolio. Tantangan berikutnya adalah tuntunan masyarakat dimana pendidik/guru di tuntut benar-benar profesional dalam menjalankan tugasnya. Karena itulah, perlu dicermati kebijakan pemerintah atau undang-undang No. 14/2005 tentang Guru dan Dosen. Pada pasal 7 dan pasal 20 diamanatkan :

      Pasal 7

      Pemberdayaan profesi guru diselenggarakan melalui pengembangan diri dilakukan secara demokratis, berkeadilan, tidak diskriminatif, dan berkelanjutan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, kemajemukan bangsa, dan kode etik profesi.

      Pasal 20

      Dalam melaksanakan tugas profesional, guru berkewajiban meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi cara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.

      Pendidik, dalam hal ini,merupakan seorang yang paling bertanggung jawab dalam peningkatan kualitas pendidikan. Dalam sejarah peradaban dunia, guru berada di garda terdepan dalam menciptakan kualitas SDM. Pendidik berhadapan langsung dengan peserta didik di kelas melalui proses pembelajaran di kelas. Ditangan pendidik dihasilkn peserta didik yang berkualitas, baik secara akademis, skill (keahlian), kematangan emosional, moral dan mental spiritual. Dari peran dan fungsi pendidik, dihasilkan generasi  masa depan yang siap hidup dengan tantangan zaman berbeda. Karena itu, diperlukan sosok pendidik/guru yang mempunyai kualifikasi, kompetensi dan dedikasi tinggi dalam menjalankan profesinya. Pendidik/guru adalah “kurikulum berjalan” yang menentukan kualitas pembelajaran.

      Fuad Hasan, mantan Mendiknas RI, pernah mengatakan sebaik apa pun kurikulum dan sistem pendidikan yang ada tanpa di dukung  oleh mutu pendidik/guru yang memenuhi syarat, semuanya akan sia-sia. Kenyataan akan menunjukkan bahwa kualitas pendidik/guru di Indonesia masih banyak aspek yang  perlu dibenahi. Boediono dan Don Adam (1997) mengatakan proses rencana pendidikan 25 tahun ke-2 (1993-2018) meliputi empat hal penting yang saling berkolerasi: peranan tim komite, kapabilitas istem pendidikan, perubahan sosial dan industri dan menetapkan tujuan dan target pendidikan nasional jangka panjang.

      Seorang yang memilih profesi pendidik dalam pilihan kehidupannya, idealnya yang bersangkutan harus mengembangkan tiga kemampuan utama, yaitu: pribadi, professional, dan social. Dalam proses pembelajaran keberhasilan seorang guru terletak pada antara lain: kepribadian, penguasaan metode, frekuensi dan intensitas aktivitas interaktif guru dan siswa, wawasan, penguasaan materi, dan penguasaan proses pembelajaran. Karena itu, persyaratan menjadi guru tidak hanya kecerdasan, terampil, pintar, dan professional, tetapi juga perlu memiliki keunggulan akhlakul karimah.

      Idealnya, seorang pendidik perlu memiliki beberapa karakteristik:

      1.      Memiliki komitmen terhadap profesionalitas, yang melekat pada dirinya sikap dedikatif.

      2.      Menguasai ilmu dan mampu mengembangkannya serta menjelaskan fungsinya dalam kehidupan, menjelaskan dimensi teoretis dan praktisnya, atau sekaligus melakukan transfer ilmu pengetahuan, internalisasi, dan ‘amaliyah (implementasi).

      3.      Mendidik dan menyiapkan anak didik agar mampu berkreasi, serta mampu mengatur serta memelihara hasil kreasinya untuk tidak menimbulkan malapetaka bagi dirinya, masyarakat dan alam sekitarnya.

      4.      Mampu menjadi model atau sentral identifikasi diri, atau menjadi pusat panutan atau teladan dan konsultan bagi peserta didiknya.

      5.      Memiliki kepekaan intelektual dan informasi, serta memengaruhi pengetahuan dan keahliannya serta berkelanjutan, dan berusaha mencerdaskan peserta didik.

      6.      Bertanggung jawab dalam membangun peradaban bangsa berkualitas di masa depan.

      Dalam UU No. 14 Tahun 2005 dikatakan bahwa profesi guru dan dosen merupakan bidang pekerjaan yang khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip:

      a.       Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealism.

      b.      Memiliki komitmen untuk meningkatkan kualitas pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia.

      c.       Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas.

      d.      Memiki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas.

      e.       Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan.

      f.       Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan profesi kerja.

      g.      Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat.

      h.      Memiliki jaminan perlindungan hokum dalam menjalankan tugas keprofesionalan.

      i.        Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan pendidik/guru.

      E. Mulyasa (2008: 20-30), bagi seseorang dalam melaksanakan tugasnya, sedikitnya ada tujuh kesalahan yang sering dilakukan pendidik/guru dalam pembelajaran:

      1.      Mengambil jalan pintas dalam pembelajaran.

      2.      Menunggu peserta didik berperilaku negatif.

      3.      Menggunakan destructive discipline.

      4.      Mengabaikan perbedaan peserta didik.

      5.      Merasa paling pandai dan tahu.

      6.      Tidak adil (diskriminatif).

      7.      Memaksa hak peserta didik.

      Globalisasi dan kecenderungannya, telah mendorong terjadinya perubahan paradigm guru, dari paradigma “lama” ke yang “baru”, di mana seorang pendidik diharapkan:

      1.      Tidak terjebak pada rutinitas belaka, tetapi selalu mengembangkan dan memperdayakan diri secara terus-menerus untuk meningkatkan secara kualifikasi dan kompetensinya, baik melalui pendidikan formal maupun pelatihan, seminar, lokakarya, dan kegiatan sejenisnya.

      2.      Mampu menyusun dan melaksanakan strategi dan model pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM) yang menggairahkan motivasi belajar peserta didik.

      3.      Mengurangi dominasi dalam pembelajaran sehingga pemberian kesempatan pada peserta didik agar lebih berani, mandiri, dan kreatif dalam proses pembelajaran.

      4.      Memperkaya bahan pembelajaran sehingga peserta didik mendapatkan sumber belajar yang lebih bervariasi.

      5.      Menyukai apa yang diajarkannya dan menyukai mengajar sebagi suatu profesi yang menyenangkan.

      6.      Mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mutakhir sehingga memiliki wawasan yang luas dan tidak tertinggal dengan informasi terkini.

      7.      Mampu menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat luas dengan selalu menunjukkan sikap dan perbuatan terpuji dan memiliki integritas yang tinggi.

      8.      Mempunyai visi ke depan dan mampu membaca tantangan zaman sehingga siap menghadapi perubahan dunia yang tak menentu yang membutuhkan kecakapan dan kesiapan yang baik.

      Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Jansen H. Sinamo (2008), dengan istilah mentalitas professional bahwa pada abad ke 21 sangat menonjol dicirikan oleh globalisasi yang serba kompetitif dengan perubahan yang terus dan cepat. Tidak terbayang lagi ada organisasi, termasuk lembaga pendidikan, dapat bertahan tanpa didukung profesionalisme. Sinamo menulis setidaknya ada tujuh mentalitas professional yang harus dimiliki oleh kalangan professional:

      1.      Mentalitas mutu, seorang professional menampilkan kinerja yang baik.

      2.      Mentalitas altruistic, seorang professional selalu dimotivasi oleh keinginan mulia berbuat baik.

      3.      Mentalitas melayani, melayani konstituen dengan optimal.

      4.      Mentalitas pembelajar, menerima pendidikan dan pelatihan secara mendalam sebelum menjadi professional.

      5.      Mentalitas pengabdian, adanya rasa keterpanggilan untuk mengabdi pada bidang yang telah dipilihnya.

      6.      Mentalitas kreatif, selalu menginginkan kreativitas, berdaya cipta dan inovatif.

      7.      Mentalitas etis, tidak mengkhianati etika dan moralitas profesinya.

      Agar Indonesia menjadi negara maju dan berperadaban ke depan, perhatian terhadap kebijakan pendidikan nasional harus menjadi terdepan dalam prioritas pembangunan. Kualitas pendidikan tidak terlepas dari peranan kualitas proses pembelajaran, yang dalam pelaksanaannya lebih ditentukan pendidik/guru berkualitas dan professional. Agar proses pembelajaran berkualitas dan tetap relevan, up to date terhadap kebutuhan masyarakat dalam rangka menciptakan SDM, man-power, yakni anak didik sebagai generasi masa depan yang berkualitas, pendidik hendaknya perlu menyadari, introspeksi diri dengan mengedepankan pentingnya profesionalisme, dan beradaptasi dalam iklim sosial-pendidikan  yang dinamis, dan perlu melihat inovasi terhadap teknik pembelajaran. Selain itu, yang tidak kalah pentingnya adalah diperlukan seorang pendidik dengan perlunnya meningkatkan kreatif, inovatif, dan bermentalitas professional.

      BAB III

      PENUTUP

            1.      Kesimpulan

      Profesionalisme guru merupakan kondisi,arah, nilai,tujuan, dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata pencaharian.

      Dilihat dari tugas dan tanggung jawabnya, pendidik dituntut untuk memiliki beberapa persyaratan untuk menjadi guru yang profesional yaitu, sebagai berikut:

      1.      Menuntut adanya keteramplilan yang berdasarkan konsep dan teori ilmu pengetahuan yang mendalam.

      2.      Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang profesinya.

      3.      Menuntut tingkat pendidikan keguruan yang memadai.

      4.      Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang dilaksanakannya.

      5.      Memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupannya.

      Globalisasi adalah proses penyebaran unsur-unsur baru khususnya yang menyangkut informasi secara mendunia melalui media cetak maupun elektronik.

      Tantangan profesionalisme guru dalam globalisasi: 1. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat dan mendasar. 2. krisis “moral”. 3. krisis sosial. 4. krisis identitas sebagai bangsa. 5. adanya perdagangan bebas, baik tingkat ASEAN, Asia Pasifik, maupun dunia.

      2.          2. Saran

      Makalah ini masih mempunyai banyak kelemahan dan kekurangan. Maka dari itu, kepada para pembaca yang ingin mendalami masalah tentang profesionalisme guru dan globalisasi, setelah membaca makalah ini membaca dari sumber lain yang lebih lengkap.

      Marilah kita belajar untuk menjadi seorang calon guru yang profesional dan mampu menghadapi segala perubahan yang diakibatkan oleh arus globalisasi.

      DAFTAR PUSTAKA

      Idi,Abdullah. 2011. Sosiologi Pendidikan: Individu, Masyarakat, dan Pendidikan.

      Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

      Alimudin.2009.ProfesionalismeGuru.http://alimudinmakalh.blogspot. com/2009/04/profesionalisme-guru.html. Tanggal: 23 Juni 2014.

    7. Makalah Konsep Dasar Belajar

      Makalah Konsep Dasar Belajar

      Makalah ini membahas tentang konsep dasar belajar mebahas tentang konsep belajar.

      Konsep Dasar Belajar

      Bab I. Pendahuluan

      A. Latar Belakang

      Guru, sebagai salah satu unsur pendidik harus memiliki kemampuan memahami bagaimana peserta didik belajar dan kemampuan mengorganisasikan proses pembelajaran yang mampu mengembangkan kemampuan dan bentuk watak peserta didik. Untuk dapat memahami proses belajar yang terjadi pada diri siswa, guru perlu menguasai hakekat dan konsep dasar belajar. Dengan menguasai hakekat dan konsep dasar belajar, guru mampu menerapkannya dalam kegiatan pembelajaran, karena fungsi utama pembelajaran adalah memfasilitasi tumbuh dan berkembangnya belajar dalam diri peserta didik

      Sehubungan dengan itu sebagai calon pendidik yang baik hendaknya memahami dan menerapakan konsep dasar belajar dan pembelajaran serta tujuan dari belajar dan pembelajaran sehingga peserta didik dapat belajar dalam kondisi pembelajaran yang efektif.

      B. Rumusan Masalah

      Ada beberapa rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu sebagai berikut:

      1. Apa pengertian konsep dasar belajar?
      2. Apa pengertian belajar menurit para ahli?
      3. Apa saja ciri-ciri belajar?
      4. Apa ciri perilaku belajar?
      5. Apa tujuan belajar?

      C. Tujuan Penulisan

      Berdasarkan rumusan masalah yang akan di bahas, tujuan yang ingin dicapai dari makalah ini adalah sebagai berikut:

      1. Untuk mengetahui pengertian konsep dasar belajar.
      2. Untuk mengetahui pengertian belajar menurit para ahli.
      3. Untuk mengetahui ciri-ciri belajar.
      4. Untuk mengetahui ciri perilaku belajar.
      5. Untuk mengetahui tujuan belajar.

      Bab II. Pembahasan

      A. Konsep Dasar Belajar

      Belajar adalah kunci yang paling utama dari setiap usaha pendidikan. Jadi tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan. Belajar sebagai suatu proses dan belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berhubungan dengan upaya kependidikan. Sebagai contoh psikologi pendidikan serta psikologi belajar.

      Perubahan serta kemampuan untuk berubah adalah batasan serta makna yang terkandung di dalam belajar. Hal ini disebabkan karena kemampuan berubah yang dikarenakan belajar. Maka, manusia bisa berkembang lebih jauh dari makhluk yang lainnya sehingga dia terpilih sebagai khalifah di bumi ini. Atau bisa jadi karena kemampuan berkembang melalui belajar itu pula manusia secara bebas bisa mengeksplorasi serta memilih dan menetapkan keputusan-keputusan yang penting di dalam hidup mereka.

      Konsep dasar belajar merupakan kegiatan yang berposes dalam memakai unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Hal ini berarti bahwaberhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dijalani siswa baik pada saat dia berada di sekolah atau berada di lingkungan rumah atau di lingkungan keluarganya sendiri. Untuk itu pemahaman yang benar tentang konsep dasar belajar dengan segala aspek serta bentuk dan manivestasinya sangat mutlak dibutuhkan oleh para pengajar. Adanya kekeliruan atau ketidak lengkapan persepsi mereka akan proses belajar dan hal-hal yang berkaitan dengannya mungkin bisa mengakibatkan kurang bermutunya hasil belajar yang dicapai murid.

      Ada sebagian orang yang beranggapan bahwa konsep dasar belajar hanya semata-mata menghapalkan atau mengumpulkan fakta-fakta yang ada dalam bentuk informasi atau materi dalam pelajaran. Maka orang yang beranggapan seperti itu biasanya akan segera merasa bangga saat anak-anaknya telah bisa menyebutkan kembali secara lisan sebagian besar informasi yang ada di dalam buku teks atau yang di ajarkan oleh guru.

      Selain itu, ada juga sebagian orang yang memandang bahwa belajar adalah latihan biasa seperti yang terlihat pada latihan membaca serta menulis. Persepsi semacam ini biasanya membuat mereka akan merasa cukup puas jika anak-anak mereka sudah bisa memperlihatkan keterampilan secara fisik tertentu walaupun tanpa pengetahuan tentang arti dan hakikat serta tujuan keterampilan tersebut. (http://www.informasi-pendidikan.com)

      B. Definisi Belajar Menurut Para Ahli

      Belajar menurut teori behavioristic diartikan sebagai proses perubahan tingkahlaku. Perubahan tersebut disebabkan oleh seringnya interaksi antara stimulus dan respon. Menurut behavioristic, inti belajar adalah kemampuan seseorang melakukan respon terhadap stimulus yang dating kepada dirinya.

      Belajar menurut pandangan teori kognitif diartikan proses untuk membangun persepsi seseorang dari sebuah objek yang dilihat. Oleh sebab itu, belajar menurut ini adalah lebih mementingkan proses dari pada hasil.

      Adapun menurut pandangan teori konstruktivisme belajar adalah upaya untuk membangun pemahaman atau persepsi atas dasar pengalaman yang dialami siswa, oleh sebab itu belajar menurut pandangan teori ini merupakan proses untuk memberikan pengalaman nyata bagi siswa, ada tiga potensi yang harus diubah malalui belajar, yaitu potensi intelektual (kognitif), potensi moral (efektif), dan keterampilan mekanik/otot (psikomotor).

      Belajar adalah kegiatan yang berposes dalam menggunakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti, bahwa berhasi; atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantuk pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada di sekolah maupun berada di lingkungan ruman atau keluarganya sendiri. Oleh karenanya, pemahaman yang benar mengenai belajar dengan segala aspek, bentuk, dan menivestasinya mutlak diperlukan iloh para pendidik. Kekeliruan atau ketidak lengkapan persepsi mereka terhadap proses belajar dan hal-hal yang berkaitan dengannya mungkin akan mengakibatkan kurang bermutunya hasil belajar yang dicapai peserta didik.

      Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata menghapalkan atau mengumpulkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi atau meteri pelajaran. Orang yang beranggapan demikian biasanya akan segera merasa bangga ketika anak-anaknya telah mampu menyebutkan kembali secara lisan (verbal) sebagian besar informasi yang terdapat dalam buku teks atau yang di ajarkan oleh guru. (mahasiswa pai, 2010)

      Disamping itu, ada pula sebagian orang yang memandang belajar sebagai latihan biasa seperti yang tampak pada latihan membaca dan menulis. Berdasarkan persepsi semacam ini, biasanya mereka akan merasa cukup puas bila anak-anak mereka telah mampu memperlihatkan keterampilan jasmaniyah tertentu walaupun tanpa pengetahuan mengenai arti, hakikat dan tujuan keterampilan tersebut. Untuk menghindari ketidaklengkapan persepsi tersebut, selanjutnya akan disajikan beberapa defenisi dari para ahli dalam (mahasiswa pai, 2010) yang diantaranya sebagai berikut :

      S. Nasution M.A., mendefenisikan belajar sebagai perubahan kelakuan, pengalaman dan latihan. Jadi belajar membawa suatu perubahan pada diri individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya mengenai sejumlah pengalaman, pengetahuan, melainkan juga membentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, minat, penyesuaian diri. Dalam hal ini meliputi segala aspek organisasi atau pribadi individu yang belajar.

      Sardiman A.M. : belajar itu merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya.

      S. Suryabrata : belajar itu merupakan suatu perubahan berupa kecakapan baru melalui suatu usaha tertentu. Usaha tersebut dapat diproleh melalui sebuah proses yang disebut pendidikan.

      Ngalim Purwanto : belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan sesaat seseorang.

      M. Dalyono : belajar itu merupakan usaha melakukan perubahan progressive dalam tingkah laku, sikap dan perbuatan. Dengan begitu, melalui belajar anak diharapkan dapat mengalami peningkatan kepribadian yang diinginkan.

      Dr. Oemar Hamalik : belajar merupakan proses penerimaan pengetahuan yang diserap dari lingkungan peserta didik dengan pengamatan yang dibantu melalui panca indranya.

      Ahmad Thonthowi : belajar merupakan perubahan tingkah laku karena latihan dan pengalaman.

      Wasty Soemanto : belajar itu merupakan suatu proses yang berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan.

      Menurut H. C. dalam siregar evelin & Nara Hartini (2002) Witherington menjelaskan pengertian belajar sebagai suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan kepribadian atau suatu pengertian.

      Gage Berlinger dalam siregarevelin & Nara Hartini (2002) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman.

      Harold Spears dalam siregarevelin Nara Hartini (2002) mengemukakan pengertian belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu pada dirinya sendiri, mendengar dan mengikuti aturan.

      Singer dalam siregarevelin Nara Hartini (2002) belajar adalah sebagai perubahan perilaku yang relative tetap yang disebabkan praktik atau pengalaman yang sampai dalam situasi tertentu.

      Siregarevelin Nara Hartini (2002) belajar adalah proses yang kompleks yang di dalamnya terkandung beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut adalah:

      1. Bertambahnya jumlah pengetahuan
      2. Adanya kemampuan mengingat dan memproduksi
      3. Adanya penerapan pengetahuan
      4. Menyimpulkan makna
      5. Menafsirkan dan mengaitkan dengan realita
      6. Adanya perubahan sebagai pribadi

      Dari beberapa perspektif pengertian belajar adalah suatu aktifitas mental (psikis) yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungannya yang menghasilkan perubahan yang bersifat relative konstan.

      C. Ciri-ciri Belajar

      1. Ciri umum belajar

      Unsur-unsurBelajar
      PelakuSiswa yang bertindak belajar atau pembelajar
      TujuanMemperoleh hasil belajar dan pengalaman hidup
      ProsesInternal pada diri pembelajar
      TempatDisembarang tempat
      Lama waktuSepanjang hayat
      Syarat terjadiMotivasi belajar kuat
      Ukuran keberhasilanDapat memecahkan masalah
      FaedahMempertinggi martabat pribadi
      HasilHasil belajar sebagai dampak pengajaran dan pengiringan

      Hakekat belajar adalah perubahan tingkah laku sehingga menurut Djamarah(2002:15) dalam (Ramli, 2012) belajar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

      1. Belajar adalah perubahan yang terjadi secara sadar.
      2. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional.
      3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif.
      4. Perubahan dalam belajar tidak bersifat sementara.
      5. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah.
      6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.

      Menurut aliran Humanis bahwa setiap orang menentukan sendiri tingkahlakunya. Orang bebas memilih sesuai dengan kebutuhannya. Tidak terikat padalingkungan. Hal ini sesuai dengan Wasty Sumanto yang dikutip dari Darsono(2000:18) dalam (Ramli, 2012) bahwa tujuan pendidikan adalah membantu masing-masing individu untuk mengenal dirinya sendiri sebagai manusia yang unik dan membantunya dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada pada diri masing-masing. Menurut pandangan dan teori Konstruktivisme (Sardiman, 2006:37) dalam (Ramli, 2012) belajar merupakan proses aktif dari si subyek belajar untuk merekonstruksi makna, sesuatu entah tes, kegiatan dialog, pengalaman fisik dan lain-lain. Belajar merupakan prosesmengasimilasi dan menghubungkan dengan pengalaman atau bagian yangdipelajarinya dari pengertian yang dimiliki sehingga pengertiannya menjadi berkembang

      Sehubungan dengan hal itu, ada beberapa ciri atau prinsip dalam belajar menurut Paul Suparno seperti dikutip oleh Sardiman (2006: 38)dalam (Ramli, 2012)  yang dijelaskansebagai berikut:

      1. Belajar mencari makna. Makna diciptakan siswa dari apa yang mereka lihat,dengar, rasakan, dan alami.
      2. Konstruksi makna adalah proses yang terus menerus.
      3. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, tetapi merupakan pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru. Belajar bukanlah hasil perkembangan tetapi perkembangan itu sendiri.
      4. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subyek belajar dengan dunia fisik dengan lingkungannya.
      5. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui si subyek  belajar, tujuan, motivasi yang mempengaruhi proses interaksi dengan bahan yangtelah dipelajari.

      Berdasarkan ciri-ciri yang disebutkan di atas, maka proses mengajar bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa tetapi suatu kegiatan yangmemungkinkan siswa merekonstruksi sendiri pengetahuannya dan menggunakan pengetahuan untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu guru sangat dibutuhkan untuk membantu belajar siswa sebagai perwujudan perannyasebagai mediator dan fasilitator.  (Ramli, 2012)

      Belajar tidak hanya berkenaan dengan jumlah pengetahuan tetapi juga meliputi seluruh kemampuan individu.

      a. Belajar harus memungkinkan terjadinya perubahan perilaku pada diri individu

      Perubahan tersebut tidak hanya pada aspek pengetahuan atau kognitif saja tetapi juga meliputi aspek sikap dan nilai (afektif) serta keterampilan (psikomotor).

      b. Perubahan itu harus merupakan buah dari pengalaman

      Perubahan prilaku yang terjadi pada diri individu karena adanya interaksi antara dirinya dengan lingkungan. Interaksi ini dapat berupa interaksi fisik. Misalnya, seorang anak akan mengetahui bahwa api itu panas setelah ia menyentuh api yang menyala pada lilin.

      Di samping melalui interaksi fisik, perubahan kemampuan tersebut dapat diperoleh melalui interaksi psikis. Contohnya, seorang anak akan berhati-hati menyeberang jalan setelah ia melihat ada orang yang tertabrak kendaraan. Perubahan kemampuan tersebut terbentuk karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya. Mengedipkan mata pada saat memandang cahaya yang menyilaukan atau keluar air liur pada saat mencium harumnya masakan bukan meruapakan hasil belajar.

      Di samping itu, perubahan prilaku karena faktor kematangan tidak termasuk belajar. Seorang anak tidak dapat belajar berbicara sampai cukup umurnya. Tetapi perkembangan kemampuan berbicaranya sangat tergantung pada rangsangan dari lingkungan sekitar. Begitu juga dengan kemampuan belajar.

      c. Perubahan tersebut relatif tetap

      Perubahan perilaku akibat obat-obatan, minuman keras, dan yang lainnya tidak dapat dikategorikan sebagai perilaku hasil belajar. Seorang atlet yang dapat melakukan lompat galah melebihi rekor orang lain karena minum obat tidak dapat dikategorikan sebagai hasil belajar. Perubahan tersebut tidak bersifat menetap. Perubahan perilaku akibat belajar akan bersifat cukup permanen. (Udin S. Winataputra, dkk, 2008)dalam (Ramli, 2012)

      Ciri utama dari pembelajaran adalah inisiasi, fasilitasi, dan peningkatan proses belajar siswa. Sedangkan komponen-komponen dalam pembelajaran adalah tujuan, materi, kegiatan, dan evaluasi pembelajaran.

      D. Ciri Perilaku Belajar

      Tidak semua tingkah laku dikategorikan sebagai aktivitas belajar. Adapun tingkah laku yang dikategorikan sebagai perilaku belajar dalam (siti, 2011) memiliki ciri sebagai berikut:

      1. Perubahan tingkah laku terjadi secara sadar

      Suatu perilaku digolongkan sebagai aktivitas belajar apabila pelaku menyadari terjadinya perubahan tersebut atau sekurang-kurangnya merasakan adanya suatu perubahan dalam dirinya. Misalnya, menyadari pengetahuannya bertambah.

      2. Perubahan bersifat kontinu dan fungsional

      Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan dan tidak statis. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan selanjutnya akan berguna bagi proses belajar berikutnya. Contoh, jika seorang anak belajar membaca, maka ia akan mengalami perubahan dari tidak dapat membaca menjadi dapat membaca. 

      3. Perubahan bersifat positif dan aktif

      Perubahan dikatakan positif apabila perilaku senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Perubahan dalam belajar bersifat aktif berarti bahwa perubahan tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan karena usaha individu sendiri.

      4. Perubahan bersifat permanen

      Perubahan yang terjadi karena belajar bersifat menetap atau permanen. Contoh, seorang anak yang cakap bermain sepeda setelah belajar tidak akan hilang begitu saja melainkan akan terus dimiliki atau bahkan berkembang jika tetap dilatih.

      5. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah

      Perubahan tingkah laku dalam belajar mensyaratkan adanya tujuan yang akan dicapai oleh pelaku belajar dan terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari. Contoh, seseorang yang belajar mengetik, sebelumnya sudah menetapkan apa yang mungkin dapat dicapai dengan belajar mengetik.

      6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

      Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku.Misal, jika seseorang belajar sesuatu, maka perubahan akan mencakup dalam sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

      E. Tujuan Belajar

      Tujuan belajar dalam (wira, 2012) dapat diartikan sebagai suatu kondisi perubahan tingkah laku dari individu setelah individu tersebut melaksanakan proses belajar. Melalui belajar diharapkan dapat terjadi perubahan (peningkatan) bukan hanya pada aspek kognitif, tetapi juga pada aspek lainnya. Selain itu tujuan belajar yang lainnya adalah untuk memperoleh hasil belajar dan pengalaman hidup. Benyamin S Bloom, menggolongkan bentuk tingkah laku sebagai tujuan belajar atas tiga ranah, yakni:

      1. Ranah kognitif berkaitan dengan perilaku yang berhubungan dengan berpikir, mengetahui, dan memecahkan masalah. Ranah kognitif menurut
      2. Ranah afektif berkaitan dengan sikap, nilai-nilai, minat, aspirasi dan penyesuaian perasaan sosial. Penerimaan (reseving) yakni sensitivitas terhadap keberadaan fenomena atau stimuli tertentu, meliputi kepekaan terhadap hal-hal tertentu, dan kesediaan untuk memperhatikan hal tersebut.
      3. Ranah psikomotor mencakup tujuan yang berkaitan dengan keterampilan (skill) yang bersifat manual dan motorik.

      Bab III. Penutup

      A. Kesimpulan

      Belajar adalah suatu aktifitas mental (psikis) yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungannya yang menghasilkan perubahan yang bersifat relative konstan.

      Belajar memiliki ciri-ciri, yaitu:

      1. perubahan yang terjadi secara sadar,
      2. perubahan dalam belajar bersifat fungsional,
      3. perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif,
      4. perubahan dalam belajar tidak bersifat sementara,
      5. perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah,
      6. perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.

      Melalui belajar diharapkan dapat terjadi perubahan (peningkatan) bukan hanya pada aspek kognitif, tetapi juga pada aspek lainnya. Selain itu tujuan belajar yang lainnya adalah untuk memperoleh hasil belajar dan pengalaman hidup. Benyamin S Bloom, menggolongkan bentuk tingkah laku sebagai tujuan belajar atas tiga ranah, yakni ranah kognitif, afektif dan psikomotor.

      B. Saran

      Hendaknya guru menguasai hakekat dan konsep dasar belajar, agar ia dapat memahami proses belajar yang terjadi pada diri siswa. Selain itu, agar guru juga dapat menerapkannya dalam kegiatan pembelajaran, karena fungsi utama pembelajaran adalah memfasilitasi tumbuh dan berkembangnya belajar dalam diri peserta didik

      DAFTAR PUSTAKA

      Aqib, Z. (2013). Model-Model, Media dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif). Bandung: Yrama Widya.

      Ramli. (2012). Hakikat dan ciri-ciri belajar. [Online]. Tersedia: http://www.blogspot.com. [25 Oktober 2015].

      Siregar, E., dan Nara, H. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia.

      Siti. (2011). Pengertian Belajar [Online]. Tersedia: http://www.Wordpress. com. [03 Oktober 2015].

      Pendidikan, I. (2013). Konsep Dasar Belajar. [Online]

      Tersedia: http://www.informasi-pendidikan.com/2013/07/konsep-dasar-belajar.html