Blog

  • Makalah Asuhan Kebidanan Pada Bayi baru Lahir

    Asbid Pada Bayi baru Lahir

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Angka kematian bagi bayi khususnya neonatus merupakan indikator dalam menilai status kesehatan masyarakat suatu bangsa dan kini digunakan juga sebagai ukuran untuk menilai kualitas pengawasan antenatal.

    Dalam 30 tahun terakhir ini angka kematian bayi turun dengan mencolok, tapi angka kematian perinatal dalam 10 tahun terakhir kurang lebih menetap. Misi MPS (Making Pregnancy Safer) di Indonesia tahun 2001-2010 antara lain adalah menurunkan angka kematian neonatal menjadi 16 per 1000 kelahiran hidup dari 77,3-137,7 per 1000 (referrai hospital) untuk mencapai sasaran tersebut. Intervensi yang sangat kritis adalah tersedianya tenaga penolong persalinan yang terampil dan dapat memberikan pelayanan medik. Dengan adanya standart pelayanan medik. Dengan adanya standar tersebut para petugas kesehatan mengetahui kinerja apa yang diharapkan dari mereka apa yang harus mereka lakukan pada setiap tingkat pelayanan, serta kompetensiapa yang diperlukan.

    Mengingat masa neonata/bayi baru lahir adalah masa penentu. Perkembangan dan pertumbuhan bayi/anak selanjutnya serta diperlukan perhatian dan penanganan yang terpadu dan berkesinambungan, maka penyusun tertarik untuk mengambil kasus bayi baru lahir di RSAL Surabaya.

    1.2        Tujuan

    1.2.1        Tujuan Umum

    Mahasiswa Akademi Kebidanan mampu melakukan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir secara menyeluruh dan terpadu.

    1.2.2        Tujuan Khusus

    Diharapkan mahasiswa kebidanan mampu

    1.      Melakukan pengkajian pada bayi baru lahir.

    2.      Mengidentifikasi masalah.

    3.      Mngantisipasi masalah potensial.

    4.      Mengidentifikasi kebutuhan segera.

    5.      merencanakan dan melaksanakan asuhan kabidanan.

    6.      mengevaluasi hasil tindakan.

    1.3        Batasan Masalah

    Mengingat Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir cukup komplek dan mengingat waktu dan kemampuan penulis yang terbatas, maka penulis membatasi makalah ini pada Asuhan Kebidanan Bayi Baru lahir umur 2 jam di Ruang Bersalin E1 RSAL Surabaya.

    1.4        Metode Penulisan

    1.4.1        Studi Kepustakaan

    Sebagai pedoman dalam penyusunan makalah ini, maka penulis mempelajari literatur-literatur yang berhubungan dengan perawatan bayi baru lahir.

    1.4.2        Praktek Langsung

    Suatu tindakan kebidanan untuk memberikan asuhan kebidanan pada klien untuk memperoleh data mengenai keluhan serta keadaan klien maka penulis mengadakan pendekatan pada keluarga, mengobservasi dan melaksanakan asuhan kebidanan, mengobservasi dan memantau keadaan klien sampai dengan klien pulang atau sampai dengan masalah berhasil ditangani.

    1.4.3        Bimbingan dan Konsultasi

    Dalam penyusunan makalah ini, penulis juga melakukan konsultasi dengan pembimbing, baik pembimbing lahan praktek maupun pembimbing pendidikan.

    1.5        Sistematika Penulisan

    Bab 1  Pendahuluan

    1.1        Latar Belakang

    1.2        Tujuan

    1.3        Batasan Masalah

    1.4        Metode Penulisan

    1.5        Sistematika Penulisan

    Bab 2  Landasan Teori

    2.1        Konsep Bayi Baru Lahir

    2.1.1        Pengertian Bayi Baru Lahir

    2.1.2        Ciri-Ciri Bayi Normal

    2.2        Konsep Asuhan Kebidanan BBL

    2.2.1        Pengertian Asuhan BBL

    2.2.2        Hasil yang Diharapkan

    2.2.3        Manajemen Asuhan Kebidanan

    Bab 3  Tinjauan Kasus

    3.1        Pengkajian

    3.2        Identifikasi Masalah/Diagnosa

    3.3        Antisipasi Masalah Potensial

    3.4        Identifikasi Kebutuhan Segera

    3.5        Pengembangan Rencana

    Bab 4  Pembahasan

    Bab 5  Penutup

    5.1        Simpulan

    5.2        Saran

    Daftar Pustaka

    BAB 2

    LANDASAN TEORI

    2.1        Konsep Bayi Baru Lahir

    2.1.1        Pengertian Bayi Baru Lahir

    Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat badan 2500 gram sampai 4000 gram.

    (Asuhan Kebidanan anak dalam kontek keluarga: 1993)

    Asuhan segera pada bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi pada jam pertama setelah kelahiran, dilanjutkan sampai 24 jam setelah lahir.

    (PPKC : 2004)

    2.1.2        Ciri-Ciri Bayi Normal

    a.       BB 2500 – 4000 gram

    b.      Panjang lahir 48 – 52 cm

    c.       Lingkar dada 30 – 38 cm

    d.      Lingkar kepala 33 – 36 cm

    e.       Bunyi jantung pada menit pertama 180x/menit, kemudian heran 120 – 140 x/menit.

    f.       Pernafasan pada menit pertama 80x/menit, kemudian turun menjadi 40x/menit.

    g.      Kulit kemerah-merahan dan licin.

    h.      Rambut lanago tidak terlihat, rambut kepala sudah sempurna.

    i.        Kuku agak panjang dan lemas.

    j.        Genetalia, labia mayora sudah menutupi labra minora (perempuan) testis sudah turun di dalam scrotum (laki-laki).

    k.      Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk baik.

    l.        Reflek moro baik, bila dikagetkan bayi akan memperlihatkan gerakan seperti memeluk.

    m.    Graff reflek baik, bila diletakkan beda pada telapak tangan bayi akan menggenggam.

    n.      Eliminasi baik, urine dan mekonium keluar dalam 24 jam pertama.

    2.1.3        Perubahan-Perubahan yang Terjadi Pada BBL

    1)      Perubahan pernafasan/pada sistem pernafasan

    Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari pertukaran gas melalui placenta. Setelah bayi lahir harus melalui paru-paru bayi pernafasan pertama pada BBL terjadi normal dalam waktu 30 detik. Setelah kelahiran tekanan rongga dada bayi pada saat melalui jalan lahir pervagina mengakibatkan cairan paru-paru (pada bayi normal jumlahnya 80 – 100 ml). kehilangan 1/3 dari jumlah cairan tersebut sehingga cairan yang hilang ini diganti dengan udara. Pernafasan pada neonatus terutama pernafasan diafragmatik dan abdominal dan biasanya masih tidak teratur frekwensi dan dalamnya pernafasan.

    Bayi itu umumnya segera menangis sekeluarnya dari jalan lahir. Sebagai sebab-sebab yang menimbulkan pernafasan yang pertama, dikemukakan:

    a.       Rangsangan pada kulit bayi.

    b.      Tekanan pada thorax sebelum bayi lahir.

    c.       Penimbunan CO2

    Setelah anak lahir kadar CO­2 dalam darah anak naik dan ini merupakan rangsangan pernafasan.

    d.      Kekurangan O2

    e.       Pernafasan intrautrin

    Anak sudah mengadakan pergerakan pernafasan dalam rahim, malahan sudah menangis dalam rahim. Pernafasan di luar hanya merupakan lanjutan dari gerakan pernafasan di dalam rahim.

    f.       Pemeriksaan bayi

    Kebanyakan anak akan mulai bernafas dalam beberapa detik setelah lahir dan menangis dalam setengah menit.

    2)      Perubahan metabolisme karbohidrat/glukosa

    Fungsi otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Dengan tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lahir seorang bayi harus mulai mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri.

    Pada setiap bayi baru lahir glukosa darah akan turun dalam waktu cepat (1-2 jam).

    Koreksi penurunan gula darah dapat terjadi dengan 3 cara:

    a)      Melalui penggunaan ASI (bayi baru lahir sehat harus didorong untuk menyusu ASI secepat mungkin setelah lahir).

    b)      Melalui penggunaan cadangan glikogen (glikogenolisis).

    c)      Melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak (glukoneogenesis).

    3)      Perubahan suhu tubuh

    Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuh mereka, sehingga akan mengalami stres dengan adanya perubahan-perubahan lingkungan.

    Bayi baru lahir dapat kehilangan panas melalui:

    a)      Evaporasi  :  cairan menguap pada kulit yang basah.         

    b)      Konduksi :  kehilangan panas oleh karena kulit bayi berhubungan langsung dengan benda/alat yang suhunya lebih dingin.

    c)      Konveksi   :  terjadi bila bayi telanjang di ruang yang relatif dingin (25oC atau kurang)

    d)     Radiasi adalah kehilangan panas karena tubuh bayi yang lebih panas menyentuh permukaan yang lebih dingin.

    4)      Perubahan pada sistem kardiovaskuler

    Pada sistem kardiovaskuler harus terjadi 2 perubahan besar, yaitu:

    a)      Penutupan foramen ovale atrium jantung.

    b)      Penutupan duktus afteriosus antara arteri paru dan aorta.

    Dua peristiwa yang mengubah tekanan dalam sistem pembuluh:

    a)      Pada saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh darah meningkat dan tekanan atrium kanan menurun. Tekanan atrium kanan menurun karena berkurangnya aliran darah ke atrium kanan yang mengurangi volume dan selanjutnya tekanannya. Kedua kejadian ini membantu darah dengan kandungan oksigen sedikit mengatur ke paru-paru untuk mengalami proses oksigenasi ulang.

    b)      Pernafasan pertama menurunkan resistensi pembuluh paru dan meningkatkan tekanan atrium kanan. Oksigen pada pernafasan pertama ini menimbulkan relaksasi dan terbakarnya sistem pembuluh baru. Dengan peningkatan tekanan pada atrium kiri foramen ovale secara fungsi akan menutup.

    5)      Perubahan sistem gastrointestinal, ginjal

    Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan mencerna makanan masih terbatas, juga hubungan antara osephagus bawah dan lambung masih belum sempurna yang mengakibatkan gumoh pada bayi baru lahir dan bayi muda. Kapasitas lambung sendiri sangat terbatas kurang dari 30 cc.

    Faeces pertama bayi adalah hitam kehijauan, tidak berbau, substansi yang kental disebut mekonium. Faeces ini mengandung sejumlah cairan amnion, verniks, sekresi saluran pencernaan, empedu, dan zat sisa dari jaringan tubuh. Pengeluaran ini akan berlangsung sampai hari ke 2-3. pada hari ke 4-5 warna tinja menjadi coklat kehijauan.

    Air kencing.

    Bila kandung kencing belum kosong pada waktu lahir, air kencing akan keluar dalam waktu 24 jam yang harus dicatat adalah kencing pertama, frekuensi kencing berikutnya, serta warnanya bila tidak kencing/menetes/perubahan warna kencing yang berlebihan.

    6)      Perubahan berat badan

    Dalam hari-hari pertama berat badan akan turun oleh karena pengeluaran (meconium, urine, keringat) dan masuknya cairan belum mencukupi. Turunnya berat badan tidak lebih dari 10%. Berat badan akan naik lagi pada hari ke 4 sampai hari ke 10. Cairan yang diberikan pada hari 1 sebanyak 60 ml/kg BB setiap hari ditambah sehingga pada hari ke 14 dicapai 200 ml/kg BB sehari.

    7)      Sistem skeletal

    Tulang-tulang neonatus lunak karena tulang tersebut sebagian besar terdiri dari kartilago yang hanya mengandung sejumlah kecil kalsium.

    8)      Sistem neoromuskular

    Pada saat lahir otot bayi lambat dan lentur, otot-otot tersebut memiliki tonus kemampuan untuk berkontraksi ketika dirangsang, tetapi bayi kurang mempunyai kemampuan untuk mengontrolnya. Sistem persarafan bayi cukup berkembang untuk bertahan hidup tetapi belum terintegrasi secara sempurna.

    (Anonim: 2004)

    2.1.4        Periode Masa Transisi pada Bayi Baru Lahir

    Setiap bayi baru lahir harus menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan ekstrauterin. Proses ini dapat berjalan lancar tetapi dapat juga terjadi berbagai hambatan, yang bila tidak segera diatasi dapat berakibat fatal.

    Terdapat tiga periode dalam masa transisi bayi baru lahir.

    1.      Periode reaktivitas I : (30 menit pertama setelah lahir)

    Pada awal stadium ini aktivitas sistem saraf simpatif menonjol, yang ditandai oleh:

    ·         Sistem kardiovaskuler

    Ø  Detak jantung cepat tetapi tidak teratur, suara jantung keras dan kuat.

    Ø  Tali pusat masih berdenyut.

    Ø  Warna kulit masih kebiru-biruan, yang diselingi warna merah waktu menangis.

    ·         Traktur respiratorrus

    Ø  Pernafasan cepat dan dangkal.

    Ø  Terdapat ronchi dalam paru.

    Ø  Terlihat nafas cuping hidung, merintih dan terlihat penarikan pada dinding thorax.

    ·         Suhu tubuh

    Ø  Suhu tubuh cepat turun.

    ·         Aktivitas

    Ø  Mulai membuka mata dan melakukan gerakan explorasi.

    Ø  Tonus otot meningkat dengan gerakan yang makin mantap.

    Ø  Ektrimitas atas dalam keadaan fleksi erat dan extrimitas bawah dalam keadaan extensi.

    ·         Fungsi usus

    Ø  Peristaltik usus semula tidak ada.

    Ø  Meconium biasanya sudah keluar waktu lahir.

    Menjelang akhir stadium ini aktivitas sistem para simpatik juga aktif, yang ditandai dengan:

    ·         Detak jantung menjadi teratur dan frekuensi menurun.

    ·         Tali pusat berhenti berdenyut.

    ·         Ujung extremitas kebiru-biruan.

    ·         Menghasilkan lendir encer dan jernih, sehingga perlu dihisap lagi.

    Selanjutnya terjadi penurunan aktivitas sistem saraf otonom baik yang simpatik maupun para simpatik hingga kita harus hati-hati karena relatif bayi menjadi tidak peka terhadap rangsangan dari luar maupun dari dalam.

    Secara klinis akan terlihat:

    Ø  Detak jantung menurun.

    Ø  Frekuensi pernafasan menurun.

    Ø  Suhu tubuh rendah.

    Ø  Lendir mulut tidak ada.

    Ø  Ronchi paru tidak ada.

    Ø  Aktifitas otot dan tonus menurun.

    Ø  Bayi tertidur. 

    Pada saat ini kita perlu berhati-hati agar suhu tubuh tidak terus menurun.

    2.      Periode reaktifitas II (periode ini berlangsung 2 sampai 5 jam)

    Pada periode ini bayi terbangun dari tidur yang nyenyak, sistem saraf otonom meningkat lagi. Periode ini ditandai dengan:

    ·         Kegiatan sistem saraf para simpatik dan simpatik bergantian secara teratur.

    ·         Bayi menjadi peka terhadap rangsangan dari dalam maupun dari luar.

    ·         Pernafasan terlihat tidak teratur kadang cepat dalam atau dangkal.

    ·         Detak jantung tidak teratur.

    ·         Reflek gag/gumoh aktif.

    ·         Periode ini berakhir ketika lendir pernafasan berkurang.

    3.      Periode III stabilisasi (periode ini berlangsung 12 sampai 24 jam)

    Ø  Kedua pengkajian keadaan fisik tersebut untuk memastikan bayi dalam keadaan normal/mengalami penyimpangan.

    2.1.5        Penatalaksanaan Awal Bayi Baru Lahir

    a.       Membersihkan jalan napas.

    b.      Memotong dan merawat tali pusat

    c.       Mempertahankan suhu tubuh bayi.

    d.      Identifikasi.

    e.       Pencegahan infeksi.

    2.1.6        Persiapan Alat

    1.      Pengisapan lendir (mucus extrator)

    2.      Tabung oksigen beserta alatnya untuk membantu pernafasan bayi.

    3.      Tempat tidur bayi dan incubator bayi.

    4.      Alat untuk resusitasi untuk pernafasan.

    5.      Obat-obatan tetes mata profilaktik (larutan poraknitrat 1%) atau salep (salep tetra siklin 1% atau salep mata evytromisin 0,5%).

    6.      Tanda pengenal bayi (identifikasi) yang sama dengan ibu.

    7.      Alat pemotong, pengikat dan antiseptik tali pusat.

    8.      Stop watch dan termometer.

    2.1.7        Penanganan Bayi Baru Lahir

    1)      Membersihkan jalan nafas

    Bayi normal akan segera menangis spontan segera sesudah lahir, apabila bayi tidak langsung menangis, penolong segera membersihkan jalan nafas dengan cara:

    a.       Meletakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan hangat.

    b.      Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga leher bayi lurus dan kepala tidak menekuk, posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah ke belakang.

    c.       Bersihkan hidung, mulut dan tenggorokan bayi dengan jari tangan yang dibungkus dengan kassa steril.

    d.      Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit bayi dengan kain kering dan kasar, dengan rangsangan ini biasanya bayi akan segera menangis.

    Ø  Kekurangan zat asam pada bayi baru lahir akan menyebabkan kerusakan otak.

    Sangat penting membersihkan jalan nafas, sehingga upaya bernafas tidak akan menyebabkan aspirasi lendir (masuknya lendir ke paru-paru).

    –          Alat penghisap lendir mulut atau penghisap lainnya yang steril, tabung oksigen dengan selangnya haris selalu siap di tempat.

    –          Segera lakukan usaha penghisap mulut dan hidung.

    –          Petugas harus memantau dan mencatat usaha nafas yang pertama.

    –          Warna kulit, adanya cairan atau mekanium dalam hidung atau mulut harus diperhatikan.

    Ø  Bantuan untuk memulai pernafasan mungkin diperlukan untuk mewujudkan ventilasi yang adekuat.

    –          Dokter atau tenaga medis lainnya hendaknya melakukan pemompaan bila setelah 1 menit bayi tidak benafas.

    2)      Penilaian bayi waktu lahir (assessmant at birth)

    Keadaan umum bayi dimulai 1 menit setelah lahir dengan penggunaan nilai APGAR. Penilaian ini perlu untuk mengetahui apakah bayi menderita asfiksia atau tidak. Setiap penilaian diberi angka 0,1 dan 2 dari hasil penilaian tersebut apakah bayi normal (vigorous baby = nilai apgar 7-10), asfiksia sedang-ringan (nilai apgar 4-6) atau asfiksia berat (nilai apgar 0-3). Bila nilai apgar dalam 2 menit belum mencpai nilai 7, maka harus dilakukan tindakan resasitasi lebih lanjut. Oleh karena bila bayi menderita asfiksia lebih dari 5 menit, kemungkinan terjadi gejala-gejala neurologik lanjutan kemudian hari lebih besar. Berhubungan dengan itu, menurut apgar dilakukan selain pada umur 1 menit juga pada umur 5 menit.

    Nilai APGAR

    012
    Apperance(Warna Kulit)PucatBadan merah, ekstremitas biruSeluruh tubuh kemerah-merahan
    Pulse Rate(Frek. Nadi)Tidak adaKurang dari 100Lebih dari 100
    Grimance(Reaksi Rangsangan)Tidak adaSedikit gerakan mimik (grimance)Batuk/bersih
    Activity(Tonus Otot)Tidak adaEkstrimitas dalam sedikit flexiGarakan aktif
    Respiration(Pernafasan)Tidak adaLemah/tidak teraturBaik/menangis
    Jumlah

    3)      Memotong tali pusar

    Pemotongan tali pusat menyebabkan pemisahan fisik terakhir antara ibu dan bayi, tali pusat dipotong sebelum dan sesudah plasenta lahir tidak akan mempengaruhi bayi, kecuali apabila bayi tidak menangis, maka tali pusat segera dipotong untuk memudahkan melakukan reusitasi.

    Tali pusat diklem dengan klem steril dengan jarak 3 cm dari tali pusat bayi lakukan pengarutan pada tali pusat dari ke klem ke arah ibu, dan kemudian pasang klm kedua pada sisi ibu 2 cm dari klem pertama, pegang tali pusat diantara kedua klem tersebut dengan tangan kiri sedangkan tangan kanan memotong tali pusat diantara kedua klem dengan gunting tali pusat steril, kemudian ikat puntung tali pusat sekitar 1 cm dari pusat bayi dengan menggunakan benang steril atau penjepit tali pusat, lalu pengikat kedua dengan simpul kunci dibagian tali pusat pada sisi-sisi yang berlawanan atau pengikatan dapat pula menggunakan klem tali pusat dari plastik luka tali pusat dibersihkan dan dirawat dengan alkohol 70% serta dibaluk kassa steril. Pembalut tersebut diganti setiap hari dan setiap tali pusat basah/kotor. Atau juga bisa menggunakan triplel T (larutan berwarna biru) tanpa dibalut oleh kasa steril. Tali pusat harus dipantau dari kemungkinan terjadinya perdarahan tali pusat.

    4)      Mempertahankan suhu tubuh bayi

    Pada waktu bayi lahir, bayi mampu mengatur secara tetap suhu tubuhnya dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya tetap hangat, bayi baru lahir harus dibungkus dengan kain hangat karena suhu tubuuh bayi merupakan tolak ukur kebutuhan akan tempat tidur yang hangat sampai tubuhnya stabil.

    Mekanisme kehilangan panas:

    a.       Evaporasi adalah cara kehilangan panas yang utama pada tubuh bayi.

    b.      Konduksi adalah kehilangan panas melalui kontak langsung antara tubuh bayi dan permukaan yang dingin.

    c.       Konveksi adalah kehilangan panas pada saat bayi terpapar dengan udara sekitar yang lebih dingin.

    d.      Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi pada saat bayi ditempatkan dekat benda-benda yang mempunyai temperatur lebih rendah dari temperatur tubuh bayi.

    Cara pencegahan kehilangan panas:

    a.       Keringkan bayi secara seksama.

    b.      Selimut bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat.

    c.       Tutup bagian kepala bayi.

    d.      Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya.

    e.       Jangan segera menimbang atau memandikan bayi.

    f.       Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat.

    5)      Memberikan vitamin K

    Untuk mencegah perdarahan karena defesiensi vitamin K maka setiap bayi yang baru lahir normal dan cukup bulan perlu diberi vitamin K peroral 1 mg/hari selama 3 hari, sedangkan bayi resiko tingi diberi vitamin K parenferal dosis 0,5 – 1 mg (1 M).

    6)      Memberi obat salep/tetes mata

    Tetes mata/salep antibrotika yang diberi dalam waktu 2 jam pertama setelah kelahiran. Obat yang diberikan berupa tetes mata (larutan perat nitrat 1%) atau salep (salep mata eritromisin 0,5%) salep/tetes mata yang diberikan dalam 1 garis lurus, mulai dari bagian mata yang paling dekat dengan hidung bayi menuju bagian luar mata.

    7)      Identifikasi bayi

    Identifikasi byai segera lakukan segera setelah bayi lahir dan ibu masih berdekatan dengan bayinya dikamar bersalin. Tanda pengenal bayi bisa menggunakan cap jari atau telapak kaki. Tanda pengenal bayi umumnya menggunakan secarik kertas putih atau berwarna merah/biru tergantung jenis kelamin dan ditulis nama (bayi nyonya), tanggal lahir, nomor bayi, unit. Setelah itu kertas dimasukkan dalam kantong plastik dengan pita diikatkan pada pergelangan tangan ibu, pengikatan pita hanya dapat dilepas atau digunting. Di setiap tempat tidur harus diberi tanda dengan mencantumkan nama, tanggal lahir, nomer identifikasi.

    8)      Pemantauan bayi baru lahir

    Tujuannya yaitu untuk mengetahui bayi normal atau tidak dan identifikasi masalah kesehatan bayi baru lahir yang memerlukan perhatian keluarga dan penolong persalinan, serta tindak lanjut petugas kesehatan.

    a.       Dua jam pertama sesudah lahir, yang dipantau:

    –          Kemampuan menghisap.

    –          Bayi tampak aktif atau lunglai.

    –          Bayi kemerahan atau biru.

    b.      Sebelum penolong persalinan meninggalkan ibu dan bayinya, yang dipantau:

    –          Bayi kecil masa kehamilan atau kurang bulan.

    –          Gangguan pernafasan.

    –          Hipofernia.

    –          Infeksi.

    –          Cacat bawaan atau trauma lahir.

    2.1.8        Rawat Gabung

    Rawat gabung adalah suatu sistem perawatan dimana bayi beserta ibu dirawat satu unit. Dalam pelaksanaannya bayi harus selalu berada di samping ibu sejak segera setelah bayi lahir sampai pulang.

    (Sulaiman S.: 1983)

    Tujuan rawat gabung adalah:

    a.       Bantuan emosional

    b.      Penggunaan ASI

    c.       Pencegahan infeksi

    d.      Pendidikan kesehatan

    2.1.9        Tanda-Tanda Untuk Resiko Masalah-Masalah Thermogenik

    1)      Hipotermia

    Yaitu penurunan suhu tubuh sampai dibawah 36,5oC.

    Akibat dari hipotermia adalah bayi akan mengalami stress dingin (cold stress).

    Tanda-tanda klinis stress:

    –          Kaki teraba dingin.

    –          Kemampuan menghisap lemah.

    –          Aktifitas berkurang.

    –          Tangisan lemah.

    Penanganan pada bayi baru lahir

    –          Segera menghangatkan bayi dalam inkubator atau melalui penyinaran lampu.

    –          Menghangatkan bayi melalui panas tubuh ibu yaitu bayi diletakkan telungkup di dada agar terjadi kontak kulit langsung ibu dan bayi. Untuk menjaga agar tetap hangat, tubuh ibu dan bayi harus berada di dalam satu pakaian disebut metode kangguru.

    –          Bila tubuh bayi masih dingin, gunakan selimut atau kain hangat yang diseterilkan terlebih dahulu, yang digunakan untuk menutupi tubuh bayi dan ibu.

    –          Biasanya bayi hipotermia menderita hypoglikemia, sehingga bayi harus diberi ASI sedikit-sedikit sesering mungkin. Bila bayi hendak menghisap diberi infus glukosa 10% sebanyak 60‑80 ml/kg/hr. (Anonim: 2004)

    2)      Hipertermia

    Adalah peningkatan suhu tubuh lebih dari 37,5oC

    Gejala:

    –          Suhu lebih 37,5oC

    –          Frekuensi pernafasan > 60 x/mnt

    –          Tanda-tanda dehidrasi yaitu BB menurun, turgor kulit kurang, air kemih berkurang.

    Penanganan:

    –          Bayi dipindahkan keruangan yang sejuk dengan suhu kamar sekitar 26oC – 28oC.

    –          Tubuh bayi diseka dengan kain basah sampai suhu tubuh bayi normal (jangan menggunakan air es).

    –          Berikan cairan dextrose: NaCl = 1:4 secara IV sampai dehidrasi teratasi.

    –          Antibiotika diberikan apabila ada infeksi.

    (Anonim : 2004)

    2.2        Konsep Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir

    2.2.1        Definisi

    Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisir pikiran serta tindakan berdasarkan teori yang ilmiah. Penemuan-penemuan, ketrampilan dalam rangkaian tahapan untuk mengambil keputusan yang berfokus pada klien.

                            (Varney, 1997)

    Asuhan bayi baru lahir normal adalah asuhan yang diberikan pada bayi pada jam pertama kelahiran, dilanjutkan sampai 24 jam setelah kelahiran.

    (PPKC : 2004)

    2.2.2        Tujuan

    Memberikan asuhan yang adekuat dan terstandart pada bayi baru lahir dengan memperhatikan riwayat bayi selama kehamilan, dalam persalinan dan keadaan bayi segera setelah dilahirkan.

    2.2.3        Hasil yang Diharapkan

    Terlaksananya asuhan segera/rutin pada bayi baru lahir termasuk melakukan pengkajian, membuat diagnosa, mengidentifikasi masalah dan kebutuhan bayi, mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial, tindakan segera setelah merencanakan asuhan.

    Melakukan pengkajian dan mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi bayi baru lahir.

    Pengkajian bayi baru lahir dibagi dalam 2 bagian:

    1)      Pertama, pengkajian segera setelah bayi lahir.

    2)      Kedua, pengkajian keadaan fisik untuk memastikan bayi dalam keadaan normal/mengalami penyimpangan.

    1.      Pengkajian segera setelah bayi lahir

    Bertujuan untuk mengkaji adaptasi bayi baru lair dari kehidupan dalam uterus ke kehidupan luar uterus, yaitu dengan penilaian apgar.

    Pengkajian sudah dimulai sejak kepala tampak divulva (crowning).

    2.      Pengkajian keadaan aspek

    Setelah pengkajian segera setelah bayi lahir, untuk memastikan bayi dalam keadaan normal atau mengalami penyimpangan.

    2.2.4        Manajemen Asuhan Kebidanan Terdiri Dari 7 Langkah

    1)      Pengumpulan data

    Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap. Data yang diperoleh data subjek dan data objek.

    a.   Data subjek

    Anamnesa

    a)      Biodata

    Biodata yang diambil untuk identitas bayi berasal dari biodata ibu/keluarga. (PPKC : 2004)

    b)      Keluhan utama

    Tidak ada keluhan. (PPKC : 2004)

    c)      Riwayat kesehatan

    Faktor maternal (ibu) dan perinatal yang mempunyai pengaruh terhadap kehamilan, proses persalinan dan bayi, diantaranya:

    –          Penyakit jantung

    –          Diabetes

    –          Penyakit ginjal

    –          Penyakit hati

    –          Hipertensi

    –          Riwayat penganiayaan

    –          Penyakit kelamin

    –          Riwayat abortus

    d)     Riwayat kehamilan dan persalinan

    Antenatal

    Selama hamil ibu rajin/tidak pernah memeriksakan kandungannya, ini akan menggambarkan kondisi janin selama masih dalam kandungan. Jika rajin kontrol maka keadaan janin baik. Selama hamil berapa kali/sudah mendapat imunisasi TT. Jika sudah maka bayi akan terhindar dari penyakit tetanus neonatorum. (PPKC : 2004)

    Natal

    Jika selama persalinan tidak terjadi komplikasi, tidak terdapat cacat bawaan pada bayi, berat badan lebih dari bats minimal dan umur kehamilan ibu yang cukup bulan maka proses tumbuh kembang bayi dapat maksimal. (Prawiroharjo : 1998)

    b.      Data obyektif

    Periksaan bayi secara sistematis mulai dari kepala, muka, lengan dan tangan, dada dan abdomen terakhir tangkai, kaki spina dan genetalia. Identifikasi warna dan aktifitas bayi, ukuran lingkar kepala, BB serta TB bayi.

    –          Kesadaran dan reaksi di sekelilingnya

    Kenali kurangnya reaksi terhadap rangsangan, rangsangan sakit atau suara keras yang mengejutkan atau suara mainan.

    –          Keaktifan

    Bayi normal melakukan gerakan-gerakan tangan dan kaki yang simetris pada waktu bangun, adanya tremor pada bibir, kaki dan tangan pada waktu menangis.

    –          Tanda-tanda vital

    Suhu: normalnya 36,5oC – 37,5oC

              < 36,5C merupakan gejala awal hipotermia.

              > 37,5o C merupakan gejala awal hipertermia.

    Nadi: normalnya 120 x/mnt – 160 x/mnt

    Pernafasan: 40 – 60 x/mnt adalah pernafasan normal

                       < 40 x/mnt atau > 60 x/mnt, bayi sukar bernafas

    (IBI : 2003)

    –          Berat badan

    Normalnya 2500 – 3000 gr. (IBI : 2003)

    –          Panjang badan

    Panjang badan normal pada bayi baru lahir sekitar 48 – 50 cm.

    (IBI : 2003)

    –          Lingkar kepala

    Cirkum ferentia sub ocsipito bregmatika        32 cm

    Cirkum ferentia fronto occipitalis                   34 cm

    Circum ferentia mento occipitalis                   35 cm

             (Sulaiman S : 1983)

    –          Inspeksi

    Kepala    :  besar, bentuk, ubun-ubun, sufura, molase, caput succe daneum/cephal haemotoma.

    Muka      :  bayi tanpa ekspresi

    Mata       :  tanda-tanda infeksi yakni pus

                      Tanpa perdarahan berupa bercak merah yang akan hilang dalam waktu 6 minggu.

    Telinga   : periksa dalam hubungan letak dengan mata dan kepala, kelainan daun/bentuk telinga.

    Hidung dan mulut : bibir dan langitan, periksa adanya sumbing, reflek hisap, dinilai dengan mengamati bayi pada saat menyusu.

    Leher      :  pembengkakan dan benjolan.

    Dada      :  melihat adanya cedera akibat persalinan, bentuk dada, puting susu, bunyi nafas, bunyi jantung dan acesoriasis mamae.

    Bahu, lengan, tangan : gerakan bahu, lengan dan tangan, jumlah jari-jari.

    Perut       :  bentuk, penonjolan sekitar tali pusat pada saat menangis (menggambarkan hernia umbilikalis), perdarahan tali pusat, benjolan pada perut.

    Genetalia:

    Pada perempuan : lubang vagina, uretra berlubang, pada bayi aterm labia mayora sudah menutupi labia minora.

    Pada laki-laki: pada bayi aterm testis sudah turun dalam scrofum, lubang pada ujung penis : pada bayi normal terdapat pada ujung dari glans penis disebut orifisium uretra. Pada bayi yang tidak normal (kelainan) = apispadia (lubang di bagian dorsal dan hipospadia (lubang di bagian ventral).

    Tungkai dan kaki : gerakan normal, bentuk tampak normal dan jumlah jari.

    Spina/punggung : pembengkakan atau ada cekungan, adanya benjolan tumor (spina bifida).

    Anus       :  spinger ani, mekonium harus keluar dalam 24 jam sesudah lahir, bila tidak waspada atresra ani.

    Kulit dan kuku : normal kulit berwarna kemerahan, kadang selaput kulit mengelupas ringan, waspada timbulnya kulit dan warna yang tidak rata (cutis marmmorata), bercak biru yang sering didapat disekitar bokong (mongolion spot) akan hilang pada umur 1-5 th. Vernik tidak perlu dibersihkan karena menjaga kehangatan tubuh bayi. Pada bayi dismatur kulit bayi mengeriput dan kuku bayi panjang.

    –          Palpasi

    Kepala    :  Fontanel minor belum menutup, fontanel mayor belum menutup.

                      Fontanel minor menutup pada minggu ke 6-8.

                      Fontanel mayor menutup pada bulan ke 16-18.Ada

     tidaknya caput succedaneum/cephal haematoma.

    Perbedaan:

    Caput succedaneumCephal haematom
    ·     ada waktu lahir dan mengecil setelah lahir.·     Melewati batas-batas tulang tengkorak.·     Berisi cairan.·        Ada waktu lahir atau timbul sesudah lahir dan dapat membsar setelah lahir.·        Tidak melampaui batas tulang tengkorak.

    Leher      :  tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan tidak ada benjolan, tidak ada pembesaran kelenjar limphe.

    Dada      :  puting susu mengeluarkan whiten milk pada bayi aterm.

    Perut       :  tidak ada pembesaran hepar dan lien.

    Pelipatan paha : tidak ada pembesaran kelenjar limphe, tidak bernia inguinalis.

    –          Auskultasi

    Dada      :  tidak ada wheezing, tidak terdapat ronchi, bunyi jantung bayi normal 120-160 x/mnt.

    Perut       :  bising usus +

    –          Perkusi

    Perut       :  tidak kembung

    –          Perkembangan refleks  

    ·         Rooting reflek (mencari puting)

    Muncul pada saat lahir, berdurasi sampai usia 2 bulan.

    ·         Grassping reflek (menggenggam)

    Muncul pada saat lahir, berdurasi sampai usia 2 bulan.

    ·         Morro reflek (terkejut)

    Muncul pada saat lahir, hilang sekitar 2-3 bulan.

    ·         Tonick neck reflek (tonus leher)

    Muncul pada saat lahir, hilang sekitar usia 2-3 bulan.

    ·         Sucking reflek (menghisap)

    Muncul pada saat lahir, hilang sekitar usia 2-3 bulan.

    ·         Babynsky reflek (jari-jari kaki fleksi)

    Muncul pada saat lahir, hilang sampai usia 2-3 bulan.

    ·         Stapping reflek (menapak)

    Muncul pada saat lahir, hilang sampai usia 2 bulan (Suryanah : 1996, 16-17)

    (anonim : 2000)

    2)      Identifkasi masalah/diagnosa kebidanan

    Dilakukan identifikasi terhadap masalah atau diagnosa kebidanan berdasarkan interpretasi yang benar dan atas data-data yang telah dikumpulkan. Diagnosa, masalah dan kebutuhan bayi baru lahir tergantung dari hasil pengkajian terhadap bayi.

    Contoh diagnosa:

    a.       Bayi baru lahir fisiologis umur 2 jam dalam masa transisi.

    b.      Bayi baru lahir fisiologis dengan asfiksia.

    c.       Bayi baru lahir fisiologis dengan hipotermi/hipertermi.

    d.      Bayi kurang bulan kecil masa kehamilan dengan hipotermi dan gangguan pernafasan.

    Masalah

    a.       Ibu kurang informasi.

    b.      Ibu tidak periksa ANC.

    c.       Ibu post sectio caesaria.

    d.      Gangguan maternal yang lain.

    Kebutuhan

    a.       Jagalah agar bayi tetap kering dan hangat.

    b.      Usahakan adanya kontak antra kulit bayi dengan kulit ibunya sesegera mungkin.

    (PPKC : 2004)

    3)      Antisipasi masalah potensial/diagnosa potensial

    Mengidentifikasi diagnosa/masalah potensial yang mungkin akan terjadi berdasarkan masalah atau diagnosa yang sudah diidentifikasi.

    Contoh diagnosa potensial:

    a.       Hipotermi potensial menyebabkan gangguan pernafasan.

    (PPKC : 2004)

    4)      Identifikasi tindakan segera

    Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter sesuai dengan kondisi bayi.

    Contoh tindakan segera:

    a.       Jagalah agar bayi tetap kering dan hangat.

    b.      Usahakan adanya kontak antara kulit bayi dengan kulit ibunya segera mungkin.

    c.       Bila bayi baru lahir tidak bernafas dalam waktu 30 detik, segera cari bantuan dan mulailah langkah-langkah resusitasi pada bayi.

    (PPKC : 2004)

    5)      Rencana asuhan bayi baru lahir

    Merencanakan asuhan menyeluruh yang rasional sesuai dengan temuan dari langkah-langkah sebelumnya.

    a.       Perencanaan

    Diagnosa   : bayi baru lahir fisiologi……. dengan………

    Tujuan       :  setelah dilakukan tindakan asuhan kebidanan diharapkan.

    Kriteria      :  –  suhu bayi normal 36,5oC – 37,5oC.

                         –  pernafasan normal 40-60 x/menit.

                         –  bayi gerak aktif.

                         –  kemampuan menghisap kuat.

                         –  hipotermi tidak terjadi.

    Intervensi

    (1)   Jaga suhu tubuh bayi agar tetap hangat, dengan:

    –          Ganti popok/kain yang basah.

    –          Tempatkan bayi di tempat tidur hangat.

    –          Bungkus dan selimut bayi terutama kepala bayi.

    Rasional: dengan menjaga suhu tubuh bayi, mencegah kehilangan panas melalui kepala, mencegah penguapan panas secara evaporasi dan bayi merasa tenang dan hangat.

    (2)   Observasi jalan nafas bayi

    Rasional : mengetahui apakah terjadi sumbatan pada jalan nafas.

    (3)   Observasii TTV setiap jam pada 6 jam pertama

    Rasional : mengetahui perubahan-perubahan vital yang lebih dini.

    (4)   Lakukan kontak dini ibu dengan bayi

    Rasional : agar terjalin Bounding Attachment.

    (5)   Memotivasi ibu untuk menyusui bayi sesering mungkin dan mengajarkan ibu cara menyusui yang benar

    Rasional : memotivasi yang benar dan jelas maka kebutuhan ASI eksklusif terpenuhi.

    (6)   Observasi tanda infeksi pada tali pusat

    Rasional : deteksi dini terjadinya infeksi pada tali pusat.

    (7)   Jaga kebersihan bayi dan lingkungan terutama kebersihan tali pusat.

    Rasional : mencegah terjadinya invasi kuman dari luar tubuh.

    (8)   Ajarkan ibu cara merawat tali pusat

    Rasional : ibu mengerti cara perawatan tali pusat yang tepat dan mencegah terjadinya infeksi.

    6)      Melaksanakan perencanaan

    Adalah langkah pelaksanaan rencana asuhan menyeluruh secara efisien dan aman seperti pada langkah ke-5.

    7)      Evaluasi

    Langkah ini sebagai pengecekan apakah rencana asuhan tersebut benar efektif dalam pelaksanaannya, di dalam pendokumentasian/ catatan asuhan dapat ditetapkan dalam bentuk SOAP.

    S    =    Data subyektif

                                     Tidak ada data yang mendukung

    O   =    Data objektif

                Suhu 36,5oC – 37,5oC

                Nadi 120 x/menit – 160 x/menit

                Pernafasan 40 – 60 x/menit

                Gerakan aktif

                Kemampuan menghisap kuat

    A   =    Assesment

                Bayi baru lahir fisiologi umur 2 jam dalam masa transisi

    P    =    Rencana

                –  Perawatan tali pusat.

                –  Memandikan bayi setelah 6 jam lahir.

                –  Ibu dianjutkan menyusui bayi sesering mungkin.

    BAB 3

    TINJAUAN KASUS

    Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir di Ruang Bersalin E1 Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Ramelan Surabaya.

    I.       Pengkajian

    Tanggal : 6 – 6 – 2006                  Jam : 01.00

    A.    Data Subyektif

    1.      Biodata

    Nama pasien       :  By. Ny. “SI”

    Umur/tgl.lahir     :  6 – 6 – 2006       jam. 01.00

    Anak ke              :  2 (dua)

    No. register        :  23.91.38

    Status anak         :  Anak kandung

    Nama ayah         :  Tn. “DH”

    Umur                  :  35 th

    Agama                :  Islam

    Suku/bangsa       :  Madura/Indonesia

    Pendidikan         :  S1

    Pekerjaan            :  Swasta

    Alamat               :  Jl. Welirang, Madura

    Nama ibu            :  Ny. “SI”

    Umur                  :  32 rh

    Agama                :  Islam

    Suku/bangsa       :  Jawa/Indonesia

    Pendidikan         :  D3

    Pekerjaan            :  Ibu Rumah Tangga

    Alamat               :  Jl. Welirang, Madura

    2.      Keluhan utama

    Tidak ada.

    3.      Riwayat kehamilan dan kelahiran

    a.       Kehamilan

    Ibu mengatakan periksa kehamilan teratur di madura 8x, di RSAL 5x dan selama hamil ibu tidak pernah dirawat di rumah sakit. Sewaktu hamil, ibu tidak pernah menggunakan obat-obatan atau jamu. Ibu tidak pernah menderita penyakit keturunan (astma, DM) maupun penyakit menular (hepatitis, TBC). Selama hamil tua ibu tidak mendapat imunisasi TT.

    Ibu mengatakan pernah abortus pada saat hamil pertama pada saat usia kehamilannya 1,5 bulan, dan ini adalah hamil yang ke-3.

    b.      Kelahiran

    Bayi lahir tanggal 6-6-2006 jam 01.00, spontan ditolong bidan di RSAL dr. Ramelan Surabaya, jenis kelamin perempuan, bayi segera menangis, tidak cacat, APGAR 7-8, ketuban jernih, lilitan tali pusat 1 x serat. Lendir dihisap dengan slym suiger steril mulai dari mulut-hidung sampai bersih. Kemudian tali pusat diklem di kedua tempat dengan klem tali pusat steril lalu dipotong diantaranya dengan gunting steril, setelah itu tali pusat diolesi dengan bethadine, placenta dilahirkan dengan cara peregangan tali pusat terkendali dalam keadaan lengkap. Pelepasan placenta = para sentralis, dengan pengeluaran secara schultze.

    c.       Nifas

    Bayi tidak langsung menetek pada ibu karena ASI belum keluar, bayi sehat tidak ada kelainan.

    Berat badan lahir      :  2750 gr

    Panjang badan lahir :  48 cm

    Lingkar kepala         :  30 cm

    Lingkar dada            :  30 cm

    Lingkar lengan         :  10 cm

    4.      Riwayat sosial

    a.       Riwayat mengasuh anak

    Bayi akan diasuh oleh ibu dengan dibantu pembantu.

    b.      Hubungan dengan sekitarnya

    Bayi tenang saat dirawat oleh bidan dan bayi tenang saat didekat ibunya.

    5.      Pola kebiasaan

    a.       Nutrisi

    Bayi minum kuat (pintar), langsung menetek pada ibunya (ASI) dan minum PASI enfamil = 30 cc (karena ASI ibu belum keluar).

    b.      Pola aktifitas

    Gerakan bayi aktif, tidak ada kelainan pada anggota gerak tubuh.

    c.       Pola sensori

    Pada sensori baik, reflek moro + bila dirangsang, reflek rooting +, reflek babinzky +, reflek grasping +, reflek staping +, reflek sucking +.

    d.      Pola mekanisme pembelaan stress

    Bayi berkomunikasi dengan menangsi dalam menyesuaikan diri dengan lingkaran baru di luar rahim.

    e.       Pola istirahat

    Bayi lebih banyak tidur, bayi bangun dan menangis karena merasa haus, popok basah atau kedinginan.

    f.       Pola eliminasi

    Bayi sudah bisa BAB mekonium dan BAK warna kuning jernih.

    B.     Data Objektif

    1.      Pemeriksaan fisik

    Keadaan umum     :  baik    

    Kesadaran             :  composmentis

    Tanda-tanda vital  :  suhu        :  36,5o C

                                     Nadi       :  140 x/menit

                                     Respirasi :  30 x/menit                                    

    2.      Pemeriksaan Anthropometri

    Berat badan lahir         :  2750 gr

    Panjang badan lahir     :  48 cm

    Lingkar kepala            :  30 cm

    ·         Circumferentia subaccipito bregmatika    :  30 cm

    ·         Circumferentia fronto occipitalis              :  32 cm

    ·         Circumferentia mentho occipitallis           :  35 cm

    Lingkar dada               :  30 cm

    Lingkar lengan dada   :  10 cm

    Lingkar perut              :  29 cm

    3.      Pemeriksaan sistematis

    a.       Kepala/wajah

    ·         Rambut/kepala

    Warna hitam, perabaan halus, pertumbuhan merata, kebersihan cukup, pontanella mayor 2 jari belum menutup, fontanella minor 2 jari belum menutup, caput succedaeum tidak ada, cephal haematom tidak ada.

    ·         Muka

    Bentuk oval, tidak ada kelainan.

    ·         Mata

    Simetris, konjungtiva mata tidak anemis, sclera mata tidak icterus, secret tidak ada.

    ·         Hidung

    Simetris, lubang hidung +/+, tidak ada cairan yang keluar, pernafasan cuping hidung.

    ·         Telinga

    Simetris, tulang rawan daun telinga matur.

    ·         Mulut

    Bibir tidak pucat, tidak ada labia palato schizis, gigi belum tumbuh, palatum ada, bersih.

    ·         Leher

    Pembesaran kelenjar limpe tidak ada, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tonus otot cukup.

    b.      Ketiak

    Tidak ada pembesaran kelenjar limphe.

    c.       Ekstrimitas atas

    Kedua tangan simetris, jari-jari lengkap.

    d.      Dada

    Simetris, rotraksi intercostae tidak ada.

    e.       Perut

    Inspeksi     :  dinding perut tidak tegang, tidak membuncit, hernia umbilikalis tidak ada, tali pusat diolesi dengan triple D,

    Palpasi       :  tidak ditemukan adanya pembesaran hepar, tidak ditemukan adanya pembesaran lien, turgor kulit baik.

    Perkusi      :  Tidak kembung.

    Auskultasi :  peristaltik 15x/menit.

    f.       Pelipatan paha

    Tidak ada pembesaran kelenjar limphe, tidak ada tanda hernia inguinalis.

    g.      Genetalia

    Labia mayora sudah menutupi labia minora.

    h.      Kaki

    Simetris, jari-jari lengkap, tidak ada kelainan: talipes equmovarus tidak ada, talipes equmovagus tidak ada.

    i.        Punggung

    Simetris, tidak ada spina bifida, rambut lanugo ada, vernik caseosa ada.

    j.        Anus

    Tidak ada atresia ani, bersih.

    k.      Integumen

    Warna kulit merah, turgor dan tonus baik, sekitar anus tidak lecet, tidak kemerahan.

    l.        Neurologi

    Reflek fisiologis

    ·         Rooting reflek       :  ada

    ·         Socking reflek       :  ada

    ·         Stapping reflek      :  ada

    ·         Tonik neck reflek  :  ada

    ·         Morro reflek          :  ada

    ·         Grasping reflek     :  ada

    ·         Babinzky reflek     :  ada

    4.      pemeriksaan tingkat perkembangan

    a.       Adaptasi sosial

    Bayi beradaptasi dengan lingkungan sekitar dengan menangis.

    b.      Bahasa

    Bayi berkomunikasi dengan menangis.

    c.       Motorik halus

    Tangan terkepal saat terjaga.

    d.      Motorik besar

    Menggerakkan kepala kesatu sisi saat ditidurkan tengkurap.

                Kesimpulan dan perkembangan

    –          Tahap perkembangan dan pertumbuhan berlangsung normal sesuai usia bayi baru lahir, gizi cukup baik, kebersihan cukup, tidak ada kelainan.

    II.    Identifikasi Masalah/Diagnosa

    Tgl.DiagnosaData Dasar
    6/6 ‘06Bayi baru lahir fisiologis umur 2 jam masa transisi.Kebutuhan:-  Kehangatan.-  Kasih sayang dari ibu dan petugas/bidan.D.SD.O-Tua kehamilan 39-40 minggu. Bayi lahir tanggal 6-6-2006 jam 01.00 wib, spontan belakang kepala. AS 7-8, berat badan 2750 gram, panjang badan 48 cm.-    Lingkar kepala*   Circumferentia suboccipito bregmatika = 30 cm.*   Circumferentia fronto occipitalis = 32 cm.*   Circumferentia mento occipitalis = 35 cm.-    Lingkar dada-    Lingkar lengan atas-    Fontanel mayor 2 jari belum menutup fontanel minor 1 jari belum menutup.-    Labia mayora sudah menutupi labia minora.-    Tanda-tanda vital*  Suhu  =  36,5o C.*  Nadi  = 140 x/menit.*  Respirasi = 40 x/menit.

    III. Antisipasi Masalah Potensial

    Potensi terjadinya hipotermi.

    IV. Identifikasi Kebutuhan Segera

    1.      Hangatkan bayi segera setelah lahir dengan cara membungkus bayi dengan kain bersih dan kering.

    2.      Mengusahakan adanya kontak (bounding attachement) antara ibu dan bayi segera mungkin.

    Catatan Perkembangan

    Tgl/jamDiagnosa KebidananCatatan Perkembangan
    7/6/06jam06.00wibBayi Baru Lahir aterm umur 1 hari.S  : -O : – Keadaan umum bayi baik.      – Suhu 36,5oC, nadi : 120 x/menit.         Respirasi : 35 x/menit.- Tali pusat masih basah diberi triple dye dan dijepit dengan umbilical klem.- Bayi dimandikan 1 x pada pagi hari.- Bayi menetek di ibu dan mendapat tambahan pasi enfami 8 x 30 cc.- Bab 1x, Bak 2x.A : Bayi baru lahir aterm umur 1 hari.P  : Tetap lanjutkan rencana tindakan1. Pertahankan lingkaran dan suhu tubuh bayi agar tetap hangat.2. Rawat dan jaga kebersihan tali pusat.3. Berikan ASI pada bayi sesering mungkin.4. Sendawa bayi setelah selesai menetek/minum.5. Observasi TTV dan tanda-tanda infeksi tali pusat, warna kulit bayi, BAB dan BAK.
    8/6/06jam 06.00wibBayi lahir aterm umur 2 hariS : -O : –  Keadaan umum bayi baik.      – Suhu 36,5oC, nadi : 140 x/menit Respirasi : 40 x/menit.
    Tgl/jamDiagnosa KebidananCatatan Perkembangan
    –    Tali pusat masih basah, tanda infeksi tidak ada.-    Bab 1x, Bak 3x-    Bayi menetek kuat pada ibu, ASI keluar banyak. Bayi diberi tambahan PASI Enfamil 2 x 60cc.-    Bayi bergerak aktif.A : Bayi baru lahir aterm umur 2 hari.P  : Lanjutkan rencana tindakanObservasi tanda-tanda vital dan infeksi tali pusat.Pertahankan lingkungan dan suhu tubuh bayi agar tetap hangat.Jaga kebersihan dan rawat tali pusat bayi.-  Mengganti pakaian bayi bila basah.Tetap berikan ASI pada bayi sesering mungkin.Sendawakan bayi setiap selesai minum.

    Rencana Pulang

    Diagnosa masuk : Bayi baru lahir aterm normal.

    Diagnosa keluar : Bayi baru lahir aterm normal

    Tanggal 9 – 6 – 2006 : Dr. Budi Muliyanto, Sp. An. Visit u/p bayi diperbolehkan pulang.

    S    :  –  Ibu mengatakan produksi ASI-nya sudah banyak dan lancar.

             –  Ibu mengatakan anaknya menetek dengan kuat.

    O   : –  Keadaan umum bayi baik.

             –  Tanda-tanda vital

                suhu 37o C, nadi = 120 x/menit, respirasi = 40 x/menit.

             –  Keadaan tali pusat bersih, dijepit dengan umbilical klem dan diberi tripel dye, sekitar tali pusat tidak merah.

             –  Gerak bayi aktif.

             – Bayi menetek dengan kuat pada ibu dan diberi tambahan pasi enfamil 3 x 60 cc.

             –  Bab : 1x, konsistensi biasa

             –  Bak : 8x

             –  BB : 2800 gram

    A   :  Bayi baru lahir fisiologis umur 3 hari.

    P    :  Rencanakan tindakan dihentikan, nasehat pulang:

    –          Jelaskan dan anjurkan cara merawat tali pusat pada ibu yaitu menjaga kebersihan tali pusat.

    –          Jelaskan cara menjaga lingkungan bayi tetap hangat yaitu dengan memberi selimut yang hangat dan mengganti popok bila basah.

    –          Motivasi ibu untuk membawa bayinya kontrol dan imunisasi di poli BKIA rumkital Dr. Ramelan Surabaya 1 minggu lagi, untuk mendapat imunisasi BCG, polio, hepatitis.

    –          Beritahu ibu untuk mengedawakan bayi bila selesai minum.

    –          Bila ada keluhan (bayi muntah-muntah) dan tidak teratasi sarankan untuk membawa ke sarana kesehatan terdekat.

    Ibu dan bayi keluar Rumah Sakit tanggal 9-6-2006 jam 10.00 Wib dengan diberi nasehat.

    BAB 4

    PEMBAHASAN

    Setelah melakukan proses asuhan kebidanan pada Bayi Ny. “SI” dengan bayi baru lahir di ruang E1 Rumkital Dr. Ramelan Surabaya, penulis akan membahas antara teori dengan kenyataan. Dalam pembahasan dimulai dari pengkajian analisis diagnosa/masalah, diagnosa/masalah potensial, tindakan segera, perencanaan pelaksanaan dan evaluasi.

    4.1        Pengkajian

    Pada pengkajian dan data yang penulis peroleh bahwa bayi Ny. “SI” lahir tanggal 6-6-2006 jam 01.00, dan bayi baru dipindahkan ke ruang E2 bersama dengan ibunya. Berdasarkan data-data yang ada, tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktek atau kenyataan, sehingga didapatkan suatu diagnosa bayi baru lahir dengan masa transisi. Dalam teori dijelaskan bahwa bayi dalam masa transisi masih sangat perlu mendapatkan perawatan yang lebih intensif. Bayi masih membutuhkan perlindungan dari lingkungan sekelilingnya yang hangat untuk mencegah agar bayi tidak hipotermi. Dan sangat dianjurkan ibu unutk segera memeluk bayinya, dengan demikian bayi akan memperoleh kehangatan yang alami dari tubuh ibu. Dengan demikian proses asuhan kebidanan dengan melakukan rawat gabung dapat dijalankan sesuai dengan teori. Dan dalam memberikan asuhan petugas selalu menerapkan komunikasi terapeutik sehingga klien sangat kooperatif oleh semua tindakan dan anjuran petugas.

    4.2        Analisia Diagnosa/Masalah

    Pada analisa data ditemukan diagnosa Bayi Baru Lahir dengan 2 jam masa transisi.

    4.3        Identifikasi Diagnosas/Masalah Potensial

    Berdasarkan data-data yang ada telah ditemukan masalah potensial yaitu potensial terjadinya hipotermi.

    4.4        Identifikasi Kebutuhan Segera

    Dengan ditemukannya masalah potensial maka untuk kebutuhan segera yang harus diambil adalah kehangatan dan kasih sayang seorang ibu dengan cara mendekap dan memeluk bayi, atau dengan cara membungkus bayi kain bersih dan kering.

    4.5        Intervensi

    Rencana asuhan pada Bayi Baru Lahir 2 jam masa transisi disesuaikan dengan teori, karena fasilitas dan protap yang ada menunjang untuk membuat perencanaan tersebut sesuai dengan diagnosa dan masalah yang ada.

    4.6        Implementasi

    Pelaksanaan asuhan kebidanan mengacu pada rencana tindakan yang telah disusun. Adapun asuhan yang telah dilaksanakan yaitu menjaga suhu tubuh bayi agar tetap hangat, mengganjal punggung bayi menggunakan gulungan kain sehingga posisi bayi setengah miring dan kepala bayi ekstensi, melakukan kontak dini ibu dengan bayi dengan mengusahakan adanya kontak antara kulit bayi dengan kulit ibu sesegera mungkin, melakukan observasi eliminasi alut dan uri dalam 24 jam, melakukan observasi TTV, melakukan perawatan tali pusat, mengajarkan cara menyusui yang benar dan memberikan motivasi pada ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin, memandikan bayi dengan air hangat menggunakan sabun bayi dan shampo khusus bayi, mengganti pekaian bayi.

    4.7        Evaluasi

    Evaluasi dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan dan dapat diterapkan dalam pelaksanaan tindakan kebidanan. Adapun evaluasi dari asuhan yang telah diberikan adalah sebagai berikut: Bayi Baru Lhair umur 6 jam masa transisi. Tujuan dapat tercapai dengan baik, sehingga bayi tidak hipotermi dan selama melakukan asuhan klien dan keluarga sangat kooperatif terhadap petugas.

    BAB 5

    PENUTUP

    5.1        Simpulan

    Setelah melakukan asuhan kebidanan pada bayi Ny. SI selama 3 hari maka dapat disimpulkan:

    1.      Pengkajian

    Dalam kasus ini pengkajian dilaksanakan tanggal 6-6-2006 jam 03.00 wib dengan bayi baru lahir fisiologis umur 2 jam masa transisi. Pengkajian dilaksanakan dengan cara pengambilan data dari laporan persalinan yang telah ada dan metode wawancara pada Ny. SI. Pada saat dilakukan wawancara pada Ny. SI, ibu lebih kooperatif dengan petugas.

    2.      Identifikasi diagnosa/masalah

    Berdasarkan pengkajian yang telah dilaksanakan diagnosa dapat ditentukan yaitu bayi baru lahir fisiologis umur 2 jam masa transisi.

    3.      Antisipasi masalah potensial

    Dari identifikasi diagnosa yang ditemukan, maka masalah potensial dari terjadi hipotermi.

    4.      Identifikasi kebutuhan segera

    Kebutuhan segera yang harus dilakukan adalah menjaga kehangatan tubuh bayi.

    5.      Perencanaan/intervensi

    Perencanaan asuhan kebidanan dibuat sesuai dengan diagnosa, masalah potensial dan kebutuhan segera.

    6.      Pelaksanaan/implementasi

    Implementasi asuhan kebidanan dilaksanakan sesuai rencana yang telah disusun.

    7.      Evaluasi

    Setelah melaksanakan semua intervensi, evaluasi yang didapat adalah bayi  dapat  beradaptasi dengan lingkungan  dan  dapat   melewati  masa

    transisi dengan baik sesuai dengan tujuan jangka panjang dan pendek.

    Dalam melaksanakan asuhan kebidanan ada beberapa hal yang menjadi faktor penunjang dan faktor penghambat.

    1)      Faktor penunjang

    Keluarga klien kooperatif sehingga memberikan kepercayaan kepada penulis dalam mengungkap masalah.

    2)      Faktor penghambat

    Adanya keterbatasan waktu dan kemampuan penulis dalam memberikan asuhan kebidanan.

    5.2        Saran

    5.2.1        Untuk Petugas

    1.      Dalam memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir, hendaknya betul-betul memperhatikan faktor pencegahan infeksi karena bayi baru lahir masih sangat sensitif terhadap lingkungan disekitarnya.

    2.      Betul-betul memahami dan harus memperhatikan setiap perubahan pada bayi baru lahir.

    3.      Bertindak cepat dan cekatan dalam melakukan tindakan kegawat daruratan apabila terjadi pada bayi baru lahir.

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonim, 1993, Asuhan Kesehatan Dalam Kontek Keluarga, Jakarta : Departemen Kesehatan RI.

    Anonim, 2004, Asuhan Persalinan Normal, Jakarta : Klinik Kesehatan Reproduksi.

    Mochtar, Rustam, 1998, Sinopsis Obstetri Jilid 1 : Jakarta, EGC.

    Saifudin, Abdul Bari, 2002, Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

  • Contoh Satuan Acara Penyuluhan Imunisasi

    Satuan Acara Penyuluhan – SAP Imunisasi

    TopikImunisasi
    Sub Pokok BahasanLangkah Awal Menyehatkan Anak
    SasaranIbu – ibu yang mempunyai anak bayi dan balita di Dusun Guah Kecamatan Tragah
    TargetIbu yang mempunyai bayi dan balita sebanyak ± 60 orang
    Hari / TanggalSabtu, 25 Juni 2011
    TempatRumah Tempat Tinggal Mahasiswa PPKM UMS
    PenyuluhMahasiswa PPKM UM Surabaya

    I. Latar Belakang

    Berdasarkan data yang dimiliki polindes di Dusun Guah Kecamatan Tragah, presentase ibu yang memiliki bayi dan balita tahun 2024 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 25 %. Setelah dilakukan survey ternyata penyebab utamanya adalah kurangnya pengetahuan ibu tentang manfaat imunisasi dan ketepatan dalam pemberian imunisasi.

    II.         TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)

    Setelah mendapatkan penjelasan tentang imunisasi ibu-ibu diharapkan dapat memotivasi keluarga untuk membawa anak balitanya ke posyandu maupun polindes guna mendapatkan imunisasi lengkap.

    III.       TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)

    Setelah mendapatkan penjelasan tentang imunisasi ibu-ibu dapat :

    1.          Menjelaskan pengertian imunisasi / vaksinasi.

    2.          Menjelaskan tujuan imunisasi.

    3.          Menjelaskan penyakit yang dapat dicegah dengan pemberian imunisasi.

    4.          Menjelaskan jenis-jenis imunisasi.

    5.          Menjelaskan jadwal pemberian imunisasi.

    6.          Menjelaskan cara pemberian imunisasi.

    7.          Menjelaskan kapan imunisasi tidak boleh diberikan.

    8.          Menjelaskan keadaan yang timbul setelah imunisasi.

    9.          Menjelaskan tempat pelayanan imunisasi.

    IV.       MATERI  PELAJARAN

    1.          Pengertian imunisasi

    2.          Tujuan imunisasi

    3.          Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.

    4.          Jenis-Jenis imunisasi.

    5.          Sasaran imunisasi.

    6.          Jadwal pemberian imunisasi.

    7.          Cara pemeberian imunisasi.

    8.          Kapan imunisasi tidak boleh diberikan.

    9.          Keadaan yang timbul setelah imunisasi.

    10.       Tempat pelayanan imunisasi.

    V.         SASARAN

    Ibu-ibu yang mempunyai balita di Dusun GuahKecamatan Tragah

    VI.       METODE

    1.          Ceramah

    2.          Diskusi

    VII.    MEDIA

    1.          LCD

    2.          Micropone

    VIII.  EVALUASI

    1.          Ibu-ibu dapat menyebutkan pengertian imunisasi.

    2.          Ibu-ibu dapat menyebutkan tujuan imunisasi.

    3.          Ibu-ibu dapat menyebutkan jenis-jenis imunisasi.

    4.          Ibu-ibu dapat menyebutkan sasaran imunisasi.

    5.          Ibu-ibu dapat menyebutkan jadwal pemberian imunisasi.

    6.          Ibu-ibu dapat menjelaskan cara pemberian imunisasi.

    7.          Ibu-ibu dapat menjelaskan kapan imunisasi tidak boleh diberikan.

    8.          Ibu-ibu dapat menjelaskan keadaan yang timbul setelah imunisasi.

    9.          Ibu-ibu dapat menjelaskan tempat pelayanan imunisasi.

    10.       Ibu-ibu dapat melakukan perawatan setelah pemberian imunisasi.

    IX.       PENGORGANISASIAN & URAIAN TUGAS

    1.          Protokol / Pembawa acara

    Uraian tugas :

    a.      Membuka acara penyuluhan, memperkenalkan diri dan tim kepada peserta.

    b.     Mengatur proses dan lama penyuluhan.

    c.      Menutup acara penyuluhan.

    2.          Penyuluh / Pengajar

     Uraian tugas :

    a.      Menjelaskan materi penyuluhan dengan jelas dan dengan bahasa yang mudah dipahami oleh peserta.

    b.     Memotivasi peserta untuk tetap aktif dan memperhatikan proses penyuluhan.

    c.      Memotivasi peserta untuk bertanya.

    3.          Fasilitator

    Uraian tugas :

    a.      Ikut bergabung dan duduk bersama di antara peserta.

    b.     Mengevaluasi peserta tentang kejelasan materi penyuluhan.

    c.      Memotivasi peserta untuk bertanya materi yang belum jelas.

    d.     Menginterupsi penyuluh tentang istilah/hal-hal yang dirasa kurang jelas bagi peserta.

    4.          Observer

    Uraian tugas :

    a.      Mencatat nama, alamat dan jumlah peserta, serta menempatkan diri sehingga memungkinkan dapat mengamankan jalannya proses penyuluhan.

    b.     Mencatat pertanyaan yang diajukan peserta.

    c.      Mengamati perilaku verbal dan non verbal peserta selama proses penyuluhan.

    d.     Mengevaluasi hasil penyuluhan denga rencana penyuluhan.

    e.      Menyampaikan evaluasi langsung kepada penyuluh yang dirasa tidak sesuai dengan   rencana penyuluhan.

    X.         PROSES PELAKSANAAN

    NOWAKTUKEGIATAN PENYULUHANKEGIATAN PESERTA
    13 MenitPembukaan:v Memperkenalkan diriv Menjelaskan tujuan dari penyuluhan.v Melakukan kontrak waktu.v Menyebutkan materi pe-nyuluhan yang akan diberi kanv Menyambut salam dan mendengarkanv Mendengarkanv Mendengarkanv Mendengarkan
    210 MenitPelaksanaan :v Menjelaskan tentang peng ertian Imunisasiv Memberikan kesempatan pada ibu  untuk bertanyav Menjelaskan tentang tujuan pemberian imunisasiv Memberikan kesempatan pada ibu  untuk bertanyav Menjelaskan tentang Jadwal pemberian imunisasiv Memberikan kesempatan pada ibu  unutk bertanyav Menjelaskan tentang jenis imunisasi yang harus diberikan.v Memberikan kesempatan pada ibu  untuk bertanyav Menjelaskan tentang efek samping imunisasiv Memberi kesempatan pada ibu   bertanya.v Mendengarkan dan memperhatikanv Bertanya dan menjawab pertanyaan yang diajukanv Mendengarkan dan memperhatikanv Bertanya dan menjawab pertanyaan yang diajukanv Mendengarkan dan memperhatikan.v Bertanya dan menjawab pertanyaan yang diajukanv Mendengarkan dan memperhatikanv Bertanya dan menjawab pertanyaan yang diajukanv Mendengarkan dan memperhatikanv Bertanya dan menjawab pertanyaan yang di ajukan
    35 MenitEvaluasi :v Menanyakan pada ibu   te ntang materi yang diberikan dan reinforcement kepada ibu  bila dapat menjawab & menjelaskan kembali pertanyaan/materiv Menjawab & menjelaskan pertanyaan
    42 MenitTeriminasi :v Mengucapkan terimakasih kepada ibu-ibu v Mengucapkan salamv Mendengarkan dan membalas salam

    EVALUASI

    a.          Evaluasi Struktur

         Kesiapan Media meliputi         : LCD, Microphone.

    Penentuan waktu                        : Pukul 08.00 – 10.00 WIB

    Penentuan tempat                       : Rumah Kepala Desa Dusun Guah Desa Soket Lauk

    Pemberitahuan kepada warga     : Melalui speaker masjid Dusun Guah

    Pengorganisasian panitia kecil

    b.          Evaluasi Proses

    Ibu hamil, ibu menyusui dan balita datang tepat waktu.

    Kegiatan penyuluhan berjalan tertib.

    Ibu hamil dan ibu menyusui mengajukan pertanyaan

    Ø  Apakah kolostrum susu yang basi ?

    Kolostrum bukan susu yang basi akan tetapi kolostrum adalah susu ibu yang pertama kali keluar dan banyak mengandung protein dan antibody. Kolostrum ini berwarna kuning.

    Ø  Apakah anak yang berumur 1 tahun ke atas boleh diberi makan ikan ?

    Boleh, karena berperan untuk tumbuh kembang bayi karena ikan banyak mengandung zat gizi

    Ø  Apakah ibu yang mempunyai bayi berumur sampai 7 bulan tidak boleh berhubungan dengan suami akan menyebabkan bayinya sakit?

    Tidak ada hubungannya antara sakit pada bayi dengan tidak boleh berhubungan. Sakit pada bayi bisa disebabkan karena berbagai macam faktor seperti penggunaan air, cara membersihkan botol susu, pemberian makanan tambahan yang tidak sesuai dengan kebutuhan bayi

    Ø  Apakah imunisasi dapat menyebabkan penyakit kejang dan kematian ?

    Imunisasi tidak ada hubungannya dengan penyakit kejang dan kematian, imunisasi harus diberikan pada bayi dalam keadaan sehat. Kejang bisa disebabkan karena demam yang tak tertangani

    Ø  Apakah minum susu ibu hamil dapat menyebabkan bayi menjadi besar ?

    Minum susu pada ibu hamil tidak menyebabkan bayi besar karena susu banyak mengandung nutrisi yang dibutuhkan ibu. Bayi besar disebabkan pola makanan ibu yang tidak terkontrol

    Ibu hamil dan ibu menyusui duduk di kursi dengan posisi tegak dan  mengikuti kegiatan sampai selesai

    c.           Evaluasi Hasil

    Ibu hamil dan menyusui mengetahui tentang imunisasi (pengertian, jadwal imunisasi, manfaat, dan akibat jika bayi tidak diimunisasikan) dan PMT dini (pengertian, akibat PMT dini, jadwal pemberiam PMT yang  tepat pada bayi dan cara pembuatannya)

    Penyaji mereview materi dan warga dapat menjawab dengan benar 75% dari pertanyaan penyuluh.

    Jumlah yang hadir dalam penyuluhan berjumlah 42  orang, dengan ibu hamil berjumlah  5 orang , ibu menyusui dan balita berjumlah 37 orang

    d.          Pengorganisasian

    Pembawa acara           : Ach. Hijri

    Pembicara                   : Usnawati

    Observer                     : Magda

    Fasilitator                   :Bu Sri

    Pembimbing               :Bpk. Suyatno H.S, S. Kep,Ns

    Mala Hayati, S. Tp, M.kes

    Nurul Fitri, SST, S. KM, M.kes         

    SUMBER  :

    1. Direktorat Jenderal PPM dan PLP, Pelaksanaan Imunisasi Modul Latihan Petugas Imunisasi, Jakarta, (1985).

    2. Departemen Kesehatan, Bercakap Dengan Ibu-Ibu-Petunjuk Bagi Kader Dalam Rangka Promosi Posyandu, Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat, Jakarta, 1988.

    3. Tim Pengelola UPGK Tk. Pusat, Buku petunjuk Untuk Latihan Kader, Jakarta, 1988.

    IMUNISASI

    I. Pengertian

                            Imunisasi adalah suatu usaha untuk memberikan kekebalan kepada bayi dan anak serta ibu hamil terhadappenyakit tertentu.

    II. Tujuan Imunisasi

                            Membentuk daya tahan tubuh sehingga bayi/anak terhndar dari penyakit tertentu dan kalau terkena penyakit tidak menyebabkan kecacatan atau kematian.

    III. Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)

          1. Penyakit TBC

                Penyakit TBC sangat menular dan menyerang semua umur. Banyak terdapat padamasyarakat dengan ekonomi rendah, kurang gizi dan pada daerah perumahan padat. Ditandai dengan :

          – Batuk lebih dari 2 minggu, dahak dapat bercampur darah.

          – Nafsu makan menurun, BB menurun.

          – Berkeringat malam tanpa aktifitas.

          * Tes Mantoux : untuk menguji apakah pernah terinfeksi kuman TBC.

           2. Penyakit Difteri

            Difteri merupakan penyakit menular, teutama menyerang anak kecil. Ditandai     dengan :

           – Leher bengkak, terbentuk selaput putih kelabu dikerongkongan dan hidung    sehingga menyumbat jalan napas.

           – Anak gelisah karena sesak napas yang makin berat.

           – Anak tekak dan amandel membengkak dan merah.

          3. Penyakit Batuk Rejan / Batuk Seratus Hari

           Batuk Rejan adalah penyakit menular yang menyerang anak-anak. Ditandai dengan :

          – Diawali batuk pilek biasa yang berlangsung sekitar 7 – 14 hari. Kemudian diikuti batuk hebat yaitu lebih keras dan menyambung terus 10 – 30 kali disertai tarikan napas dan berbunyi, kemudian muntah, muka merah sampai biru dan mata berair.

           – Batuk batuk berlangsung beberapa minggu kemudian berkurang. Penyakit ini dapat menyebabkan radang apru-paru dan terjadi kerusakan otak sehingga dapat menyebabkan kejang, pingsan sampai terjadi kematian.

          4. Penyakit Tetanus

           Penyakit Tetanus menyerang semua umur, yang menyebabkan masalah yang cukup besar di Indonesia karena banayk bai yang baru lahir mati akibat penyakit tersebut. Ditandai dengan : 

           – Mulut kaku dan sukar dibuka, punggung kaku dan melengkung.

           – Kejang dirasakan sangat sakit.

           – Pada bayi yang baru lahir (5 – 28 hari) mendadak tidak dapat menetek karena  mulutnya kaku dan mencucu seperti mulut ikan.

           5. Penyakit Polimielitis

            Polimielitis sanagt cepat menular di daerah perumahan padat dan lingkungan  kumuh. Ditandai dengan :

           -Anak rewel, panas dan batuk, dua hari kemudian leher kaku, sakit kepala, otot  badan dan kaki terasa kaku.

          – Lumpuh anggota badan tetapi biasanya hanya satu sisi.

           Penyakit ini dapat menyerang otot pernapasan dan otot menelan yang dapat menyebabkan kematian.

          6. Penyakit Campak

            Penyakit ini sangat menular dan menyerang hampir semua bayi.

            Tanda-tanda campak :

            – Badan panas, batuk, pilek, mata merah dan berair.

            – Mulut dan bibir kering serta merah.

            – Beberapa hari kemudian keluar bercak-bercak di kulit dimulai di belakang  telinga, leher muka, dahi dan seluruh tubuh. Akibat lanjut dari penyakit ini adalah radang telinga sampai tuli,radang mata sampai terjadi kebutaan, diare dan menyebabkan radang paru-paru serta radang otak yang dapat menyebabkan kematian.

            7. Hepatitis Virus B

            Penyakit ini adalah penyakit menular yang menyerang semua umur.

            Tanda-tanda :

           – Mual, muntah serta nafsu makan menurun.

           – Nyeri sendi, nyeri kepala dan badan panas.

    IV. Jenis-Jenis Imunisasi

           1. BCG     : memberi kekebalan pada penyakit TBC

           2. DPT      : memberi kekbalan pada penyakit difteri, batuk rejan dan tetanus.

           3. Polio     : memberi kekebalan pada penyakit poliomielitis.

           4. Campak: memberi kekebalan pada penyakit campak.

           5. H B      : memberi kekbalan pada penyakit hapatitis B

           6. TT        : memberi kekebalan pada penyakit tetanus

           7. DT       : memberi kekebalan pada penyakit difteri dan tetanus.

    V. Sasaran Imunisasi

           1. Bayi 0 – 9 bulan untuk imunisasi BCG, polio, DPT, HB, dan campak.

           2. Anak SD kelas I untuk imunisasi DT.

           3. Calon pengantin dan ibu hamil untuk imunisasi TT.

    VI. Jadwal Pemberian Imunisasi

    Jenis ImunisasiWaktu pemberianKeterangan
    1. BCG, Polio I, DPT I2. HB I, Polio II, DPT II3. HB II, Polio III, DPT III4. HB III, Polio IV, Campak5. DT6. TTumur 2 bulanumur 3 bulanumur 4 bulanumur 9 bulanuntuk SD kelas Iuntuk SD kelas VIuntuk Catinuntuk Bumilkhusus wanita2x bila saat Catin hanya 1x

    VII. Cara Pemberian Imunisasi

                            Pemberian imunisasi dapat diberikan secara suntikan maupun diteteskan ke dalam mulut.

           1. BCG     : dengan suntikan ke dalam kulit pada lengan atas sebelah dalam.

           2. DPT      : suntikan ke dalam otot di pangkal paha.

           3. Campak : suntikan ke bawah kulit di lengan kiri atas.

          4. HB        : suntikan pada lengan.

          5. DT / TT: suntikan ke dalam otot pada lengan, paha ataupun punggung.

    VIII. Kapan Imunisasi Tidak Boleh Diberikan

           Keadaan-keadaan di mana imunisasi tidak dianjurkan :

          1. BCG, tidak diberikan pada bayi yang menderita sakit kulit lama, sedang sakit TBC dan panas tinggi.

          2. DPT, tidak diberikan bila bayi sedang sakit parah, panas tinggi dan kejang.

          3. Polio, tidak diberikan bila diare dan sakit parah.

          4. Campak, tidak diberikan bila bayi sakit mendadak dan panas tinggi.

    IX. Keadaan-Keadaan Yang Timbul Setelah Imunisasi

                            Keadaan-keadaan yang timbul setelah imunisasi berbeda pada masing-masing imunisasi, seperti yang diuraikan di bawah ini.

           1. BCG, dua minggu setelah imunisasi terjadi pembengkakan kecil dan merah di  tempat suntikan, seterusnya timbul bisul kecil dan menjadi luka parut.

          2. DPT, umumnya bayi menderita panas sore hari setelah mendapatkan imunisasi, tetapi akan turun dalam 1 – 2 hari. Di tempat suntikan merah dan bengkak serta sakit, walaupun demikian tidak berbahaya dan akan sembuh sendiri.

          3. Campak, panas dan umumnya disertai kemerahan yang timbul 4 – 10 hari setelah penyuntikan.

    X.  Tempat Pelayanan Imunisasi

          Pelayanan imunisasi dapat diperoleh pada :

          1. Posyandu

          2. Puskesmas

          3. Bidan / dokter praktek

          4. Rumah bersalin

          5. Rumah sakit

    XI.  Perawatan Yang Diberikan Setelah Imunisasi

          1. BCG, luka tidak perlu diobati tetapi bila luka besar dan bengkak di ketiak anjurkan ke puskesmas.

          2. DPT, bila panas berikan obat penurun panas yang diperoleh dari posyandu dan berikan kempres dingin.

          3. Campak, bila timbul panas berikan obat yang didapat dari posyandu.

  • Makalah Interaksi Sosial

    Interaksi Sosial

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi. Ada aksi dan ada reaksi. Pelakunya lebih dari satu. Individu vs individu. Individu vs kelompok. Kelompok vs kelompok dll. Contoh guru mengajar merupakan contoh interaksi sosial antara individu dengan kelompok. Interaksi sosial memerlukan syarat yaitu Kontak Sosial dan Komunikasi Sosial.

    Kontak sosial dapat berupa kontak primer dan kontak sekunder. Sedangkan komunikasi sosial dapat secara langsung maupun tidak langsung. Interaksi sosial secara langsung apabila tanpa melalui perantara. Misalnya A dan B bercakap-cakap termasuk contoh Interaksi sosial secara langsung. Sedangkan kalau A titip salam ke C lewat B dan B meneruskan kembali ke A, ini termasuk contoh interaksi sosial tidak langsung.

    Faktor yang mendasari terjadinya interaksi sosial meliputi imitasi, sugesti, identifikasi, indenifikasi, simpati dan empati Imitasi adalah interaksi sosial yang didasari oleh faktor meniru orang lain. Contoh anak gadis yang meniru menggunakan jilbab sebagaimana ibunya memakai. Sugesti adalah interaksi sosial yang didasari oleh adanya pengaruh. Biasa terjadi dari yang tua ke yang muda, dokter ke pasien, guru ke murid atau yang kuat ke yang lemah. Atau bisa juga dipengaruhi karena iklan.

    Indentifikasi adalah interaksi sosial yang didasari oleh faktor adanya individu yang mengindentikkan (menyadi sama) dengan pihak yang lain. Contoh menyamakan kebiasaan pemain sepakbola idolanya. Simpati adalah interaksi sosial yang didasari oleh foktor rasa tertarik atau kagum pada orang lain.

    Empati adalah interaksi sosial yang disasari oleh faktor dapat merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, lebih dari simpati. Contoh tindakan membantu korban bencana alam. Interaksi sosial mensyaratkan adanya kontak sosial dan komunikasi sosial. Kemudian membuat terjadinya proses sosial. Proses sosial dapat bersifat asosiatif dan disasosiatif Asosiatif meliputi akomodasi, difusi, asimilasi, akulturasi, kooperasi (kerjasama) (Intinya interaksi social yang baik-baik, kerjasama, rukun, harmonis, serasa dll). Contoh kerja sama antara depertemen pendidikan nasional dengan PT Telkom dalam program Jardiknas.

    Disasosiatif meliputi konflik, kontravensi dan kompetensi (Intinya interaksi sosial yang tidak baik, penuh persaingan, perang dingin, bertengkar dll). Contoh Bapak memukul anaknya karena tidak mendengarkan nasihatnya. Menyuruh pergi seorang pengemis dengan cara membentak.

    1.2. Rumusan masalah

    Berpijak dari latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah pada penulisan makalah ini adalah :

    1.    Seperti apakah �tindakan sosial di masyarakat?

    2.    Apa yang dimaksud dengan interaksi sosial?

    3.    Bagaimana bentuk-bentuk interksi sosial?

    1.3. Tujuan

    Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas Mata kuliah Tempat Ruang Dan Sistem Sosial serta untuk wawasan dan ilmu kami tentang pengaruh interaksi sosial bagi masyarakat

    1.4. Metode dan Prosedur

    Metode yang digunakan penulis dalam penyusunan makalah ini yaitu dengan mengumpulkan informasi dari berbagai buku dan browsing di internet.

    1.5. Sistematika Penulisan

    Makalah ini disusun dengan menggunakan kaidah penulisan makalah secara umum yaitu :

    KATA PENGANTAR

    DAFTAR ISI

    BAB 2 PERMASALAHAN

    Interaksi sosial

    A.PENGERTIAN INTERKASI SOSIAL

        Beberapa pengertian interaksi social menurut para ahli:

    v  ASTRID. S. SUSANTO

        Interaksi sosial adalah hubungan antar manusia yang menghasilkan hubungan tetap dan pada akhirnya memungkinkan pembentukan struktur sosial. Hasil interaksi sangat ditentukan oleh nilai dan arti serta interpretasi yang diberikan oleh pihak-pihak yang terlibat dalam interaksi ini.

    v  BONNER

        Interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua individu atau lebih yang saling mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya.

    v   KIMBALL YOUNG & RAYMOND W. MACK

        Interaksi sosial adalah hubungan sosial yang dinamis dan menyangkut hubungan antar individu, antara individu dengan kelompok, maupun antara kelompok dengan kelompok lainnya.

    v   SOERJONO SOEKANTO

        Interaksi sosial merupakan dasar proses sosial yang terjadi karena adanya hubungan-hubungan sosial yang dinamis mencakup hubungan antarindividu, antarkelompok, atau antara individu dan kelompok

    v  GILLIN

        Interaksi sosial adalah suatu hubungan sosial yang dinamis antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok

    v  MARYATI & SURYAWATI

       INteraksi sosial adalah kontak aau hubungan timbal balik atau interstimulasi dan respons antar individu, antar kelompok atau antar individu dan kelompok.

    v   MURDIYATMOKO & HANDAYANI

    Interaksi sosial adalh hubungan antar manusia yang menghasilkan suatu proses pengaruh mempengaruhi yang menghasilkan hubungan tetap dan pada akhirnya memungkinkan pembentukan struktur sosial.

    Jadi, Interaksi sosial dapat diartikan sebagai hubungan-hubungan sosial yang dinamis. Hubungan sosial yang dimaksud dapat berupa hubungan antara individu yang satu dengan individu lainnya, antara kelompok yang satu dengan kelompok lainnya, maupun antara kelompok dengan individu. Dalam interaksi juga terdapat simbol, di mana simbol diartikan sebagai sesuatu yang nilai atau maknanya diberikan kepadanya oleh mereka yang menggunakannya

    Proses Interaksi sosial menurut Herbert Blumer adalah pada saat manusia bertindak terhadap sesuatu atas dasar makna yang dimiliki sesuatu tersebut bagi manusia. Kemudian makna yang dimiliki sesuatu itu berasal dari interaksi antara seseorang dengan sesamanya. Dan terakhir adalah Makna tidak bersifat tetap namun dapat dirubah, perubahan terhadap makna dapat terjadi melalui proses penafsiran yang dilakukan orang ketika menjumpai sesuatu. Proses tersebut disebut juga dengan interpretative process

    Interaksi sosial dapat terjadi bila antara dua individu atau kelompok terdapat kontak sosial dan komunikasi. Kontak sosial merupakan tahap pertama dari terjadinya hubungan sosial Komunikasi merupakan penyampaian suatu informasi dan pemberian tafsiran dan reaksi terhadap informasi yang disampaikan. Karp dan Yoels menunjukkan beberapa hal yang dapat menjadi sumber informasi bagi dimulainya komunikasi atau interaksi sosial. Sumber Informasi tersebut dapat terbagi dua, yaitu Ciri Fisik dan Penampilan. Ciri Fisik, adalah segala sesuatu yang dimiliki seorang individu sejak lahir yang meliputi jenis kelamin, usia, dan ras. Penampilan di sini dapat meliputi daya tarik fisik, bentuk tubuh, penampilan berbusana, dan wacana.

    Interaksi sosial memiliki aturan, dan aturan itu dapat dilihat melalui dimensi ruang dan dimensi waktu dari Robert T Hall dan Definisi Situasi dari W.I. Thomas. Hall membagi ruangan dalam interaksi sosial menjadi 4 batasan jarak, yaitu jarak intim, jarak pribadi, jarak sosial, dan jarak publik. Selain aturan mengenai ruang Hall juga menjelaskan aturan mengenai Waktu. Pada dimensi waktu ini terlihat adanya batasan toleransi waktu yang dapat mempengaruhi bentuk interaksi. Aturan yang terakhir adalah dimensi situasi yang dikemukakan oleh W.I. Thomas. Definisi situasi merupakan penafsiran seseorang sebelum memberikan reaksi. Definisi situasi ini dibuat oleh individu dan masyarakat.

    Interaksi Sosial adalah suatu proses hubungan timbale balik yang dilakukan oleh individu dengan individu, antara indivu dengan kelompok, antara kelompok dengan individu, antara kelompok dengan dengan kelompok dalam kehidupan social.

    Dalam kamus Bahasa Indonesia Innteraksi didifinisikan sebagai hal saling melalkukan akasi , berhubungan atau saling mempengaruhi. Dengan demikian interaksi adalah hubungan timbale balik (social) berupa aksi salaing mempengaruhi antara indeividu dengan individu, antara individu dankelompok dan antara kelompok dengan dengan kelompok

    Macam – Macam Interaksi Sosial
    Menurut Maryati dan Suryawati (2003) interaksi sosial dibagi menjadi tiga macam, yaitu (p. 23) :
    1. Interaksi antara individu dan individu
    Dalam hubungan ini bisa terjadi interaksi positif ataupun negatif. Interaksi positif, jika jika hubungan yang terjadi saling menguntungkan. Interaksi negatif, jika hubungan timbal balik merugikan satu pihak atau keduanya (bermusuhan).
    2. Interaksi antara individu dan kelompok
    Interaksi ini pun dapat berlangsung secara positif maupun negatif. Bentuk interaksi sosial individu dan kelompok bermacam – macam sesuai situasi dan kondisinya.
    3. Interaksi sosial antara kelompok dan kelompok
    Interaksi sosial kelompok dan kelompok terjadi sebagai satu kesatuan bukan kehendak pribadi. Misalnya, kerja sama antara dua perusahaan untuk membicarakan suatu proyek.

    Syarat Terjadinya Interaksi Sosial
    Menurut Soerjono Soekanto, interaksi sosial tidak mungkin terjadi tanpa adanya dua syarat, yaitu kontak sosial dan komunikasi.

    1. Kontak Sosial
    Kata “kontak” (Inggris: “contact’) berasal dari bahasa Latin con atau cum yang artinya bersama-sama dan tangere yang artinya menyentuh. Jadi, kontak berarti bersama-sama menyentuh. Dalam pengertian sosiologi, kontak sosial tidak selalu terjadi melalui interaksi atau hubungan fisik, sebab orang bisa melakukan kontak sosial dengan pihak lain tanpa menyentuhnya, misalnya bicara melalui telepon, radio, atau surat elektronik. Oleh karena itu, hubungan fisik tidak menjadi syarat utama terjadinya kontak.
    Kontak sosial memiliki sifat-sifat berikut.
    1.    Kontak sosial dapat bersifat positif atau negatif. Kontak sosial positif mengarah pada suatu kerja sama, sedangkan kontak sosial negatif mengarah pada suatu pertentangan atau konflik.
    2.    Kontak sosial dapat bersifat primer atau sekunder. Kontak sosial primer terjadi apabila para peserta interaksi bertemu muka secara langsung. Misalnya, kontak antara guru dan murid di dalam kelas, penjual dan pembeli di pasar tradisional, atau pertemuan ayah dan anak di meja makan. Sementara itu, kontak sekunder terjadi apabila interaksi berlangsung melalui suatu perantara. Misalnya, percakapan melalui telepon. Kontak sekunder dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Kontak sekunder langsung misalnya terjadi saat ketua RW mengundang ketua RT datang ke rumahnya melalui telepon. Sementara jika Ketua RW menyuruh sekretarisnya menyampaikan pesan kepada ketua RT agar datang ke rumahnya, yang terjadi adalah kontak sekunder tidak langsung.

    2. Komunikasi
    Komunikasi merupakan syarat terjadinya interaksi sosial. Hal terpenting dalam komunikasi yaitu adanya kegiatan saling menafsirkan perilaku (pembicaraan, gerakan-gerakan fisik, atau sikap) dan perasaan-perasaan yang disampaikan. Misalnya, seorang gadis dikirimi sekotak cokelat tanpa nama pengirim. Gadis itu menerimanya dengan suka cita. Tapi ia bertanya-tanya, siapa yang mengirimkannya, apa maksudnya, apakah sekotak cokelat itu simbol cinta kasih atau hanya sekadar simbol persahabatan? Pertanyaan-pertanyaan itu merupakan reaksi dan tafsiran si gadis terhadap si pemberi cokelat.
    Ada lima unsur pokok dalam komunikasi. Kelima unsur tersebut adalah sebagai berikut.
    1.    Komunikator, yaitu orang yang menyampaikan pesan, perasaan, atau pikiran kepada pihak lain.
    2.    Komunikan, yaitu orang atau sekelompok orang yang dikirimi pesan, pikiran, atau perasaan.
    3.    Pesan, yaitu sesuatu yang disampaikan oleh komunikator. Pesan dapat berupa informasi, instruksi, dan perasaan.
    4.    Media, yaitu alat untuk menyampaikan pesan. Media komunikasi dapat berupa lisan, tulisan, gambar, dan film.
    5.    Efek, yaitu perubahan yang diharapkan terjadi pada komunikan, setelah mendapatkan pesan dari komunikator.

    Ada tiga tahap penting dalam proses komunikasi. Ketiga tahap tersebut adalah sebagai berikut.
    1.    Encoding. Pada tahap ini, gagasan atau program yang akan dikomunikasikan diwujudkan dalam kalimat atau gambar. Dalam tahap ini, komunikator harus memilih kata, istilah, kalimat, dan gambar yang mudah dipahami oleh komunikan. Komunikator harus menghindari penggunaan kode-kode yang membingungkan komunikan.
    2.    Penyampaian. Pada tahap ini, istilah atau gagasan yang sudah diwujudkan dalam bentuk kalimat dan gambar disampaikan. Penyampaian dapat berupa lisan, tulisan, dan gabungan dari keduanya.
    3.    Decoding. Pada tahap ini dilakukan proses mencerna dan memahami kalimat serta gambar yang diterima menurut pengalaman yang dimiliki.

    CIRI CIRI INTERAKSI SOSIAL

    -jumlah pelakunya dua orang atau lebih

    -adanya komunikasi antar pelaku dengan menggunaka symbol atau lambing

    -adanya suatu dimensi waktu

    -adanya tujuan yang hendak dicapai dari hasil interaksi tersebut.

    2.PENGERTIAN DINAMIKA SOSIAL                                                                          

    pengertian

    Dalam sosiologi, dinamika sosial diartikan sebagai keseluruhan perubahan dari seluruh kompenen masyarakat dari waktu ke waktu. Keterkaitannya dengan interaksi adalah interaksi mendorong terbentuknya suatu gerak keseluruhan antara kompenen masyarakat yang akhirnya menimbulkan perubahan – perubahan dalam masyarakat baik secara progresif ataupun retrogresif.

    Sebab-sebab terjadinya dinamika social

    a. Berubahnya struktur kelompok social

    b. Pergantian anggota kelompok

    c. Perubahan situasi social dan ekonomi

    Unsur yang berkembang dan berubah dalam dinamika social

    a. Struktur social

    Klasifikasi struktur social

    Struktur kaku dan luwes

     Struktur kaku, struktur yang tudak mungkin diubah atau sangat sulit diubah

     Struktur luwes, struktur yang pola susunannya memungkinkan untuk diubah Struktur formal

     Struktur formal, struktur yang diakui pihak berwenang berdasarkan hukum yang berlaku

     Struktur informal, struktur yang nyata atau benar-benar ada tetapi tidak berketetapan hukum

    Struktur homogeny dan heterogen

     Struktur homogeny, struktur social yang unsur-unsurnya mempunyai pengaruh yang sama terhadap dunia luar

     Struktur heterogen, struktur yang unsur-unsurnya mempunyai kedudukan berbeda-beda dan kesempatan setiap unsurnya pun berbeda

    Struktur mekanis dan statistik

     Struktur mekanis, struktur yang menuntut posisiyang tetap sama dari anggota-anggotanya agar dapat menjalankan fungsinya dengan baik

     Struktur statistik, struktur yang dapat berfungsi dengan baik apabila persyaratan jumlah anggotanya terpenuhi

    Struktur atas dan bawah

     Struktur atas atau suprastruktur, struktur yang diduduki oleh segolongan orang yang memegang kekuasaan

     Struktur bawah atau infrastruktur, struktur bagi golongan kelas bawah yang mempunyai taraf kehidupan relative rendah

    b. Nilai-nilai social-budaya, yang terdiri dari ajaran agama, ideology dan kaidah-kaidah moral serta peraturan sopan santun yang dimiliki suatu masyarakat, yang kesemuaannya mendapatkan tempat tersendiri di masyarakat

    c. Organ-organ masyarakat, seluruh komponen masyaraka

    3.HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN DINAMIKA SOSIAL

    interaksi sosial merupakan bagian terkecil dari proses perubahan yang ada didalam masyarakat. Interaksi sosial merupakan implementasi dari pemenuhankebutuhan warga masyarakat, baik secara individual maupun secara kolektif denganberpedoman pada sistem budaya yang ada, termasuk nilai-nilai, norma, dan pranata sosial. Melalui proses interaksi sosial  inilah, masyarakat  akan bergerak secara dinamis,baik yang bersifat progresif maupun yang bersifat regresif hingga mewujudkan suatudinamika sosial maupun dinamika budaya

    B.FAKTOR –FAKTOR YANG MENDORONG INTERAKSI SOSISAL

    1.faktor  internal

    a.adanya dorongan untuk meneruskan hidup

    b.dorongan untuk memenuhi kebutuhan.

    c.dorongan untuk melakukan komunikasi

    d.dorongan untuk mempertahankan hidup

    2.faktor  eksternal

    A. Imitasi
    Imitasi adalah suatu tindakan meniru orang lain. Imitasi atau perbuatan meniru bisa dilakukan dalam bermacam-macam bentuk. Misalnya, gaya bicara, tingkah laku, adat dan kebiasaan, pola pikir, serta apa saja yang dimiliki atau dilakukan oleh seseorang.
    Namun demikian, dorongan seseorang untuk meniru orang lain tidaklah berjalan dengan sendirinya. Perlu ada sikap menerima, sikap mengagumi, dan sikap menjunjung tinggi apa yang akan diimitasi itu. Menurut Dr. A.M.J. Chorus, ada syarat yang harus dipenuhi dalam mengimitasi, yaitu adanya minat atau perhatian terhadap obyek atau subyek yang akan ditiru, serta adanya sikap menghargai, mengagumi, dan memahami sesuatu yang akan ditiru. Contoh imitasi terdapat pada kegiatan seorang anak melihat ayahnya menyetir mobil. Tanpa diajari, anak itu berlari-lari sambil kedua tangannya menirukan gerakan seolah-olah tengah menyetir mobil.
    Imitasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses interaksi sosial. Imitasi dapat mendorong seseorang untuk mematuhi norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Contohnya, seorang anak akan meniru orang dewasa menyeberang lewat jembatan penyeberangan. Namun demikian, imitasi juga dapat mengakibatkan sesuatu yang negatif jika tindakan yang ditiru adalah tindakan yang menyimpang dari nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Contohnya, seorang pemuda meniru ayahnya yang mabuk atau seorang pelajar meniru temannya yang membolos sekolah.

    B. Sugesti
    Sugesti berlangsung apabila seseorang memberi pandangan atau sikap yang dianutnya, lalu diterima oleh orang lain. Biasanya, sugesti muncul ketika si penerima sedang dalam kondisi yang tidak netral sehingga tidak dapat berpikir rasional. Segala anjuran atau nasihat yang diberikan langsung diterima dan diyakini kebenarannya. Pada umumnya, sugesti berasal dari hal-hal berikut.
    1.    Orang yang berwibawa, karismatik, atau punya pengaruh terhadap yang disugesti, misalnya orangtua, cendekiawan, atau ulama.
    2.    Orang yang memiliki kedudukan lebih tinggi dari yang disugesti, misalnya pejabat negara atau direktur perusahaan.
    3.    Kelompok mayoritas terhadap kelompok minoritas. Misalnya dalam suatu rapat OSIS, ada seorang yang berpendapat berbeda terhadap suatu masalah. Tetapi karena semua teman-temannya setuju, maka ia pun mengubah pendapatnya.
    4.    Reklame atau iklan di media massa. Contoh, iklan yang menggambarkan suatu produk deterjen mampu menghilangkan noda dalam hitungan detik dapat menggiring pendengar atau penonton untuk membeli produk itu karena terpengaruh.
    Terjadinya sugesti bukan hanya karena faktor pemberi sugesti, tapi karena beberapa faktor yang ada di diri orang yang diberi sugesti. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut.
    1.    Terhambatnya daya berpikir kritis. Makin kurang kemampuan orang mengkritisi sesuatu atau seseorang, makin mudah orang itu menerima sugesti dari pihak lain. Daya kritis mengalami hambatan jika individu yang terkena stimulus sedang dalam keadaan emosional. Misalnya, orang yang tengah marah besar pada tetangganya akan mudah terprovokasi untuk melakukan perkelahian fisik.
    2.    Kemampuan berpikir terpecah belah (dissosiasi). Dissosiasi terjadi ketika orang sedang dilanda kebingungan karena dihadapkan pada berbagai persoalan. Jika dalam suasana yang demikian ada pandangan, saran, atau pendapat-pendapat orang, ia akan dengan mudah menerimanya tanpa pikir panjang.
    3.    Orang yang ragu-ragu dan pendapat yang searah. Orang yang dalam keadaan ragu-ragu pada umumnya akan mudah tersugesti atau akan mudah menerima pendapat atau saran dari pihak lain, apalagi pendapat itu searah sehingga orang yang ragu-ragu itu tidak bisa berkomunikasi langsung dengan pihak tersebut. Misalnya, pada kasus iklan deterjen sebenarnya kita meragukan kebenaran iklan tersebut. Tetapi, karena kita melihat dan mendengarnya setiap hari tanpa bisa bertanya tentang kebenarannya, kita pun membelinya. Pada kasus tersebut, sugesti berfungsi untuk lebih meyakinkan pendapat yang sudah ada, walaupun masih ada keraguan.

    C. Identifikasi
    Identifikasi merupakan kecenderungan atau keinginan seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain (meniru secara keseluruhan). Identifikasi sifatnya lebih mendalam dibandingkan imitasi karena dalam proses identifikasi, kepribadian seseorang bisa terbentuk. Orang melakukan proses identifikasi karena seringkali memerlukan tipe ideal tertentu dalam hidupnya. Contoh identifikasi terdapat pada seorang anak yang mengidolakan ayahnya. la berusaha mengidentifikasi dirinya seperti ayahnya karena sikap, perilaku, dan nilai yang dimiliki oleh ayahnya merupakan tipe yang ideal dan dapat berguna sebagai penuntun hidupnya.
    Proses identifikasi dapat berlangsung secara sengaja dan tidak sengaja. Meskipun tanpa sengaja, orang yang mengidentifikasi tersebut benar-benar mengenal orang yang ia identifikasi sehingga sikap atau pandangan yang diidentifikasi benar-benar meresap ke dalam jiwanya. Contoh, biasanya pemain bulu tangkis junior punya pemain idola. Setiap idolanya bertanding, dia akan mengamati secara cermat bagaimana gaya dan strategi bermain idolanya tersebut. Kemudian ia meniru dan yakin bisa menjadi seperti idolanya.

    D. Simpati
    Simpati merupakan suatu proses di mana seseorang merasa tertarik kepada pihak lain. Melalui proses simpati, orang merasa dirinya seolah-olah berada dalam keadaan orang lain dan merasakan apa yang dialami, dipikirkan, atau dirasakan orang lain tersebut. Dalam proses ini, perasaan memegang peranan penting walaupun alasan utamanya adalah rasa ingin memahami dan bekerja sama dengan orang lain. Contoh, ketika ada tetangga yang sedang tertimpa musibah, kita ikut merasakan kesedihannya dan berusaha untuk membantunya. Pada umumnya, simpati lebih banyak terlihat pada hubungan teman sebaya, hubungan ketetanggaan, atau hubungan pekerjaan.

    E. Empati

    Empati merupakan simpati mendalam yang dapat mempengaruhi kejiwaan dan fisik seseorang. Contohnya, seorang ibu akan merasa kesepian ketika anaknya yang bersekolah di luar kota. Ia selalu rindu dan memikirkan anaknya tersebut sehingga jatuh sakit. Contoh lain, seorang pria baru saja menjenguk keluarganya yang mengalami kecelakaan. Orang tersebut kemudian jatuh sakit karena selalu membayangkan dan memikirkan kejadian yang menimpa keluarganya.
    Faktor-faktor yang diuraikan di atas (imitasi, sugesti, identifikasi, simpati, empati) merupakan faktor minimal yang menjadi dasar proses interaksi sosial. Simpati, empati, dan identifikasi lebih dalam pengaruhnya, namun prosesnya agak lambat jika dibandingkan dengan sugesti dan imitasi. Sugesti dan imitasi pengaruhnya kurang mendalam, namun prosesnya berlangsung cepat. Kelima faktor tersebut, cenderung berasal dari satu pihak individu atau bersifat psikologis.

    3.macam kerjasama dalam suatu proses social

       1. Proses asosiatif 

    Proses asosiatif adalah bentuk interaksi sosial yang dapat meningkatkan hubungan solidaritas antarindividu.

    1. Kerjasama (cooperation)
    Kerjasama merupakan bentuk interaksi sosial yang utama. Kerjasama dimaksudkan sebagai suatu usaha bersama antara perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama. Kerjasama ini semakin menguat apabila ada tantangan dari luar kelompoknya. Kerjasama bisa timbul jika terjadi hal-hal berikut.
    1)    Orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama.
    2)    Kedua belah pihak memiliki sumbangan atau kontribusi untuk memenuhi kepentingan mereka melalui kerjasama.
    Kerjasama merupakan bentuk proses sosial yang baik, tetapi bukan kerjasama dalam hal yang negatif, seperti kerjasama ketika para siswa sedang melaku-kan ulangan atau ujian. Ada beberapa bentuk kerjasama untuk menyelesaikan pekerjaan iru antara lain sebagai berikut.

    1)    Kerukunan
    Kerukunan adalah hidup berdampingan secara damai dan melakukan kerjasama secara bersama-sama. Kerukunan dapat ditunjukkan dari kegiatan kerja bakti yang dilakukan warga atau secara bergiliran melakukan ronda untuk menjaga keamanan kampung. Kerukunan pada intinya mencakup gotong-royong dan tolong-menolong.
    2)    Tawar-menawar (bargaining)
    Tawar-menawar adalah bentuk perjanjian mengenai pertukaran barang dan jasa antara dua organisasi atau lebih.
    3) Kooptasi
    Kooptasi adalah kerjasama dalam bentuk mau menerima pendapat atau ide orang atau kelompok lain. Hal itu diperlukan agar kerjasama dapat berlanjut dengan baik.
    4. Koalisi
    Koalisi adalah bentuk kerjasama antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai kesamaan tujuan. Koalisi dilakukan agar memperoleh hasil yang lebih besar.
    5) Joint venture
    Joint venture adalah bentuk kerjasama yang dilakukan oleh beberapa perusahaan. Dengan joint venture diharapkan hasil atau keuntungan yang diperoleh dari sebuah usaha akan lebih besar.

    2.Akomodasi (Accomodation)

    Istilah Akomodasi dipergunakan dalam dua arti : menujukk pada suatu keadaan dan yntuk menujuk pada suatu proses. Akomodasi menunjuk pada keadaan, adanya suatu keseimbangan dalam interaksi antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia dalam kaitannya dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. Sebagai suatu proses akomodasi menunjuk pada usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan yaitu usaha-usaha manusia untuk mencapai kestabilan.

    Menurut Gillin dan Gillin, akomodasi adalah suatu perngertian yang digunakan oleh para sosiolog untuk menggambarkan suatu proses dalam hubungan-hubungan sosial yang sama artinya dengan adaptasi dalam biologi. Maksudnya, sebagai suatu proses dimana orang atau kelompok manusia yang mulanya saling bertentangan, mengadakan penyesuaian diri untuk mengatasi ketegangan-ketegangan. Akomodasi merupakan suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan sehingga lawan tidak kehilangan kepribadiannya.

    Tujuan Akomodasi dapat berbeda-beda sesuai dengan situasi yang dihadapinya, yaitu :

    1.    Untuk mengurangi pertentangan antara orang atau kelompok manusia sebagai akibat perbedaan paham

    2.    Mencegah meledaknya suatu pertentangan untuk sementara waktu atau secara temporer

    1.    Memungkinkan terjadinya kerjasama antara kelompok sosial yang hidupnya terpisah akibat faktor-faktor sosial psikologis dan kebudayaan, seperti yang dijumpai pada masyarakat yang mengenal sistem berkasta.

    2.    mengusahakan peleburan antara kelompok sosial yang terpisah.

    Bentuk-bentuk Akomodasi:

    1.    Corecion, suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan karena adanya paksaan

    2.    Compromise, bentuk akomodasi dimana pihak-pihak yang terlibat saling mengurangi tuntutannya agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang ada.

    3.    Arbitration, Suatu cara untuk mencapai compromise apabila pihak-pihak yang berhadapan tidak sanggup mencapainya sendiri

    4.    Conciliation, suatu usaha untuk mempertemukan keinginan-keinginan dari pihak-pihak yang berselisih demi tercapainya suatu persetujuan bersama.

    5.    Toleration, merupakan bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang formal bentuknya.

    6.    Stalemate, suatu akomodasi dimana pihak-pihak yang bertentangan karena mempunyai kekuatan yang seimbang berhenti pada satu titik tertentu dalam melakukan pertentangannya.

    7.    Adjudication, Penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan

    3. Asimilasi (Assimilation)

    Asimilasi merupakan proses sosial dalam taraf lanjut. Ia ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia dan juga meliputi usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap, dan proses-proses mental dengan memerhatikan kepentingan dan tujuan bersama.

    Proses Asimilasi timbul bila ada :

    Kelompok-kelompok manusia yang berbeda kebudayaannya orang-perorangan sebagai warga kelompok tadi saling bergaul secara langsung dan intensif untuk waktu yang lama sehingga kebudayaan-kebudayaan dari kelompok-kelompok manusia tersebut masing-masing berubah dan saling menyesuaikan diri

    Beberapa bentuk interaksi sosial yang memberi arah ke suatu proses asimilasi (interaksi yang asimilatif) bila memilii syarat-syarat berikut ini: Interaksi sosial tersebut bersifat suatu pendekatan terhadap pihak lain, dimana pihak yang lain tadi juga berlaku sama interaksi sosial tersebut tidak mengalami halangan-halangan atau pembatasan-pembatasan. Interaksi sosial tersebut bersifat langsung dan primer. Frekuaensi interaksi sosial tinggi dan tetap, serta ada keseimbangan antara pola-pola tersebut. Artinya, stimulan dan tanggapan-tanggapan dari pihak-pihak yang mengadakan asimilasi harus sering dilakukan dan suatu keseimbangan tertentu harus dicapai dan dikembangankan.

    Faktor-faktor yang dapat mempermudah terjadinya suatu asimilasi adalah :

    Toleransi

    kesempatan-kesempatan yang seimbang di bidang ekonomi sikap menghargai orang asing dan kebudayaannya sikap tebuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan perkawinan campuran (amaigamation) adanya musuh bersama dari luar

    Faktor umum penghalangan terjadinya asimilasi:

    Terisolasinya kehidupan suatu golongan tertentu dalam masyarakat kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan yang dihadapi dan sehubungan dengan itu seringkali menimbulkan faktor ketiga perasaan takut terhadap kekuatan suatu kebudayaan yang dihadapi perasaan bahwa suatu kebudayaan golongan atau kelompok tertentu lebih tinggi daripada kebudayaan golongan atau kelompok lainnya.

    Dalam batas-batas tertentu, perbedaan warna kulit atau perbedaan ciri-ciri badaniah dapat pula menjadi salah satu penghalang terjadinya asimilasi In-Group-Feeling yang kuat menjadi penghalang berlangsungnya asimilasi. In Group Feeling berarti adanya suatu perasaan yang kuat sekali bahwa individu terikat pada kelompok dan kebudayaan kelompok yang bersangkutan.

    Gangguan dari golongan yang berkuasa terhadap minoritas lain apabila golongan minoritas lain mengalami gangguan-gangguan dari golongan yang berkuasa faktor perbedaan kepentingan yang kemudian ditambah dengan pertentangan-pertentangan pribadi.

    Asimilasi menyebabkan perubahan-perubahan dalam hubungan sosial dan dalam pola adat istiadat serta interaksi sosial. Proses yang disebut terakhir biasa dinamakan akulturasi. Perubahan-perubahan dalam pola adat istiadat dan interaksi sosial kadangkala tidak terlalu penting dan menonjol.

    2. Proses Disosiatif

    Proses disosiatif sering disebut sebagai oppositional proccesses, yang persis halnya dengan kerjasama, dapat ditemukan pada setiap masyarakat, walaupun bentuk dan arahnya ditentukan oleh kebudayaan dan sistem sosial masyarakat bersangkutan. Oposisi dapat diartikan sebagai cara berjuang melawan seseorang atau sekelompok manusia untuk mencapai tujuan tertentu. Pola-pola oposisi tersebut dinamakan juga sebagai perjuangan untuk tetap hidup (struggle for existence). Untuk kepentingan analisis ilmu pengetahan, oposisi proses-proses yang disosiatif dibedkan dalam tiga bentuk, yaitu :

    1. Persaingan (Competition)

    Persaingan atau competition dapat diartikan sebagai suatu proses sosial dimana individu atau kelompok manusia yang bersaing mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum (baik perseorangan maupun kelompok manusia) dengan cara menarik perhatian publik atau dengan mempertajam prasangka yang telah ada tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan. Persaingan mempunya dua tipe umum :

    Bersifat Pribadi : Individu, perorangan, bersaing dalam memperoleh kedudukan. Tipe ini dinamakan rivalry.

    Bersifat Tidak Pribadi : Misalnya terjadi antara dua perusahaan besar yang bersaing untuk mendapatkan monopoli di suatu wilayah tertentu.

    Bentuk-bentuk persaingan :

    Persaingan ekonomi : timbul karena terbatasnya persediaan dibandingkan dengan jumlah konsumen

    Persaingan kebudayaan : dapat menyangkut persaingan bidang keagamaan, pendidikan, dst.

    Persaingan kedudukan dan peranan : di dalam diri seseorang maupun di dalam kelompok terdapat keinginan untuk diakui sebagai orang atau kelompok yang mempunyai kedudukan serta peranan terpandang.

    Persaingan ras : merupakan persaingan di bidang kebudayaan. Hal ini disebabkan krn ciri-ciri badaniyah terlihat dibanding unsur-unsur kebudayaan lainnya.

    Persaingan dalam batas-batas tertentu dapat mempunyai beberapa fungsi :

    Sebagai jalan dimana keinginan, kepentingan serta nilai-nilai yang pada suatu masa medapat pusat perhatian, tersalurkan dengan baik oleh mereka yang bersaing.

    Sebagai alat untuk mengadakan seleksi atas dasar seks dan sosial. Persaingan berfungsi untuk mendudukan individu pada kedudukan serta peranan yang sesuai dengan kemampuannya.

    Sebagai alat menyaring para warga golongan karya (fungsional)

    2. Kontraversi (Contravetion)

    Kontravensi pada hakikatnya merupakan suatu bentuk proses sosial yang berada antara persaingan dan pertentangan atau pertikaian. Bentuk kontraversi menurut Leo von Wiese dan Howard Becker ada 5 : yang umum meliputi perbuatan seperti penolakan, keenganan, perlawanan, perbuatan menghalang-halangi, protes, gangguang-gangguan, kekerasan, pengacauan rencana, yang sederhana seperti menyangkal pernyataan orang lain di muka umum, memaki-maki melalui surat selebaran, mencerca, memfitnah, melemparkan beban pembuktian pada pihak lain, dst. yang intensif, penghasutan, menyebarkan desas desus yang mengecewakan pihak lain, yang rahasia, mengumumkan rahasian orang, berkhianat. yang taktis, mengejutkan lawan, mengganggu dan membingungkan pihak lain.

    Contoh lain adalah memaksa pihak lain menyesuaikan diri dengan kekerasan, provokasi, intimidasi, dst.

    Menurut Leo von Wiese dan Howard Becker ada 3 tipe umum kontravensi :

    1. Kontraversi generasi masyarakat : lazim terjadi terutama pada zaman yang sudah mengalami perubahan yang sangat cepat

    2. Kontraversi seks : menyangkut hubungan suami dengan istri dalam keluarga.

    3. Kontraversi Parlementer : hubungan antara golongan mayoritas dengan golongan minoritas dalam masyarakat.baik yang menyangkut hubungan mereka di dalam lembaga legislatif, keagamaan, pendidikan, dst.

    Tipe Kontravensi :

    Kontravensi antarmasyarakat setempat, mempunyai dua bentuk :

    1. Kontavensi antarmasyarakat setempat yang berlainan (intracommunity struggle)

    2.. Kontravensi antar golongan-golongan dalam satu masyarakat setempat (intercommunity struggle)

    3. Pertentangan (Pertikaian atau conflict)

    Pribadi maupun kelompok menydari adanya perbedaan-perbedaan misalnya dalam ciri-ciri badaniyah, emosi, unsur-unsur kebudayaan, pola-pola perilaku, dan seterusnya dengan pihak lain. Ciri tersebut dapat mempertajam perbedaan yang ada hingga menjadi suatu pertentangan atau pertikaian.

    Sebab musabab pertentangan adalah :

    1. Perbedaan antara individu.

    2. Perbedaan kebudayaan.

    3. Perbedaan kepentingan.

    perubahan sosial.

    Pertentangan dapat pula menjadi sarana untuk mencapai keseimbangan antara kekuatan-kekuatan dalam masyarakat. Timbulnya pertentangan merupakan pertanda bahwa akomodasi yang sebelumnya telah tercapai.

    Pertentangan mempunyai beberapa bentuk khusus:

    1. Pertentangan pribadi

    2. Pertentangan Rasial : dalam hal ini para pihak akan menyadari betapa adanya perbedaan antara mereka yang menimbulkan pertentangan

    3. Pertentangan antara kelas-kelas sosial : disebabkan karena adanya perbedaan kepentingan

    4. Pertentangan politik : menyangkut baik antara golongan-golongan dalam satu masyarakat, maupun antara negara-negara yang berdaulat

    5. Pertentangan yang bersifat internasional : disebabkan perbedaan-perbedaan kepentingan yang kemudian merembes ke kedaulatan negara

    Akibat-akibat bentuk pertentangan:

    1. Tambahnya solidaritas in-group.

    Apabila pertentangan antara golongan-golongan terjadi dalam satu kelompok tertentu, akibatnya adalah sebaliknya, yaitu goyah dan retaknya persatuan kelompok tersebut.

    2. Perubahan kepribadian para individu.

    3. Hancurnya harta benda dan jatuhnya korban manusia.

    4. Akomodasi, dominasi, dan takluknya salah satu pihak.

    C. Status dan Peranan Individu dalam Interaksi Sosial Status seseorang menentukan perannya, peran seseorang menentukan perilakunya.

    1. Status (kedudukan)

    Adalah posisi seseorang dalam kelompok masyarakat secara umum sehubungan dengan keberadaan orang lain di sekitarnya. Seseorang dapat mempunyai beberapa status karena ikut serta dalam berbagai pola kehidupan.

    Menurut Ralph Linton, ada tiga macam status, yaitu:

    v      Ascribed Status

    Status yang diperoleh secara otomatis melalui kelahiran. Status ini bersifat tertutup, yaitu hanya pada orang tertentu saja.

    v      Achieved Status

    Status ini diperoleh melalui usaha-usaha yang dilakukan sendiri. Jadi, status ini terbuka bagi setiap orang. Semua orang dapat mencapainya, asalkan memenuhi syarat tertentu.

    v      Ascribed Status

    Status ini merupakan pemberian dari orang lain. Status ini umumnya diberikan kepada orang yang berjasa memperjuangkan sesuatu bagi masyarakat.

    2. Peran sosial

    Peran adalah pelaksanaan hak dan kewajiban seseorang sesuai dengan status sosialnya. Jika seseorang telah melaksanakan kewajiban dan meminta haknya sesuai dengan status yang disandangnya, maka ia telah melaksanakan perannya. Status dan peran tidak dapat dipisahkan karena tidak ada peran tanpa status dan sebaliknya.

    a.konflik perang

    konflik perang terjadi apabilaseseorang dengan kedudukan tertentu harus melaksanakan peran yang sesungguhnya yang tidak dia harapkan.

    Contoh:polisi harus menangkap perampok yang sebenarnya keponakannya sendiri

    b.ketegangan

    ketegangan terjadi apabila seseorang mengalami kesulitan untuk melakukan peran social yang dimilikinya karena adanya ketidak sesuaian antara kewajiban

    c.kegagalan peran

    kegagalan peran terjadi apabila seseorang tidak sanggup menjalankan beberapa peran sekaligus karena tuntunan yang berlawanan

    d.kesenjangan peran

    terjadi apabila karena seseorang harus menjalankan peran yang tidak menjadi prioritas hidupnya,sehingga merasa tertekan menjalankan peran tersebut

    Pengertian Tindakan Sosial

    Tindakan atau aksi berarti pmbuatan atau sesuatu yang dilakukan. Secara sosiologis, tindakan artinya seluruh perbuatan manusia yang dilakukan secara sadar atau tidak disadari, sengaja atau tidak disengaja yang mempunyai makna subyektif bagi pelakunya.

    Didalam sosiologi, tindakan sosoial banyak dikemukakan oleh Max Weber (1864-1920) seorang ahli sosiologi Jerman, dimana tindakan sosial dimulai dari tindakan individu atau perilaku individu dengan perilaku oang lain, yang diorientasikan pada hasil tindakan tersebut, sehingga dapat dipahami secara subjektif, maksudnya setiap tindakan sosial yang dilakukan seseorang akan memiliki maksud atau makna tertentu.

    Jadi tindakan sosial pada diri orang baru terjadi apabila tindakan tersebut dihubungkan dengan orang lain. Tindakan sosial yang dimulai dari tindakan indiidu-individu memiliki keunikan atau ciri tersendiri.

    Ciri-cici Tindakan Sosial

    Bentuk tolak dari konsep dasar tentang tindakan sosial dan antar hubungan sosial, maka terdapat lima ciri pokok yang menjadi sasaran sosiologi, yaitu:

    1.    Tindakan manusia yang menurut si aktor mengandung makna subyektif, hal ini meliputi tindakan nyata.

    2.    Tindakan nyata yang bersifat membatin sepenuhnya dan bersifat subyektif.

    3.    Tindakan yang berpengaruh positif dari suatu situasi, maka tindakan tersebut akan diulang.

    4.    Tindakan itu diarahkan pada seseorang atau pada individu.

    Faktor Pendorong Melakukan Tindakan Sosial

    Manusia merupakan makhluk yang tidak akan bisa hidup tanpa manusia lain, sbab secara biologis manusia adalah makhluk yang palin lemah. Sejak dilahirkan ke dunia, manusia mempunyai dua hasyat atau keinginan pokok, yaiyu keinginan pokok, yaitu keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain di sekitarnya (masyaraakat) dan keinginan untuk menjadi satu dengan lingkungan alam di skitarnya.

    Untuk memperoleh kedua hasrat tersebut, manusia menggunakan akalnya (pikiran, perasaan, dan kehendak). Menyadari kelemahan dan kekurangannya dalam menyesuaikan diri serta menghadapi tantangan alam yang tidak mungkin dilakukan secara sendiri-sendiri atau perorangan, manusia menghimpun diri dan mengelompokan dirinya dengan manusia lain yang kemudian disebut masyarakat.

    Bentuk-bentuk Tindakan Sosial

    Pada dasarnya tindakan manusia, baik sebagai individu maupun makhluk sosial terdiri dari dua tindakan pokok yaitu tindakan lahiriah dan tindakan batiniah, sbagai berikut

    1.    Tindakan lahiriah

    adalah tata cara bertindak yang tampak atau dapat dilihat dan cendeung ditiru secara berulang-ulang oleh banyak orang.

    2.    Tindaka batiniah

    adalah cara berfikir, berperasaa, dan berkehendak yang dingkapkan dalam sikap dan bertindak, dilakukan berulang kali dan di ikuti oleh banyak orang.

    Di dalam kehidupan masyarakat, kita dapat mengenali beberapa pola tindakan bathiniah yang terdiri dari bantuk-bentuk sebagai berikut:

    1.    prasangka (prejudice),

    adalah anggapan atau penilaian terhadap suatu penomana tanpa di tunjang dengan bukti-bukti yang dapat dipertanggungjawabkan.

    2.    sikap sosial (social attitude),

     adalah suatu bentuk pola perilaku lahiriah dan bathiniah terhadap fenomena atua gejala yang mempunyai arti sosial.

    3.    pendapat umum (publik opinion),

    adalah suatu komposisi pikiran masyarakat yang berpola dan dibentuk dari beberapa golongan atau kelompok.propagan, adalah suatu makanisme kegiatan yang dilakukan denga cara mempengaruhu massa atau publik agar mau untuk menerima pola fikiran tertentu

    BAB 3 PENUTUPAN

    Kesimpulan

    Arti Interaksi Sosial artinya melibatkan kedua belah pihak..
    Faktor-faktor interaksi sosial antara lain

    �.Imitasi : tindakan sosial meniru sikap,tindakan,tingkah laku atau penampilan fisik seseorang secara berlebihan.

    bSugesti : pemberian pengaruh atau pandangan dari satu pihak kepada pihak lain.
    cIdentifikasi : kecenderungan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan oranglain. Simpati : suatu proses dimana seseorang merasa tertarik dengan orang lain. Syarat-syarat interaksi sosial antara lain

    kontak :kata kontak berasal dari con atau cum yang artinya bersama-sama dan kata tango yang artinya menyentuh.jadi secara harfiah kontak berarti saling menyentuh. Wujud kontak sosial dibedakan menjadi tiga antara lain
    � kontak antarindividu contoh kontak antara anak dan orang tuanya,kontak antara siswa dan siswa lainnya.

    b kontak antar kelompok contoh kontak antara dua perusahaan dalam hubungan bisnis.

    cKontak antara individu dan suatu kelompok contoh kontak antara seorang calon anggota dan para anggota organisasiyang akan dimasukinya.

    Kontak sosial langsung dan tidak langsung anatar lain kontak primer yaitu hubungan timbal balik yang terjadi secara langsung.

    kontak sekunder yaitu kontak sosial yang memerlukan pihak ketigasebagai media untuk melakukan hubungan timbal balik.

    B.Bentuk-bentuk Interaksi sosial (association processes)

    A.kerja sama :suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok uintuk mencapai tujuan bersama.

    Bentuk kerjasama antara lain kerja sama spontan yaitu kerjasama yang terjadi secara serta-merta. kerja sama langsung yaitu kerja sama sebagai hasil dari perintah atasan kepada bawahan atau pengusaha teerhadap rakyatnya.
    Kerja sama kontrak yaitu kerja sama atas dasar syarat-syarat ketetapan tertentu yang disepakati bersama.

    B.Akomodasi
    proses penyesuaian diri dari orang-perorangan . Bentuk akomodasi antara lain
    koersi : suatu bentuk akomodasi yang terjadi melalui pemaksaan kehendak pihak tertentu terhadap pihak lain yang lebih lemah .contoh sistem pemerintahan totalitarian.
    kompromi : suatu bentuk akomodasi ketika pihak-pihak yang terlibat perselisihan saling mengurangi tuntutan agar tercapai suatu penyelesaian.

    C.Asimilasi

    dasarnya merupakan perubahan yang dilakukan secara sukarela,yang umum pada dimulai dari penggunaan bahasa. Syarat asimilasi antara lain
    terdapat sejumlah kelompok yang memiliki kebudayaan berbeda.
    terjadi pergaulan antaindividu atau kelompok secara intensif dan dalam waktu yang relatif lama.

    Faktor pendorong asimilasi antara lain

    Toleransi di antara sesama kelompok yang berbeda kebudayaan.
    kesempatan yang sama dalam bidang ekonomi.

    kesediaan menghormati dan menghargai orang asing dan kebudayaan yang dibawanya.

    Faktor penghalang asimilasi antara lain kelompok yang terisolasi atau tersaing (biasanya kelompok minoritas). kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan baru yang dihadapi.

    D.Akulturasi

    proses penerimaan dan pengolahan unsur-unsur kebudayaan asing menjadi bagian dari kebudayaan suatu kelompok tanpa menghilangkan kepribadian kebudayaan asing.

    Daftar Pustaka

    DAFTAR PUSTAKA

    Effendi, Ridwan dan Elly Malihah. (2007) . Pendidikan Lingkungan Sosial Budaya dan Teknologi. Bandung : Yasindo Multi Aspek

    Hermawan, Ruswandi dan Kanda Rukandi. (2007). Perspektif Sosial Budaya. Bandung: UPI PRESS

    Hermawan, Ruswandi dkk. (2006) . perkembangan masyarakat dan Budaya. Bandung : UPI PRESS

    Kuswanto dan Bambang Siswanto. (2003). Sosiologi. Solo: Tiga Serangkai

    Google.co.id

  • Makalah Fenomena Jilbab Ketat – Jilbob

    Makalah Fenomena Jilbab Ketat – Jilbob

    Makalah Fenomena Jilbab Ketat atau JIlbob ini membahas adanya penyimpangan perilaku di kalangan remaja putri dalam mengenakan pakaian sebagai simbol agama yakni jIlbab.

    Fenomena Jilbab Ketat

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Kerudung atau Jilbab merupakan kata yang tidak asing lagi diperdengarkan oleh telinga kita saat ini. Suatu kain yang berfungsi sebagai penutup aurat wanita kini sedang ramai dipergunakan sebagai trend center dunia fashion. Banyak terdapat model dan tipe-tipe jilbab disugguhkan kepada wanita muslimah untuk mempercantik diri. Bahkan sampai diadakan suatu pameran untuk mengenalkan produk jilbab dengan berbagai model.

    Dewasa ini sering kali kita menjumpai wanita-wanita muslimah yang menggunakan berbagai model jilbab. Di kalangan mahasiswa, terdapat banyak model jilbab. Hal ini membuktikan bahwa ketertarikan wanita muslim untuk mengembangkan fashionnya melalui jilbab.

    Minimnya pengetahuan tentang hakikat menggunakan jilbab serta tuntunan yang diberlakukan oleh agama islam, membuat wanita-wanita muslim seenakknya mengenakan jilbab. Pada dasarnya jilbab berfungsi untuk menutup aurat kewanitaan agar terhindar dari hal maksaiat. Akan tetapi, terkadang saat ini hanya digunakan sebagai kedok atau identitas bagi wanita-wanita tertentu agar terkesan baik, sopan, santun, dan berbudi luhur. Dan bahkan hanya dijadikan sebagai trend dan fashion style saja. Bila fenomena ini terus berkelanjutan, betapa mirisnya kondisi wanita muslim dan harga diri dari wanita muslim sekarang ini.

    Untuk menghadapi fenomena-fenomena dewasa ini tentang pengetahuan menggunakan jilbab. Maka, akan dibahas tentang hakikat berjilbab, fungsi jilbab, manfaat jilbab, dan hukum serta ketentuan berjilbab. Selain itu, pembahasan ini agar bermanfaat bagi pembaca dan dijadikan sebagai suatu pengetahuan yang berupa referensi menggunakan jibab yang baik dan benar sesuai syariat islam yang sesungguhnya.

    Bab II. Pembahasan

    A. Definisi Jilbab Dalam Al-Qur’an

    Imam Qurthubi dalam tafsirnya mengatakan; Jilbab berarti kain yang lebih besar ukurannya dari khimar (kerudung), sedang yang benar menurutnya jilbab adalah kain yang menutup semua badan.

    القَمِيصُ: ثَوبٌ واسِعٌ للمرأة دون المِلحَفَة أو ما يُغَطّى به ثِيابَها من فوقُ كالملحفة أو هو الخمار

    (Jilbab adalah) gamis (al qomiish) pakaian yang luas, tapi selain selubung/selimut (al mihafah), atau sesuatu yang dipakai olehnya untuk menyelimuti pakaiannya mulai dari atas seperti selubung/selimut (al mihafah). Atau, dia adalah al khimar (penutup kepala).Arti kata jilbab ketika Al Quran diturunkan adalah kain yang menutup dari atas sampai bawah, tutup kepala, selimut, kain yang di pakai lapisan kedua oleh wanita dan semua pakaian wanita, ini adalah beberapa arti jilbab seperti yang dikatakan Imam Alusiy dalam tafsirnya Ruuhul Ma`ani.

    Dari atas tampaklah jelas kalau jilbab yang dikenal oleh masyarakat indonesia dengan arti atau bentuk yang sudah berubah dari arti asli jilbab itu sendiri, dan perubahan yang demikian ini adalah bisa dipengaruhi oleh berbagai factor, salah satunya adalah sebab perjalanan waktu dari masa Nabi Muhammad SAW. sampai sekarang atau disebabkan jarak antar tempat dan komunitas masyarakat yang berbeda yang tentu mempunyai peradaban atau kebudayaan berpakaian yang berbeda.
    Allah SWT dalam Al Quran berfirman:

    يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّبِيُّ قُل لِّأَزۡوَٰجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَآءِ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ يُدۡنِينَ عَلَيۡهِنَّ مِن جَلَٰبِيبِهِنَّۚ ذَٰلِكَ أَدۡنَىٰٓ أَن يُعۡرَفۡنَ فَلَا يُؤۡذَيۡنَۗ وَكَانَ ٱللَّهُ غَفُورٗا رَّحِيمٗا ٥٩

    Artinya: Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

    Asbabun Nuzul

    Pada suatu riwayat dikemukakan bahwa Siti Saudah (istri Rasulullah) keluar rumah untuk sesuatu keperluan setelah diturunkan ayat hijab. Ia adalah seorang yang badannya tinggi besar sehingga mudah dikenal orang. Pada waktu itu Umar melihatnya, dan ia berkata: “Hai Saudah. Demi Allah, bagaimana pun kami akan dapat mengenalmu. Karenanya cobalah pikir mengapa engkau keluar?” Dengan tergesa-gesa ia pulang dan saat itu Rasulullah barada di rumah Aisyah sedang memegang tulang sewaktu makan. Ketika masuk ia berkata: “Ya Rasulallah, aku keluar untuk sesuatu keperluan, dan Umar menegurku (karena ia masih mengenalku)”. Karena peristiwa itulah turun ayat ini (S. Al Ahzab: 59) kepada Rasulullah SAW di saat tulang itu masih di tangannya. Maka bersabdalah Rasulullah: “Sesungguhnya Allah telah mengizinkan kau keluar rumah untuk sesuatu keperluan.”

    Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa istri-istri Rasulullah pernah keluar malam untuk mengqadla hajat (buang air). Pada waktu itu kaum munafiqin mengganggu mereka yang menyakiti. Hal ini diadukan kepada Rasulullah SAW, sehingga Rasul menegur kaum munafiqin. Mereka menjawab: “Kami hanya mengganggu hamba sahaya.” Turunnya ayat ini (S. Al Ahzab: 59) sebagai perintah untuk berpakaian tertutup, agar berbeda dari hamba sahaya.

    Ayat di atas turun ketika wanita merdeka (seperti wanita-wanita sekarang) dan para budak wanita (wanita yang boleh dimiliki dan diperjual belikan) keluar bersama-sama tanpa ada suatu yang membedakan antara keduanya, sementara madinah pada masa itu masih banyak orang-orang fasiq (suka berbuat dosa) yang suka mengganggu wanita-wanita dan ketika diperingatkan mereka (orang fasiq) itu menjawab kami mengira mereka (wanita-wanita yang keluar) adalah para budak wanita sehingga turunlah ayat di atas bertujuan memberi identitas yang lebih kepada wanita-wanita merdeka itu melalui pakaian jilbab.

    Ayat ini terletak dalam Al Quran setelah larangan menyakiti orang-orang mukmin yang berarti sangat selaras dengan ayat sesudahnya (ayat jilbab), sebab berjilbab paling tidak, bisa meminimalisir pandangan laki-laki kepada wanita yang diharamkan oleh agama, dan sudah menjadi fitrah manusia, dipandang dengan baik oleh orang lain adalah lebih menyenangkan hati dan tidak berorentasi pada keburukan, lain halnya apabila pandangan itu tidak baik maka tentu akan berdampak tidak baik pula bagi yang dipandang juga yang melihat, nah, kalau sekarang kita melihat kesebalikannya yaitu ketika para wanita lebih senang untuk dipandang orang lain ketimbang suaminya sendiri maka itu adalah kesalahan pada jiwa wanita yang perlu dibenarkan sedini mungkin dan dibuang jauh jauh terlebih dahulu sebelum seorang wanita berbicara kewajiban berjilbab.

    B. Fungsi Jilbab yang Dicarikan Dari Berbagai Sumber:

    1. Melindungi muslimah dari fitnah. Sebagai gambaran, tragedi yang dikisahkan dalam Al-Qur’an tentang Nabi Yusuf AS sangatlah jelas. Wanita memang menarik , tapi bukan berarti ia hidup untuk menarik perhatian lawan jenis.Tetapi wanita muslim hidup hanya untuk Allah SWT yakni Tuhannya, dengan cara menjalankan keinginan Tuhannya, yang membuat dirinya jauh dari fitnah . Allah memerintah muslimah untuk menutup auratnya ( Jilbab ), demi kebaikan hidup muslimah sendiri. Agar tidak diganggu oleh laki-laki yang bernafsu liar. Jilbab ini dapat meredam daya tarik tubuh luar biasa , sehingga seorang muslimah akan jauh dari godaan laki-laki pengumbar hawa nafsu.
    2. Mengangkat derajat dirinya di mata Allah. Dengan jilbab, seorang muslimah akan menjaga prilaku dan meluruskan niatnya hanya karena Allah SWT. Jilbab adalah menjalankan kewajibannya, bukan sekedar trend berbusana. Jilbab menutupi aurat yg memang seharusnya tidak boleh dilihat oleh kaum pria (bukan muhrim), karena itu adalah kewajiban berarti jilbab menyelamatkan kita dari dosa dan memberi kita nilai lebih sebagai seorang muslimah di mata Allah,SWT karena telah menjalankan perintah-Nya.
    3. Menciptakan lingkungan sehat. Dengan berbusana muslim dan berjilbab, ia menjadi kuntributor bagi lingkungan yang sehat dan amanah. Terus menggali keimanan dan menjadi suri tauladan bagi lingkungan, minimal dalam keluarganya sendiri. Muslimah yg memakai jilbab akan terlihat sopan dalam berpakaian dibandingkan dengan kebanyakan dari mereka yg tidak memakai jilbab, dan kebanyakan dari para muslimah yang berjilbab lebih pintar mengatur cara berbicara dengan orang lain, sopan dalam bahasa, santun dalam bertindak.
    4. Perisai dari perbuatan tercela. Menggunakan jilbab memiliki nilai kemuliaan dalam Islam, keindahan dalam Islam. Menjadi benteng kekuatan dari perbuatan tercela dan tipu daya syetan. Apabila niat memakainya adalah hanya untuk Allah, dan karena Allah semata, serta tujuan hanya untuk melaksanakan perintah Allah semata. Kejahilan kaum adam lebih cenderung ke wanita yang berpakaian terbuka dibandingkan dengan yang berpakaian tertutup, tentu kita sangat menghindari hal-hal seperti itu, tapi kebanyakan dari mereka yang berpakaian terbuka lebih senang digoda oleh para lelaki, untuk itulah mereka berpakaian terbuka.

    C. Jilbab Ketat – Pakaian Ketat

    Saat ini pakaian ketat sudah menjadi trend mode yang tidak mengenal usia. Trend fashion saat ini sepertinya mewajibkan kita untuk tampil trendi dan kurus. Saat ini, iklan-iklan di berbagai media juga menampilkan model-model cantik dengan berpakaian ketat agar lebih menarik. Memang benar jika saat ini persepsi orang tentang kecantikan adalah tampil langsing atau mungkin malah kurus dengan pakaian yang ketat. Namun, kebanyakan orang tidak menyadari dengan menggunakan pakaian ketat justru menimbulkan bahaya bagi dirinya. Banyak diantaranya para remaja yang gemar mengenakan pakaian ketat tanpa mengetahui bahaya pakaian tersebut bagi kesehatannya.

    Di antara fenomena yang sekarang menjamur dan berbahaya adalah model pakaian ketat dan terlihatnya bentuk lekuk tubuh seorang wanita. Padahal Allah dan Rasul Nya menyuruh kaum wanita untuk mengenakan hijab yang mentupi seluruh anggota tubuh agar tidak terlihat sedikitpun auratnya.
    Ironisnya banyak diantara wanita yang lalai akan hal itu. Bahkan sebagian mereka mengenakan jilbab yang bermodel dan berbagai gaya dengan istilah jilbab gaul untuk menarik pandangan laki laki.
    Dalil yang menunjukan hendaknya wanita tidak memakai pakiaan ketat adalah hadits dari Usamah bin Zaid di mana pernah berkata:


    عن أسامة بن زيد قال: ‘كساني رسول الله – صلى الله عليه وسلم – قبطية كثيفة كانت مما أهدى له دِحْيَةُ الكلبي فكسوتها امرأتي، فقال رسول الله – صلى الله عليه وسلم – : مالك لا تلبس القبطية؟ فقلت: يا رسول الله! كسوتها امرأتي، فقال: مرها أن تجعل تحتها غلالة فإني أخاف أن تصف حجم عظامها’ رواه أحمد وابن أبي شيبة  والبزار والطبراني، والضياء في المختارة

    “Rosululllah Shalallahu ‘alahi wa Salam pernah memakaikanku baju Quthbiyyah yang tebal. Baju tersebut lalu di hadiahkan oleh Dihyah Al Kalbi kepada beliau. Lalu aku memakaikan baju itu kepada isteriku. Suatu kala Rasulullah Shalallahu ‘alahi wa salam menanyakanku: “kenapa baju Quthbiyyahnya tidak engkau pakai?” kujawab : “baju tersebut aku pakaikan kepada isteriku wahai Rosulullah”, lantas beliau berkata “suruh ia memakai baju rangkap di dalamnya karena aku khawatir Quthbiyyah itu menggambarkan bentuk tulangnya” .( HR. Ahmad)

    Ini adalah penjelasan dalil yang menunjukan dilarangnya mengenakan pakaian yang membentuk lekuk tubuh. Adapun pakaian Quthbiyyah adalah produksi dari mesir yang tipis. Jika tidak di kenakan baju rangkap di dalamnya maka akan nampak bentuk lekuk tubuhnya sehingga nampaklah aurat wanita. Bahkan nampak pula warna kulitnya.

    Syaikh Al Albani rahimahullah pernah mengatakan , “tujuan pakaian muslimah adalah agar tidak menggoda. Tujuan  ini bisa tercapai hanya dengan wanita berbusana longgar. Adapun berbusana ketat walau itu menutupi warna kulit, namun masih menampakan bentuk lekuk tubuh seluruhnya atau sebagiannya. Sehingga hal ini pun menggoda pandangan para pria. Dan sangat jelas hal ini menimbulkan kerusakan tanpa di ragukan lagi. Sehingga pakaian muslimah haruslah longgar ( tidak ketat).”

    Syaikh Sholih Al Fauzan pernah di tanya mengenai hukum memakai pakaian ketat yang menampakan bentuk lekuk tubuh. Maka beliau jawab : “tidak boleh wanita mengenakan pakaian ketat yang menampakan bentuk lekuk tubuh kecuali di depan suami barulah di perbolehkan. Karena suami boleh melihat pada seluruh tubuh istrinya. Dan begitu pula tidak boleh memakai kaos kaki yang menampakan bentuk lekuk betis dan pahanya, bahkan tidak boleh sampai memperindah kaki dengan kaus kaki tersebut. Juga perlu diketahui bahwa pakaian ketat seperti ini punya efek bahaya. Sampai disebutkan oleh Dr. Wajih Zainul Abidin dalam perkataan beliau pada majalah kuwaitiyyah bahwa pakaian ketat pada wanita tidaklah lepas dari bahaya di antaranya membahayakan kulit.

    D. Batasan Aurat Laki-Laki Dan Wanita Menurut 4 Madzhab

    I. Batas-batas aurat wanita

    a. Menurut Madzhab Syafi’ie, ada 2 qaul:

    Qaul pertama: Aurat wanita merdeka dihadapan laki-laki ajnabi ialah seluruh tubuh badan tanpa kecuali.
    Qaul kedua: Aurat wanita dihadapan laki-laki ajnabi ialah seluruh tubuh badan kecuali muka dan telapak tangan. Walau bagaimanapun, jika menampakkan muka dan dua telapak tangan yang dapat menimbulkan fitnah kepada wanita itu, maka wajiblah ia menutup seluruh tubuhnya tanpa kecuali. Fitnah ialah apa yang tampak pada dirinya yang mana jika melihatnya dapat mendatangkan nafsu syahwat.

    b. Menurut Madzhab Hambali, ada 2 qaul:

    Qaul pertama: semua anggota wanita adalah aurat tanpa kecuali kepada laki-laki ajnabi.

    Qaul kedua: semua anggota tubuh wanita bagi laki-laki ajnabi adalah aurat kecuali muka dan dua telapak tangan. Tapi jika menampakkan aurat adalah menimbulkan fitnah baginya, maka wajiblah juga menutupinya.

    c. Menurut Madzhab Hanafi, ada 2 qaul:

    Qaul pertama: aurat wanita merdeka dihadapan laki-laki ajnabi adalah seluruh tubuh kecuali muka dan dua telapak tangan. Tapi jika menampakkan aurat adalah menimbulkan fitnah baginya, maka wajib menutupnya.Qaul kedua: semua anggota tubuh wanita bagi laki-laki ajnabi adalah aurat, kecuali uka dan dua telapak tangan hingga ke pergelangan tangan dan dua telapak kaki.

    d. Menurut Madzhab Maliki:

    Aurat wanita merdeka dihadapan laki-laki adalah seluruh tubuh kecuali muka dan dua telapak tangan. Tapi jika menampakkan aurat adalah menimbulkan fitnah baginya, maka wajib menutupnya.
    Jadi dapat diketahui bahwa batas aurat wanita yang telah ditetapkan oleh syariat menurut pendapat dan fatwa madzhab adalah: Pertama: Di hadapan laki-laki bukan mahramnya adalah seluruh tubuh. Maksudnya termasuk rambutnya, mukanya, kedua telapak tangannya dan telapak kakinya. Hukum ini berdasarkan sabda Nabi Muhammad SAW yang bermaksud: “sesungguhnya wanita itu ialah aurat.”(HR. Al-Bazar dan At-Tirmidzi)

    Ketika sendirian atau di hadapan laki-laki mahramnya atau di hadapan wanita Islam yang baik akhlaknya, batas auratnya adalah antara pusar hingga lutut. Namun, demi menjaga adab wanita sebaiknya menutup aurat secara sempurna agar tidak menimbulkan fitnah.

    Kedua: Di hadapan wanita kafir dan wanita yang rendah akhlaknya, aurat wanita itu adalah seluruh tubuhnya kecuali anggota dzahir ketika bekerja, yaitu kepala, muka, leher, dari dua telapak tangan hingga siku, serta dua telapak kaki. Selain itu haram membukanya.

    Aurat wanita sahaya (hamba) kepada laki-laki mahramnya dan sesame perempuan, auratnya adalah dari pusat hingga lutut. Sedangkan dengan laki-laki ajnabi yaitu seluruh tubuhnya.

    II. Batas-batas aurat laki-laki
    1. Imam Hanafi dan Imam Hambali berpendapat: Laki-laki diwajibkan menutup auratnya diantara pusat hingga lutut jika dilihat oleh laki-laki atau wanita ajnabi kecuali kepada istrinya. Selain istrinya maka diharamkan melihat aurat di antara pusat sampai dengan lututnya.
    2. Imam Maliki dan Imam Syafi’ie berpendapat: Aurat laki-laki ada dua keadaan, yaitu: 1.) Auratnya dengan sesama laki-laki dan wanita mahramnya adalah antara pusat sampai dengan lutut. 2.) Aurat dengan perempuan yang bukan mahramnya adalah seluruh tubuh.

    Bab III. Penutup

    A. Kesimpulan

    Jilbab adalah gamis (al qomiish) pakaian yang luas, tapi selain selubung/selimut (al mihafah), atau sesuatu yang dipakai olehnya untuk menyelimuti pakaiannya mulai dari atas seperti selubung/selimut (al mihafah). Atau, dia adalah al khimar (penutup kepala).Arti kata jilbab ketika Al Quran diturunkan adalah kain yang menutup dari atas sampai bawah, tutup kepala, selimut, kain yang di pakai lapisan kedua oleh wanita dan semua pakaian wanita, ini adalah beberapa arti jilbab seperti yang dikatakan Imam Alusiy dalam tafsirnya Ruuhul Ma`ani.

    kebanyakan orang tidak menyadari dengan menggunakan pakaian ketat justru menimbulkan bahaya bagi dirinya. Banyak diantaranya para remaja yang gemar mengenakan pakaian ketat tanpa mengetahui bahaya pakaian tersebut bagi kesehatannya.

    Ringkasnya menutup aurat adalah kewajiban seorang wanita muslimah dan laki laki tepat ketika dia berikrar menjadi seorang muslim, tidak ada menunda-nunda dalam memakainya dan tanpa pertimbangan apapun dengan cara yang minimal atau maksimal.

  • Makalah Masyarakat dan Komunitas

    Masyarakat dan Komunitas

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Manusia adalah makhluk yang selalu berinteraksi dengan sesamanya. Manusia tidak dapat mencapai apa yang diinginkan dengan dirinya sendiri.Karena manusia menjalankan peranannya dengan menggunakan simbol untuk mengkomunikasikan pemikiran dan perasaanya. Manusia tidak dapat menyadari individualitas, kecuali melalui medium kehidupan sosial.

    Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat hidup sendiri atau mencukupi kebutuhan sendiri. Meskipun dia mempunyai kedudukan dan kekayaan, dia selalu membutuhkan manusia lain. Setiap manusia cenderung untuk berkomunikasi, berinteraksi, dan bersosialisasi dengan manusia lainnya.

    Hakekat manusia sebagai makhluk sosial dan politik akan membentuk hukum, mendirikan kaidah perilaku, serta bekerjasama dalam kelompok yang lebih besar.Kerjasama sosial merupakan syarat untuk kehidupan yang baik dalam masyarakat yang saling membutuhkan

    Dari tulisan diatas kita bisa merumuskan bahwa kita sudah sering mendengar atau memperbincangkan tentang konsep dan hakikat manusia sebagai makhluk sosial yang membutuhkan manusia lain. Termasuk hidup bermasyarakat, ataupun hidup di dalam suatu komunitas. Tetapi dewasa ini, masih banyak mahasiswa yang belum mengetahui secara pasti apa sebenarrnya definisi dari “Masyarakat” (Society) dan “Komunitas” (Community) serta ciri-ciri dari Masyarakat dan Komunitas.

    B.     Rumusan Masalah

    1.      Apa yang dimaksud dengan Masyarakat dan Komunitas?

    2.      Apa perbedaan dari Masyarakat dan Komunitas?

    3.      Bagaimana ciri-ciri Masyarakat dan Komunitas?

    C.    Tujuan Penulisan

    1.      Mahasiswa  Kesehatan Masyarakat mampu mendeskripsikan pengertian Masyarakat dan Komunitas.

    2.      Mahasiswa  Kesehatan Masyarakat mampu memahami perbedaan dari Masyarakat dan Komunitas.

    3.      Mahasiswa  Kesehatan Masyarakat dapat mengetahui ciri-ciri Masyarakat dan Komunitas.

    BAB II

    PEMBAHASAN

    A.    MASYARAKAT (SOCIETY)

    1.      Pengertian Masyarakat dan Komunitas

    a.      Menurut Wikipedia Bahasa Indonesia, menyatakan bahwa:

    Masyarakat(sebagai terjemahan istilahsociety) adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistemsemi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut.

    Kata “masyarakat” sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab, musyarak. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antar entitas-entitas, sedangkan kata society berasal dari bahasa latinsocietas, yang berarti hubungan persahabatan dengan yang lain. Societas diturunkan dari kata socius yang berarti teman, sehingga arti society berhubungan erat dengan kata sosial. Secara implisit, kata society mengandung makna bahwa setiap anggotanya mempunyai perhatian dan kepentingan yang sama dalam mencapai tujuan bersama.

    b.      Menurut Beberapa Ahli, berpendapat bahwa:

    1.      Ralp Linton (1936)

    Masyarakat adalah sekelompok manusia yang telah cukup lama dan bekerja sama, sehingga mereka itu dapat mengorganisasikan dirinya sebagai salah satu kesatuan sosial dengan batas tertentu.

    Pengertian ini menunjukkan adanya syarat-syarat sehingga disebut masyarakat, yakni adanya pengalaman hidup bersama dalam jangka waktu cukup lama dan adanya kerjasama diantara anggota kelompok, memiliki pikiran atau perasaan menjadi bagian dari satu kesatuan kelompoknya. Pengalaman hidup bersama menimbulkan kerjasama, adaptasi terhadap organisasi dan pola tingkah laku anggota-anggota. Faktor waktu memegang peranan penting, sebab setelah hidup bersama dalam waktu cukup lama, maka terjadi proses adaptasi terhadap organisasi tingkah laku serta kesadaran berkelompok.

    2.      John Lewis Gillin dan John Gillin (Gillin & Gillin) 1945

    Masyarakat itu adalah kelompok manusia yang terbesar yang mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap dan perasaan persatuan yang sama. Masyarakat itu meliputi pengelompokan-pengelompokan yang lebih kecil.

    Pengertian ini menunjukkan bahwa masyarakat itu meliputi kelompok manusia yang kecil sampai dengan kelompok manusia dalam suatu masyarakat yang sangat besar, seperti suatu Negara. Seperti kita ketahui bersama suatu Negara juga memiliki tradisi, sikap, dan perasaan persatuan yang sama dengan keteraturan.

    3.      Melville J. Herskovits atau Herkovits (1955)

    Masyarakat adalah sekelompok individu yang di organisasikan yang mengikuti satu cara hidup tertentu. Pengertian ini menekan adanya ikatan anggota kelompok untuk mengikuti cara-cara hidup teretntu yang ada di dalam kelompok masyarakat.

    4.      Koentjaningrat (1980)

    Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat berlanjut (continue) dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama.

    5.      Selo Soemardjan

    Masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama, yang menghasilkan kebudayaan.

    6.      Abdul Syani (1987)

    Masyarakat merupakan kelompok-kelompok makhluk hidup dengan realitas-realitas baru yang berkembang menurut hukum-hukumnya sendiri dan berkembang menurut pola perkembangan tersendiri. Manusia diikat dalam kehidupan kelompok karena rasa sosial yang serta merta dan kebutuhan.

    7.      Hassan Shaidly

    Masyarakat sebagai suatu golongan besar-kecil dari beberapa manusia, yang dengan atau sendirinya bertalian secara golongan dan mempunyai pengaruh kebatinan satu sama lain.

    B. KOMUNITAS (COMMUNITY)

    a.      Menurut Wikipedia Bahasa Indonesia, menyatakan bahwa:

    Komunitas adalah sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme yang berbagi lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan dan habitat yang sama. Dalam komunitas manusia, individu-individu di dalamnya dapat memiliki maksud, kepercayaan, sumber daya, preferensi, kebutuhan, risiko, kegemaran dan sejumlah kondisi lain yang serupa. Komunitas berasal dari bahasa latin communitas yang berarti “kesamaan”, kemudian dapat diturunkan dari communis yang berarti “sama, publik, dibagi oleh semua atau banyak”. (Wenger, 2002: 4).

    Menurut Crow dan Allan, Komunitas dapat terbagi menjadi 3 komponen:

    ·         Berdasarkan Lokasi atau Tempat

    Wilayah atau tempat sebuah komunitas dapat dilihat sebagai tempat dimana sekumpulan orang mempunyai sesuatu yang sama secara geografis. Dan saling mengenal satu sama lain sehingga tercipta interaksi dan memberikan konstribusi bagi lingkungannya.

    ·         Berdasarkan Minat

    Sekelompok orang yang mendirikan suatu komunitas karena mempunyai ketertarikan dan minat yang sama, misalnya agama, pekerjaan, suku, ras, hobi maupun berdasarkan kelainan seksual. Komunitas berdasarkan minat memiliki jumlah terbesar karena melingkupi berbagai aspek, contoh komunitas pecinta animasi dapat berpartisipasi diberbagai kegiatan yang berkaitan dengan animasi, seperti menggambar, mengkoleksi action figure maupun film.

    ·         Berdasarkan Komuni

    Komuni dapat berarti ide dasar yang dapat mendukung komunitas itu sendiri.

    b.      Menurut Beberapa Ahli, berpendapat bahwa:

    1.      Vanina Delobelle

    Suatu komunitas adalah group beberapa orang yang berbagi minat yang sama, yang terbentuk oleh 4 faktor, yaitu:

    1)      Komunikasi dan keinginan berbagi (sharing): Para anggota saling menolong satu sama lain.

    2)      Tempat yang disepakati bersama untuk bertemu.

    3)      Ritual dan kebiasaan: Orang-orang datang secara teratur dan periodic

    4)      InfluencerInfluencer atau berpengaruh merintis sesuatu hal dan para anggota selanjutnya ikut terlibat

    Menurut Vanina, komunitas mempunyai beberapa aturan sendiri, yaitu:

    1)      Saling berbagi (Share): Mereka saling menolong dan berbagi satu sama lain dalam komunitas.

    2)      Komunikasi: Mereka saling respon dan komunikasi satu sama lain.

    3)      Kejujuran: Dilarang keras berbohong. Sekali seseorang berbohong, maka akan segera ditinggalkan.

    4)      Transparansi: Saling bicara terbuka dan tidak boleh menyembunyikan sesuatu hal.

    5)      Partisipasi: Semua anggota harus disana dan berpartisipasi pada acara bersama komunitas.

    2.      Kertajaya Hermawan, 2008

    Komunitas adalah sekelompok orang yang saling peduli satu sama lain lebih dari yang seharusnya, dimana dalam sebuah komunitas terjadi relasi pribadi yang erat antar para anggota komunitas tersebut karena adanya kesamaan ketertarikan (interest) atau nilai (values).

    3.      Soenarno, 2002

    Komunitas adalah sebuah identifikasi dan interaksi sosial yang dibangun dengan berbagai dimensi kebutuhan fungsional.

    4.      George Hillery Jr

    Merumuskanbahwa kebanyakan defenisi dari komunitas tersebut memfokuskan makna komunitas sebagai:

    (1) The common elements of area;

    (2) Common ties;

    (3) Social interaction.

    Kemudian, George menyimpulkan pengertian komunitas sebagai “people living within a specific area, sharing common ties, and interacting with one another” (orang-orang yang hidup di suatu wilayah tertentu dengan ikatan bersama dan satu dengan yang lain saling berinteraksi).

    5.      Christensson dan Robinson

    Merumuskan bahwa konsep komunitas mengandung empat komponen, yaitu:

    1) People;

    2) Place or territory;

    3) Social interaction;

    4) Psychological identification.

    Sehingga kemudian mereka menyimpulkan pengertian komunitas sebagai ”people the live within a geographically bounded are who are involved in social interaction and have one or more psychological ties with each other and with the place in which they live” (orang-orang yang bertempat tinggal di suatu daerah yang terbatas secara geografis, yang terlibat dalam interaksi sosial dan memiliki satu atau lebih ikatan psikologis satu dengan yang lain dan dengan wilayah tempat tinggalnya).

    6.      Prof. Dr. Soerjono Soekanto

    Istilah  community dapat di terjemahkan sebagai “masyarakat setempat”, istilah lain menunjukkan pada warga-warga sebuah kota, suku, atau suatu bangsa . Apabila  anggota-anggota suatu kelompok baik itu kelompok besar atupun kecil, hidup bersama sedemikian rupa sehingga mereka merasakan  bahwa kelompok tersebut dapat memenuhi kepentingan-kepentingan hidup yang utama, maka kelompok tadi dapat disebut masyarakat setempat. Intinya mereka menjalin hubungan sosial (social relationship).

    Dan dapat disimulkan bahwa masyarakat setempat (community) adalah suatu wilayah kehidupan sosial yang ditandai oleh suatu derajat hubungan sosial yang tertentu.  Dasar-dasar dari masyarakat setempat adalah lokalitas dan perasaan semasyarakat setempat.

    2.      PERBEDAAN MASYARAKAT DAN KOMUNITAS

    A.    Masyarakat

    a.       Ciri-ciri Masyarakat

    Masyarakat merupakan gambaran nyata kehidupan bersama manusia yang memiliki bentuk-bentuk struktural seperti kelompok sosial dan budaya, pelapisan/golongan masyarakat dan pranata/lembaga sosial yang memiliki derajat tertentu sehingga menyebabkan pola-pola perilaku dari anggota suatu masyarakat itu berbeda-beda. Adapun ciri-ciri masyarakat antara lain:

    1)      Adanya interaksi antar warga masyarakat.

    2)      Adanya kontinuitas/kesinambungan waktu.

    3)       Adanya adat istiadat, norma, hukum, dan aturan- aturan tertentu yang mengatur pola tingkah laku warga.

    4)      Adanya rasa identitas diantara para warga masyarakat.

    b.      Faktor-Faktor Pendorong Manusia Hidup Bermasyarakat

    1)      Dorongan biologis yang terdapat dalam naluri manusia, seperti :

    a)      Hasrat untuk memenuhi kepentingan makan dan minum.

    b)      Hasrat untuk membela diri.

    c)      Hasrat untuk mengadakan keturunan.

    2)      Faktor lainnya adalah ikatan pertalian darah, persamaan nasib, persamaan agama, persamaan cita-cita kebudayaan, dan kesadaran bahwa mereka menempati daerah yang sama.

    c.       Unsur-unsur Masyarakat

    Unsur-unsur masyarakat meliputi berikut ini :

    (1) golongan sosial            (3) kelompok sosial

    (2) kategori  sosial             (4) perkumpulan/asosiasi

    B.     Komunitas

    Komunitas merupakan pengertian masyarakat dalam arti sempit, karena komunitas merupakan bagian dari suatu masyarakat yang bertempat tinggal di suatu wilayah geografis dengan batas-batas tertentu dan ditandai oleh suatu derajat hubungan sosial tertentu, serta didasari oleh loyalitas dan perasaan se-komunitas (perasaan komuniti) yang kuat dari para anggotanya.

    1)      Ciri-ciri komunitas

    a)      Adanya kesatuan wilayah (teritorialitas) terbatas.

    b)      Adanya kesatuan adat-istiadat

    c)      Berlaku nilai-nilai kolektif.

    d)     Adanya rasa identitas dan loyalitas terhadap komunitas

    2)      Faktor-faktor pendorong terbentuknya komunitas

    (a)    Adanya ikatan lokasi (lokalitas).

    (b)   Seperasaan.

    (c)    Saling memerlukan.

    (d)   Adanya perasaan komuniti

    (e)    Sepenanggungan

    BAB III

    PENUTUP

    A.    Kesimpulan

    Dari paparan atau penjelasan diatas, maka penulis dapat merumuskan bahwa sesuai dengan makalah  “Masyarakat dan Komunitas’’ kami menyimpulkan bahwa:

    Masyarakat adalah sekelompok manusia yang bertempat tinggal tetap dengan batas-batas wilayah yang jelas, saling berinteraksi, menganut dan menjunjung tinggi sistem norma dan kebudayaan tertentu, sedangkan Komunitas (masyarakat setempat) adalah bagian masyarakat yang bertempat tinggal dalam wilayah tertentu, terikat oleh rasa solidaritas yang tinggi, dan memiliki perasaan komuniti sebagai pengaruh kesatuan tempat tinggalnya.

    B.     Saran

    Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya karena terbatasnya waktu, kurangnya pengetahuan serta rujukan/ referensi yang berhubungan dengan judul makalah ini. Kami banyak berharap para pembaca yang budiman memberikan kritik dan saran yang membangun kepada kami agar dalam penulisan makalah yang selanjutnya kami dapat meminimalkan kesalahan.

  • Makalah Menstruasi

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Beberapa wanita mengalami sebuah kondisi yang dikenal sebagai amenore, atau kegagalan bermenstruasi selama masa waktu perpanjangan. Kondisi ini dapat disebabkan oleh bermacam-macam faktor termasuk stres, hilang berat badan, olahraga berat secara teratur, atau penyakit. Sebaliknya, beberapa wanita mengalami aliran menstruasi yang berlebihan, kondisi yang dikenal sebagai menoragi. Tidak hanya aliran darah menjadi banyak, namun dapat berlangsung lebih lama dari periode normal.

    B.Rumusan Masalah

    Dari uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah bagaimana gambaran tentang siklus menstruasi.

    C. Tujuan Penulisan

    Tujuan penulisan dalam makalah ini adalah untuk mengetahui gambaran tentang siklus menstruasi.

    BAB II

    PEMBAHASAN

    A. Pengertian Menstruasi

    Menstruasi atau haid mengacu kepada pengeluaran secara periodik darah dan sel-sel tubuh dari vagina yang berasal dari dinding rahim wanita. Menstruasi dimulai saat pubertas dan menandai kemampuan seorang wanita untuk mengandung anak, walaupun mungkin faktor-faktor kesehatan lain dapat membatasi kapasitas ini. Menstruasi biasanya dimulai antara umur 10 dan 16 tahun, tergantung pada berbagai faktor, termasuk kesehatan wanita, status nutrisi, dan berat tubuh relatif terhadap tinggi tubuh. Menstruasi berlangsung kira-kira sekali sebulan sampai wanita mencapai usia 45 – 50 tahun, sekali lagi tergantung pada kesehatan dan pengaruh-pengaruh lainnya. Akhir dari kemampuan wanita untuk bermenstruasi disebut menopause dan menandai akhir dari masa-masa kehamilan seorang wanita. Panjang rata-rata daur menstruasi adalah 28 hari, namun berkisar antara 21 hingga 40 hari. Panjang daur dapat bervariasi pada satu wanita selama saat-saat yang berbeda dalam hidupnya, dan bahkan dari bulan ke bulan tergantung pada berbagai hal, termasuk kesehatan fisik, emosi, dan nutrisi wanita tersebut.

    Menstruasi merupakan bagian dari proses reguler yang mempersiapkan tubuh wanita setiap bulannya untuk kehamilan. Daur ini melibatkan beberapa tahap yang dikendalikan oleh interaksi hormon yang dikeluarkan oleh hipotalamus, kelenjar dibawah otak depan, dan indung telur. Pada permulaan daur, lapisan sel rahim mulai berkembang dan menebal. Lapisan ini berperan sebagai penyokong bagi janin yang sedang tumbuh bila wanita tersebut hamil. Hormon memberi sinyal pada telur di dalam indung telur untuk mulai berkembang. Tak lama kemudian, sebuah telur dilepaskan dari indung telur wanita dan mulai bergerak menuju tuba Falopii terus ke rahim. Bila telur tidak dibuahi oleh sperma pada saat berhubungan intim (atau saat inseminasi buatan), lapisan rahim akan berpisah dari dinding uterus dan mulai luruh serta akan dikeluarkan melalui vagina. Periode pengeluaran darah, dikenal sebagai periode menstruasi (atau mens, atau haid), berlangsung selama tiga hingga tujuh hari. Bila seorang wanita menjadi hamil, menstruasi bulanannya akan berhenti. Oleh karena itu, menghilangnya menstruasi bulanan merupakan tanda (walaupun tidak selalu) bahwa seorang wanita sedang hamil. Kehamilan dapat di konfirmasi dengan pemeriksaan darah sederhana.

    B. Peristiwa

    Proses Menstruasi 

    Siklus menstruasi berkaitan dengan pembentukan sel telur dan pembentukkan endometrium. Lamanya siklus haid yang normal atau dianggap siklus haid klasik adalah 28 hari ditambah atau dikurangi dua sampai tiga hari. Siklus ini dapat berbeda pada wanita yang sehat dan normal. Siklus haid mulai teratur jika wanita sudah berusia 25 tahun. Siklus ini dikendalikan oleh hormone-hormon reproduksi yang dihasilkan oleh hipotalamus, hipofisis, dan ovarium.

    Fase dalam siklus haid, yaitu:

    a. Fase Folikel

    Pada akhir siklus menstruasi, hipotalamus mengeluarkan hormone gonadotropin. Hormone ini akan merangsang hipofisis untuk melepaskan FSH (Follicle Stimulating Hormone) atau hormone pemicu pertumbuhan folikel. Pada awal siklus berikutnya pada hari pertama sampai ke-14,folikel akan melanjutkan perkembangannya karena pengaruh FSH dalam ovarium. Setelah itu terbentuk folikel yang sudah masak (folikel de Graaf) dan menghasilkan hormone estrogen yang berfungsi menumbuhkan endometrium dinding rahim dan memicu sekresi lendir.
    b. Fase Estrus

    Kenaikan estrogen digunakan untuk mempertahankan pertumbuhan dan merangsang terjadinya pembelahan sel-sel endometrium uterus. Selain itu juga berperan dalam menghambat pembentukan FSH oleh hipofisis untuk menghasilkan LH (Luteinizing Hormone) yang berperan dalam merangsang folikel de graaf yang telah masak untuk melakukan ovulasi dari ovarium.
    Ovulasi umumnya berlangsung pada hari ke-14 dari siklus haid. Biasanya pada setiap ovulasi dihasilkan 1 oosit sekunder.

    c. Fase Luteal

    LH merangsang folikel yang telah kosong untuk membentuk korpus atau uteum (badan kuning). Selanjutnya korpus ini menghasilkan progestron yang mengakibatkan endometrium berkembang tebal dan lembut serta banyak pembuluh darah. Selama 10 hari setelah ovulasi,progesterone berfungsi mempersiapkan uterus untuk kemungkinan hamil. Uterus pada tahap ini siap menerima dan member sel telur yang telah dibuahi (zigot).
    Jika tidak terjadi fertilisasi corpus luteum berubah menjadi corpus albicans dan berhenti menghasilkan progesterion.

    d. Fase Menstruasi / Perdarahan

    Apabila fertilisasi tidak terjadi,produksi progesterone mulai menurun pada hari ke-26. Corpus luteum (badan kuning) berdegenerasi dan lapisan uterus bersama dinding dalam rahim luruh (mengelupas) pada hari ke-28 sehingga terjadi pendarahan.
    Biasanya haid berlangsung selama 7 hari. Setelah itu dinding uterus pulih kembali. Selanjutnya karena tidak ada lagi progesterone yang dibentuk,maka FSH dibentuk lagi kemudian terjadilah proses oogenesis,dan siklus haid dimulai kembali. Siklus haid akan berhenti jika terjadi kehamilan.

    Namun ada yang menyebutkan bahwa pada tiap siklus, dikenal dengan 3 masa utama,yaitu:
    a. Masa haid selama 2 sampai 8 hari

    Pada waktu itu endometrium dilepas, sedangkan pengeluaran hormon-hormon ovarium paling rendah (minimum).

    b. Masa proliferasi sampai hari ke-14

    Endometrium tumbuh kembali, disebut juga endometrium melakukan proliferasi. Antara hari ke-12 sampai ke-14 dapat terjadi pelepasan ovum dari ovarium yang disebut ovulasi.

    c. Masa sekresi

    Terjadi perubahan dari korpus rubrum menjadi korpus luteum yang mengeluarkan progesterone. Di bawah pengaruh progesteron ini,kelenjar endometrium yang tumbuh berkelok-kelok mulai bersekresi dan mengeluarkan getah yang mengandung glikogen dan lemak. Pada akhir masa ini stroma endometrium berubah kea rah sel-sel desidua, terutama yang berada di seputar pembuluh-pembuluh arterial. Keadaan ini memudahkan adanya nidasi (menempelnya ovum pada dinding rahim setelah dibuahi).

    C. Masalah

    Infeksi Selama Menstruasi

    Setiap wanita akan mengalami ketidaknyamanan fisik selama proses pembuangan dari dalam rahim yang lebih kerap di kenai dengan proses menstruasi. Menstruasi merupakan proses yang dialami tubuh dalam mempersiapkan diri untuk kegiatan produktifitas selanjutnya. 

    Proses menstruasi yang teratur merupakan tanda utama kesehatan dan kesuburan produktifitas pada tubuh setiap wanita – Suatu proses alamiah yang telah berlangsung sejak zaman dahulu.

    Oleh karena itu, proses menstruasi pada wanita kerap dianggap sebagai sesuatu yang dianggap suci dan patut di hormati.

    Gejala umum infeksi bakteria yang sering dijumpai selama menstruasi:

    a. Demam

    b. Radang pada permukaan vagina

    c. Gatal-gatal pada kulit

    d. Radang vagina

    e. Radang Servik (Rongga Mulut Rahim)

    f. Radang Selaput Rahim

    g. Leucorrhea / Keputihan

    h. Rasa panas atau sakit pada bagian bawah perut

    i. Demam, pusing dan mual, sering buang air kecil, rasa sa kit saat buang air kecil, nyeri/sakit pada bagian pinggang dan kelelahan juga merupakan berbagai gejala infeksi bakteria selama menstruasi yang dapat menyebabkan penyakit kandungan yang lebih serius.

    Mengapa wanita mudah terjangkit infeksi bakteria selama menstruasi?
    Itu dikarenakan lebih kurang sebanyak 107 bakteri per sentimeter persegi ditemukan diatas pembalut wanita biasa, kondisi demikianlah yang membuat pembalut biasa menjadi sarang pertumbuhan bakteri merugikan walau hanya setelah 2 jam pemakaian.

    Kesalahan yg kerap dilakukan saat pemakaian pembalut wanita :
    a. Membuka dan memasang pembalut tanpa mencuci tangan terlebih dahulu

    b. Menyimpan pembalut ditempat lembab seperti kamar mandi\

    c. Menggunakan pembalut yg telah kadaluarsa

    d. Pemilihan pembalut tanpa mempertimbangkan kualitas pembalut

    e. Memakai pembalut yg mengandung bahan penghilang bau atau pewangi

    f. Pemakaian pembalut yg terlalu lama

    D. Penyebab Dan Mengatasi Nyeri Haid 

    Nyeri haid sering terjadi selama periode menstruasi wanita. Hal ini biasanya terjadi kapan saja dari hanya setelah ovulasi sampai akhir menstruasi. Nyeri haid kebanyakan terjadi di wilayah perut bagian bawah baik secara terpusat (suprapubik atau pusat) atau pada samping dan dapat menyebar ke paha atau punggung bagian bawah. Rasa sakit, cenderung mereda secara bertahap sampai masa menstruasi berakhir.

    Pada bagian awal dari siklus menstruasi tubuh wanita secara bertahap mempersiapkan dinding rahim untuk kehamilan dengan proses penebalan lapisan dalam rahim. Setelah ovulasi, jika pembuahan tidak terjadi, lapisan dalam tersebut akan dikeluarkan dari tubuh melalui menstruasi. Selama proses ini jaringan akan mengalami kerusakan dari memproduksi senyawa kimia seperti prostaglandin, yang menyebabkan dinding otot rahim berkontraksi dan kontraksi ini membantu untuk membersihkan jaringan dari rahim melalui vagina dalam bentuk aliran menstruasi . Namun, kontraksi ini juga cenderung untuk membuat pembuluh darah dari rahim menyempit, sehingga mengurangi pasokan oksigen ke rahim, dan ini mengakibatkan rasa sakit yang luarbiasa seperti kram saat menstruasi. Proses ini terjadi pada setiap wanita yang menstruasi, maka banyak perempuan biasanya mengalami beberapa tingakatan nyeri selama periode menstruasi mereka dan ini tidak selalu normal. Rasa nyeri saat haid cenderung berkurang dengan bertambahnya umur dan juga jumlah anak yang dilahirkan. Namun, ketika rasa nyeri haid terjadi secara berlebihan dan menyakitkan, atau mengganggu kegiatan sehari-hari seorang wanita, maka menjadi tidak normal dan secara medis disebut sebagai dismenorea (dysmenorrhea). Gejala lain yang dapat dikaitkan dengan dysmenorrhea termasuk mual, muntah, perubahan kebiasaan buang air besar (diare atau sembelit), sakit kepala, pusing, disorientasi, pingsan, kelelahan, dan hipersensitif terhadap suara, cahaya, bau dan sentuhan.

    Sekarang, dismenorea dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis, primer dan dismenorea sekunder. Jenis utama mengacu pada dismenorea dengan tidak diketahui penyebabnya (yaitu penyebab fisik atau psikogenik tidak dapat ditemukan untuk rasa sakit). Jenis sekunder, umumnya dapat disebabkan oleh beberapa kondisi medis berikut (tidak hanya terbatas pada kondisi dibawah):
    a. Penyakit radang panggul

    b. Penyakit seksual menular

    c. Fibroid

    d. Alat Kontrasepsi yang terbuat dari tembaga

    e. Kista ovarium

    f. Endometriosis

    g. Premenstrual syndrome (PMS)

    h. Stres dan kecemasan

    Pengobatan dismenorea mencakup pengobatan rasa sakit yang ditimbulkan serta terapi khusus untuk mengetahui penyebabnya dismenorea.

    D. Pengedalian dan Antisipasi Teknik

    Pengobatan Rasa sakit mencakup:

    a. Terapi obat – memberikan jenis obat tertentu yang diketahui efektif terhadap nyeri haid

    b. Obat anti-inflamasi non-steroid seperti ibuprofen, piroksikam, diklofenak, dll

    c. Resep penghilang rasa sakit lainnya, seperti pentazocine, codeine tramadol,, dll
    d. Kontrasepsi hormonal (pil KB)

    e. Minum minuman hangat

    f. Mandi air hangat

    g. Meletakkan bantal pemanas (heating pad) di perut bagian bawah

    h. Melakukan pijat ringan dengan ujung jari secara melingkar di atas perut bagian bawah
    i. Menghindari makanan berat (makan ringan namun sering)

    j. Meningkatkan asupan serat makanan (mengambil lebih banyak buah, sayuran, biji-bijian, buah dll) dan mengurangi asupan garam, gula, alkohol dan (kopi) kafein.

    k. Mengangkat kaki selama beberapa menit sambil berbaring atau berbaring pada satu sisi dengan lutut ditekuk kedalam

    l. Berlatih teknik relaksasi

    Terapi khusus meliputi semua perawatan mengetahui penyebab dismenorea sekunder seperti

    a. Antibiotik, misalnya dalam pengobatan penyakit seksual menular atau radang panggul
    b. Bedah, misalnya untuk fibroid, kista ovarium, dll

    c. Terapi hormonal, misalnya dalam mengobati endometriosis

    d. Anti-depressants, misalnya dalam mengatasi PMS

    e. Suplemen gizi, misalnya tiamin (vitamin B1), magnesium, vitamin E, seng, omega-3 asam lemak, dll, telah terbukti untuk menghilangkan atau mengurangi nyeri haid, terutama pada dismenore primer. Tiamin, pada banyak wanita, telah terbukti memberikan hasil positif mengatasi dismenorea primer, karena tidak hanya menekan rasa nyeri belaka.

    BAB III

    PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Siklus menstruasi berkaitan dengan pembentukan sel telur dan pembentukkan endometrium. Lamanya siklus mesntruasi yang normal atau dianggap siklus haid klasik adalah 28 hari ditambah atau dikurangi dua sampai tiga hari. Siklus ini dapat berbeda pada wanita yang sehat dan normal. Siklus menstruasi mulai teratur jika wanita sudah berusia 25 tahun. Siklus ini dikendalikan oleh hormone-hormon reproduksi yang dihasilkan oleh hipotalamus, hipofisis, dan ovarium.

    Fase dalam siklus menstruasi, yaitu:

    a. Fase Folikel

    b. Fase Estrus

    c. Fase Luteal

    d. Fase Menstruasi / Perdarahan

    B. Saran

    Disarankan kepada semua wanita agar mengetahui dan bagaimana caranya menghadapai masa menstruasi. 

    DAFTAR PUSTAKA

    Kusmiyati, Yuni dkk.2009. Perawatan Ibu Hamil. Jogjakarta: Fitramaya

    Manuaba, IBG dkk.2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

    http://ns-nining.blogspot.com/2008/10/materi-menstruasi.html

    Wiknjosastro, Hanifa. 2008. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo: Jakarta.

  • Laporan Askep Diare Pada Anak

    Diare Pada Anak

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Demam thypoid merupakan salah satu penyakit infeksi endemis di Asia, Afrika, Amerika latin, Karibia, Oceania dan jarang terjadi di Amerika Serikat dan Eropa. Menurut data WHO, terdapat 16 juta hingga 30 juta kasus thypoid di seluruh dunia dan diperkirakan sekitar 500,000 orang meninggal setiap tahunnya akibat penyakit ini. Asia menempati urutan tertinggi pada kasus thypoid ini, dan terdapat 13 juta kasus dengan 400,000 kematian setiap tahunnya.

    Kasus thypoid diderita oleh anak-anak sebesar 91% berusia 3-19 tahun dengan angka kematian 20.000 per tahunnya. Di Indonesia, 14% demam enteris disebabkan oleh Salmonella Parathypi A. Demam tifoid pada masyarakat dengan standar hidup dan kebersihan rendah, cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka kejadian tinggi pada daerah tropik dibandingkan daerah berhawa dingin. Penyakit ini banyak diderita oleh anak-anak, namun tidak menutup kemungkinan untuk orang dewasa. Penyebabnya adalah kuman sallmonela thypi atau sallmonela paratypi A, B dan C.

    Penyakit typhus abdominallis sangat cepat penularanya yaitu melalui kontak dengan seseorang yang menderita penyakit typhus, kurangnya kebersihan pada minuman dan makanan, susu dan tempat susu yang kurang kebersihannya menjadi tempat untuk pembiakan bakteri salmonella, pembuangan kotoran yang tak memenuhi syarat dan kondisi saniter yang tidak sehat menjadi faktor terbesar dalam penyebaran penyakit typhus.

    Dalam masyarakat, penyakit ini dikenal dengan nama thypus, tetapi didalam dunia kedokteran disebut dengan Tyfoid fever atau thypus abdominalis, karena pada umumnya kuman menyerang usus, maka usus bisa jadi luka dan menyebabkan pendarahan serta bisa mengakibatkan kebocoran usus.

    Untuk itu kami menyusun makalah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Demam Tifoid” dengan tujuan agar mahasiswa memahami dan mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan demam tifoid.

    B.     Tujuan

    1.      Tujuan umum :

    Mahasiswa dapat mengetahui dan mencegah terjadinya demam tifoid serta mengimplementasikan asuhan keperawatan demam thypoid di lapangan.

    2.      Tujuan khusus :

    a.         Mengetahui konsep medik dan asuhan keperawatan pada penyakit demam tifoid

    b.        Mampu mengaplikasikan tindakan keperawatan sesuai konsep dan sesuai indikasi klien

    C.    Manfaat Penulisan

    1.      Mendapatkan pengetahuan tentang penyakit demam tifoid

    2.      Mendapatkan pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan demam tifoid

    BAB II

    TINJAUAN TEORITIS

    A.    KONSEP DEMAM TIFOID

    1.      Pengertian

    Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 7 hari, gangguan pencernaan dan dan gangguan kesadaran (Mansjoer, 2000). Demam tifoid adalah penyakit menular yang bersifat akut, yang ditandai dengan bakterimia, perubahan pada sistem retikuloendotelial yang bersifat difus, pembentukan mikroabses dan ulserasi Nodus peyer di distal ileum. (Soegeng, 2002).

    Tifus abdominalis adalah suatu infeksi sistem yang ditandai demam, sakit kepala, kelesuan, anoreksia, bradikardi relatif, kadang-kadang pembesaran dari limpa/hati/kedua-duanya (Djauzi & Sundaru; 2003). Typhus Abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu minggu dan terdapat gangguan kesadaran (Suryadi, 2001).

    2.      Etiologi

    Etiologi typhoid adalah salmonella typhi, salmonella para typhi A. B dan C. Ada dua sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus mengekresi salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun.

    3.      Manifestasi Klinis

    Masa inkubasi 10-14 hari. Penyakit ini mempunyai tanda-tanda yang khas berupa perjalanan yang cepat yang berlangsung kurang lebih 3 minggu. Gejala Demam Tifoid antara lain sebagai berikut :

    Ø  Demam > 1 minggu terutama pada malam hari

                Demam tidak terlalu tinggi dan berlangsung selama 3 minggu. Minggu pertama peningkatan suhu tubuh berfluktuasi. Biasanya suhu tubuh meningkat pada malam hari dan menurun pada pagi hari. Pada minggu kedua suhu tubuh terus meningkat dan pada minggu ke tiga suhu berangsur-angsur turun dan kembali  normal.

    Ø  Nyeri kepala

    Ø  Malaise

    Ø  Letargi

    Ø  Lidah kotor

    Ø  Bibir kering pecah-pecah (regaden)

    Ø  Mual, muntah

    Ø  Nyeri perut

    Ø  Nyeri otot

    Ø  Anoreksia

    Ø  Hepatomegali, splenomegali

    Ø  Konstipasi, diare

    Ø  Penurunan kesadaran

    Ø  Macular rash, roseola (bintik kemerahan) akibat emboli basil dalam kapiler

    Ø  Epistaksis

    Ø  Bradikardi

    Ø  Mengigau (delirium)

    4.      Patofisiologi


    1.      Pemeriksaan Diagnostik

    a.       Pemeriksaan leukosit

    Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid.

    b.      Pemeriksaan SGOT dan SGPT

    Sgot Dan Sgpt pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid.

    c.       Biakan darah

    Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor :

    1)      Teknik pemeriksaan Laboratorium

    Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung.

    2)      Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit

    Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah dapat positif kembali.

    3)      Vaksinasi di masa lampau

    Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah negatif.

    4)      Pengobatan dengan obat anti mikroba

    Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin negatif.

    d.      Uji Widal

    Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita tifoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu :

    1)      Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman).

    2)      Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel kuman).

    3)      Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman)

    Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita tifoid (Widiatuti, 2001).

    2.      Penatalaksanaan

    a.       Perawataan

    1)      Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam atau 14 hari untuk mencegah komplikasi perdarahan usus.

    2)      Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila ada komplikasi perdarahan.

    b.      Diet

    1)      Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein.

    2)      Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.

    3)      Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.

    4)      Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari.

    c.       Obat-obatan

    1)      Kloramfenikol.

    Dosis yang diberikan adalah 4 x 500 mg perhari, dapat diberikan secara oral atau intravena, sampai 7 hari bebas panas

    2)      Tiamfenikol.

    Dosis yang diberikan 4 x 500 mg per hari.

    3)      Kortimoksazol.

    Dosis 2 x 2 tablet (satu tablet mengandung 400 mg sulfametoksazol dan 80 mg trimetoprim)

    4)      Ampisilin dan amoksilin.

    Dosis berkisar 50-150 mg/kg BB, selama 2 minggu

    5)      Sefalosporin Generasi Ketiga.

    Dosis 3-4 gram dalam dekstrosa 100 cc, diberikan selama ½ jam per-infus sekali sehari, selama 3-5 hari

    6)      Golongan Fluorokuinolon

    a)      Norfloksasin                    : dosis 2 x 400 mg/hari selama 14 hari

    b)      Siprofloksasin                  : dosis 2 x 500 mg/hari selama 6 hari

    c)      Ofloksasin                       : dosis 2 x 400 mg/hari selama 7 hari

    d)     Pefloksasin                      : dosis 1 x 400 mg/hari selama 7 hari

    e)      Fleroksasin                      : dosis 1 x 400 mg/hari selama 7 hari

    f)       Kombinasi obat antibiotik. Hanya diindikasikan pada keadaan tertentu seperti: Tifoid toksik, peritonitis atau perforasi, syok septik, karena telah terbukti sering ditemukan dua macam organisme dalam kultur darah selain kuman Salmonella typhi. (Widiastuti S, 2001).

    B.     KONSEP KEPERAWATAN

    1.      Pengkajian

    a.       Identitas klien

    b.      Dapat terjadi pada anak laki-laki dan perempuan, kelompok umur yang terbanyak adalah diatas umur lima tahun. Faktor yang mendukung terjadinya demam thypoid adalah iklim tropis social ekonomi yang rendah sanitasi lingkungan yang kurang.

    c.       Keluhan utama

    Pada pasien typus abdominalis keluhan utamanya adalah demam.

    d.      Riwayat penyakit sekarang

    Demam yang naik turun remiten, demam dan mengigil lebih dari satu minggu.

    e.       Riwayat penyakit dahulu

    Tidak didapatkan penyakit sebelumnya.

    f.       Riwayat penyakit keluarga

    Keluarga ada yang karier

    g.      Riwayat psiko social dan spiritual

    Kelemahan dan gangguan interaksi sosial karena bedrest serta terjadi kecemasan.

    h.      Riwayat tumbuh kembang

    Tidak mengalami gangguan apapun, terkadang hanya sakit batuk pilek biasa

    i.        Activity Daily Life

    1)      Nutrisi : pada klien dengan demam tifoid didapatkan rasa mual, muntah, anoreksia, kemungkinan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

    2)      Eliminasi : didapatkan konstipasi dan diare

    3)      Aktifitas : badan klien lemah dan klien dianjurkan untuk istirahat dengan tirah baring sehingga terjadi keterbatasan aktivitas.

    4)      Istirahat tidur : klien gelisah dan mengalami kesulitan untuk tidur karena adanya peningkatan suhu tubuh.

    5)      Personal hygiene : klien dianjurkan bedrest sehingga mengalami gangguan perawatan diri. Perlu kaji kebiasaan klien dalam personal hygiene seperti tidak mencuci tangan sebelum makan dan jajan di sembarang tempat.

    j.        Pemeriksaan fisik

    1)      Mata : kelopak mata cekung, pucat, dialtasi pupil, konjungtifa pucat kadang di dapat anemia ringan.

    2)      Mulut : Mukosa bibir kering, pecah-pecah, bau mulut tak sedap. Terdapat beslag lidah dengan tanda-tanda lidah tampak kering dilatasi selaput tebal dibagian ujung dan tepi lidah nampak kemerahan, lidah tremor jarang terjadi.

    3)      Thorak : jantung dan paruh tidak ada kelainan kecuali jika ada komplikasi. Pada daerah perangsang ditemukan resiola spot.

    4)      Abdomen : adanya nyeri tekan, adanya pembesaran hepar dan limpa, distensi abdomen, bising usus meningkat

    5)      Ekstrimitas : Terdapat rosiola dibagian fleksus lengan atas.

    2.      Diagnosa Keperawatan

    a.       Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses inflamasi kuman salmonella thypi.

    b.      Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, mual, muntah dan anoreksia.

    c.       Resiko devisit volume cairan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, kehilangan cairan berlebih akibat muntah dan diare.

    d.      Gangguan pola eliminasi BAB berhubungan dengan konstipasi

    e.       Ansietas berhubungan dengan proses hospitalisasi, kurang pengetahuan tentang penyakit dan kondisi anaknya

    1.      Intervensi Keperawatan

    NoDiagnosa KeperawatanTujuanIntervensiRasional
    1Peningkatan suhu tubuh (Hipertermi) berhubungan dengan proses infeksi Salmonella Typhi.Tujuan :Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3 x
    24 jam, suhu tubuh normal.Kriteria hasil :–          TTV dalam batas normal–          TD : 80-120/60-80 mmhg–          N : 120-140 x/i (bayi), 100-120 (anak)–          S : 36,5-370C–          P : 30-60 x/i (bayi), 15-30 x/i (anak)

    ü  Observasi tanda-tanda vitalü  Beri kompres pada daerah dahiü  Anjurkan untuk banyak minum air putihü  Kolaborasi pemberian antiviretik, antibiotikü  Tanda-tanda vital berubah sesuai tingkat perkembangan penyakit dan menjadi indikator untuk melakukan intervensi selanjutnyaü  Pemberian kompres dapat menyebabkan peralihan panas secara konduksi dan membantu tubuh untuk menyesuaikan terhadap panasü  Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyakü  Mempercepat proses penyembuhan, menurunkan demam. Pemberian antibiotik menghambat pertumbuhan dan proses infeksi dari bakteri
    2Resiko pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, mual, muntah dan anoreksia.Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam kekurangan nutrisi tidak terjadi.Kriteria hasil :-           Nafsu makan meningkat,-          Tidak ada keluhan anoreksia, nausea,-          Porsi makan dihabiskan
    ü  Kaji kemampuan makan klienü  Berikan makanan dalam porsi kecil tapi seringü  Beri nutrisi dengan diet lunak, tinggi kalori tinggi proteinü  Anjurkan kepada orang tua klien/keluarga untuk memberikan makanan yang disukaiü  Anjurkan kepada orang tua klien/keluarga untuk menghindari makanan yang mengandung gas/asam, pedasü  Kolaborasi. Berikan antiemetik, antasida sesuai indikasiü  Untuk mengetahui perubahan nutrisi klien dan sebagai indikator intervensi selanjutnyaü  Memenuhi kebutuhan nutrisi dengan meminimalkan rasa mual dan muntahü  Memenuhi kebutuhan nutrisi adekuatü  Menambah selera makan dan dapat menambah asupan nutrisi yang dibutuhkan klienü  dapat meningkatkan asam lambung yang dapat memicu mual dan muntah dan menurunkan asupan nutrisiü  Mengatasi mual/muntah, menurunkan asam lambung yang dapat memicu mual/muntah
    3Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, kehilangan cairan berlebih akibat muntah dan diare.Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24
    jam, tidak terjadi defisit volume cairan
    Kriteria hasil :-          Tidak terjadi tanda-tanda dehidrasi,-          Keseimbangan intake dan output dengan urine normal dalam konsentrasi jumlah
    ü  Kaji tanda dan gejala dehidrasi hypovolemik, riwayat muntah, kehausan dan turgor kulitü  Observasi adanya tanda-tanda syok, tekanan darah menurun, nadi cepat dan lemahü  Berikan cairan peroral pada klien sesuai kebutuhanü  Anjurkan kepada orang tua klien untuk mempertahankan asupan cairan secara dekuatü  Kolaborasi pemberian cairan intravenaü  Hipotensi, takikardia, demam dapat menunjukkan respon terhadap dan atau efek dari kehilangan cairanü  Agar segera dilakukan tindakan/ penanganan jika terjadi syokü  Cairan peroral akan membantu memenuhi kebutuhan cairanü  Asupan cairan secara adekuat sangat diperlukan untuk menambah volume cairan tubuhü  Pemberian intravena sangat penting bagi klien untuk memenuhi kebutuhan cairan
    4Gangguan pola eliminasi BAB berhubungan dengan konstipasiTujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, pola eliminasi kembali normal.
    Kriteria hasil :-          Klien melaporkan BAB lancar-          Konsistensi lunak
    ü  Kaji pola eliminasi klienü  Auskultasi bising ususü  Selidiki keluhan nyeri abdomenü  Observasi gerakan usus, perhatikan warna, konsistensi, dan jumlah fesesü  Anjurkan makan makanan lunak, buah-buahan yang merangsang BABü  Kolaborasi. Berikan pelunak feses, supositoria sesuai indikasiü  Sebagai data dasar gangguan yang dialami, memudahkan intervensi selanjutnyaü  Penurunan menunjukkan adanya obstruksi statis akibat inflamasi, penumpukan fekalitü  Berhubungan dengan distensi gasü  Indikator kembalinya fungsi GI, mengidentifikasi ketepatan intervensiü  Mengatasi konstipasi yang terjadiü  Mungkin perlu untuk merangsang peristaltik dengan perlahan
    5Ansietas berhubungan dengan proses hospitalisasi, kurang pengetahuan tentang penyakit dan kondisi anaknyaTujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, kecemasan teratasi
    Kriteria hasil :-          Ekspresi tenang-          Orang tua klien tidak sering bertanya tentang kondisi anaknya
    ü  Kaji tingkat kecemasan yang dialami orang tua klienü  Beri penjelasan pada orang tua klien tentang penyakit anaknyaü  Beri kesempatan pada orang tua klien untuk mengungkap kan perasaan nyaü  Libatkan orang tua klien dalam rencana keperawatan terhadap anaknyaü  Untuk mengeksplorasi rasa cemas yang dialami oleh orang tua klienü  Meningkatkan pengetahuan orang tua klien tentang penyakit anaknyaü  Mendengarkan keluhan orang tua agar merasa lega dan merasa diperhatikan sehingga beban yang dirasakan berkurangü  Keterlibatan orang tua dalam perawatan anaknya dapat mengurangi kecemasan

    BAB III

    ASUHAN KEPERAWATAN

    A. PENGKAJIAN

    1.      Identitas Klien          

    Nama                                       : An. D

    Tempat/Tanggal Lahir : Mandailing/04 September 2008

    Nama Ayah/ibu                       : Tn. N/Ny. I

    Pekerjaan Ayah                       : TNI-AD

    Pekerjaan Ibu                          : IRT

    Alamat                                                : Asrama 122, Dolok Masihule

    Suku                                        : Mandailing

    Agama                                     : Islam

    Pendidikan                              : SMA

    2.      Keluhan Utama

    Ibu klien mengatakan anaknya demam selama 5 hari, demamnya naik turun dan tidak membaik dengan obat penurun panas yang telah diberikan.

    3.      Riwayat Kehamilan dan Kelahiran

    a.       Prenatal                

    Ibu klien mengatakan tidak ada masalah selama kehamilan An. D, ibu klien memeriksakan kandungannya ke bidan setempat dan dokter kandungan.

    b.      Natal                     

    Ibu klien mengatakan kelahiran An. D secara normal dan dibantu oleh bidan setempat dengan BB An. D adalah 2.8 Kg dan An. D tidak mengalami masalah.

    c.       Postnatal               

    Ibu klien mengatakan tidak ada mengalami pendarahan hebat ataupun masalah lainnya setelah kelahiran An. D

    4.      Riwayat Masa Lalu

    a.       Penyakit waktu kecil        

    Orang tua klien mengatakan sewaktu kecil An. D sering mengalami demam, batuk dan pilek.

    b.      Pernah dirawat dirumah sakit      

    Ibu klien mengatakan bahwa An. D sebelumnya tidak pernah di rawat di Rumah Sakit, apabila sakit hanya diberikan obat yang diperoleh dari bidan setempat.

    c.       Obat-obat yang digunakan           

    Ibu klien selalu menyediakan obat paracetamol di rumahnya.

    d.      Tindakan (operasi)            

    Tidak ada

    e.       Alergi                               

    Ibu klien mengatakan bahwa An. D tidak ada riwayat alergi baik makanan/pun minuman.

    f.       Kecelakaan

    Ibu klien mengatakan An. D tidak pernah dan jangan sampai terjadi kecelakaan.

    g.      Imunisasi

    Ibu klien mengatakan bahwa imunisasi An. D sudah lengkap karena sangat penting bagi anak.

    5.Riwayat Keluarga 

    1.      Riwayat Sosial

    a.       Yang mengasuh

    Ny. I dan Tn. N

    b.      Hubungan dengan anggota keluarga        

    Terjalin baik, An. D sering bermain dengan abangnya dan bercanda dengan kedua orang tuanya.

    c.       Hubungan dengan teman sebaya 

    Ibu klien mengatakan An. D sering bermain dengan anak-anak di sekitar rumahnya

    d.      Pembawaan secara umum            

    Ibu klien mengatakan bahwa An. D sangat ceria, baik dan ramah dengan orang yang sudah dikenalnya.

    e.       Lingkungan rumah                                   

    Ibu klien mengatakan bahwa An. D tinggal di asrama tentara dengan kondisi rumah bersih, menyatu antara 1 dengan lainnya, komunikasi antar tetangga terjalin dengan sangat baik.

    2.      Kebutuhan Dasar

    a.       Makanan

    1)      Makanan yang disukai/ tidak disukai

    Ibu klien mengatakan bahwa sebelum sakit, makanan yang disukai An. D adalah telur, buah apel, dan jajanan. Selama sakit, An. D masih menyukai telur dan buah apel, sedangkan ikan, pisang, pepaya An. D kurang suka.

    2)      Selera

    Ibu klien mengatakan bahwa An. D selera makan hanya dengan telur, dan kecap saja sudah cukup.

    3)      Alat makan yang dipakai

    Piring, sendok, dan cangkir.

    4)      Pola makan/jam

    Ibu klien mengatakan bahwa An. D sebelum sakit makan 3x/hari dan dihabiskan. Selama sakit makan 3x/hari itupun tidak dihabiskan.

    b.      Pola tidur

    1)      Kebiasaan sebelum (perlu mainan, dibacakan cerita, benda yang dibawa tidur)

    Ibu klien mengatakan bahwa An. D kebiasaan sebelum tidur tidak ada, terkadang ibu klien harus mengelus-elus punggung An. D karena sakit.

    2)      Tidur siang

    Ibu klien mengatakan bahwa An. D jarang sekali tidur siang karena lebih banyak dihabiskan untuk bermain.

    c.       Mandi

    Ibu klien mengatakan bahwa An.D mandi 2 x /sehari, pagi sebelum pergi kesekolah, dan sore hari, sedangkan selama sakit An. D belum pernah mandi.

    d.      Aktivitas bermain

    Ibu klien mengatakan bahwa An. D setelah pulang dari sekolah langsung bermain bersama teman-teman di sekitar rumah. Selama sakit hanya berbaring di tempat tidur.

    e.       Eliminasi

    Ibu klien mengatakan bahwa An. D sebelum sakit BAB sebanyak 1 x/hari, dan BAK tidak tentu, sedangkan selama ± 1 minggu sampai sekarang (29 April 2013) belum ada BAB, dan BAK ± 4 x/hari selama di rawat.

    3.      Keadaan Kesehatan Saat Ini

    a.       Diagnosa  medis                : Susp. Typhoid Fever

    b.      Tindakan operasi               : Tidak ada

    c.       Status cairan                      : Ringer Laktat

    d.      Status nutrisi                     : Diet M2 TKTP

    e.       Obat-obatan                      :

    –          Cotrimoxazole 2 x cth I

    –          PCT 3 x1 tab

    –          Lactulosa 3 x cth I

    f.       Aktivitas                            : An. D terbaring lemah di tempat tidur, aktivitas

      dibantu dan klien terpasang infus di kaki kanan.

    g.      Tindakan keperawatan      :

    –          Melakukan pemeriksaan Tanda-tanda Vital

    –          Menganjurkan orang tua klien melakukan kompres hangat

    –          Menjelaskan pentingnya memakai pakaian yang tipis dan menyerap keringat

    –          Menganjurkan An. D untuk banyak istirahat selama fase akut

    h.      Hasil lab                            :      Tanggal 28 April 2013

    –          Haemoglobin       : 15.6 g/dl

    –          Hematokrit          : 46,9 %

    –          Leukosit               : 9.800/ml

    –          Trombosit            : 189.000/ml

    –          LED                     : 5 mm

    –          Widal                   :

    ·         O       : 1/80 1/80 1/40 1/80

    ·         H       : 1/40 1/40 1/80 1/80

    i.        Foto roentgen                    : Tidak ada

    j.        Lain-lain                            : Tidak ada

    4.      Pemeriksaan Fisik

    a.       Keadaan umum                : Lemah, tingkat kesadaran : Composmentis

    b.      TB/BB                              : 118 cm, 27 Kg

    c.       Lingkar kepala                 : 49 cm

    d.      Kepala                   

    Tulang kepala normosefalik, rambut hitam, kulit kepala bersih, tekstur lembut, distribusi rapat, dan kuat, tidak teraba massa, nyeri tekan (-), frontal teraba panas.

    e.       Mata                      

    Ketajaman penglihatan baik, sklera putih (tidak ada perdarahan), konjungtiva merah muda, ptosis (-), refleks cahaya (+ 2), pupil isokor.

    f.       Leher                               

    Trakea tepat berada di garis tengah, pembesaran tyroid (-), nyeri tekan (-), refleks menelan (+).

    g.      Telinga                            

    Ketajaman terhadap suara (+), tidak ada serumen, cairan (-), simetris antara d/s, kelainan bentuk (-)

    h.      Hidung    

    Septum digaris tengah, pernafasan cuping hidung (-), tidak beringus, bersih, dan tidak ada nyeri tekan.                

    i.        Mulut                  

    Bibir kering, caries gigi (-), beslag (+), gusi merah muda, otot maseter (+), gerakan lidah baik.

    j.        Dada                   

    Thorak simetris, ekspansi dada baik, vibrasi dinding dada sama, puting (+2), deformitas (-), fraktur iga (-), nyeri tekan (-). 

    k.      Paru- paru                        

    Suara napas vesikuler, RR : 32 x/i, bunyi paru resonan

    l.        Jantung                

    Bunyi S1 dan S2 terdengar jelas, tidak terdengar bunyi jantung tambahan, HR : 130 x/i.        

    m.    Perut                    

    Umbilikus simetris, acites (-), suepel (+), nyeri tekan (-), peristaltik usus (+) 8 x/i, tekstur kulit lembut dan elastis (< 2 detik)

    n.      Punggung                        

    Massa (-), luka (-), nyeri tekan (-)

    o.      Genetalia                         

    Bentuk normal, skrotum (+), meatus uretra (+), testis (+2), nyeri tekan (-)

    p.      Ektremitas

    1)      Ekstremitas atas         : Edema (-), ekstremitas hangat, luka (-), terdapat bekas pemasangan infus (dekstra), jari lengkap, kekuatan otot (+)

    a.       Ekstremitas bawah      : Tidak ada varises, nyeri tekan (-), kekuatan otot (+)

    5          5

    4          4

    q.      Tanda vital

    a.    RR                               : 32      x/menit

    b.    HR                               : 130    x/menit

    c.    TD                               : 85/60 mmHg

    d.   Temp                           : 38,1   0C

    5.      Pemeriksaan Tinggkat Perkembangan

    a.       Kemandirian bergaul       

    An. D mudah berinteraksi dengan orang lain

    b.      Motorik halus                  

    An. D sudah bisa menggambar, mewarnai dan menjelaskan gambar yang telah dibuatnya

    c.       Motorik kasar                  

    An. D dapat menangkap bola dan melemparkannya, dapat melompat dan dapat berjalan dengan 1 kaki

    d.      Kognitif                          

    An. D dapat mengingat nama ayah dan ibunya, dapat menjumlahkan penjumlahan yang sederhana (misalnya 1 + 1 = 2)

    e.       Bahasa                              :

    Bahasa yang digunakan sehari-hari oleh An. D adalah bahasa Indonesia. An. D berbicara dengan sangat jelas dan mudah dimengerti.

    6.      Pemeriksaan Penunjang      

    Pemeriksaan laboraturium (terlampir dihalaman 39)

    7.      Ringkasan Riwayat Keperawatan

    Dari hasil pengkajian didapatkan hasil bahwa An. D demam selama 5 hari, suhu tubuh 38,1 0C, BAB (-) selama 1 minggu, peristaltik usus 8 x/i, An. D rewel, muntah (-), mual (-), tingkat kesadaran : composmentis, ekstremitas bawah (+4), An. D terbaring lemah di tempat tidur.

    8.      Masalah Keperawatan

    a.       Peningkatan suhu tubuh

    b.      Gangguan pola eliminasi

    c.       Intoleransi aktivitas

    B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN

    1.      Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan proses infeksi Salmonella Typhi.

    2.      Gangguan pola eliminasi (BAB) berhubungan dengan konstipasi

    3.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik, tirah baring

    ANALISA DATA

    NoDataEtiologiMasalah
    1Ds :ü  Ibu klien mengatakan demam ± selama 5 hari demam bersifat naik turun, ibu klien mengatakan sudah memberi obat penurun panas tetapi tidak membaikDo :ü  Teraba panasü  An.D rewelü  T    : 38.1 0cü  RR : 32 x/iü  HR : 120 x/iü  Pct 3×1 tabInvasi bakteri salmonela typhi melalui makanan atau minuman 
    Terjadi peradangan pada saluran cerna 
    Dilepaskannya zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang 
    Demam tipoid 
    Peningkatan suhu tubuh (hipertermi)
    Peningkatan suhu tubuh (hipertermi)
    2Ds :ü  Ibu klien mengatakan bahwa An. D sebelum sakit BAB sebanyak 2 x/hari, sedangkan selama ± 1 minggu sampai sekarang (29 April 2013) belum ada BABü  Ibu klien mengatakan makanan yang disukai An. D adalah telur, buah apel, dan jajanan. Sedangkan pisang, pepaya dan ikan An. D kurang sukaDo :ü  Makan nasi + telur + kecapü  Makan apel (+)ü  Peristaltik usus (8 x/i)ü  BAB (-)ü  Mual, muntah (-)ü  Abdomen : Suepelü  Suara abdomen : TympaniTerjadi peradangan pada saluran cerna 
    Penurunan kerja motilitas usus 
    Konstipasi 
    Gangguan pola eliminasi (BAB)
    Gangguan pola eliminasi (BAB)
    3Ds :ü  Ibu klien mengatakan badan anaknya lemasDo :ü  k/u : lemahü  Kekuatan otot (+4)ü  Terbaring di tempat tidurü  Terpasang infusü  Aktivitas dibantu Ny. IProses infeksi virus Salmonella Typhi 
    Penurunan sistem metabolisme tubuh 
    Kelemahan fisik 
    Imobilisasi 
    Intoleransi aktivitas
    Intoleransi aktivitas

    C.    INTERVENSI KEPERAWATAN

    NoDiagnosa KeperawatanRencana Tindakan Keperawatan
    TujuanIntervensiRasional
    1Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) b/d proses infeksi Salmonella TyphiSetelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 x 12 jam, diharapkan suhu klien menurun.KH :1.      Suhu tubuh dalam batas normal (36-37 0C)2.      Membran mukosa lembab3.      Pengisian kapiler < 2 detik4.      An. D tidak rewel (rileks)-           1.      Ukur tanda-tanda vital setiap 2/4 jam2.      Observasi membran mukosa bibir, pengisian kapiler dan turgor kulit3.      Anjurkan untuk minum ± 2-2,5 L/menit4.      Anjurkan kompres hangat pada dahi, ketiak, dan lipat paha5.      Anjurkan untuk tirah baring/pembatasan aktivitas selama fase akut6.      Anjurkan untuk menggunakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat7.      Kolaborasi dalam pemberian terapi sesuai indikasi8.      Observasi hasil pemeriksaan darah dan feses9.      Observasi adanya peningkatan suhu terus menerus, distensi abdomen, dan nyeri abdomen1.      Sebagai dasar untuk menentukan intervensi2.      Untuk identifikasi tanda-tanda dehidrasi akibat demam3.      Kebutuhan cairan dalam tubuh cukup mencegah terjadinya demam4.      Kompres hangat memberi efek vasodilatasi pembuluh darah sehingga mempercepat penguapan panas5.      Menurunkan kebutuhan metabolisme tubuh sehingga menurunkan panas6.      Pakaian tipis memudahkan penguapan panas saat penurunan panas klien akan banyak mengeluarkan keringat7.      Untuk menurunkan panas/mengontrol panas, untuk mengatasi infeksi dan mencegah penyebaran infeksi, dan penggantian cairan akibat penguapan panas tubuh8.      Untuk mengetahui perkembangan penyakit typus dan efektifitas terapi9.      Peningkatan suhu terus menerus setelah pemberian antipiretik dan antibiotik kemungkinan terjadinya komplikasi perforasi usus.
    2Gangguan pola eliminasi (BAB) b/d konstipasiSetelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 x 12 jam, diharapkan pola eliminasi klien kembali normal.KH :1.      BAB 1 x/hari2.      Konstipasi lunak3.      Warna feces kuning4.      Tidak berlendir1.      Kaji pola eliminasi klien2.      Asukultasi bunyi usus3.      Kaji adanya keluhan nyeri abdomen4.      Anjurkan makan-makanan yang lunak, buah-buahan yang merangsang BAB5.      Kolaborasi dalam pemberian terapi sesuai indikasi1.      Sebagai data dasar gangguan yang dialami memudahkan intervensi selanjutnya2.      Penurunan menunjukkan adanya obstruksi statis akibat inflamasi, penumpukan fekalit3.      Menandakan adanya gas di perut sehingga mengakibatkan terjadinya distensi abdomen4.      Makanan lunak serta buah-buahan yang kaya akan serat dapat mengatasi konstipasi5.      Dapat merangsang peristaltik usus secara perlahan sehingga masalah konstipasi teratasi
    3Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik, tirah baringSetelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 x 12 jam, diharapkan klien dapat melakukan aktivitas secara bertahap.KH :1.      TTV dalam batas normal2.      Tidak ada keluhan lelah3.      Kekuatan otot meningkat1.      Kaji tingkat toleransi klien terhadap aktivitas2.      Kaji jumlah makanan yang dikonsumsi klien setiap hari3.      Anjurkan klien untuk tidah baring selama fase akut4.      Jelaskan pentingnya pembatasan aktivitas selama perawatan5.      Bantu klien melakukan aktivitas sehari-hari sesuai kebutuhan6.      Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas sehari-hari7.      Berikan kesempatan pada klien melakukan aktivitas sesuai kondisi klien1.      Sebagai dasar untuk menentukan intervensi2.      Untuk mengidentifikasi intake nutrisi klien3.      Untuk menurunkan metabolisme tubuh dan mencegah iritasi usus4.      Untuk mengurangi peristaltik usus sehingga mencegah iritasi usus5.      Kebutuhan aktivitas klien terpenuhi dengan energi minimal, sehinga mengurangi peristaltik usus6.      Partisipasi keluarga meningkatkan kooperatif klien dalam perawatan7.      Meningkatkan partisipasi klien dapat meningkatkan harga diri dan meningkatkan toleransi aktivitas

    D.    IMPLEMENTASI

    NoHari/TglDiagnosaKeperawatanImplementasiEvaluasi
    1SELA
    S
    A30A
    P
    R
    I
    L2013
    Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) b/d proses infeksi Salmonella Typhi1.      Mengukur tanda-tanda vital An. DH :§  T : 38,1 0C§  RR : 28 x/i§  HR : 128 x/iR : An. D rewel (menangis), dan tidak tenang2.      Mengamati membran mukosa bibir, pengisian kapiler dan turgor kulit pada An. DH :·         Bibir kering·         CRT & turgor kulit < 2 detik3.      Menganjurkan An. D untuk banyak minum ± 2-2,5 L/hariH : Minum (+)R : An. D tidak sulit minum4.      Menganjurkan ibu untuk melakukan kompres hangat pada dahi, ketiak, dan lipat pahaH : Ibu melakukan kompres hangat di dahiR : Ny. I mengambil handuk kecil dan air hangat dan melakukan kompres hangat5.      Menjelaskan kepada ibu klien tentang pentingnya tirah baring/pembatasan aktivitas selama fase akutH : Ibu memahami manfaat tirah baring selama fase akut (demam)R : Ibu dan An. D memperhatikan penjelasan yang diberikan6.      Menjelaskan kepada Ibu klien tentang pentingnya menggunakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat bagi An. DH : Baju An. D tipis dan menyerap keringatR : Ibu sudah memahami pentingnya pakaian tipis dan menyerap keringat bagi An. D7.      Berkolaborasi dalam pemberian terapi sesuai indikasiH :·         IVFD RL 30 gtt/i·         Cotrimoxazole 2 x cth II·         Paracetamol 3 x 1 tabR : An. D mau meminum obat yang telah diberikan dan tidak ada tanda-tanda alergi8.      Melihat hasil pemeriksaan darah dan fesesH :·         Hb : 15,6 g/dl·         Ht : 46,9 %·         Leu : 9.103/ml·         Tromb : 189. 103/ml·         LED : 5 mm·         Widal :ü  O : 1/80 1/80 1/40 1/80ü  H : 1/40 1/40 1/80 1/809.      Mengamati adanya peningkatan suhu terus menerus, distensi abdomen, dan nyeri abdomenH : Suhu masih 38,1 0C, distensi abdomen (-), suepel (+)R : An. D mengatakan tidak merasakan sakit dibagian perutS :ü  Ibu klien mengatakan badan anaknya masih panas, walaupun sudah dikompresü  Ibu mengatakan An. D sudah diberikan banyak minumü  Ibu klien mengatakan bahwa An. D tidak banyak berakivitas hanya berbaring di tempat tidurü  Ibu klien mengatakan sudah memberikan pakaian yang tipis dan menyerap keringatü  Ibu klien mengatakan sudah memberikan obat penurun panas yang diberikanO :ü  Teraba panas di dahiü  T : 38 0C, RR : 130 x/i, HR : 30 x/iü  Kompres (+)ü  Minum (+)ü  Terbaring di tempat tidurü  Bibir lembabü  Memakai baju tipis dan menyerap keringatü  Abdomen : suepelü  Paracetamolü  IVFD RL 30 gtt/iA :Masalah peningkatan suhu tubuh teratasi sebagianP : Intervensi dilanjutkan :ü  Kaji TTVü  Anjurkan banyak minumü  Anjurkan untuk kompres hangatü  Kolaborasi dalam pemberian terapi
    2Gangguan pola eliminasi (BAB) b/d konstipasi1.      Menanyakan kepada ibu pola eliminasi An. DH : ibu klien mengatakan An. D belum BAB ± 1 mingguR : An. D mengatakan tidak sesak BAB, Ibu klien mengatakan cemas karena AN. D tidak BAB selama ± 1 minggu2.      Mendengarkan suara peristaltik ususH : Terdengar peristaltik usus3.      Mengkaji adanya keluhan nyeri abdomenH : abdomen : suepel, nyeri (-)R : An. D mengatakan tidak ada sakit dibagian perut4.      Menganjurkan ibu klien untuk memberikan makan-makanan lunak, dan buah-buahan yang merangsang BAB (pisang, pepaya)H : M2 TKTP (pakek telur), makan buah apelR : Ibu klien mengatakan memberikan makanan yang di sediakan oleh RS dan pakek telur, Ibu klien mengatakan An. D hanya mau makan buah apel5.      Berkolaborasi dalam pemberian terapi sesuai indikasiH : Lactulosa 3 x cth IR : An. D mengatakan belum ada BAB S :ü  Ibu klien mengatakan bahwa An. D belum ada BABü  An. D mengatakan tidak merasakan sakit pada perutnyaü  An. D mengatakan tidak ada sesak BABü  An. D mengatakan tidak suka makan buah pepaya dan pisangü  An. D mengatakan sudah minum obatO :ü  BAB (-)ü  Abdomen : suepelü  M2 TKTP + telur rebusü  Makan apel (+)ü  Lactulosa 3 x cth IA :Masalah pola eliminasi belum teratasiP : Intervensi dilanjutkan :ü  Kaji eliminasi klienü  Auskultasi bunyi ususü  Anjurkan makan-makanan lunak dan buahü  Kolaborasi dalam pemberian terapi
    3Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik, tirah baring1.      Mengkaji tingkat toleransi klien terhadap aktivitasH : Hanya bisa duduk dan terbaringR : An. D mengatakan badanya lemah2.      Mengkaji jumlah makanan yang dikonsumsi klienH : Diet M2 TKTP 3x/hari, makan roti (+), makan buah (+)R : Ibu klien mengatakan An. D makan 3 x/hari tetapi tidak dihabiskan3.      Memberi penjelasan kepada ibu untuk menjaga An. D agar tidak banyak bergerakH : An. D hanya terbaring di tempat tidurR : Ibu klien mengatakan akan membatasi aktivitas An. D4.      Membantu klien melakukan aktivitas sesuai kebutuhanH : Membantu An. D dudukR : An. D mengatakan senang bisa duduk5.      Melibatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas sehari-hariH : Ibu klien bekerja sama dengan baikR : Ibu klien mengatakan mau membantu perawat6.      Memberikan kesempatan pada klien melakukan aktivitas sesuai indikasiH : Bermain handphoneR : An. D senang bermain bola di HPS :ü  Ibu klien mengatakan bahwa An. D hanya bisa berbaring dan duduk di tempat tidurü  Ibu klien mengatakan anaknya sulit bergerak karena terpasang infus di kaki sebelah kananO :ü  Berbaring di tempat tidurü  Terpasang infus di kaki sebelah kananü  k/u : lemahA :Masalah aktivitas belum teratasiP : Intervensi dilanjutkan :ü  Kaji tingkat toleransi klien terhadap aktivitasü  Bantu melakukan aktivitas sehari-hari sesuai kebutuhanü  Anjurkan untuk tiraj baring selama fase akutü  Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas sehari-hari
    1RABUO1M
    E
    I2013
    Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) b/d proses infeksi Salmonella Typhi1.      Mengukur tanda-tanda vital An. DH :§  T : 36,2 0C§  RR : 28 x/i§  HR : 92 x/iR : An. D sudah membaik dan terlihat lebih segar2.      Menganjurkan ibu klien untuk memberikan banyak minum apabila demamH : Minum (+)R : Ibu klien akan memberikan banyak minum apabila An. D demam3.      Menganjurkan ibu untuk melakukan kompres hangat apabila demam terulang kembaliH : Ibu akan melakukan kompres hangat apabila demam lagiR : Ibu klien mengucapkan terima kasih atas anjuran yang diberikan4.      Berkolaborasi dalam pemberian terapi sesuai indikasiH :·         IVFD RL 30 gtt/i·         Cotrimoxazole 2 x cth II·         Paracetamol 3 x 1 tabR : An. D mau meminum obat yang telah diberikanS :ü  Ibu klien mengatakan bahwa anaknya sudah tidak demam lagiü  Ibu mengatakan akan menjalankan anjuran yang telah diberikan apabila anaknya demam lagiü  Ibu klien mengatakan masih memberikan obat penurun panas karena takut demamnya terulang lagiü  Ibu klien berterima kasih atas penjelasan yang telah diberikan kepadanyaO :ü  Ekspresi wajah ibu klien terlihat senangü  k/u : membaikü  T : 36,5 0C, RR : 28 x/i, HR : 92 x/iü  Minum (+)ü  Bibir lembabü  Paracetamol 3 x 1 tabü  IVFD RL 30 gtt/iA :Masalah peningkatan suhu tubuh sudah teratasiP : Intervensi dihentikan.
    2Gangguan pola eliminasi (BAB) b/d konstipasi1.      Menanyakan eliminasi kepada An. DH : BAB (-)R : An. D mengatakan belum ada BAB, Ibu klien mengatakan anaknya tidak ada merasakan sesak BAB.2.      Mendengarkan suara peristaltik ususH : Terdengar peristaltik ususR : An. D mengatakan tidak ada sesak BAB3.      Mengingatkan kembali ibu klien untuk memberikan makan-makanan lunak, dan buah-buahan yang merangsang BAB (pisang, pepaya)H : M2 TKTP (pakek telur), makan pisang (+)R : Ibu klien mengatakan anaknya pagi ini makan dengan nasi, telur, dan sayur bening4.      Berkolaborasi dalam pemberian terapi sesuai indikasiH : Diet M2 TKTP, Lactulosa 3 x cth I S :ü  Ibu klien mengatakan bahwa anaknya sudah BAB tetapi sedikitü  Ibu klien mengatakan feces anaknya keras dan bau, berwarna kuningü  Ibu klien mengatakan anaknya juga makan pisang walaupun harus dipaksa terlebih dahuluü  Ibu klien mengatakan siang ini anaknya makan dengan nasi yang telah disediakan dan pakai telurO :ü  Peristaltik usus (+) 12 x/iü  M2 TKTP + telur rebusü  Makan pisang (+) ¼ bagianü  Lactulosa 3 x cth IA :Masalah pola eliminasi teratasiP : Intervensi dihentikan
    3Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik, tirah baring1.      Mengevaluasi tingkat toleransi klien terhadap aktivitasH : Duduk dan berbaringR : An. D mengatakan badanya sudah tidak lemas lagi dan ingin berjalan2.      Membantu klien melakukan aktivitas sesuai kebutuhanH : hanya bisa duduk karena terpasang infus di kaki kananR : An. D mengatakan minta dilepaskan infusnya3.      Mengingatkan untuk tirah baring apabila masih lemahH : k/u : membaikR : An. D mengatakan ya4.      Melibatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas sehari-hariH : Makan dibantu, kencing dibantu, dan duduk mandiriR : Ibu klien mengatakan aktivitas anaknya masih harus dibantuS :ü  Ibu klien mengatakan bahwa infus anaknya sudah dilepas jam 11.00 wibü  Ibu klien mengatakan anaknya sudah membaik karena sudah bisa berjalan dan bermain bersama teman 1 ruanganü  Ibu klien mengatakan senang karena anaknya besok sudah boleh pulangü  Ibu klien mengatakan akan menjaga anaknya agar tidak terlalu kecapaian karena belum sembuh betulü  Ibu klien mengucapkan terima kasih karena sudah perduli dengan anaknyaO :ü  Ekspresi ibu klien senangü  An. D terlihat senang dan bermain bersama teman 1 ruanganü  k/u : baikü  tampak lebih segarA :Masalah aktivitas teratasiP : Intervensi dihentikan oleh mahasiswa. Terapi pengobatan dilanjutkan oleh pegawai ruangan

    BAB IV

    PENUTUP

    A.    Kesimpulan

    Typhoid adalah suatu penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna dan gangguan kesadaran. Penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhi, salmonella type A.B.C penularan terjadi secara pecal, oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi. 

    Cara pencegahan penyakit typoid yang dilakukan adalah cuci tangan setelah dari toilet dan khususnya sebelum makan atau mempersiapkan makanan, hindari minum susu mentah (yang belum dipasteurisasi), hindari minum air mentah, rebus air sampai mendidih dan hindari makanan pedas.

    A.    Saran

    Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan maka dengan adanya makalah ini, diharapkan pembaca dapat memahami tentang penyakit typoid dengan baik



    DAFTAR PUSTAKA

    Djauzi & Sundaru. 2003. Imunisasi Dewasa. Jakarta : FKUI

    Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius

    Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit, Edisi 2. Jakarta : EGC

    Suryadi. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta : CV Agung Setia

    Syamsuhidayat, W. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC

  • Makalah Persalinan Normal

    Persalinan Normal

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Persalinan merupakan suatu proses alami yang akan berlangsung dengan sendirinya, tetapi persalinan pada manusia setiap saat terancam penyulit yang membahayakan ibu maupun janinnya sehingga memerlukan pengawasan, pertolongan dan pelayanan dengan fasilitas yang memadai. Persalinan dibagi menjadi empat tahap penting dan kemungkinan penyulit dapat terjadi pada setiap tahap tersebut ( Manuaba, IG, 1999 )

    Pada persalinan terjadi perubahan fisik yaitu : ibu akan merasa sakit pinggang, sakit perut, merasa kurang enak, capai, lesu, tidak nyaman, tidak bisa tidur nyenyak. Dan perubahan psikis yang terjadi yaitu merasa ketakutan sehubungan dengan diri sendiri, takut kalau terjadi bahaya terhadap dirinya pada saat persalinan, takut tidak dapat memenuhi kebutuhan anaknya, takut yang dihubungkan dengan pengalaman yang sudah lalu, misalnya mengalami kesulitan pada persalinan yang lalu, ketakutan karena anggapan sendiri bahwa persalinan itu merupakan hal yang membahayakan ( Ibrahim,C, 1993 )

    Ibu merupakan kesatuan dari Bio Psikososial Spiritual maka perlu perhatian khusus dari bidan yang dalam menyiapkan fisik dan mental guna meningkatkan serta mencegah komplikasi lebih lanjut. Bidan merupakan salah satu tenaga dari team pelayanan kesehatan yang keberadaannya paling dakat dengan ibu yang mempunyai peran penting dalam mengatasi masalah melalui asuhan kebidanan. Dalam melaksanan asuhan kebidanan bidan dituntut memiliki wawasan yang luas, trampil dan sikap profesional, karena tindakan yang kurang tepat sedikit saja dapat menimbulkan komplikasi. Oleh karenanya diharapkan semua persalinan yang dialami ibu dapat berjalan normal dan terjamin pula keselamatan baik ibu dan bayinya. Dalam hal ini Penulis mencoba melakukan study kasus pada Ny. A G1PoAumur 28 tahun di BPS Siti Musa’adah, Beringin, Ngaliyan, Semarang.

          B. TUJUAN

    Tujuan Umum

    Mendapatkan gambaran secara nyata dan mengembangkan pola pikir ilmiah dalam memberikan asuhan kebidanan pada kasus persalinan normal sesuai standart Asuhan Persalinan Normal ( APN ) melalui penerapan manajemen kebidanan

    Tujuan Khusus

    1. Mampu melakukan anamnesa dengan menggunakan komunikasi yang baik dan benar kepada ibu bersalin, serta menggunakan bahasa yang mudah dimengerti.
    2. Mampu melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang secara lengkap dengan benar dan tepat pada ibu bersalin.
    3. Mampu menganalisa masalah berdasarkan data atau informasi yang telah diperoleh melalui anamnesa dan pemeriksaan yang dilakukan.
    4. Mampu membuat suatu perencanaan tindakan berdasarkan analisa yang telah ditentukan.
    5. Mampu melaksanakan asuhan secara komprehensif sesuai dengan perencanaan yang telah disusun.
    6. Mampu melakukan evaluasi dari prosedur pemeriksaan yang dilakukan.
    7. Mampu membuat pendokumentasian menggunakan metode SOAP.

    BAB II

    TINJAUAN TEORI

    A. DEFINISI PERSALINAN

    1.      Persalinan adalah  suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina atau jalan lahir ke dunia luar (Prawiroharjo,S, 1999).

    2.      Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hidup cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu (UNPAD,1983).

    3.      Persalinan adalah  proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janin.

    B. PROSES PERSALINAN

    Pada proses persalinan menurut (Mochtar,R, 2001) di bagi 4 kala yaitu :

           1).Kala 1 : Kala pembukaan

                              Waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan lengkap (10 cm). Dalam kala pembukaan dibagi menjadi 2 fase :

    a).        Fase laten

    ·      Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap

    ·      Pembukaan kurang dari 4 cm

    ·      Biasanya berlangsung kurang dari 8 jam

    b).        Fase aktif

    ·      Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat (kontraksi adekuat / 3 kali atau lebih dalam 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih)

    ·      Serviks membuka dari 4 ke 10, biasanya dengan kecepatan 1cm/lebih              perjam hingga pembukaan lengkap (10)

    ·      Terjadi penurunan bagian terbawah janin

    ·      Berlangsung selama 6 jam dan di bagi atas 3 fase, yaitu :

    Berdasarkan kurva friedman :

    ·         Periode akselerasi, berlangsung selama 2 jam pembukaan menjadi 4cm

    ·         Periode dilatasi maksimal, berlangsung selama 2 jam pembukaan berlangsung cepat dari 4 menjadi 9cm

    ·         Periode diselerasi, berlangsung lambat dalam waktu 2 jam pembukaan 9cm menjadi 10cm / lengkap

           2). Kala II : Kala pengeluaran janin

    Waktu uterus dengan kekuatan his ditambah kekuatan mengejan mendorong janin hingga keluar.

    Pada kala II ini memiliki ciri khas :

    ·      His terkoordinir, kuat, cepat dan lebih lama kira-kira 2-3menit sekali

    ·      Kepala janin telah turun masuk ruang panggul dan secara reflektoris menimbulkan rasa ingin mengejan

    ·      Tekanan pada rektum, ibu merasa ingin BAB

    ·      Anus membuka

    Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum meregang, dengan his dan mengejan yang terpimpin kepala akan lahir dan diikuti seluruh badan janin.

    Lama pada kala II ini pada primi dan multipara berbeda yaitu :

    ·      Primipara kala II berlangsung 1,5  jam – 2 jam

    ·      Multipara kala II berlangsung  0,5 jam – 1 jam

    Pimpinan persalinan

    Ada 2 cara ibu mengejan pada kala II yaitu menurut dalam letak berbaring, merangkul kedua pahanya dengan kedua lengan sampai batas siku, kepala diangkat sedikit sehingga dagu mengenai dada, mulut dikatup; dengan sikap seperti diatas, tetapi badan miring kearah dimana punggung janin berada dan hanya satu kaki yang dirangkul yaitu yang sebelah atas

    (JNPKR dan Depkes, 2002)

           3). Kala III : Kala uri

    Yaitu waktu pelepasan dan pengeluaran uri (plasenta). Setelah bayi lahir kontraksi rahim berhenti sebentar, uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat dan berisi plasenta  yang menjadi tebal 2 kali sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul his pengeluaran dan pelepasan uri, dalam waktu 1 – 5 menit plasenta terlepas terdorong ke dalam vagina dan akan lahir spontan atau dengan sedikit dorongan (brand androw, seluruh proses biasanya berlangsung 5 – 30 menit setelah bayi lahir. Dan pada pengeluaran plasenta biasanya disertai dengan pengeluaran darah kira – kira 100-200cc.

    Tanda kala III terdiri dari 2 fase :

          1) Fase pelepasan uri

    Mekanisme pelepasan uri terdiri atas:

    a.    Schultze

    Data ini sebanyak 80 % yang lepas terlebih dahulu di tengah kemudian terjadi reteroplasenterhematoma yang menolak uri mula – mula di tengah kemudian seluruhnya, menurut cara ini perdarahan biasanya tidak ada sebelum uri lahir dan banyak setelah uri lahir.

    b.    Dunchan

    Lepasnya uri mulai dari pinggirnya, jadi lahir terlebih dahulu dari pinggir (20%)

    Darah akan mengalir semua antara selaput ketuban

    c.    Serempak dari tengah dan pinggir plasenta

          2) Fase pengeluaran uri

    Perasat-perasat untuk mengetahui lepasnya uri yaitu :

          1 Kustner

    Meletakkan tangan dengan tekanan pada / diatas simfisis, tali pusat diregangkan, bila plasenta masuk berarti belum lepas, bila tali pusat diam dan maju (memanjang) berarti plasenta sudah terlepas.

          2) Klien

    Sewaktu ada his kita dorong sedikit rahim, bila tali pusat kembali berarti belum lepas, bila diam/turun berarti sudah terlepas.

          3) Strastman

    Tegangkan tali pusat dan ketuk pada fundus, bila tali pusat bergetar berarti  belum lepas, bila tidak bergetar berarti sudah terlepas.

          4)  Rahim menonjol diatas symfisis

          5)  Tali pusat bertambah panjang

          6)  Rahim bundar dan keras

          7)  Keluar darah secara tiba-tiba

           4). Kala IV:  Kala pengawasan

    Yaitu waktu setelah bayi lahir dan uri selama 1-2 jam dan waktu dimana untuk mengetahui keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan post partum.

    C.MEKANISME PERSALINAN

    Mekanisme persalinan merupakan gerakan-gerakan janin pada proses persalinan yang meliputi langkah sbb :

    a) Turunnya kepala, meliputi :

    ·         Masuknya kepala dalam PAP

    ·         Dimana sutura sagitalis terdapat ditengah – tengah jalan lahir tepat diantara symfisis dan promontorium ,disebut synclitismus.Kalau pada synclitismus os.parietal depan dan belakang sam tingginya jika sutura sagitalis agak kedepan mendekati symfisis atau agak kebelakang mendekati promontorium disebut Asynclitismus.

    ·         Jika sutura sagitalis mendekati symfisis disebut asynclitismus posterior jika sebaliknya disebut asynclitismus  anterior.

    b) Fleksi

    Fleksi disebabkan karena anak didorong maju dan sebaliknya mendapat tahanan dari pinggir PAP serviks, dinding panggul atau dasar panggul.

    c) Putaran paksi dalam

    Yaitu putaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan memutar ke depan ke bawah symfisis.

    d) Ekstensi

    Setelah kepala di dasar panggul terjadilah distensi dari kepala hal ini disebabkan karena lahir pada intu bawah panggul mengarah ke depan dan keatas sehingga kepala harus mengadakan ekstensi untuk melaluinya.

    e) Putaran paksi luar

    Setelah kepala lahir maka kepala anak memutar kembali kearah punggung anak torsi pada leher yang terjadi karena putaran paksi dalam.

    f) Ekspulsi

    Setelah kepala melakukan putaran paksi luar sesuai arah punggung dilakukan pengeluaran anak dengan gerakan biparietal sampai tampak ¼ bahu ke arah anterior dan posterior dan badan bayi keluar dengan sangga susur.

    2.4         58 LANGKAH ASUHAN PERSALINAN NORMAL

    1.    Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua

    ·      Ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran

    ·      Ibu merasa takanan yang semakin meningkat pada rektum dan vagina

    ·      Perineum tampak menonjol

    ·      Vulva dan sfingter ani membuka

    2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk menolong persalinan dan penatalaksanaan komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk asfiksia à tempat yang datar dan keras, 2 kain dan 1 handuk bersih dan kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi.

    ·      Menggelar kain di atas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal bahu bayi

    ·      Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di dalam partus set

    3.        Pakai celemek plastik.

    4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan handuk yang bersih dan kering.

    5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk periksa dalam.

    6. Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang memakai sarung tangan  DTT atau steril) dan letakkan di partus set/wadah DTT atau steril (pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik).

    7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi dengan DTT.

    ·      Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan dengan seksama dari arah depan ke belakang

    ·      Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia

    ·      Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan dan rendam larutan klorin 0,5 %)

    8. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap.

    ·         Bila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap maka lakukan amniotomi.

    9. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, kemudian lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik dalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan.

    10. Periksa DJJ setelah kontraksi/saat relaksasi uterus untuk memastikan bahwa DJJ  dalam batas normal (120 – 160x/menit).

    ·                Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ  tidak normal

    ·                Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ, dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf

    11. Beritahu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik dan bantu ibu menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya.

    ·                         Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif)

    ·                         Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk meneran dengan benar

    12. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran (bila ada rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman).

    13. Laksanakan bimbingan meneran saat ibu marasa ada dorongan kuat untuk meneran.

    ·                         Bimbing ibu agar dapat meneran secara baik dan efektif

    ·                         Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai

    ·                         Bantu ibu mengambil posisi nyaman sesuai pilihannya (kecuali posisi berbaring terlentang dalam waktu yang lama)

    ·                         Anjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi

    ·                         Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu

    ·                         Berikan cukup asupan cairan per oral (minum)

    ·                         Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai

    ·                         Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah 120  menit (2 jam) meneran (primigravida) atau 60 menit (1 jam) meneran (multigravida)

    14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.

    15. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi di perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm).

    16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong.

    17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan.

    18. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.

    19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka lindungi perineum dengan tangan yang dilapisi dnegan kain bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk meneran perlahan atau bernafas cepat dan dangkal.

    20. Seka dengan lembut muka, mulut, dan hidung bayi dengan kasa/kain bersih.

    21. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi.

    ·                         Jika tali pusat melilit leher secara  longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi

    ·                         Jika tali pusat  melilit leher secara kuat, klem tali pusat  di dua tempat dan potong diantara dua klem tersebut

    22. Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.

    23. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparetal. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.

    24. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas.

    25. Seteleh tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk diantara mata kaki dan pegang masing-masing mata kaki ibu jari dan jari-jari lainnya).

    26. Penilaian segera bayi baru lahir.

    27. Keringkan tubuh bayi, bungkus kepala dan badan bayi kecuali bagian tali pusat.

    28. Jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2cm distal dari klem pertama.

    29.  Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit dan lakukan pengguntingan (lindungi perut bayi) tali pusat diantara 2 klem tersebut.

    30. Ganti handuk yang basah dengan handuk/kain baru yang bersih dan kering, selimuti dan tutup kepala bayi dan biarkan tali pusat terbuka. Tali pusat tidak perlu ditutup dengan kassa atau diberi yodium tapi dapat dioles dengan antiseptik.

    ·         Jika bayi mangalami kesulitan bernafas, lihat penatalaksanaan asfiksia

    31. Berikan bayi  kepada ibunya dan anjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan untuk memulai pemberian ASI.

    32. Letakkan kain bersih dan kering pada perut ibu, periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil tunggal).

    33. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik agar uterus berkontraksi baik.

    34. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).

    35. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.

    36. Letakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas simpisis untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.

    37. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang-atas (dorsokranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur di atas.

    ·               Jika uterus tidak segera  berkontraksi minta ibu, suami datau anggota keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu

    38. Lakukan penegangan dan dorongan dorso kranial hingga plasenta terlepas. Minta ibu meneran sambil  penolong  menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorsokranial).

    39. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada tempat yang telah disediakan.

    ·               Jika selaput ketuban robek, pakai serung tangan DTT atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.

    40. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras)

    ·         Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15 detik masase.

    41. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian meternal maupun fetal dan pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan palsenta ke dalam kantung plastik atau tempat khusus.

    42. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan panjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.

    43. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.

    44. Celupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5 %, bilas kedua tangan tersebut dengan air DTT dan keringkan dengan kain yang bersih dan kering.

    45. Selimuti bayi dan tutupi bagian kepalanya dengan handuk atau kain bersih dan kering.

    46. Minta ibu memulai pemberian ASI secara dini (30-60 menit setelah bayi lahir).

    47. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.

    ·               2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan

    ·               Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan

    ·               Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan

    ·               Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan yang sesuai untuk penatalaksanaan atonia uteri

    48. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.

    49. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.

    50. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15menit selama 1jam pertama pascapersalinan dan setiap 30menit selama jam kedua pascapersalinan.

    ·      Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam pertama pascapersalinan

    ·      Melakukan tindakan ynag sesuai untuk temuan yang tidak normal.

    51. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5 % untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi.

    52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.

    53. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir, dan darah. Bantu ibu memakai pakaian bersih dan kering.

    54. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkannya.

    55. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5 %.

    56. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5 %, balikkan bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin 0,5 % selama 10menit.

    57. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.

    58. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan asuhan kala IV dan lakukan penimbangan bayi, beri tetes mata profilaksis dan vitamin K 0,

    ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN NORMAL

    TERHADAP Ny. “S” DI RUANGAN BERSALIN

    RUMAH SAKIT ACEH TAMIANG

    TAHUN 2013

    I. PENGUMPULAN DATA DASAR

    Tanggal : 13-02-2013 Jam : 02.00 WIB

    A.    1.  Identifikasi Klien

    Nama                           : Ny.S                          Nama Suami                : Tn.T

    Umur                           : 24 tahun                    Umur                           : 28 tahun

    Suku/Bangsa               : Jawa / Indonesia       Suku/Bangsa               : Jawa

    Agama                         : Islam                         Agama                         : Islam

    Pendidikan                  : SMA                         Pendidikan                              : SMA

    Pekerjaan                     : IRT                            Pekerjaan                     : PETANI

    Alamat                        : Kampung Jawa         Alamat                                   :KampungJawa Sungai Liput                                                                                   Sungai Liput

    2. Keluhan Utama

    Ibu mengeluh ingin melahirkan dan nyeri perut bagian  bawah dari vagina keluar lendir berwarna kecoklatan, bercampur sedikit darah, ibu mulas-mulas dan nyeri perut yang menjalar kepinggang sejak tanggal 13 febuary 2013

    3.      Keluhan sejak kunjungan terakhir

    Ibu berkunjung 8 hari yang lalu dan tidak  mengalam i keluhan yang berat dan  kehamilannya normal

    4.      Tanda-tanda persalinan

    Ibu datang pada pukul 14.39 WIB dengan  his (+) yang frekuensinya 2-3 kali dalam 10 menit dengan lama 20 detik dengan kekuatan sedang

           5.      Pengeluaran pervaginam

    Lendir kecoklatan bercampur sedikit darah dan tidak ada air ketuban yang keluar

           6.      Masalah-masalah khusus

    Ibu tidak mengalami kelainan lain yang beresiko yang mempengaruhi riwayat persalinannya dan kondisi umum ibu baik

    7.      Riwayat kehamilan sekarang

    HPHT : 12-5-2012                         TP : 13-02-2013

    Ibu haid sebelumnya teratur, lamanya 7 hari, banyaknya 2-3 ganti doek, dengan siklus 28 hari. ANC dilakukan secara teratur 1 bulan sekali sampai umur kehamilan 9 bulan di bidan . Selama hamil ibu tidak mengalami keluhan berat.

    8.      Riwayat imunisasi

    Selama hamil ibu imunisasi TT 2 kali

    TT I                    : pada usia kehamilan 5 bulan dibidan

    TT II                   : pada usia kehamilan 6 bulan dibidan

    9.      Pergerakan janin dalam 24 jam terakhir

    Ibu merasakan sebelum mulas dirasakan gerakan janin sangat kuat, setelah mulas timbul, ibu merasakan gerakan janin kuat sebanyak 6-7 kali.

    10.  Makan minum terakhir

    Sebelum mulas, ibu makan  minum biasa, tetapi setelah mulas timbul rasa malas makan, tetapi ibu banyak minum air putih

    11.  Pola eliminasi

    a.       Buang air besar terakhir

    Hari ini ibu sudah BAB, ibu biasa BAB 1 x/hari, pada pagi hari, tidak ada keluhan

    b.      Buang Air Kecil terakhir : ibu BAK  lebih sering

    B.     Pemeriksaan

    1.      Pemeriksaan umum

    a.      Keadaan  umum   ibu : baik

    b.      Kesadaran         : Composmentis

    c.      Tanda vital              

    TD                               : 110/60 mmHg          

    RR                               : 20 x/m

    Pols                             : 78 x/m                      

    Temp                           : 360 C

    d.      Tinggi badan      : 155 cm

    e.       Berat badan       : 54

    BB sebelum hamil      : 48 kg

    BB sesudah hamil      : 56 kg

    Kenaikan  BB selama hamil  : 8 kg

    2.       Pemeriksaan fisik

    a.       Kepala                                       : tidak ada benjolan dan lesi

    b.       Rambut                                     :  Bersih dan terawat

    c.       Muka                                         : simetris, keadaan bersih

    d.       Mata                                          : baik

    e.       Hidung                                      : baik 

    f.       Mulut dan gigi                           : bersih dan harum

    g.       Telinga                                      : Pendengaran baik      

    h.       Leher

    1)      Kelenjar tiroid                            :  tidak ada

    2)      Vena jugularis                            :  tidak ada

    3)      Kelenjar getah bening                :  tidak ada 

    i.        Dada                                         :  simetris kanan kiri, gerakan dada seirama,

    j.        Payudara                                   : puting susu menonjol, pengeluaran kolostrum sudah ada

    k.      Punggung dan pinggang  : tidak ada nyeri pinggang

    l.        Ekstremitas atas dan bawah

    1)      Jari-jari                                                   : lengkap        

    2)      Oedema tangan, kaki                             : tidak ada

    3)      Kekakuan otot dan sendi                       : tidak ada

    4)      Kemerahan                                             : tidak ada

    5)      Varises                                                   : tidak ada

    6)      Refleks                                                   : baik

    7)      Fungsi ekstremitas                                 :  baik

    m.    Abdomen                                                : 

    1)      Inpeksi 

    a)      Bekas luka                                              :  tidak ada

    b)      Konsistensi                                            :  keras

    c)      Pembesaran                                            :  sesuai usia kehamilan

    d)     Benjolan                                                 :  tidak ada

    e)      Pembesaran liver                                    :  tidak ada

    f)       Kandung kemih                                     :  kosong

    Keadaan vesika urinaria                            :  kosong

    2)      Palpasi

    a)      Leopold I                                               :  3 jari di bawah px

    b)      Leopold II                                             :  Puka

    c)      Leopold III                                            :  kepala

    d)     Leopold IV                                             :  sudah masuk PAP

    e)      TBJ                                                                                                             3)      Auskultasi

    Denyut  jantung  janin                        :  ada

    DJJ                                                      :  150 x/menit

    n.      Genetalia

    1)      Inpeksi                                                                                                        2)      Pengeluaran pervaginam            :  normal

    o.      Rektum Hemoroid                  :  tidak ada

    3.      Pemeriksaan dalam

    Pemeriksaan dalam atas indikasi pemantauan persalinanan Pukul 17:00 WIB keadaan perineum elastis, serviks tebal dan lembut, pembukaan 3 cm, ketuban (+) persentasi  janin kepala, penurunan bagian terendah 4/5, his timbul 2x dalam 10 menit lamanya 20, kepala di hodge II

    II.       INTERPRETASI DATA DASAR

    1.   Diagnosa

    G1P­­­0A0 hamil 38-40 minggu, janin tunggal, hidup, intrauterin, presentasi kepala, puka, inpartu kala I fase laten

    Dasar :

    DS    :  a.   Ibu mengatakan anak pertama

    b.   Ibu mengatakan mulas dan nyeri perut dibagian bawah serta mengeluarkan lendir kecoklatan bercampur sedikit darah

    DO   :  a.   TP : 13-02-2013

    b.   Pada pemeriksaan dalam pukul 15.39 WIB didapat pembukaan     3 cm, serviks tebal dan lembut, ketuban positif, kepala di hodge II, his 2 dalam 10 menit lamanya 20 detik pengeluaran blood slym

    2.   Masalah: nyeri pinggang

    DS    :  Ibu terlihat gelisah dan kesakitan

    DO   :  His timbul 2 dalam 10 menit, lamanya 20 detik

    3.      Kebutuhan : penyuluhan

    a.    Informasi tentang keadaan ibu

    b.    bagaimana cara mengurangi rasa nyeri

    c.    Persiapan menghadapi persalinan

    d.   Pemantauan kemajuan persalinan

    e.    Menganjurkan suami atau keluarga untuk mendampingi selama persalinan

    f.     Pemberian asupan nutrisi

    III.    IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL YANG BERHUBUNGAN

    Potensial terjadinya partus lama

    Dasar         :      1 . Ibu inpartu kala I awal

           2 . Ibu hamil anak pertama

    IV.    IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TERHADAP TINDAKAN  SEGERA / KOLABORASI

    Tidak ada

     V.       RENCANA MANAJEMEN

    1.      Beritahu ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan

    ·         Jelaskan pada ibu tentang kondisinya saat ini

    ·         Jelaskan kondisinya saat ini

    ·         Jelaskan tentang kemajuan persalinan

    2.      Persiapan ruangan untuk persalinan

    3.      Persiapkan perlengkapan, bahan-bahan dan obat-obatan yang dibutuhkan

    4.      Persiapan rujukan

    5.      Dukung dan anjurkan suami atau keluarga untuk mendampingi ibu

    6.      Anjurkan ibu untuk mencoba posisi yang nyaman selama persalinan

    7.      Anjurkan ibu supaya tetap mendapat asupan nutrisi selama persalinan

    8.      Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya

    9.      Jelaskan manfaat meneran efektif dan ajarkan serta pimpin ibu meneran yang baik dan efektif

    10.  Jaga lingkungan tetap bersih untuk pencegahan infeksi

    11.  Yakinkan ibu bahwa persalinan akan lancar

    12.  Lakukan pengawasan kala II / observasi dengan partograf

    VI.    IMPLEMENTASI LANGSUNG

    1.      Memberitahukan pada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan, bahwa;

    ·           Kondisi ibu saat ini telah memasuki proses persalinan dengan ada tanda-tanda persalinan yaitu mulas-mulas pada perut bagian bawah keluar lendir berwarna kecoklatan bercampur sedikit darah

    ·           Kondisi bayinya sehat dengan posisi normal dan DJJ 134 x/menit

    ·           Proses persalinannya telah memasuki 3-4 cm

    2.      Menyiapkan ruangan untuk persalinan

    3.      Menyiapkan  perlengkapan persalinan

    ·           Menyipakan alat persalinan : partus set, heating set, radian warner

    ·           Menyiapkan alat resusitasi

    ·                Menyiapkan pakaian bayi

    ·               Menyiapkan alat penanganan syok dan perdarahan

    4.      Mempersiakan rujukan jika terjadi penyulit dalam persalinan

    5.      Mendukung dan menganjurkan suami dan keluarga untuk mendampingi ibu

    6.      Menganjurkan ibu untuk mencoba posisi yang nyaman selama persalinan

    7.      Menganjurkan ibu supaya tetap mendapat asupan nutrisi selama persalinan    dengan makan dan minum

    8.   Menganjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemih

    9.  Menjelaskan manfaat meneran efektif pada ibu yaitu apabila ibu meneran dengan baik, dapat membantu mempercepat penurunan kepala dan pengeluaran bayi

    b.    Mengajarkan dan memimpin ibu cara mengejan yang baik dan efektif yaitu mengejan yang dilakukan pada saat his dan bila telah memasuki kala II persalinan sehingga diagfragma berfungsi lebih baik, badan ibu dilengkungkan dan dengan dagu di dada, kaki ditarik kearah badan sehingga lengkungan badan dapat membantu mendorong janin.

    10. Menjaga lingkungan tetap bersih untuk pencegahan infeksi

    11. Meyakinkan ibu bahwa persalinan akan lancar

    12  Melakukan pengawasan kala II dengan partograf

    BAB V

    PENUTUP

    A.     KESIMPULAN

    1.        Bahwa dalam menegakkan diagnosa yang tepat maka haruslah dilakukan pengkajian pad ibu yang akan brsalin secara menyeluruh yang meliputi anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan dalam dan pemeriksaan laboratorium.

    2.        Dalam memberikan asuhan kebidanan pada proses bersalin penolong  (bidan) harus memahami kondisi psikologi ibu dan langkah pada memberikan pertolongan dengan harapan persalinan berlangsung aman, nyaman, dan bersih tanpa adanya komplikasi yang mungkin terjadi.

    3.        Bahwa psikoogi ibu dalam bersalin juga perlu diperhatikan yaitu dengan mengikutsertakan orang terdekat sehingga ibu mendapat support selama persalinan, karena dengan psikologi ibu yang baik juga berpegaruh baik dengan proses persalinan  

    B.     SARAN

    1.   Untuk Bidan

    Dalam menolong persalinan agar berpedoman pada 58 langkah asuhan persalinan normal serta tidak mengabaikan aseptik dan antiseptik dalam penanganannya lebih memperhatikan kebutuhan klien baik fisik dan mental yaitu dengan melakukan pengkajian menyeluruh sehinga dapat memberikan asuhan kebidanan yang komprehensif.

    2.   Untuk Keluarga

    Hendaknya selalu memberikan dorongan dan semangat kepada ibu, dan selalu membantu ibu dalam proses persalianan dan  memenuhi kebutuhannya.

  • Makalah Askep Tifoid

    Askep Tifoid

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Demam thypoid merupakan salah satu penyakit infeksi endemis di Asia, Afrika, Amerika latin, Karibia, Oceania dan jarang terjadi di Amerika Serikat dan Eropa. Menurut data WHO, terdapat 16 juta hingga 30 juta kasus thypoid di seluruh dunia dan diperkirakan sekitar 500,000 orang meninggal setiap tahunnya akibat penyakit ini. Asia menempati urutan tertinggi pada kasus thypoid ini, dan terdapat 13 juta kasus dengan 400,000 kematian setiap tahunnya.

    Kasus thypoid diderita oleh anak-anak sebesar 91% berusia 3-19 tahun dengan angka kematian 20.000 per tahunnya. Di Indonesia, 14% demam enteris disebabkan oleh Salmonella Parathypi A. Demam tifoid pada masyarakat dengan standar hidup dan kebersihan rendah, cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka kejadian tinggi pada daerah tropik dibandingkan daerah berhawa dingin. Penyakit ini banyak diderita oleh anak-anak, namun tidak menutup kemungkinan untuk orang dewasa. Penyebabnya adalah kuman sallmonela thypi atau sallmonela paratypi A, B dan C.

    Penyakit typhus abdominallis sangat cepat penularanya yaitu melalui kontak dengan seseorang yang menderita penyakit typhus, kurangnya kebersihan pada minuman dan makanan, susu dan tempat susu yang kurang kebersihannya menjadi tempat untuk pembiakan bakteri salmonella, pembuangan kotoran yang tak memenuhi syarat dan kondisi saniter yang tidak sehat menjadi faktor terbesar dalam penyebaran penyakit typhus.

    Dalam masyarakat, penyakit ini dikenal dengan nama thypus, tetapi didalam dunia kedokteran disebut dengan Tyfoid fever atau thypus abdominalis, karena pada umumnya kuman menyerang usus, maka usus bisa jadi luka dan menyebabkan pendarahan serta bisa mengakibatkan kebocoran usus.

    Untuk itu kami menyusun makalah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Demam Tifoid” dengan tujuan agar mahasiswa memahami dan mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan demam tifoid.

    B. Tujuan

    1.      Tujuan umum :

    Mahasiswa dapat mengetahui dan mencegah terjadinya demam tifoid serta mengimplementasikan asuhan keperawatan demam thypoid di lapangan.

    2.      Tujuan khusus :

    a.         Mengetahui konsep medik dan asuhan keperawatan pada penyakit demam tifoid

    b.        Mampu mengaplikasikan tindakan keperawatan sesuai konsep dan sesuai indikasi klien

    C. Manfaat Penulisan

    1.      Mendapatkan pengetahuan tentang penyakit demam tifoid

    2.      Mendapatkan pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan demam tifoid

    Bab II. Kajian Pustaka

    A.    KONSEP DEMAM TIFOID

    1.      Pengertian

    Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 7 hari, gangguan pencernaan dan dan gangguan kesadaran (Mansjoer, 2000). Demam tifoid adalah penyakit menular yang bersifat akut, yang ditandai dengan bakterimia, perubahan pada sistem retikuloendotelial yang bersifat difus, pembentukan mikroabses dan ulserasi Nodus peyer di distal ileum. (Soegeng, 2002).

    Tifus abdominalis adalah suatu infeksi sistem yang ditandai demam, sakit kepala, kelesuan, anoreksia, bradikardi relatif, kadang-kadang pembesaran dari limpa/hati/kedua-duanya (Djauzi & Sundaru; 2003). Typhus Abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu minggu dan terdapat gangguan kesadaran (Suryadi, 2001).

    2.      Etiologi

    Etiologi typhoid adalah salmonella typhi, salmonella para typhi A. B dan C. Ada dua sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus mengekresi salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun.

    3.      Manifestasi Klinis

    Masa inkubasi 10-14 hari. Penyakit ini mempunyai tanda-tanda yang khas berupa perjalanan yang cepat yang berlangsung kurang lebih 3 minggu. Gejala Demam Tifoid antara lain sebagai berikut :

    Ø  Demam > 1 minggu terutama pada malam hari

                Demam tidak terlalu tinggi dan berlangsung selama 3 minggu. Minggu pertama peningkatan suhu tubuh berfluktuasi. Biasanya suhu tubuh meningkat pada malam hari dan menurun pada pagi hari. Pada minggu kedua suhu tubuh terus meningkat dan pada minggu ke tiga suhu berangsur-angsur turun dan kembali  normal.

    Ø  Nyeri kepala

    Ø  Malaise

    Ø  Letargi

    Ø  Lidah kotor

    Ø  Bibir kering pecah-pecah (regaden)

    Ø  Mual, muntah

    Ø  Nyeri perut

    Ø  Nyeri otot

    Ø  Anoreksia

    Ø  Hepatomegali, splenomegali

    Ø  Konstipasi, diare

    Ø  Penurunan kesadaran

    Ø  Macular rash, roseola (bintik kemerahan) akibat emboli basil dalam kapiler

    Ø  Epistaksis

    Ø  Bradikardi

    Ø  Mengigau (delirium)

    5.      Pemeriksaan Diagnostik

    a.       Pemeriksaan leukosit

    Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid.

    b.      Pemeriksaan SGOT dan SGPT

    Sgot Dan Sgpt pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid.

    c.       Biakan darah

    Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor :

    1)      Teknik pemeriksaan Laboratorium

    Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung.

    2)      Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit

    Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah dapat positif kembali.

    3)      Vaksinasi di masa lampau

    Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah negatif.

    4)      Pengobatan dengan obat anti mikroba

    Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin negatif.

    d.      Uji Widal

    Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita tifoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu :

    1)      Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman).

    2)      Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel kuman).

    3)      Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman)

    Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita tifoid (Widiatuti, 2001).

    2.      Penatalaksanaan

    a.       Perawataan

    1)      Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam atau 14 hari untuk mencegah komplikasi perdarahan usus.

    2)      Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila ada komplikasi perdarahan.

    b.      Diet

    1)      Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein.

    2)      Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.

    3)      Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.

    4)      Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari.

    c.       Obat-obatan

    1)      Kloramfenikol.

    Dosis yang diberikan adalah 4 x 500 mg perhari, dapat diberikan secara oral atau intravena, sampai 7 hari bebas panas

    2)      Tiamfenikol.

    Dosis yang diberikan 4 x 500 mg per hari.

    3)      Kortimoksazol.

    Dosis 2 x 2 tablet (satu tablet mengandung 400 mg sulfametoksazol dan 80 mg trimetoprim)

    4)      Ampisilin dan amoksilin.

    Dosis berkisar 50-150 mg/kg BB, selama 2 minggu

    5)      Sefalosporin Generasi Ketiga.

    Dosis 3-4 gram dalam dekstrosa 100 cc, diberikan selama ½ jam per-infus sekali sehari, selama 3-5 hari

    6)      Golongan Fluorokuinolon

    a)      Norfloksasin                    : dosis 2 x 400 mg/hari selama 14 hari

    b)      Siprofloksasin                  : dosis 2 x 500 mg/hari selama 6 hari

    c)      Ofloksasin                       : dosis 2 x 400 mg/hari selama 7 hari

    d)     Pefloksasin                      : dosis 1 x 400 mg/hari selama 7 hari

    e)      Fleroksasin                      : dosis 1 x 400 mg/hari selama 7 hari

    f)       Kombinasi obat antibiotik. Hanya diindikasikan pada keadaan tertentu seperti: Tifoid toksik, peritonitis atau perforasi, syok septik, karena telah terbukti sering ditemukan dua macam organisme dalam kultur darah selain kuman Salmonella typhi. (Widiastuti S, 2001).

    B.     KONSEP KEPERAWATAN

    1.      Pengkajian

    a.       Identitas klien

    b.      Dapat terjadi pada anak laki-laki dan perempuan, kelompok umur yang terbanyak adalah diatas umur lima tahun. Faktor yang mendukung terjadinya demam thypoid adalah iklim tropis social ekonomi yang rendah sanitasi lingkungan yang kurang.

    c.       Keluhan utama

    Pada pasien typus abdominalis keluhan utamanya adalah demam.

    d.      Riwayat penyakit sekarang

    Demam yang naik turun remiten, demam dan mengigil lebih dari satu minggu.

    e.       Riwayat penyakit dahulu

    Tidak didapatkan penyakit sebelumnya.

    f.       Riwayat penyakit keluarga

    Keluarga ada yang karier

    g.      Riwayat psiko social dan spiritual

    Kelemahan dan gangguan interaksi sosial karena bedrest serta terjadi kecemasan.

    h.      Riwayat tumbuh kembang

    Tidak mengalami gangguan apapun, terkadang hanya sakit batuk pilek biasa

    i.        Activity Daily Life

    1)      Nutrisi : pada klien dengan demam tifoid didapatkan rasa mual, muntah, anoreksia, kemungkinan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

    2)      Eliminasi : didapatkan konstipasi dan diare

    3)      Aktifitas : badan klien lemah dan klien dianjurkan untuk istirahat dengan tirah baring sehingga terjadi keterbatasan aktivitas.

    4)      Istirahat tidur : klien gelisah dan mengalami kesulitan untuk tidur karena adanya peningkatan suhu tubuh.

    5)      Personal hygiene : klien dianjurkan bedrest sehingga mengalami gangguan perawatan diri. Perlu kaji kebiasaan klien dalam personal hygiene seperti tidak mencuci tangan sebelum makan dan jajan di sembarang tempat.

    j.        Pemeriksaan fisik

    1)      Mata : kelopak mata cekung, pucat, dialtasi pupil, konjungtifa pucat kadang di dapat anemia ringan.

    2)      Mulut : Mukosa bibir kering, pecah-pecah, bau mulut tak sedap. Terdapat beslag lidah dengan tanda-tanda lidah tampak kering dilatasi selaput tebal dibagian ujung dan tepi lidah nampak kemerahan, lidah tremor jarang terjadi.

    3)      Thorak : jantung dan paruh tidak ada kelainan kecuali jika ada komplikasi. Pada daerah perangsang ditemukan resiola spot.

    4)      Abdomen : adanya nyeri tekan, adanya pembesaran hepar dan limpa, distensi abdomen, bising usus meningkat

    5)      Ekstrimitas : Terdapat rosiola dibagian fleksus lengan atas.

    2.      Diagnosa Keperawatan

    a.       Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses inflamasi kuman salmonella thypi.

    b.      Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, mual, muntah dan anoreksia.

    c.       Resiko devisit volume cairan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, kehilangan cairan berlebih akibat muntah dan diare.

    d.      Gangguan pola eliminasi BAB berhubungan dengan konstipasi

    e.       Ansietas berhubungan dengan proses hospitalisasi, kurang pengetahuan tentang penyakit dan kondisi anaknya

    3.      Intervensi Keperawatan

    NoDiagnosa KeperawatanTujuanIntervensiRasional
    1Peningkatan suhu tubuh (Hipertermi) berhubungan dengan proses infeksi Salmonella Typhi.Tujuan :Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3 x
    24 jam, suhu tubuh normal.Kriteria hasil :–          TTV dalam batas normal–          TD : 80-120/60-80 mmhg–          N : 120-140 x/i (bayi), 100-120 (anak)–          S : 36,5-370C–          P : 30-60 x/i (bayi), 15-30 x/i (anak)

    ü  Observasi tanda-tanda vitalü  Beri kompres pada daerah dahiü  Anjurkan untuk banyak minum air putihü  Kolaborasi pemberian antiviretik, antibiotikü  Tanda-tanda vital berubah sesuai tingkat perkembangan penyakit dan menjadi indikator untuk melakukan intervensi selanjutnyaü  Pemberian kompres dapat menyebabkan peralihan panas secara konduksi dan membantu tubuh untuk menyesuaikan terhadap panasü  Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyakü  Mempercepat proses penyembuhan, menurunkan demam. Pemberian antibiotik menghambat pertumbuhan dan proses infeksi dari bakteri
    2Resiko pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, mual, muntah dan anoreksia.Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam kekurangan nutrisi tidak terjadi.Kriteria hasil :-           Nafsu makan meningkat,-          Tidak ada keluhan anoreksia, nausea,-          Porsi makan dihabiskan
    ü  Kaji kemampuan makan klienü  Berikan makanan dalam porsi kecil tapi seringü  Beri nutrisi dengan diet lunak, tinggi kalori tinggi proteinü  Anjurkan kepada orang tua klien/keluarga untuk memberikan makanan yang disukaiü  Anjurkan kepada orang tua klien/keluarga untuk menghindari makanan yang mengandung gas/asam, pedasü  Kolaborasi. Berikan antiemetik, antasida sesuai indikasiü  Untuk mengetahui perubahan nutrisi klien dan sebagai indikator intervensi selanjutnyaü  Memenuhi kebutuhan nutrisi dengan meminimalkan rasa mual dan muntahü  Memenuhi kebutuhan nutrisi adekuatü  Menambah selera makan dan dapat menambah asupan nutrisi yang dibutuhkan klienü  dapat meningkatkan asam lambung yang dapat memicu mual dan muntah dan menurunkan asupan nutrisiü  Mengatasi mual/muntah, menurunkan asam lambung yang dapat memicu mual/muntah
    3Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, kehilangan cairan berlebih akibat muntah dan diare.Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24
    jam, tidak terjadi defisit volume cairan
    Kriteria hasil :-          Tidak terjadi tanda-tanda dehidrasi,-          Keseimbangan intake dan output dengan urine normal dalam konsentrasi jumlah
    ü  Kaji tanda dan gejala dehidrasi hypovolemik, riwayat muntah, kehausan dan turgor kulitü  Observasi adanya tanda-tanda syok, tekanan darah menurun, nadi cepat dan lemahü  Berikan cairan peroral pada klien sesuai kebutuhanü  Anjurkan kepada orang tua klien untuk mempertahankan asupan cairan secara dekuatü  Kolaborasi pemberian cairan intravenaü  Hipotensi, takikardia, demam dapat menunjukkan respon terhadap dan atau efek dari kehilangan cairanü  Agar segera dilakukan tindakan/ penanganan jika terjadi syokü  Cairan peroral akan membantu memenuhi kebutuhan cairanü  Asupan cairan secara adekuat sangat diperlukan untuk menambah volume cairan tubuhü  Pemberian intravena sangat penting bagi klien untuk memenuhi kebutuhan cairan
    4Gangguan pola eliminasi BAB berhubungan dengan konstipasiTujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, pola eliminasi kembali normal.
    Kriteria hasil :-          Klien melaporkan BAB lancar-          Konsistensi lunak
    ü  Kaji pola eliminasi klienü  Auskultasi bising ususü  Selidiki keluhan nyeri abdomenü  Observasi gerakan usus, perhatikan warna, konsistensi, dan jumlah fesesü  Anjurkan makan makanan lunak, buah-buahan yang merangsang BABü  Kolaborasi. Berikan pelunak feses, supositoria sesuai indikasiü  Sebagai data dasar gangguan yang dialami, memudahkan intervensi selanjutnyaü  Penurunan menunjukkan adanya obstruksi statis akibat inflamasi, penumpukan fekalitü  Berhubungan dengan distensi gasü  Indikator kembalinya fungsi GI, mengidentifikasi ketepatan intervensiü  Mengatasi konstipasi yang terjadiü  Mungkin perlu untuk merangsang peristaltik dengan perlahan
    5Ansietas berhubungan dengan proses hospitalisasi, kurang pengetahuan tentang penyakit dan kondisi anaknyaTujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, kecemasan teratasi
    Kriteria hasil :-          Ekspresi tenang-          Orang tua klien tidak sering bertanya tentang kondisi anaknya
    ü  Kaji tingkat kecemasan yang dialami orang tua klienü  Beri penjelasan pada orang tua klien tentang penyakit anaknyaü  Beri kesempatan pada orang tua klien untuk mengungkap kan perasaan nyaü  Libatkan orang tua klien dalam rencana keperawatan terhadap anaknyaü  Untuk mengeksplorasi rasa cemas yang dialami oleh orang tua klienü  Meningkatkan pengetahuan orang tua klien tentang penyakit anaknyaü  Mendengarkan keluhan orang tua agar merasa lega dan merasa diperhatikan sehingga beban yang dirasakan berkurangü  Keterlibatan orang tua dalam perawatan anaknya dapat mengurangi kecemasan

     BAB III

    ASUHAN KEPERAWATAN

    A. PENGKAJIAN

    1.      Identitas Klien          

    Nama                                       : An. D

    Tempat/Tanggal Lahir : Mandailing/04 September 2008

    Nama Ayah/ibu                       : Tn. N/Ny. I

    Pekerjaan Ayah                       : TNI-AD

    Pekerjaan Ibu                          : IRT

    Alamat                                                : Asrama 122, Dolok Masihule

    Suku                                        : Mandailing

    Agama                                     : Islam

    Pendidikan                              : SMA

    2.      Keluhan Utama

    Ibu klien mengatakan anaknya demam selama 5 hari, demamnya naik turun dan tidak membaik dengan obat penurun panas yang telah diberikan.

    3.      Riwayat Kehamilan dan Kelahiran

    a.       Prenatal                

    Ibu klien mengatakan tidak ada masalah selama kehamilan An. D, ibu klien memeriksakan kandungannya ke bidan setempat dan dokter kandungan.

    b.      Natal                     

    Ibu klien mengatakan kelahiran An. D secara normal dan dibantu oleh bidan setempat dengan BB An. D adalah 2.8 Kg dan An. D tidak mengalami masalah.

    c.       Postnatal               

    Ibu klien mengatakan tidak ada mengalami pendarahan hebat ataupun masalah lainnya setelah kelahiran An. D

    4.      Riwayat Masa Lalu

    a.       Penyakit waktu kecil        

    Orang tua klien mengatakan sewaktu kecil An. D sering mengalami demam, batuk dan pilek.

    b.      Pernah dirawat dirumah sakit      

    Ibu klien mengatakan bahwa An. D sebelumnya tidak pernah di rawat di Rumah Sakit, apabila sakit hanya diberikan obat yang diperoleh dari bidan setempat.

    c.       Obat-obat yang digunakan           

    Ibu klien selalu menyediakan obat paracetamol di rumahnya.

    d.      Tindakan (operasi)            

    Tidak ada

    e.       Alergi                               

    Ibu klien mengatakan bahwa An. D tidak ada riwayat alergi baik makanan/pun minuman.

    f.       Kecelakaan

    Ibu klien mengatakan An. D tidak pernah dan jangan sampai terjadi kecelakaan.

    g.      Imunisasi

    Ibu klien mengatakan bahwa imunisasi An. D sudah lengkap karena sangat penting bagi anak.

    5.      Riwayat Keluarga

    Genogram :

    6.      Riwayat Sosial

    a.       Yang mengasuh

    Ny. I dan Tn. N

    b.      Hubungan dengan anggota keluarga        

    Terjalin baik, An. D sering bermain dengan abangnya dan bercanda dengan kedua orang tuanya.

    c.       Hubungan dengan teman sebaya 

    Ibu klien mengatakan An. D sering bermain dengan anak-anak di sekitar rumahnya

    d.      Pembawaan secara umum            

    Ibu klien mengatakan bahwa An. D sangat ceria, baik dan ramah dengan orang yang sudah dikenalnya.

    e.       Lingkungan rumah                                   

    Ibu klien mengatakan bahwa An. D tinggal di asrama tentara dengan kondisi rumah bersih, menyatu antara 1 dengan lainnya, komunikasi antar tetangga terjalin dengan sangat baik.

    7.      Kebutuhan Dasar

    a.       Makanan

    1)      Makanan yang disukai/ tidak disukai

    Ibu klien mengatakan bahwa sebelum sakit, makanan yang disukai An. D adalah telur, buah apel, dan jajanan. Selama sakit, An. D masih menyukai telur dan buah apel, sedangkan ikan, pisang, pepaya An. D kurang suka.

    2)      Selera

    Ibu klien mengatakan bahwa An. D selera makan hanya dengan telur, dan kecap saja sudah cukup.

    3)      Alat makan yang dipakai

    Piring, sendok, dan cangkir.

    4)      Pola makan/jam

    Ibu klien mengatakan bahwa An. D sebelum sakit makan 3x/hari dan dihabiskan. Selama sakit makan 3x/hari itupun tidak dihabiskan.

    b.      Pola tidur

    1)      Kebiasaan sebelum (perlu mainan, dibacakan cerita, benda yang dibawa tidur)

    Ibu klien mengatakan bahwa An. D kebiasaan sebelum tidur tidak ada, terkadang ibu klien harus mengelus-elus punggung An. D karena sakit.

    2)      Tidur siang

    Ibu klien mengatakan bahwa An. D jarang sekali tidur siang karena lebih banyak dihabiskan untuk bermain.

    c.       Mandi

    Ibu klien mengatakan bahwa An.D mandi 2 x /sehari, pagi sebelum pergi kesekolah, dan sore hari, sedangkan selama sakit An. D belum pernah mandi.

    d.      Aktivitas bermain

    Ibu klien mengatakan bahwa An. D setelah pulang dari sekolah langsung bermain bersama teman-teman di sekitar rumah. Selama sakit hanya berbaring di tempat tidur.

    e.       Eliminasi

    Ibu klien mengatakan bahwa An. D sebelum sakit BAB sebanyak 1 x/hari, dan BAK tidak tentu, sedangkan selama ± 1 minggu sampai sekarang (29 April 2013) belum ada BAB, dan BAK ± 4 x/hari selama di rawat.

    8.      Keadaan Kesehatan Saat Ini

    a.       Diagnosa  medis                : Susp. Typhoid Fever

    b.      Tindakan operasi               : Tidak ada

    c.       Status cairan                      : Ringer Laktat

    d.      Status nutrisi                     : Diet M2 TKTP

    e.       Obat-obatan                      :

    –          Cotrimoxazole 2 x cth I

    –          PCT 3 x1 tab

    –          Lactulosa 3 x cth I

    f.       Aktivitas                            : An. D terbaring lemah di tempat tidur, aktivitas

      dibantu dan klien terpasang infus di kaki kanan.

    g.      Tindakan keperawatan      :

    –          Melakukan pemeriksaan Tanda-tanda Vital

    –          Menganjurkan orang tua klien melakukan kompres hangat

    –          Menjelaskan pentingnya memakai pakaian yang tipis dan menyerap keringat

    –          Menganjurkan An. D untuk banyak istirahat selama fase akut

    h.      Hasil lab                            :      Tanggal 28 April 2013

    –          Haemoglobin       : 15.6 g/dl

    –          Hematokrit          : 46,9 %

    –          Leukosit               : 9.800/ml

    –          Trombosit            : 189.000/ml

    –          LED                     : 5 mm

    –          Widal                   :

    ·         O       : 1/80 1/80 1/40 1/80

    ·         H       : 1/40 1/40 1/80 1/80

    i.        Foto roentgen                    : Tidak ada

    j.        Lain-lain                            : Tidak ada

    9.      Pemeriksaan Fisik

    a.       Keadaan umum                : Lemah, tingkat kesadaran : Composmentis

    b.      TB/BB                              : 118 cm, 27 Kg

    c.       Lingkar kepala                 : 49 cm

    d.      Kepala                   

    Tulang kepala normosefalik, rambut hitam, kulit kepala bersih, tekstur lembut, distribusi rapat, dan kuat, tidak teraba massa, nyeri tekan (-), frontal teraba panas.

    e.       Mata                      

    Ketajaman penglihatan baik, sklera putih (tidak ada perdarahan), konjungtiva merah muda, ptosis (-), refleks cahaya (+ 2), pupil isokor.

    f.       Leher                               

    Trakea tepat berada di garis tengah, pembesaran tyroid (-), nyeri tekan (-), refleks menelan (+).

    g.      Telinga                            

    Ketajaman terhadap suara (+), tidak ada serumen, cairan (-), simetris antara d/s, kelainan bentuk (-)

    h.      Hidung    

    Septum digaris tengah, pernafasan cuping hidung (-), tidak beringus, bersih, dan tidak ada nyeri tekan.                

    i.        Mulut                  

    Bibir kering, caries gigi (-), beslag (+), gusi merah muda, otot maseter (+), gerakan lidah baik.

    j.        Dada                   

    Thorak simetris, ekspansi dada baik, vibrasi dinding dada sama, puting (+2), deformitas (-), fraktur iga (-), nyeri tekan (-). 

    k.      Paru- paru                        

    Suara napas vesikuler, RR : 32 x/i, bunyi paru resonan

    l.        Jantung                

    Bunyi S1 dan S2 terdengar jelas, tidak terdengar bunyi jantung tambahan, HR : 130 x/i.        

    m.    Perut                    

    Umbilikus simetris, acites (-), suepel (+), nyeri tekan (-), peristaltik usus (+) 8 x/i, tekstur kulit lembut dan elastis (< 2 detik)

    n.      Punggung                        

    Massa (-), luka (-), nyeri tekan (-)

    o.      Genetalia                         

    Bentuk normal, skrotum (+), meatus uretra (+), testis (+2), nyeri tekan (-)

    p.      Ektremitas

    1)      Ekstremitas atas         : Edema (-), ekstremitas hangat, luka (-), terdapat bekas pemasangan infus (dekstra), jari lengkap, kekuatan otot (+)

    a.       Ekstremitas bawah      : Tidak ada varises, nyeri tekan (-), kekuatan otot (+)

    5          5

    4          4

    q.      Tanda vital

    a.    RR                               : 32      x/menit

    b.    HR                               : 130    x/menit

    c.    TD                               : 85/60 mmHg

    d.   Temp                           : 38,1   0C

    10.  Pemeriksaan Tinggkat Perkembangan

    a.       Kemandirian bergaul       

    An. D mudah berinteraksi dengan orang lain

    b.      Motorik halus                  

    An. D sudah bisa menggambar, mewarnai dan menjelaskan gambar yang telah dibuatnya

    c.       Motorik kasar                  

    An. D dapat menangkap bola dan melemparkannya, dapat melompat dan dapat berjalan dengan 1 kaki

    d.      Kognitif                          

    An. D dapat mengingat nama ayah dan ibunya, dapat menjumlahkan penjumlahan yang sederhana (misalnya 1 + 1 = 2)

    e.       Bahasa                              :

    Bahasa yang digunakan sehari-hari oleh An. D adalah bahasa Indonesia. An. D berbicara dengan sangat jelas dan mudah dimengerti.

    11.  Pemeriksaan Penunjang      

    Pemeriksaan laboraturium (terlampir dihalaman 39)

    12.  Ringkasan Riwayat Keperawatan

    Dari hasil pengkajian didapatkan hasil bahwa An. D demam selama 5 hari, suhu tubuh 38,1 0C, BAB (-) selama 1 minggu, peristaltik usus 8 x/i, An. D rewel, muntah (-), mual (-), tingkat kesadaran : composmentis, ekstremitas bawah (+4), An. D terbaring lemah di tempat tidur.

    13.  Masalah Keperawatan

    a.       Peningkatan suhu tubuh

    b.      Gangguan pola eliminasi

    c.       Intoleransi aktivitas

    B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN

    1.      Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan proses infeksi Salmonella Typhi.

    2.      Gangguan pola eliminasi (BAB) berhubungan dengan konstipasi

    3.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik, tirah baring

    ANALISA DATA

    NoDataEtiologiMasalah
    1Ds :ü  Ibu klien mengatakan demam ± selama 5 hari demam bersifat naik turun, ibu klien mengatakan sudah memberi obat penurun panas tetapi tidak membaikDo :ü  Teraba panasü  An.D rewelü  T    : 38.1 0cü  RR : 32 x/iü  HR : 120 x/iü  Pct 3×1 tabInvasi bakteri salmonela typhi melalui makanan atau minuman 
    Terjadi peradangan pada saluran cerna 
    Dilepaskannya zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang 
    Demam tipoid 
    Peningkatan suhu tubuh (hipertermi)
    Peningkatan suhu tubuh (hipertermi)
    2Ds :ü  Ibu klien mengatakan bahwa An. D sebelum sakit BAB sebanyak 2 x/hari, sedangkan selama ± 1 minggu sampai sekarang (29 April 2013) belum ada BABü  Ibu klien mengatakan makanan yang disukai An. D adalah telur, buah apel, dan jajanan. Sedangkan pisang, pepaya dan ikan An. D kurang sukaDo :ü  Makan nasi + telur + kecapü  Makan apel (+)ü  Peristaltik usus (8 x/i)ü  BAB (-)ü  Mual, muntah (-)ü  Abdomen : Suepelü  Suara abdomen : TympaniTerjadi peradangan pada saluran cerna 
    Penurunan kerja motilitas usus 
    Konstipasi 
    Gangguan pola eliminasi (BAB)
    Gangguan pola eliminasi (BAB)
    3Ds :ü  Ibu klien mengatakan badan anaknya lemasDo :ü  k/u : lemahü  Kekuatan otot (+4)ü  Terbaring di tempat tidurü  Terpasang infusü  Aktivitas dibantu Ny. IProses infeksi virus Salmonella Typhi 
    Penurunan sistem metabolisme tubuh 
    Kelemahan fisik 
    Imobilisasi 
    Intoleransi aktivitas
    Intoleransi aktivitas

    C.    INTERVENSI KEPERAWATAN

    NoDiagnosa KeperawatanRencana Tindakan Keperawatan
    TujuanIntervensiRasional
    1Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) b/d proses infeksi Salmonella TyphiSetelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 x 12 jam, diharapkan suhu klien menurun.KH :1.      Suhu tubuh dalam batas normal (36-37 0C)2.      Membran mukosa lembab3.      Pengisian kapiler < 2 detik4.      An. D tidak rewel (rileks)-           1.      Ukur tanda-tanda vital setiap 2/4 jam2.      Observasi membran mukosa bibir, pengisian kapiler dan turgor kulit3.      Anjurkan untuk minum ± 2-2,5 L/menit4.      Anjurkan kompres hangat pada dahi, ketiak, dan lipat paha5.      Anjurkan untuk tirah baring/pembatasan aktivitas selama fase akut6.      Anjurkan untuk menggunakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat7.      Kolaborasi dalam pemberian terapi sesuai indikasi8.      Observasi hasil pemeriksaan darah dan feses9.      Observasi adanya peningkatan suhu terus menerus, distensi abdomen, dan nyeri abdomen1.      Sebagai dasar untuk menentukan intervensi2.      Untuk identifikasi tanda-tanda dehidrasi akibat demam3.      Kebutuhan cairan dalam tubuh cukup mencegah terjadinya demam4.      Kompres hangat memberi efek vasodilatasi pembuluh darah sehingga mempercepat penguapan panas5.      Menurunkan kebutuhan metabolisme tubuh sehingga menurunkan panas6.      Pakaian tipis memudahkan penguapan panas saat penurunan panas klien akan banyak mengeluarkan keringat7.      Untuk menurunkan panas/mengontrol panas, untuk mengatasi infeksi dan mencegah penyebaran infeksi, dan penggantian cairan akibat penguapan panas tubuh8.      Untuk mengetahui perkembangan penyakit typus dan efektifitas terapi9.      Peningkatan suhu terus menerus setelah pemberian antipiretik dan antibiotik kemungkinan terjadinya komplikasi perforasi usus.
    2Gangguan pola eliminasi (BAB) b/d konstipasiSetelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 x 12 jam, diharapkan pola eliminasi klien kembali normal.KH :1.      BAB 1 x/hari2.      Konstipasi lunak3.      Warna feces kuning4.      Tidak berlendir1.      Kaji pola eliminasi klien2.      Asukultasi bunyi usus3.      Kaji adanya keluhan nyeri abdomen4.      Anjurkan makan-makanan yang lunak, buah-buahan yang merangsang BAB5.      Kolaborasi dalam pemberian terapi sesuai indikasi1.      Sebagai data dasar gangguan yang dialami memudahkan intervensi selanjutnya2.      Penurunan menunjukkan adanya obstruksi statis akibat inflamasi, penumpukan fekalit3.      Menandakan adanya gas di perut sehingga mengakibatkan terjadinya distensi abdomen4.      Makanan lunak serta buah-buahan yang kaya akan serat dapat mengatasi konstipasi5.      Dapat merangsang peristaltik usus secara perlahan sehingga masalah konstipasi teratasi
    3Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik, tirah baringSetelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 x 12 jam, diharapkan klien dapat melakukan aktivitas secara bertahap.KH :1.      TTV dalam batas normal2.      Tidak ada keluhan lelah3.      Kekuatan otot meningkat1.      Kaji tingkat toleransi klien terhadap aktivitas2.      Kaji jumlah makanan yang dikonsumsi klien setiap hari3.      Anjurkan klien untuk tidah baring selama fase akut4.      Jelaskan pentingnya pembatasan aktivitas selama perawatan5.      Bantu klien melakukan aktivitas sehari-hari sesuai kebutuhan6.      Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas sehari-hari7.      Berikan kesempatan pada klien melakukan aktivitas sesuai kondisi klien1.      Sebagai dasar untuk menentukan intervensi2.      Untuk mengidentifikasi intake nutrisi klien3.      Untuk menurunkan metabolisme tubuh dan mencegah iritasi usus4.      Untuk mengurangi peristaltik usus sehingga mencegah iritasi usus5.      Kebutuhan aktivitas klien terpenuhi dengan energi minimal, sehinga mengurangi peristaltik usus6.      Partisipasi keluarga meningkatkan kooperatif klien dalam perawatan7.      Meningkatkan partisipasi klien dapat meningkatkan harga diri dan meningkatkan toleransi aktivitas

    D.    IMPLEMENTASI

    NoHari/TglDiagnosaKeperawatanImplementasiEvaluasi
    1SELA
    S
    A30A
    P
    R
    I
    L2013
    Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) b/d proses infeksi Salmonella Typhi1.      Mengukur tanda-tanda vital An. DH :§  T : 38,1 0C§  RR : 28 x/i§  HR : 128 x/iR : An. D rewel (menangis), dan tidak tenang2.      Mengamati membran mukosa bibir, pengisian kapiler dan turgor kulit pada An. DH :·         Bibir kering·         CRT & turgor kulit < 2 detik3.      Menganjurkan An. D untuk banyak minum ± 2-2,5 L/hariH : Minum (+)R : An. D tidak sulit minum4.      Menganjurkan ibu untuk melakukan kompres hangat pada dahi, ketiak, dan lipat pahaH : Ibu melakukan kompres hangat di dahiR : Ny. I mengambil handuk kecil dan air hangat dan melakukan kompres hangat5.      Menjelaskan kepada ibu klien tentang pentingnya tirah baring/pembatasan aktivitas selama fase akutH : Ibu memahami manfaat tirah baring selama fase akut (demam)R : Ibu dan An. D memperhatikan penjelasan yang diberikan6.      Menjelaskan kepada Ibu klien tentang pentingnya menggunakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat bagi An. DH : Baju An. D tipis dan menyerap keringatR : Ibu sudah memahami pentingnya pakaian tipis dan menyerap keringat bagi An. D7.      Berkolaborasi dalam pemberian terapi sesuai indikasiH :·         IVFD RL 30 gtt/i·         Cotrimoxazole 2 x cth II·         Paracetamol 3 x 1 tabR : An. D mau meminum obat yang telah diberikan dan tidak ada tanda-tanda alergi8.      Melihat hasil pemeriksaan darah dan fesesH :·         Hb : 15,6 g/dl·         Ht : 46,9 %·         Leu : 9.103/ml·         Tromb : 189. 103/ml·         LED : 5 mm·         Widal :ü  O : 1/80 1/80 1/40 1/80ü  H : 1/40 1/40 1/80 1/809.      Mengamati adanya peningkatan suhu terus menerus, distensi abdomen, dan nyeri abdomenH : Suhu masih 38,1 0C, distensi abdomen (-), suepel (+)R : An. D mengatakan tidak merasakan sakit dibagian perutS :ü  Ibu klien mengatakan badan anaknya masih panas, walaupun sudah dikompresü  Ibu mengatakan An. D sudah diberikan banyak minumü  Ibu klien mengatakan bahwa An. D tidak banyak berakivitas hanya berbaring di tempat tidurü  Ibu klien mengatakan sudah memberikan pakaian yang tipis dan menyerap keringatü  Ibu klien mengatakan sudah memberikan obat penurun panas yang diberikanO :ü  Teraba panas di dahiü  T : 38 0C, RR : 130 x/i, HR : 30 x/iü  Kompres (+)ü  Minum (+)ü  Terbaring di tempat tidurü  Bibir lembabü  Memakai baju tipis dan menyerap keringatü  Abdomen : suepelü  Paracetamolü  IVFD RL 30 gtt/iA :Masalah peningkatan suhu tubuh teratasi sebagianP : Intervensi dilanjutkan :ü  Kaji TTVü  Anjurkan banyak minumü  Anjurkan untuk kompres hangatü  Kolaborasi dalam pemberian terapi
    2Gangguan pola eliminasi (BAB) b/d konstipasi1.      Menanyakan kepada ibu pola eliminasi An. DH : ibu klien mengatakan An. D belum BAB ± 1 mingguR : An. D mengatakan tidak sesak BAB, Ibu klien mengatakan cemas karena AN. D tidak BAB selama ± 1 minggu2.      Mendengarkan suara peristaltik ususH : Terdengar peristaltik usus3.      Mengkaji adanya keluhan nyeri abdomenH : abdomen : suepel, nyeri (-)R : An. D mengatakan tidak ada sakit dibagian perut4.      Menganjurkan ibu klien untuk memberikan makan-makanan lunak, dan buah-buahan yang merangsang BAB (pisang, pepaya)H : M2 TKTP (pakek telur), makan buah apelR : Ibu klien mengatakan memberikan makanan yang di sediakan oleh RS dan pakek telur, Ibu klien mengatakan An. D hanya mau makan buah apel5.      Berkolaborasi dalam pemberian terapi sesuai indikasiH : Lactulosa 3 x cth IR : An. D mengatakan belum ada BAB S :ü  Ibu klien mengatakan bahwa An. D belum ada BABü  An. D mengatakan tidak merasakan sakit pada perutnyaü  An. D mengatakan tidak ada sesak BABü  An. D mengatakan tidak suka makan buah pepaya dan pisangü  An. D mengatakan sudah minum obatO :ü  BAB (-)ü  Abdomen : suepelü  M2 TKTP + telur rebusü  Makan apel (+)ü  Lactulosa 3 x cth IA :Masalah pola eliminasi belum teratasiP : Intervensi dilanjutkan :ü  Kaji eliminasi klienü  Auskultasi bunyi ususü  Anjurkan makan-makanan lunak dan buahü  Kolaborasi dalam pemberian terapi
    3Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik, tirah baring1.      Mengkaji tingkat toleransi klien terhadap aktivitasH : Hanya bisa duduk dan terbaringR : An. D mengatakan badanya lemah2.      Mengkaji jumlah makanan yang dikonsumsi klienH : Diet M2 TKTP 3x/hari, makan roti (+), makan buah (+)R : Ibu klien mengatakan An. D makan 3 x/hari tetapi tidak dihabiskan3.      Memberi penjelasan kepada ibu untuk menjaga An. D agar tidak banyak bergerakH : An. D hanya terbaring di tempat tidurR : Ibu klien mengatakan akan membatasi aktivitas An. D4.      Membantu klien melakukan aktivitas sesuai kebutuhanH : Membantu An. D dudukR : An. D mengatakan senang bisa duduk5.      Melibatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas sehari-hariH : Ibu klien bekerja sama dengan baikR : Ibu klien mengatakan mau membantu perawat6.      Memberikan kesempatan pada klien melakukan aktivitas sesuai indikasiH : Bermain handphoneR : An. D senang bermain bola di HPS :ü  Ibu klien mengatakan bahwa An. D hanya bisa berbaring dan duduk di tempat tidurü  Ibu klien mengatakan anaknya sulit bergerak karena terpasang infus di kaki sebelah kananO :ü  Berbaring di tempat tidurü  Terpasang infus di kaki sebelah kananü  k/u : lemahA :Masalah aktivitas belum teratasiP : Intervensi dilanjutkan :ü  Kaji tingkat toleransi klien terhadap aktivitasü  Bantu melakukan aktivitas sehari-hari sesuai kebutuhanü  Anjurkan untuk tiraj baring selama fase akutü  Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas sehari-hari
    1RABUO1M
    E
    I2013
    Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) b/d proses infeksi Salmonella Typhi1.      Mengukur tanda-tanda vital An. DH :§  T : 36,2 0C§  RR : 28 x/i§  HR : 92 x/iR : An. D sudah membaik dan terlihat lebih segar2.      Menganjurkan ibu klien untuk memberikan banyak minum apabila demamH : Minum (+)R : Ibu klien akan memberikan banyak minum apabila An. D demam3.      Menganjurkan ibu untuk melakukan kompres hangat apabila demam terulang kembaliH : Ibu akan melakukan kompres hangat apabila demam lagiR : Ibu klien mengucapkan terima kasih atas anjuran yang diberikan4.      Berkolaborasi dalam pemberian terapi sesuai indikasiH :·         IVFD RL 30 gtt/i·         Cotrimoxazole 2 x cth II·         Paracetamol 3 x 1 tabR : An. D mau meminum obat yang telah diberikanS :ü  Ibu klien mengatakan bahwa anaknya sudah tidak demam lagiü  Ibu mengatakan akan menjalankan anjuran yang telah diberikan apabila anaknya demam lagiü  Ibu klien mengatakan masih memberikan obat penurun panas karena takut demamnya terulang lagiü  Ibu klien berterima kasih atas penjelasan yang telah diberikan kepadanyaO :ü  Ekspresi wajah ibu klien terlihat senangü  k/u : membaikü  T : 36,5 0C, RR : 28 x/i, HR : 92 x/iü  Minum (+)ü  Bibir lembabü  Paracetamol 3 x 1 tabü  IVFD RL 30 gtt/iA :Masalah peningkatan suhu tubuh sudah teratasiP : Intervensi dihentikan.
    2Gangguan pola eliminasi (BAB) b/d konstipasi1.      Menanyakan eliminasi kepada An. DH : BAB (-)R : An. D mengatakan belum ada BAB, Ibu klien mengatakan anaknya tidak ada merasakan sesak BAB.2.      Mendengarkan suara peristaltik ususH : Terdengar peristaltik ususR : An. D mengatakan tidak ada sesak BAB3.      Mengingatkan kembali ibu klien untuk memberikan makan-makanan lunak, dan buah-buahan yang merangsang BAB (pisang, pepaya)H : M2 TKTP (pakek telur), makan pisang (+)R : Ibu klien mengatakan anaknya pagi ini makan dengan nasi, telur, dan sayur bening4.      Berkolaborasi dalam pemberian terapi sesuai indikasiH : Diet M2 TKTP, Lactulosa 3 x cth I S :ü  Ibu klien mengatakan bahwa anaknya sudah BAB tetapi sedikitü  Ibu klien mengatakan feces anaknya keras dan bau, berwarna kuningü  Ibu klien mengatakan anaknya juga makan pisang walaupun harus dipaksa terlebih dahuluü  Ibu klien mengatakan siang ini anaknya makan dengan nasi yang telah disediakan dan pakai telurO :ü  Peristaltik usus (+) 12 x/iü  M2 TKTP + telur rebusü  Makan pisang (+) ¼ bagianü  Lactulosa 3 x cth IA :Masalah pola eliminasi teratasiP : Intervensi dihentikan
    3Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik, tirah baring1.      Mengevaluasi tingkat toleransi klien terhadap aktivitasH : Duduk dan berbaringR : An. D mengatakan badanya sudah tidak lemas lagi dan ingin berjalan2.      Membantu klien melakukan aktivitas sesuai kebutuhanH : hanya bisa duduk karena terpasang infus di kaki kananR : An. D mengatakan minta dilepaskan infusnya3.      Mengingatkan untuk tirah baring apabila masih lemahH : k/u : membaikR : An. D mengatakan ya4.      Melibatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas sehari-hariH : Makan dibantu, kencing dibantu, dan duduk mandiriR : Ibu klien mengatakan aktivitas anaknya masih harus dibantuS :ü  Ibu klien mengatakan bahwa infus anaknya sudah dilepas jam 11.00 wibü  Ibu klien mengatakan anaknya sudah membaik karena sudah bisa berjalan dan bermain bersama teman 1 ruanganü  Ibu klien mengatakan senang karena anaknya besok sudah boleh pulangü  Ibu klien mengatakan akan menjaga anaknya agar tidak terlalu kecapaian karena belum sembuh betulü  Ibu klien mengucapkan terima kasih karena sudah perduli dengan anaknyaO :ü  Ekspresi ibu klien senangü  An. D terlihat senang dan bermain bersama teman 1 ruanganü  k/u : baikü  tampak lebih segarA :Masalah aktivitas teratasiP : Intervensi dihentikan oleh mahasiswa. Terapi pengobatan dilanjutkan oleh pegawai ruangan

     BAB IV

    PENUTUP

    A.    Kesimpulan

    Typhoid adalah suatu penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna dan gangguan kesadaran. Penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhi, salmonella type A.B.C penularan terjadi secara pecal, oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi. 

    Cara pencegahan penyakit typoid yang dilakukan adalah cuci tangan setelah dari toilet dan khususnya sebelum makan atau mempersiapkan makanan, hindari minum susu mentah (yang belum dipasteurisasi), hindari minum air mentah, rebus air sampai mendidih dan hindari makanan pedas.

    B.     Saran

    Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan maka dengan adanya makalah ini, diharapkan pembaca dapat memahami tentang penyakit typoid dengan baik.

    DAFTAR PUSTAKA

    Djauzi & Sundaru. 2003. Imunisasi Dewasa. Jakarta : FKUI

    Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius

    Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit, Edisi 2. Jakarta : EGC

    Soegeng, S. 2005. Ilmu Penyakit Anak “Diagnosa dan Penatalaksanaan”. Jakarta : Salemba Medika

    Suryadi. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta : CV Agung Setia

    Syamsuhidayat, W. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC

  • Laporan Askep Bronchopneumonia Pada Anak

    Askep Bronchopneumonia Pada Anak

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Bronchopneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagaian bawah yang mengenai parenkim paru. Bronchopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak Infiltrat (Whalley and Wong, 1996).

    Bronchopneumina adalah frekwensi komplikasi pulmonary, batuk produktif yang lama,tanda dan gejalanya biasanya suhu meningkat, nadi meningkat, pernapasan meningkat (Suzanne G. Bare, 1993).

    Bronchopneumonia disebut juga pneumoni lobularis, yaitu radang paru-paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda-benda asing (Sylvia Anderson, 1994).

    Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa Bronkopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat yang disebabkan oleh bakteri,virus, jamur dan benda asing.

    Pneumonia pada anak dibedakan menjadi :

    1. pneumonia lobaris
    2. pnuemonia intertisial
    3. bronko pneumonia

    Bronko pneumonia disebut juga pnuemonia lobaris, yaitu radang paru – paru yang disebabkan oleh virus, bakteri, jamur dan benda – benda asing.

    B. Etiologi

    Umumnya adalah bakteri, yaitu streptococcus pneumonia dan Haemophillus Influenza pada bayi dan anak kecil ditemukan staphylococus aureus sebagai penyebab pneumonia yang berat, serius dan sangat progresif dengan mortilitas tinggi. Bronchopenomonia ada juga yang disebabkan oleh virus, yaitu Respiratory syntical virus, virus influenza, virus sitomegalik dan ada juga yang disebabkan oleh jamur, yaitu Citoplasma Capsulatum, Criptococcus Nepromas, Blastomices Dermatides, Cocedirides Immitis, Aspergillus Sp, Candinda Albicans, Mycoplasma Pneumonia. Aspirasi benda asing.

    Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya Bronchopnemonia adalah daya tahantubuh yang menurun misalnya akibat malnutrisi energi protein (MEP), penyakit menahun, pengobatan antibiotik yang tidak sempurna.

    C.           Patofisiologi

    Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya disebabkan oleh virus penyebab Bronchopneumonia yang masuk ke saluran pernafasan sehingga terjadi peradangan broncus dan alveolus. Inflamasi bronkus ditandai adanya penumpukan sekret, sehingga terjadi demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual. Bila penyebaran kuman sudah mencapai alveolus maka komplikasi yang terjadi adalah kolaps alveoli, fibrosis, emfisema dan atelektasis

    Kolaps alveoli akan mengakibatkan penyempitan jalan napas, sesak napas, dan napas  ronchi. Fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi paru dan penurunan produksi surfaktan sebagai pelumas yang berpungsi untuk melembabkan rongga pleura. Emfisema (tertimbunnya cairan atau pus dalam rongga paru) adalah tindak lanjut dari pembedahan. Atelektasis mngakibatkan peningkatan frekuensi napas, hipoksemia, acidosis respiratori, pada klien terjadi sianosis, dispnea dan kelelahan yang akan mengakibatkan terjadinya gagal napas. Secara singkat patofisiologi dapat digambarkan pada skema proses sebagai berikut:

    Gambaran patofisiologi

    D.           Gejala Klinis

    Bonkopneumonoia biasa nya di dahului oleh infeksi saluraran nafas bagian atas selama beberapa hari. Suhu biasa nya mencapai 39-40°c. Anak sangat gelisah, dispea, pernafasan cepat dan  dangkal disertai dengan pernafasan cuping hidung dan sianosis di sekitar hidung dan mulut. Batuk biasa nya tidak di jumpai di awal penyakit, anak akan mendapatkan batuk setelah beberapa hari, dimna pada awlanya berupa batuk kering kemudian menjadi batuk produktif.

    E.            Pemeriksaan Diagnostik.

    a.    Pengambilan sekret secara broncoscopy dan fungsi paru untuk preparasi langsung, biakan dan test resistensi dapat menemukan atau mencari etiologinya.

    b.    Secara laboratorik ditemukan leukositosis biasa 15.000 – 40.000 / m dengan pergeseran LED meninggi.

    c.    pemeriksaan darah: Hb di bawah 12 gr %,

    d.   Foto thorax bronkopeumoni terdapat bercak-bercak infiltrat pada satu atau beberapa lobus, jika pada pneumonia lobaris terlihat adanya konsolidasi pada satu atau beberapa lobus.

    F.            Penatalaksaan medis

    o  Oksigen 1-2L/menit

    o  IVFD dekstose 10%: nad 0,9 %: 3:1 + kcl 10 mEq/500 ml cairan ,jumlah cairan sesuai BB, kenaikan suhu ,status dehidrasi.

    o  jika sesk terlalu hebat ,bisa di berikan makanan enteral bertahap melalui selang nasogastrik dengan feeding drip.

    o  koreksi ganguan asam basa elektrolit

    G.           Komplikasi

    Komplikasi dari bronkopneumonia adalah sebagai berikut:

    a.    Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps paru merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang.

    b.    Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.

    c.    Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.

    d.   Infeksi sitemik.

    e.    Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.

    f.     Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.

    BAB II

    LANDASAN TEORISTIS KEPERAWAATAN

    A.           DATA DASAR PENGKAJIAN

    Aktivitas/istirahat

    Gejala : lemah, kelelahan, insomia

    Tanda : letargi penurunan toleransi terhadap aktivitas

    Sirkulasi

    Gejala: riwayat adanya/ GJK kronik

    Tanda : takikardi tampak kemerahan atau pucat

    Itegritas ego

    Gejala : adanya stresor, masalah finansial

    Makanan atau cairan

    Gejala : kehilangan nafsu makan, mual/muntah riwaya DM

    Tanda : distensi abdomen, hipertensi bunyi usus, kulit kering dengan tugor buruk tampak malnutrisi

    Neuro sensori

    Gejala : sakit kepala daerah prontal/infuenza

    Tanda : perubahan mental/bungung/somolen.

    Nyeri kenyamanan

    Gejala : sakit kepala nyeri dada/plauritik, meningkatkan oleh batuk

    Tanda : melindungi area yang sakit pasien umumnya tidur pada posisi yang sakit untuk membatasi gerak.

    Pernafasan

    Gejala : riwayat adanya ISK kronik, PPOM, merokok, takipnea, dipsnea progresif, pernafasan dangkal, penggunaan otot aksesori, pelebaran nasal.

    Tanda : sputum merah muda berkarat atau puruler, perkusi pekak diatas area yang kosolidasi dan premitus taktil dan vokal bertahap meningkat dengan konsulidasi bunyi nafas menurun tidak ada diatas area yang terlibat.

    Keamanan

    Gejala : riwayat gangguan sistem imun, demam 38,5-39 0C

    Tanda : berkeringat mengigil beulang, gemetar.

    Penyuluhan/pembelajaran

    Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan akohol kronis.

    Pertimbangan : dorongan menunjukan lama dirawat 6-8 hari

    Rencana pemulangan : bantuan perawatan diri tugas pemeliharaan rumah.

    BAB III

    LAPORAN KASUS

    A.           PENGKAJIAN

    1.             IDENTITAS ANAK

    Nama                                            :  AGL (Inisial)

    Anak ke                                        :  3 Dari 3 Bersaudara

    Jenis Kelamin                               :  Laki – laki

    Umur                                            :  2 Tahun                               

    Tempat Lahir                                :  Padang

    Tanggal Masuk Rumah Sakit       :  8 Januari 2011

    Tanggal Pengkajian                      :  10 Januari 2011

    Diagnosa Medis                           :  BP

    2.           GENOGRAM

    Ket :

    : laki-laki

    perempuan

    meninggal

    :pasien

    :tinggal serumah

    3.             RIWAYAT MASA LAMPAU

    Penyakit yang pernah diderita     :  Deman biasa, Batuk, Pilek

    Alergi                                           :  Udang

    Kecelakaan                                   :  Belum Pernah mengalami

    Imunisasi                                      :  Campak(+), TT(-), BCG(-), DPT (-), POLIO(-).

    Tidakan yang dilakukan               :  Tidak Ada

    Pernah dirawat                             :  Belum pernah

    Lama dirawat                               :  Tidak ada

    4.             RIWAYAT  KESEHATAN KELUARGA

    Orang Tua                                    :  Thypus

    Saudara Kandung                                    :  6 Bersaudara Si ibu anak ke 4

    Penyait Keturunan                       :  Tidak ada

    Anggota Klrg yg meninggal        :  Kakak Pasien

    Penyebab                                      :  Setelah 4 (empat) hari Post Operasi

    5.             POLA KEBIASAAN SEHARI – HARI

    NOJENIS KEBUTUHANSEBELUM MASUK RSSESUDAH MASUK RS
    A.NUTRISIa.       Makanan yang di sukaib.      Makanan yang tidak di sukaic.       Makanan Pantangand.      Nafsu Makane.       Porsi Makan yang di habiskanf.       Alat Makan yang di pakaiSejenis Makanan ringanUdangSelaera makan adasikit, tapi seringPiring, TanganTidak ada nafsu makanPermen, minyakAnoreksiaTidak ada nafsu makanPiring, di sulang oleh ibu nya
    B.Minumana.       Jumlah Minuman dalam seharib.      Minunam Kesukaanc.       Hal –hal yang menghambat dalam pemenuhan cairan± 4 gelas sehariMinuman yang  tidak streril (X-tea, montea dan sebagai nya)Kurang minumInput cairan ± 3 gelas sehari
    C.Pola Tidura.       Tidur siang……jamb.      Tidur malam…jamc.       Kebiasaan tidur± 5 jam± 8 jamSering ngigauTidak tentuPola tidur tergangguGelisah
    D.Kebersihan Diria.    Mandio  Mandi………x/hario  Peralatan mandi yang dipakaio  Dibantu oleh keluarga/ perawat/ mandirib.    Rambuto  Cuci rambuto  Pakai shampooc.    Sikat Gigio  Berapa x/ hario  Memakai odold.   Mengganti pakaiano  Berapa x/ hari2x sehariSabunIbunya2x sehariJhonson kid2x sehariPepsoden2x sehariBelum adaAir hangat (menyeka)Belum ada sama sekaliTidak adaTidak adaTidak adaTidak ada1 x
    E.Eliminasia.    BABo  Berapa kali sehario  Warna BABo  Konsistensio  Baub.    BAKo  Berapa kali sehario  Warna BAKo  BauTidak  teraturCoklet kehitamanPadat, sedikit mengejanKhasSeringKuningKhasBelum ada BABBelum ada BABBelum ada BABBelum ada BABSeringKuningKhas
    F.Pola Aktifitas Bermain(Sesuai umur)Bermain bola, motor – motoran, canda dan tawa sama ibu dan ayahnyaTidak ada aktifitas
    G.Psikologi Perkembangan( D.D.S.T )o   Motorik haluso   Motorik kasaro   Sosialo   BahasaAdaAdaBaikPadangTidak dijumpaiTidak dijumpaiTidak merespon perawatPadang
    H.Pengetahuan orang tua KesehatanKurang pengetahuan tentang penyakit pada anaknyaKurang pengetahuan tentang penyakit pada anaknya
    I.Keadaan kesehatan saat inio   Diagnosa  Mediso   Status Nutrisio   Status Cairano   Status KebersihanBPAdekuatTidak adekuatBaikBPTidak adekuatTidak adekuatKurang baik
    J.Data Penunjango   Laboratoriumo   RadiologiTidak adaTidak adaTidak adaTidak ada
    K.Terapi/ Obat – obatanOBH-Ambroxol(dari pertama masuk ruangan sampai hri selasa)Rabu-sabtu-Inj.Ampicillin 350 gram / 8 jam /iv-chloramfenicol 200gr/8 jam/IV- Ambroxol 40gr 3×1 + salbutamol

    6.             PEMERIKSAAN FISIK

    1.    TB/BB                                     :83 cm/10,5 kg

    2.    Kepala

    a.    Bentuk                                : normal

    b.   Rambut                               : normal, tidak kering

    3.    Mata

    a.    Pupil                                    : normal

    b.   Seklera                                : anemis

    c.    Konjungtiva                        : pucat

    d.   Ketajaman Penglihatan       : 6/6 normal

    e.    Reflek Cahaya                    : ada

    f.    Pemakaian alat bantu          : tidak dijumpai

    4.    Hidung

    a.    Polip                                    : tidak dijumpai

    b.   Pendarahan                         : tidak dijumpai

    c.    Penciuman                          : normal

    d.   Peradangan                         : tidak dijumpai

    e.    Fungsi Penciuman               : normal

    5.    Mulut

    a.    Bau                                     : ( – )

    b.   Mukosa gusi                        : merah

    c.    Peradangan                         : tidak dijumpai

    d.   Gigi                                     : kurang baik

    e.    Perdarahan                          : tidak dijumpai

    f.    Kebersihan                          : ya

    g.   Pungsi pengecapan             : di jumpai

    h.   Kemampuan menelan         : aktif

    6.    Gigi

    a.    Jumlah                                 : 28

    b.   Gigi berlubang                    : ada

    c.    Caries                                  : tidak dijumpai

    7.    Tonsil

    a.    Peradangan                         : tidak dijumpai

    b.   Lidah                                  : bercak putih

    c.    Bibir                                    : kering

    8.    Telinga

    a.    Seruman                              : ada

    b.   Cairan                                 : tidak dijumpai

    c.    Peradangan                         : tidak dijumpai

    9.    Jantung

    a.    Bunyi jantung                     : S1, S2 (veskuler)

    b.   Irama jantung                      : lub dub lub dub

    c.    Nyeri dada                          : tidak dijumpai

    10.                        Leher

    a.    Kelenjar getah bening         : ada

    b.   Kelenjar tiroid                     : ada tapi pelan

    c.    Vena jugularis                     : teraba

    11.                        Paru-paru

    a.    Bentuk paru                        : normal

    b.   Bunyi nafas                         : wheezing, ronkhi

    c.    Irama pernafasan                : ireguler

    d.   Kembangkan                       : tidak mengembang secara sempurna

    12.                        Abdomen

    a.    Inspeksi                               : simetris

    b.   Palpasi                                 : tidak ada nyeri

    c.    Perkusi                                : gembung

    d.   Auskultasi                           : tidak terdengarnya bising usus dengan                                   menggunanakan stetoskop

    13.                        Genetalia                                 : normal

    14.                        Kulit                                        : normal

    15.                        Ekstrimitas                 

    a.    Bentuk kekuatan                 : ada

    b.   Rentang gerak                     : aktif

    c.    Refeks                                 : babiski ( – ), patella (+)

    16.                         Tanda-tanda vital                   :

    17.                        Kepandaian anak sekarang     :motorik keras

    18.                        Tanda-tanda vital sign                        :

    19.                        Tingkat kesadaran                   :composmentis

    20.                        Kesadaran umum                    :

    BAB III

    LAPORAN KASUS

    A.           ANALISA DATA

    NODATAETIOLOGIMASALAH
    1.2.3.4. Ds:o  ibu mengatakan An.Agil batuk berdahak.Do:o  RR : 36 x/io  Wheezing (+)o  Sianosis (-)o  Ronki basah (+)o  Batuk (+)o  O2 = 2 L / io  Dahak (+)o  Adanya cairan encer berwarna putiho  Nebule ventolin ½ A & Nacl 0,9 % (1:1)o  Klien terpasang O2 1-2L/menitDs:o  Ibu ps mengatakan An. Agil demamDo:o  Temp : 38,5 ° Co  Mengigil (-)o  Kejang (-)o  Klien tampak lemah , pucato  Klien tidak dapat ber aktifitaso  Klien tidak bisa merespon perawat dengan baiko  Batuk (+)o  RewelDs:o  ibu ps mengatakan An. Agil jarang minumDo 😮  N : 98x/io  RR : 26X/Io  BB: 10 Kgo  Turgor Kulit Keringo  Mukosa bibir keringo  Lemah, pucat (+)           o  Jumlah inteke ±1 litero  Jumlah auput ±1 literDs:o   Ibu mengatakan An. Agil tidak ada nafsu makan selama di RSDo:o  Lemaso  Porsi ¼ pirino  penurunan volume feseso  Distensi Abdomeno  Berat badan sebelum masuk RS 13kg. sesudah masuk RS 10,5  kg.o  Diet yang diberikan M2o  Muntah (-)Penumpukan secret di jalan nafasProses inflamasiTidak adekuat intake dan output cairan anoreksiaBersihan jalan nafas tidak efektifHipertermiKurang nya volume cairan tubuhPerubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

    B.            PRIORITAS MASALAH

    1.    Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret di tandai dengan batuk produktif.

    2.    Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi di tandai dengan lemah & pucat.

    3.    Kurang volume cairan tubuh berhubungan dengan dehidrasi di tandai dengan Integritas kulit.

    4.    Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.

    NODIAGNOSA KEPERAWATANRENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
    TUJUANINTERVENSIRASIONAL
    1.2.3.4.Bersihan jalan nafas tidak efektif.Hipertermi.Kurang volume cairan tubuh.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x 24 jam Bersihan jalan nafas kembali efektif dgn kriteria hasil : sekret dapat keluar.

    Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x 24 jam hipertermi teratasi dgn kriteria hasil: suhu tubuh kembali normal.Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x 24 jam dehidrasi teratasi dgn kriteria hasil: volume cairan elektrolit dalam tubuh terpenuhi.Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x 24 jam masalah teratasi dgn kriteria hasil: asupan nutrisi adekuat.
    o  kaji frekuensi / kedalaman dan gerakan dada.o  Anjurkan ibu memberikan posisi senyaman mungkin.o  Observasi karekteristik batuk.o  Berikan Expectoran 3×1 sehari .o  Kaji perubahan vital sign.o  Anjurkan berikan paracetamol 3×1 sehari.o  Berikan konpress air hangat.o  Anjurkan pasien untuk beristirahat.o  berikan penkes pada keluarga pasien agar pasien di beri minum sesering mungkin.o  Berikan cairan oral sedikit nya 2500/hari atau sesuai kondisi individual.o  Kaji turgor kulit,  kelembaban , membran mukosa(Bibir,lidah).o  Catat laporan mual dan muntah.o  Kaji tanda vital,tanda dan gejala dehidrasi.o  Kolaborasi pelaksanaan terapi definitif.o  Kaji status nutrisi pasien.o  Anjurkan pasien untuk sering makan.o  Tanyakan makanan kesukaan pasien.o  Timbang berat badan pasien.o  Kolaborasi ahli gizi.o  Melihat adanya gerakan dada asimetris.o  Melegakan jalan nafas.o  Memperbaiki keefektifan upaya batuk.o  Membantu meringan kan batuk pasien.o  Untuk mengetahui perubahan terhadap demam.o  Untuk menurunkan demam.o  Menurunkan demam dan melancarkan sirkulasi darah.o  Membantu pengeluaran keringat.o  Untuk memenuhi kebutuhan cairan menurunkan resiko dehidrasi .o  Indikator langsung ke adekuatan volume cairan meskipun membran mukosa.o  Adanya gejala ini menurunkan masukan oral.o  Menilai status dehidrasi dan keseimbangan asam basa dan elektrolit.o  Pemberian obat secara kasual atau oral penting penyebab dehidrasi.o  Untuk mengetahui pemenuhan nurtisi pasien.o  Untuk pemenuhan asupan nutrisi.o  Untuk membantu pemenuhan nutrisi.o  Untuk mengetahui peningkatan nutrisi.o  Untuk menentukan diet pasien.

    C.            RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

    D.           IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

    NoNo. DxHari/Tgl/JamImplementasiEvaluasiParaf
    1ISenin/10-01-2011/11.20 wibo  menganjurkan pada keluarga Ps untuk melakukan batuk efektif dgn menekan dada.o  Menganjurkan keluarga ps berikan posisi senyaman mungkin pada An agil dgn posisi semi fowler.o  Ajarkan keluarga ps untuk melakukan fisioterapi dada.o  Anjurkan pada kluarga untuk minum air hangat.o  Klien terpasang O2 1-2L/Menito  Kaji TTV, pernafasan, irama dan kedalaman nafasS 😮  Ibu ps menyetujui anjuran penkes dari perawatO:o  keluarga ps mempraktekkan posisi tidur semi fowler wizeeng (+) ronkhi kering (+) batuk (+) O2 =2 L/io  Keluarga ps melakukan batuk efektif dan memperaktekannya.o  Keluarga ps antusias dan kooperatif saat perwat memberikan penkes.A 😮  Masalah jalan nafas belum teratasi.P 😮  Intervensi di lanjutkano   kaji ulang  batuk, penumpukan sekret.o   Berikan posisi senyaman mungkin.o   Kaji ulang TTV
    2.IISenin/10-1-2011/10.40 wibo  Menganjurkan kelurga ps memberikan minum sesering mungkin pada An agil.o  Menganjurkan keluarga ps untuk memberikan kompres air hangat.o  Menganjurkan keluarga ps memberikan paracetamol 3×1 sehari.o  Menganjurkan kelurga ps menyeka ekstrimitas atas maupun bawah.o  Bekerja sama dengan tim medis tuk memberikan anti piretik pada pasienS 😮  Keluarga ps menerima anjuran atau penkes dari perawatO 😮  T:37,5 o  RR:28X/io  Lemah, pucat (+), tidak dapat beraktivitas, batuk (+)o  Keluarga ps kooperatif dalam memperaktekan penkes dari perawat.A 😮  Masalah belum teratasiP 😮  Melanjutkan pengkajian pada ps An agil.o   Anjurkan kelurga ps memberikan minum sesering mungkin pada An agil.o  anjurkan keluarga ps untuk memberikan kompres air hangat.Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat.
    3.IIIsenin/11-1-2011/10.40 Wibo  Menganjurkan keluarga ps An agil untuk memberikan minum sesering mungkin.o  Menganjurkan keluarga ps An agil untuk banyak mengkonsumsi buah yang mengandung vit E(Apel, bengkoang).o  Kaji berat badano  Mengkaji turgor kulit setelah dan sebelum diberikan masukan cairan.o  Kolaborasi dgn dokter dan perawat ruangan yang sedang bertugasS 😮  Keluarga ps mengatakan An agil kurang minum.O 😮  BB : 10.5 kgo  Pengeluaran urin lancaro  Tugor kulit jeleko  Lemah (+)o  Pucat (+)A 😮  Masalah belum teratasiP 😮   intervensi di lanjutkano   kaji turgor kulit pso   anjurkan pda keluarga untuk minum sesering mungkin dengan air hangato   Pantau masukan dan pengeluaran cairano   Kolaborasi dengan tim medis
    4.5.6.7.8.7.                    5.        6.        9.7.        IVIIIIIII VIIVSenin /12-1-2011/09.45Selasa/ 13-1-2011/ 11.00Selasa/13-1-2011/ 11.00Selasa/13-1-2011/11.00Selasa/13-1-2011/11.00Rabu / 14-1-2011Rabu / 14-1-2011o  mengkaji status nutrisio  menganjurkan pasien untuk sering makan.o  Memberikan makanan kesukaan pasien.o  Menganjurkan pada keluarga ps untuk makan penuh protein, dan makan buah2an.o  Mengkaji berat badan.o  Kolaborasi dengan ahli gizio   Mengkaji batuk, penumpukan sekret di jalan nafaso   Memberikan posisi senyaman mungkin untuk membebaskan jalan nafas.o   Kaji ulang TTV, frekuensi dan kedalaman nafaso   Menganjurkan pasien untuk minum air hangat.o   Kolaborasi dengan tim mediso   Anjurkan kelurga ps memberikan minum sesering mungkin pada An agil.o   anjurkan keluarga ps untuk memberikan kompres air hangat.o   Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat.o   Mengkaji turgor kulit pso   Menganjurkan pda keluarga untuk minum sesering mungkin dengan air hangato   Memantau masukan dan pengeluaran cairano   Memberikan suasana yang aman dan tenang.Kolaborasi dengan tim mediso   Kaji status nutrisio   Makanan yang di sediakan rumah sakit  habis ½ dari porsi yang di sediakan dengan diet M2.o   Kaji BBo   Kolaborasi dengan ahli gizi.-          Kaji pernafasan dan karekteristik batuk-          Beri posisi semi fowler pada pasien-          Kolaborasi dengan tim mediso   Kaji Status Nutrisio   Kolaborasi dengan ahli giziS 😮  Ibu ps mengatakan An. Agil sudah mau makan.O 😮  Berat badan bertambah 1,5 kgo  Pasien tampak segaro  Tugor kulit baik.o  Dapat beraktivitas.A 😮  Masalah kekurangan nutrisi belum teratasi.P 😮  Intervensi di lanjutkan.o   Kaji status nutrisio   Kaji BBo   Kolaborasi dengan ahli gizi.S : ibu ps mengatakan sesak agil sudah kurang, tapi batuk nya masih parahO :    –      Batuk  (+), warna putih jernih.o   Ibu pasien mempraktekkan pa yg di anjurkan oleh perawat tentang fisioterapi dadao   Wheezing (+), Ronki (+)o   RR : 28*/io   Sesak berkurang, O2 tidak terpasang.o   Terapi medis 😮   Ambroxol syr + salbutamolo   Inj. CloramfenicolA : Masalah sudah mulai teratasiP: Intervensi di lanjutkan-          Kaji pernafasan dan karekteristik batuk-          Beri posisi semi fowler pada pasien-          Kolaborasi dengan tim medisS : ibu pasien mengatakan An. Agil sudah tidak demam lagi.0 :   T : 36,2 °C       Batuk (+)A : Masalah sudah teratasiP : Intervensi di hentikanS :  Ibu pasien mengatakan agil sudah mau minumO : turgor kulit baik     Pengeluaran urin : lancar    Minum ± 2 aQua besar dalam sehari ± 2500 L   Cairan parenteral Ecosol RL/ 12 jam   Wajah tampak mulai segarA : Masalah sudah teratasi.P : Intervensi di hentikan.   S : Ibu ps mengatakan nafsu makan An.agil sudah mulai meningkat.O : – Makanan yang di sediakan rumah sakit  habis ½ dari porsi     yang di sediakan dengan diet M2.-          BB meningkat menjadi 11 kg-          Selain nasi dari rumah sakit pasien juga makan nasi yang di beli ibu nya.-          Lemah (+)A :  Masalah belum teratasiP  : Intervensi di lanjutkano   Kaji Status Nutrisio   Kolaborasi dengan ahli giziS : ibu ps mengatakan agil sudah tidak swsakO :    –      Batuk  (-).o   Ibu pasien mempraktekkan pa yg di anjurkan oleh perawat tentang fisioterapi dadao   Wheezing (-), Ronki (-)o   RR : 26x/io   Sesak (-)o   O2 tidak terpasang.o   Ambroxol syr + salbutamol (+)o   Inj. Cloramfenicol (+)A : Masalah teratasiP: Intervensi di hentukanS : Ibu ps mengatakan pasien sudah mau makan.O : – Makanan yang di sediakan rumah sakit  habis 1 dari porsi     yang di sediakan dengan diet M2.-          BB meningkat menjadi 12 kg-          Selain nasi dari rumah sakit pasien juga makan nasi yang di beli ibu nya.-          Lemah (-)A :  Masalah  teratasiP  : Intervensi di hentikan