Blog

  • Makalah Penulisan Anotasi Bibliografi

    Penulisan Anotasi Bibliografi

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Karya tulis ilmiah merupakan karya tulis yang telah diakui dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi atau seni yang ditulis atau dikerjakan sesuai dengan tata cara ilmiah dan mengikuti pedoman dan konvensi ilmiah yang telah disepakati. Oleh karena itu, melalui penyusunan karya ilmiah, masyarakat akademik pada suatu perguruan tinggi dapat mengkomunikasikan informasi baru, gagasan, kajian, dan atau hasil penelitian.

    Kedudukan karya tulis ilmiah sangat penting dan merupakan bagian dari tuntutan formal akademik. Salah satu karya tulis ialah anotasi bibliografi yang termasuk kepada karya tulis ilmiah yang bertujuan untuk memenuhi tugas-tugas perkuliahan.

    Melalui karya tulis ilmiah, mahasiswa/guru/dosen atau peneliti dan penulis mengungkapkan pikirannya secara sistematis sesuai dengan kaidah-kaidah keilmuan.

     Dengan sifat dan kedudukan ini maka karya tulis ilmiah tersebut ditujukan terutama untuk memperkaya khasanah keilmuan dan memperkokoh paradigma keilmuan pada bidang atau disiplin yang relevan. Proses akumulasi dan validasi dalam kegiatan ilmiah ini melalui penelitian-penelitian dan pengkajian-pengkajian ilmiah ini merupakan prasyarat untuk perkembangan suatu disiplin. 

    B. Rumusan Masalah

    Ada beberapa rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu sebagai berikut:

    1. Apa yang dimaksud dengan anotasi bibliografi?
    2. Seperti apakah karakteristik anotasi bibliografi?
    3. Bagaimanakah jenis anotasi bibliografi dan jenjang pendidikan?
    4. Seperti apakah sistematika anotasi bibliografi?
    5. Seperti apa contoh anotasi bibliografi

    C. Tujuan Penulisan

    Berdasarkan rumusan masalah yang akan di bahas, tujuan yang ingin dicapai dari makalah ini adalah sebagai berikut:

    1. Menjelaskan Pengertian anotasi bibliografi.
    2. Menjelaskan  Karakteristik anotasi bibliografi
    3. Menjelaskan Jenis anotasi bibliografi dan jenjang pendidikan.
    4. Menjelaskan Sistematika anotasi bibliografi.
    5. Menejelaskan Contoh anotasi bibliografi.

    Bab II. Pembahasan

    A. Pengertian Anotasi Bibliografi

    Dilihat dari kata-kata penyusunnya, anotasi bibliografi terdiri atas kata “anotasi” dan “bibliografi”. “Anotasi” mengandung arti “ringkasan atau evaluasi”, sementara “bibliografi” dapat diartikan sebagai “daftar sumber bacaan yang digunakan untuk mengkaji sebuah topik. Dalam kata lain, anotasi bibilografi merupakan bentuk tulisan yang memaparkan kajian atau ringkasan singkat dari beberapa buku atau artikel yang saling berkaitan. Di samping itu, uraiannya menggambarkan pemahaman penulis terhadap buku atau artikel yang dibahas. ”. (dalam Eldiyra, 2013)

    Menurut Kartadinata (2012, 8) Anotasi bibliografi memaparkan kajian atau ringkasan singkat dari beberapa buku atau artikel yang saling berkait. Disamping itu, uraiannya menggambarkan pemahaman penulis terhadap buku atau artikel yang dibahas.Anotasi bibliografi memuat judul buku atau artikel, nama pengarang, tahun terbit, nama penerbit, kata-kata kunci, dan isi pokok buku/artikel jurnal. Adapun bagian akhir anotasi bibliografi berisi pendapat mahasiswa tentang buku atau artikel yang dikaji.

    Meringkas pun bisa diartikan menulis kembali suatu bacaan kedalam bentuk yang lebih singkat atau pendek sebab pada dasarnya berisi kumpulan beberapa gagasan utama. Melalui ringkasan, kita dapat mengingat inti dari bacaan tersebut lebih lama. Selain itu, jika suatu saat kita memerlukan informasi dari bacaan tersebut, kita dapat memanfaatkan ringkasannya dan tidak perlu lagi membaca wacana yang panjang. (dalam Hoerudin, dkk:2006, 76).

    Terdapat dua teknik (dalam Hoerudin, dkk:2006, 77-79).yang digunakan dalam menulis ringkasan, yaitu pemadatan  danpenghapusan.

    1. Pemadatan

    Pemadatan dalam tulisan dimaksudkan untuk memilih inti sari atau pikiran pokok pikiran pokok bacaan. Dengan memadatkan isi bacaan, kita berusaha untuk mengutarakan inti sari dari bacaan. Ringkasan hanya untuk memuat gagasan-gagasan yang pentingnya saja.

    Cara pokok untuk memadatkan isi bacaan dapat dilakukan dengan cara berikut ini.

    a.       Menggunakan frasa untuk mengganti serangkaian klausa atau kalimat.

    b.      Memadatkan duakalimat atau lebih menjadi satu kalimat

    c.       Menggunakan satu kata yang merangkum segalanya

    d.      Menggunakan sebuah klausa untuk merangkum

    e.       Menggunakan sebuah kata majemuk atau gabungan kata

    f.       Menggunakan generalisasi-generalisasi(pernyataan-pernyataan umum)

    g.      Menggunakan kata-kata penghubung

    1. Penghapusan

    Tidak semua yang dikatakan dalam sebuah tulisan adalah hal-hal yang penting dan tidak semua kalimat-kalimat yang menjalin karangan merupakan pikiran-pikiran utama. Ringkasan hanyalah mencakup gagasan pokok karangan dengan pikiran-pikiran utama atau kalimat-kalimat yang mendukung atau menjabarkan gagasan poko karangna itu. Berikut ini penghapusan yang perlu dilakukan dalam meringkas karangan.

    a.       Semua pengulangan harus dihapuskan.  Dalam sebuah karangan sering kali kita menemukan adanya pengulangan, baik pengulangan kata yang sama (bentuk) atau pengulangan makna kata yang sama. Pengulang seperti berikut ini, dapat dihapuskan:

    Dalam menghadapi bahaya, bahaya yang mengancam, bahaya yang akan memusnahkan hari depan anak cucu kita, kita harus tetap bersatu laksana gunung baja menghadapi badai yang maha hebat.

    b.      Semua bunga bahasa, persamaan, peribahasa, dsb, yang hanya berfungsi sebagai perhiasan bahasa dapat dihapuskan. Pada contoh diatas ada persamaan yang dapat dihapuskan.

    c.       Contoh-contoh, perincian, ilustrasi-ilustrasi, lukisan-lukisan yang hanya bersifat penjelasan tambahan pada umumnya dapat dihapuskan, kemudian diganti dengan, tau dikelompokkan dalam kata-kata yang umum atau definisi-definisi yang luas cakupannya.

    d.      Segala sesuatu yang dianggap tidak penting atau hanya  embel-embel saja pun dapat dihapuskan. Hal-hal yang tidak penting itu misalnya komentar-komentar dan basa basi, pernyataan-pernyataan negative yang tidak menambah apa-apa, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada pembaca.

    e.       Segala sesuatu yang dapat diandaikan, yang dapat diasumsikan secara masuk akal tidak usah dimasukan dalam ringkasan. Dengan kata lain, penjabaran-penjabaran yang sebenarnya sudah implisit (tersirat) dalam suatu pertanyaan, tidak perlu lagi dicantumkan dalam ringkasan.

    f.       Segala sesuatu atau tuturan yang hanya bersifat pelancar, juga perlu dihapuskan saja. Misalnya, haruslah diingat bahwa; takboleh dilupakan; telah berulang kali disampaikan bahwa; sudah dapat dipastikan bahwa;dan sebagainya.

    B.     Karakteristik Anotasi Bibliografi

    Karakteristik anotasi bibliografi atau ringkasan (dalam Sasrawan, 2013) dalah sebagai berikut.

    1.      Mempersingkat Suatu Bacaan

    Arti ‘mempersingkat’ di sini bukan berarti menggantinya dengan bahasa alay seperti ‘yang’ dirubah menjadi ‘yg’ dan sebagainya. Maksudnya adalah tulisan hanya diambil pokok-pokok atau yang penting saja supaya mempermudah pembaca untuk memahami suatu bacaan.

    2.      Terdapat Inti Sari Bacaan

    Pada ringkasan hanya terdapat inti sari bacaan. Bagian-bagian yang kurang penting dan bisa dihilangkan akan dihilangkan.

    3.      Bentuknya Lebih Pendek atau Lebih Ringkas

    Banyak orang yang tidak suka membaca suatu bacaan yang panjang sampai berhalaman-halaman. Untuk itulah fungsi dari ringkasan.

    4.      Struktural Wacananya Tetap

    Struktural wacananya tetap, tetapi tidak berubah sesuai dengan unsur teks bacaan. Maka dari itu, kita harus pintar-pintar memilih apakah bagian kalimat atau paragraf ini jika dihilangkan akan berubah makna bacaannya atau tidak.

    C.     Jenis Anotasi Bibliografi dan Jenjang Pendidikan

    Ringkasan dapat berdiri sendiri sebagai sebuah bacaan  bukan sebagai bagian dari resensi atau kritik. Secara teknis terdapat tiga macam ringkasan. Pertama, ringkasan yang benar-benar singkat dan padat yang disebut abstrak atau sari karangan. Abstrak ditulis dengan bahasa dan sudut pandang yang sama seperti karangan aslinya, mengikuti tatanan serta perimbangan aslinya tanpa penilaian pribadi.

    Kedua,  precis atau ringkasan stricto sensu ialah hasil penyaringan isi suatu tulisan dengan kata-kata sendiri sejauh mungkin. Precis hanya merangkum pikiran-pikiran utama, dengan mengesampingkan detail-detail. Precis harus mengikuti pola atau urutan serta proporsi aslinya, tanpa pendapat atau penilaian pribadi. Sesuatu yang tidak terdapat dalam karangan aslinya tidak boleh disampaikan dalam precis. Precis biasanya disusun dalam rangka pendidikan sekolah, tugas yang diberikan guru atau dosen.

    Jenis ringkasan terakhir yaitu ikhtisar, penulis ikhtisar dapat pilihan, meringkas dengan mengikuti tatanan karangan aslinya atau meringkas dengan menggunakan tatanan sendiri tanpa tatanan aslinya. Keleluasaan penulis ikhtisar hanya pada tujuan , tatanan, dan banyaknya informasi yang akan ditulis. Akan tetapi, segala bentuk ringkasan  tidak boleh memuat sesuatu yang tidak terkandung dalam karangan yang diringkas.(dalam Hoerudin, dkk:2006, 76-77)

    D.    Sistematika Anotasi Bibliografi

    Sistematika penulisan Anotasi Bibliografi (Noviana, 2011) terdiri atas:

    Bagian Depan, terdiri dari:

    1.      Halaman judul, meliputi Identitas Mata Kuliah, Identitas penyusun (Nama, Nomor Induk Masiswa, dan Kelas), Identitas Institusi (Nama Program Studi, Nama Jurusan, Nama Fakultas, Nama Universitas, Tempat dan Tahun disusun). (catatan: dapat dirubah dan disesuaikan sesuai keperluan).

    2.      Kata Pengantar, memuat uraian yang mengantarkan pembaca untuk memberikan gambaran mengenai permasalahan yang diangkat. Dalam kata pengantar dapat pula dikemukakan ucapan terima kasih dan apresiasi mahasiswa kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan karya tulis ilmiahnya. Ucapan terima kasih disampaikan secara singkat, dan sebaiknya tidak merupakan bagian terpisah.

    3.      Daftar Isi, merupakan penyajian sistematika isi secara lebih rinci dari Anotasi Bibliografi. Daftar isi berfungsi untuk mempermudah para pembaca mencari judul atau sub-judul isi yang ingin dibacanya. Oleh karena itu, judul dan sub-judul yang ditulis dalam daftar isi harus langsung ditunjukan dengan nomor halamannya. Nomor-nomor halaman awal sebelum Bab I digunakan angka Romawi kecil (misalnya, i, ii, iii, dst), sedangkan dari halaman pertama Bab I sampai dengan halaman terakhir dari karya tulis ilmiah (laporan buku) digunakan angka Arab (1, 2, 3, dst).

    Catatan:

    Posisi halaman (page number) sebelum Bab I (Kata Pengantar, Daftar Isi, Daftar Tabel, Daftar Gambar, Daftar Lampiran ) ditulis dengan (i, ii, iii, dst) dan terletak pada bagian tengah (center) sebelah bawah (bottom of page) kertas.

    Bagian Isi, berisikan ringkasan singkat yang dituangkan dalam 2-3 judulbuku/artikel, nama pengarang, tahun terbit, nama penerbit, kata-kata kunci, dan pokok-pokok isi buku/artikel jurnal.

    Bagian Akhir, berisikan pendapat mengenai isi buku/artikel buku.

    E.     Contoh Anotasi Bibliografi

    Contoh anotasi bibliografi (dalam Noviana, 2011)

    LAPORAN ANOTASI BIBLIOGRAFI

                             ————-jenis huruf Times News Roman, ukuran 14pt——-

    Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat mengikuti

    Mata Kuliah ……..

    Dosen Pengampu …………..

                        ————-jenis huruf Times News Roman, ukuran 12pt——-

    ————-ukuran 4,68 cm x 4,63 cm——-

    OLEH

    EDDY NOVIANA

    NIM 0805123456

    Kelas 2A

    ————-jenis huruf Times News Roman, ukuran 13pt——-

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

    FAKULTAS PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

    UNIVERSITAS MAJALENGKA

    2015

    ————-jenis huruf Times News Roman, ukuran 13pt

    Contoh Outline Kata Pengantar Laporan Anotasi Bibliografi

    KATA PENGANTAR

    ————-jenis huruf Times News Roman, ukuran 12pt——-

    ——————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————

    ——————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————

    ————-jenis huruf Times News Roman, ukuran 12pt——-

    Pekanbaru, 9 September 2009

                                            Penyusun,

                                                                                WAHYU PURNAMA SARI

    ————-jenis huruf Times News Roman, ukuran 12pt——-

    Contoh Outline Daftar Isi Laporan Anotasi Bibliografi

    DAFTAR ISI

    ————-jenis huruf Times News Roman, ukuran 12pt——-

    Kata Pengantar …………………………………………………………………….. i

    Daftar Isi ……………………………………………………………………………. ii

    Daftar Gambar (bila ada) ………………………………………………………………    iv

    Daftar Tabel (bila ada) …………………………………………………………………     v

    ————-jenis huruf Times News Roman, ukuran 12pt——-

    BAB I RINGKASAN SINGKAT BUKU/ARTIKEL

    A. Ringkasan Buku A 1 …………………………………………………….. 1

    1. Identitas Buku*) ………………………………………………………

    2. Pokok-pokok Isi Buku ……………………………………………

    B. Ringkasan Buku B …………………………………………………….

    1. Identitas Buku*) ………………………………………………………….

    2. Pokok-pokok Isi Buku ……………………………………………

    C. Ringkasan Artikel A …………………………………………………..

    1. Identitas Artikel*) ………………………………………………….

    2. Pokok-pokok Isi Artikel …………………………………………..

    D. Ringkasan Artikel B …………………………………………………..

    1. Identitas Artikel*) ………………………………………………….

    2. Pokok-pokok Isi Artikel …………………………………………………

    BAB II TANGGAPAN

    A. Tanggapan Isi Buku A ………………………………………………….. 10

    B. Tanggapan Isi Buku B ………………………………………………………

    C. Tanggapan Isi Artikel A ………………………………………………

    D. Tanggapan Isi Artikel B ………………………………………………

    BAB III PENUTUP

    A. Kesimpulan …………………………………………………………….

    Daftar Pustaka …………………………………………………………………………

    ————-jenis huruf Times News Roman, ukuran 12pt——-

    Catatan:

    *) Memuat judul buku/artikel, nama pengarang, tahun terbit, nama penerbit, kata-kata kunci.

    ANOTASI  BIBLIOGRAFI

    MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING

    1.      Lie, Anita (2007). Cooperative Learning, Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas  Jakarta : Grasindo (96 Halaman)

    Yang diperkenalkan dalam metode pembelajaran cooperative learning atau istilah pembelajaran gotong royong yaitu system pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur.

    Sajian dalam buku ini bertolak dari sebuah premis bahwa tidak semua kerja kelompok dianggap sebagai belajar dengan metode cooperative learning. Keinginan baik para guru untuk mengaktifkan para siswa perlu dihargai, namun para guru juga perlu dibekali dengan sedikit latar belakang, landasan  pemikiran, dan penerapan metode pembelajaran gotong royong untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal.

    Sajian isi buku ini dikemas kedalam 8 bab, bab 1  berisi tentang perubahan paradigma lama pendidikan ke metode pembelajaran gotong royong, bab 2 berisi tentang kajian transformasi pendidikan dan globalisasi dari transformasi sosial, ekonomi dan demografis, bab 3  nilai-nilai gotong royong dalam budaya Indonesia yang sangat memungkinkan untuk digunakan dalam pembelajaran cooperative learning  ,  bab 4 tentang model-model pembelajaran cooperative learning, bab 5 lima unsur model pembelajaran  cooperative learning, bab 6,7 dan 8 berisi tentang pengelolaan kelas , teknik pembelajaran dan model evaluasi pembelajaran cooperative learning serta aplikasinya oleh guru  di dalam kelas. 

    Pada akhir penutup buku ini penulis merekomendasikan agar metode cooperative learning bisa memberikan kesempatan kepada siswa  untuk mencintai pelajaran dan sekolah/guru serta siswa merasa lebih terdorong untuk belajar dan berpikir.  

    Komentar:

          Sistem pendidikan gotong royong merupakan alternative menarik yang bisa mencegah tumbuhnya keagresifan dalam sistem kompetisi dan keterasingan dalam system individu tanpa mengorbankan aspek kognitif. Buku ini membahas berbagai aspek yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan metode pembelajaran kooperatif mulai dari landasan teoritis sampai dengan penerapannya dalam pembelajaran. Belajar bagaimana yang  perlu diajarkan pada siswa misalnya bagaimana menggali dan memproses informasi dengan kelompok.

    2.      Isjoni (2009). Cooperative Learning, Efektifitas Pembelajaran Kelompok  Bandung:  Alfabeta (112 Halaman)

            Buku ini membahas bagaimana sebenarnya konsep inti dari cooperative learning, siapa yang berperan didalamnya, dan bagaimana strategi menerapkannya. Konsep cooperative learning pada intinya menempatkan pengetahuan yang dipunyai siswa merupakan hasil daripada aktivitas yang dilakukannya, bukan pengajaran yang diterima secara pasif . diantara kelebihan pembelajaran secara konstruktivisme yang biasa dikaitkan dengan cooperative learning adalah menerusi proses berfikir.

    Bagaimana konsep inti dari cooperative learning, siapa yang berperan di dalamnya, bagaimana strategi menerapkannya, dan bagaimana menempatkan pengetahuan yang dipunyai siswa sebagai hasil daripada aktifitas yang dilakukannya, bukan pengajaran yang diterima secara pasif, pemikiran itulah tampaknya yang memicu penulis menyusun buku ini. Isu-isu yang terkait dengan efektifitas pembelajaran kelompok dalam cooperative learning dalam buku ini dikemas ke dalam 10 bab.

    Bagian pertama mengupas dasar kontruktivitistik dalam cooperative learning,  bagian kedua penulis memfokuskan bahasannya pada pengertian cooperative learning dari pendapat para ahli (diantaranya Robert Slavin dan Jigsaw) serta topik-topik penting yang terkait dengan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Melalui bab-bab dalam buku ini guru diharapkan memiliki wawasan dan kemampuan dalam menerapkan perencanaan pembelajaran cooperative learning, termasuk di dalamnya karakteristik, model, peranan guru dan strategi cooperative learning. Bagian terakhir dari buku ini memusatkan sajiannya pada tes eksperimen cooperative learning, dan pada penutup buku ini gambaran penulis tentang bagaimana cooperative learning sebagai sebuah tawaran kepada guru untuk dilaksanakan sebagai model proses pembelajaran di kelas.

    Komentar:

    Dalam proses membina pengetahuan baru, siswa akan berfikir untuk menyelesaikan masalah, mengeluarkan ide, dan membuat keputusan yang bijak dalam menghadapi belbagai kemungkinan dan tantangan. Buku Cooperative learning karangan Isjoni ini membahas tentang konsep inti dari cooperative learning, siapa yang berperan didalamnya, dan bagaimana strategi menerapkannya. Inti dari konsep cooperative learning ialah menempatkan pengetahuan yang dimiliki siswa merupakan hasil daripada aktivitas yang dilakukannya, bukan pengajaran yang diterima secara pasif.

    BAB III

    PENUTUP

    A.    Kesimpulan

    Anotasi bibilografi merupakan bentuk tulisan yang memaparkan kajian atau ringkasan singkat dari beberapa buku atau artikel yang saling berkaitan. Di samping itu, uraiannya menggambarkan pemahaman penulis terhadap buku atau artikel yang dibahas.

    Anotasi bibliografi memuat judul buku atau artikel, nama pengarang, tahun terbit, nama penerbit, kata-kata kunci, dan isi pokok buku/artikel jurnal. Adapun bagian akhir anotasi bibliografi berisi pendapat mahasiswa tentang buku atau artikel yang dikaji

    B.     Saran

    Untuk para mahasiswa diharapkan dapat memahami mengenai karya tulis ilmiah yaitu mengenai anotasi bibliografi, karena dengan memahami anotasi bibliografi kita dapat memhami mengenai bagaimana caranya meringkas suatu buku dan memahami isi buku tersebut dan itu sangat bermanfaat sekaliuntuk memperkaya khasanah keilmuan dan memperkokoh paradigma keilmuan pada bidang atau disiplin yang relevan.

    DAFTAR PUSTAKA

    Hoerudin, A, dkk. (2006). Bahasa Indonesia Dalam Teori dan Praktik. Bandung: UPI Press.

    Kartadinata, S. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: UPI Press

    Eldiyra. (2013). Menulis Anotasi Bibliografi dan Mini Research-Based Paper[Online]. Tersedia: http://www.blogspot.com. [08 April 2015].

    Sasrawan, H. (2013). Ciri-ciri Ringkasan [Online]. Tersedia: http://www.blogspot.com. [08 April 2015].

    Noviana, dkk. (2011). Panduan Karya Tulis Ilmiah [Online]. Tersedia: http://www.blogspot.com. [12 April 2015].

  • Makalah Pembelajaran Membaca di Kelas Tinggi

    Pembelajaran Membaca di Kelas Tinggi

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Pembelajaran membaca di kelas tinggi sekarang ini di sekolah dasar kurang mendapatkan perhatian lebih dari guru. Sebagian besar guru sekolah dasar di kelas tinggi masih melaksanakan pembelajaran  membaca dengan menerapkan pembelajaran konvensional dan kurang memberikan kesempatan yang lebih kepada siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran. Sehingga pembelajaran membaca menjadi kurang menarik dan terkesan membosankan. Kondisi ini disebabkan karena guru salah menggunakan prosedur  pembelajaran, seperti ketidaktepatannya menggunakan metode pembelajaran dan guru kurang memahami mengenai prinsip-prinsip pembelajaran membaca.

    Dampak yang ditimbulkan dari guru sekolah dasar khususnya di kelas tinggi kuarang memahami prinsip-prinsip pembelajaran  dan tidak menerapkannya metode pembelajaran membaca ialah kemampuan siswa dalam membaca tingkat pemahaman sangat rendah, sebagaian siswa kurang memahami isi dari bacaan yang dibacanya dan siswa ketika dalam membaca tidak memperdulikan perilaku membaca yang baik seperti pada tahap prabaca, membaca, dan pascabaca. Akibatnya siswa  tidak mengetahui tujuan dari apa yang dibacanya.

    Melihat kondisi diatas, diperlukan sekali uapaya-upaya dalam meningkatkan kualitas pembelajaran membaca di sekolah dasar khususnya di kelas tinggi. Atas dasar itulah saya susun suatu makalah peningkatan dan pengembangan kemampuan membaca di kelas tinggi yang sangat bermanfaat sekali dalam meningkatkan proses pembelajaran bahasa dikelas tinggi dan di dalam makalah yang saya susun terdapat berbagai macam metode dan penilaian pembelajaran membaca dan ini sangat bermanfaat sekali bagi para pembeca khususunya calon guru sekolah dasar.

    B.     Rumusan Masalah

    Ada beberapa rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu sebagai berikut:

    1.      Apa yang dimaksud kegiatan membaca?

    2.      Bagaimana pembelajaran membaca?

    C.     Tujuan Penulisan

    Berdasarkan rumusan masalah yang akan di bahas, tujuan yang ingin dicapai dari makalah ini adalah sebagai berikut:

    1.      Untuk mengetahui kegiatan membaca.

    2.      Untuk mengetahui pembelajaran membaca.

    BAB II

    PEMBAHASAN

    A.    Membaca

    1.      Pengertian Membaca

    Menurut Tarigan (2013:7) membaca merupakan suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis.

    Membaca adalah proses yang dilakukan oleh pembaca yang bertujuan untuk memperoleh suatu informasi dari suatu buku yang ditulis oleh penulis.

    Menurut Finochiaro dan Bonomo (Tarigan:2013:9) membaca adalah suatu proses yang bersangkutan paut dengan bahasa.

    Membaca adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bahasa yaitu bahasa tulis yang ditulis oleh penulis yang kemudian dibaca oleh pembaca guna memperoleh informasi atau pesan dari tulisan yang ditulis oleh penulis

    Menurut Lado (Tarigan:2013: 9) membaca adalah memahami pola-pola bahasa dari gambaran.

    Membaca adalah suatu proses yang dilakukan oleh pembaca untuk memahami isi bacaan dan pola-pola bahasa yang ada di tulis oleh penulis.

    Jadi, membaca adalah suatu proses yang dilakukan oleh pembaca yang bertujuan untuk memperoleh suatu informasidari bahan bacaan serta memahami pola-pola bahasa yang ditulis oleh penulis.

    2.      Tujuan Membaca

    Berikut ini menurut Tarigan (2013:130) Tujuan membaca berdasarkan bahan yang digunakannya, antara lain:

    a.         Membaca untuk mendapatkan pengetahuan (informasi), jenis membaca yang cocok untuk keperluan ini adalah membaca dalam hati, bahan bacaan yang dapat digunakan antara lain: laporan (peristiwa, perjalanan, pertandingan), berita tentang penemuan hal baru, buku-buku perlajaran, majalah-majalah, ilmu pengetahuan, dan lain-lain

    b.        Membaca untuk memupuk perkembangan keharuan dan keindahan, jenis membaca yang cocok untuk keperluan ini ialah membaca teknis/nyaring, dapat pula membaca dalam hati untuk jenis-jenis bacaan tertentu seperti prosa fiksi. Bahan bacaan yang cocok untuk tujuan membaca seperti ini adalah: puisi, sajak, prosa berirama, drama, dan prosa fiksi biasa.

    c.         Membaca untuk mengisi waktu luang. Jenis membaca yang dipergunakan tidaklah terikat pada jenis tertentu, demikian pula bahan bacaannya. Yang terpenting perlu ditanamkan pada murid adalah bagaimana dapat mengisi waktu untuk hal-hal bermanfaat dan tidak membosankan. Bacaan tentang kepahlawanan, keberanian, kecekatan, dan lain-lain.

    3.      Jenis-jenis membaca

    Menurut Tarigan (2014: 23-25) ditinjau dari segi terdengar atau tidak suara pembaca waktu membaca, proses membaca dapat dibagi atas:

    a.      Membaca nyaring, membaca bersuara, dan membaca lisan (read ing out loud, oral reading, reading aloud).

    Membaca nyaring adalah kegiatan membaca yang dilakukan oleh seseorang dengan cara bersuara. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui cara membaca yang benar, baik itu dari pengucapan kata, kalimat dan untuk mengetahui penekanan sesuai dengan ujaran pembicaraan yang hidup.

    b.      Membaca dalam hati

    Pada membaca dalam hati, hanya mempergunakan ingatan visual (visual memory). Dalam hal ini, yang aktif adalah mata pandangan, penglihatan dan ingatan, dan juga turut aktif auditory memory(ingatan pendengaran) dan ingatan yang bersangkut paut dengan otot kita. (Moulton, Tarigan:2014:23).

    Menurut Tarigan (2014: 24) Dalam garis besarnya, membaca dalam hati dibagi atas:

    1)      Membaca Ekstensif

    Membaca ekstensif berarti membaca secara luas. Objeknya meliputi sebanyak mungkin teks dalam waktu yang sesingkat mungkin.

    Membaca ekstensif ini meliputi:

    a)      Membaca survei

    Sebelum mulai membaca, biasanyameneliti terlebih dahulu apa yang akan ditelaah. Mensurvei bahan bacaan yang akan dipelajari, yang akan ditelaah, dengan jalan:

     (1) Memeriksa, meneliti indeks-indeks, daftar kata-kata yang terdapat dalam buku .

     (2) Melihat-lihat, memeriksa, meneliti judul bab yang terdapat dalam buku yang bersangkutan.

    (3) Memeriksa, meneliti bagan, skema, outline buku yang bersangkutan.

    b)      Membaca Sekilas

    . Membaca sekilas atau adalah membaca dengan cepat untuk mencari dan mendapatkan informasi secara cepat.

    c)      Membaca Dangkal

    Membaca dangkal pada hakekatnya bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang dangkal yang bersifat luaran, yang tidak mendalam dari suatu bahan bacaan.

    2)      Membaca Intensif

    Membaca intensif adalah membaca dengan penuh penghayatan untuk menyerap apa yang seharusnya kita kuasai.. Menurut Tarigan (2014:25) yang termasuk dalam membaca intensif adalah:

    a)      Membaca Telaah Isi

    (1) Membaca Teliti

    Membaca teliti adalah kegiatan membaca yang dilakukan oleh pembaca untuk meneliti bahan bacaan yang dianggap penting dan disukai oleh si pembaca.

    (2) Membaca Pemahaman

    Membaca pemahaman adalah membaca yang bertujuan untuk memahami isi bacaan. Membaca pemahaman terdiri dari beberapa macam, yaitu

    b)      Membaca Telaah Bahasa

    (1) Membaca Bahasa (Foreign Language Reading)

    Tujuan utama membaca bahasa adalah memperbesar daya kata (increasing word power) dan mengembangkan kosakata (developing vocabulary).

    (2) Membaca Sastra (Literary Reading)

    Dalam membaca sastra perhatian pembaca harus dipusatkan pada penggunaan bahasa dalam karya sastra.

    B.     Pembelajaran Membaca

    1.      Pengertian Pembelajaran Membaca

    Menurut (Nurhaya:2014) Pembelajaran membaca dapat diartikan sebagai serangakaian aktivitas yang dilakukan siswa untuk mencapai keterampilan membaca dibawah arahan, bimbingan, dan motivasi guru.

    Jadi, pembelajaran membaca adalah proses yang dilakukan oleh peserta didik dalam pembelajaran membaca untuk mengetahui dan memahami isi bacaan serta mengetahui keterampilan membaca  dibawah arahan dan bimbingan seorang guru.

    2.      Prinsip Pembelajaran Membaca

    Menurut (Abidin:2014:155-156) Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut.

    a.       Pemebelajaran membaca harus dilakukan dengan tujuan membangun kemampuan membaca anak dan dilakukan secara bertahap.

    b.      Kemampuan baca anak tidak dapat dibentuk secara sekaligus melainkan harus selalu dibentuk secara perlahan.

    c.       Pengajaran membaca harus senantiasa dilakukan melalui interaksi antara guru dan kelas

    d.      Pengajaran membaca harus senantiasa ditujukan guna membangun kemampuan anak berinteraksi dengan teks.

    e.       Pembelajaran membaca harus dilakukan dalam atmosfer kelas yang kondusif.

    f.       Pembelajaran membaca harus dilakukan dengan asas pelatihan belajar, artinya pemebalajaran harus diusahakan membekali siswa  berbagai strategi membaca yang dapat digunakan  dalam menghadapi  berbagai jenis bacaan.

    g.      Pahamilah bahwa pada dasarnya hanya dua jenis kemampuan membaca yang harus secara mendalam diajarkan.

    3.      Arah dan orientasi

    Menurut Abidin (2014:150) Pembelajaran membaca yang dilakukan di sekolah harus diarahkan agar mencapai beberapa tujuan utama pembelajaran membaca. Tiga tujuan utama pembelajaran membaca di sekolah adalah:

    a.       Memungkinkan siswa agar mampu menikmati kegiatan membaca

    b.      Mampu membaca balam hati dalam kecepatan bacaan yang flexible

    c.       Serta memperoleh tingkat pemahaman yang cukup atas isi bacaan

    Menurut Ahuja dan Ahuja(Abidin:2014:150) secara umum, ada dua strategi umum yang dapat kita lakukan agar siswa mampu menjadi pembaca yang flexible. Kedua strategi yang harus dilatihkan guru kepada siswa ialah sebagai berikut:

    1)      Kurangi kecepatan membaca jika:

    a)      Menentukan istlah yang belum kita ketahui maknanya

    b)      Struktur kalimat dan paragraph yang sulit

    c)      Konsep yang sulit

    d)     Detail teknis materi

    e)      Petunjuk yang sulit dan mendetail

    f)       Materi yang ingin kuasai secara mendetail

    g)      Mareti dalam bentuk diagram yang menuntut perbandingan antara teks dan diagram

    h)      Materi yang menuntut kecermatan visualisasi

    i)        Tulisan yang artistik yang mengandung unsur khayalan

    j)        Materi yang menuntut kehati-hatian

    2)      Tingkatkan kecepatan membaca jika:

    a)      Materi yang sederhana dengan sedikit informasi baru yang kita butuhkan

    b)      Contoh dan ilustrasi yang tidak kita butuhkan untuk menambah pemahaman

    c)      Penjelasan detail dan elaborasi yang tidak kita perlukan

    d)     Ide-ide yang telah dinyatakan pada bagian sebelumnya

    e)      Materi yang tidak mengandung ide dan fakta penting yang kita butuhkan.

    4.      Kondisi Terkini

    Problem utama pembelajaran membaca di sekolah saat ini adalah bahwa pembelajaran membaca masih dilaksanakan secara asal-asalan. Kebiasaan buruk terlihat dari kenyataan bahwa pembelajaran membaca jarang sekali dilaksanakan untuk mendorong siswa agar memiliki kecepatan dan gaya membaca yang tepat melainkan hanya ditujukan untuk kepentingan praktis belaka yakni siswa mampu menjawab pertanyaan bacaan. Dampaknya adalah bahwa siswa hanya memiliki kecepatan membaca yang rendah bahkan diikuti pula oleh tingkat pemahaman yang rendah pula. Hasilnya, berbagai penelitian menunjukan bahwa kemampuan efektif membaca siswa dari jenjang sekolah dasar hingga perguruan tinggi sangatlah rendah.

    Kegagalan pembelajaran membaca disebabkan oleh pokok bahasan membaca yang disajikan di sekolah tidak pernah disertai dengan strategi membaca yang dapat digunakan untuk mendekati wacana tersebut. Tidak diterapkannya starategi baca yang tepat ini menyebabkan rata-rata siswa hanya mampu membaca secara monoton, menerapkan gaya membaca yang sama untuk setiap bacaan.

    Kegagalan pembelajaran membaca sebenarnya bermula pada ketidakjelasan peran guru dalam proses pembelajaran membaca. Selama ini guru hanya banyak menugaskan siswa membaca dan tidak pernah membantu siswa membaca, kegagalan proses pembelajaran membaca dapat pula disebabkan oleh bantuan guru yang keliru selama proses pembelajaran membaca tersebut, antara lain sebagai berikut:

    a.       Membaca nyaringkan wacana yang seharusnya dibaca dalam hati. Hal ini menyebabkan siswa cenderung hanya menyamakan antara wacana tulis denagn ucapan yang dihasilkan.

    b.      Memulai pembelajaran dengan menyajikan ringkasan isi bacaan yang seharusnya dicari siswa selama proses pembelajaran membaca.

    c.       Mendorong siswa membaca secara pasif dan monoton

    d.      Banyak menerjemahkan kata-kata sulit yang seharusnya dicari siswa melalui serangkaian kegiatan aktif semisal membaca kamus.

    Selain ketidakjelasan peran guru dan siswa selama proses pembelajaran, masih ada beberapa alasan mengapa siswa gagal dalam membaca. Beberapa alasan tersebut adalah sebagai berikut:

    1)      Pandangan negatif guru. Seorang guru yang tidak memiliki keyakinan bahwa siswa mampu akan berpengaruh negatif terhadap performa siswa.

    2)      Teks yang digunakan dalam pembelajaran terlalu mudah dan terlalu sukar

    3)      Penerapan prosedur dan startegi baca yang salah selama pembelajaran.

    4)      Penekanan pada tes membaca dibanding pada pembelajaran membaca sering dilakukan guru.

    Ada bebrapa hal yang harus dilakukan guru agar dapat melaksanakan pembelajaran membaca dengan baik. Beberpa hal tersebut adalah:

    a)      Memahami perannya dalam pembelajaran membaca

    b)      Memahami benar prinsip pembelajaran membaca

    c)      Menguasai prosedur pembelajaran membaca

    d)     Menguasai strategi membaca

    e)      Mempraktikan prosedur dan starategi membaca dalam pembelajaran

    f)       Menguasai konsep penilaian pembelajaran membaca

    g)      Mengukur secara periodik kemampuan membaca siswa

    5.      Prosedur Pembelajaran Membaca

    Menurut (Abidin:2013:159) proses pembelajaran membaca secara garis besar harus terdiri atas tiga tahapan yaitu : tahapan prabaca, tahapan membaca, dan tahapan pascabaca. Ketiga tahapan tersebut ( Abidin:2013, 159-161) dapat diuraikan sebagai berikut :

    a.       Tahapan Atau Kegiatan Prabaca

    Tahapan atau kegiatan prabaca adalah : Kegiatan pengajaran yang dilaksanakan sebelum siswa melakukan kegitan membaca. Dalam kegitan prabaca ini guru mengarahkan perhatian pada pengaktifan mata yang berhubungan dengan teks bacaan. Skema itu sendiri adalah : Latar belakang pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa tentang informasi atau konsep tentang sesuatu. Skema menggambarkan sekelompok konsep yang tersusun dalam diri seseorang yang dihubungkan dengan objek, tempat – tempat, tindakan atau peristiwa.Dalam hal ini siswa harus memiliki konsep – konsep tentang tujuan bahan cetakan dan tentang hubungan bahasa bicara dan bahasa tertulis.

    Variasi kegiatan prabaca dikemukakan oleh Hadley. Hadley (Abidin:2013:159)menyatakan bahwa pada tahapan prabaca terdapat 3 kegiatan yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran membaca, antara lain sebagai berikut :

    1)      Curah pendapat untuk membangkitkan ide yang memiliki kemungkinan besar ada dalam teks. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh guru dengan melakukan apersepsi pembelajaran tentang hal– hal yang memiliki kaitan dengan wacana yang akan dibawa siswa.

    2)      Melihat judul tulisan, headline bacaan, grafik, gambar, atau unsure visual lain yang ada dalam bacaan.

    3)      Merumuskan prediksi isi bacaan. Pada tahap ini siswa mencoba membuat hipotesis atas isi wacana. Prediksi ini akn menumbuhkan akan menumbuhkan rasa kepenasaran siswa terhadap bacaan ( memotivasi bacaan) karena pada akhirmya kegiatan baca siswa diharuskan membandingkan prediksi yang dibuat dengan isi wacana yang sebenarnya.

    Cox (Abidin:2013:159)secara lebih terperinci mengemukakan beberapa hal yang dapat dilakukan pada kegiatan prabaca yang berfungsi sebagai penggugah perilaku siswa dalam penyelesaian masalah dan motivasi penelaahan materi bacaan digambarkan.

    Gambaran kegiatan prabaca yang dikemukakan Cox tersebut adalah sebagai berikut :

    a)      Menjelaskan gambaran awal bacaan

    Gambaran awal bacaan (cerita), berisi informasi yang berkaitan denngan isi cerita yang dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman.

    b)      Petunjuk untuk melakukan antisipasi

    Petunjuk antisipasi merupakan sarana kegiatan awal membaca yang bermanfaat.

    c)      Pemetaan semantik (peta konsep)

    Pemetaan semantik ini merupakan strategi prabaca yang kegiatannya memperkenalkan kosakata yang akan ditemukan dalam bacaan dan dapat menggugah skema yang berkaitan dengan topic bacaan.

    d)     Menulis sebelum membaca

    Siswa diminta menuliskan pengalaman pribadi yang relevan dengan isi bacaan, sebelum mereka membaca matteri.

    e)      Drama atau simulasi ( drama kreatif)

    Drama kreatif dapat digunakan sebelum cerita dibacakan yaitu untuk membangun pemahaman siswa.

    Mengingat betapa pentingnya kegiatan prabaca dilakukan, guru seyogianya dapat melakukan atau melaksanakan kegiatan pembelajaran membaca dengan selalu mengawali pembelajarannya dengan melaksanakan kegiatann prabaca. Pembelajaran membaca tanpa kegiatan prabaca merupakan pembelajaran membaca yang tidak berarah dan tidak bertujuan serta tidak akan mampu menggali potensi siswa yang sesungguhnya dan pada akhirnya hal itu akan berdampak pada rendahnya kemampuan membaca siswa.

    b.      Kegiatan Membaca

    Setelah kegiatan prabaca, maka selanjutnya dilaksanakan kegiatan inti pembelajaran membaca.Tahapan ini sering disebut tahapan membaca.Pada tahap ini banyak sekali variasi yang dapat dilakukan guru sejalan dengan strategi baca yang dipilih guru atau siswa. Penentuan kegiatan pada tahap ini akan sangat bergantung pada metode pembelajaran membaca apa yang dipilih. Beberapa kegiatan yang bisa dilakukan, antara lain :

    1)      Menemukan inti gagasan

    2)      Mengidentifikasi kata kunci

    3)      Mengutip bacaan

    4)      Menjaring data

    5)      Mengisi format isi bacaan

    6)      Merespons bacaan

    7)      Membuat peta konsep bacaan

    8)      Shairing ide dan diskusi

    9)      Menguji prediksi

    10)  Menjaring kata sulit

    11)  Menguji fakta, opini, dan lain – lain

    c.       Kegiatan Pascabaca

    Kegiatan pascabaca merupakan tahapan pembelajaran membaca yang bertujuan untuk menguji kemampuan membaca sekaligus memantapkan kemampuan membaca para siswa.Burns(Abidin:2013:160)mengemukakan bahwa kegiatan pascabaca digunakan untuk membantu siswa memadukan informasi baru yang dibacanya kedalam schemata sehingga diperoleh tingkat pemahaman yang lebih tinggi. seperti halnya pada kegiatan membaca yang lain, pada kegiatan ini juga memerlukan strategi. strategi yang digunakan pada tahap pascabaca adalah :

    1)      Belajar mengembangkan bahan bacaan

    2)      Memberikan pertanyaan

    3)      Menceritakan kembali

    4)      dan Presentasi visual

    Selain beberapa aktivitas diatas, aktivitas lain yang dapat dilakukan oleh siswa pada tahap pascabaca adalah sebagai berikut :

    (1) Menulis rangkuman

    (2) Membuat komik atau cerita bergambar sederhana

    (3) Menceritakan kembali

    (4) Menjawab pertanyaan

    (5) Membuat peta cerita atau peta perjalanan tokoh

    (6) Membuat alat (wacana peragaan)

    (7) Memerankan

    (8) Memperluas cerita

    (9) Melengkapi cerita

                        (10) Mengubah jenis genre

    6.      Pendekatan pemebelajaran Membaca

    Menurut Iskandawassid (2011:40) pendekatan adalah suatu ancangan atau kebijaksanaan dalam memulai pengajaran suatu bidang studi yang memberi arah dan corak kepada metode pengajarannya dan didasarkan kepada asumsi yang berkaitan.

    a.       Pendekatan komunikatif

    Pendekatan komunikatif mengarahkan pengajaran bahasa pada tujuan pengajaran yang mementingkan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi.

    b.      Pendekatan integratif

    Pembelajaran yang menyajikan atau dilakukan secara terpadu yaitu keterampilan menyimak, membaca, berbicara, dan menulis. Keempat keterampilan berbahasa tersebut harus dilakukan secara terpadu dalam satu proses pembelajaran dengan fokus satu keterampilan.

    c.       Pendekatan cara belajar siswa aktif

             Pendekatan cara belajar siswa aktif diartikan sebagai kegiatan belajar mengajar yang melibatkan siswa secara penuh dalam proses pembelajaran membaca.

    d.      Pendekatan Whole Language

    Whole language adalah satu pendekatan pengajaran bahasa yang menyajikan pengajaran bahasa secara utuh, tidak terpisah-pisah. dimana bahasa diajarkan secara utuh dan keterampilan bahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis) diajarkan secara terpadu.

    Ada delapan komponen whole language:

    1)      Reading Aloud

    Reading aloud adalah kegiatan membaca yang dilakukan oleh guru untuk siswanya. Guru membacakannya dengan suara keras dan intonasi yang benar sehingga setiap siswa dapat mendengarkan dan menikmati ceritanya.

    2)      Jurnal Writing

    Jurnal Writing adalah kegiatan menulis jurnal, siswa dilatih untuk lancar mencurahkan gagasan dan menceritakan kejadian di sekitarnya, menggunakan bahasa dalam bentuk tulisan.

    3)      Sustained Silent Reading

    Sustained Silent Reading adalah kegiatan membaca dalam hati yang dilakukan siswa..

    4)      Shared Reading

    Shared Reading adalah kegiatan membaca bersama antara guru dan siswa, dimana setiap orang mempunyai buku yang sedang dibacanya.

    5)      Guided Reading

    Guided readingdisebut juga membaca terbimbing, guru menjadi pengamat dan fasilitator. Dalam membaca terbimbing menekankan pada membaca pemahaman.

    6)      Guided Writing

    Guided Writing atau menulis terbimbing, peran guru adalah sebagai fasilitator, membantu siswa menemukan apa yang ingin ditulisnya dan bagaimana menulisnya dengan jelas, sistematis, dan menarik.

    7)      Independent Reading

    Independent Reading atau membaca bebas adalah kegiatan membaca, dimana siswa berkesempatan untuk menentukan sendiri materi yang ingin dibacanya.

    8)      Independent Writing

    Independent Writing atau menulis bebas bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis, meningkatkan kebiasaan menulis, dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis.

    d.      Pendekatan belajar kooperatif

    Belajar kooperatif merupakan suatu metode yang mengelompokkan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil.  Siswa bekerja sama dan saling membantu dalam menyelesaikan tugas.

    e.       Pendekatan tujuan

    Pendekatan tujuan ini dilandasi oleh pemikiran bahwa dalam setiap kegiatan belajar mengajar, yang harus dipikirkan dan ditetapkan terlebih dahulu ialah tujuan yang hendak dicapai. Dengan memperhatikan tujuan yang telah ditetapkan itu dapat ditentukan metode mana yang akan digunakan dan teknik pengajaran yang bagaimana yang diterapkan agar tujuan pembelajaran tersebut dapat dicapai.

    f.       Pendekatan struktural

    Pendekatan yang menekankan pada pengetahuan tentang pola-pola kalimat, pola kata, dan suku kata menjadi sangat penting, jelas, bahwa aspek kognitif bahasa diutamakan. Dengan pendekatan struktural siswa akan menjadi cermat dalam menyusun kalimat, karena mereka memahami kaidah-kaidahnya.

    g.      Pendekatan kontekstual

    Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning/ CTL). Pendekatan ini mempunyai konsep, guru menggunakan objek di sekitar siswa sebagai media pembelajaran di kelas.

    7.      Strategi Pembelajaran Membaca

    Menurut Nuriklas (2012) ada beberapa strrategi dalam pembelajaran menyimak yaitu sebagai berikut.

    a.       Strategi Kegiatan Membaca Langsung/ KML atau DRA Direct Reading Activities)

    Penggunaan strategi KML adalah untuk mengembangkan kemampuan membaca secara komprehensif, membaca kritis, dan mengembangkan perolehan pengalaman siswa berdasarkan bentuk dan isi bacaan secara ekstensif. Adapun tahapan pengajarannya, adalah sebagai berikut.

    1)      Guru mengemukakan tujuan pembelajaran, membacakan judul teks, bertanya jawab dengan siswa tentang hal-hal yang berkaitan dengan judul bacaan sebagai pembangkitan pengalaman dan pengetahuan siswa serta mengemukakan hal-hal pokok yang perlu dipahami siswa dalam membaca.

    2)      Guru meminta siswa membaca dalam hati. Setelah siswa membaca guru melakukan tanya jawab tentang isi bacaan.

    3)      Guru memberikan tugas latihan yang ditujukan untuk mengembangkan pemahaman dan keterampilan siswa sejalan dengan kegiatan membaca yang telah dilakukannya. Kegiatan itu bisa berupa menjelaskan makna kata-kata sulit dengan menggunakan kamus, membuat ikhtisar bacaan, mempelajari penggunaan struktur, ungkapan, dan peribahasa dalam bacaan.

    b.      Strategi SQ3R (Survey, Questions, Read, Recite, Review)

    Tujuan penggunaan strategi ini, untuk membentuk kebiasaan siswa berkonsentrasi dalam membaca, melatih kemampuan membaca cepat, melatih daya peramalan berkenaan dengan isi bacaan, dan mengembangkan kemampuan membaca kritis dan komprehansif. Tahapan kegiatannya, adalah

    1)      Tahap Persiapan : Guru meminta siswa membaca teks secara cepat (survey). Setelah itu guru meminta siswa membuat pertanyaan tentang bacaan (questions).

    2)      Proses membaca. Setelah membuat pertanyaan, siswa melakukan kegiatan membaca (read). Sambil membaca, siswa membuat jawaban pertanyaan dan catatan ringkas yang relevan (recite).

    3)      Pascamembaca : Siswa melakukan review, misalnya membahas kesesuaian pertanyaan dengan isi bacaan, maupun kegiatan lanjutan lain yang secara kreatif bisa dikembangkan oleh guru.

    c.       Strategi Membaca-Tanya Jawab /MTJ atau Request (Reading-Question)

    Strategi ini ditujukan untuk mengembangkan kemampuan membaca komprehensif, memahami alasan pengambilan kesimpulan isi bacaan, dan peramalan lanjut berkenaan dengan isi bacaan. Tahapan kegiatannya, adalah

    1)      Guru menjelaskan tujuan pengajaran, problem yang harus dipecahkan siswa, dan cara yang dilakukan siswa untuk memecahkan masalah

    2)      Guru dan siswa melakukan pemecahan masalah, misalnya menemukan fakta, mendapat ide pokok,penggunaan ungkapan, pendapat yang tidak relevan dengan fakta, dansebagainya. Untuk memecahkan masalah tersebut, guru dan siswa melakukan kegiatan membaca paragraf pertama bacaan

    3)      Setelah membaca paragraf pertama bacaan, guru meminta siswa meramalkan kemungkinan isi paragraf berikutnya. Guru dan siswa melakukan kegiatan membaca dalam hati. Paragraf yang dibaca bisa satu paragraf atau lebih bergantung pada kemungkinan waktu yang tersedia.

    4)      Tahap terakhir, adalah tanya jawab dan pembahasan jawaban pertanyaan.

    d.      Strategi Membaca dan Berpikir Secara Langsung/MBL atau DRTA (Direct Reading Thinking Activities)

    Tujuan penggunaan strategi ini, adalah untuk melatih siswa untuk berkonsentrasi dan “berpikir keras” guna memahami isi bacaan secara serius. Adapun langkah-langkah kegiatannya, adalah.

    1)      Guru meminta siswa membaca judul teks bacaan. Apabila mungkin, siswa diminta memperhatikan gambar, dan subjudul secara cepat. Setelah itu guru bertanya kepada siswa sebagai pembangkit prediksi dan penciptaan konsentrasi saat membaca. Pertanyaan tersebut misalnya “Apa kira-kira isi paragraf selanjutnya? Mengapa Kalian membuat pemikiran demikian?”

    2)      Guru meminta siswa untuk membaca dalam hati satu atau dua paragraf bacaan dengan berkonsentrasi untuk menemukan kebenaran/kesalahan peramalan yang dilakukan semula.

    3)      Bagian lanjut bacaan yang belum dibaca/ditanyakan ditutup dulu dengan kertas. Setelah membaca dalam hati guru mengajukan pertanyaan, “Apa kira-kira isi paragraf berikutnya?” “Mengapa Kalian memperkirakan demikian?”

    4)      Langkah seperti tersebut di atas dilakukan sampai dengan bacaan itu habis/selesai dibaca. Selanjutnya dapat dilakukan menjawab pertanyaan tentang isi bacaan atau kagiatan yang lain.

    e.       Strategi Penghubungan Pertanyaan-Jawaban /PPJ atau QAR (Questions-Answer Relationship)

    Strategi ini digunakan untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam memperoleh berbagai informasi dari berbagai sumber yang berkaitan dengan berbagai bidang.

    Berdasarkan gambaran pilihan jenis pertanyaan seperti di atas, tahap kegiatan yang dilakukan, adalah

    a)      Guru mengemukakan tujuan pengajarannya, problem yang mesti dipecahkan siswa, dan cara yang perlu dilakukan siswa untuk memecahkan masalah. Masalah yang dipecahkan siswa adalah memahami dan menjawab pertanyaan dalam berbagai jenis dan tingkatannya.

    b)      Siswa melakukan kegiatan membaca dalam hati. Setelah kegiatan membaca selesai, dilakukan kegiatan tanya jawab dan pembahasan.

    c)      Pertanyaan yang penemuan jawabannya memerlukan berbagai sumber dan berbagai kegiatan lain, misalnya pengamatan dan wawancara diberikan dalam bentuk tugas untuk dilaporkan pada pertemuan berikutnya. Pengerjaan tugas seyogyanya dikerjakan secara kelompok.

    f.       Strategi Pengelompokan dan Pemetaan Isi Bacaan/ PPIB atau GMA (Group Mapping Activities)

    Strategi ini digunakan untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam menyusun dan memahami bagan, mengelompokkan, memetakan isi bacaan, misalnya bacaan cerita dan memetakan isi bacaan secara umum.Adapun tahapan pembelajarannya, adalah.

    1)      Persiapan : Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan kegiatan yang akan dilakukan oleh siswa, misalnya siswa diminta membuat diagram plot cerita.

    2)      Proses Membaca : Siswa membaca dalam hati tanpa diinterupsi oleh guru dalam waktu yang ditentukan.

    3)      Selanjutnya siswa diminta mengemukakan pemahaman isi bacaan, misalnya plot dalam bentuk bagan. Berdasarkan bagan yang disusun, siswa diminta mengemukakan satuan kelompok isinya secara lisan. Siswa lain diminta menanggapi.

    8.      Metode Pembelajaran Membaca

    Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan Metode lebih bersifat prosedural dan sistematik karena tujuannya untuk mempermudah pengerjaan suatu kerjaan. (Iskandarwassid:2011:56).

    Ada beberapa metode dalam pembelajaran membca menurut Abidin Yunus (2014:164-179),  yaitu sebagai berikut.

    a.       Metode Turnamen Membaca

    Metode turnamen membaca merupakan merupakan metode yang menekankan usaha siswa memahami wacana dengan jalan bekerja sama dalam kelompok dengan menggunakan berbagai keterampilan sosial.

    Tahap-tahap metode Turnamen membaca adalah sebagai berikut:

    1)      Prabaca

    a)      Tahap Persiapan

    (1) Guru mempersiapkan materi berikut perangkat pembelajaran termasuk lembar kerja Siswa (LKS) dan perlengkapan turnamen.

    (2)   Guru membagi kelompok berdasarkan skor awal (nilai rata-rata harian). Dalam satu kelompok terdiri dari 4-5 orang dengan kemampuan heterogen.

    b)      Tahap penyajian Materi

    (1) Guru memberikan gambaran umum tentang isi bacaan yang sesuai dengan perkembangan siswa.Penyajian umum ini bukan menyajikan ringkasan melainkan hanya menyajikan arah wacana yang akan dibahas.

    2)      Tahap Membaca

    a)      Tahap Kegiatan Kelompok

    Siswa berkelompok membaca materi dan mengerjakan soal-soal turnamen yang diberikan guru. Peran guru adalah sebagai fasilitator dan motivator kegiatan setiap kelompok.

    b)      Tahap Turnamen akademik

    (1) Guru mengelompokan siswa yang memiliki kemampuan sama dalam meja turnamen

    (2) Guru menyampaikan aturan permnainannya.

    (3) Siswa melaksanakan turnamen dipandu oleg guru

    c)      Tahap perhitungan skor

    (1) Guru menghitung skor berdasarkan jawaban benar yang dibuat masing-masing siswa.

    d)     Tahap Penghargaan Kelompok

    (1) Guru memberikan Penghargaan kepada kelompok    berdasarkan rata-rata skor kelompok.

    3)      Tahap Pascabicara

    (1) Guru mengulas mengenai materi dan soal-soal turnamen yang telah dipelajari.

    (2)  Guru menguji pemahaman siswa  secara menyeluruh dengan jalan menugaskan siswa menceritakan isi bacaan dengan bahasanya sendiri.

    b.      Metode Jigsaw Membaca

    Pembelajaran membaca jigsaw membaca adalah salah satu tipe pembelajaran membaca yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Kegiatan belajar jigsaw membaca mengambungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara.

    Metode jigsaw memiliki beberapa tahap sebagai berikut:

    a)      Tahap Prabaca

    (1) Guru mengelompokan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen.

    (2)  Guru membagi tugas baca yang harus dilakukan siswa pada setiap kelompok, baik ahli maupun kelompok asal

    b)      Tahap Membaca

     (1) Tahap Kerja kelompok ahli

    Siswa dikelempokan menjadi beberapa kelompok. Kemudian siswa-siswa atau perwakilan dari kelompoknya masing-masing yang mempelajari suatu materi yang sama bertemu dengan anggota-anggota dari kelompok lain dalam kelompok ahli.

    (2) Tahap Kerja Kelompok Asal

    Perwakilan kelompok kembali ke kelompok asalnya untuk menjelaskan kepada teman satu kelompoknya mengenai materi yang telah didiskusikan pada kelompok ahli, sehingga semua anggota kelompoknya dapat memahami materi yang ditugaskan oleh guru.

    c)      Tahap Pascabaca

    (1) Tahap Evaluasi

     (a) Guru memberikan tes/kuis kepada siswa diberi tujuan untuk mengetahui kemampuan yang telah dimiliki siswa dalam memahami suatu materi dengan metode belajar koperatif  tipe jigsaw.

    (b)Guru melakukan perhitungan skor perkembangan individu dan skor kelompok serta menentukan tingkat penghargaan pada kelompok.

    c.       Metode Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)

    Pembelajaran membaca dengan metode  CIRC terdiri atas tiga unsur penting yakni kegiatan-kegiatan dasar terkait, pengajaran langsung pelajaran memahami bacaan, dan seni berbahasa menulis terpadu.

    Metode CIRC pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami isi bacaan sekaligus membina kemampuan menulis reproduksi atas bahan bacaan yang dibacanya.

    Slavin (dalam Abidin:2014, 168) mengemukakan unsur utama CIRC sebagai berikut.

    1)      Kelompok pembaca

    Para siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok pembaca yang terdiri atas dua sampai tiga orang berdasarkan  tingkat kemampuan membaca siswa yang heterogen.

    2)      Kelompok Membaca

    Siswa ditempatkan berpasangan di dalam kelompok baca mereka. Selanjutnya pasangan ini dibagi kedalam kelompok yang terdiri atas pasang-pasangan dari dua kelompok membaca yang berbeda.

    3)      Aktivitas menceritakan kembali

    Siswa menceritakan kembali apa yang telah dibacanya.

    Pembelajaran membaca denagan mengunakan metode CIRC dapat dikemukakan sebagai berikut.

    a)      Tahap Prabaca

     (1)  Guru memperkenalkan cerita yang akan dibaca oleh anak.

     (2) Setelah cerita diperkenalkan, siswa diberikan paket cerita yang terdiri atas buku cerita dan serangkaian kegiatan yang harus siswa lakukan dalam kelompoknya.

    b)      Tahap Membaca

    (1) Membaca berpasangan

    Pada tahap ini siswa membaca cerita dalam hati dan kemudian secara bergantian membaca keras cerita tersebut bersama pasangannya. Ketika rekannya membaca, pendengar mengikuti dan membetulkan setiap kesalahan yang dibuat si pembaca. Guru memberikan penilaian dengan cara berkeliling.

    (2) Menuliskan Struktur Cerita

    Pada tahap ini siswa menerima pertanyaan dari guru seputar masalah cerita misalnya, karakter, alur, latar, konflik dan pemecahan masalah yang terkandung dalam cerita.

    (3) Membaca Nyaring

    Para siswa diminta untuk menemukan kata-kata sulit yang terdapat dalam cerita dan membacakannya secara nyaring tanpa canggung dan ragu-ragu.

    (4) Makna Kata

    Berbagai kata sulit yang mereka temukan dalam cerita selanjutnya ditentukan maknanya.

    c)      Pascabaca

    (1) Menceritakan kembali cerita

    Setelah seluruh cerita dibaca dan dibahas dalam kelompok, siswa diminta membuat sinopsis cerita.

    (2) Pemeriksaan oleh pasangan

    Sinopsis yang dibuat siswa selanjutnya ditukarkan kepada temannya sehingga satu sama lain dapat mengecek ketepatan sinopsis yang dibuat temannya. Pasangan mereka memberikan formulir tugas siswa yang mengindikasikan bahwa mereka telah menyelesaikan tugas tersebut.

    (3) Tes

    Pada tahap ini siswa diberi tes tentang pemahaman isi cerita, menuliskan kalimat dari daftar kosakata sulit, dan membaca daftar tersebut secara nyaring di depan guru.

    d.      Metode scoffoled Reading

    Scoffoled Reading pada dasarnya merupakan metode pembelajaran membaca yang menekankan pada usaha mengembangkan kemampuan membaca siswa melalui penyusunan aktivitas membaca secara bertahap.

    Berikut diuraiakan tahapan pembelajaran membaca dengan menggunakan metode scoffoled Reading

    1)      Tahap Prabaca

    a)      Pemilihan Teks

    Guru memilih teks yang akan dipergunakan sebagai bahan ajar membaca. Dan teks tersebut harus memiliki karakteristik

    (1) mengandung bahasa yang kaya dan kompleks.

    (2) sulit tetapi tidak terlalu sulit.

    (3) menarik perhatian siswa.

    (4) sesuai dengan usia dan kemampuan membaca siswa.

    b)      Orientasi Teks

    Guru memberikan penjelasan umum tentang isi teks, misalnya pengarangnya, dan alasan mengapa teks tersebut dipilih.

    2)      Tahap Membaca

    a)      Membaca Teks

    Siswa mulai membaca teks dengan menggunakan berbagai kecepatan membaca.

    b)      Orientasi Bahasa

    Pada tahap ini siswa membahas tentang bahasa yang digunakan pengarang. Aktivitas yang dapat dilakukan siswa antara lain:

    (1)  Menggambarkan pilihan bahasa.

    (2)  Menemukan kata kunci.

    (3)  Memaknai kata kunci.

    (4) Menugaskan siswa untuk menemukan beberapa cerita yang penting.

    (5)  Analisis kata kunci.

    (6) Mengulang membaca beberpa bagian cerita yang penting secara nyaring.

    c)      Membangun Pemahaman

    Siswa ditugaskan untuk menggunakan startegi  misalnya membaca ulang teks, menggarisbawahi teks, mengabaikan kata sulit, mamaknai kalimat, dan mengoreksi kesalahan sendiri.

    3)      Tahap Pascabaca

    a)      Pada tahap ini guru menguji tingkat pemahaman siswaterhadap isi bacaan.

    e.       Metode Grup Investigasi

    Metode grup investigasi sangat tepat digunakan dalam kegiatan membaca ekstensif. Dalam hal ini siswa melakukan investigasi terhadap berbagai macam wacana guna menemukan hubungan antara wacana tersebut. Tujuan akhirnya adalah siswa mampu membuat laporan membaca yang bersumber dari berbagai sumber bacaan sebagai wujud pemahamansiswa terhadap bahan bacaan yang dibaca.

    Dalam grup investigasi siswa bekerja melalaui enam tahapan. Keenam tahapan grup investigasi dalam pembelajaran membaca dimodifikasi dari Slavin dan Sharan (dalam Abidin:2014, 172-173) sebagai berikut.

    1)      Tahap Prabaca

    a)      Pemilihan Topik

    Siswa memilih subtopik tertentu yang akan diinvestigasinya. Bidang permasalahan umum biasanya ditentukan oleh guru. Dalam hal ini guru menyediakan berbagai macam bacaan yang bertema sama.

    b)      Merencanakan Tugas

    Siswa dan guru merencanakan prosedur, tugas dan tujuan belajar tertentu sesuai subtopik yang telah dipilih kelompok, seperti menemukan kata kunci dari beberapa ragam bacaan yang disediakan guru, membuat inti sari bacaan tersebut, dan membuat tanggapan atas wacana tersebut.

    2)      Tahap Membaca

    a)      Melaksanakan Investigasi

    Siswa melaksanakan investigasi untuk mengumpulkan berbagai informasi melalui kegiatan membaca.

    b)      Analisis dan sistesis dan meyiapkan laporan akhir.

    Siswa menaganalisis dan mengevaluasi berbagai informasi pada tahap sebelumnya dan merancang dan menyusun tentang bagaimana informasi tersebut dapat disajikan secara menarik kepada teman-temannya. Pada tahap ini siswa diharuskan mampu menentukan pesan-pesan esensial dari proyek membaca.

    c)      Mempersentasikan Laporan Akhir

    Siswa mempersentasikan hasil investigasinya. Persentasinya harus mampu mengaktifkan pendengaranya. Para penyimak harus mengkritik dan memberi masukan kepada kelompok persentasi.

    3)      Tahap Pascabaca

    a)      Evaluasi

    (1) Siswa memberikan umpan balik terhadap tugas yang telah dikerjakan terutama mengenai keefektifan pengalaman belajar yang telah dialaminya.

    (2)  Guru mengevaluasi pemebelajaran siswa.

    f.       Metode Skemata Kritis

    . Metode membaca ini sangat cocok untuk mengajarkan kemampuan membaca kritis. Tahapan membaca kritis ini dapat diuaraikan sebagai berikut :

    1)      Tahap Prabaca

    a)      Apresiasi

    Guru memperkenalkan tema wacana yang akan siswa pelajari selama pembelajaran. Bahan bacaan yang digunakanberupa  argumentatif atau berbasis masalah.

    b)      Curah Pendapat

    Pada tahap ini siswa menuliskan atau menyampaikan gagasannya, kemudian siswa ditugaskan untuk membaca wacana yang telah disediakan.

    2)      Tahap Membaca

    a)      Membaca Wacana

    Siswa ditugaskan untuk mencatat semua ide penting yang berhubungan dengan usaha pemacahan masalah terkait dengan tema yang dibacakan guru.

    b)      Membuat Peta konsep

    Setelah membaca, siswa harus mampu menyusun ide pokok dalam peta konsep secara terstruktur.

    c)      Diskusi Fakta- Opini- Solusi

    Pada tahap ini siswa dituntut untuk mampu membedakan fakta dan opini dan  menanggapi fakta dan opini tersebut bedasarkan cara pandang mereka sendiri.

    3)      Tahap Pascabaca

    a)      Menulis Kritis

    Pada tahap ini siswa mengembangkan sebuah tulisan yang sifatnya mengkritisi bahan bacaan yang telah dibacanya

    9.      Evaluasi Pembelajaran Membaca

    Berukut ini beberapa tes pemebelajaran membaca menurut Nurgiyantoro (2005:252-266)

    a.       Tes Kemempuan Membaca Tingkat Ingatan

    Tes kemampuan membaca membaca pada tingkat ingatan yaitu menghendaki siswa untuk menyebutkan kembali fakta, definisi, atau konsep yang terdapat dalam wacana yang diujikan.

    Contoh Tes ingatan dalam bentuk pilihan ganda

    .  Dibawah ini yang termasuk kepada sumber daya alam hayati adalah .

    (a) Tanah

    (b) Air

    (c) Tumbuhan

    (d) kertas

    b.      Tes Kemampuan membaca Tingkat Pemahaman

    Tes Kemampuan membaca pada tingkat pemahaman, yaitummenuntut siswa untuk dapat memahami wacana yang dibacanya. Pemahaman yang dilakukan pun dimaksudkan untuk memahami isi bacaan, mencari hubungan antar hal, sebab-akibat, perbedaan dan sebagainya.

    Contoh tes membaca tingkat pemahaman dengan bahan wacana  prosa pendek atau pernyataan singkat misalnya sebagai berikut:

    “Kita tidak usah khawatir bahwa kebudayaan asing yang sering begitu menjanjikan kesenangan tetapi bertentangan adat ketimuran akan merusak kehidupan para pemuda dan sebaliknya apabila pemuda telah memiliki benteng mental dan kepribadian yang tangguh.”

    (a) Pemuda yang bermental dan berkepribadian tangguh tidak akan begitu saja terpengaruh kebudayaan asing yang tidak sesuai dengan adat ketimuran.

    c.       Tes Kemampuan Membaca Tingkat Penerapan

    Tes tingkat penerapan mengehendaki siswa mampu menerpakan pemahamannya pada situasi atau hal lain yang ada kaitannya.

    Butir tes dalam bentuk pilihan ganda sebagai berikut:

    (1) Kata-kata Ton yang membuktikan bahwa ia memandang tingginya prestasi lebih merupakan beban dari pada kebanggaan ialah:

           (a) Apa gunanya NEM tinggi Tin, jika kita tak mampu mengatasi  masalah sendiri.

    d.      Tes kemampuan Membaca Tingkat Analisis

    Tes kemampuan membaca tingkat analisis menuntut siswa untuk mampu menganalisis informasi tertentu dalam wacana, mengenali, mengidentifikasi, atau membedakan pesan dan atau informasi dan sebagainya.

    Butir-butir tes pemahaman bacaan tingkat analisis misalnya sebagai berikut.

    1)      Apakah pikiran pokok alinea pertama dan kedua wacana di atas?

    e.       Tes Kemampuan Membaca Tingkat Sintesis

    Tes kemampuan membaca tingkat sintesis menuntut siswa untuk mampu menghubungkan  dan atau menggeneralisasikan antara hal-hal, konse, masalah, atau pendapat  yang terdapat dalam wacana. Pada tes ini berupa kegiatan yang menghasilkan kominikasi yang baru, meramalkan, dan menyelesaikan masalah.

    Butir-butir tes yang diujikan kepada siswa misalnya sebagai berikut.

    1)      Bagaimanakah caranya kita mengatasi fenomena tumpukan sampah yang ada di sekitar kita?

    f.       Tes Kemempuan Membaca Tingkat Evaluasi

    Tes kemempuan membaca tingkat evaluasi menuntut siswa untuk mampu memberikan penilaian yang berkaitan dengan wacana yang dibaca.

    Butir-butir tes yang diujikan misalnya sebagai berikut.

    1)  Menurut pendapat Anda apakah bahasa yang dipergunakan dalam wacana di atas memenuhi kriteria bahasa indonesia baku?

    BAB III

    PENUTUP

    A.    Kesimpulan

    Membaca suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis. Membaca sering disebut sebagai membaca nyaring atau membaca permulaan. Pembelajaran membaca yang dilakukan di sekolah harus diarahkan agar mencapai beberapa tujuan utma pembelajaran membaca.tiga tujuan utama pembelajaran membaca di sekolah adalah:

    1. Memungkinkan siswa agar mampu menikmati kegiatan membaca.

    2. Mampu membaca balam hati dalam kecepatan bacaan yang flexible.

    3. Serta memperoleh tingkat pemahaman yang cukup atas isi bacaan.

    Pembelajaran membaca dapat diartikan sebagai serangakaian aktivitas yang dilakukan siswa untuk mencapai keterampilan membaca dibawah arahan, bimbingan, dan motivasi guru.

    B.     Saran

    Pembalajaran membaca berbasis pendidikan karakter  sebagai suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter bagi peserta didik perlu terus dilakukan dengan lebih intensif dan berkesinambungan dalam semua mata pelajaran dan guru haruslah bisa memilih dan menerapakan strategi dan metode pembelajaran membaca yang tepat sehingga kemampuan membaca peserta didik dapat meningkat.

    DAFTAR PUSTAKA

    Abidin,Y. (2013). Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter. Bandung: PT. Refika Aditama.

    Iskandarwassid, dkk. (2011). Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

    Nurgiyantoro,B. (2005). Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.

    Tarigan, H. (2014). Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

    Mahendra. (2014).Tahap Kegiatan Membaca, [Online]. Tersedia: http://www.blogspot.com. [07 April 2015].

    Nurikhlas. (2012).Pembelajaran Bahasa Di Kelas Tinggi, [Online]. Tersedia: http://www.wordpress.com. [07 April 2015].

    Nurhaya. (2014).Pembelajaran Membaca Berbasis Karakter. [Online]. Tersedia: http://www.blogspot.com. [14 Aprrl 2015].

  • Makalah Konsep Dasar Penelitian Kuantitatif

    Konsep Dasar Penelitian Kuantitatif

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Dalam peneltian dikenali stilah kuantitatif dan kualitatif. Di tingkat metodologisejak awal pertumbuhan ilmu-ilmu sosial sudah dikenal ada dua mazhab penelitian sosial. Dalam konteks ini Sanapiah Faisal dalam (musafa nanang, 2012) membaginya menjadi 2 yaitu: Pertama, mazhab penelitian sosial yang menggunakan pendekatan kuantitatif, atau yang lebih populer dengan sebutan Pendekatan Penelitian Kuantitatif. Kedua, mazhab penelitian sosial yang menggunakan pendekatan kualitatif, atau yang biasa dikenal dengan sebutan Pendekatan Penelitian Kualitatif.

    Suharsimi Arikuntodalam (musafa nanang, 2012) berpendapat bahwa kaitan pilihan memulai dan memilih suatu pendekatan atau metode ilmiah juga yang ada dalam penelitian tentu tidak bisa terlepas dari kebaikan dan kelemahan, keuntungan dan kerugian. Oleh karena itu untuk dapat memberikan pertimbangan dan keputusan mana yang lebih baik dalam penggunaan suatu pendekatan maka terlebih dahulu perlu dipahami masing-masing pendekatan tersebut.

    Atas dasar pernyataan diatas, maka kami menyusun sebuah makalah yang berisi mengenai Penelitian kuantitatif, prosedur penelitian kuantitatif, dan dimensi-dimensi penelitian kuantitatif yang sangat bermanfaat sekali terutama bagi mahasiswa untuk memahami lebih dalam lagi mengenai penelitian kuantitatif.

    B.     Rumusan Masalah

    Ada beberapa rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu sebagai berikut:

    1. Apa pengertian penelitian kuantitatif?
    2. Bagaimana prosedur penelitian kuantitatif?
    3. Bagaimana dimensi-dimensi penelitian kuantitatif?

    C.     Tujuan Penulisan

    Berdasarkan rumusan masalah yang akan di bahas, tujuan yang ingin dicapai dari makalah ini adalah sebagai berikut:

    1. Untuk mengetahui pengertian penelitian kuantitatif.
    2. Untuk mengetahui prosedur penelitian kuantitatif.
    3. Untuk mengetahui dimensi-dimensi penelitian kuantitatif.

    BAB II

    PEMBAHASAN

    A.    Pengertian Penelitian Kuantitatif

    Metode kuantitatif dinamakan metode tradisional, karena metode ini sudah cukup lama digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai metode untuk penelitian. Metode ini disebut sebagai metode positivistik karena berlandaskan pada filsafat positivisme. Metode ini sebagai metode ilmiah/scientific karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit, obyektif, terukur, rasional, dan sistematis. Metode ini juga disebut metode discovery, karena dengan metode ini dapat ditemukan dan dikembangkan berbagai iptek baru. 

    Penelitian kuantitatif merupakan salah satu jenis penelitian yang spesifikasinya adalah sistematis, terencana, dan terstruktur dengan jelas sejak awal hingga pembuatan desain penelitiannya. Definisi lain menyebutkan penelitian kuantitatif adalah penelitian yang banyak menuntut penggunaan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya. Demikian pula pada tahap kesimpulan penelitian akan lebih baik bila disertai dengan gambar, table, grafik, atau tampilan lainnya. Penelitian kuantitatif didasari oleh filsafat positivisme yg menekankan fenomena fenomena objektif dan dikaji secara kuantitatif. Maksimalisasi objektivitass desain penelitian ini dilakukan dengan menggunakan angka-angka, pengolahan statistik, struktur dan percobaan terkontrol. (sukmadinata, N, 2013)

    Menurut Sugiyono (14:2015), metode penelitian kuantitatif merupakan metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

    Filsafat positivisme memandang realitas/gejala/fenomena itu dapat diklasifikasikan, relatif tetap, konkrit, teramati, terukur, dan hubungan gejala bersifat sebab akibat. Penelitian pada umumnya dilakukan pada populasi atau sampel tertentu yang representatif. Proses penelitian bersifat deduktif, di mana untuk menjawab rumusan masalah digunakan konsep atau teori sehingga dapat dirumuskan hipotesis. Hipotesis tersebut selanjutnya diuji melalui pengumpulan dan lapangan. Untuk mengumpulkan data digunakan instrumen penelitian. Data yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan statistik deskriptif sehingga dapat disimpulkan  hipotesis yang dirumuskan terbukti atau tidak. Penelitian kuantitatif pada umumnya diambil sampel random, sehingga kesimpulan hasil penelitian dapat digeneralisasikan pada populasi di mana sampel tersebut diambil.

    Penelitian kuantitatif merupakan studi yang diposisikan sebagai bebas nilai(value free). Dengan kata lain, penelitian kuantitatif sangat ketat menerapkan prinsip-prinsip objektivitas. Objektivitas itu diperoleh antara lain melalui penggunaan instrumen yang telãh diuji validitas dan reliabilitasnya. Peneliti yang melakukan studi kuantitatif mereduksi sedemikian rupa hal-hal yang dapat membuat bias, misalnya akibat masuknya persepsi dan nilai-nilai pribadi. Jika dalam penelaahan muncul adanya bias itu, penelitian kuantitatif akan jauh dari kaidah-kaidah teknik ilmiah yang sesungguhnya (Sudarwan Danim, 2002: 35) dalam (musafa nanang, 2012)

    Dalam hal pendekatan, penelitian kuantitatif lebih mementingkan adanya variabel-variabel sebagai objek penelitian dan variabel-variabel tersebut harus didefenisikan dalam bentuk operasionalisasi variable masing-masing. Reliabilitas dan validitas merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi dalam menggunakan pendekatan ini karena kedua elemen tersebut akan menentukan kualitas hasil penelitian dan kemampuan replicasi serta generalisasi penggunaan model penelitian sejenis. Selanjutnya, penelitian kuantitatif memerlukan adanya hipotesa dan pengujian yang kemudian akan menentukan tahapan-tahapan berikutnya, seperti penentuan teknik analisa dan formula statistik yang akan digunakan. Juga, pendekatan ini lebih memberikan makna dalam hubungannya dengan penafsiran angka statistic bukan pada makna secara kebahasaan dan kulturalnya. (musafa nanang, 2012).

    1.      Penggunaan Metode Kuantitatif

    Menurut Sugiono (2015:34) Metode Kuantitatif digunakan apabila:

    a.       Bila masalah yang merupakan titik tolak penelitian sudah jelas. Masalah adalah penyimpangan antara yang seharusnya dengan yang terjadi, antara aturan dengan pelaksanaan, antara teori dan praktek, antara rencana dengan pelaksanaan.

    b.      Bila peneliti ingin mendapatkan informasi yang luas dari suatu populasi. Metode penelitian kuantitatif cocok digunakan untuk mendapatkan informasi yang luas tetapi tidak mendalam.

    c.       Bila ingin diketahui pengaruh perlakuan/treatment tertentu terhadap yang lain. Untuk kepentingan ini metode eksperimen paling cocok digunakan.

    d.      Bila peneliti bermaksud menguji hipotesis penelitian.

    e.       Bila peneliti ingin mendapatkan data yang akurat.

    f.       Bila ingin menguji terhadap adanya keragu-raguan tentang validitas pengetahuan, teori, dan produk tertentu.

    2.      Kompetensi Peneliti Kuantitatif

    a.       Memiliki wawasan yang luas dan mendalam tentang bidang pendidikan yang akan diteliti.

    b.      Mampu melakukan analisis masalah secara akurat, sehingga dapat ditemukan masalah penelitian pendidikan yang betul-betul maslah.

    c.       Mampu menggunakan teori pendidikan yang tepat sehingga dapat digunakan untuk memperjelas masalah yang diteliti, dan merumuskan hipotesis penelitian.

    d.      Memahami berbagai jenis metode penelitian kuantitatif, seperti metode survey, eksperimen, action research, expost facto, evaluasi dan R & D.

    e.       Mampu menyusun instrument baik test maupun nontest untuk mengukur berbagai variabel yang diteliti, mampubmenguji validitas dan reliabilitas instrumen.

    f.       Mampu mengumpulkan data dengan kuesioner, maupun dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi.

    g.      Mampu menyajikan data, menganalisis data secara kuantitatif untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis penelitian yang telah dirumuskan.

    h.      Mampu memberikan interpretasi terhadap data hasil penelitian maupun hasil pengujian hipotesis.

    i.        Mampu membuat laporan secara sistematis, dan menyampaikan hasil penelitian ke pihak-pihak yang terkait.

    j.        Mampu membuat abstraksi hasil penelitian, dan membuat artikel untuk dimuat ke dalam jurnal ilmiah.

    k.      Mampu mengkomunikasikan hasil penelitian kepada masyarakat luas.

    Dalam penelitian kuantitatif diyakini adanya sejumlah asumsi sebagai dasar dalam melihat fakta atau gejala. Asumsi-asumsi yang dimaksud adalah:

    1.      objek-objek tertentu mempunyai keserupaan satu sama lain, baik bentuk, struktur, sifat maupun dimensi lainnya.

    2.      suatu benda atau keadaan tidak mengalami perubahan dalam jangka waktu tertentu.

    3.      Suatu gejala bukan merupakan suatu kejadian yang bersifat kebetulan, melainkan merupakan akibat dari faktor-faktor yang mempengaruhinya (Jonathan Sarwono, 2011).

    Sejalan dengan penjelasan di atas, secara epistemologi paradigma kuantitatif berpandangan bahwa sumber ilmu terdiri dari dua hal, yaitu pemikiran rasional dan empiris. Karenaitu, ukuran kebenaran terletak pada koherensi(sesuai dengan teori-teori terdahulu) dan korespondensi (sesuai dengan kenyataan empiris). Kerangka pengembangan ilmu itu dimulai dengan proses perumusan hipotesis yang dideduksi dari teori, kemudian diuji kebenarannya melalui verifikasi untuk diproses lebih lanjut secara induktif menuju perumusan teori baru. Jadi, secara epistemologis pengembangan ilmu itu berputar mengikuti siklus, logico, hipotetico dan verifikatif.

    Ada tiga hal mendasar yang harus diketahui dalam penelitian kuantitatif yaitu aksioma, karakteristik penelitiandan proses penelitian.

    a.       Aksioma(PandanganDasar)

    Aksioma meliputirealitas, hubungan peneliti dengan yang diteliti, hubungan variable, kemungkinan generalisasi dan peranan nilai.

    AksiomaDasarMetodeKuantitatif
    SifatrealitasDapat diklasifikasikan, konkrit, teramati, terukur
    Hubungan
    peneliti dengan yang diteliti
    Independen, supaya terbangun obyektivitas
    Hubungan variabelKausalitas (sebab-akibat)
    Kemungkinan generalisasiCenderung membuat generalisasi
    Peranan nilaiCenderung bebas nilai

    b.      KarakteristikPenelitian

    Menurut sugioni (2015:23-24) Penelitian kuantitatif memiliki beberapa karakteristik berikut:

    1)      Desain

    a)      Spesifik, jelas, rinci

    b)      Ditentukan secara mantap sejakawal

    c)      Menjadi pegangan langkah demi langkah.

    2)      Tujuan

    a)      Menunjukkan hubungan antar variable

    b)      Mengujiteori

    c)      Mencari generalisasi yang memiliki nilai prediktif

    3)      Tehnik Pengumpulan data

    a)      Kuesioner

    b)      Observasi dan wawancara terstruktur

    4)      InstrumenPenelitian

    a)      Tes, angket, wawancara terstruktur

    b)      Instrument yang telah terstandar

    5)      Data

    a)     Kuantitatif

    b)    Hasil pengukuran variable yang dioperasionalkan dengan menggunakan instrument

    6)      Sampel

    a)      Besar

    b)      Representatif

    c)      Sedapat mungkin random

    d)     Ditentukan sejak awal

    7)      Analisis

    a)      Setelah sèlesai pengumpulan

    b)      Deduktif

    c)      Menggunakan statistik

    8)      Hubungan dengan Responden

    a)      Dibuat berjarak, bahkan sering tanpa kontak supaya obyektif

    b)      Kedudukan peneliti lebih tinggi daripada responden

    c)      Jangka pendek sampai hipotesis dapat ditemukan.

    9)      Usulan Desain

    a)      Luas dan rinci

    b)      Literatur yang berhubungan dengan masalah dan variabel yang diteliti.

    c)      Prosedur yang spesifik dan rinci langkah-langkahnya

    d)     Masalah dirumuskan dengan spesifik dan jelas

    e)      Hipotesis dirumuskan dengan jelas

    f)       Ditulis secara rinci danjelas sebelum terjun ke lapangan

    10)  Kapan penelitian dianggap selesai?

    a)      Setelah semua kegiatan yang direncanakan dapat diselesaikan

    11)  Kepercayaan terhadap hasil Penelitian

    a)      Pengujian validitas dan realiabilitas instrument

    B.     Prosedur Penelitian Kuantitatif

    Menurut sugiono (2015:49-51) prosedur penelitian kuantitatif adalah sebagai berikut:

    Adapun penjelasan mengenai prosedur penelitian kuantitatih ialah sebagai berikut:

    Dalam penelitian kuantitatif, masalah yang dibawa oleh peneliti harus sudah jelas. Menurut Tuckman, setiap penelitian yang akan dilakukan harus selalu berangkat dari masalah, walaupun diakui bahwa memilih masalah penelitian merupakan hal yang paling sulit dalam proses penelitian (Sugiyono: 52).

    Langkah ke 1, rumusan masalah merupakan suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data. Dengan pertanyaan ini maka akan dapat memandu peneliti untuk kegiatan penelitian selanjutnya.

    Langkah ke 2, landasan teori ini perlu ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh dan bukan sekedar perbuatan coba-coba. Adanya landasan teori merupakan ciri bahwa penelitian itu cara ilmiah untuk mendapatkan data. Teori yang digunakan berfungsi untuk memperjelas masalah yang diteliti, sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis dan sebagai referensi untuk menyusun instrumen penelitian.

    Langkah ke 3, hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Bila dilihat dari eksplanasinya, bentuk hipotesis penelitian yaitu hipotesis deskripsi (variabel mandiri), komparatif (perbandingan), dan asosiatif (hubungan). Hipotesis deskripsi adalah jawaban sementara terhadap masalah deskriptif yang berkenaan dengan variabel mandiri, hipotesis komparatif adalah jawaban sementara terhadap masalah komparatif (variabelnya sama tetapi populasi atau sampelnya berbeda atau keadaan itu terjadi pada waktu yang berbeda), hipotesis asosiatif adalah adalah jawaban sementara terhadap masalah asosiatif (yang menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih).

    Langkah ke 4, hipotes yang masih merupakan jawaban sementara, selanjutnya harus dibuktikan kebenarannya dengan pengumpulan data. Pengumpulan data dapat dilakukan melalui wawancara (apabila peneliti ingin menemukan permasalahan yang harus diteliti dan mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam serta jumlah respondennya sedikit/kecil), angket (teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya) dan observasi (digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar).

    Pengumpulan data dilakukan pada populasi tertentu yang telah ditentukan oleh peneliti. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu.

    Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili).

    Meneliti adalah mencari data yang teliti/akurat. Untuk itu peneliti perlu menggunakan instrumen penelitian. Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian. Variabel-variabel dalam ilmu alam misalnya panas, maka instrumennya adalah calorimeter, variabel panjang maka instrumennya adalah mistar (meteran), variabel berat maka instrumennya adalah timbangan berat. Sedangkan instrumen penelitian dalam bidang sosial, khususnya bidang pendidikan yang sudah baku sulit ditemukan. Untuk itu, peneliti harus mampu membuat instrumen yang akan digunakan untuk penelitian. Menetapkan variabel-variabel yang diteliti. Dari variabel-variabel tersebut diberikan definisi operasionalnya, dan selanjutnya ditentukan indikator yang akan di ukur. Dari indikator ini kemudian dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan atau pernyataan. Untuk memudahkan penyusunan instrumen, maka perlu digunakan “matrik pengembangan instrumen” atau “kisi-kisi instrumen”.

    Agar instrumen dapat dipercaya, maka harus diuji validitas dan reabilitasnya. Terdapat tiga cara pengujian validitas instrumen, yaitu pengujian validitas konstrak, pengujian validitas isi dan pengujian validitas eksternal.

    1.      Pengujian validitas konstrak

    Untuk menguji validitas konstrak, dapat digunakan pendapat dari ahli. Para ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun itu. setelah pengujian konstrak dari para ahli dan berdasarkan pengalaman empiris di lapangan selesai, maka diteruskan dengan uji coba instrumen. Instrumen tersebut dicobakan pada sampel dari mana populasi diambil. Setelah data ditabulasikan, maka pengujian validitas konstruksi dilakukan dengan analisis faktor, yaitu dengan mengkorelasikan antar skor item instrumen dalam suatu faktor, dan mengkorelasikan antar skor faktor dengan skor total.

    2.      Pengujian validitas isi

    Pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan. Untuk instrumen yang akan mengukur efektivitas pelaksanaan program, maka pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan isi atau rancangan yang telah ditetapkan. Secara teknis pengujian validitas isi menggunakan kisi-kisi instrumen. Pada setiap instrumen baik test maupun non test terdapat butir-butir pertanyaan atau pernyataan. Untuk menguji validitas butir-butir instrumen lebih lanjut, setelah dikonsultasikan dengan ahli, selanjutnya diujicobakan, dan dianalisis dengan analisis item atau uji beda.

    3.      Pengujian validitas eksternal

    Validitas eksternal instrumen diuji dengan cara membandingkan (untuk mencari kesamaan) antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta empiris yang terjadi di lapangan.

    Sedangkan pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan secara eksternal dan internal. Secara eksternal pengujian dapat dilakukan dengan rest-retest, equivalent, dan gabungan keduanya.

    a.       Test-retest

    Instrumen penelitian yang reliabilitasnya diuji dengan tes-retest dilakukan dengan cara mencobakan instrumen beberapa kali pada responden. Instrumennya sama, respondennya sama dan waktunya yang berbeda. Bila koefisien korelasi positif dan siginfikan maka instrumen tersebut sudah dinyatakan reliabel.

    b.      Ekuivalen

    Instrumen yang ekuivalen adalah pertanyaan yang secara bahasa berbeda, tetapi maksudnya sama. Pengujian reliabilitas instrumen dengan cara ini cukup dilakukan sekali, tetapi instrumennya dua, pada responden yang sama, waktu sama, instrumen berbeda. Reliabilitas instrumen dihitung dengan cara mengkorelasikan antara data instrumen yang satu dengan data instrumen yang dijadikan equivalent. Bila korelasi positif dan signifikan, maka instrumen dinyatakan reliabel.

    c.       Gabungan

    Pengujian reliabilitas ini dilakukan dengan cara mencobakan dua instrumen yang equivalent beberapa kali, ke responden yang sama. Reliabilitas instrumen dilakukan dengan mengkorelasikan dua instrumen, setelah itu dikorelaksikan pada pengujian kedua, dan selanjutnya dikorelasikan secara silang.

    Jika dengan dua kali pengujian dalam waktu berbeda, akan dapat dianalisis enam koefisien reliabilitas. Bila keenam koefisien korelasi itu semuanya positif dan siginfikan, maka dapat dinyatakan bahwa instrumen tersebut reliabel.

    Secara internal pengujian dapat dilakukan dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen tertentu. Pengujian reliabilitas dengan internal consistency, dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian yang data diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu. Hasil analisis dapat digunakan untuk memprediksi reliabilitas instrumen.

    Langkah ke 5, setelah data terkumpul selanjutnya dianalisis. Analisis diarahkan untuk menjawab rumusan masalah dan hipotesis yang diajukan. Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan statistik. Statistik yang digunakan dapat berupa statistik deskriptif dan inferensial/induktif. Statistik inferensial dapat berupa statistik parametris dan statistik nonparametris.

    Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Statistik deskriptif dapat digunakan bila peneliti hanya ingin mendeskripsikan data sampel, dan tidak ingin membuat kesimpulan yang berlaku untuk populasi dimana sampel diambil.

    Statistik inferensial adalah teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. Statistik ini akan cocok digunakan bila sampel diambil dari populasi yang jelas, dan teknik pengambilan sampel dari populasi itu dilakukan secara random.

    Pada statistik inferensial terdapat statistik parametris dan nonparametris. Penggunaan statistik parametris dan nonparametris tergantung pada asumsi dan jenis data yang akan dianalisis. Statistik parametris memerlukan terpenuhi banyak asusmsi. Asumsi yang utama adalah data yang akan dianalisis harus berdistribusi normal. Selanjutnya dalam penggunaan salah satu test mengharuskan data dua kelompok atau lebih yang diuji harus homogen, dalam regresi harus terpenuhi asumsi lineritas. Statistik nonparametris tidak menuntut terpenuhi banyak asumsi, misalnya data yang akan dianalisis tidak harus berdistribusi normal. Statistik parametris mempunyai kekuatan yang lebih daripada statistik nonparametris,bila asumsi yang melandasi dapat terpenuhi. Statistik parametris kebanyakan digunakan untuk menganalisis data interval dan rasio, sedangkan statistik nonparametris digunakan untuk menganalisis data nominal, ordinal.

    Data hasil analisis selanjutnya disajikan dan diberikan pembahasan. Penyajian data dapat menggunakan tabel, tabel distribusi frekuensi, grafik garis, grafik batang, piechart (diagram lingkaran), dan pictogram.

    Langkah ke 6, setelah hasil penelitian diberikan pembahasan, maka selanjutnya dapat disimpulkan. Kesimpulan berisi jawaban singkat terhadap setiap rumusan masalah berdasarkan data yang telah terkumpul. Apabila rumusan masalah ada lima, maka kesimpulannya juga ada lima. Peneliti juga harus memberikan saran-saran. Melalui saran-saran tersebut diharapkan masalah dapat terpecahkan. Saran yang diberikan harus berdasarkan kesimpulan hasil penelitian.

    Apabila hipotesis penelitian yang diajukan tidak terbukti, maka perlu di cek apakah ada yang salah dalam penggunaan teori, instrumen, pengumpulan, analisis data, atau rumusan masalah yang diajukan.

    C.     Dimensi-dimensi Penelitian Kuantitatif

    Menurut  Sudarto, A (2013) dimensi dimensi penelitian kuantitatif ialah sebagai berikut:

    1.      Penelitian survey

    Penelitian survey merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan pertanyaan terstruktur yang sama pada setiap orang, kemudian semua jawaban yang diperoleh peneliti dicatat, diolah, dan dianalisis. Pertanyaan terstruktur disebut kuesioner. Kuesioner berisi pertanyaan-pertanyaan yang akan diberikan kepada responden untuk mengukur variabel-variabel, berhubungan diantara variabel yang ada, serta dapat berupa pengalaman dan pendapat dari responden. Dalam pelaksanan survei, kondisi penelitian tidak dimanipulasi oleh peneliti.

    Metode survei biasanya digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah, namun peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan data (kuesioner, test, wawancara, dan sebagainya), perlakuan yang diberikan tidak sama pada eksperimen.

    Penelitian survei memiliki berbagai macam variasi dalam pelaksanaannya. Di bidang pendidikan dan tingkah laku penelitian survei minimal dapat dikelompokkan menjadi lima macam bentuk, yaitu, survei catatan (sirvey of record) merupakan penelitian yang menggunakan sumber-sumber berupa catatan dan informasi nonreaksi. Survei menggunakan angket dengan memanfaatkan jasa pos (biasanya didistribusikan kepada responden dengan bantuan jasa pos), survei melalui telepon (biasanya menggunakan buku petunjuk telepon untuk menghubungi responden), survei dengan wawancara kelompok (biasanya hasil survey lebih merefleksikan tingkah laku kelompok dan merupakan hasil consensus antar responden), dan wawancara individual (survey model ini menggunakan pendekatan konvensional, dengan wawancara perorangan). Demikian penjabaran mengenai pengertian penelitian baik itu kuantitaif maupun kualitatif, pendekatan survey pada penelitian kuantitatif, langkah-langkah dalam penelitian survey, serta jenis-jenisnya.

    2.      Penelitian eksperimen

    Menurut Solso & MacLin dalam (Sudarto, A, 2013), penelitian eksperimen adalah suatu penelitian yang di dalamnya ditemukan minimal satu variabel yang dimanipulasi untuk mempelajari hubungan sebab-akibat. Oleh karena itu, penelitian eksperimen erat kaitanya dalam menguji suatu hipotesis dalam rangka mencari pengaruh, hubungan, maupun perbedaan perubahan terhadap kelompok yang dikenakan perlakuan.

    Menurut Yatim Riyanto dalam (Sudarto, A, 2013), penelitian eksperimen merupakan penelitian yang sistematis, logis, dan teliti didalam melakukan kontrol terhadap kondisi. Dalam pengertian lain, penelitian eksperimen adalah penelitian dengan melakukan percobaan terhadap kelompok eksperimen, kepada tiap kelompok eksperimen dikenakan perlakuan-perlakuan tertentu dengan kondisi-kondisi yang dapat di kontrol.

    Wiersma dalam (Sudarto, A, 2013), mendefinisikan eksperimen sebagai suatu situasi penelitian yang sekurang-kurangnya satu variabel bebas, yang disebut sebagai variabel eksperimental, sengaja dimanipulasi oleh peneliti.

    Arikunto dalam (Sudarto, A, 2013), mendefinisikan eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang mengganggu.

    Jadi, dengan kata lain, suatu penelitian eksperimen pada prinsipnya dapat didefinisikan sebagai metode sistematis guna membangun hubungan yang mengandung fenomena sebab akibat (causal-effect relationship). Contoh hubungan sebab akibat dibidang pendidikan misalnya, seorang mahasiswa yang mempunyai nilai matematika tinggi cenderung  berhasil dalam menyelesaikan mata kuliah merencana mesin. Penelitian eksperimen pada umumnya dilakukan oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan sesuatu jika dilakukan pada kondisi yang dikontrol dengan teliti, maka apa yang akan terjadi?. Disamping itu, penelitian eksperimen dilakukan oleh peneliti dengan tujuan mengatur situasi dimana pengaruh beberapa variabel  terhadap satu atau variabel  terikat dapat diidentifikasi.

    Ciri utama penelitian eksperimen yang membedakannya dengan semua jenis penelitian lainnya adalah perlakuan atau manipulasi ternadap variabel bebas untuk mengetahui efeknya terhadap variabel terikat. Variabel yang dilibatkan, yaitu variabel bebas dan variabel terikat, sudah ditetapkan secara tegas oleh peneliti sejak awal penelitian. Variabel bebas (disebut juga variabel perlakuan, variabel independen, atau variabel penyebab) adalah variabel yang dimanipulasisecara sistematis dalam eksperimen. Contoh variabel bebas adalah metode pembelajaran, ienis-jenis penguatan, frekuensi penguatan media pembelajaran, iingkungan belajar, mater pembelajaran, jumlah kelompok belajar, dan sebagainya. Sedangkan variabel terikat (disebut iuga variabel kriteria atau variabel dependen) adalah variabel yang diukur sebagai akibat adanya perlakuan terhadap variabel bebas. Contoh variabel terikat dalam penelitian pendidikan, antara lain adalah hasil belajar siswa, kesiapan belajar siswa, kemandirian belajar, dan/atau skor tes.

    Menurut Christensen dalam (Sudarto, A, 2013), penelitian eksperimen memiliki beberapa ciri khas, yaitu: 

    a.       Variabel penelitian dan situasi perlakuan diatur secara ketat, dengan menetapkan perlakuan, kontrol. dan pengacakan.

    b.      Adanya kelompok pergendali sebagai pembanding bagi kelompok  eksperimen.

    c.       Mengendalikan variansi untukmemaksimalkan variansi variabel yang berkaitan dengan hipotesis penelitian, meminimalisir variansi variabel pengganggu yang mungkin mempengaruhi hasil eksperimen. juga meminimalisir variansi kekeliruan. termasuk kekeliruan pengukuran. Pemilihan dan penentuan subyek serta penempatan subyek dalam kelompok perlakuan dan kelompok pengendalian jugadilakukan secara acak.

    d.      Validitas internal diperlukan pada desain eksperimen guna mengetahui apakah  manipulasi benar-benar berdampak pada perbedaan hasil yang dicapai.

    e.       Validitas eksternal berkaitan dengan bagaimana keterwakilan populasi dan ketergeneralisasian hasil eksperimen. 

    Eksperimen dalam bidang pendidikan berdasarkan lokasinya dapat dibedakan atas dua bentuk, yaitu eksperimen di laboratorium dan eksperimen di luar laboratorium. Eksperimen di laboratorium dilaksanakan Peneliti dalam sebuah ruangan tertutup atau dalam kondisi tertentu untuk meningkatkan akurasi hasil penelitian. Sedangkan eksperimen di luar laboratorium (juga disebut eksperimenlapangan) biasanya dilakukan oleh peneliti guna mendapatkan hasil eksperimen dalam lingkungan yang sebenamya, misalnya di kelas atau di masyarakat.

    Dari kedua bentuk penelitian eksperimen tersebut eksperimen diluar laboratorium adalah bentuk  eksperimen yang paling banyak dilakukan, karena mempunyai beberapa keunggulan, misalnya:

    1)      lebih mudah dalam pemberian perlakuan;

    2)      memungkinkan untuk melakukan eksperimen pada kondisi yang sebenarnya;

    3)      hasil eksperimen lebih sesuai dengan permasalahan yang dihadapi oleh para pendidik. Sedangkankelemahan utamanya adalah sulit untuk mengendalikan variabel-variabel luar yang mengancam validitas internal dan validitas eksternal hasil eksperimen.

    Eksperimen laboratorium memiliki keunggulan utama, yaitu sangat cocok untuk mendalami masalah yang berkaitandengan pengembangan ilmu pengetahuan, termasuk ilmu pendidikan. Dalam pelaksanaan eksperimen ini memungkinkan untuk mengendalikan variabel-variabel luar yang mengancam validitas internal dan validitas eksternal hasil eksperimen. Namun karena ketatnya pengendalian terhadap variabel-variabel luar, sehingga hasil eksperimen ini adakalanya tidak memungkinkan untuk diterapkan pada kondisi yang sebenarnya.

    Ada tiga hal yang menjadi karakteristik penelitian eksperimental:

    a)      Manipulasi, dimana peneliti menjadikan salah satu dari sekian variabel bebas untuk menjadi sesuai dengan apa yang diinginkan oleh peneliti, sehingga variabel lain dipakai sebagai pembanding yang bisa membedakan antara yang memperoleh perlakuan/manipulasi dengan yang tidak memperoleh perlakuan/manipulasi.

    b)      Pengendalian, dimana peneliti menginginkan variabel yang diukur itu mengalami kesamaan sesuai dengan keinginan peneliti dengan menambahkan faktor lain ke dalam variabel atau membuang faktor lain yang tidak diinginkan peneliti dari variable.

    c)      Pengamatan, dimana peneliti melakukan suatu kegiatan mengamati untuk mengetahui apakah ada pengaruh manipulasi variabel (bebas) yang telah dilakukannya terhadap variabel lain (terikat) dalam penelitian eksperimental yang dilakukannya.

    Selain itu, dalam penelitian eksperimen ada tiga unsur penting yang harus diperhatikan dalam melakukan penelitian ini, yaitu kontrol, manipulasi, dan pengamatan. Variabel kontrol disini adalah inti dari metode eksperimental, karena variabel control inilah yang akan menjadi standar dalam melihat apakah ada perubahan, maupun perbedaan yan terjadi akibat perbedaan perlakuan yang diberikan. Sedangkan manipulasi disini adalah operasi yang sengaja dilakukan dalam penelitian eksperimen. Dalam penelitian ini, yang dimanipulasi adalah variabel independent dengan melibatkan kelompok-kelompok perlakuan yang kondisinya berbeda. Setelah peneliti menerapkan perlakuan eksperimen, ia harus mengamati untuk menentukan apakah hipotesis perubahan telah terjadi (Observasi).

    Dari beberapa penjelasan diatas secara garis besar dapat kita simpulkan karakteristik penelitian eksperimen adalah antara lain :

    a.       Menggunakan kelompok kontrol sebagai garis dasar untuk dibandingkan dengan kelompok yang dikenai perlakuan eksperimental.

    b.      Menggunakan sedikitnya dua kelompok

    c.       Harus mempertimbangkan kesahihan ke dalam (internal validity).

    d.      Harus mempertimbangkan kesahihan keluar (external validity)

    3.      Penelitian analisis data sekunder

    Analisis data sekunder merupakan analisis data survei yang telah tersedia. Analisis ini mencakup interpretasi, kesimpulan atau tambahan pengetahuan dalam bentuk lain. Semua itu ditunjukkan melalui hasil penelitian pertama secara menyeluruh. Analisis bentuk ini merupakan analisis ulang (re-analysis) dalam bentuk atau sudut pandang berbeda dari laporan pertama Thomas dalam (Mubah, S, 2007). Hasil dari penelitian pertama itu disaring melalui pengertian peneliti kedua, tergantung dari konteks dan situasi sosialnya.

    Dari data sekunder didapat dua manfaat yang menyertainya. Penelitian sekunder dapat menjadi alternatif untuk mendapat jawaban yang tidak didapat dari penelitian primer. Dari data sekunder peneliti juga mendapat manfaat dengan menjadikanya alat komparasi dengan data yang telah ada untuk mencari perbedaan dengan temuan yang baru.
    Data sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber yang mudah diakses, seperti perpustakaan. Bentuknya juga beragam, dari bentuk dokumentasi seperti surat, kontrak, dan memo. Peneliti juga bisa menggunakan jasa penyedia info dan CD ROM. Namun, yang perlu diperhatikan adalah terkadang data sekunder in bersifat subyektif dan memihak, tergantung penyedianya. Kent dalam (Mubah, S, 2007). memaparkan bahwa setidaknya ada empat tipe berbeda dari data sekunder:

    a.       jurnal, artikel, buku dan koran yang dipublikasikan.

    b.      data statistik dari pemerintah atau sumber lain.

    c.       data dari rumah produksi, penelitian pasar atau iklan.

    d.         data hasil dari operasional sehari-hari.

    Keuntungan yang didapat dari penggunaan data sekunder antara lain:

    1)      peneliti baru mendapat info setelah penelitian usai sehingga data didapat menyeluruh, tidak setengah-setengah.

    2)       bukan hanya jadi alternatif sumber bahan, tetapi dapat juga menjadi sumber data utama

    3)      data jenis ini dapat memberi data dengan kualitas lebih tinggi dengan mengusulkan hipotesis, formulasi masalah dan metode penelitian yang sebaiknya dilakukan

    4)      data sekunder telah melalui proses analisis yang baik.

    Selain empat keuntungan di atas, peneliti pengguna data sekunder hendaknya juga perlu memerhatikan beberapa kelemahannya seperti:

    a)      data yang terkadang bias dan tidak sesuai dengan tujuan penelitian yang spesifik,

    b)      data terlampau luas sehingga bisa terjadi misinterpretasi,

    c)       biasanya tidak up to date sehingga kadang perlu analisis ulang dengan tambahan data tertentu,

    d)     data lama inilah yang terkadang dapat mengurangi validitasnya.
    Kesimpulannya, penggunaan data sekunder dalam penelitian bisa menjadi pilihan. Selain kemudahan akses sehingga dapat menghemat waktu dan biaya, data jenis ini juga cukup memadai bagi penelitian oleh mahasiswa. Namun, yang perlu dijadikan catatan adalah bahwa data sekunder cenderung bias sehingga tidak akurat atau tidak sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan. Tetapi, secara keseluruhan penggunaan data sekunder lebih banyak keuntungannya sehingga tak heran jika data ini banyak dipakai.

    4.      Penelitian analisis isi

    Analisis isi (Content Analysis) adalah tekhnik penelitian untuk membuat inferensi – inferensi yang dapat ditiru (replicable), dan sahih data dengan memperhatikan konteksnya. Analisis isi berhubungan dengan komunikasi atau isi komunikasi. Logika dasar dalam komunikasi, bahwa setiap komunikasi selalu berisi pesan dalam sinyal komunikasinya itu, baik berupa verbal maupun nonverbal. Sejauh ini, makna komuniaksi menjadi amat dominan dalam setiap peristiwa komunikasi.

    Analisis isi; penelitian ini dilakukan bukan kepada orang, tetapi lebih kepada simbol, gambar, film, dan sebagainya. Pada material yang dianalisis, misalnya surat kabar, dihitung berapa kali tulisan tentang topik tertentu muncul, lalu dengan alat bantu statistik dihitung

    Bab III. Penutup

    A.    Kesimpulan

    Penelitian kuantitatifmerupakan salah satu jenis penelitian yang spesifikasinya adalah sistematis, terencana, dan terstruktur dengan jelas sejak awal hingga pembuatan desain penelitiannya. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang banyak menuntut penggunaan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan darih asilnya.

    Proses penelitian kuantitatif bersifat linier, di mana langkah-langkahnya jelas, mulai dari penyusunan latar belakang masalah; identifikasi, pemilihan dan perumusan masalah, landasan teori, perumusan hipotesis, pengumpulan data, analisis data sampai pada membuat kesimpulan dan saran. Dimensi-dimensi penelitian kuantitatif  diantaranya adalah survey, analisis data/isi, analisis data sekunder, dan eksperimen.

     DAFTAR PUSTAKA

    Sugiyono, (2015). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

    Sukmadinata, N.S. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja

    Rosdakarya.

    Mushafa, N. (2012).Makalah dan Artikel Pendidikan  Penelitian Kuantitatif. [Online]. Tersedia: http://www.blogspot.com. [02 Oktober 2015].

    Sudarto, A. (2013).Indikator-Dimensi-Konsep-Proposis [Online]. Tersedia: http://www.blogspot.com. [03 Oktober 2015].

    Mubah, S. (2007).Penelitian Analisis Data Sekunder [Online]. Tersedia: http://www.blogspot.com. [03 Oktober 2015].

  • Makalah Roll Depan dan Roll Belakang

    Roll Depan dan Roll Belakang

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Senam lantai adalah salah satu jenis olahraga yang cukup diminati dan digeluti banyak orang. Biasanya merupakan nomor pertama dalam pertandingan atas pertimbangan kesempatan bagi para pesenam untuk juga berlaku sebagai pemanasan karena gerakan-gerakannya tidak memerlukan tenaga otot yang luar biasa. Untuk pertama kali nomor ini sebagai nomor perseorangan dalam Olympiade 1932 dan bagi wanita baru 20 tahun kemudian.

    Senam lantai sangat populer terutama bagi penyelenggaraan secara massal yang dapat diikuti oleh ribuan peserta bersama-sama. Gerakan-gerakannya dapat dikerjakan secara seragam dan membentuk formasi-formasi yagn menarik dan mengesankan.

    Senam lantai  adalah satu bagian dari rumpun senam, sesuai dengan denga istilah lantai, maka gerakan-gerakan senam yang dilakukan di atas yang beralasan matras atau permadani atau sering juga disebut dengan istilah latihan bebas,sebab pada waktu melakukan gerakan atau latihannya pesenam tidak boleh menggunakan alat atau suatu benda.

    Senam lantai menggunakan area yang berukuran 12 x 12 meter, dan area 1 meter untuk menjaga keamanan dilapisi karpet kenyal setebal 0,045 m. Pria tampil dalam waktu 70 detik dan wanita dengan diiringi musik 90 detik.  Untuk memberikan kesan kepada para wasit dengan rangkaian urutan dari berbagai lompatan, putaran, keseimbnagan dicampur dengan unsur-unsur lonjakan dan akrobatik.

    Gerakan-gerakan yang menekankan tenaga harus dilakukan secara lambat dan sikap statis sekurang-kurangnya 2 detik. Gerakan-gerakan salto harus dikerjakan setinggi bahu.

    B. Rumusan Masalah

    1.Apa pengertian rol  depan?

    1. Apa pengertian rol  belakang?
    2. Bagaimana cara melakukan rol depan?
    3. Bagaimana melakukan rol belakang?
    4. Apa saja kesalahan gerakan yang dilakukan saat melakukan gerakan rol depan dan belakang ?

        TUJUAN PENULISAN

    1Mengetahui pengertian dari rol  depan.

    1. Mengetahui pengertian dari rol  belakang.

    3.Mengetahui cara melakukan rol depan.

    4. Mengetahui cara melakukan rol belakang.

    5 Mengetahui kesalahan gerakan yang dilakukan saat melakukan rol depan dan belakang.

    6/Mengetahui kesalahan pada rol belakang dan rol depan

    7.Memberikan cara pemanasan sebelum melekukan rol depan dan rol belakang

     MANFAAT PENULISAN

    Makalah ini dapat digunakan untuk mengkaji tentang senam lantai. Makalah ini juga  digunakan sebagai sumber informasi baru mengenai senam lantai, terkhususnya rol depan dan belakang. Makalah ini juga digunakan sebagai bahan pustaka penelitian.

    BAB II

    PEMBAHASAN

    PENGERTIAN SENAM

    Senam adalah aktivitas fisik yang dilakukan baik sebagai cabang olahraga tersendiri maupun sebagai latihan untuk cabang olahraga lainnya. Berlainan dengan cabang olahraga lain umumnya yang mengukur hasil aktivitasnya pada obyek tertentu, senam mengacu pada bentuk gerak yang dikerjakan dengan kombinasi terpadu dan menjelma dari setiap bagian anggota tubuh dari komponen-komponen kemampuan motorik seperti : kekuatan, kecepatan, keseimbangan, kelentukan, agilitas dan ketepatan. Dengan koordinasi yang sesuai dan tata urutan gerak yang selaras akan terbentuk rangkaian gerak artistik yang menarik.

    Untuk mengetahui pengertian senam, kita harus mengetahui cirri-ciri senam antara lain:

    1.Gerakan-gerakannya selalu dibuat atau diciptakan dengan sengaja

    2.Gerakan-gerakannya harus selalu berguna untuk mencapai tujuan tertentu (meningkatkan kelentukan, memperbaiki sikap dan gerak atau keindahan tubuh, menambah ketrampilan, meningkatkan keindahan gerak, meningkatkan kesehatan tubuh)

    3.Gerakannya harus selalu tesusun dan sistematis.

               Sebelum melangkah terlalu jauh kita perlu mengetahui apa itu senam Senam adalah suatu latihan tubuh yang dipilih dan diciptakan dengan berencana, sistematisdengan tujuan membentuk dan mengembangkan keterampilan dan melatih kebugaran jasmani sehingga tubuh menjadi harmonis berikut saran dan prasarana senam lantai.

    .   sarana dan perasarana senam lantai
           Sarana dan prasarana olahraga merupakan modal utama dalam penyelenggaraan kegiatan olahraga, melalui peningkatan ketersediaan fasilitas olahraga yang berkualitas baik dan memadai dalam artian harus di sesuaikan dengan standart keutuhan ruang perorangan.

            Sarana dan prasarana olahraga adalah daya pendukung yang terdiri dari segala bentuk jenis peralatan dan tempat berbentuk bangunan yang di gunakan dalam memenuhi prasaratan yang di tetapkan untuk pelaksanaan program olahraga.

          Fungsi sarana dan prasarana olahraga adalah sebagai pendukung pelaksanan suatu kegiatan terutama dalam pengajaran olahraga. Manfaat sarana dan prasarana olahraga adalah dapat meningkatkan kualitas kesehatan dengan pemakaian alat dan tempat olahraga dengan benar.
          Dalam membuat penyediaan sarana dan prasarana harus memperhatikan 3 faktor penting di antaranya:

    1. Prasarana olahraga
             Untuk menampung kegiatan perlu dibutuhkan prasarana olahraga yang                jumlahnya mencukupi sesuai kebutuhan. Di dalam gegiatan senam lantai di perlukan gedung atau gor olahraga yang luas.
      2.Sarana olahraga
             Guna menampung kegiatan olahraga berprestasi maka di perlukan kualitas yang sesuai dengan syarat dan ketentuan masing-masing cabang olahraga. Dalam cabang olahraga senam lantai diperlukan matras yang luasnya 12 x 12 m dan dikelilingi matras selebar 1 m untuk keamanan pesenam.

    1.      o Memenuhi standart internasional

    o Kualitasbahan dan material harus memenuhi syarat internasional

    2.      Pendanaan sarana dan prasarana olahraga
        Untuk menujang faktor diatas perlukan dana yang cukup besar sehinggadapat  disiapkan prasarana yang mencukupi. Minimnya dana akan menyebabkan kurangnya kemampuan unit kerja terkait untuk mefasilitasi kegiatan olahraga

    3.      Peniningkatan keadaan sarana dan presarana dapat dilakukan dengan:

    1.    Peningkatan persediaan sarana dan prasarana olahraga yang memadai

    2.    Peningkatan anggaran dana dibidang olahraga dalam kaitannya untuk pengadaan   sarana dan prasarana.

    3.    Peningkatan minat terhadap kegiatan olahraga

    SENAM LANTAI TERBAGI ATAS

    1.PENGERTIAN ROL DEPAN

    Guling ke depan atau guling ke depan adalah berguling ke depan atas bagian belakang badan (tengkuk, punggung, pinggang dan panggul bagian belakang). Latihan ke depan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu guling ke depan dengan sikap awal jongkok dan guling ke depan dengan sikap awal berdiri

    Olah raga roll depan sangat mudah dilakukan dan juga mengasyikan tapi dibalik itu semua jika dilakukan tanpa teknik yang benar maka akan membahayakan keselamatan kita. Berikut ini akan saya paparkan  tata cara melakukan teknik roll depan yang mungkin anda butuh suatu saat nanti, atau ingin mempraktikkannya secara langsung, tapi bisa juga untuk pengetahuan saja.

    Sebelum melakukan gerakan inti alangkah baiknya melakukan pemanasan dan pelemasan terlebih dahulu, ini untuk mengantisipasi terjadinya cidera. Bukan hanya olah raga roll saja yang menganjurkan pemanasan sebelum kegiatan inti tapi semua cabang olah raga juga wajib melakukan pemanasan sebelum melakukan kegiatan inti, keuntungan pemanasan sebelum olah raga adalah siapnya otot ketika sudah melakukan kegiatan inti, agar otot tidak kaku, detak jantung stabil, meningkatkan suhu tubuh, mencegah resiko cidera , dan agar lebih percaya diri.

    Pada dasarnya pemanasan dan pelemasan harus dilakukan secara sistematis dan menjurus / mengarah  pada kegiatan inti.

    ·Berikut uraian pemanasan ( streacing );

    1.     Berdiri tegak kedua tangan di taruh di bawah dahi kemudian tarik keatas sampai kepala menghadap keatas.

    2.    Kepala menunduk dengan kedua tangan di taruh diatas kepala kemudian di tekan kebawah.

    3.    Kepala menoleh kesamping kiri kemudian telapak tangan kanan menekan dagu dan sebaliknya.

    4.    Mematahkan leher ke arah kanan / kiri dan tangan kiri di atas kepala menarik dengan telapak tengan secara berlahan.

    5.    Lengan kanan menyelinap ke tangan kiri / menyelinap di depan dada, kemudian tangan kiri menekan lengan kanan yang lurus di depan dada sampai otot bahu terasa tertarik.

    6.    Lengan kanan di tekuk di belakang kepala kemudian tangan kiri menyentuh siku dan di tarik hingga otot bahu terasa  tertarik dan sebaliknya.

    7.     Salah satu kaki di angkat ke atas dan ditekuk sambil ditahan dengan kedua tangan, dilakukan secara bergantian kanan kiri.

    8.    Kaki di tekuk kebelakang dengan di tahan tangan, dilakukan secara bergantian kanan kiri.

    9.    Kaki diagkat lurus kedepan dengan ditahan tangan, dilakukan secara bergantian kanan kiri.

    10.  Posisi kuda – kuda kedua tangan memeggang kedua lutut sambil menekan, selanjutnya badan serong kanan dan kiri

       CARA MELAKUKAN ROLL DEPAN SECARA UMUM

    a.         Mula-mula sikap jongkok, kedua kaki rapat, letakkan lutut ke dada, kedua tangan menumpu di depan ujung kaki kira-kira 40 cm.

    b.         Bengkokkan kedua tangan, letakkan pundak pada matras dengan menundukkan kepala, dagu sampai ke dada

    c.         Lanjutkan dengan melakukan gerakan berguling ke depan, ketika panggul menyentuh matras, peganglah tulang kering dengan kedua tangan menuju posisi jongkok.

    Beberapa gambar cara melakukan roll depan

    Kesalahan – kesalahan

    §   Kedua tangan yang bertumpu tidak dapat
    (dibuka terlalu lebar atau terlalu sempit, terlalu jauh atau terlalu dekat) dengan ujung kaki.

    §   Tumpuan salah satu atau keduia tangan kurang kuat, sehingga keseimbangan badan kurang sempurna dan akibatnya badan jauh kesamping.

    §   Bahu tidak diletakkkan diatas matras saat tangan dibengkokkan.

    §   Saat gerakan berguling ke depan kedua tangan tidak ikut melolak.

     2 .PENGERTIAN ROLL BELAKANG

    Senam Lantai Roll Belakang – Senam lantai roll belakang adalah gaya gerakan senam yang dimana posisi badan berguling ke arah belakang badan melalui bagian belakang badan mulai dari panggul bagian belakang,pinggang, punggung, dan tengkuk.nah disini ane akan sedikit memberi informasi tentang beberapa contoh gerakan senam lantai roll belakang. semoga informasi tentang contoh gerakan senam lantai roll belakang bermanfaat.

    Senam Lantai Roll Belakang adalah gerakan badan berguling kearah belakang melalui bagian belakang badan mulai dari panggul bagian belakang,pinggang, punggung, dan tengkuk.

    Guling ke belakang atau guling ke belakang adalah di mana posisi badan tetap harus membulat, yaitu kaki dilipat, lutut tetap melekat di dada, kepala ditundukkan sampai dagu melekat di dada. Berlawanan arah dengan rol depan.      

     BEBERAPA  CARA MELAKUKAN ROLL BELAKANG

    1.Roll belakang secara umum

    a.         Sikap permulaan dalam posisi jongkok, kedua tangan di depan dan kaki sedikit rapat

    b.         Kepala ditundukkan kemudian kaki menolak ke belakang

    c.         Pada saat panggul mengenai matras, kedua tangan segera dilipat ke samping telinga dan telapak tangan menghadap ke bagian atas untuk siap menolak.

    d.         Kaki segera diayunkan ke belakang melewati kepala, dengan dibantu oleh kedua tangan menolak kuat dan kedua kaki dilipat sampai ujung kaki dapat mendarat di atas matras, ke sikap jongkok.

    2.Roll Belakang Perseorangan

    Cara melakukan :

    1)      Berdiri tegap dan kedua tangan diangkat lurus ke atas membentuk huruf ”V”

    2)      Lalu pandangan lurus ke depan

    3)      Kemudian ikuti dengan menekuk kedua lutut hingga agak jongkok atau setengah jongkok dan tangan lurus kedepan

    4)      Lalu gulingkan badan ke belakang dengan tangan siap menyanggah dan memberi dorongan agar mendapat gulingan yang maksimal

    5)      Pada saat berguling kaki lurus dan saat menjatuhkan kaki dijatuhkan jauh di atas kepala

    6)      Lalu kembali keposisi semula yakni berdiri tegak dengan pandangan mata ke arah depan

    3.Roll Belakang Berpasangan

    Cara melakukan :

    1)      Orang pertama berdiri

    2)      Orang kedua tidur terlentang dengan kedua kaki diangkat ke atas

    3)      Orang pertama memegang kedua mata kakinya orang yang kedua

    4)      Lalu orang pertama menarik sekuat-kuatnya kaki orang yang kedua tersebut agar

    5)      mendapat dorongan berguling ke belakang

    Kemudian lakukan gulingan secara terus-menerus

     KESALAHAN-KESALAHAN GERAKAN

    Kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan saat melakukan gerakan guling depan dan belakang adalah sebagai berikut:

    a.         Kedua tangan yang bertumpu tidak tepat (dibuka terlalu lebar atau terlalu sempit, terlalu jauh atau terlalu dekat) dengan ujung kaki.

    b.         Tumpuan salah satu atau kedua tangan kurang kuat, sehingga keseimbangan badan kurang sempurna dan akibatnya badan jatuh ke samping.

    c.         Bahu tidak diletakkan di atas matras saat tangan dibengkokkan.

    d.         Saat gerakan berguling ke depan kedua tangan tidak ikut menolak.

    Gmabar/cara melakukan roll belakang.

    Matras yang digunakan dalam senam lantai

    Matras adalah salah satu sarana utama saat pertandingan maupun saat pembelajaran beladiri karate. Matras digunakan sebagai alas saat kegiatan yang bertujuan untuk mengurangi adanya kemungkinan cedera bagi para atletnya.

    Modifikasi permainan senam lantai

    1. Roll depan berpasangan

    ·         Pemain : 2-5 pasang. Tedak terbatas

    ·         Peralatan : Tidak mengunakan peralatan

    ·         Tempat : Gedung atau tempat bermain

    ·         Permainan : Tujuannyauntuk mengetahui tim yang sampai duluan di finis dengan sukses. Di lakukan secara berpasangan dan orang pertama berdiri dan orang yang kedua berposisi tidur denngan kedua kaki di tekuk, lalu orang pertama memegang mata kaki orang kedua dengan cara membungkuk ban orang kedua pun juga memegang mata kaki orang pertama. Setelah itu dilakukan gulingkan roll depan secara beruritan dan seirama dengan pasangan masing-masing.

    ·         Sekor : Tim yang sampai duluan menjadi pemenang

    ·          Variasi : Gunakan pemindahan dalam bentuk lain.

    2.  Roll belakanng berpasanngan

    ·         Pemain : 2-5 pasang orang. Tedak terbatas

    ·         Peralatan : Tedak mengunakan peralatan.

    ·          Tempat : Gedung atau tempat bermain

    ·          Kahlian : Kelenyukan dan kelenturan tubuh

    ·         Permainan : Tujuannya untuk mengetahui tim yang sampai dahulu di finis dengan sukses. Masing-masing tim berpasangan. Orang pertama berdiri dan orang kedua tidur terlentang dengan kedua kaki diangkat keatas. Orang pertama memegang mata kakinya orang kedua, lalu orang pertama menarik sekkuat-kuatnya kaki orang yang kedua tersebut agar mendapat dorangan berguling ke belakang. Kemudian lakuan guling kebekakang sampai funis.

    ·         Sekor : Tim yanng sampai duluan menjadi pemenang.

    ·          Variasi :Gunakan pemindahan dalam benuk lain.

    BAB III

    PENUTUP

    3.1       KESIMPULAN

    Senam lantai adalah salah satu jenis olahraga yang cukup diminati dan digeluti banyak orang. Biasanya merupakan nomor pertama dalam pertandingan atas pertimbangan kesempatan bagi para pesenam untuk juga berlaku sebagai pemanasan karena gerakan-gerakannya tidak memerlukan tenaga otot yang luar biasa. Untuk pertama kali nomor ini sebagai nomor perseorangan dalam Olympiade 1932 dan bagi wanita baru 20 tahun kemudian.

    Guling ke depan atau guling ke depan adalah berguling ke depan atas bagian belakang badan (tengkuk, punggung, pinggang dan panggul bagian belakang). Latihan ke depan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu guling ke depan dengan sikap awal jongkok dan guling ke depan dengan sikap awal berdiri

    Senam lantai roll belakang adalah gaya gerakan senam yang dimana posisi badan berguling ke arah belakang badan melalui bagian belakang badan mulai dari panggul bagian belakang,pinggang, punggung, dan tengkuk.nah disini ane akan sedikit memberi informasi tentang beberapa contoh gerakan senam lantai roll belakang. semoga informasi tentang contoh gerakan senam lantai roll belakang bermanfaat.

    Senam Lantai Roll Belakang adalah gerakan badan berguling kearah belakang melalui bagian belakang badan mulai dari panggul bagian belakang,pinggang, punggung, dan tengkuk.

    Jadi kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini adalah, gerakan roll depan dan belakang adalah bentuk dari senam lantai. Untuk melakukan rol depan dan belakang, dibutuhkan tehnik yang tepat  melakukannya sehingga dapat berhasil dengan baik.

    Dalam melakukannya terdapat kesalahan-kesalahan yang membuat kita cedera khususnya anggota gerak, seperti leher dan tengkuk. Kesalahan-kesalahan gerakan harus dihindari dan dipahami sehingga kecelakaan dapat dihindarkan.

    3.2       SARAN

     Sebaiknya dalam melakukan geraan-gerakan roll depan dan belakang adalah dengan mengikuti cara-cara dan metode yang telah diberikan dan lebih berhati -hati saat melakukannya. Sehingga kesalahan-kesalahan yang dapat membuat cedera tidak akan terjadi.

    Kesehatan merupakan hal penting dalam kehidupan manusia,karena kesehatan  dapat menentukan ketenangan dan kebahagiaan hidup manusia. Oleh karena itu, mempelajari kesehatan dengan berolahraga yang teratur mental adalah penting, apalagi di zaman yang semakin modern ini. Dimana kemajuan ilmu teknologi dan kebudayaan serta industri. Walaupun kemajuan tersebut dapat memenuhi kebutuhan, kemudahan dan kesenangan manusia, akan tetapi semuanya itu belum dapat menjamin kebahagiaan dan kesejahteraan jiwa. Semakin maju kebudayaan dan peradaban, semakin komplek pulah masalah dan kebutuhan manusia, sehingga memudah kanmanusia terganggu kesehatannya jika tida bisa mengatur olahraga yang baik.

    Catatan ; setelah mempraktikan roll janganlah langsung duduk diam dan kaki di tekuk, saran penulis setelah mempraktikkan roll bisa jalan – jalan biasa agar detak jantung kembali normal barulah istirahat.

    DAFTAR PUSTAKA

    – Kosasi, Engkos.1983.Olahraga Teknik dan Program Latihan:CV Akademika Pressindo.

    -www.wikipedia.com

    – www.wikimedia.com

    –  www.Gooegle.com

    -Kamus besar bahasa Indonesia.

    -Buku paket penjas.

  • Karya Tulis Ilmiah Pergaulan Remaja Masa Kini

    Pergaulan Remaja Masa Kini

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Remaja adalah generasi penerus yang akan membangun bangsa ke arah yang lebih baik yang mempunyai pemikiran jauh ke depan dan kegiatannya yang dapat menguntungkan diri sendiri, keluarga, dan lingkungan sekitar. Maka dari itu remaja tersebut harus mendapatkan perhatian khusus, baik oleh dirinya sendiri, orang tua, dan masyarakat sekitar.

    Banyak kita baca di media massa maupun kita lihat di media elektronik adanya remaja yang berprestasi juga ada remaja yang melakukan tindakan atau perbuatan yang merugikan dirinya sendiri, keluarga dan masyarakat sekitar. Pada makalah ini kami akan mencoba membahas cara mengatasi pergaulan bebas terhadap remaja.

    1.2  Rumusan Masalah

    1.   Bagaimana Pergaulan Remaja Masa Kini?

    2.   Akibat yang timbul dari Pergaulan Remaja Masa Kini?

    3.   Jalan keluar atau usaha yang dapat dilakukan untuk Menghindari Dampak Negatif dari Pergaulan Remaja Masa Kini?

    1.3  Tujuan Penulisan

    Karya Ilmiah ini kami buat dengan bertujuan agar remaja-remaja masa kini terarah pergaulannya yaitu dengan melakukan kegiatan yang positif yang berguna untuk dirinya sendiri, keluarga, dan masyarakat sekitar.

    Dan supaya agar remaja tidak terjebak di dalam pergaulan bebas. Maka dari itu perlu kiranya remaja membentengi diri dengan iman yang kuat.

    1.4  Manfaat Penulisan

    Manfaat penulisan ini yaitu menjelaskan secara mendalam dan terperinci tentang pergaulan remaja masa kini.

    1.5  Metode Penulisan

    Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah menggunakan metode pustaka yaitu penulis menggunakan media pustaka dalam penyusunan makalah ini.

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    2.1  Pengertian Remaja

    Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Batasan usia remaja berbeda-beda sesuai dengan sosial budaya setempat. Menurut WHO (badan PBB untuk kesehatan dunia) batasan usia remaja adalah 12 sampai 24 tahun.Sedangkan dari segi program pelayanan, definisi remaja yang digunakan oleh Departemen Kesehatan adalah mereka yang berusia 10 sampai 19 tahun dan belum kawin.Sementara itu, menurut BKKBN (Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak Reproduksi) batasan usia remaja adalah 10 sampai 21 tahun.

    Pergaulan remaja saat ini perlu mendapat sorotan yang utama, karena pada masa sekarang pergaulan remaja sangat mengkhawatirkan dikarenakan perkembangan arus modernisasi yang mendunia serta menipisnya moral serta keimanan seseorang khususnya remajanya pada saat ini. Ini sangat mengkhawatirkan bangsa karena ditangan generasi mudalah bangsa ini akan dibawa, baik buruknya bangsa ini sangat tergantung dengan generasi muda.

    Generasi muda saat ini kurang memiliki rasa cinta tanah air, ini dapat dilihat dari lebih gemarnya anak muda untuk pergi ke bioskop dari pada ke museum-museum sejarah perjuangan bangsa, mengapa hal ini bisa terjadi? ada beberapa kemungkinan yang dapat kita ambil dari hal tersebut yakni yang pertama kurangnya pemupukan rasa cinta tanah air semenjak kecil, sinetron-sinetron yang ditayangkan ditelevisi merupakan tayangan yang kurang produktif bagi perkembangan anak selain itu hal-hal yang terkait dengan bangsa ini tidak mendapat sorotan yang tajam mengenai budaya, masalah sosial yang dapat menimbulkan rasa cinta tanah air.

    Hal lain yang dapat menjadi penyebab yakni pendidikan yang kurang sehingga dapat menyebabkan seseorang tidak tau akan bangsanya sendiri. Pergaulan remaja saat ini sangat mengkhawatirkan ini dapat dilihat dari beberapa hal yakni tingginya angka pemakai narkoba dan adanya seks bebas dikalangan remaja, angka remaja yang melakukan seks bebas hingga saat ini mencapai 50 persen ramaja melakukan hubungan seks diluar nikah.

    Ini sangat mengkawatirkan bagi bangsa Indonesia krisis moral yang terjadi dikalangan remaja yang menyebabkan seks bebas dapat terjadi.

    2.2  Ciri-ciri Fisik dan Psikologis

               Bila merujuk pada psikologi perkembangan akan kita temukan pembagian tahap perkembangan psikologis kita menjadi tiga tahap: sembilan tahun pertama, sembilan tahun kedua dan sembilan tahun ketiga. Sembilan tahun pertama dalam kehidupan kita dapat disebut sebagai masa kanak-kanak. Pada masa ini kita hamper sepenuhnya bergantung pada perhatian dan bimbingan orang lain, utamanya orangtua kita. Dari persoalan mandi, makan, apa yg kita pakai, pilihan sekolah, dan teman hamper semuanya di pengaruhi oleh keputusan dan kebijakan orangtua kita. Masa kanak-kanak ditandai dengan perkembangan dan pertumbuhan fisik yg sangat cepat: mulai dari belajar telungkup, merangkak, berjalan, berbicara, dan berpikir. Usia remaja berada pada perkembangan psikologis kedua dan sembilan tahun kedua setelah kita melewati masa kanak-kanak. Pada masa ini kita mulai diajari tantang kemandirian dan bagaimana membuat keputusan untuk diri kita sendiri. Selain itu, karakteristik umum dari pertumbuhan dan perkembangan fisik kita pada periode usia ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
    Pertumbuhan tinggi badan dan berat badan pada umumnya lambat dan mantap; pertumbuhan yang sangat cepat pada masa kanak-kanak telah selesai dan perubahan-perubahan menginjak usia remaja mulai tampak. Pada usia ini kita cenderung mengalami perubahan hormonal,berupa perubahan suara, mulai tumbuhnya bulu-bulu di bagian tubuh tertentu, dan penonjolan-penonjolan pada bagian tubuh tertentu bagi perempuan.

               Pada tingkat usia ini system peredarn darah, pencernaan dan pernapasan sudah berfungsi secara lengkap meskipun pertumbuhan masih terus berlanjut. Parui-paru kita sudah hampir berkembang secara lengkap dan tingkat respirasi orang dewasa.

               Tekanan darah meningkat menjadi sedikit lebih rendah dari pada tekanan orang dewasa. Otak dan urat syaraf tulang belakang ( spinal cord ) menjadi orang dewasa pada usia 10 tahun, tetapi perkembangan sel-sel yg berkaitan dengan perkembangan mental belum sempurna dan terus berlanjut selama beberapa tahun kemudian. Pada usia 10 thun, mata kita telah mencapai ukuran dewasa dan fungsinya sudah berkembang secara maksimal.

    Masa remaja adalah saat ketika kita tidak lagi menjadi kanak-kanak, tetapi belum memasuki usia dewasa.

               Meskipun begitu, ada juga di antara kita, remaja, yg kekanak-kanakan atau remaja yg sudah mampu berpikir layaknya orang dewasa. Saat masih kanak-kanak hamper sepenuhnya kita bergantung pada orang lain, terutama orangtua atau wali kita. Masa kanak-kanak adalah masa “ketergantungan aktif” ketika kita sepenuhnya mengharapkan kasih-sayang dan perhatian orang lain. Tetapi pada masa kanak-kanak kita juga sadar tantang ketergantungan kita dan berjuang untuk membebaskan diri meskipun kita tidak sepenuhnya menyadari: bebas dari apa atau kebebasan untuk apa ? Secara tidak langsung kita menjadi sadar bahwa, meminjam ungkapan Norton, selam ini kita telah “salah-diidentifikasi,” bahwa kita selama ini bukan “budak”, bahwa kita adalah pribadi-pribadi yang sama dengan “orang lain” dalam kehidupan kita-bukan sekedar “derivasi-derivasi”. Kita menjadi tergugah untuk menemukan diri kita.

               Ketergugahan dan keingintahuan itulah yg merupakan titik yg akan menjembatani antara masa kanak-kanak dan masa remaja. Tetapi bahkan masa kanak-kanak kita yg diaktualisasikan secara lengkap pun belum dpat mempersiapkan diri kita secara baik untuk menghadapi masa remaja. Tahap krhidupan baru Ini memiliki nilai-nilai yg sama sekali unik, demikian juga dengan kewajiban-kewajiban dan kebajikan-kebajikannya. Masa remaja menuntut sebuah kehidupan baru yg lebih agresif dimana apa yg telah kita pelajari pada masa kanak-kanak hanya memeliki sedikit peran dan pengaruh.

               Masa remaja juga biasanya dikaitkan dengan masa “puber” atau pubertas. Istilah “puber” kependekan dari “pubertas”, berasal dri bahasa Latin. Pubertas berarti kelaki-lakian dan menunjukan kedewasaan yg dilandasi oleh sifat-sifat kelaki-lakian dan ditandai oleh kematangan fisik. Istilah “puber” sendiri berasal dari akar kata ”pubes”, yg berarti rambut-rambut kemaluan, yg menandakan kematangan fisik. Dengan demikian, masa pubertas meliputi masa peralihan dari masa anak sampai tercapainya kematangan fisik, yakni dari umur 12 tahun sampai 15 tahun. Pada masa ini terutama terlihat perubahan-perubahan jasmaniah berkaitan dengan proses kematangn jenis kelamin.

               Terlihat pula adanya perkembangan psikososial berhubungan dengan ber fungsinya kita dalam lingkungan social, yakni dengan melepaskan diri dari ketergantungan penuh kepada orangtua, pembentukan rencana hidup dan system nilai-nilai yg baru.
    Dalam literature Barat, remaja juga disebu sebagai adolescent dan masa remaja disebut sebagai adolescentia atau adolesensia.

               Beberapa tokoh psikologi menekankan pembahasan tentang adolesensia atau masa remaja pada perubahan-perubahan penting yg terjadi di dalamnya.

               Jean Piaget, misalnya, lebih menitik beratkan pada perubahan-perubahan yg dianggap penting dengan memandang “adolesensia” sebagai suatu fase kehidupan, dengan terjadinya perubahan-perubahan penting pada fungsi inteligensia, yr tercakup dalam aspek kognitif seseorang.

               Tokoh lain, Ana Freud, menggambarkan masa adolesensia sebagai suatu proses perkembangan yg meliputi perubahan-perubahan berhubungan dengan perkembangan psikoseksual, perubahan dalam hubungan kita dengan orangtua dan cita-cita. F. Neidhart juga melihat masa adolesensia sebagai masa peralihan ditintau dari kedudukan ketergantungannya dalam keluarga menuju ke kehidupan dengan kedudukan “mandiri”.

               Sedangkan E. H. Erikson mengemukakan timbulnya perasaan baru tentang identitas dalam diri kita pada masa adolesensia. Terbentuknya gaya hidup tertentu sehubungan dengan penempatan diri kita, yg tetap dapat dikenal oleh lingkungan walaupun telah mengalami perubahan baik pada diri kita maupun kehidipan sehari-hari.

               Dalam pembahasan kemudian, istilah “adolesensia” diartikan sebagai “masa remaja” dengan pengertian yg luas, meliputi seluruh perubahan yg terjadi di dalamnya. Remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, yakni antara usia 12 sampai 21 tahun. Mengingat pengertian remaja tersebut meninjukan pada masa peralihan sampai tercapainya masa dewasa, maka sulit menentukan batasan umurnya. Tetapi setidaknya dapat dikatakan bahwa masa remaja dimulai pada saat timbulnya perubahan-perubahan berkaitan dengan tanda-tanda kedewasaan fisik yakni pada usia 11 tahun atau mungkin 12 tahun pada anak permpuan sedangkan pada anak laki-lakinumumnya terjadi di atas 12 tahun.

    2.3  Akibat Yang Ditimbulkan

    Ada beberapa sebab yang dapat dijadikan alasan merebaknya “wabah mengerikan” ini, di antaranya adalah:

    1.      Pengaruh Negatif Media Massa.

    Media masssa seperti televisi, film, surat kabar, majalah dan sebagainya belakangan semakin banyak memasang dan mempertontonkan gambar-gambar seronok dan adegen   seks serta kehidupan yang glamour yang jauh dari nilai-nilai Islami. Hal ini diperparah lagi dengan berkembangnya tehnologi internet yang menembus batas-batas negara dan waktu yang memungkinkan kawula muda mengakses hal-hal yang bisa meningkatkan nafsu seks.

     Informasi tentang seks yang salah turut memperkeruh suasana. Akibatnya remaja cenderung ingin mencoba dan akhirnya terjerumus kepada sex bebs (free sex).

    2.      Lemahnya Keimanan.

    Hampir semua, bila tidak mau dikatakan semua, perilaku seks bebas, tahu akan beban  dosa yang mereka terima. Tapi entah kenapa, bagi mereka hal itu ‘dibelakangkan’ dan menjadikan nafsu sebagai pemimpin. Ini menunjukkan lemahnya rasa keimanan mereka.

    3.      Tidak adanya pendidikan sex yang benar, tepat dan dilandasi nilai-nilai agama.

    4.      Lemahnya pengawasan orang tua.

    5.      Salah dalam memilih teman

    6.     Seks bebas menghilangkan rasa malu, padahal dalam agama malu merupakan suatu hal     yang amat ditekankan dan dianggap perhiasan yang sangat indah khususnya bagi wanita.

    7.   Menjadikan wajah pelakunya muram dan gelap.

    8.   Membuat hati menjadi gelap dan mematikan sinarnya.

    9.   Menjadikan pelakunya selalu dalam kemiskinan atau merasa demikian sehingga tidak pernah merasa cukup dengan apa yang diterimanya.

    10.   Akan menghilangkan kehormatan pelakunya dan jatuh martabatnya baik di hadapan Tuhan maupun sesama manusia.

    11.  Tuhan akan mencampakkan sifat liar di hati penzina, sehingga pandangan matanya liar dan tidak terjaga.

    12.  Pelaku seks bebas akan dipandang oleh manusia dengan pandangan muak dan tidak percaya.

    13.  Zina mengeluarkan bau busuk yang mampu dicium oleh orang-orang yang memiliki ‘qalbun salim’ (hati yang bersih) melalui mulut atau badannya.

    2.4  Jalan Keluar

    –          Menanamkan Nilai Ketimuran

    –          Mengurangi menonton televisi

    –          Banyak beraktifitas positif

    –          Menanamkan keimanan yang kokoh

    –          Sosialisasi bahaya pergaulan bebas

    –          Menegakkan aturan hokum

    –          Munakahat

    BAB III

    PEMBAHASAN

    3.1 Pergaulan Remaja Masa Kini

    Pergaulan remaja saat ini perlu mendapat sorotan yang utama, karena pada masa sekarang pergaulan remaja sangat mengkhawatirkan dikarenakan perkembangan arus modernisasi yang mendunia serta menipisnya moral serta keimanan seseorang khususnya remajanya pada saat ini. Ini sangat mengkhawatirkan bangsa karena ditangan generasi mudalah bangsa ini akan dibawa, baik buruknya bangsa ini sangat tergantung dengan generasi muda.

    Generasi muda saat ini kurang memiliki rasa cinta tanah air, ini dapat dilihat dari lebih gemarnya anak muda untuk pergi ke bioskop dari pada ke museum-museum sejarah perjuangan bangsa, mengapa hal ini bisa terjadi? ada beberapa kemungkinan yang dapat kita ambil dari hal tersebut yakni yang pertama kurangnya pemupukan rasa cinta tanah air semenjak kecil, sinetron-sinetron yang ditayangkan ditelevisi merupakan tayangan yang kurang produktif bagi perkembangan anak selain itu hal-hal yang terkait dengan bangsa ini tidak mendapat sorotan yang tajam mengenai budaya, masalah sosial yang dapat menimbulkan rasa cinta tanah air.

    Hal lain yang dapat menjadi penyebab yakni pendidikan yang kurang sehingga dapat menyebabkan seseorang tidak tau akan bangsanya sendiri. Pergaulan remaja saat ini sangat mengkhawatirkan ini dapat dilihat dari beberapa hal yakni tingginya angka pemakai narkoba dan adanya seks bebas dikalangan remaja, angka remaja yang melakukan seks bebas hingga saat ini mencapai 50 persen ramaja melakukan hubungan seks diluar nikah. Ini sangat mengkawatirkan bagi bangsa Indonesia krisis moral yang terjadi dikalangan remaja yang menyebabkan seks bebas dapat terjadi.

    3.2  Akibat Yang Ditimbulkan Remaja Masa Kini

    Ada beberapa sebab yang dapat dijadikan alasan merebaknya “wabah mengerikan” ini, di antaranya adalah:

    1.      Pengaruh Negatif Media Massa.

    Media masssa seperti televisi, film, surat kabar, majalah dan sebagainya belakangan semakin banyak memasang dan mempertontonkan gambar-gambar seronok dan adegen   seks serta kehidupan yang glamour yang jauh dari nilai-nilai Islami.

    Hal ini diperparah lagi dengan berkembangnya tehnologi internet yang menembus batas-batas negara dan waktu yang memungkinkan kawula muda mengakses hal-hal yang bisa meningkatkan nafsu seks. Informasi tentang seks yang salah turut memperkeruh suasana. Akibatnya remaja cenderung ingin mencoba dan akhirnya terjerumus kepada sex bebs (free sex).

    2.      Lemahnya Keimanan.

    Hampir semua, bila tidak mau dikatakan semua, perilaku seks bebas, tahu akan beban  dosa yang mereka terima. Tapi entah kenapa, bagi mereka hal itu ‘dibelakangkan’ dan menjadikan nafsu sebagai pemimpin. Ini menunjukkan lemahnya rasa keimanan mereka.

    3.      Tidak adanya pendidikan sex yang benar, tepat dan dilandasi nilai-nilai agama.

    4.      Lemahnya pengawasan orang tua.

    5.      Salah dalam memilih teman

    6.     Seks bebas menghilangkan rasa malu, padahal dalam agama malu merupakan suatu hal yang amat ditekankan dan dianggap perhiasan yang sangat indah khususnya bagi wanita.

    7.   Menjadikan wajah pelakunya muram dan gelap.

    8.   Membuat hati menjadi gelap dan mematikan sinarnya.

    9.   Menjadikan pelakunya selalu dalam kemiskinan atau merasa demikian sehingga tidak pernah merasa cukup dengan apa yang diterimanya.

    10.   Akan menghilangkan kehormatan pelakunya dan jatuh martabatnya baik di hadapan Tuhan maupun sesama manusia.

    11.  Tuhan akan mencampakkan sifat liar di hati penzina, sehingga pandangan matanya liar dan tidak terjaga.

    12.  Pelaku seks bebas akan dipandang oleh manusia dengan pandangan muak dan tidak percaya.

    13.  Zina mengeluarkan bau busuk yang mampu dicium oleh orang-orang yang memiliki ‘qalbun salim’ (hati yang bersih) melalui mulut atau badannya.

    3.3  Jalan Keluar

    –          Menanamkan Nilai Ketimuran

    –          Mengurangi menonton televisi

    –          Banyak beraktifitas positif

    –          Menanamkan keimanan yang kokoh

    –          Sosialisasi bahaya pergaulan bebas

    –          Menegakkan aturan hokum

    –          Munakahat

    BAB IV

    PENUTUP

    4.1 Kesimpulan

    Kami kira remaja harus pintar dalam memilih teman agar tidak terjerumus dalam pergaulan bebas yang telah merusak aqidah dan moral sebagian remaja di negeri ini.

    Oleh karena itu remaja itu perlu mengikuti kegiatan-kegiatan seperti pengajian remaja, karang taruna, dan kegiatan lainnya.

    4.2 Saran dan Kritik

    A. Saran

    Perlu kiranya remaja melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan yang positif baik di sekolah maupun di lingkungannya yang tentunya harus mendapatkan dorongan dan restu dari orang tua.

    DAFTAR PUSTAKA

    http://abygunlar.blogspot.com/2012/05/dampak-pergaulan-bebas-terhadap-remaja.html

    “DAMPAK PERGAULAN BEBAS TERHADAP REMAJA “

    Husniaty, E.Noor. 2006. Menjadi Remaja Kreatif Dan Mandiri.Yogyakarta: Dozz publisher

  • Contoh Laporan Prakerin Jurusan ATPH di Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi)

    Laporan Prakerin Jurusan ATPH

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Praktik kerja industri (Prakerin) adalah kegiatan praktik untuk siswa yang dilakukan di dunia usaha atau industri, yang merupakan suatu kegiatan kurikuler yang wajib diikuti oleh siswa siswi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Kegiatan ini merupakan sebagai wacana untuk lebih memanfaatkan hasil belajar, sekaligus untuk memberikan kesempatan pada siswa untuk mendalami kemampuan hasil belajar tersebut dalam situasi dan kondisi dunia.

    Indonesia merupakan negara yang dikenal memiliki keberagaman hayati, dari sekian juta yang dapat  tumbuh di Indonesia banyak diantaranya yang dimanfaatkan sebagai tanaman hias. Tanaman hias memiliki keindahan, baik pada bunga, daun, maupun keseluruhan bagian tanaman. Tanaman hias umumnya digunakan orang untuk meningkatkan kenyamanan hidup serta menciptakan lingkungan yang bersih dan segar (Plantus, 2007).

    Dalam memilih materi Prakerin, penulis memilih salah satu tanaman hias yaitu tanaman Anthurium bunga dengan nama Latin (Anthurium andreanum). Nama Anthurium berasal dari bahasa Yunani yaitu Anthos. Sebutan bunga ekor itu tepat untuk anthurium sebab bungany menyerupai ekor tertutup seludang berbentuk jantung. Meskipun bukan tanaman asli Indonesia, tetapi anthurium cukup popular diantara  tanaman nias daun lain. Ditahun 1984, antuhrium jenmanii cukup populer , bahkan pamornya sekelas dengan philodendron, Anthurium “Kuping gajah” juga di sukai masyarakat karena bentuk daun besar, seperti kuping gajah. Namun, trennya meredup tergeser oleh aglaonema. Munculnya euphorbia dan adenium pada tahun 2003 membuat anthurium seolah menjauh dari penggemarnya. Setelah mengalami pasang surut, pamor anthurium kembali menanjak pada awal tahun 2006 (Tim Penulis Kaliurang Garden, 2007).

    Sumber genetik anthurium berasal dari Benua Amerika  yang beriklim tropis terutama di Peru, Kolombia, dan Amerika Latin. Dari daerah asalnya tersebut kemudian anthurium menyebar ke berbagai Negara di dunia. Saat ini, anthurium  semakin banyak digemari hobiis tanaman hias di dunia. Beberapa jenis anthurium asal luar negeri sudah dibudidayakan di Indonesia. Daerah sentra penanaman anthurium daun sudah menyebar ke beberapa daerah di Indonesia (Budhiprwira dan Saraswati, 2006).

    1.2. Tujuan Prakerin

    1.2.1. Tujuan Umum

    Praktek Kerja Industri ini bertujuan untuk memperoleh pengalaman di Dunia Usaha/Industri agar siswa memiliki wawasan, mempelajari secara langsung teknik-teknik budidaya, dan kemapuan dasar untuk bekerja dan memyesuaikan diri dalam dunia kerja. Kemudian sebagai bekal untuk terjun langsung dalam dunia Usaha/Industri.

    1.2.2. Tujuan Khusus

    Adapun tujuan  khusus dari kegiatan Praktik Kerja Industri ini antara lain :

    • Mengenal dan memahami tata tertib dan mekanisme kerja di perusahaan atau industri dengan segala aktivitasnya.
    • Menumbuhkan semangat dan jiwa berwirausaha.
    • Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siswa sesuai dengan kompetesi keahliannya dalam dunia usaha/industri.
    • Melatih diri dan menumbuhkan sikap etos kerja.
    • Mengurangi kesenjangan dan ketidaksesuaian pengetahuan dan keterampilan siswa di sekolah dengan yang dibutuhkan pada dunia kerja dan industri.
    • Meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam pencapaian tamatan smk yang profesiaonal.
    • Terjadinya pemindahan atau transfer ilmu pengetahuan dan tekhnologi dari dunia usaha/dunia industri.

    1.3. Tujuan Penyusunan Laporan

    Laporan ini disusun sebagai tanda bukti yang melaporkan semua kegiatan praktik kerja industri. Tujuan dari penyusunan laporan ini adalah untuk mengetahui   budidaya tanaman Anggrek Bulan

    1.4. Fungsi Prakerin

    1.4.1. Fungsi Prakerin bagi siswa

    • Memanfaatkan dan mempraktikan langsung hasil belajar yang telah diperoleh disekolah.
    • Membekali siswa dengan mempelajari dan pengalaman kerja sesuai dengan program studi serta dapat mengembangkan diri selaras dengan perkembangan dunia kerja.
    • Memberi peluang dalam mendapatkan lapangan kerja.

    1.4.2. Fungsi prakerin bagi Usaha/Industri

    • Memberikan dorongan serta motivasi untuk berjiwa wiraswasta atau mandiri.
    • Peluang untuk meningkatkan tekologi produksi dan iklim kerja dengan memanfaatkan kemampuan siswa.
    • Peluang untuk berperan serta dalam upaya meningkatkan mutu tamatan.
    • Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai bagian dari upaya pembangunan nasional sehingga melahirkan kebanggaan tersendiri.

    1.5. Metode Pengumpulan Data

    Laporan Praktik Kerja Industri (PRAKERIN) ini pada dasarnya diperoleh dari sumber sumber seperti observasi dan orientasi, pengarahan dan tanya jawab, diskusi dengan rekan atau pembimbing, study pustaka serta dari yang telah diperoleh dari hasil praktek langsung di lapangan.

    1.5.1. Sistematika Penulisan

    Untuk lebih mempermudah penyusunan laporan ini, penulis menyusun laporan dengan uraian sebagai berikut :

    BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari tinjauan dan fungsi prakerin, tujuan pembuatan laporan,                  metode atau teknik pengumpulan data dan sistematika pembahasan.

    BAB II :  Tinjauan umum mengenai tanaman Anthurium Andreanum.

    BAB III : Pembahasan Kegiatan lapang.

    BAB IV : Mengemukakan tentang kesimpulan dan saran-saran yang penulis tuangkan dalam laporan ini.

    Bab II. Kajian Pustaka

    2.1. Uraian Umum

    Dalam memilih materi Prakerin, penulis memilih salah satu tanaman hias yaitu tanaman Anthurium bunga dengan nama Latin (Anthurium andreanum). Nama Anthurium berasal dari bahasa Yunani yaitu Anthos. Sebutan bunga ekor itu tepat untuk anthurium sebab bungany menyerupai ekor tertutup seludang berbentuk jantung. Meskipun bukan tanaman asli Indonesia, tetapi anthurium cukup popular diantara  tanaman nias daun lain. Ditahun 1984, antuhrium jenmanii cukup populer , bahkan pamornya sekelas dengan philodendron, Anthurium “Kuping gajah” juga di sukai masyarakat karena bentuk daun besar, seperti kuping gajah. Namun, trennya meredup tergeser oleh aglaonema. Munculnya euphorbia dan adenium pada tahun 2003 membuat anthurium seolah menjauh dari penggemarnya. Setelah mengalami pasang surut, pamor anthurium kembali menanjak pada awal tahun 2006 (Tim Penulis Kaliurang Garden, 2007).

    2.2. Klasifikasi Tanaman Anthurium Andreamum 

    • Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
    • Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
    • SuperDivisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
    • Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
    • Kelas : Liliopsida (Berkeping satu monokotil)
    • Sub Kelas : Arecidae
    • Ordo : Arales
    • Famili : Araceae
    • Genus : Anthurium
    • Spesies : Anthuruium Andreanum

    2.3. Morfologi

    2.3.1. Akar

    Akar Anthurium tumbuh pada batang atau bonggol yang terbenang dalam media. Umumnya berwarna putih, krem sampai coklat. Akar Anthurium sehat umumnya sangat banyak dan menutupi hamper semua bonggol. Jumlah banyak dan menyebar kesegala arah. Bonggol dan akar umumnya akan membentuk “ Bola Serabut” (Flona 2007).

    2.3.2. Batang Dan Tangkai

    Sebagian besar batang anthurium tidak nampak karena tertanam dalam medianya. Karena terbenam lantas tumbuh akar. Setelah dewasa akan membesar dan menjadi bonggol. Menjadi bagian tanaman anthurium yang sangat penting bisa digunakan untuk perbanyakan secara vegetative lewat pemotongan bonngol. Keunggulannya, sifat anakan hasil potong bonggol salalu sama dengan induknya (Flona, 2007).

    2.3.3. Buah Dan Biji

    Buah Anthurium adalah hasil pembuahan benang sari dan putik. Buah Anthurium bulat dan melekat pada tongkol. Umumnya berwarna merah, tetapi ketika masih muda berwarna hijau. Jika buah yang matang tekan akan keluar biji yang berwarna putih dan bentuknya bermacam-macam, ada yang lonjong dan ada yang bulat (Flona, 2006).

    2.4. Syarat Pertumbuhan Tanaman Anthurium Andreamum

    2.4.1. Ekologi Bunga Anthurium

    Anthurium andreanum tumbuh baik dibawah naungan pohon dihutan tropik adalah 14◦C,dan maksimum 30◦C. Suhu yang terlalu rendah menurunkan produksi bunga, seludang bunga member dan warna bunga menjadi lebih cerah. Sebaliknya pada suhu yang terlalu tinggi, tanamatidak dapat tumbuh dengan baik.

    2.4.2. Ketinggian

    Ketinggian  ini adalah 700-1200 dari permukaan laut. Tanaman ini dapat tumbuh di dataran tinggi.

    2.4.3. Intensitas Cahaya

    Kebutuhan  tanaman akan sinar matahari bersifat mutlak, artinya sinar matahari mutlak diperlukan untuk tumbuh dan berkembangnya tanaman. Kebutiuhan intensitas cahaya anthurium sebesar 25 – 35%. Oleh Karen itu, pada umumnya anthurium membutuhkan naungan dibawah paranet, 75%. Cahaya matahari yang terlalu trik dapat membakar helaian daunnya. Akan tetapi, bila tanaman kekurangan cahaya, akan terhambat pertumbuhannya. (Wijayani, 2007)

    2.4.4. Suhu

    Untuk tumbuh optimal menurut Tim Penulis Kaliurang Garden (2007). Anthurium membutuhkan lingkungan bersuhu 14 – 28◦C. Dikisaran temperaturan tersebut butir – butir klorofil didaun muncul lebih banyak sehingga daun lebih hijau. Adapun suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah justru membuat warna daun menjadi pucat dan pudar. 

    Menurut Junaedi (2006) Anthurium daun tumbuh ideal didataran sedang yang bersuhu 24 – 28◦C. Pada siang hari dan 10 – 21◦C pada malam.

    2.4.5. Kelembaban Udara

    Anthurium Menyukai kelembaban tinggi. Kelembaban optimal untuk Anthurium berkisar antara 60 – 80%.

    2.4.6. Aerasi 

    Aerasi Anthurium ini membutuhkan udara yang mampu menjaga kestabilan kelembaban (Junaedhie, 2006).

    2.5. Hama dan Penyakit

    2.5.1. Hama

    a) Kutu Putih

    Hama ini menempelpada pelepah daun dan tangkai bunga.Berkas serangan bercak berupa bercak daun. Pengendaliannya dengan cara digosok dengan kapas danair sabun, apabila serangan sudah parah harus disemprot oleh insektisida dengan dosis 2cc/liter.

    b) Semut

    Hama ini menyerang atau merusak akar dan tunas muda yang disebabkan oleh cendawan. Pengendaliannya dengan cara pot direndam dalam air dan diciptakan lingkungan bersih disekitar rak/sebaiknya pot digantung.

    2.5.2. Penyakit

    a) Bercak Coklat

    Gejala yang menyebabkan bercak coklat akan merusak pada permukaan daun, lalu menyebar keseluruh bagian tanaman. Pengendaliaanya dengan cara membuang semua bagian yang sakit, lalu semprotkan fungisida/antibiotik   20 dengan dosis 2 g/l.

    b) Bercak Hitam

    Gejala yang timbul adalah warna coklat kehitaman pada bagian tanaman yang diserang. Pengendaliannya dengan cara bagianyang terserang dipotong dandibuang atau disemprotkan fungisida, alat-alat disiram alcohol/bakar.

    c) Busuk Akar

    Penyebab penyakit ini adalah cendawan Rhizoctonia Solani. Gejala yang menyerang akar leher membusuk mencapai rhizoma dan umbi batang, daun dan umbi batang menguning, berkeriput, tipis dan bengkak tanaman kerdil dan tidak sehat. Pengendaliannya dengan cara semua bagian tanaman yang sakit dipotong dan dibuang, bekasnya disemprot dengan fungisida (benlate) dengan dosis 2 g/l.

    d) Layu

    Cara pengendaliannya dengan cara bagian yang terserang dibuang lalu bekasnya disemprotkan benlate dengan dosis 2 g/l. Tanaman segera dipindahkan ke media tanam baru, yang masih segar dan bersih. Usahakan terdapat aliran udara yang lancar disekitar tanaman.

    BAB IIIPELAKSANAAN KEGIATAN

    3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Prakerin

    Kegiatan praktik kerja industri ini  dilaksanakan di Balai Penelitian Tanaman Hias (BALITHI) Segunung yang dimulai dari hari senin, tanggal 12 Januari 2015 sampai dengan 10 April 2015.

    3.1.1. Sejarah Perusahaan

    Balai Penelitian Tanaman Hias  (Balithi) terbentuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor:796/Kpts/OT/210/12/1994 tanggal 13 Desember 1994. Balai penelitian tanaman hias merupakan unit pelaksanaan bidang tekhnis bidang penelitian tanaman hias di bawah koordinasi pusat penelitian dan pengembangan holtikultura. Badan penelitian dan pengembangan pertanian, dengan struktur organisasi, I eselon III, III eselon IV,dan VI eselon V serta jabatan dan fungsional lainnya.

    Balai Penelitian Tanaman Hias  dalam melaksanakan tugas  pokok dan fungsinya sebagai unit pelaksana teknis berlokasi di Pasarminggu Jakarta, membawahi 2  (dua) instalasi yaitu Instalasi Tanaman Hias Cipanas dan Instalasi Tanaman Hias Segunung.

    Selama kurun waktu 7 (tujuh) tahun (1995–2001) Balai Penelitian Tanaman Hias telah menghasilkan teknologi varietas unggul tanaman hias, antaralain Anggrek, krisan, mawar, lili, anthurium, gladiol, taphenochileus ananasae, zingiber, dan garbera. Kegiatan Balai Penelitian  Tanaman Hias terus berkembang,  hasilnya telah dilakukan melalui komersialisasi hasil  penelitian dengan bekerjasama diantara Dinas, Instansi Pemerintah, Perguruan Tinggi serta Perusahaan Swastalainnya.

    Mulaitahun 2001 Balai Penelitian Tanaman Hias berpindah tempat dari Pasarminggu Jakarta ke Segunung yaitu Jl.Raya Ciherang Pacet Cianjur. Kegiatan penelitian terus berjalan seiring dengan perubahan-perubahan tugas pokok dan fungsi sebagai unit pelaksana teknis.

    Pada bulan Januari 2002 sesuai Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor

    63/Kpts/OT.210/1/2002 tanggal 29  Januari 2002 ditetapkan kembali tugas pokok dan fungsi Balai Penelitian Tanaman Hias yaitu sebagai unit pelaksana teknis di  bidang penelitian dan pengembangan berada dibawah tanggung jawab langsung kepala pusat penelitian dan pengembangan holtikultura.

    Struktur Organisasi Balai Penelitian Tanaman Hias tahun 2002 terdapat perubahan menjadi 1 eselon III, 3 eselon IV serta kelompok jabatan fungsional lainnya didukung 3 Kebun Percobaan antara lain :

    • Kebun Percobaan Tanaman Hias Cipanas (Eksinstalasi Tanaman Hias Cipanas),
    • Kebun  Percobaan Tanaman Hias Segunung (Eksinstalasi Tanaman Hias Segunung),
    • Kebun Percobaan Tanaman Hias Pasarminggu Jakarta (Eksintalasi Balai Penelitian Tanaman Hias Jakarta).

    3.1.2. Moto Perusahaan

    • Moto

    Ramah, transparan dan terpercaya.

    3.1.3. Fasilitas Pendukung

    Administrasi

    • Sub Bagian  Tata Usaha

    • Seksi Pelayanan Penelitian

    • Seksi Jasa Penelitian

    KelompokPeneliti

    • Pemuliaan tanaman

    • Hama dan Penyakit Tanaman

    • Ekofisiologi Tanaman

    KebunPercobaan

    • Segunung

    • Cipanas

    • Pasar Minggu

    3.1.4. Tugas Pokok Dan Fungsi Balai Penelitian Tanaman Hias

    Sesuai dengan SK Mentan No. 63/Kpts/OT.210/1/2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja, dalam melaksanakan tugas penelitian tanaman hias, Balithi mempunyaifungsi sebagai berikut:

    • 1. Pelaksanaan penelitian genetika, pemuliaan, perbenihan dan pemanfaatan plasma nutfah tanaman hias;
    • 2. Pelaksanaan penelitian morfologi, fisiologi, ekologi, entomologi dan fitopatologi tanaman hias;
    • 3. Pelaksanaan penelitian komponen teknologi sistem dan usaha agribisnis tanaman hias;
    • 4. Pemberian pelayanan teknik kegiatan penelitian tanaman hias;
    • 5. Penyiapan kerja sama, informasi dan dokumentasi serta penyebarluasan dan pendayagunaan hasil penelitian tanaman hias;
    • 6. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.

    3.1.5. Struktur Organisasi
    Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 63/Kpts/OT.210/1/2002 tanggal 29 Januari 2002

    3.1.6. Sumber Daya Manusia

    SDM BALAI PENELITIAN TANAMAN HIAS

    Per Tanggal 31 Desember 2013

    Jumlah Tenaga Fungsional

    Fungsional Peneliti

    • Peneliti Utama  : 04 orang

    • Peneliti Madya  : 11 orang

    • Peneliti Muda  : 8 orang

    • Penelti Pertama  : 13 orang

    • Peneliti non Klas  : 1 orang

    Fungsional Teknisi Litkayasa

    • Teknisi Litkayasa Penyelia : 9 orang

    • Teknisi Litkayasa Pelaksana Lanjutan : 8 orang

    • Teknisi Litkayasa Pelaksana : 8 orang

    • Teknisi Litkayasa Pemula : 1 orang

    • Teknisi Litkayasa non Klas : 12 orang

    3.1.7. Keadaan Umum

    Tinggi Tempat : 1100 m dpl ( sebelum Proyek Cirata )

      900 m dpl ( setelah Proyek Cirata )

    Jenis tanah : Andosol

    PH : 5,5-7,2

    Suhu : 21oC

    Struktur tanah : Remah dan Gembur

    Warna tanah : Hitam kelabu kecoklat-coklatan

    Tekstur tanah : Debu atau lempung berdebu

    Topografi : Berbukit

    Type Iklim : AC Alfa Schmidt ferguson

    Curah hujan rata-rata : 3042 mm/tahun

    3.1.8. Varietas Unggul

    Di Balai Penelitian Tanaman Hias ini memiliki varietas unggul yang di budidayakan yaitu  :

    Anggrek Phalaenopsis

    Anggrek Spathoglottis

    Anthurium

    Gladiol

    Krisan

    Lili

    Mawar

    Tapeinochilos ananassae

     Costus

     Anyelir

    3.1.9. Denah Lokasi BALITHI

    3.2. Alur/Sistematika Kegiatan

    3.3. Pembahasan

    3.3.1. Orientai Lapang
    Sarana prasarana yang terletak di BALITHI sangat cocok untuk melakukan kegiatan praktik kerjaindustri. Balai,penelitian tanaman hias (BALITHI) yang didalamnya mengelola dan meneliti tanaman hias, memiliki beberapa fasilitas untuk melakukan berbagai penelitian, yang diharapkan sesuai dengan lingkungan aslinya, diantaranya adalah rumahlindung, rumahlindung paranet, dan rumah lindung kaca (green house).
    Balai penelitian tanaman hias (BALITHI) terletak di Segunung Desa Ciherang Kec Pacet Kab Cianjur Jawa Barat. Dengan jarak + 15km dari kota Cianjur dan 3 km dari Cipanas. Berada sekitar 600 m dari jalur propinsi yang menghubungkan Bogor dan Cianjur.
    Balithi segunung memiliki luas areal 10,6 ha yangmeliputi areal perkantoran, perumahan dinas, laboratorium, guest house dan kebun percobaan. Luas kebun sekitar 7 ha.

    3.3.2. Perbanyakan Anthurium Andreanum
    Perbanyakan anggrek dapat dibagimenjadi dua cara yaitu, secara generative dan secara vegetatif.

    1. Generatif
    Tanaman Anthurium memiliki 2 macam bunga yaitu bunga jantan dan bunga betina. Bunga jantan ditandai oleh adanya benang sari, sedangkan bunga betina ditandai oleh adanya lendir. Biji diperoleh dengan menyilangkan bunga jantan dan bunga betina. 
    Dengan menggunakan jentik, bunga sari diambil dan dioleskan sampai rata dibagian lendr pada bunga betina, sekitar 2 bulan kemudian, bunga dihasilkan sudah dihasilkan, didalamnya terdapat banyak biji anthurium. Biji – biji tersebut dikupas, dicucisampai bersih dan diangin – angin.Kenudian ditabur pada medium tanah halus persemaian ditempatkan pada kondisi lembab dan selalu disiram.

    2. Vegetatif
    Ada 2 cara perbanyakan secara vegetative, yaitu stek btang dan stek mata tunas.Cara perbanyakan dengan stek batang adalah memotong bagian atas tanaman (Batang) dengan menyertakan 1 – 3 akar, bagian atas tanaman yang telah dipotong kemudian ditanam, pada medium tumbuh yang telah disiapkan.Sebaliknya perbanyakan dengan mata tunas adalah mengambil satu mata pada cabang, kemudian menanam mata tunas pada medium tumbuh yang telah disiapkan.

    3.3. Pembahasan

    3.3.1. Orientai Lapang
    Sarana prasarana yang terletak di BALITHI sangat cocok untuk melakukan kegiatan praktik kerjaindustri. Balai,penelitian tanaman hias (BALITHI) yang didalamnya mengelola dan meneliti tanaman hias, memiliki beberapa fasilitas untuk melakukan berbagai penelitian, yang diharapkan sesuai dengan lingkungan aslinya, diantaranya adalah rumahlindung, rumahlindung paranet, dan rumah lindung kaca (green house).
    Balai penelitian tanaman hias (BALITHI) terletak di Segunung Desa Ciherang Kec Pacet Kab Cianjur Jawa Barat. Dengan jarak + 15km dari kota Cianjur dan 3 km dari Cipanas. Berada sekitar 600 m dari jalur propinsi yang menghubungkan Bogor dan Cianjur.
    Balithi segunung memiliki luas areal 10,6 ha yangmeliputi areal perkantoran, perumahan dinas, laboratorium, guest house dan kebun percobaan. Luas kebun sekitar 7 ha.
    3.3.2. Perbanyakan Anthurium Andreanum
    Perbanyakan anggrek dapat dibagimenjadi dua cara yaitu, secara generative dan secara vegetatif.

    1. Generatif
    Tanaman Anthurium memiliki 2 macam bunga yaitu bunga jantan dan bunga betina. Bunga jantan ditandai oleh adanya benang sari, sedangkan bunga betina ditandai oleh adanya lendir. Biji diperoleh dengan menyilangkan bunga jantan dan bunga betina. 
    Dengan menggunakan jentik, bunga sari diambil dan dioleskan sampai rata dibagian lendr pada bunga betina, sekitar 2 bulan kemudian, bunga dihasilkan sudah dihasilkan, didalamnya terdapat banyak biji anthurium. Biji – biji tersebut dikupas, dicucisampai bersih dan diangin – angin.Kenudian ditabur pada medium tanah halus persemaian ditempatkan pada kondisi lembab dan selalu disiram.

    2. Vegetatif
    Ada 2 cara perbanyakan secara vegetative, yaitu stek btang dan stek mata tunas.Cara perbanyakan dengan stek batang adalah memotong bagian atas tanaman (Batang) dengan menyertakan 1 – 3 akar, bagian atas tanaman yang telah dipotong kemudian ditanam, pada medium tumbuh yang telah disiapkan.Sebaliknya perbanyakan dengan mata tunas adalah mengambil satu mata pada cabang, kemudian menanam mata tunas pada medium tumbuh yang telah disiapkan.


    3.3.3 Persiapan Media Tanam

    Media tanam yang tepat pada budidaya Anthuriun andreanum adalah tanah, pakis, dan arang. Karena media dalam tanah akan lebih tinggi nilai ekonomisnya.

    3.3.4. Penanaman

    Langkah penanaman yang dilakukan dimedia :
    1. Media dimasukan kedalam pot.
    2. Bibit yang telah disemai telah berumur 2 bulan telah diprsiapkankan, dapat segera ditanam.

    3.3.5. Pemeliharaan


    1. Pemupukan.
    Pemupukan biasanya dilakukan satu kali dalam satu minggu. Pupuk yang sering digunakan yaitu pupuk Grow More. Grow More merupakan pupuk daun lengkap dalam bentuk butiran bewarna biru. Cara pemupukannnya, growmore dilarutkan dalam ember berisi air agar menjadi lunak kemudian dimasukan kedalam sprayer yang berkapasitas 17 lt air dengan dosis 1 g / liter air.
    Pemupukan bertujuan untuk menyuplai zat zat yang diperlukan oleh tanaman dalam fase pertumbuhan ( fase generativ dan vegetativ). Pemupukan biasanya dilakukan pada pukul 07.00 – 09.00 WIB.

    2. Penyemprotan
    Penyemprotan biasanya dilakukan satu kali dalam satu minggu. Penyemprotan ini biasanya menggunakan insektisida dan fungisida. Insektisida yang digunakan untuk penyemprotan yaitu menggunakan Actara. Sedangkan fungisida yang digunakan yaitu menggunakan Score 250 EC. Cara penyemprotan insektisida dan fungisida dilarutkan dalam ember berisi air kemudian dimasukan kedalam sprayer yang berkapasitas 17 lt air dengan dosis 2 g / liter air.
    Penyemprotan bertujuan untuk mengendalikan hama dan penyakit yang terdapat pada tanaman anggrek. Penyemprotan biasanya dilakukan pada pukul 07.00-09.00 WIB.

    2. Penyiraman
    Penyiraman adalah hal yang penting bagi pemeliharaan tanaman. Penyiraman dilakukan 3 kali dalam seminggu, dengan menggunakan alat bantu selang panjang yang dibri nozzle pada ujungnya. Penyiraman dilakukan pda pukul 07.00-0900 WIB.

    3. Penyiangan
    Penyiangan bertujuan untuk membersihkan tanaman dari gulma, mengurangi persaingan penyerapan unsur hara, mengurangi hambatan produksi dan mengurangi persaingan sinar matahari. Tanaman anggrek harus mendapatkan semua nutrisi dan air yang diberikan agar mampu menghasilkan tanaman yang optimal.
    Penyiangan biasanya dilakukan tergantung kondisi dari banyaknya gulma yang ada di media tanaman.

    4. Pengendalian hama dan penyakit
    Hama
    1) Kutu Putih
    Hama kutu putih berukuran sangat kecil, berwarna putih, setelah dewasa biasanya putih kecoklat-coklatan.Hama ini menempel pada pelepah daun dan tangkai bunga. Berkas serangan bercak berupa bercak daun. Pengendaliannya dengan cara digosok dengan kapas danair sabun, apabila serangan sudah parah harus disemprot oleh insektisida dengan dosis 2cc/liter.

    2) Semut
    Hama ini menyerang atau merusak akar dan tunas muda yang disebabkan oleh cendawan. Pengendaliannya dengan cara pot direndam dalam air dan diciptakan lingkungan bersih disekitar rak/sebaiknya pot digantung.

    Penyakit
    1) Bercak Coklat
    Gejala yang menyebabkan bercak coklat akan merusak pada permukaan daun, lalu menyebar keseluruh bagian tanaman. Pengendaliaanya dengan cara membuang semua bagian yang sakit, lalu semprotkan fungisida/antibiotic Streptomycin atau phycan 20dengan dosis 2 g/l.

    2) Bercak Hitam
    Pada tanaman anggrek penyakit ini cepat menular melalui akar dan alat yang tidak steril. Gejala yang timbul adalah warna coklat kehitaman pada bagian tanaman yang diserang. Pengendaliannya dengan cara bagianyang terserang dipotong dandibuang atau disemprotkan fungisida, alat-alat disiram alcohol/bakar.

    3) Busuk Akar
    Penyebab penyakit ini adalah cendawan Rhizoctonia Solani. Gejala yang menyerang akar leher membusuk mencapai rhizoma dan umbi batang, daun dan umbi batang menguning, berkeriput, tipis dan bengkak tanaman kerdil dan tidak sehat. Pengendaliannya dengan cara semua bagian tanaman yang sakit dipotong dan dibuang, bekasnya disemprot dengan fungisida (benlate) dengan dosis 2 g/l.

    4) Layu
    Cara pengendaliannya dengan cara bagian yang terserang dibuang lalu bekasnya disemprotkan benlate dengan dosis 2 g/l. Tanaman segera dipindahkan ke media tanam baru, yang masih segar dan bersih. Usahakan terdapat aliran udara yang lancar disekitar tanaman.

    3.3.6. Panen
    Kegiatan yang dilakukan saat panen adalah :
    1) Penyotiran
    Penyortiran adalah kegiatan yang dilakukan untuk memilih atau memisahkan tanaman yang bagus dengan pertumbuhan yang optimal.
    2) Pengepakan
    Tanaman di persiapkan dan dipilih terlebih dahulu yang cukup baik.
    Kemudian tanaman dimasukan kedalam kardus dan disusun dengan rapi, diberikan plastic kedalam bunganya supaya tanaman/bunganya tidak rusak.

    BAB IVPENUTUP


    4.1. Kesimpulan

    Tanaman Anthurium andreanum salah satu tanaman hias yang nilai ekonominya cukup tinggi, sedangkan harga pasaran dalam negeri masih relatif rendah hal ini dikarenakan pembudidayaan tanaman ini.
    Berdasarkan pembahasan dan pelaksanaan praktek kerja industri yang dilaksanakan di Balai Penelitian Tanaman Hias (BALITHI) segunung, Anthurium merupakan tanaman berpotensi untuk dikembangkan, baik sebagai bunga potong maupun bunga dalam pot.

    4.2. Saran

    Ada beberapa saran yang akan saya kemukakan berkenaan dengan kegiatan ini diantaranya :

    1) Saran untuk perusahaan Du/Di

    • Untuk kegiatan dilapangan, siswa/i prakeri diberikan bimbingan yang lebih intensif dan lebih mendalami dalam kegiatan dilapangan, untuk komoditas tanaman yang akan dijadikan bahan pasa laporan.
    • Pemberian materi baik itu secara teori maupun praktik lebih difokuskan pada kegiatan yang mempunyai wawasan yang luas tentang budidaya Anthurium agar kreativitas siswa lebih berkembang.
    • Lebih komunikatif antara peserta prakerin dan pelaksana dilapangan guna memudahkan informasi yang lebih baik.

    2) Saran untuk sekolah
    • Kegiatan monitoring sebaiknya dimanfaatkan untuk mengevaluasi dan mencocokan materi pembelajaran disekolah dengan lapang yang biasa dilakukan dalam bentuk diskusi.
    • Lebih memperhatikan siswa dalam melaksanakan PRAKERIN.
    • Guru pembimbing melakukan kunjungan atau monitoring kepada siswa 6 kali selama kegiatan

    DAFTAR PUSTAKA

    Ahmad, J dan C. Marshall. 1997. The Patterern of C-assimilate distributionin chrysanthemum cv. Red Delano with particular reference to branch interlation. J. Of Hortic. Sci 72 (62) : 931 – 939
    Hasim, I dan Reza, M. 1995 Anthurium Pnebar Swadayan. Jakarta.
    Hasim, S.Z 1989. PeningkatanPproduksi Tanaman Hias. Direkran Jendaral Tanaman Pangan.
    Putrasamedja S dan H. Sutapraja. 1989. Pengaruh Beberapa Tumbuh terhadap Pertumbuhan dari Diameter Bunga Anthurium Bul. Penel. Hcrt.(XVII) : 89 Balithor Lembang.

  • Makalah Penjaskes Senam Lantai

    Makalah Penjaskes Senam Lantai

    Senam Lantai

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Senam merupakan suatu cabang olahraga yang melibatkan performa gerakan yang membutuhkan kekuatan, kecepatan dan keserasian gerakan fisik yang teratur. Bentuk modern dari senam ialah : Palang tak seimbang, balok keseimbangan, senam lantai. Bentuk-bentuk tersebut konon berkembang dari latihan yang digunakan oleh bangsa Yunani kuno untuk menaiki dan menuruni seekor kuda dan pertunjukan sirkus.Senam biasa digunakan orang untuk rekreasi, relaksasi atau menenangkan pikiran, biasanya ada yang melakukannya di rumah, di tempat fitness, di gymnasium maupun di sekolah. 

    Sekarang, sejak kecil banyak anak sudah terbiasa diajarkan senam, baik oleh orang tua, maupunoleh pengajar olahraga di sekolah.Senam sangat penting untuk pembentukan kelenturan tubuh, yang menjadi arti penting bagi kelangsungan hidup manusia.Senam ada berbagai macam, diantaranya senam lantai, senam hamil, senam aerobik, senam pramuka, Senam Kesegaran Jasmani (SKJ), dll. Namun ketika beranjak remaja, banyak orang melakukan senam aerobik, ataupun senam lain termasuk meditasi untuk menenangkan diri.

    B. Tujuan Penulisan

    Untuk menambah wawasan tenetang senam khususnya tentang senam lantai dan untuk mendapatkan nilai.

    C. Metode penulisan

    Metode penulisan makalah ini dengan mencari di internet.

    Bab II. Pembahasan

    A. Sejarah Senam

    Senam pertama kali diperkenalkan pada zaman Yunani kuno. Senam berasal dari kata Gymnastics, Gymnas berarti telanjang, sebab pada waktu itu orang-orang berlatih tanpamemakai pakaian. Sedangkan Gymnasium adalah suatu tempat yang dipergunakan untuk mengadakan latihan senam. Pada zaman itu Gymnastik dilakukan dalam rangka upacara-upacarakepercayaan yaitu guna menyembah dewa Zeus.Pada awal permulaaan abad ke-20, senam telah menjadi rencana pendidikan di sekolah-sekolah Amerika.

    Hal ini berkat usaha dari Dr.J.F.Williams, Dr.Dubly sorgen dan ThomasD.Wood.Frederik Jahn adalah bapak Gymnastik, dia memkombinasikan latihan-latihan gimnastik dengan pertunjukan-pertunjukan patriotik. Dia juga menemukan beberapa perelatan senam,diantaranya adalah palang horizontal, palang sejajar, kuda-kuda melintang, dan bak lompat.Senam di Negara Indonesia sudah dikenal sejak zaman penjajahan Belanda. Pada waktu itu namanya “Gymnastiek”, zaman jepang dinamakan “Taiso”. Pemakaian istilah “senam” sendiri kemungkinkan bersamaan dengan pemakaian kata olahraga sebagai pengganti kata sport.

    B. Pengertian Senam Lantai

    Senam lantai pada umumnya disebut floor exercise, tetapi ada juga yang menamakan tumbling. Senam lantai adalah latihan senam yang dilakukan pada matras, unsur-unsur gerakannya terdiri dari mengguling, melompat, meloncat, berputar di udara, menumpu dengan tangan, atau kaki untuk mempertahankan sikap seimbang atau pada saat meloncat ke depan atau belakang. Jenis senam ini juga disebut latihan bebas karena pada waktu melakukan gerakan pesenam tidak mempergunakan suatu peralatan khusus. Bila pesenam membawa alat berupa bola, pita, atau alat lain, itu hanyalah alat untuk meningkatkan fungsi gerakan kelentukan,pelemasan, kekuatan, ketrampilan, dan keseimbangan.

    Senam lantai dilakukan di atas area seluas 12×12 m dan dikelilingi matras selebar 1 m untuk keamanan pesenam. Rangkaian gerakan senam harus dimulai dari komposisi gerakan ringan,sedang, berat, dan akrobatik, serta mengandung gerakan ketangkasan, keseimbangan, keluwesan,dll. Pesenam pria tanpil dalam waktu 70 detik dan wanita tampil diiringi music dalam waktu 90detik. Gerkan-gerakan yang menekankan tenaga harus dilakukan secara lambat dan sikap statissekurang-kurangnya 2 detik. Gerakan-gerakan salto harus dikerjakan setinggi bahu.

    C. Macam-Macam Bentuk Senam Lantai

    a) Berguling ke depan (Roll Depan)

     Cara melakukannya sebagai berikut  :

    • Sikap permulaan jongkok, kedua tangan menumpu pada matras selebar bahu.
    • Kedua kaki diluruskan, siku tangan ditekuk, kepala dilipat sampai dagu menyentuh dada. 
    • Mengguling ke depan dengan mendaratkan tengkuk terlebih dahulu dan kedua kaki dilipatrapat pada dada.
    • Kedua tangan melemaskan tumpuan dari matras, pegang mata kaki dan berusaha bangun.
    • Kembali berusaha bangun.

    Kesalahan dalam guling depan(roll depan) :

    • Kedua tangan yang bertumpu tidak tepat(dibuka terlalu lebar atau terlalu sempit, terlalu jauh atau terlalu dekat).
    • Tumpuan salah satu atau kedua tangan kurang kuat sehingga keseimbangan badan kurang sempurna dan akibatnya badan jatuh ke samping
    • Bahu tidak diletakkan di atas matrass saat tangan dibengokkan.
    • Saat gerakan berguling ke depan kedua tangan tidak ikut menolak.

    Cara memberi bantuan guling ke depan(roll depan) :

    • Pegang kepala bagian belakang pelaku.
    • Membantu mendorong punggung pelaku saat aan duduk.
    • Membantu mengangkat panggul dengan menempatkan tangan di sisi kedua paha.
    • Membantu menekukkan kepala pelaku dan menempatkannya di lantai antara kedua tangan.
    b) Guling ke belakang (Back Roll)

    Posisi awal guling ke belakang :

    • Posisi jongkok, kedua kaki rapat, dan tumit diangkat.
    • Kepala menunduk dan dagu rapat ke dada.
    • Kedua tangan berada di samping telinga dan telapak tangan menghadap ke atas.

    Geraan selanjutnya adalah :

    • Jatuhkan pantat ke belakang badan tetap bulat.
    • Pada saat punggung menyentuh matras, kedua lutut cepat ditarik ke belakang kepala.
    • Pada saat kedua ujung kaki menyentuh matras di belakang kepala, kedua telapak tangan menekan matras hingga tangan lurus dan kepala terangkat.
    • Ambil sikap jongkok, dengan lurus ke depan sejajar bahu, lalu berdiri.

    Kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan saat guling kebelakang :

    • Penempatan tangan terlalu jauh kebelakang, tidak bisa menolak.
    • Keseimbangan tubuh kurang baik saat mengguling kebelakang, hal ini disebabkan karena sikap tubuh kurang bulat. 
    • Salah satu tangan yang menumpu kurang bulat, atau bukan telapak tangan yang digunakan untuk menumpu diatas matras.
    • Posisi mengguling kurang sempurna. Hal ini disebabkan karena kepala menoleh ke s amping 
    • Keseimbangan tidak terjaga karena mendarat dengan lutut (seharusnya telapak).
    c) Berdiri Dengan Tangan (HANDS STAND)

    Cara melakukanya sebagai berikut:

    • Sikap permulaan berdiri tegak, salah satu kaki sedikit ke depan.
    • Bungkukkan badan, tangan menumpu pada matras selebar bahu lengan keras, pandangan sedikit ke depan, pantat didorong setinggi-tingginya, tungkai depan bengkok sedang tungkai belakang lurus.
    • Ayunkan tungkai belakang ke atas, kencangkan otot perut.
    • Kedua tungkai rapat dan lurus merupakan satu garis dengan badan dan lengan, pandangan diantara tumpuan tangan, badan dijulurkan ke atas.
    • Perhatikan keseimbangan.

    Kesalahan-kesalahan yang sering terjadi saat melakukan gerakan handstand yaitua.

    • Pinggang terlalu melenting, Kepala kurang menengada
    • Siku-siku bengkok.
    • Penempatan tangan dilantai kurang atau terlalu lebar.
    • Arah jari tangan tidak kedepan dan jari tangan terlalu rapat.
    • Ayunan kaki keatas kurang baik (terlalu atau kurang kedepan dan lutut di bengkokkan).
    • Pada saat melemparkan kaki keatas bahu mundur kebelakang dan kepala kurang menengadah.
    • Menegangkan otot leher, bahu atau pinggang, sehingga menghambat gerakan.
    • Kurang usaha mempertahankan sikap hand stand untuk beberapa saat, sehingg cepat roboh. 
    • Waktu roboh melepaskan tangan tumpuan atau tidak menekuk kepala (untuk mengguling ke depan).

    Cara memberikan bantuan handstand yaitu:

    • Menopang/menahan panggul, belakang paha, kedua pergelangan kaki, danbahu si pelaku.
    • Bantuan dengan menopang pada bahu dilakukan untuk pelaku yang bahu,lengan, dan tangannya belum cukup kuat.
    • Bagi siswa yang belum dapat atau sukar melempar/mengayun satu kaki ke atas, dapat dilakukan pada tembok dengan dibantu mengangkat satu kaki.
    d) Berdiri dengan Kepala (Head Stand)

    Berdiri dengan kepala adalah sikap tegak dengan bertumpu pada kepala dan ditopang oleh kedua tangan.

    1. Sikap permulaan membungkuk bertumpu pada dahi dan tangan. Dahi dan tangan membentuk segitiga sama sisi.
    2. Angkat tungkai ke atas satu per satu bersamaan. Untuk menjaga agar badantidak mengguling ke depan, panggul ke depan, dan punggung membusur.
    3. Berakhir pada sikap badan tegak, dan tungkai rapat lurus ke atas.

    Kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan saat melakukan headstand yaitu: 

    ·      Penempatan kedua tangan dan kepala tidak membentuk titik-titik segitiga sama sisi.

    ·      Kekakuan pada leher, sendi bahu, perut, pinggang, dan paha.

    ·      Otot-otot leher, sendi bahu, perut, pinggang, dan paha kurang kuat.

    ·      Akibat dari poin b dan c diatas menyebabkan kurangnya koordinasi dan keseimbangan.

    ·      Alas dasar/lantai tempat kepala bertumpu terlalu keras sehingga menimbulkan rasa sakit.Terlalu cepat/kuat pada saat menolak Sikap tangan yang salah, yaitu jari tangan tidak menghadap kedepan.

    Cara memberi bantuan dalam gerakan headstand yaitu :

    Karena panggul menjadi titik berat yang utama dalam bentuk sikap berdiri dengankepala, maka bantuan yang utama adalah :

    ·      Mengangkat dan menarik panggul.

    ·      Menopang panggul bagi pelaku yang dapat memindahkan panggul kedepan.

    ·      Memegang dan menahan kedua kaki pelaku, pegang pada ujung pergelangan kaki dan belakang paha atau panggul.

    e) Kayang

    Kayang adalah suatu bentuk atau sikap badan terlentang yang membusur bertumpu pada kedua tangan dan kedua kaki dengan lutut. Gerakan kayang akan mudah dilakukan apabila :

    1. Memiliki kekuatan otot perut, punggung dan paha.
    2. Memiliki kelentukan persendian bahu, ruas-ruas tulang belakang, dan persendian panggul.
    3. Memiliki kekuatan lengan dan bahu untuk menopang.

    Sikap kayang dapat dilakukan dari sikap tidur dan berdiri :

    Kayang dari sikap tidur

    1. Sikap awal :
      1. tidur telentang.
      2. kedua lutut ditekuk, kedua tumit rapat pada pinggul.
      3. kedua siku ditekuk dan telapak tangan melekat pada matras/lantai, ibu jaridisamping telinga.
    2. Gerakan ;
      1. Badan diangkat keatas, kedua tangan dan kaki lurus.
      2. Masukkan kepala diantara 2 tangan.

    Kayang dari sikap berdiri

    1.    Sikap awal

    a) Berdiri tegak .

    b)      Kedua tangan disamping kaki.

    2.     Gerakan

    a)      Secara bersama-sama/satu tangan diayunkan ke belakang, kepala tengadah dan badan melenting ke belakang.

    b)      Tahan dan usahakan kedua telapak tangan menyentuh dan menapak pada matras/lantai.

    Kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan saat melakukan kayang yaitu :

    a)    Jarak kedua tangan dan kaki terlalu jauh.

    b)   Siku-siku bengkok disebabkan kekakuan persendian siku dan bahu.

    c)    Badan kurang melengkung (membusur), disebabkan kurang lemas/lentuknya bagian punggung dan kekakuan pada otot perut.

    d)   Sikap kepala yang terlalu menengadah.

    e)    Kurang keseimbangan. 

    Cara memberi bantuan dalam gerakan kayang:

    a)    Posisi penolong disamping anak yang melakukan garakan kayang.

    b)   Membantu mengangkat dan agak membawa punggung/bahu pelaku.

    c)    Membantu menopang punggung/bahu pelaku dan membawanya perlahan ke bawah.

    f)    Loncat Harimau (Tiger Sprong)

    Secara prinsip teknik gerakan loncat harimau tidak jauh berbeda dengan teknik gerakan roll ke depan.Loncat harimau adalah sikap loncatan membusur dengan kedua tangan lurus ke depan pada saat melayang dan diteruskan dengan gerakan mengguling ke depan dan sikap akhir jongkok. Cara melakukannya sebagai berikut :

    1.      Berdiri tegak, kedua lengan lurus di samping, pandangan lurus ke depan.

    2.      Dengan gerakan awalan jongkok melakukan gerakan meloncat ke depan atas dengan tolakan dua kaki, saat melayang kedua lengan lurus ke depan. 

    3.      Pada saat kedua tangan menyentuh, kepala menunduk ke dada antara kedua tangan, sehingga bahu dan tengkuk menyentuh matras, lipat kedua kaki, selanjutnya mengguling ke depan dengan tangan lurus.

    4.      Sikap akhir jongkok terus berdiri.

    g)   Meroda (Ratslag)

    Meroda atau gerakan baling-baling dilakukan ke samping untuk empat hitungan, tangandan kaki berputar seperti baling-baling.Meroda merupakan salah satu unsure gerakan senam lantai (floor exercise), dimana terdiri dari mengguling, melompat, meloncat, berputar di udara, menumpu dengan tangan atau kaki untuk mempertahankan sikap seimbang.

    Cara melakukan latihan :

    1)      Lakukan latihan hand stand dengan baik dan sempurna.

    2)      Setelah Latihan hand stand , pindahkan berat badan ke kaki kanan bila meroda ke kanan ataukaki kiri bila meroda ke kiri.

    3)      Berurutan kaki kiri atau kanan menumpu kembali gerakanhand stand dan seterusnya.

    Gerakan meroda atau ratslag:

    Dimulai dengan berdiri, kedua tangan direntangkan ke atas, telapak tangan menghadap keatas depan, kepala tegak, kedua kaki dirapatkan. Tendangkan kaki lurus ke samping dangerakanlah ke arah matras atau lantai, lengkungkan pinggul dan lutut kiri sambil letakkan tangan kiri pada matras yang diikuti tangan kanan.Angkatlah kaki kanan ke atas dengan hentakkan kakikiri pada matras untuk bisa membuat sikap kangkang di atas kepala. Kembalikan denganmendaratkan kaki kanan, kemudian kaki kiri dan sebaliknya hentakkan tangan anda agar bisakembali tegak.

    Cara memberikan pertolongan :

    1)      Hand stand di tembok, kemudian kaki kiri dibuka lurus, selanjutnya jatuhkan ke sampingbadan dengan menekan tangan kanan. Kaki tetap dibuka hingga mendarat dilantai, diikutidengan bantuan guru dan teman yang lain dengan cara mengangkat badan ke sebelah kanandan menjaga pinggang.

    2)      Setelah dapat melakukan sendiri, latihan dilakukan dengan menempatkan rintangan di antarakaki dan tangan.

    Hal yang harus diperhatikan :

    1)   Saat melakukan meroda, kedua tangan dibuka lebar sama dengan lebar kaki.

    2)   Jalannya kaki dan tangan berurutan secara teratur ke arah samping kanan.

    h)   Lompat Kangkang

    Lompat kangkang di atas peti lompat ada dua macam:a. Lompatan dengan panggul ditekuk atau menyudut yaitu lompatan dengan membuat sikap kangkang tanpa meluruskan badan terlebih dahulu.

    Teknik pelaksanaannya adalah sebagai berikut:

    1)   Setelah awalan dan take off. angkat panggul tinggi-tinggi.

    2)   Pada saat tangan menyentuh peti atau kuda lompat, panggul ditekuk, tangan dibuka gerakanke samping.

    3)   Tolakan tangan kuat dengan mengangkat dada dan kepala ke arah atas.

    4)   Setelah kaki melewati peti lompat, luruskan badan dan rapatkan tungkai sebelum mendarat.5.

    5)   Mendaratkan kedua kaki dengan rapat, lutut agak ditekuk.

    Teknik pelaksanainnya sebagai berikut :

    1)   Sambil mengangkat panggul, ayun tungkai tinggi di atas garis horisontat.

    2)   Pada saat tangan bertumpu pada peti, badan merupakan satu garis lurus dan membuat sudutantara 20° – 30° dengan garis horizontal.

    3)   Setelah badan lurus, tekuk panggul dan buka kaki. Bersamaan dengan itu, tolakkan tangankuat-kuat pada peti lompat.

    4)   Angkat dada dan lewatkan kedua kaki dari peti.

    5)   Saat kedua kaki melewati peti lompat, luruskan badan dan angkat lengan ke depan atas.

    6)   Mendarat dengan menekukkan lutut dan condongkan badan sedikit ke depan (menekuk panggul, akhiri dengan sikap sempurna).

    Kesalahan yang sering terjadi pada lompat kangkang :

    1)   Panggul kurang diangkat tinggi, sehingga tidak berhasil membuat sikap kangkang di atas peti lompat.

    2)   Lutut bengkok, kepala dan dada tidak terangkat pada saat tangan rnenyentuh peti.

    3)   Kedua lengan tidak lurus dan kepala terlalu ke depan, sehingga menyebabkan tangan tidak lurus dengan badan.

    i)      Lompat Jongkok( Squat Voult)

    Gerakan lompat jongkok sebenarnya hamper sama dengan lompat kangkang tetapi padalompat jongkok kedua kaki rapat, jika lompat kangkang sudah di kuasai maka mudah untuk melakukan lompat jongkok.

    Cara melakukan lompat jongkok :

    1)   Ambil ancang awalan, kemudian berlari, selanjutnya lakukan kedua kaki meloncat ke atas.Kemudian kedua lengan menumpu pada peti lompat.

    2)   Kedua tangan menolak kuat-kuat dan panggul di angkat tiggi, kemudian kedua kaki di tekuk dalam sikap jongkok pada saat melewati peti lompat kepala tegak.

    3)   Luruskan kedua kaki,kedua lengan di ayun ke atas sesaat sebelum mendarat.

    4)   Kemudian mendarat lunak, lutut di tekuk sedikit, dan jaga keseimbangan.

    j)     10. Round off 

    Sikap awal : Berdiri tegak, kedua kaki rapat, kedua lengan disamping badan.

    Cara melakukan gerakan round off:

    1)   Ayunkan kedua lengan keatas sejajar bahu lurus kedepan serong ke atas.

    2)   Sambil mengangkat dan melangkahkan kaki ke kiri ke depan, badan putar kesamping kiri.

    3)   Bersamaan dengan meletakkan kedua telapak tangan pada matras sejajar bahu, lemparkankaki kanan lurus ke atas, kemudian diikuti kaki kiri hingga pada posisi handstand.

    4)   Lemparkan kedua kaki sejauh mungkin.

    5)   Mendarat pada kedua kaki dan badan menghadap ke tempat semula.

    Sikap akhir Berdiri tegak, kedua lengan lurus ke atas serong kedepan, pandangan menghadap kearah permulaan mengambil awalan.

    2.4     Peraturan senam

    Peraturan senam adalah seperangkat aturan yang digunakan untuk menyelenggarakan kejuaraan senam, mengatur mekanismenya, serta membatasi atau menentukan siapa saja yangboleh turut serta di dalamnya, dan bagaimana nilai senam dihasilkan.

    Untuk kejuaraan-kejuaraan resmi tingkat Internasional, peraturan yang berlaku adalahperaturan yang dikeluarkan oleh FIG (Federation Internationale de Gymnastique) yaitu badansenam Internasional. Peraturan itu dirangkum dalam buku yang dinamakan technical regulation(peraturan teknik) yang berlaku atau mencakup aturan untuk semua disiplin senam dan code of points yang berlaku khusus untuk masing-masing disiplin.

    1.             Jenis Pertandingan

    Dalam kejuaraan senam biasa diberlakukan empat jenis kompetisi, yang biasa disebut sebagai kompetisi I, kompetisi II, kompetisi III, dan kompetisi IV. Kompetisi I, atau disebut juga kompetisi penyisihan, diselenggarakan untuk mencari regu atau peserta individual yang bias berlanjut ke kompetisi selanjutnya. Pada kompetisi ini baik peserta beregu maupun peserta individual harus bertanding di semua alat, dengan menampilkan rangkaian bebas. Yang dimaksud peserta beregu adalah enam orang pesenam yang mewakili satu negara/daerah. Hasil kompetisi ini akan menentukan :

    1. 36 pesenam putra dan 24 pesenam putri terbaik yang akan menjadi finalis serba bisa dikompetisi II.
    2. 8 pesenam terbaik (baik putra maupun putri) dari setiap alat, yang akan menjadi finalisdisetiap alat, di kompetisi III.
    3. 8 regu terbaik, yang akan melaju ke final beregu di kompetisi IV.

    Kompetisi II (kejuaraan perorangan serba bisa). Kompetisi II dimaksudkan untuk mencari juara perorangan serba bisa (seluruh alat), dengancara menjumlahkan nilai pesenam dari seluruh alat. Pesenam yang nilainya tertinggi dalamseluruh alat menjadi juara serba bisa atau sering juga disebut All Around Champion. Sepertidikatakan sebelumnya, finalis di kompetisi II ini berjumlah 36 orang (pa) dan 24 orang (pi),dengan ketentuan dari satu daerah tidak boleh lebih dari 3 orang pesenam.

    Kompetisi III (kejuaraan perorangan peralat). Kompetisi ini akan menentukan juara dari setiap alat yang dipertandingkan: 6 alat Artistik putra, 4 alat Artistik putri dan 4 alat senam ritmik. (Khusus untuk senam ritmik walaupun alatnyaada 5 alat, tetapi yang dipertandingkan dalam kejuaraan besar hanya 4 alat. Biasanya, tiap tahunalat yang dipertandingkan berubah-ubah). Peserta kompetisi III pada setiap alat adalah 8 orang

    Bab III. Penutup

    A. Kesimpulan

    Senam adalah aktivitas fisik yang dilakukan baik sebagai cabang olahraga tersendiri maupunsebagai latihan untuk cabang olahraga lainnya. Berlainan dengan cabang olahraga lain umumnyayang mengukur hasil aktivitasnya pada obyek tertentu, senam mengacu pada bentuk gerak yangdikerjakan dengan kombinasi terpadu dan menjelma dari setiap bagian anggota tubuh darikomponen-komponen kemampuan motorik seperti : kekuatan, kecepatan, keseimbangan,kelentukan, agilitas dan ketepatan. Dengan koordinasi yang sesuai dan tata urutan gerak yangselaras akan terbentuk rangkaian gerak artistik yang menarik. Menurut asal kata, senam (gymnastics) berasal dari bahasa Yunani, yang artinya: “untuk menerangkan bermacam-macamgerak yang dilakukan oleh atlet-atlet yang telanjang”. Dalam abad Yunani kuno, senamdilakukan untuk menjaga kesehatan dan membuat pertumbuhan badan yang harmonis, dan tidak dipertandingkan. Baru pada akhir abad 19, peraturan-peraturan dalam senam mulai ditentukandan dibuat untuk dipertandingkan. Pada awal modern Olympic Games, senam dianggap sebagaisuatu demonstrasi seni daripada sebagai salah satu cabang olahraga yang teratur.

    B. Saran

    Senam lantai merupakan salah satu olah raga yang membutuhkan kekuatan, kelentukan, kelenturan,dll. Disamping itu senam juga merupakan salah satu olahraga yang dapat menjadikan sebagai olah raga prestasi. Jadi, sebaiknya dalam melakukan gerakan-gerakan roll depan dan belakang adalah dengan mengikuti cara-cara dan metode yang telah diberikan dan lebih berhati -hati saat melakukannya. Sehingga kesalahan-kesalahan yang dapat membuat cedera tidak akan terjadi.

  • Jenis-Jenis Belajar, Materi Guru / Pengajar dan Para Mahasiswa

    Salam Pendidikan dari PERAHU JAGAD, semoga kita senantiasa dalam lindungan Allah hingga kita selalu bisa terus mnggali dan mengarungi Ilmu Allah yang tak mengenal batasannya tersebut, tentunya dengan perahu kita, perahu jagad. Baiklah, mari kita langsung saja ke topik pembahasan. Pada artikel terdahulu kita sudah membahas mengenai pengertian belajar, Belajar Ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya, dalam hal ini silahkan simak

    Setelah kita mengetahui apa sih yang dinamakan belajar, yaitu suatu proses usaha yang dilakukan seseorang demi mencapai sebuah perubahan, maka di sini kami akan mengajak saudara untuk menguraikan jenis-jenis belajar. Tentunya dalam sebuah proses belajar akan memiliki proses yang berbeda antara pembelajaran yang satu dengan yang lain. Bila dalam artikel PENGERTIAN BELAJAR terdahulu perahu jagad telah memberikan beberapa contohnya seperti, guru matematika mendeskripsikan belajar dengan serangkaian tugas atau latihan namun pada guru bidang studi lainnya seperti guru yang memiliki sspesifikasi ilmu sejarah akan mengatakan seorang murid belajar bila dia memahami betul alur sejarah, dan pengertian belajar bagi guru sejarah adalah bila seorang murid tersebut sering membaca, bukan mengerjakan latihan soal-soal selayaknya guru matematika. Jika pada postingan dahulu kita hanya belajar tentang contoh-contohnya, maka pada saat inilah waktu yang tepat bagi kita untuk memahami dengan benar jenis atau macam-macam belajar. Adapun di antaranya adalah…

    1. Belajar Dengan Wawasan ( learning by insight )
    2. Belajar Bagian ( Part learning, fractioned learning )
    3. Belajar Secara Glogbal atau Menyeluruh ( Global Whole Learning )
    4. Belajar Diskriminatif ( Discriminatif Learning )
    5. Belajar Insidental ( Incidental learning )
    6. Belajar Instrumental ( Instrumental Learning )
    7. Belajar Intensioonal ( Intentional Learning )
    8. Belajar Laten ( Laten Learning )
    9. Belajar Mental ( Mental Learning )
    10. Belajar Produktif ( Productive Learning )
    11. Belajar Verbal ( Verbal Learning )

    1. Belajar Dengan Wawasan (learning by insight)
    Apa sih pengertian belajar dengan wawasan atau dalam bahasa aslinya di sebut learning by insight? Yaitu seubuah teori yang menyatakan bahwa, wawasan merupakan sebuah proses mereorganisasikan pola-pola tingkah laku yang sudah terbentuk menjadi salah satu tingkah laku yang ada hubungannya dengan penyelesaian suatu persoalan. Hal tersebut dinyatakan oleh W.Kohler yang merupakan salah satu tokoh psikologi Gestalt ( diawal tahun 1971 ).

    Sedangkan di lain sisi ada tokoh lain yang juga mengartikan jenis belajar yang satu ini, dialah para pemikir dari neo-behaviorisme, adapun pemikirannya, mereka menganggap jenis belajar dengan wawasan adalah merupakan salah satu bentuk atau wujud dari asosiasi stimulus dan respons.

    2. Belajar Bagian ( Part learning, fractioned learning )
    Jenis Belajar Bagian atau Part Learning adalah jenis belajar yang dilakukan oleh seseorang bilamana dia dihadapkan dengan materi kajian yang sangat luas dan dia melakukannya secara individu. Contoh dari jenis belajar ini yakni mempelajari gerakan-gerakan motorik seperti tari dan bela diri. Nah, di sini individu tersebut memecahkan semua materinya menjadi bab-bab atau fase-fase yang antara satu dengan yang lain berdiri sendiri, tidak menyatu.

    3. Belajar Secara Glogbal atau Menyeluruh ( Global Whole Learning )
    Berbalik dengan Jenis belajar Bagian, Bila pada Belajar bagian berdiri sendiri-sendiri, maka pada jenis belajar ini para individu yang tengah belajar menggunakan bahan pelajaran yang selalu dipelajari secara keseluruhan namun berulang-ulang sampai para pelajar tersebut benar-benar menguasainya.

    4. Belajar Diskriminatif ( Discriminatif Learning )

    Jenis belajar ini bisa diartikan dengan sebuah usaha guna memilih beberapa sifat atau situasi (stimulus atau tanggapan) dan kemudian dijadikan sebuah pedoman dalam bertingkah laku. Bisa juga diambil contoh, Kita menjadi seorang karyawan baru pada sebuah instansi atau perusahaan, lalu kita membaca beberapa perturan yang akhirnya dari tanggapan atau rangsangan yang diterima otak kita, kita aplikasikan di saat kita bekerja. Di sinilah yang dinamakan Belajar Diskriminatif.

    5. Belajar Insidental ( Incidental learning )
    Jenis belajar yang seperti ini biasanya nampak dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai hasil dari pengalaman yang merupakan sebuah pembelajaran yang tidak ter-arah atau pembelajaran yang belum dirumuskan tujuannya pada awal pembelajaran terjadi.

    Dari kutipan diatas dapat kita rumuskan, bahwasanya yang dinamakan Belajar Insidental adalah sebuah konsep belajar yang memiliki pertentangan dengan anggapan bahwa dalam belajar harus memiliki arah dan tujuan.

    6. Belajar Instrumental ( Instrumental Learning )
    Belajar instrumental adalah pembelajaran yang mengundang reaksi bernilai positif dan negatif, Jenis belajar ini lebih mengutamakan adanya proses perubahan tingkah laku, namun juga ditambahi dengan adanya pemberian rangsangan atau stimulus kepada diri siswa, dan di akhir pembelajaran seorang guru berhak menghukumnya bila bersalah dan sekaligus memberikan nilai tambah bila peserta didik mengikuti apa arahan-arahan yang sudah diberikan para guru.

    Dalam Pembelajaran ini cepat atau lambatnya seseorang dalam pembelajarannya dipengaruhi oleh bagaimana mereka mendapatkan penguat (reinforcement) atas dasar tingkatan yang dibutuhkannya.

    7. Belajar Intensioonal ( Intentional Learning )
    Jenis belajar yang satu ini bernilai lawan dengan jenis belajar Insidental, Di mana Bila Jenis belajar insidental adalah jenis belajar yang tidak memiliki tujuan, sementara yang dinamakan Belajar Intensional adalah jenis belajar yang memiliki arah dan tujuan. Jenis belajar yang seperti ini selalu digunakan dalam sebuah instansi formal maupun non-formal, seperti sekolah ataupun diniyyah.

    8. Belajar Laten ( Laten Learning )
    Mengapa dinamakan LATEN, karena jenis belajar yang satu ini adalah sebuah jenis belajar yang dapat dilihat dengan adanya perubahan tingkah laku dalam kurun waktu yang cukup lama. Hal ini hampir memiliki kesamaan dengan Jenis belajar insidental bila dilihat dari hasil pembelajarannya. Jenis belajar ini rupanya tidak terlalu menekankan adanya peranan faktor penguat atau (reinforcement).

    9. Belajar Mental ( Mental Learning )
    Jenis Belajar Mental adalah sebuah jenis belajar yang perubahan tingkahlakunya tidak nampak, melainkan hanya berupa perubahan kognitif karena ada bahan yang dipelajari. Perubahan pada jenis belajar ini bisa dilihat dari tugas-tugas yang sifatnya motoris. Dalam kasus lain, belajar mental adalah sebuah pembelajaran dimana seseorang melakukan penelitian atas perubahan tingkah laku orang lain.

    10. Belajar Produktif ( Productive Learning )
    Menuru R. Bergius yang dinamakan Jenis Belajar Produktif adalah jenis belajar yang mentaur kemungkinan untuk melakukan transfer tingkah laku dari satu situasi ke situasi yang lain, dan belajar disebut produktif bilamana seorang guru mampu mentransfer konsep tentang penyelesaian sebuah persoalan dalam satu situasi kepada situasi yang lain pula. dan yang terakhir adalah ,

    11. Belajar Verbal ( Verbal Learning )
    Yang dinamakan jenis Belajar Verbal adalah belajar mengenai materi-materi verbal dengan cara latihan dan daya ingat. Dasar dari jenis belajar VERBAL dapat dilihat dalam eksperimen klasiknya EBBINGHAUS. Sifat eksperimen ini meluas dari belajar asosiatif mengenai hubungan dua kata yang tidak memiliki arti sampai pada belajar dengan wawasan mengenai penyelesaian persoalan yang kompleks dan harus diungkapkan secara verbal.

  • Pihak-Pihak yang Terlibat Dalam Pengembangan Kurikulum

    Pengembangan Kurikulum

    Dalam pengembangan suatu kurikulum banyak pihak yang turut berpartisipasi di dalamnya antara lain:

    a. Peranan administrator pendidikan

    Administrator ini dibagi menjadi atas 2 bagian:

    1. Administrator Daerah (Kepala Kantor wilayah/pusat)

    Mempunyai peranan dalam menyusun dasar-dasar hukum, menyusun kerangka dasar serta program inti kurikulum.

    2. Administrator lokal (kabupaten, kecamatan, dan kepala sekolah)

    Mempunyai peranan dalam mengembangkan kurikulum sekolah bagi daerahnya yang sesuai dengan kebutuhan daerah. Dalam sekolah administratornya adalah Kepala Sekolah yang mempunyai wewenang dalam membuat operasionalisasi sistem pendidikan pada masing-masing sekolah.

    b. Peranan para ahli

    Peran para ahli, baik ahli pendidikan, ahli kurikulum maupun ahli bidang studi/disiplin ilmu adalah memilih materi bidang ilmu yang mutakhir dan sesuai dengan perkembangan kebutuhan masyarakat dan yang disesuaikan dengan struktur keilmuannya agar memudahkan siswa untuk mempelajarinya.

    c. Peranan guru

    Guru memegang peranan cukup penting baik sebagai perencana pelaksanaan dan pengembangan kurikulum. Juga merupakan penerjemah kurikulum yang datang dari atas. Disamping itu guru berperan sebagai pelajar dalam masyarakat sebab harus belajar struktur sosial budaya masyarakat, nilai-nilai utama, pola-pola tingkah laku dalam masyarakat.

    d. Peran orang tua murid

    Peran orang tua murid berkenaan dengan dua hal :

    1. Dalam penyusunan kurikulum
    2. Dalam pelaksanaan kurikulum dengan mengawasi dan mengamati anak belajar, mengikuti kegiatan di sekolah seperti pertemuan orang tua wali murid, dan sebagainya.

    Adapun faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum:

    1. Tenaga kependidikan yang dihasilkan perguruan tinggi.
    2. Kesesuaian isi kurikulum dengan kebutuhan masyarakat.
    3. Sistem nilai yang ada di masyarakat seperti, moral, keagamaan, sosial budaya, dan lain-lain.
  • Teori Behaviorisme dan contoh kasus di kehidupan sehari-hari

    Teori Behaviorisme Dalam Kehidupan Sehari-Hari

    A. Teori Behaviorisme dari Watson

    Teori Behaviorisme diperkenalkan oleh Jhon B. Watson (1878-1958) seorang ahli psikologi berkebangsaan Amerika.di Amerika Serikat, Watson di kenal sebagai bapak Behaviorisme. Menurut Watson, dalam pembelajaran tidak ada perbedaan antara manusia dan hewan. Untuk membuktikan teori ini Watson melakukan eksperimen terhadap Albert seorang bayi berumur 11 bulan. Awalnya Albert adalah seorang bayi penggembira. Ia tidak takut terhadap binatang seperti tikus berbulu halus. Dalam eksperimen ini Watson memulai percobaannya dengan memukul sebatang besi dengan sebuah palu. Setiap kali Albert mendekat untuk memegang tikus itu, Watson melakukan perlakuan yang sama seperti memukul besi tersebut, dan akibatnya, Albert enjaddi takut terhadap tikus putih itu, dan hewan ataupun benda lainya yang berwarna putih, seperti kelinci putih ataupun jaket berwarna putih. Eksperimen yang telah dilakukan oleh Watson ini membuktikan bahwa pelaziman dapat mengubah perilaku seorang secara nyata.

    Dari eksperimen Watson tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran sebagian perilaku yang terjadi adalah akibat pengaruh lingkungan sekitar. Dengan kata lain bahwa karakter atau keperibadian seseorang individu dapat terbentuk oleh karena di pengaruhi lingkungan sekitar atau dimana ia berada.

    B.     Contoh Kasus Berdasarkan Tori

    Berdasarkan teori diatas tentu ada banyak contoh kasus yang kita temukan dalam kehidupan sehari-hari, yang dimana lingkunagn menjadi factor penentu karakter dan keperibadian seseorang.

    Contonya, dalam sebuah keluarga terdiri dari bapak, ibu dan 2 orang anaknya. Dalam keluarga ini menerapkan pola asuh otoriter semua bentuk peraturan rumah dan keputusan berada di pihak orang tua. Dalam kehidupan sehari-hari kedua anak ini hidup dibawah tekanan orang tuanya, entah itu mengerjakan tugas sekolah, bersih rumah atau lainnya. Setiap harinya mereka selalu tertekan oleh orang tuanya dan merasa dirumah mereka tidak dapat bermain dan berkerasi sehingga hal ini membunuh karakter dan keperibadian anaknya. Hingga pada suatu hari kedua anak ini mencoba mencoba mencari kesenangan di luar rumah dan bermain dengan teman sebayanya. Dan mereka menawarkan sesuatu yang belum pernah mereka dapatkan di dalam rumah seperti merokok, dan minum-minuman keras. Dengan demikian mereka merasa terbebas dari beban dan tekanan orang tua.

    Berdasarkan contoh kasus di atas maka dapat kita simpulkan bahwa tekanan lingkungan rumah yang terlalu berlebihan hanya akan membuat akan mencari jalan kesenangan sendiri sehingga ini akan memberikan dampak negative terhadap perkembangan psikologi anak itu sendiri.

    Lingkuan adalah factor pendukung perkembangan psikologi manusia, lingkungan yang kondusif serta jauh dari sifat-sifat negative maka akan menciptakan manusia yang memiliki kecerdasan dan perkembangan yang maksimal.