Blog

  • Laporan Pratikum Pengaruh Enzim Katalase Terhadap Hidrogen Peroksida

    Pengaruh Enzim Katalase Terhadap Hidrogen Peroksida

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Peroksisom ditemukan pada semua sel eukariota. Di dalam organel, terdapat peroksisom yang mampu menghasilkan enzim katalase. Enzim katalase adalah sebuah enzim yang terdapat di dalam semua organel, tetapi dalam jumlah yang berbeda. Enzim tak hanya ditemukan dalam sel-sel manusia dan hewan, namun sel-sel tumbuhan juga memiliki enzim sebagai salah satu komponen metabolismenya, enzim katalase merupakan salah satu enzim yang terdapat pada tumbuhan. Enzim tersebut berfungsi untuk menetralisir racun. Enzim katalase ini pada umumnya terdapat di dalam hati, karena berdasarkan fungsinya, hati termasuk sebagai alat ekskresi, hati membantu fungsi ginjal dengan cara memecah beberapa senyawa yang bersifat racun dan menghasilkan amonia, urea, dan asam urat dengan memanfaatkan nitrogen dari asam amino. Proses pemecahan senyawa racun oleh hati disebut proses detoksifikasi.

    Tetapi karena enzim katalase terdapat disemua organel, maka peneliti ingin mencoba membuktikan bahwa enzim katalase tersebut tidak hanya terdapat di dalam organ hati.

    Dalam penelitian ini peneliti menggunakan hidrogen peroksida (H2O2) sebagai substrat karena, H2O2 dimanfaatkan oleh enzim katalase untuk mengoksidasi substrat lain (fenol, asam format, formaldehida, dan alkohol). Reaksi oksidasi ini berperan untuk mendetoksifikasi bermacam-macam molekul racun dalam darah (Dikutip dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas). Selain itu, peneliti juga ingin mengetahui kerja enzim dengan pengaruh suhu dan pH tertentu.

    B. Rumusan Masalah

    1. Bagaimanakah pengaruh hidrogen peroksida terhadap enzim katalase?
    2. Adakah enzim katalase yang terdapat di dalam organ jantung, lemak, daun muda dan biji tumbuhan
    3. Bagaimanakah pengaruh suhu dan pH terhadap kerja enzim katalase?

    C. Tujuan

    1. Mengetahui pengaruh hidrogen peroksida terhadap enzim katalase.
    2. Mengetahui adanya enzim katalase yang terdapat di dalam organ jantung, lemak, daun muda, serta biji tumbuhan.
    3. Mengetahui pengaruh suhu dan pH terhadap kerja enzim katalase.

    D. Manfaat penelitian

    1.Bagi siswa
    -Sebagai referensi untuk pembuatan laporan penelitian.
    2.Bagi masyarakat
    -Memberikan sumbangan informasi kepada masyarakat tentang pengaruh enzim katalase terhadap hidrogen peroksida.

    Bab II. Kajian Pustaka

    A. Enzim

    Enzim adalah protein yang mengkatalisis reaksi kimia dan mempengaruhi kecepatan reaksi tetapi tidak ikut dalam reaksi. Enzim berperan sebagai biokatalisator. Enzim memiliki sifat sebagai berikut:

    1. Mempercepat reaksi kimia
    2. Bekerja secara khas (spesifik), artinya setiap enzim hanya berfungsi untuk satu senyawa (substrat) tertentu saja
    3. Hanya bekerja pada kisaran suhu dan pH tertentu
    4. Rusak pada suhu terlalu tinggi atau terlalu rendah
    5. Susunan kimianya tidak berubah oleh reaksi tempat enzim bekerja
    6. Dapat bekerja bolak-balik

    Faktor yang mempengaruhi kerja enzim:

    a. Temperatur

    Pada temperatur optimum, aktivitas enzim sangaggt baik. Jika temperatur terlalu rendah reaksi mennjadi lambat, dan jika temperatur terlalu tinggi enzim akan rusak.

    b. pH

    Enzim bekerja dengan baik pada pH optimum. Keadaan asam dan basa yang terlalu tinggi menghambat aktivitas enzim.

    c. Konsentrasi enzim dan substrat

    Jika enzim terlalu sedikit dan substrat terlalu banyak, reaksi akan berjalan lambat dan bahkan ada substrat yang tidak terkatalisasi. Semakin banyak enzim reaksi akan semakin cepat.
    d.Inhibitor enzim

    Jika inhibitor ditambahkan ke dalam campuran enzim dan substrat, kecepatan reaksi akan turun.

    B. Enzim Katalase dan Hidrogen Peroksida

    Enzim katalase

    Enzim katalase adalah salah satu jenis enzim yang umum ditemui di dalam sel-sel makhluk hidup, salah satunya adalah sel tumbuhan. Enzim katalase adalah enzim perombak hidrogen peroksida yang bersifat racun dan merupakan sisa atau hasil sampingan dari metabolisme. Apabila H2O2 tidak diuraikan oleh enzim ini, maka akan menyebabkan kematian pada sel-sel tumbuhan. Oleh sebab itu, enzim ini bekerja dengan merombak H2O2 menjadi substansi yang tidak berbahaya, yaitu berupa air dan oksigen. Selain bekerja secara spesifik pada substrat tertentu, enzim juga bersifat termolabil (rentan terhadap perubahan suhu) serta merupakan suatu senyawa golongan protein. Pengaruh temperatur terlihat sangat jelas, karena dapat merusak enzim dan membuatnya terdenaturasi seperti protein kebanyakan (http://littlefairy8.wordpress.com).

    Hidrogen peroksida

    Hidrogen peroksida dengan rumus kimia H2O2 ditemukan oleh Louis Jacques Thenard di tahun 1818. Senyawa ini merupakan bahan kimia anorganik yang memiliki sifat oksidator kuat. Bahan baku pembuatan hidrogen peroksida adalah gas hidrogen (H2) dan gas oksigen (O2). Teknologi yang banyak digunakan di dalam industri hidrogen peroksida adalah auto oksidasi Anthraquinone. H2O2 tidak berwarna, berbau khas agak keasaman, dan larut dengan baik dalam air. Dalam kondisi normal (kondisi ambient), hidrogen peroksida sangat stabil dengan laju dekomposisi kira-kira kurang dari 1% per tahun. Mayoritas pengunaan hidrogen peroksida adalah dengan memanfaatkan dan merekayasa reaksi dekomposisinya, yang intinya menghasilkan oksigen. Pada tahap produksi hidrogen peroksida, bahan stabilizer kimia biasanya ditambahkan dengan maksud untuk menghambat laju dekomposisinya. Termasuk dekomposisi yang terjadi selama produk hidrogen peroksida dalam penyimpanan. Selain menghasilkan oksigen, reaksi dekomposisi hidrogen peroksida juga menghasilkan air (H2O) dan panas. Reaksi dekomposisi eksotermis yang terjadi adalah sebagai berikut:        H2O2  H2O + 1/2O2 + 23.45 kcal/mol

    Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi dekomposisi hidrogen peroksida adalah:
    1.Bahan organik tertentu, seperti alkohol dan bensin
    2.Katalis, seperti Pd, Fe, Cu, Ni, Cr, Pb, Mn
    3.Temperatur, laju reaksi dekomposisi hidrogen peroksida naik sebesar 2.2 x setiap kenaikan 10oC (dalam range temperatur 20-100oC)
    4.Permukaan container yang tidak rata (active surface)
    5.Padatan yang tersuspensi, seperti partikel debu atau pengotor lainnya
    6.Makin tinggi pH (makin basa) laju dekomposisi semakin tinggi
    7.Radiasi, terutama radiasi dari sinar dengan panjang gelombang yang pendek

    C.Organ hati secara umum
    Hati adalah organ dalam kita yang terbesar. Pada orang dewasa beratnya mencapai kira-kira 1,3 kg. Terbagi atas 2 lobus, kiri dan kanan. Selain besar dalam ukuran, organ hati juga punya peranan hebat. Ia terlibat dalam proses pencernaan, berperan dalam ratusan reaksi kimiawi tubuh yang berbeda, dan juga berfungsi sebagai organ penyimpan. Fungsi utama hati adalah mengumpulkan darah dari saluran cerna melalui sirkulasi hepatik dan memasukkan berbagai substansi kimiawi tubuh ke dalamnya sebelum dialirkan kembali ke bagian tubuh lain. Substansi kimiawi tersebut dihasilkan oleh jutaan sel hati yang dikenal dengan nama hepatosit. Hepatosit memang terendam dalam genangan darah yang berasal dari saluran cerna. Dengan cara itulah terjadi pertukaran substansi antara darah dan sel hati. Fungsi organ hati belum sepenuhnya dipahami. Beberapa fungsi dari organ tersebut ialah:
    -Pengaturan kadar gula darah
    -Metabolisme lemak
    -Metabolisme protein
    -Penyimpanan vitamin
    -Penyimpanan mineral
    -Produksi empedu
    -Detoksifikasi
    -Pendauran hormon


    BAB III
    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Lokasi dan waktu pelaksanaan
    -Waktu penelitian
    -Tempat
    -Objek    :  Rabu, 10 Agustus 2011
    : Laboratorium Biologi SMA N 1 Jetis
    : Enzim katalase yang terdapat pada organ hati, jantung, lemak, biji tumbuhan, serta daun muda.

    B. Variabel penelitian
    -Variabel bebas


    -Variabel terikat


    -Variabel kontrol   
    : larutan HCl, larutan NaOH, suhu (dipanaskan dan didinginkan), garam dapur (NaCl), jantung, lemak, biji tumbuhan, serta daun muda.
    : reaksi antara H2O2 dengan enzim katalase yang indikatornya berupa keadaan gelembung dan keadaan bara lidi
    : hati ayam yang ditambahkan dengan larutan hidrogen peroksida sebagai substrat.

    C. Alat dan bahan
    a)Alat :
    -Alu
    -Modim
    -Tabung reaksi
    -Bara lidi
    -Korek api    -Penjepit tabung
    -Kaki tiga
    -Lampu spirtus
    -Gelas kimia
    b)Bahan :
    -Larutan H2O2
    -Hati ayam
    -Jantung ayam
    -Garam dapur (NaCl)
    -Larutan NaOH    -Lemak ayam
    -Daun muda
    -Biji melinjo
    -Larutan HCl
    -Air

    D.Langkah kerja

    a. Hati dengan larutan H2O2
    1.Menyiapkan alat dan bahan
    2.Memotong hati ayam sebesar dadu ± 1cm x 1cm
    3.Memasukan potongan hati ke dalam tabung reaksi
    4.Menetesi dengan larutan H2O2  ± sebanyak 5 tetes sampai tergenang
    5.Menutup tabung reaksi yang telah ditetesi dengan H2O2
    6.Melihat reaksi yang terjadi
    7.Membuat bara lidi
    8.Memasukan bara lidi ke dalam tabung reaksi, mendekatkan bara lidi pada gelembung
    9.Mencatat hasil pengamatan dalam tabel pengamatan

    b. Hati + HCl dengan larutan H2O2
    1.Menyiapkan alat dan bahan
    2.Memotong hati ayam sebesar dadu ± 1cm x 1cm
    3.Memasukan potongan hati ke dalam tabung reaksi
    4.Menetesi dengan larutan HCl sampai tergenang, kemudian manambahkan H2O2  ± sebanyak 5 tetes
    5.Menutup tabung reaksi
    6.Melihat reaksi yang terjadi
    7.Membuat bara lidi
    8.Memasukan bara lidi ke dalam tabung reaksi, mendekatkan bara lidi pada gelembung
    9.Mencatat hasil pengamatan dalam tabel pengamatan

    c. Hati + NaOH dengan larutan H2O2
    1.Menyiapkan alat dan bahan
    2.Memotong hati ayam sebesar dadu ± 1cm x 1cm
    3.Memasukan potongan hati ke dalam tabung reaksi
    4.Menetesi dengan larutan NaOH sampai tergenang, kemudian manambahkan  H2O2  ± sebanyak 5 tetes
    5.Menutup tabung reaksi
    6.Melihat reaksi yang terjadi
    7.Membuat bara lidi
    8.Memasukan bara lidi ke dalam tabung reaksi, mendekatkan bara lidi pada gelembung
    9.Mencatat hasil pengamatan dalam tabel pengamatan

    d. Hati setelah direbus sampai mendidih + larutan H2O2
    1.Menyiapkan alat dan bahan
    2.Merebus hati ayam sampai mendidih dengan air
    3.Memotong hati ayam sebesar dadu ± 1cm x 1cm
    4.Memasukan potongan hati ke dalam tabung reaksi
    5.Menetesi dengan larutan H2O2  ± sebanyak 5 tetes sampai tergenang
    6.Menutup tabung reaksi
    7.Melihat reaksi yang terjadi
    8.Membuat bara lidi
    9.Memasukan bara lidi ke dalam tabung reaksi, mendekatkan bara lidi pada gelembung
    10.Mencatat hasil pengamatan dalam tabel pengamatan

    e. Hati setelah didinginkan + larutan H2O2
    1.Menyiapkan alat dan bahan
    2.Mendinginkan hati ayam ke dalam mesin pendingin
    3.Memotong hati ayam sebesar dadu ± 1cm x 1cm
    4.Memasukan potongan hati ke dalam tabung reaksi
    5.Menetesi dengan larutan H2O2  ± sebanyak 5 tetes sampai tergenang
    6.Menutup tabung reaksi
    7.Melihat reaksi yang terjadi
    8.Membuat bara lidi
    9.Memasukan bara lidi ke dalam tabung reaksi, mendekatkan bara lidi pada gelembung
    10.Mencatat hasil pengamatan dalam tabel pengamatan

    f. Jantung ayam + larutan H2O2
    1.Menyiapkan alat dan bahan
    2.Memotong jantung ayam sebesar dadu ± 1cm x 1cm
    3.Memasukan potongan jantung ayam tersebut ke dalam tabung reaksi
    4.Menetesi dengan larutan H2O2  ± sebanyak 5 tetes sampai tergenang
    5.Menutup tabung reaksi yang telah ditetesi dengan H2O2
    6.Melihat reaksi yang terjadi
    7.Membuat bara lidi
    8.Memasukan bara lidi ke dalam tabung reaksi, mendekatkan bara lidi pada gelembung
    9.Mencatat hasil pengamatan dalan tabel pengamatan

    g. Lemak + larutan H2O2
    1.Menyiapkan alat dan bahan
    2.Memotong lemak ayam sebesar dadu ± 1cm x 1cm
    3.Memasukan potongan lemak ayam tersebut ke dalam tabung reaksi
    4.Menetesi dengan larutan H2O2  ± sebanyak 5tetes sampai tergenang
    5.Menutup tabung reaksi yang telah ditetesi dengan H2O2
    6.Melihat reaksi yang terjadi
    7.Membuat bara lidi
    8.Memasukan bara lidi ke dalam tabung reaksi, mendekatkan bara lidi pada gelembung
    9.Mencatat hasil pengamatan dalan tabel pengamatan

    h. Biji melinjo + larutan H2O2
    1.Menyiapkan alat dan bahan
    2.Menumbuk biji melinjo menggunakan alu dan modim sampai halus
    3.Memasukan tumbukan biji melinjo tersebut ke dalam tabung reaksi
    4.Menetesi dengan larutan H2O2  ± sebanyak 5 tetes sampai tergenang
    5.Menutup tabung reaksi yang telah ditetesi dengan H2O2
    6.Melihat reaksi yang terjadi
    7.Membuat bara lidi
    8.Memasukan bara lidi ke dalam tabung reaksi, mendekatkan bara lidi pada gelembung
    9.Mencatat hasil pengamatan dalan tabel pengamatan

    i. Daun muda + larutan H2O2
    1.Menyiapkan alat dan bahan
    2.Menumbuk daun muda menggunakan alu dan modim sampai halus
    3.Memasukan tumbukan daun muda tersebut ke dalam tabung reaksi
    4.Menetesi dengan larutan H2O2  ± sebanyak 5 tetes sampai tergenang
    5.Menutup tabung reaksi yang telah ditetesi dengan H2O2
    6.Melihat reaksi yang terjadi
    7.Membuat bara lidi
    8.Memasukan bara lidi ke dalam tabung reaksi, mendekatkan bara lidi pada gelembung
    9.Mencatat hasil pengamatan dalan tabel pengamatan

    j. Hati + NaCl dengan larutan H2O2
    1.Menyiapkan alat dan bahan
    2.Memotong hati ayam sebesar dadu ± 1cm x 1cm
    3.Memasukan potongan hati ke dalam tabung reaksi
    4.Menambahkan NaCl dan menetesi dengan larutan H2O2  ± sebanyak 5 tetes sampai tergenang
    5.Menutup tabung reaksi yang telah ditetesi dengan H2O2
    6.Melihat reaksi yang terjadi
    7.Membuat bara lidi
    8.Memasukan bara lidi ke dalam tabung reaksi, mendekatkan bara lidi pada gelembung
    9.Mencatat hasil pengamatan dalam tabel pengamatan



    BAB IV
    HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


    A.Hasil pengamatan
    1.Tabel


    Keterangan:
    +    : gelembung sedikit
    ++    : gelembung sedang
    +++    : gelembung banyak
    ++++    : gelembung banyak sekali
        : tidak ada gelembung

    B.Pembahasan
    1.Hati dengan larutan H2O2
    Saat ditetesi dengan H2O2, pada percobaan pertama dan kedua dihasilkan gelembung yang banyak sekali, sehingga keadaan bara api pada percobaan pertama dan kedua menyala. Hal tersebut dikarenakan di dalam tabung reaksi terdapat oksigen, artinya enzim katalase bereaksi dengan H2O2 dan diuraikan menjadi H2O dan O2. Jadi enzim katalase terdapat di dalam organ hati.

    2.Hati + HCl dengan larutan H2O2
    Hati yang ditambahkan dengan larutan HCl, saat ditetesi dengan H2O2, pada percobaaan pertama dan kedua keadaan gelembung yang dihasilkan sedikkit sekali, tetapi keadaan bara api pada percobaan pertama dan kedua tidak menyala, sehingga gelembung yang ditimbulkan tersebut bukan oksigen. Hal tersebut dikarenakan di dalam tabung reaksi tidak terdapat oksigen, artinya H2O2 tidak bereaksi dengan enzim. Selain itu kerja enzim katalase yang terdapat di dalam hati terhambat oleh pH asam HCl.

    3.Hati + NaOH dengan larutan H2O2
    Hati yang ditambahkan dengan larutan NaOH, saat ditetesi dengan H2O2, pada percobaaan pertama dan kedua keadaan gelembung yang dihasilkan sedikit sekali, tetapi keadaan bara api pada percobaan pertama dan kedua tidak menyala, sehingga gelembung yang dihasilkan tersebut bukan oksigen. Hal itu dikarenakan di dalam tabung reaksi tidak terdapat oksigen, artinya H2O2 tidak bereaksi dengan enzim katalase. Selain itu kerja enzim katalase yang terdapat di dalam hati terhambat oleh pH basa NaOH (enzim katalase tidak bekerja).

    4.Hati setelah direbus sampai mendidih + larutan H2O2
    Hati ayam yang sebelumnya direbus sampai mendidih, saat ditetesi dengan H2O2, pada percobaaan pertama dan kedua keadaan gelembung yang dihasilkan sedikit sekali, tetapi keadaan bara api pada percobaan pertama dan kedua tidak menyala, sehingga gelembung yang dihasilkan tersebut bukan oksigen. Hal itu dikarenakan di dalam tabung reaksi tidak terdapat oksigen, artinya H2O2 tidak bereaksi dengan enzim katalase, sehingga enzim katalase tidak bekerja karena enzim katalase terhambat oleh suhu yang tinggi.

    5.Hati setelah didinginkan + larutan H2O2
    Hati ayam yang sebelumnya didinginkan dalam mesin pendingin, saat ditetesi dengan H2O2, pada percobaaan pertama dan kedua keadaan gelembung yang dihasilkan sedang, dan keadaan bara api menyala sedang. Hal tersebut dikarenakan kerja enzim katalase yang terdapat di dalam hati berjalan lambat pada suhu yang terlalu rendah, sehingga H2O2 yang bereaksi dengan enzim katalase terhambat.

    6.Jantung ayam + larutan H2O2
    Jantung ayam saat ditetesi dengan H2O2, pada percobaaan pertama dan kedua keadaan gelembung yang dihasilkan sedang, dan keadaan bara api menyala sedang. Hal tersebut dikarenakan H2O2 bereaksi dengan enzim katalase yang terdapat di dalam hati, dibuktikan dengan adanya gelembung dan nyala bara api yang ditimbulkan. Sehingga enzim katalase juga terdapat di dalam organ jantung.

    7.Lemak + larutan H2O2
    Lemak ayam saat ditetesi dengan H2O2, pada percobaaan pertama dan kedua keadaan gelembung yang dihasilkan sedikit sekali, tetapi keadaan bara api menyala. Sehingga gelembung tersebut dihasilkan dari oksigen yang diitimbulkan akibat reaksi H2O2 dengan enzim katalase. Jadi, di dalam lemak terdapat enzim katalase tetapi dalam jumlah yang sedikit.

    8.Biji melinjo + larutan H2O2
    Tumbukan dari biji melinjo saat ditetesi dengan H2O2, pada percobaaan pertama keadaan gelembung yang dihasilkan sedikit, dan keadaan bara api menyala sedang, tetapi setelah dilakukan percobaan kedua tidak dihasilkan gelembung dan keadaan bara api tidak menyala. Sehingga gelembung yang dihasilkan tersebut bukan oksigen hasil dari reaksi H2O2 dengan enzim katalase. Jadi pada hasil pengamatan ini, di dalam biji tumbuhan tidak terdapat enzim katalase. Tetapi pada dasarnya di dalam biji yang sedang berkecambah terdapat enzim katalase. (http://id.wikipedia.org/wiki/Peroksisom)
    9.Daun muda + larutan H2O2
    Tumbukan daun muda saat ditetesi dengan H2O2, pada percobaaan pertama dan kedua keadaan gelembung yang dihasilkan sedikit, dan keadaan bara api tidak menyala. Sehingga gelembung yang dihasilkan tersebut bukan oksigen, karena H2O2  tidak bereaksi dengan enzim katalase. Jadi pada percobaan ini, di dalam daun muda tersebut tidak terdapat enzim katalase.

    10.Hati + NaCl dengan larutan H2O2
    Hati yang ditambahkan dengan larutan NaCl, saat ditetesi dengan H2O2, pada percobaaan pertama dan kedua keadaan gelembung yang dihasilkan sedang, dan keadaan bara api tidak menyala. Hal tersebut dikarenakan sel yang terdapat di dalam hati rusak. Pengaruh konsentrasi larutan garam akan merusak sel hati, sehingga enzim katalase tidak bisa menguraikan H2O2.

    BAB V
    PENUTUP


    A.Kesimpulan
    • Enzim katalase bekerja dengan menguraikan H2O2 menjadi air (H2O) dan Oksigen (O2).
    • Enzim katalase tidak hanya terdapat di dalam organ hati, tetapi juga terdapat di dalam organ lain, seperti jantung dan lemak, selain itu enzim katalase juga terdapat di dalam biji tumbuhan dan daun muda tumbuhan, walaupun dalam jumlah yang berbeda.
    • Keadaan pH mempengaruhi kerja enzim katalase, pH yang terlalu asam maupun pH yang terlalu basa dapat merusak kerja enzim, dan enzim menjadi tidak aktif, sehingga H2O2 tidak akan terurai.
    • Ketika dalam keadaan suhu dingin kerja enzim lemah, dan ketika dalam keadaan suhu panas enzim rusak, karena temperatur yang tinggi maupun rendah akan mempengaruhi kerja enzim.

    B.Saran
    • Memerlukan ketelitian dalam melakukan penelitian tersebut.
    • Memerlukan pemahaman terhadap materi yang berkaitan dengan penelitian sebelum memulai melakukan penelitian.



    DAFTAR PUSTAKA

    • Maryati, Sri, dkk.2007.BIOLOGI untuk SMA Kelas XII.Jakarta:Erlangga.
    • Saktiyono.2008.SeribuPena BIOLOGI untuk SMA/MA Kelas XII.Jakarta:Erlangga.
    • http://www.wikipedia.com
    • http://mr-fabio2.blogspot.com/2008/09/laporan-enzim-katalase.html
    • http://id.wikipedia.org/wiki/Peroksisom
    • http://www.h2o2.com/intro/overview.html

  • Laporan Praiktikum Pengamatan Proses Fotosintesis Pada Tumbuhan Air Hydrilla Verticillata

    Pengamatan Proses Fotosintesis Pada Hydrilla Verticillata

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Suatu sifat fisiologi yang hanya dimiliki oleh tumbuhan ialah kemampuannya untuk menggunakan zat karbon dari udara untuk diubah menjadi bahan organik serta diasimilasikan di dalam tubuh tanaman. Peristiwa ini hanya berlangsung jika ada cukup cahaya, oleh karena itu asimilasi karbondisebut juga fotosintesis. Jadi fotosintesis adalah suatu proses dimana zat-zat anorganik H20 dan C02 oleh klorofil diubah menjadi zat organik karbohidrat dengan pertolongan sinar, dan melalui perantara pigmen hijau daun (klorofil) yang terletak dalam organel kloroplas pada sitoplasma.

    Proses fotosintesis itu sendiri dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah ketersediaan air, intensitas cahaya, konsentrasi CO2, temperatur, serta ketersediaan unsur. Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui pengaruh intensitas cahaya, konsentrasi CO2, serta temperatur terhadap proses fotosintesis tumbuhan air Hydrilla (Hydrilla verticillata). Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi CO2 pada penelitian ini digunakan NaHCO3 yang diketahui bahwa NaHCO3 berfungsi sebagai katalis dalam reaksi fotosintesis.

    B. Rumusan Masalah

    1. Bagaimanakah pengaruh intensitas cahaya matahari terhadap proses fotosintesis tumbuhan air Hydrilla (Hydrilla verticillata)?
    2. Bagaimanakah pengaruh pemberian NaHCO3 terhadap proses fotosintesis tumbuhan air Hydrilla (Hydrilla verticillata)?
    3. Bagaimanakah pengaruh temperatur terhadap proses fotosintesis tumbuhan air Hydrilla (Hydrilla verticillata)?
    4. Bagaimanakah persamaan reaksi kimia pada proses fotosintesis?

    C. Tujuan 

    1. Mengetahui pengaruh intensitas cahaya matahari terhadap proses fotosintesis tumbuhan air Hydrilla (Hydrilla verticillata).
    2. Mengetahui pengaruh pemberian NaHCO3 terhadap proses fotosintesis tumbuhan air Hydrilla (Hydrilla verticillata).
    3. Mengetahui pengaruh temperatur terhadap proses fotosintesis tumbuhan air Hydrilla (Hydrilla verticillata).
    4. Mengetahui persamaan reaksi kimia pada proses fotosintesis.

    D. Manfaat penelitian

    1. Bagi Siswa
      • Sebagai referensi untuk pembuatan laporan penelitian.
    2. Bagi Masyarakat
      • Memberikan sumbangan informasi kepada masyarakat tentang pengaruh intensitas cahaya, konsentrasi CO2, serta temperatur terhadap proses fotosintesis pada tumbuhan.

    Bab II. Kajian Pustaka

    Fotosintesis pada Tumbuhan

    Tumbuhan bersifat autotrofAutotrof artinya dapat mensintesis makanan langsung dari senyawa anorganik. Tumbuhan menggunakan karbon dioksida dan air untuk menghasilkan gula dan oksigen yang diperlukan sebagai makanannya. Energi untuk menjalankan proses ini berasal dari fotosintesis. Perhatikan persamaan reaksi yang menghasilkan glukosa berikut ini :

    6H2O + 6CO2 + cahaya → C6H12O6 (glukosa) + 6O2

    Glukosa dapat digunakan untuk membentuk senyawa organik lain seperti selulosa dan dapat pula digunakan sebagai bahan bakar. Proses ini berlangsung melalui respirasi seluler yang terjadi baik pada hewan maupun tumbuhan. Secara umum reaksi yang terjadi pada respirasi seluler berkebalikan dengan persamaan di atas. Pada respirasi, gula (glukosa) dan senyawa lain akan bereaksi dengan oksigen untuk menghasilkan karbon dioksida, air, dan energi kimia.

    Tumbuhan menangkap cahaya menggunakan pigmen yang disebut klorofil. Pigmen inilah yang memberi warna hijau pada tumbuhan. Klorofil terdapat dalam organel yang disebut kloroplas. Klorofil menyerap cahaya yang akan digunakan dalam fotosintesis. Meskipun seluruh bagian tubuh tumbuhan yang berwarna hijau mengandung kloroplas, namun sebagian besar energi dihasilkan di daun.

    Di dalam daun terdapat lapisan sel yang disebut mesofil yang mengandung setengah juta kloroplas setiap milimeter perseginya. Cahaya akan melewati lapisan epidermis tanpa warna dan yang transparan, menuju mesofil, tempat terjadinya sebagian besar proses fotosintesis. Permukaan daun biasanya dilapisi oleh kutikula dari lilin yang bersifat anti air untuk mencegah terjadinya penyerapan sinar matahari ataupun penguapan air yang berlebihan.

    Klasifikasi Tumbuhan Hydrilla
    Hydrilla verticillata (L. f.) Royle

    Nama umum :
    Indonesia     : Ganggang, ganggeng (Jawa)
    Inggris         : Water thyme

    Klasifikasi

    Kingdom      : Plantae (Tumbuhan)
    Subkingdom  : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
    Super Divisi  : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
    Divisi           : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
    Kelas           : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
    Sub-Kelas     : Alismatidae
    Ordo            : Hydrocharitales
    Famili           : Hydrocharitaceae
    Genus           : Hydrilla
    Spesies         : Hydrilla verticillata (L. f.) Royle

    Gambaran Tentang NaHCO3

    Natrium Bikarbonat atau hidrogen karbonat atau asam karbonat dengan rumus kimia NaHCO3, adalah bahan kimia berbentuk kristal putih yang larut dalam air, yang banyak dipergunakan di dalam industri makanan/biskuit (sebagai baking powder), pengolahan kulit, farmasi, tekstil, kosmetika, pembuatan pasta gigi, pembuatan permen (candy) dan industri pembuatan batik.

    Pada skala industri, natrium bikarbonat dapat diproduksi melalui reaksi antara natrium karbonat, air dan gas karbon dioksida : 

    nNa2CO3 + H2O + CO2  2NaHCO3

    Selain itu, natrium bikarbonat dapat pula dihasilkan dari reaksi antara natrium klorida (NaCl), ammonia (NH3) dan karbon dioksida (CO2).

    NaHCO3 dapat membantu laju reaksi fotosintesis tanaman. Penambahan NaHCO3 memperbanyak gelembungnya karena ketika NaHCO3 berikatan dengan H2O menghasilkan CO2 ; 

    NaHCO3  Na+ + HCO3- HCO3-  H2O + CO2

    CO2 dibutuhkan dalam reaksi fotosintesis sebagai bahan utama ,yang reaksinya ;

     6CO2 + 6H2O + (SINAR MATAHARI)/KLOROFIL 6C6H12O6 + 6O2

    Bab III. Metode Penelitian

    A. Lokasi dan waktu pelaksanaan 

    – Waktu penelitian : Jum’at, 12 Agustus 2011 

    – Tempat              : SMA N 1 Jetis

    – Objek                : Tumbuhan air Hydrilla (Hydrilla verticillata) 

    B. Variabel penelitian 

    -Variabel bebas : perbedaan perlakuan terhadap proses fotosintesis tumbuhan air Hydrilla (Hydrilla verticillata) yang meliputi intensitas cahaya, konsentrasi CO2, serta temperatur.

    -Variabel terikat : reaksi fotosintesis yang indikatornya berupa banyaknya gelembung yang dihasilkan.
     

    -Variabel kontrol : tumbuhan air Hydrilla (Hydrilla verticillata) yang ditempatkan di bawah cahaya matahari.

    C. Alat dan bahan

    a)Alat :

    – Gelas kimia 500 ml

    – Tabung reaksi

    – Stopwatch

    – Corong plastik

    – Kawat penyangga

    – Termometer 
      
    b)Bahan :

    – Tumbuhan air Hydrilla (Hydrilla verticillata)
    – Air jernih
    – NaHCO3
    – Es batu

    D. Langkah kerja

    •Hydrilla + cahaya matahari

    1.Menyiapkan alat dan bahan.

    2.Menyusun (mengeset) peralatan yang akan digunakan.

    3.Memotong Hydrilla dengan panjang ± 10 cm.

    4.Memasukan Hydrilla ke dalam corong plastik.

    5.Mengisi gelas kimia hingga penuh, dan tabung reaksi juga terisi.

    6.Meletakkan rangkaian penelitian tersebut di bawah cahaya matahari.

    7.Menghitung banyaknya gelembung yang dihasilkan peda menit ke-5, menit ke-10, dan menit ke-15.

    8.Mencatat hasil pengamatan pada tabel pengamatan.

    •Hydrilla + cahaya matahari + NaHCO3

    1.Menyiapkan alat dan bahan.

    2.Menyusun (mengeset) peralatan yang akan digunakan.

    3.Memotong Hydrilla dengan panjang ± 10 cm.

    4.Memasukan Hydrilla ke dalam corong plastik.

    5.Mengisi gelas kimia hingga penuh, dan tabung reaksi juga terisi.

    6.Memasukan NaHCO3 sebanyak 4 sendok ke dalam gelas kimia.

    7.Meletakkan rangkaian penelitian tersebut di bawah cahaya matahari.

    8.Menghitung banyaknya gelembung yang dihasilkan peda menit ke-5, menit ke-10, dan menit ke-15.

    9.Mencatat hasil pengamatan pada tabel pengamatan.

    •Hydrilla + cahaya matahari + es batu

    1.Menyiapkan alat dan bahan.

    2.Menyusun (mengeset) peralatan yang akan digunakan.

    3.Memotong Hydrilla dengan panjang ± 10 cm.

    4.Memasukan Hydrilla ke dalam corong plastik.

    5.Mengisi gelas kimia hingga penuh, dan tabung reaksi juga terisi.

    6.Memasukan es batu yang suhunya 15ºC ke dalam gelas kimia.

    7.Meletakkan rangkaian penelitian tersebut di bawah cahaya matahari.

    8.Menghitung banyaknya gelembung yang dihasilkan peda menit ke-5, menit ke-10, dan menit ke-15.

    9.Mencatat hasil pengamatan pada tabel pengamatan.

    •Hydrilla + tanpa cahaya (tempat gelap)

    1.Menyiapkan alat dan bahan.

    2.Menyusun (mengeset) peralatan yang akan digunakan.

    3.Memotong Hydrilla dengan panjang ± 10 cm.

    4.Memasukan Hydrilla ke dalam corong plastik.

    5.Mengisi gelas kimia hingga penuh, dan tabung reaksi juga terisi.

    6.Meletakkan rangkaian penelitian tersebut di tempat gelap (tanpa cahaya matahari).

    7.Menghitung banyaknya gelembung yang dihasilkan peda menit ke-5, menit ke-10, dan menit ke-15.

    8.Mencatat hasil pengamatan pada tabel pengamatan.

    Bab IV. Hasil dan Pembahasan

    A. Hasil pengamatan

    1.Tabel

    B.Pembahasan

    1.Hydrilla + cahaya matahari

      Pada percobaan pertama kelompok A, saat menit ke-5 dihasilkan 78 gelembung, saat menit ke-10 dihasilkan 68 gelembung, dan saat menit ke-15 dihasilkan 21 gelembung, sehingga rata-rata gelembung yang dihasilkan sebanyak 11,13. Jumlah gelembung pada menit ke-5 hingga menit ke-10 yang dihasilkan semakin sedikit, hal tersebut dikarenakan, semakin tinggi intensitas cahaya maka semakin banyak ATP yang terbentuk, sehingga mempercepat fotosintesis, tetapi cahaya yang terlalu tinggi akan merusak klorofil sehingga mengurangi kecepatan fotosintesis. Rata-rata gelembung yang dihasilkan pun lebih sedikit daripada percobaan kedua saat ditambahkan dengan NaHCO3.

    2.Hydrilla + cahaya matahari + NaHCO3

      Pada percobaan kedua kelompok A, saat menit ke-5 dihasikan gelembung sebanyak 390, saat menit ke-10 dihasilkan 304 gelembung, dan saat menit ke-15 dihasilkan 314 gelembung, sehingga rata-rata gelembung dihasilkan pada percobaan kedua ini dihasilkan sebanyak 67,2. Jumlah gelembung rata-rata yang dihasilkan pada percobaan kedua ini didapat bahwa rata-rata gelembung lebih banyak dari percobaan pertama kelompok A. Hal tersebut dikarenakan, NaHCO3 pada proses ini berfungsi sebagai katalis, yaitu senyawa yang dapat menambah unsur CO2 di dalam air. Konsentrasi CO2 yang tinggi akan meningkatkan laju fotosintesis, sehingga dihasilkan banyak gelembung yang berupa oksigen. Karena itu pada percobaan kedua ini paling banyak dihasilkan gelembung.

    3.Hydrilla + cahaya matahari + es batu

      Pada percobaan ketiga kelompok A, saat menit ke-5 dihasilkan gelembung sebanyak 13 gelembung, saat menit ke-10 gelembung yang dihasilkan turun menjadi 2 gelembung, dan pada saat menit ke-15 tidak dihasilkan gelembung. Hal tersebut dikarenakan pengaruh suhu dapat menghambat proses fotosintesis, sehingga temperatur yang rendah membuat laju fotosintesis berjalan lambat, karena itu, gelembung yang dihasilkan lebih sedikit.

    4.Hydrilla + tanpa cahaya (tempat gelap)

      Pada percobaan keempat kelompok A, pengamatan proses fotosintesis Hydrilla ditempat gelap ini, dihasilkan data bahwa pada menit ke-5, menit ke-10, dan menit ke-15 tidak dihasilkan gelembung. Hal tersebut dikarenakan tumbuhan Hydrilla tidak melakukan proses fotosintesis di tempat yang gelap sehingga tidak dihasilkan gelembung yang berupa oksigen. Karena, semakin rendah intensitas cahaya, semakin rendah pula ATP yang terbentuk, sehingga memperlambat laju reaksi atau bahkan tidak melakukan reaksi fotosintesis.

    Bab V. Penutup

    A. Kesimpulan

    – Proses fotosintesis membutuhkan cahaya, karena jika tidak terdapat cahaya maka proses tersebut akan terhambat. Semakin tinggi intensitas cahaya semakin banyak ATP yang terbentuk, sehingga akan mempercepat fotosintesis. Sedangkan intensitas cahaya yang terlalu rendah akan memperlambat laju fotosintesis.

    – Konsentrasi CO2 yang tinggi akan meningkatkan laju fotosintesis.

    – Temperatur yang terlalu tinggi dapat merusak enzim yang berperan dalam fotosintesis.

    – Persamaan reaksi kimia fotosintesis :

    6CO2 + 6H2O + energi cahaya – C6H12O6 + 6O2

    B. Saran

    – Memerlukan ketelitian dalam melakukan penelitian tersebut, khususnya dalam mengamati banyaknya gelembung yang dihasilkan.

    – Memerlukan pemahaman terhadap materi yang berkaitan dengan penelitian sebelum memulai melakukan penelitian.

    DAFTAR PUSTAKA

    •http://ilham-agt08.blogspot.com/2011/03/hydrilla.html

    •Maryati, Sri, dkk.2007.BIOLOGI untuk SMA Kelas XII.Jakarta:Erlangga.

    •Saktiyono.2008.SeribuPena BIOLOGI untuk SMA/MA Kelas XII.Jakarta:Erlangga.

    •www.google.com

    •www.wikipedia.org.id

  • Unsur-Unsur Dasar Karya Musik

    Unsur Dasar Karya Musik

    Persyaratan dasar dalam mengarang lagu, antara lain sebagai berikut.

    a. Bakat

    Bakat adalah kompetensi dasar yang di miliki manusia sejak lahir. Bakat seni seseorang kadang menurun kepada anak cucu. Bakat seni seseorang akan berkembang dengan baik apabila didukung oleh pendidikan dan lingkungan yang baik pula. Begitu juga sebaliknya, lingkungan dan prasarana yang kurang memadai tidak mendukung seseorang untuk berkembang.

    b. Pengetahuan Musik

              Lagu adalah hasil karya musik berupa rangkaian nada-nada dan syair yang sengaja disusun untuk mengungkapkan pkiran dan perasaan. Untuk membuat lagu, seseorang komponis harus memiliki beberapa pengetahuan dasar musik.

              Pengetahuan dasar musik, antara lain sebagai berikut.

         1.  Pengetahuan Dasar Teori Musik

              Pengetahuan dasar teori musik meliputi

              a.  bentuk dan nilai nada.

              b.  bentuk dan nilai tanda diam.

              c.  birama dan tanda birama.

              d.  anda tempo, dinamik, dan ekspresi.

              e.susunan dan watak tangga nada.

              f.  interval dan sifat-sifat interval.

         2.  Pengetahuan Dasar Melodi

              Melodi adalah rangkaian nada berdasarkan tinggi rendah atau naik turunnya.

         3.  Pengetahian dasar Ritme

              Ritme adalah gerak yang teratur mengalir karena turunnya aksen secara tetap. Keindahan ritme akan 

              labih terasa apabila adanya jalinan perbedaan nilai dari satuan bunyi.

         4.  Pengetahuan Dasar Ilmu Harmoni

              Harmoni adalah keselarasan paduan bunyi. Secara teknis, harmoni meliputi susunan dan hubungan 

              paduan bunyi dengan sesamanya, atau dengan bentuk keseluruhannya. Harmoni meliputi.

              a.  bentuk dan peranan akor.

              b.  bentuk-bentuk kadens.

              c.  peranan harmoni dalam sebuah lagu.

              d.  alur harmoni.

         5.  Pengetahuan Dasar Pola dan Bentuk Komposisi

              Komposisi adalah rangkaian nada untuk membuat suatu simphoni atau rangkaian unsur pokok dalam 

              membuat sebuah karya.

         6.  Pengetahuan Dasar Ilmu Vokal.

    c.  Pengetahuan Bahasa Yang Baik

              Pengetahuan bahasa yang harus dimiliki seorang pengarang lagu, antara lain.

         1.  memiliki kemampuan menentukan tema lagu dan kalimat dalam mengembangkan berbagai judul lagu.

         2.  memiliki kemampuan membuat kalimat yang baik.

         3.  memiliki kemampuan memilih dan mengatur kata sehingga menimbulkan bunyi bahasa yang baik.

         4. memiliki pengetahuan tentang ungkapan dan gaya bahasa yang baik. Pada hakikatny , lagu merupakan 

              gabungan dari nadadan untaian kata yang indah. 

    2. Langkah-Langkah Mengarang Lagu

              Didalam berkarya musik, khususnya pengarang lagu, tidak hanya sekedar menyusun nada menjadi melodi dan memberinya syair, tetepi membutuhkan pengetahuan yang luas serta bakat. Adapun langkah-langkah mengarang lagu sebagai berikut.

    a.  Memilih Tema Lagu

              Tema adalah pokok pikiran, gagasan, atau ide dasar. Dalam musik tema dapat di ambil dari kejadian sehari-hari, pengalaman hidup, cerita rakyat, kepahlawanan, cinta, dan puji-pujian. Dari tema lagu, kita dapat menyusun kalimat musik yang beraneka ragam sehingga menimbualkan melodi yang bermacam-macam sifat, bentuk, dan jenisnya.

    b.  Memilih Bentuk Komposisi

              Dalam membuat komposisi musik diperlukan beberapa proses, diantaranya.

         1.  menyusun nada menjadi melodi.

         2.  menyusun nada menjadi harmoni.

         3.  menggabuangkan melodi dan harmoni menjadi suatu komposisi musik.

         4.  menyusun frase untuk menyusun kalimat lagu.

         5.  menyusun gerakan musik yang sesuai sengan bentuk komposisi musik.

              Berbagai bentuk komposisi antara lain

         1.  bentuk binair sederhana, yaitu (AA dan AB).

         2.  bentuk ternair, yaitu (AAB, ABC, AAB, dan AA’B).

         3.  bentuk variasi.

              Lagu mempunyai bentuk binair AB dan tenair ABA; ABC; AAB; ABB.

         1.  Bentuk lagu menggunakan cyclic form (komposisi) AB.

              Cyclic form AB adalah susunan melodi pada bait kedua berbeda dengan bait pertama. Berikut contoh lagu bentuk binair.

         2.  Bentuk tenair (ABA; ABC; AAB; ABB)

              Bentuk tenair susunan melodi bait pertama di ulang oleh bait katiga, sedangkan susunat melodi bait 

              kedua berbeda sama sekali. 

         2.  Bentuk Tenair (ABA, ABC, AAB, ABB)

              Bentuk tenair susunan melodi bait pertama diulang oleh bait ketiga, sedangkan susunan melodi bait 

              kedua berbeda sama sekali. 

    c.  Menentukan Tangga Nada

              Memilih tangga nada berhubungan erat dengan karakter lagu yang akan dibuat. Tangga nada mayor melukiskan karakter dan sifat lagu penuh keyakinan, optimis, mantap,riang, gembira, ceria, bangga dan manyenangkan. Sementara itu, tangga nada minor melukiskan karakter pesimis, penuh, keraguan, sedih, sendu, mudah terharu, kecewa, kegagalan, dan melankolis. Dalam satu lagu juga dapat juga menggunakan dua tangga nada.

    d.  Menentukan Ambitus Suara

              Ambitus adalah jangkauan wilayah nada. Mengetahui pangsa pasar lagu yang akan dibuat merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan pencipta lagu. Misalnya, untuk anak-anak, remaja, orang dewasa, dan umum karena setiap kelompok masyarakat memiliki kemampuan ambitus yang berbeda. Kemampuan ambitus anak-anak lebih terbatas apabila dibandingkan dengan orang dewasa.

              Ambitus suara manusia pada umumnya dikelompokan sebagai berikut.

         1.  Ambitus suara anak-anak berkisar antara nada rendah a–ddan tinggi c´–f2.

         2.  Ambitus suara orang dewasa perempuan dibagi menjadi sopran antara cʹ–a2, mezzosopran antara 4–

                  f2, dan alto antara f–d2.

         3.  Ambitus suara orang dewasa laki-laki dibagi menjadi tenor antara c–aʹ, bariton antara A–Fʹ, dan bas 

              antara F–dʹ.

    e.  Menentukan Metrum/Ukuran Irama   

              Menentukan metrum atau ukuran birama sangat mempengaruhi irama lagu yang akan diciptakan karena irama merupakan denyut nadi dan unsur pokok sebuah lagu 

    No.Tanda BiramaMetrumIrama yang Timbul
    12/4• —Mars/tempo d’marcia
    23/4• — —Walz
    36/8• — • —Jazz walz
    44/4• — — —Mars, bozanova, disko, suffle,  rumba-rumba,
    jazz rock, samba, mambo, cha-cha, hustel,
    swing, fox trot, tango, slow beat, bequine,
    keroncong, langgam, dangdut.

    Keterangan:

    •      = arsir (bagian kuat)

    ―    = thesis (bagisn ringan)

    f.  Menyusun Melodi atau Membuat Syair Lagu

              Setiap pengarang lagu dalam menyusun melodi atau membuat syair lagu memiliki cara yang berbeda, namun tidak boleh berdiri sendiri, apa lagi bertentangan. Kedua faktor tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh. 

              Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menyusun sebuah melodi adalah sebagai berikut.

    1.  Struktur Melodi

              Sebelum menyusun melodi, sebaiknya menentukan bentuk komposisi lagu erlebih dahulu. Struktur melodi terdiri atas suatu rangkaian periode yang disusun dari beberapa frase. Satu frase melodi terbentuk dari dua moif yang melukis watak atau jiwa lagu yang akan tercipta.

    2.  Gerakan Melodi

              Gerak melodi ditentukan oleh irama, sedangkan cara bergerak atau jalan melodi dipengaruhi oleh inverval.

              Dalam pengetahuan musik, terdapat empat macam gerak melodi, yaitu sebagai berikut.

    a)  Gerak melodi rata atau mendatar melukiskan suasana tenang.

    b)  Gerak melodi naik melukiskan suasana penuh dinamis.

    c)  Gerak melodi turun melukiskan suasana damai dan keragu-raguan.

    d)  Gerak melodi turun dan naik melikiskan suasana yang berubah-ubah, kadang senang, sedih, atau 

          sebaliknya.

  • Desain Penelitian Eksperimen Quasi The Time Series

    Pengertian Penelitian Eksperimen Quasi

    The Time Series Eksperimen

    Penelitian dengan melakukan percobaan terhadap kelompok eksperimen, kepada tiap kelompok eksperimen dikenakan perlakuan-perlakuan tertentu dengan kondisi-kondisi yang dapat di kontrol disebut penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen bertujuan untuk menyelidiki hubungan sebab akibat (cause and effect relationship), dengan cara mengekspos satu atau lebih kelompok eksperimental dan satu atau lebih
    kondisi eksperimen. Hasilnya dibandingkan dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak dikenai perlakuan
    .

    Quasi experiment didefinisikan sebagai eskperimen yang memiliki perlakuan, pengukuran dampak, unit eksperimen namun tidak menggunakan penugasan acak untuk menciptakan perbandingan dalam rangka menyimpulkan perubahan yang disebabkan perlakuan (Cook & Campbell, 1979). Jenis ini juga sering kali disebut sebagai post-hoc research yang berarti bahwa peneliti dapat melihat efek yang terjadi dari sebuah variabel setelah kejadian tertentu (Salkind, 2006:234).

    Quasi experiment sesungguhnya dapat dikatakan mirip dengan true experiment jika dilihat dari pemanipulasian variabel independen yang dilakukan (Ary et al, 2010:316). Beberapa perbedaan yang sangat signifikan dari quasi experiment bila dibandingkan dengan true experiment adalah jika di dalam true experiment digunakan untuk menguji sebab-akibat yang sesungguhnya dari sebuah hasil relasi, sedangkan di dalam quasi experiment hanya melakukan pengujian tanpa adanya kendali penuh didalamnya (Salkind, 2006:10; Levy & Ellis, 2011). Namun hal ini bukan berarti bahwa peneliti sama sekali tidak memiliki kendali terhadap obyek penelitian di dalam quasi experiment, tetapi yang dimaksudkan adalah kendali yang dimiliki tidak mutlak bisa digunakan.

    Time Series Design Eksperimen

    Dalam desain ini kelompok yang digunakan untuk penelitian tidak dapat dipilih secara random. Sebelum diberi perlakuan, kelompok diberi pretest sampai empat kali dengan maksud untuk mengetahui kestabilan dan kejelasan keadaan kelompok sebelum diberi perlakuan. Bila hasil pretest selama empat kali ternyata nilainya berbeda-beda, berarti kelompok tersebut keadaannya labil, tidak menentu, dan tidak konsisten. Setelah kestabilan keadaan kelompok dapat diketahui dengan jelas, maka baru diberi treatment/perlakuan. Desain penelitian ini hanya menggunakan satu kelompok saja, sehingga tidak memerlukan kelompok kontrol.

    Karakteristik Penelitian Eksperimen Time Series

    Ada tiga unsur penting yang harus diperhatikan dalam melakukan penelitian eksperimen, yaitu kontrol, manipulasi, dan pengamatan.

    a)      Kontrol. Variabel kontrol adalah inti dari metode eksperimental.

    b)      Manipulasi. Manipulasi variable independent adalah operasi yang sengaja dilakukan dalam penelitian eksperimen. Dalam penelitian, yang dimanipulasi adalah variabel independent dengan melibatkan kelompok-kelompok perlakuan yang kondisinya berbeda.

    c)      Observasi. Setelah peneliti menerapkan perlakuan eksperimental, ia harus mengamati untuk menentukan apakah hipotesis perubahan telah terjadi.

    Langkah-Langkah Kegiatan Penelitian Eksperimen Time Series

    Pada umumnya, penelitian eksperirnental dilakukan dengan menempuh langkah-langkah seperti berikut, yaitu:

    ·         Melakukan kajian secara induktif yang berkait erat dengan permasalahan yang hendak dipecahkan.

    ·         Mengidentifikasi dan mendefinisikan masalah.

    ·         Melakukan studi literatur dan beberapa sumber yang relevan, memformulasikan hipotesis penelitian, menentukan variabel, dan merumuskan definisi operasional dan definisi istilah.

    ·         Membuat rencana penelitian yang di dalamnya mencakup kegiatan: Mengidentifikasi variabel luar yang tidak diperlukan, tetapi memungkinkan terjadinya kontaminasi proses eksperimen; Menentukan cara mengontrol; Memilih rancangan penelitian yang tepat; Menentukan populasi, memilih sampel (contoh) yang mewakili serta memilih sejumlah subjek penelitian; Membagi subjek dalam kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen; Membuat instrumen, memvalidasi instrumen dan melakukan studi pendahuluan agar diperoleh instrumen yang memenuhi persyaratan untuk mengambil data yang diperlukan; Mengidentifikasi prosedur pengumpulan data. dan menentukan hipotesis.

    ·         Melaksanakan eksperimen.

    ·         Mengumpulkan data kasar dan proses eksperimen.

    ·         Mengorganisasikan dan mendeskripsikan data sesuai dengan variabel yang telah ditentukan.

    ·         Menganalisis data dan melakukan tes signifikansi dengan teknik statistika yang relevan untuk menentukan tahap signifikasi hasilnya.

    ·          Menginterpretasikan hasil, perumusan kesimpulan, pembahasan, dan pembuatan laporan.

    Rancangan Pra-Eksperimental The Time Series

    Rancangan pra-eksperimental yang sederhana ini berguna untuk mendapatkan informasi awal terhadap pertanyaan pada penelitian. Ada tiga hal yang lazim digunakan pada rancangan pra-eksperimental, yaitu:

    1. Studi kasus bentuk tunggal (one-shot case study)
    2. Tes awal – tes akhir kelompok tunggal (the one group pretest posttest)

    Rancangan Eksperimen Quasi The Time Series

    Rancangan eksperimental kuasi ini memiliki kesepakatan praktis antara eksperimen kebenaran dan sikap asih manusia terhadap bahasa yang ingin kita teliti. Beberapa rancangan eksperimen kuasi (eksperimen semu), yaitu:

    1. Rancangan dengan pemasangan subjek melalui tes akhir dan kelompok kontrol
    2. Rancangan dengan pemasangan subjek melalui tes awal – tes akhir dan kelompok kontrol
    3. Rancangan tiga perlakuan dengan pengaruh imbangan
    4. Rancangan rangkaian waktu
    5. Rancangan faktorial.

    Kesimpulan Menggunakan Quasi Experiment The Time Series

    Di dalam dunia pendidikan, khususnya di Indonesia, penggunaan quasi experiment sangat disarankan mengingat kondisi obyek penelitian yang seringkali tidak memungkinkan adanya penugasan secara acak. Hal tersebut diakibatkan telah terbentuknya satu kelompok utuh (naturally formed intactgroup), seperti kelompok siswa dalam satu kelas. Kelompok-kelompok ini juga sering kali jumlahnya sangat terbatas. Dalam keadaan seperti ini kaidah-kaidah dalam true experiment tidak dapat dipenuhi secara utuh, karena pengendalian variabel yang terkait subjek penelitian tidak dapat dilakukan sepenuhnya. Sehingga untuk penelitian yang berhubungan dengan peningkatan kualitas pembelajaran, direkomendasikan penggunaan teknik quasi experiment di dalam implementasinya (Azam, Sumarno &Rahmat, 2006).

    Ada beberapa keterbatasan yang dimiliki oleh desain quasi experiment adalah terlalu fokus terhadap kejadian yang tidak dapat diperkirakan dan tidak berkelanjutan sehingga dapat mengaburkan tujuan jika terjadi perubahan yang tidak terduga akibat faktor fenomena ekonomi atau perkembangan politik.

    Dan juga kurang kuatnya pengukuran dalam hal asosiasi yang menjadikan beberapa efek yang terjadi  pengukurannya terbatas. Hal tersebut mengakibatkan beberapa efek seringkali “tidak terlihat” padasaat pengukuran terjadi (Caporaso, 1973:31-38).

    Daftar Pustaka

    Ary, Donald et al, 2010, Introduction to Research in Education 8th edition, Wardswoth Cengage Learning Azam, Prof. Nurfani SU, Apt, DR. Sumarno & DR Adi Rahmat, 2006, Metodologi Penelitian Untuk Peningkatan Kualitas Pembelajaran Penelitian Kuasi Eksperimen dalam PPKP, Direktorat Ketenagaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional

    Borg, Walter R. & Meredith Damien Gall, 1983, Educational Research, an Introduction fourth edition, LongmanCaporaso,

    James .A, 1973, Quasi-Experimental Approaches to Social Science dalam Quasi-Experimental Approaches (ed. James A. Caporaso & Leslie L. Roos Jr), Northwestern University PressCook,

    Thomas .D & Donald T. Campbell, 1979, Quasi Experimentation Design & Analysis Issue for Field Settings, Houghton Mifflin Company:BostonLevy,

    Yair & Timothy J. Ellis, 2011, A Guide for Novice Researchers on Experimental and Quasi- Experimental Studies in Information Systems Research, Interdisciplinary Journal of Information, Knowledge, and Management Volume 6, 2011

    Robson, Lynda et al, 2001, Guide to Evaluating the Effectiveness of Strategies for Preventing Work Injuries: How to Show Whether a Safety Intervention Really Works, National Institute for Occupational Safety and HealthSalkind,

    Neil .J, 2006, Exploring Research sixth edition, Pearson InternationalScott,

    David & Robin Usher, 2011, Researching Education 2nd edition, Continuum International Publishing GroupVockell,

    Edward L, 1983, Educational Research, MacMillan PublishingSoetam, Jujuk, Edy – 26 Oktober 2011 Hal. 8

  • Desain Penelitian Non Equivalent Control Group

    Non Equivalent Control Group

    Non equivalent control group design adalah hampir sama dengan pretest-posttest control group design, hanya pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random. Dalam desain ini, baik kelompok eksperimental maupun kelompok kontrol dibandingkan, kendati kelompok tersebut dipilih dan ditempatkan tanpa melalui random. Dua kelompok yang ada diberi pretes, kemudian diberikan perlakuan, dan terakhir diberikan postes.

    Eksperimen adalah bentuk khusus investigasi yang digunakan untuk menentukan variabel-variabel apa sajakah, serta bagaimana bentuk hubungan antara satu dengan yang lainnya. Metode penelitian eksperimen adalah: metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Contohnya dalam bidang fisika penelitian-penelitian dapat menggunakan desain eksperimen karena variabel-variabel dapat di pilih  dan variable lain dapat mempengaruhi proses eksperimen dan dapat dikontrol secara tepat, adapun contohnya dalam bidang fisika mencari pengaruh panas terhadap muai panjang suatu benda. Dalam hal ini variasi panas dan muai panjang dapat di ukur secara teliti, dan penelitian dilakukan dilaboratorium, sehingga pengaruh-pengaruh variable lain dari luar dapat di kontrol. Sedangkan dalam penelitian sosial khususnya pendidikan, desain eksperimen yang digunakan untuk penelitian akan sulit mendapatkan hasil yang akurat, karna banyak variable luar yang berpengaruh dan sulit mengontrolnya adapun contohnya mencari pengaruh metode kontekstual terhadap kecepatan pemahaman siswa dalam pelajaran matematika, atau pengaruh penggunaan media pembelajaran terhadap prestasi belajar siswa.

    Metode penelitian experimen banyak digunakan dalam penelitian yang bersifat labora-toris. Akan tetapi metode penelitian experimen ini tidak dapat digunakan untuk penelitian sosial. Meskipun demikian penggunaan metode ini akan menjadi sangat rumit mengingat objek yang diteliti menyangkut interaksi manusia dengan lingkungan atau antar manusia itu sendiri. Macam-macam desain penelitian experimen dapat dilihat pada bagan berikut ini.

    Karakteristik

    Beberapa karakteristik penelitian eksperiment secara umum, ini berlaku juga pada penelitian The non-Equivalent control group design yaitu:

    1. Variabel-veniabel penelitian dan kondisi eksperimental diatur secara tertib ketat (rigorous management), baik dengan menetapkan kontrol, memanipulasi langsung, maupun random (rambang).
    2. Adanya kelompok kontrol sebagai data dasar (base line) untuk dibandingkan dengan kelompok eksperimental.
    3. Penelitian ini memusatkan diri pada pengontrolan variansi, untuk memaksimalkan variansi variabel yang berkaitan dengan hipotesis penelitian, meminimalkan variansi variabel pengganggu yang mungkin mempengaruhi hasil eksperimen, tetapi tidak menjadi tujuan penelitian. Di samping itu, penelitian ini meminimalkan variansi kekeliruan, termasuk kekeliruan pengukuran. Untuk itu, sebaiknya pemilihan dan penentuan subjek, serta penempatan subjek dalarn kelompok-kelompok dilakukan secara acak.
    4. Validitas internal (internal validity) mutlak diperlukan pada rancangan penelitian eksperimental, untuk mengetahui apakah manipulasi eksperimental yang dilakukan pada saat studi ini memang benar-benar menimbulkan perbedaan.
    5. Validitas eksternalnya (external validity) berkaitan dengan bagaimana kerepresentatifan penemuan penelitian dan berkaitan pula dengan penggeneralisasian pada kondisi yang sama. (6) Semua variabel penting diusahakan konstan, kecuali variabel perlakuan yang secara sengaja dimanipulasikan atau dibiarkan bervariasi.

    Langkah-Langkah Penelitian Eksperimen

    (The non-equivalent control group design) :

    Pada umumnya, penelitian eksperimental dilakukan dengan menempuh langkah-langkah seperti berikut, yaitu:

    1. Melakukan kajian secara induktif yang berkait erat dengan permasalahan yang hendak dipecahkan.
    2. Mengidentifikasi dan mendefinisikan masalah.
    3. Melakukan studi literatur dan beberapa sumber yang relevan, memformulasikan hipotesis penelitian, menentukan variabel, dan merumuskan definisi operasional dan definisi istilah.
    4. Membuat rencana penelitian yang didalamnya mencakup kegiatan :
      • Mengidentifikasi variabel luar yang tidak diperlukan, tetapi memungkinkan terjadinya kontaminasi proses eksperimen.
      • menentukan cara mengontrol.
      • memilih rancangan penelitian yang tepat.
      • menentukan populasi, memilih sampel (contoh) yang mewakili serta memilih sejumlah subjek penelitian.
      • membagi subjek dalam kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen.
      • membuat instrumen, memvalidasi instrumen dan melakukan studi pendahuluan agar diperoleh instrumen yang memenuhi persyaratan untuk mengambil data yang diperlukan.
      • mengidentifikasi prosedur pengumpulan data. dan menentukan hipotesis.
    5. Melaksanakan eksperimen.
    6. Mengumpulkan data kasar dan proses eksperimen.
    7. Mengorganisasikan dan mendeskripsikan data sesuai dengan vaniabel yang telah ditentukan.
    8. Menganalisis data dan melakukan tes signifikansi dengan teknik statistika yang relevan untuk menentukan tahap signifikasi hasilnya.
    9. Menginterpretasikan basil, perumusan kesimpulan, pembahasan, dan pembuatan laporan.

    Non equivalent control group design

    Desain ini hampir sama dengan pretest-posttest control group design, hanya pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random. Dalam desain ini, baik kelompok eksperimental maupun kelompok kontrol dibandingkan, kendati kelompok tersebut dipilih dan ditempatkan tanpa melalui random. Dua kelompok yang ada diberi pretes, kemudian diberikan perlakuan, dan terakhir diberikan postes.

    Contoh

    Dilakukan penelitian untuk mencari pengaruh adanya tambahan bumbu pada sekelompok makanan terhadap nilai penjualan. Dalam desain penelitian dipilih satu kelompok jenis makanan, yang separo diberi perlakuan dengan ditambah bumbu tertentu dan yang separo tidak.  O1 dan O3 merupakan nilai penjualan makanan setelah ditambah bumbu. O4 nilai penjualan makanan yang tidak diberi tambahan bumbu. Pengaruh tambahan bumbu masalah terhadap penjualan adalah (O2-O1)-(O4-O3).

    Non Equivalent Control Group’’

    Dalam penelitian lapangan, biasanya lebih dimungkinkan untuk membandingkan hasil intervensi program kesehatan di suatu control yang serupa, tetapi tidak perlu kelompok yang benar-benar sama. Misalnya kita akan melakukan studi tentang pengaruh pelatihan kader terhadap cakupan posyandu. Kelompok kader yang akan diberikan pelatihan, tidak mungkin sama betul dengan kelompok kader yang tidak akan diberi pelatihan (kelompok control). 

    d. Rancanmgan ‘’Separate Sample Pretest – Postest’’

    Rancangan ‘’non – equivalent control group ‘’ ini sangat baik digunakan untuk evaluasi program pendidikan kesehatan atau pelatihan – pelatihan lainnya. Di samping itu rancangan ini juga baik untuk membandingkan hasil intervensi program kesehatan di suatu kecamatan atau desa, dengan kecamatan atau desa lainnya. Dalam rancangan ini, pengelompokkan anggota sampel pada kelompok eksperimen dan kelompok control tidak dilakukan secara random atau acak. Oleh sebab itu rancangan ini sering disebut jg ‘’Non – rondomi-zed Control Group Pretes – Postest Design’’.
    Rancangan ‘’ non- equivalent control group ‘’ ini sangat baik digunakan untuk evaluasi p

    Non equivalent control group design

    Rancangan non equivalent control group design ini hampir sama dengan rancangan eksperiment murni/sungguhan. Perbedaanya, hanya terletak pada tidak dilakukannya randomisasi dalam rancangan pengukuran ini.

    Non equivalent control group design

    PENUTUP

    Simpulan

    Metode penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Metode penelitian eksperimen memiliki karakteristik diantaranya adalah variabel-veniabel penelitian dan kondisi eksperimental diatur secara tertib ketat (rigorous management), baik dengan menetapkan kontrol, memanipulasi langsung, maupun random (rambang). Adanya kelompok kontrol sebagai data dasar (base line) untuk dibandingkan dengan kelompok eksperimental. Bentuk desain metode penelitian experimen adalah Pre Experimental, One Shot Case Study, One Group Pretest-Postest, Intec-Group Comparation, True Experimental, Posttest only Control Design, Pretest Control Group Design, Factorial Experimental, Quasi Experimental, Time Series Design, Nonequivalent Control group Design.

    Saran

    Diantaranya adalah minimnya contoh-contoh penelitian khususnya penelitian di bidang pendidikan. Oleh karena itu, diharapkan menambah beberapa contoh permasalahan penelitian yang menggunakan desain metode penelitian eksperimen kususnya Non equivalent control group design, sehingga memberikan gambaran secara lebih lengkap dan nyata tentang metode penelitian eksperimen.

    DAFTAR PUSTAKA

    Ary, Donald et al, 2010, Introduction to Research in Education 8th edition, Wardswoth Cengage Learning Azam, Prof. Nurfani SU, Apt, DR. Sumarno & DR Adi Rahmat, 2006, Metodologi Penelitian Untuk Peningkatan Kualitas Pembelajaran Penelitian Kuasi Eksperimen dalam PPKP, Direktorat Ketenagaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional 
    Borg, Walter R. & Meredith Damien Gall, 1983, Educational Research, an Introduction fourth edition, LongmanCaporaso 
    Emzir. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan, Kuantitatif dan Kualitatif. Raja Grafindo Persada:Jakarta. 
    James .A, 1973, Quasi-Experimental Approaches to Social Science dalam Quasi-Experimental Approaches (ed. James A. Caporaso & Leslie L. Roos Jr), Northwestern University PressCook, 

    Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta: Bandung.

  • Desain Penelitian Pre Eksperimen

    Desain Penelitian Pre Eksperimen

    Desain penelitan pre eksperimen merupakan desain penelitian yang digunakan untuk memulai penelitian eksperimen (Pre : Sebelum atau awal). Langkah ini diajukan sebagai upaya mengurangi dampak negatif yang mungkin saja timbul akibat pemberian perlakuan pada sekelompok subjek tes, khususnya dampak dari variabel yang tidak dapat dikontrol.

    Desain Penelitian Pre Eksperimen

    Eksperimen merupakan metode penelitian yang melibatkan perlakuan (Treatment) pada sebuah objek. Tujuan dari penelitian ini tentu saja untuk mengetahuai dampak dari perlakuan yang diberikan pada sekolompok objek. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa penelitian eksperimen merupakan hasil dari proses manipulasi yang dilakukan ke sekolompok objek.


    Secara garis besar penelitian eksperimen terbagi atas 3 (tiga) jenis, yaitu: pre eksperimen, quasi eksperimen dan true eksperimen. Penelitian jenis pre eksperimen atau pra eksperimen dikategorikan belum merupakan kegiatan eksperimen sungguhan, karena dalam proses eksperimen jenis ini belum dilakukan randomisasi sampel dan tidak adanya kontrol yang memadai terhadap variabel-variabel pengganggu. Sedangkan jenis quasi eksperimen tingkatannya sudah lebih baik dari pada pre eksperimen. Dalam penelitian jenis quasi eksperimen, pengambilan sampel telah dilakukan secara randomisasi, hanya saja kontrol terhadap variabel-variabel pengganggu belum dilakukan secara memadai. Jenis eksperimen yang sempurna yaitu true eksperimen disebut pula dengan eksperimen sungguhan.

    Hal ini karena dalam true eksperimen, proses pengambilan sampel dilakukan secara randomisasi dan telah dilakukan kontrol yang memadai terhadap variabel-variabel pengganggu. Dengan melakukan kontrol yang ketat terhadap variabel pengganggu, maka akan menjamin terciptanya validitas internal penelitian. Variabel-variabel atau faktor-faktor pengganggu yang perlu dikontrol dalam penelitian eksperimen antara lain: variabel/faktor peristiwa (sejarah), kematangan, efek testing, instrumen, regresi statistik, mortalitas, kontaminasi, dan bias oleh seleksi kelompok.

    A. Desain Pre Eksperimen

    Apabila seorang peneliti menggunakan rancangan penelitian eksperimental, dia akan sangat tergantung oleh kondisi saat observasi dilakukan. Peneliti harus melakukan kendali terhadap kemungkinan adanya kontaminasi hubungan di antara variabel-variabel independen dan dependen. Terdapat tiga jenis karakter pengendalian dalam penelitian ekperimental ini, yang antara lain: (a) pre experiments, (b) true experiments, dan (c) quasi experiments. Namun dalam makalah ini hanya akan membahas rancangan pre eksperimen (pre experiments design)  pre experiments design Dalam pre experimental design terdapat tiga alternatif design, antara lain (1) One-Shot Case Study, (2) The One Group Pretes-Posttest Design, dan (3) The Ststic-Group Comparison. Untuk lebih memahami ketiga rancangan penelitian eksperimental tersebut terlebih dahulu diperkenalkan perjanjian berikut:

    • Simbol “X” adalah kelompok yang akan diberi stimulus dalam eksperimen
    • Simbol “O” adalah kejadian pengukuran atau pengamatan.
    • Simbol “R” adalah anggota kelompok sampel yang dipilih secara acak.

    1. One-Shot Case Study

    Ketiga macam pre experiment designs disajikan untuk menggambarkan bentuk kasar dari suatu “eksperimen”. Kesemuanya ini dimaksudkan untuk menunjukkan kekuatan pengukuran dan nilai ilmiah suatu design penelitian. Khususnya dalam kasus One-Shot Case Study.

    Bagan dari One-Shot Case Study adalah sebagai berikut:  

    X O

    X : Perlakuan
    O : Hasil Pengukuran Posttest

    2. The One Group Pretes-Posttest Design

    Design ini mempunyai beberapa kelemahan, karena akan menghasilkan beberapa ukuran perbandingan. Kejelekannya justru tidak akan menghasilkan apapun. Bentuk bagan design ini adalah sebagai berikut:         

    01  x     02   

    01 : Pengukuran Pretest
    X : Perlakuan
    02 : Pengkuran Posttest

    Persoalan utama adalah persoalan history, yang akan menyebabkan tidak memperoleh perbedaan antara O1 dengan O2. Pengukuran dalam waktu yang sangat pendek mungkin dapat menghilangkan aspek history, tetapi justru akan memunculkan persoalan lain yaitu passing fire truck. Dengan kata lain, pengaruh history tidak dapat dihindarkan, terkecuali dengan mengisolasi suatu eksperimen dari lingkungan tertentu atau bila mungkin melakukan kontrol terhadap kondisi lingkungan tersebut. Persoalan kedua adalah maturation, mengingat subyek penelitian dapat mengalami kelelahan, kebosanan, ataupun kelaparan. Pengaruh dari pretest adalah memperkenalkan faktor-faktor yang akan diujikan. Kadangkala subyek penelitian menjadi enggan memberikan jawaban kalau dia menilai apa yang ditanyakan tersebut tidak cocok dengan nilai-nilai yang berlaku. Persoalan berikutnya menyangkut pembuatan instrumen penelitian.

    3. The Static-Group Comparison

    Penelitian ini menggunakan dua group, yang satu memperoleh stimulus eksperimen dan yang lainnya tidak memperoleh stimulus apapun sebagai alat kontrol. Bagan dari design ini adalah sebagai berikut:

    X     01   02

    Persoalan yang akan muncul dalam design ini, menyangkut resiko terhadap subyek yang akan diteliti. Oleh karenanya kedua group tersebut harus dipilih secara acak. Sebagai contoh, dua departemen produksi mengerjakan suatu produk yang sama. Departemen A menggunakan metode proses produksi baru (yang diobservasi) dan Departemen B tidak menggunakan proses baru tersebut yang diantara kedua departemen tersebut diperbandingkan hasilnya. Masalahnya timbul pertanyaan apakah kedua group tersebut memang setara untuk diperbandingkan, bila kedua group tersebut tidak setara (equivalent) tentunya hasil penelitian akan menjadi bias.  

    B. Rumusan Masalah dan Hipotesis dalam Pre Eksperimen

    Rumusan masalah atau pertanyaan penelitian dapat dibangun dari design pre eksperimen yang terdiri atas masalah interaksi, masalah pengaruh faktor utama dan masalah perbedaan dua kelompok sampel. Misalnya seorang mahasiswa ingin meneliti dengan mengambil judul penelitian : “Efektivitas Penerapan Realistic Mathematic Education (RME) pada Pokok Bahasan Himpunan di SMP Negeri 10 Kendari” Dari judul penelitian di atas dapat teridentifikasi rumusan masalah berikut:

    1. Bagaimana hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri 10 Kendari yang diajar dengan menggunakan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada pokok bahasan Himpunan?
    2. Bagaimana hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri 10 Kendari yang diajar tanpa menggunakan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada pokok bahasan Himpunan?
    3. Apakah pembelajaran matematika dengan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran matematika tanpa pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada pokok bahasan Himpunan?

    Berangkat dari kajian teori, penelitian yang relevan dan kerangka berpikir maka hipotesis dari penelitian ini dapat dirumuskan sebagai ”pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran matematika tanpa menggunakan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada pokok bahasan Himpunan di Kelas VII SMP Negeri 10 Kendari”. Dalam pengujian statistik, hipotesis tersebut dirumuskan sebagai berikut : H0 : m1 = m2 lawan H1 : m1 > m2 , dengan: H0 =  tidak ada perbedaan antara rata-rata hasil belajar kelas yang diajar dengan menggunakan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) dengan rata-rata hasil belajar kelas yang diajar tanpa menggunakan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME). H1 =    rata-rata hasil belajar kelas yang diajar dengan menggunakan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) lebih besar daripada rata-rata hasil belajar kelas yang diajar tanpa menggunakan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME).

    C. Analisis Pre Eksperimen

    Untuk menganalisis data dalam penelitian ini digunakan dua jenis statistik, yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensial. Statistik deskriptif dimaksudkan untuk menggambarkan keadaan populasi dalam bentuk rata-rata, median, modus, standar deviasi, skewness dan kurtosis. Selanjutnya untuk menentukan tingkat penguasaan siswa terhadap suatu materi digunakan kriteria tinggi, sedang, dan rendah. Sedangkan untuk statistik inferensial dimaksudkan untuk menguji hipotesis penelitian. Untuk menguji hipotesis penelitian dilakukan dengan tahapan uji normalitas, uji homogenitas dan uji hipotesis.

    1. Uji Normalitas Uji normalitas data dimaksudkan untuk mengetahui populasi berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas data menggunakan uji statistik non parametrik. Untuk keperluan ini digunakan statistik uji Kolmogorov-Smirnov.
    2. Uji Homogenitas Uji homogenitas data dimaksudkan untuk mengetahui apakah varians data kedua kelompok yang diteliti mempunyai varians yang homogen atau tidak. Uji homogenitas varians dilakukan dengan uji-F.
    3. Uji Hipotesis Uji hipotesis data yang dapat dilakukan dengan uji t.

    E. Contoh Desain dan Analisis Pre Eksperimen

    Seorang mahasiswa ingin meneliti dengan mengambil sebuah judul penelitian sebagai berikut:

    1. Judul Penelitian: “Efektivitas Penerapan Realistic Mathematic Education (RME) pada Pokok Bahasan Himpunan di SMP Negeri 10 Kendari”.
    2. Variabel dan Desain Penelitian a.    Variabel Penelitian Terdapat dua variabel dalam penelitian ini yaitu: 1.      Variabel bebas, berupa perlakuan (treatment), yakni penerapan pembelajaran matematika menggunakan pendekatan Realistic Mathematic Education1) dan penerapan pembelajaran matematika tanpa menggunakan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) (X2). (RME) (X 2.      Variabel terikat, berupa hasil belajar siswa, yakni hasil belajar matematika siswa setelah pembelajaran matematika menggunakan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) (Y1) dan hasil belajar matematika siswa setelah pembelajaran matematika tanpa menggunakan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) (Y2). b.   Desain Pre Eksperimen Desain penelitian dari kedua variabel tersebut adalah sebagai berikut : Kelas Perlakuan Posttest Eksperimen X1 Y1 Kontrol X2 Y2
    3. Rumusan Masalah: 1.   Bagaimana hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri 10 Kendari yang diajar dengan menggunakan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada pokok bahasan Himpunan? 2.   Bagaimana hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri 10 Kendari yang diajar tanpa menggunakan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada pokok bahasan Himpunan? 3.   Apakah pembelajaran matematika dengan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran matematika tanpa pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada pokok bahasan Himpunan ?
    4. Hipotesis Penelitian Berangkat dari kajian teori, penelitian yang relevan dan kerangka berpikir maka hipotesis dari penelitian ini dapat dirumuskan sebagai ”pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran matematika tanpa menggunakan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) pada pokok bahasan Himpunan di Kelas VII SMP Negeri 10 Kendari”.
    5. Hipotesis Statistik Dalam pengujian statistik, hipotesis tersebut dirumuskan sebagai berikut : H0 : m1 = m2 lawan H1 : m1 > m2 , dengan: H0 =    tidak ada perbedaan antara rata-rata hasil belajar kelas yang diajar dengan menggunakan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) dengan rata-rata hasil belajar kelas yang diajar tanpa menggunakan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME). H1 =    rata-rata hasil belajar kelas yang diajar dengan menggunakan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) lebih besar daripada rata-rata hasil belajar kelas yang diajar tanpa menggunakan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME).
    6. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan adalah seperangkat tes hasil belajar berupa tes tertulis berbentuk pilihan ganda dan essay. Sebelum digunakan sebagai instrumen penelitian, tes tersebut terlebih dahulu diujicobakan untuk mengetahui validitas tiap item tes dan reliabilitas tesnya. Untuk mengetahui validitas tiap item tes digunakan rumus korelasi sebagai berikut :  Keterangan : rXY   =   koefisien korelasi antara variabel X dan Y X      =   skor item Y      =   skor total N      =   jumlah subjek Kriteria pengujian : ·         Jika rXY ≥ rtabel maka butir soal valid ·         Jika rXY < rtabel maka butir soal tidak valid Selanjutnya, untuk mengetahui reliabilitas tes digunakan rumus Alpha Cronbach, yaitu : Keterangan : r11    =   reliabilitas instrumen n       =   banyaknya butir soal yang valid ∑σ    =   jumlah varians skor tiap-tiap item σ      =   varians total Kriteria pengujian : ·         Jika rXY ≥ rtabel maka tes memiliki reliabilitas yang tinggi ·         Jika rXY < rtabel maka tes belum memiliki reliabilitas yang tinggi Adapun instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar yang terdiri dari soal-soal yang valid dan reliabel.

    Daftar Pustaka

    Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian. Edisi Revisi III. Rineka Cipta. Jakarta. . 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta. Bumi Aksara.

    Djarwanto, PS. 2003. Statistik Non Parametrik. Edisi 2003/2004. Surakarta BPFE. Yogyakarta.

    Evendy, Irwan. 2006. Efektivitas Penerapan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Lainea. Skripsi. Unhalu. Kendari.

    Hadi, Sutarto. 2003. PMR:Menjadikan Pelajaran Matematika Lebih Bermakna Bagi Siswa (Online).

    http://www.zainuri.wordpress.com/2007/04/13/ pembelajaran_matematika_realistik_rme (diakses pada tanggal 15 September 2007). Kamiluddin. 2007. Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan Pecahan Melalui Pendekatan RME (Realistic Mathematic Education) pada Siswa Kelas IV SD Negeri 8 Baruga Kendari. Skripsi. Unhalu. Kendari.           Sudjana. 1996. Metoda Statistika. Tarsito. Bandung Suryabrata, Sumadi. 2003. Metodologi Penelitian. PT. Rajagrafindo Persada. Jakarta  

    Read more: https://hartatyfatshaf.blogspot.com/2013/10/penelitian-pre-ekperimen-1.html

  • Desain Penelitian Eksperimen

    Penelitian kuantitatif merupakan salah satu penelitian pendidikan. Penelitian pendidikan sangatlah sulit ditentukan jawabannya karena kondisi di lapangan yang sering berubah, yang berakibat pada derajat kepastian jawaban yang tidak cermat. Penelitian berdasarkan tingkat derajat kepastiannya dibagi menjadi empat macam penelitian, yaitu: penelitian historis, penelitian eksploratif, penelitian deskriptif, dan penelitian eksperimen (Sudjana, 2010:18). Pembagian penelitian ini didasarkan pada tingkat derajat kepastian, dari derajat kepastian rendah hingga paling tinggi, yaitu penelitian eksperimen.

    Penelitian eksperimen yang dianggap mempunyai derajat kepastian paling tinggi (tidak mutlak). Peneliti membuat prediksi terhadap penelitian eksperimen. Kondisi diatur sedemikian rupa, perlakuan terhadap objek dilakukan, akibat suatu perlakuan diukur secara cermat, faktor luar yang mungkin berpengaruh dikendalikan, dengan harapan derajat kepastian jawaban semakinh tinggi (Sudjana, 2010:18-19). Untuk itulah, dalam makalah ini akan lebih dijelaskan lagi tentang penelitian eksperimen yang lebih jelas.

    Penelitian Eksperimen

    Penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai penelitian yang di dalamnya melibatkan manipulasi terhadap kondisi subjek yang diteliti, disertai upaya kontrol yang ketat terhadap faktor-faktor luar serta melibatkan subjek pembanding atau metode ilmiah yang sistematis yang dilakukan untuk membangun hubungan yang melibatkan fenomena sebab akibat (Arifin, 2009: 127).

    Metode penelitian eksperimental merupakan metode penelitian yang dapat menguji secara benar hipotesis menyangkut hubungan kausal (sebab akibat). Dalam studi eksperimtal peneliti memanipulasi paling sedikit satu variable, mengontrol variable lain yang relevan, dan mengobservasi efek/pengaruhnya terhadap satu atau lebih variable terikat. Peneliti menentukan “siapa memperoleh apa”, kelompok mana dari subjek yang memperoleh perlaakuan mana. Manipulasi variable bebas merupakan salahsatu karakteristik yang membedakan penelitian eksperimental dengan model penelitian lain. Variable bebas juga diacu sebagai variable eksperimental, variable penyebab, atau variable perlakuan yang aktifitas atau karakteristiknya dipercaya membuat suatu perbedaan. Dalam penelitian pendidikan variable yang bisa dimanipulasi termasuk metode pengajaran, jenis penguatan, pengaturan lingkungan belajar, jenis materi belajar dan ukuran kelompok belajar. Variable terikat  juga diacu sebagai variable keriteria atau variable pengaruh dari hasil studi. Perubahan atau perbedaan dalam kelompok dipercaya sebagai suatu hasil manipulasi variable bebas.

    A. Ciri-Ciri Penelitian Eksperimen

    Eksperimen merupakan salah satu metode yang digunakan untuk menguji hipotesis. Metode ini mengungkap hubungan antara dua variabel atau lebih yang mencari pengaruh suatu variabel terhadap variabel lain.

    Secara sederhana, penelitian eksperimen mempunyai beberapa karakteristik yang mendasar, yaitu:

    1. Adanya variabel bebas yang dimanipulasi

    Memanipulasi variabel berarti tindakan atau perlakuan yang dilakukan oleh seorang peneliti atas dasar pertimbangan ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan secara terbuka guna memperoleh perbedaan efek dalam variabel terikat (Sukardi, 2010:181).

    2. Adanya pengendalian terhadap semua variabel kecuali variabel bebas

    Mengontrol variabel merupakan usaha peneliti untuk memindahkan pengaruh variabel lain pada variabel terikat yang mungkin mempengaruhi penampilan variabel tersebut. Kegiatan ini merupakan hal terpenting dalam penelitian eksperimen karena tanpa melakukan kontrol secara sistematis, seorang peneliti tidak mungkin dapat melakukan evaluasi dengan melakukan pengukuran secara cermat terhadap variabel terikat (Sukardi, 2010:181). Kontrol ini dimaksudkan untuk mempermudah seorang peneliti dalam memilah beberapa anggota variabel dan membantu juga untuk mempermudah treatment yang akan diberikan kepada grup kontrol.

    Eksperimen memuat dua kontrol yang biasa digunakan, yaitu asumsi pertama dan asumsi kedua. Asumsi pertama berlaku jika dua situasi sama dalam setiap hal kecuali satu faktor yang ditambahkan atau dihilangkan dari salah satu situasi tersebut, maka tiap perbedaan yang timbul antara dua situasi dapat diatribusikan kepada faktor lain. Hukum variabel yang berlaku adalah variabel tunggal. Asumsi kedua berlaku jika dua situasi tidak sama, tapi dapat ditunjukkan bahwa tak ada satupun dari variabelnya signifikan dalam menimbulkan peristiwa yang sedang diteliti, atau jika variabelnya dibuat sama, perbedaan yang terjadi diberi satu variabel baru. Hukum variabel yang berlaku adalah hukum variabel satu-satunya.

    Ada lima prosedur dasar yang biasanya dipakai untuk meningkatkan kesamaan antara kelompok yang dikenakan berbagai situasi eksperimen, yaitu: (1) random assigment (penempatan secara acak), (2) randomized matching (pasangan yang dibuat secara acak), (3) homogeneous selection (pemilikan homogen), (4) analisis kovarian, dan (5) penggunaan para subjek sebagai kontrol (Sudjana, 2010:23).

    Contoh penerapan adanya pengendalian terhadap semua variabel kecuali variabel bebas adalah (Gambaran unsur-unsur pokok dalam penelitian eksperimen ini dicontohkan dalam Sudjana (2010:20):

    Sebuah eksperimen tentang: Pengaruh Penggunaan Media Grafis terhadap Kemampuan memahami materi Pelajaran Bahasa (Eksperimen pada Murid kelas VII SMP X).

    1. Variabel bebas : penggunaan media grafis, dilakukan oleh guru atau peneliti pada waktu mengajar mata pelajaran bahasa, misalnya: gambar, bagan, grafis, diagram, dll.
    2. Variabel terikat: kemampuan siswa dalam memahami mata pelajaran bahasa yang diberikan guru. Variabel ini diukur setelah penggunaan media grafis selesai diterapkan dalam satu waktu tertentu.
    3. Hipotesis penelitian : pemahaman materi pelajaran bahasa pada siswa Kelas VII SMP X yang diajar dengan menggunakan media grafis, lebih tinggi daripada siswa yang diajar tanpa media grafis.
    4. Sampel : siswa kelas VII SMP X.
    5. Kontrol : kontrol dilakukan dengan cara membagi siswa Kelas VII SMP X menjadi dua kelas. Satu kelas diajar dengan menggunakan media grafis, satu kelas lagi diajar tanpa menggunakan media grafis. Bahan pelajaran, waktu pelajaran, guru yang mengajar, dibuat sama.
    6. Prosedur: eksperimen ini menggunakan suatu random desain yang sederhana dengan dua kelompok perlakuan. Kelompok I mendapat pelajaran dari guru yang menggunakan media grafis. Kelompok II mendapat pelajaran dari guru tanpa menggunakan media grafis, cukup dengan penjelasan guru seperti biasa.
    7. Hasil uji : Hasil uji- t digunakan untuk melihat signifikasi perbedaan hasil tes siswa dari kedua kelas tersebut. Hasil menunjukkan adanya perbedaan dalam pemahaman bahasa. Rata-rata pemahaman siswa kelompok I lebih tinggi dan berbeda secara signifikan pada taraf 0,05 daripada rata-rata siswa kelompok II.
    8. Kesimpulannya : hipotesis penelitian diterima.

    3. Adanya pengukuran terhadap efek atau pengaruhnya terhadap variabel

    Untuk mengetahui apakah ada pengaruh manipulasi variable bebas terhadap variable terikat dalam suatu penelitian eksperimental, pengamatan perlu dilakukan. Pengamatan dilakukan pada cirri-ciri tingkah laku subjek yang diteliti. Contoh, bila peneliti melakukan eksperimen untuk mengetahui apakah metode tertentu mempunyai pengaruh terhadap prestasi belajar bahasa Indonesia. Maka setelah pelaksanaan perlakuan dilakukan pengukuran pada prestasi belajar bahasa Indonesia pada kedua kelompok eksperimental dan kelompok kontrol dengan mengunakan tes. Hasil tes kemudian dibandingkan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan.

    Tindakan observasi/pengamatan dilakukan peneliti pada umunya mempunyai tujuan agar dapat mengamati dan mencatat fenomena yang muncul dalam variabel terikat sebagai akibat dari adanya kontrol dan manipulasi variabel. Tujuan melakukan observasi adalah untuk melihat dan mencatat fenomena apa yang muncul yang memungkinkan terjadinya perbedaan diantara kedua kelompok.

    Berdasarkan karakteristik tersebut, dalam eksperimen ada dua variabel yang utama, yaitu variabel bebas dan terikat. Variabel bebas sengaja dimanipulasi oleh peneliti, sedangkan variabel yang diamati sebagai akibat dari manipulasi variabel bebas adalah variabel terikat.

    B. Beberapa Rancangan Penelitian Eksperimen

    1. Desain Dengan Satu Variabel Bebas

    Desain dengan satu variabel bebas, meliputi;

    1.1. Desain studi kasus sekali tes (one shot case study)

    Desain studi kasus sekali test merupakan jenis desain pre-eksperimen. Pada jenis ini tidak terdapat kelompok kontrol dan hanya satu kelompok yang diukur dan diamati gejala-gejala yang muncul setelah diberi perlakuan (postes).

    Desainnya sebagai berikut:

    PerlakuanPostes
    X*O*

    1.2. Desain pretes-postes satu kelompok (One Group Pretes Postes Design)

    Desain pretes-postes satu kelompok  juga termasuk pre-eksperimen. Pada desain ini dilakukan pretes untuk mengetahui keadaan awal subjek sebelum diberi perlakuan sehingga peneliti dapat mengetahui kondisi subjek yang diteliti sebelum atau sesudah diberi perlakuan yang hasilnya dapat dibandingkan atau dilihat perubahannya (Sukardi, 2010:180-181).

    Desainnya sebagai berikut;

    PretesPerlakuanPostes
    O1XO2

    Untuk penelitian-penelitian pendidikan yang menerapkan metode pembelajaran, desain ini masih belum tepat karena perubahan atau perbedaan skor antara pretes dan postes bisa jadi bukan karena disebabkan oleh perlakuan yang diberikan, tetapi karena faktor-faktor lain.

    1.3. Perbandingan kelompok statik (static  group comparison)

    Perbandingan kelompok statik terdapat kelompok kontrol selain kelompok eksperimen. Masing-masing kelompok tidak diberikan pretes untuk mengetahui kondisi awalnya namun diberi postes untuk mengetahui gejala yang terjadi setelah diberikan perlakuan.

    Desainnya sebagai berikut:

    KelompokPerlakuanPostes
    EksperimenXO2
    KontrolO2

    Pada desain ini, kelompok kontrol tidak diberikan perlakuanX tetapi diberikan tes yang sama dengan tes yang diberikan pada kelompok eksperimen kemudian hasil postes dibandingkan.

    1.4.  Desain eksperimen, meliputi:

    1.4.1. Desain postes kelompok kontrol subjek random

    Desain ini menggunakan pemilihan subjek secara acak dan melibatkan dua kelompok subjek (kelompok eksperimen dan kontrol) tanpa pretes.

    Desainnya adalah:

    KelompokPerlakuanPostes
    (R)EksperimenXO2
    (R)KontrolO2

    1.4.2. Desain pasangan subjek postes secara random

    Desain ini menggunakan random pasangan untuk pemilihan kedua kelompok subjek sekaligus.

    Desainnya sebagai berikut;

    KelompokPerlakuanPostes
    EksperimenXO2
    (MR)KontrolO2

    1.4.3.  Desain pretes-postes kelompok kontrol subjek random

    Desain ini menggunakan randomisasi pemilihan subjek serta menggunakan pretes dan postes. Berikut ini desainnya;

    KelompokPretesPerlakuanPostes
    (R)EksperimenO1XO2
    (R)KontrolO1O2

    1.4.4. Desain tiga kelompok Salomon

    Desain ini merupakan desain yang menggunakan pretes, postes, pemilihan secara acak, dan melibatkan tiga kelompok dengan dua kelompok kontrol.

                                        Desainnya adalah sebagai berikut:

    KelompokPretesPerlakuanPostes
    (R)EksperimenO1XO2
    (R)Kontrol 1O1O2
    (R)Kontrol 2XO2

    1.4.5. Desain empat kelompok Salomon

    Desain empat kelompok Salomon hampir sama dengan desain tiga kelompok Salomon hanya saja melibatkan empat kelompok.

    Desainnya adalah sebagai berikut;

    KelompokPretesPerlakuanPostes
    (R)EksperimenO1XO2
    (R)Kontrol 1O1O2
    (R)Kontrol 2XO2
    (R)Kontrol 3O2

    1.4.6. Desain faktorial sederhana

    Pada desain ini menyesuaikan dengan keberadaan faktor lain yaitu faktor level sehingga bentuknya adalah desain faktorial.

    Desainnya adalah sebagai berikut;

    Variabel AtributVariabel Eksperimen
    Perlakuan APerlakuan B
    Level 1Sel 1Sel 3
    Level 2Sel 2Sel 4

    1.5.           Desain quasi eksperimen (desain eksperimen semu)

                Model desain ini merupakan salah satu desain eksperimen satu variabel. Jenis desain ini meliputi

    1.5.1        Desain kelompok kontrol tidak ekuivalen

                Desain model ini sangat cocok jika peneliti memerlukan subjek penelitian yang sesuai dengan kondisi dan tatanan yang sudah permanen.

    Desainnya  meliputi:

    KelompokPretesPerlakuanPostes
    EksperimenO1XO2
    KontrolO1O2

    atau dapat juga menggunakan:

    KelompokPretesPerlakuanPostes
    EksperimenO1X1O2
    KontrolO1X2O2

    1.5.2         Desain deret waktu

                 Desain ini melakukan pretes dan postes berkali-kali. Desainnya sebagai berikut;

    KelompokPretesPerlakuanPostes
    EksperimenO11 O12 O13X1O21 O22 O23

    1.5.3   Desain deret waktu dengan kelompok kontrol

                     Pada desain ini merupakan desain yang melibatkan dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dan hasil yang didapatkan lebih menyakinkan daripada desain pretes-postes satu kelompok. Jika hasil pretes dan postes pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya sama atau skor postes lebih baik daripada skor pretes hendaknya menggunakan desain model ini. Desainnya sebagai berikut;

    KelompokPretesPerlakuanPostes
    EksperimenO11 O12 O13X1O21 O22 O23
    KontrolO11 O12 O13X2O21 O22 O23

    1.5.4    Desain kontrabalans minimal

                     Desain kontrabalans minimal melibatkan dua kelompok yang memperoleh perlakuan yang sama dengan urutan memperoleh perlakuan yang berbeda sehingga jumlah perlakuan dan jumlah kelompok harus sama.Berikut ini ditampilkan desain kontrabalans dengan dua kelompok dan tiga kelompok:

    a.       Desain kontrabalans dua kelompok

    PerlakuanPostesPerlakuanPostes
    X1OX1O
    X2OX2O

    b.    Desain kontrabalans tiga kelompok

    PerlakuanPostesPerlakuanPostesPerlakuanPostes
    X1OX2OX3O
    X2OX3OX1O
    X3OX2OX1O

    2            DESAIN DENGAN DUA VARIABEL BEBAS ATAU LEBIH

             Desain dengan dua variabel bebas atau lebih digunakan Jika variabel bebas yang akan dijadikan sebagai perlakuan masih harus ditinjau lagi dari aspek lain sehingga desainnya akan menjadi desain faktorial.  Tipe desain faktorial sangat bergantung pada jumlah variabel aspek tambahannya. Misalnya; jika peneliti merasa belum cukup hanya meneliti perbedaan dua metode mengajar, dan ingin meninjau masing-masing metode mengajar dilihat dari level sekolah yaitu tinggi, sedang, dan rendah, desainnya menjadi desain faktorial 2 X 3. Di sini ada enam jenis kondisi, yaitu metode A untuk siswa sekolah level rendah, sedang, dan tinggi kemudian metode B untuk siswa sekolah level rendah, sedang, dan tinggi.

  • Laporan Praktikum Kimia Dasar I Reaksi-Reaksi Kimia

    Berikut ini contoh laporan praktikum reaksi kimia untuk mata kuliah praktikum kimia dasar.

    Reaksi-Reaksi Kimia

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Reaksi kimia adalah suatu proses reaksi antar senyawa kimia yang melibatkan perubahan struktur dan molekul. Dalam suatu reaksi terjadi proses ikatan dimana senyawa pereaksi beraksi menghasilkan senyawa baru. Reaksi kimia banyak dimanfaatkan untuk memproduksi senyawa-senyawa kimia yang tidak terdapat secara alami di bumi. Misalnya pembuatan kristal silikon dan senyawa-senyawa yang bermanfaat lainnya. 

    Reaksi kimia juga merupakan transformasi dalam struktur molekul. Reaksi ini bisa menghasilkan penggabungan molekul membentuk molekul yang lebih besar, pembelahan molekul menjadi dua atau lebih molekul yang lebih kecil serta penata ulangan atom-atom dalam molekul. Reaksi kimia selalu melibatkan terbentuk atau terputusnya ikatan kimia. Beberapa hal yang menandai terjadinya suatu reaksi kimia, diantaranya terjadi perubahan warna, endapan, timbulnya gas, dan terjadinya perubahan suhu. Pada reaksi kimia ada yang berlangsung cepat dan ada pula yang berlangsung lambat. Reaksi kimia yang berlangsung lambat misalnya, pembentukan minyak bumi, besi berkarat dan lain-lain, sedangkan yang berlangsung cepat misalnya ledakan, reaksi oksidasi dan lain-lain. Cepat lambatnya suatu reaksi kimia dipengaruhi oleh suhu, konsentrasi, luas permukaan, dan katalisator.

    B. Tujuan Praktikum

    Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengamati reaksi kimia berlangsung atau terjadi dengan melihat perubahan-perubahannya.

    Bab II. Kajian Teori

    A. Reaksi Kimia

    Reaksi kimia merupakan reaksi senyawa dalam larutan (air). Perubahan yang terjadi adalah bukti terjadinya reaksi kimia. Dalam ilmu kimia, reaksi merupakan salah satu cara untuk mengetahui sifat-sifat kimia dari suatu atau berbagai zat. Perubahan dalam reaksi kimia dapat berupa perubahan warna, timbulnya panas, timbulnya gas, terjadinya endapan dan sebagainya. Reaksi kimia secara umum dibagi 2, yaitu reaksi asam-basa dan reaksi redoks. Pada reaksi redoks terjadi perubahan biloks (bilangan oksidasi), sedangkan pada reaksi asam-basa tidak ada perubahan biloks. Keduanya ini terdapat ke dalam 4 tipe reaksi, yaitu :

    a. Reaksi Sintetis

    Reaksi dimana dua atau lebih zat tunggal dalam suatu reaksi kimia (kombinasi, komposisi).

    1. Unsur + Unsur → Senyawa, misal : Fe + S → FeS
    2. Senyawa + Senyawa → Senyawa yang lebih kompleks, misal: O →    
    b. Reaksi Dekomposisi

    Reaksi yang menghasilkan dua atau lebih zat yang terbentuk dari suatu zat tunggal. Senyawa → Dua atau lebih zat yang lebih sederhana, misal:  →

    c. Reaksi Penggantian Tunggal

    Reaksi dimana suatu unsur menggantikan unsure lainnya. Misal :

    4. Reaksi Penggantian Ganda

    Reaksi dimana ion-ion positif dari dua senyawa saling dipertukarkan. Misal :

    Cara teringkas untuk memberikan suatu reaksi kimia adalah dengan menulis suatu persamaan kimia berimbang yang merupakan pernyataan kualitatif maupun kuantitatif mengenai pereaksi yang terlibat. Tiap zat diwakili oleh rumus molekulnya. Menyatakan banyaknya atom-atom dari tiap macam dalam suatu satuan zat itu. Rumus molekulnya merupakan kelipatan bilangan bulat rumus emperis zat itu yang menyatakan

    Jumlah minimal yang mungkin dalam perbandingan yang benar atom-atom dari tiap macamnya. Tiga kelas umum reaksi yang dijumpai dengan melaus dalam kimia ialah reaksi kombinasi langsung, reaksi penukargantian sederhana dan reaksi penukargantian rangkap.

    Hubungan kuantitatif antara pereaksi dan hasil reaksi dalam suatu persamaan kimia berimbang memberikan dasar stoikiometri. Perhitungan stoikiomentri mengharuskan penggunaan bobot atom unsur dan bobot molekul senyawa. Banyaknya suatu hasil reaksi tertentu yang menurut perhitungan akan diperoleh dalam suatu reaksi kimia rendemen teoritis untuk suatu reaksi kimia. Penting untuk mengetahui mana yang merupakan pereaksi pembatas yakni pereaksi yang secara teoritis dapat bereaksi sampai habis, sedangkan pereaksi-pereaksi lain berlebih.

    (Keenan, 1984)

    Jika terjadi reaksi kimia, dapat diamati tiga macam perubahan :

    1. Perubahan Sifat
    2. Perubahan Susunan
    3. Perubahan Energi

    Semua perubahan kimia tentu induk pada hukum pelestarian hukum energi dan hukum pelestarian energi massa. Susunan senyawa kimia tertentu oleh hukum susunan pasti dan hukum perbandingan berada.

    Azas fundamental yang mendasari semua perubahan kimia merupakan daerah kimia teoritis, korelasi antara konsep unsur dan senyawa dengan keempat hukum tersebut diatas diperoleh dalam Teori Asam Dalton, teori modern pertama mengenai atom dan molekul sebagai partikel fundamental dari zat-zat yang tumbuh dari teori ini antara lain adalah skala, bobot atom relatif unsur-unsur dilarutkan menurut bertambahnya bobot atom, munculnya unsur-unsur secara teratur dengan sifat-sifat tertentu mendorong meddeleu menyusun tabel berkala dari unsur-unsur dan meramalkan adanya beberapa unsur yang belum diketahui. Bayaknya dan dari situ proporsi relatif sebagai atom dalam satuan terkecil senyawa diberikan oleh rumus senyawa, dalam mana digunakan lambang unsur kimia itu. (Keenan, 1984)

    B. Teori Asam-Basa

    1. Arrgenius

    Menurut teori Arrhenius, zat yang dalam air menghasilkan ion H+ disebut asam dan basa adalah zat yang dalam air terionisasi menghasilkan ion OH.

    HCl ⇄ H+ + Cl

    NaOH ⇄ Na+ + OH

    Meskipun teori Arrhenius benar, pengajuan desertasinya mengalami hambatan berat karena profesornya tidak tertarik padanya. Desertasinya dimulai tahun 1880, diajukan pada 1883, meskipun diluluskan teorinya tidak benar. Setelah mendapat bantuan dari Van’ Hoff dan Ostwald pada tahun 1887 diterbitkan karangannya mengenai asam basa. Akhirnya dunia mengakui teori Arrhenius pada tahun 1903 dengan hadiah nobel untuk ilmu pengetahuan.

    Sampai sekarang teori Arrhenius masih tetap berguna meskipun hal tersebut merupakan model paling sederhana. Asam dikatakan kuat atau lemah berdasarkan daya hantar listrik molar. Larutan dapat menghantarkan arus listrik kalau mengandung ion, jadi semakin banyak asam yang terionisasi berarti makin kuat asamnya. Asam kuat berupa elektrolit kuat dan asam lemah merupakan elektrolit lemah. Teori Arrhenius memang perlu perbaikan sebab dalam lenyataan pada zaman modern diperlukan penjelasanyang lebih bisa diterima secara logik dan berlaku secara umum. Sifat larutan amoniak diterangkan oleh teori Arrhenius sebagai berikut:

    NH4OH ⇄ NH4 + + OH –

    Jadi menurut Svante August Arrhenius (1884) asam adalah spesi yang mengandung H+ dan basa adalah spesi yang mengandung OH, dengan asumsi bahwa pelarut tidak berpengaruh terhadap sifat asam dan basa.

    Sehingga dapat disimpulkan bahwa:

    Asam ialah senyawa yang dalam larutannya dapat menghasilkan ion H+ . Basa ialah senyawa yang dalam larutannya dapat menghasilkan ion OH  .

    Contoh:

    1. HCl(aq) ⇄ H + (aq) + Cl  (aq)
    2. NaOH(aq) ⇄ Na + (aq) + OH  (aq)
    2. Bronsted-Lowry

    Asam ialah proton donor, sedangkan basa adalah proton akseptor. Teori asam basa dari Arrhenius ternyata tidak dapat berlaku untuk semua pelarut, karena khusus untuk pelarut air. Begitu juga tidak sesuai dengan reaksi penggaraman karena tidak semua garam bersifat netral, tetapi ada juga yang bersifat asam dan ada yang bersifat basa.

    Konsep asam basa yang lebih umum diajukan oleh Johannes Bronsted, basa adalah zat yang dapat menerima proton. Ionisasi asam klorida dalam air ditinjau sebagai perpindahan proton dari asam ke basa.

    HCl + H2O ⇄ H3+ + Cl 

    Demikian pula reaksi antara asam klorida dengan amoniak, melibatkan perpindahan proton dari HCl ke NH3 .

    HCl + NH3 ⇄ NH4 + + Cl 

    Ionisasi asam lemah dapat digambarkan dengan cara yang sama.

    HOAc + H2O ⇄ H3O+ + OAc

    Pada tahun 1923 seorang ahli kimia Inggris bernama T.M. Lowry juga mengajukan hal yang sama dengan Bronsted sehingga teori asam basanya disebut Bronsted-Lowry. Perlu diperhatikan disini bahwa H + dari asam bergabung dengan molekul air membentuk ion poliatomik H 3 O + disebut ion Hidronium.

    Reaksi umum yang terjadi bila asam dilarutkan ke dalam air adalah:

    HA + H2O ⇄ H3O+ + A

    asam basa asam konjugasi basa konjugasi

    Penyajian ini menampilkan hebatnya peranan molekul air yang polar dalam menarik proton dari asam.

    Perhatikanlah bahwa asam konjugasi terbentuk kalau proton masih tinggal setelah asam kehilangan satu proton. Keduanya merupakan pasangan asam basa konjugasi yang terdi dari dua zat yang berhubungan satu sama lain karena pemberian proton atau penerimaan proton. Namun demikian disosiasi asam basa masih digunakan secara Arrhenius, tetapi arti yang sebenarnya harus kita fahami.

    Johannes N. Bronsted dan Thomas M. Lowry membuktikan bahwa tidak semua asam mengandung ion H + dan tidak semua basa mengandung ion OH  .

    Bronsted – Lowry mengemukakan teori bahwa asam adalah spesi yang memberi H + ( donor proton ) dan basa adalah spesi yang menerima H + (akseptor proton). Jika suatu asam memberi sebuah H + kepada molekul basa, maka sisanya akan menjadi basa konjugasi dari asam semula. Begitu juga bila basa menerima H + maka sisanya adalah asam konjugasi dari basa semula.

    Teori Bronsted – Lowry jelas menunjukkan adanya ion Hidronium (H3O+) secara nyata.

    Contoh:

    HF + H2O ⇄ H3O+ + F

    Asam basa asam konjugasi basa konjugasi HF merupakan pasangan dari F  dan H 2 O merupakan pasangan dari H3+ . Air mempunyai sifat ampiprotik karena dapat sebagai basa dan dapat sebagai asam.

    HCl + H2O ⇄ H3O+ + Cl

    Asam Basa

    NH3 + H2O ⇄ NH4+ + OH 

    Basa Asam

    Manfaat dari teori asam basa menurut Bronsted – Lowry adalah sebagai berikut:

    1. Aplikasinya tidak terbatas pada pelarut air, melainkan untuk semua pelarut yang mengandunh atom Hidrogen dan bahkan tanpa pelarut.
    2. Asam dan basa tidak hanya berwujud molekul, tetapi juga dapat berupa anion dan kation.

    Contoh lain:

    1. HAc(aq) + H2O(l) ⇄ H3O+(aq) + Ac(aq) asam-1 basa-2 asam-2 basa-1 HAc dengan Ac  merupakan pasangan asam-basa konyugasi. H3O+ dengan H2O merupakan pasangan asam-basa konyugasi.
    2. H2O(l) + NH3(aq) ⇄ NH4+(aq) + OH(aq) asam-1 basa-2 asam-2 basa-1 H2O dengan OH merupakan pasangan asam-basa konyugasi.
    3. NH4+ dengan NH3 merupakan pasangan asam-basa konyugasi.

    Pada contoh di atas terlihat bahwa air dapat bersifat sebagai asam (proton donor) dan sebagai basa (proton akseptor). Zat atau ion atau spesi seperti ini bersifat ampiprotik (amfoter).

    Penulisan Asam Basa Bronsted Lowry

    3. G. N. Lewis

    Selain dua teori mengenai asam basa seperti telah diterangkan diatas, masih ada teori yang umum, yaitu teori asam basa yang diajukan oleh Gilbert Newton Lewis ( 1875-1946 ) pada awal tahun 1920. Lewis lebih menekankan pada perpindahan elektron bukan pada perpindahan proton, sehingga ia mendefinisikan : asam penerima pasangan elektron dan basa adalah donor pasangan elekton. Nampak disini bahwa asam Bronsted merupakan asam Lewis dan begitu juga basanya. Perhatikan reaksi berikut:

    Reaksi antara proton dengan molekul amoniak secara Bronsted dapat diganti dengan cara Lewis. Untuk reaksi-reaksi lainpun dapat diganti dengan reaksi Lewis, misalnya reaksi antara proton dan ion Hidroksida:

    Ternyata teori Lewis dapat lebih luas meliput reaksi-reaksi yang tidak ternasuk asam basa Bronsted-Lowry, termasuk kimia Organik misalnya:

    CH3+ + C6H6 ⇄ C6H6 + CH3+

    Asam ialah akseptor pasangan elektron, sedangkan basa adalah Donor pasangan electron

    Bab III. Metode Praktikum

    A. Alat dan Bahan

    1. Alat
    1. Tabung reaksi
    2. Rak tabung reaksi
    3. Pipet tetes
    4. Selang tabung reaksi
    5. Kaca arloji
    6. Neraca analitik
    B. Bahan
    1. Lakmus merah
    2. Indikator PP
    3. Asam nitrat
    4. HCl 0,1 N
    5. CuSO4 0,1 M
    6. CH3COOH 0,1 M
    7. (NH4)2SO4
    8. NaOH 0,1 M
    9. Pb(NO3)2 0,1 M
    10. K2CrO4 0,1 M
    11. NaCl 0,1 M
    12. HCl 1 M
    13. AgNO3 0,1 M
    14. NaOH 1 M
    15. CaCO3
    16. K2Cr2O7 0,1 M
    17. Ba(OH)2
    18. Al2(SO4)3 0,1 M
    19. NH4OH 1 M
    20. KI 0,1 M
    21. BaCl2 0,1 M
    22. CHCl3
    23. H2C2O4 0,1 N
    24. H2SO4 2 M
    25. KMnO4 0,1 M
    26. Fe2 0,1 M

    B. Metode Praktikum

    1. Ke dalam 2 tabung reaksi masukkan masing-masing tepat 1,0 mL HCl 0,1 N dan larutan CH3COOH 0,1 N. tambahkan masing-masing 1 tetes larutan indicator PP. amati warna larutan-larutan tersebut.
    2. Ke dalam 2 tabung reaksi lain masukkan larutan NaOH 0,1 N masing-masing 1 mL. tambahkan pada kedua tabung tersebut masing-masing 1 tetes larutan indicator PP. amati warna larutan tersebut.
    3. Campurkan kedua asam dengan basa pada nomor 1.a. dan 1.b. Amati perubahan yang terjadi.

    2.    a.  masukkan kedalam 2 tabung reaksi masingmasing 1 mL larutan K2CrO4 0,1 M. Ke dalam tabung pertama tambahkan larutan HCl 1 M. Kocok dan amati. Ke dalam tabung lainnya tambahkan larutan NaOH 1 M. Simpan kedua larutan ini, untuk dibandingkan dengan larutan nomor 2.b.

    b.    Masukkan ke dalam 2 tabung reaksi masing-masing 1 mL larutan K2CrO7 0,1 M. Perlakukan seperti pada nomor 2.a. Bandingkan larutan-larutan pada nomor 2.a. dan 2.b.

    3.    a.  Masukkan 1 mL larutan Al2(SO4)3 0,1 M ke dalam tabung reaksi. Tambahkan tetes demi tetes NaOH 1 M. Perhatikan apa yang terjadi.

    b.    Masukkan 1 mL larutan Al2(SO4)3 0,1 M ke dalam tabung reaksi. Tambahkan 5 tetes larutan NH4OH 0,1 M dan amati. Tambahkan lagi tetes demi tetes NH4OH 1 M dan amati. Bandingkan dengan nomor 3.a.

    4.    a.  Campurkan 1 mL BaCl2 0,1 M dalam tabung reaksi dengan 1 mL K2CrO4 0,1 M. Amati, simpan untuk dibandingkan dengan nomor 4.b. dan 4.c.

    b.    Ke dalam 1 mL larutan BaCl2 0,1 M tambahkan 1 mL K2CrO4 0,1 M. Amati.

    c.    Ke dalam 1 mL larutan BaCl2 0,1 M tambahkan 1 mL HCl 1 M dan 1 mL K2CrO4 0,1 M.

    5.    a.  Ke dalam campuran 1 mL asam oksalat (H2C2O4) 0,1 N dan 2 tetes H2SO4 2 M, teteskan larutan KMnO4 0,1 M sambil dikocok. Teteskan terus larutan KMnO4 sampai warnanya tidak hilang lagi.

    b.    Ke dalam campuran 1 mL larutan besi (II) 0,1 M dan 2 tetes H2SO4 0,5 M, teteskan larutan KMnO4 0,1 M sambil di kocok. Bandingkan kecepatan hilangnya warna KMnO4 pada nomor 5.a. dan 5.b.

    6.    a.  Tambahkan sedikit demi sedikit larutan NaOH 1 M kedalam 1 mL larutan CuSO4 0,1 M. Tambahkan lagi NaOH sampai berlebihan.

    b.    Ulangi pekerjaan nomor 6.a., tetapi gantilah larutan NaOH dengan larutan NH4OH 1 M. Bandingkan hasil pengamatan nomor 6.a. dan 6.b.

    7.             Kedalam tabung yang bersaluran, masukkan 4 mL larutan (NH4)2SO4. Tambahkan larutan NaOH. Gas yang terbentuk dikenakan pada kertas lakmus yang telah dibasahi dengan air dan diletakkan di mulut tabung.

    8.             Campurkan 1 mL larutan Pb(NO3)2 0,1 M dengan 1 mL larutan NaCl 0,1 M. Amati apa yang terjadi. Panaskan campuran tersebut sambil dikocok. Kemudian campuran didinginkan. Catat pengamatan.

    9.             Kedalam 1 mL larutan NaCl 0,1 M tambahkan 10 tetes larutan AgNO3 0,1 M. Catat pengamatan (campuran jangan dibuang, kumoulkan ditempat khusus sisa AgNO3).

    10.         Masukkan ± 1 gram serbuk CaCO3 ke dalam tabung reaksi yang bersaluran. Tambahkan larutan HCl. Gas yang terjadi dialirkan ke dalam tabung lain yang berisis larutan Ba(OH)2

    11.         Campurkan ke dalam tabung reaksi 1 mL asam nitrat dan 1 mL larutan KI 0,1 M. Amati warna larutan. Tambahkan 1 mL CHCl3 atau CHCl4 lalu kocok. Diamkan kemudian amati larutan yang terjadi.

    Bab IV. Hasil dan Pembahasan

    A. Hasil Percobaan

    Tabel 1. Percobaan

    NoProsedurPengamatan dan Penjelasan
    1.HCl + PPHCl (tidak berwarna) + indikator PP (tidak berwarna), pada campuran tidak terjadi perubahan apapun
    2.CH3COOH + PPCH3COOH (tidak berwarna) + indikator PP (tidak berwarna), pada campuran tidak terjadi perubahan apapun
    3.NaOH + PPNaOH (tidak berwarna) + indikator PP (tidak berwarna), campuran ini menghasilkan warna ungu.
    4.NaOH + PPNaOH (tidak berwarna) + indikator PP (tidak berwarna), campuran ini menghasilkan warna ungu.
    5.(NaOH + PP) + (HCl + PP)(NaOH + PP) berwarna ungu + (HCl + PP) tidak berwarna, menghasilkan campuran tidak berwarna, sebab asam kuat bertemu basa kuat akan menjadi netral.
    6.(NaOH + PP) + (CH3COOH + PP)(NaOH + PP) berwarna ungu + (CH3COOH + PP) tidak berwarna, menghasilkan campuran berwarna ungu tua, sebab asam lemah bertemu basa kuat maka konsentrasinya akan basa.

    b.    Percobaan 2

    NoProsedurPengamatan dan Penjelasan
    1.K2CrO4 + HClK2CrO4 (kuning) + HCl (tidak berwarna) menjadi larutan berwarna orange.
    2.K2CrO4 + NaOHK2CrO4 (kuning) + NaOH (tidak berwarna) menjadi larutan berwarna kuning dengan endapan di dasar tabung reaksi.
    3.K2Cr2O7 + HClK2Cr2O7 (orange) + HCl (tidak berwarna) menjadi larutan yang berwarna kuning.
    4.K2Cr2O7 + NaOHK2Cr2O7 (orange) + NaOH (tidak berwarna) menjadi larutan yang berwarna kuning.

    c.     Percobaan 3

    NoProsedurPengamatan dan Penjelasan
    1.Al2(SO4)3 + NaOHAl2(SO4)3 (tidak berwarna) + NaOH (tidak berwarna menjadi campuran yang tidak berwarna dengan endapan putih di dasar tabung reaksi.
    2.Al2(SO4)3 + NH4OHAl2(SO4)3 (tidak berwarna) + NH4OH (tidak berwarna) menjadi campuran yang tidak berwarna dengan endapan putih, pada saat di campur dengan NH4OH berlebih sebanyak 5 tetestetap endapan tidak larut.

    d.    Percobaan 4

    NoProsedurPengamatan dan Penjelasan
    1.BaCl2 + K2CrO4Pada reaksi BaCl2 (tidak berwarna) + K2Cr2O4 (kuning) menghasilkan larutan berwarna kuning keruh
    2.BaCl2 + NaOH + K2CrO4BaCl2 (tidak berwarna) + NaOH (tidak berwarna) mengasilkan larutan berwarna putih dengan endapan di dasar tabung. Kemudian ditambahkan K2CrO4 (kuning) menjadi larutan berwarna kuning dengan endapan di dasar tabung.
    3.BaCl2 + HCl + K2CrO4BaCl2 ditambahkan dengan HCl tetap tidak berwarna, kemudian dimasukkan K2CrO4 maka larutan tersebut menjadi warna orange dengan endapan di dalam tabung.

    e.     Percobaan 5

    NoProsedurPengamatan dan Penjelasan
    1.H2C2O4 + H2SO4 + K2MnO4H2C2O4 tidak berwarna + 2 tetes H2SO4 sebagai katalis + K2MnO4 sebanyak 7 tetes, pada tetes ke 8 warnanya hilang (warna menghilang dalam jangka waktu yang cukup lama)
    2.Fe2 + H2SO4 + K2MnO4Fe22+ + 2 tetes H2SO4 sebagai katalis + K2MnO4 sebanyak 3 tetes pada tetes ke-4 warnanya hilang (warna menghilang dengan cepat)

    f.     Percobaan 6

    NoProsedurPengamatan dan Penjelasan
    1.NaOH + CuSO4NaOH yang tidak berwarna dicampurkan dengan CuSO4 berwarna biru, dan hasil campurannya adalah biru tua dengan endapan. Hasil reaksi di pindahkan sedikit, dan ditambahkan larutan NaOH sehingga endapan akan larut pada tetes ke 19.
    2.NH4OH + CuSO4(NH4)OH dengan CuSO4 berwarna biru, dan hasil campurannya adalah biru tua dengan endapan. Hasil reaksi di pindahkan sedikit, dan ditambahkan larutan (NH4)OH sehingga endapan akan larut pada tetes ke 10.

    g.    Percobaan 7

    NoProsedurPengamatan dan Penjelasan
    1.(NH4)2SO4 + NaOH4 mL larutan (NH4)SO4 + NaOH 2 mL sehingga terbentuk gas NH3 yang diketahui dengan berubahnya warna lakmus merah menjadi biru.

    h.    Percobaan 8

    NoProsedurPengamatan dan Penjelasan
    1.Pb(NO3)2 + NaClPb(NO3)2 tidak bewarna + 1 mL NaCl tidak berwarna,  terbentuk endapan putih dari campuran tersebut. Setelah dipanaskan dan didinginkan maka endapan itu pun hilang.

    i.      Percobaan 9

    NoProsedurPengamatan dan Penjelasan
    1.NaCl + AgNO3NaCl tidak berwarna + AgNO3 tidak berwarna menghasilkan endapan putih pada dasar tabung reaksi.

    j.      Percobaan 10

    NoProsedurPengamatan dan Penjelasan
    1.CaCO3 + HClCaCO3 + HCl menghasilkan gas (O2 karena bereaksi dengan Ba(OH)2 ditabung yang lain terbentuk endapan putih BaCO3 + H2O.

    k.    Percobaan 11

    NoProsedurPengamatan dan Penjelasan
    1.Cl2 + KI + CHCl3Campuran dari 1 mL asam nitrat dengan 1 mL KI menjadi larutan berwarna orange. Ditambahkan dengan CHCl3 dan dikocok terbentuk 2 larutan yang berwarna ungu (dibawah) dan orange (diatas), dua larutan tersebut tidak menyatu (seperti air dan minyak).

    B. Pembahasan

    1. Percobaan I
    1. Saat HCl (asam kuat) yang berwarna bening dicampurkan dengan indikator PP maka menghasilkan campuran tidak bewarna, demikian juga dengan CH3COOH yang dicampurkan dengan indikator PP maka hasilnya tidak berwarna.
    2. NaOH dicampurkan dengan indikator PP berubah warna dari tidak bewarna menjadi ungu, sebab indikator PP akan bereaksi pada basa yang pHnya lebih dari 7.
    3. Saat NaOH (dengan indikator PP) dan HCl (dengan indikator PP) di reaksikan, maka warna dari NaOH menjadi hilang, karena asam kuat bertemu dengan basa kuat akan menjadi nertral. Sedangkan, saat NaOH direaksikan dengan CH3COOH akan berubah warna menjadi ungu tua, sebab terjadi reaksi antara basa kuat dengan asam lemah.

    NaOH + HCl à NaCl + H2O

    NaOH + CH3COOH à CH3COONa + H2O

    b.    Percobaan 2

    1)      K2CrO4 (kuning) direaksikan dengan HCl (tidak berwarna) maka hasil reaksinya berwarna orange, sedangkan apabila K2CrO4 direaksikan dengan NaOH maka hasil reaksinya berwarna kuning dengan adanya endapan didasar tabung.

    2)      K2Cr2O7 (orange) direaksikan dengan HCl (tidak berwarna) maka hasil reaksinya berwarna kuning. Sedangkan saat K2Cr2O7 direaksikan dengan NaOH maka hasil reaksinya menjadi berwarna orange.

    3)        K2CrO+ 2HCl à 2KCl + H2CrO4

    4)        K2CrO+ 2NaOH à 2KOH +Na2CrO4

    5)      K2Cr2O7 + 2HCl à 2KCl + H2CrO7

    6)        K2Cr2O+ 2NaOH à 2KOH + Na2CrO7

    c.     Percobaan 3

    1)      Al2(SO4)3 (tidak berwarna) direaksikan dengan NaOH (tidak berwarna), maka akan menghasilkan larutan tidak berwarna dan terdapat endapan putih.

    2)      Al2(SO4)3 (tidak berwarna) direaksikan dengan NH4OH (tidak berwarna), maka akan menghasilkan larutan tidak berwarna dan terdapat endapan putih. Sedangkan saat ditambahkan dengan NH4OH berlebih sebanyak 5 tetes, maka endapannya larut.

    Al2(SO4)+ 6 NH4OH à 2Al(OH)+ 3(NH4)2SO4

    d.    Percobaan 4

    1)      BaCl2 (tidak berwarna) direaksikan dengan K2CrO4 (kuning) menghasilakn larutan berwarna kuning keruh.

    2)      BaCl2 (tidak berwarna) direaksikan dengan NaOH (tidak berwarna) mengahasilkan senyawa dengan endapan putih. Dan pada saat ditambahkan K2CrO4 maka hasil reaksinya terdapat endapan kuning.

    3)      BaCl2 (tidak berwarna) direaksikan dengan HCl (tidak berwarna) mengahasilkan larutan tidak berwarna. Dan pada saat ditambahkan K2CrO4 maka hasil reaksinya menjadi berwarna orange dengan endapan.

    BaCl+ K2CrOà BaCrO+ 2KCl

    2BaCl+ K2CrO4  + 2NaOH à BaCrO+ Ba(OH)2 + 2KCl + 2NaCl

    e.     Percobaan 5

    1)      H2C2O4 direaksikan dengan H2SO4 (sebagai katalis) dan KMnO4 sebanyak 7 tetes, pada saat tetasan ke 8 maka warnanya belum menghilang. Warnanya menghilang dalam jangka waktu yang cukup lama.

    2)      Fe (II)2+ direaksikan dengan H2SO4 (sebagai katalis) dan KMnO4 sebanyak 3 tetes, pada saat tetasan ke 3 maka warnanya menghilang. Warnanya menghilang dalam jangka waktu yang cepat.

    f.     Percobaan 6

    1)      NaOH (tidak berwarna) direaksikan dengan CuSO4 (biru) menghasilkan endapan Cu(OH)2 dan NaSO4, saat ditambahkan NaOH berlebih maka endapannya pun larut pada tetesan ke-19.

    2)      NH4OH (tidak berwarna) direaksikan dengan CuSO4 (biru) menghasilkan endapan, saat ditambahkan NH4OH berlebih maka endapannya pun larut pada tetesan ke-10.

    CuSO4 + NaOH à Cu(OH)2 + Na2SO4

    g.    Percobaan 7

    (NH4)SO4 ditambahkan dengan NaOH sehingga terbentuk gas NH3 yang dapat diketahui dari perubahan kertas lakmus merah menjadi biru.

    h.    Percobaan 8

    Pb(NO3)2 (tidak berwarna) direaksikan dengan NaCl (tidak berwarna) menghasilkan endapan pada larutan tersebut. Namun pada saat dipanaskan dan didinginkan, makan endapannya menghilang.

    i.      Percobaan 9

    NaCl (tidak berwarna direaksikan dengan AgNO3 (tidak berwarna) menghasilkan larutan dengan endapan putih.

    NaCl + AgNO3 à NaNO+ AgCl

    j.      Percobaan 10

    CaCO3 yang direaksikan dengan HCl menghasilkan gas CO2 yang bereaksi melalui selang bersaluran dengan Ba(OH)2 yang berada ditabung lain, maka terbentuk endapan BaCO3 dan H2O

    CaCO3 + HCl  à CaCl2 + H2CO3

    H2CO3 à CO2 + H2O

    k.    Percobaan 11

    Asam nitrat yang dicampurkan dengan KI menjadikan warna larutan berwarna orange. Dan ditambahkan lagi CHCl3. Setelah dikocok maka terbentuk latutan berwarna ungu (dibawah) dan yang berwarna orange (diatas). Larutan tersebut tidak menyatu sepeti minyak dan air karena kerapatan larutan tersebut berbeda.

    Bab V. Kesimpulan

    A. Kesimpulan

    Dari hasil kegitan praktikum baik dalam pengamatan, perhitungan serta pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

    1. Reaksi kimia dikatakan berlangsung apabila salah satu hal teramati diantaranya:
      • Reaksi tersebut menghasilkan gas.
      • Reaksi tersebut menghasilkan perubahan suhu.
      • Reaksi tersebut menghasilkan perubahan warna
    2. Reaksi kimia adalah suatu proses dimana zat-zat baru yaitu hasil reaksi terbentuk dari beberapa zat aslinya yang disebut pereaksi.
    3. Reaksi kimia dibagi beberapa jenis diantaranya.
      • Pembakaran
      • Penggabungan
      • Penguraian
      • Pemindahan Tanggal

    DAFTAR PUSTAKA

    Keenan, A. Hadyana Pudjaatmaja, PH. CL, 1992. Kimia Untuk Universitas, Jilid 1. Bandung: Erlangga.

    Petrucci, H. Ralph, Suminar,1989,Kimia Dasar,Edisi Ke-4 Jilid 1. Jakarta: Erlangga

    Brady, James E. 1998. Kimia Universitas Asas & Struktur Edisi Kelimi Jilid 1. Jakarta: Binarupa Aksara

  • Apa perbedaan Bilangan Nyata Dengan Imajiner?

    Bilangan nyata adalah bilangan yang sesuai dengan namanya. Kebalikan dengan bilangan khayal, bilangan nyata mewakili nilai sebenarnya tidak berputa-pura atau berkhayal. Bilangan nyata yang merupakan himpunan bilangan yang paling inklusif, terdiri dari spektrum utuh bilangan; bilangan nyata meliputi keseluruhan bilangan dan bisa membentuk pecahan atau bilangan cacah, dengan atau tanpa desimal. Bilangan real meliputi bilangan rasional, seperti 43 dan −23/129, dan bilangan irasional, seperti π dan  \sqrt2 ..

    Bilangan imajiner adalah bilangan yang memiliki sifat i2 = −1. Bilangan ini biasanya merupakan bagian dari bilangan kompleks. Selain bagian dari bilangan kompleks, bilangan imajiner merupakan bagian bilangan riil. Secara definisi, (bagian) bilangan imajiner i ini diperoleh dari penyelesaian persamaan kuadratik:x^2 + 1 = 0 \

    atau secara ekuivalenx^2 =  -1 \

    atau juga sering dituliskan sebagaix = \sqrt{-1} .

    Bilangan imajiner dan/atau bilangan kompleks ini sering dipakai di bidang teknik elektro dan elektronika untuk menggambarkan sifat arus AC (listrik arus bolak-balik) atau untuk menganalisa gelombang fisika yang menjalar ke arah sumbu x mengikuti:e^{ i (kx - \omega t)} = e^{ j (\omega t-kx)} \,), dengan j = −i.

  • Keuntungan dan Kerugian Menggunakan Sistem Pneumatik

    A.      Keuntungan Menggunakan Pneumatik

    Penggunaan udara kempa dalam sistim pneumatik memiliki beberapa keuntungan antara lain dapat disebutkan berikut ini :

        • Ketersediaan yang tak terbatas, udara tersedia di alam sekitar kita dalam jumlah yang tanpa batas sepanjang waktu dan tempat.

        • Mudah disalurkan, udara mudah disalurkan/pindahkan dari satu tempat ke tempat lain melalui pipa yang kecil, panjang dan berliku.

        • Fleksibilitas temperatur, udara dapat fleksibel digunakan pada berbagai temperatur yang diperlukan, melalui peralatan yang dirancang untuk keadaan tertentu, bahkan dalam kondisi yang agak ekstrem udara masih dapat bekerja.

        • Aman, udara dapat dibebani lebih dengan aman selain itu tidak mudah terbakar dan tidak terjadi hubungan singkat (kotsleiting) atau meledak sehingga proteksi terhadap kedua hal ini cukup mudah, berbeda dengan sistim elektrik yang dapat menimbulkan kostleting hingga kebakaran.

        • Bersih, udara yang ada di sekitar kita cenderung bersih tanpa zat kimia yang   berbahaya dengan jumlah kandungan pelumas yang dapat diminimalkan sehingga sistem pneumatik aman digunakan untuk industri obat-obatan, makanan, dan minuman maupun tekstil

        • Pemindahan daya dan Kecepatan sangat mudah diatur. udara dapat melaj dengan kecepatan yang dapat diatur dari rendah hingga tinggi atau sebaliknya. Bila Aktuator menggunakan silinder pneumatik, maka kecepatan torak dapat mencapai 3 m/s. Bagi motor pneumatik putarannya dapat mencapai 30.000 rpm, sedangkan sistim motor turbin dapat mencapai 450.000 rpm.

        • Dapat disimpan, udara dapat disimpan melalui tabung yang diberi pengaman terhadap kelebihan tekanan udara. Selain itu dapat dipasang pembatas tekanan atau pengaman sehingga sistim menjadi aman.

        • Mudah dimanfaatkan, udara mudah dimanfaatkan baik secara langsung missal untuk membersihkan permukaan logam dan mesin-mesin, maupun tidak langsung, yaitu melalui peralatan pneumatik untuk menghasilkan gerakan tertentu.

    B.      Kerugian / kelemahan Pneumatik

    Selain memiliki kelebihan seperti di atas, pneumatik juga memiliki beberapa

    kelemahan antara lain:

        • Memerlukan instalasi peralatan penghasil udara. Udara kempa harus dipersiapkan secara baik hingga memenuhi syarat. memenuhi kriteria tertentu, misalnya kering, bersih, serta mengandung pelumas yang diperlukan untuk peralatan pneumatik. Oleh karena itu sistem pneumatik memerlukan instalasi peralatan yang relatif mahal, seperti kompressor, penyaring udara, tabung pelumas, pengeering, regulator, dll.

        • Mudah terjadi kebocoran, Salah satu sifat udara bertekanan adalah ingin selalu menempati ruang yang kosong dan tekanan udara susah dipertahankan dalam waktu bekerja. Oleh karena itu diperlukan seal agar udara tidak bocor. Kebocoran seal dapat menimbulkan kerugian energi. Peralatan pneumatik harus dilengkapi dengan peralatan kekedapan udara agar kebocoran pada sistim udara bertekanan dapat ditekan seminimal mungkin.

        • Menimbulkan suara bising, Pneumatik menggunakan sistim terbuka, artinya udara yang telah digunakan akan dibuang ke luar sistim, udara yang keluar cukup keras dan berisik sehingga akan menimbulkan suara bising terutama pada saluran buang. Cara mengatasinya adalah dengan memasang peredam suara pada setiap saluran buangnya.

        • Mudah Mengembun, Udara yang bertekanan mudah mengembun, sehingga sebelum memasuki sistem harus diolah terlebih dahulu agar memenuhi