Blog

  • Makalah Aplikasi Mekanika Fluida Dalam Kehidupan Sehari-hari

    Makalah Aplikasi Mekanika Fluida Dalam Kehidupan Sehari-hari

    Mekanika fluida merupakan kajian fisika yang memiliki banyak bentuk aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan kehidupan dimuka bumi dipenuhi oleh fluida baik itu dalam bentuk zat cair maupun gas.

    Aplikasi Mekanika Fluida Dalam Kehidupan Sehari-hari

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Fisika merupakan bidang kajian yang mengkaji fenomena alam kemudian disajikan dalam bentuk hukum, konsep, prinsip dan teori-teori fisika. Hal ini termasuk juga pada benda-benda alir (fluida) seperti zat cair maupuan gas. Aplikasi mekanika fluida tersebar di banyak cabang dan dimanfaatkan oleh manusia. Mulai dari pembuatan perahu, pesawat terbang, parasut, perancangan pipa air dan masih banyak lagi.


    Parasut yang biasanya kita dengar atau kita tonton di televisi terkadang menyebabkan kecelakaan bagi penggunanya. Hal tersebut sangat membuat kita merasa penasarn mengapa kecelakaan tersebut bisa terjadi. Apakah orang tersebut belum pandai menggunakan parasut ataukah adakesalahan dalam pembuatan parasutnya. Dan mengapa kita manusia tidak menggunakan prinsip kerja parasut tersebut untuk membuat parasut yang lebih canggih.

    Makalah ini diharapkan dapat mengembangkan cara berpikir mahaiswa untuk lebih mengembangkan konsep/prinsip kerja parasut, menghindari terjadinya kecelakaan pada saat terjun paying, dan Serta memahami aplikasi mekanika fluida dalam kehidupan sehari-hari.

    B. Tujuan

    Melalui makalah ini diharapkan mahasiswa dapat:

    1. Mengetahui aplikasi mekanika fluida dalam kehidupan sehari-hari (parasut)
    2. Mengetahui prinsip kerja dan cara pembuatan parasut

    Bab II. Kajian Teori

    Gambar 1 Gambar Parasut

    Di televisi tentu kita sering menyaksikan orang-orang atau tentara melakukan terjun payung dari pesawat udara. Nah bagaimana cara kerja parasut sehingga membuat orang melayang-layang di udara

    1. Terjun Payung

    Sejarah Terjun Payung

    Pada abad ke-15, Leonardo Da Vinci, pembuat lukisan Mona Lisa yang legendaris itu, pernah membuat sketsa yang menggambarkan perlengkapan untuk melakukan terjun payung. Tapi seperti banyak konsep yang pernah dibuatnya, rancangan konsep peralatan terjun payung itu pun belum pernah direalisasikannya menjadi kenyataan. Diduga parasut ini dirancang sebagai alat keselamatan saat terjadi musibah, misalnya kebakaran, pada bangunan tinggi. Karena sketsa itulah Leonardo Da Vinci bisa dianggap sebagai salah satu pionir dalam rancangan konsep parasut untuk terjun payung. Parasut yang dirancangnya itu berbentuk segitiga seperti yang tampak pada gambar. Ternyata akhirnya ada juga yang mencoba merealisasikan parasut yang dulu pernah dirancang oleh seniman yang sekaligus ilmuwan genius itu. Meskipun tentu saja parasut seperti itu tidak akan digunakan karena tidak sesuai dengan kebutuhan para SkyDiver jaman sekarang.

    Satu abad setelah Leonardo Da Vinci merancang konsep parasut, seorang berkebangsaan Italia, Fausto Veranzio, telah merancang parasut yang berbeda dari konsep yang dibuat oleh Leonardo. Meskipun idenya masih bermula dari impian seniman besar tersebut. Konsep Fausto itu dituangkannya dalam buku tentang mekanika yang berjudul Machinae Nova. Buku yang diterbitkan pada tahun 1595 di Venesia ini memuat 40 sketsa beberapa rancangan mesin dan peralatan. Beberapa dari sketsa itu ada yang menggambarkan aksi manusia melakukan terjun payung dengan menggunakan parasut berbentuk segi empat. Dan pada tahun 1617, Fausto Veranzio berhasil mewujudkan parasut rancangannya itu dengan melakukan uji coba terjun payung dari sebuah menara di kota Venesia. Tapi beberapa literatur mengatakan bahwa sebenarnya Fausto tidak pernah mewujudkan konsep parasutnya itu menjadi sebuah kenyataan.

    Gambar 2 Uji Coba Parasut

    Usaha-usaha yang dilakukan oleh Leonardo Davinci dan Fausto Veranzio untuk mengembangkan pembuatan parasut telah dilanjutkan orang lain. Berikutnya dilakukan oleh Andre Jacques Garnerin dari Perancis. Pria yang lahir pada tanggal 31 Januari 1769 ini banyak mempelajari bidang fisika sebelum bergabung dalam dinas milter Perancis. Selama beberapa tahun kemudian Garnerin tertarik pada balon berudara panas yang dikembangkan untuk tujuan militer. Selama menjadi tawanan perang di Hungaria, Garnerin mulai melakukan beberapa percobaan untuk mengembangkan parasut. Dia berhasil menyelesaikan rancangannya itu pada tahun 1797. Sebuah parasut berbentuk bundar dengan diameter 23 kaki.

    Seperti konsep dari Leonardo dan Fausto, parasut buatan Garnerin ini juga masih dilengkapi dengan kerangka sehingga bentuknya masih mirip payung yang kita gunakan untuk melindungi diri dari terik matahari atau guyuran air hujan. Lalu pada tanggal 22 Oktober 1797 Garnerin menguji coba parasut buatannya itu dengan melompat dari sebuah balon udara yang melayang pada ketinggian 975 meter diatas kota Paris. Meskipun parasut tersebut gagal mengendalikan hempasan aerodinamik udara yang membuat peluncuran Garnerin sempat tidak terkendali, tapi akhirnya dia berhasil mendarat dengan selamat. Keberhasilan itu membuat Garnerin menjadi manusia pertama yang berhasil menggunakan parasut dengan melakukan lompatan dari sebuah benda terbang yang melayang di angkasa. Dan pada tahun 1799, istri Garnerin (Jeanne-Genevieve Garnerin) menjadi wanita pertama yang berhasil melakukan aksi terjun payung.

    Terjun payung yang dilakukan oleh Garnerin masih menggunakan keranjang sebagai tempat duduk pengendara parasut. Parasutnya pun masih menggunakan kerangka sehingga disebut dengan istilah parasut kaku (Vented Parachute). Orang yang pertama kali berhasil membuat parasut tanpa kerangka yang selanjutnya dikenal sebagai parasut lemas (Limp Parachute) adalah Tom Baldwin dari Amerika pada tahun 1897. Dan pada tahun 1919, Leslie Irvin yang juga berasal dari Amerika yang pertama kali berhasil membuat parasut yang dapat dikendalikan.

    Untuk selanjutnya terjun dari ketinggian di udara dengan menggunakan parasut banyak dilibatkan pada operasi militer. Setelah mengalami banyak hambatan, akhirnya pada tahun 1950 terjun payung diakui dunia sebagai salah satu cabang olah-raga yang juga menjadi sarana rekreasi. Sedangkan kejuaraan dunia olah-raga terjun payung yang pertama kali diadakan di Yugoslavia pada tahun 1951. Cabang olah-raga yang satu ini terus menyebar keseluruh dunia dan menjadi hobby yang sangat menantang. Parasut pun dikembangkan dengan spesifikasi dan fungsi yang makin canggih

    2. Prinsip Kerja Parasut dan Cara Membuatnya

    Parasut memanfaatkan gaya hambatan udara (Air drag Force) untuk memperlambat gerak. Hukum fisika yang berlaku di sini disebut Hukum Stoke’s. Hukum Stoke’s menyatakan, Bila ada sebuah benda pada melaju dalam suatu fluida (udara atau cairan), maka benda tersebut akan memperoleh gaya hambat

    Parasut merupakan alat yang digunakan untuk memperlambat gerakan suatu objek di udara dengan menciptakan hambatan udara (drag) . Drag di dapat dari luas permukaan parasut, jadi semakin luas parasut maka semakin besar beban yang bisa di bawanya

    Ada dua jenis parasut. Parasut berbentuk kubah (dome canopy) Yang kedua berbentuk segi empat yang biasanya digunakan untuk olah raga paralayang. Bahan untuk membuat parasut pertama kali adalah kanvas tetapi saat ini bahan untuk membuat parasut yang populer adalah nilon karena lebih elastis, lebih tahan, dan cukup murah.

    Gambar 3 Parasut Kubah

    Sebuah parasut paralayang terdiri dari dua permukaan paralel yang kuat dan saling dihubungkan dengan lembaran-lembaran vertikal. Bagian ini disebut ribs. Pada ribs ada lubang yang disebut crossport. Fungsinya, penyeimbang tekanan dan memudahkan parasut mengembang. Ribs membagi tubuh parasut menjadi beberapa sel yang ditandai dengan dua tali yang menjulur di masing-masing sisinya. Setiap sel punya anak yang jumlahnya bisa satu, dua, tiga atau lebih, tergantung dari jenis parasut. Sisi depan yang merupakan pintu sel ada leading edge. Sisi belakangnya disebut trailing edge. Pada permukaan bawah parasut atau intrados terdapat tali-tali yang menjulur ke bawah. Gabungan dari tali-tali itu disebut riser.

    Dan riset inilah yang akan dihubungkan dengan harness. Ada dua kelompok tali yang dihubungkan dengan stabilizer, namanya brake atau tali kemudi (control line). Ujung dari tali kemudi dinamakan togel. Di tangan tali kemudi ini, kontrol gerak parasut dan rem difungsikan. Dan seorang penerbang harus paham betul bagian-bagian parasut tadi.

    Gambar 4 Parasut Segi Empat (Parasut Olahraga)

    3. Parasut Roket

    Parasut roket berfungsi sebagai rem udara pada sebuah roket agar gerakan jatuh atau turun ke bawah setelah bahan bakar roket habis menjadi lebih lambat karena gravitasi jadi tidak langsung terjun ke bawah. Parasut roket biasanya dibuat dengan bahan yang tipis, kuat, anti air dan ringan.

    Parasut roket sebenarnya tidak jauh berbeda dengan parasut pada umumnya hanya saja parasut dipasang pada sebuah roket.

    Membutnya sangat mudah dan murah hanya memerlukan barang-barang bekas yang dirangkai dengan modal kreatifitas.

    Peralatan:

    1. Gunting/Silet
    2. Jangka

    Bahan:

    1. Kantong plastik atau sejenisnya
    2. Benang

    Cara Membuat: 

    1. Bentuk garis melingkar pada kantong plastik dengan menggunakan jangka. Berdiameter 70 mm sampai 300 mm sesuai dengan ukuran roket.
    2. Gunting kantong plastik sesuai dengan garis melingkar.
    3. Buat lubang-lubang kecil di tepi lingkaran dengan menggunakan ujung jangka. Buat sebanyak 8-16 lubang.
    4. Potong benang sepanjang 100-400 mm sebanyak lubang yang dibuat tadi.

    Gambar 6 Parasut dari kantongan plastik

    5.      Masukkan dan ikat benang ke lubang-lubang parasut satu persatu.

    Gambar 7 Parasut

    6.      Setelah semuanya terpasang kemudian rapikan benang dan ikat ujungbenang-benang menjadi satu.

    Gambar 8 Parasut 

    7.      Ikat tali parasut pada bagian luar atau dalam ruang muatan roke

    8.      Terakhir, lipat parasut dan masukkan ke dalam ruang muatan roket.

    Tingkatan Penerbangan Parasut Roket

    Gambar 9 Penerbangan Parasut Buatan

    Gambar 10 Tingkatan Penerbangan Parasut Roket

    Roket diluncurkan, didalam ruang muatan roket telah terdapat muatan berupa parasut mini Roket melakukan separasi di udara kemudian parasut mininya terbuka dan mengawali roket untuk turun perlahan di tanah.

    Gambar 11 Parasut Mini Roket

    Roket semakin mendekati permukaan tanah dan akan segera mengakhiri penerbangannya

    Gambar 12 Parasut Mini Roket Mendarat

    Roket akhirnya mendarat dengan baik di permukaan tanah dengan parasut mininya Sebelum digunakan pada roket sebaiknya parasut diujicoba terbang seperti pengujicobaan beban yang mampu dibawa oleh parasut, kestabilan parasut di udara dan pengujian lipatan parasut agar dapat menyakinkan bahwa parasut dapat terbuka dengan lipatan seperti itu. Caranya mudah cukup dilempar ke udara saja atau dijatuhkan dari tempat tinggi.

    Bab III. Penutup

    A. Kesimpulan

    1. Parasut merupakan alat yang digunakan untuk memperlambat gerakan suatu objek di udara dengan menciptakan hambatan udara (drag) . Ada dua jenis parasut. Parasut berbentuk kubah (dome canopy) Yang kedua berbentuk segi empat yang biasanya digunakan untuk olah raga paralayang.
    2. Parasut memanfaatkan gaya hambatan udara (Air drag Force) untuk memperlambat gerak. Hukum fisika yang berlaku di sini disebut Hukum Stoke’s. Hukum Stoke’s menyatakan, Bila ada sebuah benda pada melaju dalam suatu fluida (udara atau cairan), maka benda tersebut akan memperoleh gaya hambat. Semakin luas parasut maka semakin besar beban yang bisa di bawanya.

    B. Saran

    Pembaca sebaiknya mencari referensi yang lebih banyak lagi untuk memahami lebih jauh mengenai aplikasi mekanika fluida. Karena di dalam makalah ini sangat kekurangan referensi sehingga masih banyak kekurangan dalam penjelasan materinya.

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonim. Kenali Bentuk dan Bagian-Bagian Penting Pada Sebuah Parasut. http://all-mistery.blogspot.com.  Diakses pada tanggal 2 November 2014

    Reyhanz. Beginilah Cara Kerja Parasut. http://hermawayne.blogspot.com Diakses pada tanggal 22 November 2014

    Sahwawi. Membuat Parasut Roket. Sahwawi Rocketry BlogDiakses pada tanggal 22 November 2014

    Septian Dozer, Edo. Terjun Payung. http://berita-iptek.blogspot.comDiakses pada tanggal 22 November 2014

  • Laporan Eksperimen Fisika Aktivitas Zat Radioaktif

    Aktivitas Zat Radioaktif

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Awalnya, hasil eksperimen ini negatif. Tetapi ketika Becquerel menggunakan potasium uranil disulfat K2UO2(SO4)22H2O, akhirnya dia mengamati gejala tersebut yang dilaporkannya ke Akademi pada tanggal 24 Februari. Beberapa Minggu kemudian, pada tanggal 2 Maret 1896, Becquerel kembali membuat laporan ke Akademi. Dalam laporan inilah tercantum penemuan tentang radioaktivitas yang akan membuat namanya terkenal. Dalam laporan tersebut Becquerel menuliskan, “Sebuah pelat fotografi, gelatin dengan perak bromida, dibungkus dalam sebuah tempat yang kedap cahaya dalam sebuah kain hitam, pada salah satu sisinya ditutupi dengan aluminium; jika kita menyinarinya dengan cahaya matahari penuh, bahkan selama seharian penuh, pelat fotografi itu tak akan menghitam. Tetapi jika kita menempatkan pada lembar aluminium tersebut, di bagian luarnya, lapisan garam uranium […] kemudian kita sinari selama beberapa jam di bawah sinar matahari, kita akan segera melihat, setelah pelat fotografi dicuci seperti biasa, bayangan lapisan kristal akan tampak hitam di atas pelat peka tersebut.”

    Bahwa penemuan Becquerel itu tidak diduga olehnya, tersirat dalam dua paragraf berikutnya pada laporan itu.  “Saya sangat yakin bahwa fakta berikut ini terutama bagi saya sangatlah penting dan berada di luar fenomena yang diharapkan akan teramati: lapisan kristal yang sama, ditempatkan pada pelat fotografi dengan cara yang sama […] tetapi tetap dijaga dalam keadaan gelap, juga akan menghasilkan cetakan fotografi yang sama. Saya sampai pada hasil pengamatan ini setelah melalui kegiatan ini: Berdasarkan hasil eksperimen saya sebelumnya yang telah saya persiapkan pada hari Rabu tanggal 26 dan Kamis tanggal 27 Februari, dan karena pada hari-hari itu, matahari hanya muncul sebentar-sebentar saja, saya menyimpan kembali bahan-bahan eksperimen yang telah saya siapkan itu ke dalam laci yang gelap, dengan tetap membiarkan lapisan garam uranium di dekatnya. Karena matahari tidak juga bersinar setelah beberapa hari kemudian, saya kemudian mencuci plat fotografi itu dengan dugaan akan terdapat gambar yang samar-samar. Gambar itu memang tampak, tetapi berbeda dengan harapan saya, gambar itu memiliki intensitas yang tinggi.”

    Becquerel lalu meneruskan eksperimennya dalam tempat yang betul-betul gelap dan masih diperoleh hasil yang sama. Ini berarti, di samping sinar X, pastilah terdapat jenis sinar jenis baru lainnya yang tampaknya terpancar tanpa disebabkan oleh sebuah bahan fosforesens. Dalam tahun 1896 Becquerel terus mempelajari sinar baru itu. Masih pada bulan Maret, Becquerel menemukan bahwa sinar-sinar ini dapat mengosongkan muatan elektroskop. Artinya, sinar tersebut menyebabkan udara bersifat konduktif. Becquerel kemudian menemukan bahwa semua campuran uranium, bersifat fosforesens atau tidak, yang telah ditelitinya selama ini, memancarkan sinar itu. Dia menyimpulkan bahwa logam murni uranium haruslah memancarkan radiasi yang paling kuat yang kemudian dibuktikannya melalui eksperimen. Di penghujung tahun 1896, Becquerel melaporkan tentang kemampuan serap berbagai material terhadap sinar ini.

    Meskipun fenomena radioaktivitas ini ditemukan oleh Becquerel, nama radioaktivitas itu sendiri diberikan oleh Marie Curie, penemu unsur radioaktif lainnya selain uranium, yaitu polonium dan radium.

    Atas temuan radioaktivitas ini, Antoine Henri Becquerel, bersama-sama dengan pasangan suami istri  Pierre Curie dan Marie Curie dianugerahi hadiah nobel fisika pada tahun 1903, lima tahun sebelum Becquerel meninggal dunia.

    Bab II. Kajian Pustaka

    Radioaktivitas adalah kemampuan inti atom yang tak stabil untuk memancarkan radiasi dan berubah menjadi inti yang stabil. Proses perubahan ini disebut peluruhan, dan inti atom yang tak stabil disebut radionuklida. Materi yang mengandung radionuklida disebut zat radioaktif. Radioaktivitas melibatkan transmutasi unsur-unsur. Peristiwa pemancaran sinar-sinar radioaktif dari sebuah inti atom yang tidak mantap secara spontan disebut radioaktivitas. Gejala radiokativitas sangat berperan dalam pengembangan Fisika nuklir. Ada tiga jenis radiasi yang mungkin dipancarkan dalam sebuah peristiwa peluruhan, yaitu radiasi sinar a, b, dan g.[2]

    Dalam peluruhan alfa, sebuah inti tidak stabil meluruh menjadi dua inti ringan dan sebuah partikel alfa ( sebuah inti 4He), menurut reaksi :

    X dan X menyatakan jenis inti yang berbeda, yang digambarkan sebagai berikut:

    GAMBAR 1. Peluruhan alfa sebuah inti X menghasilkan sebuah inti X’ dan sebuah partikel alfa.[3]

    Untuk peluruhan beta, sebuah neutron berubah menjadi sebuah proton atau sebuah proton menjadi sebuah neutron. Jadi, Z dan N masing-masing berubah sebanyak satu satuan, tetapi A tidak berubah. Pada peluruhan beta paling utama, sebuah neutron meluruh menjadi sebuah proton dan sebuah elektron: . Menyusul peluruhan alfa dan beta, inti akhir dapat berada pada suatu keadaan eksitasi. Seperti halnya atom, inti akhir itu akan mencapai keadaan dasar setelah memancarkan satu atau lebih foton yang dikenal sebagai sinar gamma inti.[4]

    Detektor Geiger Muller adalah alat pencacah radiasi yang berfungsi untuk mendeteksi dan mencacah radiasi. Detektor Geiger terdiri dari tabung silinder yang pada pusatnya memanjang dipasang kawat anoda dan pada selubung silinder bagian dalam dipasang kulit sebagai katoda. Detektor Geiger Muller berfungsi untuk menentukan atau mencacah banyaknya radiasi sinar radioaktif. Cara kerja dari detektor Geiger Muller adalah mendeteksi radiasi dari suatu sumber atau bahan radioaktif. [5]

    Laju peluruhan radioaktif disebut aktivitas (activity lambang A). Semakin besar  aktivitasnya , semaikin banyak inti atom yang meluruh per detik. Aktivitas tidak bersangkutpaut dengan jenis peluruhan atau radiasi yang dipancarkan cuplikan, atau dengan energy radiasi yang dipancarkan . Aktivitas hnya ditentukan oleh jumlah peluruhan per detik. [6]

    Satuan dasar untuk mengukur aktivitas adalah curie.

    1 curie ( Ci) = 3,7 x 1010 peluruhan /detik

    Satu curie didefinisikan sebagai banyaknya peluruhan yang dilakukan oleh satu gram radium dalam waktu satu sekon. Satu curie adalah bilangan yang besar sehingga kita lebih sering bekerja dengan satuan millicurie (mCi) dan mikrocurie (µCi). Dalam SI, satuan aktivitas radiasi dinyatakan dalam Bequerel (Bq) .

    1 curie = 3,7 x 1010 peluruhan/sekon = 3,7 x10 10 Bq 

    1 mCi = 10-3 Ci

    1 µCi = 10-6 Ci [7]

    Jika peluang untuk meluruh disebut tetapan paluruhan (lambang λ ), maka aktivitas bahan bergantung pada banyak inti radioaktif dalam bahan ( N ) dan λ. Secara matematis ditulis

    A = λ N  ….(1)

    Tetapan peluruhan λ memiliki harga berbeda untuk inti yang berbeda tetapi konstan terhadap waktu. Makin banyak inti yang meluruh per satuan waktu, makin besar A. Secara matematis dinyatakan oleh

    A = – dNdt ….(2)

    Tanda negative kita berikan karena Neutron berkurang terhadap waktu , sedang kita menginginkan atom berharga positif.

    Hukum peluruhan radioaktif

    N =  N0e-λt ….(3)

    Dengan N0 = banyak inti radioaktif saat t= 0

      N = banyak inti pada selang waktu t

       e = bilangan natural = 2,718…

      λ = tetapan peluruhan (satuan s-1)

    banyaknya inti induk dalam suatu contoh berkurang secara eksponensial terhadap waktu. Kita tidak dapat mengukur banyaknya inti radioaktif Neutron, tetapi kita dapat menyatakan dalam persamaan aktivitas, yaitu dengan menggalikan kedua ruasnya dengan λ sehingga memberikan

    λ N = λ N0e-λt ….(4)

    aktivitas radioaktif

    A = A0e-λt  ….(5)

    Dengan A0= aktivitas awal pada t= 0

     A = aktivitas setelah selang waktu t[7]

    Pada litosfer, banyak terdapat inti radioaktif yang sudah ada bersamaan dengan terjadinya bumi, yang tersebar secara luas dan disebut radionuklida alam. Radionuklida alam banyak terkandung dalam berbagai macam materi dalam lingkungan, misalnya dalam air, tumbuhan, kayu, bebatuan, dan bahan bangunan. Radionuklida primordial dapat ditemukan juga di dalam tubuh manusia. Radiasi dari sinar radioaktif memang dapat memberikan dampak yang buruk bagi tubuh, antara lain dapat terjadi mutasi gen karena akan terjadi perubahan struktur zat serta pola reaksi kimia yang merusak sel-sel tubuh makhluk hidup sehingga makhluk hidup dapat mengalami kecacatan fisik. [8]

    Selain itu, seseorang yang terkena radiasi akan merasa pusing, nafsu makan berkurang, diare, demam, berat badan menurun, kanker darah atau leukemia, denyut nadi meningkat, serta daya tahan tubuh berkurang yang dapat menyebabkan seseorang mudah terserang penyakit. Radiasi akan membunuh sel-sel saraf dan pembuluh darah dan dapat menyebabkan kejang dan kematian mendadak. Radiasi dengan kekuatan yang tinggi dapat membuat rambut menghilang dengan cepat. Dan radiasi dapat membuat seseorang mengalami kemandulan karena sistem reproduksi yang terganggu.

    Proses penyebaran partikel radioaktif dapat terjadi melalui udara, air dan tanah. Secara umum jenis radiasi yang terpancar dari bahan radioaktif baik pada fasilitas PLTN atau yang berhubungan dengan fasilitas nuklir lainnya dan keluar ke lingkungan terdiri dua tipe, yaitu paparan eksternal dan paparan internal. Tipe radiasi paparan luar (eksternal) atau paparan langsung yang terjadi melalui kontak dengan tubuh kita dari luar tubuh. Tipe radiasi paparan dalam (internal) yaitu paparan yang terjadi di dalam tubuh akibat zat atau partikel radioaktif terserap atau masuk kedalam tubuh baik lewat aktifitas pernafasan, makan atau minum keluar dari reaktor. [9]

    METODOLOGI EKSPERIMEN

    Praktikum ini bertujuan untuk menyelidiki karakteristik pancaran radioaktivitas beberapa zat radioaktif, menyelidiki dan membandingkan daya tembus sinar α, β, dan γ, menyelidiki kemampuan berbagai material (bahan) dalam menyerap radiasi, serta menyeldiki hubungan antara jarak sumber radioaktif dengan aktivitas sumber.

    Untuk melakukan kegiatan tersebut yang sesuai dengan tujuan, alat-alat yang dibutuhkan diantaranya tabung Geiger-Muller, Ratemeter, Komputer, sumber radioaktif, sampe holder, sejumlah bahan penyerap ( Pb dan Al) dengan ketebalan berbeda, serta mikrometer sekrup. Karena pada praktikum ini alat yang akan digunakan telah dirangkai, maka langkah yang paling awal untuk dilakukan adalah menyalakan komputer, menyalakan ratemeter dengan memutar tombol ratemeter dari posisi off ke posisi HV dan mengaktifkan program radiation detection pada komputer.

    Pada ratemeter, tombol pengatur tegangan diputar sampai diperoleh penunjukan tegangan 500 volt dan pada program radiation detection pilih com 1. Setelah melakukan pemilihan com, pilihlah count kemudian tekan enter. Untuk mengatur computer agar kembali pada posisi scaler, tekan esc pada keyboard. Tombol F1 dan F2 masing-masing berfungsi untuk mengisi waktu pencacahan ( 1 sekon atau 2 sekon) dan mengisi jumlah data yang diinginkan.

    Setelah semua yang dibutuhkan siap, langkah selanjutnya adalah melakukan kegiatan 1(mengenal aktivitas zat radioaktif) dengan cara meletakkan salah satu sumber radioaktif ( latar belakang, beta, dan gamma) pada rak sampel. Kemudian memutar tobol HV ke posisi count lalu tekan enter maka komputer akan merekam cacahan yang ada pada komputer. Tidak jauh berbeda dengan kegiatan 1, pada kegiatan 2 selain menggunakan sumber radioaktif ( alfa, beta dan gamma), juga digunakan bahan penghalang Pb dan Al. Bahan penghalang tersebut bertujuan untuk mengetahui daya tembus dari sumber radioaktif yang digunakan. Jika pada kegiatan 2 yang dimanipulasi adalah jenis penghalangnya, untuk kegiatan 3 yang dimanipulasi adalah  jarak penempatan sumber radioaktif pada rak sampel.

    HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISA DATA

    Hasil Pengamatan :

    Kegiatan 1 : Mengenal aktivitas zat radioaktif

    Gambar 2. Grafik histogram hubungan antara sumber radiasi dengan cps rata-rata

    Kegiatan 2 : Mengukur daya tembus sinar α,β, dan γ

    Jenis Penghalang Timah (Pb)

    Sumber radiasi       : Alfa

    Waktu paruh           : 138 d

    Aktivitas mula-mula : 0,1 µci

    Io= (0,1 x 10-6) x (3,7 x 1010 cps)

    Io= 3700 c

    Gambar 3. Grafik hubungan antara ketebalan timah dengan cps rata-rata

    Analisis Grafik

    y = mx + C

    m = 0,0399

    µ = m

    µ = 0,0399

    R² = 0,608

    R² = DK

    KR = 1 – DK

    Sumber radiasi       : Beta

    Waktu paruh           : 28,6 yrs

    Aktivitas mula-mula : 0,1 µci

    Io= (0,1 x 10-6) x (3,7 x 1010 cps)

    Io= 3700 cps

    Gambar 4. Grafik hubungan antara ketebalan timah dengan cps rata-rata

    Analisis Grafik

    y = mx + C

    m = 0,0396

    µ = m

    µ = 0,0396

    R² = 0,5058

    R² = DK

    KR = 1 – DK

    Sumber radiasi       : Gamma

    Waktu paruh           : 5,27 yrs

    Aktivitas mula-mula : 1 µci

    Io= (1 x 10-6) x (3,7 x 1010 cps)

    Io= 37000 cps

    Gambar 5. Grafik hubungan antara ketebalan timah dengan cps rata-rata

    Analisis Grafik

    y = mx + C

    m = 1,5844

    µ = m

    µ = 1,5844

    R² = 0,8405

    R² = DK

    KR = 1 – DK

    Jenis Penghalang Aluminium

    Sumber radiasi       : Alfa

    Waktu paruh           : 138 d

    Aktivitas mula-mula : 0,1 µci

    Io= (0,1 x 10-6) x (3,7 x 1010 cps)

    Io= 3700 cps

    Gambar 6. Grafik hubungan antara ketebalan timah dengan cps rata-rata

    Analisis Grafik

    y = mx + C

    m = 0,0631

    µ = m

    µ = 0,0631

    R² = 0,0864

    R² = DK

    KR = 1 – DK

    Sumber radiasi       : Beta

    Waktu paruh           : 28,6 yrs

    Aktivitas mula-mula : 0,1 µci

    Io= (0,1 x 10-6) x (3,7 x 1010 cps)

    Io= 3700 cps

    Gambar 7. Grafik hubungan antara ketebalan timah dengan cps rata-rata

    Analisis Grafik

    y = mx + C

    m = -1,3632

    µ = m

    µ = -1,3632

    R² = 0,9913

    R² = DK

    KR = 1 – DK

    Sumber radiasi       : Gamma

    Waktu paruh                       : 5,27 yrs

    Aktivitas mula-mula : 1 µci

    Io= (1 x 10-6) x (3,7 x 1010 cps)

    Io= 37000 cps

    Gambar 8. Grafik hubungan antara ketebalan timah dengan cps rata-rata

    Analisis Grafik

    y = mx + C

    m = -0,0787

    µ = m

    µ = 0,0787

    R² = 0,8733

    R² = DK

    KR = 1 – DK

    Kegiatan 3 : Hukum Kebalikan Kuadrat

    Tabel 1

    Hubungan Antara Jarak Sumber dan Aktivitas Sumber

    SumberD (cm)D2cps rata-ratacps rata-rata x D²
    Alpha1111,811,8
    391,210,8
    5251,537,5
    7491,783,3
    9811,6129,6
    Beta11255,0255,0
    3995,6860,4
    52546,91172,5
    74930,21479,8
    98120,41652,4
    Gamma1124,224,2
    3910,998,1
    5256,6165,0
    7494,5220,5
    9813,8307,8

    Grafik hubungan antara cps rata-rata dengan jarak sumber dari tabung GM

    Sumber radiasi alfa

    Gambar 9. Grafik hubungan antara jarak sumber dengan cps rata-rata

    Sumber radiasi beta

    Gambar 10. Grafik hubungan antara jarak sumber dengan cps rata-rata

    Sumber radiasi gamma

    Gambar 11. Grafik hubungan antara jarak sumber dengan cps rata-rata

    Plot hubungan antara cps rata-rata dengan kebalikan jarak kuadrat (1/D2)

    Sumber radiasi alfa

    Gambar 12. Grafik hubungan antara kebalikan jarak kuadrat dengan cps rata-rata

    Sumber radiasi beta

    Gambar 13. Grafik hubungan antara kebalikan jarak kuadrat dengan cps rata-rata

    Sumber radiasi gamma

    Gambar 14. Grafik hubungan antara kebalikan jarak kuadrat dengan cps rata-rata

    Plot hubungan antara cps rata-rata dengan  jarak sumber ke tabung GM menggunakan grafik logaritma

    Sumber radiasi alfa

    Gambar 15. Grafik hubungan antara jarak sumber dengan cps rata-rata

    Sumber radiasi beta

    Gambar 16. Grafik hubungan antara jarak sumber dengan cps rata-rata

    Sumber radiasi gamma

    Gambar 17. Grafik hubungan antara jarak sumber dengan cps rata-rata

    Pembahasan

    Percobaan kali ini yaitu Percobaan Aktivitas Zat Radioaktif dimana bertujuan untuk Menyelidiki karakteristik pancaran radioaktivitas beberapa zat radioaktif, menyelidiki dan membandingkan gaya tembus α, β, dan γ, menyelidiki kemampuan berbagai material (bahan) dalam menyerap radiasi, serta untuk menyelidiki hubungan antara jarak sumber radioaktif dengan aktivitas sumber. Percobaan ini dibagi atas tiga kegiatan yakni kegiatan pertama Mengenal Aktivitas Zat Radioaktif, kegiatan kedua Mengukur daya tembus sinar alfa, beta dan gam α, β, dan γ, dan kegiatan ketiga Hukum kebalikan kuadrat.

    Kegiatan pertama yaitu Mengenal Aktivitas Zat Radioaktif, dimana kita buatkan grafik histogram antara ketiga α, β, dan γ. Dari hasil plot histogram yang diperoleh dapat kita lihat bahwa aktivitas zat (bahan) yang paling aktif berturut-turut adalah β, γ dan α. Hal tersebut sesuai dengan teori yang ada.

    Kegiatan kedua yaitu Mengukur daya tembus sinar α, β, dan γ. Dimana pada kegiatan ini kita menggunakan dua jenis penghalang yaitu Pb dan Al dengan masing-masing ketebalan yang berbeda-beda serta 3 jenis sumber radiasi. Dari hasil analisis grafik hubungan antara ketebalan bahan dengan cps rata-rata yang diperoleh nilai koefisien daya tembus untuk setiap sumber radiasi, dimana untuk sumber radiasi α dengan jenis penghalang Pb sebesar sedangkan untuk jenis penghalang Al sebesar ; untuk sumber radiasi β dengan jenis penghalang Pb sebesar  sedangkan untuk jenis penghalang Al sebesar ; untuk sumber radiasi γ dengan jenis penghalang Pb sebesar  sedangkan untuk jenis penghalang Al sebesar . Adanya perbedaan antara hasil yang diperoleh dengan teori yang ada dimana secara teori daya tembus yang paling besar itu berturut-turut gamma, beta, dan alfa. Sedangkan hasil analisis grafik yang didapatkan berbeda dimana untuk jenis penghalang Pb daya tembus paling besar berturut-turut adalah beta, alfa, gamma; sedangkan untuk jenis penghalang Al daya tembus paling besar berturut-turut adalah gamma, alfa, beta. Hal demikian terjadi mungkin karena pada saat pengambilan data terjadi kesalahan-kesalahan yang dapat mempengaruhi hasil yang diperoleh.

    Pada kegiatan ketiga yaitu hokum kebalikan kuadrat dimana kita telah memplot grafik hubungan antara cps rata-rata dengan jarak sumber dari tabung G-M, hubungan antara cps rata-rata dengan kebalikan jarak kuadrat. Dari hasil plot tersebut didapatkan bahwa yang bersesuaian dengan hukum kebalikan kuadrat adalah beta dan gamma sedangkan alfa tidak. Dimana semakin besar jarak sumber radiasi, maka semakin kecil cps rata-ratanya. Hal tersebut berlaku untuk sinar beta dan gamma.

    SIMPULAN

    Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, maka dapat dismpulkan bahwa: karakteristik pancaran radioaktivitas beberapa zat itu berbeda-beda. Daya tembus yang diperoleh tidak sesuai teori yang ada yakni daya tembus yang paling besar berturut-turut, gamma, beta, dan alfa. Dimana kemampuan berbagai material dalam menyerap energy bergantung ketebalan bahan. Hubungan antara jarak sumber radioaktif dengan aktivitas sumber adalah berbanding terbalik disebut hokum kebalikan kuadrat dimana hanya berlaku pada sinar beta dan gamma saja sedangkan untuk sinar alfa tidak.

    REFERENSI

    [1]Subaer, dkk. 2014. Penuntun Praktikum Eksperimen Fisika I Unit Laboratorium Fisika Modern Jurusan Fisika FMIPA UNM.

    [2]http://bertiemargaretha.blogspot.com/2012/12/laporan-praktikum-radioaktivitas.html. Diakses pada tanggal 18 November 2014 di Makassar.

    [3] Kenneth S. Krane. 1992.Fisika Modern. Jakarta: UI-Press

    [4] Kenneth S. Krane. 1992.Fisika Modern. Jakarta: UI-Press

    [5]http://bertiemargaretha.blogspot.com/2012/12/laporan-praktikum-radioaktivitas.html. Diakses pada tanggal 18 November 2014 di Makassar.

    [6] Kenneth S. Krane. 1992.Fisika Modern. Jakarta: UI-Press

    [7] (http://atophysics.wordpress.com). Diakses pada tanggal 18 November 2014 di Makassar.

    [8] (http://atophysics.wordpress.com). Diakses pada tanggal 18 November 2014 di Makassar.

    [9]http://bertiemargaretha.blogspot.com/2012/12/laporan-praktikum-radioaktivitas.html. Diakses pada tanggal 18 November 2014 di Makassar.

  • Laporan Eksperimen Fisika Interferometer Michelson

    Interferometer Michelson

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Interferensi merupakan penggabungan dua gelombang atau lebih yang bertemu dalam satu titik ruang untuk membentuk gelombang yang baru. Suatu alat yang digunakan untuk mendeteksi pola interferensi yaitu interferometer. Interferometer bukan hanya digunakan sebagai pendeteksi pola interferensi, tetapi juga digunakan untuk menguji keberadaan eter. Salah satu jenis interferometer tersebut adalah interferometer Michelson.

    Percobaan Michelson pertama kali dilakukan pada abad ke-19 oleh Albert Abraham Michelson dan Edward Morley untuk membuktikan keberadaan eter yang saat itu diduga sebagai medium perambatan gelombang cahaya. Dalam eksperimen ini didapati tidak ada keberadaan dari eter tersebut.

    Pada percobaan interferometer Michelson dilakukan dengan cara meletakkan secara tegak lurus dalam sudut 90° pada posisi pergeseran cermin. Interferometer ini dibagi menjadi dua jenis yaitu interferometer pembagi muka gelombang dan interferometer pembagi amplitudo. Dalam perkembangan selanjutnya, interferometer Michelson ini dapat menentukan sifat-sifat gelombang lebih lanjut, misalnya dalam penentuan panjang gelombang cahaya tertentu, pola penguatan interferensi yang terjadi dan sebagainya.Sehingga, mengingat nilai guna eksperimen ini yang sedemikian luasnya, maka percobaan interferensi Michelson ini menjadi penting untuk dilakukan.

    Dari percobaan ini di simpulkan bahwa eter adalah zat yang tidak bermassa dan tidak tampak tetapi mengisi seluruh ruang dan berfungsi untuk merambatkan gelombang elektromagnetik, dimana cahaya adalah gelombang elektromagnetik. Percobaan interferometer Michelson ini masuk dalam interferensi konstruktif yaitu saling menguatkan.

    Interferensi satu berkas cahaya dapat dipandang sebagai sebuah gelombang dari medan listrik-magnetik yang berosilasi yang diperoleh dengan menjumlahkan gelombang-gelombang tersebut. Hasil penjumlahan itu akan memberikan intensitas yang maksimum disuatu titik, apabila di titik tersebut gelombang-gelombang itu selalu sefase. Agar pola interferensi yang misalnya berwujud lingkaran-lingkaran gelap-terang dapat terjadi, hubungan fase antara gelombang-gelombang di sembarang titik pada pola interferensi haruslah tetap sepanjang waktu, atau dengan kata lain gelombang-gelombang itu harus koheren.

    Syarat koheren tidak terpenuhi jika gelombang-gelombang itu berasal dari sumber-sumber cahaya yang berlainan, sebab setiap sumber cahaya biasa tidak memancarkan gelombang cahaya secara kontinu, melainkan terputus-putus

    Bab II. Kajian pustaka

    Interferensi ialah penggabungan secara superposisi dua gelombang atau lebih yang bertemu dalam satu titik di ruang. Interferensi gelombang dari dua sumber tidak teramati kecuali sumbernya koheren, atau perbedaan fase di antara gelombang konstan terhadap waktu. Karena berkas cahaya pada umumnya adalah hasil dari jutaan atom yang memancar secara bebas, dua sumber cahaya biasanya tidak koheren. Koherensi dalam optika sering dicapai dengan membagi cahaya dari sumber tunggal menjadi dua berkas atau lebih, yang kemudian dapat digabungkan untuk menghasilkan pola interferensi. Pembagian ini dapat dicapai dengan memantulkan cahaya dari dua permukaan yang terpisah.[1]

    Apabila dua gelombang yang berfrekuensi dan berpanjang gelombang sama tapi berbeda fase bergabung, maka gelombang yang dihasilkan merupakan gelombang yang amplitudonya tergantung pada perbedaan fasenya. Jika perbedaan fasenya 0 atau bilangan bulat kelipatan 360°, maka gelombang akan sefase dan berinterferensi secara saling menguatkan (interferensi konstruktif). Sedangkan amplitudonya sama dengan penjumlahan amplitudo masing-masing gelombang. Jika perbedaan fasenya 180° atau bilangan ganjil kali 180°, maka gelombang yang dihasilkan akan berbeda fase dan berinterferensi secara saling melemahkan (interferensi destruktif). Amplitudo yang dihasilkan merupakan perbedaan amplitudo masing-masing gelombang.[1]

    Suatu alat yang dirancang untuk menghasilkan pola interferensi dari perbedaan panjang lintasan disebut interferometer optik. Interferometer dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu interferometer pembagi muka gelombang dan interferometer pembagi amplitudo. Pada pembagi muka gelombang, muka gelombang pada berkas cahaya pertama di bagi menjadi dua, sehingga menghasilkan dua buah berkas sinar baru yang koheren, dan ketika jatuh di layar akan membentuk pola interferensi yang berwujud garis gelap terang berselang-seling. Di tempat garis terang, gelombang-gelombang dari kedua celah sefase sewaktu tiba di tempat tersebut. Sebaliknya di tempat garis gelap, gelombang-gelombang dari kedua celah berlawanan fase sewaktu tiba di tempat tersebut.

    Interferometer Michelson merupakan seperangkat peralatan yang memanfaatkan gejala interferensi. Prinsip interferensi adalah kenyataan bahwa beda lintasan optik (d) akan membentuk suatu frinji (Resnick, 1993). Pada tahun 1887,Albert A. Michelson (1852-1931) dan Edward W. Morley (1838-1932) mencoba mengukur aliran eter dengan menggunakan interferometer optis yang sangat peka yang dikenal dengan interferometer Michelson (Dadan Rosana,dkk.2003). jika benar bahwa ada eter, maka seharusnya seorang pengamat di bumi yang bergerak bersama eter akan merasakan adanya “angin eter”. Suatu alat yang cukup sensitif untuk mendeteksi adanya pergerkan eter telah dikembangkan oleh Michelson pada tahun 1881, dan disempurnakan kembali oleh Michelson-Morley pada tahun 1887. Hasil penelitian mereka  menunjukkan bahwa “tidak ada gerakan eter yang menuju eter yang terdeteksi. Dengan kata lain,  “eter itu tidak ada”.[3]

    GAMBAR 1. Perangkat pecoban interferometer Michelson

    Prinsip interferensi adalah kenyataan bahwa beda lintasan optik (d) akan membentuk suatu frinji. Gambar dibawah merupakan diagram skematik interferometer Michelson. Oleh permukaan beam splitter (pembagi berkas) cahaya laser, sebagian dipantulkan ke kanan dan sisanya ditransmisikan ke atas. Bagian yang dipantulkan ke kanan oleh suatu cermin datar (cermin 1) akan dipantulkan kembali ke beam splitter/kolimator yang kemudian menuju ke screen (layar). Adapun bagian yang ditransmisikan ke atas oleh cermin datar (cermin 2) juga akan dipantulkan kembali ke beam splitter, kemudian bersatu dengan cahaya dari cermin 1 menuju layar, sehingga kedua sinar akan berinterferensi yang ditunjukkan dengan adanya pola-pola cincin gelap-terang (frinji).[1]

    Diagram alat interferometer Michelson yang digunakan dalam percobaan ditunjukan pada gambar berikut:

    GAMBAR 2Perangkat alat interferometer Michelson dengan keterangan gambar (1) lensa, (2) cermin 1, (3) cermin 2, (4) layar.

    Dari gambar di atas seberkas cahaya laser menumbuk beam splitter/pembagi berkas cahaya. Beam splitter ini berfungsi memecah berkas sehingga 50% cahaya yang jatuh padanya dipantulkan dan 50% sisanya diteruskan. Berkas cahaya pantul bergerak menuju M2 dan berkas cahaya yang diteruskan bergerak menuju M1. Kedua cermin M1 dan M2 kemudian memantulkan kembali berkas-berkas cahaya tersebut kembali ke beam splitter. Setengah dari masing-masing berkas cahaya pantul dari M1 dan M2 kemudian di teruskan ke viewing screen, dan teramati pola lingkaran gelap-terang-gelap-terang konsentris. Oleh karena berkas cahaya interferensi bersumber dari berkas yang sama, maka berkas-berkas ini akan memiliki fase yang sama.[4]

    Perbedaan fase relatif pada saat bertemu bergantung pada panjang lintasan optiknya. Panjang lintasan optik berkas cahaya pantul dapat diubah dengan menggerakkan M1. Karena berkas cahaya bergerak dua kali antara M1 dengan beam splitter maka menggerakkan M1 sejauh ¼ l menuju beam splitter/pembagi berkas cahaya/kolimator akan mengurangi lintasan optik sebesar ½ l.[4]

    Pada kondisi ini, pola interferensi akan berubah, jari-jari maksimum berkurang dan akan menempati posisi minimal sebelumnya.[4]

    METODOLOGI EKSPERIMEN

    Pada percobaan Interferometer Michelson dilakukan dengan menggunakan serangkaian alat yang terdiri dari perangkat alat interferometer, sumber sinar laser dan laser aligment bench, yang disusun seperti pada gambar berikut:

    GAMBAR 3. Skema inerferometer Michelson

    Prinsip dari percobaan interferometer Michelson, yaitu seberkas cahaya monokromatik yang dipisahkan di suatu titik tertentu (beam splitter) sehingga masing-masing berkas dibuat melewati dua panjang lintasan yang berbeda, dan kemudian disatukan kembali melalui pantulan dari dua cermin yang letaknya saling tegak lurus dengan titik pembagi berkas tersebut. Setelah berkas cahaya monokromatik tersebut disatukan maka akan didapat pola interferensi akibat penggabungan dua gelombang cahaya tersebut.

    Pola interferensi itu terjadi karena adanya perbedaan panjang lintasan yang ditempuh dua berkas gelombang cahaya yang telah disatukan tersebut. Jika panjang lintasan dirubah dengan diperpanjang maka yang akan terjadi adalah pola-pola frinji akan masuk ke pusat pola. Jarak lintasan yang lebih panjang akan mempengaruhi fase gelombang yang jatuh ke layar. Bila pergeseran beda panjang lintasan gelombang cahaya mencapai λ maka akan terjadi interferensi konstruktif yaitu terlihat pola terang, namun bila pergeserannya hanya sejauh l/4 yang sama artinya dengan berkas menempuh lintasan l/2 maka akan terlihat pola gelap.

    Tujuan kedua dari percobaan ini yaitu Mengukur panjang gelombang sumber cahaya yang digunakan dalam percobaan. Untuk menentukan nilai panjang gelombang laser Aligment bench (laser merah) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:

    Yaitu dengan cara, menyiapkan perangkat alat  interferometer ,kemudian diberikan sumber cahaya. Sumber cahaya yang digunakan pada percobaan kali ini adalah laser Aligment bench (laser merah) dengan panjang gelombang 635.

    GAMBAR 4. Skema interferometer Michelson

    Memutar tombol mikrometer satu putaran berlawanan arah jarum jam sampai titik nol pada mikrometer sejajar dengan tanda indeks, mencatat penunjukan mikrometer pada posisi tersebut, menghitung jumlah frinji yang melewati tanda interferensi yang telah dibuat (minimal 20 frinji), mencatat dm.

    Mengingat setiap divisi kecil pada mikrometer sebanding dengan 10-6 meter pada jarak gerakan cermin, mencatat jumlah transmisi frinji N, melanjutkan memutar tombol mikrometer. Mencatat dm , mencatat data hasil pengamatan dalam tabel dan menghitung serta merata-ratakan nilai panjang gelombang yang diperoleh. Pengambilan data pada percobaan interferometer Michelson telah selesai maka laser dimatikan dan alat-alat yang telah digunakan dirapikan kembali seperti semula.

    HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISA DATA

    Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh data sebagai berikut:

    Nst mikrometer: µm

    TABEL 1. Hubungan antara Jumlah Frinji (N) dengan Pergeseran Cermin (dm)

    NoNdm (x 10-6) m
    120.007.00
    240.0014.00
    360.0020.00
    480.0027.00
    5100.0032.00
    6120.0038.00
    7140.0044.00
    8160.0050.00
    9180.0056.00
    10200.0063.00

    Analisis Data

    Menghitung panjang gelombang menggunakan persamaan:

    Dimana:   : Panjang gelombang (nm)

                 : Beda Lintasan Optik (m)

    N               : Jumlah Frinji

    Dengan Ketidakpastian panjang gelombang (.

    Menghitung Beda Lintasan Optik (dm)

    Menghitung Panjang Gelombang (

    Menghitung rata-rata Panjang Gelombang (

    Menghitung Ketidakpastian Panjang Gelombang 

    Ketidakpastian Panjang Gelombang (

     (4AP)

    Ketidakpastian Panjang Gelombang (

     (4AP)

    Ketidakpastian Panjang Gelombang (

     (4AP)

    Ketidakpastian Panjang Gelombang (

      (4AP

    Ketidakpastian Panjang Gelombang (

    (4AP

    Ketidakpastian Panjang Gelombang (

     (4AP)

    Ketidakpastian Panjang Gelombang (

     (4AP)

    Ketidakpastian Panjang Gelombang (

     (4AP)

    Ketidakpastian Panjang Gelombang (

     (4AP)

    Ketidakpastian Panjang Gelombang (

    (4AP)

    Percobaan kali ini yakni Percobaan Interferometer Michelson yang di mana bertujuan untuk memahami prinsip kerja/konsep interferometer Michelson, serta untuk mengukur panjang gelombang sumber cahaya yang digunakan dalam percobaan. Adapun prinsip kerja dari perangkat interferometer michelson yaitu  seberkas cahaya monokromatik menumbuk kolimator atau pembagi berkas sehingga masing-masing berkas dibuat melewati dua panjang lintasan yang berbeda, kemudian bertemu kembali melalui pantulan dari dua cermin yang letaknya saling tegak lurus dengan  titik pembagi berkas/kolimator tersebut.  Maka terbentuklah pola interferensi akibat penggabungan dua gelombang cahaya.

    Berdasarkan analisis data panjang gelombang yang diperoleh pada percobaan ini yakni dengan merata-ratakan 10 panjang gelombang maka didapatkan rerata panjang gelombang laser aligment bench sebesar 630 nm, dimana panjang gelombang tersebut mendekati panjang gelombang secara teori yaitu sebesar 620 nm-670 nm.. Sehingga rerata Kesalahan relative yang diperoleh dari tiap-tiap panjang gelombang tidak mendukupi 1 %, dan rerata derajat kebenarannya mencapai 99 %. Hal ini menunjukkan bahwa percobaan Interferometer Michelson yang telah dilakukan sudah sesuai dengan teori.

    SIMPULAN

    Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, bahwa pada percobaan Interferometer Michelson menggunakan prinsip kerja interferensi cahaya dimana diperoleh panjang gelombang laser aligment bench dari analisis data hasil percobaan sebesar λ = 630 nm sesuai dengan teori yaitu sebesar 620 nm-670 nm.

    REFERENSI

    [1] Tipler, P. A. 1991. Fisika Untuk Sains dan Tehnik Jilid 2. Erlangga: Jakarta.

    [2] Soedojo, P. 1992. Azas-azas Ilmu Fisika Jilid 3 Optika. Yogyakarta: Gajah MadaUniversity Press.

    [3] Daud Malago,Jasruddin.2005.Pengantar Fisika Modern. Makassar: Badan Penerbit UNM Makassar.

    [4]Subaer, dkk. 2014. Penuntun Praktikum Eksperimen Fisika I Unit Laboratorium Fisika Modern Jurusan Fisika FMIPA.

  • Laporan Praktikum Percobaan Franck-Hertz

    Praktikum Percobaan Franck-Hertz

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Tahun 1914, James Franck dan Gustav Hertz, keponakan Heinrich Hertz, bekerja bersama-sama di Institut Fisika Universitas Berlin. Keduanya berasal dari Hamburg dan saling mengenal satu sama lain ketika mengikuti perayaan hari mahasiswa (student days). Saat itu Hertz merupakan seorang asisten sedangkan Franck adalah seorang Privatdozent, yaitu ilmuwan yang memiliki hak untuk memberi kuliah, tetapi tidak memiliki jabatan guru besar.

    Keduanya secara khusus tertarik pada peristiwa ionisasi. Untuk dapat mengukur energi ionisasi ini, Franck dan Hertz membuat sebuah alat yang dapat mereka gunakan mempelajari ionisasi yang dihasilkan dalam atom-atom sebuah gas atau uap oleh elektron yang dipancarkan dari sebuah kawat panas melalui proses emisi termionik. Elektron ini kemudian dipercepat dalam sebuah medan listrik sehingga energinya dapat diketahui dengan baik. Untuk sebuah elektron dengan energi yang lebih kecil daripada energi ionisasi, Franck dan Hertz berharap tidak terjadi perpindahan energi antara elektron dan atom-atom. Sebaliknya, untuk energi yang lebih besar, mereka mengharapkan terjadinya kehilangan energi elektron yang besarnya sama dengan besar energi ionisasi. [2]

    Hasil eksperimen yang dilakukan berjalan sesuai dengan harapan. Mula-mula arus naik dengan kenaikan potensial U hingga tercapai sebuah nilai potensial Uo. Setelah potensial Uo ini tercapai, arus turun secara drastis tetapi arus ini segera meningkat kembali pada tegangan U = 2Uo, dan seterusnya. Nilai Uo yang dihitung oleh Franck dan Hertz adalah sebesar 4,9 V.

    Franck dan Hertz menjelaskan hasil ini sebagai berikut. Pada saat energi elektron lebih kecil dari Eo = eUo, elektron tidak dapat mengalami kehilangan energi dalam proses tumbukan dengan atom-atom raksa. Saat elektron mencapai grid, energi yang dimilikinya cukup besar untuk melawan medan yang timbul antara grid dengan elektrode luar. Pada tegangan yang sedikit lebih besar dari Uo, elektron mencapai nilai energi Eo sebelum sampai di grid. Pada kondisi ini, elektron akan kehilangan energi saat terjadi tumbukan, dan elektron tersebut tidak dapat lagi memperoleh energi yang cukup dari medan untuk melawan medan yang bersifat menolak dari luar grid. Oleh karena itu arus turun. Pada saat tegangan dinaikkan terus, peristiwa tumbukan akan terjadi lebih awal yaitu di daerah dekat kawat asal lepasnya elektron. Dengan demikian, setelah bertumbukan, elektron tersebut masih dapat memperoleh energi yang cukup untuk mencapai elektrode yang lebih luar. Akibatnya arus akan naik lagi dan akan turun kembali saat tegangan mencapai 2Uo, dan seterusnya. Berdasarkan hasil ini, Franck dan Hertz yakin bahwa nilai Eo ini merupakan nilai energi ionisasi atom-atom raksa.

    Dari eksperimen ini, Franck dan Hertz juga dapat menunjukkan bahwa energi Eo dapat dihubungkan  dengan frekuensi vo dengan menggunakan persamaan Eo = hvo, dimana h adalah konstanta Planck. Dengan demikian, keduanya tidak hanya berhasil menunjukkan bahwa energi kinetik elektron yang hilang akibat tumbukan dengan atom-atom raksa terjadi dalam bentuk kuanta energi Eo, tetapi mereka juga berhasil menunjukkan bahwa kuanta energi ini sama dengan energi cahaya yang dipancarkan oleh atom-atom yang sama jika interpretasi hipotesis kuantum cahaya Einstein diterima. Pada eksperimen kedua yang dilakukan oleh kolaborasi ini, mereka bahkan dapat menunjukkan bahwa mereka dapat mengeksitasi pemancaran sebuah spektrum dengan sebuah garis tunggal berfrekuensi vo dengan menggunakan elektron yang memiliki energi sedikit di atas Eo.

    Bab II. Kajian Teori

    Konsep atom Bohr mengatakan bahwa atom memiliki tingkat energi diskrit. Konsep Bohr ini diverifikasi melalui eksperimen Franck-Hertz yang dilakukan pada tahun 1914 dengan menembak atom yang terisolasi dengan elektron dan menunjukkan adanya energi diskrit elektron yang hilang bergantung pada karakteristik setiap elemen. Selanjutnya, mereka mampu menunjukkan bahwa penembakan elektron pada energi yang tepat akan menyebabkan emisi optik pada spektrum frekuensi yang sesuai dengan energi itu. Percobaan ini melibatkan sebuah tabung berisi gas bertekanan rendah yang dilengkapi dengan tiga elektroda: sebuah katoda memancarkan elektron, sebuah grid untuk percepatan, dan anoda. Anoda memiliki potensial listrik relatif sedikit negatif terhadap grid (meski pun positif dibandingkan dengan katoda), sehingga elektron harus memiliki setidaknya energi kinetik untuk mencapai anoda setelah melewati grid.

    Elektron-elektron meninggalkan katoda, yang dipanasi dengan sebuah filamen pemanas. Semua elektron itu kemudian dipercepat menuju sebuah kisi oleh beda potensial V yang dapat diatur. Elektron dengan energi V elektron volt dapat menembus kisi dan jatuh pada pelat anoda. Jika V lebih besar daripada Vo, suatu tegangan perlambat kecil Antara kisi dengan pelat katoda. Arus elektron yang mencapai pelat anoda diukur dengan menggunakan ammeter A. [3]

    Jika energi elektron dalam berkas kurang dari pemisahan energi keadaan tereksitasi pertama, maka tidak ada energi yang dialihkan dengan tumbukan elastis. Jika energi sama dengan atau lebih besar dari pemisahan, maka energi diserap oleh elektron menuju keadaan eksitasi dan terjadi tumbukan tidak elastis. Jika potensial ditingkatkan lagi dari drop pertama,arus akan mulai naik lagi hingga mencapai nilai ketika turun tajam lagi maka elektronmengalami dua tumbukan inelastic.

    GAMBAR 2. Hubungan mempercepat Potensial pada nilai Arus.

    Jika elektron masuk memiliki energi kinetik (EK) yang kurang dari perbedaan tegangan dengan tingkat energi merkuri (ΔE), maka menghasilkan tumbukan elastis terlihat pada gambar 3. Ini adalah kasus ketika EK lebih kecil 4,9 eV.

    Jika elektron memiliki EK sama dengan ΔE, atom merkuri menjadi dipercepat. Sebuah elektron dibangkitkan dan seluruh energi elektron dipindahkan ke atom seperti pada gambar 4. Secara implisit dianggap energi elektron dibentuk oleh energi kuantum yang unik. Atom bergerak tidak stabil dan dalam interval waktu singkat, jatuh pada keadaan bawah dengan mengemisikan foton.

    .Ketika EK elektron lebih besar dari ΔESebagai contoh, sebuah elektron dengan EK6 eV menumbuk atom merkuri 4,9 eV dan elektron tetap dengan 1,1 eV seperti pada gambar5. Maka elektron mengalami tumbukan elastis dengan atom merkuri lainnya sehinggakunduktivitas gas meningkat. [1]

    Sebuah atom dapat mengeksitasi ke tingkat energi di atas tingkat energi dasar yang menyebabkan atom tersebut memancarkan radiasi melalui dua cara. Salah satunya adalah melalui tumbukan dengan partikel lain. Sederetan eksperimen yang berdasarkan pada tumbukan dilakukan oleh Franck dan Hertz yang dimulainya pada tahun 1914. Eksperimen ini menunjukkan secara langsung bahwa tingkat energi atomik memang ada dan tingkat-tingkat ini sama dengan tingkat-tingkat yang terdapat pada spektrum garis.

    Franck dan Hertz menembaki uap berbagai unsur dengan elektron yang energinya diketahui dengan rangkaian eksperimen Franck-hertz. Perbedaan potensial kecil Vo dipasang diantara kisi dan keping pengumpul, sehingga setiap elektron yang mempunyai energi lebih besar dari harga minimum tertentu memberi kontribusi (sumbangan) pada arus I yang melalui ammeter. Kemampuan elektron untuk melewati grid dan mencapai anoda dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu:potensial pemercepat, potensial pelawan dan keadaan tumbukan antara molekul-molekul gas dalam tabung.

    Jika energi kinetik kekal dalam tumbukan antara elektron dan sebuah atom uap, elektronnya hanya terpental dalam arah yang berbeda dengan arah datangnya. Pada proses ini, atom hampir tidak kehilangan energi. Setelah energi kritis tercapai, arus keping menurun secara tiba-tiba. Tafsiran dari efek ini adalah bahwa elektron yang bertumbukan dengan atom memberikan sebagian atau seluruh energi kinetiknya untuk mengeksitasi atom ke tingkat energi di atas tingkat dasar. Tumbukan semacam ini disebut tak elastik, sebagai lawan dari tumbukan elastik yang berlangsung dengan energi kinetik kekal. [4]

    Tujuan eksperimen adalah untuk menentukan energi eksitasi atom argon.

    Bab III. Metode Praktikum

                Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah Perangkat Percobaan Franck-Herzt, Osiloskop , dan Probe Osiloskop. Langkah pertama untuk melakukan eksperimen Franck-Hertz yaitu memanaskan gas argon dengan filament voltage (V) sebesar 5,5 V, selama 1 jam.  Kemudian mengatur scanning dalam posisi manual setelah itu melakukan penyetelan arus plat pengumpul atau current multiple pada posisi 10-8 A setelah itu mengatur VG1 (Tegangan Grid 1) pada posisi 2,5 V, mengatur VG2 (Tegangan Grid 2) pada posisi 7,5 V dan mengatur VG3 (Tegangan Grid 3) pada posisi 70 V, kemudian Menghubungkan Channel 1 pada osiloskop ke X-Output pada perangkat Franck-Hertz dan Channel 2 ke Y-Output. Selanjutnya mengatur Channel 1 sebesar 5 V dan Channel 2 sebesar 10 mV pada osiloskop dan menggeser posisi scanning ke arah auto selanjutnya  mengatur scanning untuk menampilkan gambar yang baik dan yang terakhir menghitung tegangan dan arus listrik pada osiloskop.

    HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISA DATA

    GAMBAR 6. Grafik Eksitasi atom Argon hasil percobaan Frank-Hertz

    TABEL. Hubungan Antara Tegangan (volt) dengan Arus (Ampere)

    NO.Arus (A)Tegangan (V)
    16,01,0
    214,04,5
    321,08,0

    Analisis Perhitungan

    Hasil pengamatan

    Analisis Perhitungan

    Selisih tegangan antara ;

    Selisih tegangan antara ;

    Tegangan rata-rata;

    Jadi, Energi Eksitasi diperoleh:

    GAMBAR 7. Grafik hubungan tegangan (V) Volt dan Arus (A) amper pada percobaan Franck-Hertz.

    Pembahasan

    Percobaan yang dilakukan kali ini adalah Percobaan Franck-Hertz yang bertujuan untuk mengukur energi eksitasi atom Argon dimana prinsip kerja dari eksperimen ini yaitu ketika elektron dipanaskan dengan sebuah filamen pemanas maka elektron-elektron tersebut akan meninggalkan pelat katoda menuju pelat anoda dengan menembus sebuah kisi. Semua elektron yang akan menembus sebuah kisi akan dipercepat dengan beda potensial pemercepat Vp yang dapat diatur.  Jika tegangan (Vp) terus dinaikkan dari nol, maka makin banyak elektron yang akan mencapai pelat anoda, dan bersamaan dengan itu naik pula arus elektriknya yang ditandai dari makin menyimpangnya jarum galvanometer. Elektron-elektron di dalam tabung dapat menumbuk atom di dalam tabung tersebut (dalam hal ini digunakan atom Argon), namun tidak ada energi yang digunakan dalam tumbukan ini, jadi tumbukannya adalah elastik sempurna. Agar elektron dapat melepas energinya dalam suatu tumbukan dengan atom Argon, elektron harus memiliki energi yang cukup untuk menyebabkan atom Argon terkuantisasi ke suatu keadaan eksitasi. Dengan demikian apabila energi elektron sedikit lebih besar dari energy eksitasinya (atau ketika tegangan mencapai puncak pertama) maka elektron akan melakukan tumbukan tidak elastis dengan atom Argon, dan meninggalkan energi sebesar nilai eksitasi pada atom Argon, sedangkan elektron setelah terjadi tumbukan dengan atom Argon memiliki energi yang lebih rendah, tetapi setelah penurunan tegangan tersebut masih terdapat penyimpangan pada jarum galvanometer maka dapat disimpulkan bahwa elektron masih mempunyai energi untuk melewati kisi (tegangan penghalang) sehingga elektron masih dapat mencapai pelat anoda. Jadi, apabila telah mencapai nilai energy eksitasinya, akan terjadi penurunan arus. Bila tegangan (Vp) dinaikkan terus, arusnya akan naik kembali, dan kemudian akan turun lagi pada kelipatan dari energi eksitasinya, proses ini akan kembali sesuai dengan kelipatan energi eksitasi dan seterusnya, selain itu, jika tegangan (Vp) dinaikkan terus maka akan terjadi efek tumbukan jamak (multiple collisions). Artinya, apabila telah mencapai energi eksitasi  maka ia akan mengeksitasi atom Argon dan akan terjadi penurunan energi dari elektron, tetapi sisa energi dari elektron tersebut masih dapat digunakan lagi untuk mengeksitasi atom Argon. Berdasarkan analisis data percobaan ini diperoleh nilai energi eksitasi atom Argon sebesar |4,5 ± 2| Volt . Dengan demikian eksperimen ini memberikan kita suatu bukti langsung mengenai eksitasi elektron. Grafik (lampiran) memberikan gambaran tingkat-tingkat eksitasi dari elektron yang menunjukkan bahwa energi dari elektron itu bertingkat-tingkat (terkuantisasi) yang mengukuhkan kebenaran dari teori kuantum.

    SIMPULAN

    Pada Eksperimen Franck-Hertz diperoleh nilai eksitasi atom Argon sebesar |4,5 ± 2| Volt.

    REFERENSI

    [1]Anonim. 2014. http://eksperimen-Franck-Hertz.html . Makassar: diakses pada tanggal 1 November 2014.

    [2]Halliday, D dan Resnick, R. 1999. Physics(terjemahan Pantur Silaban dan Erwin Sucipto). Jilid 2. Edisi 3. Penerbit Erlangga: Jakarta

    [3]Krane, Kenneth S. 1992. Fisika Modern. Universitas Indonesia, Jakarta.

    [4]Subaer, dkk. 2014. Penuntun Praktikum Eksperimen Fisika I Unit Laboratorium Fisika Modern Jurusan Fisika FMIPA UNM.

  • Laporan Praktikum Efek Hall

    Berikut ini contoh laporan praktikum Efek Hall. Prakitkum termasuk dalam kajian Fisika Modern.

    Praktikum Efek Hall

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Efek Hall, ditemukan pada tahun 1879 oleh Edwin Herbert Hall pada saat sedang mengerjakan disertasi doktoralnya dalam bidang fisika dibawah bimbingan profesor Henry A. Rowland.  Hall bernalar jika arus dipengaruhi oleh medan magnet maka seharusnya terdapat “sebuah tekanan, listrik akan mengalir ke arah salah satu sisi kawat penghantar. Setelah melakukan eksperimen berkali-kali Hall akhirnya menemukan bahwa sebuah medan magnet akan mengubah arah garis ekuipotensial sebuah konduktor yang menghantar arus.

    Efek ini teramati sebagai sebuah tegangan yang Arahnya tegak lurus terhadap arus dalam konduktor. Gejala ini kemudian dikenal sebagai efek Hall. Hall melakukan eksperimennya dengan meletakkan sebuah lembaran emas tipis di atas sebuah pelat kaca kemudian merekat lembaran emas tersebut pada titik-titik yang terletak di bagian panjang lembaran emas itu. Eksperimen ini dilakukan dengan menggunakan berbagai jenis material selain lembaran emas, dan merekatkannya pada pelat kaca pada berbagai titik perekatan.

    Penyelidikan tentang efek Hall sulit dilakukan karena tegangan Hall yang dapat dihasilkan nilainya sangat kecil. Tetapi dengan kemajuan teknologi semikonduktor dan pengembangan berbagai jenis bahan semikonduktor paduan, akhirnya dapat dihasilkan tegangan Hall dengan nilai orde magnitudo yang jauh lebih besar dibandingkan tegangan Hall yang dihasilkan pada material-material sebelumnya [1].

    Dalam percobaan ini ada tiga kegiatan dilakukan  pertama untuk menentukan hubungan Antara arus Hall dan tegangan Hall, pada kegiatan ini arus magnetisasi menjadi variabel kontrol sedangakan arus Hall menjadi variabel bebas. Sebaliknya pada kegiatan kedua tujuannya adalah mengukur sensitivitas elemen Hall  Kh dari bahan semikonduktor GaAs dan pada kegiatan ketiga tujuannya adalah untuk menentukan kurva magnetisasi bahan baja silikon dengan elemen Hall, pada kegiatan kedua dan ketiga  yang menjadi variabel kontrol adalah arus Hall sedangkan yang menjadi variabel bebas adalah arus magnetisasi, data yang diukur adalah arus Hall, Tegangan Hall dan Kuat medan magnet.

    Bab II. Landasan Teori

    Gejala Efek Hall bisa dilihat apabila arus dialirkan pada suatu penghantar sekaligus menempatkannya dalam medan magnet secara tegak lurus, kemudian terjadi defleksi electron karena adanya medan magnet tersebut. Besamaan dengan hal tersebut muncul pula tegangan hall. Tegangan hall terjadi karena adanya gaya Lorentz pada pembawa muatan yang sedang bergerak dalam medan magnet. Tegangan hall akan menyebabkan medan hall (EH), sehingga gaya Coulomb yang ditimbulkan Fc = qE H ,
    berlawanan dengan F L .

    Harga R H (konstanta hall) juga bergantung pada jenis pembawa muatan dalam proses konduksi. Besarnya n (konstanta pembawa muatan) dapat dicari dengan : n =

    Eksperimen ini bertujuan untuk mempelajari besaran karakteristik suatu bahan semikonduktor melalui penentuan kuantitas-kuantitas fisis bahan yaitu koefisien Hall R H , resistivitas ρ dan pembawa muatan p
    atau n (hole dan elektron). Jika medan magnet B diletakkan tegak lurus pada suatu pelat logam
    (konduktor atau semikonduktor) dengan cara menempatkan plat tersebut diantara muka-muka kutub sebuah elektromagnet. Medan ini akan mengarahkan gaya pembelok F pada plat sebagaimana dirumuskan dalam il x B , yang menunjukkan ke arah kanan. Oleh karena gaya yang mengarah ke samping pada plat tersebut adalah disebabkan oleh gaya pembawa muatan, yaitu qv x B. Pembawa- pembawa muatan positif (hole) atau negatif (electrone) akan cenderung mengarah ke kanan ketika pembawa muatan ini hanyut (drift) sepanjang plat logam. Hal inilah yang menyebabkan beda-beda potensial kecil V di antara sumbu x dan y. Secara keseluruhan fenomena ini disebut dengan Efek Hall.

    Koefisien Hall :

    R_H=\frac{E_y}{j_xB}=\frac{U_H}{I}\frac{t}{B}

    Resistivitas ρ :

    ρ=\frac{E_x}{j_x}BR_H

    Pembawa muatan electron/hole :

    p=n=\frac{1}{eR_H}

    Dimana e, j, E, dan B besaran-besaran fundamental dan t, w, dan L adalah dimensi volum dari sampel (t x l x w).

    Bab III. Metode Praktikum

    Metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah melalui penentuan kuantitas-kuantitas fisis bahan yaitu koefisien Hall RH dan pembawa muatan p atau n(hole electron).

    A. Alat dan Bahan

    Eksperimen Efek Hall ini menggunakan Apparatus, yaitu INDOSAW SK006 Hall Effect Apparatus, yang terdiri dari :

    1. Power Supply untuk elektromagnetik dengan spesifikasi : 0-6 V, 5 A
    2. Power Supply (sumber arus konstan) spesifikasi : 0-20 mA
    3. Gaussmeter dengan probe hall
    4. Semikonduktor (kristal tunggal Ge) terdapat pada PCB
      • Kristal Ge : tipe-P
      • Tebal a : 0,5 mm
      • Lebar b : 4 mm
      • Panjang c : 6 mm
    5. Multimeter untuk mengukur tegangan hall (VH)

    B. Metode Praktikum

    Eksperimen Efek Hall ini dilaksanakan menggunakan prosedur sebagai berikut:

    1. Mengecek rangkaian yang sudah ada.
    2. Menyalakan power supply, constant current source, dan gaussmeter.
    3. Mengatur tombol pada power supply dan constant current source pada arus I=00 dan V=00 untuk menentukan zero point pada gaussmeter.
    4. Mengkalibrasi gaussmeter supaya skala gaussnya nol.
    5. Melakukan percobaan dengan variasi I dengan cara menentukan nilai tetap B pada gaussmeter dan mengubah-ubah nilai I pada constant current source.
    6. Melakukan percobaan dengan variasi B dengan cara menentukan nilai tetap I pada gaussmeter dan mengubah-ubah nilai pada gaussmeter dengan mengubah-ubah power suply.
    7. Mencatat hasil eksperiment dalam tabel pengamatan

    Bab IV. Hasil dan Pembahasan

    A. Hasil Pengamatan

    Tabel pengamatan dengan variasi medan magnet (B)

    t = 0,5 mm
    q = 1.6 x 10-19 C

    a. I = 9,35 mA

    NoB(x 104 T)VH(x 10-3 V)
    1.0,0200,0733
    2.0,0250,0736
    3.0,0300,0737
    4.0,0350,0738
    5.0,0400,0741
    6.0,0450,0746
    7.0,0500,075
    8.0,0550,0753
    9.0,0600,0757
    10.0,0650,0763

    b. I = 10,35 mA

    NoB(x 104 T)VH(x 10-3 V)
    1.0,0200,0823
    2.0,0250,0824
    3.0,0300,0825
    4.0,0350,0827
    5.0,0400,083
    6.0,0450,0835
    7.0,0500,084
    8.0,0550,0843
    9.0,0600,0847
    10.0,0650,0858

    c. I = 11,53 mA

    NoB(x 104 T)VH(x 10-3 V)
    1.0,0200,091
    2.0,0250,0914
    3.0,0300,0918
    4.0,0350,0925
    5.0,0400,0932
    6.0,0450,0935
    7.0,0500,0942
    8.0,0550,0947
    9.0,0600,0957
    10.0,0650,0958

    Tabel pengamatan dengan variasi I

    t = 0,5 mm
    q = 1.6 x 10-19 C

    a. B = 600 gauss = 0.06 T

    NoI(x 103 A)VH(x 10-3 V)
    1.0,001760,0136
    2.0,002420,0188
    3.0,003010,0224
    4.0,004120,0327
    5.0,005480,0425
    6.0,006310,049
    7.0,007440,059
    8.0,008120,0631
    9.0,009010,0718
    10.0,010330,0768

    b. B = 800 gauss = 0,08 T

    NoI(x 103 A)VH(x 10-3 V)
    1.0,001930,0153
    2.0,002520,0201
    3.0,003490,0274
    4.0,004030,0322
    5.0,005220,042
    6.0,006490,0513
    7.0,007580,0617
    8.0,008310,0678
    9.0,009080,0739
    10.0,010650,0837

    c. B = 1000 gauss = 0,1 T

    NoI(x 103 A)VH(x 10-3 V)
    1.0,001980,0166
    2.0,002510,0209
    3.0,003730,0295
    4.0,004320,0354
    5.0,005440,0449
    6.0,006730,0564
    7.0,007480,0624
    8.0,008810,0744
    9.0,009250,0779
    10.0,01020,0862

    Nilai konstanta hall dapat dihitung melalui persamaan :

    V_h=B_z\frac{IR_h}{t}

    Pada percobaan ini digunakan analisis regresi linear, dengan persamaan umum:

    y = bx + a

    Dimana:

    q = \frac{(Σy)(Σx^2)-(Σx)(Σxy)}{n(Σx^2)-(Σx)^2}

    B. Pembahasan

    Percobaan dilakukan dengan mengalirkan arus pada sebuah pelat semikonduktor dari germanium Kristal bertipe P. Maka pada pelat tersebut bekerja medan listrik yang kita anggap dengan arah sumbu x dan medan induksi magnetic dengan arah sumbu z. Arah medan magnet tegak lurus dengan arah arus yang menuju pelat semikonduktor, tegangan yang mengalir pada pelat berarah tegak lurus dengan arus serta magnet. Ketika muatan mengalir, medan magnet berarah tegak lurus dengan arah gaya pada muatan. Gaya magnet ini dipindahkan ke kawat yang dialiri arus oleh gaya yang mengikat elektron pada kawat dipermukaannya. Karena pembawa muatan itu sendiri mengalami gaya magnetik ketika kawat yang sedang menyalurkan arus itu berada dalam medan magnet luar, pembawa muatan itu dipercepat kearah salah satu sisi kawat. Akibatnya elektron dan hole dipisahkan oleh gaya dan menghasilkan listrik. Mula-mula arus I mengalir searah sumbu x. jika setelah multimeter dihubungkan diantara titik P dan P’ , ini tidak akan menunjukan hasil pembacaan apa-apa. Hal ini menandakan bahwa tidak ada perbedaan potensial antara kedua titik. Namun, ketika medan magnet diberikan sepanjang sumbu y artinya gaussmeter yang mula-mula 0 dinyalakan sehingga ada medan magnet yang bekerja yang tegak lurus dengan arah arus. Akibatnya, angka pada multimeter bergerak menandakan ada beda potensial antara titik P dan P’. Perbedaan potensial inilah yang disebut tegangan Hall (VH) .Karena arus mengalir sepanjang sumbu x positif maka elektron bergerak sepanjang sumbu x negatif. Gaya yang bekerja pada elektron yang diakibatkan oleh medan magnet B adalah qvxB.

    Jika arus dibawa oleh muatan pembawa positif yaitu hole, maka pembawa bergerak searah dengan arus. Gaya magnetik menyebabkan pembawa muatan positif maju ke sisi depan sedangkan sisi belakang pelat bermuatan negatif.

  • Laporan Praktikum Efek Fotolistrik

    Laporan Praktikum Efek Fotolistrik

    Efek Fotolistrik adalah eksperimen fisika yang dilakukan oleh Einstien. Eksperimen berhasil membuktikan sifat dualisme cahaya yang berlaku sebagai gelombang dan juga partikel karena dianggap memiliki momentum ketika menumbuk permukaan logam.

    Efek Fotolistrik

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Efek fotolistrik pertama kali ditemukan tahun 1887 oleh Heinrich Rudolf Hertz pada saat Hertz mengamati gelombang radio. Herzt menemukan bahwa terdapat perbedaan tagangan ketika dua buah elektrode terpapar sinar Ultraviolet. Sinar ultraviolet menjadi penyebab perbedaan tegangan dan menjadi sumber aliran elektron.

    Hubungan antara cahaya dan listrik (maka disebut fotolistrik) ini dijelaskan pada tahun 1902 oleh fisikawan Jerman lainnya, Philipp Lenard. Ia menunjukkan bahwa partikel bermuatan listrik terbebas dari permukaan logam ketika diterangi dan bahwa partikel ini identik dengan elektron, yang telah ditemukan oleh fisikawan Inggris Joseph John Thomson pada tahun 1897.

    Penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa efek fotolistrik merupakan interaksi antara cahaya dan materi yang tidak dapat dijelaskan oleh fisika klasik, yang menggambarkan cahaya sebagai gelombang elektromagnetik. Satu pengamatan yang tidak dapat dijelaskan adalah bahwa energi kinetik maksimum dari elektron yang dilepaskan tidak bervariasi dengan intensitas cahaya, seperti yang diharapkan menurut teori gelombang, tetapi sebaliknya proporsional dengan frekuensi cahaya. Yang ditentukan oleh intensitas cahaya adalah jumlah elektron yang dilepaskan dari logam (diukur sebagai arus listrik). Pengamatan membingungkan lainnya adalah bahwa hampir tidak ada jeda waktu antara kedatangan radiasi dan emisi elektron.

    Efek fotolistrik adalah fenomena terlepasnya elektron logam akibat disinari cahaya. Ditinjau dari perspektif sejarah, penemuan efek fotolistrik merupakan salah satu tonggak sejarah kelahiran fisika kuantum. Untuk merumuskan teori yang cocok dengan eksperimen, kita dihadapkan pada situasi dimana paham klasik yang selama puluhan tahun diyakini sebagai paham yang benar, terpaksa harus dirombak. Paham yang dimaksud adalah konsep cahaya sebagai gelombang tidak dirombak, fenomena efek fotolistrik tidak dapat dijelaskan secara baik.

    Paham yang baru yang mampu menjelaskan secara teoritis fenomena efek fotolistrik adalah bahwa cahaya sebagai partikel namun demikian, munculnya paham baru ini menimbulkan polemik baru. Penyebabnya adalah bahwa paham cahaya sebagai gelombang telah dibuktikan kehandalannya dalam menjelaskan sejumlah besar fenomena yang berkaitan dengan fenomena difraksi, interferensi, dan polarisasi. Sementara itu, fenomena yang disebutkan tadi tidak dapat dijelaskan berdasarkan paham cahaya sebagai partikel. Untuk mengatasi itu, para ahli sepakat bahwa cahaya memiliki sifat ganda yaitu sebagai gelombang dan sebagai partikel.

    B. Rumusan Masalah

    Rumusan masalah dalam eksperimen ini adalah

    1. Bagaimana perilaku cahaya sebagai gelombang menurut teori klasik? 
    2. Bagaimana perilaku cahaya sebagai partikel menurut teori kuantum?
    3. Berapa besar nilai konstanta Planck (h)?

    C. Tujuan Percobaan

    1. Untuk mengamati perilaku cahaya sebagai gelombang menurut teori klasik. 
    2. Untuk mengamati perilaku cahaya sebagai partikel menurut teori kuantum.
    3. Untuk menentukan konstanta Planck.

    Bab II. Landasan Teori

    Efek fotolistrik adalah fenomena terlepasnya elektron logam akibat disinari cahaya atau gelombang elektromagnetik pada umumnya. Elektron yang terlepas pada efek fotolistrik disebut elektron foto (Photoelektron). Fenomena ini pertama kali diamati oleh Heinrich Hertz (1886-1887) melalui percobaan tabung lucutan. Hertz melihat bahwa lucutan elektrik akan menjadi lebih muda jika cahaya ultraviolet dijatuhkan pada elektroda tabung lucutan (sebagai bahan elektroda digunakan logam natrium). Ini menunjukkan bahwa cahaya ultraviolet dapat melepaskan elektron dari permukaan logam atau sekurang-kurangnya memudahkan elektron terlepas dari logam. Pengamatan Hertz ini kemudian diselidiki lebih lanjut oleh P. Lenard sekitar 18 tahun. Kemudian pada tahun 1905 secara teoritis, Einstein berhasil menjelaskan fenomena ini.
     

    Gambar II.1 Set Percobaan Untuk Mengamati Efek Fotolistrik

    Skema percobaan untuk mempelajari efek fotolistrik disajikan pada gambar II.1. Peralatan utama terdiri atas plat logam, jendela, galvanometer, dan potensiometer. Plat logam A dan logam K ditempatkan dalam tabung kaca yang dihampakan. Penghampaan ini diperlukan untuk meminimalkan tumbukan antara elektron-foto dengan molekul-molekul gas. Sisi tabung yang berperan sebagai jendela terbuat dari bahan kuarsa, melalui jendela inilah berkas cahaya monokromatis ditembakkan ke plat K sehingga plat melepaskan elektron-foto. Galvanometer (G) digunakan untuk mendeteksi adanya arus listrik yang dihasilkan oleh elektron foto tersebut (sering kali disebut arus fotoelektrik). Potensiometer (hambatan geser) diperlukan untuk mengatur beda potensial antara plat A dan plat B.

    Cahaya monokromatis ditembakkan ke plat K yang potensialnya dibuat lebih positif terhadap plat A ternyata untuk cahaya dengan frekuensi tertentu, galvanometer (G) mendeteksi adanya arus listrik. Ini menunjukkan bahwa elektron-foto yang dipancarkan oleh plat K mampu mencapai plat A walaupun plat A memiliki potensial yang lebih negatif dari pada plat K. Ini juga berarti bahwa ketiak terlepas dari plat K elektron sudah memiliki tenaga kinetik yang cukup besar untuk menembus potensial penghalang yang dipasang antara plat K dan A. Untuk menghentikan gerakan elektron-foto (ditunjukkan dengan tidak adanya arus fotoelektrik yang melalui G), diperlukan potensial penghalang V tertentu. Beda potensial yang mampu menghentikan gerak elektron-foto tercepat ini disebut potensial penghenti (stopping potential), yang diberi lambang Vo.

    Cacah elektron-foto yang dilepaskan plat K bergantung pada intensitas cahaya. Msing-masing elektron-foto memiliki energi kinetik yang berbeda-beda. Jika elektron-foto tercepat sudah dapat dihentikan oleh potensial penghenti, elektron-foto lainnya otomatis juga dihentikan. Elektron kinetik elektron-foto tercepat dapat diketahui dari nilai Vo. Berdasarkan prinsip kekekalan energi dapat disimpulkan bahwa energi kinetik elektron-foto tercepat sama dengan eVo, dengan e menyatakan muatan elektron sama dengan 1,6 x 10-19 C. Jika energi kinetik elektron tercepat dilambangkan Kmax, maka :

    Kmaks = eVo …………….. (2.1)

    Dalam efek fotolistrik itu ditentukan fakta-fakta eksperimental sebagai berikut:

    1. Potensial pemberhenti Vo untuk bahan anoda tertentu tidak bergantung dari intensitas cahaya yang menyinari bahan anoda.

    Gambar II.2 Arus fotolistrik sebanding dengan intensitas cahaya untuk semua rentang potensial.  

    2. Potensial pemberhenti Vo bergantung dari frekuensi dari cahaya yang menyinari anoda. Dalam gambar di bawah ini lengkung Io terhadap Vo dibuat untuk keadaan dengan anoda yang sama, dan tiga frekuensi yang berlainan.

    Gambar II.3 Potensial pemberhenti Vo tergantung pada frekuensi cahaya yang datang

    3. Untuk satu macam bahan anoda lengkung potensial pemberhenti Vo sebagai fungsi frekuensi v cahaya, merupakan garis yang lurus. Ternyata ada satu frekuensi potong Vo (cut-of frequency) yang menjadi batas efek fotolistrik. Artinya bahwa cahaya dengan frekuensi di bawah harga Vo tidak akan menghasilkan efek fotolistrik berapapun intensitasnya. Setiap bahan anoda mempunyai Vo tersendiri.

    Gambar 2.4 Grafik hasil pengukuran potensial pemberhenti sebagai fungsi frekuensi untuk sodium (frekuensi ambang 4,39 x 1014 Hz)

    Bagian dari fakta eksperimental di atas tentang efek fotolistrik yang tidak dapat diterangkan dengan konsep gelombang tentang cahaya sebagai berikut :

    1. Bahwa Vo (jadi Ek) tidak bergantung dari intensitas cahaya. Menurut konsep gelombang kuat medan E dari cahaya berbanding lurus dengan √I dimana I adalah intensitas cahaya. Jadi bila E besar, tentunya gaya pada elektron dipermukaan anoda juga besar, karena F = eE 
    2. Bahwa di bawah frekuensi potong Vo elektron tidak lagi dapat dilepaskan dari permukaan logam. Menurut konsep gelombang, kuat medan E tidak bergantung dari frekuensi, sehingga asal intensitas cukup besar efek fotolistrik yang akan terjadi dan tidak bergantung pada frekuensi cahaya..

    Dengan demikian harus dicari penjelasan secara teoritis yang berpijak pada konsep gelombang cahaya. Untuk inilah maka kemudian Einstein mengemukakan postulatnya sebagai berikut :

    1. Cahaya itu terdiri dari paket-paket energi (foton) yang bergerak dengan kecepatan c 
    2. Bahwa apabila frekuensi cahaya adalah v maka energi foton adalah E = hf
    3. Dalam proses fotolistrik satu foton diserap sepenuhnya oleh elektron pada permukaan logam.

    Dengan menggunakan teori Planck Einstein menemukan gejala efek fotolistrik dengan persamaan :

    E = f = EKmaks + Wo ………… (2.2)

    Dengan EKmaks = energi kinetik maksimum

    Wo = fungsi kerja logam.

    Pada umumnya elektron memanfaatkan energi minimum Wo untuk melepaskan diri dari katoda, keluar beberapa energi maksimum EKmaks. Elektron yang mencapai anoda dapat diukur dengan arus fotoelektron. Akan tetapi daya menerapkan potensial balik Vs antara anoda dan katoda, arus fotolistrik dapat dihentikan. EKmaks dapat ditentukan dengan mengukur potensial balik minimum yang diperlukan untuk menghentikan fotoelektron dan mengurangi arus fotolistrik sehingga mencapai nol.
    Hubungan antar EK dan Potensial penghenti diberikan oleh :

    EKmaks = eVos …………… (2.3)

    Maka didapat persamaan Einstein :

    hf = eVo+ Wo …………… (2.4)

    Bab III. Metode Eksperimen

    A. Alat dan Bahan

    1. Digital Voltmeter (SE – 9589) 
    2. h/e Apparatus (AP – 936 8)
    3. h/e Apparatus Accessory Kit (AB – 9369)
    4. Mercury Vapor Light Source (OS – 9286)

    B. Cara Kerja

    Menyusun alat “h/e Apparatus” seperti yang diperlihatkan pada gambar berikut.


    Kegiatan Pertama

    1. Mengatur h/e Apparatus sehingga hanya 1 (satu) garis spectral (warna) yang jatuh pada mask fotodioda. 
    2. Meletakkan filter yang bersesuaian dengan warna spectrum pada White Reflective Mask.
    3. Meletakkan variable Transmission Filter di depan White Reflective Mask sehingga cahaya melewati bagian yang bertanda 100 % dan mencapai foto dioda.
    4. Mencatat tegangan DVM pada table yang disediakan. Menggerakkan variable Transmission Filter sehingga bagian berikutnya tepat pada cahaya datang. Mencatat VDM dan memperkirakan waktu pemuatan (recharge) setelah tombol discharge ditekan dan dilepaskan.
    5. Mengulangi langkah 3 sampai ke lima bagian filter telah diuji. Mengulangi seluruh langkah dengan warna kedua yang berbeda

    Kegiatan Kedua

    Percobaan ini bertujuan untuk menyelidiki hubungan antara energi, panjang gelombang dan cahaya. Dari hubungan tersebut konstanta Planck dapat ditentukan.

    1. Memeriksa lima jenis warna dari dua orde pada spectrum Mercury 
    2. Mengatur h/e Apparatus dengan hati-hati sehingga hanya satu warna dari orde pertama (orde paling terang) yang jatuh pada bukaan Mask fotodioda.
    3. Untuk setiap warna pada setiap orde, mengukur potensial penghenti dengan DVM dan mencatat hasilnya pada table yang diberikan. Menggunakan filter kuning dan hijau pada reflective Mask ketika pengukuran dengan cahaya kuning dan hijau dilakukan.
    4. Melanjutkan pengukuran untuk orde kedua, mengulangi seluruh proses di atas.

    C. Identifikasi Variabel

    1. Variabel Bebas/Manipulasi

    • Pada setiap kegiatan dalam Kegiatan Pertama baik untuk warna kuning dan hijau, yang menjadi variabel manipulasinya adalah persentase transmisi. 
    • Pada setiap kegiatan dalam Kegiatan Kedua baik untuk oerde pertama dan kedua, yang menjadi variabel manipulasinya adalah jenis warna (frekuensi dan panjang gelombang)

    2. Variabel Kontrol

    • Pada setiap kegiatan dalam Kegiatan Pertama yang menjadi variable kontrol adalah adalah jenis warna (frekuensi dan panjang gelombang)
    • Pada setiap kegiatan dalam Kegiatan Kedua variabel yang dikontrol adalah orde spectrum.

    3. Variabel Terikat

    • Pada Kegiatan Pertama dan Kegiatan Kedua yang menjadi variabel terikat adalah potensial penghenti.

    D. Defenisi Operasional Variabel

    Secara operasional defenisi setiap variabel yang diukur dalam eksperimen ini adalah:

    1. Potensial penghenti adalah nilai beda potensial maksimum yang terukur dengan menggunkan voltmeter digital
    2.  Persentase transmisi adalah besarnya persentase spektrum (intensitas) yang diteruskan menuju fotodioda 
    3. Frekuensi dan panjang gelombang adalah nilai frekuensi dan panjang gelombang yang digunakan yang nilainya ditentukan bedasarkan warna spektrum. 
    4. Orde yaitu pola spectrum ke-n yang terbentuk, dan merupakan kelipatan bilangan bulat mulai 1, 2, dan seterusnya

    Bab IV. Hasil dan Pembahasan

    A. Hasil Pengamatan

    Percobaan I. Hubungan Antara Intensitas terhadap potensial penghenti.

    Dari hasil pengamatan yang dilakukan diperoleh data yang ditunjukkan dalam tabel di bawah ini:

    Tabel 1. Hubungan antara Transmisi dan Potensial Penghenti (V) Pada Spektrum warna Kuning (5,187 x 1014 Hz)

    No% TransmisiPotensial penghenti (V)
    11000,580
    2800,535
    3600,507
    4400,470
    5200,386

    Tabel 2. Hubungan antara Transmisi dan Potensial Penghenti (V) Pada Spektrum warna Hijau

    No% TransmisiPotensial penghenti (V)
    11000,625
    2800,606
    3600,580
    4400,541
    5200,745

    Percobaan 2. Hubungan Antara Frekuensi terhadap potensial penghenti

    Tabel 3. Hubungan Antara Frekuensi Warna Orde Pertama terhadap Potensial Penghenti

    NoWarna Orde PertamaPanjang Gelombang (nm)Frenkuensi x 1014 HzPotensial Penghenti (V)
    1Kuning5785,186720,490
    2Hijau546,0745,489920,577
    3Biru435,8356,878581,024
    4Violet404,6587,408581,060
    5Ultraviolet365,4838,202641,150

    Tabel 4. Hubungan Antara Frekuensi Warna Orde Kedua terhadap Potensial Penghenti

    NoWarna Orde PertamaPanjang Gelombang (nm)Frenkuensi x 1014 HzPotensial Penghenti (V)
    1Kuning5785,186720,3925
    2Hijau546,0745,489920,640
    3Biru435,8356,878580,962
    4Violet404,6587,408581,016
    5Ultraviolet365,4838,202641,198

    B. Analisis Data dan Grafik

    1. Kegiatan Pertama (pengaruh persentase transmisi terhadap potensial penghenti pada setiap warna).
    a. Warna Kuning

    Grafik IV.1.Grafik hubungan antara persentase transmisi terhadap potensial penghenti untuk warna kuning

    b. Warna Hijau

    Grafik IV.2. Grafik hubungan antara persentase transmisi terhadap potensial penghenti untuk warna hijau

    2. Kegiatan Kedua (hubungan antara frekuensi dan potensial penghenti).
    a. Orde pertama

    Grafik IV.3.Hubungan antara frekuensi dengan potensial penghenti orde 1

    Dari grafik IV. 3. yang menyatakan hubungan antara V0 sebagai fungsi dari f diperoleh persamaan satu persamaan garis lurus yaitu
    y = 0,2348x – 0,7015 atau
    V0 = 0,2348 f – 0,7015
    dari persamaan dasar,
    hf = eVo+ Wo
    eVo = hf – Wo

    dari persamaan ini tampak bahwa kemiringan garis merupakan nilai dari h/e. Jika V0 merupakan potensial penghenti dalam satuan Volt dan frekuensi dalam satuan , maka nilai konstanta plank (h) dapat ditentukan dengan nilai muatan elektron (e) yang sudah ditetapkan, besar nilai h yaitu

    Titik potong terhadap sumbu x merupakan nilai frekuensi (f) ketika nilai potensial penghentinya (V0) adalah nol. Nilai frekuensi ini merupakan frekuensi ambang yaitu frekuensi ketika nilai V0 adalah nol. Besar nilai f0 adalah

    V0 = 0,2348 f – 0,7015

    Karena f0 merupakan frekuensi ambang yang memiliki satuan , maka besar nilai dari f0 adalah 2,9876 x . Sedangkan fungsi kerja W0 dapat ditentukan dari nilai perpotongan perpanjangan garis pada sumbu y, yaitu ketika nilai frekuensi sama dengan nol. Dari persamaan garis,

    V0 = 0,2348 f – 0,7015, dan dapat diperoleh bahwa nilai, sedangkan nilai potensial ambang (ketika nilai f0 = 0) dari persamaan garis,

    V0 = 0,2348 f – 0,7015

    adalah,

    V0 = – 0,7015 Volt.

    b. Orde kedua

    Grafik IV.4. Hubungan antara frekuensi dengan potensial penghenti orde 2

    Dari grafik IV. 4. yang menyatakan hubungan antara V0 sebagai fungsi dari f diperoleh persamaan satu persamaan garis lurus yaitu

    y = 0,2459x – 0,7894 atau

    V0 = 0,2459 f – 0,7894

    dari persamaan dasar,

    hf = eVo+ Wo

    eVo = hf – Wo

    dari persamaan ini tampak bahwa kemiringan garis merupakan nilai dari h/e. Jika V0 merupakan potensial penghenti dalam satuan Volt dan frekuensi dalam satuan , maka nilai konstanta plank (h) dapat ditentukan dengan nilai muatan elektron (e) yang sudah ditetapkan, besar nilai h yaitu

    Titik potong terhadap sumbu x merupakan nilai frekuensi (f) ketika nilai potensial penghentinya (V0) adalah nol. Nilai frekuensi ini merupakan frekuensi ambang yaitu frekuensi ketika nilai V0 adalah nol. Besar nilai f0 adalah

    V0 = 0,2459 f – 0,7894

    Karena f0 merupakan frekuensi ambang yang memiliki satuan , maka besar nilai dari f0 adalah 3,2102 x . Sedangkan fungsi kerja W0 dapat ditentukan dari nilai perpotongan perpanjangan garis pada sumbu y, yaitu ketika nilai frekuensi sama dengan nol. Dari persamaan garis,

    V0 = 0,2459 f – 0,7894,

    dan dapat diperoleh bahwa nilai, sedangkan nilai potensial ambang (ketika nilai f = 0) dari persamaan garis,
    V0 = 0,2459 f – 0,7894
    adalah,
    V0 = – 0,7894

    C. Pembahasan

    1. Pengaruh persentase transmisi terhada potensial penghenti.
    Dari grafik hubungan antara persentase transmisi untuk masing-masing warna diperoleh bahwa dengan bertambahnya persentase transmisi maka potensial penghenti akan semakin besar.

    Dapat dijelaskan bahwa berdasarkan hasil percobaan ini, tampak bahwa persentase transmisi sangat mempengaruhi potensial penghenti. Ini sangat mendukung teori gelombang. Persentase transmisi untuk setiap warna membawa satu panjang gelombang. Jika persentase transmisi diubah maka nilai panjang gelombangnya akan tetap, sedangkan yang berubah adalah intensitas, sehingga dengan mengubah nilai persentase transmisi maka sebenarnya yang di ubah adalah intensitas. Semakin besar persentase transmisinya maka akan semakin besar intensitas gelombangnya.

    Sedangkan besarnya potensial penghenti yang dimaksudkan adalah besar tegangan ketika nilai arus sama dengan nol. Seandainya dapat dilakukan pengukuran yang dapat memberikan grafik hubungan antara arus (I) terhadap tegangan katoda dan anoda (VAK) maka akan diperoleh gambaran grafik sebagai berikut.

    Ketika VAK = 0: arus tidak sama nol, ketika VAK > 0, arus naik sedikit kemudian konstan, dan kertika VAK < 0 arus akan turun. Ketika tegangan nnegatif mencapai harga tertentu, nilai nilai Percobaan yang dilakukan tidak cukup untuk menjelaskan bahwa nilai bahwa nilai intensitas tidak mempengaruhi. 2. Hubungan antara frekuensi terhadap potensial penghenti Dari hasil analisis data dari grafik diperoleh nilai-nilai seperti pada table IV.4 di bawah ini. Orde Persamaan garis Frekuensi ambang (f0) Fungsi Kerja (W0) Konstanta Plank (h) Pertama V0 = 0,2348 f – 0,7015 2,9876 x . Kedua V0 = 0,2459 f – 0,7894 3,2102 x . percobaan pertama untuk tabel 1, hubungan antara persen transmisi dengan potensial penghenti untuk spectrum warna kuning dan hijau adalah semakin besar persen transmisi untuk warna kuning dan hijau maka potensial penghentinya akan semakin besar. Pada tabel 2, yaitu hubungan antara warna spectrum dengan potensial penghenti, disini terlihat bahwa ultraviolet memiliki potensial penghenti yang tebesar dan kuning memiliki potensial penghenti yang paling kecil. Pada tabel 3, hubungan antara frekuensi dengan potensial penghenti. Pada orde pertama terlihat bahwa semakin besar frekuensi yang dimiliki oleh warna spectrum maka potensial penghentinya akan semakin besar pula. Begitu juga dengan warna untuk orde ke dua, semakin besar frekuensi maka potensial penghentinya semakin besar pula. Hasil dari percobaan 1,2 dan 3, menunjukkan bahwa potensial penghenti (Vo) bergantung dari frekuensi cahaya yang menyinari anoda dan potensial penghenti (Vo) untuk bahan anoda tertentu tidak bergantung dari intensitas cahaya yang menyinari bahan anoda. Dari percobaan 3, dapat diketahui konstanta Planck. Untuk orde pertama, nilai h = 5,486 x 10-34 Js dan untuk orde kedua, nilai h = 5,20 x 10-34 Js. Nilai orde 1 dan 2 berbeda dari konstanta Planck yang diperoleh secara teori yaitu h = 6,626 x 10-34 Js. Adanya perbedaan ini disebabkan karena kesalahan-kesalahan dari praktikan itu sendiri yang kurang teliti dalam melakukan percobaan, dan adanya kesalahan ini mungkin disebabkan dari alat itu sendiri. Dengan menganalisis grafik dapat diketahui nilai fungsi kerja untuk orde satu dan orde dua. Untuk orde 1, nilai W = 2,28 x 10-19 J dan untuk orde dua nilai W = 2,67 x 10-19 J. Hasil analisis ini menunjukkan kegagalan dari teori klasik yang menyatakan bahwa W bergantung dari intensitas cahaya. 

    Bab V. Penutup

    A. Kesimpulan

    Dari hasil pembahasan, maka kesimpulan dalam eksperimen ini adalah sebagai berikut 

    1. Potensial penghenti (Vo) untuk bahan anoda tertentu tidak bergantung dari intensitas cahaya yang menyinari bahan (kegagalan teori klasik). 
    2. Potensial penghenti (Vo) bergantung pada frekuensi ( f) dari cahaya yang menyinari anoda sehingga dapat disimpulkan bahwa energi kinetik cahaya tidak bergantung pada intensitas cahaya (teori kuantum). 
    3. Nilai konstanta Planck yang diperoleh dari percobaan ini adalah : Untuk orde pertama, h = 5,486 x 10-34 Js Untuk orde kedua, h = 5,20 x 10-34 Js 

    B. Saran

    Kerja sama yang baik antar sesama praktikan serta asisten sangat dibutuhkan agar praktikum dapat berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan bersama. 

    C. DAFTAR PUSTAKA 

    1. Beiser, Arthur.1983. Konsep Fisika Modern. Jakarta. Erlangga 

    2. Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika Jilid 2 edisi kelima (Terjemahan).Jakarta. Erlangga. 

    3. Halliday dan Resnik.1991. Fisika Jilid 2 (Terjemahan). Jakarta Erlangga 

    4. Sears dan Zemansky.1987. Fisika Untuk Universitas 3 Optika dan Fisika Modern (terjemahan). Jakarta. Binacipta. 

    5. Sears dan Zemansky. 1962. Fisika untuk universitas 2 listrik, magnet (terjemahan).Jakarta: Binacipta 

    6. Sears dan Zemansky, Fisika Untuk Universitas 3 “Optika dan Fisika Modern”. Jakarta, Binacipta 1987. 

    7. Sunardi dan Indra, Etsa. 2006. Fisika Bilingual Untuk SMA/MA kelas XII semester 1 dan 2. Bandung. Yrama Widya 

    8. Surya, Yohanes. 2001. Fisika itu Mudah edisi kedua SMU kelas 3. Tangerang. PT. Bina Sumber Daya MIPA. 

    9. Sutopo, 2000. Pengantar Fisika Kuantum. Malang. Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang. 

    10. Tim Eksperimen Fisika Modern. 2009. Penuntun Eksperimen Fisika Modern Program S2. Makassar. Laboratorium Fisika Unit Fisika Modern FMIPA UNM.

  • Laporan Praktikum Tetes Minyak Milikan

    Eksperimen tetes minyak Milikan adalan praktikum

    Tetes Minyak Milikan

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Elektron merupakan suatu dasar penyusun atom. Inti atom terdiri dari elektron (bermuatan negatif) dan proton (bermuatan positif). Pengukuran muatan elektron dilakukan oleh ilmuwan fisika Amerika Robert Milikan pada 1909 dan dipublikasikan pada tahun 1911. Pengukuran yang dilakukan Robert Milikan mampu mendapatkan nilai muatan untuk 1-150 ion dengan batas kesalahan kurang dari 0,3%. Metode pengukuran muatan listrik elektron oleh milikan adalah dengan membuat sebuah sistem/alat yang dibuat dengan medan listrik untuk mencegah tetesan minyak terjatuh karena gravitasi.

    Robert Millikan melakukan percobaan dengan menyeimbangkan gaya- gaya antara gravitas dan gaya listrik pada suatu tetes minyak yang ada diantara dua buah pelatkonduktor. Ketika minyak jatuh diudara akan mengalami percepatan kebawahynag disebabkan oleh gaya grafitasi dan pada saat yang sama gerak tetes minyak tersebut dihambat oleh gaya penghambat (gaya stokes). Menurut stokes, bila sebuah benda dilepaskan tanpa kecepatan awal didalam fluida, benda mula-mula akan mendapat kecepatan. Karena mendapat kecepatan maka benda akan bertambah besar pula, hingga mencapai keadaan stasioner.

    Percobaan Milikan dirancang untuk mengukur muatan listrik elektron dengan menyeimbangkan gaya gravitasi dan gaya listrik pada suatu tetes kecil minyak yang berada antara dua buah elektroda. Melalui eksperimen ini terbukti bahwa muatan elektron terkuantisasi secara diskrit, sebesar 1,602.10-19 Coulomb berdasarkan literatur.

    B. Tujuan

    1. Menentukan hubungan antara kecepatan tetesan minyak dengan medan listrik.
    2. Menentukan jari-jari dan massa tetesan minyak.
    3. Menentukan nilai muatan elektron dari sebuah minyak.

    Bab II. Kajian Pustaka

    Tetes minyak milikan adalah merupakan percobaan yang menunjukkan bahwa muatan electron bersifat diskrit yaitu gaya ke bawah pada tetes milikan (percepatan ke bawah) akan terhambat oleh suatu gaya stokes (gaya penghambat). “Percobaan ini dilakukan dengan menyeimbangkan gaya-gaya antara gaya gravitasi dan gaya listrik pada suatu tetes kecil minyak yang berada diantara dua buah pelat konduktor.”

    Robert Millikan melakukan percobaan dengan menyeimbangkan gaya- gaya antara gravitas dan gaya listrik pada suatu tetes minyak yang ada diantara dua buah pelat konduktor. Ketika minyak jatuh diudara akan mengalami percepatan kebawah ynag disebabkan oleh gaya gravitasi dan pada saat yang sama gerak tetes minyak tersebut dihambat oleh gaya penghambat (gaya stokes). Menurut stokes, bila sebuah benda dilepaskan tanpa kecepatan awal didalam fluida, benda mula-mula akan mendapat kecepatan. Karena mendapat kecepatan maka benda akan bertambah besar pula, hingga mencapai keadaan stasioner. Pada keadaan seperti ini dpat digambarkan hubungan antara gaya stokes dan gaya gravitasi berdasar persamaan berikut:

    w_g=F_s \ \ \ \ \ ...{(1)}
    mg=K.v_f \ \ \ \ \ ...{(2)}

    Dalam keadaan stasioner menjadi :

    F_c=F_g+F_s \ \ \ \ \ ...{(3)}
    Eq_e=mg + Kv_r \ \ \ \ \ ...{(4)}

    Dimana E merupakan kuat medan listrik. Secara umum didefinisikan bahwa kuat  medan listrik E di dalam ruang sebagai gaya elektrostatis yang bekerja pada satu satuan muatan di dalam ruang tersebut.

    Percobaan milikan disebut juga sebagai percobaan oil drop. Elektron mempunyai peran penting dalam mempelajari gejala kelistrikan kemagnetan. Dengan mengembangkan gaya-gaya gravitasi dan gaya listrik pada suatu tetes kecil minyak yang berada diantara dua plat elektroda, masing-masing plat berdiameter 20 cm dan terpisah sejauh 7,67 cm. Minyak diteteskan dengan tetesan kecil melalui dua plat logam dengan dua buah plat yang dapat menarik muatan listrik dari tetesan minyak pada palat bagian atas. Jika beda tegangan diatur agar mengimbangi gaya gravitasi pada tetes minyak, maka partikel-partikel minyak yang mengandung muatan akan melayang karena keseimbangan gaya tersebut. Pada keadaan ini gaya gravitasi sama dengan gaya elektrostatik, sehingga muatan dapat diketahui besarnya.

    Melalui banyak percobaan dengan tetes minyak milikan yang beragam maka secara umum muatan dapat diperoleh:

    q_e=mg\frac{v_f+v_r}{Ev_f} \ \ \ \ \ ...{(5)}

    Dimana besaran massa m dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan m=4/3πα3σ, sehingga persamaan di atas menjadi:

    q_e=\frac{4}{3}πα3σ\frac{v_f+v_r}{Ev_f}  \ \ \ \ \ ...{(6)}

    Muatan listrik Q di dalam suatu ruang, akan menyebabkan timbulnya mdan listrik did ala ruang tersebut, artinya setiap muatan lain Q yang berada di dalam ruang itu akan mengalami gaya elekstrotatik ” makin banyak Q makin kuat gaya F dan makin medan listrik yang ditimbulkan oleh Q tersebut.” Sehingga kuat medan listrik di dalam ruang, ditentukan oleh banyaknya muatan Q yang menimbulkan medan listrik tersebut, serta tergantung pada jaraknya dari muatan Q.

    Percobaan yang dilakukan oleh millikan dapat menyingkap secara meyakinkan bagiamana sifat muatan  listrik dan harga muatan suatu electron (en) maupun bilangan Avogadro (N) dalam satuan system internasional yaitu dengan persamaan:

    q_e =\frac{4}{3}πα3σ\frac{1}{\frac{b}{pa}}\frac{3}{2}{v_f+v_r}{Ev_f}  \ \ \ \ \ ...{(7)}

    Nilai dari bilangan Avogadro (N) adalah:

    N = 9,625×107(C/kgberat ekivalen) / e (C)…………………(8)

    en= muatan tetes minyak (Columb)

    Terbukti bahwa beberapa bintik minyak bermuatan listrik, karena efek  gesekan.  Bintik-bintik itu dapat pula memperoleh muatan jika udara dalam apara tersebut diionisasi oleh sinar X atau oleh secuil benda Radioaktif beberapa electron atau ion lalu bertumbukan dengan bintik-bintik minyak itu.

    Dari percobaan Millikan menyimpulkan qe = e merupakan kelipatan bilangan bulat dari nilai tertentu yaitu 1,6 x10−19 C dan tdak pernah didapatkan nilai qe = e kurang dari 1,6 x 10−19 C. Selanjutnya nilai 1,6 x10−19 C disebut muatan elementar (muatan elektron).

    Pada ekseperimen yang dilakukan di lakukan di laboratorium radiasi tets minyak disemprotkan melalui bagian atas dua keping sejajar (berupa lubang kecil). Sehingga akan ada minyak yang masuk ke dalam celah antara dua plat. Kemudian tetesan minyak di dalam plat diamati. Tetesan minyak yang ada di dalam plat akan bergerak-bergerak di dalam celah maka harus di amati salah satu titik(tetes) acuan. Dan titik acuan itu di amati kecepatanya untuk menempuh jarak sejauh x skala dalam t sekon. Dalam pergerakannya di celah antar plat partikel tetes mengalami 3 gaya yang berbeda yaitu gaya viskos, gaya gravitasi, dan gaya listrik. Dari persamaan ketiga gerak ynag mempengaruhinya maka akan didapatkan suatu persamaan untuk menghitung muatan elektron.

    Dengan menyusun alat seperti gambar berikut

    Bab III. Metode Prakikum

    A. Alat dan Bahan

    1. Sistem peralatan Millikan Drop Oil
    2. Power Supply tegangan tinggi
    3. Adaptor DC 12 Volt
    4. Mineral oil
    5. Micrometer Scrup
    6. Multimeter
    7. atomizer
    8. Stopwatch hp 5 buah
    9. Kabel penghubung/ banana plug secukupnya

    B. Prosedur kerja

    Praktikum Tetes Minyak Milikan
    1. Merangkai alat Millikan oil drop seperti gambar di bawah:
    2. Setelah peralatan siap, lampu halogen dihidupkan dengan terpasangnya adaptor DC 12 Volt.
    3. Mengatur teropong yang terdapat di samping Chamber Milikan untuk mengamati tetes minyak yang telah disemprotkan tersebut sedemikian sehingga dapat terlihat dengan jelas tetes-tetes minyak ketika diteteskan.
    4. Menghubungkan multimeter ke thermistor connectors dan mengukur hambatan dari thermistor.
    5. Memasukan minyak yang telah diketahui kerapatan jenisnya ke dalam atomizer.
    6. Memindahkan posisi Ionisasi Source Lever ke posisi Spray Droplet  untuk membiarkan udara keluar dari chamber.
    7. Menempatkan bibir atomizer ke dalam lubang lid dari droplet viewing chamber.
    8. Sementara mengamati melalui Viewing Scope, tekan atomizer dengan cepat dan kuat. Kemudian menekan kembali dengan lemah untuk mendorong tetesan minyak masuk ke dalam lubang Viewing Chamber.
    9. Memindahkan Ionisazation Source Lever ke posisi OFF ketika nampak tetesan minyak dalam Chamber.
    10. Mengamati salah satu dari beberapa tetes yang ada, kemudian menentukan waktu yang dibutuhkan untuk menempuh jarak 1,0 mm.
    11. Mengalirkan tegangan listrik pada dua keping pelat sejajar dengan mengatur power supply dengan tegangan 500 V dan merubah posisi plate charging switch dari ground menjadi positif sehingga dihasilkan medan listrik yang dapat menahan tetes minyak sehingga tetes bergerak melawan arah gravitasi.
    12. Menentukan waktu yang dibutuhkan untuk bergerak naik dan menempuh jarak1,0 mm.
    13. Memasukan hasil pengamatan ke dalam tabel pengamatan.

    Bab IV. Hasil dan Pembahasan

    A. Tabel Hasil Pengamatan

    a) Tanpa Tegangan (U = 0 V )
    No.L (m)t (s)
    11 x 10-310,51
    21 x 10-310,04
    31 x 10-310,07
    41 x 10-310,41
    51 x 10-311,22
    b) Dengan Tegangan (U = 500 V)
    No.L (m)t (s)
    11 x 10-306,30
    21 x 10-306,34
    31 x 10-306,36
    41 x 10-307,50
    51 x 10-307,52

    d : 7,62 mm
    RTermostat : 1,74 x 10-6 Ω
    g : 9,8 m/s2
    P : 1,01 x 105 Pa
    b : 8,20 x 10-3 Pa.m
    η : 1,884 x 10-5 kg/m
    NST Viewing Chamber : 0,1 x 10-3 m
    NST Stopswatch : 0,01 s
    U : 0 Volt, T : 30oC
    U : 500 Volt, T : 31oC

    B. Analisis Data

    1. Perhitungan Umum

    a. Menghitung kecepatan jatuh tetesan minyak

    Keceatan jatuh tetesan minyak dihitungan dengan persamaan

    v_f=\frac{x}{t}

    Kecepatan jatuh ditunjukkan pada tabel di bawah ini

    Data Kex(m)t (s)vf (m/s)
    10,1 x 10-310,519,51 x 10-5
    20,1 x 10-310,049,96 x 10-5
    30,1 x 10-310,079,93 x 10-5
    40,1 x 10-310,419,61 x 10-5
    50,1 x 10-311,228,91 x 10-5
    \bar {v_f} = \frac{\Sigma v_f }{n} = \frac{(9,51+9,96+9,93+9,61+8,91).10^{-5}}{5}=9,58.10 
    ^{−5}

    b. Menghitung kecepatan naik tetesan minyak

    Data Kex(m)t (s)vf (m/s)
    10,1 x 10-36,3015,87 x 10-5
    20,1 x 10-36,3415,77 x 10-5
    30,1 x 10-36,3615,72 x 10-5
    40,1 x 10-37,5013,33 x 10-5
    50,1 x 10-37,5213,30 x 10-5
    \bar {v_f} = \frac{\Sigma v_f }{n} = \frac{(15,87+15,77+15,72+13,33+13,30).10^{-5}}{5}=14,79.10 
    ^{−5}

    c. Menghitung Jari-Jari Tetesan Minyak

    a=\sqrt{\frac{b}{2p}}

       d.    Menghitung Massa Dari Tetesan Minyak

    e.  Menghitung Muatan Elektron

     

    2. Perhitungan Ralat

    a. Menghitung Kecepatan Jatuh Tetesan Minyak

     

             b.      Menghitung Kecepatan Naik Tetesan Minyak

     

     

           c.      Menghitung Jari-Jari Tetesan Minyak

     

          d.      Menghitung Massa Tetesan Minyak

     

    e. Menghitung Muatan Elektron

             
     

    4.3.Pembahasan

    Eksperimen tetes minyak milikan adalah salah satu eksperimen yang cukup akurat dalam menentukan muatan listrik elektron. Eksperimen ini digunakan untuk menunjukan bahwa muatan bersifat diskret. Sistem yang terdiri dari dua plat keping sejajar, minyak semprot, mikroskop, skala. Pengamatan dilakukan di ruang yang tertutup untuk memudahkan melihat buih tetes minyak karena ukurannya yang sangat kecil maka pengamatan dilakuakan dengan menggunakan mikroskop sehingga berkas akan terlihat jelas.

    Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk menentukan hubungan antara kecepatan tetesan minyak dengan medan listrik, menentukan jari-jari dan massa tetesan minyak dan menentukan nilai muatan elektron dari sebuah minyak.

    Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu, power supply 500 volt berfungsi sebagai sumber tegangan. Kabel banana berfungsi sebagai penghubung atau pengalir tegangan dari alat yang satu ke alat yang lain, multimeter sebagai voltmeter, besproad berfungsi sebagai tempat menancap atau sebagai pondasi dari supportproad. Supportproad berfungsi sebagai tiang untuk menopang plat froam apparatus, atomizer berfungsi sebagai alat pentetes mineral oil. Prinsip kerjanya yaitu dengan menekan dengan kuat atomizer dan menekan tidak kuat agar minyak terdorong kedalam chamber. Mineral oil sebagai bahan yang diamati, adaptor pengalir tegangan dari sumber tegangan PLN ke power supply, plat froam apparatus terdiri atas lampu halogen 12 volt, filing skop terdapat dua bagian, bagian dekat ujung berfungsi untuk memperjelas grafik yang ada pada bagian tengah filing skop, dan bagian dekat chamber berfungsi untuk memperjelas tetesan minyak., plating charging swit untuk mengubah apper kapasitor bisa menjadi bermuatan positif, chamber, lik, housing chamber, drokhole, apper kapasitor, spacer dan lower kapasitor.

    Pada Percobaan tetes minyak milikan ini jika tegangan listrik antara kedua plat, di beri tetesan minyak dan pada swit plating carging digerakkan kearah bawah yaitu menuju off maka tetesan minyak akan jatuh perlahan dengan kecepatan tetap. Namun ketika diberi tegangan listrik sedemikian rupa dengan diberi tetesan minyak dan pada swit pating carging digerakkan kearah atas yaitu pada posisi on sehingga menghasilkan  medan  listrik di antara kedua plat, gaya berat lebih kecil dari gaya elektrostatik yang diakibatkan oleh medan listrik, maka tetesan minyak yang jatuh dapat dihentikan atau bergerak naik.

    Dalam percobaan ini praktikan mengalami kesulitan dalam pengambilan data dikarenakan sulitnya menyemprotkan minyak dan mengamati tetes minyak tersebut. Minyak disemprotkan ke dalam plat sejajar dengan cara disemprotkan melalui celah sempit sehingga hanya sedikit tetes minyak yang lolos ke dalam pengamatan. Selain itu, kecerahan citra yang terlihat pada mikroskop sangat kurang (buram), sehingga praktikan kesulitan mengamati tetes minyak tersebut dan menyebabkan mata pengamat menjadi gampang lelah karena berakomodasi maksimum dalam waktu yang lama.

    Pada praktikum, tegangan sebesar 500 volt mampu mengubah arah gerak sehingga tetes minyak berada pada keadaan dinamis. Kecepatan tetesan minyak pada saat bergerak ke bawah adalah sebesar 9,58 x 10-5m/s, jari-jari tetes minyak 7,29 x 10-7 m  dengan besar massanya adalah 4,58 x 10-16 kg. Namun pada saat tegangan sebesar 500 Volt diberikan, tetes minyak milikan bergerak ke atas adalah sebesar 14,79 x 10-5 m/s.

    Berdasarkan analisa data yang kami peroleh, besarnya nilai muatan elektron dari tetesan minyak ini adalah sebesar 2,76 x 10-19 C. Nilai ini bisa tidak cukup jauh nilainya jika dibandingan dengan nilai muatan elektron dari literatur yang di peroleh oleh Robert Milikan yaitu sebesar 1,602 x 10-19 C.

    Adapun perbedaan nilai muatan antara literatur dengan hasil analisa data disebabkan karena kesulitan dalam melakukan pengamatan terhadap tetes minyak karena terkadang tetes minyak yang diharapkan sama sekali tidak terlihat oleh mata. Adapun tetes minyak yang terlihat kemungkinan terjadi ketidaktelitian dalam melakukan pengamatan.

    Bab V. Penutup

    A. Kesimpulan

    1. Hubungan antara kecepatan tetesan minyak dengan medan listrik yaitu ketika tegangan listrik menghasilkan medan listrik, maka medan listrik tersebut akan menghambat kecepatan tetesan minyak. Gaya berat minyak (gaya ke bawah) akan sama dengan atau lebih kecil dengan gaya elektrostatik (gaya ke atas) sehingga tetesan minyak yang jatuh dapat dihentikan atau bergerak naik.
    2. Rumus yang di gunakan untuk menghitung jari-jari tetesan minyak :
  • Makalah Sifat Fantasi Dalam Tinjauan Psikologi

    Sifat Fantasi

    Bab I. Pendahuluan

    Pada dasarnya psikologi mempersoalkan masalah aktivitas manusia. Baik yang dapat diamati maupun tidak secara umum aktivitas-aktivitas (dan penghayatan) itu dapat dicari beberapa kaidah hukum psikologi yang mendasarinya hukum-hukum tersebut, sehingga dengan demikian akan dapat memahami anak didiknya dengan lebih baik.

    Menurut John Amos Comenius, manusia mempunyai tiga komponen jiwa yang menggerakkan aktivitas jiwa raga manusia. Tiga komponen jiwa tersebut meliputi: saraf pertumbuhan, perasan, dan intelek. Karena itu dikatakan, bahwa manusia mempunyai tiga sifat dasar, yaitu:

    1. Sifat biologis (tumbuh-tumbuhan); sifat ini telah membuat manusia tumbuh secara alami dengan prinsip-prinsip biologis dengan menggunakan lingkungan.
    2. Sifat hewani; dengan adanya perasaan-perasaan hakiki, manusia mengalami desakan-desakan internal untuk mencari keseimbangan hidup. Melalui peralatan alat inderanya, manusia menjadi sadar dan menuruti keinginan-keinginan dan seleranya.
    3. Sifat intelektual; dengan sifat ini, manusia mampu menemukan benar atau salahnya sesuatu, dapat membedakan baik dan buruknya objek, serta dapat mengarahkan keinginan dan emosinya. Sifat intelektual manusia ini yang membedakan manusia dengan makhluk lain.

    Berfantasi atau berkhayal merupakan salah satu gejala pengenalan (kognisi), yaitu gejala-gejala yang terdapat dalam kejiwaan kita, sebagai hasil dari pengenalan. Berfantasi dapat menimbulkan daya imajinasi kita dalam menciptakan sesuatu yang belum ada, yakni susuatu yang baru.

    Setiap orang mempunyai dan mengalami fantasi yang berbeda-beda. Bahkan pada satu objek yang sama, tiap individu akan memiliki fantasi yang berbeda-beda. Misalnya sekelompok anak dihadapkan pada bola. Si A akan membayangkan bola itu sebagai dunia, sedangkan anak yang lain akan menfantasikan sebagai makanan. Fantasi juga menolong orang untuk memikirkan cara atau strategi menghadapi sesuatu hal yang akan datang. Misalnya, seorang siswa diminta membayangkan apa yang akan terjadi jika ia lulus atau tidak.

    B. Rumusan Masalah

    1. Apakah fantasi itu?
    2. Apa saja macam-macam fantasi itu?
    3. Bagaimana cara mengetahui fantasi?
    4. Apa faktor yang mempengaruhi fantasi?
    5. Apa Kegunaan dan Sisi negative dari fantasi?

    Bab II. Pembahasan

    A. Pengertian Fantasi

    Dari Wikipedia bahasa Indonesia online fantasi adalah yang berhubungan dengan khayalan atau dengan sesuatu yang tidak benar-benar ada dan hanya ada dalam benak atau pikiran saja. Kata lain untuk fantasi adalah imajinasi.

    Fantasi bisa juga merupakan sebuah genre yang menggunakan bentuk sihir dan supranatural sebagai salah satu elemen plot, tema dan seting dalam sebuah film. Genre fantasi secara umum dibedakan dengan genre sains fiksi yang lebih bertemakan ilmiah dan horor tentang hal yang mengerikan.

    Fantasi menurut Yanto Subiyanto (1980, hal.18) adalah kemampuan jiwa untuk membentuk tanggapan-tanggapan atau bayangan-bayangan baru. Hal senada juga dijelaskan oleh Bimo Walgito (1983, hal 99). Dengan fantasi manusia dapat melepaskan diri dari keadaan yang dihadapinya dan menjangkau ke depan, ke keadaan yang akan mendatang. Sedangkan menurut Julianto Simanjuntak (2007, hal. 108), fantasi (imajinasi) adalah kemampuan jiwa yang dapat membentuk satu tanggapan baru dengan pertolongan tanggapan yang lama.

    Fantasi dapat terjadi secara sadar ataupun tidak sadar. Fantasi secara sadar misalnya pada seorang pemahat arca yang membentuk arca berdasarkan fantasinya. Sedang fantasi tidak sadar biasanya dilakukan oleh anak kecil yang bercerita tidak sesuai dengan kenyataan, walau tanpa ada maksud untuk berbohong (Walgito, 1983, hal. 99).

    Abu ahmadi mendefinisikan, Fantasi (Khayalan, Angan-angan, Imagination) adalah kekuatan jiwa untuk menciptakan tanggapan baru dalam jiwa kita dengan pertolongan tanggapan-tanggapan yang telah dimiliki. Jadi, dengan kekuatan fantasi manusia dapat melepaskan diri dari keadaan yang dihadapinya dan mampu menjangkau ke depan, keadaan yang akan datang.

    B. Macam-Macam Fantasi

    Jenis-jenis fantasi menurut Bimo Walgito dalam bukunya dapat diuraikan sebagai berikut :Fantasi umumnya merupakan aktivitas yang menciptakan. Tetapi sekalipun demikian orang sering membedakan antara fantasi yang menciptakan dan fantasi yang dipimpin. Fantasi yang menciptakan yaitu merupakan bentuk atau jenis fantasi yang menciptakan sesuatu, misalnya seorang pelukis menciptakan lukisan berdasarkan atas daya fantasinya. Fantasi yang dipimpin yaitu bentuk atau jenis fantasi yang dituntun oleh pihak yang lain. Misalnya seseorang yang melihat film, orang ini dapat mengikuti apa yang dilihatnya dan dapat berfantasi tentang keadaan atau tempat-tempat yang lain dengan perantaraan film itu, sehingga fantasinya dituntun berdasarkan film.

    1. Fantasi disadari: fantasi yang terjadinya disadari oleh individu ybs. Misal: seseorang sedang berimajinasi tentang suatu kejadian untuk novelnya
    2. Fantasi yang tidak disadari: fantasi yang terjadinya tanpa disadari atau disengaja oleh ybs. Fantasi semacam ini terjadi pada anak-anak, yang kadang-kadang menimbulkan dusta semu pada anak ysb.
    3. Fantasi Aktif: Fantasi yang terjadi-nya melibatkan secara aktif gejala-geja-la jiwa lainnya seperti pikiran, kemauan, perasaan, dst.
    4. Fantasi Pasif: Fantasi yang terjadi-nya tidak melibatkan gejala-gejala jiwa lainnya secara pasif. Pada fantasi pasif seolah-olah kedasaran dibiarkan untuk tempat bermainnya daya fantasi.
    5. Fantasi Mencipta: Fantasi aktif yang mampu menghasilkan karya kreatif misalnya lagu, lukisan, cerpen, novel, dst.
    6. Fantasi Tuntunan: Fantasi aktif yang yang terjadinya dibawah tuntunan sesuatu misalnya fantasi yang timbul pada saat membaca novel, melihat film, mendengarkan lagu, dst.

    Fantasi dibagi menurut caranya orang berfantasi :

    1. Fantasi yang mengabstraksi Cara orang berfantasi dengan mengabstraksikan beberapa bagian sehingga ada bagian-bagian yang dihilangkan. Misal ada anak yang belum pernah melihat gurun pasir, maka untuk menjelaskan digunakan lapangan.
    2. Fantasi yang mendeterminasi Yaitu cara orang berfantasi dengan mendeterminasi terlebih dahulu. Misalnya seorang anak belum pernah melihat harimau, kemudian dikenalkan bahwa harimau adalah kucing yang besar. Maka dalam fantasinya akan muncul gambaran kucing besar sebagai harimau.
    3. Fantasi yang mengkombinasi Yaitu cara orang berfantasi di mana orang mengkombinasikan pengertianpengertian atau bayangan-bayang yang ada pada individu yang bersangkutan. Misal fantasi tentang ikan duyung, yaitu makhluk yang memiliki kepala wanita dan berbadan ikan (Walgito, 1983, hal. 100). Contoh lainnya adalah ingin membangun rumah dengan mengkombinasi model Eropa dengan atap model rumah Minangkabau.

    C. Tes Fantasi

    Ada berbagai macam test yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan individu dalam berfantasi. Macam-macam test itu adalah (Walgito, 1983, hal. 101) :

    1. Test TAT yaitu test yang berwujud gambar-gambar dan testee disuruh bercerita tentang gambar itu.
    2. Test kemustahilan yaitu test yang berbentuk gambar-gambar atau ceritacerita yang mustahil terjadi dan testee disuruh mencari kemustahilannya itu.
    3. Heilbronner Wirsma Test yaitu test yang berwujud suatu seri gambar yang makin lama makin sempurna.
    4. Test Rorschach yaitu test yang berwujud gambar-gambar dan testee diminta untuk menginterpretasikan gambar tersebut.

    D. Faktor yang Mempengaruhi Fantasi

    1. Kurang adanya penggunaan waktu kosong
    2. Adanya harapan-harapan/ cita-cita yang tinggi
    3. Adanya kesulitan pemecahan masalah
    4. Adanya Kelemahan pribadi
    5. Adanya perasaan pesimis terhadap masa depan

    E. Keguanaan Fantasi dan Sisi Negatif Fantasi

    a.       Kegunaan

    1. Dengan daya fantasinya, manusia mampu membuat karya kreatif.
    2. Dengan daya fantasinya, manusia dpt. masuk kedunia imajiner, misalnya pada saat membaca novel.
    3. Dengan fantasi pasif (melamun), manusia dapat menghibur dirinya sejenak (asal tak terus menerus)

    b.      Sisi Negatif Fantasi

    1. Fantasi pasif (melamun) tidak begitu merugikan asal hal itu dilakukan sebentar saja dan tidak sering terjadi.
    2. Jika melamun dijadikan kebiasaan, orang ybs.akan mengalami kesulitan jika menghadapi masalah di dunia nyata, bukan dunia imajiner.

    Bab III. Kesimpulan

    A. Kesimpulan

    Fantasi adalah yang berhubungan dengan khayalan atau dengan sesuatu yang tidak benar-benar ada dan hanya ada dalam benak atau pikiran saja (imajinasi).

    Macam-macam fantasi yaitu fantasi disadari, fantasi tidak disadari, fantasi aktif, fantasi pasif, fantasi mencipta dan tuntunan. Sedangkan fantasi menurut caranya orang berfantasi terbagi atas tiga yaitu fantasi yang mengabstraksi, mendeterminasi dan mengkombinasi.

    Fantasi dapat membuat orang kreatif dengan imajinasinya dan dapat menghibur namun jika terlalu lama berfantasi dapat berdampak buruk seperti mengalami kesulitan dalam menghadapi hal di dunia nyata.

    B. Saran

    Dari hasil penulisan makalah ini, pemakalah berharap kepada teman-teman mahasiswa atau mahasiswi untuk lebih banyak lagi membaca dibuku-buku lain agar memperoleh pengetahuan maupun khazanah yang luas tentang Psikologi khususnya “Fantasi”. Karena kami merasa bahwa makalah ini kurang sempurna.

    DAFTAR PUSTAKA

    Ahmadi, Abu. 1982. Psikologi Umum. Surabaya: PT. Bina Ilmu.

    Saliman, dan Sudarsono. 1994. Kamus Pendidikan Pengajaran dan Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

    Simanjuntak, Julianto. (2007). Perlengkapan Seorang Konselor : Catatan Kuliah dan Refleksi Pembelajar Konseling. Tangerang : LK3

    Subiyanto, Yanto dan Dedi Suryadi. (1980). Tanya Jawab Pengantar Psikologi. Bandung: Armico

    Walgito, Bimo. (1983). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM

    http://seonggokbarakehidupan.blogspot.co.id/2011/04/sifat-umum-aktivitas-jiwa-manusia.html

    http://rudiiskandarpksdprakamal.blogspot.co.id/2011/07/makalah-pisikologitentang-sifat-sifat.html

  • Makalah Media Pembelajaran Dua Dimensi Non Proyeksi

    Media Pembelajaran Dua Dimensi Non Proyeksi

    Bab I. Pendahuluan

    A.Latar Belakang Masalah

    Media pembelajaran yang merupakan sarana dan prasarana untuk menunjang terlaksananya kegiatan pembelajaran serta penunjang pendidikan dan pelatihan tentunya perlu mendapat perhatian tersendiri. Keberadaannya tidak dapat diabaikan begitu saja dalam proses pendidikan, khususnya dalam proses pembelajaran. Hal ini dikarenakan tanpa adanya media pembelajaran, pelaksanaan pendidikan tidak akan berjalan dengan baik.

    Perkembangan media ini mulanya  hanya dianggap sebagai alat bantu mengajar guru (teaching aids). Alat bantu yang dipakai adalah alat bantu visual, yaitu gambar, model, objek dan alat-alat lain yang dapat memberikan pengalaman konkrit dan motivasi belajar sehingga dapat mempertinggi daya serap dan hasil belajar siswa.

    Namun seiring dengan berjalannya waktu fungsi media menjadi sangat lah penting dalam proses pembelajaran dan itu disesuaikan dengan karakteristik siswa, yang mana fungsi media dapat meningkatkan minat dan kemampuan siswa, memilih waktu yang tepat, ketersediaan bahan dalam pembuatan media dan mempunyai mutu tehnis yang baik. Media pembelajaran memilki banyak jenis dan masing-masing memiliki karakteristik. Media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan atau isi pembelajaran, dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan siswa sehingga dapat mendorong proses pembelajaran.

    Media mempunyai fungsi yang sangat besar dalam kegiatan pembelajaran. Antara lain media dua dimensi, tiga dimensi dan media lingkungan. karena media media-media tersebut berfungsi sebagai perantara penyampai atau menyebarkan ide, gagasan, ataupun pendapat dalam belajar sehingga yang dikemukakan tersebut sampai pada penerima yang dituju. Sehingga dalam makalah ini akan di perjelas lagi tentang media pembelajaran berupa media dua dimensi, 3 dimensi dan media lingkungan.

    B. Rumusan Masalah

    1. Apa pengertian media dua dimensi?
    2. Apa saja Jenis-jenis Media Dua Dimensi?
    3. Bagaimana Karakteristik Media Dua Dimensi?
    4. Apa Saja Kelebihan dan Kekurangan Media Dua Diamensi?

    Bab II. Pembahasan

    A. Pengertian Media Dua Dimensi

    Kata “media” berasal dari bahasa Latin “medius”, yang secara harfiah berarti “perantara atau pengantar”. Dengan demikian, media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. Sedangkan Media pembelajaran secara adalah alat bantu proses belajar mengajar. Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan pebelajar  sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar.

    Sementara Media dua dimensi sendiri adalah sebutan umum untuk alat peraga yang hanya memiliki ukuran panjang dan lebar yang berada pada satu bidang datar. Media pembelajaran dua dimensi meliputi grafis, media bentuk papan, dan media cetak yang penampilan isinya tergolong dua dimensi.

     Media Dua Dimensi mempunyai nilai tertentu, yaitu memudahkan penyajian seperangkat metri tertentu, membangkitkan minat anak, keseragaman informasi, dapat dilakukan secara berulang, menjangkau semua bidang pelajaran. Guru di tuntut memiliki keterampilan dalam kegiatan pembelajaran, termasuk kemampuan memberi penjelasan, baik penjelasan pokok maupun penjelasan tambahan.

    Dari pengertian diatas, secara umum dapat dikatakan bahwa substansi dari media dua dimensi itu sendiri adalah bentuk saluran, yang digunakan untuk menyalurkan pesan, informasi atau bahan pelajaran kepada penerima pesan atau pembelajar dapat pula dikatakan  bahwa media pembelajaran dua dimensi adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan dalam lingkungan pembelajar yang dapat merangsang pembelajar untuk belajar

    B. Jenis-jenis media 2 dimensi

    Media pembelajaran dua dimensi meliputi grafis, media bentuk papan, dan media cetak yang penampilan isinya tergolong dua dimensi.

    1. Media grafis

    Media grafis adalah media visual yang menyajikan fakta, ide atau gagasan melalui penyajian kata-kata, kalimat, angka- angka, dan simbol/gambar. Grafis biasanya digunakan untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, dan mengilustrasikan fakta-fakta sehingga menarik dan diingat orang. Selain sederhana dan mudah pembuatannya media grafis termasuk media relatif murah ditinjau dari segi biayanya. Ada pun yaang termasuk kedalam media grafis antara lain :

    a. Grafik

    Sebagai suatu media visual, grafik adalah gambar sederhana yang menggunakan titik-titik, garis atau gambar. Fungsinya adalah untuk menggambarkan data kuantitatif secara teliti, menerangkan perkembangan atau perbandingan sesuatu objek atau peristiwa yang saling berhubungan secara singkat dan jelas.

    b. Diagram

    Diagramyaitu gambaran yang sederhana yang dirancang untuk memperlihatkan hubungan timbal balik yang biasanya disajikan melalui garis-garis simbol.

    c.       Bagan

    Seperti halnya media grafis yang lain, bagan termasuk media visual. Baganyaitu perpaduan sajian kata-kata, garis, dan simbol yang merupakan ringkasan suatu proses, perkembangan, atau hubungan-hubungan penting. Bagan Ada beberapa macam antara lain; bagan pohon (tree chart), bagan arus (flow chart) , bagan garis waktu (time line chart) dan Stream chart.

    d.      Sketsa

    Sketsayaitu gambar yang sederhana atau draft kasar yang melukiskan bagian-bagian pokok dari suatu bentuk gambar.

    e.       Poster

    Posteryaitu sajian kombinasi visual yang jelas, menyolok, dan menarik dengan maksud untuk menarik perhatian orang yang lewat.

    f.       Peta

    Pada dasarnya peta berfungsi untuk menyajikan data-data lokasi.

    2. Media bentuk papan.

    Media bentuk papan yang diringkas di sini terdiri dari papan tulis, papan tempel, papan flanel, dan papan magnet.

    a.       Papan Tulis

    Fungsi papan tulis adalah untuk menuliskan pokok-pokok keterangan guru dan menuliskan rangkuman pelajaran dalam bentuk ilustrasi, bagan, atau gambar.

    Keuntungan mengunakan papan tulis adalah: dapat digunakan di segala jenis tingkatan lembaga, mudah mengawasi keaktifan kelas, ekonomis, dapat dibalik.

    Kekurangannya adalah: memungkinkan sukarnya mengawasi aktivitas murid, berdebu, kurang menguntungkan bagi guru yang tulisannya jelek.

    b.      Papan tempel

    Papan tempel adalah sebilah papan yang fungsinya sebagai tempat untuk menempelkan pesan dan suatu tempat untuk menyelenggarakan suatu display yang merupakan bagian aktivitas penting suatu sekolah.

    Keuntungan menggunakan papan tempel adalah: dapat menarik perhatian, memperluas pengertian anak, mendorong kreativitas, menghemat waktu, membangkitkan rasa keindahan, dan memupuk rasa tanggung jawab.

    Kelemahan-kelemahannya adalah: sulit memantau apakah semua murid dapat memperhatikan, kemungkinan terjadi gangguan kenakalan, membosankan jika terlalu lama dipasang.

    Tugas guru berkaitan dengan papan tempel adalah: membimbing daya cipta anak, menyarankan ide-ide, memberikan petunjuk komposisi warna, memberikan penilaian. Tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh siswa adalah: mencari atau membuat bahan pelajaran, menentukan komposisi warna, memelihara penggunaan dan keutuhanya.

    c.       Papan flanel

    Papan flanel sering juga disebut sebagai visual board, adalah suatu papan yang dilapisi kain flanel atau kain yang berbulu di mana padanya diletakan potongan gambar-gambar atau simbul-simbul lain. Gambar-gambar atau simbul-simbul tersebut biasanya disebut item papan flanel. Kegunaan papan flanel adalah: dapat dipakai untuk jenis pelajaran apa saja, dapat menerangkan perbandingan atau persamaan secara sistematis, dapat memupuk siswa untuk belajar aktif.

    Keuntungan papan flanel adalah: dapat dibuat sendiri, item-item dapat diatur sendiri, dapat dipersiapkan terlebih dahulu, item-item dapat digunakan berkali-kali, memungkinkan penyesuaian dengan kebutuhan siswa, menghemat waktu dan tenaga.

    Kelemahannya adalah: pada umumnya terletak pada kurang persiapan dan kurang terampilnya para guru.

    Karena penyajiannya seketika, kecuali menarik perhatian siswa, penggunaan papan flanel dapat membuat sajian lebih efisien.

    d.      Papan magnet

    Papan magnet lebih dikenal sebagai white board atau magnetic board adalah sebilah papan yang dibuat dari lapisan email putih pada sebidang logam, sehingga pada permukaannya dapat ditempelkan benda-benda yang ringan dengan interaksi magnet. Papan magnet memiliki fungsi ganda, yaitu sebagai papan tulis dan sebagai papan tempel

    Keistimewaannya adalah: alat tulisnya khusus, tidak terkena debu, lebih mudah dipindah-pindahkan, meningkatkan perhatian dan semangat belajar siswa karena tulisan yang lebih terang. Dibandingkan dengan papan flanel, papan magnet memang lebih mahal.

    Namun kelebihannya adalah: daya rekat tempelan relatif lebih kuat sebagai akibat interaksi magnetik, simbol-simbol dapat dipindah-pindahkan tanpa mengangkat, lebih bergengsi.

    3.  Media cetak.

    Secara historis, istilah media cetak muncul setelah ditemukannya alat pencetak oleh Johan Gutenberg pada tahun 1456. Kemudian dalam bidang percetakan berkembanglah produk alat pencetak yang semakin modern dan efektif penggunaannya. Jenis-jenis media cetak yang disarikan di sini adalah: buku pelajaran, surat kabar dan majalah, ensiklopedi, buku suplemen, dan pengajaran berprogram.

    a. Buku pelajaran

    Buku pelajaran sering disebut buku teks adalah suatu penyajian dalam bentuk bahan cetakan secara logis dan sistematis tentang suatu cabang ilmu pengetahuan atau bidang studi tertentu.

    Manfaat buku pelajaran adalah: sebagai alat pelajaran individual, sebagai pedoman guru dalam mengajar, sebagai alat mendorong murid memilih teknik belajar yang sesuai, sebagai alat untuk meningkatkan kecakapan guru dalam mengorganisasi bahan pelajaran.

    Keuntungan penggunaan buku pelajaran adalah: ekonomis, komprehensif dan sistematis, mengembangkan sikap mandiri dalam belajar.

    Bukupelajaran hanya salah satu sumber pelajaran yang perlu diperlengkap dengan sumber lain seperti perpustakaan, observasi lingkungan dan lain-lain. Karena ilmu terus berkembang guru harus mencari bahan baru untuk hal-hal yang telah usang dan tidak berlaku lagi.

     b. Surat kabar dan majalah

    Surat kabar dan majalah adalah media komunikasi masa dalam bentuk cetak yang tidak perlu diragukan lagi peranan dan pengaruhnya terhadap masyarakat pembaca pada umumnya. Ditinjau dari segi isinya, surat kabar atau majalah dapat dibedakan menjadi surat kabar dan majalah umum dan surat kabar dan majalah sekolah.

    Fungsi surat kabar dan majalah adalah: mengandung bahan bacaan hangat dan aktual, memuat data terakhir tentang hal yang menarik perhatian, sebagai sarana belajar menulis artikel, memuat bahan kliping yang dapat digunakan sebagai bahan display untuk papan tempel, memperkaya perbendaharaan pengetahuan, meningkatkan kemampuan membaca kritis dan keterampilan berdiskusi. Langkah-langkah yang harus diambil guru agar surat kabar dan majalah berfungsi dengan baik adalah: membangkitkan motivasi membaca, memberi tugas-tugas yang kontekstual, tampilkan kliping-kliping siswa yang bagus agar menarik minat siswa yang lain, mengadakan diskusi dengan topik berkaitan dengan isi surat kabar dan majalah, memberikan penghargaan yang wajar atas karya para siswa.

    c. Ensiklopedi

    Ensiklopedi atau kamus besar yang memuat berbagai peristilahan ilmu pengetahuan terbaru akan menjadi sumber belajar yang cukup penting bagi siswa. Ensiklopedi merupakan sumber bacaan penunjang. Tugas guru adalah memberikan motivasi dan petunjuk yang tepat kepada siswa agar para siwa menggunakan ensiklopedi sebagai bacaan penunjang pelajaran.

    d. Buku suplemen

    Buku suplemen dapat berfungsi sebagai bahan pengayaan bagi anak, baik yang berhubungan dengan pelajaran maupun yang tidak. Buku suplemen dapat menambah bekal kepada anak untuk memantapkan aspek-aspek kepribadiannya. Yang termasuk buku suplemen adalah karya fiksi dan non fiksi. Keberadaan buku suplemen dapat memberikan peluang kepada anak untuk memenuhi minat-minat individual mereka. Melalui buku suplemen dalam format-farmat yang lebih kecil dan menarik anak-anak akan menambah perbendaharaan pengetahuan, keterampilan, dan sikap-sikap baru yang cukup menunjang kemantapan kepribadiannya. Misalnya, menambah rasa percaya diri sendiri, bagaimana menjadi pribadi yang menarik, atau belajar karate tanpa guru.

    e. Pengajaran berprogram

    Pengajaran berprogram adalah salah satu sistem penyampaian pengajaran dengan media cetak yang memungkinkan siswa belajar secara individual sesuai dengan kemampuan dan kesempatan belajarnya serta memperoleh hasil sesuai dengan kemampuannya juga. Menurut jenisnya, pengajaran berprogram dibedakan atas dua, yaitu program linier dan program bercabang. Dalam program linier, kegiatan dibagi menurut langkah-langkah, dan pada setiap halaman terdiri dari beberapa langkah. Pada setiap langkah ada bagian yang harus diisi oleh siswa sebagai tes. Penjelasan dan pertanyaan yang terdapat pada setiap langkah dibuat sedemikian rupa sehingga memberi peluang kepada siswa untuk menjawab secara benar. Di akhir program diadakan tes untuk menilai keberhasilan pencapaian tujuan program.

    Program bercabang juga dibagi-bagi menjadi langkah-langkah tertentu, tetapi tiap halaman hanya mengandung satu langkah baik penjelasan maupun pertanyaan. Pada bagian bawah halaman diberikan satu pertanyaan yang telah disediakan kemungkinan jawaban. Bila siswa memilih kemungkinan jawaban benar, ia tunjukkan untuk membuka halaman tertentu yang berisi kata-kata pujian bahwa jawabannya tepat dan memberi peluang melanjutkan ke langkah berikutnya. Tetapi jika jawaban masih kurang tepat, ia harus kembali ke halaman pertama. Sama halnya dengan program linier, pada akhir program bercabang juga diberikan tes.

    f. Komik

    Komik adalah suatu bentuk sajian cerita dengan seri gambar yang lucu. Buku komik menyediakan cerita-cerita yang sederhana, mudah ditangkap dan dipahami isinya, sehingga sangat digemari baik oleh anak-anak maupun orang dewasa. Menurut fungsinya, komik dibedakan atas komik komersial dan komik pendidikan. Komik komersial jauh lebih diperlukan di pasaran, karena: bersifat personal, menyediakan humor yang kasar, dikemas dengan bahasa percakapan dan bahasa pasaran, memiliki kesederhanaan jiwa dan moral, dan adanya kecenderungan manusiawi universal terhadap pemujaan pahlawan. Sedangkan komik pendidikan cerderung menyediakan isi yang bersifat informatif. Komik pendidikan banyak diterbitkan oleh industri, dinas kesehatan, dan lembaga-lembaga non profit.

    C. Karakteristik  Media 2 Dimensi

    Media dua dimensi merupakan salah satu pengelompokan media yang dilihat dari segi bentuknya. Dengan demikian media dua dimensi memiliki karakteristik atau ciri-ciri yang khas bila dilihat dari segi bentuknya.

    Media dua dimensi juga memiliki ciri-ciri khusus yang mana ciri-cirinya ini hanya dimiliki oleh media dua dimensi saja. Untuk lebih jelasnya berikut adalah karakteristik atau ciri-ciri khas media dua dimensi.

    Secara umum media dua dimensi memiliki ciri-ciri dimana media ini termasuk kedalam media visual yaitu media yang hanya mengandalkan indra penglihatan. Media dua dimensi yang pertamaadalah media grafis. Sebagaimana halnya media yang lain media grafis berfungsi untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan. Saluran yang dipakai menyangkut indra penglihatan. Pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi visual.

    Simbol-simbol tersebut perlu dipahami betul artinya agar penyampaian pesan dapat berhasil dan efisien. Selain fungsi umum tersebut, secara khusus grafis berfungsi pula untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat dilupakan atau diabaikan bila tidak digrafiskan.

    Selain sederhana dan mudah pembuatannya media grafis termasuk media yang relatif murah ditinjau dari segi biayanya.

    Media dua dimensi yang keduaadalah media bentuk papan. Media  ini pada umumnya digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi di depan kelompok kecil. Media papan disini meliputi papan tulis, papan flanel, papan buletin, dan papan magnet. Media papan yang paling sederhana dan hampir selalu tersedia adalah papan tulis.

    Media dua dimensi yang ketigaadalah media cetak. Media cetak merupakan media yang relatif murah dan banyak jumlahnya serta tersebar pada seluruh wilayah menjadi dambaan semua orang. Fungsinya tidak kalah dengan radio  dan televisi. Bahkan untuk kalangan tertentu, bahan bacaan (buku, jurnal, majalah, koran, manual instruction, brosur dan lain-lain) lebih menguntungkan, karena dapat dibaca ulang dan dijadikan bahan acuan ilmiah.

    D. Kelebihan dan kekurangan Media 2 Dimensi

    Media Dua Dimensi

    a. Media grafis

    Kelebihan Media Grafis :

    1. Dapat mempermudah dan mempercepat pemahaman siswa terhadap pesan yang disajikan.
    2. Dapat dilengkapi dengan warna-warna sehingga lebih menarik perhatian siswa.
    3. Pembuatannya mudah dan harganya murah.

    Kelemahan Media Grafis :

    1. Membutuhkan keterampilan khusus dalam pembuatannya, terutama untuk grafis yang lebih kompleks.
    2. Penyajian pesan hanya berupa unsur visual.

    b. Media papan

    Kelebihan:

    1. Bermanfaaat di ruang manapun tanpa harus adanya penyesuaian khusus.
    2. Pemakai dapat secara fleksibel membuat perubahan-perubahan sementara penyajian berlangsung.
    3. Mudah dipersiapkan dan materinya mudah digunakan.
    4. Fasilitas papan tulis atau white board selalu tersedia di ruang-ruang kelas.

    Kekurangan:

    1. Terbatas penggunaannya pada kelompok kecil.
    2. Memerlukan keahlian khusus dari penyajinya (apalagi bila memerlukan penjelasan verbal).
    3. Mungkin tidak dianggap penting jika dibandingkan dengan media-media yang diproyeksikan.
    4. Pada saat menulis di papan, guru membelakangi siswa, dan jika ini berlangsung lama tentu akan mengganggu suasana dan pengolaan kelas.

    c. Media cetak

    Kelebihan media cetak :

    1. Siswa dapat berhenti sewaktu – waktu untuk melihat sumber lain.
    2. Siswa dapat belanjar sesuai dengan kecepatan masing-masing.
    3. Media ini biasanya mudah dibawa.
    4. Instruktur dan siswa dapat dengan mudah mengulangi materi pelajaran.

    Kekurangan media cetak :

    1. Mencetak gambar atau foto berwarna biasanya memerlukan biaya yang mahal.
    2. Sukar menampilkan gerak dihalaman media cetak.
    3. Bahan cetak yang tebal mungkin dapat membosankan dan mematikan minat siswa untuk membacanya.
    4. Tanpa perawatan yang baik, media cetak akan cepat rusak, hilang atau musnah.

    a.    Contoh  Media 2 Demensi

    Contoh media Dua Dimensi urutan Planet dalam Tata Surya

    Bab III. Penutup

    A. Kesimpulan

    Media dua dimensi sendiri adalah sebutan umum untuk alat peraga yang hanya memiliki ukuran panjang dan lebar yang berada pada satu bidang datar. Media pembelajaran dua dimensi meliputi grafis, media bentuk papan, dan media cetak yang penampilan isinya tergolong dua dimensi.

    Media tiga dimensi ialah sekelompok media tanpa proyeksi yang penyajiannya secara visual tiga dimensional. Kelompok media ini dapat berwujud sebagai benda asli baik hidup maupun mati, dan dapat pula berwujud sebagai tiruan yang mewakili aslinya.

    Media Lingkungan yang ada di sekitar siswa adalah salah satu sumber yang dapat dimanfaatkan untuk menunjang kegiatan belajar secara optimal. Apabila Anda mengajar dengan menggunakan lingkungan tersebut sebagai sumber belajarnya maka hal itu akan lebih bermakna dan bernilai, sebab para siswa diharapkan dengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya, keadaan yang dialami sehingga lebih nyata, lebih faktual, dan kebenarannya lebih dapat dipertanggung jawabkan.

    Yang termasuk media dua dimensi diantaranya: Media Grafis : Grafik, diagram, batang, sketsa, poster, peta dan globe. Yang termasuk media papan diantaranya: Papan Tulis, Papan tempel, Papan flanel dan papan magnet. Dan yang ketiga yaitu media cetak, diantaranya: Buku pelajaran, Surat kabar dan majalah, Ensiklopedi, Buku suplemen, Pengajaran berprogram dan Komik.

    Yang termaksud kedalam media tiga dimensi diantaranya boneka, bendera, bola, anatomi manusia,tengkorak,daun,gigi,bola dunia,alat peraga yang permukaannya timbul seperti alat peraga gunung merapi, rumah atau apartemen,monas dan masi banyak lainnya

    Yang termaksud dalam media lingkungan adalah Lingkungan Alam  contohnya sumber daya alam disekitar seperti hewan, tumbuh tumbuhan , bendamati seperti batu dan lingkungan sosial contohnya struktur sekolah, struktur kecamatan dan masi banyak lagi lainnya

    Media merupakan suatu perantara (alat) untuk mencapai tujuan pembelajaran. Penggunaan media yang tepat dapat menunjang keberhasilan dalam proses pembelajaran. Media dua dimensi mempunyai kelebihan dan kelemahan. Oleh karena itu guru harus dapat memilih media yang sesuai dengan bahan pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan baik dan lancar.

    DAFTAR PUSTAKA

    Arief Sadiman, dkk, Media Pendidikan pengertian,  pengembangan dan pemanfaatannya, Jakarta: Rajawali, 2007

    Arif ,Sadiman, Media Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 1996.

    Arsyad, Azhar. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2003.

    Abdul Hamid, dkk, Pembelajaran Bahasa Arab, Malang: Uin-Malang Press, 2008

    Cecep Kustandi dan Bambang Sutjipto, Media Pembelajaran Bogor: Ghalia Indonesia, 2003

    Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2007,

    H Anderson, Ronald. Pemilihan dan Pengembangan Media untuk Media Pembelajaran. Jakarta: CV. Rajawali. terj. Yusufhadi Miarso. 1987.

    Nana sudjana, Media Pengajaran, Bandung: Cv Sinar Baru, 2005.

    Nasution. Media Teknologi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2000.

    Rodhatul Jenah, Media Pembelajaran, Banjarmasin: Antasari Pres, 2009,

    Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, (Jakarta: Gaung Persada Pres, 2008)

    http://adhelisnarin.blogspot.com/2013/12/media-dua-dimensi.html

    Media Pembelajaran Tiga Dimensi

  • Makalah Tata Graha Hotel – Housekeeping

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang 

    Sektor pariwisata Indonesia dalam Pembangunan Nasional telah menjadi salah satu sektor industri yang sangat menunjang bagi pemerintah dalam meningkatkan devisa negara. Hal ini disebabkan karena sektor migas yang semakin terbatas keberadaannya, sehingga mendorong Indonesia untuk lebih menekankan pembangunan dibidang kepariwisataan sebagai salah satu sektor non–migas.

    Dilihat dari lajunya pembangunan kepariwisataan di Indonesia, pemerintah telah berupaya untuk membenahi diri dengan cara membangun dan melengkapi sarana dan prasarana pariwisata yang ada pada setiap daerah yang menjadi tempat tujuan wisata.

    Tujuan pembangunan ini diadakan untuk meningkatkan penerimaan devisa, memperluas dan meratakan lapangan kerja serta meningkatkan kesejahteraan rakyat, baik yang menyangkut aspek pembangunan produk wisata maupun aspek pemasaran pariwisata yang ada dengan mengoptimalkan sumber daya manusia yang profesional dan handal. Pengertian tujuan tersebut menjelaskan bahwa keberadaan pariwisata di Indonesia tidak akan berjalan lancar apabila tidak didukung oleh sumber daya manusia yang handal, profesional dan bertanggung jawab. Selain itu pembangunan kepariwisataan juga diarahkan untuk pengenalan dan pemasaran produk nasional.

    Beberapa komponen seperti industri jasa transportasi, jasa komunikasi, jasa usaha perjalanan wisata, jasa hiburan serta jasa pelayanan makanan dan minuman turut memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan pariwisata. Salah satu komponen lain yang tak kalah penting adalah industri jasa perhotelan. 

    Industri jasa perhotelan melayani pengadaan tempat atau kamar untuk bermalam dan juga pengadaan makanan dan minuman. 

    Dengan adanya hotel maka setiap wisatawan asing ataupun domestik yang datang ke daerah tujuan wisata tidak perlu merasa khawatir mengenai tempat mereka akan menginap. Setiap hotel mempunyai bagian untuk menunjang jalannya operasional hotel supaya berjalan baik dan lancar, salah satunya Tata graha (Housekeeping), yang bertugas memberikan pelayanan kenyamanan dan kebersihan seluruh ruang hotel.

    Bab II. Pembahasan

    A. Pengertian Hotel

    Kata Hotel berasal dari bahasa Perancis yaitu hostel artinya “tempat penampungan buat pendatang” atau “bangunan penyedia pondokan dan makanan untuk umum”. Oleh sebab itu, keberadaan hostel untuk menyediakan kebutuhan masyarakat sebagai tempat tinggal sementara. Hostel inilah cikal bakal hotel yang ada sekarang ini.Hotel merupakan pendukung dari beberapa kegiatan sektor pariwisata yang menyadiakan sarana akomodasi dan tempat pertemuan antara wisatawan dan pelaku industri.

    Hal ini sesuai dengan Surat  Keputusan Menteri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi No.KM 94/HK 103 tentang Ketentuan Usaha dan Pengolongan Hotel tanggal 24 Desember 1987 yang  menyatakan bahwa : “Hotel adalah salah satu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan yang menyediakan jasa penginapan, makanan dan minuman serta jasa lainnya bagi pengunjung yang dikelola secara komersil serta memenuhi ketentuan persyaratan yang ditetapkan“. 

    B. Pengertian Tata graha (Housekeeping) hotel

    Housekeeping atau tata graha berasal dari bahasa inggris, yaitu house dan to keep yang berarti memelihara atau menjaga. Housekeeping juga dapat diartikan sebagai rumah tangga. Jadi housekeeping Department adalah bagian dari hotel yang bertanggung jawab atas kebersihan, kerapian, dan kenyamanan kamar (guest room), ruangan umum, restoran, bar, dan outlet lainnya.

    Fungsi Housekeeping dalam hotel sangat penting demi kelancaran penyiapan dan pemeliharaan kebersihan kamar karena pendapatan hotel yang paling besar berasal dari penyewaan kamar maka dengan demikian tata graha atau housekeeping harus diperhatikan dengan baik agar para tamu betah tinggal di hotel.

    Housekeeping memiliki areal tugas dan tanggung jawab yang dapat meningkatkan kinerja dan pelayanan sehingga memberikan kepuasan paad tamu serta meningkatkan kemajuan hotel dengan menciptakan rasa nyaman, kebersihan, kerapian dan penataan kamar yang baik.

    Mengingat tanggungjawab housekeeping sangat besar menyangkut kemajuan tamu maka petugas housekeeping dibagi kedalam kelompok-kelompok atau seksi-seksi agar pekerjaannya dapat berjalan dengan baik. Selain itu petugas housekeeping juga dituntut memiliki wawasan yang luas dan terampil serta professional dalam bekerja.

    Pentingnya bagian housekeeping ini tampak pada tamu-tamu yang merasa puas dengan kebersihan, kerapian, kelengkapan kamar sehingga tamu akan betah untuk tinggal dihotel karena tamu merasa senang telah diperhatikan keperluannya. Oleh sebab itu tata grah atau housekeeping menjadi sorotan utama yang harus diperhatikan untuk menarik simpati para tamu. 

    C. Tugas dan Tanggung jawab Housekeeping 

    Tugas dan Tanggunjawab Housekeeping saling berhubungan demi menciptakan kinerja yang baik sehingga semua pekerjaan dapat berjalan dengan lancer dan mencapai tujuan utama yaitu tamu merasa puas akan pelayanan yang diberikan.

    Tugas bagian tata graha atau Housekeeping:

    1. Menciptakan suasana hotel yang bersih, menarik nyaman, dan aman.
    2. Memberikan pelayanan dikamar dengan sebaik-baiknya kepada tamu supaya tamu merasa puas saat berkunjung maupun menginap di hotel.
    3. Memilih dan menentukan cleaning equipment dan cleaning material yang sesuai dengan kebutuhan.
    4. Mengusahakan terbinanya kerja sama antar semua department yang ada di hotel.
    5. Penyiapan, penataan, dan pemeliharaan kamar.
    6. Bertanggung jawab atas pemeliharaan kebersihan seluruh outlet dan ruangan umum hotel.

    Tanggungjawab housekeeping antara lain meliputi:

    1. Ruang tamu (guest room)
    2. Gang (corridor)
    3. Restoran dan Banguet (Restaurant dan Benguet hall)
    4. Toilet umum
    5. Ruang kantor
    6. Toilet karyawan
    7. Locker karyawan 
    8. Taman didalam dan diluar ruangan 
    9. Kolam renang
    10. Ruang laundry
    11. Kantor-kantor manajemen
    12. Ruang lena dan ruang jahit
    13. Halaman parker

    D. Ruang Lingkup Housekeeping

    Ruang Lingkup Housekeeping adalah semua bagian area yang berkaitan dengan housekeeping yang berhubungan dengan kerapian dan kebersihan dan kerapian meliputi:

    1. Penyediaan perlengkapan kamar ataupun ruangan umum, alat pembersih, dan pakaian seragam karyawan hotel yaitu sesuatu yang menyangkut kegiatan dalam hal pengaturan lena, pakaian seragam karyawan, alat-alat yang diperlukan kamar, sarana sanitasi ruangan umum.
    2. Kamar hotel meliputi seluruh bagian yang berkaitan dengan kegiatan keindahan, kerapian, kebersihan, serta kelengkapan kamar mulai dari kamar mandi, kamar tidur, dan ruangan didalam kamar.
    3. Ruangan umum yang menyangkut seluruh area hotel yang bberkaitan dengan kebersihan seperti toilet umum, restoran, koridor dan lain-lain.

    2.5 Seksi-seksi dalam housekeeping

    Bagian yang bertugas memelihara kebersihan, kerapian, kelengkapan kamar-kamar tamu, restorant, bar dan tempat-tempat umum dalam hotel, termasuk tempat-tempat untuk karyawan, kecuali tempat yang menjadi tanggung jawab steward. Misalnya kitchen area, dishwashing area, garbage area. Adapun House Keeping dibagi menjadi beberapa seksi antara lain:

    a. Room Section Floor/Area Section

    Seksi ini bertanggung jawab atas penyiapan dan kebersihan kamar tamu yang dikerjakan oleh seorang Roomboy/Maid.

    b. Maintenance section (seksi perbaikan dan pemeliharaan alat di housekeeping).

    Seksi ini bertugas dalam memperbaiki dan memelihara peralatan hotel yang dikerjakan oleh bagian engineering.

    c. Linen & Uniform 

    Bagian yang menangani linen-linen yang digunakan di kamar-kamar tamu maupun fasilitas yang ada di food & beverage serta mengurus pakaian seragam dari seluruh pegawai hotel.

    d. Recreation

    Seksi yang bertugas dalam menyediakan peralatan rekreasi untuk tamu.

    e. Publik Area

    Seksi ini bertanggung jawab atas kebersihan seluruh area umum seperti Lift, Corridor, Main Entrance dan lai-lain.

    f. Store section

    Yaitu seksi yang menangani pergudangan, penyimpanan, dan pengeluara, barang-barang tata graha, seperti alat pembersih, bahan pembrsih dsb.

    g. Laundry, seksi yang mempunyai tanggung jawab untuk menyediakan linen-linen yang bersih untuk keperluaan kamar, restauran dan meeting room, menyediakan seragam bersih bagi karyawan dan membersihkan pakaian tamu yang kotor.

    h. Linen dan Uniform, seksi yang bertanggung jawab untuk mengelola sirkulasi dan penyediaan seluruh linen dan uniform bagi karyawan.

    i. Florist, seksi yang bertanggung jawab untuk menyediakan dan merangkai bunga-bunga yang segar untuk memperindah dekorasi dalam hotel.

    j. Gardener, Seksi yang bertanggung jawab untuk memelihara tanaman-tanaman baik didalam maupun diluar hotel.

    2.6 Sasaran Housekeeping

    1. Kebersihan.

    Kebersihan di suatu hotel sangat menentukan, bila kebersihan terjaga dengan baik maka tamu akan merasa nyaman dan tenang karena sanitasi dan hygine terjamin. Bahkan banyak tamu yang menentukan pilihan suatu hotel karena kebersihan hotel tersebut.

    2. Kerapian.

    Kerapian mencakup pengaturan tata letak suatu ruangan dengan perlengkapan serta dekorasi yang serasi membuat ruangan tersebut menjadi lebih menarik.

    3. Kelengkapan.

    Mengantisipasi keperluan tamu selama mereka menginap dengan melengkapi semua kelengkapan kamar sesuai dengan standardnya sehingga pengunjung merasa nyaman dan betah tinggal dan berkunjung kembali ke hotel.

    4. Fasilitas.

    Fasilitas mencakup semua peralatan yang disediakan agar dapat berfungsi dan dipergunakan oleh tamu hotel, sehingga fasilitas tersebut meningkatkan kenyamanan dan tidak menggangu kegiatan-kegiatan mereka.