Blog

  • Penerapan Radiasi Zat Radioisotop Dalam Kehidupan Sehari-Hari

    Radionuklida atau radioisotop adalah isotop dari zat radioaktif yang mampu memancarkan radiasi. Radioisotop dapat terjadi secara alamiah atau sengaja dibuat oleh manusia dalam reaktor penelitian. Produksi radionuklida dengan proses aktivasi dilakukan dengan cara menembaki isotop stabil dengan neutron di dalam teras reaktor. Proses ini lazim disebut irradiasi neutron, sedangkan bahan yang disinari disebut target atau sasaran. Neutron yang ditembakkan akan masuk ke dalam inti atom target sehingga jumlah neutron dalam inti target tersebut bertambah. Peristiwa ini dapat mengakibatkan ketidakstabilan inti atom sehingga berubah sifat menjadi radioaktif.

    Berikut ini adalah beberapa pemanfaatan radioisotop dalam berbagai bidang di kehidupan sehari-hari.

    1. Dalam Bidang Industri

    Sinar gamma atau sinar-X yang dipancarkan dari radioisotop Co-60 atau Ir-192 digunakan untuk memeriksa material tanpa merusak material tersebut dengan menggunakan teknik radiografi.

    2. Dalam Bidang Kedokteran

    Sinar radioisotop sering dimanfaatkan untuk mensterilkan peralatan kedokteran, terutama peralatan yang digunakan saat operasi. Peralatan kedokteran tentu berbeda dengan peralatan sehari-hari, tidak steril jika  hanya dibersihkan menggunakan air dan sabun saja. Sinar gamma dari radioisotop berperan dalam mensterilkan peralatan-peralatan tersebut.

    Selain itu, dalam mendiagnosis suatu penyakit digunakan sinar rontgen (sinar-X).

    Selanjutnya sinar gamma dari Co-60 digunakan untuk membunuh sel-sel kanker atau mencegah pertumbuhan sel kanker.

    3. Dalam Bidang Pertanian

    Bantuan dari sinar gamma mampu menjadikan sebuah tanaman tumbuh dan memproduksi bibit-bibit yang terbilang unggul. Selain itu juga mampu membuat waktu panen berlangsung lebih cepat dibanding tanpa bantuan dari radioisotop. Sinar gamma digunakan untuk penyinaran dan mengarah pada perubahan sifat dari kromosom tanaman sehingga akan mengalami perkembangan dan pertumbuhan yang berbeda dari biasanya.

    4. Dalam  Bidang Pertambangan

    Sinar radioisotop dapat berperan dalam mempermudah menentukan lokasi keberadaan minyak bumi.

    5. Dalam Bidang Hidrologi

    Sinar radioisotop dapat dimanfaatkan untuk (1) mengukur kecepatan aliran air, (2) menentukan jumlah kandungan air dalam tanah, (3) mendeteksi kebocoran pipa penyalur yang terbenam dalam tanah, dan (4) mengukur tinggi cairan dalam suatu wadah tertutup.

    6. Dalam Bidang Geologi

    Penggunaan radioisotop dengan menentukan kadar Pb dalam mineral uranium dapat menentukan umur mineral, umur bumi, dan umur benda-benda bersejarah.

  • Makalah Radiasi Benda Hitam

    Radiasi Benda Hitam

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Dalam fisika, benda hitam (black body) adalah obyek yang menyerap seluruh radiasi yang jatuh kepadanya. Tidak ada radiasi yang dapat keluar atau di pantulkannya. Namun demikian, dalam fisika klasik, secara teori benda hitam  haruslah juga memancarkan seluruh panjang gelombang energy yang mungkin, karena hanya dari sinilah energi benda itu dapat diukur.

    Meskipun namanya benda hitam, dia tidaklah harus benar-benar hitam karena dia juga memancarkan energi. Jumlah dan jenis radiasi elektromagnetik yang dipancarkannya bergantung pada suhu benda hitam tersebut. Benda hitam dengan suhu di bawah sekitar 700 kelvin hampir semua energinya dipancarkan dalam bentuk gelombang inframerah, sangat sedikit dalam panjang gelombang tampak.

    Semakin tinggi temperatur, semakin banyak energi yang dipancarkan dalam panjang gelombang tampak dimulai dari merah, jingga, kuning dan putih.
    Istilah “Benda Hitam” pertama kali diperkenalkan oleh Gustav Robert Kirchhoff  pada tahun 1862. Cahaya yang dipancarkan oleh benda hitam disebut radiasi benda hitam.

    Jika kita memperhatikan besi saat disambung (dilas). Bagian besi yang akan disambung harus dipanaskan terlebih dahulu. Saat dipanaskan, besi tampak kemerahan. Kemudian jika terus dipanaskan akan tampak warna cahaya yang dipancarkan oleh besi menjadi kebiruan. Mengapa demikian? besi yang dipanaskan memancarkan energi atau gelombang elektromagnetik yang dapat berupa cahaya tampak. Pancaran energi suatu benda karena pengaruh suhunya disebut radiasi termal. Radiasi termal selalu ada pada setiap benda, akan tetapi tidak semua radiasi termal tersebut dapat dilihat oleh mata.

    Benda ada yang mudah  menyerap radiasi, ada pula yang mudah memancarkan radiasi dan sebaliknya. Benda yang dapat menyerap seluruh radiasi yang diterimanya dan memancarkan seluruh radiasi yang dikeluarkannya disebut sebagai benda hitam. Benda hitam dimodelkan sebagai suatu rongga dengan celah bukaan yang sangat kecil. Jika ada radiasi yang masuk ke dalam rongga melalui lubang, radiasi tersebut akan dipantulkan berulang-ulang oleh dinding dalam rongga sehingga terserap habis energinya.

    Tidak ada radiasi yang terpantul memancarkan keluar lubang karena lubang sangat kecil-kecil. Jadi, rongga berlubang kecil ini berkelakuan sebagai benda hitam karena dapat menyerap seluruh radiasi yang diterimanya. Demikian pula jika rongga ini memancarkan radiasi, tak ada radiasi yang kembali ke rongga. Dengan demikian, rongga juga akan memancarkan seluruh energi yang dikeluarkannya.

    Bab II. Pembahasan

    Teori kuantum diawali oleh fenomena radiasi benda hitam. Istilah “benda hitam” pertama kali diperkenalkan oleh Gustav Robert Kirchhoff pada tahun 1862. Dalam Fisika, benda hitam ( blackbody) adalah sebutan untuk benda yang mampu menyerap kalor radiasi (radiasi termal) dengan baik. Radiasi termal yang diserap akan dipancarkan kembali oleh benda hitam dalam bentuk radiasi gelombang elektromagnetik, sama seperti gelombang radio ataupun gelombang cahaya. Untuk zat padat dan cair, radiasi gelombangnya berupa spektrum kontinu, dan untuk gas berupa spektrum garis. Meskipun demikian, sebenarnya secara teori dalam Fisika klasik, benda hitam memancarkan setiap panjang gelombang energi yang mungkin agar supaya energi dari benda tersebut dapat diukur.

    Temperatur benda hitam itu sendiri berpengaruh terhadap jumlah dan jenis radiasi elektromagnetik yang dipancarkannya. Benda hitam bersuhu di bawah 700 Kelvin dapat memancarkan hampir semua energi termal dalam bentuk gelombang inframerah, sehingga sangat sedikit panjang gelombang cahaya tampak. Jadi, semakin tinggi suhu benda hitam, semakin banyak energi yang dapat dipancarkan dengan pancaran radiasi dimulai dari panjang gelombang merah, jingga, kuning hingga putih.

    Meskipun namanya benda hitam, objek tersebut tidak harus selalu berwarna hitam. Sebuah benda hitam dapat mempunyai cahayanya sendiri sehingga warnanya bisa lebih terang, walaupun benda itu menyerap semua cahaya yang datang padanya. Sedangkan temperatur dari benda hitam itu sendiri berpengaruh terhadap jumlah dan jenis radiasi elektromagnetik yang dipancarkannya.

    Dalam percobaan Fisika sederhana, benda atau objek yang paling mirip radiasi benda hitam adalah radiasi dari sebuah lubang kecil pada sebuah rongga. Dengan mengabaikan bahan pembuat dinding dan panjang gelombang radiasi yang masuk, maka selama panjang gelombang datang lebih kecil dibandingkan dengan diameter lubang, cahaya yang masuk ke lubang itu akan dipantulkan oleh dinding rongga berulang kali serta semua energinya diserap, yang selanjutnya akan dipancarkan kembali sebagai radiasi gelombang elektromagnetik melalui lubang itu juga.

    Lubang pada rongga inilah yang merupakan contoh dari sebuah benda hitam. Temperatur dari benda itu akan terus naik apabila laju penyerapan energinya lebih besar dari laju pancarannya, sehingga pada akhirnya benda hitam itu mencapai temperatur kesetimbangan. Keadaan ini dinamakam dengan setimbang termal (setimbang termodinamik).

    Dari data eksperimen terhadap radiasi benda hitam, diperoleh bahwa spektrum radiasi benda hitam berupa spektrum kontinu dengan tingkat kebersinaran (intensitas radiasi) dari masing-masing spektral tidak sama kuat. Pada suhu tertentu, intensitas cahaya yang diradiasikan akan terus bertambah hingga mencapai maksimum pada panjang gelombang tertentu.

    Radiasi Benda Hitam

    Mekanika klasik (Newton, Lagrange, Hamilton) sukses menjelaskan gerak dinamis benda-benda makroskopis. Cahaya sebagai gelombang (Fresnel, Maxwell, Hertz) sangat berhasil menjelaskan sifat-sifat cahaya.

    Pada akhir abad 19, teori-teori klasik di atas tidak mampu memberikan penjelasan yang memuaskan bagi sejumlah fenomena “berskala-kecil” seperti sifat radiasi dan interaksi radiasi-materi. Akibatnya, dasar-dasar fisika yang ada secara radikal diteliti-ulang lagi, dan dalam perempat pertama abad 20 muncul berbagai pengembangan teori seperti relativitas dan mekanika kuantum.

    Teori kuantum diawali oleh fenomena radiasi benda hitam. Istilah “benda hitam” pertama kali diperkenalkan oleh Gustav Robert Kirchhoff pada tahun 1862. Dalam Fisika, benda hitam (atau blackbody) adalah sebutan untuk benda yang mampu menyerap kalor radiasi (radiasi termal) dengan baik. Radiasi termal yang diserap akan dipancarkan kembali oleh benda hitam dalam bentuk radiasi gelombang elektromagnetik, sama seperti gelombang radio ataupun gelombang cahaya. Untuk zat padat dan cair, radiasi gelombangnya berupa spektrum kontinu, dan untuk gas berupa spektrum garis. Meskipun demikian, sebenarnya secara teori dalam Fisika klasik, benda hitam memancarkan setiap panjang gelombang energi yang mungkin agar supaya energi dari benda tersebut dapat diukur. Temperatur benda hitam itu sendiri berpengaruh terhadap jumlah dan jenis radiasi elektromagnetik yang dipancarkannya. Benda hitam bersuhu di bawah 700 Kelvin dapat memancarkan hampir semua energi termal dalam bentuk gelombang inframerah, sehingga sangat sedikit panjang gelombang cahaya tampak. Jadi, semakin tinggi suhu benda hitam, semakin banyak energi yang dapat dipancarkan dengan pancaran radiasi dimulai dari panjang gelombang merah, jingga, kuning hingga putih.

    Meskipun namanya benda hitam, objek tersebut tidak harus selalu berwarna hitam. Sebuah benda hitam dapat mempunyai cahayanya sendiri sehingga warnanya bisa lebih terang, walaupun benda itu menyerap semua cahaya yang datang padanya. Sedangkan temperatur dari benda hitam itu sendiri berpengaruh terhadap jumlah dan jenis radiasi elektromagnetik yang dipancarkannya.

    Dalam fisika, benda hitam (bahasa inggris black body) adalah obyek yang menyerap seluru radiasi elektromagnetik yang jatuh padanya. Tidak ada radiasi yang dapat keluar atau dipantulkannya. Namun, dalam fisika klasik, secara teori benda hitam haruslah juga memancarkan seluruh panjang glombang energi yang mungkin, karena hanya dari sinilah energi benda itu dapat diukur.

    Sinar yang masuk pada dinding berongga dengan lubang kecil sinar akan dipantulkan intensitasnya selalu berkurang ( karena sebagian senar diserap dinding ) sampai suatu saat energinya kecil sekali ( hampir nol ). Jadi dapat dikatakan bahwa sinar yang mengenai lubang ini dinamakan benda hitam. Semakain  kecil lubang semakin mirip dengan benda hitam sempurna ( karena semakin sedikit keluarnya sinar tersebut ).

    Pada saat benda hitam dipanaskan atau benda beronga dipanaskan minsalnya T maka dinding  disekeliling rongga akan memancarkan radiasi dan memantulakn sebagian radiasi yang datang (dan menyerap sisanya). Peristiwa penyerapan dan pemancaran olleh taip-tiap begian dinding berongga akan berlansung terus-menerus sehingga terjadi kesetimbangan termal. Pada keadaan seimbang termal suhu bagian dinding yang sudah sama besar sehingga radiasi yang dipancarkan sama dengan energi yang diserapnya, dalam keadaan ini dalam  rongga dipenuhi oleh gelombang-gelombang yang dipancarkan oleh tiap titik pada dinding rongga. Radiasi dalam rongga ini bersifat uniform. Jika dinding rongga diberi sebuah lubang maka radiasi ini akan keluar dari lubang, radiasi yang keluar ini dianggap sebagai radiasi benda hitam.

    Kotak dicat putih tetapi ketika kotak ditutup, lubang kotak tampak hitam pada siang hari. Mengapa demikian? Ketika radiasi dari cahaya matahari memasuki lubang kotak, radiasi dipantulkan berulang–ulang (beberapa kali) oleh dinding kotak dan setelah pemantulan ini hamoir dapat dikatakan tidak ada lagi radiasi yang tersisa (ssemua radiasi telah diserap di dalam kotak)dengan kata lain , lubang telah berfungsi menyerap semua radiasi yang datang padanya. Akibatnya benda tampak hitam.

    Benda-hitam: penyerap semua radiasi elektromagnet yang mengenainya, atau pengemisi semua radiasi elektromagnet yang dimiliknya. Berdasarkan termodinamika, distribusi panjang gelombang spektrumnya hanya bergantung pada temperatur tidak pada jenis bahan benda-hitam.

    BENDA HITAM DIMODELKAN LUBANG KECIL DIDINDING RUANG KOSONG YANG GELAP

    Sebagian besar energi radiasi yang masuk melalui lubang ini akan diserap oleh dinding-dinding bagian dalam. Dari sebagian yang terpantul hanya sebagian kecil yang dapat keluar lewat lubang tersebut. Jadi dapat dianggap bahwa lubang ini berfungsi sebagai penyerap yang sempurna. Benda hitam ini akan memancarkan radiasi lebih banyak jika bendanya memiliki suhu tinggi. Spektrum benda hitam panas mempunyai puncak frekuensi lebih tinggi dari pada puncak spektrum benda hitam yang lebih dingin.Radiasi yang keluar ini dianggap sebagai radiasi benda hitam. Ketika benda berongga dipanaskan, elektron – elektron atau molekul – molekul pada dinding rongga akan mendapatkan tambahan energi sehingga bergerak dipercepat. Menurut teori elektromagnetik muatan yang akan dipercepat akan memancarkan radiasi. Radiasi inilah yang disebut sebagai sumber radiasi benda hitam.

    1. Model Rongga yang berlubang dipanaskan
    2. Bentuk Spektrum yang dihasilkan

    Lubang kecil pada dinding rongga dianggap sebagai benda hitam
    •         Suatu lubang kecil pada sebuah dinding berongga dapat dianggap sebagai benda hitam. Pada waktu suatu benda berongga dipanaskan, misalnya pada suhu T maka dinding sekeliling rongga akan memancarkan radiasi dan memantulkan sebagian radiasi yang datang (menyerap sisanya). Peristiwa penyerapan dan pemancaran oleh tiap-tiap bagian dinding berongga akan berlangsung terus-menerus hingga terjadi kesetimbangan termal. Pada keadaan setimbang suhu tiap bagian dinding sudah sama besar sehingga radiasi yang dipancarkannya sama dengan energi yang diserapnya.

    Radiasi yang terkumpul dalam rongga berupa gelombang elektromagnet
    •         Dalam keadaan ini rongga dipenuhi gelombang-gelombang yang dipancarkan oleh tiap-tiap titik pada dinding rongga. Radiasi dalam rongga ini bersifat uniform. Jika dinding rongga diberi sebuah lubang maka radiasi ini akan cari titik keluar dari lubang. Radiasi yang keluar ini dianggap sebagai radiasi benda hitam. Ketika benda berongga dipanaskan, elektron-elektron atau molekul-molekul pada dinding rongga akan mendapatkan tambahan energi sehingga electron bergerak dipercepat. Menurut teori elektromagnetik muatan yang akan dipercepat akan memancarkan radiasi. Radiasi inilah yang disebut sebagai sumber radiasi benda hitam

    B. Hukum – Hukum Pada Benda Hitam

    1.  Hukum Stefan-Boltzman

    Pada tahun 1859, Gustav Kirchoff membuktikan suatu teorema yang sama pentingnya dengan teorema rangkaian listrik tertutupnya ketika ia menunjukkan argumenj berdasarkan pada termodinamika bahwa setiap benda dalam keadaan kesetimbangan termal dengan radiasi daya yang dipancarkan adalah sebanding dengan daya yang diserapnya. Untuk benda hitam, teorema kirchoff dinyatakan oleh (8-1)

    (  Rf    =    J   (  f ,T  )

    Dengan J (f,T) adalah suatu fungsi universal (sama untuk semua benda) yang bergantung hanya pada f , frekuensi cahaya, dan T, suhu mutlak benda. Persaman (8-1) menunjukkan bahwa daya yang dipancarkan persatuan luas persatuan frekuensi oleh suatu benda hitam bergantung hanya pada suhu dan frekuensi cahaya dan tidak bergantung pada sifat fisika dan kimia yang menyusun benda hitam, dan ini sesuai dengan hasil pengamatan. Perkembangan selanjutnya untuk memahami karakter universal dari radiasi benda hitam datang dari ahli fisika Austria, Josef Stefan (1835-1893) pada tahun 1879. Ia mendapatkan secara eksperimen bahwa daya total persatuan luas yang dipancarkan pada semua frekuensi oleh suatu benda hitam panas, Itotal (intensitas radiasi total), adalah sebanding dengan pangkat empat dari suhu mutlaknya. Karena itu, bentuk persamaan empiris hukum Stefan ditulis sebagai berikut :

    Ket :
    Itot     =  intensitas (daya persatuan luas) radiasi pada permukaan benda hitam pada esmua frekuensi.
    Rf    = intensitas radiasi persatuan frekuensi yang dipancarkan oleh benda hitam.
    T    = suhu mutalak benda.
    s    = tetapan Stefan-Boltzmann, yaitu _ = 5,67 × 10-8 W m-2 K-4.
    untuk benda panas yang bukan benda hitam akan memenuhi hukum yang sama hanya diberi tambahan koefisien emisivitas, e, yang lebih kecil dari 1:

    Ket :             
    P          : Daya radiasi/energi kalor tiap sekon (W/m2)
    Q         : kalor/panas yang diradiasikan (kalori)1 Kal = 4,2 Joule
    e          : emisitas, nilai e®   0 =e= 1
    s           : 5,67 x 10-8 Wm-2K-4
    A         : luas permukaan benda (m2)
    T4         : Suhu Mutlak (K-4)
    W         : Energi radiasi kalor (joule)
    T          :waktu selama benda meradiasai (sekon)
    Lima tahun kemudian konfirmasi mengesankan dari teori gelombang elektromagnetik cahaya diperoleh ketika Boltzmann menurunkan hukum Stefan dari gabungan termodinamika dan persamaan-persamaan Maxwell. Karena itu persamaan (8-3) dikenal juga sebagai hukum Stefan-Boltzmann.

    2.      Hukum Wien
     Hukum Pergeseran Wien jika benda padat dipanaskan samapai suhu yang sangat tinggi, benda akan tampak memijar dan gelombang elektromegnitik yang dipancarkan berada pada spektrum cahaya tampak. Jika benda terus dipanaskan, intensitas relatif dari spektrum cahaya yan dipancarkna berubah-ubah. Gejalah pergeseran nilai panjang gelombang meksimum dengan berkurangnya suhu disebut pergeseran Wien. Bila suhu benda terus ditingkatkan, intensitas relatif dari spektrum cahaya yang dipancarkan berubah. Ini menyebabkan dalam warna-warna spektrum yang diamati, yang dapat digunakan untuk menaksir suhu suatu benda yang digambarkan pada grafik berikut.

    intensitas benda kita menyebutnya Pergeseran Wien terhadap panjang gelombang benda.

    •         Hukum Wien menyatakan bahwa makin tinggi temperatur suatu benda hitam, makin pendek panjang gelombangnya.
    •         Hal ini dapat digunakan untuk menerangkan gejala bahwa bintang yang temperaturnya tinggi akan tampak berwarna biru, sedangkan yang temperaturnya rendah tampak berwarna merah.
    •         Energi pancaran tiap panjang gelombang semakin besar, jika suhu semakin tinggi, sedangkan energi maximalnya bergeser kearah gelombang yang panjang gelombangnya kecil, atau ke frekwensi besar.

    Wien mempelajari hubungan antara suhu dan panjang gelombang pada intensitas maksimum. Perhatikan gambar (2) di samping! Puncak-puncak kurva pada grafik (2) menunjukkan intensitas radiasi pada tiap-tiap suhu. Dari gambar (2) tampak bahwa puncak kurva bergeser ke arah panjang gelombang yang pendek jika suhu semakin tinggi. Panjang gelombang pada intensitas maksimum ini disebut sebagai panjang gelombang maks.

    kurva kenaikan tempratur benda hitam
    Dari kurva di atas, terbaca bahwa dengan naiknya temperatur benda hitam, puncak-puncak spektrum akan bergeser ke arah panjang gelombang yang semakin kecil (gambar 3a) atau puncak-puncak spektrum akan bergeser ke arah frekuensi yang semakin besar (gambar 3b). Melalui persamaan yang dikembangkan Wien maupun menjelaskan ditribusi intensitas untuk panjang gelombang pendek, namun gagal untuk menjelaskan penjang gelombang panjang. Hal itu menunjukan bahwa radiasi elektromaknetik tidak dapat dianggap sederhana seperti proses termodinamika.
    Teori ini selanjutnya dikembangkan oleh Reyleigh dan Jeans yang berlaku untuk panjang gelombang yang lebih panjang. Menurut teori medan listrik-magnet, gelombang.

    3.     Teori Rayleigh-Jeans
     Lord Rayleigh dan James Jeans mengusulkan suatu model sederhana untuk menerangkan bentuk spektrum radiasi benda hitam. Mereka menganggap bahwa molekul atau muatan di permukaan dinding benda berongga dihubungkan oleh semacam pegas. Ketika suhu benda dinaikkan, muatan-muatan tersebut mendapatkan energi kinetiknya untuk bergetar. Dengan bergetar berarti kecepatan muatan berubah-ubah (positif – nol – negatif – nol – positif, dan seterusnya.
    Melalui model di atas, Rayleigh dan Jeans menurunkan rumus distribusi intensitas, yang jika digambarkan grafiknya maka model yang diusulkan oleh Rayleigh dan Jeans berhasil menerangkan spektrum radiasi benda hitam pada panjang gelombang yang besar, namun gagal untuk panjang gelombang yang kecil.Rayleigh-Jeans mengasumsikan dinding rongga berupa konduktor, yang jika dipanaskan elektron-elektron pada dinding rongga akan tereksitasi secara thermal sehingga berosilasi. Berdasarkan teori Maxwell, osilasi elektron ini menghasilkan radiasi elektromagnet. Radiasi ini akan terkurung di dalam rongga dalam bentuk gelombang-gelombang tegak., maka di dinding rongga terjadi simpul-simpul gelombang, karena dinding rongga berupa konduktor.

    1.      Bintang sebagai Benda Hitam
    Bintang dapat dianggap sebagai benda hitam, oleh karena itu semua hukum-hukum yang berlaku pada benda hitam, berlaku juga untuk bintang.
    Sifat benda hitam antara lain :
    1)      pada kesetimbangan termal, temperatur benda hanya ditentukan oleh jumlah energi yang diserapnya per detik;
    2)      benda hitam tidak memancarkan radiasi pada seluruh gelombang elektromagnetik dengan intensitas yang sama (ada yang dominan meradiasikan gelombang elektromagnetik pada daerah biru dengan intensitas yang lebih besar dibandingkan gelombang elektromagnetik pada panjang gelombang lainnya. Konsekuensinya, benda tersebut akan nampak biru).
    Panjang gelombang yang dipancarkan dengan intensitas maksimum (?maks) oleh sebuah benda hitam dengan temperatur T Kelvin adalah :
    ?maks = 0,2898/ T
    (?maks dinyatakan dalam cm dan T dalam Kelvin)
    Persamaan di atas disebut dengan Hukum Wien.
    •         Hukum ini menyatakan bahwa makin tinggi temperatur, maka makin pendek panjang gelombangnya
    •         Hukum ini dapat digunakan untuk menerangkan gejalan bahwa bintang yang temperaturnya tinggi akan tampak berwarna biru sedangkan yang temperaturnya rendah akan tampak berwarna merah.
    a.      Fluks pancaran

    1.      Fluks Pancaran
    Kuantitas yang pertama kali langsung dapat ditentukan dari pengamatan sebuah bintang adalah fluks pancarannya, yaitu jumlah cahaya atau energi yang diterima permukaan kolektor (mata atau teleskop) per satuan luas per satuan waktu. Biasanya dinyatakan dalam satuan watt per cm2 (satuan internasional) atau erg per detik per cm2 (satuan cgs).
    Besarnya fluks energi yang dipancarkan sebuah benda hitam (F) dengan temperatur T Kelvin adalah :
    F = sT4
    (s : konstanta Stefan-Boltzman : 5,67 x 10^-8 Watt/m2K4)
    Sedangkan total energi per waktu / daya yang dipancarkan sebuah benda hitam
    dengan luas permukaan pemancar A dan temperatur T Kelvin disebut dengan Luminositas. Besarnya luminositas (L) dihitung dengan persamaan :
    L = A sT4
    Untuk bintang, bintang dianggap berbentuk bola sempurna sehingga luas
    pemancar radiasinya (A) adalah 4pR2 ; dengan R menyatakan radius bintang.
    Jadi, luminositas bintang (L) adalah :
    L = 4pR2 sT4
    Benda hitam memancarkan radiasinya ke segala arah. Kita bisa menganggap
    pancaran radiasi tersebut menembus permukaan berbentuk bola dengan radius
    d dengan fluks energi yang sama, yaitu E. Besarnya E :
    E = L/(4pd2)
    Fluks energi inilah yang diterima oleh pengamat dari bintang yang berada pada
    jarak d dari pengamat. Oleh karena itu, fluks energi ini sering disebut fluks
    energi yang diterima pengamat. (Perhatian : bedakan antara besaran E dan F).

    2.      Intensitas Radiasi Benda Hitam
    Radiasi benda hitam adalah radiasi elektromagnetik yang dipancarkan oleh sebuah benda hitam. Radiasi ini menjangkau seluruh daerah panjang gelombang. Distribusi energi pada daerah panjang gelombang ini memiliki ciri khusus, yaitu suatu nilai maksimum pada panjang gelombang tertentu. Letak nilai maksimum tergantung pada temperatur, yang akan bergeser ke arah panjang gelombang pendek seiring dengan meningkatnya temperatur. Pada tahun 1879 seorang ahli fisika dari Austria, Josef Stefan melakukan eksperimen untuk mengetahui karakter universal dari radiasi benda hitam. Ia menemukan bahwa daya total per satuan luas yang dipancarkan pada semua frekuensi oleh suatu benda hitam panas (intensitas total) adalah sebanding dengan pangkat empat dari suhu mutlaknya. Sehingga dapat dirumuskan:
    I total = s . T4 ………………………………………………. (1)
    dengan I menyatakan intensitas radiasi pada permukaan benda hitam pada semua frekuensi, T adalah suhu mutlak benda, dan s adalah tetapan Stefan
    Boltzman, yang bernilai 5,67 × 10-8 Wm-2K-4.
    Untuk kasus benda panas yang bukan benda hitam, akan memenuhi hukum yang sama, hanya diberi tambahan koefisien emisivitas yang lebih kecil daripada 1 sehingga:
    I total = e.s.T4 …………………………………………………… (2)
    Intensitas merupakan daya per satuan luas, maka persamaan (2) dapat ditulis sebagai:
    P/A = = e. s. T4 ……………………………………………… (3)
    dengan:
    P = daya radiasi (W)
    A = luas permukaan benda (m2)
    e = koefisien emisivitas
    T = suhu mutlak (K)
    Beberapa tahun kemudian, berdasarkan teori gelombang elektromagnetik cahaya, Ludwig Boltzmann (1844 – 1906) secara teoritis menurunkan hukum yang diungkapkan oleh Joseph Stefan (1853 – 1893) dari gabungan termodinamika dan persamaan-persamaan Maxwell. Oleh karena itu, persamaan (2) dikenal juga sebagai Hukum Stefan- Boltzmann, yang berbunyi:
    “Jumlah energi yang dipancarkan per satuan permukaan sebuah benda hitam dalam satuan waktu akan berbanding lurus dengan pangkat empat temperatur termodinamikanya”.

    4.      Teori Planck Radiasi Benda Hitam
    Pada tahun 1900, fisikawan Jerman, Max Planck, mengumumkan bahwa dengan membuat suatu modifikasi khusus dalam perhitungan klasik dia dapat menjabarkan fungsi P (?,T) yang sesuai dengan data percobaan pada seluruh panjang gelombang. Hukum radiasi Planck menunjukkan distribusi (penyebaran) energi yang dipancarkan oleh sebuah benda hitam. Hukum ini memperkenalkan gagasan baru dalam ilmu fisika, yaitu bahwa energi merupakan suatu besaran yang dipancarkan oleh sebuah benda dalam bentuk paketpaket kecil terputus-putus, bukan dalam bentuk pancaran molar. Paket-paket kecil ini disebut kuanta dan hukum ini kemudian menjadi dasar teori kuantum.
    Rumus Planck menyatakan energi per satuan waktu pada frekuensi v per satuan selang frekuensi per satuan sudut tiga dimensi yang dipancarkan pada sebuah kerucut tak terhingga kecilnya dari sebuah elemen permukaan benda hitam, dengan satuan luas dalam proyeksi tegak lurus terhadap sumbu kerucut.
    Pernyataan untuk intensitas jenis monokromatik Iv adalah:
    Iv = 2hc-2v3/(exp (hv/kT) –1) ………………………………… (2)
    dengan h merupakan tetapan Planck, c adalah laju cahaya, k adalah tetapan Boltzmann, dan T adalah temperatur termodinamik benda hitam.
    Intensitas juga dapat dinyatakan dalam bentuk energi yang dipancarkan pada panjang gelombang ? per satuan selang panjang gelombang. Pernyataan ini dapat dituliskan dalam bentuk:
    Rumus Planck dibatasi oleh dua hal penting berikut ini.

    5.      Hukum Rayleigh
    JeansTeori ini dikemukakan oleh Lord Rayleigh dan Sir James Jeans,menurut teori ini muat- muatan di sekitar dinding benda beronggadihubungkan oleh semacam pegas. Ketika suhu benda dinaikkan, padamuatan timbul energi kinetik sehingga muatan bergetar. Akibat getarantersebut, kecepatan muatan berubah-ubah, atau dengan kata lainsetiap saat muatan selalu mendapatkan percepatan. Muatan yangdipercepat inilah yang yang menimbulkan radiasi.Melalui penelitian yang dibuatnya, Rayleigh dan Jeans berhasilmenurunkan rumus distribusi intensitas, yang digambarkan grafiknyamaka model yang diusulkan oleh Rayleigh dan Jeans berhasilmenerangkan spektrum radiasi benda hitam pada panjang gelombangyang besar, namun gagal untuk panjang gelombang yang kecil.

    Gejala Pemanasan Global (Efek Rumah Kaca)

    Salah satu penyebab dari pemanasan global adalah peningkatan gas rumah kaca (greenhouse effect). Efek rumah kaca telah meningkatkan suhu bumi rata-rata 10 s.d. 5Celcius. Analogi sederhana untuk menggambarkan efek rumah kaca adalah ketika kita memarkir mobil di tempat parkir terbuka pada siang hari. Ketika kita kembali ke mobil di sore hari, biasanya suhu di dalam mobil lebih panas di bandingkan suhu di luar. Karena sebagian energi panas dari matahari telah diserap oleh kursi, dashboard dan karpet mobil. Ketika benda-benda tersebut melepaskan energi panas tersebut, tidak semuanya dapat keluar melalui jendela tetapi sebagian di pantulkan kembali. Penyebabnya adalah perbedaan panjang gelombang sinar matahari yang memasuki mobil dan energi panas yang dilepaskan kembali oleh kursi. Sehingga jumlah energi yang masuk lebih banyak dibandingkan energi yang dapat keluar. Akibatnya kenaikan bertahap pada suhu di dalam mobil. Seandainya tidak ada atmosfer, energi sinar matahari yang sampai ke bumi akan mampu memanaskan bumi hingga mencapai suhu 8000C di daerah khatulistiwa.

    Mengukur Suhu Matahari

    Pada temperatur yang cukup tinggi, secara alamiah di dalam bintang-bintang akan terjadi reaksi fusi, yakni inti-inti ringan akan bergabung membentuk inti yang lebih berat. Melalui serangkaian tahapan reaksi fusi, inti-inti atom hidrogen bergabung membentuk inti helium. Proses penggabungan itu digunakan untuk membangkitkan energi di dalam bintang-bintang tersebut. Energi yang dihasilkan oleh matahari atau bintang tersebut terdiri atas berbagai bentuk radiasi gelombang elektromagnetik yang dapat diketahui melalui frekuensi atau panjang gelombangnya. Semua gelombang elektromagnetik yang dipancarkan akan merambat dalam ruang angkasa dengan kecepatan sama, yakni dengan kecepatan spektrum cahaya. Dengan meneliti spektrum sebuah bintang, seorang astronom akan dapat mengetahui suhu bintang. Tidak mendekat ke matahari atau bintang dengan berpedoman pada spektrum radiasi benda hitam.

    Penggunaan Pakaian

    Pada siang hari, kita akan merasa lebih nyaman memakai baju berwarna putih daripada baju berwarna hitam. Namun, pada malam hari yang dingin kita akan merasa lebih hangat apabila mengenakan baju berwarna hitam daripada baju berwarna putih. Hal itu menunjukkan bahwa permukaan yang gelap merupakan penyerap dan pemancar kalor yang baik dan permukaan yang berwarna putih atau mengkilap merupakan penyerap dan pemancar kalor yang buruk.

    Termos

    Prinsip kerja termos sebagai berikut: Lapisan perak mengkilap mencegah perpindahan kalor secara radiasi. Lapisan tersebut memantulkan radiasi kembali ke dalam termos. Dinding gelas, sebagai konduktor jelek, tidak dapat memindahkan kalor. Ruang vakum antara dua dinding mencegah perpindahan kalor, baik secara konveksi maupun konduksi. Sumbat dibuat dari bahan isolator. Hal ini dilakukan dengan maksud untuk mencegah agar konveksi dengan udara luar terjadi.

    Panel surya

    Panel surya adalah suatu perangkat yang digunakan untuk menyerap radiasi dari matahari. Panel surya terdiri dari wadah logam berongga yang di cat hitam dengan panel depan terbuat dari kaca. Kalor radiasi dari matahari diserap oleh permukaan hitam dan dihantarkan secara konduksi melalui logam. Bagian dalam panel dijaga tetap hangat oleh efek rumah kaca, kemudian sirkulasi air melalui wadah logam akan membawa kalor menjauh untuk dimanfaatkan pada sistem pamanas air domestik dan untuk memanasi kolam renang.

  • Makalah Nilai-Nilai Sosial dalam Pembangunan Masyarakat

    Nilai-Nilai Sosial dalam Pembangunan Masyarakat

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berinteraksi dengan individu lain. Untuk menjaga kelangsungan hidup bermasyarakat diperlukan aturan-aturan yang akan terwujud dalam norma dan nilai sosial. Setiap masyarakat memiliki seperangkat norma dan nilai sosial yang berbeda sesuai dengan karakteristik masyarakat itu sendiri. Nilai dan norma tersebut akan dijunjung tinggi, diakui dan digunakan sebagai dasar dalam melakukan interaksi dan tindakan sosialnya.

    Nilai sosial merupakan kumpulan sikap perasaan ataupun anggapan terhadap suatu hal tentang baik buruk, benar salah, dll. Dalam konsep sosiologi, Nilai-Nilai  Sosial tersebut mempengaruhi Pembangunan Masyarakat.

    Pembangunan merupakan suatu proses mencakup berbagai perubahan atas struktur sosial. Pembangunan menuju tahap hidup yang lebih baik, kesehatan yang lebih baik dan memperoleh pendidikan yang lebih banyak. Terutama harus ada undang-undang yang menetapkan suatu pendidikan yang minimum, bagi orang-orang yang masih buta huruf. Lebih menekankan kepada yang harus dihadapi dan sebagai suatu alat yang dilalui untuk mendapat kemajuan. Masyarakat harus dirangsang dan dibantu untuk maju dengan usaha-usaha dan inisiatif sendiri-sendiri.

    Pada hakekatnya pembangunan mencerminkan perubahan total suatu masyarakat atau penyesuaian sistem sosial secara keseluruhan, tanpa mengabaikan keragaman kebutuhan dasar keinginan individual maupun kelompok sosial yang ada di dalamnya untuk bergerak maju menuju suatu kondisi kehidupan yang lebih baik secara material maupun spritual.

    Pada makalah ini kami akan membahas mengenai “Nilai-Nilai Sosial dan Pembangunan Masyarakat” tersebut.

    B. Rumusan Masalah

    Beberapa rumusan masalah yang dapat dikaji dari uraian-uraian di atas, antara lain ialah:

    1. Apa definisi dari nilai-nilai sosial?
    2. Apa saja ciri-ciri dan fungsi dari nilai sosial?
    3. Macam-macam nilai social dan klafikasinya?
    4. Apa tujuan dari pembangunan masyarakat?
    5. Hal-hal apa sajakah yang termasuk dalam faktor pendukung dan penghambat pembangunan masyaarakat?

    C. Tujuan

    Selain memenuhi tugas kelompok yang diberikan dosen, tentunya makalah ini bertujuan untuk menambah ilmu bagi kami selaku mahasiswa Fakultas Agama Islam khususnya dalam mata kuliah Sosiologi Pendidikan.

    Bab II. Pembahasan

    A. Nilai Sosial

    Dalam sosiologi, nilai didefinisikan sebagai konsepsi (pemikiran) abstrak dalam diri manusia mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk. Contohnya, orang menganggap menolong bernilai baik sedangkan mencuri bernilai buruk. Dengan demikian, perbuatan saling menolong merupakan sesuatu yang bernilai dalam kehidupan masyarakat. Bernilai dalam kehidupan masyarakat inilah yang disebut “Nilai Sosial”.

    Nilai sosial dapat juga didefinisikan sebagai suatu kesadaran plus emosi yang relatif lama hilangnya terhadap suatu objek, gagasan atau orang. Nilai sebagai dasar untuk menyatukan bangsa yang majemuk. Dalam hal ini nilai adalah konsep-konsep umum tentang sesuatu yang dianggap baik, patut, layak, pantas yang keberadaannya dicita-citakan, diinginkan, dihayati dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari dan menjadi tujuan kehidupan bersama di dalam kelompok masyarakat tersebut, mulai dari unit kesatuan sosial terkecil hingga suku, bangsa, dan masyarakat internasional.

    Para ahli mendefinisi nilai sosial sebagai berikut:

    1. Sarjono Sukamto, mendefinisikan nilai sebagai konsepsi abstrak dalam diri manusia mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk. Dengan demikian, nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu kelompok masyarakat.
    2. Kimball Young, merumuskan nilai sosial sebagai unsur-unsur yang abstrak yang sering tidak disadari tentang benar dan pentingnya.
    3. A.W.Green, merumuskan nilai sosial sebagai kesadaran yang berlangsung secara relatif, disertai emosi terhadap objek.dan ide orang perorangan.
    4. Woods, mengemukakan bahwa nilai sosial merupakan petunjuk umum yang telah berlangsung lama yang mengarahkan tingkah laku dan kepuasan dalam kehidupan sehari-hari.
    5. B. Simatupang, merumuskan nilai sebagai ide-ide masyarakat tentang sesuatu yang baik.
    6. Robert M.Z.Lawang, mengatakan bahwa nilai adalah gambaran mengenai apa yang diinginkan, pantas, berharga, dan mempengaruhi perilaku sosial dari orang-orang yang memiliki nilai tersebut.
    7. C. Kluckholn, melihat bahwa nilai kebudayaan pada dasarnya mencakupi hal-hal berikut:
      1. Nilai mengenai hakekat hidup manusia, Contohnya, Ada orang yang beranggapan bahwa hidup itu indah.
      2. Nilai mengenai kedudukan manusia dalam ruang dan waktu. Misalnya, Ada manusia yang berorientasi pada masa lalu atau masa depan.
      3. Nilai mengenai hakekat hubungan manusia dengan alam.
      4. Nilai mengenai hakekat hubungan manusia dengan sesamanya. Misalnya. Ada manusia yang berorientasi pada individualisme.

    Penilaian manusia terhadap suatu hal sangat dipengaruhi oleh tingkat pemahamannya akan hal tersebut. Tingkat pemahaman itu umumnya menyangkut berbagai aspek kehidupan, misalnya:

    1.  Aspek Politik, menyangkut peranan ideologi yang dianutnya.
    2. Aspek Sosial, menyangkut status dan peranannya di masyarakat. Contoh: Masyarakat yang maju akan berbeda dengan masyarakat yang masih sederhana, segi kebutuhan hidupnya pun jelas berbeda. Kebutuhan hidup masyarakat maju cenderung kompleks, sedangkan kebutuhan masyarakat sederhana lebih sederhana.

    Di dalam kenyataan sehari-hari, sangat sulit membedakan nilai yang dianut sekolompok masyarakat. Hal ini terjadi karena nilai suatu budaya sangat relatif.

    B. Ciri-Ciri Nilai Sosial

    Dari pengertian-pengertian di atas, dapatlah dikemukakan ciri-ciri nilai sosial tersebut adalah sebagai berikut:

    1. Merupakan konstruksi masyarakat sebagai interaksi sosial antarwarga masyarakat.
    2. Disebarkan di antara warga masyarakat (bukan dibawa dari lahir).
    3. Terbentuk melalui sosialisasi (proses belajar).
    4. Merupakan bagian dari usaha pemenuhan kebutuhan dan kepuasan sosial manusia.
    5. Dapat mempengaruhi perkembangan diri seseorang,
    6. Memiliki pengaruh yang berbeda antarwarga masyarakat.

    Cendrung berkaitan satu sama lain dan membentuk sistem nilai.

    C. Fungsi Nilai Sosial

    Nilai merupakan sesuatu yang dianggap tinggi dan berfungsi sebagai landasan, alasan atau motivasi dalam kehidupan bermasyarakat. Nilai mencerminkan kualitas pilihan tindakan dan pandangan hidup seseorang atau masyarakat. Sebuah interaksi sosial memerlukan nilai, Baik itu dalam mendapatkan hak maupun menjalankan kewajiban. Dengan demikian nilai-nilai mengandung standar normatif dalam perilaku individu maupun dalam masyarakat.

    Menurut Drs.  Suprapto. fungsi nilai sosial adalah sebagai berikut:

    1. Dapat menyumbangkan seperangkat alat untuk menetapkan harga sosial dari suatu kelompok.
    2. Dapat mengarahkan masyarakat dalam berpikir dan bertingkah laku.
    3. Sebagai penentu terakhir manusia dalam memenuhi peranan-peranan sosial. Nilai sosial dapat memotivasi seseorang untuk mewujudkan harapan sesuai dengan peranannya (sebagai individu dan anggota masyarakat). Contohnya, ketika menghadapi konflik, biasanya keputusan akan diambil berdasarkan pertimbangan nilai sosial yang lebih tinggi.
    4. Sebagai alat solidaritas di kalangan anggota kelompok. Dengan nilai tertentu, anggota kelompok akan merasa sebagai satu kesatuan.
    5. Sebagai alat kontrol atau pengawas perilaku manusia dengan daya tekan dan daya pengikat tertentu agar orang mau berperilaku sesuai dengan yang diinginkan sistem nilai.[2]

    Secara garis besar nilai sosial mempunyai tiga fungsi, yaitu sebagai;[3]

    1. Petunjuk Arah dan Pemersatu.

    Nilai sosial menunjukkan cita-cita masyarakat atau bangsa. Adapun nilai sosial sebagai petunjuk arah dan pemersatu tergambar dalam contoh berikut ini.

    1. Cara berpikir dan bertindak warga masyarakat secara umum diarahkan oleh nilai-nilai sosial yang berlaku. Pendatang barupun secara moral diwajibkan mempelajari aturan-aturan sosial budaya masyarakat yang didatangi, mana yang dijunjung tinggi dan mana yang tercela. Dengan demikian, dia dapat menyesuaikan diri dengan norma, pola pikir, dan tingkah laku yang diinginkan, serta menjauhi hal-hal yang tidak diinginkan masyarakat.
    2. Nilai sosial suatu masyarakat berfungsi pula sebagai petunjuk bagi setiap warganya untuk menentukan pilihan terhadap jabatan dan peranan yang akan diambil. Misalnya, dalam memilih seorang pemimpin yang cocok bukan saja berdasarkan kedudukan seseorang, melainkan juga berdasarkan kualitas yang dimiliki, atau menentukan posisi seseorang sesuai dengan kemampuannya.
    3. Nilai sosial berfungsi sebagai sarana untuk mengukur dan menimbang penghargaan sosial yang patut diberikan kepada seseorang atau golongan.
    4. Nilai sosial berfungsi sebagai alat untuk mengumpulkan orang banyak dalam kesatuan atau kelompok tertentu.
    5. Nilai sosial juga berfungsi sebagai pemersatu yang dapat mengumpulkan orang banyak dalam kesatuan atau kelompok tertentu. Dengan kata lain, nilai sosial menciptakan dan meningkatkan solidaritas antar manusia. Contohnya nilai ekonomi mendorong manusia mendirikan perusahaan-perusahaan yang dapat menyerap banyak tenaga kerja.

    2)      Benteng Perlindungan.

    Nilai sosial merupakan tempat perlindungan bagi penganutnya. Daya perlindungannya begitu besar, sehingga para penganutnya bersedia berjuang mati-matian untuk mempertahankan nilai-nilai itu. Misalnya, nilai-nilai keagamaan, dan nilai-nilai Pancasila.         

    Pengkhianatan G 30 S/PKI terhadap Pancasila sebagai dasar negara merupakan bukti sejarah bangsa Indonesia, tetapi dengan keyakinan bahwa Pancasila harus tegak dari setiap usaha yang akan meruntuhkannya maka pengkhianatan tersebut dapat dipatahkan. Dan bangsa Indonesia juga mempertahankan nilai-nilai agama dari nilai-nilai budaya asing yang tidak sesuai dengan nilai agama dan budaya kita, seperti budaya minum-minuman keras, diskotik, penyalahgunaan narkotika, dan lain-lain.  

    3)      Faktor Pendorong.

    Tinggi rendahnya individu dan satuan manusia dalam masyarakat bergantung pada tinggi rendahnya nilai sosial yang menjiwai mereka. Apabila nilai sosial dijunjung tinggi oleh sebagian besar masyarakat, maka harapan ke arah kemajuan bangsa bisa terencana. Hal ini merupakan cita-cita untuk menjadi manusia yang berbudi luhur dan beradab sehingga nilai sosial ini memiliki daya perangsang sebagai pendorong untuk menjadi masyarakat yang ideal.

    C.     MACAM-MACAM NILAI SOSIAL

    Prof. Notonegoro membagi nilai menjadi tiga:

    1. Nilai Material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur fisik manusia. Misalnya: makanan, minuman, pakaian.
    2. Nilai Vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat menggunakan kegiatan dan aktivitas. Misalnya: buku dan alat tulis untuk para pelajar.
    3. Nilai Kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi batin rohani manusia. Nilai kerohanian terbagi atas beberapa bagian yaitu:
      1. Nilai kebenaran yang bersumber pada unsur akal manusia.
    4. Nilai keindahan yang bersumber pada unsur rasa indah (nilai estetis). Contohnya, karya seni, baik seni musik, maupun pahat.
    5. Nilai kebenaran atau nilai moral yang bersumber pada unsur kodrat manusia seperti kehendak dan kemauan. Contohnya  menolong orang yang ditimpa kemalangan.
    6. Nilai religius merupakan nilai ketuhanan yang tertinggi dan mutlak. Nilai ini bersumber pada kepercayaan dan keyakinan manusia.

    Berdasarkan ciri-cirinya, nilai sosial dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu nilai dominan dan nilai mendarah daging (internalized value).

    1)      Nilai dominan.

    Nilai dominan adalah nilai yang dianggap lebih penting daripada nilai lainnya. Ukuran dominan tidaknya suatu nilai didasarkan pada hal-hal berikut.

    1. Banyak orang yang menganut nilai tersebut. Contoh, sebagian besar anggota masyarakat menghendaki perubahan (reformasi) ke arah yang lebih baik di segala bidang, seperti politik, ekonomi, hukum, dan sosial.
    2. Berapa lama nilai tersebut dianut atau digunakan. Contoh, Keadilan selalu diperjuangkan oleh seluruh masyarakat Indonesia sejak zaman penjajahan hingga saat ini.
    3. Tinggi rendahnya usaha orang untuk memberlakukan nilai tersebut. Contoh, Menunaikan ibadah haji merupakan kewajiban umat Islam. Oleh karena itu umat Islam selalu berusaha untuk dapat melaksakannya.
    4. Prestise/kebanggaan bagi orang-orang yang menggunakan nilai di masyarakat. Contoh, memiliki mobil atau barang lain dengan merek terkenal dapat memberikan kebanggaan/prestise tersendiri.

    2)      Nilai mendarah daging (internalized value)

    Nilai mendarah daging adalah nilai yang telah menjadi kepribadian dan kebiasaan sehingga ketika seseorang melakukannya kadang tidak melalui proses berpikir atau pertimbangan lagi, melainkan secara tidak sadar. Biasanya nilai ini telah tersosialisasi sejak seseorang masih kecil. Dan apabila ia tidak melakukannya, ia akan merasa malu, bahkan dapat merasa sangat bersalah.

    Contoh, Seorang kepala keluarga yang belum mampu memberi nafkah kepada keluarganya akan merasa sebagai kepala keluarga yang tidak bertanggung jawab. Demikian pula, guru yang melihat siswanya gagal dalam ujian akan merasa gagal dalam mendidiknya.

    Beberapa ahli juga membagi nilai sosial atas Nilai Immaterial dan Nilai Material. Perhatikan bagan berikut:

    Dari bagan di atas, kita ketahui bahwa nilai tidak hanya terkandung dalam sesuatu yang berwujud benda material saja atau bersifat konkret, tetapi juga terkandung dalam sesuatu yang tidak berwujud (abstrak)

    • Nilai Immaterial atau nilai rohani menggunaka nurani dan juga indra, akal, perasaan, kehendak dan keyakinan. Nilai immaterial adalah nilai yang sulit untuk berubah. Contohnya, ideologi, gagasan (ide), pemikiran dan sistem politik, dan peraturan-peraturan.
    • Nilai Material atau nilai jasmani adalah nilai yang berwujud, mudah dilihat dan diraba dan memiliki karakteristik mudah berubah. Contoh nilai material antara lain, karya seni, gedung, jembatan, rumah, alat-alat elektronik dan pakaian.

    Dalam pengalaman manusia, nilai material dan immaterial saling berhubungan. Nilai immaterial yang menjadi landasan berpikir dari suatu tindakan akan menghasilkan sesuatu yang konkret (nilai material). Singkat kata, nilai material merupakan perwujudan dari nilai immaterial.

    D.    KLASIFIKASI NILAI-NILAI SOSIAL

    Arnold Green telah membuat sebuah klasifikasi untuk memahami tingaktan nilai sosial. Tingkatan tersebut ditemukan di dalam kepribadian seseorang yaitu :

    1)      Perasaan (sentimen) yang abstrak.

    Pentingnya perasaan abstrak, timbul dari kenyataan bahwa perasaan tersebut dipakai sebagai suatu landasan bagi orang-orang untuk membuat kelompok. Perasaan itu juga merupakan alat-alat yang mudah dipakai oleh seorang individu atau kelompok dalam membenarkan atau mengesahkan sesuatu yang mereka ingin lakukah (tingkah laku).

    Dalam kenyataannya, banyak perasaan abstrak yang sifatnya kontradiktif  yaitu;

    1. Pertama, Perasaan tersebut membenarkan suatu jenis tingkah laku menurut perasaan.
    2. Kedua, Kebanyakan manusia dengan cepat akan melihat kepada perasaan yang membenarkan kepentingan sendiri pada saat itu, tidak peduli apakah perasaan itu bertentangan atau tidak dengan pendirian yang sudah diambil sebelumnya.

    Pada umumnya konflik pada perasaaan abstrak manusia itu mengabaikan ketidak konsistennya, yang akan bisa menghancurkan kepribadian seseorang, bisa memisah-misahkan jalan pikiran dan tingkah lakunya menjadi bagian-bagian yang kecil. Yang terakhir itu terjadi mungkin karena sebab tingkah laku seseorang pada saat itu sesuai dengan norma-norma kelompok masyarakat yang ditempati. Norma adalah penjabaran dari nilai-nilai yang lebih terperinci ke dalam bentuk tata aturan atau tata kelakuan yang secara konstitusi, undang-undang, peraturan pemerintah, konvensi dan aturan yang tidak tertulis lainnya.

    2)      Norma-norma moral.

    Norma moral berasal dari bahasa latin mos yang berarti adat, cara bertindak, kebiasaan. Norma moral berarti aturan bagi kelakuan atau tidakan dan sekaligus ukuran apakah seseorang itu baik atau tidak baik sebagai manusia.

    Norma-norma moral merupakan standar tingkah laku yang berfungsi sebagai patokan interaksi sosial. Individu lebih menyadari norma-norma moral sebagai bagian dari konsepsi dirinya dibandingkan dengan kesadarannya terhadap perasaan-perasaan yang bersifat abstrak. Sebab norma moral menggambarkan tuntutan khusus yang mendesak dari pihak kelompok agar ia bertindak menurut suatu cara tertentu.[8]

    Beberapa norma moral yang berlaku di masyarakat:

    1. Norma agama yaitu ketentuan-ketentuan yang bersumber dari ajaran-ajaran agama yang dianggap sebagai wahyu dari Tuhan yang keberadaannya tidak boleh ditawar-tawar lagi.
    2. Norma kesopanan yaitu ketentuan-ketentuan hidup yang sumbernya adalah pola-pola perilaku sebagai hasil interaksi sosial di dalam kehidupan kelompok.
    3. Norma kesusilaan yaitu ketentuan-ketentuan yang berasal dari hati nurani yang produk dari norma susila ini adalah moral.
    4. Norma hukum yaitu ketentuan-ketentuan hidup yang berlaku dalam kehidupan sosial yang sumbernya adalah undang-undang yang dibuat oleh lembaga formal kenegaraan.

    Kebanyakan masyarakat lebih mengutamakan norma moral dibandingkan perasaan abstrak, yang mungkin merupakan kebalikan tingkah laku yang diharapkan. Akan tetapi tidak semua norma-norma suatu kelompok dapat diterima oleh kelompok lainnya. Jadi norma moral menduduki suatu tempat utama di dalam pola pembentukan corak kepribadian.

    3)      Kedirian sebagai suatu sistem sosial.

    Kedirian timbul dari pengalaman sosial, artinya kedirian tidak sepenuhnya timbul akibat orang lain. Konsepsi kedirian sangat berpengaruh dalam hubungan masyarakat karena tingkah laku individu berhubungan erat dengan kedirian sebagai suatu nilai sosial.

    Tingkah laku, moral dan etika dipandang sebagai sesuatu yang dapat memperlihatkan atau mencerminkan kediriannya. Seseorang  yang memiliki tingkah laku, moral, dan etika yang sesuai dengan harapan masyarakat akan mendapatkan suatu penghargaan yang dapat berupa pujian atau sebaliknya seseorang yang melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan masyarakat akan mendapatkan ganjaran. Tanpa adanya suatu penghargaan dari masyarakat, maka individu tidak akan mengerti dengan moralitas serta kediriannya sendiri yang mempengaruhi kepribadiannya.

    B. Pembangunan Masyarakat

    A.    PENGERTIAN

    Pembangunan masyarakat adalah, upaya terencana dan sistematis yang dilakukan oleh, untuk, dalam masyarakat guna meningkatkan kualitas hidup penduduk dalam semua aspek kehidupannya di dalam suatu kesatuan wilayah. Pembangunan Masyarakat suatu gerakan yang direncanakan untuk menciptakan kondisi-kondisi bagi kemajuan sosial ekonomi masyarakat dengan partisipasi aktif dan kepercayaan sepenuh mungkin atas prakarsa masyarakat (PBB).

    Konkon Subrata (1991:4) bahwa: “Pembangunan masyarakat adalah suatu proses yang ditumbuhkan untuk menciptakan kondisi-kondisi bagi kemajuan ekonomi sosial masyarakat seluruhnya kepada inisiatif masyarakat”. Ginanjar Kartasasmita memberikan pengertian yang lebih sederhana, pembangunan yaitu sebagai “suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana”.

    Pembangunan masyarakat merupakan suatu proses, baik ikhtiar masyarakat yang bersangkutan yang diambil berdasarkan prakarsa sendiri, maupun kegiatan pemerintah, dalam rangka untuk memperbaiki kondisi ekonomi sosial dan kebudayaan masyarakat (komunitas). Mengintegrasikan berbagai komunitas itu dalam kehidupan bangsa dan memampukan mereka untuk memberikan sepenuhnya demi kemajuan bangsa dan Negara berjalan terpadu di dalam proses tersebut.

    Proses tersebut meliputi elemen dasar:

    §  Pertama, partisipasi masyarakat itu sendiri dalam rangka usaha mereka untuk memperbaiki taraf hidup mereka. Sedapat-dapatnya berdasarkan kekuatan dan prakarsa sendiri.

    §  Kedua, bantuan dan pelayanan teknik yang bermaksud membangkitkan prakarsa, tekad untuk menolong diri sendiri dan kesediaan untuk menolong orang lain, dari pemerintah.

    Proses tersebut dinyatakan dalam berbagai program yang dirancang untuk perbaikan proyek khusus terhadap proyek khusus.

    Pengertian pembangunan masyarakat diatas, menunjukkan bahwa pembangunan masyarakat sesungguhnya merupakan upaya terorganisir secara berkelompok yang memiliki kebutuhan yang sama, yaitu untuk memperbaiki kondisi masyarakat yang lebih baik, khususnya bagi anggotanya.

    B.     TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN MASYARAKAT.

    Makna tujuan merupakan penjabaran dari pernyataan visi dan misi yang rumusannya menunjukkan suatu kondisi yang akan dicapai pada masa mendatang, sedangkan sasaran merupakan hasil yang akan dicapai dalam rumusan secara spesifik, terukur, dalam jangka waktu tertentu yang secara berkesinambungan sejalan dengan tujuan yang ditetapkan.

    Tujuan pembangunan masyarakat adalah menciptakan kondisi-kondisi untuk tumbuhnya suatu masyarakat yang tumbuh dan berkembang secara berswadaya dalam hal ini, adalah masyarakat miskin sehingga masyarakat mampu menetralisir belenggu-belenggu sosial yang dapat menahan laju perkembangan masyarakat (adapt, tradisi, kebiasaan, cara dan sikap hidup yang dapat menjadi hambatan pembangunan).

    Sasaran Pembangunan Masyarakat yaitu:

    1)    Peningkatan taraf hidup masyarakat, diusahakan sebagai usaha pemenuhan kebutuhan dan peningkatan swadaya masyarakat. dan juga sebagai usaha menggerakkan partisipasi masyarakat.

    2)   Partisipasi masyarakat dapat meningkat dalam upaya peningkatan taraf hidup masyarakat. Antara partisipasi masyarakat dengan kemampuannya berkembang secara mandiri, terhadap hubungan yang erat sekali, ibarat dua sisi mata uang tidak dapat dipisahkan tetapi dapat dibedakan. Masyarakat yang berkemampuan demikian biasa membangun dengan atau tanpa partisipasi vertikal dari pihak lain.

    3)  Kemampuan masyarakat untuk berkembang secara mandiri dapat ditumbuhkan melalui intensifikasi partisipasi masyarakat dalam pembangunan.

    Sasaran pembangunan masyarakat diatas yaitu, perbaikan kondisi dan peningkatan taraf hidup masyarakat miskin, pembangkitan partisipasi masyarakat dan menumbuhkan kemampuan masyarakat untuk berkembang secara mandiri tidak berdiri sendiri melainkan diusahakan agar satu berkaitan dengan yang lainnya sehingga ketiganya sebuah paket usaha.[11]

    C. ARAH TIMBULNYA FAKTOR PERUBAHAN SOSIAL ATAU PROSES PEMBANGUNAN MASYARAKAT.[12]

    Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial budaya merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakekat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan.

    Dalam kehidupan nyata, perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat, pasti akan terjadi. Setiap segmen masyarakat hendaknya fleksibel terhadap perubahan yang akan terjadi baik cepat maupun lambat. Dengan keunggulan seperti itu, masyarakat akan mengurangi tingkat pengaruh negatif dari perubahan ini. Arah timbulnya pengaruh pun dapat berasal dari dalam maupun luar. Berikut adalah penjelasan faktor-faktor perubahan sosial berdasarkan arah timbulnya pengaruh,[13]

    1)      Internal factor

    Internal factor (faktor dalam) adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam masyarakat itu yang menyebabkan timbulnya perubahan pada masyarakat itu sendiri baik secara individu, kelompok ataupun organisasi. Berikut ini sebab-sebab perubahan sosial yang bersumber dari dalam masyarakat (sebab intern).

    a. Dinamika penduduk, yaitu pertambahan dan penurunan jumlah penduduk. Pertambahan penduduk yang sangat cepat akan mengakibatkan perubahan dalam struktur masyarakat, khususnya dalam lembaga kemasyarakatannya. Salah satu contohnya disini adalah orang akan mengenal hak milik atas tanah, mengenal system bagi hasil, dan yang lainnya, dimana sebelumnya tidak pernah mengenalnya. Sedangkan berkurangnya jumlah penduduk akan berakibat terjadinya kekosongan baik dalam pembagian kerja, maupun stratifikasi social, hal tersebut akan mempengaruhi lembaga-lembaga kemasyarakatan yang ada.

    b.  Adanya penemuan-penemuan baru yang berkembang di masyarakat, baik penemuan yang bersifat baru (discovery) ataupun penemuan baru yang bersifat menyempurnakan dari bentuk penemuan lama (invention). Suatu proses sosial dan kebudayaan yang besar, tetapi terjadi dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama disebut dengan inovasi. Proses tersebut meliputi suatu penemuan baru, jalannya unsur kebudayaan baru yang tersebar ke lain-lain bagian masyarakat, dan cara-cara unsur kebudayaan baru tadi diterima, dipelajari dan akhirnya dipakai dalam masyarakat yang bersangkutan. Penemuan baru sebagai akibat terjadinya perubahan-perubahan dapat dibedakan dalam pengertian discovery dan invention.

    c. Munculnya berbagai bentuk pertentangan (conflict) dalam masyarakat. Pertentangan ini bisa terjadi antara individu dengan kelompok atau antara kelompok dengan kelompok. Misalnya saja pertentangan antara generasi muda dengan generasi tua. Generasi muda pada umumnya lebih senang menerima unsur-unsur kebudayaan asing, dan sebaliknya generasi tua tidak menyenangi hal tersebut. Keadaan seperti ini pasti akan mengakibatkan perubahan dalam masyarakat.

    d.      Terjadinya pemberontakan atau revolusi sehingga mampu menyulut terjadinya perubahan-perubahan besar. Revolusi yang terjadi pada suatu masyarakat akan membawa akibat berubahnya segala tata cara yang berlaku pada lembaga-lembaga kemasyarakatannya. Biasanya hal ini diakibatkan karena adanya kebijaksanaan atau ide-ide yang berbeda. Misalnya, Revolusi Rusia (Oktober 1917) yang mampu menggulingkan pemerintahan kekaisaran dan mengubahnya menjadi sistem diktatur proletariat[15] yang dilandaskan pada doktrin Marxis. Revolusi tersebut menyebabkan perubahan yang mendasar, baik dari tatanan negara hingga tatanan dalam keluarga.

    2)      External Factor

    Selain internal factor, pada masyarakat juga dikenal external factor. External factor atau faktor luar adalah faktor-faktor yang berasal dari luar masyarakat yang menyebabkan timbulnya perubahan pada masyarakat.Berikut ini sebab-sebab perubahan sosial yang bersumber dari luar masyarakat (sebab ekstern),

    a.     Adanya pengaruh bencana alam. Kondisi ini terkadang memaksa masyarakat suatu daerah untuk mengungsi meninggalkan tanah kelahirannya. Apabila masyarakat tersebut mendiami tempat tinggal yang baru, maka mereka harus menyesuaikan diri dengan keadaan alam dan lingkungan yang baru tersebut. Hal ini kemungkinan besar juga dapat memengaruhi perubahan pada struktur dan pola kelembagaannya.

    b.  Adanya peperangan, baik perang saudara maupun perang antarnegara dapat menyebabkan perubahan, karena pihak yang menang biasanya akan dapat memaksakan ideologi dan kebudayaannya kepada pihak yang kalah. Pada umumnya mereka yang menang akan memaksakan kebiasaan-kebiasaan yang biasa dilakukan oleh masyarakatnya, atau kebudayaan yang dimilikinya kepada suku atau negara yang mengalami kekalahan. Contohnya, Jepang yang kalah perang dalam Perang Dunia II, masyarakatnya mengalami perubahan-perubahan yang sangat berarti.

    c.   Adanya pengaruh kebudayaan masyarakat lain. Bertemunya dua kebudayaan yang berbeda akan menghasilkan perubahan. Jika pengaruh suatu kebudayaan dapat diterima tanpa paksaan, maka disebut demonstration effect. Jika pengaruh suatu kebudayaan saling menolak, maka disebut cultural animosity. Adanya proses penerimaan pengaruh kebudayaan asing ini disebut dengan akulturasi. Jika suatu kebudayaan mempunyai taraf yang lebih tinggi dari kebudayaan lain, maka akan muncul proses imitasi yang lambat laun unsur-unsur kebudayaan asli dapat bergeser atau diganti oleh unsur-unsur kebudayaan baru tersebut. Pengaruh-pengaruh itu dapat timbul melalui proses perdagangan dan penyebaran agama.

    D.    FAKTOR PENDUKUNG PROSES PERUBAHAN

    PEMBANGUNAN MASYARAKAT.[16]

    Terjadinya suatu proses perubahan pada masyarakat, diakibatkan adanya faktor yang mendorongnya, sehingga menyebabkan timbulnya perubahan. Faktor pendorong tersebut menurut Soerjono Soekanto antara lain:

    1)      Kontak dengan kebudayaan lain

    Salah satu proses yang menyangkut hal ini adalah diffusion (difusi). Difusi adalah proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari individu kepada individu lain. Dengan proses tersebut manusia mampu untuk menghimpun penemuan-penemuan baru yang telah dihasilkan. Dengan terjadinya difusi, suatu penemuan baru yang telah diterima oleh masyarakat dapat diteruskan dan disebar luaskan kepada semua masyarakat, hingga seluruh masyarakat dapat merasakan manfaatnya. Proses difusi dapat menyebabkan lancarnya proses perubahan, karena difusi memperkaya dan menambah unsur-unsur kebudayaan yang seringkali memerlukan perubahan-perubahan dalam lembaga-lembaga kemasyarakatan yang lama dengan yang baru.

    2)      Sistem pendidikan formal yang maju.

    Pada dasarnya pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu bagi individu untuk memberikan wawasan serta menerima hal-hal baru, juga memberikan bagaimana caranya dapat berfikir secara ilmiah. Pendidikan juga mengajarkan kepada individu untuk dapat berfikir secara obyektif. Hal seperti ini akan dapat membantu setiap manusia untuk menilai apakah kebudayaan masyarakatnya akan dapat memenuh kebutuhan zaman atau tidak.

    3)      Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan untuk maju.Bila sikap itu telah dikenal secara luas oleh masyarakat, maka masyarakat akan dapat menjadi pendorong bagi terjadinya penemuan-penemuan baru. Contohnya hadiah nobel, menjadi pendorong untuk melahirkan karya-karya yang belum pernah dibuat.

    4)      Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang (deviation).

    Adanya toleransi tersebut berakibat perbuatan-perbuatan yang menyimpang itu akan melembaga, dan akhirnya dapat menjadi kebiasaan yang terus menerus dilakukan oleh masyarakat.

    5)      Sistem terbuka pada lapisan masyarakat.

    Adanya system yang terbuka di dalam lapisan masyarakat akan dapat menimbulkan terdapatnya gerak sosial vertical yang luas atau berarti memberi kesempatan kepada para individu untuk maju atas dasar kemampuan sendiri. Hal seperti ini akan berakibat seseorang mengadakan identifikasi dengan orang-orang yang memiliki status yang lebih tinggi. Identifikasi adalah suatu tingkah laku dari seseorang, hingga orang tersebut merasa memiliki kedudukan yang sama dengan orang yang dianggapnya memiliki golongan yang lebih tinggi. Hal ini dilakukannya agar ia dapat diperlakukan sama dengan orang yang dianggapnya memiliki status yang tinggi tersebut.

    6)      Adanya penduduk yang heterogen.

    Terdapatnya penduduk yang memiliki latar belakang kelompok-kelompok sosial yang berbeda-beda, misalnya ideology, ras yang berbeda akan mudah menyulut terjadinya konflik. Terjadinya konflik ini akan dapat menjadi pendorong perubahan-perubahan sosial di dalam masyarakat.

    7)      Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu.

    Terjadinya ketidakpuasan dalam masyarakat, dan berlangsung dalam waktu yang panjang, juga akan mengakibatkan revolusi dalam kehidupan masyarakat.

    8)      Adanya orientasi ke masa depan.

    Terdapatnya pemikiran-pemikiran yang mengutamakan masa yang akan datang, dapat berakibat mulai terjadinya perubahan-perubahan dalam system sosial yang ada. Karena apa yang dilakukan harus diorientasikan pada perubahan di masa yang akan datang.

    E. FAKTOR  PENGHALANG/PENGHAMBAT PERUBAHAN PEMBANGUNAN MASYARAKAT.[17]

    Di dalam proses perubahan tidak selamanya hanya terdapat faktor pendorong saja, tetapi juga ada faktor penghambat terjadinya proses perubahan tersebut. Faktor penghalang tersebut antara lain:

    1)      Perkembangan ilmu pengetahuan yang lambat.

    Terlambatnya ilmu pengetahuan dapat diakibatkan karena suatu masyarakat tersebut hidup dalam keterasingan dan dapat pula karena ditindas oleh masyarakat lain.

    2)      Sikap masyarakat yang tradisional.

    Adanya suatu sikap yang membanggakan dan mempertahankan tradisi-tradisi lama dari suatu masyarakat akan berpengaruh pada terjadinya proses perubahan. Karena adanya anggapan bahwa perubahan yang akan terjadi belum tentu lebih baik dari yg sudah ada.

    3)      Adanya kepentingan yang telah tertanam dengan kuatnya.

    Organisasi sosial yang telah mengenal system lapisan dapat dipastikan akan ada sekelompok individu yang memanfaatkan kedudukan dalam proses perubahan tersebut. Contoh, dalam masyarakat feodal dan juga pada masyarakat yang sedang mengalami transisi. Pada masyarakat yang mengalami transisi, tentunya ada golongan-golongan dalam masyarakat yang dianggap sebagai pelopor proses transisi. Karena selalu mengidentifikasi diri dengan usaha-usaha dan jasa-jasanya, sulit bagi mereka untuk melepaskan kedudukannya di dalam suatu proses perubahan.

    4)      Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain.

    Hal ini biasanya terjadi dalam suatu masyarakat yang kehidupannya terasing, yang membawa akibat suatu masyarakat tidak akan mengetahui terjadinya perkembangan-perkembangan yang ada pada masyarakat yang lainnya. Jadi masyarakat tersebut tidak mendapatkan bahan perbandingan yang lebih baik untuk dapat dibandingkan dengan pola-pola yang telah ada pada masyarakat tersebut.

    5)      Adanya prasangka buruk terhadap hal-hal baru.

    Anggapan seperti ini biasanya terjadi pada masyarakat yang pernah mengalami hal yang pahit dari suatu masyarakat yang lain. Jadi bila hal-hal yang baru dan berasal dari masyarakat-masyarakat yang pernah membuat suatu masyarakat tersebut menderita, maka masyarakat itu akan memiliki prasangka buruk terhadap hal yang baru tersebut. Karena adanya kekhawatiran kalau hal yang baru tersebut diikuti dapat menimbulkan kepahitan atau penderitaan lagi.

    6)      Adanya hambatan yang bersifat ideologis.

    Hambatan ini biasanya terjadi pada adanya usaha-usaha untuk merubah unsur-unsur kebudayaan rohaniah. Karena akan diartikan sebagai usaha yang bertentangan dengan ideologi masyarakat yang telah menjadi dasar yang kokoh bagi masyarakat tersebut.

    7)      Adat atau kebiasaan.

    Biasanya pola perilaku yang sudah menjadi adat bagi suatu masyarakat akan selalu dipatuhi dan dijalankan dengan baik. Dan apabila pola perilaku yang sudah menjadi adat tersebut sudah tidak dapat lagi digunakan, maka akan sulit untuk merubahnya karena masyarakat tersebut akan mempertahankan adat yang dianggapnya telah membawa sesuatu yang baik bagi pendahulu-pendahulunya.

    Faktor-faktor yang menghalangi terjadinya proses perubahan tersebut, secara umum memang akan merugikan masyarakat itu sendiri. Karena setiap anggota dari suatu masyarakat umumnya memiliki keinginan untuk mendapatkan sesuatu yang lebih daripada yang sudah didapatnya. Hal tersebut tidak akan diperolehnya jika masyarakat tersebut tidak mendapatkan adanya perubahan-perubahan dan hal-hal yang baru.

    Faktor penghambat dari proses perubahan sosial ini, oleh Margono Slamet dikatakannya sebagai kekuatan pengganggu atau kekuatan bertahan yang ada di dalam masyarakat.[18]

    Kekuatan bertahan adalah kekuatan yang bersumber dari bagian-bagian masyarakat yang:

    1)      Menentang segala macam bentuk perubahan.
          Biasanya golongan yang paling rendah dalam masyarakat selalu menolak perubahan, karena mereka memerlukan kepastian untuk hari esok. Mereka tidak yakin bahwa perubahan akan membawa perubahan untuk hari esok.

    2)      Menentang tipe perubahan tertentu saja,
        Misalnya ada golongan yang menentang pelaksanaan keluarga berencana saja, akan tetapi tidak menentang pembangunan-pembangunan lainnya.

    3)      Sudah puas dengan keadaan yang ada.

    4)   Beranggapan bahwa sumber perubahan tersebut tidak tepat. Golongan ini pada dasarnya tidak menentang perubahan itu sendiri, akan tetapi tidak menerima perubahan tersebut oleh karena orang yang menimbulkan gagasan perubahan tidak dapat mereka terima. Hal ini dapat dihindari dengan jalan menggunakan pihak ketiga sebagai penyampai gagasan tersebut kepada masyarakat.

    5)   Kekurangan atau tidak tersedianya sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan perubahan diinginkan.

    Kekuatan pengganggu bersumber dari:

    1)  Kekuatan-kekuatan di dalam masyarakat yang bersaing untuk memperoleh dukungan seluruh masyarakat dalam proses pembangunan. Hal ini dapat menimbulkan perpecahan, yang dapat mengganggu pelaksanaan pembangunan.

    2)      Kesulitan atau kekomplekkan perubahan yang berakibat lambatnya penerimaan masyarakat terhadap perubahan yang akan dilakukan. Perbaikan gizi, keluarga berencana, konservasi hutan dan lain-lain, adalah beberapa contoh dari bagian itu.

    3) Kekurangan sumber daya yang diperlukan dalam bentuk kekurangan pengetahuan, tenaga ahli, keterampilan, pengertian, biaya dan sarana serta yang lainnya.

    F.      PRINSIP-PRINSIP PEMBANGUNAN MASYARAKAT

    Pembangunan Masyarakat diselenggarakan atas dasar prinsip-prinsip: keterpaduan, berkelanjutan, keserasian, kemampuan sendiri dan kaderisasi.

    1)      Prinsip keterpaduan, 

       mengandung arti bahwa program atau kegiatan pembangunan masyarakat disusun oleh, bersama, dalam dan untuk masyarakat atas dasar kebutuhan dan berbagai sumber yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan bersama dalam berbagai aspek kehidupan.

    2)      Prinsip berkelanjutan,

       memberi arah bahwa pembangunan masyarakat tidak dilakukan sekaligus melainkan diselenggarakan secara bertahap, terus-menerus menuju kearah yang lebih baik. Program yang telah berhasil merupakan titik awal untuk program berikutnya sedangkan suatu program yang perlu diperbaiki dan dikembangkan menuntut adanya kegiatan berkelanjutan.

    3)      Prinsip keserasian,

        mengandung makna bahwa program pembangunan masyarakat memperhatikan keserasian antara kebutuhan terasa yang dinyatakan oleh perorangan, lembaga-lembaga dan pemerintah. Keserasian ini pun tercermin dalam kegiatan yang bertumpu pada kepentingan rakyat banyak dan pemerintah. Kegiatan dan sasarannya mengarah pada terpenuhinya kebutuhan jasmani dan rohaniah serta keseimbangan dalam seluruh aspek hidup dan kehidupan. Keserasian itupun tercermin antara kegiatan yang telah, sedang dan akan dilakukan.

    4)      Prinsip kemampuan sendiri, 

        menegaskan bahwa program  pembangunan masyarakat disusun dan dilaksanakan dari kemampuan  yang dimiliki oleh masyarakat. Keikutsertaan pihak luar adalah untuk memberi dorongan dan bantuan sehingga masyarakat dapat mendayagunakan sumber-sumber yang mereka miliki secara efisien dan efektif.

    5)      Prinsip kaderisasi

         bahwa pengelola dan kelanjutan program pembagunan masyarakat hanya akan terlaksana dengan baik dan berkelanjutan apabila dalam masyarakat tersebut telah disiapkan kader-kader yang berasal dari masyarakat yang memiliki sikap, pengetahuan, keterampilan dan aspirasi membangun untuk memenuhi kepentingan bersama dan untuk mempersiapkan masa depan masyarakat yang lebih baik.[19]

    Dengan berbekal kriteria diatas, maka lengkap sudah prinsip pembangunan masyarakat. Hal lain yang perlu diperhatikan sekarang adalah bagaimana kualitas Sumber Daya Manusia nya. Bilamana lengkap sudah, maka insyaallah pembangunan masyarakat akan berjalan baik dan berubah ke arah yang lebih baik.

    BAB IV

    PENUTUP

    Simpulan,

    1.   Nilai adalah ciri sistem sebagai suatu keseluruhan, dan bukan merupakan sekedar salah satu bagian komponen belaka, yang mempunyai pengaruh tersendiri dalam kehidupan masyarakat tentang pantas, layak atau baik buruknya suatu tindakan serta merupakan hal penting dalam menujang proses pembangunan masyarakat untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik.

    2.   Timbulnya perubahan sosial atau proses pembangunan masyarakat disebabkan oleh 2 faktor yaitu, faktor internal dan faktor eksternal. Dan juga, terdapat beberapa faktor pendukung maupun penghalang/penghambat proses pembangunan masyarakat tersebut.

    3.  Pembangunan masyarakat diselenggarakan atas dasar prinsip-prinsip: keterpaduan, berkelanjutan, keserasian, kemampuan sendiri dan kaderisasi.

    DAFTAR PUSTAKA

    Ahmadi Abu , H., Drs.,  Sosiologi Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2007

    Maryati Kun,  Dra. Dan  Suryawat Juju, S.Pd,  Sosiologi untuk SMA dan MA, Bab 2, Nilai dan Norma Sosial,  Penerbit Erlangga

    Sanapiah  Faisal, Sosiologi Pendidikan, Surabaya : Usaha Nasional, 2010

    Wrahatnala Bondet, Sosialogi, Fungsi nilai sosial, http//SS belajar

    Setiadi Elly M., Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial : Teori, Aplikasi dan Pemecahannya, (Jakarta : Prenada Kencana, 2011

    Ndaraha Taliziduhu, Pembangunan Masyarakat Mepersiapkan Masyarakat Tinggal Landas, Jakarta: Rineka Cipta, Cetakan Kedua, 1990

    SucirahmadanisafitriPembangunan Masyarakat, WordPress.com

    Sudjana, Pendidikan Nonformal, Bandung: Falah Production, 2004

  • Makalah Penyimpangan Sosial – Human Trafficking Human

    Penyimpangan Sosial – Human Trafficking Human

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Isu perdagangan manusia atau trafficking khususnya perempuan dan anak berapa bulan terakhir cukup mendapat soroton di berbagai media massa. Berdasarkan laporan Departemen Luar Negeri AS 12 Juni 2001 mengenai Trafficking in Persons, bersama dengan 22 negara lainnya, Indonesia dipandang sebagai sumber trafficking, baik untuk kepentingan dalam negeri maupun mancanegara (Kompas, 27 September 2001). Ketua Komnas Perlindungan Anak mengatakan bahwa Indonesia di tahun 2012 sendiri tentang kasus perdagangan anak meningkat tajam hingga 71% dari tahun sebelumnya.

    Di Indonesia, kasus perdagangan anak yang sangat menonjol biasanya terjadi di daerah perbatasan dengan negara tetangga, seperti Riau, Medan, dan Kalimantan Barat, yang secara geografis dekat dengan Singapura dan Malaysia. Selain itu, kasus perdagangan anak juga banyak dijumpai di kota-kota metropolitan seperti Jakarta, Surabaya, Denpasar, Semarang dan Bandung. Menurut ACILS dan JARAK, khusus untuk Provinsi Jawa Timur daerah yang rawan dan potensial terjadinya women and child trafficking adalah Banyuwangi, Malang, Blitar, Tulungagung, dan Trenggalek. Pendek kata, sepanjang di sebuah wilayah terjadi proses marginalisasi dan dapat dijangkau mata rantai sindikat mafia perdagangan anak, dan sebaliknya di wilayah yang lain berkembang sektor pariwisata yang bercampur dengan kompleks lokalisasi, maka sepanjang itu pula korban baru praktis perdangangan anak akan terus bermunculan.

    PBB mengkategorisasikannya sebagai kejahatan kemanusiaan yang perlu penanganan khusus. Oleh karena itu, pada tahun 1994, ketua Komisi HAM menunjuk Mrs. Radhika Coomaraswamy sebagai Special Rapporteur on Violence against Women dan ditugaskan untuk mengumpulkan data dan masukan apa penyebab dan konsekuensi perdagangan manusia.

    Isu perdagangan perempuan di Indonesia mengemukakan dalam kongres ke-2 Persatuan Perkumpulan Isteri Indonesia (PPII) di Surabaya tahun 1930. Penelitian Wieringa[1]menunjukan bahwa dalam kongres ini perdagangan perempuan menjadi topik utama.

    Perdagangan perempuan semakin menjadi-jadi pada masa pendudukan Jepang. Pada masa itu, pengerahan perempuan dilakukan penjajah Jepang dengan alasan perang dan kemakmuran Asia Timur Raya. Hartono dan Juliantoro[2] menemukan berbagai cara rekrutmen dalam perdagangan perempuan ini. Pertama, melalui saluran-saluran resmi yang digagas Jepang, dimana perempuan diperas tenaganya dalam pekerjaan masal, seperti pembantu rumah tangga, pemain sandiwara, atau pelayan di restoran. Kedua, melalui jalur resmi aparat pemerintahan. Pada Konferensi Perempuan Sedunia ke-3 tahun 1985, Forward Looking Strategies membatasi diri pada ‘perdagangan perempuan untuk tujuan prostitusi dan prostitusi paksa’ sebagai sebuah bentuk perbudakan.

    Padahal di Indonesia sendiri ada Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia, dan sejahtera. UU No.23 Th 2002 tersebut secara tegas mengatur tentang perdagangan anak. UU No.23 Th 2002 tersebut secara tegas mengatur tentang perdagangan anak. Perdagangan anak terjadi ketika anak dipandang sebuah obyek yang dapat di perjual belikan layaknya sebuah barang untuk tujuan tertentu yang biasanya merupakan sebuah eksploitasi. Hak-hak yang dimiliki seorang anak sudah tidak di pedulikan lagi keberadaannya.

    B. Tujuan Penelitian

    Tujuan dari penulisan penelitian yang berjudul ‘ Perdagangan dan Penculikan Anak’ ini adalah memberikan pengetahuan kepada para pembaca khusunya masyarakat tentang pengertian dan situasi problematik yang dihadapi anak korban penculikan dan trafficking, tetapi juga modus dan motif yang acapkali melatar belakangi terjadinya kasus penculikan dan perdagangan anak.

    C. Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan, yaitu

    1. Penjelasan teoritis perilaku menyimpang yang berspektif sosiologi dalam trafficking in persons.
    2. Pengertian trafficking in persons?
    3. Siapa saja yang terlibat dalam proses tindak kasus trafficking in persons.
    4. Modus apa saja dalam trafficking in persons.
    5. Contoh kasus trafficking in persons.
    6. Analisa masalah dalam trafficking in persons.
    7. Sebab terjadi banyak korbantrafficking.
    8. Perlindungan Hukum terhadap Perempuan dan Anak.

    Bab II. Pembahasan

    A. Penjelasan Teori Sosiologis dalam Trafficking

    Dalam perspektif sosiologi perilaku menyimpang Perdagangan dan Penculikan Anak karena terdapat penyimpangan perilaku yang sering disebut adalah hasil dari proses belajar. Salah seorang ahli teori belajar yang banyak dikutip tulisannya adalah Edwin H. Sutherland (dalam Atmasasmita, 1992:13). Ia menanamkan teorinya dengan Asosiasi Diferensial. Menurut Sutherland, penyimpangan adalah konsekuensi dari kemahiran dan penguasaan atas suatu sikap atau tindakan yang dipelajari dari norma-norma yang menyimpang, terutama dari subkultur atau di antara teman-teman sebaya yang menyimpang.

    Meskipun teori Sutherlland ini secara spesifik digunakan untuk menganalisis kejahatan dan perilaku menyimpang yang mengarah pada tindak kejahatan, tetapi teori ini bisa digunakan juga untuk menganalisis bentuk-bentuk lain perilaku menyimpang, seperti pelacuran, kecanduan obat-obatan, alkoholisme, perilaku homoseksual dan khususnya perdagangan dan penculikan anak. Motif seseorang menjadi menyimpang karena ia menganggap lebih menguntungkan untuk melanggar norma daripada tidak. Apabila seseorang bernggapan seperti itu karena tidak ada sanksi atau hukuman yang tegas, atau orang lain membiarkan suatu tindakan yang dapat dikategorikan menyimpang, maka mudahlah orang berpeilaku menyimpang.

    B. Pengertian Trafficking (Perdagangan) Anak dan Perempuan

    Krisis moneter berkepanjangan dan lesunya perekonomian menyebabkan banyak keluarga kehilangan sumber pendapatannnya dalam kondisi ini, pelacuran dianggap memberi kesempatan yang lebih baik kepada anak dan perempuan mendapatkan uang. Banyak anak dan perempuan dari desa yang mau meninggalkan kampung halamannya karena tergiur oleh janji-janji yang diberikan oleh para trafficker(orang yang memperdagangkan) untuk bekerja di kota dengan gaji yang besar, tetapi sesampainya di kota, diperdaya atau dipaksa untuk menjadi pekerja seks.

    Child and Women Traffiking adalah perekrutan, pengiriman, pemindahan, penampungan atau penerimaan seseorang dengan ancaman atau penggunaan kekerasan atau bentuk-bentuk lain dari pemaksaan, penculikan, penipuan, kebohongan, atau penyalahgunaan kekuasaan, member atau menerima pembayaran untuk memperoleh keuntungan agar dapat memperoleh persetujuan dari seseorang yang berkuasa atas orang lain untuk tujuan eksploitasi. Bentuk dari eksploitasi tersebut adalah eksploitasi seksual, kerja atau pelayanan paksa, perbudakan atau praktek-praktek serupa perbudakan, perhambaan atau pengambilan organ tubuh. Dampak negatif dari kekerasan yang dialami menimbulkan bekas seperti fisik, psikologi, seksual, financial, spiritual, dan fungsionalnya terganggu.

    Perdagangan orang (trafficking in persons) merupakan kejahatan yang keji terhadap Hak Asasi Manusia (HAM), yang mengabaikan hak seseorang untuk hidup bebas, tidak disiksa, kebebasan pribadi, pikiran dan hati nurani, beragama, hak untuk tidak diperbudak, dan lainnya. Anak dan perempuan adalah yang paling banyak menjadi korban perdagangan orang (trafficking in persons), menempatkan mereka pada posisi yang sangat berisiko khususnya yang berkaitan dengan kesehatannya baik fisik maupun mental spritual, dan sangat rentan terhadap tindak kekerasan, kehamilan yang tak dikehendaki, dan infeksi penyakit seksual termasuk HIV/AIDS. Kondisi anak dan perempuan yang seperti itu akan mengancam kualitas ibu bangsa dan generasi penerus bangsa Indonesia.

    C. Pelaku dan Motif

    Pola-pola perdagangannya diawali dengan tahap manipulatif. Calon korban tidak diberi opsi tentang apa pekerjaan, dan risikonya. Biasanya mereka dibawa ke luar kota dan dijanjikan pekerjaan dengan gaji tinggi. Adakalanya oleh calo, korban dan keluarganya sudah dimintai uang atau diberi status berutang. Pada saat bersamaan, juga terjadi pemalsuan Kartu Tanda Penduduk agar korban dianggap cukup umur.

    Dalam tahap ini ada juga anak-anak yang memang sengaja dijual oleh orangtua, atau paling tidak orangtuanya mendapat sejumlah uang sebagai pengganti izin bagi kepergian anaknya.[3]Konsep budaya Fillial Piety, yaitu kewajiban anak untuk berbakti kepada orangtua, menjadi factor pendorong keluarnya seorang anak dari tempat tinggalnya. Pada tahap kedua, korban dibawa dan dipaksa tinggal di tempat penampungan yang sangat tidak layak. Kartu identitas dan semua uangya diambil sehingga korban terpaksa tinggal dan tidak bisa melarikan diri. Kemudian, korban “dipindah tangankan”dari satu calo ke calo yang lain, dengan diikuti sejumlah transaksi pembayaran. Tahap berikutnya, korban diberi pekerjaan sebagai buruh kasar, pekerja seks komersial untuk bisnis hiburan dan termasuk untuk kepentingan militer, dilibatkan dalam penyelundupan obat terlarang (narkotika), dijadikan pengemis, dilibatkan dalam penjualan bayi dan sebaginya. Pada tahap ini mereka sering mengalami kekerasan, dianiaya atau diperkosa.

    D. Modus

    Selama ini, modus yang dikembangkan pelaku atau sindikat yang memperjual-belikan anak perempuan untuk kepentingan bisnis pelayanan jasa seksual komersial relatif bermacam-macam. Sebagian mungkin dengan bujuk rayu dan penipuan, tetapi tak jarang pula terjadi dengan cara kekerasan atau paksaan.

    Seorang anak perempuan yang tampak kebingungan di tempat-tempat keramaian, seperti terminal, jalan raya, atau stasiun KA, niscaya mereka adalah calon korban yang potensial kasus child trafficking. Di samping mengandalkan bujuk-rayu dan janji-janji yang melambung, tak jarang para anggota sindikat perdagangan anak perempuan mencari korban baru dengan memaksa, mengancam korban, dan bahkan jika perlu memerkosanya lebih dulu sebelum menyerahkan kepada germo yang menampungnya kemudian. Korban biasanya tidak bias berbuat banyak atas nestapa yang mereka alami, sebab selain takut intimidasi, mereka biasanya juga terputus saluran komunikasi dengan dunia luar.

    Anak-anak yang berasal dari keluarga miskin, anak-anak yang kehilangan keluarganya akibat kerusuhan, pengungsi anak, dan anak-anak korban child abuse dalam keluarga mereka semua umumnya potensi menjadi korban penipuan dan diperdagangkan untuk berbagai keperluan, terutama untuk kepentingan bisnis prostitusi.

    Modus lain berkedok mencari tenaga kerja untuk bisnis entertainment, kerja di perkebunan atau bidang jasa di luar negeri dengan upah besar. Ibu-ibu hamil yang kesulitan biaya untuk melahirkan atau membesarkan anak dibujuk dengan jeratan hutang supaya anaknya boleh diadopsin agar dapat hidup lebih baik, namun kemudian dijual kepada yang menginginkan. Anak-anak di bawah umur dibujuk agar bersedia melayani para pedofil dengan memberikan barang-barang keperluan mereka bahkan janji untuk disekolahkan.

    E. Beberapa Contoh Kasus dari Traffiking:

    1. Di Maluku Utara misalnya, anak-anak yatim yang menjadi korban kerusuhan, dangan kedok akan disekolahkan ke pondok pesantren, ternyata setiba di tempat tujuan justru di jual dan di perkerjakan sebagai pembantu rumah tangga. Bagi keluarga yang menginginkan anak-anak itu, mereka harus menebus 175 ribu dengan alasan sebagai pengganti biaya perjalanan dari Pulau ke Ternate.
    2. Komnas Perlindungan Anak juga mensinyalir, sebagian anak-anak pengungsi dari Atambua ternyata diperdagangkan untuk diperkerjakan menjadi PSK (pekerja seks komersail). Sementara itu, di Sulawesi Tengah, seorang ibu dilaporkan tega menjual anak kandungnya yang masih berusia 7 bulan seharga 500 ribu hanya karena alasan ekonomi dan keinginan untuk membeli tape recorder.[5]
    3. Di Surabaya, pertengahan bulan November 2000 lalu juga diberitakan kasus eksploitasi dan perdagangan seksual beberapa remaja putri oleh pasangannya sendiri, entah karena alasan untuk hidup ataukah karena mereka terjerat pada pengaruh narkoba yang tidak bisa dilepaskan begitu saja. Ceritanya, entah karena terlena oleh bujuk rayu atau karena ketergantungan dan paksaan, beberapa anak-anak perempuan terpaksa pasrah ketika diminta pasangannya untuk menjajakan diri. Mereka baru berontak dan melaporkan kejadian itu kepada polisi ketika tindakan pasangannya sudah dianggap melampaui batas.
    4. Di Surabaya, misalnya Juli 2002 lalu dilaporkan di media masa bagaimana aparat kepolisian berhasil mengungkap praktik perdagangan anak perempuan yang dipaksa bekerja di sektor prostitusi. Menurut pengakuan salah satu pelaku, paling tidak sudah ada lima anak perempuan di bawah 18 tahun yang diperdaya dan kemudian dijual ke germo di kompleks lokalisasi di Surabaya. Harga persatu korban rata-rata 1 juta rupiah. Modus yang dikembangkan pelaku adalah mereka mencoba mendekati korban, mencarinya, kemudian setelah berhasil diperdaya dan korban tertipu menyerahkan keperawanannya, baru kemudian korban dijual ke germo yang sudah menjadi langganan mereka.
    5. Ciawi, Setelah lebih dari sebulan tak pulanh kerumah, akhirnya Putri Rusdianti (20) warga RT 04/06, Kampung Ranji, Desa Telukpinang akhirnya dilaporkan pihak keluarga ke Mapolsek Ciawi, kemarin. Ibu korban, Yanti (40) mengatakan, anaknya meninggalkan rumah sejak Minggu (4/11). Saat itu, Putri berpamitan bersama temannya Novia (19) untuk menghadiri pesta ulang tahun di kawasan Tajur, Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor.Namun, hingga malam hari Putri tak pulang.“ Sejak malam itu, saya langsung mencari dan bertanya kepada teman-temannya, tapi mereka tak tahu,” ungkapnya.Penasaran, Yanti kemudian mendatangi rumah Novi namun tak membuahkan hasil. “ Katanya, anak saya sudah pulang,” ujarnya saat di Mapolsek Ciawi.Yanti menambahkan, anaknya memiliki ciri tinggi sekitar 160 cm, rambut hitam lurus panjang dan tahi lalat kecil di bagian bibir sebelah kiri.[7]

    F. Analisis Masalah

    Daftar kasus perdagangan anak dan perempuan yang terjadi di tanah air selama ini sudah tentu masih bisa terus diperpanjang. Tetapi, terlepas dari soal jumlah dan berapa angka kejadian yang pasti, sebagai salah satu bentuk pelanggaran hak asasi manusia (HAM), kasus perdagangan anak dan perempuan sungguh harus dikutuk dan dicegah perkembangannya karena implikasinya sangat merugikan korban. Berbeda dengan kasus kriminal biasa di mana korban barangkali hanya menderita kerugian harta benda atau lika fisik di tubuh. Dalam kasus ini, korban dalam banyak hal harus mengalami penderitaan ganda yang bertubi-tubi. Mereka bukan saja harus kehilangan kebebasan, dieksploitasi dalam jam kerja yang panjang, tercabut dari akar budaya, dan habitat asalnya, atau terpaksa terpisah dari keluarga, dan teman. Lebih dari itu, anak dan perempuan yang menjadi korban sering kali juga harus menerima stigma sosial yang merugikan: dicap sebagai wanita tuna susila, anak haram, anak pungut atau bahkan menjadi budak terselubung.

    G. Mengapa bisa terjadi banyak korban Trafficking?

    Mengapa hal ini bisa terjadi dan banyak memakan korban gadis – gadis remaja kita ? ada beberapa faktor utama yang harus dicermati, antara lain : Para BMI tidak mempunyai akses langsung terhadap PT atau Lembaga yang membutuhkan tenaganya, sehingga banyak calon BMI sangat mudah terkena tindak penipuan yang dilakukan oleh para Calo maupun PT penyalur tenaga kerja bahkan Calon BMI tidak tahu tentang pekerjaanya dan gaji yang sebenar – benarnya. Dan ini lebih diperparah lagi manakala Pihak PT, merubah identitas atau mengganti identitas calon BMI dengan alasan untuk mempercepat keberangkatan calon korban. Jika para BMI sesampai di negara tujuan , dan merasa dirinya menjadi korban Trafficking, para BMI tidak tahu tempat dan memang tidak ada tempat pengaduan bagi mereka korban Trafficking, seandainya mereka meminta perlindungan ke Kedutaan, atau Konsulat RI yang ada di negara tujuan tersebut, cenderung tidak dilayani dengan baik dengan alasan cukup klasik yaitu tidak adanya tenaga dan anggaran yang kusus tersedia untuk itu , sehingga banyak permasalahan korban trafficking dinegara tujuan tidak terselesaikan dengan tuntas.

    H. Perlindungan Hukum terhadap Perempuan dan Anak

    Di tengah situasi krisis yang tak kunjung usai, harus diakui bukan hal yang mudah untuk mengerem laju pengiriman tenaga kerja ke luar negeri atau ke luar daerah khususnya ke berbagai kota besar dan pusat industri di belahan Nusantara. Namun dengan melihat ekses negatif yang di timbulkan, maka kasus migrasi anak dan tenaga kerja perempuan dengan sukarela atau paksaan yang belakangan ini berkemban di masyarakat sudah sepantasnya jika kemudian dicermati secara lebih mendalam. Lebih dari sekedar memberikan bekal keterampilan dan keahlian berbahasa plus etos kerja keras yang acap kali menjadi isi kurikulum pusat latihan TKW dan TKI yang ada, sebetulnya yang dibutuhkan anak dan perempuan yang hendak mengadu nasibmencari kerja ke luar provinsi atau ke luar negeri adalah perlindungan dan program pemberdayaan soaial yang benar-benar nyata.

    Baru pada tanggal 25 Agustus 1990 dengan keputusan Presiden No.36 tahun1990, Pemerintah Indonesia setelah didesak oleh berbagai kelompok aktifis yang concern terhadap perempuan dan anak serta para Akademisi, baru bersedia meratifikasi sebuah Konvensi Hak – hak Anak (KHA) yang diambil langsung dari Human Right ( PBB ). Merujuk KHA yang sudah diratifikasikan dalam tata hukum di Indonesia, maka dalam Propenas tahun 2000 – 2004 , digariskan upaya untuk memenuhi hak anak atas kelangsungan hidup, tumbuh kembang, perlindungan dan partisipasi anak yang salah satunya dilaksanakan melalui kesejahteraan dan perlindungan anak.

    “UU” No.39 Tahun 1999, Pasal 2 ayat 2 yang berbunyi “Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan perlakuan hokum yang adil serta mendapat kepastian hokum dan perlakuan yang sama di depan hokum”.

    Dan juga dalam pasal 63 – 66 tentang Hak– Hak Manusia, secara khusus menyatakan bahwa anak – anak berhak dilindungi dari berbagai sebab, baik exploitasi ekonomi, exploitasi dan penyalah gunaan secara sex, penculikan, perdagangan, obat – obatan dan penggunaan narkoba, dari hukum yang kejam dan tidak manusiawiserta dilindungi selama proses hukum. Dalam Amandemen UUD 1945 mengenai hak anak untuk mendapat perlindungan tercantum dalam pasal 28B (2), sehingga berdirilah KomNas Perlindungan Anak ditingkat Nasional dan Lembaga Perlindungan Anak (LPA) di 18 Propinsi. Dengan demikian ada konsekuensi logis terhadap orang tua , bisa terpidanakan dikarenakan kelalaiannya atau kesengajaannya sehingga anak terekploitasi salah satunya untuk ekonomi maupun tindakan seksual atau yang lainnya.

    Bab III. Penutup

    A. Kesimpulan

    Di Indonesia, perdagangan anak dan perempuan yang belakangan ini makin marak, bukan saja terbatas untuk tujuan prostitusi paksaan atau perdagangan seks melainkan juga meliputi bentuk-bentuk eksploitasi, kerja paksa dan praktik seperti perbudakan di beberapa wilayah dalam sektor informal, termasuk kerja domestik dan istri pesanan.

    Modus yang dikembangkan pelaku atau sindikat yang memperjual-belikan anak perempuan untuk kepntingan bisnis pelayanan jasa seksual komersial relatif bermacam-macam. Sebagian mungkin den gan cara bujuk rayu dan penipuan, tetapi tak jarang pula terjadi dengan cara kekerasan atau paksaan.

    Dalam kasus penculikan dan perdagangan anak yang pernah terjadi di tanah air, motif pelaku melakukan penculikan anak relatif beragam. Secara garis besar, biasanya motif yang melatar belakangi sebagai berikut: (1) praktik penculikan anak yang dimanfaatkan sebagai tenaga kerja paksa, baik itu di sektor industri, sebagai TKI, maupun untuk sekedar di jadikan pengemis atau anak jalanan di bawah komando seorang preman yang sangar dan jahat, (2) praktik penculikan anak sebagai bagian dari modus kriminal untuk memperoleh uang besar dalam jangka waktu pendek, (3) kasus penculikan anak dan perdagangan untuk dijadikan korban kekerasan seksual, baik untuk diperkerjakan sebagai PSK maupun untuk kepentingan perbudakan yang dibungkus dengan kedok perkawinan, (4) praktik penculikan anak untuk diperjual-belikan di luar negeri, baik untuk dimanfaatkan organ tubuhnya maupun untuk dijadikan anak adopsi oleh keluarga tertentu yang menginginkan anak angkat.

    DAFTAR PUSTAKA

    Hidayat, Rachmad. 2004. Ilmu yang Seksis: Feminisme dan Perlawanan terhadap Teori Sosial Maskulin. Yogyakarta: Penerbit Jendela.

    Irianto, Sulistyowati dan kawan-kawan.2005. Perdagangan Perempuan Dalam Jaringan Pengedaran Narkotika; kata pengantar: Prof. Saparinah Sadli-edisi I. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia .

    J.Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto. 2007. Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana.

    Pusat Kajian Wanita dan Gender, Universitas Indonesia. 2007. Hak Azasi Perempuan Instrumen Hukum untuk Mewujudkan Keadilan Gender. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

    Sunarto. 2009. Televisi, Kekerasan, dan Perempuan. Jakarta: Kompas Media Nusantara.

    Suyanto, Bagong. 2010. Masalah Sosial Anak. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

    Media:

    Radar Bogor, 14 Desember 2012

  • KTI – Perilaku Komsumtif di Kalangan Remaja dan Pelajar SMA

    Perilaku Komsumtif di Kalangan Remaja dan Pelajar SMA

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Seiring dengan berkembangnya era globalisai, membuat terjadinya peningkatan produksi dan distribusi. Hal ini tentunya akan berpenagruh pada pemenuhan kebutuhan masyarakat.Kebutuhan adalah suatu kekurangan yang membuat orang hendak memenuhinya. Terkait dengan hal ini, pemenuhan akan hal tersebut ada masyarakat yang menyikapnya secara wajar dan ada yang berlebihan/tidak wajar. Ketidak wajaran inilah yang menimbulkan adanya perilaku yang disbut dengan “Konsumtif”. Perilaku konsumtif seperti ini hampir terjadi pada semua lapisan masyarakat. Terutama terjadi pada kalangan pelajar.

    Masa remaja merupakan masa perubahan dari anak-anak menuju usia dewasa. Tidak hanya usia yang mengalami perubahan, namun juga pada sikap dan perilakunya.

    Sikap remaja yang masih tergolong labil dan mudah dipengaruhi,  hal ini yang sering kali membuat remaja dijadikan objek potensial bagi produsen dan para ahli pemasaran, untuk menjual produknya. Bagi mereka membeli tidak lagi berdasarkan kebutuhan, namun membeli berdasarkan alasan-alasan lain seperti mengikuti mode,ingin memperoleh pengakuan sosial oleh orang disekitarnya dan sebagainya.   Perilaku konsumtif tentunya akan menjadi masalah ketika kecenderungan membeli menjadi wajar pada remaja, apalagi jika dilakukan secara berlebihan dan terus-menerus. Terkadang apa yang dituntut olehnya tidak sesuai dengan kemampuan orang tuanya sebagai sumber dana. Akibatnya  ekonomi keluarga akan mengalami masalah. Bukan itu saja, jika orang tua mereka tidak dapat memenuhinya, mereka akan melakukan segala cara yang mengarah pada tindakan negatif seperti, mencuri. Jadi, perilaku konsumtif tidak hanya berdampak pada dirinya, namun juga orang lain.

    Berdasarkan permasalahan diatas, tentu saja masih banyak faktor-faktor dan dampak yang ditimbulkan dari perilaku konsumtif. Maka, Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Perilaku Konsumtif dikalangan Pelajar SMA Negeri 1  Pelaihari”.

    B. Rumusan Masalah

    1. Apa pengertian perilaku konsumtif?
    2. Apa penyebab maraknya perilaku konsumtif di kalangan pelajar?
    3. Apa saja indikator perilaku konsumtif?
    4. Dampak apa saja yang ditimbulkan dari perilaku konsumtif bagi pelajar?
    5. Bagaimana upaya untuk mengatasi perilaku konsumtif dikalangan pelajar?

    B. Tujuan

    1. Untuk mengetahui secara jelas faktor penyebab timbulnya perilaku konsumtif dikalangan pelajar
    2. Untuk menjelaskan akibat yang ditimbulkan dari perilaku konsumtif
    3. Untuk mengetahui upaya yang dapat dilakukan dalam mengatasi perilaku konsumtif

    D. Manfaat Penelitian

    1. Sebagai langkah untuk mencegah budaya konsumerisme.
    2. Memberikan pemahaman kepada remaja mengenai penyebab, dampak dan cara pencegahan terhadap budaya konsumerisme.

    Bab II. Pembahasan

    A. Perilaku Komsumtif

    Kata “konsumtif” sering diartikan sama dengan “konsumerisme”. Padahal kata yang terakhir ini mengacu pada  segala sesuatu yang berhubungan dengan konsumen. Sedangkan konsumtif lebih khusus menjelaskan keinginan untuk mengkonsumsi barang-barang yang sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan untuk mencapai kepuasan yang maksimal (Tambunan, 2003). Perilaku konsumtif juga dapat didefinisikan sebagai perilaku membeli barang atau  jasa yang berlebihan, walaupun tidak dibutuhkan (Moningka, 2006).

    Dahulu orang berbelanja karena ada kebutuhan yang harus dipenuhi. Saat ini orang berbelanja karena berbagai macam  sebab, untuk memanjakan diri sendiri, menyenangkan orang lain, membeli sesuatu dengan alasan hari raya, atau karena potongan harga. Bahkan, hanya sekedar gengsi, memperlihatkan dengan status sosial tertentu dapat berbelanja di tempat “X” dan mampu membeli barang dengan merek ternama. Tanpa disadari, alasan-alasan tersebut membuat seseorang hidup dalam gaya hidup konsumtif. 

    Mowen dan Minor (2002) mengatakan bahwa perilaku konsumtif adalah suatu perilaku yang tidak lagi didasarkan pada pertimbangan yang rasional, melainkan membeli produk atau jasa tertentu untuk memperoleh kesenangan atau hanya perasaan emosi. Pengertian perilaku konsumtif tersebut sejalan dengan pendapat Dahlan yakni suatu perilaku  yang ditandai oleh adanya kehidupan mewah yang berlebihan, penggunaan segala hal yang dianggap paling mahal memberikan kepuasan dan kenyamanan fisik sebesar-besarnya serta adanya pola hidup manusia yang dikendalikan oleh suatu keinginan untuk memenuhi hasrat kesenangan semata (dalam Sumartono, 2002). Berdasarkan dari beberapa pengertian yang telah dikemukakan, maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa perilaku konsumtif adalah perilaku individu yang ditunjukan untuk mengkonsumsi suatu barang secara berlebihan dan tidak terencana.

    Perilaku ini lebih banyak dipengaruhi oleh nafsu yang semata-mata untuk memuaskan kesenangan serta lebih mementingkan keinginan dari pada kebutuhan. Sehingga tanpa pertimbangan yang matang, seseorang begitu mudah melakukan pengeluaran untuk memenuhi keinginan yang tidak sesuai dengan kebutuhan pokoknya sendiri.Di tengah realitas kondisi ekonomi bangsa kita yang masih jauh di bawah Negara lain. Masyarakat kita malah semakin dikendalikan oleh budaya konsumtivisme. Besarnya peningkatan permintaan terhadap barang-barang teknologi seperti yang diberikatan di beberapa media sejak tahun-tahun lalu hingga sekarang, telah menunjukkan perilaku konsumtif bangsa Indonesia yang semakin memprihatinkan.

    Tiada hari tanpa belanja dan membeli. Bahkan sebagian dari mereka sudah ada yang mengidap penyakit “shopilimia”, suatu penyakit “kecanduan berbelanja”. Masyarakat kita pun akhirnya semakin sulit membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Mungkin kita  pernah memperhatikan beberapa counterhandphone yang selalu ramai saat hari-hari biasa dan membludak di hari libur. Survey membuktikan bahwa banyak diantara kita yang mempunyai telepon seluler lebih dari satu. Keberadaan dua sampai tiga telepon seluler disaku bagi sebagian besar masyarakat kita saat ini tidak lagi menjadi sesuatu hal yang aneh, namun sudah lumrah. Apple, BlackBerry dan Htc merupakan segelintir brand yang menghiasi saku-saku banyak orang saat ini, tentunya dengan dibantu hp-hp lokal lainnya. Fakta ini, diperkuat oleh prilaku para remaja, khususnya pada momen-momen khusus yang terjadi di sepanjang tahun, semisal hari raya keagamaan, seperti bulan Ramadhan, Hari Raya Idul Fitri, Natal, dan Tahun Baru.

    Remaja yang bergaya hidup konsumtif rela mengeluarkan uangnya hanya untuk jaga gengsi dalam pergaulan. Baik itu masalah  makanan dan minuman, pakaian, juga masalah hiburan (Food, Fashion, and Fun). Hal ini merupakan perwujudan dari gharizah al baqa (naluri mempertahankan diri). Setiap orang ingin dianggap eksis dalam lingkungan pergaulannya. Bahkan mereka rela menghambur-hamburkan uang kedua orang tuanya demi mencapai eksistensi tersebut. Mereka sudah tidak memperdulikan betapa susahnya orang tua dalam mencari uang, yang mereka pikirkan hanyalah mencapai kepuasan dan keinginan.

    Budaya konsumtif yang mewabah pada remaja saat ini tidak terlepas dari perkembangan budaya kapitalisme yang menempatkan konsumsi sebagai titik sentral kehidupan dalam tatanan sosial masyarakat.  Terlebih lagi pada momen-momen khusus  yang terjadi disepanjang tahun yang mendorong setiap individu untuk bertindak konsumtif. Hal ini awalnya hanya untuk memenuhi kebutuhan yang dianggap perlu, namun lama-kelamaan sifat konsumtif semakin besar sehingga individu cenderung membeli barang yang sebenarnya tidak mereka butuhkan. Keinginan yang besarlah yang membuat mereka susah untuk menahan membelanjakan uang yang mereka miliki.

    Perilaku konsumtif ini dapat terus mengakar di dalam gaya hidup sekelompok remaja. Dalam perkembangannya, mereka akan menjadi orang-orang dewasa dengan gaya hidup konsumtif. Gaya hidup konsumtif ini harus didukung oleh kekuatan finansial yang memadai.  Masalah lebih besar terjadi apabila pencapaian tingkat finansial itu dilakukan dengan segala macam cara yang tidak halal. Sebagai contohnya mencuri, merampok, dan sebagainya.

    B. Faktor Penyebab Perilaku Konsumtif

    1. Faktor Internal.

    Faktor internal ini juga terdiri dari dua aspek, yaitu faktor psikologis dan faktor pribadi.
    a) Faktor psikologis, juga sangat mempengaruhi seseorang dalam bergaya hidup konsumtif
    b) Motivasi, dapat mendorong karena dengan motivasi tinggi untuk membeli suatu produk, barang / jasa maka mereka cenderung akan membeli tanpa menggunakan faktor rasionalnya.
    c) Persepsi, berhubungan erat dengan motivasi. Dengan persepsi yang baik maka motivasi untuk bertindak akan tinggi, dan ini menyebabkan orang tersebut bertindak secara rasional.
    d) Sikap pendirian dan kepercayaan. Melalui bertindak dan belajar orang akan memperoleh kepercayaan dan pendirian. Dengan kepercayaan pada penjual yang berlebihan dan dengan pendirian yang tidak stabil dapat menyebabkan terjadinya perilaku konsumtif.

    2. Faktor Eksternal / Lingkungan.

    Perilaku konsumtif dipengaruhi oleh lingkungan di mana ia dilahirkan dan dibesarkan. Variabel-variabel yang termasuk dalam faktor eksternal dan mempengaruhi perilaku konsumtif adalah kebudayaan, kelas sosial, kelompok sosial, dan keluarga,

    C. Indikator Perilaku Komsumtif

    Sumartono (1998) menyatakan bahwa konsep perilaku konsumtif amatlah variatif, tetapi    pengertian perilaku konsumtif adalah membeli barang atau jasa tanpa pertimbangan rasional atau bukan atas dasar kebutuhan. Secara operasional indikator perilaku konsumtif adalah : 

    1. Membeli produk karena hadiahnya. 

    Individu membeli suatu barang karena adanya hadiah yang ditawarkan jika membeli barang tersebut. 

    2. Membeli produk karena kemasannya menarik. 

    Konsumen pria metroseksual mudah terbujuk untuk membeli produk yang dibungkus dengan rapi dan dihias dengan warna-warna yang menarik. 

    3. Membeli produk demi menjaga penampilan diri dan gengsi. 

    Kosumen pria metroseksual mempunyai keinginan yang  tinggi, karena pada umumnya mereka mempunyai ciri khas dalam berpakaian, berdandan, gaya rambut, dan sebagainya bertujuan agar pria metroseksual selalu berpenampilan menarik. Mereka membelanjakan uangnya lebih banyak untuk menunjang penampilan diri. 

    4. Membeli produk atas pertimbangan harga (bukan atas dasar manfaat dan kegunaannya).    

    Konsumen pria metroseksual cenderung berperilaku yang ditandai oleh adanya kehidupan mewah sehingga  cenderung menggunakan segala hal yang dianggap paling mahal. 

    5. Membeli produk hanya sekedar menjaga simbol status. 

    Pria metroseksual mempunyai kemampuan membeli yang tinggi dalam berpakaian, berdandan, gaya potong  rambut, dan sebagainya sehingga dapat menunjukkan sifat ekslusif dengan citra yang mahal dan memberi kesan berasal dari  kelas sosial yang lebih tinggi. Dengan membeli suatu produk dapat memberikan simbol status agar kelihatan menarik dimata orang lain. 

    6. Memakai sebuah produk karena unsur  konformitas terhadap model yang mengiklankan produk. 

    Pria metrseksual cenderung meniru tokoh yang diidolakan dalam bentuk menggunakan segala sesuatu yang dipakai tokoh yang diidolakannya. Pria metroseksual cenderung dan mencoba produk yang ditawarkan bila ia mengidolakan public figure produk tersebut. 

    7. Munculnya penilaian bahwa membeli produk dengan harga mahal akan menimbulkan rasa percaya diri yang tinggi. 

    Pria metroseksual sering terdorong untuk mencoba suatu produk karena mereka percaya yang dikatakan oleh iklan yaitu dapat menumbuhkan rasa percaya diri. Cross dan Cross (dalam Hurlock, 1997) juga menambahkan bahwa dengan membeli produk yang mereka anggap dapat mempercantik penampilan fisik, mereka akan menjadi lebih percaya diri. 

    8. Mencoba lebih dari 2 produk sejenis (merek berbeda). 

    C. Pengaruh Perilaku Komsumtif

    Pengaruh atau akibat yang ditimbulkan dari prilaku konsumtif remaja yaitu :

    1. Boros

    Mereka rela menghambur-hamburkan uang demi mencapai keinginannya, bukan memenuhi kebutuhannya.

    2. Menimbulkan masalah ekonomi keluarga

    Bagi remaja yang kedua orang tuanya tidak mampu, akan menimbulkan masalah. Sebab, remaja tersebut pasti akan terus mendesak kedua orang tuanya agar memenuhi apa yang diinginkan.

    3. Menimbulkan kesenjangan sosial

    Dalam hal ini akan terjadi perbedaan antara anak orang menengah ke atas dan menengah ke bawah. Akibatnya terjadi kecemburuan sosial yang mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan, bahkan bisa menimbulkan kriminalitas.

    D. Upaya Antisipasi Perilaku Komsumtif

    1. Menabung

    Meski tampak sederhana, namun tidak semua orang bisa menyisihkan uangnya untuk ditabung, apalagi mereka yang bergaya hidup konsumtif. diakui atau tidak, banyak yang belum menyadari akan pentingnya menabung. Sekadar kesadaran mungkin sudah ada, tetapi belum terealisasi secara terus menerus.

    Bagaimana bisa menabung jika gaji saja kecil? Menabung tidak harus dalam jumlah banyak. Namanya juga menyisihkan sebagian, maka dana tabungan bisa diambil sebesar 5% atau 10% dari gaji. Jika hal ini dilakukan secara terus menerus, tentu nilai tabungan akan semakin banyak, sehingga bisa menjadi dana cadangan ketika memiliki kebutuhan mendadak.

    2. Menyusun Rencana dan Anggaran Belanja

    Anggaran belanja merupakan salah satu alat untuk mengatur aliran dana. Dalam konteks ini tentu saja yang menjadi fokus utama adalah perencanaan pengeluaran. Kebutuhan bisa mencakup harian juga bulanan. Setiap pengeluaran harus diatur dalam pos-pos yang jelas. Dengan demikian, anggaran yang disediakan untuk pemenuhannya juga bisa terpampang secara gamblang. Pembuatan anggaran belanja sekaligus bisa menentukan target pengeluaran.

    Membuat anggaran belanja sih mudah, tapi menepatinya itu yang susah. Apalagi ketika godaan belanja barang-barang di luar kebutuhan selalu menghampiri. Untuk

    itu, kemampuan mengendalikan diri sangat dibutuhkan agar anggaran belanja yang sudah dibuat dapat ditepati. 

    3. Prioritaskan Kebutuhan

    Penting dipahami bahwa kebutuhan tidak sama dengan keinginan dan keperluan. Sederhananya, butuh selalu perlu, sedangkan perlu tidak selalu butuh. Jadi, kebutuhan memiliki ‘derajat’ yang lebih tinggi daripada keperluan atau hanya sekadar keinginan. Nah, untuk beranjak dari perilaku konsumtif, prioritaskanlah kebutuhan. Jika kebutuhan telah terpenuhi, maka keinginan atau keperluan bisa dipenuhi ketika ada dana sisa. Bukan kebalikannya, memenuhi keinginan lebih dulu dan mengesampingkan kebutuhan. Ketika dana telah habis untuk memuaskan keinginan, muncul kebutuhan yang mau tak mau wajib dipenuhi sehingga harus merogoh kocek lebih dalam. Beruntung kalau ada dana cadangan, jika tidak maka solusi yang harus diambil adalah dengan berutang. Tentu kondisi ini jauh dari tujuan hidup hemat.

    4.  hindari pemakaian kartu kredit

    Ada yang bilang kartu kredit tak ubahnya seperti kartu setan. Dia begitu mudah membujuk dan merayu berperilaku konsumtif dengan berbelanja berlebihan bahkan untuk barang-barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan. Mudah, praktis, dan gengsi. Itulah iming-iming yang menggelitik psikologis manusia, terutama yang hidup di perkotaan. Tanpa disadari, iming-iming tersebut justru menjerumuskan secara finansial, karena penggunanya akan dibebani dengan tagihan sebesar dana yang digunakan plus bunga.

    Transaksi dengan kartu kredit yang bersifat virtual tanpa uang tunai dan tinggal gesek seolah ‘menyihir’ penggunanya untuk belanja dan terus belanja. Asyik dan nyaman saja ketika menggunakannya, tetapi ketika sadar banyaknya tagihan dan pengeluaran barulah akan menyesakkan dada.

    Belanja menggunakan kartu kredit sebenarnya sah-sah saja, asal Anda memiliki komitmen dan kontrol diri yang kuat. Bagi Anda yang cenderung ‘latah’ sebaiknya menghindari berbelanja dengan kartu kredit dan lebih bijak jika menggunakan uang tunai. Dengan demikian, Anda tetap bisa mengontrol pengeluaran Anda.

    5. Kurangi Jalan-jalan dan Cuci Mata di Mal

    Jalan-jalan dan cuci mata di mal atau pusat perbelanjaan memang mengasyikkan, namun akan berbahaya, jika hal ini menjadi kebiasaan, maka lama-lama akan menguras kantong Anda. Mengapa? Cuci mata di pusat perbelanjaan berpotensi menimbulkan niat belanja yang tidak terduga dan terencana. Ketika melihat suatu barang yang di-display di toko, bisa jadi Anda langsung tertarik dan ingin membelinya meskipun tidak ada rencana untuk membelinya dalam daftar belanja yang telah Anda buat.

    6. Mulailah Berinvestasi

    Investasi merupakan salah satu cara untuk menghindari perilaku konsumtif sekaligus merencanakan kehidupan masa depan yang lebih baik. Apa pentingnya berinvestasi? Investasi dapat dipahami sebagai penanaman modal pada suatu usaha atau barang tak bergerak dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa mendatang. Ketika usia Anda tak lagi produktif, investasi bisa menyelamatkan kehidupan masa tua Anda. Misalnya saja, Anda membeli properti. Jika belum ingin memanfaatkannya untuk diri sendiri, Anda bisa menyewakannya kepada pihak lain sehingga Anda memperoleh keuntungan dari uang sewanya. Selain itu, Anda juga bisa menikmati nilai properti yang cenderung meningkat setiap tahunnya.

    7. Cermatlah Ketika Membeli Barang

    Mahal tak selalu berkualitas, dan murah tak selalu murahan. Agaknya prinsip tersebut perlu bahkan wajib Anda terapkan ketika membeli suatu barang. Membeli barang berdasarkan fungsi akan lebih bijak dibandingkan berdasarkan merek hanya untuk menunjang gengsi. Contohnya saja tas. Bagi kebanyakan wanita, barang tersebut sangatlah berharga. Tak heran jika barang ini dikoleksi oleh kaum hawa. Namun, untuk apa membeli tas dengan harga mencapai ratusan juta, padahal fungsinya sama dengan tas yang berharga ratusan atau hanya puluhan ribu saja. Perilaku tersebut tentu saja merupakan pemborosan.

    8. Beramal dan Bersedekah 

    Cara yang satu ini memang berbau religi, namun tak kalah ampuh untuk mengubah perilaku konsumtif. Dengan beramal dan bersedekah berarti Anda telah berbagi dengan orang-orang yang secara ekonomi tidak seberuntung Anda. Pesan moralnya, dengan bersedekah, memberikan sumbangan atau donasi ke lembaga-lembaga sosial seperti panti asuhan, panti jompo, atau fakir miskin, Anda telah membantu meringankan beban mereka. Oleh sebab itu, jika memiliki dana berlebih, akan lebih baik apabila Anda menyalurkannya kepada orang-orang yang membutuhkan, bukan justru egois dengan menghambur-hamburkannya untuk kesenangan pribadi, meski itu merupakan hak Anda. Jika Anda termasuk salah seorang yang berperilaku konsumtif, ada baiknya jika tips ini diterapkan sebelum Anda mengalami kebangkrutan.

    Bab III. Penutup

    A. Kesimpulan

    Dari hasil pembahasan di atas, dapat saya simpulkan bahwa globalisasi memiliki pengaruh yang luar biasa bagi para remaja. Pengaruh tersebut yaitu melekatnya perilaku konsumtif remaja di kehidupan sehari-harinya. Hal tersebut bisa terjadi karena remaja memang sudah menjadi sasaran potensial bagi para produsen. Selain itu, masa remaja adalah proses pencarian jati diri, sehingga mereka lebih mudah terpengaruh dan terbawa oleh kondisi lingkungan di sekitarnya. Ditambah lagi dengan diluncurkannya barang-barang bermerk, semakin mudahlah perilaku konsumtif muncul di kalangan remaja.

    Dengan melihat kondisi remaja saat ini, jika seseorang memasuki masa remaja sebaiknya lebih diarahkan dan lebih dipantau lagi terutama oleh orang tua. Selain itu, para remaja lebih baik diberi kesibukan agar mereka tidak merasa bosan. Karena perilaku konsumtif muncul akibat mereka tidak ada kegiatan, lalu mereka bosan. Dari kebosanan itulah muncul budaya belanja yang mengakibatkan perilaku konsumtif.

    B. Saran

    Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya dan semoga bisa dikaji ulang supaya karya tulis ini dapat lebih baik lagi. Dan yang paling saya tekankan, semoga dengan adanya karya tulis ini para remaja bisa memiliki kesadaran untuk menghindari yang namanya perilaku konsumtif. Sebab perilaku konsumtif bukan hanya merugikan diri sendiri, tetapi dapat merugikan orang tua serta bisa menghabiskan uang tanpa alasan dan tujuan yang jelas.

    DAFTAR PUSTAKA

    http://siskawulan0108.blogspot.co.id/2016/04/pengaruh-prilaku-konsumtif-remaja-dalam.html

    Elizabeth B, Hurlock. 1980. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi kelima. Jakarta: Erlangga

  • Psikologi Umum – Peran, Fungsi dan Pengertian Emosi

    Peran, Fungsi dan Pengertian Emosi

    A. Pengertian Emosi

    Emosi (emotion) adalah reaksi yang kompleks yang mengandung aktivitas dengan derajat yang tinggi dan adanya perubahan dalam kejasmanian serta berkaitan dengan perasaan yang kuat dan sering terjadi perubahan prilaku (Chaplin,1972 dalam Walgito,2003;203)

    Emosi didefinisikan sebagai suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak,(Goleman, 1999 dalam  Khodijah,2006)

    William James (dalam Khodijah,,2006) mendefinisikan emosi sebagai keadaan budi rohani yang menampakkan dirinya dengan suatu perubahan yang jelas pada tubuh.

    Sedangkan perasaan (feeling) adalah keadaan atau state individu sebagai akibat dari persepsi terhadap stimulus baik eksternal maupun internal (Chaplin, 1972 dalam Walgito,2003;203)

    Perasaan dan emosi umumnya disifatkan sebagai keadaan yang ada pada individu pada suatu waktu (Chaplin, 1972 dalam Walgito,2003;202

    Emosi dapat dikontrol . Ada 3  jenis display rules  yaitu, :  Masking , Modulation, dan  Simulation (Ekman dan Friesen dalam Walgito,2003;207).

    1. Masking : keadaan seseorang yang dapat menyembunyikan atau dapat menutupi emosi yang dialaminya.
    2. Modulation : keadaan seseorang yang tidak dapat meredam secara tuntas gejala kejasmaniannya, contoh dia menangis tapi tidak terlalu kuat.
    3. Simulation: orang tidak mengalami emosi tetapi seolah-olah mengalami emosi

    Emosi hakikatnya adalah salah satu bentuk dari komunikasi seseorang. Kala seseorang emosi, artinya dia sedang berupaya menyampaikan pesan kepada orang lain.

    Bentuk penyampaiannya berbeda-beda, bergantung pada lingkungan dan kondisi sosial budaya yang membentuknya. Komunikasi pada emosi memiliki ciri-ciri tertentu:

    • Sikap terjadi bukan dibawa sejak diilahirkan.
    • Sikap berubah-ubah dan dapat dipelajari.
    • Siap tidak berdiri sendiri, karena mengandung relasi terhadap suatu objek.
    • Sikap merupakan segi-segi motivasi dan perasaan. Sifat berdasarkan pengetahuan seseorang (Newcomb, Turner, dan Converse, 1981:151).

    Perilaku kita sehari-hari pada umumnya diwarnai oleh perasaan tertentu seperti senang atau tidak senang, suka atau tidak suka, sedih dan gembira. Perasaan yang  terlalu menyertai perbuatan-perbuatan kita sehari-hari disebut warna afektif. Apabila warna afektif tersebut kuat, perasaan itu dinamakan emosi (Sarlito 1982:59). Beberapa contoh emosi yang lainnya adalah cinta, marah, takut, cemas, malu, kecewa dan benci.

    Apakah definisi dari emosi? Apakah sebagian orang mendefinisikan emosi sama seperti perasaan yang mendalam apabila dirasakan? Emosi dan perasaan adalah dua konsep yang berbeda, tetapi perbedaan keduanya tidak dapat dinyatakan secara tegas. Emosi dan perasaan merupakan gejala emosional yang secara kualitatif berkelanjutan tetapi tidak jelas batasannya. Pada suatu saat, warna afektif dapat dikatakan sebagai perasaan, tetapi dapat disebut sebagai emosi. Misalnya, marah yang ditunjukkan dalam bentuk diam. Oleh karena itu, emosi dan perasaan tidak mudah untuk dibedakan.

    Menurut Crow & Crow (1958), pengertian emosi adalah ’An emotion, is an affective experience that accompanies generalized inner adjustment and mental and physiological stirredup states in the individual, and that shows it self in his evert behavior’. Jadi, emosi adalah warna afektif yang kuat dan ditandai oleh perubahan-perubahan baik.

    Penggolongan emosi dapat dibedakan menjadi menjadi sebagai berikut :

    1. Emosi yang sangat mendalam (misalnya sangat marah atau sangat takut) menyebabkan aktivitas yang sangat tinggi, sehingga seluruh tubuh diaktivkan, dan dalam keadaan seperti ini sukar untuk menentukan apakah seseorang sedang takut atau sedang marah
    2. satu orang dapat menghayati satu macam emosi dengan berbagai cara. Misalnya kalau marah sati orang contohnya dapat gemetar di tempat dan yang lain mungkin memaki atau yang lain lagi mungkin lari dan diam.
    3. Nama yang umumnya diberikan kepada berbagai jenis emosi biasanya didasarkan pada sifat rangsangnya buakn pada keadaan emosinya sendiri. Jadi ’takut’ adalah emosi yang timbul terhadap suatu bahaya dan ’marah’ adalah emosi yang timbul dari suatu yang menjengkelkan.
    4. Pengenalan emosi secara subyektif dan introspektif juga sukar dilakukan karena selalu saja akan ada pengaruh dari lingkungan.

    Pada saat emosi, sering terjadi perubahan-perubahan fisik pada seseorang, seperti :

    1. reaksi elektris pada kulit meningkat bila terpesona
    2. peredaran darah bertambah cepat bila marah
    3. denyut jantung bertambah cepat bila terkejut
    4. bernapas panjang kalau kecewa
    5. pupil mata membesar bila marah
    6. air liur mengering bila takut atau tegang
    7. bulu roma berdiri kalau takut
    8. pencernaan menjadi sakit atau mencret-mencret kalau tegang
    9. otot menjadi tegang atau bergetar
    10. komposisi darah berubah dan kelenjar-kelenjar lebih aktif

    Perkembangan emosi dialami oleh seorang bayi, anak-anak, remaja dan dewasa. Dimana seeorang akan merasakannya sebagai sebuah persepsi yang dilalui oleh sistem-sistem saraf mereka sesuai dengan perkembangan emosinya.

    Menurut Elizabeth B. Hurlock (1978:79) reaksi yang menyenangkan pada bayi dapat diperoleh dengan cara mengubah posisi tubuh secara tiba-tiba, membuat suara keras atau membiarkan bayi menggunakan popok yang basah. Rangsangan ini menimbulkan reaksi emosional berupa tangisan dan ativitas yang kuat. Sebaliknya reaksi yang menyenangkan dapat tampak jelas tatkala bayi menyusui pada ibunya.

    Pada umumnya anak kecil lebih emosional daripada orang dewasa karena pada usia ini anak masih relatif muda dan belum dapat mengendalikan emosinya. Anak kecil memiliki perilaku yang sangat memaksa. Mereka hanya mempunyai sedikit kendali dari dorongan hati mereka dan mudah merasa putus asa. Pada saat anak mencapai usia tiga tahun mereka sudah menumbuhkan beberapa sikap toleransi untuk mengatasi hal tersebut. Mereka juga sudah dapat mengembangkan beberapa sikap pengendalian diri; mereka tidak bereaksi terhadap setiap dorongan hati. Perkembangan emosi berkaitan dengan pengendalian diri, apa yang disukai dan yang tidak disukai.

    Pada usia dua sampai empat tahun, karakteristik emosi anak muncul pada ledakan amarahnya atau temper tantrums (Elizabeth B. Hurlock, 1978). Anak yang berusia tiga dan empat tahun menyenangi kejutan-kejutan dan juga peristiwa roman. Mereka memerlukan keamanan dengan mengetahui bahwa ada suatu struktur dalam kehidupan sehari-hari. Anak yang berusia tiga dan empat tahun juga sudah mulai menunjukkan selera humor. Pada usia lima sampai enam tahun anak mulai matang dan mulai menyadari akibat-akibat dari emosinya. Ekspresi emosi anak dapat berubah secara drastis dan cepat, contohnya baru saja anak menangis tetapi setelah beberapa menit kemudian anak bisa gembira lagi karena mendapatkan hiburan dari orang yang mengendalikan emosinya.

    Anak-anak yang berusia tujuh dan delapan tahun mulai mencoba kembali untuk memperoleh kendali yang lebih baik lagi dari tanggapan emosional mereka. Mereka mulai menyadari kondisi di dunia dan lebih menaruh perhatian terhadap cerita-cerita baru yang mereka lihat di televisi atau yang mereka dengar dari bahan diskusi orang-orang dewasa.

    Anak yang berusia tujuh dan delapan tahun mulai menunjukkan ketekunan di dalam usaha yang mereka lakukan untuk mencapai tujuan mereka. Ini sering menyebabkan orang tua mereka menjadi kesal dimana ketika anak meminta orang tua untuk melakukan suatu hal secara berulang kali. Pada usia ini anak-anak mengembangkan sikap empati yang lebih memperkenalkan diri kepada orang lain dan juga merasa bersalah ketika mereka melukai orang lain, baik secara fisik ataupun emosional. Mereka mencoba untuk menimbulkan rasa nyaman terhadap keluarga atau teman tanpa diminta untuk melakukannya.

    Sedangkan pola emosi remaja juga hampir sama dengan pola emosi masa kanak-kanak. Jenis emosi yang secara normal sering dialami remaja adalah kasih sayang, gembira, amarah, takut dan cemas, cinta, cemburu, kecewa, sedih dan lain-lain. Perbedaannya terletak pada macam dan derajat rangsangan yang membangkitkan emosi dan pola pengendalian yang dilakukan individu terhadap emosinya.

    Biehler (1972) membagi ciri-ciri emosional remaja dalam dua rentang usia, yaitu usia 12-15 tahun dan usia 15-18 tahun. Adapun ciri-ciri emosional remaja berusia 12-15 tahun adalah sebagai berikut :

    • Cenderung bersikap pemurung. Sebagian disebabkan karena perubahan biologis dalam hubungannya dengan kematangan seksual dan sebagiannya lagi karena kebingungannya dalam menghadapi orang dewasa. Karena kemurungan, hal ini dapat memicu terjadinya suasana hati yang depresi yang lebih banyak dialami oleh perempuan.
    • Ada kalanya bersikap kasar dalam menutupi kekurangannya dalam hal percaya diri
    • Ledakan-ledakan kemarahan sering terjadi sebagai akibat dari kombinasi ketegangan psikologis, ketidakstabilan biologis dan kelelahan karena bekerja yang terlalu keras atau pola makan yang tidak tepat ataupun tidur yang kurang cukup.
    • Cenderung berperilaku tidak toleran terhadap orang lain dengan membenarkan pendapatnya sendiri
    • Mengamati orang tua dan guru secara lebih objektif dan mungkin marah apabila tertipu dengan gaya guru yang bersifat sok tahu.

    Ciri-ciri emosional remaja usia 15-18 tahun adalah sebagai berikut :

    –          Sering memberontak sebagai ekspresi dari perubahan dari masa kanak-kanak ke dewasa

    –          Dengan bertambahnya kebebasan, banyak remaja yang mengalami konflik dengan orang tuanya. Mereka mengharapkan perhatian, simpati dan nasihat orang tua.

    –          Sering melamun untuk memikirkan masa depannya.

    Para peneliti mengemukakan bahwa perubahan pubertas berkaitan dengan meningkatnya emosi-emosi negatif. Meskipun demikian sebagian besar peneliti berkesimpulan bahwa pengaruh hormonal itu kecil dan jika hal itu terjadi, biasanya berkaitan dengan faktor lain seperti stres, pola makan, aktivitas seksual dan relasi sosial. Sesungguhnya pengalaman lingkungan dapat memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap emosi remaja dibandingkan perubahan hormonal.

    Banyak remaja yang tidak dapat mengelola emosinya secara lebih efektif. Sebagai akibatnya mereka rentan mengalami depresi, kemarahan, kurang mampu meregulasi emosinya yang selanjutnya dapat memicu munculnya berbagai masalah seperti kesulitan akademis.

    Ciri-ciri emosi yang dapat dibedakan antara emosi anak dan emosi orang dewasa adalah sebagai berikut :

    Emosi Pada AnakEmosi Pada Orang Dewasa
    Berlangsung singkat dan berakhir tiba-tibaBerlangsung lebih lama dan berakhir dengan lambat
    Terlihat lebih hebat dan kuatTerlihat lebih hebat atau kuat
    Bersifat sementara atau dangkalLebih lama
    Lebih sering terjadiJarang terjadi
    Dapat diketahui dengan jelas dari tingkah lakunyaSulit diketahui karena lebih pandai menyembunyikannya

    Pada masa dewasa perkembangan emosi mereka, akan mereka tujukan kepada hal-hal tentang percintaan, mulai meninggalkan rumah, mengembangkan karir dan bersosialisasi.

    2.      TIMBULNYA EMOSI

    Kapan seseorang akan mengalami emosi?

    Seseorang akan merasakan emosi ketika mengalami kejadian atau suatu hal tertentu  kebanyakan ahli yakin bahwa emosi akan lebih cepat berlalu daripada suasana hati. Kebanyakan orang akan meluapkan amarahnya dan emosinya akan cepat reda daripada menyimpan suasana hati yang sedang bersedih, karena itu akan memakan waktu yang sangat lama, mungkin sampai berjam-jam.

    Timbulnya emosi

    Emosi timbul karena adanya stimuli pembangkit emosi. Dengan demikian emosi bukan peristiwa keseluruhan sampai timbulnya perasaan dan dorongan serta terjadinya sambutan-sambutan fisis dan fisilogis lewat pekerjaan susunan saraf yang berlangsung secara otomatis. Untuk dapat terjadi peristiwa timbulnya emosi, stimuli harus dihubungkan dengan minat dan kehendak. Sebagai contoh, jika seseorang mengarahkan minatnya terhadap seorang individu, benda atau situasi maka akan terjadilah kemungkinan reaksi potensi emosi sehingga ia distimuli oleh hal-hal tersebut dimana ia menaruh perhatian.

    Suatu stimuli yang membangkitkan satu emosi tidak dapat menimbulkan emosi yang lainnya dalam waktu yang sama. Tetapi stimuli yang satu itu dapat saja membangkitkan emosi-emosi yang berbeda dan bahkan berlawanan pada waktu-waktu yang berlainan.

    3.      FUNGSI EMOSI DALAM KEHIDUPAN

    Ü Survival atau  untuk mempertahankan hidup, seperti pada hewan.

    Ü Energizer atau pembangkit energi yang memberikan kegairahan dalam kehidupan

    Ü Messenger atau pembawa pesan (Martin dalam Khodijah, 2006)

    4.      USAHA PENGENDALIAN EMOSI

    Manusia di mata Tuhan adalah sempurna bila dibandingkan dengan makhluk lainnya, namun dalam pelaksanannya manusia seringkali melakukan kesalahan-kesalahan yang justru merugikan manusia itusendiri.Adanya kesalahan tersebut dikarenakan dalam melakukan suatu tindakan, manusia itu sendiri tidak menggunakan suara hati yang sebenarnya jalan untuk memperoleh kebenaran.

    Suara hati yang merupakan jalan untuk mencapai kebenaran akan merangsang pikiran Anda dengan nilai-nilai yang positif dan baik dan nilai-nilai tersebut cenderung berkembang secara internal.

    Adanya pemasukan dalam pikiran kita dapat memberikan pengaruh yang sangat besar bagi kejiwaan dan kondisi tubuh.Adanya pemasukan-pemasukan yang bersifat negative mengakibatkan negativitas lebih besar dan itu sangat merugikan dirinya sendiri.Berbeda jika Anda berpikir positif, maka segala tindakan yang dilakukan tidak merugikan diri sendiri.

    Pengendalian diri diperlukan agar terbentuk hati dan pikiran yang bersih.Sehingga perbuatan yang sekiranya dapat merugikan dapat segera dicegah.

  • Makalah Kebutuhan Sosial Psikologis Remaja

    Kebutuhan Sosial Psikologis Remaja

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Setiap manusia memiliki kebutuhan (fisiologis, psikologis dan sosiologis) yang memerlukan pemenuhan. Semua orang berusaha dengan berbagai sikap dan tingkah laku untuk memenuhi kebutuhannya itu. Menurut Abraham Maslow, suatu kebutuhan dinamakan “dasar” jika memenuhi lima syarat berikut ini:

    1. Apabila hal yang dibutuhkan itu tidak ada/tidak terpenuhi, maka menimbulkan penyakit atau gangguan.
    2. Apabila yang dibutuhkan itu ada/terpenuhi, maka dapat mencegah terjadinya penyakit.
    3. Apabila seseorang mampu mengendalikan terpenuhinya kebutuhan tersebut, maka akan dapat menyembuhkan penyakit atau menghilangkan timbulnya gangguan pada dirinya.
    4. Dalam beberapa situasi tertentu yang kompleks, kebutuhan ini lebih dipilih atau lebih penting oleh orang yang berada dalam keadaan kekurangan dibandingkan dengan kebutuhan yang lain.
    5. Kebutuhan ini tidak begitu aktif atau menonjol secara fungsional pada kondisi normal atau sehat. Dikatakan sehat adalah orang yang prioritas kebutuhannya sudah berada pada pengembangan potensi atau aktualisasi diri.

    Remaja sebagai salah satu tahap perkembangan manusia juga memiliki berbagai kebutuhan yang sama seperti diatas. Dimana remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik cepat. Pertumbuhan cepat yang terjadi pada tubuh remaja luar dan dalam itu, membawa akibat yang tidak sedikit terhadap sikap, perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja. (Darajat Zakiah, hal: 8).

    Hal inilah yang membawa para pakar pendidikan dan psikologi condong untuk menamakan tahap-tahap peralihan tersebut dalam kelompok tersendiri, yaitu remaja yang merupakan tahap peralihan dari kanak-kanak, serta persiapan untuk memasuki masa dewasa. Biasanya remaja belum dianggap sebagai anggota masyarakat yang perlu didengar dan dipertimbangkan pendapatnya serta dianggap bertanggung jawab atas dirinya. Terlebih dahulu mereka perlu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dalam kapasitas tertentu, serta mempunyai kemantapan emosi, sosial dan kepribadian. Dalam pandangan Islam seorang manusia bila telah akhil baligh, maka telah bertanggung jawab atas setiap perbuatannya. Jika ia berbuat baik akan mendapat pahala dan apabila melakukan perbuatan tidak baik akan berdosa.

    Secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintelegensi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan uang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Integrasi dalam masyarakat (dewasa) mempunyai banyak aspek efektif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber. Termasuk juga perubahan intelektual yang mencolok. Transformasi intelektual yang khas dari cara berfikir remaja ini memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari periode perkembangan ini.

    B. Batasan Masalah

    Makalah ini hanya mengkaji pokok bahasan tentang jenis-jenis kebutuhan remaja dalam perkembangannya, yang dititik beratkan pada aspek “Kebutuhan Sosial Psikologis Remaja”.

    C. Rumusan Masalah

    Fokus dalam penulisan makalah ini adalah untuk menjelaskan:

    1. Jenis-jenis kebutuhan manusia
    2. Jenis-jenis kebutuhan sosial psikologis pada masa remaja

    D. Tujuan Penulisan

    Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui berbagai bentuk kebutuhan remaja terutama kebutuhan sosial psikologisnya, pengaruh yang timbul apabila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi dan usaha yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan remaja tersebut.

    Bab II. Pembahasan

    A. Jenis-Jenis Kebutuhan Manusia

    Kebutuhan adalah salah satu aspek psikologis yang menggerakkan mahluk hidup dalam aktivitas aktivitasnya dan menjadi dasar (alasan) berusaha. Pada dasarnya, manusia bekerja mempunyai tujuan tertentu, yaitu memenuhi kebutuhan. Kebutuhan tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari. selama hidup manusia membutuhkan bermacam-macam kebutuhan, seperti makanan, pakaian, perumahan, pendidikan, dan kesehatan. Kebutuhan dipengaruhi oleh kebudayaan, lingkungan, waktu, dan agama. Semakin tinggi tingkat kebudayaan suatu masyarakat, semakin tinggi / banyak pula macam kebutuhan yang harus dipenuhi.

    Setiap makhlukhidup memerlukan segala sesuatu untuk mempertahankan hidupnya. Demikian pula manusia, ia memerlukan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan adalah segala sesuatu yang diperlukan manusia untuk mencapai kemakmuran. Kebutuhan manusia ternyata tidak terbatas. Mengapa kebutuhan manusia tidak terbatas? Sesuai dengan kodratnya, manusia selalu merasa kekurangan. Manusia selalu menginginkan kemakmuran. Ketika belum mempunyai rumah, seseorang ingin punya rumah. Tentu berikut segala macam isinya.  

    Apakah cukup sampai di situ? Tidak! Kenyataan menunjukkan bahwa jika suatu kebutuhan sudah terpenuhi, maka kebutuhan lainnya akan muncul. Untuk sementara waktu, orang tadi mungkin sudah merasa senang memiliki rumah beserta semua isinya. Namun, dia masih ingin memiliki mobil, villa di Puncak, atau flat di Singapura. Jika didaftar, masih ada sederet lagi jenis kebutuhan manusia yang harus dipenuhi. Terlalu banyak untuk disebutkan satu persatu.

    Kebutuhan manusia beraneka ragam dan tidak terbatas jumlahnya yang dapat dibedakan berdasarkan tingkat kepentingannya, waktunya, subjek dan sifatnya.

    1.      Tingkat kepentingannya  

    • Kebutuhan Primer. Kebutuhan yang harus dipenuhi agar kelangsungan hidup manusia tidak terganggu. Contoh: Sandang, pangan dan Papan.   
    • Kebutuhan Sekunder. Kebuthan yang bersifat tambahan atau tingkat ke dua. Kebutuhan sekunder akan terpenuhi apabila kebutuhan primer sudah terpenuhi. Contoh: Kebuthan akan Lemari Es, Perabot rumah tangga, TV, dsb.
    • Kebutuhan Tersier Kebutuhan tersier akan muncul apabila kebutuhan premer dan skunder telah terpenuhi. Atau biasa disebut dengan kebutuhan mewah atau lux. Contoh: Rumah mewah, mobil me wah, dsb.  

    2.      Waktunya Kebutuhan Sekarang 

    • Kebutuhan yang segera harus dipenuhi, sifatnya segera dan tidak dapat ditangguhkan. Contoh: Obat-obatan bagi orang sakit, makan bagi orang lapar, dsb.  
    • Kebutuhan Yang akan datang.Kebuthan yang pemuasannya bisa ditunda karena sifatnya tidak mendesak. Contoh: Manusia membutuhkan sesutu dimasa yang kan datang, biasanya digunakan untuk cadangan atau berjaga-jaga. Misalnya, tabungan.

    3. Sifatnya 

    • Kebutuhan Jasmani, Kebutuhan yang bersifat fisik atau material. Contoh: Makanan, Minuman, Pakaian, Kendaraan, dsb.
    • Kebutuhan Rohani, Kebuthan yang Sifatnya mental atau spiritual. Cntohnya: Rekreasi, hiburan, agama, dsb.

    4.      Subyeknya

    Ü  Kebutuhan Individu, Kebutuhan yang hanya diperlukan oleh oleh perorangan. Contoh: Kursi roda bagi orang yang lumpuh, cangkul bagi petani, jala bagi nelayan, dsb.

    Ü  Kebutuhan Sosial, Kebuthan yang sifatnya kolektif atau bersama-sama. Contoh: Jalan raya, Pasar , Sekolah , dsb.

    Maslow merumuskan kebutuhan manusia terdiri dari 2 jenis yang berjenjang, yang dinamakan dengan “Hirarki Kebutuhan” dan dapat diuraikan sebagai berikut:

    1.      Kebutuhan Fisiologi/fisik

    Merupakan kebutuhan yang berkaitan dengan kebutuhan fisik dan merupakan kebutuhan yang berada pada level paling utama untuk kelangsungan hidup manusia. Contohnya kebutuhan untuk makan, minum, pakaian, seks dan sejenisnya.

    2.      Kebutuhan Psikologi

    3.      Kebutuhan rasa aman (safety needs).

    Rasa aman dalam bentuk lingkungan psikologis yaitu terbebas dari gangguan dan ancaman serta permasalahan yang dapat mengganggu ketenangan hidup seseorang. 

    4.      Kebutuhan akan Rasa Cinta dan memiliki atau kebutuhan sosial (love and belongingnext needs).

    Pemenuhan kebutuhan ini cenderung pada terciptanya hubungan sosial yang harmonis dan kepemilikan. 

    5.      Kebutuhan Harga diri (self esteem needs).

    Setiap manusia membutuhkan pengakuan secara layak atas keberadaannya bagi orang lain. Hak dan martabatnya sebagai manusia tidak dilecehkan oleh orang lain, bilamana terjadi pelecehan harga diri maka setiap orang akan marah atau tersinggung. 

    6.      Kebutuhan Aktualisasi Diri (self actualization needs).

    Setiap orang memiliki potensi dan itu perlu pengembangan dan pengaktualisasian. Orang akan menjadi puas dan bahagia bilamana dapat mewujudkan peran dan tanggungjawab dengan baik.

    Menurut Jumbur dan Moh. Surya (1975) ada sembilan jenis kebutuhan manusia, yaitu :

    1.      Kebutuhan untuk memperoleh kasih sayang

    2.      Kebutuhan untuk memperoleh harga diri

    3.      Kebutuhan untuk memperoleh prestasi dan posisi

    4.      Kebutuhan untuk memperoleh penghargaan yang sama dengan orang lain

    5.      Kebutuhan untuk memperoleh kemerdekaan diri

    6.      Kebutuhan untuk memperoleh rasa aman dan perlindungan diri

    7.      Kebutuhan untuk dikenal orang lain

    8.      Kebutuhan untuk merasa dibutuhkan oleh orang lain

    9.      Kebutuhan untuk menjadi bagian dari kelompoknya. (Tim Pembina mata kuliah PPD, UNP, 2007).

    Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kebutuhan

    Jika kita teliti, ternyata ada perbedaan kebutuhan antara satu individu dan individu lainnya, atau antara satu kelompok dan kelompok lainnya. Ada beberapa hal yang menyebabkan kebutuhan itu berbeda. Di antaranya adalah peradaban, lingkungan, adat istiadat, dan agama.

    1.      Peradaban Peradaban adalah salah satu faktor yang membuat kebutuhan tiap zaman berbeda. Pada zaman dahulu, peradaban manusia masih sangat rendah. Kebutuhan manusia pada masa itu masih tertuju pada kebutuhan primer. Jenis kebutuhan serta cara pemenuhannya pun masih sangat sederhana. Misalnya, nenek moyang kita cukup berpakaian seadanya dengan menggunakan kulit kayu atau daun-daunan. Makan pun cukup dengan umbi-umbian. Seiring dengan berkembangnya peradaban, semakin berkembang pula jenis kebutuhan. Manusia membutuhkan makanan lain yang lebih bervariasi dan pakaian yang terbuat dari bahan yang bagus.

    2.      Lingkungan Lingkungan termasuk salah satu faktor yang memengaruhi kebutuhan manusia. Kebutuhan masyarakat yang mendiami sebuah pesisir berbeda dengan masyarakat yang mendiami pegunungan. Penduduk pesisir lebih membutuhkan jaring, perahu, panting, atau kapal motor agar dapat menangkap ikan di laut. Sedangkan penduduk pegunungan lebih membutuhkan cangkul, benih tanaman, atau pupuk untuk bercocok tanam.

    3.      Adat istiadat Adat istiadat atau tradisi juga banyak memengaruhi perbedaan kebutuhan setiap individu atau kelompok individu. Pria Jawa memiliki tradisi untuk menggunakan blangkon. Sementara pria di daerah lainnya tidak demikian.

    4.      Agama Agama juga termasuk salah sate faktor yang membuat kebutuhan setiap individu berbeda. Misalnya, penganut agama Islam membutuhkan sajadah untuk salat dan dilarang mengonsumsi daging babi, sedangkan penganut agama Hindu membutuhkan sesajen dalam upacara keagamaannya dan dilarang mengonsumsi daging sapi.

    Sebab-sebab kebutuhan manusia beraneka ragam dan tidak terbatas

    Kebutuhan manusia semakin banyak dan beraneka ragam dan cara pemenuhan kebu tuhan juga selalu berubah rubah. Hal-hal yang menyebabkan kebutuhan manusia tidak terbatas, yaitu:

    1.      Sifat manusia tidak pernah puas 

    2.      Pertambahan jumlah penduduk 

    3.      Kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi 

    4.      Perubahan tarap hidup yang semakin meningkat 

    5.      Kebudayaan yang semakin maju 

    6.      Semakin mudahnya transportasi

    2.2              Jenis-jenis kebutuhan sosial psikologis pada masa remaja

          Kebutuhan remaja dapat dibedakan atas dua jenis yaitu :

    1. Kebutuhan Fisik

    Remaja memiliki kebutuhan fisik yang relatif sama dengan orang lain yang bukan remaja. Perbedaan kebutuhan seorang remaja dengan orang lain terletak pada jumlah atau porsinya. Kebutuhan-kebutuhan fisik harus terpenuhi karena remaja berada dalam pertumbuhan yang sangat pesat seperti pertumbuhan tulang, otot dan berbagai organ tubuh lainnya. Jika kebutuhan fisik remaja tidak terpenuhi, maka bukan saja pertumbuhannya tidak maksimal tetapi juga kesehatan fisik dan mentalnya dapat terganggu.

    1. Kebutuhan Psikologis

    Kebutuhan psikologis yang paling menonjol pada periode remaja adalah kebutuhan mendapatkan status, kemandirian, keakraban dan memperoleh filsafat hidup yang memuaskan untuk mengembangkan kodrat kemanusiaannya.

    a)      Kebutuhan untuk mendapatkan status

    Remaja membutuhkan perasaan bahwa dirinya berguna, penting, dibutuhkan orang lain atau memiliki kebanggaan terhadap dirinya sendiri. Perkembangan sosial remaja lebih mengarah kepada kesenangan berinteraksi dengan teman sebaya dibandingkan dengan orang tua karena memperoleh status dalam kelompok teman sebaya jauh lebih penting daripada mendapatkan status dari orang tua. Oleh karena itu orang tua dan guru harus mengerti keadaan remaja dan berusaha membantu remaja memperoleh prestasi yang tinggi, memiliki kebanggaan diri dan merasa diri berguna dalam kelompok, keluarga, maupun masyarakat.

    b)      Kebutuhan kemandirian

    Remaja ingin lepas dari pembatasan atau aturan orang tua dan mencoba mengarahkan atau mendisiplinkan diri sendiri. Remaja harus diperlakukan sebagai individu yang dewasa agar mereka bertingkah laku yang lebih dewasa karena hal tersebut akan memenuhi kebutuhan mereka untuk mandiri.

    c)      Kebutuhan Berprestasi

    Kebutuhan berprestasi erat kaitannya dengan kedua kebutuhan yang telah dikemukakan diatas. Artinya kalau kebutuhan berprestasi dapat dipenuhi maka kebutuhan mendapatkan status dan mandiri juga terpenuhi. Oleh karena itu guru perlu menciptakan proses belajar yang menimbulkan perasaan puas dalam diri siswa. Penilaian hasil belajar lebih ditekankan kepada usaha siswa, bukan semata-mata menilai hasil ujian atau ulangan tanpa memperhatikan proses yang dilakukan siswa. Hal ini akan membangkitkan motivasi belajar.

    d)     Kebutuhan Diakrabi

    Kebutuhan untuk diakrabi bagi remaja dimaksudkan agar orang lain memahami ide-ide, kebutuhan-kebutuhan dan permasalahan yang dihadapinya. Jika keakraban atau penuh perhatian telah diberikan pada remaja maka mereka akan merasa tersokong, dihargai dan bahagia. Sebaliknya jika remaja tidak mendapat kesempatan untuk mengkomonikasikan ide, kebutuhan dan permasalahannya, apalagi dilecehkan, ditolak atau dimusuhi maka ia akan sangat kecewa, marah, tidak nyaman atau terancam.

    e)      Kebutuhan untuk memiliki filsafat hidup

    Remaja mulai mempunyai keinginan untuk mengenal apa tujuan hidup dan bagaimana kebahagiaan diperoleh. Suatu filsafat hidup yang memuaskan adalah yang bernilai kemanusiaan. Jika filsafat hidup telah dimiliki, maka perasaan manusiawi tumbuh subur dalam diri remaja sehingga segenap aktivitasnya diliputi perasaan aman dan damai. Apabila kebutuhan-kebutuhan diatas dirasakan remaja tidak terpenuhi maka akan terjadi perasaan tidak aman, tertekan dan tidak puas karena tidak terjadi keserasian didalam dirinya. Oleh karena itu mereka mencari pemuasan dengan cara apa saja termasuk dengan cara-cara yang negative atau tidak wajar.

    (Elida Prayitno, 2006)

    Disamping rumusan tersebut ada tujuh jenis kebutuhan khas remaja yang dikemukakan oleh Garrison (dalam Andi Mappiare: 1982) yaitu :

    1.      Kebutuhan untuk memperoleh kasih sayang

    2.      Kebutuhan untuk diikutsertkan dan diterima oleh kelompoknya

    3.      Kebutuhan untuk mampu mandiri

    4.      Kebutuhan untuk mampu berprestasai

    5.      Kebutuhan untuk memperoleh pengakuan dari orang lain

    6.      Kebutuhan untuk dihargai

    7.      Kebutuhan untuk mendapatkan falsafah hidup

    Adanya tujuh macam kebutuhan khas remaja ini secara umum memang ada pada kebanyakan anak muda, tetapi tingkat intensitasnya sangat dipengaruhi oleh latar belakang keluarga masing-masing., faktor sosial, individual, kultural dan religius.

    BAB III

    PENUTUP

    3.1  Kesimpulan

    Berdasarkan pada pembahasan makalah tentang kebutuhan social psikologis remaja ini, maka didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

    a.       Masa remaja sebagai masa pencarian identitas diri (self identity) memerlukan kebutuhan khas, yaitu kebutuhan fisik dan psikologis. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memerlukan pemenuhan, karena apabila setiap kebutuhan tersebut tidak terpenuhi maka reaksi-reaksi dan ekspresi emosional yang masih labil dan belum terkendali pada masa remaja dapat berdampak pada timbulnya gejala-gejala menyimpang yang dapat mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan sikap positif terhadap lingkungan dan dirinya.

    b.       Orangtua pada lingkungan keluarga dan guru pada lingkungan sekolah harus mampu berperan aktif dalam menyikapi tumbuh kembang anaknya pada masa remaja dengan melakukan berbagai pendekatan, agar remaja bukan saja menjadi seorang anak ataupun siswa tetapi juga bisa menjadi seorang sahabat/teman bagi dirinya, sehingga kedekatan emosional antara orangtua atau guru disekolah sebagai manusia dewasa dengan remaja dapat terjalin dengan baik.

    3.2  Saran

    Penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan banyak kekurangannya. Untuk itu penulis sangat berharap sekali setelah makalah ini di baca, pembaca memberikan kritik maupan saran kepada penulis agar penulis dapat memperbaiki penulisan makalah penulis dilain waktu. Terutama bagi dosen pembimbing yang menugaskan pembuatan makalah ini, penulis sangat berharap kritikan dari ibu agar penulisan makalah yang selanjutnya bisa menjadi lebih baik lagi. Penulis mohon maaf atas kesalahan maupun kekurangan dari penulisan makalah ini dan penulis mengucapkan terimakasih atas kritikan yang membangun yang diberikan oleh ibu dosen maupun pembaca lainnya

    DAFTAR PUSKATA

    Ali, Mohammad dan Asrori, Mohammad. 2004. Psikologi Remaja. Jakarta: Bumi Aksara.

    Mudjiran, dkk. 2007. Perkembangan Peserta Didik. Padang: UNP Press.

    Tim Pembina Mata Kuliah PPD. 2007. Perkembangan Peserta Didik. Padang: Dikti bekerjasama dengan HEDS-JICA.

    .

  • Laporan Analisis Studi Kasus – Mengidentifikasi Segemn Pasar dan Memilih Sasaran

    Mengidentifikasi Segemn Pasar dan Memilih Sasaran

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Pertumbuuhan ekonomi yang pesat menyebabkan perusahaan harus secara terus-menerus memantau pasar dan menyesuaikan diri terhadap perubahan pasar. Dalam hal itu perusahaan memerlukan strategi-strategi yang tepat agar dapat memenuhi sasaran serta mencapai tujuan mereka, sebab strategi menentukan keberhasilan perusahaan. Mengidentifikasi segmen pasar merupakan langkah awal yang dibutuhkan dalam perencanaan dan pengembangan strategi dalam suatu perusahaan. Dalam situasi dimana konsumen mendapati banyak pilihan, maka kesuksesan pemasaran produk akan banyak ditentukan oleh kesesuaian produk dengan kebutuhan konsumen pada segmen tertentu.

    Perusahaan tidak dapat berhubungan dengan semua pelanggannya dipasar yang besar, luas, atau beragam. Tetapi mereka dapat membagi pasar menjadi kelompok konsumen atau biasa disebut segmen dengan kebutuhan serta keinginan yang berbeda. Kemudian perusahaan juga harus mengidentifikasi segmen pasar mana yang dapat dilayaninya dengan efektif. Keputusan ini memerlukan pemahaman mendalam tentang perilaku konsumen serta pemikiran strategis yang seksama untuk dapat mememenuhi sasaran mereka.

    B. Rumusan Masalah

    Dari uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahannya, yaitu:

    1. Bagaimana mengidentifikasi pasar sasaran?
    2. Bagaimana memilih pasar sasaran?

    C. Tujuan Penulisan

    Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dalam penulisan makalah ini sebagai berikut:

    1.    Mengetahui identifikasi pasar sasaran.

    2.    Mengetahui memilih pasar sasaran.

    D.      Manfaat

         Manfaat dari penelitian ini adalah diharapkan dapat menambah pengetahuan serta sebagai bahan referensi dan informasi bagi pembaca/mahasiswa.

    BAB II

    PEMBAHASAN

    A.      Mengidentifikasi Segmen Pasar

    1.      Pengertian Segmentasi Pasar

              Segmentasi pasar merupakan pembagian kelompok pembeli yang memiliki perbedaan kebutuhan, karakteristik, ataupun perilaku yang berbeda di dalam suatu pasar tertentu. Segmentasi pasar bisa juga diartikan sebagai pengidentifikasian analisis perbedaan para pembeli di pasar.

              Segmentasi pasar menurut Philip Kotler dan Gary Amstrong adalah pembagian sebuah pasar menjadi beberapa kelompok pembeli yang berbeda. Segmentasi pasar dapat dimaksudkan sebagai pembagian pasar yang berbeda-beda (heterogen) menjadi kelompok-kelompok pasar yang homogen, di mana setiap kelompoknya bisa ditargetkan untuk memasarkan suatu produk sesuai dengan kebutuhan, keinginan, ataupun karakteristik pembeli yang ada di pasar tersebut. Ada beberapa syarat segmentasi yang efektif, yaitu:

    ·           Dapat diukur (measurable). Ukuran, daya beli, dan profil pasar harus dapat diukur dengan tingkat tertentu.

    ·           Dapat dijangkau (accessible). Segmen pasar dapat dijangkau dan dilayani secara efektif.

    ·           Cukup besar (substantial). Segmentasi pasar cukup besar atau cukup memberi laba yang dapat dilayani. Suatu segmen merupakan kelompok homogen yang cukup bernilai untuk dilayani oleh progam pemasaran yang sesuai.

    ·           Dapat dibedakan (differentiable). Differentiable berarti segmen tersebut dapat dibedakan dengan jelas.

    ·           Dapat dilaksanakan (actionable). Actionable berarti segmen tersebut dapat dijangkau atau dilayani dengan sumber daya yang dimiliki perusahaan.

    2.      Manfaat dan Tujuan Segmentasi Pasar

    ·         Tujuan Segmentasi Pasar

    1.    Lebih Mudah Membedakan Pasar

              Perusahaan akan mencari konsumen yang mempunyai sifat homogen sehingga akan lebih mudah bagi perusahaan dalam memahami keringanan dan kebutuhan konsumen. Dengan demikian pasar akan lebih mudah untuk dibedakan beserta kelompok pasar lain.

    2.    Pelayanan Terhadap Konsumen Menjadi Lebih Baik

              Ada 4 hal penting yang selalu muncul di setiap konsumen yaitu: Pelayanan baik memuaskan, Harga terjangkau, Kualitas barang bagus dan Ketetapan waktu. Di antara ke 4 hal tersebut yang paling mendominasi adalah pelayanan, cukup banyak yang sudah membuktikan bahwa konsumen pindah disebabkan karena buruknya proses pelayanan.

    3.    Strategi Pemasaran Lebih Mengarah

              Melayani pasar secara luas dengan konsumen yang heterogen akan sangat sulit untuk dilakukan. Dengan adanya segmentasi pasar maka perusahaan akan lebih fokus dalam melayani konsumen yang homogen.

    Dengan demikian strategi pemasaran yang sudah direncanakan bisa lebih tertuju atau mengarah dalam menyusun marketing mix sehingga menghasilkan efek yang lebih tajam. Selain itu, pihak dari manajemen akan lebih mudah dalam mengarahkan dana dan usaha ke arah pasar yang paling menguntungkan, dapat merencanakan produk yang bisa memenuhi pasar, dan merancang promosi yang tepat untuk perusahaan.

    ·         Manfaat Segmentasi Pasar

    1.        Menyalurkan uang ataupun usaha ke pasar potensial yang akan menguntungkan.

    2.        Merencanakan produk dengan baik yang dapat memenuhi permintaan pasar.

    3.        Menentukan cara promosi yang paling tepat.

    4.        Memilih media advertensi yang baik dan menemukan bagaimana cara men-alokasikan dengan baik.

    5.        Dalam hal promosi bisa diatur dengan sebaik-baiknya.

    6.        Penjual akan berada dalam posisi yang cukup baik, guna mengarahkan dan membandingkan kesempatan atau pun harapan dalam pemasaran sehingga mampu mempelajari setiap segmen.

    7.        Penjual dapat memakai wawasan-nya untuk menanggapi usaha pemasaran yang berbeda-beda, sehingga dapat mengalokasikan anggaran dengan tepat.

    8.        Penjual bisa mengatur lebih baik lagi produknya dengan pemasarannya.

    3.        Prosedur Melakukan Segmentasi Pasar

                     Dalam mengidentifikasi segmen pasar, ada tiga tahap prosedur yang harus dilakukan, yakni:

    1)      Tahap Survey

              Pada tahap ini dilakukan wawancara kepada target segmen pasar untuk mendapatkan pemahaman terhadap sikap, motivasi, dan perilaku konsumen. Wawancara bisa dalam bentuk kuesioner, di mana data kuesioner yang terkumpul bisa dijadikan informasi atas atribut-atribut yang dibutuhkan.

    2)      Tahap Analisis

              Di tahap ini, data yang mengandung variabel-variabel berkorelasi tinggi dibuang, kemudian dilakukan analisis kelompok untuk menghasilkan jumlah maksimum segmen yang berbeda.

    3)      Tahap Pembentukan

              Di tahap ini dibentuklah kelompok berdasarkan perbedaan sikap, perilaku, demografis, psikologis, psikografis, dan pola media. Dari sifat dominan yang ditemukan pada kelompok tersebut, diberikanlah nama profil pada kelompok segmen itu.

    4.        Kriteria Segmentasi Pasar

              Perusahaan menyadari bahwa produksi yang mereka lakukan tidak akan menarik semua konsumen. Hal ini karena jumlah konsumen sangatlah banyak, tersebar diberbagai wilayah, selera konsumen yang berubah dengan cepat, dan banyaknya pesaing. Oleh karena itu perusahaan akan mencari posisi yang sangat menguntungkan untuk melayani konsumen dengan cara mengidentifikasi berbagai segmen yang paling menarik agar dapat melayani konsumen dengan efektif. Dengan begitu perusahaan akan mengalihkan pemasaran massal dan pemasaran produk deferensiasi ke pemasaran sasaran, yaitu dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:

    1. Pemasaran Massal

                Pemasaran ini ditandai dengan melakukan produksi, mendistribusikan, dan mempromosikan secara massal pada seluruh konsumen. Produk yang dipasarkan ialah tunggal dengan harapan akan bisa memenuhi seluruh keinginan konsumen dan dapat menghemat biaya. Strategi pemasaran massal sekarang ini tidak lagi banyak terapkan oleh perusahaan, kecuali oleh perusahaan yang konsumennya terbatas.

    1. Pemasaran Produk yang Terdiferensiasi

                Strategi pemasaran ini banyak diterapkan oleh perusahaan. Dalam pemasaran ini perusahaan mencoba untuk mengidentifikasi berbagai macam kelompok pembeli tertentu dengan membagi pasar kedalam dua kelompok segmen atau lebih dan pada masing- masing segmen ditawarkan jenis produk yang berbeda dengan kelompok lain. Misalnya perbedaan menyangkut kualitas, model, ukuran, dan sebagainya. Contohnya, pada awalnya teh botol sosro hanya satu produk tetapi saat ini sudah berkembang menjadi berbagai produk dan merek.

    1. Pemasaran Sasaran

                Dalam pemasaran sasaran perusahaan hanya memusatkan usaha pemasarannya pada satu atau beberapa kelompok segmen pasar tertentu saja. Strategi pemasaran sasaran ini dilakukan dengan mengembangkan produk dan pembedanya (diferensiasi) dan juga melakukan bauran produk (marketing mix) untuk kelompok tertentu saja. Strategi ini banyak diterapkan, dikarenakan adanya tingkat persaingan yang sangat tinggi. Oleh karena itu, melakukan diferensiasi produk sangat penting untuk dijalankan. Philip Kother mengungkapkan bahwa strategi untuk kegiatan diferensiasi produk dapat dilakukan melalui:

    a.       Produk, meliputi: desain, fitur, performance, dan lairkan.

    b.      Service, meliputi kemudahan, kecepatan, empati, delivery time, dan sebagainya.

    c.       Saluran distribusi, meliputi kemampuan penjual, bentuk saluran distribusi, dan sebagainya.

    d.      Sumber daya manusia, meliputi skill, budaya kerja, dan sebagainya.

    e.       Citra perusahaan, meliputi logo, merek, asosiasi karakter, dan sebagainya.

    5.        Dasar-dasar Segmentasi Pasar

    ·         Dasar–dasar segmentasi pasar pada pasar konsumen:

    1.       Variabel geografi

         Variabel tersebut, antara lain: wilayah, ukuran daerah, ukuran kota, dan kepadatan iklim.

    2.       Variabel demografi

         Variabel tersebut, antara lain: umur, keluarga, siklus hidup, pendapatan, pendidikan, dan lainnya.

    3.       Variabel psikologis

         Variabel tersebut, antara lain: kelas sosial, gaya hidup, dan kepribadian.

    Variabel tersebut, antara lain: manfaat yang dicari, status pemakai, tingkat pemakaian, status kesetiaan dan sikap pada produk.

    ·         Dasar–dasar segmentasi pada pasar industri:

    a.   Tahap 1, yaitu menetapkan segmentasi makro, yakni pasar pemakai akhir, lokasi geografis, dan banyaknya langganan.

    b.   Tahap 2, yaitu sikap terhadap penjual, ciri–ciri kepribadian, kualitas produk, dan pelanggan.

    6.        Tingkatan Segmentasi Pasar

    1.      Pemasaran massal, memproduksi dan mendistribusikan secara massal dan mempromosikan produk secara massal.

    2.      Pemasaran egmen, memisahkan segmen-segmen yang membentuk pasar dan mengadaptasi tawaran-Nya agar sesuai dengan kebutuhan satu segmen tersebut.

    3.      Pemasaran relung, memfokuskan pada sub-segmen atau relung pasar yang mempunyai sejumlah ciri bawaan yang khas.

    4.      Pemasaran mikro, praktek perancangan dan program pemasaran produk agar sesuai dengan apa yang diinginkan oleh individu dan lokasi yang spesifik, meliputi pemasaran lokal dan individual.

    7.        Contoh Segmentasi Pasar

    ·           Segmentasi pasar Aqua

              Di segmentasi geografisnya, Aqua menujukan semua pasar yang ada di wilayah Indonesia. Tidak hanya di perkotaan, tapi kita juga bisa menemukan produk Aqua di pinggiran kota, bahkan pedesaan.  Secara demografis, Aqua menargetkan orang-orang di semua kalangan dan jenis kelamin. Produk Aqua diproduksi untuk semua kalangan dan untuk dikonsumsi siapa saja.

              Secara psikografis, Aqua ditujukan untuk kalangan kelas sosial menengah. Tapi bisa juga untuk kelas kalangan bawah mengingat ada harga kemasan yang bisa dijangkau kelas kalangan bawah dengan harga pasar Rp 500,- dan Rp 3000,- Selain itu Aqua diperuntukkan bagi orang-orang dengan gaya hidup praktis dan sehat dengan kemasan yang mudah didapat dan dibawa, sehingga Aqua cocok bagi orang aktif dengan mobilitas yang tinggi.

    ·           Segmentasi pasar Coca-cola

              Secara geografis, Coca-cola menjual produk minuman tertentu yang hanya ada di Jepang, yaitu Sokembicha (non-karbonat, ginseng, dan teh), Lactia (fermentasi susu).Pada segi segmentasi psikografi, Coca-cola memiliki jenis varian yang berbeda; Coca-cola Zero yang diproduksi tanpa gula yang rendah kalori, diperuntukkan bagi konsumen dengan gaya hidup sehat.Coca-cola juga membagi segmentasi pasarnya ke dalam segmentasi demografis, yaitu remaja baik itu laki-laki maupun perempuan dengan usia 15-21 tahun.

    ·           Segmentasi pasar Samsung Galaxy Young

              Sesuai dengan namanya, Samsung Galaxy Young ditujukan bagi mereka yang berjiwa muda, khususnya pelajar dan mahasiswa. Didukung dengan desain yang tipis dan pilihan warna yang cukup banyak, ponsel ini ditujukan bukan hanya untuk kaum wanita saja, tapi juga untuk kaum laki-laki. Dengan dilengkapi kamera sebesar 2MP ponsel ini mengincar mereka yang senang berfoto. Selain itu browser HTML dan jaringan 3G network dan datanya diciptakan agar pengguna bisa terus up-to-date dengan dunia internet yang terus membooming dan tidak ketinggalan berita. Dan dari harganya yang hanya satu jutaan, secara demografis, ponsel ini mengincar pasar kelas menengah ke bawah. Namun juga tidak menutup kemungkinan bagi kelas di atasnya karena desainnya yang mewah.

              Pada segi geografis, produk Samsung ini sudah di seluruh Indonesia dan juga di beberapa berkembang lainnya sepeti Malaysia, Singapura, India, dan negara lainnya.

              Secara psikografis, ponsel ini ditujukan bagi orang-orang yang selalu ingin terhubung dengan internet dengan kecepatan tinggi, gemar berfoto dan multimedia, juga untuk kebutuhan kerja karena dapat membuka file dokumen.

    • Segmentasi pasar Honda Beat

                Honda Beat merupakan jenis kendaraan bertipe skuter otomatis, berada di harga Rp 12,5 juta. Secara demografis, Honda Beat menargetkan pelajar dan mahasiswa sebagai segmen pasarnya. Secara psikografis, Honda Beat ditujukan untuk anak muda yang senang kenyamanan dan praktis, serta bergaya hidup trendi dan modern. Dan secara geografis, Honda Beat yang berada pada segmen 110 CC memiliki konsentrasi pemasaran di kota-kota besar di Indonesia dan di daerah-daerah, di mana di daerah perkotaan cenderung menggunakan velg racing dan sedangkan di daerah cenderung menggunakan velg jari-jari.

    B.       MEMILIH PASAR SASARAN

    1.         Pengertian  Pasar Sasaran

              Pasar sasaran adalah suatu kelompok konsumen yang agak homogen, kepada siapa perusahaan ingin melakukan pendekatan guna dapat menariknya (appeal) untuk membeli produk yang di pasarkan. Target market adalah merupakan kegiatan yang berisi dan menilai serta memilih satu atau lebih segmen pasar yang akan dimasuki oleh suatu perusahaan. Apabila perusahaan ingin menentukan segmen pasar mana yang akan dimasukinya, maka langkah yang pertama adalah menghitung dan menilai porensi profit dari berbagai segmen yang ada tadi. Maka dalam hal ini pemasar harus mengerti betul tentang teknik-teknik dalam mengukur potensi pasar dan meramalkan permintaan pada masa yang akan datang.

       Teknik-teknik yang dipergunakan ini sangat bermanfaat dalam memilih pasar sasaran, sehingga pemasar dapat menghindarkan kesalahan-kesalahan yang bakal terjadi, atau paling tidak menguranginya sekecil mungkin dalam prakteknya. Maka untuk tujuan tersebut perusahaan harus membagi-bagi pasar menjadi segmen-segmen pasar utama, setiap segmen pasar kemudian dievaluasi, dipilih dan diterapkan segmen tertentu sebagai sasaran.

    Perusahaan dalam menetapkan sasaran pasar, terlebih dahulu melakukan segmentasi pasar, perusahaan dapat mengembangkan posisi/kedudukan produknya disetiap sasaran pasar sekaligus. Dengan mengembangkan acuan pemasaran (marketing mix) untuk setiap sasaran pasar tersebut. Proses yang dilakukan dalam hal ini adalah:

    ·         Identifikasi basis untuk mensegmentasi pasar.

    ·         Mengembangkan “profiles” dari segmen pasar yang dihasilkan.

    ·          Mengembangkan ukuran/kriteria dari daya tarik segmen pasar yang ada.

    ·         Memilih pasar sasaran

    ·          Mengembangkan posisi produk untuk setiap segmen pasar sasaran.

    ·         Mengembangkan acuan pemasaran (marketing mix) untuk setiap segmen pasar sasaran itu.

    2.      Mengevaluasi Segmen-segmen pasar

              Sebelum memilih pasar sasaran yang harus dilakukan adalah dengan mengevaluasi segmen pasar dengan memperhatikan tiga faktor, yaitu:

    1)      Ukuran dan pertumbuhan segmen, apakah suatu segmen potensial mempunyai karakteristik ukuran dan pertumbuhan yang tepat. Para pesaing akan dengan segera memasuki segmen yang sedan berkembang dan menekan profitabilitas segmen ini.

    2)      Daya tarik struktural segmen. Suatu segmen mungkin mempunyai karakteristik ukuran dan pertumbuhan yang dikehendaki, tetapi tidak menarik dari sudut pandang kemampulabaan (profitabilitas). Perusahaan harus menilai dampak kemampulabaan jangka panjang dari lima kelompok : peserta persaingan industry, pendatang baru potensial, produk pengganti ( subtitusi), pembeli dan pemasok.

    3)      Tujuan dan sumber daya perusahaan. Walaupun suatu segmen mempunyai karakteristik ukuran dan pertumbuhan yang positif dan menarik secara structural, perusahaan perlu mempertimbangkan tujuan dan sumber daya nya sendiri. Perusahaan dianjurkan untuk tidak memasuki pasar atau segmen pasar dimana ia tidak mempu menghasilkan nilai-nilai tertentu yang unggul.

    Pertimbangan-pertimbangan lain dalam mengevaluasi dan memilih segmen

    1)      Keterkaitan antar segmen dan supersegmen. Yaitu dengan memperhatikan keterkaitan antar segmen dalam hal biaya, prestasi atau teknologi.

    2)      Rencana penyerbuan semen per segmen yaitu dengan memasuki satu segmen terlebih dahulu dan merahasiakan rencana besarnya.

    3)      Menilai segmen-segmen pasar, yaitu dengan menghitung dan menilai potensi keuntungan dari berbagai segmen yang ada.

    3.        Lima Pola Pemilihan Pasar Sasaran

                Setelah mengevaluasi segmen-segmen yang berbeda, perusahaan dapat mempertimbangkan lima pola pemilihan pasar sasaran, yaitu: (Kotler, 2000:314)

    1.    Kosentrasi segmen tunggal  

                            Perusahaan bisa memilih dan menentukan sebuah segmen tunggal. Keuntungan jika perusahaan memilih berkonsentrasi pada pasar tertentu, maka perusahaan bisa mendapatkan pengetahuan yang luas dan mendalam tentang perilaku konsumen atas produk yang ditawarkan dan reputasi istimewa yang diperoleh perusahaan. Jika perusahaan dapat menguasai kepemimpinan dalam segmen tersebut, perusahaan dapat menghasilkan pengembalian investasi yang tinggi. Sedangkan kelemahannya adalah ketika konsumen mulai meninggalkan produk perusahaan dikarenakan konsumen sudah mulai bosan, atau adanya pesaing yang mendadak memproduksi barang yang sama maka perusahaan akan menghadapi risiko kerugian.

                            Contohnya: PT Sayap Mas berkonsentrasi pada pasar sabun dan sejenisnya. Perusahaan orang tua berkonsentrsi pada pasar makanan dan minuman berenergi. Volkswagen berkonsentrasi pada pasar mobil kecil dan Porsche pada pasar mobil sport. Saat wanita muda mendadak berhenti membeli pakaian olah raga, hal tersebut menyebabkan penghasilan Bobbie Brooks menurun tajam.

    2.    Spesialisasi Selektif  

                            Disini perusahaan memilih sejumlah segmen, masing-masing menarik dan cocok secara objektif, berdasarkan tujuan dan sumber daya perusahaan yang berpotensi sebagai penghasil uang. Contoh: Penyiar radio yang ingin menarik pendengar muda dan tua.

    3.    Spesialisasi produk  

                            Dalam hal ini, perusahaan berkonsentrasi dalam menghasilkan produk tertentu yang dijual kebeberapa segmen. Kelebihan strategi spesialisasi produk ini adalah strategi ini mampu membangun reputasi yang kuat dibidang produk tertentu tapi kelemahannya adalah jika produk tersebut digantikan oleh produk yang sejenis yang lebih canggih.

                            Contohnya adalah: perusahaan kayu yang berkonsentrasi membuat dan menjual hasil produknya seperti meja dan bangku sekolah ke sekolah-sekolah negeri dan swasta. Perusahaan Mikroskop yang menjual mikroskop ke lab, kantor pemerintah, dan ke universitas.

    4.    Spesialisasi pasar  

                            Perusahaan berkonsentrasi untuk melayani berbagai kebutuhan dari suatu kelompok pelanggan tertentu. Kelebihan dari strategi ini adalah perusahaan mendapatkan reputasi yang kuat dengan mengkhususkan diri dalam melayani kelompok pelanggan dan menjadi saluran pemasaran bagi semua produk yang digunakan oleh kelompok pelanggan ini. Resiko yang tidak menguntungkan adalah bahwa kelompok pelanggan itu mungkin harus memotong anggaran mereka dan mengurangi pembelian.

                            Sebagai contoh: perusahaan yang menjual bermacam-macam produk ke laboratorium universitas yang terdiri dari mikroskop, osiloskop, pembakar Bunsen, dan labi kimia.

    5.    Cakupan seluruh pasar  

                            Perusahaan berusaha melayani seluruh pelanggan dengan menyediakan semua produk yang dibutuhkan pelanggan. Biasanya perusahaan yang cukup besar yang bisa dan mampu melayani semua kebutuhan dan melayani strategi cakupan seluruh pasar. Perusahaan besar dapat mencakup seluruh pasar dengan dua cara umum, yaitu melalui pemasaran yang tidak  terdiferensiasi atau melalui pemasaran yang terdiferensiasi. Contoh: Coca Cola.

                            Dalam pemasaran yang tidak terdiferensiasi, perusahaan mengabaikan perbedaan segmen pasar dan meraih seluruh pasar dengan satu tawaran pasar. Ia memusatkan perhatian pada kebutuhan pembeli yang bersifat dasar dan bukannya pada perbedaan diantara pembeli. Ia merancang suatu produk atau suatu program pemasaran yang akan menarik jumlah pembeli terbesar. Ia menggantungkan diri kepada distribusi dan pengiklanan masal. Ia berusaha memberikan citra produk yang superior ke dalam benak orang-orang. Ia bertujuan memberikan produk dengan citra yang hebat dalam pikiran orang-orang.

                            Sedangkan dalam pemasaran yang terdiferensiasi,perusahaan beroperasi di berbagai segmen pasar dan merancang program yang berbeda bagi masing-masing segmen. Pemasaran yang terdiferinsiasi biasanya menciptakan lebih banyak penjualan total dari pada pemasaran yang tidak terdiferensiasi. Namun ia juga meningkatkan biaya unyuk berbisnis. Diantara biaya-biaya tersebut antara lain adalah biaya modifikasi produk,biaya manufaktur, dan biaya administrasi.

    BAB III

    PENUTUP

    1.        Kesimpulan

                     Segmentasi pasar menurut Philip Kotler dan Gary Amstrong adalah pembagian sebuah pasar menjadi beberapa kelompok pembeli yang berbeda. Segmentasi pasar dapat dimaksudkan sebagai pembagian pasar yang berbeda-beda (heterogen) menjadi kelompok-kelompok pasar yang homogen, di mana setiap kelompoknya bisa ditargetkan untuk memasarkan suatu produk sesuai dengan kebutuhan, keinginan, ataupun karakteristik pembeli yang ada di pasar tersebut.

                     Sasaran pasar adalah suatu kelompok konsumen yang agak homogen, kepada siapa perusahaan ingin melakukan pendekatan guna dapat menariknya (appeal) untuk membeli produk yang di pasarkan.

    2.        Saran

                     Suatu perusahaan ketika menciptakan suatu produk harus menentukan segmen pasar yang dituju dengan tepat dengan mempertimbangkan syarat, kriteria, meakukan prosedur dan sebagainya. Selanjutnya memilih pasar sasaran sesuai dengan segmen pasar yang telah dipilih dengan melakukan berbagai evaluasi dan pertimbangan mengenai segmentasi pasar tersebut.

    DAFTAR PUSTAKA

    http://ciputrauceo.net/blog/2015/7/14/segmentasi-pasar-beserta-pengelompokan-dan-contoh

    http://www.ilmu-ekonomi-id.com/2016/11/pengertian-segmentasi-pasar-tujuan-dan-contohnya.html?m=1

    https://portal-ilmu.com/segmentasi-pasar-sebagai-strategi-pemasaran

    http://seminarmanajemenpemasaran.blogspot.com/2011/02/langkah-memilih-pasar-sasaran.html

    http://ayoriset.blogspot.com/2017/08/meneliti-dan-memilih-pasar-sasaran.html

    http://mitarizkoh.blogspot.com/2014/12/mengidentifikasi-segmen-pasar-dan.html

    http://adystiaa.blogspot.com/2013/10/lima-pola-pemilihan-segmentasi-pasar.html

  • Makalah Kinerja Karyawan

    Kinerja Karyawan

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Di era sekarang, sumber daya manusia dituntut untuk terus berkembang dan memiliki kemampuan yang handal untuk menjawab tantangan globalisasi. Sumber daya manusia didalam suatu organisasi haruslah memiliki kompetensi yang dibutuhkan agar organisasi tersebut dapat tetap hidup dan berkembang, sehingga pelaksanaan manajemen sumber daya manusia dari rekruitment haruslah berorientasi pada model kompetensi. Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu faktor yang untuk meningkatkan produktivitas kinerja suatu organisasi atau instansi. Oleh karena itu, diperlukan Sumber Daya Manusia yang mempunyai kompetensi tinggi karena keahlian atau kompetensi akan dapat mendukung peningkatan prestasi kinerja karyawan. 

    Peran Manajemen SDM sendiri sangat berpengaruh terhadap kinerja dari karyawan, karena sumber daya manusia merupakan sumber daya yang paling penting dan sangat menentukan dalam kelangsungan hidup suatu perusahaan/organisasi. Pada dasarnya setiap orang memiliki potensi yang luar biasa dan belum dimanfaatkan secara penuh. Dalam penegasan tersebut menjadi tugas manajer untuk memanfaatkan sumber daya itu sedemikian rupa untuk kepentingan pencapaian tujuan organisasi, namun tetap memberikan suatu penghargaan dan penghormatan terhadap SDM yang bersangkutan.

    Penilaian kinerja dikatakan penting mengingat melalui penilaian kinerja dapat diketahui seberapa tepat pegawai telah menjalankan fungsinya. Ketepatan pegawai dalam menjalankan fungsinya akan sangat berpengaruh terhadap pencapaian kinerja organisasi secara keseluruhan. Selain itu, hasil penilaian kinerja pegawai akan memberikan informasi penting dalam proses pengembangan pegawai.

    Namun demikian, sering terjadi penilaian dilakukan tidak tepat. Ketidaktepatan ini dapat disebabkan oleh banyak faktor. Beberapa faktor yang menyebabkan ketidaktepatan penilaian kinerja diantaranya adalah ketidakjelasan makna kinerja yang diimplementasikan, ketidapahaman pegawai mengenai kinerja yang diharapkan, ketidakakuratan instrumen penilaian kinerja, dan ketidakpedulian pimpinan organisasi dalam pengelolaan kinerja.

    B. Rumusan Masalah

    Dari uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahannya, yaitu:

    1. Apa pengertian kinerja karyawan?
    2. Bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan karakteristik kinerja karyawan? 
    3. Bagaimana karakteristik kinerja karyawan? 
    4. Bagaimana indikator kinerja karyawan? 
    5. Bagaimana cara untuk meningkatkan kinerja?
    6. Apa pengertian manajemen kinerja (performance management)?
    7. Bagaimana penilaian kinerja (performance appraisal)?
    8. Bagaimana penggunaan penilaian kinerja?
    9. Bagaimana faktor-faktor lingkungan penilai kerja?
    10. Bagaimana proses penilaian kinerja?
    11. Bagaimana menetapkan kriteria (standar) kinerja?
    12. Bagaimana tanggung jawab penilaian?
    13. Bagaimana periode penilaian?
    14. Bagaimana matode penilaian kinerja?
    15. Bagaimana penggunaan perangkat lunak komputer?
    16. Bagaimana masalah dalam penilaian kinerja?
    17. Bagaimana karakteristik sistem penilaian yang efektif?
    18. Bagaimana implikasi hukum?
    19. Bagaimana wawancara penilaian?

    C. Tujuan Penulisan

    Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dalam penulisan makalah ini sebagai berikut:

    1. Mengetahui apa pengertian kinerja karyawan
    2. Mengetahui bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan karakteristik kinerja karyawan
    3. Mengetahui bagaimana karakteristik kinerja karyawan
    4. Mengetahui bagaimana indikator kinerja karyawan 
    5. Mengetahui bagaimana cara untuk meningkatkan kinerja
    6. Mengetahui apa pengertian manajemen kinerja (performance management)
    7. Mengetahui bagaimana penilaian kinerja (performance appraisal)
    8. Mengetahui bagaimana penggunaan penilaian kinerja
    9. Mengetahui bagaimana faktor-faktor lingkungan penilai kerja
    10. Mengetahui bagaimana proses penilaian kinerja
    11. Mengetahui bagaimana menetapkan kriteria (standar) kinerja
    12. Mengetahui bagaimana tanggung jawab penilaian?
    13. Mengetahui bagaimana periode penilaian
    14. Mengetahui bagaimana matode penilaian kinerja
    15. Mengetahui bagaimana penggunaan perangkat lunak komputer
    16. Mengetahui bagaimana masalah dalam penilaian kinerja
    17. Mengetahui bagaimana karakteristik sistem penilaian yang efektif
    18. Mengetahui bagaimana implikasi hukum
    19. Mengetahui bagaimana wawancara penilaian

    D.  Manfaat

    Manfaat dari makalah ini adalah diharapkan dapat menambah pengetahuan, menambah bahan referensi dan informasi bagi pembaca/mahasiswa yang berkaitan dengan kinerja karyawan.

    Bab II. Pembahasan

    A. Pengertian Kinerja Karyawan

    Kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance yang berarti prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang. Pengertian kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan fungsinya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

    Performance atau kinerja merupakan hasil atau keluaran dari suatu proses (Nurlaila, 2010:71). Menurut pendekatan perilaku dalam manajemen, kinerja adalah kuantitas atau kualitas sesuatu yang dihasilkan atau jasa yang diberikan oleh seseorang yang melakukan pekerjaan (Luthans, 2005:165).

    Kinerja merupakan prestasi kerja, yaitu perbandingan antara hasil kerja dengan standar yang ditetapkan (Dessler, 2000:41). Kinerja adalah hasil kerja baik secara kualitas maupun kuantitas yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas sesuai tanggung jawab yang diberikan (Mangkunagara, 2002:22)

    Kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu telah disepakati bersama (Rivai dan Basri, 2005:50).

    Sedangkan Mathis dan Jackson (2006:65) menyatakan bahwa kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan pegawai. Manajemen kinerja adalah keseluruhan kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja perusahaan atau organisasi, termasuk kinerja masing-masing individu dan kelompok kerja di perusahaan tersebut.

    Kinerja merupakan hasil kerja dari tingkah laku (Amstrong, 1999:15). Pengertian kinerja ini mengaitkan antara hasil kerja dengan tingkah laku. Sebgai tingkah laku, kinerja merupakan aktivitas manusia yang diarahkan pada pelaksanaan tugas organisasi yang dibebankan kepadanya.

    B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan

    1.         Efektifitas dan Efisiensi 

    Bila suatu tujuan tertentu akhirnya bisa dicapai, kita boleh mengatakan bahwa kegiatan tersebut efektif tetapi apabila akibat-akibat yang tidak dicari kegiatan menilai yang penting dari hasil yang dicapai sehingga mengakibatkan kepuasan walaupun efektif dinamakan tidak efesien. Sebaliknya, bila akibat yang dicari-cari tidak penting atau remeh maka kegiatan tersebut efesien (Prawirosentono, 1999:27).

    2.         Otoritas (wewenang)

    Otoritas menurut adalah sifat dari suatu komunikasi atau perintah dalam suatu organisasi formal yang dimiliki seorang anggota organisasi kepada anggota yang lain untuk melakukan suatu kegiatan kerja sesuai dengan kontribusinya (Prawirosentono, 1999:27). Perintah tersebut mengatakan apa yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dalam organisasi tersebut.

    3.         Disiplin 

    Disiplin adalah taat kepda hukum dan peraturan yang berlaku (Prawirosentono, 1999:27). Jadi, disiplin karyawan adalah kegiatan karyawan yang bersangkutan dalam menghormati perjanjian kerja dengan organisasi dimana dia bekerja.

    4.         Inisiatif 

    Inisiatif yaitu berkaitan dengan daya pikir dan kreatifitas dalam membentuk ide untuk merencanakan sesuatu yang berkaitan dengan tujuan organisasi.

    5.         Ketersediaan Peralatan dan Barang

    Dibutuhkan ketersediaan peralatan dan barang untuk dapat menunjang kelancaran tugas karyawan. Misalnya dengan menyediakan mesin-mesin yang berhubungan dengan proses produksi.

    6.         Lingkungan Kerja

    Memastikan karyawan memiliki tempat kerja yang ‘sehat’ adalah kunci dari produktivitas karyawan.  Misalnya dengan menciptakan ruangan kantor yang selaras memenuhi kaidah pencahayaan dan sirkulasi udara. Sebagian besar karyawan juga dapat menilai perusahaan dari kubikel, toilet, pantry, tempat ibadah, dan ruang istirahat yang disediakan.

    7.         Job Description dan Tanggung Jawab

    Seringkali produktivitas karyawan mengalami stagnasi karena ia merasa jenuh atau bosan pada pekerjaannya. HR dapat meyakinkan karyawan tentang kontribusi yang telah mereka hasilkan untuk perusahaan, sehingga motivasi mereka kembali meningkat. Selain itu, menempatkan karyawan pada tim kerja yang tepat, atau mempercayakan proyek khusus, akan menghadirkan minat dan perhatian mereka. Intinya adalah menyadarkan bahwa keberadaan setiap karyawan berharga dan masing-masing memiliki peran terhadap keberhasilan perusahaan.

    8.         Visi, Misi, dan Budaya Organisasi

    Angkatan kerja generasi millennial selalu mencari ‘purpose’ atau ‘the meaning of life’. Mereka bekerja untuk menciptakan suatu perubahan pada masyarakat, dan mereka bangga bergabung dengan perusahaan yang memberikan mereka ruang untuk berkarya.

    9.         Sistem Komunikasi dan Cara Kerja Pimpinan

    Komunikasi sangat penting dilakukan baik dilakukan dari atasan kepada bawahan atau sebaliknya. Karyawan mengharapkan memiliki pemimpin yang suportif, yaitu memiliki karakter: pengertian, fleksibel, dan dapat dipercaya. Hal ini akan mempengaruhi bagaimana karyawan berinteraksi dan berkomunikasi dalam pekerjaannya.

    10.     Pelatihan dan Pengembangan Diri

    Di samping menambah wawasan, pelatihan dapat menyegarkan pikiran dan mengurangi ketegangan. Dan juga harus stay update dengan perkembangan ilmu HR dengan mengikuti training HR atau dengan workshop HR setiap bulan.

    11.     Bonus dan Insentif

    Upah merupakan salah satu faktor paling krusial dalam upaya meningkatkan motivasi kerja karyawan. Selain gaji pokok dan tunjangan tetap, HR harus kreatif dalam merancang paket benefit agar kinerja karyawan tetap terjaga, seperti memberikan bonus dan insentif kepada karyawan maupun tim kerja yang telah mencapai target perusahaan. Manfaatkan HR software untuk melakukan perhitungan gaji, lembur, THR; hingga BPJS dan PPh 21. Dengan aplikasi HR Gadjian, penggajian akan menjadi lebih efisien dan transparan. Gadjian pun menyediakan slip gaji online yang bisa diakses oleh karyawan yang bersangkutan.

    Cara paling mudah untuk melihat kinerja karyawan adalah dengan memantau kehadirannya. Ketika karyawan mulai sering izin atau terlambat, dapat diprediksi kalau kinerjanya akan bermasalah.

    Menurut, Gibson 1987 menyatakan pailing tidak ada 3 factor yang mempengaruhi kinerja seseorang yakni:

    1. Faktor individu: kemampuan, keterampilan, latar belakang kkeluarga, pengalaman tingkat social dan demografi seseorang.
    2. Faktor psikologis: persefsi, sikap, kepribadian, peran, mtivasi dan kepuasan kerja.
    3. Faktor organisasi: struktur organisasi, desain pekerjaan, kepemimpinan, sistem imbalan (rewed sistem)

    Jika faktor yang mempengaruhi kinerja tersebut dapat dikondisikan dengan baik, maka otomatis kinerja seseorang juga akan semakin meningkat. Dengan demikian tugas manajer ataupun pihak  manajer secara umum adalah membuat faktor yang menjunjung keberadaan kinerja tersebut dapat terpenuhi dalam sebauah organisasi ataupun perusahaan. Sedangkan menurut Timpe (1993) faktor – faktor yang mempengaruhi kinerja, yaitu (p.33) :

    1.    Kinerja baik, dipengaruhi oleh dua faktor :

    a.    Internal (pribadi)

    ·         Kemampuan tinggi

    ·         Kerja keras

    b.    Eksternal (lingkungan)

    ·         Pekerjaan mudah

    ·         Nasib baik

    ·         Bantuan dari rekan – rekan

    ·         Pemimpin yang baik

    2.    Kinerja Jelek, dipengaruhi dua faktor :

    a.     Internal (pribadi)

    ·         Kemampuan rendah

    ·         Upaya sedikit

    b.    Eksternal (lingkungan)

    ·         Pekerjaan sulit

    ·         Nasib buruk

    ·         Rekan – rekan kerja tidak produktif

    ·         Pemimpin yang tidak simpatik

    C.  Karakteristik Kinerja Karyawan 

    Karakteristik orang yang mempunyai kinerja tinggi adalah sebagai berikut (Mangkunegara, 2002:68):

    1. Memiliki tanggung jawab pribadi yang tinggi. 
    2. Berani mengambil dan menanggung resiko yang dihadapi. 
    3. Memiliki tujuan yang realistis. 
    4. Memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk merealisasi tujuannya. 
    5. Memanfaatkan umpan balik (feed back) yang konkrit dalam seluruh kegiatan kerja yang dilakukannya. 
    6. Mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah diprogramkan.

    D. Indikator Kinerja Karyawan 

    Indikator untuk mengukur kinerja karyawan secara individu ada enam indikator, yaitu (Robbins, 2006:260):

    1. Kualitas. Kualitas kerja diukur dari persepsi karyawan terhadap kualitas pekerjaan yang dihasilkan serta kesempurnaan tugas terhadap keterampilan dan kemampuan karyawan. 
    2. Kuantitas. Merupakan jumlah yang dihasilkan dinyatakan dalam istilah seperti jumlah unit, jumlah siklus aktivitas yang diselesaikan. 
    3. Ketepatan waktu. Merupakan tingkat aktivitas diselesaikan pada awal waktu yang dinyatakan, dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil output serta memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktivitas lain. 
    4. Efektivitas. Merupakan tingkat penggunaan sumber daya organisasi (tenaga, uang, teknologi, bahan baku) dimaksimalkan dengan maksud menaikkan hasil dari setiap unit dalam penggunaan sumber daya. 
    5. Kemandirian. Merupakan tingkat seorang karyawan yang nantinya akan dapat menjalankan fungsi kerjanya Komitmen kerja. Merupakan suatu tingkat dimana karyawan mempunyai komitmen kerja dengan instansi dan tanggung jawab karyawan terhadap kantor.

    E. Cara Untuk Meningkatkan Kinerja

    1.    Diagnosis

    Suatu diagnosis yang berguna dapat dilakukan secara informal oleh setiap individu yang tertarik untuk meningkatkan kemampuannya dalam mengevaluasi dan memperbaiki kinerja. Teknik – tekniknya : refleksi, mengobservasi kinerja, mendengarkan komentar – komentar orang lain tentang mengapa segala sesuatu terjadi, mengevaluasi kembali dasar – dasar keputusan masa lalu, dan mencatat atau menyimpan catatan harian kerja yang dapat membantu memperluas pencarian manajer penyebab – penyebab kinerja.

    2.    Pelatihan

    Setelah gaya atribusional dikenali dan dipahami, pelatihan dapat membantu manajemen bahwa pengetahuan ini digunakan dengan tepat.

    3.    Tindakan

    Tidak ada program dan pelatihan yang dapat mencapai hasil sepenuhnya tanpa dorongan untuk menggunakannya. Analisa atribusi kausal harus dilakukan secara rutin sebagai bagian dari tahap – tahap penilaian kinerja formal.

    F. Manajemen Kinerja (Performance Management)

    Adalah proses berorientasi tujuan yang diarahkan untuk memastikan bahwa proses-proses keorganisasian ada pada tempatnya untuk memaksimalkan produktivitas para karyawan, tim, dan akhirnya organisasi. Penilaian kinerja adalah kejadian sekali setiap tahun, sementara manajemen kinerja adalah proses yang dinamis, konstan, dan berkelanjutan.

    G. Penilaian Kinerja (Performance Appraisal)

    Adalah sistem formal untuk menilai dan mengevaluasi kinerja individu atau tim. Penilaian kinerja adalah faktor penting untuk kesuksesan manajemen kinerja, karena mencerminkan secara langsung rencana strategik organisasi. Meskipun evalusai dalam kinerja pada sebagian perusahaan tetap pada karyawan individual, sistem penilaian yang efektif akan mengevaluasi prestasi dan menginissiasi rencana untuk pengembangan, tujuan, dan sasaran. Penilaian kinerja seringkali menjadi aktivitas yang tidak disukai dan negatif serta dianggap tidak memerlukan keahlian. Penilaian kinerja memiliki banyak kegunaan dalam persaingan pasar yang semakin mengglobal ini. Mengembangkan sistem penilaian kinerja yang efektif akan terus menjadi prioritas tinggi bagi manajemen. Penilaian kinerja lebih digunakan sebagai alat untuk mempengaruhi kinerja.

    H. Penggunaan Penilaian Kinerja

    1.      Perencanaan Sumber Daya Manusia

    Dalam menilai sumber daya manusia perusahaan, data harus tersedia untuk mengidentifikasi mereka yang memiliki potensi untuk dipromosikan. Melalui penilaian, dapat ditemukan bila terdapat kekurangan karyawan yang siap untuk memasuki manajemen. Rencana dapat disusun dengan menekankan lebih besar pada pengembangan manajemen.

    2.      Perekrutan dan Seleksi

    Nilai hasil evaluasi kinerja dapat membantu memprediksi kinerja para pelamar kerja. Data tersebut dapat dijadikan tolak ukur untuk mengevaluasi respon yang diberikan pelamar melalui wawancara keperilakuan.

    3.      Pelatihan dan Pengembangan

    Pelatihan kinerja harus mengidentifikasi kebutuhan spesifik seorang karyawan akan pelatihan dan pengembangan. Program pelatihan dan pengembangan dapat dikembangkan sehingga memungkinkan orang-orang untuk membangun kekuatan dan meminimalkan kekurangan mereka. Penentuan kebutuhan pelatihan dan  pengembangan karyawan akan lebih tepat jika data penilaian tersedia.

    4.      Perencanaan dan Pengembangan Karir

    Perencanaan dan pengembangan karir dapat dilihat dari sudut pandang individual maupun organisaional. Data penilaian kinerja penting dalam menilai kekuatan dan kelemahan karyawan dalam menentukan potensi seseorang. Manajer menggunakan informasi tersebut untuk memberi konsultasi pada bawahan dan membantu mereka untuk mengembangkan dan mengimplementasikan rencana karir mereka.

    5.      Program Kompensasi

    Hasil penilaian kinerja memberi sebuah dasar untuk menbuat keputusan rasional yang berkenaan dengan penyesuaian bayaran. Memberi imbalan pada perilaku yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi adalah jantung dari perencanaan strategik perusahaan. Untuk mendorong kinerja yang baik, perusahaan harus merancang dan mengimplementasikan sistem penilaian kinerja yang handal dan kemudian memberikan imbalanyang layak bagi karyawan dan tim yang paling produktif.

    6.      Hubungan Kekaryawanan Internal

    Data penilaian kinerja sering digunakan untuk membuat keputusan di beberapa bidang hubungan kekaryawanan internal, mencakup promosi, demosi, pemberhentian, pemutusan hubungan kerja, dan transfer. Ketika karyawna bekerja dibawah kesepakatan kerja, senioritas menjadi dasar untuk melakukan pemutusan hubungan kerja. Namun, ketika manajemen memiliki fleksibilitas yang lebih besar, catatan kinerja karyawan umumnya menjadi kriteria yang lebih relevan.

    7.      Penilaian Potensi Karyawan

    Perusahaan mencoba menilai potensi karyawan dengan menilai kinerja karyawannya. Meski perilaku masa lalu merupakan prediksi yang terbaik atas perilaku pada masa yang akan datang, kinerja karyawan pada masa lalu tidak dapat digunakan menjadi indikator yang akurat mengenai kinerja masa yang akan datang pada level yang lebih tinggi atau pada posisi yang berbeda. Perusahaan harus membedakan penilaian kinerja yang berfokus pada perilaku masa lalu, dengan penilaian profesi yang berorientasi pada masa yang akan datang.

    I.         Faktor-faktor Lingkungan Penilai Kerja

    Banyak faktor eksternal dan internal yang dapat mempengaruhi proses penilaian kinerja. Serikat pekerja adalah salah satu faktor eksternal yang bisa mempengaruhi proses penilaian perusahaan. Serikat pekerja sejak dulu telah menekankan senioritas sebagai dasar promosi dan kenaikan bayaran. Serikat-serikat tersebut bisa menentang keras penggunaan sistem penilaian kinerja rancangan pihak manajemen untuk tujuan-tujuan tersebut. 

    Faktor-faktor dalam lingkungan internal juga bisa mempengaruhi proses penilaian kinerja. Budaya korporat perusahaan bisa membantu atau bahkan menghambat proses tersebut. Budaya yang tidak saling percaya tidak akan memberikan lingkungan yang dibutuhkan untuk mendorong kinerja tinggi oleh individu atau tim.

    J.    Proses Penilaian Kinerja

    1. Mengidentifikasi tujuan-tujuan penilaian secara spesifik
    2. Menetapkan kriteria-kriteria kinerja dan mengkonunikasikannya kepada karyawan
    3. Memeriksa pekerjaan yang dijalankan
    4. Menilai Kinerja
    5. Mendiskusikan penilaian bersama karyawan

    K.      Menetapkan Kriteria (Standar) Kinerja

    1.        Sifat

    Sifat karyawan seperti sikap, penampilan, dan inisiatif adalah dasar untuk beberapa evaluasi. Sifat tertentu bisa mempengaruhi kinerja, pemanfaatan dalam penilaian bisa dianggap tepat.

    2.        Perilaku

    Ketika hasil tugas seseorang sulit untuk ditentukan, organisasi bisa mengevaluasi perilaku atau kompetensi orang yang berhubungan dengan tugas.

    3.        Kompetensi

    Kompetensi meliputi sekumpulan pengetahuan luas , keterampilan, sifat, dan perilaku yang bersifat teknis, berkaitan dengan keterampilan antar pribadi, atau berorientasi bisnis.

    4.        Pencapaian Tujuan

    Hasil pencapaian tujuan  dapat menjadi faktor yang tepat untuk dievaluasi. Hasil yang dicapai harus berada dalam kendali tim atau individu dan hasil-hasil harus mengarah pada kesuksesan perusahaan.

    5.        Potensi Perbaikan.

    Ketika organisasi mengevaluasi kinerja karyawan, banyak kriteria yang berfokus pada masa lalu. Perusahaan harus berfokus pada masa depan, memasukkan perilaku-perilaku dan hasil-hasil yang diperlukan untuk mengembangkan karyawan dan, dalam proses untuk mencapai tujuan perusahaan.

    L.       Tanggung Jawab Penilaian

    1.      Atasan Langsung

    Atasan langsung seorang karyawan biasanya merupakan pilihan paling umum untuk menilai kinerja.

    2.      Bawahan

    Evaluasi para manajer oleh para bawahan layak dan diperlukan. Perusahaan beralasan bahwa bawahan ada pada posisi yang sangat bagus untuk melihat efektivitas manajerial atasan mereka.

    3.      Rekan Kerja dan Anggota Tim

    Kekuatan utama menilai kinerja menggunakan rekan kerja adalah bahwa mereka bekerja secara dekat dengan karyawan yang dievaluasi dan memiliki perspektif yang tidak terdistorsi mengenai kinerja tertentu terutama dalam penugasan tim.

    4.      Penilaian Diri Sendiri

    Jika para karyawan memahami tujuan mereka dan kriteria yang digunakan untuk evaluasi, mereka ada pada posisi yang baik untuk menilai kinerja mereka sendiri. Banyak orang yang mengenal dengan baik apa yang dikerjakan dan apa yang dapat mereka perbaiki.

    5.      Penilaian Pelanggan

    Perilaku pelanggan menentukan tingkat kesuksesan perusahaan. Organisasi menggunakan pendekatan ini karena pendekatan tersebut menunjukkan komitmen perusahaan kepada pelanggan, memaksa karyawan untuk bertanggung jawab, dan mendorong adanya perubahan.

    M.     Periode Penilaian

    Evaluasi kinerja formal biasanya dipersiapkan dalam interval yang spesifik. Sebagian besar organisasi penilaian tersebut dilaksanakan tahunan atau setengah tahunan. Yang lebih signifikan adalah interaksi terus-menerus, meliputi coaching dan aktivitas pengembangan lainnya yang berlanjut selama periode penilaian.

    N.      Matode Penilaian Kinerja

    1.      Metode Penilaian Umpan Balik 360 Derajat

              Adalah metode penilaian kinerja populer yang melibatkan masukan evaluasi dari banyak level dalam perusahaan sebagaimana pula dari sumber-sumber eksternal.

    2.      Metode Skala Penilaian

              Adalah metode penilaian kinerja yang menilai para karyawan berdasarkan faktor-faktor yang telah ditetapkan. Skala tersebut terdiri dari beberapa kategori yang biasanya berisi antara 5 sampai 7 kategori yang didefinisikan dengan kata sifat.

    3.      Metode insiden kritis

    Adalah metode penilaian kinerja yang membutuhkan pemeliharaan dokumen-dokumen tertulis mengenai tindakan-tindakan karyawan yang positif dan negatif.

    4.      Metode Esai

              Adalah metode penilaian kinerja dimana penilai menulis narasi singkat yanfg menggambarkan kinerja karyawan.

    5.      Metode Standar Kerja

              Adalah penilaian kinerja yang membandingkan kinerja antar setiap karyawan dengan standar yang telah ditetapkan atau tingkat output yang diharapkan.

    6.      Metode Peringkat

              Adalah metode penilaian kinerja dimana penilai menempatkan seluruh karyawan dari sebuah kelompok dalam urutan kinerja secara keseluruhan.

    7.      Metode Distribusi Dipaksakan

              Adalah metode penilaian kinerja yang mengharuskan penilai untuk membagi orang-orang dalam sebuah kelompok kerja ke dalam sejumlah kategori terbatas, mirip suatu distribusi frekuensi normal.

    8.      Metode Skala Penilaian Berjangkar Keperilakuan

              Adalah metode penilaian kinerja yang menggabungkan unsur-unsur skala penilaian tradisional dengan metode insiden kritis: berbagai tingkat kinerja ditunjukkan sepanjang sebuah skala dengan masing-masing di deskripsikan meneurut perilaku kerja spesifik seorang karyawan.

    9.      Sistem Berbasis Hasil

              Manajer dan bawahan secara bersama menyepakati tujuan untuk periode penilaian berikutnya dalam sebuah sistem berbasis hasil, yang dimasa lalu merupakan suatu bentuk manajemen berdasarkan tujuan.

    O.      Penggunaan Perangkat Lunak Komputer

                     Perangkat lunak komputer digunakan untruk merekam data-data penilaian. Manfaat besar dari penggunaan komputer adalah berkurangnya prosedur dalam organisasi perusahaaan. Para manajer juga dapat mengkustomisasikan hampir seluruh program perusahaan. Hal tersebut digunakan untuk mencapai tujuan dan nilai organisasi secara lebih akurat dan memungkinkan pemberian nilai yang adil.

    P.       Masalah Dalam Penilaian Kinerja

    1.      Ketidaknyamanan Penilai

              Jika sebuah sistem penilaian kinerja memiliki desain yang salah, atau pekerjaan yang tidak tepat, para karyawan akan takut mendapatkan penilaian dan para manajer tidak akan suka melakukannya.

    2.      Ketiadaan Obyektivitas

              Kelemahan potensial dari metode penilaian kinerja secara tradisional  adalah tidak adanya obyektivitas. Misalnya faktor yang digunakan seperti sikap, penampilan, dan kepribadian sulit untuk diukur.

    3.      Halo Error

              Kesalahan Evaluasi yang muncul ketika manajer menggeneralisasikan satu unsur kinerja positif kepada seluruh aspek kinerja karyawan, menghasilkan nilai yang lebih tinggi.

    4.      Horn Error

              Kesalahan Evaluasi yang muncul ketika manajer menggeneralisasikan satu unsur kinerja negatif kepada seluruh aspek kinerja karyawan, menghasilkan nilai yang lebih rendah.

    5.      Sikap Lunak

              Memberikan nilai tinggi tanpa alasan yang bisa diterima.

    6.      Sikap Keras

              Terlalu kritis terhadap kinerja karyawan dalam bekerja.

    7.      Central Tendency Error

              Kesalahan Penilaian evaluasi yang muncul ketika para karyawan secara tidak benar dinilai mendekati rata-rata atau pertengahan skala.

    8.      Bias Perilaku Terakhir

              Perilaku karyawan seringkali menjadi lebih baik dan produktivitas cenderung meningkat beberapa hari atau minggu sebelum evaluasi dimulai.

    9.      Bias Pribadi

              Kekurangan ini muncul ketika manajer membiarkan perbedaan individual seperti gender, ras, maupun usia mempengaruhi penilaian yang diberikan manajer.

    10.  Manipulasi Evaluasi

              Manajer mengendalikan hampir seluruh aspek penilaian kinerja dan manajer dapat berada pada posisi yang dapat memanipulasi sistem penilaian.

    11.  Kecemasan Karyawan

    Proses penilaian dapat menimbulkan kecemasan pada diri karyawan yang sedang dinilai. Peluang promosi, penugasan kerja yang lebih baik, dan peningkatan kompensasi bisa bergantung pada hasil penilaian.

    Q. Karakteristik Sistem Penilaian yang Efektif

    1.      Kriteria yang Terkait Pekerjaan

    Keterkaitan dengan pekerjaan merupakan prinsip dasar yang diperlukan dalam penilaian kinerja karyawan. Kriteria evaluasi harus ditentukan melalui analisis pekerjaan.

    2.      Harapan-Harapan Kinerja

    Manajer dan bawahan harus sepakat dengan harapan-harapan kinerja sebelum penilaian dimulai. Jika para karyawan memahami dengan jelas harapan tersebut, mereka dapat mengevaluasi kinerja mereka sendiri dan melakukan penyesuaian yang tepat waktu saat mereka menjalankan pekerjaan tanpa harus menunggu evaluasi formal.

    3.      Standarisasi

    Perusahaan harus menggunakan instrumen penilaian yang sama untuk seluruh anggota yang berada dalam kategori pekerjaan sama dan bekerja untuk atasan yang sama. Atasan juga harus melaksanakan penilaian yang mencakup periode yang sama untuk karyawannya.

    4.      Penilai yang Terlatih

    Orang yang mengamati sampel yang representatif dari kinerja pekerjaan memiliki tanggung jawab untuk mengevaluasi kinerja para karyawan. Orang tersebut biasanya adalah atasan langsung dari seorang karyawan.

    5.      Komunikasi Terbuka Berkelanjutan

    Sebagian besar karyawan ingin mengetahui seberapa baik mereka bekerja. Sistem penilaian baik akan memberikan umpan balik yang baik pula pada dalam basis yang berkelanjutan. Harusnya ada sedikit kejutan dalam penilaian kinerja.

    6.      Melaksanakan Tinjauan Kinerja

    Waktu khusus harus ditetapkan untuk suatu diskusi formal mengenai kinerja karyawan. Karena perbaikan kinerja merupakan tujuan umum sistem penilaian. Tinjauan kinerja memungkinkan mereka untuk melacak setiap kesalahan atau kekurangan dalam penilaian, atau karyawan bisa tidak setuju dengan evaluasi yang ada dan ingin mempertanyakannya.

    7.      Due Process

    Jika perusahaan tidak memiliki prosedur gugatan formal, perusahaan harus mengadakannya demi memberi peluang pada karyawan untuk mempertanyakan hasil penilaian yang dianggap kurang akurat atau kurang adil.

    R.      Implikasi Hukum

    Pengadilan mewajibkan kondisi seperti berikut :

    • Tidak adanya dampak merugikan terhadap anggota kelompok yang dilindungi atau adanya validasi terhadap proses.
    • Sebuah sistem yang mencegah satu manajer untuk mengarahkan atau mengontrol karir bawahan.
    • Penilaian harus ditinjau dan disetujui oleh seseorang atau beberapa kelompok orang dalam organisasi.
    • Penilai harus memiliki pengetahuan pribadi mengenai kinerja pekerjaan karyawan.
    • Sistem penilaian harus menggunakan kriteria yang ditetapkan terlebih dahulu sehingga membatasi pertimbangan manajer.

    S.        Wawancara Penilaian

    Adalah titik rawan dari keseluruhan proses evaluasi. Sesi tinjauan sering menimbulkan perselisihan dan lebih banyak memberi kerugian dibanding manfaat bagi hubungan karyawan dengan manajer. Wawancara penilaian memiliki potensi terjadinya pertentangan dan menggagalkan tujuan untuk memotivasi karyawan. Situasi dapat diperbaiki secara signifikan ketika beberapa sumber memberikan input, termasuk penilaian diri sendiri dari karyawan.

    1.      Menjadwalkan Wawancara

    Atasan biasanya menjadwalkan wawancara penilaian formal pada akhir periode penilaian karyawan.

    2.      Struktur Wawancara

    1. Mendiskusikan kinerja karyawan
    2. Membantu karyawan menetapkan tujuan-tujuan dan rencana-rencana pengembangan pribadi untuk periode penilaian berikutnya
    3. Menyarankan cara-cara untuk mencapai tujuan yang ditetapkan, termasuk dukungfan dari manajer dan perusahaan

    3.      Penggunaan Pujian dan Kritik

    Melaksanakan wawancara penilaian membutuhkan diplomasi dan kesabaran saat evaluasi. Pujian tepat jika memang pantas diberikan. Kritik meskipun pantas diberikan tetapi sangat sulit untuk disampaikan.

    4.      Peran Karyawan

    Dua minggu sebelum penilaian, karyawan harus memeriksa buku harian atau dokumen mereka saat membuat catatan mengenai seluruh proyek yang dikerjakan baik yang berhasil maupun tidak. Karyawan akan terlihat sangat baik ketika mampu menunjukkan bahwa cara mereka bekerja dapat meningkatkan hasil akhir yang diperoleh.

    5.      Menutup Wawancara

    Karyawan akan meninggalkan wawancara dengan perasan positif mengenai manajemen, perusahaan, pekerjaan, dan diri mereka sendiri. Wawancara harus diakhiri dengan rencana spesifik dan berdasar kesepakatan bersama untuk pengembangan karyawan. Manajer harus meyakinkan karyawan yang membutuhkan pelatihan tambahan bahwa hal tersebut akan tersedia dan mereka akan memperoleh dukungan penuh dari atasan mereka.

    Bab III. Penutup

    A. Kesimpulan

    Kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance yang berarti prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang. Pengertian kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan fungsinya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Menurut, Gibson 1987 menyatakan pailing tidak ada 3 factor yang mempengaruhi kinerja seseorang yakni:

    1. Faktor individu: kemampuan, keterampilan, latar belakang kkeluarga, pengalaman tingkat social dan demografi seseorang.
    2. Faktor psikologis: persefsi, sikap, kepribadian, peran, mtivasi dan kepuasan kerja.
    3. Faktor organisasi: struktur organisasi, desain pekerjaan, kepemimpinan, sistem imbalan (rewed sistem)

    Penilaian Kinerja (Performance Appraisal) Adalah sistem formal untuk menilai dan mengevaluasi kinerja individu atau tim. Penilaian kinerja adalah faktor penting untuk kesuksesan manajemen kinerja, karena mencerminkan secara langsung rencana strategik organisasi. Meskipun evalusai dalam kinerja pada sebagian perusahaan tetap pada karyawan individual, sistem penilaian yang efektif akan mengevaluasi prestasi dan menginissiasi rencana untuk pengembangan, tujuan, dan sasaran.

    B. Saran

    Penilaian kinerja harus dilakukan dengan tepat dengan memperhatikan berbagai faktor penilaian kinerja karena penilaian kinerja dikatakan penting mengingat melalui penilaian kinerja dapat diketahui seberapa tepat pegawai telah menjalankan fungsinya. Ketepatan pegawai dalam menjalankan fungsinya akan sangat berpengaruh terhadap pencapaian kinerja organisasi secara keseluruhan. Selain itu, hasil penilaian kinerja pegawai akan memberikan informasi penting dalam proses pengembangan pegawai.

    DAFTAR PUSTAKA

    Mondy, R.Wayne. 20008. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jilid 1 Edisi 10. Jakarta: PT Erlangga

  • Laporan Studi Kasus – Pengaruh Sosial Media Terhadap Kehidupan Sosial Remaja

    Laporan Studi Kasus – Pengaruh Sosial Media Terhadap Kehidupan Sosial Remaja

    Pengaruh sosial media terhadap kehidupan sosial remaja sangat besar dan memiliki dampak yang nyata. Perubahan kultur dan budaya yang terjadi pada remaja saat ini bahkan sudah sangat jauh dari adat dan budaya timur terutama dalam 2 dekade terakhir. Hal ini seiring dengan pertumbuhan dan peran sosial media dalam kehidupan sehari-hari di Indonesia.

    Pengaruh Sosial Media Terhadap Kehidupan Sosial Remaja

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang Masalah

    Perkembangan teknologi di era Industri 4.0 ini membuat perbahan besar pada tatanan global. Teknologi telekomunikasi dan informasi yang tumbuh cepat membuat setiap individu dapat mengakses informasi dengan mudah dan cepat.

    Jaringan internet global yang tumbuh cepat menjadi katalis dalam perubahan global. Internet menjadi pintu yang memiliki banyak peran sekaligus. Salah satu peran yang paling menonjol adalah wadah bagi banyak komunitas jejaring sosial atau sosial media. Jejaring aplikasi Sosial media tumbuh menjadi komunitas raksasa yang menaungi banyak sekali aktifitas remaja. Mulai dari kebutuhan sosial media hingga pekerjaan. Sosial media tumbuh menjadi tempat baru yang tidak nyata dan disebut dunia maya yang sangat mirip dengan dunia nyata dalam hal interkasi antar pengguna.

    Besarnya pengguna dan potensi pertumbuhan sosial media membuat banyak pihak yang turut ambil andil dalam perkembangan sosial media. Hasilnya hingga saat ini, terdapat banyak sosial media yang dapat diakses dari mana saja, seperti Facebook, Twitter, Tread, Instagram, Youtube, Blogspot, dan masih banyak lagi. Kemudahan dalam mengakses


    Dengan situs jejaring ini kita dapat memperluas pertemanan secara kekerabatan maupun dengan masyarakat luas, bukan hanya dalam ruang lingkup lingkungan tempat tinggal saja tetapi dari berbagai macam kalangan lingkungan maupun status sosial. Hal tersebut menjadi suatu kaharusan bagi remaja untuk memilikinya. Media sosial bagi para remaja merupakan hal yang penting tidak hanya sebagai tempat memperoleh informasi yang mernarik tetapi juga sudah menjadi lifestyle atau gaya hidup. Banyak pelajar yang tidak ingin dianggap jadul karena tidak memiliki akun media sosial. Media sosial bagi para pelajar biasanya di gunakan untuk mengekspresikan diri, berbagai segala tentang dirinya kepada banyak orang terutama teman-teman dan media sosial juga bisa dijadikan sebagai tempat untuk menghasilkan uang.

    Kini sosial media sudah menjadi faktor penting interaksi bagi manusia. Namun dengan adanya media sosial ini, menjadikan seseorang terlalu terbuka akan dirinnyadihadapan orang lain ataupun dengan orang yang belum dikenalnya, khususnya para kaum remaja. Ditambah lagi dengan munculnya smartphone yang menyediakan kebebasan bersosial media dan provider yang menyediakan murahnya layanan sosial media. Hal ini jelas mengakibatkan remaja melupakan akan batasan-batasan pergaulan yang seharusnya mereka ketahui. Besarnya dampak media sosial tidak hanya memberikan dampak postif tetapi juga memberikan dampak negatif kepada manusia terutama dampaknya bagi interaksi sesama manusia yang saat ini telah di pengaruhi media sosial. Media sosial sedikit demi sedikit membawa kita ke suatu pola budaya yang baru dan mulai menentukan pola pikir kita. Media sosial dapat membuat seseorang menjadi ketergantungan terhadap media sosial.

    B. Rumusan Masalah

    Dari uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahannya, yaitu:

    1. Bagaimana pengaruh media sosial bagi remaja?
    2. Apa saja batasan-batasan yang harus dilakukan remaja terhadap media sosial?

    C. Tujuan Penelitian

    Secara terperinci, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Mengetahui bagaimana pengaruh media sosial bagi remaja.
    2. Mengetahui apa saja batasan-batasan yang harus dilakukan remaja terhadap media sosial.

    D. Manfaat Penelitian

    Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Manfaat Praktis

    Bagi penulis, manfaat praktis yang diharapkan adalah bahwa seluruh tahapan penelitian serta hasil penelitian yang diperoleh dapat memperluas wawasan dan sekaligus memperoleh pengetahuan empirik mengenai Pengaruh Media Sosial Bagi Remaja. Bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan hasil penelitian, penulis berharap manfaat hasil penelitian dapat diterima dan bermanfaat.

    2. Manfaat Akademis

    Manfaat akademis yang diharapkan adalah bahwa hasil penelitian dapat dijadikan rujukan bagi upaya untuk meminimalisasi pengaruh media sosial bagi remaja. dan berguna juga untuk menjadi referensi bagi masyarakat yang melakukan kajian terhadap pengaruh sosial media terhadap remaja.

    Bab II. Kajian Pustaka

    A. Media Sosial

    Media sosial (Social Media) adalah saluran atau sarana pergaulan sosial secara online di dunia maya (internet). Para pengguna (user) media sosial berkomunikasi, berinteraksi, saling kirim pesan, dan saling berbagi (sharing), dan membangun jaringan (networking).

    Menurut Wikipedia, media sosial adalah sebuah media online, dengan para penggunanya (users) bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum, dan dunia virtual. Blog, jejaring sosial dan wiki merupakan bentuk media sosial yang paling umum digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia. Andreas Kaplan dan Michael Haenlein mendefinisikan media sosial sebagai “sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang membangun di atas dasar ideologi dan teknologi Web 2.0 , dan yang memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-generatedcontent” (Kaplan, Andreas M.; Michael Haenlein [2010] “Usersoftheworld, unite! The challengesandopportunitiesofSocial Media“. Business Horizons 53(1): 59–68).

    Jejaring sosial merupakan situs dimana setiap orang bisa membuat web page pribadi, kemudian terhubung dengan teman-teman untuk berbagi informasi dan berkomunikasi. Jejaring sosial terbesar antara lain Facebook, Myspace, dan Twitter. Jika media tradisional menggunakan media cetak dan media broadcast, maka media sosial menggunakan internet. Media sosial mengajak siapa saja yang tertarik untuk berpertisipasi dengan memberi kontribusi dan feedback secara terbuka, memberi komentar, serta membagi informasi dalam waktu yang cepat dan tak terbatas.

    Saat teknologi internet dan mobilephone makin maju maka media sosial pun ikut tumbuh dengan pesat. Kini untuk mengakses facebook atau twitter misalnya, bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja hanya dengan menggunakan sebuah mobilephone. Demikian cepatnya orang bisa mengakses media sosial mengakibatkan terjadinya fenomena besar terhadap arus informasi tidak hanya di negara-negara maju, tetapi juga di Indonesia. Karena kecepatannya media sosial juga mulai tampak menggantikan peranan media massa konvensional dalam menyebarkan berita-berita.

    Pesatnya perkembangan media sosial kini dikarenakan semua orang seperti bisa memiliki media sendiri. Jika untuk memiliki media tradisional seperti televisi, radio, atau koran dibutuhkan modal yang besar dan tenaga kerja yang banyak, maka lain halnya dengan media. Seorang pengguna media sosial bisa mengakses menggunakan social media dengan jaringan internet bahkan yang aksesnya lambat sekalipun, tanpa biaya besar, tanpa alat mahal dan dilakukan sendiri tanpa karyawan. Kita sebagai pengguna social media dengan bebas bisa mengedit, menambahkan, memodifikasi baik tulisan, gambar, video, grafis, dan berbagai model content lainnya.

    B. Ciri-ciri Media Sosial

    Media sosial mempunyai ciri-ciri, yaitu sebagai berikut :

    • Pesan yang di sampaikan tidak hanya untuk satu orang saja namun bisa keberbagai banyak orang contohnya pesan melalui SMS ataupun internet
    • Pesan yang di sampaikan bebas, tanpa harus melalui suatu Gatekeeper
    • Pesan yang di sampaikan cenderung lebih cepat di banding media lainnya
    • Penerima pesan yang menentukan waktu interaksi

    C. Pertumbuhan Media Sosial

    Pesatnya perkembangan media sosial kini dikarenakan semua orang seperti bisa memiliki media sendiri. Jika untuk memiliki media tradisional seperti televisi, radio, atau koran dibutuhkan modal yang besar dan tenaga kerja yang banyak, maka lain halnya dengan media. Seorang pengguna media sosial bisa mengakses menggunakan media sosial dengan jaringan internet bahkan yang aksesnya lambat sekalipun, tanpa biaya besar, tanpa alat mahal dan dilakukan sendiri tanpa karyawan. Pengguna media sosial dengan bebas bisa mengedit, menambahkan, memodifikasi baik tulisan, gambar, video, grafis, dan berbagai model contentlainnya.

    D. Peran dan Fungsi Media Sosial

    Media sosial merupakan alat promosi bisnis yang efektif karena dapat diakses oleh siapa saja, sehingga jaringan promosi bisa lebih luas. Media sosial menjadi bagian yang sangat diperlukan oleh pemasaran bagi banyak perusahaan dan merupakan salah satu cara terbaik untuk menjangkau pelanggan dan klien. Media sosial spertiblog, facebook, twitter, dab youtube memiliki sejumlah manfaat bagi perusahaan dan lebih cepat dari media konvensional seperti media cetak dan iklan TV, brosur dan selebaran.

    E. Kelebihan Media Sosial

    Media sosial memiliki kelebihan dibandingkan dengan media konvensional, antara lain :

    1. Kesederhanaan

    Dalam sebuah produksi media konvensional dibutuhkan keterampilan tingkat tinggi dan keterampilan marketing yang unggul. Sedangkan media sosial sangat mudah digunakan, bahkan untuk orang tanpa dasar TI pun dapat mengaksesnya, yang dibutuhkan hanyalah komputer dan koneksi internet.

    2. Membangun Hubungan

    Sosial media menawarkan kesempatan tak tertandingi untuk berinteraksi dengan  pelanggan dan membangun hubungan. Perusahaan mendapatkan sebuah feedback langsung, ide, pengujian dan mengelola layanan pelanggan dengan cepat. Tidak dengan media tradisional yang tidak dapat melakukan hal tersebut, media tradisional hanya melakukan komunikasi satu arah.

    3. Jangkauan Global

    Media tradisional dapat menjangkau secara global tetapi tentu saja dengan biaya sangat mahal dan memakan waktu. Melalui media sosial, bisnis dapat mengkomunikasikan informasi dalam sekejap, terlepas dari lokasi geografis. Media sosial juga memungkinkan untuk menyesuaikan konten anda untuk setiap segmen pasar dan memberikan kesempatan bisnis untuk mengirimkan pesan ke lebih banyak pengguna.

    4. Terukur

    Dengan sistemtracking yang mudah, pengiriman pesan dapat terukur, sehingga perusahaan langsung dapat mengetahui efektifitas promosi. Tidak demikian dengan media konvensional yang membutuhkan waktu yang lama.

    F. Fungsi Media Sosial

    Ketika kita mendefinisikan media sosial sebagai sistem komunikasi maka kita harus mendefinisikan fungsi-fungsi terkait dengan sistem komunikasi, yaitu :

    1. Administrasi

    Pengorganisasian proofil karyawan perusahaan dalam jaringan sosial yang relevan dan relatif dimana posisi pasar anda sekarang. Pembentukan pelatihan kebijakan media sosial, dan pendidikan untuk semua karyawan pada penggunaan media sosial. Pembentukan sebuah blog organisasi dan integrasi konten dalam masyarakat yang relevan. Riset pasatr untuk menemukan dimana pasar anda.

    2. Mendengarkan dan Belajar

    Pembuatan sistem pemantauan untuk mendengar apa yang pasar anda inginkan, apa yang relevan dengan mereka.

    3. Berpikir dan Perencanaan

    Dengan melihat tahap 1 dan 2, bagaimananda akan tetap didepan pasar dan begaimananda berkomunikasi ke pasar. Bagaiman teknologi sosial meningkatkan efisiensi operasional hubungan pasar.

    4. Pengukuran

    Menetapkan langkah-langkah efektif sangat penting untuk  mengukur apakah metode yang digunakan, isi dibuat dan alat yang anda gunakan efektif dalam meningkatkan posisi dan hubungan pasar anda.

    B. Remaja

    a. Pengertian Remaja

    Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1992). Pasa masa ini sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua. Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994)bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak.

    Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004: 53) masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/fungsi untuk memasuki masa dewasa. Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria.

    Sedangkan pengertian remaja menurut Zakiah Darajat (1990: 23) adalah: masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang. Hal senada diungkapkan oleh Santrock (2003: 26) bahwa adolescene diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.

    Dari pengertian remaja menurut beberapa ahli dapat disimpulkan sebagaimana yang dipaparkan oleh Sri Rumini & Siti Sundari, Zakiah Darajat, dan Santrock tersebut menggambarkan bahwa masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak dengan masa dewasa dengan rentang usia antara 12-22 tahun, dimana pada masa tersebut terjadi proses pematangan baik itu pematangan fisik, maupun psikologis.

    b. Batasan Usia Remaja

    Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu 12-15 tahun = masa remaja awal, 15-18 tahun = masa remaja pertengahan, dan 18-21 tahun = masa remaja akhir. Sedangkan menurut Monks, Knoers, dan Haditono, masa remaja dibedakan menjadi empat bagian, yaitu masa pra-remaja 10-12 tahun, masa remaja awal 12-15 tahun, masa remaja pertengahan 15-18 tahun, dan masa remaja akhir 18-21 tahun (Deswita, 2006: 192).

    c. Tahapan Masa Remaja

    Dalam proses penyesuaian diri menuju kedewasaan, ada 3 tahap perkembangan remaja:

    1) Remaja awal (earlyadolescent)

    Seorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran akan perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu. Mereka mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang secara erotis. Dengan dipegang bahunya saja  oleh lawan jenis ia sudah berfantasi erotik. Kepekaan yang berlebih-lebihan ini ditambah dengan berkurangnya kendali terhadap ego menyebabkan para remaja awal ini sulit dimengerti dan dimengerti orang dewasa.

    2) Remaja madya (middleadolescent)

    Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Ia senang kalau banyak teman yang mengakuinya. Ada kecenderungan narsistis yaitu mencintai diri sendiri dengan menyukai teman-teman yang sama dengan dirinya. selain itu, ia berada dalam kondisi kebingungan karena tidak tahu memilih yang mana peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimistis atau pesimistis, idealis atau materialis, dan sebagainya. Remajapria harus membebaskan diri dari oedipuscomplex (perasaan cinta pada ibu sendiri pada masa anak-anak) dengan mempererat hubungan dengan kawan-kawan.

    3) Remaja akhir (lateadolescent)

    Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian lima hal yaitu:

    • Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.
    • Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan dalam pengalaman- pengalaman baru.
    • Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
    • Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain.
    • Tumbuh ”dinding” yang memisahkan diri pribadinya (privateself) dan masyarakat umum.

    Berdasarkan sifat dan ciri perkembangnya, masa (rentang waktu) remaja ada tiga tahap menurut widyastuti (2009), yaitu:

    1) Masa remaja awal (10-12 tahun)

    • Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya.
    • Tampak dan merasa ingin bebas.
    • Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir dan khayal (abstrak).

    2) Masa remaja tengah (13-15 tahun)

    • Tampak dan merasa ingin mencari identitas diri.
    • Adanya keinginan untuk berkencan atau tertarik pada lawan jenis.
    • Timbul perasaan cinta yang mendalam.
    • Mampu berfikir abstrak (berkhayal) makin berkembang Berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual.

    3) Masa remaja akhir (16-19 tahun)

    • Manampakkan pengungkapan kebebasan diri.
    • Dalam mencari teman sebaya lebih selektif.
    • Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya.
    • Dapat mewujudkan persaan cinta.
    • Memiliki kemampuan berfikir khayal atau abstrak.
    d. Ciri-Ciri Perkembangan Remaja

    Perkembangan remaja terlihat pada ciri-ciri sebagai berikut (Widyastuti, 2009) :

    1. Perkembangan Biologis

    Perubahan fisik pada pubertas merupakan hasil aktifitashormonaldibawah pengaruh sistem saraf pusat. Perubahan fisik yang sangat jelas tampak pada pertumbuhan peningkatan fisik dan pada penampakan serta perkembangan karakteristik seks sekunder.

    2. Perkembangan Psikologis

    Teori psikososial tradisional menganggap bahwa kritis perkembangan pada masa remaja menghasilkan terbentuknya identitas. Pada masa remaja mereka mulai melihat dirinya sebagai individu yang lain.

    3. Perkembangan Kognitif

    Berfikir kognitif mencapai puncaknya pada kemampuan berfikir abstrak. Remaja tidak lagi dibatasi dengan kenyataan dan aktual yang merupakan ciri periode konkret, remaja juga memerhatikan terhadap kemungkinan yang akan terjadi.

    4. Perkembangan Moral

    Anak yang lebih muda hanya dapat menerima keputusanatau sudut pandang orang dewasa, sedangkan remaja, untuk memperoleh autonomi dari orang dewasa mereka harus menggantikan seperangkat moral dan nilai mereka sendiri.

    5. Perkembangan Spiritual

    Remaja mampu memahami konsep abstrak dan menginterpretasikan analogi serta simbol-simbol. Mereka mampu berempati, berfilosofi dan berfikir secara logis.

    6. Perkembangan Sosial

    Remaja harus membebaskan diri mereka dari dominasi keluarga dan menetapkan sebuah identitas yang mandiri dari kewenangan keluarga. Masa remaja adalah masa dengan kemampuan bersosialisasi yang kuat terhadap teman dekat dan teman sebaya.

    B. Kerangka Berpikir

    Pengaruh Media Sosial Bagi Remaja

    1.      Pengaruh Positif :

    1. Remaja dapat belajar mengembangkan keterampilan teknis dan sosial yang sangat di butuhkan di zaman digital seperti sekarang ini.
    2. Memperluas jaringan pertemanan dan remaja akan menjadi lebih mudah berteman dengan orang lain di seluruh dunia.
    3. Memudahkan dalam memperoleh informasi.Remaja menjadi mudah untuk memperoleh informasi yang ada di internet karena adanya blog atau website.
    4. Memudahkan remaja untuk sharing atau berbagi. Dengan adanya blog, remaja mudah berbagi mengenai pengalaman hidupnya dan berbagai hal lainnya yaitu dengan mempostingnya ke blog.

    2.      Pengaruh Negatif

    1. Menjadi malas belajar berkomunikasi di dunia nyata. Tingkat pemahaman bahasa pun menjadi terganggu.
    2. Situs jejaring sosial akan membuat remaja lebih mementingkan diri sendiri. Mereka menjadi tidak sadar akan lingkungan sekitar mereka, karena kebanyakan menghabiskan waktu di internet.
    3. Menjadikan seorang remaja menjadi malas belajar karena sering menggunakan jejaring sosial untuk bermain game yang ada di situs tersebut.
    4. Semakin maraknya penipuan, pencemaran nama baik/penggunaan, kejahatan penculikan remaja putri, judi online dan kejahatan lainnya yang sangat marak terjadi akhir-akhir ini.
    5. Media sosial juga terkadang digunakan untuk bisnis prostitusi.

    Bab II. Metode Penyelesaian Masalah

    A. Tempat dan Waktu Penelitian

    Pengisian kuisioner ini diambil pada:

    Hari, Tanggal: Kamis, 22 Desember 2016
    Jumlah sampel : 15 Remaja
    Subjek sampel: Pelajar tingkat SMP, SMA, dan MAHASISWA

    B. Populasi dan Sampel Penelitian

    1.      Popolasi

    Populasi dalam penelitian ini termasuk populasi terbatas. Populasi dalam penelitian ini adalah beberapa remaja dari tingkat SMP, SMA, dan MAHASISWA.

    2.      Sampel

    Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik sampel acak (random sampling), yaitu teknik pengambilan sampel yang setiap anggota populasinya memiliki kesempatan sama untuk menjadi anggota sampel. dan teknk sampel terstratifikasi (stratified sampling), yaitu teknik pengambilan sampel yang digunakan pada sampel apabila terdiri atas beberapa tingkat. Pembagian sampel dari tiap-tiap tingkatan mulai dari SMP, SMA, dan Mahasiswa sebagai berikut.

    SMP                            = 5 orang

    SMA                           = 5 orang

    MAHASISWA           = 5 orang

                                  ———————— +

    Jumlah                         = 15 orang      

    C.    Jenis Penelitian

    Jenis penelitian ini termasuk ke dalam Eksplanasi. Eksplanasi adalah tehnik pengumpulan data dengan menggunakan angket/kuesioner.

    D.    Sumber Data

    Sumber data kami adalah beberapa remaja mulai dari tingkat SMP, SMA, dan Mahasiswa yang kami ambil sampel adalah 15 remaja.

    E.     Teknik Pengumpulan Data

    Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan penelitian, seperti data yang di peroleh dari angket/kuesioner yang dibagikan langsung dengan objek penelitian.

    F.     Teknik Analisis Data

    Teknik analisis data kuantitatif dilakukan melalui proses editing, coding, dan tabulating.

    Bab IV. Pembahasan

    A. Deskripsi Data dalam Bentuk Tabel

    Dari populasi remaja yang berjumlah 15 orang dapat dihitung jumlah dan presentasi pada tiap-tiap soal angket.

    Soal no. 1 : Apakah Anda pengguna media sosial (Facebook, BBM, Twitter, Path, Instagram, atau yang lainnya) ?

    SMPSMAMAHASISWAPRESENTASE
    YA555100 %
    TIDAK
    BISA JADI

     Soal no. 2 : Apakah media sosialpenting bagi Anda?

    SMPSMAMAHASISWAPRESENTASE
    YA32353 %
    TIDAK17 %
    BISA JADI22240 %

    Soal no. 3 : Apakah semua orang harus mempunyai media sosial?

    SMPSMAMAHASISWAPRESENTASE
    YA1113 %
    TIDAK32247 %
    BISA JADI22240 %

    Soal no. 4 : Apakah media sosial membantu kehidupan sosial Anda?

    SMPSMAMAHASISWAPRESENTASE
    YA43580 %
    TIDAK
    BISA JADI1220 %

    Soal no. 5 : Apakah media sosial menganggu kegiatan belajar siswa?

    SMPSMAMAHASISWAPRESENTASE
    YA31240 %
    TIDAK213 %
    BISA JADI22347 %

    Soal no. 6 : Apakah Anda setiap hari selalu membuka media sosial anda?

    SMPSMAMAHASISWAPRESENTASE
    YA32460 %
    TIDAK2227 %
    BISA JADI1113 %

    Soal no. 7 : Apakah Anda banyak menghabiskan waktu untuk bermain media sosial?

    SMPSMAMAHASISWAPRESENTASE
    YA31240 %
    TIDAK11227 %
    BISA JADI13133 %

    Soal no. 8 : Apakah Anda selalu melakukan aktifas anda sambil menggunakan media sosial?

    SMPSMAMAHASISWAPRESENTASE
    YA1113 %
    TIDAK23460 %
    BISA JADI2227 %

    Soal no. 9 : Apakah Anda pernah merasa bosan menggunakan media sosial?

    SMPSMAMAHASISWAPRESENTASE
    YA22240 %
    TIDAK13133 %
    BISA JADI2227 %

     Soal no. 10 :Apakah Anda pernah berfikir untuk berhenti bermain media sosial?

    SMPSMAMAHASISWAPRESENTASE
    YA32247 %
    TIDAK3340 %
    BISA JADI213 %

    Soal no. 11 : Apa Anda bisa disebut sebagai pecandu media sosial?

    SMPSMAMAHASISWAPRESENTASE
    YA213  %
    TIDAK21340 %
    BISA JADI3447 %

    Soal no. 12 :Apakah  Anda merasa lebih asik dengan media sosial dari pada kehidupan nyata?

    SMPSMAMAHASISWAPRESENTASE
    YA17 %
    TIDAK34580 %
    BISA JADI213 %

    Soal no. 13 : Apa manfaat media sosial bagi Anda?

    SMPSMAMAHASISWAPRESENTASE
    MENGHILANGKAN KEJENUHAN17 %
    MENAMBAH TEMAN213 %
    MENDAPATKAN BERBAGAI INFORMASI42467 %
    LAINNYA1113 %

    Soal no. 14 : Apa dampak Positif yang Anda rasakan dari  bermain media sosial? Berikan Penjelasan Anda!

    1.      Bisa mengetahui isi dunia (informasi) dan tidak kudep. Setelah itu kita bisa mengerti apa arti media sosialkarena semua orang banyak mengambil sisinegatifnya padahal dia tidak tau sisi positifnya – Cinta Felicia Herrin, SMP Barunawati.

    2.      Dapat menambah informasi yang bermanfaat – Dinda Anugerah, SMP Negeri 1.

    3.      Mengetahui berbagai informasi dari dalam negri maupun luar negeri – Milda Dwi Pangestu, SMP Muhammadiyah 15.

    4.      Menambah banyak teman dengan media sosial dan dapat berkomunikasi dengan teman jauh / teman lama -Nanda Arief, SMP Negri 2.

    5.      Lebih mudah dpt info lebih luas  – Siska Dwi Ariyanti, SMP Muhammadiyah 15.

    6.      Memperbanyak teman dan mendapatkan informasi – Abdillah Apriat Wijaya, SMK PAL

    7.      Positifnya itu kita sebagai insan manusia ciptaan tuhan yang ga sempurna/sering kali buat dosa, dri sosmed ini kita bisa stalker doi udah itu aja fungsinya – Alex Gilang Suherman, SMK Barunawati.

    8.      Dapat banyak teman dan otomatis dapat lebih banyak informasi dari dunia luar – Nuril Fahmi, SMA Muhammadiyah 1.

    9.      Bisa membantu siswa dan siswi untuk mencari informasi lebih cepat – Tifanny Olivia, SMA Hang Tua 1.

    10.  Bisa mendapat informasi dari media sosial – Vinqi Septiara, SMA Negeri 19.

    11.  Mendapatkan banyak informasi sampai penjuru dunia, menambah teman, mengetahui sesuatu yang baru, dan dapat komunikasi dengan teman lama – Chindira Safa, Universitas Airlangga.

    12.  Mendapatkan informasi tentang dunia luar dengan cepat, dan informasi yg didapat lebih luas, asalkan bisa menyaring informasi yang ada, dan diambil manfaatnya – Cynthia Zain Dermayati, Universitas Widya Mandala.

    13.  Dampaknya saya bisa mendapatkan uang dari sosial media dengan berjualan online, menemukan dunia baru dengan berita yang nyatanya tak pernah lagi menonton televisi karena yang isinya tidak ada yang bermanfaat dan berpendidikan. Saya bisa dapatkan informasi apapun baik buruknya di media sosial. Semua hal bisa ada – Novia Nur Permata Herrin, Universitas STIESIA.

    14.  Mengetahui dunia luar dan perkembangannya. Karena setiap orang harus berkembang menjadi lebih baik seiring waktu – Safura Ajeng, Universitas Airlangga Surabaya.

    15.  Dijaman modern ini sangat penting untuk memiliki media sosial bagi mahasiswa seperti google dimana dapat membantu saya untuk mencari informasi dunia kedokteran yang sedang berkembang bukan hanya di negeri kita tapi di negeri Singapura, Amerika, Jepang, dan sebagainya – Nindya Amalia, Universitas Widya Mandala.

    Soal no. 15 : Apa dampak Negatif yang Anda rasakan dari bermain media sosial? Berikan Penjelasan Anda! **)

    1.      Bisa merusak otak atau pola berfikir dan kita bisa menurun rangkingnya semua orang selalu ambil dampak positifnya padahal tidak tau dampak negatifnya- Cinta Felicia Herrin, SMP Barunawati.

    2.      Membuat kecanduan untuk remaja saat ini dan membuat remaja malas dalam hal belajar – Dinda Anugerah, SMP Negeri 1.

    3.      Sering lupa waktu dan menghabiskan uang untuk membeli kuota internet – Milda Dwi Pangestu, SMP Muhammadiyah 15.   

    4.      Menampilkan iklan konten dewasa (17++) dan bisa menyebabkan candu bagi remaja -Nanda Arief, SMP Negri 2.

    5.      Menganggu saat belajar – Siska Dwi Ariyanti, SMP Muhammadiyah 15.

    6.      Bisa membuat kita lupa segalanya dan kecanduan – Abdillah Apriat Wijaya, SMK PAL

    7.      Sering lupa waktu njer kamfret orang yahudi iku :v – Alex Gilang Suherman, SMK Barunawati.

    8.      Sering menghabiskan uang untuk membeli kuota dan jika sudah sering menggunakan media sosial kalau sehari tidak menggunakan rasanya susah – Nuril Fahmi, SMA Muhammadiyah 1.

    9.      Merusak otak pelajar – Tifanny Olivia, SMA Hang Tua 1.

    10.  (tidak ada) – Vinqi Septiara, SMA Negeri 19.

    11.  Membuat orang unsos, kurang respect dengan sekitar, tidak mempunyai attitudebad behavior, menghalalkan segala cara demi keeksisan semata, tidak bisa menghormati orang yang lebih tua, judment everywhere– Chindira Safa, Universitas Airlangga.

    12.  Sedikit menghabiskan waktu dan membuat diri jadi malas untuk melakukan hal-hal lain – Cynthia Zain Dermayati, Universitas Widya Mandala.

    13.  Mudah terpengaruh dengan perkataan orang lain yang belum tentu nyatanya dan susah mengontrol apa yg seharusnya tidak baik untuk di cerna ataupun ditiru – Novia Nur Permata Herrin, Universitas STIESIA.

    14.  Lupa waktu karena orang yang nyaman dengan sosial media jika dia tidak bisa mengontrol makan akan melupakan dunianya yang nyata – Safura Ajeng, Universitas Airlangga Surabaya.

    15.  Namun terkadang sosial media sekarang sering disalahkan gunakan contohnya mendekatkan yang jauh menjauhkan yang dekat – Nindya Amalia, Universitas Widya Mandala.

    B.     Hasil Data

    Menurut hasil angket kami, didapatkan hasil data sebagai berikut :

    Dari seluruh sampel, 100 % responden menyatakan bahwa mereka mempunyai situs jejaring sosial, 53 % dari responden tersebut menyatakan pentingnya untuk mempunyai media sosial, 47 % menyatakan bahwa semua orang tidak harus mempunyai media sosial dan 80 % sampel menyatakan media sosial membantu kehidupan dalam bersosial. Dari  60 %responden, hampir setiap hari membuka media sosial dengan kuantitas waktu tersendiri dalam penggunaan porsi situs jejaring sosial, 40 % responden menyatakan banyak menghabiskan waktu untuk bermain media sosial (47 % responden bisa disebut sebagai pecandu media sosial), 47 % sampel menyatakan media sosial menganggu kegiatan belajar, 60 % sampel tidak melakukan aktifitas sambil menggunakan media sosial, 40 % merasa bosan menggunakan media sosial, 47 % pernah berfikir untuk berhenti bermain media sosial, 80 % responden menyatakan mereka merasa lebih asik dengan kehidupan nyata daripada media sosial. Ditinjau dari hal tersebut, terlihat bahwa presentase seringnya membuka situs jejaring sosial oleh remaja masa kini masih terasa cukup tinggi, sehingga hal tersebut pastilah mempunyai dampak tersendiri bagi seorang pelajar.

    C.    Kesimpulan Angket

    Dari hasil penelitian diatas, pastilah responden mempunyai dampak yang berbeda-beda yang akan didapatkannya dari situs jejaring sosial tersebut. Berdasarkan angket kami yang selanjutnya, responden menyatakan bahwa, 67 % responden menyatakan bahwa manfaat media sosial adalah menambah berbagai informasi, 13 % menambah teman, 7 % menghilangkan kejenuhan, dan 13 % lainnya.

    1.      Pengaruh Positif dan Negatif Media Sosial

    Adapun pengaruh positif dari media sosial sebagai berikut.

    a)      Dapat menambah informasi yang lebih luas, asalkan bisa menyaring informasi yang ada kemudian diambil manfaatnya.

    b)      Mengetahui dunia luar dan perkembangannya. Karena setiap orang harus berkembang menjadi lebih baik seiring waktu.

    c)      Mengetahui sesuatu yang baru dari dalam negeri maupun luar negri dengan cepat.

    d)     Menambah banyak teman dengan sosial media dan dapat berkomunikasi dengan teman jauh/teman lama.

    e)      Bisa mendapatkan uang dari media sosial dengan cara berjualan online.

    f)       Menemukan dunia baru dengan berita yang nyatanya tak pernah lagi menonton televisi karena yang isinya tidak ada yang bermanfaat dan berpendidikan.

    Adapun pengaruh negatif media sosial adalah.

    1. Bisa merusak otak atau pola berfikir sehingga prestasi menurun.
    2. Membuat kecanduan untuk remaja saat ini.
    3. Membuat remaja malas dalam hal belajar dan dapat Menganggu saat belajar.
    4. Sering lupa waktu karena orang yang nyaman dengan sosial media jika tidak bisa mengontrol  kegiatannya maka akan melupakan dunianya yang nyata.
    5. Menghabiskan banyak uang untuk membeli kuota internet .
    6. Menampilkan iklan konten dewasa (17++) .
    7. Jika sudah sering menggunakan media sosial kalau sehari tidak menggunakan rasanya susah .
    8. Membuat orang unsos, kurang respect dengan sekitar, tidak mempunyai attitudebad behavior, menghalalkan segala cara demi keeksisan semata, tidak bisa menghormati orang yang lebih tua, judment everywhere.
    9. Mudah terpengaruh dengan perkataan orang lain yang belum tentu nyatanya dan susah mengontrol apa yg seharusnya tidak baik untuk di cerna ataupun ditiru.
    10. Terkadang sosial media sekarang sering disalahkan gunakan contohnya mendekatkan yang jauh menjauhkan yang dekat.

    2.      Batasan-batasan Remaja Terhadap Sosial Media

    Maraknya hal-hal negatif yang terjadi di sosial media, yang menjadikan remaja sebagai korban utama dari hal-hal negatif tersebut. Untuk itu semestinya para remaja dituntut untuk mengetahui batasan-batasan dalam berkomunikasi di media sosial. Adapun batasan-batasan remaja terhadap sosial media antara lain:

    1. Menggunakan teknologi yang dikuasai untuk menjalin hubungan yang telah intents dengan teman atau orang-ornag yang sebelumnya telah dikenal di dunia nyata.
    2. Ketika berada didalam rumah sebaiknya mengatur waktu sebaik-baiknya antara belajar dan memanfaatkan teknologi komunikasi seperti handphone, internet, dan lain-lain.
    3. Menghindari mengakses situs porno atau mendowload konten-konten porno.

    Bab V. Penutup

    A. Kesimpulan

    Media sosial adalah saluran atau sarana pergaulan sosial secara online di dunia maya (internet). Para pengguna media sosial berkomunikasi, berinteraksi, saling kirim pesan, dan saling berbagi  dan membangun jaringan. Sedangakan  remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak dengan masa dewasa dengan rentang usia antara 12-22 tahun, dimana pada masa tersebut terjadi proses pematangan baik itu pematangan fisik, maupun psikologis.

    Dari hasil penelitian diatas, pastilah responden mempunyai dampak yang berbeda-beda yang akan didapatkannya dari situs jejaring sosial tersebut. Berdasarkan angket kami yang selanjutnya, responden menyatakan bahwa, 67% responden menyatakan bahwa manfaat media sosial adalah menambah berbagai informasi, 13% menambah teman, 7% menghilangkan kejenuhan, dan 13% lainnya. Adapun pengaruh positif dari media sosial adalah daapat menambah informasi yang lebih luas, menambah banyak teman dengan sosial media, mendapatkan uang dari media sosial dengan cara berjualan online, menemukan dunia baru dengan berita yang nyatanya tak pernah lagi menonton televisi karena yang isinya tidak ada yang bermanfaat dan berpendidikan, dan lain-lain. Adapun pengaruh negatif media sosial, yaitu bisa merusak otak atau pola berfikir sehingga prestasi menurun, membuat kecanduan dan malas dalam hal belajar dan dapat Menganggu saat belajar, sering lupa waktu, menghabiskan banyak uang untuk membeli kuota internet, menampilkan iklan konten dewasa (17++), dan lain-lain.

    B.     Saran

    Seperti yang telah kita ketahui, jejaring sosial memiliki dampak positif dan negatif tersendiri dalam penggunaannya. Kita sebagai remaja, harus pandai-pandai dalam memilah-milah bagaimana penggunaan jejaring sosial yang baik dan benar supaya kita tidak terjerumus ke hal-hal yang negatif. Jejaring sosial harus dimanfaatkan secara baik dan benar. Apabila itu dimanfaatkan dengan benar, maka banyak juga dampak positif yang bisa kita dapat. Kita juga dapat mengatur pola kegiatan kita, sehingga dapat lebih bermanfaat dan tidak membuang-buang waktu percuma dengan hal-hal yang kurang penting. Kita sebagai seorang remaja memilikki tugas utama yaitu belajar. Oleh sebab itu, kita tidak boleh meninggalkan tugas utama kita karena hal itu sangat bermanfaat bagi kita di masa depan. Memang tidak ada larangan tertulis yang melarang kita untuk mengakses atau bermain di jejaring sosial, namun alangkah baiknya jika kita bisa melakukan hal yang lebih bermanfaat. Orang tua seharusnya juga dapat berperan aktif dalam menentukan masa depan kita. Orang tua dapat melakukan pengawasan dan membimbing putra-putrinya dengan adanya dampak-dampak dari jejaring sosial. Dengan adanya bimbingan dari orang tua maka akan mengurangi dampak-dampak negatif.