Blog

  • Makalah Etika Penampilan Diri

    Makalah Etika Penampilan Diri

    Etika penampilan diri adalan ilmu yang mempelajari tentang estetika dalam berpakaian dan bersikap di depan umum.

    Etika Penampilan Diri

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Penampilan diri merupakan salah satu kajian sekaligus menjadi ciri suatu perkembangan kepribadian seseorang. Penampilan diri sangat penting diperhatikan oleh seseorang karena sebuah penampilan akan memberikan penilaian awal pada diri kita yang diberikan oleh orang lain. Setiap orang harus mampu memperlihatkan penampilan yang sesuai dengan etika dan konteks berpakaian karena hal itu penting agar mendapat penilaian yang baik dari orang lain

    Setiap orang yang ingin berpenampilan baik tentu harus memperhatikan banyak hal baik dari pakaian yang kita gunakan langsung, seperti pakaian yang bersih dan rapi, bau badan maupun hal-hal yang mengenai sikap kita, seperti ekspresi wajah,. Sehingga penting bagi setiap orang untuk memperhatikan penampilan dirinya, baik sikap maupun etika dalam berbusana

    Seorang perawat juga sangat penting untuk menampilkan penampilan yang menarik, hal ini penting pada saat seorang perawat menghadapi pasien yang mengalami perubahan penampilan, seorang perawat dapat mengubah suasana hati dari pasien tersebut, dengan menampilkan penampilan yang menarik, bisa dilakukan dengan menampahkan make-up serta pewangi badan.

    Hal ini menjadi pedoman penulis untuk menulis paper ini, selain untuk menuntaskan tugas kuliah, paper ini juga dibuat untuk meberikan penjelasan mengenai pentingnya penampilan yang menarik.

    B. Rumusan Masalah

    1. Bagaimana cara berpenampilan yang menarik?
    2. Bagaimana etika dalam berbusana?
    3. Apa saja do and don’t dalam penampilan?
    4. Bagaimana tips berpenampilan yang nyaman?

    C. Tujuan

    Tujuan tulisan paper ini adalah untuk mengetahui dan memahami hal-hal yang berkaitan dengan :

    1. Cara berpenampilan yang menarik
    2. Etika dalam berbusana
    3. Do and don’t dalam penampilan
    4. Tips berpenampilan yang nyaman

    D. Manfaat

    Manfaat yang didapat dari tulisan paper ini adalah pembaca dapat memahami hal-hal yang berkaitan dengan :

    1. Cara berpenampilan yang menarik
    2. Etika dalam berbusana
    3. Do and don’t dalam penampilan
    4. Tips berpenampilan yang nyaman

    Bab II. Pembahasan

    A. Penampilan menarik

    Penampilan adalah bentuk citra diri yang terpancar dari diri seseorang, dan juga meupakan sarana komunikasi antara seorang individu dengan individu lainnya. Tampil menarik dapat menjadi salah satu kunci sukses dalam kehidupan sosial bermasyarakat. Orang lain akan merasa nyaman, betah, dan senang dengan penampilan diri yang enak dipandang mata.

    Berpenampilan menarik bukan berati mewah, tetapi tergantung pada diri individu itu sendiri dalam kaitannya pengembangan diri seutuhnya secara baik.

    Penampilan mengandung pengertian, diantaranya (1) enak dan menarik dipandang mata, (2) kesempurnaan penampilan dalam warna, (3) proporsi tubuh yang simetris yang menimbulkan kesan menarik. Dengan kata lain, suatu penampilan akan terlihat menarik manakala penampilan itu pleasing atau berbentuk sempurna dalam pengertian proporsi dari setiap bagian terstuktur secara harmonis

    1. Penampilan yang menarik

    Usaha yang dapat dilakukan untuk dapa berpenampilan menarik meliputi:

    a. Sikap atau pembawaan

    Sikap yang baik akan menimbulkan kesan yang baik pula. Dalam hal ini, penampilan fisik seseorang memegang peranan penting melalui cara berjalan, cara berbicara, cara makan, cara duduk, cara berdiri.

    b. Ekspresi wajah dan bahasa tubuh

    Hal yang terkait dengan ekspresi wajah dan bahasa tubuh adalah: (1) cara memandang, yaitu pandangan mata saat melihat atau berbicara dengan lawan bicara. (2) Sikap tubuh, meliputi sikap kepala (tegak), sikap wajah (alis mata, bibir).

    c. Berbicara

    Untuk dapat berbicara dengan baik dituntut bahasa tubuh yang sesuai dengan pembicaraan yang dilakukan. Suara juga harus disesuaikan dengan kondisi waktu, tempat, maupun inti pembicaraan. Misal: jika pembicaraan mengandung makna kemarahan maka ekspresi wajah, intonasi suara juga menyelaraskan dalam keadaan gusar.

    d. Kesehatan

    Kesehatan merupakan hal penting yang harus diperhatikan dan diusahakan agar memberikan penampilan segar dan prima. Kesehatan harus dijaga dengan cara: makan dan tidur dengan teratur, jangan terlalu tegang dan lelah, olahraga yang teratur disesuaikan dengan kondisi tubuh, pandangan hidup yang optimis.

    e. Kebersihan dan kerapian

    Bau Badan (BB) dan Bau Mulut (BM) merupakan hal penting yang diperhatikan dan dihindarkan karena akan mengganggu penampilan secara keseluruhan.Cara-cara yang dapat dilakukan untuk menghindari bau badan adalah: menghindari makanan yang berbau tajam dan merangsang, makan teratur dengan memperbanyak sayuran dan buah-buahan, secara teratur minum jamu.

    Adapun hal yang harus dilakukan dalam menghindari bau mulut adalah: menjaga kebersihan gigi, menghindari penyakit lambung, menjauhi makanan yang berbau merangsang seperti petai, bawang, durian dan sebagainya.

    Disamping Bau Badan dan Bau Mulut, maka kuku juga merupakan satu hal penting harus dijaga kebersihan dan kerapiannya. Suatu hal yang sia-sia apabila seseorang telah berdandan serapi dan secantik mungkin, namun kuku-kukunya kotor dan terkesan tidak terawat. Untuk itu kebersihan kuku baik tangan maupun kaki harus senantiasa diperhatikan. Usahakan agar panjang kuku sama dan ujungnya tidak kuning.

    Kerapian pada sepatu dan pakaian juga merupakan faktor penunjang  penampilan seseorang. Pakailah sepatu yang sesuai dengan ukuran kaki, sesuaikan pula model dan warna dengan pertemuan yang akan dihadiri. Perhatikan agar sepatu selalu dalam keadaan bersih dan terawat.

    f. Tata rambut dan tata rias

    Untuk tata rambut, sesuaikan penataan rambut dengan bentuk muka, bentuk tubuh, profesi, waktu, faktor kepribadian (tidak memaksakan suatu mode tertentu), usia.Untuk tata rias, haruslah dibedakan berdasarkan waktu, usia, profesi, sifat pertemuan. Jika tata rias untuk pagi hari maka gunakanlah warna teduh, pastel yang memberi kesan sederhana. Jangan memakai pemerah pipi dan warna lipstick yang terlalu menyolok. Daris mata jangan terlalu tajam, dan gunakan mascara dengan ringan pada bulu mata. Adapun tata rias pada malam hari, dapatlah digunakan warna-warna yang menolok, berkilap, dan terkesan tajam dan berat.

    g. Tata busana

    Busana tidak saja berfungsi sebagai pelindung tubuh dan penutup bagian tertentu pada tubuh, akan tetapi busana mempunyai fungsi lain yaitu memperindah diri. Kemampuan seseorang untuk dapat berbusana dengan tepat dan baik akan menampilkan kesan positif yang berkaitan erat dengan gairah hidup, sehingga menambah percaya hidup. Berbusana dengan baik akan menampilkan pribadi yang menarik pula

    2. Faktor eksternal untuk terlihat menarik

    a. Ekspresi Wajah

    Selama beberapa tahun belakangan ini penelitian mengenai ekspresi wajah mulai populer, terutama dalam mendeteksi kebohongan, seperti serial “Lie To Me” dari Paul Ekman. Penelitian mengenai ekspresi wajah juga dilakukan untuk mengukur seberapa menariknya seseorang. Pada penelitiannya, Tracy dan Beall (2011) meminta partisipan untuk memberikan penilaian pada foto seseorang dengan empat ekspresi berbeda. Hasilnya, partisipan perempuan paling tertarik pada foto laki-laki dengan ekspresi bangga, dimana laki-laki tersebut menunjukkan sedikit senyum. Sementara laki-laki paling tertarik pada foto perempuan dengan ekspresi senang, dimana perempuan tersebut tersenyum lebar.

    Foto cowok Tampang Brewok Pekerja Profesional Penampilan Diri Keren
    CEwek Manis Cantik Pose Bangga Penampilan Diri

    Secara tidak langsung, senyum mencerminkan keterbukaan dan penerimaan pada hubungan. Dalam mencari pasangan, Buss (2008 dalam Tracy & Beall, 2011) mengatakan bahwa laki-laki memiliki preferensi pemilihan pasangan pada wanita yang memiliki sifat tersebut. Sebaliknya, sesuai teori evolusi, wanita lebih memiliki preferensi pada laki-laki yang memiliki kemampuan untuk menyediakan makanan, tempat tinggal, dan perlindungan. Laki-laki yang tersenyum lebar secara tidak langsung menunjukkan bahwa dirinya submisif dan kurang bisa menyediakan hal tersebut. Hal ini juga sesuai dengan teori Gender Norm Consistency dimana terdapat norma gender yang mengharuskan wanita lebih submisif dan lemah.

    b. Warna

    Warna pakaian juga memberikan perngaruh terhadap penampilan seseorang dan penilaian seseorang terhadap penampilan dan karakter seseorang. Misalnya warna merah.

    Gamis LEbar MErah Cantik Burgundi

    Warna merah adalah warna yang sering kita lihat sehari-hari seperti warna apel, warna lipstik, hingga warna sepatu pada lambang sebuah film yang bisa kita asosiasikan dengan seduktivitas. Menurut beberapa peneliti (Aslam, 2006; Jacobs, Keown, Worthley, &Gyhmn, 1991; Kaya & Epps, 2004; Neto, 2002; Elliot & Niesta,2008), merah cenderung diasosiasikan dengan gairah, nafsu, dan cinta romantis.

    Elliot dan Niesta (2008) melakukan penelitian eksperimen dengan menaruh foto wanita menggunakan latar belakang merah dan latar belakang putih pada cv yang dibaca oleh dua kelompok partisipan laki-laki (dibagi berdasar warna latar belakang foto). Setelah itu partisipan mengisi kuesioner mengenai seberapa menarik wanita yang cv-nya mereka baca. Hasilnya, partisipan yang  mendapatkan foto berlatar belakang merah menilai kemenarikan wanita tersebut lebih tinggi daripada partisipan yang mendapatkan foto berlatar belakang putih.

    Elliot dkk. (2010) juga melakukan penelitian yang  serupa dengan partisipan wanita. Hasilnya serupa, di mana partisipan lebih tertarik pada foto laki-laki yang berlatar belakang atau berbaju merah dibandingkan berwarna putih. Dari penelitian tersebut dapat kita lihat betapa kuatnya asosiasi kita terhadap ‘seksinya’ warna merah.

    Gaun Merah Sexy Turtel Neck

    3. Kebersihan dan bau badan

    Selain visual, seberapa menarik seseorang juga dapat dilihat dari bau badan seseorang. Pada penelitiannya pengenai preferensi pemilihan pasangan, Herz dan Cahill (1997, dalam Herz & Inzlicht, 2002) menemukan bahwa wanita lebih mementingkan karakteristik bau dibandingkan penampilan, walaupun laki-laki lebih mementingkan penampilan.

    Pada penelitiannya, Herz dan Inzlict (2002) melakukan survey terhadap preferensi pemilihan pasangan. Dari 10 item, bau berada pada urutan ketiga terpenting pada wanita dan keempat pada pria. Selain itu, pria dan wanita sama-sama menyukai lawan jenis yang bersih dengan bau badan aslinya dibandingkan memakai parfum walaupun mereka menyukai baunya.

    B. Etika berbusana

    1. Pengertian etika berbusana

    Pengertian Etika Etika berasal dari bahasa yunani, yaitu Ethos, yang menurut Araskar dan David (1978) berarti ”kebiasaaan”, ”model prilaku” atau standar yang diharapkan dan kriteria tertentu untuk suatu tindakan. Penggunaan istilah etika sekarang ini banyak diartikan sebagai motif atau dorongan yang mempengaruhi prilaku. (Dra. Hj. Mimin Emi Suhaemi. 2002. 7) Etika adalah kode prilaku yang memperlihatkan perbuatan yang baik bagi kelompok tertentu.Etika juga merupakan peraturan dan prinsip bagi perbuatan yang benar. Etika berhubungan dengan hal yang baik dan hal yang tidak baik.

    Lady Gaga Pose Ngangkang Pamer Paha Dress HItam Memlakukan

    Etika Berpakaian Mencari gaya pribadi bukan hal yang mudah untuk setiap orang. Namun begitu jika Anda menemukanya, anda bari akan menyadari bahwa lewat pakaian, anda bisa mengekspresikan diri dan menunjukan diri anda. Tanpa sadar banyak hal diluar sana yang bias memepengaruhi cara kita berpakaian dan bergaya.

    Percaya Atau tidak ,gaya personal seseorang bias mengubah perspektif seseorang. Manusia membutuhkan pakaian (sandang) untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok dasar sehri-hari di samping kebutuhan akan tempat tinggal (papan) dan makanan (pangan). Pakaian dapat memberikan keindahan, proteksi dari penyakit, kenyamanan, dan lain sebagainya. 

    2. Tata cara berbusana yang baik

    1. Menutup Aurat Bagian Tubuh

    Saat ini banyak kita jumpai gadis dan wanita yang tidak menutup aurat dengan bajunya, sehingga dapat memunculkan rangsangan kepada kaum laki-laki yang melihatnya. Ada banyak pilihan pakaian yang tertutup dan sopan yang bisa digunakan tanpa mengurangi kecantikan perempuan. Seharusnya pemerintah memberikan teguran dan hukuman bagi orang-orang yang mengumbar tubuhnya.

    2. Sesuai Dengan Tujuan, Situasi dan Kondisi Lingkungan

    Jika ingin sekolah gunakanlah pakaian seragam sekolah, bukan pakaian untuk tidur (piyama), renang, kerja, dan lain-lain. Apabila suhu di luar rumah sangat dingin, gunakanlah jaket yang tebal, bukan memakai pakaian tipis.

    3. Tampak Rapi, Bersih, Sehat, dan Ukurannya Pas

    Pakaian yang dipakai sebaiknya pakaian yang telah dicuci bersih, disetrika rapi dan jika dipakai tidak kebesaran maupun kekecilan. Pakaian yang kotor merupakan sarang penyakit bagi kita diri sendiri maupun kepada oang lain yang ada di sekitarnya.

    4. Tidak Mengganggu Orang Lain

    Pakailah baju-baju yang biasa-biasa saja tidak mengganggu akivitas maupun kenyamanan orang lain. Misalnya menggunakan gaun wanita dengan ekor puluhan meter sangat tidak pantas jika kita gunakan di tempat seperti di bus umum.

    5. Tidak Melanggar Hukum Negara dan Hukum Agama

    Sebelum memakai pakaian ada baiknya diingat-ingat dulu hukum di dalam maupun di luar negeri. Hindari memakai pakaian yang bertentangan dengan adat istiadat, hukum budaya yang berlaku di tempat tersebut. Di mana bumi di pajak, di situ langit di junjung

    3. Cara berpakaian sesuai dengan kondisi

    Busana yang pantas di pakai dan sesuai dengan kesempatan, akan memudahkan seseorang dalam pergaulan sehari–hari. Hal ini akan membuatnya tidak canggung dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan dapat menimbulkan rasa percaya diri.Pada umumnya setiap orang memerlukan busana untuk berbagai macam kesempatan antara lain :

    (busana rumah, busana kerja, busana olah raga, busana rekreasi, busana pesta, busana berkabung).

    1. Busana Rumah

    Busana yang pantas di pakai di rumah. Busana rumah mempunyai kesan sporti, bahan sederhana, bentuk dan desain tidak terlalu rumit, dan warna tidak menyolok.

    Daster Seksi Maria Vania Busana Rumahan
    Gladys Suwandhi Baju Putih Transparan di rumah

    2. Busana kerja

    Seiring dengan perkembangan zaman, tuntutan dalam dunia kerja semakin beragam. Situasi kerja yang penuh persaingan, membutuhkan kegesitan dalam bergerak agar dapat meraih setiap peluang yang ada. Mereka yang ingin sukses, tentu harus memperhatikan busana yang akan dikenakannya. Wanita aktif membutuhkan busana yang nyaman dipakai dan menjamin keleluasaan, agar dapat bebas bergerak dalam segala kesibukan sejak pagi sampai malam hari.

    Dengan tuntutan kenyamanan  dan keleluasaan beraktifitas, maka setelan atasan dengan celana panjang bisa menjadi pilihan. Selain modis dan selalu trendi, celana panjang aman membungkus tungkai hingga mata kaki. Para pengguna busana kerja pun dapat lebih aktif bergerak sehingga dapat lebih produktif.

    Outfit Formal OOTD Kerja HIjab dan Celana Cut Bray
    Jaz Pink Busana Kerja Di Kantor

    3. Busana olahraga

    Bentuk busana olah raga disesuaikan dengan jenis dan bentuk olahraganya. Olah raga senam memakai pakaian senam, olah raga renang memakai baju renang atau bikini, olah raga tennis dapat memakai short atau kulot dengan perlengkapannya, yakni topi dan sepatu. Denagn kata lain, setiap olah raga memakai seragam pakaian tersendiri (khusus).

    Bahan yang digunakan, pilihlah bahan rajutan supaya mudah bergerak, warna bahan cerah dan kontras. Demikian juga dengan pelengkap pakaianya, harus disesuaikan dengan suasana olah raga yang akan dilakukan.

    Hot Pant Olahraga Lari Atlet Paha Kencang Atlet Lari
    Pose Nungging Pantat Montok Busana Yoga Ketat

    4. Busana rekreasi

    Busana rekreasi adalah busana yang dikenakan pada kesempatan santai/ bertamasya. Misalnya, rekreasi ke pantai, ke gunung, ke taman – taman hiburan, ke lokasi bersejarah dan tempat – tempat yang banyak di kunjungi orang. Dalam desain busana rekreasi, pilihlah bahan yang enak untuk di pakai bergerak, warna bahan dan desainnya dapat dibuat secara bervariasi disesuaikan dengan waktu dan kesempatan.

    Contohnya, bahan, warna, corak, desain, dan pelengkap busana untuk rekreasi ke gunung berbeda dengan rekreasi ke pantai.

    Nude Color Hijab Pantai cewek manis
    Hotpant paha Mulus Gaya Busana Liburan

    5. Busana pesta

    Busana pesta adalah busana yang di kenakan pada kesempatan pesta. Sebelum menentukan pilihan desain busana pesta, sebaiknya pelajari dahulu hal – hal yang berhubungan dengan segala sesuatu yang berkaitan dengan pesta tersebut, seperti sebagai berikut :

    • Siapa yang mengundang pesta ?
    • Kapan dilaksanakan, siang atau malam ?
    • Di mana pelaksanaan resepsinya seperti apa ?

    Di dalam rancangan desainya, sebaiknya disesuaikan dengan suasana lingkungan kedaan resepsi, agar mendapatkan kesan yang baik, dan jangan mengenakan busana yang terlalu berlebihan.

    6. Busana berkabung

    Dalam menghadiri penghormatan terakhir untuk seseorang atau kematian, sebaiknya pilihlah warna yang tidak mencolok/warna gelap seperti abu – abu, putih, biru dan hijau tua atau motif yang tidak terlalu meriah. Demikian juga dengan desainnya, pilihlah yang sederhana, sopan dan bersih.

    Busana Berkabung dan Melayat Wanita Modern Eropa
    Rok Lipit lebar Cewek Manis Busana Berkabung dan Duka
    4. Motif busana

    1. Motif Religi

    Manusia sebagai makhluk yang mempunyai keyakinan dalam memeluk agama manapun cenderung mempunyai motif berbusana yang tidak melanggar sopan santun, tata susila, tidak memberi peluang kepada orang berbuat sesuatu yang asusila. Motif religi ini akan mendorong orang memilih busana yang sesuai dengan aturan-aturan yang dibolehkan atau dipersyaratkan dalam agamanya.

    2. Motif Budaya

    Busana cenderung tidak dapat dilepaskan dari budaya masyarakat, karena dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan, adat istiadat yang ada pada masyarakat. Dikemukakan oleh Kluckhohn bahwa tujuh unsur kebudayaan sebagai cultural universal yang bisa didapatkan pada semua bangsa di dunia, yaitu salah satunya peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian, perumahan, alat-alat rumah tangga, senjata, alat-alat produksi, transport, dan sebagainya). Salah satu unsur kebudayaan yang dikemukakan Kluckhohn  tersebut, jelas  busana  atau  pakaian termasuk dalam unsur kebudayaan.

    Berbedanya busana daerah antara daerah yang satu dan daerah lainnya, karena kebudayaan manusia di setiap daerah cenderung berbeda, yang dipengaruhi oleh alam sekitar. Perbedaan busana daerah masing-masing ini, karena setiap daerah mempunyai adat istiadat, kebiasaan, cara hidup yang bisa berbeda di antara yang satu dan yang lainnya, dan lingkungan sosial budaya yang berbeda. Jadi, motif budaya ini dapat dimanifestasikan pada busana, baik dengan adanya busana daerah yang ada di kepulauan di wilayah Republik Indonesia, maupun dengan masuknya budaya barat yang dianggap oleh orang pada umumnya lebih praktis. Kenyataan kepraktisan ini memberi inspirasi untuk membuat busana daerah lebih praktis dalam pemakaiannya tanpa menghilangkan ciri khasnya.

    3. Motif Kebersamaan

    Manusia sebagai makhluk sosial ingin selalu hidup berteman, sebagai teman ngobrol, diskusi, mencurahkan isi hati, dan ingin diterima di lingkungan di mana ia berada. Motif kebersamaan ini dapat dilihat dari kebersamaan dalam pekerjaan, dalam organisasi, sosial, politik, profesi, kegemaran (hobby), sekolah (studi). Motif kebersamaan ini dapat diimplementasikan pada kekompakan melaksanakan tugas dan tanggung jawab, disiplin kerja, dan aturan atau cara berbusana. Salah satunya motif kebersamaan dapat disalurkan melalui berbusana.

    Motif kebersamaan melalui berbusana dapat dimanifestasikan dengan menyepakati busana seragam, baik untuk busana seragam pekerjaan atau kantor tertentu, seperti seragam pegawai Pemerintah Daerah (Pemda), Pajak, Tentara Nasional Indonesia/TNI (darat, laut, udara), Polisi Republik Indonesia (Polri), pramugari, seragam organisasi partai politik maupun seragam sekolah dari Sekolah Dasar (SD) sampai dengan seragam Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), dan seragam yang berupa jas atau jaket mahasiswa.

    4. Motif Mode

    Dalam pemilihan busana antara lain akan dipengaruhi oleh motif mode, karena kecenderungan setiap orang ingin mengikuti mode yang sedang digemari masyarakat atau mode yang paling mutakhir. Motif mode yang umumnya ada pada setiap orang inipun dapat dijadikan dasar untuk memproduki busana pada perusahaan-perusahaan industri busana. Usaha-usaha industri busana akan berkembang pesat apabila pengelola usaha tersebut cukup jeli melihat dan memahami model-model mana yang digemari masyarakat, sehingga menjadi mode yang trend di masyarakat tertentu.

    Model merupakan topik yang memberikan kegairahan kepada manusia terutama pada wanita yang peduli pada berbusana. Mode sering berubah dari waktu ke waktu, lebih-lebih di negara yang mempunyai empat musim (musim panas, musim gugur, musim dingin dan musim semi). Perubahan musim ini akan mendorong para desainer untuk menciptakan model-model busana yang diprediksikan akan dapat digemari masyarakat dan berkembang di masyarakat pada musim-musim tertentu. Dari model busana yang diciptakan para desainer itu dapat menjadi mode yang digemari masyarakat. Selanjutnya, pemilihan model busana pada orang-orang yang peduli dan perhatian terhadap mode yang sedang trend, menjadi motif untuk memilih busana.

    5. Motif Urusan

    Motif urusan yaitu motif yang berkaitan dengan urusan pribadi (privacy), urusan dalam kaitan status dan urusan dalam suatu profesi. Berkaitan dengan motif urusan, di antaranya memerlukan busana yang sesuai dengan motif urusan tersebut terutama bagi orang-orang yang peduli, perhatian pada hal berbusana atau orang-orang yang berada di perkotaan yang sibuk dengan berbagai kegiatan.

    Motif urusan yang berkaitan dengan berbusana ini akan memberikan arahan kepada seseorang untuk  mempergunakan busana pada kesempatan tertentu sesuai dengan urusannya masing-masing. Busana (pakaian) sebagai salah satu kebutuhan primer ekonomi (di samping pangan dan papan) dalam situasi tertentu dapat menjadi urusan politik dan hukum nasional suatu negara. Sebagai contoh hal itu pernah terjadi dalam Pemerintah Churchill di Inggris mengeluarkan dekrit tentang busana (pakaian) untuk menanggulangi kekurangan dana dan tenaga akibat perang yang terus berkecamuk perlu menentukan kostum siap  pakai yang hemat dalam penggunaan bahan dan perhitungan ongkos produksi. Dekrit dimaksud dikenal Utility Scheme Dresses.

    6. Motif Alam

    Motif alam berarti sangat menentukan jenis atau bentuk busana seperti apa, sehingga menutup aurat dengan daun-daunan yang apapun dapat masuk tahapan manusia berbusana. Mengamati berbusana sejak zaman primitif atau juga sekarang pada daerah-daerah pedalaman tertentu seperti di Irian Jaya dapat kita memperhatikan busana-busana yang mereka pergunakan. Mereka masih tergantung pada alam, apalagi jika kita melihat ke belakang, di mana alam masih belum terjamah manusia, teknologi masih sangat sederhana, ilmu pengetahuan belum berkembang, sehingga manusia masih mengandalkan atau memanfaatkan benda-benda yang ada di alam dengan pengolahan yang sangat sederhana. Hasil kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (ipteks) dalam bidang pertekstilan dapat menghasilkan berbagai macam bahan busana, dari bahan yang  sederhana sampai bahan yang eksklusif untuk melayani kebutuhan  manusia, salah satunya karena manusia memilih busana ada yang karena motif alam.

    C. Do and Don’t dalam penampilan

    Apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan dalam upaya berpenampilan menarik antara lain meliputi kesehatan, kerapian, kebersihan, berbusanan, asesoris, stocking, sepatu dan lainnya, dengan uraian berikut:

    1. Kebersihan dan Kerapian
      • Gigi putih bersih.
      • Nafas segar (hindarilah makanan beraroma menyengat).
      • Kuku terawat bersih dan terpotong rapi.
      • Tidak memiliki bau badan.
      • Rambut besih dari ketombe.
      • Wajah terawat, bebas jerawat.
      • Rambut tidak menutupi wajah dan tertata rapi
      • Bulu hidung, kumis tercukur rapi
      • Telinga dan hidung bersih dari kotoran.
      • Kacamata bersih, nyaman dan sesuai ukuran
    2. Gerakan Tubuh
      • Tidak meregangkan tubuh didepan umum.
      • Tidak bermain atau menarik-narik rambut.
      • Tidak mengorek gigi, kuping maupun hidung.
      • Tidak menggigit kuku, membersihkan kuku.
      • Tidak mengetuk-ngetuk meja.
      • Tidak menggoyang-goyangkan kaki.
      • Tidak menyisir, bermake up di depan umum
      • Tidak membasahi bibir berulang kali
      • Tidak memainkan lidah maupun ludah.
      • Tidak menguap tanpa ditutup.
      • Tidak bermain dengan pena.
      • Tidak bermain dengan permen karet.
      • Tidak melemaskan leher.
      • Tidak berbisik-bisik dengan tangan menutup.
      • Tidak membersihkan kacamata dan menggosok mata.
      • Berdiri dengan bertolak pinggang.
      • Duduk dengan meletakkan kedua siku di atas meja
    3. Gerakan Tangan
      • Tidak membunyikan tangan.
      • Tidak terlalu sering menggerak-gerakan tangan saat berbicara.
      • Saat berbicara jangan meremas jari kedua tangan
      • Jangan melipat-lipat jari tangan hingga berbunyi.
      • Jangan membicarakan orang dengan menunjuk pada yang bersangkutan.
      • Jangan melambaikan tangan terlalu lebar sehingga terlihat ketiak.
    4. Berbusana
      • Hindari potongan dan warna yang menarik perhatian, terutama pada bagian yang menjadi kekurangan tubuh.
      • Busana harus pas; tidak boleh kesempitan ataupun kebesaran. Sempit akan memberikan kesan ramping, namun juga menimbulkan kesan seronok, sementara kebesaran akan menimbulkan kesan besar, gemuk dan tidak rapi.
      • Pilihlha model, warna dan motif yang sesuai dengan usia. Warna gelap memberikan kesan tua, sedangkan warna terang memberikan kesan cerah muda.
      • Busana setengah resmi menampilkan kesan sederhana dengan menitik beratkan pada asesoris. Sedangkan busana resmi memberi kesan mewah, bahan mengkilap sengan jahitan halus.
      • Celana yang memberikan kesan pendek: baggy, cut bray, palazzo, manset (ada lipatan di bawah). Celana dengan tempat ikang pinggang harus mengguakan ikat pinggang. Semakin pendek celana semakin tinggi kesan yang ada.
      • Tekstur berat menambah kesan gemuk, sebaliknya tekstur halus akan menampilkan kesan melangsingkan.
      • Bahan yang mengkilap terkesan besar. Motif besar memberikan kesan lebar/gemuk. Kotak dan bola-bola mempunyai efek berpenampilan kuat. Motif sederhana sangat baik untuk disain rumit. Bahan kasar akan menampilkan kesan berat dan besar.
      • Elemen vertikal (memanjang): garis-garis vertikal, lipit-lipit akan memberi kesan semampai dan ramping. Elemen horizontal (melebar), memberikan kesan lebar dan gemuk. Garis diagonal/serong, memberikan kesan melangsingkan.
      • Lipit/plits jika tidak terlalu lebar akan menampilkan kesan vertikal dan ramping. Rimpel yang banyak memberikan kesan semakin gemuk. Lipat besar memberikan kesan memperbesar pinggang dan pinggul.
      • Potongan di pinggul memberikan kesan pendek. Potongan asimetris memberikan kesan kurus dan tinggi. Potongan di pinggang memberikan kesan memotong bentuk badan, kesan pendek. Potongan di bawah dada memberikan kesan tinggi. Potongan ‘v’ jika terlalu dalam memberikan kesan pendek. Potongan princess memberikan kesan langsing.
    5. Asesoris
      • Panjang kalung tidak boleh berpotongan dengan garis leher.
      • Bros merupakan pengganti kalung.
      • Pada penggunaan busana kerja tidak dianjurkan menggunakan kalung bertumpuk, choker, bersusun-susun.
      • Busana yang telah bersulam, menggunakan manik-manik dianjurkan untuk tidak menggunakan kalung, karena sulaman dan bordir pada kain telah memberikan kesan meriah.
      • Pengunaan cincin cukup dua buah saja. Pada jam kerja disarankan tidak menggunakan gelang kroncong.
        • Busana warna panas: asesoris emas.
        • Busana warna abu-abu: asesoris mutiara dan perak.
        • Busana warna hitam: asesoris perak/emas/mutiara.
        • Busana warna coklat: asesoris emas.
        • Busana warna biru: asesoris perak/mutiara.
        • Busana warna pastel: asesoris mutiara.
      • Stocking, tidak digunakan pada sepatu model terbuka. Warna stockingyang digunakan, satu tingkat lebih gelap dari warna kulit asli. Stockingwarna gelap tidak dikenakan dengan sepatu warna terang atau yang berbeda tone. Stocking  warna hitam digunakan pada malam hari dan tidak noleh dipakai sebelum 18.00.
      • Kaos kaki warna putih digunakan untuk kegiatan olahraga. Warna kaos kaki mengikuti warna celana.
      • Mengikuti aturan ‘the rule of thirteen’ (untuk wanita) dan ‘the rule of eight’ (untuk pria).
      • Warna asesoris emas dan perak dianjurkan digunakan pada sore ke malam hari.
    6. Tas Kerja dan Sepatu
      • Bahan tas kerja terbuat dari kulit, disarankan tidak mengkilap/lak. Model tas tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Tas dan briefcase senada dalam warna. Tas kerja tidak bermotif flora, fauna maupun etnik.
      • Sepatu searna/senada/satu tone dengan ikat pinggang dan tas. Sepatu untuk kerja dengan model tertutup keseluruhan ataupun didepan. Hak minimum 5-7 cm. Sepatu terbuka untuk acara santai. Sol sepatu tidak boleh dari karet dan kayu. Motif sepatu jangan terlalu menolok.
      • Untuk keperluan pesta, kenakan sepatu berhak tinggi atau runcing dengan tas kecil model fancy, dan bermake up tebal tetapi tidak menyolok. Warna sepatu, tas maupun make up disesuaikan dengan warna busana yang dikenakan.
      • Untuk acara santai, kenakan sepatu dengan hak rendah, tas casual dengan ikta pinggang sportif (jika busana memang memerlukan ikat pinggang).
      • Warna standar sepatu.
        • Warna hitam: busana hitam dan gelap.
        • Warna coklat tua: busana bernuansa keckolatan.
        • Warna krem atau putih: busana pastel, soft.

    D. Tips berpenampilan nyaman

    1. Pilih busana dengan kualitas potongan dan jahitan yang baik. Hal ini akan sangat menentukan kenyamanan, ketahanan dan keindahan daat busana dekanakan.
    2. Pilih jenis model busana yang sesuai dengan usia, warna kulit, kondisi acara, dan profesi diri.
    3. Untuk pekerjaan dalam bidang serius, hindarilah warna-warna terang yang mencolok, seperti shocking pink, orange. Gunakan warna pastel.
    4. Perhatikan kode busana (Dress Code) saat menghadiri suatu acara secara cermat.
    5. Jangan gunakan tas bertali panjang saat berkebaya/busana nasional.
    6. Hindari busana kerja yang bercorak besar dan ramai, mengkilap, bertumpuk-tumpuk dan banyak asesoris.
    7. Saat mengenakan busana resmi/formal, hindarilah penggunaan jas bermotif kotak-kotak, dasi berwarna mencolok dan ramai, jas dengan pantalon berbeda warna, tabrak motif.
    8. Untuk pria:
      • Hindari kaos kaki putih karena termasuk kaos kaki olahraga.
      • Dompet (kadang sisir) merusak pemandangan.
      • Ukuran dasi kupu-kupu jangan terlalu besar.
      • Ukuran dasi panjang lebarnya sesuai trend dan proporsi tubuh.
      • Pola dasi bergaris/kotak-kotak terkesan kaku dan kebapakan.
      • Panjang dasi pas pada atas ban pinggang.
      • Ikat pinggang sewarna sepatu.
      • Sepatu berketinggian tidak lebih dari 3 cm.
      • Kaos kaki sewarna dengan warna celana panjang.

    Busana yang dikenakan akan menjadi menarik tergantung juga pada keadaan batin dan pikiran sipemakai. Jika pengguna busana sedang mengalami depresi atau menderita stres, maka akan terpancar dari raut wajah atau tingkah lakunya, yang mengakibatkan tampilan busana yang dikenakan menjadi tidak menarik. Untuk itu perhatinkanlah penyesuaian antara penampilan dan kebersihan/kejernihan jiwa, agar individu dapat tampil nyaman dan menunjang kesuksesan hidu bermasyarakat.

    Bab III. Penutup

    A. Kesimpulan

    Berdasarkan uraian materi di atas dapat ditarik kesimpulan :

    1. Sangat penting bagi seseorang untuk selalu berpenampilan menarik, karena hal tersebut merupakan bentuk citra diri yang terpancar dari diri seseorang serta akan sangat berpengaruh dalam berkomunikasi dengan orang lain. Untuk berpenampilan yang menarik tidak hanya pakaian yang harus diperhatikan, melainkan faktor eksternal yang memperngaruhinya seperti senyum, kebersihan dan bau badan.
    2. Pakaian atau busana akan mempresentasikan karakter dan kepribadian pemakainya, cara berpakaiannya yang sopan sesuai dengan norma-norma agama dan norma sosial yang ada akan menggambarkan kondisi psikologis pemakainya, dan demikian pula sebaiaknya cara berpakaian yang tidak teratur dan tidak memenuhi kriteria kepantasan juga akan menumbuhkan bahwa seperti itulah sebenarnya kondisi kejiwaan pemakainya, karena apa yang nampak secara lahiriah itu sesungguhya menunjukkan apa yang tersimpan di dalam hatinya .
    3. Dalam berpenampilan yang baik, menarik dan beretika, banyak hal yang harus diperhatikan, serta hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan, hal –hal perlu diperhatikan yaitu : kesehatan, kerapian, kebersihan, berbusanan, asesoris, stocking, sepatu dan lainnya
    4. Meskipun seseorang mesti menjaga penampilannya agar tetap menarik, setiap orang juga harus tetap memperhatikan kenyaman diri sendiri saat mengenakan pakaian atau busana, karena kenyamanan seseorang dalam berpenampilan akan terpancar melalui wajah pemakainya.

    B. Saran

    Kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca mengenai makalah ini, agar kami dapat menjadi lebih baik dalam pembuatan makalah-makalah kami selanjutnya. 

    DAFTAR PUSTAKA

    Nurachman, F. “Tips untuk Berpenampilan Menarik”. 2 Februari 2016. http://fazrinurachmanberbagi.blogspot.co.id/2013/11/tips-untukberpenampilan-nyaman-a.html.

    Budi, M. “Tak Perlu Cantik atau tampan Untuk Tampil Menarik”. 2 Februari 2016. http://www.psychoshare.com/file-953/psikologi-dewasa/tak-perlu-cantik-atau-tampan-untuk-tampil-menarik.html.

    Apriliati, D. “Etika dalam Berbusana”. 2 Februari 2016. http://ayoberbagiceria.blogspot.co.id/2013/12/makalah-etika-berbusana.html.

    Nurachman, F. “Do and Don’t Dalam Penampilan. 2 Februari 2016. http://fazrinurachmanberbagi.blogspot.co.id/2013/11/do-and-dont-dalam-penampilan-apa-yang.html.

    Nurachman, F. “Penampilan diri”. 2 Februari 2016. http://fazrinurachmanberbagi.blogspot.co.id/2013/11/penampilan-diri-penampilan-adalah.html

  • Makalah Busana Sesuai Aktivitas

    Makalah Busana Sesuai Aktivitas

    Busana Sesuai Aktivitas

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Busana merupakan kebutuhan pokok bagi manusia selain makanan dan tempat tinggal. Busana di perlukan agar tubuh terlindung. Busana merupakan segala sesuatu yang dari ujung kepala sampai ujung kaki yang memberikan kenyamanan si pemakai.

    Busana bukanlah sebatas persoalan kain yang dikenakan seseorang, melainkan kreasi desain yang sengaja di pilih setelah disesuaikan dengan keadaan seseorang. Oleh sebab itu tidak akan mengenakan busana tanpa memahami atas penyataan diri berdasarkan kebiasaan atau hukum yang berlaku di masyarakat sekitarnya. Dengan demikian busana dapat dikatakan merupakan bagian atau simbol yang dapat menjelaskan identitas diri seseorang.Penjelaskan identitas diri seseorang berkaitan erat dengan

    budaya dan adat dimana seseorang tinggal dan berinteraksi dalam kehidupan. Busana sebagai salah satu keanekaragaman budaya patut diperhitungkan keberadaanya. Busana merupakan ekspresi, citra dan kepribadian suatu budaya, karena dari busana dapat tercermin norma dan nilai-nilai budaya suatu bangsa.

    B. Ruang Lingkup

    Dalam makalah ini akan dibahas seperti apa pengertian busana, asal usul busana, bentuk dasar busana di Indonesia, jenis busana secara garis besar, istilah busana dalam bahasa Inggris, fungsi busana, penggelompokkan busana, tips memilih busana wanita sesuai bentuk bentuk, tips memilih busana pria sesuai bentuk tubuh, etika mahasiswa dalam berbusana.

    C. Rumusan Masalah

    Dalam pembahasan materi mengenai “Busana Sesuai Aktivitas” ada beberapa rumusan masalah antara lain:

    1. Apa pengertian busana?
    2. Bagaimana asal usul busana?
    3. Bagaimana bentuk dasar busana di Indonesia?
    4. Apa jenis busana secara garis besar?
    5. Bagaimana istilah busana dalam bahasa Inggris?
    6. Bagaimana fungsi busana?
    7. Bagaimana penggelompokkan busana?
    8. Bagaimana tips memilih busana wanita sesuai bentuk tubuh
    9. Bagaimana tips memilih busana pria sesuai bentuk bentuk?
    10. Bagaimana etika mahasiswa dalam berbusana?

    D. Tujuan Penulisan

    Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui dan memahami permasalahaan yang diangkat dalam ruang lingkup yaitu:

    1. Pengertian busana
    2. Asal usul busana
    3. Bentuk dasar busana di Indonesia
    4. Jenis busana secara garis besar
    5. Istilah busana dalam bahasa Inggris
    6. Fungsi busana
    7. Penggelompokkan busana
    8. Tips memilih busana wanita sesuai bentuk bentuk
    9. Tips memilih busana pria sesuai bentuk tubuh
    10. Etika mahasiswa dalam berbusana

    Bab II. Pembahasan

    A. Pengertian Busana

    Busana di ambil dari bahasa Sansekerta yaitu “Bhusana”. Namun dalam bahasa Indonesia terjadi penggeseran arti “Busana” menjadi “Padanan Pakaian”. Meskipun demikian pengertian pakaian dan busana merupakan dua hal yang berbeda. Busana merupakan segala sesuatu yang kita pakai mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki. Dan busana mempunyai konotasi “pakaian bagus atau indah” yaitu pakaian yang serasi, harmonis, selaras, enak di pandang nyaman melihatnya, cocok dengan pemakai serta sesuai dengan kesempatan Sedangkan pakaian merupakan busana pokok yang digunakan untuk menutupi bagian tubuh dan merupakan bagian dari busana itu sendiri.

    Nugraha (1983:1): “Busana adalah segala sesuatu yang dikenakan seseorang, yang terdiri dari pakaian dan perlengkapannya (Accecories), dan identik dengan kata Costume atau yang sementara orang menyebutnya kostum.”

    B. Asal Usul Busana

    Busana merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia di samping kebutuhan makanan dan tempat tinggal. Hal inipun sudah di rasakah manusia sejak zaman dahulu dan berkembang seiring dengan perkembangan kebudayaan dan peradaban manusia. Di lihat dari sejak perkembangan manusia, dapat kita pelajari hal-hal yang berhubungan dengan busana. Pada dasarnya busana yang berkembang di masyarakat dewasa ini merupakan perkembangan dari bentuk busana peradaban barat. Namun busana barat pun atas sumbanngan yang tumbuh dari tiga akar budaya yaitu Romawi Kuno, Romawi dan Nasrani. Seiring dengan perkembangan zaman busana mengalami perubahan sesuai dengan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni (IPTEKS).

    Pada zaman prasejarah manusia belum mengenal busana sseperti yang ada sekarang. Manusia hidup dengan cara berburu, bercocok tanam dan dari satu tempat ke tempat lain yang memanfaatkan apa yang mereka peroleh di alam sekitarnya. Ketika mereka berburu binatang liar mereka mendapatkan dua hal yang sangat penting dalam hidupnya yaitu daging untuk di makan dan kulit binatang untuk menutupi tubuh.

    Pada saat itu manusia baru berpikir untuk melindungi badan dari pengaruh alam sekitar seperti gigitan serangga, pengaruh udara, cuaca atau iklim dan benda-benda lain yang bercahaya. Cara yang dilakukan manusia untuk melindungi tubuhnya pada saat itu berbeda-beda sesuai dengan alam sekitarnya. Di daerah berhawa dingin manusia menutupi tubuhnya  dengan kulit bintang khususnya binatang-binatang perburuan yang berbulu tebal seperti domba. Kulit binatang tersebut di bersihkan terlebih dahulu dari daging dan lemak yang menemnpel lalu di keringkan. Hal ini biasanya di lakukan oleh kaum wanita.

    Begitu juga dengan daerah yang panas mereka memanfaatkan kulit kayu yang di rendam lalu dipukul-pukul dan dikeringkan. Ada juga yang menggunakan daun-daun kering dan rerumputan. Selain itu, ada yang memakai rantai kerang atau biji-bijian yang disusun sedemikian sedemikian rupa dengan untaian gigi dan taring binatang. Untaian gigi dan taring binatang ini di pakai di leher, pergelanggan tangan, pergelanggan kaki dan pada panggul sebagai penutup bagian-bagian tertentu pada tubuh.

    Pemakaian untaian gigi, taring dan tulang selain berfungsi penampilan dan keindahan juga berfungsi kepercayaan atau tahayul. Menurut kepercayaan mereka dengan memakai dengan memakai benda-benda tersebut dapat menunjukan kekuatan atau keberanian dalam melindungi diri dari roh-roh jahat dan agar selalau dihormati. Cara lain adalah dengan menorah tubuh dan wajah dan diberi bahan pewarna yang lebih dikenal men”tattoo”. Namun mentatto menurut Roosmy MSood dalam Dra Arifah A Rianto, M.Pd (2003:44) bahwa semua yang dilakukan oleh masyarakat primitif belum dapat dikatakan busana karena seni busana baru muncul setelah masyarakat mengenakan penutup tubuh dari kuli binatang, kulit kayu atau bahan-bahan tenunan.

    C. Bentuk Dasar Busana di Indonesia

    Bentuk dasar busana yang terdapat di Indonesia, yakni sebagai berikut :

    1. Kutang

    Bentuk kutang merupakan bentuk pakaian yang tertua, bahkan sebelum orang mengenal kain lembaran yang berupa kain tenunan, orang sudah mengenal bentuk kain ini. Bentuk kutang menyerupai slinder atau pipa tabung yang berasal dari kulit kayu yang dipukul-pukul sedemikian rupa sehingga kulit tersebut terlepas dari batangnya dan dipakai untuk menutup tubuh dari bawah ketiak sampai panjang yang diinginkan.

    Sportbra Busana Kutang

    Pada zaman dahulu penduduk asli Amerika yaitu suku Indian sudah mengenal pohon kutang yang kulitnya digunakan sebagai penutup tubuh. Negara asal pohon kutang yaitu Asia.

    Ada beberapa jenis kutang yang dikenal yaitu:

    Tunik atau juga disebut juga tunika merupakan salah satu bentuk busana kutang yang dikenal pada zaman prasejarah. Pemakaiannya dari bawah buah dada sampai mata kaki yang yang diberi dua tali atau ban ke bahu.

    Gambar 1. Macam-macam Tunik

    Kandys merupaka busana yang berasal dari bentuk kutang yang dipakai oleh pria Hebren di Asia kecil pada zaman prasejarah. Busana ini longgar dengan lipit-lipit pada sisi sebelah kanan dan lengannya berbentuk sayap.

    Gambar 2. Kandys

    Kalarasiris yaitu busana wanita Mesir zaman prasejarah. Kalaris berbentuk dasar kutang, panjangnya sampai mata kaki, longgar dan lurus, adakalanya memakai ikat pinggang dan lengan setali.

    Gambar 3. Kalaris

    2. Pakaian pembungkus

    Bentuk pakaian pembungkus merupakan pakaian berbentuk segi empat panjang yang dipakai dengan cara dililitkan atau dibungkus ke badan mulai dari dada atau dari pinggang sampai panjang yang diinginkan.

    Gambar 4. Bentuk Pakaian Pembungkus

    3. Poncho

    Poncho terbuat dari kulit binatang, kulit kayu, dan daun-daunan yang diberi lubang pada bagian tengahnya agar kepala bisa masuk. Sedangkan pada bagian isi dibiarkan tidak dijahit.

    Model dan Ide Busana Poncho Hijab Gamis
    Contoh Busana Poncho Modern dengan Bahan Rajutan

    Gambar 5. Poncho

    3. Celana

    Celana merupakan bagian busana yang berfungsi untuk menutupi tubuh bagian bawah, mulai dari pinggang, pinggul dan kedua mata kaki.

    Kaki Indah Hot pAnts Celana jeans
    Celana Kulot Kaos Korea

    Gambar 6. Bentuk Dasar Celana

    4. Bentuk Kaftan

    Bentuk kaftan merupakan perkembanan dari bentuk dasar kutang yang dipotong bagian tengah muka sehingga terdapat belahan pada bagian muka pakaian.

    D. Jenis Busana Secara Garis Besar

    Busana dalam pengertian luas adalah segala sesuatu yang dipakai mulai dari kepala sampai ujung kaki yang memberi kenyamanan dan menampilkan keindahan bagi si pemakai. Secara garis besar busana meliputi:
    ®       Busana mutlak yaitu busana yang tergolong busana pokok seperti baju, rok, kebaya, blus, bebe dan lain-lain, termasuk pakaian dalam seperti singlet, bra, celana dalam dan lain sebagainya.
    ®       Milineris yaitu pelengkap busana yang sifatnya melengkapi busana mutlak, serta mempunyai nilai guna disamping juga untuk keindahan seperti sepatu, tas, topi, kaus kaki, kaca mata, selendang, scraf, shawl, jam tangan dan lain-lain.
    ®       Aksesoris yaitu pelengkap busana yang sifatnya hanya untuk menambah keindahan sipemakai seperti cincin, kalung, leontin, bross dan lain sebagainya.

    Dari uraian di atas jelaslah bahwa busana tidak hanya terbatas pada pakaian seperti rok, blus atau celana saja, tetapi merupakan kesatuan dari keseluruhan yang kita pakai mulai dari kepala sampai ke ujung kaki, baik yang sifatnya pokok maupun sebagai pelengkap yang bernilai guna atau untuk perhiasan.

    E.     Istilah Busana Dalam Bahasa Inggris

    Pemakaian istilah busana dalam Bahasa Inggris sangat beragam, tergantung pada konteks yang dikemukakan, seperti :
    è Fashion lebih difokuskan pada mode yang umumnya ditampilkan seperti istilah-istilah mode yang sedang digemari masyarakat yaitu in fashion, mode yang dipamerkan atau diperagakan disebut fashion show, sedangkan pencipta mode dikatakan fashion designer, dan buku mode disebut fashion book.
    è Costume. Istilah ini berkaitan dengan jenis busana seperti busana nasional yaitu national costume, busana muslim disebut moslem costume, busana daerah disebut traditional costume.
    è Clothing, dapat diartikan sandang yaitu busana yang berkaitan dengan kondisi atau situasi seperti busana untuk musim dingin disebut winter clothing, busana musim panas yaitu summer clothing dan busana untuk musim semi disebut spring cloth.
    è Dress, dapat diartikan gaun, rok, blus yaitu busana yang menunjukkan kesempatan tertentu, misalnya busana untuk kesempatan resmi disebut dress suit, busana seragam dikatakan dress uniform dan busana untuk pesta disebut dress party. Dress juga menunjukkan model pakaian tertentu seperti long dress, sack dress dan Malaysian dress.
    è Wear, istilah ini dipakai untuk menunjukkan jenis busana itu sendiri, contoh busana anak disebut children’s wear, busana pria disebut men’s wear dan busana wanita disebut women’s wear.

    F.     Funsi Busana
    Pada awalnya busana berfungsi hanya untuk melindungi tubuh baik dari sinar matahari, cuaca ataupun dari gigitan serangga. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maka hal tersebut juga mempengaruhi fungsi busana itu sendiri.
    Fungsi busana dapat ditinjau dari beberapa aspek, antara lain sebagai berikut:
    ·      Di tinjau dari aspek biologis, busana berfungsi sebagai:
    ó Untuk melindungi tubuh dari cuaca, sinar matahari, debu serta gangguan binatang dan melindungi tubuh dari benda-benda lain yang membahayakan kulit.
    ó Untuk menutupi atau menyamarkan kekurangan dari si pemakai.
    ·      Di tinjau dari aspek psikologis, busana berfungsi sebagai:
    ó Dapat menambah keyakinan dan rasa percaya diri. Dengan busana yang serasi memberikan keyakinan dan rasa percaya diri yang tinggi bagi si pemakai, sehingga menimbulkan sikap dan tingkah laku yang wajar.
    ó Dapat memberi rasa nyaman. Sebagai contoh pakaian yang tidak terlalu longgar atau sempit dapat memberi rasa nyaman saat memakainya.

    ·      Di tinjau dari aspek sosial, busana berfungsi sebagai:
    Dalam kehidupan bermasyarakat terdapat pola-pola yang mengatur pola perilaku di masyarakat. Norma-norma tersebut antara lain norma kesopanan, norma adat, norma agama dan norma hukum. Sebagai masyarakat timur norma-norma ini harus dipatuhi oleh masyarakat. Tatanan tersebut juga tentang bagaimana berpakaian. Dilihat dari aspek sosial busana berfungsi:
    ó Untuk menutupi aurat atau memenuhi syarat kesusilaan
    ó Untuk mengambarkan adat atau budaya suatu daerah
    ó Untuk media informasi bagi suatu instansi atau lembaga
    ó Media komunikasi non verbal

    G.   Penggelompokkan Busana
    Busana dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu:
                                                  Þ        Busana dalam
    Busana dalam dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:
    ð  Busana yang langsung menutupi kulit, seperti: BH/Kutang, celana dalam, singlet, rok dalam, bebe dalam. Busana ini berfungsi untuk melindungi bagian-bagian tubuh tetentu, dan membantu membentuk/memperindah bentuk tubuh serta dapat menutupi kekurangan-kekurangan tubuh dan juga menjadi fundamental pakaian luar.
    ð  Busana yang tidak langsung menutupi kulit, yang termasuk kelompok ini adalah busana rumah, seperti daster, house coat, house dress, dan busana kerja di dapur. Busana kerja perawat dan dokter, seperti celemek perawat dan snal jas dokter. Busana tidur wanita, seperti baby doll, nahyapon dan baju tidur pria, seperti piyama dan jas kamar.
                                                Þ          Busana luar
    Busana luar ialah busana yang dipakai di atas busana dalam. Pemakaian busana luar disesuaikan pula dengan kesempatannya, antara lain busana untuk sekolah, busana untuk bekerja, busana untuk ke pesta, busana untuk olah raga, busana untuk santai dan lain sebagainya.

    H.    Tips Memilih Busana Wanita Sesuai Bentuk Tubuh
    Tampil sempurna bukan berarti harus mengikuti seluruh perkembangan mode, apalagi dengan menggunakan barang-barang mahal. Akan lebih baik jika Anda berpenampilan sesuai dengan bentuk tubuh. Sebelum memilih pakaian, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh wanita, antara lain bentuk tubuh, warna yang cocok, usia, dan style. Untuk mengetahui busana atau tipe pakaian wanita yang seperti apa yang cocok dengan bentuk tubuh, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu:
    Ö Bentuk Tubuh Pir
    Bentuk tubuh seperti ini merupakan bentuk tubuh yang lebih dikenal dengan tubuh pir. Pada bentuk tubuh ini, bagian pinggul, paha, dan bokong merupakan bagian terbesar dari bagian tubuh lainnya. Bentuk tubuh ini dimiliki oleh artis Hollywood seperti Beyonce, Jennifer Love Hewitt, Shakira, dan JLo.

    Busana terbaik: Untuk mendapatkan hasil padu padan yang baik, maka sebaiknya bagian bawah yang lebih besar ini harus diseimbangkan dengan bagian atas tubuh. Seimbangkan bagian bawah yang besar dengan menggunakan busana atau pakaian atasan yang cukup “ramai” dan berwarna lebih cerah. Cara ini dapat membuat perhatian teralihkan pada bagian atas tubuh yang ramping dan bukan di bagian bawah.
    Gunakan baju atasan dengan kerah yang besar, lengan yang besar dan bermodel, atau dengan tambahan renda atau draperi. Baju atasan dengan detil di bagian bahu atau di lengan, atau motif garis horisontal juga bisa membantu menyeimbangkan bentuk tubuh. Rok dengan model basic cut dan celana panjang yang slim dan bebas dari aneka detil adalah pilihan yang pas.
    Hindari: Agar bagian bokong tak terlihat terlalu besar maka hindari celana dengan model tube, pensil, atau pun rok model fishtail. Hindari juga model celana atau rok yang terlalu ketat karena bisa mempertegas bentuk bokong yang besar.

    Ö Bentuk tubuh segitiga terbalik
    Bentuk tubuh ini merupakan bentuk tubuh mirip segitiga terbalik. Ciri-cirinya, bahunya lebih lebar dibandingkan dengan pinggang, sehingga bahu ini terlihat lebih kuat dan besar mirip seperti seorang atlet. Tubuh ini nyaris tak memiliki lekuk tubuh.
    Busana terbaik: Tubuh bentuk ini mirip seperti tubuh yang maskulin karena bahunya yang lebih lebar dan besar, sehingga untuk menyamarkan bentuk ini gunakan baju atasan dengan model clean cut tanpa detil terutama dibagian bahu.
    Gunakan atasan dengan warna yang lembut untuk menghilangkan perhatian dari garis bahu ini. Seimbangkan bentuk tubuh ini dengan cara bermain di bagian bawahan. Gunakan aneka model bawahan rok A-line atau celana yang bervolume dengan tambahan draperi atau lipatan yang bisa membuat pinggang terlihat lebih besar. Untuk celana panjang sebaiknya gunakan celana dengan model regular cut, atau semi boot cut yang agak besar dibagian bawahnya.
    Hindari: Hindari penggunaan celana yang terlalu ketat, dan juga celana pensil dengan ujung yang mengecil.
    Ö Bentuk tubuh persegi panjang
    Bentuk tubuh ini memiliki karakteristik antara lain, bagian payudara dan pinggul memiliki ukuran yang sama, tidak memiliki garis pinggang yang jelas, tidak memiliki lekuk tubuh. Artis yang memiliki bentuk tubuh ini antara lain Cameron Diaz, Nichole Kidman, Hillary Duff, dan Melanie C.
    Busana terbaik: Sebuah coat panjang dengan detail berstruktur geometris yang dipadu dengan ikat pinggang bisa membuat Anda terlihat lebih berlekuk dan seksi. Jika memiliki ukuran payudara yang kecil, maka bisa diakali dengan menggunakan atasan berleher tinggi. Kuncinya adalah untuk menggunakan busana yang bisa membingkai tubuh dengan busana yang berstruktur tegas. Pilih busana yang simpel dan tak terlalu ramai.
    Hindari: Hindari terlalu banyak menggunakan busana dengan detail ramai ataupun aksesoris yang terlalu banyak dalam satu paduan busana.

    Ö Bentuk tubuh jam pasir
    Ciri khas dari bentuk tubuh ini antara lain ukuran antara pundak dan garis pinggang adalah sama. Selain itu, bentuk tubuh ini juga ditandai dengan bentuk payudara yang penuh, garis pinggang atau lekuk tubuh yang tajam, bokong, paha dan pinggul yang penuh. Artis yang memiliki bentuk tubuh ini antara lain Marylin Monroe, Jennifer Aniston, dan Kate Winslet.
    Busana terbaik: Gunakan baju atasan dengan leher yang terbuka dan datar karena bisa membantu menonjolkan bahu yang indah. Celana boot cut, flare, dan celana berpipa lebar bisa membantu mengurangi sedikit volume bagian bawah yang besar. Gunakan celana pensil ataupun rok A-line bisa membuat tampilan lebih feminin dan menonjolkan bagian kaki yang indah. Ikat pinggang juga bisa digunakan untuk membantu menonjolkan lekuk tubuh.
    Hindari: Hindari busana yang lurus (straight) karena bisa menutupi lekuk tubuh. Hindari juga model jaket yang terlalu besar karena bisa membuat bagian dada lebih besar.
    Ö Bentuk tubuh apel
    Bentuk tubuh ini disebut juga dengan bentuk tubuh apel, karena membesar dibagian pinggang.
    Busana terbaik: Gunakan busana dengan model empire dress (baju dengan tali di bahu) dan atasan panjang bisa membantu menyeimbangkan bentuk tubuh.Gunakan busana yang bisa membantu membentuk lekuk tubuh Anda. Atau gunakan tambahan belt untuk membentuknya. Jika tergolong kurus maka sebaiknya gunakan busana yang simpel dibagian atas dengan garis leher yang rendah dan menonjolkan leher. Namun kunci untuk membentuk porsi tubuh yang ideal adalah dengan membentuk lekuk pinggang. Untuk si kurus sebaiknya gunakan busana terusan minimalis, agar terlihat langsing dan juga membentuk kurva tubuh.
    Busana terbaik untuk model tubuh ini adalah dengan menggunakan jaker, blazer, atau coat yang berstruktur dengan leher V-neck. Sedangkan rok yang paling baik digunakan adalah rok yang tidak terlalu panjang, dan menonjolkan sedikit bagian betis yang ramping.
    Hindari: Hindari menggunakan detil yang terlalu banyak di bagian pinggang, seperti adanya manik-manik, payet ataupun ikat pinggang yang tipis karena ukurannya bisa membuat perbandingan yang jelas dengan pinggang yang lebar sehingga pinggang jadi lebih lebar. Gunakan ikat pinggang yang berukuran cukup besar, atau sedang.
    Ö Bentuk tubuh besar
    Bentuk tubuh ini bisa dikategorikan sebagai bentuk tubuh yang besar terutama di bagian perut dan tanpa lekuk tubuh yang jelas. Sehingga sebaiknya fokuskan perhatian untuk memilih busana yang bisa membuat Anda terlihat tinggi, dan langsing.
    Busana terbaik: Gunakan aneka busana yang berlekuk di bagian pinggangnya, dan tidak terlalu longgar ataupun ketat. Untuk menghasilkan ilusi tubuh lebih tinggi sebaiknya gunakan busana dengan motif garis vertikal. Gunakan rok dengan model regular cut, dan celana low rise tanpa detil.
    Hindari: Hindari untuk terlalu banyak menggunakan detil pada busana, karena akan membuat tubuh terlihat lebih besar. Selain itu, hindari juga penggunaan busana atau bawahan yang terlalu panjang karna bisa membuat garis pinggang ini hilang dan tubuh terlihat lebih pendek.

    I.       Tips Memilih Busana Pria Sesuai Bentuk Tubuh
    1. Tinggi dan Kurus
    Q      Kenakan pakaian berbahan tebal – Jika bertubuh tinggi dan kurus, mengenakan pakaian berbahan tebal dapat membuat tubuh terlihat lebih proporsional karena seperti memberikan tambahan berat ke tubuh.
    Q      Kenakan pakaian berwarna cerah – Warna-warna cerah dapat memberikan kesan berisi pada tubuh. Pilih warna cerah seperti khaki atau abu-abu. Jangan kenakan warna gelap atau pakaian dengan pola garis vertikal, karena akan membuat terlihat lebih tinggi dan kurus.
    Q      Perhatikan detail lain ataupun aksesoris – Jika memakai jacket, jangan memilih yang panjangnya sampai pinggang bawah dan mengancingkannya sampai atas. Hindari mengenakan dasi model slim.
    Q      Kenakan celana yang agak lebar – Untuk menyiasati agar tidak terlihat lebih kurus, kenakan celana yang agak lebar, jangan model slim fit. Jika mengenakan jeans, gunakan yang model lower cut.
    2. Gemuk atau Bertubuh Besar
    Q    Kenakan pakaian berbahan ringan – Pria berbadan gemuk atau besar sebaiknya mengenakan pakaian berbahan ringan yang dapat membuatnya terlihat lebih ramping.
    Q    Kenakan warna gelap – Warna-warna gelap dapat memberikan efek/ilusi merampingkan tubuh. Kenakan atasan dan bawahan berwarna sama. Hindari pakaian berwarna terang dan mengkilat, karena akan memfokuskan perhatian orang terhadap tubuh.
    Q    Say NO pada kemeja atau shirt dengan padding/bantalan bahu.
    Q    Jangan menggulung lengan T-shirt – Jika  tak mau terlihat seperti tukang pukul, jangan sekali-kali melakukannya.
    Q    Kenakan jam berukuran besar – Jam tangan berukuran besar dan gagah dapat memberikan efek melangsingkan tangan.
    Q    Jangan mengenakan jeans terlalu ketat atau terlalu lebar – Sebaiknya pilih jeans dengan jenis classic dengan model straight pipe.
    3. Bertubuh Pendek
    Q      Kenakan pakaian motif garis vertikal – Motif garis vertikal merupakan cara terbaik untuk memberikan ilusi agar tubuh Anda terlihat lebih tinggi.
    Q      Hindari pakaian dengan pola berikut – Houndstooth, herringbone, glen urquhart check, dan windowpane check. Karena pola-pola ini akan mempertegas tubuh Anda yang pendek.
    Q      Kenakan baju atau kemeja lengan panjang yang tidak terlalu longgar – Dengan ini Anda akan terlihat lebih tinggi.
    Q      Kenakan celana panjang yang ukurannya pas dengan tubuh Anda – Tidak terlalu ngatung ataupun terlalu panjang
    Q      Kenakan celana panjang/jeans model low rise dan straight leg – Model celana ini membuat Anda terlihat lebih tinggi.

    J.      Etika Mahasiswa dalam Berbusana
    ü  Berpakaian yang sopan mencerminkan sikap insan terpelajar.
    ü  Pakaian yang sesuai bagi mahasiswa bersifat formal atau semi formal, misalnya paduan kemeja, kaos berkerah/ tanpa kerah dengan celana panjang, dan bersepatu, untuk mahasiswa; atau misalnya paduan blus, kaos berkerah/tanpa kerah dengan rok atau celana panjang, dan bersepatu.
    ü  Pakaian resmi mahasiswa di dalam/di luar kampus adalah: pakaian seperti ketentuan di atas, ditambah dengan jaket almamater.
    ü  Mahasiswa harus senantiasa menjaga kebersihan dan kerapihan pakaiannya.

    BAB III
    PENUTUP
    1.      KESIMPULAN
    Busana di ambil dari bahasa Sansekerta yaitu “Bhusana”. Namun dalam bahasa Indonesia terjadi penggeseran arti “Busana”. Busana merupakan segala sesuatu yang kita pakai mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki. Dan busana mempunyai konotasi “pakaian bagus atau indah” yaitu pakaian yang serasi, harmonis, selaras, enak di pandang nyaman melihatnya, cocok dengan pemakai serta sesuai dengan kesempatan.
    Dalam berbusana juga perlu diperhatikan busana apa yang kita kenakan dan sesuai dengan situasi yang ada.

    2.      SARAN
    Sebaiknya dalam berbusana itu harus memperhatikan tatanan yang berlaku. Dan sebagai mahasiswa hendaknya menggunakan busana yang sopan dan tidak mengikuti busana yang kebarat-baratan.

    Dengan adanya informasi yang kami sajikan tentang  materi busana rumah

    , harapan kami semoga anda dapat terbantu dan menjadi sebuah rujukan anda. Atau juga anda bisa melihat referensi lain kami juga yang lain dimana tidak kalah bagusnya tentang  Proses dan Alat Produksi Kerajinan dengan Bahan Limbah Tekstil

  • Makalah Psikologi Olahraga Burnout and Overtraining

    Psikologi Olahraga Burnout and Overtraining

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Semangat dan intensitas yang tinggi  telah meningkat secara dramatis dalam beberapa tahun terakhir, sebagian besar karena penghargaan finansial yang luar biasa, publisitas, dan status yang dicapai dengan pelatih yang sukses dan  atlet yang baik. Pemusatan latihan semacam pusdiklat atau akademi telah dikembangkan dibanyak olahraga misalnya; tenis, skating es, di mana anak muda bersekolah dan berlatih, biasanya jauh dari orang tua dengan harapan kemudian hari mendapatkan beasiswa kuliah, karir profesional, atau medali Olimpiade.

    Teorinya adalah  proses latihan  lebih banyak lebih baik, yang harus memulai tahapan awal, dan kemudian dilakukan secara berkelanjutan  untuk bersaing di tingkat yang lebih tinggi. Overtraining dan kelelahan telah menjadi masalah yang berarti dalam dunia olahraga dan aktivitas fisik. Oleh karena itu pelatih perlu memahami penyebab kejenuhan dan mempelajari strategi untuk membantu mengurangi kemungkinan yang akan terjadinya kelelahan yang berlebihan. Periodesasi latihan adalah strategi menjaga eksistensi atlet untuk melakukan latihan volume, beban intensitas yang tinggi dilakukan dari yang rendah menuju tahapan yang lebih tinggi,(McCann, 1995).

    B. Pembatasan Masalah

    Dengan melihat latar belakang masalah maka penulis dan penyaji hanya membahas masalah mengenai pengembangan Burnout and Overtraining, dalam psikologis pelatih, atlet bahkan pejabat (Manager).

    C. Rumusan Masalah

    Dari pembatasan masalah, pembahasan yang akan dibahas dalam penulisan makalah ini adalah:

    1. Apa yang dimaksud overtraining, gangguan kerja, dan kebosan?
    2. Bagaimana proses overtraining pada atlet?
    3. Apa yang menjadi dampak negatif dari overtraining?

    D. Mamfaat penulisan

    Mamfaat dari penulisan ini adalah mengharapkan apa yang ditulis dapat memberikan mamfaat khususnya bagi penulis dan penyaji agar dapat mengetahui apa pengertian dan dampak yang akan terjadi pada atlet, pelatih, dan manager, apabila dalam latihan terlalu berlebihan, memaksakan diri ( Overtraining ). Semoga dapat menjadi tambahan wawasan bagi penulis dan pembaca.

    Bab II. Pembahasan

    A. Definisi overtraining, gangguan kerja dan kebosanan

    Overtraining mengacu pada oftitiliting siklus pendek berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu. Pelatihan Periodized adalah strategi untuk  mengekspos atlet untuk pelatihan volume tinggi dan beban tinggi intensitas yang diikuti oleh beban pelatihan yang lebih rendah, yang dikenal sebagai sisa atau tahap lancip (McCann, 1995). Tujuan dalam pelatihan periodized adalah untuk mengkondisikan atlet sehingga kinerja puncak pada tanggal tertentu atau dalam kerangka waktu tertentu, biasanya sebelum kompetisi besar atau kejuaraan untuk memunculkan atlet dalam proses latihan beban yang diberikan tidak lebih dari kapasitas maksimal.

    Pada umumnya  dalam pelatihan fisik adalah proses untuk menambah beban latihan. Ini adalah bagian normal dari proses pelatihan fisik untuk atlet overload, Artinya, sesuai dengan prinsip-prinsip fisiologi olahraga, penambahan beban  atlet dengan meminta mereka mengalami volume pelatihan yang lebih tinggi misalnya; mereka berenang lebih dari normal atau mengangkat beban lebih dari normal. Setelah istirahat dan pemulihan, tubuh menyesuaikan dengan beban  dan menjadi lebih kuat atau fit, dan ini hasil perubahan dalam perbaikan kinerja.

    Sayangnya, proses overload jauh dari sempurna dan sangat individualistis. Jadi jika volume pelatihan terlalu besar atau jika atlet dipengaruhi oleh kurangnya istirahat atau stres fisik atau psikologis lain maka  hasilnya kinerja akan memburuk. Ini sindrom overtraining negatif, maka didefinisikan sebagai berlebihan, kelebihan biasanya fisik pada atlet tanpa istirahat yang cukup, sehingga kinerja menurun dan ketidak mampuan untuk melatih pada tingkat normal (Komite Olimpiade AS, 1998). Oleh karena itu, proses overloading tubuh seseorang dapat mengakibatkan adaptasi positif dan peningkatan performa atau bisa juga membawa dampak negatif dan kinerja menurun.

    Proses overtraining

    (A)Positife overtraining (peningkatan kinerja)
    (B)Pemeliharaan Tidak ada perubahan dalam kinerja
    (C) Staleness Gangguan kinerja

    Dalam kotak A dijelaskan bahwa overtraining dapat membawa dampak positif yang akan meningkatkan kinerja, hal ini dikarenakan ketika pelaku mengalami overtraining secara optimal yang dilakukan oleh pelaku atau atlet adalah istirahat yang cukup menyesuaikan tubuh, sehingga menghasilkan overtraining positif dan kinerja meningkat.Sedangkan dalam kotak B overtraining  tidak membawa perubahan yaitu tidak meningkatkan atau pun menurunkan kinerja. Pada kotak (C) jika permintaan overtraining  yang berlebihan dan tubuh tidak benar beradaptasi, overtraining negatif dan hasil kinerja yang buruk yang akan didapatkan.

    Overtraining Negatif mengarah pertama pada staleness dan jika terus dari waktu ke waktu tanpa istirahat yang cukup dan pemulihan, untuk keadaan yang lebih parah kelelahan. Staleness adalah hasil akhir dari overtraining, suatu keadaan di mana atlet mengalami kesulitan mempertahankan standar peraturan pelatihan dan hasil kinerja. Burnout merupakan respon, physiological lebih lengkap penarikan dari pelatihan yang berlebihan dan tuntutan kompetitif.

    Dengan demikian ada variabilitas yang substansial dalam latihan yang ditentukan untuk atlet, Selain itu, telah ditunjukkan bahwa atlet dari kapasitas yang sama merespon secara berbeda terhadap peraturan pelatihan standar. Beberapa melawan efek negatif dari pelatihan intensif, sedangkan yang lain cukup rentan. Dengan demikian, jadwal pelatihan tertentu dapat meningkatkan kinerja dari satu atlet, tidak cukup untuk yang lain, dan benar-benar merusak untuk ketiga.

    Staleness merupakan masalah bagi atlet dalam semua olahraga dan atlet dari berbagai budaya. Raglin dan Morgan (1989) menunjukkan bahwa dari perenang yang mengembangkan staleness selama tahun pertama mereka, 91% menjadi menurun dalam satu atau lebih musim berikutnya. Namun hanya 30% dari perenang yang tidak menjadi basi sebagai mahasiswa baru kemudian dikembangkan gangguan pada musim berikutnya. Ternyata, setelah seorang atlet pengalaman staleness, pertarungan berikutnya menjadi lebih mungkin. Dengan demikian, staleness dilihat sebagai hasil akhir atau hasil dari overtraining ketika atlet memiliki kesulitan untuk mempertahankan rejimen standar pelatihan dan tidak dapat lagi mencapai hasil kinerja sebelumnya.

    Atlet benar-benar akan mengalami penurunan yang signifikan dalam kinerja (misalnya, 5% atau lebih) untuk jangka waktu misalnya; 2 minggu atau lebih yang terjadi selama atau setelah masa overtraining dan gagal untuk meningkatkan dalam menanggapi pendek istilah pengurangan dalam pelatihan (O’Connor, 1997). Tanda perilaku utama staleness terganggu kinerja, sedangkan gejala psikologis utama adalah gangguan mood dan peningkatan upaya perseptual selama latihan. Sebagai contoh, telah dilaporkan bahwa sekitar 80% dari atlet besi secara klinis depresi. Burnout merupakan respon psychophysiological lebih lengkap penarikan dari pelatihan yang berlebihan dan tuntutan kompetitif. Empat model olahraga-spesifik kelelahan telah dikembangkan untuk membantu menjelaskan fenomena kelelahan. Setiap model berisi beberapa informasi menarik dan berguna tentang berbagai faktor yang mempengaruhi kelelahan.

    B. Model Stress Kognitif dan Afektif

    Smith (1986) mengembangkan empat langkah model stres berbasis kelelahan dalam olahraga. Dalam model Smith, kelelahan adalah sebuah proses yang melibatkan komponen fisiologis, psikologis, dan perilaku bahwa kemajuan secara bertahap diprediksi, masing-masing komponen ini dipengaruhi oleh tingkat motivasi dan kepribadian. Model kognitif-afektif, mungkin yang paling berkembang, menyajikan empat tahap proses kejenuhan yang melibatkan tuntutan situasional, penilaian kognitif situasi, respon fisiologis, dan perilaku.

    Tegangan negatif-model pelatihan respon memfokuskan perhatian lebih pada respon untuk pelatihan fisik, walaupun faktor psikologis juga dianggap penting. Pengembangan identitas unidimensional dan model kontrol eksternal yang lebih sosiologis, melihat stres sebagai gejala dari faktor-faktor sosial dan kemasyarakatan. Akhirnya, teori jebakan berpendapat bahwa atlet yang rentan terhadap kelelahan merasa “terjebak” oleh olahraga ketika mereka tidak benar-benar ingin berpartisipasi di dalamnya tetapi percaya bahwa mereka harus menjaga untuk beberapa alasan seperti mempertahankan identitas mereka atau karena mereka telah begitu banyak diinvestasikan dalam keterlibatan mereka.

    C. Model Respon Negative Training

    Silva models (1990) kebanyakan respon kebosanan di fokuskan pada latihan fisik, faktor psikologis sangat penting dalam proses ini. Secara khusus Silva menegaskan tekanan pada proses latihan atlet yakni  dapat terjadi melalui fisik dan psikologi yang dapat menyebabkan efek yang positif dan negative. Adaptasi positif adalah harapan hasil dari latihan, latihan yang dilakukan terlalu banyak akan berdampak menjadi adaptasi negatif. Adaptasi negatif  adalah dugaan dari respon latihan yang negatif dan akan berdampak menjadi  kelelahan, overtraining dan kebosanan. Faktor yang menyebabkan overtaraining dan kebosanan, penyebab kelelahan dan overtraining dibagi menjadi empat kategori umum:

    1. Keadaan fisik, masalah fisik termasuk cedera, overtraining, merasa lelah sepanjang waktu, dan kurangnya pembangunan fisik
    2. Masalah logistik  Ini termasuk perjalanan serta tuntutan
    3. Kepedulian sosial-interpersonal dan psikologis keperihatinan misalnya, harapan yang tidak pantas, kurangnya kenikmatan. Ini termasuk ketidakpuasan dengan kehidupan sosial, dukungan orang tua, negatif dan bersaing dengan saudara untuk perhatian orangtua.
    4. Masalah Psikologis. Sejauh ini faktor paling sering dicatat, terhitung lebih dari 50% alasan yang diberikan untuk kelelahan, kehawatiran psikologis termasuk harapan yang tidak terpenuhi atau tidak patut seperti penekanan yang berlebihan, sebuah kesadaran bahwa karir profesional itu tidak mungkin terjadi tanpa psikologis yang kuat.

    D. Perbedaan Individu

    Meskipun ada faktor-faktor umum yang terkait masalah overtraining, kelelahan juga merupakan pengalaman pribadi yang unik. Pelatih  mencoba untuk membantu atlet untuk mengatasi masalah burnout.

    E. Gejala Overtraining dan Burnout

    Overtraining dan kelelahan adalah fisik dan psikologis di alam. Beberapa gejala umum dari overtraining termasuk kelelahan fisik, kelelahan mental, grouchiness, depresi, apatis, dan gangguan tidur. Gejala kelelahan termasuk kehilangan minat, kurangnya keinginan untuk bermain, kelelahan fisik dan mental, kurangnya kepedulian, depresi, dan kecemasan meningkat.

    F. Cara Untuk mempelajari Kelelahan

    Dampak dari kelelahan akan menemukan atlet yang akan meninggalkan olahraga, karena mereka merasa bosan dan membandingkannya dengan atlet, sedangkan berpartisipasi olahraga dalam olahraga dan latihan tetapi tidak merasa bosan.  Tapi sulit untuk menemukan orang-orang seperti ini, dan banyak  pemain mengalami kebosanan atau pun kelelahan tetap dalam olahraga karena alasan seperti uang, prestasi,  tekanan dari pelatih atau orangtua. Instrumen yang paling banyak digunakan dan diterima dalam psikologi umum adalah Maslach Burnout Inventory (Maslach & Jackson, 1981), yang mengukur frekuensi dan intensitas yang dirasakan perasaan kelelahan.

    Tiga komponen kelelahan:

    1. kelelahan emosional. Ini termasuk perasaan dari overextension emosional dan kelelahan.
    2. Depersonalisasi. Ini muncul sebagai respon impersonal kepada orang lain dalam lingkungan seseorang. Perasaan terhadap orang-orang yang terpisah, dan rasa hanya akan melalui gerakan.
    3. Rendahnya rasa keberhasilan pribadi. Hal ini mengacu pada perasaan penurunan kompetensi dan prestasi dalam pekerjaan seseorang. perasaan rendah prestasi sering mengakibatkan rasa kurang kemampuan untuk mengendalikan situasi.

    G.  Kebosanan Dalam Olahraga Profesional

    Kita sekarang beralih ke beberapa temuan utama  kelelahan dalam olahraga kompetitif. Peneliti telah memeriksa kelelahan tidak hanya pada atlet tetapi juga terjadi pada pelatih,dan pejabat.

    1. Kebosanan Dalam pelatih

    Hanya sedikit orang yang sadar akan busur panjang  pelatih dimasukkan ke dalam sebelum dan sesudah permainan. Pelatih di sekolah atau tingkat perguruan tinggi mereka  bertanggung jawab untuk beberapa tim, bekerja di ruang pelatihan atau di lapangan hampir sepanjang hari. Bentuk tekanan mempersiapkan atlet untuk bertanding  yang menambahkan stress, (Gieck, Brown, dan Shank (1980). Untuk mempelajari bagaimana mempengaruhi kelelahan atlet, pelatih harus  menunjukkan bahwa pelatih tidak boleh menampakkan tingkat stress terhadap atletnya. Banyak pelatih melaporkan bahwa menjadi pelatih harus siap dalam waktu apapun untuk menangani setiap individu yang mengalami gangguan pada psikologisnya.

          2.            Kebosanan pada Pejabat

    Pejabat juga mengalami tekanan besar, dan mereka menerima beberapa kompensasi untuk ketegangan selain kepuasan dari pekerjaan yang dilakukan dengan baik. Hal ini menyebabkan tingkat turnover yang tinggi dan kekurangan pejabat. Ternyata rasa takut kegagalan adalah prediktor terkuat kejenuhan yang dialami pejabat olahraga (Taylor, Daniel, Leith, & Burke, 1990).

    Dalam studi yang berfokus pada sumber stres, para pejabat melaporkan bahwa membuat panggilan buruk adalah suatu stressor utama yang berhubungan dengan kelelahan dirasakan pemain, pelatih, dan penonton lebih mungkin untuk mengkritisi pejabat baik negative maupun positif (Anshel & Weinberg, 1995). Ini adalah hipotesis bahwa stres dapat menyebabkan lebih tinggi tingkat kejenuhan di pejabat. Selain itu, seperti pelatih atletik, pejabat yang mengalami konflik peran juga memiliki tingkat yang lebih tinggi kelelahan dirasakan.

          3.            Kebosanan di Pelatih

    Pelatih adalah kandidat utama untuk kelelahan, dan “Stres dan Burnout di Pelatih” beberapa laporan anekdotal pelatih dirasakan mereka tentang tingkat stres yang tinggi dan kelelahan. Berbagai macam stres yang mencakup laporan pelatih tekanan untuk menang, gangguan administratif atau ketidak pedulian orangtua, masalah disiplin, harus memenuhi peran ganda, perjalanan komitmen yang luas, dan keterlibatan pribadi yang intens.

    Mari kita lihat beberapa penelitian meneliti faktor spesifik yang berhubungan dengan burnout pada pelatih.

          1.            Perbedaan Gender

    Pelatih perempuan semakin banyak merasakan tekanan karena menghadapi pelatih laki – laki, kebanyakan studi (Caccese & Mayerberg, 1984; Kelley, 1994; Kelley, Eklund, & Ritter-Taylor, 1999; Kelley & Gill, 1993;. Vealey et al, 1992) menunjukkan bahwa kelelahan perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki, walaupun beberapa studi yang melaporkan lebih tinggi tingkat kejenuhan pada laki-laki (misalnya, Dale & Weinberg, 1990). Telah mengemukakan bahwa peningkatan tingkat stres dan kelelahan dirasakan oleh pelatih wanita  dapat dijelaskan oleh mereka yang diharapkan tidak hanya untuk memenuhi tanggung jawab pembinaan tetapi juga untuk membina atlet mereka. Athletic administrator mungkin perlu menguji kembali diferensial tuntutan ditempatkan pada perempuan, dibandingkan dengan laki-laki, pelatih dan mungkin membuat beberapa perubahan untuk memastikan bahwa peran dan tanggung jawab yang adil.

          2.            Usia dan Perbedaan Pengalaman

    Penelitian telah menunjukkan bahwa pengalaman,  pelatih yang  lebih muda dan kurang pengetahuan  memiliki tingkat yang lebih tinggi kelelahan dirasakan dari pada pelatih yang lebih tua (Dale & Weinberg, 1990; Kelley & Gill, 1993; Taylor et al, 1990.). Tentu saja, pelatih yang merasa tingkat kelelahan yang sangat tinggi dan stres mungkin sudah berhenti membina atletnya. Dengan demikian, para pelatih yang lebih tua mungkin tetap memiliki keterampilan yang baik untuk menangani stres di lingkungan mereka.

          3.            Coaching Style

    Dale dan Weinberg (1990) menyelidiki sekolah tinggi dan pelatih perguruan tinggi , menemukan bahwa mereka dengan pertimbangan gaya kepemimpinan memiliki tingkat kejenuhan yang dirasakan dari pelatih yang lebih berorientasi terhadap tujuan. Dia juga mengasumsikan bahwa pelatih yang mengembangkan hubungan lebih dekat, pribadi dengan atlet mereka menderita kelelahan lebih besar karena mereka lebih peduli. Ini bukan untuk mengatakan bahwa pelatih harus lebih memperhatikan atletnya, mereka harus menyadari bahwa gaya ini membutuhkan banyak energi, emosi, dan waktu, Pelatih muda tampaknya memiliki tingkat yang lebih tinggi kejenuhan dirasakan dari pelatih tua, sebagian karena beberapa pelatih yang lebih tua sudah mempunyai banyak pengalaman.

          4.            Dukungan Sosial

    Pelatih yang melaporkan tingkat kepuasan dengan dukungan sosial juga mengalami tingkat yang lebih rendah stres dirasakan dan kelelahan (Kelley, 1994; Kelley & Gill, 1993). Beberapa pelatih perlu pengingat untuk mencari dukungan sosial yang memuaskan pada saat mereka stres tinggi dan untuk menjadi lebih sadar akan pentingnya sosial dalam kehidupan pribadi dan profesional.

    Bab III. Penutup

    A. Kesimpulan

    Setiap manusia memiliki keterbatasan kemampuan, kekuatan, dan semangat. Overtraining dan kelelahan telah menjadi masalah yang berarti dalam dunia olahraga dan aktivitas fisik. Oleh karena itu pelatih perlu memahami penyebab kejenuhan dan mempelajari strategi untuk membantu mengurangi kemungkinan yang akan terjadinya kelelahan yang berlebihan.

    Overtraining dan kelelahan adalah fisik dan psikologis di alam. Beberapa gejala umum dari overtraining termasuk kelelahan fisik, kelelahan mental, grouchiness, depresi, apatis, dan gangguan tidur. Gejala kelelahan termasuk kehilangan minat, kurangnya keinginan untuk bermain, kelelahan fisik dan mental, kurangnya kepedulian, depresi, dan kecemasan meningkat.

    DAFTAR PUSTAKA

    Robert S.Weinberg  Dan Daniel  (2007). Foundation Of Sport And Exercise Psychology   Edisi 4, Gould Human Kinetics Usa

  • Wanita dalam Olahraga

    Perbedaan Fisik Pria dan Wanita

    Terdapat perbedaan jelas dalam aspek anatomi antara wanita dan pria, tetapi kurang jelas dalam aspek fisiologi. Perbedaan anatomi ini menyebab-kan pria lebih mampu melakukan kegiatan jasmani dan olahraga yang memerlukan kekuatan dan dimensi lain yang lebih besar. Tetapi banyak dari perbedaan ini dapat diubah oleh latihan jasmani sehingga parameter fisiologik wanita yang terlatih dapat melampaui parameter pria yang kurang terlatih. Bagian besar dari perbedaan antar jenis kelamin ini tidak relevan dalam olahraga, oleh karena dalam olahraga wanita (biasanya) bertanding di antara sesama wanita.

    Pada orang dewasa, dimensi fisik pria rata-rata 7-10% lebih besar dari pada wanita. Perbedaan ukuran itu pada anak-anak sangat sedikit sampai usia pubertas, di kala itu untuk sementara anak-anak perempuan bahkan lebih tinggi dan lebih besar dari pada anak-anak laki-laki. Hal ini disebabkan oleh karena awal pubertas yang lebih dini pada anak perempuan (9-13 tahun) dari pada anak laki-laki (10-14 tahun) dengan waktu yang lebih panjang pula. Di bawah pengaruh hormon pria testosteron, laki-laki tumbuh lebih tinggi, dengan gelang bahu yang lebih luas, panggul yang lebih sempit dan tungkai yang lebih panjang. Wanita, melalui pengaruh hormon oestrogen berkembang dengan bahu yang lebih sempit, panggul yang lebih luas relatif terhadap tinggi badannya dan „carrying angle‟ yang lebih besar pada sendi siku, yang mengakibatkan kerugian mekanik bagi lari dan melempar.

    Oestrogen pada wanita juga berperan dalam penimbunan lemak pada tempat-tempat tertentu selama masa pubertas, sedangkan testosteron merangsang perkembangan otot pada pria. Bila dinyatakan dalam prosenta-se dari berat badannya, wanita dewasa memiliki lemak sekitar dua kali lebih banyak dari pada pria.

    Walaupun laki-laki mendapatkan massa otot yang lebih besar dan oleh karena itu juga power total yang lebih besar, tetapi kekuatan otot bila dinyatakan dalam satuan luas penampang melintang otot adalah sama untuk kedua jenis kelamin. Wanita lebih flexibel dari pada pria dan hal ini disebabkan oleh karena tingkat basal hormon relaxin yang lebih tinggi. Hormon ini selama kehamilan disekresikan dalam kadar tinggi, sehingga wanita hamil memang menjadi lebih tinggi flexibilitasnya, dan hal ini memang diperlukan untuk memudahkan proses persalinannya.

    Pria mempunyai darah yang kurang-lebih satu liter lebih banyak dari pada wanita, dengan kadar hemoglobin yang lebih tinggi pula (15.8 g.L-1 + 0.9 lawan 13.9 g.L-1 + 1.1). Dimensi jantung pada pria adalah lebih besar sehingga volume sedenyutnya juga lebih besar, volume paru kurang-lebih 10% lebih besar dari pada wanita. Wanita mempunyai nadi istirahat yang sedikit lebih tinggi, meski denyut jantung maximal sesuai umur sama untuk kedua jenis kelamin.

    Kapasitas Latihan Pada Wanita dan Gangguan Menstruasi

    Banyak penelitian-penelitian terhadap kapasitas fisik wanita dilakukan pada subjek yang kurang terlatih, sehingga menunjukkan kapasitas kerja yang relatif buruk, dan ini dimasa lalu menjadi pembatas bagi wanita untuk berpartisipasi dalam olahraga. Tetapi wanita sungguh dapat dilatih dan perbedaan parameter fisiologik antara wanita dan pria yang terlatih menjadi lebih kecil dari pada orang kebanyakan. Fakta pada orang kebanyakan inilah yang dijadikan petanda rendahnya tingkat keterlatihan pada „kebanyak-an„ wanita.

    Latihan kekuatan yang terpimpin dan sistematis merupakan kegiatan yang menyehatkan dan menggembirakan anak-anak wanita, karena di balik latihan itu tersimpan potensi untuk meningkatkan densitas tulang sehingga merupakan pencegahan osteoporosis di kemudian hari. Di samping itu dengan latihan kekuatan yang sistematik, wanita dapat meningkatkan diameter serabut otot dan massa total ototnya, tetapi tidak dapat menyamai apa yang dicapai pria oleh karena kadar testosteronnya yang relatif lebih rendah. Pada awalnya peningkatan kekuatan otot dapat terjadi tanpa meningkatnya ukuran otot, dan hal ini disebabkan oleh karena membaiknya pengerahan satuan neuromuskular sebagai hasil pelatihan.

    Kandungan lemak yang pada umumnya lebih tinggi pada wanita tidak menghasilkan perbaikan olahdaya (metabolisme) lemak pada event olahraga daya-tahan misalnya maraton, sebagai-mana yang dahulu diyakini. Lemak tubuh yang tinggi pada wanita menjadi hambatan bagi kegiatan fisik yang bersifat weight bearing (mengusung beban/ berat badan), tetapi hal itu meningkatkan daya apung pada renang, dan menjadi faktor keunggulan penampilan perenang-perenang “jarak ultra jauh” wanita (Sharp 1984).

    Kandungan lemak tubuh dengan latihan kekuatan akan menurun yang berarti membaiknya rasio BB tanpa lemak terhadap BB dengan lemak yang merupakan respons terhadap latihan. Banyak atlet daya-tahan wanita mempunyai kandungan lemak yang nyata lebih sedikit dari pada atlet power pria. Untuk wanita, hasil yang diharapkan dengan latihan kekuatan adalah menghasilkan tubuh yang lebih ramping dan lebih sehat yang akan membuatnya menjadi lebih tahan terhadap cedera olahraga.

    Gangguan menstruasi

    Sekitar 20 tahun yang lalu menstruasi selalu menjadi kendala bagi kaum wanita indonesia untuk aktif berolahraga, terutama dilingkungan pendidikan jasmani. Keadaan tersebut sampai sekarang masih mempengaruhi sebagian peserta didik, terutaama bagi peserta didik yang pengetahuan olahraga dan kesehatannya minim.

    Bagi kaum wanita yang sudah aktif berolahraga, pengetahuan tentang olahraga dan kesehatan relatif baik, menstruasi sudah bukan lagi menjadi kendala, malah sebaliknya. Kegiatan olahraga bagi kaum wanita pada zaman sekarang justru merupakan salah satu kegiatan yang sangat bermanfaat saat mereka menderita akibat haid, karena berbagai gangguan; perasaan tidak enak, sakit, rasa tidak enak pada payudara dan kecemasan jadi berkurang.

    Hasil kuisioner pada banyak atlet wanita sejak puluhan tahun yang lalu menurut Phul dan Brown yang disajikan oleh Saantosa Girirwijoyo dan kawan-kawan (2007) menunjukkan bahwa mereka mampu tampil sama baiknya ketika akan dan sedang menstruasi.

    Suatu kenyataan bahwa dikalangan atlet wanita sering terjadi gangguan siklus menstruasi, gangguan termaksud ada yang jumlah menstruasinya pertahun berkurang atau sama sekali tidak ada menstruasi. Kemudian para atlet wanita juga sering terjadi siklus menstruasi, tetapi untuk mengetahuinya secara pasti sangat sulit, karena ada banyak variabel yang mempengaruhinya. Di antara sekian banyak variabel termaksud yang sudah disepakati baru dalam tataran difinisi istilah berikut.

    • Eumenorrhoea yaitu siklus menstruasi yang terjadi dengan interval perdarahan yang terjadi antara 21-35 hari.
    • Oligomenorrhoea yaitu menstruasi yang terjadi dengan interval antara 35-90 hari
    • Amenorrhoea adalah tidak terjadi menstruasi dalam waktu 3 bulan berturut-turut. Hasil beberapa ahli menunjukkan bahwa atlet yang berusia di bawah 25 tahun lebih besar kemungkinannya mengalami amenorrhoea. Kemudian hasil penelitian para ahli juga menunjukkan bahwa, faktor-faktor yang secara umum ditemukan pada kelompok atlet yang mengalami perubahan menstruasi akibat aktivitas olahraga oleh Santosa Giriwijoyo dan kawan-kawan (2007) dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
    Faktor-faktor yang berhubungan siklus menstruasi
    Menstruasi yang tertundaMenstruasi yang tidak teratur
    Kematangan proses reproduksiUsia dewasaIbu-ibuPeningkatan BBPeningkatan lemak tubuhPeningkatan aktivitas bertahapLatihan dengan intensitas rendahUsia mudaPenurunan BBPenurunan lemak tubuhTata gizi rendah kaloriLatihan dengan volume & intensitas tinggiBeban kerja meningkat cepatStress psikologi

    2.3. Wanita dalam Olahraga

    Tidak ada satupun wanita terlahir yang secara otomatis mendapatkan status sebagai olahragawan atau atlet. Status partisipan olahraga hanya diperoleh melalui tindakan yang ditunjukkan dengan perbuatannya pada aktivitas olahraga. Hal ini yang membedakan dengan status bangsawan (raden , roro) yang secara otomatis dimiliki ketika seseorang dilahirkan. Dapat dikatakan bahwa status atlet, yang dimiliki wanita, merupakan achieved-status yaitu kedudukan yang dicapai oleh seseorang dengan usaha-usaha yang disengaja. Kedudukan ini tidak diperoleh atas dasar kelahiran (ascribe-status). Achieved status bersifat terbuka bagi siapa saja tergantung dari kemampuan masing-masing dalam mengejar serta mencapai tujuan-tujuannya. Dari konsep ini stratifikasi sosial akan terjadi. Semua wanita memiliki kesempatan sama untuk memperoleh status tertentu di masyarakat, tetapi karena kemampuan dan pengalaman berbeda berdampak pada lahirnya tingkatan-tingkatan status yang akan diperoleh wanita dalam partisipasinya di olahraga. Bagaimanapun juga setiap wanita berolahraga menginginkan prestise dan derajat sosial dalam kehidupan di masyarakatnya. Bukan sebagai pengakuan atas keberadaannya oleh anggota kelompok, melainkan sebgai salah satu tuntutan kebutuhan untuk harga diri dan atau self-esteem (Teori kebutuhan menurut Maslow). Peningkatan status sosial wanita berolahraga memaksakannya untuk terus memobilisasi setiap tindakan. Mobilitas sebagai salah satu peningkatan status sosial menurut Ralph H. Turner memiliki dua bentuk yaitu:

    a. Contest mobility (mobilitas sosial berdasarkan persaingan pribadi),

    b. Sponsored mobility (mobilitas sosial berdasarkan dukungan).

    Dengan mencermati bentuk mobilitas maka pemberian status sosial kepada wanita berolahraga hendaknya mampu diberikan sesuai porsi proses yang telah dilakukannya. Hal ini mungkin berdampak kepada proses menghilangkan perbedaan pemberian penghargaan diantara atlet pria dan wanita yang sama-sama menjadi juara di kelompoknya (gender). Misalnya sejumlah hadiah yang masih dibedakan diberikan antara kelompok putra dengan putri. Meski mungkin pertimbangannya adalah ketika pertandingan putra sering melahirkan tindakan yang lebih akrobatik, atraktif, skill tinggi (jika dibandingkan dengan kelompok putri), terlebih jika didramatisir oleh pers yang secara jumlah memang kaum pria di kalngan pers lebih banyak yang tentu saja akan selalu memberikan dukungan lebih pada sesamanya, yang berdampak pada semakin banyaknya jumlah penonton dan secara otomatis pemasukan keuntungan dari penjualan karcispun lebih besar.

    Terlepas dari itu, status wanita berolahraga memang masih menempati porsi lebih rendah dari kaum pria. Anekdotnya bisa dikatakan karena wanita kalah “start”. Semenjak zaman Yunani dan Romawi, sebagai perintis olahraga modern, wanita belum memperoleh kesempatan yang luas dibandingkan pria, bahkan dilarangnya berpartisipasi meski sebenarnya telah memiliki kemampuan yang sama dengan pria (dari beberapa mitolog Artemis dan Athena, Theseus, Hippolyta).

    2.4. Peranan Wanita dalam Olahraga

    Peranan (role) merupakan dinamika dari status atau penggunaan dari hak dan kewajiban (Susanto, 1985), aspek dinamis kedudukan (status) (Soekanto, 1990). Sehingga apabila wanita melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu peranan. Peranan mungkin mencakup tiga hal yaitu :

    1.      Meliputi norma-normayang dihubungkan dengan posisi seseorang, serangkaian

    peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.

    2.      Konsep tentang apa yang dapat dilakukanoleh individu dalam masyarakat sebagai

    organisasi.

    3.      Perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.

    Peranan dengan status keduanya tak dapat dipisah-pisahkan, karena yang satu tergantung kepada yang lain dan sebaliknya. Tak ada peranan tanpa kedudukan atau kedudukan tanpa peranan. Maka sudah selayaknya seorang wanita partisipan olahraga yang telah berbuat sesuai norma di masyarakat, berperilaku di masyarakat sebagai organisasi (resmi dan tidaknya, olahraga adalah sebuah organisasi), dan merupakan struktur sosial masyarakat mendapat peranan sosial dari kedudukannya sebagai wanita yang berolahraga. Hanya saja sering dilupakan bahwa dalam interaksi sosial yang paling penting adalah melaksanakan peranan. Tidak jarang terjadi bahwa kedudukan lebih diutamakan sehingga terjadi hubungan-hubungan timpang yang tidak seharusnya terjadi. Contoh dalam dunia olahraga, peranan manajer yang melebihi kekuasaan pelatih dalam menentukan siapa atlet yang harus bertanding, peranan atlet profesional yang tidak mencerminkan jati dirinya sebagai olahragawan yang menjunjung sportivitas (fair play). Sehingga lebih cenderung mementingkan bahwa suatu pihak hanya mempunyai hak saja, sedang pihak lainnya hanyalah mempunyai kewajiban belaka.

    Dalam dunia olahraga ketimpangan ini menyebabkan terjadinya ketidakmerataan kesempatan. Wanita hanya dijadikan sebagai faktor pendukung yang keberadaannya bukan prioritas, bukan yang utama. Misalnya dalam beberapa kasus olahraga profesional, wanita hanya sebagai objek pelengkap seperti umbrella girls di otomotif sports, atau pemandu sorak dalam beberapa olahraga.

    Permainan hingga status dan peranannya bukan sebagai “bintang”, tidak pula sebagai pemain utama. Ketimpangan-ketimpangan yang lebih luas terjadi pada masyarakat partisipan aktivitas tertentu, termasuk aktivitas olahraga, akibat ketidaksesuaian harapan (dalam konteks olahraga Indonesia rasanya lebih tepat dikatakan tuntutan) dengan peranan terhadap peranan yang tepat dalam menduduki suatu status (Davis, 1948) terjadi karena :

    1.      Harapan masyarakat kurang memperhatikan tindakan sebenarnya atau sebaliknya,

    2.      Apabila harapan masyarakat akan tindakannya diketahui, akan tetapi waktu dan situasi

    tidak memungkinkan bagi individu yang bersangkutan,

    3.      Apabila pemenuhan harapan masyarakat di luar kemampuan individu.

    Masyarakat olahraga Indonesia masih kuat dengan konsep kalah menang, bahwa suatu pertandingan hanya sebatas pemenang dan pecundang. Sehingga identik dengan menyamaratakan status tanpa memahami peranan yang diemban. Kita menyamakan status atlet kita dengan atlet dunia, tanpa mengerti proses untuk memperoleh status terlebih peranannya seperti apa. Dunia olahraga wanita lebih memperoleh “kesialan” dari konsep ini. Kita lebih tahu bahwa tim putri kita adalah pecundang tanpa mengerti siapa lawannya dan proses untuk menjadi pecundang (karena kita memang kalah start dalam proses pembinaan olahraga wanita). Tim sepakbola kita lebih banyak kalahnya, tim bulutangkis semakin terpuruk, berpindahnya pebulutangkis putri harapan kita ke negara lain, ketidakmampuan induk olahraga dalam proses regenerasi atlet wanita. Ini semua adalah trend yang semakin memperburuk persepsi masyarakat terhadap aktivitas wanita berolahraga. Salah satu penyebabnya adalah perbedaan kesempatan. Menururt Coakley (1990) dari beberapa kasus bahwa wanita masih memiliki sedikit kesempatan dibandingkan pria, terutama di kota-kota kecil dan wilayah pedesaan. Yang lebih sering terjadi adalah kekurangan, diantaranya dalam hal :

    1.      Persediaan dan pemeliharaan peralatan dan penyebarannya,

    2.      Penjadwalan pertandingan dan waktu latihan,

    3.      Kesempatan memperoleh pelatihan dan tutor akademik,

    4.      Penugasan dan kompensasi pelatih dan tutor

    5.      Ketersediaan obat-obatan dan pelayanan latihan serta fasilitas

    6.      Publisitas bagi secara individu, team, dan event.

    Harusnya Indonesia memiliki keuntungan dalam hal kesempatan wanita berolahraga, karena negara ini dipimpin oleh seorang perempuan juga, yang secara karakter psikis lebih menonjolkan perasaan. Wanita pun berkeinginan sama untuk mendapat penghargaan selayaknya pria. Hanya proses ke arah itu tidak berkesempatan sama dengan yang dimiliki pria karena terkait kebijakan yang dihasilkan adalah kesepakatan dominasi pria yang duduk di lembaga legislatif dan eksekutifSeandainya presiden negara ini berprioritas pada peningkatan sumber daya perempuan (bukan sebatas retorika) denga tegas memberikan ascribe status dan achieved status sebagai individu yang berhak mendapatkan kesempatan dan penghargaan yang sama dengan lawan jenisnya. Dengan pertimbangan perspektif sosiologis sebagai acuan dalam membicarakan kedudukan dan peran atlet di masyarakat seperti yang dikemukakan Dr. Vassiliki Avgerinou dari Swiss dalam makalahnya Kedudukan dan Peran Atlet di Masyarakat , yaitu :

    1.      Keberadaan atlet di masyarakat serta pribadi atlet sebagai individu dipandang sebagai

    bagiandari pola-pola sosial; dan perasaan-perasaan mereka didasari oleh peraturan-

    peraturan yang berlaku.

    2.      Individu yang hidup dalam suatu pranata sosial dan lingkungan masyarakat akan

    terlibat kegiatan dan tindakan di dalam kehidupan sehari-harinya.

    3.      Sebagai individu yang rasional, seseorang mampu mengevaluasi tindakannya secara

    intelektual.

    Hal inilah yang setidaknya memberikan kontribusi bagi pemikiran agar status dan peranan wanita dalam olahraga memperoleh porsi yang lebih luas lagi menyerupai kesempatan yang diperoleh pria. Wanita tidak lagi berada di belakang dalam startnya untuk memperoleh status dan peranan sosial di masyarakat dibandingkan kaum pria. Faktor pendukung ke hal itu adalah kesadaran seluruh masyarakat. Bahwa bagaimanapun juga suatu keberhasilan yang meningkatkan status bangsa di dunia internasional adalah buah kerja sama antara pria dengan wanita. Andai saja bangsa ini adalah negara yang menghormati sejarah serta terus mengenangnya, kita diingatkan pada prestasi tertinggi yang diperoleh duta-duta bangsa dalam olimpiade 1996 saat pertama kalinya lagu kebangsaan Indonesia Raya berkumandang adalah buah kerja keras seorang wanita bernama Susi Susanti. Wanitalah sebenarnya yang menjadi perintis bagi KONI untuk terus mencanangkan upaya mendulang medali pada olimpiade-olimpiade berikutnya. Hanya saya kita adalah masyarakat hedonis yang bersuka cita sesaat tanpa mampu mengambil makna dari setiap peristiwa yang mampu menorehkan prestasi spektakuler. Yang pada akhirnya kita tetap lupa (atau mungkin mengabaikan) akan “kemashuran” atlet wanita yang berhasil mencetak prestasi melebihi kaum pria. Sehingga status dan peranan wanita dalam olahraga masih terus berada di belakang kaum pria. Coakley (1990) mengungkapkan pula bahwa masih adanya mitos yang keliru dan masih dipegang oleh masyarakat, terutama terjadi pada negara-negara yang tingkat pendidikan dan informasi medik masih rendah :

    1.      Keikutsertaan yang berat dalam olahraga mungkin menjadi penyebab utama masalah

    kemampuan menghasilkan keturunan.

    2.      Aktivitas pada beberapa event olahraga dapat merusak organ reproduksi atau payudara

    wanita.

    3.      Wanita memiliki struktur tulang yang lebih rapuh dibandingkan pria sehingga lebih

    mudah mengalami cedera.

    4.      Keterlibatan intens dalam olahraga menyebabkan masalah pada menstruasi.

    5.      Keterlibatan dalam olahraga membawa ke arah perkembangan yang kurang menarik,

    menonjolkan otot.

    Alasan-alasan inilah yang memperburuk persepsi masyarakat terhadap keterlibatan wanita dalam olahraga yang secara langsung berpengaruh pada pemberian status dan peranan sosial wanita dalam kehidupannya secara khusus di bidang olahraga dan umumnya di kehidupan keseharian di masyarakat di mana pola-pola interaksi sosial berlaku di lingkungannya. Terlepas dari itu semua, bagaimanapun juga semakin banyak wanita yang menyukai kegiatan fisik dengan tingkat penampilannya yang terus meningkat. Walaupun terdapat masalah kesehatan khusus yang berhubungan dengan fungsi reproduksinya yang unik, tetapi manfaatnya bagi kesehatan dan pergaulan sosial, jauh melebihi pengaruh-pengaruh merugikan yang terjadi selama ini (Giriwijoyo, 2003 : 45).

    2.5. Perbedaan Gender dalam Olahraga

    Diskriminasi terhadap wanita dalam olahraga baru didokumentasikan dan dianggap sebagai masalah pada tahun 1970-an. Di mana tim olahraga wanita menerima dana yang lebih rendah dari tim pria. Tahun 1974 budget program olahraga pria lima kali lipat budget untuk wanita. Bahkan pada tingkat Universitas perbedaannya sampai 100 kali lipat (Women Sport, 1974). Diskriminasi terlihat dalam hal fasilitas dan peralatan. Wanita menggunakan gedung olahraga yang usang di mana pria dibuatkan gedung yang baru. Wanita memakai peralatan bekas tim pria, jika tidak ada yang bekas terkadang tim wanita tidak mempunyai apa-apa. Dalam menggunakan fasilitas yang sama, wanita mendapatkan giliran jadual yang tidak fair.

    Wanita tidak mendapatkan perhatian yang cukup mengenai latihan seperti halnya pria. Sering kali untuk menuju ke pertandingannya, tim wanita harus menggunakan bis padahal tim pria mendapatkan pelayanan pesawat. Liputan media untuk berita tentang olahlraga wanita juga kurang, padahal olahraga pria selalu mendapatkan perhatian media surat kabar, radio bahkan televisi. Sampai adanya persamaan pada setiap bidang di atas, maka wanita tidak bisa dikatakan mendapatkan peluang yang sama dengan pria dalam program sekolah.

    Pada tingkat masyarakat, meski partisipasi olahraga wanita telah meningkat, diskriminasi masih kentara. Misalnya pada penggunaan fasilitas, program yang tersedia dan pengurus yang ditugaskan untuk kegiatan olahraga wanita. Hal ini juga terjadi untuk tingkat olahraga amatir nasional.

    1)      Mempertahankan Perbedaan Mitos

    a.      Mitos Fisiologi

    Adanya kepercayaan bahwa partisipasi olahraga menyebabkan efek fisik yang berbahaya bagi wanita. Mitos ini meliputi hal-hal sebagai berikut:

    • Partisipasi yang keras dalam olahraga dapat mengganggu kemampuan untuk melahirkan, Hal ini disebabkan bahwa latihan fisik akan memperkeras otot pelvis, sehingga tidak akan cukup fieksibel untuk melahirkan secara normal.
    • Aktivitas pada beberapa cabang olahraga dapat merusak organ reproduksi dan payudara wanita. Mitos ini tetap ada meskipun uterus adalah organ internal yang sangat anti getaran dan lebih terlindung dibanding organ vital pria.
    • Struktur tulang wanita lebih lemah, sehingga akan memudahkan terjadinya cedera. Meski ukuran tubuh wanita umumnya lebih kecil dari pada pria, namun tulang mereka tidak lebih lemah. Bahkan, karena berat badan dan berat otot wanita lebih ringan, maka tulang mereka menghadapi bahaya yang lebih sedikit dibanding pria.
    • Keterlibatan yang aktif membuat masalah pada menstruasi. Menurut para ginekolog, “aktivitas olahraga tidak mempengaruhi menstruasi.” (Wyrick, 1974). Memang bagi atlet dalam periode latihan yang keras, sering mengalami keterlambatan menstruasi. Namun hal ini disebabkan oleh kurangnya persentasi lemak tubuh, Jadi masalah ini akan hilang jika latihan ketat ini berakhir. Penari balet professional sering mengalami perubahan siklus menstruasi, namun hal ini juga berakhir jika latihan ketat mereka dihentikan.
    • Keterlibatan dalam olahraga mengakibatkan timbulnya otot yang menonjol dan tidak menarik. Padahal suatu tubuh yang dikondisikan dengan baik akan menjadi menarik. Kondisi fisik yang baik ini juga akan meningkatkan image tubuh dan meningkatnya sifat responsif fisik. Otot yang menonjol dihasilkan oleh hormon androgen yang lebih banyak terdapat pada kaum pada. Namun hal ini bervariasi antar individu.

    Kelima mitos tersebut, jelas sangat tidak beralasan bagi wanita untuk tidak berpartisipasi dalam olahraga, sehingga upaya untuk menghindari orang yang masih menganut mitos tersebut di atas, adalah melalui pendidikan. Jadi pendidikan adalah penting untuk menghilangkan mitos yang tidak berdasarkan ilmu pengetahuan ini.

    b.      Mitos Performansi

    Pola diskriminasi juga terlihat dengan argumentasi bahwa wanita tidak bisa tampil lebih baik dari pria. Hal ini sangat menghambat karena akan membatasi peluang, sehingga membatasi wanita untuk membangun kemampuannya. Sebelum masa puber, perbedaan performansi antara anak laki-laki dan perempuan disebabkan oleh pengalaman bukan oleh faktor fisik ataupun potensi performansinya. Bahkan wanita rnempunyai keuntungan yang lebih baik karena mereka lebih cepat dewasa. Setelah masa puber, keuntungan ada di pihak pria karena hormon dan perbedaan pertumbuhan yang menyebabkan rata-rata pria lebih besar dan lebih kuat dari rata-rata wanita. Hal ini bisa digunakan sebagai dasar untuk membagi-bagi olahraga, namun bukan alasan untuk menutup peluang bagi wanita.

    Jika pengalaman dan peluang bagi wanita dan pria sama, maka perbedaan ini akan hilang secara bertahap. Pada beberapa cabang olahraga perbedaan ini mungkin akan tetap ada, namun pada cabang-cabang lainnya perbedaan ini malah bisa terjadi sebaliknya. Misalnya pelari marathon wanita, Grete Waitz dari Norwegia mencatat waktu 2 jam 25 menit 41 detik pada New York City Marathon, waktu yang lebih baik dari pemenang pria saat itu. Pada cabang olahraga yang membutuhkan daya tahan dan bukan kekuatan, maka wanita akan lebih baik daripada pria. Karena itu tidak masuk akal jika mencegah peluang pria pada cabang ini, dan juga tidak masuk akal untuk mencegah wanita pada cabang lain hanya karena ada kemungkinan bahwa pria akan mengunggulinya.

    Mitos performansi diperkuat oleh sejarah pembatasan dan diskriminasi. Mitos ini mulai berkurang, tapi jika individu dan kelompok yang berpengaruh (seperti IOC) masih menganut hal ini, maka diskriminasi akan terus berlanjut.

    BAB IV

    PENUTUP

    3.1 Kesimpulan

    Dalam dunia olahraga masa kini wanita untuk berkompetisi harus didukung dengan memberikan kesempatan serta pembinaan yang sesuai dalam norma-norma yang telah disepakati bersama. Wantia tidak hanya penonton, sebagai pemandu dalam pertandingan serta penyorak melainkan bisa berkompetisi dalam bidang olahraga. Mitos yang keliru seharusnya sudah dibuang untuk merubah pandangan. Perbedaan persepsi tidak harus semakin menyudutkan status dan peranan wanita dalam olahraga melainkan untuk dapat membawa prestasi dan mewujudkan harapan negara.

    Semakin banyak wanita yang menyukai kegiatan fisik dengan tingkat penampilannya yang terus meningkat. Walaupun terdapat masalah kesehatan yang khusus berhubungan dengan fungsi reproduksinya yang unik, tetapi manfaat olahraga bagi kesehatan dan pergaulan sosial, jauh melebihi pengaruh-pengaruh merugikan yang terjadi selama ini. Dengan kata lain wanita mampu bersaing dalam bidang olagraga dengan kapasitas-kapasitas yang dimilikinya dengan tujuan meraih prestasi.

  • Makalah Manfaat Jogging bagi Kesehatan

    Manfaat Jogging bagi Kesehatan

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar belakang

    Di era globalisasi dan pertumbuhan teknologi yang sangat pesat ini, dibutuhkan sumber daya manusia yang handal dan mampu untuk bersaing untuk menghasilkan karya yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.

    Untuk memenuhi semua itu dibutuhkan manusia yang memiliki mobilitas yang tinggi, untuk mewujudkan semua itu kebanyakan manusia melakukan segala cara, seperti bekerja tanpa mengenal waktu untuk menyelesaikan suatu pekerjaan tertentu, sehingga kurang memperhatikan kesehatan, seperti telat makan, kurang olahraga, kurang tidur.

    Untuk masalah kurang olahraga, di dalam makalah ini akan dibahas mengenai salah satu jenis olahraga yang mudah, aman, dan murah, yaitu Jogging. Dikatakan mudah, karena untuk melakukan olahraga jenis ini tidak memerlukan ketrampilan khusus, serta dapat didilakukan oleh semua orang baik anak-anak sampai dengan orang tua. Aman, karena resiko cidera selama melakukan olahraga ini sangan kecil, jika dibandingkan olahraga yang lain seperti sepakbola, fitness, basket, dan lain-lain. Murah, karena peralatan tamban yang dibutuhkan untuk melakukan olahraga ini adalah sepatu.

    Selain itu Jogging dapat dilakukan kapanpun dan dimanapun. Selain itu manfaat dari Jogging sangat besar, diantaranya menguatkan jantung, meningkatkan fitalitas tubuh, dan lain-lain.(http://claudioevans.blogspot.com/)

    B. Rumusan Masalah

    Dalam makah ini permasalahan yang akan dibahas adalah:

    1. Pengertian Jogging
    2. Manfaat Jogging
    3. Cara melakukan Jogging
      • Bagaimana memulainya
      • Jenis pakaian dan sepatu
      • Rute dan sesi Jogging
      • Peregangan tubuh setelah beberapa sesi
      • Bagaimana cara melakukan sesi Jogging
      • Kapan dan seberapa sering Jogging dilakukan
      • Kesenangan apa yang didapat dari Jogging

    Bab II. Pembahasan

    A. Pengertian jogging

    Jogging adalah salah satu bentuk olahraga yang dilakukan dengan cara berjalan atau berlari kecil-kecil. Manfaatnya sangat besar sekali tertama kesehatan tubuh, khususnya organ otak. (http://carifa.blog.friendster.com/)

    Jogging merupakan salah satu olahraga yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan. Tidak perlu punya keahlian khusus agar dapat melakukan jogging. Semua orang dari segala usia dapat melakukan jogging. Oleh karena itu, jogging termasuk salah satu olahraga yang paling banyak dilakukan. (http://crescent13.blogspot.com/2008/11/pengaruh-olahraga-terhadap-kesehatan.html)

    B. Manfaat jogging

    Jogging yang dilakukan secara teratur akan memberikan banyak manfaat bagi kondisi fisik dan kesehatan lainnya seperti:

    1. Membuat jantung kuat, dimana semakin memperlancar peredaran darah dan pernafasan; Mempercepat sistem pencernaan dan membantu Anda menyingkirkan masalah pencernaan;
    2. Menetralkan depresi
    3. Meningkatkan kapasitas untuk bekerja dan mengarahkan pada kehidupan yang aktif;
    4. Jogging membantu Anda membakar lemak dan mengatasi kegemukan
    5. Kalau Anda bermasalah dengan selera makan, jogging membantu Anda memperbaikinya
    6. Jogging mengencangkan otot kaki, paha dan punggung
    7. Membuat tidur lebih nyenyak. Selain itu, jogging juga dapat memberikan kesenangan secara fisik maupun mental. ( http://nofri-kurniadanpesona.blogspot.com/2009/04/jogging-olah-raga-praktis-yang.html)

    Ada beberapa manfaat jogging, yakni untuk mencegah kanker. Saat joging, irama dan kedalaman napas cenderung meningkat. Oleh karenanya, joging meningkatkan fungsi saluran pernapasan.

    Joging menyebabkan tubuh bergerak terus menerus tanpa henti. Akibatnya, keringat menjadi bercucuran. Pada keringat tersebut keluar zat-zat yang tidak berguna, diantaranya sel-sel yang dapat menyebabkan kanker.

    Sel-sel tersebut dalam waktu singkat diganti dengan yang baru oleh tubuh. Olahraga joging meningkatkan produksi sel darah putih yang berguna untuk memerangi sel kanker.

    Dengan joging, sirkulasi darah menjadi lancar. Di saat sirkulasi darah lancar sel kanker tidak dapat bertahan atau berkembang biak. Penelitian telah mengungkapkan bahwa penderita kanker mengalami gangguan emosi sebelum terkena kanker. Olahraga seperti joging bermanfaat untuk memperbaiki suasana hati. (yz). (http://www.resep.web.id/tips/joging-hindari-risiko-kanker.htm)

    Selain manfaat-manfaat di atas, jogging juga dapat memberikan kesenangan secara fisik maupun mental. Apabila jogging dilakukan dengan benar, kelelahan tidak akan terasa meskipun telah menyelesaikan satu tur lebih dari yang dilakukan sebelumnya. Manfaat yang dirasakan ialah merasa nyaman di otot selama jogging dan setelahnya.(http://crescent13.blogspot.com/2008/11/pengaruh-olahraga-terhadap-kesehatan.html)

    Jogging Membantu Memperpanjang Usia

    Ingin tetap awet muda dan sehat? Mulailah membiasakan diri lari pagi secara teratur karena aktivitas fisik seperti ini terbukti mampu menunda efek penuaan.

    Nasehat berharga tersebut disampaikan para ahli di Amerika Serikat yang mempublikasikan hasil risetnya dalam jurnal Archives of Internal Medicine belum lama ini. Penelitian mereka menunjukkan, kegiatan jogging secara teratur mampu memperlambat efek-efek dari proses penuaan. Orang lanjut usia yang rajin berjogging juga tercatat berisiko lebih kecil untuk meninggal secara prematur akibat sejumlah penyakit berat seperti kanker ketimbang mereka yang tidak jogging.

    Dan yang tak kalah penting, riset yang dilakukan ilmuwan Stanford University Medical Center ini membuktikan, para pejogging mampu menikmati hidup yang lebih sehat dengan tingkat disabilitas ketidakmampuan yang minim ketimbang lansia yang tak berjogging.

    Dengan temuan ini pula, para ahli membuat rekomendasi untuk menggiatkan kembali kesadaran akan pentingnya aktivitas fisik dan olahraga teratur baik bagi kalangan muda maupun lanjut usia 30 menit sehari.

    Dalam risetnya, para ahli melibatkan sekitar 500 orang lanjut usia yang rajin jogging dengan kelompok lain yang tidak melakukan jogging. Seluruh partisipan berusia rata-rata 50-an pada saat awal penelitian, dan kondisi mereka terus dipantau selama 20 tahun. Setelah 19 tahun penelitian berjalan, 34 persen lansia dari kelompok non-pelari meninggal dunia, sedangkan dari kelompok pelari hanya mencapai 15 persen saja.

    Riset menunjukkan kedua kelompok ini menjadi lebih rentan dan mengalami keterbatasan fisik seiring dengan bertambahnya usia. Tetapi pada kelompok pelari, timbulnya disabilitas atau ketidakmampuan terjadi lebih lambat atau sekitar 16 tahun kemudian. Perbedaan kualitas kesehatan antara kelompok pelari dan non-pelari ini juga terus terjadi dan makin melebar ketika memasuki usia 90-an.

    Menurut para ahli, aktivitas berlari atau jogging secara teratur tidak memperlambat rata-rata detak jantung dan pembuluh darah arteri. Kegiatan ini juga berkaitan dengan rendahnya tingkat kematian akibat kanker, penyakit syaraf , infeksi dan penyebab lainnya. Selain itu tidak ada bukti yang menyebutkan bahwa mereka yang rajin berjogging cenderung mudah terserang osteoarthritis atau membutuhkan penggantian sendi lutut secara total yang sempat dikhawatirkan.

    Pada awal penelitian, para lansia ini berlari rata-rata sekitar empat jam dalam seminggu atau sekitar 35 menit dalam sehari . Setelah 21 tahun, durasi jogging mereka setiap minggu menurun hingga 76 menit, tetapi mereka masih mendapat manfaat kesehatan dari olahraga lain secara teratur.

    “Riset ini memiliki pesan yang sangat mendukung pentingnya olahraga. Jika Anda harus memilih satu hal supaya orang menjadi lebih sehat ketika mulai menua, itu adalah olahraga aerobik. Manfaat kesehatan dari olahraga lebih besar dari yang kita bayangkan,” ungkap penulis riset Professor James Fries, dari University of California di Stanford.

    3. Cara Melakukan Jogging

    Sebelum melakukan jogging ada faktor-faktor penting yang harus diperhatikan sebelum melakukan jogging, diantaranya:

    3.1 Bagaimana Memulainya

    Jika Anda tak biasa melakukan latihan fisik, sebelum memulai jogging, alangkah baiknya Anda berkonsultasi dengan dokter. Anda mungkin memiliki masalah kesehatan, yang tidak disarankan untuk melakukan jogging, atau yang mesti Anda pertimbangkan jika melakukan jogging. Untuk pertama-tama, sebaiknya Anda berlari-lari di tempat selama 10 menit. Lalu Anda dapat menambah waktu, jarak dan kecepatan setelah terbiasa.

    3.2 Pakaian Dan Sepatu

    Pakaian yang Anda kenakan harus sesuai dengan udara saat itu. Saat udara hangat, celana pendek dan t-shirt cukup nyaman untuk dikenakan. Namun, jika Anda melakukan rute yang jauh tak ada salahnya membawa pakaian ekstra di tas kecil, untuk berjaga-jaga jika udara jadi buruk. Pilih pakaian yang dapat memberikan ventilasi bagus, hindari yang penuh jahitan, bertepi tajam atau yang membungkus dengan ketat.

    Sedang untuk sepatu, kenakan yang lembut dan nyaman, tapi dengan bentuk yang pas dan cocok di kaki. Pilih yang alasnya dapat ditekuk dengan lentur dalam pergerakan kaki Anda tapi cukup mendukung saat terhentak dengan tanah, sehingga tidak membuat Anda terpeleset.

    3.3 Rute Dan Sesi Jogging

    Jogging dapat ditempuh dalam berbagai cara : Jarak yang panjang antara 2-20 km dalam kecepatan biasa; Jarak 3-6 km dalam kecepatan tinggi; Jogging dengan kecepatan sedang ditempuh dalam 4-8 kg.

    3.4 Peregangan Tubuh Dan Setelah Beberapa Sesi

    Sangat disarankan untuk melakukan peregangan sebelum melakukan sesi jogging, dan bukan hanya pada otot kaki Anda, tapi juga keseluruhan tubuh, lakukan selama 2 menit sebelumnya dan 3-4 menit setelahnya.

    3.5 Bagaimana Melakukan Sesi Jogging

    Anda sebaiknya bergerak dengan lambat dengan usaha kecil yang pertama dalam beberapa ratus meter untuk pemanasan otot anda. Lalu perlahan-lahan tambahkan kecepatan Anda. Kalau Anda sudah melakukan setengah rute, Anda bisa berlari lebih cepat sesuai kemampuan Anda. Jika rute cukup panjang, Anda bisa mengambil dua atau tiga dorongan dengan kapasitas yang hampir penuh. Untuk jarak ratus meter terakhir lambatkan gerakan lari Anda.

    3.6 Kapan Dan Seberapa Sering

    Jika jogging hanya satu-satunya aktivitas olahraga yang dilakukan, melakukannya tiap dua hari sekali adalah ukuran idelnya. Itu sudah cukup untuk memberikan seluruh keuntungan bagi kesehatan dan meningkatkan kondisi, dan daya tahan tubuh Anda. Tapi jika Anda mengkombinasikan jogging dengan olah raga lain, lakukan seminggu dua kali cukup baik bagi kesehatan. Mungkin Anda merasa lapar saat akan melakukan jogging, tapi sebaiknya jangan melakukannya setelah makan. Anda bisa melakukannya kapanpun sepanjang hari, tapi lebih baiknya melakukan jogging sebagai kegiatan pertama di pagi hari.

    3.7 Kesenangan Yang Didapat Dari Jogging

    Jogging juga dapat memberi Anda kesenangan secara fisik maupun mental. Apabila jogging dilakukan dengan benar, Anda tak akan merasakan kelelahan saat Anda telah menyelesaikan satu tur lebih dari yang Anda lakukan sebelumnya. Anda juga mendapat manfaat dengan merasakan nyaman di otot selama jogging dan setelahnya.

    Anda akan merasakan angin lembut yang bertiup disekitar tubuh Anda, juga dapat mendengarkan suara burung berkicau, suara air yang mengalir, atau suara ombak di laut (jika Anda melakukannya di tepi laut). Selama jogging Anda juga dapat merasakan perasaan senang. (http://claudioevans.blogspot.com/)

    Cara-cara melakukan jogging yang baik:

    a) Frekuensi latihan

    Frekuensi latihan ini ada 2 kali dalam sebulan.

    b) Interval

    Jarak latihan pertama dengan berikutnya adalah beberapa hari dengan 1 kali. Kegiatan yaitu memutari lapangan atletik sebanyak 3 kali.

    c) Durasi

    Durasi latihan ini adalah 15 menit pemanasan. (http://carifa.blog.friendster.com/)

    BAB III

    PENUTUP

    A. KESIMPULAN

    Dapat diambil kesimpulan bahwa jogging merupakan olahraga yang mudah dilakukan oleh siapa saja dan kapan saja. Olahraga jogging juga mempunyai dampak positif bagi kesehatan tubuh manusia, seperti meningkatkan kerja otak, awet muda, menghilangkan stress, dan lain-lain.

    B. SARAN

    Untuk para pembaca saya harap kajian yang saya susun ini bermanfaat bagi anda semua, karena kajian ini menjelaskan tentang manfaat jogging bagi kesehatan, oleh karena itu saya berharap agar kita generasi mudah bisa meluangkan waktu untuk melakukan jogging. Selain itu berkonsultasilah terlebih dahulu kepada dokter, untuk porsi jogging yang akan dilakukan.

    DAFTAR PUSTAKA

    http://claudioevans.blogspot.com/

    http://crescent13.blogspot.com/2008/11/pengaruh-olahraga-terhadap-kesehatan.html

    http://carifa.blog.friendster.com/

    http://nofri-kurniadanpesona.blogspot.com/2009/04/jogging-olah-raga-praktis-yang.html

    http://www.resep.web.id/tips/joging-hindari-risiko-kanker.htm

  • Makalah Peran Wanita dalam Olahraga

    Makalah Peran Wanita dalam Olahraga

    Peran Wanita dalam Olahraga

    Bab I Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Wanita, jika dibandingkan pada periode sebelumnya, memiliki peran yang relatif lebih tinggi. Hal ini terbukti dan semakin luasnya kesempatan wanita dalam kegiatan-kegiatan yang dulunya lebih didominasi oleh kaum pria. Dalam hal kajian sosiologi, yaitu ilmu yang mempelajari pola kehidupan masyarakat, di mana masyarakat merupakan objek dari masalah-masalah sosial yang dikaji, wanita adalah bagian dari sekelompok masyarakat sehingga wanita merupakan bagian dari objek yang penting dalam suatu kajian ilmu sosiologi.

    Di zaman emanisipasi wanita seperti sekarang ini, wanita bebas mengespresikan diri tanpa adanya batasan dari sispapun. Dalam berbagai bidang kehidupan wanita telah mampu memegang peranan yang penting. Baik bidang politik, sosial budaya bahkan olahraga. Bidang olahraga yang dulunya menjadi milik kaum maskulinitas, sekarang perempuan sudah menjadi bagian didalamnya. Perempuan tidak lagi menutup diri terhadap kegiatan-kegiatan olahraga yang syarat dengan aktivita fisik.

    Tidak bisa dipungkiri, keikutsertaan wanita tidak sekedar sebagai partisipan saja. Terbukti sudah banyak kompetisi-kompetisi yang bersifat profesional untuk olahraga perempuan. Prestasi yang sudah ditorehkan pun tidak sembarangan. Untuk Indonesia sendiri atlet-atlet perempuan telah banyak mengharumkan nama bangsa dikancah internasional. Sebagai contoh, atlet angkat besi perempuan kita Lisa Roumbewas dan masih banyak lagi.

    Wanita untuk mendapatkan posisi sejajar dengan pria dalam olahraga, tidak terjadi begitu saja. Hal itu melaui proses yang berjalan seiring dengan perkembangan emansipasi wanita.

    B. Rumusan Masalah

    1. Sejarah perkembangan wanita dalam olahraga
    2. Kendala bagi kaum wanita
    3. Bentuk partisipasi wanita dalam olahraga
    4. Perkembangan keterlibatan wanita dalam olahraga

    Bab II. Pembahasan

    1. Sejarah perkembangan wanita dalam olahraga

    Wanita sebagai subyek dalam kompetisi atletik tidal lagi menjadi isu kontroversional ( Shaffer.19972:431). Kata Thomas E Shaffer,M.D.,dalam konfensi nasional tentang wanita dan olahraga th 1972 di Amerika Serikat. Tetapi mungkin masih banyak orang yang belum mendengar berita tersebut. Mungkin juga mereka belum mengakui bahwa perubahan telah terjadi dihadapan mereka. Partisipasi wanita dalam olahraga sudah semakin bisa diterima.

    Dalam model evolusioner antropologi dari masyarakt ‘band’ kemasyrakat ‘superband’ ditegaskan ulang bahwa peran wanita dalam masyarakat direfleksikan dengan keterlibatan mereka dalam olahraga.

    Tuntutan persamaan hak untuk menjalani aktifitas fisik sebagai amnah kaum leleki, kerap dianggap sebagai hal yang mustahil. Dunia olahraga yang syasrat dengan budaya fair play kiranya dapat dijadikan media untuk mengantarkan wanita agar mampu mensejajarkan diri, berdiri dengan leluasa sebagai mana keberadaan kaum lelakai. Tinjauan sejarah serta tilikan perkembangan kaum wanita yang terjadi saat ini, diharapkan dapat menyuguhkan fakta, bahwa pada dasarnya potensi yang menyertai kaum wanita tidak semestinya menjadi hambatan untuk dapat berperan serta dalam kegiatan olahraga, sebagai mana kaum lelaki.

    2. Kendala bagi kaum wanita.

    Beberapa pendapat:

    1. “Olahraga identik dengan kaum laki laki. Standar ganda yang berlaku dikalangan masyarakat mensyaratkan bahwa wanita hanya sebagai obyek bukan subyek”. (Dorothy Harris, 1987)
    2. “Jumlah wanita yang berperan sebagai pelatih dan menduduki posisi sebagai administrasi dalam olahraga dalam sepuluh tahun teakhir mulai beranjak pada angka 50% bahkan lebih. Olhraga wanita mengalami peningkatan berarti, namun demikian sebagian laki laki masih meyakini bahwa kaum wanita tidak memiliki kemampuan yang memadai untuk aktivitas itu”. ( Carrol Mann, Presiden Federasi Olahraga Wanita, 1988)
    3. “Satu hal yang saya yakini, bahwa tuhan tidak menciptakan tubuh wanita untuk melakukan pekerjaan yang penuh kekerasan. Tubuh mereka hanya dipersiapkan untuk melakukan segala sesuatu yang berbau feminis”. (Bob Kneppers, Pelatih dan pemain bola basket USA, 1988).

    3. Bentuk partisipasi wanita dalam olahraga

    Informasi yang berkaitan dengan keikutsertaan wanita dalam cabang olahraga yang menekankan pada body contack masih minim. Salah satu hasil penelitian yang digarap oleh Brown dan Davis (1978), mengindikasikan bahwa sikap wanita terhadap jenis olahraga keras body contact masih sangat rendah, dibandingkan dengan kaum laki laki. Pada umumnya wanita kurang menyukai cabang-cabang olahraga yang sarat dengan kekerasan fisik. Peneltian yang secara berturut-turut dilakukan oleh Breidmeier dkk.(1982-1984) mengiformasikan bahwa pada tingkat kompetisi yang lebih tinggi baik atlet laki laki maupun wanita telah mengarah pada partisipasi yang lebih jauh meningkat.

    Sosiolog Michael Smith menyimpulkan bahwa mulai tahun 1970-an tingkat keterlibatan wanita dalam olahraga terus meningkat. Perambahan pada cabang cabang olahraga keras sebagai mana yang dilakuakan kaum pria, bukan sesuatu yang tabu lagi. Kesadaran akan adanya kesetaraan dengan kaum laki laki semakin membuka kesadaran kaum wanita, sehingga penerapan strategi dalam cabang olahraga keras merupakan suatu yang cukup mengasikan.

    Kekerasan sering diartikan sebagai lambang masculinitas. Adanya orientasi ini akhirnya menggiring dan mempengaruhi perbedaan pemilihan jenis aktivitas ynag dilakukan kaum wanita, terutama dikaitkan dengan kehidupan sosial dan nilai sosial yang ada dimasyarakat.

    Sejak awal era 70-an, terjadi perubahan yang cukup dramatis dalam peran wanita dalam olahraga. Beberapa alasan yang mengemukakanantara lain adalah perubahan yang terjadi dikatakan dengan nilai sosoial yang terjadi pada masyarakat, terutama di negara negara industri. Perubaham tersebut yakni berkaitan dengan peningkatan:

    a. Kesempatan baru

    Sebelum datangnya tahun 1970 kaum wanita tidak ikut ambil bagian dalam kegiatan olahraga karena satu alasan yang sangat sederhana, yakni tidak adanya perkumpulan dan program yang tersdia untuk mereka. Pemikiran seperti itu lambat laun berkembang dan bahkan menghilang. Meskipun sebagian orang tua belum memiliki pemahaman yang sama terhadap perubahan pola pikir tersebut, kegiatan olahraga sudah mulai menarik kaum wanita, terutama kaum remaja putri. Kesadaran akan adnya kesempatan baru yang cukup menantang ini semakin mengundang kehadiran para remaja putri untuk turut mengambil bagian dalam kegiatan olahraga disekolah.

    b. Kebijakan Pemerintah

    Kebijakan pemerintah yang mulai menerima keberadaan wanita dalam kegiatan olahraga serta kegiatan lainya seperti ekonomi, politik dan lain lain, pada awalnya mendapat tantangan yang cukup keras dari kalangan masyarakat yang masih menganut tatanan masyarakat ortodoks. Hal ini terjadi bahkan di negara sebesar dan seliberal Amerika serikat, setelah melalui proses lobi yang berlangsung puluhan tahun. Akirnya konggres memutuskan untuk mengeluarkan kebijakan yang tertuang dalam pasal IX pada tahun 1972. Pasal ini mengatur segala sesuatu yang secara sepesifik ditujukan pada pengesahan dan perlindungan terhadap kaum wanita yang berpartisipasi dalam segala kegiatan.

    Di Kanada perjuangan keras dari segelintir politisi yang peduli pada kaum wanita memicu terbentuknya perkumpulan olahraga amatir kaum wanita pada tahun 1980. Enam tahun kemudian publikasi yang menyoroti kehidupan kaum wanita pada dunia olahraga mulai diedarkan. Bergulirnya kebijakan yang menerima persamaan hak dan kesempatan bagi kaum wanita untuk berpatisipasi aktif dalam kegiatan olahraga, menjadikan negara Kanada sebagai negara barat pertama yang membuka peluang besar bagi kaum wanita untuk terjun secara bebas dalam aktivitas olahraga.

    Nilai positif lain yang terkandung dalam aktivitas olahraga adalah kemandirian. Oleh karena itu, partisipasi olahraga dapat membuat wanita menjadi individu yang tersendiri, di mana aktivitas dan tantangannya tidak ditentukan atau dikendalikan oleh keluarga. Selanjutnya, nilai positif yang terkadung dalam olahraga, adalah evaluatif dan pengendalian diri yang baik. Maka, adanya partisipasi olahraga bagi wanita dapat memberikan figur baru dan jenis pemimpin yang dapat dikaitkan dengan diri mereka sendiri. Dengan menggambarkan figur pemimpin dalam situasi dan kemampuan yang berbeda, wanita akan melihat pemimpin sebagai manusia biasa yang yang tidak selalu benar dan sempurna. begitu pula jika mereka melihat kepemimpinan orangtua mereka. Hal ini akan membuat wanita menjadi lebih asertif dalam hubungannya dengan orang lain dan bukan menjadi takut akan kekuatan dan kekuasaan orang lain. (http://bigsize.blogdetik.com/2009/03/12/wanita-dan-olahraga/)

    Selain itu, partisipasi olahraga juga dapat memberi peluang lepada wanita utuk melakukan koneksi dengan tubuh mereka. Tubuh wanita bukan hanya sebagai bahan konsumsi saja, namun terdapat identitas dan perasaan akan kekuatan yang ada pada tubuh tersebut. Dengan demikian, partisipasi olahraga akan mendekatkan diri mereka dengan tubuh dan meningkatkan perkembangan psikologisnya. Riset membuktikan pendapat ini, meski situasinya harus dibuat lebih bersifat membungun daripada sekadar untuk mencapai prestasi atau memecahkan rekor saja.

    4. Perkembangan keterlibatan wanita dalam olahraga

    Fleskin berpendapat bahwa munculnya gagasan bahwa kaum wanita memiliki kesempatan dan kemampuan yang sama dengan kaum laki laki mendorong kaum wanita dari segala tingkat dan kalangan untuk lebih berpartisipasi dan menunjukan kemampuan dalam kegiatan olahraga. Adanya perubahan tatanan budaya dalam masyarakat, ditandai dengan mulainya pemberian nilai yang sama antara anak laki laki dan perempuan dalam kehidupan keluarga. Olahraga bahkan dijadikan alat untuk mengeliminir kekurangan yang selama ini dijadikan landasan perbedaan kemampuan fisik.

    Meningkatnya kesadaran akan pentingnya kesehatan dan kebugaran jasmani menjelang pertengahan 70-an mendorong kaum wanita untuk mengambil bagian dalam aktivitas fisik, termasuk olahraga. Tujuan yang ingin dicapai pada awalnya masih dikaitkan dengan segi keindahan fisik dan kemudian mulai beranjak pada keinginan untuk memiliki tubuh yang indah lengkap dengan kekuatan otot, bahkan mulai bergeser pada hasrat untuk mengembangkan tubuh menjadi lebih besar, atau degan kata lain agar lebih maskulin.

    Tatanan budaya yang terjadi di masyarakat pada akirnya turut mengubah pola hidup berolahraga bagi wanita. Bermunculanya kesadaran para orang tua serta adanya kelapangan dari kaum laki laki untuk mengakui eksistensi kaum wanita menjadi dasar yang signifikan yang menggiring sebagian besar anak perempuan untuk lebih banyak mengambil kesempatan melakukan kegiatan dalam berbagai cabang olahraga.

    Olahraga kerap dipandang sebagai dunia kaum laki-laki. Pemahaman ini tampaknya cukup beralasan, terutama jika dikaitkan dengan tolehan sejarah masa lampau. Tinjauan wanita dari berbagai sisi mengiringi pada suatu pemahaman yang seharusnya mampu membuka mata (hati) setiap individu agar mampu memberi tempat yang lebih lapang bagi kaum hawa untuk berperan aktif dan kondusif, beriringan jalan dengan kaum adam. (http://awowox.blogspot.com/2009/03/wanita-dan-olahraga.html)

    Bab III. Penutup

    A. Kesimpulan

    Bidang olahraga yang dulunya menjadi milik kaum maskulinitas, sekarang perempuan sudah menjadi bagian didalamnya. Perempuan tidak lagi menutup diri terhadap kegiatan-kegiatan olahraga yang syarat dengan aktivita fisik. Wanita untuk mendapatkan posisi sejajar dengan pria dalam olahraga, tidak terjadi begitu saja. Hal itu melaui proses yang berjalan seiring dengan perkembangan emansipasi wanita.

    Adanya perubahan tatanan budaya dalam masyarakat, ditandai dengan mulainya pemberian nilai yang sama antara anak laki laki dan perempuan dalam kehidupan keluarga. Olahraga bahkan dijadikan alat untuk mengeliminir kekurangan yang selama ini dijadikan landasan perbedaan kemampuan fisik.

    Wanita dan olahraga seiring dengan berkembangnya zaman akan menjadi hal yang sulit dipisahkan. Selain itu wanita akan dapat porsi yang sama dalam dunia olahraga dengan kaum laki laki. Yang terpenting jangan sampai timbul adanya saling untuk mengalahkan antar gender dalam olahraga, karena bukan itu tujuan dari emansipasi wanita dalam olahraga.

    DAFTAR PUSTAKA

    http://awowox.blogspot.com/2009/03/wanita-dan-olahraga.html
    http://bigsize.blogdetik.com/2009/03/12/wanita-dan-olahraga/
    http://202.158.49.30/sportivo/index.php?act=detail&nid=72587

  • Makalah Gender di Dalam Dunia Olahraga

    Gender di Dalam Dunia Olahraga

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Isu tentang gender telah menjadi bahasan analisis sosial, menjadi pokok bahasan dalam wacana perdebatan mengenai perubahan sosial dan juga menjadi topik utama dalam perbincangan mengenai pembangunan dan perubahan sosial. Bahkan, beberapa waktu terakhir ini, berbagai tulisan, baik di media massa maupun buku-buku, seminar, diskusi dan sebagainya banyak membahas tentang protes dan gugatan yang terkait dengan ketidakadilan dan diskriminasi terhadap kaum perempuan.

    Ketidakadilan dan diskriminasi itu terjadi hampir di semua bidang, mulai dari tingkat internasional, negara, keagamaan, sosial, budaya, ekonomi, bahkan sampai tingkatan rumah tangga. Gender dipersoalkan karena secara sosial telah melahirkan perbedaan peran, tanggung jawab, hak dan fungsi serta ruang aktivitas laki-laki dan perempuan dalam masyarakat. Perbedaan tersebut akhirnya membuat masyarakat cenderung diskriminatif dan pilih-pilih perlakuan akan akses, partisipasi, serta kontrol dalam hasil pembangunan laki-laki dan perempuan, begitupun juga di dalam olahraga, kebanyakan masyarakat selalu memandang sebelah mata kaum perempuan terhadap perannya di dalam dunia olahraga, karena mungkin ada beberapa faktor yg memihak kepada laki-laki dari pada wanita.

    B. Rumusan Masalah

    1. Apa itu gender dan olahraga?
    2. Bagaimana perbedaan gender di dalam dunia olahraga?
    3. Bagaimana permasalahan mengenai gender di dalam olahraga dan penyetaraan gender?
    4. Bagaimana hubungan perempuan dengan olahraga?

    C.  Tujuan

    1. Mengetahui apa itu gender dan olahraga.
    2. Mengetahui perbedaan gender dlam dunia olahraga.
    3. Memahami permasalahan gender dan penyetaraan gender.
    4. Mengetahui hubungan perempuan dengan olahraga.

    Bab II. Pembahasan

    A. Pengertian Gender dan Olaharaga

    Gender bisa diartikan sebagai ide dan harapan dalam arti yang luas yang bisa ditukarkan antara laki-laki dan perempua, ide tentang karakter feminim dan makulin, kemampuan dan harapan tentang bagaimana seharusya laki-laki dan perempuan berperilaku dalam berbagai situasi. Ide-ide ini disosialisasikan lewat perantara keluarga, teman, agama dan media. Lewat perantara-perantara ini, gender terefleksikan ke dalam peran-peran, status sosial, kekuasaan politik dan ekonomi antara laki-laki- dan peempuan. (Bruynde, jackson, Wijermans, Knought & Berkven, 1997 : 7).

    Kata Gender berasal dari bahasa Inggris yang berarti jenis kelamin (John M. echols dan Hassan Sadhily, 1983: 256). Secara umum, pengertian Gender adalah perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan apabila dilihat dari nilai dan tingkah laku. Dalam Women Studies Ensiklopedia dijelaskan bahwa Gender adalah suatu konsep kultural, berupaya membuat perbedaan (distinction) dalam hal peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat.

    Dalam buku Sex and Gender yang ditulis oleh Hilary M. Lips mengartikan Gender sebagai harapan-harapan budaya terhadap laki-laki dan perempuan. Misalnya; perempuan dikenal dengan lemah lembut, cantik, emosional dan keibuan. Sementara laki-laki dianggap kuat, rasional, jantan dan perkasa. Ciri-ciridari sifat itu merupakan sifat yang dapat dipertukarkan, misalnya ada laki-laki yang lemah lembut, ada perempuan yang kuat, rasional dan perkasa. Perubahan ciri dari sifat-sifat tersebut dapat terjadi dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat yang lain (Mansour Fakih 1999: 8-9).

    Heddy Shri Ahimsha Putra (2000) menegasakan bahwa istilah Gender dapat dibedakan ke dalam beberapa pengertian berikut ini: Gender sebagai suatu istilah asing dengan makna tertentu, Gender sebagai suatu fenomena sosial budaya, Gender sebagai suatu kesadaran sosial, Gender sebagai suatu persoalan sosial budaya, Gender sebagai sebuah konsep untuk analisis, Gender sebagai sebuah perspektif untuk memandang kenyataan.

    Dapat disebutkan bahwa gender merupakan perbedaan tingkah laku, peran dan sifat yang dimiliki oleh seorang laki-laki dengan perempuan yang berkemban di dalam masyarakat. Gender merupakan sebuah hal yang tumbuh di dalam masyarakat untuk membedakan perempuan dengan laki-laki baik dalam segi sifat maupun tingkah laku.

    Olahraga merupakan sebuah kegiatan fisik yang sistematis dan teratur yang dilakukan manusia untuk meningkatkankebugaran jasmaninya serta untuk menjaga kesehatan tubuhnya. Semua manusia dapat melakukan aktivitas olahraga baik perempuan maupun laki-laki.

    Tidak ada perbedaan gender di dalam olahraga. Karena semua orang boleh berolahraga dengan kemauan yang dimiliki serta kebutuhan hidup yang menuntut manusia untuk menjaga kesehatan dan kebugaran tubuhnya. Di dalam olahraga sendiri gender hanya di gunakan untuk mengelompokkan prempuan dan laki-laki di golangan pertandingan yang berbeda seperti halnya sepakbola putri dan sepakbola putra yang berbeda turnamen serta pertauran yang di berikan. Perbedaan ini tidak lain karena definisi gender diatas yang menekankan bahwa perempuan dan laki-laki memiliki peran sifat dan tingkah laku yang berbeda.

    B. Perbedaan Gender di dalam Olahraga

    Seperti yang telah di jelaskan diatas bahwa  gender di dalam olaharaga dibedakan pada kegiatan olahraga yang lebih spesifik seperti olaharaga wushu, sepakbola, bulutangkis dan lain sebagainya. Perbedaaan ini juga disebabkan karena kemampuan yang dimliki perempuan dan laki-laki berbeda. Perbedaan inilah yang menimbulkan anggapan atau bahkan pemikiran yang salah.

    Perbedaan perlakuan terhadap atlet perempuan dan laki-laki pertama kali dapat dilihat atau ditampilkan di publik pada tahun 1970-an. Di mana tim olahraga wanita menerima dana yang lebih rendah dari tim pria. Tahun 1974 budget program olahraga pria lima kali lipat budget untuk wanita. Bahkan pada tingkat Universitas perbedaannya sampai 100 kali lipat (Women Sport, 1974).

    Diskriminasi terlihat dalam hal fasilitas dan peralatan. Wanita menggunakan gedung olahraga yang usang di mana pria dibuatkan gedung yang baru. Wanita memakai peralatan bekas tim pria, jika tidak ada yang bekas terkadang tim wanita tidak mempunyai apa-apa. Dalam menggunakan fasilitas yang sama, wanita mendapatkan giliran jadual yang tidak fair.

    Perempuan tidak mendapatkan perhatian yang cukup mengenai latihan seperti halnya pria. Sering kali untuk menuju ke pertandingannya, tim wanita harus menggunakan bis padahal tim pria mendapatkan pelayanan pesawat. Liputan media untuk berita tentang olahlraga wanita juga kurang, padahal olahraga pria selalu mendapatkan perhatian media surat kabar, radio bahkan televisi. Sampai adanya persamaan pada setiap bidang di atas, maka wanita tidak bisa dikatakan mendapatkan peluang yang sama dengan pria dalam program sekolah. Perbedaan seks dan gender dapat dilihat dalam Tabel 2.1.

    Tabel 2.1 Perbedaan Seks dan Gender

    Seks (Jenis Kelamin)Gender
    Tidak bisa berubahBisa berubah
    Tidak bisa dipertukarkanBisa dipertukarkan
    Berlaku sepanjang masaBergantung masa
    Berlaku dimana sajaBergantung budaya masing-masing
    Berlaku bagi kelas dan warna kulit apa sajaBerbeda antara satu kelas dengan kelas yang lain

    Pada tingkat masyarakat, meski partisipasi olahraga perempuan telah meningkat, diskriminasi masih kentara. Misalnya pada penggunaan fasilitas, program yang tersedia dan pengurus yang ditugaskan untuk kegiatan olahraga wanita. Hal ini juga terjadi untuk tingkat olahraga amatir nasional. Adanya kepercayaan bahwa partisipasi olahraga menyebabkan efek fisik yang berbahaya bagi wanita. Mitos ini meliputi hal-hal sebagai berikut:

    1. Partisipasi yang keras dalam olahraga dapat mengganggu kemampuan untuk melahirkan, Hal ini disebabkan bahwa latihan fisik akan memperkeras otot pelvis, sehingga tidak akan cukup fieksibel untuk melahirkan secara normal.
    2. Aktivitas pada beberapa cabang olahraga dapat merusak organ reproduksi dan payudara wanita. Mitos ini tetap ada meskipun uterus adalah organ internal yang sangat anti getaran dan lebih terlindung dibanding organ vital pria.
    3. Struktur tulang wanita lebih lemah, sehingga akan memudahkan terjadinya cedera. Meski ukuran tubuh wanita umumnya lebih kecil dari pada pria, namun tulang mereka tidak lebih lemah. Bahkan, karena berat badan dan berat otot wanita lebih ringan, maka tulang mereka menghadapi bahaya yang lebih sedikit dibanding pria.
    4. Keterlibatan yang aktif membuat masalah pada menstruasi. Menurut para ginekolog, “aktivitas olahraga tidak mempengaruhi menstruasi.” (Wyrick, 1974). Memang bagi atlet dalam periode latihan yang keras, sering mengalami keterlambatan menstruasi. Namun hal ini disebabkan oleh kurangnya persentasi lemak tubuh, Jadi masalah ini akan hilang jika latihan ketat ini berakhir. Penari balet professional sering mengalami perubahan siklus menstruasi, namun hal ini juga berakhir jika latihan ketat mereka dihentikan.
    5. Keterlibatan dalam olahraga mengakibatkan timbulnya otot yang menonjol dan tidak menarik. Padahal suatu tubuh yang dikondisikan dengan baik akan menjadi menarik. Kondisi fisik yang baik ini juga akan meningkatkan image tubuh dan meningkatnya sifat responsif fisik. Otot yang menonjol dihasilkan oleh hormon androgen yang lebih banyak terdapat pada kaum pada. Namun hal ini bervariasi antar individu.

    Kelima mitos tersebut, jelas sangat tidak beralasan bagi wanita untuk tidak berpartisipasi dalam olahraga, sehingga upaya untuk menghindari orang yang masih menganut mitos tersebut di atas, adalah melalui pendidikan. Jadi pendidikan adalah penting untuk menghilangkan mitos yang tidak berdasarkan ilmu pengetahuan ini.

    Selain mitos yang menganggap olahraga mampu menghambat fisik seorang perempuan ada pula pola diskriminasi. Hal ini terllihat dengan adanya argumentasi bahwa wanita tidak bisa tampil lebih baik dari pria. Hal ini sangat menghambat karena akan membatasi peluang, sehingga membatasi wanita untuk membangun kemampuannya.

    Sebelum masa puber, perbedaan performansi antara anak laki-laki dan perempuan disebabkan oleh pengalaman bukan oleh faktor fisik ataupun potensi performansinya. Bahkan wanita rnempunyai keuntungan yang lebih baik karena mereka lebih cepat dewasa. Setelah masa puber, keuntungan ada di pihak pria karena hormon dan perbedaan pertumbuhan yang menyebabkan rata-rata pria lebih besar dan lebih kuat dari rata-rata wanita. Hal ini bisa digunakan sebagai dasar untuk membagi-bagi olahraga, namun bukan alasan untuk menutup peluang bagi wanita.

    Jika pengalaman dan peluang bagi wanita dan pria sama, maka perbedaan ini akan hilang secara bertahap. Pada beberapa cabang olahraga perbedaan ini mungkin akan tetap ada, namun pada cabang-cabang lainnya perbedaan ini malah bisa terjadi sebaliknya. Misalnya pelari marathon wanita, Grete Waitz dari Norwegia mencatat waktu 2 jam 25 menit 41 detik pada New York City Marathon, waktu yang lebih baik dari pemenang pria saat itu. Pada cabang olahraga yang membutuhkan daya tahan dan bukan kekuatan, maka wanita akan lebih baik daripada pria. Karena itu tidak masuk akal jika mencegah peluang pria pada cabang ini, dan juga tidak masuk akal untuk mencegah wanita pada cabang lain hanya karena ada kemungkinan bahwa pria akan mengunggulinya.

    Mitos performansi diperkuat oleh sejarah pembatasan dan diskriminasi. Mitos ini mulai berkurang, tapi jika individu dan kelompok yang berpengaruh (seperti IOC) masih menganut hal ini, maka diskriminasi akan terus berlanjut.

    C. Permasalahan Mengenai Gender di dalam Olahraga dan Munculnya Penyetaraan Gender

    Perbedaan gender juga dapat menimbulkan berbagai masalah dan juga perdebatan mengenai posisi laki-lakin dan juga perempuan. Akan tetapi banyak timbul permasalahan mengenai gender perempuan di olahraga. Karena perempuan lebih rapuh apa lebih lemah kemampuan fisiknya untuk melakukan olaharaga yang dilakukan oleh kalangan laki-laki. Oleh sebab itu wanita sering dirremehkan untuk melakukan aktifitas olahraga yang berat seperti kontak fisik dan ketahanan.

    Bagi Anda yang mengikuti berita mengenai SEA Games 2015 di Singapura akhir-akhir ini, pasti tidak asing dengan berita yang satu ini. Sebuah headline dari portal media online memaparkan sebuah judul tulisan SEA Games 2015;Filipina Minta Panitia Periksa Gender Pemain Voli Putri Indonesia (Tribunnews.com, Rabu 10 Juni 2015). Dari berita tersebut saya menyimpulkan bahwa pada intinya Filipina mengajukan protes kepada panitia pelaksana SEA Games 2015 Singapura atas gender pemain tim bola putri Indonesia, Aprilia Santini Manganang.

    Filipina menuntut dan meminta mereka memeriksa karakteristik gender pevoli putri tersebut. Menurut Inquirer.net, Roger Gorayeb sebagai pelatih voli tim putri Filipina meragukan Aprilia karena penampilan fisiknya yang tampak berotot, sangat kuat, seperti memasukkan pemain putra dalam tim putri.

    Kasus yang menjadi sorotan dalam headline tersebut adalah mengenai ‘tes gender’. Tes gender di dalam ajang olahraga ini ternyata bukanlah yang pertama kali. Sebelum kasus Aprilia, ajang olahraga Internasional lain pernah mengalami hal ini. Diantaranya adalah kasus Santhi Soundarajan, pelari putri India dan Caster Semenya, pelari putri Afrika Selatan. Tes gender dalam ajang olahraga merupakan hal yang sangat kontroversial dan sensitif. Tes gender diyakini dapat menimbulkan dampak psikologis pada si atlet (tribunnews.com). Bukan hanya itu, tes gender sendiri memiliki proses yang sangat kompleks dan melibatkan banyak ahli di dalam dunia kesehatan.

    Orang awam pada umumnya mengartikan ‘gender’ dengan pengertian yang sama dengan ‘jenis kelamin’ (seks). Namun, secara ilmiah keduanya memiliki pengertian yang berbeda. Seks mengacu kepada hal-hal yang berkaitan dengan ciri-ciri biologis seperti jenis kelamin dan penentuan jumlah kromosom seseorang (Beauvoir, 1975). Karena seks mengacu pada ciri-ciri biologis seseorang, maka seks menjadi penentu perbedaan biologis antara perempuan dan laki-laki yang dibawa sejak lahir. Seks atau jenis kelamin juga dinilai sebagai sesuatu yang mengacu pada perbedaan psikis dan psikologis antara perempuan dengan laki-laki, termasuk karakteristik primer seks (sistem reproduksi) dan karakteristik sekunder seperti ukuran tubuh dan massa otot (Little and McGivern, 2012).

    Berdasarkan kasus tes gender yang pernah terjadi, semua yang harus menjalani tes ini adalah atlet perempuan. Menurut sebuah berita dalam tempo.co, atlet perempuan tidak lagi dapat bertanding sebagai wanita jika mereka memiliki kadar testosterone alami dalam kisaran pria.

    Terdapat pedoman baru tentang hiperandrogenisme pada perempuan yang direkomendasikan olehInternational Olympic Comission (IOC) pada 5 April 2011 dan diterima oleh Asosiasi Federasi Atletik Internasional (IAAF) pada 12 April 2011(dikutip dari portal berita Tempo.co, Kamis 5 Mei 2011 oleh Tjandra Dewi). Hiperandrogenisme sendiri adalah sebuah kelainan hormon dan ovarium dan kelenjar adrenal (American Association of Clinical Endocrinologists, 2001). Menurut tempo.co, kasus hiperandrogenisme yang paling umum adalah sindrom insensitivitas androgen (AIS). Dalam kasus AIS janin sebenarnya dikategorikan dengan jenis kelamin laki-laki (secara genetik). Namun, reseptor testosteronnya tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Oleh karena itu, janin tidak menanggapi sinyal hormonal untuk berkembang seutuhnya dengan karakteristik biologis laki-laki. Dalam kasus ini, biasanya janin akan berkembang sebagai perempuan akan tetapi ia tak punya ovarium, melainkan testis (dikutip dari portal berita Tempo.co, Kamis 5 Mei 2011oleh Tjandra Dewi).

    Menurut Malcolm Collins seorang ahli biokimia medis yang mengambil spesialisasi kedokteran olahraga si University of Cape Town, tes gender dalam ajang olahraga ini adalah bentuk aturan main yang fair. Peraturan ini berlaku untuk perempuan yang memproduksi hormon androgen, terutama testosterone melebihi level normal. Ini berefek samping pada postur dan karakteristik biologis perempuan tersebut seperti karakteristik biologis laki-laki. Tubuh akan berekembang memiliki massa otot lebih besar. Di sisi lain, seorang ahli endokrinologi di Yale School of Medicine di New Haven, Connecticut, Myron Genel menyatakan bahwa pedoman itu seharusnya mengeliminasi stigmatisasi terhadap perempuan yang dianggap banyak orang tidak terlihat ‘sebagaimana mestinya’.

    Dari penjelasan tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa ‘tes gender’ ini bisa memperlihatkan kepada masyarakat luas bahwa terdapat variasi seks dalam tubuh manusia. Bukan seks yang berarti jenis kelamin, melainkan komponen-komponen biologis seperti kapasitas kromosom dan hormon seseorang. Satu hal yang menjadi sangat penting, ‘tes gender’ ini hadir karena peraturan dan ketentuan dalam ajang olahraga yang jelas-jelas bersifat sangat biner. Sehingga, orang-orang dengan karakteristik seks yang spesial dan pilihan gender yang tidak mainstream (transgender), diragukan untuk ikut serta dalam ajang olahraga umum seperti ini. Seks dan gender itu sangat cair dan bervariasi. Mungkin di satu sisi pedoman peraturan ajang olahraga ini terkesan diskriminatif. Namun, semua ini ada karena efek domino dari pandangan yang biner dan heteronormativitas. Yang sudah terpatri dalam benak orang awam adalah “perempuan memiliki karakteristik tubuh dan sifat X” sedangkan “laki-laki memiliki karakteristik tubuh dan sifat Y”. Sehingga saat “perempuan itu Y” dan “laki-laki itu X” maka akan dianggap ‘di luar normal’.

    Dari permaslahan tersebut muncullah pemikiran mengenai penyetaraan gender. Pemikiran ini muncul karena perempuan dianggap mampu menorehkan prestasi yang bagus dalam olahraga. Dari beberapa permaslahan yang ada mengenai gender membuat penyetaraan gender ini diperlukan. Ada sebuah contoh mengenai munculnya penyetaraan gender yang dikutip dari CNN Kamis, 22/01/2015 13:07 WIB

    Satu sosok perempuan dengan rambut pirang yang dibiarkan tergerai di balik topi hangatnya mengangkat papan ski dengan puas. Lindsey Vonn, perempuan asal Amerika Serikat yang tahun ini berusia 31 tahun itu telah mencetak rekor baru di dunia atlet perempuan.

    Kekasih dari Tiger Wolf itu menjadi perempuan yang paling banyak memenangkan gelar Piala Dunia Ski pada pekan lalu. Ia berhasil mencetak kemenangan ke-63 di kawasan pegununang Alpen yang berada di Cortina d’Appezzo, Italia.

    Dalam Piala Dunia di Italia itu, Vonn juga berhasil berdiri di atas podium nomor satu super-G. “Setiap kali saya memulai di garis awal, saya akan mencoba untuk menang, tak peduli itu 60, 61, 62, atau apapun itu, saya hanya mencoba untuk mengeluarkan kemampuan ski yang terbaik,” kata Vonn seperti dilansirCNN. Torehan yang diperoleh Vonn itu mengingatkan para penggemar olahraga bahwa perempuan pun mampu mengejar prestasi di dunia olahraga.

    Untuk mewujudkan kesetaraan gender dalam dunia olahraga bahkan Komite Olimpiade Internasional memiliki komisi khusus untuk perempuan. Komisi itu memfasilitasi konferensi dunia tentang perempuan dalam olahraga. Tahun lalu adalah ajang yang ke enam dari konferensi perempuan dan olahraga. Konferensi itu berlangsung di Helsinki, Finlandia, 12-15 Juni 2014. Prestasi Vonn itu seolah melengkapi andil perempuan dalam olahraga yang dicapai pesepak bola perempuan asal Irlandia, Stephanie Roche. Pada perhelatan FIFA Ballon d’Or 2014, Roche berhasil menembus tiga besar kandidat penghargaan pencetak gol terbaik, Puskas Award.

    AKhirnya, Roche gagal mendapat penghargaan Puskas itu. Namun, perempuan berusia 25 tahun itu menjadirunner-uppencetak gol terbaik 2014–di bawah James Rodriguez dan di atas Robin van Persie. Namun, terlepas dari prestasi yang ditorehkan Roche dan Vonn, stigma mengenai posisi perempuan sebagai atlet masih belum juga hilang.

    Di beberapa negara konservatif, perempuan masih belum mendapat tempat setara. Salah satunya Arab Saudi yang dikritik tidak mengikutsertakan atlet dalam Asian Games di Incheon, Korea Selatan tahun lalu. Saat itu otoritas olahraga Arab sendiri berkilah mereka tak mengikutsertakan atlet karena tak ada yang kompeten untuk berkompetisi. 

    Di sisi lain, Jepang mencoba menghilangkan diskriminasi gender dalam dunia olahraga lewat aksi menunjuk atlet perempuan, Hiromi Miyake, sebagai kapten kontingen dan Kaori Kawanaka sebagai pemegang bendera dalam Asian Games 2014. Kala itu adalah yang pertama bagi Jepang menunjuk atlet perempuan untuk memimpin para atlet mereka dalam ajang olahraga internasional. Masih adanya diskriminasi gender dalam dunia olahraga juga diakui Presiden IOC, Thomas Bach. Seperti dikutip dari situs IOC, Bach mengatakan pihaknya telah berupaya untuk memperjuangkan partisipasi perempuan dalam olahraga selama lebih dari dua dekade.

     “Hasilnya terlihat. Sebanyak 23 persen atlet pada Olimpiade 1984 di Los Angels adalah perempuan dan lebih dari 44 persen perempuan lagi pada Olimpiade 2012 di London.Selain itu, jika semula hanya ada dua perempuan yang jadi bagian anggota komisi IOC pada 1981, kini menjadi 24 pada 2014,” tuturnya saat konferensi di Helsinki.  hal tersebut yang memunculkan deklarasi mengenai kesetaraan gender.Kesepakatan internasional yang menyokong kesetaraan gender dalam dunia olahraga ditandatangani di Brighton, Inggris pada 1994. Deklarasi itu ditujukan kepada setiap pihak, pemerintah, otoritas, organisasi, dan sebagainya terlibat dalam advokasi perempuan dalam olahraga. Organisasi olahraga yang pertama kali menandatangani itu adalah IOC. Sejak saat itu sampai dengan saat ini sudah lebih dari 400 entitas yang menyokong deklarasi tersebut. 

    D. Perempuan dengan Olahraga

    Dalam penjelasan-penjelasan yang sebelumnya banyak menyinggung mengenai perempuan dalam olahraga. Hal tersebut dikarenakan olahraga masih dipandang tidak mampu dilakukan oleh perempuan karena kemampuan fisik perempuan  sedikit lemah dibandingkan degan laki-laki.

    Setiap perempuan tidak semuanya mendapat status atlet atau olahragawan sejak mereka lahir.. Status partisipan olahraga hanya diperoleh melalui tindakan yang ditunjukkan dengan perbuatannya pada aktivitas olahraga. Dapat dikatakan bahwa status atlet, yang dimiliki wanita, merupakan achieved-status yaitu kedudukan yang dicapai oleh seseorang dengan usaha-usaha yang disengaja. Kedudukan ini tidak diperoleh atas dasar kelahiran (ascribe-status). Achieved status bersifat terbuka bagi siapa saja tergantung dari kemampuan masing-masing dalam mengejar serta mencapai tujuan-tujuannya. Dari konsep ini stratifikasi sosial akan terjadi.

    Semua wanita memiliki kesempatan sama untuk memperoleh status tertentu di masyarakat, tetapi karena kemampuan dan pengalaman berbeda berdampak pada lahirnya tingkatan-tingkatan status yang akan diperoleh wanita dalam partisipasinya di olahraga.

    Bagaimanapun juga setiap wanita berolahraga menginginkan prestise dan derajat sosial dalam kehidupan di masyarakatnya. Bukan sebagai pengakuan atas keberadaannya oleh anggota kelompok, melainkan sebgai salah satu tuntutan kebutuhan untuk harga diri dan atau self-esteem (Teori kebutuhan menurut Maslow). Peningkatan status sosial wanita berolahraga memaksakannya untuk terus memobilisasi setiap tindakan. Mobilitas sebagai salah satu peningkatan status sosial menurut Ralph H. Turner memiliki dua bentuk yaitu yang pertamaContest mobility (mobilitas sosial berdasarkan persaingan pribadi), dan yang kedua Sponsored mobility (mobilitas sosial berdasarkan dukungan).

    Seorang perempuan  di dalam olahraga juga meiliki peranan. Peranan (role) merupakan dinamika dari status atau penggunaan dari hak dan kewajiban (Susanto, 1985), aspek dinamis kedudukan (status) (Soekanto, 1990). Sehingga apabila perempuan melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu peranan. Peranan mungkin mencakup tiga hal yaitu :

    1. Meliputi norma-normayang dihubungkan dengan posisi seseorang, serangkaian peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.
    2. Konsep tentang apa yang dapat dilakukanoleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
    3. Perilaku individuyang penting bagi struktur sosial masyarakat.

    Peranan dengan status keduanya tak dapat dipisah-pisahkan, karena yang satu tergantung kepada yang lain dan sebaliknya. Tak ada peranan tanpa kedudukan atau kedudukan tanpa peranan. Maka sudah selayaknya seorang wanita partisipan olahraga yang telah berbuat sesuai norma di masyarakat, berperilaku di masyarakat sebagai organisasi (resmi dan tidaknya, olahraga adalah sebuah organisasi), dan merupakan struktur sosial masyarakat mendapat peranan sosial dari kedudukannya sebagai perempuan yang berolahraga.

    Hanya saja sering dilupakan bahwa dalam interaksi sosial yang paling penting adalah melaksanakan peranan. Tidak jarang terjadi bahwa kedudukan lebih diutamakan sehingga terjadi hubungan-hubungan timpang yang tidak seharusnya terjadi. Contoh dalam dunia olahraga, peranan manajer yang melebihi kekuasaan pelatih dalam menentukan siapa atlet yang harus bertanding, peranan atlet profesional yang tidak mencerminkan jati dirinya sebagai olahragawan yang menjunjung sportivitas (fair play). Sehingga lebih cenderung mementingkan bahwa suatu pihak hanya mempunyai hak saja, sedang pihak lainnya hanyalah mempunyai kewajiban belaka.

    Dalam dunia olahraga ketimpangan ini menyebabkan terjadinya ketidakmerataan kesempatan. Perempuan hanya dijadikan sebagai faktor pendukung yang keberadaannya bukan prioritas, bukan yang utama. Misalnya dalam beberapa kasus olahraga profesional, perempuan a hanya sebagai objek pelengkap seperti umbrella girls di otomotif sports, atau pemandu sorak dalam beberapa olahraga.

    Permainan. Hingga status dan peranannya bukan sebagai “bintang”, tidak pula sebagai pemain utama. Ketimpangan-ketimpangan yang lebih luas terjadi pada masyarakat partisipan aktivitas tertentu, termasuk aktivitas olahraga, akibat ketidaksesuaian harapan (dalam konteks olahraga Indonesia rasanya lebih tepat dikatakan tuntutan) dengan peranan terhadap peranan yang tepat dalam menduduki suatu status (Davis, 1948) terjadi karena :

    1. Harapan masyarakat kurang memperhatikan tindakan sebenarnya atau sebaliknya,
    2. Apabila harapan masyarakat akan tindakannya diketahui, akan tetapi waktu dan situasi tidak memungkinkan bagi individu yang bersangkutan,
    3. Apabila pemenuhan harapan masyarakat di luar kemampuan individu.

    Masyarakat olahraga Indonesia masih kuat dengan konsep kalah menang, bahwa suatu pertandingan hanya sebatas pemenang dan pecundang. Sehingga identik dengan menyamaratakan status tanpa memahami peranan yang diemban. Kita menyamakan status atlet kita dengan atlet dunia, tanpa mengerti proses untuk memperoleh status terlebih peranannya seperti apa. Dunia olahraga wanita lebih memperoleh “kesialan” dari konsep ini. Kita lebih tahu bahwa tim putri kita adalah pecundang tanpa mengerti siapa lawannya dan proses untuk menjadi pecundang (karena kita memang kalah start dalam proses pembinaan olahraga wanita).

    Tim sepakbola kita lebih banyak kalahnya, tim bulutangkis semakin terpuruk, berpindahnya pebulutangkis putri harapan kita ke negara lain, ketidakmampuan induk olahraga dalam proses regenerasi atlet wanita. Ini semua adalah trend yang semakin memperburuk persepsi masyarakat terhadap aktivitas wanita berolahraga. Salah satu penyebabnya adalah perbedaan kesempatan. Menururt Coakley (1990) dari beberapa kasus bahwa wanita masih memiliki sedikit kesempatan dibandingkan pria, terutama di kota-kota kecil dan wilayah pedesaan. Yang lebih sering terjadi adalah kekurangan, diantaranya dalam hal :

    1. Persediaan dan pemeliharaan peralatan dan penyebarannya,
    2. Penjadwalan pertandingan dan waktu latihan,
    3. Kesempatan memperoleh pelatihan dan tutor akademik,
    4. Penugasan dan kompensasi pelatih dan tutor
    5. Ketersediaan obat-obatan dan pelayanan latihan serta fasilitas
    6. Publisitas bagi secara individu, team, dan event.

    Harusnya Indonesia memiliki keuntungan dalam hal kesempatan perempuan berolahraga, karena negara ini dipimpin oleh seorang perempuan juga, yang secara karakter psikis lebih menonjolkan perasaan. Perempuan pun berkeinginan sama untuk mendapat penghargaan selayaknya pria. Hanya proses ke arah itu tidak berkesempatan sama dengan yang dimiliki pria karena terkait kebijakan yang dihasilkan adalah kesepakatan dominasi pria yang duduk di lembaga legislatif dan eksekutif. Seandainya presiden negara ini berprioritas pada peningkatan sumber daya perempuan (bukan sebatas retorika) denga tegas memberikan ascribe status dan achieved status sebagai individu yang berhak mendapatkan kesempatan dan penghargaan yang sama dengan lawan jenisnya. Dengan pertimbangan perspektif sosiologis sebagai acuan dalam membicarakan kedudukan dan peran atlet di masyarakat seperti yang dikemukakan Dr. Vassiliki Avgerinou dari Swiss dalam makalahnya Kedudukan dan Peran Atlet di Masyarakat , yaitu :

    1. Keberadaan atlet di masyarakat serta pribadi atlet sebagai individu dipandang sebagai bagian dari pola-pola sosial; dan perasaan-perasaan mereka didasari oleh peraturan-peraturan yang berlaku.
    2. Individu yang hidup dalam suatu pranata sosial dan lingkungan masyarakat akan terlibat kegiatan dan tindakan di dalam kehidupan sehari-harinya.
    3. Sebagai individu yang rasional, seseorang mampu mengevaluasi tindakannya secara intelektual.

    Hal inilah yang setidaknya memberikan kontribusi bagi pemikiran agar status dan peranan perempuan dalam olahraga memperoleh porsi yang lebih luas lagi menyerupai kesempatan yang diperoleh pria. Perempuan tidak lagi berada di belakang dalam startnya untuk memperoleh status dan peranan sosial di masyarakat dibandingkan kaum pria. Faktor pendukung ke hal itu adalah kesadaran seluruh masyarakat. Bahwa bagaimanapun juga suatu keberhasilan yang meningkatkan status bangsa di dunia internasional adalah buah kerja sama antara pria dengan perempuan. Andai saja bangsa ini adalah negara yang menghormati sejarah serta terus mengenangnya, kita diingatkan pada prestasi tertinggi yang diperoleh duta-duta bangsa dalam olimpiade 1996 saat pertama kalinya lagu kebangsaan Indonesia Raya berkumandang adalah buah kerja keras seorang perempuan bernama Susi Susanti.

    Perempuanlah sebenarnya yang menjadi perintis bagi KONI untuk terus mencanangkan upaya mendulang medali pada olimpiade-olimpiade berikutnya. Hanya saya kita adalah masyarakat hedonis yang bersuka cita sesaat tanpa mampu mengambil makna dari setiap peristiwa yang mampu menorehkan prestasi spektakuler. Yang pada akhirnya kita tetap lupa (atau mungkin mengabaikan) akan “kemashuran” atlet wanita yang berhasil mencetak prestasi melebihi kaum pria. Sehingga status dan peranan wanita dalam olahraga masih terus berada di belakang kaum pria.

    Coakley (1990) mengungkapkan pula bahwa masih adanya mitos yang keliru dan masih dipegang oleh masyarakat, terutama terjadi pada negara-negara yang tingkat pendidikan dan informasi medik masih rendah :

    1. Keikutsertaan yang berat dalam olahraga mungkin menjadi penyebab utama masalah kemampuan menghasilkan keturunan.
    2. Aktivitas pada beberapa event olahraga dapat merusak organ reproduksi atau payudara wanita.
    3. Wanita memiliki struktur tulang yang lebih rapuh dibandingkan pria sehingga lebih mudah mengalami cedera.
    4. Keterlibatan intens dalam olahraga menyebabkan masalah pada menstruasi.
    5. Keterlibatan dalam olahraga membawa ke arah perkembangan yang kurang menarik, menonjolkan otot.

    Alasan-alasan inilah yang memperburuk persepsi masyarakat terhadap keterlibatan wanita dalam olahraga yang secara langsung berpengaruh pada pemberian status dan peranan sosial perempuan dalam kehidupannya secara khusus di bidang olahraga dan umumnya di kehidupan keseharian di masyarakat di mana pola-pola interaksi sosial berlaku di lingkungannya. Terlepas dari itu semua, bagaimanapun juga semakin banyak wanita yang menyukai kegiatan fisik dengan tingkat penampilannya yang terus meningkat. Walaupun terdapat masalah kesehatan khusus yang berhubungan dengan fungsi reproduksinya yang unik, tetapi manfaatnya bagi kesehatan dan pergaulan sosial, jauh melebihi pengaruh-pengaruh merugikan yang terjadi selama ini (Giriwijoyo, 2003 : 45).

    Dengan mencermati bentuk mobilitas dan peranan perempuan dalam olahraga maka pemberian status sosial kepada perempuan berolahraga hendaknya mampu diberikan sesuai porsi proses yang telah dilakukannya. Hal ini mungkin berdampak kepada proses menghilangkan perbedaan pemberian penghargaan diantara atlet pria dan perempuan yang sama-sama menjadi juara di kelompoknya (gender). Misalnya sejumlah hadiah yang masih dibedakan diberikan antara kelompok putra dengan putri. Meski mungkin pertimbangannya adalah ketika pertandingan putra sering melahirkan tindakan yang lebih akrobatik, atraktif, skill tinggi (jika dibandingkan dengan kelompok putri), terlebih jika didramatisir oleh pers yang secara jumlah memang kaum pria di kalngan pers lebih banyak yang tentu saja akan selalu memberikan dukungan lebih pada sesamanya, yang berdampak pada semakin banyaknya jumlah penonton dan secara otomatis pemasukan keuntungan dari penjualan karcispun lebih besar.

    Terlepas dari itu, status perempuan berolahraga memang masih menempati porsi lebih rendah dari kaum pria. Anekdotnya bisa dikatakan karena wanita kalah “start”. Semenjak zaman Yunani dan Romawi, sebagai perintis olahraga modern, wanita belum memperoleh kesempatan yang luas dibandingkan pria, bahkan dilarangnya berpartisipasi meski sebenarnya telah memiliki kemampuan yang sama dengan pria (dari beberapa mitolog Artemis dan Athena, Theseus, Hippolyta).

    Bab III. Penutup

    A. Kesimpulan

    Dari penejelasan diatas dapata ditarik kesimpulan mengenai gender di dalam olahraga, antara lain:

    1. Gender merupakan perbedaan tingkah laku, peran dan sifat yang dimiliki oleh seorang laki-laki dengan perempuan yang berkemban di dalam masyarakat. Sedangkan olahraga sendiri adalah sebuah kegiatan fisik yang sistematis dan teratur yang dilakukan manusia untuk meningkatkankebugaran jasmaninya serta untuk menjaga kesehatan tubuhnya.
    2. Perbedaan gender di dalam olahraga sering kali dilihat dari perbedaan kemampuan baik fisik maupun mental yang dimiliki laki-laki dan perempuan.
    3. Permasalahan gender sering muncul ketika perempuan melakukan kegiatan olahraga yang lebih spesifik atau spesialisasi olahraga.  Karena perempuan dianggap lemah dalam kemampuan fisik. Banyak kasus mengenai permasalahan mengenai gender misalnya mengenai kasus gender pemain tim bola putri Indonesia Aprilia Santini Manganangyang dianggap laki-laki dalam SEA GAMES 2015
    4. Perempuan sering dianggap sebelah mata di dalam bidang olahraga karena ketidak mampuan fisik yang dianggap lemah dibandingkan laki-laki. Perempuan memiliki kemampuan dan keinginan berolahraga. Permpuan sangat berperan dalam bidang olaharaga baik sebagai perintis maupun mengajukan pemikiran mengenai olaharaga.

    B. Saran

    Gender merupakan hal yang memiliki keterkaitan yang erat dengan olahraga. Baik perempuan maupun laki-laki mempunyai kesempatan yang sama untuk berolahraga. Sehingga perempuan dan laki-laki mempunyai kesetaraan yang sama dalam melakukan olahraga. jangan menganggap sebelah mata perempuan yang berolahraga karena perempuan mempunyai hak dan peran di dalam olahraga.

    DAFTAR RUJUKAN

    Perdebatan Gender di Dunia Olaharaga, (Online), (http://www.cnnindonesia.com/olahraga/20150122114209-178-26470/perdebatan-gender-di-dunia-olahraga/), diakses 21 November 2015

    Menyorot Tes Gender di Ajang Olahraga,(Online),(http://www.suarakita.org/2015/06/), diakses 21 November 2015

    Fakih, Mansour. 1996. Analisis Gender & Transformasi Sosial. Pustaka Pelajar: Yogyakarta

    Komar Hidayat. 2004. Wanita Dalam Olahraga. Jakarta: Widyaiswara PPPG Tertulis Bidang Studi Olahraga

    Coakley, Jay J. (1990). Sport in Society Issues and Controversies. Fourth Edition. Time Mirror/Mosby College Publishing – St. Louis-Toronto-Boston-Los Altos.

  • Makalah Perkembangan dan Sejarah Kimono – 着物

    Makalah Perkembangan dan Sejarah Kimono – 着物

    Perkembangan dan Sejarah Kimono

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Kimono adalah pakaian tradisional Jepang terutama yang dikenakan oleh perempuan. A, panjang dan longgar, T-berbentuk jubah dengan kerah lebar dan lengan yang melekat, itu dijamin dengan sabuk, yang dikenal sebagai “obi.” Kata “Kimono” berasal dari dua kata “ki” (berarti “pakai”) dan “mono” (berarti “sesuatu”). Kimono secara tradisional terbuat dari sepotong kain, disebut “tan.” Kapas ringan paling mudah bagi pemula untuk; sutra atau satin sangat ideal untuk dicapai

    Beberapa catatan sejarah mencatat ada beberapa kimono-kimono yang berlaku di masyarakat Jepang pada waktu itu. Di Jepang sendiri memiliki bentuk-bentuk pakaian tradisional yang hampir mirip dengan kimono, namun dengan berkembangnya zaman pakaian tersebut kini di klasifikasikan menjadi bagian-bagian dari kimono.

    Dengan begitu menariknya bahasan tentang kimono pentingnya akan pengetahuan mengenai budaya Jepang, maka kami akan membahas beberapa hal yang berkaitan dengan kimono baik itu sejarah, bentuk maupun cara pemakaianya.

    B. Rumusan Masalah

    1. Apa pengertian dari kimono?
    2. Bagaimana catatan sejarah mengenai kimono?
    3. Apa saja jenis-jenis dari kimono?
    4. Apa falsafah dari kimono?
    5. Apa saja aksesoris yang dapat dipakaikan pada kimono?
    6. Bagaimana cara pembuatan kimono?

    Bab II. Pembahasan

    A. Pengertian Kimono

    Kimono (着物) adalah pakaian tradisional Jepang. Arti harfiah kimono adalah baju atau sesuatu yang dikenakan (ki berarti pakai, dan mono berarti barang).

    Pada zaman sekarang, kimono berbentuk seperti huruf “T”, mirip mantel berlengan panjang dan berkerah. Panjang kimono dibuat hingga ke pergelangan kaki. Wanita mengenakan kimono berbentuk baju terusan, sementara pria mengenakan kimono berbentuk setelan. Kerah bagian kanan harus berada di bawah kerah bagian kiri. Sabuk kain yang disebut obi dililitkan di bagianperut atau pinggang, dan diikat di bagian punggung. Alas kaki sewaktu mengenakan kimono adalah zouri atau geta.

    Kimono sekarang ini lebih sering dikenakan wanita pada kesempatan istimewa. Wanita yang belum menikah mengenakan sejenis kimono yang disebut furisode. Ciri khas furisode adalah lengan yang lebarnya hampir menyentuh lantai. Perempuan yang genap berusia 20 tahun mengenakan furisode untuk menghadiriseijin shiki. Pria mengenakan kimono pada pesta pernikahan, upacara minum teh, dan acara formal lainnya. Ketika tampil di luar arena sumo, pesumo profesional diharuskan mengenakan kimono. Anak-anak mengenakan kimono ketika menghadiri perayaan Shichi Go San. Selain itu, kimono dikenakan pekerja bidang industri jasa dan pariwisata, pelayan wanita rumah makan tradisional (ryoutei) dan pegawai penginapan tradisional (ryokan).

    Pakaian pengantin wanita tradisional Jepang (hanayome ishō) terdiri dari furisode dan uchikake (mantel yang dikenakan di atas furisode). Furisode untuk pengantin wanita berbeda dari furisode untuk wanita muda yang belum menikah. Bahan untuk furisode pengantin diberi motif yang dipercaya mengundang keberuntungan, seperti gambar burung jenjang. Warna furisode pengantin juga lebih cerah dibandingkan furisode biasa. Shiromuku adalah sebutan untuk baju pengantin wanita tradisional berupa furisode berwarna putih bersih dengan motif tenunan yang juga berwarna putih.

    Sebagai pembeda dari pakaian Barat (yōfuku) yang dikenal sejak zaman meiji, orang Jepang menyebut pakaian tradisional Jepang sebagai wafuku (和服, pakaian Jepang). Sebelum dikenalnya pakaian Barat, semua pakaian yang dipakai orang Jepang disebut kimono. Sebutan lain untuk kimono adalah gofuku (呉服). Istilah gofuku mulanya dipakai untuk menyebut pakaian orang negara Dong Wu (bahasa Jepang : negara Go) yang tiba di Jepang dari daratan Cina.

    B. Sejarah Kimono

    I. Zaman Jomon dan Yayoi

    Kimono zaman Jomon dan zaman Yayoi berbentuk seperti baju terusan. Dari situs arkeologi tumpukan kulit kerang zaman Jomon yang disebut haniwa. Pakaian atas yang dikenakan haniwa disebut kantoi (貫頭衣).

    Hakama Kimono Japan 1870
    Pakaian wanita pada sekitar tahun 1870

    Dalam Gishiwajibden (buku sejarah Cina mengenai tiga negara) ditulis tentang pakaian sederhana untuk laki-laki. Sehelai kain diselempangkan secara horizontal pada tubuh pria seperti pakaian biksu, dan sehelai kain dililitkan di kepala. Pakaian wanita dinamakan kantoi. Di tengah sehelai kain dibuat lubang untuk memasukkan kepala. Tali digunakan sebagai pengikat di bagian pinggang.

    Masih menurut Gishiwajinden, kaisar wanita bernama Himiko dari Yamataikoku (sebutan zaman dulu untuk Jepang) “selalu mengenakan pakaian kantoi berwarna putih”. Serat rami merupakan bahan pakaian untuk rakyat biasa, sementara orang berpangkat mengenakan kain sutra.

    II. Zaman Kofun

    Pakaian zaman kofun  mendapat pengaruh dari daratan Cina, dan terdiri dari dua potong pakaian: pakaian atas dan pakaian bawah. Haniwa mengenakan baju atas seperti mantel yang dipakai menutupi kantoi. Pakaian bagian bawah berupa rok yang dililitkan di pinggang. Dari penemuan haniwa terlihat pakaian berupa celana berpipa lebar seperti hakama.

    Pada zaman Kofun mulai dikenal pakaian yang dijahit. Bagian depan kantoi dibuat terbuka dan lengan baju bagian bawah mulai dijahit agar mudah dipakai. Selanjutnya, baju atas terdiri dari dua jenis kerah:

    1. Kerah datar sampai persis di bawah leher (agekubi)
    2. Kerah berbentuk huruf “V” (tarekubi) yang dipertemukan di bagian dada.
    III. Zaman Nara

    Aristokrat zaman Asuka bernama Pangeran shotoku menetapkan dua belas strata jabatan dalam istana kaisar (kan-i jūnikai). Pejabat istana dibedakan menurut warna hiasan penutup kepala (kanmuri). Dalam kitab hukum Taiho Ritsutryo imuat peraturan tentang busana resmi, busana pegawai istana, dan pakaian seragam dalam istana. Pakaian formal yang dikenakan pejabat sipil (bunkan) dijahit di bagian bawah ketiak. Pejabat militer mengenakan pakaian formal yang tidak dijahit di bagian bawah ketiak agar pemakainya bebas bergerak. Busana dan aksesori zaman Nara banyak dipengaruhi budaya Cina yang masuk ke Jepang. Pengaruh budaya Dinasti Tangikut memopulerkan baju berlengan sempit yang disebut kosode untuk dikenakan sebagai pakaian dalam.

    Pada zaman Nara terjadi perubahan dalam cara mengenakan kimono. Kalau sebelumnya kerah bagian kiri harus berada di bawah kerah bagian kanan, sejak zaman Nara, kerah bagian kanan harus berada di bawah kerah bagian kiri. Cara mengenakan kimono dari zaman Nara terus dipertahankan hingga kini. Hanya orang meninggal dipakaikan kimono dengan kerah kiri berada di bawah kerah kanan.

    IV. Zaman Heian

    Menurut aristokrat Sugawara Michizane, penghentian pengiriman utusan Jepang untuk Dinasti Tang (kentoshi) memicu pertumbuhan budaya lokal. Tata cara berbusana dan standardisasi protokol untuk upacara-upacara formal mulai ditetapkan secara resmi. Ketetapan tersebut berakibat semakin rumitnya tata busana zaman Heian. Wanita zaman Heian mengenakan pakaian berlapis-lapis yang disebut jūnihitoe. Tidak hanya wanita zaman Heian, pakaian formal untuk militer juga menjadi tidak praktis.

    Ada tiga jenis pakaian untuk pejabat pria pada zaman Heian:

    • Sokutai (pakaian upacara resmi berupa setelan lengkap)
    • I-kan (pakaian untuk tugas resmi sehari-hari yang sedikit lebih ringan dari   sokutai)
    • Noshi (pakaian untuk kesempatan pribadi yang terlihat mirip dengan i-kan).

    Rakyat biasa mengenakan pakaian yang disebut suikan atau kariginu (狩衣), arti harafiah: baju berburu). Di kemudian hari, kalangan aristokrat menjadikan kariginu sebagai pakaian sehari-hari sebelum diikuti kalangan samurai.

    Pada zaman Heian terjadi pengambilalihan kekuasaan oleh kalangan samurai, dan bangsawan istana dijauhkan dari dunia politik. Pakaian yang dulunya merupakan simbol status bangsawan istana dijadikan simbol status kalangan samurai.

    V. Zaman Kamakura dan zaman Muromachi

    Padazaman Sengoku, kekuasaan pemerintahan berada di tangan samurai. Samurai mengenakan pakaian yang disebut suikan. Pakaian jenis ini nantinya berubah menjadi pakaian yang disebut hitatare. Pada zaman Muromachi, hitatare merupakan pakaian resmi samurai. Pada zaman Muromachi dikenal kimono yang disebut suō (素襖), yakni sejenis hitatare yang tidak menggunakan kain pelapis dalam. Ciri khas suō adalah lambang keluarga dalam ukuran besar di delapan tempat.

    Pakaian wanita juga makin sederhana. Rok bawah yang disebut mo (裳) makin pendek sebelum diganti dengan hakama.

    Setelan mo dan hakama akhirnya hilang sebelum diganti dengan kimono model terusan, dan kemudian kimono wanita yang disebut kosode. Wanita mengenakan kosode dengan kain yang dililitkan di sekitar pinggang (koshimaki) dan/atau yumaki. Mantel panjang yang disebut uchikake dipakai setelah memakai kosode.

    VI. Awal zaman Edo

    Penyederhaan pakaian samurai berlanjut hingga zaman Edo. Pakaian samurai zaman Edo adalah setelan berpundak lebar yang disebut kamishimo (裃). Satu setel kamishimo terdiri dari kataginu (肩衣) dan hakama. Di kalangan wanita, kosode menjadi semakin populer sebagai simbol budaya orang kota yang mengikuti tren busana.

    Zaman Edo adalah zaman keemasan panggung sandiwara kabuki. Penemuan cara penggandaan lukisan berwarna-warni yang disebut nishiki-e atau ukiyo-e mendorong makin banyaknya lukisan pemeran kabuki yang mengenakan kimono mahal dan gemerlap. Pakaian orang kota pun cenderung makin mewah karena iking meniru pakaian aktor kabuki.

    Kecenderungan orang kota berpakaian semakin bagus dan jauh dari norma konfusianisme ingin dibatasi oleh Kenshogunan Edo. Secara bertahap pemerintah keshogunan memaksakan kenyaku-rei, yakni norma kehidupan sederhana yang pantas. Pemaksaan tersebut gagal karena keinginan rakyat untuk berpakaian bagus tidak bisa dibendung. Tradisi upacara minum teh menjadi sebab kegagalan kenyaku-rei. Orang menghadiri upacara minum teh memakai kimono yang terlihat sederhana namun ternyata berharga mahal.

    Tali pinggang kumihimo dan gaya mengikat obi di punggung mulai dikenal sejak zaman Edo. Hingga kini, keduanya bertahan sebagai aksesori sewaktu mengenakan kimono.

    VII. Akhir zaman Edo

    Politik isolasi (sakoku) membuat terhentinya impor benang sutra. Kimono mulai dibuat dari benang sutra produksi dalam negeri. Pakaian rakyat dibuat dari kain sutra jenis crape lebih murah. Setelah terjadi kelaparan zaman Temmei (1783-1788), Keshogunan Edo pada tahun 1785 melarang rakyat untuk mengenakan kimono dari sutra. Pakaian orang kota dibuat dari kain katun atau kain rami. Kimono berlengan lebar yang merupakan bentuk awal dari furisode populer di kalangan wanita.

    VIII. Zaman Meiji dan zaman Taisho

    Industri berkembang maju pada zaman Meiji. Produksi sutra meningkat, dan Jepang menjadi eksportir sutra terbesar. Harga kain sutra tidak lagi mahal, dan mulai dikenal berjenis-jenis kain sutra. Peraturan pemakaian benang sutra dinyatakan tidak berlaku. Kimono untuk wanita mulai dibuat dari berbagai macam jenis kain sutra. Industri pemintalan sutra didirikan di berbagai tempat di Jepang. Sejalan dengan pesatnya perkembangan industri pemintalan, industri tekstil benang sutra ikut berkembang. Produknya berupa berbagai kain sutra, mulai dari kain krep, rinzu, omeshi, hingga meisen.

    Tersedianya beraneka jenis kain yang dapat diproses menyebabkan berkembangnya teknik pencelupan kain. Pada zaman Meiji mulai dikenal teknik yuzen, yakni menggambar dengan kuas untuk menghasilkan corak kain di atas kain kimono.

    Sementara itu, wanita kalangan atas masih menggemari kain sutra yang bermotif garis-garis dan susunan gambar yang sangat rumit dan halus. Mereka mengenakan kimono dari model kain yang sudah populer sejak zaman Edo sebagai pakaian terbaik sewaktu menghadiri acara istimewa. Hampir pada waktu yang bersamaan, kain sutra hasil tenunan benang berwarna-warni hasil pencelupan mulai disukai orang.

    Tidak lama setelah pakaian impor dari Barat mulai masuk ke Jepang, penjahit lokal mulai bisa membuat pakaian Barat. Sejak itu pula, istilah wafuku dipakai untuk membedakan pakaian yang selama ini dipakai orang Jepang dengan pakaian dari Barat. Ketika pakaian Barat mulai dikenal di Jepang, kalangan atas memakai pakaian Barat yang dipinjam dari toko persewaan pakaian Barat.

    Di era modernisasi Meiji, bangsawan istana mengganti kimono dengan pakaian Barat supaya tidak dianggap kuno. Walaupun demikian, orang kota yang ingin melestarikan tradisi estetika keindahan tradisional tidak menjadi terpengaruh. Orang kota tetap berusaha mempertahankan kimono dan tradisi yang dipelihara sejak zaman Edo. Sebagian besar pria zaman Meiji masih memakai kimono untuk pakaian sehari-hari. Setelan jas sebagai busana formal pria juga mulai populer. Sebagian besar wanita zaman Meiji masih mengenakan kimono, kecuali wanita bangsawan dan guru wanita yang bertugas mengajar anak-anak perempuan.

    Seragam militer dikenakan oleh laki-laki yang mengikuti dinas militer. Seragam tentara angkatan darat menjadi model untuk seragam sekolah anak laki-laki. Seragam anak sekolah juga menggunakan model kerah berdiri yang mengelilingi leher dan tidak jatuh ke pundak (stand-up collar) persis model kerah seragam tentara. Pada akhir zaman Taisho, pemerintah menjalankan kebijakan mobilisasi. Seragam anak sekolah perempuan diganti dari andonbakama (kimono dan hakama) menjadi pakaian Barat yang disebut serafuku (sailor fuku), yakni setelan blus mirip pakaian pelaut dan rok.

    IX. Zaman Showa

    Semasa perang, pemerintah membagikan pakaian seragam untuk penduduk laki-laki. Pakaian seragam untuk laki-laki disebut kokumin fuku (seragam rakyat). Wanita dipaksa memakai monpei yang berbentuk seperti celana panjang untuk kerja dengan karet di bagian pergelangan kaki.

    Setelah Jepang kalah dalam Perang Dunia II wanita Jepang mulai kembali mengenakan kimono sebelum akhirnya ditinggalkan karena tuntutan modernisasi. Dibandingan kerumitan memakai kimono, pakaian Barat dianggap lebih praktis sebagai pakaian sehari-hari.

    Hingga pertengahan tahun 1960-an, kimono masih banyak dipakai wanita Jepang sebagai pakaian sehari-hari. Pada saat itu, kepopuleran kimono terangkat kembali setelah diperkenalkannya kimono berwarna-warni dari bahan wol. Wanita zaman itu menyukai kimono dari wol sebagai pakaian untuk kesempatan santai.

    Setelah kimono tidak lagi populer, pedagang kimono mencoba berbagai macam strategi untuk meningkatkan angka penjualan kimono. Salah satu di antaranya dengan mengeluarkan “peraturan mengenakan kimono” yang disebut yakusoku. Menurut peraturan tersebut, kimono jenis tertentu dikatakan hanya cocok dengan aksesori tertentu. Maksudnya untuk mendikte pembeli agar membeli sebanyak mungkin barang. Strategi tersebut ternyata tidak disukai konsumen, dan minat masyarakat terhadap kimono makin menurun. Walaupun pedagang kimono melakukan promosi besar-besaran, opini “memakai kimono itu ruwet” sudah terbentuk di tengah masyarakat Jepang.

    Hingga tahun 1960-an, kimono masih dipakai pria sebagai pakaian santai di rumah. Gambar pria yang mengenakan kimono di rumah masih bisa dilihat dalam berbagai manga terbitan tahun 1970-an. Namun sekarang ini, kimono tidak dikenakan pria sebagai pakaian di rumah, kecuali samue yang dikenakan para perajin.

    C. Jenis Kimono

    1. Kimono wanita

    Pemilihan jenis kimono yang tepat memerlukan pengetahuan mengenai simbolisme dan isyarat terselubung yang dikandung masing-masing jenis kimono. Tingkat formalitas kimono wanita ditentukan oleh pola tenunan dan warna, mulai dari kimono paling formal hingga kimono santai. Berdasarkan jenis kimono yang dipakai, kimono bisa menunjukkan umur pemakai, status perkawinan, dan tingkat formalitas dari acara yang dihadiri.

    · Kurotomesode

    Tomesode adalah kimono paling formal untuk wanita yang sudah menikah. Bila berwarna hitam, kimono jenis ini disebut kurotomesode (arti harfiah: tomesode hitam). Kurotomesode memiliki lambang keluarga (kamon) di tiga tempat: 1 di punggung, 2 di dada bagian atas (kanan/kiri), dan 2 bagian belakang lengan (kanan/kiri).

    Ciri khas kurotomesode adalah motif indah pada suso (bagian bawah sekitar kaki) depan dan belakang. Kurotomesode dipakai untuk menghadiri resepsi pernikahan dan acara-acara yang sangat resmi.

    Kurotomesode dengan 5 buah lambang keluarga

    · Irotomesode

    Tomesode yang dibuat dari kain berwarna disebut irotomesode (arti harfiah: tomesode berwarna). Bergantung kepada tingkat formalitas acara, pemakai bisa memilih jumlah lambang keluarga pada kain kimono, mulai dari satu, tiga, hingga lima buah untuk acara yang sangat formal. Kimono jenis ini dipakai oleh wanita dewasa yang sudah/belum menikah. Kimono jenis irotomesode dipakai untuk menghadiri acara yang tidak memperbolehkan tamu untuk datang memakai kurotomesode, misalnya resepsi di istana kaisar. Sama halnya seperti kurotomesode, ciri khas irotomesode adalah motif indah pada suso.

    · Furisode

    Furisode adalah kimono paling formal untuk wanita muda yang belum menikah. Bahan berwarna-warni cerah dengan motif mencolok di seluruh bagian kain. Ciri khas furisode adalah bagian lengan yang sangat lebar dan menjuntai ke bawah. Furisode dikenakan sewaktu menghadiri upacara seijin shiki, menghadiri resepsi pernikahan teman, upacara wisuda, atau hatsumode. Pakaian pengantin wanita yang disebut hanayome ishō termasuk salah satu jenis furisode.

    furisode

    · Homongi

    Hōmon-gi (訪問着), arti harfiah: baju untuk berkunjung) adalah kimono formal untuk wanita, sudah menikah atau belum menikah. Pemakainya bebas memilih untuk memakai bahan yang bergambar lambang keluarga atau tidak. Ciri khas homongi adalah motif di seluruh bagian kain, depan dan belakang. Homongi dipakai sewaktu menjadi tamu resepsi pernikahan, upacara minum teh, atau merayakan tahun baru.

    · Iromuji

    Iromuji adalah kimono semiformal, namun bisa dijadikan kimono formal bila iromuji tersebut memiliki lambang keluarga (kamon). Sesuai dengan tingkat formalitas kimono, lambang keluarga bisa terdapat 1, 3, atau 5 tempat (bagian punggung, bagian lengan, dan bagian dada). Iromoji dibuat dari bahan tidak bermotif dan bahan-bahan berwarna lembut, merah jambu, biru muda, atau kuning muda atau warna-warna lembut. Iromuji dengan lambang keluarga di 5 tempat dapat dikenakan untuk menghadiri pesta pernikahan. Bila menghadiri upacara minum teh, cukup dipakai iromuji dengan satu lambang keluarga.

    ·         Tsukesage

    Tsukesage adalah kimono semiformal untuk wanita yang sudah atau belum menikah. Menurut tingkatan formalitas, kedudukan tsukesage hanya setingkat dibawah homongi. Kimono jenis ini tidak memiliki lambang keluarga. Tsukesage dikenakan untuk menghadiri upacara minum teh yang tidak begitu resmi, pesta pernikahan, pesta resmi, atau merayakan tahun baru.

    ·         Komon

    Komon adalah kimono santai untuk wanita yang sudah atau belum menikah. Ciri khas kimono jenis ini adalah motif sederhana dan berukuran kecil-kecil yang berulang.  Komon dikenakan untuk menghadiri pesta reuni, makan malam, bertemu dengan teman-teman, atau menonton pertunjukan di gedung.

    ·         Tsumugi

    Tsumugi adalah kimono santai untuk dikenakan sehari-hari di rumah oleh wanita yang sudah atau belum menikah. Walaupun demikian, kimono jenis ini boleh dikenakan untuk keluar rumah seperti ketika berbelanja dan berjalan-jalan. Bahan yang dipakai adalah kain hasil tenunan sederhana dari benang katun atau benang sutra kelas rendah yang tebal dan kasar. Kimono jenis ini tahan lama, dan dulunya dikenakan untuk bekerja di ladang.

    ·         Yukata

    Yukata adalah kimono santai yang dibuat dari kain katun tipis tanpa pelapis untuk kesempatan santai di musim panas.

    yukata

    2. Kimono pria

    Kimono pria dibuat dari bahan berwarna gelap seperti hijau tua, coklat tua, biru tua, dan hitam.

    · Kimono paling formal berupa setelan montsuki hitam dengan hakama dan haori

    Bagian punggung montsuki dihiasi lambang keluarga pemakai. Setelan montsuki yang dikenakan bersama hakama dan haori merupakan busana pengantin pria tradisional. Setelan ini hanya dikenakan sewaktu menghadiri upacara sangat resmi, misalnya resepsi pemberian penghargaan dari kaisar/pemerintah atau seijin shiki.

    · Kimono santai kinagashi

    Pria mengenakan kinagashi sebagai pakaian sehari-hari atau ketika keluar rumah pada kesempatan tidak resmi. Aktor kabuki mengenakannya ketika berlatih. Kimono jenis ini tidak dihiasi dengan lambang keluarga.

    D.    MAKNA KIMONO

    Bangsa yang besar lahir bukan dari rahim kolonialisme tetapi untuk menjadi bangsa yang besar diperlukan identitas kultural yang mapan dan kuat. Jepang telah membuktikan bahwa bangsa Jepang mempunyai identitas sebagai bangsa yang berkarakter kebangsaan.

    Salah satunya dapat dilihat dari budaya yang masih dilestarikan hingga sekarang. Misalnya, pakian tradisional kimono menjadi salah satu tren merek Negara Jepang. Begitu orang mendengar kata kimono pasti merujuk pada negara Jepang. Keberhasilan Negara Jepang dalam membangun image kebangsaan telah menjadikan Jepang dikatakan sebagai bangsa yang besar. 

    Nilai kearifan lokal dapat dijumpai dalam pakian tradisional jepang yaitu Kimono. Meskipun anak remaja Jepang sekarang ini sudah jarang mengenakan pakaian Kimono. Kimono masih menjadi unsur penting dalam budaya masyarakat Jepang. Unsur yang menonjol dalam pakaian kimono adalah terletak pada karakter dan corak pakaian kimono yang unik. Keunikan Pakaian kimono dapat dilihat. 

    Pertama, teknik memakai pakian kimono yang tidak semua orang bisa memakainya. Keduakimono sebagai simbol penghargaan atas kaum perempuan yang menjaga adat ketimuran yaitu adat yang suka melihat perempuan berpakaian pantas dan sopan di depan umum. Ketigakimono memberikan pesan moral bahwa perempuan hendaknya selalu berpakaian yang rapi, sopan dan pantas di depan umum.

    Identitas kimono yang tidak bisa terlepas dari bahasa dan budaya Jepang. Seolah-olah telah menghipnotis bangsa lain untuk mengakui identitas kejepangan tanpa harus melakukan jepangisasi bagi rakyatnya. Ekspansi kebudayaan dan bahasa yang mengalir begitu saja telah membawa keberuntuangan tersendiri bagi negara Jepang untuk mempromosikan kebudayaan Jepang secara masif ke seluruh dunia. Sehingga dapat dibayangkan bahwa budaya telah memberikan dampak pada kuatnya identitas suatu bangsa. Dimensi yang menonjol dalam pakian kimono dapat dilihat dari konsistensi model dan karakter pakian kimono yang tidak berubah. 

    Nilai-nilai yang ada dalam pakaian kimono telah melebar menjadi satu dengan realitas masyarakat Jepang seperti kesopanan, kerapian, keteraturan, ketertiban dan kepatuhan masih menjadi nilai-nilai utama dalam masyarakat Jepang secara umum.

    E. Aksesoris Kimono

    ·         Hakama

    Hakama adalah celana panjang pria yang dibuat dari bahan berwarna gelap. Celana jenis ini berasal dari daratan Cina dan mulai dikenal sejak zaman Asuka. Selain dikenakan pendeta Shinto, hakama dikenakan pria dan wanita di bidang olahraga bela diri tradisional seperti kendo atau kyudo.

    ·         Geta

    Geta adalah sandal berhak dari kayu. Maiko memakai geta berhak tinggi dan tebal yang disebut pokkuri

    ·         Kanzashi

    Kanzashi adalah hiasan rambut seperti tusuk konde yang disisipkan ke rambut sewaktu memakai kimono.

    ·         Obi

    Obi adalah sabuk dari kain yang dililitkan ke tubuh pemakai sewaktu mengencangkan kimono

    ·         Tabi

    Tabi adalah kaus kaki sepanjang betis yang dipakai sewaktu memakai sandal.

    ·         Waraji

    Waraji adalah sandal dari anyaman tali jerami.

    ·         Zōri

    Zōri adalah sandal tradisional yang dibuat dari kain atau anyaman.

    F. Cara Pembuatan Kimono

    Ada beberapa langkah-langkah untuk membuat sebuah kimono, yaitu:

    1. Potong empat panel persegi panjang dari kain menggunakan gunting. Mengukur mereka dengan menggunakan penggaris dan meteran. Dua panel harus cukup panjang untuk membentuk bagian tubuh. Panjang dari dua panel masing-masing harus menjadi panjang kimono, yaitu, panjang dari pusat dari bahu ke pergelangan kaki. Lebar untuk kedua panel harus setengah lingkar tubuh pada titik terlebar. Potong dua panel yang lebih kecil untuk lengan. Panjang dan lebar lengan harus diukur sesuai dengan preferensi pribadi dan dipotong sesuai. Lengan kimono dapat menjadi pendek, panjang atau apa pun di antara.

    2. Jahit kedua panel yang lebih besar bersama-sama pada sisi panjang sampai sekitar setengah jalan ke jahitan bek tengah. Pada kedua sisi, tandai ruang bahu imajiner dengan pin. Jahit ujung pendek dari panel lengan seperti bahwa jahitannya di bagian bawah lengan. Menggunakan pin, tanda jahitan bahu di sisi berlawanan dari jahitan lengan. Pasang lengan ke bahu dengan cara mencocokkan pin pada ruang bahu imajiner dan pin pada sisi berlawanan dari theseams pada lengan.

    3. Potong dua panel yang lebih kecil, satu untuk kerah dan yang lainnya untuk panel depan yang lebih kecil. Panjang panel depan harus panjang kimono dan lebarnya harus 1 / 4 lingkar tubuh. Panel kerah harus cukup panjang untuk menutupi kedua panel di bagian depan. Lebarnya dapat diukur mengingat preferensi pengguna dan dipotong sesuai.

    4. Potong panel depan dalam setengah pada sudut yang tajam. Jahit ini di depan pusat untuk memperpanjang lebar depan bawah. Tentukan pusat panel kerah dan menjahit itu, mulai dari panel tubuh kembali dan kemudian meluas ke kedua panel depan. Hal ini juga harus diperluas sepanjang jalan di bagian depan tengah. Jahit jahitan samping dari kimono dari perbatasan sekitar 6 sampai 9 inci dari lengan. Biarkan ketiak kimono untuk tetap terbuka.

    Bab III. Penutup

    A. Kesimpulan

    Pakaian Kimono sebagai pakaian tradisional Jepang memberikan identitas bagi masyarakat Jepang yang sarat dengan nilai-nilai kearifan lokal dan adat ketimuran dalam hal ini ada beberapa nilai yang dapat dipelajari dalam pakaian kimono yaitu:

    1. Pakaian kimono menunjukkan konsistensi masyarakat Jepang yang tidak mudah goyah terhadap arus perubahan yang terjadi di era globalisasi sekarang ini.
    2. Nilai kearifan lokal yang menonjol dalam pakian kimono terletak pada karakter dan corak pakaian tersebut. Karakter yang selalu menonojol adalah kerapaian, kebersihan dan kelengkapan membentuk karakter manusia Jepang untuk selalu patuh dan taat pada tradisi lokal.
    3. Pakaian kimono adalah salah satu produk budaya yang berdaya cipta luhur sesuai dengan spirit kejepangan.
    4. Pakaian kimono mempunyai makna filosofis yaitu penghargaan terhadap leluhur dan mecintai keharmonisan.
    5. Pakaian kimono sebagai simbol penghargaan atas kaum perempuan

    yang menjaga adat ketimuran yaitu adat yang suka melihat perempuan berpakaian pantas dan sopan di depan umum.

    6.      memberikan pesan moral bahwa perempuan hendaknya selalu berpakaian yang rapi sopan dan pantas di depan umum

    B.     SARAN

    Sebagai pelajar yang mempelajari bahasa dan sastra Jepang, ada baiknya mengetahui dan mempelajari budaya-budaya Jepang salah satunya adalah pakaian-pakaian Jepang  yaitu Kimono. Mengetahui kimono sama artinya mengetahui salah satu kebudayaan Jepang.

  • Studi Kelayakan Bisnis – Usaha Distro

    Studi Kelayakan Bisnis – Usaha Distro

    Kelayakan Bisnis – Usaha Distro

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Bisnis fashion semakin marak di Indonesia. Berbagai model pakaian dengan design baru dikeluarkan oleh produsen tiap harinya. Konsumen produk fashion juga semakin antusias menyambut model-model baru yang dirilis. Tak heran berbagai outlet penjualan produk fashion tidak pernah sepi. Maka menjamurlah berbagai bentuk bisnis clothing ini, mulai dari butik, factory outlet, distro, mobile disto dan lain sebagainya.

    Seiring dengan berkembang pesatnya mode berpakaian pada jaman sekarang, orang-orang terutama anak muda berusaha tidak ketinggalan jaman dalam hal berpakaian dengan mengikuti mode yang sedang menjadi tren. Dalam berpakaian sehari-hari seolah mereka tidak ingin ketinggalan jaman dengan tren yang saat ini sedang “in”. Bahkan mereka seringkali mencoba ingin menjadi tren setter, dengan berpakaian unik dan kreatif. Hal ini membuat para anak-anak muda berlomba-lomba untuk tidak ketinggalan jaman dalam hal berpakaian.

    Untuk menjadi wirausaha tentu kita harus mengerti apa yang sesungguhnya dimaksud dengan usaha, apa tujuan kita menjalankan usaha tersebut, dan bagaimana agar usaha kita dapat berhasil. Usaha adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh keuntungan dan keberhasilan dalam hal keuangan agar dapat memenuhi kebutuhannya pemilik usaha.

    Dengan kemampuan. Bagi banyak pelaku usaha, bisnis distro baik kaos atupun yang lainnya menjadi salah satu alternatif usaha yang bisa dibilang cukup diminati karena potensinya untuk maju sangat besar di jaman seperti sekarang ini. Mengingat lifestyle atau gaya hidup anak muda yang sudah menjadikan pakaian tersebut sebagai atribut atau identifikasi dari ekspresi diri mereka.

    Atas dasar hal di atas lah, bisnis distro distro makin dilirik banyak pelaku usaha. Cara pemasaran pun tidak saja di distro-distro tapi sudah banyak yang men-display di toko online. Nah, bagi yang mau mulai membangun usaha, maka pilihan membangun usaha distro distro sepertinya pilihan yang cukup menjanjikan.

    Bab II. Pembahasan

    Distro, yang merupakan singkatan dari Distribution Outlet merupakan suatu tempat untuk mendistribusikan suatu barang dalam jumah yang terbatas. Jumlah barang yang terbatas inilah yang membedakan distro dengan toko-toko yang menjual produk-produk buatan pabrik. Karena jumlah yang dijual yang terbatas, maka keuntungan jika kita memakai barang-barang distro adalah tidak banyak orang yang memakai barang yang sama seperti kita pakai alias bukan barang pasaran.

    Sekarang ini distro sudah ada banyak dimanapun di belahan bumi ini baik secara offline mapun distro yang digarap secara online. Kaos adalah barang luncuran distro yang paling digandrungi dan banyak dicari oleh para remaja pada umumnya, walaupun tidak jarang juga anak-anak kecil atau orang dewasa yang sering mencari kaos mereka disana. Kaos dari distro bukan saja tidak pasaran, tetapi biasanya memiliki disain-desain yang unik dan menarik. Dan karena inilah banyak orang kemudian lebih memilih membeli kaos nya di distro disbanding di toko-toko pakaian umum.

    Distro adalah suatu tempat yang biasanya menjual pakaian, sepatu, celana, dan aksesoris yang biasanya mengikuti perkembangan mode dan kebanyakan konsumennya adalah anak muda. Adapun langkah untuk mendirikan usaha ini adalah :

    1. Persiapan Tempat

    Tempat usaha ini adalah pada rumah penulis sendiri yang kebetulan rumahnya dipinggi jalan raya dan strategi, dengan satu kamar kosong 5×5 meter dimodifikasi sebagai tempat usaha.

    2. Pemasaran

    Dalam mendirikan distro harus mencari tempat yang strategis, karena sebagian konsumennya anak muda maka sebaiknya distro dibangun atau didirikan di tempat yang biasa anak muda sering berkumpul.

    Dengan cara ini tentu distro yang didirikan akan menarik perhatian bagi para anak muda tersebut dan kemudian mengunjungi distro tersebut. Selain dengan cara tersebut, orang banyak menggunakan internet untuk mempromosikan distronya. Blog dan situs pertemanan sering digunakan untuk memperkenalkan distro yang dia dirikan kepada orang-orang. Selain itu mempromosikan melalui mulut ke mulut juga cukup efektif. Apalagi distro merupakan tempat anak-anak muda berkumpul, pasti mereka akan memberi tahu kepada temannya untuk mengunjungi distro tersebut.

    3. Harga

    Dalam menentukan harga barang atau produk yang dijual memang harus disesuaikan dengan kantong dari konsumennya. Tetapi meskipun biasanya barang-barang yang di jual di distro harganya agak mahal, tetapi tetap saja tidak mengurangi minat para anak muda untuk membeli pakaian, celana, atau aksesoris yang mereka gunakan di distro. Memang gengsi di antara kalangan anak muda mempengaruhi hal tesebut, tetapi model dan kualitas barang-barang yang ada di distro sangat sesuai dengan selera para anak muda, sehingga mereka tetap membeli barang-barang yang ada di distro meskipun harganya mahal. Akan tetapi pemilik distro harus memperhatikan kualitas dari barang yang dijualnnya, agar harga yang para konsumen bayar sesuai dengan kualitas barang yang mereka beli.

    4. Model

    Anak-anak muda biasanya tidak mau ketinggalan dalam hal berpakaian, mereka selalu berusaha mengikuti tren masa kini. Dan model pakaian yang dijual di distro biasanya mengkuti perkembangan tren masa kini. Seperti model gambar pada baju misalnya, biasanya distro menjual baju-baju dengan gambar-gambar artistik yang sangat bagus dan digemari anak-anak muda. Contoh lain baju-baju pada distro memiliki warna-warna yang menarik dan beraneka ragam. Dengan menyediakan seperti contoh-contoh di atas tentu para konsumen akan puas dengan barang-barang yang ada di distro anda.

    Cewek Jutek Cantik Model Kaos Distro

    5. Manage Keuangan

    Beberapa orang menjadikan bisnis ini hanya sebagai pekerjaan sampingan, dan menyampur adukkan uang bisnis dengan uang lainnya. Sehingga susah untuk mengetahui dan memperkirakan untung rugi bisnisnya. Untuk itu, harus ada pemisahan antara keuangan bisnis dan keuangan harian lainnya. Dengan memisahkan semua uang bisnis dalam satu rekening untuk mepermudah penghitungan laba rugi. Asumsi finansial usaha ini adalah sebagai berikut :

    1. Renovasi teras untuk showroom : Rp. 1.500.000

    2. Belanja produk distro : Rp. 10.000.000

    3. Rak baju, Display dll : Rp. 2.000.000

    4. Manequin, Hanger DLL : Rp. 1.000.000

    5. Biaya Promosi Awal : Rp. 500.000

    Total Modal : Rp. 15.000.000

    Biaya Operasional:

    1. Transportasi : Rp. 400.000

    2. Telepon DLL : Rp. 300.000

    3. Listrik : Rp. 300.000

    Total biaya produksi : Rp. 1.000.000

    Prediksi keuntungan:

    Dengan asumsi dalam sehari rata-rata bisa menjual 12 produk

    Harga rata-rata produk Rp. 50.000 dengan keuntungan rata-rata 25% dari harga beli.

    Maka Pemasukan perbulan:

    12 Produk X Rp. 50.000 X 30 Hari = 18.000.000

    Keuntungan= Rp. 18.000.000 X 25% – Rp. 1.000.000 (biaya operasional) = Rp. 3.500.000

    Balik modal = Modal Awal : Keuntungan:

    Rp. 15.000.000 : 3.500.000 = 4 bulan.

    Melihat dari sisi keuangannya, usaha ini jelas sangat menguntungkan, namun perlu diwaspadai, karena usaha ini menyangkut fasion, maka perkembangan tren model menjadi tuntutan utama yang diperhatikan dalam kegiatan operasionalnya.

    Keunggulan usaha ini adalah pada jenis produk dan desainnya yang tidak dijual pada pasar umum. Hal ini dapat dikatakan menarik karena ketidak umumannya, dari sini awal mula minat konsumen membeli barang-barang distro, dengan alasan kepuasan karena keunikan dan kemajuan gaya mode yang selalu berubah, maka usaha distro dapat dipastikan akan berjalan baik dengan operatif manajemen yang diterapkan dalam usaha.

    Bab III. Penutup

    Distro merupakan usaha penjualan pakaian yang dapat digolongkan dalam fasion anak muda, usaha distro berpeluang sangat besar dalam menembus pasar penjualan pakaian, karena sasaran usaha ini adalah anak muda yang secara keseluruhan konsumtif.

    Pendirian usaha distro adalah langkah awal usaha milik sendiri dengan modal yang tidak terlalu besar namun sangat layak dalam segi keuntungannya, kelebiahan usaha ini adalah pada produknya yang tidak ada dipasaran umum, biasanya hal yang seperti ini yang dicari para kaulamuda, dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa usaha distro sangat terasa keuntungan dan kepuasannya baik bagi produsen maupun konsumen

    Kelemahan usaha ini adalah sistem promosi dan pemasaran yang harus dilakukan dengan sangat optimal, karena bukan tidak mungkin perusahaan distro lama maupun distro baru bersaing dengan keadaan yang lebih baik, persaingan usaha ini memang sangat ketat, namun sela peluang dengan menganalisis hal yang menyebebkan konsumen itu puas serta didukung dengan aspek manajemen yang jelas, menjadi spirit tersendiri kelangsungan operasional usaha ini.

    Kemungkinan terjadinya kerugian memang ada, cara meminimalisir resiko tersebut adalah dengan memperlakukan usaha layknya usaha besar, artinya, walaupun usaha distro ini usaha kecil, namun tujuan keuntungan dari usaha ini harus direncanakan dengan matang dan dijalankan sesuai rencana.

  • Penerapan Konsep Efek Fotolistrik Dalam Kehidupan Sehari-Hari

    Konsep Efek Fotolistrik

    Efek fotolistrik merupakan suatu fenomena terlepasnya elektron dari permukaan logam ketika logam tersebut dikenai cahaya. Elektron yang dipancarkan ini disebut dengan elektron foton (fotoelektron). Dalam studi eksperimental terhadap efek fotolistrik, kita dapat megukur laju dan energi kinetik elektron yang terpancar bergantung pada intensitas dan panjang gelombang cahaya. Percobaan efek fotolistik dilakukan dalam ruang hampa. Hal ini dimaksudkan agar elektron tidak kehilangan energinya ketika bertumbukan dengan molekul-molekul udara.

    Apabila cahaya datang pada permukaan logam katoda K yang bersih, elektron akan dipancarkan. Jika elektron menumbuk anoda A, terdapat arus dalam rangkaian luarnya. Jumlah elektron yang dipancarkan yang dapat mencapai elektroda dapat ditingkatkan atau diturunkan dengan membuat anoda positif atau negatif terhadap katodanya. Apabila positif, elektron ditarik ke anoda. Apabila negatif, elektron ditolak dari anoda. Hanya elektron dengan energi kinetik ½ mv2 yang lebih besar dari eV yang dapat mencapai anoda. Ketika tegangan terus diperbesar maka pembacaan arus pada galvanometer akan menurun ke nol. Tegangan ini dinamakan sebagai Potensial V0 disebut potensial penghenti. Hal ini disebabkan karena elektron yang berenergi tinggi tidak dapat melewati potensial penghenti sehingga potensial ini dihubungkan dengan energi kinetik maksimum, sehingga:

    Ekmaks = e.V0

    Adapun karakteristik dari percobaan efek fotolistrik adalah:

    1. Laju pemancaran elektron bergantung pada intensitas cahaya
    2. Laju pemancaran elektron tidak bergantung pada panjang gelombang dibawah suatu panjang gelombang tertentu. Nilai arus secara berangsur-angsur akan menurun hingga menjadi nol pada suatu gelombang pancung lamdac. Panjang gelombang lamdac­ biasanya hanya terdapat pada spektrum daerah biru dan ultraviolet
    3. Nilai lamda tidak tergantung pada intensitas sumber cahaya, tetapi hanya bergantung pada jenis logam yang digunakan sebagai fotosensitif
    4. Energi kinetik maksimum elektron yang dipancarkan  tidak bergantung pada intensitas cahaya, tetapi hanya bergantung pada panjang gelombangnya. Energi kinetik ini dapat diamati bertambah secara linear terhadap frekuensi sumber cahaya
    5. Apabila sumber dinyalakan, arus akan segera mengalir (dalam selang waktu 10-9

    Pada percobaan efek fotolistrik ini, teori gelombang cahaya ternyata gagal menjelaskan fakta-fakta yang berkaitan dengan karakteristik percobaan efek fotolistrik. Menurut teori gelombang cahaya, sebuah atom akan menyerap energi dari gelombang elektromagnet yang sebanding dengan luasnya. Ketika laju penyerapan energinya bertambah besar, maka laju pemancaran elektronnya juga akan bertambah dan hal ini berlaku untuk semua panjang gelombang. Sehingga bertentangan dengan karakteristik atau fakta mengenai efek fotolistrik.

    Setelah teori gelombang cahaya gagal menjelaskan mengenai teori efek fotolistrik, barulah muncul teori efek fotolistrik yang dikemukakan Einsten. Teori Einsten didasarkan atas gagasan Planck tentang kuantum energi. Einsten menganggap bahwa kuantum energi bukanlah sifat dari atom-atom dinding rongga radiator, melainkan merupakan sifat radiasi itu sendiri. Enegi radiasi elektromagnetik bukan diserap dalam bentuk aliran kontinu gelombang, melainkan dalam bentuk kuanta yang disebut foton. Sehingga sebuah foton adalah satu kuantum energi elektromagnetik yang diserap atau dipancarkan. Setiap foton memiliki frekuensi fdan memiliki energi: E = h.f

    Einstein juga menjelaskan bahwa untuk mengeluarkan elektron dari permukaan logam dibutuhkan energi ambang. Jika radiasi elektromagnet yang terdiri atas foton mempunyai enegi yang lebih besar dibandingkan energi ambang, maka elektron akan lepas dari permukaan logam. Akibatnya energi kinetik maksimum dari elektron dapat ditentukan dengan persamaan:

    Ek h.f – h.f0

    dengan:

    f, f0 frekuensi cahaya dan frekuensi ambang (Hz)

    h = konstanta Planck (6,63 × 10-34 Js)

    Ek  = energi kinetik maksimum elektron ( J)

    Percobaan yang lebih teliti dilakukan oleh Milikan pada tahun 1923 dengan menggunakan sel fotolistrik. Keping katoda dalam tabung ruang hampa dihubungkan dengan sumber tegangan searah. Kemudian, pada katoda dikenai cahaya berfrekuensi tinggi. Maka akan tampak adanya arus listrik yang mengalir dari katoda menuju anoda. Setelah katoda disinari berkas cahaya, galvanometer ternyata menyimpang. Hal ini menunjukkan bahwa ada arus listrik yang mengalir dalam rangkaian.

    Penerapan Efek Fotolistrik dalam Kehidupan Sehari-Hari

    Salah satu penerapan efek fotolistrik dalam kehidupan adalah dalam dunia hiburan. Dengan bantuan peralatan elektronika saat itu, suara dubbing film direkam dalam bentuk sinyal optik di sepanjang pinggiran keping film. Pada saat film diputar, sinyal ini dibaca kembali melalui proses efek fotolistrik dan sinyal listriknya diperkuat dengan menggunakan amplifier tabung sehingga menghasilkan film bersuara.

     Aplikasi lain adalah pada tabung foto-pengganda (photomultiplier tube). Dengan menggunakan tabung ini, hampir semua spektrum radiasi elektromagnetik dapat diamati. Tabung ini memiliki efisiensi yang sangat tinggi, bahkan ia sanggup mendeteksi foton tunggal sekalipun. Dengan menggunakan tabung ini, kelompok peneliti Superkamiokande di Jepang berhasil menyelidiki massa neutrino yang akhirnya dianugrahi hadiah Nobel pada tahun 2002. Di samping itu, efek fotolistrik eksternal juga dapat dimanfaatkan untuk tujuan spektroskopi melalui peralatan yang bernama photoelectron spectroscopy (PES).

     Contoh lain adalah penerapannya dalam foto-diode atau foto-transistor yang bermanfaat sebagai sensor cahaya berkecepatan tinggi. Bahkan, dalam komunikasi serat optik transmisi sebesar 40 Gigabite perdetik yang setara dengan pulsa cahaya sepanjang 10 pikodetik (10-11 detik) masih dapat dibaca oleh sebuah foto-diode.

    Foto-transistor yang sangat kita kenal manfaatnya dapat mengubah energi matahari menjadi energi listrik melalui efek fotolistrik internal. Sebuah semikonduktor yang disinari dengan cahaya tampak akan memisahkan elektron dan hole. Kelebihan elektron di satu sisi yang disertai dengan kelebihan hole di sisi lain akan menimbulkan beda potensial yang jika dialirkan menuju beban akan menghasilkan arus listrik.

     Selain itu, efek fotolistrik juga digunakan dalam produk-produk elektronik yang dilengkapi dengan kamera CCD (charge coupled device). Sebut saja kamera pada ponsel, kamera digital dengan resolusi hingga 12 megapiksel, atau pemindai kode-batang (barcode) yang dipakai diseluruh supermarket, kesemuanya memanfaatkan efek fotolistrik internal dalam mengubah citra yang dikehendaki menjadi data-data elektronik yang selanjutnya dapat diproses oleh komputer.