Blog

  • Laporan Stido Kasus Antropologi Perkotaan Anak Jalan Kota Surabaya

    Anak Jalan Kota Surabaya

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar belakang

    Pertumbuhan penduduk, utamanya diakibatkan oleh laju urbanisasi yang pesat (over urbanizxation) dan pembangunan kota yang lebih ke arah kemajuan ekonomi merupakan awal mula tumbuh berbagai masalah di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung dan Surabaya.  Akibat situasi ekonomi dan urbanisasi yang berlebihan (over urbanizxation) di kota-kota besar, salah satu masalah sosial yang tumbuh dan membutuhkan solusi segera adalah pertumbuhan jumlah anak jalanan yang akhir-akhir ini memprihatinkan. Di berbagai kota besar, hampir di setiap perempatan jalan atau lampu merah sering dijumpai anak jalanan. Anak jalanan adalah anak-anak yang tersisih, marginal, dan teralienasi dari perlakuan kasih sayang karena kebanyakan dalam usia yang masih muda (dini) sudah berhadapan dengan lingkungan kota yang keras (Bagong dkk, 2003:7). Di berbagai sudut kota, sering ditemui anak jalanan yang harus bertahan hidup dengan cara-cara yang secara sosial kurang atau bahkan tidak dapat diterima masyarakat umum. Tidak jarang pula mereka dilabeli sebagai penganggu ketertiban, kenyamanan dan membuat kota menjadi kotor, sehingga yang namanya razia atau penyidukan bukan lagi hal yang mengangetkan bagi anak jalanan.

    Di kota besar seperti Surabaya, keberadaan anak jalanan umumnya tersebar di berbagai zone tertentu, yakni tempat atau lokasi di mana anak jalanan melakukan kegiatan atau aktifitasnya seperti bekerja. Aktifitas yang dilakukan anak jalanan tidak saja di jalanan dengan tanpa tujuan, mereka melakukan aktifitas di jalanan dan tempat-tempat yang strategis untuk melakukan kegiatan yang melingkupi kegiatan ekonomi, seperti: mengamen, mengemis, parkir mobil, pembersih mobil dan sebagainya. Aktifitas tersebut biasanya mereka lakukan ditempat-tempat yang strategis, misalnya: perempatan jalan, terminal, stasiun, pasar, tempat hiburan, pom bensin, tempat ibadah, makam dan sebagainya.

    Anak jalanan pada dasarnya adalah bagian dari kelompok warga kota yang tergolong manginal, rentan dan miskin (Bagong, 2003). Anak jalanan dikategorikan sebagai kelompok warga marginal sebab mereka melakukan pekerjaan yang tidak jelas jenjang kariernya, kurang dihargai dan umumnya tidak memiliki prospek ke depanya. Selain itu masa kerja yang tidak biasa di setiap harinya, membuuat anak jalanan rentan untuk terkena resiko mulai dari faktor kesehatan, keamanan maupun sosial. Anak jalanan pada umumnya memiliki latar belakang dari keluarga yang tidak berkucukupan atau miskin, namun ada juga yang terindikasi keluarga broken home. Atas dasar ekonomi dan ingin membantu orang tua, maka anak-anak tersebut mencari nafkah seadanya di jalan raya. Aktifitas anak jalanan yang sering dilihat diperempat jalan adalah mereka yang biasanya mengamen berjualan Koran namun tidak jarang juga ada yang meminta-minta.

    Dari data Dinas Sosial, jumlah anak jalanan di Jawa Timur meningkat dari tahun 2009 yaitu 5.224 orang menjadi 5.324 orang pada tahun 2010, dimana sebagian besar berada di kota Surabaya, dan sisanya terbagi di berbagai kota lainnya. Namun melihat data dari Dinas Sosial menunjukkan bahwa jumlah anak jalanan di Surabaya menunjukkan grafik yang menurun dari 795 orang pada tahun 2009 menjadi 790 orang pada tahun 2010, tetapi hal itu belum dapat menunjukkan hasil yang memuaskan pada penyelesaian permasalahan anak jalanan karena penurunannya relatif sedikit. Dari berbagai penelitian mengatakan munculnya masalah anak jalanan ini sangat terkait dengan faktor kemiskinan, selain itu akibat ketidak harmonisan keluargadan juga adanya kemalasan dan kurang bertanggung jawab orang tua terhadap keluarga (Sanituti, 2002).

    Membicarakan anak jalanan, umumnya mereka berasal dari keluarga yang kehidupan ekonominya lemah dan pekerjaanya berat. Anak jalanan tumbuh dan berkembang dengan latar belakang kehidupan keluarga yang miskin. Dalam observasi, peneliti menemukan berbagai kegiatan dan perilaku yang sering dilakukan oleh anak jalanan tersebut. Mereka biasanya ada di perempatan jalan atau di tempat-tempat keramaian, anak jalanan sering terlihat mengamen, berjualan Koran dan peneliti juga mendapati anak jalanan yang pada malam harinya tidur di pingir jalan. Untuk itu dalam penelitian kali ini, peneliti mencoba untuk mengambarkan bagaimana aktifitas dan faktor apa yang membuat anak jalanan di Surabaya bisa survive dengan segala keterbelakangannya.

    B. Rumusan Masalah

    Dari latar belakang tersebut, maka peneliti memfokuskan untuk meneliti faktor dan aktiifitas yang dilakukan oleh anak jalanan di Surabaya. Untuk menjawab permasalahan tersebut maka peneliti mengajukan pertanyaan penelitian, sebagai berikut: aktifitas dan faktor seperti apa yang membuat anak jalanan tumbuh dan berkembang di kota Surabaya.

    3.      Kerangka Pemikiran

    3.1 Kerangka konsep

                Menurut undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak, yang dimaksud dengan anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih di dalam kandungan sang ibu. Anak (jamak: anak-anak) adalah seorang laki-laki atau perempuan yang belum dewasa atau belum mengalami masa pubertas. Dari (Departemen Sosial Republik Indonesia, 1995) mendefinisikan anak jalanan sebagai anak yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk melakukan aktifitas sehari-hari dijalanan baik untuk mencari nafkah atau berkeliaran dijalan dan tempat-tempat umum lainnya.

                Anak jalanan yang kesehariannya bergelut dengan kegiatan ekonomi, mereka mencari uang dengan turun ke jalan dengan cara mengamen, berjualan Koran, membersihkan mobil dan sebagainya. Padahal usia mereka masih relatif muda untuk mencari penghasilan sendiri. Mereka menghabiskan harinya untuk mencari nafkah di jalanan. Anak jalanan menjual jasa ke pengguna jalan yang lain walaupun ada juga yang langsung meminta belas kasihan bagi mereka yang melintas di jalan raya. Anak jalanan memiliki latar belakang dari keluarga miskin atau tergolong dalam kelompok warga yang marginal. Kurang kasing sayang dari keluarga atau orang tua juga sebagai salah satu sebab mengapa anak-anak itu dipaksa untuk turun ke jalan memenuhi kebutuhan keluarga.

                Kurangnya pendapatan suatu keluarga untuk memenuhi kebutuhan dasar dari suatu keluarga menyebabkan mau tidak mau semua elemen dalam keluarga itu untuk ikut mencari nafkah, dan mau tidak mau anak-anak yang mestinya belum waktunya bekerja harus dipaksa untuk mencari uang. Anak jalanan merupakan potret pertumbuhan penduduk yang ada pada suatu kota besar. Kota tidak dapat menampung orang-orang asli daerah ataupun pendatang dengan kata lain kota tidak dapat menyediakan pekerjaan yang secara kebutuhan dapat mencukupi kebutuhan dasar hidup.

    3.2 Kerangka Teori

                Anak jalanan merukan suatu fenomena yang sering muncul di kota-kota besar namun tidak menutup kemungkinan ada di wilayah atau daerah yang digolongkan sebagai kota kecil atau kabupaten. Untuk mengkaji penelitian anak jalanan, penenliti menggunakan teori budaya kemiskinan. Menurut Oscar Lewis memahami kemiskinan sebagai sub-kebudayaan yang diwarisi dari generasi ke generasi, mereka tidak mendapatkan akses untuk dapat berkembang kearah yang baik. Dalam hal ini, kemiskinan merupakan adaptasi dan reaksi dari kaum miskin terhadap posisi marginal mereka dimana kebudayaan kemiskinan cenderung melanggengkan situasi tersebut dari generasi ke generasi. Anak jalanan merupakan suatu keadaan dimana pada tahap pola pengasuhan anak di tingkat keluarga kurang mampu yang mengakibatkan anak-anak keluarga miskin untuk kerja membatu orang tua dalam memenuhi kebutuhan dasar. Anak-anak dididik atau dipaksa untuk mencari uang oleh keadaan. Selain itu menurut Oscar Lewis dalam kebudayaan kemiskinan memandang kemiskinan dalam beberapa hal bersifat positif karena diangap memiliki nilai-nilai untuk mengatasi kesulitan-kesulitan menjalani hidup dalam kemiskinan.

                Kemiskinan di kota besar memunculkan berbagai masalah yang memprihatinkan seperti anak jalanan ini. Anak-anak yang bekerja di jalan ini merupakan suatu penularan atau akibat dari adanya keluarga miskin di kota. Perilaku seperti ini merupakan adaptasi dan reaksi dari warga yang kurang mampu.

    4.      Metode Penelitian

    4.1 Jenis Penelitian

                Penelitian ini menggunakan model penelitian kualitatif. Dimana peneliti lebih ke pada pendeskripsian dari suatu fenomena yang terjadi di masyarakat perkotaan.

    4.2 Lokasi penelitian

                Dalam penelitian ini, peneliti memilih lokasi untuk menggumpulkan data yang diperoleh dari anak jalanan yang berada di kecamatan Gubeng Kota Surabaya tepatnya di jalan Darmawangsa, Gubeng dan jalan Moestopo. Penelitian tersebut dilakukan diarea tersebut sebab dilokasi tersebut terdapat kantong-kantong atau zone anak jalanan yang aktifitas dan variasi umur anak jalanan di lokasi tersebut beragam.

    4.3 Pengumpulan Data

    Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti yaitu sebagai berikut:

    1) Wawancara Mendalam

    Wawancara mendalam adalah tanya jawab yang sesuai dengan dasar penelitian yang dilaksanakan yaitu studi kasus tentang aktifitas dan faktor keberadaan anak jalanan di kota Surabaya oleh karena itu teknik pengumpulan data dengan cara wawancara sangat tepat sebab dimungkinkan untuk memperoleh informasi langsung dengan proses tanya jawab sehingga mendapatkan hasil yang lebih detail dari objek yang diteliti. Peneliti melakukan wawancara dengan 10 anak jalanan yang terdiri dari 7 anak laki-laki dan 3 anak perempuan yang dilakukan di lokasi yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan menggunakan pertanyaan yang telah terstruktur dan telah dibuat oleh peneliti sebelumnya.

    2) Observasi

    Observasi merupakan pengamatan secara langsung terhadap fenomena atau informan yang diteliti. Dalam penelitian ini yang diobservasi adalah melihat dengan panca indra kegiatan atau aktifitas anak jalanan, kehidupan keseharian dan lingkungan kehidupanya. Data dari observasi memberikan suatu data yang akurat sebab peneliti dapat melihat dan ikut merasakan secara langsung aktifitas anak jalanan yang ada di kota Surabaya. Observasi juga merupakan suatu komponen yang harus terpenuhi dalam suatu penelitian sebab dalam observasi peneliti dapat menemukan gambaran awal mengenai suatu fenomena yang akan diteliti.

    4.4 Metode Analisis Data

    Dalam penelitian ini digunakan analisis data yang telah dikembangkan oleh (Miles dan Huberman, 1992:15-20), yaitu: reduksi data, penyajian data, dan menarik kesimpulan / verifikasi. Karena penelitian ini bersifat kualitatif, maka peneliti menampilkan deskripsi dari suatu fenomena yang diteliti dengan menggunakan analisis data sebagai berikut:

    Pada tahap awal, peneliti melakukan reduksi data yang merupakan sebagai suatu proses pemilihan, pemusatan, perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Data yang diperoleh di lapangan kemudian direduksi oleh peneliti dengan cara: pengkodean, klasifikasi dan selanjutnya dilakukan pilihan terhadap data yang diperoleh di lapangan, kemudian dari data itu mana yang relevan dan mana yang tidak relevan dengan permasalahan dan fokus penelitian. Reduksi data/proses transpormasi ini berlanjut terus sesudah penelitian lapangan, sampai laporan akhir secara lengkap tersusun.

    Pada tahap selanjutnya, peneliti menyajian data yang dilakukan dengan mengumpulkan informasi yang didapat dari informan yang disusun dan yang kemudian memberikan kemungkinan pada peneliti untuk menarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan melihat penyajian-penyajian, kita dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan. Hal ini untuk memudahkan bagi peneliti melihat gambaran secara keseluruhan  atau bagian-bagian tertentu dari data penelitian, sehingga dari data tersebut dapat ditarik kesimpulan.

    Pada tahap terakhir, peneliti melakukan penarikan kesimpulan dan verifikasi yang merupakan suatu kegiatan yang utuh yang dilakukan oleh peneliti selama penelitian berlangsung. Dalam kegiatan lain, peneliti juga melakukan verifikasi yang merupakan kegiatan pemikiran kembali yang melintas dalam pemikiran untuk menganalisis selama peneliti mencatat, atau suatu tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan atau peninjauan kembali serta tukar pikiran antara teman untuk mengembangkan “kesempatan inter subyektif”, dengan kata lain makna yang muncul dari data harus diuji kebenarannya, kekokohannya dan kecocokannya. Verifikasi dalam penelitian dilakukan secara continue sepanjang penelitian. Verifikasi dimaksudkan untuk menganalisis dan mencari makna dari informasi yang dikumpulkan dari informan dengan mencari tema, pola hubungan, permasalahannya yang muncul, hipotesa dan disimpulkan, sehingga terbentuk proposisi tertentu yang bisa mendukung teori.

    BAB 2

    Pembahasan

    2.1 Aktivitas sehari-hari anak jalanan dikota Surabaya.

    Anak jalanan di zone Darmawangsa, Gubeng dan Jalan Moestopo bekerja pada waktu pagi hari hingga petang setiap harinya dan sisanya sebagian kecil dari anak jalanan yang bekerja dari petang hingga dini hari. Anak jalanan yang beraktivitas pada pagi hari hingga petang bekerja sebagai pengamen, pembersih kaca dan penjual Koran di lampu merah atau di tempat pusat keramaian sedangkan anak jalanan yang beraktivitas pada petang hingga dinihari bekerja sebagai tukang minta–minta/pengemis, pengamen di tempat– tempat keramaian masyarakat kota pada malam hari. Mereka sudah terbiasa dengan keadaan dan kondisi yang seperti ini, tidak ada sedikit pun dari mereka yang takut dan cemas akan bahaya yang mengintai mereka. Yang ada didalam pikiran mereka adalah bagaimana mereka semua bisa mendapatkan uang yang banyak untuk mereka dan keluarga mereka dalam memenuhi kebutuhan dasar. Mereka pulang paling hanya untuk sekedar memberikan penghasilan mereka ke keluarga atau orang tua, mandi, makan lalu kembali kejalan lagi.

    Dari aktifitas bekerja, anak jalanan memiliki bermacam–macam pekerjaan yang dilakukan oleh anak jalanan demi membantu keluarga mereka dalam mencukupi kebutuhan sehari–hari mereka maupun kebutuhan pribadi sendiri. Rata–rata pekerjaan yang ditemukan adalah penjual koran karena di setiap sudut lampu merah jalanan pasti saja ada anak–anak jalanan yang menjajakan koran mereka kepada para pengguna jalan. Padahal resiko bahaya yang setiap saat mengancam jiwa mereka di jalanan. Ada yang menarik dengan jenis kelamin dari ke 10 informan yang peneliti teliti sangat didominasi oleh anak-anak yang berjenis kelamin laki-laki sedangkan jumlah anak perempuan hanya sebagian kecil saja. Biasanya mereka mangkal di setiap sudut-sudut lampu merah jalanan dan tempat keramaian namun tempatnya tidak tetap atau berpindah-pindah. Biasanya untuk anak jalanan yang laki-laki pekerjaan yang mereka lakukan itu beragam mulai dari mengamen, membersihkan mobil, memulung atau mengambil barang-barang bekas dan berjualan koran. Bagi anak–anak perempuan biasanya mereka bekerja membantu orang tua mereka dan ada pula yang menjual Koran. Dari berbagai aktifisat tersebut anak-anak dapat mendapatkan uang sekitar 50-100 ribu perharinya itupun kalau mereka beruntung namun ketika sepi bukan tidak mungkin hanya mendapat 10 ribu bahkan tanpa hasil.

    Cukup beragam penghasilan yangdidapat oleh anak jalanan dalam kurun waktu sehari dalam bekerja. Ada yang hanya mendapatkan menghasilan secara harian saja dari penjualan koran dan ada pula yang tidak mengetahui penghasilan yang mereka peroleh, dikarenakan pekerjaan mereka sebagai pemulung atau yang mengambil barang barang bekas yang harus dikumpulkan terlebih dahulu. Barang – barang tersebut yang telah meraka kumpulkan kemudian diberikan kepada orang tua mereka dan orang tua merekalah yang menjualnya. Hasil dari penjualan tersebut langsung dipegang oleh orang tua yang dipergunakan untuk memenuhi kebutuahn sehari-hari.

    2.2 Faktor-Faktor Penyebab Keberadaan Anak Jalanan Dikota Surabaya

    Kota besar seperti Surabaya merupakan kota yang penuh harapan dengan jumlah pendapatan yang berbeda dengan kota-kota yang ada di Jawa Timur lainnya, dan itu yang menyebabkan pertumbuhan penduduk di kota Surabaya semakin bertambah. Berbagai faktor yang dapat membuat seseorang untuk mengadu nasib di Surabaya. Faktor seperti ekonomi sosial dan budaya menjadi pendorong, tidak terkecuali anak jalanan. Anak jalanan merupakan hasil dari atau muncul dari golongan masyarakat yang kurang mampu atau miskin. Keluarga mereka terpaksa memperkerjakan anak-anaknya demi memenuhi kebutuhan hidup kota yang keras. Penghasilan yang belum mencukupi dalam suatu keluaraga mengharuskan semua anggota keluarga untuk bekerja. Walaupun dengan usia yang relative muda, anak-anak mencari uang di jalan dengan berbagai macam aktivitas. Ada beberapa faktor yang membuat anak jalanan itu selalu melakukan aktifitas yang memiliki resiko tinggi karena bekerja dijalanan dan usia mereka masih dini. Faktor yang dapat dijelaskan yakni meliputi faktor ekonomi, faktor sosial budaya dan faktor pendidikan.

    a.       Faktor ekonomi: pekerjaan

    Pekerjaan di jalanan menurut pandangan orang luar merupakan kegiatan yang kotor, merusak pemandangan dan membuat pengunan jalan tidak nyaman. Namun oleh beberapa pihak, pekerjaan di jalan raya bisa dikatakan sebagai alternatif untuk mendpatkan kegiatan yang menghasilkan uang. Bagi mereka yang bekerja di jalan, lebih baik mereka melakukan pekerjaan tersebut karena hasil yang mereka peroleh secara baik-baik atau halal. Bekerja adalah keinginan semua orang, karena dengan bekerja mereka akan mendapatkan uang yang dapat menyambung kehidupan mereka. Bagi anak jalalan, mereka bisa memjual jasa ataupun barang yang terpenting dapat menghasilkan uang. Dari berbagai macam pekerjaan anak jalanan, ternyata terdapat perbedaan pendapatan pada setiap pekerjaanya seperti menjual Koran, mengais barang bekas, mengamen, meminta-minta dan sebagainya.

    Berdasarkan hasil penelitian dilapangan, diketahui bahwa pendapatan yang diperoleh oleh anak jalanan tersebut cukup beragam antara lain: anak-anak yang berjualan koran mendapatkan Rp.25.000-Rp.50.000. Anak yang bekerja sebagai pengemis mendapatkan Rp.50.000-Rp.100.000 perharinya. Anak yang bekerja sebagai pengamen mendapatkan Rp.30.000-Rp.50.000 perharinya. Sebagian besar penghasilanya mereka berikan kepada orang tua mereka yang berada dalam satu rumah atau tempat tinggal. Untuk tempat tinggal anak jalanan, sebagian besar dari mereka masih tinggal bersama orang tua mereka masing-masing, namun dari informan lain ada yang menghabiskan waktu di jalanan dan hanya pulang kerumah sebentar saja. Kondisi rumah mereka juga sangat sederhana dan cenderung tidak layak ditempati. Untuk melaukan aktifitas dirumah, hanya digunakan sebagai tempat berkumpul tidur. Dan satu rumah biasanya ditempati oleh 4-7 orang termasuk ayah dan ibu.

    b.      Faktor sosial: interaksi sosial, organisasi sosial

    Kehidupan anak jalanan sebagian besar dihabiskan dijalanan, sehingga mengakibatkan partisipasi atau interaksi anak jalanan sehari-hari hanya dengan teman-teman mereka sendiri yang sama-sama berada dijalanan bekerja untuk membantu orang tua mereka. Pada waktu pagi, anak jalanan melakukan rutinitas seperti anak-anak biasanya dengan bersekolah mereka biasanya menuntut pendidikan pada jenjang sekolah dasar dan menengah pertama. Namun bagi mereka yang tidak sekolah, anak jalanan sering dari pagi hari sudah berkeliaran di jalan untuk berjualan koran. Mereka merelakan waktu sekolah dan bermain bersama teman sebaya mereka, mereka memilih untuk bekerja. Tempat kerja mereka juga merupakan tempat bermain bagi mereka, walaupun jalanan merupakan suatu tempat yang penuh dengan resiko.

    Dalam keseharianya, anak jalanan berinteraksi dengan kawan sebayanya. Interaksi berlangsung ketika anak jalanan sedang bekerja dan melakukan aktifitas di jalan raya. Bentuk interaksi tersebut, memunculkan berbagai macam informasi dan saling tukar pengalaman ketika berada di jalanan misalnya informasi mengenai tempat yang enak untuk dijadikan tempat berjualanan. Anak jalanan dalam melakukan pekerjaan di jalan sering terlihat bergeromol entah itu dua atau tiga orang. Kelompok-kelompok tersebut biasanya menguaisai daerah atau wilayah seperti perempatan dan tempat keramaian. Tak jarang juga diantara kelompok tersebut melakukan perputaran tempat untuk mendapatkan hasil yang mungkin tidak dapat dirasakan ditempat yang sebelumnya. Sistem seperti itu merupakan salah satu wujud interaksi yang terus dijalankan oleh anak jalanan untuk menjaga kestabilan penghasilan dalam berusaha. Dalam usaha tersebut, sebisa mungkin diatur untuk mendapatkan hasil yang tidak saling merugikan antar anak jalanan.

    Anak jalanan membuat suatu pembagian kerja pada setiap wilayahnya misalnya anak-anak yang berjualan koran dibagi dimasing-masing perempatan untuk menghindari penumpukan. Pada jam kerjanya pun ditentukan misalnya pada anak jalanan yang menjual koran itu di waktu pagi sampai siang dan waktu siang sampai malam biasanya anak jalanan ada yang mengamen, mengumpulkan sampah, membersihkan mobil dan sebagainya. Dalam setiap kelompoknya, anak-anak tersebut saling mengenal satu dengan yang lainnya. Untuk satu kelompoknya terdiri dari 1-5 anak yang umumnya mereka suatu kerabat dekat walaupun tidak menutup kemungkinan ada dari pihak luar namun itu hanya sebagian kecil.

    c.       Faktor budaya: kebiasaan, bekerja keras.

    Faktor budaya kebiasaan dan keinginan untuk berusaha yang dimaksudkan adalah kegiatan bekerja dijalanan yang dilakukan anak jalanan itu apakah ada unsur kebiasaan, paksaan ataukah keinginan atau kesadaran individu masing-masing untuk membantu perekonomian keluarga minimal untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dan keinginan mereka. Dengan kondisi perekonomian yang minim di keluarga, membuat anak-anak ditingkat keluarga tersebut membantu bekerja keluarga untuk mecukupi kebutuhan sehari-hari. Perilaku mereka merupakan reaksi terhadap kehidupan mereka yang kurang beruntung. Walaupun begitu, anak jalanan tetap memiliki keinginan yang keras dan mandiri untuk membantu orang tuanya. Dalam keseharianya yang bekerja di jalan, anak jalanan tidak memiliki rasa malu. Mereka memiliki prinsip untuk terus bekerja dan membantu orang tua. Walaupun dalam beberapa kesempatan mereka sering terjaring razia oleh satpol pp dan sebagainya.

    Anak jalanan memiliki kebiasaan  yang mandiri dan memiliki etos kerja yang menonjol. Mereka melakukan pekerjaan tersebut dengan suka cita demi mendapatkan uang. Mereka biasa dengan keadaan yang serba kekurangan. Suatu saat mereka juga ingin seperti orang-orang kota pada umumnya yang kaya dan sukses. Namun mereka juga tetap sadar dengan kondisi mereka yang seperti itu.

    d. Faktor pendidikan: tingkat pendidikan anak dan orang tua.

    Faktor pendidikan juga merupakan salah saru faktor yang menyebabkan munculnya anak jalanan dikota Surabaya ini, salah satu yang bisa dilihat adalah faktor pendidikan yang berasal dari orang tua anak jalanan yang sebagian besar tidak memiliki tingkat pendidikan memadai sehingga pada akhirnya tidak memiliki pengetahuan dan keahlian untuk bersaing dunia kerja, dan pada akhirnya orang tua dari anak jalanan hanya bekerja serabutan dan menjadi buruh. Tingkat pendidikan yang pernah dijalani oleh orang tua mereka adalah rata-rata hanya sekolah dasar (SD), bahkan ada juga yang tidak mengenyam bangku pendidikan. Rendahnya pendidikan yang didapat oleh orang tua mereka berdampak  pada pekerjaan yang diperoleh oleh orang tua mereka yang tidak dapat bersaing dengan warga asli dan pendatang kota yang lain, yang memiliki pendidikan yang tingkatanya lebih tinggi dan didukung lagi dengan kemapuan dan keahlian lain yang telah dimiliki oleh mereka yang telah siap mengadu nasib di kota orang sebagai pendatang.

    Pendidikan merupan seuatu kebutuhan yang penting dalam menjalani kehiddupan ini, selain ada kebutuhan sandang, pangan dan papan. Sebagi salah satu kebutuhan yang dasar dan terpenting, membuat pendidikan menjadi hal yang urgen dan merupakan hal yang dapat menentuka suatu generasi bisa lebih baik dari sebelumnya. Pendidikan juga meruana suatu landasan untuk mencapai angan-angan dan cita-cita di masa yang akan datang. Dan menggubah masa depan kearah yang lebih baik merupakan suatu keinginan yang dipikirkan oleh anak-ana jalanan tersebut. Dari pendidikan ayah dan ibu yang dapat mempengaruhi kehidupan atuau pendidikan di tingkat anaknya, yang bisa menjadian sebagai suatu mata rantai yang sulit untuk dihilangkan karena orang tua sulit untuk mendapatkan ases pendidikan. Anak akhirnya tidak memiliki motivasi yang lebih untuk berjuang melanjutkan sekolah kejenjang yang lebih tinggi lagi. Hal tersebut sangat disesalkan, melihat pembangunan kota Surabaya yang semakin megah namun disisi lain masih ada anak-anak yang tidak dapat mendapatkan pendidikan yang layak. Untuk bisa membaca dan menulis anak jalalan sudah merasa cukup. Hal tersebut merupakan suatu hal yang ironis di jaman pengetahuan dan teknologi yang semakin berkembang ini.

    BAB 3

    3.1. Kesimpulan

    Faktor ekonomi keluarga yang kurang mampu membuat anak-anak harus turun dan ikut membantu orang tua untuk memnuhi kebutuhan sehari-hari. Berbagai aktifitas yang biasa dilakuan oleh anak-anak yang ada dijalanan adalah berjualan Koran, megamen, membersihkan mobil, mengemis dan sebagainya. Semua kegiatan tersebut dilakukan dari pagi hingga malam dan semua itu dilakukan dengan suka cita oleh anak jalanan dan penghasilan yang mereka dapatkan nantinya akan diberikan ke orang tua namun tidak menutup kemungkinan hasil dari kerja mereka akan dibuat untuk keperluan pribadi seperti membeli sandang dan pangan.

    Keberadaan anak jalanan ini bisa dikatakan sebagia suatu siklus atau perputaran yang saling berhubungan satu dengan yang lainya seperti pada faktor ekonomi, sosial budaya dan pendidikan. Di lihat dari pendidikan orang tua yang rata-rata hanya bersekolah sampai tingkat dasar (SD) dan itu yang membuat orang tua mereka tidak mendapatkan pekerjaan dengan penghasilan tinggi sehingga pengasilan keluarga mereka tidak dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari.

    Masa depan anak jalanan ini harus mendapatkan perhatian yang lebih dari pemerintah kota Surabaya khususnya Dinas Sosial yang terkait dalam permasalahan anak jalanan ini harus benar–benar fokus untuk memperhatikan dan memberikan program–program yang menyangkut peningkatan mutu dan mengangkat anak jalanan dari keterputrukan dan kesusahan hidup agar nantinya anak–anak tersebut tidak turun lagi kejalanan.

    3.2. Saran

                Demikian makalah yang telah dibuat ini semoga dapat memberikan manfaat bagi para pembaca umumnya dan bagi penulis khususnya. Apabila dalam makalah ini ada kesalahan dan kekurangan, penulis selalu membuka saran dan kritik dari pembaca. Semoga dalam makalah ini selalu mendapat rahmat dan berkah dari tuhan yang esa.

    Daftar pustaka

    Suryanto, Bagong & Karnaji

    (2003). Pendataan Masalah Sosial Anak Jalanan Di Surabaya: Isu Prioritas Dan Penangananya. Surabaya. Lembaga Penelitian Universitas Airlangga Dengan Dinas Sosial Dan Pemberdayaan Perempuan Perempumpuan Kota Surabaya.

    Suryanto, Bagong & Karnaji

    (2004). Life Dynamic Basic Training Bagi Kelompok Anak Jalanan Dan Anak Nakal Di Kota Surabaya. Surabaya. Airlangga University Press.

    Purwoko, Tjutjup

    (2013). Analisis Faktor-Faktor Penyebab Keberadaan Anak Jalanan Di Kota Balikpapan. eJournal Sosiologi Volume 1 Nomor 4. ejournal.sosiologi.or.id

  • Laporan Studi Kasus Sosiologi Perkotaan – Tempat Hiburan Malam Pantai Losari

    Tempat Hiburan Malam Pantai Losari

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Arus modernisasi dan globalisasi membawa dampak massal, yang sulit untuk dikendalikan, terutama karena begitu cepatnya informasi yang masuk keseluruh belahan dunia, hal ini membawa pengaruh bagi seluruh bangsa Indonesia.Dengan perkembangan informasi dan teknologi, maka dunia menjadi sempit, ruang dan waktu menjadi sangat relatif, dan dalam banyak hal batas-batas negara sering menjadi kabur bahkan mulai tidak relevan. Dinding pembatas antarnegara menjadi semakin terbuka bahkan mulai hanyut oleh arus perubahan.

    Perubahan perilaku sosial dapat terjadi karena adanya pengaruh budaya barat yang terkemas dalam pola pergaulan masyarakat kekinian, dan berbentuk seperti diskotik, bar, dan karaoke. Maka untuk mengantisipasi dampak negatif ini dibutuhkan pengawasan dan penyaringan, yang apabila tidak diadakan sangat memungkinkan akan membawa pengaruh terhadap moral, pola hidup masyarakat disekitarnya.

    Saat ini tempat hiburan malam telah menjadi sumber masalah kerusakan moral dan kriminalitas di negeri ini.Sebuah tempat yang saat ini sering kali menjadi tempat pengeksploitasian dan merendahkan harkat wanita, bahkan tidak jarang pengeksploitasian wanita dibawah umur.Sebuah tempat yang juga telah menjadi arena yang sangat strategis untuk menjalankan transaksi barang haram yang berujung pada perusakkan moral generasi muda. Dampak terbesar yang mncul dari adanya tempat hiburan malam adalah akan terleburnya nilai-nilai keagamaan, budaya, adat istiadat, dan kesopanan.

    Perjalanannya, tempat-tempat hiburan khusus untuk malam hari kebanyakan terdapat di kota-kota besar kini tempat-tempat hiburan malam telah merambah ke kota-kota, kabupaten, bahkan menyusup ke kampung-kampung/desa-desa yang dulu hingar binger oleh suara orang mengaji dari masjid atau musholah.Sekarang sudah tergantikan dengan suara keyboard dan alat-alat musik yang menghentak.Hasil observasi prapenelitian dikota metro. Menunjukkan kehidupan malam didaerah tersebut yang dulu seperti kota mati sekarang berganti menjadi kota yang tak pernah tidur.Akibatnya masyarakat yang menginginkan ketentraman dan kenyamanan merasa terusik.

    Tidak hanya itu saja, sebagian dari pengunjung tempat hiburan malam tersebut adalah warga masyarakat yang berada disekitarnya. Hal itu tentu saja sangat meresahkan, karena di khawatirkan akan berpengaruh terhadap perilaku sosial masyarakat yang khususnya terhadap anak-anak dan remaja yang ada disekitar lokasi tersebut.

    B. Rumusan Masalah

    1. Bagaimana gambaran hiburan malam di pantai losari ?
    2. Faktor apa yang mendorong pengunjung untuk mengunjungi pantai
      losari ?
    3. Bagaimana dampak hiburan malam di pantai losari ?
    4. Bagaimana tanggapan masyarakat dan pemerintah tentang pantai
      losari?

    C. Tujuan Masalah

    1. Untuk mengetahui gambaran hiburan malam di pantai losari
    2.    Untuk mengetahui faktor pengunjung untukmengunjungi pantai losari
    3.    Untuk mengetahui hiburan malam di pantai losari
    4.    Untuk mengetahui tanggapan masyarakat dan pemerintah tentang pantai losari.

    Bab II. Tinjauan Pustaka

    A. Gambaran Tempat Hiburan Malam

    Hiburan adalah semua kegiatan atau perbuatan yang mempunyai tujuan untuk menghibur hati seseorang untuk menjadi senang. Menurut R.S Darmajati (2005:25) mengemukakan bahwa “istilah tempat hiburan malam berasal dari : kata tempat yang berarti suatu area/tempat atau lokasi, kedua kata hiburan, kata hiburan memiliki persamaan arti kataentertainment dalam bahasa inggris yang berarti sejenis touristattraction, para pengunjung (wisatawan) merupakan subjek yang pasif sebagai audience/hadirin yang datang menyaksikan, menikmati ataupun mengagumi kejadian-kejadian yang berlangsung untuk mendapatkan kepuasan rohaniah sesuai dengan motif-motif yang mendorong kunjungan tersebut, misalnya : Bioskop, Floorshow, Music, Night Club, Dancing Hall.Sedangkan menurut Peraturan Daerah Kota Metro Nomor 07 Tahun 2006 Pasal 1 Tentang Retribusi Izin Usaha Kepariwisataan.“Tempat hiburan umum adalah setiap tempat usaha komersial yang ruang lingkup kegiatannya dimaksud untuk memberikan kesegaran jasmani dan rohani”.

    Pengertian diatas tempat hiburan dapat diartikan segala jenis kegiatan ataupun perbuatan baik berupa pertunjukkan, keramaian, permainan ataupun ketangkasan yang mempunyai tujuan untuk menghibur seseorang sehingga dapat menyenangkan hati dan melupakan segala kesedihan yang sedang dialami oleh individu itu sendiri.

    Jenis-jenis hiburan dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis, diantaranya :

    1. Gelanggang olahraga
    2. Gelanggang seni
    3. Arena permainan
    4. Hiburan malam
    5. Panti pijat
    6. Taman rekreasi
    7. Karaoke
    8. Jasa impreseriat/promoter

    (Pasal 3 ayat 2 Pemerintah Kebudayaan dan Pariwisata tentang tata cara pendaftaran usaha penyelenggaraan hiburan dan rekreasi).

    B. Faktor Yang Mendorong Pengunjung Untuk Mengunjungi Tempat Hiburan Malam

    Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendorong masyarakat mengunjungi tempat hiburan malam, terlebih dahulu harus dipahami tentang teori motivasi.Motivasi berarti sesuatu hal yang menimbulkan dorongan atau keadaan yang menimbulkan dorongan. Jadi motivasi dapat pula diartikan faktor yang mendorong orang untuk bertindak dengan cara tertentu (Manullang, 1982). Secara leksikal motivasi berarti kecenderungan di dalam diri seseorang secara sadar atau tidak sadar melakukan tindakan dengan tujuan tertentu, atau usaha-usaha yang menyebabkan seseorang atau kelompok orang tergerak untuk melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendaki. (As’ad 1995).

    Motivasi adalah hasil proses-proses yang bersifat internal atau eksternal bagi seseorang yang menimbulkan sikap entusias dan persistensi untuk mengikuti arah tindakan-tindakan tertentu (Winardi,2002).

    Menurut Sutrisno (2011:110) mengungkapkan “bahwa dorongan atau tenaga tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat, sehingga motif tersebut merupakan suatu driving force yang menggerakkan manusia untuk bertingkah laku dan perbuatan itu mempunyai tujuan tertentu”.

    Pendapat tersebut didukung oleh  Jones (1997) dalam Sutrisno (2011:110),

    “mengatakan motivasi mempunyai kaitan dengan suatu proses yang membangun dan memelihara perilaku kearah suatu tujuan”. Namun seseorang akan menunjukkan dorongan tertentu dalam menghadapi situasi yang berbeda dan dalam waktu yang berlainan pula.

    Faktor-faktor dalam diri seseorang dapat berupa kepribadian, sikap, pengalaman dan pendidikan atau berbagai harapan dan cita-cita yang menjangkau ke masa depan. Faktor-faktor diluar diri seseorang dapat ditimbulkan oleh berbagai sumber seperti pengaruh pimpinan, kolega, lingkungan kerja atau faktor-faktor lain yang sangat komplek.

    Ada beberapa teori tentang motivasi, namun teori motivasi yang paling mendasar adalah Teori kebutuhan yang dicetuskan oleh Abraham Maslow. Teori yang di kembangkan oleh Maslow pada intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia memiliki lima tingkat atau hierarkhi kebutuhan yaitu :

    1. Kebutuhan fisiologis (physiological needs), yaitu kebutuhan jasmani seperti makan, minum, pakaian, tempat untuk bernaung.
    2. Kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak hanya dalam arti perlindungan fisik, namun juga dari segi mental, psykologikal dan intelektual.
    3. Kebutuhan sosial (social needs), termasuk kebutuhan bergaul, berteman, diakui dan di terima dalam suatu masyarakat atau kelompok.
    4. Kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yaitu kebutuhan untuk menghargai diri sendiri dan dihargai orang lain, terutama sehubungan dengan apa yang dilakukannya : harga diri, prestise.
    5. Aktualisasi diri (self actualization), dalam arti kebutuhan untuk mendapatkan kepuasan diri dengan mengembangkan potensi kemampuan dan bakat yang dimiliki secara maksimal.

    C. Dampak Hiburan Malam

    Orang yang sudah terlanjur dengan kehidupan dampak dunia malam seakan memang terjerumus, tapi itu merupakan jalan satu-satunya bagi mereka yang sudah masuk dalam kehidupan dunia malam.Tak jarang kebanyakan dunia malam membawa dampak positif dan negative pula, penggunaan minum-minuman keras, penggunaan narkoba dan obat-obatan terlarang lainnya. Berikut dampak positif dan negative nya :

    a.    Dampak negative dari pergaulan dunia malam

    1. Membuat seseorang masuk kedalam gaya Hedonisme
    2. Menjerumuskan seseorang untuk berbuat dosa
    3. Dugem hanya menghambur-hamburkan uang orang tua
    4. Dugem bisa mencoreng nama keluarga
    5. Dugem merusak masa depan generasi muda
    6. Dugem membuat penyimpangan norma-norma dalam masyarakat

    b.    Dampak positif daripergaulan dunia malam

    1. Referensi pengamatan sosial
    2. Menambah teman dan jaringan
    3. Sebagai sumber penghasilan\Menghilangkan stress

    D. Tanggapan Masyarakat dan Pemerintah Tentang Tempat Hiburan
    Malam

    Kehidupan malam identik dengan seks bebas, alkohol dan obat terlarang.Itu tidak bisa di pungkiri ketika mewabahnya ekstasi dan shabu-shabu.Obat terlarang jenis ini sering ditemui di klub-klub malam.Alkohol mudah sekali di jumpai ketika kita masuk dalam klub-klub malam.Dunia ini banyak dirambah oleh kalangan atas dan kalangan selebritis.Mereka menganggap kehidupan malam adalah kebutuhan hidup yang tidak bisa dipisahkan dari rutinitas mereka.Perspektif masyarakat Indonesia tentang kehidupan malam adalah tabu, mereka menganggap kehidupan malam itu tak ada dalam adat istiadat mereka. Mereka menganggap kehidupan malam itu sebagai dunia kelam yang akan menghancurkan generasi bangsa.

    Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2012 tentang jam operasi tempat hiburan malam dinilai lemah dalam hal pengawasan oleh pemerintah. Ahmad Nugraha berpendapat, titik permasalahan dari tindakan kriminal bukan berada di Perda tentang operasi tempat hiburan malam.Menurut dia, aplikasi dari Perda tersebut dalam hal pengawasan oleh pemerintah dinilai lemah.

    Nugraha melanjutkan operasi jam hiburan malam harus dilihat secara komprehensif. Menurut dia, peredaran minuman keras justru yang harusnya diawasi lebih ketat.Pengendalian terhadap penjualan minuman keras harus dilakukan oleh pemerintah. Dikatakan Nugraha, Perda tentang minuman keras dan Perda tempat hiburan malam merupakan dua hal yang berbeda. Kedua hal itu tidak bisa dicampur aduk karena menurut dia hiburan malam tidak identik dengan minuman keras.Dari Perda yang ada sekarang, operasi tempat hiburan ada bermacam-macam.Tergantung dari jenis tempat hiburannya.

    Bab III. Metode Studi Kasus

    A. Jenis dan Lokasi Penelitian

    Penulis memakai  jenis penelitian  field research yaitu penelitian lapangan, dan tipe penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan jenis data kualitatif yang berbentuk kata-kata, skema dan gambaran. Penelitian deskriptif yaitu untuk membuat gambaran secara sistematis, faktual dan dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.  Penelitian yang kami gunakan lebih menekankan pada keaslian dan tidak bertolak pada teori dan fakta yang ada di lapangan  atau dengan kata lain menggabungkan teori dengan fakta-fakta yang ada pada suatu tempat atau masyarakat tempat kami meneliti.

    Lokasi penelitian yaitu Pantai Losari, Kota Makassar.Jenis penelitian yang dilakukan adalah Observasi lapangan dan wawancara, yang penyusun turun lansung ke lapangan atau masyarakat tempat meneliti untuk mengetahui secara jelas mengenai tempat hiburan malam seperti di pantai losari.

    B. Waktu dan Pendekatan Penelitian

    Waktu penelitian dilakukan pada : Minggu, 01 Mei 2016.

    1. Pendekatan sosial kultural, yaitu cara mendekati masalah yang diteliti dengan menggunakan teori sosiologi.
    2. Pendekatan fenomenologi, yaitu peneliti melakukan pendekatan dengan cara melihat situasi yang terjadi pada masyarakat yang berada di sekitar pantai losari.

    Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.Data primer yaitu data yang empirik yang diperoleh dari hasil observasi. Sedangkan data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui telaah kepustakaan serta data yang diperoleh dari sumber-sumber rujukan lain.

    C. Subjek Penelitian

    Narasumber yang berjumlah Tujuh Orang yaitu :

    1. Bapak Ariadi dan Ibu rini yang berasal dari Semarang, jawa tengah.
    2. Arsan yang berasal dari Surabaya.
    3. Bapak didin yang berasal dari Lombok.
    4. Imran yang berasal dari Makassar.
    5. Brigadir Sirajuddin yang berasal dari Bantaeng.
    6. Ibu Astri yang berprofesi sebagai penjual pisang eppe.

    Bab IV. Hasil dan Pembahasan

    A. Gambaran Hiburan Malam di Pantai Losari

    Pantai Losari merupakan pantai kebanggaan masyarakat Makassar, yang sekaligus menjadi icon Sulawesi Selatan. Pantai Losari terletak di sebelah barat kota Makassar,tepatnya di jantung kota Makassar, di jalan penghibur yang memiliki keindahan pantai, selain itu terdapat pula aktivitas ekonomi baik itu perdagangan maupun jasa.

    Wilayah pesisir sangat menarik perhatian manusia, baik pada masa lalu maupun sekarang.Seiring dengan perkembangan peradaban dan kegiatan sosial ekonominya, manusia memanfaatkan wilayah pesisir untuk berbagai kepentingan, seperti tempat mencari nafkah, pemukiman, perkotaan, kawasan industri, bandara, pelabuhan, maupun sebagai tempat rekreasi baik itu siang maupun malam.

    Karena beragamnya fungsi yang ditawarkan oleh Pantai Losari ini, memberikan peluang bagi masyarakat untuk melakukan kegiatan ekonomi, yaitu salah satunya mendirikan usaha.Karena hal inilah yang menjadi salah satu faktor penarik pengunjung mendatangi pantai losari. Karena banyaknya pengunjung yang berdatangan, Pantai Losari nampak seperti tempat hiburan ketika malam hari, karena lengkapnya fasilitas-fasilitas yang ditawarkan oleh Pantai Losari tersebut dan suasana nyaman. Berdasarkan hasil penelitian kamiyaitu :

    “saya datang kesini karena rasa penasaran, kebetulan saya itu hari googling, sebenarnya pencarian saya itu Kota Makassar, ternyata yang timbul Pantai Losari. Jadi sebetulnya saya baru pertama kali ke Pantai Losari dan saya lihat di internet Pantainya bagus dan setelah saya tiba disini ternyata Masjidnya bagus dan disini juga ramai”.

    B. Faktor yang mendorong pengunjung untuk mengunjungi Pantai Losari

    Suasana indah pada malam hari di Pantai Losari, membuat rasa ketertarikan muncul untuk menjajaki pantai indah nan elok ini. Pantai yang dipenuhi oleh para pedagang pisang eppe ini membuat orang ingin merasakan kuliner khas Makassar yang hanya dijajakan di Pantai Losari pada malam hari.Bukan hanya itu saja yang menjadi faktor penarik pengunjung di Pantai Losari ini. Sesuai dengan hasil penelitian kami, yaitu :
    Narasumber 1 : Pak Ariadi dan Ibu Rini, umur 50 tahun, salah satu pengunjung pantai losari dari Semarang, Jawa tengah.

    “dulu itu pernah tinggal di Makassar, dan juga Pantai Losari itukan sudah terkenal di jawa, Pantai losari itukan sudah identik dengan Makassar. Jadi kalau datang ke Makassar rugi kalau ngak ke Pantai Losari. Dulu 13 tahun yang lalu Pantai Losari nggak kayak gini sekarang sudah berkembang terus kebetulan tadi karena lihat keindahan masjidnya kami jadi tertarik dan juga kalau mau nyari pisang epe kan ada disini dan udara lautnya kesannya enak”.

    Narasumber 2 :Pak Didin, umur 35 tahun, salah satu pengunjung pantai losari dari Lombok, NTB.
    “saya datang kesini karena indah dan ramai karena dulukan saya pernah kuliah disini di UMI, waktu tahun 2003 pantai losari ini nda seindah sekarang, sekarang banyak kemajuan seperti yang kita lihat sekarang”.
    Narasumber 3 :Imran, umur 29 tahun, salah satu penduduk yang berasal dari Enrekang.
    “saya datang kesini pertama tempatnya gratis, kedua untuk cuci-cuci mata bisa di bilang enaklah suasananya kebetulan saya bawa teman dari Jayapura yah sekalian saya ajak kesini untuk melihat-lihat. Mungkin itu saja”.
    Berdasakarkan dari tanggapan beberapa dari narasumber diatas, menggambarkan bahwa banyak hal yang menjadi faktor penarik pengunjung untuk menjadikan pantai losari sebagai salah satu tempat hiburan pada saat malam hari.
    C.    Dampak Hiburan Malam di Pantai Losari
    Adanya suatu ikon di Makassar ini seperti pantai losari menjadi kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Makassar, selain menjadi ikon pantai losari ini juga mempunyai fungsi sebagai tempat untuk kampanye, konser music dll.Oleh karena itu pantai losari ini tidak hanya memiliki fungsi atau manfaat tetapi juga mempunyai dampak, baik dampak positif maupun dampak negative.
    Berdasarkan hasil penelitian kami yaitu :
    Narasumber 4 :Ibu Astri, umur 32 tahun salah seorang penjual pisang eppe.
    “2 tahunma’ menjual disini, dampak positif yang kurasa waktu menjual disini itu penghasilanku lumayan untuk tambah-tambah jajan anak, banyak mi kenalan ta’ tersambung mi juga silaturrahmi ta’ toh”.
    Berdasarkan tanggapan ibu Astri menggambarkan dampak positif dari adanya hiburan malam di pantai losari yaitu, menambah penghasilan keluarga, banyak kenalan sehingga tersambung silaturrahmi.
    Narasumber 5 :Arsan, umur 27 tahun, salah seorang pengunjung yang berasal dari Surabaya.
    “menurut saya dampak negatifnya mungkin menyebabkan macet yah, karena parkirnya di bahu-bahu jalan terus disinikan temapatnya umum bisa untuk semua kalangan dari anak-anak sampai orang tua, misalnya anak kecil yang datang kesini bisa-bisa moralnya rusak karena melihat hal-hal yang berbau negative yang belum patut untu dia lihat seperti Orang pacaran “yang lagi” kita kan sudah dewasa jadi pasti udah tahulah bagaimanakan zaman sekarang ini”.
    Berdasarkan tanggapan Arsan menggabarkan dampak negative dari adanya hiburan malam di pantai losari ini yaitu, menyebabkan macet dan bisa merusak moral dan karakter generasi selanjutnya.
    D.    Tanggapan Masyarakat dan Pemerintah Tentang Pantai Losari
    Kebanyakan dari masyarakat mulai terpengaruh dengan adanya tempat hiburan malam dan melupakan budaya  mereka. Banyak masyarakat menerima tempat hiburan malam karena disini lah mereka bisa meluapkan segalanya, ada beberapa tanggapan yang mungkin akanmemperkuat semuanya.
    Berdasarkan hasil penelitian kami, yaitu :
    “sebetulnya pantai losari bagus untuk tempat rekreasi tetapi dampaknya untuk lingkungan tidak bagus karena kayak tidak ada lagi garis pantai dan lautnya jadi kotor akibat dari masyarakat yang membuang sampah dilaut sekitar pantai losari ini”.
    Inilah salah satu tanggapan dari masyarakat dan masih ada lagi tanggapan dari pemerintah. Berikut hasil penelitian kami :
    Narasumber 6 :Brigadir Sirajuddin, umur 34 tahun, salah satu anggota kepolisian.
    “menurut saya pantai losari ini bagus untuk tempat rekreasi dan juga kan sudah ada yang namanya Perda (peraturan daerah) semua ini sudah diatur dan memiliki izin, malah mungkin kedepannya pantai losari ini akan direklamasikan kembali tetapi disini juga saya menanggapi dari sisi negatifnya pantai losari ini terkadang dijadikan seperti tempat maksiat”.
    Berdasarkan tanggapan dari bapak Brigadir Sirajuddin, Ia menggabarkan sisi positif dan negative tentang pantai losari ini dimana kedepannya pantai losari ini akan direklamasikan kembali agar nantinya menjadi tempat hiburan yang layak untuk masyarakat dan tidak di fungsikan sebagai tempat maksiat.
    BAB. V
    PENUTUP
    A.    Kesimpulan
    Hiburan adalah semua kegiatan atau perbuatan yang mempunyai tujuan untuk menghibur hati seseorang untuk menjadi senang. Menurut R.S Darmajati (2005:25) mengemukakan bahwa “istilah tempat hiburan malam berasal dari : kata tempat yang berarti suatu area/tempat atau lokasi, kedua kata hiburan, kata hiburan memiliki persamaan arti kata entertainment dalam bahasa inggris yang berarti sejenis touristattraction, para pengunjung (wisatawan) merupakan subjek yang pasif sebagai audience/hadirin yang datang menyaksikan, menikmati ataupun mengagumi kejadian-kejadian yang berlangsung untuk mendapatkan kepuasan rohaniah sesuai dengan motif-motif yang mendorong kunjungan tersebut, misalnya : Bioskop, Floorshow, Music, Night Club, Dancing Hall.
    Motivasi berarti sesuatu hal yang menimbulkan dorongan atau keadaan yang menimbulkan dorongan. Jadi motivasi dapat pula diartikan faktor yang mendorong orang untuk bertindak dengan cara tertentu, Faktor-faktor dalam diri seseorang dapat berupa kepribadian, sikap, pengalaman dan pendidikan atau berbagai harapan dan cita-cita yang menjangkau ke masa depan. Faktor-faktor diluar diri seseorang dapat ditimbulkan oleh berbagai sumber seperti pengaruh pimpinan, kolega, lingkungan kerja atau faktor-faktor lain yang sangat komplek.
    Bentuk dan perilaku sosial seseorang dapat pula ditunjukkan oleh sikap sosialnya. Sikap menurut Akyas Azhari (2005:161) adalah “suatu cara bereaksi terhadap suatu perangsang tertentu.Sedangkan menurut W.A. Gerungan, (2010:151-152). “sikap sosial dinyatakan oleh cara-cara kegiatan yang sama dan berulang-ulang terhadap obyek sosial yang menyebabkan terjadinya cara-cara tingkah laku yang dinyatakan berulang-ulang terhadap salah satu obyek sosial”.
    Orang yang sudah terlanjur dengan kehidupan dampak dunia malam seakan memang terjerumus, tapi itu merupakan jalan satu-satunya bagi mereka yang sudah masuk dalam kehidupan dunia malam.Tak jarang kebanyakan dunia malam membawa dampak positif dan negative pula, penggunaan minum-minuman keras, penggunaan narkoba dan obat-obatan terlarang lainnya. Berikut dampak positif dan negative nya :
    Dampak negative dari pergaulan dunia malam
    1.    Membuat seseorang masuk kedalam gaya Hedonisme
    2.    Menjerumuskan seseorang untuk berbuat dosa
    3.    Dugem hanya menghambur-hamburkan uang orang tua
    4.    Dugem bisa mencoreng nama keluarga
    5.    Dugem merusak masa depan generasi muda
    6.    Dugem membuat penyimpangan norma-norma dalam masyarakat
    Dampak positif dari pergaulan dunia malam
    1.    Referensi pengamatan sosial
    2.    Menambah teman dan jaringan
    3.    Sebagai sumber penghasilan
    4.    Menghilangkan stress

    B.    Lampiran
    Dokumentasi

    Pengambilan Gambar, setelah selesai mewawancarai Bapak Ariadi dan Ibu Rini, yang berasal dari Semarang (Jawa Tengah).

    Pengambilan Gambar, setelah selesai mewawancarai Arsan, yang berasal dari Surabaya.

    Pengambilan Gambar, setelah selesai mewawancarai Imran, yang berasal dari Enrekang.

    Pengambilan Gambar, setelah selesai mewawancarai Brigadir Sirajuddin, yang berasal dari Bantaeng dan Bertugas di Pantai Losari.

    Pengambilan gambar yang dilakukan pada saat mewawancarai Pak Didin.

    Foto bersama beberapa pengunjung Pantai Losari yang berasal dari Australia

    DAFTAR PUSTAKA
    Lexy, Moleong.metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.2002
    Arsan (27 thn), Pegawai Bank “wawancara”, Pantai Losari,1 Mei 2016
    Brigadir Sirajuddin (34 thn), Polisi “wawancara”, Pantai Losari, 1 Mei 2016
    Astri (32 thn), Penjual Pisang Eppe “wawancara”, Pantai Losari, 1 Mei 2016
    Ariadi dan Rini (50 thn), Pegawai Telkom dan Ibu Rumah Tangga, “wawancara”, Pantai Losari, 1 Mei 2016
    Didin (35 thn), Konsultan “wawancara”, Pantai Losari, 1 Mei 2016
    Imran (29 thn), Pengusaha “wawancara”, Pantai Losari, 1 Mei 2016
    Nurhatima.(Skripsi) Peranan Istri Jamaah Tablig dalam Memenuhi Kebutuhan Ekonomi Keluarga di Desa Datara Kec. Tompobulu Kab.Gowa.h.44
    Blog Ahmad Junaedi. http://Tempat-Hiburan-Malam-Melanggar-BPMPT-Janji-Cabut-Izin.web, (9 Mei 2016).
    Riska Dewi Anggraini, Holillulloh, yunisca Nurmalisa, Blog Abstrak. http://Pengaruh-Aktivitas-Tempat-Hiburan-Malam-Terhadap-Perubahan-Perilaku-Masyaraka.web, (9 Mei 2016).

  • Makalah Olahraga Rekreasi

    Makalah Olahraga Rekreasi

    Olahraga rekreasi adalah fungsi dan peran Olahraga sebagai salah satu aktivitas yang digunakan untuk tujuan hiburan, bersenang-senang dan kualitas hidup.

    Olahraga Rekreasi

    Bab I. Pendahuluan

    A. Pendahuluan

    Menurut UU RI No 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional, yang menjadi ruang lingkup olahraga meliputi tiga kegiatan yaitu olahraga pendidikan; olahraga rekreasi; dan olahraga prestasi. Olahraga pendidikan diselenggarakan sebagai bagian dalam proses pendidikan yang dilaksanakan baik pada jalur pendidikan formal maupun nonformal melalui kegiatan intra dan/atau ekstrakurikuler. Olahraga rekreasi dilakukan sebagai bagian proses pemulihan kesehatan dan kebugaran, sedangkan olahraga prestasi dimaksudkan sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan dan potensi olahragawan dalam rangka meningkatkan harkat dan martabat bangsa. Dalam kaitan dengan materi yang dimunculkan yaitu fokusnya pada olahraga rekreasi, maka penulis akan menjabarkannya langsung pada olahraga rekreasi itu sendiri.

    Rekreasi menurut David Gray dalam Butler (1976:10) mendefinisikan bahwa, “Recreation is an emotional condition within an individual human being that flows from a feeling of well-being and self-satisfaction”. Menurut pendapat sebagian orang rekreasi merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mencari hiburan, atau sekedar untuk melepaskan kelelahan setelah dihadapkan pada berbagai kesibukan dan pekerjaan. Sedangkan olahraga rekreasi adalah olahraga yang dilakukan untuk mengisi waktu luang dengan tujuan akhirnya, menurut Undang-Undang RI No 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional adalah, “memperoleh kesehatan, kebugaran jasmani dan kegembiraan; membangun hubungan sosial; dan/atau melestarikan dan meningkatkan kekayaan budaya daerah dan nasional.”

    Bab II. Pembahasan

    A. Pengertian Rekreasi Olahraga

    Olaharaga rekreasi adalah jenis kegiatan olahraga yang dilakukan pada waktu senggang atau waktu-waktu luang.

    Menurut Kusnadi (2002:4) Pengertian Olahraga Rekreasi adalah olahraga yang dilakukan untuk tujuan rekreasi.

    Menurut Haryono (19978:10) Olahraga rekreasi adalah kegiatan fisik yang dilakukan pada waktu senggang berdsarkan keingginan atau kehendak yang timbul karena memberi kepuasan atau kesenangan.

    Menurut Herbert Hagg (1994) “Rekreational sport /leisure time sports are formd of physical activity in leisure under a time perspective. It comprises sport after work, on weekends, in vacations, in retirement, or during periods of (unfortunate) unemployment”.

    Menurut Nurlan Kusmaedi (2002:4) olahraga rekreasi adalah kegiatan olahraga yang ditujukan untuk rekreasi atau wisata.

    Menurut Aip Syaifuddin (Belajar aktif Pendidikan Jasmani dan Kesehatan SMP, Jakarta, Grasindo.1990) Olahraga rekreasi adalah jenis kegiatan olahraga yang dilakukan pada waktu senggang atau waktu-waktu luang.

    Pengertian rekreasi olahraga suatu kegiatan ynag menyenangkan yang mengandung unsur gerak positif.

    Rekreasi Olahraga adalah aktivitas indoor maupun outdoor yang didominasi unsure-unsure olahraga (gerak) sehingga dapat menyenangkan.

    B. Prinsip-prinsip Dasar Olahraga Rekreasi

    Olahraga rekreasi sudah merupakan kebutuhan masyarakat di Indonesia. Dalam pelaksanaannya mengacu pada prinsipnya yaitu;

    1. aktivitas dilakukan pada waktu senggang,
    2. aktivitasnya bersifat fisik, mental dan sosial,
    3. mempunyai motivasi dan tujuan,
    4. dilakukan oleh siapa saja, kapan saja dan dimana saja,
    5. dilaksanakan secara sungguh-sungguh dan fleksibel,
    6. kegiatannya bermanfaat bagi pelaku dan orang lain.

    Olahraga rekreasi bentuknya bermacam-macam diantaranya, hiking, jelajah kampung, outbound, camping, little farmers, arung jeram, fun offroad,wisata rohani, wisata olahraga, dan masih banyak lagi. Selain itu bentuk-bentuk olahraga tradisional dari suatu daerah pun dapat dijadikan sebagai olahraga rekreasi.

    C. Kesepakatan prinsip-prinsip Olahrada rekreasi

    Prinsip-prinsip rekreasi di bawah ini, sudah merupakan kesepakatan bersama antara beberapa ahli rekreasi yang dapat dipergunakan sebagai pedoman, patokan atau petunjuk bagi para pimpinan organisasi rekreasi dalam menyusun programnya (Meyer, 1964; Butler, 1976; Weiskopf, 1985).

    Prinsip-prinsip tersebut sebagai berikut:

    Prinsip 1 :

    Rekreasi yang sehat menjadi kebutuhan dasar dan merupakan esensi kesejahteraan hidup semua umat manusia (semua lapisan, golongan, ras, usia, dan jenis kelamin). Rekreasi dengan isi kegiatannya yang bersifat rekreatif, bermuara pada pencapaian kesejahteraan hidup manusia. Prinsip ini menggaris bawahi semacam keharusan, bahwa kegiatan rekreasi dan pelaksanaannya, harus selaras dengan upaya yang menyehatkan. Ini berarti, kegiatan bersenang-senang yang dapat membahayakan kesehatan fisik dan mental, sungguh harus dihindari. Berkaitan dengan karakteristiknya, maka pelaksanaan rekreasi yang sehat, harusdapat menjamin keselamatan individu.

    Prinsip 2:

    Setiap individu mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh kepuasan serta memperkaya penggunaan waktu luang. Prinsip ini menggaris bawahi semacam keharusan, yakni rekreasi dan pelaksanaannya, tidak membedakan seseorang dengan lainnya. Karena itu, seperti halnya kesempatan berolahraga, atau mengikuti pendidikan jasmani, setiap orang berhak untuk

    memperoleh layanan dan mendapatkan kesempatan yang sama. Tentu saja, asas individualitas yang berkaitan dengan kebutuhan atau kompetensi, dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan, sehingga pelakunya dapat mencapai hasil yang memuaskan.

    Prinsip 3:

    Rekreasi yang sehat dapat tumbuh dan berkembang dalam masyarakat yang demokratis (bebas memilih, melakukan, mengemukakan pendapat; dan lain sebagainya). Asas demokrasi juga merupakan landasan pelaksanaan rekreasi. Maksudnya, setiap individu, selain memiliki hak dan kesempatan yang sama, juga memiliki keleluasaan untuk memilih apa yang dikehendakinya untuk dilaksanakan sebagai isi kegiatan rekreasinya. Tentu saja, prinsip ini tidak melupakan factor tanggung jawab seseorang dalam hidup bermasyarakat. Dalam kebebasan memilih itu, terkandung keterikatan akan norma dan sistem nilai di lingkungan masyarakat yang bersangkutan.

    Prinsip 4:

    Rekreasi yang sifatnya hiburan hendaknya memberikan kesempatan kepada setiap orang untuk tumbuh dan berkembang pada aspek-aspek yang kognitif, afektif, psikomotor, dan fisik. Pelaksanaan rekreasi yang terkait dengan isi kegiatannya dengan sifat-sifatnya yang membangkitkan suasana menyenangkan, selalu patuh pada asas manfaat bagi pengembangan, bukan saja aspek fisik yang menyangkut keterampilan atau efisiensi fungsi organ tubuh, seperti tercermin dalam kebugaran jasmani yang meningkat. Namun juga bertujuan untuk membina sifat-sifat psikologis yang terangkum dalam domain afektif, misalnya sikap positif terhadap gaya hidup aktif, toleransi terhadap orang lain, kesetiakawanan, semangat juang, dan lain-lain. Selain itu, faktor peningkatan pengetahuan dan penalaran juga menjadi kepedulian, dalam kaitannya dengan tujuan untuk mencerdaskan seseorang dalam arti yang lebih luas.

    Prinsip 5:

    Rekreasi yang sehat pada hakikatnya, bukan hanya merupakan tanggung jawab perorangan, akan tetapi juga menjadi tanggung jawab bersama antar keluarga, masyarakat; badan lembaga-lembaga (formal atau non-formal), serta pemerintah pada semua tingkat. Prinsip ini menekankan pentingnya tanggung jawab bersama dalam upaya menjamin kelanggengan dan kesinambungan pelaksanaan rekreasi. Maksudnya, rekreasi itu tidak akan subur kemajuannya, bila tidak didukung oleh lingkungan sosial, seperti keluarga, dan lebih luas lagi pada tingkatan berikutnya, yaitu lingkungan masyarakat dan bahkan pemerintah. Hal ini akan tercermin dalam upaya penyediaan insfrastruktur dan kelengkapan pendukung bagi kepentingan umum, misalnya penyediaan tamantaman untuk rekreasi, fasilitas transportasi, dan dukungan bagi keselamatan dan keamanan. Kesemuanya itu, tidak mungkin dipikul oleh orang-perorang, tetapi hanya dapat diwujudkan melalui dukungan pemerintah atau mungkin juga sokongan pihak swasta.

    Prinsip 6 :

    Dengan bantuan para dermawan, rekreasi yang sehat dapat berkembang dengan baik dalam masyarakat. Rekreasi memerlukan fasilitas dan bahkan biaya yang bersitat langsung dikeluarkan untuk pelaksanaannya. Di negara maju, para dermawan begitu ringan tangan untuk memberikan bantuan, seperti menyediakan lahan yang selanjutnya digunakan untuk kepentingan rekreasi. Penyediaan fasilitas yang tak terjangkau, sangat mungkin teratasi oleh para dermawan. Karena itu, prinsip keenam ini, menekankan betapa pentingnya penggalian potensi di lingkungan sekitar, berupa dukungan pihak-pihak yang mampu dan berkelebihan kekayaannya.

    Prinsip 7 :

    Kesempatan untuk melakukan kegiatah rekreasi hendaknya dapat diperoleh sepanjang tahun (baik program yang dikelola oleh swasta maupun pemerintah). Asas mantaat yang diperoleh di sepanjang. hayat, merupakan landasan penting yang perlu diperhatikan. Maksudnya, kegiatan rekreasi itu, sebaiknya dapat dilaksanakan di sepanjang hayat seseorang. Untuk Indonesia yang tidak mengenal pergantian musim yang menjadi hambatan, maka pelaksanaan rekreasi di sepanjang tahun, sungguh memungkinkan untuk dilakukan.

    Prinsip 8 :

    Apabila kesempatan rekreasi memang disediakan untuk masyarakat, program rekreasi harus memperhatikan faktor faktor sebagai berikut:

    1. Kebutuhan, minat serta kompetensi para pesertanya.
    2. Jenis masyarakatnya, lokasi, kondisi ekonominya, dan lain-lain.
    3. Kerja sama antar badan-badan atau organisasi atau lembaga di dalam masyarakat (pemerintah dan swasta).
    4. Penggunaan sumber-sumber yang ada.
    5. Kualitas pimpinan rekreasi, khususnya dalam hal menyusun program sesuai dengan jumlah peserta, lokasi, fungsi alat-alat, serta ruangan yang ada.
    6. Perencanaan hendaknya berkelanjutan.
    7. Rencana pengembangan program rekreasi hendaknya mengutamakan masalah alat, ruang atau tempat serta kegiatan rekreasi dalam masyarakat.

    Prinsip 9 :

    Kesempatan berekreasi yang memadai hendaknya dapat diciptakan dalam keluarga, sekolah atau tempat-tempat ibadah. Masyarakat hendaknya ikut membantu mendidik menggunakan waktu luang secara sehat.

    Prinsip 10:

     Mutu bagi seorang pemimpin rekreasi, lebih-lebih yang sifatnya sukarela, harus berkualitas tinggi terutama dalam hal intelektualnya, penampilannya, tanggung jawab, dan sebagainya. Selain perlu untuk menjamin tercapainya tujuan, kepemimpinan yang baik, juga menjamin keterlaksanaan kegiatan yang dapat dipertanggung jawabkan.

    Prinsip 11:

    Uluran tangan dari pemerintah; baik pusat maupun daerah, baik dalam bentuk material maupun moral, sangat diperlukan dalam usaha mengembangkan program rekreasi dalam masyarakat sesuai dengan perkembangan minat dan kebutuhan masyarakat. Dalam kaitannya dengan pelaksanaan otonomi daerah, betapa penting peranan pemerintah daerah untuk menyediakan fasilitas bagi masyarakat agar dapat menikmati kegiatan yang bersifat rekreatif. Dalih rekreasi merupakan hak semua orang, hak individu, dan bagian dari  kebebasan untuk memilih, maka seolah-olah, seseorang memiliki otonomi yang mutlak dalam menentukan pilihannya, apa jenis kegiatan yang akan dilakukannya untuk dinyatakan sebagai kegiatan rekreasi. Rekreasi haruslah merupakan kegiatan yang sehat dan di dalamnya terkandung tanggung jawab sosial dan bahkan moral. Prinsip ini merupakan fondasi utama, sebab kegiatan bersenangsenang dapat terjerumus ke dalam tindakan yang tidak direstui oleh masyarakat, atau bahkan bertentangan dengan nilai moral.

    Bab III. Penutup

    A. Kesimpulan

    Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa olahraga rekreasi mampu mengembangkan budaya hidup sehat, baik untuk pribadi maupun untuk orang lain dan atau lingkungan alamnya serta memiliki prospek yang cerah untuk mengembangkannya, sehingga melalui olahraga rekreasi dapat terbuka lapangan pekerjaan sekaligus peluang bisnis yang bermanfaat bagi masyarakat banyak. Salah satu caranya adalah melalui pengelolaan yang matang, mulai dari konsep sampai kepada pengelolaan dan pelaksanaan di lapangan.

    DAFTAR PUSTAKA

    George. D. Butler. (1976). Introduction to Community Recreation. Fifth edition. McGraw-Hill Book Company.

    Hartoto. ((2001). Pendidikan Rekreasi: Prinsip dan Metode. Depdiknas.

    Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional. Kementrian Negara Pemuda Dan Olahraga  Republik Indonesia.

    …………… (2007). Wisata Dan Olahraga. Jurusan Pendidikan Kesehatan dan Rekreasi. FPOK-UPI. Jurnal.

    http://jangarif.blogspot.com/2007/11/pengertian-olahraga.html

  • Makalah Hubungan Olahraga dan Politik

    Hubungan Olahraga dan Politik

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Kemajuan di Era global ini, bukan hanya masalah kepentingan negara yang menjadi politik. Tetapi dalam Olahraga pun sudah di jadikan bahan politik, misalnya demi kemenangan sebuah tim sepak bola, seorang manager atau pengurus rela mengeluarkan kocek sampai bermiliar rupiah untuk menyogok wasit agar berpihak kepada meraka dan memberi kemenagan untuk sebuah gengsi dan kekuasaan dan olahraga dimanfaatkan sebagai media propaganda saat zaman pemerintahan Hitler.

    B. Identifikasi Masalah

    Olahraga dengan politik sangat erat kaitannya. Tetapi terkadang karena politik dengan muatan negatif terlalu banyak campur tangan ke dalam olahraga maka akan membahayakan organisasi olahraga, atlet serta masyarakat banyak.

    C. Tujuan

    Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :

    1. Memaparkan pengkembangan dan hubungan antara olahraga dengan politik.
    2. Memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sosiologi Olahraga
    3. Menambah wawasan bagi kelompok penulis dan rekan-rekan.

    Bab II. Pembahasan

    A. Olahraga dan Politik

    a.      Olahraga

    Olahraga adalah aktivitas untuk melatih tubuh seseorang, tidak hanya secara jasmani tetapi juga secara rohani

    b.      Politik

    Pengertian Politik atau definisi dan makna politik secara umum yaitu sebuah tahapan dimana untuk membentuk atau membangun posisi-posisi kekuasaan didalam masyarakat yang berguna sebagai pengambil keputusan-keputusan yang terkait dengan kondisi masyarakat. Olahraga dan politik bukanlah sesuatu yang baru. Bahkan, bukan hanya dengan  politik. Sebab olahraga memiliki multimakna, yaitu sosial, ekonomi, politik atau ideologi, dan kesehatan. 

    Seorang politikus sejati haruslah serentak merupakan simbol kejantanan sportif. Sedangkan bagi kaum sosialis, olahraga adalah manifestasi penting semangat ideal kolektivisme yang rasional dan higienis.

    Jadi, dari pertalian antara olahraga dan politik atau ideologi, sudah tampak betapa olahraga dalam peradaban modern, bukan lagi sekadar kegiatan yang netral, melainkan kental sekali kandungan multimakna itu, bahkan sudah tidak terlihat makna olahraga itu sendiri setelah semuanya terbaur oleh politik, yang ada hanyalah manipulasi sebuah kepuasan pribadi.

    Jika kita ingin mengerti olahraga dan politik kita harus membaca dua buku yang berbeda karena di zaman seperti sekarang ini jika olahraga dicampur dengan politik akan menjadi sesuatu yang sangat berbahaya. Unsur fairplay hilang, keselamatan atlet terabaikan, tujuan utama olahraga sebagai sarana untuk mencapai atau mendapat kesehatan serta ajang untuk meraih prestasi tercoreng.

    2.        Antara Sepak Bola dengan Uang, Gengsi dan Kekuasaan

    Tulisan ini memfokuskan diri pada sepakbola, dengan lebih menitik beratkan pada politik, terutama politik demokratik. Artinya, sepakbola bukan sekadar olahraga, melainkan telah lama menjadi alat politik sekaligus inspirasi dan pembelajaran dalam berpolitik. Dengan kata lain, sepakbola dalam perkembangannya bukan hanya sebagai alat politik atau legitimasi politik kekuasaan, seperti diktator Franco di Spanyol yang konon pernah memanfaatkan klub sepak bola Real Madrid sebagai alat legitimasi kekuasaannya, Mussolini pada Piala Dunia 1934 yang memaksakan Piala Dunia harus dilaksanakan di Italia dan klubnya harus “menang atau mati”.

    Atau misalkan club sepak bola di Italia, demi kemenangan sebuah tim sepak bola, seorang manager atau pengurus rela mengeluarkan kocek sampai bermiliar Dolar untuk menyogok wasit agar berpihak kepada meraka dan memberi kemenagan untuk sebuah gengsi dan kekuasaan.

    Tetapi Sepak bola juga sebagai media pembelajaran politik demokratik, terutama yang bertalian dengan politisi dan konstituennya. Sepakbola dan demokrasi. Bila dilihat lebih dalam, sepakbola memang mengajarkan banyak hal tentang politik, strategi memenangkan pertarungan politik, dan keterlibatan publik di dalamnya, atau yang biasa disebut demokrasi. Dalam demokrasi, yang didahulukan adalah kepentingan umum atau kepentingan bersama, kemudian barulah kepentingan pribadi atau kelompok. Tujuan utama demokrasi adalah menciptakan ruang bagi terciptanya keadilan dan kesejahteraan bagi masyarakat.

    Demikian juga dalam sepak bola, sebagai sebuah permainan tim. Dalam sepakbola, yang diutamakan adalah kebersamaan sebagai sebuah tim, setelah itu pribadi. Pertandingan sepakbola antar bangsa, misalnya, yang didahulukan adalah kepentingan dan kehormatan bangsa dan negara, kemudian baru kepentingan pribadi atau klub. Apabila dalam politik, partai politik adalah arena atau lapangan politik milik rakyat dalam membangun demokrasi, maka dalam sepakbola, lapangan hijau menjadi “lapangan politik” milik rakyat untuk membangun kepentingan bersama. Dalam hal ini, sepakbola dapat mengajarkan bagaimana seharusnya sebuah pementasan arena politik partai dan para pendukungnya dalam menjalankan tugas politiknya, yakni fair play.

    3.    Politik Sepak Bola di Indonesia

    Dualisme PSSI dalam PSSI di bawah ketua umum yang baru La Nyalla Mattaliti, yang terpilih pada KLB Ancol, Jakarta, masih berjuang untuk mendapatkan pengakuan FIFA. Adanya dualisme kepemimpinan di PSSI ini, sudah jelas bagaimana politik sepak bola yang sangat kacau dan semua menyayangkan hal ini, karena tidak bagus bagi perkembangan sepak bola Indonesia. Sangat terlihatlah perpecahan dalam sepak bola Indonesia, karna sebuah keegoisan seorang pemimpin yang hanya memikirkan kepentingan pribadi.

    Apabila kita ketahui makna dalam sepak bola itu sendiri adalah Sepak bola bisa menjadi pemersatu karena unsur-unsur di dalamnya, seperti sikap mau bekerja sama, gotong-royong, dan rela menanggalkan sikap egois untuk bersatu padu dalam tim agar tercapai tujuan bersama. Dalam sebuah pertandingan, tujuannya tentu kemenangan.

    Sepak bola juga mengajarkan kita untuk berjiwa besar, mau menerima kekalahan dengan lapang dada. Sementara bagi pemenang, juga tetap menghormati tim yang kalah dengan tidak melakukan tindakan mencemooh, dan melecehkan. Inilah sebuah nilai sportivitas. Nilai-nilai persahabatan yang ada di sepak bola seharusnya bisa diterapkan dalam kehidupan keseharian kita.

    Kekuatan sepak bola begitu dahsyat, sepak bola sebagai permainan yang sangat digemari. Hampir di setiap kecamatan, kota dan kabupaten memiliki klub sepak bola. Orang  akan melupakan perpecahan, pertengkaran atau persoalan hidup lainnya untuk bersatu dalam mendukung timnas sepak bola yang tengah bertanding. Orang berbondong-bondong datang ke stadion, menonton televisi, seperti yang terjadi dalam ajang Piala AFF dan SEA Games 2011 lalu, untuk mendukung timnas. Begitu hebatnya magnit sepak bola. Inilah yang bisa dikatakan sepak bola sebagai alat pemersatu bangsa.

    Harapan pecinta sepak bola di Tanah Air begitu tinggi terhadap prestasi timnas. Namun, PSSI bukannya memenuhi harapan itu, tapi malah menjadikan sepak bola kacau. Kini semua menjadi bias dan abu-abu. Sepak bola yang seharusnya bisa menjadi pemersatu, kini terkoyak oleh kepentingan-kepentingan pribadi para kepengurusan atau pemimpin yang di namakan PSSI.

    Unsur sportivitas, persahabatan dan kerja sama tak lagi diindahkan. Yang justru timbul dan tampak di depan mata adalah perpecahan, perselisihan,keegoisan, kekuasaan dan gengsi yang entah sampai kapan akan berakhir.

    Dan akibat kisruh yang terjadi di PSSI saat ini bisa menurunkan animo masyarakat terhadap sepak bola nasional. investor pun tentu akan berpikir panjang untuk ikut aktif mendukung kegiatan sepak bola. Animo sponsor jadi menurun. Lihat saja, beberapa pertandingan liga di Indonesia, tak banyak sponsor yang mendukung.

    4.    Hubungan Olahraga dan Politik Luar Negeri

    Tidak hanya berkaitan dengan kebijakan politik dalam negeri, olahraga ternyata besar kaitannya dengan politik luar negeri sebuah negara. Kepemimpinan Ir. Soekarno yang sangat tegas di masanya sangat mempengaruhi aktivitas olahraga resmi dIndonesia di luar negeri. Salah satu contohnya adalah ketika sebagai presiden, Ir. Soekarno secara resmi melarang tim nasional Indonesia maju ke babak kualifikasi Piala Dunia 1950 di Brazil sebab di babak penentuan tersebut timnas Indonesia harus melawan Israel yang di mata kebijaksanaan politik luar Indonesia merupakan negara aggressor dan melakukan tindakan perampasan wilayah Palestina.

    Maju ke babak final Piala Dunia merupakan kebanggaan bagi suatu negara meski kemungkinan lolos tidaknya timnas Indonesia kala itu masih harus ditentukan hasil dari pertandingan melawan Israel, Indonesia memilih mundur daripada mengakui keberadaan Israel sebagai sebuah negara berdaulat.

    Demikian pula halnya yang terjadi pada penyelenggaraan Asian Games (Ganefo) di masa pemerintahan Presiden Soekarni. Penyelenggaraan Ganefi yang dicetuskan Ir. Soekarno pada tahun 1961 sarat bermuatan politis. Beliau mengungkapkan pemikirannya tentang peta politik dunua yang dipengaruhi oleh Nefo (The New Emerging Force) dan Oldefo (The Old Established Force). NEFO di mata Bung Karno sebagai negarawan dipetakan sebagai perwakilan kekuatan baru yang sedang tumbuh yaitu negara Asia, Afrika dan Amerika latin yang baru atau berusaha terbebas dari imperialisme dan neo kolonialisme serta berusaha membangun tata dunia baru. Sementara Oldefo merupakan golongan negara-negara imperialisme dengan kekuatan lama mereka.

    Bung Karno tidak hanya piawai mengobarkan semangat kebangsaan ketika merebut kemerdekaan, namun juga membakar semangat nasionalisme para atlet untuk bertanding di kancah internasional, Ganefo adalah salah satunya demi menunjukkan keberadaan negara indonesia yang lebih dari tiga setangah abad telah terjajah. Maka ketika Indonesia ditunjuk sebagai tuan rumah Asian Games keenam, Bung Karno memanfaatkan politik luar negeri untuk melobi Uni Soviet demi mengucurkan bantuan agar pembangunan fasilitas, sarana dan prasarana olahraga persiapan Asian games dapat terlaksana sesuai standar Internasional.

    Perjuangan dan lobi tersebut membuahkan hasil, Istora Senayan, Gedung Basket, Stadion Olahraga, Hotel Indonesia, Jembatan Semanggi yang digunakan sebagai sarana dan prasarana Asian Games berhasil dibangun. Hal ini diikuti dengan prestasi gemilang kontingen Indonesia yang berhasil menduduki peringkat ketiga setelah Republik Rakyat Tiongkok dan USSR. Di ajang Asian Games ini sekali lagi Indonesia menunjukkan sikap tegasnya dalam bidang politik luan negeri, yaitu dengan tidak mengundang Israel dan Taiwan sebagai bukti menentang kepesertaan kedua negara tersebut di Asian Games.

    Dalam pandangan politik luar negeri Indonesia saat itu Israel dan Taiwan dianggap tidak berdaulat, keputusan ini menyebabkan komite Olympiade Internasional mencabut sementara Indonesia dalam organisasi tersebut, Bung Karno menjawabnya dengan menyatakan bahwa Indonesia secara resmi keluar dari IOC dan menganggap organisasi tersebut hanyalah perpanjangan tangan dari negara Oldefo sebagai kedok imperialisme.

    Hubungan olahraga dan politik tidak hanya ditunjukkan oleh Indonesia. Secara global terbukti bahwa ada hubungan erat antara politik dan olahraga, terutama penyelenggaraan kompetisi olahraga internasional. Penundaan olimpiade karena pecahnya Perang Dunia adalah fakta bahwa politik sangat berpengaruh pada olahraga.

    Tokoh-tokoh besar seperti Adolf Hitler bahkan pernah memanfaatkan Federasi Sepak Bola Jerman (DFB) sebagai alat propaganda politik Nazi, itulah sebabnya negara Yunani pernah menjatuhkan sanksi berat kepada Giorgios Katidis dilarang bermain membela Yunani karena memperagakan salam gaya Nazi ketika mencetak goal yang membawa AEK Athens unggul 2-1 atas Veria di Liga Yunani.

  • Nama Motif Ukiran Tana Toraja Beserta Maknanya

    Motif Ukiran Tana Toraja

    Setiap ukiran dan motif pada ragam hias Tana Toraja atau Tator memiliki nama dan makna khusus. Motifnya biasanya adalah hewan dan tanaman yang melambangkan kebajikan, contohnya tanaman air seperti gulma air dan hewan seperti kepiting dan kecebong yang melambangkan kesuburan. Gambar kiri memperlihatkan contoh ukiran kayu Toraja, terdiri atas 15 panel persegi. Panel tengah bawah melambangkan kerbau atau kekayaan, sebagai harapan agar suatu keluarga memperoleh banyak kerbau. Panel tengah melambangkan simpul dan kotak, sebuah harapan agar semua keturunan keluarga akan bahagia dan hidup dalam kedamaian, seperti barang-barang yang tersimpan dalam sebuah kotak. Kotak bagian kiri atas dan kanan atas melambangkan hewan air, menunjukkan kebutuhan untuk bergerak cepat dan bekerja keras, seperti hewan yang bergerak di permukaan air. Hal Ini juga menunjukkan adanya kebutuhan akan keahlian tertentu untuk menghasilkan hasil yang baik.

    Keteraturan dan ketertiban merupakan ciri umum dalam ukiran kayu Toraja, selain itu ukiran kayu Toraja juga abstrak dan geometris. Alam sering digunakan sebagai dasar dari ornamen Toraja, karena alam penuh dengan abstraksi dan geometri yang teratur. Ornamen Toraja dipelajari dalam ethnomatematika dengan tujuan mengungkap struktur matematikanya meskipun suku Toraja membuat ukiran ini hanya berdasarkan taksiran mereka sendiri. Suku Toraja menggunakan bambu untuk membuat oranamen geometris.

    Nama dan Makna Ragam Motif Toraja

    Ukiran Toraja adalah kesenian ukir Melayu khas suku bangsa Toraja di Sulawesi Selatan. Ukiran ini dicetak menggunakan alat ukir khusus di atas sebuah papan kayu, tiang rumah adat, jendela, atau pintu. Motif ukiran Toraja bermacam-macam, antara lain cerita rakyat, benda di langit, binatang yang disakralkan, peralatan rumah tangga, atau tumbuh-tumbuhan. Nama dan Makna Motif Toraja dapat kami uraikan antara lain:

    Neq Limbongan

    Macam Makna Ragam Hias Motif Tator Tana Toraja
    Neq Limbongan

    Orang Toraja meyakini bahwa nama ini diambil dari nama leluhur mereka yakni Limbongan yang diperkirakan hidup pada 3000 tahun yang lalu. Sedangkan neq berarti “danau”. Dalam pengertian orang Toraja, limbongan berarti sumber mata air yang tidak pernah kering sehingga menjadi sumber kehidupan. Oleh karena itu, motif ukiran ini berbentuk aliran air yang memutar dengan panah di keempat arah mata angin. Motif ini memiliki makna bahwa rejeki akan datang dari 4 penjuru bagaikan mata air yang bersatu dalam danau dan memberi kebahagiaan.

    Paqbarre allo

    Motif Tator “Paqbarre Allo”

    Barre artinya “bulatan”, dan allo artinya “matahari”. Ukiran jenis ini menyerupai bulatan matahari dengan pancaran sinarnya dan biasanya ada di salah satu bagian belakang atau depan rumah di bawah ukiran paqmanuk londong yang berbentuk segitiga. Ukiran ini dimaknai sebagai ilmu pengetahuan dan kearifan yang menerangi layaknya matahari.

    Paqkapuq baka

    Motif Tator “Paqkapuq Baka”

    Kapuq artinya “ikatan” dan baka artinya “bakul” atau “keranjang”. Motif ukiran ini menyerupai ikatan pada penutup bakul (tempat menyimpan pakaian) yang bagi orang Toraja dianggap sakral. Jika ikatan bakul berubah, dipercaya bahwa ada yang mencuri pakaian di dalamnya. Ukiran ini dimaknai sebagai harapan agar keturunan senantiasa bersatu dan senantiasa hidup damai dan sejahtera.

    Paqkadang pao

    Motif Tator “Paqkadang Pao”

    Nama ini berarti “kait mangga”. Oleh Karena itu, ukiran ini berbentuk seperti kait penjolok yang digunakan untuk mengambil mangga. Ukiran ini dimaknai bahwa untuk mengaitkan harta benda ke rumah harus dengan cara yang jujur dan perlu kerjasama di lingkungan keluarga atau masyarakat.

    Paqsulan sangbua

    Motif Tator Paqsulang Sangbua”

    Sulan berarti “sulam” atau lipatan seperti tembakau sirih. Oleh karena itu, ukiran ini mirip sulaman tembakau sirih dan dimaknai sebagai lambang kebesaran bangsawan Toraja.

    Paqbulu londong

    Motif Tator”Paqbulu Londong”

    Kata londong berarti “ayam jantan” sehingga ukiran ini menyerupai rumbai bulu ayam jantan. Ukiran ini dimaknai sebagai lambang keperkasaan dan kearifan laki-laki atau pemimpin.

    Paqtedong

    Motif Tator “Paqtedong”

    Tedong berarti “kerbau”. Ukiran ini menyerupai tanduk kerbau dan dimaknai sebagai lambang kesejahteraan dan kemakmuran bagi masyarakat semua dan keluarga.

    Paqtangko pattung

    Motif Tator “Paqtangko Pattung”

    Istilah Paqtangko pattung berarti menyerupai paku bambu yang biasa digunakan untuk mengaitkan tiang bangunan. Ukiran ini melambangkan kebesaran bangsawan Toraja dan lambang persatuan yang kokoh seperti paku bambu.

    Paqtangkiq attung II

    Motif Tator “Paqtangkiq Attung II”

    Motif Tana Toraja jenis ini merupakan pengembangan dari Paqtangko pattung. Motif ini terdiri dari 4 bundaran benda seragam dan membentuk angka 8 sebangun, yang bila dijumlah menjadi 16, sama dengan 1+6=7. Angka 7 merupakan angka sakral bagi orang Toraja sesuai dengan falsafah aluk saqbu pitu ratuq pitung pulo pitu (Seribu Tujuh Seratus Tujuh atau 7777). Ukiran ini merupakan lambang kebersamaan dan kekeluargaan Toraja.

    Paqtanduk reqpe

    “Paqtanduk Reqpe”

    Tanduk reqpe berarti “tanduk yang menggelayut ke bawah seperti ranting pohon yang keberatan buah”. Ukiran yang menyerupai tanduk kerbau ini melambangkan perjuangan hidup dan jerih payah

    Paqpolloq gayang

    Motif Tator”Paqpolloq Gayang”

    Polloq artinya “ekor”, sedangkan gayang artinya “keris emas”. Ukiran yang menyerupai rumbai ekor penghias keris emas bangsawan Toraja ini melambangkan kebesaran, kedamaian, dan kemudahan rejeki.

    Paqulu gayang

    Motif Tator “Paq Ulu Gayang”

    Ulu artinya “bagian kepala” dan gayang artinya “keris emas”. Ukiran jenis ini menyerupai bagian kepala keris emas dan melambangkan perjuangan dalam mencari harta, terutama emas.

    Paqbombo uai i I

    “Paq Bombo Uai”

    Dalam hal ini, bombo berarti “binatang air yang melayang di atas air bagaikan angin”. Ukiran ini merupakan gambaran manusia yang harus bekerja cepat, tepat waktu, displin, dan terampil.

    Paqbombo uai i II

    Ukiran ini sama dengan Motif Tator Paqbombo uai i I diatas,  namun lain bentuk. Garis-garisnya agak besar dan lengkungannya jelas.

    Paqkollong buqkuq

    Paq Kollong Bukku

    Istilah ini berarti “leher burung tekukur”. Ukiran ini bentuknya menyerupai leher tekukur dan melambangkan kejujuran.

    Paqulu karua

    Paq Ulu Karua

    Ulu karua berarti “kepala delapan” yang mengacu pada mitos bahwa leluhur orang Toraja ada delapan 8 orang. Oleh Karena itu, ukiran ini menyerupai angka 8 dan melambangkan ilmu pengetahuan.

    Paqmanik-manik

    Paq Manik-manik

    Seperti namanya Motif Tator yang satu ini berbentuk manik-manik, hiasan tradisional Toraja. Ukiran ini dimaknai sebagai harapan agar anak cucu Toraja selalu hidup rukun.

    Paqsekong kandaure

    Paq Sekong Kandaure

    Ukiran ini berbentuk lengkung lingkar yang berlekuk-lekuk. Ukiran ini dimaknai sebagai harapan agar seluruh keturunan Toraja hidup berbahagia.

    Paqsekong anak

    Motif Tator ” Paq Sekong Anak”

    Istilah ini berarti lengkungan bayi ketika masih ada di rahim ibu. Ukiran ini berbentuk demikian juga dan dimaknai sebagai perlambang kejujuran dan keterbukaan.

    Passekong dibungai.

    Motif Tator “Paq Sekong diBungai”

    Ukiran jenis ini hampir sama dengan sebelumnya, hanya saja lingkarannya diberi hiasan bunga-bunga. Ukiran ini menyerupai segi empat sama sisi yang ujungnya tersembunyi di bagian tengah. Ukiran ini dimaknai sebagai perlambang bahwa seseorang harus bisa menjaga rahasia.

    Paqsepuq torong kong

    Motif Tator “Paq Sepuq Torongkong”

    Ukiran ini menyerupai sulaman pundi tempat sirih. Torong kong digunakan untuk menyebut suku bangsa Rongkong yang masih serumpun dengan orang Toraja. Ukiran ini dimaknai sebagai semangat persatuan kedua suku.

    Paqsalaqbiq biasa

    Motif Tator ” Paq Salaqbiq Biasa”

    Ukiran ini berbentuk pagar rumah yang terbuat dari bambu. Hal ini dimaknai sebagai perlambang sikap kehati-hatian dari segala kemungkinan ancaman.

    Paqsalaqbiq ditoqmokki

    Motif Tator “Paq Salabiq Ditoqmokki”

    Ukiran ini memiliki bentuk yang sama dengan sebelumnya, hanya saja pagar bambu dibuat lebih besar. Bentuk ini dimaknai sebagai harapan agar anak cucu terhindar dari segala wabah penyakit dan marabahaya lainnya.

    Paqtalinga

    Motif Tator “Paq Talinga”

    Talinga artinya telinga. Ukiran ini dimaknai sebagai peringatan agar manusia menggunakan telinganya dengan benar.

    Paqbokoq komba kaluaq

    Paq Bokoq Komba Kaluaq

    Ukiran ini menyerupai hiasan pada gelang emas dan manik-manik yang dipakai saat upacara adat. Ukiran ini dimaknai sebagai perlambang kewibawaan dan kebesaran kaum bangsawan Toraja.

    Paqerong

    Paq Erong

    Erong adalah peti untuk menyimpan tulang-belulang orang Toraja yang wafat. Erong ada yang berbentuk kepala kerbau atau babi. Ukiran ini dimaknai sebagai harapan agar arwah leluhur menjaga dan memberkahi rejeki.

    Paqsiborongan

    Paq Siborongan

    Borongan berarti “bekerja secara berkelompok”. Tradisi ini diwujudkan menjadi ukiran di rumah-rumah orang Toraja yang berbentuk seperti bunga-bunga yang mekar. Ukiran ini sebagai lambang semangat persatuan dan kekerabatan.

    Paqdoti siluang I

    Paq Doti Siluang I

    Ukiran ini merupakan repersentasi dari ilmu hitam dan kerbau. Ukiran ini biasanya terdapat pada pembungkus mayat perempuan dan dimaknai sebagai lambang keanggunan perempuan.

    Paqdoti siluang II

    Paq Doti Siluang II

    Ukiran ini berupa segi empat kecil dan besar yang bertanda silang di tengahnya. Ukiran ini biasa terdapat di rumah adat Toraja atau pada pembungkus mayat perempuan. Makna ukiran ini sebagai lambang hati-hati jika mendengar kabar dari perempuan.

    Paqreopo sangbua

    Paq Reopo Sangbua

    Ukiran ini berbentuk garis siku-siku serong yang berlapis-lapis, sebagai representasi dari gerakan tari melipat lutut. Bentuk ukiran ini biasa ditemukan di dinding lumbung adat dan dimaknai sebagai semangat kebersamaan dan gotong-royong.

    Paqpolloq songkang

    Paq Polloq Songkang

    Ukiran jenis ini berbentuk segi empat yang dibagi dalam segitiga kecil. Bentuk ini merupakan representasi dari bambu yang biasa digunakan untuk memerah susu. Oleh orang Toraja, ukiran ini dimaknai sebagai lambang kebesaran dan kemampuan bangsawan Toraja.

    Paqpapan kandaure

    Paq Papan Kandaure

    Ukiran ini berbentuk segi empat besar dan bermakna harapan menjadi rumpun keluarga besar yang bersatu.

    Paqsalaqbiq dibungai

    Paq Salaqbiq diBungai

    Bentuk ukiran ini berupa sebilah bambu yang dibuat bersilang-silang dan ujungnya runcing. Ukiran jenis ini terdapat di rumah adat Toraja dan dimaknai untuk penangkal bahaya.

  • Makalah Kalimat Benar dan Efektif

    Makalah Kalimat Benar dan Efektif

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Dalam dunia pendidikan, kita telah mengenal yang namanya “kalimat”. Kalimat sering kita nyatakan dengan tulisan maupun tulisan. Kalimat juga sering disampaikan dalam berbagai Bahasa.

    Dalam kegiatan sehari – hari, kita sering menjumpai kalimat, seperti kalimat dalam berita pagi, kalimat dalam buku yang kita baca, kalimat dari buku harian kita, dan sebagainya. Kalimat yang kita jumpai ini tersusun oleh kata dan frasa atau kelompok kata.

    Pada kesempatan kali ini, Kami akan menyusun sebuah makalah Bahasa Indonesia mengenai “Kalimat”.

    B.     Tujuan

    Penyususnan makalah ini bertujuan agar mahasiswa dapat memahami bagaimana cara pengungkapan dan penulisan kalimat secara tepat dan benar.

    BAB II

    PEMBAHASAN

    A.    Pengertian Kalimat.

    Ada beberapa pengertian, yaitu sbb:

    o   Kalimat adalah satuan bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap.

    o   Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan maupun tulisan. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir.

    o   Kalimat menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah :

    Ø  kesatuan ujar yang mengungkapkan suatu konsep pikiran dan perasaan

    Ø  perkataan

    Ø  satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan secara aktual ataupun potensial terdiri atas klausa.

    B.     Unsur – Unsur Kalimat

    1.      Subjek

    Subjek adalah bagian kalimat yang menandai apa yang dinyatakan oleh penulis. Subjek dapat berbentuk kata benda, frasa kata benda, atau kata kerja. Contoh:

    ·         Rafi sedang membaca. (kata benda)

    ·         Pacar Rafi cantik. (frasa kata benda)

    ·         Memancing hobi Rafi. (kata kerja)

    2.       Predikat

    Predikat adalah bagian kalimat yang menandai apa yang dinyatakan oleh penulis tentang subjek. Predikat biasanya berbentuk kata kerja, frasa kata kerja, frasa numeral (bilangan), kata benda, frasa kata benda, frasa preposisi (kata depan), kata sifat, atau frasa kata sifat. Contoh:

    ·         Opick makan. (kata kerja)

    ·         Opick sedang makan. (frasa kata kerja)

    ·         Adik Opick tiga orang. (frasa numeral)

    ·         Opick pengusaha. (kata benda)

    ·         Opick pengusaha properti. (frasa kata benda)

    ·         Opick ke kantor. (frasa preposisi)

    ·         Opick tampan (kata sifat)

    ·         Opick tampan sekali (frasa kata sifat)

    3.      Objek

    Objek adalah bagian kalimat yang melengkapi kata kerja. Objek dapat berbentuk kata benda atau frasa kata benda. Bagian kalimat ini terletak setelah predikat berkata kerja aktif transitif (-kan, -i, me-). Contoh:

    ·         Opick mencintai Maya. (kata benda)

    ·         Opick telah memasukkan laptop barunya ke dalam tas itu. (frasa kata benda)

    ·         Opick memerankan Sang Kodok. (frasa kata benda)

    4.      Pelengkap

    Pelengkap atau komplemen sering disamakan dengan objek. Padahal, pelengkap beda dengan objek karena tidak dapat menjadi subjek jika kalimat dipasifkan. Pelengkap mengikuti predikat yang berimbuhan ber-, ter-, ber-an, ber-kan, dan kata-kata khusus (merupakan, berdasarkan, dan menjadi). Contoh:

    ·         Opick bertubuh kekar.

    ·         Opick tersandung batu.

    ·         Opick bercucuran keringat.

    ·         Kamar Opick berhiaskan lampu warna-warni.

    ·         Opick merupakan warga negara Korea.

    ·         Keputusan Opick berdasarkan hukum.

    ·         Opick menjadi manajer.

    5.      Keterangan

    Keterangan adalah bagian kalimat yang berfungsi meluaskan atau membatasi makna subjek atau predikat. Contoh:

    ·         Opick tinggal di Jakarta.

    ·         Setiap hari Sabtu Opick berwisata kuliner.

    Ada dua ciri keterangan. Pertama, posisinya dapat dipindahkan ke awal, tengah, atau akhir kalimat. Contoh:

    ·         Opick menonton berita politik dengan serius.

    ·         Opick dengan serius menonton berita politik.

    ·         Dengan serius Opick menonton berita politik.

    Kedua, keterangan dapat berupa keterangan tambahan, keterangan pewatas, atau keterangan aposisi. Contoh:

    ·         Opick, yang menjabat Direktur Keuangan PT Morat-Marit, adalah warga negara Korea. (konstruksi yang sebagai keterangan tambahan)

    ·         Opick yang menjabat Direktur Keuangan PT Morat-Marit adalah warga negara Korea. (konstruksi yang sebagai keterangan pewatas)

    ·         Opick, Direktur Keuangan PT Morat-Marit, adalah warga negara Korea. (Direktur Keuangan PT Morat-Marit sebagai keterangan aposisi)

    C.    Pola Kalimat

    1.      Kalimat Dasar Berpola S P

    Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek dan predikat. Predikat kalimat untuk tipe ini dapat berupa kata kerja, kata benda, kata sifat, atau kata bilangan. Misalnya:

    ·         Mereka / sedang berenang. = S / P (Kata Kerja)

    ·         Ayahnya / guru SMA. = S / P (Kata Benda)

    ·         Gambar itu / bagus.= S / P (Kata Sifat)

    ·         Peserta penataran ini / empat puluh orang. = S / P (Kata Bilangan)

    2.      Kalimat Dasar Berpola S P O

    Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan objek. subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba transitif, dan objek berupa nomina atau frasa nominal. Misalnya:

    ·         Mereka / sedang menyusun / karangan ilmiah. = S / P / O

    3.      Kalimat Dasar Berpola S P Pel.

    Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan pelengkap. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif atau kata sifat, dan pelengkap berupa nomina atau adjektiva. Misalnya:

    ·         Anaknya / beternak / ayam. = S / P / Pel.

    4.      Kalimat Dasar Berpola S P O Pel.

    Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan pelengkap. subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba transitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, dan pelengkap berupa nomina atau frasa nominal. Misalnya:

    ·         Dia / mengirimi / saya / surat. = S / P / O / Pel.

    5.      Kalimat Dasar Berpola S P K

    Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan harus memiliki unsur keterangan karena diperlukan oleh predikat. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya:

    ·         Mereka / berasal / dari Surabaya. = S / P / K

    6.      Kalimat Dasar Berpola S P O K

    Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan keterangan. subjek berupa nomina atau frasa nomina, predikat berupa verba transitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya:

    ·         Kami / memasukkan / pakaian / ke dalam lemari. = S / P / O / K

    7.      Kalimat Dasar Berpola S P Pel. K

    Kalimat dasar tipe nomina atau adjektiva, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya

    ·         Ungu / bermain / musik / di atas panggung. = S / P / Pel. / K

    8.      Kalimat Dasar Berpola S P O Pel. K

    Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, pelengkap berupa nomina atau frasa nominal, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya:

    ·         Dia / mengirimi / ibunya / uang / setiap bulan. = S / P / O / Pel. / K

    D.    Jenis – Jenis Kalimat

    1.      Berdasarkan Pengucapan

    a.       Kalimat Langsung

    Kalimat langsung adalah kalimat yang secara cermat menirukan ucapan orang. Kalimat langsung juga dapat diartikan kalimat yang memberitakan bagaimana ucapan dari orang lain (orang ketiga). Kalimat ini biasanya ditandai dengan tanda petik dua (“….”) dan dapat berupa kalimat tanya atau kalimat perintah.

    Contoh:                                     

    §  Ibu berkata: “Rohan, jangan meletakkan sepatu di sembarang tempat!”

    §  “Saya gembira sekali”,kata ayah,”karena kamu lulus ujian”.

    b.       Kalimat Tak Langsung

    Kalimat tak langsung adalah kalimat yang menceritakan kembali ucapan atau perkataan  orang lain. Kalimat tak langsung tidak ditandai lagi dengan tanda petik dua dan sudah dirubah menjadi kalimat berita.

    Contoh:

    –        Ibu berkata bahwa dia senang sekali karena aku lulus ujian.

    –        Kakak berkata bahwa buku itu harus segera dikembalikan.

    2.      Berdasarkan Jumlah Frasa (Struktur Gramatikal)

    a.       Kalimat Tunggal

    Kallimat tunggal adalah kalimat yang memiliki satu pola (klausa) yang terdiri dari satu subjek dan satu predikat. Kalimat tunggal merupakan kalimat dasar sederhana. Kalimat-kalimat yang panjang dapat dikembalikan ke dalam kalimat-kalimat dasar yang sederhana dan dapat juga ditelusuri pola-pola pembentukannya. Pola-pola kalimat dasar yang dimaksud adalah:

    ü  KB + KK (Kata Benda + Kata Kerja)

    Contoh:      Victoria bernyanyi

    .                                      S          P

    ü  KB + KS (Kata Benda + Kata Sifat)

    Contoh: Ika sangat rajin

    .                          S          P

    ü  KB + KBil (Kata Benda + Kata Bilangan)

    Contoh:  Masalahnya seribu satu.

    .                                      S             P

    Kalimat tunggal  dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

    o  Kalimat nominal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata benda.

    Contoh :  Saya siswa kelas VI.

    o  Kalimat verbal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata kerja.

    Contoh :  Adik bernyanyi.

    b.      Kalimat Majemuk

    Kalimat majemuk terdiri atas dua atau lebih kalimat tunggal yang saling berhubungan baik kordinasi maupun subordinasi. Kalimat majemuk dapat dibedakan atas  3 jenis, yaitu:           

    1)      Kalimat Majemuk Setara (KMS)

    Kalimat ini terbentuk dari 2 atau lebih kalimat tunggal dan kedudukan tiap kalimat sederajat. Kalimat majemuk setara dapat dikelompokkan ke dalam beberapa bagian, yaitu    :

    §  KMS Penggabungan. Dua atau lebih kalimat tunggal yang dihubungkan oleh kata dan atau serta. Contoh:

    –        Kami mencari bahan dan mereka meramunya.

    –        Ratih dan Ratna bermain bulu tangkis di halaman rumah.

    §  KMS Pertentangan. Dua kalimat tunggal yang dihubungkan oleh kata tetapisedangkannamunmelainkan. Kedua kalimat tersebut menunjukkan hubungan pertentangan. Contoh:

    –        Indonesia adalah negara berkembang, sedangkan jepang termasuk negara yang sudah maju.

    –        Bukan saya memecahkan gelas itu, melainkan kakak.

    §  KMS Pemilihan. Dua atau lebih kalimat tunggal yang dihubungkan oleh kata atau. Contoh:

    –        Makalah ini harus dikumpukan besok atau minggu depan.

    –        Aku atau dia yang akan kamu pilih.

    §  KMS Penguatan. Dua atau lebih kalimat tunggal dihubungkan dengan kata bahkan. Contoh:

    –        Dia tidak hanya cantik, bahkan dia juga sangat baik hati.

    –        Pencuri itu tidak hanya dipukuli oleh masa, bahkan dia disiksa dengan sadis.

    §  KMS yang dibentuk dari dua atau lebih kalimat tunggal yang dihubungkan oleh kata lalu dan kemudian, untuk menandakan suatu kejadian yang berurutan. Contoh:

    –        Mula-mula disebutkan nama-nama juara melukis tingkat SD, kemudian disebutkan nama-nama juara melukis tingkat SMP.

    2)      Kalimat Majemuk Bertingkat (KMB)

    Kalimat majemuk setara terdiri atas satu suku kaliamat bebas dan satu suku kalimat yang tidak bebas. Kedua kalimat tersebut memiliki pola hubungan yang tidak sederajat. Bagian yang memiliki kedudukan lebih penting (inti gagasan) disebut sebagai klausa utama (induk kalimat). Bagian yang lebih rendah kedudukakannya disebut dengan klausa sematan (anak kalimat).

    Ada beberapa penanda hubungan / konjungsi yang dipergunakan oleh kalimat majemuk bertingkat, yaitu:

    a.       Waktu : ketika, sejak

    b.      Sebab: karena, Olehkarenaitu, sebab, oleh sebab itu

    c.       Akibat: hingga, sehingga, maka

    d.      Syarat: jika, asalkan, apabila

    e.       Perlawanan: meskipun, walaupun

    f.       Pengandaian: andaikata, seandainya

    g.      Tujuan: agar, supaya, untukbiar

    h.      Perbandingan: seperti, laksana, ibarat, seolah‐olah

    i.        Pembatasan: kecuali, selain

    j.        Alat: dengan+ katabenda:  dengan tongkat

    k.      Kesertaan: dengan+ orang

    Contoh:

    –        Walaupun komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern, para hacker masih dapat mengacaukan data-data komputer itu.

    Induk kalimat: Para hacker masih dapat mengacaukan data-data komputer itu.

    Anak kalimat:  Walaupun komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern.

    3)      Kalimat Majemuk Campuran

    Kalimat majemuk campuran terdiri atas kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat atau kebalikannya. Contoh:

    –        Karena hari sudah malam, kami berhenti dan langsung pulang.

    3.      Berdasarkan Isi atau Fungsinya

    a.       Kalimat Perintah

    Kalimat perintah adalah kalimat yang bertujuan memberikan perintah kepada orang lain untuk melakukan sesuatu. Kalimat perintah biasanya diakhiri dengan tanda seru (!) dalam penulisannya. Sedangkan dalam bentuk lisan, kalimat perintah ditandai dengan intonasi tinggi. Macam-macam kalimat perintah :

    a.       Kalimat perintah biasa, ditandai dengan partikel lah.

    Contoh : Gantilah bajumu !

    b.      Kalimat larangan, ditandai dengan penggunaan kata jangan.

    Contoh Jangan membuang sampah sembarangan !

    c.       Kalimat ajakan, ditandai dengan kata mohon, tolong, silahkan.

    Contoh : Tolong temani nenekmu di rumah !

    b.      Kalimat Berita

    Kalimat berita adalah kalimat yang isinya memberitahukan sesuatu. Dalam penulisannya, biasanya diakhiri dengan tanda titik (.) dan dalam pelafalannya dilakukan dengan intonasi menurun. Kalimat ini mendorong orang untuk memberikan tanggapan. Macam-macam kalimat berita :

    a)      Kalimat berita kepastian

    Contoh : Nenek akan datang dari Bandung besok pagi.

    b)      Kalimat berita pengingkaran

    Contoh : Saya tidak akan datang pada acara ulang tahunmu.

    c)      Kalimat berita kesangsian

    Contoh : Bapak mungkin akan tiba besok pagi.

    d)     Kalmat berita bentuk lainnya

    Contoh : Kami tidak taahu mengapa dia datang terlambat.

    c.       Kalimat Tanya

    Kalimat tanya adalah kalimat yang bertujuan untuk memperoleh suatu informasi atau reaksi (jawaban) yang diharapkan. Kalimat ini diakhiri dengan tanda tanya(?) dalam penulisannya dan dalam pelafalannya menggunakan intonasi menurun. Kata tanya yang dipergunakan adalah bagaimana, dimana, berapa, kapan. Contoh:

    –        Mengapa gedung ini dibangun tidak sesuai dengan disainnya?

    –        Kapan Taufiq Abdullah kembali ke Inggris?

    d.      Kalimat Seruan

    Kalimat seruan adalah kalimat yang digunakan untuk mengungkapakan perasaa ‘yang kuat’ atau yang mendadak. Kalimat seruan biasanya ditandai dengan intonsi yang tinggi dalam pelafalannya dan menggunakan tanda seru (!) atau tanda titik (.) dalam penulisannya. Contoh:

    –        Aduh, pekerjaan rumah saya tidak terbawa.

    –        Bukan main, eloknya.

    4.      Berdasarkan Unsur Kalimat

    a.       Kalimat Lengkap

    Kalimat lengkap adalah kalimat yang sekurang-kurangnya terdiri dari  satu buah subyek dan satu buah predikat. Kalimat Majas termasuk ke dalam kalimat lengkap. Contoh :

    –        Mahasiswa berdiskusi di dalam kelas.

               S                  P                  K

    b.      Kalimat Tidak Lengkap

    Kalimat tidak lengkap adalah kalimat yang tidak sempurna karena hanya memiliki subyek saja, atau predikat saja, atau objek saja atau keterangan saja. Kalimat tidak lengkap biasanya berupa semboyan, salam, perintah, pertanyaan, ajakan, jawaban, seruan, larangan, sapaan dan kekaguman. Contoh:

    –        Selamat sore

    –        Silakan Masuk!

    5.      Berdasarkan Susunan  S-P

    a.       Kalimat Inversi

    Kalimat versi adalah kalimat yang predikatnya mendahului subjeknya. Kata atau frasa tertentu yang pertama muncul akan menjadi kunci yang akan mempengaruhi makna untuk menimbulkankesan tertentu, dibandingkan jika kata atau frasa ditempatkan pada urutan kedua. Kalimat ini biasanya dipakau untuk penekanan atau ketegasan makna. Contoh:

    –        Ambilkan koran di atas kursi itu!

    .          P                       S

    b.      Kalimat Versi

    Kalimat inversi adalah kalimat yang susunan dari unsur-unsur kalimatnya sesuai dengan pola kalimat dasar bahasa Indonesia (S-P-O-K). Contoh:

    –        Penelitian ini dilakukan mereka sejak 2 bulan yang lalu.

    .                    S                 P            O                     K      

    6.      Berdasarkan Bentuk Gaya Penyajiannya (Retorikanya)

    a.       Kalimat Yang Melepas

    Kalimat yang melepas terbentuk jika kalimat tersebut disusun dengan diawali oleh unsur utama (induk kalimat) dan diikuti oleh unsur tambahan (anak kalimat). Unsur anak kalimat ini seakan-akan dilepaskan saja oleh penulisnya. Jika unsur anak kalimat tidak diucapkan, kalimat itu sudah bermakna lengkap. Contoh;

    –        Saya akan dibelikan vespa oleh Ayah jika saya lulus ujian sarjana.

    b.      Kalimat yang Klimaks

    Kalimat klimaks terbentuk jika kalimat tersebut disusun dengan diawali oleh anak kalimat dan diikuti oleh induk kalimat. Kalimat belum dapat dipahami jika hanya membaca anak kalimatnya. Sebelum kalimat itu selesai, terasa masih ada sesuatu yang ditunggu, yaitu induk kalimat. Oleh karen itu, penyajian kalimat ini terasa berklimaks dan terasa membentuk ketegangan. Contoh:

    –        Karena sulit kendaraan, ia datang terlambat ke kantornya.

    c.       Kalimat Yang  Berimbang

    Kalimat yang berimbang disusun dalam bentuk kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk campuran, Struktur kalimat ini memperlihatkan kesejajaran yang sejalan dan dituangkan ke dalam bangun kalimat yang simetri. Contoh:

    –        Bursa saham tampaknya semakin bergairah, investor asing dan domestik berlomba melakukan transaksi, dan IHSG naik tajam.

    7.      Berdasarkan Subjeknya

    a.       Kaliamat Aktif

    Kalimat aktif  adalah kalimat yang subjeknya melakukan suatu pekerjaan/tindakan. Kalimat ini biasanya memiliki predikat berupa kata kerja yang berawalan me- dan ber-. Predikat juga dapat berupa kata kerja aus (kata kerja yang  tidak dapat dilekati oleh awalan me–saja), misalnya  pergi, tidur, mandi, dll  (kecuali makan dan minum). Contoh:

    –        Mereka akan berangkat besok pagi.

    Kalimat aktif  dibedakan menjadi 2, yaitu:

    1)      Kalimat Aktif  Transitif

    Kalimat aktif transitif adalah kalimat yang dapat diikuti oleh objek penderita (O1). Predikat pada kalimat ini biasanya berawalam me- dan selalu dapatt dirubah menjadi kalimat pasif.

    Contoh:      Eni mencuci piring.

    .                                   S        P         O

    2)      Kalimat Aktif Intransitif

    Kalimat aktif intransitif adalah kalimat yang tidak  dapat diikuti oleh objek penderita (O1). Predikat pada kalimat ini biasanya berawaln ber-. Kalimat yang berawalan me- tidak diikuti dengan O1. Kalimat ini tidak dapat dirubah menjadi kalimat pasif. Contoh:

    –          Mereka berangkat minggu depan.

    .                                S              P                   K

    3)      Kalimat Semi Transitif

    Kalimat ini tidak dapat dirubah menjadi kal pasif karena disertai oleh pelengkap bukan objek. Contoh:

    –        Dian kehilangan pensil.

    .                      S          P            Pel.

    b.      Kalimat Pasif

    Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai pekerjaan/tindakan. Kalimat ini biasanya memiliki predikat berupa kata kerja berawalan di- dan ter- dan diikuti oleh kata depan oleh. Kalimat pasif dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

    1)      Kalimat Pasif  Biasa

    Kalimat pasif ini biasanya diperoleh dari kalimat aktif transitif. Predikat pada kalimat ini berawalan di-,ter-,ke-an. Contoh:

    –        Piring dicuci Eni.

                S        P        O

    2)      Kalimat Pasif Zero

    Kalimat pasif zero adalah kalimat yang objek pelakunya(O2) melekat berdekatan dengan O2 tanpa disisipi dengan kata lain. Predikat pada kalimat ini berakhiran -kan dan akan terjadi penghilangan awalan di-. Predikatnya juga dapat berupa kata dasar berkelas kerja kecuali kata kerja aus. Kalimat pasif zero ini berhubungan dengan kalimat baku. Contoh:

    –        Ku pukul adik.

    O2    P      S

    Cara mengubah kalimat aktif menjadi kalimat pasif :

    1.      Subjek pada kalimat aktif dijadikan objek pada kalimat pasif.

    2.      Awalan me- diganti dengan di-.

    3.      Tambahkan kata oleh di belakang predikat.

    4.      jika subjek kalimat aktif berupa kata ganti maka awalan me- pada predikat dihapus, kemudian subjek dan predikat dirapatkan.

    E.     Kalimat Efektif  
                Kalimat efektif adalah kalimat yang  dapat mengungkapkan maksud penutur/ penulis secara tepat sehingga maksud itu dapat dipahami oleh pendengar / pembaca secara tepat pula. Dengan kata lain kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mencapai sasarannya dengan baik sebagai alat komunikasi.

    Kalimat  efektif memiliki diksi (pilihan kata)yang  tepat, tidak mengalami kontaminasi frasa , sesuai  ketentuan EYD, baik penulisan tanda baca dan penulisan kata.Selain itu kalimat efektif juga memiliki enam syarat keefektifan ,yaitu adanya (1) kesatuan , (2) kepaduan (3) kepararelan, (4) ketepatan, (5) kehematan, dan (6) kelogisan

    1.      Kesatuan

    Kesatuan dalam kalimat efektif adalah dengan adanya ide pokok (S dan P) sebagai kalimat yang jelas .

    2.      Kepaduan

    Kepaduan terjadinya hubungan yang padu antara unsur-unsur pembentuk kalimat. Yang termasuk unsur pembentuk kalimat adalah kata , frasa, tanda baca, dan fungsi sintaksis S-O-O-Pel-Ket. Kepaduan juga menyangkut pemakaian kata tugas yang tepat.

    3.      Keparalelan   
                  Keparalelan adalah pemakaian bentuk gramatikal yang sama untuk bagian-bagian kalimat tertentu.Umpamanya alam sebuah perincian,jika unsur pertama menggunakan verba (kata kerja)  dan seterusnya juga harus verba .Jika unsur pertamanya nomina (kata benda), bentuk berikutnya juga harus nomina.

    4.      Ketepatan
    Ketepatan adalah kesesuain/ kecocokan  pemakaian unsur- unsur yang membangun suatu kalimat sehingga terbentuk pengertian yang bulat dan pasti.

    5.      Kehematan
                  Kehematan yaitu hemat pemakaian kata atau kelompok kata.Dengan kata lain tidak mengalami gejala bahasa pleonasme.Dengan hemat kata, diharapkan kalimat menjadi padat berisi.

    6.      Kelogisan 
                Kelogisan di sini adalah terdapatnya arti kalimat yang logis/ masuk akal. Supaya efektif, kata-kata dalam sebuah kalimat tidak boleh menimbulkan makna ambigu (ganda) atau tidak boleh mengandung dua pengertian.

    F.     Kesalahan dalam Kalimat

    Beberapa kesalahan yang terjadi dalam kalimat, diantaranya : (1) kalimat kontaminasi, (2) ketidakjelasan unsur S dan P dalam kalimat , (3) gejala pleonasme dalam kalimat,dan (4) penggunaan kata yang salah dalam kalimat.

    1.      Kalimat Kontaminasi

    Kalimat kontaminasi atau kalimat rancu adalah kalimat yang kacau susunannya , namun kekacauan susunan kata dalam kalimat itu sifatnya khas. Dikatakan khas karena  adanya pembentukan satu kalimat yang kurang tepat dari dua kalimat yang benar sehingga gagasan kalimatnya menjadi kabur atau tidak jelas.

    2.      Ketidakjelasan  Unsur  Subjek  dan  Predikat dalam Kalimat.

    Pada sebagian kalimat yang tidak jelas  unsur S dan tidak memiliki unsur  P akan membuat ketidakefektifan dan hanya memiliki unsur lain seperti O, Ket dan Pel.

    3.      Gejala Pleonasme dalam Kalimat

    Yang dimaksud dengan gejala pleonasme  dalam kalimat adalah penggunaan unsur kata atau bahasa yang berlebihan.

    4.      Penggunaan Kata yang Salah dalam Kalimat

    Beberapa penggunaan kata yang salah dalam kalimat diantara (a) penggunaan kata  ”kalau” yang salah,(b) penggunaan kata “di” yang salah,(c) penggunaan kata ”daripada” salah, dan (d) pengulangan kata.

    a)      Penggunaan Kata “Kalau” yang Salah

    Kadang-kadang kita melihat pemakaian kata kalau yang kurang tepat sebagai unsur penghubung antarklausa seperti yang akan diperhatikan pada contoh di bawah ini. Kata kalau kita gunakan di depan klausa yang bersifat kondisional (=syarat).Isinya menyatakan sesuatu yang mungkin,namun dapat juga sesuatu yang tidak mungkin dilaksanakan atau mungkin tercapai. Dalam halseperti yang disebutkan terakhir itu, kata sambung kalau dapat diganti dengan kata lain yang menyatakan ketidakmungkinan itu, yaitu kata umpamanya, seandainyaandai kata dan sekiranya.

    b)      Penggunaan Kata Depan  “Di” yang Salah

    Penggunaan kata depan “di” yang salah, di antaranya :

    –        Pakaian itu disimpannya di dalam lemari. (salah)

    –        Pakaian itu disimpannya dalam lemari.(benar karena kata depan “di” dihilangkan)

    –        Perkara itu di atas tanggungan sayalah. (salah)

    –        Perkara  itu atas tangungan sayalah.(benar karena kata depan “di” dihilangkan)

    c)      Penggunaan Kata “Daripada” yang Salah

    Penggunaan kata “daripada” yang salah, di antaranya :

    –         Pukulan smash daripada  Icuk menghujam tajam. (salah)

    –         Pukulan smash Icuk menghujam tajam.(benar)

    –         Hati kita sedih melihat daripada penderitaan korban bencana itu.(salah)

    –         Hati kita sedih melihat penderitaan korban bencana itu. (benar)

    d)     Pengulangan Kata

    Pengulangan kata yang terjadi dalam kalimat , misalnya :

    –        Setahunnya hanya menghasilkan sekitar 200 film setahun.(salah)

    –        Setahun hanya menghasilkan 200 film. (benar)

    BAB III

    PENUTUP

    A.    Kesimpulan

    Berdasarkan penyusunan makalah ini dapat kami simpulkan bahwa, dalam pengungkapan sebuah kalimat harus mudah difahami dan dalam penulisan, kalimat harus ditempatkan tanda titik (.), tanda koma (,), tanda tanya (?), tanya seru (!), dan tanda – tanda lainnya.

    B.     Saran

    Saran dari kami, setiap dosen atau guru yang mengajarkan mata kuliah atau mata pelajaran Bahasa indonesia, jangan lupa untuk mengajarkan pula bagaimana cara pengungkapan dan penulisan dengan tepat, agar para siswa dan mahasiswa tidak keliru dalam penulisan serta penggunkapan kalimat tersebut.

    DAFTAR PUSTAKA

    Alwasilah, A.C. (2002) Pokoknya Kualitatif: Dasar-dasar Merancang dan Melakukan Penelitian Kualitatif. Bandung: Dunia Pustaka Jaya

    Iswara, P.D. (2000) Variasi Pola Kalimat dan Keterbacaannya. Tesis pada Program

    Pascasarjana UPI Bandung.

    Santoso,Azis.(2008) Penelitian Pola Kalimat Bahasa Indonesia.

  • Makalah Diksi – Pemilihan Kata

    Diksi – Pemilihan Kata : Pengertian, Syarat, Gaya Bahasa dan Idiom

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Secara menyolok aktivitas seorang mahasiswa setiap hari sebenarnya berkisar pada persoalan kosa kata. Sepanjang hari ia harus mengikuti perkuliahan atau membuat soal-soal ujian, menulis karya-karya tulis atau skripsi; pada waktu istirahat ia harus bertukar pikiran dengan kawan mahasiswanya atau berkonsultasi dengan para dosen.

    Malam hari, ia harus mempelajari lagi bahan-bahan kuliah, baik dari catatan-catatannya maupun dari buku-buku yang diwajibkan atau yang dianjurkan. Bila ia seorang yang rajin ia masih menyisihkan waktu untuk membaca majalah-majalah ilmiah, artikel-artikel dalam mingguan, bulanan, dan surat kabar. Melalui semua aktivitas itu, kata beserta gagasannya seolah-olah membanjiri masuk satiap saat ke dalam benaknya. Ia harus membuka hatinya lebar-lebar untuk menerima semua itu. Mengabaikan sebagian kecil saja, berarti ia akan ketinggalan dari kawan-kawannya.

    Seiring seorang mahasiswa harus mengutuk dirinya karena dalam menghadapi soal-soal ujian ia mengetahui gagasannya, tetapi tidak mengetahui kata atau istilahnya. Atau sebaliknya, ia mengetahui kata atau istilahnya, tetapi tidak mengetahui gagasan yang didukungnya. Sebab itu, kedua aspek itu, kata dan gagasan sama pentingnya. Keduanya harus diketahui dan dikuasai.

    Tidak dapat disangkal bahwa dalam penggunaan kosa kata adalah bagian yang sangat penting dalam dunia perguruan tinggi. Prosesnya mungkin lamban dan sukar, tapi orang akan merasa lega dan puas sebab tidak akan sia-sia semua jerih payah yang telah diberikan. Manfaat dari kemampuan yang diperolehnya itu akan lahir dalam bentuk penguasaan terhadap pengertian-pengertian yang tepat bukan sekedar mempergunakan kata-kata yang hebat tanpa isi. Dengan pengertian-pengertian yang tepat itu, kita dapat pula menyampaikan pikiran kita secara sederhana dan langsung.

    Mereka yang luas kosa katanya akan memiliki pula kemampuan yang tinggi untuk memilih setepat-tepatnya kata mana yang paling harmonis untuk mewakili maksud atau gagasannya. Secara populer orang akan mengatakan bahwa kata meneliti sama artinya dengan kata menyelidiki, mengamati, dan menyidik. Karena itu, kata-kata turunannya seperti penelitian, penyelidikan, pengamatan, dan penyidikan adalah kata yang sama artinya atau merupakan kata yang bersinonim. Mereka yang luas kosa katanya menolak anggapan itu. Karena tidak menerima anggapan itu, maka mereka akan berusaha untuk menetapkan secara cermat kata man yang harus dipakainya dalam sebuah konteks tertentu. Sebaliknya yang miskin kosa katanya akan sulit menemukan kata lain yang lebih tepat, karena ia tidak tahu bahwa ada kata lain yang lebih tepat dan karena ia tidak tahu bahwa ada perbedaan antara kata-kata yang bersinonim itu. Maka atas dasar tersebutlah kita sebagai mahasiswa yang baik hendaknya mengetahui dan memahami bagaimana penggunaan pilihan kata yang tepat dan cermat dalam konteks yang tepat pula.

    B. Tujuan Penulisan

    Dengan dibuatnya makalah ini penulis berharap informasi yang terdapat pada makalah ini dapat berguna bagi penulis dan para pembaca.

    Adapun tujuan dari penulisan ini adalah           :

    1. Untuk menambah ilmu pengetahuan tentang bagaimana tatacara dalam penyusunan/pembuatan sebuah makalah yang baik dan benar.
    2. Makalah ini dapat dijadikan media untuk menambah ilmu pengetahuan para mahasiswa Stikom Dinamika Bangsa Jambi.
    3. Sebagai modul pembelajaran bagi mahasiswa dari mata kuliah Bahasa Indonesia pembahasan mengenai Diksi atau Pilihan Kata.

    C. Ruang Lingkup

    Adapun ruang lingkup dalam pembahasan makalah ini meliputi pengertian diksi atau pilihan kata, syarat-syarat ketepatan diksi, gaya bahasa dan idiom.

    Bab II. Pembahasan

    A. Pengertian Diksi atau Pilihan Kata

    Pilihan kata atau diksi pada dasarnya adalah hasil dari upaya memilih kata tertentu untuk dipakai dalam kalimat, alenia, atau wacana. Pemilihan kata dapat dilakukan bila tersedia sejumlah kata yang artinya hampir sama atau bermiripan. Pemilihan kata bukanlah sekedar memilih kata yang tepat, melainkan juga memilih kata yang cocok. Cocok dalam arti sesuai dengan konteks di mana kata itu berada, dan maknanya tidak bertentangan dengan yang nilai rasa masyarakat pemakainya.

    Diksi adalah ketepatan pilihan kata. Penggunaan ketepatan pilihan kata dipengaruhi oleh kemampuan pengguna bahasa yang terkait dengan kemampuan mengetahui, memahami, menguasai, dan menggunakan sejumlah kosa kata secara aktif yang dapat mengungkapkan gagasan secara tepat sehingga mampu mengomunikasikannya secara efektif kepada pembaca atau pendengarnya.

    Dalam karangan ilmiah, diksi dipakai untuk menyatakan sebuah konsep, pembuktian, hasil pemikiran, atau solusi dari suatu masalah. Adapun fungsi diksi antara lain :

    1. Melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal.
    2. Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat.
    3. Menciptakan komunikasi yang baik dan benar.
    4. Mencegah perbedaan penafsiran.
    5. Mencagah salah pemahaman.
    6. Mengefektifkan pencapaian target komunikasi.

    B. Syarat-Syarat Ketepatan Diksi

    Ketepatan adalah kemampuan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan yang sama pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau pembicara, maka setiap penulis atau pembicara harus berusaha secermat mungkin memilih kata-katanya untuk mencapai maksud tersebut. Ketepatan tidak akan menimbulkan salah paham.

    Selain pilihan kata yang tepat, efektivitas komunikasi menuntut pesyaratan yang harus di penuhi oleh pengguna bahasa, yaitu kemampuan memilih kata yang sesuai dengan tuntutan komunikasi.

    Adapun syarat-syarat ketepatan pilihan kata adalah :

    1) Membedakan secara cermat denotasi dan konotasi.

    Denotasi ialah kata yang bermakna lugas atau tidak bermakna ganda. Sedangkan konotasi ialah kata yang dapat menimbulkan bermacam-macam makna.

    Contoh :

    • Bunga eldeweis hanya tumbuh ditempat yang tinggi. (Denotasi)
    • Sinta adalah bunga desa di kampungnya. (Konotasi)

    2) Membedakan dengan cermat kata-kata yang hampir bersinonim.

    • Siapa pengubah peraturan yang memberatkan pengusaha?
    • Pembebasan bea masuk untuk jenis barang tertentu adalah peubah peraturan yang selama ini memberatkan pengusaha.

    3) Membedakan kata-kata yang mirip ejaannya.

    • Intensif – insensif                     
    • Karton – kartun                         
    • Korporasi – koperasi                

    4) Tidak menafsirkan makna kata secara subjektif berdasarkan pendapat sendiri, jika pemahaman belum dapat dipastikan.

    Contoh :

    • Modern : canggih (secara subjektif)
    • Modern : terbaru atau muktahir (menurut kamus)
    • Canggih : banyak cakap, suka menggangu, banyak mengetahui, bergaya intelektual (menurut kamus)

    5) Waspada terhadap penggunaan imbuhan asing.

    Contoh :

    • Dilegalisir seharusnya dilegalisasi.
    • Koordinir seharusnya koordinasi.

    6) Membedakan pemakaian kata penghubung yang berpasangan secara tepat.

    Contoh :

    Pasangan yang salahPasangan yang benar
    antara ….. dengan ….antara …. dan …..
    tidak ….. melainkan …..tidak ….. tetapi …..
    baik ….. ataupun …..baik ….. maupun …..
    bukan ….. tetapi …..bukan …… melainkan …..

    7) Membedakan kata umum dan kata khusus secara cermat.

    Kata umum adalah sebuah kata yang mengacu kepada suatu hal atau kelompok yang luas bidang lingkupnya. Sedangkan kata khusus adalah kata yang mengacu kepada pengarahan-pengarahan yang khusus dan kongkret.

    Contoh :

    • Kata umum : melihat
    • Kata khusus  :  melotot, membelak, melirik, mengintai, mengamati, mengawasi, menonton, memandang, menatap.

    8) Memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah dikenal.

    Contoh :

    • Isu (berasal dari bahasa Inggris “issue”) berarti publikasi, perkara.
    • Isu (dalam bahasa Indonesia) berarti kabar yang tidak jelas asal-usulnya, kabar angin, desas-desus.

    9) Menggunakan dengan cermat kata bersinonim, berhomofoni, dan berhomografi.

    Sinonim adalah kata-kata yang memiliki arti sama.

    Homofoni adalah kata yang mempunyai pengertian sama bunyi, berbeda tulisan, dan berbeda makna.

    Homografi adalah kata yang memiliki kesamaan tulisan, berbeda bunyi, dan berbeda makna.

    Contoh :

    • Sinonim : Hamil (manusia) – Bunting (hewan)
    • Homofoni : Bank  (tempat menyimpan uang) – Bang (panggilan kakak laki-laki)
    • Homografi : Apel (buah) – Apel (upacara)

    10) Menggunakan kata abstrak dan kata konkret secara cermat.

    Kata abstrak mempunyai referensi berupa konsep, sedangkan kata konkret mempunyai referensi objek yang diamati.

    Contoh :

    • Kata abstrak : Kebaikkan seseorang kepada orang lain merupakan sifat terpuji.
    • Kata konkret : APBN RI mengalami kenaikkan lima belas persen.

    C. Gaya Bahasa dan Idiom

    1.    GAYA BAHASA

    Gaya bahasa atau langgam bahasa dan sering juga disebut majas adalah cara penutur mengungkapkan maksudnya. Banyak cara yang dapat dipakai untuk mengungkapkan maksud. Ada cara yang memakai perlambang (majas metafora, personifikasi) ada cara yang menekankan kehalusan (majas eufemisme, litotes) dam masih banyak lagi majas yang lainnya. Semua itu pada prinsipnya merupakan corak seni berbahasa untuk menimbulkan kesan tertentu bagi mitra komunikasi kita (pembaca/pendengar).

    Sebelum menampilkan gaya tertentu ada enam faktor yang mempengaruhi tampilan bahasa seorang komunikator dalam berkomunikasi dengan mitranya, yaitu :

    1. Cara dan media komunikasi : lisan atau tulisan, langsung atau tidak langsung, media cetak atau media elektronik.
    2. Bidang ilmu : filsafat, sastra, hukum, teknik, kedokteran, dll.
    3. Situasi : resmi, tidak resmi, setangah resmi.
    4. Ruang atau konteks : seminar, kuliah, ceramah, pidato.
    5. Khalayak : dibedakan berdasarkan umur (anak-anak, remaja, dewasa, orang tua); jenis kelamin (laki-laki, perempuan); tingkat pendidikan dan status sosial (rendah, menengah, tinggi).
    6. Tujuan : membangkitkan emosi, diplomasi, humor, informasi.

    GAYA BAHASA BERDASARKAN PILIHAN KATA

    Berdasarkan pilihan kata, gaya bahasa mempersoalkan kata mana yang paling tepat dan sesuai untuk posisi-posisi tertentu dalam kalimat, serta tepat tidaknya penggunaan kata-kata dilihat dari lapisan pemakaian bahasa dalam masyarakat. Dengan kata lain, gaya bahasa ini mempersoalkan ketepatan dan kesesuaian dalam menghadapi situasi-situasi tertentu.

    Dalam bahasa standar (bahasa baku) dapatlah dibedakan menjadi :

    a.    Gaya Bahasa Resmi

    Gaya bahasa resmi adalah gaya bahasa dalam bentuknya yang lengkap, gaya yang dipergunakan dalam kesempatan-kesempatan resmi, gaya yang dipergunakan oleh mereka yang diharapkan mempergunakannya dengan baik dan terpelihara. Gaya bahasa resmi biasa kita jumpai dalam penyampaian amanat kepresidenan, berita negara, khotbah-khotbah mimbar, tajuk rencana, pidato-pidato yang penting, artikel-artikel yang serius atau esai yang memuat subyej-subyek yang penting, semuanya dibawakan dengan gaya bahasa resmi.

    Contoh dalam pembukaan UUD 1945,

    Bahwa sesungguhnya kemerdekaan ini ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan peri-keadilan.

    Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan bangsa Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagai dengan seelamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia kedepan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. …(selanjutnya)

    b.    Gaya Bahasa Tak Resmi

    Gaya bahasa tak resmi  juga merupakan gaya bahasa yang dipergunakan dalam bahasa standar, khususnya dalam kesempatan-kesempatan yang tidak formal atau kurang formal. Gaya bahasa ini biasanya dipergunakan dalam karya-karya tulis, buku-buku pegangan, artikel-artikel mingguan atau bulanan yang baik, dalam perkuliahan, dan sebagainya. Singkatnya gaya bahasa tak resmi adalah gaya bahasa yang umum dan normal bagi kaum terpelajar.

    Contoh :

    Sumpah pemuda yang dicetuskan pada tanggal 28 Oktober 1928 adalah peristiwa nasional, yang mengandung benih nasionalisme. Sumpah Pemuda dicetuskan pada zaman penjajahan. Nasionalisme pada zaman penjajahan mempunyai watak khusus yakni anti penjajahan. Peringatan kepad Sumpah Pemuda sewajarnya berupa usaha merealisasikan gagasan-gagasan Sumpah Pemuda.

    c.    Gaya Bahasa Percakapan

    Dalam gaya bahasa percakapan, pilihan katanya adalah kata-kata populer dan kata-kata percakapan. Kalau dibandingkan dengan gaya bahasa resmi dan tak resmi, maka gaya bahasa percakapan ini dapat diumpamakan sebagai bahasa dalam pakaian sport. Itu berarti bahasanya masih lengkap untuk suatu kesempatan, dan masih dibentuk menurut kebiasaan-kebiasaan, tetapi kebiasaan ini agak longgar bila dibandingkan dengan kebiasaan pada gaya bahasa resmi dan tak resmi.

    Contoh berikut adalah hasil rekaman dari sebuah diskusi dalam seminar Bahasa Indonesia tahun 1996 di Jakarta :

    Pertanyaan yang pertama, di sini memang sengaja saya tidak membedakan antara istilah jenis kata atau word classes atau parts of speech. Jadi ketiganya saya artikan sama di sini. Maksud saya ialah kelas-kelas kata, jadi penggolongan kata, dan hal itu tergantung kepada dari mana kita melihat dan  dasar apa yang kita pakai untuk menggolongkannya. …….(selanjutnya)

    2.    IDIOM

    Menurut Moeliono, Idiom adalah ungkapan bahasa yang artinya tidak secara langsung dapat dijabarkan dari unsur-unsurnya. Sedangkan menurut Badudu, idiom adalah bahasa yang teradatkan. Oleh karena itu, setiap kata yang membentuk idiom berarti di dalamnya sudah ada kesatuan bentuk dan makna.

    Walaupun dengan prinsip ekonomi bahasa, salah satu unsurnya tidak boleh dihilangkan. Setiap idiom sudah tepatri sedemikian rupa sehingga para pemakai bahasa mau tidak mau harus tunduk pada aturan pemakaiannya. Sebagian besar idiom yang berupa kelompok kata, misalnya gulung tikar, adu domba, muka tembok tidak boleh dipertukarkan susunannya menjadi *tikar gulung, *domba adu, *tembok muka karena ketiga kelompok kata yang terakhir itu bukan idiom.

    Bab III. Penutup

    A. Kesimpulan

    Dari pembahasan yang diuraikan di atas, dapat disimpulkan menjadi beberapa poin penting yaitu :

    1. Diksi atau pilhan kata adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar.
    2. Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasa sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan kata itu.
    3. Diksi berfungsi sebagai alat agar tidak terjadi kesalahpahaman antara pembaca atau penulis terhadap pendengar atau pembaca dalam berkomunikasi.
    4. Diksi memiliki beberapa syarat-syarat ketepatan agar menimbulkan imajinasi yang sesuai antara pembicara dan pendengar.
    5. Fungsi diksi secara umum ialah agar masyarakat dapat berkomunikasi dengan baik dan benar agar terhindar dari salah penafsiran dan kesalahpahaman antara pembicara/penulis dengan pendengar/pembaca.
    6. Gaya bahasa atau langgam bahasa dan sering juga disebut majas adalah cara penutur mengungkapkan maksudnya.
    7. Gaya bahasa menurut pilihan kata dalam bahasa standar (bahasa baku) terbagi menjadi 3 jenis yaitu : Gaya bahasa resmi, gaya bahasa tak resmi dan gaya bahasa percakapan.
    8. Menurut Moeliono, Idiom adalah ungkapan bahasa yang artinya tidak secara langsung dapat dijabarkan dari unsur-unsurnya. Sedangkan menurut Badudu, idiom adalah bahasa yang teradatkan. Oleh karena itu, setiap kata yang membentuk idiom berarti di dalamnya sudah ada kesatuan bentuk dan makna.

    B. Saran

    1. Sebagai seorang mahasiswa, perlu sekali mempelajari dan memahami bagaimana penggunaan diksi yang tepat dan cermat karena seorang mahasiswa itu selalu dibebankan dan berkelut dengan karya-karya tulis dalam setiap tugas perkuliahannya.

    DAFTAR PUSTAKA

    Keraf, Gorys. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta : Gramedia. 2006.

    Hs, Widjono. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengenmbangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta : Grasindo. 2007

    _______________ . Komposisi Bahasa Indonesia. ______ : _____ . _____ 

  • Laporan Studi Kasus Penerapan Teori-teori Psikologi Sosial Dalam Bidang Komunikasi pada PT Telkom dan ICT UNM

    Penerapan Teori-teori Psikologi Sosial Dalam Bidang Komunikasi dan Hubungan Masyarakat

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Bidang Psikologi Sosial sepertinya telah memasuki hampir seluruh sendi-sendi kehidupan kita. Aplikasi bidang Psikologi Sosial telah banyak kita terapakan dalam berbagai bidang kehidupan. Karena pada dasarnya Psikologi Sosial memang menekankan bidangnya pada permasalahan-permasalahan sosial yang terjadi di lingkungan dan mengaitkannya pada konsep-konsep psikologi bagi masing-masing individu. Meskipun pada kenyataannya bidang Psikologi Sosial terbilang cukup muda dalam disiplin ilmu Psikologi.

    Terdapat berbagai aplikasi Psikologi Sosial dalam kehidupan kita.Seperti halnya pada bidang politik, kesehatan, hukum dan hak asasi manusia (HAM), ekonomi, komunikasi dan hubungan masyarakat, serta isu-isu kontemporer yang terjadi saat ini. Teori-teori dalam Psikologi Sosial banyak diterapkan dalam bidang tersebut seperti teori psikologi lingkungan, teori belajar sosial, teori peran, teori konflik peran, dan ssebagainya. Penerapan teori-teori Psikologi Sosial ini secara tidak sadar sebenarnya kita terapkan dalam bidang tersebut dan secara tidak langsung memberikan manfaat terhadap pelaksanaannya.

    Salah satu bidang yang cukup menarik untuk dikaji ialah bidang komunikasi dan hubungan masyarakat (public relation). Bidang ini cukup familiar di tengah-tengah kehidupan masyarakat Indonesia, khususnya di bagian perkantoran dan media publik seperti media elektronik dan media cetak. Selain itu, bidang komunikasi dan hubungan masyarakat juga bisa dibilang sangat sering berinteraksi dengan manusia. Secara tidak sadar, dalam melakukan tugasnya seperti mengelola informasi antara individu atau organisasi dan masyarakat, terdapat teori-teori Psikologi Sosial yang dipraktikkannya.

    Komunikasi dan hubungan masyarakat merupakan salah satu elemen penting dari sebuah lembaga organisasi maupun perusahaan. HUMAS (Public Relation) juga merupakanfungsi manajemen untuk mencapai target tertentu yang sebelumnya harus mempunyai program kerja yang jelas dan rinci, mencari fakta, merencanakan, mengkomunikasikan, hingga mengevaluasi hasil-hasil apa yang telah dicapainya.

    Komunikasi dan HUMAS (public relation) juga merupakan bidang baru yang ada khususnya di Indonesia, tetapi sangat dibutuhkan untuk menciptakan kerja sama karena public relation orang-orangnya bergerak di berbagai bidang. Menurut Frank Jefkins (1992), HUMAS (public relation) sebenarnya terdiri dari  semua bentuk komunikasi yang terselenggara antara organisasi yang bersangkutan dengan siapa saja yang menjalin kontak dengannya.

    Hal ini sangat menarik untuk diketahui lebih lanjut dalam kaitan antara HUMAS dan Psikologi Sosial karena bidang HUMAS dan Psikologi Sosial sama-sama mempunyai kegiatan yang berhubungan dengan kontak antara individu. Untuk itu penulis akan mengkaji lebih dalam aplikasi apa saja yang dapat di berlakukan dalam menjalankan fungsi Komunikasi dan HUMAS.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan dari uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah dari laporan ini adalah sebagai berikut:

    1. Bagaimana penerapan teori-teori Psikologi Sosial dalam bidang Komunikasi dan Hubungan Masyarakat (Public Relation) pada perusahaan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk dan ICT Universitas Negeri Makassar

    C. Tujuan Penulisan 

    Adapun tujuan penulisan dari laporan ini adalah sebagai berikut :

    a.    Untuk mengetahui penerapan teori-teori Psikologi Sosial dalam bidang Komunikasi dan Hubungan Masyarakat (Public Relation)pada perusahaan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk dan ICT Universitas Negeri Makassar.

    D.  Manfaat Penulisan

    Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

    a.    Manfaat Teoritis

    a)    Dapat dijadikan sebagai referensi untuk penulisan laporan  selanjutnya yang relevan dengan topik.

    b)   Pengembangan pengetahuan, khususnya yang berkenaan dengan penerapan aplikasi teori-teori psikologi sosial di bidang hubungan masyarakat.

    b.    Manfaat Praktis

    Bagi penulis dan masyarakat, memberikan pengetahuan praktis mengenai pengaplikasian teori-teori psikologi sosial yang digunakan dalam bidang hubungan masyarakat.

    Bab II. Tinjauan Pustaka

    A. Komunikasi dan Hubungan Masyarakat

    a. Komunikasi

    Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, setiap individu mengalami interaksi sosial dengan individu lain dalam menghadapi situasi sosial. Melalui interaksi ini, individu tentu mengadakan komunikasi dengan individu yang lain, baik melalui bahasa secara verbal maupun gerakan tubuh.

    Frank Dance mengemukakan tiga poin dari perbedaan konseptual yang penting dalam membentuk dimensi dasar komunikasi. Tiga dimensi dasar tersebut adalah: tingkat pengamatan atau keringkasan, tujuan, dan penilaian normatif. Dalam mendefinisikan komunikasi sendiri, terdapat banyak pendapat dalam mendefinisikannya. Ada yang mendefinisikannya sangat luas atau bebas dan ada pula yang mendefinisikannya terbatas.

    Secara luas, komunikasi ialah sebuah sistem dalam menyampaikan informasi atau perintah. Berdasarkan dimensi pertama yaitu “tingkat pengamatan”, komunikasi adalah proses yang menghubungkan bagian-bagian yang terputus. Jika ditinjau dari dimensi yang kedua yaitu tujuan, komunikasi merupakan sebuah proses yang menyamakan dua atau beberapa hal mengenai kekuasaan terhadap seseorang atau beberapa orang. Sedangkan berdasarkan dimensi yang ketiga yaitu penilaian normatif, komunikasi didefinisikan sebagai pertukaran sebuah pemikiran atau gagasan. Asumsi dalam definisi ini secara tidak langsung menyatakan bahwa komunikasi itu berhasil jika pemikiran atau gagasan berhasil ditukarkan. Namun disisi lain, terdapat definisi yang tidak menilai apakah hasilnya berhasil atau tidak sehingga hanya mendefinisikan komunikasi ialah penyampaian informasi.

    Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan berita antara dua orang atau lebih dengan cara yang tepat sehingga dipahami apa yang dimaksud. Saat ini, komunikasi sudah menjadi salah satu disiplin ilmu di Perguruan Tinggi, yaitu Ilmu Komunikasi. Ilmu Komunikasi ialah ilmu yang mempelajari mengenai bagaimana cara mentransfer atau menyampaikan informasi atau ide-ide dari satu individu ke individu lain atau kelompok ke kelompok lain yang bisa dilakukan melalui media lisan, tertulis, ataupun sosial.

    Dalam penerapannya, Ilmu Komunikasi memiliki tiga pembagian khusus, yaitu:

    • Penyiaran (broadcasting)
    • Periklanan (advertising)
    • Hubungan Masyarakat (public relation)
    b. Hubungan Masyarakat (Public Relation)

    Hubungan Masyarakat (Public Relation) merupakan salah satu elemen penting dalam suatu organisasi ataupun perusahaan. Sebenarnya HUMAS ini merupakan bagian dari Ilmu Komunikasi. Menurut kamus besar Institute of Public Relation (IPR) yang terbit pada bulan November 1987 menyatakan bahwa Hubungan Masyarakat (HUMAS) adalah keseluruhan upaya yang dilangsungkan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memelihara niat baik dan saling pengertian antara suatu organisasi dengan segenap khalayaknya.

    Saat ini, HUMAS telah menjadi suatu profesi dalam suatu organisasi ataupun perusahaan. Dalam menjalankan tugasnya, HUMAS bertanggung jawab dalam memberikan informasi kepada masyarakat ataupun organisasi lain yang menjalin hubungan dengannya, mendidik, meyakinkan, meningkatkan ketertarikan masyarakat, serta memberikan penjelasan kepada khalayak mengenai sesuatu ataupun keadaan tertentu.

    Jika dilihat peranannya dalam suatu perusahaan ataupun lembaga, public relation sangat menunjang efektivitas suatu perusahaan. Hubungan Masyarakat sangat berperan penting dalam suatu organisasi atau lembaga perusahaan. Beberapa tugas dari HUMAS ialah:

    · Expert Pereciber Communication (Ahli Komunikasi)

    Petugas HUMAS bertugas menasehati pimpinan perusahaan/organisasi. Selain itu, HUMAS juga bertanggung jawab dalam melayani masyarakat atau organisasi yang menjalin relasi dengan instansinya seperti memberikan penjelasan tentang sesuatu serta mendidik dan meningkatkan ketertarikan masyarakat.

    · Problem solving process facilitator (Fasilitator dalam Pemecahan Masalah)

    Petugas HUMAS bertugas melibatkan dirinya atau dilibatkan dalam setiap masalah ataupun krisis. Merka bisa menjadi anggota tim atau menjadi leader dalam penanganan krisis manajemen.

    · Communicatoin Facilitator (Fasilitator Komunikasi)

    Pelaksana HUMAS sebagai fasilitator atau jembatan komunikasi antara publik dengan perusahaan sebagai media atau bisa juga menjadi penengah bila terjadi miss communication.

    · Technician Communication (Pelaksana Teknis Komunikasi)

    Petugas HUMAS bertugas sebagai pelaksana teknis komunikasi yang menyediakan layanan di bidang humas.

    Dalam menjalankan tugas-tugasnya di atas, HUMAS juga ditunjang oleh beberapa media atau perangkat yang membantunya. Salah satunya ialah media sosial. Media sosial (sosial media) mempunyai peranan yang cukup penting dalam bidang HUMAS. Media sosial dianggap membuat komunikasi menjadi lebih mudah dengan client atau masyarakat di sekitar. Namun tentu, tidak semua hal dapat dikomunikasikan atau diinformasikan melalui media sosial. Terdapat juga hal-hal yang memang harus dinyatakan secara langsung.

    Saat ini, peran HUMAS dalam suatu perusahaan semakin disibukkan dengan perkembangan beberapa program positif, salah satunya ialah program CSR (Corporate Social Responsibility), yang merupakan suatu program dimana suatu perusahaan dapat diterima dan diakui di lingkungannya.

    Jika diteliti dengan cermat, tugas HUMAS memang terbilang cukup berat. Dibutuhkan profesionalisme yang tinggi di bidang dan keselarasan antara peranan dan sikap maupun perilaku para pelaku HUMAS ini agar tercipta hasil kerja yang sukses. Beberapa kriteria dalam bidang HUMAS antara lain tingkat intelektual, kode etik, diri yang mampu mengatur organisasi, dan juga pelaksananya. Standar profesionalisme dalam bidang Hubungan Masyarakat sebaiknya dilihat melalui konteks bagaimana memelihara suatu stabilitas organisasi dan harmoni seiring dengan perubahan lingkungan sosial. Ini sangat perlu diperhatikan bagi para pelaksana HUMAS dalam meningkatkan kualitas kerjanya.

    B. Psikologi Sosial

    Secara umum, Psikologi Sosial merupakan salah satu cabang dari disiplin ilmu Psikologi. Dalam mendefinisikan mengenai Psikologi Sosial, beberapa ahli ternyata memiliki pendapat yang berbeda. Seperti Hartley (dalam Walgito, 1990) menyatakan bahwa Social Psychology is that branch of the social science which seek to understand individual behavior in the context of social interaction. Sedangkan Sherif (1956) mengemukakan bahwa, social psychology is the scientific study of the experience and behavior of the individual in relation to social stimulus situation.

    Dari beberapa pengertian yang dikemukakan oleh ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa Psikologi Sosial ialah ilmu yang mempelajari mengenai perilaku manusia dalam lingkup sosialnya. Sebenarnya, ilmu Psikologi Sosial ini terbilang cukup baru karena baru muncul kurang dari seratus tahun yang lalu. Sebelumnya, gejala-gejala seperti ini dipelajari dalam bidang Sosiologi dan Antropologi.

    Dalam mempelajari Psikologi Sosial, terdapat tiga kajian yaitu :

    • Studi tentang pengaruh sosial terhadap proses individual, seperti persepsi, motivasi, proses belajar,  dan sifat (attitude).
    • Studi tentang proses individual bersama seperti bahasa, sikap sosial, dan sebagainya.
    • Studi tentang interaksi antar kelompok seperti kepemimpinan, komunikasi, hubungan kekuasaan, konformitas, persaingan, kerja sama dan sebagainya.

    C. Teori-teori Psikologi Sosial

    a. Teori Lapangan (Field Theory)

    Teori ini dikemukakan oleh Kurt Lewin yang beranggapan bahwa pribadi itu tidak dapat dipisahkan dari lingkungannya karena pribadi itu terdapat dalam lingkungannya. Pribadi dan lingkungan ini secara bersama-sama membentuk ruang hidup (life space). Life space merupakan sekumpulan fakta atau kejadian yang memengaruhi tingkah laku yang meliputi masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang.

    b. Teori Peran (Role Theory)

    Teori peran (role theory) merupakan teori yang menyatakan bahwa perilaku individu tersebut dibentuk oleh peranan-peranan yang disematkan atau diberikan masyarakat kepadanya. Peranan tersebut memang tidak secara langsung memengaruhi perilakunya. Namun seiring waktu yang berlalu, seseorang secara tidak langsung terpengaruh oleh peranannya.

    c.    Konflik Peran (Role Conflict)

    Konflik merupakan salah satu esensi kehidupan dan perkembangan manusia yang mempunyai karekteristik yang beragam. Selruh individu yang berada di bumi ini memiliki berbagai macam jenis perbedaan. Seperti perbedaan suku budaya, ras, agama, latar belakang pendidikan, dsb. Perbedaan inilah yang cenderung menimbulkan konflik di antara masyarakat. Selama masih terdapat perbedaan di muka bumi ini, konflik masih akan terus terjadi dan tidak bisa dihindari.

    Ada berbagai macam konflik. Salah satunya ialah konflik peran (role conflict). Konflik peran ialah suatu keadaan dimana terdapat harapan yang sifatnya berlawanan terhadap peran individu di lingkungannya.

    Menurut Mondy, Sharplin dan Premeaux (1990:490), mengemukakan lima tipe dari role conflict, yaitu:

    ·      Intrasender conflict, merupakan konflik yang terjadi pada individu pemegang peran karena peran yang diterima oleh individu bertentangan dengan harapan pemegang peran.

    ·      Intersender Conflict, konflik yang terjadi ketika individu-individu pemegang peran dengan harapan yang berbeda saling berinterkasi..

    ·      Interrole Conflict. Merupakan konflik yang terjadi ketika harapan berhubungan dengan peran berbeda yang akan menimbulkan konflik.

    ·      Person-role conflict, adalah konflik yang terjadi ketika sikap atau perilaku yang diharapkan dari pemegang peran melanggar moralatau nilai yang dimiliki individu tersebut.

    ·      Role Overload, merupakan tipe konflik peran yang lebih kompleks, terjadi ketika harapan yang dikirimkan pada pemegang peran dapat digabungkan akan tetapi kinerja mereka melampaui jumlah waktu yang tersedia bagi orang yang melaksanakan aktivitas yang diharapkan.

    d.   Teori Perbandingan Sosial dan Pertukaran Sosial

    a)    Teori Perbandingan Sosial(Sosial Comparisons Theory)

    Teori  perbandingan sosial berpendapat bahwa dalam interaksi sehari-hari, proses saling memengaruhi dan perilaku bersaing itu ditimbulkan oleh adanya kecendrungan dalam menilai diri sendiri (self evaluation) yang dapat dipenuhi dengan membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Proses perbandingan sosial banyak memengaruhi hal-hal dalam kehidupan sosial kita. Hal yang diperbandingkan biasanya  ialah pendapat (opinion) dan kemampuan (ability).Teori ini dikemukakan oleh Leon Festinger.

    Teori perbandingan sosial ini dapat diringkas menjadi:

    ·       Setiap orang memiliki hasrat (dorongan) untuk mengevaluasi  opini dan kemampuannya secara akurat.

    ·       Karena tidak ada standar fisik secara langsung, orang mengevaluasi dirinya dengan membandingkan dirinya dengan orang lain.

    ·       Secara umum, orang cenderung membandingkan dirinya dengan orang lainyang setarana atau mirip dengannya.

    b)   Teori Pertukaran Sosial (Sosial Exchange Theory)

    Teori pertukaran sosial memandang bahwa hubungan interpersonal antar individu itu layaknya sebagai suatu transaksi dagang. Jadi, teori ini menganggap bahwa seorang individu melakukan hubungan dengan orang lain disebabkan ingin mendapatkan keuntungan dari hubungan tersebut. Dalam teori pertukaran sosial, terdapat empat konsep dasar dalam suatu hubungan, yaitu:

    • Ganjaran, merupakan dampak positif yang langsung bisa dirasakan melalui hubungan interpersonal dengan seseorang atau lebih.
    • Biaya, merupakan istilah yang digunakan yang mengacu pada pengeluaran atau pengorbanan seseorang dalam menjalin hubungan. Biaya ini tidak selamanya berupa materi, melainkan dapat berupa tenaga, waktu, usaha, konflik, dsb.
    • Hasil atau Laba merupakan hasil yang bermanfaat dan bisa dirasakan dalam jangka waktu yang cukup lama melalui jalinan hubungan interpersonal.
    • Tingkat Perbandingan, merupakan suatu acuan atau standarisasi seseorang dalam menilai suatu hubungan. Ini biasa digunakan seseorang dalam membandingkan hubungan interpersonalnya dengan orang yang satu dan orang yang lain.

    e.    Teori Belajar Sosial (Sosial Learing Theory)

    Belajar merupakan salah satu hal terpenting bagi setiap individu. Karena melalui proses belajar inilah, perilaku dapat dibentuk, dimodifikasi, maupun diperbaiki. Terdapat dua proses belajar, yaitu proses belajar secara fisik dan secara psikis. Salah satu proses belajar secara psikis ialah belajar sosial (sosial learning). Pada pembelajaran sosial, seseorang mempelajari dan mengamati perannya dan peran orang lain melalui interaksi maupun kontak sosial yang terjadi di lingkungannya.

    Dalam teori belajar sosial, terdapat dua teori mengenai tingkah laku, yaitu teori John Dollard & Neal E. Miller (1941) dan Albert Bandura (1963).

    a)    Teori Belajar Sosial Dollard dan Miller

    Teori Dollard dan Miller sebenarnya merupakan pengembangan dari teori Hull. Pandangan dasar mereka ialah perilaku manusia itu dapat dipelajari. Dalam menjelaskan teorinya, mereka menggunakan empat prinsip dalam proses belajar, yaitu:

    ·       Dorongan (drive) merupakan suatu rangsangan yang mendorong organisme untuk bertingkah laku. Terdapat dua jenis dorongan, yaitu dorongan primer (primary drive) dan dorongan sekunder (secondary drive). Dorongan primer meliputi dorongan-dorongan yang bersifat bawaan (innate) yang sifatnya biologis seperti rasa lapar, haus, dan dorongan seksual. Sedangkan dorongan sekunder meliputi akibat yang ditimbulkan dari adanya dorongan primer tersebut seperti rasa cemas, gelisah, takut, dsb.

    ·       Isyarat (cue) merupakan suatu stimulus dari luar yang memberikan petunjuk kapan dan bagaimana tingkah laku dapat dilakukan.

    ·       Tingkah Laku Balas (response) merupakan respon yang dilakukan individu sebagai dampak dari isyarat.

    ·       Penguat (reinforcement) ialah penguat yang akan menentukan apakah tingkah balas akan diulang atau tidak pada kesempatan yang lain.

    b)   Teori Belajar Sosial Albert Bandura

    Teori belajar sosial dari Bandura didasarkan pada tiga konsepnya yaitu:

    ·       Determinis Resiprokal (Reciprocal Determinism), yaitu konsep pendekatan yang menyatakan bahwa tingkah laku manusia itu hasil dari interaksi timbal balik antara determinan kognitif, behavioris (tingkah laku), dan lingkungan.

    ·       Tanpa Penguat (Beyond Reinforcement). Bandura berpendapat bahwa reinforcement bukan satu-satunya pembentuk tinkah laku. Orang juga dapat belajar walau tanpa ada reinforcement (penguat), yaitu melalui observasi (observational lerning).

    ·       Kognisi dan Regulasi Diri (Self Regulation and Cognition). Konsep Bandura yang menyatakan bahwa setiap individu itu memliki kemampuan dalam mengatur tingkah lakunya, membentuk perilaku dengan cara memodifikasi lingkungan dan menciptakan dukungan kognitif serta konsekuensi atas tingkah lakunya sendiri.

    f.     Psikologi Lingkungan

    a)    Teori Tekanan Lingkungan (The Environmental Stress Approach)

    Teori yang menyatakan bahwa reaksi tingkah laku dari masing-masing individu dipengaruhi oleh keadaan lingkungan yang bersifat mengganggu atau yang biasa disebut dengan stressor. Stressor itu dapat berupa suara bising, cuaca yang panas, polusi udara, kepadatan penduduk, dsb. Stressor ini dapat menimbulkan reaksi pada tingkah laku individu berupa stress jika individu tidak mampu menanganinya.

    b)   Teori Kelebihan Beban (Environmental Load Theory)

    Pada teori kelebihan beban, Cohen mengemukakan empat asumsi dasarnya, yaitu:

    ·       Manusia memiliki keterbatasan dalam mengelola stimulus dari lingkungannya.

    ·       Jika stimulus lebih besar dibanding kemampuan individu dalam mengelola informasi, maka terjadilah kelebihan beban. Akibatnya, sejumlah stimulus harus diabaikan agar dapat memusatkan perhatian pada stimulus tertentu saja.

    ·       Individu akan beradaptasi segera dengan lingkungannya setelah stimulus muncul.

    ·       Jika kapasitas masih terlalu besar, maka individu tidak mampu lagi menganganinya.

    c)    Teori Kekurangan Beban (Understimulation Theory)

    Teori ini mengatakan bahwa manusia juga tidak senang jika ia tidak  mendapat cukup rangasangan. Ini merupakan kebalikan dari teori kelebihan beban. Jika individu kurang mendapat stimulus dari lingkungannya, maka ini dapat menimbulkan perasaan kosong, cemas, sepi, hingga kebosanan atau kejenuhan.

    d)   Teori Tingkat Adaptasi (Adaptation Level Theory)

    Pada teori tingkat adaptasi, dijelaskan bahwa setiap individu mampu menyesuaikan responnya terhadap stimulus yang datang dari luar.Terapat dua jenis penyesuaian, yaitu adaptation (penyesuaian respon terhadap stimulus) dan adjustment (penyesuaian stimulus terhadap kondisi individu).

    e)    Teori Kendala Tingkah Laku (The Behavior Constraint Theory)

    Setiap individu pada hakikatnya ingin mempunyai kebebasan dalam menentukan sendiri perilakunya. J. Brehm (dalam Sarwono, 1992) menyatakan bahwa jika individu mendapat hambatan terhadap kebebasnnya untuk melakukan sesuatu, maka ia akan berusaha untuk memperoleh kebebasannya kembali.

    g.      Kognisi Sosial

    Kognisi sosial merupakan proses berpikir seseorang dalam mengamati dan memahami lingkungan di sekitarnya sehingga dapar beradaptasi di dalamnya. Jadi, kognisi sosial ini mengarah pada struktur dan proses kognitif pada masing-masing diri individu dalam membentuk pemahamannya pada situasi sosial dan menyesuaikan tingkah lakunya terhadap itu. Dalam kognisi sosial, kita dituntut untuk memahami lingkungan di sekitar kita, seperi memahami keadaan atau situasi yang sedang terjadi serta orang lain dan diri kita sendiri. Proses dalam kognisi soial meliputi melakukan interpretasi (penafsiran), menganalisa, mengingat, dan menggunakan informasi tentang dunia sosial yang dialami.

    Proses kognisi sosial pada setiap individu memang berbeda-beda. Hal ini dikarenakan masing-masing individu memiliki tingkat kepekaan sosial yang berbeda-beda serta kemampuan pada setiap aspek kognisi sosial. Adapun aspek-aspek yang memengaruhi proses kognisi sosial seseorang adalah

    ·      Skema, merupakan kerangka pikiran yang mampu mengorganisasi sejumlah informasi yang berpengaruh pada proses berpikir sosial.

    ·      Perhatian (attention), ialah proses dimana individu pertama kalinya memerhatikan gejala-gejala sosial yang terjadi di lingkungannya.

    ·      Pengkodean (enconding) merupakan proses dimana individu memasukkan informasi dalam ingatannya.

    ·      Mengingat kembali (retrieval) ialah proses dimana individu berusaha mengingat kembali informasi yang tekah disimpannya dalam ingatannya.

    Bab III. Metode Penelitian

    A.  Jenis Penelitian

    Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian studi lapangan, yaitu dengan turun langsung ke lapangan untuk memperoleh data yaitu apa saja penerapan teori-teori Psikologi Sosial yang digunakan dalam bidang komunikasi dan hubungan masyarakat.

    B.   Objek Penelitian

    Objek dari penelitian ini adalah komunikasi dan hubungan masyarakat (public relation). Dalam penulisan laporan ini, komunikasi dan hubungan masyarakat dijadikan objek karena bidang ini dirasa cukup berkaitan dengan bidang Psikologi Sosial. Terdapat banyak teori dalam Psikologi Sosial yang dapat diterapkan dalam kedua bidang ini.

    C.   Teknik Pengumpulan Data

    Teknik pengumpulan data dalam penelitiam ini dilakukan melalui metode observasi dan wawancara. Kami mengobservasi dan mewawancarai karyawan pada salah satu perusahaan, yaitu PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, tepatnya pada bagian HUMAS (Hubungan Masyarakat) dan ICT Universitas Negeri Makassar pada bagian kesekretariatan (HUMAS).

    D.  Prosedur Penelitian

    Dalam penelitian ini, kami mula-mula mengidentifikasi teori-teori dalam Psikologi Sosial serta mempelajari sedikit mengenai bidang Komunikasi dan Hubungan Masyarakat (public relation). Kemudian, kami pun turun ke lapangan melakukan observasi dan wawancara untuk memperoleh data mengenai penerapan teori-teori Psikologi Sosial dalam bidang komunikasi dan hubungan masyarakat. Setelah itu, kami pun mengidentifikasi apa saja teori-teori dalam Psikologi Sosial yang digunakan pada kedua bidang tersebut.

    Bab IV. Hasil dan Pembahasan

    A. Hasil

    1. Hasil pengamatan yang petama, kami lakukan pada tanggal 5 Mei 2014 di PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. yakni:

    Tugas bidang HUMAS pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk antara lain memberikan informasi mengenai pelayanan Telkom pada pelanggannya, memberikan pelayanan magang pada mahasiswa atau siswa SMK yang mengambil jurusan seperti Teknik Komputer Jaringan, dsb. Dalam menjalankan tugasnya, petugas HUMAS ternyata memiliki beberapa kendala seperti adanya persaingan, loyalitas an konsistensi para karyawan, dsb.

    b.    Hasil pengamatan yang ke dua, kami lakukan pada tanggal 12 Mei 2014 di ICT Universitas Negeri Makassar yakni :

    Bidang HUMAS pada ICT Universitas Negeri Makassar sedikit berbeda dibandingkan instansi yang lain. Pada ICT UNM, bagian HUMAS disebut sebagai Kesekretariatan. Namun, fungsi Kesekretariatan ini sama dengan fungsi HUMAS pada instansi-instansi lain. Tugasnya antara lain memfasilitasi sarana dan prasarana di lingkungan UNM, mengontrol ICT dari pihak kampus dan dari luar lingkungan kampus, serta memberikan pelayanan kepada masyarakat yang ingin mengetahui mengenai SBMPTN. Beberapa kendala yang mereka alami ialah manajemen waktu (time management) karena sebagian karyawannya juga merupakan dosen di Universitas Negeri Makassar. Namun sistem kekeluargaan di ICT ini sangat mereka jaga sehingga permasalahan tersebut bisa diatasi.

    B.  Pembahasan

    Dari hasil yang kami dapatkan bahwa teori dalam psikologi sosial banyak digunakan dalam bidang hubungan masyarakat (HUMAS) atau biasa dikenal dengan public relation (PR). Hal ini juga berlaku pada perusahaan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. dan ICT Universitas Negeri Makassar. Teori yang dimaksud yaitu:

    a.     Teori Pertukaran Sosial (Sosial Exchange Theory)

    Teori pertukaran sosial diterapkan dalam bidang komunikasi dan hubungan masyarakat. Karena bidang Komunikasi dan HUMAS dalam serangkaian kegiatannya, selalu memperhatikan untung dan rugi akan suatu tindakan.

    a)    Aplikasi

    Hal ini digunakan oleh petugas HUMAS dalam menentukan strategi kerjanya, yang berkaitan dengan kemenangan atau kesuksesan dan daya juangnya. Strategi ini berguna dalam menguntungkan suatu lembaga dan membantu suatu instansi dalam memecahkan masalahnya.

    b)   Implikasi

    Dengan mengaplikasikan teori ini, dampaknya ckup besar bagi suatu instansi. Suatu produk ataupun kualitas suatu isntansi bisa lebih bertahan lama jika segala sesuatu yang dilakukan oleh bagian HUMAS bagi perusahaan mempertimbangkan untung dan rugi.

    c)    Contohnya:

    PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. dan ICT Universitas Negeri Makassar menerima mahasiswa atau siswa yang ingin magang, dari kegiatan itu tanpa disadari secara tidak langsung teori psikologi sosial tepatnya teori pertukaran social digunakan karena PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. dan ICT Universitas Negeri Makassar menerima mahasiswa yang magang untuk kepentingan perusahaan atau kantor. Para siswa yang magang akan mengerjakan tugas tanpa digaji dengan krgiatan itu pihak perusahaan/kantor  mendapat keuntungan. Tetapi mahasiswa dan siswa yang magang juga mendapat keuntungan yaitu terlaksananya tugas dari kampus dan sekolahnya.

    b.    Teori Belajar Sosial (Sosial Learning Theory)

    Teori ini mengkaji tentang proses belajar melalui lingkungan sekitar dalam menciptakan suatu tngkah laku baru ataupun memodifikasi tingkah laku yang telah diamati. Jika ditinjau dari teori belajar sosial Albert Bandura, terdapat dua proses belajar, yaitu belajar melalui proses modeling dan belajar melalui proses observasi.

    a)    Aplikasi

    Aplikasi teori belajar sosial ini bisa diamati dengan mudah pada bidang komunikasi dan Hubungan Masyarakat. Setiap hari, petugas HUMAS dihadapkan pada berbagai peristiwa, seperti bagaimana menjelaskan pada pihak lain mengenai kualitas atau keadaan instansinya, meningkatkan keyakinan dan ketertarikan orang lain akan kualitas produk ataupun jasa yang dihasilkan oleh instansinya. Atau bisa juga dalam menangani permasalahan atau krisis manajemen.

    Peristiwa-peristiwa yang dialami ini akan disimpan dalam ingatan yang nantinya akan direalisasikan menjadi suatu perilaku. Proses trial and error ini dipengaruhi oleh kerjasama antara sistem kognitif dan motorik seseorang.  Dengan proses itu, petugas HUMAS pun dapat meningkatkan performa kerjanya di masa yang akan datang.

    b)   Implikasi

    Penerapan teori belajar sosial ini dapat menimbulkan suatu pemikiran kritis, aktif berfikir, serta senantiasa memperbaiki kesalahan terhadap setiap diri individu khususnya para penyelaenggara HUMAS.

    c)     Contohnya:

    Para staf PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. dan ICT Universitas Negeri Makassar menghadapi berbagai peristiwa setiap hari tanpa disadari para staf PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. dan ICT Universitas Negeri Makassar melakukan pembelajaran untuk memperbaiki kinerjanya dan banyak instansi-instansi yang mau bekerja sama dengan perusahaan/kantor.

    c.    Teori Perbandingan Sosial (Sosial Comparison Theory)

    Perbandingan sosial merupakan salah satu cara untuk mengevaluasi diri dengan membandingkan aspek-aspek yang ada pada diri sendiri dengan orang atau kelompok lain. Aspek-aspek itu bisa berupa pendapat, kemampuan, dsb. Teori perbandingan sosial juga diterapkan dalam bidang komunikasi dan HUMAS.

    a)    Aplikasi

    Persaingan merupakan hal biasa yang kita temui dalam bidang ini. Untuk meningkatkan kualitasnya, terkadang mereka membandingkan prestasinya dengan kelompok lain. Mereka mengidentifikasi beberapa kekurangan yang dimilikinya dan kelebihan yang dimiliki kelompok lain. Dengan itu, mereka dapat memperbaiki kekurangannya dengan belajar melalui pengamatannya terhadap “pesaingnya”.

    Selain membandingkan kualitas, para pelaku HUMAS juga membandingkan pendapat dengan orang lain dalam menangani suatu permasalahan. Jadi, bukan hanya kemampuan yang dibandingkan, melainkan juga pendapat.

    b)   Implikasi

    Dengan diterapkannya teori ini, para karyawan HUMAS lebih bisa meminimalisir dampak negatif yang ditimbulkan dari setiap aktivitasnya. Karena dengan membandingkan pendapat kita dengan orang lain, kualitas aktivitas kita akan lebih meningkat karena masukan-masukan yang lebih banyak dari orang lain dan dengan pertimbangan yang jauh lebih matang.

    c)   Contohnya:

    Para staf bidang humas PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. dan ICT Universitas Negeri Makassar mengkaji apa yang menjadi kekurangan yang ada pada kelompoknya, dan membandingkan kinerja kelompoknya dengan bidang lain, apakah kelompoknya dengan kerjanya sekarang akan memiliki dampak yang berkelanjutan ke depannya.  Bukan saja dari perilaku yang dinilai untuk meningkatkan kinerjanya tetapi para anggota staf juga mengeluarkan pendapatnya dan membandingkannya untuk menghasilkan suatu kinerja yang lebih baik di bidangnya.

    d.   Teori Kognisi Sosial

    Kognisi sosial merupakan cara individu dalam mengamati dan memahami lingkungannya sendiri sehingga dapat membentuk perilakunya. Pada bidang Komunikasi dan HUMAS, kemampuan kognisi sosial sangat penting dimiliki bagi para pelaku HUMAS.

    a)    Aplikasi

    Penerapan teori Kognisi Sosial dalam bidang Komunikasi dan Humas memang tidak dapat diamati secara langsung karena proses berpikir memang merupakan suatu hal yang tidak dapat diamati. Namun kemampuan ini perlu dimiliki bagi setiap individu yang terjun di bidang tersebut. Mereka harus bisa memiliki kepekaan yang tinggi mengenai isu-isu terkait di sekitarnya serta mengaplikasikan apa yang mereka pahami mengenai lingkungannya pada tugas-tugasnya sebagai pelaku HUMAS.

    b)   Implikasi

    Dengan memiliki kemampuan kognisi sosial yang baik, para pelaku HUMAS mampu menjalankan fungsinya dengan baik seperti membantu melayani masyarakat atau suatu instansi yang sedang menjalin relasi dengan instansinya, memberikan penyelesaian masalah yang tepat mengenai permasalahan yang muncul dan melibatkan instansinya, dsb.

    c)    Contoh

    Misalnya pada ICT Universitas Negeri Makassar, mereka harus memahami terlebih dahulu bagaimana pandangan masyarakat, khususnya bagi para siswa SMA yang baru lulus mengenai SBMPTN sehingga mereka mempu memberikan penyelesaian masalah (problem solving) pada pihak luar yang membutuhkannya. 

    BAB V

    (KESIMPULAN DAN SARAN)

    A.  Kesimpulan

    Berdasarkan hasil observasi dan wawancara kami pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk dan ICT Universitas Makassar, dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa aplikasi Psikologi Sosial yang diterapkan pada bidang Komunikasi dan Hubungan Masyarakat (HUMAS) seperti teori pertukaran sosial, teori belajar sosial, teori perbandingan sosial, dan teori kognisi sosial.

    Keempat teori tersebut digunakan bagi para pelaksana HUMAS dalam meningkatkan kualitas kerjanya. Dalam peranannya, HUMAS memang menggunakan beberapa prinsip-prinsip ilmu sosial lainnya selain Psikologi, seperti Sosiologi, Ekonomi, Politik, dsb. Kedudukan HUMAS sangat penting bagi suatu instansi, baik pemerintahan maupun swasta. Karena segala kebijakan HUMAS akan menentukan efektivitas suatu perusahaan, baik secara internal maupun eksternal.

    B.   Saran

    Dengan berakhirnya laporan ini, kami berharap agar laporan ini bisa menjadi penambah pengetahuan, khususnya di bidang Psikologi Sosial dan dapat pula dijadikan referensi bagi mahasiswa selanjutnya yang akan membuat laporan, khusunya mengenai Aplikasi Psikologi Sosial dalam Bidang Komunikasi dan Hubungan Masyarkat (Public Relation).

  • Makalah Siklus Hidup Produk Bank Syariah

    Siklus Hidup Produk Bank Syariah

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Para pemasar sering sekali mengeluh karena lingkungan pemasaran cepat berubah, kebutuhan akan informasi pemasaran yang tepat waktu akan lebih besar dari pada di masa yang lalu. Serta dalam unit usaha harus mengembangkan rencana pemasaran untuk mencapai sasaran dan manajer pemasaran sering mengadakan riset pemasaran, penelitian formal mengenai masalah-masalah dan peluang-peluang tertentu.

    Dalam kaitan riset pemasaran perusahaan umumnya memformulasi ulang strategi pemasaran mereka beberapa kali selama masa hidup suatu produk. Kondisi ekonomi berubah, pesaing melancarkan serangan baru dan produk melalui tahap-tahap baru dari minat dan kebutuhan pembeli.

    Akibatnya suatu perusahaan harus merencanakan strategi yang sesuai dengan setiap tahap dalam siklus produksi dan perusahaan berharap memperpanjang umur serta profitabilitas produk, walaupun produk yang dimilikinya tidak akan bertahan selamanya.

    Oleh karena itu, kami mengangkat sebuah judul “Perencanaan Produk’, untuk dijadikan sebuah pedoman dalam meningkatkan produk usaha yang dimilikinya.

    B. Rumusan Masalah

    1. Siklus Hidup Produk Perbankan Syariah
    2. Sistem perbankan syariah

    C. Tujuan

    1. Pengertian siklus hidup dan tahapan-tahapannya.
    2. Menjelaskan tentang sistem perbankan syariah

    Bab II. Pembahasan

    A. Siklus Hidup Produk Perbankan Syariah

    Perusahaan umunya memformulasi ulang strategi pemasaran mereka beberapa kali dalam masa hidup suatu produk. Kondisi ekonomi berubah, pesaing melancarkan serangan baru, dan produk melalui tahap-tahap baru dari minat dan kebutuhan pembeli. Akibatnya, suatu perusahaan harus merencanakan strategi yang sesuai dengan tiap tahap dalam siklus hidup produk. Perusahaan berharap memperpanjang umur dan profabilitas produk, walau mengetahui bahwa produk ini tidak bertahan lama.

    Siklus hidup produk (product life cycle/PLC) adalah suatu konsep penting yang memberikan pemahaman tentang dinamika kompotitif suatu produk.  Sedangkan menurut Malcom H.B. McDonald dan Warren J. Keegan  siklus hidup produk adalah suatu dalil bahwa jika suatu produk mengalami keberhasilan pada tahap perkenalannya (ada sebagian yang gagal pada tahap ini), maka pembelian ulang akan terus meningkat dan menyebar serta kecepatan pertumbuhan pun meningkat.

    Jika mengatakan bahwa sebuah produk memiliki siklus hidup berarti menegaskan empat hal yaitu:

    1. Produk memiliki umur yang terbatas.
    2. Penjualan produk melalui berbagai tahap yang berbeda, masing-masing memberikan tantangan, peluang dan masalah yang berbeda bagi penjual.
    3. Laba naik dan turun pada berbagai tahap siklus hidup

    produk.produk memerlukan strategi pemasaran, keuangan, pembelian, sumber daya manusia yang berbeda dalam tiap tahap siklus hidupnya.
    Sebagian besar pembahasan Siklus Hidup Produk (PLC) menggambarkan sejarah penjualan produk umum yang mengikuti kurva. Kurva ini umumnya di bagi menjadi empat tahap:

    Perkenalan (Intriduction) yaitu suatu periode pertumbuhan penjualan yanglambat saat produk itu diperkenalkan ke[asar. Pada tahap ini tidak ada laba karena besarnya biaya-biaya untuk memperkenalkan produk.

    Pertumbuhan (Growth) yaitu suatu periode penerimaan pasar yang cepat dan meningkatkan laba yang besar.

    Kedewasaan (Maturity) yaitu suatu periode penurunan dalam pertumbuhan penjualan karena produk itu telah diterima oleh sebagian besar pembeli potensial. Laba stabil atau menurun karena peningkatan pengeluaran pemasaran untuk mempertahankan produk terhadap pesaingan.

    Penurunan (Decline) produk penjualan menunjukkan arah menurun dan laba menipis.

    Siklus Hidup Produk

    Sering sulit untuk menentukan dimana setiap tahap berawal dan berakhir. Biasanya tahap-tahap ini ditandai saat kecepatan pertumbuhan dan penurunan penjualan menjadi nyata.namun, pemasar harus memeriksa urutan normal tahap-tahap tersebut dalam industri serta lama rata-rata dalam setiap tahap.

    1. Siklus Hidup Kategori-Produk, Bentuk-Produk, dan Merek

    Konsep PLC dapat digunakan untuk menganalisis suatu kategori produk (minuman keras), bentuk produk (minuman keras putih), suatu produk (vodka), atau merek (Smirnoff).

    •   Kategori Produk (Product Catagory)

    Memiliki siklus hidup yang paling panjang. Banyak kategori produk berada pada tahap untuk jangka waktu yang tak terbatas, karena mereka bertumbuh hanya pada tingkat pertumbuhan populasi. Beberapa kategory produk utama seperti rokok, surat kabar tampaknya telah memasuki tahap penurunan PLC. Sementara yang lain seperti mesin faks, telepon genggam air botolan jelas berada pada tahap pertumbuhan.

    •   Bentuk Produk (Product Form)

    Lebih mengikuti standart PLC dari pada kategori produk. Jadi mesintik manual melewati tahap perkenalan,pertumbuhan, kedewasaan dan

    penurunan sebagai gantinya mesin tik listrik dan mesin tik elektronik, tapi juga melewati tahap-tahap yang sama.

    •   Produk Bermerek (Branded Product)

    Dapat memilih PLC yang pendek atau panjang. Walau banyak merek baru mati muda, beberapa merek seperti Ivory, Jell-O, Hershey’s memilik PLC yang sangat panjang dan digunakan untuk menanamkan dan meluncurkan produk-produk baru.

    2. Bentuk-bentuk Lain Siklus Hidup Produk

    Tidak semua produk menggambarkan PLC berbentu bel. Para peneliti telah mengidentifikasi 6 sampai 17 pola PLC yang berbeda. Tiga pola lain yang umum menunjukkan pola pertumbuhan –kemerosotan-kemapanan (growth-slump-maturity pattern), biayasanya menjadi ciri perangkat dapur kecil. Sebagai contoh,penjualan pisau listrik berkembang cepat saat pertama kali diperkenalkan dan kemudian turun ke tingkat “tetap”. Tingkat ini dipertahankan oleh penerima akhir yang membeli produk itu untuk pertama kali dan penerima awal yang mengganti produk tersebut.

    Pada siklus-siklus berulang (cycle-recycle pattern) sering menggambarkan penjualan obat baru. Perusahaan farmasi memperomosikan obat barunya secara agresif, dan ini menghasilkan siklus pertama. Kemudian penjualan mulai menurun, dan perusahaan memberi dorongan promosi lain untuk obat itu, yang menghasilkan siklus kedua (biasanya berukuran lebih kecil dan lebih singkat).

    Pola umum yang lain adalah PLC berlekuk (scalloped PLC). Di sini penjualan melewati serangkaian siklus hidup berdasarkan penemuan karakteristik, kegunaan atau pemakain produk baru. Misalnya seperti penjualan nilon, menunjukkan pola berlekuk karena banyaknya kegunaan baru seperti parasut, kaos kaki, kemeja, karpet yang ditemukan setelahnya.

    Ada tiga kategori khusus untuk siklus hidup produk yang perlu dibedakan dan yang berhubungan dengan gaya (styles), mode (fashions), dan keisengan (fads).

    1. Gaya (styles) adalah ekspresi yang bersifat dasar dan unik, yang muncul  dalam  bidang manusia. Contohnya seperti gaya muncul dalam rumah (kolonial, pertanian, CapeCod): pakaian (formal, santai, funky) dan seni (realistik, surealistik, aabstrak). Setelah suatu gaya ditemukan, ia dapat bertahan beberapa generasi, muncul dan menghilang sesuai kecenderungan.
    2. Mode (fashions) adalah gaya yang diterima saat ini atau populer dalam bidang tertentu. Misalnya, jeans adalah mode busana mas kini, dan “grunge” adalah mode dalam musik populer sekarang. Mode melalui empat tahap :
      • Pada tahap keunikan, bebrapa konsumen tertarik pada sesuatu yang baru yang membuat mereka berbeda dari konsumen lainnya.
      • Pada tahap peniruan, konsumen lain menaruh perhatian dengan keinginan untuk meniru pemimpin mode.
      • Di tahap mode massal, mode itu telah menjadi sangat populer dan produsen menyesuaikannya dengan produksi massal.
      • Akhirnya pada tahap penurunan konsumen mulai beralih kemode lain yang mulai menarik perhatian mereka.

    Jadi mode cenderung tumbuh perlahan,btahap polpuler untuk sementara waktu, dan turun perlahan. Lama siklus mode susah diperkirakan. Wasson yakin bahwa mode mencapai akhir karena mode menggambarkan suatu kompromi pembelian, dan konsumen mulai mencari atribut yang hilang. Contohnya seperti ketika mobil menjadi semakin kecil, kenyamanannya berkurang, dan kemudian semakin banyak pembeli mulai menginginkan mobil yang lebih besar. Selain itu, terlalu banyak konsumen yang mengikuti suatu mode, membuat orang-orang yang lain menghindarinya. Reynolds mengemukakan bahwa lamanya siklus mode tertentu bergantung pada seberapa jauh mode itu memenuhi kebutuhan yang sebenarnya, konsisten dengan kecenderungan lain dalam masyarakat, memenuhi norma dan nilai-nilai sosial, dan tidak melebihi batas tekhnologi saat ia berkembang.

    c. Keisengan adalah mode yang segera diperhatikan masyarakat, diterima dengan penuh semangat, mencapai puncak dalam waktu singkat, dan menurun sangat cepat. Siklus penerimaannya pendek, dan cenderung hanya menarik pengikut yang terbatas. Keisengan biayasanya memiliki aspek baru atau sementara, seperti menindik tubuh atau mentato tubuh. Keisengan menarik orang yang mencari kehebohan atas ingin membedakan diri mereka dari orang lain. Keisengan tidk bertahan karena biayasanya tidak memuaskan kebutuhan yang kuat atau tidak memuaskannya dengan baik. Sulit untuk memperkirakan apakah suatu hal hanya merupakan keisengan, atas berapa lama hal itu akan bertahan. Banyaknya perhatian media, seiring faktor-faktor lain, akan mempengaruhi durasi keisengan.

    3.  Siklus Hidup Produk Internasional

    Bahkan jika penjualan produk menurun disuatu negara, penjualnya makin naik di negara lain. Penerimaan produk terjadi di seluruh dunia pada tingkat yang berbeda. Seiring suatu negara yang lambat menerima akhirnya memproduksi produk itu secara lebih ekonomis dan menjadi pemimpin dalam menyebarkan produk itu ke negara-negara lain. Jadi, selain PLC domestik, banyak produk memiliki siklus hidup produk internasional. Empat tahap dalam siklus hidup produk internasional.

    Produsen Amerika mengekspor produk: inovasi diluncurkan di amerika dan  berhasil karena pasar yang besar dan infrastruktur yang sangat maju. Akhirnya, produsen Amerika mulai mengekspor produk itu ke negara lain.
    Produksi luar negeri di mulai: saat produsen luar negeri mulai mengenal produk tersebut, beberapa dari mereka mulai memproduksinya untuk pasar dalm negeri mereka. Mereka melakukannya dengan suatu persetujuan lisensi atau kerja sama atau hanya dengan meniru produk itu.

    Produksi luar negeri menjadi kompotitif di pasar ekspor: produsen luar negeri telah memperoleh pengalaman produksi dan, dengan biaya yang lebih rendah, mereka mulai mengekspor produk itu ke negara lain.

    Persaingan impor di mulai: produsen luar negeri dengan pertumbuhan volume dan biaya yang lebih rendah memungkinkan mereka mengekspor produk tersebut ke Amerika dalam persaingan langsung dengan produsen Amerika.

    Implikasi dari PLC internasional adalah penjualan produsen Amerika di pasar dalam negeri akhirnya akan menurun saat pasar luar negeri mulai memproduksi produk itu dan mengekspor ke Amerika. Misalnya, Taiwan sekarang memproduksi lebih banyak sarung tarung baseball dan bola basket dari pada Amerika Serikat.

    Pertahanan terbaik Amerika adalah menjadi pemasar global. Perusahaan Amerika harus membuka fasilitas produksi dan distribusi di negara lain yang memiliki pasar besar dan/atau biaya lebih rendah. Pemasar global mampu memperpanjang siklus hidup produk dengan memindahkan produk itu ke negara yang siap menggunakannya .

    4.  Strategi Pemasaran Sepanjang Siklus Hidup Produk

    Tiap tahap PLC dan mempertimbangkan strategi pemasaran yang tepat adalah:

    a. Strategi Pemasaran dalam Tahap Perkenalan

    Dalam suatu produk baru, manajemen pemasaran dapat menetpkan tingkat yang tinggi atau rendah untuk setiap variabel pemasaran (harga, promosi, distribusi, dan kualitas produk). Dengan hanya mempertimbangkan harga dan promosi, manajemen dapat mengikuti salah satu dari empat strategi.

    • Strategi peluncuran cepat merupakan peluncuran produk baru pada harga tinggi dengan tingkat promosi tinggi. Perusahaan mengenakan harga tinggi untuk memperoleh sebanyak mungkin laba per unit. Perusahaan mengeluarkan banyak biaya promosi untuk meyakinkan pasar tentang manfaat produk walau harganya tinggi. Promosi yang tinggi mempercepat tingkat penetrasi pasar. Strategi ini dapat diterima dengan asumsi: sebagian besar pasar potensial tidak menyadari produk itu, mereka yang telah sadar ingin memiliki produk itu dan dapat membayar harga yang di minta.dan perusahaan menghadapi persaingan potensial dan bermaksud membangun preferensi merek.
    • Strategi peluncuran lambat merupakan peluncuran produk baru dengan harga tinggi dan sedikit promosi. Harga tinggi membantu memperoleh laba bruto per unit sebanyak mungkin, dan tingkat promosi yang rendah menekan biaya pemasaran. Kombinasi ini diharapkan untuk menjaring banyak laba dari pasar. Strategi ini masuk akal bila ukuran pasar terbatas. Sebagian pasar sadar tentang produk itu, pembeli bersedia membayar harga tinggi, dan persaingan potensial belum mengancam
    • Straegi penetrasi cepat merupakan peluncuran produk pada harga rendah dengan biaya promosi yang besar. Strategi ini menjajikan penetrasi pasar yang paling cepat dan pangsa pasaryang paling besar. Strategi ini bisa diterima bila pasar besar, pasar tidak menyadari kehadiran produk, sebagian besar pembeli peka terhadap harga, terdapat persaingan potensial yang kuat, dan biaya produksi per unit perusahaan turun sejalan dengan skala produksi dan bertambahnya pengalaman manufaktur.
    • Strategi pemetrasi lambat merupakan peluncuran produk baru dengan harga rendah dan tingkat promosi rendah. Harga rendah mendorong penerimaan produk yang cepat, dan biaya promosi yang rendah membuat laba tinggi. Perusahaan percaya bahwa permintaan pasar sangat peka terhadap harga tetapi kurang peka terhadap promosi. Strategi ini masuk akal bila pasar besar , pasar sangat sadar akan produk, pasar peka terhadap harga, dan ada pesaingan potensial.  

    b.    Strategi pemasaran dalam tahap pertumbuhan 

    Selama tahap pertumbuhan, perusahaan menggunakan beberapa strategi untuk mempertahankan pertumbuhan pasar yang pesat selama mungkin.

    • Perusahaan meningkatkan kualitas produk serta menambahkan keistimewaan produk baru dan gaya yang lebih baik.
    • Perusahaan menambahkan model-model baru dan produk-produk penyerta (yaitu: produk-produk dengan berbagai ukuran, rasa, dan sebagainya yang melindungi produk utama).
    • Perusahaan memasuki segmen pasar baru.
    • Perusahaan meningkatkan cakupan distribusinya dan memasuki saluran distribusi baru.
    • Perusahaan bersih dari iklan yang membuat orang menyadari produk (product-awarness advertising) ke iklan yang membuat orang memilih produk (product-preference advertising).
    • Perusahaan menurunkan harga untuk menarik pembeli yang sensitif terhadap harga di lapisan berikutnya.

    Perusahaan yang mengikuti strategi perluasan pasar ini akan memperkuat posisi persaingannya. Misalnya, Starbuck telah muncul sebagai pemimpin di pasar Amerika Serikat untuk bar kopi mewah dan espresso.

    c. Strategi Pemasaran dalam Tahap Dewasa

    Pada tahap dewasaan, beberapa perusahaan meninggalkan produk mereka yang kurang kuat. Mereka memilih untuk mengkonsentrasikan sumber daya mereka pada produk yang lebih menguntungkn dan pada produk baru. Tetapi dengan bertindak demikian mereka mungkin membiarkan potensi tinggi yang mungkin masih dimiliki banyak produk lama. Banyak industri yang dianggap luas sebagai dewasa seperti mobil, speda motor, televisi, arloji, kamera dibuktikan sebaliknya oleh jepang. Yang menemukan cara untuk menawarkan nilai-nilai baru pada pelanggan. Merek yang kelihatannya hampir mati seperti Jell-O, Ovaltine, dan soda kue Arm dan Hammer telah mengalami kebangkitan penjualan besar berkali-kali, dengan menerapkan imajinasi pemasaran. Pemasar harus mempertimbangkan secara sistematis strategi pasar, produk, dan modifikasi bauran pemasaran.

    d.  Strategi Pemasaran dalam Tahap penurunan

    Dalam menangani produk lamanya, perusahaan menghadapi sejumlah tugas dan keputusan yaitu:
    •    Mengidentifikasi Produk Lemah

    Tugas pertama adalah menetapkan suatu sistem untuk mengidentifikasi produk-produk lemah. Perusahaan menunjuk komite penelaah produk dengan wakil-wakil dari pemasaran, penelitian dan pengembangan, manufaktur, dan keuangan. Komite ini mengembangkan suatu sistem untuk mengidentifikasi produk lemah. Kantor cntroller menyediakan data untuk tiap produk yang menenjukkan kecenderungan dalam ukuran pasar, harga, biaya, dan laba. Suatu program komputer lalu menganalisis informasi ini untuk membantu manajer menentukan produk mana yang meragukan. Manager yang bertanggung jawab untuk produk yang meragukan itu  mengisi formulir pemeringkatan yang memperlihatkan kemana arah penjualan dan laba menurut mereka,dengan dan tanpa perubahan strategi pemasaran. Komite penelaah produk yang meragukan-membiarkannya, memodifikasi strategi pemasarannya, atau menghentikannya .

               •    Menentukan Strategi Pemasaran

    Beberapa perusahaan akan melepaskan pasar yang menurun lebih dini dari pada yang lain. Sebagian besar bergantung pada rintangan untuk keluar dari industri itu. Semakin rendah rintangan keluar, semakin mudah perusahaan meninggalkan industri, dan perusahaan yang bertahan semakin tergoda untuk tetap tinggal dan menarik pelanggan perusahaan yang mundur. Perusahaan yang bertahan akan menikmati peningkatan penjualan dan laba.
    Dalam suatu penelitian tentang strtegi perusahaan di industri yang menurun, Harrigan mengidentifikasi ilmu strategi penurunan yang tersedia bagi perusahaan yaitu:

    Ø  Meningkatkan investasi perusahaan (untuk mendominasi atau memperkuat posisi persaingan)
    Ø  Mempertahankan tingkat investasi perusahaan sampai ketidakpastian tentang industri itu terselesaikan.

    Ø  Mengurangi tingkat investasi perusahaan secara selektif, dengan melepas kelompok pelanggan yang tidak menguntungkan, sambil memperkuat investasi perusahaan di tempat-tempat yang meguntungkan.

    Ø  Menuai “memerah” investasi perusahaan untuk memperoleh kas secepatnya.

    Ø  Melepaskan bisnis itu secepatnya dengan menjual asetnya se-menguntungkan mungkin .
               Strategi penurunan yng tepat bergantung pada daya tarik relatif industri dan kekuatan kompetitif perusahaan dalam industri tersebut. Sebagai contoh, perusahaan yang berada dalam industri yang tidak menarik namun memiliki kekuatan kompetitif harus mempertimbangkan penarikan secara selektif. Namun, perusahaan yang berada dalam industri yang menarik dan memiliki kekuatan kompetitif seharusnya mempertimbangkan untuk memperkuat investasinya.

    5. Ikhtisar dan Kritik Konsep siklus Hidup Produk

               Konsep PLC baik digunakan untuk menginterpretasikan dinamika produk dan pasar. Sebagai alat perencanaan konsep PLC membantu manajer menemukan tantangan pemasaran utama dalam tiap tahap kehidupan produk dan mengembangkan alternatif strategi pemasaran utama. Sebagai alat pengendali, konsep PLC membantu peerusahaan mengukur kinerja produk dibandingkan produk serupa yang diluncurkan di masa lalu. Konsep PLC kurang berguna sebagai alat peramalan karena sejarah penjualan menunjukkan pola yang beragam, dan tahap-tahapnya itu berbeda durasinya.

    Teori PLC mendapat kritik yang menyatakan bahwa pola siklus hidup terlalu berubah dalam bentuk dan durasinya. PLC kekurangan sesuatu yang hidup yaitu, urutan tahap-tahap yang tetap dan lama tiap tahap yang tetap. Kritik itu juga menuduh bahwa pemasar jarang dapat mengetahui ditahap apa suatu produng sedang berada. Produk itu mungkin kelihatan dewasa padahal sebenarnya baru mencapai masa mendatar sementara sebelum terjadi kenaikan lain. Mereka menganggap pola PLC merupakan hasil strategi pemsaran, bukan jalan tak terelakkan yang harus diikuti penjualan:

    “Adaikan suatu merek diterima konsumen tetapi mengalami beberapa tahun yang buruk karena faktor-faktor lain. Misalnya, iklan yang buruk, disisihkan oleh suatu jaringan yang utama, atau masuknya produk saingan “pengekor” yang didukung oleh pemberian sampel besar-besaran. Dari pada memikirkan langkah perbaikan, manajemen mulai merasa bahwa produknya telah memasuki tahap kemunduran. Karena itu manajemen menarik dana anggaran promosi untuk membiayai litbang barang-barang baru. Tahun berikutnya, merek tersebut semakin memburuk, kepanikan meningkat. Jelas, PLC adalah variable dependen yang ditentukan oleh tindakan pemasaran: PLC bukanlah variable independen yang perlu di adaptasi oleh program pemasaran perusahaan”.

    B.     Sistem perbankan syariah

    Sistem perbankan syariah adalah alternatif sistem perbankan yang saling menguntungkan kedua belah pihak (nasabah dan bank), yang di dukung oleh keanekaragaman produk dan skema keuangan yang lebih variatif, dan dilakukan secara transparan agar adil bagi kedua belah pihak. Perbankan yang kredibel dan menjadi pilihan masyarakat Indonesia.

    Kehadiran sistem perbankan syariah di Indonesia semakin mudah di temukan oleh masyarakat, dengan mengenali logo iBdi bank-bank terkemukan terdekat. iB memudahkan masyarakat untuk mengenali tersedianya jasa perbankan syariah di manapun di seluruh Indonesia. Logo iB merupakan penanda identitas industri perbankan syariah di Indonesia, yang merupakan kritalisasi dari nilai-nilai utama sistem perbankan syariah yang modern, transparan, berkeadilan, seimbang dan beretikan. Dengan adanya iB sebagai penanda, masyarakat akan merasa lebih nyaman karena produk dan jasa layanan perbankan yang diberikan akan mengutamakan nilai-nilai keadilan, transparan, keseimbangan etika, dan kebaikan sosial bersama

    BAB III

    PENUTUP

    A.    Kesimpulan

             Siklus hidup produk (product life cycle/PLC) adalah suatu konsep penting yang memberikan pemahaman tenteng dinamika kompotitif suatu produk.
             Konsep PLC dapat digunakan untuk menganalisis suatu kategori produk (minuman keras), bentuk produk (minuman keras putih), suatu produk (vodka), atau merek (Smirnoff).

    Ada tiga kategori khusus untuk siklus hidup produk yang perlu dibedakan dan yang berhubungan dengan gaya (styles), mode (fashions), dan keisengan (fads).

    Penerimaan produk terjadi di seluruh dunia pada tingkat yang berbeda. Seiring suatu negara yang lambat menerima akhirnya memproduksi produk itu secara lebih ekonomis dan menjadi pemimpin dalam menyebarkan produk itu ke negara-negara lain. Jadi, selain PLC domestik, banyak produk memiliki siklus hidup produk internasional.

    Strategi pemasaran sepanjang siklus hidup produk:

    1.    Strategi pemasaran dalam tahap perkenalan

    2.    Strategi pemasaran dalam tahap pertumbuhan  

    3.    Strategi pemasaran dalam tahap dewasa

    4.    Strategi pemasaran dalam tahap penurunan

    DAFTAR PUSTAKA

    Kotler, Philip. 1997. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Peranhalindo.
    Sunarto. 2006. Pengantar Manajemen Pemasaran. Yogyakarta: UST Press.

    Sunarto. 2004. Prinsip-prinsip Pemasaran. Yogyakarta: UST Press.

    Malcom H.B, McDonald dan warren J. Keegan. 1999.  Marketing  Plans That Work.  Jakarta: Erlangga.

    Harrigan, Rudie. 1980. Strategies  for Declining Industries.  Journal of Business Strategy: Fall.

     Kotler, Philip. 1965. Pashing Out Weak Product. Hrvard Business Review.

    Wells, Louis T. Jr., 1968. A Poduct Life Cyele for Internasional Trade?. Journal of Marketting.

    Wasson , Chester R.. 1968. How Predictable Are Fasions and Other Product Life Cyeles?.  Journal of Marketting.

  • Makna Filosofi Pakaian Adat Jawa – Surjan dan Beskap

    Makna Filosofi Pakaian Adat Jawa – Surjan dan Beskap

    Filosofi Pakaian Adat Jawa – Surjan dan Beskap

    Surjan bagi  orang Jawa merupakan salah satu model pakaian adat yang penuh filosofis kehidupan.  Surjan merupakan bubusana adat Jawa atau orang bilang busana kejawen penuh dengan piwulang sinandhi, kaya akan suatu ajaran tersirat yang terkait dengan filosofi Jawa (Kejawen).

    Ajaran dalam busana kejawen ini merupakan ajaran untuk melakukan segala sesuatu di dunia ini secara harmoni yang berkaitan dengan aktifitas sehari – hari, baik dalam hubungannya dengan sesama manusia, dengan diri sendiri, maupun dengan Tuhan Yang Maha Kuasa pencipta segala sesuatu dimuka bumi ini. Dan khusus untuk pakaian adat pria ini kurang lebih terdiri dari Blangkon, Surjan/beskap, Keris, Kain Jarik (Kain Samping), sabuk sindur dan canela/cemila/selop.

    Penggunaan pakaian adat yang sekarang ini suah jarang dilakukan atau hanya sekedar dipakai pada saat ada hajatan saja, berakibat pengetahuan tentang tata cara pemakaian pakaian adat menjadi semakin minim. Terlebih lagi kebanyakan dari masyarakat sudah jarang yang memiliki sendiri seperangkat pakaian adat.

    Surjan

    Surjan/sur·jan/ Jw.  Adalah  baju laki-laki khas Jawa berkerah tegak; berlengan panjang, terbuat dari bahan lurik atau cita berkembang Kata surjan merupakan bentuk tembung garba (gabungan dua kata atau lebih, diringkas menjadi dua suku kata saja) yaitu dari kata suraksa-janma (menjadi manusia).  Surjan menurut salah satu makalah yang diterbitkan oleh Tepas Dwarapura Keraton Yogyakarta berasal dari istilah siro + jan yang berarti pelita atau yang memberi terang.  

    Dikatakan (pakaian) surjan  berasal dari zaman Mataram Islam awal.  Pakaian adat pria ini merupakan pakaian adat model Yogyakarta walaupun konon katannya Surjan merupakan pakaian khas dari kerajaan Mataram sebelum terpecah menjadi dua, Surakarta dan Yogyakarta. Surjan awalnya diciptakan oleh Sunan Kalijaga yang diinspirasi oleh model pakaian pada waktu itu dan selanjutnya digunakan oleh Mataram. 

    Pakaian surjan dapat disebut pakaian “takwa”, karena itu di dalam  baju surjan terkandung makna-makna filosofi, di antaranya: bagian leher baju surjan memiliki kancing 3 pasang (6 biji kancing) yang kesemuanya itu menggambarkan rukun iman. Rukun iman tersebut adalah iman kepada Allah, iman kepada malaikat, iman kepada kitab-kitab, iman kepada utusan Allah, iman kepada hari kiamat, iman kepada takdir.  Selain itu surjan juga memiliki dua buah kancing di bagian dada sebelah kiri dan kanan. Hal itu adalah simbol dua kalimat syahadat yang berbunyi, Ashaduallaillahaillalah dan Waashaduanna Muhammada rasulullah. Disamping itu surjan memiliki tiga buah kancing di dalam (bagian dada dekat perut) yang letaknya tertutup (tidak kelihatan) dari luar yang menggambarkan tiga macam nafsu manusia yang harus diredam/dikendalikan/ditutup. Nafsu-nafsu tersebut adalah nafsu bahimah (hewani), nafsu lauwamah (nafsu makan dan minum), dan nafsu syaitoniah (nafsu setan). (K.R.T. Jatiningrat, 2008, Rasukan Takwa lan Pranakan ing Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat, Yogyakarta: Tepas Dwarapura Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat.)

    Jadi jenis pakaian atau baju ini bukan sekadar untuk fashion dan menutupi anggota tubuh supaya tidak kedinginan dan kepanasan serta untuk kepantasan saja, namun di dalamnya memang terkandung makna filosofi yang dalam.

    Surjan sendiri terdapat dua jenis yaitu surjan lurik dan surjan Ontrokusuma, dikatakan Surjan lurik karena bermotif garis-garis, sedangkan Surjan Ontrokusuma karena bermotif bunga (kusuma). Jenis dan motif kain yang digunakan untuk membuat surjan tersebut bukan kain polos ataupun kain lurik buatan dalam negeri saja, namun untuk surjan Ontrokusuma terbuat dari kain sutera bermotif hiasan berbagai macam bunga.

    Surjan ontrokusuma hanya khusus sebagai pakaian para bangsawan Mataram, sedangkan pakaian seragam bagi aparat kerajaan hingga prajurit, surjan seragamnya menggunakan bahan kain lurik dalam negeri, dengan motif lurik (garis-garis lurus). Untuk membedakan jenjang jabatan/kedudukan pemakainya, ditandai atau dibedakan dari besar-kecilnya motif lurik, warna dasar kain lurik dan warna-warni luriknya. Semakin besar luriknya berarti semakin tinggi jabatannya; atau semakin kecil luriknya berarti semakin rendah jabatannya. Demikian pula warna dasar kain dan warna-warni luriknya akan menunjukkan pangkat (derajat/martabat) sesuai gelar kebangsawanannya.

    Pemakaian Surjan ini dikombinasikan dengan tutup kepala atau Blangkon dengan “mondolan” di belakangnya. Dahulu pada jaman kerajaan mondolan ini difungsikan untuk menyimpan rambut pria yang panjang biar kelihatan rapi.

    B. Beskap

    Beskap merupakan pakaian adat gaya Surakarta, bentuknya seperti jas didesain sendiri oleh orang Belanda yang berasal dari kata beschaafd yang berarti civilized atau berkebudayaan. Warna yang lazim dari beskap biasanya hitam, walaupun warna lain seperti putih atau coklat juga tidak jarang digunakan. Selain beskap, ada lagi pakaian adat pria gaya Surakarta ini yaitu Atela. Perbedaan antara keduanya yang mudah dilihat dari pemasangan kancing baju. Pada beskap, kancing baju terpasang di kanan dan kiri, sementara pada atela, kancing baju terpasang di tengah dari kerah leher ke bawah.

    Beskap adalah sejenis kemeja pria resmi dalam tradisi Jawa Mataraman untuk dikenakan pada acara-acara resmi atau penting. Busana atasan ini diperkenalkan pada akhir abad ke-18 oleh kalangan kerajaan-kerajaan di wilayah Vorstenlanden namun kemudian menyebar ke berbagai wilayah pengaruh budayanya.

    Beskap berbentuk kemeja tebal, tidak berkerah lipat, biasanya berwarna gelap, namun hampir selalu polos. Bagian depan berbentuk tidak simetris, dengan pola kancing menyamping (tidak tegak lurus). Tergantung jenisnya, terdapat perbedaan potongan pada bagian belakang, untuk mengantisipasi keberadaan keris. Beskap selalu dikombinasi dengan jarik (kain panjang yang dibebatkan untuk menutup kaki.

    Beskap memiliki beberapa variasi yang berbeda potongannya. Berikut adalah jenis-jenis beskap: beskap gaya Solo, beskap gaya Yogya, beskap landing dan beskap gaya kulon

    Cara memakai Surjan atau Berkap

    Seperti telah disampaikan di atas bahwa Surjan atau beskap merupakan salah satu busana pria adat Jawa yang bersumber dari keraton Mataram.  Cara memakainya harus dilakukan dengan tatacara  yang memiliki kaidah etika dan estitika tertentu. Susuhunan Pakubuwono IV, Raja Surakarta  telah mengingatkan kita dalam  berpakaian, yaitu: Nyandhang panganggo iku dadekna sarana hambangun manungso njobo njero, marmane pantesan panganggonira, trapna traping panganggon, cundhukana marang kahananing badanira, wujud lan wernane jumbuhna kalawan dedeg pidegso miwah pakulitaniro

    (Berpakaian seharusnya dijadikan  sarana untuk  membangun  kepribadian manusia lahir dan bathin.  Maksudnya berpantaslah dalam berpakaian:   berpakaianlah sesuai tempat dan keadaan, cocokkan antara badan dengan pakaian yang dikenakan,   antara situasi,  warna dan model/corak pakaian, tinggi badan, berat bada dan warna kulit)

    Perlengkapan busana  surjan atau beskap:

    1. Nyamping / sinjang
    2. Stagen
    3. Sabuk
    4. Epek lengkap timang dan lerep (anak timang)
    5. Keris / duwung
    6. Selop / canela
    7. Blangkon / udheng / mit

    A.      Memakai Sinjang/Nyamping

    Nyamping atau Sinjang sebelum dikenakan haruslah diwiru terlebih dahulu. Untuk nyamping busana pria, lebar wiru berukuran 3 jari tangan. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam mengenakan nyamping adalah motif batik pada kain nyamping tersebut. Jika nyamping memiliki motif gurda, posisi kepala burung haruslah berada di atas. Ada juga motif yang memakai simbol/bentuk seperti candi atau rumah, maka posisi atap haruslah berada di atas. Saat mengenakan nyamping, posisi wiru berada di tengah tubuh memanjang ke bawah. Tangan kanan memegang wiru dan tangan kiri memegang ujung kain satunya (biasa disebut pengasih). Pengasih ini dililitkan ke kanan hingga belakang paha kanan. Kemudian ujung wiru dililitkan ke arah kiri hingga pas di tengah tubuh. Usahakan bagian bawah tingginya sama dan cukup menutupi bagian kemiri kaki (bagian belang kaki yang menonjol). Setelah dirasa cukup sesuai maka nyamping harus diikat oleh stagen.

    B.      Memakai Stagen

    Stagen dililitkan dari arah kiri ke kanan mulai dari bawah melingkar ke arah atas. Jika stagen milik anda terlalu panjang, anda dapat meneruskan melilitkan  stagen kembali ke arah bawah. Jika sudah cukup, ujung stagen ditekuk dan diselipkan pada bagian bawah lilitan stagen untuk mengunci lilitan tersebut. Selanjutnya untuk menutupi stagen, kenakanlah sabuk.

    C.      Memakai Sabuk

    Cara memakai sabuk mirip dengan cara mengenakan stagen yaitu dililitkan berulang kali pada bagian bawah dada hingga ke pinggang. Hanya saja sabuk dililitkan dari arah kanan ke kiri mulai dari atas ke arah bawah. Yang perlu diperhatikan pada pemakain sabuk adalah jarak sap (garis atas yang satu dengan berikutnya kurang lebih 2 jari tangan. Ujung dari sabuk harus berakhir pada bagian kiri depan dan dapat dikunci dengan peniti.

    D.      Memakai Epek

    Bentuk epek mirip dengan ikat pinggang. Epek memiliki bagian pengunci yang disebut timang dan bagian lerep (anak timang). Cara mengenakan epek yaitu timang berada pada posisi tengah lurus dengan wiru nyamping. Sementara lerep pada posisi sebelah kiri. Jika memiliki epek yang panjang maka bagian ujung dapat dilipat dan dimasukkan ke bagian lerep. Epek harus terpasang pada lilitan sabuk bagian bawah, kira-kira 2 jari dari garis  bawah sabuk.

    Warna sabuk dan epek ada beberapa macam sesuai dengan keperluan. Contohnya :

    a.       Sabuk berwarna ungu dengan epek berwarna hijau artinya Wredha Ginugah yang dapat membangun suasana tenteram.

    b.      Sabuk berwarna hijau atau biru dengan epek berwarna merah artinya Satriya Mangsah yang dapat membangun jiwa terampil dan berwibawa.

    c.       Sabuk berwarna Sindur (merah bercampur putih) digunakan pada saat hajatan penganten. Warna ini dipakai bagi yang memiliki hajatan (hamengku damel). Sementara untuk besan tidak ada aturan yang pasti. Hanya saja pada saat jaman penjajahan Jepang, pernah ada paguyuban yang menentukan warna sabuk Pandhan Binethot (warna hijau dan kuning) bagi besan.

    E.       Memakai Keris/Duwung

    Keris atau duwung dikenakan pada bagian belakang busana. Keris diselipkan pada sabuk, tepatnya pada sap ke tiga dari bagian bawah sabuk. Posisi arah dan kemiringan seperti pada foto di sebelah ini.

    Cara mengenakan keris/dhuwung ada beberapa macam sesuai dengan keperluannya:

    a.       Ogleng : seperti pada gambar di samping digunakan pada saat biasa atau pahargyan (upacara adat) penganten.

    b.      Dederan /andhoran : digunakan pada saat menghadap pimpinannya.

    c.       Kewal : digunakan oleh prajurit saat situasi bersiaga.

    d.      Sungkeman : digunakan saat menghantarkan jenazah.

    e.      Angga : digunakan oleh pemimpin barisan

    f.        Sikep

    g.       Brongsong : keris dipegang dengan dibungkus sehingga tidak terlihat oleh orang lain.

    Untuk jenis keris ada banyak sekali macamnya, hanya saja yang banyak dikenal oleh awam jenis Ladrang dan Gayaman. Dhuwung ladrang adalah keris resmi yang digunakan dalam upacara ataupun pahargyan (upacara penganten). Sementara jenis gayaman digunakan sehari-hari oleh prajurit keraton.

    F.       Memakai Selop

    Selop dikenakan sebagai alas kaki. Yang perlu diperhatikan pada pemakaian selop adalah ukuran dari selop itu. Jangan mengenakan selop yang lebih besar dari ukuran kaki tapi pilihlah selop yang lebih kecil. Ini bertujuan untuk menghindari agar langkah kita tidak terbelit pada kain nyamping.

    G.     Memakai Blangkon/Udeng/Mid

    Pada bagian depan blangkon terdapat segitiga. Ujung segitiga tersebut harus berada ditengah-tengah kening. Blangkon jangan dikenakan terlalu mendongak ataupun  menunduk.

    Ada satu hal yang perlu diingat saat mengenakan busana adat, yaitu bahwa sepintas orang dapat mengenali kepribadian seseorang dari busananya baik warnanya maupun jenis busananya, cara memakainya dan bertingkah laku saat mengenakannya.