Beragam kegiatan lempar beban telah ada lebih dari dua ribu tahun lalu di Kepulauan Britania. Pada awalnya, kegiatan ini diselenggarakan dengan menggunakan bola batu. Sementara kegiatan pertama yang menggambarkan tolak peluru modern, tampaknya terjadi di zaman pertengahan ketika serdadu menyelenggarakan pertandingan dengan melempar beban yang disebut cannon balls atau peluru meriam.
Pertandingan tolak peluru tercatat pada awal abad ke-19 di Skotlandia dan merupakan bagian dari kejuaraan amatir di Inggris tahun 1866. Tolak peluru merupakan event Olimpiade Modern asli yang diadakan di Athena, Yunani, tahun 1896.
Tolak peluru merupakan salah satu cabang atletik yang termasuk dalam nomor lempar. Pada olahraga atletik tolak peluru dilakukan dengan menolakkan atau melemparkan sebuah beban yang disebut peluru. Peluru ini merupakan peralatan utama dalam olahraga ini. Bentuknya bulat seperti bola dan terbuat dari besi.
B. Tujuan
Adapun tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini, adalah sebagai berikut:
Memenuhi tugas yang diberikan pada mata kuliah atletik.
Sebagai bentuk pengetahuan mengenai olahraga tolak peluru.
Bab II. Pembahasan
A. Pengertian Tolak Peluru
Tolak peluru merupakan salah satu cabang atletik yang termasuk dalam nomor lempar. Pada olahraga atletik tolak peluru dilakukan dengan menolakkan atau melemparkan sebuah beban yang disebut peluru. Peluru ini merupakan peralatan utama dalam olahraga ini. Bentuknya bulat seperti bola dan terbuat dari besi. Secara teknis, gaya tolak peluru yang dikenal dewasa ini, yaitu:
Gaya menyamping atau disebut juga gaya orthodox.
Gaya membelakang, lebih dikenal sebagai gaya O’Brean.
B. Teknik Tolak Peluru
Adapun gaya yang dipakai dalam meletakkan tolakan, secara umum teknik dasar tolak peluru adalah:
a) Cara Memegang Peluru
Cara memegang peluru dapat dibedakan menjadi tiga jenis pegangan, yaitu:
Peluru diletakkan pada pangkal telapak tangan dengan jari-jari tangan merenggang. Jari kelingking sedikit ditekuk disamping peluru. Ibu jari dalam sikap wajar.
Peluru diletakkan pada pangkal telapak tangan, jari-jari merenggang memegang peluru. Jari kelingking simpan disamping peluru agak kedalam.
Peluru diletakkan pada pangkal telapak tangan, keempat jari meregang serta memegangnya. Letakkan ibu jari lebih meregang.
b) Cara Meletakkan Peluru
Peluru dipegang dengan salah satu cara diatas, letakkan peluru pada bahu dan menempel pada leher bagian samping. Siku yang memegang peluru agak dibuka ke samping dan tangan satunya rileks di samping kiri badan.
c) Sikap Awal Tolakan
Setelah peluru diletakkan pada bahu dalam keadaan berdiri tegak, ambillah sikap awal untuk menolak. Adapun caranya sebagai berikut:
1) Gaya menyamping (orthodox)
Berdiri dilingkaran tolak peluru dengan arah tolakan disamping kiri pelontar dengan kaki kanan berada diujung awal lingkaran. Kaki dibuka dengan kelebaran melebihi lebar bahu. Tangan kanan memegang peluru di leher dan lengan kiri diangkat lurus disamping kepala. Dari sikap diatas, kaki kanan segera dibengkokkan kea rah kanan depan untuk merendahkan badan ke sisi kanan sehingga siku lengan kanan bergerak mendekati lutut kaki kanan. Kaki kiri tetap lurus mengarah kea rah lemparan, dan badan serta kaki kiri membentuk garis lurus menyerang. Lengan kiri diturunkan ke depan dan ditahan sejajar dengan tanah depan wajah untuk memberikan keseimbangan. Pada saat ini, peluru seolah berada pada titik terjauh disisi kanan badan.
2) Gaya membelakang (O’Brian)
Gaya membelakang, seperti dapat diduga dari namanya, dilakukan dengan mengambil sikap membelakangi arah lemparan atau tolakan. Sikap awal yang harus dilakukan adalah, berdiri membelakangi arah lemparan dengan kaki kiri dibuka dibelakang badan, kira-kira satu langkah. Lengan kiri diangkat lurus, tangan kanan yang memegang peluru dibengkokkan memegang peluru dileher. Dari sikap diatas segera dibengkokkan lurus kaki kanan sedikit dibarengi dengan badan membungkuk kedepan kaki kiri diusahakan tetap lurus.
d) Cara Menolakkan Peluru
Ketika sikap awal tolak tercapai, tolakan peluru bisa dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Gaya menyamping
Segera luruskan kaki kanan yang menahan berat badan dan bersamaan dengan itu segera memutar badan hingga menghadap arah lemparan, disusul dengan menolakkan peluru ke depan. Seluruh gerakkan tersebut hendaknya merupakan suatu rangkaian gerak yang tak terputus dari mulai pergelangan kaki kanan, lutut, pinggul, punggung, bahu, tangan, hingga pergelangan tangan yang melecut. Jangkauan tolakan yang sejauh-jauhnya dan setinggi- tingginya 40 derajat dari tangan yang menolak sebelum peluru dilepas, dengan menggunakan kaki kiri sebagai pengungkitnya. Oleh karena itu, pada saat menolak, kaki kiri harus dalam keadaan lurus. Peluru harus dilepas pada titik jauh jangkauan lengan, setelah ditolakan dengan gerakan yang cepat.
2) Gaya membelakang
Ketika kaki kanan bengkok dan badan agak membungkuk, segera kaki kanan diluruskan dan badan diputar setengah lingkaran agar menghadap ke arah tolakan dan disusul dengan menolakkan peluru ke depan. Cara selanjutnya sama seperti pada gaya menyamping.
e) Sikap akhir setelah menolak peluru
Sesudah menolak peluru, membuat gerak lompatan untuk menukar kaki kanan ke depan. Bersamaan dengan mendaratnya kaki kanan, kaki kiri di tarik ke belakang. Tangan kanan tetap terjulur jauh di depan dan lengan kiri disamping atau dibelakang badan. Semua gerakan kaki dan tangan tersebut dimaksudkan sebagai upaya memetahkan momentum ke depan dan member keseimbangan tubuh agar tidak terdorong ke depan melewati balok pembatas.
C. Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Teknik Tolak Peluru
Dapatkan keseimbangan gerak dari kedia tungkai, dengan tungkai kiri memimpin di belekang.
Menjaga agar bagian atas badan tetap rileks ketika bagian bawah bergerak.
Hasilkan rangkaian gerak yang cepat dan jauh peda tungkai kanan.
Putar kaki kanan ke arah dalam sewaktu melakukan luncuran.
Pertahankan pinggul kiri dan bahu menghadap ke belakang selama mungkin.
Bawalah tangan kiri dalam sebuah posisi mendekati badan.
Tahanlah sekuat-kuatnya dengan tungkai kiri.
Beberapa hal yang harus dihindari:
Tidak memiliki keseimbanagn dalam sikap permulaan.
Melakukan lompatan ketika meluncur dengan kaki kanan.
Mengangkat badan tinggi ketika melakukan luncuran.
Tidak cukup jauh menarik kaki kanan di bawah badan.
Mendarat dengan kaki kanan menghadap ke belakang.
Menggerakkan tungkai kiri terlalu banyak ke samping.
Terlalu awal membuka badan.
Mendarat dengan badan menghadap ke samping atau ke depan.
D. Peralatan dalam olahraga tolak peluru
Adapun alat-alat yang di gunakan dalam olahraga tolak peluru, yaitu sebagai berikut:
Rol Meter.
Bendera Kecil.
Kapur / Tali Rafia.
Peluru:
Untuk senior putra = 7.257 kg.
Untuk senior putri = 4 kg.
Untuk yunior putra = 5 kg.
Untuk yunior putri = 3 kg.
E. Lapangan dalam olahraga Tolak Peluru
Lapangan tolak peluru berbentuk lingkaran berdiameter 2,135 meter. Lingkaran tolak peluru terbuat dari besi, baja, atau bahan lain yang cocok dilengkungkan. Tebal besi lingkaran minimal 6 mm dan harus dicat putih. Di bagian atas lingkaran besi yang menjulur sepanjang 0.75 m pada kanan dan kiri lingkaran dibuatkan garis sepanjang 5 cm. Garis ini dibuat dari cat atau kayu.
Bagian dalam lingkaran lapangan dibuat dari semen, aspal, atau bahan lain yang padat, namun tidak licin. Permukaan dalam lingkaran harus datar antara 20 mm sampai 6 mm, lebih rendah dari bibir atas lingkaran besi. Selain itu, terdapat pula balok penahan yang umumnya terbuat dari kayu. Panjang balok tersebut adalah 1,21 – 1,23 m dan memiliki ketebalan 9,8-10,2 cm.
Bab III. Penutup
A. Kesimpulan
Tolak peluru merupakan salah satu cabang atletik yang termasuk dalam nomor lempar. Secara teknis, gaya tolak peluru yang dikenal dewasa ini, yaitu:
Gaya menyamping atau disebut juga gaya orthodox.
Gaya membelakang, lebih dikenal sebagai gaya O’Brean.
Berikut alat-alat yang di gunakan dalam olahraga tolak peluru:
· Rol Meter.
· Bendera Kecil.
· Kapur / Tali Rafia.
· Peluru:
a) Untuk senior putra = 7.257 kg.
b) Untuk senior putri = 4 kg.
c) Untuk yunior putra = 5 kg.
d) Untuk yunior putri = 3 kg
· Lapangan tolak peluru berbentuk lingkaran berdiameter 2,135 meter.
3.2 Saran
Berikut ini adalah saran untuk melakukan teknik dalam olahraga tolak peluru dengan baik dan benar:
– Bawalah tungkai kiri merendah.
– Dapatkan keseimbangan gerak dari kedua tungkai, dengan tungkai kiri memimpin di belekang.
– Menjaga agar bagian atas badan tetap rileks ketika bagian bawah bergerak.
– Hasilkan rangkaian gerak yang cepat dan jauh peda tungkai kanan.
– Putar kaki kanan ke arah dalam sewaktu melakukan luncuran.
– Pertahankan pinggul kiri dan bahu menghadap ke belakang selama mungkin.
– Bawalah tangan kiri dalam sebuah posisi mendekati badan.
– Tahanlah sekuat-kuatnya dengan tungkai kiri.
DAFTAR PUSTAKA
Russel, Keith. Cara mengajar Lari, Lompat, Lempar, dan, Latihan Mobilitas. PB PASI. Jakarta. 1982
Sirodjudin. Pendidikan jasmani dan kesehatan. PT GMP. Bandung. 1997
Pengetahuan tentang sejarah terkadang membosankan bila melihat dongengnya saja. Tapi apabila diperhatikan dengan seksama, maka di dalamnya penuh dengan buah pikiran, kejadian, situasi, sifat, tingkah laku, yang indah, yang jahat, yang bermanfaat dan sebagainya. Semuanya akan menambah wawasan pribadi yang sangat berguna. Semua jenis olahraga memiliki sejarah munculnya olahraga tersebut, termasuk juga dengan senam lantai.
Senam lantai adalah salah satu dari barbagai jenis olahraga senam. Olahraga senam (gymnastics) berasal dari bahasa Yunani, yang artinya “untuk menerangkan bermacam-macam gerak yang dilakukan oleh atlet-atlet yang telanjang”. Selain berasal dari bahasa yunani, ada yang berpendapat bahwa senam berasal dari bahasa inggris yang disebut “Gymnastic” yang berasal dari kata “gymnos” yang tujuannya adalah untuk mendapatkan kekuatan dan keindahan jasmani. Cara melakukannya sambil berpakaian minim atau telanjang. Maksudnya mungkin agar dapat leluasa bergerak. Namun yang melakukan senam ini hanya kaum pria. Senam memiliki sejarah yang panjang, karena sejarah perkembangan senam dimulai sejak zaman kuno, sebelum Masehi, baik di dunia barat, di dunia timur, atau di timur tengah.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
Bagaimanakah sejarah munculnya olahraga senam dan senam lantai?
Apakah yang dimaksud dengan senam dan senam lantai?
Sebutkan macam-macam gerakan senam lantai?
C. Tujuan Permasalahan
Adapun tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini, yaitu sebagai berikut:
Memenuhi tugas yang diberikan pada mata kuliah T & P Senam I.
Sebagai salah satu bentuk pengetahuan mengenai sejarah senam lantai.
Bab II. Pembahasan
A. Sejarah Senam Lantai
Menurut dari asal kata, senam (gymnastics) berasal dari bahasa Yunani, yang artinya “untuk menerangkan bermacam-macam gerak yang dilakukan oleh atlet-atlet yang telanjang”. Dalam abad Yunani kuno, senam dilakukan untuk menjaga kesehatan dan membuat pertumbuhan badan yang harmonis. Senam pada saat itu tidak dipertandingkan. Baru pada akhir abad 19, peraturan-peraturan dalam senam mulai ditentukan dan dibuat untuk dipertandingkan. Pada awal modern Olympic Games, senam dianggap sebagai suatu demonstrasi seni daripada sebagai salah satu cabang olahraga yang teratur.
Selain berasal dari bahasa yunani, ada yang berpendapat bahwa senam berasal dari bahasa inggris yang disebut “Gymnastic” yang berasal dari kata “gymnos” melakukan latihan senam di ruangan khusus yang disebut “Gymnasium” atau “Gymnasion”. Tujuannya adalah untuk mendapatkan kekuatan dan keindahan jasmani. Cara melakukannya sambil berpakaian minim atau telanjang. Maksudnya mungkin agar dapat leluasa bergerak. Namun yang melakukan senam ini hanya kaum pria.
Senam memiliki sejarah yang panjang, karena sejarah perkembangan senam dimulai sejak zaman kuno, sebelum Masehi, baik di dunia barat, di dunia timur, atau di timur tengah. Senam di Negara Indonesia sudah dikenal sejak zaman penjajahan Belanda. Pada waktu itu namanya “Gymnastiek”, sedangkan pada zaman jepang dinamakan “Taiso”. Pemakaian istilah “senam” sendiri kemungkinan bersamaan dengan pemakaian kata olahraga sebagai pengganti kata sport. Senam sejak Yunani kuno sampai sekarang ini telah mengalami perkembangan yang sangat pesat, seiring dengan kemajuan dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan itu terlihat dalam bentuk-bentuk gerakan, sistematika latihan maupun tujuan-tujuannya.
Olahraga senam sendiri ada bermacam-macam, seperti: Senam Lantai yang masuk kedalam jenis Senam Artistik, Senam Aerobik, Senam Ritmik, dan lain-lain. Secara umum senam memang demikian adanya, dari tahun ke tahun mengalami penyempurnaan dan semakin berkembang. Yang dulunya tidak untuk dipertandingkan, namun sejak akhir abad 19 mulai dipertandingkan. Dibentuklah wadah senam internasional, dengan nama Federation International de Gymnastique (FIG).
B. Pengertian Senam Lantai
Senam (gymnastics) berasal dari bahasa Yunani, yang artinya “untuk menerangkan bermacam-macam gerak yang dilakukan oleh atlet-atlet yang telanjang”. Menurut Menke G. Frank dalam Encyclopedia of Sport, as Bannes and Company, New York, 1960, senam terdiri dari gerakan-gerakan yang luas/banyak atau menyeluruh dari latihan-latihan yang dapat membangun atau membentuk otot-otot tubuh seperti, pergelangan tangan, punggung, lengan dan lain sebagainya. Senam atau latihan tersebut termasuk juga unsur-unsur jungkir balik, lompatan, memanjat dan keseimbangan.
Sedangkan Drs. Imam Hidayat dalam bukunya Penuntun Pelajaran Praktek Senam, STO Bandung, Maret 1970 menyatakan, “Senam ialah latihan tubuh yang diciptakan dengan sengaja, disusun secara sistematik dan dilakukan secara sadar dengan tujuan membentuk dan mengembangkan pribadi secara harmonis”.
Senam lantai pada umumnya disebut floor exercise, tetapi ada juga yang menamakan tumbling. Senam lantai adalah latihan senam yang dilakukan pada matras, unsur-unsur gerakannya terdiri dari mengguling, melompat, meloncat, berputar di udara, menumpu dengan tangan, atau kaki untuk mempertahankan sikap seimbang atau pada saat meloncat ke depan atau belakang. Jenis senam ini juga disebut latihan bebas karena pada waktu melakukan gerakan pesenam tidak mempergunakan suatu peralatan khusus. Bila pesenam membawa alat berupa bola, pita, atau alat lain, itu hanyalah alat untuk meningkatkan fungsi gerakan kelentukan, pelemasan, kekuatan, ketrampilan, dan keseimbangan.
Senam lantai sangat populer terutama bagi penyelenggaraan secara massal yang dapat diikuti oleh ribuan peserta bersama-sama. Gerakan-gerakannya dapat dikerjakan secara seragam dan membentuk formasi-formasi yagn menarik dan mengesankan. Di negeri kita sekarang sedang digalakkan apa yang disebut senam pagi Indonesia.
Senam lantai dilakukan di atas area seluas 12×12 m dan dikelilingi matras selebar 1 m untuk keamanan pesenam. Rangkaian gerakan senam harus dimulai dari komposisi gerakan ringan, sedang, berat, dan akrobatik, serta mengandung gerakan ketangkasan, keseimbangan, keluwesan, dll. Pesenam pria tanpil dalam waktu 70 detik dan wanita tampil diiringi music dalam waktu 90 detik. Gerkan-gerakan yang menekankan tenaga harus dilakukan secara lambat dan sikap statis sekurang-kurangnya 2 detik. Gerakan-gerakan salto harus dikerjakan setinggi bahu.
C. Macam-Macam Gerakan Senam Lantai
Senam lantai mempunyai banyak macam gerakan tubuh, berikut adalah macam-macam gerakan dalam senam lantai:
A) Guling ke depan (Forward Roll)
Guling depan adalah guling yang dilakukan ke depan. Adapun langkah-langkah untuk melakukan guling ke depan adalah sebagai berikut.
Berdiri tegak, kedua tangan lurus di samping badan.
Angkat kedua tangan ke depan, bungkukkan badan, letakkan kedua telapak tangan di atas matras.
Siku ke samping, masukkan kepala di antara dua tangan.
Sentuhkan bahu ke matras.
Bergulinglah ke depan.
Lipat kedua lutut, tarik dagu dan lutut ke dada dengan posisi tangan merangkul lutut.
Sikap akhir guling depan adalah jongkok kemudian berdiri tegak.
B) Guling ke belakang (Backward Roll)
Langkah_langkah guling belakang bulat yaitu sebagai berikut.
Jongkok, tekuk kedua siku tangan menghadap ke atas di dekat telinga, dagu dan lutut tarik ke dada.
Guling badan ke belakang hingga bahu menyentuh matras, lutut dan dagu tetap mendekat dada, telapak tangan di dekat telinga.
Bahu menyentuh matras, kedua telapak tangan menyentuh matras, gerakkan kaki untuk dejatuhkan ke belakang kepala.
Jatuhkan ujung kaki ke belakang kepala.
Dorong lengan ke atas.
Jongkok dengan lengan lurus ke depan.
C) Lompat harimau
D) Keseimbangan kepala
E) Keseimbangan tangan
F) Handspring
G) Back handspring
H) Meroda
I) Stut
J) Round off
K) Kep
L) Neck kip
M) Head kip
N) Kayang
O) Sikap lilin
Sikap lilin adalah tidur terlentang, dengan dilanjutkan mengangkat kedua kaki lurus ke atas (rapat) bersama-sama. Pinggang ditopang oleh kedua tangan, sedangkan pundak teta menempel pada lantai.
P) Sikap kayang
Caranya adalah sikap berdiri membelakangi matras dengan kedua kaki agak dibuka dan kedua tangan diayunkan ke belakang, ke atas secara perlahan hingga kedua telapak tangan menempel pada matras. Kemudian secara perlahan berdiri tegak.
Q) Salto
R) Dan lain-lain
Bab III. Penutup
A. Kesimpulan
Menurut dari asal kata, senam (gymnastics) berasal dari bahasa Yunani, yang artinya untuk menerangkan bermacam-macam gerak yang dilakukan oleh atlet-atlet yang telanjang. Selain berasal dari bahasa yunani, ada yang berpendapat bahwa senam berasal dari bahasa inggris yang disebut “Gymnastic” yang berasal dari kata “gymnos” melakukan latihan senam di ruangan khusus yang disebut “Gymnasium” atau “Gymnasion”. Tujuannya adalah untuk mendapatkan kekuatan dan keindahan jasmani. Senam memiliki sejarah yang panjang, karena sejarah perkembangan senam dimulai sejak zaman kuno, sebelum Masehi, baik di dunia barat, di dunia timur, atau di timur tengah.
Senam lantai (floor exercise) adalah latihan senam yang dilakukan pada matras, unsur-unsur gerakannya terdiri dari mengguling, melompat, meloncat, berputar di udara, menumpu dengan tangan, atau kaki untuk mempertahankan sikap seimbang atau pada saat meloncat ke depan atau belakang. Senam lantai mempunyai banyak macam gerakan tubuh, berikut adalah macam-macam gerakan dalam senam lantai:
Guling ke depan (Forward Roll)
Guling ke belakang (Backward Roll)
Lompat harimau
Keseimbangan kepala
Keseimbangan tangan
Handspring
Back handspring
Meroda
Stut
Round off
Kep
Neck kip
Head kip
Kayang
Sikap lilin
Sikap kayang
Salto
Dan lain-lain
B. Saran-saran
Dengan memahami sejarah senam sejak zaman kuno sampai sekarang, kita akan menghargai karya dan buah pikiran orang lain. Selain itu, kita dapat memanfaatkan untuk diri kita sendiri dan orang lain ilmu yang terkandung dalam sejarah senam. Dengan melakukan gerakan senam lantai secara teratur dan rutin, kita akan mendapatkan kekuatan dan keindahan jasmani.
Yoga adalah aktifitas yang secara nyata mampu menggabungkan unsur psikologis-fisiologis, sementara aktifitas lainnya mayoritas lebih memiliki efek pada unsur fisik luar semata, sehingga yoga dapat dipandang sebagai salah satu filsafat hidup yang dilatar belakangi ilmu pengetahuan yang universal yakni pengetahuan tentang seni pernafasan, anatomi tubuh manusia, pengetahuan tentang cara mengatur pernafasan yang disertai senam atau gerak anggota badan, bagaimana cara melatih konsentrasi, menyatukan pikiran, dan lain sebagainya (Sani,1999). Jadi yoga merupakan sebuah system yang menyadarkan dan mengantarkan kita ke pengembangan diri, kesehatan lahir batin untuk mencapai kebahagiaan.
Yoga dapat meningkatkan daya ingat, konsentrasi, menajamkan tingkat intelektual, menyeimbangkan emosi sehingga membuat hidup lebih kaya dan bahagia. Yoga juga membawa kesadaran, kebebasan dan pencerahan. Maka dalam kehidupan modern, tubuh yang menahan beban fisik dan stress keseharian yang akan bertumpuk di bagian tubuh tertentu, dan mengakibatkan berbagai ketidak nyamanan fisik, mental, maupun psikis, sehingga melalui yoga, hal itu diperbaiki sebab dikatakan oleh Jung ( dalam Krisna, 1999) bahwa latihan yoga juga menyentuh fisik sehingga menimbulkan keselarasan antara fisik dan mental manusia. Bahkan yoga dapat juga menurunkan stress dan menambah percaya diri, yang dapat dilihat pada para anggota yang telah mengikuti yoga, tampak tenang dalam menyelesaikan masalahnya (Shindu, 2006)
Pikiran yang tenang, damai, dan rileks dapat mempengaruhi akibat-akibat yang ditimbulkan karena adanya stres yang negatif. Sehingga menurut Shindu (2003) yoga memberi relaksasi, ketenangan, kejernihan pikiran, keceriaan, rasa percaya diri dan berkembang intuisi serta dapat menurunkan stres.
Melalui yoga, tubuh manusia terhubung erat dengan pola gerak, napas, serta pikiran yang memungkinkan terjadinya keseimbangan, relaksasi, serta harmoni hidup lewat serangkaian latihan fisik yang cermat dan penuh konsentrasi, seorang pelaku yoga diajarkan untuk ‘membangunkan’ seluruh bagian tubuh maupun jiwa . Oleh karena itu berbagai gerakan yoga berefek positif bagi peredaran darah, memudahkan penyerapan gizi, serta mmembersihkan racun dari berbagai bagian tubuh. Sementara dari sisi psikologis yoga meningkatkan konsentrasi, focus, dan meningkatkan ketenangan, juga kepuasan
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, telah dirumuskan masalah-masalah yang akan dibahas lebih lanjut dalam makalah ini
Apakah pengertian Senam Yoga?
Apa saja jenis Yoga?
Apa perbedaan Yoga dan olah raga lain?
Apa hubungan Yoga dan kesehatan?
Apa saja manfaat yang didapatkan dari bermacam-macam postur Yoga?
Apa saja teknik pernafasan dalam Senam Yoga?
C. Tujuan Masalah
Untuk mengetahui pengertian Senam Yoga
Untuk mengetahui jenis Yoga
Untuk mengetahui perbedaan Yoga dan olah raga lain
Untuk mengetahui hubungan Yoga dan kesehatan
Untuk mengetahui manfaat yang didapatkan dari bermacam-macam postur Yoga
Untuk mengetahui teknik pernafasan dalam Senam Yoga
D. Manfaat
Pembaca mengetahui pengertian Senam Yoga
Pembaca mengetahui jenis Yoga
Pembaca mengetahui perbedaan Yoga dan olah raga lain
Pembaca mengetahui hubungan Yoga dan kesehatan
Pembaca mengetahui manfaat yang didapatkan dari bermacam-macam postur Yoga
Pembaca mengetahui teknik pernafasan dalam Senam Yoga
Bab II. Pembahasan
A. Pengertian Senam Yoga
Yoga berasal dari bahasa Sansekerta ‘Yuj’berarti “menghubungkan” atau “mempersatukan”. Yoga adalah suatu teknik untuk menghubungkan kesadaran manusia dengan Ilahi. Pernyataan ini bukan berarti “penyatuan” Tuhan dan manusia secara fisika, namun kesadaran. Sebenarnya bukannya Tuhan yang terpisah dari manusia, tapi manusialah yang memisahkan diri.
Ketidaktahuan (avidya) yang menjadi sebab terjadinya pemisahan antara manusia dan Tuhan. Jenis penyatuan ini sulit untuk diwujudkan. Namun, tiap usaha walaupun kecil tetap ada manfaatnya. Penyatuan ini seperti sungai menuju ke samudra yang kemudian lenyap meninggalkan nama dan bentuknya.
B. Jenis-jenis Yoga
Di bumi ini ada ratusan bahkan ribuan macam Yoga. Secara garis besar dapat dibedakan dalam empat macam yaitu :
*Jnana Yoga : merupakan yoga yang dilakukan dengan penekanan pengetahuan. Praktisi yoga ini beranggapan bahwa kebodohan (avidya) merupakan penyebab utama terjadinya kesalahan dan kelalaian. Terhapusnya kebodohan, maka terhapus pula kemiskinan, ketidakadilan, kesewenangan, serta kerusakan alam semesta. Dengan demikian semakin damai dunia. Semua itu dikarenakan manusia tahu akan hakekat dirinya. Manusia yang tahu hakekat dirinya, maka dia akan tahu hakekat Tuhannya.
*Karma Yoga : merupakan yoga yang dilakukan penekanan pada tindakan. Para praktisinya selalu memperhatikan segala sesuatu yang diperbuatnya, sehingga tidak menimbulkan karma yang membawa pada penderitaan. Para praktisinya tidak pernah mengeluh menghadapi masalah kehidupan. Semua masalah dipandang merupakan akibat dari karma yang telah dibuatnya, maka harus diterima dan dihadapi sebagai pendidikan dan kasih sayang Ilahi.
*Bhakti Yoga : merupakan yoga yang dilakukan dengan penekanan pada bakti kepada Tuhan, yaitu melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Tuhan. Semuanya dilakukan dengan cinta tanpa memiliki pamrih apa pun (termasuk ingin masuk sorga). Kecintaan praktisi Bhakti bermakna luas. Bukan hanya pada Tuhan, namun juga pada semua ciptaanNYA. Mencintai ciptaan merupakan manifestasi dari mencintai Sang Pencipta itu sendiri. Cinta seorang Bhakta tidak membeda-bedakan ras, suku, bangsa, dan agama. Tidak membenci yang miskin maupun yang kaya, yang indah maupun yang buruk, yang pintar maupun yang bodoh, yang beriman maupun yang kafir.
~ Raja Yoga : merupakan yoga yang dilakukan dengan menekankan pada pengendalian pikiran. Dengan mengendalikan pikiran, maka terkendali pula semua indra-indra manusia. Hasil dari semua itu disebut Pencerahan, Manunggaling Kawula Gusti (Jw.). Makrifatullah (Is.). Apapun namanya, bukan suatu masalah yang patut diperdebatkan. Perkembangan kemudian, hanya Raja.
2.3 Perbedaan Yoga dan Olah Raga LainNon yoga (contohnya: aerobic)
gerakan-gerakannya sporadis, cepat, dan memberikan penekanan yang kuat pada otot.
dirancang untuk mendapatkan bentuk tubuh yang atletis
tidak ada keharusan untuk memperhatikan nafas
memperlancar peredaran darah dengan memberikan penekanan pada jantung,dll
Senam Yoga:
gerakannya lembut, cenderung menghindari gerakan otot yang tiba-tiba dan terlalu keras
tidak dirancang secara khusus untuk membentuk tubuh, sehingga tidak efektif untuk mendapatkan bentuk tubuh yang atletis dan perut yang kecil
gerakan yoga dilakukan dengan kesadaran penuh akan nafas sehingga kekuatan mental bertambah serta pikiran lebih fokus dan tajam
memperlancar peredaran darah namun tidak memberikan pressure berlebihan pada jantung,dll
2.4 Hubungan Yoga dan Kesehatan
Berikut ini adalah penyakit fisik yang telah terbukti dapat diperlambat, dikurangi, bahkan disembuhkan oleh senam yoga:
ACIDITY, HEARTBURN (sakit jantung),
INTOXICATION (keracunan),
ALLERGIES (alergi) ,
ALZHEIMER (kondisi medis yang menyebabkan dementia / penurunan daya ingat),
ANEMIA (kurang darah),
ANXIETY (khawatir yg berlebihan),
NERVOUS TENSION (tekanan syaraf),
ARTHRITIS (sakit persendian),
ASTHMA (asma),
BACK PAIN (sakit tulang punggung),
BRONCHITIS (radang tenggorokan),
CANCER (kanker),
HIGH BLOOD PRESSURE (tekanan darah tinggi),dll
Yoga dapat bersifat therapeutic bagi penyakit-penyakit diatas jika dipraktikkan sesuai dengan prinsip berikut:
Dilakukan secara teratur. Berlatih yoga secara teratur membantu meregangkan dan menguatkan otot, melenturkan persendian dan menguatkan tulang serta menstimuli pengeluaran hormon secara teratur
Bernafas dalam. Teknik pernafasan yoga meningkatkan kapasitas paru-paru agar proses pernafasan menjadi optimal. Teknik pernafasan yoga juga membantu menguatkan organ tubuh bagian dalam dan meningkatkan kemampuan tubuh untuk relaks
Pola makan seimbang. Pola makan yang seimbang dan memenuhi asupan gizi bagi tubuh akan meningkatkan kesehatan saecara holistik
Istirahat yang cukup. Penting sekali menjaga keseimbangan antara bekerja dan beristirahat agar kesehatan tubuh selalu dalam kondisi yang prima.
Berpikir positif. Pikiran/bathin juga harus selalu diberikan input yang positif agar aspek mental dan emosional terjaga kesehatannya. Terdapat korelasi antara pikiran dan tubuh. Pikiran-pikiran positif amat membantu proses pemulihan tubuh dari penyakit
2.5 Manfaat yang didapatkan dari bermacam-macam Postur Yoga
Melatih seluruh otot tubuh, karena ada otot yang jarang sekali dipergunakan bahkan dalam banyak olahraga keras sekalipun.
Meningkatkan asupan oksigen ke otak dan kedalam sistem tubuh
Menstimulasi syaraf pada tulang punggung
Memperlancar peredaran darah
Menstimulasi kelenjar hormonal (sistem endokrin) dalam tubuh
Memijat organ tubuh bagian dalam
Menstabilkan fungsi kerja tubuh,
Meningkatkan rasa nyaman, tentram dan bebas stres,
Memperbaiki perilaku (sifat dan sikap) yang kurang baik,
Meningkatkan rasa percaya diri,
Pola pikir yang lebih positif dan penghargaan terhadap diri (self esteem),
Memperlambat penuaan dan meningkatkan kesehatan secara menyeluruh (holistik).
2.6 Teknik Pernafasan dalam Senan Yoga
Ada 2 teknik pernafasan yang sebaiknya dipelajari dan dikuasai, dan dianjurkan dilakukan setiap kali secara rutin sebelum melakukan gerakan yoga harian.
1. Kapalabhati (Kapala = tempurung kepala; bhati = yang membawa cahaya) Metode :
Lakukan dua kali pernafasan normal.
Tarik nafas, kemudian hembuskan nafas, tarik abdomen ke dalam. Ulangi sampai 20x, atur ritme dan penekanan dilakukan lebih kepada saat hembusan nafas.
Kemudian tarik nafas, hembuskan sepenuhnya, tarik nafas sedalam-dalamnya dan tahan nafas selama yang anda sanggup. Secara perlahan hembuskan.
Teknik ini cocok dipergunakan untuk membersihkan saluran pernafasan, seperti misalnya hidung tersumbat cairan atau dada terasa sesak. Prinsip dari teknik ini adalah membuat paru-paru seperti layaknya pompa, tekanan udara yang dihasilkan sanggup membuang sumbatan yang ada di saluran pernafasan, mulai dari paru-paru sampai ke lubang hidung. Ada kemungkinan kepala akan terasa pusing saat melakukan teknik pernafasan cepat ini, oleh karenanya disarankan untuk menutup latihan dengan beberapa kali pernafasan lambat atau menghembuskan nafas panjang. Kapalabhati juga sesuai dipraktekkan sebagai terapi misalnya bila kepala terasa berat, menderita sinus atau merasa kebas di sekitaran mata.
2. Anuloma VilomaMetode :
Siapkan tangan anda dalam posisi Vishnu Mudra (lihat penjelasannya di bawah).
Tarik nafas melalui lubang hidung kiri, tutup sebelah kiri dengan ibu jari sampai di hitungan ke-4.
Tahan nafas, tutup kedua lubang hidung sampai hitungan ke-16.
Keluarkan nafas melalu lubang hidung sebelah kanan, tutup hidung kiri dengan jari manis dan kelingking, sampai hitungan ke-8.
Tarik nafas melalui hidung kanan, posisi hidung kiri tetap tertutup dengan jari manis dan kelingking, sampai hitungan ke-4.
Tahan nafas, tutup kedua lubang hidung sampai hitungan ke-16.
Keluarkan nafas melalui hidung kiri, tutup hidung kanan dengan ibu jari sampai hitungan ke-8.
Prinsip teknik pernafasan ini adalah bernafas dengan satu lubang hidung, tahan nafas dan hembuskan melalui lubang hidung lainnya. Lubang hidung ditutup dengan memakai teknik Vishnu Mudra pada tangan kanan. Caranya, lipat jari telunjuk dan jari tengah ke hidung. Letakkan ibu jari di sebelah kanan lubang hidung dan jari manis serta jari kelingking di sisi lubang hidung kiri.
Manfaat dari teknik pernafasan Anuloma Viloma adalah mengoptimalkan fungsi kedua sisi otak; berarti sisi kreativitas dan sisi logika menjadi seimbang. Praktisi yoga menganggap teknik ini sangat berguna untuk menenangkan pikiran dan sistem syaraf. Para yogis mengetahui sejak ribuan tahun yang lalu bahwasanya bernafas melalui hidung kiri lebih banyak dari kanan bisa menimbulkan Asma, sedangkan penyakit diabetes disebabkan lebih sering bernafas melalui lubang hidung kanan.Ke-dua teknik di atas adalah sebagian dari sejumlah teknik pranayama. Dengan melatih teknik pernafasan yang baik dan benar, maka tidak hanya kesegaran yang diperoleh tetapi sejumlah manfaat seperti untuk media terapi misalnya, dan yang paling penting adalah keseimbangan.
Bab III. Penutup
A. Kesimpulan
Senam yoga bukan asli kebudayaan dari indonesia. Tetapi mengadopsi dari kebudayaan luar yang masuk ke ndonesia. Senam yoga banyak sekali manfaatnya bagi tubuh manusia apabila benar cara pelaksanaannya dan dilakukan secara rutin.
Berikut ini adalah contoh proposal usaha yoga. Proposal ini disusun dengan basis sewa ruko yakni tempat latihan di Ruko.
Daftar isi
Proposal Usaha Yoga Rumahan
Bab I. Pendahuluan
A. Nama dan Alamat Perusahaan
Nama perusahaan : YOGA’s LIFESTYLE Distro
Alamat perusahaan : Jl. Kartini No.21 Jepara Jawa Tengah
B. Nama dan Alamat Pemilik
Nama pemilik
: Yoga Pradito Wibiyantoro
Alamat pemilik
: Jl. Kartini No.21 Jepara Jawa Tengah
No. Telp
: 089666750622
C. Informasi tentang bisnis yang dilaksanakan
Bisnis atau usaha kami bergerak di bidang perdagangan yang menjual berbagai aneka pakaian serta fashion yang pastinya up to date dan cocok dengan selera masyarakat Balikpapan, khususnya untuk kaum remaja.
Sebelum kami menjalankan perusahaan yang kami rencanakan ini, maka kami harus mempunyai modal usaha. Untuk merencanakan pemasaran, perusahaan kami akan mempromosikan dan mendistribusikan produk kami melalui pasar tradisional maupun pasar modern yang mudah terjangkau oleh para pembeli/konsumen.
Adapun maksud dan tujuan kami mendirikan perusahaan ini yaitu:
Berperan aktif dalam bidang bisnis dan kewirausahaan,
Menyediakan kebutuhan fahion bagi masyarakat, supaya lebih mudah
Mengurangi tingkat pengangguran,
Menjalin persahabatan antara pelanggan, dan
Mendapatkan keuntungan atau laba.
Bab II. Rangkuman Eksekutif
A. Latar Belakang
Dengan semakin berkembangnya dan semakin tingginya kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan yang berhubungan dengan kebutuhan fashion, maka kami berinisiatif untuk membuka suatu usaha distro yang up to date dan mengerti akan kebutuhan masyarakat.
Daerah Jl. Jend Sudirman merupakan kawasan yang tepat dalam membangun sebuah usaha dikarenakan daerah tersebut merupakan salah satu daerah di Jepara dengan perputaran uang yang sangat cepat dengan berbagai usaha di dalamnya, dan kami harapkan nantinya usaha kami ini akan berkembang pesat dengan inovasi-inovasi yang akan kami selalu berikan untuk produk kedepannya.
Usaha Distro ini berdiri atas kerjasama serta keinginan anak muda yang memiliki hobi dan kegemaran yang sama dalam bidang kewirausahaan, generasi muda ini mencetuskan mendirikan sebuah usaha Distro yang dinamakan YOGA’s LIFESTYLE yang berdiri di kota Jepara, kota yang sedang gencar dalam melaksanakan pembangunan dan dengan tingkat kesejahtraan warganya yang cukup tinggi serta kesadaran akan berpakaian yang menarik di setiap warga kotanya.
YOGA’s LIFESTYLE Distro didirikan untuk mempelopori para kaum muda di Jepara agar dapat mendirikan sebuah usaha yang menarik dan memiliki sebuah prinsip sehingga dapat berguna dalam perkembangan Negara maupun kota kita ini kota Jepara.
B. Visi dan Misi
Visi : Mitra dan solusi bagi masyarakat dengan memberikan pelayanan atas kebutuhan dalam hal fashion yang up to date untuk memberikan warna dan gaya dalam kehidupan.
Misi : Memberikan dan menerapkan pelayanan yang baik dan berkualitas demi kepuasaan pelanggan.
C. Lokasi
Lokasi yang dipilih merupakan tempat yang strategis untuk berbisnis di Jl. Kartini, lokasi mudah terlihat dan merupakan pusat kota Balikpapan dalam hal bisnis sehingga dapat dengan mudah dicari dan didatangi.
D. Ruangan / Tempat yang dibutuhkan
Ruangan / Tempat yang dibutuhkan pada awal membuka usaha distro ini tidak terlalu luas dan juga tidak terlalu sempit, yakni 1 ruangan ukuran 10m x 8m.
E. Waktu Operasional
Waktu untuk melakukan pelayanan usaha distro ini dibuka dari pukul 10.00 pagi sampai dengan pukul 21.00.
F. Konsep Promosi
Dengan membuat advertisement secara on-line di internet agar bisa dijangkau masyarakat luas dan melakukan transaksi atau pun bisnis on-line. Dengan cara ini kami optimis YOGA’s LIFESTYLE distro akan lebih mudah dan cepat dikenal oleh masyarakat. Selain itu kami juga akan mengandalkan penyampaian informasi dari kerabat dan teman kami melalui mulut ke mulut yang nantinya kami harap usaha kami ini akan lebih bisa di kenal lagi.
G. Target Pelanggan
Target pelanggan Distro ini adalah : anak muda atau abg yang sedang terpengaruh oleh fashion- fashion yang upto date. Mereka adalah pengguna baju-baju distro yang memiliki ciri khas tertentu.
Bab III. Analisis Industri
A. Prespektif Masa Depan Usaha
Dengan terciptanya tempat usaha yang bergerak di bidang perdagangan, khususnya dalam hal fashion dengan lokasiyang strategis, maka kami yakin usaha ini akan maju. Karena kebutuhan dan permintaan akanfashion di kalangan masyarakat muda Jepara sangat besar.
B. Analisis Persaingan
Berdasarkan pemantauan dan hasil survey yang ada bahwa di sekitar lokasi tempat yang kami akan dirikan usaha distro ini masih belum terdapat sebuah tempat belanja pakaian dengan konsep suasana yang nyaman, kekeluargaan, dan lembut seperti kami.
C. Segmentasi Pasar yang akan dimasuki
YOGA’s LIFESTYLE Distro membidik pasar kelas menengah, dengan pemberian harga yang terjangkau dan tidak menyulitkan. Pada prinsipnya kami akan membuka usaha ini dengan suasana kekeluargaan dan pelayanan yang baik, sehingga membuat masyarakat merasa puas dengan layanan kami dan senantiasa kembali ke tempat kami. Karena segmen pasar usaha distro ini cenderung kemasyarakatan sehingga halini dapat memicu persaingan dengan usaha distro lainnya.
Pada awalnya pemenuhan permintaan pakaian dapat dipenuhi dari distro, akan tetapi dengan semakin tinggi populasi rakyat, maka kemampuan distro untuk memenuhi kebutuhan masyarakat semakin rendah. Hal ini mendorong kami untuk melakukan pelayanan yang baik dan dapat memenuhi kebutuhan pelanggan
Bab IV. Deskiripsi Usaha
A. Produk yang dihasilkan
Semakin tingginya kebutuhan masyarakat akan pakaian dan fashion lainnya sehingga menghabiskan sampai 5 buah pakaian dalam sehari, belum termasuk aksesoris yang semakin marak digunakan oleh masyarakat, khususnya oleh anak remaja.
Adapun kualitas produk atau mutu produk yang kami hasilkan memiliki beberapa keunggulan:
Berkualitas tinggi dan dapat memuaskan konsumen,
Bermacam-macam bentuk dan ukurannya dengan style yang up to date.
Hasil sablon sangat rapi dan tidak mudah luntur walau beberapa kali cuci.
Kegunaan produk
Sebagai kebutuhan sehari-hari dengan berbagai macam fungsi dan manfaat. Selain itu, produk yang kami pasarkan mempunyai beberapa keistimewaan, diantaranya :
Harga terjangkau oleh kemampuan konsumen,
kualitas produk terjamin
sesuai dengan selera masyarakat
B. Ruang Lingkup Usaha
Ruang lingkup lingkup usaha distro ini kami rancang dengan sebaik mungkin karena semua itu bisa berpengaruh terhadap maju mundurnya perusahaan kami, maka dari itu kami berusaha memberikan sesuatu yang terbaik untuk konsumen.
Usaha Smile Moon Distro terletak di Jl. Kartini, Jepara-Jawa Tengah. Distro ini sudah memenuhi persyaratan berdirinya sebuah perusahaan, karena lokasi tersebut tidak terlalu jauh dari pemukiman penduduk dan akses transportasi menuju lokasi sangat mudah.
Bab V. Rencana Produksi
A. Proses Produksi
Proses produksi yang akan kami jalankan. Kami akan memesan produk produk grosir yang berkualitas dari beberapa kota penghasil produk fashion seperti Bandung, Jakarta, dan Bali. Tentunya ada beberapa produk yang akan kami desain sendiri guna menciptakan sebuah karakter dari usaha kami dan untuk menghindari kesamaan sebuah produk demi kenyamanan para konsumen kami nantinya.
Bab VI. Rencana Pemasaran
A. Penetapan Harga
Harga yang akan dikenakan adalah harga yang diperkirakan akan terjangkau oleh masyarakat sekitar. Setelah memperhitungkan dengan cukup matang, akhirnya kami tetapkan sebagai harga awal berikut adalah tabel harga jasa produk yang ditawarkan.adapun untuk selanjutnya harga akan disesuaikan dengan perkembangan selanjutnya.
No.
Jenis Produk
Harga
1
Kemeja
> Rp. 89.000,-
2
Kaos
> Rp. 90.000,-
3
Jeans
> Rp. 180.900,-
4
Gaun
> Rp. 235.800,-
5
Kerudung
> Rp. 69.900,-
6
Sepatu
> Rp. 109.900,-
7
Jaket
> Rp. 150.000,-
8
Aksesoris
Rp. 15.000,- s.d Rp. 78.900,-
B. Pelaksanaan Distribusi
Distribusi yang dilakukan perusahaan kami yaitu distribusi intensif, diusahakan sebanyak mungkin agar dapat menjual produk sebanyak-banyaknya dan lebih mendekati konsumen, sehingga lebih mudah dalam penjualannya dalam menghasilkan keuntungan yang sebanyak-banyaknya.
C. Strategi Promosi yang akan dilakukan
Strategi yang akan kami jalankan pada perusahaan ini antara lain :
Membuat pamphlet-pamflet berisi produk-produk baru yang akan ditempel tiap bulannya.
Melakukan iklan-iklan di dunia internet baik melalui situs jejaring sosial maupun forum.
Membuat catalog-katalog mengenai fashion yang sedang upto date di distro
Bab VII. Rencana Organisasi
A. Job Description
Pemilik usaha bertugas untuk memantau jalannya usaha dan menerima laporan sebulan sekali dari hasil usaha.
Sekretaris bertugas untuk membuat surat-surat yang dubutuhkan oleh perusahaan, mencatat data.
Bendahara bertugas untuk membuat laporan keuangan setiap bulannya.
Penanggung jawab bertugas untuk bertanggung jawab mengenai kejadian-kejadian yang terjadi di distro dan bertanggung jawab untuk memantau cara kerja bawahannya dalam melayani pelanggan.
Karyawan bertugas melayani para pelanggan distro dengan menerapkan prinsip pelayanan prima.
B. Latar Belakang Tim Management
Latar belakang tim management ini terdiri dari dari orang-orang terdekat yang dipercayai dapat memajukan tempat pelayanan yang berhubungan dengan usaha distro. Selain itu dituntut profesionalisme dalam menjalankan setiap pekerjaan.
Bab VIII. Resiko
A. Evaluasi tentang kelemahan Usaha (Analisis SWOT)
Strength (Kekuatan) 1. Bertanggung jawab, disiplin kerja, kreatif dan inovatif 2. Dapat memenuhi kebutuhan pelanggan 3. Memberikan pelayanan terbaik terhadap pelanggan 4. Menjual produk yang berkualitas
Weaknes (Kelemahan) 1. Persaingan pasar dengan perusahaan yang berskala nasional 2. Berubahnya kondisi perekonomian
Oportunity (Peluang) 1. Dengan tetap manjaga mutu dan kualitas produk, kami yakin kami dapat bersaing walaupun harus bersaing dengan perusahaan berskala nasional yang akan muncul di kemudian hari. 2. Saat ini dengan belum adanya perusahaan dengan bidang usaha sejenis di Komp. Garut Indah, membuat kami yakin bahwa kedepannya perusahaan kami akan maju.
Threaty (Ancaman) : Munculnya Perusahaan – perusahaan baru yang sejenis yang berusaha menyaingi perusahaan kami, dengan style-style terbaru.
B. Gambaran tentang Masa Kini
Resiko yang dihadapi adalah berupa ancaman terhadap kelangsungan jumlah kunjungan pelanggan. Hal ini disebabkan semakin banyaknya distro-distro maupun outlet-outlet yang menjual pakaian dengan lebih mudah dan murah ataupun distro yang berskala internasional.Dengan ini maka lambat laun akan semakin banyak orang yang mengunjungi distro lainnya. Sebagai upaya untuk mengantisipasi hal ini, maka kami selalu memberikan dan menyediakan produk yang terbaru dan tentunya sesuai dengan selera dan kebutuhan masyarakat.Dengan begitu pelanggan akan memiliki keterkaitan dan terus merasa perlu untuk datang ke tempat kami.
Bab IX. Perencanaan Permodalan
A. Sumber-sumber permodalan
Sebagai sumber modal pada usaha ini kami, akan kami ajukan ke salah satu Bank dan para Investor melalui proposal usaha ini yang nantinya akan menjadi bahan pertimbangan dalam mengeluarkan dana dan berikut penjabaran secara jelas dalam hal permulaan permodalan.
B. Neraca Permulaan Perusahaan
a) Biaya produksi per tahun terdiri dari:
1. Modal Awal produksi
1
Penyewaan sebuah ruko tahun pertama
Rp. 40.000.000,-
2
Kulakan produk grosir
Rp. 600.000.000,-
3
Biaya gaji karyawan tahun pertama
Rp. 12.000.000,-
4
Jumlah Modal Produksi
Rp. 652.000.000,-
2. Biaya lain-lain
1
Promosi per tahun
Rp. 3.000.000,-
2
Administrasi
Rp. 4.500.000,-
3
Pajak
Rp. 2.750.000,-
4
Pemeliharaan gedung dan peralatan
Rp. 6.000.000,-
5
Jumlah biaya lain-lain
Rp. 16.250.000,-
Total seluruh biaya produksi (1 + 2)
Jumlah modal produksi
Rp. 652.000.000,-
Jumlah biaya lain-lain
Rp. 16.250.000,-
Total
Rp. 668.250.000
C. Proyeksi Aliran Kas
Untuk distro kami proyeksi keuntungan kotor adalah 30% dari penghasilan. Rata-rata untuk distro kami ini, akan mampu menjual sekitar 900 lebih juta pertahun, sehingga jika diambil keuntungan bersih pertahun adalah sekitar 250 – 300 juta pertahun.
Sehingga, pada tahun kedua, kami sudah bisa balik modal. Dan tahun ke 3, 4 dan seterusnya, kami tinggal mengumpulkan untung dan kemungkinan besar kami gunakan untuk ekspansi ke luar daerah.
D. Perencanaan Laba Rugi
INVESTASI
JUMLAH (RP)
Biaya tetap
1. Penyusutan gedung dan Penyewaan
Rp. 46.000.000,-
2. Gaji pegawai tahun pertama
Rp. 12.000.000,-
Jumlah
Rp. 58.000.000,-
Biaya variable/ produksi
Kulakan produk grosir
Rp. 600.000.000,-
Jumlah
Rp. 600.000.000,-
Biaya-biaya lain
3. Promosi Per Tahun 4. Administrasi 5. Pajak
Rp. 3.000.000,-Rp. 4.500.000,-Rp. 2.750.000,-
Total Modal produksi
Rp. 10.250.000,-
TOTAL MODAL (PENGELUARAN)
Rp. 668.250.000,-
Pendapatan
Penjualan aneka pakaian dan fashion
Rp. 910.000.000,-
TOTAL PENDAPATAN
Rp. 910.000.000,-
PROYEKSI LABA/RUGI(KEUNTUNGAN) Total PendapatanTotal modal / Pengeluaran
Rp. 910.000.000,- Rp. 668.250.000,-
TOTAL KEUNTUNGAN BERSIH
Rp. 241.750.000,-
Bab X. Penutup
A. Kesimpulan
Demikian proposal ini saya susun, saya menyimpulkan bahwa berdirinya lapangan usaha ini karena kebutuhan masyarakat dan permintaan pasar yang sangat mendukung perkembangan usaha ini. Saya menyadari bahwa tiada yang sempurna di dunia ini kecuali yang Maha Kuasa. Dalam pembuatan proposal ini tentunya masih banyak kekurangan, untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna lebih baiknya penyusunan proposal yang selanjutnya.
Akhir dari penulisan proposal ini saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut serta berpartisipasi dalam penyusunan proposal dan pendirian “YOGA’s LIFESTYLE”. Dan terima kasih juga atas terkabulnya proposal ini, serta saya berharap agar pelaksanaan peluang usaha yang saya dirikan ini dapat berjalan dengan baik dan lancar seperti harapan saya.
B. Saran
Agar pelaksanaan suatu usaha dapat berjalan lancar, maka saya mempunyai beberapa saran,antara lain:
Faktor endogen adalah faktor atau sifat yang dibawa oleh individu sejak dalam kandungan hingga kelahiran. ‘Jadi, faktor endogen merupakan faktor keturunan atau faktor pembawaan. Karena individu terjadi karena bertemunya ovum dari ibu dan sperma dari ayah, maka tidaklah mengherankan kalau faktor endogen yang dibawa oleh individu itu mempunyai sifat-sifat seperti orang tuanya.
Tetapi seperti telah dikemukakan di atas, faktor endogen dalam perkembangan selanjutnya dipengaruhi oleh faktor eksogen. Apa saja faktor-faktor endogen ini? Kenyataan menunjukkan bahwa sewaktu individu dilahirkan, telah ada sifat-sifat yang tertentu terutama sifat-sifat yang berhubungan dengan faktor jasmaniah, misalnya, bagaimana kulitnya putih, hitam atau cokelat; bagaimana keadaan rambutnya hitam, pirang dan sebagainya. Sifat-sifat ini merupakan sifat-sifat yang mereka dapatkan karena faktor keturunan, seperti yang dikenal dengan hukum Mendel. Faktor pembawaan yang berhubungan dengan keadaan jasmani pada umumnya tidak dapat diubah. Seberapa besar keinginan orang untuk mempunyai warna kulit yang putih bersih tidaklah memungkinkan kalau karena faktor keturunan kulitnya berwarna cokelat, demikian pula halnya dengan yang lain-lain.
Di samping itu, individu juga mempunyai sifat-sifat pembawaan psikologis yang erat hubungannya dengan keadaan jasmani yaitu temperamen. Temperamen merupakan sifat-sifat pembawaan yang erat hubungannya dengan struktur kejasmanian seseorang, yaitu yang berhubungan dengan fungsi-fungsi fisiologis seperti darah, kelenjar-kelenjar, cairan-cairan lain, yang terdapat dalam diri manusia.
Di samping individu mempunyai pembawaan-pembawaan yang berhubungan dengan sifat-sifat kejasmanian dan temperamen, maka individu masih mempunyai sifat-sifat pembawaan yang berupa bakat (aptitude). Bakat bukan merupakan satu-satunya faktor yang dibawa individu sewaktu dilahirkan, melainkan hanya merupakan salah satu faktor yang dibawa sewaktu dilahirkan. Bakat merupakan potensi-potensi yang berisi kemungkinan-kemungkinan untuk berkembang ke suatu arah. Bakat bukanlah sesuatu yang telah jadi, yang telah terbentuk pada waktu individu dilahirkan, tetapi baru merupakan potensi-potensi saja. Agar potensi ini menjadi aktualisasi dibutuhkan kesempatan untuk dapat mengaktuatisasikan bakat-bakat tersebut.
Faktor eksogen merupakan faktor yang datang dari Liar diri individu, merupakan pengataman-pengataman, alam sekitar pendidikan dan sebagainya yaitu yang sering dikemukakan dengan pengertian milieu. Pengaruh pendidikan dan pengaruh lingkungan sekitar itu sebenarnya terdapat perbedaan. Pada umumnya pengaruh lingkungan bersifat pasif, dalam arti bahwa tingkungan tidak memberikan suatu paksaan kepada individu. Lingkungan memberikan kemungkinan-kemungkinan atau kesempatan-kesempatan kepada individu. Bagaimana individu mengambil manfaat dari kesempatan yang diberikan oteh tingkungan tergantung kepada individu yang bersangkutan. Tidak demikian halnya dengan pendidikan. Pendidikan dijatankan dengan penuh kesadaran dan dengan secara sistematis untuk mengembangkan potensi-potensi ataupun yang ada pada individu sesuai dengan cita-cita atau tujuan pendidikan. Dengan demikian, pendidikan itu bersifat aktif, penuh tanggung jawab dan ingin mengarahkan perkembangan individu ke suatu tujuan tertentu.
Pendidikan bertalian dengan trasmisi pengetahuan, sikap, kepercayaan, keterampilan dan aspek-aspek kelakuan lainnya kepada generasi muda. Kelakuan manusia pada hakikatnya hampir seluruhnya bersifat sosial, yakni dipelajari dalam interaksi dengan manusia lainnya. Hampir semua yang kita pelajari merupakan hasil hubungan kita dengan orang lain di rumah, di sekolah, di tempat bermain, di pekerjaan dan sebagainya.
Dalam pengertian ini pendidikan dimulai dengan interaksi pertama individu itu dengan anggota masyarakat lainnya. Dalam masyarakat primitif tidak ada pendidikan formal yang tersendiri. Setiap anak harus belajar dari lingkungan sosialnya dan harus menguasai sejumlah kekuatan yang dibutuhkan pada saatnya tanpa adanya guru tertentu yang bertanggung jawab atas kelakuannya. Juga dalam masyarakat yang maju kebanyakan kebiasaan dan pola kelakuan yang pokok dalam kebudayaan dipelajari melalui proses pendidikan atau sosialisasi informal. Bahasa, kebiasaan makan, dan kepribadian fundamental sebagian besar diperoleh melalui pendidikan tak formal.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan di atas, maka untuk memudahkan pembahasan, kami buat rumusan masalah sebagai berikut:
Apakah pengertian dari masyarakat?
Bagaimanakahproses terbentuknya masyarakat?
Bagaimanakah hubungan antara pendidikan dengan masyarakat?
C. Tujuan Pembahasan
Tujuan pembahasan dalam makalah ini adalah agar mahasiswa/pembaca tahu tentang:
Pengertian masyarakat.
Proses terbentuknyamasyarakat.
Hubungan antara pendidikan dengan masyarakat.
Bab II. Pembahasan
A. Pengertian Masyarakat
Istilah “masyarakat” kerap dipadankan dengan istilah “sosial”. Istilah “masyarakat” sendiri pada mulanya berasal dari kata syarikat dalam bahasa Arab, kemudian mengalami proses kebahasaan sedemikian rupa sehingga dalam bahasa Indonesia menjadi kata “serikat” yang kurang-lebih berarti “kumpulan” atau “kelompok yang saling berhubungan”.1 Sedang, istilah “sosial” berasal dari bahasa Latin, socius yang berarti “kawan”.2 Sehingga bisa dikatakan bahwa masyarakat adalah sekumpulan manusia yang berinteraksi dalam suatu hubungan sosial. Mereka mempunyai kesamaan budaya, wilayah, dan identitas.
Banyak para ahli telah memberikan pengertian tentang masyarakat. Smith, Stanley dan Shores mendefinisikan masyarakat sebagai suatu kelompok individu-individu yang terorganisasi serta berfikir tentatang diri mereka sendiri sebagai suatu kelompok yang berbeda.
Znaniecki menyatakan bahwa masyarakat merupakan suatu sistem yang meliputi unit biofisik para individu yang bertempat tinggal pada suatu daerah geografis tertentu selama periiode waktu tertentu dari suatu generasi. Dalam sosiology suatu masyarakat dibentuk hanya dalam kesejajaran kedudukan yang diterapkan dalam suatu organisasi.
Jika kita bandingkan dua pendapat tersebut di atas tampak bahwa pendapat Znaniecki tersebut memunculkan unsur baru dalam pengertian masyarakat yaitu masyarakat itu suatu kelompok yang telah bertempat tinggal pada suatu daerah tertentu dalam lingkungan geografis tertentu dan kelompok itu merupakan suatu sistem biofisik. Oleh karena itu masyarakat bukanlah kelompok yang berkumpul secara mekanis akan tetapi berkumpul secara sistemik. Manusia yang satu dengan yang lain saling memberi, manusia dengan lingkungannya selain menerima dan saling memberi. Konsep ini dipengaruhi oleh konsep pandangan ekologis terhadap satwa sekalian alam.
Alvin L. Bertrand (1980) mendefinisikan masyarakat sebagai suatu kelompok yang sama identifikasinya, teratur sedemikian rupa di dalam menjalankan segala sesuatu yang diperlukan bagi hidup bersama secara harmonis. Lebih lanjut Bertrand menyebutkan tiga ciri masyarakat; Pertama pada masyarakat mesti terdapat sekumpulan individu yang jumlahnya cukup besar. Kedua individu-individu tersebut harus mempunyai hubungan yang melahirkan kerjasama diantara mereka, minimal pada suatu tingkatan interaksi. Ketiga hubungan individu-individu sedikit banyak harus permanen sifatnya.5
Dari beberapa pengertian di atas ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu bahwa masyarakat itu kelompok yang terorganisasi dan masyarakat itu suatu kelompok yang berpikir tentang dirinya sendiri yang berbeda dengan kelompok yang lain. Oleh karena itu orang yang berjalan bersama-sama atau duduk bersama-sama yang tidak terorganisasi bukanlah masyarakat. Kelompok yang tidak berpikir tentang kelompoknya sebagai suatu kelompok bukanlah masyarakat. Oleh karena itu kelompok burung yang terbang bersama dan semut yang berbaris rapi bukanlah masyarakat dalam arti yang sebenarnya sebab mereka berkelompok hanya berdasarkan naluri saja.
B. Proses Terbentuknya Masyarakat
Proses terbentuknya suatu masyarakat biasanya berlangsung tanpa disadari yang diikuti oleh hampir sebagian besar anggota masyarakat. Dorongan manusia untuk bermasyarakat antara lain:
Pemenuhan kebutuhan dasar biologis, seperti papan (tempat tinggal), sandang, dan pangan yang penyelenggaraannya akan lebih mudah dilaksanakan dengan kerja sama dari pada usaha perorangan.
Kemungkinan untuk bersatu dengan manusia lain (bermasyarakat).
Keinginan untuk bersatu dengan lingkungan hidupnya.
Dengan memasyarakat kemungkinan untuk mempertahankan diri dalam menghadapi kekuatan alam, binatang dan kelompok lain lebih besar.
Secara naluriah manusia mengembangkan keturunan melalui keluarga yang merupakan kesatuan masyarakat yang terkecil.
Manusia mempunyai kecenderungan sosial, yaitu seluruh tingkah laku yang berkembang akibat interaksi sosial atau hubungan antar manusia. Dalam hidup bermasyarakat, kebutuhan dasar kejiwaan ingin tahu, meniru, dihargai, menyatakan rasaharu dan keindahan, serta memuja tertampung dalam hubungan antar manusia, baik antar individu maupun kelompok.
Perdebatan sekitar lahir dan terbentuknya masyarakat telah berlangsung semenjak era Plato. Kala itu, Plato yang berkeyakinan bahwa masyarakat terbentuk secara kodrati, berseberang-pandang dengan kaum sofis yang berargumen bahwa masyarakat merupakan bentukan manusia. Dapatlah ditilik, pandangan Plato lebih bersifat metafisik dan mengawang, sedang kaum sofis ilmiah-rasional.Dalam hal ini, kiranya pembahasan mengenai sejarah terbentuknya masyarakat lebih dititikberatkan pada pandangan kaum sofis mengingat sifatnya yang ilmiah-rasional.
Merujuk pada perspektif terbentuknya masyarakat melalui “manusia” (antroposentris), ditemui bahwa pada mulanya individu yang berlainan jenis bertemu satu sama lain, kemudian membentuk keluarga. Lambat laun, entitas keluarga kian berkembang sehingga membentuk “keluarga besar” atau “suku”. Pada tahapan berikutnya, suku kian berkembang dan terbentuklah “wangsa”. Selanjutnya, wangsa-wangsa dengan ciri fisik dan kebudayaan yang sama membentuk “bangsa”. Tahapan termutakhir dari proses tersebut adalah lahirnya “negara-bangsa” sebagaimana kita temui saat ini.7
Menurut Kimmel and Aronson, masyarakat tidak sekonyong-konyong ada. Masyarakat sengaja diciptakan baik melalui metode bottom-up maupun up-to-bottom. Individu-individu dan lembaga-lembaga di dalam masyarakat saling berinteraksi satu sama lain yang menyebabkan masyarakat juga dikatakan sebagai sekumpulan interaksi sosial yang terstruktur. Terstruktur diartikan bahwa setiap tindakan individu ketika berinteraksi dengan sesamanya tidaklah terjadi bergerak di ruang vakum karena terjadi dalam konteks sosial. Misalnya, interaksi tersebut berlangsung di dalam komunitas keluarga, kelompok keagamaan, hingga negara. Masing-masing konteks membutuhkan perilaku yang spesifik, berbeda-beda. Namun, keseluruhan interaksi tersebut diikat oleh norma serta dimotivasi oleh nilai-nilai yang diakui secara bersama. Kata sosial mengacu pada fakta bahwa tidak ada individu dalam masyarakat yang hidup sendiri. Individu selalu hidup di dalam keluarga, kelompok, dan jaringan. Kata interaksi mengacu pada cara berperilaku disaat berhubungan dengan orang lain. Akhirnya, dapat dikatan bahwa masyarakat diikat melalui struktur sosial. Perilaku hubungan ini berbeda antara masyarakat satu dengan masyarakat lain.
Sejalan dengan pemahaman masyarakat diatas maka menurut teori sibernetiknya tentang General System Of Action (Ankie M.M.. Hoogvelt : 1985) menjelaskan bahwa suatu masyarakat akan dapat dianalisis dari sudut syarat-syarat fungsionalnya yaitu: Pertama, Fungsi mempertahankan pola (Pettern Maintenance). Fungsi ini berkaitan dengan hubungan antara masyarakat sebagai sistem sosial dengan sub sistem kebudayaan. Hal itu berarti mempertahankan prinsip-prinsip tertinggi dari masyarakat, oleh kerena diorientasikan realitas yang terakhir; Kedua, Fungsi integrasi mencakup jaminan terhadap koordinasi yang diperlukan antara unit-unit dari suatu sistem sosial, khususnya yang berkaitan dengan kontribusinya pada organisasi dan peranannya dalam keseluruhan sistem; Ketiga, Fungsi pencapaian tujuan (Goal Attaindment) yakni berkaitan dengan hubungan antara masyarakat sebagai sistem sosial dengan sub sistem aksi kepribadian. Fungsi ini menyangkut penentuan tujuan-tujuan yang sangat penting bagi masyarakat, mobilisasi warga masyarakat untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut; Keempat, fungsi adaptasiyakni berkenaan dengan hubungan antara masyarakat sebagai sistem sosial dengan sub sistem organisme perilaku dan dengan dunia fisik organik. Hal ini secara umum menyangkut penyesuaian masyarakat terhadap kondisi-kondisi dari lingkungan hidupnya.9
C. Hubungan antara Pendidikan dengan Masyarakat
Secara singkat pendidikan merupakan produk dari masyarakat,karena apabila kita sadari arti pendidikan sebagai prosestransmisi pengetahuan, sikap, kepercayaan, keterampilan danaspek-aspek kelakuan lainnya kepada generasi muda maka seluruhupaya tersebut sudah dilakukan sepenuhnya oleh kekuatan-kekuatanmasyarakat. Hampir segala sesuatu yang kita pelajarimerupakan hasil hubungan kita dengan orang lain baik di rumah,sekolah, tempat permainan, pekerjaan dan sebagainya. Wajar pula apabila segalasesuatu yang kita ketahui adalah hasil hubungantimbal balik yang ternyata sudah sedemikian rupa dibentuk olehmasyarakat kita.Bagi masyarakat sendiri, hakikat pendidikan sangat bermanfaatbagi kelangsungan dan proses kemajuan hidupnya. Agarmasyarakat itu dapat melanjutkan eksistensinya, maka kepadaanggota mudanya harus diteruskan nilai-nilai, pengetahuan, keterampilandan bentuk tata perilaku lainnya yang diharapkan akandimiliki oleh setiap anggota. Setiap masyarakat berupaya meneruskankebudayaannya dengan proses adaptasi tertentu sesuaicorak masing-masing pereode jaman kepada generasi muda melaluipendidikan, secara khusus melalui interaksi sosial. Dengandemikian pendidikan dapat diartikan sebagai proses sosialisasi.Dalam pengertian tersebut, pendidikan sudah dimulai semenjakseorang individu pertama kali berinteraksi dengan lingkunganeksternal di luar dirinya, yakni keluarga.
Selain itu, dimensi sejarah juga berbicara serupa. Ratusantahun silam pendidikan berjalan beriringan dengan struktur dankebutuhan sosial masyarakat setempat. Bagi masyarakat sederhanayang belum mengenal tulisan maka para pemuda memperolehtranformasi pengetahuan lewat media komunikasi lisan yangberbentuk dongeng, cerita-cerita dari orang tua mereka. Selain itu,pada siang hari pemuda-pemuda ini harus selalu sigap dantanggap mempelajari, mencermati dan belajar mengaplikasikanteknik-teknik mencari nafkah yang dikembangkan oleh para orangtua baik itu menangkap ikan, memanah, beternak, berburu dansebagainya. Dalam cerita-cerita lisanitu tersirat pula adat dan agama, cara bekerja dan cara bersosialisasi yang berkembang di masyarakatnya. Tidak mengherankan apabila cerita yang sudah turun temurun diwariskan itudianggap sebagai sesuatu yang bernilai suci. Sejarah, adat istiadat, norma-norma bahkan cara menangkap ikan atau berburu tidakhanya dipandang sebagai hasil pekerjaan manusia semata, tetapimemiliki makna sakral yang patut disyukuri dengan beberapapersembahan serta upacara-upacara ritual.
Begitulah perjalanan pendidikan anak manusia telah berlangsungorganis sesuai dengan iklim sosialnya. Sedangkan keperluankhusus untuk mendirikan sebuah lingkungan perguruan yangmapan dimulai ketika bangsawan-bangsawan feodal membutuhkanprajurit-prajurit serta punggawa kerajaan yang tangguh demimempertahankan harta kekayaan milik sang raja. Mereka secarakhusus dididik dalam lingkungan tersendiri agar memilikikecakapan dan keahlian tertentu sesuai dengan kebutuhan sistemsosial masyarakat aristokrasi-feodal. Mereka-mereka ini menjadiujung tombak pelaksana kekuasaan kerajaan di hadapan ribuanrakyat jelata yang memang dibikin bodoh. Melihat situasidemikian, wajar apabila jaman ini predikat golongan terdidikhanya bisa dimiliki oleh sanak saudara sang raja serta kaum-kaumagamawan yang telah memperkuat hegemoni kekuasaannya.
Namun seiring dengan bertambahnya umur bumi ini makakisah pergulatan karakter masyarakat tersebut mulai bergeserselaras dengan kecenderungan spirit jaman yang sudah berubah.Bagaimanapun juga penderitaan rakyat yang menjadi bahan bakarperputaran gerigi kehidupan feodal telah mencapai titik klimaksnya.Kekuasaan para raja yang bersenyawa dengan kekuatan gerejasecara perlahan-lahan mulai runtuh. Dimulai dengan penentangansejumlah ilmuwan yang mampu membuktikan kesalahan dogma-dogma teologis tentang hukum alam. Berbagai peristiwalain juga memiliki andil besar dalam menentukan lahirnyasemangat jaman yang semakin konsekuen menghargai arti kebebasan,baik itu reformasi gereja oleh Martin Luther King, revolusisosial di beberapa tempat yang secara simbolis telah dipresentasikanoleh gelora heroisme revolusi Perancis pada sekitar pertengahanabad ke-18, serta meningkatnya hasil pemikiran-pemikiran ilmiah para ilmuwan humanis yang mampu diterjemahkandengan penciptaan teknik-teknik peralatan industri.Praktis kecenderungan fakta sosial demikian secara perlahan-lahanmampu mengubah inti kebijakan masyarakat yang berhubungandengan pengajaran. Selain karena meluapnya industri-industrimanufaktur, pengaruh penerapan demokrasi, ditemukannya beberapa wilayah baru yang bisa dieksploitasi kekayaan alamnya serta peningkatan diferensiasi struktural maka masyarakatEropa Barat harus bisa menyediakan kelompok manusia dalamjumlah massal yang memiliki kemampuan teknis untuk menjalankan lahan-lahan pekerjaan baru yang begitu kompleks dan cukuprumit. Oleh sebab itulah beberapa wilayah Eropa Barat mulaimenerapkan sistem pendidikan modern yang memanfaatkan mekanisme organisasi formal dalam mengelola proses pendidikannya. Itulah cuplikan kecil argumentasi sederhana tentang renik-renikkarakter fungsi pendidikan di masyarakat.
Melihat alurperkembangannya, maka berbagai jenis konfigurasi pendidikan diatas sesuai dengan konsep yang diutarakan oleh RandallCollins, tentang tiga tipe dasarpendidikan yang hadir di seluruh dunia, yakni:Pertama, jenis pendidikan keterampilan dan praktis, yakni pendidikanyang dilaksanakan untuk memberikan bekal keterampilanmaupun kemampuan teknis tertentu agar dapat diaplikasikankepada bentuk mata pencaharian masyarakat. Jenispendidikan ini dominan di dalam masyarakat yang masihsederhana baik itu berburu dan meramu, nelayan atau jugamasyarakat agraris awal.Kedua,Pendidikan kelompok status, yaitu pengajaran yang diupayakan untuk mempertahankan prestise, simbol serta hak-hakistimewa (privilige) kelompok elit dalam masyarakat yangmemiliki pelapisan sosial. Pada umumnya pendidikan inidirancang bukan untuk digunakan dalam pengertian teknisdan sering diserahkan kepada pengetahuan dan diskusi badan-badan pengetahuan esoterik. Pendidikan ini secara luastelah dijumpai dalam masyarakat-masyarakat agraris danindustri. Ketiga, tipe pendidikan birokratis yang diciptakan oleh pemerintahanuntuk melayani kepentingan kualifikasi pekerjaan yang berhubungandengan pemerintahan serta berguna pula sebagaisarana sosiolisasi politik dari model pemerintahan kepada masyarakat awam. Tipe pendidikan ini pada umumnya memberipenekanan pada ujian, syarat kehadiran, peringkat danderajat.
Demikianlah tipe-tipe pendidikan tersebut telah mewarnai corak kehidupan masyarakat. Pada dasarnya ketiga jenis pendidikan di atas selalu hadir dalam setiap masyarakat hanya saja prosentasi penerapan salah satu karakter pendidikan berbanding searah dengan model masyarakat yang terbentuk. Akan tetapi tidak dapat dipungkiri pula ternyata gelombang sejarah dunia juga menentukan model konfigurasi masyarakat dunia secara global dan hal ini juga memiliki pengaruh bagi iklim pendidikan.
Dalam konteks sosial, pendidikan juga memiliki fungsi, peran dan kiprah lain yang berkorelasi dengan kekuatan-kekuatan kolektif yang sudah mapan. Tidak hanya puas dalam kondisi demikian pendidikan juga memberikan andil menterjemahkan nilai-nilai baru yang tumbuh akibat proses pergulatan sejarah dalam wujud emansipasi integrasi dengan sistem dan struktur sosialnya. Sehingga dengan begitu masyarakat tidak pernah kering dari dinamika perubahan dan evolusi sosialnya.
Bab III. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan makalah di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Mayarakat adalah suatu kelompok yang sama identifikasinya meliputi unit biofisik para individu, bertempat tinggal pada suatu geografis tertentu, selama pereode tertentu pula, teratur sedemikian rupa di dalam menjalankan segala sesuatu yang diperlukan bagi hidup bersama.
Para ahli berbeda pendapat tentang proses terbentuknya masyarakat. mPlato berkeyakinan bahwa masyarakat terbentuk secara kodrati. Sedangkan kaum sofis berargumen bahwa masyarakat merupakan bentukan manusia. Pandangan Plato lebih bersifat metafisik dan mengawang, sedang kaum sofis ilmiah-rasional. Dalam hal ini, pembahasan mengenai sejarah terbentuknya masyarakat lebih dititikberatkan pada pandangan kaum sofis mengingat sifatnya yang ilmiah-rasional. Pandangan kaum sofis ini didukung oleh Kimmel and Aronson yang mengemukakan bahwa masyarakat tidak sekonyong-konyong ada. Masyarakat sengaja diciptakan baik melalui metode bottom-up maupun up-to-bottom.
Hubungan antara masyarakat dan pendidikan adalah bahwa pendidikan sebagai proses transmisi pengetahuan, sikap, kepercayaan, keterampilan dan aspek-aspek kelakuan lainnya kepada generasi muda secara keseluruhan dilakukan sepenuhnya oleh kekuatan-kekuatan masyarakat. Di sisi lain pendidikan memiliki fungsi, peran dan kiprah yang berkorelasi dengan kekuatan-kekuatan masyarakat.Pendidikan juga memberikan andil menerjemahkan nilai-nilai baru yang tumbuh akibat proses pergulatan sejarah dalam wujud emansipasi integrasi dengan sistem dan struktur sosial masyarakat, sehingga dengan demikian masyarakat tidak pernah kering dari dinamika perubahan dan evolusi sosialnya.
1Sidi Gazalba, Masyarakat Islam: Pengantar Sosiologi & Sosiografi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), h. 11.
2Gordon Marshall, A Dictionary of Sociology, (New York: Oxford University Press, 1998), h. 628.
Sejak kecil individu-individu sudah harus mengerti bahwa dalam berperilaku tidak boleh berbuat sekehendaknya, melainkan harus selalu melakukan adaptasi dengan masyarakat di sekelilingnya. Dengan demikian, dalam kehidupan ini ada kemauan umum yang harus diikuti di atas keinginan-keinginan individual. Namun kadangkala terjadi perilaku yang menyimpang yang dilakukan secara sadar atau tidak sadar yang sering disebut sebagai penyimpangan sosial. Penyimpangan sosial dapat terjadi dimanapun dan dilakukan oleh siapapun. Sejauh mana penyimpangan itu terjadi, besar atau kecil, dalam skala luas atau sempit tentu akan berakibat terganggunya keseimbangan kehidupan dalam masyarakat.
Suatu perilaku dianggap menyimpang apabila tidak sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat. dengan kata lain penyimpangan adalah segala macam pola perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri terhadap kehendak masyarakat. Seseorang yang melakukan tindak penyimpangan oleh masyarakat akan dicap sebagai penyimpang. Di pihak lain, seorang pelaku penyimpangan senantiasa berusaha mencari kawan yang sama untuk bergaul bersama, dengan tujuan melegalkan tindak penyimpangan yang dilakukan. Maka lama-kelamaan berkumpullah berbagai individu pelaku penyimpangan dalam bentuk penyimpangan kelompok yang akhirnya bermuara kepada penentangan terhadap norma masyarakat. Dampak yang ditimbulkan dari penentangan norma inilah yang pada akhirnya akan menimbulkan konflik dalam masyarakat. Maka diperlukan usaha sadar melalui langkah-langkah tertentu untuk mengantisipasi penyimpangan yang mungkin terjadi atau akan terjadi. Dalam konteks inilahparadigma sosiologi diperlukan sebagai acuan dalam sikap dan tindakan sehingga dapat ditemukan pola-pola penanggulangan yang efektif dan efisien.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan di atas, maka untuk memudahkan pembahasan, kami buat rumusan masalah sebagai berikut:
Apakah pengertian dariparadigma sosiologi?
Bagaimanakah pembagianparadigma sosiologi?
Apa sajakah teori yang mendukung paradigma sosiologi?
C. Tujuan Pembahasan
Tujuan pembahasan dalam makalah ini adalah agar mahasiswa/pembaca tahu tentang:
Pengertian paradigma sosiologi.
Pembagianparadigma sosiologi.
Teoripendukung paradigma sosiologi.
Bab II. Pembahasan
A. Pengertian Paradigma Sosiologi
Paradigma berasal dari bahasa Inggris paradigm yang berarti: model pola, contoh. Dalam kamus ilmiah populer, paradigma dapat diartikan sebagai contoh, tasrif, teladan, pedoman, dipakaiuntuk menunjukkan gugusan sistem pemikiran bentuk kasus dan polapemecahannya. Sedangkan dalam kamus besar Bahasa Indonesia paradigma diartikan sebagai kerangka berpikir, model teori ilmu pengetahuan.
Pengertian paradigma menurut kamus filsafat adalah:
Cara memandang sesuatu.
Model, pola, ideal dalam ilmu pengetahuan. Dari model-model ini fenomena dipandang dan dijelaskan.
Totalitas premis-premis teoritis dan metodologis yang menentukan dan atau mendefinisikan sutau study ilmiah kongkrit dan ini melekat di dalam praktek ilmiah pada tahap tertentu.
Dasar untuk menyeleksi problem-problem dan pola untuk memecahkan problem-problem riset.1
Istilah paradigma pertama kali diperkenalkan oleh fisikawan Amerika Thomas Samuel Kuhn (1922-1996) dalam bukunya The Structure of Scientific Revolution (1962) dan kemudian dipopulerkan oleh Robert Friedrichs dalam bukunya Sociology of Sociology (1970). Menurut Kuhn, paradigma adalah cara mengetahui realitas sosial yang dikonstruksi oleh mode of thought atau mode of inquiry tertentu, yang kemudian menghasilkan mode of knowing yang spesifik. Menurut Khun yang dikutip George Ritzer, Paradigma adalah gambaranfundamental dari pokok bahasan dalam ilmu pengetahuan.Dia menentukan apa yang harus dipelajari,pertanyaan apa yang
harus diajukan, bagaimana pertanyaan-pertanyaan tersebut harus diajukan, dan aturan apa yang harus diikuti dalam menafsirkan jawaban-jawaban yang diperoleh. Paradigma adalah unit terluas dari konsensus dalam ilmu pengetahuan dan membedakan satu komunitas ilmiah dari yang lain. Ia memasukkan, mendefinisikan, dan menghubungkan sejumlah contoh, teori dan metode serta instrument yang ada didalamnya.2
Di dalam masyarakat banyak sekali permasalahan yang dihadapi, baik berupa masalah yang ringan sampai yang paling berat. Dalam menghadapi masalah yang ada dalam masyarakat tersebut, masyarakat biasanya menggunakan cara atau pola pikir tertentu ketika memandang suatu fakta atau keadaan yang terjadi dalam masayarakat. Pola pikir masyarakat dalam memandang suatu fakta sosial itulah yang di sebut dengan paradigma sosiologi. Di dalam paradigma sosiologi, ada beberapa unsur ilmu sehingga paradigma sosiologi dipandang sebagai suatu disiplin ilmu yang bisa dijadikan sebagai acuan atau landasan dalam penelitian mengenai problem-problem sosial.
B. PembagianParadigma Sosiologi
Thomas Samuel Kuhn mengemukakan bahwa paradigma ilmu itu amat beragam. Keragaman paradigma ini pada dasarnya adalah akibat dari perkembangan pemikiran filsafat yang berbeda-beda sejak zaman Yunani. Sebab sudah dapat dipastikan bahwa pengetahuan yang didasarkan pada filsafat Rasionalisme akan berbeda dengan yang didasarkan Empirisme, dan berbeda pula dengan Positivisme, Marxisme dan seterusnya, karena masing-masing aliran filsafat tersebut memiliki cara pandang sendiri tentang hakikat sesuatu serta memiliki ukuran-ukuran sendiri tentang kebenaran. Menurut Ritzer (1980), perbedaan aliran filsafat yang dijadikan dasar berpikir oleh para ilmuwan akan berakibat pada perbedaan paradigma yang dianut. Palingtidak terdapat tiga alasan untuk mendukung asumsi ini; Pertama, pandanganfilsafat yang menjadi dasar ilmuwan untuk menentukan tentang hakikat apa yang harus dipelajari sudah berbeda; Kedua, pandangan filsafat yang berbeda akan menghasilkan obyek yang berbeda; Ketiga, karena obyek berbeda, maka metode yang digunakan juga berbeda.3
Perbedaan paradigma itu khususnya terjadi dalam keilmuan sosiologi. Perbedaan itu terjadi pada dimensi obyek kajian atau what is the subject matter of sociology. Dengan adanya perbedaan pandangan ini, Geoger Ritzer menilai bahwa sosiologi merupakan ilmu yang mempunyai beberapa paradigma (multiple paradigm). Setiap paradigma memiliki obyek kajian, teori, metode analisa yang berbeda. Meskipun masih banyak terjadi perdebatan penggolongan paradigma dalam ilmu sosiologi, namun menurut George Ritzer,4 secara garis besar ada tiga paradigma yang mendominasi dalam keilmuan sosiologi, yakni:
1. Paradigma fakta sosial
Paradigma ini merupakan sumbangsih dari pemikiran Durkheim yang didasarkan atas karyanya The Rules of Sociological Method (1895) dan Suicide (1897). Paradigma fakta sosial dirintis Durkheim sebagai antitesis atas tesis Comte dan Herbert Spencer. Comte dan Herbert Spencer berpendapat bahwa dunia ide adalah pokok bahasan dalam sosiologi. Dengan tegas pendapat ini ditolak oleh Durkheim. Menurut Durkheim, dunia ide bukanlah obyek riset dalam sosiologi. Sebab dunia ide itu hanyalah sebagai suatu konsepsi pikiran dan bukan sesuatu yang dapat dipandang. Bagi Durkheim, pendapat Comte dan Herbert Spencer ini menjerumuskan sosiologi pada bidang filsafat dan tidak berdiri sendiri. Padahal sosiologi adalah ilmu yang berdiri sendiri dan lepas dari bidang filsafat. Berangkat dari kritik ini, akhirnya Durkheim membangunkonsepfakta sosial sebagai dinding pemisah antara obyek kajian sosiologi dengan filsafat. Durkheim mengklaim bahwa fakta sosial adalah barang yang nyata dan bukanlah ide. Fakta sosial tidak dapat dipahami melalui kegiatan spekulatif yang dilakukan dalam pemikiran manusia. Sebaliknya fakta sosial dipahami melalui kegiatan penyusunan data nyata yang dilakukan di luar pemikiran manusia.
Menurut Durkheim, pokok bahasan sosiologi haruslah mengenai studi fakta sosial. Pembahasan mengenai paradigma fakta sosial terdiri dari struktur sosial, dan institusi sosial seperti norma-norma, nilai, adat-istiadat, dan segala aturan yang bersifat memaksa diluar kehendak manusia. Berarti struktur dan institusi sosial beserta pengaruhnya terhadap pikiran dan tindakan individu menjadi subject matter sosiologi. Dengan kata lain, para teoritisi yang menganut paradigma fakta sosial memusatkan pada relasi antara struktur sosial dengan individu, dan relasi institusi sosial dengan individu. Dengan kata lain, pendorong tindakan individu pada analisis fakta sosial antara struktur dan institusi sosial bersifat terpisah.
Pada studi fakta sosial, Durkheim tidak hanya melihat sesuatu dalam konteks yang nyata (material) saja,melainkan juga berkaitan dengan sesuatu diluar materi. Untuk mempermudah memahaminya, Durkheim membagi ranah fakta sosial menjadi dua bentuk, yaitu:
a. Fakta sosial material, yang terdiri dari sesuatu yang dapat dipahami, dilihat dan diamati. Inti dari fakta sosial material ini adalah sesuatu yang ada dunia nyata dan bukanlah imajinatif. Misalnya, bentuk bangunan, hukum dan peraturan.
b. Fakta sosial non-material, sebenarnya dapat dikatakan suatu ekspresi atau fenomena yang terkandung dalam diri manusia sendiri atas fakta sosial materialnya, dan ini hanya muncul dalam kesadaran manusia. Misalnya, moralitas, kesadaran, egoisme, altruisme dan opini.
Dengan demikian, kajian fakta sosial terdiri atas: kelompok, kesatuan masyarakat tertentu, sistem sosial, peranan, nilai-nilai, keluarga, pemerintahan dan sebagainya. Sedangkan teori yang tergabung dalam paradigma ini yaitu, teori fungsionalisme struktural, teori konflik, teori sistem, dan teori sosiologi makro. Namun yang dominan dari teori ini yang biasa digunakan oleh para penganut fakta sosial, yaitu teori fungsionalisme struktural, dan teori konflik.
2. Paradigma Definisi Sosial
Paradigma ini dilandasi analisa Max Weber tentang tindakan sosial (social action). Perbedaan analisa Weber dengan Durkheim terlihat jelas. Jika Durkheim memisahkan struktur dan institusi sosial, sebaliknya Weber melihat ini menjadi satu kesatuan yang membentuk tindakan manusia yang penuh arti atau makna. Tindakan sosial merupakan tindakan individu yang mempunyai makna atau arti subyektif bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang lain. Sebaliknya, tindakan individu yang diarahkan kepada benda mati atau obyek fisik semata tanpa dihubungkan dengan tindakan orang lain bukan suatu tindakan sosial.5
Menurut Weber, mempelajari perkembangan pranata haruslah juga melihat tindakan manusia. Sebab tindakan manusia merupakan bagian utama dari kehidupan sosial. Bagi Weber, sosiologi merupakan ilmu yang berusaha menafsirkan dan memahami tindakan sosial serta berbagai
hubungan sosial sampai kepada penjelasan kausal. Untuk itu, paradigma ini disebut juga sebagai sosiologi interpretatif. Paradigma definisi sosial didukung oleh beberapa teori, seperti teori aksi, teori interaksionisme simbolik, teori fenomenologi, dan teori etnometodologi.
3. Paradigma Perilaku Sosial
Paradigma ini memusatkan perhatian pada hubungan antar individu dan hubungan individu dengan lingkungannya. Paradigma ini menyatakanbahwa obyek studi sosiologi yang konkrit dan realistis adalah perilakumanusia atauindividu yang tampak dan kemungkinan perulangannya.
Menurut paradigma ini, tingkah laku seorang individu mempunyai hubungan dengan lingkungan yang mempengaruhinya dalam bertingkah laku. Tingkah laku manusia atau individu di sini lebih ditentukan oleh sesuatu diluar dirinya seperti norma-norma, nilai-nilai atau struktur sosialnya. Jadi dalam hal ini individu kurang sekali memiliki kebebasan.
Paradigma ini mengacu pada karya psikolog Amerika Burrhus Frederic Skinner, salah satunya Beyond Freedom And Dignity. Menurut George Ritzer, Skinner mencoba menerjemahkan prinsip-prinsip psikologi aliran behaviorisme ke dalam sosiologi. Karyanya meliputi spektrum yang sangat luas. Teori, gagasan dan praktik yang dilakukannya telah memegang peranan penting dalam pengembangan sosiologi behavior.
Pada paradigma perilaku sosial, Skinner mencoba mengkritik apa yang menjadi obyek dari paradigma fakta sosial dan definisi sosial. Obyek dari kedua paradigma itu seperti struktur dan institusi sosial adalah sesuatu yang bersifat mistik atau obyek hanya terjadi dalam pemikiran manusia. Dengan tegas Skinner menolak obyek kedua paradigma ini. Bagi Skinner, obyek mistik itu justru menjauhkan sosiologi dari obyek studi yang sebenarnya yaitu sesuatu yang bersifat konkrit dan realistis. Skinner mengklaim bahwa obyek perilaku manusia adalah obyek studi sosiologi yang konkrit dan realistis. Teori yang tergabung dalam paradigma ini adalah teori behavioral sociology dan teori pertukaran (exchange).
4. Paradigma Integratif/Multi Paradigma
Seiring perkembangan analisis tiga paradigma di atas dengan berbagai macam perdebatannya mengenai subject matter dari sosiologi, makamenurut George Ritzer, perlu adanya paradigma yang mengakomodasi penyatuan dari ketiga paradigma tersebut,sebab teramat sulit untuk memahami fenomena sosialyang begitu kompleks. MakaGeorge Ritzer berusaha mengetengahkan masalah ini dengan mengajukan konsep paradigma integratif yakni dengan menggabungkan subject matterdari ketiga paradigma ini, yang meliputi semua tingkatan realitas, baik tingkat makro-obyektif seperti masyarakat, hukum, birokrasi dan bahasa, tingkat makro-subyektif seperti nilai, norma dan budaya, tingkat mikro-obyektif seperti pola perilaku, tindakan, dan interaksi, serta tingkat mikro-subyektif seperti persepsi dan keyakinan.
Ketiga paradigma ini memang berbeda subject matter-nya, namun sesungguhnya saling memperkaya analisis. Masing-masing paradigma yang ada menjelaskan satu tingkat realitas sosial tertentu, dan paradigma integratif berusaha menjelaskan semua tingkat realitas sosial yang ada. Kelemahan paradigma integratif terletak pada tingkat kedalaman analisisnya. Paradigma integratif dalam menjelaskan tingkat realitas tidak sedalam analisis pada masing-masing paradigma yang ada. Untuk itu, dalam menentukan suatu paradigma ditentukan dari pertanyaan penelitian yang diajukan. Hal ini berarti bahwa tidak semua masalah sosiologi memerlukan pendekatan integratif, namun bisa juga fokus pada salah satu paradigma.
Paradigma integratif ini dikembangkan lebih lanjut oleh Peter L. Berger, Thomas Luckman dan Anthony Giddens. Ketiga sosiolog ini berusaha menjembatani ketegangan antara subyektivisme dan obyektivisme, antara makro dan mikro, dan antara voluntarisme dan determinisme. Ketiganya berusaha mencari pertautan antara mentalitas dan struktur. Kiranya inilah pandangan paradigma integratif yang dapat juga dikatakan sebagai paradigma “jalan tengah”. Paradigma ini berusaha menawarkan perpaduan berbagai paradigma sesuai dengan tingkat kebutuhan analisis dari ilmuwan sosial tersebut.
C. Teori Pendukung Paradigma Sosiologi
1. Teori pendukung paradigma fakta sosial
a. Teori fungsionalisme struktural
Teori fungsionalisme strukturallahir dari pemikiran biologis yang dikonsepkan oleh Comte dan Herbert Spencer, di manamasyarakat dianalogikan sebagai organisme biologis. Maksudnya, masyarakat terdiri dari organ-organ yang saling bergantung gunakebertahanan hidup. Kemudian lebih lanjut teori ini dikembangkan oleh Durkheim. Karena pengaruh dari Comte dan Herbert Spencer, Durkheim mengonsepkan teori sosiologinya dengan terminologi organisme.
Menurut Durkheim, masyarakat merupakan sebuah kesatuan yang di mana didalamnya terdapat bagian-bagian yang memiliki fungsinya masing-masing, dan saling menyatu dalam keseimbangan. Untuk itu, teori ini lebih menekankan social order dan mengabaikan konflik atau masyarakat bergerak dalam kondisi statis dan seimbang. Adapun tokoh-tokoh dalam teori ini antara lain, Durkheim, Talcott Parsons, Robert K. Merton, dan Herbert J. Gans.
Kelemahan teori ini yakni bersifat tertutup terhadap proses terjadinya perubahan sosial karena terlalu menekankan order dan kemapanan struktur sosial yang sudah formal, serta mempertahankan status quo dan tidak membuka kepada orang atau hal lain berperan. Keterlibatan non status quo dipandang sebagai ancaman bagi masyarakat dan pemegang status quo.
b. Teori konflik
Teori konflikmerupakan teori yang lahir sebagai kritik atas teori fungsionalisme struktural. Teori ini dikembangkan oleh Marx. Pendukung teori ini antara lain George Simmel, Lewis A. Coser, dan Ralf Dahrendorf.
Menurut teori ini, masyarakat berada dalam ketidakseimbangan yang selalu ditandai dengan adanya pertentangan atau konflik. Jika teori fungsionalisme struktural memandang keteraturan terjadi karena masyarakat terikat secara informal atas institusi sosialnya, maka teori konflik memandang itu terjadi karena adanya pemaksaan oleh pihak yang berkuasa.
Konsep utama teori konflik yaitu dominasi, paksaan dan kekuasaan. Adapun kelemahan dari teori ini menolak keseimbangan dalam masyarakat dan terlalu menekankan perubahan dalam konteks konflik. Metode yang digunakan dalam paradigma fakta sosial yaitu interview-kuesioner. Menurut George Ritzer, untuk metode interview-kuesioner memang bersifat ironi. Sebab, metode ini tidak mampu menyajikan informasi yang bersifat fakta sosial, atau informasi yang didapat lebih bersifat subyektif dari informan. Walaupun begitu, bagi para penganut fakta sosial metode interview-kuesioner merupakan sesuatu metode yang cocok dalam penelitian empiris mereka guna mendapatkan fakta-fakta sosial yang menjadi subject matter sosiologi.
2. Teori pendukung paradigma definisi sosial
a. Teori aksi
Teori aksi atau teori bertindak pada awalnya dibangun berdasarkan pemikiran Weber dan Pareto. Menurut Weber, individu melakukan suatu tindakan berdasarkan atas pengalaman, persepsi, pemahaman dan atas suatu obyek stimulus atau situasi tertentu. Di sini Weber melihat tindakan sosial berkaitan dengan interaksi sosial. Sesuatu tidak akan dikatakan tindakan sosial jika individu tersebut tidak mempunyai tujuan dalam melakukan tindakan tersebut.
Dengan konsep rasionalitas, Weber membagi beberapa macam tindakan sosial. Semakin rasional tindakan sosial tersebut, maka semakin mudah memahaminya. Adapun pembagian tindakan sosial itu terbagi menjadi empat macam, yaitu: Pertama, tindakan rasionalitas instrumental, yaitu tindakan yang ditentukan oleh harapan-harapan yang memiliki tujuan untuk dicapai dan menentukan nilai dari tujuan itu sendiri. Bila individu tersebut bertindak rasional maka tindakannya pun dapat dipahami. Keduatindakan rasionalitas yang berorientasi nilai, yaitu tindakan yang didasari oleh kesadaran keyakinan mengenai nilai-nilai yang penting seperti etika, estetika, agama, dan nilai-nilai lainnya yang mempengaruhi tingkah laku manusia dalam kehidupannya. Tindakan ini masih rasional meski tidak serasional tindakan pertama, sehingga tindakannya masih dapat dipahami.Ketiga,tindakan afektif (affectual), yaitu tindakan yang ditentukan olehkondisi kejiwaan dan perasaan individu yang melakukannya. Tindakan ini dilakukan seseorang berdasarkan perasaan yang dimilikinya, biasanya timbul secara spontan begitu mengalami suatu kejadian. Tindakan ini sukar dipahami karena kurang rasional. Keempattindakan tradisional,yaitu tindakan yang didasarkan atas kebiasaan-kebiasaan yang telah mendarah daging. Tindakan ini biasanya dilakukan atas dasar tradisi atau adat istiadat secara turun-temurun. Tindakan ini pun sukar dipahami karena kurang rasional bahkan tidak rasional.6
Setelah Weber, teori aksi berkembang ketika sosiolog Amerika Charles Horton Cooley membuktikan bahwa sesuatu yang mempunyai arti penting dalam kehidupan bermasyarakat adalah kesadaran subyektif. Cooley juga membuktikan bahwa perasaan-perasaan individual, sentimen dan ide-ide merupakan faktor pendorong manusia untuk berinisiatif atau mengakhiri tindakannya terhadap orang lain.
Sedangkan Talcott Parsons menyatakan, bahwa penggunaan istilah “action” (aksi atau tindakan) dimaksudkan untuk membedakan teori ini dengan teori perilaku, yang menggunakan istilah “behavior” (perilaku atau tindakan yang dilakukan berulang-ulang). “Aksi” menunjukkan adanya suatu aktivitas, kreativitas dan proses penghayatan diri individu. Sedangkan “perilaku” menunjukkan adanya penyesuaian mekanistik perilaku, sebagai respon terhadap stimulus (rangsangan) dari luar.Menurut Parsons, teori perilaku mengabaikan sifat kemanusiaan manusia dansubyektivitas tindakan manusia.Sebaliknya, teori aksi sangat memperhatikan sifat kemanusiaan manusia dan subyektivitas tindakan manusia.
Teori aksi terus berkembang seiring banyaknya para sosiolog mengembangkan teori ini, khususnya para sosiolog Amerika. Karya terkemukan yang menjadi rujukan dari teori aksi antara lain, Florian Znaniecki melalui karyanya The Method of Sociology (1934) dan Social Actions (1936), Robert Morrison MacIver melalui karyanya Sociology: Its Structure and Changes (1931), dan Talcott Parsons melalui karyanya The Structure of Social Action (1937).
Karya-karya tersebut kemudian menjadi landasan Roscoe Hinkle untuk merumuskan asumsi dari teori aksi. Menurut Hinkle, tindakan manusia muncul dari kesadarannya sendiri sebagai subyek, dan dari situasi eksternal dalam posisinya sebagai obyek. Sebagai subyek, manusia bertindak atau berperilaku tertentu dengan maksud untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Dalam bertindak manusia menggunakan cara, teknik, prosedur, metode, serta perangkat yang diperkirakan cocok untuk mencapai tujuan.7 Kelemahan dari teori ini, cenderung memfokuskan analisis pada level individu dan mengabaikan faktor kolektivisme.
b. Teori interaksionisme simbolik
Teori interaksionismesimboliklahirsebagai persfektif baru yang dilatarbelakangi kemandekan aplikasi teori aksi. Landasan teori ini didasarkan pada analisis Weber. Teori ini memfokuskan pada pembahasan individu yang terkait pada hubungan antara simbol dan interaksi yang terjadi (interaksi sosial mikro).
Awalnya teori ini dikembangkan di Universitas Michigan oleh John Dewey dan Charles Horton Cooley. Kemudian John Dewey pindah mengajar ke Universitas Chicago. Kepindahan John Dewey diikuti denganmengembangkan teori interaksionis simbolik. Ternyata teori interaksionis simbolik mendapat apresiasi yang sangat baik. Sehingga Universitas Chicago dianggap sebagai tempat yang pertama kali berkembangnya teori interaksionis simbolik. Maka teori ini juga dikenal sebagai aliran Chicago.Dari John Dewey, kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh beberapa tokoh sosiolog Amerika seperti William Isaac Thomas,George Herbert Mead,Herbert Blumer, Robert E. Park, William James, Ernest Burgess,James Mark Baldwin, Manfred Kuhn dan Kimball Young.
Prinsip dasar dari teori ini adalah; (a) manusia pada dasarnya memiliki kemampuan berpikir, (b) kemampuan berpikir ini kemudian dibentuk melalui interaksi sosial, (c) individu dalam setiap interaksi dengan orang lain mempelajari makna dan simbol yang memungkinkanmereka menggunakan kemampuan berpikirnya, (d) setiap individu dapat memodifikasi makna dan simbol yang mereka gunakan dalam tindakan dan interaksi berdasarkan tafsir mereka atas situasi yang ada, (e) setiap individu dapat menentukan tindakan apa yang dilakukan setelah individu tersebut menafsirkan situasi, (f) dari interaksi ini kemudian individu tersebut menciptakan kelompok dan masyarakat.8 Adapun kelemahan dari teori ini adalah mengabaikan pembahasan pada struktur sosial makro, seperti nilai-nilai, norma sosial, hukum, serta institusi sosial dan terlalu fokus pada pembahasan interaksi sosial mikro (hubungan antar pribadi).
c. Teori fenomenologi
Teori fenomenologimembahas mengenai bagaimana kehidupan bermasyarakat itu terbentuk. Berangkat dari pandangan Weber, Alfred Schultz sebagai seorang tokoh yang mengembangkan teori ini memandang bahwa tindakan manusia menjadi suatu hubungan sosialbila manusia memberikan arti atau makna tertentu terhadap tindakannya itu, dan manusia lain memahami pula tindakannya itu sebagai sesuatu yang penuh arti.9Dengan kata lain, teori ini berpendapat bahwa manusia atau individu bisa menciptakan dunia sosialnya sendiri dengan memberikan arti kepada perbuatan-perbuatannya itu. Teori ini muncul sebagai reaksi atas anggapan yang memandang bahwa manusia atau individu dibentuk oleh kekuatan- kekuatan sosial yang mengitarinya. Untuk melakukan studi fenomenologis orang harus tinggal dalam masyarakat yang bersangkutan agar ia bisa menangkap arti fenomena sosial yang ada dalam masyarakat tersebut.
d. Teori etnometodologi
Teori etnometodologimerupakan cabang dari fenomenologi. Etnometodologi berusaha mengungkap realitas dunia kehidupan dari individu atau masyarakat. Etnometodologi mempelajari dan berusaha menangkap arti dan makna kehidupan sosial suatu masyarakat berdasarkanungkapan-ungkapan atau perkataan-perkataan yang mereka ucapkan baik secara eksplisit maupun implisit.Sekalipun etnometodologi oleh beberapa pakar dipandang sebagai sebuah studi pembaharuan dalam sosiologi, namun etnometodologi memiliki kesamaan dengan beberapa pendekatan sosiologi sebelumnya yaitu fenomenologi, interaksionis simbolik dan teori Talcott Parsons. Teori ini dikembangkan oleh Harold Garfinkel seorang dosen sosiologi di Universitas California of Los Angeles (UCLA). Teori ini mulai berkembang sekitar tahun 1950-an.10
Garfinkel menekankan, pokok masalah etnometodologi tidak lain adalah pertukaran komunikasi yang di dalam penelitian etnometodologis disebut proses-proses komunikasi menuju saling memahami di antara para para pelaku komunikasi.11
Menurut teori ini, seorang sosiolog tidak perlu memberikan arti atau makna kepada apa yang dibuat oleh orang lain atau kelompok, tetapi tugas sosiolog adalah menemukan bagaimana individu atau masyarakat mengonstruksi kehidupan sosialnya dan mencoba menemukan bagaimana mereka memberi arti atau makna kepada dunia sosialnya sendiri. Pada teori ini Grafinkel berusaha menekankan pada kekuatan pengamatan atau pendengaran dan eksperimen melalui simulasi.
Pada perkembangan selanjutnya etnometodologi dikembangkan Jack Douglas, Egon Bittner, Aaron Cicourel, Roy Turner, oleh Don Zimmerman dan D. Lawrence Wieder. Dari beberapa pakar ini, Jack Douglaslah yang pembahasannya tentang etnometodologi paling lengkap.
3. Teori pendukung paradigma perilaku sosial
a. Teori behavioral sociology
Teori behavioral sociologymerupakan implementasi dari perpaduan obyek kajian psikologi perilaku ke dalam sosiologi. Menurut George C. Homan, manusia di dalam masyarakat tidak memiliki sifat selain yang diperolehnya dari, dan mungkin dibentuknya sendiri. Inti analisis teori ini terfokus pada hubungan kausal atas perilaku individu. Teori ini menekankan adanya hubungan historis antara akibat tingkah laku yang terjadi dalam lingkungan individu dengan tingkah laku yang terjadi sekarang. Akibat dari tingkah laku yang terjadi di masa lalu akan mempengaruhi tingkah laku yang terjadi di masa sekarang.
b. Teori pertukaran (exchange)
Teori pertukarandikembangkan oleh George Homan. Teori ini berangkat dari asumsi dasar bahwa semua kontak di antara manusia bertolak dari skema memberi dan mendapatkan kembali dalam jumlah
yang sama. Secara garis besar Homan menyusun lima proposisi dari teoriini yaitu: Pertama, semakin sering individu melakukan suatu tindakan tertentu yang dinilainya membawa keuntungan atau manfaat, maka semakin sering individu tersebut akan melakukan tindakan yang sama; Kedua, jika di masa lalu ada stimulus yang di mana tindakan individu tersebut memperoleh ganjaran (positif), maka semakin besar kemungkinan orang itu melakukan tindakan serupa; Ketiga, semakin tinggi apresiasi yang diberikan atas suatu tindakan individu, maka akan semakin sering individu melakukan tindakan tersebut; Keempat, semakin sering seseorang menerima satu ganjaran dalam waktu yang berdekatan, maka semakin kurang bernilai ganjaran tersebut; Kelima, bila tindakan seseorang tidak memperoleh ganjaran yang diharapkan atau menerima hukuman, maka akan timbul perasaan emosi atau kecewa dalam diri individu tersebut. Sebaliknya bila seseorang menerima ganjaran yang lebih besardari apa yang dia harapkan, maka dia akan merasa senang dan lebih besar kemungkinan dia akan terus melakukan perilaku tersebut.12
3. Teori pendukung paradigma integratif (multi paradigma)
a. Teori konstruksi sosial
Teori konstruksi sosial bermuladari analisis Peter Ludwig Berger dan Thomas Luckman. Melalui The Social Construction of Reality: A Treatise in the Sociology of Knowledge (Tafsir Sosial Atas Kenyataan Risalah Tentang Sosiologi Pengetahuan) yang ditulisnya pada tahun 1966. Peter L. Berger dan Thomas Luckman melihat bahwa manusia dan masyarakat merupakan produk yang dialektis (tesis Mark). Maka keduanya bukanlah sesuatu realitas tunggalyang stagnan dan absolut. Untuk itu, realitas memiliki dimensi subyektif dan obyektif (tesis Schutz).13Dualisme realitas ini menunjukkan bahwa manusia merupakan instrumen dalam menciptakan ‘realitas yang obyektif’ melalui proses eksternalisasi,sebagaimana dia mempengaruhinya melalui proses internalisasi yang mencerminkan ‘realitas yang subjektif’ (tesis Weber). Analisis Peter L. Berger dan Thomas Luckman dilandasi dari berbagai penyatuanparadigma yang ada pada sosiologi. Peter L. Berger dan Thomas Luckmanbersandar pada berbagai pemikiran para tokoh seperti Durkheim, Marx, Weber, dan Schutz.
b. Teori strukturasi
Tokoh selanjutnya yang menerapkan paradigma integratif yaitu Anthony Giddens. Karya Anthony Giddens The Constitution of Society (1984) merupakan sumbangsih besar bagi penyelesaian perdebatan pada kajian ilmu sosial. Awal lahirnya karya Anthony Giddens ini dilatarbelakangi perbedaan pandangan subyek matter pada kajian ilmu sosial. Perbedaan ini melihat bahwa struktur (makro) adalah yang lebih berperan dibandingkan dengan individu (mikro), yang oleh Anthony Giddens disebut agen. Anthony Giddens berusaha menjadi penengah dengan menunjukkan bahwa yang terpenting bukanlah agen ataupun struktur, melainkan interaksi keduanya. Pemikiran Anthony Giddens ini kemudian dikenal dengan nama teori strukturasi.14
BAB III
KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan makalah di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Paradigma sosiologi ialah cara pandang seseorang terhadap diri dan lingkungannya yang akan mempengaruhinya dalam berpikir, bersikap, dan bertindak. Paradigma juga dapat berarti seperangkat asumsi, konsep, nilai, dan praktik yang di terapkan dalam memandang realitas dalam sebuah komunitas yang sama. Paradigma sosiologi adalah kerangka berpikir dalam masyarakat yang menjelaskan bagaimana cara pandang terhadap fakta kehidupan sosial dan perlakuan terhadap ilmu atau teori yang ada. Paradigma ini juga menjelaskan bagaimana meneliti dan memahami suatu masalah, serta kriteria pengujian sebagai landasan untuk menjawab masalah.
2. Paradigma sosiologi dibagi menjadi empat kelompok besar yaitu:
a. Paradigma fakta sosial, yang memandang masyarakat sebagai kenyataan atau fakta yang berdiri sendiri, terlepas dari persoalan apakah individu-individu menyukainya atau tidak menyukainya. Masyarakat dalam strukturnya (bentuk pengorganisasian, peraturan, hirarki kekuasaan, peranan-peranan, nilai-nilai, dan apa yang disebut sebagai pranata-pranata sosial) merupakan fakta yang terpisah dari individu, namun mempengaruhi individu tersebut.
b. Paradigma definisi sosial, yang memandang bahwa pokok persoalan sosiologi adalah bagaimana memahami tindakan sosial antar hubungan sosial, dimana tindakan yang penuh arti itu ditafsirkan untuk sampai pada penjelasan kausal. Struktur dan institusi sosial, merupakan satu kesatuan yang membentuk tindakan manusia yang penuh arti atau makna. Tindakan sosial merupakan tindakan individu yang mempunyai makna atau arti subyektif bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang lain. Sebaliknya, tindakan individu yang diarahkan kepada benda mati atau obyek fisik semata tanpa dihubungkan dengan tindakan orang lain bukan suatu tindakan sosial.
c. Paradigma perilaku sosial, yang memandang bahwa obyek studi yang konkret-realistik itu adalah perilaku manusia yang nampak serta kemungkinan perulangannya. Menurut paradigma ini, tingkah laku seorang individu mempunyai hubungan dengan lingkungan yang mempengaruhinya dalam bertingkah laku. Tingkah laku manusia atau individu di sini lebih ditentukan oleh sesuatu di luar dirinya seperti norma-norma, nilai-nilai atau struktur sosialnya. Jadi dalam hal ini individu kurang sekali memiliki kebebasan.
d. Paradigma integratif (multi paradigma), yang dapat juga dikatakan sebagai paradigma “jalan tengah”. Paradigma ini berusaha menawarkan perpaduan berbagai paradigma yang ada. Paradigma integratif berusaha menjelaskan semua tingkat realitas sosial yang ada sesuai dengan tingkat kebutuhan analisis dari para ilmuwan sosial.
3. Teori pendukung dari masing-masing paradigma ini adalah:
a. Paradigma fakta sosial didukung oleh teori fungsionalisme struktural dan teori konflik.
b. Paradigma definisi sosial didukung oleh teori aksi, teori interaksionisme simbolik, teori fenomenologi dan teori etnometodologi.
c. Paradigma perilaku sosial didukung oleh teori behavioral socilology dan teori pertukaran (exchange).
d. Paradigma integratif (multi paradigma) didukung oleh teori konstruksi sosial dan teori strukturasi.
Kekuasaan pemerintah kolonial Belanda berakhir ketika pada tanggal 8 Maret 1942 mereka menyerah kepada militer kerajaan Jepang. Kemenangan tentara Jepang itu ditandai dengan penyerahan tanpa syarat oleh panglima tentara Hindia Belanda (Letnan Ter Poerten) bersama gubernur jendral pemerintah kolonial Belanda (Tjarda Van Starkenborgh Stachouwer) kepada pimpinan angkatan perang Jepang (Letnan Jendral Hitoshi Imamora) pada tanggal 2 Maret 1942 di Kalijati. Selanjutnya bangsa Indonesia berada di bawah kekuasaan pendudukan militerisme Jepang selama hampir 3,5 tahun.
Jepang menyerbu Indonesia karena kekayaan negeri ini yang sangat besar artinyabagi kelangsungan perang Pasifik dan sesuai pula dengan cita-cita politik ekspansinya. Dibalik itu, mereka mempropagandakan semboyan Hakko Ichiu atau semboyan “kemakmuran bersama Asia Timur Raya”. Mereka menyatakan bahwa mereka berjuangmati-matian melakukan “perang suci” (melawan sekutu) demi kemakmuran bersama AsiaTimur Raya dan Jepang sebagai pemimpinnya. Dalam konsep Lingkungan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya tersebut, Jepang akan menjadi pusat kendali atas delapan wilayah yakni: Manchuria, daratan Cina, kepuluan Muangtai, Malaysia, Indonesia dan Asia Rusia.Namun demikian tujuan pendudukan militer Jepang lama kelamaan menjadi penindasan. Ada dua kebijakan pemerintah pendudukan militer Jepang yakni menghapuskan semua pengaruh Barat di Indonesia melalui “pen-jepang-an” dan memobilisasi segala kekuatan dan sumber yang adauntuk mencapai kemenangan perang Asia Timur Raya. (Tatang Sy, 2010:217).
Maka tidak ada pilihan lain kecuali Jepang harus menang di setiap medan pertempuran. Dengan demikian seluruh kebijakan pemerintah Jepang termasuk kebijakan dalam dunia pendidikanpun pada dasarnya semata hanya untuk mendukung terwujudnya impian besar tersebut. Namun demikian bukan berarti kebijakan tersebut tidak ada dampak pisitifnya bagi masyarakat Indonesia, justru masyarakat Indonesia terutama umat Islam bisa mengambil keuntungan besar dari kebijakan-kebijakan Jepang tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka kami ingin membahas dua hal pokok dalam makalah ini yang kami rumuskan dalam bentuk rumusan masalah sebagai berikut:
Kebijakanapa yang diambil pemerintah Jepang terhadap pendidikan Islam di Indonesia?
Bagaimanapengaruhdari kebijakan tersebut bagi perkembangan pendidikan Islam di Indonesia?
C. Tujuan Pembahasan
Pembahasan makalah tentang pendidikan Islam pada masa pemerintahan Jepang ini bertujuan untuk:
Mengetahui kebijakan pemerintah Jepang terhadap pendidikan Islam di Indonesia.
Mengetahui pengaruh yang ditimbulkan oleh kebijakan pemerintah Jepang tersebut bagi perkembangan pendidikan Islam di Indonesia.\
Bab II. Pembahasan
Dengan pecahnya Perang Dunia II, yang disebabkan oleh invasi tentara kerajaan Jepang tanggal 7 Desember 1941, maka runtuhlah sistem pemerintahan kolonial dan sekaligus pula sistem pendidikan yang ada di dalamnya. Pendidikan masa penjajahan militer Jepang banyak sedikitnya telah pula mengembangkan berbagai hal positif di dalam pembinaan sistem pendidikan di Indonesia, meskipun pada dasarnya tujuan pendidikan pada masa Jepang juga tidak beda jauh dengan pendidikan pada masa pendudukan Belanda yakni semata-mata untuk mendukung kepentingan penjajah yakni menyediakan tenaga-tenaga buruh kasar secara cuma-cuma (romusha) dan prajurit-prajurit untuk membantu peperangan bagi kepentingan Jepang.
Ada beberapa hal berkaitan dengan pembinaan sistem pendidikan di masa pendudukan Jepang, yaitu:
1. Pendidikan untuk kebutuhan perang Asia Timur Raya.
Tentara pendudukan Jepang ingin menghapuskan sisa-sisa pengaruh Barat (Belanda) di dalam masyarakat Indonesia. Hal ini terlihat antara lain pada kebijakan untuk menghapuskan bahasa Belanda dalam berbagai tulisan maupun nama toko atau perkumpulan, kemudian diganti dengan bahasa Indonesia, baik dalam pergaulan sehari-hari maupun di sekolah-sekolah. Isi pendidikan juga diganti dengan kebudayaan Jepang.
2. Dihapusnya sistem dualisme dalam pendidikan.
Pada masa Belanda pendidikan formal hanya dapat dinikmati oleh kalangan menengah ke atas, sementara rakyat jelata sama sekali tidak memiliki kesempatan. Dengan dihapausnya dualisme dalam pendidikan ini maka siapapun boleh mengenyam pendidikan formal tanpa ada diskriminasi. Inilah tonggak sejarah demokratisasi pendidikan di Indonesia.
Sebagai gambaran diskriminasi yang dibuat Belanda, ada 3 golongan dalam masyarakat yaitu kelompok kulit putih (Eropa), kelompok Timur Asing (Cina, India, dll) serta kelompok pribumi. Pola seperti ini mulai dihilangkan oleh pemerintah Jepang. Rakyat dari lapisan manapun berhak untuk mengenyam pendidikan formal. Jepang juga menerapkan jenjang pendidikan formal seperti di negaranya yaitu mulai jenjang Sekolah Rakyat (Sekolah Dasar) 6 tahun, Sekolah Menengah 3 tahun dan Sekolah Menengah Atas 3 tahun yang akhirnya diadopsi oleh pemerintah Indonesia serta perguruan tinggi.
3. Dihapusnya sistem konkordansi dalam pendidikan.
4. Bahasa Indonesia mulai dikembangkan sebagai bahasa pengantar, di samping bahasa Jepang.
5. Kepedulian Sosial, artinya lembaga pendidikan diarahkan kepada tujuan perang, mulai pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi.
6. Pendidikan Kewiraan, yaitu kurikulum sekolah diarahkan kepada pembinaan pemuda-pemuda untuk menunjang mesin perang Jepang. Para pemuda dilatih semi militer, baris-berbaris dan latihan perang-perangan.(www.scribd.com/ doc/3182321).
Secara lebih mendetail tentang kebijakan pemerintah Jepang di bidang pendidikan dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pertama: Mengambil tenaga pribumi dengan merekrut Ki Hajar Dewantoro sebagai penasehat bidang pendidikan. Upaya ini dilatarbelakangi pengalaman kegagalan sistem Nipponize (Jepangisasi)yang mereka jalankan di Manchuria dan China. Karena itulah, di Indonesia mereka menggunakan format pendidikan yang mengakomodasi kurikulum berorientasi lokal. Sekalipun menjelang akhir masa pendudukannya, ada indikasi kuat Jepang menerapkan sistem Nipponize kembali, yakni dengan dikerahkannya para Sendenbu (propagator Jepang) untuk menghancurkan ideologi Indonesia Raya.
Kedua: melatih guru-guru agar memiliki keseragaman pengertian tentang maksud dan tujuan pemerintahannya. Materi pokok dalam latihan tersebut antara lain: (1) Indoktrinasi ideologi Hakko Ichiu, yaitu “Kemakmuran Bersama Asia Raya” dengan semboyan Asia untuk Asia; (2) Nippon Seisyin, yaitu latihan kemiliteran dan semangat Jepang; (3) Bahasa, sejarah dan adat-istiadat Jepang; (4) Ilmu bumi dengan perspektif geopolitis; serta (5) Olahraga dan nyanyian Jepang. Sementara untuk pembinaan kesiswaan, Jepang mewajibkan bagi setiap murid untuk rutin melakukan beberapa aktivitas berikut: tiap pagi di sekolah-sekolah dimulai dengan menyanyikan lagu kebangsaan Jepang “Kimigayo”. Upacara pagi dilanjutkan dengan pengibaran bendera Jepang Hinomaru dan membungkuk untuk menghormat kaisar Jepang Tenno Heika. Tiap hari para siswa harus mengucapkan sumpah pelajar dalam bahasa Jepang, melakukan taiso (senam) dan diwajibkan pula melakukan kinrohoshi (kerja bakti). Juga dibentuk barisan murid-murid Sekolah Rakyat dan barisan murid-murid Sekolah Lanjutan.
Ketiga: Jepang menginstruksikan ditutupnya sekolah-sekolah berbahasa Belanda, pelarangan materi tentang Belanda dan bahasa-bahasa Eropa lainnya, sehingga memaksa peranakan China kembali ke sekolah-sekolah berbahasa Mandarin di bawah koordinasi Hua-Chino Tsung Hui, yang berimplikasi pada adanya proses resinification (penyadaran dan penegasan identitas sebagai keturunan bangsa China). Kondisi ini antara lain memaksa para guru untuk menerjemahkan buku-buku berbahasa asing kedalam Bahasa Indonesia untuk kepentingan proses pembelajaran. Selanjutnya sekolah-sekolah yang bertipe akademis diganti dengan sekolah-sekolah yang bertypevokasional yang bersifat praktis.
Dari uraian di atas dapat ditarik garis lurus bahwa pendidikan pada masa pendudukan Jepang bersifat memaksa anak-anak Indonesia agar memiliki jiwa dan semangat sepenuhnya yang bisa mengabdikan diri pada Jepang dan siap untuk menjadi angkatan perang, para pelajar diharuskan mengikuti latihan fisik dan militer sertamembangun Semangat Jepang (Nippon Seizin) dengan semboyan Asia Timur Raya atas dasar Kemakmuran Bersama (Common Prosperity).
Sedangkan penyelenggaraan pendidikan pada masa pendudukan Jepang itu dapat diikhtisarkan sebagai berikut:
1. Sekolah Rakyat (Kokumin Gakko). Sekolah ini terbuka untuk umum dan semua golongan penduduk. Masa pendidikan 6 tahun. Termasuk di dalamnya adalah Sekolah Pertama yang merupakan perubahan nama dari Sekolah Dasar 3 atau 5 tahun bagi kaum pribumi pada masa pendudukan Belanda.
2. Sekolah Menengah Pertama (Shoto Chu Gakko), dengan lama pendidikan 3 tahun.
3. Sekolah Menengah Tinggi (Koto Chu Gakko) dengan lama pendidikan 3 tahun. Sekolah ini memiliki pengajaran umum dan ditujukan untuk menyiapkan para pelajar guna melanjutkan pada sekolah tinggi.
4. Sekolah Kejuruan. Mencakup sekolah lanjutan bersifat vokasional antara lain di bidang pertukangan, pelayaran, pendidikan, teknik dan pertanian.
Adapun perguruan tinggi yang ada pada masa pendudukan Jepang adalah: Sekolah Kedokteran Tinggi (Ika Dai Gakko) di Jakarta, Sekolah Ahli Obat (Yaku Gakko) di Jakarta, Sekolah Kedokteran Gigi (Shika Gakko) di Surabaya, Sekolah Tinggi Kedokteran Hewan di Bogor dan Akademi Pemerintahan.(Afid Burhanuddin, 2011:3).
Khusus menyangkut pendidikan Islam, kebijakan pemerintah Jepang lebih menguntungkan dan memberikan ruang gerak yang cukup lapang.Maka untuk menarik simpati dari pemeluk Islam yang mayoritas di tanah jajahan, Jepang menaruh perhatian yang sangat besar terhadap pendidikan Islam.Terlebih lagi pada awalnya, pemerintah Jepang menampakkan diri seakan-akan membela kepentingan Islam yang merupakan siasat untuk kepentingan perang Dunia II.
Perhatian Jepang tersebut diberikan dalam bentuk kebijakan yang pada masa pendudukan Belanda menjadi suatu impian belaka, yaitu:
Mengubah Kantor Voor Islamistische Zaken (Kantor Urusan Agama) yang pada masa Belanda dipimpin kaum orientalis menjadi Sumubi yang dipimpin langsung seorang tokoh muslim berpengaruh yakni K.H. Hasyim Asy’ari.
Pondok pesantren sering mendapat kunjungan dan bantuan pemerintah Jepang.
Sekolah Negeri diberi pelajaran budi pekerti yang isinya identik dengan ajaran Islam.
Mengizinkan pembentukan barisan Hizbullah yang mengajarkan latihan dasar seni kemiliteran bagi pemuda muslim di bawah pimpinan K.H. Zainal Arifin.
Mengizinkan berdirinya Sekolah Tinggi Islam di Jakarta di bawah asuhan K.H. Wahid Hasyim, Kahar Muzakkir dan Bung Hatta.
Diizinkannya ulama dan pemimpin nasionalis membentuk barisan Pembela Tanah Air (PETA) yang belakangan menjadi cikal-bakal lahirnya TNI di zaman kemerdekaan.
Diizinkannya Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) terus beroperasi, biarpun kemudian dibubarkan dan diganti dengan Majelis Syuro Muslimin Indonesia(Masyumi) yang membawahi dua ormas besar Islam yaitu Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama’
(walidrahmanto.blogspot.com/2011/06).
Ada satu hal yang melemahkan dari aspek pendidikan yang diterapkan Jepang yakni penerapan sistem pendidikan militer. Sistem pengajaran dan kurikulum disesuaikan untuk kepentingan perang. Siswa memiliki kewajiban mengikuti latihan dasar kemiliteran dan harus mampu menghapal lagu kebangsaan Jepang. Begitu pula dengan para gurunya, diwajibkan untuk menggunakan bahasa Jepang dan Indonesia sebagai pengantar di sekolah menggantikan bahasa Belanda. Untuk itu para guru wajib mengikuti kursus bahasa Jepang yang diadakan oleh pemerintah Jepang.
Dengan demikian sistem pendidikan yang diterapkan Jepang di Indonesia memiliki kelebihan dan kekurangan dibandingkan dengan sistem pendidikan yang diterapkan Belanda yakni pendidikan masa penjajahan Belanda bersifat lebih liberal namun terbatas untuk kalangan tertentu saja,sementara pada masa Jepang konsep diskriminasi tidak ada tetapi terjadi penurunan kualitas secara drastis baik dari sisi keilmuan maupun mutu murid dan guru. Kondisi ini tidak terlepas dari target pemerintah Jepang melalui pendidikan, Jepang bermaksud mencetak kader-kader yang akan mempelopori dan mewujudkan konsep kemakmuran bersama Asia Timur Raya yang diimpi-impikan Jepang.
Satu hal yang menarik untuk dicermati adalah adanya pemaksaan yang dilakukan oleh pemerintah Jepang agar masyarakat Indonesia terbiasa melakukan penghormatan kepada Tenno (Kaisar) yang dipercayai sebagai keturunan dewa matahari (Omiterasi Omikami). Sistem penghormatan kepada kaisar dengan cara membungkukkan badan menghadap Tenno, disebut dengan Seikeirei. Penghormatan Seikerei ini, biasanya diikuti dengan menyanyikan lagu kebangsaan Jepang (kimigayo). Tidak semua rakyat Indonesia dapat menerima kebiasaan ini, khususnya dari kalangan Agama. Penerapan Seikerei ini ditentang umat Islam, salah satunya perlawanan yang dilakukan KH. Zainal Mustafa, seorang pemimpin pondok pesantren Sukamanah Jawa Barat. Peristiwa ini dikenal dengan peristiwa Singaparna.
Bab III. Kesimpulan
Kebijakan-kebijakan pemerintah Jepang dalam kaitannya dengan pendidikan Islam cukup banyak, seperti diajarkannya pendidikan agama di sekolah-sekolahyang dikelola Jepang, didirikannya perguruan tinggi Islam serta memberikan perhatian dan bantuan terhadap pondok pesantren.
Kebijakan Jepang tersebut memberikan pengaruh cukup besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam mengingat selama dalam pendudukan Belanda, pendidikan bagi rakyat menjadi hal yang sangat langka dan hanya bisa dinikmati orang-orang tertentu saja. Sedangkan pada masa Jepang pendidikan Islam khususnya diberi ruang penuh untuk berkembang biarpun tetap dalam pengawasan Jepang. Namun yang perlu digarisbawahi adalah bahwa tidak ada bangsa penjajah di manapun yang rela bangsa yang dijajahnya lebih pintar dari yang menjajah.Dengan kata lain kebijakan yang digariskan Jepang tersebut pada dasarnya semata-mata untuk mengeksploitasi kekuatan Islam demi mendukung kepentingan Jepang di tanah jajahan (Indonesia). Ini terbukti pada puncak Perang Dunia II ketika Jepang mengalami tekanan hebat dari sekutu, maka mulai saat itu pula Jepang menampakkan sikap kesewenang-wenangan sebagai penjajah yang mengakibatkan penderitaan lahir batin rakyat Indonesia, khususnya orang-orang Islam sebagai penduduk mayoritas.
DAFTAR PUSTAKA
Burhanuddin, Afid, Pendidikan Indonesia masa Jepang , 2011.
Tatang Sy, Landasan Historis Pendidikan Indonesia, file 2010.
Walidrahmanto.blogspot.com/2011/06/ pendidikan islam pada masa penjajah, 2011.
Pada era perang dunia II, Jepang menjadi salah satu pihak yang terlibat aktif Jepang menjadi satu-satunya wakil Blok Sentral di Asia dan mulai menginvasi Pangkalan laut Amerika Serikat di Peral Harbour, Hawaii pada 7 Desember 1941. Pendudukan Jepang di Indonesia sendiri di mulai ada 11 Januari 1942 melalui Tarakan, Kalimantan Timur.
Kendati Jepang masuk ke Indonesia bukan sebagai penjajah melainkan menjadi “dewa pelindung asia” dengan semboyan 3A dan turut membantu Indonesia dalam menyusun panitia kemerdekaan Indonesia. Bebarapa tindakan Jepang dianggap kejam terhadap rakyat Indonesia.
Daftar isi
Pendudukan Jepang di Indonesia
Bab I. Pendahuluan
A. Latar belakang festival di Jepang
Masa pendudukan Jepang di Indonesia dimulai sejak 11 Januari 1942 dan berakhir 17 Agustus 1945. Masa ini ditandai dengan masuknya Jepang ke Tarakan dan berakhir pada saat Proklamasi Kemerdekaan Indonesia oleh Soekarno dan Hatta. Meskipun tidak datang sebagai penjajah secara formal, Jepang membawa banyak perubahan dan dampak dalam pergerakan perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Invasi Militer Jerman dan Partai Nazi pada 1 September 1939 disepakati sebagai awal perang dunia II. Invasi militer terus berlanjut dan berubah menjadi ekspansi ke banyak wilayah di Eropa, termasuk Belanda. Belanda berhasil diduduki oleh Nazi Jerman pada Mei 1940 membuat perubahan besar bagi seluruh wliayah jajahan belanda, termasuk Hindia Timur atau Hindia Belanda. Hal ini membuat cengkraman Belanda di Nusantara semakin melemah.
Keadaan Hindia Belanda yang goyah akhirnya memaksa mereka hubungan dagang terutama expor Minyak Bumi dari Jepang ke Amerika Serikat dan Inggris. Pengalihan ekspor dimilai melalui Negosiasi namun gagal dan akhirnya Jepang memutuskan tindakan militer untuk mengamankan suplay bahan bakar mereka dengan pada Juni 1941. Jepang mulai melakukan serangan ke negara-negara yang dikuasai Belanda dan Inggris di Asia Tenggara pada Desember 1941.
Salah satu langkah awal Jepang menyerang Belanda dilakukan dengan memberikan dukungan militer pada pasukan revolusi di Sumatra untuk melakukan perlawanan pemerintahan Belanda. Pada akhirnya Jepang masuk ke Indonesia bukan sebagai penjajah namun sebagai “kawan se-Asia” yang ingin menghilangkan cengkraman Eropa di Asia Timur dan tenggara.
Langkah militer pertama yang dilakukan langsung Jepang di Indonesia pada 11 Januari 1942 yang dikenal sebagai perang Tarakang. Celah ini dilihat Jepnag mengingat Belanda yang sudah melemah karena perang dunia II di Eropa. Letkol Simon de Wall yang memimpin Tarakang sudah mengetahui kekuatan Jepang yang tidak bisa ia kalahkan memutusukan untuk memerintahakan untuk menghancurkan seluru instalasi minyak. Perintah tersebut dilakukan pada 10 Januari 1941 setelah Intelegen mereka mengetahui ada Armada Jepang melakukan Invasi ke Tarakang.
11 Januari 1942, pasukan Jepang mendarat di Tarakang dan langsung berhadapan dengan pasukan Belanda. Perang tidak berlangsung lama karena kekuatan Belanda yang sudah sangat lemah. Belanda akhirnya menyerah pada 12 januari 1942 dan secara resmi Tarakang dikuasai oleh Jepang.
Gerakan-gerakan perjuangan Kemerdekaan Indonesia pada saat itu melihat Jepang yag membawa semangat cahaya Asia sebagai pendukung perjuangan. Juni 1942 Perjuangan kelompok Soekarno akhirnya menerikan tawaran Jepang utuk mengadakan kampanye Publik untuk mendukung kemerdekaan Indonesia dengan bekerja sama sembaru mendukung kampanye militer Jepang di Asia.
Soekarno, Mohammad Hatta, dan para Kyai didekorasi oleh Kaisar Jepang pada tahun 1943. Tetapi, pengalaman dari penguasaan Jepang di Indonesia sangat bervariasi, tergantung di mana seseorang hidup dan status sosial orang tersebut. Bagi yang tinggal di daerah yang dianggap penting dalam peperangan, mereka mengalami siksaan, terlibat perbudakan seks, penahanan sembarang dan hukuman mati, dan kejahatan perang lainnya.
Orang Belanda dan campuran Indonesia-Belanda merupakan target sasaran dalam penguasaan Jepang. Jepang membentuk persiapan kemerdekaan yaitu BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau 独立準備調査会 (Dokuritsu junbi chōsa-kai?) dalam bahasa Jepang. Badan ini bertugas membentuk persiapan-persiapan pra-kemerdekaan dan membuat dasar negara dan digantikan oleh PPKI yang bertugas menyiapkan kemerdekaan.
2. Maksud Dan Tujuan
Adapun tujuan Penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dalam mata pelajaran Sejarah,selain itu juga memberikan suatu informasi sehubungan dengan Penjajahan Jepang di Indonesia.
Bab II. Pembahasan
A. Pendudukan Jepang di Indonesia
Dalam catatan sejarah, pada tahun 1868, Jepang mulai tumbuh dan berkembang menjadi negara modern. Hal itu terjadi tepatnya setelah Restorasi Meiji. Pada tahun 1867, Pangeran Matsuhito dinobatkan sebagai kaisar Jepang dan bergelar Meiji Tenno (1867-1912). Kaisar Meiji merupakan motor penggerak pembaruan negara Jepang dalam segala bidang.
Pembaruan itu berhasil dengan sangat menakjubkan. Dalam melaksanakan pembaruan-pembaruan, agar setara dengan Negara-negara barat pemerintahan Meiji memerlukan pengetahuan teknik Barat dengan melaksanakan kebijakan-kebijakan sebagai berikut :
Banyak ahli-ahli Barat didatangkan ke Jepang dengan gaji besar. Teknologi yang diserap disesuaikan dengan kondisi atau keperluan bangsa Jepang.
Meletakkan dasar-dasar untuk pembangunan perindustrian modern.
Pemerintah dimodernisasi dengan mengambil model Barat abad ke-19. Kementrian kementerian dibentuk, misalnya: kementerian keuangan, kementerian angkatan darat, kementerian angkatan laut, dan kementerian pendidikan umum.
Sistem peradilan dan hukum yang modern mengikuti model Perancis dan Jerman.
Jepang menciptakan sistem perbankan, jaringan telegraf dan jalan kereta api mulai dibangun.
Dalam waktu kira-kira 10 tahun setelah restorasi, proses pembaruan di Jepang telah berjalan dengan pesat. Kesuksesan khususnya dalam bidang industri inilah yang mendorong Jepang menjadi negara imperialis, karena tuntutan mendasar untuk memenuhi kebutuhan akan bahan mentah dan pemasaran hasil industrinya. Faktor lain yang ikut mendorong Jepang menjalankan politik imperialisme adalah: Ajaran Hokho-Ichiu dalam Shintoisme yang mengajarkan tentang kesatuan keluarga umat manusia. ( ini alasan idiil ) Sebagai bangsa yang telah maju, Jepang mempunyai kewajiban untuk mempersatukan dan memajukan bangsabangsa di dunia.
B. Kedatangan Jepang di Indonesia
Pada tanggal 8 Maret 1942, Jenderal Tjarda van Starkenborgh Stachouwer (Gubernur Jenderal Belanda), Letnan Jenderal Ter Poorten (Panglima tentara Hindia Belanda), serta pejabat tinggi militer dan seorang penerjemah pergi ke Kalijati. Dari pihak Jepang hadir Letnan Jenderal Imamura. Dalam pertemuan itu, Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang. Dengan demikian, secara resmi masa penjajahan Belanda di Indonesia berakhir. Jepang berkuasa di Indonesia. Bukan kemerdekaan dan kesejahteraan yang didapat bangsa Indonesia. Situasi penjajahan tidak berubah. Hanya kini yang menjajah Indonesia adalah Jepang.
C. Tujuan utama pendudukan Jepang atas Indonesia adalah:
Menjadikan Indonesia sebagai daerah penghasil dan penyuplai bahan mentah dan bahan baker bagi kepentingan industri Jepang.
Menjadikan Indonesia sebagai tempat pemasaran hasil industri Jepang. Indonesia dijadikan tempat pemasaran hasil industri Jepang karena jumlah penduduk Indonesia sangat banyak.
Menjadikan Indonesia sebagai tempat untuk mendapatkan tenaga buruh yang banyak dengan upah yang relatif murah.
Dengan tujuan tersebut maka Jepang harus mampu membungkus tujuan yang jelas-jelas merugikan bangsa Indonesia dengan berbagai propaganda agar diterima oleh bangsa Indonesia. Propaganda Jepang yang cukup menarik simpati rakyat Indonesia adalah sebagai berikut :
Jepang adalah “saudara tua” bagi bangsabangsa di Asia dan berjanji membebaskan Asia dari penindasan bangsa Barat.
Jepang memperkenalkan semboyan “Gerakan Tiga A”: Jepang Pemimpin Asia, Jepang Pelindung Asia, dan Jepang Cahaya Asia.
Jepang menjanjikan kemudahan bagi bangsa Indonesia, seperti janji menunaikan ibadah haji, menjual barang dengan harga murah.
Jepang memperkenankan pengibaran bendera merah putih bersama bendera Jepang Hinomaru.
Rakyat Indonesia boleh menyanyikan lagu “Indonesia Raya” bersama lagu kebangsaan Jepang “Kimigayo”.
Pada zaman Jepang Indonesia diperintah oleh tiga pemerintahan militer. Struktur pemerintahan militer Jepang itu adalah sebagai berikut.
Pemerintahan militer Angkatan Darat (Tentara Keduapuluh lima) untuk Sumatera dengan pusatnya di Bukittinggi.
Pemerintahan militer Angkatan Darat (Tentara Keenambelas) untuk Jawa-Madura dengan pusatnya di Jakarta.
Pemerintahan militer Angkatan Laut (Armada Selatan Kedua) untuk daerah Sulawesi, Kalimantan, dan Maluku dengan pusatnya di Makasar.
D. Kebijakan pemerintah Jepang di Indonesia
1. Sistem Pemerintahan
Jepang di Indonesia menegakkan pemerintahan militer yang diperintah oleh Angkatan Darat dan Angkatan Laut.
2. Mendirikan beberapa organisasi dan perkumpulan.
Organisasi dan perkumpulan yang didirikan pemerintah Jepang di antaranya adalah : Gerakan Tiga A, Putera, Jawa Hokokai, MIAI dan Masyumi.
Gerakan Tiga A Gerakan Tiga A didirikan pada bulan April 1942. Kantor propaganda Jepang mendirikan Gerakan ini dengan semboyannya: Nippon Pemimpin Asia, Nippon Pelindung Asia, dan Nippon Cahaya Asia.
Pusat Tenaga Rakyat (Putera) dibentuk untuk mengganti Gerakan Tiga A. Gerakan yang didirikan pada tanggal 1 Maret 1943 ini dipimpin oleh empat serangkai, yakni ( Soekarno, Mohammad Hatta, K.H. Mas Mansyur, dan Ki Hajar Dewantara.) Bagi Jepang, Putera dibentuk dengan tujuan untuk memusatkan seluruh kekuatan masyarakat demi membantu usaha Jepang.
Jawa Hokokai Pada tahun 1944, Panglima Tentara Jepang di Jawa menyatakan berdirinya Jawa Hokokai (Gerakan Kebaktian Jawa). Organisasi ini dibentuk karena semakin menghebatnya perang di Asia dan Pasifik. Kebaktian itu memiliki tiga dasar, yaitu: mengorbankan diri, mempertebal persaudaraan, dan melaksanakan tugas untuk Jepang.
MIAI adalah singkatan dari Majelis Islam A’la Indonesia. MIAI secara resmi didirikan pada tahun 1937 di Surabaya. Pemimpin MIAI pertama adalah K.H. Mas Mansyur dan Wondoamiseno.
3. Pengerahan pemuda
Jepang menyadari perlunya bantuan penduduk setempat dalam rangka mempertahankan kedudukannya di kawasan Asia. Pada bulan April 1943, pemerintah militer Jepang secara intensif mulai mengorganisir barisan pemuda. Barisan pemuda ini berciri semi militer maupun militer. Tujuan Jepang adalah untuk mendidik dan melatih para pemuda agar mampu mempertahankan tanah air Indonesia dari serangan pasukan Sekutu. Berbagai barisan pemuda yang berbentuk semi militer, antara lain Seinendan, Fujinkai, dan Keibodan.
Seinendan : adalah organisasi barisan pemuda yang dibentuk tanggal 9 Maret 1943. Tujuannya adalah mendidik dan melatih para pemuda agar dapat mempertahankan tanah airnya dengan kekuatan sendiri.
Fujinkai : Organisasi ini menghimpun kaum wanita untuk diberi latihan-latihan militer.
Keibodan adalah organisasi barisan pembantu polisi.
Organisasi militer bentukan Jepang, yang termasuk ke dalam organisasi militer bentukan Jepang adalah Heiho dan Peta.
Heiho adalah organisasi prajurit pembantu Jepang. Heiho dibentuk pada bulan April 1943. Organisasi ini memberi kesempatan kepada pemuda Indonesia untuk menjadi prajurit Jepang (baik angkatan darat maupun angkatan laut).
PETA (Pembela Tanah Air) didirikan pada tanggal 3 Oktober 1945. Pembentukan PETA ini juga sesuai dengan tuntutan perang yang semakin mendesak.
4. Pengerahan tenaga kerja
Jepang juga membutuhkan bantuan tenaga untuk membangun sarana pendukung perang, antara lain kubu pertahanan, jalan raya, rel kereta api, jembatan, dan lapangan udara. Oleh karena itu, Jepang membutuhkan banyak tenaga kerja. Pengerahan tenaga kerja itu disebut romusha.
5. Eksploitasi sumber kekayaan
yang dilakukan pemerintah pendudukan Jepang adalah:
menyita perkebunan-perkebunan milik Belanda dan berbagai fasilitas vital lainnya, seperti perusahaan listrik, telekomunikasi, transportasi, dan lain-lain.
rakyat dipaksa untuk bekerja di perkebunan yang memberikan hasil bumi menguntungkan demi membiayai perang.
Rakyat juga diwajibkan menyetor padi, jagung, dan ternak dalam jumlah besar, demi memenuhi kebutuhan logistik di medan perang
Menanam pohon jarak untuk diambil minyaknya dan diproduksi sebagai pelumas mesin-mesin perang.
6. Bulan Oktober 1941
Jenderal Hideki Tojo menggantikan Konoe Fumimaro sebagai Perdana Menteri Jepang. Sebenarnya, sampai akhir tahun 1940, pimpinan militer Jepang tidak menghendaki melawan beberapa negara sekaligus, namun sejak pertengahan tahun 1941 mereka melihat, bahwa Amerika Serikat, Inggris dan Belanda harus dihadapi sekaligus, apabila mereka ingin menguasai sumber daya alam di Asia Tenggara. Apalagi setelah Amerika melancarkan embargo minyak bumi, yang sangat mereka butuhkan, baik untuk industri di Jepang, maupun untuk keperluan perang.
Admiral Isoroku Yamamoto, Panglima Angkatan Laut Jepang, mengembangkan strategi perang yang sangat berani, yaitu mengerahkan seluruh kekuatan armadanya untuk dua operasi besar. Seluruh potensi Angkatan Laut Jepang mencakup 6 kapal induk (pengangkut pesawat tempur), 10 kapal perang, 18 kapal penjelajah berat, 20 kapal penjelajah ringan, 4 kapal pengangkut perlengkapan, 112 kapal perusak, 65 kapal selam serta 2.274 pesawat tempur. Kekuatan pertama, yaitu 6 kapal induk, 2 kapal perang, 11 kapal perusak serta lebih dari 1.400 pesawat tempur, tanggal 7 Desember 1941, akan menyerang secara mendadak basis Armada Pasifik Amerika Serikat di Pearl Harbor di kepulauan Hawaii. Sedangkan kekuatan kedua, sisa kekuatan Angkatan Laut yang mereka miliki, mendukung Angkatan Darat dalam Operasi Selatan, yaitu penyerangan atas Filipina dan Malaya/Singapura, yang akan dilanjutkan ke Jawa. Kekuatan yang dikerahkan ke Asia Tenggara adalah 11 Divisi Infantri yang didukung oleh 7 resimen tank serta 795 pesawat tempur. Seluruh operasi direncanakan selesai dalam 150 hari. Admiral Chuichi Nagumo memimpin armada yang ditugaskan menyerang Pearl Harbor.
Hari minggu pagi tanggal 7 Desember 1941, 360 pesawat terbang yang terdiri dari pembom pembawa torpedo serta sejumlah pesawat tempur diberangkatkan dalam dua gelombang. Pengeboman Pearl Harbor ini berhasil menenggelamkan dua kapal perang besar serta merusak 6 kapal perang lain. Selain itu pemboman Jepang tesebut juga menghancurkan 180 pesawat tempur Amerika. Lebih dari 2.330 serdadu Amerika tewas dan lebih dari 1.140 lainnya luka-luka. Namun tiga kapal induk Amerika selamat, karena pada saat itu tidak berada di Pearl Harbor. Tanggal 8 Desember 1941, Kongres Amerika Serikat menyatakan perang terhadap Jepang.
Perang Pasifik ini berpengaruh besar terhadap gerakan kemerdekaan negara-negara di Asia Timur, termasuk Indonesia. Tujuan Jepang menyerang dan menduduki Hindia-Belanda adalah untuk menguasai sumber-sumber alam, terutama minyak bumi, guna mendukung potensi perang Jepang serta mendukung industrinya. Jawa dirancang sebagai pusat penyediaan bagi seluruh operasi militer di Asia Tenggara, dan Sumatera sebagai sumber minyak utama.
Perlawanan rakyat
7 September 1944, Janji Koiso
akibat adanya penyerangan oleh sekutu dengan membom atom di pusat kota industri milik jepang yg mengakibatkan kedudukan jepan yang semakin terdesak di seluruh front mulai menurunkan moral pasukan jepang akibatnya muncul krisis ekonomi dan politik di dalm negeri jepang sendiri. jenderal hideki tojo, MELETAKAN JABATANNYA SEBAGAI PERDANA MENTRI PADA TANGGAL 17 JULI 1994 DAN KEMUDIAN DI GANTIKAN OLEH jenderal kunaiki koiso, dalam situasi seperti ini jenderal kunaiki koiso mempunyai tugas besar dalam memulihkan kewibawaan jepang di mata seluruh bangsa di dunia khususnya di mata bangsa asia.
karna hal tersebut perdana mentri koiso pada tgl 7 septmber 1944 mengeluarkan pernyataan bahwa “indonesia akan memperoleh kemerdekaan di kemudian hari” dan pernyataan tersebut tekenal dengan nama janji koiso.
adapun tujuan janji koiso tersebut adalah agar rakyat indonesia tidak melakuakan perlawanaan terhadap jepang dan hal itu d nyatakan di depan sidang teikoku ginkai(parlemen jepang).
D. Persiapan Indonesia merdeka oleh Jepang
1. Jend. Kumakici Harada membentuk BPUPKI atau Dokuritsu Junbi Coosakai
Ketua: Dr. Rajiman Widyodiningrat
2. BPUPKI bertugas menyusun dasar negara dan UUD
Sidang I, 1 Juni 1945.
Ir. Soekarno, Moh. Yamin, dan Supomo tampil mengajukan gagasan.
Ir. Soekarni memberikan pidato mengenai 5 asas negara [Pancasila]
3. 10 Juli 1945
Panitia Kecil BPUPKI berhasil merumuskan dasar negara danmembahas perumusan UUD
4. 11 Juli 1945
Panitia perancang UUD sepakat menjadikan Piagam Jakarta sebagai Pembukaan UUD
5. Tanggal 14 Juli 1945, Panitia Kecil BPUPKI, dipimpin Supomo melaporkan hasil Panitia Perancang UUD yang terdiri dari pernyataan kemerdekaan, pembukaan UUD, dan batang tubuh.
Bab III. Penutup
A. Kesimpulan
Beberapa negara pernah menjajah Indonesia sangat lama hingga berabad-abad, Namun ada juga yang hanya menjajah selama beberapa tahun. Pemerintah penjajah kadang juga berjasa dalam pembangunan beberapa fasilitas umum seperti jalan, jembatan, perkebunan, rel kereta api, saluran irigrasi, dan beberapa fasilitas lain. Namun penjajahan tetap saja harus dihentikan karena menimbulkan penderitaan bagi negara yang dijajah, namun di lain pihak negara yang menjajah akan semakin makmur.
B. Saran
Dalam makalah ini, penulis berharap supaya kita sebagai bangsa Indonesia dapat memehami peristiwa sejarah mengenai Penjajahan Jepang di Indonesia. Selain itu agar kita tetap menjaga dan melestarikan sumber kekayaan alam seperti rempah-rembah dan yang lainya, yang mana dahulu bangsa Jepang memonopilinya
Jepang merupakan negara maju diberbagai bidang kehidupan seperti : politik, ekonomi, sosial, budaya, teknologi, dll. Kemajuan-kemajuan yang dimiliki Jepang tentu saja mempengaruhi sarana dan prsarana serta kualitas pendidikan yang ada di negara tersebut. Sejarah membuktikan bahwa pendidikan di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Yunani, Jerman, serta negara-negara maju lainnya membangun kemajuan bangsa dengan memprioritaskan pendidikan yang ada di negaranya dimana negara berupaya mencerdaskan kehidupan bangsa serta menghargai terhadap setiap perkembangan ilmu pengetahuan.
Bagi negara Jepang pendidikan merupakan alat yang berperan sangat penting guna meningkatkan Sumber Daya Manusia. Dimana kualitas pendidikan harus terus ditingkatkan karena mampu menentukan kualitas Sumber Daya Manusia pada suatu negara itu sendiri. Pendidikan diharapkan mampu mengembangkan kemampuan dan watak setiap individu di tengah peradaban bangsa. Jepang dianggap unggul dalam memajukan pendidikan yang ada di negaranya dimana Jepang terpilih sebagai negara dengan kualitas dan sistem pendidikan terbaik se-Asia dan tercatat sejak tahun 1970 negara Matahari Terbit ini mampu mengemban setiap tujuan-tujuan pendidikan yang telah dicanangkannya hanya dalam kurun waktu 25 tahun.
Berbagai keunggulan pendidikan di negara Jepang seperti pada jurusan : kedokteran, teknologi, sastra, dan seni serta masih banyak lagi merupakan keberhasilan sistem pendidikan Jepang yang secara gemilang telah mampu menjawab berbagai permasalahan mengenai Sumber Daya Manusia yang di butuhkan diberbagai bidang lapangan pekerjaan.
Bahkan negara Jepang mampu meminimalisir tingkat pengangguran yang faktanya di setiap negara selalu meningkat jumlahnya. Kreativitas para lulusan-lulusan pendidikan Jepang diakui secara internasional sebagai contoh : keberhasilan dibidang otomotif yaitu Honda, Suzuki, yang selalu mampu menginovasi produk-produknya dalam kurun waktu yang singkat. Selain menghasilkan tenaga kerja buruh negara ini juga mampu menghasilkan tenaga-tenaga ahli yang mampu mengembangkan riset-riset terbaru secara terus menerus.
Dari rangkuman diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa negara Jepang mampu menjadi negara yang unggul di berbagai bidang seperti : politik, ekonomi, sosial, budaya, teknologi, dll. Karena memiliki Sumber Daya Manusia yang berkualitas dan hal tersebut dapat terwujud apabila adanya kesadaran antara pemerintah dan warga masyarakat untuk memprioritaskan pendidikan guna mempersiapkan diri dalam tantangan lapangan pekerjaan, masa depan, serta kamajuan zaman yang kian menuntut keahlian setiap individunya. Budaya disiplin dan kerja keras orang Jepang turut berperan serta dalam pencapaian kesuksesan negara tersebut. Nilai-nilai positif dari negara Jepang patut kita terapkan dalam menyongsong kesuksesan dan kemajuan pada negara yang sedang berkembang seperti negara kita.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, tim penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai metode-metode dan sistem pendidikan yang diterapkan di negara Jepang guna sebagai penambah informasi dan wawasan sehingga kita dapat membandingkan sistem pendidikan di negara kita dengan sistem pendidikan yang ada di negara tersebut
B. Tujuan Penulisan
Sebagai bahan perbandingan dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan dan Sumber Daya Manusia di negara kita.
Untuk menambah wawasan pengetahuan tentang pendidikan formal, tujuan pendidikan, serta kurikulum yang diterapkan di negara Jepang.
Untuk memberikan masukin positif bagi dosen, mahasiswa, tenaga pendidikan dalam peningkatan mutu pendidikan.
Agar pembaca dapat memetik nilai-nilai postif masyarakat Jepang seperti : budaya kerja keras, disiplin waktu, dll. Dari negara tersebut untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
C. Manfaat Penulisan
Agar pembaca dapat memahami dengan jelas bagaimana sistem pendidikan yang ada di negara Jepang.
Agar penulis juga dapat menerangkan dengan jelas Sitem Pendidikan Jepang sehingga pembaca dapat membaca makalah sistem Pendidikan yang ada di negara Jepang.
Pembaca dan penulis dapat saling memahami dan mengerti bagaimana dengan sistem Pendidikan di negara Jepang sehingga terdapatlah pengetahuan yang lebih lagi dengan membaca makalah ini.
Bab II. Pembahasan
A. Pengertian Sistem Pendidikan
Sistem adalah merupakan jumlah keseluruhan dari bagian-bagian yang saling bekerja sama untuk mencapai hasil yang di harapkan berdasarkan atas kebutuhan yang telah di tentukan. Setiap sistem pasti mempuyai tujuan, dan semua kegiatan yang dari semua komponen diarahkan untuk mencapai tujuan tersebut. Adapun pendidikan di Indonesia adalah merupakan proses pendidikan dalam arti sebuah sistem, yang disebut degan sistem pendidikan. Secara teoritis suatu sistem pendidikan, terdiri dari komponen-komponen atau bagian-bagian yang menjadi inti dari proses pendidikan. Bagian-bagian tersebut adalah terdiri dari:
Tujuan atau cita-cita pendidikan, yang berfungsi untuk memberikan arah terhadap semua kegiatan dalam semua proses pendidikan.
Peserta didik, yang berfungsi sebagai obyek yang sekaligus sebagai subyek pendidikan.
Pendidik yang berfungsi sebagai pembimbing, pengarah untuk menumbuhkan aktifitas peserta didik.
Alat pendidikan maksudnya dalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berfungsi untuk mempermudah atau mempercepat tercapainya tujuan pendidikan.
Lingkungan, yang berfungsi sebagai wadah atau lapangan terlaksanaanya proses pendidikan karena tanpa adanya lingkungan , pendidikan tak dapat berlangsung.
B. Sejarah Pendidikan Jepang
Pendidikan formal mulai diadopsi dari kebudayaan Cina pada abad ke-6. Pelajaran yang diajarkan pada waktu itu adalah agama Buddha, Konfusianisme, Ilmu pengetahuan, Kaligrafi, Sastra. Selama pemerintahan Kamakura sering terjadi huru-hara sehingga masa ini merupakan masa kosongnya kebudayaan dan pendidikan. Kebudayaan yang didirikan oleh rakyat biasa mulai tumbuh. Sekolah-sekolah di Kyoto mengalami kehancuran, sedangkan di daerah Kanto berdiri sebuah perpustakaan dan sekolah bernama Ashikaga yang ditompang oleh kekuatan oleh kekuatan prajurit. Pada masa ini agama Buddha masih dikembangkan sehingga muncul Sekte-sekte agama Buddha dan banyak pendidikan yang diselenggarakan di kuil.
Sekolah Kristen mulai didirikan pada abad ke-16 oleh Fransiskus Xaverius seorang misionaris dari Portugal. Dia membawa hasil-hasil peradaban Eropa pada zaman itu diantaranya alat musik. Di dalam sekolah Kristen ini orang Jepang diperkenalkan pada ilmu perbitangan, Ilmu bumi, dan Kedokteran Eropa. Selain itu, para misionaris dari Portugis banyak yang mendirikan sekolah-sekolah pada pemuda Jepang diantaranya sekolah SD di Kyushu, SMP di Kyushu dan Nagoya, sekolah yang mengajarkan Matematika dan Ilmu di Kyoto. Mata pelajaran yang diajarkan di sekolah-sekolah tersebut diantaranya bahasa latin, bahasa Portugis, Musik barat, Melukis, Memahat, dan sebagainya. Selain mata pelajaran tersebut ada juga pelajaran bahasa dan sejarah Jepang untuk menarik minat para pemuda-pemuda Jepang. Tetapi, sekolah-sekolah ini lenyap pada abad ke-17 disebabkan oleh penindasan besar-besaran kepada agama Nasrani oleh Shogun Tokugawa.
Pada jaman Edo yaitu kira-kira pertengahan abad ke-18, pemerintahan memperluas perlindungan terhadap sekolah swasta yang didirikan oleh Hayashi Razan. Lembaga ini menjadi sebuah lembaga yang diawasi langsung oleh pemerintah Shogun dan diberi nama Shoheizaka Yakumonzo. Sepanjang waktu berjalan sekolah-sekolah swasta diberi perlindungan sampai perkembangan menjadi kira-kira 200 buah. Pada masa ini berkembang sekolah-sekolah yang didirikan di kuil-kuil yang disebut dengan terakoya.
Pada zaman meiji, sistem pendidikan sekolah modern jepang berkembang amat pesat. Sekolah-sekolah yang sudah ada diperluas dan jumlah Terakoya juga bertambah. Lembaga-lembaga pendidikan swasta kecil menjadi banyak diantaranya Universitas Keio di Tokyo yang masih bertahan sampai sekarang. Universitas Jepang modern yang pertama didirikan oleh pemerintah pada tahun 1887 adalah Todai ( singkatan dari Tokyo Daigaku atau Universitas Tokyo) mengikuti pola system sekolah Prancis. Pada zaman ini Jepang dibagi menjadi 8 ( delapan) daerah akademik.
Jepang mengalami beberapa pembaruan dalam system pendidkan (Kyoiku kaikaku) pada tahun 1946. Pembaruan tersebut diantaranya :
Pendidikan wajib atau gimu kyoiku yang pada tahun 1900 adalah 4 (empat) tahun kemudian pada tahun 1907 berubah menjadi 6 (enam) tahun dan setelah reformasi pendidikan selanjutnya menjadi 9 (sembilan) tahun.
Waktu belajar disekolah menengah dan atas yang masing-masing menjadi 3 (tiga) tahun.
Diselenggarakannya sekolah dengan jenjang yang lebih atas yaitu perguruan tinggi pada tahun 1948.
Berlakunya sistem belajar 5 (lima) hari untuk SD s/d SMA. Hal ini ditujukan untuk memberikan kesempatan bagi siswa untuk mendapatkan pengalaman di masyarakat atau untuk lebih bersosialisasi dengan orang-orang di sekitarnya.
C. Sistem Pendidikan Jepang
Sistem pendidikan di Jepang dibangun atas empat tingkat, yaitu: pusat, perfektual (antara Provinsi dan Kabupaten), municipal (antara Kabupaten dan Kecamatan), dan sekolah. Sistem administrasi tersebut menerapkan kombinasi antara sentralisasi, desentralisasi, Manajemen Berbasis Sekolah (School Based Management), dan partisipasi masyarakat. Di samping itu, terdapat asosiasi-asosiasi kepala sekolah, guru, murid, dan orang tua yang mendukung pengembangan sekolah. Dalam sistem tersebut terdapat peran dan hubungan antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, seklah, asosiasi-asosiasi tersebut, dan masyarakat yang saling mengisi sehingga tercipta sinergi yang memungkinkan sistem tersebut menjadi relatif efisien dan efektif. Hal ini merupakan faktor utama pencapaian mutu pendidikan di Jepang yang relatif tinggi.
Adapun sistem pendidikan umum di Jepang ditetapkan lebih dari satu abad yang lalu dan keberadaannya berlangsung lebih lama dari pada kebanyakan negara. Sistem pendidikan Jepang pada dasarnya adalah Sekolah Dasar (SD) 6 (enam) tahun, Sekolah Menengah Pertama (SMP) 3 (tiga) tahun, Sekolah Menengah Atas (SMA) 3 (tiga) tahun, Universitas 4 (empat) tahun, dan Lembaga Pendidikan Tinggi 2 (dua) tahun. Wajib belajar adalah dari SD sampai SMP. Untuk masuk SMA dan Universitas pada dasarnya harus mengikuti ujian masuk. Selain sekolah tersebut, ada sekolah kejuruan atau sekolah khusus yang menampung lulusan SD atau SMP. Sekolah ini mengajarkan keterampilan khusus. Di samping beberapa jenjang pendidikan tersebut, di Jepang juga terdapat program pendidikan prasekolah, baik dalam bentuk Taman Kanak-Kanak (TK) maupun Play Group (PG).
Jika dilihat dari pengelola sekolah, dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu Sekolah Negeri adalah sekolah yang dikelola pemerintah, Sekolah provinsi adalah sekolah yang dikelola pemerintah daerah, Sekolah Swasta adalah sekolah yang dikelola badan hukum. Sedangkan apabila dilihat dari tahun ajarannya, seklah dimulai bulan April dan berakhir pada bulan Maret tahun berikutnya
D. Sekolah di Pejang
Pendidikan Jepang mengalami perubahan besar bersamaan dengan revormasi pendidikan stelah perang dunia II diantaranya system pendidikan, isi mata pelajaran yang berbeda sama sekali pada waktu sebelum perang dunia II. System pendidikan di Jepang tidak berbeda dengan system pendidikan di Indonesia yaitu SD 6 tahun, SMP 3 tahun, SMA 3 tahun, dan Perguruan Tinggi 4 tahun. Pada umumnya di Jepang sekolah berdiri dari 3 (tiga) semester dimana semester 1 mulai pada bulan April – Juli, semester 2 mulai pada bulan September – Desember dan semester 3 pada bulan Januari – Maret.
1) Pendidikan Prasekolah
Pendidikan prasekolah dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu Kelompok Bermain (KB) atau Play Group (PG) dan Taman Kanak-Kanak (TK).
Play Group (PG) adalah merupakan fasilitas yang disediakan bagi para orang tua yang bekerja sehingga tidak dapat mengasuh anaknya di siang hari. Pendaftaran murid baru dimulai setiap awal Januari. Permohoman untuk masuk ke PG ini dilakukan di kantor pemerintahan setempat karena terbatasnya jumlah tempat untuk masuk ke kelompok bermain ini.
TK di Jepang menerima murid berusia 3 sampai 5 tahun untuk lama pendidikan 1 sampai 3 tahun. Anak berusia 3 tahun diterima dan mengikuti pendidikan selama 3 tahun, sedangkan anak berusia 4 tahun mengikuti pendidikan selama 2 tahun dan bagi pendaftar berusia 5 tahun hanya menempuh pendidikan prasekolah selama 1 tahun.[1][5] Lebih dari 50% TK di Jepang dikelola oleh swasta, sisanya oleh pemerintah kota dan hanya sebagian kecil yang merupakan TK Negeri. Meski demikian, semua TK adalah pendidikan prasekolah di bawah naungan Departemen Ilmu Pengetahuan Pendidikan dan Kebudayaan yang dikelola berdasarkan hukum pendidikan.
TK atau yang disebut youchien bertujuan untuk mengasuh anak-anak usia dini dan memberikan lingkungan yang layak bagi perkembangan jiwa anak. Untuk mencapai tujuan tersebut, ada beberapa cara yang dilakukan, antara lain: (1) Merancang pendidikan yang mengembangkan fungsi tubuh dan jiwa secara harmoni melalui pembiasaan pola hidup yang sehat, aman, dan menyenangkan; (2) Menumbuhkan semangat kemandirian, kehidupan berkelompok yang penuh kegembiraan dan kerjasama; (3) Mengenalkan kehidupan sosial dan membina kemampuan bersosialisasi; (4) Mengarahkan penggunaan bahasa dengan benar serta menumbuhkan minat berkomunikasi dengan sesama; (5) Mengarahkan minat untuk berkreasi melalui pembelajaran musik, permainan, menggambar dan lain-lain.
2) Sekolah Dasar
Sekolah dasar atau shogakko merupakan sekolah dasar yang diperuntukkan pada masyarakat jepang yang selama masa perang dunia bernama kokumin gakko (sekolah Rakyat). Kemudian beralih nama menjadi shogakko sejak pemerintahan Meijin pada tahun 1947 dalam reformasi pendidikan setelah perang. Lama sekolah di SD Jepang sama dengan SD di Indonesia, yaitu 6 tahun. Dalam satu sekolah dasar terdapat sekitar 30 hingga 40 orang siswa.
Di Jepang, setiap anak yang sudah menginjak usia SD sudah ditentukan dimana dia harus bersekolah berdasarkan alamat tempat tinggalnya disuatu distrik. Dengan kata lain, setiap orang tua tidak boleh menyekolahkan anaknya ke distrik yang lain kecuali untuk sekolah swasta.
Kurikulum sekolah di Jepang mengikuti tiga aspek, yaitu subjects (kamoku), pendidikan moral (dotokukyoiku), dan ekstrakurikuler. Pendidikan moral di Jepang berupa bimbingan dan konseling selama satu jam pelajaran dalam seminggu yang dilakukan oleh guru wali kelas. Tidak ada penilaian atau nilai rapor untuk mata pelajaran ini.
Ekstrakurikuler berupa kegiatan Olahraga, seni, kegiatan OSIS atau Event sekolah. Kurikulum pendidikan sekolah asal di Jepang dan di Indonesia jauh berbeda. Untuk siswa SD kelas 1-3, bobot kegiatan olahraga sangat besar, hamper tiap hari mata pelajaran olahraga diberikan untuk kegiatan akademik berlagsung dari pukul 8 pagi sampai 3 sore dan diselingi istirahat dan makan siang bersama. Dan kebanyakan siswa SD tidak langsung pulang, tetapi mereka mengikuti kegiatan atau aktivitas sekolah atau ekstrakulikuler. Hampir 50% siswa kelas 5 dan 6 pergi ke juku (semacam les) setelah pulang dari sekolah.
WAKTU
KEGIATAN
8.30 – 8.45
Apel pagi
8.45 – 9.30
Kelas pertama
9.40 – 10.25
Kelas kedua
10.45 – 11.30
Kelas Ketiga
11.40 – 12.25
Kelas keempat
12.25 – 13.05
Makan siang
13.05 – 13.25
Istirahat
13.25 – 13.45
Membersihkan Kelas
13.45 – 14.20
Kelas Kelima
14.35 – 15.20
Kelas Keenam
15.20 – 15.30
Pemberian Tugas (PR)
15.30 – 17.00
Kegiatan Ekstrakurikuler
Kegiatan belajar siswa tidak hanya dalam ruangan. Secara berkala diadakan kegiatan kunjungan ke tempat bersejarah, lahan pertanian/perkebunan untuk belajar memetik teh, jeruk, menggali umbi-umbian bahkan belajar menanam padi di sawah. Untuk melatih kemandirian siswa juga diajarkan bagaimana cara naik kereta (densha). Selain itu, diadakan juga kegiatan wawancara kepada orang-orang tertentu sebagai narasumber dan kemudian mereka diberi tugas membuat penelitian-penelitian kecil untuk dipresentasikan di depan kelas.
Akhir semester orang tua siswa diundang ke sekolah untuk bertemu satu-persatu dengan guru kelasnya. Guru kelas memberikan informasi tentang aktivitas belajar anak, meliputi interaksi dengan teman sekelasnya, teman dekatnya, keterampilan mampun kemampuan di sekolah. Selain itu, kegiatan yang disebut “jugyosanka” di mana orang tua siswa diperbolehkan ikut bersama dengan anaknya dalam ruang kelas untuk belajar dan berpartisipasi selama jam pelajaran tertentu.
3) Sekolah Menengah
Sebelum tahun 1947, sistem pendidikan untuk Sekolah Menengah dan Atas di Jepang berkisar selama 5 (lima) tahun untuk Sekolah Menengah dan 2 (dua) tahun untuk Sekolah Atas, tetapi setelah perang tepatnya tahun 1947 berubah menjadi masing-masing 3 tahun. Seperti halnya SD, anak usia SMP pun harus masuk sekolah yang telah disediakan di daerahnya. Hal ini terkait karena untuk SD ataupun SMP negeri di Jepang gratis dan tanpa tes. Siapapun, anak-anak wajib masuk ke Sekolah sampai jenjang SMP (wajib belajar 9 tahun). Selain SMP negeri ada juga SMP swasta yang biasanya iuran sekolahnya sangat mahal dan harus mengikuti tesnya yang lumayan berat.
Kegiatan sekolah dimulai dari pukul 8.50 pagi dan selesai sekitar jam 4 sore setiap harinya. Makan pun biasanya disediakan dalam pihak sekolah. Setiap hari setelah selesai pelajaran para siswa membersihkan ruangan masing-masing bersama-sama dengan guru. Setelah itu, para siswa mengikuti ekstrakurikuler. Mulai dari olahraga (basket, baseball, bola voli, dsb), musik, melukis dan beberapa ekstrakurikuler lainnya. Dan baru pulang kerumah sampai jam 7 – 8 malam. Untuk kegiatan ekstrakurikuler ini ditarik bayaran sesuai dengan kebutuhan. Misalnya, baju seragam olahraga, sepatu, dll.
Mata pelajaran SMP di Jepang dari Bahasa Inggris (eigo), IPS (shakai), IPA (rika), Bahasa Jepang (kokugo), Olahraga (tai iku), Musik (Onggaku), Matematika (Shugaku), Kesenian dan Keterampilan, mulai dari menjahit, memasak, membuat rak buku, dan sebagainya.
Di tingkat SMP dan SMA, terdapat 2 kali ujian, yaitu Ujian Tengah Semester (chuukan tesuto) dan Ujian Akhir Semester (kimatshu tesuto). Di beberapa prefektur Ujian Akhir dilaksanakan serentak selama 3 hari, dengan materi ujian dibuat oleh sekolah berdasarkan standar dari Educational Board di setiap prefektur. Penilaian kelulusan dari setiap siswa SMP dan SMA tidak berdasarkan hasil ujian akhir, tetapi akumulasi dari nilai tes sehari-hari, ekstrakurikuler, Ujian Tengah Semester dan Ujian Akhir Semester. Dengan sistem seperti ini, hampir 100% siswa naik kelas atau dapat lulus.
Siswa lulusan SMP dapat memilih 2 SMA yang diminatinya, tetapi mereka harus mengikuti Ujian masuk SMA yang dibuat oleh Educational Board di setiap prefektur. SMA dikelompokkan dengan pengelompokkan A, B. Pengelompokkan tersebut dibuat dalam proses memilih SMA. Setiap siswa dapat memilih 1 sekolah di kelompok A dan 1 sekolah di kelompok B jika siswa lulus dalam kelompok A, maka secara otomatis dia gugur dari kelompok B.
Dalam memilih SMA, siswa berkonsultasi dengan guru, orang tua atau disediakan lembaga khusus di Educational Board yang bertugas melayani konsultasi dalam memilih Sekolah. Ujian masuk pun hampir serentak di seluruh Jepang dengan bidang studi yang sama, yaitu Bahasa Jepang, Bahasa Inggris, Matematika, Ilmu Sosial, dan Ilmu Pengetahuan Alam. Karena SMA bukan merupakan wajib belajar maka dalam tingkat ini, siswa dapat memilih sekolah di distrik atau di daerah lain.
4) Sekolah Menengah Atas
Siswa SMA di Jepang tidak mengikuti Ujian Kelulusan secara nasional, tetapi mengikuti ujian yang diadakan oleh prefektur tempat di mana sekolah itu berada. Hal tersebut dikarenakan angka Drop Out siswa SMA meningkat di tahun 1990-an sehingga kelulusan hanya berdasarkan dari ujian harian saja.
Untuk masuk Universitas, siswa lulusan SMA diharuskan mengikuti ujian masuk Universitas yang berskala nasional. Ini yang dianggap (jigoku = neraka) oleh sebagian besar siswa SMA. Sebagian dari mereka memilih untuk belajar di Juku (les/bimbingan belajar) untuk dapat lulus dari Ujian masuk Universitas. Ujian masuk PT dilakukan 2 tahap. Pertama secara nasional di mana soal Ujian disusun oleh kementerian Pendidikan dalam mata pelajaran yang diujikan, terdiri dari 5 (lima) mata pelajaran.
Selanjutnya siswa harus mengikuti Ujian Masuk yang dilakukan oleh masing-masing Universitas, tepatnya Ujian Masuk di setiap fakultas. Skor kelulusan adalah akumulasi dari Ujian masuk nasional dan Ujian dari setiap PT. Seperti halnya di Indonesia, Skor hasil SNMPT tidak diumumkan, tetapi jawaban Ujian diberitakan melalui koran, TV atau Internet, sehingga siswa dapat mengira-ngira sendiri berapa total skor yang didapat.
Siswa yang memilih Universitas dengan skor tinggi tetapi skornya tidak memadai, dapat mengacu ke pilihan universitas ke-2. Namun jika skornya tidak mencukupi maka siswa tidak dapat masuk Universitas. Selanjutnya dia dapat mengikuti Ujian Masuk Perguruan Tinggi Swasta/menjalani masa Ronin (menyiapkan diri untuk mengikuti Ujian Masuk di tahun berikutnya ) di yobiko.
Penilaian mutu pendidikan di Jepang, dilakukan dengan menstandarkan Ujian Masuk SMA dan Perguruan Tinggi. Sistem ini dapat berjalan karena pemerintahan di Jepang berusaha maksimal untuk menyamakan kondisi pendidikannya, dalam arti menyediakan infrastruktur yang sama untuk setiap jenjang pendidikan di daerah.
Pendidikan tingkat ini terbagi atas 3 jenis kelas :
A. Full Time : Berlangsung selama 3 tahun penuh, sesuai dengan Sekolah Menengah Atas pada umumnya dan rata-rata siswa Jepang memilih pendidikan Full Time seperti ini. Siswa dituntut harus mengikuti 80 kredit mata pelajaran, siswa kelas satu harus mengikuti mata pelajaran wajib, sedangkan untuk siswa kelas dua dan tiga diperbolehkan memilih 4 mata pelajaran wajib ditambah 14 kredit mata pelajaran sesuai dengan kebutuhannya pada perencanaan karier masa depannya.
B. Part Time : Pendidikan ini diberikan pada waktu malam hari disesuaikan dengan waktu yang dimiliki mahasiswa yang mengikuti kerja part time dan dianggap setara dengan Diploma dan memakan waktu lebih dari 3 tahun. Jenis pendidikan ini hanya berlaku di universitas pada kelas-kelas karyawan seperti di Indonesia. Part Time pada pendidikan Jepang terbagi menjadi dua kelas yaitu:
Daytime Part Time Course : Siswa dinyatakan lulus apabila telah mengambil mata kuliah sebanyak 74 kredit. Dalam menempuh pendidikan tersebut siswa dapat menghabiskan waktu selama empat hingga 6 tahun dibangku sekolah, mata pelajaran yang ditawarkan berupa mata pelajaran berupa pilihan dengan sistem belajar menyerupai pola pembelajaran di universitas dimana siswa tersebut menentukan sendiri mata pelajaran yang akan diambil pada setiap semesternya. Sehingga jenis pendidikan ini dapat dikatakan setara dengan Diploma.
Evening Part Time Course : Siswa dinyatakan lulus apabila telah menempuh 74 kredit mata pelajaran sama seperti pendidikan Daytime Part Time Course dengan lama waktu pendidikan sekitar tiga hingga 4 tahun. Jenis pendidikan ini diperuntukan bagi siswa yang bekerja pada siang hari sehingga siswa dapat mengambil kelas pada waktu sore ataupun malam disesuaikan dengan waktu kerjanya.
C. Correspondence : Jenis pendidikan ini merupakan kombinasi antara Full Time dan Part Time dengan menawarkan cara pembelajaran yang khas yaitu siswa tidak perlu setiap hari menghadiri pelajaran dikelas dan cukup hadir tiga kali dalam satu bulan dengan kredit yang harus dikumpulkan sebanyak 74 kredit, course ini juga diperuntukan bagi siswa yang hanya ingin sekedar belajar dan meningkatkan pengetahuan tanpa berniat untuk mendapatkan ijazah atau kelulusan. Rata-rata yang mengambil course ini siswa-siswa yang berusia sekitar 15-30 tahun.
Tugas siswa pada course ini lebih ditingkatkan pada pembelajaran sendiri dirumah. Siswa diberikan tugas-tugas yang diselesaikan dirumah berdasarkan buku panduan, dengan tetap mengikuti ujian pada tiap-tiap semester. Tugas membuat laporan menentukan nilai siswa tersebut dan tugas dikirimkan melalui pos ke sekolah dan guru akan segera menilai hasil pekerjaan yang dibuat oleh siswa-siswanya. Setelah pemeriksaan guru akan mengirim balik hasil tugas tersebut disertai dengan penilaian. Untuk mendaftar pada jenis pendidikan ini setiap calon siswa harus mengikuti tes.
Jurusan pada SMA di Jepang dikategorikan kedalam beberapa jenis yaitu jurusan umum (akademis), pertanian, teknik, perdagangan, perikanan, ekonomi, dan perawatan. Semua jursan tersebut disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku di negara tersebut.
5) Perguruan Tinggi
Pada zaman sebelum perang dunia II, jumlah perguruan tinggi di Jepang sangat sedikit dan yang mengikuti pendidikannya pun terbatas hanya dari golongan elit saja. Tetapi setelah tahun 1960, banyak orang Jepang yang melanjutkan pendidikannya ke Perguruan Tinggi sehingga perguruan tinggi pada waktu itu menjadi sesuatu yang lumrah. Bersamaan dengan itu, jumlah perguruan tinggi pun bertambah dengan pesat tanpa memperhatikan fasilitas ataupun kondisi sehingga banyak perguruan tinggi yang fasilitasnya tidak mencukupi atau perguruan tinggi yang sempit. Selain itu, biaya pun lebih mahal dibandingkan dengan negara-negara lain.
Kebanyakan orang bilang bahwa Universitas di Jepang sulit masuknya, tetapi mudah lulusnya. Hal ini disebabkan karena tingkat persaingan untuk masuk ke Universitas yang diharapkan, biasanya merupakan Universitas ternama yang sangat sulit. Masyarakat Jepang dikenal dengan sebutan gakurekishakai di mana masyarakatnya memiliki pola pikir apabila masuk ke sekolah-sekolah terbaik maka masa depan mereka cerah karena akan dapat bekerja di perusahaan yang bagus. Inilah yang menyebabkan setiap orang Jepang mengharapkan dan menginginkan masuk ke sekolah ternama. Inilah yang menyebabkan persaingan untuk masuk ke Universitas ternama sangat sulit.
Lulus dari sebuah perguruan tinggi di Jepang dapat dibilang mudah, karena tanpa susah payah SKS yang diperlukan untuk lulus dapat diperoleh. Sehingga muncullah sebutan-sebutan untuk Universitas di Jepang misalnya jinsei no ichidai kyuukeijo (tempat beristirahat sekali dalam seumur hidup), jinsei no moratoriamu (moratorium dalam hidup), rela-rando/resort land (tempat rekreasi), shuushoku e no tsuukaten (tempat peralihan sebelum masuk ke dalam masyarakat), dan sebagainya.
Seperti di Indonesia, perguruan tinggi di Jepang terdiri dari perguruan tinggi negeri dan swasta. Perguruan tinggi swasta lebih banyak dibanding perguruan tinggi negeri. Hampir sekitas 75% perguruan tinggi yang ada di Jepang merupakan perguruan tinggi swasta. Tetapi bantuan dari pemerintah terhadap perguruan tinggi swasta tahun demi tahun berkurang. Oleh karena itu perguruan tinggi swasta menaikkan biaya kuliah dan melaksanakan usaha-usaha yang bisa mendatangkan keuntungan.
Pada tahun 2002, dari 99 PTN yang ada, turun menjadi 60. Tetapi karena berkembangnya tanki daigaku (D2) menjadi S1 dan juga bertambahnya perguruan tunggu baru maka pada tahun 2005 jumlah perguruan tinggi di Jepang mencapai 702 perguruan tinggi. Penduduk Jepang yang berusia 18 tahun terus mengalami penurunan dari 2.050.000 pada tahun 1991 menjadi 1.370.000 pada tahun 2005 akibatnya ada beberapa perguruan tinggi yang mengalami kebangkrutan.
Sekarang ini warga Jepang yang melanjutkan ke perguruan tinggi kita-kita 49%, kira-kira satu dari dua orang anak melanjutkan ke perguruan tinggi. Persentase ini 30% lebih tinggi dibandingkan masa orang tua mereka. Ini dikarenakan jumlah anak dalam satu keluarga Jepang sedikit sehingga orang tua leluasa membiayai mereka sampai ke perguruan tinggi. Di samping itu karena krisis moneter maka jumlah lulusan SMA yang bekerja menurun dan selain itu kesadaran akan pentingnya meneruskan ke perguruan tinggi pun semakin tinggi.
Ada tiga jenis pendidikan pada Perguruan Tinggi Jepang :
A. Universitas
Pada universitas terdapat pendidikan untuk menempuh gelar sarjana S1 bergelar Bachelor’s Degree ditempuh selama 4 tahun (untuk mahasiswa kedokteran dan dokter gigi menempuh pendidikan selama 6 tahun) dan Pascasarjana S2 Master’s Degree ditempuh selama 2 tahun dan S3 Doctor’s Degree ditempuh selama 5 tahun.
B. Junior College
Membutuhkan waktu sekitar tiga hingga 4 tahun masa pendidikan bagi para lulusan SMA. Junior College cukup memenuhi setengah dari kredit yang harus ditempuh Bachelor’s Degree. Calon-calon mahasiswa Universitas dan Junior College dipilih berdasarkan hasil ujian serta prestasi calon-calon mahasiswa ketika berada di SMA. Untuk universitas negri calon-calon mahasiswa dipilih berdasarkan dua tahap penyeleksian yaitu tes gabungan kecakapan dan ujian masuk universitas sebagai tahap akhir penyeleksian.
C. Technical College
Dapat diambil bagi calon mahasiswa yang tamat pendidikan SMP. Technical College menghasilkan lulusan-lulusan tenaga teknisi.
Bagi mahasiswa asing disajikan lima jenis pemilihan pendidikan yaitu :
Program Sarjana : Ditempuh selama 4 tahun seperti pendidikan pada universitas reguler umumnya sedangkan jurusan kedokteran harus menempuh pendidikan selama 6 tahun.
Pascasarjana : Terdiri atas program Master, Doktor, Mahasiswa Peneliti (mahasiswa yang diizinkan selama satu semester ataupun 1 tahun melakukan penelitian tanpa memperoleh gelar), Mahasiswa Pendengar, dan Pengumpul Kredit mata kuliah.
Diploma : Menempuh pendidikan selama 2 tahun. 60% dari program ini diperuntukkan bagi pelajar perempuan dan mengajarkan bidang-bidang seperti kesejahteraan keluarga, sastra, bahasa, kependidikan, kesehatan, dan kesejahteraan.
Special Training Academy : Merupakan lembaga pendidikan yang mengajarkan bidang-bidang khusus seperti ketrampilan dalam membuka usaha dan berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dengan lama pendidikan 1-3 tahun.
Sekolah Kejuruan : Program khusus bagi tamatan SMP dengan masa pendidikan 5 tahun dengan tujuan menghasilkan teknisi-teknisi yang handal dan mau mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan tuntutan zaman.
2.4 LEMBAGA PENGELOLA
Pendidikan di Jepang dipegang tiga lembaga pengelolaan yaitu :
Pemerintah Pusat
Pemerintah Daerah
Swasta.
Dengan sistem admistrasi pendidikan dibangun atas empat tingkatan yaitu :
Sistem administrasi pusat
Sistem administrasi prefectural (Provinsi dan Kabupaten)
Sistem administrasi municipal (Kabupaten dan Kecamatan)
Sistem administrasi sekolah.
Masing-masing sistem administrasi tersebut memiliki tingkatan dan perananya dan kewenangannya masing-masing untuk saling mengisi dan berkerjasama dalam mengatur setiap sistem administrasi pada pendidikan Jepang. Di samping itu terjalin kohesi yang baik antara pemerintah, kepala sekolah, guru, murid dan orang tua sehingga dukungan terhadap perkembangan dan kemajuan pendidikan berlangsung dengan baik.
Selain itu bisa dikatakan bahwa sistem pendidikan pada negara Jepang memiliki kemiripan pada sistem pendidikan di negara kita dimana jenjang pendidikannya melalui 4 tahap secara umum yaitu 6-3-3-4 artinya siswa harus melewati 6 tahun untuk tahap pendidikan dasar, 3 tahun Sekolah Menengah Pertama, 3 tahun Sekolah Menengah Atas, 4 tahun Perguruan Tinggi. Hal tersebut dikarenakan karena negara kita merupakan negara bekas jajahan Jepang sehingga sebagian sistem pendidikan negara Jepang masih diterapkan di negara kita dengan sedikit perubahan dimana negara kita lebih memfokuskan pada pelajaran logika dan penilaian hasil akhir semester sebagai penentu kelulusan siswa sedangkan di negara Jepang lebih difokuskan pada pengembangan watak kepribadian dalam kaitannya terhadap kehidupan sehari-hari dan penilaian ditentukan oleh guru/dosen kelas dengan melihat kinerja belajar siswa sehari-hari sebagai penentu kelulusan.
2.5 KURIKULUM DAN KEBIJAKAN PENDIDIKAN DI JEPANG
Pembuatan kurikulum pendidikan Jepang juaga diawasi oleh The Board of Education yang terdapat pada tingkat perfectur dan munipal. Karena kedua lembaga ini masih terkait erat dengan MEXT, maka pengembangan kurikulum Jepang masih sangat kental sifat sentralistiknya. Namun rekomendasi yang dikeluarkan oleh Central Council for Education (chuuou shingi kyouiku kai) pada tahun 1997 memungkinkan sekolah berperan lebih banyak dalam pengembangan kurikulum di masa mendatang. Beberapa hal berikut harus diperhatikan ketika sekolah menyusun kurikulumnya :
Mengacu kepada standar kurikulum nasional
Mengutamakan keharmonisan pertumbuhan jasmani dan rohani siswa
Menyesuaikan dengan lingkungan sekitar
Memperhatikan step perkembangan siswa
Memperhatikan karakteristik course pendidikan/jurusan pada level SMA.
Secara garis besar penyusunan kurikulum sekolah adalah sebagai berikut :
Menetapkan tujuan sekolah
Mempelajari standar kurikulum, dan korelasinya dengan tujuan sekolah
menyusun course wajib dan pilihan untuk SMP dan SMA
Mengalokasikan hari efektif sekolah dan jam belajar.
Sementara aturan pendidikan yang ada di negara Jepang terbagi atas dua periode yaitu periode sebelum Perang Dunia II dan periode setelah Perang Dunia II dimana kedua periode tersebut memiliki butir-butir perbedaan mengenai kebijakan yang diterapkan dalam pendidikan Jepang.
Sebelum Perang Dunia ke II diberlakukan kebijakan pendidikan yang terangkum dalam salinan Naskah Kekaisaran mengenai pendidikan atau yang disebut dengan Imperial Rescript on Education. Dimana pada zaman dahulu para kaisar telah dididik berbasis nilai yang luas dan kekal, serta menanam nilai-nilai positif secara mendalam dan kokoh dalam pribadi setiap kaisar. Materi yang diajarkan pada zaman dahulu lebih cendrung mengarah pada kesetiaan dan kepatuhan dari generasi kegenerasi dengan tetap menerapkan estetika.
Nilai-nilai positif dari para kaisar di Jepang inilah yang diterapkan pada pendidikan yang ada di negara tersebut. Dimana setiap individu harus mampu menjalin hubungan yang harmonis, mencurahkan kasih sayang terhadap orang-orang di sekelilingnya, kesetiaan, dan kepatuhan kepada orang tua, suami, istri, sahabat, menjadi diri sendiri yang moderat dan sederhana, serta menuntut ilmu sedalam mungkin dan diimbangi dengan jiwa seni.
Setelah berakhirnya Perang Dunia ke II yaitu pada tanggal 3 November 1946, kebijakan pendidikan Jepang mulai dirubah berbasis Hak Asasi Manusia, kebebasan hati nurani, jaminan setiap individu untuk mengembangkan kebebasan berfikir, kebebasan akademik dimana setiap individu memperoleh hak untuk mendapatkan pendidikan sesuai dengan kemampuannya.
Maret 1947, Peraturan Pendidikan Nasional Jepang(School Education Law) menentapkan susunan pendidikan dasar pendidikan yang keseluruhannya terdiri atas 6-3-3-4. Yang artinya tahap-tahap pendidikan Jepang terdiri atas empat tahapan yang memiliki tujuan, visi, misi, yang khusus pada setiap jenjang tahapannya.
2.6 REFORMASI PENDIDIKAN JEPANG
Menurut Hara Kiyoharu (2007), reformasi pendidikan di Jepang telah berlangsung tiga kali yaitu, reformasi pada masa restorasi Meiji, reformasi sesudah PD II, dan reformasi menuju abad 21.
Reformasi pertama pada masa Meiji (1872-1890) membawa pendidikan di Jepang memasuki masa modern dengan diterapkannya sistem persekolahan yang terstruktur dan kesempatan luas bagi warganegara untuk mengakses pendidikan. Tetapi pendidikan pada masa ini masih terkotak-kotak antara pendidikan elitis dan pendidikan orang kebanyakan. Selanjutnya pada era Taishō (1912-1926) diperkenalkan pula pendidikan liberal yang dipengaruhi oleh paham liberalism yang berkembang di Amerika.
Reformasi sesudah perang intinya adalah penerapan wajib belajar dan penerapan pendidikan demokratis. Dengan adanya pembaharuan ini, jumlah siswa yang dapat mengakses pendidikan dasar meningkat dan pendidikan telah berubah dari pendidikan elit menuju pendidikan massal.
Reformasi ketiga dirancang oleh Chuuoukyouikusingikai dan Rinjikyouikusingikai, yaitu Tim Khusus yang ditunjuk oleh Perdana Menteri untuk membantu mencarikan pemecahan permasalahan pendidikan yang akan diusulkan kepada PM dan diterapkan oleh Menteri Pendidikan. Tahun 2001 Kementrian Pendidikan Jepang mengeluarkan rencana reformasi pendidikan di Jepang yang disebut sebagai “Rainbow Plan”.
Mengembangkan kemampuan dasar scholastic siswa dalam model pembelajaran yang menyenangkan. Ada 3 pokok arahan yaitu, pengembangan kelas kecil terdiri dari 20 anak per kelas, pemanfaatan IT dalam proses belajar mengajar, dan pelaksanaan evaluasi belajar secara nasional
Mendorong pengembangan kepribadian siswa menjadi pribadi yang hangat dan terbuka melalui aktifnya siswa dalam kegiatan kemasyarakatan, juga perbaikan mutu pembelajaran moral di sekolah
Mengembangkan lingkungan belajar yang menyenangkan dan jauh dari tekanan, diantaranya dengan kegiatan ekstra kurikuler olah raga, seni, dan sosial lainnya
Menjadikan sekolah sebagai lembaga yang dapat dipercaya oleh orang tua dan masyarakat. Tujuan ini dicapai dengan menerapkan sistem evaluasi sekolah secara mandiri, dan evaluasi sekolah oleh pihak luar, pembentukan school councillor, komite sekolah yang beranggotakan orang tua, dan pengembangan sekolah berdasarkan keadaan dan permintaan masyarakat setempat.
Melatih guru untuk menjadi tenaga professional, salah satunya dengan pemberlakuan evaluasi guru, pemberian penghargaan dan bonus kepada guru yang berprestasi, juga pembentukan suasana kerja yang kondusif untuk meningkatkan etos kerja guru, dan pelatihan bagi guru yang kurang cakap di bidangnya.
Pengembangan universitas bertaraf internasional
Pembentukan filosofi pendidikan yang sesuai untuk menyongsong abad baru, melalui reformasi konstitusi pendidikan kyouiku kihon hou) (MEXT, 2006).
Perubahan Jepang menjadi negara industri membawa dampak yang sangat besar dalam masyarakatnya. Negara Jepang yang mengalami kekalahan dalam PD II dan pada dasarnya tidak memiliki sumber daya alam yang memadai terpacu untuk membangun negerinya secara besar-besaran. Dapat dikatakan bahwa generasi kunci kemajuan Jepang adalah generasi yang lahir pada masa perang, atau kira-kira berumur 25-30 tahunan pada tahun 60-70an. Mereka mewarisi jiwa gambarism pendahulunya yang sukses menaklukkan beberapa negara di Asia.
Era 60-an ditandai pula sebagai era shinkansen, transportasi super cepat. Rel-rel dibangun melintasi wilayah Jepang sekalipun pada waktu itu banyak sekali protes dari masyarakat. Tetapi proyek shinkansen akhirnya membawa kemajuan ekonomi Jepang semakin pesat, sekaligus meningkatnya kompetisi dalam masyarakat Jepang yang semula dikenal sangat homogen.
2.7 MASALAH DALAM PENDIDIKAN JEPANG
Setelah perang dunia, perekonomian Jepang tumbuh dengan pesat dan pendidikan di Jepang pun mulai menjadi sorotan dunia. Tetapi setelah tahun 1980 masalah pendidikan seperti kekerasan di lingkungan sekolah (konai boryoku), berhenti sekolah (futoko), ijime, gakkyuuhokai, dan kejahatan yang dilakukan oleh anak-anak menjadi masalah sosial yang sangat serius.
a. Gakkyu Hokai
Yang dimaksud dengan gakkyu Hokai bukan kondisi di mana siswa berlalu jalan-jalan ke sana ke sini ketika kuliah berjalan sehingga kuliah tidak berjalan, tetapi kondisi kelas yang tidak tertib yang disebabkan oleh hubungan kepercayaan antara siswa dan guru yang tidak begitu baik.
Meningkatnya kasus bullying (ijime), bunuh diri, Drop Out di sekolah-sekolah, menyebabkan kepercayaan kepada guru merosot tajam. Berdasarkan hasil survei dan evaluasi kementerian pendidikan (MEXT) diketahui bahwa sebagian besar guru non-profesional adalah guru-guru senior, sekitar 40-50 tahun ke atas.
Karena tingginya angka ketidakprofesionalan di kalangan guru senir, maka dirancanglah sebuah kebijakan yang bermaksud memperbaiki ketidakmampuan tersebut. Kebijakan yang dikenal sebagai shinmenkyo seido (new license system) yang mewajibkan guru untuk mengikuti sejumlah pelatihan yang diadakan dan dibiayai oleh MEXT atau The Board of Education di tingkat daerah setiap 10 tahun sekali.
Salah satu kebijakan lain yang berkaitan dengan profesionalisme guru adalah keinginan pemerintah Jepang untuk membuat semakin banyak guru memiliki Master Degree. Saat ini terdapat 1.4% guru SD bergelar Master, 2.7% guru SMP, dan 10.6% guru SMA memiliki gelar Master.
Program-program baru dibuka di Universitas untuk memfalisitasi rencana ini, dengan membuka kelas malam yang memungkinkan para guru untuk tetap aktif mengajar di sekolah masing-masing juga berkesempatan untuk mengikuti perkuliahan di Universitas. Beberapa guru dikirim atas biaya pemerintah daerah, namun sebagian besar guru belajar atau inisiatif pribadi.
b. Futoko
Meskipun pendidikan Jepang adalah wajib sampai kelas sembilan (SMP), ada siswa yang tidak mau atau tidak bisa pergi ke sekolah sehingga mereka absen di sekolah dalam waktu yang lama, kondisi inilah yang disebut Futoko. Pada umumnya yang menjadi penyebab diantaranya faktor fisik seperti penyakit, ijime (kekerasan yang dilakukan oleh siswa lain), dan isu-isu pendidikan lainnya seperti kegagalan akademis dan menurunnya daya tarik dari sekolah.
c. Ijime
Ijime merupakan suatu tindakan penganiayaan secara mental bahkan fisik kepada seseorang, biasanya banyak terjadi di SD. Siswa yang di ijime biasanya akan kehilangan kepercayaan diri, enggan pergi ke sekolah, karena diasingkan oleh teman-temannya, bahkan lebih parah lagi dia akan nekat melakukan bunuh diri. Siswa yang paling mudah untuk di ijime biasanya mereka yang dianggap berbeda di antara teman-temannya, seperti pemalu dan pendiam atau secara fisik terlihat berbeda, misalnya anak orang asing atau bahkan anak keturunan asing.
Kasus ijime di Jepang menjadi masalah serius karena efek dari penganiayaan psikis ini seperti mengolok-olok, mencemooh, diasingkan sendiri, bisa berakibat trauma, dan paranoid dalam skala yang berkepanjangan dan tiada akhir, kasus bagi siswa yang terkena ijime ini biasanya tidak berpikir panjang dan banyak yang memilih untuk bunuh diri.
2.8 ANAK BERBAKAT DI JEPANG
Di Jepang, pada masa Tokugawa (1604), anak-anak desa yang miskin diberikan pelajaran untuk mampu bersikap setia, patuh, rendah hati, dan tekun. Anak-anak samurai dididik dengan mata pelajaran di bidang Konfusius klasik, seni sejarah, komposisi, kaligrafi, nilai, moral dan etika. Anak dari masyarakat kebanyakan yang berbakat dan anak samurai yang berbakat memperoleh pendidikan khusus yang sama.
Setelah perang dunia kedua, pendidikan di Jepang direformasi. Pendidikan anak berbakat menjadi hal yang tabu, dan tidak ada program pemerintah yang khusus untuk memunculkan anak berbakat. Perlakuan khusus seperti meloncat kelas di Jepang jarang ditemukan. Kelas khusus untuk anak berbakat juga tidak ada sama sekali. Pada umumnya, orang tua dan guru tidak setuju adanya perlakuan khusus bagi anak berbakat. Mereka melihat hal ini merupakan tindakan yang tidak adil bagi anak-anak lain karena filsafat egaliter yang mereka anut. Guru juga tidak menyukai adanya anak berbakat di kelas yang mereka ajar. Guru lbih menyenangi murid yang bekerja keras dan tekun.
Jepang terkenal dengan derajat keunggulan suatu SMA sesuai dengan jumlah anak murid dari SMA tersebut yang dapat diterima di Universitas yang bagus di Jepang. Sementara itu, SMA swasta di Jepang lebih memberikan perhatian pada perbedaan individual dan pengembangan program yang mendukung keberbakatan. Dalam dua dekade terakhir, kementerian pendidikan Jepang telat mengenalkan beberapa kurikulum yang fleksibel pada SMA. Kursus-kursus akademik dikurangi sehingga murid-murid dapat lebih mengejar minat mereka sendiri.
Pada tahun-tahun sekarang ini, pendidikan anak berbakat telah berubah dan diterapkan di negara Jepang, Jepang telah mengunakan “Sistem Nasional Pendidikan Universal” untuk mengidentifikasi anak berbakat. Cara yang dilakukan adalah dengan sistem kompetisi yang amat ketat untuk memasuki lembaga – lembaga yang prestisius. Disamping itu pelayanan anak berbakat dilakukan melalui kegiatan ekstra kurikuler dan pengelompokan.
2.9 HUBUNGAN INTERNASIONAL PENDIDIKAN DI JEPANG
Pendidikan umum di Jepang tentang dunia internasional itu sangatlah minim dimana mereka tidak diajarkan bahasa asing yang benar sesuai standar, peta dunia, sejarah dunia, politik, ekonomi, dsb. Pendidikan mereka hanya berpusat di Jepang saja. Kalau pun orang Jepang mengetahui tentang dunia luar, itu hanya orang yg sering keluar negeri, kuliah bahasa asing/internasional, yg jumlahnya sedikit. Sejarah mereka pun ada yg tidak sebenarnya (ditutup-tutupi). Contohnya mereka tidak mengetahui kalau mereka pernah menjajah bangsa asing yaitu Indonesia.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Tujuan pendidikan Jepang lebih mengarah pada pengembangan kepribadian individu secara utuh, menanamkan jiwa yang bebas dan bertanggungjawab, bertoleransi untuk menghargai antar individu. Dapat ditarik kesimpulan bahwa prinsip pendidikan yang ada di negara Jepang lebih bersifat humanis bekaitan dengan kehidupan sehari-hari dan ilmunya benar-benar real dapat diaplikasikan dan dibutuhkan di kehidupan nyata.
Negara Jepang merupakan negara yang sukses dalam memajukan pendidikannya terlihat pada pengaturan sistem pendidikannya yang tertata dengan baik dimana seluruh lembaganya bekerjasama dan melaksanakan peranannya masing-masing secara optimal mulai dari lembaga administrasi, lembaga pendidikan, lembaga pengawas kurikulum dll. Serta adanya dukungan yang baik antara pemerintah, kepala sekolah, guru, murid dan orang tua yang turut berperan terhadap majunya pendidikan di negara tersebut. Kerjasama yang baik antar seluruh komponen negara inilah yang mampu membawa kesuksesan negara Jepang hingga mampu mencapai seluruh tujuan-tujuan pendidikan yang dicanangkannya kurang dari 25 tahun dan tercatat sebagai negara dengan kualitas dan sistem pendidikan terbaik se-Asia, sungguh prestasi yang mengagumkan.
Pendidikan wajib yang diberikan secara gratis di negara tersebut menandakan bahwa pemerintahan disana memang amat memperdulikan Sumber Daya Manusia di negaranya dan menjadi bukti bahwa sistem administrasi negara Jepang memang berjalan dengan baik dan bertanggungjawab terhadap pemenuhan kebutuhan negaranya termasuk memfasilitasi sarana dan prasarana yang bermutu dalam proses belajar mengajar.
Budaya disiplin waktu dan kerja keras negara Jepang yang sejak dahulu diajarkan dari leluhur-leluhur mereka selalu mereka tanamkan di dalam kehidupan sehari-hari turut berpengaruh pada kemajuan negara ini.
24
Kesuksesan dari negara maju inilah yang patut kita contoh bagi negara kita dimana harus ada kerjasama yang baik antar berbagai sistem yang ada di negara terutama sistem pendidikan yang kaitannya dengan peningkatan kualitas manusia. Apabila sistem-sistem tersebut berjalan dengan baik maka kemajuan suatu negara akan tercapai dan yang teramat penting perlu adanya pembinaan moral yang baik dalam setiap individu-individu suatu negara karena awal dari kesuksesan diawali dari karakteristik pribadi suatu bangsa.