Blog

  • Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Menurut Ahli disertai Daftar Pustaka dan Judul Buku

    Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Menurut Ahli disertai Daftar Pustaka dan Judul Buku

    Pengertian Pembelajaran Kooperatif adalah pembelajaran yang dirancang dalam bentuk kelompok-kelompok di dalam kelas. Prinsip utama dari pembelajaran ini adalah Kerja sama Antar tim untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.

    Pembelajaran Kooperatif

    Cooperative Learning dimulai dengan memberikan tujuan pembelajaran yang hanya dapat dicapai dengan kerja sama dalam sebuah tim. Setelah itu Guru membagi kelas ke dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 2 sampai 5 orang.

    Slavin (2005)

    In cooperative learning methods, students work together in four member teams to master material initially presented by the teacher.

    Metode pembelajaran Kooperatif dirancang agar peserta didik bekerja bersama di dalam kelompok. Kerja sama ini memiliki tujuan utama membuat peserta didik menguasai materi dan bahan ajar.

    Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung. Nusa Media.

    Suprijono (2013)

    Secara umum, Pembelajaran kooperatif bertujuan mengarahkan peserta didik untuk menyelesaikan masalah, tugas-tugas dan proyek yang telah disusun oleh guru. Peserta didik bekerja berkelompok untuk menyelesaikan masalah tersebut, hingga pada akhirnya dapat menghubungkan solusi yang mereka temukan dengan materi pelajaran.

    Suprijono, Agus. (2013). Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

    Taniredja, dkk (2011)

    Pembelajaran Kooperatif (cooperative learning) merupakan sistem pengajaran yang mengakomodasi peserta didik bekerja sama dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas-tugas terstruktur.

    Tukiran, Taniredja, dkk. 2011. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Bandung: Alfabeta.

    Trianto (2009)

    Dalam Kelas kooperatif, Siswa bekerja bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang berisi 4 sampai 6 orang yang memiliki keterampilan dan kemampuan heterogen. Tujuannya agar peserta didik dapat menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru dan mengesampingkan perbedaan masing-masing dan saling memanfaatkan kelebihan dalam bekerja sama.

    Trianto.(2009). Mendesain Pembelajaran Inovatif dan Progresif. Jakarta:Kencana.

    Bern & Ericson (2001)

    Cooperative learning adalh strategi pembelajaran yang mengorganisir pembelajaran dalam kelompok-kelompok kecil. Peserta didik bekerja sama dalam kelompok mereka masing-masing untuk mencapai tujuan belajar.

    Berns, R. & Erickson, P. (2001). Contextual teaching and learning: Preparing students for the new economy. Washington: National Academy Press.

    Stahl (1999)

    Cooperative learning is equated with any group activity or project since all members of these groups are expected to cooperate in order to complete their assignments.

    Pembelajaran Kooperatif adalah pembelajaran yang membagi peserta didik ke dalam kelompok yang setara. Tujuan dari strategi ini adalah menyelesaikan proyek bersama dimana seluruh anggota memiliki perannya masing-masing dalam mencapai tujuan bersama.

    Stahl, R. (1994). Cooperative learning in social studies: A handbook for teachers. Menlo Park, CA: Addison-Wesley.

    Eggen & Kauchak (1996)

    Pembelajaran Kooperatif dalam kelompok strategi pengajaran yang melibatkan peserta didik bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama.

    Eggen, Paul D & Kauchak (1996). Strategies for Teacher Teaching Content and Thinking Skills. New Jersey, Prentice Hall.

  • RPP Impuls dan Momentum Model Inkuiri Terbimbing Kurikulum Merdeka dan K 2013

    RPP Impuls dan Momentum Model Inkuiri Terbimbing Kurikulum Merdeka dan K 2013

    Berikut ini adalah contoh RPP Impuls dan Momentum dengan model Inkuiri Terbimbing. RPP ini disusun untuk Kurikulum Merdeka dan K 2013.

    RPP Impuls dan Momentum

    Satuan Pendidikan :SMAN X Kota B
    Mata Pelajaran:Fisika
    Kelas / Semester:X IPA / I
    Alokasi Waktu:3 x 45 menit @ 1 Pertemuan

    A. Tujuan Pembelajaran Fisika

    1. membentuk sikap religius melalui fisika dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa;
    2. memupuk integritas dan sikap, jujur, adil, bertanggung jawab, menghormati martabat individu, kelompok, dan komunitas, serta berkebhinekaan global;
    3. memperdalam pemahaman tentang prinsip-prinsip fisis alam semesta yang konsisten sehingga memiliki kemampuan berfikir kritis dilengkapi dengan keterampilan penalaran kuantitatif;
    4. memiliki sikap ilmiah, mengembangkan rasa ingin tahu, pengalaman untuk dapat merumuskan masalah secara kreatif, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, serta mengomunikasikan hasil percobaan baik lisan maupun tulisan secara mandiri; dan
    5. memahami kekuatan dan keterbatasan diri untuk mendukung pembelajaran dan pengembangan diri, memiliki keinginan dalam mengembangkan pengalaman belajar, dan menjadi pembelajar sepanjang hayat.

    B. Capaian pembelajaran

    1. Pemahaman Fisika

    Peserta didik mampu menerapkan konsep dinamika gerak serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

    Indikator

    1. Merumus keterkaitan konsep impuls dan momentum
    2. Merumuskan hubungan antara impuls dan perubahan momentum
    3. Membuktikan keberlakuan hukum kekekalan momentum

    2. Keterampilan Proses

    Merancang sebuah percobaan yang menunjukkan hubungan antara konsep impuls dan momentum.

    C. Materi Pembelajaran

    Impuls dan Momentum

    D. Model dan Metode Pembelajaran

    Pendekatan Pembelajaran : Saintifik

    Model Pembelajaran : Inkuiri Terbimbing

    Metode Pembelajaran : Praktikum dan Ceramah

    F. Media, Alat dan Sumber Pembelajaran

    Media Pembelajaran : Materi Impuls dan Momentum, KIT Mekanika, Slide Powerpoint

    G. Langkah-Langkah Pembelajaran

    1. Fase I : Inisiasi

    Aktivitas GuruAktivitas Peserta DidikWaktu
    1. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, berdoa dan mengecek kehadiran peserta didik.
    2. Guru menanyakan kesiapan peserta didik dalam melakukan pembelajaran.
    3. Guru menyampaikan tema pembelajaran yang akan dilakukan.
    4. Guru mengelompokkan peserta didik ke dalam kelompok heterogen.
    5. Guru menarik perhatian peserta didik dengan memberikan pertanyaan: “apa yang menyebabkan suatu benda diam menjadi bergerak? Pernahkah Anda bermain tenis meja atau bulu tangkis, manakah yang dapat membuat bola bergerak lebih jauh apakah ketika bola dan raket bersentuhan lebih lama atau secara singkat?
    1. Peserta didik menjawab salam, berdoa bersama dan mendengarkan absensi guru.
    2.  Peserta didik mempersiapkan diri.
    3. Peserta didik mendengarkan penjelasan guru.
    4. Peserta didik duduk sesuai dengan anggota kelompok yang telah dibentuk.
    5. Peserta didik menjawab pertanyaan motivasi dan apersepsi dari guru tentang (pertanyaan)
    10 Menit

    2. Fase II : Orientasi

    Aktivitas GuruAktivitas Peserta DidikWaktu
    1. Guru menyampaikan kepada peserta didik tentang tujuan yang akan dicapai pada pertemuan ini, yang meliputi tujuan pengetahuan dan menjelaskan langkah-langkah inkuiri terbimbing yang akan digunakan dalam proses pembelajaran
    2. Guru membagikan LKPD-05 kepada peserta didik 
    3. Guru meminta peserta didik membaca dan mengidentifikasi fonomena yang disajikan  pada  LKDP-05.
    4. Guru meminta beberapa peserta didik menjelaskan hubungan  mengenai fenomena yang disajikan pada LKPD-05 dengan materi yang akan dipelajari.
    1.  Peserta didik menulis tujuan pembelajaran yang akan dicapai
    2.  Peserta didik menerima LKPD-05
    3. Peserta didik mengidentifikasi fenomena dari gambar orang yang mendorong mobil pada LKPD-05.
    4. Beberapa peserta didik menjelaskan fenomena dalam LKPD-05 dengan materi yang akan dipelajari.
    15 Menit

    3. Fase III : Merumuskan Masalah

    Aktivitas GuruAktivitas Peserta DidikWaktu
    1. Guru membimbing peserta didik merumuskan masalah berdasarkan fenomena.
    2. Guru bersama peserta didik menentukan rumusan masalah yang tepat sesuai dengan yang  diajukan peserta didik.
    1.  Peserta didik menuliskan rumusan masalah berdasarkan fenomena.
    2. Peserta didik dengan bimbingan guru menentukan rumusan masalah yang tepat sesuai dengan yang  diajukan peserta didik.
    10 Menit

    4. Fase IV : Merumuskan Hipotesis

    Aktivitas GuruAktivitas Peserta DidikWaktu
    Guru membimbing peserta didik untuk menentukan hipotesis berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuatPeserta didik untuk menentukan hipotesis berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat.10 menit

    5. Fase V : Mengumpulkan Data

    Aktivitas GuruAktivitas Peserta DidikWaktu
    1. Guru membimbing peserta didik merancang sebuah percobaan untuk membuktikan hipotesis mereka. Rancangan percobaan yang dibuat meliputi alat dan bahan, variabel, dan prosedur percobaan.
    2. Guru membimbing peserta didik dalam kelompok belajar untuk melakukan percobaan sesuai instruksi pada LKPD-05.
    3. Guru memberi bantuan kepada kelompok yang mengalami kesulitan.
    4. Guru meminta peserta didik untuk melakukan pengamatan dan mencatat hasil pengamatan pada kolom data pengamatan.
    1. Peserta didik merancang percoban untuk membuktikan hipotesis mereka. Rancangan percobaan yang dibuat meliputi alat dan bahan, variabel, dan prosedur percobaan.
    2. Peserta didik melakukan percobaan sesuai tahapan instruksi yang ada pada LKPD-05 dengan teliti.
    3. Peserta didik mengajukan pertanyaan ketika mengalami kendala dalam mengikuti instruksi yang ada pada LKPD-05.
    4. Peserta didik mengumpulkan data pengamatan dengan teliti dan membagi tugas antar sesama anggota kelompok (kerja sama) dalam menyelesaikan belajar.
    40 Menit

    6. Fase VI : Analisis Data

    Aktivitas GuruAktivitas Peserta DidikWaktu
    1. Guru membimbing peserta didik menganalisis data yang diperoleh dari hasil pengamatan.
    2. Guru meminta beberapa perwakilan  kelompok peserta didik untuk menyampaikan hasil penyelidikan mereka tersebut.
    3. Guru memberikan klarifikasi apabila ada kelompok yang salah konsep.
    1. Siswa menganalisis data yang diperoleh untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.
    2. Perwakilan kelompok peserta didik menyampaikan hasil penyelidikan mereka.
    3. Peserta didik memperhatikan penjelasan guru saat guru melakukan klarifikasi.
    25 menit

    7. Fase VII : Menarik Kesimpulan

    Aktivitas GuruAktivitas peserta didikWaktu
    1. Guru membimbing peserta didik untuk menuliskan kesimpulan yang mereka peroleh dari hasil penyelidikan.
    2. Guru mengaitkan kesimpulan dengan fenomena yang angkat.
    1. Peserta didik menuliskan kesimpulan yang mereka peroleh dari hasil penyelidikan.
    2. Peserta didik mendengarkan penjelasan dari guru.
    15 Menit

    8. Kegiatan Penutup

    Aktivitas GuruAktivitas peserta didikWaktu
    1.  Guru memberi penguaan kepada peserta didik terhadap pengetahuan yang telah peserta didik dapatkan melalui penyelidikan
    2. Guru membimbing peserta didik untuk membuat rangkuman materi yang telah dipelajari
    3. Guru menyampaikan materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya agar dipelajari oleh peserta didik sebelumnya.
    4. Pembelajaran diakhiri dengan berdoa dan salam.
    1. Peserta didik mendengarkan penjelasan dari guru mengenai materi yang telah mereka pelajari.
    2. Peserta didik menuliskan rangkuman materi yang telah dipelajari.
    3. Peserta didik mencatat materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya untuk dipelajari.
    Peserta didik berdoa dan memberikan salam.
    10 menit

    H. Penilaian

    1. Tekni Penilaian : Tes Tertulis dan Unjuk Kerja
    2. Bentuk Instrumen : Tes Pilihan Ganda dan Lembar Peniklaian
  • Syarat Pramuka Garuda

    Syarat Pramuka Garuda adalah ketentuan yang harus dicapai oleh anggota pramuka untuk mencapai tingkatan tertinggi untuk masing-masing level. Dengan demikian Pramuka Garuda akan ditemukan di level Siaga, Penggalang, Penegak dan Pandega.

    Ketentuan tentang Pramuka Garuda diatur oleh Surat Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka no. 101 Tahun 1984. Surat ini berisi tentang Petunjuk Penyelenggaraan Pramuka Garuda.

    Pramuka Garuda

    Seorang peserta didik yang telah mencapai tingkatan terakhir dalam golongannya, dan telah memenuhi persyaratan untuk menjadi Pramuka Garuda, berhak mengajukan permohonan kepada Kwartir melalui Pembina Gudep nya untuk dapat mengikuti uji kelayakan untuk dapat naik ke tingkatan Garuda. Setelah mengajukan permohonan, Kwartir akan mengevaluasi peserta didik itu tentang kelayakan, baik dalam segi mental, ataupun sisi kelayakan persyaratan. Setelah dinilai cakap dan memenuhi persyaratan, calon Pramuka Garuda akan wawancarai oleh tim penguji yang terdiri dari tokoh kwartir, gugus depan, guru, orang tua, dan tokoh masyarakat.

    Setelah lulus tes wawancara dan tes kecakapan, seorang peserta didik akan dilantik menjadi Pramuka Garuda. Pelantikan biasanya diselenggarakan bertepatan dengan hari yang bermakna khusus, baik bagi peserta didik tersebut ataupun bagi Gerakan Pramuka, semisal: hari ulang tahun atau Hari Pramuka. Pelantikan umumnya dihadiri oleh Tim Penguji, orang tua dan tokoh Pramuka.

    Syarat Pramuka Garuda

    1. Syarat-syarat Pramuka Garuda untuk Pramuka Siaga

    Seorang Pramuka Siaga ditetapkan sebagai Pramuka Garuda jika telah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

    • Menjadi contoh yang baik dalam Perindukan Siaga, di rumah, di sekolah atau di lingkungan pergaulannya, sesuai dengan isi Dwisatya dan Dwidharma
    • Telah menyelesaikan SKU tingkat Siaga Tata.
    • Telah memiliki Tanda Kecakapan Khusus untuk Pramuka Siaga, sedikit-dikitnya enam macam dari tiga bidang Tanda Kecakapan Khusus.
    • Dapat menunjukkan hasta karya buatannya sendiri sedikit-dikitnya sembilan macam dengan menggunakan sedikit-dikitnya tiga macam bahan.
    • Pernah mengikuti Pesta Siaga, sedikitnya dua kali.
    • Dapat membuktikan dirinya sebagai penabung yang rajin dan teratur.
    • Dapat mempertunjukkan kecakapannya di depan umum dalam salah satu bidang seni budaya.

    2. Syarat-syarat Pramuka Garuda untuk Pramuka Penggalang

    Seorang Pramuka Penggalang ditetapkan sebagai Pramuka Garuda jika telah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

    • Menjadi contoh yang baik dalam Pasukan Penggalang, di rumah, di sekolah atau di lingkungan pergaulannya, sesuai dengan isi Trisatya dan Dasadharma.
    • Telah menyelesaikan SKU tingkat PenggalangTerap.
    • Telah memiliki Tanda Kecakapan Khusus untuk Pramuka Penggalang, sedikit-dikitnya sepuluh macam dari tiga bidang Tanda Kecakapan Khusus, sedikitnya satu Macam TKK tingkat Utama dan dua macam TKK tingkat Madya, yaitu :
      • Lima buah TKK wajib yang dipilih di antara:
        • TKK Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan.
        • TKK Pengatur Rumah
        • TKK Juru Masak.
        • TKK Berkemah.
        • TKK Penabung.
        • TKK Penjahit.
        • TKK Juru Kebun
        • TKK Pengaman Kampung
        • TKK Pengamat
        • TKK Bidang Olah Raga, misalnya gerak jalan, berenang, dan lain-lain.
      • Lima buah TKK pilihan, yang dapat dipilih di antara TKK yang telah ditetapkan dengan Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka.
    • Dapat menunjukkan hasta karya buatannya sendiri sedikit-dikitnya sepuluh macam dengan menggunakan sedikit-dikitnya lima macam bahan.
    • Pernah mengikuti Jambore, Perkemahan Bakti dan Lomba Tingkat.
    • Dapat membuktikan dirinya sebagai penabung yang rajin dan teratur.
    • Dapat mempertunjukkan kecakapannya di depan umum dalam salah satu bidang seni budaya.
    • Dapat menjalankan salah satu cabang olah raga, misalnya atletik, renang, senam, bela diri, gerak jalan atau cabang olah raga lainnya.
    • Telah mengikuti kegiatan pengabdian masyarakat.

    3. Syarat-syarat Pramuka Garuda untuk Pramuka Penegak

    Seorang Pramuka Penegak ditetapkan sebagai Pramuka Garuda jika telah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

    • Menjadi contoh yang baik dalam gugusdepan, di rumah, di sekolah, di tempat kerja atau di dalam masyarakat, sesuai dengan isi Trisatya dan Dasadarma.
    • Memahami Undang-undang Dasar 1945.
    • Telah menyelesaikan SKU tingkat Penwgak Laksana.
    • Telah memiliki Tanda Kecakapan Khusus untuk Pramuka Penegak, sedikit-dikitnya sepuluh macam dari tiga bidang Tanda Kecakapan Khusus, sedikitnya satu macam TKK tingkat Utama dan tiga macam TKK tingkat Madya, yaitu :
      • Lima buah TKK wajib yang dipilih di antara :
        • TKK Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan.
        • TKK Pengatur Rumah
        • TKK Juru Masak.
        • TKK Berkemah.
        • TKK Penabung.
        • TKK Penjahit.
        • TKK Juru Kebun
        • TKK Pengaman Kampung
        • TKK Pengamat
        • TKK Bidang Olah Raga, misalnya gerak jalan, berenang, dan lain-lain.
      • Lima buah TKK pilihan, yang dapat dipilih di antara TKK yang telah ditetapkan dengan Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka.
    • Sedikit-dikitnya sudah tiga kali mengikuti pertemuan-pertemuan Pramuka untuk golongan Penegak, di tingkat ranting, cabang, daerah, nasional atau internasional.
    • Tergabung dalam Satuan Karya Pramuka, dan dapat menyelenggarakan suatu proyek produktif yang bersifat perorangan atau bersifat bersama, sesuai dengan Satuan Karya yang diikutinya.
    • Dapat membuktikan dirinya sebagai penabung Tabanas yang rajin dan teratur.
    • Dapat mempertunjukkan kecakapannya di depan umum dalam salah satu bidang seni budaya, atau membantu menyelenggarakan pertunjukan kesenian.
    • Dapat menjalankan dan memimpin salah satu cabang olah raga, yang dipilih dari cabang olahraga atletik, renang, senam, bela diri, gerak jalan atau cabang olah raga lainnya.
    • Pernah ikut serta dalam kegiatan memikirkan, merencanakan, melaksanakan dan menilai kegiatan pembangunan masyarakat di lingkungannya.

    4. Syarat-syarat Pramuka Garuda untuk Pramuka Pandega

    Seorang Pramuka Pandega ditetapkan sebagai Pramuka Garuda jika telah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

    • Menjadi contoh yang baik di rumah, di sekolah/perguruannya, di tempat kerja atau di dalam masyarakat, sesuai dengan isi Trisatya dan Dasadharma
    • Memahami Undang-undang Dasar 1945 dan GBHN.
    • Telah menyelesaikan SKU tingkat Pandega.
    • Sedikit-dikitnya telah tiga kali mengikuti acara yang dipilihnya di antaranya :
      • Pertemuan Pramuka untuk golongan Penegak dan Pandega di tingkat ranting, cabang, daerah, nasional atau internasional.
      • Perkemahan Wirakarya atau Perkemahan Antar Satuan Karya (Peran Saka) Dirgantara, Bahari, Bayangkara, Tarunabumi, Wanabakti, Kencana, dan saka lainnya di ranting, cabang, atau daerah.
      • Integrasi masyarakat atau peninjauan proyek-proyek kegiatan, atau kunjungan timbal balik di antara Pramuka Pandega antar gugusdepan, ranting, cabang, daerah atau nasional baik secara perorangan maupun secara bersama dalam ikatan satuan, dan membuat laporannya.
    • Sedikit-dikitnya sudah tiga kali ikut membuat perencanaan, persiapan, pelaksanaan, pengawasan, penilaian dan penyelesaian salah satu atau gabungan dari kegiatan-kegiatan di bawah ini:
      • Pesta Siaga.
      • Perkemahan Penggalang.
      • raimuna, Perkemahan Wirakarya, muspanitera, atau Pertemuan Pramuka Penegak dan Pandega lainnya.
    • Sedikit-dikitnya telah tiga kali ikut membantu salah satu kegiatan masyarakat, peringatan, peralatan, proyek pembangunan dan lain-lain.

    Medali Garuda

    Bentuk penghargaan bagi Pramuka Garuda berbentuk medali, memiliki pita dengan warna pinggiran putih dan warna garis tebal di tengah merah, di ujung pita terdapat medali yang terbuat dari metal berbentuk segi lima bergambarkan Burung Garuda yang memiliki tunas kelapa di dadanya, dan memegang pita bertuliskan: “SETIA, SIAP, SEDIA” yang menggambarkan sikap yang dimiliki setiap Pramuka Garuda.

    Cara mengenakan medali

    Medali dikalungkan dengan pita berada di bawah kacu/pita leher dengan ujung medali berada di luar, di depan kacu/pita leher dan bila dikalungkan berada tepat di ujung tulang dada. Hanya dikenakan pada upacara resmi.

    Warna dasar bagi medali tadi beragam, sesuai dengan warna dasar golongan. Bagi Siaga Garuda berwarna hijau, bagi Penggalang Garuda berwarna merah, bagi Penegak Garuda berwarna kuning, bagi Pandega Garuda berwarna coklat

  • Contoh Juklak dan Juknis Lomba Hasta Karya Pramuka

    Contoh Juklak dan Juknis Lomba Hasta Karya Pramuka

    Berikut ini adalah contoh Juklak dan Juknis Lomba Hasta Karya Pramuka. Lomba ini memiliki konsep utama adalah menghasilkan barang yang memiliki nilai lebih dari bahan-bahan bekas yang sudah tidak digunakan lagi.

    A. Juklak dan Juknis Lomba Hasta Karya

    1. Pelaksanaan Kegiatan

    Hari / Tangal:Minggu, 26 Maret 2023
    Lokasi:Pelataran SMAN Negeri 1 Sungguminasa
    Waktu:09.00 sampai 11.30 WITA

    2. Syarat dan Ketentuan

    1. Merupakan Anggota Pramuka Aktif dengan Usia 12 sampai 15 Tahun, dibuktikan dengan kartu anggota
    2. Setiap regu diwakili 1 kelompok yang terdiri dari 3 orang
    3. Menyertakan nota pembelian bahan maksimal Rp. 100.000.

    3. Teknis Perlombaan

    1. Peserta Wajib datang tepat waktu
    2. Peserta wajib mengenakan seragam pramuka
    3. Toleransi Keterlambatan adalah 15 menit, lewat dari masa toleransi secara otomatis terdiskualifikasi.
    4. Jam yang digunakan adalah jam online WITA.
    5. Durasi pembuatan waktu 120 menit atau sampai pukul 11.30.
    6. Bahan – bahan  yang digunakan berasal dari barang yang tidak terpakai.
    7. Semua bahan dan alat yang dibutuhkan peserta dibawa pribadi.
    8. Panitia hanya menyediakan 2 kardus, 2 botol air mineral bekas, 2 gelas plastik, dan 2 lembar koran untuk setiap kelompok.
    9. Peserta hanya diperbolehkan memulai pengerjaan karya apabila sudah diberi instruksi dari panita, dan wajib menghentikan proses pengerjaan apabila waktu dinyatakan habis.
    10. Apabila didapati bahwasanya karya sudah dikerjakan sebagian sebelum waktu yang ditentukan, maka akan di diskualifikasi.
    11. Karya harus otentik dan tidak dibantu oleh selain peserta selama proses pengerjaan.
    12. Setiap anggota kelompok wajib mempresentasikan hasil karya yang telah dibuat.
    13. Peserta dilarang mengotori area perlombaan.
    14. Peraturan tambahan lainnya akan disampaikan saat perlombaan jika diperlukan.

    4. Kriteria Penilaian

    1. Nilai guna.
    2. Kreativitas.
    3. Nilai ekonomi.
    4. Ketepatan waktu.
    5. Kelancaran dalam presentasi.

    Lembar penilaian Juri sebagai berikut

    NoAspek PenilaianBobot MaksimalSkor
    1Nilai Guna20
    2Kreativitas15
    3Nilai Ekonomis15
    4Ketetapan Waktu10
    5Penguasaan Presentasi40
  • Hasta Karya Pramuka

    Pramuka adalah organisasi kepanduan yang sangat kreatif. Salah satu halnya karena seluruh anggota wajib mengetahui cara membuat Hasta Karya Pramuka.

    Hasta Karya

    Hasta Karya adalah sebuah aktivitas yang menghasilkan sebuah barang yang memiliki nilai baik dari segi fungsi, seni ataupun ekonomi. Berbeda dengan proses produksi massal, Hasta Karya menitik beratkan pada pengelolaan bahan-bahan sisa atau sampah agar memiliki nilai lebih.

    Kegiatan membuat Hasta Karya memiliki banyak manfaat baik secara finansial maupun lingkungan. Jika Hasta Karya dilakukan secara profesional dan konsisten, Hasta Karya dapat mendorong kegiatan wirausaha mandiri di seluruh lapisan masyarakat.

    Selain manfaat Finansial, Hasta Karya juga dapat membantu dunia dengan mengurangi jumlah sampah yang terbuang sia-sia. Hal ini karena Hasta Karya Pramuka lebih mengutamakan penggunaan bahan sisa atau bekas pakai. Dengan demikian kegiatan ini juga mendorong program menyelamatkan lingkungan.

    Contoh Produk Hasta Karya

    Salah satu contoh produk hasta Karya yang paling sederhana adalah membuat pot tanaman dari botol bekas. Yah mengapa botol bekas? Karena Botol bekas hanya akan jadi sampah jika tidak dimanfaatkan. Syukur-syukur kalau sampah botol bekas masuk ke pabrik pengolahan limbah plastik bekas, jika tidak maka hanya akan mencemari lingkungan saja.

    Pot Tanaman Hidroponik Hasta Karya Pramuka Modern

    Bahan dan Peralatan yang Dibutuhkan

    • Botol plastik bekas
    • Pisau
    • Hiasan untuk mata
    • Pupuk/tanah untuk menanam
    • Tanaman

    Cara Membuat Kerajinan Tangan dari Botol Bekas Berbentuk Pot Bunga

    1. Siapkan bahan dan peralatan yang dibutuhkan
    2. Setelah semua sudah terkumpul, langkah selanjutnya adalah memotong botol plasting dengan pisau.
    3. Ukurannya dikira-kira saja atau lihat pada gambar.
    4. Beri sedikit hiasan sesuai keinginan. Jika ingin sesuai contohnya, tempelkan saja tutup botolnya sebagai mulut dan tambahkan mata boneka, lalu tempel.
    5. Jangan lupa untuk melubangi bagian bawah botol agar air tidak mengendap di dalam botol.
    6. Masukkan botol pupuk dan tanah ke dalam botol.
    7. Masukkan bibit tanaman yang ingin di tanam.
  • Unsur-Unsur Teater Modern

    Teater modern adalah seni teater yang melepaskan diri dari unsur teater tradisional. Sekalipun demikian, bukan berarti dalam seni teater modern tidak boleh mengangkat kisah-kisah klasik. Unsur teater modern disusun lebih profesional dan sistematis

    Unsur Teater Modern

    Teater modern memiliki beberapa unsur. Teater modern sebagai seni kolektif memungkinkan berbagai jenis seni berpadu. Misalnya seni rupa akan sangat membantu pemain merias wajah dan tubuh mereka melalui unsur warna dan garis untuk menciptakan karakter tokoh.

    Seni rupa juga sangat membantu penata panggung dan penata cahaya membuat efek-efek khusus untuk menciptakan suasana yang dikehendaki. Selain seni rupa, teater juga melibatkan cabang seni lain, misalnya seni sastra, seni gerak, seni tari, seni musik, dan seni peran. Berbagai cabang seni berbaur dan menciptakan sebuah bangun teater yang disajikan kepada khalayak ramai.

    Selain berbagai cabang seni, teater juga melibatkan berbagai unsur untuk membangun strukturnya. Unsur-unsur teater modern di antaranya sebagai berikut.

    1. Memiliki naskah sebagai embrio pertunjukkan. Naskah yang baik memperhitungkan formula dramaturgi yakni mengkhayalkan, menuliskan, memainkan, dan menyaksikan. Penulis mengkhayalkan suatu peristiwa ke dalam bentuk gagasan atau ide, dilanjutkan menyusun kisah berdasarkan pengalaman estetiknya. Kemudian kerabat teater menafsirkan dan mementaskannya dengan disaksikan penonton.
    2. Memiliki Produser sebagai penyedia dana pertunjukan.
    3. Memiliki Sutradara sebagai pemimpin yang bertanggung jawab dan mempersatukan seluruh elemen untuk mensukseskan pertunjukan teater.
    4. Unsur teater modern keempat adalah Pemain sebagai ujung tombak pertunjukan teater karena berhadapan langsung dengan penonton. Pemain harus hafal naskah dan pengadeganan, pandai berakting, cerdas, dan cepat berimprovisasi untuk mengatasi permasalahan yang mungkin terjadi saat pertunjukan.
    5. Penata rias, yang bertugas merias wajah dan tubuh pemain supaya sesuai dengan karakter tokoh.
    6. Penata busana, yang bertugas mengatur kostum pemain baik bahan, warna, model, maupun cara mengenakannya.
    7. Penata panggung, yang bertugas menciptakan dekor di atas panggung untuk memberikan gambaran kepada penonton tentang kondisi sosial, waktu, tempat kejadian cerita, dan suasana yang harus dimunculkan dalam pertunjukan.
    8. Penata cahaya, yang bertugas menata dan mengatur intensitas serta warna cahaya di atas panggung. Pencahayaan diharapkan mampu menciptakan suasana tertentu dan membantu pemain untuk memperkuat karakter yang diperankannya.
    9. Penata suara, bertugas menciptakan suara-suara tertentu dan membuat musik pengiring untuk membangun suasana dalam pertunjukan teater.
    10. Unsur teater modern terakhir adalah Penonton sebagai saksi pertunjukan, karena pada dasarnya proses teater dimaksudkan untuk dipertontonkan kepada khalayak.

    itulah tadi pembahasan dari 10 unsur teater modern, semoga bermanfaat. 

  • Mengenai Seni Teater Modern – Perkembangan dan Pengaruh Budaya

    Mengenai Seni Teater Modern – Perkembangan dan Pengaruh Budaya

    Budaya adalah unsur yang sangat kuat dalam mempengaruhi hasil seni. Pengaruhnya juga berdampak pada seni Teater yang membagi dua seni Teater Tradisional dan Seni Teater Modern.

    A. Pengertian teater modern

    Secara umum seni teater dibagi menjadi dua jenis yakni Seni Teater Tradisional dan Non-Tradisional. Non-Tradisional selanjutnya disebut sebagai Seni Teater Modern.

    Pada seni Teater Tradisional, pertunjukkan masih terikat pada unsur dan aturan-aturan modern sesuai dengan daerah masing-masing, sementara non tradisional lebih bersifat bebas dan berkembang. Seni modern lebih bebas dari ikatan-ikatan tradisional yang kaku. Eropa menjadi pusat perkembangan teater modern.

    Seni teater dibedakan menjadi 2 jenis yaitu seni teater tradisional dan teater non-tradisional (modern). Seni teater tradisional masih terikat pada aturan tradisi daerah masing-masing. Sementara itu, seni teater modern sudah melepaskan diri dari ikatan tersebut. Teater modern berasal dari dunia barat yaitu eropa. 

    Unsur Teater Modern

    Ada beberapa unsur dan ciri-ciri khas yang terdapat pada teater modern. Adapun unsur tersebut adalah:

    1. Naskah dan Penokohan

    Naskah adalah Embrio dari seni teater modern. Naskah ini tidak hanya berisi tentang alur cerita yang dibahas dalam seni teater tapi juga tentang tokoh dan penokohannya. naskah mengatur watak dari tokoh yang dimainkan yang diperkuat dengan pemilihan kata-kata dalam setiap dialognya.

    Misalnya pada Scene Kereta Api antara Johnny Depp dan Angelina Jolie yang punya Dialog yang sangat memorable. Hal ini menunjukkan jika Karakter dari pemerannya seharusnya tidak nampak dalam pertunjukkan. Dengan demikian Kata Profesionalisme peran akan dipertaruhkan.

    2. Produser

    Produser adalah pihak yang menyelenggarakan Pertunjukkan dengan kata lain adalah orang menginisiasi teater dilaksanakan. Produser menjadi unsur yang menangani pendanaan dari sebuah pertunjukkan.

    3. Sutradara

    Sutradara adalah orang yang bertanggung jawab dalam menyatukan semua elemen yang ada dalam teater. Sutradara memperhatikan seluruh cerita yang akan dituangkan dan memberikan masukan tentang detail dari setiap adegan yang akan ditayangkan.

    4. Pemain

    Pemain atau Cast adalah orang yang memiliki tugas memerankan tokoh yang sudah dituangkan dalam Naskah. Pemain punya andil besar dalam menuangkan karakter dan penokohan dalam peran yang ia mainkan.

    5. Penata Rias dan Busana

    Penata Rias dan Busana adalah pihak yang memberikan aksen dari setiap tokoh / Pemeran agar sesuai dengan cerita yang akan dituangkan. Unsur-unsur yang perlu diperhatikan seperti kesesuaian busana dengan time line cerita dan outfit yang menguatkan karakter tokoh.

    6. Panggung, Tata Suara dan Pencahayaan

    Sama dengan Penata Rias dan Busana. Penata Panggung dan Pencahayaan adalah pihak yang bertanggung jawab mengisi fill dari cerita. Fill cerita mulai dari set panggung dan pencahayaan untuk menerangi panggung agar bisa melihat penonton.

    Demikian pula dengan penata suara yang memberikan detil dalam bentuk efek suara dan mengatur besar kecilnya suara pemain agar bisa terdengar. Jika dilakukan dengan baik, panggung, Tata suara dan pencahayaan dapat menguatkan kesan dari cerita.

    Set Panggung Rumah Kenangan Teater Modern Reza Rahadian

    Teknik olah tubuh, olah suara, dan olah rasa 

    1. Teknik olah tubuh 

    Olah tubuh sangat perlu dilakukan sebelum kita mengadakan latihan atau pementasan. Dengan berolah tubuh, kita akan mendapat keadaan atau kondisi tubuh yang maksimal.

    • pelaksanaan olah tubuh cara pelaksanaan olah tubuh pertama, perhatikan dan rasakan dengan segenap pancaindra yang kita punyai, tentang segala rahmat yang dianugerahkan kepada kita. Dengan memakai rasa kita perhatikan seluruh tubuh kita, mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki
    • Macam-macam gerak (gerak teatrikal(gerak halus dan kasar), gerak non teatrikal (gerak dasar bawah, tengah, atas))

    2. Teknik olah suara 

    Teknik olah suara yang baik :

    • dapat terdengar 
    • jelas tersampaikan misi dari dialog yang diucapkan 
    • tidak monoton

    3. Teknik olah rasa 

    Istilah rasa, perasaan, atau emosi sebenarnya adalah kata yang berkaitan dengan psikologi dan ekspresi seni. Demikian juga dengan istilah penikmatan, penghayatan, dan apresiasi. Gerak dan dialog tanpa rasa akan hambar dan tidak mampu mempermainkan dan menghanyutkan perasaan penontonnya. Oleh karena itu, latihan olah rasa sangat diperlukan bagi mereka yang melibatkan diri dalam kegiatan teater dan film.

    B. Merancang karya teater modern 

    Merancang sebuah pertunjukan dapat diartikan sebagai kegiatan menyatukan beberapa komponen yang ada dalam teater diantaranya lakon, tempat pertunjukan, pemain, penonton, dan naskah.

    1. Persiapan pertunjukan teater 

    Menyiapkan naskah cerita 

    Naskah diartikan sebagai bentuk tertulis dari suatu drama. Sebuah naskah walaupun telah dimainkan berkali-kali, dalam bentuk yang berbeda-beda, naskah tersebut tidak akan berubah mutunya. Sebaliknya sebuah atau beberapa drama yang dipentaskan berdasarkan naskah yang sama dapat berbeda mutunya.

    Merancang panggung dan dekorasi 

    sebenarnya orang yang sangat berkepentingan dengan medan untuk bermain adalah sang sutradara menjalankan tugasnya, ia sedang melukiskan peristiwa-peristiwa sosial yang amat penting. Panggung perlu pula diketahui calon aktor yang pada saatnya nanti akan berhubungan dengan sang sutradara. Bahkan mungkin suatu ketika aktor itu sendiri harus menyutradarai pementasan sebuah skenario.

    2. Pertunjukan teater 

    Dalam penyelenggaraan pementasan teater terdapat tahapan utama yaitu tahap persiapan, latihan dan pelaksanaan. 

    3. Prinsip kerja sama dalam teater 

    Kerjasama merupakan hal yang utama dalam kegiatan apapun. Tanpa adanya kerjasama yang baik, sangat mustahil sesuatu hal dapat tercapai secara maksimal. Sebagai contoh mungkinkan akan tercipta sebuah buku tanpa ada kerja sama yang baik dari penulis, setter, editor, illustrator, dan yang lainnya. Begitu pula dengan seni pertunjukan teater.  

  • Langkah-Langkah Pengembangan Silabus

    Langkah-Langkah Pengembangan Silabus

    Silabus adalah dokumen yang digunakan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Dokumen ini berisi informasi mengenai outline dari pembelajaran yang disusun oleh guru dan sekolah pada awal program pembelajaran.

    Silabus

    Silabus adalah rancangan pembelajaran pada suatu dan / atau kelompok mata pelajaran / tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Sedangkan yang dimaksud rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah penjabaran dari silabus untuk mengarahkan peserta didik dalam upaya mencapai standar kompetensi.

    A. Prinsip Pengembangan Silabus

    1. Ilmiah

    Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.

    2. Relevan

    Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spiritual peserta didik.

    3. Sistematis

    Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi.

    4. Konsisten

    Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok/pembelajaran, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian.

    5. Memadai

    Cakupan indikator, materi pokok/pembelajaran, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar.

    6. Aktual dan Kontekstual

    Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.

    7. Fleksibel

    Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat.

    8. Menyeluruh

    Silabus disusun secara holistik mencakup semua tuntutan kompetensi yang disyaratkan kurikulum. Tuntutan kompetensi tersebut dapat berupa aspek sikap, pengetahuan, keterampilan, keterampilan berpikir, keterampilan proses dan sejenisnya.

    B. Komponen Pengembangan Silabus

    Komponen penyusun silabus terdiri dari (1) Identitas, (2) Standar Kompetensi, (3) Kompetensi Dasar, (4) Materi Pokok, (5) Aktivitas Pembelajaran, (6) Indikator, (7) Penilaian, (8) Alokasi Waktu dan (9) Sumber dan Bahan ajar.

    1. Identitas

    Identitas berisi informasi yang mengenai nama satuan pendidikan atau lembaga, nama pelajaran, tingkat kelas dan Semester pembelajaran dilaksanakan

    2. Standar Kompetensi

    Standar Kompetensi: Patokan tentang pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dimiliki oleh peserta didik untuk mengerjakan suatu tugas yang sesuai dengan apa yang dipersyaratkan.

    3. Kompetensi Dasar

    Kompetensi Dasar: kompetensi yang terdiri atas sikap, pengetahuan dan keterampilan yang bersumber dari kompetensi inti yang harus dikuasai peserta didik.

    4. Materi Pokok

    Materi inti yang gambaran mengenai kompetensi utama yang dikelompokkan dalam aspek afektif, kognitif dan psikomotorik untuk mencapai hard skill dan soft skill

    5. Kegiatan Belajar

    Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta didik secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar. Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan
    pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan pendidik, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi

    6. Indikator

    Indikator adalah Sebuah petunjuk atau keterangan yang dijadikan sebagai tolak ukur untuk perkembangan dan penguasaan peserta didik.

    7. Penilaian (Teknik, Jenis, bentuk, Instrumen)

    Penilaian adalah kriteria mengenai mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik

    8. Alokasi Waktu

    Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu rerata untuk menguasai kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam

    9. Sumber/Bahan/Alat

    Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik, narasumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya. Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar serta materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.

    C. Langkah-langkah Pengembangan Silabus

    1. Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

    Standar Kompetensi dan kompetensi Dasar dapat diambil dari standar isi yang biasanya sudah baku, kecuali yang belum ada dapat disusun sendiri oleh penyusun/pengembang silabus.

    2. Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran

    Mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran yang menunjang pencapaian kompetensi dasar dengan mempertimbangkan: potensi peserta didik, relevansi dengan karakteristik daerah, tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual peserta didik, kebermanfaatan bagi peserta didik, struktur keilmuan, aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran, relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan.

    3. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran

    Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan pendidik, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran adalah Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada para pendidik, khususnya pendidik, agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara profesional.

    Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta didik secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar.

    4. Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi

    Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi. Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian.

    5. Penentuan Jenis Penilaian

    Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan indikator. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri.

    Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran menggunakan pendekatan tugas observasi lapangan maka evaluasi harus diberikan baik pada proses (keterampilan proses) misalnya teknik wawancara, maupun produk/hasil melakukan observasi lapangan yang berupa informasi yang dibutuhkan.

    6. Menentukan Alokasi Waktu

    Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi dasar. Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu rerata untuk menguasai kompetensi dasar
    yang dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam.

    7. Menentukan Sumber Belajar

    Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik, narasumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya. Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar serta materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.

  • Perbedaan Agnotisisme dan Ateisme

    Meskipun sama-sama bukan penganut konsep Monoteisme, namun terdapat perbedaan Agnotisisme dan Ateisme. Perbedaan ini tetap fokus pada bagaiman kedua faham ini memandang tuhan sebagai pihak yang bertanggung jawab atas apa yang terjadi di alam semesta ini.

    Agnistisime vs Ateisme

    Agnostisisme adalah suatu pandangan filosofis bahwa suatu nilai kebenaran dari suatu klaim tertentu yang umumnya berkaitan dengan teologi, metafisika, keberadaan Tuhan, dewa, dan lainnya yang tidak dapat diketahui dengan akal pikiran manusia yang terbatas. Seorang agnostik mengatakan bahwa adalah tidak mungkin untuk dapat mengetahui secara definitif pengetahuan tentang “Yang-Mutlak”; atau , dapat dikatakan juga, bahwa walaupun perasaan secara subyektif dimungkinkan, namun secara obyektif pada dasarnya mereka tidak memiliki informasi yang dapat diverifikasi. Dalam kedua hal ini maka agnostikisme mengandung unsur skeptisisme. Agnostisisme berasal dari perkataan Yunani gnostein (tahu) dan a (tidak). Arti harfiahnya “seseorang yang tidak mengetahui”. Agnostisisme tidak sinonim dengan ateisme.

    Nah,kalau ateisme adalah sebuah pandangan filosofi yang tidak mempercayai keberadaan Tuhan dan dewa-dewi ataupun penolakan terhadap teisme. Dalam pengertian yang paling luas, ia adalah ketiadaan kepercayaan pada keberadaan dewa atau Tuhan. Istilah ateisme berasal dari Bahasa Yunani ἄθεος (atheos), yang secara peyoratif digunakan untuk merujuk pada siapapun yang kepercayaannya bertentangan dengan agama/kepercayaan yang sudah mapan di lingkungannya. Dengan menyebarnya pemikiran bebas, skeptisisme ilmiah, dan kritik terhadap agama, istilah ateis mulai dispesifikasi untuk merujuk kepada mereka yang tidak percaya kepada tuhan.

    Orang yang pertama kali mengaku sebagai “ateis” muncul pada abad ke-18. Pada zaman sekarang, sekitar 2,3% populasi dunia mengaku sebagai ateis, manakala 11,9% mengaku sebagai nonteis. Sekitar 65% orang Jepang mengaku sebagai ateis, agnostik, ataupun orang yang tak beragama; dan sekitar 48%-nya di Rusia. Persentase komunitas tersebut di Uni Eropa berkisar antara 6% (Italia) sampai dengan 85% (Swedia). Banyak ateis bersikap skeptis kepada keberadaan fenomena paranormal karena kurangnya bukti empiris. Yang lain memberikan argumen dengan dasar filosofis, sosial, atau sejarah. Pada kebudayaan Barat, ateis seringkali diasumsikan sebagai tak beragama (ireligius).

    Beberapa aliran Agama Buddha tidak pernah menyebutkan istilah ‘Tuhan’ dalam berbagai upacara ritual, namun dalam Agama Buddha konsep ketuhanan yang dimaksud mempergunakan istilah Nibbana. Karenanya agama ini sering disebut agama ateistik. Walaupun banyak dari yang mendefinisikan dirinya sebagai ateis cenderung kepada filosofi sekuler seperti humanisme, rasionalisme, dan naturalisme, tidak ada ideologi atau perilaku spesifik yang dijunjung oleh semua ateis.

  • Pendekatan dan Strategi Pendidikan Aqidah Pada Usia Dini

    Pendidikan Aqidah dan Ahlak tidak hanya menjadi kewajiban bagi orang dewasa kepada dirinya sendiri, tapi juga bagi anak-anak mereka. Dengan demikian sangat penting orang tua memahmi pendekatan dan strategi pendidikan Aqidah untuk Anak Usia Dini.

    Pendidikan anak usia dini merupakan tanggung jawab orang tua, karena anak pada usia ini lebih banyak bergaul di dalam lingkungan keluarganya yang berfungsi sebagai pendidik yang menanamkan pemahaman dan pengalaman keagamaan.

    Pendidikan Akidah Anak Usia Dini

    Penanaman akidah keimanan di dalam Islam harus dilakukan sedini mungkin, pendekatan dan starateginya dapat melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:

    1. Penanaman Akidah Fase Alam Ruh

    Ketika manusia hendak pindah hidup ke dunia, kepada mereka telah diberikan gambaran mengenai kondisi alam dunia dan kehidupan manusianya. Ada

     manusia yang masih mengakui Allah sebagai Tuhannya dan ada juga tidak mengakui-Nya. Sebelum ke dunia manusia telah melakukan kontrak ketuhanan, yaitu kesediaan menerima Allah sebagai Tuhan yang mesti ditaati di dunia. Hal ini disebabkan agar manusia tidak leluasa berbuat menurut hawa nafsu.

    2. Penanaman Akidah Pra Nikah

    Di dalam Islam penanaman Akidah dilakukan sejak memilih jodoh, karenanya perlu kehati-hatian di dalam memilih jodoh karena sifat ayah dan ibu menurun pada diri anak, selain itu Nabi mengajarkan empat kriteria dalam menentukan jodoh, sebagaimana sabda beliau:

    ﺗﻧﻜﺢﺍﻠﻣﺭﺃﺓﻷﺭﺑﻊﻠﻣﺎﻠﻬﺎﻮﻟﺣﺴﺑﻬﺎﻮﺟﻣﺎﻠﻬﺎﻮﻠﺪﻴﻨﻬﺎﻓﺎﻆﻔﺮﺑﺫﺍﺖﺍﻠﺪﻴﻦﺘﺮﺑﺖﻴﺪﺍﻙ

    Artinya: “Wanita itu dinikahi karena empat hal, karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya dan karena agamanya, maka pilihlah karena agamanya karena jika niscaya engkau akan beruntung (bahagia) (HR al-Bukhary).

    Menurut Islam, seorang wanita muslimah tidak diperbolehkan untuk menikah dengan lelaki non muslim. Hikmah dari hukum ini adalah demi menjaga keselamatan anak-anak dan keluarga dari hal-hal yang tidak diinginkan, termasuk yang menyangkut kepercayaan (agama) dan perilaku, sebab istri dan anak akan sangat terpengaruh oleh kepercayaan dan perilaku ayah.

    Islam juga melarang kita mengawinkan wanita anggota keluarga kita dengan seorang lelaki yang tidak taat beragama dan berprilaku tidak Islami demi menjaga wanita tersebut serta anak-anaknya kelak dari penyimpangan terhadap agama.

    3. Penanaman Akidah Pra Natal

    Selanjutnya tatkala anak berada di dalam kandungan, penanaman akidah keimanan masih harus dilakukan, pendidikan keimanan pada masa ini dilakukan oleh atau kepada ibunya. [2]

    Perilaku dan tabiat seorang ibu yang sedang hamil berpengaruh kepada janin yang sedang berproses di dalam rahhimnya. Kebiasaan jelek seorang ibu ketika hamil memberikan sumbangan tabiat yang tidak baik terhadap bayi setelah ia lahir. Teori ini sering dibenarkan dalam dunia pendidikan dan diakui oleh umumnya masyarakat muslim.

    Di masa ini seorang ibu yang sedang hamil harus menyadari bahwa dirinya aadalah guru yang paling awal dan paling menentukan dalam memberikan pendidikan kepada bayi yang dikandungnya.[3] untuk itu pendidikan yang dilakukan oleh orang tuanya terutama ibu dapat melalui metode pendidikan Islam, di antaranya sebagai berikut:

    a. Metode Do’a

     Do’a merupakan instrumen yang sangat ampuh untuk mengantarkan pada kesuksesan, hal ini karena segala sesuatu upaya pada akhirnya hanya Allah yang berhak menentukan hasilnya, berdo’a berarti senantiasa menumbuhkan semangat dan optimisme untuk meraih cita-cita dan pada saat bersamaan membuka pintu hati untuk menggantungkan sepenuh hati akan sebuah akhir yang baik di sisi Allah.

    b. Metode Dzikir dan Ibadah

    Ibu yang hamil dan semakin meningkatkan ibadahnya, maka sebenarnya ia telah membawa dan mengikutsertakan anaknya untuk beribadah, selain itu agar janinnya mendapat sinaran cahaya hidayah dari Allah SWT.

    c. Metode Kasih Sayang

    Dalam mendidik anak pra natal, suami harus lebih mengasihi dan menyayangi istri yang sedang mengandung supaya istri menjadi tenang dan keluarga juga tenteram. Hal ini akan memberikan rangsangan edukatif yang sangat positif bagi anak.

    d. Metode Berlagu

    Metode ini merupakan metode yang mantap untuk mendidik keimanan bagi anak pra natal. Tentu saja yang dilagukan adalah kata-kata yang baik.

    4. Penanaman Akidah Pra Sekolah

    Tatkala anak dilahirkan, maka hal-hal yang dilakukanoleh orangtua dalam penanaman akidah kepada anak adalah:

    a.  Mengadzankan di telinganya, hal ini selain mengingatkan kepada perjanjian Primordial, juga agar suara yang pertama didengar dan direkam di dalam memorinya tidak lain hanyalah kalimat Thayyibah.

    حَدَّ ثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ عَنْ سُفْيَا نَ عَنْ عَـاصِـمِ بْنِ عُبَيْدِ اللهِ عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ أَبِي

    رَافِعٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّ أَذَّ نَ فِي أُذُ نِ الْحَسَنِ يَوْمَ وَلَدَ تْهُ بِا لصَّلَـَاةِ

    Artinya: “Aku melihat Nabi SAW mengadzankan ditelinga Hasan pada hari ia dilahirkan dengan adzan shalat. (HR. Ahmad)

    Di antara hikmah diadzankannya bayi yang baru lahir, adalah sebagai upaya untuk memperdengarkan kalimat tauhid di hari lahirnya.

    b. Memotong Aqiqah, selain menunjukan rasa syukur kepada Allah, juga sebagai lambang pengorbanan dan kepedulian orang tua terhadap kelahirannya.

    حَدَّ ثَنَا هِشَا مُ بْنُ عَمَّارٍ حَدَّ ثَنَا شُعَيْبُ بْنُ إِسْحَقَ حَدَّ ثَنَا سَعِيدُ بْنُ أَبِي عَرُ وبَةَ عَنْ قَتَا دَةَ عَنْ الْحَسَـنِ عَنْ سَمُرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كُلُّ غُـلَـامٍ مُرْ تَهَنٌ بِعَقِيقَتِهِ تُذْ بَحُ عَنْهُ يَوْمَ السَّابِعِ وَيُحْلَقُ رَأْسُهُ وَيُسَـمَّى

    Artinya: Setiap anak tergadai oleh aqiqahnya yang disembelihkan pada hari ketujuh, lalu dicukur dan diberi nama. (HR. Ibn Majah)

    c. Memberi nama yang baik, sebagai bentuk Tafa’ul terhadap harapan besar orang tua kepadanya.

    حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ عَوْنٍ قَالَ أَخْبَرَنَا ح و حَدَّ ثَنَا مُسَدَّدٌ قَالَ حَدَّ ثَنَاهُشَيْمٌ عَنْ دَاوُ دَ بْنِ عَمْرٍو عَبْدِ اللهِ بْنِ أَبِي زَكَرِيَّا عَنْ أَبِي الدَّ رْ دَاءِ قَالَ قَالَ رَسُو لُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّكُمْ تُدْعَوْنَ يَوْ مَ الْقِيَا مَةِ بِأَ سْمَا ئِـكُمْ وَأَسْمَاءِآبا ئِـكُمْ فَأَ حْسِنُوا أَسْمَا ءَ كُمْ

    Artinya : Sesungguhnya kalian dipanggil pada hari kiamat dengan nama kalian dan nama orangtua kalian maka perbaguslah nama kalian. (HR. Abu Daud)

    Tatkala bayi lahir kemudian orangtuanya memberikan nama yang baik pada anaknya ini pun merupakan pendidikan keimanan. Nabi juga mengajarkan bahwa pendidikan yang berkenaan dengan keimanan pada dasarnya dilakukan oleh orang tua.

    Di dalam melaksanakan pendidikan akidah ini perlu dihindari cara-cara yang bersifat paksaan dan ancaman yang merusak perasaan si anak, melemahnya kekuatan pikir anak dan membiasakannya mengikuti sesuatu tanpa memberikan kepuasan baginya. Untuk itu perlu formula yang tepat untuk penerapan pendidikan akidah ini pada anak usia dini, yaitu pembiasaan dan keteladanan.

    Dalam taraf pembiasaan dan peneladanan aktivitas yang dilakukan adalah memberikan pengenalan secara umum dan pembiasaan untuk ingat bahwa Tuhan itu ada, seorang anak mengenal Tuhan dengan perantara apa yang dilihat dan didengar dari lingkungannya, ketika ia melihat dan mendengar lingkungan keluarganya banyak menyebut nama Tuhan, bercerita tentang Tuhan dan ciptaan-ciptaannya, ia akan tertarik dan rasa iman mulai tertanam dalam dirinya. Karena pada seperti ini apa yang terjadi dalam kehidupan keluarga di rumah sangat berpengaruh terhadap perkembangan kehidupan aqidahnya.

    Orang tua adalah anutan anaknya, karenanya orang yang mula-muula dikagumi anak adalah orang tuanya. Untuk itu peneladanan sangatlah perlu. Ketika akan makan umpamanya anak diajarkan membaca basmalah bersama, tatkala shalat anak diajak untuk ikut serta walaupun belum mengetahui cara dan bacaannya, tatkala puasa anak diajak untuk makan malam sahur dan berbuka puasa.

    Beberapa hal yang perlu diperhatikan orang tua dalam memupuk dan mengembangkan potensi anak balita, yaitu:

    1. Memberikan rangsangan pada seluruh indra;
    2. Memberikan kebebasan pada anak untuk bergerak dengan aman;
    3. Memberikan kesempatan untuk berbicara, bertanya, dan bercerita;
    4. Memberikan contoh untuk ditiru;
    5. Memberikan kesempatan bermain dengan memperhatikan unsur benda, alat, teman, dan ruangan untuk bermain;
    6. Memberi keleluasaan bagi anak untuk mengenali obyek nyata misalnya pada usia tertentu orang tua dapat mengajarkan anak membedakan hewan yang bertelur dan beranak dengan mengajak mereka menyaksikan secara langsung; dan
    7. Memberi kesempatan untuk mengamati, mengerti, menerapkan disiplin, nilai-nilai agama dan moral.