Blog

  • 3 Macam Gaya Kepemimpinan

    A. Gaya Kepemimpinan

    Gaya Kepemimpinan adalah sistem pengambilan keputusan yang dilakukan dalam sebuah lembaga. Lembaga tersebut boleh dalam skala kecil seperti organisasi sampai skala besar seperti negara.

    1. Gaya Kepemimpinan Otoriter

    Otoriter adalah Gaya Kepemimpinan paling tua, sehingga kadang disebut sebagai gaya kepemimpinan klasik. Kendati demikian, praktik-praktik gaya kepemimpinan Otoriter masih acak kali terlihat di masa modern.

    Gaya kepemimpinan ini memusatkan segala keputusan dan kebijakan pada satu orang pemimpin. Pemimpin memiliki kendali penuh atas sebuah pemerintahan dimana bawahan hanya memiliki fungsi sebagai pelaksana tugas dari kebijakan yang sudah diambil.

    Negara yang masih menganut sistem ini adalah Korea Utara dimana Kepemimpinan Otoriter dari Presiden Korut lebih dianggap sebagai Diktator.

    2. Gaya Kepemimpinan Demokratis

    Gaya Kepemimpinan Demokratis terlihat dari pemberian wewenang yang luas kepada seluruh bawahan untuk menentukan kebijakan yang akan diambil. Keputusan dalam sistem demokratis disepakati bersama melalui voting dengan sistem pemilih kebijakan yang paling banyak yang diikuti.

    Sistem kepemimpinan Demokratis akan selalu diwarnai dengan kompromi antar bawahan yang cenderung akan membentuk kelompok-kelompok kecil. Jika pilihan yang disediakan sedikit atau dua maka kondisi bawahan akan membentuk kutub.

    Amerika Serikat misalnya negara yang menganut sistem Demokrasi, dimana negaranya hanya memiliki dua partai. Satu parti berfungsi sebagai pelaksana kebijakan dan partai lainnya berperan sebagai oposisi dan pengawas pelaksana kebijakan. Proses pengambilan kebijakan tetap dilakukan secara bersama melalui voting.

    3. Gaya Kepemimpinan Bebas / Laissez Faire

    Pemimpin jenis ini hanya terlibat delam kuantitas yang kecil di mana para bawahannya yang secara aktif menentukan tujuan dan penyelesaian masalah yang dihadapi. Gaya kepemimpinan demokratis kendali bebas merupakan model kepemimpinan yang paling dinamis.

    Pada gaya kepemimpinan ini seorang pemimpin hanya menunjukkan sasaran utama yang ingin dicapai saja. Tiap divisi atau seksi diberi kepercayaan penuh untuk menentukan sasaran minor, cara untuk mencapai sasaran, dan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya sendiri-sendiri. Dengan demikian, pemimpin hanya berperan sebagai pemantau saja.

    Sementara itu, kepemimpinan kendali bebas cocok untuk anggota yang memiliki kompetensi dan komitmen tinggi. Namun dewasa ini, banyak para ahli yang menawarkan gaya kepemimpinan yang dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan, dimulai dari yang paling klasik yaitu teori sifat sampai kepada teori situasional.

    B. Model Pengambilan Kebijakan

    Jenis Gaya Kepemimpinan sangat diperlukan ketika Anda merasa kesulitan dalam memimpin sebuah tim. Disini Anda bisa melakukan refleksi diri dan penyesuaian dengan situasi dan kondisi lalu menerapkan gaya kepemimpinan yang menrut Anda cocok dengan situasi lapangan. 

    Merujuk kepada literasi-literasi yang saya temukan bahwa gaya kepemimpinan adalah sumber dari karakter kepemimpinan yang merupakan pondasi dasar penentu kesuksesan jalan kepemimpinan Anda.

    Dengan karakter yang dimiliki, maka setiap pemimpin cenderung memiliki gaya atau cara yang tersendiri dalam memimpin perusahaannya.

    Menurut Tohardi dikutip oleh Edy Sutrisno (2010:242) menyatakan bahwa Gaya-gaya kepemimpinan yaitu :

    1. Gaya persuasive
    2. Gaya Represif
    3. Gaya partispatif
    4. Gaya Inovatif
    5. Gaya investigative
    6. Gaya Inspektif
    7. Gaya Motivasif
    8. Gaya Naratif
    9. Gaya Edukatif
    10. Gaya Retrogresif

    Hal diatas dapat diuraikan sebagai berikut :

    1. Gaya Persuasif

    Yaitu gaya memimpin dengan menggunakan pendekatan yang mengubah perasaan, pikiran atau dengan kata lain melakukan ajakan atau bujukan.

    2. Gaya Represif

    Represif adalah model kepemimpinan yang cenderung memberikan tekanan dan ancaman kepada bawahan dalam mengambil keputusan. Model Pengambilan kebijakan sangat identik dengan Gaya Kepemimpinan Otoriter dimana pimpinan adalah sosok nomor 1 yang anti kritik.

    Konon, Indonesia pernah merasakan sistem pemerintahan ini selama 32 tahun yang dibalut dengan sistem Demokrasi 3 partai.

    3. Gaya Partisipatif

    Yaitu gaya kepemimpinan dengan cara memberikan kesempatan kepada bawahan untuk itu secara aktif baik menata, spiritual, fisik maupun material dalam kiprahnya dalam perusahaan.

    4.  Gaya inovatif

    Yaitu pemimpin yang selalu berusaha dengan keras untuk mewujudkan usaha-usaha pembaruan didalam segala bidang, baik bidang politik, ekonomi, sosial, budaya atau setiap produk terkait dengan kebutuhan manusia

    5. Gaya Investigasi

    Yaitu gaya pemimpin yang selalu melakukan penelitian yang disertai dengan rasa penuh kecurigan tehadap bawahannya menimbulkan yang menyebabkan kreatifitas, inovasi, serta insisiatif dari bawahan kurang berkembang karena bawahan takut kesalahan-kesalahan.

    6. Gaya Inspektif

    Yaitu pemimpin yang suka melakukan acara-acara yang sifatnya protokoler, kepemimpinan dengan gaya inspektif menuntut penghormatan bawahan, atau pemimpin yang senang apabila dihormati.

    7. Gaya Motivatif

    Yaitu pemimpin yang dapat menyampaikan informasi mengenai ide-idenya, program-program dan kebijakan-kebijakan kepada bawahan dengan baik. Komunikasi tersebut membuat segala ide bawahan-bawahan dan kebijakan dipahami oleh bawahan sehingga bawahan mau.

    8. Gaya Naratif

    Pemimpin yang bergaya naratif merupakan pemimpin yang banyak bicara namun tidak disesuiakan dengan apa yang ia kerjakan, atau dengan kata lain pemimpin yang banyak bicara sedikit bekerja.

    9. Gaya Edukatif

    Yaitu pemimpin yang suka melakukan pengembangan bawahan dengan cara memberikan pendidikan dan keterlampiran kepada bawahan, sehingga bawahan menjadi memiliki wawasan dan pengalamanyang lebih baik dari hari ke hari, sehingga seorang pemimpin yang bergaya edukatif tidak akan pernah menghalangi bawahan ingin megembangkan pendidikan dan keterlampiran.

    10.  Gaya Retrogresif

    Yaitu pemimpin yang tidak suka melihat maju, apalagi melebihi dirinya, untuk itu pemimpin yang bergaya retrogresif selalu menghalangi bawahan untuk mengembangkan pengetahuan dan keterlamiplan. Sehingga dengan kata lain pemimpin yang bergaya restrogresif sangat senang melihat bawahan selalu terbelakang bodoh dan sebagainya.

  • Kumpulan Sintaks Model-Model Pembelajaran Interaktif dan Inovatif

    Berikut ini adalah kumpulan langkah-langkah atau sintak model pembelajaran Interaktif dan Inovatif. Model pembelajaran menganut prinsip Student centered dengan pendekatan Saintifik.

    Sintaks Model Pembelajaran

    Berikut ini Sintaks dari 28 model pembelajaran inovatif dan interaktif yang melibatkan partisipasi aktif peserta didik.

    1. Example non Example

    Model Example dan Example adalah salah satu bentuk pembelajaran kooperatif yang menitikan beratkan interaksi antar peserta didik. Pada pembelajaran Example non Example diterapkan menggunakan gambar sebagai media pembelajaran.

    Gambar akan dipilih secara acak di mana peserta didik diminta untuk memberikan deskripsi mengenai objek yang ada pada gambar. Kunci dari pembelajaran ini ada pada gambar yang digunakan, dimana guru harus memilih gambar yang memiliki hubungan dengan topik atau materi yang sedang dipelajari.

    Langkah-Langkah Pembelajaran

    1. Peserta didik dibagi ke dalam kelompok kecil yang berisi 2 sampai 3 orang.
    2. Guru Menyiapkan gambar-gambar yang memiliki hubungan dengan topik pembelajaran.
    3. Gambar kemudian ditayangkan pada layar menggunakan Proyektor
    4. Guru memberikan petunjuk dan kesempatan pada peserta didik menganalisis gambar secara seksama.
    5. Tiap kelompok lalu berdiskusi untuk memberikan deskripsi pada gambar tersebut
    6. Tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi mereka di depan kelas.
    7. Guru dan peserta didik dari kelompok memberikan komentar atas penampilan seorang peserta didik.
    8. Menarik kesimpulan mengenai diskusi yang dibahas.

    Contoh Gambar

    Contoh Topik yang dituangkan dalam Gambar. Gambar ini berkaitan dengan materi pencemaran lingkungan pada Mata Pelajaran Fisika Fase E di kurikulum merdeka.

    Polusi Air dengan sampah Plastik di sungai

    2. PICTURE AND PICTURE

    1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
    2. Menyajikan materi sebagai pengantar
    3. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi
    4. Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis
    5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut
    6. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
    7. Kesimpulan/rangkuman

    3. NUMBERED HEADS TOGETHER

    1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
    2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya
    3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya
    4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka
    5. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain
    6. Kesimpulan

    4. COOPERATIVE SCRIPT

    Skrip kooperatif : metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang dipelajari

    Langkah-langkah :

    1. Guru membagi siswa untuk berpasangan
    2. Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan
    3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar
    4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya.
    5. Sementara pendengar :
    6. Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap
    7. Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya
    8. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. Serta lakukan seperti diatas.
    9. Kesimpulan Siswa bersama-sama dengan Guru
    10. Penutup

    5. KEPALA BERNOMOR STRUKTUR

    1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
    2. Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomorkan terhadap tugas yang berangkai

                Misalnya :      siswa nomor satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan soal dan 

                                        siswa nomor tiga melaporkan hasi pekerjaan dan seterusnya

    1. Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok. Siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja sama mereka
    2. Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain
    3. Kesimpulan

    6. PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI)

    (Pembelajaran Berdasarkan Masalah)

    Langkah-langkah :

    1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
    2. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
    3. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.
    4. Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya
    5. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan

    7. ARTIKULASI

    Langkah-langkah :

    1. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
    2. Guru menyajikan materi sebagaimana biasa
    3. Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua orang
    4. Suruhlan seorang dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya
    5. Suruh siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman pasangannya. Sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya
    6. Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami siswa
    7. Kesimpulan/penutup

    8. MIND MAPPING

    Sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan alternatif jawaban

    Langkah-langkah :

    1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
    2. Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh siswa/sebaiknya permasalahan yang mempunyai alternatif jawaban
    3. Membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang
    4. Tiap kelompok menginventarisasi/mencatat alternatif jawaban hasil diskusi
    5. Tiap kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca hasil diskusinya dan guru mencatat di papan dan mengelompokkan sesuai kebutuhan guru
    6. Dari data-data di papan siswa diminta membuat kesimpulan atau guru memberi bandingan sesuai konsep yang disediakan guru

    9. MAKE – A MATCH

    (Mencari Pasangan)

    Langkah-langkah :

    1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban
    2. Setiap siswa mendapat satu buah kartu
    3. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang
    4. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban)
    5. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin
    6. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya
    7. Demikian seterusnya
    8. Kesimpulan/penutup

    10. THINK PAIR AND SHARE

    Langkah-langkah :

    1. Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai
    2. Siswa diminta untuk berpikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru
    3. Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing
    4. Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya
    5. Berawal dari kegiatan tersebut mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa
    6. Guru memberi kesimpulan
    7. Penutup

    11. DEBATE

    Langkah-langkah :

    1. Guru membagi 2 kelompok peserta debat yang satu pro dan yg lainnya kontra
    2. Guru memberikan tugas untuk membaca materi yang akan didebatkan oleh kedua kelompok diatas
    3. Setelah selesai membaca materi. Guru menunjuk salah satu anggotanya kelompok pro untuk berbicara saat itu ditanggapi atau dibalas oleh kelompok kontra demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa bisa mengemukakan pendapatnya.
    4. Sementara siswa menyampaikan gagasannya guru menulis guru menulis inti/ide-ide dari setiap pembicaraan di papan tulis. Sampai sejumlah ide yang diharapkan guru terpenuhi
    5. Guru menambahkan konsep/ide yang belum terungkap
    6. Dari data-data di papan tersebut, guru mengajak siswa membuat kesimpulan/rangkuman yang mengacu pada topik yang ingin dicapai

    12. ROLE PLAYING

    Langkah-langkah :

    1. Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan
    2. Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dua hari sebelum kbm
    3. Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang
    4. Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai
    5. Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan
    6. Masing-masing siswa duduk di kelompoknya, masing-masing sambil memperhatikan mengamati skenario yang sedang diperagakan
    7. Setelah selesai dipentaskan, masing-masing siswa diberikan kertas sebagai lembar kerja untuk membahas
    8. Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya
    9. Guru memberikan kesimpulan secara umum
    10. Evaluasi
    11. Penutup

    13. GROUP INVESTIGATION

    Langkah-langkah :

    1. Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen
    2. Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok
    3. Guru memanggil ketua-ketua untuk satu materi tugas sehingga satu kelompok mendapat tugas satu materi/tugas yang berbeda dari kelompok lain
    4. Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara kooperatif berisi penemuan
    5. Setelah selesai diskusi, lewat juru bicara, ketua menyampaikan hasil pembahasan kelompok
    6. Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberi kesimpulan
    7. Evaluasi
    8. Penutup

    14. TALKING STICK

    Langkah-langkah :

    1. Guru menyiapkan sebuah tongkat
    2. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk untuk membaca dan mempelajari materi pada pegangannya/paketnya
    3. Setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya mempersilahkan siswa untuk menutup bukunya
    4. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru
    5. Guru memberikan kesimpulan
    6. Evaluasi
    7. Penutup

    15. BERTUKAR PASANGAN

    Langkah-langkah :

    1. Setiap siswa mendapat satu pasangan (guru biasa menunjukkan pasangannya atau siswa menunjukkan pasangannya
    2. Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan pasangannya
    3. Setelah selesai setiap pasangan bergabungdengan satu pasangan yang lain
    4. Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan masing-masing pasangan yang baru ini saling menanyakan dan mengukuhkan jawaban mereka
    5. Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan semula

    16. SNOWBALL THROWING

    Langkah-langkah :

    1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan
    2. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi
    3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya
    4. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok
    5. Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama ± 15 menit
    6. Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian
    7. Evaluasi
    8. Penutup

    17. STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING

    Siswa/peserta mempresentasikan ide/pendapat pada rekan peserta lainnya

    Langkah-langkah :

    1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
    2. Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi
    3. Memberikan kesempatan siswa/peserta untuk menjelaskan kepada peserta untuk menjelaskan kepada peserta lainnya baik melalui bagan/peta konsep maupun yang lainnya
    4. Guru menyimpulkan ide/pendapat dari siswa
    5. Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu
    6. Penutup

    18. COURSE REVIEW HORAY

    Langkah-langkah :

    1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
    2. Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi
    3. Memberikan kesempatan siswa tanya jawab
    4. Untuk menguji pemahaman, siswa disuruh membuat kotak 9/16/25 sesuai dengan kebutuhan dan tiap kotak diisi angka sesuai dengan seler masing-masing siswa
    5. Guru membaca soal secara acak dan siswa menulis jawaban di dalam kotak yang nomornya disebutkan guru dan langsung didiskusikan, kalau benar diisi tanda benar (Ö) dan salan diisi tanda silang (x)
    6. Siswa yang sudah mendapat tanda Ö vertikal atau horisontal, atau diagonal harus berteriak horay … atau yel-yel lainnya
    7. Nilai siswa dihitung dari jawaban benar jumlah horay yang diperoleh
    8. Penutup

    19. DEMONSTRATION

    (Khusus materi yang memerlukan peragaan atau percobaan misalnya Gussen)

    Langkah-langkah :

    1. Guru menyampaikan TPK
    2. Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan disampaikan
    3. Siapkan bahan atau alat yang diperlukan
    4. Menunjukan salah seorang siswa untuk mendemontrasikan sesuai skenario yang telah disiapkan
    5. Seluruh siswa memperhatikan demonstrasi dan menganalisa
    6. Tiap siswa atau kelompok mengemukakan hasil analisanya dan juga pengalaman siswa didemonstrasikan
    7. Guru membuat kesimpulan

    20. EXPLICIT INSTRUCTION

    Pembelajaran langsung khusus dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan  dengan pola selangkah demi selangkah

    Langkah-langkah :

    1. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
    2. Mendemonstrasikan pengetahuan dan ketrampilan
    3. Membimbing pelatihan
    4. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
    5. Memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan

    21. COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC)

    Langkah-langkah :

    1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang yang secara heterogen
    2. Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran
    3. Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada lembar kertas
    4. Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok
    5. Guru membuat kesimpulan bersama
    6. Penutup

    22. INSIDE-OUTSIDE-CIRCLE (LINGKARAN KECIL-LINGKARAN BESAR)

    “Siswa saling membagi informasi pada saat yang bersamaan, dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur”

    Langkah-langkah :

    1. Separuh kelas berdiri membentuk lingkaran kecil dan menghadap keluar
    2. Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran pertama, menghadap ke dalam
    3. Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbagi informasi. Pertukaran informasi ini bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan
    4. Kemudian siswa berada di lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa yang berada di lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam.
    5. Sekarang giliran siswa berada di lingkaran besar yang membagi informasi. Demikian seterusnya

    23. TEBAK KATA

    MEDIA :
    * Buat kartu ukuran 10X10 cm dan isilah ciri-ciri atau kata-kata lainnya yang mengarah pada jawaban (istilah) pada kartu yang ingin ditebak.
    * Buat kartu ukuran 5X2 cm untuk menulis kata-kata atau istilah yang mau ditebak (kartu ini nanti dilipat dan ditempel pada dahi ataudiselipkan ditelinga.

    Langkah-langkah :

    1. Jelaskan TPK atau materi ± 45 menit
    2. Suruhlah siswa berdiri didepan kelas dan berpasangan
    3. Seorang siswa diberi kartu yang berukuran 10×10 cm yang nanti dibacakan pada pasangannya. Seorang siswa yang lainnya diberi kartu yang berukuran 5×2 cm yang isinya tidak boleh dibaca (dilipat) kemudian ditempelkan di dahi atau diselipkan ditelinga.
    1. Sementara siswa membawa kartu 10×10 cm membacakan kata-kata yang tertulis didalamnya sementara pasangannya menebak apa yang dimaksud dalam kartu 10×10 cm. jawaban tepat bila sesuai dengan isi kartu yang ditempelkan di dahi atau telinga.
    2. Apabila jawabannya tepat (sesuai yang tertulis di kartu) maka pasangan itu boleh duduk. Bila belum tepat pada waktu yang telah ditetapkan boleh mengarahkan dengan kata-kata lain asal jangan langsung memberi jawabannya.
    3. Dan seterusnya

    CONTOH KARTU

    •         Perusahaan ini tanggung-jawabnya tidak terbatas

    •         Dimiliki oleh 1 orang

    •         Struktur organisasinya tidak resmi

    •         Bila untung dimiliki,diambil sendiri

         NAH … SIAPA … AKU ?

    JAWABNYA :   PERUSAHAAN  PERSEORANGAN

    24. CONCEPT SENTENCE

    Langkah-langkah :

    1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
    2. Guru menyajikan materi secukupnya
    3. Guru membentuk kelompok yang anggotanya ± 4 orang secara heterogen
    4. Menyajikan beberapa kata kunci sesuai materi yang disajikan
    5. Tiap kelompok disuruh membuat beberapa kalimat dengan menggunakan minimal 4 kata kunci setiap kalimat
    6. Hasil diskusi kelompok. Didiskusikan lagi secara pleno yang dipandu Guru
    7. Kesimpulan

    25. COMPLETE SENTENCE

    Media : Siapkan blangko isian berupa paragraf yang kalimatnya belum lengkap

    Langkah-langkah :

    1. Guru menyampaikan yang ingin dicapai
    2. Menyampaikan materi secukupnya atau peserta disuruh membacakan buku atau model dengan waktu secukupnya
    3. Bentuk kelompok 2 atau 3 orang secara heterogen
    4. Bagikan lembar kerja berupa paragraf yang kalimatnya belum lengkap (lihat contoh)
    5. Peserta diharap berdiskusi untuk melengkapi kalimat dengan kunci jawaban yang tersedia
    6. Bicarakan bersama-sama anggota kelompok
    7. Setelah jawaban benar yang salah diperbaiki. Tiap peserta disuruh membaca berulang-ulang sampai mengerti atau hapal
    8. Kesimpulan

    26. TIME TOKEN

    Struktur yang dapat digunakan untuk mengajarkan keterampilan sosial, untuk menghindari siswa mendominasi pembicaraan atau siswa diam sama sekali

    Langkah-langkah :

    1. Kondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi (cooperative learning / CL)
    2. Tiap siswa diberi kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik. Tiap siswa diberi sejumlah nilai sesuai waktu keadaan
    3. Bila telah selesai bicara kopon yang dipegang siswa diserahkan. Setiap bebicara satu kupon
    4. Siswa yang telah habis kuponnya tak boleh bicara lagi. Yang masih pegang kupon harus bicara sampai kuponnya habis
    5. Dan seterusnya

    27. PAIR CHECKS

    •      APA YANG DILAKUKAN?

    •      BEKERJA BERPASANGAN

                Bentuk tim dalam pasangan-pasangan dua siswa dalam pasangan itu mengerjakan soal

                yang pas sebab semua itu akan membantu melatih

    •      PELATIH MENGECEK

                Apabila patner benar pelatih memberi kupon

    •      BERTUKAR PERAN

                Seluruh patner bertukar peran dan mengurangi langkah 1 – 3

    •      PASANGAN MENGECEK

                Seluruh pasangan tim kembali bersama dan membandingkan jawaban

    •      PENEGASAN GURU

                Guru mengarahkan jawaban /ide sesuai konsep

    28. KELILING KELOMPOK

    Maksudnya agar masing-masing anggota kelompok mendapat kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota lainnya

    Caranya………….?

    1. Salah satu siswa dalam masing-masing kelompok menilai dengan memberikan pandangan dan pemikirannya mengenai tugas yang sedang mereka kerjakan
    2. Siswa berikutnya juga ikut memberikan kontribusinya
    3. Demikian seterusnya giliran bicara bisa dilaksanakan arah perputaran jarum jam atau dari kiri ke kanan
  • Aspek Domain Psikomotorik dalam Pembelajaran

    Psikomotorik adalah keterampilan dalam bentuk menggerakkan otot, kinerja, imajinasi, kreativitas dan karya-karya Intelektual. Contoh dari Produk Psikomotorik ini adalah Berenang, Menari, Praktikum, Berlari dan sejenisnya.

    Level Domain Psikomotorik

    Aspek Psikomotorik menurut Dave (1967) menyatakan bahwa level psikomotorik dibedakan ke dalam 5 tingkatan yakni

    1. Imitasi

    Imitasi adalah keterampilan melakukan kegiatan sederhana dalam bentuk peniruan apa yang dilihat sebelumnya. Gerakan yang dilakukan mungkin saja berbeda dengan apa yang dilihat tapi gerakan tersebut berasal dari pengamatan yang ia lakukan.

    2. Manipulasi

    Manipulasi adalah kemampuan melakukan kegiatan sederhana yang belum pernah dilihat tetapi berdasarkan pada pedoman atau petunjuk saja. Sebagai contoh,seorang peserta didik dapat memukul bola dengan tepat hanya berdasarkan pada petunjuk guru atau teori yang dibacanya.

    3. Presisi

    Kemampuan tingkat presisi adalah kemampuan melakukan kegiatan-kegiatan yang akurat sehingga mampu menghasilkan produk kerja yang tepat. Contoh, peserta didik dapat mengarahkan bola yang dipukulnya sesuai dengan target yang diinginkan.

    4. Artikulasi

    Kemampuan pada tingkat artikulasi adalah kemampuan melakukan kegiatan yang komplek dan tepat sehingga hasil kerjanya merupakan sesuatu yang utuh. Sebagai contoh, peserta didik dapat mengejar bola kemudian memukulnya dengan cermat sehingga arah bola sesuai dengan target yang diinginkan. Dalam hal ini, peserta didik sudah dapat melakukan tiga kegiatan yang tepat, yaitu lari dengan arah dan kecepatan tepat serta memukul bola dengan arah yang tepat pula.

    5. Naturalisasi

    Kemampuan pada tingkat naturalisasi adalah kemampuan melakukan kegiatan secara reflek, yakni kegiatan yang melibatkan fisik saja sehingga efektivitas kerja tinggi. Sebagai contoh tanpa berpikir panjang peserta didik dapat mengejar bola kemudian memukulnya dengan cermat sehingga arah bola sesuai dengan target yang diinginkan.

    Alat penilaian psikomotorik meliputi (Chatib 2012):

    • Tes kertas dan pensil, tujuannya adalah untuk melihat kemampuan siswa dalam menampilkan karya. Misalnya, desain alat, desain grafis, dan karya sastra.
    • Tes identifikasi, tujuannya untuk mengukur kemampuan siswa dalam mengidentifikasi sesuatu. Misalnya, kemampuan siswa menemukan unsur-unsur yang terkandung dalam sampah.
    • Tes simulasi, aktivitas yang mencontoh sebuah manajemen yang real untuk disimulasikan dalam kelas dengan batasan aturan-aturan yang berlaku sebenarnya. Alat peraga yang dipakai dapat berupa alat tiruan atau imajinatif.
    • Tes work-sample and project, tujuannya untuk menunjukkan apakah siswa mampu menggunakan alat sesungguhnya dalam hubungannya dengan materi pendidikan. Misalnya apakah siswa dapat menggunakan aplikasi komputer, melakukan pengamatan dengan mikroskop, dll.

    Skala penilaian ranah psikomotorik:

    1. Penentuan rubrik penilaian. Contohnya, jumlah benar dan salahnya siswa mengelompokkan beberapa benda menurut kategori yang sudah ditentukan (untuk aktivitas pengelompokkan), kualitas ketepatan alasan yang disampaikan siswa (untuk aktivitas presentasi).
    2. Penentuan angka skala penilaian. Contohnya, skala 1, 2, 3, 4, 5 dengan nilai tertinggi 5 dan terendah 1, dsb.
    3. Pencatatan hasil aktivitas. Pencatatan ini dilakukan oleh guru pada saat aktivitas berlangsung, baik secara individu maupun berkelompok. kemudian aktivitas ini dimasukkan dalam lembaran portofolio ranah psikomotorik.

    Kemampuan Afektif dan Psikomotorik ini saling berkaitan antara satu dengan lainnya, begitu juga dengan kemampuan kognitif. Tanpa adanya kemampuan afektif yang meliputi minat dan sikap peserta didik terhadap suatu mata pelajaran yang diajarkan, maka kemampuan kognitif dan psikomotorik tidak dapat muncul dengan baik.

  • God of Flying Spaghetti Monster dan Agama Pastafarian

    Terdapat hubungan yang sangat erat antara Flying Spaghetti Monster dan Agama Pastafarian. FSM sendiri adalah tokoh fiktif yang dijadikan Tuhan oleh orang-orang non-believer (Ateis) jika ditanya tentang bagaimana sosok dari tuhan.

    Pastafarian

    Dari sekian banyak pandangan tentang Ateisme, Pastafarian adalah kepercayaan paling nyeleneh. Kepercayaan ini diusung oleh Bobby Henderson yang tidak lain dianggap sebagai Nabi dari Kepercayaan Pastafarian.

    Ide ini berasal dari seorang Bobby Henderson (lulusan sarjana fisika dari Universitas Oregon State, US), setelah ia mendengar, negara bagian Kansas di Amerika Serikat dengan cerobohnya mengeluarkan keputusan untuk mengganti kurikulum mengenai teori evolusi dan menawarkan intelligent design sebagai alternatif dalam mata pelajaran sains. Seperti yang kita ketahui, intelligent design memiliki prinsip bahwa tubuh manusia dan alam semesta yang kompleks pasti memiliki pencipta di baliknya dan pada awalnya ini terlihat seperti argumen teisme umum, di dalamnya sarat dengan jumping argumen yang berakhir dengan pengajaran teologi Kristen.

    Sebagai orang yang peduli pendidikan, Bobby Henderson mengirim surat ke dewan pendidikan Kansas memprotes keputusan tersebut. Suratnya panjang, penuh argumen dan sangat cerdas. Salah satunya menunjukkan bahwa walaupun di sini kita bisa berandai intelligent design itu benar, ‘sosok pencipta’ dalam konteks itu bisa apa aja termasuk Flying Spaghetti Monster.

    Henderson juga menyindir klaim yang dikeluarkan gereja bahwa jumlah bencana alam yang meningkat disebabkan oleh meningkatnya jumlah ateis. Henderson membalas dengan mengatakan, bahwa pemanasan global terjadi karena menurunnya populasi bajak laut. Sebagai buktinya disertakan statistik bahwa Somalia yang memiliki populasi bajak laut paling banyak, justru memiliki kadar emisi gas rumah kaca paling sedikit. Intinya, beliau ingin membuktikan lewat sarkasme bahwa korelasi tidak berimplikasi pada kausalitas.

    Surat itu tidak mendapat tanggapan sehingga Henderson memutuskan untuk menaruhnya di web. Di luar dugaan, isi surat itu mendapat banyak hit pembaca dan menjadi sangat populer. Orang-orang menggunakan argumen di dalam surat itu untuk meledek diajarkannya ID (intelligent design) di sekolah. Sejak saat itu FSM menjadi parodi untuk Tuhan, dan bajak laut menjadi ikon FSM.

    Karena ide tersebut lucu dan bisa juga untuk mengolok-ngolok agama, FSM ini mulai dikembangkan menjadi simbol parodi agama. Tentu saja penganutnya adalah orang-orang yang mengetahui sejarah FSM dan sebetulnya ateis. Banyak organisasi keagamaan memaksa pemerintah meloloskan undang-undang irasional, murni karena alasan “kebebasan beragama”. Jika FSM berhasil dikukuhkan sebagai agama resmi yang diakui sebuah negara, mereka pun bisa memaksakan hal-hal konyol seperti boleh menggunakan atribut bajak laut sebagai bagian dari “kebebasan beragama.”

    Ini adalah untuk mengajarkan bahwa segala keputusan pemerintah seharusnya memisahkan agama dan negara (sekuler), karena pada akhirnya segala keputusan pemerintah harus bersifat rasional, sebab tidak bisa ada penganut agama yang mengaku bahwa agamanya paling benar, lantas memaksa bahwa keputusan pemerintah hanya menguntungkan penganut agama tersebut. Bayangkan saja bagaimana jadinya jika pemerintah Indonesia dikuasai aliran Ahmadiyah atau Lia Eden.

    Hingga saat ini, Austria sudah menjadikan Pastafarian sebagai Agama resmi di negara mereka. Para Pastafarian di Austria percaya bahwa alam semesta tercipta setelah pencipta mereka yang tak terlihat itu kebanyakan minum. Mereka juga menganggap bajak laut adalah makhluk suci yang namanya dicemarkan oleh Gereja Katolik pada era 1800-an.

    Sebagaimana agama lain, maka pastafarian juga memiliki beberapa aliran, ada yg mengakui bahwa tuhan mereka yang sebenarnya adalah makaroni, bukan spaghetti, untuk Austria sendiri sekte pastafarian menganggap fusilli sebagai bentuk sesungguhnya dari tuhan, bahkan memiliki konsep trinitas, Pasta-Meatballs-Holy Sauce. Masalah hari raya juga berbeda-beda, di Austria hari besar khusus jatuh setiap 19 September bernama “Talk Like A Pirate Day”. Pada hari ini, seluruh Pastafarian berpakaian dan berbicara layaknya bajak laut.

  • Mobilitas Sosial

    Mobilitas sosial lebih mungkin terjadi pada masyarakat di berbagai laporan dan kedudukan sosial. Mobilitas sosial terbagi ke dalam dua sub yaitu mobilitas sosial yang berdimensi horizontal dan mobilitas sosial yang berdimensi vertikal

    A. Pengertian Mobilitas Sosial

    Mobilitas berasal dari kata Latin mobilis yang berarti mudah bergerak atau mudah dipindahkan dari suatu tempat ke tempat yang lain. Menurut Robert M.Z. Lawan pengertian mobilitas sosial adalah perpindahan posisi dari satu lapisan ke lapisan yang lain atau dari satu dimensi ke dimensi yang lainnya. Menurut Horton dan Hunt mobilitas sosial dapat diartikan sebagai suatu gerak perpindahan dari suatu kelas sosial ke kelas sosial lainnya.

    Menurut Kimball Young dan Raym W. Mack, Pengertian mobilitas sosial adalah suatu gerak dalam struktur sosial yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial. Struktur sosial mencakup sifat-sifat hubungan antara individu dengan kelompoknya. Perubahan dalam mobilitas sosial ditandai oleh perubahan struktur sosial yang meliputi hubungan antar individu dalam kelompok dan antara individu dengan kelompok. Baik mobilitas individu maupun kelompok sama-sama memiliki dampak sosial. Keduanya membawa pengaruh bagi perubahan struktur.

    Seorang individu dalam lingkungan masyarakat mengalami perubahan kedudukan sosial dari satu lapisan ke lapisan yang lain, ketingkat yang lebih tinggi maupun ke tingkat yang lebih rendah. Pergerakan sosial atau mobilitas sosial dalam mempertahankan hidup merupakan suatu hal atau tindakan yang manusiawi hal ini dikarenakan manusia selalu menginginkan yang terbaik dalam kehidupannya.

    1. Bentuk Mobilitas Sosial

    a. Mobilitas sosial horizontal

    Mobilitas horizontal merupakan peralihan individu atau obyek-obyek sosial lainnya dari suatu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang sederajat. Tidak terjadi perubahan dalam derajat kedudukan seseorang dalam mobilitas sosialnya.

    Contoh: Pak Amir seorang warga negara Amerika Serikat, mengganti kewarganegaraannya dengan kewarganegaraan Indonesia, dalam hal ini mobilitas sosial Pak Amir disebut dengan Mobilitas sosial horizontal karena gerak sosial yang dilakukan Pak Amir tidak mengubah status sosialnya.

    b. Mobilitas sosial vertikal

    Mobilitas sosial vertikal adalah perpindahan individu atau objek-objek sosial dari suatu kedudukan sosial ke kedudukan sosial lainnya yang tidak sederajat. Sesuai dengan arahnya, mobilitas sosial vertikal dapat dibagi menjadi dua, mobilitas vertikal ke atas (social climbing) dan mobilitas sosial vertikal ke bawah (social sinking).

    I. Mobilitas Vertikal ke Atas

    Mobilitas vertikal ke atas atau social climbing mempunyai dua bentuk yang utama:

    Masuk ke dalam kedudukan yang lebih tinggi. Masuknya individu-individu yang mempunyai kedudukan rendah ke dalam kedudukan yang lebih tinggi, di mana kedudukan tersebut telah ada sebelumnya.

    Contoh: A adalah seorang guru sejarah di salah satu SMA. Karena memenuhi persyaratan, ia diangkat menjadi kepala sekolah.

    Membentuk kelompok baru. Pembentukan suatu kelompok baru memungkinkan individu untuk meningkatkan status sosialnya, misalnya dengan mengangkat diri menjadi ketua organisasi.

    Contoh: Pembentukan organisasi baru memungkinkan seseorang untuk menjadi ketua dari organisasi baru tersebut, sehingga status sosialnya naik.

    II. MObilitas Vertikal ke Bawah (Sosial Sinking)

    Mobilitas vertikal ke bawah mempunyai dua bentuk utama:

    Turunnya kedudukan. Kedudukan individu turun ke kedudukan yang derajatnya lebih rendah.

    Contoh: Nelson Piquet Jr. dipecat dari tim Renault karena gagal meraih poin di F1 2009.

    Turunnya derajat kelompok. Derajat sekelompok individu menjadi turun yang berupa disintegrasi kelompok sebagai kesatuan.

    Contoh: Juventus terdegradasi ke seri B. akibatnya, status sosial tim pun turun.

    c. Mobilitas antargenerasi

    Mobilitas antargenerasi secara umum berarti mobilitas dua generasi atau lebih, misalnya generasi ayah-ibu, generasi anak, generasi cucu, dan seterusnya. Mobilitas ini ditandai dengan perkembangan taraf hidup, baik naik atau turun dalam suatu generasi. Penekanannya bukan pada perkembangan keturunan itu sendiri, melainkan pada perpindahan status sosial suatu generasi ke generasi lainnya.

    Contoh: Pak Parjo adalah seorang tukang becak. Ia hanya menamatkan pendidikannya hingga sekolah dasar, tetapi ia berhasil mendidik anaknya menjadi seorang pengacara. Contoh ini menunjukkan telah terjadi mobilitas vertikal antargenerasi.

    d. Mobilitas intragenerasi

    Mobilitas sosial intragenerasi adalah mobilitas yang dialami oleh seseorang atau sekelompok orang dalam satu generasi.

    Contoh: Pak Darjo awalnya adalah seorang buruh. Namun, karena ketekunannya dalam bekerja dan mungkin juga keberuntungan, ia kemudian memiliki unit usaha sendiri yang akhirnya semakin besar. Contoh lain, Pak Bagyo memiliki dua orang anak, yang pertama bernama Endra bekerja sebagai tukang becak, dan Anak ke-2, bernama Ricky, yang pada awalnya juga sebagai tukang becak. Namun, Ricky lebih beruntung daripada kakaknya, karena ia dapat mengubah statusnya dari tukang becak menjadi seorang pengusaha. Sementara Endra tetap menjadi tukang becak. Perbedaan status sosial antara Endra dengan adiknya ini juga dapat disebut sebagai mobilitas intragenerasi.

    e. Mobilitas sosial geografis

    Gerak sosial ini adalah perpindahan individu atau kelompok dari satu daerah ke daerah lain seperti transmigrasi, urbanisasi, dan migrasi.

    2. Saluran Mobilitas Sosial

    a. Pendidikan

    Lembaga pendidikan merupakan saluran nyata dalam mobilitas sosial vertikal. Sekolah juga dapat dikatakan sebagai social elevator bergerak dari yang paling rendah ke paling tinggL Karena melalui lembaga pendidikan seseorang dapat meningkatkan wawasan maupun kemampuan intelektualnya sehingga sangat logis untuk mengemban status yang lebih tinggi. Masyarakat sangat menghargai seseorang yang memiliki pendidikan tinggi karena dianggap memiliki kemampuan bekerja contohnya pegawai negeri dan dokter.

    b. Politik

    Salah satu bentuk dari organisasi politik adalah partai politik. Seseorang yang menjadi anggota dalam partai tersebut akan berusaha memenangkan partainya. Mereka yang menang mengalami mobilitas vertikal naik karena dapat menduduki kursi dl lembaga legislatif maupun eksekutif. Bahkan tak jarang kita temui para anggota partai yang gagal dan mengalami mobilitas vertikal turun sehingga mengalami kegoncangan jiwa.

    c. Ekonomi

    Ekonomi yang terwujud dalam bentuk kekayaan menjadi sarana yang paling penting bagi seseorang untuk mencapai mobilitas sosial vertikal naik. Di negara-negara kapitalistik atau di negara-negara berkembang yang masyarakatnya materialistic, ekonomi, dan kekayaan merupakan salah satu faktor penentu pelapisan sosial. Pada umumnya mereka berpikiran bahwa kedudukan dalam masyarakat dapat dipilih dengan sejumlah uang atau materi sehingga melalui saluran-saluran ekonomi dan lembaga-lembaga ekonomi mereka mengejar status yang lebih tinggi.

    d. Perkawinan

    Dengan perkawinan mobilitas sosial vertikal naik atau turun dapat terjadi. Seseorang yang menikah dengan orang yang berasal dari lapisan sosial di bawahnya akan mengalami mobilitas sosial turun. Sebagai contoh jika ada gadis Bali yang menikah dengan pemuda yang berkasta lebih rendah darinya maka pernikahan tersebut dianggap sebagai pelanggaran norma kasta. 

    B. Faktor Pendorong Mobilitas Sosial

    Situasi pendorong mobilitas sosial dapat dibedakan menjadi beberapa faktor berikut:

    1. Faktor Struktural

    Faktor struktural adalah jumlah relatif dari kedudukan tinggi  yang bisa dan harus diisi serta kemudahan untuk memperolehnya.

    Yang termasuk dalam cakupan faktor struktural antara lain:

    a. Struktur Pekerjaan

    Di setiap masyarakat terdapat beberapa kedudukan tinggi dan rendah yang harus diisi oleh anggota masyarakat yang bersangkutan. Biasanya ini terkait dengan kegiatan perekonomian masyarakat tersebut.

    b. Perbedaan Fertilitas

    Setiap masyarakat memiliki tingkat fertilitas (kelahiran) yang berbeda-beda. Tingkat fertilitas akan berhubungan erat dengan jumlah jenis pekerjaan yang mempunyai kedudukan tinggi atau rendah. Hal ini tentu akan berpengaruh terhadap proses mobilitas sosial yang akan berlangsung.

    c. Ekonomi Ganda

    Suatu Negara mungkin saja menerapkan sistem ekonomi ganda (tradisional dan modern). Hal ini tentu akan berdampak pada jumlah pekerjaan, baik yang berstatus tinggi maupun yang rendah.

    2. Faktor Individu

    Faktor individu adalah kualitas orang perorang baik ditinjau dari segi tingkat pendidikan, penampilan, maupun keterampilan pribadi.

    Adapun yang termasuk dalam cakupan faktor individu adalah sebagai berikut:

    1. Perbedaan Kemampuan
    2. Orientasi Sikap terhadap Mobilitas
    3. Faktor Kemujuran

    3. Status sosial

    Setiap manusia dilahirkan dalam status sosial yang dimiliki oleh orang tuanya, karena ketika ia dilahirkan tidak ada satu manusia pun yang memiliki statusnya sendiri. Apabila ia tidak puas dengan kedudukan yang diwariskan orang tuanya, ia dapat mencari sendiri lapisansosial yang lebih tinggi dengan melihat kemampuan dan jalan yang di tempuh dan hal ini hanya terjadi dalam masyarakat yang memiliki struktur sosial yang luwes.

    4. Keadaan ekonomi

    Keadaan ekonomi dapat mendorong terjadinya mobilitas sosial. orang yang hidup dalam keadaan ekonomi yang serba kekurangan, kemudian mereka yang tidak mau menerima keadaan ini berpindah tempat tinggal kedaerah lain atau kekota besar. Secara sosiologis mereka dikatakan mengalami mobilitas.

    5. Situasi politik

    Situasi politik dapat menyebabkan terjadinya mobilitas sosial suatu masyarakat dalam sebuah negara. Keadaan negara yang tidak menentu akan mempengaruhi situasi keamanan yang bisa mengakibatkan terjadinya mobilitas manusia kedaerah yang lebih aman.

    6. Kependudukan (demografi)

    Faktor kependudukan biasanya menyebabkan mobilitas dalam arti geografik. Pertambahan jumlah penduduk yang pesat mengakibatkan sempitnya tempat pemukiman dan kemiskinan semakin merajalela. Keadaan demikian mendorong sebagian warga masyarakat mencari tempat kediaman yang lain.

    7. Keinginan melihat daerah lain

    Adanya keinginan melihat daerah lain mendorong masyarakat untuk melangsungkan mobilitas geografik dari satu tempat ke tempat yang lain.

  • Kisi Kisi Instrumen Survei Kecerdasan Emosional dalam Pembelajaran

    Kecerdasan Emosional merupakan keterampilan Individu untuk menghadapi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. Keterampilan ini menyangkut pengambilan keputusan yang tepat, berpikir rasional dan mengekspresikan diri dengan baik di tengah tekanan. Hal ini dapat diukur dengan Instrumen Survei Kecerdasan Emosional.

    A. Instrumen Kecerdasan Emosional

    Instrumen kecerdasan emosional ini lebih ke arah bentuk asesmen diri terkait dengan Kecerdasan emosional dalam pembelajaran bagi peserta didik.

    NoAspek Kecerdasan EmosionalJenis SoalButir Instrumen
    1Kedisiplinan+Saya selalu mengerjakan tugas yang diberikan paling tepat waktu
      +Saya menyusun seluruh tugas berdasarkan tingkat kesulitan yang diberikan oleh guru.
      Saya merasa tidak perlu terburu-buru mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru jika tugas tersebut mudah
      Saya akan menunda mengerjakan tugas yang diberikan jika tidak mampu memahami solusinya
    2Kemandirian+Saya mengerjakan sendiri tugas yang diberikan oleh Guru.
      +Saya selalu berusaha untuk mengerti penjelasan yang diberikan oleh guru sebelum menanyakannya jika tidak menemukan solusinya.
      Saya tidak akan sungkan meminta bantuan kepada teman jika saya tidak mampu mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru
      +Saya merasa jika mengerjakan tugas sendiri jauh lebih mudah dibandingkan dengan meminta bantuan dengan teman.
    3Kreatifitas+Menurut saya perbedaan jawaban dari tugas yang saya kerjakan dengan teman sekelas adalah hal yang wajar.
      Menurut saya pelajaran adalah pelajaran yang jawaban benarnya hanya berdasarkan rumus yang telah diberikan oleh guru.
      Saya merasa guru menjelaskan tingkatan mater jauh lebih sedikit dibandingkan dengan tugas yang diberikan
      Saya merasa pelajaran yang saya pelajari di sekolah tidak memiliki banyak manfaat dengan masalah kehidupan saya sehari-hari
    4Keaktifan+Saya selalu mengikuti penjelasan yang diberikan oleh guru di dalam kelas secara seksama
      +Saya selalu mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru
      Saya merasa penjelasan guru di dalam kelas tidak perlu diperhatikan karena dapat dibaca didalam buku cetak.
      Saya merasa senang jika pelajaran tidak perlu disertai dengan kegiatan laboratorium
    5Percaya DiriSaya selalu mencocokan tugas yang telah saya kerjakan sendiri dengan teman kelas yang dianggap memiliki nilai yang bagus
      +Saya merasa jawaban yang dari tugas yang saya kerjakan sendiri adalah jawaban yang paling benar dibandingkan dengan jawaban teman kelas saya.
      +Saya merasa membaca mencoba memahami mata pelajaran langsung dengan membaca buku jauh lebih baik daripada mendengarkan penjelasan guru.
      Saya merasa adalah mata pelajaran yang sulit untuk saya karena memiliki banyak rumus.
    6Memotivasi Diri Sendiri+Saya merasa pelajaran akan bermanfaat bagi kehidupan saya di masa yang akan datang.
      +Saya selalu merasa mata pelajaran adalah mata pelajaran Penting karena sulit untuk dipahami.
      +Saya selalu menemukan cara untuk mengatasi kejenuhan saat belajar di dalam kelas
      +Saya merasa bangga dengan jawaban yang saya temukan sendiri meskipun berbeda dengan teman kelas saya yang memiliki nilai lebih bagus dari saya.
    7Pengendalian Rasa MarahSaya selalu merasa sedih jika saya salah dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.
      Saya tidak pernah tahu waktu yang tepat saya merasa nyaman belajar
      Saya akan marah jika teman kelas meniru jawaban dari tugas yang telah saya kerjakan sendiri.
      +Saya akan selalu merasa senang meskipun tugas yang saya kerjakan salah, karena saya telah berusaha sendiri.
    8Membina HubunganSaya merasa mata pelajaran adalah pelajaran yang tidak cocok diajarkan dengan metode diskusi di dalam kelas.
      Saya selsalu berusaha mempertahankan pendapat yang telah saya kemukanan ketika sedang berdiskusi di dalam kelas.
      +Saya merasa teman sekelas salah jika tidak mampu mengerti penjelasan yang mudah dari guru
      +Saya merasa tugas dari Mata pelajaran cocok dikerjakan secara berkelompok.

    Skala yang digunakan dalam instrumen ini adalah skala Likert dengan skala 1 sampai 5, yang didistribusikan mulai Sangat Tidak Setuju, Tidak Setuju, Biasa saja, Setuju, Sangat Setuju,

  • Pengertian Kecerdasan Emosional Dalam Pembelajaran

    Salah satu aspek yang penting dalam menentukan keberhasilan seseorang dalam belajar adalah kecerdasan Emosional. Secara Sederhana, Kecerdasan Emosional dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang mengatur dan mengontrol ekspresi jiwa yang ia tunjukkan.

    A. Kecerdasan Emosional

    1. Pengertian Kecerdasan

    Kata kecerdasan disebut sebagai intelegensi. Intelegensi merupakan transisi dari bahasa Inggris, yaitu intelligence yang berarti kecerdasan. Uno (2012:58) mendefinisikan bahwa kecerdasan merupakan kekuatan atau kemampuan untuk melakukan sesuatu. Masyarakat umum mengenal kecerdasan sebagai hal yang menggambarkan kepintaran, kepandaian ataupun kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Kecerdasan dapat diartikan sebagai kemampuan individu untuk memperoleh pengetahuan, serta mempraktikkannya dalam suatu masalah.

    Kecerdasan adalah suatu kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah, menyelesaikan suatu masalah, memperoleh pengetahuan, menguasai lingkungan secara efektif, serta menggunakan pengalaman masa lalu untuk mewujudkan suatu perubahan dalam diri ke arah yang lebih baik. Sukmadinata (2014:93) menyatakan kecerdasan menunjuk kepada cara individu berbuat, apakah berbuat dengan cara yang cerdas atau kurang cerdas atau tidak cerdas sama sekali. Suatu perbuatan yang cerdas ditandai oleh perbuatan yang cepat dan tepat. Cepat dan tepat dalam memahami unsur-unsur yang ada dalam suatu situasi, dalam melihat hubungan antar unsur dalam menarik kesimpulan serta dalam mengambil kesimpulan atau tindakan.

    Susanto (2016:15) mengemukakan bahwa kemampuan kecerdasan seseorang sangat mempengaruhi terhadap cepat atau lambatnya penerimaan informasi serta terpecahkan atau tidaknya suatu permasalahan. Selain itu, kecerdasan siswa juga sangat membantu guru untuk menentukan apakah siswa itu mampu mengikuti pelajaran yang diberikan serta untuk meramalkan keberhasilan siswa setelah mengikuti pelajaran yang diberikan meskipun tidak akan terlepas dari faktor lainnya.

    Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan kecerdasan merupakan kemampuan individu dalam menghadapi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan secara efektif, mengambil keputusan secara tepat dan cepat, serta berpikir secara rasional. Hal tersebut menjelaskan bahwa dengan adanya kecerdasan, seseorang dapat mewujudkan perubahan dirinya kearah yang lebih baik.

    2. Pengertian Emosional

    Emosi berasal dari kata movere, yang berarti kata kerja dalam bahasa latin adalah menggerakkan atau bergerak, sehingga dapat disimpulkan emosi merupakan suatu gerakan untuk mengeluarkan perasaan.

    Emosi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) didefinisikan sebagai (1) luapan perasaan yang berkembang dan surut dalam waktu singkat; (2) keadaan dan reaksi psikologis dan fisiologis. Chaplin dalam Dirman dan Juniarsih (2014:31) mendefinisikan emosi merupakan suatu keadaan yang mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya, dan perubahan perilaku.

    Tidak jauh berbeda dengan pendapat (Goleman,Uno, 2012:64) emosi didefinisikan setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, dan nafsu; setiap keadaan yang hebat atau meluap-luap. Oleh karena itu, emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis, psikologis, dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak.

    Arends (2013:55) emosi berinteraksi dengan kesadaran manusia dalam semua hal fungsi manusia, termasuk cara siswa belajar di sekolah. Sejalan dengan pernyataan tersebut (Dirman, Juarsih 2014:31) menyatakan emosi merupakan faktor dominan yang mempengaruhi tingkah laku siswa. Emosi positif seperti perasaan senang, bersemangat, atau rasa ingin tahu tinggi akan mempengaruhi siswa untuk mengkonsentrasikan dirinya terhadap aktivitas belajar. Sebaliknya, apabila yang menyertai proses belajar itu emosi yang negatif, seperti perasaan tidak senang, kecewa, tidak bergairah, maka proses belajar tersebut akan mengalami hambatan.

    Dapat diartikan siswa tidak dapat memusatkan perhatiannya untuk belajar, sehingga kemungkinan besar siswa akan mengalami kegagalan dalam belajarnya. (Goleman,Uno 2012:64) mengungkapkan bahwa ada ratusan emosi, bersama dengan campuran, variasi, mutasi, dan kuasanya. Sejumlah teoritikus mengelompokkan emosi dalam golongan golongan besar, meskipun tidak semua sepakat tentang penggolongan ini. Golongan utama emosi dan beberapa anggota kelompoknya sebagai berikut.

    1. Amarah: beringas, mengamuk, benci, marah, jengkel, kesal hati, terganggu, rasa pahit, berang, tersinggung, bermusuhan, dan barang kali yang paling hebat, dan tindak kekerasan.
    2. Kesedihan: pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihani diri, kesepian, ditolak, putus asa, dan kalau menjadi patologis, depresi berat.
    3. Rasa takut: cemas, takut, gugup, khawatir, waswas, perasaan takut sekali, khawatir, waspada, sedih, tidak tenang, ngeri, kecut, sebagai patologi, fobia dan panik.
    4. Kenikmatan: bahagia, gembira, ringan, puas, riang, senang, terhibur, bangga, kenikmatan indrawi, takjub, rasa terpesona, rasa puas, rasa terpenuhi, kegirangan luar biasa, senang, senang sekali, dan batas ujungnya, mania.
    5. Cinta: penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kasmaran, kasih.
    6. Terkejut: terkejut, terkesiap, takjub, terpana.
    7. Jengkel: hina, jijik, muak, mual, benci, tidak suka, mau muntah.
    8. Malu: rasa salah, malu hati, kesal hati, sesal, hina, aib, dan hati hancur lebur.

    Berdasarkan uraian tersebut, emosi adalah perubahan perilaku pada diri  individu yang merujuk pada suatu ungkapan perasaan berupa rasa marah, bahagia, sedih, cinta, benci, takut, dan lain sebagainya. Emosi merupakan suatu keadaan psikologis, serta kecenderungan untuk bertindak akibat adanya situasi atau rangsangan tertentu.

    3. Kecerdasan Emosional

    Goleman (2017:512) kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi (tomanage our emotional life with intelligence); menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya (the appropriateness of emotion and its expression)

    Melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kecerdasan emosional adalah kemampuan siswa untuk mengenali emosi diri terhadap keadaan yang sedang terjadi dalam dirinya, baik mengenai perasaan yang muncul pada diri siswa atau suasana hati ketika menanggapi sebuah rangsangan yang datang.

    Kecerdasan emosional yang baik ditunjukkan dengan kemampuannya dalam mengelola emosi, memberikan respon dengan tindakan yang tepat. Selain itu kemampuan memotivasi diri sendiri agar selalu berpikir positif terhadap diri sendiri sangat diperlukan dalam mengembangkan kecerdasan emosional agar menjadi siswa yang lebih produktif, termasuk kemampuan dalam mengenali emosi orang lain yakni dengan menunjukkan sikap empati terhadap orang lain, sehingga mampu memiliki kemampuan untuk membina hubungan dengan orang lain yang merupakan kecakapan emosional untuk mencapai keberhasilan dan perkembangan kecerdasan emosional.

    Deflia dkk (2013) mengatakan bahwa Kecerdasan emosional diperlukan apabila individu menghadapi masalah yang dapat menimbulkan tekanan untuk individu tersebut sehingga dapat mengendalikan emosi yang dimilikinya agar dapat menghadapi masalah dengan baik. Ketatnya persaingan d ibidang pendidikan, membuat sebagian besar siswa menempuh segala macam cara untuk dapat bersaing pada keadaan tersebut.

    Misalnya dengan mengikuti pelajaran tambahan baik itu privat maupun les yang diadakan oleh pihak sekolah. Hal tersebut bertujuan untuk menambah pengetahuan intelektual siswa. Padahal kemampuan intelektual saja tidak cukup untuk mengikuti persaingan tersebut. Tetapi dengan kemampuan mengelola emosi, individu akan mampu mengelola emosinya dan mampu memahami orang lain. Dengan begitu, individu akan mampu bersaing dan kemampuan intelektual yang ia miliki akan semakin berkembang.

    Sebaliknya individu yang tidak mampu mengelola emosi dirinya dan tidak mampu memahami orang lain, dengan sendirinya ia akan merasakan tekanan, akan mudah putus asa, menjadi pribadi yang tidak percaya diri, sehingga kemampuannya tidak akan berkembang. Beberapa penelitian menunjukkan pentingnya seseorang memiliki kecerdasan emosional. Hasil penelitian Gottman. menunjukkan fakta bahwa pentingnya kecerdasan emosional dalam berbagai aspek kehidupan.

    Dengan mengaplikasikan kecerdasan emosional dalam kehidupan akan berdampak positif baik dalam kesehatan fisik, keberhasilan akademis, kemudahan dalam membina hubungan dengan orang lain, dan meningkatkan resiliensi.

    Kecerdasan emosional merupakan kemampuan merasakan, memahami dan secara selektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi dan pengaruh yang manusiawi. Dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional dapat diartikan kemampuan mengenali, mengelola dan mengekspresikan dengan tepat, termasuk untuk memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, serta membina hubungan dengan orang lain.

    B. Dimensi Kecerdasan Emosional

    Kecerdasan emosional terbagi dalam beberapa wilayah kemampuan yang membentuknya. (Peter, dkk 2017:57) memaparkan lima wilayah kecerdasan emosional dan dapat digunakan untuk melihat bagaimana kecerdasan emosional. Kelima wilayah tersebut adalah

    a. Mengenali Emosi Diri

    Kesadaran diri mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi merupakan dasar kecerdasan emosional. Sebagaimana akan kita lihat, kemampuan memantau perasaan dari waktu ke waktu merupakan hal penting bagi wawasan psikologi dan pemahaman diri.

    Ketidakmampuan mencermati perasaan kita yang sesungguhnya membuat kita berada dalam kekuasaan perasaan. Orang yang memiliki keyakinan yang lebih tentang perasaannya adalah pilot yang andal bagi kehidupan mereka yang sesungguhnya atas pengambilan keputusan-keputusan masalah pribadi, mulai dari masalah siapa yang akan dinikahi sampai ke pekerjaan apa yang akan diambil.

    2. Mengelola Emosi

    Mengenali perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan pas adalah kecakapan yang bergantung pada kesadaraan diri. Akan meninjau kemampuan menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan, atau ketersinggungan dan akibat-akibat yang timbul karena gagalnya keterampilan emosional dasar ini. Orang – orang yang buruk dalam keterampilan ini akan terus-menerus bertarung melawan perasaan murung, sementara mereka yang pintar dapat bangkit kembali dengan jauh lebih cepat dari kemerosotan dan kejatuhan dalam kehidupan.

    3. Memotivasi Diri Sendiri

    Sebagiana akan diperlihatkan dalam, menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan adalah hal yang sangat penting dalam kaitan untuk memberi perhatian, untuk memotivasi diri sendiri dan menguasai diri sendiri, dan untuk berkreasi. Kendali diri emosional – menahan diri terhadap kepuasaan dan mengendalikan hati – adalah landasan keberhasilan dalam berbagai bidang. Dan, mampu menyesuaikan diri dalam “flow” memungkinkan terwujudnya kinerja yang tinggi dalam segala bidang. Orang – orang yang memiliki keterampilan ini cenderung jauh lebih produktif dan efektif dalam hal apa pun yang mereka kerjakan.

    d. Mengenali Emosi Orang Lain

    Empati, kemampuan yang juga bergantung pada kesadaran diri emosional, merupakan “keterampilan bergaul” dasar akan meneliti akar empati, biaya sosial akibat ketidak pedulian secara emosional, dan alasan-alasan empati memupuk altruisme. Orang yang empatik lebih mampu menangkap apa-apa yang dibutuhkan atau dikehendaki orang lain. Orang- orang seperti ini cocok untuk pekerjaan-pekerjaan keperawatan, mengajar, penjualan dan manajemen.

    f. Membina Hubungan

    Seni membina hubungan, sebagaian besar, merupakan keterampilan mengelola emosi orang lain. Meninjau keterampilan dan ketidak terampilan social, dan keterampilan- keterampilan tertentu yang berkaitan. Ini merupakan keterampilan yang menunjang popularitas, kepemipinan, dan keberhasilan antar pribadi. Orang-orang yang hebat dalam keterampilan ini akan sukses dalam bidang apa pun yang mengandalkan pergaulan yang mulus dengan orang lain; mereka adalah bintang-bintang pergaulan. 

    Daniel Goleman (2017:50) kecerdasan antar pribadi adalah kemampuan untuk memahami orang lain: apa yang memotivasi mereka, bagaimana mereka bekerja, bagaimana bekerja bahu-membahu dengan mereka. Tenaga-tenaga penjualan yang sukses, politik, guru, dokter, dan pemimpin keamanaan cenderung merupakan orang-orang yang mempuanyai tingkat kecerdasaan antar pribadi yang tinggi.

    Kecerdasan antar pribadi adalah kemampauan yang korelatif, tetapi terarah kedalam diri. Kemampuan tersebut adalah kemampuan membentuk suatu model diri sendiri yang teliti dan mengacu pada diri serta kemampuan untuk meggunakan model-model sebagai alat untuk menempuh kehidupaan secara efektif.

    Dalam rumusan, Garden mencatat bahwa inti kecerdasan antar pribadi itu mencakup “kemampuan untuk membedakan dan menanggapi dengan tepat suasana hati, temperamen, motivasi, dan hasrat orang lain”. Dalam kecerdasan antar pribadi yang merupakan kunci menuju pengetahuan diri, ia mencantumkan “akses menuju perasaan-perasaan diri seseorang dan kemampuan untuk membedakan perasaan-perasaan tersebut serta memanfaatkannya untuk menuntun tingkah laku”. 

    Daniel Goleman (2017:7) semua emosi, pada dasarnya, adalah dorongan untuk bertindak, rencana seketika untuk mengatasi masalah yang telah ditanamkan secara berangsur-angsur oleh evolusi. Akar kata emosi adalah movera, kata kerja bahasa latin yang berarti “menggerakkan, bergerak “. Ditambah awalan “e” untuk memberi arti “bergerak menjauh”, menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlah dalam emosi.

    Bahwasanya emosi memancing tindakan tampak jelas bila kita mengamati bintang atau anak-anak; hanya pada orang-orang dewasa yang “beradab” kita begitu sering menemukan perkecualian besar dalam dunia makhluk hidup, emosi- akar dorongan untuk mertindak- terpisah dari reaksi-reaksi yang tampak di mata. Dalam reporter emosi, setiap emosi memainkan peran khas, sebagaimana diungkapkan oleh ciri-ciri biologis mereka. Dengan menggunakan metode-metode baru untuk meneliti tubuh dan otak, para peneliti menemukan lebih banyak detail-detail fisiologi tentang bagaimana masing-masing emosi mempersiapkan tubuh untuk jenis reaksi yang sangat berbeda.

    Daniel Goleman (2017:42) Salah satu rahasia psikologi telah menjadi makana umum adalah ketidakmampuan rekatif nilai-nilai IQ, atau niai SAT (school Aptitude Test, tes bakat), kendati daya tarik tes-tes tersebut amat besar, untuk meramalkan dengan tepat siapa-siapa akan berhasil dalam kehidupan. Yang jelas, ada suatu kaitan antara IQ dan lingkungan tempat tinggal bagi kelompok-kelompok besar secara keseluruhan: banyak orang ber-IQ amat rendah pada akhirnya mendapat pekerjaan-pekerjaan kasar, dan orang-orang ber-IQ tinggi menjadi pegawai bergaji besar tetapi selalu demikian.

    Ada banyak perkecualian terhadap pemikiran yang menyatakan bahwa IQ meramalkan kekuasaan- banyak (atau lebih banyak) perkecualian dari pada kasus yang cocok dengan pemikiran itu. Sehingga-tingginya, IQ menyumbang kira-kira 20% bagi faktor-faktor yang menentukan sukses dalam hidup, jadi yang 80% diisi oleh kekuatan-kekuataan lain.

    Seorang pengamat menyatakan, “status akhir seseorang dalam masyarakat pada umumnya ditentukan oleh faktor-faktor bukan IQ, melaikan oleh kelas social hingga nasib baik.

    Bahkan Richard Herrnstein dan Chales Murray, yang dalam buku mereka The Bell Curve menaruh bobot penting pada IQ, mengakui hal ini; seperti yang mereka uraikan, “Berangkali seorang mahasiswa tingkat satu dengan nilai matematika 500 pada SAT lebih tidak memutskan untuk menjadi ahli matematika, tetapi sebagai gantinya menjalangkan usaha sendiri, menjadi senator Amerika Serikat, atau meraup sejuta dolar, ia sebaiknya tidak mengesampingkan impian-impiannya itu….. kaitan antara nilai tes dan tingkat prestasi menjadi sempit mengingat keseluruhan ciri-ciri lain yang dibawahnya dalam kehidupan.”

      Perhatian saya tertuju pada frase “ciri-ciri lain”, kecerdasan emosional: kemampuan seperti :

    1. Kemampuan untuk memotifasi diri sendiri
    2. Bertahan untuk menghadapi frustasi
    3. Mengendalikan dorongan hati
    4. Tidak melebih-lebihkan kesenangan
    5. Mengatur suasana hati dan menjaga agar bebas stress
    6. Tidak melupakan kemampuan berfikir
    7. Berempati dan berdoa

    Berbeda dengan IQ, yang penelitian mengenalinya telah berumur hampir seratus tahun atas ratusan ribu orang, kecerdasan emosional merupakan konsep baru. Sampai sekarang belum ada yang dapat mengemukakan dengan tepat sejauh mana variasi yang ditimbulkan atas perjalanan hidup seseorang. Tetapi, data yang ada mengisyaratkan bahwa kecerdasan emosional dapat sama ampuhnya, dam terkadang lebih ampuh daripada IQ. Meskipun ada orang-orang yang mengatakan bahwa IQ tidak dapat banyak diubah oleh pengalaman atau kemampuan emosional yang penting itu benar-benar dapat dipelajari dan dikembangkan pada anak-anak apabila kita berusaha mengajarkannya.

    C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional

    Kecerdasan emosional memiliki beberapa faktor yang dapat mempengaruhi. (Goleman, Casmini, 2017:23) menjelaskan bahwa terdapat dua faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional. Faktor tersebut terbagi menjadi faktor internal dan faktor eksternal, yaitu sebagai berikut.

    1. Faktor internal

    Aktor internal merupakan faktor yang timbul dari dalam diri yangdipengaruhi oleh keadaan otak emosional individu dan hal-hal lainyang berada pada otak emosional.

    2. Faktor eksternal

    Faktor eksternal merupakan faktor yang datang dari luar individudan mempengaruhi individu untuk mengubah sikap. Pengaruh luaryang bersifat individu dapat secara perorangan, dan secarakelompok.

    Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu. Faktor internal ini membantu individu dalam mengelola, mengontrol, dan mengendalikan emosinya agar dapat terkoordinasi dengan baik dan tidak menimbulkan masalah bagi dirinya dan orang lain. Sedangkan, faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri individu. Faktor eksternal membantu individu untuk mengenali emosi orang lain, sehingga individu dapat belajar mengenai berbagai macam emosi yang dimiliki orang lain, membantu individu untuk merasakan emosi orang lain dengan keadaan yang menyertainya.

    D. Perkembangan Kecerdasan Emosional pada Siswa

    Setiap individu pasti mengalami perkembangan yang diakibatkan adanyaproses pertumbuhan dan perubahan tingkah laku. Pertumbuhan mendasariperkembangan, sedangkan perkembangan berhubungan dengan fungsifungsitubuh dan jiwa, sehingga terjadi diferensiasi. Hal ini, siswa kelas X SMA termasuk pada tahap perkembangan kecerdasan operasional konkret.(Piaget,Slameto, 2013:116) bahwa operasional konkretumur 7.0 sampai 11.0 tahun, yaitu pada tahap ini anak sudah mulai dapat20 berpikir lebih dulu akibat-akibat yang mungkin terjadi dari perbuatan yangakan dilakukannya, anak tidak lagi bertindak coba-coba lalu kemudiansalah (trial and eror). Menjelang akhir periode ini anak telah menguasaiprinsip menyimpan dan juga anak masih terikat pada objek-objek konkret.Sementara itu, (Wintre, dkk 2013:18)menjelaskan beberapa perkembangan kecerdasan emosional pada anak diantaranya sebagai berikut.

    1. Memiliki kemampuan untuk memahami emosi diri yang kompleks,misalnya kebanggaan dan rasa malu. Memiliki pemahamanmengenai berbagai macam emosi yang dialami oleh orang lain.
    2.  Memiliki pertimbangan terhadap kejadian-kejadian yang dapatmenyebabkan reaksi emosi tertentu.
    3. Memiliki kemampuan untuk menekan atau menutupi reaksi emosiyang negatif.
    4. Memiliki kemampuan untuk dapat mengelola emosi, sepertimengalihkan atensi atau pikiran ketika mengalami emosi tertentu.

    (Thomson, dkk 2013:18) berpendapat bahwa ketika anak-anak mencapai masa pertengahan, seorang anak menjadi lebih reflektif dan strategis dalam kehidupan emosinya. Anak-anak dalam usia ini juga memiliki kemampuan menunjukkan empati yang tulus dan pemahaman emosional yang lebih tinggi dibandingkan masa sebelumnya.

    Berdasarkan pendapat tersebut perkembangan kecerdasan emosional pada siswa kelas X termasuk pada tahap kecerdasan operasional konkret. Pada tahap ini anak tidak lagi bertindak coba-coba lalu kemudian salah. Tahap ini anak juga memiliki kemampuan untuk memahami emosi diri yang kompleks, memahami berbagai macam emosi orang lain, dan mempertimbangkan kejadian-kejadian yang akan menimbulkan reaksi

    emosi tertentu, serta dapat menekan dan menutupi emosi negatif, sehingga siswa memiliki kemampuan untuk mengelola emosi diri.

    Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan, dan sikap, usaha untuk mencapai kepandaian atau ilmu merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya, mendapatkan ilmu atau kepandaian yang belum dipunyai sebelumnya. Sehingga dengan belajar manusia menjadi tahu, memahami, mengerti, dapat melaksanakan dan memiliki tentang sesuatu.

    Fitriani nur, dkk (2014) mengatakan bahwa Belajar dinyatakan sebagai peristiwa perkembangan intelektual, khususnya peningkatan kemampuan seseorang dalam mengintegrasikan dan menggunakan informasi baru. Belajar melibatkan tiga proses yang terjadi dalam waktu hampir bersamaan, yaitu memperoleh informasi baru, transformasi, dan evaluasi. Berkaitan dengan informasi baru, Brunner dalam menyatakan bahwa.

    Pengetahuan yang dimiliki seseorang sebelum mengalami proses belajar tertentu disebut kemampuan awal. Secara sederhana, istilah pembelajaran (instruction) bermakna sebagai “upaya untuk (effort) dan berbagai strategi, metode dan pendekatan kearah pencapaian tujuan yang telah direncanakan”. Pembelajaran dapat pula dipandang sebagai kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.

    Pembelajaran dapat diartikan sebagai perubahan dalam kemampuan, sikap, atau perilaku peserta didik relatif permanen sebagai akibat dari pengalaman atau pelatihan. Perubahan kemampuan yang hanya berlaku sekejap dan kemudian kembali ke perilaku semula menunjukkan belum terjadi peristiwa pembelajaran, walaupun mungkin terjadi pengajaran. seorang guru adalah membuat agar proses pembelajaran pada siswa berlangsung efektif.

    Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan paling pokok. Hal ini berarti bahwa keberhasilan atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan bergantung pada proses belajar yang dilakukan peserta didik sebagai anak didik.

    (Gagne,Thobroni, 2015:18) berpandangan bahwa “Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan memengaruhi siswa sehingga perbuatannya berubah dari waktu ke waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi.

    Istilah hasil belajar tersusun dari 2 kata, yakni “hasil” dan “belajar”.Menurut kamus umum bahasa Indonesia, hasil diartikan sebagai suatu kegiatan yang telah dicapai dari yang telah dilakukan sebelumnya. Jadi hasil tidak lain dari kegiatan yang telah dikerjakan. Diciptakan baik secara individu maupun secara kelompok dalam satu bidang tertentu.

    (Suprijono,Thobroni, 2015:20) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan.Merujuk pemikiran gagne, hasil belajar berupa hal-hal berikut.

    1. Informasi verbal, yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespons secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah, maupun penerapan aturan.
    2. Keterampilan intelektual, yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analitis-sintetis fakta-konsep, dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.
    3. Strategi kognitif, yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitif. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.
    4. Keterampilan motorik, yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi sehinggga terwujud otomatisme gerak jasmani.
    5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.

    Berdasarkan pengertian di atas hasil belajar adalah perubahan perilaku kejiwaan yang terdiri dari tiga aspek yaitu kognitif, psikomotorik dan afektif. Dengan demikian, hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki peserta didik atau perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensial kemanusiaan saja yang berupa pengetahuan, keterampilan, sikap maupun perilaku yang diperoleh peserta didik setelah berinteraksi dengan sesamanya atapun dengan lingkungannya.

  • Mewujudkan Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

    Mewujudkan Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

    Salah satu amanah yang tertuang pada pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 pada alinea 4. Pada pembukaan Negara memiliki satu dari lima tujuan yakni Mewujudkan Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

    A. Mewujudkan keadilan sosial Indonesia

    Agar bisa mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, maka landasan ideologis harus didefinisikan sehingga operasional dilakukan.

    1. Definisi Keadilan Sosial

    Berdasarkan Etimologi, Kata Adil ini merujuk pada makna tidak memihak dan berat sebelah. Adil juga dapat direferensikan pada kata tidak berbuat sewenang-wenang. Aristoteles mendefinisikan keadilan sebagai kelayakan tindakan yang berada di titik tengah antara dua titik ekstrim.

    Keadilan sosial diartikan sebagai kondisi dimana kekayaan dan sumber daya dalam suatu negara dapat didistribusikan secara adil dan merata kepada seluruh rakyat Indonesia. Secara operasional, tentu saja sumber daya alam ini tidak bisa dibagikan begitu saja kepada seluruh rakyat, misalnya saja membagikan uranium kepada rakyat itu merupakan program yang tidak penting sama sekali.

    Secara operasional, Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia dapat diartikan sebagai upaya pemerataan pembangunan yang dapat dinikmati seluruh rakyat Indonesia. Pembangunan yang dimakasud ini tidak hanya sebatas pembangunan fisik tapi juga non fisik dimana seluruh warga dapat menikmati hak-hak mereka dari sisi ekonomi, pendidikan, kebebasan berpendapat, posisi yang sama di mata hukum tanpa membedakan suku, ras, agama dan golongan tertentu saja.

    2. Karakteristik Negara Berkeadilan Sosial

    Sebuah negara dapat dikatakan telah mewujudkan keadilan sosial jika telah memenuhi aspek-aspek berikut:

    1. Menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia

    HAM atau Hak Asasi Manusia adalah hak dasar yang dimiliki oleh setiap manusia yang telah lahir ke dunia. HAM ini telah ditetapkan dunia internasional dan diwajibkan bagi semua negara untuk menerapkan HAM ini.

    Salah satu isu mengapa HAM ini menjadi penting untuk ditegakkan karena sifat dasar yang memiliki wewenang cenderung menyalahgunakan kekuasaan dan menindas yang lemah. HAM ini tidak melekat pada unsur-unsur apapun, termasuk SARA. Dengan demikian dapat disimpulkan Tinggi Nilai HAM di sebuah negara dapat menjadi salah satu ciri-ciri terwujudnya keadilan sosial.

    2. Menegakkan hukum yang ada

    Di Indonesia untuk penegakan hukum belum maksimal. Hukum itu bagaikan dua mata pisau yang tajam ke bawah tapi tumpul untuk yang di atas. Bagaimana negara ini bisa mencapai keadilan jika aparat penegak hukum masih belum maksimal dalam mengerjakan tugasnya.

    3. Adil dalam segala hal

    Adil tidak berarti harus sama. Tapi adil berarti sesuai dengan porsi yang sesuai dengan kita. Tapi apakah keadilan itu sudah terlaksana dalam segala hal? Jawabannya belum. Masih banyak ketidakadilan di negeri kita ini.Dan itu yang jadi PR untuk kita semua.

    4. Berusaha untuk mensejahterakan masyarakatnya

    Negara yang berkeadilan tentunya akan memperhatikan kesejahteraan rakyatnya. Kesejahteraan rakyat sangatlah penting. Tapi di Indonesia kesejahteraan rakyat sangatlah minim. Seharusnya pemerintah berusaha keras untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Dan untuk pemerintah “tertentu” bukan mensejahterakan rakyatnya malah mensejahterakan diri sendiri dan keluarganya.

    5. Pemerataan sumber daya yang ada

    Untuk masalah sumber daya alam Indonesia merupakan negara yang sangat kaya dengan berbagai macam sumber daya alam yang ada. Tapi untuk pemerataannya sangat kurang. Sumber daya yang ada hanya dikuasai oleh pihak-pihak tertentu untuk kepentingan pribadinya.

    C. Upaya untuk Mewujudkan Masyarakat Indonesia yang Berkeadilan Sosial

    Ada beberapa cara untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang berkeadilan sosial, misalnya :

    1. Menjunjung tinggi HAM
    2. Menegakkan hukum yang ada
    3. Membenahi sistem pemerintahan yang ada
    4. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat
    5. Pemerataan dalam pembangunan
    6. Memberi pendidikan kewarganegaraan sejak dini
    7. Peningkatan mutu pendidikan
    8. Pengolahan sumber daya alam untuk kesejahteraan masyarakat

    Itulah hal – hal yang bisa kita lakukan supaya kita bisa mewujudkan negara Indonesia yang berkeadilan sosial.

  • Peran Apersepsi dalam Kegiatan Awal Pembelajaran

    Dalam satu kali pertemuan pembelajaran ada tiga phase kegiatan yang harus dilakukan guru yaitu kegiatan, awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Pada kegiatan awal ada beberapa komponen yang harus dilaksanakan salah satunya adalah APERSEPSI. Dalam beberapa kunjungan dan bincang-bincang dengan teman guru, ketika ditanyakan apa itu apresepsi, jawaban mereka beragam.

    Ada yang mengatkan apersepsi adalah mengucapkan salam, mengabsen siswa. Ada pula yang mengatakan bahwa apersepsi adalah member motivasi. Guru yang lain mengatakan apersepsi adalah menyampaikan indicator pencapaian kompetensi pada pertemuan tersebut. Nah sebenarnya apa itu apersepsi?

    Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud apersepsi adalah pengamatan secara sadar (penghayatan) tentang segala sesuatu dalam jiwanya (dirinya) sendiri yang menjadi dasar perbandingan serta landasan untuk menerima ide-ide baru.

    Dari definisi ini kita dapat gambaran bahwa apersepsi sebenarnya adalah usaha yang dilakukan guru untuk mempersiapkan siswa secara fisik dan mental untuk menerima materi ajar pada hari itu. Berbagai usaha bisa dilakukan dalam kegiatan apersepsi ini antara lain menghubungkan pengetahuan, pengalaman lama dan pengetahuan,pengalaman baru dengan tujuan untuk memudahkan siswa memahami hal-hal yang akan diajarkan.

    Berdasarkan pengamatan, kegiatan apersepsi di awal proses pembelajaran ini seringkali diabaikan oleh sebagaian guru. Mungkin karena memprakteknya tidak lah mudah. Banyak kesulitan yang dialami oleh guru, sepertikurangnya penguasaan guru terhadap apersepsi, dan banyak guru yang beranggapan bahwa penguasaan apersepsi hanya berpengaruh kecil terhadap proses pembelajaran. Oleh karenanya, tidak sedikit guru yang ketika masuk kelas langsung mengajarkan materi pelajaran.
    Secara konkritnya yang dilakukan guru dalam phase apersepsi ini antara lain

    1. Dalam permulaan pelajaran guru meninjau kembali sampai sejauh mana materi yang sudah dipelajari sebelumnya dapat dipahami oleh siswa dengan cara guru mengajukan pertanyaan pada siswa, tetapi dapat pula merangkum materi pelajaran terdahulu.
    2. Membandingkan pengetahuan lama dengan yang akan disajikan. Hal ini dilakukan apabila materi baru itu erat kaitannya dengan materi yang akan dikuasai.
    3. Guru menjelaskan konsep/pengertiannya. Hal ini perlu dilakukan karena materi yang akan dipelajari sama sekali materi baru

    Tujuan Apersepsi

    Lebih luas lagi tujuan apersepsi antara lain:

    1. Mencoba menarik mereka ke dunia yang kita ciptakan

    Perlu dipahami bahwa tidak semua siswa mengerti terhadap apa yang akan kita ajarkan. Tidak semua juga yang menyadari bahwa pemahaman akan pelajaran lama bisa kembali bermanfaat di pelajaran yang akan dipelajari. Pembelajaran terkadang merupakan suatu kesatuan yang terangkai antara satu materi dengan materi lainnya dan dengan melakukan apersepsi maka akan menyadarkan siswa bahwa materi yang akan dipelajari memiliki relevansi dengan materi yang telah dipelajari.

    2. Mencoba menyatukan dua dunia

    Walaupun dapat dikatakan materi satu dengan yang lainnya memiiki perbedaan, namun ada materi-materi tertentu yang memiliki relevansi dengan materi sebelumnya. Sehingga kiranya sangat perlu bagi guru untuk menyatukan dan menghubungkan antara kedua materi tersebut.

    3. Menciptakan atmosfir

    Suasana harus tetap selalu dijaga dan dibentuk sedemikian rupa agar tetap terus terpelihara suasana yang kondusif bagi bagi siswa untuk belajar. Selain itu apersepsi bukan hanya membentuk armosfir fisik yang baik, namun juga dapat membentuk suasana psikologis yang baik sehingga menimbulkan perasaan mampu untuk mempelajari materi baru.

    Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa apersepsi memiliki kaitan yang erat di dalam proses pembelajaran. Apersepsi harus dilakukan oleh guru ketika akan mengajarkan materi. Dengan adanya apersepsi maka dapat memberikan dasar awal siswa untuk menyampaikan materi yang baru, dengan demikian maka apersepsi dapat memberikan kemudahan siswa dalam memahami materi ajar.

  • Media Pembelajaran Pemantik Motivasi Belajar

    Media Pembelajaran yang Tepat dapat Menjadi Pemantik MOtivasi Belajar peserta didik. Sedikit berbalik ke belakang, dari sinilah kreativitas dan semangat saya mulai muncul untuk terus mencoba dalam mengembangkan media pembelajaran. Dulu ketika saya mengikuti PPG Prajabatan pasca SM-3T tahun 2015 kami diasramakan selama 1 tahun dengan mengikuti serangkaian kegiatan.

    Pada semester pertama kami harus mengikuti kegiatan workshop SSP (Subject-Specific Pedagogy). Adapun kegiatannya meliputi; pembuatan RPP, Bahan Ajar, Media, Instrumen evaluasi, Presentasi keseluruhan produk workshop SSP, Peer Teaching 1 (latihan), dan Peer Teaching 2 (penilaian). Kegiatan ini continue selama seminggu dan dilaksanakan selama 1 semester untuk bekal PPL pada semester kedua.

    Produk workshop SSP yang dibuat disesuaikan dengan jurusannya masing-masing. Kebetulan saya dari Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan tentunya produk/media yang dibuat harus sesuai dengan materi mata pelajaran tersebut.

    Produk media sebagaimana yang terdapat pada gambar diatas merupakan karya dari kami para peserta PPG Prajabatan Pasca SM-3T angkatan III jurusan PPKn UNY.

    Media yang banyak dikembangkan ketika itu masih bersifat nondigital. Namun ada juga yang sudah memanfaatkan media digital dan internet seperti powerpoint, prezzi, dll.

    Kini di era 4.0 abad 21 sudah saatnya untuk mengembangkan media pembelajaran mengikuti masanya. Dengan hadirnya MediaPKn Online semoga bisa menjadi inovasi dalam pengembangan media dan sumber belajar khususnya untuk mata pelajaran PPKn.

    Menjadi seorang guru janganlah terlena di zona nyamannya dengan berdiam diri saja. Tapi harus terus belajar, berinovasi, dan berkreasi menjadi guru penggerak untuk kemajuan pendidikan di Indonesia.S Salam Sapa dari guru pulau. (Anggi Perdana/GGDKepri)