Blog

  • Cara Berpikir Ala Edward De Bono

    “Six Thinking Hats” adalah teknik yang penting bagi seorang pemimpin, biasanya digunakan untuk melihat pilihan-pilihan keputusan dari berbagai perspektif penting. Hal ini akan mendorong seseorang untuk bergerak keluar dari kebiasaan gaya berpikirnya dan membantunya untuk mendapatkan pandangan yang lebih menyeluruh dari sebuah situasi. Teknik ini pertama kali ditemukan oleh Edward de Bono dalam buku yang berjudul Six Thinking Hats.

    Orang umum berpersepsi bahwa orangorang sukses berpikir dari sudut pandang positif dan sangat rasional. Hal ini tentu saja tidak tepat. Orang-orang sukses juga sesekali melihat sebuah masalah dari sebuah sudut pandang yang emosional, intuitif, kreatif, bahkan negatif. Hal ini termasuk juga bagaimana mereka membuat rencana cadangan atau rencana darurat bila rencana mereka tidak berjalan sebagaimana mestinya.
    Jika kita melihat sebuah masalah dengan teknik Six Thinking Hats, kita akan menyelesaikannya dengan menggunakan semua pendekatan. Keputusan dan rencana Anda akan bercampur dengan ambisi, keterampilan dalam implementasi, sensitivitas publik, kreativitas dan exit plan yang baik pula.
    Cara Menerapkannya:
    Kita dapat menggunakan teknik ini dalam rapat ataupun untuk membuat keputusankeputusan sehari-hari bagi diri sendiri. Dalam rapat teknik itu bermanfaat untuk menghindari konfrontasi yang mungkin terjadi ketika orang-orang dengan gaya pemikiran yang berbeda membahas masalah yang sama. Setiap “thinking hat” adalah gaya berpikir yang berbeda. Berikut penjelasannya:
    Topi Putih:
    Topi ini mengharuskan Anda berfokus pada informasi. Dengan melihat data-data yang kita miliki, dan melihat apa yang dapat kita pelajari dari situ. Look for gaps in your knowledge, and either try to fill them or take account of them. Cari “gap” dari informasi tersebut, daripada mencoba untuk menutupi fakta. Di sinilah kita menganalisa tren masa lalu, dan mencoba untuk ekstrapolasi data historis.
    Topi Merah:
    “Memakai” topi merah, kita melihat masalah menggunakan intuisi dan emosi. Juga mencoba berpikir bagaimana orang lain akan bereaksi secara emosional. Cobalah untuk memahami tanggapan orang-orang yang tidak sepenuhnya tahu alas an dari keputusan yang hendak Anda ambil.
    Topi Hitam:
    Menggunakan topi hitam adalah belajar untuk melihat semua poin buruk dari keputusan yang hendak diambil. Lihatlah dengan cermat, hati-hati, dan demi keselamatan diri sendiri. Cobalah untuk melihat jika hal ini tidak berjalan sebagaimana mestinya. Hal ini sangat penting karena menyoroti titik lemah dari sebuah kondisi yang tidak pernah dipresentasikan di dalam sebuah rencana. Ini memungkinkan Anda untuk menghapus pilihan tertentu, mengubah, atau mempersiapkan rencana darurat untuk mengantisipasi kondisi “force majeur”.Topi hitam juga membuat rencana Anda lebih tangguh dan lebih fleksibel. Hal ini juga dapat membantu Anda menemukan kesalahan yang fatal dan risiko sebelum Anda memulai sebuah tindakan. Topi hitam adalah salah satu manfaat nyata dari teknik ini, karena banyak orang selalu diajarkan untuk berpikir positif sehingga mereka sering tidak dapat melihat masalah dari permukaan. Hal ini membuat mereka tidak siap ketika hal-hal yang tampak bagus tadi tiba-tiba berubah karena ada satu dan lain hal.
    Topi Kuning:
    Topi kuning membantu Anda untuk berpikir positif. Ini adalah pandangan optimis yang membantu Anda untuk melihat semua keuntungan dari keputusan dan nilai di dalamnya. Topi kuning ini membantu Anda untuk terus berjalan ketika segalanya suram dan sulit.
    Topi Hijau:
    Topi hijau untuk melihat dengan kacamata kreativitas. Ini adalah ketika Anda dapat mengembangkan solusi kreatifitas sebuah masalah. Cobalah untuk berpikir tidak biasa, termasuk menantang dan menerima kritik atas ide-ide Anda. Pergunakanlah seluruh referensi dalam tahap ini.
    Topi Biru:
    Top biru berperan dalam pengendalian proses pengambilan keputusan seara keseluruhan, dipakai oleh pemimpin-pemimpin pertemuan untuk mengambil keputusan. Saat proses pengambilan keputusan menemui kesulitan karena ide-ide yang kering, mereka bisa mengarahkan kegiatan berpikir dengan topi hijau. Ketika rencana cadangan diperlukan, mereka akan meminta topi hitam untuk berpikir, dan lain-lain. Varian dari topi biru adalah dengan melihat masalah dari sudut pandang professional yang berbeda (misalnya dokter, arsitek, direktur penjualan, dan lain-lain) atau pelanggan yang berbeda.
    Contoh Penerapan:
    Para direktur perusahaan properti sedang rapat untuk memutuskan apakah mereka harus membangun gedung kantor baru atau tidak. Faktanya saat ini adalah perekonomian negara dalam kondisi stabil, dan jumlah ruang kantor kosong terisi secara drastis dalam beberapa bulan terakhir.
    Mereka memulai dengan topi putih untuk melihat masalah, menganalisis data yang dimiliki. Mereka memeriksa tren di ruang kantor yang masih kosong beberapa waktu lalu—yang menunjukkan penurunanspace yang sangat tajam. Mereka menghitung bahwa saat blok kantor akan selesai, dibutuhkan waktu untuk bisa memenuhi kekurangan ruang kantor tersebut. Proyeksi pemerintah menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang stabil selama minimal masa konstruksi.
    Mereka lalu berpikir dengan topi merah, beberapa direktur berpikir bahwa kondisi bangunan mereka saat ini terlihat kurang baik. Meskipun biaya yang ditawarkan sangat rendah, mereka khawatir orang tidak nyaman bekerja di dalamnya.
    Ketika berpikir dengan topi hitam, mereka khawatir proyeksi pemerintah bakal salah. Ekonomi mungkin akan memasuki sebuah “penurunan siklus”— dalam hal ini, gedung kantor mungkin kosong untuk waktu yang lama. Jika bangunan tidak menarik, klien potensial akan memilih tempat lain yang kondisi bangunannya lebih baik dengan harga sewa yang sama.
    Dengan topi kuning, biar bagaimana, jika perekonomian sesuai dengan proyeksi, perusahaan akan menghasilkan uang dalam jumlah yang sangat besar. Jika beruntung, mungkin mereka bisa menjual gedung tersebut sebelum krisis berikutnya, atau menyewakan kepada klien potensial yang mau menetap untuk jangka waktu panjang, dan ini akan menyelamatkan mereka dari resesi apa pun.
    Dengan topi hijau mereka mempertimbangkan apakah harus mengubah desain untuk membuat bangunan lebih menarik. Mungkin jika bangunan diubah agar terkesan lebih prestise, hal ini akan membuat para klien potensial mau menyewa dalam iklim ekonomi apa pun. Atau, mungkin mereka harus menginvestasikan uang dalam jangka pendek untuk membeli properti dengan biaya yang rendah ketika resesi datang.
    Topi biru digunakan oleh pemimpin rapat untuk mengendalikan jalannya rapat tersebut, perannya tidak jauh berbeda dengan seorang dirigen yang mengatur ritme dan irama di tengah orkestra. Topi biru dapat beralih di antara gaya pemikiran yang berbeda, diperlukan untuk menjaga konsistensi dari peran tiap anggota rapat dengan topi mereka atau juga dari pengkritik atas topi yang berbeda.
    Kunci keberhasilan:
    “Enam Topi Berpikir” adalah teknik yang baik untuk melihat dampak dari keputusan melalui beberapa sudut pandang yang berbeda.
    Hal ini memungkinkan emosi dan pemikiran skeptis dibawa ke dalam sebuah proses membuat keputusan secara rasional. Hal ini membuka banyak kesempatan kreativitas dalam proses pengambilan keputusan. Teknik ini juga membantu, misalnya, orang-orang pesimis untuk melihat dari sudut pandang positif dan kreatif.
    Proses perencanaan yang dikembangkan dengan teknik ini akan lebih sehat dan lebih tahan daripada biasanya. Hal ini juga dapat membantu Anda untuk menghindari kesalahan umum yang mungkin terjadi, dan dapat dijadikan pegangan untuk mengambil tindakan setelah tim Anda berkomitmen dalam proses tersebut.
    Selamat mencoba, karena hasil akhir yang berkualitas dimulai dengan implementasi yang berkualitas.

  • Ciri-Ciri Karangan Ilmiah

    Karangan ilmiah adalah tulisan dalam bentuk gagasan, ide, tanggapan atau deskripsi, yang disusun secafa sistematis dan objektif. Tulisan ini disusun memnggunakan bahasa formal dan baku yang didukung oleh fakta, teori atau bukti-bukti empirik.

    Ciri-ciri Karangan Ilmiah

    1. Menyajikan fakta objektif secara sistematis.
    2. Pernyataannya cermat, tepat, tulus, dan benar serta tidak memuat terkaan.
    3. Penulisnya tidak mengejar keuntungan pribadi.
    4. Penyusunannya dilaksanakan secara sistematis, konseptual, dan prosedural.
    5. Tidak memuat pandangan-pandangan tanpa dukungan fakta.
    6. Tidak emotif menonjolkan perasaan.
    7. Tidak bersifat argumentatif, tetapi kesimpulannya terbentuk atas dasar fakta.

    Menurut Haryanto, ciri-ciri karangan ilmiah dapat disimpulkan bahwa penyajiannya berdasarkan fakta, sistematis, tepat, tidak mengejar keuntungan pribadi.

    2. Ciri-ciri Ragam Bahasa Ilmiah (Noerzisri A. Nazar, Bahasa Indonesia Karangan Ilmiah, Humaniora, Bandung, 2006, hal. 9)

    1. Kaidah bahasa Indonesia yang digunakan harus benar sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia baku, kaidah tata ejaan maupun tata bahasa (pembentukan kata, frasa, klausa, kalimat, dan paragraf).
    2. Ide yang diungkapkan harus benar, sesuai dengan fakta atau dapat diterima akal sehat (logis).
    3. Ide yang diungkapkan harus tepat dan hanya mengandung satu makna. Hal ini tergantung pada ketepatan memilih kata dan penyusunan struktur kalimat. Jadi, kalimat yang digunakan efektif.
    4. Kata yang dipilih harus bernilai denotatif yaitu makna yang sebenarnya.
    5. Ide yang diungkapkan dalam kalimat harus padat isi atau bernas. Oleh sebab itu, penggunaan kata dan kalimat seperlunya, tetapi pemilihannya tetap.
    6. Penggunaan ide dalam kalimat ataupun alinea harus lugas yaitu langsung menuju pada sasaran.
    7. Unsur ide dalam kalimat ataupun alinea diungkapkan secara runtun dan sistematis.
    8. Ide yang diungkapkan dalam kalimat harus jelas sehingga tidak menimbulkan salah tafsir.

    Menurut Noersizri dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri bahasa ragam ilmiah meliputi bahasa yang baku, fakta, ketepatan dalam memilih kata, serta kalimat yang digunakan harus efektif.

    3. Ciri-ciri Karya Tulis Ilmiah (Zainal Aqip, Karya Tulis Ilmiah, CV. Yrama Widya, Bandung, 2004, hal. 14).

    1. Karya tulis ilmiah memiliki ciri khas yaitu: kebenarannya, metode kajiannya, dan tata cara penulisannya bersifat keilmuan.
    2. Tidak semua karya tulis itu merupakan karya tulis ilmiah (ilmiah artinya mempunyai sifat keilmuan). Suatu karya tulis, apakah itu berbentuk laporan, makalah, buku maupun terjemahan, baru dapat disebut karya tulis ilmiah apabila sedikitnya memiliki tiga syarat, yaitu:
      1. Isi kajiannya pada lingkup pengetahuan ilmiah.
      2. Langkah pengerjaannya dijiwai atau menggunakan metode ilmiah (metode berpikir ilmiah).
      3. Sosok tampilannya sesuai dan telah memenuhi persyaratan sebagai suatu sosok tulisan keilmuan.

    Menurut Zainal dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri karya tulis ilmiah kajiannya pada lingkup pengetahuan ilmiah, pengerjaannya menggunakan metode ilmiah, serta tampilannya sesuai persyaratan ttulisan ilmiah.

    4. Ciri-ciri Bahasa Ragam Ilmiah (Sri Ningsih, dkk, Bahasa Indonesia Untuk Mahasiswa, C.V Andi, Yogyakarta, 2007, hal. 12-14).

    1. Ciri umum (bahasa yang digunakan harus bersifat ilmiah, artinya sesuai dengan kaidah tata bahasa baku).
    2. Ciri khusus, yaitu:
    3. Cendikia

    Bahasa yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah mampu mengungkapkan hasil berpikir logis secara tepat. Hal itu diwujudkan dalam penyusunan atau pengorganisasian bahasa secara sistematis, artinya teratur runtut sehingga menunjukkan kelogisan berpikir seseorang atau penulis.

    b. Lugas dan logis

    Lugas artinya bahasa yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah harus bermakna harafiah dan tidak bermakna ganda, sedangkan ciri logis adalah bahasa yang digunakan dalam penulisan ilmiah sesuai dengan logika atau dapat diterima oleh akal sehat. Hal itu membantu penulis dalam mengungkapkan pola pikir atau gagasannya dan membantu pembaca dalam memahami gagasan atau pola pikir penulis.

    c. Jelas

    Bahasa yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah memiliki struktur kalimat dan makna yang jelas.

    d. Padat dan ringkas

    Padat artinya gagasan atau pola pikir yang akan diungkapkan tidak tercampur unsur-unsur lain yang tidak ada hubungannya atau tidak diperlukan. Ringkas artinya bahasa Indonesia yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah harus singkat, tidak menggunakan kata-kata yang tidak diperlukan atau kata-katanya yang berlebihan (mubazir).

    e. Formal dan Obyektif

    Formal mengacu pada pandangan bahwa komunikasi ilmiah melalui tulisan ilmiah merupakan komunikasi formal atau sesuai sehingga bahasa yang dgunakannya haruslah bahasa yang formal. Artinya, bahasa yang digunakan haruslah bahasa yang berlaku dalam situasi formal atau resmi pada struktur bahasa yang mencakup seluruh tataran struktur kebahasaan. Penggunaan bahasa seperti itulah yang menunjukkan ciri obyektif, yaitu dapat diukur kebenarannya secara terbuka oleh umum.

    f. Gagasan sebagai pangkal tolak

    Bahasa yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah harus berorientasi pada gagasan atau pola pikir, bukan pada penulis. Artinya,penggunaan bahasa tersebut secara dominan harus bertolak pada obyek yang dibicarakan dan bukan pada penulis secara pribadi. Oleh karena itu, objektivitas harus ditandai dengan upaya penulis untuk menghindari penggunaan kata saya, kami, dan kita.

    g. Penggunaan istilah teknis

    Bahasa yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah harus berfungsi sebagai wacana teknis, artinya sesuai dengan bidang keilmuannya yang dilengkapi dengan  peristilahan teknis yang meliputi penulisan angka, lambang, dan istilah sesuai dengan bidang ilmu.

    h. Konsisten

    Bahasa yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah mulai dari tataran terkecil sampai dengan tataran terbesar dan terluas (keseluruhan struktur bahasa) harus ajeg. Arti ajeg adalah taat asas atau selalu menggunakan bentuk-bentuk atau unsur-unsur tersebut dari awal tulisan sampai akhir tulisan.

    Menurut Sri Ningsih dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri bahasa ragam ilmiah yaitu bahasa yang digunakan harus tepat, lugas, logis, jelas, padat, bahasa baku, bahasa yang berorientasi pada gagasan atau pola pikir bukan pada penulis, adanya penggunaan istilah teknis artinya sesuai dengan bidang keilmuan, dan konsisten.

    5.  Ciri-Ciri Karya Ilmiah (Wahyu Wibowo, Manajemen Bahasa, 2001, Jakarta: PT Gramedia Utama, hal. 61-62)

    Menurut Soeparto (1997:51), suatu karangan boleh disebut karangan ilmiah jika mengandung ciri-ciri sebagai berikut:

    1. Masalah diungkapkan dan dipecahkan secara ilmiah. Pengetahuan ilmiah (disebut pula ilmu) adalah pengetahuan yang disajikan secara sistematis. Itu sebabnya, karangan ilmiah mesti berisi pengetahuan yang dikemukakan secara sistematis. Landasan kesistematisannya terletak pada penggunaan pola pikir yang logis, fakta atau evidensi yang terpercaya, serta analisis yang objektif.
    2. Mengungkapkan pendapat berdasarkan fakta, agar tidak terjerumus ke dalam subyektivitas.
    3. Bersifat tepat, lengkap,dan benar. Itu sebabnya, sebelum menulis, kita mesti meneliti tepat tidaknya masalah yang akan dikemukakan, baik dari segi permasalahannya maupun bidang ilmiahnya.
    4. Bagian-bagian tulisan dikembangkan secara runtut, sistematis, dan logis. Agar, tulisan yang dihasilkan membentuk suatu kesatuan (kohesi) dan kepaduan (koheren).
    5. Bersifat tidak memihak (obyektif). Aspek pribadi atau emosional sebaiknya ditinggalkan, karena akan membuat tulisan kita diwarnai prasangka atau kepentingan pribadii. Sehingga, kader keilmiahannya menjadi pudar.

    Menurut Soeparto dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri karya ilmiah yaitu disajikan secara sistematis, berdasarkan fakta, bersifat tepat, lengkap dan benar, tulisannya bersifat kohesif dan koheren, dan obyektif.

  • Konsep Budaya dan Seni

    Konsep Budaya dan Seni

    Budaya dan Seni

    Budaya dan Seni adalah dua hal yang memiliki hubungat yang erat. Keduanya tumbuh beringan dan saling berpengaruh satu sama lain. Misalnya saja Kebudayaan Renaissan memiliki ciri khas karya seni yang sama-sama Renaissan.

    Konsep Budaya

    Koentjaraningrat (1990) menyatakan bahwa Budaya berasal dari bahasa sansekrta yakni Buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari kata Buddi. Secara etimologi, kata ini bermakna budi dan akal. Kebudayaan adalah hal-hal yang berhubungan dengan akal manusia. Hal ini berkaitan dengan sistem, gagasan, tindakan dan hasil karya manusia yang muncul dari hasil belajar manusia itu sendiri.

    Rapoport (1969) menyatakan bahwa Kebudayaan adalah sebuah gagasan kompleks terkait dengan pikiran manusia yang bersifat abstrak. Konsep abstrak ini kemudian dapat terwujud melalui pandangan hidup, tata nilai, gaya hidup dan aktivitas yang bentuknya lebih konkrit. Kebudayaan dianggap sebagai lata dari tipe manusia yang bersifat normatif bagi kelompok tertentu yang tertuang dalam interaksi antar manusia itu sendiri. Sifat-sifat ini pada akhirnya akan menghasilkan gaya hidup yang berbeda antara satu kelompok dengan kelompok lainnya.


    Budaya atau kebudayaan dapat diartikan sebagai keseluruhan pengetahuan, nilai-nilai yang dimiliki manusia sebagai mahkluk sosial; yang isinya adalah perangkat-perangkat model pengetahuan atau sistem-sistem makna yang terjalain secara menyeluruh dalam simbol-simbol yang ditransmisikan secara historis. Dengan perkataan lain, kebudayaan dapat diartikan sebagai keseluruhan pengetahuan, kepercayaan serta nilai-nilai yang dimiliki oleh manusia, dan disebarluaskan secara turun menurun. 

    Kebudayaan memiliki beberapa unsur yang membentuknya. Ada tujuh unsur kebudayaan yang universal yaitu bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem tehnologi, sistem ekonomi, sistem religi, dan kesenian. Tiap-tiap unsur kebudayaan tersebut menjelma dalam riga wujud. Yaitu sebagai: ide, gagasan, nilai, norma, peraturan dan sebagainya; aktivitas dan tindakan berpola; serta benda-benda hasil karya. 

    Konsep Seni

    Secara umum, seni sering diasosiasikan dengan hal-hal yang memiliki nilai keindahan atau estetis. Menurut KBBI, Seni adalah memiliki tiga arti yakni :

    1. Halus, kecil dan halus, tipis dan halus, lembut dan enak didengar, mungil dan elok. 
    2. Keahlian membuat karya yang bermutu 
    3. Kesanggupan akal untuk menciptakan sesuatu yang bernilai tinggi (luar biasa); orang yang berkesanggupan luar biasa. 

    PLATO 

    Seni ialah peniruan terhadap alam, sehingga karya seni merupakan tiruan dari bentuk alam seperti manusia, tumbuhan, binatang. 

    ARISTOTELES 

    Murid Plato ini menambahkanbahwa peniruan terhadap alam itu harus ideal, serba baik. Misalnya: menggambar bentuk harus yang sempurna, membuat patung manusia harus yang baik (gagah, bagus, cantik). 

    SUZANNE K. LANGER 

    Kesenian adalah penciptaan wujud-wujud yang merupakan simbol dari perasaan manusia. 

    ENSIKLOPEDIA INDONESIA 

    Seni itu meliputi penciptaan dari segala hal atau benda yang karena keindahan bentuknya orang senang melihatnya atan mendengarnya. 

    AKHDIAT K. MIHARDJA 

    Seni ialah kegiatan rohani manusia yang merefleksikan realitas (mencerminkan kenyataan) dalam suatu karya yang berkat bentuk dan isinya mempunyai daya untuk membangkitkan pengalaman tertentu dalam rohani penerimanya. 

    – KI HAJAR DEWANTARA 

    Seni itu merupakan perbuatan manusia yang timbul dari hidup perasaannya dan bersifat indah, sehingga dapat menggerakkan jiwa perasaan manusia. 

    Dari pendapat para ahli tentang seni, maka dapat disimpulkan bahwa: 

    • seni merupakan kegiatan ekspresi rohani/jiwa/gagasan/perasaan manusia. 
    • seni merupakan kemahiran/ketrampilan/kelakuan manusia yang luar biasa. 
    • seni merupakan penciptaan yang menghasilkan karya. 
    • seni merupakan karya yang memiliki nilai estetis. 
    • seni merupakan karya yang memiliki makna simbolik. 

    Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa seni atau kesenian merupakan bagian dari kebudayaan, dalam hal ini diartikan sebagai gagasan manusia yang diekspresikan melalui pola kelakuan tertentu sehingga menghasilkan karya yang indah dan bermakna. Wujud kesenian ini terbagi dalam: pengetahuan, gagasan, nilai-nilai yang ada pada pikiran manusia; pola kelakuan tertentu untuk mewujudkan gagasan; dan hasil kelakuan yang berupa karya seni. 

    Ekspresi seni manusia di muka bumi ini tidaklahseragam. Perbedaan budaya, kondisi sosial, dan alam sekitar akan membentuk seni yang berbeda. Maka tak heran, keragaman nilai-nilai budaya di nusantara menimbulkan kesenian nusantara. Kesenian nusantara adalah ekspresi gagasan atau perasaan manusia yang berisi nilai-nilai budaya nusantara melalui pola kelakuan yang menghasilkan karya yang bersifat estetis dan bermakna.

  • Proses Penciptaan Karya Tari

    Proses penciptaan tarian adalah proses kreasi. Proses ini dilaksanakan dengan beberapa langkah yakni:

    1. Menetapkan tujuan penciptaan tari. Hal ini berkaitan dengan fungsi tarian yang akan dibuat.untuk keperluan apakah tarian itu diciptakan. Apakah untuk upacara, untuk tujuan estetika belaka, ataukah untuk tujuan lainnya.
    2. Memilih tema yang dapat diambil dari berbagai konteks.Tema yang dimaksud disini adalah gagasan atau sumber tarian yang dikembangkan. Tema tersebut dapat diambil dari kehidupan kita sehari-hari. Dari cerita-cerita yang sudah berkembang di masyarakat, ataukah dari hasil penciptaan sendiri secara abstrak.
    3. Mengembangkan tema menjadi sub-sub tema kemudian diterjemahkan kedalam rangkaian gerak-gerak maknawi .Rangkaian gerak maknawi ini kemudian digabungkan dengan gerak-gerak murni yang telah baku dan tersedia dalam khazanah klasik.
    4. Menyusun pola lantai dan desain kelompok
    5. Menentukan iringan musik dan perlengkapan pentas

    Secara prosedural ,proses penciptaan karya tari dapat dilakukan dengan langkah sbb:

    1. Pilihlah sebuah tema yang khas dan mudah untuk dijabarkan
    2. Pilih kerangka cerita untuk mewadahi tema tersebut agar lebih mudah diolah
    3. Bagilah kerangka cerita tersebut menjadi bagian-bagian atau adegan
    4. Kembangkan setiap adegan tadi menjadi beberapa gerak spesifik yang mudah ditafsirkan kedalam gerak-gerak tari
    5. Rangkaian setiap gerak tersebut menjadi rangkaian gerak tari, jika diperlukan, sisipkanlah gerak-gerak murni
    6. Tentukan musik iringan untuk tari yang telah diciptakan

    Buatlah desain lantai dan desain kelompok agar tari yang kita buat lebih memiliki kekuatan

  • Berikut ini yang Tidak Termasuk Program Kerja Kabinet Ampera

    Berikut ini yang Tidak Termasuk Program Kerja Kabinet Ampera

    Salah satu pertanyaan tentang wawasan kebangsaan yang paling sering muncul pada tes CPNS dan PPPK adalah sejarah mengenai pemerintahan republik Indonesia. Misalnya Program Kerja Kabinet Ampera. Contoh soal dan bentuk pertanyaan tersebut adalah

    Berikut ini yang bukan termasuk program kerja Kabinet Ampera adalah …

    A. Melaksanakan politik bebas aktif
    B. Menyelenggarakan Pemilu
    C. Memperbaiki perikehidupan rakyat
    D. Menghukum Pelaku G-30S/PKI
    E. Melanjutkan perjuangan anti-imperialisme

    Proker Kabinet Ampera

    Kabinet Ampera merupakan kabinet terbentuk pada masa transisi dari Orde Lama ke Orde Baru. Kabinet ini menyusun program kerja yang disebut Catur Karya. Sesuai dengan namanya Catur Karya berisi :

    • Memperbaiki peri-kehidupan rakyat terutama di bidang sandang dan pangan;
    • Melaksanakan Pemilihan Umum dalam batas waktu seperti yang dicantumkan dalam Ketetapan MPRS Nomor XI / MPRS / 1966 tanggal 5 Juli 1966;
    • Melaksanakan politik luar negeri yang bebas dan aktif untuk kepentingan nasional sesuai dengan Ketetapan MPRS Nomor XII / MPRS / 1966 tanggal 5 Juli 1966;
    • Melanjutkan perjuangan anti imperialisme dan kolonialisme dalam segala bentuk dan manifestasinya.

    Selain Catur Karya, Tugas Pokok Kabinet Ampera adalah Dwi Warna yakni

    • Menciptakan kestabilan sosial politik.
    • Menciptakan kestabilan sosial ekonomi.
  • Makalah Masa Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono

    Makalah Masa Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono

    Masa Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berlansung selama 2 Periode yakni Periode 2004-2009 dan Periode 2009-2014. Presiden RI ke 5* lebih akrab disapa SBY tercatat didampingi oleh dua wakil presiden pada masing-masing periode. Dua wakil tersebut adalah Yusuf Kalla dan Budiyono.

    Masa Pemerintahan Presiden SBY

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Fungsi politik adalah melakukan perumusan kehendak/kemauan dari Negara (the formulation of the will of the state). Dengan demikian politik itu bersangkut paut dengan Negara dan dengan sendirinya juga bersangkut paut dengan pemerintahan dan kekuasaan. Sebaliknya dengan fungsi, Administrasi Negara merupakan usaha-usaha melaksanakaan kehendak dari pada Negara (the execution of the will of the state).

    Layaknya seorang pemimpin, SBY banyak mendapatkan penilaian, kesan dan kritik publik. Dalam berbagai media dan kesan banyak pengamat, SBY adalah sosok pemimpin yang peragu, lamban dan tidak desisive. Oleh karena itu, menurut mereka, SBY dianggap tidak cocok untuk meminpin negara yang masih tertimpa krisis seperti Indonesia.

    seorang presiden, harus mempunyai segudang kualitas, seperti handal menangani kebijakan, sigap dalam mengambil keputusan, judgment yang matang, intelektualitas yang tinggi, inovatif, berani mengambil resiko, adaptif, naluri yang tajam, kepedulian terhadap masalah, tangguh mental, mau interospeksi dan belajar dari kesalahan, mampu menentukan prioritas, gigih mencari solusi, mampu memabaca perubahan zaman dan tren dunia, mampu beradaptasi, akhlak yang baik, dan lain-lain.

    Jika kita dapat mengenal baik dan dekat dengan pemimpin kita sangatlah mudah mengetahui bagai mana sepak terjang pemimpin kita itu dalam kinerja pemerintahannya, tetapi lain halnya dengan mengenal hanya menggunakan rasa praduga dan isu politik yang menjatuhkannya, kesan negatif terhadap kepemimpinan SBY seperti peragu dan lamban tidak akan ada lagi. Yang terjadi justeru sebaliknya, kita akan berpandangan bahwa SBY adalah sosok pemimpin yang mempunyai leadership type yang kokoh dan pemimpin yang mempunyai kualitas yang mapan.

    Kualitas itu bisa dilihat saat dia menyelesaikan berbagai persoalan yang menimpa negeri ini. Dalam menyelesaikan masalah Tsunami di Aceh, seumpamanya, dia menanganinya dengan tepat dan cepat. Dia meninjau langsung kelapangan saat ada bencana. Pada saat terjadi bencana Tsunami tersebut, SBY berada di Nabire Papua yang tertimpa Gempa lebih dulu. SBY langusng terbang ke Aceh setelah mendengar berita bencana yang meluluhlantahkan Aceh tersebut.

    Dalam hal ini penulis merangkum perjalanan politik sepak terjang Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono. Bagaimana beliau selama dua periode memimpin indonesia ini yang penduduknya kaya akan budaya dan adat, yang wilayah teroterialnya berupa nusantara kaya akan kekayaan alam dan tidak luput juga kaya akan perpolitikannya karna diera pemerintahan SBY ini keran demokrasi sangatlah terbuka lebar bagi rakyatnya yang pada akhirnya adalah salah satu menjadi faktor kaya akan perpolitikannya.

    B. Rumusan Masalah

    1. Apa pengertian Politik?
    2. Bagaimana jalannya demokrasi pada masa pemerintahan SBY?
    3. Apa saja kekurangan dari sistem demokrasi pada masa pemerintahan SBY?
    4. Bagaimana jalannya pemerintahan pada masa SBY?
    5. Bagaimana politik luar negeri Indonesia pada masa pemerintahan SBY?

    C. Tujuan Penulisan Makalah

    1. Mengetahui pengertian politik
    2. Mengetahui bagaimana jalannya demokrasi pada masa pemerintahan SBY
    3. Mengetahui apa saja kekurangan dari sistem demokrasi pada masa pemerintahan SBY
    4. Mengetahui bagaimana jalannya pemerintahan pada masa SBY
    5. Mengetahui bagaimana politik luar negeri Indonesia pada masa pemerintahan SBY

    Bab II. Pembahasan

    A. Pengertian Politik

    Pemikiran mengenai politik di dunia barat banyak dipengaruhi oleh Filsuf Yunani Kuno seperti Plato dan Aristoteles yang beranggapan bahwa politik sebagai suatu usaha untuk mencapai masyarakat yang terbaik. Usaha untuk mencapai masyarakat yang terbaik ini menyangkut bermacam macam kegiatan yang diantaranya terdiri dari proses penentuan tujuan dari sistem serta cara-cara melaksanakan tujuan itu.

    Berikut ini adalah pengertian dan definisi politik menurut beberapa ahli:

    IBNU AQIL

    “Politik adalah hal-hal praktis yang lebih mendekati kemaslahatan bagi manusia dan lebih jauh dari kerusakan meskipun tidak digariskan oleh Rosulullah S.A.W”

    ROD HAGUE

    “Politik adalah kegiatan yang menyangkut cara bagaimana kelompok-kelompok mencapai keputusan-keputusan yang bersifat kolektif dan mengikat melalui usaha untuk mendamaikan perbedaan-perbedaan diantara anggota-anggotanya”

    ANDREW HEYWOOD

    “Politik adalah kegiatan suatu bangsa yang bertujuan untuk membuat, mempertahankan, dan mengamandemen peraturan-peraturan umum yang mengatur kehidupannya, yang berarti tidak dapat terlepas dari gejala komflik dan kerjasama”

    CARL SCHMIDT

    “Politik adalah suatu dunia yang didalamnya orang-orang lebih membuat keputusan-keputusan daripada lembaga-lembaga abstrak”.

    LITRE

    “Politik didefinisikan sebagai ilmu memerintah dan mengatur Negara”

    ROBERT

    “Definisi politik adalah seni memerintah dan mengatur masyarakat manusia”

    Dari pengertian beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa politik adalah segala sesuatu yang erat kaitannya dengan masalah kekuasaan, pengambilan keputusan, kebijakan publik dan alokasi atau distribusi.

    B. Demokrasi Pada Masa Pemerintahan SBY

    Indonesia adalah Negara yang menganut sistem demokrasi pancasila. Dalam arah kebijakan pembangunan Indonesia dibawah pemerintahan SBY baik jangka panjang maupun menengah, pemerintah berupaya mengajak segenap komponen bangsa untuk bersama-sama menyukseskan program-program dan kebijakan pemerintah.

    Berbicara mengenai pembangunan perekonomian Nasional, perlu upaya penataan system pemerintahan yang demokratis, beretika, santun, dan berkeadilan. Ciri Negara maju adalah demokrasi yang berjalan tertib.

    Demokrasi adalah sebuah sistem politik yang meletakkan kekuasaan tertinggi pada aspirasi mayoritas masyarakat. Di pemerintahan SBY, kita melihat betapa proses demokrasi berjalan lancar. Pesta demokrasi dalam pemilu presiden, memberikan signal positif bahwa pemerintahan yang dipimpin SBY-Budiono berhasil mengawal agenda reformasi demokrasi berjalan direl yang tepat.

    Olehnya itu, seluruh masyarakat Indonesia di negeri ini berperan serta dalam pesta demokrasi memilih pemimpin yang bervisi memberantas korupsi, selalu bekerja keras. Sistem demokrasi harus terus digelorakkan. Merawat system ini pun berada di pundak masyarakat Indonesia.

    Demokrasi adalah instrument untuk mensejahterakan segenap rakyat Indonesia. Hal ini ditandai dengan solidaritas dan kepedulian, kebersamaan, kekompakkan, dalam mendukung pemimpin yang telah dipilih masyarakat dalam partisipasi pesta demokrasi pemilu presiden.

    Demokrasi dalam pemerintahan SBY, memberikan ruang yang maksimal kepada semua elemen masyarakat yang tergabung dalam Ormas, LSM, Lembaga, Komunitas, Mahasiswa untuk mengekspresikan pendapat dan inovasinya kedalam sistem pembagunan Indonesia.

    Demokrasi kita telah berjalan maju, meski dalam perjalanan kerap kali mengalami benturan, hambatan, bahkan diciderai oleh pelaku demokrasi itu sendiri. Media sebagai pilar ke tiga demokrasi yang ikut meramaikan sosialisasi peran dan fungsi demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, juga harusnya mampu menjadi benteng akal sehat, pencetus, pelopor, pengawal, proses demokrasi yang sehat dan bermartabat. Di bawah kepemimpinan SBY, kita mampu bersama-sama untuk ikut melebur mewujudkan cita-cita membangun Indonesia lebih ramah, lebih sejahterah dan lebih bermartabat.

    C. Kekurangan Sistem Demokrasi Pada Masa Pemerintahan SBY

    Di era kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono SBY), kebebasan demokrasi diakui, tapi hukum tidak tegak. Akibatnya semua serba transaksional dan korupsi kian jadi.“Sekarang ini dimana-mana serba korupsi dan serba dibeli. Itu karena demokrasi tanpa disertai penegakan hukum. Sekarang justru kekuasaan mengangkangi hukum,”.

    Dalam kondisi seperti inilah, Gerakan Indonesia Bersih (GIB) terus-menerus mengajak masyarakat untuk jangan sampai terlupa dengan kasus-kasus besar korupsi, seperti skandal Bank Century, mafia pajak, dan lainnya. Untuk itu, mengadakan kegiatan untuk mengangkat buku-buku yang membongkar korupsi besar di negeri ini untuk diadili dalam suatu Mahkaham Intelektual (MI).

    MI ini gagasan aktivis GIB untuk melawan korupsi. MI didesain mirip pengadilan sebagai forum pertanggung jawaban publik mengenai korupsi dan penyalahgunaan wewenang para pejabat publik.

    Sementara itu, pakar politik dari UI Boni Hargens menyatakan, sekarang ini sudah begitu banyak kritik keras disampaikan, tapi semuanya lewat begitu saja. “Sekarang sudah sampai pada kata-kata sudah tak bermakna lagi. Semua sudah keluar, tapi tidak ditanggapi untuk perbaikan negara.”

    D. Jalannya Pemerintahan Pada Masa SBY

    Dibanding presiden sebelumnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tercatat paling banyak membongkar-pasang menterinya. Era Presiden Megawati tidak terjadi pergantian menteri. Masa sebelumnya ketika dipimpin Abdurahman Wahid dari 26 Oktober 1999-Mei 2000 terjadi pergantian lebih dari lima menteri.

    Presiden SBY tercatat lima kali melakukan reshuffle kabinet. Berikut lima pergantian itu:

    1. 5 Desember 2005

    Pergantian pertama Kabinet Yudhoyono, ketika itu mencoba merespons kritik masyarakat yang menilai kinerja para menterinya lambat. Namun Presiden mempertahankan menteri hasil koalisi meskipun berkinerja biasa saja.

    “Kapal harus berlayar. Yang tidak ada gunanya kita ganti dengan awak yang lain. Ini fair, adil. Ini etika pemerintahan,” SBY menjelaskan langkah pergantian kabinetnya.

    Sementara itu, Partai Golkar yang diwakili Wakil Ketua Umum Partai Golkar Agung Laksono cukup senang karena Presiden memenuhi permintaannya. “Silakan reshuffle,” kata Agung, “tapi jangan untuk yang dari Golkar, yaitu Aburizal Bakrie dan Fahmi Idris.” Dalam pergantian ini Sri Mulyani ditunjuk memimpin Kementerian Keuangan.

    1. Menteri Koordinator Perekonomian Boediono menggantikan Aburizal Bakrie.
    2. Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Aburizal Bakrie menggantikan Alwi Shihab
    3. Menteri Perindustrian Fahmi Idris menggantikan Andung Nitimiharja
    4. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Erman Soeparno menggantikan Fahmi Idris
    5. Menteri Negara Kepala Bappenas Paskah Suzetta menggantikan Sri Mulyani Indrawati
    6. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menggantikan Jusuf Anwar
    2. 7 Mei 2007

    Yang mengejutkan dalam pergantian kali ini adalah terdepaknya Yusril Ihza Mahendra dari kursi Menteri Sekretaris Negara. Yusril ketika itu merupakan tokoh penting yang turut membantu SBY dalam pemilihan presiden 2004. Pergantian dikritik pendukung Yusril. Ali Mochtar Ngabalin bersuara keras. “Sebagai pemegang saham seri A, bahkan A utama, kami percaya Presiden dan wakilnya tidak menzalimi PBB,” ujarnya. Dia juga tidak puas kabar pencopotan Yusril disampaikan melalui Sudi Silalahi.

    Menteri baru:

    • Menteri Perhubungan Jusman Syafii Djamal
    • Menteri Hukum dan HAM Andi Mattalata
    • Menteri Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal Lukman Edy
    • Menteri Komunikasi dan Informatika Muhammad Nuh
    • Menteri Dalam Negeri Mardiyanto
    • Jaksa Agung Hendarman Supandji

    Menteri beralih posisi:

    • Menteri Negara BUMN Sofyan Djalil
    • Menteri Sekretaris Negara Hatta Rajasa

    Menteri yang lengser:

    • Hamid Awaludin (Menteri Hukum dan HAM)
    • Yusril Ihza Mahendra (Menteri Sekretaris Negara)
    • Sugiharto (Menteri Negara BUMN)
    • Saifullah Yusuf (Menteri Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal)
    • Abdul Rahman Saleh (Jaksa Agung
    3. 20 Mei 2010

    Pergantian kali ini hanya satu posisi. Menteri Keuangan Sri Mulyani digantikan oleh Agus Martowardojo. Pergantian Sri Mulyani menyusul pengunduran dirinya dari jabatan Menteri Keuangan. Pada kuliah umum tentang “Kebijakan Publik dan Etika Publik” di Ritz-Carlton, Sri Mulyani mengutarakan alasan pengunduran dirinya. “Sumbangan saya sebagai pejabat publik tak lagi dikehendaki dalam situasi politik di mana perkawinan keputusan itu begitu sangat dominan,” ujarnya.

    Sri Mulyani menambahkan, “Orang bilang kartel, saya bilang itu kawin.”. Dia juga tidak merasa kalah dengan mengundurkan diri.

    4. 17 Oktober 2011

    Dalam pergantian kali ini, menurut pengamat politik Komaruddin Hidayat, presiden seperti tersandera oleh partai politik. Hasilnya adalah perombakan kabinet yang kompromistis.

    “SBY ingin menunjukkan bahwa dia menanggapi kritik masyarakat tapi tetap mengakomodasi orang-orang partai,” ujar Rektor UIN Syarif Hidayatullah itu. Kontroversi yang dapat dilihat masyarakat, Presiden tetap mempertahankan menteri yang diduga terlibat korupsi seperti Andi Mallarangeng dan Muhaimin Iskandar.

    1. Menteri Hukum dan HAM Amir Syamsuddin menggantikan Patrialis Akbar
    2. Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Azwar Abubakar menggantikan E.E. Mangindaan
    3. Menteri BUMN Dahlan Iskan menggantikan Mustafa Abubakar
    4. Menteri Perumahan Rakyat Djan Farid menggantikan Suharso Monoarfa
    5. Menteri Perdagangan Gita Wiryawan menggantikan Mari Elka Pangestu
    6. Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Marciano Norman menggantikan Sutanto
    5. 15 Januari 2013

    Pergantian diawal tahun 2013 merupakan efek ditetapkannya Andi Mallarangeng menjadi tersangka kasus Hambalang. Andi langsung mengundurkan diri dari jabatnnya. Roy Suryo Notodiprojo dilantik sebagai pengganti Andi pada 15 Januari.

    E. Politik Luar Negeri Indonesia Pada Masa Pemerintahan SBY

    Politik luar negeri sebuah negara merupakan suatu bentuk siasat yang digunakan suatu negara dalam berhubungan dengan negara lain untuk dapat mencapai kebijakan luar negeri sesuai dengan kepentingan nasionalnya. Politik luar negeri yang dianut setiap negara terhadap negara lain berbeda- beda sesuai dengan kepentingan nasional masing- masing.
    Memahami haluan dan bentuk politik luar negeri suatu negara terutama negara sendiri merupakan suatu hal yang perlu dilakukan agar mampu melakukan analisis kebijakan secara efektif dan efisien. Kamis, 16 Februari 2012 lalu diadakan sebuah seminar mengenai politik luar negeri Indonesia di Auditorium Nurcholish Madjid Universitas Paramadina dengan narasumer utama Dr. Santo Darmosumarto yang merupakan Pembantu Asisten Staf Khusus Hubungan Internasional Presiden Repulik Indonesia.

    Dalam seminar yang bertajuk Politik Luar Negeri Indonesia di bawah Pemerintahan Presiden SBY’ ini disampaikan mengenai konteks politik luar negeri RI yang menyangkut aspek domestik dan aspek kawasan. Dalam aspek domestik termasuk pula mengenai reformasi dan demokrasi. Semakin stabil dan terkonsolidasi demokrasi di Indonesia, maka akan semakin terbukanya kesempatan tumbuhnya Islam berdampingan dengan modernitas. Demokrasi yang berhasil di Indonesia akan memicu demokrasi di negara- negara lain pula. Demokratisasi dalam politik luar negeri RI digalakkan melalui peran DPR RI dan juga melalui civitas akademika serta seluruh anggota masyarakat.

    Dalam hal ini peran pers dan media massa yang terbuka sangat besar dalam hal pembentukan opini publik agar masyarakat memahami perkembangan luar negeri dan arah perspektif luar negeri terhadap Indonesia. Masyarakat juga mampu memberi masukan atas isu hubungan internasional yang perlu diperhatikan Indonesia. Keberadaan otonomi daerah yang berhasil juga mampu menjadi media promosi Indonesia yang mencerminkan dan membutuhkan koordinasi antar instansi pemerintahan yang baik.

    Pertumbuhan ekonomi yang pesat di Indonesia juga tengah menjadi sorotan di mata internasional. Saat ini, Indonesia menduduki posisi ke- 3 sebagai negara yang memiliki pertumbuhan ekonomi terpesat di Asia setelah RRT dan India. Indonesia juga telah berhasil beberapa kali membuktikan ketahanan ekonominya dalam menghadapi keadaan kritis terutama beberapa waktu lalu saat krisis global berlangsung. Hal ini dalam konteks regionalisme internasional, Indonesia telah menjadi salah satu bukti kebangkitan negara- negara Asia, konstelasi negara G- 20 dan ASEAN sebagai poros utama kawasan. Sebagai bukti bahwa kini Indonesia dipandang aman oleh pihak internasional ialah bahwa Indonesia pada tahun 2011 lalu berhasil menjadi tuan rumah bagi East Asia Summit (KTT Asia Timur) yang menjembatani kepentingan negara- negara Asia Timur dan Asia Tenggara.
    Saat ini dengan adanya perubahan hubungan dengan negara- negara barat dan perubahan dengan negara- negara komunis maupun mantan komunis, maka terdapat pula perubahan isu- isu yang menjadi konsentrasi utama. Pemerintah Indonesia kini mengarahkan politik luar negerinya kepada isu- isu demokrasi, HAM, lingkungan hidup, ketahanan pangan, krisis energi dan krisis utang di Eropa.

    Pendekatan politik luar negeri yang dilakukan oleh Presiden SBY memiliki beberapa ciri sebagai berikut:

    • Opportunity Driven, yaitu mendayagunakan segala kesempatan yang ada secara optimal.
    • Win Win Solution, yaitu memberikan solusi yang menguntungkan kedua belah pihak.
    • Constructive, yaitu bahwa Indonesia akan berperan dalam kegiatan- kegiatan yang mendorong terciptanya kestabilan regional.
    • Rasional dan Pragmatis, yaitu menggunakan rasio dalam berpikir dan perimbangan keputusan serta berpikir secara pragmatis atau manfaat.
    • Soft Power, yaitu mengandalkan dan mempelajari cara- cara halus dalam melakukan diplomasi seperti yang dilakukan di negara- negara Canada, Norwegia dan Australia.
    • Personal, yaitu pendekatan yang dilakukan terhadap pemimpin tiap- tiap negara untuk mengamil hati dan menjalin persahabatan.

    Dengan pendekatan yang dianut tersebut, maka Presiden SBY menerapkan politik luar negeri yang konstruktif untuk membangun stabilitas nasional dan internasional dengan membawa semboyan All Directions Foreign Policy (Politik luar negeri ke segala arah).

    Hal ini berarti bahwa Indonesia tidak hanya memihak ke satu pihak saja, sesuai dengan politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif. Selain itu, Indonesia juga menganut paham A Million Friends, Zero Enemy yang artinya merangkul sebanyak- banyaknya kawan dengan menggunakan soft power sehingga meminimalisir kemungkinan adanya musuh. Harapan- harapan terhadap politik luar negeri Indonesia dibangun dengan sistem bridge builder, consessus builder dan resolusi conflict.

    Instrumen- instrumen yang digunakan Indonesia dalam melaksanakan politik luar negeri antara lain ialah partisipasi Indonesia dalam forum- forum kawasan maupun internasional seperti ASEAN, PBB, G-20, APEC, ASEM maupun WTO. Di samping itu kunjungan kenegaraaan beragai kepala negara asing ke Indonesia juga mencitrakan semakin bertumbuhnya kepercayaan internasional terhadap Indonesia dan semakin banyak hubungan bilateral yang mampu dijalin pemerintah Indonesia dengan luar negeri.

    Selain aspek negara dan pemimpin, masyarakat juga mampu berpartisipasi dalam politik luar negeri Indonesia yaitu dengan turut serta dalam erbagai program pertukaran belajar dan budaya. Hal ini menunjukan diplomasi yang dilakukan melalui soft power.

    Dampak dan realisasi dari berbagai bentuk kebijakan politik luar negeri terseut ialah bahwa saat ini Indonesia merupakan poros kekuatan ASEAN dan menjadi Co- Chair pada New Asia- Africa Strategic Partnership. Selain itu, dialog intensif yang terjalin dengan negara- negara tetangga seperti Malaysia, Singapura dan Australia juga membuka lebih mudahnya terjadi perlindungan hukum agi warga negara Indonesia yang berada di luar negeri. Perbaikan citra Indonesia sebagai negeri yang damai, indah dan kaya budaya juga mampu memberi sumbangsihnya tersendiri terutama dalam bidang kepariwisataan.

    Dalam menjalankan strategi politik luar negeri, keberadaan Departemen Luar Negeri saja tidaklah cukup. Saat ini terdapat suatu badan yang bergerak secara khusus dalam hal hubungan luar negeri Indonesia yaitu Staf Khusus Presiden bidang Hubungan Internasional. SKP- HI memiliki misi dan tugas, yaitu:

    1. Memberi layanan kepada Presiden RI
    2. Melakukan koordinasi dan kerjasama erat
    3. Memberi informasi, analisis mengenai isu- isu dari bidang hubungan internasional
    4. Mempromosikan Presiden RI sebagai “Internasional Statesman”
    5. Meningkatkan kapasitas politik luar negeri bebas aktif Indonesia
    6. Meningkatkan peran dan relevan Indonesia di kawasan dunia
    7. Mempromosikan pemahaman dan dukungan dari komunitas internasional

    Bab III. Penutup

    A. Kesimpulan

    Peningkatan citra pemerintah ini tampak senada dengan bertahannya citra Presiden dan tingkat kebanggaan publik terhadapnya. Dengan kata lain, keberadaan dan setting politik Presiden sejauh ini masih menjadi kekuatan penopang wibawa pemerintahan di mata masyarakat. Jajak pendapat menunjukkan citra Presiden pada triwulan ini cukup tinggi, yakni 54,5 persen, jauh di atas citra pemerintahan sebesar 39,2 persen. Posisi itu bisa menjadi berubah dengan sejumlah perkembangan terbaru.

    Persoalan pertama terkait keputusan SBY merangkap jabatan publik dengan jabatan di Partai Demokrat. Keputusan ini juga bertolak belakang dengan visi SBY yang ingin menjadikan Demokrat partai modern yang bebas kultus individu dan patronase politik. Jajak pendapat memperlihatkan sebagian besar Politisi mengkhawatirkan rangkap jabatan akan cenderung merugikan kepentingan publik. Selain itu, lebih dari separuh responden juga pesimistis keputusan SBY efektif mengembalikan elektabilitas Demokrat pada Pemilu 2014.

    Kinerja Presiden juga akan disorot terkait persoalan laten, yakni belum beresnya pembenahan institusi negara, khususnya yang berimplikasi pada ”ketegangan” di berbagai level antara TNI dan Polri. Posisi kelembagaan yang tak kunjung mapan, terutama dalam konteks reformasi TNI-Polri, akan memicu konflik yang makin terbuka dan vulgar.

    Sejauh mana pemerintahan SBY memenuhi kebutuhan, menyelesaikan persoalan, dan mengembalikan rasa keadilan publik akan memengaruhi rapor kinerja pemerintahan SBY di tahun terakhir masa pemerintahan SBY.

    DAFTAR PUSTAKA

    Faisal, Sanafiah. 1989. Sistem Politik Indonesia, CV. Rajawali. Jakarta
    Karim M, Rusli. 1991. Perjalanan Partai Politik di Indonesia : Sebuah Potret Pasang Surut, CV. Rajawali. Jakarta.
    LP3ES. 1995. Analisa Kekuasaan Politik di Indonesia, PT. Pustaka LP3ES Indonesia. Jakarta
    http://www.presidenri.go.id/
    http://id.wikipedia.org/wiki/Politik_Indonesia

  • Jenis-Jenis Tes Berdasarkan Tujuan

    JENIS TES MENURUT TUJUANNYA

    Sementara kita batasi pembicaraan alat  evaluasi  ini pada tes saja, karena hal ini akan lebih  banyak dijumpai dan dilaksanakan pada kehidupan sehari-hari sebagai seorang guru matematika. Disamping itu, pembicaraan mengenai alat evaluasi non-tes kriterianya banyak sejalan dengan alat evaluasi tes, sehingga jika telah dibicarakan mengenai tes dapat pula diterapkan pada evaluasi non-tes.

    1. Tes kecepatan (speed test)

    Tes ini bertujuan untuk mengevaluasi peserta tes dalam hal kecepatan berpikir (kognitif) atau keterampilan, baik yang bersifat spontanitas (logic) maupun hapalan dan pemahaman dalam mata pelajaran yang telah dipelajarinya. Waktu yang disediakan untuk menjawab atau menyelesaikan seluruh materi tes ini relative singkat dibandingkan dengan tes lainnya, sebab yang lebih diutamakan adalah waktu yang minimal dan dapat mengerjakan tes itu sebanyak-banyaknya dengan baik dan benar, cepat dan tepat penyelesaiannya.

    Tes yang termasuk katagori tes kecepatan adalah :

    a. Tes intelegensi

    Dalam hal ini testi dituntut untuk mengerjakan soal tes sebanyak-banyaknya dengan benar dalam waktu yang relative singkat. Biasanya untuk waktu yang disediakan soal-soal tes intelegensi tidak dapat diselesaikan seluruhnya dengan benar.

    b. Tes keterampilan bongkar pasang suatu alat

    Dalam hal ini kecepatan dan kebenaran membongkar dan memasangkan kembali setiap komponen alat tersebut yang dilakukan oleh testi yang akan dievaluasi. Hasil evaluasi akan baik jika membongkar dan memasang kembali alat itu benar dan dalam waktu yang minimal.

    2. Tes kemampuan (power test)

    Tes ini bertujuan untuk mengevaluasi testi dalam mengungkapkan kemampuannya (dalam bidang tertentu) dengan tidak dibatasi secara ketat oleh waktu yang disediakan. Kemampuan yang dievaluasi bisa berupa kognitif maupun psikomotorik.

    Jika seorang guru matematika memberikan tes susulan (perbaikan) kepada seorang siswa untuk mengerjakan tugas untuk mengerjakan soal di suatu ruangan tertentusehingga siswa tersebut tidak mungkin untuk berbuat sesuatuyang mengakibatkan hasil tes bias (misalnya melihat catatan, dibantu oleh orang lain), kemudian guru tersebut mengatakan bahwa kalau sudah selesai diserahkan, tanpa batas waktu, tes tersebut bisa dikatagorikan ke dalam tes kemampuan. Seorang mahasiswa yang diberikan tes, tetapi tes tersebut boleh dikerjakan di rumah (take home), tes tersebut termasuk juga katagori tes kemampuan.

    Soal-soal tes kemampuan biasanya relative sukar, menyangkut berbagai konsep atau pemecahan masalah dan menuntut peserta tes untuk mencurahkan segala kemampuannya, menyangkut daerah kognitif analisis, sintesis dan evaluasi.

    3. Tes pencapaian

    Tes ini dimaksudkan untuk mengevaluasi hal yang telah diperoleh dalam suatu kegiatan. Tes Hasil Belajar (THB), baik itu tes harian (formatif) maupun tes akhir semester atau Ebtanas (sumatif) bertujuan untuk mengevaluasi hasil belajar setelah mengikuti kegiatan belajar-mengajar dalam suatu kurun waktu tertentu. Dengan demikian, tes tersebut termasuk tes katagori perolehan.

    4.       Tes kemajuan belajar (assessment test)

    Tes kemajuan belajar disebut juga tes perolehan. Sulit dibedakan antara tes pencapaian dengan tes perolehan sebab keduanya banyak kesamaan. Perbedaannya terletak pada hal berikut, yaitu tes pencapaian tidak mempersoalkan sebelum kegiatan beljar mengajar dilakukan, yang penting adalah hasil belajar setelah kegiatan dilakukan. Sedangkan tes perolehan belajar meninjau pula kondisi (keadaan) sebelum kegiatan belajar-mengajar dilaksanakan. Dilakukan tes awal (pre test),yaitu tes yang dilakukan sebelum kegiatan belajar mengajar untuk mengetahui kondisi awal testi, dan tes akhir (post tes) sebagai test pencapaian. Keduanya disebut tes perolehan atau tes kemajuan belajar. Kedua tes tersebut dimaksudkan untuk mengefaluasi perbedaan (kemajuan) antara kondisi awal sebelum kegiatan belajar mengajar dilakukan dan kondisi akhir setelah kegiatan itu dilaksanakan. Perbedaan itu disebut perolehan (gains) siswa dalam belajar.

    5.       Tes diagnostic (diagnostic test)

    Diagnostic mengandung makna mendiagnosis yang berarti mencari, menyelidiki, atau meneliti penyebab dari sesuatu hal yang muncul. Seorang dokter menanyai hal-hal yang dialami dan dirasakan oleh pasiennya, kemudian memeriksa keadaan fisik pasien tersebut dimaksudkan untuk mencari penyebab dari penyakit yang dideritanya. Kegiatan ini disebut mendiagnosis penyakit pasien itu.

    Dalam hubungannya dengan kegiatan belajar mengajar matematika, tes diagnostic berarti tes yang dilakukan oleh guru yang dimaksudkan untuk mencari dan meneliti kekuatan dan hambatan siswa dalam memahami materi pelajaran yang disajikan. Tes formatif, baik lisan, tertulis, atau perbuatan yang dilakukan guru selama atau sesudah KBM bisa dimaksudkan kedalam kelompok tes diagnostic jika pelaksanaannya mengandung unsure-unsur mendiagnosis. Pada kenyataannya dilapangan (sekolah) tes diagnostic tersebut sering dilakukan dalam KBM matematika, tidak dibuat dan dilakukan secara khusus mengingat program pengajaran matematika yang materinya cukup padat, alokasi waktu dan kondisi lainnya yang serba terbatas.

    6.       Tes formatif

    Formatif berasal dari kata form yang berarti bentuk. Dari akar pengertian tersebut, tes formatif dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk (kognitif, afektif, dan psikomotorik) setelah mengikuti suatu program tertentu, dalam hal ini program pengajaran. Jika dibandingkan dengan tes diagnostic, tes formatif ini bisa berfungsi sama. Jadi dapat dipandang sebagai tes diagnostic yang dilaksanakan pada akhir pelajaran, dan karena dilaksanakan pada akhir pelajaran maka ia dapat pula dipandang sebagai tes akhir (post test).

    Dalam pelaksanaan KBM matematika di sekolah tes formatif ini lebih dikenal dengan istilah tes (ulangan) harian. Meskipun agak menyimpang dari tujuan semula sering kali hasil dari tes formatif ini digunakan sebagai bahan untuk mendiagnostik dan pertimbangan penentuan nilai akhir.

    Manfaat lain dari tes formatif ini adalah :

    a.       Untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang disajikan dalam KBM.

    b.      Sebagai penguatan (reinforcement) bagi siswa. Dengan hasil tes formatif yang rata-ratanya baik bisa menambah motivasi belajar (penguatan positif). Sebaliknya bagi siswa yang mendapat nilai kurang baik bisa menyadarkan dan memacu dirinya untuk belajar lebih rajin lagi (penguatan negative).

    c.       Sebagai diagnosis. Sesuai dengan tujuan semula dilaksanakannya tes formatif, tes ini dapat digunakan untuk mengetahui konsep mana yang belum dikuasai siswa atau mendapat kesulitan belajar dari materi yang disajikan.

    d.      Sebagai balikan (feed back) bagi guru. Apakah ia telah berhasil mengajar atau belum, apakah ia terlalu cepat menyajikan bahan atau sebaliknya, apakah metode dan pendekatan yang digunakan tepat atau belum, dan sebagainya.   

    7.       Tes sumatif

    Istilah sumatif berasal dati kata “sum” yang berarti jumlah. Dengan demikian tes sumatif berarti tes yang ditujukan untuk mengetahui penguasan siswa dalam sejumlah meteri pelajaran (pokok bahasan) yang telah dipelajari. Pengertian sejumlah berkonotasi banyak, sehingga tes sumatif ruang lingkup materinya cukup banyak (luas) terdiri dari beberapa pokok bahasan. Istilah sehari-hari di sekolah, tes sumatif ini sering disebut tes akhir semester (caturwulan untuk SD) atau EBTA/EBTANAS atau ujian akhir. Tes sumatif yang dilaksanakan meliputi beberapa pokok bahasan sebelum tes sumatif pada akhir semester disebut tes subsumatif atau tes unit. Sesuai dengan pengertian dan tujuan tes sumatif di atas, menfaat yang dapat dipetik dalam pelaksanaan tes sumatif tersebut adalah:

    a.       Untuk menentukan nilai atau prestasi siswa dalam mata pelajaran tertentu. Jika komponen lain turut menentukan nilai akhir, maka bobot nilai tes sumatif ini paling besar.

    b.      Sebagai alat untuk menentukan prakiraan (prediction).

    Dengan tes ini seorang siswa dapat diperkirakan apakah dapat mengikuti program berikutnya atau tidak. Hasil tes akhir semester atau EBTA/EBTANAS digunakan oleh guru atau para ahli pendidikan untuk menentukan apakah siswa yang bersangkutan dapat mengikuti program pengajaran yang diberikan pada tingkat kelas atau sekolah diatasnya. Hal ini dapat dilihat bahwa system penerimaan siswa baru di SLTP dan SLTA melalui Nilai EBTANAS Murni (NEM).

    c.       Sebagai laporan kemajuan (nilai rapor/STTB) Yang akan berguna bagi orang tua, guru bimbingan-penyuluh, pihak lain, dan siswa itu sendiri.

  • 4C Keterampilan Belajar Abad 21 – Sebagai Upaya Mempersiapkan Peserta Didik di Era Industri 4.0

    Pendidikan memiliki tujuan mempersiapkan peserta didik untuk menghadapi perubahan zaman. Persiapan ini sangat penting bagi peserta didik yang lahir di tengah-tengah abad 21 yang menganut prinsip utama Global Citizen. Berdasarkan Tujuan yang tertera pada Sustainable Development Goals, Keterampilan 4C sangat penting bagi peserta didik Abad 21.

    Keterampilan 4C

    Pekerjaan di abad 21 bersifat lebih internasional, multikultural, dan saling berhubungan. Pada abad terakhir ini telah terjadi pergeseran yang signifikan dari layanan manufaktur kepada layanan yang menekankan pada informasi dan pengetahuan (Scott, 2015). Secara eksponen pengetahuan itu telah tumbuh, berkembang, dan meluas secara sendirinya. Teknologi informasi dan komunikasi menyebabkan perubahan dalam cara belajar, sudut pandang pemikiran, profesi yang dapat dilakukan, dan makna sosialistis.

    Pengambilan keputusan yang tepat, penyebaran informasi, kolaborasi yang baik, inovasi, kecepatan, dan ketepatan bekerja yang menjadi aspek penting di zaman ini. Berdasarkan hasil studi yang dilakukan Trilling dan Fadel (2009) yang menunjukkan bahwa lulusan sekolah menengah, diploma, dan pendidikan tinggi masih belum berkompeten dalam hal: (1) komunikasi oral maupun tertulis, (2) berpikir kritis dan mengatasi masalah, (3) etika bekerja dan profesionalisme, (4) bekerja secara tim dan berkolaborasi, (5) bekerja di dalam kelompok yang berbeda, (6) menggunakan teknologi, dan (7) manajemen proyek dan kepemimpinan. Oleh karena itu, peserta didik diharapkan mampu memiliki indikator keberhasilan yang didasarkan pada kecakapan berkomunikasi, pemanfaatan informasi dalam memecahkan masalah yang kompleks, menciptakan pengetahuan baru, kemampuan adaptasi yang tinggi, berinovasi di bawah tuntutan baru, dan menjadi agen perubahan.

    Era globalisasi yang berkembang di abad ke-21 menjadi tantangan bagi generasi saat ini, dikarenakan permasahan-permasalahan yang terjadi begitu kompleks, terkhusus revolusi industri 4.0. Dampak yang ditimbulkan dari era globalisasi ini ialah adanya bentuk keharusan untuk penyesuaian dengan zaman di berbagai sektor, terutama bidang pendidikan. Berdasarkan hasil kajian ASEAN Business Outlook Survey, Indonesia dianggap sebagai negara tujuan investasi asing dan bahkan menjadi salah satu tujuan utama di sektor ASEAN. Survei yang dilakukan tahun 2014 tersebut ternyata juga menyelipkan fakta yang kurang mendukung, pasalnya sumber daya manusia asal Indonesia mayoritas memiliki keahlian rendah dan harga yang murah.  Bangsa Indonesia diprediksi tidak akan mampu bersaing dan akan kehilangan kesempatan terbaiknya jika dibandingkan dengan sumber daya manusia yang lebih terlatih dan ahli dari negara lain. 

    Gogot Suharwoto, Kepala Pustekkom Kemendikbud, hal yang perlu yang disiapkan kini bukanlah sekadar peserta didik yang pandai menghitung, cepat menghafal, ataupun mampu mengerjakan soal dalam waktu cepat, karena semua hal tersebut mampu dikerjakan dan diselesaikan oleh mesin berteknologi canggih. Pendidikan yang sebenarnya diharapkan ialah dapat mempersiapkan peserta didik untuk menguasai keterampilan abad 21 yang diberdayakan dalam kegiatan belajar mengajar. Keterampilan abad 21 yang dianggap mampu dijadikan modal sosial (social capital) dan modal intelektual (intellectual capital) biasa disebut dengan konsep 4C, yaitu communication, collaboration, critical thinking and problem solving, dan creativity and innovation.

    Communication (Komunikasi)

    Komunikasi adalah sebuah kegiatan mentransfer sebuah informasi baik secara verbal maupun nonverbal. Kemampuan komunikasi yang baik merupakan keterampilan paling berharga di dunia kerja dan kehidupan sehari-hari, namun tidak semua individu mampu melakukannya. Tujuan utama dari komunikasi ialah mengirimkan pesan melalui media yang tersedia agar dapat dimengerti oleh penerima pesan. Komunikasi dapat dikatakan efektif bila suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator dapat diterima persis dan baik oleh komunikan, sehingga tidak terjadi salah persepsi atau pemahaman.

    Collaboration (Kolaborasi)

    Kolaborasi adalah kemampuan untuk saling bekerjasama, bekerja secara produktif dengan yang lain, bersinergi, atau berperan dan beradaptasi di dalam suatu situasi. Kolaborasi dan kerjasama tim dapat dikembangkan melalui pengalaman yang ada di dalam sekolah, antar sekolah, dan di luar sekolah (P21, 2007). Peserta didik dapat bekerjasama secara kolaboratif pada tugas berbasis proyek ataupun masalah yang mengembangkan keterampilannya melalui model pembelajaran tutor sebaya dalam kelompok masing-masing. Dalam dunia kerja, keterampilan kolaborasi dapat diterapkan oleh suatu individu untuk menghadapi rekan kerja yang posisinya saling berjauhan atau bertolak belakang.

    Critical Thinking dan Problem Solving

    Adalah kemampuan untuk memahami suatu masalah, mensintesiskan informasi satu dengan informasi lainnya, sehinggan akhirnya timbul berbagai perspektif, dan menemukan solusi dari suatu permasalahan. Suatu individu harus mampu mencari berbagai solusi dari sudut pandang yang berbeda-beda dalam memecahkan suatu masalah yang kompleks. Pemecahan masalah tidak dapat dipisahkan dari keterampilan berpikir kritis, keterampilan berpikir kritis merupakan keterampilan fundamental dalam memecahkan masalah. Pada era perkembangan pesat IPTEK seperti saat ini, untuk berpikir kritis siswa dituntut memiliki kemampuan memilih sumber informasi yang relevan, berkualitas, dan melakukan penyaringan secara objektif, realibilitas, dan kemutahiran. Lalu, diterapkan pada alat dan teknik yang tepat secara efisien dan efektif dalam memecahkan suatu masalah.

    Creativity and Innovation

    Adalah kemampuan untuk menciptakan, mengembangkan, melaksanakan, dan menyampaikan gagasan baru yang sifatnya baru dan beda. Keterampilan berkreasi dan semangat berinovasi diperlukan untuk mencapai kesuksesan personal dan profesional. Dalam dunia pendidikan, peserta didik perlu dilakukan pembiasaan untuk berpikir di luar kebiasaannya, melibatkan sudut pandang yang berbeda, memberikan kesempatan dalam penyampaian ide dan solusi, mengajukan pertanyaan yang tidak lazim, dan mengemukakan perkiraan jawaban. Kesuksesan personal dan profesional yang diraih peserta didik melalui keterampilan berkreasi dan semangat berinovasi dapat membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik bagi semua makhluk.

    Berbagai upaya telah dilakukan manusia dalam beradaptasi dengan zaman yang terus berkembang, termasuk formula 4C dalam bidang pendidikan yang telah dipaparkan, walaupun aktivitasnya belum bersifat masif di dunia pendidikan Indonesia. Hiruk-pikuk kehidupan era revolusi industri 4.0 tentunya menciptakan dampak sosial yang membuat manusia terus meningkatkan kemampuan dirinya guna beradaptasi di zaman ini, maka dari itu perlu adanya pelaksanaan berbagai aktivitas sebagaimana yang dituntut di era revolusi industri 4.0.

  • Ruang Lingkup Mata Pelajaran IPS di SD

    Ruang Lingkup Pembelajaran IPS di SD mencakup kajian sistem kehidupan manusia sebagai mahluk sosial atau bagian dari anggota masyarakat. Pada tingkat sekolah dasar, kehidupan manusia dikaji berdasarkan konsep geografi dan sejarah, terutama gejala dan masalah sosial dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan sekitar SD/MI.

    Kurikulum Merdeka dan IPS SD

    Kurikulum Merdeka menjelaskan ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi:

    1. manusia, tempat, dan lingkungan
    2. waktu, keberlanjutan, dan perubahan
    3. sistem sosial dan budaya
    4. perilaku ekonomi dan kesejahteraan.

    Berdasarkan beberapa pendapat para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup pembelajaran IPS di SD yaitu: (1) manusia, tempat, dan lingkungan, (2) waktu, keberlanjutan, dan perubahan, (3) 11 sistem sosial dan budaya, (4) perilaku ekonomi dan kesejahteraan. Dengan adanya ruang lingkup, diharapkan guru dalam menyampaikan materi disesuaikan dengan jenjang pendidikan anak.

    Uraian materi pada bab ini diawali dengan membahas pengertian IPS yang dikaji sebagai satu disiplin keilmuan mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) sampai perguruan tinggi.

    A. Pengertian IPS

    Istilah IPS merupakan terjemahan dari istilah social studies. Dengan demikian IPS dapat diartikan dengan “penelaahan atau kajian tentang masyarakat”. Dalam mengkaji masyarakat, dapat dilakukan dari berbagai perspektif sosial, seperti kajian melalui pengajaran sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, politik-pemerintahan, dan aspek psikologi sosial yang disederhanakan untuk mencapai tujuan pembelajaran IPS

    Rumusan tentang pengertian IPS telah banyak dikemukakan oleh para ahli social studies atau ahliIPS dan untuk memperoleh gambaran yang lebih luas tentang pengertian dua istilah tersebut, maka penting untuk dikemukakan pendapat beberapa ahli berikut ini.

    1. Edgar B Wesley menyatakan bahwa: social studies are the social sciences simplified for paedagogieal purposes in school. The social studies consistof geografy history, economic, sociology, civics and various combination of these subjects.
    2. John Jarolimek mengemukakan bahwa: The social studies as a part of elementary school curriculum draw subject-matter content from the social science, history, sociology, political science, social psychology, philosophy, antropology, and economic. The social studies have been defined as “ those portion of the social science… selected for instructional purposes”

    Demikian beberapa pengertian social studies yang dikembangkan di Amerika Serikat oleh beberapa tokoh pendidikan terkenal. Selanjutnya pengembangan IPS di Indonesia banyak mengambil ide-ide dasar dari pendapat-pendapat yang dkembangkan di Amerika Serikat tersebut. Adapun menyangkut tujuan, materi dan penanganannya dikembangkan sendiri sesuai dengan tujuan nasional dan aspirasi masyarakat Indonesia. Hal ini didasarkan pada realitas, gejala, dan problem sosial yang menjadi kajian IPS tidak sama dengan negara-negara lain. Setiap negara memiliki perkembangan dan pengembangan social studies atau IPS yang berbeda, dengan ke-khasan masing-masing.

    Adapun pengertian IPS di Indonesia dikemukakan oleh beberapa ahli pendidikan dan IPS di antaranya:

    1. Moeljono Cokrodikardjo mengemukakan bahwa IPS adalah perwujudan dari suatu pendekatan interdisipliner dari ilmu sosial. Ia merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial yakni sosiologi, antropologi budaya, psikologi, sejarah, geokrafi, ekonomi, ilmu politik dan ekologi manusia, yang diformulasikan untuk tujuan instruksional dengan materi dan tujuan yang disederhanakan agar mudah dipelajari.
    2. IPS menurut Nu’man Somantri mempunyai arti sebagai pelajaran ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan untuk pendidikan tingkat SD,SLTP dan SLTA.Penyederhanaan,mengandung arti: a) menurunkan tingkat kesukaran ilmu-ilmu sosial yang biasanya dipelajari di Universitas, menjadi pelajaran yang sesuai dengan kematangan berfikir para siswa siswi sekolah dasar dan lanjutan, b) mempertautkan dan memadukan bahan aneka cabang ilmu-ilmu sosial  dan kehidupan masyarakat, sehingga menjadi pelajaran yang mudah dicerna.
    3. Adapun S. Nasution, mendefinisikan IPS dengan: IPS adalah pelajaran yang merupakan suatu fusi atau paduan dari sejumlah mata pelajaran sosial. Lebih lanjut dinyatakan bahwa IPS merupakan bagian kurikulum sekolah yang berhubngan dengan peranan manusia di dalam asyarakat  yang erdiri atas berbagai subjek: sejarah, ekonmi, geografi, sosiologi, antropologi pemerintahan dan psikologi sosial.
    4. Lebih Luas Tim IKIP Surabaya mengemukakan  bahwa IPS adalah suatu bidang study yang menghormati, mempelajari, mengolah dan membahas hal-hal yang berhubungan dengan masalah-masalah human relationship hingga benar-benar dapat dipahami dan memperoleh pemecahannya. Penyajian harus merupakan bentuk yang terpadu dari berbagai ilmu sosial yang telah terpilih, di sederhanakan sesuai dengan kepentingan sekolah-sekolah.

    Dengan demikian, IPS bukan Ilmu sosial, pembelajaran  IPS yang dilaksanakan, baik pada pendidikan dasar maupun pada pendidikan tinggi, tidak  menekankan pada aspek teoritis keilmuaannya, melainkan lebih ditekankan pada aspek  praktis dalam mempelajari, menelaah, mengkaji gejala dan masalah sosial masyarakat, yang tentu bobot dan keluasannya disesuaikan dengan jenjang pendidikan masing-masing.

    Adapun Lingkup kajian tentang masyarakat dalam IPS dapat  dilakukan dalam lingkungan yang terbatas yaitu lingkungan sekitar siswa   maupun dalam lingkungan yang luas yaitu lingkungan negara lain, baik yang ada di masa sekarang maupun di masa lampau. Dengan demikian para siswa dan siswi yang mempelajari IPS dapat menghayati masa sekarang dengan diekali pengetahuan tentang masa lampau umat manusia.

    Bertolak dari uraian di atas, maka kegiatan belajar mengajar IPS membahas manusia dengan lingkungannya dari berbagai sudut ilmu sosial pada masa lampau, sekarang dan masa mendatang, baik pada lingkungan yang dekat maupun lingkungan yang jauh dari siswa. Oleh karena itu, guru IPS harus sungguh-sungguh memahami apa dan bagaimana bidang studi IPS itu.  Ruang Lingkup Pembelajaran IPS di SD

    B. Ruang Lingkup Kajian IPS.

    Secara mendasar , pembelajaran IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya. IPS berkenan dengan cara manusia memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan untuk memenuhi materinya, budayanya, kejiwaannya, pemamfaatan sumber-daya yang ada dipermukaan bumi, mengatur kesejahteraan dan pemerintahannya maupun kebutuhan lainnya dalam rangka mempertahankan kehidupan masyarakat manusia. Singkatnya mempelajari, menelaah-mengkaji sistem kehidupan manusia di permukaan bumi ini dalam konteks sosialnya atau manusia sebagai anggota masyarakat.

    Mengingat manusia dalam konteks sosial itu demikian luasnya, maka pengajaran IPS di tiap jenjang pendidikan harus dibuat batasan-batasan sesuai dengan kemampuan peserta didik pada tingkat masing-masing jenjang, sehingga ruang lingkup pengajaran IPS pada jenjang pendidikan dasar berbeda dengan jenjang pendidikan menengah, dan juga dengan jenjang pendidikan tinggi.

    Pada jenjang pendidikan dasar, ruang lingkup pengajaran IPS dibatasi sampai gejala dan masalah sosial yang dapat dijangkau pada geografi dan sejarah. Terutama gejala dan masalah sosial kehidupan sehari-hari yang ada di lingkungan sekitar peserta didik MI/SD.

    Pada jenjang pendidikan menengah, ruang lingkup kajian semakin diperluas. Begitu juga pada jenjang pendidikan tinggi, bobot dan keluasan materi dan kajian semakin dipertajam dengan berbagai pendekatan. Pendekatan inter-disipliner atau multi-disipliner dan pendekatan sistem menjadi pilihan yang tepat untuk diterapkan, karena IPS pada jenjang pendidikan tinggi menjadi sarana melatih daya pikir dan daya nalar mahasiswa secara berkesinambungan.  Ruang Lingkup Pembelajaran IPS di SD

    Sebagaimana telah dikemukakan di atas, bahwa yang dipelajari IPS adalah manusia sebagai anggota masyarakat dalam konteks sosialnya, maka ruang lingkup kajian IPS meliputi:

    1. Substansi materi Ilmu-ilmu sosial yang bersentuhan dengan masyarakat (aspek teoritis).
    2. Gejala, masalah dan peristiwa sosial tentang kehidupan masyarakat (aspek praktis).

    Kedua lingkup pengajaran IPS ini harus diajarkan secara terpadu, karena pengajaran IPS tidak hanya sekedar menyajikan materi-materi yang akan memenuhi ingatan peserta didik, melainkan untuk memenuhi kebutuhan sendiri sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Oleh karena itu, pengajaran IPS harus menggali materi-materi yang bersumber pada masyarakat. Dengan kata lain, pengajaran IPS yang melupakan masyarakat atau yang tidak berpijak pada kenyataan di dalam masyarakat tidak akan mencapai tujuannya.

    C. Tujuan IPS

    Sama  halnya tujuan dalam bidang-bidang yang lain, tujuan pembelajaran IPS bertumpu pada tujuan yang  lebih tinggi. Secara hirarki,  Tujuan Pendidikan Nasional pada tataran operasional dijabarkan dalam tujuan institusional tiap jenis dan jenjang pendidikan. Selanjutnya pencapaian tujuan institusional ini, secara praktis dijabarkan dalam tujuan kurikuler atau tujuan mata pelajaran. Pada setiap bidang studi dalam kurikulum, termasuk bidang studi IPS. Akhirnya tujuan kurikuler ini, secara praktis operasional dijabarkan dalam tujuan instruksional atau tujuan pembelajaran

    Dalam sub bahasan ini, dibatasi pada uraian tujuan kurikuler bidang studi IPS.Tujuan kurikuler  IPS yang harus dicapai sekurang-kurangnya meliputi:

    1. Membekali peserta didik dengan pengetahuan sosial yang berguna dalam kehidupan masyarakat.
    2. Membekali peserta didik dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisa dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan di masyarakat.
    3. Membekali peserta didik dengan kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat dan dengan berbagai bidang keilmuan serta berbagai keahlian.     
    4. Membekali peserta didik dengan kesadaran, sikap mental yang positif dan keterampilan terhadap lingkungan hidup yang menjadi bagian dari kehidupannya yang tidak terpisahkan.
    5. Membekali peserta didik dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai dengan perkembangan kehidupan, perkembangan masyarakat, perkembangan ilmu dan teknologi.

    Dari lima tujuan di atas, terdapat ditemukan tujuan kunci yakni menjadikan peserta didik menjadi warga negara yang bertanggung jawab. Bertanggung jawab bermakna peserta didik tahu kewajiban dan tahu haknya. Orang yang tahu kewajiban cenderung akan melakukan kewajiban terlebih dahulu baru meminta haknya.

    Demikian juga orang yang tahu haknya tidak akan mengambil hak orang lain yang bukan haknya. Oleh karena itu seorang guru harus mampu mengarahkan pembelajaran IPS dalam rangka pencapaian tujuan IPS yakni peserta didik yang bertanggung jawab. Hal ini yang harus dicapai dalam pelaksanaan kurikulum IPS di berbagai lembaga pendidikan. Tentu dengan keluasan, kedalaman dan bobot yang sesuai dengan jenis dan jenjang pendidikan yang dilaksanakan.  Ruang Lingkup Pembelajaran IPS di SD

    Rangkuman

    IPS adalah fusi atau perpaduan dari beberapa disiplin ilmu sosial (sejarah, geokrafi, ekonomi, sosiologi, antropologi, politik dan psikologi sosial) yang dipelajari mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai jenjang pendidikan tinggi.

    Adapun ruang lingkup kajian IPS meliputi:  a) substansi materi Ilmu-ilmu sosial yang bersentuhan dengan masyarakat yang bersifat teoritis, dan b) gejala, masalah dan peristiwa sosial tentang kehidupan masyarakat yang bersifat praktis.  Kedua lingkup pengajaran IPS ini harus diajarkan secara terpadu, karena hakekat pembelajaran IPS tidak hanya bersifat teoritis tetapi juga praktis. Dalam upaya  mencapai tujuan pembelajaran IPS untuk membekali peserta didik: a) yang memiliki pengetahuan sosial, b) mampu mengidentifikasi, menganalisa dan mencari alternatif pemecahan masalah-masalah sosial dalam masyarakat, c) mampu berkomunikasi dalam masyarakat, d) memiliki kesadaran, keterampilan dan sikap mental yang positif dalam bermasyarakat, serta e) mampu mengembangkan pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai perkembangan masyarakat dan IPTEK, yang kelima tujuan ini bermuara pada terciptanya peserta didik yang bertanggung jawab dalam makna yang lebih luas yakni tahu kewajiban dan tahu haknya.  Ruang Lingkup Pembelajaran IPS di SD

  • Implementasi Teori Belajar dalam Penerapan Teknologi Pendidikan

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1. Latar Belakang Masalah

    Teori adalah sekumpulan dalil yang berkaitan secara sistematis yang menetapkan kaitan sebab akibat diantara variable yang saling bergantung. Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman. Perubahan yang dimaksud harus relatif permanen dan tetap ada untuk waktu yang cukup lama. Oleh karena itu sangat dibutuhkan teori-teori belajar. Kebutuhan akan teori adalah hal yang penting. Untuk itu pemahaman tentang konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang bersifat teoritis dan telah diuji kebenarannya melalui eksperimen sangat dibutuhkan. Kebutuhan akan hal tersebut melahirkan teori belajar dan teori instruksional.

    Teori belajar berhubungan dengan psikologi terutama berhubungan dengan situasi belajar. Teori belajar bersifat deskriptif dalam membicarakan proses belajar, sedangkan teori instruksional lebih bersifat preskriptif dan menerangkan apa yang harus dilaksanakan untuk membicarakan masalah-masalah praktis didunia pendidikan ( Snelbecker, 1974 dalam teori, 1997 ).

    Brunner ( 1964 ), mengemukakan bahwa teori belajar adalah deskriptif, sedangkan teori instruksional adalah preskriptif. Artinya teori belajar mendeskripsikan terjadinya proses belajar, sedangkan teori instruksional mempreskripsikan strategi atau metode pembelajaran yang optimal untuk memudahkan proses belajar.

    Kontribusi dan implikasi teori belajar dan instruksional dalam teknologi pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan, khususnya yang didasarkan atas pengembangan pendidikan dengan bertitik tolak untuk perbaikan pendidikan. Teori belajar instruksional sangat besar perannya dibantu dengan peningkatan pendidikan.

    2. Rumusan Masalah

    Adapun rumusan masalah yang akan di bahas pada makalah ini adalah : Bagaimana kontribusi dan implikasi teori belajar dan instruksional dalam Teknologi Pendidikan ?

    3. Tujuan dan Manfaat

    Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka makalah ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi dan implikasi teori belajar dan instruksional dalam Teknologi Pendidikan

    BAB II

    PEMBAHASAN

    A. Teori Belajar

    Belajar merupakan ciri khas manusia yang membedakannya dengan binatang. Belajar yang dilakukan manusia merupakan bagian hidupnya dan berlangsung seumur hidup. Dalam belajar, si belajar yang lebih penting sebab tanpa si belajar tidak ada proses belajar. Oleh karena itu tenaga pengajar perlu memahami terlebih dahulu teori belajar, alasannya:

    1. Membantu pengajar untuk memahami proses belajar yang terjadi didalam diri si belajar
    2. Dengan kondisi ini pengajar dapat mengerti kondisi-kondisi dan faktor-faktor yang mempengaruhi, memperlancar atau menghambat proses belajar
    3. Mungkin pengajar melakukan prediksi yang cukup akurat tentang hasil yang dapat diharapkan pada suatu aktivitas belajar
    4. Teori ini merupakan sumber hipotesis atau dugaan-dugaan tentang proses belajar yang dapat diuji kebenarannya melalui eksperimen atau penelitian, dengan demikian dapat meningkatkan pengertian seseorang tentang proses belajar mengajar
    5. Hipotesis, konsep-konsep dan prinsip-prinsip ini dapat membantu si pengajar meningkatkan penampilannya sebagai seorang pengajar yang efektif

    Secara umum semua teori belajar dapat kita kelompokkan menjadi empat golongan atau aliran yaitu:

    1. Teori Belajar Behaviorisme
    2. Teori Belajar Kognitivisme
    3. Teori Belajar Humanistik
    4. Teori Belajar Sibernetik

    1. Teori Belajar Behaviorisme

    Menurut teori belajar ini adalah perubahan tingkah laku, seseorang dianggap belajar sesuatu bila ada menunjukkan perubahan tingkah laku. Misalnya, seorang siswa belum bisa membaca maka betapapun gurunya berusaha sebaik mungkin mengajar atau bahkan sudah hafal huruf A sampai Z di luar kepala, namun bila siswa itu gagal mendemonstrasikan kemampuannya dalam membaca, maka siswa itu belum bisa dikatakan belajar. Ia dikatakan telah belajar apabila ia menunjukkan suatu perubahan dalam tingkah laku ( dari tidak bisa menjadi bisa membaca ).

    Yang terpenting dari teori ini adalah masukan atau input yaitu berupa stimulus dan out put yang berupa respons. Sedang apa yang terjadi diantara stimulus dan respons itu dianggap tidak penting diperhatikan sebab tidak bisa diamati. Yang bisa diamati adalah stimulus dan respons, misalnya stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa tersebut dalam rangka membantu siswa untuk belajar. Stimulus ini berupa rangkaian alfabet, beberapa kalimat atau bacaan, sedangkan respons adalah reaksi terhadap stimulus yang diberikan gurunya.

    Menurut teori behaviorisme apa saja yang diberikan guru ( stimulus ) dan apa saja yang dihasilkan siswa ( respons ) semua harus bisa diamati, diukur, dan tidak boleh hanya implisit ( tersirat ). Faktor lain yang juga penting adalah faktor penguat ( reinforcement ). Penguat adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respons. Bila penguatan ditambah ( positive reinforcement ) maka respons akan semakin kuat. Begitu juga bila penguatan dikurangi ( negative reinforcement ) responspun akan tetap dikuatkan.. Misalnya bila seorang anak bertambah giat belajar apabila uang sakunya ditambah maka penambahan uang saku ini disebut sebagai positive reinforcement. Sebaliknya jika uang saku anak itu dikurangi dan pengurangan ini membuat ia makin giat belajar, maka pengurangan ini disebut negative reinforcement.

    Aplikasi teori belajar behaviorisme dalam pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia.

    2. Teori Belajar Kognitivisme

    Menurut teori ini, belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa diamati. Asumsi dasar teori ini adalah setiap orang telah mempunyai pengalaman dan pengetahuan dalam dirinya. Pengalaman dan pengetahuan ini tertata dalam bentuk struktur kognitif. Menurut teori ini proses belajar akan berjalan baik bila materi pelajaran yang baru beradaptasi secara klop dengan struktur kognitif yang telah dimiliki oleh siswa.

    Aplikasi teori belajar kognitivisme dalam pembelajaran, guru harus memahami bahwa siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berpikirnya, anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar belajar menggunakan benda-benda konkret, keaktifan siswa sangat dipentingkan, guru menyusun materi dengan menggunakan pola atau logika tertentu dari sederhana kekompleks, guru menciptakan pembelajaran yang bermakna, memperhatian perbedaan individual siswa untuk mencapai keberhasilan siswa.

    3. Teori Belajar Humanistik

    Tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika si belajar telah memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Dengan kata lain si belajar dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Secara umum teori ini cenderung bersifat elektik dalam arti memanfaatkan teknik belajar apapun agar tujuan belajar dapat tercapai.

    Aplikasi teori humanistik dalam pembelajaran, guru lebih mengarahkan siswa untuk berpikir induktif, mementingkan pengalaman serta membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar.

    4. Teori belajar Sibernetik

    Teori ini masih baru jika dibandingkan dengan ketiga teori yang telah dijelaskan sebelumnya . Teori ini berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu informasi. Menurut teori ini belajar adalah pengolahan informasi . Teori ini berasumsi bahwa tidak ada satupun jenis cara belajar yang ideal untuk segala situasi, sebab cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi.

    Aplikasi teori sibernetik terhadap proses pembelajaran hendaknya menarik perhatian, memberitahukan tujuan pembelajaran kepada siswa, merangsang kegiatan pada prasyarat belajar, menyajikan bahan perangsang, memberikan bimbingan belajar, mendorong untuk kerja, memberikan balikan informatif, menilai unjuk kerja, meningkatkan retensi dan alih belajar.

    B. Teori Instruksional

    Teori instruksional merupakan suatu kumpulan prinsip-prinsip yang terintegrasi dan yang memberikan preskripsi untuk mengatur situasi atau lingkungan belajar sedemikian rupa sehingga dapat membantu si belajar memperoleh informasi dan keterampilan baru dengan memperhatikan informasi dan keterampilan yang telah dipel;ajari sebelumnya.

    Teori instruksional dapat bersifat perspektif dan deskriptif. Teori instruksional perspektif berguna untuk mengoptimalkan hasil pengajaran yang diinginkan dibawah kondisi tertentu, sedangkan teori instruksional deskriptif berisi gambaran mengenai hasil pengajaran yang muncul sebagai akibat dan digunakannya metode tertentu dibawah kondisi tertentu pula.

    1. Kontribusi dan Implikasi Teori Belajar dan Instruksional dalam Teknologi Pendidikan

    Pengertian kontribusi dan implikasi teori belajar dan instruksional secara luas merupakan suatu proses kegiatan untuk mengadakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, serta pengawasan dari teknologi pendidikan dan proses pendidikan, sehubungan dengan itu maka semua kegiatan ataupun aktivitas didalam proses pendidikan harus disertai proses manajemen termasuk dalam pembentukan badan-badan perkumpulan.

    Kontribusi dan implikasi teori belajar dan instruksional merupakan kegiatan di sektor ilmu pendidikan yang dapat diartikan secara luas sebagai kegiatan individu atau umum, usaha dan organisasi yang dengan penempatan manajemen, rekayasa dan modifikasi teknologi melalui investasi penanaman modal untuk mencapai pendidikan yang berkualitas hingga seterusnya dapat memasuki serta menguasai pasar.

    Sebagai cabang dari sektor ilmu pendidikan, teori belajar dapat mendorong pengembangan pendidikan dan nilai tambah yang relatif besar dan meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Kegiatan teori belajar dan instruksional merupakan salah satu usaha yang sangat potensial untuk dikembangkan, karena pendidikan merupakan kebutuhan yang essensial untuk makhluk hidup khususnya manusia disepanjang hidupnya, baik sebagai bahan utama secara langsung maupun kebutuhan secara tidak langsung karena lebih dahulu harus mengalami proses kegiatan pengolahan dengan perlakuan teknologi.

    Kontribusi dan implikasi teori belajar dan instruksional merupakan suatu bagian terpenting dari teknologi pendidikan yang memiliki potensi cukup besar dalam mengoptimalisasikan peningkatan pendidikan dengan memanfaatkan faktor-faktor yang tersedia yaitu sarana dan prasarana. Dengan memfungsikan hubungan antara keterkaitan antar sistem berbagai sarana maupun prasarana yang tersedia menjadi suatu kesatuan dalam sisitem pendidikan akan menghasilkan suatu sistem pendidikan yang dapat mengefisiensikan pengembangan pendidikan.

    Teknologi pendidikan atau teknologi pembelajaran telah dipengaruhi oleh teori dari berbagai bidang kajian. Kontribusi spesifik dan pengaruh penelitian dan teori terhadap kawasan-kawasan dalam teknologi pendidikan adalah sebagai berikut:

    1. Desain

    Dengan pembelajaran berakar pada teori belajar. Pandangan pakar perilaku sangat mendominasi dalam aplikasi perancangan pembelajaran. Saat ini, perancangan pembelajaran menekankan pada aplikasi psikologi kognitif ( Polson, 1993 dalam Seel & Richey, 1994 )

    2. Pengembangan

    Proses pengembangan pembelajaran bergantung pada prosedur desain, akan tetapi prinsip-prinsip utamanya diturunkan dari hakekat komunikasi dan proses belajar,

    Kawasan pengembangan ini didasarkan pada teori Shannon dan Weaver ( 1949 ), yang menjelaskan tentang penyampaian pasar dari pengirim kepada penerima dengan menggunakan sarana sensorik. Selain itu kawasan pengembangan juga dipengaruhi oleh literatur visual melalui penerapan teori berfikir visual dan komunikasi visual.

    1. Pemanfaatan

    Kawasan ini berkembang dan mencakup pada difusi dan pemanfaatan ilmu pengetahuan termsuk peranan publik sebagai suatu mekanisme perkembangan. Contoh tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan proses dan materi pembelajaran termasuk sikap si belajar terhadap teknologi. tingkat independensi si belajar dan faktor-faktor lain yang dapat menghambat atau mendukung pemanfaatan media tau materi dalam konteks sistem pembelajaran yang lebih luas. Pemanfaatan dalam teknologi pendidikan banyak menyinggung masalah-masalah seperti penggunaan media secara optimal dan pengaruh media terhadap waktu yang diperlukan untuk belajar ( Thompson, Simonson, dan Margrave, 1992 ).

    1. Pengolahan

    Pengolahan dalam pembelajaran muncul karena pengaruh aliran perilaku dan berfikir sistematik behaviorisme serta aspek humanistik, dari teori komunikasi, motivasi dan produktifitas, dan ini banyak diaplikasikan pada berbagai bidang pengolahan dan pengelola perubahan.

    1. Penilaian

    Analisis dan penilaian peranan penting dalam proses desain pembelajaran dan teknologi itu sendiri.

    BAB III

    PENUTUP

    1. Kesimpulan
    1. Ada beberapa teori belajar, antara lain : Behaviorisme, Kognitivisme, Humanistik dan Sibernetik
    2. Teori belajar lebih bersifat deskriptif dalam membicarakan proses belajar
    3. Teori instruksional lebih bersifat preskriptif dalam menerangkan apa yang seharusnya dilaksanakan untuk memecahkan maslah-masalah praktis di dunia pendidikan
    4. Ada beberapa teori belajar, antara lain : Behaviorisme, Kognitivisme, Humanistik dan Sibernetik
    5. Teori belajar dan instruksional mempunyai kontribusi dan implikasi yang besar pada bidang kawasan teknologi pendidikan, yaitu dalam hal desain, pengembangan, pemanfaatan, pengolahan, dan penilaian proses pembelajaran.

    2. Saran

    Perlunya mengoptimalkan kontribusi teori belajar dan instruksional dengan teknologi pendidikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional.

    DAFTAR PUSTAKA

    1. AECT, 1977, Defenisi Teknologi Pendidikan : Satuan Tugas Defenisi Dan Terminologi, Jakarta, Rajawali.
    2. Hamid K., Abdul, Teori Belajar dan Pembelajaran (edisi kedua), Medan, FR.Dongoran, 2009.