Blog

  • Rangkuman Mata Kuliah Kewirausahaan

    Mata Kuliah Kewirausahaan mengkaji tentang prinsip dan konsep kegiatan ekonomi pada industri rumah tangga, kecil dan menengah. Mata kuliah adalah mata kuliah wajib nasional yang diharapkan mampu mengurangi pengangguran dengan kegiatan produktif pribadi maupun bagi orang lain.

    Kewirausahaan

    Mata kuliah ini membahas kewirausahaan yang berbasis prinsip ekonomi, mengingat perkembangan serta paradigma pelayanan kesehatan kewirausahaan orientasinya tidak saja pada pelajaran yang berkualitas tetapi juga berorientasi ekonomi yang dilakukan oleh industri jasa, sebelum membahas tentang kewirausahaan lebih dalam ada baiknya kita kupas dalam tentang Ilmu Ekonomi.

    A. Kegiatan Ekonomi

    1. Menurut Wonnacott Ilmu Ekonomi adalah Ilmu yang mempelajari bagaimana masyarakat dapat memenuhi kebutuhan.
    2. Menurut Albert L Meyers Ilmu Ekonomi adalah Ilmu yang mempelajari kebutuhan manusia dan kepuasan kepuasan akan kebutuhan tersebut.

    Kaitannya dengan kewirausahaan (entrepreneurship) bagaimana seorang pengusaha atau manager dengan memberikan atau memenuhi kebutuhan masyarakat.

    B. Pembagian Ilmu Ekonomi

    1. Macro Economy Theory (Teori Ekonomi Makro)
    2. Micro Economy Theory (Teori Ekonomi Mikro)

    Teori Ekonomi Makro adalah pengetahuan ekonomi yang mempelajari secara keseluruhan kegiatan ekonomi pada lebih Nasional dan Global baik dalam bentuk unit usaha, pendapatan, produksi, investasi dan daya beli masyarakat. Dengan kata lain, Ekonomi Makro tidak mempelajari tentang kegiatan ekonomi Individu dan perusahaan.

    Pendapatan Nasional adalah Jumlah/seluruh pendapatan yang diterima masyarakat dalam periode tertentu (dalam 1 Tahun). Perkembangan Pendapatan Nasional ditinjau dari sudut jumlah penghasilan yang diterima oleh masyarakat dari penjualan barang dan jasa-jasa menurut harga jasa yang berlaku disebut NASIONAL INCOME AT MARKET PRICE dan setelah dikurangi pajak tidak langsung disebut NATIONAL INCOME AT FACTOR COST.

    Contoh :

    Pabrik Rokok GG menjual rokoknya selama 1 Tahun sebesar Rp. 10 Milyar, dari penjualan tersebut menghabiskan bahan baku dan sebagainya sebanyak Rp 7 Miliar jadi penghasilan Nasional Incom Of Market Price Nya sebesar Rp. 3 Milyar sebagai pengusaha berkewajiban membayar pajak kepada Pemerintah sebesar Rp. 1 Milyar maka National Income At Factor Cost Nya sebesar Rp. 2 Milyar.

    Yang dimaksud dengan Teori Ekonomi Mikro adalah Pengetahuan ekonomi yang mempelajari unsur-unsur ekonomi secara individu atau perusahaan sebagai pemecahan dari variable-variabel ekonomi makro biasanya membahas harga-harga barang dan jasa secara individual.

    Mereka yang menghasilkan produk disebut produsen dan yang menggunakan disebut konsumen. Interaksi antara produsen dan konsumen timbul demand and supply theoridisebut Alternative Productive Possibilities.

    Seandainya pilihan pada A maka semua resources kita gunakan untuk menghasilkan barang sandang (15) bahan pangan (0). Bila pilihan selanjutnya pada F maka semua resources digunakan untuk menghasilkan bahan pangan (5) sandang (0). Pilihan A dan F adalah pilihan ekstrim dan pilihan BCDE adalah kombinasi antara (A↔f).

    C.    Sistem Perekonomian Indonesia

    Perekonomian Nasional dan kesejahtraan sosial di Indonesia berdasarkan pada Pasal 33 UUD 1945 dan Pancasila dimana secara Demokrasi Ekonomi produksi dikerjakan oleh semua masyarakat dan untuk semua dibawah pimpinan atas pemilihan anggota-anggota masyarakat.

    1.      Ciri Positif

    a.       Perekonomian disusun atas usaha bersama berdasarkan azas kekeluargaan.

    b.      Cabang produksi yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara diperuntukan kemakmuaran rakyat.

    c.       Bumi, air dan seluruh kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dipergunakan untuk kemakmuran rakyat.

    d.      Hak milik perorangan diakui.

    e.       Fakir miskin anak terlantar dipelihara oleh Negara.

    2.      Ciri Negatif

    a.       System etatisme = Negara serta aparatur ekonomi bersifat dominan yang bisa mematikan daya kreasi.

    b.      Sistem Free Fight Liberalism = menumbuhkan eksloitasi terhadap manusia dan bangsa lain.

    c.       Monopoli = Pemusatan kekuasaan ekonomi pada satu kelompok.

    D.    Pengertian/Definisi Wirausaha

    Pengertian dan Penggunaan istilah wirausaha sama dengan wiraswasta. Wirausaha dalam bahasa asing disebut Entrepreneur, kewirausahaan disebut Entrepreneurship. Pengertian wirausaha = wiraswasta = Saudagar, wiraswasta berasal dari kata Wira yang berarti manusia unggul, pahlawan, teladan, berbudi luhur, berani, pahlawan, berjiwabesar. Swa artinya sendiri dan Sta artinya berdiri sedangkan saudagar berasal dari kata Sau yang berarti seribu ; dagar artinya akal. Jadi pengertian wirausaha = wiraswasta :

    1.      Menurut Wasty Soemanto wiraswasta adalah keberanian, keutamaan serta keperkasaan dalam memenuhi kebutuhan serta memecahkan permasalahan hidup dengan kekuatan yang ada pada diri sendiri.

    2.      Menurut Daued Yoesoef menyatakan bahwa wiraswasta adalah ;

    1.      Memimpin usaha baik secara teknis atau ekonomis dengan berbagai aspek fungsional ;

    a.       Memiliki dipadang dari sudut permodalan (owner)

    b.      Memanage (manager)

    c.       Menanggung resiko.

    d.      Pelopor usaha artinya menciptakan sesuatu yang new and different

    e.       Innovative, imitator

    2.      Membawa keuntungan uang maksimal

    3.      Membawa usaha kearah kemajuan perluasan, pengembangan melalui jalan kepemimpinan ekonomi.

    Kewirausahaan (Entrepreneurship) adalah satu proses dari menjalankan kegiatan baru kreatif, inovatif dalam memproses sesuatu untuk dirinya dengan member nilai tambah bagi masyarakat. Jadi tidak hanya bertumpu pada faktor ekonomi saja tetapi pertimbangan sosiologis dan politis.

    E.     Ada 5 Tipe Pokok Wiraswasta yaitu :

    1.      Wiraswasta sebagai orang Vak (Captain of industry) dibidang tertentu ia membangkitkan dirinya untuk berprestasi mempertahankan dan mengembangkan kewirausahaan.

    2.      Wiraswasta adalah orang bisnis baik untuk dirinya keluarga maupun untuk lingkungannya.

    3.      Wiraswasta adalah sosial engineer artinya owner mengingatkan pegawainya meminimalisir kerugian perusahaan

    4.      Wirausaha adalah manager untuk memajukan usahanya dengan  managemen modern

    5.      Wirausaha adalah sebagai orang uang.

    Peranan Wirausaha :

    1.      Harus mampu memecahkan persoalan bangsa dari belenggu kemiskinan dan pengangguran.

    2.      Sebagai Generator pembangunan lingkungan dibidang produksi, distribusi, pemeliharaan lingkungan, kesejahtraan.

    3.      Memberi contoh pada masyarakat demi sebagai pribadi unggul yang patut di contoh dan diteladani karena RAJUBER.

    4.      Menghormati hukum dan perundang-undangan

    5.      Membangun dirinya dan membantu masyarakat

    6.      Mendidik karyawan menjadi mandiri disiplin dan jujur

    7.      Memberi contoh bagaimana bekerja keras tetapi tidak melupakan perintah agama.

    8.      Hidup efisien tidak boros.

    Manfaat Wirausaha :

    Ada dua darmabakti wirausaha dalam pembangunan bangsa yaitu :

    1.      Sebagai pengusaha memberikan darmabakti melaksanakan proses produksi, distribusi dan konsumsi dalam berusaha mengingatkan pendapatan masyarakat.

    2.      Sebagai pejuang bangsa dalam bidang ekonomi mengingatkan ketahanan Nasional dan mengurangi ketergantungan pada bangsa asing.

    Dari uraian tersebut diatas, kemudian mengapa masyarakat kurang berminat terhadap profesi wirausaha ? banyak faktor dari jawaban ialah ;

    1.      Menjadi wirausaha memiliki sifat agresif

    2.      Ekspansif

    3.      Bersaing

    4.      Egois

    5.      Tidak jujur

    6.      Kikir

    7.      Sumber penghasilan tidak setabil

    8.      Pekerjaan rendah

    9.      Tidak terhormat

    Pandangan semacam ini dianut oleh sebagaian penduduk, sehingga mereka tidak tertarik, mereka tidak menginginkan anaknya terjun ke dunia wirausaha bahkan cita-citanya diarahkan untuk menjadi Pegawai Negeri bukan Pedagang.

    Landasan filosofis ini yang menyebabkan Putra-putri (Anak bangsa) ini tidak termotifasi terjun kedunia bisnis.

    Rakyat Indonesia sebagaian besar beragama Islam seharusnya meniru/mencontoh Rosullullah SAW yang bergerak dibidang bisnis.

    “Pekerjaan apa yang paling baik ya Rosullullah? Rosullullah menjawab seseorang bekerja dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang bersih”. Yang bersih berarti sebagaian dari kegiatan profesi bisnis.

    Gambaran ideal manusia wiraswasta adalah orang yang dalam keadaan bagaimanapun daruratnya, tetap mampu berdiri atas kemampuan sendiri untuk menolong dirinya keluar dari kesulitan yang dihadapinya, termasuk mengatasi kemiskinan tanpa bantuan instansi sosial. Dan dalam keadaan yang bisa (tidak darurat) manusia-manusia wiraswasta bahkan akan mampu menjadikan dirinya maju, kaya, berhasil lahir batin.

    DR. Suparman mengatakan ciri manusia wiraswasta sebagai berikut:

    1.      Tahu apa maunya, dengan merumuskannya, merencanakan upaya, dan menentukan program batas waktu untuk mencapainya.

    2.      Berpikir teliti dan berpandang kreatif dengan imajinasi konstruktif.

    3.      Siap mental untuk menyerap dan menciptakan kesempatan serta siap mental dan kopetensi untuk memenuhi persyaratan kemahiran mengerjakan sesuatu yang positif.

    4.      Membiasakan diri bersikap mental positif maju dan selalu bergairah dalam setiap pekerjaan.

    5.      Mempunyai daya penggerak dari yang selalu menimbulkan inisiatif.

    6.      Tahu menyesuaikan dirinya, waktu dan mensyukuri lingkungannya.

    7.      Bersedia membayar harga kemajuan, yaitu kesediaan berjerih payah.

    8.      Memajukan lingkungan dengan menolong orang lain, agar orang lain dapat menolong dirinya sendiri.

    9.      Membiasakan membangun disiplin diri, bersedia menabung dan membuat anggaran waktu dan uang.

    10.  Selalu menarik pelajaran dari kekeliruan, kesalahan dan pengalaman pahit, selalu berprihatin selalu.

    11.  Menuasai salesmanship (kemampuan jual), memiliki kepemimpinan, dan kemampuan memperhitungkan resiko.

    12.  Mereka berwatak maju dan cerdik, serta percaya pada diri sendiri.

    13.  Mampu memusatkan perhatian terhadap setiap tujuannya.

    14.  Berkepribadian menarik, memahami seni berbicara dan seni bergaul.

    15.  Jujur, bertanggung jawab, ulet, tekun dan terarah.

    16.  Memperhatikan kesehatan diri.

    17.  Menjauhkan diri dari sifat iri dengki, rakus, dendam atau takut tersaingi.

    18.  Bersyukur kepada Tuhan YME.

    Keuntungan dan Kelebihan menjadi Wirausaha :

    a.       Keuntungan menjadi wirausaha.

    1.      Terbuka peluang untuk mencapai tujuan yang dikehendaki sendiri,

    2.      Terbuka peluang untuk mendemonstrasikan kemampuan serta potensi seseorang secara penuh,

    3.      Terbuka peluang untuk memperoleh manfaat dan keuntungan secara maksimal,

    4.      Terbuka seseorang untuk membantu masyarakat dengan usaha-usaha kongkrit,

    5.      Terbuka kesempatan untuk menjadi bos.

    b.      Kelemahan :

    1.      Memperoleh pendapatan yang tidak pasti, dan memikul berbagai resiko, jika resiko ini diantisipasi secara baik, maka berarti wirausaha telah menggeser resiko tersebut.

    2.      Bekerja keras dan waktu / jam kerjanya panjang

    3.      Kualitas kehidupannya masih rendah, sampai usahanya berhasil, sebagai dia harus berhemat.

    4.      Tanggung jawabnya sangat besar, banyak keputusan yang harus dia buat walaupun dia kurang menguasai permasalahan yang dihadapinya.

    1.      Beberapa Faktor Kritis Untuk memulai usaha baru

                Ada beberapa faktor kritis yang berperan dalam membuka usaha baru yaitu:

    1.      Personal, menyangkut aspek-aspek kepribadian seseorang.

    2.      Sociological, menyangkut masalah hubungan dengan family dsb.

    3.      Environmental, mengangkut hubungan dengan lingkungan (Bygrave,1994:3).

    Apabila seseorang mempunyai ide untuk membuka suatu usaha baru maka dia mencari faktor-faktor lain yang dapat mendorongnya. Dorongan-dorongan ini tergantung pada beberapa faktor antara lain faktor famili, teman, pengalaman , keadaaan ekonomi, keadaaan lapangan kerja dan sumber daya yang tersedia.

                Faktor sosial lainnya yang berpengaruh terhadap minat memualai bisnis ini ialah masalah tangung jawab terhadap keluarga. Orang yang berumur 25 tahun akan lebih mudah membuka bisnis dibandingkan dengan seseorang yang berumur 45 tahun, yang sudah punya istri, beberapa anak, banyak beban, cicilan rumah, biaya rumah tangga dan sebagainya. Di samping ini ada faktor sosial lainnya yang berpengaruh.

                Faktor lain yang berpengaruh dalam membuka bisnis ialah pertimbangan antara pengalaman dengan spirit, energi dan rasa optimis. Biasanya orang-orang muda lebih optimis energk, dibandingkan dengan orang-orang yang sudah berumur. Oleh sebab itu pembukaan usaha sebaiknya dilakukan pada saat seseorang memiliki rasa optimis dan sudah dipertimbangkan secara matang.

    2.      Model Proses Kewirausahaan

                Model proses perintisar dan pengembangan kewirausahaan ini digambarkan oleh Bygrave menjadi urutan langkah-langkah berikut ini.

    Innovation (Inovasi)
    Triggering Event (Pemicu)
    Implementation (Pelaksanaan)
    Growth (Pertumbuhan)

    1.      Proses inovasi

    Beberapa faktor personal yang mendorong inovasi adalah keinginan berprestasi, adanya sifat penasaran, keinginan menanggung resiko, faktor pendidikan dan faktor pengalaman. Adanya inofasi yang berasal dari diri seseorang akan mendorong dia menjadi pemicu kearah memulai usaha.

    Sedangkan faktor-faktor enfiroment mendorong inovasi adalah adanya peluang, pengalaman dan kreatifitas tidak diragukan lagi pengalaman adalah sebagai guru yang berharga yang memicu perintisan usaha apalagi ditunjang oleh adanya peluang dan kreatifitas

    2.      Proses pemicu

    Beberapa faktor personal yang mendorong Trigger Event artinya memicu atau memaksa seseorang untuk terjun kedunia bisnis adalah:

    –          Adanya ketidak puasan terhadap pekerjaan yang sekarang,

    –          Adanya pemutusan hubungan kerja (PHK), tidak ada pekerjaan lain,

    –          Dorongan karena faktor usia,

    –          Keberanian menanggung resiko,

    –          Dan komitmen atau minat yang tinggi terhadap bisnis,

    Faktor-faktor Environment yang mendorong pemicu bisnis adalah:

    –          Adanya persaingan dalam dunia kehidupan

    –          Adanya sumber-sumber yang bisa dimanfaatkan, misalnya memiliki tabungan, modal, warisan, memiliki bangunan yang lokasi strategis dan sebagainya

    –          Mengikuti latihan-latihan atau incubator bisnis sekarang banyak kursus-kursus bisnis dan lembaga manajemen fakultas ekonomi melaksanakan pelatihan dan incubator bisnis

    –          Kebijaksanaan pemerintah misalnya adanya kemudahan-kemudahan dalam lokasi berusaha ataupun fasilitas kredit, dan bimbingan usaha yang dilakukan oleh depnaker.

    Sedangkan faktor-faktor sociological yang menjadi pemicu serta pelaksanaan bisnis adalah:

    –          Adanya hubungan-hubungan atau relasi-relasi dengan orang lain

    –          Adanya tim yang dapat kerjasama dalam berusaha.

    –          Adanya dorongan dari orang tua untuk membuak usaha

    –          Adanya bantuan family dalam berbagai kemudahan.

    –          Adanya pengalaman-pengalaman dalam dunia bisnis sebelumnya.

    3.      Proses pelaksanaan

    Beberapa faktor personal yang mendorong pelaksanaan dari sebuah bisnis adalah sebagai berikut:

    –          Adanya seorang wirausaha yang sudah siap mental secara total.

    –          Adanya menejer pelaksana sebagai tangan kanan, pembantu utama

    –          Adanya komitmen yang tinggi terhadap bisnis

    –          Dan adanya visi, pandangan yang jauh kedepan guna mencapai keberhasilan

    4.      Proses pertumbuhan

    Proses pertumbuhan ini didorong oleh faktor organisasi antara lain:

    –          Adanya tim yang kompak dalam menjalankan usaha sehingga semua rencana dan pelaksanaan oprasional berjalan produktif.

    –          Adanya strategi yang mantap sebagai produk dari tim yang kompak.

    –          Adanya struktur dan organisasi yang sudah membudidaya. Budaya perusahaan jika sudah terbentuk dan diikuti dengan penuh tanggung jawab oleh seluruh karyawan maka pertumbuhan perusahaan akan berkembang pesat.

    –          Adanya produk yang dibanggakan, atau keistimewaan yang dimiliki misalnya kualitas makanan, lokasi usaha, manajemen, personalia dan sebagainya.

    Sedangkan faktor environment yang mendorong implementasi dan pertumbuhan bisnis adalah sebagai berikut:

    –          Adanya unsure persaingan yang cukup menguntugkan dunia persaingan saat ini sangat tajam, ada berbagai bentuk persaingan yang ada di pasar muali dari pengusaha pasar yang sangat dominan, yang mempunyai kekuatan yang sedang dan yang lemah. Dalam istilah pemasaran mereka ini terdiri atas marketleadermarket challengermarket folowwer dan market nicher. dipasar ditemukan pemimpin pasar, pada setiap produk, atau merek yang dijual dipasar ada merek yang melekat dihati konsumen. Mereka ini market share nya paling banyak/luas ini disebut market leader. Kemudian menyusul penantang pasar (market challenger), yang berusaha menunggu kesempatan mengatasi leader.

    Setelah itu ada market follower yang ikut-ikutan saja karena modal terbatas, merek belum terkenal dan terakhir market nicher yang menjual produknya pada relung-relung celah pasal yang belum terisi oleh merek lain.

    –          Adanya konsumen dan pemasok barang yang kontinyu.

    –          Adanya bantuan dari investor Bank yang memberikan fasilitas keuangan.

    –          Adanya sumber-sumber yang tersedia yang masih bisa dimanfaatkan.

    –          Adanya kebijaksanaan Pemerintah yang menunjang berupa peraturan bidang ekonomi yang menguntungkan.

    3.      Berbagai Macam Tipe Wirausaha

    Dari pengamatan prilaku wirausaha maka dapat dikemukakan tiga tipe wirausaha, yaitu:

    1.      Wirausaha yang memiliki inisiatif.

    2.      Wirausaha yang mengorganisir mekanisme sosial dan ekonomi untuk menghasilkan sesuatu.

    3.      Yang menerima resiko atau kegagalan.

    Bila ahli ekonomi seorang entrepreneur adalah orang yang mengkombinasikan resources, tenaga kerja, material dan peralatan lainnya untuk meningkatkan nilai yang lebih tinggi dari sebelumnya, dan juga orang yang memperkenankan perubahan-perubahan, inovasi dan perbaikan produksi lainnya. Dengan kata lain wirausaha adalah seorang atau sekelompok orang yang mengorganisir faktor-faktor produksi alam, tenaga, modal dan skill untuk tujuan berproduksi.

    Bagi seorang psychologist seorang wirausaha adalah seorang yang mempunyai dorongan kekuatan dari alam untuk memperoleh sesuatu tujuan, sukamengadakan eksperimen atau untuk menampilkan kebebasan orang lain.

    Bagi seorang businessman atau wirausaha adalah merupakan ancaman, pesaing baru atau juga bisa seorang partner, pemasok, konsumen atau seseorang yang bisa diajak kerjasama.

    Bagi seorang pemodal melihat wirausaha adalah seorang yang menciptakan kesejahtraan buat orang lain, yang menemukan cara-cara untuk menggunakan, resources, mengurangi pemborosan, dan membuka lapangan kerja yang disenangi oleh masyarakat.

    Sedangkan kewirausahaan adalah proses dinamika untuk menciptakan tambahan kemakmuran. Tambahan kemakmuran ini diciptakan oleh individu wirausaha yang menanggung resiko, menghabiskan waktu, dan menyediakan berbagai produk barang dan jasa. Barang dan jasa yang dihasilkannya boleh saja bukan merupakan barang baru tetapi mesti mempunyai nilai yang baru dan berguna dengan memanfaatkan skill dan resourcs yang ada. Dalam pengertian wirausaha di atas tersimpul konsep-konsep sepeti situasi baru, mengorganisir, menciptakan, kemakmuran, dan menanggung resiko, wirausaha ini dijumpai pada semua profesi seperti pendidikan, kesehatan, peneliti, hukum, arsitektur, engineering, pekerjaan social dan distribusi.

    Kewirausahaan adalah proses menciptakan sesuatu yang ain dengan menggunakan waktu dan kegiatan disertai modal dan resiko serta menerima balas jasa dan kepuasan serta kebebasan pribadi.

    Raymond Kao & Russel Knight (1987:13), memberikan definisi tentang wirausaha dengan menekankan pada aspek keberhasilan berusaha yang dinyatakannya sbb: An entrepreneur is an independent growth oriented owner-operator.

    Manager sebuah divisi pada suatu perusahaan bebas melakukan kegiatan dalam melakukan devinisinya akan tetapi dia harus tunduk kepada aturan-aturan umum perusahaan. Sebagai kesimpulan Raymond Kao menyatakan bahwa adalah sulit untuk menggambarkan secara pasti pengertian wirausaha untuk tujuan akademis.

    Selanjutnya diungkapkan pula 3 tipe utama dari wirausaha yaitu:

    1.      Wirausaha Ahli (Craftman).

    2.      The Promoter.

    3.      General Manager

    –          Wirausaha Ahli atau seorang penemu memiliki suatu ide yang ingin mengembangkan proses produksi system produksi, dan sebagainya. Dia cendrung bergerak dalam bidang penelitian membuat model percobaan laboratorium dan sebagainya. Dia juga menjual lisensi idenya untuk dijadikan produk komersial. Pengetahuannya lebih banyak pada bidang teknis produksi dibandingkan pengetahuan di bidang pengawasan, finance dan sebagainya. Misalnya seorang tukang mendirikan sebuah perusahaan kontruksi seorang sopir truk membuka perusahaan pengangkutan, seorang dokter membuka sebuah perusahaan klinik kesehatan. Sebagian besar wirausaha berasal dari tipe-tipe individu seperti ini.

    –          The Promoter adalah seorang individu yang tadinya mempunyai latar belakang pekerjaan sebagain seles atau bidang marketing yang kemudian mengembangkan perusahaan sendiri. Keterampialan yang sudah ia miliki biasanya merupakan faktor pendorong untuk mengembangkan perusahaan yang baru ia rintis.

    –          General Manager adalah seorang individu yang ideal yang secara sukses bekerja pada sebuah perusahaan dia banyak menguasai keahlian bidang produksi, permasalahan, permodalan dan pengawasan).

    Berdasarkan uraian diatas istilah entrepreneur mempunyai arti yang berbeda pada setiap orang karena mereka melihat konsep ini dari berbagai sudut pandang. Namun demikian ada beberapa aspek umum yang terkandung dalam pengertian entrepreneur yaitu adanya unsur resiko, kreatifitas, efisiensi, kebebasan dan imbalan.

    Pertumbuhan wirausaha dimasa yang akan datang di Negara kita sangat cerah, kita menghadapi masa depan yaitu masa pengembangan kegiatan wirausaha yang ditunjang oleh lembaga pendidikan yang mengembangkan pengetahuan kewirausahaan didorong pula oleh kebijaksanaan pemerintah dan berbagai bantuan dari perusahaan-perusahaan swasta.

    Jalan Menuju wirausaha Sukses.

    COPRENEURS
    FAMILY OWNEDEntrepreneur
    HOMEBASEDEntrepreneur
    PART TIMEEntrepreneur
    IMMIGRANTEntrepreneur
    MINORITYEntreprener
    WOMENEntrepreneur
    BERBAGAI MACAM PROFIL WIRAUSAHA

    Macam Profil Wirausaha

    1.      Womon Entrepreneur

    Banyak wanita yang terjun kedalam bidang bisnis. Alasannya mereka menekuni bidang bisnis ini didorong oleh faktor-faktor antara lain ingin memperlihatkan kemampuan prestasinya, membantu ekonomi rumah tangga, frustasi terhadap pekerjaan sebelumnya dan sebagainya.

    2.      Minority Enterpreneur

    Kaum minoritas terutama di negeri kita Indonesia kurang memiliki kesempatan kerja dilapangan pemerintah sebagaimana layaknya warga negara pada umumnya. Oleh sebab itu, mereka berusaha menekuni kegiatan bisnis dalam kehidupan sehari-hari. Demikian pula para perantau dari daerah tertentu yang menjadi minoritas pada suatu daerah, mereka juga bergiat mengembangkan bisnis. Kegiatan bisnis mereka ini makin lama makin maju, dan mereka membentuk organisasi minoritas di kota-kota tertentu.

    3.      Immigrant Entrepreneurs

    Kaum pendatang yang memasuki suatu daerah biasanya sulit untuk memperoleh pekerjaan formal. Oleh sebab itu, mereka lebih leluasa terjun dalam pekerjaan yang bersifat non formal yang dimulai dari berdagang kecil-kecilan sampai berkembang menjadi perdagangan tingkat menengah.

    4.      Pare Time Entrepreneurs

    Memulai bisnis dalam mengisi waktu lowong atau part time merupakan pintu gerbang untuk berkembang menjadi usaha besar. Bekerja part time tidak mengorbankan pekerjaan dibidang lain misalnya seorang pegawai pada sebuah kantor mencoba mengembangkan hobi yang menarik. Hobi ini akhirnya mendatangkan keuntungan yang lumayan. Ada kalanya orang ini beralih propesi, dan beralih menjadi pegawai, beralih ke bisnis yang merupakan hobinya.

    5.      Home-Based Entrepreneurs

    Apa bila ibu-ibu rumah tangga yang memualai kegiatan bisnisnya dari rumah tangga misalnya ibu-ibu yang pandai membuat kue dan aneka masakan, mengirim kue-kue ke toko eceran disekitar tempatnya. Akhirnya usaha makin lama makin maju. Usaha catering banyak dimulai dari rumah tangga yang bisa masak. Kemudian usaha catering ini berkembang melayani pesanan untuk pesta.

    6.      Family-Owned Business

    Sebuah keluarga dapat membuka berbagai jenis dan cabang usaha. Mungkin saja usaha keluarga ini dimulai lebih dulu oleh bapak setelah usaha bapak maju dibuka cabang baru dan dikelola oleh ibu. Kedua perusahan ini maju dan membuka beberapa cabang lain mungkin jenis usahanya berbeda atau lokasinya berbeda. Masing-masing usahanya ini bisa dikembangkan atau dipimpin oleh anak mereka. Dalam keadaan sulitnya lapangan kerja pada saat ini maka kegiatan semacam ini perlu dikebangkan.

    7.      Copreneurs

    Copreneurs antrepreneurial comples who work together as co-owners their businesses. (zimmerer & Scarborough, 1996:9)

    Cppreneursini berbeda dengan usaha famili yang disebut sebagai usaha Mom & Pop (“Pop as “boss” and Mom as “subordinate”)

    Coprenears disebut dengan cara menciptakan pembagian pekerjaan yang disadasarkan atas keahlian masing-masing orang. Orang-orang yang ahli dibidang ini diangkat menjadi penanggung jawab divisi-divisi tertentu dari bisnis yang sudah ada.

    Konsep 10 D dari Bygrave

                Selanjutnya dapat digambarkan beberapa karakteristik dari wirausahaan yang berhasil memiliki sifat-sifat yang dikenal dengan istilah 10 D (Bygrave, 1994:5)

    1. Dream

    Seorang wirausaha mempunyai visi bagaimana keinginannya terhadap masa depan pribadi dan bisnisnya dan yang paling penting adalah dia mempunyai kemampuan untuk mewujudkan impiannya tersebut.

    2. Decisiveness

    Seorang wirausaha adalah orang yang tidak bekerja lambat. Mereka membuat keputusan secara tepat dengan penuh perhitungan. Kecepatan dan ketepatan dia mengambil keputusan adalah mempunyai faktor kunci (key factor) dalam kesuksesan bisnisnya.

    3. Doers

    Begitu seorang wirausaha membuat keputusan maka dia langsung menindak lanjutinya. Mereka melaksanakan kegiatan secepat mungkin yang dia sanggup artinya seorang wirausaha tidak mau menunda-nunda kesempatan yang dapat dimanfaatkan.

    4. Determination

    Seorang wirausaha melaksanakan kegiatannya dengan penuh perhatian. Rasa tanggung jawabnya tinggi dan tidak mau menyerah, walaupun dia dihadapkan pada halangan dan rintangan yang tidak mungkin diatasi.

    5. Dedication

    Dedikasi seorang wirausaha terhadap bisnisnya sangat tinggi, kadang-kadang dia mengorbankan hubungan kekeluargaan, melupakan hubungan dengan keluarganya untuk sementara. Mereka bekerja tidak mengenal lelah, 12 jam sehari atau 7 hari dalam seminggu. Semua perhatian dan kegiatannya dipusatkan semata-mata untuk kegiatan bisnisnya.

    6. Devotion

    Devation berarti kegemaran atau kegila-gilaan. Demikian seorang wirausaha mencintai pekerjaan bisnisnya dia mencintai pekerjaan dan produk yang dihasilkannya. Hal inilah yang mendorong dia mencapai keberhasilan yang sangat efektif untuk menjual produk yang ditawarkannya.

    7. Details

    Seorang wirausaha sangat mperhatikan faktor-faktor kritis secara rinci. Dia tidak mau mengabaikan faktor-faktor kecil tertentu yang dapat menghambat kegiatan usahanya.

    8. Destiny

    Seorang wirausaha bertanggung jawab terhadap nasib dan tujuan yang hendak dicapainya. Dia merupakan orang yang bebas dan tidak mau tergantung kepada orang lain.

    9. Dollars

    Wirausaha tidak sama mengutamakan mencapai kekayaan. Motifasinya bukan memperoleh uang. Akan tetapi uang dianggap sebagai ukuran kesuksesan bisnisnya. Mereka berasumsi jika mereka sukses berbisnis maka mereka pantas mendapat laba/bonus/hadiah.

    10. Dollars

    Seorang wirausaha bersedia mendistribusikan kepemilikan bisnisnya terhadap orang-orang kepercayaannya. Orang-orang kepercayaan ini adalah orang-orang yang kritis dan mau diajak untuk mencapai sukses dalam bidang bisnisnya.

    Beberapa Kelemahan Wirausaha Indonesia

                Heidjrachman Ranu Pandojo (1982:16) menulis bahwa sifat-sifat kelemahan orang kita bersumber pada kehidupan penuh raga, dan kehidupan tanpa pedoman, dan tampa orientasi yang tegas.

                Lebih rinci kelemahan tersebut adalah sebagai berikut:

    1.      Sifat mentalitet yang meremehkan mutu.

    2.      Sifat mentalitet yang suka menerabas.

    3.      Sikap tak percaya kepada diri sendiri.

    4.      Sikap tak disiplin.

    5.      Mengabaikan rajuber.

    Ciri Wirausaha Sukses :

    Pada awalnya tidak semua wirausaha sukses mempunyai ciri-ciri kewirausahan. Mungkin hanya beberapa saja, tetapi ciri tersebut dapat menjadi kenyataan atau dikebangkan apabila seorang mempunyai energi dan motifasi untuk berkembang. Paling tidak ada 12 yang mencirikan suksesnya kewirausahaan seseorang yaitu:

    1.      Adaptability, Adalah kecakapan dalam menyesuaikan diri dari lingkungan yang baru dan menciptakan pemecahan yang kreatif pada masalah yang timbul.

    2.      Competitveness, yaitu kemauan untuk bersaing, mempersiapkan diri untuk persaingan dan mencari keuntungan bersaing.

    3.      Confidence, mempunyai keyakinan bahwa apa yang sudah direncanakan akan berhasil dilaksanakan.

    4.      Discipline, kemampuan untuk fokus pada masalah dan tepat pada schedule dan deadline yang telah digariskan sebagai tolak ukur kerjanya.

    5.      Drive, Kemampuan untuk bekerja keras dalam mencapai tujuan yang telah dibuat.

    6.      Honesty, mempunyai komitmen untuk berbuat atau bertindak jujur dan berhubungan bisnis dengan cara fair.

    7.      Organization, dengan merumuskan tugas-tugas yang dijalankan dengan cara benar dan teratur, pandai mendapatkan dan menggunakan informasi serta memfile kegiatan-kegiatan yang dilakukan dengan baik.

    8.      Perseverance, pantang menyerah, tujuan menjadi bagian terdalam dalam hidupnya untuk dicapai, dan tidak mudah patah semangat dalam menghadapi hambatan-hambatan.

    9.      Persuasiveness, pandai meyakinkan kepada orang lain perihal ide dan rencananya. Pandai mencari waktu yang tepat dalam menyampaikan idenya kepada orang lain.

    10.  Risk taking, siap bila tidak berhasil dan pandai mengkalkulasi risiko sehingga dapat menghindari hambatan-hambatan

    11.  Understanding, kemampuan mendengarkan, pendapat orang dan mempunyai jiwa teposeliro kepada orang lain atau selalu mengapresiasi keberhasilan orang lain dan mau share (berbagi rasa) dalam kesukaran orang lain.

    12.  Vision, mempunyai pandangan kedepan dan mempunyai ramalan hari depan yang baik dalam mencapai goalnya.

    Proses kewirausahaan yang dapat dipakai sebagai pedoman seseorang untuk mempraktekan jiwa kewirausahaan disebut “The Ten Commandments of Entrepreneurship”.

    Sepuluh Progran Kewirausahaan

    Kesepuluh program tersebut adalah :

    1.      Dibuat tujuan usaha dan diupayakan untuk dicapai (Set your goal and for it).

    2.      Kerja keras (tidak loyo) dan tidak pernah semangat (Be tireless and persevere).

    3.      Fokus pada ceruk pasar (Focus on niche markets).

    4.      Jangan berlarut-larut, dan laksanakan keputusan segera (Be decisive and implement decision quickly).

    5.      Organisasi yang responsif terhadap stakeholders.

    6.      Mengelola CF (Cash Flow) dengan baik.

    7.      Creative dan innovative

    8.      Minimisasi lapisan manajemen (delayerisasi)

    9.      Maksimisasi  profit melalui pembiayaan minimal dan tingginya produktivitas.

    10.  Percaya pada diri sendiri

    Murphy and peck, menggambarkan delapan anak tangga untuk mencapai puncak karir. Delapan anak tangga ini dapat pula digunakan oleh seorang wirausaha dalam mengembangkan propesinya.

    1.      Mau kerja keras (Capacity for hard work).

    Kerja keras murupakan modal dasar untuk keberhasilan seseorang. Rosullullah sangat marah melihat orang pemalas dan suka berpangku tangan bahkan beliau secara simbolik member hadiah kampak dan tali kepada seseorang lelaki agar mau bekerjakeras mencari kayu dan menjualnya kepasar. Demikian pula jika mau berusaha, mulailah berusaha sejak subuh, jangan tidur sesudah subuh, cepatlah bangun dan mulailah kegiatan untuk hari itu akhirnya laki-laki itu sukses dalam hidupnya.

                Demikianlah setiap pengusaha yang sukses selalu menempuh saat-saat ia harus bekerja keras membanting tulang dalam merintis perusahaannya. Seorang pengusaha taksi mungkin tadinya ia hanya seorang supir angkutan umum seorang mengusaha tekstil mungkin tadinya seorang pedagang kredit tekstil atau tukang jait, dan banyak lagi contoh yang dapat kita jumpai dalam riwayat hidup pengusaha yang sukses.

                Sikap kerja keras harus dimiliki oleh seorang wirausahawan. Dalam hal ini, unsur disipin memainkan peranan penting sebab, bagaimana orang mau bekerja keras jika disiplin tidak ada. Dia harus mengatur waktu, sesuai irama kehidupan, bangun pagi, siap-siap untuk bekerja, mulai bekerja, istirahat (tidak terlalu lama), dan seharusnya sampai malam tiba malam hari ia tidur (tidak begadang sampai larut malam). Ada satu lagi elemen penting dalam keberhasilan kerja keras, yaitu berserah diri kepada Allah SWT, dengan selain berdoa kepadan-Nya Ya Allah perbaikilah nasibku,……dst. Insya Allah kerja keras yang diiringi dengan doa akan memperoleh sukses. Seorang mahasiswa yang  belajar keras tiap malam, plus doa setelah salatnya. Insya Allah soal-soal ujian akan muncul dari materi yang sudah ia pelajari dan nialai A gampang diraih.

    2.      Bekerja sama dengan orang lain (Getting Things Done With and Through people).

    Perbanyaklah teman dengan orang-orang dibawah ataupun dengan orang-orang diatas kita. Murah hati, banyak senyum kepada bawahan dan patuh serta disiplin menghadapi atasan dan hindarkan permusuhan.  Dengan menggunakan tenaga orang lain, maka tujuan mudah tercapai. Inilah yang disebut ”manajemen” yaitu ilmu atau seni menggunakan tenaga orang lain untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.

    Seorang wirausahawan mudah bergaul, disenangi oleh masyarakat. dia tidak suka fitnah, sok hebat, arogan, tidak suka menyikut, menggunting dalam lipatan, menohok kawan seiring, dan sebagainya. Dia harus berprilaku yang menyenangkan bagi setiap orang, sehingga memudahkannya berkerjasama dalam mencapai keberhasilan.

    3.      Penampilan yang baik (Good Appearance).

    Ini bukan berarti penampilan bodiface / muka yang elok atau paras yang cantik akan tetapi lebih ditekankan pada penampilan prilaku jujur, disiplin, banyak orang tertipu dengan rupa nan elok tetapi ternyata orangnya penipu ulung. Ingatlah, pribadi yang baik dan jujur akan disenangi orang dimana-mana dan akan sukses berkerjasama dengan siapa saja.

                Seorang lulusan sekolah menengah atau alumni sebuah perguruan tinggi melamar dan diterima bekerja di sebuah perusahaan. Dia berpenampilan baik seperti diceritakan diatas, maka dengan cepat ia naik pangkat menduduki posisi kunci dalam perusahaan tersebut. Berkat naluri wirausahanya ia bisa menabung dari income-nya tiap bulan, kemudian mencari peluang-peluang usaha lain. Setelah modal tabungan dirasa cukup, maka ia dapat menjelma menjadi wirausahawan sukses. Peluang usahanya wirausahanya bisa dalam bentuk mensuplai komoditi yang diperlukan oleh bekas perusahaan tempat ia semuala bekerja atau merintis wirausaha dalam jenis komoditi yang sama dikota yang sama atau ia pindah ke kota lain.

    4.      Yakin (Self Confidence).

    Kita harus memiliki keyakinan diri bahwa kita akan sukses melakukan sesuatu usaha, jangan ragu dan bimbang niatlah berjalan baik, kemudian berserah diri, tawakal kepada Allah Swt.

    Self confidence ini diimplementasikan dalam tindakan sehari-hari, melangkah pasti, tekun, sabar, tidak ragu-ragu. Setiap hari otaknya selalu berputar membuat rencana dan perhitungan-perhitungan alternatif. Dia bisa saja menguji buah pikiranya dengan teman-teman lain, baik yang pro maupun yang kontra dengan rencananya.

    5.      Pandai membuat keputusan (Making Sovnd Decision).

    Jika anda dihadakan pada alternatif, harus memilih, maka buatlah pertimbangan yang matang. Kumpulkan berbagai informasi, boleh minta pendapat orang lain, setelah itu ambil keputusan, jangan ragu-ragu.

    Dengan berbagai alternatif yang ada dalam pikirannya ia akan dapat mengambil keputusan terbaik.

    6.      Mau Menambah Ilmu Pengetahuan (College Education).

    Zaman sekarang pendidikan adalah nomor satu. Tenaga tak terdidik harganya murah sekali. Sebaliknya orang terdidik, memiliki ilmu dan keterampilan akan dibayar mahal. Benarlah Rosulullah yang mewajibkan semua muslim menuntut ilmu dari ayunan sampai keliang kubur. Pendidikan ini bukan berarti harus masuk keperguruan tinggi, melainkan pendidikan dalam bentuk kursus-kursus, penataran dikantor, membaca buku, dan sebagainya.

                Pendidikan college dalam bentuk diploma akan sangat membantu seseorang menemukan dan mengembangkan jiwa serta oprasional wirausaha. Akan tetapi hal yang penting disini adanya tambahan pengetahuan.

    7.      Amisi untuk maju (Ambition Drice)

    Kita jangan loyo, pasrah menyerah tak  mau berjuang. Kita harus punya semangat tinggi, mau berjuang untuk maju. Orang-orang yang gigi dalam menghadapi pekerjaan dan tantangan, biasanya banyak berhasil dalam kehidupan. Apapun jenis pekerjaan yang dilakukan, propesi apapun yang dihadapi, kita harus mampu melihat kedepan dan berjuang untuk menggapai apa yang diidam-idamkan.

    8.      Pandai berkomunikasi (Ability to Communicate).

    Pandai berkomunikasi berarti pandai berorganisasi buah pikiran kedalam bentuk ucapan yang jelas, menggunakan tutur kata yang enak didengar, mampu menarik perintah orang lain. Komunikasi baik, diikuti dengan prilaku jujur, konsisten dalam pembicaraan akan sangat membantu seseorang dalam mengembangkan karir masa depannya. Akhirnya dengan keterampilan berkomunikasi itu seseorang dapat mencapai puncak karir meraih kursi empuk yang menjadi idaman setiap orang.

    9.      Karakteristik wirausaha yang sukses dari zimmerer.

    1.      Memiliki komitmen tinggi terhadap tugasnya. Boleh dikata setiap saat pikiran tidak lepas dari perusahaannya.

    2.      Mau bertanggung jawab. Apa saja tindakan yang ia lakukan, selalu diikuti dengan penuh rasa tanggung jawab ia tidak takut rugi.

    3.      Keinginan bertanggung jawab ini erat hubungannya dengan mempertahankan internal locus of contor yaitu minat kewirausahaan dalam dirinya.

    4.      Peluang untuk mencapai obsesi. Seorang wirausaha mempunyai obsesi mencapai prestasi tinggi dan ini bisa diciptakannya.

    5.      Toleransi menghadapi resiko kebimbangan dan ketidak pastian.

    6.      Yakin pada dirinya.

    7.      Kreatif dan fleksibel.

    8.      Ingin memperoleh balikan segera. Dia mempunyai keinginan yang kuat untuk menggunakan pengetahuan dan pengalaman guna memperbaiki penampilannya.

    9.      Enerjik tinggi seorang wirausaha lebih enerjik dibandingkan rata-rata orang lain.

    10.  Motifasi untuk lebih unggul seorang wirausaha mempunyai motifasi untuk bekerja lebih baik dan lebih unggul dari apa yang sudah dia kerjakan.

    11.  Berorientasi kemasa depan.

    12.  Mau belajar dari kegagalan. Seorang wirausaha tidak takut gagal, dia memusatkan perhatiannya pada kesuksesan dimasa depan dan menggunakan kegagalan ini sebagai guru yang berharga.

    13.  Kemampuan memimpin. Seorang wirausah harus mampu menjadi pemimpin yang baik dia memimpin sumberdaya manusia yang berbagai macam karakternya. Dan juga dia memimpin sumberdaya non manusia yang harus dikelola sebaik-baiknya.

    TEORI PERMINTAAN DAN PENAWARAN

    I.       Permintaan dan Kurve Permintaan

    Untuk lebih jelasnya akan dikemukakan pengertaian permintaan dan kurve permintaan yang memuat pendapat beberapa akhli sebagai berikut;

    a.      Permintaan

    1.      Albert L. Meyers2.      George L. Bach::Jumlah barang dimana para pembeli bersedia membelinya dengan harga yang mungkin pada suatu ketikaJumlah barang dimana para pembeli bersedia membelinya pada berbagai kemungkinan harga

    b.      Kurve Permintaan

    1.      Samuelson Paul A2.      P. Wonnocott ::Hubungan antara harga dan jumlah barang dibeli/dimintaSuatu garis/sekala yang menggambarkan berbagai kemungkinan suatu barang atau jasa dimana pembeli bersedia membelinya pada berbagai kemungkinan tingkat harga

    Pada pengertian diatas maka jelas bahwa yang dimaksud dengan permintaan adalah sejumlah barang dimana pembeli bersedia membelinya pada suatu tingkat harga tertentu.

    Hubungan antara jumlah barang yang dibeli dengan tingkat harga disebut “DEMAND FUNCTION

    Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan

    1.      Selera Konsumen

    2.      Harga barang cendrung naik, turun

    3.      Tingkat pendapatan masyarakat

    4.      Adanya barang lain (Substitusi)

    5.      Jumlah Penduduk yang mengkonsumsi barang tesebut

    6.      Intensitas kebutuhan

     II.    Penawaran dan Kurve Penawaran

    a.    Penawaran ialah sejumlah suatu barang dan jasa dimana penjualan besedia menjual pada suatu atau berbagai tingkat harga.

    b.    Kurve penawaran ialah suatu garis yang menunjukan suatu titik antara berbagai kemungkinan tingkat harga dengan jumlah yang ditawarkan.

    Hubungan antara tingkat harga dan jumlah yang ditawarkan tersebut adalah “SUPPLY FUNCTION”.

    Faktor yang mempengaruhi :

    1.      Harga Barang

    2.      Harga barang lain yang erat hubungannya

    3.      Teknologi

    4.      Biaya produksi

    5.      Tujuan perusahaan

    6.      Jumlah produksi lain

    MENINGKATKAN PRODUKTIFITAS USAHA

    Pengertian Produktifitas

    Didalam beberapa ensiklopedia, produktifitas didefinisikan sebagai berikut :

    1.      Productivity in economics is a term used to describe how well or how efficiently an economy’s resources are used in the processes of production

    2.      Productivity in economics is the ratio of what is produced to what is require to produce it

    3.      Productivity refers to a class of empirical output-input ratios that is widely use in economics history, economics analysis and economics policy

    Inti dari pengertian produktifitas yang diungkap tadi adalah menyangkut perbandingan hasil yang diperoleh dengan sumber-sumber ekonomi yang digunakan. Ada yang mengatakan produktifitas itu adalah kuantitas atau volume dari produksi atau jasa yang dihasilkan, akan tetapi produktifitas bukan hanya kuantitas, tetapi juga kualitas produk yang dihasilakan yang juga dipakai sebagai pertimbangan mengukur tingkat produktifitas. Jadi dalam menentukan produktifitas tidak hanya dilihat dari faktor kuantitas saja tetapi juga kualitas jika seseorang menghasilkan produksi 100 unit per bulan dari bulan berikutnya menghasilkan 150 unit maka tingkat produktifitas naik 50%, akan tetapi jika menghasilkan sama seperti bulan lalu 100 unit tetapi kualitasnya bagus maka itupun disebut produktifitas.

    Ada 3 ukuran produktifitas yang harus di pertimbangkan dalam mengelola organisasi yaitu :

    1.      Untuk tujuan strategi, apakah organisasi sudah benar sesuai dengan yeng telah digariskan.

    2.      Efektifitas, sampai tingkat manakah tujuan itu sudah dicapai baik kuantitas maupun kuantitas.

    3.      Efisiensi, bagaimana perbandingan output dibagi input dimana pengukuran output semurah diadakannya kualitas dan kuantitas

    Atas uraian diatas maka produktifitas dapat diukur menurur tingkatan-tingkatan yaitu :

    → Individu

    → Kelompok

    → Organisasi

    Keuangan Negara APBN/APBD

    Dalam rangka menciptakan tujuan bernegara seperti yang tercantum dalam Alinea IV Pembukaan UUD’45 dibentuk perumusan negara yang menyelenggarakan fungsi Pemerintahan dalam berbagai bidang pembentukan fungsi pemerintahan Negara tersebut menimbulkan hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang yan perlu dikelola dalam system pengelolaan uang Negara.

    APBN (Anggaran Pendapatan & Belanja Negara)

    Adalah suatu daftar yang memuat secara rinci tentang sumber-sumber penerimaan Negara dan alokasi penyelenggaraan jangka waktu tertentu (1 Tahun).

    Setiap Tahun Presiden mengajukan RAPBN untuk membahas bersama DPR sesuai dengan Undang-undang 1945 (Pasal 23).

    1.      Prinsip Penyusunan APBN

    a.       Tabungan selalu meningkat

    b.      Azas berimbang dan dinamis

    c.       Peningkatan pendapatan

    d.      Peningkatan pendapatan pajak

    e.       Prioritas Pengelolaan rutin yang penting

    f.       Pemanfaatan SDM dan SDA

    2.      Fungsi APBN

    a.       Fungsi distribusi menunjukan pembagian dana pada berbagai sektor

    b.      Fungsi stabilisasi menjaga kestabilan arus uang dan arus barang

    c.       Fungsi alokasi menunjukan sasaran dan prioritas pembangunan sehingga kebutuhan umum dapat terpenuhi.

    d.      Fungsi pertumbuhan ekonomi meningkatkan pertumbuhan ekonomi

    e.       Fungsi pengendali informasi.

    Sumber-sumber Penerimaan

    1.      Penerimaan Dalam Negeri

    a.       Penerimaan Pajak

    1.      Pajak dalam Negeri

    2.      Pajak perdagangan internasional

    3.      Penerimaan SDM, Minyak, Gas, Batubara

    4.      Bagian Laba BUMN

    5.      Hibah

    b.      Penerimaan Luar Negeri

    1.      Pinjaman Luar Negeri

    2.      Pinjaman Proyek

    2.      Pengeluaran Pemerintah

    1. Belanja

    a. Pengeluaran rutin

    1.      Beanja Barang

    2.      Belanja Pegawai

    3.      Belanja Modal

    4.      Belanja Hibah

    5.      Belanja Modal

    6.      Pengeluaran Pembangunan

    7.      Pembiayaan Prodak

    Dana Perimbangan

    Dana bagi hasil

    DAU

    DAK

    Dana Otonomi Khusus.

    SOAL-SOAL LATIHAN KEWIRAUSAHAAN

    1.      Jelaskan pengertian tersebut dibawah ini;

    a.       Wirausaha ?

    b.      Wiraswasta ?

    c.       Saudagar ?

    d.      Kewirausahaan ?

    2.      Melihat banyaknya manfaat wirausaha tersebut maka ada 2 darmabakti wirausaha terhadap pembangunan bangsa, apa saja itu ?

    3.      Mengapa sebagai masyarakat indonesia secara pisikologis tidak tertarik atau kurang berminat terhadap propesi wirausaha ? Jelaskan !

    4.      Perkembangan pendapatan Nasional ditinjau dari sudut jumlah penghasilan yang diterima masyarakat dari penjualan barang dan jasa menurut masyarakat harga yang berlaku disebut Notional income at market price dan Nasional in come at factor cost. Jelaskan perbedaan kedua hal tersebut dan beri dengan contoh !?

    5.      Menurut Joseph Schumpeter entrepreneur atau wirausaha adalah orang orang yang mendobrak system ekonomi dengan memperkenalkan barang dan jasa yang New and different. Jelaskan dan berikan contohnya !?

    6.      Apa saja yang menjadi keuntungan dan kelemahan wirausaha itu ? sebutkan satupersatu ?

    7.      Menurut Murphy and Peck ada 8 anak tangga untuk mencapai puncak karier diantaranya adalah :

    a.      Capacity for hard work

    b.      Getting things done with and through people.

    c.       Making sound decision

    Jelaskan satu persatu ?

    8.      Bagaimana menurut Zimmerer tentang karakteristik wirausaha yang sukses itu ? Sebutkan satupersatu ?

    9.      Benarkah wirausaha yang sukses selalu belajar dari kegagalan ?

  • Pengertian Statistik dan Statistika – Perbedaan dan Irisan

    Kata statistik dan statistika sudah sering kita dengar di dalam kehidupan sehari-hari dan tanpa kita sadari telah menggunakannya untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, misalkan pemerintah menggunakan statistika untuk menilai hasil pembangunan masa lalu. Namun demikian kedua istilah ini memiliki pengertian yang berbeda. Dibawah ini merupakan penjabaran dari statistik dan statistika

    Pengertian Statistik

    Statistik berasal dari kata state yang artinya negara. Mengapa disebut negara, ini karena statistik ini dipergunakan untuk kepentingan-kepentingan negara saja. Seperti misalnya pengambilan data diberbagai bidang kehidupan dan penghidupan, sehingga lahirlah istilah statistik, yang pemakaiannya disesuaikan dengan lingkup datanya. Kemudian istilah statistik terus berkembang seiring berjalannya waktu, kini statistik tidak hanya menyangkut kepentingan negara saja tetapi dapat digunakan untuk keperluan masyarakat, didalam aspek ilmu pengetahuan, dan didalam suatu penelitian atau melakukan eksperimen. Misalkan pada saat melakukan suatu penelitian hasil dari data yang kita peroleh berupa angka-angka atau bilangan, kumpulan dari data tersebut kemudian disusun dan disajikan dalam bentuk tabel ataupun diagram. Data yang terkumpul kadang kala tidak disajikan dalam bentuk tabel ataupun diagram, tetapi bisa juga disajikan dalam bentuk rata-rata. Sering pula daftar atau tabel tersebut disertai dengan gambar-gambar yang biasa disebut dengan diagaram atau grafik supaya lebih dapat menjelaskan lagi tentang persoalan yang sedang dipelajari. Misalkan statistik dalam bentuk tabel, seperti contoh dibawah ini.

    1. Data Indeks Prestasi Semester I Egar

    MATA PELAJARAN
    NILAI
    Kalkulus
    4
    Bahasa Indonesia
    4
    Bahasa Inggris
    3
    Fisika Dasar 1
    3
    Fisika Dasar 2
    4
    Pengantar Pendidikan
    3
    Kewarganegaraan
    4
    Perkembangan Peserta Didik
    4
    Fisika Laboratorium 1
    3

    Jadi, kata statistik telah dipakai untuk menyatakan kumpulan data, bilangan maupun non-bilangan yang disusun dalam tabel ataupun diagram, yang melukiskan atau menggambarkan suatu persoalan. Statistik yang menjelaskan sesuatu hal biasanya diberi nama statistik mengenai hal yang bersangkutan, misalnya statistik pennduduk, statistik kelahiran, statistik pertanian, statistik kesehatan dan banyak lagi nama yang lain. Statisktik juga diartikan untuk menyatakan ukuran sebagai wakil dari wakil dari kumpulan data mengenai suatu hal. Ukuran ini dapat didasarkan dengan perhitungan menggunakan kumpulan sebagian data data yang diambil dari keseluruhan tentang persoalan tersebut. Demikaian umpanya kita mengenal kata-kata persen dan rata-rata .

    Contoh : dalam kehidupan sehari-hari jika kita teliti 40 buruh yang bekerja disuatu perusahaan dan dicatat gajinya setiap bulan kemudian dihitung rata-rata gajinya, misalkan Rp 400.000,00 setiap bulanya, maka rata-rata Rp 400.000,00 dinamakan ststistik. Demikian pula, jika dari keempatpuuluh buruh itu ada 20% yang gajinya tiap bulan kurang dari 3500.000,00, maka nilai 20% ini dinamakan statistik.

    Pengertian Statistika
    Dari hasil penelitian ataupun pengamatan, baik yang dilakukan khusus ataupun berbentuk laporan sering diminta suatu uraian, penjelasan atau kesimpulan tentang persoalan yang diteliti. Tetapi sebelum menarik sebuah kesimpulan, data yang telah terkumpul itu terlebih dahulu dipelajari, dianalisis dan berdasarkan atas pengelohan inilah baru kesimpulan dapat dibuat. Tentunya mudah dimengerti bahwa pengumpulan data atau keterangan, pengolahan dan pembuatan kesimpulan harus dilakukan dengan baik, cermat, teliti, hati-hati, mengikuti cara-cara dan teori yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan. Pernyataan ini merupakan pengetahuan tersendiri yang diberi nama statistika.

    Jadi pengertian dari statistika adalah pengetahuan yang berhubungan dengan cara-cara pengumpulan data, pengelohan atau penganalisisannya dan penarikan kesimpulan berdasarkan kumpulan data dan panganalisisan yang dilakukan.

    Contoh : Misalkan pengumpulan data tentang jumlah penduduk di Indonesia setiap tahunnya, dari data yang diperoleh maka dapat disimpulkan apakah perkembangan penduduk di Indonesia semakin bertambah ataupun berkurang dari pengumpulan data tahun lalu.

    Ada dua jalan yang ditempuh untuk mempelajari statistika yaitu statistika matematis atau statistika teoritis dan statistika praktis. Satistika matematis yaitu ilmu yang mempelajari asal-usul penurunan sifat-sifat, dalil-dalil atau rumus-rumus serta dapat diwujudkan kedalam model-model lain yang bersifat teoritis. Jadi disini diperlukan dasar matematika yang kuat dan mendalam. Sedangakan, statistika praktis yaitu penerapan statistika matematis ke dalam berbagai bidang ilmu lainnya sehingga lahirlah istilah statistika kedokteran, statistika sosial dan sebagainya. Jadi disini tidak dipersoalkan bagaimana didapatnya rumus-rumus atau aturan-aturan, melainkan hanya dipentingkan teknik atau metode statistika digunakan.
    Statistika Deskriftif dan Statistika Inferensial
    Sejalannya perkembangan, makna statistika menjadi ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan cara-cara pengumpulan data, pengelohan atau penganalisisannya dan penarikan kesimpulan berdasarkan kumpulan data dan panganalisisan yang dilakukan. Sebagai suatu ilmu, bidang kegiatan statistika dibagi menjadi dua bagian yaitu:

    a. Statistika Deskriftif
    Statistik deskriftif adalah metode-metode yang berkaitan dengan pengolahan, pengumpulan, dan penyajian sekumpulan data sehingga dapat memberikan informasi yang berguna. Perlu kiranya dimengerti bahwa statistika deskriptif memberikan informasi hanya mengenai data yang dipunyai dan sama sekali tidak menarik kesimpulan yang lebih banyak atau penarikan kesimpulam secara keseluruhan (umum) karena statistik disini memperoleh data atau informasi yang terbatas. Ini terlihat bahwa hasil analisis data yang diperoleh masih sederhana dan bahkan sebagian besar analisis atau perhitungannya penyederhanaan atas data yang terkumpul saja.

    Contoh dari kegunaan statistika deskriptif yaitu seperti penyusunan tabel, diagram, modus, kuartil, simpangan baku. Misalkan berapa jumlah mahasiswa yang mendapatkan nilai A dalam mata kuliah kalkulus I dari hasil perekapan tersebut.

    b. Statistika Inferensial
    Statistika inferensial merupakan bagian dari ilmu statistika yang selain mengolah, menyajikan data, juga melakukan penarikan kesimpulan dari pengolahan data yang diambil. Statistik inferensial merupakan pengembangan fungsi statistik. Bagian ini digunakan jika dalam penelitian tidak memungkinkan untuk mengadakan penghitungan atau pengamatan secara menyeluruh terhadap obyek yang akan diteliti. Dalam statistika inferensial, kesimpulan dapat diambil setelah melakukan pengolahan serta penyajian data dari suatu sampel yang diambil dari suatu populasi. Macam-macam dari statistika inferensial yaitu:
    -Statistika parametrik terutama digunakan untuk menganalisa data interval dan rasio, yang diambil dari populasi yang berdistribusi normal
    -Statistika non-parametrik terutama digunakan untuk menganalisa data nominal, dan ordinal dari populasi yang bebas distribusi

    Contoh dari statistik inferensial adalah misal seorang peneliti meneliti sebungkus rokok apakah kandungan nikotin pada rokok tersebut menyebabkan penyakit kangker rahim bagi kaum perempuan atau tidak. Dengan mengambil sampel satu batang rokok tersebut dan diteliti di laboratorium dianalisis bahwa memang benar nikotin pada rokok dapat menyebabkan penyakit kangker rahim bagi kaum perempuan. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa kandungan nikotin pada sebungkus rokok (populasi) dapat menyebabkan penyakit kangker rahim bagi kaum perempuan dari hasil penelitian sebatang rokok (sampel).

    Contoh lain, dalam pemilihan ketua senat FMIPA yang dilaksanakan setiap tahunnya. Fakultas MIPA terdiri dari 6 jurusan baik itu jurun fisika, matematika, kimai, biologi, analis kimia, budidaya kelautan. Dalam melakukan pemilihan tersebut menggunakan sistem pemungtan suara. Tetapi, walaupun pemilihan tersebut sistem tersebut tidak semua mahasiswa di FMPA yang diberikan untuk memilih hanya perwakilam dari masing-masing jurusan. Perwakilan dari setiap jurusan tersebut merupakan sampel sedangkan seluruh mahasiswa FMIPA merupakan populasi. Kemudian data yang diperoleh dari pungutan suaru tersebut akan dijadikan bahan untuk membuat suatu kesimpulan.

    Landasan Kerja Statistika
    Suatu sistem atau disiplin ilmu pastilah mempunyai suatu landasan kerja, tentu dengan adanya landasan kerja maka suatu sistem atau disiplin ilmu akan dapat berdiri dengan kokoh karena landasan tersebut merupakan suatu pondasi yang mendasarinya. Begitu pula dalam ilmu statistika terdapat beberapa landasan kerja. Landasan kerja statistika dapat dibagi menjadi empat, yaitu: variasi, reduksi, generalisasi, dan spesialisasi

    a. Variasi
    Statistika bekerja dengan keadaan yang berubah-ubah (variasi). Misalnya keadaan penduduk, pendapatan dan pengeluaran, GNP, kematian, kelahiran, peserta KB dan sebagainya. Dilihat dari keadaan data yang akan diambil akan timbul berbagai macam masalah, karena tiap kurun waktu tertentu data yang diperoleh berubah-ubah atau tidak tentu sehingga diperlukan kecermatan dan ketelitian saat melakukan pengumpulan data.

    b. Reduksi
    Statistika bekerja secara reduksi artinya tidak seluruh informasi yang harus diolah. Tidak harus seluruh orang harus diteliti (populasi), melainkan cukup dengan sampel-sampel yang mewakilinya saja. Tentu saja sampel itu harus refresentatif. Untuk mendapatkan sampel yang refresentatif diperlukan pemahaman tentang teknik sampling.
    Contoh misalkan dalam mengadakan rapat mengenai kompetisi Biomacup antar jurusan di FMIPA, tentunya tidak mungkin semua mahasiswa di jurusan FMIPA mengikuti rapat tersebut untuk dimintai pendapatnya, melainkan cukup dengan sampel-sampel yang mewakilinya saja. Perlu diingat bahwa sampel atau perwakilan tersebut harus yang refresentaif. Contoh lain misalkan dalam membeli 20 karung pupuk untuk keperluan pertanian, tidak harus semua pupuk tersebut dijadikan penelitian, cukup mengambil beberapa karung saja yang dijadikan sebagai sampel penelitian.

    c. Generalisasi
    Statistik bekerja untuk menarik kesimpulan umum (generalisasi) yang berlaku untuk anggota-anggota populasinya berdasarkan refresentatif yang ada.
    Contoh :
    Seorang penjual buah-buahan ingin menyelidiki salah satu jenis buahnya, misalkan buah mangga apakah rasa buah mangga tersebut manis atau asam dengan jumlah mangga sebanyak 95 buah dengan cara mencicipinya. Tidak mungkin penjual akan mencicipi semua buah mangga tersebut karena apabila semua buah mangga dicicipi habislah buahnya dan tidak ada buah mangga yang dia akan jual. Maka dari itu hanya beberapa buah saja yang dia cicipi. Dilihat dari contoh di atas, dapat ditegaskan bahwa peneliti menarik suatu kesimpulan sebagian dan hal tersebut dapat mewakili kesimpulan keseluruhannya.

    d. Spesialisasi
    Statistik selalu berkenaan dengan angka-angka (kuantitatif). Statistik mempunyai angka-angka yang lebih nyata dan pasti. Istilah-istilah seperti : pada umumnya, kira-kira, sekitar, kurang lebih, kebanyakan sedang-sedang, lumayan, dan lain-lain dikenal dalam analisis statistik. Agar data kualitatif dapat distatistikkan, maka data itu harus dibobot duhulu. Contoh :

    sangat setuju =5,
    setuju = 4,
    ragu-ragu = 3,
    tidak setuju = 2 dan
    sangat tidak setuju = 1.

    Contoh yang lain misalkan data nilai indeks prestasi mahasiswa, Dalam hal ini istilah – istilah yang terdapat pada nilai indeks prestasi tersebut di bobotkan yakni seperti dibawah ini
    A = 4
    B = 3
    C = 2
    D = 1

    Karakteristik Pokok Statistika
    Statistika merupakan suatu ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan cara-cara pengumpulan data, pengelohan atau penganalisisannya sampai dengan penarikan kesimpulan berdasarkan kumpulan data dan panganalisisan yang dilakukan. Secara mendasar statistik tersebut dapat dibagi menjadi dua kegiatan, yaitu yang pertama adalah pengumpulan dan pengolahan data disajikan dalam bentuk tabel atau grafik untuk mempermudah informasi yang disampaikan. Dari kegiatan pertama ini merupakan statistika deskriptif. Kemudian yang kedua merupakan penarikan kesimpulan yang bertolak belakang dari pengolahan data tersebut. Kegiatan yang kedua ini disebut dengan statistik inferensial. Dilihat dari pengertian statistika di atas tentunya berlandaskan atas karakteristik pokok dari statistik tersebut.

    Adapun ciri karakteristik pokok statistika terbagi menjadi 3 ciri-ciri pokok yang mendasar . Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut.

    1) Statistik bekerja dengan angka
    Angka-angka ini dalam statistik terbagi menjadi dua bagian, yaitu
    a. Angka statistik sebagai jumlah atau frekuensi dan angka statistik sebagai nilai atau harga. Pengertian ini mengandung arti bahwa data statistik adalah data kuantitatif. Contoh :
    Ø Jumlah buruh di Perusahaan Sinar Dunia
    Ø Jumlah tanggungan orang tua
    Ø Jumlah penduduk Indonesia tiap tahunnya.
    Ø Jumlah pegawai negeri di Kabupaten Klungkung

    b. Angka statistik sebagai nilai, dimaksudkan bahwa data tersebut adalah data kualitatif yang diwujudkan dalam angka.
    Contoh :
    Ø Hasil ujian nasional siswa SMA
    Ø Nilai keuntungan dari perusahaan
    Ø Nilai indeks prestasi mahasiswa
    Ø Daftar harga Hand Phone Celuler

    2) Statistik bersifat objektif
    Statistik yang bersifat objektif merupakan statistik yang bekerja sesuai dengan keadaan data yang diteliti atau sesuai berdasarkan atas kenyataan yang ada atau fakta. Kesimpulan yang dikemukakan oleh statistik semata-mata didasarkan atas data yang diolah bukan dengan kemauan semena-mena (subjektif) atau bukan dari pengaruh-pengaruh luar lainnya.
    Contoh :
    Pengambilan suatu data mengenai jumlah penduduk Indonesia apakah setiap tahunnya jumlah penduduk Indonesia bertambah ataukah mengalami penurunan. Dengan data yang terkumpul dapat diketahui apakah setiap tahun penduduk Indonesia bertambah atau berkurang.

    3) Statistik bersifat universal (umum)
    Statistik bersifat universal berarti statistik sebagai ilmu memiliki ruang lingkup yang luas. Hal ini terbukti bahwa statistik dipergunakan dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan, di berbagai penelitian, dan tidak hanya itu saja, statistik hampir menjalar ke berbagai model permasalahan di masyarakat. sehingga statistik menjadi begitu berguna.
    Contoh :
    statistik kesehatan, statistik perusahaan, maupun statistik keuangan.

  • Cara Membuat Lembar Observasi dalam PTK

    Cara Membuat Lembar Observasi PTK

    Banyak guru terhambat saat ingin melakukan penelitian tindakan kelas karena ketiadaan instrumen penggali data yang sesuai dengan fokus atau tujuan penelitian tindakan kelas yang akan mereka lakukan. Mereka sudah berusaha mencari-cari lembar observasi atau instrumen untuk pengamatan tersebut di mana-mana (di literatur maupun internet). Ada cara-cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan lembar observasi yang sesuai dan valid dengan ptk yang mereka lakukan.

    Sebenarnya, guru tidak perlu terhambat karena masalah seperti ini. Seharusnya, seorang guru yang ingin meneliti (melakukan PTK) dapat membuat sendiri lembar observasi (instrumen pengamatan) untuk penggali data tersebut melalui kajian pustaka atau kajian teori yang telah mereka lakukan.  Di bawah ini, saya akan mencontohkan bagaimana membuat sebuat instrumen untuk mengamati kemampuan guru mengelola pembelajaran yang mengacu pada model pengajaran langsung (direct instruction). 

    Langkah-Langkah Membuat Instrumen Lembar Observasi

    Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan untuk dapat membuat sebuah instrumen Lembar Observasi adalah sebagai berikut:

    1. Cari informasi sebanyak-banyaknya dari kepustakaan tentang aspek yang ingin diobservasi (bisa dilihat/diambil dari Kajian Teori/Kajian Pustaka pada proposal penelitian.
    2. Pilah-pilih informasi ensensial/penting, berdasarkan data yang harus dikumpulkan dalam penelitian melalui observasi.
    3. Buat lembar observasi dengan mengacu pada informasi penting tadi, sehingga data yang akan direkam oleh lembar observasi yang dikembangkan tersebut sesuai dengan data yang dibutuhkan, dan relevan dengan tujuan penelitian.

    Nah, taruh kata saya memperoleh dari buku yang saya baca tentang model pembelajaran langsung (direct instruction) ternyata mempunyai sintaks (langkah-langkah) pembelajaran yang harus dilakukan guru seperti berikut ini:

    Sintaks Model Pembelajaran Langsung

    No.TahapPeran Guru
    1.Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswaGuru menjelaskan tujuan pembelajaran, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar
    2.Mendemonstrasikan keterampilann (pengetahuan procedural) atau mempresentasikan pengetahuan (deklaratif)Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar, atau menyajikan informasi tahap demi tahap
    3.Membimbing pelatihanGuru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan
    4.Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balikGuru mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik
    5.Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapanGuru mempersiapkan kesempatan untuk melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari

    Maka saya dapat membuat sebuah instrumen penggali data tentang kemampuan guru mengelola langkah-langkah model pembelajaran langsung (Direct Instruction) dengan cara memasukkan poin-poin penting pada Peran Guru dan Tahap padatabel di atas sebagai poin-poin pengamatan (observasi) pada Lembar Observasi yang dibuat. Perhatikan Lembar Observasi Kemampuan Guru Mengelola Langkah-Langkah Pembelajaran yang Mengacu Pada Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) berikut:

    Contoh Lembar Observasi yang Dibuat: 

    LEMBAR OBSERVASI

    KEMAMPUAN GURU MENGELOLA SINTAKS PEMBELAJARAN YANG MENGACU PADA MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG (DIRECT INSTRUCTION)

    Nama Guru     : …………………..          
    Hari/Tgl          : …………………..

    Mata Pelajaran : ………………..              
    Jam ke            : …………………..

    Siklus ke-       : ……………………      
    Pertemuan ke : …………………..

    Kelas              : ……………………
    Materi            : ……………………

    Petunjuk: Pengamat memberi tanda cek (v) pada kolom yang sesuai, Dibagian bawah tabel (ceklis)  isikan pula secara jelas hal-hal penting/menarik pada saat guru mengelola pembelajaran.

    Deskriptor:
    Skor 1     : tidak dilakukan oleh guru
    Skor 2    : dilakukan oleh guru tetapi masih kurang baik
    Skor 3    : dilakukan oleh guru dengan cukup baik
    Skor 4    : dilakukan oleh guru dengan baik
    Skor 5    : dilakukan oleh guru dengan sangat baik

    Hal-hal menarik/penting lain saat guru mengelola langkah-langkah pembelajaran yang mengaplikasikan model pembelajaran langsung (direct instruction):
    1.    Tahap 1: Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
    Catatan : …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
    2.    Tahap 2 : Mendemonstrasi-kan keterampilan (pengetahuan procedural) atau mempresentasikan pengetahuan (deklaratif)
    Catatan : …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
    3.    Tahap 3 : Membimbing pelatihan
    Catatan : …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..

    4.    Tahap 4: Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
    Catatan : …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..

    5.    Tahap 5 : Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan
    Catatan : …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..

                            Paringin, …………………………………………………….
                            Observer

                            (…………………………………….)
                            NIP………………………………..

    Nah, bandingkan Tabel pada Lembar Observasi dengan Tabel Sintaks sebelumnya. Sudah? Saya yakin anda pasti bisa membuat instrumen pengamatan semacam itu. Sebagai catatan, Lembar Observasi Kemampuan Guru Mengelola Langkah-Langkah Pembelajaran yang Mengacu Pada Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) di atas hanya contoh. Anda dapat menggunakannya, tetapi lebih baik lagi bila anda dapat mengembangkan versi lain secara mandiri. Selamat mencoba. (Cara membuat lembar observasi ini juga telah disajikan pada saat penulis memberikan materi tentang PTK di MGMP Biologi tingkat SMA/MA dan MGMP Geografi tingkat SMA/MA di Kab. Balangan pada tgl 1 Mei 2012 lalu).
    Baca juga :

  • Bentuk-Bentuk Belajar

    Setiap orang, tidak terkecuali peserta didik memiliki kekhasan dalam upayanya
    Gagne (1984) mengemukakan ada lima bentuk belajar, yaitu:

    a. Belajar Responden

    Dalam belajar ini, suatu respon dikeluarkan oleh suatu stimulus yang telah dikenal. Jadi, terjadinya proses belajar dikarenakan adanya stimulus. Misalnya Maya bisa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh gurunya dengan benar. Kemudian guru tersebut memberikan senyuman dan pujian kepadanya. Akibatnya Maya semakin giat belajar. Senyum dan pujian guru ini merupakan stimulus tak terkondisi. Tindakan guru ini menimbulkan perasaan yang menyenangkan pada diri Maya sehingga ia membuat dia lebih giat lagi dalam belajar.

    b. Belajar Kontiguitas

    Belajar dalam bentuk ini tidak memerlukan hubungan stimulus tak terkondisi dengan respons. Asosiasi dekat (contiguous) sederhana antara stimulus dan respons dapat menghasilkan suatu perubahan dalam perilaku individu. Hal ini disebabkan secara sederhana manusia dapat berubah karena mengalami peristiwa-peristiwa yang berpasangan. Belajar kontiguitas sederhana bisa dilihat jika seseorang memberikan respon atas pertanyaan yang belum lengkap, seperti ”dua kali dua sama dengan?” Maka pasti bisa menjawab ”empat”. Itu adalah contoh asosiasi berdekatan antara stimulus dan respon dalam waktu yang sama.

    Bentuk belajar kontiguitas yang lain adalah “stereotyping”, yaitu adanya peristiwa yang terjadi berulang-ulang dalam bentuk yang sama, sehingga terbentuk dalam pemikiran kita. Seringkali sinetron televisi memperlihatkan seorang ilmuwan dengan memakai kacamata, ibu tiri adalah wanita yang kejam. Maka sinetron televisi menciptakan kondisi untuk belajar stereotyping, padahal hal tersebut tidak sepenuhnya benar.

    c. Belajar Operant

    Belajar bentuk ini sebagai akibat dari reinforcement, bukan karena adanya stimulus, sebab perilaku yang diinginkan timbul secara spontan ketika organisme beroperasi dengan lingkungannya. Maksudnya perilaku individu dapat ditimbulkan dengan adanya reinforcement segera setelah adanya respon. Respon ini bisa berupa pernyataan, gerakan dan tindakan. Misalnya respon menjawab pertanyaan guru secara sukarela, maka reinforcer bisa berupa ucapan guru “bagus sekali”, “kamu dapat satu poin”, dan sebagainya.

    d. Belajar Observasional

    Konsep belajar ini memperlihatkan bahwa orang dapat belajar dengan mengamati orang lain melakukan apa yang akan dipelajari. Misalnya anak kecil belajar makan itu dengan mengamati cara makan yang dilakukan oleh ibunya atau keluarganya.

    e. Belajar Kognitif

    Bentuk belajar ini memperhatikan proses-proses kognitif selama belajar. Proses semacam itu menyangkut “insight” (berpikir) dan “reasoning” (menggunakan logika deduktif dan induktif). Bentuk belajar ini mengindahkan persepsi siswa, insight, kognisi dari hubungan esensial antara unsur-unsur dalam situasi ini. Jadi belajar tidak hanya timbul dari adanya stimulus-respon maupun reinforcement, melainkan melibatkan tindakan mental individu yang sedang belajar.

    Dari penjelasan di atas, bisa disimpulkan bahwa Gagne membagi bentuk-bentuk belajar menjadi lima bentuk, yang merupakan inti dari teori belajar, yaitu bentuk responden, kontiguitas, operant, observasional dan kognitif. Responden merupakan belajar yang dibentuk dengan adanya hubungan antara stimulus dengan respon. Kontiguitas sama dengan responden, akan tetapi untuk responden waktunya dilakukan secara bersamaan. Observasional merupakan bentuk belajar yang paling sederhana karena individu hanya mengamati orang lain kemudian meniru perbuatannya. Sedangkan kognitif merupakan bentuk yang tertingggi karena sudah memasuki wilayah insight.

    Rujukan:
    1. Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar (Jakarta: Depdikbud Dirjend Lembaga Tenaga Kependidikan, 1988), hlm. 15.
    2. Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2004), Cet.3, hlm. 65.
    3. Gordon H. Bower dan Ernest R.Hilgard, Theories of Learning. 4th Edition. (New Jersey: Prentice Hall. Inc, 1998), hlm. 11.

  • Jenis-Jenis Pengelolaan Kelas

    Menurut Nurhadi (1983: 163) upaya untuk menciptakan dan mempertahankan suasana yang diliputi oleh motivasi siswa yang tinggi dapat dilakukan secara preventif maupun secara kuratif. Maka pengelolaan kelas, apabila ditinjau dari sifatnya, dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

    a. Pengelolaan kelas yang bersifat preventif

    Dikatakan secara preventif apabila upaya yang dilakukan atas dasar inisiatif guru untuk menciptakan suatu kondisi dari kondisi masa menjadi interaksi pendidikan dengan jalan menciptakan kondisi baru yang menguntungkan bagi proses belajar mengajar. Pengelolaan kelas yang preventif ini dapat berupa tindakan, contoh atau pemberian informasi yang dapat diberikan kepada siswa sehingga akan berkembang motivasi yang tinggi, atau agar motivasi yang sudah baik itu tidak dinodai oleh tindakan siswa yang menyimpang sehingga mengganggu proses belajar mengajar di kelas (Nurhadi,1983: 163).

    Keterampilan yang berhubungan dengan kompetensi guru dalam mengambil inisiatif dan mengendalikan pelajaran ini, dapat ditunjukkan melalui sikap tanggap guru, bahwa guru hadir bersama anak didik. Guru tahu kegiatan mereka apakah memperhatikan atau tidak. Seolah-olah mata guru ada di belakang kepala, sehingga guru dapat menegur mereka walaupun sedang menulis di papan tulis.

    b. Pengelolaan kelas yang bersifat kuratif

    Pengelolaan kelas secara kuratif adalah pengelolaan kelas yang dilaksanakan karena terjadi penyimpangan pada tingkah laku siswa sehingga mengganggu jalannya proses belajar mengajar. Dalam hal ini kegiatan pengelolaan kelas akan berusaha menghentikan tingkah laku yang menyimpang tersebut dan kemudian mengarahkan terciptanya tingkah laku siswa yang mendukung terselenggaranya proses belajar mengajar dengan baik (Nurhadi, 1983: 163).

    Guru harus mengetahui pusat perhatian siswa pada waktu mengikuti pelajaran dalam kelas. Apakah siswa-siswanya di kelas tekun mengikuti dan terlibat dalam kegiatan belajar mengajar ataukah tidak. Dari sorot mata atau gerak-gerik mereka dapat diketahui apakah mereka sudah tertuju dan mengikuti dengan baik proses belajar mengajar ataukah malah mengganggu proses kegiatan belajar mengajar. Hal ini dapat diketahui ketika siswa ditunjuk untuk menjawab atau melakukan perintah guru, akan memberikan jawaban yang salah (dalam arti kurang komunikasi atau konsentrasi) atau terlihat terkejut. Oleh karena itu, apabila terdapat anak didik yang menimbulkan gangguan pada saat kegiatan belajar mengajar, guru dapat menggunakan seperangkat cara untuk mengendalikan tingkah laku anak didik, misalnya dengan mencoba mengetahui sebab-sebab yang mengakibatkan tingkah laku anak didik yang menyimpang tadi, kemudian berusaha untuk menemukan pemecahannya.

    Adapun prosedur dari jenis-jenis pengelolaan kelas tersebut adalah sebagai berikut:

    1. Prosedur pengelolaan kelas yang bersifat preventif

    Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur anak didik dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencegah terjadinya penyimpangan tingkah laku dari anak didik dan mencapai tujuan pengajaran. Maka dari itu, hendaknya guru mengetahui langkah-langkah preventif (pemeliharaan kondisi belajar) dalam pengelolaan kelas. Prosedur pengelolaan kelas secara preventif akan meliputi langkah-langkah peningkatan kesadaran guru sebagai pendidik, peningkatan kesadaran siswa, penampilan sikap guru, pengenalan terhadap tingkah laku siswa, penemuan alternatif pengelolaan kelas, dan pembuatan kontrak sosial dalam proses belajar mengajar (Nurhadi, 1983: 164).

    a) Peningkatan kesadaran guru sebagai seorang pendidik

    Dalam kedudukannya sebagai seorang pendidik, guru harus sadar bahwa dirinya memiliki rasa “handarbeni” (rasa peduli terhadap kelas dengan segala isinya) dan bertanggung jawab terhadap proses kegiatan belajar mengajar.

    Guru menyadari kebutuhan anak didik dan memiliki kemampuan dalam memberi petunjuk secara jelas kepada anak didik demi kemajuan mereka dalam belajarnya.

    Perwujudan dari kesadaran akan rasa “handarbeni” dan tanggung jawab itu akan nampak dalam bentuk kesatuan dari empat unsur, yaitu upaya mengubah tingkah laku, upaya mewujudkan suasana pendidikan yang mendukung, rasa cinta kasih, dan pegangan norma yang baku.

    Sebagai seorang pendidik, guru berkewajiban mengubah pergaulannya dengan siswa sehingga pergaulan itu tidak hanya berupa interaksi biasa tetapi merupakan interaksi pendidikan. Agar interaksi itu bersifat sebagai interaksi pendidikan, maka seorang guru harus dapat mewujudkan suasana yang kondusif yang mengundang siswa untuk masuk berperan serta dalam proses pendidikan (Nurhadi, 1983: 164-165).

    Guru bertugas menciptakan suasana yang dibutuhkan oleh para siswa agar mereka dapat belajar dengan baik. Apakah suasana belajar menunjang pengajaran atau tidak. Jadi sepenuhnya tergantung pada sikap guru. Guru harus tanggap terhadap kesulitan yang dihadapi para siswa, memberikan nasehat dan bimbingan, dan banyak hal lainnya yang dapat dikerjakan oleh guru.

    Guru hendaknya menghindari suasana pengajaran yang kurang baik, misalnya guru balik bertanya pada siswa yang bertanya, guru menertawakan atau bersikap sinis terhadap pertanyaan siswa yang menurut anggapan guru tidak pada tempatnya, dan sebagainya (Masnur dkk, 1987: 105)

    b) Peningkatan kesadaran siswa

    Apabila kesadaran diri guru sebagai seorang pendidik sudah ditingkatkan, langkah kedua kemudian berusaha meningkatkan kesadaran siswa akan kedudukan dirinya dalam proses pendidikan.

    Sebagai seorang siswa kadang-kadang tidak sadar akan kedudukannya dalam organisasi di sekolah. Oleh sebab itu menjadi langkah yang kedua yang harus dilakukan seorang guru adalah meningkatkan kesadaran siswa akan dirinya terutama tentang perimbangan antara hak dan kewajibannya. Dengan menyadari akan hak dan kewajiban tersebut diharapkan siswa akan mengendalikan dirinya dari tindakan dan tingkah laku yang menyimpang yang akan mencemari suasana pendidikan.

    Upaya penyadaran ini adalah tanggung jawab setiap guru, karena dengan kesadaran siswa yang tinggi akan peranannya sebagai anggota masyarakat sekolah, akan menimbulkan suasana yang mendukung untuk melakukan proses belajar mengajar.

    c) Penampilan sikap guru

    Setelah kesadaran fungsi seorang pendidik, dan kesadaran siswa akan kedudukan dirinya di sekolah ditingkatkan maka upaya penciptaan suasana yang mendukung proses pendidikan harus dilakukan dengan inisiatif. Inisiatif guru itu diwujudkan dalam interaksinya dengan siswa-siswa yang dilambari dengan sikap tulus dan hangat.

    Sikap tulus adalah sikap seorang seorang guru dalam menghadapi siswa secara terus terang tanpa pura-pura, tapi diikuti dengan rasa ikhlas dalam setiap tindakannya demi kepentingan perkembangan dan pertumbuhan siswa sebagai si terdidik.

    Sedangkan yang dimaksud dengan hangat adalah keadaan pergaulan guru kepada siswa dalam proses belajar mengajar yang menunjukkan suasana keakraban dan keterbukaan dalam batas peran dan kedudukannya masing-masing sebagai anggota masyarakat sekolah.

    d) Pengenalan terhadap tingkah laku siswa

    Langkah selanjutnya, seorang guru hendaknya mengenal tingkah laku siswa. Pengenalan akan tingkah laku ini dalam kaitannya dengan pengelolaan kelas. Tingkah laku siswa yang harus dikenal adalah tingkah laku baik yang mendukung maupun yang dapat mencemarkan suasana yang diperlukan untuk terjadinya proses pendidikan. Tingkah laku tersebut dapat bersifat perseorangan ataupun kelompok.

    e) Penemuan alternatif pengelolaan kelas

    Setelah seorang guru dapat menyelidiki berbagai tingkah laku siswa, baik yang mendukung maupun yang mencemarkan suasana pendidikan, maka selanjutnya berusaha menetapkan alternatif pengelolaan kelas yang akan dilakukan.

    Upaya pengelolaan itu diarahkan untuk mempertahankan dan menghidupkan tingkah laku siswa yang mendukung suasana pendidikan, tentunya akan berbeda dengan upaya pengelolaan kelas yang diarahkan untuk mencegah timbulnya tingkah laku yang akan mencemarkan suasana pendidikan itu.

    f) Pembuatan kontrak sosial

    Langkah terakhir dalam upaya pengelolaan kelas secara preventif adalah pengaturan tingkah laku dengan menggunakan norma atau nilai. Norma atau nilai itu diharapkan akan menjadi landasan tindakan yang akan berfungsi untuk mempertahankan kehadiran tingkah laku siswa yang mendukung maupun untuk mencegah tingkah laku sosial, pada hakikatnya adalah norma yang dituangkan dalam bentuk peraturan atau tata tertib kelas baik tertulis maupun tidak tertulis, yang berfungsi sebagai standar tingkah laku bagi siswa sebagai individu maupun sebagai kelompok.

    Kontrak sosial yang baik adalah yang benar-benar dihayati atau dipatuhi sehingga meminimalkan terjadinya pelanggaran. Untuk mencapai hal tersebut, kebiasaan membuat peraturan atau tata tertib dari atas nampaknya tidak menguntungkan. Oleh sebab itu, perlu dipertimbangkan tentang proses terjadinya kontrak sosial. Kontrak sosial yang mempunyai nilai peringkat pada umumnya yang dibuat dan dilahirkan oleh individu-individu anggota masyarakat itu sendiri. Dengan kata lain kontrak sosial yang dipergunakan dalam upaya pengelolaan kelas hendaknya disusun oleh siwa sendiri dengan pengarahan dan bimbingan pendidik (Nurhadi, 1983: 165-169).

    2. Prosedur pengelolaan kelas yang bersifat kuratif

    Adapun prosedur pengelolaan kelas secara kuratif akan meliputi langkah-langkah identifikasi masalah, analisa masalah, penetapan alternative pemecahan masalah, monitoring dan memanfaatkan umpan balik (Nurhadi, 1983: 168).

    a) Identifikasi masalah

    Pertama-tama seorang guru melakukan identifikasi masalah dengan jalan berusaha memahami dan menyelidiki penyimpangan tingkah laku siswa yang dapat mengganggu proses kelancaran pendidikan di kelas. Upaya penyelidikan terhadap tingkah laku dapat dalam arti apakah termasuk tingkah laku yang berdampak motif secara luas atau tidak, ataukah penyimpangan tingkah laku itu bersifat sesaat saja atau sering dilakukan, ataukah sekedar kebiasaan siswa.

    b) Analisa masalah
    Dengan hasil penyelidikan yang mendalam, seorang guru dapat melanjutkan pada langkah ini yaitu suatu kegiatan yang berusaha mengetahui latar balakang serta sebab-sebab timbulnya tingkah laku yang menyimpang tersebut. Dengan cara yang demikian akan dapat ditemukan sumber masalah yang sebenarnya, upaya untuk mengatasinya dapat dilakukan dengan baik.
    Jadi, dengan guru mengetahui tingkah laku anak didik yang menyimpang itu, maka guru dapat menganalisanya dan berusaha menemukan pemecahannya dengan menggunakan berbagai pendekatan pemecahan masalah. Misalnya, memberikan perhatian yang lebih, memberikan pengarahan atau nasehat dan lain sebagainya.

    c) Penetapan alternatif pemecahan
    Setelah mengetahui sumber masalahnya, seorang guru dapat mencoba mengkaji berbagai alternatif pemecahan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Untuk dapat memperoleh alternatif-alternatif pemecahan itu, maka ia hendaknya mengetahui berbagai pendekatan yang dapat dipergunakan dalam pengelolaan kelas dan juga memahami cara-cara untuk mengatasi setiap masalah sesuai dengan pendekatan masing-masing.

    Dengan membandingkan berbagai alternatif pendekatan yang mungkin dapat dipergunakan, seorang guru dapat memilih alternatif yang terbaik untuk mengatasi masalah itu pada suatu situasi yang dihadapinya. Dengan terpilihnya salah satu pendekatan, maka cara-cara mengatasi masalah tersebut juga akan dapat ditetapkan. Dengan demikian pelaksanaan pengelolaan kelas yang berfungsi untuk mengatasi masalah tersebut dapat dilakukan.

    d) Monitoring
    Setelah kegiatan mengatasi masalah pengelolaan kelas itu dilaksanakan, tidak dibiarkan saja, tetapi perlu dimonitor akibat-akibat yang terjadi karena perlakuan dalam mengatasi masalah tersebut. Hal ini diperlukan karena akibat perlakuan guru itu dapat saja mengenai sasaran, yaitu meniadakan tingkah laku siswa yang menyimpang itu, tetapi dapat pula tidak berakibat apa-apa atau bahkan mungkin menimbulkan tingkah laku menyimpang, berikutnya yang justru lebih jauh menyimpangnya. Langkah monitoring pada hakekatnya ditujukan untuk mengkaji akibat- akibat yang terjadi tersebut.

    e) Memanfaatkan umpan balik
    Hasil dari kegiatan monitoring itu sebenarnya merupakan umpan balik terbaik guru yang sangat berharga, karena dengan ini ia dapat mengkaji kembali apakah alternatif tindakan yang telah dilakukan itu tepat atau tidak, atau masih perlu disempurnakan. Hasil monitoring itu hendaknya dimanfaatkan secara konstruktif, yaitu dengan cara mempergunakannya untuk:
    1. Memperbaiki pengambilan alternatif yang pernah ditetapkan bila kelak menghadapi masalah yang sama pada situasi yang sama
    2. Dasar dalam melakukan kegiatan pengelolaan kelas berikutnya sebagai tindak lanjut dari kegiatan pengelolaan kelas yang sudah dilakukan sebelumnya (Nurhadi, 1983: 169-171).

  • Hambatan-hambatan Manajemen Kelas

    Hambatan manajemen kelas merupakan faktor komplek yang disebabkan oleh semua pihak yang ikut mengambil bagian dari manajemen kelas.

    Hambatan Manajemen Kelas

    Dalam manajemen kelas akan ditemui berbagai faktor penghambat. Hambatan tersebut bisa datang dari guru sendiri, peserta didik, lingkungan keluarga ataupun karena faktor fasilitas. Dan dari uraian diatas tampaklah bahwa kewenangan penanganan masalah pengelolaan dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu:

    a. Masalah yang ada dalam wewenang guru.

    Ada sejumlah masalah pengelolaan kelas yang ada dalam ruang lingkup wewenang seorang guru bidang studi untuk mengatasinya. Hal ini berarti bahwa seorang guru bidang studi yang sedang mengelola proses pembelajaran dituntut untuk dapat menciptakan, memperhatikan dan mengembalikan iklim belajar kepada kondisi belajar mengajar yang menguntungkan kalau ada gangguan sehingga peserta didik berkesempatan untuk mengambil manfaat yang optimal dari kegiatan belajar yang dilakukannya.

    b. Masalah yang ada dalam wewenang sekolah sebagai lembaga pendidikan.

    Dalam kenyataan sehari-hari di kelas, akan ditemukan masalah pengelolaan yang lingkup wewenang untuk mengatasinya berada di luar jangkauan guru bidang studi. Masalah ini harus diatasi oleh sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan. Bahkan mungkin juga ada masalah pengelolaan yang tidak bisa hanya diatasi oleh satu lembaga pendidikan akan tetapi menuntut penanganan bersama antar sekolah.

    Masalah-masalah yang ada di bawah wewenang sekolah antara lain pembagian ruangan yang adil untuk setiap tingkat atau jurusan, pengaturan upacara bendera pada setiap hari senin dan bila pada hari itu turun hujan lebat, menegur peserta didik yang selalu terlambat pada saat apel bendera, mengingatkan peserta didik yang tidak mau memakai seragam sekolah, menasehati peserta didik yang rambutnya gondrong, memberi peringatan keras kepada peserta didik yang merokok di kelas atau sekolah dan suka minum-minuman keras, sampai kepada mendamaikan peserta didik jika terjadi perselisihan antar sekolah.

    c. Masalah yang ada di luar wewenang guru bidang studi dan sekolah.

    Dalam mengatasi masalah semacam ini mungkin yang harus terlibat adalah orang tua, lembaga-lembaga yang ada dalam masyarakat seperti karang taruna, bahkan para pengusaha dan lembaga pemerintahan setempat.

    Selain masalah diatas ada juga beberapa faktor yang menjadi penghambat dalam manajemen kelas adalah:

    1. Faktor guru, faktor penghambat yang datang dari sini berupa hal-hal, seperti: tipe kepemimpinan guru yang otoriter, format belajar mengajar yang tidak bervariasi (monoton), kepribadian guru yang tidak baik, pengetahuan guru yang kurang, serta pemahaman guru tentang peserta didik yang kurang.
    2. Faktor peserta didik. Kekurang Sadaran peserta didik dalam memenuhi tugas dan haknya sebagai anggota kelas atau suatu sekolah akan menjadi masalah dalam pengelolaan kelas.
    3. Faktor keluarga. Tingkah laku peserta didik di dalam kelas merupakan pencerminan keadaan keluarganya. Sikap otoriter orang tua akan tercermin dari tingkah laku peserta didik yang agresif atau apatis. Di dalam kelas sering ditemukan ada peserta didik pengganggu dan pembuat ribut, mereka itu biasanya dari keluarga yang broken-home.

    Faktor fasilitas. Faktor ini meliputi: jumlah peserta didik dalam kelas yang terlalu banyak dan tidak seimbang dengan ukuran kelas, besar dan kecilnya ruangan tidak disesuaikan dengan jumlah peserta didiknya, ketersediaan alat yang tidak sesuai dengan jumlah peserta didik yang membutuhkannya.

  • Masalah yang Membutuhkan Inovasi Pendidikan

    Inovasi dalam pendidikan merupakan reaksi para ahli pendidikan dan perencanaan pembangunan terhadap tekanan masalah-masalah sosial, ekonomi, dan pendidikan sendiri yang dari tahun-ketahun semakin dirasakan berat dan mendesak (Suryobroto, 1990 : 129).

    Secara nasional maupun global masalah-masalah ini berkisar pada pokok-pokok sebagai berikut (Hasbullah, 2001 : 189, 190, 191).

    1. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

    Adanya perkembangan ilmu pengetahuan tidak bisa dipungkiri, mengakibatkan kemajuan teknologi yang mempengaruhi kehidupan sosial, ekonomi, politik, pendidikan dan kebudayaan Bangsa Indonesia.

    Diakui bahwa sistem pendidikan yang kita miliki dan dilaksanakan selama ini masih belum mampu mengikuti dan mengendalikan kemajuan-kemajuan tersebut, sehingga dunia pendidikan belum dapat menghasilkan tenaga-tenaga pembangunan yang terampil, kreatif dan aktif, yang sesuai dengan tuntutan dan keinginan masyarakat luas. Bagaimanapun berkembangnya ilmu pengetahuan modern menghendaki dasar-dasar pendidikan yang kokoh dan penguasaan kemampuan yang terus-menerus.

    2. Pertambahan penduduk

    Laju eksplosi penduduk yang cukup pesat tentunya menuntut adanya perubahan-perubahan, sekaligus bertambahnya keinginan masyarakat untuk mendapatkan pendidikan yang secara kumulatif menuntut tersedianya sarana pendidikan yang memadai.

    Kenyataan tersebut menyebabkan daya tampung, ruang dan fasilitas pendidikan sangat tidak seimbang. Hal inilah juga yang menyebabkan sulitnya menentukan bagaimana relevansi pendidikan dengan dunia kerja sebagai akibat tidak seimbangnya antara output lembaga pendidikan dengan kesempatan yang tersedia.

    3. Meningkatnya animo masyarakat untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik.

    Munculnya gerakan inovasi pendidikan berkaitan erat dengan adanya berbagai tantangan dan persoalan yang dihadapi oleh dunia pendidikan dewasa ini, yang salah satu penyebabnya adalah kemajuan IPTEK.

    Kemajuan IPTEK yang terjadi senantiasa mempengaruhi aspirasi masyarakat, dimana pada umumnya mereka mendambakan pendidikan yang lebih baik, padahal disatu sisi kesempatan untuk itu sangat terbatas, sehingga terjadilah kompetisi atau persaingan yang sangat ketat. Berkenaan dengan ini pula sekarang bermunculan sekolah-sekolah favorit, plus, bahkan unggulan.

    4. Menurunnya Kualitas Pendidikan

    Kualitas pendidikan yang dirasakan semakin menurun, yang belum mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut adanya sejumlah perubahan, sebab bila tidak demikian, jelas akan berakibat fatal dan akan terus ketinggalan.

    5. Kurang adanya relevansi antara pendidikan dan kebutuhan masyarakat yang membangun.

    Bagaimanapun dalam era modern sekarang, masyarakat menuntut adanya lembaga pendidikan yang benar-benar mampu diharapkan, terutama yang siap pakai dengan dibekali skill yang diperlukan dalam pembangunan.

    Umumnya kurang sesuainya materi pendidikan dengan kebutuhan masyarakat telah diatasi dengan menyusun kurikulum baru. Oleh karena itu dari perkembangan yang ada di Indonesia kita ketahui telah mengalami beberapa kali perubahan kurikulum. Hal ini dilakukan adalah dalam upaya mengatasi masalah relevansi.

    Dengan kurikulum baru inilah anak-anak dibina kepribadiannya melalui pengetahuan, keterampilan dan sikap yang sesuai dengan tuntutan masa kini dan masa yang akan datang. Aspek keterampilan merupakan unsur kurikulum baru yang selalu mendapatkan perhatian khusus dan prioritas utama.

    6. Organisasi Sekolah

    Belum mekarnya alat organisasi yang efektif, serta belum tumbuhnya suasana yang subur dalam masyarakat untuk mengadakan perubahan-perubahan yang di tuntut oleh keadaan sekarang dan yang akan datang. Kenyataan seperti ini disebabkan masih minimnya pengetahuan dan wawasan masyarakat untuk membangun dirinya kepada kemajuan-kemajuan.

    Secara lebih terperinci dengan contoh-contoh dan angka-angka, masalah pokok tersebut telah sering diterangkan dalam berbagai pernyataan dan laporan resmi pimpinan Departemen pendidikan.

    Masalah-masalah itu semua menuntut kita untuk meninggalkan konsepsi-konsepsi dan cara-cara kerja tradisional dan linier, dan harus berani mengembangkan pendekatan-pendekatan alternatif yang inovatif, dengan jalan menjelajahi, mencobakan dan menetapkan orientasi dan struktur baru dalam pendidikan.

    Karena pandangan tradisional itu maka banyak tumbuh daerah-daerah “angker” atau mitos-mitos, dan kalau ada orang yang mau merobahnya, maka ramailah orang yang mempergunjingkan tanpa mempertimbangkan informasi dan pengalaman riil yang mendesak kini dan masa datang, dan yang perlu diubah sesungguhnya tidak akan dapat menyelesaikan masalah-masalah yang mendesak kini dan masa yang akan datang, dan yang perlu diubah segera dengan cara-cara yang mantap.

    Mitos-mitos ini misalnya ialah, bahwa keadaan pendidikan sekarang biarpun belum baik belum tentu bertambah baik kalau diadakan pembaharuan, bahwa umur permulaan belajar ialah umur 7 tahun bahwa pendidikan dasar harus berlangsung 6 tahun bahwa bakal pelajaran yang baik harus diberikan selama 5 sampai 6 jam sehari, bahwa dengan mendirikan sekolah-sekolah kejuruan sebanyak-banyaknya, tanpa memperhatikan faktor-faktor lain, akan membantu pembangunan negara, “alat” (learning) paling baik terjadi di sekolah, dan karenanya sekolah disamakan dengan pendidikan, dan masih banyak lagi, termasuk mitos yang menyatakan bahwa prestasi murid perempuan akan terganggu kalau jambul rambutnya menutupi sebagian dahi dan matanya (Suryosubroto, 1990 : 130, 131).

  • Tipe-Tipe Supervisi Pendidikan

    Regulasi pendidikan mengemukakan bahwa pemerintah dalam menjalankan supervisi pada tingkatan satuan pendidikan mempunyai dua objek sasaran, yaitu secara personal dan institusional. Secara personal, hal itu terlihat pada model supervisi yang menyebutkan bahwa pengawas bertugas membimbing dan melatih profesionalisme pendidikan dan tenaga kependidikan lainnya di satuan pendidikan binaannya.

    Sedangkan secara institusional menyebutkan bahwa pengawas bertugas meningkatkan kualitas 8 standar nasional pendidikan pada satuan pendidikan.

    Sehubungan dengan hal itu, menurut Supardi ada lima tipe supervisi, yaitu:

    1. Tipe Inspeksi

    Tipe ini merupakan tipe supervisi yang mewajibkan supervisor turun melihat langsung hal-hal yang dikerjakan target supervisi. Kegiatan supervisi yang menggunakan tipe ini, apabila target supervisi dilakukan dalam aktivitas kerjanya, supervisor dapat menginformasikannya secara langsung kepada target supervisi agar langsung menyadari kesalahannya dalam proses untuk mencapai tujuan pendidikan sekolah.

    Ketika supervisor menjalankan tipe ini, maka yang harus diperhatikan adalah:

    1. Supervisi tidak boleh dilakukan berdasarkan hubungan pribadi maupun keluarga.
    2. Supervisi hendaknya tidak kemungkinan terhadap perkembangan dan hasrat untuk maju bagi bawahannya. Supervisi tidak boleh terlalu cepat mengharapkan hasil, mendesak.
    3. Supervisi tidak boleh menuntut prestasi di luar kemampuan bawahannya.
    4. Supervisi tidak boleh egois, tidak jujur dan menutup diri terhadap kritik dan saran dari bawaannya.

    2. Tipe Laisses Faire

    Tipe ini target supervisi diberikan kebebasan dalam menjalankan aktivitasnya. Sebab yang diutamakan dalam supervisi model ini adalah hasil akhir sehingga supervisor tidak begitu intens dalam memfokuskan proses kerja yang dilaksanakan target supervisi. Selain itu apabila kita menggunakan tipe inii, supervisor tidak boleh memaksakan kemauannya (otoriter) kepada orang-orang yang disupervisi.

    Supervisor juga diharuskan memberikan argumentasi atau alasan yang rasional tentang tindakan-tindakan serta instruksinya. Hendaknya tidak menonjolkan jabatan atau kekuasaannya agar tidak menghambat kreativitas bawahannya.

    3. Tipe Coersive

    Tipe coercive (paksaan) supervisor dalam melaksanakan tugasnya turut campur dalam mengembangkan pendidikan. Tipe supervisi seperti ini diperuntukan bagi para pendidik dan tenaga kependidikan yang masih lemah dalam memahami tugas dan tanggung jawabnya. Tipe seperti ini “terpaksa” dilakukan karena pendapat A.

    Sitohang yang menyatakan bahwa pengembangan sumber daya manusia masih sangat dibutuhkan. Karena ternyata dari hasil penelitian menunjukan masih banyak kekurangan dan kelemahan yang masih harus diperbaiki, terutama dalam bidang pengetahuan, kemampuan, dan ketrampilan yang sesuai dengan target organisasi. Dalam hal ini adalah seperti lembaga pendidikan Islam. Dengan adanya tipe ini, diharapkan problem seperti ini akan cepat teratasi.

    4. Tipe Training and Guidance

    Tipe training and guidance (pelatihan dan pendampingan) merupakan tipe supervisi yang menekankan keefektifan target supervisi. Kegiatan supervisi dilaksanakan dengan berbasis kepada pengembangan minat dan bakat target supervisi. Tipe training and guidance ini cocok digunakan apabila target supervisi masih belum berpengalaman dalam melaksanakan tugas keprofesian pendidikan. Namun, tipe ini dapat diterapkan kepada target supervisi yang telah berpengalaman.

    Agar tipe training and guidance ini dapat dijalankan secara efektif, maka supervisor hendaknya juga menyiapkan berbagai macam sikap yang bersinergi dengan tugasnya. Teori Kiyosaki, maka beberapa sikap yang dibutuhkan supervisor tersebut antara lain:

    1. Supervisor hendaknya bersikap positif terhadap segala macam persepsi baik yang positif maupun negatif kepada dirinya.
    2. Supervisor dituntut untuk dapat memimpin organisasi profesi pengawas untuk dapat meningkatkan kinerjanya dalam hal pengawasan dan pemantauan baik secara institusional (satuan pendidikan) maupun personal (pendidikan dan tenaga kependidikan).
    3. Supervisor hendaknya memiliki sikap yang supel dalam berkomunikasi kepada segenap stakeholders pendidikan. Sikap yang aktif, efektif dan menyenangkan dalam berkomunikasi akan memperlancar tugas supervisi. Sehingga pencapaian target akan terealisasi dengan tepat.
    4. Supervisor harus bersikap berani terhadap usaha intimidasi atau tekanan dari pihak lain dalam menjalankan tugas pengawasan dan pembinaan.
    5. Supervisor dituntut bertanggung jawab atas hasil supervisi terhadap satuan pendidikan yang dibinanya. Pertanggungjawaban atas hasil kerja merupakan indikasi bahwa supervisor melakukan pembinaan dan pengawasan dengan baik kepada satuan pendidikan yang dibinanya.

    5. Tipe Demokratis

    Keterlibatan target supervisi sangat diandalkan dalam tipe supervisi demokratis. Hal utama yang ingin dituju adalah adanya kerjasama pembinaan antara supervisor dan target supervisor dan target supervisor. Langkah ini dilakukan agar target supervisi ikut merasakan sendiri terhadap program supervisi yang dijalankan kepadanya. Untuk itu, supervisor tidak boleh boleh bersifat otoriter dalam menjalankan kegiatan supervisi. Keseluruhan tipe supervisi demokratis ini difokuskan ke dalam satuan pendidikan meliputi manajemen kurikulum pembelajaran; kesiswaan; sarana prasarana; ketenagaan; keuangan; hubungan sekolah dengan masyarakat dan layanan khusus.

    Daftar Rujukan:

    1. Burhanuddin. 1994. Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan. (Jakarta: Bumi Aksara), hlm. 79
    2. Ary H. Gunawan, Administrasi Sekolah (Administrasi Pendidikan Mikro) (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), hlm. 196-198
    3. A. Sitohang, Manajemen Sumber Daya Manusia (Jakarta: Pradnya Paramita, 2007), hlm. 206
    4. Roben T. Kiyosi; Sharon L. Lechter, For People Who Like Helping People Delapan Nilai Tersembunyi dari Bisnis Pemasangan Jaringan Selain Memperoleh Uang (Jakarta: Gramedia, 2002), hlm. 14
    5. Depdiknas, Metode dan Teknik Supervisi (Jakarta: Depdiknas, 2008), hlm. 8
  • Makalah Tinjauan Kegunaan Supervisi Pendidikan Sekolah

    Contoh makalah Tinjauan Kegunaan Supervisi Pendidikan Sekolah.

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat menuntut lembaga pendidikan untuk lebih dapat menyesuaikan dengan arus perkembangan tersebut. Lulusan suatu sekolah harus sesuai dengan tuntutan perkembangan yang ada. Personil sekolah yang memadai kemampuannya menjadi perhatian utama bagi setiap lembaga pendidikan. Diantara personil yang ada, guru merupakan jajaran terdepan dalam menentukan kualitas pendidikan. Guru setiap hari bertatap muka dengan siswa dalam proses pembelajaran. Karena itu guru yang berkualitas sangat dibutuhkan oleh setiap sekolah.

    Peningkatan kualitas pendidikan di sekolah memerlukan pendidikan profesional dan sistematis dalam mencapai sasarannya. Efektivitas kegiatan kependidikan di suatu sekolah dipengaruhi banyaknya variabel (baik yang menyangkut aspek personal, operasional, maupun material) yang perlu mendapatkan pembinaan dan pengembangan secara berkelanjutan. Proses pembinaan dan pengembangan keseluruhan situasi merupakan kajian supervisi pendidikan.

    Kepala sekolah sebagai pimpinan sekolah memiliki kewajiban membina kemampuan para guru. Dengan kata lain kepala sekolah hendaknya dapat melaksanakan supervisi secara efektif. Sementara ini pelaksanaan supervisi di sekolah seringkali masih bersifat umum. Aspek-aspek yang menjadi perhatian kurang jelas, sehingga pemberian umpan balik terlalu umum dan kurang mengarah ke aspek yang dibutuhkan guru. Sementara guru sendiripun kadang kurang memahami manfaat supervisi. Hal ini disebabkan tidak dilibatkannya guru dalam perencanaan pelaksanaan supervisi. Padahal proses pelaksanaan supervisi yang melibatkan guru sejak tahap perencanaan memungkinkan guru mengetahui manfaat supervisi bagi dirinya. Supervisi merupakan pendekatan yang melibatkan guru sejak tahap perencanaan. Supervisi merupakan jawaban yang tepat untuk mengatasi kekurangtepatan permasalahan yang berhubungan dengan guru pada umumnya.

    Kepala sekolah diharapkan memahami dan mampu melaksanakan supervisi karena keterlibatan guru sangat besar mulai dari tahap perencanaan sampai dengan analisis keberhasilannya. Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas guru ialah melalui proses pembelajaran dan guru merupakan komponen sumber daya manusia yang harus dibina dan dikembangkan secara terus menerus agar dapat melaksanakan fungsinya secara profesional (Sahertian, 2000:1). Pelaksanaan supervisi yang diasumsikan merupakan pelayanan pembinaan guru diharapkan dapat memajukan dan mengembangkan pengajaran agar guru dapat mengajar dengan baik dan berdampak pada belajar siswa. Supervisi berfungsi membantu guru dalam mempersiapkan pelajaran dengan mengkoordinasi teori dengan praktik.

    Pandangan guru terhadap supervisi cenderung negatif yang mengasumsikan bahwa supervisi merupakan model pengawasan terhadap guru dengan menekan kebebasan guru untuk menyampaikan pendapat. Hal ini dapat dipengaruhi sikap supervisor seperti bersikap otoriter, hanya mencari kesalahan guru, dan menganggap lebih dari guru karena jabatannya. Kasus guru senior cenderung menganggap supervisi merupakan kegiatan yang tidak perlu karena menganggap bahwa telah memiliki kemampuan dan pengalaman yang lebih. Self evaluation merupakan salah satu kunci pelayanan supervisi karena dengan self evaluation supervisor dan guru dapat mengetahui kelebihan dan kelemahan masing-masing sehingga dimungkinkan akan memperbaiki kekurangan dan meningkatkan kelebihan tersebut secara terus menerus.

    Fungsi utama supervisi adalah perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran serta pembinaan pembelajaran sehingga terus dilakukan perbaikan pembelajaran (Sahertian, 2000:131). Supervisi bertujuan mengembangkan situasi kegiatan pembelajaran yang lebih baik ditujukan pada pencapaian tujuan pendidikan sekolah, membimbing pengalaman mengajar guru, menggunakan alat pembelajaran yang modern, dan membantu guru dalam menilai kemajuan peserta didik. Purwanto (2003:86-87) mengemukakan fungsi supervisi menyangkut dalam bidang kepemimpinan, hubungan kemanusiaan, pembinaan proses kelompok, administrasi personil, dan bidang evaluasi.

    Berdasarkan latar belakang di atas maka yang akan dikaji adalah tentang konsep supervisi, proses pelaksanaan supervisi, kegunaan supervisi, dan proses pembinaan guru dalam kegiatan supervisi.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan masalah utama adalah bagaimana peranan kegiatan supervisi sehingga diperlukan di sekolah. Masalah utama tersebut dirumuskan menjadi masalah khusus yaitu:

    1. Bagaimana konsep supervisi pendidikan?
    2. Bagaimana proses pelaksanaan supervisi pendidikan?
    3. Apa kegunaan supervisi pendidikan?
    4. Bagaimana teknik pembinaan guru dalam kegiatan supervisi?

    C. Tujuan

    Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan utama penulisan ini adalah untuk mengetahui peranan kegiatan supervisi sehingga diperlukan di sekolah. Tujuan utama dirumuskan secara rinci menjadi tujuan khusus, yaitu untuk:

    1. Mengetahui konsep supervisi pendidikan,
    2. Mengetahui proses pelaksanaan supervisi pendidikan,
    3. Mengetahui kegunaan supervisi pendidikan,
    4. Mengetahui teknik pembinaan guru dalam kegiatan supervisi.

    Bab II. Pembahasan

    A. Konsep Supervisi

    Supervisi berasal dari kata supervision yang terdiri dari dua kata yaitu super yang berarti lebih dan vision yang berarti melihat atau meninjau. Secara terminologis supervisi sering diartikan sebagai serangkaian usaha bantuan pada guru. Sehingga supervisi secara etimologis mempunyai konsekuensi disamakannya pengertian supervisi dengan pengawasan dalam pengertian lama, berupa inspeksi sebagai kegiatan kontrol yang otoriter. Nawawi (1988:103) mengemukakan bahwa supervisi sebagai melihat atau meninjau dari atas atau menilik dan menilai dari atas yang dilakukan oleh pihak atasan (orang yang memiliki kelebihan) terhadap perwujudan kegiatan dan hasil kerja bawahan. Inspeksi diartikan sebagai kegiatan menyelidiki kesalahan para bawahan (guru) dalam melaksanakan instruksi atau perintah serta peraturan dari atasannya.

    Supervisi terutama sebagai bantuan yang berwujud layanan profesional yang dilakukan oleh kepala sekolah, penilik sekolah, dan pengawas serta supervisor lainnya untuk meningkatkan proses dan hasil belajar. Jika yang dimaksudkan supervisi adalah layanan profesional untuk meningkatkan proses dan hasil belajar, maka banyak pakar yang memberikan batasan supervisi sebagai bantuan kepada staff untuk mengembangkan situasi pembelajaran yang lebih baik (Depdikbud, 1975).

    Adams and Dickey (1959) memberikan batasan sebagai perencanaan program perbaikan pembelajaran. Sementara itu Wiles (1987) memberikan batasan supervisi yaitu supervision is service activity that exits to help teacher do their job better. Berdasarkan pengertian tersebut disimpulkan supervisi adalah:

    1. Serangkaian bantuan yang berwujud layanan profesional,
    2. Layanan profesional tersebut diberikan oleh orang yang lebih ahli (kepala sekolah, penilik sekolah, pengawas, dan ahli lainnya) kepada guru,
    3. Maksud layanan profesional tersebut adalah agar dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar sehingga tujuan pendidikan yang direncanakan dapat dicapai.

    Batasan supervisi yang demikian ini sekaligus mereduksikan supervisi model lama. Supervisi model lama lebih mencerminkan pengertian supervisi dari segi etimologis. Dimana super diartikan sebagai atas, sedangkan visi diartikan melihat. Dengan demikian supervisi berarti melihat dari atas. Oleh karena itu secara etimologis supervisi diartikan melihat dari atas. Maka praktik-praktik supervisi lebih banyak mengarah ke inspeksi, kepenilikan, dan kepengawasan. Apa yang disebut sebagai supervisi, pada kenyataannya adalah inspeksi (Nawawi, 1983). Gwynn (1961:8) mengemukakan supervision oroginated inspection of school and continued with that its major emphasis to about 1920.

    Supervisi dengan model lama (inspeksi) dapat menyebabkan guru merasa takut, tidak bebas dalam melaksanakan tugas, dan merasa terancam keamanannya bila bertemu dengan supervisor, tidak memberikan dorongan bagi kemajuan guru. Oleh karena itu, semua kegiatan pembaharuan pendidikan, termasuk pembaharuan kurikulumnya, yang dilakukan dengan pengerahan waktu, biaya, dan tenaga bisa menjadi sia-sia.

    Carter dalam Soetopo dan Soemanto (1984:39) mengemukakan bahwa supervisi adalah segala usaha dari petugas sekolah dalam memimpin guru dan petugas lainnya dalam memperbaiki pembelajaran yang mencakup menstimulir, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru, merevisi tujuan pendidikan lembaga pendidikan, bahan, metode, dan evaluasi pembelajaran. Program supervisi bertumpu pada satu prinsip yang mengakui bahwa setiap manusia mempunyai potensi untuk berkembang. Supervisi merupakan suatu teknik pelayanan yang tujuan utamanya mempelajari dan memperbaiki secara bersama faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan peserta didik.

    Supervisi diartikan sebagai pelayanan yang disediakan oleh pemimpin untuk membawa guru (orang yang dipimpin) agar menjadi guru atau personil yang semakin cakap sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu pendidikan khususnya agar dapat meningkatkan efektivitas proses pembelajaran di sekolah. Wiles (1987) mengemukakan terdapat tiga aspek kegiaan supervisi yaitu aspek personil, aspek operasional, dan aspek material. Aspek personil meliputi subjek yang terlibat dalam suatu situasi supervisi. Aspek operasional mencakup aktivitas individu dan kelompok yang terlibat dalam suatu situasi dengan mendayagunakan segala sumber yang ada baik human resource dan nonhuman resource guna mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran yang telah ditetapkan. Aspek material mencakup segala benda baik yang bersifat hard ware maupun soft ware yang didayagunakan untuk memperlancar proses pembelajaran. Adapun aspek supervisi terdapat pada Tabel 1.

    Tabel 1. Aspek Supervisi Pendidikan

    NoPersonilMaterialOperasional
    1Kepala sekolahKurikulumProses mengajar guru
    2GuruBuku pelajaranProses belajar siswa
    3KaryawanKomputerProses administrasi sekolah
    4PengawasSarana prasaranaPelaksanaan evaluasi

    Sumber: Burhanuddin, dkk (2007:3)

    Pelaksanaan supervisi memperhatikan prinsip-prinsip yang menjadi acuan agar dapat mencapai tujuan. Djajadisastra (1976) mengemukakan prinsip supervisi adalah prinsip fundamental dan prinsip praktis. Prinsip fundamental adalah supervisi dipandang sebagai bagian dari keseluruhan proses pendidikan yang tidak terlepas dari dasar-dasar pendidikan nasional Indonesia yakni Pancasila. Supervisi pendidikan haruslah menggunakan prinsip-prinsip sila pertama sampai sila kelima Pancasila. Prinsip fundamental ini haruslah menjiwai kegiatan supervisi. Prinsip praktis adalah kaidah-kaidah yang harus dijadikan pedoman praktis dalam pelaksanaan supervisi. Prinsip praktis ini dibagi lagi menjadi prinsip positif dan negatif.

    Tahalele (1979) juga mengemukakan bahwa prinsip supervisi digolongkan menjadi prinsip positif dan negatif. Prinsip positif berisi anjuran untuk memedomani sesuatu yang baik dalam pelaksanaan supervisi, sementara prinsip negatif berisi anjuran untuk meninggalkan sesuatu yang tidak baik, yang berakibat terhalangnya pencapaian tujuan pendidikan. Adapun prinsip-prinsip positif supervisi menurut Tahalele (1979) adalah:

    1. Ilmiah, yaitu dilaksanakan secara sistematis, objektif, dan menggunakan instrumen. Sistematis, maksudnya berurut dari masalah satu ke masalah berikutnya secara runtut. Objektif maksudnya apa adanya, tidak mencari-cari atau mengarang-ngarang. Menggunakan instrumen, maksudnya, dalam melaksanakan supervisi pembelajaran harus ada instrumen pengamatan yang dijadikan sebagai panduan,
    2. Kooperatif, artinya terdapat kerja sama yang baik antara supervisor dan guru,
    3. Konstruktif, artinya dalam melaksanakan supervisi, hendaknya mengarah kepada perbaikan, apapun perbaikannya dan seberapa perbaikannya,
    4. Realistik, sesuai dengan keadaan, tidak terlalu idealistik,
    5. Progresif, artinya dilaksanakannya maju selangkah demi selangkah namun tetap mantap,
    6. Inovatif, yang berarti mengikhtiarkan pembaruan dan berusaha menemukan hal-hal baru dalam supervisi,
    7. Menimbulkan perasaan aman bagi guru-guru,
    8. Memberikan kesempatan kepada supervisor dan guru untuk mengevaluasi diri mereka sendiri, dan menemukan jalan pemecahan atas kekurangannya.

    Adapun prinsip-prinsip negatif supervisi menurut Tahalele (1979) adalah:

    1. Supervisi tidak boleh dilaksanakan dengan otoriter,
    2. Supervisi tidak boleh mencari-cari kesalahan guru,
    3. Supervisi tidak boleh dilaksanakan berdasarkan tingginya pangkat,
    4. Supervisi tidak boleh terlalu cepat mengharapkan hasil,
    5. Supervisi tidak boleh dilepaskan dari tujuan pendidikan dan pembelajaran,
    6. Supervisi tidak boleh merasa dirinya lebih tahu dibandingkan dengan guru,
    7. Supervisi tidak boleh terlalu memperhatikan hal-hal yang terlalu kecil dalam mengajar sehingga membelokkan maksud supervisor,
    8. Supervisor tidak boleh lekas kecewa jika mengalami kegagalan.

    B. Proses Pelaksanaan Supervisi Pendidikan

    Proses supervisi merupakan rangkaian yang dilaksanakan ketika supervisi dilaksanakan. Menurut Tim Pakar Manajemen Pendidikan (2004:53) secara umum proses pelaksanaan supervisi dilaksanakan melalui tiga tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

    1. Perencanaan

    Kegiatan perencanaan mengacu pada kegiatan identifikasi permasalahan, yakni mengidentifikasi aspek-aspek yang perlu disupervisi. Identifikasi dilaksanakan dengan menganalisis kelebihan, kekurangan, peluang, dan ancaman dari aspek kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru agar supervisi lebih efektif dan tepat sasaran. Langkah-langkah yang dilaksanakan dalam perencanaan supervisi adalah

    1. mengumpulkan data melalui kunjungan kelas, pertemuan pribadi, rapat staf
    2. mengolah data dengan melakukan koreksi kebenaran terhadap data yang dikumpulkan,
    3. mengklasifikasi data sesuai dengan bidang permasalahan,
    4. menarik kesimpulan tentang permasalahan sasaran sesuai dengan keadaan yang sebenarnya,
    5. menetapkan teknik yang tepat digunakan untuk memperbaiki atau meningkatkan profesionalisme guru.

    2. Pelaksanaan

    Kegiatan pelaksanaan merupakan kegiatan nyata yang dilakukan untuk memperbaiki atau meningkatkan kemampuan guru. Kegiatan pelaksanaan merupakan kegiatan pemberian bantuan dari supervisor kepada guru agar pelaksanaan dapat efetif harus sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan. Tim Pakar Manajemen Pendidikan (2004:53) berpendapat supervisi tidak berhenti pada selesainya pemberian bantuan dan terlaksananya teknik supervisi melainkan ada follow up untuk melihat keberhasilan proses dan hasil pelaksanaan supervisi. Sehingga kegiatan evaluasi perlu dilaksanakan.

    3. Evaluasi

    Kegiatan evaluasi merupakan kegiatan untuk menelaah keberhasilan proses dan hasil pelaksanaan supervisi. Evaluasi dilaksanakan secara komprehensif. Sasaran evaluasi supervisi ditujukan kepada semua orang yang terlibat dalam proses pelaksanaan supervisi. Hasil dari evaluasi supervisi akan dijadikan pedoman untuk menyusun program perencanan berikutnya. Soetopo dan Soemanto (1984: 84-85) mengemukakan evaluasi berpedoman pada tujuan yang telah ditetapkan dan tujuan supervisi dirumuskan sesuai dengan corak dan tujuan sekolah.

    Sergiovani (1987) mengemukakan kegiatan supervisi dilakukan dalam lima tahap, yaitu:

    1. Preobservation conference (pertemuan sebelum observasi),
    2. Observation of teaching (observasi guru mengajar),
    3. Analysis and strategy (analisis dan penentuan strategi),
    4. Postobservation conference (pertemuan setelah observasi),
    5. Post conference analysis (analisis setelah pertemuan).

    Pada langkah “pertemuan sebelum observasi” dilakukan pembicaraan antara supervisor dan guru yang akan melatihkan kemampuannya, kemudian dilajutkan kegiatan supervisor “mengobservasi guru yang sedang mengajar”. Pada langkah ini supervisor mengumpulkan sejumlah data perilaku guru yang sedang mengajar. Selanjutnya supervisor menganalisis awal data yang ada dan menentukan strategi untuk membantu guru. Supervisor mempertimbangkan kontrak yang telah disepakati dengan guru, evaluasi selama guru mengajar, kualitas hubungan interpersonal antara guru dan supervisor, kompetensi dan pengetahuan guru.

    Langkah selanjutnya “pertemuan setelah observasi”. Pada langkah ini dibicarakan hasil observasi supervisor terhadap guru yang sedang mengajar. Guru memecahkan masalahnya dengan bantuan supervisor. Langkah yang terakhir pelaksanaan supervisi klinis yaitu ”analisis kegiatan setelah pertemuan guru & supervisor”. Akhir dari langkah ini disepakatinya tindakan lanjutan yang perlu dilaksanakan pada waktu yang berikutnya. Dengan demikian maka hasil dari supervisi klinis yang telah dilakukan dapat digunakan sebagai bahan pelaksanaan supervisi klinis pada tahap berikutnya.

    Prosedur supervisi selain menempuh lima langkah di atas, banyak ahli supervisi yang menyederhanakan menjadi tiga langkah saja, yaitu pertemuan pendahuluan, observasi guru yang sedang mengajar, dan pertemuan balikan (Burhanuddin dkk, 2007:36). Di bawah ini diuraikan tentang tiga langkah tersebut.

    1. Tahap Pertemuan Pendahuluan

    Supervisi dilaksanakan atas dasar kebutuhan guru, bukan kebutuhan kepala sekolah atau supervisor. Untuk itu pada tahap pertemuan pendahuluan kepala sekolah (supervisor) membicarakan kemampuan mengajar yang ingin ditingkatkan oleh guru, ditentukan aspek-aspeknya, kemudian disepakati bersama oleh guru dan supervisor. Pelaksanaan supervisi pada tahap pendahuluan ini membutuhkan kiat supervisor dalam menciptakan suasana yang menyenangkan, suasana kekeluargaan, kesejawatan, dan kehangatan.

    Guru tidak merasa takut atau tertekan sehingga guru mau dan berani mengungkapkan permasalahan dan kebutuhan dalam mengajar di kelas. Kalau guru belum berani mengungkapkan permasalahan mengajar yang dihadapinya, maka supervisor diharapkan mampu memancing pembicaraan guru dengan pertanyaan yang baik. Demikian seterusnya sampai terjadi komunikasi yang baik antara supervisor dan guru. Kalau guru sudah mengungkapkan apa yang ingin dikembangkan atau kemampuan apa yang ingin ditingkatkan maka disepakati bersama menjadi semacam kontrak antara guru dan supervisor. Kontrak inilah yang menjadi pusat perhatian dalam tahap observasi kelas dan pertemuan balikan.

    Terkait dengan proses pembelajaran, permasalahan yang sering dihadapi guru dalam mengajar dibedakan menjadi dua, yaitu guru kurang menguasai keterampilan dasar mengajar sehingga proses belajar siswa di kelas masih belum optimal dan kurangnya kepercayaan dan kesadaran mengenai diri sendiri dari pihak guru (Burhanuddin dkk, 2007:37). Kedua permasalahan tersebut bisa dijadikan materi pembicaraan pada tahap pertemuan pendahuluan. Kegiatan di dalam tahap pendahuluan yaitu:

    1. Supervisor menciptakan suasana intim dan terbuka,
    2. Supervisor mereview rencana pembelajaran yang telah dibuat oleh guru, yang mencakup tujuan pembelajaran, bahan, kegiatan belajar mengajar, serta alat evaluasinya,
    3. Supervisor mereview komponen keterampilan yang akan dicapai oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar,
    4. Supervisor bersama guru memilih dan mengembangkan instrumen observasi yang akan digunakan,
    5. Supervisor dan guru mendiskusikan instrumen tersebut termasuk tentang cara penggunaannya, serta data yang akan dijaring. Hasilnya berupa kontrak yang disepakati bersama.

    2. Tahap Observasi Kelas (Observasi Guru yang sedang Mengajar)

    Observasi kelas merupakan langkah kedua dalam tahapan supervisi. Observasi kelas sangat perlu dilakukan oleh supervisor. Neagley dan Evan dalam Mantja (1998) mengemukakan bahwa observasi dan kunjungan kelas yang diikuti dengan conference (pre dan post) adalah tulang punggung supervisi. Pada tahap ini guru megajar di kelas dengan menerapkan komponen-komponen ketrampilan yang telah disepakati pada pertemuan pendahuluan. Supervisor mengobservasi guru dengan menggunakan instrumen observasi yang telah disepakati bersama. Disamping itu supervisor juga merekam secara objektif tingkah laku guru dalam mengajar, tingkah laku siswa dalam belajar, dan interaksi guru-siswa dalam proses pembelajaran.

    Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan observasi ini yaitu:

    1. Catatan observasi harus lengkap, supaya analisisnya tepat,
    2. Objek observasi harus terfokus pada aspek keterampilan tertentu,
    3. Selain rekaman observasi, dalam hal tertentu supervisor perlu membuat komentar-komentar yang letaknya terpisah dengan hasil rekaman observasi,
    4. Kalau ada kata-kata guru yang mengganggu proses belajar mengajar juga perlu dicatat oleh supervisor,
    5. Supervisor hendaknya berusaha agar selama observasi guru tidak gelisah tetapi berpenampilan secara wajar.

    3. Tahap Pertemuan Balikan

    Pada tahap ini supervisor dan guru mengadakan pertemuan yang membahas hasil observasi mengajar guru. Supervisor menyajikan data apa adanya kepada guru. Sebelumnya guru diminta menilai penampilannya. Kemudian dicari pemecahan masalahnya. Secara rinci kegiatan supervisor dan guru dapat ditelaah pada paparan berikut ini:

    1. Supervisor memberi penguatan serta mewujudkan perasaan guru secara umum selama mengajar. Hal ini untuk menciptakan suasana akrab dalam pertemuan balikan,
    2. Supervisor mereview tujuan pembelajaran,
    3. Supervisor mereview tingkat keterampilan serta perhatian utama guru dalam mengajar,
    4. Supervisor menanyakan perasaan guru tentang jalannya pelajaran berdasarkan target dan perhatian utama. Pertanyaan diawali dengan hal-hal yang menyenangkan guru karena keberhasilannya, kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan yang dianggap kurang berhasil,
    5. Menunjukkan data hasil observasi yang telah dianalisis dan diinterpretasi awal oleh supervisor, kemudian memberi waktu guru untuk menganalisis dan menginterpretasikannya, secara bersama-sama,
    6. Menanyakan kembali perasaan guru tentang hasil analisis dan interpretasinya,
    7. Menanyakan perasaan guru tentang melihat keinginan yang sebenarnya dicapai,
    8. Menyimpulkan hasil dengan melihat keinginan yang sebenarnya dicapai,
    9. Menentukan bersama rencana mengajar yang akan datang baik berupa dorongan untuk meningkatkan hal-hal yang belum dikuasai pada tahap sebelumnya (proses belajar mengajar yang telah dilakukan) maupun keterampilan-keterampilan yang perlu disempurnakan.

    Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan pertemuan balikan, yaitu:

    1. Pertemuan balikan harus dilaksanakan sesegera mungkin setelah observasi dilakukan, supaya masing-masing pihak (guru dan supervisor) masih segar ingatannya pada proses kegiatan belajar mengajar yang baru dilakukan.
    2. Sebelum pertemuan balikan, supervisor perlu mengadakan analisis pendahuluan tentang hasil rekaman observasi.
    3. Suasana pertemuan yaitu akrab, terbuka, bebas dari suasana menilai atau mengadili.
    4. Supervisor hendaknya mengupayakan agar guru dapat menentukan kekurangan dan kelebihannya sendiri.

    C. Kegunaan Supervisi Pendidikan

    Kegunaan supervisi adalah untuk meningkatkan kemampuan profesional guru dalam meningkatkan proses hasil belajar melalui pemberian bantuan yang terutama bercorak layanan profesional kepada guru. Jika proses belajar meningkat, maka hasil belajar diharapkan juga meningkat. Dengan demikian, rangkaian usaha supervisi profesional guru akan memperlancar pencapaian tujuan kegiatan belajar mengajar (Depdikbud, 1986).

    Secara umum supervisi memiliki kegunaan untuk memberikan bantuan dalam mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik (Wiles, 1987), melalui usaha peningkatan profesional mengajar (Depdikbud, 1975); menilai kemampuan guru sebagai pendidik dan pengajar dalam bidang masing-masing guna membantu mereka melakukan perbaikan dan bilamana diperlukan dengan menunjukkan kekurangan-kekurangan untuk diperbaiki sendiri (Nawawi, 1983).

    Djajadisastra (1976) mengemukakan kegunaan supervisi pembelajaran adalah:

    1. Memperbaiki tujuan khusus mengajar guru dan belajar siswa,
    2. Memperbaiki materi (bahan) dan kegiatan belajar mengajar,
    3. Memperbaiki metode, yaitu cara mengorganisasi kegiatan belajar mengajar,
    4. Memperbaiki penilaian atas media,
    5. Memperbaiki penilaian proses belajar mengajar dan hasilnya,
    6. Memperbaiki pembimbingan siswa atas kesulitan belajarnya,
    7. Memperbaiki sikap guru atas tugasnya.

    Berdasarkan uraian di atas maka supervisi bertujuan sebagai berikut:

    1. Memperbaiki proses belajar mengajar,
    2. Perbaikan tersebut dilaksanakan melalui supervisi profesional,
    3. Yang melakukan supervisi adalah supervisor,
    4. Sasaran supervisi tersebut adalah guru, atau orang lain yang ada kaitannya atau dalam rangka memberikan layanan supervisi kepada guru,
    5. Secara jangka panjang maksud supervisi tersebut adalah memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan pendidikan.

    Berdasarkan tujuan-tujuan tersebut, kemudian dapat diidentifikasikan fungsi-fungsi supervisi. Fungsi-fungsi tersebut meliputi memelihara program pembelajaran sebaik-baiknya (Jane dalam Chester, 1959); menilai dan memperbaiki faktor-faktor yang mempengaruhi hal belajar (Burton and Bruecknwr, 1955); memperbaiki situasi belajar anak-anak (Wiles, 1987).

    Supervisi juga berfungsi untuk mengkoordinasi, menstimulasi dan mengarahkan pertumbuhan guru-guru, mengkoordinasikan semua usaha sekolah, memperlengkapi kepemimpinan sekolah, memperluas pengalaman guru-guru, menstimulasi usaha-usaha yang kreatif, memberi fasilitas dan penilaian yang terus menerus, menganalisis situasi belajar mengajar, memberikan pengetahuan dan ketrampilan guru serta staf, mengintegrasikan tujuan pendidikan dan membantu meningkatkan kemampuan guru (Briggs, 1938). Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan fungsi supervisi adalah menumbuhkan iklim bagi perbaikan proses dan hasil belajar melalui serangkaian upaya supervisi terhadap guru-guru dalam wujud layanan profesional.

    Agar supervisi tersebut dapat dilakukan dengan baik, perlu dipedomani prinsip-prinsip supervisi yaitu yang harus dipedomani dalam suatu aktivitas supervisi. Depdikbud (1986) mengemukakan prinsip-prinsip supervisi adalah:

    1. Dilakukan sesuai dengan kebutuhan guru,
    2. Hubungan antar guru dengan supervisor didasarkan atas kerabat kerja,
    3. Supervisor ditunjang sifat keteladanan dan terbuka,
    4. Dilakukan secara terus menerus,
    5. Dilakukan melalui berbagai wadah yang ada,
    6. Diperlancar melalui peningkatan koordinasi dan singkronisasi horizontal dan vertikal baik di tingkat pusat maupun daerah.

    Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah melalui proses pembelajaran di sekolah. Upaya peningkatan kualitas guru yang merupakan komponen sumber daya manusia yang harus dibina dan dikembangkan secara komprehensif dan kontinyu. Pembentukan profesi guru dilaksanakan melalui program pendidikan prajabatan (preservice education) maupun program dalam jabatan (inservice education). Potensi sumber daya guru perlu terus menerus dikembangkan agar guru dapat melakukan fungsinya secara profesional. Sahertian (2000:1) mengemukakan pengaruh perubahan yang serba cepat mendorong guru untuk terus menerus belajar menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta mobilitas masyarakat.

    Berdasarkan uraian di atas maka supervisi diperlukan dan bertolak dari dasar tersebut bahwa guru merupakan profesi. Profesi selalu tumbuh dan berkembang yang memerlukan pelayanan. Guru merupakan titik sentral yang langsung berhubungan dengan peserta didik. Kualitas guru sangat menentukan kualitas proses dan hasil belajar siswa. Burhanuddin, dkk (2007:109) berpendapat guru membutuhkan orang lain yang mempunyai pengetahuan, pemahaman, dan pengalaman yang lebih dari guru berkaitan dengan tugas pendidikan dan pengajaran.

    Guru membutuhkan bantuan dari sesama rekan guru yang memiliki kelebihan dan saling bertukar ilmu pengetahuan. Guru membutuhkan bantuan kepala sekolah dan pengawas yang secara struktural dianggap memiliki kelebihan dari guru. Supervisor yang berkualitas adalah supervisor yang dapat memberikan bantuan kepada guru ke arah usaha pemecahan masalah dan perbaikan kualitas proses pembelajaran secara sistematis, kontinyu, dan komprehensif.

    D. Teknik Pembinaan Guru dalam Kegiatan Supervisi

    Supervisi pengajaran merupakan bagian dari supervisi pendidikan. Tujuan dari supervisi pengajaran adalah peningkatan mutu pengajaran melalui perbaikan mutu dan pembinaan terhadap kemampuan guru. Pelaksanaannya supervisi pengajaran berkembang melalui pendekatan-pendekatan yang memiliki pijakan ilmu tertentu. Pendekatan yang dimaksud yaitu ilmiah, artistik, dan klinis (Sergiovanni, 1987). Disamping itu ada juga pendekatan yang bertitik tolak pada psikologi belajar, yaitu psikologi humanistik, kognitif, dan behavioral. Pendekatan yang muncul yaitu nondirektif, kolaboratif, dan direktif (Glickman, 1980).

    Pada pendekatan ilmiah, indikator keberhasilan mengajar dilihat dari komponen-komponen pembelajaran, variabel-variabel proses belajar mengajar. Sehingga pusat perhatian pendekatan ilmiah lebih ditekankan pada pengembangan komponen pembelajaran secara keseluruhan.

    Pendekatan artistik dalam melihat berhasil tidaknya pengajaran, usaha meningkatkan mutu guru banyak menekankan pada kepekaan, persepsi, dan pengetahuan supervisor (Eisner dalam Sergiovanni, 1982). Supervisor diharapkan dapat mengapresiasi kejadian pengajaran yang bersifat “subtleties” (lembut). Pendekatan ini menempatkan supervisor sebagai instrumen observasi dalam mencari data untuk keperluan supervisi.

    Pendekatan klinis kesejawatan antara supervisor dan guru lebih ditekankan (Goldhammer dalam Sergiovanni, 1982). Keberhasilan pengajaran banyak ditentukan oleh guru dalam penampilannya di kelas. Disamping itu dalam menentukan peningkatan kemampuan guru telah didahului dengan kontrak (kesepakatan) antara guru dan supervisor, komponen atau kemampuan apa yang perlu diamati untuk ditingkatkan. Titik tolak pembinaan didasarkan atas kebutuhan guru.

    Pendekatan nondirektif, kolaboratif, direktif dilaksanakan berdasar kondisi dan perkembangan kemampuan guru yang disupervisi. Glickman (1980) menekankan pada dua aspek yaitu derajat komitmen dan derajat abstraksi guru. Dari dua aspek ini ia membagi guru dalam empat kelompok (kuadran). Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini:

    Keterangan:

    1. Garis horizontal = Derajat komitmen,
    2. Garis vertikal = Derajat abstraksi.

    Guru yang memiliki derajat abstraksi rendah dan derajat komitmen tinggi (Kuadran II guru kerjanya tak berfokus) atau guru yang memiliki derajat abstraksi yang tinggi namun komitmennya rendah (Kuadran III guru yang pengamat analitik) pendekatan supervisi yang cocok adalah kolaboratif. Supervisor berkolaborasi dengan guru. Kegiatan supervisor adalah mempresentasikan persepsinya mengenai sesuatu yang menjadi sasaran supervisi, menanyakan guru mengenai persepsinya terhadap sasaran supervisi, mendengarkan guru, mengajukan alternatif pemecahan masalah, bernegosiasi dengan guru.

    Guru yang memiliki derajat abstraksi rendah dan derajat komitmen rendah (Kuadran I guru yang drop out) pendekatan supervis yang tepat adalah direktif. Supervisor banyak mengarahkan guru. Kegiatannya menginformasikan, mengarahkan, menjadi model, menetapkan patokan tingkah laku, dan menilai serta menggunakan insentif sosial dan material.

    Guru yang memiliki derajat abstraksi tinggi dan juga derajat komitmen tinggi (Kuadran IV guru profesional) pendekatan supervisi yang tepat adalah nondirektif. Yang dilakukan supervisor adalah mendengarkan, memperhatikan dan mendiskusikan dengan guru, membangkitkan kesadaran sendiri, bertanya dan mengklarifikasi pengalaman guru. Implementasi kemampuan professional guru mutlak diperlukan sejalan diberlakukannya otonomi daerah, khsususnya bidang pendidikan. Kemampuan professional guru akan terwujud apabila guru memiliki kesadaran dan komitmen yang tinggi dalam mengelola interaksi belajar-mengajar pada tataran mikro, dan memiliki kontribusi terhadap upaya peningkatan mutu pendidikan pada tataran makro.

    Upaya peningkatan profesional guru dapat melalui supervisi pengajaran. Pelaksanaan supervisi pengajaran perlu dilakukan secara sistematis oleh kepala sekolah dan pengawas sekolah bertujuan memberikan pembinaan kepada guru-guru agar dapat melaksanakan tugasnya secara efektif dan efisien. Pelaksanaan supervisi baik oleh kepala sekolah dan pengawas menggunakan lembar pengamatan yang berisi aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam peningkatan kinerja guru. Untuk mensupervisi guru digunakan lembar observasi yang berupa Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG).

    Bab III. Penutup

    A. Kesimpulan

    Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mengharuskan orang untuk belajar terus. Lebih-lebih guru, yang mempunyai tugas mendidik dan mengajar. Sedikit saja lengah dalam belajar akan ketinggalan dengan perkembangan, termasuk siswa yang diajar. Oleh karena itu, kemampuan mengajar guru harus senantiasa ditingkatkan, antara lain melalui supervisi.

    Supervisi merupakan bantuan dalam wujud layanan profesional yang diberikan oleh orang yang lebih ahli dalam rangka peningkatan kemampuan profesional, terutama dalam proses belajar mengajar. Adapun tujuan supervisi adalah terbaikinya proses belajar mengajar, yang didalamnya melibatkan guru dan siswa, melalui serangkaian tindakan, bimbingan, dan arahan. Terbaikinya proses belajar mengajar yang pencapainnya antara lain melalui peningkatan kemampuan profesional guru tersebut, diharapkan memberikan kontribusi bagi peningkatan mutu pendidikan.

    Proses supervisi merupakan rangkaian yang dilaksanakan ketika supervisi dilaksanakan. Pelaksanaan supervisi secara umum proses dilaksanakan melalui tiga tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Prosedur supervisi juga dapat dilaksanakan dengan proses yaitu pertemuan pendahuluan, observasi guru yang sedang mengajar, dan pertemuan balikan.

    Prinsip-prinsip yang harus dipedomani dalam supervisi pembelajaran tersebut adalah ilmiah, demokratis, kooperatif, konstruktif, kreatif, tidak memaksa, tidak menakut-nakuti. Penanggungjawab supervisi adalah terutama di tangan kepala sekolah. Meskipun dalam pelaksanannya tersebut kepala sekolah dapat mendayagunakan personalia sekolah yang lain, penilik sekolah, guru yang lebih senior atau ahli, ketua yayasan, penilik sekolah dan pejabat struktural yang berada di atas kepala sekolah.

    Kegunaan supervisi adalah untuk meningkatkan kemampuan profesional guru dalam meningkatkan proses hasil belajar melalui pemberian bantuan yang terutama bercorak layanan profesional kepada guru. Jika proses belajar meningkat, maka hasil belajar diharapkan juga meningkat. Dengan demikian, rangkaian usaha supervisi profesional guru akan memperlancar pencapaian tujuan kegiatan belajar mengajar. Diharapkan mutu pendidikan sekolah secara kontinyu mengalami peningkatan.

    Pelaksanaannya supervisi pengajaran berkembang melalui pendekatan-pendekatan yang memiliki pijakan ilmu tertentu. Pendekatan yang dimaksud yaitu ilmiah, artistik, dan klinis. Disamping itu ada juga pendekatan yang bertitik tolak pada psikologi belajar, yaitu psikologi humanistik, kognitif, dan behavioral. Pendekatan yang muncul yaitu nondirektif, kolaboratif, dan direktif.

    Daftar Pustaka

    Adams, H. P., and Dickey, F. G. 1959. Basic Principles of Supervision. New York: American Book Company.

    Briggs, T. H. 1938. Improving Instruction. New York: The Macmillan Company.

    Burhanuddin, dkk. 2007. Supervisi Pendidikan dan Pengajaran Konsep, Pendekatan, dan Penerapan Pembinaan Profesional. Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang.

    Burton, W.H., and Bruecknwr, L. J. 1955. Supervision: A Social Process. New York: Apleten Century-Crofts, Inc.

    Chester, W. H. 1959. Encyclopedia of Educational Reserch. New York: McGraw Hill Book Company.

    Depdikbud. 1975. Kurikulum Sekolah Dasar 75 Buku III D: Pedoman Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Jakarta: Depdikbud.

    Depdikbud. 1986. Kurikulum Sekolah Dasar: Pedoman Supervisi Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud.

    Djajadisastra, J. 1976. Pengantar Administrasi Pendidikan. Jakarta: Depdikbud.

    Glickman, C. D. 1981. Development Supervision: Alternative for Helping Teachers Improve Instructions. Virginia, Alexandria: ASCD.

    Gwynn, J. M, 1961. Theory and Practice of Supervision. New York: Dood Mead Company.

    Mantja, W. 1998. Supervisi Akademik (Supervisi Pembelajaran). Makalah disajikan pada Pelatihan Kepala Sekolah Menengah Umum, di Surabaya tanggal 26 Oktober – 14 Nopember 1998. 1986.

    Nawawi, H. 1988. Administrasi Pendidikan. Jakarta: CV. Haji Masagung.

    Purwanto, M. N. 2003. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

    Sahertian, P. A. 2000. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.

    Sergiovani, T. J. 1982. Supervisi of Teaching. Alexandria: ASCD.

    Sergiovani, T. J. 1987. The Principalship: a Reflective Practice Perpective. Masachusetts: Allyn and Bacon, Inc.

    Soetopo, H., dan Soemanto, W. 1984. Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan. Malang: Bina Aksara.

    Tim Pakar Manajemen Pendidikan UM. 2004. Perspektif Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah. Malang: Universitas Negeri Malang.

    Tahalele, J. F. 1979. Kepemimpinan Pendidikan. Malang: P3T IKIP Malang.Wiles, K. 1987. Supervision for Better School. New York: Prentice Hall, Inc.

  • Prosedur Evaluasi Pembelajaran

    Evaluasi merupakan hal yang penting dilaksanakan dalam melaksanakan program pembelajaran agar dapat mengetahui sejauh mana pemahaman peserta didik terhadap materi yang disampaikan dan untuk mengetahui juga efektifitas program pembelajaran yang digunakan. Selain itu Evaluasi juga berfungsi sebagai alat ukur apakah tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan sebelumnya sudah tercapai atau belum dan juga apakah materi pembelajaran yang telah disampaikan sudah dimengerti atau belum. Evaluasi pada dasarnya bukanlah hasil,  melainkan sebuah proses yang berlangsung selama program pembelajaran tersebut berlangsung.

    Dalam melaksanakan kegiatan evaluasi, tentunya kita  harus mengacu pada prosedur yang sudah ada. Prosedur evaluasi pembelajaran merupakan tahap-tahapan atau tata urutan yang harus dilakukan dalam melakukan kegiatan evaluasi pembelajaran. Secara garis besar, prosedur-prosedur dalam melakukan evaluasi akan dijelaskan secara singkat yang meliputi :

    1.     Penyusunan Rancangan

    Langkah-langkahnya meliputi:

    a.    Menyusun latar belakang,  yang berisikan dasar pemikiran dan/atau rasional penyelenggaraan evaluasi.

    b.    Problematika,  yang berisikan rumusan permasalahan atau problem yang akan dicari jawabannya baik secara umum maupun terinci.

    c.    Tujuan evaluasi,  merupakan rumusan yang sesuai dengan problematika evaluasi pembelajaran, yakni perumusan tujuan umum dan tujuan khusus.

    d.    Populasi dan sample, yakni sejumlah komponen pembelajaran yang dikenai evaluasi pembelajaran dan/atau yang dimintai informasi dalam kegiatan evaluasi pembelajaran.

    e.    Instrumen Evaluasi. Instrumen adalah semua jenis alat pengumpulan informasi yang diperlukan sesuai dengan teknik pengumpulan data yang diterapkan dalam evaluasi pembelajaran. Sumber data adalah dokumen, kegiatan, atau orang yang dapat memberikan informasi atau data yang diperlukan.

    f.     Teknik analisis data, yakni cara/teknik yang digunakan untuk menganalisis data yang disesuaikan dengan bentuk problematika dan jenis data.

    2.     Penyusunan Instrumen

     Langkah-langkah penyusunan instrumen.

    a.     Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan instrumen yang akan disusun;

    b.     Membuat kisi-kisi yang mencanangkan tentang perincian variabel dan jenis instrument yang akan digunakan untuk mengukur bagian variabel yang bersangkutan;

    c.      Membuat butir-butir instrument evaluasi pembelajaran yang dibuat berdasarkan kisi-kisi; dan

    d.     Menyunting instrumen evaluasi pembelajaran yang meliputi,  mengurutkan butir menurut sistematika yang dikehendaki evaluator untuk mempermudah pengolahan data, menuliskan petunjuk pengisian dan indentitas serta yang lain, dan membuat pengantar pengisian instrument.

    3.     Pengumpulan Data

    Dalam pengumpulan data dapat diterapkan berbagai teknik pengumpulan data diantaranya.

    a.      Kuesioner;

    b.      Wawancara;

    c.      Pengamatan;

    d.      Studi Kasus.

    4.     Analisis Data dan Informasi

    Dalam kegiatan evaluasi pemebelajaran, analisis data yang paling banyak dilaksanakan adalah analisis deskriptif kualitatif yang ditunjang oleh data-data kuantitatif hingga menghasilkan informasi yang berguna.

    5.     Penyusunan Laporan

    Dalam laporan evaluasi pembelajaran harus berisikan pokok-pokok berikut.

    a.    Tujuan evaluasi;

    b.     Problematika;

    c.    Lingkup dan Metodologi evaluasi pembelajaran;

    d.     Pelaksanaan evaluasi pembelajaran;

    e.     Hasil evaluasi Pembelajaran.

                Dengan menerapkan tata urutan atau tahapan-tahapan dalam melaksanakan kegiatan evaluasi terhadap hasil belajar ini, diharapkan proses evaluasi yang dilakukan akan berhasil dan  sesuai dengan kondisi real dari siswa serta mampu dipertanggungjawabkan hasilny. Sehingga dapat dijadikan tolok ukur untuk meningkatkan kegiatan belajar menjadi lebih optimal.