Blog

  • Jenis-Jenis Taksonomi Pembelajaran

    Jenis-Jenis Taksonomi Pembelajaran

    Dalam dunia pendidikan, Taksonomi Pembelajaran adalah topik penting bagi pendidik untuk menentukan arah pembelajaran di dalam kelas agar sesuia dengan tujuan pembelajran pada level insturksional maupun pada tataran kurikulum nasional.

    Pada umumnya Taksonomi Pembelajaran yang paling terkenal adalah Taksonomi Bloom yang membagi pengetahuan dan keterampilan peserta didik ke dalam 3 ranah yakni Kognitif, Afektif dan Psikomotorik. NAmun selain Bloom, ada beberapa taksnomi pembelajaran yang juga tidak kalah penting.

    Taksonomi Pembelajaran

    Taksonomo Pembelajaran adalah pengelompokkan satu set aspek, komponen, kompetensi atau keterampilan yang disusun berdasarkan tingkat hirarki tertentu. Secara umum, Tingkat yang lbih tinggi menunjukkan kompetensi yang lebih spesifik dan kompleks dibandingkan dengan taksonomi pada tingkat rendah.

    Taksonomi Pembelajaran memiliki kaitan yang erat dengan tujuan pembelajaran dan tingkatan pembelajaran. Sistem pendidikan di sekolah mengenal isistem kelas berjenjag seperti I, II, dan seterusnya. Selain itu kelas ada tingkatan seperti SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi. Perbedaan dari tingkatan ini ditunjukkan dari capaian pembelajaran yang dicapai peserta didik, berdasarkan Taksonomi Pembelajaran.

    Krathwohl dan Aderson (2010) menyatakan bahwa sistem taksnomi secara umum memiliki peran bagi pendidik sebagai berikut:

    1. Mengkaji tujuan-tujuan pendidikan dari kacamata siswa;
    2. Memikirkan pelbagai kemungkinan dalam bidang pendidikan;
    3. Melihat hubungan integral antara pengetahuan dan proses kognitif yang inheren dalam tujuan pendidikan;
    4. Memperlihatkan secara lebih jelas konsistensi atau inkonsistensi antara cara merumuskan tujuan satu unit pembelajaran, cara mengajarkannya, dan cara mengases pembelajaran siswa. Perbandingan antara kategorisasi yang didasarkan pada rumusan tujuan, aktivitas pembelajaran, dan pertanyaan assesmen menunjukkan apakah tahap-tahap pengalaman pendidikan ini saling bersesuaian dalam sifat dan titik tekannya;
    5. Memahami banyak sekali istilah yang dipakai dalam bidang pendidikan. Sembilan proses kognitif mempunyai makna yang sangat spesifik. Misalnya proses kognitif “menyimpulkan” menuntut siswa untuk mengenali pola informasi yang mereka terima, sedangkan “menjelaskan” menuntut siswa mencari hubungan kausalitas dalam pola informasi tersebut;
    6. Menyusun unit pelajaran atau mata pelajaran sesuai dengan filosofi guru;
    7. Menganalisis asesmen-asesmen eksternal sehingga guru dapat mengupas elemen-elemen kulit asesmen untuk mengetahui tingkat-tingkat pembelajaran siswa yang lebih tinggi. Sehingga , guru bukan “mengajarkan untuk menghadapi tes”, melainkan mengajar siswa untuk pembelajaran yang dites;
    8. Menilai kesesuaian antara tujuan dan pembelajaran. Penempatan tujuan secara tepat dalam Tabel Taksonomi akan memberikan petunjuk tentang aktivitas pembelajaran yang sesuai dengan tujuan tersebut;
    9. Menilai kesesuaian antara pembelajaran dan asesmen. Penempatan aktivitas pembelajaran yang sesuai dengan tujuan secara tepat dalam Tabel Taksonomi akan memberikan petunjuk tentang tugas-tugas asesmen untuk mendapatkan hasil asesmen yang sesuai dengan tujuan dan aktivitas pembelajaran tersebut;
    10. Menilai kesesuaian antara tujuan dan asesmen.

    Dengan cara sebagai berikut: Pertama, identifikasilah tujuan-tujuan pokok unit pembelajarannya, dan tentukan kotak-kotak Tabel Taksonomi yang relevan. Kedua, identifikasilah assesmen-asesmen pokokny, dan tentukan kotak-kotak Tabel taksonomi yang relevan. Perhatikan apakah penekanan pada setiap tujuan tercermin dalam asesmennya. Jika kotak-kotak dan penekanan yang dihasilkan oleh dua langkah pertama tidak bersesuaian, berarti memang terdapat ketidaksesuaian antara tujuan dan asesmennya. Jika kotak-kotak tujuan dan asesmennya sama, pelajarilah kesesuaian antara aktivitas-aktivitas pembelajaran dan tugas-tugas asesmennya.

    A. Taksonomi Bloom

    Taksonomi Bloom merujuk pada taksonomi yang dibuat untuk tujuan pendidikan. Taksonomi ini pertama kali oleh Benjamin S. Bloom dan kawan-kawan pada tahun 1956. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain (ranah, kawasan) dan setiap domain tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian yang lebih rinci berdasarkan hirarkinya.

    Tujuan pendidikan dibagi ke dalam tiga domain, yaitu:

    1. Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir.
    2. Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.
    3. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.

    1. Domain Kognitif

    Kawasan Konitif adalah kawasan membahas tujuan pembelajaran dengan proses mental yang berawal dari tingkat pengetahuan ketingkat yang lebih tinggi yakni evaluasi. Kawasan kognitif terdiri dari 6 tingkatan, yaitu:

    1. Tingkat pengetahuan (knowledge), diartikan kemampuan seseorang dalam menghafal atau mengingat kembali atau mengulang kembali pengetahuan yang pernah diterimanya. Contoh: Siswa dapat menggambarkan satu buah segitiga sembarang.
    2. Pemahaman (comprehension), diartikan kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan, atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya. Contoh: Siswa dapat menjelaskan kata-katanya sendiri tentang perbedaan bangun geometri yang berdimensi dua dan berdimensi tiga.
    3. Tingkat penerapan (application), diartikan kemampuan seseorang dalam menggunakan pengetahuan dalam memecahkan berbagai masalah yang timbul di kehidupan sehari-hari. Contoh: Siswa dapat menghitung panjang sisi miring dari suatu segitiga siku-siku jika diketahui sisi lainnya (Uno, 2008).
    4. Tingkat analisis (analysis), diartikan kemampuan menjabarkan atau menguraikan suatu konsep menjadi bagian-bagian yang lebih rinci, memilah-milih, merinci, mengaitkan hasil rinciannya. Contoh: Mahasiswa dapat menentukan hubungan berbagai variabel penelitian dalam mata kuliah Metodologi Penelitian.
    5. Tingkat sintetis (synthetis), diartikan kemampuan menyatukan bagian-bagian secara terintegrasi menjadi suatu bentuk tertentu yang semula belum ada. Contoh: Mahasiswa dapat menyusun rencana atau usulan penelitian dalam bidang yang diminati pada mata kuliah Metodologi Penelitian.
    6. Tingkat evaluasi (evaluation), diartikan kemampuan membuat penilaian judgment tentang nilai (value) untuk maksud tertentu. Contoh: Mahasiswa dapat memperbaiki program-program computer yang secara fisik tampak kurang baik dan kurang efisien pada mata kuliah Algoritma dan pemrograman (Suparman, 2001).

    2. Domain Afektif

    Kawasan afektif adalah satu domain yang berkaitan dengan sikap, nilai-nilai interest, apresiasi atau penghargaan dan penyesuaian perasaan sosial. Tingkatan afektif ini ada 5, yaitu:

    1. Kemauan menerima, berarti keinginan untuk memperhatikan suatu gejala atau rancangan tertentu seperti keinginan membaca buku, mendengar music, atau bergaul dengan orang yang mempunyai ras berbeda.
    2. Kemauan menanggapi, berarti kegiatan yang menunjuk pada partisipasi aktif kegiatan tertentu seperti menyelesaikan tugas terstruktur, menaati peraturan, mengikuti diskusi kelas, menyelesaikan tugas dilaboratorium atau menolong orang lain.
    3. Berkeyakinan, berarti kemauan menerima sistem nilai tertentu pada individu seperti menunjukkan kepercayaan terhadap sesuatu, apresiasi atau penghargaan terhadap sesuatu, sikap ilmiah atau kesungguhan untuk melakukan suatu kehidupan sosial.
    4. Penerapan karya, berarti penerimaan terhadap berbagai sistem nilai yang berbeda-beda berdasarkan pada suatu sistem nilai yang lebih tinggi, seperti menyadari pentingnya keselarasan antara hak dan tanggung jawab, bertanggung jawab terhadap hal yang telah dilakukan, memahami dan menerima kelebihan dan kekurangan diri sendiri.
    5. Ketekunan dan ketelitian, berarti individu yang sudah memiliki sistem nilai selalu menyelaraskan perilakunya sesuai dengan sistem nilai yang dipegangnya, seperti bersikap objektif terhadap segala hal.

    3. Domain Psikomotor

    Kawasan psikomotor berkaitan dengan ketrampilan atau skill yang bersikap manual atau motorik. Tingkatan psikomotor ini meliputi:

    1. Persepsi, berkenaan dengan penggunaan indra dalam melakukan kegiatan. Contoh: mengenal kerusakan mesin dari suaranya yang sumbang.
    2. Kesiapan melakukan suatu kegiatan, berkenaan dengan melakukan sesuatu kegiatan atau set termasuk di dalamnya metal set atau kesiapan mental, physical set (kesiapan fisik) atau (emotional set) kesiapan emosi perasaan untuk melakukan suatu tindakan.
    3. Mekanisme, berkenaan dengan penampilan respon yang sudah dipelajari dan menjadi kebiasan sehingga gerakan yang ditampilkan menunjukkan kepada suatu kemahiran. Contoh: menulis halus, menari, menata laboratorium dan menata kelas.
    4. Respon terbimbing, berkenaan dengan meniru (imitasi) atau mengikuti, mengulangi perbuatan yang diperintahkan atau ditunjukkan oleh orang lain, melakukan kegiatan coba-coba (trial and error).
    5. Kemahiran, berkenaan dengan penampilan gerakan motorik dengan ketrampilan penuh. Kemahiran yang dipertunjukkan biasanya cepat, dengan hasil yang baik namun menggunakan sedikit tenaga. Contoh: tampilan menyetir kendaran bermotor.
    6. Adaptasi, berkenaan dengan ketrampilan yang sudah berkembang pada diri individu sehingga yang bersangkutan mampu memodifikasi pada pola gerakan sesuai dengan situasi dan kondisi tertentu. Contoh: orang yang bermain tenis, pola-pola gerakan disesuaikan dengan kebutuhan mematahkan permainan lawan.
    7. Organisasi, berkenaan dengan penciptaan pola gerakan baru untuk disesuaikan dengan situasi atau masalah tertentu, biasanya hal ini dapat dilakukan oleh orang yang sudah mempunyai ketrampilan tinggi, seperti menciptakan model pakaian, menciptakan tarian, komposisi musik (Uno, 2008).

    Revisi Taksonomi Bloom

    Tingkatan-tingkatan dalam Taksonomi Bloom tersebut telah digunakan hampir setengah abad sebagai dasar untuk penyusunan tujuan-tujuan pendidikan, penyusunan tes, dan kurikulum di seluruh dunia. Kerangka pikir ini memudahkan guru memahami, menata, dan mengimplementasikan tujuan-tujuan pendidikan.

    Berdasarkan hal tersebut Taksonomi Bloom menjadi sesuatu yang penting dan mempunyai pengaruh yang luas dalam waktu yang lama. Namun salah seorang murid Bloom yang bernama Lorin W Anderson  beserta rekannya merevisi taksonomi Bloom pada tahun 1990. Hasil perbaikannya dipublikasikan pada tahun 2001 dengan nama Revisi Taksonomi Bloom dalam bentuk sebuah buku yang berjudul A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assesing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educatioanl Objectives yang disusun oleh Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl.

    Dalam revisi ini ada perubahan kata kunci, Masing-masing kategori masih diurutkan secara hirarkis dari urutan terendah ke yang lebih tinggi. Pada ranah kognitif kemampuan berpikir analisis dan sintesis diintegrasikan menjadi analisis saja. Dari jumlah enam kategori pada konsep terdahulu tidak berubah jumlahnya karena Lorin memasukan kategori baru yaitu creating yang sebelumnya tidak ada.

    Taksonomi  Hasil revisi Anderson pada Ranah Kognitif adalah: 

    1. Mengingat, Kata-kata operasional yang digunakan adalah mengurutkan, menjelaskan, mengidentifikasi, menamai, menempatkan, mengulangi, menemukan kembali.
    2. Memahami, Kata-kata operasional yang digunakan adalah menafsirkan, meringkas mengklasifikasikan, membandingkan, menjelaskan, membeberkan.
    3. Menerapkan, Kata-kata operasional yang digunakan adalah melaksanakan, menggunakan, menjalankan, melakukan, mempraktekan, memilih, menyusun, memulai, menyelesaikan, mendeteksi. 
    4. Menganalisis, Kata-kata operasional yang digunakan adalah menguraikan, membandingkan, mengorganisir, menyusun ulang, mengubah struktur, mengkerangkakan, menyusun outline, mengintegrasikan, membedakan, menyamakan, membandingkan, mengintegrasikan.
    5. Mengevaluasi, Kata-kata operasional yang digunakan adalah menyusun hipotesi, mengkritik, memprediksi, menilai, menguji, membenarkan, menyalahkan.
    6. Berkreasi, Kata-kata operasional yang digunakan adalah merancang, membangun, merencanakan, memproduksi, menemukan, membaharui, menyempurnakan, memperkuat, memperindah, menggubah.

    Dalam berbagai aspek dan setelah melalui revisi, taksonomi Bloom tetap menggambarkan suatu proses pembelajaran, cara kita memproses suatu informasi sehingga dapat dimanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa prinsip didalamnya adalah (1) Sebelum kita memahami sebuah konsep maka kita harus mengingatnya terlebih dahulu, (2) Sebelum kita menerapkan maka kita harus memahaminya terlebih dahulu, (3) Sebelum kita mengevaluasi dampaknya maka kita harus mengukur atau menilai, (4) Sebelum kita berkreasi sesuatu maka kita harus mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis dan mengevaluasi, serta memperbaharui.

    Pentahapan berpikir seperti itu bisa jadi mendapat sanggahan dari sebagian orang. Alasannya, dalam beberapa jenis kegiatan, tidak semua tahap seperti itu diperlukan. Contohnya dalam menciptakan sesuatu tidak harus melalui pentahapan itu. Hal itu kembali pada kreativitas individu. Proses pembelajaran dapat dimulai dari tahap mana saja. Namun, model pentahapan itu sebenarnya melekat pada setiap proses pembelajaran secara terintegrasiSebagian orang juga menyanggah pembagian pentahapan berpikir seperti itu karena dalam kenyataannya siswa seharusnya berpikir secara holistik. Ketika kemampuan itu dipisah-pisah maka siswa dapat kehilangan kemampuannya untuk menyatukan kembali komponen-komponen yang sudah terpisah. Model penciptaaan suatu produk baru atau menyelesaian suatu proyek tertentu lebih baik dalam memberikan tantangan terpadu yang mendorong siswa untuk berpikir secara kritis.

    1. Tingkatan tingkah laku pada taksonomi bloom yang lama menggunakan kata sifat sedangkan Anderson mengubahnya dengan menggunakan kata kerja.
    2. Tingkatan terendah (C1) Pengetahuan diganti dengan Mengingat.
    3. Tingkatan C5 Sintesa dan tingkatan C6 Evaluasi dilebur menjadi Mengevaluasi yang berkedudukan pada tingkatan C5.
    4. Tingkatan C6 digantikan menjadi Berkreasi.

    Mungkin banyak orang bertanya mengapa buku hebat Taksonomi Bloom harus direvisi?Ada beberapa alasan mengapa Handbook Taksonomi Bloom perlu direvisi, yakni:

    pertama, terdapat kebutuhan untuk mengarahkan kembali fokus para pendidik pada handbook, bukan sekedar sebagai dokumen sejarah, melainkan juga sebagai karya yang dalam banyak hal telah “mendahului” zamannya (Rohwer dan Sloane, 1994). Hal tersebut mempunyai arti banyak gagasan dalam handbook Taksonomi Bloom yang dibutuhkan oleh pendidik masa kini karena pendidikan masih terkait dengan masalah-masalah desain pendidikan, penerapan program yang tepat, kurikulum standar, dan asesmen autentik.

    Alasan kedua adalah adanya kebutuhan untuk memadukan pengetahuan-pengetahuan dan pemikiran-pemikiran baru dalam sebuah kerangka kategorisasi tujuan pendidikan. Masyarakat dunia telah banyak berubah sejak tahun 1956, dan perubahan-perubahan ini mempengaruhi cara berpikir dan praktik pendidikan. Kemajuan dalam ilmu pengetahuan ini mendukung keharusan untuk merevisi handbook Taksonomi Bloom.

    Alasan yang ketiga adalah taksonomi merupakan sebuah kerangka berpikir khusus yang menjadi dasar untuk mengklasifikasikan tujuan – tujuan pendidikan. Sebuah rumusan tujuan pendidikan seharusnya berisikan satu kata kerja dan satu kata benda. Kata kerjanya umumnya mendeskripsikan proses kognitif yang diharapkan dan kata bendanya mendeskripsikan pengetahuan yang diharapkan dikuasai oleh siswa. Taksonomi Bloom hanya mempunyai satu dimensi yaitu hanya kata benda. Menurut Tyler (1994) rumusan tujuan yang paling bermanfaat adalah rumusan yang  menunjukkan jenis perilaku yang akan diajarkan kepada siswa dan isi pembelajaran yang membuat siswa menunjukkan perilaku itu. Berdasarkan hal tersebut rumusan tujuan pendidikan harus memuat dua dimensi yaitu dimensi pertama untuk menunjukkan jenis perilaku siswa dengan menggunakan kata kerja dan dimensi kedua untuk menunjukkan isi pembelajaran dengan menggunakan kata benda.

    Alasan keempat yaitu proporsi yang tidak sebanding dalam penggunaan taksonomi pendidikan untuk perencanaan kurikulum dan pembelajaran dengan penggunaan taksonomi pendidikan untuk asesmen. Pada taksonomi Bloom lebih memfokuskan penggunakan taksonomi pada asesmen.

    Alasan yang kelima adalah pada kerangka pikir taksonomi karya Benjamin Bloom lebih menekankan enam kategorinya (pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi) daripada sub-subkategorinya. Taksonomi Bloom menjabarkan enam kategori

    tersebut secara mendetail, namun kurang menjabarkan pada subkategorinya sehingga sebagian orang akan lupa dengan sub-subkategori taksonomi Bloom.

    Alasan keenam adalah ketidakseimbangan proporsi subkategori dari taksonomi Bloom. Kategori pengetahuan dan komprehensi memiliki banyak subkategori namun empat kategori lainnya hanya memiliki sedikit subkategori.

    Alasan ketujuh adalah taksonomi Bloom versi aslinya lebih ditujukan untuk dosen-dosen, padahal dalam dunia pendidikan tidak hanya dosen yang berperan untuk merencanakan kurikulum, pembelajaran, dan penilaian. Oleh sebab itu dibutuhkan sebuah revisi taksonomi yang dapat lebih luas menjangkau seluruh pelaku dalam dunia pendidikan.

    Revisi Taksonomi ini sudah menjawab permasalahan-permasalahan yang sudah dijelaskan sebelumnya. Akan tetapi Menurut Anderson dan Krathwohl (2010) Revisi Taksonomi ini masih ada aspek-aspek yang akan menjadikan kerangka berpikir ini lebih bermanfaat belum dimasukkan. Sebagian aspek tersebut yang perlu dikaji oleh generasi mendatang adalah sebagai berikut: (1) Perencanaan dan analisis yang lebih matang; (2) Hubungan antara tujuan dan pembelajaran; (3) Format Tes pilihan ganda yang tak kunjung maju; (4) Teori belajar dan kognisi; (5) Hubungan antara ranah kognitif, afektif dan psikomotor.

    Perencanaan dan Analisis yang lebih Matang

    Revisi Taksonomi membantu guru mempelajari proses analisis, ketika mata pelajaran diajarkan ulang dalam kelas-kelas yang sangat besar. Kategori-kategori dalam dalam kerangka pikir ini mendorong guru untuk meluaskan rentang pengetahuan dan proses kognitif dalam mata pelajaran mereka, yang tentu akan menjadi lebih berkualitas. Kerangka – kerangka pikir lain boleh jadi memberi manfaat yang lebih baik untuk kasus-kasus yang lebih sulit dan membutuhkan perencanaan dan analisis yang lebih matang.

    Hubungan antara Tujuan dan Pembelajaran

    Hubungan antara tujuan dan pembelajaran perlu dikaji secara lebih mendalam. Revisi taksonomi memang telah menunjukkan contoh ciri-ciri aktivitas pembelajaran yang sesuai dengan tujuannya, tetapi spesifikasi tujuan belajar tidak otomatis memunculkan metode pembelajarannya. Para peneliti harus menemukan metode-metode pengajaran, strategi-strategi pembelajaran, atau kreasi-kreasi guru untuk menciptakan proses belajar (pembelajaran) dalam lingkungan-lingkungan tertentu.

    Kerangka pikir yang bermanfaat bagi guru ialah kerangka pikir yang memudahkan mereka menerjemahkan tujuan-tujuan yang abstrak jadi strategi-strategi pengajaran dan kemudian jadi aktivitas-aktivitas pembelajaran konkret yang membantu siswa mencapai tujuan-tujuan tersebut. Mungkinkah membuat kerangka pikir baru yang lebih memudahkan tugas guru tersebut dibandingkan dengan kerangka-kerangka pikir yang sudah ada? Ini merupakan pertanyaan empiris yang tidak mudah dijawab.

    Format Tes Pilihan Ganda yang Tak Kunjung Maju

    Ciri penting dari Handbook adalah penggunaan format tes pilihan ganda secara ekstensif untuk setiap kategori taksonomi. Bab 5 Handbook memang memaparkan format-format asesmen, tetapi contoh-contohnya lebih menjelaskan dan mengilustrasikan jenis-jenis proses kognitif yang diharapkan dalam sebuah kategori proses ketimbang menunjukkan beragam cara belajar siswa dalam sebuah kategori.

    Teknologi pengetesan telah berkembang pesat sejak penerbitan Handbook, tetapi tes uraian kurang berkembang. Dalam kata-kata Sternberg (1997), “ Ada sebuah industri… yang terkecualikan dari arus deras kemajuan teknologi….” Dia melanjutkan dengan nada ironis, “contoh inovasi… (seperti diumumkan belum lama ini oleh sebuah perusahaan pengetesan) yang berupa butir-butir tes kemampuan matematika, bukan butir tes pilihan ganda melainkan tes uraian (pengisian titik-titik yang kosong)’ (hlm. 1137). Empat puluh empat tahun setelah penerbitan Handbook, hanya mencatat sedikit kemajuan dalam tes uraian (Anderson dan Krathwohl, 2010).

    Teori Belajar dan Kognisi

    Idealnya, dimensi-dimensi dalam kerangka pikir revisi taksonomi dan urutan kategori-kategorinya didasarkan pada satu teori belajar yang diterima luas dan fungsional. Temuan-temuan baru dalam teori-teori belajar memberi kontribusi bagi revisi taksonomi. Meskipun muncul banyak temuan sejak penerbitan Handbook, belum ada sebuah teori psikologis yang bisa menjadi dasar untuk seluruh proses belajar.

    Hubungan antara Ranah Kognitif, afektif dan Psikomotor

    Para penulis Handbook membagi tujuan pendidikan menjadi tiga ranah: kognitif, afektif, dan psikomotor. Pembagian ini dikritik karena memisahkan aspek-aspek pada sebuah tujuan- dan hampir setiap tujuan kognitif mengandung komponen afektif. Misalnya, guru bahasa Indonesia ingin siswanya tidak hanya belajar mengkritisi karya sastra yang bagus, tetapi juga belajar menghargainya, mengapresiasinya, dan membuat karya sastra yang bagus pula. Menjadikan aspek-aspek afektif sebagai bagian dari pembelajaran dimungkinkan jika taksonomi pendidikan mengintegrasikan ketiga ranah ini

    Karena hanya merevisi ranah kognitif, revisi taksonomi ini mengesampingkan pemisahan aspek-aspek ketiga ranah itu, tetapi kategori Pengetahuan Metakognitif dapat menjembatani integrasi ranah kognitif dan afektif. Hauenstein (1998), misalnya, membuat taksonomi afektif, taksonomi kognitif, dan juga taksonomi psikomotor. Akan tetapi, tak satupun kerangka pikir yang ada mengintegrasikan ketiga ranah itu secara memadai.

    B. Taksonomi SOLO (Structure of the Observed Learning Outcome)

    John Biggs dan Kevin Collis pada tahun 1982 di New York, Amerika Serikat mengembangkan model taksonomi tujuan pembelajaran yang kemudian dikenal dengan taksonomi SOLO (The Structure of the Observed Learning Outcome). Taksonomi ini dikembangkan dengan alasan menyediakan cara yang sederhana dan kuat menggambarkan bagaimana hasil belajar tumbuh dalam kompleksitas dari permukaan ke dalam untuk konseptual pemahaman’ (Biggs dan Collis 1982). Taksonomi SOLO ini terdiri dari lima tahap yang dapat menggambarkan perkembangan kemampuan berpikir kompleks pada siswa dan dapat diterapkan di berbagai bidang.

    Berikut adalah tahapan respon berpikir berdasar taksonomi SOLO;

    1. Tahap Pre-Structural.

    Pada tahap ini siswa hanya memiliki sangat sedikit sekali informasi yang bahkan tidak saling berhubungan, sehingga tidak membentuk sebuah kesatuan konsep sama sekali dan tidak mempunyai makna apapun.

    2. Tahap Uni-Structural.

    Pada tahap ini terlihat adanya hubungan yang jelas dan sederhana antara satu konsep dengan konsep lainnya tetapi inti konsep tersebut secara luas belum dipahami. Beberapa kata kerja yang dapat mengindikasi aktivitas pada tahap ini adalah; mengindentifikasikan, mengingat dan melakukan prosedur sederhana.

    3. Tahap Multi-Structural.

    Pada tahap ini siswa sudah memahami beberapa komponen namun hal ini masih bersifat terpisah satu sama lain sehingga belum membentuk pemahaman secara komprehensif. Beberapa koneksi sederhana sudah terbentuk namun demikian kemampuan meta-kognisi belum tampak pada tahap ini. Adapun beberapa kata kerja yang mendeskripsikan kemampuan siswa pada tahap ini antara lain; membilang atau mencacah, mengurutkan, mengklasifikasikan, menjelaskan, membuat daftar, menggabungkan dan melakukan algoritma.

    4. Tahap relational.

    Pada tahap ini siswa dapat menghubungkan antara fakta dengan teori serta tindakan dan tujuan. Pada tahap ini siswa dapat menunjukan pemahaman beberapa komponen dari satu kesatuan konsep, memahami peran bagian-bagian bagi keseluruhan serta telah dapat mengaplikasikan sebuah konsep pada keadaan-keadaan yang serupa. Adapun kata kerja yang mengidikasikan kemampuan pada tahap ini antara lain; membandingkan, membedakan, menjelaskan hubungan sebab akibat, menggabungkan, menganalisis, mengaplikasikan, menghubungkan.

    5. Tahap Extended Abstract

    Pada tahap ini siswa melakukan koneksi tidak hanya sebatas pada konsep-konsep yang sudah diberikan saja melainkan dengan konsep-konsep diluar itu. Dapat membuat generalisasi serta dapat melakukan sebuah perumpamaan-perumpamaan pada situasi-situasi spesifik. Kata-kerja yang merefleksikan kemampuan pada tahap ini antara lain, membuat suatu teori, membuat hipotesis, membuat generalisasi, melakukan refleksi serta membangun suatu konsep.

    Perbandingan Taksonomi Bloom  dengan Taksonomi SOLO

    Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat dibandingkan antara Taksonomi Bloom dengan Taksonomi SOLO sebagai berikut:

    Taksonomi Bloom :

    1. Mengklasifikasi tujuan pendidikan pada ranah kognitif menjadi enam kategori, yaitu pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), aplikasi (apply), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation).
    2. Taksonomi Bloom digunakan untuk mengukur pencapaian hasil belajar siswa berdasar pada proses kognitif siswa dalam memahami suatu masalah. Pencapaian hasil belajar siswa diukur berdasar pada kemampuan siswa menjawab masalah (instrumen evaluasi) yang sesuai proses kognitif yang akan diukur. Seorang siswa dipandang telah mencapai proses kognitif yang diinginkan apabila telah menjawab dengan benar masalah matematika yang sesuai dengan proses kognitif tersebut. Taksonomi Bloom sering digunakan guru untuk menentukan hasil belajar yang diinginkan, menentukan proses pembelajaran yang akan dilakukan, dan menentukan alat evaluasi yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
    3. Taksonomi Bloom berperan dalam menentukan tujuan pembelajaran, kemudian dari tujuan tersebut dapat disusun alat evaluasi (masalah) yang sesuai dengan tujuan tersebut.

    Taksonomi SOLO

    1. Taksonomi SOLO mengelompokkan tingkat kemampuan siswa pada lima level berbeda dan bersifat hirarkis, yaitu level 0: prastruktural (pre-structural), level 1: unistruktural (uni-structural), level 2: multistruktural (multy-structural), level 3: relasional (relational), dan level 4: extended abstract.
    2. Taksonomi SOLO didesain sebagai suatu alat evaluasi tentang kualitas respons siswa terhadap suatu tugas. Taksonomi yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam merespon (baca: menjawab) suatu masalah dengan cara membandingkan jawaban benar optimal dengan jawaban yang diberikan siswa. Taksonomi SOLO digunakan untuk mengukur kualitas jawaban siswa terhadap suatu masalah berdasar pada kompleksitas pemahaman atau jawaban siswa terhadap masalah yang diberikan.
    3. Taksonomi SOLO berperan menentukan kualitas respon siswa terhadap masalah tersebut. Artinya taksonomi SOLO dapat digunakan sebagai alat menentukan kualitas jawaban siswa. Berdasarkan kualitas yang diperoleh dari hasil jawaban siswa, selanjutnya dapat ditentukan kualitas ketercapaian proses kognitif yang ingin diukur oleh alat evaluasi tersebut.

    Berdasarkan uraian di atas, perbedaan model -model taksonomi tujuan pembelajaran tersebut dilandasi oleh cara pandang berbeda dalam melihat tujuan pendidikan. Biggs dan Collis (1982) mendesain taksonomi SOLO sebagai suatu alat evaluasi tentang kualitas respons siswa terhadap suatu tugas. Taksonomi yang digunakan untuk mengukur kemampaun siswa dalam merespon (baca: menjawab) suatu masalah dengan cara membandingkan jawaban benar optimal dengan jawaban yang diberikan siswa. Taksonomi SOLO digunakan untuk mengukur kualitas jawaban siswa terhadap suatu masalah berdasar pada kompleksitas pemahaman atau jawaban siswa terhadap masalah yang diberikan.  

    Taksonomi Bloom digunakan untuk mengukur pencapaian hasil belajar siswa berdasar pada proses kognitif siswa dalam memahami suatu masalah. Pencapaian hasil belajar siswa diukur berdasar pada kemampuan siswa menjawab masalah (instrumen evaluasi) yang sesuai proses kognitif yang akan diukur. Seorang siswa dipandang telah mencapai proses kognitif yang diinginkan apabila telah menjawab dengan benar masalah matematika yang sesuai dengan proses kognitif tersebut. Taksonomi Bloom sering digunakan guru untuk menentukan hasil belajar yang diinginkan, menentukan proses pembelajaran yang akan dilakukan, dan menentukan alat evaluasi yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan (Anderson et. al., 2001).

    Taksonomi Bloom berperan dalam menentukan tujuan pembelajaran, kemudian dari tujuan tersebut dapat disusun alat evaluasi (masalah) yang sesuai dengan tujuan tersebut. Sedangkan taksonomi SOLO berperan menentukan kualitas respon siswa terhadap masalah tersebut. Artinya taksonomi SOLO dapat digunakan sebagai alat menentukan kualitas jawaban siswa. Berdasarkan kualitas yang diperoleh dari hasil jawaban siswa, selanjutnya dapat ditentukan kualitas ketercapaian proses kognitif yang ingin diukur oleh alat evaluasi tersebut. Berdasarkan peran yang berbeda ini, kedua model taksonomi seharusnya digunakan bersama-sama sebagai alternatif sistem evaluasi yang saling melengkapi. Selanjutnya dapat dibuat sistem taksonomi baru dua dimensi. Dimensi pertama adalah ”masalah matematika” yang didesain berdasar taksonomi Bloom, sedangkan dimensi kedua adalah ”kualitas respon terhadap masalah” berdasar pada taksonomi SOLO.

    Penerapan taksonomi SOLO untuk mengetahui kualitas respon siswa dan analisa kesalahan sangatlah tepat, sebab taksonomi SOLO mempunyai beberapa kelebihan sebagai berikut:

    1. Taksonomi SOLO merupakan alat yang mudah dan sederhana untuk menentukan level respon siswa terhadap suatu pertanyaan matematika.
    2. Taksonomi SOLO merupakan alat yang mudah dan sederhana untuk pengkategorian kesalahan dalam menyelesaikan soal atau pertanyaan Matematika.
    3. Taksonomi SOLO merupakan alat yang mudah dan sederhana untuk
    4. menyusun dan menentukan tingkat kesulitan atau kompleksitas suatu soal atau pertanyaan matematika.

    Selain kelebihan tersebut, Watson juga berpendapat bahwa taksonomi SOLO dan peta respon sangat cocok digunakan dalam kontek yang terjadi dalam pengajaran termasuk bagaimana pertanyaan atau soal disusun. Menurut Collis, kegunaan taksonomi SOLO untuk menyusun butir soal dan untuk interpretasi respon siswa sangat nyata. Dalam tulisan lain Collis berpendapat bahwa pendekatan model respon dari taksonomi SOLO sangat berguna bagi pendidik dan peneliti untuk mendiskripsikan level penalaran siswa yang berkaitan dengan tugas-tugas.  Menurut Biggs (1982), taksonomi SOLO dapat digunakan tidak hanya dalam penilaian, namun dalam merancang kurikulum dalam hal hasil pembelajaran dimaksudkan, yang membantu dalam melaksanakan keselarasan konstruktif.

    C. Taksonomi Fink

    Berbeda dengan  taxonomy bloom dan SOLO, L. Dee Fink berasal dari Oklahoma, Amerika Serikat pada tahun 2003 menyajikan sebuah taxonomy yang tidak hirarkis. Fink mengembangkan Taksonomi ini dengan alasan untuk mengembangkan bahasa dan kerangka kerja konseptual untuk mengidentifikasi beberapa cara di mana pembelajaran bisa menjadi signifikan, sehingga guru dapat memutuskan mana dari berbagai macam signifikan belajar yang mendukung dan mempromosikan di pembelajaran tertentu atau pengalaman belajar. 

    Dalam tambahannya,Taksonomi Fink meliputi bagian-bagian lintas domain dan luas kecuali pada domain Psikomotor. Ini mirip dengan taxonomy Anderson yang menekankan  pada metakognitif (belajar untuk belajar) dan juga termasuk aspek-aspek  yang lebih efektif seperti  dimensi kemanusiaan dan  cinta kasih: mengidenfikasi/perubahan perasaan seseorang.

    Dalam Taksonomi Fink terdapat 6 dimensi, yaitu :

    1. Dimensi Pengetahuan Dasar: yang meliputi memahami dan mengingat. Kata kerjanya adalah daftar, nama dan penjelasan;
    2. Dimensi Penerapan: Berpikir kritis, kreatif dan praktis; memecahkan masalah. Kata kerjanya adalah menganalisis, menginterpretasikan dan menerapkan;
    3. Dimensi Penyatuan: menghubungkan antar ide, gagasan, subyek dan orang. Kata kerjanya adalah menjelaskan, menyatukan;
    4. Dimensi Kemanusiaan: belajar tentang dan perubahan diri seseorang, memahami dan berinteraksi dengan yang lainnya, Kata kerjanya adalah merefleksi dan menilai;
    5. Dimensi Kasih sayang: mengidentifikasi/perubahan perasaan, kepentingan dan nilai-nilai seseorang. Kata kerjanya adalah: refleksi dan interpretasi;
    6. Dimensi Belajar untuk belajar: belajar bagaimana menjawab dan bertanya, menjadi pebelajar yang memiliki self-directed. Kata kerjanya adalah mengkritisi dan menganalisis.

    D. Taksonomi Marzano

    Robert J. Marzano (2000), seorang peneliti pendidikan terkemuka berasal dari Colorado, Amerika Serikat telah mengusulkan apa yang disebutnya “Sebuah Taksonomi Baru dari Tujuan Pendidikan”.

    Dikembangkan untuk menjawab keterbatasan dari taksonomi Bloom yang telah digunakan secara luas serta situasi terkini, model kecakapan berpikir yang dikembangkan Marzano memadukan berbagai faktor yang berjangkauan luas, yang mempengaruhi bagaimana siswa berpikir, dan menghadirkan teori yang berbasis riset untuk membantu para guru memperbaiki kecakapan berpikir para siswanya.

    Robert Marzano (2001) menstruktur dan mengkonsep kembali hirarki Bloom menjadi 6 kategori yang berbeda. Taksonomi Bloom dikembangkan sebagai hirarki dari dasar pemikiran atau dasar proses akademik, sedangkan Marzano menggabungkan dasar-dasar itu dari tingkat berfikir pada proses kognitif dan proses metakognitif, sebagaimana konsep-konsep tadi berhubungan dengan manfaatnya, motivasinya, serta emosi sebagai pendukung. Berikut enam level yang dikemukakan oleh Robert Marzano.

    SistemLevelDeskripsi
    Kognitif1. RetrievalProses dari prosedur pengetahuan, mengingat kembali atau melakukan, tanpa pemahaman.
    2. ComprehensionProses dari urutan atau struktur pengetahuan, sintesis/lamgkah-langkah dan gambarannya secara mendasar untuk pemahaman dasar atau pemahaman awal.
    3. AnalisisProses mengakses dan menguji pengetahuan mengenai persamaan dan perbedaan, hubungan pangkat atas dan pangkat bawah, mendiagnosa kesalahan, atau logika yang konsekuen, atau prinsip yang dapat diduga.
    4. UtilizationProses dalam penggunaan pengetahuan darimana masalah bisa disikapi atau dipecahkan, investigasi dapat direncanakan, keputusan dan aplikasi dapat diperoleh.
    Metakognitif5. MetakognisiProses untuk memonitor apa dan bagaimana pengetahuan yang baik bisa dimengerti, pengujian yang secara sadar terhadap proses-proses kognitif untuk melihat apakah proses-proses tersebut mempengaruhi tujuan-tujuan yang akan dicapai.
    Self-system6. SelfProses mengidentifikasi respon/ rangsangan emosi, melatih persepsi, motivasi, dan manfaatnya pada kepercayaan terhadap pengetahuan awal.

    Secara nyata, taksonomi ini bergerak (a) dari cara yang sederhana ke proses yang lebih komplit baik informasi atau prosedur-prosedurnya, (b) dari kesadaran yang kurang ke kesadaran yang lebih tentang pengontrolan yang lebih terhadap proses pengetahuan dan bagaimana menyusun atau menggunakannya, dan (c) dari kurangnya keterlibatan personal atau komitmen terhadap kepercayaan yang besar secara terpusat dan refleksi dari identitas seseorang.

    Enam tingkatan/level tersebut juga berinteraksi dengan apa yang disebut Marzano “tiga pengetahuan awal”, yaitu:

    1. Informasi, mencakup: kosakata, isi secara lengkap atau prinsip.
    2. Prosedur mental, mencakup: recalling, mengklasifikasikan secara umum, memonitor metakognitif, dan sebagainya.
    3. Presedur psikomotor, mencakup: keahlian dan kecakapan/penampilan.

    DAFTAR PUSTAKA

    Anderson, Lorin W  et al. Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen Revisi Taksonomi. 2010. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

    Anggraini, Erda, 2013, Taksonomi Marzano, Sumber : http://renee.web.id/taksonomi-marzano.html diunduh pada tanggal 26 Juli 2013

    Aslan, Christian. 2012, Contoh dalam Taksonomi, Sumber: http://biology- knowledges.blogspot.com/2012/04/contoh-dalam-taksonomi.html diunduh pada tanggal 27 Juli 2013

    Biggs, John.1982. Solo Taxonomy. Sumber: http://www.johnbiggs.com.au/academic/solo-taxonomy/ diunduh pada tanggal 30 Juli 2013

    ___________.1995. Assesing for learning: Some dimensions underlying new approaches to

    educational assesment . The alberta Journal of Educational Research 41 (1). Sumber: http://www.tedi.uq.edu.au/downloads/Biggs_SOLO.pdf diunduh pada tanggal 27 Juli 2013.

    Fink, L Dee, 2003, What is Significant Learning? , Sumber: http://www.wcu.edu/WebFiles/PDFs/facultycenter_SignificantLearning.pdf diunduh pada tanggal 30 Juli 2013

    Gunawan, Imam. 2012, Taksonomi Bloom–Revisi Ranah Kognitif : Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Penilaian, Sumber: http://www.ikippgrimadiun.ac.id/ejournal/sites/default/files/2_Imamgun%20&%20Anggarini_Taksonomi%20Bloom%20%E2%80%93%20Revisi%20Ranah%20Kognitif%20Kerangka%20Landasan%20untuk%20Pembelajaran,%20Pengajaran,%20&%20Penilaian.pdf diunduh pada tanggal 29 Juli 2013

    Hamalik, Oemar, 2009, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, Bandung: PT Remaja Rosdakarya cetakan ketiga, hal 138-139.

    Hamsa, Ali, 2012, Revisi Taksonomi Bloom. Sumber : http://alief-hamsa.blogspot.com/2012/11/revisi-taksonomi-bloom.html diunduh pada tanggal 23 Juli 2013

    Hasanah, 2009, Taksonomi Solo, Sumber: http://hasanahworld.wordpress.com/tag/taksonomi-solo/ diunduh pada tanggal 26 Juli 2013

    Iobsevation, 2013, Dr. Robert J. Marzano Biography, Sumber: http://www.iobservation.com/Marzano-Suite/Biography/ diunduh pada tanggal 27 Juli 2013

    Knowing, 2012, Revisi Taksonomi Bloom, Sumber: http://share-pangaweruh.blogspot.com/2012/07/revisi-taksonomi-bloom.html diunduh pada tanggal 29 Juli 2013

    Ktkyasa, 2012, Taxonomy dalam Pembelajaran, Sumber: http://ktkyasa.blogspot.com/2012_07_01_archive.html diunduh pada tanggal 26 Juli 2013

    Optimus Education, 2013, Helping Student Progress Using SOLO Taxonomy. Sumber :http://www.optimus-education.com/helping-students-progress-using-solo-taxonomy diunduh pada tanggal 30 Juli 2013

    Prasmala, Erfitra Rezqi.  2011, Perbandingan Taksonomi Bloom, Bloom Revisi, SOLO, Sumber : http://oursketsa.blogspot.com/2011/02/perbandingan-taksonomi-bloom-bloom.html diunduh pada tanggal 26 Juli 2013

    Rahmi, Ulfia. 2011, Taksonomi Tujuan Pembelajaran, Sumber: http://tepenr06.wordpress.com/2011/09/13/taksonomi-tujuan-pembelajaran/ diunduh pada tanggal 21 Juli 2013

    Rokhim, 2013, Taksonomi Pembelajaran, Sumber:http://www.rokhim.net/2013/04/taksonomi-pembelajaran.html  diunduh pada tanggal 21 Juli 2013

    Shvoong, 2012, Kelebihan Taksonomi Solo, Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2256043-kelebihan-taksonomi-solo/#ixzz2aJZQgAfk diunduh pada tanggal 27 Juli 2013

    Suparman, Atwi, 2001, Desain Instruksional, Jakarta:PAU-PPAI, Universitas Terbuka, hal.78-92.

    Tohari, Khamim. 2006, Mengukur Kualitas Pembelajaran Matematika Dengan Gabungan Taksonomi Bloom dan SOLO, Sumber: http://bdksurabaya.kemenag.go.id/file/dokumen/SOLO.pdf  diunduh pada tanggal 22 Juli 2013

    Uno, Hamzah, 2008, Perencanaan Pembelajaran, Jakarta: PT Bumi Aksara.

    Vaniercollege, 2013, Teaching Tip : Learning with Marzano. Sumber: http://www.vaniercollege.qc.ca/pdo/2013/04/teaching-tip-learning-with-marzano/ diunduh pada tanggal 30 Juli 2013

    Widodo, Ari. 2005. Taksonomi Tujuan Pembelajaran. Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA. Universitas Pendidikan Indonesia.

    Wikipedia, 2013, Kategori:Taksonomi, Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi diunduh pada tanggal 21 Juli 2013

  • Peranan dan Manafaat Pengembangan Desain Sistem Pembelajaran

    Dalam bukunya, Sanjaya (2013:7-8) mengungkapkan mengenai manfaat pengembangan desain sistem instruksional sebagai berikut:

    1. arah dan tujuan pembelajaran dapat direncanakan dengan jelas;
    2. menuntun guru pada kegiatan yang sistematis. Berpikir secara sistematis adalah berpikir runut, sehingga melalui langkah-langkah yang jelas dan pasti memungkinkan hasil yang diperoleh akan maksimal;
    3. dapat merancang pembelajaran dengan mengoptimalkan segala potensi dan sumber daya yang tersedia; dan
    4. dapat memberikan umpan balik untuk mengetahui apakah tujuan telah berhasil dicapai atau belum.

    Desain Pembelajaran merupakan proses sistematis pengembangan paket pembelajaran menggunakan teori belajar dan teori pembelajaran untuk menjamin terwujudnya pembelajaran yang berkualitas. Proses dimaksud meliputi analisis kebutuhan dan tujuan belajar siswa, pengembangan sistem penyampaian untuk mencapai tujuan tersebut. termasuk di dalamnya pengembangan materi/ paket dan kegiatan pembelajaran, mengujicobakan dan mengevaluasi semua kegiatan pembelajaran dan aktifitas siwa.
    Desain pembelajaran memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas pembelajaran, hal ini dimungkinkan karena dengan merancang desain pembelajaran, seorang desainer (dalam hal ini guru) memiliki peran vital dalam merumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Dengan memiliki kesadaran akan pentingnya tujuan pembelajaran, maka guru akan berupaya untuk melakukan berbagai aktifitas dalam rangka mewujudkan tujuan pembelajaran, seperti merumuskan bahan instruksional, memilih strategi instruksional, memilih media dan alat pembelajaran, merancang alat evaluasi, dan lain sebagainya.

    Dengan kesadaran dan keinginan dari guru untuk merancang desain pembelajaran yang berkualitas, diharapkan proses pembelajaran akan berlangsung secara menyenangkan, menarik, dan tentu saja berorientasi pada tujuan umum yang ingin dicapai. Dampaknya, secara langsung maupun tidak langsung akan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

    Fungsi Desain Pembelajaran

    1. Meningkatkan kemampuan pembelajaran (instruktur, guru, widyaiswara, dosen, dll)
    2. Menghasilkan sumber belajar.
    3. Mengembangkan sistem belajar mengajar.
    4. Mengembangkan organisasi menjadi organisasi belajar.
    5. Sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan.
    6. Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur yang terlibat dalam kegiatan
    7. Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik unsur guru maupun murid.
    8. Sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap saat diketahui ketetapan dan kelambatan kerja.
    9. Untuk bahan penyusunan data agar terjadi keseimbangan kerja.
    10. Menghemat waktu, tenaga, alat dan biaya.

    Sumber Rujukan :

    Senjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

    Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana. 

    Sanjaya, Wina. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada  Media Group, 

  • Konsep dan Toeri Terbentuknya Negara

    Konsepsi Negara

    Secara literal istilah negara merupakan terjemahan dari kata-kata asing, yakni state (bahasa Inggris), Staat (bahasa Belanda dan Jerman) dan etat (bahasa Perancis), kata statestaat, etat itu diambil dari kata bahasa latin status atau statum, yang berarti keadaan yang tegak dan tetap atau sesuatu yang memiliki sifat-sifat yang tegak dan tetap.

    Secara terminology, Negara diartikan dengan organisasi tertinggi di antara satu kelompok masyarakat yang mempunyai cita-cita untuk bersatu, hidup dalam daerah tertentu dan mempunyai pemerintahan yang berdaulat.

    Max Weber (Funny,  2008) mendefinisikan bahwa Negara adalah suatu masyarakat yang mempunyai monopoli dalam penggunaan kekerasan fisik secara sah dalam suatu wilayah dengan berdasarkan system hukum yang diselenggarakan oleh suatu pemerintah yang untuk maksud tersebut diberikan kekuasaan memaksa.

    Roger F. Soultau (Oetari Budiyanto, 2012), Negara adalah alat (agency) atau wewenang atau authority yang mengatur atau mengendalikan persoalan bersama atas nama masyarakat.

    Aristoteles (Oetari Budiyanto, 2012), Negara adalah perpaduan beberapa keluarga mencakupi beberapa desa, hingga pada akhirnya dapat berdiri sendiri sepenuhnya, dengan tujuan kesenangan dan kehormatan bersama.

    Berdasarkan pendapat-pendapat, dapat disimpulkan bahwa Negara adalah organisasi tertinggi di antara satu kelompok masyarakat yang berfungsi sebagai alat (agency) yang mengatur atau mengendalikan persoalan bersama atas nama masyarakat yang mempunyai cita-cita untuk bersatu, hidup dalam wilayah tertentu dan mempunyai pemerintahan yang berdaulat dengan berdasarkan sistem hukum yang diselenggarakan dengan tujuan kesenangan dan kehormatan bersama.

    Teori Tentang Terbentuknya Negara

    Adapun beberapa teori tentang terbentuknya suatu Negara yakni sebagai berikut.

    1.      Teori kontrak sosial (social contract)/ Teori Perjanjian Masyarakat

    Teori ini beranggapan bahwa Negara dibentuk berdasarkan perjanjian-perjanjian masyarakat. Beberapa pakar penganut teori kontrak sosial yang menjelaskan teori asal-mula Negara, diantaranya:

    a.       Thomas Hobbes (1588-1679)

    Menurutnya syarat membentuk Negara adalah dengan mengadakan perjanjian bersama individu-individu yang tadinya dalam keadaan alamiah berjanji akan menyerahkan semua hak-hak kodrat yang dimilikinya kepada seseorang atau sebuah badan. Teknik perjanjian masyarakat yang dibuat Hobbes sebagai berikut setiap individu mengatakan kepada individu lainnya bahwa “Saya memberikan kekuasaan dan menyerahkan hak memerintah kepada orang ini atau kepada orang-orang yang ada di dalam dewan ini dengan syarat bahwa saya memberikan hak kepadanya dan memberikan keabsahan seluruh tindakan dalam suatu cara tertentu.

    b.      John locke (1632-1704)

    Dasar kontraktual dan Negara dikemukakan Locke sebagai peringatan bahwa kekuasaan penguasa tidak pernah mutlak tetapi selalu terbatas, sebab dalam mengadakan perjanjian dengan seseorang atau sekelompok orang, individu-individu tidak menyerahkan seluruh hak-hak alamiah mereka.

    c.       Jean Jacques Rousseau (1712-1778)

    Keadaan alamiah diumapamakannya sebagai keadaan alamiah, hidup individu bebas dan sederajat, semuanya dihasilkan sendiri oleh individu dan individu itu puas. Menurut “Negara” atau “badan korporatif” dibentuk untuk menyatakan “kemauan umumnya” (general will) dan ditujukan pada kebahagiaan besama. Selain itu Negara juga memperhatikan kepentingan-kepentingan individual (particular interest). Kedaulatannya berada dalam tangan rakyat melalui kemauan umumnya.

    2.      Teori Ketuhanan

    Negara dibentuk oleh Tuhan dan pemimpin-pemimpin Negara ditunjuk oleh Tuhan Raja dan pemimpin-pemimpin Negara hanya bertanggung jawab pada Tuhan dan tidak pada siapapun. Penganut teori ini adalah Agustinus, Yulius Stahi, Haller, Kranenburg dan Thomas Aquinas.

    3.      Teori kekuatan

    Negara yang pertama adalah hasil dominasi dari komunikasi yang kuat terhadap kelompok yang lemah, Negara terbentuk dengan penaklukan dan pendudukan. Dengan penaklukan dan pendudukan dari suatu kelompok etnis yang lebih kuat atas kelompok etnis yang lebih lemah, dimulailah proses pembentukan Negara. Penganut teori ini adalah H.J. Laski, L. Duguit, Karl Marx, Oppenheimer dan Kollikles.

    4.      Teori Organis

    Menurut Dede Rosyada, dkk (2005: 54) mengemukakan konsepsi organis tentang hakikat dan asal mula negara adalah suatu konsep bilogis yang melukiskan negara dengan istilah-istilah ilmu alam. Negara dianggap atau disamakan dengan makhluk hidup, manusia atau binatang individu yang merupakan komponen-komponen Negara dianggap sebagai sel-sel dari makhluk hidup itu. Kehidupan corporal dari Negara dapat disamakan sebagai tulang belulang manusia, undang-undang sebagai urat syaraf, raja (kaisar) sebagai kepala dan para individu sebagai daging makhluk itu.

    5.      Teori Historis

    Teori ini menyatakan bahwa lembaga-lambaga sosial tidak dibuat, tetapi tumbuh secara evolusioner sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan manusia.

    6.      Teori kedaulatan hukum

    Teori kedaulatan hukum (Rechts souvereiniteit) (Mienu, 2010) menyatakan semua kekuasaan dalam negara berdasar atas hukum. Pelopor teori ini adalah H. Krabbe dalam buku Die Moderne Staats Idee.

    7.      Teori Hukum Alam

    Filsufgaul (2012) menuliskan teori hukum alam yakni negara terjadi karena kehendak alam yang merupakan lembaga alamiah yang diperlukan manusia untuk menyelenggarakan kepentingan umum. Penganut teori ini adalah Plato, Aristoteles, Agustinus, dan Thomas Aquino.

    C.    Proses Terbentuknya Negara

    Adapun proses terbentuknya Negara yakni sebagai berikut.

    1.      Terjadinya negara secara primer

    Yang dimaksud dengan terjadinya negara secara primer adalah teori yang membahas tentang terjadinya negara yang tidak dihubungkan dengan negara yang telah ada sebelumnya. Ada 4 fase terjadinya negara yakni sebagai berikut.

    a.       Fase genootschap

    Pada fase ini merupakan perkelompokan dari orang-orang yang menggabungkan dirinya untuk kepentingan bersama dan disandarkan pada persamaan. Mereka menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan yang sama dan kepemimpinan disini dipilih secara primus interpares atau yang terkemuka diantara yang sama. Jadi yang penting disini adalah unsur bangsa.

    b.      Fase rijk

    Pada fase ini kelompok orang-orang yang menggabungkan diri tadi telah sadar akan hak milik atas tanah hingga muncullah tuan yang berkuasa atas tanah dan orang-orang yang menyewa tanah. Sehingga timbul sistem feodalisme. Jadi yang penting pada masa ini adalah unsur wilayah.

    c.       Fase staat

    Pada fase ini masyarakat telah sadar dari tidak bernegara menjadi bernegara dan mereka dan mereka telah sadar bahwa mereka berada pada satu kelompok. Jadi yang penting pada masa ini adalah bahwa ketiga unsur dari negara yaitu bangsa, wilayah, dan pemerintah yang berdaulat telah terpenuhi.

    d.      Fase democratische natie (negara demokrasi)

    Fase ini merupakan perkembangan lebih lanjut dari fase staat, dimana democratische natie ini terbentuk atas dasar kesadaran demokrasi nasional, kesadaran akan adanya kedaulatan ditangan rakyat.

    2.      Terjadinya negara secara sekunder

    Yang dimaksud dengan terjadinya negara secara sekunder adalah teori yang membahas tentang terjadinya negara yang dihubungkan dengan negara yang telah ada sebelumnya. Fase terjadinya Negara yakni.

    a.       Occupatie (pendudukan)

    Terjadi ketika suatu wilayah yang tidak bertuan dan belum dikuasai, kemudian diduduki dan dikuasai oleh suku atau kelompok tertentu. Contohnya Liberia.

    b.      Fusi (peleburan)

    Terjadi ketika negara-negara kecil mendiami suatu wilayah, mengadakan perjanjian untuk saling melebur menjadi negara baru atau dapat dikatakan suatu penggabungan dua atau lebih Negara menjadi Negara baru. Misalnya Jerman Barat dan Jerman Timur bergabung menjadi Negara Jerman.

    c.       Cessie (penyerahan)

    Terjadi ketika suatu wilayah diserahkan kepada negara lain berdasarkan perjanjian tertentu. Penyerahan ini juga dapat diikatakan pemberian kemerdekakaan kepada suatu koloni oleh Negara lain yang umumnya adalah bekas jajahannya. Contohnya Kongo dimerdekakan oleh Francis.

    d.      Acessie (penarikan)

    Awalnya suatu wilayah terbentuk akibat naiknya lumpur sungai/ timbul dari dasar laut (delta). Wilayah tersebut kemudian dihuni oleh sekelompok orang sehingga akhirnya membentuk negara. Contohnya Mesir yang terbentuk dari delta Sungai Nil.

    e.       Anexatie (pencaplokan/ penguasaan)

    Suatu negara berdiri di suatu wilayah yang dikuasai bangsa lain tanpa reaksi berarti. Contohnya Israel mencaplok Palestina.

    f.       Proklamasi

    Terjadi ketika penduduk pribumi dari suatu wilayah yang diduduki oleh bangsa lain mengadakan perjuangan (perlawanan) sehingga berhasil merebut kembali wilayahnya dan menyatakan kemerdekaan. Contohnya Indonesia merdeka dari Jepang dan Belanda pada tanggal 17 Agustus 1945.

    g.      Innovation (pembentukan baru)

    Suatu negara baru muncul di atas suatu negara yang pecah karena suatu hal dan kemudian lenyap. Contohnya Columbia lenyap, kemudian menjadi Venezuela dan Columbia yang baru.

    h.      Separatis (pemisahan)

    Suatu wilayah negara yang memisahkan diri dari negara yang semula menguasainya kemudian menyatakan kemerdekaan. Contohnya Belgia memisahkan diri dari Belanda pada tahun 1939 dan menyatakan kemerdekaan.

    i.        Pendudukan Atas Wilayah yang Belum Ada Pemerintahan Sebelumnya.

    Pendudukan terjadi terhadap wilayah yang ada penduduknya, tetapi tidak berpemerintahan. Misalnya Australia merupakan daerah baru yang ditemukan Inggris meskipun di sana terdapat suku Aborigin. Daerah Australia selanjutnya dibuat koloni-koloni di mana penduduknya didatangkan dari daratan Eropa. Australia dimerdekakan tahun 1901.

    D.    Bentuk, Unsur, Sifat, Tujuan, dan Fungsi Negara

    1.      Bentuk negara

    Bentuk negara terbagi menjadi yakni sebagai berikut.

    a.       Negara konfederasi

    Negara konfederasi adalah negara yang terdiri dari persatuan beberapa negara yang berdaulat. Persatuan tersebut diantaranya dilakukan guna mempertahankan kedaulatan dari negara-negara yang masuk ke dalam Konfederasi tersebut.

    b.      Negara Kesatuan

    Negara ini disebut juga negara unitaris. Ditinjau dari segi susunannya, negara kesatuan adalah negara yang tidak tersusun dari beberapa negara, sifatnya tunggal. Artinya, hanya ada satu negara, tidak seperti negara federal dimana ada negara di dalam negara. Dengan demikian, di dalam negara kesatuan hanya ada satu pemerintahan, yaitu pemerintahan pusat yang mempunyai kekuasaan atau wewenang tertinggi dalam segala lapangan pemerintahan. Ciri-ciri Negara kesatuan anta lain.

    1)      Mempunyai 1 UUD

    2)      Mempunyai 1 presiden

    3)      Hanya pusat yang berhak membuat UU

    Negara kesatuan ini terbagi 2 macam, yaitu:

    1)      Negara kesatuan dengan sistem sentralisasi yaitu urusan Negara langsung diatur oleh pemerintah pusat.

    2)      Negara kesatuan dengan sistem desentralisasi yakni kepala daerah sebagai pemerintah daerah yang diberikan hak otonomi yakni diberikan kekuasaan mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.

    c.       Negara Serikat (Federal)

    Negara Serikat (Federal) adalah negara yang tersusun dari beberapa negara yang semula berdiri sendiri-sendiri dan kemudian negara-negara tersebut mengadakan ikatan kerjasama yang efektif, tetapi disamping itu, Negara-negara tersebut masih ingin mempunyai wewenang-wewenang yang dapat diurus sendiri. Jadi disini tidak semua urusan diserahkan kepada pemerintah gabungannya (pemerintah federal), tetapi masih ada beberapa urusan yang diserahkan oleh pemerintah negara-negara bagian kepada pemerintah federal, yaitu urusan-urusan yang menyangkut kepentingan bersama misalnya urusan keuangan, pertahanan, angkatan bersenjata, hubungan luar negeri, dan sebagainya. Adapun ciri-ciri Negara serikat yakni.

    1)      Tiap negara bagian mempunyai satu UUD dan satu Lembaga Legislatif.

    2)      Masing-masing negara bagian masih memegang kedaulatan ke dalam, kedaulatan keluar dipegang pusat.

    3)      Aturan yang dibuat pusat tidak lgs bisa dilaksanakan daerah, harus dengan persetujuan parlemen negara bagian.

    Selain kedua bentuk Negara tersebut. Bentuk Negara ke dalam tiga kelompok yaitu:

    a.       Monarki

    Negara monarki adalah bentuk Negara yang dalam pemerintahannya hanya dikuasai dan diperintah (yang berhak memerintah) oleh satu orang saja.

    b.      Oligarki

    Oligarki ini biasanya diperintah dari kelompok orang yang berasal dari kalangan feudal.

    c.       Demokrasi

    Rakyat memiliki kekuasaan penuh dalam menjalankan pemerintahan.

    2.      Unsur negara

    Berdasarkan Konvensi Montevideo tahun 1933 (Fakultas Hukum Universitas Andalas: 2010), ada 5 unsur yang harus dipenuhi untuk terbentuknya sebuah negara, yaitu :

    a.       Penghuni (penduduk/rakyat).

    b.      Wilayah.

    c.       Kekuasaan tertinggi (pemerintah yang berdaulat).

    d.      Kesanggupan untuk berhubungan dengan negara lain

    e.       Pengakuan dari negara lain.

    Keempat unsur pertama disebut unsur konstitutif atau unsur pembentuk yang harus terpenuhi agar terbentuk negara, sedangkan unsur yang kelima disebut unsur deklaratif yakni unsur yang sifatnya menyatakan, bukan unsur mutlak.

    a.       Penduduk/rakyat

    Penduduk suatu negara adalah semua orang yang pada suatu waktu mendiami wilayah negara. Mereka itu secara sosiologis lazim disebut rakyat dari negara itu. Rakyat dalam hubungan ini diartikan sebagai sekumpulan manusia yang dipersatukan oleh suatu rasa persamaan dan mendiami suatu wilayah yang sama.

    Ditinjau dari segi hukum, rakyat merupakan warga negara suatu negara. Warga negara adalah seluruh individu yang mempunyai ikatan hukum dengan suatu negara tertentu. Setiap negara mempunyai sejumlah individu yang menyebut dirinya warga negara (rakyat) dari negara itu.

    Berdasarkan hukum internasional, tiap-tiap negara berhak untuk menetapkan sendiri siapa yang akan menjadi warga negaranya. Ada dua asas yang dipakai dalam pembentukan kewarganegaraan, yaitu asas ius soli dan asas ius sanguinis. Asas ius soli (law of the soil), menentukan warga negaranya berdasarkan tempat tinggal. Artinya, siapa pun yang bertempat tinggal di suatu negara adalah warga negara tersebut. Asas ius sanguinis (law of the blood) menentukan warga negara berdasarkan pertalian darah, dalam arti siapa pun seorang anak kandung (yang sedarah seketurunan) dilahirkan oleh seorang warga negara tertentu, maka anak tersebut juga dianggap warga negara yang bersangkutan.

    Berikut perbedaan antara penduduk, bukan penduduk, warga Negara dan bukan warga Negara sebagai berikut

    PendudukBukan PendudukWarga NegaraBukan Warga Negara
    Penduduk adalah mereka yang bertempat tinggal tetap atau berdomisili tetap di dalam wilayah Negara (menetap).Bukan Penduduk adalah mereka yang berada di dalam wilayah Negara, tetapi tidak bermaksud bertempat tinggal di Negara itu. Misalnya wisatawan Asing yang sedang melakukan perjalanan wisata.Warga Negara adalah mereka yang berdasarkan hukum merupakan anggota dari Negara (menurut undang-undang diakui sebagai warga negara).Bukan Warga Negara adalah mereka yang mengakui Negara lain sebagai negaranya

    b.      Wilayah

    Wilayah adalah landasan materiil atau landasan fisik suatu negara. Luas wilayah negara ditentukan oleh perbatasan-perbatasan. Negara menjalankan yurisdiksi teritorial atas orang dan benda yang berada di dalam batas-batas wilayah itu, kecuali beberapa golongan orang dan benda yang dibebaskan dari yurisdiksi itu.

    Wilayah yang dimaksud dalam pengertian di atas adalah bukan hanya wilayah geografis atau wilayah dalam arti sempit, melainkan dalam arti luas. Wilayah dalam arti luas ini merupakan wilayah dilaksanakannya yurisdiksi negara. Wilayah ini meliputi wilayah daratan dan udara di atasnya, serta laut di sekitar pantai negara itu, yaitu apa yang disebut laut teritorial. Batas-batas wilayah dalam arti luas ini berarti negara berwenang untuk menjalankan kedaulatan teritorialnya. Sekelompok manusia dengan pemerintahannya tidak dapat menciptakan negara tanpa adanya suatu wilayah.

    1)      Daratan

    Batas wilayah darat suatu Negara biasanya ditentukan dengan perjanjian antara suatu Negara dengan Negara lain dalam bentuk traktat. Perbatasan antara Negara dapat berupa:

    a)      Batas alam, misalnya: sungai, danau, pegunungan, atau lembah.

    b)      Batas buatan, misalnya: pagar tembok, pagar kawat berduri.

    c)      Batas menurut geofisika, misalnya: lintang utara/selatan, bujur timur/barat.

    2)      Lautan

    Berdasarkan Konferensi Hukum Laut internasional III pada 10 Desember 1982 yang diselenggrakan oleh PBB di Montego Bay, Jamaica, menghasilkan batas wilayah Negara sebagai berikut:

    a)      Laut Teritorial

    Setiap negara mempunyai kedaulatan atas laut territorial selebar 12 mil laut, yang diukur berdasarkan garis lurus yang ditarik dari garis dasar (base line) garis pantai kearah laut bebas.

    b)      Zona Bersebelahan

    Zona bersebelahan merupakan batas laut selebar 12 mil laut dari garis batas laut territorial atau batas laut selebar 24 mil laut dari garis dasar.

    c)      Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)

    Zona Ekonomi Eksklusif merupakan batas lautan suatu negara pantai lebarnya 200 mil laut dari garis dasar. Dalam batas ini, negara pantai berhak menggali kekayaan alam yang ada dan menangkap para nelayan asing yang kedapatan sedang melakukan penangkapan ikan.

    d)     Landas Benua

    Landas benua adalah wilayah daratan negara pantai yang berada di bawah lautan di laut ZEE, selebar lebih kurang 200 mil di lautan bebas.

    e)      Landas Kontinen

    Landas kontinen merupakan daratan yang berada di bawah permukaan air di luar laut territorial sampai kedalaman 200 m. Bagi negara pantai, landas kontinen dinyatakan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari wilayah daratan.

    3)      Udara

    Wilayah udara suatu negara ada di atas wilayah daratan dan wilayah lautan Negara itu. Pembatasan wilayah suatu negara sangat penting sekali karena menyangkut pelaksanaan kedaulatan suatu negara dalam segala bentuk, seperti hal-hal berikut :

    a)      Berkuasa penuh terhadap kekayaan yang ada di dalamnya.

    b)      Berkuasa mengusir orang-orang yang bukan warga negaranya dalam wilayah tersebut bila tidak memiliki izin dari negara itu.

    c)      Pemerintah yang Berdaulat.

    c.       Pemerintah yang berdaulat

    Sekalipun telah ada sekelompok individu yang mendiami suatu wilayah, tetapi belum juga dapat diwujudkan suatu negara, jika tidak ada segelintir orang yang berwenang mengatur dan menyusun kehidupan bersama. Pemerintah adalah organisasi yang mengatur dan memimpin negara. Tanpa pemerintah tidak mungkin negara itu berjalan secara baik.

    Pemerintah yang berdaulat mempunyai kekuasaan sebagai berikut :

    1)      Kedaulatan ke dalam, artinya wibawa, berwenang menentukan dan menegakkan hukum atas warga dan wilayah negaranya.

    2)      Kedaulatan keluar adalah mempunyai kedudukan yang sederajat dengan negara lain, sehingga bebas untuk menentukan hubungan diplomatik dengan negara lain.

    Pemerintah menegakkan hukum dan memberantas kekacauan, mengadakan perdamaian, dan menyelaraskan kepentingan-kepentingan yang bertentangan. Oleh karena itu, sungguh mustahil ada masyarakat tanpa pemerintahan. Pemerintah yang menetapkan, menyatakan, dan menjalankan kemauan individu-individu yang tergabung dalam organisasi politik yang disebut negara.

    Pemerintah melaksanakan tujuan-tujuan negara dan menjalankan fungsi-fungsi kesejahteraan bersama. Untuk dapat menjalankan fungsi-fungsinya dengan baik dan efektif, kedaulatan sebagai atribut negara diwujudkan. Kekuasaan pemerintah biasanya dibagi atas legislatif, eksekutif, dan yudikatif.

    d.      Kesanggupan untuk berhubungan dengan negara lain

    Kesanggupan untuk berhubungan dengan negara lain, yaitu ketika negara itu dapat melakukan hubungan-hubungan dengan negara lain dalam bidang ekonomi, politik, pendidikan, kebudayaan, dan sebagainya.

    e.       Pengakuan dari negara lain

    Negara yang bersangkutan, keberadaannya secara diplomatik diakui oleh Negara-negara yang lebih dahulu ada. Hal ini ditunjukkan dengan dibukanya hubungan diplomatik antara suatu negara dengan negara tersebut.

    3.      Sifat Negara

    Menurut Miriam Budiardjo (Oetari Budiyanto, 2012), pada umumnya setiap Negara mempunyai sifat seperti :

    a.       Sifat Memaksa yaitu negara mempunyai kekuasaan untuk memakai kekerasan, agar peraturan perundang-undangan ditaati dengan demikian penertiban dalam masyarakat tercapai serta timbulnya anarkis dicegah. Sebagai contoh setiap warga Negara harus membayar pajak dan orang yang menghindarinya akan dikenakan denda.

    b.      Sifat Monopoli yaitu negara mempunyai monopoli dalam menetapkan tujuan bersama dari masyarakat atau untuk mencapai cita-cita Negara. Sebagai contoh aliran kepercayaan atau aliran politik dilarang bertentangan dengan tujuan masyarakat.

    c.       Mencakup Semua yakni semua peraturan perundang-undangan berlaku untuk semua orang tanpa terkecuali. Sebagai contoh keharusan membayar pajak.

    4.      Tujuan negara

    Menurut A. Ubaedillah & Abdul Rozak (2008: 91), Negara mempunyai tujuan antara lain sebagai berikut.

    a.       Memperluas kekuasaan.

    b.      Menyelenggarakan ketertiban hukum.

    c.       Mencapai kesejahteraan umum.

    Beberapa pandangan mengenai tujuan negara antara lain sebagai berikut.

    a.       Menurut Plato tujuan Negara adalah untuk memajukan kesusilaan manusia, sebagai perseorangan (individu) dan sebagai makhluk sosial. Sedangkan menurut Roger H. Soltau tujuan Negara adalah memungkinkan rakyatnya berkembang serta menyelenggarakan daya ciptanya sebebas mungkin (the freest possible development and creative self-expression of its members).

    b.      Negara menurut ajaran teokrasi (yang diwakili oleh Thomas dan Agustinus) bertujuan untuk mencapai kehidupan aman dan tenteram harus dengan taat kepadan dan di bawah pimpinan Tuhan. Pimpinan negara menjalankan kekuasaan hanyalah berdasarkan kekuasaan Tuhan yang diberikan kepadanya.

    c.       Ajaran negara hukum bertujuan untuk menyelenggarakan ketertiban hukum dengan berdasarkan dan berpedoman kepada hukum. Dalam negara hukum segala kekuasaan alat-alat pemerintahannya didasarkan atas hukum. Semua orang tanpa kecuali harus tunduk dan taat kepada hukum. Dalam negara hukum, hak-hak rakyat dijamin sepenuhnya oleh negara. Sebaliknya, rakyat berkewajiban mematuhi seluruh peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah negara itu.

    d.      Negara menurut teori negara kesejahteraan bertujuan mewujudkan kesejahteraan umum. Dalam hal ini negara dipandang sebagai alat belaka yang dibentuk manusia untuk mencapai tujuan bersama, kemakmuran, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat negara itu.

    e.       Dalam Islam, seperti yang dikemukakan oleh Ibnu Arabi, tujuan Negara adalah agar manusia bisa menjalankan kehidupannya dengan baik, jauh dari sengketa dan menjaga intervensi pihak-pihak asing.

    f.       Dalam konteks Negara Indonesia, tujuan Negara adalah untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanaan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan social.

    5.      Fungsi negara

    Fungsi Negara merupakan gambaran apa yang dilakukan Negara untuk mencapai tujuannya. Fungsi Negara dapat dikatakan sebagai tugas daripada Negara. Negara sebagai organisasi kekuasaan dibentuk untuk menjalankan tugas-tugas tertentu.

    Di bawah ini adalah fungsi Negara menurut beberapa ahli (Winarno, 2007: 39) antara lain sebagai berikut.

    a.       John Locke

    Seorang sarjana Inggris membagi fungsi Negara menjadi tiga fungsi yaitu.

    1)      Fungsi legislatif, untuk membuat peraturan.

    2)      Fungsi eksekutif, untuk melaksanakan peraturan.

    3)      Fungsi Federatif, untuk mengurusi urusan luar negeri dan urusan perang dan damai.

    b.      Montesquieu

    Tiga fungsi Negara menurut Montesquieu adalah

    1)      Fungsi legislatif, untuk membuat Undang-Undang.

    2)      Fungsi eksekutif, untuk melaksanakan Undang-Undang.

    3)      Fungsi yudikatif, untuk mengawasi agar semua peraturan ditaati (fungsi mengadili), yang populer dengan Trias Politika.

    c.       Van Vollen Hoven

    Seorang sarjana dari negeri Belanda, menurutnya fungsi Negara dibagi menjadi.

    1)      Regeling, membuat peraturan.

    2)      Bestuur, menyelenggarakan pemerintahan.

    3)      Rechtspraak, fungsi mengadili.

    4)      Politie, fungsi ketertiban dan keamanan.

    d.      Goodnow

    Menurut Goodnow, fungsi Negara secara prinsipal dibagi menjadi dua bagian yang dikenal dengan sebutan Dwipraja (dichotomy) yakni.

    1)      Policy making, kebijaksanaan Negara untuk waktu tertentu, untuk seluruh masyarakat.

    2)      Policy executing, kebijaksanaan yang harus dilaksanakan untuk tercapainya policy making.

    e.       Mirriam Budiardjo

    Menurut Mirriam Budiardjo, fungsi pokok Negara adalah sebagai berikut.

    1)      Melaksanakan penertiban untuk mencapai tujuan bersama dan mencegah bentrokan-bentrokan dalam masyaraakat. Dapat dikatakan bahwa Negara bertindak sebagai stabilisator.

    2)      Mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya. Fungsi ini dijalankan dengan melaksanakan pembangunan di segala bidang.

    3)      Pertahanan. Hal ini diperlukan untuk menjaga kemungkinan serangan dari luar. Untuk ini Negara dilengkapi dengan alat-alat pertahanan.

    4)      Menegakkan keadilan. Hal ini dilaksanakan melalui badan-badan pengadilan.

    Pada dasarnya setiap negara, terlepas dari ideologi yang dianut, menyelenggarakan beberapa fungsi minimum yang mutlak perlu, yaitu sebagai berikut.

    a.       Melaksanakan ketertiban umum (law and order) dalam mencapai tujuan bersama dan mencegah konflik dalam masyarakat (negara bertindak sebagai stabilisator).

    b.      Mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat yang ada pada saat ini fungsinya dianggap sangat penting, terutama bagi negara-negara baru.

    c.       Melaksanakan pertahanan untuk menjaga kemungkinan serangan dari luar.

    d.      Menegakkan keadilan yang dilaksanakan oleh badan-badan pengadilan.

    Oetari Budiyanto mengemukakan fungsi Negara sebagai berikut.

    a.       Fungsi Pertahanan dan Keamanan (Hankam)

    Negara harus dapat melindungi rakyat, wilayah serta pemerintahan dari ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar.

    b.       Fungsi Keadilan

    Negara harus dapat menegakkan hukum secara tegas dan tanpa adanya unsur kepentingan tertentu. Setiap warga negara harus dipandang sama di depan hukum.

    c.       Fungsi Pengaturan dan Ketertiban

    Negara harus mempunyai peraturan (UU) dan peraturan-peraturan lainnya untuk menjalankannya agar terwujudnya tatanan kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara.

    d.      Fungsi Kesejahteraan dan Kemakmuran

    Negara harus mengeksplorasi sumber daya alam (SDA) dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) untuk meningkatkan pendapatan rakyat guna mencapai kesejahteraan dan kemakmuran.

  • Taksonomi Anderson dan Dimensi Pengetahuan

    Taksonomi Anderson dan Dimensi Pengetahuan

    Taksonomi Anderson adalah konsep pembagian pengetahuan peserta didik ke dalam 6 level pengetahuan dan 4 Dimensi Pengetahuan. Konsep Taksonomi ini dikembangkan oleh pendahulunya yakni Taksonomi Bloom. Hal ini membuat Taksonomi Aderson juga kadang disebut sebagai taksonomi Revisi Bloom.

    Prinsip Dasar Penyusunan Taksonomi

    Taksonomi Pengetahuan dikembangkan oleh Bloom dan Krathwohl melaku 4 prinsip dasar yakni:

    1. Prinsip metodologis (cara guru mengajar)
    2. Prinsip psikologis (fenomena kejiwaan)
    3. Prinsip logis (logis dan konsisten)
    4. Prinsip tujuan (keselarasan antara tujuan dan nilai-nilai)

    A. Sejarah Taksonomi Bloom

    Taksonomi Bloom merujuk pada taksonomi yang dibuat untuk tujuan pendidikan. Taksonomi ini pertama kali dirancang oleh Benjamin S. Bloom pada tahun 1956. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain (ranah, kawasan) dan setiap domain tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian yang lebih rinci berdasarkan hirarkinya.

    Tujuan pendidikan dibagi ke dalam tiga domain, yaitu:

    1. Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir.
    2. Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.
    3. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.

    Beberapa istilah lain yang juga menggambarkan hal yang sama dengan ketiga domain tersebut di antaranya seperti yang diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantoro, yaitu: cipta, rasa, dan karsa. Selain itu, juga dikenal istilah: penalaran, penghayatan, dan pengamalan.

    Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai tingkah laku yang paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan menyertakan juga tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah, seperti misalnya dalam ranah kognitif, untuk mencapai “pemahaman” yang berada di tingkatan kedua juga diperlukan “pengetahuan” yang ada pada tingkatan pertama.

    Bloom memimpin pengembangan ranah kognitif yang menghasilkan enam tingkatan kognitif. Tingkatan paling sederhana adalah pengetahuan, berikutnya pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian yang lebih bersifat kompleks dan abstrak. Sedangkan ranah afektif yang berdasarkan penghayatan dipimpin oleh David R. Krathwohl, ranah psikomotorik yang berhubungan dengan gerakan refleks sederhana ke gerakan syaraf dipimpin oleh Anita Harrow.

    Ketiga ranah dalam taksonomi Bloom ini bersifat linier, sehingga seringkali menimbulkan kesukaran bagi guru dalam menempatkan konten (isi) pembelajaran. Akhirnya tahun 1990 seorang murid Benjamin Bloom yang bernama Lorin W. Anderson melakukan penelitian dan mengasilkan perbaikan terhadap taksonomi Bloom, revisinya diterbitkan tahun 2001. Perbaikan yang dilakukan adalah mengubah taksonomi Bloom dari kata benda (noun) menjadi kata kerja (verb). Ini penting dilakukan karena taksonomi Bloom sesungguhnya adalah penggambaran proses berfikir. Selain itu juga dilakukan pergeseran urutan taksonomi yang menggambarkan dari proses berfikir tingkat rendah (low order thinking) ke proses berfikir tingkat tinggi (high order thinking).

    Perbedaaan Taksonomi Bloom dan Anderson

    Taksonomi BloomTaksonomi Anderson
    PengetahuanMengingat
    PemahamanMemahami
    PenerapanMenerapkan
    AnalisisMenganalisis
    SintesisMenilai
    EvaluasiMencipta

    Selama masih menggunakan kata benda, orientasi pembelajaran adalah pada produk, padahal belajar adalah sebuah proses. Pengetahuan merupakan hasil berpikir bukan proses berfikir, sehingga diperbaiki menjadi mengingat yang menunjukkan proses paling rendah. Sedangkan menciptakan merupakan proses berfikir tingkat paling tinggi. Ini sangat logis, karena orang baru bisa mencipta bila telah mampu menilai adanya kelebihan dan kekurangan pada sesuatu dari berbagai pertimbangan dan pemikiran kritis.

    Kunci perubahan ini terutama terkait dengan terminologi. Menurut Anderson dan Krathwohl istilah knowledge, comprehension, application dan selanjutnya tidak menggambarkan penerapan hasil belajar. Oleh karena itu mengusulkan penggunaan terminologi berbentuk gerund yaitu remembering (ingatan), understanding (pemahaman), applying (penerapan), analysis (analisis), evaluation (penilaian) dan creation (penciptaan) dan seterusnya.

    Terminologi ini lebih menggambarkan kompetensi secara spesifik. Istilah knowledge mewakili kata benda umum yaitu pengetahuan. Berbeda dengan remembering yang bermakna ingatan; kata ini memiliki arti sebuah kemampuan sebagai hasil dari proses belajar dengan kegiatan membaca, mendengar, melakukan dan sejenisnya.

    Dalam skema terlihat perbedaan istilah dan jenis Selain itu ada revisi susunan tingkat kompetensi dan menambahkan satu istilah untuk kompetensi kognitif tertinggi yaitu creation. Anderson dan Krathwohl berasumsi bahwa kemampuan mensintesis merupakan kompetensi tertinggi karena merupakan akumulasi dari kelima kompetensi lainnya. Dengan alasan itu mereka memindahkan kompetensi tersebut di puncak piramida domain kognitif tapi mengubah istilah menjadi creation (penciptaan).

    B. Dimensi Taksonomi Anderson

    Deskripsi dan kata kunci setiap kategori dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.

    KATEGORIKATA KUNCI
    Remembering (ingatan): can the student recall or remember the information? Dapatkah peserta didik mengucapkan atau mengingat informasi?Menyebutkan definisi, menirukan ucapan, menyatakan susunan, mengucapkan, mengulang, menyatakan
    Understanding (pemahaman): Dapatkah peserta didik menjelaskan konsep, prinsip, hukum atau prosedur?Mengelompokkan, menggambarkan, menjelaskan identifikasi, menempatkan, melaporkan, menjelaskan, menerjemahkan, pharaprase.
    Applying (penerapan): Dapatkah peserta didik menerapkan pemahamannya dalam situasi baru?Memilih, mendemonstrasikan, memerankan, menggunakan, mengilustrasikan, menginterpretasi, menyusun jadwal, membuat sketsa, memecahkan masalah, menulis
    Analyzing (analisis): Dapatkah peserta didik memilah bagian-bagian berdasarkan perbedaan dan kesamaannya?Mengkaji, membandingkan, mengkontraskan, membedakan, melakukan deskriminasi, memisahkan, menguji, melakukan eksperimen, mempertanyakan.
    Evaluating (evaluasi): Dapatkah peserta didik menyatakan baik atau buruk terhadap sebuah fenomena atau objek tertentu?Memberi argumentasi, mempertahankan, menyatakan, memilih, memberi dukungan, memberi penilaian, melakukan evaluasi
    Creating (penciptaan): Dapatkah peserta didik menciptakan sebuah benda atau pandangan?Merakit, mengubah, membangun, mencipta, merancang, mendirikan, merumuskan, menulis.

    (Siana, 2012)

    Dalam taksonomoi Bloom domain kognitif dikenal hanya satu dimensi tapi dalam taksonomi Anderson dan Krathwohl menjadi dua dimensi. Dimensi pertama adalah Knowledge Dimension (dimensi pengetahuan) dan Cognitive Process Dimension (dimensi proses kognisi). Perspektif dua dimensi Anderson dan Krathwohl dapat digambarkan dengan tabel berikut.

    Matrik Taksonomi Anderson

    Dimensi PengetahuanDimensi Proses Kognisi
    IngatanPemahamanPenerapanAnalisisPenilaianPenciptaan
    Pengetahuan Faktual
    Pengetahuan Konseptual
    Pengetahuan Prosedural
    Pengetahuan Meta-Kognisi

    (Lorin W. Anderson and David R. Krathwohl2001)

    Dimensi Pengetahuan

    JENIS UTAMA DAN JENIS SUB
    A. PENGETAHUAN FAKTUAL
    Siswa harus mengetahui elemen dasar untuk sebuah disiplin atau cara memecahkan masalah di dalamnya.
    A. Pengetahuan tentang terminologi
    Ab. Pengetahuan tentang rincian spesifik dan elemen
    Teknis kosakata, simbol musik.
    Sumber utama, sumber informasi yang dapat diandalkan.
    B. PENGETAHUAN KONSEPTUAL – Keterkaitan di antara unsur-unsur dasar struktur yang lebih besar yang memungkinkan mereka untuk berfungsi bersama-sama.
    Ba. Pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori

    Bb. Pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi

    Bc. Pengetahuan tentang teori, model, dan struktur
    Periode waktu geologi, bentuk-bentuk kepemilikan bisnis.
    Teorema pythagoras, hukum penawaran dan permintaan.
    Teori evolusi, struktur kongres.
    C. PENGETAHUAN PROSEDURAL – Bagaimana melakukan sesuatu, metode penyelidikan, dan kriteria untuk menggunakan keterampilan, algoritma, teknik, dan metode.
    Ca. Pengetahuan tentang subjek-keterampilan khusus dan algoritma

    Cb. Pengetahuan tentang subjek khusus teknik dan metode

    Cc. Pengetahuan tentang kriteria untuk menentukan kapan harus menggunakan prosedur yang tepat
    Keterampilan yang digunakan dalam lukisan dengan warna air, seluruh nomor algoritma pembagian.
    Teknik wawancara, metode ilmiah.
    Kriteria yang digunakan untuk menentukan kapan harus menerapkan prosedur yang melibatkan hukum kedua Newton, kriteria yang digunakan untuk menilai kelayakan dari penggunaan metode tertentu untuk memperkirakan biaya bisnis.
    D. PENGETAHUAN METAKOGNITIF – Pengetahuan kognisi secara umum serta kesadaran dan pengetahuan tentang kognisi sendiri.
    Da. Pengetahuan strategis

    Db. Pengetahuan tentang tugas kognitif, termasuk pengetahuan kontekstual dan kondisional yang tepat

    Dc. Pengetahuan diri
    Pengetahuan menguraikan sebagai sarana menangkap struktur dari unit materi pelajaran dalam buku teks, pengetahuan tentang penggunaan heuristik.
    Pengetahuan tentang jenis tes khusus, mengelola pengetahuan dari tuntutan kognitif dari tugas yang berbeda.
    Pengetahuan mengkritisi diri adalah kekuatan pribadi sedangkan menulis esai adalah kelemahan pribadi, kesadaran tingkat pengetahuan sendiri

    (Anderson W. Lorin, Classroom Assessment, 2003)

    Keterangan

    1. Pengetahuan faktual(Factual Knowledge): pengetahuan berbentuk fakta seperti nama, nomor, jumlah, tahun, alamat dan sejenisnya. Misalnya tahun lahirnya Ki Hajar Dewantara, jumlah rakaat shalat, nama presiden Indonesia pertama dan sebagainya.
    2. Pengetahuan konseptual(Conceptual Knowledge): pengetahuan berbentuk konsep, hukum, dan prinsip. Contoh definisi puasa, hokum archimides, prinsip kerja AC dan sejenisnya.
    3. Pengetahuan prosedural(Procedural Knolwledge): pengetahuan berbentuk cara melakukan sesuatu. Contoh: langkah-langkah membuat teh tubruk, prosedur menerbangkan pesawat terbang, langkah menyusun modul dan sejenisnya.
    4. Pengetahuan metakognisi(Meta-cognition Knowledge): sering disebut a process of thinking about thinking atau pengetahuan mengenai proses kognisi dan strategi terkait dengan penerapan pengetahuan tersebut untuk meningkatkan hasil belajar. Juga sering diartikan sebagai sebuah kesadaran otomatis (automatic awareness) yang timbul karena pengetahuan dan kemampuan melakukan pengendalian (control) dan memanipulasi proses kognitif. Contoh, seorang peserta didik menyadari bahwa gaya belajar yang dimilikinya adalah visual, maka dia memilih video pembelajaran sebagai strategi untuk meningkatkan hasil belajarnya.

    Struktur Dimensi Proses Kognisi (Cognitive Process Dimension)

    KATEGORI & PROSES KOGNISI NAMA ALTERNATIFDEFINISI DAN CONTOH
    1. INGATAN – Mengambil pengetahuan relevan dari memori jangka panjang
    1.1 MengenaliMengidentifikasiMencari pengetahuan dalam memori jangka panjang yang konsisten dengan materi yang disampaikan (misalnya, Kenali tanggal peristiwa penting dalam sejarah AS)
    1.2 MengingatMengambilMengambil pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang (misalnya, Ingat tanggal peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah AS)
    2. PEMAHAMAN – Membangun makna dari pesan instruksional, termasuk lisan, tertulis, dan komunikasi grafis
    2.1 Menafsirkan
    2.2 Mencontohkan
    2.3 Mengklasifikasi
    2.4 Meringkas
    2.5 Menyimpulkan
    2.6 Membandingkan
    2.7 Menjelaskan
    Klarifikasi,
    parafrase
    mewakili
    menerjemahkan


    Menggambarkan,
    instantiating


    Mengkategorikan,
    subsuming


    Abstrak,
    generalisasi


    Penutup,
    ekstrapolasi,
    interpolasi,
    memprediksi


    Kontras,
    pemetaan,
    sesuai


    Membangun
    model
    Mengubah dari satu bentuk representation (misalnya, numerik) ke bentuk yang lain (misalnya pidato, dan dokumen)Menemukan contoh spesifik atau ilustrasi dari suatu konsep atau prinsip (misalnya, Berikan contoh gaya lukisan varicusartistikMenentukan sesuatu yang termasuk dalam kategori (misalnya, klasifikasikan kasus yang diamati atau dijelaskan dari gangguan mental)Abstrak tema umum atau titik utama (misalnya, Menulis ringkasan singkatdari acara yang digambarkan pada rekaman video)

    Mengambil kesimpulan logis dari informasi yang disajikan (misalnya, Dalam belajar bahasa asing, menyimpulkan prinsip gramatikal dari contoh yang ada)

    Mendeteksi korespondensi antara dua ide, benda, dan sejenisnya (misalnya, peristiwa sejarah dibandingkan dengan situasi kontemporer)

    Membangun model sebab-akibat dari suatu sistem (misalnya, Jelaskan penyebab peristiwa penting abad ke-18 di Perancis)
    3. PENERAPAN – Melaksanakan atau menggunakan prosedur dalam situasi tertentu
    3.1 Menjalankan
    3.2 ;Mengimplementasikan
    Melaksanakan
    Menggunakan
    Menerapkan prosedur untuk mengerjakan tugas (misalnya, digit nomor satu keseluruhan dengan nomor lain keseluruhan,baik dengan digit ganda)

    Menerapkan prosedur untuk tugas asing (misalnya, Gunakan Hukum Kedua Newton dalam situasi di mana itu tepat)
    4. ANALISIS – Memilah materi menjadi bagian-bagian penyusunnya dan menentukan bagaimana bagian-bagian tersebut berhubungan satu sama lain dan struktur keseluruhan atau tujuan.
    4.1 Membedakan
    4.2 Mengorganisir
    4.3 Menghubungkan
    Diskriminatif,
    membedakan,
    fokus,
    memilih


    Temuan
    koherensi,
    mengintegrasikan,
    menguraikan,
    parsing,
    penataan


    Mendekonstruksi
    Membedakan sesuatu yang relevan dari bagian yang tidak relevan atau penting dari bagian materi yang disampaikan (misalnya, bedakan antara angka yang relevan dan tidak relevan dalam bahasa matematis)

    Menentukan bagaimana elemen yang cocok atau berfungsi dalam struktur (misalnya, Struktur bukti dalam deskripsi sejarah menjadi bukti dan penjelasan terhadap resiko artikular sejarah)
    Tentukan point pandang, nilai-nilai, atau bahan yang disajikan yang mendasar (misalnya, Tentukan sudut pandang penulis esai dalam hal nya atau perspektif politik nya)
    5. EVALUASI-Membuat penilaian berdasarkan kriteria dan standar
    5.1 Memeriksa
    5.2 Mengkritik
    Koordinasi,
    mendeteksi,
    pemantauan,
    pengujian



    Menilai
    Mendeteksi inkonsistensi dari fallacies dalam proses atau produk, menentukan apakah suatu proses atau produk memiliki konsistensi internal, detecting efektivitas prosedur seperti yang sedang dilaksanakan (misalnya,Menentukan apakah kesimpulan seorang ilmuwan diikuti dari data yang diamati)

    Mendeteksi  konsistensi antara produk dan kriteria eksternal, menentukan apakah suatu produk memiliki konsistensi eksternal, mendeteksi kesesuaian prosedur untuk masalah tertentu (misalnya, Hukum yang dari dua metode adalah cara terbaik untuk memecahkan masalah yang diberikan)
    6. PENCIPTAAN – Masukan elemen bersama-sama untuk membentuk satu kesatuan yang koheren atau fungsional, mengenali unsur-unsur ke dalam pola baru atau struktur
    6.1 Membuat
    6.2 Merencanakan
    6.3 Memproduksi
    Hipotesa
    Merancang
    Membangun
    Datang dengan hipotesa berdasarkan kriteria (misalnya, Hasilkan hipotesa untuk menjelaskan fenomena yang diamati)

    Merancang prosedur untuk menyelesaikan beberapa tugas (misalnya, Rencanakan sebuah makalah penelitian tentang topik sejarah tertentu)

    Menciptakan suatu produk (misalnya, Membangun habitat untuk tujuan tertentu)

     (Anderson W. Lorin. Classroom Assessment, 2003)

    Kata Kerja Operasional pada Dimensi Proses Kognisi dalam Taksonomi Anderson

    Kata Kerja Operasional (KKO) Ranah Kognitif (Anderson)

    • Mengingat: Menjelaskan jawaban faktual, menguji ingatan dan pengenalan
    • Memahami: Menerjemahkan, menjabarkan, menafsirkan, menyederhana-kan, dan membuat perhitungan
    • Menerapkan : Memahami kapan menerapkan, mengapa menerapkan, dan mengenali pola penerapan ke dalam situasi baru, tidak biasa dan agak berbeda atau berlainan.
    • Menganalisis :Memecahkan ke dalam bagian, bentuk dan pola
    • Menilai: Berdasarkan kriteria dan menyatakan mengapa?.
    • Menciptakan : Menggabungkan unsur-unsur ke dalam bentuk atau pola yang sebelumnya kurang jelas
  • 4 Pilar Belajar Unesco

    Menurut UNESCO belajar meliputi 4 pilar yaitu:

    1. Learning to know ( Pengetahuan)
    2. Learning to do ( melakukan sesuatu)
    3. Learning to be ( menjadi pribadi yang utuh)
    4. Learning to live together ( Hidup Bersama)

    A. Learning to know

    Dalam suatu lembaga pendidikan haruslah memprioritaskan keberhasilan sebuah proses pembelajaran, hal tersebut haruslah diaktualisasikan, karena mengingat bahwasanya pendidikan adalah hal yang sangat penting di era yang terus berkembang pesat dalam hal pengetahuan dan teknologi saat ini.

    Tahapan awal untuk menciptakan pendidikan yang baik dan berkualitas adalah dengan mengetahui, memahami dan menerapkan pilar-pilar dalam pendidikan, dan learning to know atau belajar untuk mengetahui adalah pilar utama dalam sebuah pendidikan yang mempunyai nilai-nilai dan keyakinan yang menjadikannya sebuah kunci dalam suatu pendidikan. Proses-proses utama yang menjadi kunci dalam hal tersebut, meliputi:

    1. Meninjau dan mengklarifikasi nilai-nilai dan keyakinan
    2. Menyatakan misi dan tujuan pendidikan
    3. Mengembangkan pemahaman tentang bagaimana siswa belajar
    4. Responsif terhadap konteks dalam menentukan apa yang harus dipelajari oleh siswa dalam jangka waktu mereka mengenyam pendidikan di sekolah formal ataupun non formal

    Selama mengenyam pendidikan di manapun dan kapanpun proses itu terjadi, secara tidak langsung telah mengajarkan  kita untuk memahami tentang sifat manusia, alam, dan berbagai kecerdasan manusia lainnya.

    B. Learning to do

    Dalam pembahasan ini akan dipaparkan tahap kedua yaitu belajar melakukan sesuatu (berkarya). Sebelum masuk pada tahap belajar berkarya, disini akan dipaparkan dahulu pengertian dari belajar berkarya.

    1.      Pengertian Belajar dan Berkarya 

    Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat.  Berkarya artinya mengerjakan suatu pekerjaan sampai menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi semua orang. Berkarya sangat erat untuk hubungannya dengan kerja keras. Kerja keras menunjukkan bahwa seseorang mempunyai keinginan untuk memperoleh hasil secara baik dan efektif.

    2.      Hakikat Learning to Do 

                Learning to do (belajar untuk melakukan sesuatu) adalah sebuah aspek psikomotorik yang harus diberikan kepada anak didik. Aspek psikomotorik ini dapat diterjemahkan dalam segala kegatan belajar – mengajar. Proses pembelajaran dalam konsep learning to do  adalah peserta didik harus mau dan mampu (berani) mengaktualisasi keterampilan yang dimilikinya, selain bakat dan minat yang telah dimiliki sejak awal. Berani mengaktualisasi minat dan bakatnya, berarti peserta didik diarahkan untuk menyadari kelebihan dan

    3.      Hal-hal yang terkait dengan belajar melakukan sesuatu atau untuk berkarya (learning to do)

    1. Martabat manusia dan martabat tenaga kerja
    2. Kesehatan dan keharmonisan dengan alam
    3. Kebenaran dan kebijaksanaan
    4. Cinta dan kasih sayang
    5. Kreativitas
    6. Perdamaian dan keadilan
    7. Pembangunan berkelanjutan
    8. Persatuan dan solidaritas nasional
    9. Spiritual global

    C. Learning to be

    Dua pilar pertama ditujukan bagi lahirnya generasi muda yang mampu mencari informasi dan/ menemukan ilmu pengetahuan, yang mampu melaksanakan tugas dalam memecahkan masalah, dan mampu bekerjasama, bertenggang rasa, dan toleran terhadap perbedaan. Bila ketiganya berhasil dengan memuaskan akan menimbulkan adanya rasa percaya diri pada masing-masing peserta didik.

    Konsep learning to be perlu dihayati oleh praktisi pendidikan untuk melatih siswa agar memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Kepercayaan merupakan modal utama bagi siswa untuk hidup dalam masyarakat. Penguasaan pengetahuan dan keterampilan merupakan bagian dari proses menjadi diri sendiri (learning to be) (Atika, 2010). Menjadi diri sendiri diartikan sebagai proses pemahaman terhadap kebutuhan dan jati diri. Belajar berperilaku sesuai dengan norma dan kaidah yang berlaku di masyarakat, belajar menjadi orang yang berhasil, sesungguhnya merupakan proses pencapain aktualisasi diri.

    Learning to be mengandung arti bahwa belajar adalah proses untuk membentuk manusia yang memiliki jati dirinya sendiri. Oleh karena itu, pendidik harus berusaha memfasilitasi peserta didik agar bealajar mengaktualisasikan dirinya sendiri sebagai individu yang berkepribadian utuh dan bertanggung jawab sebagai individu sekaligus sebagai anggota masyarakat.

    4.             Learning to live together

                Pilar yang terakhir merupakan pilar yang menekankan peserta didik kepada bentuk pengaplikasian belajar di tengah – tengah masyrakat. Dalam mencapai kehidupan bersama diperlukan usaha-usaha, cara-cara dan kunci-kunci yang lebih menonjolkan sifat kebersamaan atau rasa kepedulian social yang tinggi. Karena dalam mencapai kehidupan bersama rasa kebersamaan tersebut harus diawali dari individu terlebih dahulu sebelum akhirnya kepada ruang lingkup yang lebih luas. Setiap individu harus memulai usaha sosialisasi dan rasa kebersamaan di dalam kehidupan, sehiingga kehidupan bersama dapat didapatkan dengan mudah. Usaha tersebut yaitu dengan menumbuhkan rasa kebersamaan dan saling membutuhkan satu dengan yang lainnya. Dan untuk memasuki abad baru atau dunia “kita” bersama-sama maka memerlukan kunci di bawah ini, yaitu :

    a.       Memahami diri sendiri, satu sama lain dan dunia

    b.      Menggunakan teknologi baru secara kritis

    c.       Mencari tempat kita di masyarakat

    d.      Membangun dunia lebih layak dan lebih adil

    Dan dalam mencapai keberhasilan yang diinginkan, yaitu dapat hidup bersama tanpa adanya rasa keberatan atau ketidaknyamanan pada diri sendiri pastilah terdapat masalah-masalah demi terciptanya kehidupan bersama tersebut, dan amsala-masalah itu di antaranya :

    a.       Menemukan orang lain dengan menemukan diri sendiri

    b.      Mengadopsi perspektif kelomppok etnis, agama dan social lainnya

    c.       Berpartisipasi dalam proyek dengan orang-orang dari kelompok

     d.    Mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan ketegangan dan konflik

  • Teori Belajar Kognitif Gestalt

    Gestalt adalah sebuah teori yang menjelaskan proses persepsi melalui pengorganisasian komponen-komponen sensasi yang memiliki hubungan, pola, ataupun kemiripan menjadi kesatuan. Teori gestalt beroposisi terhadap teori strukturalisme. Teori gestalt cenderung berupaya mengurangi pembagian sensasi menjadi bagian-bagian kecil.

    Sejarah

    Teori ini dibangun oleh tiga orang, Kurt Koffka, Max Wertheimer, and Wolfgang Köhler. Mereka menyimpulkan bahwa seseorang cenderung mempersepsikan apa yang terlihat dari lingkungannya sebagai kesatuan yang utuh.

    Hukum dasar teori Gestalt

    Teori belajar gestalt meneliti tentang pengamatan dan problem solving

    • Hukum pragnanz
    • Hukum kesamaan
    • Hukum kecenderungan
    • Hukum ketertutupan
    • Hukum kontinuitas

    Karakteristik

    1. Mempunyai hukum keterdekatan, ketertutupan, dan keamanan.
    2. Proses pembelajaran secara terus meneru dan memperkuat ingatan peserta didik
    3. Adanya perubahan belajar insight 

    Tokoh-Tokoh Teori Gestalt

    Tokoh-tokoh yang mendukung teori Gestalt antara lain:

    A.     Max Wertheimer

    Max Wertheimer lahir di Prague/Praha pada tanggal 15 April 1880. Dia belajar bersama Stumpf di Berlin selama beberapa tahun. Kemudian mendapat gelar doktoralnya dari Kulpe di University of Wurzburg pada tahun 1904-1910. Wertheimer pergi ke Institut Psikologi University of Franfurt yang pada akhirnya dipertemukan dengan Wolfgang Kohler dan Kurt Koffka yang kemudian menjadi subjek eksperimennya.

    Wertheimer merupakan kekuatan intelektual penuntun diantara para pendiri psikologi Gestalt. Pada tahun 1933, dia pergi ke Amerika Serikat untuk menyelamatkan diri dari berbagai masalah yang terjadi di Jerman. Di sana dia menulis buku terkenalnya “Productive Thinking” yang berisi tentang psikologi kognitif dalam perspektif Gestalt, yang dipublikasikan pada tahun 1945 setelah kematiannya oleh anaknya.

    B.     Wolfgang Kohler.

    Wolfgang Kohler lahir pada tanggal 21 Januari 1887, di Re Val, Estonia. Dia menerima gelar Ph. dan pada tahun 1908 dari University of Berlin. Kemudian menjadi asisten di Institute Psikologi Frankfurt yang mempertemukannya dengan Max Wertheimer. Tahun 1913 mendapat tugas belajar ke Antrhopoid Station, Tenerife di kepulauan Canary dan tinggal di sana sampai tahun 1920.

    Pada tahun 1917 ia menulis buku paling terkenalnya “Intelegenzprufungen An Menschenaffen” yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris tahun 1925 dengan judul The Mentality of Apes. Pada tahun 1922 Kohler menjadi ketua dan direktur laboratorium psikologi di University of Berlin dan tinggal di sana sampai pensiun.

    C.     Koffka

    Kurt Koffka lahir pada tanggal 18 Maret 1886 di Berlin. Dia juga mendapat gelar Ph.D dari University of Berlin pada tahun 1909 dan juga menjadi asisten di Frankfurt.

    Pada tahun 1911, Koffka pergi ke University of Gressen dan mengajar di sana sampai tahun 1927. Ketika di sana, dia menulis buku “Growt Of The Main : An Introduction To Child Psychology” (1912). Pada tahun 1922, dia menulis sebuah artikel untuk Psychological Bulletin yang memperkenalkan program Gestalt kepada pembaca Amerika Serikat. Tahun 1927, Koffka meninggalkan Amerika Serikat untuk mengajar di Smith College dan mempublikasikan “Principles Of Gestalt Psychology”.

    Prinsip-prinsip belajar menurut Teori Gestalt 

    Prinsip-prinsip pengorganisasian

    • Principle of proximately
    • Principle of similarity
    • Principle of objective set
    • Principle of continuity
    • Principle of closure / good form
    • Principle of figure  and ground
    • Principle of isomorphism

    Adapun timbulnya insight itu tergantung pada:

    • Kesanggupan
    • Pengalaman
    • Taraf kompleksitas dari suatu situasi
    • Latihan
    • Trial and error

    Implementasi Teori Gestalt dalam pembelajaran 

    Ø  Pengalaman tilikan (insight)

    Ø  Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning)

    Ø  Perilaku bertujuan (pusposive behavior)

    Ø  Prinsip ruang hidup (life space)

    Ø  Transfer dalam belajar 

    Kelebihan  Teori Gestalt

    1.      Dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah (problem solving)

    2.      Dapat meningkatkan motivasi

    Kekurangan Teori Gestalt

    1.      Untuk teori belajar kognitif ini keberhasilan sebuah pembelajaran tidak dapat diukur hanya dengan satu orang siswanya saja maksudnya semua siswa harus diperhatikan.

    2.      Konsekuensinya terhadap lingkungan adalah fasilitas-fasilitas dalam lingkungan juga harus mendukung. 

    MEANINGFUL LEARNING

    Meaningful learning emphasizes students acquisition of new information and it’s linkages to previous experiences and knowledge in the formation of personal and uniqe understandings. 

    CHARACTERISTIC OF MEANINGFUL LEARNING (Grabe:2007)

    Ø  Active             : mean that learners are dynamic, that they assume, active roles in learning  activities.

    Ø  Authentic        : mean that learners construct knowledge from situated and authentic learning activities

    Ø  Constructive    : mean that learners accommodate new ideas to their prior knowledge or experiences

    Ø  Cooperative     : mean that learners are encouraged to solve the problem task together with their peers

    Kognitif : mempelajari proses mental, bagaimana orang berfikir, merasakan, mengingat dan belajar

    Kognitif : berhubungan dengan topic perhatian, persepsi, memori, bahasa, berpikir, dan membuat keputusan.

    Kognitif : psikologi khusus pada pemahaman dan pengetahuan dalam mempelajari proses mental

  • Permasalahan dalam Belajar dan Pembelajaran

    Masalah adalah perbedaan yang terjadi antara harapan dan kenyataan. Dalam belajar dan Pembelajaran, masalah didefenisikan sebagian perbedaan antara harapan yang tertuang dalam kurikulum dan hasil belajar yang didapatkan setelah melalui proses asesmen.

    Jenis-Jenis Masalah Belajar

    Masalah belajar memiliki bentuk yang banyak ragamnya, diantaranya:

    1. Keterampilan Akademik – Keadaan siswa yang diperkirakan memiliki intelegensi yang cukup tinggi, tetapi tidak dapat memanfaatkannya secara optimal.
    2. Keterampilan dalam Belajar – Keadaan siswa yang memiliki IQ 130 atau lebih tetapi masih memerlukan tugas-tugas khusus untuk memenuhi kebutuhan dan kemampuan belajar yang amat tinggi.
    3. Sangat Lambat dalam Belajar – Keadaan siswa yang memiliki akademik yang kurang memadai dan perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan pendidikan atau pengajaran khusus.
    4. Kurang Motivasi dalam Belajar – Keadaan siswa yang kurang bersemangat dalam belajar mereka seolah-olah tampak jera dan malas.
    5. Bersikap dan Berkebiasaan Buruk dalam Belajar – Kondisi siswa yang kegiatan atau perbuatan belajarnya sehari-hari antagonistic dengan yang seharusnya, seperti suka menunda-nunda tugas, mengulur waktu, membenci guru, tidak mau bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahuinya dan sebagainya.

    Beberapa ciri tingkah laku yang merupakan pernyataan manifestasi gejala kesulitan belajar antara lain:

    1. Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rat
    2. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan
    3. Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar
    4. Menunjukkan sikap yang kurang wajar
    5. Menunjukkan tingkah laku yang berkelainan
    6. Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar.

    Seorang siswa dapat diduga mengalami kesulitan belajar, kalau yang bersangkutan tidak berhasil mencapai taraf kualifikasi hasil belajar tertentu.  Seperti ukuran kriteria yang dinyatakan dalam TIK atau ukuran tingkat kapasitas atau kemampuannya.

    Kesulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar. Hambatan-hambatan itu bisa ada yang disadari dan mungkin juga tidak disadari oleh yang mengalaminya, hambatan itu dapat bersifat psikologis, sosiologis, dan fisiologis dalam keseluruhan proses belajar. Orang yang mengalami kesulitan belajar akan mengalami hambatan dalam mencapai hasil belajarnya.

    Faktor-faktor Penyebab Timbulnya Masalah Belajar

    1.      Faktor yang Bersumber dari Diri Pribadi (Internal)

    Faktor yang bersumber dari diri pribadi sendiri yaitu :

    a.      Faktor Psikologis

    Ø  Intelegensi

    Siswa yang mempunyai intelegensi tinggi akan lebih mudah dalam memahami pelajaran yang diberikan guru atau lebih berhasil dibandingkan dengan siswa-siswa yang berintelegensi rendah.

    Ø  Bakat

    Apabila bahan yang dipelajari oleh siswa tidak sesuai dengan bakatnya maka siswa akan mengalami kesulitan dalam belajar.

    Ø  Motivasi

    Prestasi belajar siswa bisa menurun apabila siswa tersebut tidak mempunyai motivasi dalam belajar.

    b.      Faktor Fisiologis

    Gangguan-gangguan fisik dapat berupa gangguan pada alat-alat penglihatan dan pendengaran yang dapat menimbulkan kesulitan belajar. Seperti gangguan visual yang sering disertai dengan gejala pusing, mual, sakit kepala, malas, dan kehilangan konsentrasi pada pelajaran.

    2.      Faktor Eksternal

    a.      Faktor yang Bersumber dari Lingkungan Sekolah :

    Ø  Metode mengajar

    Apabila guru menggunakan metode yang sama untuk semua bidang studi dan pada setiap pertemuan akan membosankan siswa dalam belajar.

    Ø  Hubungan guru dengan guru, guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa

    Dalam proses pendidikan, antar guru, guru dengan siswa, dan antar siswa tidak terjalin hubungan yang baik dan harmonis untuk bekerja sama, maka siswa akan mengalami kesulitan dalam belajar. Karena antar personal sekolah akan saling menyebutkan kelemahan dari personal lain dan terjadinya persaingan yang kurang sehat.

    Ø  Sarana dan prasarana

    Alat-alat belajar yang kurang atau tidak lengkap, buku-buku sumber yang diperlukan sulit didapatkan, ruang kelas, ruang kelas tidak mencukupi syarat seperti terlalu panas, pengap, dan ruang kecil yang tidak sesuai dengan jumlah siswa.

    b.      Faktor Keluarga

    Ø  Keadaan ekonomi keluarga

    Apabila anak hidup dalam keluarga yang miskin dan harus bekerja membantu mencari tambahan ekonomi keluarga akan menimbulkan kesulitan bagi anak, mungkin akan terlambat datang, tidak dapat membeli peralatan sekolah yang dibutuhkan, tidak dapat memusatkan perhatian karena sudah lelah dan sebagainya.

    Ø  Hubungan antar sesama anggota keluarga

    Apabila hubungan antar keluarga tidak harmonis, seperti orang tua sering bertengkar, orang tua otoriter, peraturan yang ketat, dan sebagainya, maka anak tidak bisa berkonsentrasi dalam belajar.

    Ø  Tuntutan orang tua

    Tuntutan orang tua dapat menimbulkan kesulitan belajar bagi anak apabila tuntutan itu tidak sesuai dengan kemampuan, minat, dan bakat anak.

    c.       Faktor Lingkungan Masyarakat

    Faktor yang bersumber dari lingkungan masyarakat yang dapat menimbulkan kesulitan belajar adalah media cetak, komik, buku-buku pornografi, media elektronik, TV, VCD, video, play station, dan sebagainya.

    3.     Cara Pengungkapan Masalah Belajar

    Tes hasil belajar adalah suatu alat yang disusun untuk mengungkapkan sejauh mana siswa telah mencapai tujuan-tujuan pengajaran yang telah ditetapkan sebelumnya.

    a.      Tes kemampuan dasar

    Tingkat kemampuan dasar biasa diukur dengan mengadministrasikan tes intelegensi yang sudah baku.

    b.      Melalui Pengisian AUM PTSDL

    Siswa mengisi alat ungkap masalah yang berkenaan dengan masalah belajar.

    c.       Tes Diagnostik

    Merupakan instrumen untuk mengungkapkan adanya kesalahan-kesalahan yang dialami oleh siswa dalam bidang pelajaran tertentu.

    d.      Analisis Hasil Belajar

    Tujuannya sama dengan tujuan tes diagnostik.

    e.    Langkah-langkah atau Prosedur dan Teknik Penggunaan Masalah (diagnosa kesulitan belajar)

    1.      Identifikasi siswa yang mengalami kesulitan belajar

    2.      Melokasikan letaknya kesulitan (permasalahan)

    3.      Lokalisasi jenis faktor sifat yang menyebabkan mereka mengalami berbagai kesulitan

    4.      Perkiraan kemungkinan bantuan

    5.      Penetapan kemungkinan cara mengatasinya

    6.      Tindak lanjut.

    4.      Upaya Pengentasan Masalah Belajar

    a.             Pengajaran Perbaikan

    Merupakan pelayanan yang diberikan kepada seseorang atau sekelompok siswa yang menghadapi masalah-masalah belajar dengan maksud untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam proses dan hasil belajar siswa.

    b.             Program Pengayaan

    Merupakan suatu bentuk layanan yang diberikan kepada seseorang atau beberapa siswa yang sangat cepat dalam belajar.

    c.             Peningkatan Motifasi Belajar

    Prosedur-prosedur yang dapat dilakukan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa: 1) Memperjelas tujuan belajar, 2) Menyesuaikan pengajaran dengan bakat, kemampuan dan minat siswa, 3) Menciptakan suasana pembelajaran yang menantang, meransang dan menyenangkan, 4) Memberikan hadiah (penguatan dan hukuman bila perlu), 5) Menciptakan hubungan yang hangat dan dinamis, 6) Menghindari tekanan-tekanan dan suasanayang tidak menentu, 7) Melengkapi sumber dan peralatan mengajar.

    d.             Pengembangan sikap dan Kebiasaan Belajar yang baik

    Setiap siswa diharapkan menerapkan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif.

    e.             Layanan Konseling Individual

    Konseling dimaksud sebagai pelayanan khusus dalam hubungan langsung tatap muka antara konselor dan klien.

  • Contoh RPP Matematika Model Project-Based Learning

    Berikut ini adalah contoh RPP Matematika Model Project-Based Learning untuk materi Geometri Ruang Sisi.

    A. Identitas RPP

    Nama Sekolah:SMP Negeri XX Kota YYYY
    Mata Pelajaran:Matematika
    Kelas / Semester:VIII – Fase e
    Materi Pokok :Bangun Ruang Sisi Datar
    Alokasi Waktu:100 Menit ( 2 Jam Pertemuan)

    B. Komptensi Inti, Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi

    Kompetensi IntiKompetensi DasarIndikator Pencapaian Kompetensi
    Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnyaMenghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnyaBerdoa sebelum danb sesudah melakukan sesuatu

    Memberi salam sebelum dan sesudah menyampaikan pendapat/presentasi
    Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannyaMenunjukkan sikap logis, kritis, analitik, konsisten, dan teliti, bertanggung jawab, responsif, dan tidak mudah menyerah dalam memecahkan masalah;Menunjukkan sikap kerjasama dalam menyelesaikan tugas dari guru

    Menunjukkan sikap tanggungjawab
    Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mataMenentukan luas dan volume bangun ruang sisi datarMenentukan luas permukaan bangun ruang sisi datar;
    Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teoriMembuat dan menyajikan presentasi tentang bangun ruang sisi datar sesuai kelompokMembuat dan menyajikan presentasi

    Menaksir dan menghitung luas permukaan dan volume bangun ruang yang tidak beraturan dengan menerapkan geometri dasarnya.

    B. Tujuan Pembelajaran

    Melalui proses mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengolah informasi, dan mengkomunikasikan hasil, siswa dapat:

    1. Berdoa sebelum dan sesudah melakukan sesuatu Memberi salam sebelum dan sesudah menyampaikan pendapat/presentasi;
    2. Menunjukkan sikap kerjasamadanbertanggungjawab dalam menyelesaikan tugas dari guru;
    3. Menentukan luas permukaan dan volume bangun ruang sisi datar;
    4. Membuat dan menyajikan presentasi.
    5. Menaksir dan menghitung luas permukaan dan volume bangun ruang yang tidak beraturan dengan
      menerapkan geometri dasarnya.

    C. Materi Pembelajaran

    Bangun ruang terdiri dari bangun ruang sisi datar dan sisi lengkung. Bangun ruang sisi datar yaitu kubus, balok, prisma, dan limas. Besaran-besaran yang dicari dalam bangun ruang adalah mengenai luas dan volume.

    1. Kubus

    Kubus adalah bangun ruang yang dibatasi oleh enam bidang sisi yang berbentuk persegi.

    a. Luas Permukaan kubus

    Akubus = 6s2

    b. Volume Kubus

    Vkubus = s3

    2. Balok

    Balok adalah bangun ruang yang dibatasi oleh enam bidang yang berbentuk persegi panjang serta bidang bidang yang berhadapan adalah sepasang yang kongruen.

    a. Luas permukaan balok

    Abalok = 2(p.l +p.t + l.t)

    b. Volume balok

    Vbalok = p.l.t

    Keterangan :
    p = panjang balok
    l = lebar balok
    t = tinggi balok

    3. Prisma

    Prisma adalah bangun ruang yang dibatasi oleh dua buah bidang sejajar dimana bidang-bidang sejajar tersebut merupakan bidang atas dan bidang atas (tutup).

    a. Luas Permukaan Prisma

    Aprisma = 2.Aalas + Luas Sisi Tegas

    b. Volume prisma

    V_{prisma}=\frac{1}{3}A_{alas}.T

    4. Limas

    Limas adalah bangun ruang yang dibatasi oleh sebuah segi-n misalkan segi-3, segi-4, sebagai bidang alas dan beberapa bidang tegak berbentuk segitiga.

    a. Luas Permukaan Lisma

    Alimas = 2.Aalas + Luas Sisi Tegas

    b. Volume limas

    V_{limas}=\frac{1}{3}A_{alas}.T

    D. Model, Metode, dan Pendekatan Pembelajaran

    Model:Pembelajaran Berbasis Proyek (PjBL)
    Metode:Tanya Jawab, Kerja Kelompok
    Pendekatan:Saintifik

    E. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

    Pertemuan I

    KegiatanTahap PembelajaranTahapan SaintifikKegiatan Peserta DidikKegiatan GuruWaktu
    PendahuluanPeserta Didik menjelaskan tentang manfaat belajar bangun ruang sisi datar dalam kehidupan sehari hari;

    Peserta Didik menyimak tujuan belajar dan hasil belajar yang
    diharapkan akan dicapai dalam pertemuan;

    Peserta Didik menyimak informasi tentang cara belajar yang akan ditempuh
    Guru memberi salam dan mengajak siswa berdoa, dilanjutkan menanyakan kabar dan mengecek kehadiran siswa

    Menanyakan kegunaan belajar bangun ruang sisi datar

    Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai

    Menyampaikan cara belajar yang akan dtempuh
    3 Menit
    IntiPenentuan Pertanyaan Mendasar (Start With the Essential Question).Secaraberkelompok
    temukan dari alam sekitar kita benda benda yang berbentuk:

    Kubus dan balok (Kelompok 1 dan 2)

    Prisma (Kelompok 3 dan 4)

    Limas (Kelompok 5 dan 6)

    selanjutnya buatlah presentasi luas permukaan dan volume benda benda itu, dalam bentuk rangkuman atau mading”
    Dikerjakan di rumah (waktu 3 hari)
    Menyusun Jadwal (Create a Schedule)

    Mendesain
    Perencanaan Proyek (Design a Plan for the Project)
    Mengamati

    Menanya

    Mengumpulkan informasi / eksperimen

    Mengasosiasikan (mengolah informasi)

    Mengkomunikasikan
    Kegiatan Siswa :

    Menyusun jadwal kegiatan

    Mencari / mengamati / menyelidiki benda benda yang ada di alam sekitar atau kehidupan kita yang berbentuk kubus, balok, prisma dan limas

    Mengumpulkan informasi dari
    berbagai sumber misal browsing Internet, buku, perpustakaan, dll untuk menemukan luas permukaan benda yang berbentuk yang berbentuk kubus, balok, prisma dan limas yang ada di alam sekitar atau kehidupan kita.

    Menulis catatan serta memfoto benda-benda yang ada di alam sekitar atau kehidupan kita yang berbentuk yang berbentuk kubus, balok, prisma dan limas dengan menggunakan kamera atau ponsel

    Menulis catatan serta memfoto benda-benda yang ada di alam sekitar atau kehidupan kita yang berbentuk yang berbentuk kubus, balok, prisma dan limas dengan menggunakan kamera atau ponsel

    Konsultasi guru terkait dengan kegiatan yang sudah dilakukan

    Secara berkelompok
    menghitung luas permukaan dan volume benda-benda yang
    berbentuk kubus, balok, prisma dan limas

    Membuat laporan dalam bentuk paparan atau
    presentasi

    Membuat laporan dalam bentuk majalah dinding

    Konsultasi guru terkait dengan kegiatan yang sudah dilakukan.

    Perencanaan
    presentasi
    Dikerjakan di rumah
    (waktu 3 hari)
    PenutupMengumpulkan hasil kerja projectMenfasilitasi dan membimbing peserta didik untuk merangkum materi pelajaran.

    Menfasilitasi dan membimbing peserta didik untuk merefleksi proses
    dan materi pelajaran
    2 menit

    Pertemuan II

    KegiatanTahap PembelajaranTahapan SaintifikKegiatan Peserta DidikKegiatan GuruWaktu
    PendahuluanSiswa menyimak tujuan belajar dan hasil belajar yang diharapkan akan dicapai dalam pertemuan;

    Siswa menyimak informasi tentang cara belajar yang akan ditempuh
    Guru memberi salam dan mengajak siswa berdoa, dilanjutkan menanyakan kabar dan mengecek kehadiran siswa;2 mnt
    IntiMemonitor siswa dan
    kemajuan proyek (Monitor the Students and the Progress of the Project)
    MengkomunikasikanKegiatan Siswa:
    Pelaksanaan presentasi
    Untuk memonitor siswa dan kemajuan proyek, guru melakukan pengamatan kepada siswa dalam menyelesaikan proyek dengan membuat rubrik yang merekam keseluruhan aktivitas siswa.6 mnt
    PenutupMenguji Hasil (Assess the Outcome)

    Mengevaluasi Pengalaman(Evaluate the Experience)
    Dilakukan refleksi pada akhir proses pembelajaran, terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan.Secara klasikal dan melalui tanya jawab siswa dibimbing untuk merangkum isi pembelajaran bangun ruang sisi datar2 mnt

    F. Penilaian

    1. Penilaian kompetensi sikap aspek spiritual melalui observasi.

    AspekIndikatorKriteria
    BerdoaBerdoa (membaca basmalah) sebelum melakukan sesuatu

    Berdoa(membaca basmalah) sesudah melakukan sesuatu
    4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan

    3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadangkadang tidak melakukan

    2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan

    1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan
    Memberi salamMemberi salam sebelum menyampaikan pendapat/presentase

    Memberi salam sebelum menyampaikan pendapat/presentase
    4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai
    pernyataan

    3 = sering, apabila sering melakukan sesuai
    pernyataan dan kadang kadang tidak melakukan

    2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan

    1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan

    2. Penilaian kompetensi sikap

    Instrumen : Penilaian antar peserta didik.

    AspekIndikatorKriteria
    KerjasamaTolong menolong teman

    Mau bekerja dalam kelompok
    4 = jika Sangat Baik
    3 = jika Baik
    2 = jika Cukup
    1 = jika Tidak Baik
    Tanggung jawabAmbil bagian dalam tugas kelompok4 = jika Sangat Baik
    3 = jika Baik
    2 = jika Cukup
    1 = jika Tidak Baik
  • RPP Fisika Fluida Model Project Based Learning

    Berikut RPS FIsika Materi Fluida Model Project Based Learning untuk Sub Materi Hukum Pascal.

    Rencana Pelaksanaan Pembelajara (RPP)

    A. Identitas RPP

    Nama Sekolah:SMA Negeri 1 Makasar
    Mata Pelajaran:Fisika
    Kelas:XI – Fase F
    Materi Pokok:Fluida Statis
    Sub Materi:Hukum Pascal
    Alokasi Wakti:9 JP (3 Pertemuan)

    B. Tujuan Pembelajaran

    1. Pengetahuan

    1. Peserta Didik mempu memahami kriteria Fluida Newton
    2. Peserta Didik mampu menformulasikan Hukum Pascal pada fluida statis

    2. Keterampilan

    1. Merancang proyek aplikasi Hukum Pascal
    2. Mengembang alat yang mengaplikasikan Hukum Pascal

    C. Materi Pembelajaran

    1. Hukum Pascal

    D. Metode Pembelajaran

    Model:Project Based Learning (PjBL)
    Metode:Ceramah, Tanya Jawab, Proyek, dan Demonstrasi
    Pendekatan:Saintifik

    F. Kegiatan Pembelajaran

    KegiatanSintaks PembelajaranKegiatan GuruKegiatan Peserta DidikAlokasi Waktu
    PendahuluanGuru memberi salam dilanjutkan dengan menanyakan kabar peserta didik dan kesiapan belajar

    Guru mengecek kehadiran peserta didik

    Guru memberikan apersepsi dan motivasi

    Guru mereview materi pertemuan sebelumnya tentang  tekanan

    Guru memberikan apersepsi dengan menunjukkan sebuah video tentang beberapa contoh peralatan yang menerapkan prinsip pascal dalam kehidupan sehari-hari dan
    Peserta didik menjawab salam guru

    Peserta didik mendengarkan penjelasan guru

    Mengamati :
    Peserta didik mengamati video yang diberikan oleh guru.

    Menanya :
    Peserta didik bertanya tentang video yang diberikan oleh guru
    10
    Kegiatan Inti
    1. Get an idea (memperoleh ide/gagasan)Memusatkan perhatian siswa dengan menampilkan video tentang beberapa peralatan yang menggunakan penerapan prinsip pascal

    Setelah video selesai, guru memberikan pernyataan,

    Sebutkan macam-macam peralatan yang menggunakan penerapan prinsip pascal dalam kehidupan sehari-hari?

    Sebutkan macam-macam peralatan yang menggunakan penerapan hukum pascal dalam kehidupan sehari-hari?

    Bagaimanakah prinsip kerja dongkrak hidrolik pada video ?
    Mengamati :
    Memperhatikan video yang ditampilkan oleh guru.

    Mengkomunikasikan :
    Peserta didik menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru
    10
    Design the project (Mendesain proyek)Guru mengarahkan peserta didik membentuk kelompok dan berdiskusi merencanakan sebuah proyek tentang prinsip pascal

    Guru meminta salah satu kelompok memilih atau mengundi tema proyek tentang prinsip pascal

    Guru meminta siswa untuk mengumpulkan informasi yang relevan dari berbagai sumber (internet, buku), mengarahkan siswa untuk bertanya dan membagikan lembar rencana proyek kelompok

    Memberikan pengarahan untuk mengerjakan  proyek 2 dengan  membagikan LKS 2 kepada siswa

    Guru memberikan penjelasan /aturan main berkaitan dengan proyek tentang prinsip pascal misalnya dilakukan secara berkelompok, waktu pengerjaannya dan penyelesaian proyek serta jenis-jenis penilaian yang akan dilakukan.

    Guru memberikan masukan kepada peserta didik terhadap rancangan proyek
    Peserta didik membentuk kelompok 4-5 orang secara heterogen.

    Salah satu peserta didik memilih atau mengundi tema proyek tentang prinsip pascal di depan kelas

    Menanya
    Memberikan pertanyaaan, misalnya :

    Bagaimanakah konsep prinsip pascal?

    Sebutkan contoh-contoh peralatan yang menggunakan penerapan prinsip pascal

    Bagaimanakah prinsip kerja dongkrak hidrolik?

    Bagaimanakah prinsip kerja pada alat pres (kempa)

    Bagaimanakah sistem hidrolik pada truk ?

    Mengumpulkan informasi
    Berdiskusi dengan kelompoknya untuk mendesain proyek sesuai dengan tugas yang telah ditentukan.

    Berdiskusi dengan teman dan guru untuk menyusun jadwal pelaksanaan proyek

    Mencoba :
    Peserta didik mengumpulkan informasi mengenai prinsip pascal

    Mengolah Informasi :
    Peserta didik merencanakan sebuah proyek tentang rancangan prinsip pascal

    Peserta didik membuat strategi penyelesaian proyek  tentang rancangan prinsip pascal
    misalnya :

    Penentuan ketua kelompok
    Alat dan bahan proyek

    Gambar rancangan proyek

    Prinsip kerja proyek

    Penerapan proyek dalam kehidupan sehari-hari.

    Mengamati :
    Peserta didik mendengarkan masukan dari guru
    30
    Tune the project (menyelaraskan proyek)Membantu dan membimbing siswa dalam menyusun penjadwalan pelaksanaan proyek mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, persiapan dan presentasi untuk menyelaraskan dengan jadwal yang dibuat oleh guru.

    Membantu dan membimbing siswa dalam mengumpulkan bahan-bahan yang diperlukan

    Guru mengarahkan peserta didik berdiskusi menyusun jadwal sebuah proyek prinsip pascal
    Berdiskusi dengan teman dan guru untuk menyusun jadwal pelaksanaan proyek proyek prinsip pascal

    Berdiskusi dan bekerja sama dengan kelompoknya untuk mengumpulkan informasi dari berbagai sumber yang mendukung (buku, internet) sesuai tugas.

    Mencoba :
    Peserta didik secara berkelompok menyusun jadwal sebuah proyek prinsip pascal

    Contoh jadwal kegiatan proyek:

    Perancangan proyek di (pertemuan 3 )

    Mengkaji konsep “prinsip pascal dari berbagai sumber buku, internet,

    Merancang pembuatan proyek “prinsip pascal

    Melaporkan rancangan pembuatan proyek “prinsip pascal.

    Menguji proyek (pertemuan ke 4)

    Membawa alat dan bahan rancangan proyek prinsip pascal

    Membuat rancangan proyek “prinsip pascal

    Mencatat proses pembuatan proyek “prinsip pascal

    Melakukan uji coba proyek “prinsip pascal.

    Pelaporan proyek (pertemuan 4 )
    Membuat laporan proyek “prinsip pasca”.

    Do the project (mengerjakan proyek)Selama penyelesaian proyek, guru memonitor aktivitas yang penting dari peserta didik, misal:

    Alat dan bahan rancangan proyek “prinsip pascal

    Desain rancangan proyek “prinsip pascal.

    Menanyakan kesulitan yang mereka temui pada saat pembuatan proyek “prinsip pascal

    Memantau dan membimbing siswa dalam mengerjakan proyeknya

    Guru memberikan nilai hasil presentasi masing-masing kelompok tentang proyek proyek “prinsip pascal

    Guru memberikan pertanyaan tentang proyek proyek “prinsip pascal 

    Guru memberikan saran-saran tentang model proyek proyek “prinsip pascal  
    Mengomunikasikan :

    Peserta didik menunjukkan hasil Alat dan bahan rancangan proyek “prinsip pascal

    Peserta didik menunjukkan hasil Desain rancangan proyek “prinsip pascal 

    Peserta didik Menjelaskan kesulitan yang mereka temui pada saat pembuatan “prinsip pascal

    Mengasosiasikan
    Siswa dan kelompoknya mengerjakan proyek yang sudah ditentukan

    Mencoba :
    Menguji keberfungsian proyek “prinsip pascal

    Mengkomunikasikan :
    Peserta didik mempresentasikan hasil proyek “prinsip pascal
    di depan kelas

    Menyampaikan desain /rancangan proyek “prinsip pascal

    Menyampaikan kesulitan-kesulitan dalam pembuatan proyek “prinsip pascal

    Peserta didik menjawab pertanyaan yang diberikan guru dan rekan-rekannya mengenai proyek “prinsip pascal

    Mengamati :
    Peserta didik mengamati saran – saran yang diberikan oleh guru.
    Exhibit the project (menampilkan proyek)Memberi arahan untuk mempersiapkan presentasi dari proyek masing-masing kelompok

    Guru mendengarkan pengalaman peserta didik setiap kelompok selama pembuatan proyek “prinsip pascal

    Guru melakukan refleksi terhadap aktivitas selama merancang dan membuat proyek “prinsip pascal

    Guru memberikan soal tes uraian untuk melihat kemampuan akhir peserta didik
    Mengkomunikasikan
    Mempersiapkan  untuk mempresentasikan proyeknya

    Mengkomunikasikan :
    Peserta didik diminta untuk mengungkapkan pengalamannya selama menyelesaikan proyek

    Peserta didik mendengarkan refleksi aktivitas selama merancang dan membuat proyek “prinsip pascal  

    Peserta didik mengerjakan tes uraian yang diberikan oleh guru secara mandiri
    PenutupMengucapkan salam penutupMenjawab salam guru

  • Teaching at the Right Level – Pendekatan Pembelajaran TaRL

    Teaching at the Right Level – Pendekatan Pembelajaran TaRL

    Salah satu peran dari pendidikan di lembaga formal adalah menghilangkan gap antara peserta didik melalui standar kompetensi minimum pada tingkat dan level satuan pendidikan. Namun pada kenyataannya setiap peserta didik memiliki kompetensi yang berbeda.

    Meskipun tidak memiliki tujuan menghalangi peserta didik dengan kemampuan tinggi untuk belajar lebih namun tugas utama dari seorang guru memastikan seluruh peserta didiknya mampu melampaui standar minimum yang sama. Dengan pertimbangan kompetensi awal yang berbeda, Teaching at Right Level merupakan solusi yang tepat untuk menyelesaikan masalah perbedaan kompetensi peserta didik dalam mengikuti program pembelajaran.

    Pendekatan TaRL

    Teaching at the Right Level (TaRL) adalah pendekatan yang pertama kali dikembangkan oleh NGI Pratham, India. Pendekatan TaLR lahir dari masalah perbedaan kompetensi matematika dan literasi anak-anak di sekolah dasar yang terlampau jauh. Gap yang besar ini membuat masalah bagi peserta didik saat lanjut pada sekolah menengah pertama.

    Implementasi TaRL dilaksanakan dengan mendiagnosa kompetensi dan keterampilan dasar peserta didik, secara praktis tes ini disebut test diagnostik. Hasil dari test diagnostik dijadikan dasar dalam mengelompokkan peserta didik sesuai dengan level mereka.

    Pada level Instruksional atau pembelajaran di dalam kelas, Pendekatan TaRL dimulai dari melakukan test kepada peserta didik dengan tingkat soal sederhana. Hasil test tersebut selanjutnya dijadikan dasar dalam mengelompokkan peserta didik, tidak pada kelas dan usia. Setelah itu guru harus menyusun beragam kegiatan belajar yang menarik sehingga motivasi peserta didik untuk ikut belajar meningkat. Sebagai intinya Guru harus berpusat pada kompetensi yang ingin dicapai tidak hanya sebata tuntutan kurikulum formal.

    Prinsip Pendekatan TaRL

    Berikut adalah beberapa prinsip utama dari pendekatan pembelajaran TaRL:

    1. Penilaian awal: Pendekatan TaRL dimulai dengan melakukan penilaian awal terhadap kemampuan membaca, menulis, dan berhitung setiap anak. Penilaian ini membantu guru untuk memahami tingkat pemahaman dan keterampilan setiap anak secara individual.
    2. Pemisahan berdasarkan tingkat kemampuan: Setelah penilaian, anak-anak dikelompokkan berdasarkan tingkat kemampuan mereka. Kelompok-kelompok ini terdiri dari anak-anak yang memiliki tingkat pemahaman dan keterampilan yang serupa, sehingga guru dapat memberikan pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan setiap kelompok.
    3. Pembelajaran yang adaptif: Setelah kelompok-kelompok terbentuk, guru menggunakan metode pengajaran yang adaptif untuk memastikan bahwa setiap anak dapat memahami materi pelajaran. Ini dapat melibatkan penggunaan metode pengajaran yang berbeda, seperti penggunaan bahan bacaan yang sesuai, kegiatan interaktif, dan latihan-latihan yang disesuaikan dengan tingkat kemampuan setiap kelompok.
    4. Pengukuran dan umpan balik: Selama proses pembelajaran, penting untuk melakukan pengukuran terus-menerus terhadap kemajuan setiap anak. Guru memberikan umpan balik yang konstruktif dan bimbingan kepada setiap anak untuk membantu mereka meningkatkan pemahaman dan keterampilan mereka.
    5. Pengajaran berbasis masalah: Pendekatan TaRL mendorong pengajaran yang berbasis masalah, di mana anak-anak diberi kesempatan untuk menerapkan pemahaman dan keterampilan yang mereka pelajari dalam konteks nyata. Ini membantu anak-anak melihat relevansi dan aplikasi praktis dari apa yang mereka pelajari.
    6. Kolaborasi antar guru: Pendekatan TaRL mendorong kolaborasi antara guru-guru dalam melaksanakan pembelajaran. Guru dapat berbagi pengalaman, strategi pengajaran, dan sumber daya untuk meningkatkan efektivitas pengajaran secara keseluruhan.

    Pendekatan pembelajaran TaRL telah terbukti efektif dalam meningkatkan keterampilan membaca, menulis, dan berhitung pada anak-anak di berbagai konteks pendidikan. Dengan fokus pada pengajaran pada tingkat yang sesuai, pendekatan ini membantu memastikan bahwa setiap anak memperoleh dasar-dasar penting dalam pembelajaran yang akan membantu mereka dalam perjalanan pendidikan mereka.

    Contoh RPP dengan Pendekatan TaLR

    Berikut adalah contoh RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) untuk pendekatan Teaching at the Right Level (TaRL) pada mata pelajaran Matematika kelas 4 dengan tema “Operasi Hitung Pecahan”:

    Mata Pelajaran : Matematika Kelas : 4 Tema : Operasi Hitung Pecahan Waktu : 2 x 40 menit

    Standar Kompetensi:

    1. Memahami operasi hitung penjumlahan dan pengurangan pecahan.
    2. Melakukan operasi perkalian dan pembagian dengan pecahan.

    Indikator Pencapaian Kompetensi:

    1. Mengidentifikasi pecahan pada contoh-contoh benda sekitar.
    2. Melakukan penjumlahan dan pengurangan pecahan dengan tepat.
    3. Melakukan perkalian dan pembagian dengan pecahan secara benar.

    Pertemuan 1: Pecahan dan Penjumlahan Pengurangan Pecahan Tujuan Pembelajaran:

    1. Siswa dapat mengidentifikasi pecahan pada contoh-contoh benda sekitar.
    2. Siswa dapat melakukan penjumlahan dan pengurangan pecahan dengan tepat.

    Langkah-langkah Pembelajaran:

    1. Pendahuluan (10 menit)
      • Guru memperkenalkan konsep pecahan dan memberikan contoh-contoh benda sekitar yang dapat diwakili oleh pecahan.
      • Guru meminta siswa untuk mengidentifikasi pecahan pada contoh-contoh tersebut.
    2. Kegiatan Inti (25 menit)
      • Guru membentuk kelompok-kelompok belajar berdasarkan tingkat kemampuan siswa dalam memahami pecahan.
      • Guru memberikan berbagai lembar kerja yang berisi soal penjumlahan dan pengurangan pecahan sesuai dengan tingkat kemampuan setiap kelompok.
      • Siswa bekerja dalam kelompok untuk menyelesaikan soal-soal tersebut.
      • Guru melakukan pengamatan dan memberikan bimbingan kepada setiap kelompok sesuai dengan kebutuhan mereka.
    3. Penutup (5 menit)
      • Guru mengumpulkan lembar kerja siswa.
      • Guru menyimpulkan materi pembelajaran hari ini dan memberikan umpan balik kepada siswa.
      • Guru memberikan pekerjaan rumah yang terkait dengan penjumlahan dan pengurangan pecahan.

    Pertemuan 2: Perkalian dan Pembagian dengan Pecahan Tujuan Pembelajaran:

    1. Siswa dapat melakukan perkalian dengan pecahan secara benar.
    2. Siswa dapat melakukan pembagian dengan pecahan secara benar.

    Langkah-langkah Pembelajaran:

    1. Pendahuluan (10 menit)
      • Guru mengingatkan siswa tentang konsep perkalian dan pembagian.
      • Guru menjelaskan penggunaan pecahan dalam operasi perkalian dan pembagian.
    2. Kegiatan Inti (25 menit)
      • Guru memberikan contoh-contoh soal perkalian dan pembagian dengan pecahan.
      • Guru membagi siswa menjadi kelompok-kelompok belajar berdasarkan tingkat kemampuan mereka.
      • Guru memberikan lembar kerja yang berisi soal-soal perkalian dan pembagian pecahan sesuai dengan tingkat kemampuan setiap kelompok.
      • Siswa bekerja dalam kelompok untuk menyelesaikan soal-soal tersebut.
      • Guru memberikan bimbingan dan umpan balik kepada setiap kelompok.
    3. Penutup (5 menit)
      • Guru mengajukan beberapa pertanyaan pemahaman kepada siswa tentang perkalian dan pembagian pecahan.
      • Guru menyimpulkan materi pembelajaran hari ini dan memberikan umpan balik kepada siswa.
      • Guru memberikan tugas rumah terkait dengan perkalian dan pembagian pecahan.

    Catatan: RPP ini disusun dengan asumsi bahwa siswa telah dikelompokkan berdasarkan tingkat kemampuan mereka dalam memahami konsep pecahan. Pendekatan TaRL menekankan pentingnya diferensiasi pembelajaran untuk memastikan setiap anak diajar pada tingkat yang sesuai dengan kemampuan mereka.