Blog

  • Evaluasi Pembelajaran dengan Instrumen Tes dan Non Test

    Untuk itu, diperlukan suatu metode untuk mengetahui perbedaan-perbedaan di antara mereka baik itu dalam hal kekurangannya maupun dalam hal kelebihannya. Metode tersebut dapat dilakukan dengan cara mengukur dan mengevaluasi. Pengukuran (measurement) dilakukan untuk menentukan jumlah (kuantitas) dan berkaitan dengan benar-salah, sedangkan evaluasi (evaluation) dilakukan untuk menentukan mutu (kualitas) dan berkaitan dengan baik-buruk. Sedangkan alat untuk mengevaluasi adalah lazim disebut dengan istilah tes.

    Disamping itu, tinggi rendahnya kualitas suatu tes juga dapat menentukan terhadap hasil yang ingin dicapai dari kegiatan penilaian yang dilakukan tersebut. Semakin baik tes yang digunakan, maka hasil yang akan dicapai semakin baik dan bisa dipertanggungjawabkan. Sebaliknya, jika tes yang digunakan kurang baik, maka hasil yang dicapai akan jauh dari apa yang diharapkan.

    Selain teknik tes, ada juga satu teknik yang digunakan sebagai alat evaluasi, yakni teknik nontes. Teknik ini dipakai dengan melengkapi kelemahan yang terdapat pada teknik tes. Teknik ini antara lain observasi, wawancara, angket, dan lain-lain yang akan dibahas dalam penjabaran nanti.

    Dalam makalah ini, akan dibahas mengenai alat untuk mengevaluasi hasil belajar siswa yang secara garis besar dapat dibedakan menjadi tes dan nontes; dimana keduanya dapat dipergunakan untuk mendapatkan informasi atau data tentang objek yang akan dinilai dan diukur. Dan yang lebih penting lagi, pembahasan topik ini akan memberi acuan kepada tester kapan dia harus menggunakan teknik tes dan kapan harus menggunakan teknik nontes. Pemilihan secara tepat terhadap penggunaan kedua jenis alat evaluasi tersebut diatas, tergantung pada tujuan penilaian dan jenis informasi yang ingin kita dapatkan.

    Tes

    1. Pengertian Tes

    Secara harfiah, kata “tes” berasal dari bahasa Perancis Kuno yakni testum, yang berarti “piring untuk menyisihkan logam-logam mulia” (maksudnya dengan menggunakan alat berupa piring itu akan dapat diperoleh jenis-jenis logam-logam mulia  yang nilainya sangat tinggi). Dalam bahasa Inggris ditulis dengan test yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan “tes”, ujian atau percobaan. Dalam bahasa Arab : Imtihan.

    Dari segi istilah, terdapat beberapa definisi tentang istilah tes, diantaranya adalah Drs. Amir Daien Indrakusuma dalam bukunya yang berjudul Evaluasi Pendidikan, mengatakan bahwa tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk memperoleh data-data atau keterangan yang diinginkan tentang seseorang, dengan cara yang boleh dikatakan tepat dan cepat.

    Definisi lain tentang tes juga dikutip dari Webster’s Collegiate, bahwa “test = any series of questions or exercises or other means of measuring the skill, knowledge, intelligence, capacities or aptitudes of an individual or group”.

    Dari beberapa definisi tentang tes diatas, nampak jelas bahwa pada hakekatnya tidak ada perbedaan. Jadi seorang tester dalam melakukan kegiatan penilaian membutuhkan suatu perangkat yang berupa pertanyaan, tugas, dan lain-lain. Perangkat tersebut biasa kita kenal dengan sebutan tes.

    2. Penggolongan Tes

    Tes dapat dibedakan menjadi beberapa jenis atau golongan tergantung dari segi mana dan atas alasan apa penggolongan tes itu dilakukan.

    1. Dilihat dari fungsinya sebagai alat ukur, tes dibagi menjadi 6 golongan, yakni Tes Seleksi (ujian saringan atau ujian masuk), tes awal (pre-test), tes akhir (post-test), tes diagnostic, tes formatif (ulangan harian), tes sumatif (ulangan umum).
    2. Dilihat dari aspek psikis (kejiwaan) yang ingin diungkap, tes setidak-tidaknya dibedakan menjadi 5 golongan, yakni : Tes intelegensi (inteligency test), Tes kemampuan (aptitude test), Tes sikap (attitude test), Tes kepribadian (personality test), Tes hasil belajar (achievement test).

    c. Penggolongan lain

    Dilihat dari segi banyaknya orang yang mengikuti tes, dibedakan menjadi 2 yakni test individual dan tes kelompok. Dilihat dari segi waktu yang disediakan bagi testee untuk menyelesaikan tes, dibagi menjadi 2 yakni Power test (waktu tidak dibatasi) dan Speed test (waktu dibatasi). Dilihat dari segi bentuk responnya, tes dibedakan menjadi 2, yakni Verbal Test (jawaban berupa kalimat baik lisan maupun tulisan) dan Nonverbal Test (jawaban berupa perbuatan). Dilihat dari segi cara mengajukan pertanyaan dan cara memberikan jawabannya, tes dibagi menjadi 2, yakni tes tertulis dan tes lisan.

    B. Instrumen Non Tes

    Teknik ini dapat digunakan sebagai suatu kritikan terhadap kelemahan teknik tes. Dengan teknik ini, maka evaluasi dilakukan dengan tanpa ”menguji” peserta didik, malainkan dengan observasi, wawancara, dan lain-lain seperti yang akan dipaparkan di bawah ini.   

    Teknik Non-tes inipun dibagi menjadi beberapa golongan, antara lain :

    1. Pengamatan (Observation) adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu.
    2. Wawancara (Interview) merupakan salah satu bentuk alat evaluasi jenis non-tes yang dilakukan melalui percakapan dan tanya jawab, baik langsung maupun tidak langsung dengan peserta didik.
    3. Skala sikap (Attitude Scale/Skala Likert). Peserta didik tidak hanya disuruh memilih pernyataan-pernyataan positif saja, tetapi juga pernyataan-pernyataan yang negatif. Tiap item dibagi menjadi lima skala, yakni SS, S, TT, TS, dan STS.
    4. Daftar cek (Check List), yaitu suatu daftar yang berisi subjek dan aspek-aspek yang akan diamati. Daftar ini memungkinkan guru sebagai penilai untuk mencatat tiap-tiap kejadian yang betapapun kecilnya, tetapi dianggap penting.
    5. Skala penilaian (Rating Scale). Dalam daftar cek, penilai hanya dapat mencatat ada tidaknya veriabel tingkah laku tertentu, sedangkan dalam skala penilaian fenomena-fenomena yang akan dinilai itu disusun dalam tingkatan-tingkatan tertentu.
    6. Angket (Quesioner). Angket mempunyai kesamaan dengan wawancara, kecuali dalam implementasinya. Angket dilaksanakan secara tertulis, sedangkan wawancara dilaksanakan secara lisan. 
    7. Studi kasus (Case Study) adalah studi yang mendalam dan komprehensif tentang peserta didik, kelas atau sekolah yang memiliki kasus tertentu. Misalnya, peserta didik yang sangat cerdas, sangat lamban, sangat rajin, sangat nakal atau kesulitan dalam belajar.
    8. Catatan insidental (Anecdotal Records) adalah catatan-catatan singkat tentang peristiwa-peristiwa sepintas yang dialami peserta didik secara perseorangan. Catatan ini merupakan pelengkap dalam rangka penilaian guru terhadap peserta didiknya, terutama yang berkenaan dengan tingkah laku peserta didiknya.
    9. Sosiometri adalah suatu prosedur untuk merangkum, menyusun, dan sampai bats tertentu dapat mengkuantifikasi pendapat-pendapat peserta didik tentang penerimaan teman sebayanya serta hubungan diantara mereka. Teknik ini merupakan salah satu cara untuk mengetahui kemampuan sosial peserta didik. Langkah-langkahnya yaitu memberikan petunjuk atau pertanyaan, mengumpulkan jawaban yang sejujurnya dari semua peserta didik, jawaban-jawaban tersebut dimasukkan ke dalam tabel.
    10. Inventori kepribadian, jenis non-tes ini hampir serupa dengan tes kepribadian. Bedanya, pada inventori, jawaban peserta didik tidak memakai kriteria benar salah. Semua jawaban peserta didik adalah benar selama dia menyatakan yang sesungguhnya. Walaupun demikian, dipergunakan pula skala-skala tertentu untuk kuantifikasi jawaban sehingga dapat dibandingkan dengan kelompoknya.
    11. Teknik pemberian penghargaan kepada peserta didik. Kegiatan evaluasi bukan hanya dilakukan pada dimensi hasil, tetapi juga pada dimensi proses. Salah satu bentuk penilaian proses adalah pemberian penghargaan (reward).

     KESIMPULAN

    Dari beberapa uraian diatas, dapat diketahui bahwa untuk memperoleh data-data atau informasi yang valid dan reliable, nampaknya tidak bisa kita lakukan dengan teknik tes saja, akan tetapi juga harus dengan teknik non-tes. Untuk mengetahui hasil belajar peserta didik berupa pengetahuan yang bersifat teori, bisa dilakukan dengan teknik tes. Sedangkan untuk mengetahui sikap dan perkembangan psikologi peserta didik, seorang evaluator harus menggunakan teknik non-tes. Hal ini dimaksudkan agar data yang akan didapatkan bisa lebih teruji kebenarannya dan dapat dipertanggungjawabkan.

    Teknik tes bisa dibagi menjadi beberapa golongan tergantung dari segi mana dan alasan apa penggolongan itu dilakukan. Seperti salah satunya jika dilihat dari fungsinya, maka tes dibagi menjadi tes masuk, tes awal (pre test), tes akhir (post test), tes formatif, sumatif, dan diagnostik. Sedangkan teknik nontes dibagi menjadi beberapa golongan juga, diantaranya pengamatan (observasi), wawancara (interview), angket (quesioner), skala likert, dan lain-lain. Kedua teknik tersebut diatas bisa dilakukan untuk memperoleh informasi atau data-data dari objek yang akan diteliti.

    DAFTAR PUSTAKA

    Arifin, Zainal, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011)

    Arikunto, Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi), (Jakarta: Bumi Aksara, 2008)

    Nurgiyantoro, Burhan, Penilaian Dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra, (Yogyakarta: BPFE, 1987)

    Daien Indrakusuma, Amir, Evaluasi Pendidikan,: Penilaian Hasil-Hasil Belajar, (TT: Terbitan Sendiri, TT)

    Lubis, Mawardi, Evaluasi Pendidikan Nilai, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009)

    Sudijono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2011)

  • Teori Belajar Kognitif Gestalt

    Definisi Teori Gestlat

    Gestalt adalah sebuah teori yang menjelaskan proses persepsi melalui pengorganisasian komponen-komponen sensasi yang memiliki hubungan, pola, ataupun kemiripan menjadi kesatuan. Teori gestalt beroposisi terhadap teori strukturalisme. Teori gestalt cenderung berupaya mengurangi pembagian sensasi menjadi bagian-bagian kecil.

    Sejarah

    Teori ini dibangun oleh tiga orang, Kurt Koffka, Max Wertheimer, and Wolfgang Köhler. Mereka menyimpulkan bahwa seseorang cenderung mempersepsikan apa yang terlihat dari lingkungannya sebagai kesatuan yang utuh.

    Hukum dasar teori Gestalt

    Teori belajar gestalt meneliti tentang pengamatan dan problem solving

    • Hukum pragnanz
    • Hukum kesamaan
    • Hukum kecenderungan
    • Hukum ketertutupan
    • Hukum kontinuitas

    Karakteristik

    1. Mempunyai hukum keterdekatan, ketertutupan, dan keamanan.
    2. Proses pembelajaran secara terus meneru dan memperkuat ingatan peserta didik
    3. Adanya perubahan belajar insight 

    Tokoh-Tokoh Teori Gestalt

    Tokoh-tokoh yang mendukung teori Gestalt antara lain:

    A.     Max Wertheimer

    Max Wertheimer lahir di Prague/Praha pada tanggal 15 April 1880. Dia belajar bersama Stumpf di Berlin selama beberapa tahun. Kemudian mendapat gelar doktoralnya dari Kulpe di University of Wurzburg pada tahun 1904-1910. Wertheimer pergi ke Institut Psikologi University of Franfurt yang pada akhirnya dipertemukan dengan Wolfgang Kohler dan Kurt Koffka yang kemudian menjadi subjek eksperimennya.

    Wertheimer merupakan kekuatan intelektual penuntun diantara para pendiri psikologi Gestalt. Pada tahun 1933, dia pergi ke Amerika Serikat untuk menyelamatkan diri dari berbagai masalah yang terjadi di Jerman. Di sana dia menulis buku terkenalnya “Productive Thinking” yang berisi tentang psikologi kognitif dalam perspektif Gestalt, yang dipublikasikan pada tahun 1945 setelah kematiannya oleh anaknya.

    B.     Wolfgang Kohler.

    Wolfgang Kohler lahir pada tanggal 21 Januari 1887, di Re Val, Estonia. Dia menerima gelar Ph. dan pada tahun 1908 dari University of Berlin. Kemudian menjadi asisten di Institute Psikologi Frankfurt yang mempertemukannya dengan Max Wertheimer. Tahun 1913 mendapat tugas belajar ke Antrhopoid Station, Tenerife di kepulauan Canary dan tinggal di sana sampai tahun 1920.

    Pada tahun 1917 ia menulis buku paling terkenalnya “Intelegenzprufungen An Menschenaffen” yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris tahun 1925 dengan judul The Mentality of Apes. Pada tahun 1922 Kohler menjadi ketua dan direktur laboratorium psikologi di University of Berlin dan tinggal di sana sampai pensiun.

    C.     Koffka

    Kurt Koffka lahir pada tanggal 18 Maret 1886 di Berlin. Dia juga mendapat gelar Ph.D dari University of Berlin pada tahun 1909 dan juga menjadi asisten di Frankfurt.

    Pada tahun 1911, Koffka pergi ke University of Gressen dan mengajar di sana sampai tahun 1927. Ketika di sana, dia menulis buku “Growt Of The Main : An Introduction To Child Psychology” (1912). Pada tahun 1922, dia menulis sebuah artikel untuk Psychological Bulletin yang memperkenalkan program Gestalt kepada pembaca Amerika Serikat. Tahun 1927, Koffka meninggalkan Amerika Serikat untuk mengajar di Smith College dan mempublikasikan “Principles Of Gestalt Psychology”.

    Prinsip-prinsip belajar menurut Teori Gestalt 

    Prinsip-prinsip pengorganisasian

    Ø  Principle of proximately

    Ø  Principle of similarity

    Ø  Principle of objective set

    Ø  Principle of continuity

    Ø  Principle of closure / good form

    Ø  Principle of figure  and ground

    Ø  Principle of isomorphism

    Adapun timbulnya insight itu tergantung pada:

    Ø  Kesanggupan

    Ø  Pengalaman

    Ø  Taraf kompleksitas dari suatu situasi

    Ø  Latihan

    Ø  Trial and error

    Implementasi Teori Gestalt dalam pembelajaran 

    Ø  Pengalaman tilikan (insight)

    Ø  Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning)

    Ø  Perilaku bertujuan (pusposive behavior)

    Ø  Prinsip ruang hidup (life space)

    Ø  Transfer dalam belajar 

    Kelebihan  Teori Gestalt

    1.      Dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah (problem solving)

    2.      Dapat meningkatkan motivasi

    Kekurangan Teori Gestalt

    1.      Untuk teori belajar kognitif ini keberhasilan sebuah pembelajaran tidak dapat diukur hanya dengan satu orang siswanya saja maksudnya semua siswa harus diperhatikan.

    2.      Konsekuensinya terhadap lingkungan adalah fasilitas-fasilitas dalam lingkungan juga harus mendukung. 

    MEANINGFUL LEARNING

    Meaningful learning emphasizes students acquisition of new information and it’s linkages to previous experiences and knowledge in the formation of personal and uniqe understandings. 

    CHARACTERISTIC OF MEANINGFUL LEARNING (Grabe:2007)

    Ø  Active             : mean that learners are dynamic, that they assume, active roles in learning  activities.

    Ø  Authentic        : mean that learners construct knowledge from situated and authentic learning activities

    Ø  Constructive    : mean that learners accommodate new ideas to their prior knowledge or experiences

    Ø  Cooperative     : mean that learners are encouraged to solve the problem task together with their peers

    Kognitif : mempelajari proses mental, bagaimana orang berfikir, merasakan, mengingat dan belajar

    Kognitif : berhubungan dengan topic perhatian, persepsi, memori, bahasa, berpikir, dan membuat keputusan.

    Kognitif : psikologi khusus pada pemahaman dan pengetahuan dalam mempelajari proses mental

  • Dampak Penjajahan Barat Terhadap Negara Islam

    Dampak Penjajahan Bangsa Barat terhadap Negara Islam

    A. Motivasi penjajah bangsa Barat terhadap Negara Islam

    Kelemahan dan kemunduran dunia Islam dimanfaatkan oleh bangsa-bangsa Barat untuk bangkit dan bergerak menuju ke arah negara-negara Islam serta menguasai dan menjajahnya. Motivasi mereka datang ke negara-negara Islam adalah motivasi politik, ekonomi, dan agama. Hal ini dapat terlihat dari cara-cara mereka datang untuk pertama kali ke negara-negara Islam. Mereka datang dengan dalih untuk berdagang atau mencari rempah-rempah di Timur. Akhirnya mereka terangsang oleh keuntungan besar dan ambisi yang kuat, sehingga muncullah keinginan untuk menguasai semua sistem ekonomi dan politik negara-negara Islam.

    Pada saat yang sama, dunia Islam sedang terus dilanda kemunduran dan kelemahan dalam berbagai bidang, sehingga negara-negara Islam tidak mampu bersaing dengan bangsa Barat yang didukung oleh kekuatan politik militer yang tangguh. Saat itulah dunia Islam berada dalam kekuasaan kaum penjajahan Barat

    Setelah bangsa-bangsa Barat menguasai sistem ekonomi dan politik negara-negara Islam, terdapat pula negara Barat yang menjajah dunia Islam yang melakukan penyebaran agam Kristen melalui missionaris dan zendingnya. Penjajahan bangsa Barat yang dipelopori oleh bangsa Spanyol dan Portugis mempunyai tujuan yang hampir sama, yaitu di samping mencari daerah bahan mentah dan bahan baku serta mencari daerah penanaman modal asing, mereka juga berusaha untuk menyebarkan agama Kristen di wilayah jajahannya. Walaupun usahanya tidak segencar yang dilakukan oleh Spanyol dan Portugis yang bersemboyan Gold, yaitu semangat untuk mencari keuntungan besar, Glory, yaitu semangat untuk mencapai kejayaan dalam bidang kekuasaan, Gospel, yaitu semangat menyebarkan agama Kristen di masyarakat yang terjajah. Oleh karena itu, kedua bangsa Barat tersebut terus gencar melakuakn penjajahan terhadap negara-negara Islam dan berusaha menguasainya, sehingga dengan mudah mereka dapat menyebarkan agama Kristen. Kondisi seperti ini didukung oleh semangat balas dendam mereka terhadap bangsa-bangsa Islam yang dulunya pernah menjajah bangsa Barat, terutama Spanyol. Semangat balas dendam ini disebut dengan istilah reconquesta.

    Dengan demikian, motivasi bangsa-bangsa Barat dalam menjajah negara-negara Islam selain motivasi ekonomi dan politik juga motivasi agama.  Masyarakat Islam yang berada di bawah kekuasaan bangsa-bangsa Barat ditekan, sehingga banyak di antara umat Islam yang melarikan diri atau bertahan dengan melakukan perlawanan terhadap kekuasaan penjajah Barat tersebut. Gerak langkah umat Islam diawasi sedemikian rupa, sehingga mereka tidak dapat mengembangkan peradabannya atau paling tidak mempertahankan peradaban Islam yang masih ada. Hampir semua sistem Barat diterapkan di dunia Islam, termasuk peradabannya. Masyarakat Islam diubah budayanya agar berperilaku dan berperadaban Barat. Dengan demikian, pola hidup dan pemikiran umat Islam mengarah kepada bangsa Barat yang menjajah.

    B. Wilayah Islam yang dijajah dan perilaku mereka terhadap wilayah Islam

    Di antara negara-negara atau wilayah Islam yang jatuh ke tangan penjajah bangsa Barat adalah sebagai berikut:

    1. Kerajaan Islam Malaka jatuh ke tangan Portugis tahun 1511 M
    2. Nusantara (Indonesia) jatuh di tangan Belanda tahun 1602 M
    3. Mesir jatuh ke tangan Napoleon Bonaparte, Prancis tahun 1789-1802 M
    4. Oman dan Qatar jatuh di tangan Inggris tahun 1802 M
    5. Aljazair jatuh ke tangan Prancis tahun 1830-1857 M
    6. Kaukasia jatuh ke tangan Rusia tahun 1834-1859 M
    7. Aden jatuh ke tangan Inggris tahun 1839 M
    8. Kerajaan Mughal di India dikuasai Inggris tahun 1857 M
    9. Daerah di sekitar Bukhara dan Samarkand dikuasai Rusia tahun 1866 M
    10. Uzbekistan direbut Rusia tahun 1973-1887 M
    11. Tunisia dikuasai Perancis tahun 1881-1883 M
    12. Mesir dikuasai Inggris tahun 1882 M
    13. Eritaria dikuasai Italia tahun 1885-1890 M
    14. Sinegal dikuasai Perancis tahun 1890 M
    15. Nigeria Atas dan Pantai Gading direbut Prancis tahun 1891-1899 M
    16. Sudan ditaklukan 1898 M
    17. Baluchistan dikuasai Inggris tahun 1906 M
    18. Chad dikuasai Prancis tahun 1900 M
    19. Kesultanan Tripoli dan Syreneica direbut Italia tahun 1912-1913 M
    20. Maroko direbut Perancis dan Spanyol tahun 1912 M
    21. Kuwait dikuasai Inggris tahun 1914 M
    22. Irak dikuasai Inngris tahun 1920 M
    23. Syria dan Libanon jatuh ke tangan Perancis tahun 1920 M
    24. Kesultanan Sulu dan Mindanau di Philipina jatuh ke Spanyol tahun 1851 M

    Demikian sebagian negara-negara atau wilayah-wilayah Islam yang jatuh ke tangan bangsa-bangsa Barat. Bangsa-bangsa Barat dengan seenaknya membagi-bagi wilayah yang dikuasainya, seperti mereka membagi-bagikan kue yang baru mereka peroleh. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada saat kelemahan umat Islam seluruh benua Asia Afrika jatuh ke tangan bangsa-bangsa Barat. Meskipun berada dalam tekanan dan penjajahan umat Islam terus melakukan perlawanan dan berusaha membebaskan tanah air dan agamanya dari tekanan para penjajah bangsa-bangsa Barat tersebut. Sebab para penjajah yang datang ke negara-negara Asia Afrika, selain untuk mengeruk hasil bumi dan keuntungan yang sangat besar, mereka juga menyebarkan agam Kristen. Oleh karena itu, tak jarang terjadi bentrokan dan perlawanan umat Islam tidak semata hanya untuk mengusir kaum penjajah, tetapi juga berusaha menghapus pengaruh agama Kristen. Sebab pada masa penjajahan, agama Kristen juga memainkan peran dalam melakukan penekanan terhadap para penduduk muslim di daerah yang dikuasainya.

    C. Dampak penjajahan bangsa Barat di bidang politik dan ekonomi

    Keberadaan penjajah bangsa Barat di wilayah-wilayah Islam berakibat negatif dan menimbulkan bahaya serius bagi bangsa terjajah, seperti bahaya dalam bidang politik, ekonomi, dan akhlaq. Penjajahan itu menyebabkan kehancuran politik bangsa yang dijajahnya. Beratus-ratus tahun bangsa yang dijajah, seperti Indonesia, tidak mampu memimpin bangsanya, tidak dapat mengatasi kesulitan dan penderitaan rakyatnya. Politik kapitalisme membuat bangsa yang dijajah mempunyai watak ingin mengeruk keuntungan tanpa menghiraukan penderitaan orang lain. Para tuan tanah bekerja merampas tanah rakyat dengan cara paksa. Begitu juga dengan para cukong, mereka banyak yang menindas rakyat kecil dengan merampas harta milik mereka. Sikap dan perilaku mereka sangat bertentangan dengan watak bangsa Indonesia dan nilai-nilai kemanusiaan yang diajarkan oleh agama Islam.

    Bahaya lain dalam bidang politik yang diakibatkan dari peninggalan penjajahan adalah penghalalan segala cara untuk mencapai tujuan. Paham ini kemudian dikembangkan oleh kaum yang ingin mencapai tujuan dengan menghalalkan segala cara. Paham ini sangat merusak persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dan umat Islam secara keseluruhan.

    Hampir seluruh negeri Islam di dunia yang pernah dijajah oleh bangsa-bangsa Barat, dalam struktur pemerintahannya dan landasan negerinya mempergunakan landasan yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Pada umumnya mempergunakan dasar yang mereka peroleh dari negeri penjajahnya. Hal ini pada akhirnya akan menekan pula masyarakat yang mendiami wilayah Islam atau memperlakukan masyarakat Islam tidak dengan sewajarnya. Oleh karena itu, persoalan bahaya politik ini harus diantisipasi sejauh mungkin, agar tidak berbahaya bagi kehidupan bangsa dan masyarakat Islam di negara-negara bekas jajahan bangsa-bangsa Barat.

    Bahaya lain yang ditimbullkan dari kolonialisme Barat dalam bidang ekonomi adalah kapitalisme. Sistem kapitalisme ini amat berbahaya bagi keberadaan dan perjuangan umat Islam dalam upaya meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat Islam. Jika sistem ini terus dipertahankan, maka kemiskinan terus akan bertambah, dan kesengsaraan umat Islam akan semakin parah. Sebab modal akan terkumpul pada satu orang atau sekelompok orang tertentu saja, sementara banyak orang yang tidak memiliki modal untuk usaha dan mempertahankan kehidupannya. Selain itu, sistem ini dikhawatirkan dapat menimbulkan eksploitasi sumber daya alam dan sumber daya manusia.

    Untuk mengatasi hal itu, umat Islam harus saling tolong menolong dan membantu sesama, dengan tanpa dilatar belakangi oleh kepentingan pribadi atau golongan. Umat Islam harus dapat membangkitkan semangat juang mereka dalam segala hal. Sehingga mereka tidak lagi menjadi bahan atau obyek penjajahan. Umat Islam harus bersatu dan memperjuangkan hak-hak masyarakat muslim dari penindasan yang dilakukan baik oleh bangsa-bangsa Barat ataupun penindasan yang dilakukan oleh umat Islam sendiri. Umat Islam harus terbebas dari segala bentuk penindasan dan ketergantungan dengan bangsa-bangsa bekas penjajahnya.

    Semua itu harus diwujudkan dalam upaya untuk mengatasi persoalan yang dihadapi umat dan dunia Islam, akibat dari sistem kolonialisme bangsa-bangsa Barat. Sehingga dunia Islam terbebas dari keterbelakangan dan kebodohan, yang pada akhirnya umat Islam memiliki derajat yang sama dengan bangsa-bangsa Barat bahkan lebih tinggi.

  • Tujuan Instruksional Umum dan Khusus

    1. Tujuan Intruksional

    Ada beberapa definisi yang disampaikan oleh beberapa tokoh seperti Robert F. Magner (1962) yang mendefinisikan tujuan instruksional sebagai tujuan perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa sesuai kompetensi. Juga ada Eduard L. Dejnozka dan David E. Kavel (1981) yang mendefinisikan tujuan instruksional adalah suatu pernyataan spefisik yang dinyatakan dalam bentuk perilaku yang diwujudkan dalam bentuk tulisan yang menggambarkan hasil belajar yang diharapkan serta Fred Percival dan Henry Ellington (1984) yang mendefinisikan tujuan instruksional adalah suatu pernyataan yang jelas menunjukkan penampilan / keterampilan yang diharapkan sebagai hasil dari proses belajar. Setelah kita mengetahui beberapa definisi tujuan instruksional yang dikemukakan dari beberapa tokoh kita dapat mengambil beberapa manfaat yaitu

    1. Kita dapat menentukan tujuan proses belajar mengajar
    2. Menentukan persyaratan awal instruksional
    3. Merancang strategi instruksional
    4. Memilih media pembelajaran
    5. Menyusun instrumen tes sebagai evaluasi belajar
    6. Melakukan tindakan perbaikan pembelajaran.

    Ada dua macam tujuan instruksional yaitu:

    1. Tujuan instruksional umum (TIU)
    2. Tujuan instrusional khusus (TIK)

    Dalam pembaruan sistem pendidikan yang berlaku di Indonesia sekarang ini, setiap guru dituntut untuk menyadari tujuan dari kegiatannya mengajar dengan titik tolak kebutuhan siswa. Oleh karena itu, dalam merancang sistem belajar yang akan dilakukannya, langkah- pertama yang ia lakukan adalah membuat tujuan instruksional. Dengan tujuan instruksional:

    1. Guru mempunyai arah untuk:
      • Memilih bahan pelajaran,
      • Memilih prosedur (metode) mengajar.
    2. Siswa mengetahui arah belajanya.
    3. Setiap guru mengetahui batas-batas tugas dan wewenangnya mengajarkan suatu bahan sehingga diperkecil kemungkinan timbulnya celah (gap) atau saling menutup (overlap) antara guru.
    4. Guru mempunyai patokan dalam mengadakan penilaian kemajuan belajar siswa.
    5. Guru sebagai pelaksana dan petugas-petugas pemegang keijaksanaan (decision maker) mempunyai kriteria untuk mengevaluasi kualitas maupun efisiensi pengajaran.

    Tujuan pengajaran dapat dirumuskan dengan rumus ABCD. A (audience) adalah siswa yang belajar, B (behavior) adalah perubahan prilaku yang di inginkan terjadi, C (condition) adalah kondisi yang menimbulkan perubahan prilaku yang di inginkan, dan D (degree) adalah derajad ketercapaian perubahan yang diinginkan. Misalkan: setelah membaca diperpustakaan (C) siswa (A) diharapkan dapat menyebutkan macam-macam sholat sunah (B) paling tidak enam jenis (D).

    2. Pengertian Tujuan instruksional Umum dan Khusus

    Tujuan instruksional umum (TIU) adalah tujuan pengajaran yang perubahan prilaku siswa yang belajar masih merupakan perubahan internal yang belum dapat dilihat dan diukur. Kata kerja dalam tujuan umum pengajaran masih mencerminan perubahan prilaku yang umumnya terjadi pada manusia, sehingga masih menimbulkan beberapa penafsiran yang berbeda-beda. Contoh TIU: “setelah melakukan pelajaran siswa diharapan dapat memahami penjumlahan dengan benar”. Kata kerja “memahami penjumlahan” merupakan kata kerja- yang bersifat umum karena pemahaman penjumlahan dapat ditafsirkan berbeda.

    Tujuan instruksional khusus (TIK) adalah tujuan pengajaran dimana perubahan prilaku telah dapat dilihat dan diukur. Kata kerja yang menggambarkan perubahan prilaku telah spesifik sehingga memungkinkan dilakukan pengukuran tanpa menimbulkan lagi berbagai perberdaan penafsiran. Misal TIK yang dirumuskan sbb “Siswa akan menunjukkan sikap positif terhadap kebudayaan nasional”, dapat lebih dikhususkan dengan mengatakan “siswa akan membuktikan penghargaannya terhadapa seni tari nasional dengan ikut membawakan suatu tarian dalam perpisahan kelas”.

    3. Klasifikasi Tujuan Instruksional Menurut Jenis Perilaku (internal)

    Ilmu psikologi mengenal pembagian aspek kepribadian atas tiga kategori yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik. Aspek kognitif yang mencakup pengetahuan serta pemahaman, aspek afektif yang mencakup perasaan, minat, motivasi, sikap kehendak serta nilai dan aspek psikomotorik yang mencakup pengamatan dan segala gerak motorik. Dalam kenyataannya dasar pembagian yang demikian kerap menjadi pedoman dalam menggolongkan segala jenis perilaku. Kegunaan dari suatu sistem klasifikasi mengenai tujuan instruksional termasuk tujuan intruksional khusus adalah kita dapat memperoleh gambaran tujuan tujuan instruksional ditinjau dari segi jenis perilaku yang mungkin dicapai oleh siswa. Menurut Bloom dan kawan kawan pengklasifikasian jenis perilaku disusun secara hierarkis sehingga menjadi taraf taraf yang menjadi semakin kompleks.

    a. Kognitif :

    1. Mencakup pengetahuan ingatan yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan
    2. Mencakup pemahaman untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari
    3. Mencakup kemampuan menerapkan suatu kaidah atau metode yang baru
    4. Mencakup kemampuan untuk merinci suatu kesatuan
    5. Mencakup kemampuan membentuk suatu kesatuan
    6. Mencakup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat

    b. Afektif :

    1. Mencakup kepekaan akan adanya suatu perangsang dan kesediaan untuk memperhatikan
    2. Mencakup kerelaan untuk memperhatikan secara aktif
    3. Mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu
    4. Mencakup kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai
    5. Mencakup kemampuan untuk menghayati nilai nilai kehidupan

    c. Psikomotorik :

    1. Mencakup kemampuan untuk membedakan ciri ciri fisik
    2. Mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam memulai gerakan
    3. Mencakup kemampuan untuk melakukan sesuatu rangkaian gerak gerik
    4. Mencakup kemampuan untuk melakukan sesuatu rangkaian gerak gerik dengan lancar
    5. Mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu keterampilandengan lancar, efisien dan tepat
    6. Mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dan menyesuaikan Pola gerak gerik yang mahir
    7. Mencakup kemampuan untuk melahirkan aneka pola gerak gerik yang baru

    4. Langkah-langkah yang dilakukan dalam merumuskan tujuan instruksional khusus

    a. Membuat sejumlah TIU (tujuan instruksional umum) untuk setiap mata pelajaran/bidang studi yang akan diajarkan. Di dalam kurikulum tahun 1975 maupun 1984, TIU ini sudah tercantum dalam uku Garis-Garis Besar Program Pengajaran. Dalam merumuskan TIU digunakan kata kerja yang sifatnya masih umum dan tidak dapat diukur karena perubahan tingkah laku masih terjadi di dalam diri manusia (intern).

    b. Dari masing-masing TIU dijabarkan menjadi TIK yang rumusannya jelas, khusus, dapat diamati, terukur dan menunjukan perubahan tingkah laku.

    Contoh-contoh rumusan untuk TIU:

    – Memahami teori evolusi

    – Mengetahui peredaan antara skor dan nilai.

    – Mengerti cara mencari validita.

    – Menghayati perlunya penilaian yang tepat.

    – Menyadari pentingnya mengikuti kuliah dengan teratur.

    – Menghargai kejujuran mahasiswa dalam mengerjakan tes.

    Dalam contoh ini digunakan kata-kata kerja: memahami, mengetahui, mengerti, menghayati, menyadari, menghargai, dan masih ada beberapa lagi yang sifatnya masih terlalu umum sehingga penafsirannya dapat berbeda antara orang yang satu dengan yang lain.

    Contoh:

    Mahasiswa mengerti cara mencari validitas suatu soal. Bagaimanakah kita tahu ia mengerti? Apakah karena pada waktu diterangkan dia tampak mengangguk-anggukkan kepala? Boleh jadi dia mengangguk-anggukkan kepalanya hanya merupakan suatu usaha agar tidak dikatakan mengantuk atau sedang melamunkan sesuatu. Tampaknya mengangguk mereaksi kuliah, tetapi angannya melayang.

    Atas dasar semua keterangan ini maka agar dalam mengadakan evaluasi terlihat hasilnya, TIU ini perlu diperinci lagi sehingga menjadi jelas dan tidak disalahtafsirkan oleh eerapa orang.

    Rumusan TIK yang lengkap memuat tiga komponen, yaitu:

    a) Tingkah laku akhir (terminal behavior)

    Tingkah laku akhir adalah tingkah laku yang diharapkan setelah seseorang seseorang mengalami proses belajar mengajar. Disini tingkah laku ini harus menampakan diri dalam suatu perbuatan yang dapat diamati dan diukur (observable and measuarable).

    Contoh:

    – Menuliskan kalimat perintah

    – Mengalikan pecahan persepuluhan,

    – Menggambarkan kurva normal,

    – Menyebutkan batas-batas Daerah Istimewa Yogyakarta,

    – Menerjemahkan bacaan bahasa inggris kedalam bahasa Indonesia.

    – Menceritakan kembali uraian guru,

    – Mendemonstrasikan cara mengukur suhu,

    – Mengutarakan pendapatnya mengenai sesuatu yang dikemukakan guru.

    – Menjelaskan hasil bacaan dengan kalimat sendiri.

    Dan lain-lain lagi yang berujud kata kerja perbuatan/operasional (action verb) yang diamati dan diukur.

    Kata-kata Operasional

    a. Cognitive domain; levels and corresponding action verbs

    1) Pengetahuan (knowledge)

    – Mendefinisikan, mendeskrifsikan, mengidentifikasi, mendaftarkan, menjodohkan, menyebutkan, menyatakan (states), mereproduksi.

    2) Pemahaman (comprehension)

    – Mempertahanan, membedakan, menduga (estimates), menerangkan, memperluas, menyimpulkan, menggeneralisasikan, memberikan contoh, menuliskan kembali,memperkirakan.

    3) Aplikasi

    – Mengubah, menghitung, mendemonstrasikan, menemuan, memanipulasikan, memodifikasi, mengoperasikan, meramalkan, menyiapkan, menghasilkan menghubungkan, menunjukan, memecahkan, menggunakan.

    4) Analisis

    – Memerinci, menyusun diagaram, membedakan, mengidentifikasikan, mengilustrasikan, menyimpulkan, menunjukan, menghubungkan, memilih, memisahkan, membagi (subdivides).

    5) Sintesis

    – Mengategorikan, mengkombinasikan, mengarang, menciptakan, memubat desain, menjelaskan, memodifikasi, mengorganisasikan, menyusun, membuat rencana, mengatur kembali, mengrekonstruksikan, menghubungkan, mereorganisasikan, merevisi, menuliskan kembali, menuliskan, memceritakan.

    6) Evaluasi

    – Menilai, membandingkan, menyimpulkan, mempertentangkan, mengkritik, mendeskripsikan, membedakan, menerangkan, memutuskan, menafsirkan, menghubungkan, membantu (supports).

    b. Affective domain; learning levels and corresponding action verbs

    1) Reesiving

    – Menanyakan, memilih, mendeskrifsikan, mengikuti, memberikan, mengidentifikasikan, menyebutkan, menunjukan, memilih, menjawab.

    2) Responding

    – Menjawab, membantu, mendiskusikan, menghormat, berbuat, melakukan, membaca, memberikan, menghafal, melaporkan, memilih, menceritakan, menulis.

    3) Valuing

    – Melengkapi, menggambarkan, membedakan, menerangkan, mengikuti, membentuk, mengundang, menggabung, mengusulkan, membaca, melaporkan, memilih, bekerja, mengambil bagian (share), mempelajari.

    4) Organization

    – Mengubah, mengatur, menggabungkan, membandingkan, melengkapi, mempertahankan, menerangkan, menggeneralisasikan, mengidentifikasikan, mengintegrasikan, memodifikasi, mengorganisir, menyiapkan, menghubungkan, mengsintesiskan.

    5) Characterization by value or value complex

    – Membedakan, menerapkan, mengusulkan, memperagakan, mempengaruhi, mendengarkan, memodifikasikan, mempertunjukan, menanyakan, merevasi, melayani, memecahkan, menggunakan.

    c. Psychomotor domain

    Kata-kata operasional untuk aspek psikomotor harus menunjukan pada aktualisasi kata-kata yang dapat diamati meliputi:

    1. Muscular or motor sills

    – Mempertotonkan gerak, menunjukan hasil (pekerjaan tangan), melompat, menggerakan, menampilkan.

    2. Manipulation of materials or objects

    – Mereparasi, menyusun, membersihkan, menggeser, memindahkan, membentuk.

    3. Neuromuscular coordination

    – Mengamati, menerapkan, menghubungkan, menggandeng, memadukan, memasang, memotong, menarik, menggunakan.

    Kata-kata yang telah disajikan di atas merupakan kata-kata kerja yang dipakai dalam merumuskan tujuan instruksional khusus bagi siswa-siswa yang belajar, sehingga rumusan seutuhnya menjadi pernyataan-pernyataan antara lain, sebagai berikut.

    – Siswa dapat menjumlahkan bilangan-bilangan yang terdiri dari puluhan dan satuan.

    – Siswa dapat menunjukan letak gunung-gunung yang ada di Jawa Tengah.

    – Siswa dapat menceritakan kembali isi bacaan tentang kisah keluarga.

    b) Kondisi demonstrasi (condition of demonstration or tes)

    Kondisi demonstrasi adalah komponen TIK yang menyatakan suatu kondisi atau situasi yang dikenakan kepada siswa pada saat ia mendemonstrasikan tingkah laku akhir, misalnya:

    – Dengan penulisan yang betul

    – Urut dari yang paling tinggi

    – Dengan bahasanya sendiri

    Dengan demikian rangkaian kata-kata dalam rumusan TIK menjadi:

    – Siswa dapat menjumlahkan bilangan yang terdiri dari puluhan dan satuan dengan penulisan yang betul.

    – Siswa dapat menunjukan letak gunung-gunung yang ada di Jawa Tengah, urut dari yang paling tinggi.

    – Siswa dapat menceritakan kembali isi bacaan tentang kisah keluarga dengan bahasanya sendiri.

    Kata-kata bercetak miring itulah yang menunjukan standar keberhasilan.

    c) Standar keberhasilan (standard of performance)

    Standar keberhasilan adalah komponen TIK yang menunjukan seerapa jauh tingkat keberhasilan yang dituntut oleh penilai bagi tingkah laku pelajar pada situasi akhir.

    Tingkatan keberhasilan dapat dinyatakan dalam jumlah maupun presentase, misalnya:

    – Dengan 75% betul,

    – Seurang-kurangnya 5 dari 10,

    – Tanpa kesalahan

    Dengan tambahan tingkatan keerhasilan ini maka bunyi rumusan TIK menjadi:

    – Siswa dapat menjumlahkan bilangan yang terdiri dari puluhan dan satuan tanpa kesalahan.

    – Siswa dapat menunjukan kembali kota-kota yang ada di Jawa Barat urut dari yang paling barat, dengan hanya 25% kesalahan.

    Yang umum dikerjakan sampai saat ini hanya sampai tingkah laku akhir saja.

    Pada pedoman pelaksanaan kurikulum dijelaskan bahwa, dalam kegiatan belajar mengajarguru diharuskan memperhatikan pula- keterampilan siswa dalam hal memperoleh hasil, yakni memperoleh keterampilan tentang prosesnya. Pendekatan ini disebut dengan istilah Pendekatan Keterampilan Proses (PKP). Keterampilan-keterampilan yang dimaksud meliputi keterampilan dalam hal:

    1. Mengamati,

    2. Menginterprestasikan (menafsirkan) hasil pengamatan,

    3. Meramalkan,

    4. Menerapkan konsep,

    5. Merencanakan penelitian,

    6. Melaksanakan penelitian,

    7. Mengkomunikasikan hasil penemuan

    Sesuai dengan tuntutan tersebut maka guru dalam merumuskan Tujuan Instruksional Khusus harus mengundang apa yang dilakukan siswa dalam kegiatan belajar mengajar (keterampilan yang mana), bagaimana menunjukan kemampuan atau hasilnya (tingkah laku) dan perolehannya. Untuk mempermudah tugas ini, dalam buku GBPP kurikulum 1984. Tujuan instruksional umum yang termuat sudah dirumuskan dalam satu rumusan yang menjelaskan:

    1. Materi yang dipelajari,

    2. Perilaku mengutarakan hasil,

    3. Proses mencapaiannya

  • Angket Wisata Berwirausaha

    Angket Wisata Berwirausaha adalah instrumen yang digunakan untuk mengukur minat berwirausaha. Instrumen bersifat tertutup karena butir instrumen disusun dengan pilihan jawaban yang sudah disediakan.

    Instrumen untuk Mengukur Minat Berwirausaha

    1. Definisi konseptual

    Minat berwirausaha adalah keinginan, ketertarikan serta kesediaan untuk bekerja keras atau berkemauan keras untuk berdikari atau berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa merasa takut dengan resiko yang akan terjadi, serta senantiasa belajar dari kegagalan yang dialami.

    2. Definisi operasional

    Minat berwirausaha adalah keinginan, ketertarikan serta kesediaan untuk bekerja keras atau berkemauan keras untuk berdikari atau berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa merasa takut dengan resiko yang akan terjadi, serta senantiasa belajar dari kegagalan yang dialami, yang dapat diukur melalui

    1. Memiliki rasa percaya diri
    2. Dapat mengambil resiko
    3. Kreatif dan inovatif
    4. Disiplin dan kerja keras
    5. Berorientasi ke masa depan
    6. Memiliki rasa ingin tahu
    7. Jujur dan mandiri

    PENGANTAR

    Mohon mengisi angket tentang “Minat Berwirausaha” yang dimaksudkan untuk mengetahui minat suatu individu dalam berwirausaha.

    PETUNJUK :

    1. Nyatakan pendapat anda pada setiap pernyataan berikut dengan memberi tanda silang (X) pada salah satu pilihan yang tersedia :
      1. Sangat Setuju (SS)
      2. Setuju (S)
      3. Ragu-ragu (RR)
      4. Tidak Setuju (TS)
      5. Sangat Tidak Setuju (STS)
    2. Tidak ada jawaban yang benar atau salah terhadap pernyataan-pernyataan berikut. Anda dapat setuju atau tidak setuju dengan tiap-tiap pernyataan yang diberikan.

    Nama                          :

    Jenis kelamin             :

    1. menciptakan lapangan kerja lebih baik dari pada mencari pekerjaan.

    a. SS                b. S                  c. RR               d. TS               e. STS

    1. wirausaha dapat meningkatkan harga diri seseorang

    a. SS                b. S                  c. RR               d. TS               e. STS

    1. wirausaha dapat meningkatkan optimisme akan keberhasilan

    a. SS                b. S                  c. RR               d. TS               e. STS

    1. saya tidak percaya diri dalam berwirausaha

    a. SS                b. S                  c. RR               d. TS               e. STS

    1. banyak pekerjaan yang mendapat gaji lebih besar dari pada berwirausaha

    a. SS                b. S                  c. RR               d. TS               e. STS

    1. sangat sulit untuk mengembangan usaha

    a. SS                b. S                  c. RR               d. TS               e. STS

    1. susah meningkatkan kualitas hidup jika berwirausaha

    a. SS                b. S                  c. RR               d. TS               e. STS

    1. wirausaha dapat melatih kita menghadapi situasi yang sulit

    a. SS                b. S                  c. RR               d. TS               e. STS

    1. pekerjaan sebagai karyawan lebih pasti daripada berwirausaha

    a. SS                b. S                  c. RR               d. TS               e. STS

    1. saya takut gagal saat memulai wirausaha

    a. SS                b. S                  c. RR               d. TS               e. STS

    1. berwirausaha belum pasti mendapat untung besar

    a. SS                b. S                  c. RR               d. TS               e. STS

    1. sulit berwirausaha jika kurang kreativitas dan inovasi

    a. SS                b. S                  c. RR               d. TS               e. STS

    1. tidak takut kalah bersaing jika membuka usaha

    a. SS                b. S                  c. RR               d. TS               e. STS

    1. wirausaha dapat menampung tenaga kerja dan mengurangi pengangguran

    a. SS                b. S                  c. RR               d. TS               e. STS

    1. berwirausaha dapat mendukung majunya perekonomian

    a. SS                b. S                  c. RR               d. TS               e. STS

    1. wirausaha memiliki masa depan yang baik dan cerah

    a. SS                b. S                  c. RR               d. TS               e. STS

    1. berwirausaha keuntungannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup

    a. SS                b. S                  c. RR               d. TS               e. STS

    1. wirausaha penuh dengan ketidakpastian dan kesamaran

    a. SS                b. S                  c. RR               d. TS               e. STS

    1. wirausaha kurang menjamin masa depan

    a. SS                b. S                  c. RR               d. TS               e. STS

    1. sulit melatih krjujuran dalam berwirausaha

    a. SS                b. S                  c. RR               d. TS               e. STS

    1. bagi orang yang berwirausaha kegagalan adalah pengalaman untuk belajar

    a. SS                b. S                  c. RR               d. TS               e. STS

    1. cepat membaca peluang akan membuat usaha kita berkembang

    a. SS                b. S                  c. RR               d. TS               e. STS

    1. kurang kemauan dan kemampuan dalam melihat kesempatan

    a. SS                b. S                  c. RR               d. TS               e. STS

    1. sulit membuka usaha karena kurang pengetahuan tentang kewirausahaan

    a. SS                b. S                  c. RR               d. TS               e. STS

    1. wirausaha dapat menjadikan kita kreatif dan inovatif

    a. SS                b. S                  c. RR               d. TS               e. STS

    1. sulit melihat dan mencari kesempatan-kesempatan baru dalam berwirausaha

    a. SS                b. S                  c. RR               d. TS               e. STS

    1. kreativitas dan inovasi akan memudahkan usaha

    a. SS                b. S                  c. RR               d. TS               e. STS

    1. wirausaha dapat memberi contoh kerja keras

    a. SS                b. S                  c. RR               d. TS               e. STS

    1. tidak mudah menyerah adalah kunci keberhasilan suatu wirausaha

    a. SS                b. S                  c. RR               d. TS               e. STS

    1. wirausaha terlalu menguras waktu, tenaga, dan pikiran

    a. SS                b. S                  c. RR               d. TS               e. STS

    1. sulit menghadapi tantangan dalam berwirausaha

    a. SS                b. S                  c. RR               d. TS               e. STS

    1. berwirausaha dapat menjadikan kita mandiri

    a. SS                b. S                  c. RR               d. TS               e. STS

    1. dengan berwirausaha dapat melatih kejujuran

    a. SS                b. S                  c. RR               d. TS               e. STS

    1. dengan berwirausaha dapat memenuhi kebutuhan keluarga

    a. SS                b. S                  c. RR               d. TS               e. STS

    1. berwirausaha tidak dapat menjadikan kita mandiri

    a. SS                b. S                  c. RR               d. TS               e. STS

    1. dengan berwirausaha tidak dapat memenuhi kebutuhan keluarga

    a. SS                b. S                  c. RR               d. TS               e. STS

    1. berwirausaha  lebih menantang daripada menjadi karyawan

    a. SS                b. S                  c. RR               d. TS               e. STS

    1. saya tidak takut gagal saat memulai wirausaha

    a. SS                b. S                  c. RR               d. TS               e. STS

  • Proses Pengelolaan Minyak Bumi

    Pada pemrosesan minyak bumi melibatkan 2 proses utama, yaitu :

    1. Proses pemisahan (separation processes)
    2. Proses konversi (conversion processes)

    Proses pengilangan (refines) pertama-tama adalah mengubah komponen minyak menjadi fraksi-fraksi yang laku dijual berupa beberapa tipe dari destilasi. Beberapa perlakuan kimia dan pemanasan dilakukan untuk memperbaiki kualitas dari produk minyak mentah yang diperoleh.

    Proses Pemisahan (Separation Processes)

    Unit operasi yang digunakan dalam penyulingan minyak biasanya sederhana tetapi yang kompleks adalah interkoneksi dan interaksinya. Proses pemisahan tersebut adalah :

    1. Destilasi Bensin, kerosin dan minyak gas biasanya disuling pada tekanan atmosfer, fraksi-fraksi minyak pelumas akan mencapai suhu yang lebih tinggi dimana zat-zat hidrokarbon mulai terurai (biasanya kira-kira antara suhu 375 -400°C) karena itu lebih baik jika minyak pelumas disuling dengan tekanan yang diturunkan. Pengurangan tekanan diperoleh dengan menggunakan sebuah pompa vakum (vacum pump).
    2. Absorpsi Umumnya digunakan untuk memisahkan zat yang bertitik didih tinggi dengan gas. Minyak gas digunakan untuk menyerap gasolin alami dari gas-gas basah. Gas- gas dikeluarkan dari tank penyimpanan gas sebagai hasil dari pemanasan matahari yang kemudian diserap ulang oleh tanaman. Steam stripping pada umumnya digunakan untuk mengabsorpsi hidrokarbon fraksi ringan dan memperbaiki kapasitas absorpsi minyak gas. Proses ini dilakukan terutama dalam hal-hal sebagai berikut:
      1. Untuk mendapatkan fraksi-fraksi gasolin alami yang dapat dicampurkan pada bensin.
      2. Untuk pemisahan gas-gas rekahan dalam suatu fraksi yang sangat ringan (misalnya fraksi yang terdiri dari zat hidrogen, metana, etana) dan fraksi yang lebih berat yaitu yang mempunyai komponen-komponen yang lebih tinggi.
      3. Untuk menghasilkan bensin-bensin yang dapat dipakai dari berbagai gas ampas dari suatu instalasi penghalus.
    3. Adsorpsi

    Proses adsorpsi digunakan untuk memperoleh material berat dari gas. Pemakaian terpenting proses adsorpsi pada perindustrian minyak adalah :

    • a.       Untuk mendapatkan bagian-bagian berisi bensin (natural gasoline) dari gas-gas buni, dalam 
    •         hal    ini digunakan arang aktif.
    • b.      Untuk menghilangkan bagian-bagian yang memberikan warna dan hal-hal lain yang tidak                dikehendaki dari minyak, digunakan tanah liat untuk menghilangkan warna dan bauxiet                 (biji oksida-aluminium).

    4.       Filtrasi

    Digunakan untuk memindahkan endapan lilin dari lilin yang mengandung destilat. Filtrasi dengan tanah liat digunakan untuk decolorisasi fraksi.

    5.       Kristalisasi

    Sebelum di filtrasi lilin harus dikristalisasi untuk menyesuaikan ukuran Kristal dengan cooling dan stirring. Lilin yang tidak diinginkan dipindahkan dan menjadi lilin mikrokristalin yang diperdagangkan.

    6.       Ekstraksi.

    Pengerjaan ini didasarkan pada pembagian dari suatu bahan tertentu dalam dua bagian yang mempunyai sifat dapat larut yang berbeda.

    Proses Konversi (conversion processes)

    Hampir 70% dari minyak mentah di proses secara konversi di USA, mekanisme yang terjadi berupa pembentukan “ion karbonium” dan “radikal bebas”. Konversi minyak bumi dapat dilakukan dengan beberapa cara berikut ini :

    1.       Cracking atau Pyrolisis

    2.       Polimerisasi

    3.       Alkilasi

    4.       Hidrogenasi

    5.       Hydrocracking

    6.       Isomerisasi

    7.       Reforming atau Aromatisasi

  • Peran dan Pengertian Bahan Ajar pada Proses Pembelajaran

    Menurut National Centre for Competency Based Training (2007), pengertian bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalam melaksanakan proses pembelajaran. Bahan yang dimaksudkan dapat berupa bahan tertulis maupun tidak tertulis. Pandangan dari ahli lainnya mengatakan bahwa bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis, baik tertulis maupun tidak tertulis, sehingga tercipta suatu lingkungan atau suasana yang memungkinkan siswa belajar. Menurut Panen (2001) mengungkapkan bahwa bahan ajar merupakan bahan-bahan atau materi pelajaran yang disusun secara sistematis, yang digunakan guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran (Andi,2011:16).

    Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas (2008:6), pengertian bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa bahan ajar merupakan komponen pembelajaran yang digunakan oleh guru sebagai bahan belajar bagi siswa dan membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas.

    Peran Bahan Ajar dalam Proses Pembelajaran

    Proses pembelajaran merupakan suatu rangkaian kegiatan aktifitas dalam upaya pewujudan kompetensi siswa, dibangun oleh berbagai unsur, yaitu unsur raw input (siswa) yang akan diproses/dibentuk kompetensinya, instrumental input (terdiri dari tujuan, materi berupa bahan ajar, media dan perangkat evaluasi) yang berfungsi sebagai perangkat yang akan memproses pembentukan kompetensi, serta perangkat lingkungan (environmental input), seperti lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat, yang turut mempengaruhi keberhasilan pencapaian kompetensi.

    Bahan pembelajaran dalam proses pembelajaran dengan demikian menempati posisi penting dalam proses pembelajaran, hal tersebut karena bahan ajar merupakan materi yang akan disampaikan/disajikan. Tanpa bahan ajar mustahil pembelajaran akan terwujud. Tepat tidaknya, sesuai tidaknya bahan ajar dengan tujuan dan kompetensi yang diharapkan akan menentukan tercapai tidaknya tidaknya tujuan kompetensi pembelajaran yang diharapkan. 

    Berdasarkan uraian tersebut, bahan ajar merupakan inti dari kurikulum yang berfungsi sebagai alat pencapaian tujuan dalam proses pembelajaran. Secara lebih rinci, peran bahan ajar bagi guru, siswa dan pihak terkait:

    Peran bahan pembelajaran bagi guru

    1. Wawasan bagi guru untuk pemahaman substansi secara komprehensif 
    2. Sebagai bahan yang akan digunakan dalam proses pembelajaranMempermudah guru dalam mengorganisasikan pembelajaran di kelas
    3. Mempermudah guru dalam penentuan metoda pembelajaran yang tepat serta sesuai kebutuhan siswa
    4. Merupakan media pembelajaran Mempermudah guru dalam merencanakan penilaian pembelajaran.

     Peran bahan pembelajaran bagi siswa

    1. Sebagai pegangan siswa dalam penguasaan materi pelajaran untuk mencapai kompetensi yang dicanangkan.
    2. Sebagai informasi atau pemberi wawasan secara mandiri di luar yang disampaikan oleh guru di kelas.
    3. Sebagai media yang dapat memberikan kesan nyata berkaitan dengan materi yang harus dikuasai.
    4. Sebagai motivator untuk mempelajari lebih lanjut tentang materi tert
  • Keunggulan dan Kekurangan Bahan Ajar Cetak

    Bahan ajar cetak, seperti bahan ajar yang menggunakan media lain, mempunyai aspek positif yang menyebabkan bahan ajar cetak dipilih dan digunakan dalam proses pembelajaran. Aspek positif ini tidak muncul begitu saja, tetapi perlu ditunjang oleh langkah-langkah terstruktur sehingga aspek positif ini dapat muncul dalam bahan ajar cetak yang kita kembangkan.

    Pengetahuan mengenai aspek positif dari bahan ajar cetak ini berguna baik pada saat kita memilih atau mengembangkan bahan ajar cetak tetapi juga bermanfaat pada saat kita melakukan evaluasi terhadap produk bahan ajar cetak. Pada saat melakukan evaluasi, Anda diharapkan cukup jeli melihat kehadiran aspek positif dalam produk yang Anda evaluasi.

    Kelebihan Bahan Ajar Cetak

    1. Dari sudut penggunaan

    Media cetak merupakan media yang paling mudah diperoleh dan lebih sederhana dibanding program komputer, dapat dipelajari dan dibaca di mana saja dan kapan saja, tidak perli alat khusus dan mahal untuk memanfaatkannya.

    2. Dari sudut pengajaran

    Bahan ajar cetak lebih unggul dibanding bahan ajar jenis lain karena bahan ajar cetak merupakan media yang canggih dalam hal mengembangkan kemampuan siswa untuk belajar tentang fakta dan mampu memahami prinsip-prinsip umum dan abstrak dengan menggunakan argumentasi yang logis.

    3. Dari sudut kualitas penyampaian

    Bahan ajar cetak dapat memaparkan kata-kata, angka-angka, notasi musik, gambar dua dimensi serta diagram. Jika biaya bukan merupakan masalah maka media cetak dapat dipresentasikan lengkap dengan ilustrasi yang berwarna.

    4. Dari segi ekonomi

    Bahan ajar cetak relatif murah untuk diproduksi atau dibeli dan dapat digunakan berulang-ulang. Di samping itu, pengirimannya relatif lebih mudah, efisien, cepat dan ongkosnya relatif lebih murah.

    Sekarang kita beranjak pada sisi negatif penggunaan bahan ajar cetak. Seperti juga bahan ajar lainnya, bahan ajar cetak memiliki kelemahan. Kita perlu mengetahui kelemahan-kelemahan ini, karena dengan demikian kita dapat menghindari pengembangnan produk bahan ajar cetak yang memiliki kelemahan ini. Kelemahan bahan ajar cetak antara lain adalah:

    Kelemahan Bahan Ajar Cetak

    1. Tidak mampu mempresentasikan gerakan, pemaparan materi bersifat linear, tidak mampu mempresentasikan kejadian secara berurutan
    2. Sulit memberikan bimbingan kepada pembacanya yang mengalami kesulitan memahami bagian tertentu dari bahan ajar tersebut
    3. Sulit memberikan umpan balik untuk pertanyaan yang diajukan yang memiliki banyak kemungkinan jawaban atau pertanyaan yang membutuhkan jawaban yang kompleks dan mendalam
    4. Tidak dapat mengakomodasi siswa dengan kemampuan baca terbatas karena bahan ajar cetak ditulis pada tingkat baca tertentu
    5. Memerlukan pengetahuan prasyarat agar siswa dapat memahami materi yang dijelaskan. Siswa yang tidak memenuhi asumsi pengetahuan prasyarat ini akan mengalami kesulitan dalam memahami
    6. Cenderung digunakan sebagai hafalan. Ada sebagian guru yang menuntut siswanya untuk menghafal data, fakta dan angka. Tuntutan ini akan membatasi penggunaan bahan ajar cetak hanya sebatas alat bantu menghafal
    7. Kadang kala memuat terlalu banyak terminologi dan istilah sehingga dapa menyebabkan beban kognitif yang besar kepada siswa
    8. Presentasi satu arah karena bahan ajar cetak tidak interaktif sehingga cenderung digunakan dengan pasif, tanpa pemahaman yang memadai
  • Contoh Laporan Prakerin SMK House Keeping Hotel

    Contoh Laporan Prakerin SMK House Keeping Hotel

    Berikut ini adalah contoh laporan praktik SMK Perhotelan untuk kegiatan House Keeping di Hotel. Kegiatan ini adalah kegiatan menjaga dan membersihkan fasilitas yang ada pada hotel.

    Laporan Praktek House Keeping Hotel

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Pariwisiata adalah kegiatan yang menyangkut aspek fasilitas dan pelayanan yang terjadi karena adanya kegiatan perjalanan sementara yang dilakukan seseorang ke laur dari tempat tinggalnya. Tujuannya dilakukan pariwisata boleh untuk tujuan casual seperti bersenang-senang dan berlibur maupun tujuan formal seperti kegiatan dan kunjungan kerja.

    Pariwisata sering didefinisikan sebagai suatu kegiatan perjalanan yang lebih banyak berkaitan dengan kegiatan-kegiatan santai dan untuk bersenang-senang .Pendapat lain juga mengatakan bahwa pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk rekreasi atau liburan, dan juga persiapan yang dilakukan untuk aktivitas ini. Undang-Undang RI No. 9 Tahun 1990 tentang kepariwisataan, menyatakan bahwa pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata, menyediakan atau mengusahakan obyek dan daya tarik wisata, usaha sarana pariwisata dan usaha lain yang terkait di bidang tersebut.                               

    Pariwisata merupakan suatu kegiatan perjalanan untuk bersenangsenang mengunjungi obyek/atraksi wisata, menyaksikan secara langsung adat budaya setempat, dan tujuan lainnya (tidak untuk mendapatkan penghasilan), dengan durasi waktu lebih dari 24 jam, sehingga memerlukan kebutuhan utama selain objek-objek wisata yang akan dikunjungi, yaitu: transportasi, akomodasi dan konsumsi .Dalam rangka untuk pengembangan dan pembinaan kepariwisataan di Indonesia, pemerintah telah merumuskan batasan tentang wisatawan, bahwa “Wisatawan (tourist) adalah setiap orang yang bepergian dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan menikmati perjalanan dan kunjungannya itu”.

    The World Tourism Organisation memberikan definisi Tentang Wisatawan (tourist), sebagai : wisatawan adalah seorang yang tinggal di suatu negara, tanpa memandang kebangsaannya, melakukan perjalanan ke tempat didalam negara yang bukan merupakan tempat tinggalnya yang biasa, sedikitnya selama 24 jam atau satu malam, untuk suatu tujuan selain mendapatkan penghasilan di tempat yang dikunjunginya. Definisi tersebut diatas belum memasukkan unsur utama dari industri pariwisata, yaitu pasar untuk the day-trip (perjalanan sehari). The 1987 Australian Government Committee Inquiry to Tourism  mengangkat definisi tentang pariwisata (tourism), sudah memasukkan unsur pasar “the day-trip”, sebagai berikut :“A tourist” is: a) a person who undertakes travel, for any reason, involving a stay away from his or her usual place of residence for at least one night : or, b) a person who undertakes a pleasure trip involving a stay away from home for at least four hours during daylight, and involving a round distance of at least 50 km”.

    B. Landasan Hukum dan Operasional Prakerin

    Undang undang Sistem Pendidikan Nasional (UU SISDIKNAS) pasal 3 mengenai tujuan pendidikan nasional dan penjelasan pasal 15 yangmenyebutkan bahwa pendidikan kejuruanmerupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu.

    Oleh karena itu untuk memenuhi undang undang tersebut maka dilaksanakanlah praktik kerja industri yang didasarkan pada ketentuan ketentuan berikut ini:

    1. UU.No.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional.
    2. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.323/4/1997 tentang penyelenggaraan   prakerin SMK P.P.No.29 Tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah  Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.080/4/1993

    C. Tujuan Formal

    Secara formal tujuan penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat memenuhi seminar prakerin. Adapun secara umumnya tujuan penulisan laporan prakerin antara lain adalah :

    1. Siswa/siswi mampu memahami, memantapkan, dan mengembangkan pelajaran disekolah dan menerapkan didunia industri.
    2. Siswa/siswi mampu mempertanggung jawabkan hasil laporan dengan hasil sesungguhnya.

    D. Tujuan Operasional

    Praktik Kerja Industri ini sebagai salah satu bagian dari program Pendidikan Sistem Ganda dilaksanakan untuk mendapat pengalaman kerja. Program ini merupakan perwujudan dari kebijakan “Link & match” antara pendidikan sekolah dan tuntutan kebutuhan industri. Program Pendidikan Sistem Ganda sangat dibutuhkan dalam penguasaan kompetensi dan kebutuhan sikap profesi siswa seperti dalam tujuan pendidikan dan pelatihan di SMK yaitu:

    1. Untuk membekali peserta prakerin mengembangkan kepribadian, potensi akademi dan dasar dasar keahlian yang kuat dan benar melalui pembelajaran program normatif, adaptif, dan produktif.
    2. Pendidikan dan pelatihan didunia kerja terutama bertujuan untuk memberikan pengalaman kerja yang sesungguhnya agar peserta menguasai kompetensi keahlian produktif standar, menginternalisasi sikap nilai dan budaya industri yang berorientasi kepada standar mutu nilai nilai ekonomi dan jiwa kewirausahaan, serta membentuk etos kerja yang kritis, produktif, dan kompetitip.

    E. Manfaat Prakerin

    Bagi Siswa / Siswi

    1. Menambah wawasan dan pengetahuan dalam dunia kerja
    2. Menambah pengalaman kerjabagi siswa sebelum terjun langsung kedunia kerja
    3. Mengenal lingkungan dunia kerja
    4. Meningkatkan rasa percaya diri, disiplin dan tanggung jawab.
    5. Dapat membandingkan kemampuan yang diperoleh di sekolah dengan yang dibutuhkan di dunia kerja.
    6. Prakerin membuat siswa menjadi tau sejauh mana kemampuan dia, jadi semacam uji kemampuan secara nyata, bukan hanya dalam bentuk nilai. Kemampuan tentang bekerja tentunya.

    Bagi Sekolah

    1. Sekolah akan memperoleh image positif dari perusahaan tempat Prakerin karena anak didik sekolah mampu beradaptasi dalam pekerjaan dan lingkungan perusahaan.
    2. Sekolah akan mendapatkan kepercayaan yang tinggi dari orangtua dan masyarakat karena anak didik memiliki kemampuan yang baik
    3. Bentuk kepedulian sekolah kepada akan kualitas keahlian siswa didik
    4. Menghilangkan kesan negatif bagi perusahaan penerima peserta Prakerin bahwa  proses Prakerin hanya mengganggu aktivitas perusahaan.
    5. Sekolah akan dapat meningkatkan kualitas lulusannya melalui pengalaman prakerin

    Bagi Perusahaan

    1. Perusahaan akan mendapat bantuan tenaga dari siswa/siswi yang melakukan praktek.
    2. Meningkatkan citra perusahaan dan Mendapatkan tenaga kerja sementara.
    3. Membantu Instansi / Perusahaan dalam menyelesaikan tugas sehari-hari selama Praktek Kerja Lapangan.
    4. Dengan pelaksanaan praktek kerja lapangan (PKL), diharapkan perusahaan mampu meningkatkan hubungan baik dengan pihak sekolah.
    5. Mampu melihat kemampuan potensial yang dimiliki SISWA peserta Praktek Kerja Lapangan (PKL), sehingga akan lebih mudah untuk perencanaan peningkatan di bidang Sumber Daya Manusia (SDM).

    F. Tempat Pelaksanaan

    Tempat melaksanakan Praktik Kerja Industri (prakerin) yaitu di Hotel Horison kota Sukabumi Jalan Siliwangi No.68 Kebonjati, Kota Sukabumi, Jawa Barat,Indonesia kode pos 43113 

    No telepon :(0266) 223311
    E-mail : info.sukabumi@horisonhotels.com
    Web : www.Myhorison.com

    G. Waktu Pelaksanaan

    Waktu pelaksanaan Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) yang dilaksanakan penulis, selama empat bulan terhitung pada tanggal 15 Agustus 2016 sampai dengan tanggal 15 Desember 2016.

    H. Metode Pengumpulan Data

    Metode pengumpulan data merupakan suatu unsur penyusunan laporan yang berperan penting dalam penyusunan suatu laporan.

    Metode pengumpulan data terbagi menjadi dua cara yaitu :

    Observasi

    Observasi yaitu melakukan secara langsung pengumpulan data di perusahaan melalui teori yang kemudian langsung di terapkan dalam bentuk kegiatan atau Praktek kerja industry (PRAKERIN).

    Wawancara

    Wawancara yaitu melakukan pengumpulan data dengan cara tanya jawab langsung (wawancara).Hal ini dilakukan untuk memperoleh suatu informasi yang jelas serta tepat yang sangat dibutuhkan dalam penyusunan laporan.

    Bab II. Pembahasan

    A. Pengertian Hotel

    Hotel adalah suatu jenis akomodasi yang menggunakan sebagian atau seluruh bangunan dengan menyediakan jasa penginapan, makanan minuman serta jasa penunjang lainnya bagi umum yang dikelola secara komersial. Sebuah hotel dapat didefinisikan sebagai tempat tinggal atau  bangunan yang memiliki usaha utama dalam menyediakan penginapan untuk publik atau masyarakat secara umum dan memiliki jasa pelayanan makanan minuman dan lebih dari itu, jasa pelayanan kamar, pencucian dan penggunaan atau menikmati furnitur yang ada pada bangunan tersebut (hanya pada kamar yang disewakan dan keseluruhan bangunan selain kamar orang lain).

    Industri hotel disamping memiliki ciri-ciri khas sebagai industri pariwisata pada umumnya, juga memiliki karakteristik yang membedakan dengan industri lain. Karakteristik itu antara lain industri hotel tergolong industri yang padat modal dan padat karya, industri hotel dipengaruhi oleh perubahan yang terjadi di berbagai sektor, industri hotel menghasilkan dan memasarkan produknya bersamaan dengan tempat dimana produk itu  dihasilkan, industri hotel bekerja selama dua puluh empat jam tanpa mengenal libur dalam melayani tamu, industry hotel menganggap dan memperlakukan tamu sebagai raja.

    B. Sejarah Hotel

    Hotel Horison Sukabumi merupakan hotel yang baru berjalan sekitar 1 tahun lebih.06 November 2014 lalu Horison melaksanakan Soft Opening sebagai pembukaan pertama dan melakukan Grand Openig pada tangal 28 September 2016. Horison meupakan hotel yang berdiri pada naungan Metropolitan Golden Management (MGM). Horison merupakan salah satu group hotel yang sudah menyebar di indonesia dan luar negeri.

    Bapak Andri Salim merupakan Owner atau pemilik Hotel Horison Sukabumi yang merupakan Owner atau pemilik dari Restaurant Sunda Rasa juga.Hotel Horison terletak di jalan Siliwangi no. 68 Kebonjati Sukabumi merupakan Destinasi dari Wisatawan Local maupun asing. Dari mulai yang mau merasakan sensasi dari Hotel Horison, Liburan, yang bisnis,Weding / mengadakan pernikahan, Ulang Tahun, hingga yang sedang transit dari luar kota, atau menjadi pusat wisata bagi sebadian tamu yang datang ke Hotel Horison Sukabumi.

    Pada awal pembukaan, Hotel Horison Sukabumi dipimpin oleh Bapak Ahmad Mustopa dan pembukaan Grand Opening Wali Kota Sukabumi M Muraz secara simbolis meresmikan Hotel Horison Sukabumi ditandai dengan melakukan gunting pita bersama para jajaran Pimpinan Hotel. Bapak Ahmad Mustopa sebelumnya juga menjadi GeneralMeneger di Hotel Horison Sukabumi. Dan GeneralMeneger yang sekarang adalah Bapak Charli Budiman. kehadiran Hotel Horison di Sukabumi bisa menjadi salah satu ikon Kota Sukabumi dan memberikan manfaat, baik dari sektor perekonomian maupun dari bidang pariwisa. Sejauh ini, respons dari masyarakat sangat baik, itu terlihat dari beberapa bulan sebelum grand openingresponsnya sangat bagus.

    C. Struktur Organisasi Hotel

    Struktur Organisasi Hotel

    2.4  Visi dan Misi Hotel Horison

    2.5 Fasilitas Hotel Horison Sukabumi

    2.6 Departement Hotel

    Bab III. Laporan Pelaksanaan Praktik Kerja Industri

    A. Departement Housekeeping

    Housekeeping atau Tata Graha adalah salah satu bagian atau department yang ada di dalam hotel yang menangani hal – hal yang berkaitan dengan keindahan, kerapian, kebersihan, kelengkapan dan kesehatan seluruh kamar, juga area – area umum lainnya, agar seluruh tamu maupun karyawan dapat merasa nyaman dan aman berada di dalam hotel. Selain itu Housekeeping department merupakan bagian rumah tangga hotel yang bertugas membuat perencanaan, perawatan / pembersihan semua kamar tamu, ruang kantor, lobby, terrace, corridors, lift / elevator, toilet umum, public space, locker’s room, linen dan uniform rooms, halaman, taman, kolam renang dan ruang parkir. Housekeeping terbagi menjadi beberapa bagian yaitu Public Area, Room section, Laundry, Order Taker, Linen dan Unif

    Tanggung Jawab bagian housekeeping meliputi area :

    1. Ruang tamu (guest room)
    2. Gang ( corridor)
    3. Restauran dan banquet ( restaurant and banquet hall)
    4. Ruang kantor ( office )
    5. Locker karyawan ( employee Locker)
    6. Toilet karyawan ( Toilet locker )
    7. Toilet tamu ( guest toilet )
    8. Taman di dalam dan di luar ruangan (in and out door garden)
    9. Kolam renang ( swimmingpool), dan
    10. Halaman parkir ( parking area )

    Tugas bagian Housekeeping adalah sebagai berikut :

    1. Menciptakan suasana hotel yang bersih, menarik, nyaman, dan aman.
    2. Memberikan pelayanan di kamar dengan sebaik-baiknya kepada tamu, supaya tamu merasa puas saat berkunjung maupun menginap di hotel.
    3. Penyiapan, penataan, dan pemeliharaan kamar-kamar.
    4. Bertanggung jawab atas pemeliharaan kebersihan seluruh outlet dan ruangan umum di hotel.

    Tugas Dan Tanggung Jawab Manajemen

    Di lingkungan kerja Departemen Housekeeping meliputi tenaga dan material/bahan-bahan mahal, maka departemen Housekeeping harus melakukan hal-hal sebagai berikut :

    1. Mengadakan supervise dan latihan terhadap karyawan sehingga tercapai efisiensi tenaga secara optimal.
    2. Memilih dan menentukan cleaning equipment & cleaning material yang sesuai dengan kebutuhan.
    3. Selalu mengadakan inventarisasi terhadap semua barang.
    4. Mengusahakan terbinanya kerja sama antar semua departemen.
    5. Mengusahakan system komunikasi yang baik.

    Bagian di Houskeeping Departement.

    Public Area

    Seksi yang mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk menjaga kebersihan, kerapihan, keindahan dan kenyamanan seluruh area hotel, baik yang ada diluar gedung maupun didalam gedung hotel, antara lain Lobby area, restroom, restaurant, meeting room, garden, parking area dan fasilitas untuk karyawan hotel.

    Public area berasal dari kata public dan area yang mempunyai arti masing-masing yaitu : public adalah umum dan area adalah area, kawasan, atau daerah  Public area section adalah salah satu bagian yang berada dalam Housekeeping department yang menangani semua urusan mengenai kebersihan, kerapian, kelengkapan, kenyamanan, semua area umum yang berpengaruh terhadap ketertarikan tamu untuk memakai jasa di dalam hotel. Public area section sangat berpengaruh besar terhadap pemasukan dan operasional kerja di dalam hotel, karena dengan adanya section ini kebersihan area yang dilalui oleh tamu tetap terjaga, dan tetap membuat tamu yang datang menjadi senang dan dapat beristirahat dengan tenang   Tempat-tempat yang dijaga kebersihannya oleh seorang public area meliputi : toilet, lobby, basement, office, dan semua area yang menjadi perhatian penting untuk menarik tamu datang kedalam hotel.

    Room section

    Seksi kamar (room section) merupakan bagian yang bertugas dalam hal pemeliharaan kamar–kamar hotel. seperti kebersihan, keindahan, dan kenyamanan tamu selama tamu berada di hotel tersebut. Room attendant ialah petugas floor section yang menjaga kebersihan, kerapian, kenyamanan dan kelengkapan ka mar-kamar tamu. Room attendant harus memiliki penampilan baik dan rapi meliputi tingkah laku kejujuran, sopan santun  pada tamu,atasan maupun teman laki-laki disebut roomboy dan wanita disebut  room maid. Selain unsur–unsur penting  itu  pihak tata  graha  khususnya  seksi kamar dituntut untuk memberikan pelyanan yang sangat baik melalui room attendant sehingga tamu merasa puas selama tinggal di hotel dan diharapkan dapat menjadi  pelanggan hotel.

    CEwek manis Seksi Staycation di Hotel contoh Laporan Prakerin

    Laundry

    seksi yang mempunyai tanggung jawab untuk menyediakan linen-linen yang bersih untuk keperluaan kamar, restauran dan meeting room, menyediakan seragam bersih bagi karyawan dan membersihkan pakaian tamu yang kotor. Laundry adalah bagian dari housekeeping yang bertanggung jawab atas pencucian semua linen, baik itu house laundry maupun guest laundry. Sekarang ini dalam  menjalankan operasionalnya, laundry juga melayani pencucian dari luar hotel yang bertujuan  untuk meningkatkan pendapatannya.

    Tugas utama laundry adalah membantu operasioanal hotel yang berhubungan  dengan  proses pencucian linen untuk guest room,  restaurant  dan meetingserta uniform bagi karyawan. Sekarang ini, penyediaan  fasilitas  laundry  sangat  wajib, selain  fasilitas bagi tamu juga untuk memenuhi keperluan linen-linen bersih yang dibutuhkan bagi operasionalhotel. Operasional laundry di suatu hotel sangat bervariasi, secara umum hingga pukul 21:00 malam bahkan lebih awal,

    3.1.2. Sistematik Kerja

    Morning shift              :07.00-15.00

    Midle shift                    :09.00-17.00

    Midle shift I                 :11.00-19.00

    Afternoon shift I           :13.00-21.00

    Afternoon shift II         :15.00-23.00

    Night shftt                    :23.00-07.00

    3.1.3. Kegiatan Kerja

    3.1.4 Hubungan Kerja Dengan Departement lain

    Keberhasilan dan kesuksesan suatu bisnis usaha tidak ditentukan oleh suatu department saja, akan tetapi kerjasama antar department yang solid, kompak dan bertanggung jawab.Pada umumnya setiap department saling memiliki keterikatan hubungan kerja satu sama lainnya, mereka saling membutuhkan, oleh karenanya membentuk suatu team yang solid, kompak dan bertanggung jawab bukan hal yang mudah.Pada realita nya sering terjadi konflik antar department, hal ini adalah sesuatu yang wajar dalam dinamika psikologis pekerjaan. Setiap kepala department ingin membuktikan kemampuannya masing-masing dalam mengelola departmentnya, menunjukan prestasi yang mengagumkan dalam bidang pengelolaan cost ataupun menekan budget dan meningkatkan revenue atau prestigous dalam menganalisa guest comment.Konflik semacam diatas selama dalam persaingan yang sehat itu sangat baik dalam meningkatkan produktivitas demi meningkatkan profit.Housekeeping department dalam melakukan kegiatannya tidak terlepas dari dukungan dari department lainnya. Sebagaimana Housekeeping department merupakan department central yang memiliki access hampir dengan semua department yang ada didalam organisasi, baik itu department yang berhubungan dengan operasional ataupun department yang berhubungan dengan administrasi misalnya  finance  dan human resources.Secara struktur organisasi perusahaan ( hotel ), Housekeeping department berada di bawah naungan Room Division Department bersama dengan front office  department.Dalam team work Room Divison setiap department erat sekali keterkaitannya ini bagaikan mata rantai.kenapa demikian ? jika salah satu mata rantai terputus maka kegiatan bisnis akan terhambat dengan sendirinya kualitas pelayanan akan mengalami penurunan , yang tentunya akan berakibat pada proses produktivitas.

    Bab IV. Kesimpulan dan Saran

    A. Kesimpulan

    Dari Pelaksanaan Praktek Kerja Industri, penulis dapat menyimpulkan bahwa dengan adanya Praktek Kerja Industri sebagai salah satu kurikulum yang wajib diikuti, penulis dapat mempraktekkan teori dan praktek yang di dapat di Sekolah di industri, sehingga penulis dapat membandingkan dan menambah ilmu yang kurang dari pelaksanaan Praktek Kerja Indsutri tersebut.

    Bahwa dalam Praktek Kerja Industri yang dilakukan di industri memiliki manfaat yang sangat besar bagi penulis sebagai jenjang dalam meniti karier di bidang pariwisata dan perhotelan, sebab dengan melaksanakan training di industri, penulis bisa mengetahui segala sesuatu yang ada di hotel dan  apa yang di lakukan di hotel

    Selain itu, melalui Praktek Kerja Industri juga membuat penulis menjadi tahu bagaimana cara melayani tamu dengan baik, dan mengetahui standar minimum yang harus diketahui dalam bekerja. Dari Praktek Kerja Industri ini juga penulis mengetahui bagaimana caranya bekerja dengan cepat dan tepat. Dengan mengikuti Praktik Kerja Industri ada pembekalan untuk masa depan dalam bekerja di dunia Pariwisata dalam Bidang Akomondasi Perhotelan.

    Selain itu, penulis dapat menambah wawasan yang luas dalam kegiatan Peraktik Kerja Industri tersebut di dalam Perhotelan serta menambah pengalaman yang banyak dari kegiatan tersebut.

    B. Saran

    Untuk Perusahaan

    1. Tetap jaga hubungan kekeluargaan antar department.
    2. Tingkat kan kualitas laundry agar lebih baik.
    3. Senior seharusnya dapat memberikan bimbingan dengan baik secara berkala kepada daily worker maupun trainee nya.
    4. Untuk menunjang kelancaran operasional kerja housekeeping diharapkan agar kelengkapan peralatan lebih dilengkapi.
    5. Alangkah baiknya jam kerja disosialisasikan dengan benar, sehingga tidak terjadi overtime, seolah-olah menajemen hotel memanfaatkan para training dalam jalannya operasional pekerjaan.
    6. Hendaknya pihak hotel menjaga kedisiplinan karyawan atau trainee seperti tidak menggunakan handphone saat bekerja karena dikhawatirka tamu akan melihat dan memberikan image yang buruk terhadap sikap dari karyawan hotel.
    7. Hotel diharapkan dapat mempertahankan kerja samanya dengan pihak sekolah.
    8. Hendaknya dapat menerima trainee untuk bekerja langsung di hotel setelah melakukan praktek kerja industri.

    Untuk Sekolah

    1. Dalam pembelajaran tiap harinya, sekolah perlu memperbaharui pengetahuan sesuai dengan perkembangan yang ada. Sehingga Siswa dapat melakukan tugasnya dengan baik
    2. Agar dapat mempersiapkan pelaksanaan prakerin dengan terencana secara teliti dan baik.

    ·         Agar selalu memperbaharui fasilitas untuk praktek sehingga dapatmendukung keberhasilan siswa dalam melakukan prakein.

  • Tingkatan Ijma

    Ijma’ Sharih

    Sharih secara etimologi mempunyai arti jelas. Ijma’ sharih dapat diartikan sebagai ijma’ yang memaparkan pendapat banyak ulama secara jelas dan terbuka, baik dengan capan maupun perbuatan.

    Pada saat semua ulama memaparkan pendapatnya, ternyata mereka menghasilkan pendapat yang sama atas hukum suatu perkara. Jenis ijma’ ini diakui sangat langka karena sangat sulit dicapai kesamaan pemaparan pendapat dari sekian banyak ulama yang berijma’. Oleh karena itu sebagian ulama berpendapat bahwa ijma’ semacam ini hanya dapat terlaksana pada zaman sahabat ketika jumlah mujtahid masih sedikit dan tempat mereka berdekatan.

         Ijma’ sharih ini menempati tingkatan ijma’ tertinggi. Hukum yang ditetapkannya bersifat qath’i, sehingga umat wajib mengikutinya. Oleh karena itu seluruh ulama sepakat dan bersedia untuk menjadikan ijma’ sharih sebagai dalil yang sah dan kuat dalam penetapan hukum syariat Islam.

    Ijma’ Sukuti

    Sukuti secara bahasa berarti diam. Sebuah ijma’ disebut sebagai ijma’ sukuti apabila sebagian mujtahid memaparkan pendapat-pendapatnya secara terang dan jelas mengenai suatu hukum atau peristiwa melalui perkataan maupun perbuatan, sedangkan mujtahid yang lain tidak memberikan komentar apakah dia menerima atau menolak.

         Ijma’ sukuti ini bersifat dzan dan tidak memikat. Sehingga tidak ada halangan bagi para mujtahid untuk memaparkan pendapat yang berbeda setelah ijma’ itu diputuskan. Imam Syafi’I dan Imam Maliki berpendapat bahwa ijma’ sukuti tidak dapat dijadikan dasar hukum. Namun Imam Abu Hanifah dan Imam Ahmad bin Hanbal berpendapat lain yaitu menjadikan ijma’ sukuti sebagai dasar hukum. Mereka menerima ijma’ sukuti sebagai hujjah karena menurutnya kedua Imam tersebut diamnya mujtahid dianggap sebagai tanda setuju.