Blog

  • Laporan Praktikum Efisiensi Metabolisme Hewan Vertebrata

    Efisiensi Metabolisme Hewan Vertebrata

    A. Tujuan

    1. Mengetahui tingkat efisiensi metabolisme pada hewan vertebrata
    2. Menghitung pertambahan berat badan tikus
    3. Menghitungtingkat efisiensi pakan.
    4. Mengatahui hubungan jumlah pakan dengan pertambahan berat badan tikus
    5. Membuat grafik hubungn  pertumbuhan berat badan dengan efisiensi metabolisme

    B. Tinjauan Teoritis

    1. Pengertian Umum Metabolisme

    Metabolisme (bahasa Yunani: μεταβολισμος, metabolismos, perubahan) adalah semua reaksi kimia yang terjadi di dalam organisme, termasuk yang terjadi di tingkat selular. Atau dapat diartikan segala proses reaksi kimia yang terjadi di dalam makhluk hidup, mulai makhluk hidup bersel satu yang sangat sederhana seperti bakteri, protozoa, jamur, tumbuhan, hewan; sampai mkhluk yang susunan tubuhnya kompleks seperti manuasia. Di dalam proses ini, makhluk hidup mendapat, mengubah dan memakai senyawa kimia dari sekitarnya untuk mempertahankan hidupnya.

    Metabolisme meliputi proses sintesis (anabolisme) dan proses penguraian (katabolisme) senyawa atau komponen dalam sel hidup.. Semua reaksi metabolisme dikatalis oleh enzim. Hal lain yang penting dalam metabolisme adalah peranannya dalam penawaracunan atau detoksifikasi, yaitu mekanisme reaksi pengubahan zat yang beracun menjadi senyawa tak beracun yang dapat dikeluarkan dari tubuh.

    Secara umum, metabolisme memiliki dua arah lintasan reaksi kimia organik,

    1. Katabolisme, yaitu reaksi yang mengurai molekul senyawa organik untuk mendapatkanenergi.
    2. Anabolisme, yaitu reaksi yang merangkai senyawa organik dari molekul-molekul tertentu, untuk diserap oleh sel tubuh.

    Kedua arah lintasan metabolisme diperlukan setiap organisme untuk dapat bertahan hidup. Arah lintasan metabolisme ditentukan oleh suatu senyawa yang disebut sebagai hormon, dan dipercepat (dikatalisis) oleh enzim. Pada senyawa organik, penentu arah reaksi kimia disebutpromoter dan penentu percepatan reaksi kimia disebut katalis. Pada setiap arah metabolisme, reaksi kimiawi melibatkan sejumlah substrat yang bereaksi dengan dikatalisis enzim pada jenjang-jenjang reaksi guna menghasilkan senyawa intermediat, yang merupakan substrat pada jenjang reaksi berikutnya. Keseluruhan pereaksi kimia yang terlibat pada suatu jenjang reaksi disebut metabolom. Semua ini dipelajari pada suatu cabang ilmu biologi yang disebut metabolomika.

    ( Syaifuddin. 2006).

    2. Katabolisme

    Jalur katabolisme yang menguraikan molekul kompleks menjadi senyawa sederhana mencakup:

    1. Respirasi sel, jalur metabolisme yang menghasilkan energi (dalam bentuk ATP dan NADPH) dari molekul-molekul bahan bakar (karbohidrat, lemak, dan protein). Jalur-jalur metabolisme respirasi sel juga terlibat dalam pencernaan makanan.
      • Katabolisme karbohidrat
      • Glikogenolisis, pengubahan glikogen menjadi glukosa.
      • Glikolisis, pengubahan glukosa menjadi piruvat dan ATP tanpa membutuhkan oksigen.
      • Jalur pentosa fosfat, pembentukan NADPH dari glukosa.
      • Katabolisme protein, hidrolisis protein menjadi asam amino.
    2. Respirasi aerobik
      • Transpor elektron
      • Fosforilasi oksidatif
    3. Respirasi anaerobik,
      • Daur Cori
      • Fermentasi asam laktat
      • Fermentasi
      • Fermentasi etanol

    Anabolisme

    Anabolisme adalah lintasan metabolisme yang menyusun beberapa senyawa organik sederhana menjadi senyawa kimia atau molekul kompleks. Proses ini membutuhkan energi dari luar. Energi yang digunakan dalam reaksi ini dapat berupa energi cahaya ataupun energi kimia. Energi tersebut, selanjutnya digunakan untuk mengikat senyawa-senyawa sederhana tersebut menjadi senyawa yang lebih kompleks. Jadi, dalam proses ini energi yang diperlukan tersebut tidak hilang, tetapi tersimpan dalam bentuk ikatan-ikatan kimia pada senyawa kompleks yang terbentuk.

    Anabolisme meliputi tiga tahapan dasar. Pertama, produksi prekursor seperti asam amino, monosakarida, dan nukleotida. Kedua, adalah aktivasi senyawa-senyawa tersebut menjadi bentuk reaktif menggunakan energi dari ATP. Ketiga, penggabungan prekursor tersebut menjadi molekul kompleks, seperti  protein, polisakarida, lemak, dan asam nukleat.

    Anabolisme dibedakan dengan katabolisme dalam beberapa hal:

    1. Anabolisme merupakan proses sintesis molekul kimia kecil menjadi molekul kimia yang lebih besar, sedangkan katabolisme merupakan proses penguraian molekul besar menjadi molekul kecil
    2. Anabolisme merupakan proses membutuhkan energi, sedangkan katabolisme melepaskan energi
    3. Anabolisme merupakan reaksi reduksi, katabolisme merupakan reaksi oksidasi.
    4. Hasil akhir anabolisme adalah senyawa pemula untuk proses katabolisme.( Kimball, J. W. 2000)

    ·        Tikus (Rattus sp.)

    Tikus Putih

    Tikus adalah mamalia yang termasuk dalam suku Muridae. Spesies tikus yang paling dikenal adalah mencit (Mus spp.) serta tikus got (Rattus norvegicus) yang ditemukan hampir di semua negara dan merupakan suatu organisme model yang penting dalam biologi juga merupakan hewan peliharaan yang populer, dengan ciri antara lain berambut warna putih, mata merah, reproduksi dengan melahirkan, menyusui dan merupakan hewan yang biasa digunakan untuk penelitian.

    Biologi dan Pencirian Tikus

     Klasifikasi

    Tikus dan mencit termasuk familia Muridae dari kelompok mamalia (hewan menyusui). Para ahli zoologi (ilmu hewan) sepakat untuk menggolongkannya kedalam ordo Rodensia (hewan yang mengerat), subordo Myomorpha,family Muridae, dan sub famili Murinae. Untuk lebih jelasnya, tikus dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

    Dunia                    : Animalia

    Filum                    : Chordata

    Sub Filum             : Vertebrata

    Kelas                    : Mammalia

    Subklas                 : Theria

    Ordo                    : Rodentia

    Sub ordo              : Myomorpha

    Famili                    : Muridae

    Sub family : Murinae

    Genus                   : Bandicota, Rattus, dan Mus(Wiwi Isnaeni. 2006).

    Biologi

    Anggota Muridae ini dominan disebagian kawasan didunia. Potensi reproduksi tikus dan mencit sangat tinggi dan ciri yang menarik adalah gigi serinya beradaptasi untuk mengerat (mengerat + menggigit benda-benda yang keras). Gigi seri ini terdapat pada rahang atas dan bawah, masing-masing sepasang. Gigi seri ini secara tepat akan tumbuh memanjang sehingga merupakan alat potong yang sangat efektif. Tidak mempunyai taring dan graham (premolar).

    Karakteristik lainnya adalah cara berjalannya dan perilaku hidupnya. Semua rodensia komensal berjalan dengan telapak kakinya. Beberapa jenis Rodensia adalah Rattus norvegicus, Rattus rattus diardi, Mus musculus yang perbandingan bentuk tubuhnya seperti terlihat pada gambar 1.2. Rattusnorvegicus (tikus got) berperilaku menggali lubang ditanah dan hidup dilibang tersebut. Sebaliknya Rattus rattus diardii (tikus rumah) tidak tinggal ditanah  tetapi disemak-semak dan atau diatap bangunan. Bantalan telapak kaki jenis tikus ini disesuaikan untuk kekuatan menarik dan memegang yang sangat baik. Hal ini karena pada bantalan telapak kaki terdapat guratan-guratan beralur, sedang pada rodensia penggali bantalan telapak kakinya halus (Gambar 1.3.) Mus musculus (mencit) selalu berada di dalam bangunan, sarangnya bisa ditemui di dalam dinding, lapisan atap (eternit), kotak penyimpanan atau laci.( Soeharsono. 2010).

    Reproduksi

    Tikus dan mencit mencapai umur dewasa sangat cepat, masa kebuntingannya sangat pendek dan berulang-ulang dengan jumlah anak yang banyak padab setiap kebuntingan.

    Pemeliharaan Tikus Putih

    Pemeliharaan tikus putih mudah saja, yaitu :

    1. Kandang harus kering dan menggunakan litter (alas) bisa dari sekam atau serbuk gergaji.

    2. Gunakan kotak plastik ukuran sekitar 60 cm x 50 cm atau lebih besar dengan tutup yang

    terbuat dari kawat.

    3. Air minum buat seperti botol dot, harus selalu ada .

    4. Biasanya tikus yang baru disatukan untuk dikawinkan butuh masa adaptasi sebelum

    kawin sekitar satu minggu

    5. Satu jantan efektif bisa mengawini 6-8 ekor betina

    6. Baiknya kawinkan 2 jantan dengan 8 betina dalam satu kandang besar

    7.Tikus bisa bunting-beranak selama 3-5 minggu tergantung pakan, sama tingkat 

    kesuburan.

    8.  Ganti litter selama 1 minggu sekali.

    9.  Kalau sudah beranak jangan pisahkan dengan induk, jangan dipegang-pegang,

    pisahkan dengan jantan, biarkan terjadi seleksi alam, pakan tidak boleh kekurangan,

    minum harus cukup.

    10.Bila anak sudah 4 minggu bisa dipisahkan dari induk dan dipelihara secara berkelompok

    dengan tikus lain.

    11.Anak sudah cukup dewasa umur 4 minggu tapi masih belum matang untuk bunting dan      

    melahirkan.(Anonim, 2010).

    Bahan Pakan

    Bahan pakan adalah bahan yang dapat dimakan, dicerna dan digunakan oleh hewan. Bahan pakan ternak terdiri dari tanaman, hasil tanaman, dan kadang – kadang berasal dari ternak serta hewan yang hidup di laut. Pakan adalah bahan yang dimakan dan dicerna oleh seekor hewan yang mampu menyajikan hara atau nutrien yang penting untuk perawatan tubuh, pertumbuhan, penggemukan, dan reproduksi. Bahan pakan yang baik adalah bahan pakan yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral serta tidak mengandung racun yang dapat membahayakan ternak yang mengkonsumsinya.

    Pellet merupakan pakan yang baik untuk digunakan sebagai pakan penambah berat badan. Kebanyakan pakan di banyak negara diproduksi dalam bentuk butiran maupun pellet. Keuntungan memproses pellet adalah :

    1. Mengurangi pengambilan pakan secara seletif,
    2. Meningkatkan ketersediaan nutrisi,
    3. Menurunkan energi yang dibutuhkan sewaktu mengkonsumsi pakan,
    4. Mengurangi kandungan bakteri pathogen,
    5. Meningkatkan kepadatan pakan sehingga dapat mengurangi biaya penggunaan truk,
    6. Mengurangi penyusutan pakan karena debu,
    7. Dan memperbaiki penanganan pakan pada penggunaan alat makan otomatis.(Riani, Hardiningsih dan Novik, Nurhidayat.,2006)

    Semua keuntungan ini akan secara dratis menurunkan biaya produksi.

    Pakan merupakan unsur terpenting dalam menunjang pertumbuhann dan kelangsungan hidup tikus. Pakan buatan adalah pakan yang sengaja dibuat dari beberapa jenis bahan baku. Pakan buatan yang baik adalah pakan yang mengandung gizi yang penting untuk tikus, memiliki rasa yang disukai oleh tikus dan mudah dicerna oleh tikus. Konsumsi pakan harian dapat mempengaruhi bobot badan.

    Konsumsi air

    Air merupakan bahan pakan utama yang tidak bisa diabaikan, tubuh hewan terdiri dari 70% air, sehingga air benar-benar termasuk kebutuhan utama yang tidak dapat diabaikan. Kebutuhan air bagi ternak tergantung pada berbagai faktor yaitu kondisi iklim, bangsa sapi, umur dan jenis pakan yang diberikan. Air dalam tubuh berfungsi sebagai transportasi zat pakan melalui dinding-dinding usus ke dalam peredaran darah, mengangkut zat-zat sisa, sebagai pelarut beberapa zat dan mengatur suhu tubuh. Air minum sangat dibutuhkan bagi kesehatan tikus. Kebutuhan air minum tikus kurang lebih 8 – 11 ml/100 g bb yang harus disediakan dalam kandang. (Widiana, P. S., Agustono., dan Yudi, C., (2009).

    IV.ALAT DAN BAHAN

    ALAT

    No.Nama AlatJumlah
    1Bak ukuran persegi panjang1 buah
    2Jaring Kawat1 ukuran 30 x50 cm
    3Dodot minum 1 buah
    4Mangkuk tempat pakan1 buah
    5Timbangan1 buah
    6Pinset1 buah
    7Plastic2 buah
    8Pipet tetes1 buah

    BAHAN

    No.Nama BahanJumlah
    1Tikus putih1 ekor
    2Pakan peletSecukupnya sesuai takaran
    3AirSecukupnya sesuai takaran

    V. PROSEDUR KERJA

    No.Prosedur Kerja
    1Praktikan menimbang tikus (Rattus sp) untuk mengetahui berat badan awalnya.
    2Setelah itu, praktikan menyediakan metabolisme cage ( tempat pemeliharaan),dengan merakit bak persegi panjang dan ditutup dengan kawat  dan memasukkan tikus ke dalam metabolisme cage dan memberi pakan pada awal yaitu 50 gr haripertama dan 50 ml air untu minumnya.
    3Setiap 24 jam, praktikan memberi pakan sejumlah 50 gr/hari, berupa pellet dan memberi air bersih sebagai minum dengan menggunakan botol, dan volume air dan pakan yang diberi dicatat. Dimana jika pakan habis saat pemeriksaan maka jumlah pakan pellet akan ditambah 5 gram.
    4Praktikan meletakkan metabolisme cage pada ruang yang kondisinya baik. Selang waktu 24 jam, praktikan menimbang jumlah pakan sisa, jumlah air sisa, dan feses yang dikeluarkan selama 24 jam.
    5Pengamatan ini dilakukan selama 30 hari.

    VI. HASIL  PRAKTIKUM

    TABEL PENGAMATAN

    Hari keBerat badan (gr)Perubahan berat badan(gr)Konsumsi pakan (gr)Konsumsi minum (ml)Berat feses (gr)
    Awalakhir
    11525050
    21553303015
    31583303520
    41602352020
    5160.50.5301516
    6160.70.2301020
    71621.3352515
    8162.50.5302518
    91630.5402520
    101630302020
    111641252515
    121651252515
    131650201525
    141650352020
    151661353015
    161671352520
    171670202020
    18167.51.5302515
    191680.5252025
    201680203520
    211702453525
    221700202515
    231700251025
    241722503520
    251722453524
    261753504023
    271761352025
    281782352521
    291780252020
    301802403024
    Rata-rata167.171.06896632.0689724.8275919.862

    Penjelasan Tabel

    Pada hari pertama praktikan memberikan makan 50 gran dan 50 ml air minumnya. Dimana pada hari berikutnya terjadi penaikan dan penurunan jumlah pakan yang dimakan serta banyak minum yang diminum oleh tikus putih. Sementara berat badan tikus purtih semakin bertambah secra perlahan-lahan maupun terkadang terjadi penaikan jumlah berat badan yang cukup tinggi. Sedangkan pada berat fesesnya sendiri tidak tergantung pada banyak pakan yang ia makan dan air yang ia minum karena berat feses tidak stabil dan terjadi penaikan dan penurunan pada berat fesesnya.

    Parameter Yang Diukur

    ·        Berat Badan

    Pada awalnya berat badan tikus dalam percobaan ini adalah 150 gr. Perkembangan bobot badan tikus selama masa perlakuan disajikan pada table .Pada kelompok perlakuan bobot badan tikus selama masa percobaan rata- rata cenderung meningkat. Bobot badan tikus rata-rata pada percobaan adalah 167.1793 gr. Selama masa perlakuan bobot badan tikus menunjukkan kecenderungan naik.

    ·        Konsumsi Pakan

    Setiap harinya diberikan pakan sebanyak 50 gr/hari, dimana jika pakan pada hari sebelunya habis maka jumlah pakan akan ditambah 5- 10 gram. Menurut Waynfort dan Flecknell asupan pakan yang normal untuk tikus adalah 5 gr/ 100 gr berat badan. Hal ini tidak sesuai dengan konsumsi pakan yang diperoleh dari percobaan. Karena dalam percobaan ini, rata-rata konsumsi pakan 32  gr/ hari. Namun, secara teoritis hanya 5 gr/100 gr berat badan. Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam percobaan ini terdapat kesalahan praktikan dalam hal pemberian pakan yang mungkin tempat dari pakan yang dibuat tidak pada posisi yang tepat, atau tempatnya terjatuh sehingga pakan sepertinya habis dimakan oleh tikus padahal tidak semua yang dikonsumsi.

    ·        Konsumsi Minum

    Setiap harinya diberikan air bersih sebanyak 50 ml/hari pada botol minumnya. Jadi, rata-rata yang habis dikonsumsi pada setiap harinya adalah 24-25 ml /hari. 

    ·        Berat Kotoran

    Berat kotoran tidak begitu dipengaruhi oleh konsumsi makanan oleh tikus putih. Adapun rata-rata berat fecesnya adalah  yaitu 19 gr/ hari percobaan.. Feces tikus ini berbentuk bulat lonjong berwarna kecoklatan.

    1. PBBH

    Laju pertumbuhan harian berfungsi untuk menghitung persentase pertumbuhan berat tikus per hari. Adapun rata- rata pertambahan berat badan pada percobaan diatas adalah jumlah PBBH dibagi dengan jumlah hari pengamatan. Sehingga dapat dihitung rata-rata PBB tikus adalah gr/ hari

    PEMBAHASAN

    ·        PBBH (Pertambahan Berat Badan)

    PBBH (Pertambahan Berat Badan harian )(kg) =

    Berat Badan Pengamatan  – Berat Badan Awal Pengamatan

                                        Lama Pengamatan

    Contoh perhitunganberat badan perhari

    Hari 1               = 

    Hari 2               =

    Jika perhitungan dilakukan per 10 hari maka

    PBB =rata- rata perubahan pada 10 hari pertama / 10 hari

    10 hari pertama            = 1,2/10 = 0,12gram

    10 hari kedua               = 0,7/ 10 = 0,07gram

    10 hari ketiga                = 1,33/10 =0,13 gram

    ·        Efisiensi Pakan (e)

    Efisiensi Pakan (e) =       PBBH (Kg)        x 100 %                  

                                        Konsumsi Pakan

    10 hari pertama            = %

    10 hari kedua               =

    10 hari ketiga   =

                Berdasarkan data diatas, maka perubahan berat badan tertinggi yaitu pada 10 hari ketiga yaitu mulai dari hari ke 21- 30. Dimana perubahan berat badannya yaitu0,13 gram begitu pula pada tingkat efisiensi terjadi pada 10 hari ketiga yaitu dengan tingkat efisiensi 0,36%.

     VII.KESIMPULAN

    1.      Dari hasil percobaan yang dilakukan terlihat bahwa hasil tidak sesuai dengan teori, baik hasil dari segi jumlah konsumsi pakan dan konsumsi minun, hal ini disebabkan oleh adanya kekurang telitian dari praktikan dalam pengukuran tersebut.

    2.      Dari grafik yang diperoleh bahwa  pertambahan berat badan pada tikus cenderung

    mengalami kenaikan daripada penurunan setiap harinya..

    3.      Dari hasil perhitungan PBBH diatas pada enam pengamatan tersebut dapat disimpulkanbahwa PBBH yang paling tinggi terlihat pada  10 hari ketiga yaitu sekitar  hari ke 21-30 yaitu 0,13 gram.

    4.      Dari hasil perhitungan efisiensi (e) diatas pada 30 hari pengamatan pengamatan tersebut dapat disimpulkan bahwa efisiensi (e) yang paling tinggi terlihat pada  10 hari ketiga yaitu sekitar  hari ke 21-30 yaitu 0,36%.

    5.      Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa

    ·        Rata-rata bobot berat badan tikus adalah  167,17 gr/hari

    ·        Rata-rata konsumsi pakan tikus adalah 32 gr /hari

    ·        Rata-rata konsumsi minum tikus adalah 274 ml/ hari

    ·        Rata-rata berat kotoran tikus adalah  19,86 gr/hari

    ·        Rata-rata PBBH tikus adalah 1,06 gr/hari

    VIII. JAWABAN PERTANYAAN

    1.      Efisiensi metabolism yaitu jumlah perubahan berta badan suatu organisme yang dibandingkan dengan jumlah konsumsi makannya suatu organism.

    2.      Hubungannya yaitu berat badan hewan umumnya akan akan berambah jika jumlah makanan yang dikonsumsi semakin banyak. Namun semua itu tidak selalu sesuai, tergantung pada system metabolismenya.

    3.      

    IX. DAFTAR PUSTAKA

    Anonim, (2010), Pedoman Pengendalian Tikus Khusus Di Rumah Sakit, http://www.org.ac/Pedoman pengendalian tikus, diakses tanggal 4 april 2011

    Kimball, J. W. 2000. Biologi Edisi ke-5,  Jilid 2. Jakarta. Penerbit Erlangga

    Riani, Hardiningsih dan Novik, Nurhidayat., (2006),Pengaruh Pemberian Pakan Hiperkolesterolemia terhadap Bobot Badan Tikus Putih Wistar yang Diberi Bakteri Asam Laktat, Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Bogor 16122, Volume 7, Nomor 2 1412-033X April 2006, Halaman: 127-130

    Soeharsono. 2010. Fisiologi Ternak. Bandung.Widya Padjadjaran.

    Syaifuddin. 2006. Anatomi dan fisiologi untuk mahasiswa keperawatan. Jakarta :Buku kedokteran EGC.

    Widiana, P. S., Agustono., dan Yudi, C., (2009), Pemberian Pakan Dengan Energi Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Kerapu Tikus (Cromileptes altivelis ), 18 hal

    Wiwi Isnaeni. 2006.  Fisiologi Hewan. Yogyakarta. Kanisius.

    Medan, 27 Mei 2015

    Asisten                                                                                                 Praktikan

    Tim Asisten                                                                                                      Kelompok 8

  • Laporan Praktikum Mamalia

    Mamalia

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Karakter khas yang menjadi turunan mamalia adalah kelenjar susu (mammary gland), yang menghasilkan susu untuk anak. Semua induk betina mamalia menyusui bayinya. Susu merupakan makanan seimbang yang kaya lemak, gula, protein, mineral dan vitamin. Rambut, karakteristik mamalia yang lain, dan lapisan lemak di bawah kulit membantu tubuh mempertahankan panas (Campbell, 2012).

    Setelah memperkirakan bahwa mamalia pertama timbul pada akhir zaman Trias dari moyang  terapsida. Mereka merupakan hewan kecil yang sangat aktif yang makanannya terdiri atas insekta. Kehidupan yang aktif ini berhubungan dengan kemampuannya untuk memelihara suhu badan yang tetap (homeotermi). Seperti halnya dengan burumg (yang tidak tampak sampai zaman jura) hal ini berkaitan dengan perkembangan jantung beruang empat dan pemisahan sempurna dari peredaran darah oksigen dan sistemik. Konservasi panas tubuh dimungkinkan dengan perkembangan rambut. Sementara mamalia yang paling awal bertelur sampai moyang reptilia, anaknya setelah menetas diberi makan dengan susu yang disekresikan oleh kelenjar-kelenjar dalam kulit induknya (Kimball, 1984).

    Kingdom animalia memiliki beberapa tingkatan untuk membagi hewan-hewan yang terdapat di muka bumi ini. Tingkatan tertinggi pada kingdom animalia tersebut adalah mamalia. Pada umumnya, semua jenis mamalia memiliki rambut yang menutupi tubuhnya. Jumlah rambut tersebut berbeda-beda antara spesies yang satu dengan yang lain. Ada spesies yang seluruh tubuhnya ditutupi oleh rambut dan ada pula spesies yang hanya memiliki rambut di tempat-tempat tertentu pada bagian tubuhnya. Mamalia merupakan hewan yang bersifat homoioterm atau sering disebut hewan berdarah panas. Hal ini dikarenakan kemampuannya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar (Campbell, 2012).

    B. Tujuan

    Adapun tujuan dari praktikum tentang mamalia adalah sebagai berikut :

    1. Menunjukkan bagian-bagian tubuh mamalia yang mepiputi kepala, leher, badan dan ekor.
    2. Menunjukkan organ-organ pada daerah kepala yaitu rima oris, fovea nasalis, dan organon visus.
    3. Menunjukkan organ pada daerah badan, antara ekstrimitas liberae, organ-organ viscera
    4. Pada pengamatan anatomi menggambar dan memahami sistem penyusun sirkulasi, respirasi, digesti, koordinasi, eksresi dan reproduksi berdasarkan topografi dan fungsinya di dalam tubuh.

    Bab II. Kajian Pustaka

    A. Karakteristik Mamalia

    Karakteristik mamalia adalah sebagai berikut (Jasin, 1984):

    1. Tubuh umumnya tertutup rambut, kulit berkelenjar.
    2. Cranium dengan dengan dua occipital condyle, mulut umumnya bergigi.
    3. Lubang telinga luar umumnya memiliki daun telinga yang kenyal, lidah mudah di gerakkan, mata dengan pelupuk yang mudah digerakkan.
    4. Mempunyai empat anggota gerak kecuali anggota golongan Cetacea.
    5. Jantung dengan empat ruang.
    6. Respirasi hanya dengan paru- paru.
    7. Terdapat 12 pasang saraf kranialis.
    8. Suhu tubuh endotermis (homoistermis).
    9. Jantan dengan organ kopulasi (penis).

    B. Evolusi Awal Mamalia

    Mamalia tergolong ke dalam sekelompok amniota yang dikenal sebagai sinapsida (synapsid)Sinapsida nonmamalia awal tidak memiliki rambut, berjalan mengangkang dan bertelur. Karakteristik khas sinapsida adalah sebuah temporal fenestra, lubang di belakang rongga mata pada  ke dua sisi tengkorak. Manusia mempertahankan mata pada kedua sisi tengkorak. Manusia mempertahankan ciri ini otot-otot rahang melewati temporal fenestral. Bukti fosil menunjukkan bahwa rahang di model ulang saat ciri-ciri mamalia muncul secara bertahap pada garis keturunan sinapsida awal yang mengikutinya. Selain itu, dua tulang yang sebelumnya membentuk sendi rahang bergabung ke dalam telinga tengah mamalia (Campbell, 2012).

    Selama periode jura, mamalia sejati pertama muncul dan berdiversifikasi menjadi sejumlah garis keturunan, kebanyakan di antaranya telah puna. Namun selama Era Mesozoikum, sebagian mamalia tetap berukuran kira-kira sebesar celurut masa kini. Salah satu penjelasan yang mungkin untuk ukuran yang kecil tersebut adalah bahwa dinosaurus telah menempati relung-relung ekologis hewan yang bertubuh besar (Campbell, 2012).

    Pada awal Periode Kreta, ketiga garis keturunan utama mamalia yang ada telah muncul monotremata (mamalia bertelur), marsupialia (mamalia berkantong), dan euteria (mamalia berplasenta). Setelah kepunahan dinosaurus besar, petrosaurus, dan reptil laut pada periode Kreta akhir, mamalia mengalami radiasi adaftif yang memunculkan predator dan herbivor berukuran besar serta spesies-spesies yang bisa terbang maupun akuatik (Campbell, 2012).

    1. Monotremata (mamalia bertelur)

    Monotremata hanya di temukan di Australia dan Papua Nugini, dan dipresentasika oleh satu spesies platipus dan empat spesies ekidna (pemakan semut berduri). Monotremata bertelur, suatu karakter nenek moyang bagi  amniota dan tetap di perthankan bagi sebagian besar reptil. Seperti semua mamalia, monotremata memiliki rambut dan menghasilkan susu, namun mereka tidak memiliki puting. Susu disekresikan oleh kelenjar-kelenjar di perut induk betina. Setelah menetas, bayi mengisap susu dari rambut induknya.

    2. Marsupialia (mamalia berkantong)

    Oposum, kangguru adalah contoh marsupialia. Amrsupialai maupun eutaria memiliki karakter-karakter turunan yang tidak dimiliki oleh monotremata. Kedua kelompok tersebut memiliki laju metabolik yang lebih tinggi dan puting yang menyediakan susu, serta melahirkan anak. Embrio berkembang di dalam uterus dari saluran reproduksi betina. Lapisan uterus dan membran-membran ekstraembrionik yang muncul dari embrio membentuk plasenta struktur tempat nutrien berdifusi ke dalam embrio dari tanah induknya.

    3. Euteria (mamalia berplasenta)

    Euteria mamalia lazim disebut mamalia berplasenta karena plasentanya jauh lebih kompleks dari pada marsupialia. Euteria memiliki masa kehamilan yang lebih lama dari pada marsupialia. Anak euteria menyelesaikan perkembangan embrioniknya di dalam uterus, terhubung dengan induknya melalui plasenta. Plasenta euteria memberikan hubungan jangka panjang yang intim antara induk betina dan anaknya yang sedang berkembang.

    Kelompok-kelompok utama euteria yang masih ada diduga berdivergensi satu sama lain dalam suatu ‘ledakan’ perubahan evolusi. Waktu terjadinya ‘ledakan’ ini belum dapat dipastikan. Data molekuler lmengidentifikasikan bahwa peristiwa itu terjadi 100 juta tahun lalu dan data morfologi memeperkirakan waktu 60 juta tahun lalu.

    C. Ordo Mamalia

    Mamalia dikelompokkan kedalam banyak Ordo diantaranya sebagai berikut (Campbell, 2012):

    1. Monotremata mamalia berparuh dan bertelur, tidak memiliki putting susu, dan menyedot susu dari bulu induknya, misalnya: platypus (Ornithorynchus anatinus)/ cungur bebek, echidna.
    2. Marsupialia atau Diprotodontia mamalia berkantung, perkembangan embrionik diselesaikan dalam kantung marsupial, misalnya: kanguru (Marcropus sp)
    3. Artiodactyla mamalia yang memiliki kuku dengan jumlah jari kaki yang genap pada masing-masing kaki, herbivora, misalnya: domba peliharaan (Ovis aries), rusa.
    4. Carnivora mamalia pemakan daging, memiliki gigi tajam, runcing dan geraham untuk merobek, misalnya: harimau (Panthera sp), anjing, musang.
    5. Cetacea mamalia yang hidup di laut dengan badan berbentuk ikan, kaki depan mirip dayung dan tidak ada tungkai belakang serta lapisan tebal lemak sebagai insulasi, misalnya: ikan paus (Balaenoptera omurai), lumba-lumba.
    6. Chiroptera mamalia yang memiliki kaki seperti sayap atau bersayap tangan dengan selaput di antara ruas jari sampai ke belakang hingga tungkai depan bagian belakang,  misalnya: kelelawar (Pteropus vampeirus).
    7. Edentata mamalia yang memiliki geligi tereduksi atau tidak ada sama sekali, misalnya: Armadillo, kukang.
    8. Insectivora atau Soricomorpha mamalia pemakan serangga, misalnya: tikus cerurut(Crocidura mutina), landak.
    9. Lagomorpha mamalia yang memiliki gigi seri mamalia yang mirip dengan ordo rodentia tetapi memiliki empat gigi seri atau lebih mirip pahat, kaki belakang lebih panjang dibandingkan dengan kaki depan dan diadaptasikan untuk berlari dan melompat, misalnya: Kelinci (Lepuhnigri collis).
    10. Perissodactyla mamalia berkuku dan berjari kaki ganjil, herbivore, misalnya: Kuda, zebra, tapir.
    11. Primata mamalia dengan ibu jari berhadapan dan yang memiliki anggota gerak yang panjang, mata yang menghadap kedepan, korteks serebral yang berkembang baik, omnivore,  misalnya: monyet (Macaca mulatta), lemur, orang utan.
    12. Proboscidea mamalia berotot dan badan panjang, misalnya: Gajah (Elephantidae elephas).
    13. Rodentia mamalia pengerat yang memiliki gigi seri seperti pahat yang tumbuh terus-menerus, misalnya: berang-berang (Castor sp), tikus mencit, kelinci.
    14. Sirenia mamalia herbivora akuatik, memiliki tungkai mirip sirip, dan tidak ada kaki belakang,  misalnya: sapi laut/dugong (Dugong dugong).
    15. Herbivora mamalia pemakan tumbuhan, misalnya: sapi (Bos taurus).
    16. Omnivora atau  Artiodactyla mamalia pemakan segala, misalnya: babi hutan (Sus scrofa)
    17. Scandentia, misalnya:tupai (Tupaia javanica)
    18. Polidota mamalia berbisik dan tidak bergigi, misalnya: Tringgiling (Manis javanica).
    19. Dermoptera mamalia bersayap kulit dengan sayap mirip pada kelelawar,misalnya: Lemur (Cyanocephalus volans), Galeopithecus.

    D. Sistem Respirasi

    Kucing dan semua hewan mamalia yang lain bernafas dengan menggunakan paru-paru. Urutan atau jalan yang dilalui oleh udara adalah sebagai berikut (Soemadji, 1986):

    1. Nares eksternal (lubang hidung luar)
    2. Cavum nasalis (rongga hidung)
    3. Nares internal (lubang hidung dalam)
    4. Pharinx (tekak)
    5. Larinx (kotak suara)
    6. Trachea (tenggorokan)
    7. Bronchus (cabang dari trachea)

    8.      Bronchiolus (cabang dari bronchus)

    9.      Alveolus (gelembung/ kantung udara)

    Pada bagian atas larinx di jumpai alat yang namanya epiglithis yang berfungsi untuk penutup lubang larinx pada hewan waktu menelan makanan sebaliknya ia terbuka pada waktu terjadi pernafasan (resfirasi). Larinx yang dibentuk oleh beberapa tulang rawan, di dalamnya terdapat tali suara (plicea vocilis) (Soemadji, 1986).

    2.5    Sistem Syaraf

    Kucing memiliki otak (Cerebrum), serabut syaraf otak (nervus cerebralis), sumsum tulang belakang (medulla spinalis) dan serabut syaraf yang berasal dari sumsum tulang belakang (nervus spinalis). Seperti juga hewan mamalia yang lain, kucing memiliki otak yang lebih besar dari hewan vertebrata yang lebih rendah. Dari otak terdapat 12 pasang serabut syaraf otak (Soemadji, 1986).

    BAB III

    METODOLOGI PRAKTIKUM

    3.1 Waktu dan Tempat Praktikum

    Adapun dilaksanakannya praktikum zoologi vertebrata tentang Mamalia pada hari Rabu, 04 Juni 2014 pukul 13.20 – 15.00 WIB di Laboratorium Biologi Institut Agama Islam Negeri Raden Fatah Palembang.

    3.2 Alat dan Bahan

    a.       Alat Praktikum

    1.      Loupe

    2.      Seperangkat alat bedah

    3.      Lap (serbet)

    b.       Bahan Praktikum

    Mencit (Mus musculus).

    3.3  Cara Kerja

    a.       Amati hewan coba yang telah disiapkan kemudian gambarlah secara menyeluruh (tampak dari samping) !

    b.      Tentukan bagian-bagian kepala, leher, badan dan ekor serta penutup tubuh yang berupa rambut.

    c.       Tentukan bagian-bagian seperti organon visusnares anterior, rima oris, vibrissae (kumis), auriculae (daun telinga), ekstremitas anterior dan posterior.

    d.      Pada anatomi, bedahlah mencit yang telah di bius tersebut dengan hati-hati.

    e.       Amati organ dalam pada tubuh mencit gambarlah.

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1    Hasil

    Gambar pengamatan morfologi mencit (Mus musculus)
    Gambar Pengamatan Diafragma
    Gambar Pengamatan Anatomi Mencit (Mus musculus)

    4.2    Pembahasan

    Pada praktikum tentang mamalia kami mengamati mencit pada tubuh terbagi menjadi kepala (caput), leher (cervix), badan (truncus), dan ekor (caudal). Pada bagian kepala terdapat hidung (fovea nasalis), mata (organon visus), mulut (cavum oris), dan kumis (vibrissae). Pada anatomi mencit yang kami amati terdapat tymus, left lungheart, diafragma, stomatch, spleen, small intestine, liver, right kichey, bladder, uterus, dan testis. Pada badan terdapat ekstrimitas anterior dan ekstrimitas posterior. Ekor pada mencit panjang. Pada diafragma terdapat bagian seperti:

    1.      Pars muscularis

    a.      Pars sternalis

    b.      Pars costalis

    c.       Pars lumbalis

    2.      Centrum tendanium

    3.      Foramen venae cavae

    4.      Hiatus esophagus

    5.      Hiatus aorticus

    6.      Musculus psoas

    7.      Proceus xipaudeus

    Kepala (caput) Pada bagian kepala dapat dijumpai adanya organ-organ berikut: Celah mulut (rima oris), yang dibatasi oleh bibir (labium) dan terdiri dari bibir atas (labium superior) yang bercelah dan bibir bawah (labium inferior). Sepasang lubang hidung luar (fovea nasalis). Mata (organon visus), yang dilindungi oleh kelopak mata atas (palpebrae superior atau frontalis) dan kelopak mata bawah (palpebrae inferior). Pada sudut anterior mata terdapat membran nictitans.  Sepasang daun telinga (pinna auricularis) dan lubang saluran telinga luar. Di sekitar moncong dan mata terdapat vibrissae berupa rambut-rambut kasar dan panjang (Kimbal, 1984).

    Badan (truncus) Bagian ini terdiri atas bagian dada, dan bagian perut. Pada bagian perut di daerah lipatan paha terhadap seppasang puting susu. Memperhatikan struktur-struktur seperti, anus, merupakan lubang pelepasan dari saluran pencernaan makanan makanan. Lekuk perineum, terletak di depan anus , tempat bermuaranya kelenjar perineum). Pada hewan betina terdapat vulva, yaitu daerah alat kelamin betina external yang dibatasi oleh labium mayor dan labium minor terdapat clitoris, yang merupakan penis yang rudimenter. dan pada kepalanya terdapat lubang urine yang disebut orificium clitoridaelubang vagina, tempat masuknya penis pada waktu kopulasi yang tentang lewatnya bayi pada saat melahirkan. Pada hewan jantan, di daerah perineum terdapat penis, sebagai alat kopulasi. Ujung penis disebut kepala penis yang ditutupi oleh kulit lepas yang disebut preputium. Pada ujung kepala penis terdapat lubang untuk urine dan sperma yang disebut orificium urethraeScrotum atau kantung testis baru tampak jelas bila dilakukan pemijitan pada bagian lateral penis ke arah posterior (Kimbal, 1984).

    Sistem pencernaan mamalia meliputi cavum oris (rongga mulut), pharinx (tekak), oesophagus (kerongkongan), ventriculus (lambung), intestinum tenuae (usus halus), intestinum crassum (usus kasar), anus (pelepasan). Di samping alat-alat tersebut terdapat sistem pencernaan dilengkapi dengan alat-alat tambahan (organon accesorius) minsalnya (Soemadji, 1986):

    ·         Dentis (gigi)

    ·         Linguae (lidah)

    ·         Glandula salivaris (kelenjar air ludah)

    ·         Hepar (hati)

    ·         Glandula pancreaticus (pankreas)

    Saluran ekskresi alat ekskresi berupa dua pasang ren (ginjal) dan sebuah kantung kemih (vesica urinaria). Ginjal berfungsi untuk filtrasi darah serta membuang sisa-sisa metabolisme yang tidak diperlukan lagi oleh tubuh kita. Urin dari ginjal ditampung dalam kantung kemih melalui saluran kemih dalam (uriter). Selanjutnya urin dikeluakan melalui saluran kemih luar (urethra) (Soemadji, 1986).

    BAB V

    PENUTUP

    5.1    Kesimpulan

    Mamalia adalah hewan yang memiliki kelenjar susu, merupakan hewan yang tinggi tingkatannya jika dibandingkan dengan kelas-kelas sebelumnya. Pada mamalia dapat dibedakan antara :

    1.      Kepala (caput) terdapat organon visus, rima oris, fovea nasalis, dan vibrissae.

    2.      Leher (cervix)

    3.      Badan (truncus) terdapat ekstrimitas anterior dan posterior.

    4.      Ekor (caudal) yang panjang

    5.      Pada anatomi terdapat diafragma, jantung, hati, sepasang ginjal dan lain-lain.

    5.2    Saran

    Tubuh mamalia sangat tipis, sehingga pada saat pembedahan praktikan harus hati-hati pada saat membedah mencit tersebut agar organ dalamnya tidak rusak sehingga pada saat pengamatan dapat diamati dengan jelas.

    DAFTAR PUSTAKA

    A.      Campbell Neil, Jane B. Reece, Lis A. Urry, Michael L. Cain, Steven A. Wasserman, Peter V. Minorsky, Robert B. Jakson. 2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 2. Erlangga: Jakarta

    Jasin, Maskoeri. 1984. Sistematika Hewan Invertebrata dan Vertebrata. Sinar Wijaya: Surabaya.

    Kimball, Jhon W. 1984. Biologi Jilid 3 .Jakarta: Erlangga.

    Soemadji. 1986. Kapita Selekta Biologi Sekolah II. Tarunika: Jakarta

  • Laporan Praktikum Reptil

    Praktikum Reptil

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Fosil-fosil tertua, ditemukan di bebatuan dari Nova Scotia, berasal dari akhir periode Karbon, sekitar 310 juta tahun lalu. Salah satu kelompok utama reptil pertama yang muncul adalah parareptil (parareptile)yang sebagian besar merupakan herbivor kuadrupedal besar yang bertubuh kekar. Beberapa parareptil memiliki lempengan pada kulitnya yang mungkin telah digunakan untuk memepertahankan diri dari predator. Parareptil musnah sekitar 200 juta tahun lalu, pada pengujung periode Trias (Campbell, dkk. 2008).

    Ketika parareptil mengalami penurunan, klad reptil purba yang lain, diapsida (diapsid), berdiversifikasi. Salah satu karakter turunan yang paling jelas pada diapsida adalah sepasang lubang disisi dua tengkorak, dibelakang rongga mata. Diapsida terdiri dari dua garis keturunan utama. Satu garis keturunan memunculkan lepidosaurus (lepidosaur)yang mencakup tuatara, kadal, dan ular. Garis keturunan ini juga menghasilkan sejumlah reptil laut, termasuk monosaurus raksasa. Panjang beberapa spesies yang hidup di laut ini menandingi paus masa kini semua spesies reptil laut ini telah punah (Campbell, dkk. 2008).

    Hewan reptil mempunyai kulit yang bersisik atau berketul yang terdiri dari selaput bertulang atau bergading, mempunyai kaki yang pendek atau tidak mempunyai kaki, kebanyakan reptilia bertelur (ovivar), walaupun sebagian ada yang menyimpan telur di dlam perut induk hingga menetas (Lestrari, 2013).

    Salah satu reptilia tersebut adalah kadal (Mabouya multifacinata). Kadal merupakan reptilia dari ordo squamata yang diikenal sebagai kadal. Kadal ternasuk orod squamata yang mencakup 6.000 spesies yang masih hidup. Kadal yang memiliki sub-ordo Lacertilian mencakup kira-kira 180 spesies dan sekitar 20 genus yang tersebar di seluruh benua Eropa, Asia dan Afrika (Lestrari, 2013).

    Tiga ordo reptilia hidup yang terbesar dan paling beraneka ragam adalah Chelonia (kura-kura), Squama (kadal dan ular), dan Crocodila (buaya dan alligator). Kura-kura berkembang selama zaman mezoikum dan hanya sedikit berubah sejak saat itu (Kurniawan, 2013).

    B. Tujuan

    Melalui pengamatan morfologi dan anatomi, mahasiswa di harapkan mempunyai kemampuan untuk :

    1. Menetukan bagian-bagian leher, badan dan ekor.
    2. Menunjukkan cavum oris, nares anterior, organon visus, dan tuba auditive.
    3. Menunjukkan daerah organ pada daerah yang meliputi anggota badan depan, dan anggota badan belakang.
    4. Menunjukkan macam-macam digiti.
    5. Membandingkan tipe sisik, kepala, leher, badan, dan ekor.
    6. Menjelaskan topografi dan struktur penyusun organ pada daerah kepala, leher, badan dan ekor.
    7. Menjelaskan fungsi setiap organ penyusun pada daerah kepala, leher, badan dan ekor.
    8. Mengidentifikasi berdasarkan ciri-ciri morfologi.
    9. Menggambar organ-organ viscera yang menyusun sistem pencernaan, respirasi, sirkulasi, koordinasi, ekskresi, dan reproduksi. Serta membuat deskripsi berdasarkan torfologi di dalam tubuh.
    10. Menjelaskan fungsi penyusun sistem organ tersebut.

    Bab II. Kajian Pustaka

    A. Ciri-ciri Reptil

    Adapun ciri-ciri dari reptil adalah sebagai berikut ( Koesoema, 2013):

    1. Reptilia adalah kelompok hewan vertebrata yang berdarah dingin.
    2. Memiliki sisikyang menutupi tubuhnya.
    3. Poikiloterm suhu tubuhnya bergantung pada suhu lingkungan. Untuk mengatur suhu.
    4. Tubuh reptil melakukan mekanisme baskingyaitu berjemur di bawah sinar matahari.
    5. Kulit pada reptil memiliki sedikit sekali kelenjar kulit.
    6. Beberapa ordo dan sub-ordo tertentu dapat mengelupas atau melakukan pergantian.
    7. Kulit baik secara total, sebagian atau tidak sama sekali.
    8. Reptilia merupakan kelompok yang teradaptasi untuk kehidupan terrestrial penuh atau kehidupan di permukaan tanah.
    9. Reptil termasuk tetrapodaatau memiliki 4 buah tungkai/kaki. Kakinya ada yang pendek dan tidak memiliki kaki secara langsung.
    10. Mayoritas reptil adalah ovipar(bertelur) dan memiliki telur yang bercangkang keras, namun ada pula yang ovovivipar(bertelur melahirkan).
    11. Ukuran reptil bervariasi. Dari yang terkecil 1,6 cmsampai yang terbesar sekitar 6 meter.

    B. Pengertian Reptil

    Reptil berasal dari kata reptum yang berarti melata. Reptil merupakan hewan melata yang tubuhnya dilapisi kulit kering atau sisik dan bernafas menggunakan paru-paru . Sebagian besar kelas ini merupakan hewan tetrapoda kecuali bangsa ular-ularan. Kelas ini memiliki ciri khas yaitu tubuh anggota kelas reptil di tutupi oleh sisik atau memiliki sisik dan memiliki jari kaki bercakar kecuali ular (Rinaldy, 2013).

    Salah satu keturunan Lepidosaurus yang sintas direpresentasikan oleh dua spesies reptil serupa kadal, disebut tuatara. Bukti fosil mengindikasikan bahwa kerabat-kerabat tuatara hidup setidaknya 220 juta tahun lalu. Organisme-organisme ini melimpah di banyak benua selama periode Kreta, dengan panjang tubuh yang mencapai satu meter. Akan teteapi saat ini tuatara hanya ditemukan di lepass pantai selandia baru. Saat manusia tiba di selandia baru 750 tahun lalu, tikus-tikus yang menyertai manusia memakan telur-telur tuatara, pada akhirnya menghilangkan repil-reptil tersebut di pulau-pulau utama Selandia Baru. Tuatara yang tersisa di pulau-pulau luar memiliki panjang sekitar 50 cm dan memakan serangga, kadal kecil, serta telur burung dan anak burung. Mereka dapat berumur lebih dari 100 tahun. Kesintasan tuatara di masa depan bergantung pada kondisi habitat-habitatnya yang tetap dipertahankan agar bebas dari tikus (Campbell, dkk. 2008).

    Sebagian besar reptil hidup di habitat panas atau hangat seperti gurun dan padang rumput kering. Namun ada juga reptil yang hidup di dalam rumah seperti cicak. Reptilia hanya membutuhkan sedikit makanan dan air dan tidak menjadikan makanan untuk menghasilkan panas tubuh. Sebagian besar reptil menghabiskan seluruh hidupnya jauh dari air namun masih ada sebagian kecil reptil menghabiskan waktunya di perairan. Walaupun demikian, sebagian besar reptil bertelur di darat. Bayi Reptil menetas dari telur mirip induknya namun berukuran kecil.dan tidak ada proses metamorfosis (Rinaldy, 2013).

    C. Klasifikasi Reptil

    Terdapat lebih dari 8.000 jenis di dunia, terbagi atas 4 ordo yaitu: ordo Testudinates, ordo Rhynchocephalia, ordo Squamata , ordo Crocodylia (Rinaldy, 2013).

    a. Reptil Ordo Testudinates

    Testudinates merupakan ordoreptil yang memiliki cangkang sebagai tempat berlindung maupun menjadi bagian tubuhnya. Cangkang tersebut terbagi menjadi 2 yaitu karapaks pada bagian atas dan plastron sebagai perisai dada. Cangkang ini menjadi tameng yang melindungi hewan ini dari pemangsa dan juga dari sengatan matahari. Yang termasuk ke dalam ordo ini adalah segala jenis kura-kura dan penyu.

    Penyu merupakan hewan reptil yang termasuk ordo testudinates. Pada fase berkembang biak, Penyu menuju tepi pantai untuk bertelur. Penyu laut mempunyai cangkang yang ringan dan datar sehingga dapat bergerk dengan lebih mudah di dalam air. Penyu dan kura-kura adalah anggota kuno dari dunia reptil dan mampu bertahan hidup hingga 150 tahun. Habitat kura-kura adalah gurun, padang rumput, hutan, rawa, sungai dan laut. Sedangkan habitat penyu yaitu di laut dan tepi laut. Makanannya adalah tumbuhan yang hidup di dalam air.

    b. Reptil Ordo Rhynchocephalia

    Rhynchocephalia merupakan ordo reptil yang anggotanya merupakan kadal-kadal purba. Salah satu contohnya adalah tuatara. Hewan ini hanya tersisa dua jenis di dunia dan merupakan spesies endemik di Selandia Baru. Selain itu, kadal ini merupakan bukti peninggalan zaman dinosaurus yang hidup pada 200 juta tahun yang lalu.

    Tuatara nampak mirip dengan kadal biasa, namun terdapat perbedaan yang menyebabkan tuatara tidak digolongkan pada ordo Squamata seperti kadal. Tulang dada tuatara memiliki engsel yang berbeda dengan kadal, tuatara memiliki paruh pada rahang atasnya dan tuatara berumur panjang. Habitat tuatara adalah di hutan. Makanan tuatara adalah serangga.

    c. Reptil Ordo Squamata

    Squamata merupakan ordo reptil yang mengalami pergantian kulit atau sisik secara periodik. Tubuhnya ditutupi oleh sisik yang terbuat dari bahan tanduk. Squamata sendiri diklasifikasikan menjadi tiga sub-ordo, yaitu Sauria (contohnya kadal, iguana, dsb), Ophidia (bangsa ular-ularan), dan Amphisbaenia (Squamata tak bertungkai, sisik tersusun seperti cincin-cincin). Ordo Squamata seperti ular masih bisa sering ditemukan di pemukiman warga.

    Ular memiliki pendengaran dan penglihatan yang lemah namun kelemahan tersebut dapat ditutupi oleh kelebihan ular yang dapat menemukan mangsa dengan menangkap getaran yang merambat di tanah. Sebagian ular mempunyai lubang-lubang di wajah untuk mendeteksi panas dari mangsanya. Kulit ular tidak tumbuh bersama tubuhnya sehingga ular harus mengganti kulitnya pada saat pertumbuhan.

    Kadal biasa ditemukan di pesawahan. Hewan ini berkaki empat dan bersisik seperti hewan reptil lainnya. Jenis kadal yang terkenal di Indonesia adalah Komodo. Komodo merupakan hewan langka dan dilindungi di Indonesia yang berada di Pulau Komodo. Komodo dan biawak berada pada genus yang sama namun berbeda spesies. Habitat ular dan kadal-kadalan yaitu di sawah, hutan tropis ataupun gurun. Ular merupakan hewan pemakan daging seperti kodok, rusa dan ikan. Sedangkan kadal pemakan serangga.

    d. Reptil Ordo Crocodila

    Crocodila merupakan ordo yang mencakup reptil yang berukuran paling besar diantara yang lain. Kulitnya ditutupi oleh sisik sisik dari bahan tanduk yang termodifikasi bentuknya menjadi seperti perisai. Buaya memiliki jantung yang terbagi menjadi 4 ruang. Pola perilakunya yang paling mencolok adalah ordo ini sangat suka berjemur di siang hari untuk menaikkan suhu tubuhnya. Crocodilian termasuk hewan nokturnal, tapi tidak menutup kemungkinan bangsa ini berburu di siang hari. Di habitatnya, buaya dewasa memiliki daerah kekuasaan untuk dirinya sendiri maupun untuk kelompoknya. Ordo ini dibagi menjadi tiga famili, antara lain famili alligatoridae, famili crocodylidae, famili gavialidae. Aligator termasuk keluarga buaya. Buaya dan aligator memiliki perbedaan dari moncongnya. Buaya memiliki moncong yang lebih memanjang menyerupai huruf V. Sedangkan Aligator memiliki moncong yang relatif pendek dan menyerupai huruf U (Jasin, 1984).

    D. Reproduksi Reptil

    Reproduksi merupakan kemampuan makhluk hisup untuk menghasilkan keturunan yang baru. Tujuannya adalah mempertahankan jenisnya dan melestarikan jenis agar tidak punah hal ini juga bertujuan agar keseimbangan alam tetap terjaga. Pada rantai makanan, bayangkan jika salah satu mata rantai tersebut hilang. Tentu akan tidak seimbang proses alam ini dan akan menghancurkan sebuah ekosistem atau bahkan peradaban. Sistem reproduksi vertebrata jantan terdiri atas sepasang testis, saluran reproduksi jantan, kelenjar seks aksesoris (pada mamalia) dan organ kopulatoris (pada hewan-hewan dengan fertiliasi internal) (Lestari,2013).

    Umumnya reproduksi vertebrata adalah sama, tetapi karena faktor lain seperti tempat hidup, perkembangan anatomi, dan cara hidup yang berbeda menyebabkan adanya perbedaan pada proses fertilisasi. Kadal memiliki organ reproduksi yang unik hemipenis. Hemipenis merupakan sepasang alat kopulasi yang berupa tonjolan di dinding kloaka, hemipenis ini jika dalam keadaan istirahat  akan masuk ke dalam pangkal cauda dengan dinding ototnya di bagian luar, kemudian jika akan mengadakan kopulasi maka di tonjolkan keluar. Oleh karena kadal memiliki alat kopulasi maka kadal mengadakan fertilisasi internal (Lestari,2013).

    Bab III. Metode Praktikum

    A. Waktu dan Tempat Praktikum

    Adapun dilaksanakannya praktikum zoologi vertebrata tentang Reptil pada hari Rabu, 14 April 2014 pukul 13.20 – 15.00 WIB di Laboratorium Biologi Institut Agama Islam Negeri Raden Fatah Palembang.

    B. Alat dan Bahan

    a. Alat Praktikum

    1. Mikroskop stereo
    2. Loupe
    3. Gelas arloji
    4. Seperangkat alat bedah
    5. Lap (serbet)

    b. Bahan Praktikum

    Kadal yang masih hidup (Mabouya multifacinata).

    c. Cara Kerja

    1. Persiapan bahan amatan

    1. Mencari kadal (Mabouya multifacinata)
    2. Menyediakan alat bantu pengamatan seperti mikroskop stereo, loupe gelas arloji  dan alat-alat lain yang terkait.

    2. Melakukan pengamatan, antara lain:

    1. Kadal dibius kemudian diletakkan pada papan seksi selanjutnya diamati di bawah mikroskop stereo.
    2. Dilakukan pengamatan secara morfologi yang meliputi kepala, dan badan.

    Bab IV. Hasil dan Pembahasan

    A. Hasil

    Tabel hasil pengamatan      

    Gambar pengamatan morfologi Kadal (Mabouya multifacinata)
    Gambar pengamatan Rima oris pada kadal
    Gambar pengamatan anatomi kadal (Mabouya multifacinata)

    B. Pembahasan

    Pada praktikum morfologi kadal (Mabouya multifacinata) terdiri dari empat bagian pada tubuh kadal yaitu, kepala (caput), leher (cervix), truncus (badan), ekor (caudal). Pada bagian kepala (caput) terdapat mata (organum visus), mulut (cavum oris), hidung (nares anterior). Kepala  berbentuk pipih dan meruncing kebagian ujungnya. Rahang atas dan bawah yang membatasi bagian sisi mulut, mengandung gigi-gigi halus yang sama bentuknya. Mata mempunyai kelopak mata atas dan kelopak mata bawah yang dapat digerakan. Sepasang lubang hidung yang kecil terletak diujung moncongnya telinga, telah tampak adanya lubang telinga luar denngan gendang pendengaran yang letaknya agak kedalam.

    Badan bentuknya bulat memanjang sisik pada daerah perut warnanya putih kekuning-kuningan sisik pada daerah punggung berwarna coklat tua. Bagian leher panjang dan berlanjut dengan badan, bagian leher ini hanya ditandai oleh adanya lekukan saja. Pada bagian badan (truncus) terdapat branchium atau disebut lengan bagian atas, lengan bagian bawah disebut anterior branchium, di bawah anterior branchium terdapat lima jari yang disebut digiti dan pada bagian jari terdapat cakar yang berfungsi untuk memanjat di bagian kaki belakang terdapat femur, crus, pes, dan manus. Di dekat kaki bagian belakang terdapat kloaka. Pada mulut kadal terdapat bagian-bagian seperti choana primer, palatum, ostumtubae auditive, dentes, choana sekunder semua bagian ini disebut maxillarima glotis dan lingau bifida di sebut mandibulla. Anatomi pada kadal terdapat trachea, cor, pulma, fallea, ventriolus, hepar, pancreas, vesica urinaria, rectum, duodenum, intestine tenve, dan ductus dereus.            

    Kadal memiliki kulit yang berwarna, kulit pada kadal ini pada umumnya tertutup oleh lapisan epidermal yang menanduk, kadang-kadang di bagian bawah disokong oleh lapisan-lapisan lamina derminalis yang menulang. Lubang pelepasan selalu berubah celah yang transversal. Kadal ini mempunyai dua anggota badan yang bersifat pentadactil. Memiliki membran tympani yang tidak cembung dan celah auris externa dapat digerakkan juga membran nictitansCervix pada kadal ini jauh lebih panjang di bandingkan dari classis amphibia

    Truncus biasanya panjang dan convex di mana pada bagian dorsalnya berwarna cokelat kekuningan dan bagian ventralnya putih. Pada truncus ini terdapat ekstrimitas cranialis di sebelah cranio lateral truncus, berjumlah sepasang ke kanan dan ke kiri, terdiri dari brachium (tangan) dengan lima digitiExtrimitas caudalis terletak di sebelah caudal lateral. Adapun bagian bagiannya ialah femur (paha), crus (tungkai), pes (kaki) dengan lima digiti. Pada ujung ventrocaudal tempatnya pada basis caudal terdapat cloaca bertipe plagiotremata yaitu berupa celah melintang. Celah ini di sebelah cranial ditutupi oleh deretan squamaCaudal (ekor) panjang sekali, hampir dua kali panjang badan kepala (Brotowidjojo, 1995).

    Paru-paru kadal sudah berkembang dengan baik dan ukurannya cukup besar. Sistem pencernaan kadal terdiri dari tenggorokan yang panjang dan lambung yang sederhana. Jantung kadal memanjang dan berwarna merah tua didepannya terlihat batang trachea. Sistem sirkulasi pada kadal berupa jantung yang memperlihatkan kemajuaan bila dibandingkan dengan jantung amphibi, meskipun aliran darah arteri dan vena tidak seluruhnya terpisah. Jantung terbungkus oleh sutu membran transparan yaitu pericandrium.

    Lidah kadal dapat begitu ramping ataupun bebas melebar, taringnya ada bersama gerigi. Biasanya besar dan sama pendek. Sistem urogenital kadal terdiri atas sepasang ginjal, cairan dari ginjal keluar ureter kemudian bermuara pada kloaka. Pangkal ureter terdapat vesica urinaria, organ urogenital betina terdiri dari sepasang indung telur (ovarium) yang berwarna kuning seperti halnya testis pada hewan jantan. Ovarium kanan pada hewan betina letaknya lebih tinggi. Ovarium berjumlah sepasang, berbentuk oval dengan bagian permukaannya benjol-benjol. Letaknya tepat di bagian ventra colummna teratur, berwarna merah tua, terdiri dari dual obi anterior dan posterior. Kadal mempunyai kantong kemih atau kantong urine yang berfungsi membawa air untuk melembabkan tanah yang akan digunakan sebagai sarang. Ureter bermuara dalam kloaka dan akan di serap kembali ke dalam kantong urine (Brotowidjojo, 1995).

    Bab V. Penutup

    A. Kesimpulan

    Kadal merupakan reptil yang berjalan melata (merayap). Reptil merupakan hewan melata yang tubuhnya dilapisi kulit kering atau sisik dan bernafas menggunakan paru-paru. Sebagian besar kelas ini merupakan hewan tetrapoda kecuali bangsa ular-ularan. Pada praktikum kami mengamati morfologi dan anatomi kadal, yaitu :

    1. Kadal (Mabouya multifasciata) masuk dalam ordo squamata.
    2. Tubuh kadal terdiri dari caput (kepala), cervix (leher), truncus (badan), dan caudal (ekor).
    3. Ciri-ciri kadal (Mabouya multifasciata) hidup di darat, tubuhnya tertutup oleh sisik atau kulit kering yang menanduk, memiliki ekor dan bernafas dengan paru-paru.

    B. Saran

    Pada saat praktikum sebaiknya praktikan mengamati dengan teliti bagian anatomi pada kadal, sehingga praktikan dapat melihat dengan jelas anatomi pada kadal, pada saat pembedahan praktikan harus hati-hati agar organ yang akan diamati tidak rusak.

    DAFTAR PUSTAKA

    A Campbell Neil, Jane B. Reece, Lis A. Urry, Michael L. Cain, Steven A. Wasserman, Peter V. Minorsky, Robert B. Jakson. 2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 2. Erlangga: Jakarta

    Brotowidjojo, M. D. 1995.  Zoologi Dasar. Erlangga: Jakarta

    Jasin, Maskoeri. 1984. Sistematika Hewan Invertebrata dan Vertebrata. Sinar Wijaya: Surabaya.

    Koesoema, Doni. 2013. Hewan Vertebrata. Website: http://www. Pendidikan karakter.org/images/VERTEBRATA%20X-42013. pdf. Diakses pada hari Jum’at, 16 Mei 2014 10.00 WIB

    Kurniawan, Anas. 2013. Kelas Reptil. Website: http://www. sharepdf.com/ 97 1200c152c5401eaf5e32f26a48c5fb/Praktikum%204%20Reptilia.pdf.Diakses pada hari Jum’at, 16 Mei 2014 09.30 WIB

    Lestari, Lara Anita Puji. 2013. Struktur Anatomi Dan Organ Reproduksi Jantan Pada Kadal. UIN Sunan Kalijaga: Yogyakarta. Website: http:// digilib.uinsuka.ac.id/7260/2/BAB%20I,%20V,%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf. Diakses pada hari Kamis, 15 Mei 2014 10.00 WIB

    Rinaldy. 2013. Amfibi dan Reptil. Website: http://elib. unikom. ac. id/ files/ disk1/ 633/ jbptunikompp-gdl-rinaldyaul-31605-10 unikom_r-i.pdf. Di akses pada hari Kamis, 15 Mei 2014 10.20 WIB

  • Laporan Sistem Saraf Otonom

    Sistem Saraf Otonom

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Farmakologi atau ilmu khasiat obat adalah ilmu yang  mempelajari kemampuan obat dengan seluruh aspeknya, baik sifat kimiawi maupun fisikanya, kegiatan fisiologi, resorpsi dan nasipnya didalam organisme hidup. Untuk menyelidiki semua interaksi antara obat dan tubuh manusia khususnya, serta penggunaan pada pengobatan penyakit, disebut farmakologi klinis. Ilmu khasiat obat ini mencakup beberapa bagian yaitu farmakognosi, biofarmasi, farmakokinetik dan farmakodinamika, toksikologi dan farmakoterapi.

    Toksikologi adalah pengetahuan tentang efek racun dari obat terhadap tubuh dan sebetulnya termasuk pula dalam kelompok farmakodinamika, karena efek teraupetis obat berhubungan erat dengan efek dosisnya. Pada hakikatnya setiap obat dalam dosis yang cukup tinggi dapat bekerja sebagai racun dan merusak organisme (“sola dosis facit venenum” yang artinya hanya dosis membuat racun.

    Farmakologi mempunyai keterkaitan khusus dengan farmasi, yaitu ilmu mengenai cara membuat, memformulasi, menyimpan dan menyediakan obat. Obat didefinisikan sebagai senyawa yang digunakan untuk mencegah, mengobati, mendiagnosis penyakit/gangguan atau menimbulkan suatu kondisi tertentu.

    Sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari otak. Fungsi sistem saraf simpatik dan parasimpatik selalu berlawanan (antagonis). Dua perangkat neuron dalam komponen otonom pada sistem saraf perifer adalah neuron aferen atau sensorik dan neuron eferen atau motorik. Neuron aferen mengirimkan impuls ke sistem saraf  pusat, dimana impuls itu diinterprestasikan. Neuron eferen menerima impuls (informasi) dari otak dan meneruskan impuls ini melalui medulla spinalis ke sel-sel organ efektor. Jalur eferen dalam sistem saraf otonom dibagi menjadi dua cabang yaitu saraf simpatis dan saraf parasimpatis. Dimana kedua sistem saraf ini bekerja pada organ-organ yang sama tetapi menghasilkan respon yang berlawanan agar tercapainya homeostatis (keseimbangan). Kerja obat-obat pada sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis dapat berupa respon yang merangsang atau menekan.

    Dalam dunia farmasi, sistem saraf otonom ini sangat erat hubungannya dengan farmakologi dan toksikologi karena kita dapat mengetahui mekanisme kerja obat yang akan mempengaruhi sistem saraf otonom itu sendiri.

    B.       Maksud dan Tujuan

    1.      Maksud Percobaan

    Mengetahui dan memahami efek farmokologi yang ditimbulkan dari golongan obat-obat sistem saraf otonom.

    2.      Tujuan Percobaan

    Mengetahui efek farmakologi dari obat SSO (sistem saraf otonom) yaitu Na-CMC 1%, adrenalin, propranolol, pilokarpin HCl, atropine sulfat, dengan melihat respon yang ditunjukkan hewan coba setelah pemberian obat secara peroral

    C.      Prinsip Percobaan

    Penentuan golongan senyawa obat yang termasuk dalam golongan obat adrenergik, antiandrenergik, kolinergik dan antikolinergik berdasarkan efek farmakologi yang ditunjukkan hewan coba setelah pemberian obat Na-CMC, adrenalin, propranolol, pilokarpin HCl, atropine sulfat secara peroral.

    Bab II. Tinjauan Pustaka

    A. Tinjauan Teoritis

    Sistem saraf kita terdiri dari dua kelompok yakni Susunan Saraf Pusat (SSP) yang meliputi otak dan sumsum tulang belakang, dan Sistem Saraf Perifer dengan saraf-saraf yang secara langsung atau tak langsung ada hubungannya dengan SSP. Saraf perifer ini terbagi lagi kedalam dua bagian, yaitu Susunan Saraf Motoris yang bekerja sekehendak kita, misalnya otot-otot lurik (kaki, tangan, dan sebagainya) serta Susunan Saraf Otonom (SSO) yang bekerja menurut aturannya sendiri (Tjay dan Rahardja, 2002: 450).

    Susunan Saraf Otonom (SSO), juga disebut susunan saraf vegetatif, meliputi antara lain saraf-saraf dan ganglia (majemuk dari ganglion yang artinya simpul saraf) yang merupakan persarafan ke otot polos dari berbagai organ (bronchia, lambung, usus, pembuluh darah, dan lain-lain). Termasuk kelompok ini pula adalah otot jantung (lurik) serta beberapa kelenjar (ludah, keringat, dan pencernaan). Dengan demikin, sistem saraf otonom tersebar luas di seluruh tubuh dan fungsinya adalah mengatur secara otonom keadaan fisiologi yang konstan, seperti suhu badan, tekanan, dan peredaran darah serta pernafasan (Tjay dan Rahardja, 2002: 450).

    Susunan Saraf Otonom (SSO) dapat dipecah lagi dalam dua cabang yaitu Susunan (Ortho) Simpatik (SO) dan Susunan Parasimpatik (SP). Pada umumnya dapat dikatakan bahwa kedua susunan ini bekerja antagonis: bila suatu sistem merintangi fungsi tertentu, sistem lainnya justru menstimulasinya. Tetapi, dalam beberapa hal, khasiatnya berlainan sama sekali bahkan bersifat sinergis (Tjay dan Rahardja, 2002: 450).

    Susunan saraf motoris mengatur otot-otot lurik dengan impuls listrik (rangsangan) yang secara langsung dikirim dari SSP melalui saraf motoris ke otot tersebut (Tjay dan Rahardja, 2002: 450).

    Pada susunan saraf otonom, impuls disalurkan ke organ tujuan (efektor, organ ujung) secara tak langsung. Saraf otonom di beberapa tempat terkumpul di sel-sel ganglion, dimana terdapat sinaps, yaitu sela di antara dua neuron (sel saraf). Saraf yang meneruskan impuls dari SSP ke ganglia dinamakan neuron preganglioner, sedangkan saraf antara ganglia dan organ ujung disebut neuron post-ganglioner. Impuls dari SSP dalam sinaps dialihkan dari satu neuron kepada yang lain secara kimiawi dengan jalan neurotransmitter (juga disebut neurohormon). Bila dalam suatu neuron impuls tiba di sinaps, maka pada saat itu juga neuron tersebut membebaskan suatu neurohormon di ujungnya, yang melintasi sinaps dan merangsang neuron berikutnya. Pada sinaps yang berikut dibebaskan pula neurohormon dan seterusnya hingga impuls tiba di organ efektor (Tjay dan Rahardja, 2002: 450-452).

    Saraf kolinergik. Semua neuron preganglioner, baik dari SO maupun dari SP, menghasilkan neurohormon asetilkolin, begitu pula neuron post-ganglioner dari SP. Saraf-saraf ini disebut saraf kolihnergik. Asetilkolin (ACh) merupakan transmitter pula untuk saraf motoris pada penerusan impuls ke otot-otot lurik (Tjay dan Rahardja, 2002: 452).

    Saraf adrenergik. Sebaliknya, neuron post-ganglioner dari SO meneruskan impuls dari SSP dengan melepaskan neurohormon adrealin da atau non-adrenalin (NA) pada ujungnya. Neuron ini dinamakan saraf adrenergik. Adrenalin juga dihasilkan oleh bagian dalam (medulla) dari anak ginjal (Tjay dan Rahardja, 2002: 452).

    Guna menghindari kumulasi neurohormon dan terangsangnya saraf secara kontinu, maka terdapat suatu mekanisme inaktivasi. Setelah meneruskan implus, transmitter diuraikan oleh enzim yang terdapat dalam darah dan jaringan. Asetilkolin diuraikan oleh sepasang enzim koinesterase. Non-adrenalin dalam darah mengalami metilasi oleh metiltransferase (COMT) dan deaminasi oleh monoamin-oksidase (MAO) dalam hati serta di jung neuron (setelah diresorpsi kembali). Enzim MAO ini juga bertanggung jawab atas penguraian neurohormon lain dari kelompok kimiawi catecholamin yang aktif dalam SSP, misalnya serotonin dan dopamin (Tjay dan Rahardja, 2002: 452).

    Obat-obat otonom adalah obat-obat yang dapat mempengaruhi penerusan impuls dalam susunan saraf otonom dengan jalan mengganggu sintesa, penimbunan, pembebasan, atau penguraian neurotransmitter atau mempengaruhi kerjanya atas atas reseptor khusus. Akibatnya adalah dipengaruhinya fungsi otot polos dan organ, jantung, dan kelenjar dopamin (Tjay dan Rahardja, 2002: 452).

    Menurut khasiatnya obat otonom dapat digolongkan sebagai berikut:
    1.  Zat-zat yang bekerja terhadap SO, yakni:

    a)      Simpatomimetika (adrenergika), yang meniru  efek dan perangsangan SO oleh misalnya non-adrenalin, efedrin, isoprenalin, dan amfetamin.

    b)      Simpatolitika (adrenolitika), yang justru menekan saraf simpatik atau melawan efek adrenergika, umpamanya alkaloida sekale dan propranolol.

    2.      Zat-zat yang bekerja terhadap SP, yakni:

    a)      Parasipatomimetika (kolinergika) yang merangsang organ-organ yang dilayani saraf parasimpatik dan meniru efek perangsangan dengan asetilkolin, misalnya pilokarpin dan fisostigmin.

    b)      Parasimpatolitika (antikolinergika) yang justru melawan efek-efek parasimpatomimetika, misalnya alkaloida belladona, propantelin, dan mepenzolat.

    3.      Zat-zat perintang ganglion, yang merintangi penerusan impuls dalam sel-sel ganglionik simpatik dan parasimpatik. Efek perintangan ini dampaknya luas, antara lain vasodilatasi karena blokade susunan simpatik dopamin (Tjay dan Rahardja, 2002: 452).

    Penggolongan obat SSO dapat juga sebagai berikut:

    1.     Agonis kolinergik

    Agonis kolinergik dibagi menjadi 3 kelompok yaitu:

    a)    Bekerja langsung

    Obat-obat yang termasuk dalam kelompok ini yaitu: Asetilkolin, betanekol, karbakol, dan pilokarpin.

    b)   Bekerja tak langsung (reversibel)

    Obat-obat yang termasuk dalam kelompok ini yaitu: edrofonium, neostigmin, fisostigmin, dan piridostigmin.

    c)    Bekerja tak langsung (ireversibel)

    Obat-obat yang termasuk dalam kelompok ini yaitu: ekotiofat dan isoflurofat.

    2.    Antagonis kolinergik

    Antagonis kolinergik terbagi ke dalam 3 kelompok, yaitu:

    a)    Obat antimuskarinik

    Obat-obat yang termasuk dalam kelompok ini yaitu: atropin, ipratropium, dan skopolamin.

    b)   Penyekat ganglionik

    Obat-obat yang termasuk dalam kelompok ini yaitu: mekamilamin, nikotin, dan trimetafan.

    c)    Penyekat neuromuskular

    Obat-obat yang termasuk dalam kelompok ini yaitu: atrakurium, doksakurium, metokurin, mivakurium, pankuronium, piperkuronium, rokuronium, suksinilkolin, tubokurarin, dan vekuronium.

    3.    Agonis adrenergik

    Agonis adrenergik terbagi ke dalam 3 kelompok, yaitu:

    a)    Bekerja langsung

    Obat-obat yang termasuk dalam kelompok ini yaitu: albuterol, klonidin, dobutamin*, dopami*, epinefrin*, isopreterenol*, metapreterenol, metoksamin, norepinefrin*, fenilefrin, ritodrin, dan terbutalin.

    b)   Bekerja tak langsung

    Obat-obat yang termasuk dalam kelompok ini yaitu: amfetamin dan tiramin.

    c)    Bekarja ganda

    Obat-obat yang termasuk dalam kelompok ini yaitu: efedrin dan metaraminol.

    4.    Antagonis adrenergik

    Antagonis adrenergik terbagi ke dalam 3 kelompok, yaitu:

    a)    Penyekat-

    Obat-obat yang termasuk dalam kelompok ini yaitu: doxazosin, fenoksinbenzamin, fentolamin, prazosin, dan terazosin.

    b)      Penyekat-

    Obat-obat yang termasuk dalam kelompok ini yaitu: asebutolol, atenolol, labetalol, metoprolol, nadolol, pindolol, propranolol, dan timolol.

    (Mycek, Mary.J, dkk. 2001: 35-79).

    B.       Uraian Bahan

    1.    Aquadest (Dirjen POM, 1979: 96)

    Nama Resmi                : AQUA DESTILLATA

    Nama Lain                   : Air murni, air suling, air batering.

    Rumus Molekul           : H2O

    Berat Molekul             : 18,02Rumus Struktur           :         O

                                          H              H

    Pemerian                      : Cairan jernih, tidak  berwarna tidak berbau, tidak      

                                                       berasa.

    Penyimpanan               : Dalam wadah tertutup baik

    Kegunaan                    : Sebagai zat tambahan

    2.    Alkohol (Dirjen POM, 1979: 65)

    Nama Resmi                :  AETHANOLUM

    Nama Lain                   :  Alkohol, etanol

    Pemerian                     : Cairan tak berwarna, jernih, mudah dan mudah  

                                           bergerak, bau khas, rasa panas, mudah terbakar  

                                           dengan memberikan nyala  biru yang tidak

                                           berasap.

    Kelarutan                     :  Sangat mudah larut dalam air, dalam

                                                       kloroform P, dan dalam eter P.

    Penyimpanan               :  Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari

                                                       cahaya, ditempat sejuk, jauh dari nyala api.

    Kegunaan                    :  Sebagai zat tambahan

    3.        Adrenalin (Dirjen POM, 1979: 238)

    Nama Resmi                :  EPINEPHRINUM

    Nama Lain                   :  Epinefrin, Adrenalin

    Pemerian                     :  Serbuk hablur renik, putih atau putih kuning

                                                       gading.

    Kelarutan                     :  Agak sukar larut dalam air, tidak larut dalam

                                           etanol (95%) P, dalam eter P, mudah larut dalam

                                           larutan asam mineral, dalam natrium hidroksida P

                                           dan dalam kalium hidroksida, tetapi tidak larut

                                           dalam larutan amoniak dan alkali atau netral,

                                           berubah menjadi merah jika terkena cahaya.

    Penyimpanan               :  Dalam wadah tertutup rapat, berisi dosis ganda,

                                           terlindung dari cahaya.

    Kegunaan                    :  Sebagai simpatomimetikum

    4.        Aqua Pro Injeksi (Dirjen POM, 1979: 112)

    Nama Resmi                :  AQUA STERILE PRO INJECTION

    Nama Lain                   :  Air steril untuk injeksi

    Pemerian                     :  Cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau.

    Penyimpanan               :  Dalam wadah dosis tunggal dari kaca atau plastik

    Kegunaan                    :   Sebagai pelarut

    5.        Na-CMC (Dirjen POM, 1979: 401)

    Nama Resmi                :  NATRII CARBOXYMETHYLCELLULOSUM

    Nama Lain                   :  Natrium karboksilmetilselulosa

    Pemerian                     :  Serbuk atau butiran, putih atau kuning gading,

                                            tidak berbau dan hampir tidak berbau,

                                            higroskopik.

    Kelarutan                      :  Mudah mendispersi dalam air, membentuk

                                           suspensi koloidal, tidak larut dalam etanol (95%)

                                            P, dalam eter P,dalam pelarut organik lain.

    6.      Propranolol ((Dirjen POM, 1995: 709)

    Nama Resmi          :  PROPANOLOLI HYDROCHLORIDUM

    Nama Lain                        :  Propanolol Hidroklorida

    Pemerian              :  Serbuk hablur putih atau hampir putih, tidak

                                     berbau, rasa pahit.

    Kelarutan               : Larut dalam air, dalam etanol, dan sukar larut

                                     dalam kloroform, praktis tidak larut dalam eter.

    Penyimpanan         :  Dalam wadah tertutup rapat.

    BAB III

    METODE KERJA

    A.      Alat dan Bahan

    1.      Alat yang digunakan

               Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu: Spoit injeksi, spoit oral (kanula), dan stopwatch.

    2.      Bahan yang digunakan

               Adapun bahan yang digunakan yaitu: aquadest, alkohol, air untuk injeksi, Na-CMC 1%, adrenalin, atropin sulfat, pilokarpin HCl, dan propranolol.

    B.       Cara Kerja

    1.      Dilakukan penghandlingan pada mencit

    2.      Mencit masing-masing diberikan obat seperti Na-CMC 1% secara peroral, adrenalin secara intra-peritonial, propranolol secara peroral, pilokarpin HCl secara peroral, atropin sulfat secara peroral, atropin sulfat secara peroral kemudian setelah 15 menit diberikan pilokarpin HCl secara peroral.

    3.      Diamati efek yang ditimbulkan dari pemberian obat pada mencit tersebut meliputi diare, salivasi, grooming, tremor, diuresis, straub, midriasis, berkeringat, vasokonstriksi, vasodilatasi, bronkokonstriksi, bronkodilatasi, dan eksoftalamus.

    4.      Dicatat pada tabel pengamatan.

    BAB V

    PEMBAHASAN

    Sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari otak maupun dari sumsum tulang belakang dan menuju organ yang bersangkutan. Dalam sistem ini terdapat beberapa jalur dan masing-masing jalur membentuk sinapsis yang kompleks dan juga membentuk ganglion. Urat saraf yang terdapat pada pangkal ganglion disebut urat saraf pra ganglion dan yang berada pada ujung ganglion disebut urat saraf post ganglion.

     Sistem saraf otonom berfungsi untuk mempertahankan keadaan tubuh dalam kondisi terkontrol tanpa pengendalian secara sadar. Sistem saraf otonom bekerja secara otomatis tanpa perintah dari sistem saraf sadar. Sistem saraf otonom juga disebut sistem saraf tak sadar, karena bekerja diluar kesadaran

    Struktur jaringan yang dikontrol oleh sistem saraf otonom yaitu otot jantung, pembuluh darah, iris mata, organ thorakalis, abdominalis, dan kelenjar tubuh. Secara umu, sistem saraf otonom dibagi menjadi dua bagian, yaitu sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis.

    Sistem Saraf Simpatis

    Sistem saraf simpatis terbagi juga menjadi dua bagian, yaitu saraf otonom kranial dan otonom sakral. Sistem saraf ini berhubungan dengan sumsum tulang belakang melalui serabut-serabut sarafnya, letaknya didepan column vertebrae.

    Sistem saraf simpatis ini berfungsi untuk:

    a.    Mensarafi otot jantung

    b.    Mensarafi pembuluh darah dan otot tak sadar

    c.    Mempersarafi semua alat dalam seperti lambung, pancreas dan usus

    d.   Melayani serabut motorik sekretorik pada kelenjar keringat

    e.    Serabut motorik pada otot tak sadar dalam kulit

    f.     Mempertahankan tonus semua otot sadar

    Sistem Saraf Parasimpatis

    Sistem saraf parasimpatis, hampir sama dengan sistem saraf simpatis, hanya sistem kerjanya saja yang berbeda. Jika saraf simpatis memacu jantung misalnya, maka sistem saraf parasimpatis memperlambat denyut jantung.

    Fungsi saraf parasimpatis adalah sebagai berikut:

    a.    Merangsang sekresi kelenjar air mata, kelenjar sublingualis, submandibularis dan kelenjar-kelenjar dalam mukosa rongga hidung

    b.    Mensarafi kelenjar air mata dan mukosa rongga hidung

    c.    Mempersarafi kelenjar ludah

    d.   Mempersarafi kelenjar parotis

    e.    Mempersarafi sebagian besar alat tubuh yaitu jantung, paru-paru, gastrointestinal, ginjal, pankreas, lien, hepar dan kelenjar suprarenalis

    f.     Mempersarafi kolon desendens, sigmoid, rectum, vesika urinaria dan alat kelamin.

    Obat sistem saraf otonom dapat dibagi menjadi

    1.    Agonis adrenergik (simpatomimetik)

    2.    Antagonis adrenergik (simpatolitik)

    3.    Agonis kolinergik (parasimpatomimetik)

    4.    Antagonis adrenergik (parasimpatolitik).

    Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu spoit injeksi dan spoit oral atau kanula.  Bahan yang digunakan adalah aquadest, alkohol, air untuk injeksi, Na-CMC 1%, adrenalin, atropin sulfat, pilokarpin HCl, dan propranolol.

    Adapun hasil yang diperoleh dari percobaan ini yaitu:

    BAB VI

    PENUTUP

    A.      Kesimpulan

    Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa Na-CMC bukan merupakan golongan obat sistem saraf otonom dan propranolol termasuk obat sistem saraf otonom.

    B.       Saran

    1.    Untuk laboratorium

              Ketersediaan alat-alat di laboratorium sangat perlu ditingkatkan terutama bahan-bahan yang akan digunakan saat praktikum.

    2.    Untuk asisten

              Praktikan sangat mengharapkan ketersediaan kakak-kakak asisten untuk membimbing kami selalu.

    DAFTAR PUSTAKA

    Dirjen POM, 1979.  Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

    Dirjen POM, 1995.  Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

    Mycek, Mary. J. dkk. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar Edisi 2. Jakarta: Widya medika.

    Tjay, T.H. dan Rahardja, K. 2002.  Obat-Obat Penting.  Jakarta: PT Elex Media Kompoitindo Gramedia.

  • Tinjauan Anatomi Manusia

    Anatomi Manusia

    Ilmu anatomi dan ilmu fisiologi sangat berkaitan, karena anatomi memberikan dasar untuk fungsi. Maka masing-masing ilmu ini memberikan kontribusi yang penting dalam memahami tubuh manusia

    A. Tinjauan Anatomi Struktur Tubuh

    Kata anatomi  berasal dari bahasa Yunani ana dan tome, yang berarti memotong ataU memisahkan, sehingga lebih komplek  didefinisikan sebagai ilmu mengenai struktur tubuh.

    Subdivisi anatomi secara general dibagi menjadi :

    1. Anatomi makroskopik, yaitu  ilmu mengenai struktur tubuh  yang dipelajari melalui observasi atau pembedahan tanpa menggunakan mikroskop.

    Bagian ini terbagi menjadi :

    a.       Anatomi regional, yaitu ilmu mengenai ciri-ciri anatomis  bagian tubuh tertentu.

    b.      Anatomi sistemik, yaitu ilmu yang mempelajari sistem organ tubuh satu per satu

    2.      Anatomi mikroskopik (histologik), yaitu  ilmu mengenai struktur tubuh  yang dipelajari melalui observasi dengan menggunakan mikroskop cahaya (pembesaran 1.000 sampai 2.000 kali). Organ tubuh yang dapat dilihat melalui cara ini misalnya sel, jaringan dan organ tubuh yang lain.

    3.      Anatomi Ultraskopik, yaitu  ilmu yang mempelajari  ultrastruktur  sel dengan menggunakan  mikroskop elektron (pembesaran lebih dari 1.000.000 kali)

    4.      Anatomi radiografi (radiologi), adalah ilmu  mengenai struktur tubuh  dengan menggunakan sinar X atau teknik penyinaran lain.

    B. Tinjauan Fisiologi  Struktur Tubuh

    Ilmu mengenai fungsi dari tubuh yang hidup. Ilmu menegenai fisiologis didasarkan  pada fungsi seluler dan molekuler dan untuk mempelajarainya diperlukan pengetahuan mengenai prinsip dasar kimia dan fisika. Bidang  khusus  mengenai  fungsi system organ tertentu misalnya neurofisiologi, kardiofisiologi, dan lainnya.

    C. Tingkat Struktural Organisasi Tubuh

    Organisasi  struktural tubuh manusia berkembang dari tingkat terendah  (atom dan molekul) sampai tingkat yang lebih tinggi  dan  lebih kompleks  untuk membentuk keseluruhan  tubuh

    1. Tingkat Kimia, atom seperti hydrogen, oksigen, karbon, nitrogen, dan natrium, yang bergabung membentuk molekul seperti air dan garam serta makromolekul seperti karbohidrat, protein, dan lemak
    2. Sel, merupakan  unit dasar dari makluk hidup dan struktur  seluler seperti  nucleusribosom, mitochondria, dan lisosom, menjalankan fungsi-fungsi pertahanan hidup sel
    3. Jaringan, yaitu sekelompok sel dengan struktur yang sama dan melakukan fungsi yang sama. Ada empat jenis jaringan dasar adalah jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot dan jaringan syaraf
    4. Organ, adalah dua jaringan atau lebih yang bergabung membentuk satu organ seperti  perut, ginjal, mata dan lainnya. Sebuah organ berfungsi sebagai pusat fisiologi khusus untuk aktivitas tubuh.
    5. Sistem Organ, merupakan gabungan beberapa organ  yang bekerja sama untuk melakukan fungsi yang saling berkaitan. Sistem organ dalam tubuh  meliputi  integumen, rangka muskuler, syaraf, endokrin, kardiovaskuler, limfatik, pernafasan, pencernaan,perkemihan dan system reproduksi.

    D. Bidang struktural tubuh

    Terminologi dan arah  mengenai posisi dan arah anatomi tubuh antara lain adalah bidang atau seksio, dan posisi anatomis

    1.4.1        Bidang (seksio) tubuh

    Bidang tubuh merupakan  bidang imajiner yang menembus tubuh untuk menunjukkan point-point  rujukan. Bidang ini terdiri dari :

    1. Bidang sagital, yaitu bidang yang membagi  tubuh menjadi bagian kiri dan kanan
    2. Bidang frontal atau koronal, yaitu bidang yang membagi tubuh menjadi  dua bagian depan dan belakang
    3. Bidang transfersal, yaitu bidang yang membagi tubuh menjadi bagian atas dan bawah

    1.4.2  Posisi anatomis tubuh

    Posisi anatomis tubuh digunakan sebagai rujukan agar hubungan dengan seluruh bagian tubuh  dapat dijelaskan, posisi ini antara lain adalah :

    1. Bagian anterior dari tubuh, adalah bagain depan tubuh  atau bagian perut (hidung merupakan bagian anterior   keseluruhan bagian wajah)
    2. Bagian posterior, adalah bagain belakang tubuh  (bokong merupakan bagian posterior  dari abdomen)
    3. Bagian superior, adalah bagain dari tubuh yang  mengarah ke  atau bagian yang tertinggi (kepala merupakan bagian superior dari leher)
    4. Bagian inferior, adalah bagain dari tubuh yang  menjauhi kepala dan mengarah kebagian bawah tubuh (dada merupakan  bagian inferior dari leher)

    5.       Bagian medial, adalah bagain dari struktur tubuh yang  terdekat dengan garis imajiner tubuh (hidung merupakan bagian medial dari mata)

    6.       Lateral, mengarah kesamping, menjauhi garis tengah imajiner tubuh (telinga merupakan bagian lateral dari mata)

    7.       Proksimal, mengacu pada bagian suatu  struktur yang mendekati garis tengah tubuh, atau jika mengacu pada satu tungkai, maka mendekati titik asal atau titik perlekatan  terdekat dengan trunkus (siku adalah bagian proksimal  dari pergelangan tangan.

    8.       Distal, berarti paling jauh dengan garis tengah imajiner atau menjauhi titik asal  atau titik perlekatan  dengan trunkus (kaki merupakan bagian distal  dari pergelangan kaki

    9.       Superfisial, berarti setiap bagian manapun yang dekat dengan permukaan tubuh (kulit merupakan bagian superfisial dari otot

    10.   Bagian dalam berarti terletak dibagian internal, didalam tubuh (usus halus terletak jauh lebih kedalam  tubuh dari otot-otot dan kulit abdominal

    1.4.3  Rongga tubuh

             Ruang dalam bagian aksial  tubuh yang berisi  organ-organ atau visera internal. Ada dua rongga  utama yang terletak  dalam bagian aksial tubuh yaitu rongga dorsal dan rongga ventral

    1.      Rongga tubuh dorsal, terletak dibagian posterior (dorsal) dan terbagi menjadi rongga kranial dan rongga spinal

    a.       Rongga kranial, dikelilingi oleh tulang dan berisi otak

    b.      Rongga spinal, (vertebral) terbentuk dari susunan tulang belakang  serta berisi medulla spinalis

    2.      Rongga tubuh ventral, terletak dibagian anterior  (secara ventral) dan terbagi menjadi rongga thoraks dan rongga abdomen yang dipisahkan diafragma.

    a.       Rongga thoraks, adalah rongga dada yang terbagi menjadi  rongga pleural kanan dan kiri, serta mediastinum

    b.      Rongga abdominopelvis (peritoneal), berisi visera abdomen  dan bidang pelvis

    c.       Rongga kecil tambahan dibagian kepala  yang meliputi rongga oral, rongga nasal, rongga telinga tengah dan rongga orbital  untuk mata

     
    Gambar 1.3  rongga tubuh dorsal dan ventral (dari Syaifuddin anatomi dan fisiologi untuk mahasiswa keperawatan 43: 2006 

    1.4.4  Regio Abdomen Pelvis

             Terdapat sembilan  regio yang digunakan  dalam ilmu anatomi untuk memfasilitasi  rujukan struktur tubuh dan organ-organ internal lain.

    Regio tersebut antara lain  adalah :

    1.      Regio umbilikal, yang terletak pada pusat abdomen

    2.      Regio epigastrium, yang berada dibagian superior dari regio umbilikus

    3.      Regio hipogastrium, yang berada dibagian inferior regio umbilikus

    4.      Regio hipokondrium, kanan dan kiri yang berposisi lateral terhadap regia epigastrium

    5.      Regio lumbal kanan dan kiri, yang terletak lateral terhadap  regia umbilikus

    6.      Regia inguinalis, (iliaka) kanan dan kiri yang terletak lateral dari regio hipogastrium

     
    Gambar 1.4  Gambaran anterior rongga abdomen pelvis (dari Ethel Sloane anatomi dan fisiologi untuk pemula, 8 : 2004 )
  • Laporan Penanganan Hewan Coba

    Laporan Penanganan Hewan Coba

    Penanganan Hewan Coba

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Keandalan pengamatan manusia terhadap suatu subyek dalam suatu pengamatan sangat terbatas. Oleh karena itu diperlukannya suatu alat atau obyek tertentu untuk dapat membantunya dan yang dapat pula dipergunakan sebagai subyek dalam penelitian, di antaranya adalah dengan mempergunakan hewan-hewan percobaan.

    Penggunaan hewan percobaan terus berkembang hingga kini. Kegunaan hewan percobaan tersebut antara lain sebagai pengganti dari subyek yang diinginkan, sebagai model, di samping itu di bidang farmasi juga digunakan sebagai alat untuk mengukur besaran kualitas dan kuantitas suatu obat sebelum diberikan kepada manusia.

    Tidak semua hewan coba dapat digunakan dalam suatu penelitian, harus dipilih mana yang sesuai dan dapat memberikan gambaran tujuan yang akan dicapai. Hewan sebagai model atau sarana percobaan haruslah memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu, antara lain persyaratan genetis/keturunan dan lingkungan yang memadai dalam pengelolaannya, di samping faktor ekonomis, mudah tidaknya diperoleh, serta mampu memberikan reaksi biologis yang mirip kejadiannya pada manusia. Oleh karena itu, kita dapat dan lebih mudah menggunakan hewan coba sebagai hewan percobaan.

    B. Maksud Dan Tujuan Percobaan

    1. Maksud Percobaan

    Mengetahui dan memahami cara-cara perlakuan pada hewan coba.      

    2. Tujuan Percobaan

    Dapat mengetahui cara-cara penanganan dan perlakuan terhadap hewan coba mencit (Mus musculus)

    C. Prinsip Percobaan

    Penanganan hewan coba mencit (Mus musculus) dengan memegang ekor mencit dengan jari, sedangkan tangan kanan memegang bagian leher mencit selanjutnya diberi perlakuan pada hewan coba (Mus musculus).

    Bab II. Kajian Pustaka

    A. Teori Umum 

    Dalam arti luas farmakologi ialah ilmu mengenai pengaruh senyawa terhadap sel hidup, lewat proses kimia khususnya lewat reseptor. Dalam ilmu kedokteran senyawa tersebut disebut obat, dan lebih menekankan pengetahuan yang mendasari manfaat dan resiko penggunaan obat. Karena itu dikatakan farmakologi  merupakan seni menimbang (the art of weighing). Obat didefinisikan sebagai senyawa yang digunakan untuk mencegah, mengobati, mendiagnosis penyakit/gangguan, atau menimbulkan suatu kondisi tertentu, misalnya membuat seseorang infertil, atau melumpuhkan otot rangka selama pembedahan hewan coba. Farmakologi mempunyai keterkaitan khusus dengan farmasi, yaitu ilmu cara membuat, menformulasi, menyimpan dan menyediakan obat (Marjono,2011:76).

    Toksikologi adalah pengetahuan tentang efek racun dari obat terhadap tubuh dan sebetulnya termasuk pula dalam kelompok farmakodinamika, karena efek teraupetis obat berhubungan erat dengan efek dosisnya. Pada hakikatnya setiap obat dalam dosis yang cukup tinggi dapat bekerja sebagai racun dan merusak organisme (Tjay,2007:172).

    Pada dasarnya hewan percobaan dapat merupakan suatu kunci dalam mengembangkan suatu penelitian dan telah banyak berjasa bagi ilmu pengetahuan, khususnya pengetahuan tentang berbagai macam penyakit seperti: malaria, filariasis, demam berdarah, TBC, gangguan jiwa dan semacam bentuk kanker. Hewan percobaan tersebut oleh karena sebagai alternatif terakhir sebagai animal model. Setelah melihat beberapa kemungkinan peranan hewan percobaan, maka dengan berkurangnya atau bahkan tidak tersedianya hewan percobaan, akan berakibat penurunan standar keselamatan obat-obatan dan vaksin, bahkan dapat melumpuhkan beberapa riset medis yang sangat dibutuhkan manusia (Sulaksono,1992:318).

    Hewan coba/hewan uji  atau sering disebut hewan laboratorium adalah hewan yang khusus diternakan untuk keperluan penelitian biologik. Hewan percobaan digunakan untuk penelitian pengaruh bahan kimia atau obat pada manusia. Peranan hewan percobaan dalam kegiatan penelitian ilmiah telah berjalan sejak puluhan tahun yang lalu. Sebagai pola kebijaksanaan pembangunan nasional bahkan internasional, dalam rangka keselamatan umat manusia di dunia adalah adanya Deklarasi Helsinki. Deklarasi ini berisi tentang segi etik percobaan yang menggunakan manusia (1964) antara lain dikatakan perlunya diakukan percobaan pada hewan, sebelum percobaan di bidang biomedis maupun riset lainnya dilakukan atau diperlakukan terhadap manusia, sehingga dengan demikian jelas hewan percobaan mempunyai mission di dalam keikutsertaannya menunjang program keselamatan umat manusia melalui suatu penelitian biomedis (Sulaksono,1992:321).

    Ditinjau dari segi sistem pengelolaannya atau cara pemeliharaannya, di mana faktor keturunan dan lingkungan berhubungan dengan sifat biologis yang terlihat/karakteristik hewan percobaan, maka ada 4 golongan hewan, yaitu :

    1. Hewan liar.
    2. Hewan yang konvensional, yaitu hewan yang dipelihara secara terbuka
    3. Hewan yang bebas kuman spesifik patogen, yaitu hewan yang dipelihara dengan sistim barrier (tertutup).
    4. Hewan yang bebas sama sekali dari benih kuman, yaitu hewan yang dipelihara dengan sistem isolator.

    Sudah barang tentu penggunaan hewan percobaan tersebut di atas disesuaikan dengan macam percobaan biomedis yang akan dilakukan. Semakin meningkat cara pemeliharaan, semakin sempurna pula hasil percobaan yang dilakukan. Dengan demikian, apabila suatu percobaan dilakukan terhadap hewan percobaan yang liar, hasilnya akan berbeda bila menggunakan hewan percobaan konvensional ilmiah maupun hewan yang bebas kuman (Sulaksono,1987 :323)

    Penanganan hewan percobaan hendaklah dilakukan dengan penuh rasa kasih sayang dan berprikemanusiaan. Di dalam menilai efek farmakologis suatu senyawa bioaktif dengan  hewan percobaan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain (Malole,1989:475) :

    1. Faktor internal pada hewan percobaan sendiri: umur, jenis kelamin, bobot badan, keadaan kesehatan, nutrisi, dan sifat genetik.
    2. Faktor–faktor lain yaitu faktor lingkungan, keadaan kandang, suasana kandang, populasi dalam kandang, keadaan ruang tempat pemeliharaan, pengalaman hewan percobaan sebelumnya, suplai oksigen dalam ruang pemeliharaan, dan cara pemeliharaan.
    3. Keadaan faktor–faktor ini dapat merubah atau mempengaruhi respon hewan percobaan terhadap senyawa bioaktif yang diujikan. Penanganan yang tidak wajar terhadap hewan percobaan dapat mempengaruhi hasil percobaan, memberikan penyimpangan hasil. Di samping itu cara pemberian senyawa bioaktif terhadap hewan percobaan tentu mempengaruhi respon hewan terhadap senyawa bioaktif yang bersangkutan terutama segi kemunculan efeknya. Cara pemberian yang digunakan tentu tergantung pula kepada bahan atau bentuk sediaan yang akan digunakan serta hewan percobaan yang akan digunakan. Sebelum senyawa bioaktif dapat mencapai tempat kerjanya, senyawa bioaktif harus melalui proses absorpsi terlebih dahulu.

    Rute pemberian obat menentukan jumlah dan kecepatan obat yang masuk ke dalam tubuh, sehingga merupakan penentu keberhasilan terapi atau kemungkinan timbulnya efek yang merugikan. Rute pemberian obat dibagi 2, yaitu enternal dan parenteral (Priyanto, 2008:127).

    Semua jenis hewan percobaan harus ditempatkan dalam lingkungan yang stabil dan sesuai dengan keperluan fisiologis, termasuk memperhatikan suhu, kelembaban dan kecepatan pertukaran udara yang ekstrim harus dihindari. Kebanyakan hewan coba tidak dapat berkembangbiak dengan baik pada kamar lebih tinggi dari suhu 300C. Mencit, tikus dan marmut maksimum perkembangbiakannya pada  suhu 300C, kelinci pada suhu 2500C (Malole,1989:481).

    a. Pengawasan status kesehatan

    Standar kebersihan hewan percobaan yang diperlukan sama  dengan manusia harus dijaga agar dapat hidup sehat. Dinding dan lantai misalnya harus tahan air dan mudah dicuci. Lantai harus dibuat sedemikian rupa agar air dapat mengalir dan cepat kering sesudah dicuci. Bahan bangunan yang dipakai untuk membangun gedung harus kuat dan tahan lama.

    b. Pengawasan orang yang akan merawat hewan percobaan

    Jumlah pengunjung yang masuk ke dalam kamar penelitian/ pemeliharaan harus dibatasi karena semakin banyak yang masuk dapat menyebabkan jumlah mikroorganisme patogen dan dapat saling mengkontaminasi.

    c. Pengawasan makanan dan minuman

    Kualitas makanan baik dapat diperoleh jika nilai komponen ransum telah diketahui. Misalnya, tikus dan mencit memerlukan ransum yang mengandung 20% protein sedangkan kelinci dan marmut hanya memerlukan 14-15% protein.  

    d. Pengawasan sistem pengolahan dan pembiakan

    Dalam keadaan ideal, semua harus ideal. Misalnya, kandang hewan coba harus diketahui batas masimalnya, makanan dan minuman yang harus selalu diperhatikan. Kebanyakan pemberian makanan/minuman bisa mencemari kandang dan memberi lingkungan tidak sehat.  

    e. Pengawasan kualitas hewan

    Kualitas genetik hewan coba penting dalam penelitian dasar. Sering bahwa hewan coba inbreed mempunyai kualitas genetik lebih tinggi dan lebih bermanfaat dibandingkan hewan percobaan outbreed. Tetapi itu tidak selalu benar.

    Adapun tujuan penggunaan hewan percobaan sejalan dengan arah bidang ilmu ialah sebagai berikut: (Malole.1989:482-483)

    1. Bidang Toksikologi 

    Pengujian toksikologi dengan menggunakan hewan percobaan yang dilakukan di lingkungan industri bertujuan agar bahan kimia yang dibubuhkan pada bahan makanan tepat dalam arti aman buat konsumen, efektif daya kerjanya dan masih mendatangkan keuntungan bagi perusahaan. Status kesehatan berdasarkan pemeriksaan yaitu :

    1. Ektoparasit dan endoparasit
    2. Patologi
    3. Profil hematologi dan kimia darah
    4. Penyakit menular

    2.  Bidang Patologi 

    Para ahli patologi memakai hewan percobaan terutama untuk meneliti atau mengamati adanya perubahan-perubahan   patologik jaringan tubuh yang disebabkan oleh :

    1. Terjadinya kontak antar spesies (infeksi mikroorganisme atau invasi parasit pada hewan atau menusia).
    2. Stress karena faktor lingkungan (suhu, kelembaban, sanitasi, ventilasi, kepadatan dan lain-lain).
    3. Keracunan makanan
    4. Defisiensi makanan (defisiensi vit. A, defisiensi vit. E)

    Hewan percobaan juga dimanfaatkan oleh ahli patolgi untuk penelitian tentang tumor dan kanker bahkan hewan percobaan juga dimanfaatkan sebagai lahan untuk menanam dan menghasilkan sel–sel tumor ini dapat dimanfaatkan oleh ahli mikrobiologi untuk membuat biakan jaringan guna membiakkan virus, selain itu dapat juga digunakan untuk mendeterminasi penyakit berdasarkan perubahan-perubahan jaringan dan organ tubuh yang terjadi setelah hewan percobaan tersebut mendapat perlakuan (keracunan karena mengisap chloroform, keracunan aflatoksin melalui ransum).

    3.  Bidang Parasitologi

    Hewan percobaan yang digunakan dalam penelitian parasitologi dikehendaki berkualitas baik, sebelum melangkah untuk melakukan penelitian dalam bidang parasitologi, kita perlu mengetahui interaksi antar parasit sendiri.misalnya pada hewan mencit yang diberi antibiotik untuk mengusir mikroflora dalam usus dan kemudian diganti oleh mikroorganisme tertentu.

    4. Bidang Imunologi 

    Respon imun pada hewan percobaan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu termasuk perihal infeksi oleh bakteri, virus maupun parasit, stress, faktor diet / ransum dan peradangan non spesifik. 

    Tabel 1.1 Ukuran dan alat yang digunakan untuk pemberian obat pada hewan percobaan.

    HewanIVIPSCIMOral
    MencitJarum27,5 g1/2inciJarum25 g¼ inciJarum25 g¼ inciJarum25 g¾ inciUjung tumpul15 g/16 g2 inci
    TikusJarum25 gJarum25 g1 inciJarum25 g1 inciJarum25 g1 inciUjung tumpul15 g/16 g2 inci
    KelinciJarum25 g1 inciJarum21 g1¼ inciJarum25 g1 inciJarum25 g1 inciKateter karet no. 9
    MarmutJarum25 g1 inciJarum25 g1 inciJarum25 g¾ inci
    KucingJarum21 g1½ inciJarum25 g1 inciJarum25 g1 inci

    (Harmita,2008: 64)

    Tabel 1.2 Konversi perhitungan dosis untuk berbagai jenis hewan dan manusia.

    Hewan percobaanMencit 20 gTikus 200 gMarmut 400 gKelinci 1,5 kgKucing 2 kgKera 4 kgAnjing 12 kgManusia 70 kg
    Mencit 20 g1,07,012,2527,829,764,1124,2387,9
    Tikus 200 g0,141,01,743,94,29,217,856,0
    Marmut 400 g0,080,571,02,252,45,210,231,5
    Kelinci 1,5 kg0,040,250,441,01,082,44,514,2
    Kucing 2 kg0,030,230,410,921,02,24,113,2
    Kera 4 kg0,0160,110,190,420,451,01,96,1
    Anjing 12 kg0,0080,060,100,220,240,521,03,1
    Manusia 70 kg0,00260,0180,0310,070,0760,160,321,0

          (Harmita,2008: 66)

    Tabel 1.3 Volume maksimum larutan/padatan yang dapat diberikan pada hewan

    HewanVolume maksimum (ml) sesuai jalur pemberian
    IVIMIPSCPO
    Mencit 20-30 g)0,50,051,00,5-1,01,0
    Tikus (100 g)1,00,12-5,00,5-5,05,0
    Hamster (50 g)0,11-2,02,52,5
    Marmut (250 g)0,252-5,05,010,0
    Merpati (300 g)2,00,52,02,010,0
    Kelinci (2,5 kg)5-10,00,510-20,05-10,020,0
    Kucing (3 kg)5-10,01,010-20,05-10,050,0
    Anjing (5 kg)10-20,05,020-50,010,0100,0

    (Harmita,2008: 67)

    Tabel 1.4 Data anastesi umum pada hewan percobaan.

    Hewan percobaanAnastetikKepekatan larutan dan pelarutDosisRute pemberian
    MencitDan tikusEter kloralose uretan2% dalam NaCl fisiologis 10-25% dalam NaCl300 mg/kg1-1,25 g/kgInhalasii.pi.p
    Nembutal65 mg/ml40-60 mg/kg (kerja singkat) 80-100 mg/kg (kerja lama)i.p
    Pentobarbital4,5-6% dalam NaCl fisiologis45-60 mg/kg35 mg/kgi.pi.v
    Na heksobarbital7,5% dalam NaCl fisiologis4,7% dalam NaCl75 mg/kg47 mg/kgi.pi.v
    KelinciEter (kloralose+nembutal)1% dalam NaCl fisiologi65 mg/ml100 mg/kgInhalasii.v
    UretanPentobarbital10% dalam NaCl fisiologis5% dalam NaCl fisiologis19 g/kg22 mg/kg (kerja lama) 11 mg/kg (kerja singkat)i.p/i.vi.v
    Pentotal5% dalam air suling10-20 mg/kg (menurut jangka waktu kerja)i.v
    Morfin5%  dalam air suling100 mg/kgs.c
    MarmutEter Kloroform Uretan Kloralose Pentobarbital Nembutal10% dalam NaCl fisiologis hangat 2% dalam NaCl fisiologisSeperti pada tikus19 g/kg 150 mg/kg 28 mg/kgInhalasiInhalasii.pi.p

    (Harmita,2008: 67)

    B.  Uraian Hewan 

    1.         Karakteristik Hewan Coba

    Mencit merupakan salah satu hewan pengerat dan mudah berkembang biak yang memiliki karakteristik sebagai berikut :

         a.     Mencit (Mus musculus ). 

    Lama Hidup           : 1- 2 tahun, bisa sampai 3 tahun

    Lama Bunting        : 19 – 21 hari

    Umur Disapih        : 21 hari

    Umur Dewasa        : 35 hari

    Siklus Kelamin      : poliestrus

    Siklus Estrus          : 4-5 hari

    Lama Estrus           : 12-24 jam

    Berat Dewasa         : 20-40 g  jantan;18-35 g betina

    Berat Lahir             : 0,5-1,0 gram

    Jumlah anak           : rata-rata 6, bisa 15

    Suhu ( rektal )        : 35-39˚C( rata-rata 37,4˚C )

    Perkawinan Kelompok   : 4 betina dengan 1 jantan

    Aktivitas                : Nokturnal (malam)

    Sifat– sifat mencit :

    1. pembauannya sangat peka yang memiliki fungsi untuk mendeteksi akan, deteksi predator dan deteksi signal (feromon).

    2. penglihatan jelek karena sel konus sedikit sehingga tidak dapat melihat warna.

    3.  Sistem sosial: berkelompok

    4. Tingkah laku:

    *  jantan dewasa + jantan dewasa akan berkelahi

    *  Betina dewasa + jantan dewasa damai

    *  Betina dewasa + betina dewasa damai

    b.         Tikus putih (Rattus norvegicus)

    Lama hidup                    : 2-3 tahun, dapat sampai 4 tahun.

    Lama Bunting                : 20-22 hari.

    Kawin sesudah beranak : 1 sampai 24 jam.

    Umur disapih                  : 21 hari.

    Umur dewasa                  : 40-60 hari.

    Umur dikawinkan           : 10 minggu (jantan dan betina).

    Siklus estrus (birahi)      : 4-5 hari.

    Lama estrus                     : 9-20 jam.

    Perkawinan                     : Pada waktu estrus.

    Ovulasi                            : 8-11 jam sesudah timbul estrus.

    Jumlah anak                    : Rata-rata 9-20.

    Perkawinan kelompok    : 3 betina dengan 1 jantan

    c.         Kelinci (Oryctolagus cuniculus) 

    Masa hidup                 : 5 – 10 tahun

    Masa produksi             : 1 – 3 tahun 

    Masa bunting              : 28-35 hari (rata-rata 29 – 31 hari)

    Masa penyapihan         : 6-8 minggu

    Umur dewasa              : 4-10 bulan

    Umur dikawinkan        : 6-12 bulan

    Siklus kelamin              : Poliestrus dalam setahun 5 kali hamil

    Siklus berahi                 : Sekitar 2 minggu 

    Ovulasi                        : Terjadi kawin (9 – 13 jam kemudian) 

    Fertilitas                     : 1 – 2 jam sesudah kawin

    Jumlah kelahiran         : 4 – 10 ekor (rata-rata 6 – 8)

                Volume darah             : 40 ml/kg berat badan 

    Bobot dewasa             : tergantung pada ras, jenis kelamin.     

    2.       Klasifikasi Hewan Coba

    •   Mencit ( Mus Musculus ) 

    Kingdom         :   Animalia

    Phylum            :   Chordata

    Sub Phylum     :   Vertebrata

    Class                :   Mamalia

    Sub Class         :   Rodentia

    Family              :   Muridae

    Genus               :   Mus

    Spesies             :   Mus Musculus

    •   Tikus putih (Rattus norvegicus)

    Kingdom          : Animalia

    Filum                : Chordata

    Kelas               : Mamalia

    Ordo                : Rodentia

    Sub ordo         : Odontoceti

    Familia            : Muridae

    Genus              : Rattus

    Spesies            : Rattus Norvegicus

    •   Marmut (Cavia parcellus)

    Kingdom          : Animalia

    Filum                : Chordata

    Kelas               : Mamalia

    Ordo                : Rodentia

    Sub ordo         : Odontoceti

    Familia            : Cavidae

    Genus              : Cavia

    Spesies            : Cavia parcellus

    •   Kera(Hylobates agilis)

    Kingdom          : Animalia

    Filum                : Chordata

    Kelas               : Mamalia

    Ordo                : Primata

    Familia            : Hylobadae

    Genus              : Hylobathes

    Spesies            : Hylobates agilis

    •   Kucing (Felix domestica)

    Kingdom          : Animalia

    Filum                : Chordata

    Kelas               : Mamalia

    Ordo                : Karnivora

    Familia            : Felidae

    Genus              : Felix

    Spesies            : Felix domestica

    •   Anjing(Canis lupus)

    Kingdom          : Animalia

    Filum                : Chordata

    Kelas               : Mamalia

    Ordo                : Karnivora

    Familia            : Canidae

    Genus              : Canis

    Spesies            : Canis lupus

    Bab III. Metode Kerja

    A. Alat dan Bahan

    1)      Alat

    Alat yang digunakan adalah kanula,spoit dan rang besi.

    2)      Bahan

    Bahan yang digunakan adalah aquadest, NaCMC, Propranolol

    3)      Hewan coba

    Hewan coba yang digunakan adalah mencit (Mus musculus)

    B. Cara kerja

    1. Persiapan Hewan

    a)    Dipegang ujung ekor dengan tangan kanan dan dibiarkan kaki depan terpaut pada kawat kasa kandang.

    b)   Dipegang kulit kepala sejajar dengan telinga mencit dengan menggunakan jari telunjuk dan ibu jari tangan kiri.

    c)    Ditukarkan pegangan ekor dari tangan ke jari kelingking kiri supaya mencit itu dapat dipegang dengan sempurna.

    d)   Mencit siap untuk diberikan perlakuan.

    2. Cara pemberian secara oral.
    1. Dipegang tengkuk mencit sedemikian rupa dengan tangan kiri sehingga ibu jari melingkar di bawah rahang sehingga posisi abdomen lebih tinggi dari kepala.
    2. Disuntikkan aquadest pada bagian bawah tengah abdomen dengan cepat.
    3. Diamati efek yang terjadi.

    Bab IV. Hasil dan Pembahasan

    Mencit adalah hewan percobaan yang sering dan banyak digunakan di dalam laboratorium farmakologi dalam berbagai bentuk percobaan. Hewan ini mudah ditangani dan bersifat penakut fotofobik, cenderung berkumpul sesamanya dan bersembunyi. Aktivitasnya di malam hari lebih aktif. Kehadiran manusia akan mengurangi aktivitasnya.

    Mula-mula hewan coba Dipegang ujung ekor dengan tangan kanan dan dibiarkan kaki depan terpaut pada kawat kasa kandang. Kulit kepala  dipegang sejajar dengan telinga hewan coba dengan menggunakan jari telunjuk dan ibu jari tangan kiri. Ekor dijepit dari pada jari kelingking kiri supaya mencit itu dapat dipegang dengan sempurna. Hewan coba siap untuk diberikan perlakuan.

                Metode yang biasa dilakukan dalam penanganan hewan coba mencit :

    1.      Handling:

    Ekor dipegang di daerah tengah ekor dengan tangan kiri, lalu Leher dipegang dengan tangan kanan, dan jangan terlalu menggencet.Telunjuk dan ibu jari memegang kulit leher, jari kelingking menjepit ekor.

    2.      Per oral

    Mencit atau tikus diletakkan di atas ram kawat, ekor ditarik. Jarum suntik yang sudah disolder dimasukkan ke dalam mulut mencit namun harus diperhatikan proses masuknya jarum agar tidak melukai organ dalam mencit. Setelah selesai, tarik kembali jarum tersebut secara perlahan.

    3.         Intramuskular 

    Pembantu memegang paha, penyuntik memegang paha kiri dari depan dengan tangan kiri.Jarum ditusukkan dari balik dengan sudut tegak lurus terhadap permukaan kulit   kira-kira ditengah paha sehingga tusukan sampai ke otot bicep femoris.Lalu suntikkan bahan perlakuan, tarik jarum, tempat suntikan dipijat pelan-pelan. 

    4.      Intraperitoneal

    Mencit dihandling dengan benarTusukkan jarum disisi dekat umbilicus / kira-kira 5mm disamping garis tengah antara 2 puting susu paling belakangTarik jarum lalu lepaskan mencit. 

    5.        Subkutan 

    Obat/bahan disuntikkan di bawah kulit di daerah punggung, terasa longgar bila jarum digerak-gerakkan, berarti suntikan sudah benar.

    Pada praktikum dilakukan perlakuan pada hewan coba mencit dengan cara, pertama-tama ekor mencit dipegang dan diangkat dengan tangan kanan, mencit dibiarkan mencengkram alas penutup kandang ( kawat rang), sehingga frekuensi gerak mencit dapat diminimalkan. Cengkram kulit punggung mencit sebanyak-banyaknya dan seerat mungkin dengan tangan kiri, hingga kepala mencit tidak dapat digerakkan ke kanan dan kekiri. Jari tengah dan jari manis mencengkram perut mencit dan ekor mencit dililitkan pada jari kelingking.

    Pemberian secara oral mencit pada umumnya berat 20-30 gram maksimal pemberian maksimal 1cc. Sebelum digunakan, hewan coba terlebih dahulu dipuasakan makan selama 8 jam dengan maksud untuk mengurangi variasi biologis dan efek-efek lainnya. Dalam hal ini mencit jantan lebih bagus digunakan karena siklus hormonnya lebih homogen dibandingkan hewan yang betina dan waktu tidur hewan betina empat kali lebih lama dari hewan jantan bila diberi obat.

    Mencit harus diberikan penomoran sehingga dapat memberikankemudahan untuk mengetahui perbedaan hewan satu dengan yang lainnya, dapat menggunakan asam pikrat  atau dengan spidol permanen. Untuk penggunaan di laboratorium yang hanya menggunakan sekitar 20-30 ekormencit, yang biasanya diberi kode pada badan atau bagian paha kaki mencit.

    Cara-cara euthanasia pada mencit dan tikus dilakukan dengan anestetik over dosis. Perlakuan euthanasia dengan obat anestetika umum yaitu eter, alkohol dan kloroform.

    Pada percobaan juga dilakukan pembedahan mencit untuk pengenalan organ tubuh bagian dalam mencit. Pembedahan dilakukan mula-mula dengan mengeuthanasia mencit dengan menggunakan eter kemudian mencit dibedh perlahan dan hati hati. Organ tubuh bagian dalam mencit memiliki struktur anatomi yang sama dengan manusia mulai dari jantung, ginjal, paru-paru dan organ tubuh lainnya.

    BAB V

    PENUTUP

    A.    Kesimpulan

    a.       Cara handling tikus dan mencit

    Mula-mula hewan coba Dipegang ujung ekor dengan tangan kanan dan dibiarkan kaki depan terpaut pada kawat kasa kandang. Kulit kepala  dipegang sejajar dengan telinga hewan coba dengan menggunakan jari telunjuk dan ibu jari tangan kiri. Ekor dijepit dari pada jari kelingking kiri supaya mencit itu dapat dipegang dengan sempurna. Hewan coba siap untuk diberikan perlakuan.

    b.        Pemberian obat pada hewan coba mencit dan tikus dilakukan dengan cara per oral, intra peritonial, intra vena, subkutan, dan intra muscular.

    ·         Pemberian perlakuan pada hewan coba mencit dan tikus dilakukan mula-mula dengan cara handling yang benar kemudian diberikan perlakuan sesuai prosedur yang ditentukan.

    ·           Cara-cara euthanasia pada mencit dan tikus dilakukan dengan anestetik over dosis. Perlakuan euthanasia dengan obat anestetika umum yaitu eter, alkohol dan kloroform.

    ·           Pembedahan pada mencit dan tikus dilakukan setelah hewan coba mati setelah euthanasia.

    c.       Pemberian perlakuan pada hewan coba mencit dan tikus dilakukan mula-mula dengan cara handling yang benar kemudian diberikan perlakuan sesuai prosedur yang ditentukan.

    d.      Cara-cara euthanasia pada mencit dan tikus dilakukan dengan anestetik over dosis. Perlakuan euthanasia dengan obat anestetika umum yaitu eter, alkohol dan kloroform.

    e.       Cara pembedahan [pada hewan coba dilakukan dengan langkah-langkah;

          Mula-mula mencit dieuthanasia dengan obat bius (Eter) didalam stoples tertutup. Kemudian dibasuh badan mencit yang telah mati dengan etanol. Dibedah dengan menggunakan pisau bedah, Mula-mula diiris pada bagian perut dengan hati-hati agar organ dalam mencit tidak rusak. Pembedahan dilakukan bertahap dengan hati-hati, kemudian Organ dalam mencit dikeluarkan dan dipisahkan.

    B.     Saran

    1. Untuk asisten pendamping

    Cara pengarahan dalam praktikum sudah bagus dan efektif sehingga sebaiknya dipertahankan.

    2. Untuk laboratorium farmakologi farmasi

    Ada baiknya alat-alat pendukung dalam praktikum di laboratorium segera dilengkapi.

    DAFTAR PUSTAKA

    Dirjen POM. 1976. Farmakope Indonesia, Edisi Ke-III. Jakarta.  Departemen Kesehatan RI

    Gan Gunawan, Sulistia. 1995. Farmakologi dan Terapi Edisi IV. Jakarta: FK-UI.

    (http://hannahanipeh.blogspot.com/2013/10/laporan-praktikum-biologi-perilaku-hewanuji.html)

    (http://dindamaritoo.blogspot.com/)

    (http://alfinharjuno.blogspot.com/2011/02/taksonomi-tikus.html/)

    (http://nutritionandhalalfood.blogspot.com/2012/01/anatomi-dan-fisiologi-tikus.html)

    Malole,  M.M.B, Pramono. 1989. Penggunaan Hewan – Hewan  Percobaan Laboratorium. Bogor : IPB. DitJen Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Bioteknologi.  

    Nazir M. 1988. Metode Penelitian Edisi ke-3. Jakarta : Ghalia  Indonesia.

    [Pdf. Andriani,Anisa.2011.pengaruh pemberian ekstrak mengkudu (Morinda citrifolia).Bali: Universitas Udayana]

    [pdf.Muliani,Hirawati.2011.Pertumbuhan Mencit (Mus Musculus L.) Setelah Pemberian Biji Jarak Pagar (Jatropha curcas L.).Semarang: UNDIP]

    [pdf.Widyaningrum,trianik.dkk.2008. Pengaruh dosis ekstrak air kangkung (Ipomoea reptans poir.) Terhadap jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin mencit (Mus musculus).Solo:UNS]

    Rauf,Afrisusnawati.2014.Penuntun praktikum anatomi fisiologi manusia. Makassar:UIN

    Raven, P. 2005. Atlas Anatomi. Jakarta : Djambatan.

    Sudjadi, Bagad. 2007. Biologi kelas 2 SMA. Jakarta: Yudistira

  • Laporan Praktikum Morfologi Hewan – Anatomi Tikus Putih

    Anatomi Tikus Putih

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Anatomi adalah ilmu yang mempelajari struktur tubuh makluk hidup. Anatomi terbagi menjadi beberapa cabang ilmu yaitu anatomi hewan, anatomi manusia, dan anatomi tumbuhan. Anatomi mempelajari struktur organ tubuh bagian dalam meliputi pencernaan dan pernafasan. Pengamatan anatomi hewan pada tikus putih (Rattus norvegicus) dilakukan dengan mengamati sistem pencernaan kemudian sistem pernafasannya. Anatomi sistem pencernaan dan sistem pernafasan pada hewan penting dipelajari karena dalam sistem pencernaan menghasilkan energi untuk beraktifitas, sistem pernafasan mengubah karbondioksida menjadi oksigen yang digunakan untuk proses metabolisme.

    Tujuan Praktikum Anatomi Hewan adalah mengetahui urutan saluran pencernaan dan saluran pernafasan pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) serta mengetahui fungsi sistem pencernaan dan pernafasan Tikus Putih (Rattus norvegicus). Manfaat dari Praktikum Anatomi Hewan adalah mengetahui anatomi sistem pencernaan dan anatomi sistem pernafasan pada hewan serta untuk mengetahui fungsi dari sistem pencernaan dan sistem pernafasan pada hewan secara umum.

    Bab II. Kajian Pustaka

    Tikus yang dalam klasifikasinya dimasukan kedalam sub filum vertebrata ( hewan-hewan beruas tulang belakang ), kelas mamalia (hewan- hewan menyusui ), ordo rodentia ( hewan-hewan yang mengerat ) dan family murridae yang merupakan salah satu hama yang penting pada tanaman pertanian (pangan,horticulur,dan perkebunan).

    a. Klasifikasi

    Klasifikasi tikus putih menurut Natawidjaya (1983).
    Kingdom : Animalia
    Filum : Chordata
    Kelas : Mamalia
    Ordo : Rodentia
    Subordo : Odontoceti
    Familia : Muridae
    Genus : Rattus
    Spesies : Rattus norvegicus

    b. Jenis

    Ada berbagai jenis tikus yang ada di Negara Indonesia dan beberapa diantaranya dipergunakan untuk penelitian, seperti : tikus wirok (Baricoto indica Bechstein), tikus sawah (Rattus argetiventer Robinson), tikus pelabuhan (Rattus norvegicus), tikus belukar (Tio manicus Miller), mencit sawah (Mus caroh), tikus polensia (Rattus exulan Peale), tikus duri kecil (Rattus ardi-ardi), mencit rumah (Mus musculus), tikus riul (Rattus norvegicus Berkenhout), & tikus rumah besar (Rattus rattus diardi Jentink) (Urip, 1987).

    Di Indonesia hewan percobaan ini sering dinamakan “ tikus besar “ (Smith & Mangkoewidjojo, 1998). Tikus putih merupakan hewan pengerat. Tikus putih (Rattus norvegicus) sering digunakan sebagai hewan percobaan atau digunakan untuk penelitian, dikarenakan tikus merupakan hewan yang mewakili dari kelas mamalia, yang mana manusia juga merupakan dari golongan mamalia, sehingga kelengkapan organ, kebutuhan nutrisi, metabolisme bio-kimianya, sistem reproduksi, pernafasan, peredaran darah, serta ekskresi menyerupai manusia (Sinar Harapan, 2002).

    Dan tikus putih juga memiliki beberapa sifat menguntungkan seperti : cepat berkembang biak, mudah dipelihara dalam jumlah banyak, lebih tenang dan ukurannya lebih besar dari pada mencit. Tikus putih juga memiliki ciri-ciri : albino, kepala kecil, dan ekor yang lebih panjang dibandingkan badannya, pertumbuhannya cepat, tempramennya baik, kemampuan laktasi tinggi, dan tahan terhadap arseni tiroksid (Anggarawati, 2006).

    c. Nama lain

    Nama lain tikus putih menurut Anggarawati (2006).

    1. Minangkabau : Mencit
    2. Sunda : Beurit
    3. Jawa : Tikus

    d. Data biologis tikus

    Data biologis tikus menurut Smith & Mangkoewidjojo (1998).

    Lama hidup : 2-3 tahun, dapat sampai 4 tahun.
    Lama Bunting : 20-22 hari.
    Kawin sesudah beranak : 1 sampai 24 jam.
    Umur disapih : 21 hari.
    Umur dewasa : 40-60 hari.
    Umur dikawinkan : 10 minggu (jantan dan betina).
    Siklus kelamin : Poliestrus.
    Siklus estrus (birahi) : 4-5 hari.
    Lama estrus : 9-20 jam.
    Perkawinan : Pada waktu estrus.
    Ovulasi : 8-11 jam sesudah timbul estrus.
    Jumlah anak : Rata-rata 9-20.
    Puting susu : 12 puting, 3 pasang didaerah dada dan 3 pasang di daerah perut.
    Susu : Air 73 %, lemak 14-16 %, protein 9-10 %,
    Gula 2-3 %.
    Perkawinan kelompok : 3 betina dengan 1 jantan.

    Morfologi dan Anatomi

    Tikus rumah memiliki panjang 65-95 mm dari ujung hidung mereka ke ujung tubuh mereka. Bulu mereka berkisar dalam warna dari coklat muda sampai hitam dan pada umunya memiliki warna putih. Tikus memiliki ekor panjang yang memiliki sedikit bulu dan memiliki deretan lingkaran sisik. Tikus rumah cenderung memiliki panjang bulu ekor lebih gelap ketika hidup erat dengan manusia, mereka berkisar 12-30 gram berat badanya. Banyak bentuk-bentuk domestik tikus telah dikembangkan yang bervariasi dalam warna dari putih menjadi hitam dan dangan bintik-bintik.

    Sistem Pencernaan

    Sistem pencernaan terdiri atas saluran pencernaan atau kelenjar-kelenjar yang berhubungan, fungsinya untuk :
    a). Ingesti dan Digesti makanan.
    b). Absorbsi sari makanan.
    c). Eliminasi sisa makanan.
    Langkah-langkah pproses pencernaan makanan :
    1). Pencernaan di mulut dan di rongga mulut,makanan di giling menjadi kecil-kecil oleh gigi dan di basahi oleh saliva.
    2). Disalurkan melalui foring dan asophogus.
    3). Pencernaan di lambung dan di usus halus. Dalam usus halus diubah menjadi asm-asam amino, monosakarida, gliserida, dan unsur-unsur dasar yang lain.
    4). Absorsi air dlam usus besar akibatnya, isi yang tidak dicerna
    Menjadi setengah padat (feses).
    5). Feces dikeluarkan dari dalam tubuh melalui kloaka (bila ada)
    Kemudian ke anus.

    Sistem Ekskresi
    Sistem ekskresi mamalia hampir sam dengan manusia, tetapi sedikit berbeda yang di sebabkan oleh liingkun tempat tinggalnya. Paru-paru terletak di dalam rongga dada, di lindungi oleh struktur selangka dan di selaputi karung di dinding dikenal sebagai pelura. Bernafas kebanyakan dilakukan olh diagfragama paru-paru berada mengembang. Sangkar selangka juga boleh menguncup sedikit ini menyebabkan udara tertarik ke dalam keluar paru-paru melalui frakhea dan broknial tubes yang bercabang dan mempunyai alveolus di ujung yaitu karung kecil di kapilari yang penuhi darah. disini oksigen meresap banyak masuk kedalam darah, dimana akan di angkut oleh hemoglobin.

    Sistem Reproduksi
    a). Tahap pembentukan spematozoa di bagi atas 3 tahap yaitu :

    1. Spermatogenesis.
      Meupakan tahap spermatogenea yang mengalami mitosis berkali-kali yang akan menjadi spermatosot primer. Spermatosit primer mengandung kromosom diploid (2n) pada inti sel nya dan mengalami meiosis. Satu spermatosit akan menghasilkan dua sel anak, yaitu spermatosit skunder.
    2. Tahapan meiosis
      Spermatosid primer, menjauh dari lamina basalis, sitoplasma makin banyak dan segera mengalami meiosis 1, yang kemudian diikuti dengan meiosis 2.
    3. Tahapan spermiogenesis
      Merupakan transformasi spermatid menjadi spermatozoa yang memiliki 4 fase yaitu fase golgi, fase tulup, fase akrosom, dan fase pematangan. Hasil akhir berupa empat spermatozoa masuk.

    2.1       Materi

                Materi yang digunakan pada Praktikum Anatomi Hewan meliputi alat dan bahan. Alat yang digunakan adalah kotak pembius, baki bedah, gunting, pisau bedah, pinset, jarum pentul, pines, alat tulis dan cutter. Bahan yang digunakan adalah Tikus Putih (Rattus norvegicus), kapas dan kloroform.

    2.2       Metode

                Praktikum Biologi tentang Anatomi Hewan yaitu dengan memasukkan Tikus Putih (Rattus norvegicus) ke dalam kotak pembius yang telah diberi kloroform. Meletakkan Tikus Putih (Rattus norvegicus) yang telah pingsan pada baki bedah  kemudian tangan dan kaki Tikus Putih (Rattus norvegicus) direntangkan menggunakan pines. Menyembelih Tikus Putih (Rattus norvegicus)  pada bagian leher hingga terputus tiga saluran yaitu vena jugularis, esofagus dan trakea. Membedah dari perut bawah secara melintang menggunakan pisau bedah kemudian secara membujur sampai ke atas untuk membuka tulang rusuk Tikus Putih (Rattus norvegicus). Mengambil saluran pencernaan dan saluran pernafasan kemudian amati dan gambar hasil pengamatan.

    BAB III

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    3.1       Anatomi  Hewan

    Anatomi adalah ilmu yang mempelajari tentang struktur tubuh dan bagian bagian tubuh suatu makluk hidup antara yang satu dengan yang lainnya dan saling berhubungan.Hal ini sesuai dengan pendapat Ruswanto dan Uswatun (2014) yang menyatakan bahwa anatomi adalah ilmu yang mempelajari bentuk dan susunan tubuh secara menyeluruh maupun bagian-bagian serta hubungan antara bagian yang satu dengan bagian yang lain. Tubuh makhluk hidup terdapat banyak sistem yang bekerja meliputi sistem pernafasan, sistem pencernaan, sistem eksresi, sistem endokrim, sistem syaraf, sistem reproduksi dan sistem kekebalan tubuh. Hal ini sesuai dengan pendapat  Isnaeni (2006) yang menyatakan bahwa sistem organ pada hewan meliputi sistem saraf, sistem endokrin, sistem pencernaan, sistem sirkulasi, sistem respirasi, system termoregulasi, sistem pengeluaran,  osmoregulasi, dan sistem reproduksi.

    3.2       Anatomi Pencernaan

                Hasil pengamatan praktikum acara anatomi ditampilkan pada Ilustrasi 6. Data yang ditampilkan merupakan hasil pengamatan pada saluran pencernaan Tikus Putih (Rattus novergicus).

    Description: C:\Users\Stefanus Aditiya S\AppData\Local\Microsoft\Windows\Temporary Internet Files\Content.Word\IMG_20161020_160912_HDR_1477028238087.jpg

    Ilustrasi 6. Data Pengamatan Organ Pencernaan

                Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan, diketahui bahwa saluran yang membentuk sistem pencernaan Tikus Putih (Rattus norvegicus) dimulai dari esofagus, lambung, usus halus, usus besar, sekum  dan anus. Hal ini sesuai dengan pendapat Campbell et al. (2004) yang menyatakan bahwa saluran pencernaan terdiri dari mulut, esofagus, lambung, usus halus, usus besar, dan anus. Sistem pencernaan berfungsi untuk menyerap nutrisi pada pakan yang dibutuhkan oleh tubuh dan sisa dari penyerapan yang tidak diperlukan akan dibuang melalui anus. Hal ini sesuai dengan pendapat Istiqomah dan Fadlil (2013) yang menyatakan bahwa fungsi dari sistem pencernaan sebagai tempat mencerna dan menyerap nutrisi pada makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh yang kemudian dikeluarkan melalui anus.

    3.3       Anatomi Pernafasan

                Hasil pengamatan praktikum acara anatomi ditampilkan pada Ilustrasi 7. Data yang ditampilkan merupakan hasil pengamatan pada organ pernafasan Tikus Putih (Rattus norvegicus)

    Description: C:\Users\Stefanus Aditiya S\AppData\Local\Microsoft\Windows\Temporary Internet Files\Content.Word\IMG_20161020_161042_HDR.JPG

    Ilustrasi 7. Data Pengamatan Organ Pernafasan

                Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, dapat diketahui organ yang dapat membentuk sistem pernafasan dimulai dari trakea dan paru paru. Hal ini sesuai dengan pendapat Campbell et al. (2004) yang menyatakan bahwa sistem respirasi pada mamalia dimulai dari rongga hidung, faring, menuju trakea, bronkus, bronkiolus, dan berakhir pada paru paru dimana di dalam paru paru terdapat alveoli. Sistem organ pernafasan berfungsi untuk menerima gas oksigen ke dalam paru paru dan melepas karbon dioksida yang tidak diperlukan oleh tubuh. Hal ini sesuai dengan pendapat Handaya et al. (2011) yang menyatakan bahwa sistem pernafasan digunakan sebagai tempat pertukaran gas oksigen dengan gas karbondioksida.

    BAB IV

    SIMPULAN

    4.1       Kesimpulan

                Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan disimpulkan bahwa saluran pencernaan pada hewan Tikus Putih (Rattus norvegicus) terdiri dari mulut, esofagus, lambung, usus halus, usus besar dan anus. Sistem pencernaan berfungsi sebagai tempat menyerap nutrisi makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh dan mengeluarkan sisa sisa pencernaan melalui anus. Saluran pernafasan pada hewan Tikus Putih (Rattus norvegicus) terdiri dari hidung, trakea, dan paru paru. Sistem pernafasan berfungsi sebagai pertukaran antara oksigen dengan karbondioksida di alveoli.

    4.2       Saran

                Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan sebaiknya dalam melakukan praktikum ini organ dari Tikus Putih (Rattus norvegicus) diambil dan dipisahkan secara perlahan, agar organ sistem pencernaan dan organ sistem pernafasan tidak rusak.

    DAFTAR PUSTAKA

    Campbell, N. A., J. B. Reece dan L. G. Mitchell. 2002. Biologi Jilid 3 Edisi kelima. Erlangga, Jakarta.

    Handaya, W. B. T. dan Y. Magaretha. 2011. Alat bantu ajar sistem pencernaan dan pernafasan pada manusia berbasis Web J. Informatika 2 (7): 201-211.

    Isnaeni, W. 2006. Histologi Hewan. Kanisius, Yogyakarta.

    Istiqomah, Y. N dan A. Fadlil. 2013. Sistem pakar untuk mendiagnosa penyakit saluran pencernaan menggunakan metode dempster shafer. Volume 1(1): 32-41.

    Ruswanto dan I. Uswatun. 2014. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah (Sistem Muskuloskeletal). Deepublish, Yogyakarta.

    Diposting oleh ahmalhanif.blogspot.co.id di 17.21 1 komentar: 

    Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

    Label: tugas

    Minggu, 12 Maret 2017

    Laporan Biologi Sel dan Jaringan

     BAB I

    PENDAHULUAN

                Setiap makhluk hidup mengalami proses tumbuh dan berkembang.  Sel-sel yang menyusun tubuh menjalankan fungsinya masing-masing pada proses tumbuh dan berkembang itu. Sel adalah kumpulan materi paling sederhana yang dapat hidup dan merupakan unit penyusun yang paling sederhana dari makhluk hidup. Sel yang terkumpul memiliki struktur dan fungsi yang sama sehingga membentuk sebuah jaringan.Struktur  jaringan berbeda antara hewan dan tumbuhan. Jaringan pada hewan dapat dikelompokkan  menjadi 4 macam yaitu jaringan epitel, jaringan pengikat, jaringan otot, dan jaringan saraf. Jaringan tumbuhan juga memiliki 6 macam jaringan yang dibedakan berdasarkan bentuk dan fungsinya yaitu, jaringan muda (meristem), jaringan dasar (parenkim), jaringan pelindung, jaringan penguat, jaringan pengangkut, dan idioblast.

                Tujuan dari praktikum Pengenalan Sel dan Jaringan yaitu mahasiswa mampu mengamati bagian bagian dari sel hewan dan sel tumbuhan, mengetahui perbedaan sel hewan dan tumbuhan dan mengetahui perbedaan jaringan tumbuhan dikotil dan monokotil. Praktikum ini diharapkan mampu memberikan manfaat berupa pengetahuan tentang bentuk serta struktur dari sel dan jaringan pada hewan dan tumbuhan.

    BAB II

    MATERI DAN METODE

                Praktikum Biologi dengan materi Pengenalan Sel dan Jaringan dilaksanakan pada Kamis, 22 September 2016 pukul 15.00 sampai dengan pukul 17.00 di Laboratorium Fisiologi dan Biokimia Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang.

    2.1       Materi

                Materi yang digunakan pada Praktikum Pengenalan Sel dan Jaringan meliputi alat dan bahan. Alat yang digunakan adalah mikroskop, kaca objektif, kaca penutup, silet atau cutter dan pipet tetes, alat tulis. Bahan yang digunakan adalah aquades, daun Rhoeo discolor segar, preparat awetan vili usus halus ayam, preparat awetan jaringan monokotil Zea mays, preparat awetan jaringan dikotil Hibiscus rosa-sinensis L.

    2.2       Metode

    2.2.1    Pengenalan Sel

                Metode yang digunakan dalam pengamatan sel hewan menggunakan preparat awetan vili usus ayam adalah meletakkan preparat awetan sel hewan pada meja mikroskop. Mengatur perbesaran mikroskop menjadi 40x dan 100x. Mengamati objek menggunakan mikroskop dengan perbesaran 40x dan 100x

    Metode yang digunakan dalam pengamatan sel tumbuhan pada rambut tangkai tanaman Rhoeo discolor segar yaitu menyayat daun Rhoeo discolor dengan posisi melintang setipis mungkin dengan menggunakan silet pada permukaan bawah daun Rhoeo discolors segar. Meletakkan pada kaca objek yang sudah di tetesi aquades. Menutup kaca objek dengan kaca penutup usahakan jangan ada gelembung udara dengan cara di miringkan sekitar 45o. Mengamati dengan menggunakan mikroskop dengan perbesaran 40 x dan 100 x. Menggambar sesuai objek yang terlihat menggunakan alat tulis.         

    2.2.2    Pengenalan Jaringan

                Metode yang digunakan dalam pengamatan jaringan pada tumbuhan dikotil dan monokotil adalah meletakkan preparat awetan tumbuhan dikotil dan monokotil pada meja mikroskop. Mengatur perbesaran mikroskop menjadi 40 x dan 100 x. Mengamati preparat jaringan tumbuhan dikotil dan monokotil dengan perbesaran 40 x dan 100 x. Menggambar hasil pengamatan sesuai objek yang terlihat menggunakan alat tulis.

    BAB III

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    3.1       Pengenalan Sel

                Sel adalah unit kehidupan terkecil, yang berarti sel ini menjalani metabolisme, homeostatis, pertumbuhan, dan reproduksi pada makhluk hidup. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Aloysius dan Sukirman (2008) yang mengatakan bahwa sel merupakan unit struktural dan fungsional terkecil dari makhluk hidup. Setiap makhluk hidup tersusun atas satu sel (uniseluler). Ada juga yang tersusun atas banyak sel (multiseluler), kehidupan pada tingkat seluler muncul dari keteraturan struktural, yang memperkuat tema tentang sifat-sifat baru dan korelasi antara struktur dan fungsi sel. Ribuan jenis sel terdapat didalam tubuh, namun semuanya memiliki ciri struktur yang sama. Hal ini sesuai dengan pendapat Fawcett (2002) yang menyatakan bahwa sel dibagi dalam 2 kompartemen utama, yaitu nukleus dan sitoplasma disekitarnya yang mudah dibedakan berdasarkan bentuk dan cirinya. Makluk hidup tersusun atas ribuan sel bahkan milyaran, namun sel sel tersebut saling berkaitan dan berperan aktif dalam tubuh makhluk hidup. Perbedaan sel hidup dengan sel mati adalah pada struktur dan aktivitas dari masing masing sel. Sel hidup berperan penting dalam metabolisme kehidupan makluk hidup. Sel mati tidak memiliki peranan dalam proses kelangsungan hidup dan hanya berupa dinding sel.

    3.1.1    Sel Hewan

                Hasil pengamatan pada praktikum pengamatan sel hewan ditampilkan pada Ilustrasi 1. Data yang ditampilkan merupakan preparat vili usus tikus putih perbesaran 100 x (sisi kiri) dan gambar pembanding (sisi kanan) (Godam, 2008)



    Description: C:\Users\Stefanus Aditiya S\AppData\Local\Microsoft\Windows\Temporary Internet Files\Content.Word\1474587426166.jpg 

    Ilustrasi 1. Data Pengamatan Sel Hewan

    Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan, sel-sel hewan umumnya tidak mempunyai dinding sel dan memiliki sitoplasma. Hal ini sesuai pendapat Sugiharto et al. (2011) bahwa organel sel pada hewan meliputi membrane sel, sitoplasma, nukleus, pori nukleus, kromosom, membrane nukleus, mikrotubula, sentriola, aparat golgi, vakuola, mikrofilamen, reticulum endoplasmik, ribosom, mitokondria, lisosom, silia dan flagella. Membran sel merupakan pembatas antar sel, nucleus merupakan pusat control seluruh aktivitas sel dan sitoplama merupakan cairan sel yang di dalamnya terkandung organel-organel sel. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Sudjadi (2006) yang mengatakan bahwa membrane sel disebut juga membran plasma yang berfungsi sebagai perintang selektif yang memungkinkan oksigen dan nutrien lain masuk ke dalam sel. Sitoplasma merupakan cairan sel yang berisikan organel-organel, di dalam sitoplasma juga terdapat nukleus yang merupakan organel yang mengatur seluruh aktivitas yang terjadi di dalam sel.

    3.1.2    Sel Tumbuhan

                Hasil pengamatan pada praktikum pengamatan sel tumbuhan ditampilkan pada Ilustrasi 2. Data yang ditampilkan merupakan gambar sel Tumbuhan Rhoeo discolor perbesaran 100x (sisi kiri) dan gambar pembanding (sisi kanan) (Campbell et al,2008).



    Description: C:\Users\Stefanus Aditiya S\AppData\Local\Microsoft\Windows\Temporary Internet Files\Content.Word\1474587445330.jpg 

    Ilustrasi 2. Penampang Sel Tumbuhan Rhoeo discolor

                Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan, Rhoeo discolor merupakan sel hidup yang memiliki dinding sel, stomata, sitoplasma. Hal ini sesuai dengan pendapat Aloysius dan Sukirman (2008) yang menyatakan bahwa sel tumbuhan merupakan sel eukariotik yang memiliki dinding sel, membrane sel, sitoplasma, intisel, plastid dan vakuola. Rhoeo discolor memiliki dinding sel yang berfungsi sebagai pelindung organel-organel sel tumbuhan. Berbeda dengan sel hewan yang tidak memiliki dinding sel. Hal ini sesuai dengan pendapat Campbell et al (2002) yang menyatakan bahwa sel tumbuhan cenderung mempertahankan bentuknya karena memilki dinding sel. Daun Rhoeo discolor juga mengandung pigmen antosianin yang tergolong pigmen flavonoid yang dapat larut dalam air. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Winarti dan Firdaus (2010) yang mengatakan bahwa warna pigmen antosianin yang dapat larut dalam air dan berwarna merah, biru, violet dan biasanya dijumpai pada bunga, buah-buahan dan sayur-sayuran.

    3.1.3    Perbedaan Sel Tumbuhan dan Sel Hewan

                Berdasarkan pengamatan tentang pengenalan sel hewan dan tumbuhan dapat diketahui sel-sel tumbuhan hampir selalu mengandung dinding sel. Sel-sel hewan pada umumnya tidak mempunyai dinding sel. Plastid adalah ciri dari sel tumbuhan, dan tidak ditemukan pada sel hewan. Vakuola merupakan ciri pada sel sel tumbuhan, tetapi tidak penting atau bahkan tidak ada sama sekali pada sel-sel hewan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sumadi dan Marianti (2007) bahwa sel hewan dan sel tumbuhan memiliki perbedaan pada organ tertentu. Sel tumbuhan memiliki membrane sel, sitoplasma, reticulum endoplasma, intisel (nukleus), mitokondria, ribosom, plastid dan vakuola. Bentuk dan ukuran sel tumbuhan memiliki ukuran lebih besar dibandingkan dengan sel hewan. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Sudjadi (2006) yang menyatakan bahwa ukuran sel tumbuhan lebih besar dari sel hewan serta memiliki bentuk yang tetap.

    3.2       Pengenalan Jaringan

                Jaringan merupakan sekumpulan sel-sel yang memiliki bentuk, asal, struktur dan fungsi yang sama. Sekumpulan jaringan akan membentuk organ yang kemudian dari organ akan menciptakan suatu jaringan organ yang kemudian akan membentuk suatu kehidupan. Pengertian jaringan ini sesuai dengan pendapat Ferdinand dan Ariebowo (2007) yang mengatakan bahwa sel-sel akan saling berhubungan satu sama lain dan membentuk suatu kumpulan sel yang disebut jaringan. Macam-macam jaringan pada hewan dan tumbuhan berbeda menurut bentuk dan fungsinya. Macam jaringan tumbuhan yaitu jaringan meristem dan jaringan dewasa. Jaringan dewasa sendiri memiliki 5 bagian yaitu jaringan parenkim, sklerenkim, kolenkim, xilem, dan floem.Hal ini sesuai pendapat Sugiharto et al. (2011) yang menyatakan bahwa jaringan dewasa terdapat 5 bagianya itu jaringan parenkim, jaringan sklerenkim, jaringan kolenkim, jaringan xilem dan jaringan floem.

    3.2.1    Jaringan Tumbuhan Monokotil

                Hasil pengamatan pada praktikum acara Pengenalan Sel dan Jaringan ditampilkan pada Ilustrasi 3. Data yang ditampilkan merupakan preparat awetan akar jagung perbesaran 100 x (sisi kiri) dan gambar pembanding (sisi kanan) (Campbell et al, 2003)

    Description: C:\Users\Stefanus Aditiya S\AppData\Local\Microsoft\Windows\Temporary Internet Files\Content.Word\1474587429661.jpg

    Ilustrasi 3. Data Pengamatan Jaringan Monokotil

                Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan, terlihat beberapa struktur jaringan pada preparat awetan jaringan monokotil akar jagung (Zea mays). Terdapat jaringan pembuluh angkut yang letaknya tersebar. Pengamatan tersebut sesuai dengan pendapat dari Sudjadi (2006) yang mengatakan bahwa ikatan pembuluh tersebar di seluruh bagian batang tumbuhan monokotil, tetapi yang paling banyak terdapat di bagian mendekati kulit luar batang. Tumbuhan jagung merupakan tumbuhan monokotil. Tumbuhan monokotil memiliki beberapa bagian jaringan meliputi jaringan epidermis, korteks, floem, xilem, palisade. Hal ini sesuai dengan pendapat Pratiwi (2006)  yang menyatakan bahwa akar tanaman jagung terdiri dari bahwa bagian-bagian jaringan terdiri dari epidermis, korteks, floem, xylem, palisade, empulur, endodermis.

    3.2.2    Jaringan Tumbuhan Dikotil

                Hasil pengamatan pada praktikum acara Pengenalan Sel dan Jaringan ditampilkan pada Ilustrasi 4. Data yang ditampilkan merupakan preparat awetan batang bunga sepatu perbesaran 100 x (sisikiri) dan gambar pembanding( sisikanan) (Campbell et al, 2003)



    Description: C:\Users\Stefanus Aditiya S\AppData\Local\Microsoft\Windows\Temporary Internet Files\Content.Word\1474587448524.jpg 

    Ilustrasi 4. Pengamatan Jaringan Dikotil

                Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan, pada preparat awetan jaringan dikotil Hibiscus rosa-sinensis L menunjukkan bahwa Jaringan dikotil memiliki struktur yang lebih kompleks dan rapi serta memiliki endodermis, floem dan xilem. Hal ini sesuai dengan pendapat Campbell et al. (2003) yang menyatakan bahwa pada batang dikotil yang tampak yaitu epidermis, korteks, dan endodermis, floem dan xylem. Perbedaan susunan monokotil dan dikotil terletak pada letak jaringan pembuluh angkut. Keberadaan empelur pada anatomi akar tumbuhan muda semakin menunjukkan bahwa tumbuhan tersebut adalah tumbuhan dikotil. Hal ini sesuai pendapat dari Ferdinan dan Ariebowo (2007) yang menyampaikan bahwa pada tumbuhan dikotil memiliki ikatan pembuluh angkut,  anatomi akar muda, dan akar tua yang berbeda. Dimana ditemukannya empelur pada akar muda dan sebaliknya pada akar tua

    BAB IV

    SIMPULAN

    4.1       Kesimpulan

                Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa organel pada sel hewan meliputi membran sel, sitoplasma, nukleus. Organel pada sel tumbuhan meliputi dinding sel, membrane sel, sitoplasma, inti sel. Perbedaan sel hewan dan sel tumbuhan yaitu sel hewan tidak memiliki dinding sel sedangkan sel tumbuhan memiliki dinding sel, vakuola sel tumbuhan lebih besar daripada sel hewan. Perbedaan antara jaringan tumbuhan dikotil dan tumbuhan monokotil yaitu pada letak dan bentuk pembuluh angkut, pada jaringan tumbuhan monokotil pembuluh angkut letaknya tersebar sedangkan pada tumbuhan dikotil tersusun lebih rapi.

    4.2       Saran

                Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan sebaiknya dalam melakukan praktikum ini, sayatan preparat harus setipis mungkin agar hasil pengamatan terlihat dengan jelas dan baik.

    DAFTAR PUSTAKA

    Aloysius, S dan Sukirman. 2008. Biology. Yudhistira, Jakarta.

    Campbell, N. A., J. B. Reece dan L. G. Mitchell. 2003. Biologi Jilid 2 Edisi 5. Erlangga, Jakarta.

    Campbell, N. A., J. B. Reece dan L. G. Mitchell. 2002. Biologi Jilid 1 Edisi kelima. Erlangga, Jakarta.

    Campbell, N. A., J. B. Reece dan L. G. Mitchell. 2008. Biologi Jilid 1 Edisi 8. Erlangga, Jakarta.

    Fawcett, Don W. 2002. Buku ajar Histologi.  EGC, Jakarta.

    Ferdinand, F. dan M. Ariebowo. 2007. Praktis Belajar Biologi. Visindo, Jakarta.

    Godam. 2008. Gen dan kromosomTarsito, Bandung.

    Pratiwi, D. A. A. 2006. Biologi. Erlangga, Jakarta.

    Sudjadi, B. 2006. Biologi. Yudhistira, Jakarta.

    Sugiharto, T. Yudiarti, E. Widiastuti., dan Isroli. 2011. Buku Ajar Biologi. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

    Sumadi dan A. Marianti. 2007. Biologi Sel. Graha Ilmu, Yogyakarta.

    Winarti, S dan A.Firdaus. 2010. Stabilitas warna merah ekstrak bunga rosella untuk pewarna makanan dan minuman. Jurnal Teknologi Pertanian. Volume 11 (2). 87 – 88

  • Makalah Fisika Gelombang

    Makalah fisika gelombang adalah makalah yang bertujuan menjelaskan tentang fenomena gelombang.

    Gelombang

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Gelombang adalah getaran yang merambat, baik melalui medium ataupun tidak melalui medium. Perambatan gelombang ada yang memerlukan medium, seperti gelombang tali melalui tali dan ada pula yang tidak memerlukan medium yang berarti bahwa gelombang tersebut dapat merambat melalui vakum ( hampa udara ) , seperti gelombang listrik magnet dapat merambat dalam vakum. Perambatan gelombang dalam medium tidak diikuti oleh perambatan media, tapi partikel-partikel mediumnya akan bergetar.

    Perumusan matematika suatu gelombang dapat diturunkan dengan peninjauan penjalaran suatu pulsa. Dilihat dari ketentuan pengulangan bentuk, gelombang dibagi atas gelombang periodik dan gelombang non periodik. Berdasarkan sumber getarnya, tanpa disertai dengan medium perantaranya, gelombang dapat diklasifikasikan dalam dua kategori, yaitu gelombang mekanik dan gelombang elektromagnetik.

    Gelombang mekanik adalah sesuatu yang dapat dibentuk dan dirambatkan dalam zat perantara bahan elastis. Sebagai contoh khusus diantaranya adalah gelombang bunyi dalam gas, dalam zat cair dan dalam zat padat. Gelombang Elektromagnetik perambatan secara transversal antara medan listrik dan medan magnet ke segala arah.

    Gelombang didefinisikan sebagai energi getaran yang merambat. Dalam kehidupan sehari-hari banyak orang berfikir bahwa yang merambat dalam gelombang adalah getarannya atau partikelnya, hal ini sedikit tidak benar karena yang merambat dalam gelombang adalah energi yang dipunyai getaran tersebut. Dari sini timbul benarkan medium yang digunakan gelombang tidak ikut merambat? Padahal pada kenyataannya terjadi aliran air di laut yang luas. Menurut aliran air dilaut itu tidak disebabkab oleh gelombang tetapi lebih disebabkan oleh perbedaan suhu pada air laut.

    Tapi mungkin juga akan terjadi perpindahan partikel medium, ketika gelombang melalui medium zat gas yang ikatan antar partikelnya sangat lemah maka sangat dimungkinkan partikel udara tersebut berpindah posisi karena terkena energi gelombang. Walau perpindahan partikelnya tidak akan bisa jauh tetapi sudah bisa dikatakan bahwa partikel medium ikut berpindah.

    B. Rumusan Masalah

    Dari berbagai ulasan yang tertera di latar belakang masalah makalah ini, maka dapat diambil beberapa rumusan masalah yaitu :

    1. Apa yang dimaksud dengan gelombang?
    2. Apa saja macam macam gelombang?
    3. Apa saja sifat-sifat gelombang?
    4. Hal-hal yang berkaitan dengan gelombang?
    5. Rumus-rumus dalam gelombang?

    C. Tujuan        

    Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan gelombang, macam-macam gelombang, sifat-sifat gelombang, rumus-rumus yang berkaitan dengan gelombang, dan hal-hal yang berkaitan dengan gelombang gelombang dalam kehidupan sehari-hari.

    Bab II. Pembahasan

    A. Pengertian Gelombang

    Gelombang adalah suatu getaran yang merambat, dalam perambatannya gelombang membawa energi. Dengan kata lain, gelombang merupakan getaran yang merambat dan getaran sendiri merupakan sumber gelombang. Jadi, gelombang adalah getaran yang merambat dan gelombang yang bergerak akan merambatkan energi (tenaga). Gelombang juga dapat diatikan sebagai bentuk dari getaran yang merambat pada suatu medium.

    Pada gelombang yang merambat adalah gelombangnya, bukan zat medium perantaranya. Satu gelombang dapat dilihat panjangnya dengan menghitung jarak antara lembah dan bukit (gelombang tranversal) atau menhitung jarak antara satu rapatan dengan satu renggangan (gelombang longitudinal). Cepat rambat gelombang adalah jarak yang ditempuh oleh gelombang dalam waktu satu detik.Gelombang laut Gelombang  laut merupakan salah satu contoh gelombang yang sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Selain gelombang laut, masih terdapat banyak contoh lainnya. Gelombang yang merambat sepanjang tali yang terentang lurus bila Anda menggerakan tali naik turun. Ketika kita berbicara mengenai gelombang, kita tidak bisa mengabaikan getaran. Ketika kita  melempar batu ke dalam genangan air yang tenang, gangguan yang kita berikan menyebabkan partikel air bergetar atau berosilasi terhadap titik setimbangnya.

    Perambatan getaran pada air menyebabkan adanya gelombang pada genangan air tadi. Jika kita menggetarkan ujung tali yang terentang, maka gelombang akan merambat sepanjang tali tersebut. Gelombang tali dan gelombang air adalah dua contoh umum gelombang yang mudah kita saksikan dalam kehidupan sehari-hari.Ketika kita melihat gelombang pada genangan air, seolah-olah tampak bahwa gelombang tersebut membawa air keluar dari pusat lingkaran. Demikian pula, ketika Kita menyaksikan gelombang laut bergerak ke pantai, mungkin Kita berpikir bahwa gelombang membawa air laut menuju ke pantai. Kenyataannya bukan seperti itu. Sebenarnya yang Kita saksikan adalah setiap partikel air tersebut berosilasi (bergerak naik turun) terhadap titik setimbangnya. Hal ini berarti bahwa gelombang tidak memindahkan air tersebut. Kalau gelombang memindahkan air, maka benda yang terapung juga ikut bepindah. Jadi, air hanya berfungsi sebagai medium bagi gelombang untuk merambat. Misalnya ketika Kita mandi di air laut, kita akan merasa terhempas ketika diterpa gelombang laut.

    Hal ini terjadi karena setiap gelombang selalu membawa energi dari satu tempat ke tempat yang lain. Ketika mandi di laut, tubuh kita terhempas ketika diterpa gelombang laut karena terdapat energi pada gelombang laut. Energi yang terdapat pada gelombang laut bisa bersumber dari angin dan lainnya.

    B. Jenis-jenis Gelombang

    Gelombang dapat dibedakan berdasarkan dua pendekatan yakni berdasarkan bentuk rambatan dan berdasarkan kebutuhan medium rambatnya.

    1. Arah Rambatan : Gelombang Trasnversal dan Longitudinal
    2. Medium : Gelombang Mekanik dan Elektromagnetik.
    1. Gelombang mekanik.

    Gelombang mekanik merupakan gelombang yang merambat pada suatu medium sebagai media perambatannya. Gelombang jenis ini tidak dapat merambat jika tidak ada medium sebagai perantara gelombang. Contoh gelombang mekanik diantaranya gelombang pada tali, gelombang pada permukaan air, dan gelombang bunyi. Gelombang pada tali merambat dengan tali sebagai media perambatannya. Gelombang pada permukaan air merambat dengan air sebagai media perambatannya. Gelombang bunyi dapat merambat melalui udara, zat padat, atau zat cair sebagai media perambatannya.

    Ada beberapa sifat gelombang mekanik, diantaranya:

    • Perambatan getaran di suatu medium mempunyai kelajuan tertentu yang dinamakan cepat rambat gelombang. Kelajuan atau cepat rambat gelombang ini sangat ditentukan oleh sifat mekanik medium.
    • Partikel dari medium tidak merambat melalui ruang-ruang di medium, tetapi partikel medium bergerak bolak-balik atau turun naik terhadap posisi kesetimbangan partikel tersebut.
    • Gelombang menyalurkan energi dari satu ruang ke ruang lain di dalam medium. Gelombang memindahkan energi, bukan memindahkan partikel.

    2.      Gelombang elektromagnetik.

         Gelombang elektromagnetik merupakan gelombang yang merambat tanpa memerlukan suatu medium sebagai media perambatannya. Oleh karena gelombang elektromagnetik dapat merambat tanpa memerlukan adanya media perambatan, gelombang ini dapat merambat melalui ruang hampa. Contoh gelombang elektromagnetik adalah gelombang cahaya, gelombang radio, radiasi infra merah, radiasi ultraviolet, sinar-X, dan sinar gamma. Itulah sebabnya cahaya matahari mampu sampai ke permukaan bumi, meskipun melewati ruang hampa.

    Susunan semua bentuk gelombang elektromagnetik berdasarkan panjang gelombang dan frekuensinya disebut spektrum elektromagnetik. Gambar spectrum elektromagnetik di bawah disusun berdasarkan panjang gelombang (diukur dalam satuan _m) mencakup kisaran energi yang sangat rendah, dengan panjang gelombang tinggi dan frekuensi rendah, seperti gelombang radio sampai ke energi yang sangat tinggi, dengan panjang gelombang rendah dan frekuensi tinggi seperti radiasi X-ray dan Gamma Ray.

    Contoh spektrum elektromagnetik

    1.      Gelombang Radio

    Gelombang radio dikelompokkan menurut panjang gelombang atau frekuensinya. Jika panjang gelombang tinggi, maka pasti frekuensinya rendah atau sebaliknya. Frekuensi gelombang radio mulai dari 30 kHz ke atas dan dikelompokkan berdasarkan lebar frekuensinya. Gelombang radio dihasilkan oleh muatan-muatan listrik yang dipercepat melalui kawat-kawat penghantar. Muatan-muatan ini dibangkitkan oleh rangkaian elektronika yang disebut osilator. Gelombang radio ini dipancarkan dari antena dan diterima oleh antena pula. Kamu tidak dapat mendengar radio secara langsung, tetapi penerima radio akan mengubah terlebih dahulu energi gelombang menjadi energi bunyi.

    2.      Gelombang mikro

    Gelombang mikro (mikrowaves) adalah gelombang radio dengan frekuensi paling tinggi yaitu diatas 3 GHz. Jika gelombang mikro diserap oleh sebuah benda, maka akan muncul efek pemanasan pada benda itu. Jika makanan menyerap radiasi gelombang mikro, maka makanan menjadi panas dalam selang waktu yang sangat singkat. Proses inilah yang dimanfaatkan dalam microwave oven untuk memasak makanan dengan cepat dan ekonomis. Gelombang mikro juga dimanfaatkan pada pesawat RADAR (Radio Detection and Ranging) RADAR berarti mencari dan menentukan jejak sebuah benda dengan menggunakan gelombang mikro. Pesawat radar memanfaatkan sifat pemantulan gelombang mikro. Karena cepat rambat glombang elektromagnetik c = 3 X 108 m/s, maka dengan mengamati selang waktu antara pemancaran dengan penerimaan.

    3.      Sinar Inframerah

    Sinar inframerah meliputi daerah frekuensi 1011Hz sampai 1014 Hz atau daerah panjang gelombang 10-4 cm sampai 10-1 cm. jika kamu memeriksa spektrum yang dihasilkan oleh sebuah lampu pijar dengan detektor yang dihubungkan pada miliampermeter, maka jarum ampermeter sedikit diatas ujung spektrum merah. Sinar yang tidak dilihat tetapi dapat dideteksi di atas spektrum merah itu disebut radiasi inframerah.

    Sinar infamerah dihasilkan oleh elektron dalam molekul-molekul yang bergetar karena benda diipanaskan. Jadi setiap benda panas pasti memancarkan sinar inframerah. Jumlah sinar inframerah yang dipancarkan bergantung pada suhu dan warna benda. 

    4.      Cahaya tampak

    Cahaya tampak sebagai radiasi elektromagnetik yang paling dikenal oleh kita dapat didefinisikan sebagai bagian dari spektrum gelombang elektromagnetik yang dapat dideteksi oleh mata manusia. Panjang gelombang tampak nervariasi tergantung warnanya mulai dari panjang gelombang kira-kira 4 x 10-7 m untuk cahaya violet (ungu) sampai 7x 10-7 m untuk cahaya merah. Kegunaan cahaya salah satunya adlah penggunaan laser dalam serat optik pada bidang telekomunikasi dan kedokteran.

    5.      Sinar ultraviolet 

    Sinar ultraviolet mempunyai frekuensi dalam daerah 1015 Hz sampai 1016 Hz atau dalam daerah panjang gelombagn 10-8 m 10-7 m. gelombang ini dihasilkan oleh atom dan molekul dalam nyala listrik. Matahari adalah sumber utama yang memancarkan sinar ultraviolet dipermukaan bumi,lapisan ozon yang ada dalam lapisan atas atmosferlah yang berfungsi menyerap sinar ultraviolet dan meneruskan sinar ultraviolet yang tidak membahayakan kehidupan makluk hidup di bumi.

         6.      Sinar X 

    Sinar X mempunyai frekuensi antara 10 Hz sampai 10 Hz . panjang gelombangnya sangat pendek yaitu 10 cm sampai 10 cm. meskipun seperti itu tapi sinar X mempunyai daya tembus kuat, dapat menembus buku tebal, kayu tebal beberapa sentimeter dan pelat aluminium setebal 1 cm.

    7.      Sinar Gamma

    Sinar gamma mempunyai frekuensi antara 10 Hz sampai 10 Hz atau panjang gelombang antara 10 cm sampai 10 cm. Daya tembus paling besar, yang menyebabkan efek yang serius jika diserap oleh jaringan tubuh. 

    Berdasarkan arah rambatnya gelombang dibedakan menjadi 2, yaitu:

    1.      Gelombang    transversal

    Pada saat kamu menggetarkan slinki ke arah samping, ternyata arah rambat gelombangnya ke depan, tegak lurus arah rambatnya. Gelombang seperti ini disebut gelombang transversal. Jadi, gelombang transversal adalah gelombang yang arah getarnya tegak lurus terhadap arah rambatannya. Contoh lain dari gelombang transversal adalah gelombang pada permukaan air, dan semua gelombang elektromagnetik, seperti gelombang cahaya, gelombang radio, ataupun gelombang radar.
    Sumber getaran untuk gelombang air berada pada tempat batu jatuh sehingga gelombang menyebar ke segala arah. Dari gambar tersebut tampak bahwa semakin jauh dari sumber, gelombang semakin kecil. Hal tersebut disebabkan energi yang dirambatkan semakin berkuran

    2. Gelombang Longitudinal

    Gelombang transversal merupakan gelombang yang arah getarnya tegak lurus dengan arah rambatan. Bagaimanakah arah getar pada gelombang longitudinal?
    Pada saat kamu mendorong slinki searah dengan panjangnya, gelombang akan merambat ke arah temanmu berbentuk rapatan dan renggangan. Jika kamu perhatikan, arah rambat dan arah getarnya ternyata searah. Gelombang seperti itu disebut gelombang longitudinal. Jadi, gelombang longitudinal adalah gelombang yang arah getarnya sejajar dengan arah rambatannya.
    Gelombang bunyi dan gelombang pada gas yang ditempatkan di dalam tabung tertutup merupakan contoh gelombang longitudinal. Pernahkah kamu memompa ban sepeda atau menggunakan alat suntik mainan? Pada saat kamu menggunakan pompa, kamu mendorong atau menekan alat tersebut. Partikel-partikel gas dalam pompa membentuk pola rapatan dan renggangan sehingga mendorong udara keluar.

    Berdasarkan amplitudonya:

    1.       Gelombang berjalan  gelombang yang amplitudonya tetap pada titik yang dilewati    gelombang. Misalnya gelombang pada tali.

    2.      Gelombang stasioner  gelombang yang amplitudonya tidak tetap pada titik yang dilewatinya, yang terbentuk dari interferensi dua buah gelombang datang dan pantul yang masing-masing memiliki frekuensi dan amplitudo sama tetapi fasenya berlawanan. Misalnya gelombang pada senar gitar yang di petik.

    9

    C.    Sifat-sifat Gelombang

    Sifat-sifat fisis gelombang meliputi:

    1.      Pemantulan gelombang, adalah pembelokan arah rambat gelombang karena mengenai bisang batas medium yang berbeda. Gelombang pantul memiliki arah yang berlawanan dengan gelombang datang namun mesih berada pada medium yang sama.

    2.      Pembiasan gelombang, adalah pembelokan arah rambat gelombang dari daerah dakam ke daerah dangkal. Pada peristiwa pembiasan frekuensi gelombang selalu tetap, tapi panjang gelombang dan cepat rambatnya mengalami perubahan.

    3.  Polarisasi gelombang, adalah perubahan arah rambat gelombang setelah melewati medium polaroid. Polarisasi hanya dapat terjadi pada gelombang transversal. Cahaya tak terpolarisasi adalah cahaya murni yang getarannya ke segala arah. Cahaya mengalami polarisasi linear ketika cahaya melewati polaroid menyebabkan arah perambatan selalu sama.

    4.  Dispersi gelombang, adalah perubahan bentuk gelombang ketika gelombang merambat melalui suatu medium. Contoh yaitu terurainya gelombang cahaya putih (polikromatis) menjadi warna-warna pelangi ketika melalui prisma kaca. Gelombang yang dapat mempertahankan bentuknya dalam medium non dispersi disebut gelombang nondispersi. Contoh medium nondispersi adalah udara.

    5.  Difraksi gelombang, adalah penyebaran arah rambat gelombang ketika melewati celah yang sempit. Ketika gelombang masuk ke celah yang sempit, maka tiap titik pada celah berperan sebagai sumber gelombang baru dengan arah rambat radial.

    6.   Interferensi gelombang, adalah pengaruh yang ditimbulkan oleh gelombang hasil superposisi. Jika kedua gelombang yang dipadu memiliki fase yang sama, maka akan dihasilkan gelombang yang saling memperkuat (interferensi konstruktif). Jika gelombang yang dipadu memiliki fase yang berlawanan, maka akan dihasilkan gelombang yang saling melemahkan (interferensi destruktif).

                                                                                  10

    D. Hal-hal yang berkitan dengan gelombang

    1.      Panjang gelombang

    Kamu sudah mengetahui bahwa pola gelombang transversal berbentuk bukit dan lembah

    gelombang

    Sedangkan pola gelombang longitudinal berbentuk rapatan dan renggangan. Panjang satu bukit dan satu lembah atau satu rapatan dan satu renggangan didefinisikan sebagai panjang satu gelombang. Pada pembahasan tentang getaran kamu sudah mengetahui tentang periode getaran.
    Besaran tersebut identik dengan periode gelombang. Periode gelombang adalah waktu yang dibutuhkan untuk menempuh satu panjang gelombang. Jadi, satu gelombang dapat didefinisikan sebagai yang ditempuh panjang satu periode. Panjang gelombang dilambangkan dengan lamda. Satuan panjang gelombang dalam SI adalah meter (m). Marilah kita pelajari panjang gelombang transversal dan panjang gelombang longitudinal.

    Ø   Panjang Gelombang Transversal

     Jika kamu menggerakkan slinki tegak lurus dengan arah panjangnya, terbentuklah bukit      dan  lembah gelombang. Pola tersebut adalah pola gelombang transversal. Bukit gelombang adalah lengkungan a-b-c sedangkan lembah gelombang adalah lengkungan c-d-e. Titik b disebut puncak gelombang dan titik d disebut dasar gelombang. Kedua titik ini disebut juga perut gelombang. Adapun titik a, c, atau e disebut simpul gelombang. Satu panjang gelombang transversal terdiri atas satu bukit dan satu lembah gelombang. Jadi, satu gelombang adalah lengkungan a-b-c-d-e atau b-c-d-e-f. Satu gelombang sama dengan jarak dari a ke e atau jarak b ke f. Amplitudo gelombang adalah jarak b-b’ atau jarak d-d’. Kamu dapat menyebutkan panjang gelombang yang lain, yaitu jarak f-j atau jarak i-m.

    Ø   Panjang Gelombang Longitudinal

    Jika kamu menggerakkan slinki searah dengan panjangnya dengan cara mendorong dan menariknya, akan terbentuk pola-pola gelombang. Satu panjang gelombang adalah jarak antara satu rapatan dan satu renggangan atau jarak dari ujung renggangan sampai ke ujung renggangan

    2.      Cepat rambat gelombang

    Gelombang yang merambat dari ujung satu ke ujung yang lain memiliki kecepatan tertentu, dengan menempuh jarak tertentu dalam waktu tertentu pula. Dengan demikian, secara matematis, hal itu dituliskan sebagai berikut.

                                                                                  11

    3.      Pemantulan gelombang

    Pada saat kamu berteriak di lereng sebuah bukit, kamu akan mendengar suaramu kembali setelah beberapa saat. Hal ini membuktikan bahwa bunyi dapat dipantulkan. Bunyi merupakan salah satu contoh gelombang mekanik.Berdasarkan uraian sebelumnya dan dari hasil diskusimu, dapat disimpulkan bahwa salah satu sifat gelombang adalah dapat dipantulkan. Dalam kehidupan sehari-hari, kamu sering melihat pemantulan gelombang air kolam oleh dinding kolam, ataupun gelombang ombak laut oleh pinggir pantai. Dapat diterimanya gelombang radio dari stasiun pemancar yang sedemikian jauh juga menunjukkan bahwa gelombang radio dapat dipantulkan atmosfer bumi.Sebuah gelombang merambat pada tali, jika ujung tali diikat pada suatu penopang, gelombang yang mencapai ujung tetap tersebut memberikan gaya ke atas pada penopang. Penopang memberikan gaya yang sama tetapi berlawanan arah ke bawah pada tali. Gaya ke bawah pada tali inilah yang membangkitkan gelombang pantulan yang terbalik. Ujung yang bebas tidak ditahan oleh sebuh penopang. Gelombang cenderung melampaui batas. Ujung yang melampaui batas memberikan tarikan ke atas pada tali dan inilah yang membangkitan gelombang pantulan yang tidak terbalik.

    4.      Superposisi dua gelombang

    Apabila dua gelombang atau lebih merambat pada medium yang sama. Maka, gelombang-gelombang tersebut akan datang di suatu titik pada saat yang sama sehingga terjadilah superposisi gelombang. Artinya, simpangan gelombang-gelombang tersebut di tiap titik dapat dijumlahkan sehingga akan menghasilkan sebuah gelombang baru. Jika dua atau beberapa buah gelombang melewati sebuah medium maka persamaan gelombang resultannya adalah jumlahan dari persamaan gelombang-gelombang tersebut disebut sebagai superposisi gelombang. Hasil superposisi dua gelombang atau lebih akan menghasilkan interferensi konstruktif (positif) atau interferensi destruktif (negatif).

                                                                                 12

    Persamaan

    angka 2 adalah amplitudo superposisi gelombang. Amplitudo menjadi dua kali lipat, hal ini menunjukkan bahwa setelah bergabung, kedua gelombang saling menguatkan menghasilkan interferensi positif (konstruktif).

    Interferensi positif (konstruktif) beda fase keduanya 0°

    Interferensi negative (destruuktif) beda fase keduanya 180°

    Interferensi dengan beda fase keduanya 60°


    Persamaan gelombang:

    Keterangan:

    • A: amplitudo (m)
    • f: frekuensi (Hz)
    •  \lambda : panjang gelombang (m).

    13

    BAB III

    PENUTUP

    A.   Kesimpulan

    1. Gelombang didefinisikan sebagai energi getaran yang merambat. Dalam kehidupan sehari-hari banyak orang berfikir bahwa yang merambat dalam gelombang adalah getarannya atau partikelnya, hal ini sedikit tidak benar karena yang merambat dalam gelombang adalah energi yang dipunyai getaran tersebut.

    2.  Jenis-Jenis Gelombang

    a. Gelombang berdasarkan  mediumnya dibedakan menjadi 2 macam yaitu

    1. Gelombang mekanik yaitu gelombang yang dalam perambatannya membutuhkan medium. Contoh gelombang mekanik adalah gelombang bunyi.

    2. Gelombang elektromagnetik yaitu gelombang yang dalam perambatannya tidak membutuhkan medium. Contoh gelombang elekromagnetik adalah gelombang cahaya.

    b.  Gelombang berdasarkan arah rambatnya dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :

    1. Gelombang Longitudinal adalah gelombang yang arah rambatnya sejajar dengan arah getarnya. Contohnya adalah gelombang bunyi.

    2. Gelombang Transversal adalah gelombang yang arah rambatnya tegak lurus denganarah getarnya. Contohnya gelombang cahaya.

    B.     Saran

    Adapun saran kami sebagai penulis adalah sebagi berikut :

    1. Diharapkan pada  pembaca dapa  memberikan kritikdan saran  membangun bagi penulis.

    2. Kritik dan saran kepada pembaca apabila ada kekurangan didalam makalah kami demi kesempurnaan makalah ini.

                                                                                  14

    DAFTAR PUSTAKA

    Beiser, Arthur. 1999. Konsep Fisika Modern (terjemahan). Jakarta: Erlangga.

    Budikase, E, dkk, 1987. Fisika Untuk SMU . Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

    http: //en.wikipedia.org/wikihttp: //www.chem-is-try.org/?sect=artikel&ext=35

    http://www.infonuklir.com/tips/tipskes.htmhttp: //zaki.web.ugm.ac.id/webIk Gie, Tan dkk. 1999.

  • Laporan Praktikum Pengamatan Mikroorganisme

    Pengamatan Mikroorganisme

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Mikrobiologi merupakan cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang mikroba yang tak kasat mata. Mikroba yang mencangkup bermacam-macam kelompok organisme mikroskopik yang terdapat sebagai sel tunggal maupun kelompok sel bakteri, alga ,protozoa, fungi mikroskopik.

    Bentuk umum mikroorganisme terdiri dari satu sel (uniseluler) seperti pada bakteri, yeast dan mikroalga. Bentuk lain bisa berupa filamen atau benang yaitu rangkaian sel yang terdiri dari dua atau lebih yang menyambung seperti rantai. Bentuk benang pada umumnya terdapat pada fungi (jamur benang) dan mikro alga. Bentuk filamen pada kenyataannya dapat berupa filamen semu dan filamen sejati, filamen semu kalau hubungan antara sel satu dengan lainnya tidak menyatu, seperti pada yest dan streptomcyes. Filamen sejati jika hubungan antar sel satu dengan sel lainnya menyatu, baik hubungan secara fisiologis ( fungsi sel), seperti yang ada pada jamur benang dan mikroba benang. Bentuk lain yang perlu diperhatikan adalah koloni dan jaringan semu.

    B. Maksud dan Tujuan

    Maksud dan tujuan praktikum pada kali ini adalah:

    1. Mengamati struktur bakteri dan membandingkannya sengan struktur khamir.
    2. Mengamati struktur khamir (fungi uniseluler) dan membandingkannya dengan kapang.
    3. Mengamati dan membandingkan struktur kapang dari roti dan tempe.
    4. Mengamati struktur dari Protista.

    Bab II. Kajian Pustaka

    A. Pengertian Mikroba

    Jasad hidup yang ukurannya kecil sering kali di sebut mikroba atau mikroorganisme atau jasad renik. Jasad renik disebut sebagai mikroba bukan hanya karena ukurannya yang kecil, sehingga sukar dilihat dengan mata biasa, tetapi pengatur kehidupannya juga sederhana dibanding jasad tingkat tinggi. Mata biasa tidak bisa melihat jasad yang ukurannya kurang dari 0,1 mm. Ukuran mikroba biasnya dinyatakan dalam mikron, 1 mikron adalah 0,01 mm. Sel mikroba umumnya hanya dapat dilihat dengn alat pembesar atau mikroskop, walaupun demikian ada mikroba yang berukuran besar sehingga dapat dilihat tanpa alat pembesaran.

    B. Penggolongan Mikroba diatara Jasad Hidup

    Secara klasik jasad hidup digolongkan menjadi dunia tumbuhan (plantae) dan dunia binatang (animalia). Jasad hidup yang ukurannya besar dengan mudah dapat di golongkan ke dalam plantae atau animalia, tetapi mikroba yang ukuranya sangat kecil ini sulit untuk digolongkan kedalam plantae atau animalia. Selain karena ukurannya sulitnya penggolongan juga disebabkan adanya mikroba yang mempunyai sifat antara plantae dan animalia. Menurut teori evolusi, setiap jasad berkembang menuju ke sifat-sifat plantae dan animalia. Hal ini digambrkan sebagai pengelompokkan jasad berturut-turut Haeckel, Whittaker dan Woese.

    Berdasarkan perbedaan organisme selnya Haeckel membedakan dunia tumbuhan (plantae) dan dunia binatang (animalia), dengan protista. Protista untuk menampung jasad yang tidak dapat dimasukkan pada golongan plantae dan animalia, protista terdiri dari algae atau ganggang, protozoa, jamur atau fungi dan bakteri yang mempunyai sifat multiseluler tanpa diferensiasi jaringan. Wittaker membagi jasad hidup menjadi tiga tingkat perkembangan yaitu: (1) jasad prokariotik yaitu bakteri dan ganggang biru (Divisi Monera), (2) jasad eukoriotik uniseluler (Divisio Protista), (3) jasad eukariotik multiseluler dan multinukleat yaitu divisio fungi, divisio plantae dan divisio animalia, sedangkan Woese menggolongkan jasad hidup terutama berdasarkan susunan kimia makro molekul yang terdapat sidalam sel. Pembagiannya yaitu terdiri Arkhaebakteria, Eukaryota (Protozoa, Fungi, Tumbuhan dan Binatang) dan Eubakteria.

    C. Ciri Umum Mikroba

    Mikroba dialam secara umum berperan sebagai produsen, konsumen maupun redusen. Jasad produsen menghasilkan bahan organik dan b ahan anorganik dengan energi sinar matahari , mikroba yang berperan sebagai produsen adalah algae dan bakteri fotosintetik. Jasad konsumen menggunakan bahan organik yang dihasilkan oleh produsen. Contoh mikroba konsumen adalah protozoa. Jasad redusen mengurai bahan organik dan sisa-sisa jasad hidup yang mati menjadi unsur-unsur kimia. Seperti mikroba bakteri dan fungi (jamur).  Sel mikroba yang ukurannya sangat kecil ini erupakan suatu struktur biologi, banyakmikroba yang terdiri dari satu sel (uiseluler), sehingga semua tugas kehidupannya dibebnkan pada sel itu. Mikroba juga ada yang mempunyai banyak sel (multiseluler). Pada jasad mutiseluler umumnya sudah terdapat pembagian tugas diantara sel atau kelompok selnya, walaupun organisasi selnya belum sempurna.

    D. Peran Mikroba Bagi Manusia

    Bakterium atau bakteria adalah kelompok mikroorganisme yang tidak memiliki membran inti sel. Organisme ini termasuk dalam prokariotik dan berukuran sangat kecil. Maka dari pada itu ada peran mikroba yang baik dan jahat/buruk (merugikan), peran mikroba yang merugikan contohnya Streptococcus pneumonia penyebab peneumonia dan Corynebacterium diphtheria penyebab dipteri, penyebap pembusukan makanan (Spoilage). Mikroba juga mempunyai peran yang baik atau menguntungkan seperti pada bidang pertanian dimana mikroba dapat digunakan untuk peningkatan keseburan tanah melalui fiksasi N2.

    Bab III. Metode Praktikum

    A. Alat dan Fungsinya

    AlatFungsi
    MikroskopMengamati benda yang tak kast mata
    Glass dan cover glassMedia pengamatan (tempat preparat)
    Pipet tetesUntuk meneteskan aquades ke glass dan mengambil susu fermentasi
    Jarum inokulumSebagai alat pembantu mengambil objek
    SpatulaSebagai alat pembantu mengambil objek
    Kain lap/tissueUntuk membersikan mikroskop dan glass

    B. Bahan dan Fungsinya

    BahanFungsi
    Susu fermentasiSebagai objek pengamatan bakteri
    Daging busukSebagai objek pengamatan protista
    Tomat BusukSebagai objek pengamatan fungi
    Ragi tapeSebagai objek pengamatan struktur fungi
    Roti berjamurSebagai objek pengamatan fungi
    Tempe yang agak hitamSebagai objek pengamatan fungi
    Air rendaman jeramiSebagai objek pengamatan protista
    AquadesSebagi bahn bantu pembuatan preparat basah
    Metilen blueSebagai pewarna bakteri

    C. Cara Kerja

    1. Mengamati bakteri pada susu fermentasi dan buah busuk
    1. Susu fermentasi diambil menggunakan pipet tetes.
    2. Susu fermentasi yang berada di pipet diteteskan pada glass yang bersih dan tetesi 1 tetes metilen blue, kemudian tutup menggunakan cover glass.
    3. Bakteri pada susu fermentasi diamati menggunakan mikroskop dan catat hasilnya.
    4. Setelah selesai glass dibersihkan dan diganti dengan objek lain yaitu daging busuk.
    5. Lendir atau cairan pada daging busuk diambil sedikit menggunakan spatula dan letakkan pada glass yang bersih.
    6. Tetesi aquades sedikit dan ditutup menggunakan cover glass.
    7. Preparat yang telah dibuat diamati menggunakan mikroskop dan catat hasilnya.
    2. Mengamati khamir pada ragi tape dan tomat busuk
    1. Ragi tape diambil menggunakan jarum inokulum dan spatula agar steril dan diletakkan pada glass yang bersih.
    2. Ragi pada glss ditetesi aquades sedikit serta tutup menggunakan cover glass.
    3. Menggunakan mikroskop amati preparat yang telah dibuat dan catat hasilnya.
    4. Setelah selesai bersihkan glass dan dianti menggunakan tomat busuk, bagian buah tomat busuk diambil menggunakan jarum inokulum atau spatula dan diletakkan pada glass.
    5. Bagian tomat busuk yang telah diambil ditetesi menggunakan aquades dan tutup dengan glss cover.
    6. Menggunakan mikroskop preparat yang telah dibuat diamati dan catat hasilnya.  
    3. Membandingkan jamur pada roti dan jamur pada tempe
    1. Tempe diambil sedikit dengan cara menyayatnya sedikit atua bisa menggunakan jarum inokulum dan spatulayang bersih.
    2. Setelah terambil tembe diletakkan di glass dan ditetesi aquades sedikit serta tutup menggunakan cover glass.
    3. Menggunakan mikroskopamati preparat yang telah dibuat dan catat hasilnya.
    4. Cara 1 sampai 3 diulangi lagi tetapi menggunakan objek yaitu roti yang berjamur.
    4. Mengamati protista pada air rendaman jerami dan air selokan
    1. Objek glass yang bersih ditetesi dengan air rendaman jerami kemudian ditutup menggunakan cover glass.
    2. Menggunakan mikroskop amati preparat yang telah dibuat dan catat hasilnya.
    3. Langkah 1 dan 2 diulangi kembali dengan objek air selokan.

    Bab IV. Hasil dan Pembahasan

    A. Hasil

    Nama Preparat           : Susu Fermentasi

    Perbesaran                 : 10 x 100

    Nama Preparat           : Daging Busuk

    Perbesaran                 : 10 x 100

    Nama Preparat           : Ragi Tape

    Perbesaran                 : 10 x 40

    Nama Preparat           : Tomat Busuk

    Pembesaran               : 10 x 40

    Nama Preparat           : Jamur Roti

    Perbesaran                 : 10 x 40

    Nama Preparat           : Air Selokan/ Air Rendama Jerami

    Perbesaran                 : 10 x 40

    B. Pembahasan

    1. Protista

    Protista yang terdapat pada selokan termasuk pada kingdom protista dimana protista ini mirip dengan tumbuhan yang dinamaka algae. Dalam dunia tumbuhan ganggang termasuk kedalam dunia tallopyta (tumbuhan talus) karena belum mempunyai akar, batang dan daun sejati, alga juga mempunyai sat warna (pigmen)

               Fikosianin                    warna biru

               Klorofil                         Warna hijau

               Fikosantin                    warna perak/coklat

               Karoten                       warna keemasan

               Xantofil                        warna kekuningan

    Ganggang bersifat autotrof (dapat menyusun makannannya sendiri). Hampir semua ganggang bersifat eukariotik, habitatnya diair tawar, laut maupun tempat-tempat yang lembab .klasifikasi ganggang yaitu

    1. Cyanopyhta (ganggang biru)
    2. Cloropyhta (ganggang hijau)
    3. Chrysopyhta (ganggang keemasan)
    4. Pheophyta (ganggang coklat)
    5. Rhodophyta (ganggang merah)

    2.    Jamur Roti (Mucor sp) dan jamur tape (Rhzopus sp)

    Perbedaan terdapat pada genusnya, dimana pada jamur Mucor sp memiliki klasifikasi

               Kingdom          : Fungi

               Divisio             : Zgomycota

               Class               : Zgomycetes

               Ordo                : Mucorals

               Family             : Mucoraceae

               Genus             : Mucor

               Spesies           : Mucor sp

    Sedangkan pada jamur tempe (Rhizopus sp)

               Kingdom          : Fungi

               Divisio             : Zygomycota

               Class               : Zygomycetes

               Ordo                : Mucorales

               Family             : Mucoraceae

               Genus             : Rhizopus

               Spesies           : Rhizopus sp

               Pada jamur roti (Mucor sp) mempunyai ciri sebagai berikut: morfologi koloni hifa seperti benang putih, bagian tertentu nampak sporangium dan sporangiofor berupa titik hitam seperti jarum pentul, hifa tanpa sekat, tumbuh dengan cepat. Sedangkan jamur pada tempe (Rhizopus sp) memiliki ciri sebagai berikut koloni berwarna putih berangsur-angsur menjadi abu-abu stolo halus sedikit kasar dan tidak berwarna serta kuning coklat. Sporangiofora tumbuh dari stolon dan mengarah ke udara baik tunggal ataupun kelompok.

               Selama ini banya anggapan orang khamir adalah ragi, pengertian tersebut disebabkan orang tidak mengerti mendalam tentang mikroba. Ragi atau dalam bahasa inggris disebut starter, merupakan inokulum yang ditambahkan kedalam suatu substrat, sehingga substrat tersebut akan berubah atau mengalami fermentasi. Tape merupakan makanan tradisional yang sudah tak asing lagi. Tape dapat dibuat dari beras ketan atau dari singkong. Chlamydomucor oryzae merupakan sinonim dari Amylomyces, dan nama terakhir tersebut merupakan nama fibulager dan candadi laktosa merupakan sinonim dari Saccharomycopsis.

               Dari bakteri pembusukan pada daging dan tomat busuk terdapat makhluk hidup tak kasat mata di mana makhluk hidup tumbuh pada daging yang telah busuk dan pengamatan menggunakan mikroskop.

               Untuk pengamatan yogurt atau susu fermentasi dimana saat pengamatan ini tidak ditemukan bakteri dan dapat mempengaruhi hasil pengamatan dimana pengamatan menggunakan perbesaran 100x.

    V PENUTUP

    5.1   Kesimpulan

    Kesimpulan pada praktikum kali ini adalah mikroba yang mempunyai berbagai jenis, mulai dari yang ukurannya besar hingga ukurannya paling kecil. Mikroba juga dapat dibedakan, ada mikroba yang mirip dengan tumbuhan (algae) dan mikroba yang mirip dengan hewan ( animalis, protozoa). Mikroba yang berukuran besar masih mudah di amati menggunakan mikroskop biologi. Sedangkan yang ukurannya sangat kecil dapat digunakan mikroskop elektron.

    5.2   Saran

    Dalam melakukan penelitian hendaklah cermat dan dapat menangani masalah yang ditimbulkan dari kesalahan pengamatan dimikroskop. Pada praktium ini juga mahasiswa masih kuran kesadarannya dimana kesadaran mahasiswa dalam praktikum sangatlah diperlukan.

    DAFTAR PUSTAKA

    Dwidjoseputro,D & F.T Wolf. 1970. Microbiological studies of indonesia fermented food stuffs mycopathol mycol Appl-1 41:211-222

    Djjen,K,S.1972.Tape Fermentasi, Applied Microbiology,13(5) 976;978

    http://kuplukluntur.blogspot.co.id/2012/11/Jamur-pada-roti-mucor-sp-dan-jamur-pada-.html. Diakses tanggal 13 maret 2018

    http://mailiatabitagi.blogspot.co.id/2012/06/Peran-mikroba-bagi-manusia.html. Diakses tanggal 13 maret 2018

    Sumarsih,Sri.2003.DIKTAT KULIAH MIKROBIOLOGI DASAR. Yogyakarta. Fakultas Pertanian UPN “Veteran”

    Widiyanto, Bayu. 2018. DIKTAT PRAKTIKUM BIOLOGI. Tegal. Pendidikan IPA FKIP UPS Tegal.

  • Sistem Klasifikasi Menurut Soil Taxonomy (USDA)

    Sistem USDA atau Soil Taxonomy dikembangkan pada tahun 1975 oleh tim Soil Survey Staff yang bekerja di bawah Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA). Sistem ini pernah sangat populer namun juga dikenal sulit diterapkan.Oleh pembuatnya, sistem ini diusahakan untuk dipakai sebagai alat komunikasi antarpakar tanah, tetapi kemudian tersaingi oleh sistem WRB. Meskipun demikian, beberapa konsep dalam sistem USDA tetap dipakai dalam sistem WRB yang dianggap lebih mewakili kepentingan dunia.

    Sistem klasifikasi tanah terbaru ini memberikan Penamaan Tanah berdasarkan sifat utama dari tanah tersebut. Menurut Hardjowigeno (1992) terdapat 10 ordo tanah dalam sistem Taksonomi Tanah USDA 1975, yaitu:

    1. Alfisol

    Tanah yang termasuk ordo Alfisol merupakan tanah-tanah yang terdapat penimbunan liat di horison bawah (terdapat horison argilik)dan mempunyai kejenuhan basa tinggi yaitu lebih dari 35% pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah. Liat yang tertimbun di horison bawah ini berasal dari horison di atasnya dan tercuci ke bawah bersama dengan gerakan air. Padanan dengan sistem klasifikasi yang lama adalah termasuk tanah Mediteran Merah Kuning, Latosol, kadang-kadang juga Podzolik Merah Kuning.

    2.  Aridisol

    Tanah yang termasuk ordo Aridisol merupakan tanah-tanah yang mempunyai kelembapan tanah arid (sangat kering). Mempunyai epipedon ochrik, kadang-kadang dengan horison penciri lain. Padanan dengan klasifikasi lama adalah termasuk Desert Soil.

    3. Entisol

    Tanah yang termasuk ordo Entisol merupakan tanah-tanah yang masih sangat muda yaitu baru tingkat permulaan dalam perkembangan. Tidak ada horison penciri lain kecuali epipedon ochrik, albik atau histik. Kata Ent berarti recent atau baru. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Aluvial atau Regosol.

    4. Histosol

    Tanah yang termasuk ordo Histosol merupakan tanah-tanah dengan kandungan bahan organik lebih dari 20% (untuk tanah bertekstur pasir) atau lebih dari 30% (untuk tanah bertekstur liat). Lapisan yang mengandung bahan organik tinggi tersebut tebalnya lebih dari 40 cm. Kata Histos berarti jaringan tanaman. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Organik atau Organosol.

    5. Inceptisol

    Tanah yang termasuk ordo Inceptisol merupakan tanah muda, tetapi lebih berkembang daripada Entisol. Kata Inceptisol berasal dari kata Inceptum yang berarti permulaan. Umumnya mempunyai horison kambik. Tanah ini belum berkembang lanjut, sehingga kebanyakan dari tanah ini cukup subur. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Aluvial, Andosol, Regosol, Gleihumus, dll.

    6. Mollisol

    Tanah yang termasuk ordo Mollisol merupakan tanah dengan tebal epipedon lebih dari 18 cm yang berwarna hitam (gelap), kandungan bahan organik lebih dari 1%, kejenuhan basa lebih dari 50%. Agregasi tanah baik, sehingga tanah tidak keras bila kering. Kata Mollisol berasal dari kata Mollis yang berarti lunak. Padanan dengan sistem kalsifikasi lama adalah termasuk tanah Chernozem, Brunize4m, Rendzina, dll.

    7. Oxisol

    Tanah yang termasuk ordo Oxisol merupakan tanah tua sehingga mineral mudah lapuk tinggal sedikit. Kandungan liat tinggi tetapi tidak aktif sehingga kapasitas tukar kation (KTK) rendah, yaitu kurang dari 16 me/100 g liat. Banyak mengandung oksida-oksida besi atau oksida Al. Berdasarkan pengamatan di lapang, tanah ini menunjukkan batas-batas horison yang tidak jelas. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Latosol (Latosol Merah & Latosol Merah Kuning), Lateritik, atau Podzolik Merah Kuning.

    8. Spodosol

    Tanah yang termasuk ordo Spodosol merupakan tanah dengan horison bawah terjadi penimbunan Fe dan Al-oksida dan humus (horison spodik) sedang, dilapisan atas terdapat horison eluviasi (pencucian) yang berwarna pucat (albic). Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Podzol.

    9. Ultisol

    Tanah yang termasuk ordo Ultisol merupakan tanah-tanah yang terjadi penimbunan liat di horison bawah, bersifat masam, kejenuhan basa pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah kurang dari 35%. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Podzolik Merah Kuning, Latosol, dan Hidromorf Kelabu.

    10. Vertisol

    Tanah yang termasuk ordo Vertisol merupakan tanah dengan kandungan liat tinggi (lebih dari 30%) di seluruh horison, mempunyai sifat mengembang dan mengkerut. Kalau kering tanah mengkerut sehingga tanah pecah-pecah dan keras. Kalau basah mengembang dan lengket. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Grumusol atau Margalit.

    v  Kelebihan

    a)      Sistem klasifikasi tanah USDA ini memberikan Penamaan Tanah berdasarkan sifat utama dari tanah tersebut,definisi-definisi horison penciri, dan beberapa sifat penciri lainnya. ( Hardjowigeno, S. 1992. Ilmu Tanah ).

    b)      Sistem klasifikasi USDA ( Departemen Pertanian AS ) dirilis pada tahun 1975. Dibuat karena sistem-sistem klasifikasi yang telah ada sebelumnya saling tumpang tindih dalam penamaan yang disebabkan oleh perbedaan kriteria.

    c)      Dalam penggunaannya, sistem USDA memberikan kriteria yang jelas dibanding sistem klasifikasi lainnya.  Oleh karena itu, Sistem USDA ini hampir selalu disertakan dalam pengklasifikasian tanah untuk mendampingi penamaan berdasarkan sistem FAO atau PPT (Pusat Penelitian Tanah), dan sistem ini sangat membantu karena penamaannya yang konsisten.

    d)     Sistem ini benar-benar baik dalam cara-cara penanaman (tata nama) maupun definisi-definisi mengenai horison-horison penciri ataupun sifat-sifat penciri lain yang digunakan untuk menentukan jenis-jenis tanah.

    v  Kekurangan

    Sistem Klasifikasi USDA memiliki kelemahan karena kriterianya yang sangat mendasarkan pada analisis laboratorium yang rinci, sehingga para praktisi sulit untuk mengaplikasikannya langsung di lapangan.