Anatomi Tikus Putih merupakan praktikum Biologi pada mata kuliah Morfologi Hewan.
Daftar isi
Anatomi Tikus Putih
Bab I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Anatomi adalah ilmu yang mempelajari struktur tubuh makluk hidup. Anatomi terbagi menjadi beberapa cabang ilmu yaitu anatomi hewan, anatomi manusia, dan anatomi tumbuhan. Anatomi mempelajari struktur organ tubuh bagian dalam meliputi pencernaan dan pernafasan. Pengamatan anatomi hewan pada tikus putih (Rattus norvegicus) dilakukan dengan mengamati sistem pencernaan kemudian sistem pernafasannya. Anatomi sistem pencernaan dan sistem pernafasan pada hewan penting dipelajari karena dalam sistem pencernaan menghasilkan energi untuk beraktifitas, sistem pernafasan mengubah karbondioksida menjadi oksigen yang digunakan untuk proses metabolisme.
Tujuan Praktikum Anatomi Hewan adalah mengetahui urutan saluran pencernaan dan saluran pernafasan pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) serta mengetahui fungsi sistem pencernaan dan pernafasan Tikus Putih (Rattus norvegicus). Manfaat dari Praktikum Anatomi Hewan adalah mengetahui anatomi sistem pencernaan dan anatomi sistem pernafasan pada hewan serta untuk mengetahui fungsi dari sistem pencernaan dan sistem pernafasan pada hewan secara umum.
Bab II. Kajian Pustaka
Tikus yang dalam klasifikasinya dimasukan kedalam sub filum vertebrata ( hewan-hewan beruas tulang belakang ), kelas mamalia (hewan- hewan menyusui ), ordo rodentia ( hewan-hewan yang mengerat ) dan family murridae yang merupakan salah satu hama yang penting pada tanaman pertanian (pangan,horticulur,dan perkebunan).
a. Klasifikasi
Klasifikasi tikus putih menurut Natawidjaya (1983).
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Rodentia
Subordo : Odontoceti
Familia : Muridae
Genus : Rattus
Spesies : Rattus norvegicus
b. Jenis
Ada berbagai jenis tikus yang ada di Negara Indonesia dan beberapa diantaranya dipergunakan untuk penelitian, seperti : tikus wirok (Baricoto indica Bechstein), tikus sawah (Rattus argetiventer Robinson), tikus pelabuhan (Rattus norvegicus), tikus belukar (Tio manicus Miller), mencit sawah (Mus caroh), tikus polensia (Rattus exulan Peale), tikus duri kecil (Rattus ardi-ardi), mencit rumah (Mus musculus), tikus riul (Rattus norvegicus Berkenhout), & tikus rumah besar (Rattus rattus diardi Jentink) (Urip, 1987).
Di Indonesia hewan percobaan ini sering dinamakan “ tikus besar “ (Smith & Mangkoewidjojo, 1998). Tikus putih merupakan hewan pengerat. Tikus putih (Rattus norvegicus) sering digunakan sebagai hewan percobaan atau digunakan untuk penelitian, dikarenakan tikus merupakan hewan yang mewakili dari kelas mamalia, yang mana manusia juga merupakan dari golongan mamalia, sehingga kelengkapan organ, kebutuhan nutrisi, metabolisme bio-kimianya, sistem reproduksi, pernafasan, peredaran darah, serta ekskresi menyerupai manusia (Sinar Harapan, 2002).
Dan tikus putih juga memiliki beberapa sifat menguntungkan seperti : cepat berkembang biak, mudah dipelihara dalam jumlah banyak, lebih tenang dan ukurannya lebih besar dari pada mencit. Tikus putih juga memiliki ciri-ciri : albino, kepala kecil, dan ekor yang lebih panjang dibandingkan badannya, pertumbuhannya cepat, tempramennya baik, kemampuan laktasi tinggi, dan tahan terhadap arseni tiroksid (Anggarawati, 2006).
c. Nama lain
Nama lain tikus putih menurut Anggarawati (2006).
- Minangkabau : Mencit
- Sunda : Beurit
- Jawa : Tikus
d. Data biologis tikus
Data biologis tikus menurut Smith & Mangkoewidjojo (1998).
Lama hidup : 2-3 tahun, dapat sampai 4 tahun.
Lama Bunting : 20-22 hari.
Kawin sesudah beranak : 1 sampai 24 jam.
Umur disapih : 21 hari.
Umur dewasa : 40-60 hari.
Umur dikawinkan : 10 minggu (jantan dan betina).
Siklus kelamin : Poliestrus.
Siklus estrus (birahi) : 4-5 hari.
Lama estrus : 9-20 jam.
Perkawinan : Pada waktu estrus.
Ovulasi : 8-11 jam sesudah timbul estrus.
Jumlah anak : Rata-rata 9-20.
Puting susu : 12 puting, 3 pasang didaerah dada dan 3 pasang di daerah perut.
Susu : Air 73 %, lemak 14-16 %, protein 9-10 %,
Gula 2-3 %.
Perkawinan kelompok : 3 betina dengan 1 jantan.
Morfologi dan Anatomi
Tikus rumah memiliki panjang 65-95 mm dari ujung hidung mereka ke ujung tubuh mereka. Bulu mereka berkisar dalam warna dari coklat muda sampai hitam dan pada umunya memiliki warna putih. Tikus memiliki ekor panjang yang memiliki sedikit bulu dan memiliki deretan lingkaran sisik. Tikus rumah cenderung memiliki panjang bulu ekor lebih gelap ketika hidup erat dengan manusia, mereka berkisar 12-30 gram berat badanya. Banyak bentuk-bentuk domestik tikus telah dikembangkan yang bervariasi dalam warna dari putih menjadi hitam dan dangan bintik-bintik.
Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan terdiri atas saluran pencernaan atau kelenjar-kelenjar yang berhubungan, fungsinya untuk :
a). Ingesti dan Digesti makanan.
b). Absorbsi sari makanan.
c). Eliminasi sisa makanan.
Langkah-langkah proses pencernaan makanan :
- Pencernaan di mulut dan di rongga mulut,makanan di giling menjadi kecil-kecil oleh gigi dan di basahi oleh saliva.
- Disalurkan melalui foring dan asophogus.
- Pencernaan di lambung dan di usus halus. Dalam usus halus diubah menjadi asm-asam amino, monosakarida, gliserida, dan unsur-unsur dasar yang lain.
- Absorsi air dlam usus besar akibatnya, isi yang tidak dicerna
Menjadi setengah padat (feses). - Feces dikeluarkan dari dalam tubuh melalui kloaka (bila ada)
Kemudian ke anus.
Sistem Ekskresi
Sistem ekskresi mamalia hampir sam dengan manusia, tetapi sedikit berbeda yang di sebabkan oleh liingkun tempat tinggalnya. Paru-paru terletak di dalam rongga dada, di lindungi oleh struktur selangka dan di selaputi karung di dinding dikenal sebagai pelura. Bernafas kebanyakan dilakukan olh diagfragama paru-paru berada mengembang. Sangkar selangka juga boleh menguncup sedikit ini menyebabkan udara tertarik ke dalam keluar paru-paru melalui frakhea dan broknial tubes yang bercabang dan mempunyai alveolus di ujung yaitu karung kecil di kapilari yang penuhi darah. disini oksigen meresap banyak masuk kedalam darah, dimana akan di angkut oleh hemoglobin.
Sistem Reproduksi
a). Tahap pembentukan spematozoa di bagi atas 3 tahap yaitu :
- Spermatogenesis.
Meupakan tahap spermatogenea yang mengalami mitosis berkali-kali yang akan menjadi spermatosot primer. Spermatosit primer mengandung kromosom diploid (2n) pada inti sel nya dan mengalami meiosis. Satu spermatosit akan menghasilkan dua sel anak, yaitu spermatosit skunder. - Tahapan meiosis
Spermatosid primer, menjauh dari lamina basalis, sitoplasma makin banyak dan segera mengalami meiosis 1, yang kemudian diikuti dengan meiosis 2. - Tahapan spermiogenesis
Merupakan transformasi spermatid menjadi spermatozoa yang memiliki 4 fase yaitu fase golgi, fase tulup, fase akrosom, dan fase pematangan. Hasil akhir berupa empat spermatozoa masuk.
2.1 Materi
Materi yang digunakan pada Praktikum Anatomi Hewan meliputi alat dan bahan. Alat yang digunakan adalah kotak pembius, baki bedah, gunting, pisau bedah, pinset, jarum pentul, pines, alat tulis dan cutter. Bahan yang digunakan adalah Tikus Putih (Rattus norvegicus), kapas dan kloroform.
Bab III. Metode Praktikum
Praktikum Biologi tentang Anatomi Hewan yaitu dengan memasukkan Tikus Putih (Rattus norvegicus) ke dalam kotak pembius yang telah diberi kloroform. Meletakkan Tikus Putih (Rattus norvegicus) yang telah pingsan pada baki bedah kemudian tangan dan kaki Tikus Putih (Rattus norvegicus) direntangkan menggunakan pines. Menyembelih Tikus Putih (Rattus norvegicus) pada bagian leher hingga terputus tiga saluran yaitu vena jugularis, esofagus dan trakea. Membedah dari perut bawah secara melintang menggunakan pisau bedah kemudian secara membujur sampai ke atas untuk membuka tulang rusuk Tikus Putih (Rattus norvegicus). Mengambil saluran pencernaan dan saluran pernafasan kemudian amati dan gambar hasil pengamatan.
Bab IV. Hasil dan Pembahasan
3.1 Anatomi Hewan
Anatomi adalah ilmu yang mempelajari tentang struktur tubuh dan bagian bagian tubuh suatu makluk hidup antara yang satu dengan yang lainnya dan saling berhubungan.Hal ini sesuai dengan pendapat Ruswanto dan Uswatun (2014) yang menyatakan bahwa anatomi adalah ilmu yang mempelajari bentuk dan susunan tubuh secara menyeluruh maupun bagian-bagian serta hubungan antara bagian yang satu dengan bagian yang lain. Tubuh makhluk hidup terdapat banyak sistem yang bekerja meliputi sistem pernafasan, sistem pencernaan, sistem eksresi, sistem endokrim, sistem syaraf, sistem reproduksi dan sistem kekebalan tubuh. Hal ini sesuai dengan pendapat Isnaeni (2006) yang menyatakan bahwa sistem organ pada hewan meliputi sistem saraf, sistem endokrin, sistem pencernaan, sistem sirkulasi, sistem respirasi, system termoregulasi, sistem pengeluaran, osmoregulasi, dan sistem reproduksi.
3.2 Anatomi Pencernaan
Hasil pengamatan praktikum acara anatomi ditampilkan pada Ilustrasi 6. Data yang ditampilkan merupakan hasil pengamatan pada saluran pencernaan Tikus Putih (Rattus novergicus).
Ilustrasi 6. Data Pengamatan Organ Pencernaan
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan, diketahui bahwa saluran yang membentuk sistem pencernaan Tikus Putih (Rattus norvegicus) dimulai dari esofagus, lambung, usus halus, usus besar, sekum dan anus. Hal ini sesuai dengan pendapat Campbell et al. (2004) yang menyatakan bahwa saluran pencernaan terdiri dari mulut, esofagus, lambung, usus halus, usus besar, dan anus. Sistem pencernaan berfungsi untuk menyerap nutrisi pada pakan yang dibutuhkan oleh tubuh dan sisa dari penyerapan yang tidak diperlukan akan dibuang melalui anus. Hal ini sesuai dengan pendapat Istiqomah dan Fadlil (2013) yang menyatakan bahwa fungsi dari sistem pencernaan sebagai tempat mencerna dan menyerap nutrisi pada makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh yang kemudian dikeluarkan melalui anus.
3.3 Anatomi Pernafasan
Hasil pengamatan praktikum acara anatomi ditampilkan pada Ilustrasi 7. Data yang ditampilkan merupakan hasil pengamatan pada organ pernafasan Tikus Putih (Rattus norvegicus)
Ilustrasi 7. Data Pengamatan Organ Pernafasan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, dapat diketahui organ yang dapat membentuk sistem pernafasan dimulai dari trakea dan paru paru. Hal ini sesuai dengan pendapat Campbell et al. (2004) yang menyatakan bahwa sistem respirasi pada mamalia dimulai dari rongga hidung, faring, menuju trakea, bronkus, bronkiolus, dan berakhir pada paru paru dimana di dalam paru paru terdapat alveoli. Sistem organ pernafasan berfungsi untuk menerima gas oksigen ke dalam paru paru dan melepas karbon dioksida yang tidak diperlukan oleh tubuh. Hal ini sesuai dengan pendapat Handaya et al. (2011) yang menyatakan bahwa sistem pernafasan digunakan sebagai tempat pertukaran gas oksigen dengan gas karbondioksida.
Bab V. Penutup
A. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan disimpulkan bahwa saluran pencernaan pada hewan Tikus Putih (Rattus norvegicus) terdiri dari mulut, esofagus, lambung, usus halus, usus besar dan anus. Sistem pencernaan berfungsi sebagai tempat menyerap nutrisi makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh dan mengeluarkan sisa sisa pencernaan melalui anus. Saluran pernafasan pada hewan Tikus Putih (Rattus norvegicus) terdiri dari hidung, trakea, dan paru paru. Sistem pernafasan berfungsi sebagai pertukaran antara oksigen dengan karbondioksida di alveoli.
4.2 Saran
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan sebaiknya dalam melakukan praktikum ini organ dari Tikus Putih (Rattus norvegicus) diambil dan dipisahkan secara perlahan, agar organ sistem pencernaan dan organ sistem pernafasan tidak rusak.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N. A., J. B. Reece dan L. G. Mitchell. 2002. Biologi Jilid 3 Edisi kelima. Erlangga, Jakarta.
Handaya, W. B. T. dan Y. Magaretha. 2011. Alat bantu ajar sistem pencernaan dan pernafasan pada manusia berbasis Web J. Informatika 2 (7): 201-211.
Isnaeni, W. 2006. Histologi Hewan. Kanisius, Yogyakarta.
Istiqomah, Y. N dan A. Fadlil. 2013. Sistem pakar untuk mendiagnosa penyakit saluran pencernaan menggunakan metode dempster shafer. Volume 1(1): 32-41.
Ruswanto dan I. Uswatun. 2014. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah (Sistem Muskuloskeletal). Deepublish, Yogyakarta.

Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.