Logika Fuzzy merupakan sebuah pendekatan pengambilan keputusan berdasarkan syarat-syarat yang sifatnya lentur. Kebenaran dapat mewakili sekelompok data atau kebenaran dalam keanggotaan atau himpunan keanggotaan tertentu.
Daftar isi
Logika Fuzzy
Bab I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Logika Fuzzy merupakan satu set kemampuan mengambil kesimpulan dari nilai-nilai samar (Fuzzyness) antara batas benar dan salah. Logika ini merupakan batas yang lebih jauh dari logika klasik dimana kebenaran hanya dapat diekspresikan dalam bentuk binary, seperti (1) 0 atau 1, (2) hitam atau putih, dan (3) ya atau tidak.
sedangkan logika fuzzy memungkinkan nilai keanggotaan antara 0 dan 1, tingkat keabuan dan juga hitam dan putih, dan dalam bentuk linguistik, konsep tidak pasti seperti “sedikit”, “lumayan” dan “sangat”. Logika ini berhubungan dengan himpunan fuzzy dan teori kemungkinan.Logika fuzzy ini diperkenalkan oleh Dr. Lotfi Zadeh dari Universitas California, Berkeley pada 1965.
Logika fuzzy dapat digunakan dalam bidang teori kontrol, teori keputusan, dan beberapa bagian dalam managemen sains. Selain itu, kelebihan dari logika fuzzy adalah kemampuan dalam proses penalaran secara bahasa (linguistic reasoning), sehingga dalam perancangannya tidak memerlukan persamaan matematik dari objek yang dikendalikan. Adapun salah satu contoh aplikasi logika fuzzy dalam kehidupan sehari-hari adalah Pada tahun 1990 pertama kali dibuat mesin cuci dengan logika fuzzy di Jepang (Matsushita Electric Industrial Company). Sistem fuzzy digunakan untuk menentukan putaran yang tepat secara otomatis berdasarkan jenis dan 2 banyaknya kotoran serta jumlah yang akan dicuci. Input yang digunakan adalah: seberapa kotor, jenis kotoran, dan banyaknya yang dicuci. Mesin ini menggunakan sensor optik , mengeluarkan cahaya ke air dan mengukur bagaimana cahaya tersebut sampai ke ujung lainnya. Makin kotor, maka sinar yang sampai makin redup.Disamping itu, sistem juga dapat menentukan jenis kotoran (daki atau minyak).
Himpunan fuzzy didasarkan pada gagasan untuk memperluas jangkauan fungsi karakterisik sedemikian hingga fungsi tersebut akan mencakup bilangan riil pada interval [0,1]. Dalam tugas akhir ini dibahas mengenai kardinalitas, keterbatasan dan kekonvekan himpunan fuzzy.Pada himpunan fuzzy, sebuah objek dapat berada pada sebuah himpunan secara parsial.Derajat keanggotaan dalam himpunan fuzzy diukur dengan fungsi yang merupakan generalisasi dari fungsi karakteristik yang disebut fungsi keanggotaan atau fungsi kompatibilitas.
B. Rumusan Masalah
Apa Sejarah dari Logic Fuzzy?
Apa Alasan digunakannya Logic Fuzzy?
Apa saja konsep yang digunakan dalam Logic Fuzzy?
Apa kelebihan kekurangan Logic Fuzzy?
Bagaimana Arsitektur dalam Logic Fuzzy?
Bab II. Kajian Teori
A. Sejarah Fuzzy Logic
Konsep Fuzzy Logic diperkenalkan oleh Prof. Lotfi Zadeh dari Universitas California di Berkeley pada 1965 dan dipresentasikan bukan sebagai suatu metodologi kontrol, tetapi sebagai suatu cara pemrosesan data dengan memperkenankan penggunaan partial set membership dibanding crisp set membership atau non-membership.Pendekatan pada set teori ini tidak diaplikasikan pada sistem kontrol sampai tahun 70-an karena kemampuan komputer yang tidak cukup pada saat itu. Profesor Zadeh berpikir bahwa orang tidak membutuhkan kepastian, masukan informasi numerik, dan belum mampu terhadap kontrol adaptif yang tinggi.
Konsep fuzzy logic kemudian berhasil diaplikasikan dalam bidang kontrol oleh E.H. Mamdani.Sejak saat itu aplikasi fuzzy berkembang kian pesat. Di tahun 1980-an negara Jepang dan negara-negara di Eropa secara agresif membangun produk nyata sehubungan dengan konsep fuzzy logic yang diintegrasikan dalam produk-produk kebutuhan rumah tangga seperti vacuum cleaner, microwave oven dan kamera video. Sementara pengusaha di Amerika Serikat tidak secepat itu mencakup teknologi ini. Fuzzy logic berkembang pesat selama beberapa tahun terakhir. Terdapat lebih dari dua ribu produk dipasaran yang menggunakan konsep fuzzy logic,mulai dari mesin cuci hingga kereta berkecepatan tinggi. Setiap aplikasi tentunya menyadari beberapa keuntungan dari fuzzy logic seperti performa, kesederhaan, biaya rendah dan produktifitasnya.
B. Pengertian Fuzzy logic
Fuzzy Logic adalah suatu cabang ilmu Artificial Intellegence, yaitu suatu pengetahuan yang membuat komputer dapat meniru kecerdasan manusia sehingga diharapkan komputer dapat melakukan hal-hal yang apabila dikerjakan manusia memerlukan kecerdasan.
Dengan kata lain fuzzy logic mempunyai fungsi untuk “meniru” kecerdasan yang dimiliki manusia untuk melakukan sesuatu dan mengimplementasikannya ke suatu perangkat.
Misalnya robot, kendaraan, peralatan rumah tangga, dan lain-lain.
C. Konsep Fuzzy Logic
Fuzzylogic umumnya diterapkan pada masalahmasalah yang mengandung unsur ketidakpastian (uncertainty), ketidaktepatan (imprecise), noisy, dan sebagainya.
Fuzzy logic menjembatani bahasa mesin yang presisi dengan bahasa manusia yang menekankan pada makna atau arti (significance).
Fuzzy logic dikembangkan berdasarkan cara berfikir manusia.
D. Perbedaan Logika Fuzzy dengan Logika Klasik.
Logika Fuzzy adalah metodologi sistem kontrol pemecahan masalah,yang cocok untuk diimplementasikan pada sistem kemungkinan nilai keanggotaan berada diantara 0 dan 1 Contoh: agak mirip, sedang,hamper, mendekati.
Logika Klasik Segala sesuatu bersifat biner, sehingga semua ini dapat mempunyai nilai keanggotaan 0 atau 1. Contoh : ya atau tidak, sama atau tidak sama.
E. Alasan Digunakannya Logika Fuzzy.
Beberapa alasan mengapa orang menggunakan logika fuzzy, antara lain:
Konsep logika fuzzy mudah dimengerti. Konsep matematis yang mendasari penalaran fuzzy sangat sederhana dan mudah dimengerti.
Logika fuzzy sangat fleksibel.
Logika fuzzy memiliki toleransi terhadap data-data yang tidak tepat.
Logika fuzzy mampu memodelkan fungsi-fungsi nonlinear yang sangat kompleks.
Logika fuzzy dapat membangun dan mengaplikasikan pengalaman-pengalaman para pakar secara langsung tanpa harus melalui proses pelatihan.
Logika fuzzy dapat bekerjasama dengan teknik-teknik kendali secara konvensional.
Logika fuzzy didasarkan pada bahasa alami.
F. Aplikasi yang menggunakan Logika Fuzzy.
Manajemen dan pengambilan keputusan, seperti manajemen basisdata yang didasarkan pada logika fuzzy, tata letak pabrik yang didasarkan pada logika fuzzy, sistem pembuat keputusan di militer yang didasarkan pada logika fuzzy, pembuatan games yang didasarkan pada logika fuzzy, dll.
Ekonomi, seperti pemodelan fuzzy pada sistem pemasaran yang kompleks, dll.
Klasifikasi dan pencocokan pola.
Psikologi, seperti logika fuzzy untuk menganalisis kelakuan masyarakat, pencegahan dan investigasi kriminal, dll.
Ilmu-ilmu sosial, terutam untuk pemodelan informasi yang tidak pasti.
Ilmu lingkungan, seperti kendali kualitas air, prediksi cuaca, dll.
G. Ketidakjelasan
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menemui kondisi ketidakjelasan seperti kalimat Ketidakjelasan yang kita alami, dapat kita kelompokkan menjadi:
1. Keambiguan (ambiguity), terjadi karena suatu kata/istilah memiliki makna lebih dari satu.
Contoh: bulan, maknanya adalah suatu benda langit, namun makna lainnya adalah bagian dari tahun.
2 Keacakan (randomness), karena hal yang kita inginkan belum terjadi.
Contoh: besok akan hujan.
3 Ketidaktepatan (imprecision), disebabkan karena alat atau metode pengukuran yang tidak tepat.
Contoh: volume bumi.
4 Ketidakjelasan akibat informasi yang tidak lengkap (incompleteness).
Contoh: ada kehidupan di luar angkasa.
5 Kekaburan semantik, akibat suatu kata/istilah memiliki makna yang tidak dapat didefinisikan secara tegas.
Contoh: cantik, pandai
Dari kelima kelompok ketidakjelasan tersebut, dapat dikatakan bahwa pembahasan logika fuzzy berada pada kekaburan semantik.Kekaburan semantik pasti ada dalam kehidupan manusia.Bahkan kita sering mengambil keputusan dari kondisi kekaburan semantik.(Kekaburan semantik adalah seperti yang sudah dijelaskan diatas bahwa kata/istilah memiliki makna yang tidak dapat didefinisikan secara tegas. Contoh: cantik, pandai, dsb) Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah kita (manusia) saat ini sering menggunakan alat bantu, terutama elektronik, untuk membuat suatu keputusan. Penelitian atau pengukuran umumnya memerlukan ketepatan dan kepastian.Sedangkan kondisi lingkungan, mengharuskan kita mengambil keputusan dari kekaburan semantik.Oleh karena itu, perlu bahasa keilmuan baru untuk mengakomodasi kekaburan semantik secara memadai.
Contoh-contoh Masalah yang Mengandung Ketidakjelasan.
Contoh 1 :
Seseorang dikatakan “tinggi” jika tinggi badannya lebih dari 1,7 meter. Bagaimana dengan orang yang mempunyai tinggi badan 1,6999 meter atau 1,65 meter, apakah termasuk kategori orang yang tinggi? Menurut persepsi manusia, orang yang mempunyai tinggi badan sekitar 1,7 meter dikatakan “kurang lebih tinggi” atau “agak tinggi”.
Contoh 2 :
Kecepatan “pelan” didefinisikan di bawah 20 km/jam.Bagaimana dengan kecepatan 20,001 km/jam, apakah masih dapat dikatakan pelan?Manusia mungkin mengatakan bahwa kecepatan 20,001 km/jam itu “agak pelan”
H. Keunggulan, Kelebihan dan Kekurangan Fuzzy Logic.
Keunggulan Fuzzy Logic antara lain:
Konsep logika fuzzy mudah dimengerti. Konsep matematis yang mendasari penalaran logika fuzzy sangat sederhana dan mudah dimengerti.
Logika fuzzy sangat fleksibel.
Logika fuzzy memiliki toleransi terhadap data-data yang tidak tepat.
Logika fuzzy mampu memodelkan fungsi2 nonlinear yang kompleks.
Logika fuzzy dapat membangun dan mengaplikasikan pengalaman-pengalaman para pakar secara langsung tanpa harus melalui proses pelatihan.
Logika fuzzy dapat bekerja sama dengan teknik-teknik kendali secara konvensional.
Logika fuzzy didasarkan pada bahas alami.
Sementara itu, dalam pengaplikasiannya, logika fuzzy juga memiliki beberapa kelebihan, antara lain:
Daya gunanya dianggap lebih baik daripada teknik kendali yang pernah ada.
Pengendali fuzzy terkenal karena keandalannya.
Mudah diperbaiki.
Pengendali fuzzy memberikan pengendalian yang sangat baik dibandingkan teknik lain.
Usaha dan dana yang dibutuhkan kecil.
Selain itu, logika fuzzy juga memiliki kekurangan, terutama dalam penerapannya. Kekurangannya, antara lain:
Para enjiner dan ilmuwan generasi sebelumnya dan sekarang banyak yang tidak mengenal teori kendali fuzzy, meskipun secara teknik praktis mereka memiliki pengalaman untuk menggunakan teknologi dan perkakas kontrol yang sudah ada.
Belum banyak terdapat kursus/balai pendidikan dan buku-buku teks yang menjangkau setiap tingkat pendidikan (undergraduate, postgraduate, dan on site training).
Hingga kini belum ada pengetahuan sistematik yang baku dan seragam tentang metodologi pemecahan problema kendali menggunakan pengendali fuzzy.
Belum adanya metode umum untuk mengembangkan dan implementasi pengendali fuzzy.
Sementara itu, dalam pengaplikasiannya, logika fuzzy juga memiliki beberapa kelebihan, antara lain:
Daya gunanya dianggap lebih baik daripada teknik kendali yang pernah ada.
Pengendali fuzzy terkenal karena keandalannya.
Mudah diperbaiki.
Pengendali fuzzy memberikan pengendalian yang sangat baik dibandingkan teknik lain.
Usaha dan dana yang dibutuhkan kecil.
Selain itu, logika fuzzy juga memiliki kekurangan, terutama dalam penerapannya. Kekurangannya, antara lain:
Para enjiner dan ilmuwan generasi sebelumnya dan sekarang banyak yang tidak mengenal teori kendali fuzzy, meskipun secara teknik praktis mereka memiliki pengalaman untuk menggunakan teknologi dan perkakas kontrol yang sudah ada.
Belum banyak terdapat kursus/balai pendidikan dan buku-buku teks yang menjangkau setiap tingkat pendidikan (undergraduate, postgraduate, dan on site training).
Hingga kini belum ada pengetahuan sistematik yang baku dan seragam tentang metodologi pemecahan problema kendali menggunakan pengendali fuzzy.
Belum adanya metode umum untuk mengembangkan dan implementasi pengendali fuzzy.
I. Arsitektur Fuzzy Logic.
Berikut Diagram Alur Prosesnya.
Ada Tiga Proses Utama jika ingin Mengimplementasikan Fuzzy Logic Pada Suatu Perangkat, yaitu:
Fuzzification, merupakan suatu proses untuk mengubah suatu masukan dari bentuk tegas(crisp) menjadi fuzzy yang biasanya disajikan dalam bentuk himpunan-himpunan fuzzydengan suatu fungsi kenggotaannya masing-masing.
Interference System (Evaluasi Rule), merupakan sebagai acuan untuk menjelaskan hubungan antara variable-variabel masukan dan keluaran yang mana variabel yangdiproses dan yang dihasilkan berbentuk fuzzy. Untuk menjelaskan hubungan antara masukan dan keluaran biasanya menggunakan “IF-THEN”.
Defuzzification, merupakan proses pengubahan variabel berbentuk fuzzy tersebut menjadi data-data pasti (crisp) yang dapat dikirimkan ke peralatan pengendalian.
J. Implementasi Fuzzy Logic Dalam Berbagai Bidang.
Pada masa sekarang ini kita dapat melihat berbagai penerapan Fuzzy Logic pada alat-alat dan mesin yang digunakan dalam kehidupan sehari-sehari manusia. Dengan digunakannya fuzzy logic dalam prinsip kerja alat-alat dan mesin penunjang pekerjaan manusia tersebut membuat waktu, biaya, tenaga menjadi lebih efektif dan efisien sehingga juga meningkatkan tingkat produktifitas pekerjaan yang dilakukan manusia.Berikut ini adalah beberapa bentuk implementasi fuzzy logic dalam berbagai bidang di kehidupan sehari-hari manusia :
1. Air Conditioner (Mitsubishi)
AC Mitsubishi menggunakan fuzzy logic dalam system control-nya seperti berikut :“Jika suhu udara semakin hangat, daya pendinginan naik sedikit, jika udara semakin dingin, matikan daya ke bawah.”Beberapa keuntungan yang diperoleh adalah sebagai berikut :Mesin menjadi halus sehingga tidak cepat rusak, suhu kamar yang nyaman menjadi lebih konsisten dan peningkatan efisiensi (penghematan energi).
2. Vacuum Cleaner (Panasonic)
Prinsip kerja Vacuum Cleaner yang diproduksi oleh Panasonic adalah sebagai berikut :“Karakteristik lantai dan jumlah debu yang dibaca oleh sensor inframerah dan mikroprosesor akan memilih daya yang sesuai dengan kontrol fuzzy berdasarkan karakteristik lantai.”Karakteristik lantai meliputi jenis (kayu, semen, ubin, kelembutan karpet, karpet tebal, dll).Pola perubahan jumlah debu yang melewati sensor inframerah dapat dideteksi.Mikroprosesor menetapkan pengaturan yang sesuai dengan vakum dan daya motor menggunakan skema kontrol fuzzy.Lampu merah dan hijau dari penyedot debu menunjukkan jumlah debu tersisa di lantai.
Bab III. Penutup
A. Kesimpulan
Dari tulisan diatas dapat disimpulkan, Logika fuzzy adalah logika yang mengandung unsur ketidakjelasan.
Logika fuzzy pertama kali dikembangkan oleh Prof. Lotfi A. Zadeh, seorang peneliti dari Universitas California, pada tahun 1960-an. Logika fuzzy dikembangkan dari teori himpunan fuzzy.
Pada logika biasa, yaitu logika klasik, kita hanya mengenal dua nilai, salah atau benar, 0 atau 1. Sedangkan logika fuzzy mengenal nilai antara benar dan salah. Kebenaran dalam logika fuzzy dapat dinyatakan dalam derajat kebenaran yang nilainya antara 0 sampai 1.
Sejak kehadirannya di muka bumi ini, manusia sudah menggunakan akal fikirannya untuk melakukan dan menyelesaikan suatu masalah. Walaupun pada saat kehadirannya pertama kali di muka bumi jalanfikiran manusia tidak serevolusioner sekarang ini.
Seiring dengan berkembangnya zaman, berkembang pula cara berpikir manusia manusia sebagai mahluk yang unik berbeda dari mahluk lainnya. Keunikan manusia terletak pikiran yang dimilikinya. Dalam menggunakan fikiran mungkin saja manusia melakukan kesalahan. Cara belajar dari kesalahan yang di perbuat pada dasarnya merupakan karakteristik yang sama pada semua mahluk hidup. Apakah itu pada binatang tingkat rendah, tingkat tingi, apakah itu pada simpanse atau seorang ilmuwan.
Dalam memecahkan masalah kehidupan, manusia menggunakan akal fikirannya dan logika. Pada makalah ini akan dibahas mengenai :
1. Penalaran
2. logika
1. Pengertian Penalaran.
Dalam kamus umum Bahasa Indonesia, penalaran berasal dari kata nalar yang berarti pertimbangan baik buruk, budi pekerti dan akal budi. Dari pengertian tersebut terdapat kata akal yang merupakan sarana untuk berfikir. Kemampuan menalar hanya di miliki oleh manusia. Dengan kemampuan menalar manusia dapat mengembangkan pengetahuan lainyang kian hari kian berkembang.
Dari pengetahuan hasil penalaran, manusia dapat menentukan nilai moral, etika dan estetika. Tujuan manusia mengembangkan pengetahuan adalah untuk mengatasi dan memenuhi tantangan hidup.
Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penalaran akan terus berkembang. Faktor yang menyebabkan pengetahuan berkembang dengan pesat adalah :
1. Bahasa
Bahasa merupakan sarana komunikasi yang sangat efektif dan penting dalam kehidupan manusia yang berfungsi untuk menyampaikan informasidan jalan fikiran yang melatar belakangi informasi tersebut kepada orang lain, baik secara lisan maupun tulisan.
2. Mempunyai kerangka berfikir tertentu
Kerangka berfikir yang dimaksud adalah di mulai dengan mengamati fakta dan data, menganalisa hubungan sebab akibat sampai kepada penarikan sebuah kesimpulan.
Penalaran merupakan kegiatan berfikir yang mempunyai karakteristik tertentu dalam menemukan kebenaran. Karekteristik tersebut ditandai dengan pola berfikir yang runtut dengan menggunakan kaidah-kaidah yang baku.
2. Hakikat Penalaran
Pada uraian terdahulu, dijelaskan bahwa penalaran merupakan suatu proses berfikir dalam menarik suatu kesimpulan yang menghasilkan pengetahuan. Hakikat dari penalaran adalah berfikir secara logis dan sistematis dengan mengikuti alur tertentu berdasarkan pengamatan dan penginderaan dalam menemukan suatu kebenaran.
Penalaran yang merupakan suatu proses mempunyai cirri-ciri sebagai berikut :
1. Adanya logika
2. Bersifat analitik
Pengetahuan yang digunakan dalam penalaran bersumber pada rasio dan fakta. Pendapat yang mengatakan rasio sebagai sumber kebenaran melahirkan faham rasionalisme, sdangkan pendapat yang menyatakan fakta yang tertangkap memlalui penginderaan dan pengalaman sebagai sumber kebenaran melahirkan faham empirisme. Pengetahuan ilmiah dibangun berdasarkan rasionalisme dan empirisme dan inilah yang di sebut pengetahuan ilmiah.
3. Pengertian Logika
Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu menghadapi perubahan dan permasalahan . Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan pemikiran yang teratur dan terarah agar didapat keputusan yang benar atas penyelesaian masalah tersebut. Cara berpikir yang demikian disebut logika.
Logika adalah ilmu kecakapan menalar atau berfikir dengan tepat ( The Science and art of correct thingking ) (Dr.W. Poespoprojo, 1989). Pengertian diatas mengindikasikan bahwa berfikir atau menalaar adalah kegiatan akal budi manusia untuk mengolah pengetahuan yang kita terima melalui panca indra dan ditujukan untuk mencapai suatu kebenaran .
Berfikir menunjukkan suatu bentuk kegiatan akal yang khas dan terarah. Dalam katagori ini hasil lamunan dan hayalan tidak termasuk kegiatan berfikir. Suatu pemikiran dikatakan tepat dan jitu bila dilakukan dengan penganalisaan, pembuktian dengan alasan-alasan tertentu dan adanya kaitan antara yang satu dengan lainnya. Pemikiran yang demikian disebut dengan logis.
Jalan pemikiran yang mengesampingkan hal-hal tersebut diatas dikatagorikan pemikiran yang tidak logis. Logika merupakan ilmu yang fundamental yang secara sistematis menyelidiki, merumuskan dan menerangkan asas-asas yang harus ditaati agar orang dapat berfikir dengan tepat, lurus dan teratur.
Maksud dan tujuan logika adalah kecakapan menerapkan aturan-aturan pemikiran yang tepat terhadap persoalan-persoalan yang kongrit yang kita hadapi , serta pembiasaan sikap ilmiah, kritis dan obyektif.
4. Pembagian Materi Logika
Untuk sampai kepada suatu pemikiran yang tepat , logika menganalisa unsur-unsur pemikiran manusia. Materi logika antara lain :
1. Mengerti Permasalahan
Yaitu memahami apa yang menjadi permasalahan yang sedang di hadapi. Kegiatan mengerti ini dapat di bangun melalui penginderaan misalnya dengan mengamati.
2. Adanya kausualitas.
Yaitu adanya keterkaitan. Pekerjaan otak selanjutnya setelah mengerti permasalahan adalah membangun hubungan yang ada antara berbagai fakta.
3. Adanya kesimpulan
Pekerjaan akal yang ketiga adalah membangun kesimpulan . Kesimpulan ini didapat atas serangkaian kegiatan mulai dari mengerti hubungan permasalahan dan fakta yang dari keduanya dapat ditarik kesimpulan.
5. Metode dalam logika
Logika sesuai dengan fungsinya memecahkan masalah mempunyai dua Metode :
1. Metode Deduktif yaitu pengkajian dari suatu yang umum (general) untuik menghasilkan suatu yang khusus. Berpikir dengan Metode deduktif menggunakan sarana berfikir matematika.
2. Metode Induktif yaitu logika berfikir yang bergerak dari hal-hal yang khusus menghasilkan gegeralisasi yang umum. Berfikir induktif menggunakan sarana berfikir statistika.
Baik matematika maupun statistika bukanlah ilmu melainkan sarana berfikir. Kedua Metode berfikir tersebut dapat diterapkan dalam penelitian Ilmiah yang direalisasikan dalam karya Ilmiah Penelitian.
Logika berfikir deduktif dipakai dalam perumusan hipotesis penelitian yang dideduksi dari teori-teori yang ada. Logika berfikir Induktif di terapkan dalam pengujian hipotesis dengan menggunakan data dan sample. Untuk menyimpulkan kasus yang berdasarkan data dan sample di perlukan sarana statistika. Proses Ilmiah yang secara epistemologis adalah paroses ilmiah agar hasil yang diperoleh dapat di katagorikan sebagai produk ilmiah yaitu Ilmu.
6. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat di tarik kesimpulan :
1. Dalam menghadapi permasalahan hidup yang kian berkembang manusia menggunakan akal fikirannya .
2. Proses berfikir dalam menarik suatu kesimpulan yang menghasilkan suatu pengetahuan di sebut penalaran
3. Logika adalah kecakapan berfikir secara tepat dan akurat berdasarkan fakta dan data untuk menghasilkan keputusan yang benar atas permasalahan yang ada.
4. Metode berfikir logika ada dua yaitu : deduktif dan induktif.
Logika disebut juga “The Calculus Of Computer Science” karena logika memegang peranan yang sangat penting di bidang ilmu komputer. Peran kalkulus (matematika) sama pentingnya untuk ilmu-ilmu bidang sains, misalnya ilmu fisika, ilmu elektronika, ilmu kimia, dan sebagainya. Oleh karena itu, biasanya pelajar, mahasiswa, guru, dan dosen setuju bahwa logika memainkan peranan penting dalam berbagai bidang keilmuan, bahkan dalam kehidupan manusia sehari-hari.
Logika, komputasi sistem, dan matematika diskrit memiliki peran penting dalam ilmu komputer karena semuanya berperan dalam pemrograman. Logika merupakan dasar-dasar matemtis suatu perangkat lunak, digunakan untuk memformalkan ystem bahasa pemrograman dan spesifikasi program, serta menguji ketepatan suatu program. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya logika matematika karena banyak ilmu, khususnya dalam bidang ilmu komputer, yang memerlukan logika untuk berkembang.
Logika dalam ilmu komputer digunakan sebagai dasar dalam belajar bahasa pemrograman, struktur data, kecerdasan buatan, teknik/ystem digital, basis data, teori komputasi, rekayasa perangkat lunak, ystem pakar, jaringan syaraf tiruan, dan lain-lainnya yang mempergunakan logika secara intensif. Salah satu contoh yang ystem adlah ystem digital, yaitu bidang ilmu yang didasari oleh logika untuk membuat gerbang logika (logic gates) dan arsitektur komputer sebagai inti mikroprosesor, otak komputer atau central processing unit.
Logika matematika (mathematical logic) adalah cabang ilmu di bidang matematika yang memperdalam masalah logika, atau lebih tepatnya memperjelas logika dengan kaidah-kaidah matematika.
Logika matematika sendiri juga terus berkembang, mulai dari logika proposional, logika predikat, pemrograman logika, dan sebaganya. Perkembangan terakhir ilmu logika adalah logika fuzzy, atau di Indonesia disebut logika kabur atau logika samar. Implementasi logika fuzzy dapat ditemui pada pengatur suhu udara (AC), mesin pencuci, kulkas, lainnya.
B. Pengertian Umum Logika
Filsafat dan matematika adalah bidang pengetahuan rasional yang ada sejak dahulu. Jauh sebelum matematika berkembang seperti sekarang ini dan penerapannya menyentuh hampir seluruh bidang ilmu pengetahuan modern, ilmuwan dan filosof yunani telah mengembangkan dasar pemikiran ilmu geometri dan logika. Sebut saja THALES (640-546 SM) yaitu seorang ilmuwan geometri yang juga disebut sebagai bapak filosofi dan penalaran deduktif. Ada juga ahli matematika dan filosof PHYTAGORAS (572-497 SM) dengan dalil phytagorasnya yang terkenal yaitu a2+b2=c2 .
Makna Logika
Berasal dari bahasa yunani “LOGOS” yang berarti kata, ucapan, atau alasan.
Logika adalah metode atau teknik yang diciptakan untuk meneliti ketepatan penalaran. Logika mengkaji prinsip-prinsip penalaran yang benar dan penalaran kesimpulan yang absah. Ilmu ini pertama kali dikembangkan sekitar 300 SM oleh ARISTOTELES dan dikenal sebagai logika tradisioanal atau logika klasik. Dua ribu tahun kemudian dikembangkan logika modern oleh GEORGE BOOLE dan DE MORGAN yang disebut dengan Logika Simbolik karena menggunakan simbol-simbol logika secara intensif.
Dasar pemikiran logika klasik adalah logika benar dan salah yang disimbolkan dengan 0 (untuk logika salah) dan 1 (untuk logika benar) yang disebut juga LOGIKA BINER. Tetapi pada kenyataanya dalam kehidupan sehari-hari banyak hal yang kita jumpai yang tidak bisa dinyatakan bahwa sesuatu itu mutlak benar atau mutlak salah. Ada daerah dimana benar dan salah tersebut nilainya tidak bisa ditentukan mutlak benar atau mutlak salah alias kabur.
Untuk mengatasi masalah yang terjadi dalam logika klasik yang dikembangkan oleh ARISTOTELES tersebut, seorang ilmuwan dari Universitas California Berkeley, PROF. LOTFI A.ZADEH pada tahun 1965 mengenalkan suatu konsep berpikir logika yang baru yaitu LOGIKA KABUR (FUZZY LOGIC).
Pada Logika Fuzzy
Nilai kebenaran bukan bersifat crisp (tegas) 0 dan 1 saja tetapi berada diantaranya (multivariabel).
Digunakan untuk merumuskan pengetahuan dan pengalaman manusia yang mengakomodasi ketidakpastian ke dalam bentuk matematis tanpa harus mengetahui model matematikanya.
Pada aplikasinya dalam bidang komputer, logika fuzzy diimplementasikan untuk memenuhi kebutuhan manusia akan sistem komputer yang dapat merepresentasikan cara berpikir manusia.
Logika Dan Komputer
Arsitektur sistem komputer tersusun atas rangkaian logika 1 (true) dan 0 (false) yang dikombinasikan dengan sejumlah gerbang logika AND. OR, NOT, XOR, dan NAND.
Program komputer berjalan di atas struktur penalaran yang baik dari suatu solusi terhadap suatu permasalahan dengan bantuan komponen program IF…THEN…ELSE, FOR…TO…DO, WHILE, CASE…OF.
2.2 Logika Dan Pernyataan
Pengertian Umum Logika
Logika adalah metode atau teknik yang diciptakan untuk meneliti ketepatan penalaran serta mengkaji prinsip-prinsip penalaran yang benar dan penarikan kesimpulan yang absah.
Ilmu logika berhubungan dengan kalimat-kalimat (argumen) dan hubungan yang ada diantara kalimat-kalimat tersebut. Tujuannya adalah memberikan aturan-aturan sehingga orang dapat menentukan apakah suatu kalimat bernilai benar.
Kalimat yang dipelajari dalam logika bersifat umum, baik bahasa sehari-hari maupun bukti matematika yang didasarkan atas hipotesa-hipotesa. Oleh karena itu aturan-aturan yang berlaku di dalamnya haruslah bersifat umum dan tidak tergantung pada kalimat atau disiplin ilmu tertentu. Ilmu logika lebih mengarah dalam bentuk sintaks-sintaks daripada arti dari kalimat itu sendiri.
Gambaran Umum Logika
Secara umum logika dibedakan menjadi dua yaitu Logika Pasti dan Logika Tidak Pasti. Logika pasti meliputi Logika Pernyataan (Propotitional Logic), Logika Predikat (Predicate Logic), Logika Hubungan (Relation Logic) dan Logika Himpunan. Sedangkan logika tidak pasti meliputi Logika Samar atau kabur (Fuzzy Logic).
Logika Pernyataan membicarakan tentang pernyataan tunggal dan kata hubungnya sehingga didapat kalimat majemuk yang berupa kalimat deklaratif.
Logika Predikat menelaah variabel dalam suatu kalimat, kuantifikasi dan validitas sebuah argumen.
Logika Hubungan mempelajari hubungan antara pernyataan, relasi simetri, refleksif, antisimtris, dll.
Logika himpunan membicarakan tentang unsur-unsur himpunan dan hukum-hukum yang berlaku di dalamnya.
Logika Samar merupakan pertengahan dari dua nilai biner yaitu ya-tidak, nol-satu, benar-salah. Kondisi yang ditunjukkan oleh logika samar ini antara lain : banyak, sedikit, sekitar x, sering, umumnya. Logika samar banyak diterapkan dalam kecerdasan buatan, mesin pintar atau sistem cerdas dan alat-alat elektronika. Program komputer dengan menggunakan logika samar mempunyai kapasitas penyimpanan lebih kecil dan lebih cepat bila dibanding dengan logika biner.
Aliran Dalam Logika
Logika Tradisional
Pelopornya adalah Aristoteles (384-322 SM)
Terdiri dari analitika dan dialektika. Ilmu analitika yaitu cara penalaran yang didasarkan pada pernyataan yang benar sedangkan dialektika yaitu cara penalaran yang didasarkan pada dugaan.
Logika Metafisis
Dipelopori oleh F. Hegel (1770-1831 M)
Menurut Hegel, logika dianggap sebagai metafisika dimana susunan pikiran dianggap sebagai kenyataan.
Logika Epistimologi
Diperkenalkan oleh FH. Bradley (1846-1924) dan Bernhard Bosanquet (1848-1923 M).
Prisip dari logika epistimologi ini adalah untuk mencapai pengetahuan yang memadai, pikiran yang logis dan perasaan halus digabungkan. Selain itu, untuk mencapai kebenaran, logika harus dihubungkan dengan seluruh pengetahuan yang lainnya.
Logika Instrumentalis/Fragmatis
Dipelopori oleh Jhon Dewey (1859-1952)
Prinsipnya adalah logika merupakan alat atau instrumen untuk menyelesaikan masalah.
BAB III
PERNYATAAN
3.1 Pernyataan (Proposisi)
Kata merupakan rangkaian huruf yang mengandung arti, sedangkan kalimat adalah kumpulan kata yang disusun menurut aturan tata bahasa dan mengandung arti. Di dalam matematika tidak semua pernyataan yang bernilai benar atau salah saja yang digunakan dalam penalaran. Pernyataan disebut juga kalimat deklaratif yaitu kalimat yang bersifat menerangkan. Disebut juga proposisi.
Pernyataan/Kalimat Deklaratif/ Proposisi adalah kalimat yang bernilai benar atau salah tetapi tidak keduanya.
Contoh :
1. Yogyakarta adalah kota pelajar (Benar)
2. 2+2=4 (Benar)
3. Semua manusia adalah fana (Benar)
4. 4 adalah bilangan prima (Salah)
5. 5×12=90 (Salah)
Tidak semua kalimat berupa proposisi
Contoh :
1. Dimanakah letak pulau bali?
2. Pandaikah dia?
3. Andi lebih tinggi daripada Tina.
4. 3x-2y=5x+4.
5. x+y=2.
3.2 Penghubung Kalimat Dan Tabel Kebenaran
Satu atau lebih proposisi dapat dikombinasikan untuk menghasilkan proposisi baru lewat penggunaan operator logika. Proposisi baru yang dihasilkan dari kombinasi tersebut disebut dengan proposisi majemuk (compound composition), sedangkan proposisi yang bukan merupakan hasil dari kombinasi proposisi lain disebut proposisi atomik. Proposisi majemuk tersusun dari sejumlah proposisi atomik.
Dalam logika dikenal 5 buah penghubung
Simbol
Arti
Bentuk
¬
Tidak/Not/Negasi
Tidak………….
Dan/And/Konjungsi
……..dan……..
Atau/Or/Disjungsi
………atau…….
Implikasi
Jika…….maka…….
Bi-Implikasi
……..bila dan hanya bila……..
Contoh:
Misalkan : P menyatakan kalimat “ Mawar adalah nama bunga”
Q menyatakan kalimat “ Apel adalah nama buah”
Maka kalimat “ Mawar adalah nama bunga dan Apel adalah nama buah “
Dinyatakan dengan simbol p q
Negasi (Ingkaran)
Jika p adalah “ Semarang ibukota Jawa Tengah”, maka ingkaran atau negasi dari pernyataan p tersebut adalah p yaitu “ Semarang bukan ibukota Jawa Tengah” atau “Tidak benar bahwa Semarang ibukota Jawa Tengah”. Jika p diatas bernilai benar (true), maka ingkaran p (p) adalah bernilai salah (false) dan begitu juga sebaliknya.
Konjungsi
Konjungsi adalah suatu pernyataan majemuk yang menggunakan penghubung “DAN/AND” dengan notasi “”
Contoh
P : Fahmi makan nasi
Q:Fahmi minum kopi
Maka pq : Fahmi makan nasi dan minum kopi
Pada konjungsi pq akan bernilai benar jika baik p maupun q bernilai benar. Jika salah satunya (atau keduanya) bernilai salah maka pq bernilai salah.
Disjungsi
Disjungsi adalah pernyataan majemuk yang menggunakan penghubung “ATAU/OR” dengan notasi “”.
Kalimat disjungsi dapat mempunyai 2 arti yaitu :
1. Inklusif Or
Yaitu jika “p benar atau q benar atau keduanya true”
Contoh :
p : 7 adalah bilangan prima
q : 7 adalah bilangan ganjil
p q : 7 adalah bilangan prima atau ganjil
Benar bahwa 7 bisa dikatakan bilangan prima sekaligus bilangan ganjil.
2. Ekslusif Or
Yaitu jika “p benar atau q benar tetapi tidak keduanya”.
Contoh :
p : Saya akan melihat pertandingan bola di TV.
q : Saya akan melihat pertandingan bola di lapangan.
p q : Saya akan melihat pertandingan bola di TV atau lapangan.
Hanya salah satu dari 2 kalimat penyusunnya yang boleh bernilai benar yaitu jika “Saya akan melihat pertandingan sepak bola di TV saja atau di lapangan saja tetapi tidak keduanya.
Implikasi
Misalkan ada 2 pernyataan p dan q, untuk menunjukkan atau membuktikan bahwa jika p bernilai benar akan menjadikan q bernilai benar juga, diletakkan kata “JIKA” sebelum pernyataan pertama lalu diletakkan kata “MAKA” sebelum pernyataan kedua sehingga didapatkan suatu pernyataan majemuk yang disebut dengan “IMPLIKASI/PERNYATAAN
BERSYARAT/KONDISIONAL/ HYPOTHETICAL dengan notasi “”.
Notasi pq dapat dibaca :
1. Jika p maka q
2. q jika p
3. p adalah syarat cukup untuk q
4. q adalah syarat perlu untuk p
Contoh
1. p : Pak Ali adalah seorang haji.
q : Pak Ali adalah seorang muslim.
p q : Jika Pak Ali adalah seorang haji maka pastilah dia seorang muslim.
2. p : Hari hujan.
q : Adi membawa payung.
Benar atau salahkah pernyataan berikut?
Hari benar-benar hujan dan Adi benar-benar membawa payung.
Hari benar-benar hujan tetapi Adi tidak membawa payung.
Hari tidak hujan tetapi Adi membawa payung.
Hari tidak hujan dan Adi tidak membawa payung.
Biimplikasi
Biimplikasi atau bikondosional adalah pernyataan majemuk dari dua pernyataan p dan q yang dinyatakan dengan notasi “p q” yang bernilai sama dengan (p q) (q p) sehingga dapat dibaca “ p jika dan hanya jika q” atau “p bila dan hanya bila q”. Biimplikasi 2 pernytaan hanya akan bernilai benar jika implikasi kedua kalimat penyusunnya sama-sama bernilaii benar.
Contoh
p : Dua garis saling berpotongan adalah tegak lurus.
q : Dua garis saling membentuk sudut 90 derajat.
p q : Dua garis saling berpotongan adalah tegak lurus jika dan hanya jika dan hanya jika dua garis saling membentuk sudut 90 derajat.
Tabel Kebenaran
p
q
p
q
pq
pq
pq
pq
p q
B
B
S
S
B
B
S
B
B
B
S
S
B
B
S
B
S
S
S
B
B
S
B
S
B
B
S
S
S
B
B
S
S
S
B
B
Untuk menghindari perbedaan konotasi dan keganjilan arti dalam menerjemahkan simbol-simbol logika maka dalam matematika tidak disyaratkan adanya hubungan antara kedua kalimat penyusunnya. Kebenaran suatu kalimat berimplikasi semata-mata hanya tegantung pada nilai kebenaran kaliamat penyusunnya. Karena itu digunakan tabel kebenaran penghubung. Jika p dan q adalah kalimat-kalimat dimana T=true/benar dan F=false/salah, maka untuk n variable (p,q,…) maka tabel kebenaran memuat 2n baris.
BAB VI
DASAR DASAR DIGITAL
4.1 Gerbang – Gerbang Logika Dasar
Gerbang Logika adalah rangkaian dengan satu atau lebih dari satu sinyal masukan tetapi hanya menghasilkan satu sinyal berupa tegangan tinggi atau tegangan rendah.Dikarenakan analisis gerbang logika dilakukan dengan Aljabar Boolean maka gerbang logika sering juga disebut Rangkaian logika. Gerbang logika merupakan dasar pembentukan sistem digital. Gerbang logika beroperasi dengan bilangan biner, sehingga disebut juga gerbang logika biner.Tegangan yang digunakan dalam gerbang logika adalah TINGGI atau RENDAH. Tegangan tinggi berarti 1, sedangkan tegangan rendah berarti 0.
Ada 7 gerbang logika yang kita ketahui yang dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :
1. Gerbang logika Inventer
Inverter (pembalik) merupakan gerbang logika dengan satu sinyal masukan dan satu sinyal keluaran dimana sinyal keluaran selalu berlawanan dengan keadaan sinyal masukan.
Input (A) Output ( )
Rendah Tinggi
0 1
Tinggi Rendah
1 0
Tabel Kebenaran/Logika Inverter
Inverter disebut juga gerbang NOT atau gerbang komplemen (lawan) disebabkan keluaran sinyalnya tidak sama dengan sinyal masukan.
2. Gerbang logika non-Inverter
Berbeda dengan gerbang logika Inverter yang sinyal masukannya hanya satu untuk gerbang logika non-Inverter sinyal masukannya ada dua atau lebih sehingga hasil (output) sinyal keluaran sangat tergantung oleh sinyal masukannya dan gerbang logika yang dilaluinya (NOT, AND, OR, NAND, NOR, XO , XNO ). Yang termasuk gerbang logika non-Inverter adalah :
Input (A) Input (B) Output (Y)
0 0 0
0 1 0
1 0 0
1 1 1
Tabel Logika AND dengan dua masukan.
Input Input Input Output
(A) (B) (C) (Y)
0 0 0 0
0 0 1 0
0 1 0 0
0 1 1 0
1 0 0 0
1 0 1 0
1 1 0 0
1 1 1 1
Tabel Logika AND dengan tiga masukan.
Untuk mempermudah mengetahui jumlah kombinasi sinyal yang harus dihitung berdasarkan inputanya, gunakan rumus ini :
– 2 pangkat n , dimana n adalah jumlah input.
Contoh :
n = 2 maka -2 pangkat n = 4, jadi jumlah kombinasi sinyal yang harus dihitung sebanyak 4 kali.
Adapun gerbang logika adalah sebagai berikut:
4.2 Gerbang AND
Gerbang AND digunakan untuk menghasilkan logika 1 jika semua masukan mempunyai logika 1, jika tidak maka akan dihasilkan logika 0.Gerbang AND mempunyai dua atau lebih dari dua sinyal masukan tetapi hanya satu sinyal keluaran. Dalam gerbang AND, untuk menghasilkan sinyal keluaran tinggi maka semua sinyal masukan harus bernilai tinggi. Gerbang Logika AND pada Datasheet nama lainnya IC TTL 7408.
Gambar Gerbang Logika AND
MasukanA B
KeluaranY
0 00 11 01 1
0001
Tabel Kebenaran AND
Pernyataan Boolean untuk Gerbang AND
A . B = Y (A and B sama dengan Y )
4.3 Gerbang NAND (Not AND)
Gerbang NAND akan mempunyai keluaran 0 bila semua masukan pada logika 1. sebaliknya jika ada sebuah logika 0 pada sembarang masukan pada gerbang NAND, maka keluaran akan bernilai 1.Gerbang NAND adalah suatu NOT-AND, atau suatu fungsi AND yang dibalikkan. Dengan kata lain bahwa gerbang NAND akan menghasilkan sinyal keluaran rendah jika semua sinyal masukan bernilai tinggi. Gerbang Logika NAND pada Datasheet nama lainnya IC TTL 7400.
Gambar Gerbang Logika NAND
MasukanA B
KeluaranY
0 00 11 01 1
1110
Tabel Kebenaran NAND
4.4 Gerbang OR
Gerbang OR akan memberikan keluaran 1 jika salah satu dari masukannya pada keadaan 1. jika diinginkan keluaran bernilai 0, maka semua masukan harus dalam keadaan 0.Gerbang OR akan memberikan sinyal keluaran tinggi jika salah satu atau semua sinyal masukan bernilai tinggi, sehingga dapat dikatakan bahwa gerbang OR hanya memiliki sinyal keluaran rendah jika semua sinyal masukan bernilai rendah. Gerbang Logika OR pada Datasheet nama lainnya IC TTL 7432.
Gambar Gerbang Logika OR
MasukanA B
KeluaranY
0 00 11 01 1
0111
Tabel Kebenaran OR
4.5 Gerbang NOR
Gerbang NOR adalah suatu NOT-OR, atau suatu fungsi OR yang dibalikkan sehingga dapat dikatakan bahwa gerbang NOR akan menghasilkan sinyal keluaran tinggi jika semua sinyal masukannya bernilai rendah. Gerbang NOR akan memberikan keluaran 0 jika salah satu dari masukannya pada keadaan 1. jika diinginkan keluaran bernilai 1, maka semua masukannya harus dalam keadaan 0.Gerbang Logika NOR pada Datasheet nama lainnya IC TTL 7402.
Gambar Gerbang Logika NOR
MasukanA B
KeluaranY
0 00 11 01 1
1000
Tabel Kebenaran NOR
4.6 Gerbang XOR
Gerbang X-OR akan menghasilkan sinyal keluaran rendah jika semua sinyal masukan bernilai rendah atau semua masukan bernilai tinggi atau dengan kata lain bahwa X-OR akan menghasilkan sinyal keluaran rendah jika sinyal masukan bernilai sama semua. Gerbang XOR (dari kata exclusive OR) akan memberikan keluaran 1 jika masukan-masukannya mempunyai keadaan yang berbeda. Gerbang Logika XOR pada Datasheet nama lainnya IC TTL 7486.
Gambar Gerbang Logika XOR
MasukanA B
KeluaranY
0 00 11 01 1
0110
T
Tabel Kebenaran XOR
4.7 Gerbang NOT
Gerbang NOT merupakan gerbang satu masukan yang berfungsi sebagai pembalik (inverter). Sebuah inverter (pembalik) adalah gerbang dengan satu sinyal masukan dan satu sinyal keluaran dimana keadaan keluarannya selalu berlawanan dengan keadaan masukan. Gerbang Logika INV pada Datasheet nama lainnya IC TTL 7404.
Gambar Gerbang Logika XOR
MasukanA
KeluaranY
01
10
4.8 Gerbang X-NOR
Gerbang X-NOR akan menghasilkan sinyal keluaran tinggi jika semua sinyal masukan bernilai sama (kebalikan dari gerbang X-OR). Gerbang Logika X-NOR pada Datasheet nama lainnya IC TTL 74266.
Gmbr 2.7 Gerbang X-NOR
Tabel Kebenaran X-Nor
A
B
C
0011
0101
1001
Aplikasi Sederhana Gerbang-gerbang Logika
Gerbang-gerbang ini dapat membentuk sebuah processor canggih, membentuk sebuah IC yang hebat, membentuk sebuah controller yang banyak fungsinya, namun sebelum sampai di penerapan yang canggih-canggih tersebut, ada baiknya untuk melihat aplikasi sederhananya saja dulu dari gerbang-gerbang logika ini.
· Flip-flop Apakah Anda pernah mendengar istilah RAM atau Random Access Memory pada komputer. Jika mengenalnya, maka Anda sudah mengenal sebuah aplikasi dari rangkaian gerbang digital. RAM biasanya dibuat dari sebuah rangkaian gerbang digital yang membentuk sebuah sistem bernama Flip-flop. Flip-flop terdiri dari rangkaian gerbang logika yang dirancang sedemikian rupa sehingga apa yang masuk ke dalamnya akan selalu diingat dan berada di dalam rangkaian gerbang logika tersebut, selama ada aliran listrik yang mendukung kerjanya. Fungsi inilah yang merupakan cikal-bakal dari RAM.
· Counter Salah satu sistem yang paling banyak digunakan dalam perangkat-perangkat digital adalah Counter. Fungsi dari sistem ini adalah jelas sebagai penghitung, baik maju ataupun mundur. Timer, jam digital, stopwatch, dan banyak lagi merupakan aplikasi dari counter ini. Banyak sekali jenis counter, namun pada dasarnya prinsip kerjanya sama, yaitu mengandalkan pulsa-pulsa transisi dari clock yang diberikan. Pulsa-pulsa transisi tadi yang akan menggerakan perhitungan counter.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Logika merupakan ilmu yang sangat penting untuk dipelajari, karena merupakan ilmu dasar bagi ilmu-ilmu yang lain. Hal ini dapat dilihat dari beberapa contoh yang dipaparkan di atas. Selain itu, logika juga merupakan ilmu untuk berpikir secara sistematis, sehingga mudah dipahami dan dapat dirunut kebenarannya.
Logika juga sangat banyak digunakan pada dunia pemrograman, karena hampir setiap bahasa pemrograman menggunakan logika dalam pemecahan permasalahan dan setiap decision-nya. Oleh karena itu, sangat penting kiranya untuk mempelajari logika.
Gerbang adalah suatu rangkaian elektronik yang menghasilkan sinyal output yang menghasilkan operasi boole sederhana sebagai sinyal input-nya sebagai pembangun utama semua rangkaian digital. Fungsi-fungsi logika diimplementasikan dengan cara menginterkoneksikan gate-gate.
Gate (gerbang) dasar pada logika dasar antara lain :
AND, OR, NOT, NAND, NOR, Ex-OR, dan Ex-NOR.
5.2 Saran
Dengan penyusunan makalah ini, penulis berharap pengetahuan mengenai Logika Informatika dan Teknik Digitaldapat diaplikasikan dalam kehidupan atau dapat digunakan dalam banyak aspek kehidupan. Melalui logika kita dapat mengetahui apakah suatu pernyataan benar atau salah. Hal terpenting yang akan didapatkan setelah mempelajari logika Informatika dan Teknik Digital adalah kemampuan mengambil kesimpulan dengan benar atau salah.
DAFTAR PUSTAKA
Fatman, Yenni (2012) Sintak dan Sematik Pada Logika Preposisi [Online]
Logika ialah ilmu penalaran pemikiran untuk mengetahui sebuah kebenaran. Ilmu ini melatih manusia untuk berfikir lebih dalam sehingga lebih teliti dalam memahami suatu hal. Umumnya logika sering dikaitkan dengan pemahaman menurut akal (logis).
Dalam logika dikenal juga istilah “penyimpulan” yaitu hail pemikiran. Berpangkal pada putusan tertentu, kita sering kali dapat secara langsung menyimpulkan suatu putusan baru dengan memakai subjek dan predikat yang sama.
B. Rumusan Masalah
Dari penjelasan latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
Apa pengertian penyimpulan langsung?
Apa definisi penyimpulan langsung dan macam-macamnya?
C. Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah diatas tujuan penulisan makalah yaitu:
Untuk mengetahui pengertian penyimpulan langsung
Untuk mengetahui definisi penyimpulan langsung dan macam-macamnya
Bab II. Pembahasan
A. Pengertian Penyimpulan Langsung
Penyimpulan langsung yaitu premis yang dapat terdiri dari satu, dua atau lebih putusan. Berpangkal pada putusan tertentu, kita sering kali dapat secara langsung menyimpulkan suatu putusan baru (kesimpulan), dengan memakai subjek dan predikat yang sama. Ini disebut penyimpulan langsung (immediate inference).
Contoh: S=P sedangkan penengah diantara keduanya bisa disebut M sebagai term penengah.
Jiwa manusia
Rohani
Tak dapat mati
S
M
P
Jadi, ketika ada dua putusan S=P adalah “Jiwa manusia tak dapat mati” harus ada alasan untuk menghubungkan putusan satu dengan yang lain yaitu M seperti yang ada di atas, dan alasan penghubung antara S dan P adalah M (rohani) dan diambil keputusan bahwa “Jiwa manusia=rohani=tak dapat mati”.
Penyimpulan dalam bahasa artinya mencari dalil, mencari keterangan, mencari indicator atau mencari petunjuk, sebab dengan indicator ini dapat diperoleh pengertian sebagai kesimpulan.
B. Definisi Penyimpulan Langsung dan Macam-macamnya
Penyimpulan langsung (immediate inference) adalah sebuah penalaran, yang premisnya dapat terdiri dari satu, dua, atau lebih putusan dengan berpangkal pada putusan tertentu, kita dapat secara langsung menyimpulkan suatu putusan baru (kesimpulan), dengan memakai subyek dan predikat yang sama. Istilah “Penalaran Langsung” berasal dari Aristoteles untuk menunjuk penalaran, yang premisnya hanya terdiri dari sebuah proposisi saja. Konklusinya ditarik langsung dari proposisi yang satu itu dengan membandingkan subyek dan predikatnya.
Sistem logika yang mengenai penalaran langsung itu didasarkan atas proposisi kategorik bentuk S=P. Dalam bentuk proposisi kategorik yang demikian itu baik term untuk subyek maupun untuk predikatnya menunjuk kepada suatu substantive, dan dalam bahasa berupa kata benda. Kaitan antara subyek dan predikat berdiri sendiri kopula. Contoh:”Kerbau (kata benda) itu (kopula) binatang (kata benda)”. Bentuk ini adalah bentuk proposisi kategorik yang dipakai sebagai standar dalam system Aristoteles. Proposisi-proposisi kategorik yang berbeda bentuknya, harus dikembalikan kepada bentuk proposisi standar ini. Banyak proposisi kategorik yang predikatnya tidak menunjuk suatu substantive, akan tetapi suatu sifat. Misalnya: “Burung bangau itu putih”, “Lukisan itu bagus”.
Ada beberapa macam penyimpulan langsung dalam logika, anatra lain:
1. Ekuivalensi
Ekuivalensi adalah mengatakan hal yang persis sama. Putusan-putusan itu sebenarnya tidak menyatakan putusan yang baru, hanya perumusannya berlainan, tetapi dengan menggunakan subjek dan predikat yang sama.
Beberapa B=A
Beberapa B ≠ A (beberapa A ≠ B)
Ada A yang B (ada A yang bukan B)
Ada B yang A (ada B yang bukan A)
Tidak semua A=B (tidak semua B=A)
Contoh: ‘tak ada orang Belgia yang menjadi jago pencak’ berarti dapat disimpulkan bahwa ‘tak ada jago pencak yang berbangsa Belgia’.
2. Pembalikan
Membalik suatu putusan berarti menyusun suatu putusan baru, dengan jalan menggantikan subjek dan predikat.[4] Contoh:’pegawai negeri itu bukan pegawai swasta’ jadi ‘pegawai itu bukan pegawai negeri’. Kalimat ini dapat di bolak-balik tanpa mengurngi kebenaran ucapan tersebut.
Hukum-hukum atau aturan pembalikan, agar pembalikan putusan tidak menjadi kesimpulan yang salah:
a. Putusan A hanya boleh dibalik menjadi putusan I
‘semua jendral itu manusia’ tetapi ‘tidak semua manusia itu jendral’. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa A luasnya lebih kecil dibandingkan dengan B jadi A hanya bisa dibalik dengan A bukan dengan B. Sedangkan apabila B diletakkan pada A maka luas A tidak akan cukup. Maka dari itu A hanya boleh dibalik menjadi putusan I.
b. Putusan E selalu boleh dibalik (E jadi O, O jadi E)
‘anjing itu bukan kucing’, jadi ‘kucing itu bukan anjing’. Sebab dalam putusan negatif universal maka seluruh luas S dipisah-pisahkan dari seluruh luas P.
c. Putusan I dapat dibalik menjadi putusan I lagi.
Dalam putusan afirmatif, P adalah partikular. Jika putusan ini dibalik, P yang partikular itu menjadi S yang partikular, dan S yang partikular itu menjadi P yang partikular pula. Contoh:’ada buah-buah yang merah’. Jadi ‘ada barang-barang merah yang merupakan buah’.
d. Putusan O tidak dapat dibalik.
Contohnya: ‘ada manusia yang bukan dokter’, jadi ‘ada dokter yang bukan manusia’. Maka dapat disimpulkan O tidak dapat dibalik karena apabila dibalik akan terjadi kesalahan seperti diatas.
3. Obversi
Obversi adalah cara mengungkapkan kembali suatu proposisi kepada proposisi lain yang semakna dengan mengubah kualitas pertanyaan aslinya. Contohnya: “kebanyakan orang sholeh tidak hidup sampai tua”, konversinya adalah “kebanyakan orang sholeh mati muda”.
Cara lain untuk menarik konklusi dari sebuah proposisi ialah denagn cara obversi. Prosedur obversi itu sebagai berikut:
Kualitas pada proposisi premis diganti dari proposisi affirmative dijadikan negative, atau sebaliknya,
Term pada predikat diganti dengan komplementnya. Term ini menunjuk suatu kelas. Apa yang tidak termasuk anggota kelas itu semuanya merupakan komplemen-nya atau kelas komplemen-nya. Jadi komplemen dari kelas “anjing”, misalnya “non anjing”, “kucing hitam” komplemen-nya ialah “non hitam”.
Prinsip yang menjadi dasar penyimmpulan obversi itu ialah A= non non- A, A itu ekuivalesi dengan non-A. Prinsip ini juga disebut prinsip negasi ganda (double negation).
Contoh Obversi:
Premis :” Manusia adalah makhluk berpikir”
Konklusi :” Manusia bukan non makhluk berpikir”
Kedua proposisi itu, premis dan konklusinya adalah ekuivalen.[6]
4. Kontraposisi
Kontraposisi adalah cara mengungkapkan kembali suatu proposisi lain yang semakna, dengan menukar kedudukan subjek dan predikat pernyataan asli dengan mengontradiksikan masing-masingnya. Contohnya: “semua merpati adalah burung”, Kontraposisinya adalah “semua yang bukan burung bukan merpati”.
Kontraposisi ini tersusun melalui prosedur sebagai berikut:
Term subyek maupun term predikat diganti dengan komplemen masing-masing.
Proposisi yang sudah berubah term-termnya itu kemudian dikonversikan: term subyek dan term predikat bertukar tempat.
Contoh Kontraposisi:
“Semua pejuang kemerdekaan adalah pembela bangsa”
Jadi: “Semua non pembela bangsa adalah non pejuang kemerdekaan”.
Selanjutnya, konklusi penyimpulan melalui kontraposisi ini, disebut kontrapositif. Suatu proposisi kontraposisi itu ekuivalen dengan proposisi aslinya.
5. Konversi
Konversi adalah cara mengungkapkan kembali suatu proposisi kepada proposisi lain yang semakna dengan menukar kedudukan subjek dan predikat pernyataan selanjutnya.
Contoh: Tidak satu pun mahasiswa adalah buta huruf.
Tidak satu pun yang buta huruf adalah mahasiswa.[9]
Proses konversi dari semua bentuk proposisi, yakni:
1) Proposisi Universal Affirmatif (A) > (I)
Proposisi/putusan universal affirmatif (A), apabila dibalik, maka proposisi/putusan tersebut harus dibalik menjadi proposisi/putusan pertikular affirmatif (I), sebab proposisi/putusan universal affirmatif itu, predikatnya lebih luas daripada subyeknya, sehingga kalau dibalik apa adanya begitu saja kuantitasnya, akan terjadi kesalahan.
Misalnya: A= Semua mahasiswa adalah rajin, dibalik menjadi:
I= Sebagian yang rajin adalah mahasiswa.
2) Proposisi Universal Negatif (E) > (E)
Proposisi/putusan universal negatif (E), apabila dibalik, maka proposisi/putusan tersebut akan masih tetap menjadi (E), sebab proposisi/putusan universal negatif itu, subyeknya berbeda dengan predikatnya, sehingga dibolak-balik artinya masih tetap sama benarnya.
Misalnya: E= Tak satupun mahasiswa adalah malas, dibalik menjadi:
E= Tak satupun yang malas adalah mahasiswa.
3) Proposisi Partikular Affirmatif (I) > (I)
Proposisi/putusan partikular affirmatif (I), apabila dibalik, maka proposisi/putusan tersebut akan tetap menjadi (I), sebab proposisi/putusan particular affirmatif itu, kuantitas dari subyek dan predikatnya sama-sama partikular, sehingga kalau dibalik tetap masih sama benarnya.
Misalnya: I= Sebagian mahasiswa adalah rajin, dibalik menjadi:
I= Sebagian yang rajin adalah mahasiswa.
4) Proposisi Partikular Negatif (O)
Proposisi/putusan partikular negatif (O), tidak dapat dibalik, sebab proposisi/putusan particular negatif itu, kuantitas subyeknya lebih luas daripada predikatnya, sehingga kalau dibalik akan terjadi kesalahan.
Misalnya: O= Sebagian manusia adalah tidak tidak mahasiswa (benar), bila dibalik menjadi:
O= Sebagian mahasiswa adalah tidak manusia (ini salah), maka tidak boleh dibalik.[10]
6. Inversi
Inversi adalah cara mengungkapkan kembali suatu proposisi kepada proposisi lain yang semakna dengan mengontradiksikan subjek dan predikat pernyataan aslinya.
Contoh: “yang belum bayar tidak boleh masuk”, inversinya menjadi “yang sudah bayar boleh masuk”.[11]
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Penyimpulan langsung ialah hasil pemikiran manusia yang merupakan sebuah putusan dari premis-premis yang dapat diperoleh dengan memakai subyek dan predikat.
Logika berasal dari kata logos yang berarti hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa.Sebagai ilmu, logika disebut dengan logike episteme (Latin: logica scientia) atau ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk berpikir secara lurus, tepat, dan teratur. Ilmu disini mengacu pada kemampuan rasional untuk mengetahui dan kecakapan mengacu pada kesanggupan akal budi untuk mewujudkan pengetahuan ke dalam tindakan. Kata logis yang dipergunakan tersebut bisa juga diartikan dengan masuk akal.
1. Masa Yunani Kuno Logika dimulai pada masa Yunani kuno, pertama yang meninggalkan segala dongeng, takhayul, dan cerita-cerita isapan jempol dan berpaling kepada akal budi untuk memecahkan rahasia alam semesta.Thales mengatakan bahwa air adalah arkhe (Yunani) yang berarti prinsip atau asas utama alam semesta. Saat itu Thales telah mengenalkan kemudian mengenalkan logika sebagai ilmu, yang kemudian disebut logica scientica. Aristoteles mengatakan bahwa Thales menarik kesimpulan bahwa air adalah arkhe alam semesta dengan alasan bahwa air adalah jiwa segala sesuatu. Sejak saat Thales sang filsuf mengenalkan pernyataannya, logika telah mulai dikembangkan. Kaum Sofis beserta Plato juga telah merintis dan memberikan saran-saran dalam bidang ini. Pada masa Aristoteles logika masih disebut dengan analitica , yang secara khusus meneliti berbagai yang berangkat dari yang benar, dan dialektika yang secara khusus meneliti argumentasi yang berangkat dari proposisi yang masih diragukan kebenarannya.Pada salah seorang muridnya, Aristoteles yang menjadi pemimpin, melanjutkan pengembangn logika. Istilah logika untuk pertama kalinya dikenalkan oleh Zeno dari Citium pelopor . Sistematisasi logika terjadi pada masa Galenus dan Sextus Empiricus , dua orang dokter medis yang mengembangkan logika dengan menerapkan metode geometri. Porohyus membuat suatu pengantar (eisagoge) pada Categoriae, salah satu buku Aristoteles. Boethius menerjemahkan Eisagoge Porphyrius ke dalam bahasa Latin dan menambahkan komentar-komentarnya. Johanes Damascenus menerbitkan Fons Scienteae.
2. Abad Pertengahan dan Logika Modern Pada abad 9 hingga abad 15, buku-buku Aristoteles seperti De Interpretatione, Eisagoge oleh Porphyus dan karya Boethius masih digunakan. Thomas Aquinas dan kawan-kawannya berusaha mengadakan sistematisasi logika.Lahirlah dengan tokoh-tokoh seperti: Petrus§ Hispanus Roger Bacon§ Raymundus Lullus yang menemukan metode§ logika baru yang dinamakan Ars Magna, yang merupakan semacam pengertian. William Ocham§ Pengembangan dan penggunaan logika Aristoteles secara murni diteruskan oleh Thomas Hobbes dengan karyanya Leviatan dan John Locke dalam An Essay Concerning Human Understanding § Francis Bacon mengembangkan logika induktif yang diperkenalkan dalam bukunya Novum Organum Scientiarum. J.S. Mills melanjutkan logika§ yang menekankan pada pemikiran induksi dalam bukunya System of Logic Lalu logika diperkaya dengan hadirnya pelopor-pelopor logika simbolik seperti:
Gottfried Wilhelm Leibniz§ menyusun logika aljabar berdasarkan Ars Magna dari Raymundus Lullus. Logika ini bertujuan menyederhanakan pekerjaan akal budi dan lebih mempertajam kepastian. § George Boole John Venn§ Gottlob Frege§ Lalu seorang filsuf Amerika Serikat yang pernah mengajar di ,melengkapi logika simbolik dengan karya-karya tulisnya. Ia memperkenalkan dalil Peirce (Peirce’s Law) yang menafsirkan logika selaku teori umum mengenai tanda (general theory of signs). Puncak kejayaan logika simbolik terjadi pada tahun – dengan terbitnya Principia Mathematica tiga jilid yang merupakan karya bersama Alfred North Whitehead dan Bertrand Arthur William Russel.Logika simbolik lalu diteruskan oleh Ludwig Wittgenstein, Rudolf Carnap, Kurt Godel dan lain-lain.
3. Logika sebagai matematika murniLogika masuk kedalam kategori matematika murni karena matematika adalah logika yang tersistematisasi. Matematika adalah pendekatan logika kepada metode ilmu ukur yang menggunakan tanda-tanda atau simbol-simbol matematik (). Logika tersistematisasi dikenalkan oleh dua orang dokter medis, Galenus (130-201 M) dan Sextus Empiricus (sekitar 200 M) yang mengembangkan logika dengan menerapkan metode geometri. Puncak terjadi pada tahun – dengan terbitnya Principia Mathematica tiga jilid yang merupakan karya bersama Alfred North Whitehead dan Bertrand Arthur William Russel.
c . Macam-macam logika
1. Logika alamiah Logika alamiah adalah kinerja akal budi manusia yang berpikir secara tepat dan lurus sebelum dipengaruhi oleh keinginan-keinginan dan kecenderungan-kecenderungan yang subyektif. Kemampuan logika alamiah manusia ada sejak lahir. 2. Logika ilmiah Logika ilmiah memperhalus, mempertajam pikiran serta. Logika ilmiah menjadi ilmu khusus yang merumuskan azas-azas yang harus ditepati dalam setiap pemikiran. Berkat pertolongan logika ilmiah inilah akal budi dapat bekerja dengan lebih tepat, lebih teliti, lebih mudah dan lebih aman. Logika ilmiah dimaksudkan untuk menghindarkan kesesatan atau, paling tidak, dikurangi.
d. Kegunaan logika
1) Membantu setiap orang yang mempelajari logika untuk berpikir secara rasional, kritis, lurus, tetap, tertib, metodis dan koheren.
2) Meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif. 3) Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan mandiri. 4) Memaksa dan mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan menggunakan asas-asas sistematis 5) Meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kesalahan-kesalahan berpkir, kekeliruan serta kesesatan. Mampu melakukan analisis terhadap suatu kejadian
Menurut catatan sejarah, filsafat bermula di Yunani. Bangsa Yunani mulai mempergunakan akal ketika mempertanyakan mitos yang berkembang di masyarakat sekitar abad VI SM. Perkembangan pemikiran ini menandai usaha manusia untuk mempergunakan akal dalam memahami segala sesuatu. Pemikiran Yunani sebagai embrio filsafat Barat berkembang menjadi titik tolak pemikiran Barat abad pertengahan, modern dan masa berikutnya.
Disamping menempatkan filsafat sebagai sumber pengetahuan, Barat juga menjadikan agama sebagai pedoman hidup, meskipun memang harus diakui bahwa hubungan filsafat dan agama mengalami pasang surut. Pada abad pertengahan misalnya dunia Barat didominasi oleh dogmatisme gereja (agama), tetapi abad modern seakan terjadi pembalasan terhadap agama. Peran agama di masa modern digantikan ilmu-ilmu positif. Akibatnya, Barat mengalami kekeringan spiritualisme. Namun selanjutnya, Barat kembali melirik kepada peranan agama agar kehidupan mereka kembali memiliki makna.
Bab II. Pembahasan
A. Pengertian filsafat agama
Istilah filsafat bersal dari bahasa Yunani yang terdiri atas dua kata: philo dan shophia, philo berarti cinta dalam arti luas, yakni keingenan dan shopia berarti hikmat (kebijkan) atau kebenaran. Jadi secara etimologi, filsafat bererti cinta kebijakan dan kebenaran (love of wisdom).
Sedangkan pengertian agama itu sendiri menurut J.G. Frazer berpendapat bahwa agama adalah penyembahan kepada kekuatan yang lebih agung daripada manusia, yang di anggap mengatur dan menguasai jalanya alam semesta. Nada yang agak minor dikemukakan oleh Freud, yang mengangap agama adalah bayangan dari rasa takut atau gagasan yang khayali (the projectiaon of fear orwishful thinking). Sedangkan menurut Durkheim bahwa agama adalah alam gaib yang tidak dapat di ketahui dan tidak dapat di pikirkan oleh akal manusia sendiri. Tegasnya agama adalah suatu bagian dari ilmu pengetahuan yang tidak dapat diperoleh dengan tenaga pikiran saja.
Karl Rahner menguraikan lebih jauh tentang filsafat agama. Menurutnya, filsafat agama adalah sebuah antropologi metafisik yang harus bersifat teologi dasar, yaitu manusia sebagai pribadi yang bebas tidak dapat tidak berhadapan dengan tuhan yang mungkin mewahyukan diri. Oleh karena itu, Rahner mengatakan bahwa ciri khas filsafat agama adalah keterbukaan yang siap sedia dan kesediaan yang terbuka bagi teologi. Filsafat agama, demikian Rahner, tidak dapat memaksa teologi dan tidak dapat menentukan hukumnya. Melainkan seorang filosof agama melaksanakan apa yang harus di laksanakan oleh seorang mahluk yang dapat mendengar jika logos tuhan datang kedunia. Rahner kemudian mempertegas antara wilayah filsafat dan teologi. Filsafat agama tidak dapat menjangkau tentang fakta wahyu, hanya dengan teologilah fakta wahyu itu dapat di tangkap dan di mengerti sebab teologi berdasarkan pada logos tou Theou.[4]
Lebih lanjut Rahner menambhkan bahwa filsafat agama harus menunjukan secara filosofis dimanakah dalam diri manusia timbul agama, apa nilainya agama semacam itu dan apakah tuhan ada atau tidak. Filsafat agama yang menanyakan hakikat agama, menurut Rahner, bagaimanapun juga harus sampai kepada pengenalan Allah transenden, absolute, dan personal.[5]
Menurut C.D. Mulder, filsafat agama merupakan bagiyan dari filsafat ketuhanan. Filsafat ketuhanan termasuk filsafat sistematis yang menpelajari kosmos, manusia, dan tuhan. The Liang Gie memasukan filsafat agama bagiyan dari filsafat khusus. Menurutnya, filsfat terbagi pada tiga bagiyan. Yaitu filsafat khusus, filsafat sistematis, dan filsafat keilmuan.[6]
Geddes Mac Gregor menekankan pembahasan filsafat agama harus di bedakan antara hal yang menarik hati dalam agama dan berfikir tentang agama. Yang pertama adalah aktivitas hati, sedangkan yang kedua adlah aktivitas akal. Selanjutnya, Gregor mengatakan bahwa pendekatan intlektual terhadap agama tidak akan memuaskan hati, sementara pendekatan intlektual hanya memasukan akal.[7]
Dalam definisi yang di kemukakan oleh Gregor terlihat suatu pemilihan antara kegiatan hati dan akal. Daya akal, menurutnya, daya hati berfungsi untuk memuaskan perasaan penganut agama.
B. Hubungan filsafat dan agama
Filsafat dan agama secara umum merupakan pengetahuan. Jika agama merupakan pengetahuan yang berasal dari wakyu, filsafat sendiri adalah hasil dari pemikiran manusia. Dasar-dasar agama merupakan pokok-pokok kepercayaan ataupun konsep tentang ketuhanan, alam, manusia, baik buruk, hidup dan mati, dunia dan akhirat. Dan lain-lain. Sedangkan filsafat adalah sistem kebenaran tentang agama sebagai hasil berfikir secara radikal, sistematis dan universal.
Jika agama membincangkan tentang eksistensi-eksistensi di alam dan tujuan akhir perjalanan segala maujud, lantas bagaimana mungkin agama bertentangan dengan filsafat. Bahkan agama dapat menyodorkan asumsi-asumsi penting sebagai subyek penelitian dan pengkajian filsafat. Pertimbangan-pertimbangan filsafat berkaitan dengan keyakinan-keyakinan dan tradisi-tradisi agama hanya akan sesuai dan sejalan apabila seorang penganut agama senantiasa menuntut dirinya untuk berusaha memahami dan menghayati secara rasional seluruh ajaran, doktrin, keimanan dan kepercayaan agamanya. Dengan demikian, filsafat tidak lagi dipandang sebagai musuh agama dan salah satu faktor perusak keimanan, bahkan sebagai alat dan perantara yang bermanfaat untuk meluaskan pengetahuan dan makrifat tentang makna terdalam dan rahasia-rahasia doktrin suci agama, dengan ini niscaya menambah kualitas pengahayatan dan apresiasi kita terhadap kebenaran ajaran agama.
Walaupun hasil-hasil penelitian rasional filsafat tidak bertolak belakang dengan agama, tapi selayaknya sebagian penganut agama justru bersikap proaktif dan melakukan berbagai pengkajian dalam bidang filsafat sehingga landasan keimanan dan keyakinannya semakin kuat dan terus menyempurna, bahkan karena motivasi keimananlah mendorongnya melakukan observasi dan pembahasan filosofis yang mendalam terhadap ajaran-ajaran agama itu sendiri dengan tujuan menyingkap rahasia dan hakikatnya yang terdalam.
Filsafat dan agama mempunyai hubungan yang sangat reflektif dengan manusia, dikarenakan keduanya mempunyai keterkaitan, keduanya tidak bisa berkembang apabila tidak ada alat dan tenaga utama yang berada dalam diri manusia. Tiga alat dan tenaga utama manusia adalah akal pikiran, rasa, dan keyakinan.
Dengan satu ungkapan dapat dikatakan bahwa filosof agama mestilah dari penganut dan penghayat agama itu sendiri. Lebih jauh, filosof-filosof hakiki adalah pencinta-pencinta agama yang hakiki. Sebenarnya yang mesti menjadi subyek pembahasan di sini adalah agama mana dan aliran filsafat yang bagaimana memiliki hubungan keharmonisan satu sama lain. Adalah sangat mungkin terdapat beberapa ajaran agama, karena ketidaksempurnaannya, bertolak belakang dengan kaidah-kaidah filsafat, begitu pula sebaliknya, sebagian konsep-konsep filsafat yang tidak sempurna berbenturan dengan ajaran agama yang sempurna.
Karena asumsinya adalah agama yang sempurna bersumber dari hakikat keberadaan dan mengantarkan manusia kepada hakikat itu, sementara filsafat yang berangkat dari rasionalitas juga menempatkan hakikat keberadaan itu sebagai subyek pengkajiaannya, bahkan keduanya merupakan bagian dari substansi keberadaan itu sendiri. Keduanya merupakan karunia dari Tuhan yang tak dapat dipisah-pisahkan. Filsafat membutuhkan agama (wahyu) karena ada masalah-masalah yang berkaitan dengan dengan alam gaib yang tak bisa dijangkau oleh akal filsafat. Sementara agama juga memerlukan filsafat untuk memahami ajaran agama. Berdasarkan perspektif ini, adalah tidak logis apabila ajaran agama dan filsafat saling bertolak belakang.
Dalam sebuah ungkapan ada kalimat yang sangat menarik, yang, “Saya beriman supaya bisa mengetahui. Apabila kalimat ini kita balik akan menjadi: jika saya tidak beriman, maka saya tak dapat mengetahui. Tak dapat disangkal bahwa dapat diyakini bahwa keimanan agama adalah sumber motivasi dan pemicu yang kuat untuk mendorong seseorang melakukan penelitian dan pengkajian yang mendalam terhadap ajaran-ajaran doktrinal agama, lebih jauh, keimanan sebagai sumber inspirasi lahirnya berbagai ilmu dan pengetahuan. Kesempurnaan iman dan kedalaman pengahayatan keagamaan seseorang adalah berbanding lurus dengan pemahaman rasionalnya terhadap ajaran-ajaran agama, semakin dalam dan tinggi pemahaman rasional maka semakin sempurna keimanan dan semakin kuat apresiasi terhadap ajaran-ajaran agama. Baik agama maupun filsafat pada dasarnya mempunyai kesamaan dalam tujuan, yakni mencapai kebenaran yang sejati.
Manusia membutuhkan rasionalisasi dalam semua aspek kehidupannya, termasuk dalam doktrin-doktrin keimanannya, karena akal dan rasio adalah hakikat dan substansi manusia, keduanya mustahil dapat dipisahkan dari wujud manusia, bahkan manusia menjadi manusia karena akal dan rasio. Tolok ukur kesempurnaan manusia adalah akal dan pemahaman rasional. Akal merupakan hakikat manusia dan karenanya agama diturunkan kepada umat manusia untuk menyempurnakan hakikatnya. Penerimaan, kepasrahan dan ketaatan mutlak kepada ajaran suci agama sangat berbanding lurus dengan rasionalisasi substansi dan esensi ajaran-ajaran agama.
Substansi dari semua ajaran agama adalah keyakinan dan kepercayaan terhadap eksistensi Tuhan, sementara eksistensi Tuhan hanya dapat dibuktikan secara logis dengan menggunakan kaidah-kaidah akal-pikiran (baca: kaidah filsafat) dan bukan dengan perantaraan ajaran agama itu sendiri. Walaupun akal dan agama keduanya merupakan ciptaan Tuhan, tapi karena wujud akal secara internal terdapat pada semua manusia dan tidak seorang pun mengingkarinya, sementara keberadaan ajaran-ajaran agama yang bersifat eksternal itu tidak diterima oleh semua manusia.
Dengan demikian, hanya akallah yang dapat kita jadikan argumen dan dalil atas eksistensi Tuhan dan bukan ajaran agama. Seseorang yang belum meyakini wujud Tuhan, lantas apa arti agama baginya. Kita mengasumsikan bahwa ajaran agama yang bersifat doktrinal itu adalah ciptaan Tuhan, sementara belum terbukti eksistensi Pencipta dan pengenalan sifat-sifat sempurna-Nya, dengan demikian adalah sangat mungkin yang diasumsikan sebagai “ciptaan Tuhan” sesungguhnya adalah “ciptaan makhluk lain” dan makhluk ini lebih sempurna dari manusia (sebagaimana manusia lebih sempurna dari hewan dan makhluk-makhluk alam lainnya). Lantas bagaimana kita dapat meyakini bahwa seluruh ajaran agama itu adalah berasal dari Tuhan. Walaupun kita menerima eksistensi Tuhan dengan keimanan dan membenarkan bahwa semua ajaran agama berasal dari-Nya, tapi bagaimana kita dapat menjawab soal bahwa apakah Tuhan masih hidup? Kenapa sekarang ini tidak diutus lagi Nabi dan Rasul yang membawa agama baru? Dan masih banyak lagi soal-soal seperti itu yang hanya bisa diselesaikan dengan kaidah akal-pikiran. Berdasarkan perspektif ini, akal merupakan syarat mendasar dan mutlak atas keberagamaan seseorang, dan inilah rahasia ungkapan yang berbunyi: Tidak ada agama bagi yang tidak berakal.[8]
D. Perbadingan Agama dan Filsafat
Dari uraian di atas diketahui bahwa antara agama dan filsafat itu terdapat perbedaan. Perbedaan antara filsafat dan agama bukan terletak pada bidangnya, tetapi terletak pada cara menyelidiki bidang itu sendiri. Filsafat adalah berfikir, sedangkan agama adalah mengabdikan diri, agama banyak hubungan dengan hati, sedangkan filsafat banyak hubungan dengan pemikiran. Menurut Prof. Nasroen, S.H, ia mengemukakan bahwa filsafat yang sejati haruslah berdasarkan kepada agama. Malahan filsafat yang sejati itu terkandung dalam agama. Apabila filsafat tidak berdasarkan kepada agama dan filsafat hanya semata-mata berdasarkan akal dan pemikiran saja, maka filsafat tidak akan memuat kebenaran obyektif , karena yang memberikan pandangan dan keputusan hanyalah akal pikiran. Sedangkan kesanggupan akal pikiran ituterbatas, sehingga filsafat yang hanya berdasarkan kepada akal pikiran semata tidak akan sanggup memberikan kepuasan bagi manusia, terutama dalam tingkat pemahamannya terhadap yang gaib. Williem Temple, seperti yang dikutip Rasyidi, mengatakan bahwa filsafat menuntut pengetahuan untuk memahami, sedangkan agama menuntut pengetahuan untuk beribadah atau mengabdi. Pokok agama bukan pengetahuan tentang Tuhan, tetapi yang penting adalah hubungan manusia dengan Tuhan.
Agama dan filsafat memainkan peran yang mendasar dan fundamental dalam sejarah dan kehidupan manusia. Orang-orang yang mengetahui secara mendalam tentang sejarah agama dan filsafat niscaya memahami secara benar bahwa pembahasan ini sama sekali tidak membicarakan pertentangan antara keduanya dan juga tidak seorang pun mengingkari peran sentral keduanya. Sebenarnya yang menjadi tema dan inti perbedaan pandangan dan terus menyibukkan para pemikir tentangnya sepanjang abad adalah bentuk hubungan keharmonisan dan kesesuaian dua mainstream disiplin ini. Filasafat adalah sistem kebenaran tentang agama sebagai hasil dari berfikir secara radikal, sistematis dan universal. Dasar-dasar agama yang dipersoalkan dipikirkan menurut logika (teratur dan disiplin) dan bebas.
Di sisi lain Harun Nasution membandingkan pembahasan filsafat agama dengan pembahasan teologi, karena setiap persoalan tersebut juga menjadi pembahasan tersendiri dalam teologi. Jika dalam filsafat agama pembahasan ditujukan kepada dasar setiap agama, pembahasan teologi ditujukan pada dasar-dasar agama tertentu. Dengan demikian terdapatlah teologi Islam, teologi Kristen, teologi Yahudi dan sebagainya. Dengan demikian, seorang ahli agama bisa menyelidiki ajaran agamanya sendiri, demikian juga agama lain, tetapi dia harus menyadari posisinya pada waktu meneliti agama untuk menghindari banyaknya unsur subjektif yang sering muncul dalam pekiran ahli agama itu.[9]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari keterangan-keterangan di atas, penyusun dapat menyimpulkan :
1. Filsafat adalah sikap berfikir yang melibatkan usaha untuk memikirkan masalah hidup dan alam semesta dari semua sisi yang meliputi kesiapan menerima hidup dalam alam semesta sebagaimana adanya dan mencoba melihat dalam keseluruhan hubungan. Sikap filosofik dapat ditandai misalnya dengan sikap kritis, berfikir terbuka, toleran dan mau melihat dari sisi lain.
2. Agama adalah kumpulan cara-cara mengabdi kepada Tuhan, agama juga diartikan dengan mengikat. Ajaran-ajaan agama memang mempunyai sifat mengikat bagi manusia pemeluknya.
Max Weber, sebagaimana yang kita ketahui merupakan salah satu seorang sosiolog besar di zamannya. Weber, dalam beberapa pemikirannya tentang sosiologi sedikit banyak dipengaruhi oleh kondisi sosial masyarakat pada waktu itu. Weber lahir di tengah lingkungan yang sedang menuju ke masyarakat modern. Dilahirkan di Erfurt, Jerman pada tanggal 21 April 1864, Weber berasal dari keluarga menengah. Ayahnya adalah seorang birokrat, sedangkan ibunya adalah seorang Calvinis yang sangat religius. Ayahnya sangat menikmati dunia dengan uang yang ia hasilkan dari profesi birokrasinya, sedangkan ibunya menjalani kehidupan asketis yang tidak mementingkan kenikmatan duniawi.
Pemikiran Weber tentang sosiologi terutama dibangun oleh serangkaian debat intelektual yang berlangsung di Jerman pada masanya. Yang terpenting dari perdebatan tersebut adalah masalah hubungan sejarah dengan ilmu pengetahuan. Perdebatan ini berlangsung antara kubu positivis yang memandang sejarah tersusun berdasarkan hukum-hukum umum ( disebut juga pandangan nomotetik ) dengan kubu subjektivis yang menciutkan sejarah menjadi sekadar tindakan dan pandangan idiografis saja. Kaum Positivis memandang jika sejarah itu termasuk ilmu alam, namun kaum Subjektivitas melihat keduanya sangat berbeda.
Dari perdebatan kedua ini, jelas, rasionalisasi sangat diperlukan untuk memperkuat argumen masing – masing kubu. Dengan kondisi sosial seperti ini, Weber, dalam pemikiran sosiologinya memasukkan konsep rasionalisasi sebagai salah satu pokok pembahasan. Rasionalisasi, menurut Weber, sangat perlu untuk tatanan masyarakat yang sudah berkembang menuju kemodernan.
Rasionalisasi, sebagaimana yang diungkapkan oleh Weber, terbagi menjadi beberapa tipe dan jenis. Namun, dalam penyebutan tipe maupun jenis itu terjadi banyak perbedaan yang intinya tetap satu makna ( arti ). Masalah rasional Weber, dalam masa sekarang, bisa dijadikan gambaran akan kondisi sosial masyarakat yang ada di masa ketika Weber mencetuskan teori ini.
Bab II. Pembahasan
A. Rasionalitas dalam Pengertian Weber
Rasionalitas merupakan salah satu teori yang dicetuskan oleh Weber. Dalam mencetuskan teori ini, Weber terpengaruh oleh kehidupan sosial budaya masyarakat Barat pada waktu itu.
Masyarakat Barat pada waktu itu kondisi sosial budaya khususnya dalam segi pemikiran mulai bergeser dari yang berpikir non rasional menuju ke pemikiran rasional. Hal ini dilihat Weber sebagai gejala awal dari sebuah modernitas, sehingga Weber menganalisisnya (modernitas) melalui teori Rasionalitasnya. Selain Weber tokoh sosiolog yang hidup pada zaman ini salah satunya adalah Karl Marx. Berbeda dengan Weber, Karl Marx dalam menganalisis modernitas menggunakan teori kapitalis. Namun menurut Weber kapitalisme tidak bisa dijadikan konsep atau kata kunci dari modernitas, karena menurutnya kapitalisme hanyalah salah satu aspek dari rasionalitas. Weber menganggap bahwasanya modernisasi merupakan perluasan rasionalitas dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat[1].
Konsep rasionalitas Weber sangat menarik perhatian para filsuf dalam menganalisis masyarakat modern dan dipahami oleh para tokoh Teori Kritis Mazhab Frankfurt sebagai merasuknya instrumental dalam segenap aspek kehidupan, disebabkan dalam menganalisis masyarakat industri maju mencurigai rasionalitas sebagai biang keladi segala bentuk alienasi, penindasan, dan ketidakkritisan. Kemudian Herbert Marcuse berusaha menjelaskan rasionalitas yang menguasai masyarakat industri maju ini diawali dengan mengkaji pemikiran Weber sebagai tokoh yang mula-mula menerapkan konsep rasionalisasi.
Weber tidak memberikan suatu pandangan yang tunggal tentang pengertian rasionalitas, namun Habermas (penerus Karl Mark) merangkum pengertian rasionalitas menurut Weber ini dalam dua pengertian, yaitu: pertama, perluasan bidang-bidang sosial yang berada di bawah norma-norma pengambilan keputusan yang rasional. Kedua, industrialisasi kerja sosial yang mengakibatkan norma-norma tindakan instrumental juga memasuki bidang kehidupan yang lain.
Perkembangan rasionalisasi masyarakat juga berkaitan dengan pelembagaan ilmu dan teknologi ke dalam segenap aspek kehidupan. Hal ini mungkin karena prestasi ilmu dan teknologi yang ditunjukkan dalam masyarakat modern telah mampu menawarkan dan memenuhi berbagai kebutuhan masyarakat. Kenyataan ini didukung oleh paham posistivisme yang berpengaruh saat itu, yaitu kepercayaan pada kemampuan ilmu-ilmu alam untuk menangani berbagai permasalahan dalam masyarakat. Jadi rasionalisasi dalam pengertian Weber adalah proses meluasnya penggunaan rasionalitas ke dalam segenap aspek kehidupan masyarakat.
B. Pembagian dan Jenis Rasionalitas menurut Max Weber
Rasionalitas, berasal dari kata “ rasio ” yang mengacu pada bahasa Yunani Kuno, yang berarti kemampuan kognitif untuk memilah antara yang benar dan salah dari Yang Ada dan dalam Kenyataan[2].Menurut Weber, secara garis besar ada dua jenis rasionalitas manusia, yaitu pertama rasionalitas tujuan (Zwekrationalitaet) dan kedua rasionalitas nilai (Wetrationalitaet).
Rasionalitas tujuan adalah rasionalitas yang menyebabkan seseorang atau sekelompok orang dalam suatu tindakan berorientasi pada tujuan tindakan, cara mencapainya dan akibat-akibatnya. Ciri khas rasionalitas ini adalah bersifat formal, karena hanya mementingkan tujuan dan tidak mengindahkan pertimbangan nilai.
Rasionalitas nilai adalah rasionalitas yang mempertimbangkan nilai-nilai atau norma-norma yang membenarkan atau menyalahkan suatu penggunaan cara tertentu untuk mencapai suatu tujuan. Rasionalitas ini menekankan pada kesadaran nilai-nilai estetis, etis, dan religius. Ciri khas rasionalitas nilai ini adalah bersifat substantif, sebab orang yang bertindak dengan rasionalitas ini mementingkan komitmen rasionalitasnya terhadap nilai yang dihayati secara pribadi. Dalam kenyataannya, kedua jenis raionalitas ini sering bercampur aduk, dimana terjadi dominasi rasionalitas tujuan atas rasionalita nilai, begitu juga sebaliknya.
Selain kedua jenis tersebut, beberapa sosiolog lain menafsirkan bahwa sebenarnya Weber mencetuskan jenis rasionalitas itu menjadi tiga bagian, yakni rasionalitas instrumental, rasio yuridis dan rasio kognitif / ilmiah. Ketiga rasio ini ( menurut beberapa sosiolog, khususnya Ross Poole ) tidak secara eksplisit diungkapkan oleh Weber, namun ketiga jenis rasio ini ada dalam ajaran rasionalitas Weber[3].
Rasio Instrumental, merupakan bentuk rasio yang paling dominan yang terwujud dalam pasar yang bersifat kapitalis. Rasio ini menekankan efisiensi dan efektifitas dalam meraih tujuan-tujuan tertentu. Dalam menerapkan rasio ini, ada beberapa hal yang harus dilakukan, pertama, pengandaian adanya tujuan untuk rute – rute alternatif. Kedua, pengandaian adanya pelaku yang menganggap dirinya bebas untuk memilih rute – rute tersebut. Karena menekankan pada efisiensi, rasio ini lebih memilih hasil yang kuantitatif atau yang berdasarkan jumlah.
Rasio Yuridis, yakni rasio yang mengacu pada bentuk rasionalitas yang secara obyektif terealisasi dalam bidang hukum dan birokrasi. Rasionalitas ini menekankan prinsip konsistensi, daripada prinsip efisiensi ( rasio Instrumental ). Rasio ini tidak jarang mengalami kontra dengan rasio lain, contohnya dengan rasio instrumental. Contoh ekstremnya adalah ketika adanya penggunaan uang pelicin ( uang sogokan ) untuk melancarkan suatu proyek atau usaha. Menurut rasio ini, perbuatan itu bertentangan dengan moral dan tidak benar, namun menurut rasio instrumental, tindakan ini sah – sah saja selama itu mempermudah untuk mendapatkan sesuatu. Rasio Yuridis dalam hal kekuasaan dalam suatu masyarakat berfungsi sebagai moralitas sosial yang harus dipatuhi untuk membatasi kekuasaan. Namun dalam masyarakat kapitalis rasio ini kalah dominasi dari rasio instrumental.
Rasio Kognitif, merupakan rasio yang menjelaskan bahwa sasaran dari rasio adalah pengetahuan dalam rangka mencari kebenaran yang sesuai dengan dunia. Perwujudan dari rasionalitas ini terdapat di institusi pendidikan ataupun riset modern. Penerapan dari rasio ini adalah bahwa kebenaran hanyalah dibatasi dengan kebenaran yang sesuai dengan pernyataan dunia. Pengertian ini akan menyebabkan ilmu menjadi adaptif terhadap kondisi yang ada. ilmu hanya akan melestarikan dan mendukung sistem yang ada. akibat lebih jauh dari penerapan rasio instrumental dan rasio ilmiah inilah yang akhirnya menjadi titik acuan kritik dari para tokoh Teori Kritis Mazhab Frankfurt di kemudian hari.
Ciri konsep rasio Max Weber antara lain :
Pertama, adanya matematisasi yang progresif terhadap pengalaman dan pengetahuan, suatu matematisasi yang berawal dari ilmu-ilmu alam dan keberhasilannya yang luar biasa pada ilmu dan segenap aspek kehidupannya (perhitungan yang bersifat universal). Kedua, adanya desakan tentang pentingnya pengalaman rasional dan bukti-bukti rasional dalam organisasi ilmu seperti halnya dalam segenap aspek kehidupan itu. ketiga, ada hasil dari organisasi ini yang sangat meyakinkan bagi Weber, yaitu kejadian dan kesatuan suatu hal yang universal, organisasi formal yang telah terlatih secara teknis menjadikan ‘kondisi seluruh eksistensi kita tak dapat tertangani secara mutlak’.
C. Tipe-tipe Rasionalitas
Rasionalitas praktis adalah setiap jalan hidup yang memandang dan menilai aktivitas-aktivitas duniawi dalam kaitannya dengan kepentingan individu yang murni pragmatis dan egoistis. Tipe rasionalitas ini muncul seiring dengan longgarnya ikatan magi primitif, dan dia terdapat dalam setiap peradaban dan melintasi sejarah. Jadi dia tidak terbatas pada Barat modern. Tipe rasionalitas ini berlawanan dengan segala hal yang mengancam akan melampaui rutinitas sehari-hari. Dia mendorong orang untuk tidak percaya pada seluruh nilai yang tidak praktis, religius atau utopia sekuler, maupun rasionalitas teoretis kaum intelektual.
Rasionalitas teoretis, tipe rasionalitas ini dijalankan pada awal sejarah oleh tukang sihir dan pendeta ritual dan selanjutnya oleh filsuf, hakim, dan lmuwan. Tidak seperti rasionalitas praktis, rasionalitas teoretis menggiring aktor untuk mengatasi realitas sehari-hari dalam upayanya memahami dunia sebagai kosmos yang mengandung makna. Seperti rasionalitas praktis, rasionalitas ini juga bersifat lintas peradaban dan lintas sejarah. Efek rasionalitas intelektual pada tindakan sangat terbatas. Didalamnya berlangsung proses kognitif, tidak mempengaruhi tindakan yang diambil, dan secara tidak langsung hanya mengandung potensi untuk memperkenalkan pola-pola baru tindakan.
Rasionalitas substantif, hakikatnya lebih mirip dengan rasionalitas praktis dan tidak seperti rasionalitas teoretis. Rasionalitas ini melibatkan pemilihan sarana untuk mencapai tujuan dalam konteks sistem nilai. Suatu sistem nilai ( secara substantif ) tidak lebih rasional daripada sistem lainnya. Jadi, tipe rasional ini juga bersifat lintas peradaban dan lintas sejarah, selama ada nilai yang konsisten.
D. Rasionalisasi dalam berbagai setting sosial
1. Ekonomi
Dalam merasionalisasi sistem ekonomi, Weber menggunakan rasionalitas untuk menganalisis ekonomi kapital masyarakat Barat pada waktu itu[4]. Meskipun pada umumnya terjadi kecenderungan evolusi, namun Weber menunjukkan bahwa ada berbagai sumber kapitalisme, jalur alternatif dan beragam akibat yang ditimbulkan olehnya. Dalam mengawali terhadap penguraian bentuk ekonomi, Weber mengawali dengan bentuk ekonomi tradisional dan irasional seperti ekonomi rumah tangga, desa, dan manorial. Sebagai contoh, tuan tanah dalam feodalisme menurut Weber memiliki sifat tradisional karena tidak bisa membangun bisnis skala besar dimana para petani bisa dijadikan tenaga kerja. Namun, feodalisme di Barat mulai runtuh ketika petani dan tanah dibebaskan dari kontrol bangsawan dan ekonomi uang mulai beroperasi. Dengan ini, sistem feodalisme berkembang menjadi sistem kapitalis.
Dengan adanya sistem kapitalis ini, secara tidak langsung akan menimbulkan beberapa hal yang berbeda dengan sistem feodal. Dalam perkembangannya sistem kapitalis memunculkan tenaga terampil (gilda), sistem perbudakan, sistem produksi domestik (produksi di desentralisasikan / proses kerja berlangsung di rumah para pekerja), workshop (tanpa mesin canggih) dan munculnya pabrik-pabrik.
Menurut Weber, yang paling jelas mendefinisikan sistem kapitalis rasional adalah kalkulabilitasnya, yang direpresentasikan oleh ketergantungan mereka pada tata buku modern. Perkembangan sisitem kapitalis tergantung pada berbagai perkembangan dalam ekonomi maupun dalam masyarakat luas. Dalam sistem ekonomi, sistem kapitalis memunculkan sejumlah prasyarat seperti pasar bebas, ekonomi uang, teknologi murah dan rasional dan komersialisasi kehidupan ekonomi yang melibatkan saham dan lain sebagainya.
2. Agama
Dalam merasionalisasi agama, Weber memulainya dengan mengamati perkembangan agama dari yag primitif menuju ke agama yang rasional.
Agama awal terdiri dari dewa – dewi yang campur baur, namun seiring dengan rasionalisasi, Tuhan yang lebih jelas dan koheren pun muncul. Agama awal, menurut Weber, adalag dewa rumah tangga, dewa marga, dewa penguasa lokal, dewa pekerjaan dan dewa jabatan. Dan dengan adanya kekuatan rasionalitas ( rasionalitas teoretis ) telah menghalangi atau bahkan menghapus lahirnya dewa – dewa itu. Contoh rasionalisasi agama terdapat dalam sistem kependetaan. Pendeta, secara spesifik kependetaan yang dididik secara profesional adalah pembawa dan pemercepat rasionalisasi. Kependetaan bukan hanya kelompok yang memainkan peran kuncidalam rasionalisasi. Nabi dan umat juga penting dalam proses ini. nabi dapat dibedakan dari pendeta berdasarkan panggilan pribadi, khotbah emosional, dan proklamasi doktrin mereka. Peran kunci nabi adalah mobilitasi umat, karena tidak akan ada agama tanpa sekelompok pengikut. Tidak seperti pendeta, nabi tidak cenderung menjadi kebutuhan kongregasi. Weber membedakan dua jenis nabi, yaitu Nabi etis dan Nabi teladan. Nabi etis ( Muhammad, Yesus Kristus, dan nabi-nabi dalam kitab Perjanjian Lama ) percaya bahwa mereka telah menerima perintah langsung dari Tuhan dan memerintahkan kepatuhan dari pengikutnya sebagai satu tugas etis. Nabiteladan( Buddha adalah modelnya ) menunjukkan kepada orang lain dengan contoh pribadi tentang jalan menuju keselamatan religius.
3. Hukum
Sebagaimana dalam analisis agama, Weber mengawali pembahasan hukumnya dengan hukum primitif, yang menurutnya sangat irasional[5]. Hukum primitif adalah sistem norma yang belum terlalu terdiferensiasikan. Sebagai contoh, tidak ada pembedaan antara perkara perdata dengan perkara pidana. Kasus-kasus yang melibatkan perselisihan menyangkut sebidang lahan dan pembunuhan cenderung ditangani, dan pelanggar hukum, dengan cara yang sama. Selain itu, hokum primitive cenderung tidak memiliki perangkat resmi dan secara umum hokum bebas dari formalitas dan aturan prosedural.
Dalam hukum, Weber menitikberatkan pada proses profesionalisasi, Weber juga membedakan hukum dalam dua jenis penddikan. Yang pertama adalah pendidikanprofesi, dimana murid belajar dari guru, khususnya selama praktek hukum aktual. Pendidikan ini menghasilkan tipe hukum formalistis yang didominasi oleh preseden.
Pendidikanhokumakademik, dalam sistim ini hokum diajarkan di sekolah-sekolah khusus, yang memberikan penekanan pada teori dan ilmu hukum. Dengan kata lain, tempat fenomena hokum mendapatkan perlakuan sistematis dan rasional. Di sini konsep yang dihasilkan berkarakter norma abstrak dan penafsiran atas hukum-hukum ini terjadi secara sangat formal dan logis.
4. Politik
Rasionalisasi politik terkait erat dengan rasionalisasi hukum. Sebagai contoh, semakin rasional struktur politik, maka secara sistematis dia cenderung makin menghapuskan elemen-elemen rasional dalam hukum. Karena politik rasional tidak dapat berfungsi dengan system hukum yang irasinal, begitu sebaliknya. Weber mendefinisikan politiksebagai“ komunitas yang tindakan sosialnya ditujukan untuk menyubordinasi dominasi partisipan secara terarah terhadap suatu kawasan territorial dan tindakan orang yang ada di dalamnya, melalui kesediaan untuk berlindung di bawah kekuatan fisik, biasanya termasuk dalam kekuatan bersenjata. Dan untuk melacak perkembangan politik Weber kembali pada kasus primitive sebagai strategi yang selalu di pakai.
5. Kota
Kota menyediakan alternatif bagi tatanan feodal dan menyediakan tempat bagi berkembangnya kapitalisme modern dan lebih umum lagi rasionalitas ( khususnya pada kelahiran kota Barat ). Weber mendefinisikan kota dengan ciri-ciri sebagai berikut :
§ Pemukiman yang relatif tertutup
§ Relatif besar
§ Memiliki pasar
§ Memiliki otonomi politik parsial
Meskipun sebagian besar kota memiliki ciri-ciri tersebut, kota-kota di Barat memiliki karakter rasial yang khas, salah satunya adalah pasar dan struktur politik yang diorganisasi secara rasional. Tapi mengapa masih banyak kota-kota yang belum mengembangkan bentuk kota yang rasional? Seperti komunitas tradisional di Cina dan sistem kasta di India yang bisa menghambat lahirnya kota yang rasional.
6. Bentuk Seni
Weber melihat musik di Barat telah berkembang ke arah rasional. Kreativitas musik direduksi menjadi prosedur rutin yang didasarkan atas prinsip-prinsip menyeluruh. Music di dunia Barat telah mengalami“ transformasi proses produksi musik menuju pekerjaan yang dapat diperhitungkan yang beroperasi dengan cara-cara yang dikenal, instrument yang efektif dan aturan-aturan yang dapat dipahami dan juga telah mengalami proses evolusi, dalam evolusi musik barat[6], meskipun music sering dilihat sebagai bahasa emosi, Weber memperlihatkan bahwa musik juga tunduk pada kecenderungan rasionalisasi yang merembes pada perkembangan kebudayaan Barat yang modern
E. KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa pemikiran Weber dalam masalah rasional terbagi menjadi beberapa tipe atau jenis. Diantaranya :
a. Rasio Instrumental, merupakan bentuk rasio yang paling dominan yang terwujud dalam pasar yang bersifat kapitalis. Rasio ini menekankan efisiensi dan efektifitas dalam meraih tujuan-tujuan tertentu.
b. Rasio Yuridis, yakni rasio yang mengacu pada bentuk rasionalitas yang secara obyektif terealisasi dalam bidang hukum dan birokrasi. Rasionalitas ini menekankan prinsip konsistensi, daripada prinsip efisiensi ( rasio Instrumental ).
c. Rasio Kognitif, merupakan rasio yang menjelaskan bahwa sasaran dari rasio adalah pengetahuan dalam rangka mencari kebenaran yang sesuai dengan dunia. Perwujudan dari rasionalitas ini terdapat di institusi pendidikan ataupun riset modern.
Rasionalisasi Weber dalam beberapa setting sosial dia gunakan untuk menganilisis setting – setting sosial tersebut. Setting sosial tersebut antara lain ekonomi ( rasionalisasi untuk analisis sistem kapitalis/pasar bebas ), agama ( rasionalisasi konsep kenabian, pendeta dan jema’atnya ), hukum ( menganilisis kesamaan antara hukum perdata dan pidana ), politik ( kekuasaan/dominasi satu golongan terhadap golongan lain ), kota ( tempat berkembangnya sistem kapital ) dan seni ( perkembangan music modern di barat ).
DAFTAR PUSTAKA
v Santoso Listiyono, dkk, Epistemologi Kiri, Ar Ruzz Media, Yogyakarta:2007
v Johnson Paul Doyne, TeoriSosiologiKlasikdan Modern, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta: 1994
v George Ritzerdan Douglas j. Goodman, TeorisosiologidariteoriklasiksampaiperkembanganMutakhirTerorisosiologiPosmodern, KREASI WACANA, Yogyakarta: 2010
Pertanian di Indonesia menghasilkan berbagai macam tumbuhan komoditi ekspor, antara lain padi, jagung, kedelai, sayur-sayuran, cabai, ubi, dan singkong. Di samping itu, Indonesia juga dikenal dengan hasil perkebunannya, antara lain karet (bahan baku ban), kelapa sawit (bahan baku minyak goreng), tembakau (bahan baku obat dan rokok), kapas (bahan baku tekstil), kopi (bahan minuman), dan tebu (bahan baku gula pasir. Sektor perkebunan merupakan salah satu sektor penyumbang devisa yang tinggi bagi negara. Banyak jenis tanaman perkebunan di Indonesia yang memiliki nilai jual tinggi dalam pasar internasional salah satunya yaitu kelapa sawit. Kelapa sawit (Elaeis) adalah tanaman perkebunan penting penghasil minyak makanan, minyak industri, maupun bahan bakar nabati (biodiesel). Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit kedua dunia setelah Malaysia. Untuk meningkatkan produksi kelapa sawit dilakukan kegiatan perluasan areal pertanaman, rehabilitasi kebun yang sudah ada dan intensifikasi. Pelaku usahatani kelapa sawit di Indonesia terdiri dari perusahaan perkebunan besar swasta, perkebunan negara dan perkebunan rakyat. Usaha perkebunan kelapa sawit rakyat umumnya dikelola dengan model kemitraan dengan perusahaan besar swasta dan perkebunan negara (inti – plasma). Khusus untuk perkebunan sawit rakyat, permasalahan umum yang dihadapi antara lain rendahnya produktivitas dan mutu produksinya.
Produktivitas kebun sawit rakyat rata-rata 16 ton Tandan Buah Segar (TBS) per ha, sementara potensi produksi bila menggunakan bibit unggul sawit bisa mencapai 30 ton TBS/ha. Produktivitas CPO (Crude Palm Oil) perkebunan rakyat hanya mencapai rata-rata 2,5 ton CPO per ha dan 0,33 ton minyak inti sawit (PKO) per ha, sementara di perkebunan negara rata-rata menghasilkan 4,82 ton CPO per hektar dan 0,91 ton PKO per hektar, dan perkebunan swasta rata-rata menghasilkan 3,48 ton CPO per hektar dan 0,57 ton PKO per hektar. Salah satu penyebab rendahnya produktivitas perkebunan sawit rakyat tersebut adalah karena teknologi produksi yang diterapkan masih relatif sederhana, mulai dari pembibitan sampai dengan panennya. Dengan penerapan teknologi budidaya yang tepat, akan berpotensi untuk peningkatan produksi kelapa sawit.
Pemeliharaan tanaman kelapa sawit merupakan salah satu upaya untuk emningkatkan kualitas serta produktifitas yang dihasilkan. Sebagai tanaman perkebunan tahunan, kelapa sawit memerlukan perawatan yang khusus dibandingkan dengan tanaman musim lainnya. Pemeliharaan kelapa sawit yang biasa dilakukan oleh petani pada umumnya terdiri dari kegiatan pemangkasan dan pemupukan. Pemangkasan dilakukan untuk tujuan agar pertumbuhan tanaman dapat lebih optimal serta memudahkan dalam pemanenan. Sedangkan pemupukan tanaman kelapa sawit bertujuan untuk memaksimalkan pertumbuhan tanaman kelapa sawit agar dapat berproduksi dan menghasillkan buah secara maksimal. Pemeliharaan tanaman kelapa sawit dilakukan selama beberapa periode tertentu saja untuk tetap menjaga pertumbuhan tanaman kelapa sawit dalam keadaan yang optimal. Terdapat macam pemangkasan serta penunasan yang dilakukan dalam pemeliharaan tanaman kelapa sawit. Kegiatan tersebut dilakukan dengan menggunakan alat khusus agar lebih memudahkan dan menghemat waktu dalam pemeliharaan. Karakteristik dari tanaman kelapa sawit yang banyak ditumbuhi oleh duri pada bagian daunnya, menjadikan tanaman kelapa sawit berbeda dengan tanaman lainnya seperti kopi ataupun kakao dalam melakukan pemeliharaannya.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana cara memangkas kelapa sawit dengan benar.
2. Menentukan bilangan pelepah yang perlu ditinggalkan diatas pohon supaya senantiasa mencukupi untuk member keluasan daun yang optimum.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Indonesia memiliki potensi alamiah yang baik untuk pengembangan sektor pertanian. Salah satu sub sektor pertanian yang mampu memberikan pertumbuhan ekonomi adalah subsektor perkebunan. Tanaman kelapa sawit merupakan salah satu tanaman perkebunan di Indonesia yang memiliki prospek dan mendominasi produksi kawasan Asia Tenggara bahkan tingkat dunia. Mengingat semakin meningkatnya permintaan akan bahan minyak sawit dan peranannya bagi perekonomian Indonesia, maka untuk mempertahankan dan terus meningkatkan produksinya agar berkesinambungan perlu diusahakan bibit yang sehat dan bermutu tinggi ( Nurahmi, E dkk., 2010 ).
Kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacq Ppalmae) adalah tanaman perkebunan penting penghasil minyak makanan, minyak industri, maupun bahan bakar nabati (biodiesel). Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit kedua dunia setelah Malaysia. Diperkirakan pada tahun 2009, Indonesia akan menempati posisi pertama produsen sawit dunia. Untuk meningkatkan produksi kelapa sawit dilakukan kegiatan perluasan areal pertanaman, rehabilitasi kebun yang sudah ada dan intensifikasi. Lama penyinaran matahari yang baik untuk kelapa sawit antara 5-7 jam/hari. Tanaman ini memerlukan curah hujan tahunan 1.500-4.000 mm, temperatur optimal 24-28 ºC. Ketinggian tempat yang ideal untuk sawit antara 1-500 m dpl (di atas permukaan laut). Kelembaban optimum yang ideal untuk tanaman sawit sekitar 80-90% dan kecepatan angin 5-6 km/jam untuk membantu proses penyerbukan. Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah Podzolik, Latosol, Hidromorfik Kelabu, Alluvial atau Regosol, tanah gambut saprik, dataran pantai dan muara sungai. Tingkat keasaman (pH) yang optimum untuk sawit adalah 5,0-5,5 ( Kiswanto, dkk., 2010 ).
Kelapa sawit adalah tanaman tropis yang masuk sekitar 2 dekade di wilayah Asia tenggara. Kelapa sawit vegetatif dikategorikan sebagai proyek industri yang strategis. Kelapa sawit menjadi sektor yang menyumbang pendapatan bagi negara seperti Indonesia, Malaysia dan Thailand (Nizam dan Te-chato, 2012). Kelapa sawit bisa dijadikan pula sebagai obat herbal. Hal ini menyangkut kelapa sawit bisa dijadikan obat beberapa penyakit. Salah satu penyakit yaitu liver. Cara penggunaannya yaitu dengan dilakukan in vitro antioksidan dan in vivo hepatoprotektif ( Vijayarathna, dkk., 2012 ). Menurut Razali et al. (2012) kelapa sawit biasanya monoceous dengan baik bunga jantan dan betina pada pohon yang sama. Kelapa sawit adalah salib penyerbukan dan agen penyerbukan utama adalah kumbang, Elaeidobius kamerunicus.
Keberhasilan budidaya suatu jenis komoditas tanaman sangat tergantung kepada kultivar tanaman yang ditanam, agroekologis/lingkungan tempat tumbuh tempat melakukan budidaya tanaman dan pengelolaan yang di – lakukan oleh petani/pengusaha tani. Khusus mengenai lingkungan tempat tumbuh (agro-ekologis), walaupun pada dasarnya untuk memenuhi persyaratan tumbuh suatu tanaman dapat direkayasa oleh manusia, namun memerlukan biaya yang tidak sedikit . Dalam rangka pengembangan suatu komoditas tanaman, pertama kali yang harus dilakukan mengetahui persyaratan tumbuh dari komoditas yang akan dikembangkan kemudian mencari wilayah yang mempunyai kondisi agroekologis/faktor tempat tumbuh yang relatif sesuai (Sasongko, 2010).
Benih kelapa sawit untuk calon bibit harus dihasilkan dan dikecambahkan oleh lembaga resmi yang ditunjuk oleh pemerintah. Proses pengecambahan dilakukan dengan melepas tangkai tandan buah dari spikletnya, lalu diperam selama 3 hari. Selanjutnya masukkan buah ke mesin pengaduk untuk memisahkan daging buah dari biji. Cuci biji dengan air, lalu rendam dalam air selama 6-7 hari, ganti air rendaman setiap hari, rendam biji tadi dalam Dithane M-45 konsentrasi 0,2% selama 2 menit, lalu kering anginkan. Masukkan biji kelapa sawit tersebut kedalam kaleng pengecambahan dan simpan di dalam ruangan bertemperatur 390 dengan kelembaban 60-70% selama 60 hari. Setiap 3 hari benih di kering anginkan selama 3 menit (Lubis, dkk., 2008)
Kebutuhan benih kelapa sawit meningkat setiap tahun tetapi tidak seimbang dengan ketersediaan benih. Altenatif penyediaan bibit unggul dilakukan melalui perbanyakan kultur jaringan yang diperkirakan dapat menjawab kebutuhan benih sawit saat ini. Namun proporsi kelapa sawit yang berasal dari embrio somatik hasil kultur jaringan memperlihatkan fenotip varian somaklonal mantel (Hetaharie, 2010). Seperti halnya penanaman kelapa sawit pada lahan mineral, penanaman kelapa sawit pada lahan gambut memiliki beberapa kendala, satu di antaranya ialah permasalahan gulma (Syahputra, 2011).
Bibit kelapa sawit ( Elaeis guineensis Jacq.)yang berkualitas di peroleh dari induk yang mempunyai genotipe dengan sifat-sifat yang unggul. Selain sifat unggul yang berperan dalam menghasilkan bibit berkualitas adalah pemeliharaan bibit, meliputi pemupukan dan pengelolaan air. Pemupukan dan pengelolaan air sangat dipengaruhi pertumbuhan bibit kelapa sawit. Pemupukan bibit kelapa sawit dapat dilakukan dengan penambahan pupuk anorganik dan organik. Penambahan pupuk organik seperti kompos bertujuan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Perbaikan sifat fisika tanah dengan penambahan bahan organik dapat terjadi karena bahan organik berperan sebagai perekat (cement agent) yang menstimulir pembentukan agregat tanah. Pembentukan agregat tanah akan mempengaruhi persentase pori di dalam tanah. Perubahan tersebut berakibat pada kemampuan tanah menahan air, permeabilitas, tingkat infiltrasi dan aerasi. Perubahan ini ikut memperbaiki kesuburan biologi tanah. Bahan organik selain memperbaiki sifat fisika juga memperbaiki kesuburan kimia tanah. Perbaikan kesuburan kimia oleh bahan organik bukan karena penambahan hara dari bahan organik yang umumnya mempunyai kandungan hara yang rendah. Akan tetapi dikarenakan kemampuan bahan organik mengubah daya tukar kation tanah. Daya tukar kation meningkat pada tanah yang diberikan bahan organik karena perombakan bahan organik menghasilkan asam-asam dan basa-basa yang dapat meningkatkan pertukaran ion dari tanah pada komplek jerapan. Hal ini dikarenakan secara alami bahan organik seperti kompos, tanah gambut, humus, mempunyai daya tukar kation 300-400 meq/100 gram tanah sedangkan partikel tanah misalnya liat sebagai jenis tanah mineral yang daya tukar kation tertinggi hanya mempunyai kapasitas tukar kation 38 meq/100 gram tanah. ( Ichsan, dkk., 2012).
Penggunaan mekanisasi dalam penanaman kelapa sawit contohnya dengan menggunakan mesin untuk mempercepat dan mencoba untuk lebih menjaga kondisi fisik tanah untuk menjaga pertumbuhan dan fungsi akar. Fungsi akar untuk tumbuh dan menelusuri tanah untuk mencari air dan nutrisi merupakan faktor penting untuk menjaga pertumbuhan kelapa sawit. Kondisi fisik tanah juga akan mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup tanaman kelapa sawit (Yahya, et al., 2010).
Pemangkasan daun bertujuan untuk memperoleh pohon yang bersih dengan jumlah daun yang optimal dalam satu pohonserta memudahkan pamanenan. Memangkas daun dilaksanakan sesuai dengan umur/tingkat pertumbuhan tanaman. Macam-macam pemangkasan : 1. Pemangkasan pasir, yaitu pemangkasan yang dilakukan terhadap tanaman yangberumur 16-20 bulan dengan maksud untuk membuang daun-daun kering dan buahbuah pertama yang busuk. Alat yang digunakan adalah jenis linggis bermata lebar dan tajam yang disebut dodos. 2. Pemangkasan produksi, yaitupemangkasan yang dilakukan pada umur 20-28 bulan dengan memotong daun-daun tertentu sebagai persiapan pelaksanaan panen. Daun yang dipangkas adalah songgo dua (yaitu daun yang tumbuhnya saling menumpuk satu sama lain), juga buah- buah yang busuk. Alat yang digunakan adalah dodos seperti pada pemangkasan pasir. 3. Pemangkasan pemeliharaan, adalah pemangkasan yang dilakukan setelah tanaman berproduksi dengan maksud membuang daun-daun songgo duasehingga setiap saat pada pokok hanya terdapat daun sejumlah 28-54 helai. Sisa daun pada pemangkasan ini harus sependek mungkin, agar tidak mengganggu kegiatan panen (Kiswanto, 2010).
BAB 3. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Budidaya Tanaman Perkebunan Acara Morfologi Tanaman Kelapa Sawit dilaksanakan pada Sabtu, 31 November 2015 bertempat di Agrotechnopark Jubung Fakultas Pertanian Universitas Jember pukul 15.00 WIB sampai selesai.
3.2 Alat dan bahan
3.2.1 Alat
1. Dodos
3.2.2 Bahan
1. Kelapa sawit
3.3 Cara Kerja
1. Memotong pelepah daun terbawah dengan meninggalkan bagian pangkal pelepah sepanjang 2 ± 3 cm atau selebar tandan buah sawit. Tanaman muda (kurang 4 tahun) ± buang pelepah kering saja. Umur tanaman 4 ± 7 tahun jumlah pelepah yang dipertahankan 48 ± 56 pelepah/pokok. Tinggalkan 2 pelepah di bawah tandan hitam terakhir.
2. Umur pokok 8 ± 14 tahun jumlah pelepah yang dipertahankan 4 – 48 pelepah/pokok. Tinggalkan 1 pelepah di bawah tandan hitam yang terakhir.
3. Umur pokok melebihi 15 tahun pelepah yang dipertahankan 32 ± 40 pelepah/pokok. Tinggalkan 1 pelepah di bawah tandan hitam terakhir.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
No.
Gambar
Keterangan
1
Gambar tanaman kelapa sawit yang akan dipangkas. Tanaman yang belum mengalami pemangkasan masih terdapat pelepah – pelepah daun yang lebat dan saling berdempetan serta jika dilihat banyaknya pelepah daun tidak proporsional.
2
Gambar percontohan kegiatan pemangkasan kelapa sawit.Pemangkasan kelapa sawit dilakukan pada bagian batang bawah yang tidak bagus pertumbuhannya.Pemangkasan kelapa sawit menggunakan alat yang disebut dengan dodos, egrek dan lain-lain.
3
– Pelaksanaan pemangkasan tanaman kelapa sawit yang dilakukan oleh praktikan.- Pemangkasan kelapa sawit dilakukan agar memperoleh jumlah pelepah daun yang optimal sehingga pertumbuhan tanaman berjalan maksimal.- Pemangkasan menggunakan dodos.- Pemangkasan dengan membuang daun – daun kering, bunga yang kering, dan pelepah bawah yang bergerombolan.
4
Gambar salah satu praktikan yang melakukan pemangkasan kelapa sawit menggunakan dodos.
5
Gambar tanaman kelapa sawit yang sudah dipangkas.Tanaman yang sudah dipangkas terlihat bersih.Pemangkasan hanya menyisakan bagian batang yang efektif saja.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan data yang telah diperoleh, kegiatan pemeliharaan tanaman kelapa sawit terdiri dari pemangkasan dan pemupukan. Kegiatan pemangkasan dilakukan dengan menggunakan alat seperti dodos, sabit, ataupun parang. Pemangkasan yang dilakukan yaitu pada bagian tanaman kelapa sawit terutama daun yang kering serta bagian pelepah yang sudah tidak produktif lagi. Tanaman kelapa sawit yang belum dilakukan pemangkasan akan masih banyak terdapat cabang-cabang yang kering serta beberapa bagian yang terserang hama penyakit. Pada bagian areal pertanaman masih terdapat banyak ditumbuhi oleh gulma ataupun tanaman liar yang perlu dibersihkan. Cabang-cabang yang dipangkas merupakan cabang dengan ciri-ciri terserang penyakit ataupun hama dan daun-daun yang kering. Agar lebih memudahkan dalam pemangkasan maka digunaka alat seperti parang atau dodos yang digunakan untuk memotong bagian yang diinginkan. Tanaman yang telah dipangkas akan Nampak lebih bersih dan rapi. Kondisi ini akan memudahkan dan mengoptimalkan pertumbuhan tanaman kelapa sawit terutama dalam mendapatkan sinar matahri sehingga pertumbuhan tanaman akan lebih optimal. Setelah tanaman kelapa sawit selesai dipangkas, maka selanjutnya dapat dilakukan pemupukan. Pemupukan dilakukan dengan membersihkan laha terlebih dahulu dari rerumputan yang tumbuh liar hingga sekitar lahan pertanaman menjadi bersih dan penyerapan unsur hara ataupun pupuk yang diberikan dapat optimal.sebelum dilakukan pengapikasian, dilakukan pembuatan parit terlebih dahulu atau piringan yang berfungsi untuk meletakkan pupuk. Pembuatan parit atau piringan ini dilakukan sedalam 10 – 15 cm dengan bentuk melingkari tanaman kelapa sawit dengan diameter lingkaran 1 – 1,5 meter. Pupuk yang diaplikasikan terdiri dari pupuk N, P, dan K. pupuk diaplikasikan dengan cara merata pada bagian piringan selanjutnya ditutup kembali dengan menggunakan tanah. Penutupan ini bertujuan untuk mengurangi penguapan yang terjadi ataupun leaching akibat hujan. Setelah ditutup dengan tanah selanjutnya dilakukan penyiraman dengan menggunakan air dengan tujuan agar pupuk yang diaplikasikan dapat meresap dan mudah diperoleh oleh akar tanaman kelapa sawit. Lahan atau areal pertanaman yang telah dilakukan pemangkasan dan pumupuna kana tampak lebih rapid an bersih sehingga pertumabahan tanaman dapat lebih optimal dan produksi yang dihasilkan meningkat.
Pemupukan merupakan kegiatan yang sangat penting dalam menunjang produksi suatu tanaman terutama tanaman kelapa sawit. Dalam pemupukan kelapa sawit terdapat beberapa jenis pupuk yang dapat diapikasikan sesuai dengan kebutuhan kelapa sawit yang dibudidayakan. Jenis pupuk untuk kelapa sawit dapat berupa pupuk tunggal, pupuk campuran, pupuk majemuk, dan pupuk organik. Pemilihan jenispupuk, disarankan agar hati-hati karena banyak beredar di pasaran berbagai bentuk dan komposisi hara. Berbagai jenis pupuk diuraikan sebagai berikut :
a. Pupuk tunggal merupakan pupuk yang mengandung satu jenishara utama. Pupuk tunggal yang dipergunakan perkebunan kelapa sawit dalam memenuhi kebutuhan hara makro bagi tanaman kelapa sawit.
b. Pupuk majemuk merupakan pupuk yang mengandung beberapa unsur hara yang dikombinasikan dalam satu formulasi. Pada dasarnya dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman kelapa sawit. Keuntungan penggunaan pupuk majemuk adalah semua unsur hara utama diaplikasikan dalam satu rotasi pemupukan. Selain itu, penggunaan pupuk majmuk dalam pemupukan kelapa sawit dapat menghemat dan mengiefisiensikan waktu serta baiaya pengeluaran.
Dalam pemeliharaan tanaman kelapa sawit, kegiatan pemupukan harus dilakukan sesuai dengan kebutuhan tanaman. Menurut Kiswanto (2010) menyatakan bahwa dosis yang digunakan pada pertanaman kelapa sawit harus sesuai dengan ketersediaan unsur hara dalam tanah dan yang mampu diserap oleh tanaman. Pupuk harus tersedia pada waktu yang ditentukan, sehingga keberadaannya tidak menjadikan suatu hambatan bagi tanaman yang akan dipupuk. Adapun waktu yang terbaik untuk melakukan pemupukan adalah pada saat musim penghujan, yaitu pada saat keadaan tanah berada dalam kondisi sangat lembab, tetapi tidak sampai tergenang air. Dengan demikian, pupuk yang diberikan dimasing-masing tanaman dapat segera larut dalam air, sehingga lebih cepat diserap oleh akar tanaman. Jumlah air tanah yang sangat baik untuk melarutkan pupuk adalah sekitar 75% dari kapasitas lapang. Hal ini dapat dicapai jika sehari sebelumnya telah terjadi hujan sebanyak sekitar 20 mm serta pada bulan-bulan sebelumnya tidak terjadi defisit air. Pemupukan dilakukan pada waktu hujan kecil, namun >60 mm/bln. Pemupukan ditunda jika curah hujan kurang dari 60 mm per bulan.
a. Pupuk dolomit dan Rock Phosphate (RP) diusahakan diaplikasikan lebih dulu untuk memperbaiki kemasaman tanah dan merangsang perakaran, diikuti oleh MOP/KCl danurea/ZA.
b. Jarak waktu penaburan dolomit/RP dengan urea/ ZA minimal 2minggu.
c. Seluruh pupuk agar diaplikasikan dalam waktu dua bulan.
Pemupukan dilakukan 2 – 3 kali tergantung pada kondisi lahan, jumlah pupuk, dan umur kondisi tanaman. Pemupukan pada tanah pasir dan gambut perlu dilakukan dengan frekuensi yang lebih banyak. Frekuensi pemupukan yang tinggi mungkin baik bagi tanaman, namun tidak ekonomis dan mengganggu kegiatan kebun lainnya.
Menurut Syahputra (2011), menyatakan bahwa pemeliharaan tanaman kelapa sawit terdiri dari pemangkasan atau penunasan. Pemangkasan kelapa sawit yang dilakukan dibedakan menjadi tiga jenis yaitu:
1. Pemangkasan pasir atau pemangkasan pendahuluan yang dilakukan pada saat tanaman berumur 10 – 20 bulan dengan maksud untuk membuang daun – daun kering dan buah – buah pertama yang berukuran kecil atau buah yang busuk. Alat yang digunakan adalah sejenis linggis bermata lebar dan tajam yang disebut dodos (chiles).
2. Penunasan produksi, dilakukan pada saat tanaman berumur 20-28 bulan dengan memotong daun-daun tertentu untuk persiapan panen dengan menggunakan alat dodos karena tanaman masih pendek. Jenis daun yang dipangkas adalah songgo dua, yaitu daun yang tumbuhnya saling menumpuk satu sama lain dan buah yang busuk.
3. Penunasan pemeliharaan, penunasan atau pemangkasan yang dilakukan setelah tanaman berproduksi optimal dengan mebuang daun-daun songgo dua sehingga pada saat pokok hanya terdapat daun sejumlah 28-54 helai. Sisa potongan daun harus pendek yang maksimal. Pelaksanaan dilakukan bersamaan dengan panen atau waktu tertentu bila pada mahkota pokok terdapat jumlah daun yang melebihi ketentuan. Jenis alat yang digunakan adalah egrek (sabit bertangkai panjang).
Sedangkan untuk pemangkasan berdasarkan umur dari tanama kelapa sawit dapat dibedakan menjadi :
a. Penunasan Pasir
Selama masa TBM hingga 6 (enam) bulan sebelum panen pertama, tidak dibenarkan melakukan pekerjaan tunas apapun. Prinsip tunas pertama (tunas pasir) adalah hanya membuang pelepah- pelepah tua dan kering. Oleh karena itu selama satu siklus hidupnya hanya sekali saja pekerjaan tunas pasir ini. Caranya :
· Seluruh pelepah-pelepah tua dan kering dibuang, sedangkan pelepah diatasnya dibiarkan.
· Pelepah dipotong rapat ke pangkal dengan memakai dodos kecil (mata dodos 7-8 cm) atau arit kecil, kemudian pelepah-pelepah tersebut dikeluarkan dari piringan dan disusun di gawangan mati.
· Sesudah pekerjaan tunas pasir selesai hingga masa tunas selektif, maka dilarang keras memotong pelepah untuk tujuan apapun, kecuali untuk analisa daun, inipun hanya dibenarkan mengambil anak daunnya saja.
b. Penunasan Selektif
Dilakukan pada tanaman berumur 3 – 4 tahun (TM), tergantung pada pertum-buhan pokok dengan tujuan mempersiapkan pokok untuk dipanen. Suatu blok tanaman dapat mulai ditunas selektif jika sekurang-kurangnya 40 % telah mempunyai tandan buah yang hampir masak pada tinggi ± 90 cm dari tanah (diukur dari permukaan tanah ke pangkal tandan tertua). Caranya:
· Batas tunas adalah ditinggal 3 pelepah dibawah buah terendah atau lazim disebut songgo 3.
· Semua pelepah dibawah 3 songgo buah tersebut diatas supaya ditunas secara timbang air keliling pokok.
· Semua rumput-rumputan seperti pakis dan lain-lain yang tumbuh di pokok sawit harus dicabut/dibersihkan.
· Penunasan sisa pokok yang 60% lagi dilaksanakan 4 bulan kemudian, sehingga semua pokok di blok tersebut akhirnya akan tertunas.
c. Penunasan Periodik (Umum)
Dilakukan pada tanaman yang telah berumur diatas 4 tahun dengan rotasi 9 bulan sekali. Perencanaannya tiap tahun harus didasarkan pada rotasi terakhir di tahun sebelumnya. Caranya :
· Pada tanaman muda dan remaja (sampai 6 tahun), jumlah daun yang aktif dipertahankan 48-56 pelepah atau dengan istilah songgo tiga. Sedangkan untuk tanaman yang lebih tua ditinggal 40-48 pelepah atau dengan istilah songgo dua.
· Pelepah dipotong rapat ke batang dengan bidang tebasan berbentuk tapak kuda yang membentuk sudut 30o terhadap garis horisontal.
· Satu rotasi tunas harus selesai dalam jangka 9 bulan, sedangkan untuk satu tahun : 1 1/3 rotasi.
Tanaman kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati yang dapat menjadi andalan dimasa depan karena berbagai kegunaannya bagi kebutuhan manusia. Kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan nasional Indonesia. Selain menciptakan kesempatan kerja yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat, juga sebagai sumberdevisa negara. Hal ini menyebabkan tanaman kelapa sawit harus dipelihara dengan baik agar dapat mencapai produksi yang tinggi. Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan untuk menunjang produksi tanaman kelapa sawit yaitu dengan cara melakukan pemeliharaan. Kegiatan pemeliharaan tanaman kelapa sawit merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan guna untuk menunjang produksi yang dihasilkan oleh tanaman kelapa sawit. Pemeliharaan tanaman kelapa sawit pada dasarnya bertujuan untuk mengurangi cabang-cabang yang tidak produktif selain itu juga untuk mencegah penyebaran hama dan penyakit yang dapat mengganggu dan menghambat pertumbuhan tanaman kelapa sawit.
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Kegiatan pemelihraan tanaman kelapa sawit meliputi kegiatan pemangkasan dan pemupukan yang dilakukan untuk menunjang pertumbuhan tanaman sawit agar lebih optimal.
2. Pemangkasan yang dilakukan yaitu pada cabang atau pelepah-pelah daun yang kering dan terkena serangan hama penyakit dan pertumbuhannya sudah tidak produkstif lagi.
3. Kegiatan pemangkasan dapat mengoptimalkan pertumbuhan tanaman sawit dan pengoptimalan sinar matahari yang diperoleh.
4. Alat yang digunakan dalam pemangkasan yaitu sabit, parang, ataupun dodos.
5. Pembuatan piringan dalam pemupukan berfungsi sebagai tempat untuk meletakkan pupuk agar tidak mudah menguap ataupun tercuci.
5.2 Saran
Kegiatan praktikum acara pemeliharaan tanaman kelapa sawit sudah berjalan dengan baik. Akan tetapi, banyak mahasiswa yang tidak aktif bekerja dikarenakan keterbatasan alat untuk memangkas. Untuk kedepannya semoga menjadi bahan pertimbangan.
DAFTAR PUSTAKA
Ichsan,C.N, Nurami, E, Saljuna. 2012. Respon Aplikasi Dosis Kompos Dan Interval Penyiraman Pada Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.). Agrista, 16 (2) : 94-106.
Kiswanto, Jamhari Hadi Purwanta, dan Bambang Wijayanto. 2010. Teknologi Budidaya Kelapa Sawit. Lampung : Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Lubis, Rustam Effendi dan Agus Widanarko. 2009. Buku Pintar Kelapa Sawit. Jakarta : P.T AgroMedia.
Nizam, Khairun and Sompong Te-Chato. 2012. In Vitro Flowering And Fruit Setting Of Oil Palm Elaeis Guineensis Jacqmarlina. Agricultural Technology, 8(3): 1079-1088.
Nurahmi, E., Nurhayati, dan Ulfa. 2010. Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elais guineensis Jacq) Pada Berbagai Komposisi Media Tanam Dan Konsentrasi Pupuk Daun Seprint. Agrista, 14(3): 100-104.
Razali, Mohd. Hudzari, Abdul Ssomad M.A. Halim and Asyazili Roslan. 2012. A Review on Crop Plant Production and Ripeness Forecasting. Agriculture and Crop Sciences, 4(2): 54-63.
Sasongko, Purnomo Edi. 2010. Studi Kesesuaian Lahan Potensial untuk Tanaman Kelapa Sawit di Kabupaten Blitar. Pertanian Mapeta, 12(2): 72-144.
Syahputra, Edy, Sarbino, dan Siti Dian. 2011. Weeds Assessment di Perkebunan Kelapa Sawit Lahan Gambut. Perkebunan dan Lahan Tropika, 1(1): 37-42.
Vijayarathna, Soundararajan, Subramanion L. Jothy, Kwan Yeut Ping, Lachimanan Yoga Latha, Nadras Othman and Sreenivasan Sasidharan. 2012. In Vitro Antioxidant Activity and Hepatoprotective Potential Of Elaeis Guineensis Leaf Against Paracetamol Induced Damage in Mice. Chemical Engineering and Applications, 3(4): 293-296.
Yahya, Zuraidah, Aminuddin Husin, Jamal Talib, Jamarei Othman, Osumanu Haruna Ahmed and Mohamadu Boyie Jalloh. 2010. Oil Palm (Elaeis guineensis) Roots Response to Mechanization in Bernam Series Soil. Applied Sciences, 7(3): 343-348.
Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman sumber pangan utama bagi masyarakat di Indonesia, dimana mayoritas petani indonesia membudidayakan tanaman padi. Tanaman padi merupakan komoditas tanaman pangan utama yanag menjadi jantung badi petani di Indonesia, dimana padi dikonsumsi setiap hari oleh manusia. Padi sebagai tanaman pangan semusim, sehingga tanaman padi dapat dibudidayakan secara teus-menerus. Tanaman padi merupakan tanaman lahan basah atau sawah dengan sistem tergenagng. Petani di Indonesia dalam melakukan budidaya tanaman padi disudutkan pada berbagai permasalahan dalam melaksanakan budidaya tanaman. Semakin sempitnya lahan-lahan pertanian yang disebabkan oleh alih fungsi lahan menjadi non pertanian membuat komoditas padi di Indonesia semakin tahun menurun kuantitasnya. Sistem pertanian yang dilakukan oleh petani kebanyakan menggunakan penanaman secara intensif.
Kegiatan dalam budidaya tanaman padi pada umumnya meliputi pembibitan, persiapan lahan, pemindahan bibit tanam, pemupukan dan pemeliharaan yang meliputi pengairan, penyiangan, pengendalian hama dan penyakit dan panen, serta pasca panen. Beberapa dekade terakhir telah banyak diperkenalkan dan dikembangkan berbagai jenis teknologi budidaya tanaman padi. Teknologi tersebut terbagi dalam sistem tanpa olah tanah (TOT) yaitu penanaman tanaman padi dengan melakukan spesifik pengolahan tanah untuk menjaga keadaan lingkungan pada kondisi yang sebenarnya. Teknologi jajar legowo merupakan sistem penanaman dengan pengguanaan jarak antar barisan sebagai tempat perawatan tanaman agar lebih mudah. Teknolgi sistem tanam benih secara langsugn dengan cara menabur atau memasukkan benih langsung ke dalam tanah dengan cara ditugal, biasanya sistem tanam seperti ini diaplikasikan pada tanaman padi SRI yang adapat ditanam secara langsung di lahan.
Tanaman padi tumbuh di daerah dengan iklim tropis dan subtropis dengan garis lintang 450 lintang utara dan 450 lintang selatan dengan kondisi panasa dankelembaban yang tinggi. Tanaman padi menghendaki sinar matahari penuh selama 12 jam. Berbagai sistem tanam yang dilakukan oleh petani, namun sistem tanam jajar legowo mulai banyak diterapkan di indonesia. Berdasarkan permasalahan yang mendasar pada cuaca dan iklim di negara tropis sangat sulit untuk ditentukan. Penanaman tanaman padi sebaiknya serentak untuk memperoleh hasil produksi yang maksimal dan mencegah berkembangnya hama dan penyakit. Produktivitas tanaman padi sangat ditentukan oleh beberapa faktor penting yang perlu mendapat perhatian. Faktor tesebut adalah syarat tumbuh tanaman, cuaca dan iklim, teknik atau teknologi yang diterapkan, varietas yang digunakan, panen, dan penanganan pasca panen. Salah satu langkah yang mudah dilakukan adalah dengan menggunakan varietas tanaman unggul yang tahan terhadap cekaman lingkungan aupun serangan hama dan penyakit.
Namun, jika kita berbicara tentang lingkungan, maka lingkungan merupakan faktor pembatas dalam budidaya tanaman padi karena iklim tidak dapat dimanipulasi. Berbagai teknik penanaman sudah dilakukan oleh petani di indonesia. Sistem penanaman yang dilakukan mulai dari penaman lahan basah dengan irigasi yang cukup, penanaman pada lahan berlumpur dan penanaman dengan jarak tanam dan irigasi yang baik. Pemeliharaan tanaman sangat erat kaitannya dengan menjaga kebutuhan tanaman akan nutrisi. Pemupukan merupakan salah satu kegiatan untuk menambahkan nutrisi melalui media tanah sebagai suber bahan organik untuk memenuhi kebutuhan tanaman. Hal-hal yang kurang diperhatikan oleh petani adalah saat panen dan pasca penen tanaman padi. Penanganan pasca panen tanaman padi kurang diperhatikan oleh masyarakat. Sistem budidaya yang dapat dilakukan adalah sitem tanpa olah tanah, penanaman langsung, dan jajar legowo.
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa dapat memahami dan mempelajari teknik budidaya tanama padi.
2. Melatih keterampilan mahasiswa dalam menentukan komponen-komponen budidaya yang baik bagi petani.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Sistem tanam pada pertanaman padi sangat berpengaruh terhadap komponen budidaya dan hasil produksi tanaman. Pengaruh tersebut terjadi pada penangkapan cahaya untuk fotosintesis, kebutuhan air tanaman, penyerapana usur hara oleh akar, ketersediaan ruang yang menentukan kompetisi gulma dengna tanaman, dan iklim mikro di bawah kanopi yang berpengaruh terhadap perkembangan hama dan penyakit tumbuhan. Menurut Ikwani (2013) jarak tanam yang lebar akan meningkatkan penangkapan sinar matahari oleh tajuk tanaman sehingga berpengaruh terhadap jumlah anakan yang dihasilkan, meningkatkan bobot kering tanaman dan bobot gabah tiap rumpun. Jarak tanam yang lebar juga memberikan ruang, semakin rapat jarak tanam maka semakin sedikit rumpun yang dihasilkan per rumpunnya. Sedangkan pada populasi yang rendah dengan jarak tanam yang lebar mampu menghasilkan keragaman rumpun yang besar.
Pengelolaan tanaman terpadu merupakan suatu penekatan dalam budidaya tanaman yang memiliki peran sentral terhadap peningkatan hasil produksi padi. Menurut Watemin dan Budiningsih (2012) berdasarkan hasil analissis data yang dilakukan tingkat penerapan pengelolaan tanaman terpadu padi sawah di kecamatan kebasen secara keseluruhan sebesar 76,67 %. Sedangkan penerapan teknologi budidaya dengan jajar legowo menghasilkan produksi sebesar 81,67 %. Faktor yang berpengaruh antara lain penggunaan varietas unggul, sistem pemupukan berimbang dan pengendalian hama dan penyakit secara teratur.
Sistem budidaya menggunakan teknik jajar legowo pada umumnya dikombinasikan dengan pengguanaan benih unggul bersertifikat, dimana kelebihan benih tersebut adalah mutunya terjamin, daya kecambah lebih tinggi, bebas dari hama dan penyakit. Pemeliharaan tanaman yang perlu dilakukan meliputi sanitasi lahan, pembersihan gulma, pemberian pupuk dan pengendaian hama dan penyakit baik dengan pestisida kimia atau bahan alami sebagai pestisida. Urea, Phonska merupakan beberapa jenis pupuk yang digunakan dalam menyuplai unsur hara tanaman. Hal yang paling penting dalam pemupukan adalah menerapkan 5 tepat, yaitu tepat jenis, dosis, tempat, cara, dan tepat waktu (Rauf dan Murtisari, 2014).
Peningkatan hasil produski padi sangat dipengaruhi oleh varietas baenih yang digunakan. Hal ini sependapat dengan hasil penelitian Suhendrata dan Budiyanto, (2012) menyebutkan pada keragamn agronomis tinggi tanaman padi gogo varietas inpago 4, 5, dan 6 yang digunakan dan varietas situ bagendit dengan sistem jajar legowo saat panen menghasilkan sistem tanam yang lebih tinggi. Sedangkan pada jumlah anakan produktif yang dihasilkan lebih banyak daripada sistem tanam tegel. Pergantian sistem tanam dari sistem tanam tgel menuju sistem tanam jajar legowo 2:1 menyebabkan perubahan struktur biaya dan pendapatan.
Sistem tanam memiliki peran penting dalam budidaya tanaman padi baik dengan sistem jajar legowo atau sistem tanam tegel. Berdasarkan hasil penelitian oleh Chapagain et al (2011) bahwa tidak terjadi interaksi antara umur bibit dengan sistem tanam yang digunakan. Sistem tanam jajar legowo memberikan hasil yang lebih baik pada jumlah anakan, berat gabah per ton dan indeks peningkatan jumlah daun. Umur pindah tanaman padi yang dilakukan harus secara tepat untuk mengantisipasi perkembangan akar yang maksimal. Sedangkan jarak tanam yang diperlakukan dapat berpengaruh terhadap penyerapan cahaya matahari untuk proses fotosintesisa, selin iu sistem jajar legowo berpengaruh terhadap peningkatan populasi tanaman.
Pengelolaan tanaman terpadu (PTT) merupakan salah satu pendekatan atau strategi dalam meningkatkan hasil produksi padi melalui penerapan berbagai komponen teknologi yang memiliki efek strategis dan posistif. Komponen teknologi model pengelolaan tanaman terpadu yang memberikan sumbangan cukup besar terhadap peningkatan produktivitas dan efisiensi sehingga perlu diterapkan bersamaan dengan benih bermutu, varietas unggul baru yang spesifik lokasi, bibit muda yang ditanam secara terbatas, sistem tanam legowo, pemupukan N, P dan K berdasarkan status hara tanah secara seimbang. Komponen teknologi PTT lainnya adalah pengairan berselang, pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit serta penanganan panen dan pascapanen (Hidayah, 2013)
Faktor internal dalam budidaya tanaman padi menunjukkan hubungan yang nyata terhadap tingkat adopsi teknologi sistem jajar legowo 2:1 yang diterapkan. Tingkat penerapan teknologi jajar legowo 2:1 pada petani padi sawah sebagian besar masih tergolong rendah, hal ini karena tidak semua komponen penerapan teknologi jajar legowo 2:1 dilakukan sesuai dengan anjuran seperti cara tanam, pemupukan. Juga kesadaran petani untuk menerapkan teknologi ini masih kurang disebabkan kurangnya permodalan dan keterbatasan tenaga kerja tanam yang terampil. Menurut Kawasaki dan Herath (2011) Berdasarkan kemajuan tenologi penanaman yang digunakan maka sangat erat hubungannya dengan sumberdaya ekonomi yang tinggi untuk inovasi tersebut.
Pada jenis tanah-tanah tertentu budidaya ta-naman padi di sawah sebenarnya tidak mutlak memerlukan pengolahan tanah sebab ketersediaan air lahan sawah sudah dapat membantu proses pelumpuran. Menurut Nyamai et al (2012) bahwa pengurangan intensitas pengolahan tanah me-lalui sistem TOT dapat menghemat kebutuhan air hingga 30%. Budidaya padi sawah TOT dengan memakai herbisida glyfosat untuk mengendalikan gulma dan turiang padi tidak menyebabkan jasad renik berkurang. Hal ini disebabkan karena glyfosat yang masuk ke tanah menjadi kurang aktif, karena keberadaan hara P yang cukup tinggi. Jumlah anakan maksinum berkorelasi dengan jumlah malai. Dimana jumlah malai pada TOT lebih banyak dibandingkan sistem tanam langsung.
Sistem pengairan pada tanaman padi lahan sawah dilakukan secara intensif secara teratur dengan air yang digunakan harus dijaga kualitas airnya. Secara umum, sistem tanam dan umur bibit pada tanaman padi sawah diketahui berpengaruh terhadap pertumbuhan maupun hasil padi sawah. Walaupun demikian, umur bibit dan sistem tanam yang optimum masih belum diketahui dengan tepat. Oleh karena itu, penelitian mengenai sistem tanam dan umur bibit pada padi sawah masih sangat penting untuk dilakukan. Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari pengaruh sistem tanam dan umur bibit yang tepat sehingga dapat meningkatkan produksi padi sawah (Prastiyo, 2012).
Sistem tanam jajar legowo yang diterapkan oleh mayorits petani di Indonesia adalah jajar legowo 2:1 dan 4:1 dimana sistem tanam ini dikombinasikan dengna sistem penanaman tegel. Pertumbuhan merupakan proses dalam kehidupan tanaman yang mengakibatkan perubahan ukuran, pertambahan bobot, volume dan diameter batang dari waktu ke waktu. Keberhasilan pertumbuhan suatu tanaman dikendalikan oleh faktor-faktor pertumbuhan. Ada dua faktor penting yang berpengaruh dalam pertumbuhan suatu tanaman, yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik berkaitan dengan pewarisan sifat tanaman itu sendiri, sedangkan faktor lingkungan berkaitan dengan kondisi lingkungan dimana tanaman itu tumbuh. Setiap varietas tanaman memiliki kemampuan yang berbeda dalam hal memanfaatkan sarana tumbuh dan kemampuan beradaptasi dengan lingkungan sekitar, sehingga mempengaruhi potensi hasil produksi (Sriyanto, 2010).
BAB 3. METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Kegiatan praktikum budidaya tanaman pangan “Budidaya Tanaman Padi” dilaksanakan pada hari sabtu, tanggal 24 Oktober 2015 dimulai pukul 09.00 – 12.00 WIB. Kegiatan praktikum budidaya tanaman padi dilaksanakan di Desa Jenggawah, Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember.
3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan
1. Tanaman padi
2. Kuisioner
3.2.2 Alat
1. Kamera
2. Alat tulis
3.3 Cara Kerja
1. Menentukan lokasi areal pertanaman padi yang akan dijadikan sebagai areal observasi lapang budidaya padi.
2. Mengajukan beberapa pertanyaan berupa pertanyaan yang terdapat di kuisioner.
3. Mendokumentasikan hasil observasi berupa foto.
4. Membuat laporan tertulis sesuai kegiatan observasi.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden (Petani padi) di Desa Jenggawah Kabupaten Jember, maka diperoleh hasil sebagai berikut.
A. Profil petani
No
Uraian
Keterangan
1.
Nama petani
Bapak Nurul
2.
Foto Desa
Lokasi praktikum lapang komoditas tanaman padi berada di Desa Jenggawah Kabupaten Jember.
3.
Foto lahan sawah
Lahan sawah adalah milik Bapak Nurul di Desa Jenggawah. Yang terdiri dari beberapa petakan sawah.
4.
Jenis padi yang ditanam
Padi cibubu
5.
Luas lahan sawah
300 m2 .
B. Pembibitan tanaman padi
No
Uraian
Keterangan
1.
Syarat benih bermutu
Varietas bersertifikat dengan tingkat kemurnian 98% dan daya tumbuh 90%.
2.
Penyiapan benih sebelum disemai
Seleksi benih dilakukan untuk memperoleh benih yang bernas dengna cara dicuci bersih dan direndam dalam air.
3.
Teknik penyemaian padi
Persemaian basah
4.
Varietas padi yang ditanam
Varietas cibubu
5.
Macam bahan tanam padi
Benih berasal dari hasil panen sebelumnya
6.
Asal usul bahan tanam
Diperoleh dari toko pertanian
7.
Umur pemindahan bibit ke lahan
± 1 bulan
8.
Ciri-ciri bibit siap tanam
Daun terdiri dari 5-6 helai, tinggi 20-25 cm batang bawah besar dan keras.
C. Pengolahan lahan/media tanam
No
Uraian
Keterangan
1.
Mulai penggunaan lahan untuk padi
Tahun 1980
2.
Penggunaan lahan sebelum tanaman padi
Tembakau dan kedelai
3.
Teknik pengolahan tanah
Dengan pembajakan
4.
Teknik pembajakan
Pembajakan dilakukan dengan traktor/mesin
5.
Alat pengolahan tanah
Cangkul dan hand tractor
D. Teknik penanaman
No
Uraian
Keterangan
1.
Pola tanam
Pergiliran tanaman dengan padi-padi-padi
2.
Sistem budidaya
Secara konvensional
3.
Sistem tanam
Sistem tegel dengan 20 x 20 cm
4.
Waktu penanaman padi
Bulan agustus 2015
5.
Jumlah bibit / lubang
1 bibit per lubagn
6.
Jarak tanam yang digunakan
20 x 20 cm
7.
Teknik penanaman
Tenaga kerja manusia
8.
Alat penannaman
Secara manual
E. Pelaksanaan pemeliharaan tanaman
No
Uraian
Keterangan
1.
Umur penyulaman padi mati
1 minggu setelah tanam
2.
Umur pelaksanaan penyiangan
2 minggu setelah tanam
3.
Teknik penyiangan padi
Menggunakan alat
4.
Alat untuk menyiang
Dengan cangkul dan pisau
5.
Teknik pengairan tanaman
Secara irigasi teknis dengan pompa
6.
Asal sumber air
Dari sumur di lahan
7.
Jenis pupuk
Anorganik yaituUrea : 50 kg / m2TSP : 50 kg / m2KCL : 25 kg / m2
8.
Periode pemupukan
Urea 15 HST, Phonska 30 HST, ZA 30 HST
9.
Waktu pemupukan
Pagi hari
10.
Teknik pengendalian hama dan penyakit
Penggunaan pestisida
F. Panen
No
Uraian
Keterangan
1.
Waktu panen
95 hari
2.
Kondisi tanaman sebelum dipanen
Gabah sudah berisi bulir, sekitar 90 % menguning
3.
Teknik pemanenan
Secara tradisional
4.
Nama alat (jika ada)
–
5.
Produksi tanaman padi
± 20 ton per hektar
4.2 Pembahasan
Sistem tanam padi sawah yang diaplikasikan oleh petani hingga saat ini pada umumnya adalah menggunakan sistem tanam pindah (tapin). Sistem ini selain tidak banyak membutuhkan persyaratan khusus juga tidak banyak resiko seperti sistem tanam benih langsung (tabela). Namun, masih banyak petani yang menggunakan bibit dengan jumlah bibit yang relatif banyak antara (7-10 batang per rumpun, bahkan lebih dari 10 batang per rumpun). Menurut Lita dkk, (2013) Pada cara tanam dengan tabela benih disebar langsung di lahan sawah, untuk tanam benih langsung dengan pita organik, benih dimasukkan ke dalam pita tanam kemudian ditanam di lahan sawah. Sedangkan menurut Adnan dkk, (2012) menyatakan bahwa sistem pemgolahan tanah tanpa olah tanah (TOT) adalah pengolahan tanah dimana tanah dibiarkan tidak terganggu kecuali lubang tugalan untuk penempatan benih, dan sistem tanam jajar legowo meurut Lalla dkk, (2012).
Sistem jajar legowo merupakan rekayasa teknologi yang ditujukan untuk memperbaiki produktivitas usaha tani padi. Teknologi ini merupakan perubahan dari teknologi jarak tanam tegel menjadi tanam jajar legowo. Sistem tanam jajar legowo (tajarwo) merupakan sistem tanam yang memperhatikan larikan tanaman dan merupakan tanam berselang seling antara dua atau lebih baris tanaman padi dan satu baris kosong. Tujuannya agar populasi tanaman per satuan luas dapat dipertahankan bahkan dapat ditingkatkan. Pola tanam legowo menurut bahasa Jawa berasal dari kata “Lego” yang berarti luas dan “dowo” atau panjang di antara kelompok barisan tanaman padi terdapat lorong yang luas dan memanjang sepanjang barisan. Jarak antar kelompok barisan (lorong) bisa mencapai 50 cm, 60 cm atau 70 cm bergantung pada kesuburan tanah (Lalla dkk, 2012). Teknologi ini merupakan perubahan dari teknologi jarak tanam tegel menjadi tanam jajar legowo. Di antara kelompok barisan tanaman padi terdapat lorong yang luas dan memanjang sepanjang barisan. Jarak antar kelompok barisan (lorong) bisa mencapai 50 cm, 60 cm atau 70 cm bergantung pada kesuburan tanah. Terdapat beberapa tipe sistem tanam jajar legowo yaitu. 1) jajar legowo tipe 2:1 yang artinya baris tanaman (dua atau lebih) dan baris kosongnya (setengah lebar di kanan dan di kirinya) disebut satu unit legowo. Pada cara tanam legowo 2:1, setiap dua baris tanaman diselingi satu barisan kosong dengan lebar dua kali jarak barisan, namun jarak tanam dalam barisan dipersempit menjadi setengah jarak tanam aslinya. Sedangkan baris tanaman (dua atau lebih) dan baris kosongnya (setengah lebar di kanan dan di kirinya) disebut satu unit legowo. Bila terdapat empat baris tanam per unit legowo maka disebut legowo 4:1.
Gambar 4.1.1: Tipe jajar legowo 2:1 Gambar 4.1.2: Tipe jajar legowo 4:1
Pengadaan benih tanaman padi pada umumnya menggunakan teknik benih basah dengan caradirendam dengan air selama beberapa hari dan baru disemaikan. Menurut Wangiyana dkk, (2009) bahwa persiapan benih dan pesemaian, benih padi sebelum perendaman, dilakukan pemilahan benih yang bernas dengan memasukkan benih ke dalam larutan garam dapur (konsentrasi 200 g/L), sehingga hanya benih yang bernas yang tenggelam, sedangkan yang mengambang dibuang. Benih yang tenggelam segera dibilas dengan air tawar untuk menghilangkan garamnya, kemudian direndam dalam air bersih selama 48 jam, dilanjutkan dengan pemeraman selama 48 jam. Benih yang telah berkecambah ini kemudian disemaikan di atas nampan yang telah diisi campuran tanah dan kompos (1:1). Sedangkan yang dilakukan oleh petani di Desa Jenggawah, Kabupaten Jember adalah penyiapan benih sebelum disemai adalah dengan cara menyeleksi benih yang bermutu, persiapan benih dicuci air untuk memilih benih yang bernas.
Sistem pertanian yang dilakukan di Indonesia saat ini terdapat beberapa sistem yaitu pertanian tradisional secara organik, konvensioanl, dan pertanian dengan sistem modern. Namun mayoritas petani di Indonesia menggunakan sistem pertanian secara konvensional pada beberapar komditas tanaman pangan, perkebunan. hal ini sejalan dengan pendapat Mungara dkk, (2013) bahwa pertanian konvensional merupakan sistem pertanian yang dilakukan oleh sebagian besar petani di seluruh dunia saat ini. Pertanian ini mengandalkan input dari luar sistem pertanian, berupa energi, pupuk, pestisida untuk mendapatkan hasil pertanian yang produktif dan bermutu tinggi. Berdasarkan hasil wawancara dengna responden (Bapak Nurul) pertanian yang dilakukan oleh masyarakat Desa Jenggawah mayritas adalah dengan sistem konvensional. Hal ini dibuktikan dengan penggunaan benih yang berasal dari toko pertanian dengan bibit yang sudah bersertifikat. Sedangkan teknik pengolahan tanah yang dilakukan adalah dibajak menggunakan mesin traktor (Hand tractor) pengairan dilakukan dengan cara irigasi teknis menggunakan pompa air. Jenis pupuk yang digunakan adalah Urea dengan dosis 50 kg per hektar, TSP dengan dosis 50 kg per m2 /hektar dan KCL dengan dosis 25 kg per m2 / hektar. Sedangkan teknik pengendalian hama dan penyakit tanaman padi yang dilakukan petani adalah dengan mengguanakan pestisida.
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil observasi praktikum lapang yang dilakukan di Desa Jenggawah, Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Jarak tanam jajar legowo merupakan sistem penanaman dengan pengguanaan jarak antar barisan sebagai tempat perawatan tanaman agar lebih mudah dan terdapat beberapa tipe yaitu tipe 2:1 dan 4:1.
2. Sistem pertanian yang dilakukan oleh petani di Desa Jenggawah Kabupaten Jember adalah sistem pertanian konvensional dengan menggunakan beberapa input.
3. Teknik penyediaan benih yang dilakukan oleh mayoritas petani di Desa Jenggawah Kabupaten Jember adalah teknik persemaian
5.2 Saran
Kegiatan praktikum Budidaya Tanaman Pangan yang dilakukan sudah berjalan dengan baik, namun akan lebih baik jika para praktikan dalam satu kelompok menjaga kekompakan selam melakukan praktikum di lapang.
DAFTAR PUSTAKA
Adnan, Hasnuddin, Manfarizah. 2012. Aplikasi Beberapa Dosis Herbisida Glifosat Dan Paraquat Pada Sistem Tanpa Olah Tanah (Tot) Serta Pengaruhnya Terhadap Sifat Kimia Tanah, Karakteristik Gulmadan Hasil Kedelai. Agrista, 16(3): 135-145.
Chapagain, T. A. Riseman. E. Yamaji. 2011. Assessment of System of Rice Intensification (SRI) and Conventional Practices Under Organic and Inorganic Management in Japan. Rice science, 18(4): 311-320.
Hidayah, I. 2013. Farmers’ Behaviour in The Implementation of Component PTT (Integrated Plant and Resource Management) in Irrigation Paddy Rice Fields Farming in Buru Regency Maluku Province Indonesia. Ijhsnet, 3(12): 129-138.
Ikhwani, G. R. Pratiwi. E. Paturrohman. A. K. Makarim. 2013. Peningkatan Produktivitas Padi Melalui Penerapan Jarak Tanam Jajar Legowo. Iptek tanaman pangan, 8(2): 72-79.
Kawasaki, J. S. Herath. Impact Assessment Of Climate Change On Rice Production In Khon Kaen Province, Thailand. Issaas, 17(2): 14-28.
Lalla, H, M, Saleh, A, Saadah. 2012. Adopsi Petani Padi Sawah Terhadap Sistem Tanam Jajar Legowo 2:1 Di Kecamatan Polongbangkeng Utara, Kabupaten Takalar. Teknologi, 12(3): 255-264.
Lita, T.,N, S, Soekartomo, B, Guritno. 2013. Pengaruh Perbedaan Sistem Tanam Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Padi (Oryza Sativa L.) Di Lahan Sawah. Produksi tanaman, 1(4): 361-369.
Mungara, E, D, Indradewa, R, rogomulyo. 2013. Analisis Pertumbuhan Dan Hasil Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Sistem Pertanian Konvensional, Transisi Organik, Dan Organik. Vegetalika, 2,(3): 1-12.
Nyamai, M. B. M. Mati. P. G. Home. B. Odongo. R. Wanjogu. E. G. Thuranira. 2012. Improving Land And Water Productivity In Basin Rice Cultivation In Kenya Through System of Rice Intensification (SRI). Agric, 14(2): 1-9.
Prastiyo, Y. T. 2002. Budidaya Padi Sawah Tanpa Olah Tanah. Yogyakarta: Kanisius.
Rauf, A. A. Murtisari. 2014. Penerapan Sistem Tanam Legowo Usahatani Padi Sawah dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan dan Kelayakan Usaha di Kecamatan Dungaliyo Kabupaten Gorontalo. Perspektif pembiayaan dan pembangunan daerah, 2(2): 71-76.
Sriyanto, S. 2010. Panen Duit Dari Bisnis Padi Organik. Jakarta: Agromedia pustaka.
Suhendrata, T. S. Budiyanto. 2012. Peningkatan Produktvitas Padi Gogo Dan Pendapatan Petani Lahan Kering Melalui Perubahan Penerapan Sistem Tanam Di Kabupaten Banjarnegara. Semnas, 1(1): 1-5.
Wangiyana, W, Z, Laiwan, Sanisah. 2009. Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Padi Var. Ciherang Dengan Teknik Budidaya “Sri (System Of Rice Intensification)” Pada Berbagai Umur Dan Jumlah Bibit Per Lubang Tanam. crop agro, 2(1): 70-78.
Watemin. S. Budiningsih. 2012. Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (Ptt) Padi Sawah Di Kecamatan Kebasen Kabupaten Banyumas. Sepa, 9(1): 34-42.
Indonesia sebagai negara agraris tentu saja memiliki keragaman hayati yang sangat beragam yang dibuktikan dengan beranekaragam jenis tanaman yang dapat tumbuh di tanah Indonesia. Tanaman-tanaman tersebut dapat digolongkan berdasarkan jenisnya yaitu tanaman perkebunan, hortikultura, obat, dan tanaman pangan. Salah satu jenis tanaman pangan yang banyak dibudidayakan di Indonesia adalah tanaman kedelai yang memiliki nama latin Glycine max L. yang termasuk dalam tanaman semusim dan bisa tumbuh baik pada tanah sawah atau lahan kering. Kedelai merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang sangat penting nomer tiga setelah padi dan jagung. Lain dari itu kedelai juga merupakan tanaman palawija yang begitu kaya akan kandungan protein, sehingga memiliki peran yang sangat penting dalam industri pangan dan pakan. Kedelai merupakan salah satu sumber protein nabati yang paling banyak disenangi dan dikonsumsi oleh masyarakat. Budidaya kedelai sudah dilakukan sejak dahulu berdasarkan latar belakang masyarakat indonesia yang mayoritas adalah sebagai petani.
Berbagai tipe kedelai yang sudah mulai dibudidayakan oleh petani di Indonesia antara lain tipe mansyuria, tipe jepang, india, dan tipe cina. Tipe –tipe tersebut dapat dibudidayakan pada lahan sawah dan lahan kering berdasarkan karakteristik tanaman kedelai yang dapat ditanam pada lahan dengan ketinggian 0,5 hingga 500 meter, namun tinggi tempat yang paling optimal adalah diatas 500 Mdpl. Pengembangan tanaman kedelai sendiri di lahan kering dapat dilakukan baik secara tumpang sari (polikultur) atau secara tunggal (monokultur). Salah satu bentuk inovasi dalam bercocok tanam yaitu penanaman kedelai dengan teknik tanpa olah tanah atau sering dikenal dengan (zero tillage) dimana dalam melakukan budidaya tanaman tidak perlu dilakukan pengolahan tanah seperti bercocok tanam pada umumnya.
Usahatani berbasis tanaman kedelai berdasarkan prakteknya di lapangan pada umumnya dilakukan secara pergiliran tanaman. Kebiasaan petani dalam pengelolaan sumber daya lahan untuk usahatani tanaman pangan di lahan kering atau pun pada lahan sawah terskesan memaksa tanpa memperhatikan tingkat kesuburan tanahnya. Pengolahan tanah dan pemupukan dilakukan secara intensif setiap musim tanam. Namun sisa-sisa tanaman diangkut keluar lahan sehingga tidak ada bahan organik yang dikembalikan kedalam tanah, akibatnya tingkat kesuburan tanah semakin berkurang dan berdampak pada produktifitas tanah. Pemanfaatan sisa-sisa tanaman dalam bidang pertanian di lahan kering maupun lahan sawah sangat penting untuk tetap menjaga tingkat kesuburan tanahnya.
Pengolahan tanah menjadi salah satu komponen yang sangat penting dalam pengelolaan sumber daya lahan dalam melakukan budidaya tanaman untuk menciptakan keadaan fisik tanah yang kondusif bagi pertumbuhan dan perkebangan benih dan akar tanaman serta menekan pertumbuhan gulma. Kenyataan yang ada dilapangan bahwa setiap akan menanam, maka petani selalu mengolah tanah secara intensif atau terus menerus sehingga berpotensi dapat merusak struktur tanah. Hal itulah yang akan menyebabkan menurunnya tingkat kesuburan tanah dilahan basah ataupun di lahan kering. Sistem budidaya tanaman kedelai dimulai dengan pengolahan tanah, baik tanpa olah tanah maupun pengolahan tanah intensif. Selanjutnya adalah penanaman, pemupukan dimana pemupukan dapat dilakukan melalui daun atau disebar. Nutrisi tanaman berupa unsur hara mikro dan makro sangat penting bagi masa pertumbuhan dan perkembangan tanaman kedelai untuk menunjang produkstivitas tanaman. Nutrisi tanaman yang berasal dari pupuk tidak hanya dapat diberikan lewat akar, namun dapat juga diaplikasikan melalui organ yang lain yaitu daun. Pemupukan semacam ini dikenal dengan istilah pupuk daun. Pupuk daun dianggap aplikasi pemupukan yang efektif apabila diaplikasikan pada lahan kering dengan sistem tanpa olah tanah. Sehingga pemberian nutrisi dan penyerapan nutrisi oleh tanaman dapat dioptimalkan sehingga tanaman tidak kekurangan unsur hara.
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa dapat memahami dan mempelajari teknik budidaya tanaman kedelai.
2. Melatih keterampilan mahasiswa dalam menentukan komponen-komponen budidaya yang baik bagi tanaman kedelai.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Kedelai ( Glycine max L) merupakan salah satu tanama pangan penting ketiga setelah padi dan beras. Budidaya tanaman kedelai dapat dilakukan di lahan kering maupun dilahan sawah. Menurut Adnan dkk, (2012) menyebutkan bahwa di teknologi budidaya kedelai tanpa olah tanah sudah dikembangkan di Sumatera Barat yang mengembangkan budidaya kedelai di lahan sawah. Dalam rangka perencanaan dan pengembangan teknologi budidaya, hal yang perlu diperhatikan adalah syarat tumbuh dari tanaman tesebut terutama tanah dan iklim yang merupakan faktor iklim yang dapat memenuhi kualitas dan kuantitas produksi. Pengolahan tanah menjadi sangat penting dalam pengelolaan sumber daya lahan. Teknik budidaya yang sesuai dan dapat dilakukan adalah teknologi tanpa olah tanah (TOT) atau disebut juga zero tillage. Teknologi ini bertujuan untuk menghemat tenaga kerja dan meminimalisir penggunaan air terutama pada lahan tadah hujan. Berbagai hasil penleitian menunjukkan hasil produksi kedelai tanpa olah tanah lebih tinggi daripada tanah yang diolah. Hal ini karena pada tanah yang diolah air akan lebih cepat menguap sehingga ketersediaannya kurang bagi tumbuhan dan sistem tanpa olah tanah menekan kehilangna air dan tanah.
Tanaman kedelai dapat tumbuh baik pada tanah gembur, lembab, dan tidak tergenang air. Tanaman kedelai memiliki kemampuan beradaptasi yang tinggi terhadap berbagai jenis tanah. Berdasarkan kesesuaian jenis tanah untuk pertanian maka tanaman kedelai cocok ditanam pada jenis tanah alluvial, andisol, grumosol, dan regosol, serta tanah latosol. Menurut Oktaviani dkk, (2013) bercocok tanam kedelai di lahan kering dapat dilakukan berdasarkan varietas tanaman. Strategi peningkatan produksi kedelai nasional dapat ditempuh dengan peningkatan produktivitas atau dengan perluasan areal tanam. Peningkatan produktivitas kedelai dapat dilakukan dengan cara pengelolaan tanaman secara intensifikasi pada lahan sawah atau pada lahan kering. Tetapi pengelolaan tanaman di lahan kering umumnya terkendala oleh ketersediaan air. Salah satu sumber utama air di lahan kering adalah hujan. Sebaran hujan yang tidak selalu merata, baik menurut ruang ataupun waktu, menyebabkan kondisi ketersediaan air tanah berbeda.
Tanaman kedelai dapat dibudidayakan di lahan sawah dengan menggunakan tekhnologi yang memanfaatkan kearifan lokal yang berwawasan lingkungan. Hal ini dilakukan dengan mengggunakan sarana produksi yang minimal. Teknik yang baru-baru ini dikembangkan adalah budidaya tanaman kedelai tanpa melakukan pengolahan tanah tidak seperti budidaya pada umumnya. Penelitian yang dilakukan oleh Sumarno pada tahun 1993 di Bogor dan Jawa Timur telah menunjukkan pola tanam kedelai pada tanah jenuh air dengan rata-rata empat musim telah diketahui hasilnya 1,4 – 2,2 ton per hektar. Cara bercocok tanam yang diterapkan adalah dengan lebar bedengan 1 meter dengan hasil biji 2,62 ton per hektar dan pengolahan tanah tidak dilakukan atau tanpa lah tanah zero tillage (Sumarno, 2011).
Beberapa sistem budidaya yang dapat dilakukan oleh petani untuk menekan pertumbuhan gulma adalah dengan olah tanah yang telah menjadi praktek budidaya tanaman. Beberapa macam cara pengolahan tanah adalah tanpa olah tanah, olah tanah minimum, dan olah tanah maksimum. Sistem tanpa olah tanah adalah cara bercocok tanam tanpa dilakukan pengolahan tanah kecuali untuk membenamkan benih. Namun dalam prakteknya sistem tanam tanpa olah tanah memerlukan suatu kombinasi yang kompaktibel misalnya penggunaan herbisida dan mulsa, agar saling mendukung. Hal ini sependapat dengan Adee et al, (2015) bahwa untuk mendukung produksi pada sistem olah tanah perlu dilakukan pemberian mulsa atau penambahan bahan-bahan organik yang dapat membantu memperbaiki kondisi tanah.
Bahan organik merupakan pupuk alami yang paling banyak diaplikasikan dalam praktek sistem tanam tanpa olah tanah, disamping harganya murah tetapi juga ramah lingkungan. Dalam hubungannya dengan produksi tanaman sistem tanpa olah tanah cukup berhasil dalam budidaya tanaman kedelai dan tanaman pangan lain seperti jagung dan padi. Bahan organik berupa kompos jerami merupakan bahan penyuplai berbagai unsur hara yang diperlukan oleh tanaman dalam budidaya tanaman dengan tanpa olah tanah. Menurut Mannion dan Morse (2012) menyatakan bahwa pemberian kompos dapat memperbaiki struktur tanah sehingga pertumbuhan akar baik dan ditambah dengan ketersediaan nitrogen yang tinggi maka akar akan menyerap unsur nitrogen dengan baik. sebagai hasil dari proses dekomposisi berupa senyawa sederhana yang cepat dimanfaatkan oleh mikroorganisme tanah dan juga tersedia sebagai hara bagi tanaman diantaranya nitrogen sehingga ketersediaan-N tanah meningkat. Hal ini harus diaplikasikan pada sitem tanam tanpa olah tanah untuk mendukung produktifitas tanah.
Varietas kedelai secara genetik mempunyai kemampuan yang berbeda-beda untuk bertahan pada cekaman kondisi kekeringan. Disisi lain cekaman kekeringan yang terjadi berbeda tingkat, lama dan stadia tumbuh pada setiap musim tanam. Tanaman kedelai dapat tumbuh baik pada tanah gembur, lembab, dan tidak tergenang air. Tanaman kedelai memiliki kemampuan beradaptasi yang tinggi terhadap berbagai jenis tanah. Berdasarkan kesesuaian jenis tanah untuk pertanian maka tanaman kedelai cocok ditanam pada jenis tanah alluvial, andisol, grumosol, dan regosol, serta tanah latosol. Maka dari itu perakitan varietas unggul baru ditujukan untuk mengantisipasi berbagai kondisi saat cekaman kekeringan yang terjadi. Di lapang produksi cekaman kekeringan selama periode pengisian polong menurunkan hasil 55% (Syahri, 2014) sedangkan pada kondisi percobaan pot penurunan hasil per tanaman lebih sedikit yaitu hanya mencapai 22-34%.
Penanaman kedelai pada lahan sawah dengan sistem tanpa olah tanah sangat baik dilakukan pada lahan bekas padi dengan cara menambah jerami diatas permukaan tanah untuk mengurangi penguapan. Aplikasi sistem budidaya tanpa olah tanah harus didukung oleh manajemen dari petani (sumber daya manusia) untuk tetap menjaga produktivitas hasil panen. Pengolahan tanah bertujuan untuk menciptakan daerah perakaran yang baik untuk pertumbuhan tanaman. Hasil analisis menunjukkan bahwa beberapa pola pegolahan tanah berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman dan hasil produksi tanaman (Dogbe et al, 2013).
Rotasi tanaman dengan teknik padi-padi-kedelai merupakan pola tanam ideal pada lahan sawah, ditinjau dari beberapa aspek terkait agronomis, ekologis, ekonomis, konservasi kesuburan tanah, pengendalian hama penyakit, dan sistem keberlanjutan produksi tanaman. Teknik penanaman kedelai yang dapat dilakukan adalah dengan cara benih kedelai ditugal, jerami padi digunakan sebagai mulsa dengan tujuan untuk mmeperoleh populasi tanaman kedelai yang optimal dan jarak tanam yang lebih teratur. Teknik penanaman intensif tanah jenuh air merupakan salah satu teknik penanaman pertama kali yang dilakukan di Australia oleh Lawn pada tahun 1984 yang dilaporkan bahwa teknik tersebut mampu meningkatkan hasil produksi secara konsisten sebesar 3 ton per hektar. Sedangkan menurut Sumarno (2011) bahwa budidaya kedelai dengan pendekatan PTT (pengelolaan tanaman terpadu) pada lahan sawah menggunakan ketepatan teknologi sesuai dengan kondisi agroekologi dan sosial-ekonomi petani setempat, sehingga kinerja teknologi akan lebih efisien, efektif, dan optimal. Menurut Shelbi et al, (2013) Teknik budidaya kedelai sayur atau edamame dilakukan secara teknik super intensif hampir sama dengan budidaya tembakau cerutu.
Lokasi penanaman tanaman kedelai dapat dilakukan di tanah sawah bekas tanaman padi atau pada tanah tegalan (lahan kering) dengan sistem olah atau tanpa olah tanah. Pola persiapan lahan pada saat pratanam kedelai dapat dilakukan dengan dua sistem yaitu sistem tanpa olah tanah/zero tillage dan pengolahan tanah intensif. Sistem tanam tanpa olah tanah sangat sederhana dalam pelaksanaannya dan memanfaatkan penggunaan sumberdaya air seefisien mungkin terutama pada lahan-lahan kering. Menurut Rukmana dan Yuniarsih, (1998) menyebutkan bahwa berdasar pada penelitian di Puslitbang (pusat penelitian dan pengembangan) tanaman pangan menunjukkan bahwa penyiapan lahan tanpa olah tanah memberikan hasil panen kedelai yang tidak berbeda nyata dibanding dengan tanah yang diolah.
Tanaman kedelai menghendaki kondisi tanah yang tidak terlalu basah tetapi air tanah masih tersedia. Apabila dilihat dari syarat tumbuhnya tanaman kedelai dapt tumbuh dengan baik pada tanah bertekstur gembur, lembab tidak tergenang air, dan pada pH 6 – 6,8. Pengolahan tanah menjadi hal yang perlu diperhatikan karena tujuannya untuk memberikan kondisi yang terbaik bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman kedelai. Namun, dalam kondisi tertentu pengolahan tanah malah dapat merugikan karena dapat menyebabkan tekstur tanah rusak dan mempercepat penguapan air tanah. Pada tanah jenis latosol dan andosol yang bertekstur gembur, maka diolah dengan sistem tanpa olah tanah atau TOT (Purwono dan Purnawati. 2007).
BAB 3. METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Kegiatan praktikum Budidaya Tanaman Pangan“ Budidaya tanaman kedelai” dilaksanakan pada hari Sabtu Tanggal 17 Oktober 2015 muai pukul 10.00 – 12.00 WIB. Kegiatan praktikum dilaksanakan di Desa jenggawah, Kabupaten Jember.
3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan
1. Tanaman kedelai
2. Quisioner
3.2.2 Alat
1. Kamera
2. Alat tulis
2.3 Cara Kerja
1. Menentukan lokasi areal pertanaman kedelai yang akan dijadikan sebagai observasi lapang budidaya kedelai.
2. Mengajukan beberapa pertanyaan yang terdapat di kuisioner.
3. Mendokumentasikan hasil observasi berupa foto.
4. Membuat laporan tertulis sesuai hasil observasi lapang.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan hasil kegiatan lapang budidaya tanaman kedelai di Desa Jenggawah Kabupaten Jember diperoleh hasil sebagai berikut.
Tabel 4.1.1: Kegiatan budidaya tanaman kedelai
A. Profil petani
No
Uraian
Keterangan
1.
Nama petani
Bapak Misari
2.
Foto lokasi
Lokasi praktikum berada di Desa Jenggawah Kabupaten Jember
3.
Foto wawancara
Lokasi kedelai milik Bapak Misari
4.
Jenis kedelai yang di tanam
Edamame lokal
5.
Luas lahan yang ditanam
5 hektar
B. Persiapan benih kedelai
No
Uraian
Keterangan
1.
Syarat benih bermutu
Terbebas dari kotoran, tidak kusut
2.
Penyiapan benih sebelum ditanam
–
3.
Varietas tanaman yang ditanam
Edamame lokal
4.
Asal usul bahan tanam
Beli, (benih bersertifikat)
C. Pengolahan lahan
No
Uraian
Keterangan
1.
Mulai penggunaan lahan
Tahun 2012
2.
Penggunaan sebelum atau sesudah tanaman kedelai
Untuk tanaman padi, jagung
3.
Teknik pengolahan tanah
Pengolahan dengan mesin, intensif
4.
Teknik pembajakan
Pembajakan secara intensif
5.
Alat pembajakan
traktor
D. Teknik penanaman
No
Uraian
Keterangan
1.
Pola tanam
Tumpang sari dengan tanaman pengusir hama.
2.
Sistem budidaya
PTT yaitu sistem pertanian terpadu
3.
Jarak tanam yang digunakan
20 x 20 x 10 cm
4.
Waktu penanaman kedelai
Akhir musim hujan
5.
Jumlah benih per lubang tanam
2 – 3 benih
6.
Teknik penanaman
Ditugal
7.
Alat yang digunakan
Bambu
E. Pelaksanaan pemeliharaan tanaman
No
Uraian
Keterangan
1.
Umur penyulaman benih
1 minggu setelah tanam
2.
Umur pelaksanaan penyiangan
2 minggu setelah tanam
3.
Teknik penyiangan kedelai
Pencabutan
4.
Alat yang digunakan
Sabit, cangkul
5.
Teknik pengairan tanaman
Pengairan buka tutup
6.
Asal sumber air
Pompa air, air dalam tanah
7.
Jenis pupuk
Urea 200 kg/ha, TSP 100 kg/ha, 150 kg/ha, ZA 300 kg/ha, puuk daun 4,1 liter/ha.
Daun sudah banyak yang kering, polong bernas, dan polong sudah berwarna hijau tua
4.
Teknik pemanenan
Secara tradisional
5.
Hasil produksi tanaman kedelai
1,5 ton / ha
G. Kelembagaan petani yang diikuti.
No
Uraian
Peran
1.
Kelompok tani duah tujuh
Memberi saran, diskusi mengenai budidaya kedelai
4.2 Pembahasan
Benih merupakan hasil perkembangbiakan tanaman secara generatif yang digunakan untuk perbanyakan tanaman pada periode selanjutnya. Benih yang bermutu merupakan bahan tanam yang diharapkan oleh para petani, dimana benih bermutu memiliki ciri-ciri bebas dari hama dan penyakit, bernas, memiliki daya kecambh tinggi, berukuran normal. Menurut Badan Penyuluhan Dan Pengembangan Sumber daya manusia Pertanian Pusat Pelatihan Pertanian, 2015 bahwa peniapan benih senelum ditanam adalah sebagai berikut, 1) Memilih varietas spesifik lokasi dengan cara melihat deskripsi varietas kedelai unggul, memilih varietas unggul sesuai dengan kondisi lahan yang akan ditanami kedelai dan kesukaan konsumen yang dituju, 2) melakukan seleksi benih, seleksi benih dilakukan dengan cara melihat persyaratan benih bermutu sebagai berikut ,murni dan diketahui nama varietasnya, berdaya kecambah tinggi, >80%, vigor baik, pertumbuhan benih serentak, cepat dan sehat. Benih sehat, bernas, tidak keriput atau luka bekas gigitan serangga (hama), bebas penyakit, bersih tanpa campuran benih lain, benih masih baru (< 6 bulan) dengan kadar air 12 % – 13 %. 3) Melaksanakan perlakuan benih.
1. Inokulasi Rhizobium a) Untuk lahan yang sama sekali belum dilakukan penanaman kedelai Legin 30 gram/10 kg benih, Benih dan ino kulum atau tanah bekas pertanaman kedelai 13 gr Rhizogin 37,5 gram/10 kg benih atau menggunakan Rhizoplus 20 gr/kg benih. b) membasahi benih dengan air bersih sebelum Inokulan dicampur dengan benih Pencampuran benih dilakukan secara bertahap agar benih yang telah diinokulasi segera habis tertanam c) Benih dikering anginkan dan hindari sinar matahari langsung d) Benih harus tertanam jangan melebih dari 6 jam. 2) Inokulasi dengan Tanah bekas penanaman kedelai, a) Untuk lahan yang sama sekali belum dilakukan penanaman kedelai 1 – 3 kg tanah/10 kg benih kedelai. b) Basahi benih dengan air bersih sebelum Inokulan dicampur dengan benih dan c) Pencampuran benih dilakukan secara bertahap agar benih yang telah diinokulasi segera habis tertanam.
Pupuk merupakan faktor penting yang mendukung pertumbuhan hasil tanaman kedelai yang menjadi permasalahan saat ini. Kemudian kendala produksi yang sangat menonjol adalah curah hujan yang tidak merata pada awal pertumbuhan dan terlalu banyak air pada saat panen. Untuk memperbaiki kondisi fisik dan kimiawi tanah perlu dilakukan pengapuran, pemberiaan bahan organik dan pupuk anorganik terutama yang mengandung N, P, K, dan unsur-unsur mikro. Disamping itu pemberiaan rhizobium sangat diperlukan dengan tujuan untuk meningkatkan jumlah rhizobium dalam tanah. Sebagai tanaman leguminosa, tanaman kedelai bersimbiose dengan rhizobium untuk menambat N2 dari udara. Upaya meningkatkan hasil tanaman kedelai dapat dilakukan melalui pemanfaatan teknologi budidaya yang antara lain dengan beberapa pemberian perlakuan pupuk hayati seperti bakteri penambat unsur N (nitrogen) yang berpotensial untuk meningkatkan kesuburan tanah dan bakteri Endofitik. Pengkajian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan pupuk hayati terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai. Menurut Misran (2013), menerangkan bahwa rhizobium yang tumbuh dalam bintil akar leguminose mengambil nitrogen langsung dari udara dengan aktifitas bersama sel tanaman dan bakteri, nitrogen itu disusun manjadi senyawa seperti asam amino dan polipeptida yang ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan, bakteri dan tanah sekitarnya. Mikroba endofit umumnya dapat menghasilkan senyawa sejenis yang terkandung pada tanaman inang dengan bantuan aktifitas suatu enzim. Beberapa senyawa endofit yang bersimbiose dengan tanaman inangnya juga ada yang mampu menghasilkan senyawa antibiotik. Senyawa antibiotik ini aktif terhadap mikroba-mikroba patogen manusia dan tanaman.
Budidaya tanaman kedelai merupakan suatu upaya untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional untuk memenuhi ketersediaan bahan baku makanan. Sitem budidaya yang dilakukan untuk mendukung produktivitas tanaman, maka sistem budidaya harus dilakukan dengan baik. Sistem budidaya yang baik untuk tanaman kedelai yang umum dilakukan sesuai karakteristiknya adalah sebagai berikut.
1. Penyiapan bahan tanam/benih.
Benih disiapkan dengan cara melakukan seleksi benih dengan menentukan kadar airnya, mutu benihnya, dan daya berkecambahnya serta daya produktivitasnya. Benih dapat disiapkan dengan cara direndam untuk memecah masa dormansi benih. benih yang adakan dijadikan bahan tanam harus memnuhi syarat yaitu bersih, bernas, daya kecambah tinggi dan aman dari gangguan organisme pngganggu tanaman.
2. Pengolahan tanah
Pengolahan tanah dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu pengolahan tanah tanpa olah tanah (TOT) di bekas lahan pertanaman padi, dan pengolahan tanah intensif. Persiapan tanam pada lahan tegalan maupun lahan sawah dilakukan dengan menggunakan cangkul. Tanah yang sudah diolah dibarkan selam 5-7 hari. Pencangkulan kedua dilakukan untuk meratakan, pengolahan tanah,menggemburkan, dan membersihkan tanah dari gulma. Tanah dengan kemasaan kurang dari 5,5 perlu dilakukan pengapuran untuk menghasilkan hasil tanam yang baik. pengapuran dapat dilakukan sebulan sebelum musim tanam, dengan dosis 2-3 ton /ha.
3. Penanaman
Setelah tahap penyediaan benih dan pengolahan tanah dilakukan baru benih atau bibit kedelai ditanam pada lahan yang sudah diolah. Teknik penanaman dapat dilakukan secara tradisional mengguanakan tenaga manusia atau menggunakan tenaga mesin. Penanaman kedelai paling baik pada akhir musim hujan dan jumlah bibit yang dimasukkan dalam lubang tanam antara 2-3 biji per lubang tanam dengan jarak tanam yang digunakan adalah 30 x 20 x 20 cm.
4. Pemupukan
Pemupukan merupakan penambahan unsur hara esensial yang dibutuhkan oleh tanaman unup pertumbuhannya. Pemupukan yang dilakukan oleh petani pada umumnya adalah meggunakan pupuk kimia seperti Urea, Phonska, KCL, TSP dan lain sebgainya. Dosis pemupukan yang digunakan bergantung pada jenis lahan dan kondisi tanah. Kondisi tanah yang subur dilakukan pemupukan dengan Urea = 50 kg/ha, TSP = 75 kg/ha, dan KCL 100 kg/ha. Pemupukan yang paling efektif adalah dilakukan pada sore hari. Teknik pemupukan antara lain disebar, ditugal dan disemprot pada daun.
5. Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan meliputi berbagai kegiatan seperti penyiangan gulma, yaitu dilakukan apabila ada gangguan gulma penyiangan dapat dilakukan pada tanaman berumur 1 minggu sebelum panen. Penyulaman merupkan kegiaatan perawatan tanaman untuk mengganti tanamn-tanaman yang mati akibat hama dan penyakit atau faktor lain. Pengairan salah satu pemeliharaaan yang diaplikasikan pada tanama kedelai, karena tanaman kedelai menghendaki tanaman yang lembab. Selain itu pemeliharaan kedelai dapat dilakukan pemupukan, pengendalian hama dan penyakit tanaman. Hama dan penyakit tanaman pada umumnya dikendalikan dengan pestisida kimiawi.
6. Panen dan pasca panen
Panen kedelai dilakukan apabila sebagian besar daun seudah menguning, namun bukan karena defisiensi unsur hara atau sakit, lalu gugur, buah mulai berubah warna dari hijau menjadi kuning kecoklatan. Umur tanaman kedelai yang siap dipanen adalah 75 – 110 hari namun tergantung pada varietas dan ketinggian tempat. Pemanena untuk kedelai yang akan dikonsumsi adalah sekitar usia 75 – 110 hari, sedangkan kedelai untuk benih adalah berumur 100-110 hari.
Secara umum permasalahan mendasar yang dihadapi sektor pertanian adalah meningkatnya kerusakan lingkungan dan perubahan iklim global, terbatasnya ketersediaan infra struktur, sarana prasarana, lahan dan air; sedikitnya status dan sempitnya kepemilikan lahan; lemahnya system perbenihan; keterbatasan akses petani terhadap permodalan, lemahnya kapasitas dan kelembagaan petani dan penyuluh, masih rawannya ketahanan pangan dan energi; belum berjalannya diversifikasi pangan; rendahnya nilai tukar petani dan belum padunya antarsektor dalam menunjang pembangunan (Kementerian Pertanian, 2010). Permasalahan-permasalahan tersebut juga berpengaruh terhadap upaya peningkatan produksi kedelai nasional.
Selain itu kurangnya benih kedelai bermutu merupakan masalah yang sulit dipecahkan dalam upaya meningkatkan produksi kedelai nasional. Benih yang digunakan oleh petani pada umumnya merupakan benih yang berkualitas rendah sehingga berpengaruh terhadap hasil produksi kedelai, sehingga produksi kedelai yang dihasilkan tidak mempu mencukupi kebutuahan nasional. Serangan hama dan penyakit pada tanaman menjadi masalah kedua, dimana OPT pada kedelai lebih banayak dibanding palawija lain pada umumnya merupakan sahabat petani dalam budidaya kedelai. ledakan hama sekunder merupakan ledakan hama yang mengalami resistensi terhadap pestisida kimia, sehingga menyebabkan hama tidak dapat dikendalikan. Hal tersebut terjadi karena pengguanaan bahan kimia sisntetik (pestisida) dalam budidaya tanaman kedelai sangat tinggi.
Selain dihadapkan pada permasalahan yang telah disebutkan diatas, upaya peningkatan produksi kedelai untuk memenuhi produk pangan nasionalterkait dengna beberapa faktor pembatas lain, dimana terdapat permasalahan ketersediaan lahan yang selama ini telah dikonversi menjadi lahan non pertanian, serta kondisi iklim yang tidak menentu. Penyediaan lahan-lahan produksi kedelai menjadi permasalahan karena adanya kompetisi dengna komoditas pangan lain seperti padi, dan jagung yang membutuhkan lahan luas. Sedangkan bila dihubungkan dengan iklim, dimana kondisi iklim sulit diprediksi. Target swasembada kedelai oleh pemerintah terhalang perubahan iklim, dimana kekeringan (bulan kering) akan semakin lama akibat dari pengaruh pemanasan global yang terjadi saat ini. Contohnya pada tahun 2015 Indonesia mengalami musim kemarau panjang dimana suhu sangat tinggi dan menyebabkan lahan-lahan pertanian mengalami kekeringan sehingga petani gagal panen. Menurut laporan Intergovermental Panel On Climate Change (IPCC) bahwa setiap kenaikan suhu 2 0C akan menurunkan produksi pertanian sekitar 30 % (Budi dan Aminah, 2010).
Selain faktor pembatas seperti yang dijelaskan diatas, kendala dalam pemenuhan produksi kedelai sebagai bahan pangan nasional disebabkan karena laju konsumsi masyarakat yang berbanding terbalik dengan laju produksi kedelai, artinya bahwa laju konsumsi kedelai lebih tinggi daripada laju produksi. Menurut pendapat Syafaat dalam Budi dan Aminah, (2010) bahwa konsumsi kedelai oleh masyarakat mengalami peningkatan dengan laju 2, 36 % per tahun, jauh lebih cepat dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk yang besarnya hanya 1,3 % saja. Laju konsumsi kedelai yang tinggi juga dipengaruhi oleh peningkatan penduduk yang terus menigkat, sehingga secara otomatis menigkatkan volume konsumsi kedelai per kapita meningkat, dimana kedelai digunakan sebagai bahan baku industri makanan sebagai bahan pembuatan tahu, tempe, kecap dan lain-lain. Sehingga pemenuhan produk kedelai di Indonesia tidak akan pernah tercukupi selama masalah diatas tidak mampu diatasi, itulah salah satu alasan mengapa pemerintah harus import kedelai dari Amerika.
Di samping permasalahan di atas, peningkatan produksi kedelai dihadapkan pada kendala dan permasalahan sebagai berikut:
1. Masih rendahnya tingkat produktivitas dan keuntungan usahatani kedelai dibanding komoditas lain seperti padi dan jagung, sehingga petani kurang berminat menanam kedelai dan berpindah ke usahatani tanaman lain yang lebih menguntungkan. Sebagai akibatnya luas areal pangan kedelai makin menurun tajam dan produksi kedelai nasional makin menurun.
2. Belum berkembangnya industri perbenihan kedelai.
3. Rentan terhadap serangan hama dan penyakit sehingga stabilitas hasih rendah.
4. Persaingan penggunaan lahan dengan komoditas lain.
5. Swasta kurang berminat mengembangkan kedelai karena resiko kegagalan yang tinggi dan kurang menguntungkan.
6. Petani belum mengusahakan kedelai secara intensif dengan cara-cara budidaya yang maju.
7. Tata niaga kedelai belum kondusif, impor kedelai lebih mudah dan lebih murah, sehingga petani yang rata-rata petani kecil kurang dapat bersaing.
Atas dasar permasalahan usahatani kedelai yang umum terjadi pada petani kedelai di Indonesia maka diperlukan upaya terobosan yang sungguh-sungguh untuk mencapai swasembada kedelai. Tantangan yang dihadapi untuk mencapai swasembada kedelai adalah:
1. Penambahan luas areal panen kedelai paling tidak 1,5 hingga 2 juta hektar hingga tahun 2014. Tanpa penambahan luas areal tersebut, akan sulit mencapai peningkatan produksi menuju swasembada kedelai.
2. Penerapan teknologi yang telah tersedia untuk mengurangi senjang hasil, mengingat hasil penelitian dapat mencapai 2-3 ton/ha, sementara rata-rata hasil kedelai nasional baru 1,3 ton/ha.
3. Mendorong dan membangun industri perbenihan kedelai yang maju dan berdaya saing.
4. Kebijakan yang kondusif untuk pengembangan usahatani kedelai, diantaranya tentang kebijakan impor, kebijakan harga/subsidi harga, insentif dan kemudahan bagi swasta untuk mengembangkan kedelai, dan sebagainya.
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dituangkan pada bab 4, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Pengadaan benih kedelai sebelum ditanam dilahan dilakukan melalui beberapa tahap yaitu pemilihan benih spesifik lokasi, sortasi benih, dan penanaman di lahan.
2. Bintil akar (Rhizobium) pada tanaman kedelai berfungsi sebagai penambat unsur nitrogen dari udara.
3. Teknik budidaya tanaman kedelai yang baik meliputi penyiapan bahan tanam à pengolahan tanah à penanaman à pemupukan à pemeliharaan à panen dan pasca paenn.
4. Indonesia tidak mampu memenuhi kebutuhan bahan baku pangan produk kedelai akibat penyediaan benih bermutu yang masih minim, perubahan iklim yang ekstrim, laju konsumsi lebih besar dibanding laju produksi, meningkatnya serangan hama dan penyakit tanaman, semakin sempitnya luasan penen tanaman kedelai akibat konversi lahan yang semakin marak terjadi. Sehingga Indonesia harus melakukan import kedelai.
5.2 Saran
Kegiatan praktikum yang dilakukan sudah berjalan dengan baik sesuai harapan, namun alangkah baiknya apabila dalam praktikum budidaya kedelai di lapangan praktikan dibekali dengan materi yang lebih mendalam mengenai budidaya kedelai, karena kegiatan praktikum dilakukan sebelum mendapat materi tentang budidaya kedelai, sehingga tidak cukup hanya melalui buku penuntun praktikum saja.
DAFTAR PUSTAKA
Adee, E.,A. 2015. Tillage Study For Corn And Soybean Comparing Vertical, Deep, And No Till. K state, 1(2): 1-5.
Adnan, Hasanuddin, Manfarizah. 2012. Aplikasi Beberapa Dosis Herbisida Glifosat Dan Paraquat Pada Sistem Tanpa Olah Tanah (TOT) Serta Pengaruhnya Terhadap Sifat Kimia Tanah Karakteristik Gulma Dan Hasil Kedelai. Agrista, 16(3): 135-145.
Budi, G.,S. M, Aminah. 2010. Swasembada Kedelai, Antara Harapan dan Kenyataan. Agro ekonomi, 28(1): 55-68.
Dogbe, W.,P, M. Etwire, E. Martey, J.C, Etwire. Inusah, Baba, I. Y, A, Siee. 2013. Economics of Soybean Production: Evidence from Saboba and Chereponi Districts of Northern Region of Ghana. Agricultural science, 5(12): 38-46.
Mannion, A.M and S, Morse. 2012. Gm Crops 1996-2012: A Review Of Agronomic, Environmental And Socio-Economic Impacts. Surrey, 4(13): 1-40.
Misran. 2013. Studi Penggunaan Pupuk Hayati Pada Tanaman Kedelai. Pertanian terapan, 13(3): 206-210.
Oktaviani, S, Triyono, N, Haryono. 2013. Analisis Neraca Air Budidaya Tanaman Kedelai (Glycine Max [L] Merr.) Pada Lahan Kering. Teknik pertanian, 2(1): 7-16.
Purwono, dan H. Purnawati. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul. Jakarta : Penebar Swadaya.
Rukmana, R.,Yuniarsih. Y. 1998. Kedelai Budidaya dan Pasca Panen. Yogyakarta: Kanisius.
Shelby. H., Riskin, S. Porder, E. Meagen, Schipanski, E.M, Bennet, C. Neill. 2013. Regional Differences in Phosphorus Budgets in Intensive Soybean Agriculture. Bioscience, 63(1): 49-54.
Sumarno. 2011. Perkembangan Tekhnologi Budi Daya Kedelai Di Lahan Sawah. Iptek tanaman pangan, 6(2) 139-151.
Syahri. 2014. Optimalisasi Lahan Sub Optimal Untuk Pengembangan Kedelai Di Sumatera Selatan Melalui Penerapan Inovasi Tekhnologi. Issn, 1(1): 644-654.