Blog

  • Peran dan Fungsi Sekolah

    Sekolah sebagai lembaga pendidikan sosial, bisa disebut juga sebagai satu organisasi yaitu terikat kepada tata aturan formal, berprogram dan bertarget atau bersasaran yang jelas, serta memiliki struktur kepemimpinan dalam penyelenggaraan yang resmi. Pada akhirnya, fungsi sekolah terikat kepada sasaran yang dibutuhkan oleh masyarakat itu sendiri. Di sekolah diajarkan tentang nilai-nilai dan norma-norma di masyarakat yang lebih luas. Tidak hanya itu saja, di dalam sekolah individu dilatih untuk mempraktikkan hal-hal yang telah ia pelajari di sekolah dan keluarga. Berikut ini akan diuraikan lebih detail tentang peran sekolah dan fungsi sekolah.

    Peran Sekolah

    Sekolah dalam hubungannya dengan keluarga, memiliki peranan dalam hal mendidik, memperbaiki dan memperhalus tingkah laku anak didik yang sudah dimiliki sebelumnya. Menurut Karsidi, beberapa usaha yang dilakukan terkait dengan tiga hal ini:

    1. membuat anak didik belajar bergaul dengan semua warga sekolah
    2. membuat anak didik belajar menaati peraturan-peraturan sekolah
    3. mempersiapkan anak didik untuk menjadi anggota masyarakat yang berguna bagi agama, bangsa dan negara.

    Hubungannya dengan kehidupan masyarakat, menurut Suwarno peran sekolah antara lain:

    1. sebagai lembaga untuk mempersiapkan anak di dalam kehidupannya
    2. sekolah merupakan refleksi atau cerminan kehidupan masyarakat, sehingga sekolah tidak melepaskan diri dari kenyataan-kenyataan di dalam masyarakat
    3. sebagai evaluator kondisi di masyarakat dan selanjutnya melakukan pembinaan
    4. sebagai lingkungan pengganti keluarga dan pendidik sebagai pengganti orang tua
    5. sebagai lembaga yang menerima hak waris untuk mendidik anak, jika anak tidak mempunyai keluarga.

    Fungsi Sekolah

    Sekolah selain meneruskan pembinaan yang telah dilakukan oleh keluarga, juga mengembangkan potensi anak. Lebih detail tentang fungsi sekolah dipaparkan sebagai berikut:

    1. Mengembangkan kecerdasan otak dan memberikan pengetahuan

    Sekolah bertugas untuk mengembangkan pribadi anak didik secara menyeluruh. Fungsi sekolah yang lebih penting sebenarnya adalah menyampaikan pengetahuan dan melaksanakan pendidikan yang cerdas.

    Menurut Suwarno, fungsi sekolah dalam pendidikan intelektual dapat disamakan dengan fungsi keluarga dalam pendidikan moral. Peningkatan kecerdasan, keterampilan dan sikap sebagai modal penting untuk pembangunan. Selain itu dengan pengalam belajar, segala tindakan yang dilakukan akan berdasarkan ilmu. Hal ini yang akan membuat hidup lebih bermutu.

    2. Spesialisasi

    Spesialisasi sebagai konsekuensi makin meningkatnya kemajuan masyarakat ialah maki bertambahnya diferensiasi sosial yang melaksanakan tugas tersebut. Menurut Suwarno fungsi sekolah adalah sebagai lembaga sosial yang spesialisasinya dalam bidang pendidikan dan pengajaran. Sementara itu, menurut Karsidi penerapan sistem sekolah dimaksudkan untuk memberikan komeptensi-kompetensi jenis keahlian dalam lahan pekerjaan yang terbentang luas kompleksitasnya. Siswa menamatkan sekolah diharapkan sanggup melakukan pekerjaan sesuai dengan spesialisasinya dan kebutuhan dunia pekerjaan atau setidaknya mempunyai modal untuk mencari nafkah.

    3. Efisiensi

    Suwarno menjelaskan bahwa fungsi sekolah adalah sebagai lembaga sosial yang berspesialisasi di bidang pendidikan dan pengajaran, maka pelaksanaan pendidikan dan pengajaran dalam masyarakat menjadi lebih efisiensi, sebab:

    • apabila tidak ada sekolah dan pekerjaan mendidik hanya dipikul oleh keluarga, maka hal ini tidak akan efisien, karena orang tua terlalu sibuk dengan pekerjaannya, serta banyak orang tua tidak mampu melaksanakan pendidikan
    • karena pendidikan sekolah dilaksanakan dalam program yang tertentu dan sistematis
    • di sekolah dapat dididik sejumlah besar anak secara sekaligus.

    4. Sosialisasi

    Menurut Suwarno fungsi sekolah yakni sebagai proses untuk membantu perkembangan individu menjadi makhluk sosial, makhluk yang dapat beradaptasi dengan baik di masyarakat. Proses sosialisasi di dalam masyarakat yang bersifat heterogen dan pluralistik, merupakan fungsi yang cukup penting karena tugas pendidikan sekolah adalah mensosialisasikan pentingnya persatuan melalui beberapa macam mata pelajaran.

    5. Konservasi dan transmisi kultural

    Suwarno menjelaskan bahwa fungsi sekolah adalah memelihara warisan budaya yang hidup dalam masyarakat dengan jalan menyampaikan warisan kebudayaan (transmisi kultural) kepada generasi muda. Dalam hal ini tentunya adalah anak didik. Vembriarti memaparkan fungsi sekolah sebagai transmisi kebudayaan masyarakat, diantaranya:

    • transmisi pengetahuan dan keterampilan
    • Transmisi sikap, nilai-nilai dan norma-norma.

    6. Transisi dari rumah ke masyarakat

    Ketika berada di keluarga, kehidupan anak serba menggantungkan diri pada orang tua, maka memasuki sekolah ia mendapat kesempatan untuk melatih berdiri sendiri dan tanggung jawab sebagai persiapan sebelum masuk ke masyarakat.

    7. Kontrol sosial

    Menurut Karsidi, sekolah memiliki sistem pengendalian sosial. Secara mendasar pengendalian sosial bertujuan untuk mencapai keserasian antara stabilitas dengan perubahan-perubahan dalam masyarakat atau suatu sistem pengendalian, yang bertujuan untuk mencapai keadaan damai melalui keserasian antara kepastian dengan keadilan.

  • Tri Satya Pramuka Penegak

    Tri Satya berasal dari 2 kata yakni Tri yang artinya Tiga dan Satya yang artinya Janji, jadi Tri Satya Pramuka Penegak adalah Tiga janji yang diucapkan oleh seorang calon penegak sebelum dilantik menjadi Pramuka Penegak. Sebagai umat beragama kita semua paham bahwa janji adalah utang maka kita tidak boleh mengingkari janji yang telah kita ucapkan. Entah di dunia atau pun di akherat kelak kita pasti akan ditagih tentang janji yang telah kita ucapkan. 

    Maka kita harus berhati – hati jika berjanji, jangan sampai kita berjanji tetapi kita tak mampu menjalankannya. Kita perlu pelajari dan pahami betul – betul janji yang akan kita ucapkan. Nah berikut ini kita tampilkan bunyi Tri Satya pramuka penegak agar kita sama – sama bisa memahami dan yang terpenting mengamalkannya.

    Tri Satya Penegak

    Demi kehormatanku aku berjanji akan bersungguh-sungguh:

    1. menjalankan kewajibanku terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan negara kesatuan Republik  Indonesia dan mengamalkan Pancasila
    2. Menolong sesama hidup dan ikut serta membangun masyarakat
    3. Menepati Dasa Darma. 

    Dalam bunyi Tri Satya di atas disebutkan “demi kehormatanku” itu berarti kita telah mempertaruhkan kehormatan dan harga diri kita jikalau kita tidak menepati janji – janji tersebut. Maka dimana harga diri kita? Dimana kehormatan kita?

    Masihkah kita bangga terus menerus mengingkari janji kita sendiri? Mungkin dalam hal ini tidak akan ada orang yang menghukum kita, tetapi kita berhadapan dengan Dia yang Maha Tahu segalanya segala ucapkan dan perbuatan kita akan dipertanggungjawabkan di hadapan-Nya. Sekali lagi kita berharap pahami betul Tri Satya dengan sebaik – baiknya karena itu adalah janji.

  • WAGGGS – Organisasi Pandu Putri Dunia

    Tidak pula terlepas dari KePRAMUKAan Puteri di Indonesia, sejarah panjang sebelumnya juga telah digagas oleh Lord Baden Powell yang mendirikan KePANDUan Puteri bersama adik perempuan dan isterinya. Berikut dsajikan informasi mengenai Organisasi Kepanduan Putri Dunia – WAGGGS.

    WAGGGS merupakan singkatan dari World Association of Girl Guides and Girl Scouts adalah Asosiasi Kepanduan Putri Sedunia yang merupakan organisasi dunia non-pemerintahan yang menaungi gerakan kepanduan putri di seluruh dunia. WAGGGS didirikan pada tahun 1928 oleh Baden Powell dan memiliki kantor pusat di London, Inggris. Organisasi ini bermitra dengan Organisasi Kepanduan Sedunia / World Organization of the Scout Movement (WOSM). Sebagai organisasi dunia, WAGGGS diatur berdasarkan lima region dan 4 pusat kepanduan internasional.

    Berawal dari Gerakan Kepanduan Putri yang dibentuk pada tahun 1910 oleh Robert Baden Powell dengan bantuan adiknya Agnes Baden Powell, dan setelah pernikahannya tahun 1912, istrinya Olave Baden Powell ikut ambil bagian dalam perkembangan kepanduan putri ini.

    Selanjutnya dengan semakin berkembangnya gerakan kepanduan putri di beberapa negara, dirasakan perlu dibentuk sebuah organisasi internasional yang mewadahi semua kepanduan putri di seluruh dunia, akhirnya pada tahun 1928, pada acara Konferensi Internasional ke-5 Gerakan kepanduan Putri di Hungaria, didirikan World Association of GirlGuides and Girl Scouts atau WAGGGS, yang menggantikan Dewan Internasional (yang dibentuk tahun 1919).

    Dalam konferensi itu dihadiri oleh 26 negara, yang menjadi The Founder Member WAGGGS, yaitu: Australia, Belgia, Canada, Czechoslovakia, Denmark, Estonia, Finlandia, Perancis, Hungaria, Iceland, India, Jepang, Latvia, Liberia, Lithuania, Luxembourg, Belanda, Selandia Baru, Norwegia, Polandia, Africa Selatan, Swedia, Swiss, Inggris Raya, Amerika Serikat dan Yugoslavia.

    Mereka memutuskan Assosiasi Kepanduan tersebut harus memilih Komite dunia, yang anggotanya adalah Lady Baden-Powell dan Direktur Biro dunia. Konferensi Internasional diubah namanya menjadi World Conferences dan rutin diadakan setiap tiga tahun sekali, dengan tempat bergantian di antara anggota WAGGGS.

    Dari tahun 1930-1939, WAGGGS bermarkas di Kepanduan Putri Inggris (British Girl Guide Association) hingga pindah ke 9 Palace Street, London.

    Setelah sekian lama Gerakan Pramuka Indonesia menjadi Anggota WAGGGS, atas pertimbangan tertentu melalui Surat Keputusan Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka No. 064 Tahun 2001 dinyatakan bahwa Gerakan Pramuka Indonesia menarik diri atau keluar dari keanggotaan WAGGGS

  • Simbol dan Bendera WOSM – World Organization of the Scout Movement

    Simbol dan Bendera WOSM – World Organization of the Scout Movement

    World Organization of the Scout Movement atau Gerakan Pandu Dunia merupakan payung organsasi gerakan Pramuka seluruh dunia. Gerakan Pramuka Indonesia juag diadopsi dari gerakan pandu dunia, jadi tidak heran jika simbol WOSM akan selalu ditemukan dalam gerakan pramuka Indonesia.

    Simbol WOSM

    Gerakan Pandu dunia dikenal dengan simbol Lely dengan dasar ungu. Bendera WOSM sendiri memiliki ukuran 3 berbanding 2.

    Selain ketentuan di atas, Bendera WOSM atau PanduDunia memiliki ukuran yang ditetapkan untuk setiap tingkatan yang sebanding dengan Ukuran Bendera Gerakan Pramuka yaitu:

    – Tingkat Nasional: 200 cm x 300 cm
    – Tingkat Daerah: 150 cm x 225 cm
    – Tingkat Cabang: 90 cm x 135 cm
    – Tingkat Ranting: 60 cm x 90 cm
    – Tingkat Gugus Depan: 60 cm x 90 cm

    Demikian informasi mengenai Bendera WOSM atau PanduDunia yang dapat penulis sajikan dalam kesempatan ini. Semoga Barokah.

    Salam Pramuka !!!

  • Contoh Penerapan Dasa Darma Pramuka dalam Kehidupan Sehari-hari

    Contoh Penerapan Dasa Darma Pramuka dalam Kehidupan Sehari-hari

    Penerapan dasa darma adalah hal yang penting bagi anggota pramuka. Dasa darma sendiri secara tersirat merupakan ikrar yang menunjukkan karakter dan jiwa anggota pramuka yang luhur sehingga tidak cukup dengan diucapkan tapi harus tercermin dalam kehidupan sehari-hari.

    Penerapan Dasa Darma Pramuka

    Sesuai dengan namanya, Dasar Darma Pramuka terdiri dari 10 poin yang harus diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Contoh penerapan dari setiap poin dasa darma sebagai berikut

    1. Takwa kepada tuhan yang maha esa

    • Rajin beribadah sesuai dengan kepercayaan dan agama masing-masing anggita pramuka.
    • Melaksaknakan seluruh perintah dan menjauhi larangan perintah agama.
    • Patuh dan hormat kepada orang tua
    • Saling mengasihi sesama manusia

    2. Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia

    • Menjaga kebersihan lingkungan sekitar baik di rumah maupun sekolah
    • Ikut menjaga kelestarian alam, baik flora maupun fauna
    • Membantu fakir miskin, anak yatim piatu, dan orang tua jompo
    • Mengunjungi orang yang sakit

    3. Patriot yang sopan dan kesatria

    • Secara rutin mengikuti Upacara Pengibaran Bendera, Hari Kemerdekaan dan Upacara Peringatan haris besar nasional.
    • Menghormati yang lebih tua dan menghargai yang muda
    • Ikut serta dalam bela negara
    • Melindungi kaum yang lemah
    • Belajar disekolah dengan baik
    • Ikut serta dalam kegiatan kemasyarakatan

    4. Patuh dan suka bermusyawarah

    • Mengerjakan tugas dari guru, pembina, dan orang tua dengan sebaik baiknya
    • Patuh kepada orang tua guru dan pembina
    • Berusaha mufakat dalam setiap bermusyawarah
    • Tidak mengambil keputusan yang tergesa gesa tanpa musyawarah

    5. Rela menolong dan tabah

    • Berusaha menolong orang yang sedang mengalami musibah dan kesusahan
    • Menolong orang lain tanpa pamrih
    • Tabah dalam menghadapi berbagai kesulitan
    • Tidak banyak mengeluh dan putus asa
    • Bersedia menolong tanpa diminta

    6. Rajin, Trampil, dan Gembira

    • Tidak pernah membolos dari sekolah
    • Selalu hadir dalam setiap pertemuan atau latihan pramuka
    • Dapat membuat kerajinan yang berguna
    • Selalu riang gembira dalam setiap melakukan kegiatan atau pekerjaan

    7. Hemat, Cermat, dan Bersahaja

    • Tidak boros dalam menggunakan uang
    • Rajin menabung
    • Teliti dalam melakukan sesuatu
    • Bersikap hidup sederhana, dan tidak berlebih lebihan
    • Biasa membuat perencanaan keuangan setiap akan melakukan kegiatan

    8. Disiplin, Berani, dan Setia

    • Selalu menepati waktu yang ditentukan
    • Mendahulukan kewajiban dibanding hak
    • Berani mengambil keputusan
    • Tidak mengecewakan orang lain
    • Tidak ragu dalam bertindak

    9. Bertanggung Jawab dan dapat dipercaya

    • Menjalankan sesuatu dengan sikap bersungguh sungguh
    • Tidak mengecewakan orang lain
    • Bertanggung jawab dalam setiap tindakan

    10. Suci dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan

    • Selalu mengatakan yang baik dan benar dan tidak berbohong
    • Tidak menyusahkan dan mengganggu orang lain
    • Berbuat baik kepada semua orang
  • Makalah Teori Pemrosesan Informasi

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang Masalah

    Teori pemrosesan informasi ini didasari oleh asumsi bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil komulatif dari pembelajaran. Dalam pembelajaran terjadi proses informasi, untuk diolah sehingga menghasilkan bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.Tahapan proses pembelajaran meliputi delapan fase:

    1. Motifasi
    2. Pemahaman
    3. Pemerolehan
    4. Penyimpanan
    5. Ingatan kembali
    6. Generalisasi
    7. Perlakuan
    8. Umpan Teori Pemrosesan Informasi

    Informasi adalah pengetahuan yang didapat dari pembelajaran, pengalaman atau instruksi. Dalam beberapa hal pengetahuan tentang situasi yang telah dikumpulkan atau diterima melalui proses komunikasi, pengumpulan intelejan dan didapatkan dari berita, juga disebut informasi. Informasi yang berupa koleksi data dan fakta dinamakan informasi statistik. Dalam bidang ilmu komputer, informasi adalah data yang disimpan, diproses atau ditransmisikan. Penelitian ini memokuskan pada definisi informasi sebagai pengetahuan yang didapatkan dari pembelejaran, pengalaman, dan instruksi.

    Model pemrosesan informasi beranggapan bahwa anak-anak mempunyai kemampuan yang lebih terbatas dan berbeda dengan orang dewasa. Anak-anak tidak dapat menyerap banyak informasi, kurang sistematis dalam hal informasi apa yang diserap, tidak banyak mempunyai strategi untuk mengatasi masalah, tidak mempunyai banyak pengetahuan mengenai dunia yang diperlukan untuk memahami masalah, dan kurang mampu memonitor kerja proses kognitifnya.

    Perkembangan anak yang optimal merupakan tujuan para psikolog perkembangan, maka sangat relevan jika individu-individu yang berkecimpung dibidang ini melakukan penelitian yang tujuanya bermuara pada meningkatkan kemampuan pemrosesan informasi. 

    Salah satu teori kognitif yang menjelaskan proses belajar pada diri seseorang yang berkenaan dengan tahap-tahap proses pengolahan informasi adalah teori pemrosesan informasi. Menurut teori ini proses belajar tidak berbeda halya dengan proses menerima,menyimpan dan mengungkapken kembali dengan informasi-informasi yang telah diterima sebelumnya. Genjala-gejala tentang belajar dapat dijelaskan jika proses belajar itu dianggap sebagai proses transformasi masukan menjadi keluaran. Jadi, proses belajar tersebut mirip dengan apa yang terjadi pada sebuah komputer.

    Berbagai pemahaman tentang belajar telah benyak dikemukakan oleh para ahli dari berbagai aliran. Paparan ini mencoba menyajikan pemahaman tentang belajar dari sudut pandang teori pemrosesan informasi. Proses belajar menurut teori ini meliputi kegiatan menerima, menyimpan dan mengungkapkan kembali informasi-informasi yang telah diterima. Belajar tidaklah hanya apa yang anda lihat, yang penting bagaimana proses kognitif itu terjadi dalam diri pembelajar.

    B. Rumusan Masalah

    Untuk mendapatkan makalah yang terarah diperlukan adanya rumusan masalah. Berdasarkan latar belakang di atas dapat kita rumuskan masalah yang ada sebagai berikut :

    1. Bagaimana konsep dari teori pemrosesan informasi?
    2. Bagaimana penerapan teori pemrosesan informasi di kelas?

    C. Tujuan Pembuatan Makalah

    Pemakalah harus memiliki tujuan yang jelas. Pemakalah dalam hal ini memiliki tujuan mengetahui tentang konsep dasar dari teori pemrosesan informasi dan penerapan teori pemrosesan informasi di kelas. 

    D. Manfaat

    Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoretis dan secara praktis.

    1. Manfaat Teoretis

    1. Hasil penelitian ini daharapkan dapat bermanfaat untuk dijadikan acuan jika akan diadakan penelitian lanjutan.
    2. Hasil penelitian ini daharapkan bermanfaat bagi kalangan mahasiswa dan pembaca yaitu menambah wawasan, pengetahuan tentang teori pemrosesan informasi.

    2. Manfaat Praktis

    1. Bagi peneliti diperoleh manfaat dan penerapan dari teori pemrosesan informasi di kelas.
    2. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang teori pemrosesan informasi.
    3. Bagi masyarakat dapat dijadikan sebagai informasi dan pengetahuan tentang teori pemrosesan informasi.

    Bab II. Pembahasan

    A.  Konsep Dasar Teori pemrosesan Informasi

    Pengetahuan yang diproses dan dimaknai dalam memori kerja disimpan pada memori panjang dalam bentuk skema-skema teratur secara tersusun. Tahapan pemahaman dalam pemrosesan informasi dalam memori kerja berfokus pada bagaimana pengatahuan baru yang dimodifikasi.

    Urutan dari penerimaan informasi dalam diri manusia dijelaskan sebagai berikut: pertama, manusia menangkap informasi dari lingkungan melalui organ-organ sensorisnya yaitu: mata, telinga, hidung dan sebagainya. Beberapa informasi disaring pada tingkat sensoris, kemudian sisanya dimasukkan dalam ingatan jangka pendek. Ingatan jangka pendek mempnyai kapasitass pemeliharaan informasi yang terbatas sehingga kandungannya harus diproses secara sedemikian rupa (misalnya dengan pengulangan atau pelatihan), jika tidak akan lenyap dengan cepat.

    Bila diproses, informasi dari ingatan jangka pendek dapat ditransfer dalam ingatan jangka panjang. Ingatan jangka panjang merukan hal penting dalam proses belajar. Karena ingatan jangka panjang merupakan tempat penyimpanan informasi yang faktual (disebut pengetahuan deklaratif) dan informasi bagaimana cara mengerjakan sesuatu.

    Tingkat pemrosesan stimulus informasi diproses dalam berbagai tingkat kedalaman secara bersamaan bergantung kepada karakternya. Semakin dalam suatu informasi diolah, maka informasi tersebut akan semakin lama diingat. Sebagai contoh, informasi yang mempunyai imaji visual yang kuat atau banyak berasosiasi dengan pengetahuan ynag telah ada akan diproses secara lebih dalam. Demikian juga informasi yang sedang diamati akan lebih dalam diproses dari pada stimuli atau kejadian lain di luar pengamatan. Dengan kata lain, manusia akan lebih mengingat hal-hal yang mempunyai arti bagi dirinya atau hal-hal yamg menjadi perhatiannya karena hal-hal tersebut diproses secara lebih mendalam dari pada stimuli yang tidak mempunyai arti atau tidak menjadi perhatiannya.

    Pengulangan memegang peranan penting dalam pendekatan model. Penyimpanan juga dianggap penting dalam pendekatan model tingkat pemrosesan. Namun hanya mengulang-ulang saja tidak cukup untuk mengingat. Untuk memperoleh tingkatan yang lebih dalam, aktivitas pengulangan haruslah bersifat elaboratif. Dalam hal ini, pengulangan harus merupakan sebuah proses pemberian makna dari informasi yang masuk.

    B.  Penerapan Teori Pemrosesan Informasi Di Kelas

    Dalam sensori input dan sensori register infomasi hanya beberapa detik, sangat singkat, didapat dari penglihatan, sentuhan dan lain sebagainya. Dio dalam short term memory, informasi tersebut akan ada dalam beberapa detik antara 20-30 detik, ada rehaorsal buffer yang diulang terus menerus dihubungkan dengan informasi lain yang telah ada dalam ingatan. Sedangkan dalam long term memory, waktunya adalah berhario-hari, berbulanp-bulan, bertahun-tahun dan sepanjang masa; informasi yang tidak terproses dengan baik akan hilang atau terlupakan; pada saat kita mengingat sesuatu segala items akan tergambar di sini. Dari penjelasan di atas dapat diuraikan sebai berikut:

    1.    Dari lingkungan, pembelajar mendapat rangsangan yang mengativasikan reseptor dan transformasikan pada informasi saraf. Pada awalnya informasi ini masuk ke dalam struktur yang disebut sensory register (SR) dan tersimpan dalam waktu yang sangat singkat dalam hitungan perseratus detik.

    2.    Tidak seluruh gambaran informasi yang direkam dalam SR akan bertahan, karena informasi tersebut ditrasformasikan ke dalam bentuk rangsang melalui proses persepsi selektif, yaitu proses pemberian perhatian terhadap gambaran tertentu dari informasi yang ada dalam SR dan mengabaikan informasi lain (misalnya: tekstur, kemiringa, objek tiga dimensi dsb). Proses persepsi selektif ini membentuk jenis input baru yang akan masuk ke dalam short term memory storage (STM).

    3.    Dalam STM, informasi akan bertahan sampai sekitar 20 detik. Ada dua bentuk penyimpanan dalam STM, yaitu:

    a).Bentuk akustis (informasi yang secara internal didengar oleh pembelajar.

    b).bentuk artikulator (pembelajar mendengar dirinya sendiri mengatakan informasi). Sebagai contoh, saat seseorang mengingat nomor telepon karena akan menelepon, maka ia akan mendengarkan dirinya sendiri mengulang nomor tersebut. Kapasitas STM terbatas, item bisa berupa huruf, angka, atau kata dengan satu suku kata. Bila kapasitasnya sudah terisi penuh, maka item lama akan terbuang saat ada item baru masuk.

    4. Dalam STM, ada suatu proses yang disebut rehearsal, yaitu: suatu proses pengulangan mental (pengulangan secara tenang) dari informasi. Proses rehearsal ini, selain membantu memperpanjang masa bertahannya informasi dalam STM, juga membantu dalam pengkodean informasi, sehingga akan bisa masuk (menjadi input) ke dalam struktur berikutnya, yaitu: long term memory stotage (LMT) tapi tidak membentu dalam meningkatkan jumlah item yang disimpan dalam STM.

    5. Transformasi informasi yang paling oenting terjadi saat informasi keluar dari STM dan masuk ke dalam LTM. Proses ini disebut pengkodean (encoding). Informasi yang terdapat dalam STM demgam gfambaran perspektual tertentu ditransformasikan ke dalam bentuk konseptual, bentuk yang bermakna. Jadi informasi tidak lagi disimpan dalam bentuk suara atau bentuk rupa, tapi sebagai konsep yang diketahui maknanya dan dapat dirujuk dengan cepat dalam lingkungan pembelajar. Informasi yang disimpan ini diorganisasikan dalam berbagai cara, tidak hanya dikumpulkan.

    6. Penyimpanan dalam LTM bersifat permanen. Tetapi, karena berbagai faktor informasi-informasi tersebut bisa jadi tidak dapat akses, misalnya karena interferensi antara memori lama dengan memori baru. Salah satu contoh akibat kesulitan mengakses informasi dari LTM ini adalah terjadinya lupa.

    7. Untuk menemukan kembali informasi dari LTM biasanya dibutuhkan adanya cues baik melalui situasi eksternal maupun oleh si pembelajar itu sendiri (dari sumber memori lain) cues ini diperlukan untuk memasangkan atau mengaitkan apa yang telah dipelajari sehingga informasi yang dicari dapat dikenali dan ditemukan kembali.

    8. Recall dari apa yang sudah dipelajari  dapat terjadi segera setelah proses belajar terjadi, tapi bisa pula tertunda. Kadang membutuhkan rekontruksi dari kejadian yang perlu diingat.

    9. Transfer of Learning terjadi bila recall terhadap apa yang dipelajari mencakup aplikasi terhaap situasi atau masalah baru. Dalam hal ini seseorang yang perlu menerapkan pengetahuan atau ketrampilannya dalam situasi masalah baru harus mengarahkan suatu proses pencarian yang lebih kompleks dari pada menggunakannya pada situasi atau masalah yang biasa ditemui.

    10. STM juga memiliki peran sebagai memori aktif atau memori kerja yang sangat penting. Proses pencarian dapat dilakukan dalam memori kerja untuk menemukan kembali bahan-bahan yang disimpan dalam LTM. Sebagai hasilnya, bahan tersebut dapat kembali ke dalam memori kerja dalam suatu bentuk yang dapat disimpan dan dipasangkan dengan input yang baru diterima.

    11. Generator respon menentukan, partama, bentuk dasar dari respon manusia, yaitu apakah muncul dalam bentuk perkataan, otot besar tubuh, otot kecil tangan atau lainnya. Kedua menentukan pola dari performance, urutan dan waktu dari gerakan yang masuk tindakan. Secara umum proses yang dihubungkan dengan generator respon menjamin bahwa performance akan terorganisasikan.

    12. Tahapan berikutnya adalah aktifasi dari efektor; pola aktivitas yang dapat diamati secara eksternal.

    Dalam kegiatan belajar seseorang, menurut teori pemrosesan informasi terdapat efek eksternak yang mempengaruhi, yaitu:

    a)      Kejadian eksternal bisa mempromosikan belajar dan memori dalam jangka waktu yang sangat singkat sebelum sesuatu disimpan. Proses yang terjadi dalam pembelajaran berkait dengan memasukkan stimulus yag relevan ke dalam belajar. Tahapan persiapan ini terdiri atas; pertama kewaspadaan terhadap rangsang yang disebutsebagai perhatian. Kedua; persepsi selektif. Merupakan proses penyarinagan dan pengorganisasian yang sangat penting dari rangsang, yang membawa pada seluruh penyimpanan dari ciri rangsang yang relevan dalam STM. Dari sinilah informasi yang telah ditransformasikan kembali (diberi kode) untuk bisa masuk ke dalam LTM.

    b)      Untuk belajar, pertama pembelajar haruslah menerima stimulus artinya panca indera mereka harus diarahkan pada sumber stimulasi dan mereka harus siap menerimanya. Memberikan perhatian merupakan langkah awal dalam belajar yang dapat dideteksi dengan mengamati apa yang dilihat atau didengarkan oleh pembelajar. Stimulasi eksternal yang menghasilkan kewaspadaan bisa dilakukan dengan berbagai cara, misalnya membuat keadaan menjadi lebih terang atau mengeraskan suara. Secara umum membuat perubahan tiba-tiba, baik meningkatkan maupun menurun, merupakan stimulus yang efektif untuk membuat pembelajar wapada.

    c)      Persepsi selektif bisa diarahkan dengan intruksi verbal atau bentuk stimulasi lainnya. Misalnya, pada teks bacaan persepsi selektif bisa diarahkan dengan membuat garis bawah atau cetak miring pada kata tertentu yang harus diperhatikan.

    Adapun implikasi teori pemrosesan informasi terhadap kegiatan pembelajaran adlah sebagai berikut:

    1.      Model pemrosesan informasi dari belajar dan ingatan memiliki signifikasi yang besar bagi perencanaan dan desain pembelajaran dalam proses pemndidikan. Belajar dimulai dengan pemasukan stimulasi dari reseptor dan diakhiri dengan umpan balik yang mengikuti performance pembelajar. Diantara kejadian-kejadian ini ada beberapa tahapan dari pemrosesan internal. Pembelajaran tidak hanya merupakan prose sederhana dari penyajian stimulus, melainkan merupakan komposisi dari berbagai jenis stimulasi eksternal yang berbeda, yang mempengaruhi beberapa proses belajar yang berbeda.

    2.      Secara keseluruhan stimulasi yang diberikan kepada pembelajar selama pembelajaran berfungsi mensupport yang terjadi pada pembelajaran. Kejadian  eksternal yang disebut pembelajaran bisa mendukung proses internal dengan mengakyifkan mental set (keadaan mental) yang mempengaruhi perhatian dan persepsi seklektif. Kejadian eksternal bisa meningkatkan proses internal dengan memberikan pengorganisasian yang dibuat oleh pembelajar. Pembelajar juga memantapkan pengioperasian proses pengendali tindakan, seperti harapan akan hasil performance.

    BAB III

    ANALISIS KELEBIHAN DAN KELEMAHAN

    A.  Analisis Kelebihan

    Dengan manggunakan teori pemprosesan informasi akan membantu meningkatkan keaktifan siswa untuk berfikir dalam kegiatan pembelajaran. Siswa akan berusaha mengaitkan suatu kejadian atau proses pembelajaran yang menarik dengan materi yang disampaikan, karena dalam teori pemprosesan informasi guru atau pendidik di tuntut untuk kreatif dalam memberikan pengajaran terhadap peserta didik. Yang dimaksud guru kreatif tersebut adalah guru mampu menyajikan materi pembelajaran dengan menggunakan alat bantu dan metode penyampaian yang dapat menarik siswa sehingga, siswa akan mudah mengingat dan memahami materi yang di sampaikan.

    B.  Analisis Kelemahan

    Jika seorang guru tidak nbisa menyampaikan meteri pembelajaran dengan metode dan alat bantu yang dapat menarik siswa, maka proses pembelajaran akan terasa membosankan. Sehingga tidak akan menarik perhatian siswa yang mengakibatkan tidak tercapainya tujuan pembelajaran. Selain itu apabila menghadapi siswa atau peserta didik yang benar-benar tidak mampu diajak untuk aktif berfikir maka akan terjadi ketidak singkronan antara pendidik dan peserta didik sehingga tujuan pembelajaran tidak akan tercapai.

    BAB IV

    KESIMPULAN

    Teori pemprosesan informasi menyatakan bahwa hanya sedikit informasi yang dapat diolah dalam memori kerja setiap saat. Terlalu banyak elemen bisa sangat membebani memori kerja sehingga menurunkan keefektifan pengolahan informasi. Jika penerima diharuskan membagi perhatian mereka diantara, dan mengintegrasikan secara mental dua atau lebih sumber-sumber informasi yang berkaitan misalnya, teks dan diagram, proses ini mungkin menempatkan suatu ketegangan yang tidak perlu pada memori kerja yang terbatas dan menghambat pemerolehan informasi

    DAFTAR PUSTAKA

    Budiningsih, Asih. 2005. Belajar danPembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

    Putra, Yovan. 2008. Memori dan Pembelajaran Efektif. Bandung: Yrama Widya

  • Makalah Pengembangan Variasi Mengajar dan Keberhasilan Pembelajaran

    Variasi Mengajar

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dan anak didik. Harapan yang selalu dituntut guru adalah bagaimana bahan pelajaran yang disampaikan dapat dikuasai anak didik secara tuntas. Ini merupakan masalah sulit yang dirasakan oleh guru. Kesulitan ini bukan hanya dikarenakan anak didik merupakan makhluk individu dengan segala keunikan, tetapi mereka juga sebagai makhluk sosial dengan latar belakang yang berlainan.

    Ada tiga aspek yang membedakan anak didik yang satu dengan yang lain, yaitu aspek intelektual, psikologi, dan biologis. Ketiga aspek tersebut diakui sebagai akar permasalahan yang melahirkan bervariasinya sikap dan tingkah laku anak didik di sekolah. Hal ini menjadi tugas yang cukup berat bagi guru dalam pengelolaan kelas. Akibat kegagalan guru dalam mengelola kelas, tujuan pengajaran akan sukar dicapai.

    Tujuan pembelajaran dapat dicapai tanpa menemukan kendala yang berarti dengan pengelolaan kelas yang baik,. Tetapi pengelolaan kelas yang baik tidak selamanya dapat dipertahankan, ini disebabkan pada kondisi tertentu ada gangguan yang tidak dikehendaki dengan tiba-tiba. Suatu gangguan yang datang dengan tiba-tiba dan diluar kemampuan guru adalah kendala spontanitas dalam pengelolaan kelas akibatnya suasana akan terganggu dan konsentrasi anak didikpun akan pecah.

    Masalah lain yang sering digunakan guru adalah masalah pendekatan, karena dapat mempengaruhi hasil kegiatan belajar mengajar. Karena dapat mempengaruhi hasil kegiatan belajar mengajar, maka guru tidak sembarangan memilih dan menggunakannya. Maka penting untuk mengenal suatu bahan untuk kepentingan pemilihan pendekatan.

    Media sumber belajar adalah alat bantu yang berguna dalam kegiatan belajar mengajar. Kesulitan anak didik memahami konsep dan prinsip-prinsip tertentu dapat diatasi dengan bantuan alat bantu. Bahkan alat bantu diakui dapat melahirkan umpan balik yang baik dari anak didik.

    Dalam hal ini guru memerlukan adanya variasi dalam mengajar siswa. Karena semua orang tidak menghendaki adanya kebosanan dalam hidupnya. Sesuatu yang membosankan adalah sesuatu yang tidak menyenangkan. Demikian juga dalam proses belajar mengajar. Bila guru dalam proses belajar mengajar tidak menggunakan variasi, maka akan membosankan siswa, perhatian siswa berkurang, mengantuk dan akibatnya tujuan belajar tidak tercapai.

    Pengembangan variasi pengajaran salah satunya adalah memanfaatkan variasi alat bantu, dalam hal ini variasi media pandang, variasi media dengar, maupun variasi media taktil. Tujuan yang hendak dicapai adalah meningkatkan dan memelihara perhatian anak didik terhadap relevensi KBM, memberikan kesempatan kemungkinan berfungsinya motivasi, membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah, dan mendorong anak didik untuk belajar.

    Dalam proses belajar mengajar bila ada variasi guru dapat menunjukkan adanya perubahan dalam gaya mengajar, media yang digunakan berganti-ganti, dan ada perubahan dalam pola interaksi antara guru-siswa, siswa-guru dan siswa-siswa. Variasi lebih bersifat proses daripada produk.

    Tujuan pembelajaran akan dapat tercapai dengan penggunaan metode yang tepat, sesuai dengan standart keberhasilan yang terpatri di dalam suatu tujuan. Dalam mengajar, sering ditemukan mengkombinasikan beberapa macam metode. Penggabungan metode ini dimaksudkan untuk menggairahkan belajar anak didik. Dengan bergairahnya belajar, maka anak didik tidak akan merasa sukar dalam mencapai tujuan pengajaran. Guru yang telah berhasil dalam mengajar jika tercapai tujuan pembelajarannya. Keberhasilan kegiatan belajar mengajar dapat diketahui setelah diadakannya evaluasi.

    B. Rumusan Masalah

    Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:

    1. Aspek apa saja yang termasuk dalam pengembangan variasi mengajar?
    2. Apa saja aspek yang termasuk dalam keberhasilan belajar mengajar?

    C.  Tujuan

    Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:

    1.    Menjelaskan aspek-aspek yang termasuk dalam pengembangan variasi mengajar.

    2.    Menjelaskan aspek-aspek yang termasuk dalam keberhasilan belajar mengajar.

    Bab II. Pembahasan

    A.  Pengembangan Variasi Mengajar

    1. Tujuan Variasi  Mengajar

    Penggunaan variasi terutama ditujukan terhadap perhatian siswa, motivasi, dan belajar siswa. Tujuan mengadakan variasi mengajar yaitu:

    a. Meningkatkan dan Memelihara Perhatian Siswa Terhadap Relevansi Proses Belajar Mengajar

    Dalam proses belajar mengajar perhatian dari siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan sangat dituntut. Sedikitpun tidak diharapkan adanya siswa yang tidak atau kurang memperhatikan penjelasan guru, karena itu akan menyebabkan tidak memahami pelajaran dari guru.

    Faktor yang mempengaruhi siswa sukar mempertahankan perhatian terhadap materi yang diberikan guru adalah penjelasan guru yang kurang mengenai sasaran, situasi luar kelas yang dirasakan siswa lebih menarik daripada pelajaran yang disampaikan, siswa yang kurang menyenangi materi pelajaran.

    Perhatian siswa terhadap materi yang disampaikan sangat mempengaruhi tercapainya tujuan pembelajaran. Karena itu, guru selalu memperhatikan variasi mengajarnya, apakah sudah dapat meningkatkan dan memelihara perhatian siswa terhadap materi yang dijelaskan atau belum.

    Perhatian siswa dalam pelajaran yang diberikan oleh guru selama proses pembelajaran amat penting karena mempengaruhi keberhasilan tujuan belajar mengajar yang ditunjukan oleh penguasaan materi pelajaran pada setiap siswa. Indikator penguasaan siswa terhadap materi pelajaran adalah terjadinya perubahan di dalam diri siswa.

    b. Memberikan Kesempatan Kemungkinan Berfungsinya Motivasi

    Siswa tidak akan belajar dengan baik dan tekun jika tidak ada dorongan kuat yang menggerakan siswa tersebut, dorongan tersebut disebut motivasi. Oleh sebab itu motivasi memegang peranan penting dalam belajar. Motivasi setiap siswa berbeda terhadap suatu bahan pelajaran, oleh karena itu seorang guru selalu ingin memberikan motivasi terhadap siswa yang kurang memberikan perhatian terhadap materi pelajaran yang diberikan. Motivasi dapat dibedakan berdasarkan timbulnya yaitu:

    1. Motivasi Intrinsik, motivaasi yang timbul dari diri sendiri.
    2. Motivasi Ekstrinsi yaitu motivasi yang timbul akibat dorongan dari pihak luar dirinya.

    Bagi siswa yang selalu memperhatikan pelajaran yang diberikan, bukanlah menjadi masalah bagi seorang guru karena siswa tersebut sudah mempunyai motivasi, yaitu motivasi intrinsik. Siswa yang demikian biasanya dengan kesadarannya sendiri memperhatikan penjelasan guru.

    Berbeda dengan siswa yang tidak mempunyai atau kurang motivasi dalam dirinya, maka motivasi ekstrinsik yang merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak diperlukan. Di sini peran seorang guru lebih dituntut untuk menjadi motivator, yaitu sebagai alat yang mendorong siswa untuk berbuat, sebagai alat yang menentukan arah perbuatan, dan sebagai alat untuk menyeleksi perbuatan.

    c. Membentuk Sikap Positif Terhadap Guru  dan Sekolah

    Tanggapan siswa kepada gurunya bermacam-macam, masalah akan muncul apabila ada siswa tertentu  yang kurang senang terhadap gurunya , yang mengakibatkan bidang pelajaran yang dipegang oleh guru tersebut menjadi tidak disenangi.

    Ketidaksukaan siswa terhadap guru tersebut mungkin terjadi karena:

    1. Guru tersebut  kurang bervariasi dalam mengajar
    2. Gaya mengajar guru tidak sejalan dengan gaya belajar siswa
    3. Guru kurang dapat menguasai keadaan kelas
    4. Guru gagal menciptakan suasana belajar yang membangkitkan kreatifitas dan kegairahan belajar siswa

    Hal ini kurang menguntungkan guru. Oleh sebab itu jadilah guru yang bijaksana yaitu guru yang pandai menempatkan diri dan pandai mengambil hati siswa dengan cara mempunyai gaya mengajar dan pendekatan yang sesuai dengan psikologis siswa misalnya disela-sela pelajaran diselingi humor dengan pendekatan edukatif.

    d.   Memberikan Kemungkian Pilihan dan Fasilitas Belajar Individual

    Seorang guru dituntut untuk mempunyai berbagai ketrampilan yang mendukung dalam proses beajar mengajar. Penguasaan metode pelajaran yang dituntut kepada guru tidak hanya satu atau dua metode , tetapi lebih banyak lagi. Selain itu, seorang guru harus menguasai tiga keterampilan meliputi:

    1)   Metode

    2)   Media

    3)   Pendekatan

    Sebagai seorang guru dituntut untuk mempunyai berbagai ketrampilan yang mendukung tugasnya dalam mengajar. Penguasaan metode mengajar yang dituntut kepada guru tidak hanya satu atau dua metode, tetapi lebih banyak dari itu. Penguasaan terhadap bagaimana menggunakan media merupakan ketrampilan lain yang juga harus dikuasai oleh guru. Demikian juga penguasaan terhadap berbagai pendekatan dalam mengajar dikelas. Penguasaan ketiga ketrampilan tersebut memudahkan bagi guru melakukan pengembangan variasi mengajar.

    Fasilitas merupakan kelengkapan yang diperlukan disekolah. Fasilitas  dapat berfungsi sebagai:

    1)   Sebagai  alat  bantu pengajaran

    2)   Sebagai alat peraga

    3)   Sebagai sumber belajar

    Kelengkapan fasilitas belajar tersebut mempengaruhi guru dalam  pemilihan metode pengajaran.

    e.    Mendorong anak didik untuk belajar

    Menyediakan lingkungan belajar adalah tugas guru. Kewajiban belajar adalah tugas anak didik. Kedua kegiatan tersebut menyatu dalam sebuah interaksi pengajaran yang disebut interaksi edukatif. Lingkungan pengajaran yang kondusif adalah lingkungan yang mampu mendorong anak didik selalu belajar hingga berakhirnya kegiatan belajar mengajar. Belajar memerlukan motivasi sebagai pendorong bagi anak didik adalah motivasi intrinsik yang lahir dari kesadaran akan pentingnya ilmu pengetahuan.

    Anak didik yang kurang senang menerima pelajaran tidak harus terjadi, karena hal itu sangat menghambat proses belajar mengajar, oleh sebab iu guru harus menciptakan lingkungan belajar yang mampu mendorong anak didik untuk senang dan bergairah belajar. Untuk hal ini, cara akurat yang seharusnya dilakukan guru adalah mengembangkan variasi belajar, baik dalam gaya mengajar, dalam penggunaan media dan bahan pelajaran

    2.    Prinsip  Penggunaan

    Lingkungan yang kondusif dan menyenangkan dalam suasana belajar sangat diperlukan agar dapat menggariahkan  belajar siswa dan merangsang siswa menjadi aktif. Salah satu upaya dari hal tersebut adalah dengan memperhatikan beberapa prinsip penggunaan variasi dalam mengajar.

    Prinsip–prinsip penggunaan variasi mengajar adalah sebagai berikut:

    a.    Dalam menggunakan keterampilan variasi sebaiknya semua variasi digunakan, selain juga harus ada variasi penggunaan komponen untuk setiap jenis variasi. Semua itu untuk mencapai tujuan belajar.

    b.    Menggunakan variasi secara lancar dan berkesinambungan , sehingga saat proses belajar mengajar  yang utuh tidak rusak, perhatian anak didik dan proses belajar tidak terganggu.

    c.    Penggunaan komponen variasi harus benar – benar terstruktur dan direncanakan oleh guru. Karena itu memerlukan penggunaan yang luwes , spontan , sesuai dengan  umpan balik yang diterima oleh siswa.

    Bentuk umpan balik ada dua yaitu :

    1)      Umpan balik tingkah laku yang menyangkut perhatian dan keterlibatan siswa.

    2)      Umpan balik informasi tentang pengetahuan dan pelajar.

    3.    Komponen-komponen Variasi Mengajar 

    Pada uraian terdahulu telah disinggung bahwa komponen-komponen variasi mengajar itu dibagi ke dalam tiga kelompok besar, yaitu variasi gaya mengajar, variasi media dan bahan, serta variasi interaksi. Uraian yang mendalam dari ketiga komponen tersebut adalah berikut ini:

    a.    Variasi Gaya Mengajar

    Dalam mengajar hendaknya menggunakan berbagai macam variasi gaya. Dengan variasi gaya tersebut, akan menjadikan siswa merasa tertarik terhadap penampilan mengajar guru. Variasi gaya mengajar guru ini meliputi komponen-komponen sebagai berikut :

    1)   Variasi Suara

    Variasi suara adalah perubahan suara dari keras menjadi lemah, dan tinggi menjadi rendah, dari cepat menjadi lambat. Suara guru pada saat menjelaskan materi pelajaran hendaknya bervariasi, baik dalam intonasi, volume, nada dan kecepatan. Jika suara guru senantiasa keras terus atau terlalu keras, justru akan sulit diterima, karena siswa menganggap gurunya seorang yang kejam, bila sudah begitu siswa diliputi oleh rasa cemas, ketakutan selama belajar. Masalah seperti ini yang harus dihindari bahkan ditiadakan. Tapi kalau suara guru terlalu lemah (biasanya guru wanita) akan terdengar tidak jelas oleh siswa dan tidak bisa menjangkau seluruh siswa di kelas, apalagi yang duduknya dideretan belakang.

    Bila sudah begitu siswa akan meremehkan gurunya, perhatian siswa terhadap materi yang diberikan itupun kurang. Untuk itu guru menggunakan variasi suara yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Jadi suara guru senantiasa berganti-ganti, kadang meninggi, kadang cepat, kadang lambat, kadang rendah (pelan). Variasi suara bisa mempengaruhi informasi yang sangat biasa sekalipun, gunakanlah bisikan atau tekanan suara untuk hal-hal penting, gunakan kalimat pendek yang cepat untuk menimbulkan semangat.

    2)   Pemusatan Perhatian

    Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang diajarinya, jika materi yang disampaikan oleh guru iru tidak menjadi perhatian siswa, maka bisa menimbulkan kebosanan, sehingga tidak lagi suka belajar. Untuk memfokuskan perhatian siswa pada suatu aspek yang penting atau aspek kunci, guru dapat menggunakan atau memberikan peringatan dengan bentuk kata-kata. Misalnya : “Perhatikan baik-baik”, “Jangan lupa ini dicatat dengan sungguh-sungguh” dan sebagainya.

    Memang menarik perhatian siswa itu sangatlah tidak mudah apalagi dalam jumlah siswa yang banyak, agar perhatian itu tetap ada perlu adanya prinsip-prinsip yakni :

    a)    Perhatian seseorang tertuju atau diarahkan pada hal-hal yang baru, jenis rangsangan baru yang dapat menarik perhatian termasuk warna dan bentuk. Dalam pelajaran, seorang guru dapat menarik perhatian tentang kata-kata penting pada suatu bacaan dengan memberi warna merah atau digaris bawahi.

    b)   Perhatian seseorang tertuju atau terarah pada hal-hal yang dianggap rumit. Bagi guru yang harus diingat adalah suatu pelajaran tidak boleh tampak terlalu rumit dan guru tidak boleh mempersulit pelajaran yang sederhana dikarenakan semata-mata untuk menarik perhatian siswa.

    c)    Orang mengarahkan perhatiannya pada hal-hal yang dikehendakinya, yaitu hal-hal yang sesuai dengan minat dan bakatnya. Untuk menimbulkan minat tersebut ada dua cara yakni dari diri sendiri dan dari luar dirinya. Dari luar bisa saja lingkungan, orang tua dan guru. Disini gurulah yang berhak menimbulkan atau membangkitkan minat belajar siswa baik dirumah maupun dikelas.

    Dari ketiga prinsip ini guru harus mengetahui banyak tentang siswanya agar bisa mengarahkan perhatian siswa terhadap materi pelajaran, sehingga siswa memiliki minat belajar yang tinggi guru dalam memusatkan perhatian siswa bisa dengan memberikan kata-kata seperti : “coba perhatikan ini baik-baik”, karena materinya agak sulit dan sebagainya.

    3)   Kesenyapan atau Kebisuan Guru (Teaching Silence)

    Kesenyapan adalah suatu keadaan diam secara tiba-tiba demi pihak guru ditengah-tengah menerangkan sesuatu. Adanya kesenyapan tersebut merupakan alat yang baik untuk menarik perhatian siswa. Dengan keadaan senyap atau diamnya guru secara tiba-tiba bisa menimbulkan perhatian siswa, sebab siswa begitu tahu apa yang terjadi dan demikian pula setelah guru memberikan pertanyaan kepada siswa alangkah bagusnya apabila diberi waktu untuk berfikir dengan memberi kesenyapan supaya siswa bisa mengingat kembali informasi-informasi yang mungkin ia hafal, sehingga bisa menjawab pertanyaan guru dengan baik dan tepat.

    Pemberian waktu bagi siswa digunakan untuk mengorganisasi jawabannya agar menjadi lengkap. Tapi jika seorang guru tidak memberikan kesenyapan atau waktu kepada siswa untuk berfikir dalam menjawab pertanyaannya siswa akan menjawab dengan asal alias asal bicara, sehingga jawabannya kurang tepat dengan pertanyaan. Untuk itu seyogyanya guru memberikan kesenyapan terhadap siswa untuk memikirkan jawaban dari pertanyaan yang diajukannya supaya jawabannya sempurna dan tepat.

    4)   Kontak Pandang

    Ketika proses belajar mengajar berlangsung, jangan sampai guru menunduk terus atau melihat langit-langit dan tidak berani mengadakan kontak mata dengan para siswanya dan jangan sampai pula guru hanya mengadakan kontak pandang dengan satu siswa secara terus menerus tanpa memperhatikan siswa yang lain. sebaliknya bila guru berbicara atau menerangkan hendaknya mengarahkan pandangannya keseluruh kelas atau siswa, sebab menatap atau memandang mata setiap anak disik atau siswa bisa membentuk hubungan yang positif dan menghindari hilangnya kepribadian. Bertemunya pandang diantara mereka yang berinteraksi, sesungguhnya merupakan suatu etika atau sopan santun pergaulan karena menunjukkan saling perhatian diantara mereka.

    Hal-hal yang harus dihindari guru selama presentasinya didepan kelas :

    a)    Melihat keluar ruang

    b)   Melihat kearah langit-langit

    c)    Melihat kearah lantai

    d)   Melihat hanya pada siswa tertentu atas kelompok siswa saja

    e)    Melihat dan menghadap kepapan tulis saat menjelaskan kecuali sambil menunjukkan sesuatu.

    Hal-hal di atas bertujuan supaya bisa mengendalikan situasi kelas dengan baik. Untuk itu, pandanglah siswa-siswa anda secara merata tapi jangan berlebihan, gunanya pandangan mata, seorang guru adalah untuk menarik perhatian dan minat belajar siswa.

    5)   Perpindahan Posisi Guru

    Perpindahan posisi guru dalam ruang kelas dapat membantu dalam menarik perhatian anak didik, dapat pula meningkatkan kepribadian guru dan hendaklah selalu diingat oleh guru, bahwa perpindahan posisi itu jangan dilakukan secara berlebihan. Bila dilakukan berlebihan guru akan kelihatan terburu-buru, lakukan saja secara wajar agar siswa bias memperhatikan. Perpindahan posisi dapat dilakukan dari muka ke bagian belakang, dari sisi kiri ke sisi kanan, atau diantara anak didik dari belakang kesamping anak didik. Dapat juga dilakukan dengan posisi berdiri kemudian berubah menjadi posisi duduk dan diam di tempat lalu berjalan-jalan mengelilingi siswa dan sebagainya. Yang penting dalam perubahan posisi itu harus ada tujuannya, dan tidak sekedar mondar-mandir dan seorang guru janganlah melakukan kegiatan mengajar dengan satu posisi, misalnya saja saat menerangkan guru hanya berdiri didepan kelas saja atau duduk dikursi saja, tanpa ada pergantian atau variasi ini bisa menimbulkan kebosanan siswa.

    b.    Variasi Media dan Bahan ajaran

    Tiap anak didik mempunyai kemampuan indera yang tidak sama, baik pendengaran maupun penglihatannya, demikian juga kemampuan berbicara. Ada yang lebih enak dan senang membaca, ada yang lebih senang mendengarkan dulu baru membaca, dan sebaliknya. Misalnya, guru dapat memulai dengan berbicara lebih dahulu, kemudian menulis di papan tulis, di lanjutkan dengan melihat contoh konkret. Ada tiga komponen dalam variasi penggunaan media, yaitu media pandangan, media dengar, dan media taktil.

    1)   Variasi media pandang

    Penggunaan media pandang dapat diartikan sebagai penggunaan alat dan bahan ajaran khusus untuk komunikasi seprti buku, majalah, globe, peta, majalah dinding, film, film strip, gambar grafik, model, demonstrasi, dan lain lain. Penggunaan yang lebih luas dari alat-alat tersebut akan memiliki keuntungan :

    a)    Membantu secara konkret konsep berpikir, dan mengurangi respon yang kurang bermanfaat.

    b)   Dapat membuat hasil belajar yang riil yang akan mendorong kegiatan mandiri anak didik.

    c)    Mengembangkan cara berpikir berkesinambungan, seperti halnya dalam film.

    d)   Memberi pengalaman yang tidak mudah dicapai oleh alat lain.

    e)    Memberi frekuesi kerja lebih dalam dan variasi belajar.

    2)   Varasi media dengar

    Pada umumnya dalam proses belajar mengajar dikelas suara guru adalah alat utama dalam komunikasi, dan ini pernah di singgung. Variasi dalam penggunaan media dengar memerlukan sekali saling bergantian atau kombinasi dengan media pandangan. Yang dapat dipakai untuk itu di antaranya ialah pembicaraan anak didik, rekaman bunyi dan suara rekaman musik, rekaman drama, wawancara, bahkan rekaman suara ikan lumba-lumba, yang semuanya itu dapat memiliki relevansi dengan pelajaran.

    3)   Variasi media taktil

    Komponen terakhir dari keterampilan menggukan variasi media dan bahan ajaran adalah penggunaan media yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk menyentuh dan memanipulasi benda atau bahan ajaran. Dalam hal ini akan melibatkan anak didik dalam kegiatan penyusunan dan pembuatan model yang hasilnya dapat disebutkan sebagai “media taktil” ataupun kelompok kecil. Kegiatan tersebut dapat dilakukan secara individu ataupun kelompok kecil. Contoh: dalam bidang studi ipa dapat membuat model kincir angin.

    c.    Variasi Interaksi

    Pola interaksi guru dengan murid dalam  kegiatan belajar mengajar sangat beraneka ragam coraknya, mulai dari gerakan yang didominasi oleh guru sampai kegiatan yang dilakukan oleh murid itu sendiri. Yang mana ini semua dilakukan untuk menghindari kebosanan dalam  belajar. Adapun jenis pola interaksi (gaya interaksi) dapat digambarkan sebagai berikut:

    1. Pola guru, murid : komunikasi sebagai aksi satu arah.
    2. Pola guru, murid, guru : ada kebalikan (feedback) bagi guru, tidak ada interaksi antara siswa.
    3. Pola guru, murid, murid: ada balikan bagi guru, siswa saling belajar satu sama lain.
    4. Pola guru murid, murid guru , murid, murid : interaksi optimal antara guru dengan murid dan antara murid dengan murid (komunikasi sebagai transaksi, multi arah)
    5. Pola melingkar: setiap siswa mendapat giliran untuk mengemukakan sambutan atau jawaban, tidak diperkenankan berbicara dua kali apabila setiap siswa belum mendapat giliran.

    Bila dilihat dari sudut kegiatan anak didik, maka dapat berbentuk: mendengarkan ceramah guru, mengajukan pendapat pada diskusi kelompok, membaca secara keras atau pelan, melihat film, bekerja di laboratorium baik bahasa maupun alam, bekerja atau belajar bebas, atau juga dapat menciptakan kegiatan sendiri.

    B.  Keberhasilan Belajar Mengajar

    1.    Pengertian Keberhasilan

    Sebelum mengetahui pengertian keberhasilan belajar mengajar maka terlebih dahulu mengetahui pengertian belajar, belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan ( Moh. Surya, 1992, 23). Morgan, seperti dikutip Tim Penulis Psikologi Pendidikan (1993: 60) ringkasnya mengatakan bahwa belajar adalah setiap perubahan yang relative menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Siswa mengalami suatu proses belajar. Dalam proses belajar tesebut, siswa menggunakan kemampuan mentalnya untuk mempelajari bahan belajar. Kemampuan-kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik yang dibelajarkan dengan bahan belajar menjadi semakin rinci dan menguat. Adanya informasi tentang sasaran belajar, adanya penguatan-penguatan, adanya evaluasi dan keberhasilan belajar, menyebaban siswa semakin sadar, akan kemampuan dirinya (Dimyati dan Mudjiono, 2002:22).

    Dari ketiga pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu tindakan sadar yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan dalam diri mereka atas stimulasi lingkungan dan proses mental mereka sehingga bertambah pengetahuannya.

    2.    Pengertian Mengajar

    Jerome S. Brunner dalam bukunya Toward a theory of instruction mengemukakan bahwa mengajar adalah menyajikan ide, problem atau pengetahuan dalam bentuk yang sederhana sehingga dapat dipahami oleh setiap siswa (Uzer Usman dan Lilis Setyawati, 1993: 5). Ngalim Purwanto dalam bukunya Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis (1998: 150) mengemukakan yang dimaksud dengan mengajar ialah memberikan pengetahuan atau melatih kecakapan-kecakapan atau keterampilan-ketrampilan kepada anak-anak. Jadi, mengajar bukan sekedar proses penyampaian ilmu pengetahuan, melainkan mengandung makna yang lebih luas dan kompleks, yaitu terjadinya komunikasi dan interaksi manusiawi dengan berbagai aspeknya.

    3.    Pengertian Keberhasilan Belajar Mengajar

    Keberhasilan Belajar Mengajar menurut Moh Uzer Usman dan Lilis Setyawati dalam buku Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar (1993: 7-8) mengemukakan sebagai berikut. Untuk menyatakan bahwa suatu proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil, bahwa setiap guru memiliki pandangan masing-masing sejalan dengan filosofinya. Namun untuk menyamakan persepsi sebaiknya kita berpedoman pada kurikulum yang berlaku saat ini yang telah disempurnakan antara lain bahwa suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila TIK tersebut dapat tercapai. Untuk mengetahui tercapai tidaknya TIK, guru perlu mengadakan tes formatif setiap selesai menyajikan satu satuan bahasan kepada siswa. Indikator yang dijadikan sebagai tolak ukur dalam menyatakan bahwa suatu proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil.

    4.    Indikator Keberhasilan Belajar Mengajar

    Keberhasilan belajar merupakan prestasi peserta didik yang dicapai dalam proses belajar mengajar. Untuk mengatahui keberhasilan belajar tersebut terdapat beberapa indikator yang dapat dijasikan petunjuk bahwa proses belajar mengajar tersebut dianggap berhasil atau tidak.

    Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006: 106) mengemukakan bahwa indikator keberhasilan belajar, di antaranya yaitu: (1) daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok, dan (2) perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran/instruksional khusus (TIK) telah dicapai oleh peserta didik, baik secara individual maupun kelompok.

    Lebih lanjut Zaenal Arifin (2009: 298) menyatakan bahwa indikator keberhasilan belajar dapat dilihat dari berbagai jenis perbuatan atau pembentukan tingkah laku peserta didik. Jenis tingkah laku itu di antaranya adalah: (1) kebiasaan, yaitu cara bertindak yang dimiliki peserta didik dan diperoleh melalui belajar, (2) keterampilan, yaitu perbuatan atau tingkah laku yang tampak sebagai akibat kegiatan otot dan digerakkan serta dikoordinasikan oleh sistem saraf, (3) akumulasi persepsi, yaitu berbagai persepsi yang diperoleh peserta didik melalui belajar, seperti pengenalan simbol, angka dan pengertian, (4) asosiasi dan hafalan, yaitu seperangkat ingatan mengenai seseuatu sebagai hasil dari penguatan melalui asosiasi, baik asosiasi yang disengaja atau wajar maupun asosiasi tiruan, (5) pemahaman dan konsep, yaitu jenis hasil belajar yang diperoleh melalui kegiatan belajar secara rasional, (6) sikap, yaitu pemahaman, perasaan, dan kecenderungan berperilaku peserta didik terhadap sesuatu, (7) nilai, yaitu tolak ukur untuk membedakan antara yang baik dengan yang kurang baik, serta (8) moral dan agama, moral merupakan penerapan nilai-nilai dalam kaitannya dengan kehidupan sesama manusia, sedangkan agama adalah penerapan nilai-nilai yang trasedental dan ghaib (konsep tuhan dan keimanan).

    Berdasarkan uraian di atas, maka indikator keberhasilan belajar peserta didik dapat diketahui dari kemampuan daya serap peserta didik terhadap bahan pengajaran yang telah diajarkan serta dari perbuatan atau tingkah laku yang telah digariskan dalam tujuan pembelajaran telah dicapai oleh peserta didik, baik secara indvidual maupun kelompok.

    5.    Penilaian Keberhasilan

    Penilaian hasil belajar bertujuan melihat kemajuan belajar peserta didik dalam hal penguasaan materi pengajaran yang telah dipelajarinya sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.

    Untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar tersebut dapat dilakukan melalui tes prestasi belajar berdasarkan tujuan dan ruang lingkupnya, tes prestasi belajar dapat digolongkan kedalam jenis penilaian sebagai berikut:

    a.    Tes Formatif

    Penilaian ini digunakan untuk mengukur satu atau beberapa pokok bahasan tertentu dan bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap siswa terhadap pokok bahasan tersebut. Hasil tes ini dimanfatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar bahan tertentu dalam bahan tertentu.

    b.    Tes Subsumatif

    Tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran daya para siswa untuk meningkatkan tingkat prestasi belajar siswa. Hasil tes subsumatif ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan diperhitungkan dalam menentukan nilai rapor.

    c.    Tes Sumatif

    Tes ini diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap bahan pokok-pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester, satu atau dua tahun pelajaran. Tujuannya adalah untuk menetapkan tingkat atau taraf keberhasilan belajar siswa dalam suatu periode pembelajaran tertentu. Hasil dari tes sumatif ini dimanfaatkan untuk kenaikan kelas, menyusun peringkat (ranking) atau sebagai ukuran mutu sekolah.

    Dalam praktek penilaian di madrasah Aliyah, ulangan yang lazim dilaksanakan itu dapat dianggap sebagai tes subsumatif, sebab ruang lingkup dan tujuan ulangan tersebut sama dengan tes sub sumatif. Namun demikian, hasil tes ataupun ulangan tersebut pada dasarnya bertujuan memberikan gambaran tentang keberhasilan proses belajar mengajar. Keberhasilan itu dilihat dari segi keberhasilan proses dan keberhasilan produk.

    Sejalan dengan itu Zaenal Arifin (2009: 20) berpendapat bahwa untuk mengukur keberhasilan belajar peserta didik dapat digunakan tes hasil belajar, yang digolongkan menjadi dua, yaitu: (1) tes formatif, yaitu penilaian yang yang digunakan untuk mengukur suatu atau beberapa pokok bahasan tertentu dan bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap peserta didik terhadap pokok bahasan tersebut, dan (2) tes sumatif, yaitu tes yang diadakan untuk mengukur daya serap peserta didik terhadap bahan pokok-pokok yang telah diajarkan selama satu semester, satu atau dua tahun pelajaran yang tujuannnya untuk menetapkan tingkat atau taraf keberhasilan belajar peserta didik dalam sautu periode belajar tertentu.

    Pengukuran keberhasilan belajar dengan menggunakan tes hasil belajar hanya dapat digunakan untuk mengukur pengetahuan teoritis. Sedangkan menurut Zaenal Arifin (2009: 152) untuk mengukur aspek keterampilan digunakan tes perbuatan, serta perubahan sikap dan pertumbuhan peserta didik dalam psikologi diukur dengan teknik non tes.

    Lebih lanjut Zaenal Arifin (2009: 152) mengatakan bahwa teknik non tes dapat diaplikasikasn dengan berbagain cara, diantaranya adalah: (1) observasi (observation) yaitu suatu proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu, (2) wawancara (interview) merupakan salah satu bentuk alat evaluasi jenis non tes yang dilakukan melalui percakapan dan tanya jawab, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan peserta didik, (3) skala sikap (attitude scale) yaitu bentuk penilaian non tes yang dilakukan dnegan cara  peserta didik memilih pernyataan-pernyaat positif dan negatif, (4) dafar cek (check list) adalah suatu daftar yang berisi subjek dan aspek-aspek yang akan diamati, (5) skala penilaian (rating scale) adalah daftar cek penilaian non tes yang penilainya hanay dapat mencatat ada tidaknya variabel tingkah laku tertentu, sedangkan dalam skala penilaian fenomena-fenomena yang akan dinilai itu disusun dalam tingkatan-tingkatan yang telah ditentukan, (6) angket (quetioner) adalah alat untuk mengumpulkan dan mencatat data atau infoermasi, pendapat, dan paham dalam hubungan kausal, (7) studi kasus (case study) adalah studi yang mendalam dan komprehensif tentang peserta didik, kelas atau sekoalh yang memiliki kasus tertentu, (8) catatan insidental (anecdotal records) adalah catatan-catatan singkat tentang peristiwa-peristiwa sepintas yang dialami peserta didik secara perseorangan, (9) sosiometri adalah suatu prosedur untuk merangkum, menyusun, dan sampai batas tertentu dapat mengkuantifikasi pendapat-pendapat peserta didik tentang penerimaan teman sebayanya serta hubungan di antara mereka, dan (10) inventori kepribadian adalah alat penilaian non tes yang hampir serupa dengan tes kepribadian, bedanya pada inventori jawaban peserta didik tidak memakai kriteria benar salah, melainkan jawaban peserta didik dikatakan benar selama dia menyatakan yang sesungguhnya.

    Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahawa keberhasilan belajar peserta didik dapat dinilai dengan tiga cara, yakni (1) tes untuk mengukur aspek kognitif, (2) tes perbuatan untuk untuk mengukur aspek keterampilan, dan (3) non tes untuk mengukur perubahan sikap dan pertumbuhan peserta didik dalam psikologi.

    6.    Tingkat Keberhasilan

    Setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar. Masalah yang dihadapi adalah sampai ditingkat mana prestasi (hasil) belajar yang telah dicapai. Sehubungan dengan hal inilah keberhasilan proses mengajar itu dibagi atas beberapa tingkatan atau taraf. Tingkatan keberhasilan tersebut adalah sebagai berikut :

    a.    Istimewa/maksimal: Apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai para siswa.

    b.    Baik sekali/optimal: Apabila sebagian besar (76% s.d.99%) bahan pembelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa.

    c.    Baik/minimal: Apabila bahan pembelajaran yang diajarkan hanya 60% s.d.75% saja dikuasai oleh siswa.

    d.   Kurang: Apabila bahan pembelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai oleh siswa.

    Dengan melihat data yang terdapat dalam format daya serap siswa dalam pembelajaran dan persentase keberhasilan dalam mencapai TIK tersebut, dapatlah diketahui keberhasilan proses belajar mengajar yang telah dilakukan siswa dan guru.

    7.    Program Perbaikan

    Taraf atau tingkatan keberhasilan proses belajar mengajar dapat dimanfaatkan untuk berbagai upaya. Salah satunya adalah sehubungan dengan kelangsungan proses belajar mengajar itu sendiri yang antara lain adalah: apakah proses belajar mengajar berikut pokok bahasan baru, mengulang seluruh pokok bahasan baru saja diajarkan atau mengulang sebagian pokok bahasan yang baru saja diajarkan, atau bagaimana?

    Jawaban terhadap pertanyaan tesebut hendaknya didasarkan pada taraf atau tingkat keberhasilan proses belajar mengajar yang baru saja dilaksanakan.

    a.    Apabila 75% dari jumlah siswa yang mengikuti proses belajar mengajar atau mencapai taraf keberhasilan minimal, optimal, satau bahkan maksimal, maka proses belajar mengajar berikutnya dapat membahas pokok bahasan yang baru.

    b.    Apabila 75% dari jumlah siswa yang mengikuti proses belajar mengajar mencapai taraf keberhasilan kurang (dibawah taraf minimal), maka proses belajar mengajar berikutnya hendaknya bersifat perbaikan (remedial).

    Pengukuran tentang taraf atau tingkatan keberhasilan proses belajar mengajar ini teryata berperan penting. Karena itu, pengukurannya harus betul-betul syahih (valid), andal (reliabel), dan lugas (objektif). Hal ini mungkin tercapai bila alat ukurnya disusun berdasarkan kaidah, aturan, hukum, atau ketentuan penyusunan butir tes.

    Pengajaran perbaikan biasanya mengandung kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

    a.         Mengulang pokok bahasan seluruhnya

    b.         Mengulang bagian dari pokok bahasan yang hendak dikuasai

    c.         Memecahkan masalah atau menyelesaikan soal-soal bersama-sama

    d.        Memberikan tugas-tugas khusus

    8.    Faktor-faktor yang  Mempengaruhi Keberhasilan

    Jika ada guru yang mengatakan bahwa dia tidak ingin berhasil dalam mengajar, adalah ungkapan seorang guru yang sudah putus asa dan jauh dari kepribadian seorang guru. Mustahil setiap guru tidak ingin berhasil dalam mengajar. Apalagi jika guru itu hadir dalam dunia pendidikan berdasarkan tuntutan hati nurani. Panggilan jiwanya pasti akan merintih atas kegagalan mendidik dan membian anak didiknya.

    Betapa tingginya nilai suatu keberhasilan, sampai-sampai seorang guru berusaha sekuat tenaga dan pikiran mempersiapkan program pengajarannya dengan baik dan sistematik. Namun terkadang keberhasilan yang dicita-citakan, tetapi malah kegagalan yang ditemui, disebabkan oleh berbagai faktor penghambatnya. Sebaliknya, jika keberhasilan itu menjadi kenyataan, maka berbagai faktor itu juga sebagai pendukungya. Berbagai faktor tersebut antara lain adalah:

    a.    Tujuan

    Tujuan adalah pedoman sekaligus sebagai sasaran yanga akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Kepastian dari proses belajar mengajar berpangkal dari jelas tidaknya perumusan tujuan pengajaran. Tercapainya tujuan sama halnya keberhasilan kegiatan belajar mengajar.

    Karena sebagai pedoman sekaligus sebagai sasaran yang akan dicapai dalam setiap kali kegiatan belajar mengajar, maka guru selalu diwajibkan merumuskan tujuan pembelajarannya. Guru hanya merumuskan Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK), karena Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) sudah tersedia di dalam GBPP. Inilah langkah pertama yang harus guru lakukan dalam menyusun rencana pengajaran.

    Tujuan Pembelajaran Khusus ini harus dirumuskan secara operasional dengan memenuhi syarat-syarat tertentu, yaitu:

    1)   Secara spesifik menyatakan perilaku yang akan dicapai.

    2)   Membatasi dalam keadaan mana perubahan perilaku diharapkan dapat terjadi (kondisi perubahan perilaku).

    3)   Secara spesifik menyatakan kriteria perubahan perilaku dalam arti menggambarkan standar minimal perilaku yang dapat diterima sebagai hasil yang dicapai.

    Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) adalah wakil dari Tujuan Pembelajaran Umum (TPU). Agar TPK dapat mewakili TPU perlu dipikirkan beberapa petunjuk (indikator) suatu TPU. lndikator suatu TPU itu banyak, namun dalam hal ini hendaknya yang dipilih yang betul-betul penting, sehingga dapat mewakili (representatif) TPU.

    Contoh rumusan TPK berdasarkan ciri-ciri dan indikator terpilih: “Dengan menggunakan peta siswa dapat menunjukkan tiga daerah objek wisata di Kalimantan Selatan dengan tepat dan benar.”

    Bila TPK tersebut dianalisis, dapatlah diketahui unsur-unsur berikut:

    1)   Audience      :Siswa

    2)   Behavior       :Dapat menunjukkan tiga daerah objek wisata di

    Kalimantan Selatan

    3)   Condition      :Dengan menggunakan peta

    4)   Degree          :Dengan tepat dan benar.

    Perumusan TPK yang bermacam-macam akan menghasilkan hasil belajar atau perubahan perilaku anak yang bermacam-macam pula. Itu berarti keberhasilan proses belajar mengajar bervariasi juga. Perilaku yang mana yang hendak dihasilkan, menghendaki perumusan TPK yang sesuai dengan perilaku yang hendak dihasilkan. Bila perilaku yang hendak dicapai guru adalah agar anak dapat membaca, maka perumusan TPK­-nya harus mendukung tercapainya keterampilan membaca yang diinginkan itu. Bila perilaku yang hendak dicapai guru adalah agar anak dapat menu lis, maka perumusan TPK-nya harus mendukung tercapainya keterampilan menulis yang diinginkan. Baik keterampilan membaca maupun menulis adalah perilaku (behavior) yang hendak dihasilkan dari kegiatan belajar mengajar. Bila kedua keterampilan tersebut dikuasai oleh anak, maka guru dikatakan berhasil dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasiIan belajar mengajar dalam setiap kali pertemuan kelas. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasiIan belajar mengajar dalam setiap kali pertemuan kelas.

    b.    Guru

     Guru adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada anak didik di sekolah. Guru adalah orang yang berpengalaman dalam bidang profesinya. Dengan keilmuan yang dimilikinya, dia dapat menjadikan anak didik menjadi orang yang cerdas.

    Setiap guru mempunyai kepribadian masing-masing sesuai dengan latar belakang kehidupan sebelum mereka menjadi guru. Kepribadian guru diakui sebagai aspek yang tidak bisa dikesampingkan dari kerangka keberhasilan belajar mengajar untuk mengantarkan anak didik menjadi orang yang berilmu pengetahuan dan berkepribadian. Dari kepribadian itulah mempengaruhi pola kepemimpinan yang guru perlihatkan ketika melaksanakan tugas mengajar di kelas.

    Latar belakang pendidikan dan pengalaman mengajar adalah dua aspek yang mempengaruhi kompetensi seorang guru di bidang pendidikan dan pengajaran. Guru pemula dengan latar belakang pendidikan keguruan lebih mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah. Karena dia sudah dibekali dengan seperangkat teori sebagai pendukung pengabdiannya. Kalaupun ditemukan kesulitan hanya pada aspek-aspek tertentu. Hal itu adalah suatu hal yang wajar. Jangankan bagi guru pemula, bagi guru yang sudah berpengalaman pun tidak akan pernah dapat menghindarkan diri dari berbagai masalah di sekolah. Hanya yang membedakannya adalah tingkat kesulitan yang ditemukan. Tingkat kesulitan yang ditemukan guru semakin hari semakin berkurang pada aspek tertentu seiring dengan bertambahnya pengalaman sebagai guru.

    Guru yang bukan berlatar belakang pendidikan keguruan dan ditambah tidak berpengalaman mengajar, akan banyak menemukan masalah di kelas. Terjun menjadi guru mungkin dengan tidak membawa bekal berupa teori-teori pendidikan dan keguruan. Seperti kebanyakan guru pemula jiwanya juga labil, emosinya mudah terangsang dalam bentuk keluhan dan berbagai bentuk sikap lainnya, tetapi dengan semangat dan penuh ide untuk suatu tugas.

    Berbagai permasalahan yang dikemukakan di depan adalah aspek-­aspek yang ikut mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar. Paling tidak, keberhasilan belajar mengajar yang dihasilkan bervariasi. Kevariasian ini dilihat dari tingkat keberhasilan anak didik menguasai bahan pelajaran yang diberikan oleh guru dalam setiap kali pertemuan kelas. Variasi hasil produk ini patokannya adalah tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh setiap anak didik.

    c.    Anak Didik

    Anak didik adalah orang yang dengan sengaja datang ke sekolah. Orang tuanyalah yang memasukkannya untuk dididik agar menjadi orang yang berilmu pengetahuan di kemudian hari. Kepercayaan orang tua anak, diterima oleh guru dengan kesadaran dan penuh keikhlasan. Maka jadilah guru sebagai pengemban tanggungjawab yang diserahkan itu.

    Tanggungjawab guru tidak hanya terdapat seorang anak, tetapi dalam jumlah yang cukup banyak. Anak yang dalam jumlah yang cukup banyak itu tentu saja dari latar belakang kehidupan sosial keluarga dan masyarakat yang berlainan. Karenanya, anak-anak berkumpul di sekolah pun mempunyai karakteristik yang bermacam-macam. Kepribadian mereka ada yang pendiam, ada yang periang, ada yang suka bicara, ada yang kreatif, ada yang keras kepala, ada yang manja, dan sebagainya. Intelektual mereka juga dengan tingkat kecerdasan yang bervariasi. Biologis mereka dengan struktur atau keadaan tubuh yang tidak selalu sama. Karena itu, perbedaan anak pada aspek biologis, intelektual, dan psikologis ini mempengaruhi kegiatan belajar mengajar.

    Anak yang dengan ciri-ciri mereka masing-masing itu berkumpul di dalam kelas, dan yang mengumpulkannya tentu saja guru atau pengelola sekolah. Banyak sedikitnya jumlah anak didik di kelas akan mempengaruhi pengelolaan kelas. jumlah anak didik yang banyak di kelas, misalnya 30 sampai 45 orang, cenderung lebih sukar dikelola, karena lebih mudah terjadi konflik di antara mereka. Hal ini akan berpengaruh terhadap keberhasilan belajar mengajar. Apalagi bila anak-anak yang dikumpulkan itu sudah terbiasa kurang disiplin.

    Anak yang menyenangi pelajaran tertentu dan kurang menyenangi pelajaran yang lain adalah perilaku anak yang bermula dari sikap mereka karena minat yang berlainan. Hal ini mempengaruhi kegiatan belajar anak. Biasanya pelajaran yang disenangi, dipelajari oleh anak dengan senang hati. Sebaliknya, pelajaran yang kurang disenangi jarang dipelajari oleh anak, sehingga tidak heran bila isi dari pelajaran itu kurang dikuasai oleh anak. Akibatnya, hasil ulangan anak itu jelek.

    Sederetan angka yang terdapat di buku rapor adalah bukti nyata dari keberhasilan belajar mengajar. Angka-angka itu bervariasi dari angka lima sampai angka sembilan. Hal itu sebagai bukti bahwa tingkat penguasaan anak terhadap bahan pelajaran berlainan untuk setiap bidang studi. Daya serap anak bermacam-macam untuk dapat menguasai setiap bahan pelajaran yang diberikan oleh guru. Karena itu, dikenallah tingkat keberhasilan yang maksimal (istimewa), optimal (baik sekali), minimal (baik), dan kurang untuk setiap bahan yang dikuasai oleh anak didik.

    Dengan demikian, dapat diyakini bahwa anak didik adalah unsur manusiawi yang mempengaruhi kegiatan belajar mengajar berikut hasil dari kegiatan itu, yaitu keberhasilan belajar mengajar.

    d.   Kegiatan Pengajaran

    Pola umum kegiatan pengajaran adalah terjadinya interaksi antara guru dengan anak didik dengan bahan sebagai perantaranya. Guru yang mengajar, anak didik yang belajar. Maka guru adalah orang yang menciptakan Iingkungan belajar bagi kepentingan belajar anak didik. Anak didik adalah orang yang digiring ke dalam lingkungan belajar yang telah diciptakan oleh guru. Gaya mengajar guru berubah mempengaruhi gaya belajar anak didik. Tetapi di sini gaya mengajar guru lebih dominan mempengaruhi gaya belajar anak didik. Gaya-gaya mengajar, menurut Muhammad Ali (1992; 59), dapat dibedakan ke dalam empat macam. yaitu gaya mengajar klasik, gaya mengajar teknologis, gaya mengajar personalisasi, dan gaya mengajar interaksional.

    Strategi penggunaan metode mengajar amat menentukan kualitas hasil belajar mengajar. Hasil pengajaran yang dihasilkan dari penggunaan metode ceramah tidak sama dengan hasil pengajaran yang dihasilkan dari penggunaan metode tanya jawab atau metode diskusi. Demikian juga halnya dengan hasil pengajaran yang dihasilkan dari penggunaan metode problem solving berbeda dengan hasil pengajaran yang dihasilkan dari penggunaan metode resitasi.

    Jarang ditemukan guru hanya menggunakan satu metode dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Hal ini disebabkan rumusan tujuan yang guru buat tidak hanya satu, tetapi bisa lebih dari dua rumusan tujuan. ltu berarti menghendaki penggunaan metode mengajar harus lebih dari satu metode. Metode mengajar yang satu untuk mencapai tujuan yang satu, sementara metode mengajar yang lain untuk mencapai tujuan yang lain. Bermacam-macam penggunaan metode mengajar akan menghasilkan hasil belajar mengajar yang berlainan kualitasnya. Penggunaan metode ceramah misalnya, adalah strategi pengajaran untuk mencapai tujuan pada tingkat yang rendah. Berbeda dengan penggunaan metode problem solving. Penggunaan metode ini tentu saja untuk mencapai tujuan pengajaran pada tingkat yang tinggi. Jadi, penggunaan metode mengajar mempengaruhi tinggi rendahnya mutu keberhasilan belajar mengajar.

    e.    Bahan dan Alat Evaluasi

    Bahan evaluasi adalah suatu bahan yang terdapat di dalam kurikulum yang sudah dipelajari oleh anak didik guna kepentingan ulangan. Biasanya bahan pelajaran itu sudah dikemas dalam bentuk buku paket untuk dikonsumsi oleh anak didik. Setiap anak didik dan guru wajib mempunyai buku paket tersebut guna kepentingan kegiatan belajar mengajar di kelas.

    Bila tiba masa ulangan, semua bahan yang telah diprogramkan dan harus selesai dalam jangka waktu tertentu dijadikan sebagai bahan untuk pembuatan item-item soal evaluasi. Gurulah yang membuatnya dengan perencanaan yang sistematis dan dengan penggunaan alat evaluasi. Alat-alat evaluasi yang umumnya digunakan tidak hanya benar-salah (true-false) dan pilihan ganda (multiple-choice), tapi juga menjodohkan (matching), melengkapi (completion), dan essay.

    Masing-masing alat evaluasi itu mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan. Menyadari akan hal itu, jarang ditemukan pembuatan item-item soal yang hanya menggunakan satu alat evaluasi. Tetapi guru sudah menggabungnya lebih dari satu alat evaluasi. Benar-salah (B-S) dan pilihan ganda adalah bagian dari tes objektif. Maksudnya, objektif dalam hal pengoreksian, tapi belum tentu objektif dalam jawaban yang dilakukan oleh anak didik. Karena sifat alat ini mengharuskan anak didik memilih jawaban yang sudah disediakan dan tidak ada alternatif lain di luar dari alternatif itu, maka bila anak didik tidak dapat menjawabnya, dia cenderung melakukan tindakan spekulasi, pengambilan sikap untung-untungan ketimbang tidak berisi. Bila benar untung, bila salah tidak menjawab soal. Strategi lainnya lagi adalah anak didik melakukan kerja sama dengan teman-temannya yang kebetulan duduk berdekatan. Kerja samanya teratur rapi dan terkadang guru kurang dapat mengontrolnya. Sebab dalam melakukan kerja sama itu mereka menggunakan sandi-sandi tertentu yang hanya kelompok mereka itulah yang dapat mengetahuinya. Sandinya misalnya, dalam bentuk kode acungan jempol, gerakan tubuh, atau isyarat melalui benda yang sudah disepakati sebelum ulangan dilaksanakan, dan sebagainya.

    Pembuatan item soal dengan memakai alat tes objektif dapat menampung hampir semua bahan pelajaran yang sudah dipelajari oleh anak didik dalam satu semester, tapi kelemahannya terletak pada penguasaan anak didik terhadap bahan pelajaran bersifat semu, suatu penguasaan bahan pelajaran yang masih samar-samar. Jika alternatif itu tidak dicantumkan, kemungkinan besar anak didik kurang mampu memberikan jawaban yang tepat.

    Alat tes dalam bentuk essay dapat mengurangi sikap dan tindakan spekulasi pada anak didik. Sebab alat tes ini hanya dapat dijawab bila anak didik betul-betul menguasai bahan pelajaran dengan baik. Bila tidak, kemungkinan besar anak didik tidak dapat menjawabnya dengan baik dan benar. Kelemahan alat tes ini adalah dari segi pembuatan item soal tidak semua bahan pelajaran dalam satu semester dapat tertampung untuk disuguhkan kepada anak didik pada waktu ulangan. Essay memang alat tes yang tidak objektif, karena dalam penilaiannya, kalaupun ada standar penilaian, masih terpengaruh dengan selera guru. Apalagi bila tulisan anak didik tidak mudah terbaca, kejengkelan hati segera muncul dan pemberian nilai tanpa pemeriksaan pun dilakukan.

    Maraknya tindakan spekulatif pada anak didik barangkali salah satu faktor penyebabnya adalah teknik penilaian yang berlainan dengan rumus penilaian menurut kesepakatan para ahli. Untuk tes objektif mempunyai rumus penilaian masing-masing. Jadi, ke sanalah rujukan standar penilaian itu, bukan membuat rumus penilaian yang cenderung mendatangkan sikap dan tindakan spekulatif pada anak didik. Bahkan pembuatan soal pun harus bergerak dari yang mudah, sedang, hingga ke yang sukar, dengan proporsi tertentu. Membuat rumus penilaian sendiri tidak dilarang. Sekali lagi, tidak dilarang. Selama pembuatannya menutup jalur-jalur spekulatif pada anak didik.

    Berbagai permasalahan yang telah dikemukakan tersebut mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar. Validitas dan reliabilitas data dari hasil evaluasi itulah yang mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar. Bila alat tes itu tidak valid dan tidak reliable, maka tidak dapat dipercaya untuk mengetahui tingkat keberhasilan belajar mengajar.

    f.     Suasana Evaluasi

    Selain faktor tujuan, guru, anak didik, kegiatan pengajaran, serta bahan dan alat evaluasi, faktor suasana evaluasi juga merupakan faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar. Pelaksanaan evaluasi biasanya dilaksanakan di dalam kelas. Semua anak didik dibagi menurut kelas masing-masing. Besar kecilnya jumlah anak didik yang dikumpulkan di dalam kelas akan mempengaruhi suasana kelas. Sekaligus mempengaruhi suasana evaluasi yang dilaksanakan. Sistem silang adalah teknik lain dari kegiatan mengelompokkan anak didik dalam rangka evaluasi. Sistem ini dimaksudkan untuk mendapatkan data hasil evaluasi yang benar-benar objektif.

    Karena sikap mental anak didik belum semuanya siap untuk berlaku jujur, maka dihadirkanlah satu atau dua orang pengawas atau guru yang ditugaskan untuk mengawasinya. Selama pelaksanaan evaluasi, selama itu juga seorang pengawas mengamati semua sikap, gerak-gerik yang dilakukan oleh anak didik. Pengawasan yang dilakukan itu tidak hanya duduk berlama-lama di kursi, tapi dapat berjalan dari muka ke belakang sewaktu-waktu, sesuai keadaan.

    Sikap yang merugikan pelaksanaan evaluasi dari seorang pengawas adalah membiarkan anak didik melakukan hubungan kerja sama di antara anak didik. Pengawas seolah-olah tidak mau tau apa yang dilakukan oleh anak didik selama ulangan. Tidak peduli apakah anak didik nyontek, membuka kertas kecil yang berisi catatan yang baru diambil dari balik pakaian, atau membiarkan anak didik bertanya jawab dalam upaya mendapatkan jawaban yang benar. Lebih merugikan lagi adalah sikap pengawas yang dengan sengaja menyuruh anak didik membuka buku atau catatan untuk mengatasi ketidakberdayaan anak didik dalam menjawab item-item soal, Dengan dalih, karena koreksinya sistem silang, malu kebodohan anak didik diketahui oleh sekolah lain.

    Suasana evaluasi yang demikian tentu saja, disadari atau tidak, merugikan anak didik untuk bersikap jujur dengan sungguh-sungguh belajar di rumah dalam mempersiapkan diri menghadapi ulangan. Anak didik merasa diperlakukan secara tidak adil, mereka tentu kecewa, mereka sedih, mereka berontak dalam hati, mengapa harus terjadi suasana evaluasi yang kurang sedap dipandang mata itu. Di manakah penghargaan pengawas atas jerih payahnya belajar selama ini. Mungkin masih banyak lagi pertanyaan yang berkecamuk di dalam diri anak didik.

    Dampak di kemudian hari dari sikap pengawas yang demikian itu, adalah mengakibatkan anak didik kemungkinan besar malas belajar dan kurang memperhatikan penjelasan guru ketika belajar mengajar berlangsung, Hal inilah yang seharusnya tidak boleh terjadi pada diri anak didik. Inilah dampak yang merugikan terhadap keberhasilan belajar mengajar.

    DAFTAR PUSTAKA

    Bahari, Syaiful Djamarah dan Zain, Aswan. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta

    Uzer, Moh Usman dan Setiawati, Lilis. 1993. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset

    Sari, sekar. 2012. Variasi Mengajar. (http://sekarsarisekar.blogspot.com/2012/11/variasi-mengajar_29.html, diakses 3 Oktober 2014)

    Syarmila. 2013. Pengembangan Variasi Mengajar. (http://ummuaim.blogspot.com/2013/12/pengembangan-variasi mengajar.html, diakses 3 oktober 2014)

  • Lingkaran

    LINGKARAN

    Lingkaran merupakan bentuk kurva sederhana tertutup yang lain selain segi banyak. Lingkaran adalah himpunan titik-titik pada suatu bidang yang berjarak sama, dari suatu titik-titik pada suatu bidang yang berjarak sama, dari suatu titik tertentu. Titik tertentu tersebut dinamakan titik pusat lingkaran.

    Sifat-sifatLingkaran

    Ø Panjang diameter lingkaran dua kali panjan gjari-jarinya

    Ø Panjangjari-jarinyasetengahpanjangdiameternya.

    Ø Besarsudutnya 360°

    Ø Sumbusimetritakterhingga

    Ø Memilikisatutitikpusatlingkaran

    Ø Tidakmempunyaisimetrilipatdansimetriputar.

    1. Jari-jari dan Diameter Lingkaran

    Perhatikanlah gambar lingkaran dengan titik pusat Oberikut.

    Jarak dari titik pusat ke setiap titik pada lingkaran dinamakan jari-jari lingkaran. Pada gambar tersebut jarak titik Oke titik Asama dengan jarak titik Oke titik Byang dalam hal ini merupakan jari-jari lingkaran. Jari-jari lingkaran biasanya dilambangkan dengan r.

    Diameter lingkaran adalah panjang ruas garis lurus yang melalui titik pusat dan menghubungkan dua buah titik pada lingkaran. Sebagai contoh, perhatikan gambar lingkaran berikut ini.

    Titik pusat lingkaran pada gambar di atas adalah O. Titik A, B, C, dan Dada pada lingkaran. Ruas garis AC dan BD melalui titik O. Panjang ruas garis AC sama dengan ruas garis BDyang merupakan diameter lingkaran tersebut.

    Diameter lingkaran dilambangkan dengan d. Diameter lingkaran sama dengan dua kali jari-jarinya. Dengan demikian,

    2. Nilai π dan Keliling lingkaran

    Sebuah taman berbentuk lingkaran memiliki diameter 10 meter. Roni berlari mengelilingi taman itu satu kali putaran. Berapa meter jarak yang telah ditempuh Ali? Jarak yang ditempuh Ali sama dengan keliling taman yang berbentuk lingkaran tersebut. Dapatkah kamu mencari keliling lingkaran jika diketahui diameternya?Agar kamu dapat menjawabnya, lakukanlah kegiatan berikut.

    a.    Sediakan benda-benda yang berbentuk lingkaran. Misaluang logam, tutup toples, tutup gelas, kaleng susu yang alasnya berbentuk lingkaran.,

    b.    Ukurlahgaris tengah dari uang logam yang berbentuk lingkaran seperti gambar berikut. Kemudian tulislah garis tengahnya( diameter), d = … cm

    c.    Lingkarkan benang sepanjang keliling benda beralas bentuk lingkaran tersebut, kemudian bentangan benang itu dan ukurlah panjangnya. Panjang benang tersebut sama dengan keliling lingkaran, K = … cm

    d.   Bagilah keliling lingkaran (K) dengan diameter (d)

    e.    Ukurlah diameter dan keliling dari benda lain yang beralas lingkaran tersebut,kemudian buatlah tabel seperti berikut

    NoNama BendaDiameter (d)Keliling (K)
    1Uang logam… cm… cm
    2Tutup toples… cm… cm
    3Tutup gelas… cm… cm
    4… cm… cm

    Dari kegiatan tersebut, kamu akan mendapatkan bahwa perbandingan yang konstan antara keliling (K) dan diameter lingkaran (d) mendekati bilangan 3,14159265358 (3,14)atau 22/7. Selanjutnya, bilangan ini dinamakan π, dibaca pi.

    :

    Dapat dilihat pada gambar di atas bahwa terdapat lingkaran yang berwarna merah dan di dalamnya terdapat garis berwarna hijau yang menandakan putaran. Anggap saja lingkaran tersebut adalah sebuah lapangan dimana kita disuruh berlari mengelilinginya, maka apabila kita disuruh berlari mengelilingi lapangan sebanyak 1 kali hal ini berarti kita harus berlari dari titik A hingga sampai ke titik A lagi.

    Atau kita dapat memisalkan lingkaran tersebut adalah sebuah tali yang dibentuk menyerupai sebuah lingkaran. jika lingkaran itu merupakan sebuah tali maka ketika lingkaran tersebut kitabuka, maka keliling lingkaran merupakan panjang dari tali yang membentuk lingkaran tersebut.

    Karena                         π = K/d

    Dengan demikian, diperoleh

    Oleh karena                                         d = 2 x r

    Maka keliling lingkaran dapat juga dirumuskan sebagai berikut.

    ContohSoal:

    3. Luas Lingkaran

    Pengertian luas lingkaran di sini adalah luas daerah yang dibatasi oleh lingkarantersebut. Luas lingkaran adalah area yang terdapat didalam suatu lingkaran. Cara mencari area dari suatu lingkaran dengan melakukan kegiatan:

    a.     Buatlahlingkarandengan r = 10 cm

    b.    Bagilahlingkarantersebutmenjadi 2 bagian yang samadengancaramembuat diameter danberilahwarna yang berbeda.

    c.     Bagilah lingkaran itu menjadi juring-juring dengan besar sudut sanma besar. Menjadi 16 juring

    d.    Bagilah salah satu juring yang terjadi menjadi dua bagian yang sama.

    e.     Guntinglah lingkaran tersebut sesuai dengan juring-juring yang terjadi.

    f. Letakan potongan-potongan dari juring-juring tersebut secara berdampingan seperti gambar di bawah ini:

    Dari kegiatan di atas didapat

    a.    Sebuah lingkaran dibagi menjadi beberapa bagian. Pada gambar ini tampak bahwa lingkaran dibagi menjadi 16 bagian.

    b.    Bagian-bagian lingkaran disusun menyerupai persegi panjang dengan lebar sama dengan jari-jari lingkaran, yaitu r. Adapun panjangnya adalah setengah dari keliling lingkaran atau 1/2 K

    Dari gambar tersebut, diperoleh bahwa luas lingkaran mendekati luas persegi panjang dengan panjang 1/2 K dan lebar r.

    Luas lingkaran = luas persegi panjang ABCD

    Jadi, luas lingkaran adalah

    Dari hubungan d = 2r atau r = 1/2 d

    Maka r2 = 1/2 x 1/2 d^2

                = 1/4 d^4

    Didapatkan 

    Silahkan mencoba menyusun potongan-potongan juring menjadi bangun datar yang lainnya dan temukanlah rumus luas lingkaran.

    Misal :

    Luas segitiga   = 1/2 alas x tinggi

                                        = 1/2 . (1/4 K  .4r)

                                        = 1/2 . (1/4 2 phi r. 4r)

                                        = 1/2 (2 phi r^2)

                                        = phi r^2

    Luas belah ketupat      = alasx tinggi
                                                    = 1/4 K  .2r
                                                    = 1/4 x 2 phi r. 2r
                                                    = 2 phi r

    ContohSoal

    1.   Hitunglahluaslingkaranjikadiketahuisepertigambarberikut :

    Diketahui :

    r = 21 m

    Ditanya :

    LuasLingkaran= ?

    Jawab :

    LuasLingkaran = π . r2

    2.   Hitunglahluaslingkaran yang diameternya 10 cm!!

    Jawaban:
    Diameter = 2 x r. Makajari-jarinyaadalah = 5 cm. Dengandemikian, luasnyaadalah

    LuasLingkaran = π . r2

     =3,14 . (5 cm)^2 = 78,5 cm^2

    Selain itu dengan cara

    Luas lingkaran = ×π × 

                                                    =  x x 102

                                                                    = 78, 5 cm2

    B. SEGI BANYAK

    Suatu bangun disebut segitiga karena mempunyai tiga sisi. Disebut segi empat karena mempunyai empat sisi.Bangun datar yang ada di papan tulis di depandisebut bangun segi banyak. Tahukah kamu kenapa disebut segi banyak? Bangun-bangun tersebut disebut segi banyak karena mempunyai sisi sebanyak lima atau lebih.

    1.      KelilingSegiBanyak

    Cara menghitungkelilingsegibanyakyaitudengancaramenjumlahkansemuapanjangsisi yang mengitaribangundatartersebut.

    Perhatikancontohberikut.

    Cara menghitungkelilingbangun di atasyaitudenganmenjumlahkansemuapanjangsisi yang mengelilingibanguntersebut.

    Panjang AB = 30 cm

    Panjang BC = 7 cm

    Panjang CD = panjang AB – panjang EF

     = 30 cm – 7 cm

     = 23 cm

    Panjang DE = 7 cm

    Panjang EF = 7 cm

    Panjang FA = panjang DE + panjang BC

     = 7 cm + 7 cm

     = 14 cm

    Keliling = AB + BC + CD + DE + EF + FA

    = 30 cm + 7 cm + 23 cm + 7 cm + 7 cm + 14 cm

    = 88 cm

    2.      LuasSegiBanyak

    Bagaimana cara menghitung luas segi banyak?Cara menghitungnya dengan menjumlahkan luas bangun-bangun sederhana yang membentuknya. Coba lakukan kegiatan berikut.

    Bangun datar pada Gambar (a) dan (b) dinamakan juga segi banyak. Bangun (a) dibentuk oleh persegipanjang dan persegi. Adapun bangun (b) dibentuk oleh persegipanjang dan segitiga. Bagaimanakah cara menghitung luas segi banyak tersebut?

    Langkah-langkah untuk menghitung luas segi banyak adalah sebagai berikut.

    1.      Tentukan bangun datar apa saja yang membentuknya.

    2.      Tentukan luas dari setiap bangun datar yang membentuknya

    3.      Jumlahkan luas dari keseluruhan bangun datar yang membentuknya.

    Berdasarkan langkah-langkah tersebut, maka

    • Luas bangun (a)

    Langkah 1:

    Membagi segi banyak. Segi banyak di samping dapat dibagi menjadi bangun Persegi dan Persegi Panjang

    Langkah 2:

    Menghitung luas tiap bagian.

    Luas persegipanjang    = p x l

                                        = 10 cm x 4 cm

                                        = 40 cm2

    Luas persegi                = s x s

                                        = 3 cm x 3 cm

                                        = 9 cm2

    Langkah 3:

    Menjumlahkan luasnya

    Luas segi banyak         = luas persegi panjang + luas persegi

                                        = 40 cm2 + 9 cm2

                                        = 49 cm2

    • Luas bangun (b)

    Langkah 1:

    Membagi segi banyak. Segi banyak di samping dapat dibagi menjadi bangun Persegi Panjang dan segitiga.

    Langkah 2:

    Menghitung luas tiap bagian.

    Luas persegipanjang    = p x l

                                        = 12 cm x 8 cm

                                        = 96 cm2

    Luas segitiga               = . a . t

                                        =  x 8 cm x 3 cm

                                        = 12 cm2

    Langkah 3:

    Menjumlahkan luasnya

    Luas segi banyak         = luas persegi panjang + luas segitiga

                                        = 96 cm2 + 12 cm2

                                        = 108 cm2

    Agar kamu lebih memahami dalam menghitung luas segi banyak, pelajarilah contoh berikut.

    3.      Menghitung Luas BangunGabunganBangunDatar

    Perhatikan gambar bangun-bangun di atas.

    Bangun-bangun itu merupakan gabungan dari beberapa bangun datar sederhana. Cara mencari luas bangun gabungan sama dengan mencari luas segi banyak. Caranya membagi menjadi beberapa bangun datar sederhana kemudian menghitung luas masing-masing bangun datar tersebut

  • Mengatasi Kesulitas Belajar Peserta Didik

    Dalam belajar mengajar guru/pendidik sering menghadapi masalah adanya siswa yang tidak dapat mengikuti pelajaran dengan lancar, ada siswa yang meperoleh prestasi belajar yang rendah, meskipun telah diusahakan untuk belajar dengan seabaik-baiknya, guru atau pendidik sering menghadapi dan menemukan siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar, untuk menghadapi siswa yang kesulitan belajar, pemahaman utuh dari guru tentang kesulitan belajar yang dialami olehsiswa nya, merupakan dasar dalam usaha memberikan bantuan dan bimbingan yang tepat. Kesulitan belajar yang dialami siswa itu akan termanifestasi dalam berbagai macam gejala, misalnya menunjukan hasil belajar yang rendah, hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan, lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar, menunjukan sikap yang kurang wajar, menunjukan tingkah laku yang berkelainan.

    Pada postingan yang lalu saya telah menguraikan mengenai kesulitan belajar dan cara mengatasinya. Pada postingan tersebut telah saya uraikan langkah-langkah mengatasi kesulitan belajar yang mungkin dialami siswa kita melalui 6 langkah praktis.

    Kali ini saya akan menguraikan alternatif lain untuk mengatasi kesulitan belajar yang menurut saya tidak kalah efektif dibandingkan langkah-langkah pada postingan yang lalu sebab kali ini guru lebih menggunakan pendekatan personal untuk mengatasi kesulitan belajar yang dialami siswa. Menurut saya kelebihan pendekatan personal adalah kita dapat menentukan cara yang tepat untuk mengatasi masalah yang dialami siswa, sebab karakteristik siswa yang berbeda-beda tentu memerlukan penanganan yang berbeda-beda pula

    Untuk lebih jelasnya, langsung saja anda simak uraiannya.

    Menurut Hallen A (2005:129), langkah-langkah yang perlu ditempuh guru untuk mengatasi kesulitan belajar siswa, dapat dilakukan dalam enam tahap. Adapun keenam tahap tersebut, yaitu:

    1. Mengenal siswa yang mengalami kesulitan belajar
      Cara yang paling mudah untuk mengenali siswa yang mengalami kesulitan belajar adalah dengan cara mengenali nama siswa.
    2. Memaham sifat dan jenis kesulitan belajarnya
      Langkah kedua dalam mengatasi kesulitan belajar adalah mencari dalam mata pelajaran apa saja siswa ini (kasus) mengalami kesulitan dalam belajar.
    3. Menetapkan latar belakang kesulitan belajar
      Langkah ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang latar belakang yang menjadi sebab timbulnya kesulitan belajar baik yang terletak di dalam diri siswa sendiri maupun diluar dirinya.
    4. Menetapkan usaha-usaha bantuan
      Setelah diketahui sifat dan jenis kesulitan serta latar belakangnya, maka langkah selanjutnya ialah menetapkan beberapa kemungkinan tindakan-tindakan usaha bantuan yang akan diberikan, berdasarkan data yang akan di peroleh.
    5. Pelaksanaan bantuan
      Langkah ini merupakan pelaksanaan dari langkah sebelumnya, yakni melaksanakan kemungkinan usaha bantuan. Pemberian bantuan diaksanakan secara terus-menerus dan terah dengan disertai penilaian yang tepat sampai pada saat yang telah diperkirakan.
    6. Tindak lanjut
      Tujuan langkah ini untuk menilai sampai sejauh manakah tindakan pemberian bantuan telah mencapai hasil yang diharapkan. Tindak lanjut dilakukan secara terus-menerus, dengan langkah ini dapat diketahui keberhasilan usaha bantuan.

    Dengan demikian, perlu adanya penanganan dari guru BK untuk melakukan penanganan bagi anak yang mengalami kesulitasn belajar. Bimbingan dan konseling dimaksudkan agar siswa mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri serta menerima secara positif dan dinamis sebagai modal pengembangan diri lebih lanjut. Oleh karena itu individu yang mepunyai pribadi yang sehat selalu berusaha bersikap positif terhadap dirinya dan terhadap lingkungannya, untuk mewujudkan sikap yang positif diperlukan anak didik yang berdiri sendiri sebagai pribadi yang mandiri, bebas dan mantap. Anak didik yang seperti ini akan terhindar dari keragu-raguan dan ketakutan serta penuh dengan hal-hal yang positif dalam dirinya seperti kreatifitas, sportifitas dan lain sebagainya dan mampu mengatasi masalah masalah sendiri misalnya masalah kesulitan belajar.

    Masalah kesulitan belajar yang sering dialami oleh para siswa disekolah, merupakan masalah penting yang perlu mendapat perhatian yang serius di kalangan para peserta pendidik. Dikatakan demikian, karena kesulitan belajar yang dialami oleh para siswa di sekolah akan membawa dampak negatif, baik bagi siswa sendiri maupun lingkungannya. Untuk mencegah dampak negatif yang timbul karena kesulitan belajar yang dialami siswa, maka para pendidik harus waspada terhadap gejala-gejala kesulitan belajar yang mungkin dialami oleh siswanya.

    Masalah belajar yang sering timbul dikalangan siswa, misalnya masalah pengaturan waktu belajar, memilih cara belajar yang efektif dan efisien, menggunakan buku-buku referensi, cara belajar kelompok, bagaimana mempersiapkan diri mengahadapi ujian, memilih jurusan atau mata pelajaran yang cocok dengan minat bakat yang dimilikinya, dari masalah-masalah tersebut dapat diatasi dengan program pelayanan bimbingan dan konseling untuk membantu para siswa agar mereka dapat berhasil dalam belajar.

    BK solusi mengatasi kesulitan siswa

    Melalui pelayanan bimbingan dan konseling diharapkan siswa dapat mengalami perkembangan yang optimal baik secara akademis, psikologis dan sosial. Perkembangan yang optimal secara akademis diharapkan siswa mampu mencapai prestasi belajar yang baik dan optimal sesuai dengan kemampuan, perkembangan yang optimal ditandai dengan perkembangan kesehatan yang memadai, sedangkan perkembang optimal dari segi sosial bertujuan agar setiap siswa dapat mencapai penyesuaian diri dan memiliki kemampuan sosial yang optimal.

    Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa bimbingan dan konseling sangat diperlukan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan belajar siswa, sehingga siswa dapat meperoleh prestasi yang baik. Dengan perolehan prestasi yang baik maka tujuan pendidikan nasional akan tercapai, dan juga dapat berguna bagi kehidupan sehari-hari yang bahagia dengan ilmu-ilmu yang dimilikinya. Namun untuk sekolah yang belum memiliki guru BK, penanganan siswa yang mengalami kesulitan belajar dapat dilakukan oleh guru kelas dengan pendekatan personal yaitu dengan mengenal siswa yang mengalami kesulitan belajar, memaham sifat dan jenis kesulitan belajarnya, menetapkan latar belakang kesulitan belajar, menetapkan usaha-usaha bantuan, pelaksanaan bantuan, dan melakukan tindak lanjut untuk mengetahui keberhasilan bantuan yang diberikan serta untuk menguatkan efek dari bantuan tersebut.

  • Faktor yang Mempengaruhi Efektifitas Pembelajaran

     Tidak selamanya pembelajaran berjalan dengan efektif. Adakalanya pembelajaran yang kita lakukan berjalan tidak sesuai dengan yang kita rencanakan atau bahkan target yang kita pasang meleset tidak tepat sasaran.

    Hal tersebut disebabkan adanya beberapa faktor yang turut mempengaruhi efektifitas pembelajaran.

    Secara singkat faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas pembelajaran, adalah :

    1. Faktor raw input
      (yakni faktor murid itu sendiri), dimana tiap anak memiliki kondisi yang berbeda-beda dalam :
      1. kondisi fisiologis
      2. kondisi psikologis
    2. Faktor environmental input
      (yakni faktor lingkungan), baik itu lingkungan alami maupun lingkungan sosial.
    3. Faktor instrumental input,
      Yang didalamnya antara lain terdiri dari :
      1. Kurikulum
      2. Program/ bahan pengajaran
      3. Sarana dan fasilitas
      4. Guru (tenaga pengajar):

    Faktor pertama disebut sebagai “faktor dari dalam“, sedangkan faktor kedua dan ketiga sebagai “faktor dari luar“.

    Adapun uraian mengenai faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :

    1. Faktor dari luar (Eksternal)
      1. Faktor Environmental Input (Lingkungan)
        Kondisi lingkungan sangat mempengaruhi proses dan hasil belajar. Lingkungan ini dapat berupa lingkungan fisik/ alam dan lingkungan sosial.
        Lingkungan fisik/ alami termasuk didalamnya adalah seperti keadaaan suhu, kelembaban, kepengapan udara, dsb. Belajar pada keadaan udara yang segar, akan lebih baik hasilnya daripada belajar dalam keadaan udara yang panas dan pengap.
        Lingkungan sosial, baik yang berwujud manusia maupun hal-hal lainnya juga dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar. Seseorang yang sedang belajar memecahkan soal yang rumit dan membutuhkan konsentrasi tinggi, akan terganggu jika ada orang lain keluar-masuk, bercakap-cakap didekatnya dengan suara keras,dsb.
        Lingkungan sosial yang lain, seperti suara mesin pabrik, hiruk-pikuk lalu lintas, ramainya pasar, dsb juga berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar. Karena itulah, disarankan agar lingkungan sekolah berada di tempat yang jauh dari keramaian pabrik, lalu-lintas dan pasar.
      2. Faktor-faktor Instrumental
        Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan belajar yang telah dicanangkan.
        Faktor-faktor instrumental dapat berwujud faktor-faktor keras (hardware), seperti gedung perlengkapan belajar, alat-alat praktikum, perpustakaan, dsb dan juga faktor-faktor lunak (software), seperti kurikulum, bahan/ program yang harus dipelajari, pedoman belajar, dsb.
    2. Faktor dari dalam (Internal)
      Diantara faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah faktor individu siswa, baik kondisi fisiologis maupun psikologis anak.
      1. Kondisi Fisiologis Anak
        Secara umum, kondisi fisiologis ini seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan capai, tidak dalam keadaan cacat jasmani, dsb akan sangat membantu dalam proses dan hasil belajar. Disamping kondisi yang umum tersebut, yang tidak kalah pentingnya dalam mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa adalah kondisi pancaindera, terutama indera penglihatan dan pendengaran.
        Karena pentingnya penglihatan dan pendengaran inilah, maka dalam lingkungan pendidikan formal, orang melakukan berbagai penelitian untuk menemukan bentuk dan cara menggunakan alat peraga yang dapat dilihat sekaligus didengar (audio-visual aids). Guru yang baik, tentu akan memperhatikan bagaimana keadaan pancaindera, khususnya penglihatan dan pendengaran anak didiknya.
      2. Kondisi Psikologis Anak
        Dibawah ini akan diuraikan beberapa faktor psikologis, yang dianggap utama dalam mempengaruhi proses dan hasil belajar :
        1. Minat
          Minat sangat mempengaruhi dalam proses dan hasil belajar. Jika seseorang tidak berminat untuk mempelajari sesuatu, ia tidak dapat diharapkan akan berhasil dengan baik dalam mempelajari hal tersebut.
          Begitu pula sebaliknya, jika seseorang mempelajari sesuatu dengan minat, maka hasil yang diharapkan akan lebih baik. Maka, tugas guru adalah untuk dapat menarik minat belajar siswa, dengan menggunakan berbagai cara dan usaha mereka.
        2. Kecerdasan
          Telah menjadi pengertian relatif umum, bahwa kecerdasan memegang peran besar dalam menentukan berhasil-tidaknya seseorang mempelajari sesuatu atau mengikuti suatu program pendidikan. Orang yang lebih cerdas, pada umumnya akan lebih mampu belajar daripada orang yang kurang cerdas.
          Kecerdasan seseorang biasanya dapat diukur dengan menggunakan alat tertentu. Hasil dari pengukuran kecerdasan, biasanya dinyatakan dengan angka yang menunjukkan perbandingan kecerdasan yang terkenal dengan sebutan Intelligence Quetient (IQ).
        3. Bakat
          Disamping Intellegensi, bakat merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar siswa. Secara definitif, anak berbakat adalah anak yang mampu mencapai prestasi yang tinggi, karena mempunyai kemampuan-kemampuan yang tinggi. Anak tersebut adalah anak yang membutuhkan program pendidikan berdiferensiasi dan pelayanan diluar jangkauan program sekolah biasa, untuk merealisasikan sumbangannya terhadap masyarakat maupun terhadap dirinya.
        4. Motivasi
          Motivasi merupakan dorongan yang ada didalam individu, tetapi munculnya motivasi yang kuat atau lemah, dapat ditimbulkan oleh rangsangan dari luar. Oleh karena itu, dapat dibedakan menjadi dua motif, yaitu :
          • Motif Intrinsik
          • Motif Ekstrinsik
            Motif Intrinsik adalah motif yang ditimbulkan dari dalam diri orang yang bersangkutan, tanpa rangsangan atau bantuan orang lain. Sedangkan motif ekstrinsik adalah motif yang timbul akibat rangsangan dari luar. Pada umumnya, motif intrinsik lebih efektif dalam mendorong seseorang untuk lebih giat belajar daripada motif ekstrinsik.
        5. Kemampuan-kemampuan Kognitif
          Walaupun diakui bahwa tujuan pendidikan yang berarti juga tujuan belajar itu meliputi tiga aspek, yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik. Namun tidak dapat diingkari, bahwa sampai sekarang pengukuran kognitif masih diutamakan untuk menentukan keberhasilan belajar seseorang. Sedangkan aspek afektif dan aspek psikomotorik lebih bersifat pelengkap dalam menentukan derajat keberhasilan belajar anak disekolah. Oleh karena itu, kemampuan kognitif akan tetap merupakan faktor penting dalam belajar siswa / peserta didik.
          Kemampuan kognitif yang paling utama adalah kemampuan seseorang dalam melakukan persepsi, mengingat, dan berpikir. Setelah diketahui berbagai faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar seperti diuraikan diatas, maka hal penting yang harus dilakukan bagi para pendidik, guru, orangtua, dsb adalah mengatur faktor-faktor tersebut agar dapat berjalan seoptimal mungkin

    Dengan mengetahui faktor-faktor diatas, maka alangkah baiknya jika kita mulai merencanakan pembelajaran yang akan kita lakukan dengan sebaik mungkin. Sebab dengan membuat perencanaan kita telah mengantongi 50% keberhasilan.