Blog

  • Teori Asal Usul Nenek Moyang Bangsa Indonesia

    Nenek Moyang Bangsa Indonesia

    Indonesia adalah negara yang dikenal dengan keberagaman, mulai dari bahasa, suku, ras, budaya, dan agama. Ada setidaknya beberapa teori yang menjelaskan asal-usul keberagaman ini. Berikut ini adalah teori – teori asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia.

    Teori Yunnan

    Menurut teori Yunnan, nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Yunnan, China. Teori ini didukung dengan penemuan sebuah kapak tua di Nusantara yang pasalnya mempunyai kesamaan dengan kapak di Asia Tengah. Konon, nenek moyang bangsa Indonesia memiliki budaya kelautan yang sangat kenatl, yaitu sebagai penemu asli perahu bercadik yang menjadi ciri khas kapal-kapal Indonesia zaman
    Para penduduk ini kemudian menetap di salah satu wilayah di Nusantara dan disebut sebagai bangsa Melayu Indonesia. Orang-orang inilah yang disebut-sebut menjadi nenek moyang langsung dari bangsa Indonesia sekarang. Menurut teori Yunnan, ada tiga gelombang perpindahan atau migrasi yang dilakukan nenek moyang bangsa Indonesia, yaitu:

    Proto Melayu (2500 SM)

    Deutro Melayu (1500 SM)

    Melanesoid (70.000 SM)

    Bangsa primitif Manusia pleistosen atau purba Suku Wedoid Suku Negroid

    Teori Nusantara

    Teori Nusantara menyebutkan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Indonesia sendiri, bukan dari luar. Teori ini juga didukung oleh beberapa ahli ternama, seperti Muhammad Yamin, Gorys Keraf, dan J Crawford. Teori ini mengatakan bangsa Melayu merupakan bangsa dengan peradaban tinggi. Selain itu, ada juga kemungkinan jika orang Melayu merupakan keturunan dari Homo Soloensis dan Homo Wajakensis.

    Teori Out of Taiwan

    Selanjutnya ada teori out of Taiwan yang mengatakan bahwa bangsa Indonesia berasal dari Taiwan, bukan daratan China. Mereka diperkirakan datang dari Taiwan melalui Filipina sekitar tahun 4.500-3.000 SM. Lalu, sekitar tahun 3500-2000 SM, mereka melakukan migrasi ke Indonesia lewat Sulawesi dan akhirnya menyebar ke berbagai pelosok Nusantara.
    Menurut pendekatan linguistik, dijelaskan juga bahwa dari keseluruhan bahasa yang digunakan suku-suku di Nusnatara saat itu memiliki rumpun yang sama, yaitu rumpun Austronesia. Dengan demikian, dari segi bahasa dapat dilihat bahwa orang-orang Indonesia mengadopsi budaya Austronesia dan mengembangkannya sampai menjadi bahasa Indonesia seperti sekarang. Selain itu, menurut hasil riset genetika, dari ribuan kromosom tidak ditemukan adanya kecocokan dengan pola genetika di wilayah China.

    Teori Out of Africa

    Teori Out of Africa mengemukakan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Afrika. Teori ini menyatakan salah satu jenis manusia purba, yaitu Homo Sapiens adalah spesies manusia modern yang merupakan nenek moyang kita. Homo Sapiens diperkirakan muncul sejak 120.000 tahun yang lalu, ketika bumi sedang mengalami lonjakan populasi manusia.

    Drs. Moh Ali

    Drs. Moh Ali adalah salah satu tokoh yang mendukung teori Yunnan. Drs. Moh Ali berpendapat bahwa bangsa Indonesia itu berasal dari daerah Mongol, yang terdesak oleh bangsa-bangas yang lebih kuat sehingga memutuskan migrasi menuju selatan. Gelombang pertama proses migrasi terjadi dari tahun 3000-1500 SM dengan ciri-ciri kebudayaan Neolitikum yang masih menggunakan perahu bercadik satu. Lalu, gelombang kedua terjadi dari tahun 1500-500 SM dengan menggunakan perahu bercadik dua. Dasar pendapaat Drs. Moh Ali didukung dari ditemukannya kapak tua di wilayah Nusantara yang mirip dengan kapak tua di Kawasan Asia Tengah.

    Prof. H. Kroom

    Prof. H. Kroom menyakini asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari daerah China Tengah, karena di daerah tersebut terdapat sumber-sumber sungai besar. Setelah itu, mereka menyebar ke Indonesia, sekitar tahun 2000-1500 SM. Prof. Moh. Yamin Moh. Yamin menyatakan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Indonesia sendiri, bukan dari daerah luar. Pendapat Moh. Yamin didasari dengan penemuan fosil dan artefak yang lebih banyak di wilayah Indonesia dibandingkan daerah lain di Asia. Contohnya penemuan manusia purba seperti Homo Soloensis dan Homo Wajakensis.

    Von Heine-Geldern

    Selanjutnya teori yang dikemukakan oleh Von Heine-Geldern. Ia menyatakan bahwa bangsa Indonesia berasal dari daerah Campa, Cochinchina, dan Kamboja. Pendapat Geldern didukung dengan penemuan artefak-artefak di Indonesia yang memiliki banyak kesamaan dengan artefak yang ditemukan di daratan Asia. Selain itu, Geldern juga menyakini kelompok ras dominan yang datang ke Indonesia adalah ras yang memiliki postur tubuh besar dengan tinggi badan sekitar 155cm.

    Dr. Brandes

    Dr. Brandes menyatakan bahwa suku-suku yang mendiami kepulauan di Indonesia memiliki kesamaan dengan orang-orang yang tinggal di daerah sebelah utara Pulau Formosa (Taiwan), sebelah selatan Jawa dan Bali, serta setelah timur sampai ke tepi barat Amerika.

    Hogen

    Hogen berpendapat bahwa bangsa yang menempati daerah pesisir Melayu berasal dari Sumatera. Mereka lalu bercampur dengan bangsa Melayu, yang disebut sebagai Proto-Melayu dan Deutro Melayu. Proto-Melayu kemudian menyebar ke daerah di Kepulauan Nusantara pada 3000-1500 SM, sedangkan Deutro-Melayu menyebar sekitar 1500-500 SM.

  • Sejarah Lagu Genjer-Genjer

    Sejarah Lagu Genjer-Genjer

    Lagu genjer – genjer merupakan salah satu lagu berbahasa jawa (lebih tepatnya bahasa osing, yaitu bahasa atau dialek khas Banyu wangi, Jawa Timur), yang pernah berjaya di era tahun 60 an. Lagu ini memang bukan salah satu lagu perjuangan yang sering diajarkan di sekolah ketika zaman Sekolah Dasar dulu, tapi lagu ini mempunyai history yang sangat panjang dan menjadi saksi bisu diantara kontroversi tentang sejarah Indonesia saat itu, terutama isu Komunisme.

    Lagu yang sempat menjadi tabu ini memang mempunyai sejarah yang “kelam”, sekelam sejarah Indonesia saat itu. Lagu ini juga menjadi saksi sejarah kekuasaan dari zaman ke zaman, terlebih zaman Orde baru yang dikepalai oleh sang penguasa, Soeharto, yang secara formal telah melarang beredarnya lagu ini. Sebuah maha karya seni yang menjadi korban manipulasi politik dan kekuasaan penguasa otoriter.

    Sejarah Lagu Genjer – genjer
    Sebelum tahun 1942, wilayah Kabupaten Banyuwangi (Jawa Timur) merupakan daerah yang sangat subur dan makmur, sehingga secara ekonomi warga tidak merasa kekurangan. Namun semenjak kedatangan Jepang ke Indonesia (1942-1945), keadaan berubah sebaliknya. Anak – anak muda yang masuk usia produktif (terutama pria), ditangkap dan dijadikan sebagai perkeja Romusha (kerja paksa ala Jepang), untuk di kirim ke seluruh daerah di Nusantara bahkan sampai ke daerah Indo China (Thailand, Kamboja, Vietnam, Burma dan Laos ). Mereka dipekerjakan di camp militer Jepang yang sedang berperang dengan sekutu waktu itu.

    Akibat ulah Jepang tersebut, lahan pertanian menjadi tidak terurus. Banyuwangi menjadi daerah yang miskin hingga kekurangan bahan pangan, dan banyak masyarakat menjadi kelaparan hingga meninggal dunia. Sampai salah satu efeknya, masyarakat harus mengolah daun genjer (Limnocharis flava), sejenis eceng gondok, untuk dijadikan makanan. Sebelumnya, oleh masyarakat Banyuwangi, tanaman genjer, yang biasanya terdapat di sungai, dianggap sebagai tanaman gulma atau pengganggu dan sebagai makanan hewan ternak seperti ayam dan babi.

    Situasi sosial semacam itulah yang akhirnya menjadikan seorang Muhammad Arief, seniman angklung asal Banyuwangi, terinspirasi untuk menciptakan sebuah lagu berjudul “genjer-genjer” sekitar tahun 1942/1943, pada saat istri Muhammad Arief, Ny. Suyekti, menyuguhkan masakan sayur genjer kepadanya.

    Lagu ini menceritakan tentang keadaan masyarakat miskin di Banyuwangi kala itu, yang sampai harus makan daun genjer, karena kekurangan makanan. Lagu ini juga merupakan bentuk sindiran buat penguasa Jepang yang sudah membuat masyarakat Banyuwangi menjadi miskin. Lagu “genjer -genjer” diadaptasi dari lagu rakyat berjudul “Tong Alak Gentak” ali-ali moto ijo, yang sudah lebih dulu melegenda di Banyuwangi. Dengan mengganti liriknya, lagu tersebut akhirnya dengan cepat menjadi lagu populer di masyarakat Banyuwangi kala itu.

    Lagu Genjer –genjer dan Hubungannya dengan PKI

    Setelah masa kemerdekaan, tepatnya pada masa Demokrasi Terpimpin (1959-1966), ketika iklim situasi politik di Indonesia memang sedang berada pada puncaknya, banyak partai – partai politik berbagai aliran berdiri waktu itu, seperti Partai Nasional Indonesia (PNI), Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi), Nahdatul Ulama(NU) dan Partai Rakyat Indonesi (PKI).

    Partai – partai tersebut melakukan kampanye besar-besaran untuk meningkatkan popularitas dan mencari simpati masyarakat Indonesia sebanyak -banyaknya. Salah satunya lewat jalur kesenian, karena kesenian merupakan salah satu “hiburan alternatif” masyarakat Indonesia, sehingga menjadi salah satu cara efektif untuk merekrut simpatisan partai. Partai – partai tersebut membuat organisasi afiliasi berbasis kesenian dan menggandeng para seniman utuk bergabung bersama mereka. Sebut saja PNI yang membentuk Lembaga Kesenian Nasional (LKN), Partai NU membentuk Lesbumi, Masyumi membentuk Himpunan Seni dan Budaya Islam (HSBI), serta PKI yang membentuk Lembaga Kesenian Rakyat (Lekra).

    Cerita berawal pada tahun 1962 saat Njoto, seniman dan salah satu aktivis Lekra yang juga simpatisan PKI, mampir ke Banyuwangi, saat dalam perjalanan menuju Bali. Saat itu lagu “genjer –genjer” ditampilkan oleh para seniman Banyuwangi untuk menghiburnya. Njoto yang memang berjiwa seni tinggi, memiliki naluri bahwa lagu ini akan banyak disukai masyarakat Indonesia kedepannya, selain daripada lirik lagu ini yang memang mewakili keadaan bangsa Indonesia saat itu.

    Sampai akhirnya Njoto menggandeng para seniman Banyuwangi, termasuk Muhammad Arif, untuk bergabung bersama Lekra. Sejak digandeng Lekra, “seni Banyuwangi”an semakin dikenal luas. Banyak lagu-lagu Banyuwangi yang sering dinyanyikan di acara – acara PKI dalam berbagai macam kesempatan. Termasuk lagu Genjer-genjer, juga lagu lainnya seperti lagu Nandur Jagung dan lagu Sekolah.

    Bahkan seiring perkembangannya, Muhammad Arief (selain seniman, dia juga mantan tentara),sang pencipta lagu “genjer – genjer”, ditempatkan sebagai anggota DPRD Kabupaten Banyuwangi, mewakili PKI. Seniman yang dulu bernama Syamsul Muarif itu juga diminta membuat lagu yang senapas degan ideologi PKI lainnya, seperti lagu berjudul Ganefo, 1 Mei, Harian Rakyat, Mars Lekra dan Proklamasi.

    Popularitas Lagu Genjer –genjer Di Era 1960 an

    Dugaan Njoto ternyata benar, tak lama kemudian, lagu “Genjer-genjer” menjadi sangat populer ke seantero Nusantara. Apalagi di tahun 1960 an, lagu itu sering dibawakan penyanyi-penyanyi “beken” era itu, seperti Lilis Suryani dan Bing Slamet (dalam albumnya “mari bersuka ria” pada tahun 1965), dan sempat dibikin vinyl (piringan hitam). Lagu itu seakan menjadi lagu wajib yang sering diputar di TVRI dan RRI (dua media nasional yang ada saat itu). Saking terkenalnya bahkan kemudian muncul pengakuan dari Jawa Tengah, bahwa lagu “genjer – genjer” ternyata diciptakan oleh Ki Narto Sabdo seorang dalang kondang dan seniman yang tergabung dalam Lembaga Kebudayaan Nasional (LKN) yang bernaung di bawah PNI, asal Semarang, yang pada akhirnya terbukti bahwa Ki Narto Sabdo hanya mempopulerkannya saja pada setiap penampilannya

    Terlepas dari berbagai polemik dan sejarahnya, lagu “genjer – genjer” semakin populer di Indonesia. Tapi disisi lain, stigma masyarakat semakin menganggap dan mengasosiasikan lagu “genjer – genjer” sebagai lagu propaganda PKI pada masa itu.

    Pencekalan lagu Genjer – genjer

    Peristiwa “berdarah” Gerakan 30 September 1965 yang melibatkan Partai Komunis Indonesia, membuat rezim Orde Baru yang memang “anti-komunisme”, menerapkan politik “bumi hangus”, yaitu menghancurkan segala yang berhubungan dengan komunis. Mulai dari tokoh–tokohnya, orang–orang yang terlibat, anak cucu dan keturunannya, sampai termasuk semua “produk” yang dilahirkan oleh orang-orang komunis. Sehingga segala sesuatu yang berhubungan dengan komunis dianggap “haram” hukumnya dan wajib untuk dilenyapkan.

    Fenomena ini terjadi juga di Banyuwangi, dimana Muhammad Arief, pencipta lagu “Genjer-genjer”, ditangkap dan “hilang” (tidak pernah terungkap hingga kini) dalam aksi “pembersihan” terhadap komunis di tahun 1966-1967 di Indonesia, akibat dianggap terlibat dengan PKI. Juga tidak ketinggalan karyanya lagu “genjer – genjer”, yang memang sudah terlanjur ber-image PKI, ikut di “bumi hangus”kan. Sampai akhirnya pemerintah mencekal dan melarang disebarluaskannya lagu ini.

    Ada beberapa kekeliruan alasan versi “Orde Baru” terkait pencekalan lagu ini yang selalu dikaitkan dengan idiologi komunis, yaitu :

    1. Sejak awal, lagu ini diciptakan oleh Muhammad Arif yang notabene seorang seniman Lekra yang disinyalir dibawah PKI. Juga lagu ini dikembangkan pula oleh kalangan komunis. Walaupun pada perkembangannya di era tahun 1960-an, lagu ini tidak hanya digemari oleh kalangan komunis saja, tetapi juga masyarakat secara luas, karena lagu ini sebenarnya terinspirasi saat penjajahan Jepang.
    2. Menurut Orde Baru, para anggota Gerwani (Gerakan Wanita Indonesia) dan Pemuda Rakyat -keduanya disinyalir organisasi dibawah PKI-, menyanyikan lagu ini ketika para jendral diculik, diinterogasi dan “disiksa” di lubang buaya Jakarta. Sehingga ‘seolah-olah’ semakin memperjelas bahwa lagu ini mempunyai “hubungan intim” dengan PKI. Peristiwa ini juga digambarkan pada film Pengkhianatan G 30 S/PKI karya Arifin C. Noer, pada masa Pemerintah rezim Orde Baru.
    3. Ketika peristiwa G 30 S tahun 1965 terjadi, Harian KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia), diduga juga memplesetkan lagu “genjer-genjer” menjadi “jendral-jendral”, sehingga maknanya menjadi berbeda dengan versi alsinya. Dengan alasan itu, semakin mempertegas lagi lagu ini untuk segera di cekal dan dilarang peredarannya. Padahal, beberapa seniman di Banyuwangi yang pertama kali mempopulerkan lagu ini, merasa tidak tau apa – apa tentang plesetan lirik lagu ini, dan merasa heran oleh pihak – pihak yang mendiskreditkan lagu ini.

    Lagu Genjer – genjer Pasca Orde Baru

    Pada tahun 1998, setelah tumbangnya rezim Soeharto, Indonesia memasuki era baru, era dimana mulai meluruskan kembali sejarah–sejarah lama yang mengandung unsur “kepentingan politis”. Pemerintah yang mempunyai wewenang otoritas regulasi, mencoba melakukan babak politik baru, dimana konsep kebebasan berekspresi menjadi semakin terbuka lebar.

    Salah satunya masalah hubungan politik dan kebudayaan. Termasuk larangan penyebarluasan lagu “genjer-genjer”, yang secara formal telah berakhir, seiring berakhirnya pula hukuman “bumi hangus” terhadap beberapa produk “kiri”. Walaupun sebenarnya masih ada beberapa kasus stigmatisasi terhadap lagu ini oleh beberapa pihak. Misalnya saja tahun 2009 yang terjadi di Solo, ketika ada sekelompok “Laskar” yang mendemo salah satu stasiun radio disana, pada saat radio tersebut memutarkan lagu “genjer – genjer”.

    Bagi masyarakat luas saat ini, lagu “Genjer-genjer” memang sudah mulai di terima dan di apresiasi dibalik berbagai macam kontroversinya. Bahkan sebenarnya dari dulu, tetapi dulu mungkin kita “males” berurusan dengan berbagai macam “tetek bengek”nya. Ini terbukti dengan banyak beredarnya lagu ini melalui berbagai ruang publik dan media secara bebas. Salah satunya internet. Sehingga kita bisa dengan mudah dan bebas mengakses lagu ini, sebebas dari hakikat seni itu sendiri.

    Lagu “genjer – genjer” memang sangat fenomenal, semoga karya besar ini bisa menghiasi dan semakin memperkaya kebudayaan dunia musik Indonesia, apalagi harus menjadi lagu traumatis yang “katanya” akan membuka luka lama yang menakutkan. Tidak ada yang bisa membelenggu kebebasan lagu ini, terlebih politik. Bahkan seharusnya lagu “genjer–genjer” bisa dijadikan sebagai simbol budaya, kesederhanaan dan simbol perlawanan terhadap penjajahan.

  • Faktor-Faktor Pengambilan Keputusan

    Faktor-Faktor Pengambilan Keputusan

    Pengambilan keputusan adalah proses penting dalam kehidupan kita yang melibatkan pemilihan di antara beberapa alternatif yang tersedia. Ini bisa mencakup keputusan pribadi, profesional, atau bahkan keputusan strategis yang memengaruhi organisasi atau masyarakat secara keseluruhan

    Pengambilan Keputusan

    1. Identifikasi Masalah: Pertama, identifikasi masalah atau kesempatan yang memerlukan keputusan. Jelasnya merumuskan apa yang ingin Anda capai atau resolusikan adalah langkah awal yang penting.
    2. Kumpulkan Informasi: Kumpulkan semua informasi yang relevan terkait dengan masalah atau kesempatan yang Anda hadapi. Ini bisa melibatkan penelitian, konsultasi dengan ahli, atau meminta masukan dari orang lain.
    3. Identifikasi Alternatif: Buat daftar alternatif yang mungkin untuk menyelesaikan masalah atau memanfaatkan kesempatan yang ada. Pastikan untuk mempertimbangkan berbagai opsi dengan cermat.
    4. Evaluasi Alternatif: Tinjau setiap alternatif dengan cermat, menilai pro dan kontra masing-masing. Pertimbangkan aspek-aspek seperti biaya, risiko, dampak, dan konsistensi dengan nilai atau tujuan Anda.
    5. Pilih Solusi Terbaik: Setelah mengevaluasi semua alternatif, pilihlah yang terbaik yang sesuai dengan situasi Anda. Ini bisa menjadi keputusan yang optimal atau hanya keputusan yang paling baik dalam konteks yang ada.
    6. Tindakan: Setelah membuat keputusan, langkah selanjutnya adalah bertindak sesuai dengan keputusan tersebut. Ini mungkin melibatkan merancang rencana tindakan, mengalokasikan sumber daya, dan melaksanakan langkah-langkah yang diperlukan.
    7. Evaluasi dan Koreksi: Setelah mengambil tindakan, evaluasilah hasilnya. Apakah keputusan Anda berhasil atau tidak? Jika tidak, pertimbangkan untuk mengoreksi jalur atau mengubah pendekatan Anda.

    Kemudian terdapat enam faktor lain yang juga ikut mempengaruhi pengambilan keputusan.

    1. Fisik
      Didasarkan pada rasa yang dialami pada tubuh, seperti rasa tidak nyaman, atau kenikmatan. Ada kecenderungan menghindari tingkah laku yang menimbulkan rasa tidak senang, sebaliknya memilih tingkah laku yang memberikan kesenangan.
    2. Emosional
      Didasarkan pada perasaan atau sikap. Orang akan bereaksi pada suatu situasi secara subjective.
    3. Rasional
      Didasarkan pada pengetahuan orang-orang mendapatkan informasi, memahami situasi dan berbagai konsekuensinya.
    4. Praktikal
      Didasarkan pada keterampilan individual dan kemampuan melaksanakan. Seseorang akan menilai potensi diri dan kepercayaan dirinya melalui kemampuanya dalam bertindak.
    5. Interpersonal
      Didasarkan pada pengaruh jaringan sosial yang ada. Hubungan antar satu orang keorang lainnya dapat mempengaruhi tindakan individual.
    6. Struktural
      Didasarkan pada lingkup sosial, ekonomi dan politik. Lingkungan mungkin memberikan hasil yang mendukung atau mengkritik suatu tingkah laku tertentu.

    Selanjutnya, John D.Miller dalam Imam Murtono (2009) menjelaskan faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan adalah: jenis kelamin pria atau wanita, peranan pengambilan keputusan, dan keterbatasan kemampuan.

    Dalam pengambilan suatu keputusan individu dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu nilai individu, kepribadian, dan kecenderungan dalam pengambilan resiko.

    Pertama, nilai individu pengambil keputusan merupakan keyakinan dasar yang digunakan seseorang jika ia dihadapkan pada permasalahan dan harus mengambil suatu keputusan. Nilai-nilai ini telah tertanam sejak kecil melalui suatu proses belajar dari lingkungan keluarga dan masyarakat. Dalam banyak keadaan individu bahkan tidak berfikir untuk menyusun atau menilai keburukan dan lebih ditarik oleh kesempatan untuk menang.

    Kedua, kepribadian. Keputusan yang diambil seseorang juga dipengaruhi oleh faktor psikologis seperti kepribadian. Dua variabel utama kepribadian yang berpengaruh terhadap keputusan yang dibuat, seperti ideologi versus kekuasaan dan emosional versus obyektivitas. Beberapa pengambil keputusan memiliki suatu orientasi ideologi tertentu yang berarti keputusan dipengaruhi oleh suatu filosofi atau suatu perangkat prinsip tertentu. Sementara itu pengambil keputusan atau orang lain mendasarkan keputusannya pada suatu yang secara politis akan meningkatkan kekuasaannya secara pribadi.

    Ketiga, kecenderungan terhadap pengambilan resiko. Untuk meningkatkan kecakapan dalam membuat keputusan, perawat harus membedakan situasi ketidakpastian dari situasi resiko, karena keputusan yang berbeda dibutuhkan dalam kedua situasi tersebut. Ketidakpastian adalah kurangnya pengetahuan hasil tindakan, sedangkan resiko adalah kurangnya kendali atas hasil tindakan dan menganggap bahwa si pengambil keputusan memiliki pengetahuan hasil tindakan walaupun ia tidak dapat mengendalikannya. Lebih sulit membuat keputusan dibawah ketidakpastian dibanding dibawah kondisi bahaya. Di bawah ketidakpastian si pengambil keputusan tidak memiliki dasar rasional terhadap pilihan satu strategi atas strategi lainnya.

    Adapun dalam referensi lain pengambilan keputusan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor personal.
    Kognisi, artinya kualitas dan kuantitas pengetahuan yang di miliki. Misalnya ; Kemampuan menalar, memiliki kemampuan berfikir secara logis, dll.

    Motif, suatu keadaan tekanan dalam diri individu yang mempengaruhi, memelihara dan mengarahkan prilaku menuju suatu sasaran.

    Sikap, Bagaimana keberanian kita dalam mengambil risiko kepututusan, pemilihan suasana emosi dan waktu yang tepat, mempertimbangkan konsekuensi yang mungkin terjadi.

  • Mengembangkan Kreativitas Peserta Didik

    Pengertian Kreativitas

    Kreativitas merupakan potensi yang dimiliki setiap manusia, kreativitas merupakam anugrah Tuhan yang diberikan kepada manusia. Kreativitas ditandai dengan kemampuan atau kekuatan untuk menciptakan ataumembawa sesuatu yang belum ada menjadi ada, menciptakan bentuk baru dengan kemampuan imajinatif, serta menciptakan atau membawa sesuatu kedalam keberadaan yang baru. Menurut beberapa ahli kreatif dapat dijelaskan sebagai berikut :

    1. Kreatif adalah kemampuan umum untuk menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan
      untuk memberikan gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah
    2. Kretivitas adalah sebagai modifikasi sesuatu yang sudah ada menjadi konsep baru
    3. Kreativitas adalah potensi seseorang untuk memunculkan sesuatu yang baru .
    4. Kreativitas adalah kemampuan seseorang dalam menciptakan hal-hal baru, baik dalam bentuk gagasan atau karya nyata, dalam bentuk karya baru maupun hasil kombinasi dari hal-hal yang sudah ada.

    Ciri-ciri orang kreatif

    Ciri-ciri orang yang mempunyai kemampuan berfikir kreatif yang tinggi
    adalah

    1. Sering mengajukan pertanyaan
    2. Sering banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah
    3. Bebas dalam menyatakan pendapat
    4. Menonjol dalam salah satu bidang seni
    5. Memiliki pendapat sendiri dan mampu mengutarakan
    6. Tidak mudah terpengaruh oleh orang lain
    7. Memiliki orisinalitas tinggi
    8. Dapat bekerja sendiri
    9. Senang mencoba hal-hal baru
    10. Memiliki daya imajinasi yang tinggi
    11. Memiliki dorongan ingin tahu yang besar

    C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kreativitas

    Banyak factor yang mempengruhi kreativitas diantaanya adalah:

    1. Situasi yang menghadirkan keterbukaan
    2. Situasi yang memungkinkan dan mendorong timbulnya pertayaan
    3. Situasi yang dapat mendorong menghasilkan sesuatu
    4. situasi yang mendorong tanggung jawab dan kemandirian
    5. situasi yang menekankan inisiatif sendiri untuk menggali, mengamati, bertanya, merasa, mengklasifikasikan, mencatat, menterjemahkan, memperkirakan dan menguji hasil perkiraan dan mengkomunikasikan

    D. Mengenali Kreativitas Diri Sendiri
    Bagaimana Anda menerapkan kreativitas dalam belajar ? Bagaimana mengingat, menbaca, memahami, mengerjakan hitungan secara kreatif ? Temukanlah cara-cara kreatif yang sesuai dengan diri Anda

    E. Tugas
    Mengenali Kreatifitas Diri Sendiri
    Sebutkan mana yang menonjol dari ciri-ciri orang kreatif yang telah diuraikan diatas, yang ada pada diri Anda Dan bagaimana anda mengembangkan kreativitas untuk meningkatkan hasil belajar ?

  • Materi Persahabatan Sejati dalam Pandangan Bimbingan Konseling

    Persahabatan Sejati

    Pada setiap kehidupan seseorang, pasti akan membutuhkan teman untuk berbagi disaat sedih maupun senang. Sahabat memiliki peran yang sangat luarbiasa dalam mewarnai kehidupan. Saat kita memiliki teman yang baik, mereka membutuhkan perhatian, kesabaran, pengertian , kesetiaan dalam suka dan duka serta butuh didegarkan segala keluhannya. Hal ini membutuhkan waktu dan kesabaran yang ekstra untuk mendengarkan semua keluh kesah yang mereka rasakan.

    Apakah Persahabatan Itu ?

    Persahabatan adalah hubungan timbale balik antara dua orang atau lebih yang didasari atas asa sukarela untuk berbagi kepentingan tertentu dengan intensitas hubungan yang sangat erat.

    Bagaimana sebuah hubungan dikatakan sebagai persahabatan..? sebuah hubungan dikatakan persahabatan jika memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
    a. Saling menyayangi dan berbagi dalam banyak hal
    b. Saling setia, jujur dan kerjasama yang baik
    c. Saling berkomunikasi secara intensif
    d. Saling menjaga rahasia saling percaya dan mengedepankan kejujuran
    e. Saling membantu terutama saat mendapatkan kesulitan
    f. Saling menjaga persamaan hak dan kewajiban
    g. Saling menghargai adanya perbedaan, baik perbedaan hobi, visi dan status sosial.

    Tip Membina Persahabatan Agar Bermanfaat

    Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membina persahabatan agar awet dan lebh bermanfaat, diantaranya adalah:
    a. Menghormati dan menghargai, jangan pernah melihat latar belakang, suku mana, golongan mana dan agama, siapapun dia latar belakangnya harus dihargai dan dihormati
    b. Saling menjaga rahasia, jangan sia-siakan kepercayaan sahabat yang sudah diberikan kepada kita
    c. Tidak bermuka dua, jika teman kita melakukan kesalahan jangan pernah kita membicarakan dibelakangnya, selesaikan masalah dengan baik.
    d. Jadilah pendengar yang baik buat teman-teman, jangan pernah menggurui, menasehati boleh tapi jangan terlalu cepat.
    e. Setiap orang memiliki pribadi yang unik dan khas, coba mengerti bagaimana karakter teman, hormati pendapatnya walaupun berbeda dengan pendapat kita
    f. Berikan dukungan dan pujian yang tulus
    g. Jangan pernah merasa iri kepada teman, buang jauh-jauh perasaan iri, kita patut berbahagia apabila teman kita mendapatkan kebahagiaan
    h. Dekat bukan berarti tergantung satu sama lain, berikan pertolongan secukupnya, jaga jarak yang wajar
    i. Sisihkn waktu untuk refreshing bersama
    j. Jangan pernah ragu untuk minta maaf
    k. Harus peduli

    Sikap Terbaik dalam Membangun Persahabatan
    a. Jadilah diri yang rendah hati, seseorang yang memiliki sikap rendah hati akan lebih mampu membangun tali persahabatan
    b. Jadi pendengar yang baik, dengarkan dengan baik ketika teman kita sedang bercerita, fokuskan perhatian terhadap apa yang diceritakan
    c. Berikan pujian yang tulus pada sahabat, sabjungan yang bernilai positif ibarat angin dan roda mobil atau udara yang membuat balon terbang ke angkasa.
    d. Mengalah demi kebaikan sahabat, mereka inilah yang jiwanya bersih, hatinya tulus mampu menghargai arti persahabatan, membangun persahabatn dengan tujuan member kebaikan kepada sesama
    e. Berani menegur dengan sikap yang tegas tapi santun, sahabat yang baik bukanlah orang yang selalu setuju dengan semua tindakan yang kita ambil, maka jangan pernah ragu untuk mengingatkan sabahat yang kita cintai
    f. Setia dan tanggung jawab, jangan pernah mengorbankan sahabat sendiri hanya karena kepentingan kita ingin segera terwujud.

    Hal-hal yang Merusak Persahabatan
    a. Sudah tidak ada kejujuran, rasa saling percaya dan saling menjaga rahasia
    b. Adanya persaingan yang tidak sehat dan kecemburuan
    c. Mulai mementingkan kepentingan dan keuntungan pribadi
    d. Tidak adanya keadilan, keseimbangan, kebersamaan dan rasa saling memiliki lagi
    e. Jalinan rasa cinta

  • Menumbuhkan Jiwa Wirausaha

    Pentingnya Jiwa Wirausaha

    Hidup adalah medan ujian, tempat hokum alam berlaku dan tempat seleksi alamiah bergerak terus. Dalam kehidupan nyata, kemampuan potensial seseorang yang dibawa sejak lahir akan dibuktikan dan diperagakan. Di dunia nyata inilah manusia diuji, siapa yang paling baik ketaqwaanya, tingkah lakunya, kreativitasnya , prestasinya, ketekunanya, intelektualitas, emosionalitas dan pspiritualitasnya.

    Banyak cara dan aneka ragam manusia memahami dan menyikapi hidup dan kehidupanya. Ada yang selaras dengan falsafah hokum alam , tidak jarang yang jauh menyimpang. Sebagian orang hidup bersantai-santai, menganggur tanpa sedikit prestasi dan kemanfaatanya, hidup tergantung kepada orang lain, merepotkan orang lain bahkan mencelakakan orang lain.

    Yang terbaik diantara manusia adalah yang paling banyak jasa dan kebermanfaatannya bagi penghuni bumi. Beruntunglah orang-orang yang produktif dan banyak berkarya. Minimal setiap individu harus mandiri dan mampu mengurus dirinya sendiri serta keluarga sendiri. Itulah pentingnya memiliki jiwa kemandirian usaha atau kewirausahaan.

    A. Jiwa Kewirausahaan

    Kewirausahaan adalah kecakapan/kemampuan seseorang dalam menciptakan dan mengelola suatu usaha/kerja untuk mendapatkan nilai ekonomis yang lebih besar.jiwa kewirausahaan itu mencakup semangat (spirit) , sikap, perilaku dan kecakapan ketrampilan seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan.

    Langkah mendasar dalam memupuk jiwa berkarya dan berwirausaha adalah memahami dan menilai diri sendiri. Karena kunci keberhasilan dalam berusaha adalah kemahami diri sendiri dalam bingkai lingkungan sebuah usaha.

    Untuk menilai kemampuan diri dalam menumbuhka jiwa kewirausahaan sejak diri, berikut ini pertanyaan – pertanyaan yang perlu direnungkan.

    1. Apakah Anda sudah mulai menumbuhkan semangat berwirausaha ?
    2. Sudah berapa banyak karakteristik jiwa wirausaha dalam diri Anda?
    3. Apakah Anda telah mempunyai motivasi yang kuat dan tepat untuk memasuki dunia usaha.?

    B. Kecakapan Kewirausahaan

    Setiap orang layak membekali diri dengan sejumlah ketrampilan dan kecakapan berwira usaha. Kecakapan seorang wirausaha antara lain

    1. Kreativitas
      Kreativitas adalah cirri utama seorang wirausaha, jiwa wirausaha dibangun dengan kecakapan menciptakan ide dan gagasan baru, inovasi/pembaharuan produk, mencari celah baru dengan tampil beda dan mencermati apa yang belum banyak dilakukan orang.
    2. Kebernian Mengambil Resiko
      Jiwa wirausaha dibentuk dengan latihan engambil keputusan berikut kesiapan menerima resiko apapun yang mungkin terjdi. Keputusan wirausaha tentu harus punya dasar yang kuat tidak hanya data yang lengkap, pertimbangan rasional, tetapi juga kepekaan yang tinggi.
    3. Ketekunan dan Keuletan
      Dalam kegitan apapun, kecerdasan otak saja bukan jaminan tetapi ketekunan dan keuletan adalah prasyaratnya. Banyak orang pintar berguguran, hanya berjiwa tekun, sabar dan ulet menuai hasil.
    4. Percaya Diri
      Mental gengsi adalah musuh nomor satu dalam meraih keberhasilan. Selanjutnya adalah sifat minder, ragu-ragu dan takut melangkah. Bangunlah kepercayaan diri dengan mencermati dan mendengarkan orang-orang berhasil dan tinggalkan jauh-jauh celoteh orang-orang gagal
    5. Motivasi Kemandirian
      Wirausahawan mengikis habis jiwa manja dan ketergantungan. Siapapun yang mau maju terus harus punya dorongan untuk mandiri, konsisten dan berkeyakinan kuat pada visi, misi dan sasaran hidup
      D. Ketrampilan Teknis Kewirausahaan
      Pengalaman kewirausahaan diperoleh melalui latihan-latihan intensif dalam hal:
    6. Keterampilan Teknik Berusaha
      Kegiatan teknis usaha meliputi teknik produksi, mengontrol mutu/kualitas, produksi barang/jasa, pengemasan dan mengelola mekanisme usahanya.
    7. Keterampilan Mencari Informasi
      Informasi merupakan sesuatu yang penting diketahui dan sekaligus diantisipasi oleh seorang usahawan. Informasi ini dapat berupa pasar, pengembangan produk, sehingga hasil usahanya selalu dapat menyesuaikan dan selalu dapat diterima pelanggan.
    8. Keterampilan Berkomunikasi
      Terampil berkomunikasi bagi wirausahawan sangat diperlukan. Ini sangat berguna ketika melakukan pemasyarakatan produknya, negosiasi, sekaligus bermanfaat dalam rangka mengembangkan usahanya.
    9. Keterampilan dalam Pemecahan Masalah
      Setiap wirausahawan tentu akan berhadapan pada berbagai masalah.. masalah ini dapat terjadi diintern perusahaan atau masalah yang berhubungan dengan komunitas sekitarnya.
    10. Keterampilan dalam Perencanaan
      Perkiraan masa depan perusahaan, biasanya dituangkan dalam usulan pekerjaan, target dan bagaimana cara meraih keuntungan.
    11. Keterampilan Meganalisis Pasar
      Pasar menjadi factor utama dalam melakukan bisnis. Seorang wirausahawan dituntut untuk mampu memperkiakan target kelompok, keinginan, omset yang dapat diserap dan mengetahui persis keinginan konsumennya.
    12. Keterampilan Mengantisipasi Peluang
      Ada pepatah mengatakan peluang tidak akan datang dua kali, seorang wirausahawan dituntut terampil dalam menangkap peluang yang ada di depannya. Dengan ketajamannya menganalisa peluang seseorang usahawan harus mampu menggunakan potensi yang dimiliki.
    1. Cirri-ciri Sikap Mental Produktif
    2. Kerja keras : mau melakukan pekerjaan dengan memeras keringat
    3. Ulet : mau bekerja dengan gigih dalam kurun waktu panjang
    4. Disiplin : selalu bekerja dengan konsisten dan taat azaz
    5. Produktif : selalu membuat karya dalam bentuk apapun dan dimanapun
    6. Tanggung jawab : cermat melaksanakan tugas dan menerima segala resiko
    7. Motivasi berprestasi: ingin selalu meraih prestasi lebih baik dan meningkat
    8. Efektif dan efisien : bekerja cepat, hemat dan langsung pada sasaran
    9. Kreatif dan inovatif : selalu melakukan pembenahan dan pembaruan
    10. Dinamis : bekerja dengan variatif tidak monoton, tidak terjebak dalam rutinitas
    11. Konsisten : emosinya stabil untuk terus bekerja dalam kualitas standar
    12. Konsekuen : melaksanakan apa yang telah disepakati bersama
    13. Integritas : ucapan dan tindakan selaras, emosi, pikiran dan keimanan terpadu
    14. Responsive : cepat tanggap, bekerja cepat dan sikap mengantisipasi kemungkinan yang timbul
    15. Mandiri : tidak tergantung pada orang lain, dan berpegang teguh pada prinsip
    16. Memiliki opsesi : keinginan kuat untuk berhasil dan lebih baik.
  • Makalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga

    Kekerasan Dalam Rumah Tangga

    A. Latar Belakang

    Didalam rumah tangga ketegangan maupun konflik merupakan hal yang biasa terjadi. Tak ada satupun keluarga yang tidak mengalaminya.Pada tingkatan yang wajar pertengkaran bahkan bisa menjadi pewarnayang dapat menambah semarak dan hangatnya hubungan antara suamiistri. Akan tetapi kadang-kadang konflik dan ketegangan tersebutberkembang menjadi tindak kekerasan yang terjadi di dalam rumah tanggaatau biasa disebut KDRT.

    Praktek Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) tidak hanya merupakan bentuk pelanggaran norma sosial dan kemanusiaan, namun juga merupkan wujud pengingkaran kewajiban untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang tinggi. Segala bentuk tindak kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan oleh suami baik secara fisisk maupun psikis dapat berdampak serius bagi kesehatan seseorang.

    B. Permasalahan

    1. Pengertian KDRT
    2. Bentuk-bentuk KDRT
    3. Penyebab atau pemicu KDRT
    4. Peran konselor dalam proses konseling III. PEMBAHASAN

    1. Pengertian KDRT

    Undang-Undang PKDRT ini menyebutkan bahwa Kekerasan dalam Rumah Tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga (Pasal 1 ayat 1).

    2. Penyebab atau pemicu KDRT

    Kekerasan dalam rumah tangga dapat dipicu oleh banyak faktor. Diantaranya ada faktor ekonomi, pendidikan yang rendah, cemburu dan bisa juga disebabkan adanya salah satu orang tua dari kedua belah pihak, yang ikut ambil andil dalam sebuah rumah tangga. Kekerasan dalam rumah tangga yang disebabkan faktor ekonomi, bisa digambarkan misalnya minimnya penghasilan suami dalam mencukupi kebutuhan rumah tangga.

    Terkadang ada seorang istri yang terlalu banyak menuntut dalam hal untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, baik dari kebutuhan sandang pangan maupun kebutuhan pendidikan. Dari situlah timbul pertengkaran antara suami dan istri yang akhirnya menimbulkan kekerasan dalam rumah tangga. Kedua belah pihak tidak lagi bisa mengontrol emosi masing-masing. Seharusnya seorang istri harus bisa memahami keuangan keluarga.

    Naik turunnya penghasilan suami sangat mempengaruhi besar kecilnya pengeluaran yang dikeluarkan untuk keluarga. Disamping pendapatan yang kecil sementara pengeluaran yang besar seorang istri harus mampu mengkoordinir berapapun keuangan yang ada dalam keluarga, sehingga seorang istri dapat mengatasi apabila terjadi pendapatan yang minim. Cara itu bisa menghindari pertengkaran dan timbulnya KDRT di dalam sebuah keluarga.

    Dari faktor pendidikan, bisa disebabkan oleh tidak adanya pengetahuan dari kedua belah pihak bagaimana cara mengimbangi dan mengatasi sifat-sifat yang tidak cocok diantara keduanya. Mungkin di dalam sebuah rumah tangga ada suami yang memiliki sifat arogan dan cenderung menang sendiri, karena tidak adanya pengetahuan. Maka sang istri tidak tahu bagaimana cara mengatasi sifat suami yang arogan itu sendiri. Sehingga, sulit untuk menyatukan hal yang berbeda.

    Akhirnya tentulah kekerasan dalam rumah tangga. Kalau di dalam rumah tangga terjadi KDRT, maka perempuan akan menjadi korban yang utama. Seharusnya seorang suami dan istri harus banyak bertanya dan belajar, seperti membaca buku yang memang isi bukunya itu bercerita tentang bagaimana cara menerapkan sebuah keluarga yang sakinah, mawaddah dan warahmah.

    Bentuk-bentuk kekerasan rumah tangga, antara lain:

    Kekerasan Fisik

    Kekerasan fisik adalah suatu tindakan kekerasan (seperti: memukul, menendang, dan lain-lain) yang mengakibatkan luka, rasa sakit, atau cacat pada tubuh istri hingga menyebabkan kematian.

    Kekerasan Psikis

    Kekerasan psikis adalah suatu tindakan penyiksaan secara verbal (seperti: menghina, berkata kasar dan kotor) yang mengakibatkan menurunnya rasa percaya diri, meningkatkan rasa takut, hilangnya kemampuan untuk bertindak dan tidak berdaya.

    Kekerasan psikis ini, apabila sering terjadi maka dapat mengakibatkan istri semakin tergantung pada suami meskipun suaminya telah membuatnya menderita. Di sisi lain, kekerasan psikis juga dapat memicu dendam dihati istri.

    Kekerasan Seksual

    Kekerasan seksual adalah suatu perbuatan yang berhubungan dengan memaksa istri untuk melakukan hubungan seksual dengan cara-cara yang tidak wajar atau bahkan tidak memenuhi kebutuhan seksual istri.

    Kekerasan Ekonomi

    Kekerasan ekonomi adalah suatu tindakan yang membatasi istri untuk bekerja di dalam atau di luar rumah untuk menghasilkan uang dan barang, termasuk membiarkan istri yang bekerja untuk di-eksploitasi, sementara si suami tidak memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Sebagian suami juga tidak memberikan gajinya pada istri karena istrinya berpenghasilan, suami menyembunyikan gajinya,mengambil harta istri, tidak memberi uang belanja yang mencukupi, atau tidak memberi uang belanja sama sekali, menuntut istri memperoleh penghasilan lebih banyak, dan tidak mengijinkan istri untuk meningkatkan karirnya.

    Peran Konselor Dalam Proses Konseling

    a. Membangun Komunikasi

    Di dalam sebuah rumah tangga butuh komunikasi yang baik antara suami dan istri, agar tercipta sebuah rumah tangga yang rukun dan harmonis. Jika di dalam sebuah rumah tangga tidak ada keharmonisan dan kerukunan diantara kedua belah pihak, itu juga bisa menjadi pemicu timbulnya kekerasan dalam rumah tangga.

    b. Saling Menghargai

    Seharusnya seorang suami dan istri bisa mengimbangi kebutuhan psikis, di mana kebutuhan itu sangat mempengaruhi keinginan kedua belah pihak yang bertentangan. Seorang suami atau istri harus bisa saling menghargai pendapat pasangannya masing-masing.

    c. Menumbuhkan Rasa Kepercayaan

    Seperti halnya dalam berpacaran. Untuk mempertahankan sebuah hubungan, butuh rasa saling percaya, pengertian, saling menghargai dan sebagainya. Begitu juga halnya dalam rumah tangga harus dilandasi dengan rasa saling percaya. Jika sudah ada rasa saling percaya, maka mudah bagi kita untuk melakukan aktivitas. Jika tidak ada rasa kepercayaan maka yang timbul adalah sifat cemburu yang kadang berlebih dan rasa curiga yang kadang juga berlebih-lebihan.

    Tidak sedikit seorang suami yang sifat seperti itu, terkadang suami juga melarang istrinya untuk beraktivitas di luar rumah. Karena mungkin takut istrinya diambil orang atau yang lainnya. jika sudah begitu kegiatan seorang istri jadi terbatas. Kurang bergaul dan berbaur dengan orang lain. Ini adalah dampak dari sikap seorang suami yang memiliki sifat cemburu yang terlalu tinggi. Banyak contoh yang kita lihat dilingkungan kita, kajadian seperti itu. Sifat rasa cemburu bisa menimbukan kekerasan dalam rumah tangga.

    d. Menumbuhkan Kecintaan

    Kekerasan dalam rumah tangga juga bisa disebabkan tidak adanya rasa cinta pada diri seorang suami kepada istrinya, karena mungkin perkawinan mereka terjadi dengan adanya perjodohan diantara mereka tanpa didasari dengan rasa cinta terlebih dahulu. Itu bisa membuat seorang suami menyeleweng dari garis-garis menjadi seorang suami yang baik dan lebih bertanggung-jawab. Suami sering bersikap kasar dan ringan tangan. Untuk menghadapi situasi yang seperti ini, istri butuh kesabaran yang sangat amat besar. Berusaha berbuat semanis mungkin agar suami bisa berubah dan bersikap manis kepada istri.

    e. Saling Memahami Sama Lain

    Maka dari itu, di dalam sebuah rumah tangga kedua belah pihak harus sama-sama menjaga agar tidak terjadi konflik yang bisa menimbulkan kekerasan. Tidak hanya satu pihak yang bisa memicu konflik di dalam rumah tangga, bisa suami maupun istri. Sebelum kita melihat kesalahan orang lain, marilah kita berkaca pada diri kita sendiri. Sebenarnya apa yang terjadi pada diri kita, sehingga menimbulkan perubahan sifat yang terjadi pada pasangan kita masing-masing.[

    KESIMPULAN

    Dalam makalah ini dapat disimpulkan bahwa Kekerasan dalam Rumah Tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.

    Kekerasan dalam rumah tangga dapat dipicu oleh banyak faktor. Diantaranya ada faktor ekonomi, pendidikan yang rendah, cemburu dan bisa juga disebabkan adanya salah satu orang tua dari kedua belah pihak, yang ikut ambil andil dalam sebuah rumah tangga. Kekerasan dalam rumah tangga yang disebabkan faktor ekonomi, bisa digambarkan misalnya minimnya penghasilan suami dalam mencukupi kebutuhan rumah tangga.

    Bentuk-bentuk dari kekerasan dalam rumaha tangga dapat berupa kekerasan fisik, psikis, seksual dan ekonomi. Untuk mengatasi hal seperti ini maka peran konselor adalah brupaya membangun komunikasi, saling menghargai, menumbuhkan rasa kepercayaan dan kecintaan, memahami satu sama lainnya. V.

    PENUTUP

    Demikianlah makalah yang dapat saya paparkan, apabila ada kesalahan baik dalam penulisan maupun dalam penyampaian saya mohon maaf sebesar-besarnya, semoga makalah ini dapat memberi pemahaman dan manfaat bagi teman-teman semua, Semoga dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

    DAFTAR PUSTAKA
    Undang-undang Nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 95.
    http://id.shvoong.com/social-sciences/counseling/2205698-pengertian-kekerasan-dalam-rumah-tangga.
    Save M. Dagun, Psikologi Keluarga, Renika Cipta, Jakarta, 2002

  • Filsafat Umum Pandangan Epikorus, Stoa dan Skeptis

    Filsafat

    Periode ini terdiri dari tiga sekolah filsafat, yaitu . Nama sekolah yang pertama diambil dari kata pembangun sekolah itu sendiri, yaitu Epikuros. Adapun nama sekolah yang kedua diambil dari kata”stoa” yang berarti ruang. Sedangkan nama skeptis diberikan karena mereka kritis terhadap para filosof klasik sebelumnya. Ajarannya dibangun dari berbagai ajaran lama, kemudian dipilih dan disatukan. Untuk lebih jelasnya, dari ketiga macam sekolah tersebut, pemakalah akan merincinya satu-persatu

    A. Epikuros (341 SM)

    Epikuros dilahirkan di samos pada tahun 341 SM. Pada tahun 306 ia mulai belajar di Athena, dan di sinilah ia meninggal pada tahun 270. Mula-mula ia menjadi guru filosofi Mytilen dan Lampsakos, pada tahun 300 SM, ia datang ke Athena dan mendirikan sebuah sekolah filosofi dengan nama Taman Kaum Epikurus. Filsafat Epikuros diarahkan pada satu tujuan belaka; memberikan jaminan kebahagiaan kepada manusia.

    Epikuros berbeda dengan Aristoteles yang mengutamakan penyelidikan ilmiah, ia hanya mempergunakan pengetahuan yang diperolehnya dan hasil penyelidikan ilmu yang sudah ia kenal, sebagai alat untuk membebaskan manusia dari ketakutan agama. Yaitu rasa takut terhadap dewa-dewa yang ditanam dalam hati manusia oleh agama Grik lama. Menurut pendapatnya ketakutan kepada agama itulah yang menjadi penghalang besar untuk memperoleh kesenangan hidup. Dari sini dapat diketahui bahwa Epikuros adalah penganut paham Atheis.

    Epikuros adalah seorang filosof yang menginginkan arah filsafatnya untuk mencapai kesenangan hidup. Oleh karena itu tidak heran jika filosof yang satu ini menganut paham atheis. Hal ini semata-mata ia lakukan untuk mencapai kebahagiaan yang sempurna, tanpa ada yang membatasi. Menurutnya filsafat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu logika, fisika dan etik.

    1. Logika

    Epikuros berpendapat bahwa logika harus melahirkan norma untuk pengetahuan dan kriteria untuk kebenaran. Norma dan kriteria itu diperoleh dari pemandangan. Semua yang kita pandang itu adalah benar. Baginya pandangan adalah kriteria .yang setinggi-tingginya untuk mencapai kebenaran. Logikanya tidak menerima kebenaran sebagai hasil pemikiran. Kebenaran hanya dicapai dengan pemandangan dan pengalaman.

    2. Fisika

    Teori fisika yang ia ciptakan adalah untuk membebaskan manusia dari kepercayaan pada dewa-dewa. Ia berpendapat bahwa dunia ini bukan dijadikan dan dikuasai dewa-dewa, melainkan digerakkan oleh hukum-hukum fisika. Segala yang terjadi disebabkan oleh sebab-sebab kausal dan mekanis. Tidak perlu dewa-dewa 4itu diikutsertakan dalam hal peredaran alam ini. Manusia merdeka dan berkuasa sendiri untuk menentukan nasibnya.

    Segala fatalisme berdasar kepada kepercayaan yang keliru. Manusia sesudah mati tidak hidup lagi, dan hidup di dunia ini terbatas pula lamanya, maka hidup itu adalah barang sementara yang tidak ternilai harganya. Sebab itu, menurutnya hidup adalah untuk mencari kesenangan. Dari pandangan fisika yang dikemukakan Epikuros, sangat terlihat bahwa ia adalah penganut paham atheisme. Teori-teori yang ia ciptakan adalah untuk menihilkan peran Tuhan di dunia ini.

    3. Etik

    Ajaran etik epikuros tidak terlepas dari teori fisika yang ia ciptakan. Pokok ajaran etiknya adalah mencari kesenangan hidup. Kesenangan hidup ialah barang yang paling tinggi nilainya. Kesenangan hidup berarti kesenangan badaniah dan rohaniah. Badan terasa enak, jiwa terasa tentram. Yang paling penting dan mulia menurutnya ialah kesenangan jiwa.

    Tujuan etik Epicurus ini tidak lain dari didikan memperkuat jiwa untuk menghadapi segala rupa keadaan. Ia tetap berdiri dengan jiwa yang tenang, pandai memelihara tali persahabatan. Pengikut Epicurus tidak meneluh dan menangis pada meninggalnya orang yang dicintainya. Keteguhan jiwa itu diperolehnya dari keinsyafan, bahwa mati itu adalah tidak ada. Yang tidak ada, karena tidak bernilai, tidak perlu dirindukan.
    Dari ketiga ajaran Epikuros, jika diaktualisasikan ke dalam agama Islam maka akibatnya bisa fatal sekali. Seorang muslim akan menjadi atheis ketika mengikuti ajaran Epikuros ini. Di sinilah bahaya filsafat jika kita telan mentah-mentah tanpa ada proses penyaringan terlebih dahulu. Apalagi jika tidak dilandasi dengan akidah yang kuat.

    B. Mazhab Stoa (340 SM)

    Pendirinya adalah Zeno dari Kition. Ia dilahirkan di Kition pada tahun 340 sebelum Masehi. Dan meninggal di Athena pada tahun 264 SM. Ia mencapai umur 76 tahun. Awalnya ia hanyalah seorang saudagar yang suka berlayar. Suatu ketika kapalnya pecah di tengah laut. Dirinya selamat, tapi hartanya habis tenggelam. Karena itu entah mengapa ia berhenti berniaga dan tiba-tiba belajar filsafat. Ia belajar kepada Kynia dan Megaria, dan akhirnya belajar pada academia di bawah pimpinan Xenokrates, murid Plato yang terkenal.

    Setelah keluar ia mendirikan sekolah sendiri yang disebut Stoa. Nama itu diambil dari ruangan sekolahnya yang penuh ukiran Ruang, dalam bahasa Grik ialah “Stoa”. Tujuan utama dari ajaran Stoa adalah menyempurnakan moral manusia. Dalam literatur lain disebutkan bahwa pokok ajaran etik Stoa adalah bagaimana manusia hidup selaras dengan keselarasan dunia.

    Sehingga menurut mereka kebajikan ialah akal budi yang lurus, yaitu akal budi yang sesuai dengan akal budi dunia. Pada akhirnya akan mencapai citra idaman seorang bijaksana; hidup sesuai dengan alam. Ajarannya tidak jauh beda dengan Epikuros yang terdiri dari tiga bagian, yaitu logika, fisika dan etik.

    A. Logika

    Menurut kaum Stoa, logika maksudnya memperoleh kriteria tentang kebenaran. Dalam hal ini, mereka memiliki kesamaan dengan Epikuros. Apa yang dipikirkan tak lain dari yang telah diketahui pemandangan. Buah pikiran benar, apabila pemandangan itu kena, yaitu memaksa kita membenarkannya. Pemandangan yang benar ialah suatu pemandangan yang menggambarkan barang yang dipandang dengan terang dan tajam. Sehingga orang yang memandang itu terpaksa membanarkan dan menerima isinya.

    Apabila kita memandang sesuatu barang, gambarannya tinggal dalam otak kita sebagai ingatan. Jumlah ingatan yang banyak menjadi pengalaman. Kaum Stoa bertentangan pendapatnya dengan Plato dan Aristoteles. Bagi Plato dan Aristoteles pengertian itu mempunyai realita, ada pada dasarnya. Ingat misalnya ajaran Plato tentang idea. Pengertian umum, seperti perkumpulan, kampung, binatang dan lain sebagainya adalah suatu realita, benar adanya. Sedangkan menurut kaum Stoa, pengetian umum itu tidak ada realitanya, semuanya itu adalah cetakan pikiran yang subjektif untuk mudah menggolongkan barang-barang yang nyata.Hanya barang-barang yang kelihatan yang mempunyai realita, nyata adanya. Seperti orang laki-laki, orang perempuan, kuda putih, kucing hitam adalah suatu realita. Pendapat kaum Stoa ini disebut dalam filsafat pendapat nominalisme, sebagai lawan dari realisme.

    B. Fisika

    Kaum Stoa tidak saja memberi pelajaran tentang alam, tetapi juga meliputi teologi. Zeno sebagai pendiri Stoa, menyamakan Tuhan dengan dasar pembangun. Dasar pembangun ialah api yang membangun sebagai satu bagian daripada alam. Tuhan itu menyebar ke seluruh dunia sebagai nyawa, seperti api yang membangun menurut sesuatu tujuan. Semua yang ada tak lain dari api dunia itu atau Tuhan dalam berbagai macam bentuk.

    Menurut mereka dunia ini akan kiamat dan terjadi lagi berganti-ganti. Pada akhirnya Tuhan menarik semuanya kembali padanya, oleh karena itu padakebakaran dunia yang hebat, itu semuanya menjadi api. Dari api Tuhan itu, terjadi kembali dunia baru yang sampai kepada bagiannya yang sekecil-kecilnya serupa dengan dunia yang kiamat dahulu.

    C. Etik

    Inti dari filsafat Stoa adalah etiknya. Maksud etiknya itu ialah mencari dasar-dasar umum untuk bertindak dan hidup yang tepat. Kemudian malaksanakan dasar-dasar itu dalam penghidupan. Pelaksanaan tepat dari dasar-dasar itu ialah jalan untuk mengatasi segala kesulitan dan memperoleh kesenangan dalam penghidupan. Kaum Stoa juga berpendapat bahwa tujuan hidup yang tertinggi adalah memperoleh “harta yang terbesar nilainya”, yaitu kesenangan hidup.Kemerdekaan moril seseorang adalah dasar segala etik pada kaum Stoa.

    C. Skeptisisme

    Skeptis artinya ragu-ragu. Mereka ragu-ragu untuk menerima ajaran-ajaran yang dari ahli-ahli filsafat sebelumnya. Perlu diperhatikan bahwa skeptisisme sebagai suatu filsafat bukanlah sekedar keragu-raguan, melaiankan sesuatu yang bsa disebut keraguan dogmatis. Seorang ilmuwan mengatakan, “saya kira masalahnya begini dan begitu, tetapi saya tidak yakin.” Seorang yang memiliki keingintahuan intelektual berujar, “saya tidak tahu bagaimana masalahnya, tetapi saya akan berusaha mengetahuinya.” Seorang penganut Skeptis filosofis mengatakan, “tak seorang pun yang mengetahui, dan tak seorang pun yang akan bisa mengetahui.” Ini merupakan unsur dogmatisme yang menyebabkan sistem tersebut lemah. Kaum Skeptis, tentu saja, membantah bahwa mereka secara dogmatis menekankan mustahilnya pengetahuan, namun bantahan mereka tidak meyakinkan.

    Di masa Helen-Romawi ada dua sekolah Skeptis. Kedua-duanya sama pendiriannya, keduanya ragu-ragu tentang ajaran kaum klasik yang menyatakan bahwa kebenaran dapat diketahui. Tetapi dalam hal apa yang dimaksud dengan sikap ragu-ragu itu, kedua sekolah itu berbeda pahamnya. Sekolah yang satu disebut kaum skeptis aliran Pyrrhon dari Elis. Pyrrhon lahir pada tahun 360 SM dan meninggal pada tahun 270 SM. Sekolah yang kedua disebut Skeptis Akademia, karena aliran ini lahir dalam Akademia yang didirikan oleh Plato. Aliran ini lahir kira-kira seumur orang sesudah Plato meninggal. Untuk lebih lengkapnya, mari kita tinjau satu-persatu.

    Skeptis Pyrrhon

    Skeptisisme sebagai ajaran dari berbagai madzhab, dikemukakan pertama kali oleh Pyrrhon, yang pernah menjadi seradu dalam pasukan Alexandros, dan pernah bertugas bersama pasukan itu sampai ke India. Sampai di India ia mempelajari mistik India. Tidak begitu mendalam, tatapi cukup baginya untuk menentukan jalan pikirannya. Tatkala ia kembali ke Elis, kota tempat ia lahir, didirikannya sekolah filsafat. Muridnya cukup banyak. Ia sendiri tidak pernah menuliskan filsafatnya. Tatapi ajarannya itu diketahui orang dari uraian-uraian para pengikutnya.

    Menurut Pyrrhon, kebenaran tidak dapat diduga. Kita harus sangsi terhadap sesuatu yang dikatakan orang benar. Apa yang orang terima sebagai kebenaran, hanya berdasarkan kepada kebiasaan yang diterima dari orang ke orang. Rupanya saja “benar”. Karena itu orang harus sangsi terhadap hasil pikiran yang disebut benar. Pikiran itu sendiri saling bertentangan. Hal ini cukup ternyata dalam pengalaman.
    Dari dua ucapan yang bertentangan tentang sesuatu, mestilah satu yang benar dan yang lainnya salah. Dan untuk memutuskan mana yang benar dan mana yang salah dalam pertentangan pendapat yang begitu banyak, perlulah ada suatu kriteria tentang kebenaran. Kriteria itulah yang tidak ada. Oleh karena itu kebenaran tidak dapat diketahui. Maka dari itu, menurut Pyrrhon, seorang cerdik pandai hendaklah menguasai diri jangan memberi keputusan. Menjauhkan diri dari sikap memutus adalah jalanyang ditunjukkan Pyrrhon untuk mencapai kesenangan hidup.

    Skeptis Akademia

    Meskipun sekolah ini didirikan oleh Plato, tetapi generasinya tidak lagi mengusung ajaran-ajaran Plato. Para pengikut Plato, terutama di bawah pengaruh Arkesilaos lebih mengutamakan ajaran Plato yang bersifat negatif. Ajaran Arkesilaos berpangkal kepada ajaran Plato yang mengatakan bahwa dunia yang kelihatan ini adalah gambaran saja dari yang asli, bahwa pengetahuan yang didapat dari penglihatan dan pemandangan adalah bayangan pengetahuan, bukan gambaran dari pengetahuan yang sebenarnya. Pengetahuan yang sebenarnya tidak tercapai oleh manusia.

    Arkesilaos dan para pengikutnya tidak sejauh kaum sketis Pyrrhon menolak kemungkinan mencapai kebenaran. Mereka terutama menolak dogma-dogma yang dikemukakan oleh kaum Epikuros dan kaum Stoa, bahwa segala pengetahuan berdasarkan pemandangan. Mereka tidak menolak sama sekali kemungkinan untuk mencapai pengetahuan. Norma pengetahuan itu ialah “kemungkinan”.

    Kaum Skeptis aliran Arkesilaos berpendapat bahwa cita-cita orang bijaksana ialah bebas dari berbuat salah. Kaum Epikuros dan Stoa mengatakan bahwa memperoleh kebenaran yang sungguh-sungguh dengan membentuk dalam pikiran hasil pandangan. Menurut Arkesilaos yang seperti itu tidak mungkin. Kriteria daripada kebenaran tidak dapat diperoleh dari pikiran manusia. Sedangkan pikiran berdasarkan kepada bayangan saja, barang-barang yang dipikirkan itu pada dasarnya tidak dapat dikenal.

    Ketika Arkesilaos talah meninggal, ajaran itu dihidupkan lagi oleh Karneades. Ia mengatakan bahwa kriteria bagi kebenaran tidak ada. Pemandangan-pemandangan tak pernah dapat membedakan dengan shahih pandangan yang benar dan pandangan salah. Tetapi sekalipun kebenaran yang sebenarnya tidak dapat diketahui dan pengetahuan yang shahih tidak dapat dicapai, orang tak perlu bersikap menolak terus-menerus dan menjauhkan diri dari mempertimbangkan sesuatunya. Sebagai pegangan dalam hidup sehari-hari dikemukakan oleh Karneades tiga tingkat “kemungkinan.” Pertama, pemandangan itu mungkin benar. Kedua, kemungkinan itu tidak dapat dibantah. Ketiga, kemungkinan itu tidak dapat dibantah dan telah ditinjau dari segala sudut.

    PERIODE RELIGI

    Pada masa etik, agama itu dianggap sebagai sesuatu belenggu yang menanam rasa takut dalam hati manusia. Karena itu agama dipandang sebagai suatu penghalang untuk memperoleh kesenangan hidup. Dan tujuan filsafat menurut Epikuros dan Stoa harus merintis jalan ke arah mencapai kesenangan hidup.

    Didorong oleh perasaan dan keadaan bangsa Yunani dan bangsa lainnya yang senantiasa merasa tertekan di bawah kekuasaan kerajaan Roma, maka ajaran Etik tidak dapat memberikan jalan keluar. Kemudian perasaan agamalah yang akhirnya muncul sesudah beberapa abad terpendam dapat mengobati jiwa yang terluka. Mulai dari sinilah pandangan filsafat berbelok arah, dari otak turun ke hati. Keinginan untuk mengabdi kepada Tuhan hidup kembali. Perasaan menyerah kepada Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan kesenangan rohani. Perasaan bimbang hilang, cinta terikat kepada Tuhan Yang Maha Tinggi. Soal rasio tidal ada lagi, soal irasionalisme-lah yang muncul kemudian. Dengan sendirinya, fakultas filsafat berkembang ke jurusan mistik. Perasaan mistik tidak dapat dipupuk dengan pikiran yang rasional, melainkan dengan jiwa yang murni. Pada periode ini, ada tiga aliran yang berperan, yaitu aliran Neo-Pythagoras, aliran Philon, Neo-Platonisme.

      A. Aliran Neo Pythagoras

      Dinamakan Neo Pyithagoras karena ia berpangkal pada ajaran Pyithagoras yang mendidik kebatinan dengan belajar menyucikan roh. Yang mengajarkannya ialah mula-mula ialah Moderatus dan Gades, yang hidup dalam abad pertama tahun masehi. Ajaran itu kemudian diteruskan oleh Nicomachos dari Gerasa.
      Untuk mendidik perasaan cinta dan mengabdi kepada Tuhan, orang harus menghidupkan dalam perasaannya jarak yang jauh antara Tuhan dan manusia. Makin besar jarak itu makin besar cinta kepada Tuhan. Dalam mistik ini, tajam sekali dikemukakan perbedaan antara Tuhan dan manusia, Tuhan dan barang. Bedanya Tuhan dan manusia digambarkan dalam mistik neo Pythagoras sebagai perbedaan antara yang sebersih-bersihnya dengan yang bernoda. Yang sebersih-bersihnya adalah Tuhan, yang bernoda ialah manusia.
      Menurut mereka, Tuhan sendiri tidak membuat bumi ini. sebab apabila Tuhan membuat bumi ini , berarti ia mempergunakan barang yang bernoda sebagai bahannya. Dunia ini dibuat oleh pembantunya, yaitu Demiourgos. Kaum ini percaya bahwa jiwa ini akan hidup selama-lamanya dan pindah-pindah dari angkatan makhluk turun temurun. Kepercayaan inilah yang menjadi pangkal ajaran mereka tentang inkarnasi.
      B. Aliran Neo Platonisme
      Secara keseluruhan Hellenisme Romawi mempunyai corak yang sama, dalam perkembangannya dapat di bagi kedalam tiga masa. Masa pertama inilah abad ke-5 sampai pertengahan abad sebelum masehi. Aliran-aliran yang terdapat di dalamnya ialah:

      1. Aliran epicure è pendirinya Epicurus. Ajarannya ialah kebahagiaan manusia merupakan tujuan yang utama
      2. Aliran Stoa è pendirinya Zeno. Ajarannya ialah agar manusia jangan sampai bisa digerakkan atau kesediaan (jadi menahan diri dalam menghadapinya) dan menyerahkan diri tanpa syarat kepada suatu keharusan yang tidak bisa ditolak dan yang menguasai segala sesuatu.

      Aliran ini merupakan rangkaian terakhir di fase Hellenisme Romawi, yaitu fase mengulang yang lama, bukan fase yang menciptakan yang baru. Aliran ini juga masih berkisar pada filsafat yunani, tasawuf timur, dan memilih dari sana-sini kemudian digabungkan. Karenaa dasar filsafatnya ialah kepercayaan rakyat yang yang mempercayai kekuasaan yang banyak. Karena sistem pilihan ini pula, maka didalam neo-platonisme tasawuf timur. Jadi, neo-platonisme mengandung unsur-unsur kemanusiaan (hasil usaha pemikiran manusia), keagamaan, dan keberhasilan (bukan agama langit).
      Neo-platonisme dengan unsur-unsur tersebut datang dan bersatu dengan kaum muslimin melalui aliran masehi timur dekat, tetapi dengan baju lain, yaitu tasawuf timur dan pengakuan akan keesaan Tuhan, yang pertama dengan ketunggalan yang sebenar-benarnya. Perbedaan neo-platonisme dengan aliran iskandaria yang berkembang sejak pertengahan abad ke-4 sampai pertengahan abad ke-7 ialah:
      Neo-Platonisme
      Aliran Iskandariah

      1. berkisar pada segi metafisika pada filsafat yunani yang mungkin dalam beberapa hal berlawanan dengan agama masehi.
      2. lebih banyak mendasarkan pikirannya pada seleksi dan pemaduan
      3. lebih condong kepada matematika serta ilmu alam, meninggalkan lapangan metafiika, dan tidak berlawanan dengan agama masehi.
      4. lebih banyak membuat ulasan-ulasan terhadap pikiran-pikiran filsafat.

      Platinus adalah tokoh yang terpenting. Ia mendasarkan atas dua dialektika (dua jalan), ayitu
      · Dialektika menurun
      · Dealektika menarik

      Dialektika menurun digunakan untuk menjelaskan wujud tertinggi (the highest being, atau thhe first, atau Attabiatul-ula, atau wujudul Awwal) dan carakeluarnya alam dari-Nya.
      Dengan penjelasan terhadap wujud tertinggi itu Platonus terkenal dengan teorinya yang Esa atau Esanya Platonus. Dengan penjelasan kedua, yaitu keluarnya alam dari yang esa, ia sampai kepada kesimpulan bahwa semua wujud, termasuk didalamnya wujud pertama (Tuhan), merupakan rangkaian mata rantai yang kuat erat, dan terkenaal dengan istilah kesatuan wujud (wihdatul-wujud).
      Pada akhir masa kuno. Neo-platonisme merupakan aliran intelektual yang dominan di hampir seluruh wilayah Hellenistik, sehingga seakan-akan neo-platonisme bersaingan dengan pandangan dunia yang berdasarkan agama kristen. Perhyrios (232-301 M) murid platinus menulis suatu karya yang dengan tajam menyerang agama kristen.
      Namun pada tahun 529 M kaisar Jurtianus dari Byzantium pelindung agama kristen menutup semua sekolah filsafat Yunani di Athena. Peristiwa itu diangagap sebagai akhir masa yunani purba.

    1. Manajemen Konflik – Penyebab dan Pengelolaan Konflik

      Manajemen Konflik

      Konflik merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindarkan dalam kehidupan. Bahkan sepanjang kehidupan, manusia senantiasa dihadapkan dan bergelut dengan konflik. Demikian halnya dengan kehidupan organisasi. Anggota organisasi senantiasa dihadapkan pada konflik. Perubahan atau inovasi baru sangat rentan menimbulkan konflik (destruktif), apalagi jika tidak disertai pemahaman yang memadai terhadap ide-ide yang berkembang.

      Menurut Webster (1966) dalam Dean G. Pruitt dan Feffrey Z. Rubin, istilah “conflict” dalam bahasa aslinya berarti suatu “perkelahian, peperangan, atau perjuangan” yaitu berupa konfrontasi fisik antara beberapa pihak. Arti kata itu kemudian berkembang menjadi “ketidaksepakatan yang tajam atau oposisi atas berbagai kepentingan”.

      Dean G. Pruitt dan Feffrey Z. Rubin memaknai konflik sebagai persepsi mengenai perbedaan kepentingan (perceived divergence of interest) atau suatu kepercayaan bahwa aspirasi pihak-pihak yang berkonflik tidak dapat dicapai secara simultan. Konflik dapat terjadi pada berbagai macam keadaan dan pada berbagai tingkat kompleksitas. Konflik merupakan sebuah duo yang dinamis.

      Manajemen konflik sangat berpengaruh bagi anggota organisasi. Pemimpin organisasi dituntut menguasai manajemen konflik agar konflik yang muncul dapat berdampak positif untuk meningkatkan mutu organisasi.

      Manajemen konflik merupakan serangkaian aksi dan reaksi antara pelaku maupun pihak luar dalam suatu konflik. Manajemen konflik termasuk pada suatu pendekatan yang berorientasi pada proses yang mengarahkan pada bentuk komunikasi (termasuk tingkah laku) dari pelaku maupun pihak luar dan bagaimana mereka mempengaruhi kepentingan (interests) dan interpretasi. Bagi pihak luar (di luar yang berkonflik) sebagai pihak ketiga, yang diperlukannya adalah informasi yang akurat tentang situasi konflik. Hal ini karena komunikasi efektif di antara pelaku dapat terjadi jika ada kepercayaan terhadap pihak ketiga.

      Menurut Ross (1993), manajemen konflik merupakan langkah-langkah yang diambil para pelaku atau pihak ketiga dalam rangka mengarahkan perselisihan ke arah hasil tertentu yang mungkin atau tidak mungkin menghasilkan suatu akhir berupa penyelesaian konflik dan mungkin atau tidak mungkin menghasilkan ketenangan, hal positif, kreatif, bermufakat, atau agresif. Manajemen konflik dapat melibatkan bantuan diri sendiri, kerjasama dalam memecahkan masalah (dengan atau tanpa bantuan pihak ketiga) atau pengambilan keputusan oleh pihak ketiga. Suatu pendekatan yang berorientasi pada proses manajemen konflik menunjuk pada pola komunikasi (termasuk perilaku) para pelaku dan bagaimana mereka mempengaruhi kepentingan dan penafsiran terhadap konflik.

      Sementara Minnery (1980:220) menyatakan bahwa manajemen konflik merupakan proses, sama halnya dengan perencanaan kota merupakan proses. Minnery (1980:220) juga berpendapat bahwa proses manajemen konflik perencanaan kota merupakan bagian yang rasional dan bersifat iteratif, artinya bahwa pendekatan model manajemen konflik perencanaan kota secara terus menerus mengalami penyempurnaan sampai mencapai model yang representatif dan ideal.

      Sama halnya dengan proses manajemen konflik yang telah dijelaskan diatas, bahwa manajemen konflik meliputi beberapa langkah yaitu: penerimaan terhadap keberadaan konflik (dihindari atau ditekan / didiamkan), klarifikasi karakteristik dan struktur konflik, evaluasi konflik (jika bermanfaat maka dilanjutkan dengan proses selanjutnya), menentukan aksi yang dipersyaratkan untuk mengelola konflik, serta menentukan peran perencana sebagai partisipan atau pihak ketiga dalam mengelola konflik.

      Transformasi Konflik

      Fisher dkk (2001:7) menggunakan istilah transformasi konflik secara lebih umum dalam menggambarkan situasi secara keseluruhan, yaitu:
      Pencegahan Konflik, bertujuan untuk mencegah timbulnya konflik yang keras
      Penyelesaian Konflik, bertujuan untuk mengakhiri perilaku kekerasan melalui persetujuan damai.
      Pengelolaan Konflik, bertujuan untuk membatasi dan menghindari kekerasan dengan mendorong perubahan perilaku positif bagi pihak-pihak yang terlibat.
      Resolusi Konflik, menangani sebab-sebab konflik dan berusaha membangun hubungan baru dan yang bisa tahan lama diantara kelompok-kelompok yang bermusuhan.
      Transformasi Konflik, mengatasi sumber-sumber konflik sosial dan politik yang lebih luas dan berusaha mengubah kekuatan negatif dari peperangan menjadi kekuatan sosial dan politik yang positif.
      Tahapan-tahapan diatas merupakan satu kesatuan yang harus dilakukan dalam mengelola konflik. Sehingga masing-masing tahap akan melibatkan tahap sebelumnya misalnya pengelolaan konflik akan mencakup pencegahan dan penyelesaian konflik.

      Proses Manajemen Konflik
      Sementara Minnery (1980:220) menyatakan bahwa manajemen konflik merupakan proses, sama halnya dengan perencanaan merupakan proses. Minnery (1980:220) juga berpendapat bahwa proses manajemen konflik perencanaan merupakan bagian yang rasional dan bersifat iteratif, artinya bahwa pendekatan model manajemen konflik perencanaan secara terus menerus mengalami penyempurnaan sampai mencapai model yang representatif dan ideal.

      Sama halnya dengan proses manajemen konflik yang telah dijelaskan diatas, bahwa manajemen konflik perencanaan meliputi beberapa langkah yaitu: penerimaan terhadap keberadaan konflik (dihindari atau ditekan/didiamkan), klarifikasi karakteristik dan struktur konflik, evaluasi konflik (jika bermanfaat maka dilanjutkan dengan proses selanjutnya), menentukan aksi yang dipersyaratkan untuk mengelola konflik, serta menentukan peran perencana sebagai partisipan atau pihak ketiga dalam mengelola konflik.

      Keseluruhan proses tersebut berlangsung dalam konteks perencanaan dan melibatkan perencana sebagai aktor yang mengelola konflik baik sebagai partisipan atau pihak ketiga.

      Teori-Teori Utama Mengenai Sebab-sebab Konflik
      Teori Hubungan Masyarakat. Menganggap bahwa konflik disebabkan oleh polarisasi yang terus terjadi, ketidakpercayaan dan permusuhan di antara kelompok yang berbeda dalam suatu masyarakat. Sasaran: meningkatkan komunikasi dan saling pengertian antara kelompok yang mengalami konflik, serta mengusahakan toleransi dan agar masyarakat lebih bisa saling menerima keragaman yang ada didalamnya.
      Teori Kebutuhan Manusia. Menganggap bahwa konflik yang berakar disebabkan oleh kebutuhan dasar manusia (fisik, mental dan sosial) yang tidak terpenuhi atau dihalangi. Hal yang sering menjadi inti pembicaraan adalah keamanan, identitas, pengakuan, partisipasi, dan otonomi. Sasaran: mengidentifikasi dan mengupayakan bersama kebutuhan mereka yang tidak terpenuhi, serta menghasilkan pilihan-pilihan untuk memenuhi kebutuhan itu.
      Teori Negosiasi Prinsip. Menganggap bahwa konflik disebabkan oleh posisi-posisi yang tidak selaras dan perbedaan pandangan tentang konflik oleh pihak-pihak yang mengalami konflik. Sasaran: membantu pihak yang berkonflik untuk memisahkan perasaan pribadi dengan berbagai masalah dan isu dan memampukan mereka untuk melakukan negosiasi berdasarkan kepentingan mereka daripada posisi tertentu yang sudah tetap. Kemudian melancarkan proses kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak atau semua pihak.
      Teori Identitas. Berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh identitas yang terancam, yang sering berakar pada hilangnya sesuatu atau penderitaan di masa lalu yang tidak diselesaikan. Sasaran: melalui fasilitas lokakarya dan dialog antara pihak-pihak yang mengalami konflik, sehingga dapat mengidentifikasi ancaman dan ketakutan di antara pihak tersebut dan membangun empati dan rekonsiliasi di antara mereka.
      Teori Kesalahpahaman Antarbudaya. Berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh ketidakcocokan dalam cara-cara komunikasi di antara berbagai budaya yang berbeda. Sasaran: menambah pengetahuan kepada pihak yang berkonflik mengenai budaya pihak lain, mengurangi streotip negatif yang mereka miliki tentang pihak lain, meningkatkan keefektifan komunikasi antarbudaya.
      Teori Transformasi Konflik. Berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh masalah-masalah ketidaksetaraan dan ketidakadilan yang muncul sebagai masalah sosial, budaya dan ekonomi.
      Penyebab Konflik
      Konflik dapat terjadi hanya karena salah satu pihak memiliki aspirasi tinggi karena alternatif yang bersifat integrative dinilai sulit didapat. Ketika konflik semacam ini terjadi, maka ia akan semakin mendalam bila aspirasi sendiri atau aspirasi pihak lain bersifat kaku dan menetap.

      Aspirasi dapat mengakibatkan konflik karena salah satu dari dua alasan, yaitu masing-masing pihak memiliki alasan untuk percaya bahwa mereka mampu mendapatkan sebuah objek bernilai untuk diri mereka sendiri atau mereka percaya bahwa berhak memeiliki objek tersebut. Pertimbangan pertama bersifat realistis, sedangkan pertimbangan kedua bersifat idealis.
      Faktor Manusia: Ditimbulkan oleh atasan, terutama karena gaya kepemimpinannya, Personil yang mempertahankan peraturan-peraturan secara kaku, dan timbul karena ciri-ciri kepriba-dian individual, antara lain sikap egoistis, temperamental, sikap fanatik, dan sikap otoriter.
      Faktor Organisasi
      Persaingan dalam menggunakan sumberdaya. Apabila sumberdaya baik berupa uang, material, atau sarana lainnya terbatas atau dibatasi, maka dapat timbul persaingan dalam penggunaannya. Ini merupakan potensi terjadinya konflik antar unit/departemen dalam suatu organisasi.
      Perbedaan tujuan antar unit-unit organisasi. Tiap-tiap unit dalam organisasi mempunyai spesialisasi dalam fungsi, tugas, dan bidangnya. Perbedaan ini sering mengarah pada konflik minat antar unit tersebut. Misalnya, unit penjualan menginginkan harga yang relatif rendah dengan tujuan untuk lebih menarik konsumen, sementara unit produksi menginginkan harga yang tinggi dengan tujuan untuk memajukan perusahaan.
      Interdependensi Tugas. Konflik terjadi karena adanya saling ketergantungan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya. Kelompok yang satu tidak dapat bekerja karena menunggu hasil kerja dari kelompok lainnya.
      Perbedaan Nilai dan Persepsi. Suatu kelompok tertentu mempunyai persepsi yang negatif, karena merasa mendapat perlakuan yang tidak “adil”. Para manajer yang relatif muda memiliki presepsi bahwa mereka mendapat tugas-tugas yang cukup berat, rutin dan rumit, sedangkan para manajer senior mendapat tugas yang ringan dan sederhana.
      Kekaburan Yurisdiksional. Konflik terjadi karena batas-batas aturan tidak jelas, yaitu adanya tanggung jawab yang tumpang tindih.
      Masalah “status”. Konflik dapat terjadi karena suatu unit/departemen mencoba memperbaiki dan meningkatkan status, sedangkan unit/departemen yang lain menganggap sebagai sesuatu yang mengancam posisinya dalam status hirarki organisasi.
      Hambatan Komunikasi. Hambatan komunikasi, baik dalam perencanaan, pengawasan, koordinasi bahkan kepemimpinan dapat menimbulkan konflik antar unit/ departemen.
      Akibat Konflik
      Dampak Negatif: Menghambat komunikasi, Mengganggu kohesi (keeratan hubungan), Mengganggu kerjasama atau “team work”, Mengganggu proses produksi, bahkan dapat menurunkan produksi. Menumbuhkan ketidakpuasan terhadap pekerjaan. Individu atau personil menga-lami tekanan (stress), mengganggu konsentrasi, menimbulkan kecemasan, mangkir, menarik diri, frustrasi, dan apatisme. Apabila konflik mengarah pada kondisi destruktif, maka hal ini dapat berdampak pada penurunan efektivitas kerja dalam organisasi baik secara perorangan maupun kelompok, berupa penolakan, resistensi terhadap perubahan, apatis, acuh tak acuh, bahkan mungkin muncul luapan emosi destruktif, berupa demonstrasi.
      Dampak Positif: Membuat organisasi tetap hidup dan harmonis, Berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan, Melakukan adaptasi, sehingga dapat terjadi perubahan dan per-baikan dalam sistem dan prosedur, mekanisme, program, bahkan tujuan organisasi, Memunculkan keputusan-keputusan yang bersifat inovatif. Memunculkan persepsi yang lebih kritis terhadap perbedaan pendapat. Konflik bisa jadi merupakan sumber energi dan kreativitas yang positif apabila dikelola dengan baik. Misalnya, konflik dapat menggerakan suatu perubahan: Membantu setiap orang untuk saling memahami tentang perbedaan pekerjaan dan tanggung jawab mereka, Memberikan saluran baru untuk komunikasi, Menumbuhkan semangat baru pada staf, Memberikan kesempatan untuk menyalurkan emosi, Menghasilkan distribusi sumber tenaga yang lebih merata dalam organisasi.
      Strategi Mengatasi Konflik
      Munculnya konflik tidak selalu bermakna negatif, artinya jika konflik dapat dikelola dengan baik, maka konflik dapat memberi kontribusi positif terhadap kemajuan sebuah organisasi.

      Beberapa strategi mengatasi konflik antara lain adalah:
      Contending (bertanding) yaitu mencoba menerapkan solusi yang lebih disukai salah satu pihak atau pihak lain;
      Yielding (mengalah) yaitu menurunkan aspirasi sendiri dan bersedia menerima kurang dari apa yang sebetulnya diinginkan;
      Problem Solving (pemecahan masalah) yaitu mencari alternatif yang memuaskan aspirasi kedua belah pihak;
      With Drawing (menarik diri) yaitu memilih meninggalkan situasi konflik baik secara fisik maupun psikologis. With drawing melibatkan pengabaian terhadap kontroversi.
      Inaction (diam) tidak melakukan apapun, dimana masing-masing pihak saling menunggu langkah berikut dari pihak lain, entah sampai kapan.
      Konflik Sebagai Suatu Oposisi
      Konflik dapat dikatakan sebagai suatu oposisi atau pertentangan pendapat antara orang-orang, kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi, yang disebabkan oleh adanya berbagai macam perkembangan dan perubahan dalam bidang manajemen serta menimbulkan perbedaan pendapat, keyakinan, dan ide.

      Dalam pada itu, ketika individu bekerja sama satu sama lain dalam rangka mewujudkan tujuannya, maka wajar seandainya dalam waktu yang cukup lama terjadi perbedaan-perbedaan pendapat di antara mereka. Ibarat piring, banyak yang pecah atau retak, hanya karena bersentuhan dengan piring lainnya.

      Tahap-Tahap Berlangsungnya Konflik
      Menurut Mulyasa pada umumnya konflik berlangsung dalam lima tahap, yaitu tahap potensial, konflk terasakan, pertenangan, konflik terbuka, dan akibat konflik.
      Tahap Potensial, yaitu munculnya perbedaan di antara individu, organisasi, dan lingkunan merupakan potensi terjadinya konflik;
      Konflik Terasakan, yaitu kondisi ketika perbedaan yang muncul dirasakan oleh individu, dan mereka mulai memikirkannya;
      Pertentangan, yaitu ketika konflik berkembang menjadi perbedaan pendapat di anatara indivi

    2. Teori Belajar Vygotsky

      Teori Belajar Vygotsky

      Teori belajar Vygotsky adalah teori belajar yang dikenal sebagai Interaksi Sosial dalam proses pembentukan pemahaman dan pengetahuan peserta didik. Teori ini diperkenalkan leh Psikologi Uni Soviet, Lev Vygostky.

      Teori Belajar Vygotsky

      Vygotsky berpendaptkan bahwa interkasi “internal” dan “eksternal” Peserta didik memiliki peran penting dalam pembentukan perilaku peserta didik. Perilaku ini juga ikut berpengaruh dari hasil belajar peserta didik yang dipengaruhi oleh proses pembelajaran di dalam kelas.

      Hasil belajar pada dasarnya didasari oleh aktifitas belajar peserta didik, dengan demikian peserta didik aktif akan mendapatkan hasil belajar lebih baik daripada peserta didik yang pasif. Pola pikir tidak hanya berasal dari kemampuan kognitif peserta didik itu sendiri namun juga dipengaruhi aspek luar. Aspek yang paling besar yang berpengaruh adalah interkasi peserta didik dengan orang lain dan yang paling dominan beraktifitas dengan mereka. Dengan demikian orang-orang tersebut adalah teman sebaya (teman bergaul), orang dewasa dan guru.

      1. Zone of Proximal Development (ZPD): Konsep ini merujuk pada jarak antara apa yang seorang individu dapat lakukan secara mandiri dan apa yang dapat mereka lakukan dengan bantuan seseorang yang lebih berpengalaman. ZPD adalah wilayah di mana pembelajaran terbaik terjadi karena ada dorongan untuk mencapai kemampuan baru dengan bantuan sesama yang lebih kompeten.
      2. Peran Interaksi Sosial: Vygotsky percaya bahwa pembelajaran terjadi melalui interaksi dengan orang lain yang lebih berpengalaman atau yang memiliki pengetahuan yang lebih maju. Hal ini dapat terjadi melalui kolaborasi, diskusi, atau bimbingan.
      3. Peran Bahasa: Bahasa dipandang sebagai alat utama dalam perkembangan kognitif. Bahasa membantu dalam internalisasi pengetahuan dan pengertian, memungkinkan individu untuk berpikir tentang dan mengatur pengalaman mereka.
      4. Peran Budaya: Budaya memainkan peran penting dalam pembentukan pikiran dan perilaku individu. Norma, nilai, dan praktik budaya memengaruhi cara individu memahami dunia.
      5. Internalisasi: Proses internalisasi melibatkan konversi pengetahuan yang diperoleh dari interaksi sosial menjadi pengetahuan yang dimiliki individu. Ini berarti bahwa pengetahuan yang sebelumnya diperoleh melalui interaksi eksternal akhirnya menjadi bagian dari pemahaman internal individu.
      6. Peran Instruksi: Instruksi yang disesuaikan dengan ZPD memainkan peran penting dalam memfasilitasi pembelajaran. Instruksi harus diarahkan untuk memajukan siswa dari level pemahaman saat ini mereka ke tingkat pemahaman yang lebih tinggi.
      7. Peran Mainan: Vygotsky sangat menyoroti peran mainan dalam perkembangan anak. Dia menganggap mainan sebagai alat yang penting untuk mengaktifkan imajinasi, kreativitas, dan pembelajaran konsep-konsep abstrak melalui permainan sosial.

      A. Zone of Proximal Development

      Zone of proximal developmnet (ZPD) merupakan celah antara actual development dan potensial development, dimana antara apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang dewasa dan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang dewasa atau kerjasama dengan teman sebaya.

      Maksud dari ZPD adalah menitikberatkan ZPD pada interaksi sosial akan dapat memudahkan perkembangan anak. Ketika siswa mengerjakan pekerjaanya di sekolah sendiri, perkembangan mereka kemungkinan akan berjalan lambat. Untuk memaksimalkan perkembangan, siswa seharusnya bekerja dengan teman yang lebih terampil yang dapat memimpin secara sistematis dalam memecahkan masalah yang lebih kompleks.

      B. Scaffolding

      Teori Vygotsky yang lain adalah “scaffolding“. Scaffolding merupakan suatu istilah pada proses yang digunakan orang dewasa untuk menuntun anak-anak melalui Zone of proximal developmentnya.

      Scaffolding adalah memberikan kepada seseorang anak sejumlah besar bantuan selama tahap – tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan tersebut dan memberikan kesempatan kepada anak tersebut mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia mampu mengerjakan sendiri. Bantuan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan menguraikan masalah ke dalam bentuk lain yang memungkinkan siswa dapat mandiri.

      Vygotsky mengemukakan tiga kategori pencapaian siswa dalam upayanya memecahkan permasalahan, yaitu:

      1. siswa mencapai keberhasilan dengan baik
      2. siswa mencapai keberhasilan dengan bantuan
      3. siswa gagal meraih keberhasilan

      Berikut adalah konsep utama dan prinsip-prinsip dalam teori Vygotsky :

      1. Beberapa proses kognitif yang terlihat unik dan berbeda dengan orang lain. Vygotsky membedakan dua jenis proses atau fungsi kognisi . Banyak jenis menunjukkan fungsi mental yang rendah: belajar dan menanggapi lingkungan tertentu dengan cara dasar – mencari makanan apa yang dimakan , bagaimana cara terbaik untuk mendapatkan dari satu tempat ke tempat lain , dan seterusnya. Tapi manusia unik dalam penggunaan fungsi mental yang lebih tinggi : secara sengaja. focus pada proses kognitif yang meningkatkan belajar , memori, dan penalaran logis Dalam pandangan Vygotsky , fungsi mental yang rendah dimiliki dibangun secara biologis/diwariskan, tapi masyarakat dan budaya mempunyai pengaruh penting untuk pengembangan fungsi mental yang lebih tinggi .
      2. Melalui kedua percakapan informal dan pendidikan formal , orang dewasa menyampaikan kepada anak-anak cara-cara budaya mereka menafsirkan dan menanggapi dunia . Untuk meningkatkan fungsi mental yang lebih tinggi , orang dewasa mengajarkan pada anak-anak makna/nilai yang menempel pada benda, peristiwa , dan pengalaman manusia pada umumnya . Dalam prosesnya , mereka berubah atau memediasi situasi pertemuan dengan anak . Makna yang disampaikan melalui berbagai mekanisme , termasuk bahasa ( kata-kata yang diucapkan ,menulis, dll ) , simbol matematika , seni, musik , dan sebagainya. Percakapan informal adalah salah satu metode umum yang relevan di mana orang dewasa menyampaikan budaya untuk menafsirkan keadaan tertentu . Tapi pendidikan formal tidak kalah pentingnya bagi Vygotsky, di mana guru secara sistematis menanamkan ide, konsep , dan terminologi yang digunakan dalam berbagai disiplin akademis .
      3. Setiap kebudayaan melewati sarana fisik dan kognitif yang membuat hidup bersama setiap hari lebih efektif dan efisien. Tidak hanya orang dewasa mengajari anak-anak cara-cara khusus untuk menafsirkan pengalaman tetapi mereka juga menyampaikan alat khusus yang dapat membantu anak mengatasi berbagai tugas dan masalah mereka yang cenderung untuk dihadapi. Beberapa alat , seperti gunting , mesin jahit , dan komputer , adalah benda-benda fisik . Lainnya, seperti sistem penulisan, sistem nomor,dan peta, melibatkan simbol-simbol sebagai serta identitas fisik . Dalam pandangan Vygotsky , memperoleh alat yang setidaknya sebagian simbolik maupun mental di alam – kognitif sebagai alat yang sangat meningkatkan kemampuan berpikir anak-anak . suatu Budaya yang berbeda menyampaikan alat kognitif yang berbeda. Jadi teori Vygotsky menuntun kita untuk berharap banyak keragaman kemampuan khusus kognitif anak-anak sebagai hasil dari mereka yang bervariasi latar belakang budaya. Misalnya, anak lebih mungkin untuk memperoleh keterampilan membaca peta – peta jika (mungkin dari jalan, sistem kereta bawah tanah , dan pusat perbelanjaan) adalah bagian penting dari komunitas mereka dan kehidupan keluarga ( Liben & Myers , 2007) . Dan anak-anak belajar menghitung dan berhitung operasi ( misalnya, penambahan , perkalian ) hanya dalam budaya yang memiliki jumlah yang tepat sistem yang sistematis memberikan simbol yang berbeda untuk jumlah yang berbeda ( M. Cole , 2006; Pinker , 2007) .
      4. Pemikiran dan bahasa menjadi semakin saling tergantung dalam beberapa tahun pertama kehidupan . satu alat yang kognitif sangat penting adalah bahasa. Bagi kita sebagai orang dewasa , pemikiran dan bahasa saling berhubungan. Selain itu, biasanya kita mengungkapkan pikiran kita ketika kita berkomunikasi dengan yang lain , Pada tahun-tahun awal kehidupan , berpikir terjadi secara independen dari bahasa , dan ketika bahasa muncul , itu pertama kali digunakan terutama sebagai sarana komunikasi bukan sebagai mekanisme pemikiran . Tapi kadang-kadang sekitar usia 2 tahun , pemikiran dan bahasa menjadi saling terkait : Anak mulai untuk mengungkapkan pikiran mereka ketika mereka berbicara, dan mereka mulai berpikir dari segi kata-kata . Ketika berpikir dan berbahasa , anak-anak sering berbicara untuk diri mereka sendiri dan dalam melakukan jadi mungkin tampak berbicara dalam ” egosentris ” cara jelas Piaget . Dalam pandangan Vygotsky , seperti self-talk ( juga dikenal sebagai pidato pribadi ) memainkan peran penting dalam perkembangan kognitif . Dengan berbicara kepada diri mereka sendiri , anak-anak belajar untuk membimbing dan mengarahkan perilaku mereka sendiri melalui tugas yang sulit dan manuver yang kompleks dalam banyak cara yang sama bahwa orang dewasa telah membimbing mereka sebelumnya. Self-talk akhirnya berkembang menjadi inner speech , di mana anak-anak berbicara sendiri lewat mental bukan lewat suara . Artinya , mereka terus mengarahkan diri secara verbal melalui tugas dan kegiatan , tetapi yang lain tidak bisa lagi melihat dan mendengar yang mereka melakukan.
      5. Proses mental Kompleks muncul dari kegiatan sosial , seperti anak-anak mengembangkan , mereka secara bertahap internalisasi proses yang mereka gunakan dalam konteks sosial dan mulai menggunakannya secara mandiri . Vygotsky diusulkan bahwa fungsi mental yang lebih tinggi memiliki akar dalam interaksi sosial . Sebagai anak-anak,mereka mendiskusikan benda, peristiwa, tugas,dan masalah dengan orang dewasa dan lainnya. sering dalam konteks budaya sehari-hari kegiatan mereka secara bertahap dimasukkan ke dalam cara mereka sendiri memikirkan cara-cara di mana orang-orang di sekitar mereka berbicara tentang dan menafsirkan dunia, dan mereka mulai menggunakan kata-kata , konsep, simbol , dan strategi pada dasarnya, kognitif alat yang khas untuk budaya mereka. Proses melalui mana kegiatan sosial berkembang menjadi kegiatan mental internal disebut internalisasi.
      6. Anak-anak berpikir sesuai budaya mereka dan cara mereka sendiri. Anak-anak tentu tidak menginternalisasi apa yang mereka lihat dan dengar dalam konteks sosial . Sebaliknya , mereka sering mengubah ide, strategi , dan alat-alat kognitif lainnya untuk memenuhi kebutuhan dan dengan tujuan merka sendiri. Teori Vygotsky memiliki unsur konstruktivis untuk itu . Istilah apropriasi mengacu pada proses ini internalisasi tetapi juga mengadaptasi ide-ide dan strategi budaya seseorang untuk digunakan sendiri.
      7. Anak-anak dapat menyelesaikan tugas-tugas lebih sulit ketika mereka memiliki bantuan dari banyak orang yang lebih paham/pandai dan kompeten dari diri mereka . Vygotsky membedakan antara dua jenis tingkat kemampuan yang mencirikan keterampilan anak-anak pada setiap titik tertentu dalam perkembangan. tingkat perkembangan seorang anak adalah batas atas tugas-tugas yang ia dapat melakukan secara mandiri , tanpa bantuan dari orang lain . Tingkat seorang anak perkembangan potensial adalah batas atas tugas bahwa dia dapat melakukan dengan bantuan individu yang lebih kompeten . Untuk mendapatkan yang benar rasa perkembangan kognitif anak , Vygotsky menyarankan , kita harus menilai kemampuan mereka baik saat melakukan sendirian dan ketika tampil dengan bantuan .
      8. Tugas Menantang mendorong pertumbuhan kognitif yang maksimal. Berbagai tugas bahwa anak-anak belum biasa melakukan secara mandiri tetapi dapat melakukan dengan bantuan dan bimbingan dari orang lain , di terminologi Vygotsky, zona perkembangan proksimal ( ZPD) ( lihat Gambar berikut ) . ZPD Seorang anak termasuk belajar dan kemampuan pemecahan masalah yang baru mulai muncul dan mengembangkan kemampuan secara matang .ZPD setiap anak akan berubah seiring waktu . sebagai beberapa tugas yang dikuasai, yang lebih kompleks akan muncul untuk menyajikan tantangan baru . Singkatnya , itu adalah tantangan dalam hidup , daripada keberhasilan mudah, yang mempromosikan perkembangan kognitif .
      9. Bermain memungkinkan anak-anak untuk ” meregangkan “ kognitif sendiri. Dalam bermain anak selalu berperilaku melampaui rata-rata usianya, di atas perilaku sehari-hari, dalam bermain itu seolah-olah dia adalah kepala lebih tinggi dari dirinya sendiri ” ( Vygotsky , 1978, hlm.102) Selain itu, karena anak-anak bermain, perilaku mereka harus mengikuti standar atau harapan tertentu. Pada tahun-tahun awal sekolah dasar , anak-anak sering bertindak sesuai dengan bagaimana seorang ayah,guru,atau pelayan akan berperilaku. Dalam pertandingan grup terorganisir dan olahraga yang datang kemudian, anak-anak harus mengikuti set spesifik aturan. Dengan berpegang pada batasan tertentu pada perilaku mereka, anak-anak belajar untuk merencanakan ke depan, untuk berpikir sebelum bertindak, dan untuk terlibat dalam menahan diri – keterampilan yang penting untuk partisipasi sukses di dunia orang.
      10. Implementasi teori Vygotsky dalam pembelajaran:
      11. Pembelajaran kooperatif antar siswa tertata dengan baik, sehingga siswa dapat saling berinteraksi dan saling memunculkan strategi – strategi pemecahan masalah yang efektif dalam masing-masing zone of proximal development mereka
      12. Pendekatan Vygotsky dalam pembelajaran menerapkan scafolding yaitu pemberian sejumlah besar bantuan pada siswa pada awal bantuan pembelajarn, kemudian siswa mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar setelah ia dapat melakukannya.
      13. Memaklumi adanya perbedaan perbedaan individu dalam hal kemajuan pemahaman.

      C. Contoh Implementasi Teori Belajar Sosial Vigotsky

      Penerapan Teori Vigotsky (Kognitif) dalam Pembelajaran IPA di SD

      Standar Kompetensi : Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya/model.

      Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan sifat – sifat cahaya

      Indikator : Mendiskripsikan dan mendemontrasikan sifat – sifat cahaya yang mengenai berbagai benda

      Uraian materi

      Materi Esensial

      Sebuah benda dapat dilihat karena adanya cahaya, yang memancar atau dipantulkan dari benda tersebut,yang sampai ke mata. Sumber cahaya adalah benda – benda yang dapat mengeluarkan cahaya sendiri. Contohnya matahari, lampu dan lilin.

      Cahaya memiliki sifat – sifat diantaranya :

      Ø Cahaya dapat merambat lurus.

      Lintasan cahaya dapat disebut sinar atau berkas cahaya. Contohnya sebagai berikut:

      1. Cahaya yang masuk melalui celah – celah jendela merambat lurus.
      2. Pergantian siang dan malam. Matahari memancarkan cahaya ke segala arah.

      Sebagian matahari terpancar lurus menuju bumi. Belahan bumi yang terkena cahaya matahari akan terjadi siang. Adapun belahan bumi yang tidak terkena cahaya matahari akan terjadi malam.

      Ø Cahaya menembus benda bening

      Benda – benda yang dapat ditembus cahaya disebut benda bening. Contohnya air bening, kaca, gelas bening, plastik bening, dan botol bening. Benda – benda yang tidak dapat ditembus cahaya desebut benda gelap. Contohnya kertas, air susu dan air kopi. Benda yang tidak tembus cahaya apabila dikenai cahaya akan membentuk suatu bayangan karena tidak dapat meneruskan cahaya yang mengenainya

      Ø Cahaya dapat dibiaskan

      Pembiasan cahaya adalah pembelokan atau perubahan arah rambat cahaya ketika melalui dua medium yang berbeda keraptannya. Medium cahaya adalah zat perantara yang dilalui cahaya. Medium zat padat lebih rapat daripada medium air. Medium air lebih rapat daripada medim udara.

      1. Bila cahaya datang dari medium renggang ke medium yang lebih rapat, maka cahaya akan dibiaskan mendekati garis normal. Misalnya pembiasan dari udara ke air.
      2. Bila cahaya datang dari medium rapat ke medium renggang maka cahaya akan dibiaskan menjauhi garis normal. Misalnya pembiasan cahayab dari air ke udara.

      Setelah diajarkan tentang sifat – sifat cahaya siswa kelas 5 semester 2 mampu :

      1. Mendemonstrasikan sifat cahaya yang merambat lurus.
      2. Menjelaskan sifat cahaya merambat lurus.
      3. Mendemonstrasikan sifat cahaya yang menembus benda bening.
      4. Menjelaskan sifat cahaya menembus benda bening.
      5. Mendemonstrasikan sifat cahaya dapat dibiaskan.
      6. Menjelaskan sifat cahaya dapat dibiaskan.

      Penerapan Teori Belajar Vygotsky Dalam Materi Sifat-sifat cahaya
      Penerapan teori belajar Vygotsky dalam materi Sifat-sifat cahaya dapat dijabarkan sebagai berikut :

      Metode Pembelajaran Kooperatif adalah suatu metode pembelajaran yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham sosial. Pembelajaran kooperatif merupakan metode pembelajaran dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
      Model pembelajaran kooperatif ini dikembangkan berdasarkan teori belajar kognitif-konstruktivis. Hal ini terlihat pada salah satu teori Vygotsky, yaitu tentang penekanan pada hakekat sosiokultural dari pembelajaran. Vygotsky yakin bahwa fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul dalam percakapan atau kerjasama antar individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap ke dalam individu tersebut. Implikasi dari teori Vygotsky ini dikehendakinya susunan kelas berbentuk pembelajaran kooperatif.

      Terdapat enam langkah utama (sintaks) dalam tahapan di dalam pengajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pelajaran dan memotivasi siswa belajar. Fase ini diikuti dengan penyajian informasi; seringkali dengan bahan bacaan daripada secara verbal. Selanjutnya siswa dikelompokkan ke dalam tim-tim belajar. Tahapan ini diikuti dengan bimbingan guru pada saat siswa bekerja menyelesaikan tugas bersama mereka. Fase terakhir pembelajaran kooperatif meliputi presentasi hasil akhir kerja kelompok atau evaluasi tentang apa yang telah mereka pelajari dan memberi penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu.

      Fase 1 : Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

      Dalam materi Sifat-sifat Cahaya : Memotivasi siswa dengan meminta siswa menceritakan pengalamannya tentang “lampu padam” di malam hari ketika siswa sedang belajar. Tanyakan pada siswa apakah mereka dapat melihat benda-benda di sekitarnya. Apa yang harus dilakukan supaya benda-benda disekitarnya itu dapat terlihat kembali.

      Pada papan tulis, tuliskan kata-kata CAHAYA serta SIFAT-SIFAT CAHAYA.
      Menyampaikan kompetensti dasar dan indikator pembelajaran.

      Menurut Vigotsky : Perkembangan kognitif dan bahasa anak-anak tidak berkembang dalam suatu situasi sosial yang hampa. Vygotsky mencari pengertian bagaimana anak-anak berkembang dengan melalui proses belajar, dimana fungsi-fungsi kognitif belum matang, tetapi masih dalam proses pematangan.

      Fase 2 : Menyajikan informasi

      Menyajikan informasi kepada siswa tentang manfaat cahaya dengan meminta siswa mendemonstrasikan “Kegiatan Penyelidikan: Akan seperti Apa Jadinya.”
      Menanyakan kepada siswa tentang apa yang dirasakan ketika matanya ditutup rapat.
      Vygotsky menekankan bagaimana proses-proses perkembangan mental seperti ingatan, perhatian, dan penalaran melibatkan pembelajaran menggunakan temuan-temuan masyarakat seperti bahasa, sistem matematika, dan alat-alat ingatan.

      Fase 3 : Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar

      Meminta siswa duduk dalam tatanan pembelajaran kooperatif sambil mengingat ketrampilan kooperatif yang akan dilatihkan dan bagaimana cara mengikuti pelatihan ketrampilan kooperatif.

      Membagikan LKS: “Bagaimana Cahaya Merambat” kepada tiap siswa dan tiap kelompok diberi serperangkat alat dan bahan untuk melakukan LKS itu.
      Membagikan LKS: “Bayang-Bayang.” Kepada tiap siswa dan masing-masing kelompok diberi seperangkat alat dan bahan untuk melakukan LKS itu. Bila mungkin, masing-masing kelompok diminta untuk menyediakan sendiri alat dan bahannya
      Menurut Vigotsky Zone of proximal developmnet merupakan celah antara actual development dan potensial development, dimana antara apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang dewasa dan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang dewasa atau kerjasama dengan teman sebaya. Maksud dari ZPD adalah menitikberatkan ZPD pada interaksi sosial akan dapat memudahkan perkembangan anak. Ketika siswa mengerjakan pekerjaanya di sekolah sendiri, perkembangan mereka kemungkinan akan berjalan lambat. Untuk memaksimalkan perkembangan, siswa seharusnya bekerja dengan teman yang lebih terampil yang dapat memimpin secara sistematis dalam memecahkan masalah yang lebih kompleks.

      Fase 4 : Membimbing kelompok bekerja dan belajar

      Meminta siswa melakukan kegiatan dalam LKS: Bagaimana Cahaya Merambat.” Guru membimbing tiap-tiap kelompok untuk melakukan kegiatan dalam LKS itu.
      Meminta siswa melakukan kegiatan dalam LKS:”Bayang-Bayang”. Guru membimbing masing-masing kelompok untuk melakukan kegiatan dalam LKS itu.
      Teori Vygotsky yang lain adalah “scaffolding“. Scaffolding merupakan suatu istilah pada proses yang digunakan orang dewasa untuk menuntun anak-anak melalui Zone of proximal developmentnya.

      Fase 5 : Evaluasi

      Meminta satu-dua kelompok untuk menuliskan di papan tulis jawaban analisis LKS: “Bagaimana Cahaya merambat,” nomor 1 dan 2. Kelompok lain diminta menanggapinya.

      Guru memastikan bahwa seluruh kelompok telah mengetahui jawaban yang benar. (acuan untuk guru adalah panduan LKS: Bagaimana Cahaya Merambat.”
      Meminta satu atau dua kelompok untuk menuliskan di papan tulis jawaban analisis LKS: “Bayang-Bayang,” nomor 1, 2 dan 3. Kelompok lain diminta menanggapinya.
      Guru memastikan bahwa seluruh kelompok telah mengetahui jawaban yang benar. (Acuan untuk guru adalah Panduan LKS: “Bayang-Bayang”)

      Fase 6 : Memberikan penghargaan

      Memberi penghargaan kepada siswa atau kelompok yang kinerjanya bagus.

      Kesimpulan

      Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan sebagai berikut :

      1. Teori belajar Vygotsky memberi penekanan pada hakikat sosiokultural dari pembelajaran. Vygotsky menyatakan bahwa pembelajaran terjadi apabila peserta didik bekerja atau belajar dalam zone of proximal development. Zone of proximal developmnet merupakan celah antara actual development dan potensial development, dimana antara apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang dewasa dan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang dewasa atau kerjasama dengan teman sebaya
      2. Teori Vigotsky dalam kegiatan pembelajaran juga dikenal apa yang dikatakan scaffolding yaitu memberikan sejumlah besar dukungan kepada anak selama tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan dan memberikan kesempatan kepada anak itu untuk mengambil tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia mampu melakukannya sendiri
      3. Bentuk penerapan teori belajar Vygotsky adalah melalui model pembelajaran kooperatif dan model pembelajaran peer tutoring (tutor sebaya).
      4. Model Pembelajaran Kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih.
      5. Pembelajaran dengan tutor sebaya adalah sebuah prosedur siswa mengajar siswa lainnya. Pembelajaran dengan tutor sebaya dilakukan atas dasar bahwa ada sekelompok siswa yang lebih mudah bertanya, lebih terbuka dengan teman sendiri dibandingkan dengan gurunya.

      DAFTAR PUSTAKA

      http://mrizawati.blogspot.co.id/2014/05/teori-vygotsky.html
      http://pendidikandila24.blogspot.co.id/2014/09/penerapan-teori-belajar-vygotsky.html