Blog

  • Garis Weber dan Garis Wallace

    Meskipun luas total daratan Indonesia hanya 1,3% dari seluruh permukaan Bumi, Indonesia mempunyai 10% tumbuhan berbunga (27.000 jenis), 12% mamalia (515 jenis), 16% amfibi (270 jenis), dan 17% aves (1.539 jenis) (KLH Koplalindo, 1994). Tidak hanya itu, banyaknya pulau-pulau yang terisolasi membuat Indonesia kaya jenis flora dan fauna endemik. Kenyataan ini membuat beberapa peneliti membagi kawasan biogeografi flora dan fauna di Indonesia.

    Salah satunya adalah Alfred Russel Wallace. Dalam penjelajahannya di Nusantara antara 1854-1862, Wallace telah berhasil mengumpulkan 125.000 spesies mamalia, reptil, burung, kupu-kupu, dan berbagai jenis serangga. Di tahun 1856 dalam sebuah suratnya, ia menyatakan bahwa di Kepulauan Indonesia dihuni dua fauna yang berbeda, yaitu kawasan barat dan kawasan timur. Namun, batas kedua kawasan tersebut masih kabur. Selang beberapa waktu kemudian, di tahun 1859, berdasarkan pada penyebaran jenis burung, Wallace menetapkan Selat Lombok (laut sempit antara Lombok dan Bali) dan Selat Makassar (laut semput antara Sulawesi dan Kalimantan) ditetapkan sebagai pembatasnya. Baru di tahun 1863, Wallace secara tegas menuliskan batas biogeografi yang bertipe Asia mulai dari Selat Lombok berlanjut ke Selat Makassar, kemudian berbelok ke arah timur di selatan Filipina. Inilah yang kemudian terkenal dengan sebutan garis Wallace.

    Setelah menetapkan garis biogeografi ini bermunculan reaksi yang melengkapi dan mengoreksi gagasan Wallace. Salah satunya Huxley di tahun 1869. Ia mengusulkan agar garis batas penyebaran hewan bertipe Asia itu lurus ke atas, tidak berbelok di selatan Filipina dan mengeluarkan Filipina dari kawasan yang bercorak Asia. Namun, garis awalnya sama dengan garis Wallace.

    Daftar isi

    Garis Weber

    Di tahun 1904, Weber mengusulkan agar garis Wallace bergeser lebih ke timur. Garis ini diajukan untuk mengoreksi batas timur penyebaran hewan bercorak Asia daripada usulan Wallace. Weber kemudian menggeser batas penyebarannya hingga ke arah timur, menurutnya di sanalah batas paling seimbang, karena jumlah hewan bercorak Asia dan Australia berjumlah sama. Namun di tahun 1910, Wallace menentukan keunggulan hewan bercorak Asia di Sulawesi harus dicerminkan menggeser garis batas awal ke sebelah timur Sulawesi. Akan tetapi, Wallace juga menegaskan bahwa sesungguhnya garis Weber tidak tunggal, akan bisa berbeda-beda untuk setiap jenis hewan. Jadi sebenarnya garis Weber bersifat koreksi atas garis Wallace bukan sebagai pembatas bagian barat dari penyebaran hewan bercorak Australia. Lalu di mana batas paling barat dari penyebaran hewan yang bercorak Australia ?
    Di tahun 1928 baru ditentukan garis batas paling barat dari penyebaran hewan yang bercorak Australia. Garis ini mengikuti batas kedalaman laut di Paparan Sahul. Inilah yang disebut garis Lydekker. Nah, dari penjelasan mengenai batas wilayah persebaran fauna di atas, pasti kamu bisa membayangkan bagaimana persebaran flora dan fauna di Indonesia.

    Ternyata, garis-garis yang telah ditentukan tersebut terbukti nyata apabila kita lihat persebaran jenis faunanya. Wilayah di sebelah barat garis Wallace mempunyai kekhasan, yaitu mempunyai ciri hampir sama dengan fauna yang terdapat di kawasan Benua Asia. Hal ini karena pada zaman es, Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, serta pulau-pulau kecil yang ada disekitarnya merupakan bagian dari Asia atau menyatu dengan Benua Asia. Begitu pula dengan perairan laut dangkal yang mengelilingi pulau-pulau tersebut juga merupakan daratan yang menyatu dengan Benua Asia. Pada akhir zaman es, es mulai mencair dan disertai dengan adanya gempa, mengakibatkan wilayah daratan Benua Asia terpecah dan tersebar seperti sekarang ini. Bersamaan dengan kejadian tersebut terjadi pula persebaran flora dan fauna. Oleh karena itu, flora dan fauna di wilayah A atau wilayah Indonesia Barat mempunyai kesamaan dengan flora dan fauna di Benua Asia secara umum.

    Kawasan antara garis Wallace dan Lydekker dinamakan kawasan Wallacea atau peralihan. Kawasan ini terdiri atas ribuan pulau yang terletak di kawasan oriental dan Australia. Pulau-pulau ini dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu :

    Sulawesi dan pulau-pulau disekitarnya, termasuk Kepulauan Banggai dan Sula.
    Kepulauan Maluku.
    Kepulauan Nusa Tenggara.
    Di kawasan Wallacea inilah terdapat fauna yang khas, tidak mirip Asia maupun Australia. Semua itu karena sejarah geologis yang rumit sehingga terjadi pencampuran fauna Asia dan Australia, serta evolusi berbagai jenis fauna endemik. Sejarah Pulau Sulawesi sebagai pulau terbesar di kawasan tersebut dapat menjelaskan persebaran faunanya. Sejarah tersebut dimulai kira-kira 200 juta tahun yang lalu ketika Gondwana Land mulai terpecah-pecah. Pecahan besar terombang-ambing oleh lempeng tektonik hingga terjadi pertemuan sementara antara Asia dan Australia. Pertemuan ini memungkinkan berpindahnya flora dan fauna. Jadi, Sulawesi yang sekarang dahulu menyatu dengan bagian Asia.
    Berangkat dari sejarah alam yang kompleks ini, terbentuk keanekaragaman jenis fauna endemik yang sangat tinggi. Endemisitas yang tinggi antara lain terdapat pada kelompok ikan air tawar dengan 52 jenis endemik (77%) dan kelompok mamalia sebanyak 53 jenis dari 114 jenis. Terdapat juga 23 jenis ular endemik dari 64 jenis alam. Hewan lain yang khas yaitu babi rusa. Saat ini populasi babi rusa semakin berkurang dan menjadi hewan paling terancan di Sulawesi. Perkembangbiakan yang lambat, perburuan yang tidak terkendali, dan perusakan habitat mendorong kepunahan babi rusa. Selain babi rusa, masih ada hewan lain yang menjadi ciri khas di Sulawesi, seperti anoa, musang Sulawesi, kuskus, beruang, dan tangkasi.

    Wilayah di bagian timur dari garis Lydekker adalah kawasan yang persebaran flora dan faunanya mempunyai kemiripan dengan yang ada di Australia. Ciri yang paling khas dari fauna di kawasan ini adalah mamalia yang berkantong. Di antaranya telah punah, yaitu beberapa jenis walabi dan bandikut. Fauna lain seperti kaskus, cenderawasih, kasuari, nokdiak, nata fem (Landak Papua).
    Walaupun tiap wilayah mempunyai corak fauna sendiri-sendiri, tetapi tidak menutup kemungkinan terdapat fauna corak lain di wilayah yang tidak memiliki corak fauna tersebut. Contohnya, di kebun binatang pasti ada berbagai corak fauna Indonesia. Persebaran seperti ini merupakan hasil campur tangan manusia.

    GARIS WALLACE

    Dalam membahas ilmu geografi tumbuhan dan hewan, kita tidak terlepas dari seorang ahli ilmu alam dari Inggris, yaitu Alfred Russel Wallace (1823-1913). Dia mempelopori penyelidikan secara modern tentang Geografi hewan terlepas dari teori Darwin. Dia mendalilkan suatu garis khayal sebagai pemisah antara dunia hewan Australis dan Asiatis. Alfred Russel Wallace mengadakan penelitian mengenai penyebaran hewan di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan hewan di Indonesia bagian Barat dengan hewan di Indonesia bagian Timur.

    Menurut istilah, garis Wallace adalah sebuah garis hipotetis yang memisahkanwilayah geografi hewan Asia dan Australasia. Bagian barat dari garis ini berhubungan dengan spesies Asia; di timur kebanyakan berhubungan dengan spesies Australia. Garis ini melalui Kepulauan Melayu, antara Borneo danSulawesi; dan antara Bali (di barat) dan Lombok (di timur). Kawasan Wallacea: meliputi wilayah Pulau Sulawesi, Kepulauan Maluku, Sumba, Sumbawa, Lombok dan Timor. Memiliki hewan-hewan khas (terutama di Pulau Sulawesi) tidak sama dengan hewan oriental dan hewan Australia, misal: Anoa, burung Mako, kera hitam.Adanya garis ini juga tercatat oleh Antonio Pigafetta tentang perbedaan biologis antara Filipina dan Kepulauan Maluku, tercatat dalam perjalanan Ferdinand Magellan pada 1521. Garis ini lalu diperbaiki dan digeser ke Timur (daratan pulau Sulawesi) oleh Weber. Batas penyebaran flora dan fauna Asia lalu ditentukan secara berbeda-beda, berdasarkan tipe-tipe flora dan fauna. Garis ini lalu dinamakan “Wallace-Weber”.

    Daerah-daerah yang berhubungan dengan garis Wallace:

    Kawasan Paparan Sunda (di bagian barat)

    Paparan Sunda adalah lempeng bumi yang bergerak dari Kawasan Oriental (Benua Asia) dan berada di sisi barat Garis Wallace. Garis Wallace merupakan suatu garis khayal pembatas antara dunia flora fauna di Paparan Sunda dan di bagian lebih timur Indonesia. Garis ini bergerak dari utara ke selatan, antara Kalimantan danSulawesi, serta antara Bali dan Lombok. Garis ini mengikuti nama biolog Alfred Russel Wallace yang, pada 1858, memperlihatkan bahwa sebaran flora fauna di Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Bali lebih mirip dengan yang ada di daratanBenua Asia.

    Kawasan Paparan Sahul (di bagian timur)

    Paparan Sahul adalah lempeng bumi yang bergerak dari Kawasan Australesia (Benua Australia) dan berada di sisi timur Garis Weber. Garis Weber adalah sebuah garis khayal pembatas antara dunia flora fauna di Paparan Sahul dan di bagian lebih barat Indonesia. Garis ini membujur dari utara ke selatan antara Kepulauan Maluku dan Papua serta antara Nusa Tenggara Timur dan Australia. Garis ini mengikuti nama biolog Max Weber yang, sekitar 1902, memperlihatkan bahwa sebaran flora fauna di kawasan ini lebih serupa dengan yang ada di Benua Australia.

    Kawasan Wallacea / Laut Dalam (di bagian tengah)

    Lempeng bumi pinggiran Asia Timur ini bergerak di sela Garis Wallace dan Garis Weber. Kawasan ini mencakup Sulawesi, Kepulauan Sunda Kecil (Nusa Tenggara), dan Kepulauan Maluku. Flora fauna di kawasan ini banyak merupakan jenis-jenis endemik (hanya ditemukan di tempat bersangkutan, tidak ditemukan di bagian lain manapun di dunia). Namun, kawasan ini memiliki juga unsur-unsur baik dari Kawasan Oriental maupun dari Kawasan Australesia. Wallace berpendapat bahwa laut tertutup es pada Zaman Es sehingga tumbuhan dan satwa di Asia dan Australia dapat menyeberang dan berkumpul di Nusantara. Kalaupun jenis Asia tetap lebih banyak terdapat di bagian barat dan jenis Australia di bagian timur, hal ini karena Kawasan Wallacea sesungguhnya dulu merupakan palung laut yang teramat dalam sehingga fauna sukar untuk melintasinya dan flora berhenti menyebar.

    Berikut adalah sekilas video pengetahuan yang memiliki keterkaitan dengan materi diatas.

    Sekian, semoga bermanfaat :D. makin tahu makin banyak ilmu. jangan lupa klik iklan buat nambah uang bloggernya, hehe

  • 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan – Suitainable Development Goals

    SDGs atau Suitainable Development Goals merupakan salah satu agenda pembangunan yang dicananngkan PNN pada sidang 25 September 2015 di New York. SDGs ini memiliki 17 poin yang dikenal asebagai 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.

    SDGs

    Mulai tahun 2016, Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) 2015–2030 secara resmi menggantikan Tujuan Pembangunan Millennium (MDGs) 2000–2015. SDGs berisi seperangkat tujuan transformatif yang disepakati dan berlaku bagi seluruh bangsa tanpa terkecuali. SDGs berisi 17 Tujuan. Salah satu Tujuan SDGs adalah mengatur tata cara dan prosedur masyarakat yang damai tanpa kekerasan, nondiskriminasi, partisipasi, tata pemerintahan yang terbuka serta kerja sama kemitraan multi pihak.

    Perbedaan SDGs dan MDGs

    Perbedaan Millenium Development Goals (MDGs) dan Sustainable Development Goals (SDGs)

    MDGs (2000-2015)SDGs (2016-2030)
    50 persen
    Target dan sasarannya adalah separuh:
    mengurangi separuh kemiskinan.
    Target yang terlalu minimal.
    Banyak negara telah terlebih dahulu
    mencapainya
    100 persen
    Target dan sasarannya adalah semua,
    sepenuhnya dan tuntas
    •  Mengakhiri kemiskinan
    •  100 persen penduduk memiliki akta
    kelahiran
    •  memerlukan fokus, untuk merangkul
    mereka yang terpinggir dan terjauh.
    Dari negara maju, untuk negara
    berkembang
    MDGs mengandaikan bahwa negara
    miskin dan berkembang yang mempunyai
    pekerjaan rumah. Sementara itu negara
    maju mendukung dengan penyediaan
    dana.
    Berlaku universal
    SDGs memandang semua negara memiliki
    pekerjaan rumah.
    Tiap–tiap negara wajib mengatasinya.
    Tiap–tiap negara harus bekerja sama untuk
    menemukan sumber pembiayaan dan
    perubahan kebijakan yang diperlukan.
    Dari Atas (top down)
    Dokumen MDGs dirumuskan oleh para elite
    PBB dan OECD, di New York, tanpa melalui
    proses konsultasi atau pertemuan dan
    survei warga.
    Dari Bawah (bottom up) dan partisipatif
    Dokumen SDGs dirumuskan oleh tim
    bersama, dengan pertemuan tatap muka
    lebih dari 100 negara dan survei warga
    Solusi parsial atau tambal sulam
    8 Tujuan MDGs sebagian besar hanya mengatasi gejala–gejala kemiskinan saja
    Masalah ekologi dan lingkungan hidup tidak diakui
    Ketimpangan tidak mendapatkan perhatian.
    Demikian halnya dengan soal pajak dan pembiayaan pembangunan
    Solusi yang menyeluruh
    Berisi 17 tujuan yang berupaya merombak
    struktur dan sistem
    •  Kesetaraan gender
    •  Tata pemerintahan
    •  Perubahan model konsumsi dan produksi
    •  Perubahan sistem perpajakan
    •  Diakuinya masalah ketimpangan
    •  Diakuinya masalah perkotaan

    17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs)

    Saat ini telah ditetapkanlah sebuah sistem pembangunan baru yang dikenal dengan SDGs yang memiliki 17 Goals dan 169 Target. Adapun 17 Goals SDGs adalah sebagai berikut

    1. Mengakhiri segala bentuk kemiskinan di manapun [7 target]
    2. Mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan meningkatkan gizi, serta mendorong pertanian yang berkelanjutan [8 target]
    3. Menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua orang di segala usia [13 target]
    4. Menjamin pendidikan yang inklusif dan berkeadilan serta mendorong kesempatan belajar seumur hidup bagi semua orang [10 target]
    5. Menjamin kesetaraan gender serta memberdayakan seluruh wanita dan perempuan [9 target]
    6. Menjamin ketersediaan dan pengelolaan air serta sanitasi yang berkelanjutan bagi semua orang [8 target]
    7. Menjamin akses energi yang terjangkau, terjamin, berkelanjutan dan modern bagi semua orang [5 target]
    8. Mendorong pertumbuhan ekonomi yang terus-menerus, inklusif, dan berkelanjutan, serta kesempatan kerja penuh dan produktif dan pekerjaan yang layak bagi semua orang [11 target]
    9. Membangun infrastruktur yang berketahanan, mendorong industrialisasi yang inklusif dan berkelanjutan serta membina inovasi [8 target]
    10. Mengurangi kesenjangan di dalam dan antar negara [10 target]
    11. Menjadikan kota dan pemukiman manusia inklusif, aman, berketahanan dan berkelanjutan [10 target]
    12. Menjamin pola produksi dan konsumsi yang berkelanjutan [11 target]
    13. Mengambil tindakan segera untuk memerangi perubahan iklim dan dampaknya [5 target]
    14. Melestarikan dan menggunakan samudera, lautan serta sumber daya laut secara berkelanjutan untuk pembangunan berkelanjutan [10 target]
    15. Melindungi, memperbarui, serta mendorong penggunaan ekosistem daratan yang berkelanjutan, mengelola hutan secara berkelanjutan, memerangi penggurunan, menghentikan dan memulihkan degradasi tanah, serta menghentikan kerugian keanekaragaman hayati [12 target]
    16. Mendorong masyarakat yang damai dan inklusif untuk pembangunan berkelanjutan, menyediakan akses keadilan bagi semua orang, serta membangun institusi yang efektif, akuntable, dan inklusif di seluruh tingkatan [12 target]
    17. Memperkuat perangkat-perangkat implementasi (means of implementation) dan merevitalisasi kemitraan global untuk pembangunan berkelanjutan [19 target]
  • Penanganan Limbah Gas

    Pengolah limbah gas secara teknis dilakukan dengan menambahkan alat bantu yang dapat mengurangi pencemaran udara. Pencemaran udara sebenarnya dapat berasal dari limbah berupa gas atau materi partikulat yang terbawah bersama gas tersebut.

    Berikut akan dijelaskan beberapa cara menangani pencemaran udara oleh limbah gas dan materi partikulat yang terbawah bersamanya.

    Mengontrol Emisi Gas Buang

    1. Gas-gas buang seperti sulfur oksida, nitrogen oksida, karbon monoksida, dan hidrokarbon dapat dikontrol pengeluarannya melalui beberapa metode. Gas sulfur oksida dapat dihilangkan dari udara hasil pembakaran bahan bakar dengan cara desulfurisasi menggunakan filter basah (wet scrubber).
    2. Mekanisme kerja filter basah ini akan dibahas lebih lanjut pada pembahasan berikutnya, yaitu mengenai metode menghilangkan materi partikulat, karena filter basah juga digunakan untuk menghilangkan materi partikulat.
    3. Gas nitrogen oksida dapat dikurangi dari hasil pembakaran kendaraan bermotor dengan cara menurunkan suhu pembakaran. Produksi gas karbon monoksida dan hidrokarbon dari hasil pembakaran kendaraan bermotor dapat dikurangi dengan cara memasang alat pengubah katalitik (catalytic converter) untuk menyempurnakan pembakaran.
    4. Selain cara-cara yang disebutkan diatas, emisi gas buang jugadapat dikurangi kegiatan pembakaran bahan bakar atau mulai menggunakan sumber bahan bakar alternatif yang lebih sedikit menghasilkan gas buang yang merupakan polutan.

    Menghilangkan Materi Partikulat Dari Udara Pembuangan

    a. Filter Udara

    Filter udara dimaksudkan untuk yang ikut keluar pada cerobong atau stack, agar tidak ikut terlepas ke lingkungan sehingga hanya udara bersih yang saja yang keluar dari cerobong. Filter udara yang dipasang ini harus secara tetap diamati (dikontrol), kalau sudah jenuh (sudah penuh dengan abu/ debu) harus segera diganti dengan yang baru.

    Jenis filter udara yang digunakan tergantung pada sifat gas buangan yang keluar dari proses industri, apakah berdebu banyak, apakah bersifat asam, atau bersifat alkalis dan lain sebagainya

    b. Pengendap Siklon

    Pengendap Siklon atau Cyclone Separators adalah pengedap debu / abu yang ikut dalam gas buangan atau udara dalam ruang pabrik yang berdebu. Prinsip kerja pengendap siklon adalah pemanfaatan gaya sentrifugal dari udara / gas buangan yang sengaja dihembuskan melalui tepi dinding tabung siklon sehingga partikel yang relatif “berat” akan jatuh ke bawah.

    Ukuran partikel / debu / abu yang bisa diendapkan oleh siklon adalah antara 5 u – 40 u. Makin besar ukuran debu makin cepat partikel tersebut diendapkan.

    c. Filter Basah

    Nama lain dari filter basah adalah Scrubbers atau Wet Collectors. Prinsip kerja filter basah adalah membersihkan udara yang kotor dengan cara menyemprotkan air dari bagian atas alt, sedangkan udara yang kotor dari bagian bawah alat. Pada saat udara yang berdebu kontak dengan air, maka debu akan ikut semprotkan air turun ke bawah.

    Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dapat juga prinsip kerja pengendap siklon dan filter basah digabungkan menjadi satu. Penggabungan kedua macam prinsip kerja tersebut menghasilkan suatu alat penangkap debu yang dinamakan.

    d. Pegendap Sistem Gravitasi

    Alat pengendap ini hanya digunakan untuk membersihkan udara kotor yang ukuran partikelnya relatif cukup besar, sekitar 50 u atau lebih. Cara kerja alat ini sederhana sekali, yaitu dengan mengalirkan udara yang kotor ke dalam alat yang dibuat sedemikian rupa sehingga pada waktu terjadi perubahan kecepatan secara tiba-tiba (speed drop), zarah akan jatuh terkumpul di bawah akibat gaya beratnya sendiri (gravitasi). Kecepatan pengendapan tergantung pada dimensi alatnya.
    e. Pengendap Elektrostatik
    Alat pengendap elektrostatik digunakan untuk membersihkan udara yang kotor dalam jumlah (volume) yang relatif besar dan pengotor udaranya adalah aerosol atau uap air. Alat ini dapat membersihkan udara secara cepat dan udara yang keluar dari alat ini sudah relatif bersih.
    Alat pengendap elektrostatik ini menggunakan arus searah (DC) yang mempunyai tegangan antara 25 – 100 kv. Alat pengendap ini berupa tabung silinder di mana dindingnya diberi muatan positif, sedangkan di tengah ada sebuah kawat yang merupakan pusat silinder, sejajar dinding tabung, diberi muatan negatif. Adanya perbedaan tegangan yang cukup besar akan menimbulkan corona discharga di daerah sekitar pusat silinder. Hal ini menyebabkan udara kotor seolah – olah mengalami ionisasi. Kotoran udara menjadi ion negatif sedangkan udara bersih menjadi ion positif dan masing-masing akan menuju ke elektroda yang sesuai. Kotoran yang menjadi ion negatif akan ditarik oleh dinding tabung sedangkan udara bersih akan berada di tengah-tengah silinder dan kemudian terhembus keluar.

  • Pencemaran Udara Dimana-mana

    Udara merupakan campuran dari gas yang terdiri dari 78 persen nitrogen, 20 persen oksigen, 0,93 persen argon, 0,03 persen karbondioksida dan sisanya terdiri dari neon, helium, metan dan hidrogen. Komposisi seperti itu dibilang sebagai udara normal dan dapat mendukung kehidupan manusia.

    Namun akibat aktivitas manusia yang tidak ramah lingkungan, udara sering kali menurun kualitasnya. Kondisi pencemaran udara di beberapa kota Indonesia sudah mencapai taraf yang cukup membahayakan. Itulah sebabnya, Jakarta menempati peringkat ketiga dalam hal polusi udara terkotor sedunia, setelah Mexico City dan Bangkok. Hal ini dapat terlihat dengan meningkatnya indeks terganggunya kenyamanan dan kesehatan masyarakat di Ibukota.

    Penyebab

    Beberapa kegiatan yang dapat menimbulkan polusi udara di antaranya berikut ini :

    1. Asap dari cerobong pabrik, kendaraan bermotor, pembakaran atau kebakaran hutan, asap rokok, yang membebaskan CO dan CO2 ke udara.
    2. Asap vulkanik dari aktivitas gunung berapi dan asap letusan gunung berapi yang menebarkan partikelpartikel debu ke udara.
    3. Bahan dan partikel-partikel radioaktif dari bom atom atau percobaan nuklir yang membebaskan partikelpartikel debu radioaktif ke udara.
    4. Asap dari pembakaran batu bara pada pembangkit listrik atau pabrik yang membebaskan partikel, nitrogen oksida, dan oksida sulfur.
    5. Chloro Fluoro Carbon (CFC) yang berasal dari kebocoran mesin pendingin ruangan, kulkas, AC mobil.

    Jenis Pencemaran Udara

    Realitas terjadinya pencemaran udara itu disebabkan berbedanya komposisi udara aktual dengan kondisi udara normal. Bahan atau zat pencemaran udara sendiri dapat berbentuk gas dan partikel. Dalam bentuk gas dapat dibedakan dalam :

    1. Golongan Belerang (Sulfur Dioksida, Hidrogen Sulfida, Sulfat Aerosol);
    2. Golongan Nitrogen (Nitrogen Oksida, Nitrogen Monoksida, Amoniak, dan Nitrogen Dioksida);
    3. Golongan Karbon (Karbon Dioksida, Karbon Monoksida, Hidrokarbon);
    4. Golongan gas yang berbahaya (Benzene, Vinyl Klorida, air raksa uap).

    Jenis pencemaran udara berbentuk partikel dibedakan menjadi tiga, yaitu:

    1. Mineral (anorganik) dapat berupa racun seperti air raksa dan Timah.
    2. Bahan organik terdiri dari ikatan Hidrokarbon, Klorinasi Alkan, Benzene.
    3. Makhluk hidup terdiri dari bakteri, virus, telur cacing.

    Sementara itu, jenis pencemaran udara menurut tempat dan sumbernya dibedakan menjadi dua, yaitu pencemaran udara bebas dan pencemaran udara ruangan.
    Kategori pencemaran udara bebas meliputi
    Secara alamiah (letusan gunung berapi, pembusukan, dan lain-lain)
    Bersumber dari kegiatan manusia, misalnya berasal dari kegiatan industri, rumah tangga, asap kendaraan bermotor, dan lain-lain.

    Dampak Pencemaran Udara
    Pencemaran udara berdampak negatif terhadap kesehatan, khususnya penyakit kardiovaskuler, tekanan darah tinggi, gangguan kejiwaan, kanker dan penurunan IQ pada anak-anak.
    Dalam bahasa lain, pencemaran udara berdasarkan pengaruhnya terhadap gangguan kesehatan dibedakan menjadi empat jenis (Indah Kastiyowati, ST; 2003):

    1. iritasi,
      Biasanya polutan ini bersifat korosif. Merangsang proses peradangan hanya padasaluran pernapasan bagian atas (mulai hidung hingga tenggorokan). Misalnya Sulfur Dioksida, Sulfur Trioksida, Amoniak, debu. Iritasi terjadi pada saluran pernapasan bagian atas dan juga mengenai paru-paru.
    2. Asfiksia,
      Yakni disebabkan oleh berkurangnya kemampuan tubuh dalam menangkap oksigen atau berkurangnya kadar oksigen. Keracunan gas karbonmonoksida mengakibatkan CO akan mengikat hemoglobin sehingga kemampuan hemoglobin mengikat oksigen berkurang maka terjadilah asfiksia.Yang termasuk golongan ini ialah gas Nitrogen, Oksida, Metan, gas Hidrogen dan Helium.
    3. Anestesia,
      Bersifat menekan susunan saraf pusat sehingga kehilangan kesadaran, misalnya Aeter, Aetiline, Propane, dan alkohol alifatis.
    4. Toksis,
      Titik tangkap terjadinya berbagai jenis, yaitu menimbulkan gangguan pada sistem pembuatan darah (misalnya Benzene, Fenol, Toluen, dan Xylene) dan keracunan terhadap susunan saraf (misalnya Karbon Dioksida, Metil alkohol).

    Gambar 3 : Akibat Pencemaran Udara bagi Kesehatan

    Gambar 4 : Akibat Pencemaran Udara bagi Kesehatan

    Dari sini, masyarakat hendaknya sadar betul mengenai ancaman kesehatan bersumber dari masalah pencemaran udara (terutama) dari asap kendaraan bermotor, dampaknya terhadap kesehatan, dan bagaimana upaya untuk menanggulangi.

    Cara Penanggulangan Pencemaran Udara
    Mengembangkan teknologi yang ramah lingkungan dan dapat diperbaharui diantaranya Fuel Cell dan Solar Cell.
    Menghemat Energi yang digunakan.
    Menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal.
    Menempatkan daerah industri atau pabrik jauh dari daerah perumahan atau pemukiman penduduk.
    Pembuangan limbah industri diatur sehingga tidak mencemari lingkungan atau ekosistem.
    Pengawasan terhadap penggunaan jenis-jenis pestisida dan zat kimia lain yang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan.
    Memperluas gerakan penghijauan.
    Tindakan tegas terhadap pelaku pencemaran lingkungan.
    Memberikan kesadaran terhadap masyarakat tentang arti lingkungan hidup
    Gunakan kendaraan bermotor Anda, mobil ataupun motor, seefisian mungkin.
    Mengurangi pemakaian bahan bakar fosil terutama yang mengandung asap serta gas-gas polutan lainnya agar tidak mencemarkan lingkungan.
    Melakukan penyaringan asap sebelum asap dibuang ke udara dengan cara memasang bahan penyerap polutan atau saringan.
    Mengalirkan gas buangan ke dalam air atau dalam lauratan pengikat sebelum dibebaskan ke air. Atau dengan cara penurunan suhu sebelum gas buang ke udara bebas.
    Membangun cerobong asap yang cukup tinggi sehingga asap dapat menembus lapisan inversi thermal agar tidak menambah polutan yang tertangkap di atas suatu pemukiman atau kita.
    Mensosialisasikan pelajaran lingkungan hidup (PLH) di sekolah dan masyarakat.
    Tidak membakar sampah di pekarangan rumah.
    Tidak menggunakan kulkas yang memakai CFC (freon) dan membatasi penggunaan AC dalam kehidupan sehari-hari.
    Tidak merokok di dalam ruangan.
    Menanam tanaman hias di pekarangan atau di pot-pot.
    Ikut berpartisipasi dalam kegiatan penghijauan.
    Ikut memelihara dan tidak mengganggu taman kota dan pohon pelindung.
    Tidak melakukan penebangan hutan, pohon dan tumbuhan liar secara sembarangan.
    Mengurangi atau menghentikan penggunaan zat aerosol dalam penyemprotan ruang.
    Menghentikan penggunaan busa plastik yang mengandung CFC.
    Mendaur ulang freon dari mobil yang ber-AC.
    Mengurangi atau menghentikan semua penggunaan CFC dan CCl4.

  • Penanganan Limbah Cair

    Metode dan tahapan proses pengolahan limbah cair yang telah dikembangkan sangat beragam. Limbah cair dengan kandungan polutan yang berbeda kemungkinan akan membutuhkan proses pengolahan yang berbeda pula. Proses- proses pengolahan tersebut dapat diaplikasikan secara keseluruhan, berupa kombinasi beberapa proses atau hanya salah satu. Proses pengolahan tersebut juga dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan atau faktor finansial.

    Pengolahan Primer (Primary Treatment)

    Tahap pengolahan primer limbah cair sebagian besar adalah berupa proses pengolahan secara fisika.

    A. Penyaringa (Screening)

    Pertama, limbah yang mengalir melalui saluran pembuangan disaring menggunakan jeruji saring. Metode ini disebut penyaringan. Metode penyaringan merupakan cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan-bahan padat berukuran besar dari air limbah.

    B. Pengolahan Awal (Pretreatment)

    Kedua, limbah yang telah disaring kemudian disalurkan kesuatu tangki atau bak yang berfungsi untuk memisahkan pasir dan partikel padat teruspensi lain yang berukuran relatif besar. Tangki ini dalam bahasa inggris disebut grit chamber dan cara kerjanya adalah dengan memperlambat aliran limbah sehingga partikel – partikel pasir jatuh ke dasar tangki sementara air limbah terus dialirkan untuk proses selanjutnya.

    C. Pengendapan

    Setelah melalui tahap pengolahan awal, limbah cair akan dialirkan ke tangki atau bak pengendapan. Metode pengendapan adalah metode pengolahan utama dan yang paling banyak digunakan pada proses pengolahan primer limbah cair. Di tangki pengendapan, limbah cair didiamkan agar partikel – partikel padat yang tersuspensi dalam air limbah dapat mengendap ke dasar tangki. Enadapn partikel tersebut akan membentuk lumpur yang kemudian akan dipisahkan dari air limbah ke saluran lain untuk diolah lebih lanjut. Selain metode pengendapan, dikenal juga metode pengapungan (Floation).

    D. Pengapungan (Floation)

    Metode ini efektif digunakan untuk menyingkirkan polutan berupa minyak atau lemak. Proses pengapungan dilakukan dengan menggunakan alat yang dapat menghasilkan gelembung- gelembung udara berukuran kecil (± 30 – 120 mikron). Gelembung udara tersebut akan membawa partikel –partikel minyak dan lemak ke permukaan air limbah sehingga kemudian dapat disingkirkan.

    Bila limbah cair hanya mengandung polutan yang telah dapat disingkirkan melalui proses pengolahan primer, maka limbah cair yang telah mengalami proses pengolahan primer tersebut dapat langsung dibuang kelingkungan (perairan). Namun, bila limbah tersebut juga mengandung polutan yang lain yang sulit dihilangkan melalui proses tersebut, misalnya agen penyebab penyakit atau senyawa organik dan anorganik terlarut, maka limbah tersebut perlu disalurkan ke proses pengolahan selanjutnya.

    Pengolahan Sekunder (Secondary Treatment)

    Tahap pengolahan sekunder merupakan proses pengolahan secara biologis, yaitu dengan melibatkan mikroorganisme yang dapat mengurai/ mendegradasi bahan organik. Mikroorganisme yang digunakan umumnya adalah bakteri aerob.

    Terdapat tiga metode pengolahan secara biologis yang umum digunakan yaitu metode penyaringan dengan tetesan (trickling filter), metode lumpur aktif (activated sludge), dan metode kolam perlakuan (treatment ponds / lagoons) .

    a. Metode Trickling Filter

    Pada metode ini, bakteri aerob yang digunakan untuk mendegradasi bahan organik melekat dan tumbuh pada suatu lapisan media kasar, biasanya berupa serpihan batu atau plastik, dengan dengan ketebalan ± 1 – 3 m. limbah cair kemudian disemprotkan ke permukaan media dan dibiarkan merembes melewati media tersebut. Selama proses perembesan, bahan organik yang terkandung dalam limbah akan didegradasi oleh bakteri aerob. Setelah merembes sampai ke dasar lapisan media, limbah akan menetes ke suatu wadah penampung dan kemudian disalurkan ke tangki pengendapan.

    Dalam tangki pengendapan, limbah kembali mengalami proses pengendapan untuk memisahkan partikel padat tersuspensi dan mikroorganisme dari air limbah. Endapan yang terbentuk akan mengalami proses pengolahan limbah lebih lanjut, sedangkan air limbah akan dibuang ke lingkungan atau disalurkan ke proses pengolahan selanjutnya jika masih diperlukan

    b. Metode Activated Sludge

    Pada metode activated sludge atau lumpur aktif, limbah cair disalurkan ke sebuah tangki dan didalamnya limbah dicampur dengan lumpur yang kaya akan bakteri aerob. Proses degradasi berlangsung didalam tangki tersebut selama beberapa jam, dibantu dengan pemberian gelembung udara aerasi (pemberian oksigen).

    Aerasi dapat mempercepat kerja bakteri dalam mendegradasi limbah. Selanjutnya, limbah disalurkan ke tangki pengendapan untuk mengalami proses pengendapan, sementara lumpur yang mengandung bakteri disalurkan kembali ke tangki aerasi. Seperti pada metode trickling filter, limbah yang telah melalui proses ini dapat dibuang ke lingkungan atau diproses lebih lanjut jika masih dperlukan.

    c. Metode Treatment ponds/ Lagoons

    Metode treatment ponds/lagoons atau kolam perlakuan merupakan metode yang murah namun prosesnya berlangsung relatif lambat. Pada metode ini, limbah cair ditempatkan dalam kolam-kolam terbuka. Algae yang tumbuh dipermukaan kolam akan berfotosintesis menghasilkan oksigen. Oksigen tersebut kemudian digunakan oleh bakteri aero untuk proses penguraian/degradasi bahan organik dalam limbah. Pada metode ini, terkadang kolam juga diaerasi. Selama proses degradasi di kolam, limbah juga akan mengalami proses pengendapan. Setelah limbah terdegradasi dan terbentuk endapan didasar kolam, air limbah dapat disalurka untuk dibuang ke lingkungan atau diolah lebih lanjut.

    Pengolahan Tersier (Tertiary Treatment)

    Pengolahan tersier dilakukan jika setelah pengolahan primer dan sekunder masih terdapat zat tertentu dalam limbah cair yang dapat berbahaya bagi lingkungan atau masyarakat. Pengolahan tersier bersifat khusus, artinya pengolahan ini disesuaikan dengan kandungan zat yang tersisa dalam limbah cair / air limbah. Umunya zat yang tidak dapat dihilangkan sepenuhnya melalui proses pengolahan primer maupun sekunder adalah zat-zat anorganik terlarut, seperti nitrat, fosfat, dan garam- garaman.
    Pengolahan tersier sering disebut juga pengolahan lanjutan (advanced treatment). Pengolahan ini meliputi berbagai rangkaian proses kimia dan fisika. Contoh metode pengolahan tersier yang dapat digunakan adalah metode saringan pasir, saringan multimedia, precoal filter, microstaining, vacum filter, penyerapan dengan karbon aktif, pengurangan besi dan mangan, dan osmosis bolak-balik.
    Metode pengolahan tersier jarang diaplikasikan pada fasilitas pengolahan limbah. Hal ini disebabkan biaya yang diperlukan untuk melakukan proses pengolahan tersier cenderung tinggi sehingga tidak ekonomis.

    Desinfeksi (Desinfection)

    Desinfeksi atau pembunuhan kuman bertujuan untuk membunuh atau mengurangi mikroorganisme patogen yang ada dalam limbah cair. Meknisme desinfeksi dapat secara kimia, yaitu dengan menambahkan senyawa/zat tertentu, atau dengan perlakuan fisik. Dalam menentukan senyawa untuk membunuh mikroorganisme, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :

    • Daya racun zat
    • Waktu kontak yang diperlukan
    • Efektivitas zat
    • Kadar dosis yang digunakan
    • Tidak boleh bersifat toksik terhadap manusia dan hewan
    • Tahan terhadap air
    • Biayanya murah

    Contoh mekanisme desinfeksi pada limbah cair adalah penambahan klorin (klorinasi), penyinaran dengan ultraviolet(UV), atau dengan ozon (Oз). Proses desinfeksi pada limbah cair biasanya dilakukan setelah proses pengolahan limbah selesai, yaitu setelah pengolahan primer, sekunder atau tersier, sebelum limbah dibuang ke lingkungan.

    Pengolahan Lumpur (Slude Treatment)

    Setiap tahap pengolahan limbah cair, baik primer, sekunder, maupun tersier, akan menghasilkan endapan polutan berupa lumpur. Lumpur tersebut tidak dapat dibuang secara langsung, melainkan pelu diolah lebih lanjut. Endapan lumpur hasil pengolahan limbah biasanya akan diolah dengan cara diurai/dicerna secara aerob (anaerob digestion), kemudian disalurkan ke beberapa alternatif, yaitu dibuang ke laut atau ke lahan pembuangan (landfill), dijadikan pupuk kompos, atau dibakar (incinerated).

  • Siklus Nitrogen Pada Kolam Pemelirahan Ikan

    Pengetahuan tentang Siklus Nitrogen pada kolam Pemeliharaan Ikan dan akuarium.

    Memiliki sebuah kolam koi adalah sebuah kebanggaan dan kebahagiaan. Namun, penting untuk selalu menjaga keseimbangan ekosistem yang ada di dalam kolam. Menjaga kualitas air mungkin tidak sepenuhnya dipahami oleh koilover, memahami pentingnya menjaga kualitas air untuk tetap menjadikan kolam tetap sehat adalah suatu keharusan.Siklus nitrogen merupakan salah satu siklus paling penting yang terjadi dalam kolam koi. ada suatu kasus koi seisi kolam mendadak mati tanpa sebab, hal ini bisa diakibatkan oleh terjadnya bom amoniak yang tidak disadari oleh pemilik kolam. Oleh karenanya, sebuah hal penting mengetahui informasi siklus nitrogen.

    Proses

    Proses nitrifikasi atau siklus nitrogen adalah proses biologis yang mengubah amonia ( NH3 ) menjadi nitrit ( NO2 ) , dan kemudian menjadi nitrat ( NO3 ) sampai kepada gas nitrogen. Bagian ini merupakan bagian yang paling menakjubkan. Proses terjadi secara biologis, dimana bakteri pengurai melakukan tugasnya dalam menjaga keseimbangan kolam. Diawali dari konsumsi pakan oleh ikan, baik itu berupa lumut atau makanan alami yang tersedia di kolam, ataupun pakan berupa pelet yang diberikan pada ikan. Sisa metabolisme ikan dikeluarkan melalui urin dan kotoran, juga berasal dari sisa makanan yang tidak dikonsumsi oleh ikan. Kandungan protein yang tinggi dari proses ini menghasilkan amonia (NH3), bau tidak sedap kadang tercium jika level sudah sedemikian tinggi. Bakteri nitrosomonas mengubah amonia menjadi nitrit, zat nitrit ini masih berbahaya bagi ikan. Proses lainnya yang terjadi di kolam adalah penguraian nitrit menjadi nitrat oleh bakteri nitrobakter. Zat nitrat merupakan zat yang tidak berbahaya bagi ikan. Sebagian dari nitrat dioksidasi oleh bakteri anaerob menghasilkan nitrogen, sebagian nitrat merupakan endapan seperti lumpur yang harus dibuang pada proses backwash setiap saat untuk menghindari polutan.Tahapan yang lainnya yang muncul dan sangat menarik adalah tumbuhnya tanaman air, seperti alga, yang memanfaatkan nitrat sebagai makanan untuk tumbuh kembangnya. Alga ini merupakan pakan alami yang sangat dibutuhkan oleh ikan, memberikan tambahan nutrisi alami yang sangat baik.Siklus ini harus senantiasa dijaga supaya ekosistem yang terbentuk menghasilkan kondisi kolam yang sehat, kualitas air yang baik dan ikan koi kesayangan mendapatkan tempat dan lingkungan yang nyaman.

  • Perbedaan Paradigma Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif

    Perbedaan Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif

    A. Pengertian Paradigma

    Istilah paradigma pertama kali diperkenalkan oleh Thomas Kuhn (1962) kemudian dipopulerkan oleh Robert Friedrichs (1970). Menurut Kuhn, paradigma adalah cara mengetahui realitas sosial yang dikonstruksi oleh mode of thought atau mode of inquiry tertentu, yang kemudian menghasilkan mode of knowing yang spesifik. Definisi tersebut dipertegas oleh Friedrichs, sebagai suatu pandangan yang mendasar dari suatu disiplin ilmu tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari.

    B. Paradigma Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif

    1. Paradigma Penelitian Kuantitatif

    Penelitian kuantitatif dibangun berlandaskan paradigma positivisme dari August Comte (1798-1857). Metode ini lebih menekankan pada aspek pengukuran secara obyektif terhadap fenomena social. Untuk dapat melakukan pengukuran, setiap fenomena sosial di jabarkan kedalam beberapa komponen masalah, variable dan indikator. Setiap variable yang di tentukan di ukur dengan memberikan symbol – symbol angka yang berbeda – beda sesuai dengan kategori informasi yang berkaitan dengan variable tersebut. Dengan menggunakan symbol – symbol angka tersebut, teknik perhitungan secara kuantitatif matematik dapat di lakukan sehingga dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang belaku umum di dalam suatu parameter.

    Tujuan utama dati metodologi ini ialah menjelaskan suatu masalah tetapi menghasilkan generalisasi. Generalisasi ialah suatu kenyataan kebenaran yang terjadi dalam suatu realitas tentang suatu masalah yang di perkirakan akan berlaku pada suatu populasi tertentu. Generalisasi dapat dihasilkan melalui suatu metode perkiraan atau metode estimasi yang umum berlaku didalam statistika induktif. Metode estimasi itu sendiri dilakukan berdasarkan pengukuran terhadap keadaan nyata yang lebih terbatas lingkupnya yang juga sering disebut “sample” dalam penelitian kuantitatif. Jadi, yang diukur dalam penelitian sebenarnya ialah bagian kecil dari populasi atau sering disebut “data”. Penelitian kuantitatif mengadakan eksplorasi lebih lanjut serta menemukan fakta dan menguji teori-teori yang timbul. (Sumanto, 1995)

    2. Paradigma Penelitian Kualitatif

    Adalah metode yang lebih menekankan pada aspek pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah daripada melihat permasalahan untuk penelitian generalisasi. Metode penelitian ini lebih suka menggunakan teknik analisis mendalam ( in-depth analysis), yaitu mengkaji masalah secara kasus perkasus karena metodologi kulitatif yakin bahwa sifat suatu masalah satu akan berbeda dengan sifat dari masalah lainnya. Tujuan dari metodologi ini bukan suatu generalisasi tetapi pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah. Penelitian kualitatif berfungsi memberikan kategori substantif dan hipotesis penelitian kualitatif. (Sumanto, 1995)

    Jenis penelitian ini berlandaskan pada filsafat fenomenologis dari Edmund Husserl (1859-1928) dan kemudian dikembangkan oleh Max Weber (1864-1920) ke dalam sosiologi. Penelitian kualitatif adalah satu model penelitian humanistik, yang menempatkan manusia sebagai subyek utama dalam peristiwa sosial/budaya. Sifat humanis dari aliran pemikiran ini terlihat dari pandangan tentang posisi manusia sebagai penentu utama perilaku individu dan gejala sosial.

    Paradigma kualitatif berpandangan bahwa fenomena sosial, budaya dan tingkah laku manusia tidak cukup dengan merekam hal-hal yang tampak secara nyata, melainkan juga harus mencermati secara keseluruhan dalam totalitas konteksnya. Penelitian kualitatif bersifat deskriptif diartikan mencatat secara teliti segala gejala atau fenomena yang dilihat dan didengar serta dibacanya (via wawancara atau bukan, catatan lapangan, foto, video, tape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dokumen resmi atau bukan dan lain-lain) dan peneliti harus membandig-bandingkan, mengkombinasikan, mengabstaksikan dan menarik kesimpulan. (Nawawi, 2001)

    Pendekatan kualitatif menekankan pada makna dan pemahaman dari dalam (verstehen), penalaran, definisi suatu situasi tertentu (dalam konteks tertentu), lebih banyak meneliti hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Pendekatan kualitatif, lebih lanjut, mementingkan pada proses dibandingkan dengan hasil akhir; oleh karena itu urut-urutan kegiatan dapat berubah-ubah tergantung pada kondisi dan banyaknya gejala-gejala yang ditemukan. (Sarwono, 2006)

    Khusus dalam proses analisis dan pengambilan kesimpulan, paradigma kualitatif menggunakan induksi analitis (analytic induction) dan ekstrapolasi (extrpolation). Induksi analitis artinya simbol-simbol yang digunakan tidak dalam bentuk numerik, melainkan dalam bentuk deskripsi, yang ditempuh dengan cara merubah data ke formulasi. Sedangkan ekstrapolasi adalah suatu cara pengambilan kesimpulan yang dilakukan simultan pada saat proses induksi analitis dan dilakukan secara bertahap dari satu kasus ke kasus lainnya, kemudian –dari proses analisis itu–dirumuskan suatu pernyataan teoritis.

    C. Perbedaan Paradigma Kuantitatif-Kualitatif

    Bertolak dari perbedaan-perbedaan disebut di atas, dapat dicatat berbagai perbedaan paradigma yang cukup signifikan antara penelitian kuantitatif dengan kualitatif. Seperti dikemukakan sebelumnya, penelitian kuantitatif memiliki perbedaan paradigmatik dengan penelitian kualitatif.

    Paradigma PositivistikParadigma Naturalistik
    Disebut juga penelitian kuantitatifDisebut juga penelitian kualitatif
    Melibatkan responden yang memberikan responMelibatkan subjek penelitian sebagai emik yang memberikan penjelasan atau deskripsi
    Pengambilan sampelPenentuan sampel
    Menggunakan kuesioner, tes, komputerMenggunakan pedoman wawancara
    Rentan terjadi manipulasiTidak dapat dimanipulasi

    Paradigma Kuantitatif

    1. Cenderung menggunakan metode kuantitatif, dalam pengumpulan dan analisa data, termasuk dalam penarikan sampel.
    2. Lebih menenkankan pada proses berpikir positivisme-logis, yaitu suatu cara berpikir yang ingin menemukan fakta atau sebab dari sesuatu kejadian dengan mengesampingkan keadaan subyektif dari individu di dalamnya.
    3. Peneliti cenderung ingin menegakkan obyektifitas yang tinggi, sehingga dalam pendekatannya menggunakan pengaturan-pengaturan secara ketat (obstrusive) dan berusaha mengendalikan stuasi (controlled).
    4. Peneliti berusaha menjaga jarak dari situasi yang diteliti, sehingga peneliti tetap berposisi sebagai orang “luar” dari obyek penelitiannya.
    5. Bertujuan untuk menguji suatu teori/pendapat untuk mendapatkan kesimpulan umum (generasilisasi) dari sampel yang ditetapkan.
    6. Berorientasi pada hasil, yang berarti juga kegiatan pengumpulan data lebih dipercayakan pada intrumen (termasuk pengumpul data lapangan).
    7. Keriteria data/informasi lebih ditekankan pada segi realibilitas dan biasanya cenderung mengambil data konkrit (hard fact).
    8. Walaupun data diambil dari wakil populasi (sampel), namun selalu ditekankan pada pembuatan generalisasi.
    9. Fokus yang diteliti sangat spesifik (particularistik) berupa variabel-variabel tertentu saja. Jadi tidak bersifat holistik.

    Paradigma Kualitatif

    1. Cenderung menggunakan metode kualitatif, baik dalam pengumpulan maupun dalam proses analisisnya.
    2. Lebih mementingkan penghayat-an dan pengertian dalam menangkap gejala (fenomenologis).
    3. Pendekatannya wajar, dengan menggunakan pengamatan yang bebas (tanpa pengaturan yang ketat).
    4. Lebih mendekatkan diri pada situasi dan kondisi yang ada pada sumber data, dengan berusaha menempatkan diri serta berpikir dari sudut pandang “orang dalam”.
    5. Bertujuan untuk menemukan teori dari lapangan secara deskriptif dengan menggunakan metode berpikir induktif. Jadi bukan untuk menguji teori atau hipotesis.
    6. Berorientasi pada proses, dengan mengandalkan diri peneliti sebagai instrumen utama. Hal ini dinilai cukup penting karena dalam proses itu sendiri dapat sekaligus terjadi kegiatan analisis, dan pengambilan keputusan.
    7. Keriteria data/informasi lebih menekankan pada segi validitasnya, yang tidak saja mencakup fakta konkrit saja melainkan juga informasi simbolik atau abstrak.
    8. Ruang lingkup penelitian lebih dibatasi pada kasus-kasus singular, sehingga tekannya bukan pada segi generalisasinya melainkan pada segi otensitasnya.
    9. Fokus penelitian bersifat holistik,meliputi aspek yang cukup luas (tidak dibatasi pada variabel tertentu).
    Aksioma DasarKuantitatifKualitatif
    Bersifat realitasTunggal, konkrit, teramatiGanda, holistik, hasil konstruksi dan pemahaman
    Hubungan peneliti dengan yang ditelitiIndependenInteraktif tidak dapat dipisahkan
    Hubungan variabelSebab-akibatTimbal balik/interaktif
    Kemungkinan generalisasiCenderung membuat generalisasiTransferability
    Peranan nilaiCenderung bebas nilaiTerikat nilai

    Perbedaan Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif menurut Fraenkel dan Wallen (1993)

    Penelitian KuantitatifPenelitian Kualitatif
    Menekankan hipotesis jadi yang dirumuskan sebelumnyaMenekankan hipotesis yang berkembang dalampelaksanaan penelitian.
    Menekankan definisi operasional yangdirumuskan sebelumnyaMenekankan definisi dalam konteks atau perkembangan penelitian
    Data diubah menjadi skor numericMenekankan deskripsi naratif
    Menekankan pengukuran dan penyempurnaankeajegan skor yang diperoleh dari instrumentMenekankan pada asumsi bahwa keajegan inferensi cukup kuat.
    Pengukuran validitas melalui rangkaianperhitungan statisticPengukuran validitas melalui cek silang dari sumber informasi
    Menekankan tekik acak untuk mendapatkansampel representatif.Menekankan informan ekspert untuk mendapatkan sampel purposif
    Menekankan prosedur penelitian yang bakuMenekankan prosedur penelitian deskriptif naratif
    Menekankan desain untuk pengontrolan variable ekstranusMenekankan analisis logis dalam pengontrolan variable ekstranus
    Menekankan desain untuk pengontrolan khusus untuk menjaga bias dalam prosedur penelitian.Menekankan kejujuran peneliti dalam pengontrolan prosedur bias
    Menekankan rangkuman statistik dalam hasil penelitianMenekankan rangkuman naratif dalam hasil penelitian.
    Menekankan penguraian fenomenaMenekankan deskripsi holistic

    Perbedaan karateristik kuantitatif dan kualitatif menurut Alwasilah (2011)

    AspekKuantitatifKualitatif
    Fokus PenelitianKuantitas (berapa banyak)Kualitas (hakikat dan esensi)
    Frase TerkaitEksperimen, emipiris, statistikKerja lapangan, etnografi, naturalistik, grounded, subjektif
    Akar filsafatPositivisme, empirisme logisFenomonologi, interaksi simbolik
    TujuanPrediksi, kontrol, deskripsi, konfirmasi, pembuktian, hipotesisPemahaman, deskripsi, temuan, pemunculan, hipotesis
    DesainDitentukan, terstrukturKenyal, berevolusi, mencuat
    LatarTidak akrab, buatanAkrab, alami
    SampelBesar, acak, representatifKecil, tidak acak, teoritis
    Pengumpulan dataBukan manusia (skala, tes survey, kuesioner, computer)Peneliti sebagai instrument inti, interview, observasi
    Modus analisisDeduktif (oleh metode statistik)Induktif (oleh peneliti)
    TemuanPersis, sempit, reduksionisKomprehensif, holistik, ekspansif

    Daftar Pustaka

    Alwasilah, A. Chaedar. 2011. Pokoknya Kualitatif (Dasar-Dasar Merancang dan Melakukan Penelitian Kualitatif). Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya.
    Fraenkel, Jack R. dan Norman E.Wallen. 1993. How to Design and Evalute Researche in Education. Singapore: Mc Graw-Hill Inc.
    Nawawi, Hadari. 2001. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
    Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif. Yogyakarta : Graha Ilmu
    Sugiyono, 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
    Sumanto, 1995. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan: Aplikasi Metode Kuantitatif dan Statistika dalam Penelitian. Yogyakarta: Andi Offset

  • Laporan Praktikum Pemeriksaan Cacing Trematoda pada Keong

    Laporan Praktikum Pemeriksaan Cacing Trematoda pada Keong

    Berikut ini adalah laporan Praktikum Pemeriksaan Cacing Trematoda pada Keong Mas. Tujuan dari praktikum ini adalah mengetahui cara pemeriksaan infeksi dari trematoda.

    Pemeriksaan Cacing Trematoda pada Keong

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Trematoda disebut juga cacing daun yaitu cacing yang termasuk kelas Trematoda kelas Platyhelminthes dan hidup sebagai parasit. Pada umumnya cacing ini bersifat hermaprodit kecuali cacing Schistosoma. Spesies yang termasuk parasit pada manusia termasuk subkelas Digenea, yang hidup sebagai endoparasit. Pada beberapa spesies trematoda, telur matang menetas bila ditelan keong (hospes perantara) dan keluarlah mirasidium yang masuk ke dalam jaringan keong; atau telur dapat langsung menetas dan mirasidium berenang di air; dalam waktu 24 jam mirasidium harus sudah menemukan keong air agar dapat melanjutkan perkembangannya. Keong air di sini berfungsi sebagai hosper perantara pertama (HP 1). Dalam keong air tersebut, mirasiudium berkembang menjadi spoorokista yaitu kantung yang berisi embrio lalu berkembang lagi menjadi redia yang siap dikeluarkan dari tubuh keong. (Staf Pengajar FKUI, 2009)

    Pada umumnya cacing trematoda yang hidup pada siput ditemukan pada beberapa Negara seperti di RRC, Korea, Jepang, Filipina, Thailand, Vietnam, Taiwan, India dan Afrika. Beberapa spesies juga ditemukan di Indonesia seperti Fasciolopsis buski di Kalimantan, Echinostoma di Jawa dan Sulawesi, Heterophydae di Jakarta dan Schistosoma japonicum di Sulawesi Tengah (Irmawati, 2013)
    Secara umum gastropoda memberi manfaat kepada manusia, baik dagingnya sebagai bahan makanan yang berprotein tinggi sehingga dapat dikonsumsi oleh penduduk, juga sebagai pakan ternak unggas dan cangkangnya dapat dibuat berbagai macam lukisan, cendramata dan bunga-bungaan. Akan tetapi, selain memiliki berbagai macam manfaat tersebut, siput juga dapat merugikan yaitu sebagai hama yang merupakan ancaman bagi manusia karena memakan tanaman muda misalnya padi, serta beberapa jenis diantaranya ternyata dapat berpotensi sebagai inang perantara parasit cacing trematoda, yang stadium dewasanya berparasit pada manusia (Sutrisnawati, 2001).

    B. Tujuan

    1. Dapat mengetahui cara pemeriksaan infeksi dari trematoda.
    2. Mengetahui ada tidaknya infeksi larva cacing trematoda pada sampel keong yang diperiksa.

    Bab III. Metode Praktikum

    A. Metode Pemeriksaan

    Maksud dari dilaksanakannya praktikum ini adalah untuk mengetahui berbagai macam stadium dalam kelas Trematoda dalam hati siput yang diperiksa dalam laboratorium. Dasar teorinya yaitu siput dikatakan sebagai hospes perantara dari berbagi jenis Trematoda karena di dalam hati siput ditemukan stadium sporokista, redia, dan sercaria. Hati siput terletak pada lingkaran atau sutura ketiga dari ujungnya. Ditemukannya stadium sporokista, redia dan serkaria pada tubuh siput menunjukkan bahwa siput terinfeksi cacing trematoda.

    Metode pemeriksaan serkaria pada keong mas dan kraca yaitu dengan memotong pada segmen ketiga dari ujung yang merupakan lokasi perkembangbiakan trematoda secara aseksual berada pada hospes perantara yaitu tubuh siput yang berlokasi di hati.

    B. Alat dan Bahan

    1. Alat
    1. Objek glass
    2. Cover glass
    3. Mikroskop elektrik
    4. Talenan
    5. Pisau
    6. Tisu
    5. Bahan
    1. Keong mas
    2. Kraca
      Cara kerja
    3. Alat dan bahan disiapkan
    4. Sampel keong diletakkan di atas talenan.
    5. Tiga segmen dari ujung spesimen keong dipotong menggunakan pisau.
    6. Lendir yang didapat dari ujung spesimen yang telah dipotong diulaskan pada objek glass.
    7. Objek glass ditutup dengan cover glass.
    8. Amati di bawah mikroskop.

    Bab IV. Hasil dan Pembahasan

    A. Hasil Pengamatan

    SampelHasil
    Keong masNegatif
    KracaNegatif

    Dari percobaan mengenai pemeriksaan infeksi larva trematoda yang melibatkan tiga macam sampel antara lain keong mas dan kraca dapat diketahui bahwa hasil menunjukkan negatif karena tidak ditemukan adanya infeksi larva cacing trematoda yang terdapat pada ketiga macam spesimen tersebut setelah dilakukan pengamatan di bawah mikroskop.

    B. Pembahasan

    Metode pemeriksaan serkaria pada keong mas dan kraca adalah dengan memotong pada segmen ketiga dari ujung yang merupakan lokasi perkembangbiakan trematoda secara aseksual berada pada hospes perantara yaitu tubuh siput yang berlokasi di hati.

    1. Tujuan dari metode ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya infeksi larva cacing trematoda pada sampel siput yang diperiksa.
    2. Kelebihannnya adalah cara kerjanya mudah dan alat yang digunakan tidak banyak.
    3. Kerugiannya adalah harus menjaga spesimen agar tetap hidup dan menentukan tiga segmen dari ujung siput untuk dipotong.
      Hasil yang didapatkan dari pemeriksaan keong, kraca dan sumpil yaitu negatif karena tidak sitemukan adanya infeksi larva cacing trematoda yang terdapat pada ketiga macam sampel tersebut setelah dilakukan pengamatan di bawah mikroskop. Hal ini disebabkan oleh:
    4. Air yang mengaliri sawah bersih dan tidak terkontaminasi oleh suatu apapun karena air tersebut selalu dijaga kebersihannya oleh para petani yang berada disawah tersebut.
    5. Sawah tempat pengambilan sampel siput sudah dibajak menggunakan traktor, bukan kerbau. Penggunaan traktor saat membajak sawah membuat sawah tidak terkontaminasi karena kotoran kerbau dan membuat siput tidak terinfeksi penyakit apapun yang ditimbulkan oleh kerbau tersebut.
    6. Pemotongan cangkang tidak pas pada organ hati siput yaitu bukan pada lingkaran segmen yang ketiga dari ujung siput
    7. Saat melakukan identifikasi praktikan kurang teliti dan tidak mengikuti prosedur yang ada sehingga pada beberapa siput tidak ditemukan stadium perkembangan cacing trematoda.
    8. Siput memang belum terinfeksi cacing Trematoda.
    9. Daerah ditemukannya siput belum tercemar sehingga cacing Trematodanya tidak ada.
      Pomacea sp. adalah keong air tawar yang morfologinya cukup menarik. Keong ini berbentuk bulat mengerucut dan berwarna kuning keemasan sehingga dikenal dengan nama keong mas. Berdasarkan dagingnya, terdapat dua macam keong mas yakni yang berdaging kuning dan berdaging hitam. Lingkaran (ubin) cangkang terdiri dari lima sampai enam buah dipisahkan dengan kedalaman yang disebut suture, bukaan cangkang (aperture) berbentuk panjang dan hampir bulat. Keong mas jantan memiliki aperture lebih bulat dari betina. Ukuran cangkang bervariasi dengan lebar 4-6 cm dan tinggi 4,5-7,5 cm. Operculum (tutup cangkang) umumnya tebal dan strukturnya berpusat di pusat cangkang. Keong mas memiliki sifat yang sangat rakus sehingga memungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai pemberantas gulma air di sawah dan menjadi sumber protein hewani. (Riani, 2011)
      Keong sawah (Pilla ampullaceal) adalah jenis siput air yang mudah dijumpai di perairan tawar Asia tropis, seperti di sawah, aliran parit, dan danau. Hewan bercangkang ini dikenal pula sebagai kraca, keong gondang, siput sawah, siput air, atau tutut. Bentuknya agak menyerupai siput murbai, tetapi keong sawah memiliki warna cangkang hijau pekat sampai hitam. Sebagaimana anggota Ampullariidae lainnya, ia memiliki operculum , semacam penutup/ pelindung tubuhnya yang lunakketika menyembungikan diri di dalam cangkangnya (Muchsin dkk, 2010).
      Parasit Trematoda mempunyai hubungan yang erat dengan hospes perantara Gastropoda yang berperan sebagai kendaraan untuk perkembangan dan transmisi Trematoda. Mereka menghadirkan beban ekonomi dan medis di Negara berkembang. Laboratorium meningkatkan system dan kultur sel in vitro siput dengan trematoda. Keseimbangan dinamis hubungan ini dimana parasit mempengaruhi secara kuat fisiologi hospes sangat spesifik dan mendorong kospesiasi. (Lockyer, dkk, 2004)
      Menurut Onggowaluyo (2002), trematoda berasal dari kata trematos, artinya berlubang dan berlekuk, yaitu cacing yang tubuhnya terdapat satu atau lebih bagian yang berlekuk untuk menempel pada hospesnya. Trematoda yang hidup sebagai pada manusia memiliki organ pencernaan, genital, dan beberapa bagian lainnya mengalami kemunduran. Spesies yang hidup pada manusia disebut sebagai endoparasit karena hidup di dalam organ visceral, misalnya dalam sistem pembuluh darah. Trematoda dewasa tidak bersegmen, berbentuk pipih dorsoventral bilateral simetris, memanjang seperti daun. Cacing ini menempel pada hospes dengan dua batil isap (sucker), yaitu di bagian kepala (oral sucker) dan di bagian perut (ventral sucker). Cacing ini tidak mempunyai soelom dan system sirkulasi darah. Faring berbentuk bulat dan berotot, ususnya bercabang menyerupai huruf Y, sistem ekskresi terdiri dari sel api (flame cell), dan bersifat hermaprodit. Bentuk, ukuran, dan warna telur berbeda-beda. Ujung kulit telur umumnya tidak mempunyai operculum, tetapi mempunyai duri (spina).
      Menurut Irianto (2013), daur hidup trematoda meliputi:
    10. Keluarnya telur dari feses hospes. Telur ini menetas dalam air dan menjadi mirasidium.
    11. Mirasidium menembus jaringan keong sebagai hospes perantara pertama. Di dalam keong, mirasidium mengalami metamorphosis yaitu sporokista lalu redia yang siap dikeluarkan.
    12. Redia menjadi serkaria yang berenang bebas di air dan memasuki hospes perantara kedua.
    13. Serkaria menjadi metaserkaria.
    14. Hospes perantara kedua dikonsumsi hospes definitif dan menginfeksi hospes definitif.
      Menurut Staf Pengajar FKUI (2009), kelainan yang disebabkkan oleh cacing Trematoda tergantung dari lokalisasi cacing, pengaruh rangsangan setempat, dan zat toksin yang dikeluarkan oleh cacing. Cacing pada usus menimbulkan gejala ringan seperti mual, muntah, dan diare. Cacing pada paru menimbulkan gejala batuk, sesak napas, dan batuk darah (hemoptisis). Cacing pada saluran empedu hati menimbulkan peradangan saluran empedu, penyumbatan aliran empedu, dan gejala ikterus, serta hepatomegali.
      Menurut Entjang (2003), berkecamuknya penyakit Trematoda di suatu daerah ditentukan oleh adanya mollusca sebagai host intermediate di wilayah tersebut, sedangkan hospes kedua relatif kurang berperan karena larva trematoda hanya akan melanjutkan perjalanan bila bertemu hospes perantara kedua. Namun, terhadap mollusca tidak terlalu memilih. Kebiasaan masyarakat di daerah menentukan terjadinya infeksi dan penyebaran. Kebiasaan, mandi, mencuci, berbasah-basah di sungai, kolam, atau sawah berisiko untuk terinfeksi cacing ini. Selain itu, memakan sayuran, udang, ikan yang kurang matang, pembuangan kotoran yang tidak benar juga menimbulkan penularan. Pencegahan terhadap penyakit Trematoda ini dapat dilakukan dengan:
    15. Pengobatan semua penderita untuk menghilangkan sumber penularan.
    16. Pembuangan kotoran sesuai aturan kesehatan.
    17. Pemberantasan siput air tawar.
    18. Mengonsumsi sayuran, ikan, udang, keong yang benar-benar matang.
    19. Pendidikan kesehatan kepada masyarakat.

    E. KESIMPULAN

    1. Metode pemeriksaan serkaria pada keong mas dan kraca yaitu dengan memotong pada segmen ketiga dari ujung yang merupakan lokasi perkembangbiakan trematoda secara aseksual berada pada hospes perantara yaitu tubuh siput yang berlokasi di hati
    2. Ada berbagai macam jenis keong yang merupakan hospes perantara dari cacing trematoda. Diantaranya adalah keong mas (Pomacea canaliculata) dan kraca (Pila ampullaceae).
    3. Hasil yang didapat dari pemeriksaan potongan segmen keong mas, kraca, dan sumpil adalah negatif, karena tidak terdapat larva cacing trematoda (serkaria) pada keong mas dan kraca.

    Daftar Pustaka

    Entjang, Indah. 2003. Mikrobiologi dan Parasitologi untuk Akademi Keperawatan. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
    Lockyer,Anne E, dkk. 2004. Trematodes and snails: an intimate association. Canadian Journal of Zoology. 82(2): 251-269, 10.1139/z03-215
    Irmawati, dkk. 2013. Prevalensi Larva Echinostomatidae pada Berbagai Jenis Gastropoda Air Tawar di Kecamatan Dolo Kabupaten Sigi. e-Jipbiol Vol. 2: 1-6.
    Irianto, Koes. 2013. Parasitologi Medis. Bandung: Alphabeta.
    Muchsin, dkk. 2010. Kepadatan Keong Pila ampullaceal di Areal Persawahan Pondok Hijau. Laporan Praktikum Ekologi Hewan.
    Onggowaluyo, Jangkung. 2002. Parasitologi Medik I Helmintologi: Pendekatan Aspek Identifikasi, Diagnosis, dan Klinik. Jakarta: EGC.
    Riani, Etty. 2011. Kemampuan Reproduksi Keong Mas (Pomacea sp.) Daging Kuning dan Daging Hitam. Jurnal Moluska Indonesia. Volume 2(1):9-13.
    Sutrisnawati. (2001). Beberapa Aspek Biologi Gastropoda Air Tawar Serta Potensinya Sebagai Inang Perantara Parasit Cacing Trematoda Pada Manusia di Daerah Lembah Napu Sulawesi Tengah. [Thesis]. Bandung: Universitas Padjadjaran.
    Staf Pengajar Departemen Parasitologi FKUI. 2009. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

  • 10 Arca Peninggalan Kerajaan Majapahit

    10 Arca Peninggalan Kerajaan Majapahit

    Arca Peninggalan Majapahit

    Arca Peninggalan Majapahit adalah artefak penting yang menjadi bukti kemegahan Kerajaan yang pernah menguasai wilayah Nusantara ini. Arca-Arca ini ditemukan di bekas wilayah kekauasaan Majapahit.

    1. Patung Hutan Baluran

    Arca Dewi Lakshmi merupakan arca yang ditemukan pada 10 Maret 2013 di Hutan Baluran Kabupaten Sitobondo, Jawa Timur. Hal ini yang membuat arca ini disebut sebagai Arca Hutan Baluran.

    Arca Dewi Laksmi Hutan Baluran

    2. Arca Harihara

    Arca ini adalah paduan dari Siwa serta Wisnu yang melukiskan Taja Kertarajasa. Walau tempatnya di Candi Simoing, Blitar, saat ini arca ini sudah dipindah ke Museum Nasional Republik Indonesia.

    Arca Harihara Peninggalan Kerajaan Majapahit

    3. Bidadari Majapahit

    Arca yang terbuat dari emas ini adalah arca cetakan emasapsara (bidadari surgawi) style khas Majapahit yang melukiskan dengan prima zaman kerajaan Majapahit juga sebagai “zaman keemasan” nusantara.

    4. Arca Dewi Parwati

    Arca ini juga sebagai perwujudan anumertaTribhuwanottunggadewi, yakni ratu Majapahit yang disebut ibunda Hayam Wuruk.

    5. Arca Perapa Hindhu

    Arca pertapa Hindu ini datang dari saat Majapahit akhir. Tetapi saat ini jadi koleksi Museum für Indische Kunst, Berlin-Dahlem, Jerman.

    6. Patung Penjaga Gerbang

    Sepasang patung penjaga gerbang ini datang dari era ke-14 dari kuil Majapahit di Jawa Timur. Saat ini disimpan di Museum of Asian Art, San Francisco-Amerika Serikat.

    7. Arca Ratu Suhita

    Arca ini melukiskan Ratu Suhita yang memerintah th. 1429-1447. Arca yang diketemukan di Tulungagung, Jawa Timur ini saat ini disimpan di Museum Nasional Republik Indonesia.

    8. Arca Ganesha

    Arca ini diketemukan warga Nganjuk waktu warga yang tengah lakukan kerja bakti untuk mengatur pipa saluran air di pekarangan tempat tinggalnya yang juga berdekatan dengan punden atau tempat yang dikeramatkan. Menurut Dimin, warga yang temukan arca, menyampaikan waktu menggali tanah tersebut, alat penggali yang digunakannya mengenai benda karas. Lantaran berprasangka buruk, jadi benda itu digali serta diketemukanlah arca itu.

    9. Arca Dewa Wisnu

    Di Museum Trowulan, Mojokerto, ada arca yang paling populer yakni Arca Raja Airlangga, digambarkan juga sebagai Dewa Wishnu yang mengendarai Garuda, dari Candi Belahan.

    10. Arca Minak Jinggo

    Di Desa Ungah-unggahan, Trowulan, samping Timur kolam Segaran, ada suatu candi yang sekarang ini cuma tinggal reruntuhan candi yang terbuat berbahan batu andesit, suatu bahan bangunan candi yg tidak umum dipakai pada candi-candi di lokasi Trowulan, yang beberapa besar mempergunakan bahan basic batu bata merah. Dari tempat reruntuhan candi ini sudah diketemukan suatu arca Garudha, tetapi oleh orang-orang setempat serta berita-berita kebiasaan dijelaskan juga sebagai arca Menak-Jinggo. Arca yang populer namanya ini diakui juga sebagai perwujudan Raja Blambangan

  • 7 Ubur-Ubur Paling Beracun Dan Mematikan Di Dunia

    7 Ubur-Ubur Paling Beracun Dan Mematikan Di Dunia – Jika Anda sudah pernah berenang dan melihat ubur-ubur mengambang ke arah Anda, kemungkinan besar Anda bergegas pergi secepat Anda bisa. Hal ini sulit untuk menemukan ubur-ubur. Menjadi tembus, mereka sering dapat berbaur langsung ke arus laut. Untungnya mereka cenderung untuk menangkap cahaya, yang membantu mereka untuk berdiri di bawah kondisi yang tepat. Sementara ubur-ubur tidak memiliki otak dan makhluk relatif sederhana, mereka dilengkapi untuk bertahan hidup. Jeli biasanya memiliki sel penyengat di tentakel mereka dikenal sebagai nematocysts.

    Mekanisme menyengat dapat dipicu oleh sentuhan ringan-dan dapat melepaskan racun lebih cepat dari pistol melepaskan peluru. Jeli menggunakan sengatan ini untuk berburu dan untuk perlindungan. Mayoritas jeli tidak semua yang berbahaya-tetapi yang lain mematikan. Apa ubur-ubur yang paling beracun di dunia? Mari kita lihat beberapa pesaing.

    1. Sea Nettle

    Sea Nettle tentu saja nama untuk tanaman jelatang. Mereka memiliki panjang, tentakel tipis, dan biasanya ditemukan adalah wilayah Chesapeake Bay lepas pantai timur Amerika Serikat. Mekar dari jelatang laut yang umum, dan berbahaya. Jelatang laut memiliki 24 tentakel masing-masing yang bisa mencapai sejauh enam kaki. Sengatan cukup beracun untuk menyebabkan rasa sakit yang hebat, tapi untungnya mereka jarang hidup membahayakan.

    2. Singa mane ubur-ubur

    Salah satu makhluk laut paling luar biasa dan indah yang bisa Anda temui adalah singa mane ubur-ubur. Hal ini juga ubur-ubur terbesar yang diketahui. Bel saja dapat mencapai hingga 8 meter dengan diameter, dan tentakel dapat mencapai lebih dari 100 meter panjangnya. Mereka luar biasa, nyata, dan sering melakukan perjalanan dalam mekar besar. Mereka juga mematikan. Sebuah sengatan dari salah satu makhluk besar dapat melemahkan menyakitkan, dan kadang-kadang mematikan. Mungkin tidak ubur-ubur yang paling mematikan di dunia, namun jelas salah satu yang paling mencolok.

    3. Bulan ubur-ubur

    Yang satu ini tidak harus bahkan membuat daftar ini. Bulan jeli sangat umum, dan kemungkinan besar jika Anda telah mengunjungi akuarium dan melihat ubur-ubur, Anda melihat jelly bulan. Mereka menyengat, tapi iritasi biasanya agak ringan, dan mereka tidak dianggap berbahaya oleh para ilmuwan. Mengapa memasukkan mereka dalam daftar ini? Mereka termasuk dalam banyak orang lain-tetapi bahaya mereka dibesar-besarkan oleh orang awam. Jika ada membuat mereka bermasalah untuk perenang, itu hanya bagaimana umum mereka. Mereka menyoroti fakta bahwa ubur-ubur yang, secara keseluruhan, tidak berbahaya atau menakutkan karena banyak perenang percaya.

    4. Cannonball ubur-ubur

    Ini belum spesies menyengat lain yang banyak perenang asumsikan sebagai mematikan. Seperti ubur-ubur bulan, mereka relatif jinak dan tidak berbahaya namun, dan jarang menyengat manusia. Mereka terjebak dalam jaring nelayan banyak, dan sengatan mereka dianggap cukup berbahaya.

    5. Portugis Man o ‘War

    Yang satu ini benar-benar berbahaya-sangat berbahaya bahkan. Cukup lucu, juga bukan ubur-ubur nyata, melainkan sesuatu yang disebut lalat a. Untuk menambah keanehan menakjubkan Man o ‘War, bahkan bukan binatang. Secara teknis, itu adalah koloni organisme. Jadi agak sesuai yang telah dinamai kapal angkatan laut abad ke-17. Di satu sisi, itu benar-benar seperti kapal, dan organisme yang terdiri dari itu seperti kru. Kesesuaian nama adalah kebetulan Namun, karena terinspirasi oleh puncak dikenali di atas organisme, yang sebenarnya kandung kemih nya. Kandung kemih memiliki tujuan tambahan bertindak sebagai pelampung, dan sering menempel di atas air seperti layar. Umumnya koloni ini ungu dan merah muda, meskipun mereka kadang-kadang memiliki warna biru sebagai gantinya. Mereka cukup elegan dan luar biasa untuk dilihat.

    The Man Portugis o ‘War mungkin indah, tetapi juga salah satu ubur-ubur mematikan di dunia. Sengatan meninggalkan bilur seperti tanda cambuk, yang bisa sangat menyakitkan selama beberapa hari. Racun dapat menyebabkan demam dan shock, dan dapat menyebabkan jantung atau paru-paru berhenti berfungsi. Hal ini dapat menyebabkan kematian.

    6. Irukandji Jellyfish

    Good luck menghindari ubur-ubur kecil ini. Anda tidak mungkin untuk pernah melihatnya datang, karena hanya mengukur 0,2 inci dan hampir transparan. Ini adalah anggota dari keluarga terkenal ubur-ubur kotak, dan ini bisa dibilang hewan yang paling berbisa di planet ini. Racun adalah 100 lebih kuat daripada ular kobra. Baik tentakel dan lonceng bisa menyengat. Sebuah sengatan tunggal mungkin diobati. Beberapa sengatan hampir pasti mematikan. Gejala termasuk kram parah otot, nyeri pada ginjal dan kembali, sensasi terbakar, sakit kepala, muntah, dan takikardia. Jika Anda tinggal, tidak akan menjadi kenangan yang menyenangkan.

    7. Sea Wasp Box Jellyfish

    Ini adalah ubur-ubur yang paling mematikan di dunia, dan salah satu makhluk paling mematikan di planet ini sama sekali. Hal ini juga dikenal sebagai penyengat laut. Sejak tahun 1954, 5568 kematian telah dikaitkan dengan jelly ini. Ada lima belas tentakel pada jenis ubur-ubur, yang dapat memperpanjang sepuluh meter panjangnya. Pada setiap tentakel, ada sekitar setengah juta anak panah. Ini panah mikroskopis penuh racun. Masing-masing secara teoritis bisa membunuh hingga 60 orang.

    Hal ini cepat bertindak, dan dapat menyebabkan penangkapan kardiovaskular dalam hitungan menit. Rasa sakit dari sengatan itu sendiri sangat intens, dan dapat menyebabkan kematian bahkan sebelum racun tidak, karena dapat menyebabkan syok. Jika ajaib Anda bertahan sengatan dari salah satu jeli ini, Anda akan berada dalam jumlah yang ekstrim sakit selama berminggu-minggu setelah pertemuan itu.

    Ada banyak jenis ubur-ubur kotak, yang semuanya bisa sangat mematikan. Selain ubur-ubur kotak meskipun, seperti yang Anda lihat, ada benar-benar tidak banyak ubur-ubur yang berbahaya. Ada Man o ‘War (yang hampir tidak penting), dan Laut Nettle dan singa Mane ubur-ubur, tapi jeli menyengat lainnya seperti Bulan dan Cannonball relatif tidak berbahaya. Jeli mendapatkan reputasi buruk mereka tidak benar-benar layak. Sebagian besar tidak berbahaya bagi manusia. Beberapa yang meskipun sangat menyakitkan dan sering mematikan!