Blog

  • Jenis Jenis Orientasi Kurikulum

    Orientasi Kurikulum

    Orientasi pengembangan kurikulum diartikan sebagai sebuah arah atau pendekatan yang memiliki penekanan tertentu pada suatu hal dalam mengembangkan kurikulum baik bagi para pengembang kurikulum maupun para pelaksana di sekolah.
    Orientasi Pengembangan kurikulum menurut Seller menyangkut enam aspek, yaitu :

    1. Tujuan pendidikan menyangkut arah kegiatan pendidikan. Artinya , hendak dibawa ke mana siswa yang kita didik itu.
    2. Pandangan tentang anak. Apakah anan dianggap sebagai organisme yang aktif atau pasif.
    3. Pandangan tentang proses pembelajaran. Apakah proses pembelajaran itu dianggap sebagai proses transformasi ilmu pengetahuan atau mengubah prilaku.
    4. Pandangan tentang lingkungan. Apakah lingkungan belajar harus dikelola secara formal, atau secara bebas yang dapat memungkinkan anak bebas belajar.
    5. Konsepsi tentang peran guru . Apakah guru harus berperan sebagai instruktur yang bersifat otoriter, atau guru dianggap sebagai fasilitator yang siap memberi bimbingan dan bantuan pada anak untuk belajar.
    6. Evaluasi belajar. Apakah mengukur keberhasilan ditentukan dengan tes atau nontes.

    Pada garis besarnya ada empat jenis orientasi kurikulum :

    1) Kurikulum berdasarkan matapelajaran (Subject Centered)

    Subject centered design curiculum merupakan bentuk desain yang paling populer, paling tua dan paling banyak digunakan. Dalam Subject centred design, kurikulum tersusun atas sejumlah mata-mata pelajaran, dan mata-mata pelajaran tersebut diajarkan secara terpisah-pisah. Karena terpisah-terpisahnya itu maka kurikulum ini disebut juga separated subject curikulum. Disain kurikulum ini mengacu pada disiplin ilmu. Model pengembangan kurikulum berdasarkan disiplin ilmu merupakan refleksi dari model orientasi posisi transmisi. Pandangan posisi transmisi yang melandasi model ini antara lain fungsi pendidikan untuk menyampaikan fakta-fakta, keterampilan, dan nilai-nilai kepada siswa. Desain jenis ini dapat dibedakan atas tiga desain, yaitu subject desain, disciplines design, dan broadfields design.

    Ada beberapa pendekatan yang digunakan dalam kurikulum ini, yaitu:

    A. Mata Pelajaran terpisah-pisah (Separate Subject Curriculum)

    Dalam subject centered, kurikulum ini bertujuan agar generasi muda mengenal hasil kebudayaan dan pengetahuan umat manusia yang telah dikumpulkan sejak berabad-abad, agar mereka tak perlu mencari dan menemukan kembali apa yang telah diperoleh generasi-generasi dahulu. Dengan demikian mereka lebih mudah dan lebih cepat membekali diri untuk menghadapi masalah-masalah dalam kehidupannya. Kurikulum ini masih sangat umum dipakai dimana-mana karena banyak mengandung keuntungan-keuntungan, namun banyak pula kelemahan-kelemahannya ditilik dari sudut pendidikan modern. Keberatan-keberatan yang sering diajukan tentu saja bertalian erat dengan pandangan seseorang mengenai pendidikan dan pengajaran.

    Kelemahan-kelemahan kurikulum ini ialah:

    1. Kurikulum ini memberikan matapelajaran yang lepas-lepas yang tidak berhubungan satu dengan yang lain.
    2. Kurikulum ini tidak memperhatikan masalah-masalah sosial yang dihadapi anak-anak dalam kehidupannya sehari-hari.
    3. Kurikulum ini menyampaikan pengalaman umat manusia yang lampau dalam bentuk yang sistematis dan logis. Sesuatu yang logis tidak selalu psikologis ditinjau dari segi minat dan perkembangan anak.
    4. Tujuan kurikulum ini terlampau batas.
    5. Kurikulum ini kurang mengembangkan kemampuan berpikir.
    6. Kurikulum ini cenderung menjadi statis dan ketinggalan zaman.

    B. Mata Pelajaran gabungan (Correlated Curriculum)

    Correlated berasal dari kata correlation yang dalam bahasa Indonesia berarti korelasi yaitu adanya hubungan antara satu dengan yang lainnya. Pokok bahasan atau sub pokok bahasan dapat tuntas dan menyeluruh. Korelasi bidang studi tersebut dapat terjadi sebagai berikut:
    a. Korelasi antar pokok bahasan dalam bidang studi yang sejenis.
    b. Korelasi antar pokok bahasan di luar bidang studi yang tidak sejenis.
    c. Dapat pula beberapa matapelajaran disatukan (Broad Fields).

    C. Pola pengelompokkan mata pelajaran serumpun (Broad Fields)

    Broad Fields itu menyatukan beberapa matapelajaran yang berdekatan atau berhubungan menjadi satu bidang studi. Beberapa Keuntungan dari Kurikulum-kurikulum ini, ialah:
    a. Korelasi memajukan integrasi pengetahuan pada murid-murid. Mereka mendapat informasi mengenai suatu pokok tertentu tidak secara terpisah-pisah dalam berbagai matapelajaran pada waktu yang berbeda-beda, akan tetapi dalam satu pelajaran, dimana pokok itu disoroti dari berbagai disiplin matapelajaran tertentu. Dengan demikian pengetahuan mereka tidak lepas-lepas, melainkan bertautan, berpadu.
    b. Minat murid bertambah apabila ia melihat hubungan antara matapelajaran-matapelajaran.
    c. Pengertian murid-murid tentang sesuatu lebih mendalam, apabila didapat penjelasan dari berbagai matapelajaran.
    d. Korelasi memberikan pengertian yang lebih luas karena diperoleh pandangan dari berbagai-bagai sudut dan tidak hanya dari satu matapelajaran saja.
    e. Korelasi memungkinkan murid-murid menggunakan pengetahuannya lebih fungsional. Mereka mendapat kesempatan menggunakan pengetahuan dari berbagai matapelajaran guna memecahkan suatu masalah.
    f. Korelasi antara matapelajaran lebih mengutamakan pengertian dan prinsip-prinsip daripada pengetahuan dan penguasaan fakta-fakta.

    Kelemahan-kelemahan kurikulum-kurikulum ini ialah :
    a. Tidak menggunakan bahan yang langsung berhubungan dengan kebutuhan dan minat anak-anak serta dengan masalah-masalah yang hangat yang dihadapi murid-murid dalam kehidupannya sehari-hari.
    b. Tidak memberi pengetahuan yang sistematis serta mendalam mengenai pelbagai matapelajaran.
    c. Guru sering tidak menguasai pendekatan inter-disipliner.

    2) Kurikulum yang mengutamakan peranan siswa (Student Centered)

    Learned Centered Design bersumber dari konsep Rousseau tentang pendidikan alam, menekankan perkembangan peserta didik. Pengembangan kurikulum ini sangat dipengaruhi oleh Dewey, seperti berinteraksi sosial, keinginan bertanya, keinginan membangun makna, dan keinginan berkreasi yang menekankan sifat-sifat alami anak dalam mengembangkan kurikulum. Jenis desain ini dapat dibedakan atas activity (experience) design dan humanistic design. Pengorganisasian kurikulum didasarkan atas minat, kebutuhan, dan tujuan peserta didik. Sebagai reaksi dan penyempurnaan terhadap kelemahan subject centered design, ciri utama yang membedakan desain model ini dengan subject centered yaitu: Learner centered design atau student centered mengembangkan kurikulum dengan bertolak dari peserta didik dan bukan dari isi, Learner centered design bersifat non-preplanned (kurikulum tidak diorganisasikan sebelumnya) tetapi dikembangkan bersama antara dosen dengan peserta didik dalam penyelesaian tugas-tugas pendidikan. Desain kurikulum ini dibedakan atas areas of living design dan core design.
    Ada beberapa pendekatan yang digunakan dalam kurikulum ini, yaitu :
    A. Kurikulum berpusat pada anak didik (Student centered)
    Di dalam pendidikan atau pengajaran yang belajar dan berkembang adalah peserta didik sendiri. Guru atau pendidik hanya berperan menciptakan situasi belajar mengajar, mendorong dan memberikan bimbingan sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Peserta didik bukanlah tiada daya, dia adalah suatu organisme yang punya potensial untuk berbuat, berperilaku, belajar dan juga berkembang sendiri. Student Centered bersumber dari konsep Rousseau menekankan perkembangan peserta didik. Pengorganisasian kurikulum didasarkan atas minat, kebutuhan dan tujuan peserta didik. Ada variasi model ini, yaitu Activity atau Experience Centered.

    B. Kurikulum berpusat pada pengalaman (The Activity atau Experience Centered)
    Beberapa ciri utama Activity atau Experience. Pertama, Struktur kurikulum ditentukan oleh kebutuhan dan minat peserta didik. Dalam mengimplementasikan ciri ini guru hendaknya:a) Menemukan minat dan kebutuhan peserta didik, b) Membantu para siswa memilih mana yang paling penting dan urgen. Kedua, karena struktur kurikulum didasarkan atas minat dan kebutuhan peserta didik, maka kurikulum tidak dapat disusun jadi sebelumnya, tetapi disusun bersama oleh guru dengan para siswa. Ketiga, desain kurikulum tersebut menekankan prosedur pemecahan masalah.
    Ada beberapa kelebihan dari kurikulum ini, yaitu:
    a. Kegiatan pendidikan didasarkan atas kebutuhan dan minat peserta didik.
    b. Pengajaran memperhatikan perbedaan individual. Mereka turut dalam kegiatan belajar kelompok karena membutuhkannya, demikian juga kalau mereka melakukan kegiatan individual.
    c. Kegiatan-kegiatan pemecahan masalah memberikan bekal kecakapan dan pengetahuan untuk menghadapi kehidupan di luar sekolah.
    Ada beberapa kelemahan dari model disain kurikulum ini, yaitu:
    a. Penekanan pada minat dan kebutuhan pada peserta didik belum tentu cocok dan memadai untuk menghadapi kenyataan dalam kehidupan.
    b.Kurikulum hanya menekankan minat dan kebutuhan peserta didik. Kurikulum tidak mempunyai pola dan struktur. Kedua kritik ini tidak semuanya benar, sebab beberapa tokoh activity design telah mengembangkan struktur ini.

    3) Kurikulum yang berorientasi pada tujuan (Goal Centered)

    Desain kurikulum yang berorientasi tujuan adalah kurikulum berpusat pada tujuan (goal-oriented) dan kurikulum berbasis kompetensi (competence-based)
    A. Kurikulum yang berorientasi pada tujuan (Goal Oriented)
    Masing-masing tujuan yang ada di bawahnya terkait secara langsung dengan tujuan yang ada di atasnya. Penyusunan kurikulum dengan orientasi berdasarkan tujuan, artinya bahwa tujuan pendidikan dicantumkan terlebih dahulu. Tujuan pendidikan di Indonesia tertera pada GBHN. Atas dasar tujuan-tujuan yang telah ada, selanjutnya ditetapkan pokok-pokok bahan pelajaran dan kegiatan belajar mengajar, yang kesemuanya itu diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan. Pengembangan kurikulum yang menganut pendekatan berorientasi pada tujuan ini mendasarkan diri pada tujuan-tujuan pendidikan yang telah dirumuskan secara jelas dari tujuan nasional sampai tujuan instruksional. Dalam hal ini kegiatan pertama adalah merumuskan tujuan-tujuan pendidikan yang akan dilaksanakan dan dicapai melalui kegiatan belajar mengajar mengajar. Tujuan-tujuan pendidikan yang dirumuskan biasanya bersifat menyeluruh, mencakup aspek-aspek, mulai aspek pengetahuan, nilai-nilai, keterampilan maupun sikap. Dalam pengembangan semacam ini yang menjadi persoalan adalah menentukan tujuan-tujuan atau harapan apa yang diinginkan dari tercapainya hasil pembelajaran tersebut. Pengembangan kurikulum yang semacam ini di Indonesia adalah kurikulum 1975. Berdasarkan tujuan yang dirumuskan tersebut maka disusun atau diterapkanlah bahan pelajaran yang meliputi pokok-pokok dan sub-sub pokok bahasan sehingga lebih terarah.
    Adapun beberapa kelebihannya, yaitu :
    a) Tujuan yang ingin dicapai sudah jelas dan tegas, sehingga bahan, metode, jenis-jenis kegiatan juga jelas dalam menetapkannya. Karena telah ada tujuan-tujuan yang jelas maka memudahkan penilaian- penilaian untuk mengukur hasil kegiatan.
    b) Hasil penilaian yang terarah akan mampu membantu para pengembang kurikulum mengadakan perbaikan-perbaikan / perubahan-perubahan penyesuaian yang diperlukan.

    B. Kurikulum Berbasis Kompetensi (Competence Based)
    Karakteristik KBK antara lain mencakup seleksi kompetensi yang sesuai, spesifikasi indikator-indikator evaluasi untuk menetukan kesuksesan pencapaian kompetensi dan pengembangan sistem pembelajaran. Sehubungan dengan itu Depdiknas (2002) mengemukan bahwa kurikulum berbasis kompetensi memiliki karakteristik sebagai berikut :
    a. Menekankan pada kecakapan kompetensi baik secara individu maupun klasikal.
    b. Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.
    c. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi.
    d. Sumber belajar bukan hanya pendidik tetapi juga sumber lain yang memenuhi unsur edukatif.
    Pengembangan KBK mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan model-model kurikulum sebelumnya. Pertama, KBK bersifat alamiah (konstekstual), karena berangkat berfokus dan bermuara pada hakekat peserta didik untuk mengembangkan berbagai kompetensi sesuai dengan potensinya masing-masing. Dalam hal ini peserta didik merupakan subjek belajar dan proses belajar berlangsung secara alamiah dalam bentuk bekerja dan mengalami berdasarkan standar kompetensi tertentu, bukan transfer pengetahuan (transfer of knowledge).
    Kedua, KBK boleh jadi mendasari pengembangan kemampuan-kemampuan lain. Penguasaan ilmu pengetahuan dan keahlian tertentu dalam suatu pekerjaan, kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, serta aspek-aspek kepribadian dapat dilakukan secara optimal berdasarkan standar kompetensi tertentu. Ketiga, ada bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang dalam pengembangannya lebih tepat menggunakan pendekatan kompetensi, terutama yang berkaitan dengan ketrampilan.

    4) Kurikulum Orientasi pada Masalah (Problem centered)

    Problem Centered menekankan manusia dalam kesatuan kelompok yaitu kesejahteraan masyarakat. Konsep pendidikan para pengembang model kurikulum ini berangkat dari asumsi bahwa manusia sebagai makhluk sosial selalu hidup bersama. Dalam kehidupan bersama ini manusia menghadapi masalah-masalah bersama yang harus dipecahkan bersama pula. Mereka berinteraksi, berkooperasi dalam memecahkan masalah-masalah sosial yang mereka hadapi untuk meningkatkan kehidupan mereka.
    Problem Centered menekankan pada isi maupun perkembangan peserta didik. Ada dua variasi model desain kurikulum ini, yaitu:
    A. Kurikulum yang berorientasi pada situasi hidup (Life Situations)
    Life situations seperti Student Centered menekankan prosedur belajar melalui pemecahan masalah. Ciri lain dari model desain ini adalah menggunakan pengalaman dan situasi-situasi nyata dari peserta didik sebagai pembuka jalan dalam mempelajari bidang-bidang kehidupan.
    Tiap pengalaman peserta didik sangat erat hubungannya dengan bidang-bidang kehidupan sehingga dapat dikatakan suatu desain kurikulum bidang-bidang kehidupan yang dirumuskan dengan baik akan merangkumkan pengalaman-pengalaman sosial peserta didik. Dengan demikian, desain ini sekaligus menarik minat peserta didik dan mendekatkannya pada pemenuhan kebutuhan hidupnya dalam masyarakat.
    Adapun beberapa kelebihan-kelebihannya dibandingkan dengan bentuk-bentuk desain lainnya, yaitu:
    a) Pemisahan antara subject dihilangkan oleh problema-problema kehidupan sosial.
    b) Kurikulum diorganisasikan di sekitar problema-problema peserta didik dalam kehidupan sosial, maka desain ini mendorong penggunaan prosedur belajar pemecahan masalah.
    c) Menyajikan bahan ajar dalam bentuk yang fungsional
    d) Motivasi belajar datang dari dalam diri peserta didik, tidak perlu dirangsang dari luar.

    Adapun beberapa kelemahan-kelemahannya, yaitu:
    a) Penentuan lingkup dan sekuens dari bidang-bidang kehidupan yang sangat esensial (penting) sangat sukar, timbul organisasi isi kurikulum yang berbeda-beda.
    b) Kurangnya integritas dan kontinuitas organisasi isi kurikulum.
    c) Mengabaikan warisan budaya.
    d) Guru maupun buku dan media lain tidak banyak yang disiapkan.

    B. Kurikulum yang berorientasi pada rekonstruksi sosial (Social Reconstruction)
    Kurikulum ini lebih menekankan pada problem-problem yang dihadapi murid dalam kehidupan masyarakat. Konsepsi kurikulum ini mengemukakan bahwa pendidikan bukanlah upaya sendiri, melainkan kegiatan bersama, interaksi dan kerja sama. Interaksi itu terjadi pada siswa dengan guru, siswa dengan siswa, siswa dengan orang dilingkungannya dan sumber-sumber belajar lainnya. Dengan kerja sama semacam ini, siswa dapat berusaha memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam masyarakat dapat menjadi masyarakat yang lebih baik.
    Kurikulum rekonstruksi sosial ini adalah model kurikulum yang lebih memusatkan perhatian pada problema-problema yang dihadapinya dalam masyarakat. Melalui interaksi dan kerja sama antara guru dan peserta didik berusaha memecahkan problema-problema yang dihadapinya dalam masyarakat menuju pembentukan masyarakat yang lebih baik. Kelemahan dari kurikulum rekonstruksi sosial adalah sukar diterapkan dan kemampuan siswa berbeda-beda.
    Ada beberapa ciri dari desain kurikulum ini :
    a) Tujuan utama kurikulum rekonstruksi sosial adalah menghadapkan para siswa pada tantangan, ancaman, hambatan-hambatan atau gangguan-gangguan yang dihadapi manusia.
    b) Masalah-masalah sosial yang mendesak. Kegiatan belajar dipusatkan pada masalah-masalah sosial yang mendesak.
    c) Pola-pola organisasi. Pada tingkat sekolah menengah, pola organisasi kurikulum disusun seperti sebuah roda, masalah sebagai tema utama terletak pada poros untuk dibahas secara pleno, tema utama tersebut dijabarkan dalam topik-topik yg dibahas secara berkelompok.

    Referensi :
    Sarah.Pengembangan Kurikulum.http://belongtosarah.blogspot.com/2013/04/makalah-pengembangan-kurikulum.html (diakses pada 22 Oktober 2014)
    Karunia.Pengembangan Kurikulum.http://little-chiyoo.blogspot.com/2012/11/uts-pengembangan-kurikulum.html (diakses pada 22 Oktober 2014)

  • Bentuk Bentuk Kurikulum

    Bentuk Kurikulum

    Ditinjau dari konsep dan pelaksanaannya, kita mengenal beberapa istilah kurikulum sebagai berikut:

    1. Kurikulum Tertulis

    Written curriculum yaitu kurikulum yang tertulis berupa dokumen-dokumen yang berisi progam pembelajaran. Kurikulum tertulis merupakan kurikulum yang sudah disetujui pmerintah. Kurikulum tertulis berfungsi sebagai pengendali untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan. Fungsi pokok dari kurikulum tertulis adalah sebagai mengantara, pengendali dan standar. Implementasi kurikulum dapat diartikan sebagai aktualisasi kurikulum tertulis (written curriculum) dalam bentuk pembelajaran.

    2. Kurikulum Ideal dan Kurikulum Aktual

    Idea Curriculum (Kurikulum Ideal) dan Actual Curriculum (Kurikulum Aktual)
    Kurikulum ideal, yaitu kurikulum yang berisi sesuatu yang ideal, sesuatu yang dicita-citakan sebagaimana yang tertuang di dalam dokumen kurikulum. Kurikulum aktual, yaitu kurikulum yang dilaksanakan dalam proses pengajaran dan pembelajaran. Kenyataan pada umumnya memang jauh berbeda dengan harapan. Namun demikian, kurikulum aktual seharusnya mendekati dengan kurikulum ideal. Kurikulum dan pengajaran merupakan dua istilah yang tidak dapat dipisahkan. Kurikulum merujuk kepada bahan ajar yang telah direncanakan yang akan dilaksanakan dalam jangka panjang. Sedang pengajaran merujuk kepada pelaksanaan kurikulum tersebut secara bertahap dalam belajar mengajar.

    Jadi, Kurikulum ideal adalah kurikulum yang diharapkan dapat dilaksanakan dan berfungsi sebagai acuan atau program guru dalam proses belajar mengajar. Karena kurikulum ini menjadi pedoman bagi guru maka kurikulum ini juga disebut kurikulum formal atau kurikulum tertulis (written curriculum). Namun dalam prakteknya pelaksanaan kurikulum ideal mengalami beberapa hambatan dalam pelaksanaanya. Diantaranya adalah sarana dan prasarana, kemampuan guru serta kebijaksanaan sekolah/kepala sekolah. Karena hal tersebut maka guru hanya bisa melakukan kurikulum sesuai dengan keadaan yang ada. Inilah yang disebut kurikulum Aktual. Semakin jauh jarak antara kurikulum ideal dengan aktual maka dapat diperkirakan makin buruklah kualitas pendidikan di sekolah tersebut demikian juga sebaliknya.
    Para ahli kurikulum menganggap perlu adanya sejumlah kriteria yang digunakan sebagai pedoman, patokan, dan ukuran dua macam kurikulum tersebut. Caswell dan Campbell telah merumuskan beberapa kriteria sebagai berikut:

    1. Kegunaan isi kurikulum dalam menafsirkan, memahami dan menilai kehidupan yang kontemporer.
    2. Kegunaan isi kurikulum dalam memuaskan minat dan kebutuhan para siswa.
    3. Nilai isi kurikulum dalam mengembangkan kemampuan, sikap dan sebagainya yang dipandang bermanfaat bagi orang dewasa.
    4. Isi kurikulum hendaknya signifikan bagi bidang mata pelajaran tertentu.

    Landasan Kurikulum Ideal dan Aktual

    Pendidikan merupakan suatu proses sosial, karena berfungsi memasyarakatkan anak didik melalui proses sosialisasi di dalam masyarakat tertentu. Sekolah, sebagai salah satu institusi pendidikan berperan juga sebagai institusi sosial, karena melalui lembaga tersebut anak dipersiapkan untuk mampu terjun dan aktif dalam kehidupan masyarakatnya kelak.

    Anak-nak berasal dari masyarakat, dan mereka belajar tentang cara hidup dalam bermasyarakat. Oleh ,karena itu, sekolah harus bekerjsama dengan masyarakat, dan program sekolah harus disusun dan diarahkan oleh masyarakat yang menunjang sekolah tersebut. Program pendidikan disusun dan dipengaruhi oleh nilai, masalah, kebutuhan, dan tantangan masyarakat sekitarnya. Oleh karena itu kurikulum yang ideal dan dan aktual harus disusun berlandaskan dasar sosiologis agar tercipta keseimbangan diantara keduanya dan terciptalah tujuan pendidikan yang sebenarnya.

    Implementasi Kurikulum Ideal dan Aktual

    Implemnetasi kurikulum adalah penerapan atau pelaksanaan program kurikulum yang telah dikembangkan dalam tahap sebelumnya, kemudian diujicobakan dengan pelaksanaan dan pengelolaan, sambil senantiasa dilakukan penyesuaian terhadap situasi lapangan dan karakteristik peserta didik, baik perkembangan intelektual, emosional, serta fisiknya.
    Adapun tahapan implementasi kurikulum mencakup tiga kegiatan pokok, yaitu pengembangan program, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi.
    1) Pengembangan program mencakup program tahunan, semester, bulanan, mingguan, dan harian. Selain itu ada juga program bimbingan dan konseling atau program remedial.
    2) Pelasanaan pembelajaran. Pada hakikatnya, pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik tersebut.
    3) Evaluasi proses yang dilaksanakan sepanjang proses pelaksanaan kurikulum semester serta penilaian akhir formatif dan sumatif mencakup penilaian keseluruhan secara utuh untuk keperluan evaluasi pelaksaaan kurikulum.
    Dengan tahap-tahap tersebut akan tercapai tujuan-tujuan kegiatan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Hal itu secara otomatis akan meningkatkan pemanfaatan dan penerapan kurikulum baik yang ideal maupun aktual.

    Hidden Curriculum (Kurikulum Tersembunyi)

    Terdapat dua terminologi mengenai kurikulum, yakni terminologi kurikulum eksplisit (tertulis) dan implisit (tidak tertulis) atau kurikulum tersembunyi (hidden curriculum). Untuk pencapaian tujuan pendidikan terdapat hal-hal yang tidak terdokumentasikan/direncanakan/diprogramkan atau sifatnya tidak tertulis dan hal ini sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pendidikan itu sendiri. Hal-hal inilah yang disebut dengan kurikulum tersembunyi. Hal demikian sebagaimana yang diungkapkan oleh Dewey (dalam Marsh dan Willis, 1999:9 dalam Wahidmurni, 2009:2) bahwa kurikulum adalah seluruh pengalaman yang dimiliki oleh para peserta didik di bawah bimbingan pihak sekolah, baik pengalaman yang direncanakan maupun yang tidak direncanakan. Sejumlah pengalaman yang kita kenal dengan hidden curriculum atau kurikulum tersembunyi merupakan pengalaman yang tidak direncanakan/diprogramkan seperti mematuhi peraturan-peraturan sekolah, menjalankan ritual/acara keagamaan, mematuhi peraturan-peraturan lainnya.
    Razali (Wahidmurni 2009:2) menyebut kurikulum tersembunyi “Karena aktivitas yang terlibat di dalam kurikulum ini tidak berstruktur, atau dengan kata lain tidak dirancang. Kebanyakan aktiviti kurikulum jenis ini berlaku di tempat pertemuan pelajar seperti pusat sukan, asrama, kantin, perpustakaan. Kurikulum tersembunyi ini dikenali sebagai soft skils atau kemahiran insaniah. Elemen-elemen di dalam kurikulum ini dizahirkan dan mempunyai suatu sistem dan struktur yang sistematis dan professional. Antara nilai atau kualiti yang dikategorikan sebagai kemahiran insaniah di sini adalah kualiti kepemimpinan, kualiti pembuatan keputusan dan penyelesaian masalah, kualiti daya pembelajaran, kualiti diri murni (tepat masa, hadir ke kelas, hantar tugasan tepat janji dan lain-lain) dan kualiti kerja berpasukan”.
    Hidden curriculum yaitu kurikulum yang tidak menjadi bagian untuk dipelajari, yang secara lebih rinci digambarkan sebagai berbagai aspek dari sekolah di luar kurikulum, tetapi mampu memberikan pengaruh dalam nilai, persepsi, dan perilaku siswa. Kurikulum Tersembunyi (Hidden Curricullum) secara umum dapat dideskripsikan sebagai hasil (sampingan) dari pendidikan dalam latar sekolah atau luar sekolah, khususnya hasil yang dipelajari tetapi tidak secara tersurat dicantumkan sebagai tujuan. Kurikulum tersembunyi juga dapat merujuk pada transmisi norma, nilai, dan kepercayaan yang disampaikan baik dalam isi pendidikan formal, nonformal, dan informal dengan adanya interaksi sosial. Kurikulum tersembunyi (hidden curricullum) juga dapat diartikan sebagai kurikulum yang tidak direncanakan, kurikulum yang tidak tercantum dalam kurikulum formal. Kurikulum tersembunyi tersebut tidak tampak, tetapi dialami, dirasakan, dan mampu mempengaruhi dan membentuk karakter peserta didik.

    Hidden curriculum atau kurikulum tersembunyi merupakan kurikulum yang berkembang secara alamiah atau tidak direncanakan secara khusus. Menurut Krathwohl (1964:112), proses pembentukan dan pengembangan nilai-nilai pada anak didik itu ada lima tahap.
    a) Receiving (menyimak dan menerima). Dalam hal ini anak menerima secara aktif, artinya anak telah memilih untuk kemudiaj menerima nilai. Jadi pada tahap ini anak baru menerima saja.
    b) Responding (menanggapi). Pada tahap ini anak sudah mulai bersedia menerima dan menanggapi secara aktif. Dalam hal ini ada tiga tahapan sendiri, yakni manut (menurut), bersedia menaggapi, dan puas dalam menaggapi.
    c) Valuing (memberi nilai), pada tahap ini anak sudah mulai mampu membangun persepsi dan kepercayaan terkait dengan nilai yang diterima. Pada tahap ini ada tiga tingkatan yakni : percaya terhadap nilai yang diterima, merasa terikat dengan nilai dipercayai, dan memiliki keterkaitan batin dengan nilai yang diterima.
    d) Organization, dimana anak mulai mengatur sistem nilai yang ia terima untuk ditata dalam dirinya dalam konteks perilaku.
    e) Characterization, atau karakterisasi nilai yang ditandai dengan ketidakpuasan seseorang untuk mengorganisir sistem nilai yang diyakininya dalam hidupnya yang serba mapan, ajek, dan konsisten.
    Dalam pendidikan nilai diharapkan munculnya kesadaran pelaksanaan nilai-nilai positif dan menghindarkan nilai-nilai negatif. Pelaksanaan kurikulum tersembunyi dalam kurikulum dapat digolongkan dalam aktivitas pengembangan diri yang pelaksanaannya tidak terprogram. Pengembangan diri tentang bentuk-bentuk pelaksanaan pengembangan diri dinyatakan bahwa, Bentuk-bentuk pelaksanaan pengembangan diri mencakup:
    1) Kegiatan pengembangan diri secara terprogram dilaksanakan dengan perencanaan khusus dalam kurun waktu tertentu untuk memenuhi kebutuhan peserta didik secara individual, kelompok dan atau klasikal melalui penyelenggaraan layanan dan kegiatan pendukung konseling, serta kegiatan ekstra kurikuler
    2) Kegiatan pengembangan diri secara tidak terprogram dapat dilaksanakan sebagai berikut:
    -Rutin, yaitu kegiatan yang dilakukan terjadwal, seperti: upacara bendera, senam, ibadah khusus keagamaan bersama, keberaturan, pemeliharaan kebersihan dan kesehatan diri
    -Spontan, adalah kegiatan yang tidak terjadwal dalam kejadian khusus seperti: pembentukan perilaku memberi salam, membuang sampah pada tempatnya, antri, mengatasi silang pendapat (pertengkaran)dan
    -Keteladan, adalah kegiatan dalam bentuk perilaku sehari-hari seperti: berpakaian rapi, berbahasa yang baik, rajin membaca, memuji kebaikan dan atau keberhasilan orang lain, datang tepat waktu.
    Fungsi Kurikulum Tersembunyi
    Walaupun kurikulum tersembunyi memberikan sejumlah besar pengetahuan pada siswa, ketidaksamaan yang diakibatkan kesenjangan antar kelas dan status sosial sering menimbulkan konotasi negatif. Sebagai cara dari kontrol sosial, kurikulum tersembunyi mempromosikan persetujuan terhadap nasib sosial tanpa meningkatkan penggunaan pertimbangan rasional dan reflektif.

    Kurikulum tersembunyi dapat juga diasosiasikan dengan penguatan ketidaksetaraan sosial, seperti terbukti dalam perkembangan hubungan yang berbeda terhadap modal yang berdasar pada jenis kerja dan aktivitas yang berhubungan dengan pekerjaan yang diterapkan pada siswa jadi berbeda-beda berdasarkan kelas sosialnya.
    Sumber kurikulum tersembunyi sangat beragam, termasuk struktur sosial dari ruang kelas, latihan otoritas guru, aturan yang mengatur hubungan antara guru dan siswa, aktivitas belajar standar, penggunaan bahasa, buku teks, alat bantu audio-visual, berbagai perkakas, arsitektur, ukuran disiplin, daftar pelajaran, sistem pelacakan, dan prioritas kurikulum. Keragaman dalam sumber ini menghasilkan perbedaan yang ditemukan saat membandingkan suatu kurikulum tersembunyi dihubungkan dengan berbagai kelas dan status sosial.

    Sementara materi aktual yang diserap siswa melalui kurikulum tersembunyi adalah sangat penting, orang yang menyampaikannya menghasilkan investigasi khusus. Hal tersebut terjadi terutama pada penyampaian pelajaran sosial dan moral dengan kurikulum tersembunyi, karena karakteristik moral dan ideologi guru dan figur otoritas lainnya diterjemahkan dalam pelajaran mereka, walau tidak disadarinya.

    4. Null Curriculum

    Kurikulum Null (Null Curriculum) merupakan kurikulum yang bersifat ekstra, tidak terencana atau tertulis dalam silabus. Kurikulum null mengacu pada apa yang tidak diajarkan guru di dalamkelas, baik karena pengaruh keyakinan pribadi ataupun karena tekanandari pihak lain seperti pemerintah. Contohnya saja topik mengenai sejarahkelam orde pembentukan orde baru yang pada pemerintahan Soehartotidak disebut-sebut dalam pelajaran sejarah di sekolah.

  • Pemeliharan Sarana dan Prasarana Pendidikan

    Sarana dan Prasarana Pendidikan

    A. Hakikat Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Pendidikan

    Proses pendidikan sangat memerlukan sarana dan prasarana. Sementara itu, saran dan prasarana akan mengalami penyusutan kualitas dari waktu ke waktu. Sejak barang diterima dari penjual atau pemborong, sejak itu pula barang tersebut akan mengalami penyusutan kualitas. Baik kualitas maupun kuantitas sarana dan prasarana pendidikan akan menurun drastis jika tidak dilakukan upaya pemeliharaannya secara baik. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan secara kontinu.

    Pemeliharaan adalah kegiatan untuk melaksanakan pengurusan dan pengaturan agar semua barang selalu dalam keadaan baik dan siap untuk digunakan secara berdayaguna dan berhasil guna. Pemeliharaan merupakan kegiatan penjagaan dan pencegahan dari kerusakan suatu barang.[1] Pemeliharaan mencakup segala daya upaya yang terus menerus untuk mengusahakan agar peralatan tersebut tetap dalam keadaaan baik. Pemeliharaan dimulai dari pemakaian barang, yaitu dengan cara berhati-hati dalam menggunakannya. Pemeliharaan yang bersifat khusus harus dilakukan oleh petugas yang mempunyai keahlian sesuai dengan jenis barang yang dimaksud.

    Menurut Soenarto, pemeliharaan adalah upaya untuk membuat kondisi sarana dan prasarana tetap terjaga dengan baik dan menghindari kerusakan yang terlalu dini. Dengan demikian peralatan yang terawat dengan baik akan mudah untuk dipakai dan dapat menghemat biaya pembelian barang baru.

    Menurut Sarjiman pemeliharaan adalah merupakan kegiatan yang dilakukan dalam rangka mempertahankan atau mengembalikan peralatan pada kondisi yang dapat diterima. Kondisi peralatan yang selalu dapat diterima tersebut dimaksudkan agar sarana atau fasilitas sekolah dalam keadaan siap pakai seoptimal mungkin, untuk meningkatkan dan memperpanjang usia pakai, mengetahui adanya keruskan atau gejala kerusakan serta untuk menghindari terjadinya kerusakan lebih fatal.

    Pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan adalah kegiatan untuk melaksanakan pengurusan dan pengaturan agar semua sarana dan prasarana selalu dalam keadaan baik dan siap untuk digunakan secara berdaya guna dan berhasil guna dalam mencapai tujuan pendidikan. pemeliharaan merupakan kegiatan penjagaan atau pencegahan dari kerusakan suatu barang sehingga barang tersebut kondisinya baik dan siap digunakan. Pemeliharaan mencakup daya upaya yang terus-menerus untuk mengusahakan agar peralatan tersebut tetap dalam keadaan baik.

    B. Tujuan dan Manfaat Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Pendidikan

    1. Tujuan Pemeliharaan

    Tujuan pemeliharaan yang utama dapat didefinisikan dengan jelas sebagai berikut :

    1. Untuk memperpanjang usia kegunaan aset, yaitu setiap bagian dari suatu tempat kerja, bangunan dan isinya;
    2. Untuk menjamin ketersediaan optimum peralatan yang dipasang untuk produksi atau jasa;
    3. Untuk menjamin kesiapan operasional dari seluruh peralatan yang diperlukan dalam keadaan darurat setiap waktu;
    4. Untuk menjamin keselamatan orang yang menggunakan alat tersebut.

    2. Manfat Pemeliharaan

    Pemeliharaan yang baik akan memberikan manfaat yang baik untuk negara maupun untuk pengawai yang menangani peralatan tersebut.

    a. Manfaat bagi negara, yaitu :

    1. Jika peralatan terpelihara baik, umurnya akan awet yang berarti tidak perlu mengadakan penggantian dalam waktu yang singkat
    2. Pemeliharaan yang baik akan menyebabkan jarang terjadi kerusakan yang berarti sehingga biaya pembelian dapat ditekan seminim mungkin
    3. Dengan adanya pemeliharaan yang baik, maka akan lebih terkontrol sehingga menghindari kehilangan
    4. Dengan adanya pemeliharaan yang baik, akan enak dilihat dan dipandang;
    5. Pemeliharaan yang baik menghasilkan hasil pekerjaan yang baik.

    b. Manfaat bagi pengawai yaitu memudahkan pekerjaan yang dibebankan kepadanya.

    C. Proses Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Pendidikan

    Pemeliharaan dilakukan agar setiap barang yang kita miliki senantiasa dapat berfungsi dan digunakan dengan lancar tanpa banyak menimbulkan gangguan atau hambatan, maka barang-barang tersebut perlu dirawat secara baik dan terus-menerus untuk menghindarkan adanya unsur-unsur pengganggu atau perusak. Dengan demikian kegiatan rutin harus dilakukan agar barang tetap dalam keadaan baik dan berfungsi baik pula (running well).

    Pemeliharaan dapat dibagi menjadi :

    1. Berdasarkan kurun waktu
      Pemeliharaan menurut ukuran waktu dapat dilakukan, dengan dua cara :
      a. Pemeliharaan sehari-hari
      Pemeliharaan ini dapat dilakukan setiap hari (setiap akan atau sesudah dipakai). Dilaksanakan oleh pengawai yang menggunakan barang tersebut dan bertanggung jawab atas barang itu, misalnya pengemudi mobil pemegang mesin TIK, mesin stensil dan sebagainya, harus memelihara kebersihan dan memperbaiki kerusakan-kerusakan kecil.
      b. Pemeliharaan berkala
      Pemeliharaan ini dapat dilakukan secara berkala atau dalam jangka waktu tertentu sesuai petunjuk penggunaan (manual), misalnya 2 atau 3 bulan sekali dan sebagainya (seperti mesin tulis) atau setelah jarak tempuh tertentu (kendaraan bermotor) atau jam pakai tertentu (mesin statis) dapat dilakukan sendiri oleh pemegangnya atau penanggung jawabnya atau memanggil ahli untuk melakukannya.
    2. Umur penggunaan barang pada instansi dapat dilihat dari dua aspek :
      a. Usia barang secara fisik
      Setiap barang terutama barang elektronik atau mesin mempunyai batas waktu tertentu dalam penggunaaannya. Untuk peralatan dan mesin kondisi usang itu sangat relativ, karena itu perlu disepakati batas-batasnya.
      b. Usia barang secara administratif
      Dalam pelaksanaan kegiatan sehari-hari jarang ditemui barang yang keadaanya secara fisik telah 0%, sebab kalau terjadi hal yang demikian jelas telah mengganggu kelancaran kegiatan dalam organisasi, oleh karena itu biasanya barang dalam kondisi yang kapasitasnya lebih kurang dari 50% sudah diusulkan untuk dihapuskan karena hanya akan mempersempit ruangan saja dan biaya perawatannya juga akan lebih besar. Masa pemakaian barang yang berwujud seperti kendaraan dinas selama 5 atahun.
      c. Pemeliharaan dalam aspek hukum
      Ditujukan untuk memperjelas dan mempertegas kepemilikan barang sehingga tidak dapat diganggu oleh pihak lain. Pemeliharaan seperti ini dapat berbentuk:
      1) Pengurusan sertifikat kepemilikan tanah;
      2) Surat izin mendirikan dan penggunaaan barnag bangunan;
      3) Pengurusan STNK dan BPKB pada kendaraan bermotor dan suart-surat lainnya.
    3. Pemeliharaan dari segi penggunaan
      Barang yang digunakan harus sesaui dengan fungsinya sehingga dapat mengurangi kerusakan pada barang tersebut. Misal : penggunaan komputer yang digunakan untuk keperluan kantor, bukan untuk yang lainnya. Penggunaan barang pada umumnya dibedakan pada dua hal, yaitu : memperlakukan dan menjalankan. Istilah-istilah ini dalam kegiatan sehari-hari kadang kita campuradukan pengertiannya karena dalam kenyataannya ada alat-alat yang tidak pernah dijalankan tetapi digunakan seperti penggaris, papan tulis, pensil, dan sebagainya.
      Berdasarkan hal tersebut perlu disepakati perbedaan antara menggunakan, memperhatikan, dan menjalankan. Menggunakan adalah pengertian secara umum untuk memanfaatkan suatu barang. Memperlakukan adalah pengertian secara khusus dalam menerapkan suatu metode untuk menggunakan barang secara langsung atau tidak, yang dipengaruhi oleh selera pribadi barang. Sedangkan menjalankan adlah pengertian secara khusus yang diterapkan pada barang yang struktur intern fisiknya ada yang bergerak atau barang itu seluruhnya bergerak.
    4. Pemeliharaan menurut keadaan barang
      Pemeliharaan yang dilakukan menurut keadaan barang dilakukan terhdapa barang habis pakai dan barang tak habis pakai.
      a. Pemeliharaan barang habis pakai
      Pemeliharaan ini merupakan penyimpanan sebelum barang tersebut dipergunakan.
      b. Pemeliharaan barang tahan lama
      Bahan tahan lama dapat dikelompokkan menjadi :
      1) Mesin-Mesin
      Mesin-mesin memerlukan pemeliharaan sehari-hari dan pemeliharaan berkala. Pemeliharaan sehari-hari dilakukan oleh pengawai yang diserahi tugas dan tanggung jawab terhadap alat-alat tersebut. Contoh pemeliharaan pada mesin-mesin yang dimiliki :
      a) Mesin Tulis
      Pemeliharaan sehari-hari untuk mesin tulis dapat dilakukan dengan membersihkan debu dan kotoran lain yang melekat, memeriksa pita mesin apakah masih dalam keadaan baik atau sudah rusak, setiap habis dipakai, dibersihkan huruf-hurufnya dan mesin ditutup kembali dengan tutup yang tersedia. Sedangkan pemeliharaan berkala dapat dilakukan apabila mesin setiap hari dipakai terus-menerus, sekurang-kurangnya sebulan sekali diminyaki dengan minyak pelumas yang biasa digunakan untuk mesin tulis, apabila pita mesin sudah tidak nyala lagi agar segera diganti, sekurang-kurangnya 6 bulan sekali direparasi oleh tenaga ahli, jika ada kerusakan pada komponen-komponennya, perlu diperbaiki oleh tenaga ahli.
      b) Mesin stensil
      Dibersihkan setiap selesai dipakai, mengganti peralatan yang rusak, sekurang-kurangnya sebulan sekali diadakan pengecekan peralatan, setiap 6 bulan sekali direparasi.
      c) Mesin Hitung
      Pemeliharaan berkala untuk mesin hitung dapat dilakukan dengan mengganti kertas strook jika habis, sekurang-kurangnya setiap bulan sekali diadakan pengecekan keadaan peralatannya, pelaksanaan pemeliharaan berkala sesuai dengan petunjuk dari pabriknya.[5]
      2) Kendaraan
      Untuk kendaraan bermotor diperlukan pemeliharaan sehari-hari, berkala dan perbaikan terhadap kerusakan seperti:
      a) Membersihkan kendaraan
      b) Memeriksa air radiator
      c) Memeriksa minyak motor
      d) Memeriksa dan membersihkan air accu
      e) Jika terdapat suatu kerusakan, melaporkan ke unit yang mengurus kendaraan untuk mendapat perbaikan.
      3) Buku-buku
      Pemeliharaan terhadap buku-buku dilakukan setiap hari secara berkala, dilakukan dengn cara penyemproyan obat anti hama untuk waktu-waktu terrentu.
      4) Alat-alat laboraturium
      Pemeliharaan alat-alat laboraturium dilakukan setiap hari untuk sebagian memerlukan pemeliharaan berkala. Khusus untuk alat-alat yang mudah pecah harus ddiperhatikan penempatan alat-alat tersebut denagn cara membuatkannya kotak-kotak khusus, kewajiban terhadap pemeliharannya dilakukan oleh tenaga teknis dan bukan tenaga administratif.
      5) Gedung-gedung
      Pemeliharaan gedung dilakuakan setiap hari dengan cara melakukan pembersihan, perbaikan berkala dilakukan setiap tahun dilakukan pengapuran dan perbaikan terhadap kerusakan. Perbaikan terhadap kerusakan dilakukan dengan cara perbaikan ringan yaitu terhadap kerusakan kecil-kecil dan perbaikan berat dilakukan seperti rehabilitasi. Perbaikan sehari-hari dan berkala, perbaikan ringan dibebankan pada anggaran rutin, dan rehabilitasi biayanya pada anggaran pembangunan.
      Pemeliharaan gedang disekolah menjadi tanggung jawab kepala sekolah. Penjaga atau pesuruh sekolah adalah orang yang bertuagas sehari-hari dalam memelihara kebersihan, keamanan, dan berada dibawah pengamatan.
      6) Pemeliharaan ruang kepala sekolah
      Petugas kebersihan yang melakukan kebersihan, sedangkan yang menjaga kebersihan semua unsur yang ada dilingkungan sekolah. Ruang kepala sekolah harus selalu bersih dan terpelihara, terjaga kebersiahnnya, kerapihan, keindahan, dan keharumanya.
      7) Pemeliharaan ruang kelas
      Pemeliharaan ruang kelas dilakukan dangan cara :
      a) Setiap kelas dibentuk tim piket kelas yang secara bergiriran bertugas setiap hari membersihkan kelas.
      b) Setiap tim piket yang bertugas menyiapkan dan memelihara perlengkapan kelas yang terdiri dari penghapus papan tulis, sepidol/kapur, taplak meja, sapu, tempat sampah.
      8) Pemeliharaan tanah
      Pemeliharaan tanah berupa pemugaran, pemberian tanda batas dan pembersihan. Pada prinsipnya kegiatan pemeliharaan dilakukan agar setiap sarana dan prasarana itu siap pakai dalam proses kegiatan belajar dan mengajar. Pelaksanaan pemeliharaan tanah juaga meliputi pemeliharaan halama sekolah. Yang termasuk halaman sekolah yaitu :
      a) Pagar sekolah
      Pagar sekolah dibuat agar tidak membahayakan peserta didik, pagar besi tidak runcing, tingginya kurang lebih 110-140 cm.
      b) Taman sekolah
      Penanaman dan pengaturan pohon, rumput, dan bunga-bunga di sesuaikan dengan lokasi yang tersedia. Kepala sekolah dapat juaga meminta bantuan tau petunjuk dari dinas pertamanan mengenai pembinaan taman sekolah.
      c) Tempat upacara
      Taman sekolah hendakanya dialas denagn semen/aspal agar pada musim hujan tidak becek dan tidak berdebu pada saat musim panas.
      d) Lapangan olahraga

    D. Penggolongan Pekerjaan Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Pendidikan

    Pekerjaan Pemeliharaan dapat dibedakan sebagai berikut :

    1. Perawatan terus-menerus (teratur, rutin)
      Perawatan terus menerus atau pemeliharaan rutin ialah pemeliharaan yang dilakukan setiap kurun waktu tertentu, misalnya harian, mingguan, bulanan dan triwulan bahkan tahunan. Pemeliharaan rutin bertujuan untuk menjaga sarana dan prasarana agar tetap dalam kondisi nyaman dan bertahan lama.
      Kegiatan pemeliharaan rutin dapat menjadi srana guru dalam mendidik karakter siswa sesuai dengsn nilai-nilai universal nilai-nilai yang dapat diharapkan muncul dalam diri siswa diantaranya, peduli lingkungan, tanggung jawab dan disiplin. Karakter peduli lingkungan dapat muncul dalam diri siswa jika dibiasakan untuk menjaga kebersihan dan memelihara lingkungan sekolah agar tetap sehat nyaman untuk beraktifitas. Karakter bertanggung jawab dapat muncul dengan menyadarkan kepada siswa rasa memiliki terhadap sekolah harus dimiliki oleh seluruh warga sekolah. Sementara karakter disiplin muncul melalui penjadwalan dan pengawasan piket pemeliharaan sekolah.
      Daftar kegiatan pemeliharaan rutin untuk menjaga sarana dan prasarana tetap dalam keadaan baik sebagai berikut:
      a. Sapu dan pel lantai ruang-ruang sekolah dan bagian beranda setiap hari supaya kebersihan tetap tejaga;
      b. Pelihara kebersihan dinding dari kotoran atau gangguan sayap dan serangga lainnya;
      c. Setelah selesai kegiatan belajar mengajar periksalah kondisi seluruh bagian bangunan sekolah serta kamanannya;
      d. Bersihkan WC setiap hari dengan menggunakan sikat dan air bersih;
      e. Jika terdapat wastafel dan saluran pembuangan lainnya sebaiknya dibersihkan setiap hari;
      f. Perksa dan rawaat seluruh komponen-komponen gedung, beri pelumas pada engsel daun pintu dan jendela, dan lain-lain secara teratur;
      g. Periksa dan rawat peralatan dan perlengkapan kebersihan setiap hari;
      h. Potong dan rapihkan rumput yang tumbuh disekeliling bangunan setiap hari;
      i. Bersihkan dan periksa parit/ saluran pembuangan air disekeliling sekolah setiap minggu;
      j. Kumpulkan sampah yang ada, bakar sampah-sampah tersebut pada tempat sampah setiap hari atau setiap minggu (tergantung banyaknya sampah) dan timbun abuya.[6]
    2. Perawatan berkala
      Perawatan berkala bertujuan untuk merawat sekaligus memperbaiki jika ada kerusakan agar saran adan prasarana dapat berfungsi kembali sebagaimana mestinya. Kegiatan perawatan dapat silakukan oleh warga sekolah sendiri, tetapi untuk perbaikan dilakukan oleh diluar warga sekolah.[7]
      Kegiatan perbaikan misalnya seperti :
      a. Perbaikan atau pengecatan kusen-kusen, pintu, tembok dan komponen bangunan lainnya yang sudah terlihat kusam;
      b. Perbaikan mebeulair (lemari, kursi, meja, dll) serta pengecatan ulang;
      c. Pengecatan terhadap keamanan sarana bermain atau tempat upacara;
      d. Perbaikan genteng rusak/pecah sehingga terjadi kebocoran;
      e. Pelapisan plesteran pada tembok yang retak atau terkelupas;
      f. Pembersihan dan pengeringan lantai halaman atau selasar yang terkena air hujan/air tergenang.
    3. Perbaikan darurat
      a. Dilakukan terhadap kerusakan yang tidak terduga sebelumnya dan berbahaya/merugikan apabila tidak diantisipasi secepatnya;
      b. Perbaikan bersifat sementara harus cepat selesai.
    4. Perawatan preventif
      Perawatan adalah perawatan yang dilakukan pada selang waktu tertentu dan pelaksanaannya dilakukan secara rutin dengan beberapa kriteria yang ditentukan sebelumnya. Tujuannya adalah untuk mencegah atau mengurangi kemungkinan sarana dan prasarana tidak bekerja dengan normal dan membantu agar sarana dan prasarana dapat aktif bekerja sesuai dengan fungsinya.
      Pekerjaan yang tergolong perawatan preventif adalah melihat, mengecek, menyetel, mengkalibrasi, meminyaki, penggantian suku cadang dan sebagainya. Sebagai ilustrasi pekerjaan perawatan preventif dapat digambarkan sebagai berikut: Atap bangunan yang salah satu gentengnya lepas atau bocor akibat hujan apabila tidak segera diperbaiki akan menimbulkan kerusakanpada bagian bangunan yang lain seperti kasau, reng, kerangka kuda-kuda, plafon dan isi ruangan akan cepat rusak. Oleh karena itu, perlu dilakukan perawatan preventif.
      Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
      a. Menyusun program preventif di sekolah;
      b. Membentuk tim pelaksana perawatan preventif di sekolah yang terdiri atas: Kepala sekolah, Wakil kepala sekolah, Kepala Tata Usaha dan Wakil BP3;
      c. Menyiapkan jadwal tahunan kegiatan perawatan untuk setiap tahun peralatan dan fasilitas sekolah;
      d. Menyiapkan lembar evaluasi untuk menilai hasil kerja perawatan pada masing-masing bagian di sekolah;
      e. Memberi penghargaan bagi mereka yang berhasil meningkatkan kinerja peralatan sekolah dalam rangka meningkatkan kesadaran dalam merawat sarana dan prasarana sekolah. Program perawatan preventif adalah tindakan perawatan yang dilakukan secara periodik dan terencana untuk merawat fasilitas fisik sekolah, dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja, memperpanjang usia pakai, menurunkan biaya perbaikan, membantu ketersediaan sarana dan prasarana yang diperlukan, terjalin keselamatan SDM yang menggunakan sarana dan prasarana tersebut.
  • Landasan Psikologi Pengembangan Kurikulum

    Landasan Psikologi Pengembangan Kurikulum

    Pendidikan berintikan interaksi antara pendidik dengan peserta didik dalam upaya membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan pendi­dikan. Kita ketahui bahwa pendidik dan peserta didik dalam interaksi pendidikan adalah sebagai manusia. Setiap peserta didik memiliki keunikan masing-masing dan berbeda satu sama lain. Oleh sebab itulah, pendidikan memerlukan psikologi, sehingga dalam pengembangan kurikulum, psikologi menjadi landasan penting. Dengan adanya psikologi memberikan wawasan bagaimana memahami perilaku individu dalam proses pendidikan dan bagaimana membantu individu agar dapat berkembang secara optimal serta mengatasi permasalahan yang timbul dalam diri individu (siswa) terutama masalah belajar yang dalam hal ini adalah masalah dari segi pemahaman dan keterbatasan pembelajaran yang dialami oleh siswa. Psikologi dibutuhkan di berbagai ilmu pengetahuan untuk mengerti dan memahami kejiwaan seseorang.

    Psikologi memiliki peran dalam dunia pendidikan baik itu dalam belajar dan pembelajaran. Pengetahuan tentang psikologi sangat diperlukan oleh pihak guru atau instruktur sebagai pendidik, pengajar, pelatih, pembimbing, dan pengasuh dalam memahami karakteristik kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta secara integral. Pemahaman psikologis peserta didik oleh pihak guru atau instruktur di institusi pendidikan memiliki kontribusi yang sangat berarti dalam membelajarkan peserta didik sesuai dengan sikap, minat, motivasi, aspirasi, dan kebutuhan peserta didik, sehingga proses pembelajaran di kelas dapat berlangsung secara optimal dan maksimal.

    Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2006 : 50) ”kondisi psikologis adalah kondisi karakteristik psikofisik manusia sebagai individu, yang dinyatakan dalam berbagai bentuk perilaku dalam interaksinya dengan lingkungan”. Perilaku-perilaku tersebut merupakan manifestasi dari ciri-ciri kehidupannya, baik yang nampak maupun yang tidak nampak; baik perilaku kognitif, afektif maupun psikomotor. Interaksi yang tercipta didalam situasi pendidikan harus sesuai dengan kondisi psikologis dari anak didik dan pendidik. Interaksi pendidikan di rumah berbeda dengan di sekolah. Interaksi antara anak dengan guru pada tingkat sekolah dasar berbeda dengan pada tingkat sekolah menengah pertama dan atas.

    Anak didik merupakan individu yang sedang berada dalam proses perkembangan. Tugas utama guru adalah membantu mengoptimalkan perkembangan peserta didik tersebut. Oleh karena itu, melalui penerapan landasan psikologi dalam pengembangan kurikulum, tiada lain agar upaya pendidikan yang dilakukan dapat menyesuaikan dengan hakikat peserta didik. Penyesuaian yang dimaksud berkaitan dengan segi materi atau bahan yang harus disampaikan, penyesuaian dari segi proses penyampaian atau pembelajarannya, dan penyesuaian dari unsur-unsur upaya pendidikan lainnya.

    Psikologi perkembangan membahas perkembangan individu sejak masa konsepsi, yaitu masa pertemuan sel telur dengan spermatosoid sampai dengan masa dewasa. Informasi tentang perkembangan individu diperoleh melalui studi yang bersifat longitudinal, cross sectional, psikoanalitik, sosiologik dan studi kasus. Individu apakah itu seorang anak ataupun orang dewasa, merupakan kesatuan jasmani-rohani yang tidak dapat dipisah-pisahkan, dan menunjukkan karakteristik-karakteristik tertentu yang khas. Individu manusia adalah sesuatu yang sangat kompleks tetapi unik, yakni memiliki banyak aspek seperti aspek jasmani, intelektual, sosial, emosional, moral dan sebagainya, tetapi keseluruhannya membentuk satu kesatuan. Pandangan tentang anak sebagai makhluk yang unik sangat berpengaruh terhadap pengembangan kurikulum pendidikan. Setiap anak merupakan pribadi tersendiri, memiliki perbedaan di samping persamaannya. Implikasi terhadap pengembangan kurikulum menurut Rudi Susilana dkk. (2006 : 22) yaitu:

    1. Setiap anak diberi kesempatan untuk berkembang sesuai dengan bakat, minat dan kebutuhannya.
    2. Di samping disediakan pelajaran yang sifatnya umum (Program inti) yang wajib dipelajari setiap anak di sekolah, disediakan pula pelajaran pilihan yang sesuai dengan minat anak.
    3. Kurikulum di samping menyediakan bahan ajar yang bersifat kejuruan juga menyediakan bahan ajar yang bersifat akademik. Bagi anak yang berbakat dibidang akademik diberi kesempatan untuk melanjutkan studi ke jenjang pendidikan selanjutnya.
    4. Kurikulum memuat tujuan–tujuan yang mengandung pengetahuan, nilai atau sikap, dan keterampilan yang menggambarkan keseluruhan pribadi yang utuh lahir dan bathin.

    Psikologi belajar merupakan studi tentang bagaimana individu belajar. Secara sederhana belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku yang terjadi melalui pengalaman. Segala perubahan tingkah laku, baik yang berbentuk kognitif, afektif maupun psikomotor yang terjadi karena proses pengalaman dapat dikategorikan sebagai perilaku belajar. Gagne (1965 :5) merumuskan “Learning is a change in human disposition or capability, which can be retained, and which is not simply ascribable to the process of growth”. Menurut Gagne, perubahan tersebut berkenaan dengan disposisi atau kapabilitas individu. Sementara itu, menurut Hilgard dan Bower (1966) dinyatakan bahwa perubahan itu terjadi karena individu berinteraksi dengan lingkungan, sebagai reaksi terhadap situasi yang dihadapinya.

    Mengetahui tentang psikologi belajar merupakan bekal bagi para guru dalam menjalankan tugas pokoknya, yaitu membelajarkan anak. Menurut Morris L. Bigge dan Maurice P. Hunt (1980), psikologi atau teori belajar yang berkembang pada dasarnya dapat dikelompokkan kedalam tiga rumpun, yaitu: teori Disiplin Mental atau teori Daya (Faculty theory), Behaviorisme, dan Cognitive Gestalt Field atau organismik.
    Misalakan, teori Cognitive Gestalt Field atau organismik mengacu kepada pengertian bahwa keseluruhan lebih bermakna dari pada bagian-bagian, keseluruhan bukan kumpulan dari bagian-bagian. Manusia dianggap sebagai mahluk organisme yang melakukan hubungan timbal balik dengan lingkungan secara keseluruhan, hubungan ini dijalin oleh stimulus dan respon. Teori ini banyak mempengaruhi praktek pengajaran di sekolah karena memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut:

    a. Belajar berdasarkan keseluruhan

    Dalam belajar siswa mempelajari bahan pelajaran secara keseluruhan, bahan-bahan dirinci ke dalam bagian-bagian itu kemudian dipelajari secara keseluruhan, dihubungkan satu dengan yang lain secara terpadu.

    b. Belajar adalah pembentukan kepribadian

    Anak dipandang sebagai makhluk keseluruhan, anak dibimbing untuk memperoleh pengetahuan, sikap, dan keterampilan secara berimbang. Ia dibina untuk menjadi manusia seutuhnya yaitu manusia yang memiliki keseimbangan lahir dan batin antara pengetahuan dengan sikapnya dan antara sikap dengan keterampilannya.

    c. Belajar berkat pemahaman.

    Menurut aliran Gestalt bahwa belajar itu adalah proses pemahaman. Pemahaman mengandung makna penguasaan pengetahuan.

    d. Belajar berdasarkan pengalaman

    Belajar itu adalah pengalaman.Proses belajar itu adalah bekerja, mereaksi, memahami dan mengalami.Dalam belajar itu siswa aktif. Siswa mengolah bahan pelajaran melalui diskusi, tanya jawab, kerja kelompok, demonstrasi, survey lapangan, karyawisata atau belajar membaca di perpustakaan.

    e. Belajar adalah suatu proses perkembangan

    Ada tiga teori yang perlu diketahui guru, yaitu: perkembangan anak merupakan hasil dari pembawaan, perkembangan anak merupakan hasil lingkungan, dan perkembangan anak merupakan hasil keduannya.

    f. Belajar adalah proses berkelanjutan.

    Belajar itu adalah proses kegiatan interaksi antara dirinya dengan lingkungannya yang dilakukan dari sejak lahir sampai menginggal, karena itu belajar merupakan proses berkesinambungan.

    Sumber Acuan :
    Oliva, Peter F.( 1991), Developing the Curriculum, eighth edition. New York. Pearson Publishers
    Sukmadinata, Nana Syaodih. 2013. Pengembangan Kurikulum. Bandung : Remaja Rosda Karya.
    Susilana, R. Dkk. (2006), Kurikulum dan Pembelajaran, Bandung: Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP UPI.

  • Posisi Sentra Kurikulum dalam Pendidikan

    Posisi Sentral Kurikulum

    Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam keseluruhan aspek kehidupan manusia, karena pendidikan berpengaruh langsung terhadap perkembangan pribadi manusia dari lahir hingga dewasa. Pendidikan, juga menentukan model manusia seperti apa yang akan dihasilkan. Karena itu kurikulum sebagai rancangan pendidikan memiliki kedudukan yang cukup sentral dalam seluruh kegiatan pendidikan, dan turut serta menentukan proses pelaksanaan dan hasil pendidikan.

    John Dewey menyatakan bahwa Education is growth, development, life. Pendidikan berarti tumbuh dan berkembang sejak lahir hingga menjelang kematian bahkan pendidikan juga berarti sebagai hidup. Ini berarti pendidikan sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia selama hidupnya sebagai pengalaman hidupnya dan sebagai hidupnya juga. Pendidikan juga bersifat kontinu dan merupakan organisasi pengalaman hidup, pembentukan kembali pengalaman hidup dan juga perubah pengalaman hidup. Oleh karena itu, pendidikan akan menentukan model manusia seperti apa yang dihasilkan.

    Pendidikan berintikan interaksi antara pendidik dengan peserta didik dalam upaya membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan pendi­dikan.

    Interaksi edukatif tersebut bertujuan untuk mewujudkan aspek-aspek kurikulum yang berlaku, menuju pada tercapainya tujuan pendidikan yang telah dirumuskan. Interaksi edukatif tersebut sangat dipengaruhi oleh lingkungan, dimana kegiatan pendidikan terjadi. Berdasarkan paparan diatas, kurikulum dapat dikatakan sebagai jantungnya kegiatan pendidikan. Artinya, aktivitas edukasi antara pendidik dengan peserta didik sangat dipengaruhi oleh muatan-muatan yang ada dalam kurikulum. Tanpa ada kurikulum kegiatan pendidikan mustahil tejadi karena kurikulum adalah pembelajaran itu sendiri.

    Proses pendidikan akan berjalan pada jalur kurikulum, maksudnya proses pendidikan dipengaruhi oleh komponen-komponen kurikulum agar bisa terlaksana, komponen tersebut yaitu tujuan, bahan ajar, metode dan evaluasi. Misalkan, Proses pendidikan diarahkan pada tujuan tertentu apakah berkenaan dengan penguasaan pengetahuan, pengembangan pribadi, kemampuan sosial atau kemampuan kerja. Kemudian, proses pendidikan memerlukan bahan ajar agar tujuan pendidikan bisa terpenuhi. Sedangkan bahan ajar dan terpenuhinya tujuan diperlukan metode penyempaian dalam proses pembelajaran kemudian untuk mengetahui hasil capaian proses pendidikan tersebut diperlukan evaluasi. Dari sinilah, kurikulum mempunyai kedudukna sentral.

    Oleh karena itu, Kurikulum sebagai rancangan dari pendidikan, mempunyai kedudukan yang cukup sentral dalam keseluruhan kegiatan pendidikan, menentukan proses pelaksanaan dan hasil daripada pendidikan.Kedudukan kurikulum, menurut

    Said Hamid Hasan, dapat dikelompokkan menjadi tiga. Pertama adalah kurikulum adalah sebagai “construct” yang dibangun untuk mentransfer apa yang sudah terjadi di masa lalu kepada generasi berikutnya untuk dilestarikan, diteruskan atau dikembangkan. Kedua, adalah kurikulum berposisi sebagai jawaban untuk menyelesaikan berbagai permasalahan sosial yang terkait dengan pendidikan. Ketiga, adalah kurikulum untuk membangun kehidupan masa depan dimana kehidupan masa lalu, masa sekarang, dan berbagai rencana pengembangan dan pembangunan bangsa dijadikan sebagai dasar untuk mengembangkan kehidupan yang lebih baik di masa depan.

    Sumber Rujukan :
    Oliva, Peter F.( 1991), Developing the Curriculum, eighth edition. New York. Pearson Publishers
    Sukmadinata, Nana Syaodih. 2013. Pengembangan Kurikulum. Bandung : Remaja Rosda Karya.

  • Akulturasi Budaya Nusantara dan Islam di Indonesia

    Akulturasi Budaya Nusantara dan Islam

    Agama dan budaya Islam yang masuk ke Indonesia mempengaruhi kebudayan asli Indonesia sehingga menimbulkan akulturasi kebudayan sehingga lahirlah corak baru kebudayan Indonesia. Akulturasi tersebut dapat dilihat dari berbagai bidang berikut ini.

    A. Seni Bangunan

    1. Masjid

    Dilihat dari segi arsitektuknya, masjid-masjid kuno di Indonesia menampakan gaya arsitektur asli Indonesia dengan ciri-ciri sebagai berikut.

    1. Atapnya bertingkat/tumpang dan ada puncaknya (mustaka).
    2. Pondasinya kuat dan agak tinggi.
    3. Ada serambi di depan atau di samping.
    4. Ada kolam/parit di bagian depan atau samping.
    5. Gaya arsitektur bangunan yang mendapat pengaruh Islam ialah sebagai berikut:
      • hiasan kaligrafi
      • kubah
      • bentuk masjid

    Adapun bangunan masjid kuno yang beratap tumpang, antara lain sebagai berikut

    Masjid beratap tumpang, antara lain sebagai berikut.
    Masjid Agung Cirebon dibangun pada abad ke-16.
    Masjid Angke, Tambora dan Marunda di Jakarta dibangun pada abad ke-18.
    Masjid Katangka di Sulawesi Selatan dibangun pada abad ke-17.

    Masjid beratap tumpang tiga, antara lain sebagai berikut.
    Masjid Agung Demak dibangun pada abad ke-16.
    Masjid Baiturahman di Aceh, dibangun pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, yakni pada abad ke-17.
    Masjid Jepara
    Masjid Ternate

    Masjid beratap tumpang lima ialah Masjid Banten yang dibangun pada abad ke-17.

    B. Makam

    Makam khususnya untuk para raja bentuknya seperti istana disamakan dengan orangnya yang dilengkapi dengan keluarga, pembesar, dan pengiring terdekat. Budaya asli Indonesia terlihat pada gugusan cungkup yang dikelompokkan menurut hubungan keluarga. Pengaruh budaya Islam terlihat pada huruf dan bahasa Arab, misalnya Makam Puteri Suwari di Leran (Gresik) dan Makam Sendang Dhuwur di atas bukit (Tuban).

    C. Seni Rupa dan Aksara

    Akulturasi bidang seni rupa terlihat pada seni kaligrafi atau seni khot, yaitu seni yang memadukan antara seni lukis dan seni ukir dengan menggunakan huruf Arab yang indah dan penulisannya bersumber pada ayat-ayat suci Al Qur’an dan Hadit. Adapun fungsi seni kaligrafi adalah untuk motif batik, hiasan pada masjid-masjid, keramik, keris, nisan, hiasan pada mimbar dan sebagainya.

    D. Seni Sastra

    Seni sastra Indonesia di zaman Islam banyak terpengaruh dari sastra Persia. Di Sumatra, misalnya menghasilkan karya sastrayang berisi pedoman-pedoman hidup, seperti cerita Amir Hamzah, Bayan Budiman dan 1001 Malam. Di samping itu juga mendapat pengaruh Hindu, seperti Hikayat Pandawa Lima, Hikayat Sri Rama. Cerita Panji pada zaman Kediri (Hindu) muncul lagi dalam bentuk Islam, seperti Hikayat Panji Semirang. Hasil seni sastra, antara lain sebagai berikut.

    Suluk, yaitu kitab yang membentangkan ajaran tasawuf. Contohnya ialah Suluk Wujil, Suluk Sukarsa, dan Suluk Malang Sumirang. Karya sastra yang dekat dengan suluk ialah primbon yang isinya bercorak kegaiban dan ramalan penentuan hari baik dan buruk, pemberian makna kepada sesuatu kejadian dan sebagainya.

    Hikayat, yakni saduran cerita wayang.

    Babad, ialah hikayat yang berisi sejarah. Misalnya Babad Tanah Jawi isinya sejarah Pulau Jawa, Babad Giyanti tentang pembagian Mataram menjadi Surakarta dan Yogyakarta dan sebagainya.

    Kitab-kitab lain yang berisi ajaran moral dan tuntunan hidup, seperti Tajus Salatin dan Bustan us Salatin.

    E. Sistem Kalender

    Pada zaman Khalifah Umar bin Khatab ditetapkan kalender Islam dengan perhitungan atas dasar peredaran bulan yang disebut tahun Hijriah. Tahun 1 Hijrah (H) bertepatan dengan tahun 622 M. Sementara itu, di Indonesiapada saat yang sama telah menggunakan perhitungan tahun Saka (S) yang didasarkan atas peredaran matahari. Tahun 1 Saka bertepatan dengan tahun 78 M. Pada tahun 1633 M, Sultan Agung raja terbesar Mataram menetapkan berlakuknya tahun Jawa (tahun Nusantara) atas dasar perhitungan bulan ( 1 tahun =354 hari). Dengan masuknya Islam maka muncul sistem kalender Islam dengan menggunakan nama-nama bulan, seperti Muharram (bulan Jawa; Sura),Shafar (bulan Jawa; Sapar), dan sebagainya sampai dengan Dzulhijah (bulan Jawa; Besar) dengan tahun Hijrah (H).

    F. Seni Musik dan Tari

    Akulturasi pada seni musik terlihat pada musik qasidah dan gamelan pada saat upacara Gerebeg Maulud. Di bidang seni tari terlihat pada tari Seudati yang diiringi sholawat nabi, kesenian Debus yang diawali dengan membaca Al Qur’an yang berkembang di Banten, Aceh, dan Minangkabau.

    G. Sistem Pemerintahan

    Pada zaman Hindu pusat kekuasaan adalah raja sehingga raja dianggap sebagai titisan dewa. Oleh karena itu, muncul kultus “dewa raja”. Apa yang dikatakan raja adalah benar. Demikian juga pada zaman Islam, pola tersebut masih berlaku hanya dengan corak baru. Raja tetap sebagai penguasa tunggal karena dianggap sebagai khalifah, segala perintahnya harus dituruti.

  • Proses Terbentuknya Kepulauan Indonesia

    Pulau-pulau cikal bakal dari kepulauan Indonesia mulai terbentuk sekitar 50 juta tahun lalu (Mya).Pada Periode Quaternary (sekitar 2 juta tahun yang lalu- sekarang) itulah proses utama pembentukan kepulauan Indonesia. sekitar 1 juta tahun yang lalu, pada saat Pulau Sumatra, Pulau Jawa, Pulau Bali, Pulau Borneo masih menyatu dengan Semanjung Asia, disebut dengan “Paparan Sunda”.

    Paparan sunda ini terpisah oleh naiknya permukaan air laut, mulai dari 20,000 tahun yang lalu sampai sekarang, dengan permukaan air laut yang naik/turun karena dipengaruhi oleh suhu Bumi dan Glacier, beberapa kali pulalah Paparan sunda ini terpisah menjadi beberapa pulau, kemudian menyatu kembali, dan terpisah kembali secara berulang-ulang, sampai kita lihat pada saat sekarang ini.

    Dengan demikian asal usul dari pulau-pulau yang terdapat di Indonesia berbeda-beda. Pulau Papua yang berasal dari craton Australia dahulunya, dan telah terbentuk beberapa juta tahun lalu, sebelum terbentuknya pulau lain di Indonesia.

    Pulau Sumatra, Jawa dan Borneo yang merupakan bagian dari craton China Utara, yang kemudian akibat pergerakan kulit bumi membentuk daratan Asia, dan pada Periode Tertiary, pulau Sumatra, Jawa dan Borneo terpisah.

    Berdasarkan rekonstruksi ini, kita bisa melihat dari mana asal Fauna dan Flora yang terdapat di Indonesia. sehingga Fauna yang terdapat pad pulau Sumatra, Jawa dan Borneo memiliki karakter yang sama dengan yang terdapat di benua Asia, begitu juga denga pulau Papua yang berasal dari craton Australia.

    Sedangkan pulau unik Sulawesi yang terbentuk dari gabungan beberapa daratan Asia, Australia dan beberapa pulau dari Samudara Pasifik, menyebabkan pulau ini memiliki fauna yang unik dan khas.

    Menurut para ahli bumi, posisi pulau-pulau di Kepulauan Indonesia terletak di atas tungku api yang bersumber dari magma dalam perut bumi. Inti perut bumi tersebut berupa lava cair bersuhu sangat tinggi. Makin ke dalam tekanan dan suhunya semakin tinggi.

    Pada suhu yang tinggi itu material-material akan meleleh sehingga material di bagian dalam bumi selalu berbentuk cairan panas. Suhu tinggi ini terus menerus bergejolak mempertahankan cairan sejak jutaan tahun lalu. Ketika ada celah lubang keluar, cairan tersebut keluar berbentuk lava cair.

    Ketika lava mencapai permukaan bumi, suhu menjadi lebih dingin dari ribuan derajat menjadi hanya bersuhu normal sekitar 30 derajat. Pada suhu ini cairan lava akan membeku membentuk batuan beku atau kerak. Keberadaan kerak benua (daratan) dan kerak samudera selalu bergerak secara dinamis akibat tekanan magma dari perut bumi. Pergerakan unsur-unsur geodinamika ini dikenal sebagai kegiatan tektonis.

    Sebagian wilayah di Kepulauan Indonesia merupakan titik temu di antara tiga lempeng, yaitu lempeng Indo-Australia di selatan, Lempeng Eurasia di utara dan Lempeng Pasifik di timur. Pergerakan lempeng-lempeng tersebut dapat berupa subduksi (pergerakan lempeng ke atas), obduksi (pergerakan lempeng ke bawah) dan kolisi (tumbukan lempeng).

    Pergerakan lain dapat berupa pemisahan atau divergensi (tabrakan) lempeng-lempeng. Pergerakan mendatar berupa pergeseran lempeng-lempeng tersebut masih terus berlangsung hingga sekarang. Perbenturan lempeng-lempeng tersebut menimbulkan dampak yang berbeda-beda. Namun semuanya telah menyebabkan wilayah Kepulauan Indonesia secara tektonis merupakan wilayah yang sangat aktif dan labil hingga rawan gempa sepanjang waktu.

    Pada masa Paleozoikum (masa kehidupan tertua) keadaan geografis Kepulauan Indonesia belum terbentuk seperti sekarang ini. Di kala itu wilayah ini masih merupakan bagian dari samudera yang sangat luas, meliputi hampir seluruh bumi. Pada fase berikutnya, yaitu pada akhir masa Mesozoikum, sekitar 65 juta tahun lalu, kegiatan tektonis itu menjadi sangat aktif menggerakkan lempenglempeng
    Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik.

    Kegiatan ini dikenal sebagai fase tektonis (orogenesa laramy), sehingga menyebabkan daratan terpecah-pecah. Benua Eurasia menjadi pulau-pulau yang terpisah satu dengan lainnya. Sebagian di antaranya bergerak ke selatan membentuk pulau-pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi serta pulau-pulau di Nusa Tenggara Barat dan Kepulauan Banda.

    Hal yang sama juga terjadi pada Benua Australia. Sebagian pecahannya bergerak ke utara membentuk pulau-pulau Timor, Kepulauan Nusa Tenggara Timur dan sebagian Maluku Tenggara. Pergerakan pulau-pulau hasil pemisahan dari kedua benua tersebut telah mengakibatkan wilayah pertemuan keduanya sangat labil. Kegiatan tektonis yang sangat aktif dan kuat menyebabkan terbentuknya Kepulauan Indonesia pada masa Tersier sekitar 65 juta tahun lalu.

    Sebagian besar daratan Sumatra, Kalimantan dan Jawa telah tenggelam menjadi laut dangkal sebagai akibat terjadinya proses kenaikan permukaan laut atau transgresi. Sulawesi pada masa itu sudah mulai terbentuk, sementara Papua sudah mulai bergeser ke utara, meski masih didominasi oleh cekungan sedimentasi laut dangkal berupa paparan dengan terbentuknya endapan batu gamping.

    Pada kala Pliosen sekitar lima juta tahun lalu, terjadi pergerakan tektonis yang sangat kuat, yang mengakibatkan terjadinya proses pengangkatan permukaan bumi dan kegiatan vulkanis. Ini pada gilirannya menimbulkan tumbuhnya (atau mungkin lebih tepat terbentuk) rangkaian perbukitan struktural seperti perbukitan besar (gunung), dan perbukitan lipatan serta rangkaian gunung api aktif sepanjang gugusan perbukitan itu.

    Kegiatan tektonis dan vulkanis terus aktif hingga awal masa Pleistosen, yang dikenal sebagai kegiatan tektonis Plio-Pleistosen. Kegiatan tektonis ini berlangsung di seluruh Kepulauan Indonesia.

    Gunung api aktif dan rangkaian perbukitan struktural tersebar di sepanjang bagian barat Pulau Sumatra, berlanjut ke sepanjang Pulau Jawa ke arah timur hingga Kepulauan Nusa Tenggara serta Kepulauan Banda. Kemudian terus membentang sepanjang Sulawesi Selatan dan Utara.

    Pembentukan daratan yang semakin luas itu merupakan proses terbentuknya Kepulauan Indonesia pada kedudukan pulau-pulau seperti sekarang ini. Hal itu telah berlangsung sejak kala Pliosen hingga awal Pleistosen (1,8 juta tahun lalu). Jadi pulau-pulau di kawasan Kepulauan Indonesia ini masih terus bergerak secara dinamis, sehingga tidak heran jika masih sering terjadi gempa, baik vulkanis maupun tektonis.

  • Bahaya Penggunaan Obat Nyamuk dan Pembasmi Serangga

    Pestisida

    Pembasimi Serangga atau Pestisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk membunuh serangga. Bahan ini memiliki sifat racun yang dapat membunuh serangga.

    Pestisida adalah bahan kimia yang bersifat racun yang digunakan untuk memberantas berbagai macam hama pengganggu. Bahan – bahan kimia yang terdapat dalam pestisida antara lain :

    1. Kelompok Karbamat yang berfungsi sebagai racun serangga, contoh karbaril, propoxur
    2. Kelompok organoklor yang berfungsi sebagai pembasmi hama tanaman termasuk serangga, contoh DDT, aldrin, dieldrin
    3. Kelompok organofosfat yang berfungsi sebagai pembasmi serangga, contoh diaziton
    4. Kelompok Pirethrin/ Pirethroid, contoh Permethrin.

    Salah satu jenis pestisida adalah insektisida yang berfungsi sebagai pembasmi serangga. Insektisida juga dapat ditemukan dalam tumbuhan babandotan (ageratum congcoides Linn).Bandotan (Ageratum conyzoides) adalah sejenis gulma pertanian anggota suku Asteraceae. Tumbuhan babandotan mempunyai kandungan kimia tertentu yang sangat bermanfaat untuk tubuh. Kandungan kimia pada babandotan adalah saponin, flavonoida, & polifenol serta minyak atsiri. Senyawa-senyawa ini mempunyai potensi sebagai obat bagi tubuh manusia dan juga toksik terhadap serangga.

    Babandotan mempunyai potensi sebagai insektisida nabati, karena mengandung senyawa-senyawa toksik. Insektisida nabati diartikan sebagai suatu insektisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan dan mengandung bahan-bahan yang berpotensi sebagai biolarvasida ekstrak herba kimia yang toksik terhadap serangga namun mudah terurai di alam sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia. Selain Babandotan ada pula insektisida nabati lain seperti Serai. Sereh atau serai adalah tanaman khas Indonesia  yang biasanya digunakan sebagai bahan penyedap makanan. Namun, menurut penelitian  mahasiswa Teknik Kimia ITS, tanaman ini diinovasi menjadi produk yang bernilai fungsi lebih, yakni digunakan sebagai bahan pembasmi serangga. Dengan sedikit pengetahuan tentang khasiat sereh mereka pun mencipkan Cymbogon Aromatic Spray (Cymbomatic Spray) yang digunakan untuk membasmi serangga. Cymbopogon Spray berbeda dengan obat serangga lain karena terbuat dari bahan alami sehingga aman digunakan.

    Sayangnya insektisida nabati belum banyak diketahui oleh masyarakat sehingga masyarakat menggunakan berbagai macam insektisida yang diproduksi oleh industri-industri di Indonesia sebagai alternatif untuk membasmi serangga khususnya nyamuk culex.

    Bahaya dibalik Obat Nyamuk

    Penelitian  menemukan 94 persen konsumen menggunakan pestisida rumah tangga untuk mengusir nyamuk, serta hanya sebagian kecil dengan sasaran tikus, kutu, kecoa dan rayap. Artinya, masyarakat kita sangat familier dengan penggunaan pestisida antinyamuk  dibandingkan dengan pestisida pengusir serangga lainnya.

    Penggunaan racun nyamuk menjadi sebuah kebiasaan di masyarakat Indonesia, namun asap racun nyamuk yang mengandung bahan-bahan kimia seperti transfultrin bisa membahayakan kesehatan manusia.

    Selain transfultrin terdapat pula jenis bahan kimia lain yang kerap terdapat dalam racun nyamuk yaitu praletrin dan d-alletrin.Berdasarkan penelitian, d-alletrin tidak menyebabkan perubahan signifikan kadar eritrosit jika digunakan dalam waktu 1, 2 atau empat jam, sedangkan praletrin bisa menyebabkan perbedaan dalam waktu dua dan empat jam.

    Sementara itu, racun nyamuk yang mengandung transflutrin dan d-alletrin menyebabkan kenaikan kadar hemoglobin jika digunakan dalam waktu dua dan empat jam. Sedangkan praletrin menyebabkan kenaikan kadar hemoglobin jika digunakan selama satu dan dua jam. Eritrosit atau sel darah merah mengandung hemoglobin dan bertugas mengedarkan oksigen ke seluruh tubuh, dan bila tubuh mengalami kekurangan eritrosit maka orang tersebut akan menderita anemia.

    Banyaknya jenis dan merek racun nyamuk yang beredar di pasaran dengan komposisi bahan kimia yang berbeda, diduga akan menyebabkan komposisi gas dan partikel dalam asap juga bervariasi sehingga menimbulkan dampak yang berbeda terhadap partikel darah.

    Karakteristik Obat Nyamuk

    1. Obat Nyamuk Oles

    Bersifat mencegah, yaitu mengusir nyamuk. Daya tahannya tergantung dari masing-masing produk (mulai dari 4 hingga 8 jam). Biasanya batas waktu tersebut dicantumkan dalam kemasan. Olesi bila anak mau tidur. Jika setelah dipakaikan dan nyamuk tetap menempel berarti bahan aktifnya sudah tidak berfungsi lagi. Karena obat nyamuk jenis ini berisiko menyerap bahan aktif berlebihan melalui kulit, produk ini tidak dianjurkan digunakan pada anak di bawah usia 4 tahun.

    2. Obat Nyamuk Semprot

    Lakukan penyemprotan sekitar dua jam sebelum anak masuk ruangan atau kamar tidur. Bila bau sudah tidak tercium lagi maka anak aman untuk masuk ruangan.

    Hindari pula terkena bahan makanan atau yang bisa menyebabkan kontak langsung dengan kulit.Tutup makanan atau minuman, alasi tempat tidur anak. Jangan pula menyemprotkan obat nyamuk di kala anak sedang tidur.

    3. Obat Nyamuk Bakar

    Tidak dianjurkan menggunakan obat nyamuk bakar sepanjang malam. Pemakaian obat nyamuk bakar sama sekali tidak direkomendasikan, terutama pada anak yang berkecenderungan asma.Selain asapnya dapat menyebabkan pedih di mata, juga bisa menyebabkan batuk-batuk dan sesak nafas. Bila menggunakan obat nyamuk ini, sebaiknya bakarlah kira-kira 6-8 jam sebelumnya agar udara tidak langsung terhirup.

    4. Obat Nyamuk Elektrik

    Seperti halnya obat nyamuk bakar, jenis elektrik juga tidak dianjurkan digunakan sepanjang malam. Lebih baik dipasang beberapa jam menjelang anak tidur. Matikan segera setelah anak tidur. Kendati dalam dosis kecil, obat nyamuk jenis ini pun mengandung bahan aktif. Jadi, tetap saja berbahaya, terutama pada anak yang sensitif dan peka.

    Bahan Aktif dalam Obat Nyamuk

    Saat ini terdapat begitu banyak pilihan obat nyamuk yang ada di pasaran. Misalnya, berbentuk semprot, bakar, oles maupun elektrik. Khasiat semua obat nyamuk adalah membunuh dan mengusir nyamuk. Bedanya, adalah kemasan dan konsentrasi bahan aktif atau zat racunnya. Seperti anti nyamuk bakar Vape Fumakilla yang mengandung bahan pewangi dan bahan aktif metoflutrin dari jenis insektisida Pyrethroid, anti nyamuk elektrik HIT yang memiliki kandungan bahan aktif berupa d-aletrin, dan anti nyamuk oles Soffell yang mengandung bahan aktif berupa Diethyltoluamide.

    Obat nyamuk berbahaya untuk manusia karena kandungan bahan aktif yang termasuk golongan organofosfat. Bahan aktif ini adalah Dichlorovynil dimethyl phosfat (DDVP), Propoxur (Karbamat) dan Diethyltoluamide, yang merupakan jenis insektisida pembunuh serangga.

    Selain itu, umumnya produk obat nyamuk juga memiliki zat tambahan tertentu. berupa pewarna, pengawet serta pewangi. Bahan-bahan tambahan, seperti juga zat aktif yang terdapat dalam obat nyamuk juga dapat merugikan kesehatan.

    Racun nyamuk ditemukan pada semua jenis obat nyamuk baik pada obat nyamuk bakar, semprot dan elektrik. Racun ini bersifat membunuh nyamuk. Sedangkan obat nyamuk oles lebih bersifat pencegahan yaitu mengusir nyamuk.

    Kendati zat racunnya sama, dosis masing-masing obat nyamuk berbeda satu sama lain. Bahan aktif pada obat nyamuk terdiri dari konsentrasi ringan sampai berat, dari yang kurang toksid sampai yang lebih toksid.

    Kandungan racun berbahaya pada obat nyamuk tergantung kadar konsentrasi racun dan jumlah pemakaiannya. Misalnya, kadar konsentrasi bahan aktif obat nyamuk semprot yang sedikit dapat bertambah banyak jika disemprotkan berulang kali.

    Risiko terbesar terdapat pada obat nyamuk bakar akibat asapnya yang dapat terhirup. Sedangkan obat nyamuk semprot cair memiliki konsentrasi berbeda, karena cairan yang dikeluarkan ini akan diubah menjadi gas. Artinya, dosisnya lebih kecil. Sementara obat nyamuk elektrik lebih kecil lagi, karena bekerja dengan cara mengeluarkan asap tapi dengan daya elektrik.

    Makin kecil dosis bahan zat aktif, makin kecil pula bau yang ditimbulkan. Sekaligus, makin minim pula kemungkinan mengganggu kenyamanan manusia.

    Umumnya bahan aktif yang dipakai pada obat nyamuk adalah yang cepat terurai dan berdaya racun tinggi, dalam arti mematikan nyamuk dengan cepat. Namun, pemakaian obat nyamuk yang tidak benar, dapat membahayakan kesehatan. Seberapa jauh dampaknya tergantung pada jenis, jumlah, usia dan bahan campurannya.

    Bayi dan balita bisa dikatakan rentan terhadap obat nyamuk. Hal ini bisa terjadi karena organ- organ tubuhnya belum sempurna, daya tahan tubuhnya belum baik serta refleks batuknya pun belum baik. Efek yang lebih berbahaya juga akan timbul pada anak yang alergi dan mempunyai bakat asma.

    Bagaimana Zat Kimia Memasuki Tubuh?


    Bahan aktif dari obat nyamuk akan masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan dan kulit lalu akan beredar dalam darah. Setelah itu menyebar pada sel-sel tubuh. Ada yang ke pernafasan, ke otak lewat susunan saraf pusat, dan lain-lain.

    Bagaimana obat nyamuk bisa mempengaruhi kerja saluran pernafasan?

    Saluran nafas manusia dilengkapi suatu epitel atau pelapis saluran nafas. Epitel ini mempunyai silia seperti rambut getar yang berfungsi untuk mengeluarkan sesuatu. Silia akan bereaksi terhadap sekret (cairan lendir) atau benda asing yang ada dalam saluran nafas.

    Benda ini akan dikeluarkan ke atas dengan bantuan silia yang menyapu seperti gelombang. Namun karena bahan kimia pada obat nyamuk terdiri dari zat aktif yang iritatif, bukan kuman, maka sel epitel lebih mudah rusak. Begitu pula dengan silianya.

    Jika epitel dan silia rusak, benda-benda tadi tak dapat disapu. Selain itu, sel-sel di bawah epitel juga akan terkena dampkanya. Akibatnya, keluarlah lendir atau cairan kental. Selanjutnya, saluran nafas jadi sedikit mengkerut, karena syaraf-syarafnya terganggu.

    Jadi batuk terjadi ketika epitel dan silia rusak. Tubuh berusaha untuk mengeluarkan sekret atau benda asing tersebut secara aktif. Caranya dengan batuk. Keluhan inilah yang sering terjadi.

    Reaksi terhadap obat nyamuk dapat timbul dalam rangkaian waktu yang berbeda. Bisa cepat, dapat juga lambat. Orang yang organ pernafasannya sensitif akan bereaksi saat itu juga atau beberapa menit setelah menghirup bau obat nyamuk. Tapi, ada juga yang setelah enam jam baru batuk-batuk.

    Efek Samping Penggunaan Obat Nyamuk

    Dalam hal dampak kesehatan penggunakan pestisida rumah tangga diperoleh bahwa 62 persen menyatakan terdapat gangguan pernapasan, 52 persen menyatakan batuk, 18 persen menyatakan sakit kepala dan gejala lainnya seperti bintik-bintik pada kulit terdapat 3 persen.

    Efek terbesar akan dialami oleh organ yang sensitif. Karena, obat nyamuk lebih banyak mengenai hirupan, maka yang biasanya yang terkena adalah pernafasan. Sementara efek samping pada kulit sangat tergantung pada daya sensitifitas atau kepekaan kulit.

    Gangguan-gangguan pada organ tubuh manusia akan terjadi jika pemakaian obat nyamuk tidak terkontrol atau dosisnya yang berlebihan. Orang yang memiliki alergi akan lebih cepat menunjukkan reaksi. Alergi yang paling banyak muncul biasanya mengenai saluran nafasnya sehingga menimbulkan batuk.

    Obat nyamuk dapat juga menjadi faktor pencetus asma. Dampak ini terlihat pada anak yang memiliki bakat asma. Pada orang yang memiliki kulit sensitif, kulitnya akan kemerahan jika terkena bahan-bahan dalam obat nyamuk, terutama bahan tambahannya. Jika digaruk, maka akan timbul lecet dan mungkin bisa menjadi eksim.

    Analisa Label

    Dari hasil survei dilapangan, ditemukan beragam jenis pestisida rumah tangga dengan sasaran nyamuk sebanyak 9 merek.

    ·         Hasil Temuan Produk di Lapangan/Pasar

    SasaranMerek ProdukBahan KimiaPabrikKet
    NyamukCow BrandD-allethrin 0,3w/wKuda Raya Surabaya
    Domestos NomosD-alletrhin 0,30%Technopia Jakarta
    Tiga RodaMetofletrin 0,005%Sinar Plataco Semarang, PT Perksa Olesindo Utama Medan
    AutanDeet 12,5%Johson
    SoffelDiethyltoluamide 13%Herlina Indah Jakarta
    BaygonTransflutrin 0,028%, D-alletrin 0,1%Walet Kencana Perkasa Surabaya
    Top Super JumboD-Transallethrin 0,25%PT Budi Eka Reksa
    Garuda Supra JumboD-allethrin 0,001%, Metofletrin 0,075%PT MetroLintas Nusa Jawa Barat
    VapeMetofletrin 0,0015%PT Fumakila Tangerang

    Mayoritas pestisida rumah tangga tersebut memiliki kandungan bahan kimia aktif, hanya tiga merek yang tidak ada bahan kimianya atau tidak menyantumkan. Bahan kimia aktif yang biasa digunakan diantaranya; D-allethrin, Metofletrin, Deet, Transflutrin, Propoksur dan Diethyltoluamide.

    Dari produk beredar tersebut sebagian besar menyantumkan informasi peruntukkan, petunjuk penggunaan dan petunjuk tempat penggunaan

    ·         Petunjuk Pengunaan

    MerkInformasi Jenis seranggaPetunjuk penggunaanPetunjuk penggunaan yang amanPetunjuk tempat penggunaan
    Nyamuk
    BaygonAdaAdaAda, untuk dekat hewan piaraan tidak adaAda
    Tiga RodaAdaAdaAda, untuk dekat hewan piaraan tidak adaAda
    VapeAdaAdaAda, untuk dekat hewan piaraan tidak adaAda
    Cow BrandAdaAdaAdaAda
    AutanAdaAdaAdaAda
    SoffelAdaAdaAdaAda
    Top Super JumboAdaAdaAdaAda
    Domestos NomosAdaAdaAdaAda

    Peringatan secara spesifik terhadap risiko kesehatan dan keamanan, mayoritas pestisida rumah tangga pengusir nyamuk telah menyantumkan kendati berbeda-beda. Peringatan berbentuk tulisan diantaranya; berbahaya jika tertelan, jauhkan dari api, jauhkan dari jangkauan anak atau gabungan dari semuanya dan lain-lain.

    ·         Pencantuman Peringatan

    PeringatanMerk
    Berbahaya jika tertelanVape, Domestos Nomos, Baygon
    Mudah terbakar jauhkan dari apiCow Brand, Vape, Domestos Nomos, Tiga Roda, Baygon
    Jauhkan dari jangkauan anak-anakCow Brand, vape, Domestos Nomos, Tiga Roda, Baygon, Autan, Soffel, Kapur Barus
    Ventilasi udara terbukaCow Brand, Vape, Domestos Nomos, Tiga Roda, Baygon
    Perlu dihindari kontak langsung
    Disimpan di tempat yang sejukCow Brand
    Cegah kontak langsung dengan makananCow Brand, Tiga Roda, Kapur Barus
    Tidak boleh dilempar ke api
    Jika kena kulit dicuci dengan sabunCow Brand, Domestos Nomos, Tiga Roda, Baygon
    Dikocok dulu
    Jauhkan dari hewan

    Celakanya, semua jenis pestisida rumah tangga memiliki tulisan label yang kecil. Ini menyulitkan bagi sebagian konsumen untuk dapat membaca dan memperoleh informasi penting yang dibutuhkan. Malahan, beberapa produk tidak memberikan informasi secara jelas, tanpa ijin instansi berwenang dan  kurang lengkap.

    ·         Font Label dan Informasi Lain

    MerkYaTidak
    Nyamuk
    BaygonTulisan terlalu kecil, dasar warna gelap
    Tiga RodaTersedia
    VapeTersedia
    Cow BrandTersedia
    AutanTersedia
    SoffelTersedia
    Top Super JumboTersedia
    Domestos NomosTersedia

    ·         Kearifan Lokal

    Tak bisa dipungkiri, penggunaan pestisida pengusir nyamuk memang makin marak digunakan. Tak berlebihan bila kemudian jenis ini berkembang terus. Bila dulu hanya dikenal pengusir nyamuk bakar, belakangan telah muncul pengusir nyamuk dalam beragam jenis. Pun demikian dengan pengusir serangga lainnya.

    Padahal, nenek moyang kita memiliki kearifan lokal yang mumpuni untuk mengusir  berbagai jenis serangga. Hal ini terlihat dari jawaban terhadap alternatif lain bila tidak menggunakan pestisida rumah tangga .

    ·         Cara Pengendalian Hama Yang Dilakukan oleh Masyarakat

    HamaCara Pengendalian
    NyamukMembakar sekam pada sore hariMembakar bunga kluwehKelambuBunga LavenderMinyak tanahRaket nyamuk

    Rekomendasi

    Rekomendasi berkaitan dengan penggunaan pestisida rumah tangga. Rekomendasi tersebut meliputi;

    1. Konsumen

    • Usahakan tidak menyemprot ruangan ketika ada orang lain terutama bayi dan anak-anak.
    • Jangan menggunakan anti nyamuk secara berlebihan
    • Jangan menggunakan pewangi dalam bentuk anti nyamuk secara berlebihan.
    • Pewangi dalam bentuk anti nyamuk jangan disalahgunakan sebagai pewangi ruangan,
    • Jangan meletakkan produk anti nyamuk sembarangan,
    • Gunakan alternatif yang lebih aman.

    2. Produsen

    • Memperjelas label sehingga mudah dibaca oleh konsumen.
    • Memberi penjelasan dampak negatif dari bahan kimia (bahan aktif).

    3. Pedagang

    • Jangan menempatkan produk dekat bahan makanan/makanan.
    • Jangan menjual produk yang labelnya tidak memiliki informasi yang lengkap.

    4. Pemerintah

    • Pengawasan lebih ketat dan menyeluruh terhadap produsen yang memberi informasi tidak lengkap terhadap produk yang dijual
    • Pengawasan terhadap pedagang dalam menempatkan produk yang dijual.

    DAFTAR PUSTAKA

    Republika. 2009. http://akusangpelangi.blogspot.com/2009/04/bahaya-dibalik-obat-nyamuk.html (online) diakses pada tanggal 9 Oktober 2011.

    S, Yohanes & E. Adi Krisbiyantoro. 2009. Mahir Kimia Kelas X, XI, & XII. Yogyakarta : kendi mas.

    Linna Purnama Sari. 2009. Identifikasi Senyawa dan Uji aktifitas ekstrak babandotan (ageratum congcoides Linn) sebagai Insektisida terhadap nyamuk culex. Banjarmasin.

    Karya Ilmiah Remaja. 2010. http://karyailmiahremaja.blogspot.com/p/bahan-kimia-dalam-rumah-tangga.html (online) diakses pada tanggal 9 Oktober 2011.

    Warta Pedia. 2011.http://wartapedia.com/tekno/terapan/3162-cymbomatic-spray-pembasmi-serangga-berbahan-dasar-serai.html (online) diakses pada tanggal 13 Oktober 2011.

    Admin. 2011. http://www.ylki.or.id/antinyamuk-pestisida-dibalik-selimut.html (online) diakses pada tanggal 13 Oktober 2011.

    Kaskus. 2010. http://www.kaskus.us/showthread.php?t=10076337.html (online) diakses pada tanggal 18 Oktober 2011.

    Amir Tejo. 2011. http://kampus.okezone.com/read/2011/05/04/372/453063/mahasiswa-its-ciptakan-insektisida-dari-serai.html (online) diakses pada tanggal 18 Oktober 2011.

    Edinayanti. 2011. http://kalteng.tribunnews.com/2011/04/20/waspadai-polusi-dalam-rumah.html (online) diakses pada tanggal 18 Oktober 2011.

     Untuk Bumiku. 2009. http://untukbumiku.blogspot.com/2009/07/anak-anak-zaman-sekarang-mungkin-sudah.html (online) diakses pada tanggal 18 Oktober 2011.

  • Pengertian Filsafat

    Pengertian Filsafat

    Apakah filsafat itu? Bagaimana definisinya? Demikianlah pertanyaan pertama yang kita hadapi tatkala akan mempelajari ilmu filsafat. Istilah “filsafat” dapat ditinjau dari dua segi, yakni: · Segi semantik: perkataan filsafat berasal dari bahasa Arab ‘falsafah’, yang berasal dari bahasa Yunani, ‘philosophia’, yang berarti ‘philos’ = cinta, suka (loving), dan ‘sophia’ = pengetahuan, hikmah(wisdom). Jadi ‘philosophia’ berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran. Maksudnya, setiap orang yang berfilsafat akan menjadi bijaksana. Orang yang cinta kepada pengetahuan disebut ‘philosopher’, dalam bahasa Arabnya ‘failasuf”. Pecinta pengetahuan ialah orang yang menjadikan pengetahuan sebagai tujuan hidupnya, atau perkataan lain, mengabdikan dirinya kepada pengetahuan.

    Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan.

    Dilihat dari pengertian praktisnya, filsafat bererti ‘alam pikiran’ atau ‘alam berpikir’. Berfilsafat artinya berpikir. Namun tidak semua berpikir bererti berfilsafat. Berfilsafat adalah berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh. Sebuah semboyan mengatakan bahwa “setiap manusia adalah filsuf”. Semboyan ini benar juga, sebab semua manusia berpikir. Akan tetapi secara umum semboyan itu tidak benar, sebab tidak semua manusia yang berpikir adalah filsuf. Filsuf hanyalah orang yang memikirkan hakikat segala sesuatu dengan sungguh-sungguh dan mendalam. Tegasnya: Filsafat adalah hasil akal seorang manusia yang mencari dan memikirkan suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Dengan kata lain: Filsafat adalah ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala sesuatu.

    Beberapa definisi Kerana luasnya lingkungan pembahasan ilmu filsafat, maka tidak mustahil kalau banyak di antara para filsafat memberikan definisinya secara berbeda-beda. Coba perhatikan definisi-definisi ilmu filsafat dari filsuf Barat dan Timur di bawah ini: · Plato (427SM – 347SM) seorang filsuf Yunani yang termasyhur murid Socrates dan guru Aristoteles, mengatakan: Filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada (ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli). · Aristoteles (384 SM – 322SM) mengatakan : Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran, yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika (filsafat menyelidiki sebab dan asas segala benda). Marcus Tullius Cicero (106 SM – 43SM) politikus dan ahli pidato Romawi, merumuskan: Filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu yang mahaagung dan usaha-usaha untuk mencapainya. · Al-Farabi (meninggal 950M), filsuf Muslim terbesar sebelum Ibnu Sina, mengatakan : Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya. · Immanuel Kant (1724 -1804), yang sering disebut raksasa pikir Barat, mengatakan : Filsafat itu ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang mencakup di dalamnya empat persoalan, yaitu:

    ” apakah yang dapat kita ketahui? (dijawab oleh metafisika)

    ” apakah yang dapat kita kerjakan? (dijawab oleh etika)

    ” sampai di manakah pengharapan kita? (dijawab oleh antropologi) ·

    Prof. Dr. Fuad Hasan, guru besar psikologi UI, menyimpulkan: Filsafat adalah suatu ikhtiar untuk berpikir radikal, artinya mulai dari radiksnya suatu gejala, dari akarnya suatu hal yang hendak dimasalahkan. Dan dengan jalan penjajakan yang radikal itu filsafat berusaha untuk sampai kepada kesimpulan-kesimpulan yang universal. Drs H. Hasbullah Bakry merumuskan: ilmu filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta dan manusia, sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dicapai oleh akal manusia, dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu.

    Mengapa Manusia Berfilsafat

    Apabila seseorang bertanya tentang sesuatu, maka sebenarnya dia sudah berfilsafat, karena bertanya berarti ingin tahu dan keingintahuan itu merupakan esensi dari filsafat. Akan tetapi pertanyaan kefilsafatan yang sesungguhnya adalah pertanyaan yang sangat mendalam dan serius. Pertanyaan kefilsatan memerlukan jawaban yang hakiki, dan setelah mendapatkan jawaban, apabila meragukan maka jawaban itu akan dipertanyakan kembali untuk mendapatkan jawaban yang lebih mendalam (hakiki). Jadi filsafat adalah upaya pemikiran dan penyelidikan secara mendalam atau radikal (sampai ke akar persoalan)

    Dengan demikian pertanyaan filsuf tidaklah sembarangan. Oleh karena itu pertanyaan seperti apa rasa gula tidak akan melahirkan filsafat, sebab hal itu bisa dijawab dengan mudah oleh lidah atau berapa tahun durian dapat berbuah juga tidak melahirkan filsafat, karena dapat dijawab oleh sains dengan melalui riset (penelitian). Contoh pertanyaan kefilsafatan adalah seperti diutarakan oleh Thales, “apakah bahan alam semesta ini?”. Pertanyaan ini tidak dapat dijawab dengan sembarangan, karena yang dipertanyakan adalah masalah esensi atau hakikat alam semesta. Jadi perlu pemikiran dan penyelidikan yang mendalam (radikal).

    Pancaindera jelas tidak mampu menjawab pertanyaan tersebut, sebab pancaindera hanya sekedar menyaksikan benda alam yang ada secara lahiriyah. Sains juga tidak sanggup menjawab, karena hanya menyelidiki secara empiris benda yang ada. Tetapi filsafat mampu mengungkapkan jawaban yang lumayan dapat memuaskan. Seperti jawaban dari Thales sendiri bahwa bahan alam semesta adalah air, dengan alasan bahwa air itu dapat berubah menjadi berbagai wujud. Jika air dimasukkan ke dalam ember maka dia akan membentuk seperti ember, dst. Selain itu air amat dibutuhkan dalam kehidupan, bahkan bumi ini menurutnya terapung di atas air.

    Pertanyaan tersebut pertamakali muncul pada zaman permulaan (Yunani Kuno), yang dilatarbelakangi oleh keta’juban (keheranan) terhadap alam semesta. Ketakjuban ini menurut Jan Hendrik Rapar (2001 : 16) menunjuk kepada dua hal penting, yaitu subyek dan obyek. Jika ada ketakjuban pasti ada yang takjub (subyek) dan yang menakjubkan (obyek). Subyek ketakjuban adalah manusia, sebab manusia satu-satunya makhluk yang memiliki perasaan dan akal budi. Hal ini karena ketakjuban hanya dapat dirasakan dan dialami oleh makhluk yang berperasaan dan berakal budi. Adapun obyek ketakjuban adalah segala sesuatu yang ada, baik di alam nyata maupun di alam metafisik (abstrak).

    Selain ketakjuban, yang mendorong manusia berfilsafat adalah karena adanya aporia (kesangsian, keraguan, ketidakpastian atau kebingungan). Pertanyaan yang timbul akibat aporia ini menurut Ahmad Tafsir muncul di zaman modern. Aporia ini berada di antara percaya dan tidak percaya. Ketika manusia bersikap percaya atau mengambil tidak percaya, maka pikiran tidak lagi bekerja atas hal itu, akan tetapi jika dia berada antara percaya dan tidak percaya maka pikiran mulai bergerak dan berjalan untuk mencari kepastian. Sangsi atau keraguan akan menimbulkan pertanyaan, pertanyaan membuat pikiran bekerja, dan pikiran bekerja akan melahirkan filsafat.

    Jadi sikap keingintahuan atau ingin kepastian terhadap sesuatu dapat melahirkan filsafat. Ada juga yang mengatakan bahwa filsafat dilahirkan atas dasar adanya ketidakpuasan. Sebelum filsafat lahir, berbagai mitos memainkan peranan penting dalam kehidupan manusia. Mitos tersebut beupaya memberikan penjelasan terhadap manusia tentang asal mula dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam semesta, akan tetapi penjelasan dan keterangan tersebut makin lama semakin tidak memuaskan manusia. Mitos tersebut antara lain membawa ajaran bahwa alam semesta beserta fenomina yang ada tidak mungkin dapat dipikirkan secara ratio, akan tetapi harus diterima secara intuisi (perasaan dan keimanan).

    Mereka ketika itu sangat meyakini ajaran agama (Dewa). Jawaban yang diberikan oleh Thales (mendapat gelar bapak filsafat, karena dianggap orang yang pertama kali berfilsafat) bahwa bahan baku alam semesta alam air, jelas tidak diterima oleh dogmatis atau mitos ketika itu. Dalam hal ini Henri Bergson (penganut intuitisme) mengatakan bahwa akal sangat terbatas. Akal hanya memapu menjangkau atau memahami suatu obyek apabila mengkonsentrasi-kan kepada obyek tersebut. Ketika itu maka manusia harus tunduk kepada intuisi.

    Bagaimana Peranan Filsafat Ilmu

    Filsafat ilmu merupakan sebuah disiplin ilmu penegetahuan, dalam hal ini filsafat ilmu berperan sebagai pengkajian berbagai hakikat keilmuan, dalam mengembangkan berbagai ilmu pengetahuan filsafat ilmu mempunyai beberapa macam cara di antaranya yaitu: · Ontologi · Terminologi · Aksiologi.

    Dari beberapa cara tersebut masing – masing mempunyai peran dan fungsi yang berbeda ontologi berfungsi untuk mengetahui apa yang dikaji dalam pengetahuan tersebut, sedangkan terminolgi berfugsi untuk mengetahui bagaimana kita memproleh ilmu pengetahuan tersebut, dan yang terakhir aksiologi berfungsi untuk mengetahui bagaimana hakikat ilmu pengetahuan tersebut.

    Manusia dengean segenap kemampuan kemanusiaannya seperti perasaan, pengalaman, panca indra dan intuisi mampu menangkap alam kehidupannya mengabtrasikan tangkapan tersebut dalam dirinya dalam berbagai ilmu pengetahuan seperti kebiasaan , akal sehat , seni, sejarah dan filsafat. Terminology ilmu pengetahuan ini ini adalah atrifical yang bersifat sementara sebagai alat analisis yang pada pokoknya diartikan sabagai keseluruhan bentuk dari prodok kegiatan manusia dalam usaha untuk mengetahui sesuatu , dalam bahasa inggris cara memproleh pengetahuan ini dinamakan dengan knowledge.

  • Makalah Asas-Asas Pembelajaran

    Asas-Asas Pembelajaran

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Saat ini pendidikan dituntut untuk dapat memainkan perannya sebagai basis dan benteng yang akan menjaga dan memperkukuh etika dan moral bangsa. Pendidikan merupakan suatu media sosialissi nilai-nilai luhur. Sementara itu, kualitas dari pendidikan sangat dipengaruhi oleh mutu proses belajar mengajar, dan mutu proses belajar mengajar ditentukan oleh berbagai komponen yang terkait satu sama lain, yaitu input peserta didik, kurukulum, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana prasarana, dana, manajemen, dan lingkungan.

    Salah satu faktor penting yang harus diperhatikan guru sebagai pendidik adalah berkenaan dengan prinsip-prinsp belajar dan asa-asas pembelajaran. Pemahaman dan ketreampilan menerapkan prinsip-prinsip belajar dan asas pembelajaran akan membentuk guru untuk mampu mengelola proses pembelajaran secara tepat, sesuai dengan karakteristik siswa dan tujuan pembeajaran.

    B. Rumusan Masalah

    1. Apa definisi Asas-asas Pembelajaran?
    2. Apa saja Asas-asas Pembelajaran?
    3. Apa pentingnya Asas-asas Pembelajara?
    4. Bagaimana praktek Asas-asas Pembelajaran dalam mata pelajaran PAI?

    Bab II. Pembahasan

    A. Definisi Asas-asas Pembelajaran

    Dalam Kamus Besar bahasa Indonesia (KBBI), asas berarti hukum dasar, suatu kebenaran yang menjadi pokok dasar. Sedangkan prinsip adalah asas atau dasar yang dijadikan pokok pikiran, bertindak, dan sebagainya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa asas dan prinsip sebenarnya adalah sama, karena menjadi pokok dasr baik bertindak maupun berpikir.

    Pembelajaran merupakan terjemahan dari kata “instruction” yang dalam bahasa Yunani disebut “instructus” atau “instruere” yang berarti menyampaikan pikiran, dengan demikian arti instruksional adalah menyampaikan pikiran atau ide yang telah diolah secara bermakna melalui pembelajaran. Pengertian ini lebih mengarah kepada guru sebagai pelaku perubahan.

    Dalam pengertian lain, pembelajaran adalah usaha-usaha terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri peserta didik. Pembelajaran disebut juga usaha mengelola lingkungan dengan sengaja agar seseorang membentuk diri secara positif dalam kondisi tertentu. Jadi, inti dari pembelajaran adalah upaya yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses belajar pada diri peserta didik. Kegiatan pembelajaran tidak akan berarti jika tidak menghasilkan kegiatan belajar pada peserta didik.

    Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 Ayat 20, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui kontraksi para peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan dan sumber belajar lainnya dalam rangka mencapai kompetisi dasar.[3] Kegiatan belajar hanya bisa berhasil jika peserta didik belajar secara aktif mengalami sendiri proses belajar. Kegiatan pembelajaran ini akan menjadi bermakna bagi peserta didik jika dilakukan dalam lingkungan yang nyaman dan memberikan rasa aman bagi peserta didik.

    Jadi, asas-asas pembelajaran adalah prinsip-prinsip umum yang harus dikuasai oleh guru dalam melakukan kegiatan belajar mengajar atau dengan kata lain asas-asas pembelajaran adalah suatu yang dijadikan dasar berpikir dan bertindak untuk menciptakan proses belajar.

    B. Asas-asas Pembelajaran

    1. Peragaan

    Peragaan ialah suatu cara yang dilakukan oleh guru dengan maksud memberikan kejelasan secara realita terhadap pesan yang disampaikan sehingga dapat dimengerti dan dipahami oleh para siswa. Dengan peragaan diharapkan proses pengajaran terhindar dari verbalisme, yaitu siswa hanya tahu kata-kata  yang diucapkan oleh guru tetapi tidak mengerti maksudnya. Untuk itu sangat diperlukan peragaan dalam pengajaran terutama terhadap siswa  pada tingkat dasar.

    Peragaan meliputi semua pekerjaan indera yang bertujuan untuk mencapai pengertian tentang sesuatu hal secara tepat, maksud dan tujuan peragaan ialah memberikan variasi dalam cara-cara mengajar, memberikan lebih banyak realitas dalam mengajar, sehinga lebih wujud, lebih terarah untuk mencapai tujuan pelajaran.

    Penerapan asas-asas peragaan dalam kegiatan belajar mengajar, menyangkut beberapa aspek:

    1. Penggunaan bermacam-macam alat peraga.
    2. meragakan pelajaran dengan perbuatan, percobaan-percobaan.
    3. Membuat poster-poster, ruang eksposisi dan lain sebagainya.
    4. Menyelenggarakan karya wisata

    Dasar psikologi penerapan asas peragaan tersebut yakni, suatu hal akan lebih berkesan dalam ingatan siswa bila melalui pengalaman dan pengamatan langsung anak itu sendiri. Ada dua macam peragaan: Peragaan langsung, dengan menggunakan benda aslinya atau mengadakan percobaan-percobaan yang bisa diamati oleh siswa. Peragaan tidak langsung,  dengan menunjukkan benda tiruan atau suat model. Contoh: gambar, boneka, film, foto dan sebagainya.

    2. Minat dan Perhatian

    Secara sederhana, minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Sementara perhatian, di sini mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Seorang siswa yang menaruh minat besar terhadap pelajaran akan memusatkan perhatiannya lebih banyak daripada siswa lainnya. Kemudian karena perhatian yang intensif terhadap materi itulah yang memungkinkan siswa untuk belajar lebih giat, dan akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan.

    Minat dan perhatian merupakan gejala jiwa yang selalu berkaitan, seorang siswa yang berminat dalam belajar akan timbul perhatiannya terhadap pelajaran tersebut. Akan tetapi terkadang perhatian siswa akan hilang jika tidak ada minat dalam pelajaran yang diajarkan, oleh karena itu diperlukan kecakapan seorang guru untuk membangkitkan minat dan perhatian peserta didik. Untuk membangkitkan perhatian dan minat yang disengaja guru harus:

    1. Dapat menunjukkan pentingnya bahan pelajaran yang disajikan bagi siswa.
    2. Berusaha menghubungkan apa yang diketahui siswa dengan bahan yang disajikan.
    3. Merangsang siswa agar melakukan kompetisi belajar yang sehat, berusaha menghindarkan hukuman.
    4. Mengajar dengan persiapan yang baik, menggunakan meia,menghindari hal-hal yang tidak perlu, mengadakan selingan sehat.

    3. Motivasi

    Motivasi bersal dari bahasa latin “movere”, yang berarti menggerakkan. Berdasarkan pengertian ini, makna motivasi menjadi berkembang. Wlodkowski (1985) menjelaskan motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu, dan yang memberi arah serta ketahanan pada tingkah laku tersebut.

    Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada peserta didik yang sedang belajar untuk perubahan perilaku. Motivasi belajar adalah proses yang member semangat belajar, arah, dan kegigihan perilaku. Dalam artian, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energy, terarah, dan bertahan lama.

    Menurut Prasetya Irawan dkk. mengutip hasil penelitian Fyan dan Maehr bahwa dari tiga faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu latar belakang keluarga, kondisi atau konteks sekolah, dan motivasi. Maka faktor terakhir merupakan faktor yang paling baik.

    Dalam hal ini motivasi belajar sangat berperan mendorong peserta didik mencapai keberhasilan belajar mereka. Keberhasilan yang diraihnya tentu akan menghasilkan kepuasan pada diri peserta didik. Oleh karena itu, arti penting keberhasilan belajar mendorong guru harus terampil mengembangkan strategi motivasi khususnya yang berkaitan dengan pencapaian belajar. Cara yang dapat dilakukan guru antara lain:

    1.  Menggunakan pujian secara verbal dan umpan balik yang informatif bukan ancaman atau sejenisnya.
    2. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk segera menggunakan atau mempraktikkan pengetahuan yang baru dipelajarinya.
    3. Meminta kepada peserta didik yang telah menguasai suatu keterampilan atau pengetahuan untuk membantu teman-temanya yang belum berhasil.
    4. Membandingkan prestasi peserta didik dengan dirinya di masa lalu atau dengan suatu standar tertentu, bukan dengan peserta didik yang lain.[7]

    4. Apersepsi

    Apersepsi berasal dari kata  apperception (Inggris), yang berarti menafsirkan buah pikiran, menyatukan dan mengasimilasikan suat pengamatan dengan pengalaman yang telah dimiliki dan dengan demikian memahami dan menafsirkanya.

    Apersepsi menurut Herbart adalah memperoleh tanggapan-tanggapan baru dengan bantuan tanggapan yang telah ada. Dalam hal ini terjadi sosiasi antara tanggapan yang baru dengan tanggapan yang lama. Herbart mengemukakan bahwa yang diketahui digunakan untuk memahami sesuatu yang belum diketahui. Apersepsi membangkitkan minat dan perhatian untuk sesuatu, karena itu pelajaran harus selalu dibangun atas pengetahuan yang telah ada.

    Berdasarkan prinsip itu Herbart menganjurkan langkah-langkah berikut:

    1. Kejelasan, sesuatu diperlihatkan untuk memperdalam pengertian. Di sini guru yang terutama aktif (memberi) dan murid “Pasif” (menerima). Cara mengajar memberitahukan.
    2. Asosiasi, anak-anak diberi kesempatan untuk menghubungkan pengertian baru dengan pengalaman-pengalaman lama. Anak-anak di sini lebih aktif. Metode mengajar: Tanya Jawab, Pertanyaan.
    3. Sistem, di sini bahan baru itu ditempatkan dalam hubungannya dengan hal-hal lain. Ini hanya mingkin, jika bahan itu telah dipahami sepenuhnya. Metode: Menjelaskan, Ceramah.
    4. Metode, anak-anak mendapat tugas untuk dikerjakan. Guru memperbaiki dengan memberi petunjuk di mana perlu.[8]

    5. Korelasi dan Konsentrasi

     Yang dimaksud dengan korelasi disini adalah hubungan antara mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya yang berfungsi untuk menguatkan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, juga dapat menimbulkan minat dan perhatian siswa. Hendaknya guru juga menghubungkan pelajaran dengan realita sehari-hari. Karena dalam realitasnya, pembelajaran di sekolah masih banyak menggunakan strategi pembelajaran yang hanya berupaya untuk menghabiskan materi pembelajaran semata sehingga kurang memberi makna bagi peserta didik. Oleh karena itu, agar aktivitas pembelajaran mampu memberikan makna bagi peserta didik yang belajar, guru perlu mengembangkan strategi pembelajaran yang mampu mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupa sehari-hari.

    Ada tiga tahapan dalam pelaksanaanya, yakni:

    1. Tahap inisiasi, guru dapat menarik perhatian siswa dengan alat peraga, supaya kelas dapat memiliki topik, siswa dibentuk kelompok dan tiap kelompok diberi permasalahanya masing-masing.
    2. Tahap pengembangan, pada tahap hal ini  kelompok-kelompok diterjunkan langsung kelapangan untuk mencari sumber data untuk materi diskusi, laporan ditulis lengkap, para siswa diharapkan dapat berpartisipasi secara aktif dan guru bertindak sebagai pedamping.
    3. Tahap kulminasi, sebagai tahap akhir, setelah semua kelompok dapat menyelesaikan laporan yang mereka buat maka diadakan diskusi kelas atau diskusi panel, dan diharapkan para siswa dapat berperan aktif. 

    6. Individualisasi

    Siswa merupakan individu yang unik, artinya tidak ada dua orang siswa yang sama persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lain. Perbedaan itu terdapat pada karakteristik  psikis, kepribadian, dan sifat-sifatnya.[10] Setiap guru tentu menyadari bahwa menghadapi 30 siswa dalam satu kelas misalnya, berarti menghadapi 30 macam keunikan atau karakteristik. Perbedaan individu ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa.

    Guru yang memandang anak didik sebagai pribadi yang berbeda dengan anak didik lainya, akan berbeda dengan guru yang memandang anak didik sebagai makhluk yang sama dan tidak ada perbedaan dalam segala hal. Maka adalah penting meluruskan pandangan yang keliru dalam menilai anak didik. Sebaiknya guru memandang anak didik sebagai individu dengan segala perbedaannya, sehingga mudah melakukan pendekatan dalam pembelajaran.

    Guru sebagai penyelenggara kegiatan pembelajaran dituntut untuk memberikan perhatian kepada semua keunikan yang melekat pada tiap siswa, misalnya dengan:

    1. Menentukan penggunaan berbagai metode yang diharapkan dapat melayani kebutuhan siswa sesuai karakteristiknya.
    2. Merancang pemanfaatan berbagai media dalam menyajikan pesan pembelajaran.
    3. Mengenali karakteristik setiap siswa sehingga dapat menentukan perlakuan pembelajaran yang tepat bagi siswa yang bersangkutan.
    4. Memberikan remidiasi ataupun pertanyaan kepada siswa yang membutuhkan.[12]

    6. Kooperasi

    Model pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Kooperatif menggambarkan makna yang lebih luas, yaitu menggambarkan keseluruhan proses sosial dalam belajar dan mencangkup pula pengertian kolaborasi.

    Pembelajaran koopertif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan atau tim kecil (small goup), yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda (heterogen).

    Yang dimaksud dengan koopersi di sini adalah belajar atau bekerja sama (kelompok). Hal ini dianggap penting untuk menjalin hubungan sosial antara siswa yang satu dengan yang lainnya, juga hubungan guru dengan siswa.

    Adapun keuntungan-keuntungan kooperatif antara lain:

    1. Siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan berpikir sendiri, menentukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain;
    2. Mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain;
    3. Membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan;
    4. Membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar;
    5. Meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain, dan mengembangkan keterampilan memanage waktu;
    6. Mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik.[15]

    Ada beberapa jenis kerja sama, William Burton membagi kelompok kerja sama tersebut antara lain:

    1. Kerja kelompok, untuk memecahkan suatu problem, menganalisis masalah, pembagian tugas, kegiatan penyelidikan, dan kesimpulan.
    2. Diskusi kelompok, diskusi ini tidak sama dengan debat tetapi selalu mengutamakan pemecahan masalah.

    Pembelajaran kooperatif merupakan proses atau metode yang tidak hanya mengutamakan tercapainya kualitas siswa yang kognitif melainkan untuk mengembangkan kemampuan lainnya seperti kesadaran siswa menyadari hakikat dirinya, hakikat hubungannya dengan orang lain dan lingkungannya.

    C.  Arti Penting Asas-asas Pembelajaran

    Sebelum membahas peranan atau arti penting asas pembelajaran, akan disinggung sedikit tentang didaktik dan metodik. Didaktik dapat dipahami dengan suatu ilmu yang membicarakan prinsip-prinsip dalam penyampaian pelajaran. Didaktik adalah sebagian dari pedagogik atau ilmu mengajar.

    Didaktik dapat dibagi menjadi dua yaitu didaktik umum (prinsip-prinsip umum yang berkenaan dengan penyajian bahan pelajaran) dan didaktik khusus (membicarakan tentang cara mengajarkan tentang suatu mata pelajaran tertentu). Didaktik khusus juga disebut dengan Metodik atau disebut dengan metodologi Pengajaran dan terbagi dalam dua bagian, metodik umum dan khusus.[16] Jadi, dapat disimpulkan bahwa asas atau prinsip pembelajaran adalah bagian dari metodologi pembelajaran.

    Adapun peranan atau arti penting asas atau metodologi pembelajaran agama bagi calon guru atau pendidik agama adalah:

    1. Membahas tentang berbagai prinsip, teknik-teknik, pendekatan yang digunakan. Dengan mempelajarinya seorang guru dapat memilih metode manakah yang layak dipakai. Sehingga tujuan pengajaran dapat tercapai.
    2. Terlalu luasnya materi agama dan sedikitnya waktu yang tersedia untuk menyampaikan bahan, dalam hal ini bagaimana seorang guru berusaha mencapai tujuan pengajaran dan pendidikan agama. Di sinilah fungsi metodologi pengajaran agama, jika seorang guru mempelajarinya dengan baik dapat memahami desain dan rancangan yang sesuai dengan pengajaran.
    3. Sifat pengajaran agama lebih banyak menekankan pada segi tujuan afektif (sikap) dibanding tujuan kognitif, menjadikan guru agama lebih bersifat mendidik dari pada mengajar. Metodologi pengajaran agama turut memberikan distribusi pengetahuan terhadap calon guru yang diharapkan.

    Bab III. Penutup

    A. Kesimpulan

    Asas-asas pembelajaran adalah prinsip-prinsip umum yang harus dikuasai oleh guru dalam melakukan kegiatan belajar mengajar atau dengan kata lain asas-asas pembelajaran adalah suatu yang dijadikan dasar berpikir dan bertindak untuk menciptakan proses belajar. Diantaranya ialah asas peragaan, minat dan perhatian, motivasi, apersepsi, korelasi dan konsentrasi, individualisasi, dan kooperatif.

    Asas atau prinsip pembelajaran adalah bagian dari metodologi pembelajaran. Dalam metodologi pembelajaran dibahas tentang berbagai prinsip, teknik-teknik, pendekatan yang digunakan. Dengan mempelajarinya seorang guru dapat memilih metode manakh yang layak dipakai. Sehingga tujuan pengajaran dapat tercapai.

    Penerapan asas-asas pembelajaran tidak berdiri sendiri melainkan saling bertautan. Misalkan saja penggunaan prinsip atau asas peragaan, pada mata pelajaran sejarah kebudayaan islam, guru memperlihatkan gambar tokoh, peta kekuasaan islam, gambar peninggalan-peninggalan, tahap awal guru menampung  pertanyaan dari siswa untuk meng-evaluasi kemampuan siswa dan juga untuk mengetahui tingkat kesulitan siswa, kemudian tahap akhir guru memberi pertanyaan pada siswa untuk meng-apersepsi supaya siswa lebih paham dengan menghubungkan pengetahuan yang sudah diketahui siswa.