Blog

  • Laporan Praktikum Kimia Organik – Soxhlet

    Soxhlet

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair dari campurannya dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju ekstraksi adalah: tipe persiapan sampel, waktu ekstraksi, kuantitas pelarut, suhu pelarut dan tipe pelarut (Rachman, 2009).

    Proses pengekstraksian komponen kimia dalam sel tanaman yaitu pelarut organik akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dalam pelarut organik di luar sel, maka larutan terpekat akan berdifusi keluar sel dan proses ini akan berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan zat aktif di dalam dan di luar sel(Rachman, 2009).

    Sokhetasi merupakan proses pemisahan (ekstrakti padatan) suatu bahan alam dengan pelarut organik yang menggunakan alat sokhlet. Pada umumnya metode sokhlet digunakan untuk memisahkan lemak dan minyak nabati.

    B. Tujuan Praktikum

    1. Memahami prinsip kerja ekstraksi soxhlet.

    2. Mampu melakukan ekstraksi dengan perangkat sochlet dilaboratorium kimia

    Bab II. Tinjauan Pustaka

    Ekstraksi adalah suatu metode pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan atau cairan dengan bantuan pelarut. Ekstraksi juga merupakan proses pemisahan satu atau lebih komponen dari suatu campuran homogen menggunakan pelarut cair (solven) sebagai separating agen.Ekstraksi pelarut menyangkut distribusi suatu zat terlarut diantara dua fase cair yang tidak saling bercampur. Tekhnik ekstraksi sangat berguna untuk pemisahan secara dan bersih baik untuk zat organik maupun zat anorganik. Cara ini juga dapat digunakan untuk analisis makro maupun mikro. Faktor-faktor yang mempengaruhi ekstraksi antara lain yaitu ukuran bahan baku, jumlah konstituen (solute) dan distribusinya dalam padatan, sifat padatan, dan ukuran partikel (Sudjadi, 1998).

    Ekstraksi padat-cair. Ekstraksi ini bertujuan untuk menyari senyawa yang dikendaki dari bahan padat dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Dengan demikian, agar ekstraksi dapat berhasil dengan baik, harus diketahui sifat senyawa yang akan diekstraksi terutama kelarutannya. Kelarutan suatu senyawa berkaitan dengan keporannya, senyawa yang polar biasanya larut dalam pelarut polar pula. Pelarut etanol sering digunakan sebagai pelarut untuk ekstraksi apabila belum diketahui pelarut spesifik untuk senyawa yang di ekstraksi, karena etanol merupakan tergolong etanol yang universal. Berdasarkan teknik pelaksanaannya, ekstraksi padat cair dikelompokkan menjadi: (Sowandi,2016)

    a.    Ekstraksi padat-cair tidak sinambung (discontinue) misalnya: dengan cara maserase atau perendaman.

    b.    Ekstraksi padat-cair secara sinambung (continue) misalnya: ekstraksi dengan alat soxhlet

    Ekstraksi jangka panjang biasa dilakukan untuk memisahkan bahan alam yang terdapat dalam tumbuh-tumbuhan atau hewan. Senyawa organik yang terdapat dalam bahan alam seperti kafein dari daun teh.

    Soxhletasi adalah salah satu metode yang digunakan untuk mengisolasi minyak lemak. Soxhletasi merupakan ekstraksi padat-cair berkesinambungan, disebut ekstraksi padat cair karena substansi yang diekstrak terdapat didalam campuran yang berbentuk padat, sedangkan disebut berkesinambungan karena pelarut yang sama dipakai berulang-ulang sampai proses ekstraksi selesai. Keuntungan dari metode ini antara lain menggunakan pelarut yang lebih sedikit karena pelarut tersebut akan dipakai untuk mengulang ekstraksi dan uap panas tidak melalui serbuk simplisia, tetapi melalui pipa samping. Metode ini juga memiliki beberapa kelemahan antara lain tidak dapat digunakan pada bahan yang mempunyai tekstur yang keras, selain itu pengerjaannya rumit dan lama. Ekstraksi dengan menggunakan soxhlet pada umumnya digunakan aseton dan alkohol sebagai pelarut untuk menguapkan bahan yang akan diekstrak.(Pramudono,dkk 2008).

    Jika pada suatu proses transfer ekstraksi tidaklah menimbulkan pemisahan yang bersih, maka dilakukan pemisahan parsial yang berurutan sampai akhirnya dicapai derajat kemurnian yang diinginkan. Satu fase dapat diulang dikontsakan dengan porsi yang segar dari suatu fase kedua. Dapat diterapkan  bila satu zat secara kuantitatif tetap tinggal dalam satu fase, sedangkan zat yang lain terbagi antara kedua fase ekstraktor soxhlet dapat termasuk dalam kategori ekstraksi ganda juga teknik pengendapan dalam gravimetri.

    Ekstraksi mempunyai fleksibilitas yang tinggi dalam memilih kondisi operasi, karena jenis dan jumlah pelarutnya dapat diubah-ubah. Ekstraksi lebih menyerupai absorbsi gas dibandingkan dengan destilasi biasa. Proses ekstraksi digunakan untuk proses penyarian dari bahan mentah dengan menggunakan pelarut yang dipilih dimana zat yang diinginkan dapat larut bahan mentah yang berasal dari tumbuh-tumbuhan tidak perlu diproses lebih lanjut kecuali dikumpulkan dan dikeringkan. Ekstraksi menggunakan pelarut yang ideal yang mempunyai sifat tidak toksik, tidak eksplosif interval titik didih sempit. Pelarut alkohol menghasilkan rendeman paling tinngi dan pelarut kloroform paling mudah tetapi rendemannya paling murni.

    Pada metode ini pemisahan suatu zat dari campurannya dengan pembagian suatu zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut kepelarut yang lain. Seringkali campuran bahan padat dan cair (misalnya bahan alami) tidak dapat atau sukar sekali dipisahkan dengan metode pemisahan mekanis atau termis. Misalnya saja, karena komponennya saling bercampur secara sangat erat, peka terhadap panas, beda sifat-sifat fisiknya terlalu kecil, atau tersedia dalam konsentrasi yang terlalu rendah.

    Pada sistem heterogen, reaksi berlangsung antara dua fase atau lebih jadi pada sistem heterogen dapat dijumpai reaksi antara padat dan gas, atau antara padat dan cairan. Cara yang paling mudah untuk menyelesaikan persoalan pada sistem heterogen adalah menganggap komponen-komponen dalam reaksi bereaksi pada fase yang sama. Kesetimbangan heterogen ditandai dengan adanya beberapa fase, antara lain fase kesetimbangan fisika dan kesetimbangan kimia. Kesetimbangan heterogen dapat dipelajari dengan 3 cara:

    a.    Dengan mempelajari tetapan kesetimbangannya, cara ini digunakan untuk kesetimbangan kimia yang berisi gas

    b.    Dengan hukum distribusi nersnt, untuk kesetimbangan suatu zat dalam 2     pelarut

    c.    Dengan hukum fase, untuk kesetimbangan yang umum.

    Hukum distribusi banyak dipakai dalam  proses ekstraksi, analisis dan penentuan tetapan kesetimbangan yang digunakan untuk menentukan aktivitas zat terlarut dalam satu pelarut jika aktivitas zat terlarut dalam pelarut lain diketahui. Faktor-faktor yang mempengaruhi koefisien distribusi:

    1.    Temperatur yang digunakan. Semakin tinggi suhu maka reaksi semakin cepat maka  sehingga volume titrasi menjadi kecil, akibatnya berpengaruh pada nilai k.

    2.    Jenis pelarut. Apabila pelarut yang digunakan adalah zat yang mudah menguap maka akan sangat mempengaruhi volume titrasi, akibatnya berpengaruh pada perhitungan nilai k.

    3.    Jenis terlarut, apabila zat akan dilarutkan adalah zat yang mudah menguap atau higroskopik, maka akan mempengaruhi normalitas (konsentrasi zat tersebut), akibatnya mempengaruhi harga k.

    B.  Uraian Bahan

    1.    Kulit batang kayu jati

    Kingdom           : Plantae

    Subkingdom      : Viridiplantae

    Divisi                 : Tracheophyta

    Subdivisi            : Spermatophyta

    Kelas                  : Magnoliopsida

    Ordo                  : Lamiales

    Famili                 : Lamiaceae

    Genus                : Tectona

    Spesies               : Tectonagrandis Linn. F

    2.    Etanol (Dirjen POM, 1979: 65)

    Nama resmi                    : AETHANOLUM

    Nama lain                      : Alkohol; Etanol

    Rumus molekul              : C2H6OH

    Berat molekul                : 46,068 g/mol

    Rumus struktur              : CH3-CH2-OH

    Pemerian                        : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap,

    dan mudahbergerak, bau khas, rasa panas, mudah   terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak   berasap

    Kelarutan                       : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P,

      dan dalam eter P.

    Penyimpanan                 : Dalam wadah tertutup rapat

    Kegunaan                      : Sebagai pelarut

    Bab III. Metode Praktikum

    A.  Alat dan bahan

    Alat yang digunakan yaitu, perangkat soxhlet, timbangan analitis, kertas saring, waterbath, bunsen, & botol coklat.

    Bahan yang digunakan yaitu, Kulit batang kayu jati, Etanol 96% & Tisu.

    B.  Prosedur Kerja

    1. Siapkan perangkat ekstraksi soxhlet
    2. Timbang kulit batang kayu jati kering sebanyak 10 gram
    3. Masukkan kertas saring kedalam tempat sampel, kemudian masukkan sampel. Sampel yang diisi jangan sampai melebihi tinggi siphon
    4. Pasang perangkat Sohlet dan tuang Etanol melewati sampel hingga satu setengah sirkulasi
    5. Nyalakan pemanas dan proses ekstraksi akan berjalan
    6. Lakukan Ekstraksi selama 1 jam

    Bab IV. Hasil dan Pemabahsan

    A. Hasil Pengamatan

    PerlakuanPengamatan
    Penimbangan kulit batang kayu jatiBerwarna kekuningan
    Pengukuran volume Etanol 96%Tidak berwarna  pada 2/3 bagian dari batas labu alas bulat
    Proses EkstraksiUapnya naik melewati soxhlet menuju pipa pendingin sari terkumpul dan akan dialirkan ke pipa siphon dan akan menuju kelabu destilasi setelah pipa terisi penuh. Berlangsung selama 1 jam sebanyak 5 siklus
    Penampungan hasil ekstrak EtanolTerjadi perubahan warna pelarut dari bening menjadi kekuningan
    Bandingkan ekstraksi Soxhlet dengan ekstraksi maserasiProses ekstraksi soxhlet berlangsung selama 1 jam sedangkan maserasi memerlukan waktu selama 3 hari

    BAB V

    PEMBAHASAN

    Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan dengan judul Ekstraksi pada cair (soxhletasi) degan tujuan untuk memahami prinsip kerja ekstraksi soxhletasi dan mampu melakukan ekstraksi dengan perangkat soxhlet dilaboratorium kimia.

    Soxhletasi adalah salah satu metode yang dapat digunakan untuk megisolasi minyak lemak. soxhletasi adalah ekstraksi padat cair karena soxhlatasi yang diekstrak dalam campuran yang berbentuk padat, sedangkan disebut berkesinambungan karena pearut yang sama dipakai berulang-ulang samai proses ekstraksi telah dilakukan.

    Prinsip kerja dari ekstraksi padat cair adalah adanya kemampuan seyawa dalam suatu matriks yang komplek dari suatu padatan, yanhg dapat larut oleh suatu pelarut tertentu. Dalam proses ekstraksi padat cair diperlukan kontak yang sangat kimia antra pelarut dan padatan (Harborne,1987) .

    Pada percobaan kali ini pertama dilakukan ialah disiapkan seperangkat alat soxhletasi yang akan digunakan, kemudian ditmbang sampel 10 gr batang jati. Selanjutnya sampel dibungkus dengan kertas saring, setelah dibungkus  sampel dimasukkan kedalam siphon lalu dipasang perangkat soxhlet dan dituang pelarut etanol melewati sampel hingga satu setengah sirkulasi kemudian dinyalakan pemanasan dan dilakukan proses ekstraksi selama 1 jam. Pada proses ekstraksi sampel yang digunakan berubah warna menjadi cairan berwarna kekuningan. Kemudian setelah dilakukan soxhletasi yang didapatkan berwarna mendekati bening.

    Untuk fungsi penggunaan kertas saring yaitu untuk menjaga tidak campurannya sampel dengan pelarut secara langsung, dan agar sampel tidak ikut kedalam labu alat bulat ketika diekstraksi.

    Sampel yang diisi tidak boleh melebihi tinggi siphon karena dilakukan pada saat sampel berada diposisi atas tidak terendam oleh pelarut. Dalam perangkat soxhlet terdapat kondensor. Dimana kondensor berfungsi sebagai pendingin dan juga untuk mempercepat proses pengembunan.

    Pada ekstraksi padat cair digunakan sampel kulit batang dengan metode soxhlet digunakan untuk mengekstraksi dengan pelarut etanol yang awalnya tidak berwarna setelah diekstraksi selama 1 jam perubahan warna menjadi cairan kekuningan  yang berupa padatan  sebanyak 5 siklus.

    Adapun hasil yang diperoleh dari hasil ekstraksi yaitu warna ekstrak dari sampel kayu jati berwarna kekuning-kuningan dalam artian terjadi penarikan senyawa dalam sampel. Untuk perbandingan antara ekstrak soxhlet didapat warna ekstraksinya berwarna kuning yang berlangsung selama 1 jam sedangkan pada ekstraksi maserasi berwarna kecoklatan berlangsung selama 3 hari.

    Faktor- faktor yang dapat mempengaruhi ekstraksi lain yaitu ukuran bahan baku, pemilihan pelarut, waktu proses ekstraksi, suhu ekstraksi. ukuran bahan baku yang kecil akan menghasilkan hasil yang rendah. Pemilihan pelarut akan mempengaruhi suhu ekstraksi dan waktu proses ekstraksi. Jika suhu tinggi maka akan menghasilkan suisa pelarut yang tinggi pula (Anam, 2010) 

    BAB VI

    PENUTUP

    A.  Kesimpulan

    Dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

    a.    Prinsip ekstraksi soxhlet adalah suatu ekstraksi yang berkesinambungan dengan menggunakan pelarut yang realtif sedikit

    b.    Didapatkan hasil soxhlet dengan warna kekuningan dengan 5 siklus

    c.    Perbandingan antara ekstraksi soxhlet dengan ekstraksi maserasi dibutuhkan waktu 2-3 hari, lalu terdapat perbedaan jumlah pelarut pada soxhlet diperlukan pelarut yang lebih sedikit sedangkan pada masersi dibutuhkan pelarut yang lebih banyak.

    B.  Saran

    Sebaiknya alat yang akan digunakan pada laboratorium lebih dilengkapi lagi agar proses praktikum dapat berjalan dengan baik dan mendapatkan hasil yang diinginkan.

    DAFTAR PUSTAKA

    Anam, choirul. 2010. “Ekstrsksi Oleoresin Jahe (Zingiber offcianel) Kajian dari Ukuran bahan, pelarut, waktu dan suhu”. Jurnal Pertanian MAPETA. Vol, XII,No,2 p : 72-144, ISSN : 1411-2817.

    Harborne, J.B., 1987. Metode Fitokimia. ITB : Bandung

    Lucas, 1949. Principles And Practice In Organik Chemistry. New York : Jhon

    Welly And Sons, Inc.

    Pramudono B., Widioko, S.A.,Rustayawan, W.,2008. Reaksi Kontinyu Dengan

    Simulasi Batch Tiga Tahap Aliran Lawan Arah.

    Sudjadi, 1986. Metode Pemisahan, UGM Press: Yogyakarta.

    Sowandi, Ami, 2016. Petunjuk Paktikum Kimia Organik. Surabaya.

  • Laporan Praktikum Kimia Analisis – Standarisasi dan Preparasi Larutan

    Laporan Praktikum Kimia Analisis – Standarisasi dan Preparasi Larutan

    Berikut ini contoh lapora praktikum kimia analisi dengan judul Standarisasi dan Preparasi Larutan. Pratikum ini bertujuan melatih komptensi membuat Larutan HCl 0,1 M.

    Standarisasi dan Preparasi Larutan

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Standarisasi merupakan suatu proses yang digunakan untuk menentukan secara teliti konsentrasi suatu larutan. Larutan standar kadang-kadang dapat dibuat dengan menimbang secara teliti sejumlah contoh solut yang digunakan dan melarutkannya ke dalam volume larutan yang secara teliti diukur volumenya. Cara ini biasanya tidak dapat dilakukan, karena relatif sedikit pereaksi kimia yang dapat diperoleh dalam bentuk cukup murni untuk memenuhi permintaan analis akan ketelitiannya. Beberapa zat tadi yang memadai dalam hal ini disebut standar primer. Suatu  larutan lebih umum distandarisasikan dengan cara titrasi yang pada proses itu ia bereaksi dengan sebagian berat dari standar primer (Indry, 2010).

    Titrasi merupakan salah satu cara untuk menentukan standarisasi larutan suatu zat dengan cara mereaksikan larutan tersebut dengan zat lain yang diketahui konsentrasinya. Prinsip dasar titrasi asam basa didasarkan pada reaksi nertalisasi asam basa. Titik equivalen pada titrasi asam basa adalah pada saat dimana sejumlah asam tepat di netralkan oleh sejumlah basa. Selama titrasi berlangsung terjadi perubahan pH, pH pada titik equivalen ditentukan oleh sejumlah garam yang dihasilkan dari netralisaasi asam basa (Dian, 2009).

    B. Tujuan

    1. Agar praktikan mampu membuat larutan 0.1N HCL
    2. Agar praktikan mampu membuat larutan standar HCL
    3. Agar praktikan mampu menentukan kadar dengan larutan Na2CO. HCL

    Bab II. Tinjauan Pustaka

    A. Larutan

    Standarisasi dapat dilakukan dengan titrasi. Titrasi merupakan proses penentuan konsentrasi suatu larutan dengan mereaksikan larutan yang sudah ditentukan konsentrasinya (larutan standar). Titrasi asam basa adalah suatu titrasi dengan menggunakan reaksi asam basa (reaksi penetralan). Prosedur analisis pada titrasi asam basa ini adalah dengan titrasi volumemetri, yaitu mengukur volume dari suatu asam atau basa yang bereaksi (Aprilia, 2012).

    Pembuatan larutan dengan konsentrasi tertentu sering dihasilkan konsentrasi yang tidak kita inginkan. Untuk mengetahui konsentrasi yang sebenarnya perlu dilakukan standarisasi. Standarisasi biasanya dilakukan dengan titrasi. Zat-zat yang didalam jumlah relative besar disebut pelarut. Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut zat terlarut atau solut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut atau solven (Kevin, 2010).

    Proses pengenceran menjadi volume yang diketahui dan menghilangkan satu porsi titrasi dinamakan mengambil alkoat. Perhitungan yang melibatkan pengenceran bersifgat langsung dansimpel, karena tidak ada reaksi kimia terjadi jumlah mol larutan dalam larutan asal harus sama dengan jumlah mol larutan final. Ada beberapa indikator asam basa diantaranya adalah kertas lakmus, larutan metil orange, phenophtalein (Baroroh, 2004).

    Titrasi merupakan salah satu cara untuk menentukan standarisasi larutan suatu zat dengan cara mereaksikan larutan tersebut dengan zat lain yang diketahui konsentrasinya. Prinsip dasar titrasi asam basa didasarkan pada reaksi nertalisasi asam basa. Titik equivalen pada titrasi asam basa adalah pada saat dimana sejumlah asam tepat di netralkan oleh sejumlah basa. Selama titrasi berlangsung terjadi perubahan pH, pH pada titik equivalen ditentukan oleh sejumlah garam yang dihasilkan dari netralisaasi asam basa (Dian, 2009).

    Larutan merupakan campuran karena terdiri dari dua bahan dan disebut homogen karena sifat-sifatnya sama disebuah cairan. Karena larutan adalah campuran molekul biasanya molekul-molekul pelarut agak berjauhan dalam larutan bila dibandingkan dalam larutan murni. Gaya tarik inter molekul tidak sejenis menyebabkan pelepasan energi dan entalpi menurun. Larutan pada dasarnya adalah campuran homogen, dapat berupa gas, zat cair maupun padatan. Menyebabkan komponen-komponen dalam larutan saja tidak cukup memberikan larutan secara lengkap. Banyak cara untuk memberikan konsentrasi larutan yang semuanya menyatakan kuantitas zat terlarut dalam kuantitas pelarut (atau larutan). Dengan demikian setiap sistem konsentrasi menyatakan satuan yang digunakan zat terlarut, kuantitasn zat terlarut pelarut (Noor, 2006).

    Konsentrasi merupakan cara untuk menyatakan hubungan kuantitatif antara zat terlarut dan pelarut. Larutan terbentuk melalui pencampuran dua atau lebih zat murni yang molekulnya berinteraksi langsung dalam keadaan tercampur. Perubahan gaya antarmolekul yang dialami oleh molekul dalam bergerak dari zat terlarut murni atau pelarut ke keadaan tercampur mempengaruhi baik kemudahan pembentukan maupun kestabilan larutan (Kuswanto, 2010).

    Dua komponen yang penting dalam suatu larutan yaitu pelarut dan zat yang dilarutkan dalam pelarut tersebut. Zat yang dilarutkan itu disebut zat terlarut. Larutan yang menggunakan air sebagai pelarut dinamakai larutan dalam air. Larutan yang mengandung zat terlarut dalam jumlah yang banyak dinamakan larutan pekat. Jika jumlah zat terlarut sedikit, larutan dinamakan cairan dengan cairan, padatan atau gas sebagai zat yang terlarut (Lusiana, 2012).

    B. Uraian Bahan

    1. Aquadest (Dirjen POM 1979, 96)
    Nama ResmiAQUADESTILLATA
    Nama lain Air suling atau Aquadest
    Rumus KimiaH2O
    Berat molekul 18,02
    PemerianCairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa.
    PenyimpananDalam wadah tertutup.
    2.  Alkohol (Dirjen POM 1979, 65)
    Nama ResmiAethanolum
    Nama lain Alkohol, etanol, ethyl alkohol
    Rumus KimiaC2H6O
    Berat molekul 46,07
    PemerianCairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah bergerak; bau khas rasa panas,mudah terbakar dan memberikan nyala biruyang tidak berasap.
    KelarutanSangat mudah larut dalam air, dalam kloroform  P dan dalam eter P
    PenyimpananDalam wadah tertutup rapat, terhindar daricahaya, ditempat sejuk jauh dari nyala api.
    KegunaanSebagai zat tambahan, juga dapat membunuh kuman
    3. Asam Boraks (Dirjen POM 1979, 427)
    Nama ResmiNatrii Tetraborasa
    Nama lain Natrium tetraborat atau Borakx
    Rumus KimiaNa2B4O7.10H2O
    Berat molekul 381,37
    PemerianHablur transparan tidak  berwarna, atau serbuk hablur putih, tidak berbau,  rasa  asin  dan  basa. Dalam udara kering  Merapuh
    KelarutanLarut  dalam 20 bagian air, dalam 0,6 bagian air mendidih dan dalam lebih kurang 1 bagian gliserol P, praktis tidak larut dalam etanol (95%) P.
    PenyimpananDalam wadah tertutup baik.
    KegunaanAntiseptikum ekstern.

    4. Asam Clorida (Dirjen POM 1979, 53)

    Nama ResmiAcidum Hidrochioridum
    Nama lain Asam Clorida atau Asam Garam
    Rumus KimiaHCl
    Berat molekul 36,5
    PemerianCairan tidak berwarna, berasap dan bau merangsang jika diencerkan dua bagian air asap dan bau hilang.
    PenyimpananDalam wadah tertutup
    KegunaanSebagai zat tambahan.

    5.      Natrium Hidroksida (Dirjen POM 1979, 421)

    Nama resmi                 : NATRII HIDROCIDUM

    Nama lain                    : Natrium Hidroksida

    Rumus kimia               : Na(OH)

    Berat molekul              : 40

    Pemerian                      : Bentuk batang massa hablur air keping-keping,                                                           keras dan rapuh dan menunjukkan susunan hablur                                                    putih mudah meleleh basa sangat katalis dan           `                                     korosif segera menyerap karbondioksida.

    Kelarutan                     : Sangat mudah larut dalam air

    Kegunaan                    : Sebagai zat tambahan.  

    6.      Natrium Karbonat (Dirjen POM 1979, 400)

    Nama resmi                 : NATRII KARBONAS

    Nama lain                    : Natrium Karbonat

    Rumus kimia               : Na2CO3

    Berat molekul              : 106

    Pemerian                      : Hablur tidak berwarna, atau serbuk hablur putih

    Kelarutan                     : Mudah larut dalam air, lebih mudah larut dalam air                                                   mendidih

    Kegunaan                    : Sebagai zat tambahan.

    7.      Natrium Klorida (Dirjen POM 1979, 403)

    Nama resmi                 : NATRII CHLORIDUM

    Nama Lain                   : Natrium Klorida

    Rumus Molekul           : NaCl

    BM                              : 58,44

    Pemeriaan                    : Hablur heksahedral, tidak berwarna atau serbuk                                                          hablur putih, tidak berbau, rasa asin.

    Kelarutan                     : Larut dalam 2,8 bagian air, dalam 2,7 bagian air                                                        mendidih dan dalma lebih kurang 10 bagian                                                    gliserol, sukar larut dalam etanol 95%.

    8.      Metil Merah (Dirjen POM 1979, 705)

    Nama resmi                 : BENZOAT HIDROKSIDA

    Nama lain                    : Metil Merah

    Rumus kimia               : C15H15N2O3

    Berat molekul `            : 305,76

    Pemerian                      : Serbuk merah gelap

    Kelarutan                     : Sukar larut dalam air dan larut dalam etanol

    Kegunaan                    : Sebagai indikator.

    9.      Perak Nitrat (Dirjen POM 1979, 97)

    Nama resmi                 : ARGENTI NITRAS

    Nama Lain                   : Perak nitrat

    Rumus Molekul           : AgNO3

    BM                              : 169,87

    Pemeriaan                    : Hablur transparan atau serbuk hablur berwarna                                                            putih, tidak berbau, menjadi gelap jika terkena                                                          cahaya.

    Kelarutan                     : Sangat mudah larut dalam air, larut dalam etanol                                                        95%.

    Penyimpanan               : Wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.

    Bab III. Metode Praktikum

    A. Alat dan Bahan

    III.1.1. Alat

    1.      Beaker glass

    2.      Corong kaca

    3.      Gelas ukur 100 ml (Pyrex) paragraf

    4.      Labu erlenmeyer 50 ml

    5.      Labu takat 100 ml

    6.      Lumpang dan alu

    7.      Rak tabung

    8.      Statif dan buret

    9.      Timbangan analitik

    III.1.2. Bahan

    1.      Aquadest

    2.      Etanol 70%

    3.      Larutan AgNO3 0,1N

    4.      Larutan HCl 0,1N paragraf

    5.      Larutan NaCl 0,01N

    6.      Larutan NaOH 0,1N

    7.      Larutan Na2CO3 0,1N

    8.      Larutan Na2B4O7.10H2O 0,1N

    9.      Methyl Orange

    III.2. Prosedur  Kerja

    III.2.1. Pembuatan Larutan HCL 0,1N

    1.      Disiapkan alat dan bahan yang akan diguanakan

    2.      Dihitung normalitas dan perhitungan pengambilan HCl pekat

    3.      Dipipet 0,82 ml HCl

    4.      Dimasukan kedalam labu takar 100 ml

    5.      Ditambahkan aquadest sampai tanda garis

    6.      Dikocok hingga homogen dan dipindahkan dalam erlenmeyer

    7.      Dituang dalam botol coklat dan diberi label

    III.2.2. Pembuatan larutan NaOH 0,1N

    1.      Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

    2.      Dihitung perhitugan pembuatan larutan NaOH

    3.      Ditimbang NaOH sebanyak 0,4 gram

    4.      Digerus NaOH dalam lumpang hinggan tak berbutir kasar

    5.      Dimasukan kedalam labu takar 100 ml

    6.      Ditambahkan aquadest hingga batas tanda

    7.      Dikocok hingga homogen dan dipindahkan dalam erlenmeyer

    8.      Dituang dalam botol coklat dan diberi label

    III.2.3. Pembuatan larutan NaCl 0,01N

    1.      Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

    2.      Dihitung perhitugan pembuatan larutan NaCl

    3.      Ditimbang NaCl sebanyak 0,06 gram

    4.      Dimasukan kedalam labu takar 100 ml

    5.      Ditambahkan aquadest hingga batas tanda

    6.      Dikocok hingga homogen dan dipindahkan dalam erlenmeyer

    7.      Dituang dalam botol coklat dan diberi label

    III.2.4. Pembuatan larutan Na2CO3 0,1N

    1.      Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

    2.      Dihitung perhitugan pembuatan larutan Na2CO3

    3.      Ditimbang Na2CO3 sebanyak 0,97 gram lalu dimasukan kedalam lumpang

    4.      Digerus Na2CO3 dalam lumpang hingga tak berbutir kasar

    5.      Dimasukan kedalam labu takar 100 ml

    6.      Ditambahkan aquadest hingga batas tanda

    7.      Dikocok hingga homogen dan dipindahkan dalam erlenmeyer

    8.      Dituang dalam botol coklat dan diberi label

    III.2.5. Pembuatan larutan Na2B4O7.10H2O 0,1N

    1.      Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

    2.      Ditimbang Na2B4O7.10H2O sebanyak 1,01 gram lalu dimasukan kedalam lumpang

    3.      Digerus Na2B4O7.10H2O dalam lumpang hingga tak berbutir kasar

    4.      Dimasukan kedalam labu takar 100 ml

    5.      Ditambahkan aquadest hingga batas tanda

    6.      Dikocok hingga homogen dan dipindahkan dalam erlenmeyer

    7.      Dituang dalam botol coklat dan diberi label

    III.2.6. Pembuatan larutan AgNO3 0,1N

    1.      Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

    2.      Ditimbang AgNO3 sebanyak 0,17 gram lalu dimasukan kedalam lumpang

    3.      Digerus AgNO3 dalam lumpang hingga tak berbutir kasar

    4.      Dimasukan kedalam labu takar 100 ml

    5.      Ditambahkan aquadest hingga batas tanda

    6.      Dikocok hingga homogen dan dipindahkan dalam erlenmeyer

    7.      Dituang dalam botol coklat dan diberi label

    III.2.7. Titrasi 0,1N HCl dengan Na2B4O7.10H2O 0,1N

    1.      Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

    2.      Ditimbang Na2B4O7.10H2O sebanyak 1,01 gram lalu dimasukan kedalam lumpang

    3.      Digerus Na2B4O7.10H2O dalam lumpang hingga tak berbutir kasar

    4.      Dimasukan kedalam labu takar 100 ml

    5.      Ditambahkan aquadest hingga batas tanda

    6.      Ditambahkan 1 tetes Methyl orange

    7.      Dititrasi dengan HCl 50 ml dalam buret

    8.      Diamati perubahan warna yang terjadi

    9.      Dihitung volume titran

    10.  Dengan prosedur yang sama dilakukan standardisasi HCl 0,1N dan Na2CO3 0,1N

    Bab IV. Hasil dan Pembahasan

    IV.1. Tabel hasil pengamatan

    No.Berat SampelVolume titranPerubahan warna
    Vt (awal)Vt (akhir)
    1.Na2B4O7.10H2O 0,1N1,01  gram50 ml1,2 mlDari warna putih keruh menjadi merah jambu
    2.Na2CO3 0,1N0,97 gram41,5 ml30 mlDari warna bening menjadi merah jambu

    IV.2 Persamaan reaksi

    IV.3. Perhitungan

    IV.2.1. Perhitungan HCl

    Dik :    HCl 0,1N        100 ml

    Bj                     = 1,19 g/mol

    BM                  = 3,65

    Konsentrasi     = 37%

    Penyelesaian :

                N         = ((10x%xBjxValensi)/BM)

                            = ((10×37%x1,19×1)/3,65)

                            = 12,06 N

    V1.N1                  = V2.M2

    V1. 12,06  = 100. 0,1

    V1            = (10/12,06)

    V1            = 0,8 ml

    IV.2.2. Perhitungan % kadar NaOH 0,1N    100 ml

    Dik :

    N         = 0,1

    BE       = 40

    Vol.     = 100 ml

    Dit : % kadar…?

    Penyelesaian :

    N         = gr/BE x 1000/100

    0,1N    = gr/40 x10

    gr         = 40×0,1/10

    gr         = 4/10

                            = 0,4 gram

    % kadar           = 0,4 x 100%

                                        = 40 %

    IV.2.3. Perhitungan % kadar NaCl 0,1N      100 ml

    Dik :

    N         = 0,1

    BE       = 58

    Vol.     = 100 ml

    Dit : % kadar…?

    Penyelesaian :

    N         = gr/BE x 1000/100

    0,1N    = gr/58 x10

    gr         = 58×0,1/10

    gr         = 0,58/10

                            = 0,058 gram               0,6 gram

    % kadar           = 0,6 x 100%

                            = 60 %

    IV.2.4. Perhitungan % kadar Na2CO3 0,1N            100 ml

    Dik :

    N         = 0,1

    BE       = 97

    Vol.     = 100 ml

    Dit : % kadar…?

    Penyelesaian :

    N         = gr/BE x 1000/100

    0,1N    = gr/97 x10

    gr         = 97×0,1/10

    gr         = 9,7/10

                            = 0,97 gram

    % kadar           = 0,97 x 100%

                                        = 97 %

    IV.2.5. Perhitungan % kadar AgNO3 0,1N              100 ml

    Dik :

    N         = 0,1

    BE       = 170

    Vol.     = 100 ml

    Dit : % kadar…?

    Penyelesaian :

    N         = gr/BE x 1000/100

    0,1N    = gr/170 x10

    gr         = 170×0,1/10

    gr         = 1,7/10

                            = 0,17 gram

    % kadar           = 0,17 x 100%

                                        = 17 %

    IV.2.6. Perhitungan % kadar Na2B4O7.10H2O 0,1N         100 ml

    Dik :

    N         = 0,1

    BE       = 101

    Vol.     = 100 ml

    Dit : % kadar…?

    Penyelesaian :

    N         = gr/BE x 1000/100

    0,1N    = gr/101 x10

    gr         = 101×0,1/10

    gr         = 10,1/10

                            = 1,01 gram

    % kadar           = 1,01 x 100%

                                        = 101 %

    B. Pembahasan

    Standarisasi merupakan suatu proses yang digunakan untuk menentukan secara teliti konsentrasi suatu larutan. Larutan standar kadang-kadang dapat dibuat dengan menimbang secara teliti sejumlah contoh solut yang digunakan dan melarutkannya ke dalam volume larutan yang secara teliti diukur volumenya. Cara ini biasanya tidak dapat dilakukan, karena relatif sedikit pereaksi kimia yang dapat diperoleh dalam bentuk cukup murni untuk memenuhi permintaan analis akan ketelitiannya. Suatu larutan lebih umum distandarisasikan dengan cara titrasi yang pada proses itu ia bereaksi dengan sebagian berat dari standar primer (Indry, 2010).

    Standarisasi dapat dilakukan dengan titrasi. Titrasi merupakan proses penentuan konsentrasi suatu larutan dengan mereaksikan larutan yang sudah ditentukan konsentrasinya (larutan standar). Titrasi asam basa adalah suatu titrasi dengan menggunakan reaksi asam basa (reaksi penetralan). Prosedur analisis pada titrasi asam basa ini adalah dengan titrasi volumemetri, yaitu mengukur volume dari suatu asam atau basa yang bereaksi (Aprilia, 2012).

    Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan mengenai standardisasi dan preparasi larutan dengan beberapa tujuan yakni agar praktikum mampu membuat memerapa larutan dan melakukan standardisasi dari larutan yang telah dibuat. Standardisasi larutan merupakan proses saat konsentrasi larutan standar sekunder ditentukan dengan tepat dengan cara mentitrasi dengan larutan standar primer (Aprilia, 2012).

    Dalam percobaan standardisasidilakukan titrasi yang mana suatu larutan yang konsentrasinya diketahui secara pasti, disebut sebagai larutan standar (standard solution), ditambahkan secara bertahap ke larutan yang belum diketahui, sampai terjadi reaksi kimia antara kedua larutan tersebut berlangsung sempurna. Jika kita mengetahui volume laruitan standar dan larutan tidak diketahui yang digunakan dalam titrasi, maka kita dapat menhitung konsentrasi larutan yang tidak diketahui tersebut (Chang, 2005).

    Dalam pembuatan larutan dengan konsentrasi tertentu sering dihasilkan konsentrasi yang tidak digunakan untuk mengetahui konsentrasi sebenarnya perlu dilakukan standardisasi sering dilakukan dengan cara titrasi (Harjadi, 2000).

    Pada percobaan pertama dilakukan beberapa pembuatan larutan dan standardisasi yakni meliputi larutan HCl dengan prosedur yakni dihitung terlebih dahulu normalitas dari HCl dan volume HCl yang akan digunakan, dimana pada kesempatan kali ini dilakukan pembuatan larutan HCl 0,1N sebanyak 100 ml, NaOH 0,1N, NaCl 0,1N, Na2CO3 0,01N, Na2B4O7.10H2O yang diguanakan sampel dalam bentuk serbuk sehingga dalam pembuatanya diperlukan lumpang dan alu untuk menghaluskan sediaan tersebut sehingga mudah dihiomogenkan.

    Setelah dilakukan pembuatan larutan ang dilakukan selanjutnya yaitu melakukan standardisasi larutan pada larutan HCl dengan Na2CO3 dan juga standardisasi larutan HCl dengan Na2B4O7.10H2O. Dan hasil yang diperoleh dari praktikum yang telah dilakukan yaitu pada titrasi antara HCl dengan Na2CO3 perubahan warna yang terjadfi yakni dari warna bening kekuningan menjadi merah jambudengan volume awal HCl dalam buret 41,5 ml menjadi 11,5 ml atau membutuhkan 30 ml untuk berubah warna (mencapai titik ekuivalen). Pada standardisasi larutan antara HCl dengan  Na2B4O7.10H2O  perubahan warna yang terjadi yakni dari warna bening menjadi warna merah jambu dengan vol awal HCl pada buret yaitu 50 ml menjadi 48,8 ml dengan kata lain dibutuhkan 1,2 ml larutan untuk dapat mencapai titik ekuivalen dengan berubahnya warna pada larutan.

    Adapun pada praktikum tersebut dilakukan standardisasi dengan cara titrasi, metode titrasi yang digunakan yaitu  titrasi asam basa, dimana pada titrasi asam basa tersebut melibatkan melibatkan asam maupun basa sebagai titer atau titranya. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan kadar larutan asam ditentukan dengan larutan basa dan sebaliknya, toitran ditambahkan sedikit demi sedikit sampai mencapai keadan ekuivalen (artinya secara stokiometri titran dan titer tepat habis bereaksi). Pada saat titik ekuivalen inilah maka proses titrasi dihentikan dan dicatat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut (Dian, 2009).

    Indikator yang digunakan dalam praktikum tersebut yaitu methyl orange yang merupakan zat warna azo (gugus azo yang dimilikinya merupakan zat warna sintesis dan paling reaktif dalam proses pewarnaan), digunakan methyl orange sebagai indikator pada titrasi karena methyl orange merupakan indikator pH dan dapat merubah warna yang jelas, oleh karena itu indikator methyl orange pada proses titrasi sering digunakan dalam proses titrasi (Kuswanto, 2010).

    Adapun persamaan reaksi dari larutan yang telah dilakukan percobaan standardisasi yaitu :

    Reaksi antara Na2CO3 + HCl

    Reaksi antara Na2CO3 dan HCl yang terjadi adalah :

    2Na+ CO3++2HCl+Cl-   H2CO3+2NaCl

    Secara singkat dituliskan :

    Na2CO3 + 2NaCl            CO2 + H2O

                Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

    Na2B4O7.10H2O + 2HCl           4H3BO3 + 2NaCl + 5H2O

    atau Na2B4O7.5H2O + 2HCl     2NaCl + 4H3BO4

    pertanyaan penuntuan

    Bab V. Penutup

    A. Kesimpulan

    Dari hasil praktikum yang telah kita lakukan, dapat disimpulkan bahwa :

    1. Untuk mengetahui konsentrasi larutan yang sebenarnya perlu dilakukan standarisasi.
    2. Standarisasi biasanya dilakukan dengan titrasi.
    3. Pada titrasi indikator yang digunakan adalah methyl orange 1 %.
    4. Pada standardisasi larutan antara HCl + Na2CO3 volume titrasi yang diperoleh untuk mencapai perubahan warna yaitu 30 ml dengan perubahan warna darei bening menjadi merah muda.
    5. Pada standardisasi larutan antara HCl + Na2B4O7.10H2O volume titrasi yang digunakan untuk mencapai titik ekuivalen yaitu 1,2 ml dengan perubahan warna yang terjadiyaitu dari warna putih keruh menjadi merah jambu.

    DAFTAR PUSTAKA

    Aprilia, 2012. Jurnal Sintesis Alkohol Dari Limbah Nasi Rumah Makan Melalui Proses Hidrolisis Dan Fermentasi. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Padjadjaran : Bandung.

    Baroroh,Umi. 2004. Diktat Kimia Dasar I. Universitas Lambung Mangkurat :Banjar Baru.

    Dian, Ika. 2009. Jurnal Alat Otomatis Pengukur Kadar Vitamin C dengan Metode Titrasi Asam Basa. Universitas Brawijaya : Malang.

    Dirjen POM, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

    Indry, Sumarni. 2010. Jurnal Standarisasi Natrium Hidroksida Dan Penggunaanya Untuk Penentuan Konsentrasi Asam Asetat. Jurusan Farmasi Universitas Lambung Mangkurat : Banjarmasin.

    Kevin, Bagaskara. 2010. Jurnal Pengenceran Larutan dengan Standarisasi Zat Pelarut. Universitas Hassanudin : Makasar.

    Kuswanto, Ari. 2010. Jurnal Penentuan Koefisien Difusi Larutan Hcl Menggunakan Interferometer Michelson Berbasis Borland Delphi 7.0. Jurusan Fisika Universitas Negeri Malang : Malang.

  • Laporan Praktikum Kimia Organik – Ekstraksi Cair-Cair

    Ekstraksi Cair-Cair

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Ekstrasksi merupakan pemisahan satu atau beberapa dari suatu padatan atau cairan dengan bantuan pelarut. Ekstraksi juga merupakan proses satu atau lebih komponen dari suatu campuran homogen menggunakan pelarut cair (solven) sebagai separating agen pemisahan atas dasar kemampuan larut yang berbeda dari komponen-komponen dalam campuran. Ekstraksi pelarut atau sering disebut ekstraksi airmerupakan metode pemisahan atau pengambilan zat terlarut dalam larutan (biasanya dalam air) dengan menggunakn pelarut lain (biasanya organik), (Wibawads, 2012).

    Diantara berbagai jenis metode pemisahan, ekstraksi pelarut atau disebut juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling baik dan popular. Alasan utamanya adalah bahwa peemisahan ini dapat dilakukan baik dalam tingkat makro maupun mikro. Seseorang tidak memerlukan alat yang khusus atau canggih kecuali corong pisah. Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur, seperti benzene, karbon tetraklorida atau kloroform. Batasannya adalah zat terlarut dapat di transfer pada jumlah yang berbeda dalam keadaan dua fase pelarut. Teknik ini dapat digunakan untuk kegunaan preparatif, pemurnian, pemisahan serta analisis pada semua skala kerja (Khopkar, 2008).

    B. Tujuan Praktikum

    Adapun tujuan praktikum ini adalah :

    1. Mengetahui konsep dasar ekstraksi cair-cair
    2. Mengetahui cara pemilihan larutan esktraksi
    3. Mengetahui cara melakukan ekstraksi cair-air

    Bab II. Tinjauan Pustaka

    A. Dasar Teori

    Ekstraksi pelarut cair-cair merupakan satu komponen bahan atau lebih dari suatu campuran yang dipisahkan dengan bantuan pelarut, ektraksi cair-cair tidak dapat  digunakan apabila pemisahan campuran dengan cara destilasi karena kepekaannya terhadap panas atau tidak ekonomis. Seperti pada ekstraksi padat-cair, ekstraksi cair-cair selalu terdiri dari pencampuran secara intensif bahan ekstraksi dengan pelarut dan pemisahan kedua fase cair sempurna (Wibawads, 2012).

    Prinsip yang digunakan dalam proses ekstraksi cair-cair adalah pada perbedaan koefisien distribusi zat terlarut dalma dua larutan yang berbeda fase dan tidak saling bercampur. Bila suatu zat terlarut terdistribusi antara dua larutan yang saling bercampur, berlaku hukum mengenai konsen zat terlarut dalam kedua fase pada kesetimbangan. Peristiwa ekstraksi cair-cair atau disebut ekstraksi saja adalah pemisahan komponen suatu campuran cair dengan mengontakkan pada cairan lain. Sehingga disebut juga ekstraksi cair atau ekstraksi pelarut (solvent extract). Prinsip kerjanya adalah pemisahan berdasarkan perbedaan kelarutan (Yazid, 2005).

    Ekstraksi memanfaatkan pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat bercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut lain. Misalnya idion sebagai pencemar dalam air yang juga mengandung zat terlarut lain yang tidak larut dalam karbon tetraklorida. dalam kasus seperti ini, hampir semua iodion dapat diambil dengan mengaduk larutan air dengan tetraklorida yang memungkinkan kedua fasa terpisah kemudian mengurangi lapisan air dari lapisan karbon  tetraklorida yang lebih besar. Makin besar tetapan keseimbangan untuk partisi zat terlarut dari pelarut awalnya dalam pelarut pemisah maka makin sempurna proses pemisahannya (Gillis, 2001)

    Pada saat pencampuran terjadi perpindahan massa, yaitu ekstrak meninggalkan pelarut yang pertarna sebagai media pembawa dan masuk ke dalam pelarut kedua sebagai media ekstraksi. Sebagai syarat ekstraksi ini, bahan ekstraksi dan pelarut tidak. saling melarut atau hanya dalam daerah yang sempit. Agar terjadi perpindahan masa yang baik yang berarti performansi ekstraksi yang besar haruslah diusahakan agar terjadi bidang kontak yang seluas mungkin di antara kedua cairan tersebut. Untuk itu salah satu cairan distribusikan menjadi tetes-tetes kecil. Tentu saja pendistribusian ini tidak boleh terlalu jauh, karena akan menyebabkan terbentuknya emulsi  yang tidak dapat lagi atau sukar sekali dipisah. Yang penting perbedaan konsentrasi sebagai gaya penggerak pada bidang batas tetap ada. Hal ini berarti bahwa bahan yang telah terlarutkan sedapat mungkin segera disingkirkan dari bidang batas. Pada saat pemisahan, cairan yang telah terdistribusi menjadi tetes-tetes harus menyatu kembali menjadi sebuah fasa homogen dan berdasarkan perbedaan kerapatan yang cukup besar dapat dipisahkan dari cairan yang lain. Kecepatan Pembentukan fase homogen ikut menentukan keluaran sebuah ekstraktor cair-cair (Gilis, 2001).

    Pemisahan komponen dengan ekstraksi cair-cair tergantung pada partisi kesetimbangan komponen-komponen termodinamika antara dua fase cair. Partisi ini dugunakan untuk memilih rasio pelarut ekstraksi untuk umpan yang masuk proses ekstraksi dan untuk mengevaluasi laju perpindahan massa atau efisiensi teoritis pada peralatan. Sejak dua fase cair yang bercampur digunakan, kesetimbangan termodinamika melibatkan larutan non-ideal (Chadijah, 2014).

    B. Uraian Bahan

    1.    Kloroform (Depkes RI, 1979; HAL 151)

    Nama resmi:CHLOROFORM
    Nama lain:Kloroform
    Rm/bm:CHCl3 / 119,38
    Pemerian:Cairan tidak berwarna, mudah menguap, bau khas, rasa manis dan membakar
    Kelarutan:Larut dalam lebih kurang 200 bagian air, mudah larut dalam etanol mutlak P, dalam eter P, dalam sebagian besar pelarut organik, dalam minyak atsiri dan dalam minyak lemak.
    Penyimpanan:Dalam wadah tertutup baik
    Kegunaan:Sebagai pelarut

    Bab III. Metode Praktikum

    A. Alat dan Bahan

    Adapun alat yang digunakan pada praktikum ekstraksi cair-cair adalah gelas ukur, corong pisah, statif, ring, beaker glass dan corong kecil.

    Bahan yang digunakan adalah ekstrak teh gelas, ekstrak teh kotak, dan pelarut organik (kloroform).

    B. Prosedur Kerja :

    1. Ekstraksi dengan 30 ml kloroform
    1. Disiapkan semua alat yag dibutuhkan dan pastikan semua alat dalam keadaan bersih dan kering
    2. Dipasang statif dan ring untuk proses ekstraksi
    3. Diukur ekstrak teh 30 ml dengan gelas ukur kemudian masukkan kedalam corong pisah
    4. Diukur kloroform 30 ml dengan gelas ukur, masukkan kedalam corong pisah kemudian kocok corong. Sesekali keran corong dibuka untuk mengeluarkan gas yang dihasilkan.
    5. Dilakukan pemisahan dan diambil lapisan kloroform
    6. Diamati perubahan pada kloroform.

    2. Ekstrak dengan10 ml kloroform dengan 3 kali repetisi

    1. Disiapkan semua alat yag dibutuhkan dan pastikan semua alat dalam keadaan bersih dan kering
    2. Dipasang statif dan ring untuk proses ekstraksi
    3. Diukur ekstrak teh 10 ml dengan gelas ukur kemudian masukkan kedalam corong pisah
    4. Diukur kloroform 10 ml dengan gelas ukur, masukkan kedalam corong pisah kemudian kocok corong. Sesekali keran corong dibuka untuk mengeluarkan gas yang dihasilkan.
    5. Dilakukan pemisahan dan diambil lapisan kloroform
    6. Dilakukan langkah 4 dan 5 sebanyak 3 kali
    7. Diamati perubahan pada kloroform
    8. Dibandingkan hasil kloroform dengan hasil ekstraksi 30 ml kloroform.

    Bab IV. Hasil dan Pembahasan

    A. Hasil Pengamatan

    No.PERLAKUANPENGAMATAN
    1.Ekstraksi dengan kloroform 30 ml

    Pada ekstrak teh gelas
    a. Perubahan warna (kloroform)
    b. Volume awal kloroformVolume akhir kloroform

    Pada ekstrak teh kotak
    a. Perubahan warna (kloroform)
    b. Volume awal kloroformVolume akhir kloroform
    Tetap putih bening 30 ml 27 ml
    Tetap putih bening 30 ml 23 ml
    2.Ekstraksi dengan kloroform 10 ml dengan 3 kali repetisi

    Pada ekstrak teh gelas
    a. Perubahan warna kloroform
    b. Volume awal kloroform- Volume pertama (V1)Volume kedua (V2)-  Volume ketiga (V3)Volume akhir kloroform (jumlah)

    Pada ekstrak teh kotak
    a. Perubahan warna kloroform
    b. Volume awal kloroform- Volume pertama (V1)-  Volume kedua (V2)-  Volume ketiga (V3)Volume akhir kloroform (jumlah)
    Tetap putih bening 10 ml 8,3 ml 9,9 ml 9,8 ml 28 ml
    Tetap putih bening 10 ml 9,7 ml 8,9 ml 9,2 ml 27,8 ml

    B. Pembahasan

    Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan mengenai ekstraksi cair-cair. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui konsep dasar ekstraksi cair-cair, mengetahui cara pemilihan larutan ekstraksi dan mengetahui cara melakukan ekstraksi cair-cair.

    Adapun prinsip kerja dari ekstraksi cair-cair yaitu pemisahan komponen kimia diantara 2 fase pelarut yang tidak saling bercampur dimana sebagian komponen larut pada fase pertama dan sebagian pada fase kedua. Lalu kedua fase mengandung zat terdispersi dikocok, lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua lapisan fase cair dan komponen kimia akan terpisah kedalam kedua fase tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan konsentrasi yang tetap.

    Pada ekstraksi dengan menggunakan corong pisah. Dilakukan dengan cara mengukur ekstrak teh sebanyak yang diperlukan, selanjutnya dimasukkan kedalam corong pisah dan menambahkan dengan kloroform kemudian mengocok selama beberapa menit. Fungsi pengocokan ialah untuk membantu proses pemisahan. Kloroform merupakan pelarut non polar yang sering digunakan dalam proses ekstraksi. Tujuan penambahan kloroform sebagai pelarutnya adalah karena kloroform bersifat non polar, sedangkan ekstrak teh juga bersifat non polar. Karena mengandung kafein yang bersifat non polar. Hal ini terlihat ketika kloroform ditambahkan kedalam corong pisah dan membentuk 2 fase (tidak bercampur), dimana fase atas adalah ekstrak teh dengan warna kecoklatan dan fase dibawahnya adalah pelarut kloroform dengan warna bening. Mendiamkan selama beberapa menit dan mengeluarkan lapisan organik lalu menuangkan lapisan ekstraknya.

    Hasil yang diperoleh ekstraksi dengan kloroform 30 ml dan sampel teh kotak adalah sebanyak 23 ml. Sedangkan pada sampel teh gelas adalah 27 ml. Sementara hasil yang diperoleh ekstraksi dengan kloroform 10 ml dengan sampel teh kotak yang dilakukan repetisi sebanyak 3 kali diperoleh yaitu volume pertama kloroform sebanyak 9,7 ml, volume kedua sebanyak 8,9 ml, dan volume ketiga sebanyak 9,2 ml dengan total volume kloroform sebanyak 27,8 ml dan pada sampel teh gelas yang dilakukan repetisi sebanyak 3 kali didapatkan volume kloroform pertama sebanyak 8,3 ml, volume kedua sebanyak 9,9 ml, dan volume ketiga sebanyak 9,8 ml dengan total volume kloroform yaitu 28 ml. Hal ini disebabkan karena pelarut kloroform 30 ml lebih banyak menarik zat pengotor pada ekstrak teh atau sampel, sehingga volumenya lebih banyak.

    Terbentuknya 2 lapisan antara kloroform dengan ekstrak teh disebabkan karena berat jenis antara kedua larutan tersebut berbeda. Dimana ekstrak teh mempunyai berat jenis yang lebih kecil bila dibandingkan dengan kloroform. Perbedaan berat jenis kedua larutan tersebut yang mengakibatkan terbentuknya 2 lapisan.

    Pada hasil pengamatan yang kami peroleh tidak sesuai dengan literatur, karena didalam literatur menyatakan bahwa warna ekstrak teh  dengan menggunakan 10 ml kloroform dengan 3 kali repetisi lebih bening. Sedangkan yang menggunakan 30 ml kloroform tidak terlalu bening, karena yang menggunakan 10 ml kloroform dengan 3 kali repetisi lebih kuat menarik zat pengotor pada teh dibanding yang 30 ml kloroform.

    Apa kaduga teh….kelarta kafei da rumus struktur…bbt eis kafei

    Bab V. Penutup

    A. Kesimpulan

    Adapun kesimpulan pada percobaan ini adalah :

    1. Ekstraksi cair-cair merupakan satu komponen bahan atau lebih dari suatu campuran yang dipisahkan dengan bantuan pelarut, ektraksi cair-cair tidak dapat  digunakan apabila pemisahan campuran dengan cara destilasi karena kepekaannya terhadap panas atau tidak ekonomis
    2. Dari percobaan ekstraksi dengan 30 ml kloroform diperoleh adalah :
      • Pada teh gelas sebesar 27 ml
      • Pada teh kotak sebesar 23 ml
    3. Pada percobaan ekstraksi dengan 10 ml kloroform pada 3 kali repetisi adalah :
      • Pada teh kotak sebesar 27,8 ml
      • Pada teh gelas sebesar 28 ml.
    4. Warna yang dihasilkan pada percobaan kloroform 10 ml dan 30 ml adalah putih bening.

    B. Saran

    Pada saat sebelum dilakukannya praktikum ada baiknya praktikan dengan pengawasan koordinator laboraturium menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan saat praktikum, sehingga dengan demikian dapat mengefisienkan waktu jalannya praktikum dan meminimalisir adanya kesalahan-kesalahan di laboraturium.

    DAFTAR PUSTAKA

    Chadijah, Sitti, 2014. Pemisahan Kimia.: UIN Press, Makassar.

    Depkes RI., 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta.

    Gillis, Oxtoby, 2001.  Prinsip-prinsip Kimia Modern Jilid I. Erlangga : Jakarta.

    Khopkar, S.M., 2008.  Dasar-Dasar Kimia Analitik. Erlangga : Jakarta.

    Underwood, A.L., 1986.  Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga : Jakarta.

    Wibawads, Indra, 2012. Ekstraksi Cair-cair. http// indrawibawads. WordPress.com/ 17 April 2012.

    Yazid, Estien, 2005. Kimia Fisika untuk Paramedis.  Andi : Yogyakarta.

  • Laporan Praktikum Kimia Organik – Sintesis Iodoform

    Laporan Praktikum Kimia Organik – Sintesis Iodoform

    Berikut ini adalah contoh laporan praktikum kimia organik dengan judul sintesis Iodoform. Tujuan dari praktikum ini adalah mensistesis zat Iodoform di dalam Laboratorium.

    Sintesis Iodoform

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Iodoform merupakan senyawa kimia yang dapat disintesis berdasarkan reaksi halogenasi, dengan bahan dasar iodium yang direaksikan dengan aseton dan menggunakan bantuan natrium hidroksida. Prinsip dari reaksi pembentukan iodoform adalah berdasarkan reaksi halogenasi yaitu dimulai dengan pembentukan atom radikal bebas dari halogen.

    Iodoform merupakan suatu zat kimia yang banyak digunakan dalam bidang farmasi sebagai desinfektan dan antiseptik Antiseptik merupakan zat yang bekerja bakteriostatik, biasanya dipakai pada infeksi bakteri pada kulit, mukosa dan melawan bakteri pada luka. Sedangkan desinfektan merupakan zat yang bekerja bakterisid, digunakan untuk membebaskan ruang dan pakaian dari mikroba. Iodoform kadang-kadang sebagai antiseptic dan desinfektan di bidang kedokteran gigi.

    Karena kegunaannya yang cukup luas itulah maka setiap mahasiswa farmasi dituntun untuk mengetahui dan memahami reaksi pembentukan iodoform tersebut. Pada percobaan ini dilakukan sintesis iodoform. Untuk menghasilkan iodoform murni.

    Adapun prinsip dari percobaan ini adalah pensintesisan Iodoform dengan mereaksikan iodium dan aseton dengan penambahan NaOH sedikit demi sedikit hingga terbentuk kristal kuning.

    B. Tujuan Percobaan

    1. Untuk mempelajari reaksi Halogenasi pada senyawa karbonil (Subtitusi α)
    2. Mampu melakukan sintesis zat di laboratorium

    Bab II. Tinjauan Pustaka

    A. Dasar Teori

    Iodoform merupakan senyawa kimia yang dapat disentesis berdasarkan reaksi halogenasi (halogenais pada dasarnya ialah reaksi substansi. Penggantian karena  atom halogen menggantikan posisi hidrogen dalam struktur), dengan bahan dasar Iodium yang direaksikan dengan aseton yang menggunakan bantuan natrium hidroksida sebagai katalisator.

    Iodoform merupakan suatu zat kimia yang banyak digunakan dalam bidang farmasi sebagai desinfektan dan antiseptic. Antiseptik merupakan zat yang bekerja bakteoriostatik, biasanya dipakai pada infeksi bakteri pada kulit mukosa dan melawan bakteri pada luka sedangkan desinfektan merupakan zat yang bekerja bakterisid, digunakan untuk membebaskan ruang dan pakaian dari mikroba. Iodoform kadang–kadang sebagai antiseptic dan desinfakten dibidang kedokteran gigi (Vogel,1979).

    Iodoform (salah satu zat berkhasiat terkenal) merupakan antiseptik yang sangat efektif untuk kulit utuh, maka sebagai tinktur lod banyak digunakan sebelum injeksi. Efek sampingnya warna cokelat dan kadang terjadi dermatitis (elergi kulit) hampir semua kuman pathogen termasuk fungsi dan virus dimatikan oleh Iodium. Begitu pula spora, walaupun diperlukan waktu lebih lama. Larutan 2% memerlukan 2-3 jam (Tan Hoan Tjay,2001).

    Dalam sintesis Iodoform, dipilih menggunakan labu alas datar agar bias berdiri sendiri yang dipegang karena akan dikerjakan seperti titrasi hanya lebih kasar. Pemakaian labu alas bulat disini tidak dibenarkan karena dalam prosedur tidak dilakukan pemanasan (Anonim, 2006; hal 6).

    Adapun maksud dari penambahan segera dengan banyak air setelah terjadi kristal Iodoform adalah untuk mengencerkan NaOH yang mungkin berlebih. Filtrat yang terbentuk tidak boleh bersifat alkalis lagi sebab dengan adanya suasana alkalis maka pada rekristalisasi dengan alkohol maka Iodoform akan terurai dan kemungkinan akan dibebaskan Iodium yang terlihat dengan berwarna coklatnya larutan (Anonim, 2006; hal 6).

    Hidrogen periksoda dan Iodoform dapat menunda penumbuhan luka. Irigasi luka dengan larutan garam normal steril merupakan teknik pembersihan yang baik. Meskipun bilangan dengan spray dan aliran air pada luka dekronik banyak dipakai, tekik-teknik seringkali tidak  efektif  untuk melepaskan dibris dan bahkan dapat memaksa bakteri masuk ke dalam jaringan granulasi aliran air mungkin dapat membantu pada sebagian pasien dengan ulkus tangkai bawah. Jika cara-cara ini gagal maka debridimen dengan dereksi tajam mungkin merupakan metode terbaik untuk membersihkan luka yang kronis (Chires,2009).

    Penentuan Iodometrik dari tambahan secara luas digunakan untuk biji maupun logam lampur cara-caranya memberikan hasil-hasil yang baik sekali dan lebih cepat dari pada penentuan tembaga dengan cara elektrolisa biji tembaga biasanya mengandung besi, arsen dan antimony. Unsur-unsur ini pada keadaan oksidasi yang lebih tinggi (biasanya demikian dari proses pelarutan) akan mengoksidasi lodida sehingga mengganggu beberapa tindakan  pencegahan harus diambil dalam menangani larutan kalium lolida untuk menghindari kesalahan. Misalnya Ion lolida, oleh oksigen dari udara. Setelah penambahan kalium lolida pada larutan berasam dari suatu pereaksi oksidasi larutan harus tidak dibiakkan untuk waktu yang lama berhubungan dengan   udara karena lodium tambahan akan terbentuk oleh reaksi yang terdahulu. Nitrit harus tidak ada, karena akan direduksikan oleh Ion lolida menjadi nitro (II) oksida yang selanjutnya dioksida kembali menjadi nitrit oleh oksigen dari udara (Hart, 2003).

    Hidrogen α dalam senyawa karbonil lebih asam dari pada umumnya hydrogen yang berikatan dengan atom karbon. Akibat dari penempatan gugus karbonil disebelah proton metil sangat luar biasa,yaitu meningkatnya keasaman sampai lebih dari pangkat 30 dari 10. Ada dua alasannya pertama karbon karbonil membawa muatan positif parsial elektron ikatan bergeser kearah karbon karbonil dan menjauhi hydrogen α, sehingga basa mudah mengambil hydrogen α sebagai proton (artinya tanpa mengambil electron ikatannya. Kedua, anion yang dihasilkan distabilkan. Anion ini disebut anion enolat, Muatan negatifnya terdistribusi diantara karbon α dan atom oksigen karbonil (Hart,2003).

    B. Uraian Bahan

    1. Aqua Destillata (Dirjen POM, Hal 96)

    Sinonim  Aquades, air suling
    Rumus MolekulH2O
    Berat Molekul18,02
    Pemerian Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa
    Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat
    PenggunaanSebagai pencuci Iodoform

     2. Aseton (Dirjen POM, Hal 655)

    Sinonim  ASETON
    Rumus kimia  (CH3O)2CO
    Bobot molekul 58,08
    PemerianCairan jernih tidak berwarna tidak berwarna, mudah menguap bau khas, mudah terbakar
    KelarutanDapat bercampur dengan air, dengan etanol 95 % P, dengan eter P dan dengan kloroform P, membentuk larutan jernih.
    PenyimpananDalam wadah tertutup baik
    KegunaanSebagai bahan dasar pembuatan iodoform

    3.  Kalium Iodida

    Nama Resmi KALIUM IODIDUM
    Nama LainKalium iodida
    Bm / Rm 166.00 / KI
    PemerianHablur heleahedial transparan atau tidak  berwarna opak dan putih atau serbuk butiran putih hidroskopik
    KelarutanSangat mudah larut dalam air lebih mudah larut dalam air mendidih, larut dalam etanol 95% P mudah larut dalam gliserol P
    PenyimpananDalam wadah tertutup rapat
    Khasiat Sebagai bahan dasar sintesis

    4. Kapur klor (Dirjen POM, 1979)

    Nama resmi  CALSIUM CHLORO HYPOCLORIL
    Nama lainKaporit
    RM / BMCa(OCI)Cl / 126,98
    PemerianSerbuk putih, kotor, bau khas.
    Kelarutan Larut sebagian dalam air dan dalam etanol 95% P
    PenyimpananDalam wadah tertutup baik
    KegunaanSebagai bahan dasar sintesis

    5. NaOH (Dirjen POM, Hal 412)

    Nama resmi Natrii hydroxydum
    Nama lainNatrium hidroksida
    PemerianBentuk batang, butiran, massa hablur atau keping, kering, keras, rapuh dan menunjukkan susunan hablur: putih, mudah meleleh basah. Sangat alkalis   dan korosif.
    KelarutanSangat mudah larut dalam air & etanol (95%) P
    Rumus kimiaNaOH
    Berat molekul40,00    
    Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
    Kegunaan umumZat tambahan
    Dalam praktikumSebagai titran

    Bab III. Metode Praktikum

    A. Alat dan Bahan

    Alat yang digunakan yaitu labu alas bulat, erlenmeyer, pendingin balik (reflux), water bath, gelas arloji, pipet ukur, corong buchner, labu hisap, gelas ukur.

    Bahan yang digunakan yaitu asetosal, etanol 90% p.a, natrium hidroksida (naoh) 6n, kalium iodida (ki) 3 gram, kaporit (ca(cio)2) 5%, aquadest q.s

    B. Prosedur Kerja

    1. Sintesis

    Hal pertama yang dilakukan yaitu kedalam labu alas bulat dimasukkan 3 gram KI, 100 ml aquadest dan 1 ml aseton, lalu ditambahkan bertetes-tetes kaporit 5% sambil dikocok dan teruskan penambahan hingga 1 tetes kaporit 5% sambil dikocok (akan timbuk endapan), setelah itu campuran didiamkan 10 menit, kemudian disaring dengan corong Bunchner, kemudian kristal dicuci 3x dengan aquadest dingin hingga tidak bereaksi alkalis (dicek dengan  lakmus).

    2. Pemurian

    Hal pertama yang dikakukan yaitu kristal dimasukan ke dalam labu alas bulat yang telah dilengkapi dengan reflux, kemudian ditambahkan etanl hingga tepat larut sambil dipanaskan diatas water bath lalu dalam keadaan panas, larutan disaring dengan penyaring panas (corong bunchner direndam dahulu dalam air panas) kemudian filtrat didinginkan sambil digoyang-goyang hingga terbentuk kristal kembali dengan sempurna dan disaring dengan corong bunchner, lalu dikeringkan lalu dihitung rendemennya.

    Bab IV. Hasil dan Pembahasan

    A.  Tabel Pengamatan

    PerlakuanPengamatan
    Pencampuran KI + aquadest + aseton
    Penambahan Kaporit 5%
    Penyaringan Kristal
    Penambahan etanil+pemanasan
    Penyaringan panas
    Pendinginan filtrate
    Berwarna kuning
    Terbentuk endapan hingga endapan hilang kembali
    Adanya endapan berbentuk kristal dan berwarna kuning
    Berwarna kuning
    Berwarna kuning
    Berwarna kuning dan berbentuk serbuk

    B. Reaksi Pembentukan Iodoform

    Pembentukan Iodoform menggunakan KI

    Pembentukan Iodoform menggunakan NaOH

    Bab IV. Hasil dan Pembahasan

    Pada percobaan kali ini dilakukan percobaan mengenai Sintesis Iodoform. Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mempelajari reaksi halogenasi pada senyawa karbonil (substitusi ).

    Iodoform adalah suatu senyawa yang dibentuk dari reaksi antara iodine

    dengan etanol/aseton dan asetil dehida dalam suasana basa.iodoform merupakan senyawa kimia yang dapat disintesis berdasarkan reaksi halogenisasi (reaksi substitusi ). Reaksi substitusi  adalah rekasi pengantar atom H yang terbentuk pada CO (atom karbon yang terikat pada atom karboksil) oleh suatu elekrofil, reaksi ini dikatalis oleh basa ataupun asam. Senyawa karbonil akan berperan sebagai nakbofil melalui pembentukan enolat (dengan basa) ataupun senyawa enol (dengan asam) (Reksohadipkodjo, 1976).

    Pada percobaan ini terdapat 2 proses yang dilakukan yaitu proses sintesis dan proses pemurnian. Pada proses sintesis hal yang pertama dilakukan yaitu ke dalam labu alas bulat dimasukan 3 gram KI, 100 ml aquadest, dan 1 ml aseton, kemudian ditambahkan bertetes-tetes kaporit 5% sambil dikocok (akan timbul endapan) dan diteruskan penambahan hingga 1 tetes kaporit 5% sampel tidak menimbulkan endapan lagi lalu didiamkan selama 10 menit setelah itu disaring campuran dengan menggunakan corong bunchner dan dicuci kristal dengan aquadest sampai bereaksi katalis lagi. Sedangkan pada proses pemurnian hal pertama yang dilakukan yaitu dimasukan kristal dalam labu alas bulat yang telah dilengkai dengan reflux kemudian ditambahkan etanol hingga tepat larut sambil dipanaskan diatas water bath dan dalam keadaan panas, larutan disaring dengan penyaring panas (corong bunchner direndam dahulu dalam air panas), kemudian filtrat didinginkan sambil digoyang-goyang hingga terbentuk kristal kembali dengan sempurna lalu disaring dengan corong bunchner, lalu dikeringkan dan dihitung rendemennya.

    Menurut Respah (1986), pada sintesa iodoform, penambahan NaOH dilakukan secara hati-hati apabila telah terbentuk sedikit kristal kuning maka penambahan segera dihentikan dan langsung ditambahkan aquadest. Penambahan NaOH yang berlebih dapat menyebabkan iodoform terhidrolisis, kristal iodoform akan berubah menjadi iodim kembali. Penambahan aquadest agar iodoform tidak terus bereaksi dengan NaOH yang menyebabkan kristal iodoform terhidrolisis juga untuk menyempurnakan reaksi agar kristal yang dihasilkan bagus, pada saat praktikum tidak dilakukan penambahan aquadest hal tersebut menyebabkan kristal yang banyak terbentuk berkurang setelah erlemeyer diangkat dari es dan ketika kristal disaring. Karena ketika erlemeyer diangkat alas atau dasar labu erlemeyer kembali hangat menandakan reaksi antara I2 + C3H6O + NaOH masih berlangsung dan tanpa penambahan air sebagian kristal yang terbentuk terhidrolisis kembali menjadi iodium.

    Pada percobaan ini digunakan larutan aseton yang berfungsi sebagai penyambung gugus metil CH3 (COI)2 yang berfungsi sebagai oksidator serta KI yang berfungsi sebagai penyambung I2 (Rusli,2007).

    Dan hasil yang didapatkan yaitu pada pencampuran KI + aquadest + aseton menghasilakan warna kuning, pada penambahan kaporit 5% terbentuk endapan hingga endapan hilang kembali, pada penyaringan Kristal menghasilkan adanya endapan berbentuk kristal dan berwarna kuning, pada penambahan etanil+pemanasan menghasilkan warna kuning, pada penyaringan panas menghasilkan warna kuning, pada pendinginan filtrate  menghasilkan warna kuning dan berbentuk serbuk.

    Pada sintesa iodoform dari asetan, NaOH 8 N adalah katalis basa yang menyebabkan reaksi berjalan cepat. Selain itu juga berfungsi sebagai nukleat yang menyerang atom carbonil sehingga membentuk keton yang terhalogenasi dan ion CI3yang tidak stabil yang segera membentuk CHI3 pada saat praktikum. I2 sebanyak 2,5 gr + aseton 3,6 mL dimasukan kedalam erlemeyer. Dilakukan penggoncangan sampai padatan iodium larut, terbentuk campuran larutan berwarna coklat seperti betadine, kemudian ditambah kan tetes demi tetes NaOH 8 N sampai terbentuk kristal kuning proses pentetesan NaOH  8 N didalam campuran larutan I2 + aseton menghasilkan panas, oleh karena itu kristal yang terbentuk larut kembali. Praktikan meletakkan erlemeyar pada es sehingga dilakukan penetesan kembali terbentuk kristal iodoform berwarna kuning.

    Adapun prinsip percobaan ini adalah gugus keton atau alkenon dengan larutan hipohalida akan menghasilkan senyawa iodoform atau trihalometanu dengan titik lebur dari iodoform sebesar 119-1220C (Arhamida, 2003). Pada percobaan ini digunakan aquadest yang berfungsi untuk melarutkan KI karena KI sangat mudah larut dalam air. Alasan penambahan kaporit yaitu untuk memberikan suasana basa pada percobaan sintesis iodoform tersebut (Rusli, 2007).

    Pada percobaan tersebut tersebut dilengkapi pula refluks, tujuannya yaitu untuk mempercepat reaksi antara etanol dengan Kristal yang terbentuk ssebelumnya hingga diharapkan Kristal dapat larut seutuhnya (Khopkar, 1990).

    Bab V. Penutup

    A. Kesimpulan

    1. Iodoform merupakan senyawa kimia yang dapat disintesis berdasarkan reaksi halogenasi, dengan bahan dasar iodium yang direaksikan dengan aseton   dan menggunakan bantuan natrium hidroksida.
    2. Adapun prinsip percobaan ini adalah gugus keton atau alkenon dengan larutan hipohalida akan menghasilkan senyawa iodoform atau trihalometanu dengan titik lebur dari iodoform sebesar 119-122oC.

    B. Saran

    Untuk selanjutnya, ketika melakukan praktikum sintesa iodoform, sebaiknya digunakan kacamata pelindung agar uap aseton tidak mengenai mata, juga pada awal praktikum, aseton diencerkan terlebih dahulu agar volumenya tidak berkurang saat terjadi reaksi hidrogen α.

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonim, 2006. ”Penuntun Praktikum Kimia Organik Sintesis”. UMI. Makassar     

    Depkes RI., 1979. ”Farmakope Indonesia Edisi III”. Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta.

    Ebel, Siegrfried.1992. Obat Sintetik. Buku Ajar Dan Buku Pegangan. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta.

    G. Paul. (1968). ”The Merck Index Eighth Edition”. Rahway : USA

    Genaro R Alfonso, (1990). “Remington`s Pharmaceutical Sciences”. Mack Publishing Company. Easton, Pennsylvania.

    Reksohadiprodjo, Samhoedi. (1976). ”Kimia Farmasi Preparatif”. UGM :  Yogyakarta.

    Tim Penyusun. (2005). ”Kimia Medik”. UNHAS. Makassar

  • Makalah Perencanaan Agregat

    Perencanaan Agregat

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Kegiatan perencanaan produksi dimulai dengan melakukan peramalan – peramalan (forecast) untuk mengetahui terlebih dahulu apa dan berapa yang perlu diproduksikan pada waktu yang akan datang. Peramalan produksi bermaksud untuk memperkirakan permintaan akan barang – barang atau jasa perusahaan. Tetapi hampir semua perusahaan tidak dapat selalu menyesuaikan tingkat produksi mereka dengan perubahan permintaan nyata. Oleh karena itu, perusahaan mengembangkan rencana – rencana rasional yang menunjukan bagaimana mereka akan memberi tanggapan terhadap pasar.

    Perencanaan agregat (aggregate planning) atau penjadwalan agregat (aggregate scheduling) berhubungan dengan penentuan kuantitas dan waktu produksi pada jangka menengah biasanya antara 3-18 bulan ke depan. Digunakannya istilah “agregat” adalah karena ramalan – ramalan permintaan akan berbagai barang atau jasa individual digabungkan menjadi unit – unit yang homogeny. Perencanaan agregat mencerminkan strtegi perusahaan dalam pelayanan kepada langganan, tingkat persediaan, tingkat produksi, jumlah karyawan dan lain – lain.

    Proses perencanaan agregat yang digunakan oleh perusahaan harus tetap mengedepankan kualitas barang yang diproduksi oleh perusahaan. Perencanaan agregat ini berhubungan dengan srategi lokasi dalam hal penyimpanan barang yang berlebih, agar dapat menghemat biaya penyimpanan dan resiko penyimpanan. Hubungannya dengan manajemen persediaan adalah ketika kapasitas produksi ada satu waktu diperlukan barang persediaan yang relative banyak maka kapasitas produksi sebaiknya diperbanyak, begitu pula sebaliknya.

    B. Rumusan Masalah

    Adapun rumusan masalah yang diangkat oleh penulis disini adalah sebagai berikut.

    1. Apa pengertian perencanaan agregat?
    2. Apa sifat perencanaan agregat?
    3. Apa saja proses perencanaan agregat?
    4. Apa saja strategi prencanaan agrgat?
    5. Apa saja metode perencanaan agregat?
    6. Bagaimana dengan perencanaan agregat di bidang jasa?
    7. Apa pengertian manajemen imbal hasil?

    C. Tujuan

    Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.

    1.      Mengetahui pengertian perencanaan agregat.

    2.      Mengetahui sifat perencanaan agregat.

    3.      Mengetahui apa saja proses perencanaan agregat dan penjelasannya.

    4.      Mengetahui strategi-strategi proses perencanaan agregat.

    5.      Mengetahui apa saja metode perencanaan agregat dan penggunaannya.

    6.      Mengetahui hal penting mengenai perencanaan agregat di bidang jasa.

    7.      Mengetahui seputar manajemen imbal hasil.

    METODE PERENCANAAN AGREGAT

    Beberapa perusahaan menggunakan rencana yang sama dari tahun ke tahun, melakukan penyesuaian naik atau turun seperlunya untuk menyesuaikan permintaan tahunan yang baru. Metode ini tentunya tidak memberikan fleksibilitas, maksudnya jika rencana semula kurang optimal maka keseluruhan proses produksi pun akan menghasilkan kinerja yang kurang optimal. Teknik yang digunakan oleh para manajer operasi untuk membangun rencana agregat yang lebih sesuai yaitu dengan metode diagram (grafik) dan pendekatan matematis, termasuk metode transportasi pemrograman linier.

    Metode Grafik atau teknik-teknik grafik (graphical techniques) merupakan teknik perencanaan agregat yang bekerja dengan beberapa variabel pada suatu waktu yang memungkinkan perencana membandingkan proyeksi permintaan dengan kapasitas yang ada. Pendekatan ini merupakan pendekatan uji coba yang tidak menjamin sebuah rencana produksi yang optimal, tetapi hanya membutuhkan perhitungan yang terbatas. Berikut lima tahapan dalam metode grafik. (Buku 2 Manajemen Operasi hal 157).

    1.      Menentukan permintaan pada setiap periode

    2.      Menentukan kapasitas untuk waktu regular, lembur, subkontrak (biaya yang diperlukan untuk memesan pada perusahaan lain yang dapat memproduksi barang hasil perusahaan. Perusahaan perlu memesan kepada perusahaan lain untuk memenuhi kebutuhan dan permintaaan pelanggan.) pada setiap periode.

    3.      Menemukan biaya tenaga kerja, biaya merekrut dan memberhentikan, serta biaya penyimpanan persediaan.

    4.      Mempertimbangkan kebijakan perusahaan yang dapat diterapkan pada pekerja atau tingkat persediaan.

    5.      Membuat rencana alternatif dan menelaah totalnya.

    Berikut contoh metode grafik. Membuat usulan rencana-rencana, lalu membandingkan biaya dari setiap rencana dan memilih pendekatan dengan biaya total yang paling rendah.

    1.      Sebuah manufaktur bahan untuk atap di Meksiko, telah membuat prediksi bulanan. Data untuk periode 6 bulan ditunjukkan pada tabel berikut yang tetap dipakai juga untuk nomor-nomor selanjutnya. Gambarkan grafik permintaan harian dan permintaan rata-rata untuk mengilustrasikan masalah perencanaan agregat.

    BulanPermintaan yang diperkirakanJumlah hari produksiPermintaan per hari (sesungguhnya)
    Jan9002241
    Feb7001839
    Mar8002138
    Apr12002157
    Mei15002268
    Jun11002055
    Total6.200124

    Solusi:

    Kebutuhan rata-rata = total permintaan yang diharapkan : jumlah hari produksi = 6200:124 = 50 unit per hari      

    Grafik tersebut menggambarkan perbedaan antara prediksi dengan permintaan rata-rata. Contoh strategi yang dapat diambil seperti, perusahaan dapat merekrut karyawan lebih banyak ketika bulan Januari-Maret karena permintaan per hari lebih kecil dari kebutuhan rata-rata. Untuk bulan April-Juni perusahaan dapat menjual atap kepada pemasok yang membutuhkan biaya subkontrak.

    2.      Rencana 1 inti pemasok atap-tenaga kerja yang konstan. Rencana 1 ini memiliki tingkat produksi dan disebut strategi tingkat. Diasumsikan pemasok atap memproduksi 50 unit atap per hari, tiap pekerja menghasilkan 5 unit per hari, jumlah hari produksi 124, tenaga kerja tetap, tidak ada persediaan pengaman, tidak subkontrak. Tabel berikut menyediakan informasi biaya dari pemasok atap tersebut.

    Biaya penanganan persediaan$ 5 per unit per bulan
    Biaya subkontrak per unit$ 10 per unit
    Tingkat upah rata-rata$5 per jam  ($40 per hari)
    Upah lembur rata-rata$ 7per jam  (di atas 8 jam per hari)
    Jam kerja untuk memproduksi 1 unit1,6 jam per unit
    Biaya untuk meningkatkan tingkat produksi harian (perekrutan dan pelatihan)$ 300 per unit
    Biaya untuk menurunkan tingkat produksi harian (pemberhentian kerja)$ 600 per unit

    Solusi: membuat tabel dan mengakumulasikan biaya

    BulanProduksi 50 unit per hariPredisksi permintaanPerubahan persediaan bulananPersediaan akhir
    Jan1100900+200200
    Feb900700+200400
    Mar1050800+250650
    Apr10501200-150500
    Mei11001500-400100
    Jun10001100-1000
    Total1850

    Pengusaha tiap hari dapat memproduksi 50 unit atap per hari, tiap pekerja menghasilkan 5 unit per hari. Jadi jumlah tenaga kerja = 50/5 = 10 pekerja.

    Jadi total biaya pada rencana 1:

    BiayaPerhitungan
    Penganan persediaan$ 9250 (1850 unit x $5 per unit)
    Jam kerja regular49600 (10 pekerja x $40 per hari x 124 hari)
    Biaya lain (waktu lembur, perekrutan, pemberhentian, dll)0
    Biaya total58.850

    3.      Rencana 2 untuk pemasok atap-menggunakan subkontrak dengan tenga kerja konstan. Pada bulan Maret, memiliki permintaan paling rendah dengan menghasilkan 38 unit per hari, yang membutuhkan 7,6 pekerja. Jumlah hari produksi =124 hari. Total produksi yang diperlukan dalam 6 periode = 6200 unit. Tabel akumulasi biaya sama dengan nomor 2.

    Solusi:

    Produksi sendiri = 38 unit per hari x 124 = 4.712 unit

    Subkontrak = 6200-4712 = 1.488 unit

    Biaya jam kerja reguler$ 37.696 (7,6 pekerja x $40  x 124)
    subkontrak14.880 (1488 unit x $10 per unit)
    Total biaya52.576

    4.      Rencana 3 untuk pemasok atap-Perekrutan dan pemberhentian pekerja

    Strategi ke 3 mencakup memvariasikan jumlah tenaga kerja dengan merekrut dan memberhentikan pekerja sebagaimana diperlukan. Tingkat produksi akan sama dengan permintaan, tidak terdapat perubahan produksi dari bulan sebelumnya yaitu Desember. Tabel asumsi biaya sama dengan nomor 2 (biaya untuk mengurangi produksi per hari = $600 per unit, biaya untuk meningkatkan produksi per hari = $300 per unit.

    BulanPrediksi (unit)Tingkat produksi harianBiaya produksi dasarBiaya tambahan untuk meningktkan produksiBiaya tambahan untuk menurunkan produksiTotal biaya
    Jan90041$ 7200$ 7.200
    Feb700395600$ 1200 (2 x $600)6.800
    Mar800386400$ 600 (1 x $ 600)7.000
    Apr1200579600$5700 (19x $300)15.300
    Mei15006812000$3300 (11x$300)15.300
    Juni1100558800$ 7800 (13 x $600)16.600
    Total68.200

    Setelah melakukan berbagai usulan rencana seperti nomor 2, 3, 4 maka langkah selanjutnya adalah membandingkan total biaya dari tiap rencana dan memilih pendekatan yang memiliki biaya terendah. Jadi rencana 2 menjadi rencana terbaik dengan biaya terendah dibandingkan yang lain yaitu $ 52.576.

    Pendekatan Matematis Dalam Perencanaan

    Beberapa pendekatan matematis terhadap perencanaan agregat telah banyak dikembangkan diantaranya:

    a.      Metode Transportasi Dalam Program Linear

    Jika masalah perencanaan agregat dipandang sebagai masalah alokasi kapasitas operasi untuk memenuhi permintaan yang diperkirakan, maka rencana agregat dapat dirumuskan dalam format program linear. Metode transportasi dalam program linear bukanlah suatu pendekatan trail-and-error seperti metode pembuatan diagram tetapi menghasilkan rencana yang optimal untuk meminimisasi biaya.

    Metode ini juga fleksibel karena dapat menspesifikasi produksi biasa dan lembur dalam setiap periode waktu, jumlah unit yang akan disubkontrakkan, giliran kerja tambahan, dan persediaan dari satu period eke periode berikutnya.

    Contoh : Farnsworth Tire Company mengembangkan data yang berkaitan dengan produksi, permintaan, kapasitas, dan biaya di pabriknya di West Virginia, seperti diperlihatkan pada tabel berikut.

    DATA PRODUKSI, PERMINTAAN, KAPASITAS, DAN BIAYA FARNSWORTH
    PERIODE PENJUALAN
    MaretAprilMei
    Permintaan8001.000750
    Kapasitas :
         Biasa700700700
         Lembur505050
         Subkontrak150150130
    Persediaan awal100 roda
    BIAYA
    Waktu biasa$40 per roda
    Lembur$50 per roda
    Subkontrak$70 per roda
    Persediaan awal$2 per roda per bulan

    (Manajemen Operasi Jay Heizer & Barry Render hal 442-443)

    TABEL TRANSPORTASI FARNSWORTH PERMINTAAN UNTUK
    PASOKAN DARIPERMINTAAN UNTUKKAPASITAS TOTAL
    Periode 1Periode 2Periode 3Kapasitas takYANG TERSEDIA
    (Maret)(April)(Mei)Terpakai (Dummy)(Pasokan)
    Persediaan awal0240
    100100
    Periode 1Waktu biasa4042440
    700700
    Waktu lembur5052540
    5050
    Subkontrak7072740
    150150
    Periode 2Waktu biasa40420
    700700
    Waktu lembur50520
    5050
    Subkontrak70720
    50100150
    Periode 2Waktu biasa400
    700700
    Waktu lembur500
    5050
    Subkontrak700
    130130
    PERMINTAAN TOTAL8001.0007502302.780

    Perhatikan hal-hal di bawah ini :

    1.      Biaya penyimpangan adalah sebesar $2 roda per bulan. Roda yang diproduksi di satu periode dan disimpan selama satu bulan biayanya lebih tinggi $2. Karena biaya penahanannya linear, maka biaya penahanan selama 2 bulan adalah sebesar $4.

    2.      Masalah transportasi mengharuskan pasokan sejumlah permintaan; sehingga ditambahkan kolom dummy yang dinamakan “kapasitas tak terpakai”. Biaya tidak menggunakan kapasitas = nol.

    3.      Jumlah di setiap kolom pada tabel di atas merupakan tingkat persediaan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan permintaan. Permintaan untuk roda sebanyak 800 buah pada bulan Maret dipenuhi dengan menggunakan 100 roda dari persediaan awal dan 700 roda dari waktu biasa.

    b.      Linear Decision Rule (LDR)

    Merupakan model perencanaan agregat yang berupaya untuk mengoptimalkan tingkat produksi dan tingkat jumlah tenaga kerja sepanjang periode tertentu. LDR meminimasi biaya total dari biaya gaji, pengangkatan, PHK, lembur, dan persediaan melalui serangkaian kurva biaya kuadrat.

    c.       Management Coefficients Model (MCM)

    Dikembangkan oleh E.H Bowman yang membangun suatu model keputusan formal di seputar pengalaman dan kinerja manajer. Teori yang mendasari adalah bahwa pengalaman masa lalu manajer cukup baik, sehingga dapat digunakan sebagai dasar menetapkan keputusan di masa depan. Teknik ini menggunakan analisis regresi terhadap keputusan produksi yang diambil manajer di masa lalu. Garis regresinya memberikan penggambaran hubungan antar-variabel (seperti permintaan dan tenaga kerja) untuk pengambilan keputusan di masa datang, Menurut Bowman, manajer tidak efisien karena tidak konsisten dalam pengambilan keputusan.

    d.      Simulasi

    Suatu model komputer yang dinamakan penjadwalan lewat simulasi yang dikembangakan pada tahun 1966 di R.C. Vergin. Pendekatan simulasi ini menggunakan prosedur pencarian dalam mencari kombinasi nilai yang biayanya minimal untuk ukuran jumlah tenaga kerja dan tingkat produksi.

    Pembandingan Metode-metode Perencanaan Agregat

    Walaupun search decision rule dan model-model matematika lainnya dalam penelitian telah diamati berhasil dalam kondisi tertentu dan program linear telah diterima di bidang industri, kenyataannya, model-model perencanaan yang paling canggih tidak digunakan secara luas. Mengapa hal ini terjadi? Mungkin hal ini mencerminkan sikap rata-rata para manajer dalam memandang model yang terlalu kompleks. Perencana, seperti kita semua, ingin memahami bagaimana dan mengapa model-model yang dijadikan dasar pengambilan keputusan dapat berhasil. Terlebih lagi, manajer operasi perlu mengambil keputusan dengan cepat berdasarkan dinamika tempat kerja yang berubah-ubah. Hal ini dapat menjelaskan mengapa pendekatan pembuatan diagram dan grafik yang lebih sederhana lebih diterima secara umum.

    (Manajemen Operasi Jay Heizer & Barry Render hal 444-445)

    Heizer, Jay & Render, Barry. 2010. Operations Management Buku 2 Edisi ke 9. Jakarta. Salembat Empat.

     Heizer dan Barry Rander, Manajemen Operasi Buku 2 Edisi Ke 9, Salemba Empat, Jakarta, 2010 Hal. 148-175.

    Heizer dan Barry Render, Manajemen Operasi Buku 2 Edisi Ke 9, Salemba Empat, Jakarta, 2010 Hal. 442-443.

    Heizer, Jay dan Barry Render. 2005. Operations Management. Edisi ketujuh. (Terj.)     Dwianoegrahwati Setyoningsih dan Indra Almahdy. Jakarta: Salemba Empat.

    http://imandede.blogspot.com/2009/10/perencanaan-agregat.html. 2009. “Perencanaan  Agregat.” Diunduh Minggu, 10 Mei 2015.

    https://sites.google.com/site/operasiproduksi/Perencanaan-Agregat. Tanpa angka tahun. “Perencanaan Agregat.” Diunduh Minggu, 10 Mei 2015.

    https://www.academia.edu/6362053/Manajemen_Operasi_Lanjutan_-_Manajemen_Agregat
  • Laporan Pratikum Ilmu Dasar Tanah – Particle Density

    Laporan Pratikum Ilmu Dasar Tanah – Particle Density

    Berikut ini contoh laporan ilmu dasar tanah dengan topik kepadatan tanah atau Particle Density. Tujuan dari praktikum adalah untuk menentukan nilai Particle Density pada sampel tanah Alfisol.

    Particle Density

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Salah satu cara mengutarakan berat tanah adalah yang di sebut particle density. Dapat didefenisikan sebagai berat suatu volume kepadatan tanah. Jelasnya yang dimaksud tanah disini adalah volume tanah saja, jadi tidak termasuk volume ruang-ruang yang terdapat antara partikel (ruang pori).

    Tanah yang terbentuk di permukaan bumi baik secara langsung maupun tidak langsung berkembang dari mineral batu-batuan. Semua itu terjadi dengan melalui proses pelapukan baik fisik maupun kimia dengan bantuan atmosfer.

    Kandungan bahan mineral sangatlah mempengaruhi berat jenis butiran dari tanah. Berat dari satuan-satuan volume fase tanah dapat didefenisikan sebagai berat jenis butiran atau particle density. Volume yang dimaksudkan adalah volume tanah sendiri tanpa  memperhitungkan pori-pori tanah.

    Kondisi fisik tanah sangat menentukan aerase, drainase, dan nutrisi tanaman. Sifat fisik tanah juga berpengaruh oleh sifat kimia dan biologi tanah, di mana sifat-sifat fisik tanah tergantung pada jumlah, ukuran, bentuk, susunan, dan komposisi mineral dari partikel-partikel tanah, macam dan jumlah bahan organik, volume dan bentuk pori-pori pada waktu tertentu.

    Beberapa sifat fisik yang sangat penting adalah Bulk Density, Particle Density, dan Porositas. Bahan organik memperkecil berat isi tanah karena bahan organik jauh lebih ringan daripada bahan mineral. Di samping itu bahan organik tanah dapat memperbesar porositas tanah.

    Particle Density tiap jenis tanah yaitu konstan dan tidak bervariasi dengan jumlah ruang antara partikel-partikel porositas. Perbedaan kerapatan zarah atau partikel di antara jenis-jenis tanah tidak terlalu besar, kecuali terdapat variasi yang besar di dalam kandungan bahan organik dan komposisi dari mineral tanah.

    Particle Density dapat menggambarkan partikel-partikel tanah. Hal tersebut bergantung dari berat partikel tanah dan perhitungan volumenya. Berat jenis butiran itu mengandung mineral atau bahan organik. Di samping itu, penting juga diketahui dalam menetapkan gerak air dalam tanah, di mana porositas berhubungan dengan permeabilitas untuk menentukan gerak air.

    Berdasarkan uraian di atas maka penting dilakukan percobaan terhadap pengamatan partikel density pada tanah perkebunan sehingga dapat diketahui partikel-partikel tanah yang terkandung dan jenis tanaman yang cocok untuk jenis tanah tersebut.

    B. Tujuan dan Kegunaan

    Tujuan dari praktikum adalah untuk menentukan nilai Particle Density pada sampel tanah Alfisol.

    Kegunaan dari praktikum Particle Density adalah untuk mengetahui pengolahan tanah lebih lanjut serta penentuan varietas tanaman apa saja yang dapat ditanam pada daerah (tanah) tersebut.

    Bab II. Tinjauan Pustaka

    A. Pengertian Partikel Density

    Particle Density adalah berat suatu volume kepadatan tanah. Jelasnya yang dimaksud dengan tanah disini adalah volume tanah saja, jadi tidak termasuk volume ruang-ruang yang terdapat diantara partikel (ruang pori).Tanah mineral mempunyai Particle Density = 2,65 g/cm3. Dengan mengetahui besarnya Bulk Density dan Particle Density maka dapat dihitung banyaknya pori-pori total tanah (Hardjowigeno, 2003).

    Menentukan Particle Density tanah harus memperhatikan pada partikel-partikel tanah. Untuk kebanyakan tanah mineral-tanah mineral, rata-rata Particle Densitynya adalah 2,65 gr/cm3. Perbedaan Particle Density di antara jenis-jenis tanah tidak begitu besar, kecuali terdapat variasi yang besar di dalam kandungan bahan organik dan komposisi mineral tanah (Hakim, 1986).

    Dalam menentukan Particle Density, pertimbangan diberikan kepada partikel padat saja. Jadi, Particle Density adalah konstan dan tidak bervariasi dengan jumlah ruangan antar partikel. Kerapatan ini didefinisi sebagai massa (bobot) per unit volume partikel tanah (kerapatan tanah) dan sering dinyatakan sebagai gram per sentimeter kubik. Untuk banyak tanah mineral, kerapatan partikel akan mempunyai rata-rata sekitar 2,6 gram per sentimeter kubik. Kerapatan ini sangat tidak beranekaragam dalam kandungan bahan organik atau komposisi mineral (Foth, 1994).

    Karena berat bahan organik lebih kecil dari berat benda padat tanah mineral yang lain dalam volume yang sama, jumlah bahan organik dalam suatu tanah jelas mempengaruhi kerapatan butir. Akibatnya, tanah permukaan biasanya kerapatan butirnya lebih kecil dari subsoil. Topsoil yang banyak mengandung bahan organik kerapatan butirnya menurun sampai 2,4 (Buckman dan Brady, 1982).

    B. Faktor-faktor yang mempengaruhi Partikel Density

    Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi proses particle density yaitu kadar air , tekstur tanah , stuktur tanah,  topografi dan bahan organik ,kelima faktor ini sangat berpengaruh dalam proses particle density  dan sangat berhubungan erat satu sama lainnya ,dan faktor- faktor ini memiliki peranan yang amat penting .sehingga dapat kita menarik kesimpulan bahwa semua tanpa adanya pengaruh kadar air maka proses particle density tidak berlangsung karena air sanga mempengaruhi volume kepadatan tanah, dan jika partikel density tidak dipengaruhi oleh tekstur dan stuktur maka volume kepadatan tanah tidak kita ketahui karena tanah tersususn oleh fraksi pasir, fraksi liat dan fraksi debu sehingga untuk mengetahui volume kepadatan tanah sangat dipengaruhi oleh tekstur dan sturktur  selain itu kandungan bahan organic di dalam tanah mempengaruhi volume kepadatan tanah. (Hanafiah ,2005).

    Tanah yang memiliki kandungan bahan organic yang banyak tentulah sangat berbedah volume kepadatan tanahnya bila dibandingkan tanah yang memiliki  kandungan bahan organic yang sedikit selain itu topografi juga sangat mempengaruhi volume kepadatan tanah jika tanah yang terletak pada topografi yang curam maka kemampuan untuk mengikat air itu lebih rendah dibandingkan tanah yang terletak pada topografi yang datar (Hanafiah ,2005).

    C. Hubungan Partikel Density dengan kesuburan tanaman

    Peranan yang besar dari nilai partikel density yaitu menjadi salah satu faktor pembatas dari pengolahan tanah suatu lahan pertanian. Dimana partikel density yang terlalu rendah  adalah tidak baik untuk media bercocok tanam. Nilai besaran partikel density dipengaruhi oleh adanya bahan organic, seperti mineral peyusunnya serta komposisi padatan tanah. Tanah yang banyak mengandung bahan organic akan kecil nilai partikel densitynya (Kemas, 2007).

    Particle density sangatlah mempengaruhi pertumbuhan tanaman, semakin kecil nilai particle density maka makin sedikit ruang pori suatu jenis tanah yang secara otomatis mempengaruhi aktivitas tanaman dalam mencari unsur hara dalam tanah. (Anonim 2011)

    Bab III. Metode Praktikum

    A. Tempat dan Waktu

    Praktikum Particle Density dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin Makassar pada hari Kamis, 21 November 2013, pada pukul 15.30 WITA – selesai.

    B. Alat dan Bahan

    Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum Particle Density adalah neraca, labu ukur 100 ml, hot plate, botol semprot.

    bahan-bahan yang digunakan Sedangkan pada praktikum Particle Density adalah sampel tanah utuh, aquadest, dan kertas label.

    C. Prosedur Kerja

    Adapun langkah-langkah kerja dari praktikum particle density yaitu :

    1. Timbang labu kosong (x gram)
    2. Isikan tanah kering udara sekitar 50 gram ke dalam labu ukur.
    3. Kemudian timbang beserta labunya dan koreksi dengan kadar lengas tanahnya (Y= bobot labu kosong + tanah kering oven)
    4. Tambahkan air kurang lebih setengahnya sambil membilas tanah yang menempel di leher labu.
    5. Untuk mengusir udara yang terjerat didalam tanah, labu dididihkan beberapa menit
    6. Dinginkan labu beserta isinya sampai mencapai suhu ruangan, kemudian tambahakan air dingin yang telah didihkan sampai batas volume, lalu timbang (Z gram)
    7. Keluarkan isi labu ukur, cuci, kemudian isi dengsn air dingin yang telah didihkan sampai batas volume. Timbang (A gram) atau (no 7) tidak usah dilakukan bila labu ukurnya telah diketahui ukuran volumnya, misal 100 ml dengan merubah rumus berat jenis.
    8. Menghitung Particle Density dengan persamaan :

    PD/BJ (gr.cm-3)

    KETERANGAN :            Y = berat labu kosong + tanah kering oven

                                              X = berat labu kosong (vol.labu 100 ml)

                                              Z = berat labu berisi (tanah + air) sampai garis batas

                                              A = berat labu air dingin, sampai garis batas

                                              d = kerapatan air pada saat pengamatan =1

    Bab IV. Hasil dan Pembahasan

    A. Hasil

    Adapun hasil yang diperoleh berdasarkan praktikum Particle Density adalah sebagai berikut.

    Tabel 6: Data Perhitungan Nilai Particle Density pada tanah Alfisol.

    Jenis TanahParticle Density (gr/cm3)
    Sampel tanah utuh (lapisan I)3,07 gr/cm3

    B. Pembahasan

    Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, tanah sampel memiliki nilai Particle Density sebesar 3,07 gr/cm3. Hal ini disebabkan karena kandungan bahan organik tanah tersebut tinggi, karena semakin besar bahan organik suatu tanah, maka nilai Particle Densitynya semakin rendah. Hal ini sesuai dengan pendapat Buckman dan Brady (1982) yang menyatakan bahwa karena berat bahan organik lebih kecil dari berat benda padat tanah mineral yang lain dalam volume yang sama, jumlah bahan organik dalam suatu tanah jelas mempengaruhi kerapatan butir. Akibatnya, tanah permukaan biasanya kerapatan butirnya lebih kecil dari sub soil.Top soil yang banyak mengandung bahan organik kerapatan butirnya menurun sampai 2,4 atau bahkan lebih rendah. Jadi, apabila suatu tanah seperti pada tanah sampel  memiliki nilai Particle Density yang rendah, maka bahan organik yang dikandungnya tinggi.

    Tanah ini juga memiliki teksutur yang halus. Hal ini sesuai dengan pendapat Foth (1994) yang menyatakan bahwa Particle Density dipengaruhi oleh tekstur tanah. Semakin halus tekstur suatu tanah, maka semakin tinggi pula nilai Particle Densitynya dan sebaliknya, semakin kasar tekstur suatu tanah, maka Particle Densitynya semakin rendah.

    Kadar air dari tanah ini pun baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Hardjowigeno (2003) yang berpendapat bahwa semakin baik kadar air dari suatu tanah maka kandungan bahan organik dan mineral tanahnya juga akan semakin banyak sehingga nilai Particle Densitynya rendah.

    Bab V. Penutup

    A. Simpulan

    Berdasarkan hasil yang telah diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa :

    1. Pada lapisan profil tanah utuh memiliki nilai Particle Density sebesar 3,07 gram/cm3.
    2. Faktor – faktor yang mempengaruhi proses particle density yaitu kadar air , tekstur tanah , stuktur tanah,  topografi dan bahan organic serta pengolahan tanah.Makin tinggi kepadatan tanah maka tinggi bulk density-nya dan juga tanah organiknya yang lebih rendah dari pada tanah mineralnya.

    B. Saran

    Berdasarkan dari pengamatan yang telah dilakukan, tanah tersebut memiliki nilai Particle Density yang tinggi sehingga kurang cocok untuk pertanian. Jadi, sebaiknya tanah tersebut diolah secara intensif, yaitu dengan penambahan pupuk kandang dalam jumlah yang besar dan penambahan rumput bluegrass karena penambahan pupuk dalam jumlah besar tersebut merendahkan kerapatan massa tanah.

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonim, 2011. http://www.scribd.com/doc/57926062/Laporan-Particle-Density.    Diakses pada tanggal 8 November 2011, Makasar.

    Buckman dan Brady, 1982. Ilmu Tanah. Bharata Karya Aksara, Jakarta

    Foth, Hendry D., 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Erlangga, Gajah Mada University Press, Yogyakarta

    Hakim, N., M. Yusuf Nyakpa, A. M. Lubis, Sutopo Ghani Nugroho, M. Amin Diha, Go Ban Hong, H. H. Bailey, 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung, Lampung

    Hanafiah. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah .PT Rajagrafindo:  Jakarta.

    Kemas . 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Erlangga. Jakarta

    Hardjowigeno, H. Sarwono., 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademika Pressindo, Jakarta.

  • Laporan Persilangan Tanaman Jagung – Pemulian Tanaman

    Laporan Persilangan Tanaman Jagung – Pemulian Tanaman

    Berikut ini laporan ini praktikum persilangan tanaman Jagung. Tujuannya adalah untuk mengetahui karakteristik pada tanaman jagung serta metode persilangan pada tanaman jagung dengan perlakuan yang diberikan terhadap tanaman.

    Persilangan Tanaman Jagung

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Jagung (Zea mays) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari bulir), dibuat tepung (dari bulir, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung bulir dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi.

    Berdasarkan temuan-temuan genetik, antropologi, dan arkeologi diketahui bahwa daerah asal jagung adalah Amerika Tengah (Meksiko bagian selatan). Budidaya jagung telah dilakukan di daerah ini 10.000 tahun yang lalu, lalu teknologi ini dibawa ke Amerika Selatan (Ekuador) sekitar 7000 tahun yang lalu, dan mencapai daerah pegunungan di selatan Peru pada 4.000 tahun yang lalu.

    Kajian filogenetik menunjukkan bahwa jagung budidaya (Zea mays ssp. mays) merupakan keturunan langsung dari teosinte (Zea mays ssp. parviglumis). Dalam proses domestikasinya, yang berlangsung paling tidak 7.000 tahun oleh penduduk asli setempat, masuk gen-gen dari subspesies lain, terutama Zea mays ssp. mexicana. Istilah teosinte sebenarnya digunakan untuk menggambarkan semua spesies dalam genus Zea, kecuali Zea mays ssp. mays. Proses domestikasi menjadikan jagung merupakan satu-satunya spesies tumbuhan yang tidak dapat hidup secara liar di alam. Hingga kini dikenal 50.000 kultivar jagung, baik yang terbentuk secara alami maupun dirakit melalui pemuliaan tanaman.

    Pada tahun 2011 impor jagung mencapai 3207,657 juta ton Pada tahun 2012, impor jagung mencapai 1,7 juta ton dengan nilai US$ 501,9 juta. Negara asal jagung impor terbesar adalah India dengan total impor 1,1 juta ton dengan nilai US$ 319 juta sepanjang tahun lalu. Kemudian Argentina, dengan total impor jagung ke Indonesia sebesar 286,3 ribu ton dengan nilai US$ 89 juta. Impor jagung dari Pakistan sebesar 146,2 ribu ton dengan nilai US$ 46 juta, Brazil sebanyak 74,4 ribu ton dengan nilai US$ 23 juta, dan Amerika Serikat sebanyak 44,2 ribu ton dengan nilai US$ 15,8 juta.Meskipun produksi jagung dalam negeri mengalami kenaikan dalam beberapa tahun terakhir dan ada sedikit ekspor, tetapi kita masih melakukan impor jagung dalam waktu yang bersamaan. Data Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) menyebutkan, antara tahun 2005 dan 2001 Indonesia mengimpor sedikitnya 1 juta ton per tahun. Impor jagung lebih banyak digunakan untuk kebutuhan pakan ternak.

    Produksi jagung pada tahun 2012 (ATAP) sebesar 19,39 juta ton pipilan kering atau mengalami peningkatan sebesar 1,74 juta ton (9,88 persen) dibandingkan tahun 2011. Produksi jagung pada tahun 2013 (ARAM I) diperkirakan 18,84 juta ton pipilan kering atau mengalami penurunan sebesar 0,55 juta ton (2,83 persen) dibandingkan tahun 2012. Penurunan produksi ini diperkirakan terjadi karena penurunan luas panen seluas 66,62 ribu hektar (1,68 persen) dan penurunan produktivitas sebesar 0,57 kuintal/hektar (1,16 persen).

    Biji jagung kaya akan karbohidrat. Sebagian besar berada pada endospermium. Kandungan karbohidrat dapat mencapai 80% dari seluruh bahan kering biji. Karbohidrat dalam bentuk pati umumnya berupa campuran amilosa dan amilopektin. Pada jagung ketan, sebagian besar atau seluruh patinya merupakan amilopektin. Perbedaan ini tidak banyak berpengaruh pada kandungan gizi, tetapi lebih berarti dalam pengolahan sebagai bahan pangan. Jagung manis diketahui mengandung amilopektin lebih rendah tetapi mengalami peningkatan fitoglikogen dan sukrosa.

    Kandungan gizi Jagung per 100 gram bahan adalah: Kalori : 355 Kalori, Protein : 9,2 gr, Lemak : 3,9 gr, Karbohidrat : 73,7 gr, Kalsium : 10 mg, Fosfor : 256 mg, Ferrum : 2,4 mg, Vitamin A : 510 SI,Vitamin B1 : 0,38 mg, Air : 12 gr. Jagung merupakan tanaman sumber bahan pangan pokok bagi sebagian masyarakat, selain gandum, padi atau beras. Jagung kaya akan karbohidrat. Kandungan karbohidrat yang terkandung dalam jagung dapat mencapai 80% dari seluruh bahan kering biji jagung. (Mubyarto, 2002).

    Menurut (Mubyarto, 2002) manfaat jagung sebagai berikut (1) Buahnya merupakan sumber karbohidrat bagi manusia. (2) Sebagai salah satu sumber pangan pokok. (3) Daunnya dapat digunakan untuk pakan ternak kambing, sapi, maupun kerbau. (4) Batangnya yang sudah kering dapat digunakan untuk kayu bakar. (5) Tulang jagung (jenggel) dapat digunakan sebagai kayu bakar.

    1.1. Tujuan dan kegunaan

    1.1.1. Tujuan

    Tujuannya adalah untuk mengetahui karakteristik pada tanaman jagung serta metode persilangan pada tanaman jagung dengan perlakuan yang diberikan terhadap tanaman.

    1.1.2. Kegunaan

    Adapun kegunaan dari makalah ini agar mahasiswa mengetahui bagaimana morfologi dan karakteristik tanaman jagung dan maengetahui metode persilangan pada tanaman jagung di lapangan.

    Bab II. Kajian Pustaka

    A. Morfologi Tanaman Jagung

    KingdomPlantae
    DivisiSpermatophyta
    SubdivisiAngiospermae
    Kelas Monocotyledoneae
    Ordo  Graminales
    Famili Gramineae
    GenusZea
    SpesiesZea mays
    VarietasGolden Boy

    Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian antara 1m sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6m. Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan. Meskipun beberapa varietas dapat menghasilkan anakan, pada umumnya jagung tidak memiliki kemampuan ini (Nasir, 2006).

    Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman. Akar tanaman jagung seperti tanaman rumput-rumputan, akar tanaman jagung tumbuh dengan baik.Akar yang pertama muncul disebut sebagai akar seminal yang pemanjangannya diikuti oleh akar-akar samping. Akar seminal ini termasuk dalam akar sementara yang tumbuh dari embrio, setelah akar utama yaitu akar adventif muncul yaitu sekitar umur 6 hingga 10 hst maka selanjutnya yang berkembang adalah akar adventif. Akar adventif tumbuh di pangkal ujungbawah batang ( Nasir, 2006).

    Selain akar adventif, tumbuh juga akar udara atau akar tunjang yang tumbuh di pangkal atas ruas batang bagian bawah atau sekitar 2,5-3 cm dari permukaan tanah yang memanjang hingga akhirnya menembus tanah, akar inilah yang membedakan jagung dari jenis rumput yang lain. Akar tunjang ini dimanfaatkan tanaman jagung untuk memperkokoh tegak tanaman dan memperluas wilayah serapan air dan mineral. Akar tanaman jagung akan tumbuh dengan baik pada tanah yang gembur dan subur, sementara pada tanah yang padat akan menyebabkan akar tanaman jagung tumbuh dalam jumlah lebih sedikit. cara umum akar tanaman berperan dalam menyokong tubuh tanaman, mengabsorbsi air dan mineral tanah, melakukan metabolisme yang penting untuk tanaman dan menyimpan cadangan makanan ( Nasir, 2006 ).

    Batang tanaman jagung berbeda dari jenis rumput-rumputan karena batangnya padat dan terisi dengan jaringan kulit yang keras dengan bagian luar lebih tipis. Selain itu, batang tanaman jagung juga beruas-ruas yang umumnya dalam satu batang terdapat 8-21 ruas dalam satu batang dengan panjang antara 100 cm hingga 300 cm tergantung pada jenis jagungnya, jika berumur genjah maka panjang sekitar 100 cm, sementara untuk jagung berumur dalam mencapai panjang 300 cm. Tanaman jagung tumbuh tinggi dan berdiameter sekitar 3-4 cm Daun sangat penting perannya dalam pertumbuhan tanaman, daun tanaman jagung terdiri dari 8 hingga 48 helai, namun idealnya sekitar 12 hingga 18 helai daun. Pada tanaman jagung berumur genjah berdaun lebih sedikit dari jagung berumur panjang. Panjang helaian dan antara 30 hingga 150 cm dengan lebar daun dapat mencapai 15 cm dengan panjang pelepahnya 3 hingga 6 cm (Rukmana, 2007 ).

    Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk roset. Batang beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin. Batang tanaman jagung berbeda dari jenis rumput-rumputan karena batangnya padat dan terisi dengan jaringan kulit yang keras dengan bagian luar lebih tipis. Selain itu, batang tanaman jagung juga beruas-ruas yang umumnya dalam satu batang terdapat 8-21 ruas dalam satu batang dengan panjang antara 100 cm hingga 300 cm tergantung pada jenis jagungnya, jika berumur genjah maka panjang sekitar 100 cm, sementara untuk jagung berumur dalam mencapai panjang 300 cm. Tanaman jagung tumbuh tinggi dan berdiameter sekitar 3-4 cm (Rukmana, 2007 ).

    Daun sangat penting perannya dalam pertumbuhan tanaman, daun tanaman jagung terdiri dari 8 hingga 48 helai, namun idealnya sekitar 12 hingga 18 helai daun. Pada tanaman jagung berumur genjah berdaun lebih sedikit dari jagung berumur panjang. Panjang helaian dan antara 30 hingga 150 cm dengan lebar daun dapat mencapai 15 cm dengan panjang pelepahnya 3 hingga 6 cm. Daun jagung adalah daun sempurna. Antara pelepah dan helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut. Stoma pada daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia Poaceae. Setiap stoma dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun. Daun jagung tumbuh dari ruas-ruas batang dan terdiri atas tiga bagian yaitu kelopak daun, lidah daun, dan helaian daun. Ligula adalah lidah daun yang letaknya diantara kelopak dan helaian daun. Terkadang, kelopak daun juga membungkus batang sehingga seluruh ruas tanaman tertutupi. Tulang daun jagung tersusun secara linier memanjang dengan satu ibu tulang daun yang diikuti dengan anak tulang daun yang sejajar (Rukmana, 2007).

    Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae, yang disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal: gluma). Bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan (Allard, 2008)

    Jagung termasuk dalam kategori tanaman berumah satu karena terdapat bunga jantan dan betina dalam satu tanaman, hanya saja berbeda letak atau tidak berada dalam satu bunga yang sama. Bunga jantan atau tassel atau staminate berada di bagian ujung tanaman sementara bunga betina atau tongkol berada di ruas samping tanaman atau di ketiak daun.bunga betina jagung memiliki pemanjangan kepala putik yang disebut sebagai carpel. Dalam carpel terdapat sel telur atau ovary. Kepala putik atau carpel ini akan muncul dan keluar dari klobot ketika jagung siap untuk diserbuki. Setiap satu carvel mewakili satu bakal biji. Sementara itu, pada bunga jantan terdapat poros tengah dan cabang lateral. Poros tengah terdiri atas empat pasang spiket atau lebih, dan untuk cabang lateral terdiri atas dua baris spiket. Penyerbukan dimulai dengan jatuhnya polen pada carpel secara open pollinated. Setelah pembuahan terjadi, biji akan terbentuk pada tongkol. Biji yang terbentuk terlindungi oleh klobot jagung (Allard,2008)

    Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun, meskipun memiliki sejumlah bunga betina, Pada umumnya satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif, Buah Jagung yang siap panen Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik. Dan bunga jantan jagung memerlukan waktu 2-5 hari untuk penyerbukan lebih cepat daripada bunga betinanya (Allard,2008)

    2.2 Pemulian Tanaman Jagung

    Pemuliaan tanaman merupakan kegiatan yang dinamis dan berkelanjutan. Kedinamisannya dicerminkan dari adanya tantangan dan kondisi alam lingkungan yang cenderung berubah, sebagai contoh strain patogen yang selalu berkembang, selera ataupun preferensi konsumen terhadap pangan yang juga berkembang, oleh karenanya, kegiatan pemuliaan pun akan berpacu sejalan dengan perubahan tersebut. Sedangkan keberlanjutannya dapat dilihat dari kegiatannya yang sinambung, berlanjut dari satu tahapan menuju pada tahapan berikutnya. Lebih lanjut, pemuliaan merupakan ilmu terapan yang multidisiplin, dengan menggunakan beragam ilmu lainnya, seperti genetika, sitogenetik, agronomi, botani, fisiologi, patologi, entomologi, genetika molekuler, biokimia, statistika dan bioinformatika. Sedangkan, dilihat dari metode yang digunakan, dibagi menjadi dua: pendekatan pemuliaan konvensional (contohnya melalui persilangan, seleksi dan mutasi) dan inkonvensional (kloning gen, marka molekuler dan transfer gen) (Gepts and Hancock, 2006).

    Pada umumnya proses kegiatan pemuliaan diawali dengan (i) usaha koleksi plasma nutfah sebagai sumber keragaman, (ii) identifikasi dan karakterisasi, (iii) induksi keragaman, misalnya melalui persilangan ataupun dengan transfer gen, yang diikuti dengan (iv) proses seleksi, (v) pengujian dan evaluasi, (vi) pelepasan, distribusi dan komersialisasi varietas. Teknik persilangan yang diikuti dengan proses seleksi merupakan teknik yang paling banyak dipakai dalam inovasi perakitan kultivar unggul baru, selanjutnya, diikuti oleh kultivar introduksi, teknik induksi mutasi dan mutasi spontan yang juga menghasilkan beberapa kultivar baru (Wijaya, 2007)

    Peran pemuliaan dalam upaya peningkatan kualitas komoditas tanaman adalah perakitan kultivar yang memiliki kualitas tinggi seperti perbaikan terhadap warna, rasa, aroma, daya simpan, kandungan protein, dll. Perbaikan kualitas juga berarti perbaikan ke arah preferensi konsumen (market/ client). Karakter kualitas target pemuliaan, sebagai contoh pada tanaman mangga adalah karakter (diantaranya): daging buah tebal, rasa manis, tekstur daging buah baik, kadar serat rendah, biji tipis, kulit buah tebal dengan warna menarik serta memiliki daya simpan yang panjang (Wijaya, 2007)

    Menurut Alfikri (2011) metode seleksi dalam pemuliaan tanaman jagung adalah sebagai berikut :

    1. Seleksi Massa (Mass Selection)

    Seleksi massa adalah pemilihan individu secara visual yang mempunyai karakter-karakter yang diinginkan dan hasil biji tanaman terpilih dicampur untuk generasi berikutnya. Seleksi massa tanpa ada evaluasi famili. Prosedur seleksi massa tidak berbeda dengan seleksi massa untuk tanaman menyerbuk sendiri. Seleksi massa merupakan prosedur yang sederhana dan mudah, sudah dipraktekkan petani sejak dimulainya pembudidayaan tanaman. Seleksi massa kemungkinan dapat dijadikan dasar untuk domestikasi tanaman menyerbuk silang dan seleksi massa adalah dasar pemeliharaan bentuk asal (true type) dari spesies tanaman menyerbuk silang, sebelum dikembangkan program perbaikan tanaman yaitu:

    a. Musim I

    Tanam populasi dasar dalam petak terisolasi yaitu tidak ada populasi lain yang berbunga bersamaan pada jarak tertentu sehingga tidak terjadi kontaminasi tepungsari. Gunakan kerapatan tanaman yang lebih rendah dari cara anjuran agar genotipe dapat menunjukkan potensi yang maksimum, terutama untuk seleksi hasil biji. Pilih tanaman yang mempunyai karakter yang diinginkan.Pemilihan dapat dilakukan bertahap, yaitu sebelum berbunga, setelah berbunga dan akhirnya pada waktu panen hanya dipilih dari tanaman yang terpilih sebelumnya dan masih menunjukkan karakter yang diinginkan.Biji hasil tanaman terpilih dicampur menjadi satu untuk generasi berikutnya. Pencampuran dapat dilakukan dengan mengambil jumlah yang sama untuk masing-masing tanaman terpilih agar semua tanaman terpilih menyumbangkan frekuensi gamit sama (Muhammad, 2005 ).

    b. Musim II

    Prosedur pada musim I dilakukan kembali sampai beberapa musim, sampai populasi mempunyai karakter pada tingkat yang diinginkan. Seleksi massa efektif untuk karakter yang mempunyai heritabilitas tinggi artinya tidak banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan, karena pemilihan hanya berdasarkan satu individu pada satu lokasi dan satu musim. Seleksi massa dilakukan berdasarkan satu tetua. Pada tanaman jagung dipilih berdasarkan tetua betina, karena asal tetua betinanya diketahui d engan pasti yaitu tanaman yang terpilih, sedang tetua jantan yaitu asal tepungsari yang menyerbuki tanaman terpilih tidak diketahui.Untuk karakter yang dapat dipilih sebelum berbunga, seleksi dapat dilakukan untuk kedua tetua, baik tetua jantan maupun tetua betina.Tanaman yang tidak terpilih dibuang sehingga penyerbukan terjadi antara tanaman terpilih atau dibuat persilangan buatan antara tanaman terpilih. Pada seleksi ini pemilihan berdasarkan individu tanaman, sehingga apabila lahannya mempunyai kesuburan yang tidak merata (heterogen) maka tanaman yang terpilih belum tentu karena pengaruh genetik, sehingga salah pilih. Untuk mengurangi faktor lingkungan ini telah berhasil menaikkan hasil biji jagung varietas Hays-Golden dengan total respon kenaikan 23% dari populasi asal selama 10 generasi seleksi massa (di atas 10 tahun), dan respon tiap generasi adalah 2.8% ( Alfikri, 2011 ).

    Menurut Rukmana (2007), Keberhasilan Gardner dengan menggunakan seleksi massa terhadap hasil biji jagng tersebut, karena digunakannya beberapa tehnik untuk memperbaiki efisiensi seleksi individu tanaman, yakni dengan cara:

    1. Seleksi dibatasi pada hasil saja, pengukuran yang lebih teliti pada biji-biji yang telah dikeringkan sampai kadar air konstan.
    2. Lahan pertanaman berukuran 0.2 – 0.3 ha dipelihara dengan pemberian pupuk, irigasi dan pengendalian gulma yang seragam untuk memperkecil keragaman lingkungan. 
    3. Lahan percobaan dibagi menjadi petak-petak yang lebih kecil dengan ukuran ± 4 x 5 m.  
    4. Petak-petak seleksi terdiri dari 4 baris masing-masing 10 tanaman. 
    5. Tekanan seleksi 10% dilakukan secara seragam pada 4000 – 5000 tanaman, yakni 4 tanaman unggul dipilih dari masing-masing petak kecil yang terdiri dari 40 tanaman.

    2. Seleksi Satu Tongkol Satu Baris (Ear-to-Row)

    Seleksi satu tongkol satu baris pada jagung, sedang pada tanaman lain disebut head-to-row, yakni satu malai satu baris. Merupakan “halfsib selection” Bagan pemuliaan ini awalnya dirancang oleh Hopkins (2009) dalam Dahlan, (2004) di Universitas Illinois untuk menyeleksi persentase kandungan minyak dan protein yang tinggi maupun yang rendah pada jagung. Bagan seleksi ini merupakan modifikasi dari seleksi massa yang menggunakan pengujian keturunan (progeny test) dari tanaman yang terseleksi, untuk membantu/memperlancar seleksi yang didasarkan atas keadaan fenotip individu tanaman ( Subandi, 2008 ).

    Menurut Zuber (2005), Langkah-langkah pelaksanaan seleksi ear-to-row:
    Musim I: Seleksi individu-individu tanaman berdasarkan fenotipnya dari populasi yang beragam dan mengadakan persilangan secara acak. Setiap tanaman bijinya dipanen terpisah.

    Musim II: Sebagian biji dari masing-masing tongkol ditanam dalam barisan-barisan keturunan yang terisolasi, dan sisanya disimpan. Seleksi setiap individu fenotip tanaman yang terbaik pada baris keturunan dengan membandingkan baris-baris keturunan.

    Musim III: Biji-biji sisa dari tetua yang keturunannya superior dicampur untuk ditanam di tempat yang terisolasi dan terjadi perkawinan acak.

    Dalam pencampuran tersebut diseleksi lagi fenotip-fenotip individu tanaman yang baik untuk diteruskan ke siklus berikutnya. Tanaman di dalam baris-baris keturunan adalah saudara tiri (half sibs), dengan demikian metode ini memasukkan pengujian tanpa ulangan dari keturunan-keturunan bersari bebas dari tanaman terpilih. Karena kita memilih satu tongkol satu baris, maka kelemahannya terjadinya inbreeding cukup besar. Karena satu tongkol menjadi satu baris yang dalam baris itu merupakan satu famili. Timbulnya inbreeding ini mengurangi kemajuan genetik pada proses seleksinya (Zuber, 2005).

    Menurut Allard (2008), Secara umum, ada empat tahap dalam pembentukan galur unggul yaitu :

    1. membentuk galur murni yang stabil dan vigor
    2. pengujian daya gabung dan pengujian penampilan galur murni
    3. penggunaan galur murni terseleksi untuk membentuk hibrida produksitf
    4. perbaikan daya hasil dan ketahanan hama penyakit

    Plasma nutfah yang digunakan dalam pembentukan populasi dasar harus memiliki sifat superior yang memiliki karakter agronomis yang baik dengan daya gabung khusus dan umum yang tinggi, oleh karena itu plasma nutfah sangat penting dalam kegiatan pemuliaan.Dalam pembentukan suatu hibrida, paling tidak dibutuhkan dua populasi dengan latar belakang keragaman genetik luas, hasil persilangan menunjukkan heterosis tinggi dengan toleransi yang tinggi terhadap cekaman silang dalam sehingga mampu menghasilkan inbrida berdaya hasil tinggi. Keberadaan gen dalam frekuensi yang berbeda dari kedua populasi inbrida menjadi bahan penting untuk membentuk populasi yang heterosis, karena makin kontras sumber plasma nutfah yang digunakan maka semakin heterosis. Kemampuan populasi untuk menghasilkan vigor tinggi sangat mempengaruhi efektifitas dalam pemilihan populasi sumber genetik inbrida.Karakter yang diharapkan untuk muncul sebagai karakter vigor adalah karakter ideotipe stabil, produktif, berpenampilan baik dan berdaya gabung tinggi.agar seleksi yang dilakukan efektif maka karakter-karakter tersebut harus ada dalam populasi, jika gen-gen yang membawa karakter tersebut tidak ada maka tidak ada jaminan pemuliaan tanaman akan berhasil ( Alfikri, 2011 ).

    a. Pembentukan Galur Hibrida

    Pembentukan hibrida dapat dilakukan melalui silang ganda, silang tunggal, ataupun three way cross. Pada dasarnya, hasil persilangan silang tunggal yang berasal dari dua populasi galur murni superior yang tidak berhubungan satu dengan lainnya akan menghasilkan hibrida yang vigor dan produktif dibandingkan dengan tetuanya. Selain lebih vigor, hibrida silang tunggal juga lebih seragam dan mudan dilakukan untuk proses produksi benih jika dibandingkan dengan silang tiga galur dan dilang ganda.Dalam pembentukan hibrida, daya gabung galur murni sangat penting, daya gabung umum dan daya gabung khusus diharapkan tinggi. Daya gabung umum menunjukkan rata-rata penampilan galur murni dalam berbagai kombinasi persilangan membentuk hibrida, sementara daya gabung khusus menunjukkan penampilan galur murni dalam kombinasi hibrida tertentu terhadap kombinasi hibrida lainnya( Wijaya, 2007).

    Tanaman yang membiak melalui penyerbukan silang seperti jagung, efek heterosis sangat penting hingga dijadikan dasar pembentukan hibrida.Heterosis adalah peningkatan ukuran atau vigor suatu hibrida melebihi rerata kedua tetuanya. Heterosis terbentuk karena adanya gen-gen dominan yang memunculkan karakter baik. Asumsi yang dimunculkan adalah bahwa gen baik dibawa oleh gen dominan sementara gen buruk dibawa oleh gen resesif. Jika kedua tetua memiliki gen-gen dominan, maka hibridanya akan memiliki gen-gen dominan dari masing-masing tetuanya, sehingga akan menunjukkan kombinasi yang melebihi tetuanya. Semisal untuk membentuk hibrida, terbentuk galur inbrida H dan K. Galur H mengandung genotip AAbbccDD (AD dominan) sementara galur K mengandung genotip aaBBCCdd (BC dominan). Dari hasil persilangan tersebut akan didapatkan hibrida bergenotip AaBbCcDdEe (ABCDE dominan). Nantinya, galur ini diharapkan akan memperlihatkan vigor yang lebih baik dari kedua galur tetuanya sebelum dilakukan persilangan ( Rukmana, 2007).

    Setelah dilakukan persilangan, maka perlu dilakukan perbaikan populasi secara berleanjut baik dalam populasi maupun antar populasi. Perbaikan dalam populasi dilakukan untukmemperbaiki populasi secara langsung, sementara perbaikan antara populasi bertujuan untuk memperbaiki persilangan yang dilakukan antar populasi yang digunakan membentuk hibrida ( Allard, 2008 ).

    b. Pembentukan Galur Inbrida

    Galur murni atau inbrida dibentuk melalui penyerbukan sendiri sampai diperoleh tanaman yang homozigot. Untuk mendapatkan hasil yang homozigot paling tidak membutuhkan waktu lima generasi S5 hingga tujuh generasi S7 dalam penyerbukan sendiri yang terkontrol.Mulanya, kegiatan pembentukan hibrida dimulai dengan mengumpulkan bahan pemuliaan yang heterozigot yang kemudian dilakukan penyerbukan sendiri sehingga menyebabkan penurunan vigor dan kemampuan bereproduksi, hal ini terjadi karena terjadinya segregasi. Terjadinya penurunan vigor ini sangat terlihat pada generasi pertama dan kemudian mengalami penurunan menjadi setengahnya dalam setiap generasi selanjutnya, jadi penurunan vigor dapat dilihat dari generasi ke generasi selanjutnya sampai didapatkan galur homozigot.Untuk tanaman seperti jagung yang mengalami persilangan secara terbuka, jika dilakukan penyerbukan sendiri akan menyebabkan depresi silang dalam yang selain menurunkan vigor tanaman juga menyebabkan munculnya sifat-sifat yang tidak diinginkan seperti pendek, rebah, peka penyakit ( Broertjes,2008).

    Dari sifat yang muncul tersebut, diambil tanaman yang menunjukkan vigor paling baik dan selanjutnya digunakan untuk penyerbukan sendiri pada senerasi selanjutnya. Secara umum tujuan pembentukan inbrida adalah untuk mengumpulkan karakter yang diinginkan dalam bentuk homozigot. Ketika tanaman inbrida dihasilkan maka sifat-sifat yang terbawa oleh gen resesif yang buruk akan muncul, namun selanjutnya setelah dilakukan hibridisasi untuk membentuk hibrida akan didapatkan hibrida yang memiliki sifat yang diinginkan yang berasal dari genotip inbrida.Untuk membentuk inbrida, kemajuan seleksi dan pencapaian heterozigositas harus diperhatikan untuk memaksimalkan efisiensi dalam seleksi. Jika dilihat dari laju inbriding, persilangan sendiri menunjukkan kemajuan yang lebih baik jika dibandingkan dengan teknik inbreed lainnya. Untuk pembentukan inbrida melalui persilangan saudara sekandung (fullsib) memerlukan tiga generasi untuk mementuk inbrida yang setara dengan satu kali silang dalam, dan memerlukan enam generasi untuk pembentukan inbrida dari persilangan saudara tiri (Muhammad, 2005).

    2.3 Persilangan Tanaman Jagung

    ]Persilangan adalah suatu teknik mengawinkan bunga dengan meletakkan pollen atau serbuk sari pada stigma (lubang atau rongga yang dangkal berisi cairan kental agak lengket sebagai tempat meletakkan pollen dan masuknya tabung pollen ke dalam ovari (bakal buah) pada waktu polinasi/penyerbukan. Dikenal dua macam persilangan, yaitu perkawinan sendiri (selfing) dan perkawinan silang (crossing). Perkawinan sendiri (selfing) adalah perkawinan dengan meletakkan pollen pada stigma yang berasal pada satu bunga, satu tanaman, tetapi masih dalam satu spesies. Perkawinan silang (crossing) adalah perkawinan dengan meletakkan pollen pada stigma yang berasal dari dua jenis bunga yang berbeda pada spesies yang sama baik. Jika persilangan dilakukan siang hari, putik mengering sehingga tidak akan terjadi pembuahan, kalaupun terjadi pembuahan kualitas buah tidak maksimal. Umur bunga satu atau dua hari setelah mekar hingga lima minggu setelah mekar (Sandra, 2008).

    Jagung merupakan salah satu tanaman yang dapat melakukan penyerbukan silang tetapi juga dapat melakukan penyerbukan sendiri. Darwin membuktikan bahwa penyerbukan sendiri pada jagung akan menghasilkan produksi yang rendah dan tanaman tidak dapat tumbuh tinggi, padahal penyerbukan sendiri memiliki vigor yang normal (Sinnot et. al., 2010).

    Banyak sifat pada tanaman,binatang,mikrobia yang diatur oleh suatu gen. Gen-gen dalam individu diploid berupa pasangan alele dari pasangan gen tadi diwariskan kepada keturunannya secara genetik disebut Hereditas. Hukum pewarisan ini mengikuti pola yang teratur dan terulang dari generasi ke generasi. Dengan mempelajari cara pewarisan gen tunggal akan dimengerti mekanisme pewarisan suatu sifat dan bagaimana suatu sifat tetap ada dalam populasi serta bagaimana pewarisan dua sifat atau lebih (Crowder, 2006).

    Salah satu upaya untuk meningkatkan kadar protein biji jagung adalah dengan memanfaatkan efek xenia. Efek xenia itu sendiri dapat diartikan sebagai efek polen dari tetua jantan dari persilangan jantan dengan betina yang berkembang pada biji. Persilangan buatan dilakukan dengan cara menyerbuki tongkol tanaman sesuai dengan perlakuan-perlakuan tertentu yang sudah ditentukan. Kemudian tongkol yang telah diserbuki ditutup dengan kantong khusus untuk melindungi dari penyerbukan oleh tepung sari bunga lain. Efek xenia berpengaruh terhadap kadar protein, warna dan bentuk biji tetapi tidak berpengaruh yerhadap karakter biji yang lain. Hasil persilangan dengan jumlah biji yang banyak merupakan pertanda bahwa kedua tetua persilangan tersebut mempunyai tingkat kompatibilitas yang baik. Varietas-varietas jagung yang ada di Indonesia memiliki sifat biji yang keras karena dikembangkan dalam rangka proteksi terhadap serangan hama penyakit. Varietas sejenis ini memiliki karakteristik kandungan protein yang rendah karena tidak memiliki opaque-2 yang mengendalikan kadar protein. Kandungan protein terbesar pada biji jagung terdapat pada lapisan aleuron. Lapisan aleuron adalah lapisan yang membungkus endosperm. Endosperm biji jagung sebagian besar mengandung pati tetapi pada jagung yang mengandung lebih banyak protein daripada pati akan menyebabkan biji menjadi lunak. Komposisi dari zat pati dan protein dalam biji jagung ini berbeda-beda sesuai dengan varietasnya (Wijaya et. al., 2007).

    Penelitian Shull dan East di USA, membuktikan sebuah revolusi pada persilangan jagung dengan hasil yang luar biasa. Persilangan hibrida jagung memberikan kenaikan 15-20%, kadang-kadang 50%, lebih tinggi daripada persilangan sendiri yang biasa dilakukan oleh petani. Penumbuh memilih ladang terisolasi yang ditumbuhi 2 jenis jagung yang melakukan persilangan sendiri, 1 baris untuk induk jantan dan 4 baris untuk induk betina. Dalam waktu dekat, induk betina akan matang dan kemudian akan dibuahi pollen dari induk jantan. Pembentukan biji hanya dipengaruhi oleh induk betina (Kent, 2008).

    Hubungan antara hasil biji dengan karakter agronomis selain ukuran malai, telah banyak dilaporkan. Analisis korelasi parsial menunjukkan bahwa hubungan antara hasil biji dengan tinggi tanaman, tinggi tongkol, umur berbunga, dan umur masak adalah nyata pada diameter batang dan diameter tongkol konstan. Ini berarti bahwa tinggi tanaman, tinggi tongkol, umur berbunga, dan umur masak dapat digunakan sebagai kriteria seleksi (Soebagio, 2010).

    Keberhasilan persilangan sangat ditentukan oleh pemulia tanaman mengenai tehnik persilangan itu sendiri maupun pada pengetahuan akan bunga. Persilangan memiliki beberapa tujuan, yaitu: Menggabungkan semua sifat baik ke dalam satu genotipe baru, Memperluas keragaman genetic, Memanfaatkan vigor hibrida; atau Menguji potensi tetua (uji turunan). Dari keempat tujuan utama ini dapat disimpulkan bahwa hibridisasi memiliki peranan penting dalam pemuliaan tanaman, terutama dalam hal memperluas keragaman dan mendapatkan varietas unggul yang diinginkan. Seleksi akan efektif apabila populasi yang diseleksi mempunyai keragaman genetik yang luas (Muhammad, 2005).

    Persilangan merupakan salah satu cara untuk menghasilkan rekombinasi gen. Secara teknis, persilangan dilakukan dengan cara memindahklan tepung sari kekepala putik pada tanaman yang diinginkan sebagai tetua, baik pada tanaman yang menyerbuk sendiri (self polination crop) maupun pada tanaman yang menmyerbuk silang (cross polination crop). Keberhasilan persilangan sangat ditentukan oleh pemulia tanaman mengenai tehnik persilangan itu sendiri maupun pada pengetahuan akan bunga, misalnya Stuktur bunga, Waktu berbunga, Saat bunga mekar, Kapan bunga betina siap menerima bunga jantan (tepung sari), dan Tipe penyerbukan yang terjadi pada tanaman jagung ( Tim, 2013).

    Hibridisasi adalah penyerbukan silang antara tetua yang berbeda susunan genetiknya.Pada tanaman menyerbuk sendiri hibridisasi merupakan langkah awal pada program pemuliaan setelah dilakukan pemilihan tetua.Umumnya program pemuliaan tanaman menyerbuk sendiri dimulai dengan menyilangkan dua tetua homozigot yang berbeda genotipenya. Pada tanaman menyerbuk silang, hibridisasi digunakan untuk menguji potensi tetua atau pengujian ketegaran hibrida dalam rangka pembentukan varietas hibrida ( Nasir, 2006).

    Tanaman jagung mempunyai komposisi genetik yang sangat dinamis karena cara penyerbukan bunganya menyilang. Fiksasi gen-gen unggul (favorable genes) pada genotipe yang homozigot justru akan berakibat depresi inbreeding yang menghasilkan tanaman kerdil dan daya hasilnya rendah. Tanaman yang vigor, tumbuh cepat, subur, dan hasilnya tinggi justru diperoleh dari tanaman yang komposisi genetiknya heterozigot.Varietas hibrida merupakan generasi pertama hasil persilangan antara tetua berupa galur inbrida.Varietas hibrida dibentuk pada tanaman menyerbuk sendiri maupun menyerbuk silang. Jagung merupakan tanaman pertama yang dapat menghasilkan varietas hibrida secara komersial atau secara lebih meluas (Allard,2008).

    Menurut Tim ( 2013 ), Tahapan Persilangan Tanaman jagung adalah sebagai berikut :

    1. Pemilihan bunga sebagai induk betina

    Satu hal yang harus diketahui bersama adalah tanaman kedelai merupakan tanaman menyerbuk sendiri sehigga tanpa penyerbukan bantuan, secara alami bunga akan terserbuki. saabunga yang dipilih pada adalah bunga yag masih kuncup sehingga dapat diyakini putik bunga belum terserbuki.

    2. Kastrasi

    Kastrasi adalah kegiatan membersihkan bagian tanaman yang ada di sekitar bunga yang akan diemaskulasi dari kotoran, serangga, kuncup-kuncup bunga yang tidak dipakai serta organ tanaman lain yang mengganggu kegiatan persilangan.

    3. Emaskulasi

    Emaskulasi adalah kegiatan membuang alat kelamin jantan (stamen) pada tetua betina, sebelum bunga mekar atau sebelum terjadi penyerbukan sendiri.Emaskulasi terutama dilakukan pada tanaman berumah satu yang hermaprodit dan fertil.

    4. Isolasi

    Isolasi dilakukan agar bunga yang telah diemaskulasi tidak terserbuki oleh serbuk sari asing. Dengan demikian baik bunga jantan maupun betina harus dikerudungi dengan kantung. Kantung bisa terbuat dari kertas tahan air, kain, plastik, selotipe dan lain-lain. Ukuran kantung disesuaikan dengan ukuran bunga tanaman yang bersangkutan.

    5. Pengumpulan Serbuk Sari

    Pengumpulan serbuk sari dari pohon tetua jantan dapat dimulai beberapa jam sebelum kuncup-kuncup bunga itu mekar. Bila letak pohon tetua betina jauh dari pohon tetua jantan, maka pengangkutan kuncup-kuncup bunga dari tetua jantan ke tetua betina akan memakan waktu yang lama. Agar kuncup bunga itu tidak lekas layu dan tahan lama dalam keadaan segar, hendaknya kuncup bunga itu dipetik dan diangkut pada pagi hari sebelum matahari terbit atau pada sore hari setelah matahari terbenam.

    6. Penyerbukan

    Penyerbukan buatan dilakukan antara tanaman yang berbeda genetiknya.Pelaksanaannya terdiri dari pengumpulan polen (serbuk sari) yang viabel atau anter dari tanaman tetua jantan yang sehat, kemudian menyerbukannya ke stigma tetua betina yang telah dilakukan emaskulasi. Cara melakukan penyerbukan :

    1. Menggunakan kuas, pinset, tusuk gigi yang steril, yaitu dengan mencelupkan alat-alat tersebut ke alkohol pekat, biarkan kering kemudian celupkan ke polen dan oleskan ke stigma.
    2. Mengguncangkan bunga jantan di atas bunga betina, sehingga polen jantan jatuh ke stigma bunga tetua betina yang telah diemaskulasi. Cara ini biasanya digunakan untuk persilangan padi dan jagung.

    Penyerbukan sering mengalami kegagalan bila dilakukan pada saat kondisi lingkungan yang tidak mendukung atau dilakukan pada saat serbuk sari atau kepala putik dalam keadaan belum matang oleh karena itu saat penyerbukan yang tepat merupakan faktor penting yang harus diperhatikan agar penyerbukan berhasil dengan baik. Untuk melakukan penyerbukan harus dipilih waktu yang tepat dan tidak boleh terlambat dimana pada saat itu putik maupun serbuk sari dalam keadaan segar, sehat, telah matang, dan cuaca mendukung proses persarian dengan baik. Waktu yang baik untuk penyerbukan kacang panjang adalah jam 06.00 (sebelum bunga mekar, karena jika bunga telah mekar ditakutkan sudah mengalami penyerbukan sendiri pada bunga yang dijadikan induk jantan. Selain itu hal penting yang harus diperhatikan adalah cara meletakkan serbuk sari dari induk jantan ke atas kepala putik induk betina, dan menjaganya jangan sampai kepala putik tersebut kejatuhan serbuk sari dari tanaman lain yang tidak dikehendaki maupun dari tanaman yang sama. Oleh karena itu, setelah polinasi bunga ditutup/ dibungkus menggunakan plastik agar tidak terserbuku bunga lain dan tidak rusak (Widyastuti, 2004 ).

    Menurut Allard ( 2008 ), Penyerbukan dapat dibedakan atas dua cara yaitu:

    1. Penyerbukan sendiri

    Penyerbukan sendiri adalah jatuhnya serbuk sari dari anter ke stigma pada bunga yang sama atau stigma dari bunga yang lain pada tanaman yang sama atau klon yang sama. Prinsipyang memungkinkan terjadinya penyerbukan penyerbukan sendiri adalah kleistogami yaitu pada waktu terjadi penyerbukan bunga yang belum mekar atau tidak terbuka, misalnya pada kedelai, padi, tembakau dan lain-lain. Jumlah penyerbukan silang yang munkin terjadi pada 5 tanaman-tanaman tersebut berkisar antara 0% sampai 4 atau 5%.

    2. Penyerbukan silang

    Penyerbukan silang adalah jatuhnya serbuk sari dari anter ke stigma bunga yang berbeda. Contoh dari persilangan ini adalah ubi kayu, alfalfa, jagung, padi liar ,dan lain-lain. Terjadinya penyerbukan silang disebabkan oleh gangguan mekanis terhadap penyerbukan sendiri, Perbedaan periode matang sebuk sari dan kepala putik, Sterilitas dan inkompatibilitas, Adanya bunga monocious dan diocious. Jagung adalah tipe monocious, staminate terdapat diujung batang dan pistilate pada batang.Serbuk sari mudah diterbangkan angin sehingga penyerbukan lebih dominan meskipun penyerbukan sendiri bisa terjadi 5% atau lebih.Ada perbedaan besar dalam hal penyerbukan pengontrolan polinasi silang dan juga kemudahan pengontrolan polinasi silang oleh pemulia tanaman.

    Bab III. Metode Praktikum

    A. Tempat dan waktu

    Praktikum ini dilaksanakan di Exfarm, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, pada hari jumat, 12 september 2014, pukul 16.00 WITA-selesai.

    B. Bahan dan alat

    Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah benh jagung jnatan dan betina,pupuk kompos, pupuk urea, pupuk NPK, serta furadan.

    Sedangkan alat yang digunakan adalah cangkul, patok, tali rapiah, sabit, dan ember untuk menyiram tanaman.

    C. Metode percobaan

    Adapun metodepercobaan dalam praktikum ini yaitu :

    1. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan
    2. Mengolah tanah yakni mencangkul dan menggemburkannya
    3. Membuat bedengan sebanyak 6 lajur
    4. Membuat lubang tanam sebanyak 20 lubang setiap bedengan dengan jarang 20cm setiap lubang
    5. Mengisi lubang tanam dengan benih jagung lalu tutup dengan pupuk kompos, benih jagung ditanam terlebih dahulu dibandingkan jagung betina
    6. Menyiram dan membumbun bedengan setiap minggu
    7. Melakukan pemupukan sat tanaman berumur 4 minggu dengan urea dan NPK
    8. Melakukan perawatan setiap hari
    9. Mengukur tinggi tanaman dan jumlah daun.

    3.4. Komponen pengamatana

    Adapun komponen pengamatan yang diamati dalam praktikum ini adalah tinggi tanaman dan jumlah duan yang dilakukan setiap minggu mulai dari minggu pertama setelah tanaman tumbuh.

    Bab IV. Hasil dan Pembahasan

    A. Hasil

    Tabel 4.1. Pengukuran pada Tanaman Jagung

    NoBedengan 1Bedengan 2Bedengan 3Bedengan 4Bedengan 5Bedengan 6
    TT (cm)JDTT (cm)JDTT (cm)JDTT (cm)JDTT (cm)JDTT (cm)JD
    1709609598537305194
    25886796210689659194
    33444575910628599519
    4324408489457458286
    5233537388436153203
    63145285610386232205
    7182421162114275910304
    8263335629328478154
    91626396611194488316
    103046496912208367115
    113136510649819619224
    12322781271119012478225
    1373885126699410545163
    146286011607657256295
    153966410419719306245
    16104101256599211328194
    17991278107111637428184
    18110126896284974057310
    19108106510478669217183
    206957010629677428507
    21213
    22

    Sumber: Data olahan primer, 2014

    Keterangan:

    TT = Tinggi Tanaman

    JD = Jumlah Daun

    Bedengan 1 = Benih Jantan Bedengan 4 = Benih jantan

    Bedengan 2 = Benih Betina Bedengan 5 = Benih Betina

    Bedengan 3 = Benih betina Bedengan 6 = Benih Betina

    4.2 Pembahasan

    Dari hasil pengamatan dapat diliat tinggi dan jumlah daun yang berpariasitabel diatas menunjukkan hasil pada bedengan satu, rata-rata tinggi tanaman yaitu 39,62 cm dengan rata-rata jumlah daun yaitu 5,50. Pada bedengan dua rata-rata tinggi tanaman adalah 36,95 dan rata-rata jumlah daun adalah 6,5. Pada bedengan tiga, rata-rata tinggi tanaman yaitu 36.45 dan jumlah daun yaitu 6.95. Pada bedengan ke empat diperoleh rata-rata tinggi tanaman adalah 40 dengan jumlah daun adalah 5.39. Pada bedengan ke lima diperoleh tinggi tanaman 35.44 dengan rata-rata jumlah daun 5.94. Dan bedengan terakhir memiliki rata-rata tinggi tanaman 38.09 dengan jumlah daun 6.14.

    Pengamatan yang dilakukan dua varietas yang digunakan dalam pertanaman jagung ini. Jagung pada bedengan 2,3,5 dan 6 merupakan jagung dengan tetua betina yang unggul sedangkan jagung pada bedengan 1 dan 4 merupakan jagung dengan tetua jantan yang unggul. Jagung betina memiliki batang tanaman berwarna putih dan umumnya tinggi tanaman dibawah tinggi tanaman jagung jantan. Tinggi tanaman betina tidak lebih dari 35 cm dengan rata-rata daun 6,9. Sedangkan pada tanaman rata-ratanya menghampiri 100 cm dengan rata-rata jumlah daun 6,06. Hal ini sesuai dengan menurut Nasir (2006) tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian antara 1m sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6m. Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan. Meskipun beberapa varietas dapat menghasilkan anakan (seperti padi), pada umumnya jagung tidak memiliki kemampuan ini

    Bab V. Penutup

    A. Kesimpulan

    1. Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae, yang disebut floret.
    2. Bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun.
    3. Jagung termasuk dalam kategori tanaman berumah satu karena terdapat bunga jantan dan betina dalam satu tanaman, hanya saja berbeda letak atau tidak berada dalam satu bunga yang sama.
    4. Seleksi massa adalah pemilihan individu secara visual yang mempunyai karakter-karakter yang diinginkan dan hasil biji tanaman terpilih dicampur untuk generasi berikutnya.
    5. Keberhasilan persilangan sangat ditentukan oleh pemulia tanaman mengenai tehnik persilangan itu sendiri maupun pada pengetahuan akan bunga.

    B. Saran

    Sebaiknya untuk praktikum pemuliaan tanaman kedepannya lebih memperhatikan kondisi tempat praktikum agar tanaman yang di uji tidak mendapatkan gangguan dari hewan atau sebagainya.

    DAFTAR PUSTAKA

    Allard, R. W, 2008. Pemuliaan Tanaman. Rineka Cipta: Jakarta.

    Alfikri, 2011. Metode Hibridasi Buatan. Gramedia. Jakarta.

    Broertjes and van Harten, 2008. Applied Mutation breeding for vegetatively

    propagated crops. Bloom bolen culture. 95(25):566-567.

    Crowder, L. V. 2006. Genetika Tumbuhan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

    Gepts, P and Hancock, J. 2006. The future of plant breeding. Crop Sci. 46:1630-1634.

    Muhammad. 2005. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Departemen Agronomi Dan Hortikultura: Fakultas Pertanian.

    Nasir.M, 2006. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Depatemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

    Rukamana, 2007. Usaha tani Jagung.Kanisius. Jakarta

    Sandra, E. 2008. Teknik Persilangan. <http://eshaflora.com/index.php?option=com content &task=view&id=63&Itemid=61> . Diakses 30 November 2011.

    Sinnot, E.W., L.C. Dunn, and T. Dobzhansky. 1958. Principles of Genetics. McGraw-Hill Book ;Company Inc., New York.

    Soebagio, H. 2010. Analisis korelasi parsial antara hasil dengan karakter-karakter tanaman jagung. Riset Hasil Penelitian Tanaman Pangan: 135-138.

    Subandi, M. Ibrahim, dan A. Blumenshein. 1988. Koordinasi Program Penelitian Nasional : JAGUNG. Puslitbangtan, Bogor.

    Tim.2013. Penuntun Praktikum Pemuliaan Tanaman. UNIB: Bengkulu.

    Widyastuti, Yustina E. dan Adisarwanto T. 2002. Meningkatkan Produksi Jagung

    di Lahan Kering, Sawah, dan Pasang Surut. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.

    Wijaya, A., R. Fasti, dan F. Zulvica. 2007. Efek xenia pada persilangan jagung Surya dengan jagung Srikandi Putih terhadap karakter biji jagung. Jurnal Akta Agrosia Edisi Khusus 2: 199-203.

    Zuber, M.S., W.H. Skrdla, and B.H. Choe. 2005. Survey of maize selections for

    endosperm lysine content. Crop Sci. 15: 93-94.

  • Laporan Praktikum Analisis Tekstur Tanah

    Analisis Tekstur Tanah

    Bab I. Pendahuluan

    A. Later Belakang

    Tanah merupakan suatu sistem lapisan kerak bumi yang tidak padu dengan ketebalan beragam berbeda dengan bahan-bahan di bawahnya, yang juga tidak baku dalam hal warna, bangunan fisik, struktur, susunan kimiawi, sifat biologi, proses kimia, ataupun reaksi-reaksi.

     Tekstur tanah merupakan suatu sistem mekanik yang kompleks dan terdiri atas tiga fase yaitu padat, cair, dan gas. Fase padat yang hampir 50% menempati volume tanah yang terdiri atas bahan-bahan mineral dan bahan organik. Dalam tanah terdapat pori-pori tanah yang berada antara butiran fase padat yang diisi oleh fase cair dan gas. Data tekstur tanah juga sangat diperlukan untuk evaluasi tata air tanah, retensi air, konduktifitas dan kekuatan tanah.

    Penetapan tekstur tanah dapat secara lapangan (kualitatif) dan secara laboratorik (kuantitatif). Penetapan secara lapangan dapat dilakukan dengan cara mengambil tanah yang basah kemudian diletakkan di antara telunjuk, gosok-gosokkan dan apabila melincir terasa sangat liat dan melekat, tandanya kadar liat (tanah liat) banyak. Apabila terasa kasar, tak dapat dibentuk menandakan kelas tekstur pasir. Sedangkan debu akan terasa licin pula, seperti sabun basah, dan apabila mongering terasa seperti tepung.

    Penetapan secara laboratorik dilakukan dengan cara mengambil sejumlah tanah kemudian dipecah-pecahkan sampai halus, untuk memisahkan pasir yang sangat halus dipergunakan saringan. Persentase berat (kadar) debu dan liat akan diperoleh dengan perlakuan fisika-kimiawi serta berdasarkan atas cepatnya pengendapan dalam suspense tanahnya.

    Tekstur tanah penting kita ketahui, oleh karena komposisi ketiga fraksi butir-butir tanah tersebut akan menentukan sifat-sifat fisika, fisika-kimia, dan kimia tanah. Sebagai contoh, besarnya lapangan pertukaran dari ion-ion di dalam tanah amat ditentukan oleh tekstur tanah.

    Berdasarkan perbandingan relatif antara fraksi pasir, debu, dan liat, maka kita perlu memahami pentingnya pengetahuan tentang tekstur tanah. Dimana sifat fisik tanah tergantung pada jumlah ukuran, bentuk, susunan dan komposisi mineral dari partikel-partikel tanah, macam dan jumlah bahan organik, volume, dan bentuk pori-porinya serta perbandingan air dan udara menempati pori-pori pada waktu tertentu.

    1.2. Tujuan dan Kegunaan

    Tujuan dari praktikum analisis tekstur tanah ini, yaitu untuk mengetahui persen atau perbandingan relatif pasir, debu, dan liat pada tiap lapisan tanah alfisols serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.

    Kegunaan dari praktikum analisis tekstur tanah ini, adalah sebagai bahan informasi untuk pengolahan lebih lanjut berdasarkan kelas tekstur tanah.

    Bab II. Tinjauan Pustaka

    A. Tekstur Tanah

    Tekstur tanah adalah perbandingan berat nisbi fraksi pasir, debu, dan liat. Suatu kelas tekstur mempunyai batas susunan tertentu dari fraksi pasir, debu, dan liat.Pembagian kelas tekstur tanah menurut USDA dibagi kedalam  12 tekstur. Pembagian ini didasrkan banyaknya susunan fraksi tanah. (Yulius dkk, 2001).                                                                                                                                      

    Tekstur tanah adalah sifat halus atau kadar butiran pada lapisan tanah. Kasar atau halusnya tanah ditentukan oleh perimbangan antara pasir, debu, dan liat yang terdapat didalam tanah. Tekstur tanah juga memberikan pengertian persentase relatif dari ketiga unsur batuan yang meliputi pasir, geluh, dan lempung.   (Prawirahartono, dkk, 1991).

    Ukuran relatif partikel tanah dinyatakan dalam istilah tekstur, yang mengacu pada kehalusan atau kekasaran tanah. Lebih khasnya, tekstur adalah perbandingan relatif pasir, debu, dan tanah liat. Laju dan berapa jauh berbagai reaksi fisika dan kimia penting dalam pertumbuhan tanaman diatur oleh tekstur karena tekstur ini menentukan jumlah permukaan tempat terjadinya reaksi     kimia pada permukaan tanah (Foth, 1994).

    Di dalam tanah ditemukan butir-butir primer tanah berbagai ukuran yang dapat dikelompokkan antara lain sesebagai berikut yaitu fraksi tanah halus (fine earth fraction) dan fragmen batuan (rock fragment). Fraksi tanah halus adalah fraksi tanah berukuran < 2 mm yang terdiri dari pasir (50 µ – 2 mm), debu (2 µ – 50 µ), dan liat (< 2 µ) (Sutedjo dan Kartasapoetra, 2002).

    Fragment batuan adalah fraksi tanah berukuran ≥ 2 mm hingga ukuran horizontalnya lebih kecil dari sebuah pedon (kerikil, kerakal, dan batu-batu kecil). Kecuali itu, sering ditemukan juga fragmen batuan semu (para rock fragment) yang berukuran sama dengan batuan, tetapi dapat hancur menjadi ukursn > 2 mm pada persiapan tanah untuk analisa pada tanah, sehingga dianggap sebagai fraksi tanah halus (Hardjowigeno, 2003).

    Tanah-tanah yang bertekstur pasir, karena butiran-butirannya berukuran lebih besar, maka setiap satuan berat (misalnya setiap gram) mempunyai luas permukaan yang lebih kecil sehingga sulit menyerap (menahan) air dan unsur hara. Tanah-tanah bertekstur liat, karena lebih halus maka setiap satuan berat mempunyai luas permukaan yang lebih besar sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara tinggi. Tanah bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi kimia daripada tanah bertekstur kasar (Hardjowigeno, 2002).

    Telah diketahui bahwa pasir dan debu berasal dari pecahnya butir-butir mineral tanah yang ukurannya berbeda-beda dari satu jenis tanah dengan jenis tanah yang lain. Luas permukaan debu jauh lebih besar dari luas permukaan pasir per gram. Tingkat pelapukan debu dan pembebasan unsur-unsur hara untuk diserap akar lebih besar daripada pasir. Partikel-partikel debu terasa licin sebagai tepung dan kurang melekat. Sedangkan tanah-tanah yang mengandung debu yang tinggi dapat memegang air tersedia untuk tanaman. Fraksi liat pada kebanyakan tanah terdiri dari mineral-mineral yang berbeda-beda komposisi kimianya dan sifat-sifat lainnya dibandingkan dengan pasir dan debu (Hakim, dkk. 1986).

    2.2. Karakteristik Tekstur Tanah

    Adapun karakteristik tekstur tanah menurut USDA yaitu pasir > 0,05 debu 0,02 – 0,05 dan liat <0,02.Telah diketahui bahwa pasir dan debu terutama berasal dari pecahnya butir-butir mineral tanah yang ukurannya berbeda-beda dari satu jenis tanah dengan jenis tanah yang lain. Luas permukaan debu jauh lebih besar dari luas permukaan pasir per gram. Tingkat pelapukan debu dan pembebasan unsur hara untuk diserap akar lebih besar daripada pasir. (Hakim, dkk. 1986).

    Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah dari fraksi tanah halus. Berdasarkan atas perbandingan banyaknya butir-butir pasir, debu, dan liat maka tanah dikelompokkan ke dalam beberapa macam kelas tekstur. Kelas kasar terdiri dari pasir dan pasir berlempung. Kelas agak kasar terdiri dari lempung berpasir dan lempung berpasir halus. (Hakim, dkk. 1986).

    Kelas sedang terdiri dari lempung berpasir sangat halus, lempung, lempung berdebu, dan debu. Kelas agak halus terdiri dari lempung liat, lempung liat berpasir, dan lempung liat berdebu. Dan yang terakhir, kelas halus terdiri dari liat berpasir, liat berdebu, dan liat (Hardjowigeno, 2003)

    Di lapangan tekstur tanah dapat ditentukan dengan memijit tanah basah di antara jari-jari, sambil dirasakan halus kasarnya yaitu dirasakan adanya butir-butir pasir, debu, dan liat. Pasir terasa kasar sangat jelas, tidak melekat, dan tidak dapat dibentuk bola dan gulungan. Pasir berlempung terasa kasar jelas, sedikit sekali melekat, dan dapat dibentuk bola yang mudah sekali hancur. Lempung berpasir terasa kasar agak jelas, agak melekat. (Hardjowigeno, 2003)

     Lempung terasa tidak kasar dan tidak licin, agak melekat, dan dapat dibentuk bola agak teguh, dapat sedikit dibuat gulungan dengan permukaan mengkilat. Lempung berdebu terasa licin, agak melekat, dan dapat dibentuk bola agak teguh, dapat dibuat gulungan dengan permukaan mengkilat. Debu terasa licin sekali, agak melekat, dan dapat dibentuk bola agak teguh, dapat dibuat gulungan dengan permukaan mengkilat. (Hardjowigeno, 2002).

    Lempung berliat terasa agak licin, agak melekat, dan dapat dibentuk agak teguh, dapat dibentuk gulungan yang agak mudah hancur. Lempung liat berpasir terasa halus dengan sedikit bagian agak kasar, agak melekat, dan dapat dibentuk bola teguh, dapat dibentuk gulungan mudah hancur. Lempung liat berdebu terasa halus agak licin, melekat, dan dapat dibentuk bola teguh, gulungan mengkilat. Liat berpasir terasa halus, berat, tetapi terasa sedikit kasar, melekat, dan dapat dibentuk bola teguh, mudah digulung. (Hardjowigeno, 2002).

    Liat berdebu terasa halus, berat, agak licin, sangat lekat, dan dapat dibentuk bola teguh artinya bola yang mudah pecah, mudah digulung. Dan yang terakhir adalah liat, terasa berat, halus, sangat lekat, dan dapat dibentuk bola dengan baik, mudah digulung (Hardjowigeno, 2002).

    Klasifikasi partikel-partikel menurut USDA dan ISSS

    Nama TeksturDiameter *)Diameter **)
    MmMicronMmMicron
    Pasir sangat kasar1-21000-2000
    Pasir kasar0,5-1500-10000,2-2200-2000
    Pasir sedang0,25-0,5250-500
    Pasir halus0,10-0,25100-2500,02-0,220-200
    Pasir sangat halus0,05-0,1050-100
    Debu0,02-0,052-500,002-0,22-20
    Liatkecil dari 0,002kecil dari 2kecil dari ,0022

    2.3. Hubungan Tekstur dengan pertumbuhan tanaman

    Untuk pertumbuhan tanaman yang baik, tanah  dengan aerasi, drainase, serta kemampuan menyimpan air maupun unsur hara yang baik harus memiliki komponen pasir, debu, dan liat yang seimbang. Sehingga tanaman mampu tumbuh dalam keadaan yang optimal. (Anonim, 2011)

    Hubungan antara tanah-tanah yang bertekstur pasir dengan pertumbuhan tanaman yaitu karena butiran-butirannya berukuran lebih besar, maka setiap satuan berat (misalnya setiap gram) mempunyai luas permukaan yang lebih kecil sehingga sulit menyerap (menahan) air dan unsur hara. keadaan tanah yang memiliki tekstur yang dominan pasir, maka daya ikat tanah terhadap air serta bahan organik lainnya kecil. (Hakim, dkk. 1986).

     Tanah dengan tekstur dominan pasir ini cenderung mudah melepas unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Dalam keadaan tanah seperti ini, pertumbuhan akar tanaman akan berkembang dengan baik. Akar mudah untuk melakukan penetrasi ke dalam tanah. Drainase dan aerasi pada tekstur tanah dominan berpasir ini cukup baik, namun tekstur tanah ini cenderung mudah melepas unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman.Dengann demikian tanaman akan sulit mendapatkan unsur hara, sehingga pertumbuhan tanaman akan  mudah terganggu. (Anonim, 2011)

    Hubungan antara tanah-tanah bertekstur liat dengan pertumbuhan tanaman yaitu karena lebih halus maka setiap satuan berat mempunyai luas permukaan yang lebih besar sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara tinggi. Tanah bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi kimia daripada tanah bertekstur kasar (Hardjowigeno, 2002). Dalam keadaan tanah yang dominan liat, akar pada tanaman akan sulit untuk melakukan penetrasi karena keadaan lingkungan tanah yang lengket pada saat basah dan mengeras pada saat kering. Drainase dan aerasi buruk, sehingga pertukaran udara maupun masuknya unsur hara pada akar tanaman akan terganggu.

    Pada keadaan basah, tanaman sulit mengikat gas-gas yang berguna bagi proses fisiologi karena pori-pori tanah yang kecil tergenang oleh air (kecuali tanaman padi yang mampu beradaptasi di lingkungan yang tergenang air). Air pada tanah dominan liat ini tidak mudah hilang. Tanaman dapat mengalami kematian, karena kurangnya unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman untuk melakukan proses-proses fisiologis yang semestinya. (Anonim, 2011).

    Hubungan antara tanah-tanah bertekstur debu dengan pertumbuhan tanaman yaitu partikel-partikel debu terasa licin sebagai tepung (powder) dan kurang melekat. Tanah-tanah yang memiliki kemampuan besar dalam memegang air adalah fraksi liat. Sedangkan tanah-tanah yang mengandung debu yang tinggi dapat memegang air tersedia untuk tanaman. Fraksi liat pada kebanyakan tanah  terdiri dari mineral-mineral yang berbeda-beda komposisi kimianya dan sifat-sifat lainnya dibandingkan dengan pasir dan debu (Hakim, dkk. 1986).

    Tekstur tanah sangat berpengaruh pada penentuan penggunaan tanah. Khususnya dalam bidang pertanian, variasi budidaya tanaman ditentukan oleh kesesuaian teksturnya. Data ini sangat dibutuhkan dalam evaluasi tata air, retensi air, konduktifitas hidrolik dan kekuatan tanah. Hasil pertanian memiliki hubungan yang erat dengan tekstur tanah. Beberapa penelitian di daerah geografik membuktikan bahwa tanah bertekstur pasir ternyata dapat memberikan hasil tanaman yang tinggi dengan irigasi.(Kasman 2007)

                      Tekstur tanah  perlu di lakukan mengingat adanya berbagai  jenis tanah yang terdapat di permukaan bumi dan masing-masing memiliki penggunaan yang berbeda satu sama lain. Upaya memaksimalkan hasil-hasil pertanian dapat dipenuhi jika penunjang pokok kesuburan tanaman dapat terpenuhi, dalam hal ini tanah yang sesuai dengan karakteristik tanaman sehingga irigasi, pemupukan dan upaya-upaya lain untuk meningkatkan produktifitas tanaman dapat berlangsung dengan baik (Hardjowigeno 2003).

    III. METODOLOGI

    3.1. Waktu dan0020Tempat

    Praktikum analisis ukuran partikel (Tekstur) dilaksanakan pada hari Jumat, 31 Oktober 2013, pada pukul 13.30 WITA – selesai di Laboratorium Fisika Tanah, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.

    3.2. Alat dan Bahan

    Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum analisis ukuran partikel (Tekstur) adalah timbangan/neraca, botol tekstur 1000 ml , cawan  2 buah, sprayer, corong,  saringan 0,05 mm, mesin pengocok (mixer),  pengaduk, silinder sedimentasi, desikator, hidrometer, termometer, dan oven.

    Adapun bahan-bahan yang digunakan pada praktikum analisis ukuran partikel (Tekstur) adalah sampel tanah kering udara oxisol dan vertisol, larutan Calgon 0.05%, aquadest, tissu rol, dan kertas label.

    3.3. Prosedur Kerja

    Urutan kerja pada praktikum yang telah dilakukan adalah :

    1.      Menghaluskan sampel tanah kering udara.

    2.      Menimbang 20 gram tanah kering udara, dengan  butir-butir tanah berukuran kurang dari 2 mm.

    3.      Memasukkan tanah tersebut ke dalam botol tekstur dan menambahkan 10 ml larutan Calgon 0.05%  dan aquadest secukupnya

    4.      Mengocok  dengan mesin pengocok selama ± 5 menit.

    5.      Menuangkan secara kualitatif semua isinya ke dalam silinder sedimentasi 1000 ml yang diatasnya dipasangi saringan dengan diameter lubang sebesar 0.05 mm dan membersihkan botol tekstur dengan bantuan botol semprot.

    6.      Menyemprot dengan sprayer sambil mengaduk-aduk semua suspensi yang masih tinggal pada saringan sehingga semua partikel debu dan liat telah turun (air saringan telah jernih).

    7.      Memindahkan pasir yang tertinggal ke dalam cawan kemudian memasukkan ke dalam oven bersuhu 1050C selama 2 x 24 jam, selanjutnya memasukkannya ke dalam desikator dan menimbangnya hingga berat pasir diketahui.

    8.      Mencukupkan larutan suspensi dalam silinder sedimentasi dengan air destilasi hingga 1000 ml.

    9.      Mengangkat silinder sedimentasi, menyumbat baik-baik dengan karet lalu mengocok dengan membolak-balik tegak lurus 1800C sebanyak 20 kali.

    10.  Menuangkan 3 tetes amyl alkohol ke permukaan suspensi untuk menghilangkan gangguan buih yang mungkin timbul.

    11.  Memasukkan hidrometer ke dalam suspensi dengan hati-hati setelah 15 menit

    12.  Setelah 40 detik, membaca dan mencatat pembacaan hidrometer pertama (H1) dan suhu suspensi (t1).

    13.  Mengeluarkan hidrometer dari suspensi dengan hati-hati

    14.  Setelah menjelang 8 jam, memasukkan hidrometer dan mencatat pembacaan hidrometer kedua (H2) dan suhu suspensi (t2).

    15.  Menghitung berat debu dan liat dengan menggunakan persamaan :

    Berat debu dan liat =      –     0,5  ………….(a)

    Berat liat               =                 …………..(b)

    Berat debu                         = Berat (debu + liat) – Berat liat  …………..(a+b)

    16.  Menghitung persentase pasir, debu, dan liat dengan persamaan :

    % Pasir                  =  x 100 %

    % Debu                 =  x 100 %

    % Liat                   =  x 100 %

    *Keterangan: jika menggunakan silinder 1000 ml ,hasil perhitungan tidak dibagi 2

    `

    IV.  HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1. Hasil

    Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan maka diperoleh hasil sebagai berikut ini :

    Tabel 2.  Hasil Pengamatan Tekstur Tanah pada Lapisan  II

    Lapisan Tanah% debu% pasir% liatKeterangan
    Lapisan I23,51,574,9Liat
    Lapisan II     20      1      79Liat

    Sumber:  Data primer setelah diolah, 2013

    4.2. Pembahasan

    Pada lapisan I memiliki persentase debu 23,5%, pasir 1,5% dan liat 74,9% sedangkan pada lapisan II memiliki tekstur liat dengan persentase fraksi debu 20%, pasir 1%, dan liat 79%.

                Pada lapisan I dan lapisan II persentase fraksi liat lebih besar dari pada persentase fraksi debu dan pasir. Sehingga kedua lapisan memiliki tekstur liat (clay). Hal ini sesuai dengan pendapat Foth (1998), bahwa apabila persentase kejenuhan suatu tanah lebih dari 50% maka tanah tersebut termasuk dalam tekstur liat dan juga disebabkan oleh tingkat pelapukan yang terjadi pada masing-masing lapisan yang relatif besar dan kemampuannya mengikat air. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Darmawijaya (1990) bahwa perbedaan persentase penyusun suatu tanah dipengaruhi oleh kemampuan penyusun tanah mengikat air yang tinggi.

                Setelah dilakukan uji penetapan tekstur tanah di laboratorium menggunakan metode hydrometer ini ternyata memiliki kesamaan ketika melakukan penetapan tekstur dengan metode feeling saat di lapangan. Hasil penetapan tekstur melalui kedua metode tersebut semakin memperkuat dan memperjelas hasil penetapan kelas tekstur tanah yang telah diamati.

                Dari hasil penetapan tekstur tersebut ternyata pada lapisan II berada pada kelas tekstur liat. Hal tersebut dapat terjadi karena faktor kedalaman lapisan tanah yang cukup berdekatan. Pengambilan sampel tanah berada pada jarak lapisan yang cukup dekat sehingga hasil penetapan teksturnya sama. Meskipun diperoleh ketetapan tekstur yang sama pada kedua lapisan tersebut, tetapi persentasi kandungan fraksi-fraksinya memiliki perbedaan yang mencolok. Selain perbedaan kandungan fraksi-fraksi tanah yang ada, perbedaan juga tampak pada warna tanah. Warna pada lapisan I berbeda dengan warna tanah pada lapisan kedua. Warna tanah pada lapisan I berwarna cokelat kehitaman. Sedangkan pada lapisan kedua warna tanahnya agak sedikit pucat dari lapisan tanah I. Sehingga adanya perbedaan warna dan fraksi cukup menjadi pembeda antara lapisan I dan II

    V.  KESIMPILAN DAN SARAN

    5.1. Kesimpulan

    Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

    1.      Pada lapisan I memiliki tekstur liat dengan persentase fraksi debu 23,5%, pasir   1,5%, dan liat 74,9%.

    2.      Pada lapisan II memiliki tekstur liat dengan persentase fraksi debu 20%, pasir 1%, dan liat 79%.

      3. Faktor-faktor yang mempengaruhi adanya perbedaan tekstur tanah yaitu bahan induk tanah, iklim, waktu, organisme, dan topografi. Selain itu tingkat pelapukan dan kemampuan penyusun tanah mengikat air juga mempengaruhi tekstur tanah.

    5.2. Saran

    Tekstur tanah mepengaruhi kesuburan tanah sehingga secara tidak langsung juga mempengaruhi kesuburan tanaman. Oleh karena itu, sebelum mengolah suatu lahan untuk dijadikan sebagai lahan pertanian, terlebuh dahulu menetapkan tekstur tanah yang tepat dengan jenis tanaman yang akan dibudidayakan.

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonim1.2013.tekstur_tanah..http://tinniedon2-sifatfisiktanah.blogspot.com/ diakses pada Jumat, 1 November 2013 pukul 23.10 WITA

    Hanafiah, Ali Kemas.  2005.  Dasar-dasar Ilmu Tanah.  Raja Grafindo Persada:Jakarta.

    Hardjowigeno, Sarwono. 1987.  Ilmu Tanah.  Mediyatama Sarana Perkasa:Jakarta.

    Buckman, H.O. dan N.C. Brandy, 1982.  Ilmu Tanah.  Brata Karya Aksara, Jakarta.

    Foth, H.D., 1984.  Dasar-Dasar Ilmu Tanah..  Edisi VI.  Erlangga, Jakarta.

    Hakim, N.M.Y. Nyakpa, A.M.Lubis, S.Ghani, Nugroho, M.R.Soul, M.A.Diha,  G.B.Hong, N.H.Balley., 1986.  Dasar-Dasar Ilmu Tanah.  Universitas Lampung, Lampung.

    Pairunan ,A.K., JL.Nanere, Arifin. S.R.Samosir, R.Tangkai Sari, J.R.Lalopouo, B.Ibrahim, H.Asmadi.,  1997.  Dasar-Dasar Ilmu Tanah.  Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Timur, Ujung Pandang.

    LAMPIRAN PERHITUNGAN

    Tanah alfisol pada lapisan I

    Menghitung berat debu dan liat dengan menggunakan persamaan:

    Berat debu + liat         =       { }- 0,5 ………….(a)

                                          =            – 0,5 …………………(a)

                                          =          25,33 gram

    Berat liat                       =       { }- 0,5 …………….(b)

                                          =               –  0,5 ……………………(b)

                                          =          19,28 gram

    Berat debu                     =         (Berat Debu + Liat) – (Berat Liat) …….(a-b)

                                           =           25,33 – 19,28

                                           =            6,05 gram

    Menghitung persentase pasir, debu dan liat dengan persamaan :

    % pasir    =             x 100%

                    =          x 100%

                    =       1,5%

       % debu   =              x 100%

                       =       x 100%

    =     23,5%

             % liat     =               x 100%

    =         x 100%

    =    74,9%   

    Tanah alfisol lapisan II

    –            untuk berat debu dan liat =  

                                                           =  

                                                           =  41,83 gram …………………………………(a)

    –            untuk berat liat                 = – 0,5

                                        = – 0,5

                                        =  33,53 gram …………………………………(b)

    –            untuk berat debu              = (berat debu + liat) – berat liat

                                             = 41,83 – 33,53

                                             = 8,3 gram …………………………………   (a-b)

    % pasir            =    =  = 0,94% 

    % debu            =  =  = 19,65%

    % liat               =   =  = 79,39%

    Setelah dimasukkan kedalam segitiga tekstur tampak perpotongan    diantara ketiganya berada didaerah “clay“ atau liat.

  • Hubungan Antar Lembaga Negara di Indonesia

    Hubungan Antar Lembaga Negara di Indonesia

    Banyak dari sebagaian warga negara Indonesia masih belum paham betapa pentingnya kedudukan, fungsi dan hubungan antar lembaga negara di Indonesia. Padahal, tidak sedikit lembaga baik eksekutif, legislatif dan yudikatif yang memiliki fungsi yang perlu diketahui oleh warga negara pada umumnya. Tetapi tidak kalah pentingnya hubungan antara lembaga-lembaga tersebut, bagaimana hubungan antara Presiden dengan DPR, MPR dengan Presiden dsb. Banyak diantara orang awam jika ditanya “Menurut anda bagaimana anda hubungan Presiden dengan DPR saat ini?” terkadang ada orang yang menjawab “baik-baik saja” tetapi tidak sedikit pula yang menjawab “bermasalah atau tidak harmonis”. Apakah jawaban tersebut sesuai dengan apa yang kita inginkan?

    Dari penjelasan berikut mungkin akan menjawab sebagian pertanyaan tersebut.

    Hubungan Presiden dengan MK

    Hubungan Presiden dengan MK di atur di dalam :

    • UUD 1945 pasal 24C ayat 2 yang berbunyi, “Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden menurut Undang-Undang Dasar.
    • UUD 1945 pasal 24C ayat 3 yang berbunyi, “Mahkamah Konstitusi mempunyai sembilan orang anggota hakim konstitusi yang ditetapkan oleh Presiden, yang diajukan masing-masing tiga orang oleh Mahkamah Agung, tiga orang oleh Dewan Perwakilan Rakyat, dan tiga orang oleh Presiden.”
    • UU no 48 tahun 2009 pasal 29 ayat 2 yang berbunyi, “Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden diduga telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya atau perbuatan tercela, dan/atau tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden.”
    • UU no 48 tahun 2009 pasal 34 ayat 1 yang berbunyi, “Hakim konstitusi diajukan masing-masing 3 (tiga) orang oleh Mahkamah Agung, 3 (tiga) orang oleh Dewan Perwakilan Rakyat, dan 3 (tiga) orang oleh Presiden.”
    • Berdasarkan ketentuan Pasal 24C UUD 1945 dan UU No.24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (MK), MK mempunyai lima kewenangan. Yakni, menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar 1945, memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD, memutus pembubaran partai politik, memutus perselisihan hasil pemilu (baik di tingkat nasional maupun pemilihan umum kepala daerah) dan memberikan putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden (impeachment).

    Dari lima kewenangan MK itu, hampir semuanya berpotensi bersinggungan dengan Presiden. Pertama, pengujian UU terhadap UUD. Lembaga negara yang mempunyai kewenangan membuat UU adalah Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat, sehingga produk Presiden –bersama dengan DPR- lah yang diuji ke MK. Kedua, sengketa kewenangan antar lembaga negara (SKLN). Sebagai lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD, Presiden berpeluang menjadi subjek perkara SKLN di MK.

    Ketiga, memutus pembubaran partai politik. Pasal 68 UU No.23/2004 tentang MK disebutkan bahwa pemohon pembubaran partai politik adalah pemerintah. Jadi, hanya pemerintah (Presiden) yang berhak memohon agar MK membubarkan sebuah partai politik yang dianggap “berbahaya”.

    Sedangkan, kewenangan dalam memutus sengketa hasil pemilu atau pemilukada tidak terlalu berhubungan dengan presiden. Pasalnya, pemilu atau pemilukada diselenggarakan oleh lembaga yang independen –Komisi Pemilihan Umum (KPU), KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota- dari presiden.

    Terakhir, kewenangan memutus perkara impeachment atau pemakzulan Presiden dan/atau Wakil Presiden adalah kewenangan khusus yang diberikan UUD. Bila DPR menemukan pelanggaran hukum yang dilakukan oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden berupa pengkhinatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya atau perbuatan tercela maupun apabila terbukti tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden, maka perkara itu akan dibawa ke MK. Setelah MK memutus, maka akan diserahkan lagi ke Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) untuk melakukan eksekusi. MPR dimungkinkan untuk melakukan eksekusi yang berbeda dengan putusan MK.

    Hubungan Presiden dengan MA

    Hubungan antar Presiden dengan MA di atur di dalam :

    • UUD 1945 pasal 24A ayat 3 yang berbunyi, “Calon hakim agung diusulkan Komisi Yudisial kepada Dewan Perwakilan Rakyat untuk mendapatkan persetujuan dan selanjutnya ditetapkan sebagai hakim agung oleh Presiden.”
    • Mahkamah Agung memberikan nasihat-nasihat atau pertimbangan-pertimbangan dalam bidang hukum kepada Lembaga Tinggi Negara lain (Pasal 37 Undang-undang Mahkamah Agung No.14 Tahun 1985). Mahkamah Agung memberikan nasihat kepada Presiden selaku Kepala Negara dalam rangka pemberian atau penolakan grasi (Pasal 35 Undang-undang Mahkamah Agung No.14 Tahun 1985). Selanjutnya Perubahan Pertama Undang-undang Dasar Negara RI Tahun 1945 Pasal 14 Ayat (1), Mahkamah Agung diberikan kewenangan untuk memberikan pertimbangan kepada Presiden selaku Kepala Negara selain grasi juga rehabilitasi. Namun demikian, dalam memberikan pertimbangan hukum mengenai rehabilitasi sampai saat ini belum ada peraturan perundang-undangan yang mengatur pelaksanaannya.
    • Mahkamah Agung melakukan pengawasan tertinggi terhadap jalannya peradilan di semua lingkungan peradilan dengan tujuan agar peradilan yang dilakukan Pengadilan-pengadilan diselenggarakan dengan seksama dan wajar dengan berpedoman pada azas peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan, tanpa mengurangi kebebasan Hakim dalam memeriksa dan memutuskan perkara (Pasal 4 dan Pasal 10 Undang-undang Ketentuan Pokok Kekuasaan Nomor 14 Tahun 1970) termasuk Presiden.

    Hubungan DPR dengan Presiden

    Hubungan antar DPR dan Presiden di atur di dalam :

    • UUD 1945 pasal 5 ayat 1 yang berbunyi, “Presiden berhak mengajukan rancangan Undang-undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat.”
    • UUD 1945 pasal 7A yang berbunyi, “Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat diberhentikan dalam masa jabatannya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat atas usul Dewan Perwakilan Rakyat, baik apabila terbukti telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela maupun apabila terbukti tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden.”
    • UUD 1945 pasal 7B tentang tata cara pemberhentian Presiden atau Wakil Presiden oleh DPR
    • UUD 1945 pasal 7C yang berbunyi, “Presiden tidak dapat membekukan dan/atau membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat.”
    • UUD 1945 pasal 11 ayat 1 yang berbunyi, “Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain.
    • UUD 1945 pasal 13 ayat 2 yang berbunyi, “Dalam hal mengangkat duta, Presiden memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat.”
    • UUD 1945 pasal 13 ayat 3 yang berbunyi, “Presiden menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat.”
    • UUD 1945 pasal 14 ayat 2 yang berbunyi, “Presiden memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbanganDewan Perwakilan Rakyat.”
    • UUD 1945 pasal 20 ayat 2 yang berbunyi, “Setiap rancangan Undang-undang dibahas oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden untuk mendapat persetujuan bersama.”
    • UUD 1945 pasal 20A mengenai hak-hak DPR
    • UUD 1945 pasal 22 mengenai tata cara pembentukan Undang-Undang
    • UUD 1945 pasal 23 ayat 2 yang berbunyi, “Rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara diajuka oleh Presiden untuk dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah.
    • UUD 1945 pasal 23F ayat 1 yang berbunyi, “Anggota Badan Pemeriksa Keuangan dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah dan diresmikan oleh Presiden.”
    • UUD 1945 pasal 24A ayat 3 yang berbunyi, “Calon hakim agung diusulkan Komisi Yudisial kepada Dewan Perwakilan Rakyat untuk mendapatkan persetujuan dan selanjutnya ditetapkan sebagai hakim agung oleh Presiden.”
    • UUD 1945 pasal 24B ayat 3 yang berbunyi, “Anggota Komisi Yudisial diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.”
    • UUD 1945 pasal 24C ayat 2 yang berbunyi, “Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden menurut Undang-Undang Dasar.”
    • UUD 1945 pasal 24C ayat 3 yang berbunyi, “Mahkamah Konstitusi mempunyai sembilan orang anggota hakim konstitusi yang ditetapkan oleh Presiden, yang diajukan masing-masing tiga orang oleh Mahkamah Agung, tiga orang oleh Dewan Perwakilan Rakyat, dan tiga orang oleh Presiden.”
    • UU no 27 tahun 2009 pasal 74 ayat 2 yang berbunyi, “Keanggotaan DPR diresmikan dengan keputusan Presiden.”
    • Hubungan antara DPR dam Presiden terletak pada hubungan kerja. Hubungan kerja tersebut antara lain adalah mengenai proses pembuatan undang-undang antara presiden dan DPR yang diatur dalam pasal 20 ayat 2, 3, 4, dan 5. Yaitu setiap rancangan undang-undang harus dibahas oleh presiden dan DPR untuk mendapat persetujuan bersama (ayat 2). Jika rancangan undang-undang itu tidak mendapat persetujuan bersama, maka maka rancangan undang-undang itu tidak dapat diajukan lagi pada masa persidangan itu (ayat 3). Presiden mengesahkan rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama, (ayat 4) dan apabila presiden dalam waktu 30 hari setelah rancangan undang-undang itu disetujui bersama, undang-undang itu sah menjadi undang-undang dan wajib diundangkan (ayat 5). Untuk terbentuknya undang-undang, maka harus disetujui bersama antara presiden dengan DPR. Walaupun seluruh anggota DPR setuju tapi presiden tidak, atau sebaliknya, maka rancangan undang-undang itu tidak dapat diundangkan.
    • Selanjutnya mengenai fungsi pengawasan yang dimiliki oleh DPR. Yaiyu mengawasi presiden dan wakil presiden dalam pelaksanaan kekuasaan eksekutif. Dan DPR dapat mengusulkan pemberhentian Presisiden sebagai tindak lanjut pengawasan (pasal 7A). Dalam bidang keuangan, RUU APBN diajukan oleh presiden untuk dibahas bersama DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD (pasal 23 ayat 2). Apabila DPR tidak menyetujui RAPBN yang diusulkan presiden, pemerintah menjalankan APBN tahun lalu(pasal 23 ayat 3).
    • Hubungan kerja lain antara DPR dengan Presiden antara lain: melantik presiden dan atau wakil presiden dalam hal MPR tidak dapat melaksanakan sidang itu (pasal 9), memberikan pertimbangan atas pengangkatan duta dan dalam hal menerima duta negara lain (pasal 13), memberikan pertimbangan kepada presiden atas pemberian Amnesti dan Abolisi (pasal 14 ayat 2), memberikan persetujuan atas pernyataan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain (pasal 11), memberikan persetujuan atas pengangkatan komisi yudisial (pasal 24B ayat 3), memberikan persetujuan atas pengangkatan hakim agung (pasal 24A ayat 3).

    Hubungan BPK dengan DPR

    Hubungan antar DPR dan BPK di atur di dalam :

    • UUD 1945 pasal 23E ayat 2 yang berbunyi, “Hasil pemeriksa keuangan negara diserahkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, sesuai dengan kewenangannya.”
    • UUD 1945 pasal 23F ayat 1 yang berbunyi, “Anggota Badan Pemeriksa Keuangan dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah dan diresmikan oleh Presiden.”
    • UU no 15 tahun 2006 pasal 7 ayat 1 yang berbunyi, “BPK menyerahkan hasil pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara kepada DPR, DPD, dan DPRD sesuai dengan kewenangannya.”
    • UU no 15 tahun 2006 pasal 7 ayat 4 yang berbunyi, “Tata cara penyerahan hasil pemeriksaan BPK kepada DPR, DPD, dan DPRD diatur bersama oleh BPK dengan masing-masing lembaga perwakilan sesuai dengan kewenangannya.”
    • UU no 15 tahun 2006 pasal 11 mengenai kewenangan Badan Pemeriksa Keuangan
    • UU no 15 tahun 2006 pasal 14 ayat 1 yang berbunyi, “Anggota BPK dipilih oleh DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD.”
    • UU no 15 tahun 2006 pasal 14 ayat 3 yang berbunyi, “Calon anggota BPK diumumkan oleh DPR kepada publik untuk memperoleh masukan dari masyarakat.” UU no 15 tahun 2006 pasal 14 ayat 4 yang berbunyi, “DPR memulai proses pemilihan anggota BPK terhitung sejak tanggal diterimanya surat pemberitahuan dari BPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) dan harus menyelesaikan pemilihan anggota BPK yang baru, paling lama 1 (satu) bulan sebelum berakhirnya masa jabatan Anggota BPK yang lama.”
    • UU no 15 tahun 2006 pasal 21 ayat 2 yang berbunyi, “Pemberhentian Ketua, Wakil Ketua, dan/atau Anggota BPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diresmikan dengan Keputusan Presiden atas usul BPK atau DPR.”
    • UU no 15 tahun 2006 pasal 35 ayat 2 yang berbunyi, “Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan oleh BPK kepada DPR untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan rancangan APBN.”

    Seperti yang telah kita ketahui bersama, konstitusi negara kita, Undang-Undang Dasar 1945, membentuk BPK hanya untuk melaksanakan satu tugas, menegakkan transparansi fiskal guna membantu lembaga perwakilan rakyat dalam melaksanakan hak bujetnya. BPK melaksanakan tugas itu melalui pemeriksaan atau audit pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara.

    Naskah asli Undang-Undang Dasar 1945, yang disusun oleh the founding fathers kita menugaskan BPK sebagai satu-satunya auditor yang melakukan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Berbeda dengan di banyak negara lain, Undang-Undang Dasar 1945 menempatkan BPK sejajar dengan lembaga-lembaga negara yang ada dalam struktur negara kita. Di berbagai negara yang lain lembaga auditor ekstemal seperti BPK ditempatkan langsung di bawah lembaga legislatif sebagai pemegang hak bujet. Lembaga legislatif itulah yang menugaskan auditor eksternal untuk melakukan pemeriksaan atas pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara. Selain tetap mempertahankan pemberian hak eksklusif pemeriksaan keuangan negara kepada BPK, perubahan ketiga dari UUD 1945 justru telah memperkuat posisinya dengan memberikan kedudukan yang “bebas dan mandiri” kepada BPK.

    Baik naskah asli maupun perubahan, UUD 1945 menjunjung tinggi transparansi dan akuntabilitas pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara. ltulah sebabnya mengapa diberikan kedudukan tinggi, kebebasan dan kemandirian kepada BPK. Maksudnya adalah agar BPK dapat melaksanakan tugasnya secara objektif. BPK dapat memeriksa dan melaporkan keuangan negara sebagaimana adanya, bebas dari pengaruh maupun tekanan politik. Termasuk dari ketiga cabang pemerintahan, baik eksekutif, legislatif maupun judikatif.

    Hasil pemeriksaan BPK disampaikan kepada rakyat banyak, utamanya pembayar pajak, melalui wakil-wakilnya di DPR serta DPRD sebagai pemegang hak bujet. Seperti halnya DPR, DPD juga menerima laporan hasil pemeriksaan keuangan Pemerintah Pusat. Sementara itu, DPRD menerima laporan hasil pemeriksaan keuangan pemerintah daerahnya masing-masing. Semuanya itu diatur dalam UU No. 22 tentang Susduk MPR, DPR, DPD dan DPRD (Pasa147) dan UU No. 15 tentang Pemeriksaan dan Pengelolaan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Pasal 17, ayat 1).

    Walaupun DPD tidak memiliki hak bujet, posisinya sangat penting. Karena DPD memiliki fungsi memberikan pertimbangan kepada DPR dalam hal penyusunan Rancangan APBN Pemerintah Pusat maupun dalam mengawasi pelaksanaannya setelah menjadi APBN.

    Dengan menggunakan hak legislasinya, DPR dan DPRD memiliki hak dan wewenang masing-masing untuk menindak lanjuti temuan-temuan BPK. Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara menyebut bahwa BPK memantau pelaksanaan tindak lanjut rekomendasi hasil pemeriksaannya itu. BPK pun dapat memproses secara pidana auditee yang tidak serius melakukan koreksi terhadap temuannya. Temuan-temuan yang mengandung unsur pidana seperti ini wajib diserahkan oleh BPK kepada penegak hukum. Temuan pemeriksaan BPK tersebut merupakan bukti awal yang dapat diperdalam dan ditindaklanjuti oleh penegak hukum.

    Memenuhi amanat konstitusi, BPK juga menerima penugasan dari lembaga pemegang hak bujet (DPR dan DPRD) untuk melakukan pemeriksaan khusus. Pemeriksaan khusus itu juga dapat dilakukan berdasarkan inisiatif sendiri, baik atas dasar permintaan pemerintah, pengaduan masyarakat maupun pendalaman pemeriksaan kami sendiri. Atas penugasan dari DPR, kini BPK tengah melakukan pemeriksaan atas penggunaan dana oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan tentang subsidi BBM.

    Melalui pemulihan kewenangan serta kebebasan maupun kemandiriannya BPK diharapkan akan dapat menegakkan transparansi fiskal. Pada gilirannya ini akan memulihkan kembali penggunaan hak bujet milik rakyat melalui wakil-wakilnya di DPR dan DPRD yang telah mengalami erosi dalam era otoriter Orde Baru. Pemulihan hak bujet rakyat itu diharapkan akan dapat memperbaiki pengelolaan serta pertanggungjawaban keuangan negara yang selama ini ”morat-marit” sehingga kita dilanda oleh krisis perekonomian sejak tujuh tahun terakhir. Transparansi fiskal sekaligus meningkatkan kesadaran masyarakat membayar pajak maupun kepercayaan mereka memegang Surat Utang Negara (SUN). Transparansi fiskal tersebut juga menambah kepercayaan kreditur internasional dalam memberikan hibah maupun pinjaman kepada Pemerintah Indonesia.

    Hubungan antara MPR dengan DPR

    Hubungan antar MPR dan DPR di atur di dalam :

    • UUD 1945 pasal 2 ayat 1 yang berbunyi, “Majelis permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat, ditambah dengan utusan-utusan dari daerah-daerah dan golongan-golongan, menurut aturan yang ditetapkan dengan Undang-Undang.”
    • UUD 1945 pasal 7A yang berbunyi, “Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat diberhentikan dalam masa jabatannya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat atas usul Dewan Perwakilan Rakyat, baik apabila terbukti telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela maupun apabila terbukti tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden. “
    • UUD 1945 pasal 7B ayat 1 yang berbunyi, “Usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat diajukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya dengan terlebih dahulu mengajukan permintaan kepada Mahkamah Konstitusi untuk memeriksa, mengadili, dan memutus pendapat Dewan Perwakilan Rakyat bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela; dan/atau pendapat bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden.”
    • UUD 1945 pasal 7B ayat 6 yang berbunyi, “Majelis Permusyawaratan Rakyat wajib menyelenggarakan sidang untuk memutuskan usul Dewan Perwakilan Rakyat tersebut paling lambat tiga puluh hari sejak Majelis Permusyawaratan Rakyat menerima usul tersebut.”

    Hubungan antara MPR dengan Presiden

    Hubungan antar MPR dan Presiden di atur di dalam :

    • UUD 1945 pasal 3 ayat 2 yang berbunyi, ”Majelis Permusyawaratan Rakyat melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden”
    • UUD 1945 pasal 3 ayat 3 yang berbunyi, “Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya dapat memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut Undang-Undang Dasar.”
    • UUD 1945 pasal 7A yang berbunyi, “Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat diberhentikan dalam masa jabatannya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat atas usul Dewan Perwakilan Rakyat, baik apabila terbukti telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela maupun apabila terbukti tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden. “
    • UUD 1945 pasal 7B ayat 1 yang berbunyi, “Usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat diajukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya dengan terlebih dahulu mengajukan permintaan kepada Mahkamah Konstitusi untuk memeriksa, mengadili, dan memutus pendapat Dewan Perwakilan Rakyat bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela; dan/atau pendapat bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden.”
    • UUD 1945 pasal 7B ayat 7 yang berbunyi, “Keputusan Majelis Permusyawaratan Rakyat atas usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden harus diambil dalam rapat paripurna Majelis Permusyawaratan Rakyat yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya 3/4 dari jumlah anggota dan disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota yang hadir, setelah Presiden dan/atau Wakil Presiden diberi kesempatan menyampaikan penjelasan dalam rapat paripurna Majelis Permusyawaratan Rakyat.
    • UUD 1945 pasal 8 ayat 2 yang berbunyi, “Dalam hal terjadi kekosongan Wakil Presiden, selambat-lambatnya dalam waktu enam puluh hari, Majelis Permusyawaratan Rakyat menyelenggarakan sidang untuk memilih Wakil Presiden dari dua calon yang diusulkan oleh Presiden.
    • UUD 1945 pasal 8 ayat 3 yang berbunyi, “Jika Presiden dan Wakil Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya secara bersamaan, pelaksana tugas kepresidenan adalah Menteri Luar Negeri, Menteri Dalam Negeri dan Menteri Pertahanan secara bersama-sama. Selambat-lambatnya tiga puluh hari setelah itu, Majelis Permusyawaratan Rakyat menyelenggarakan siding untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden dari dua pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik yang pasangan calon Presiden dan Wakil Presidennya meraih suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan umum sebelumnya, samapi berakhir masa jabatannya.
    • UUD 1945 pasal 9 ayat 1 yang berbunyi, “Sebelum memangku jabatannya, Presiden dan Wakil Presiden bersumpah menurut agama, atau berjanji dengan sungguh-sungguh di hadapan Majelis Permusyawaratan Rakyat atau Dewan Perwakilan Rakyat”.
    • UU no 27 tahun 2009 pasal 6 ayat 1 yang berbunyi, “Keanggotaan MPR diresmikan dengan keputusan Presiden.

    Hubungan MPR dengan DPD

    Hubungan antara MPR dan DPD dia atur didalam UUD 1945 pasal 2 ayat 1 yang berbunyi, “Majelis permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat, ditambah dengan utusan-utusan dari daerah-daerah dan golongan-golongan, menurut aturan yang ditetapkan dengan Undang-Undang.

    Hubungan DPR dengan DPD

    Hubungan antar DPR dan DPD di atur di dalam :

    • UUD 1945 pasal 22D ayat 1 yang berbunyi, “Dewan Perwakilan Daerah dapat mengajukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah”
    • UUD 1945 pasal 22D ayat 2 yang berbunyi, “Dewan Perwakilan Daerah ikut membahas rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah; hubungan pusat dan daerah; pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah; pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah; serta memberikan pertimbangan kepada Dewan Perwakilan Rakyat atas rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara dan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama.”
    • UUD 1945 pasal 22D ayat 3 yang berbunyi, “Dewan Perwakilan Daerah dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang mengenai : otonomi daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara, pajak, pendidikan, dan agama serta menyampaikan hasil pengawasannya itu kepada Dewan Perwakilan Rakyat sebagai bahan pertimbangan untuk ditindaklanjuti.”
    • UUD 1945 pasal 23 ayat 2 yang berbunyi, “Rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara diajukan oleh Presiden untuk dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah.”
    • UUD 1945 pasal 23E ayat 2 yang berbunyi, “Hasil pemeriksa keuangan negara diserahkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, sesuai dengan kewenangannya.”
    • UUD 1945 pasal 23F ayat 1 yang berbunyi, “Anggota Badan Pemeriksa Keuangan dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah dan diresmikan oleh Presiden.”

    Hubungan DPR dengan MA

    Hubungan antar DPR dan MA di atur di dalam :

    • UUD 1945 pasal 24A tentang Susunan, kedudukan, keanggotaan, dan hukum acara Mahkamah Agung.
    • UU no 27 tahun 2009 pasal 83 ayat 5 yang berbunyi, “Pimpinan DPR sebelum memangku jabatannya mengucapkan sumpah/janji yang teksnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 yang dipandu oleh Ketua Mahkamah Agung.”

    Hubungan DPD dengan Presiden

    Hubungan antar DPR dan MA di atur di dalam :

    • UUD 1945 pasal 23 ayat 2 yang berbunyi, “Rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara diajukan oleh Presiden untuk dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah.”
    • UUD 1945 pasal 23 ayat 3 yang berbunyi, “Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui rancangan anggaran pendapatan dan belanja negara yang diusulkan oleh Presiden, Pemerintah menjalankan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun yang lalu.”
    • UUD 1945 pasal 23F ayat 1 yang berbunyi, “Anggota Badan Pemeriksa Keuangan dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah dan diresmikan oleh Presiden.”
    • UU no 27 tahun 2009 pasal 227 ayat 3 yang berbunyi, “Keanggotaan DPD diresmikan dengan keputusan Presiden.”
    • UU no 27 tahun 2009 pasal 240 ayat 2 yang berbunyi, “Tugas panitia kerja dalam pembahasan rancangan undang-undang yang berasal dari DPR atau Presiden adalah melakukan pembahasan serta menyusun pandangan dan pendapat DPD.”

    Hubungan DPD dengan BPK

    Hubungan antar DPD dan BPK di atur di dalam :

    • UUD 1945 pasal 23 ayat 2 yang berbunyi, “Rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara diajukan oleh Presiden untuk dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah.”
    • UU no 15 tahun 2006 pasal 7 ayat 1 yang berbunyi, “BPK menyerahkan hasil pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara kepada DPR, DPD, dan DPRD sesuai dengan kewenangannya.”
    • UU no 15 tahun 2006 pasal 7 ayat 3 yang berbunyi, “Penyerahan hasil pemeriksaan BPK kepada DPRD dilakukan oleh Anggota BPK atau pejabat yang ditunjuk.”
    • UU no 15 tahun 2006 pasal 7 ayat 4 yang berbunyi, “Tata cara penyerahan hasil pemeriksaan BPK kepada DPR, DPD, dan DPRD diatur bersama oleh BPK dengan masing-masing lembaga perwakilan sesuai dengan kewenangannya.”
    • UU no 15 tahun 2006 pasal 14 ayat 1 yang berbunyi, “Anggota BPK dipilih oleh DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD.

    Hubungan antar BPK dan MA

    di atur di dalam :

    • UU no 15 tahun 2006 pasal 16 ayat 1 yang berbunyi, “Anggota BPK sebelum memangku jabatannya wajib mengucapkan sumpah atau janji menurut agamanya yang dipandu oleh Ketua Mahkamah Agung.
    • UU no 15 tahun 2006 pasal 16 ayat 2 yang berbunyi, “Ketua dan Wakil Ketua BPK terpilih wajib mengucapkan sumpah atau janji menurut agamanya yang dipandu oleh Ketua Mahkamah Agung.”
    • UU no 15 tahun 2006 pasal 16 ayat 3 yang berbunyi, “Apabila Ketua Mahkamah Agung berhalangan, sumpah atau janji sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dipandu oleh Wakil Ketua Mahkamah Agung.”

    Hubungan DPD dengan BPK

    Hubungan antar DPD dan BPK di atur di dalam :

    • UUD 1945 pasal 23 ayat 2 yang berbunyi, “Rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara diajukan oleh Presiden untuk dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah.”
    • UU no 15 tahun 2006 pasal 7 ayat 1 yang berbunyi, “BPK menyerahkan hasil pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara kepada DPR, DPD, dan DPRD sesuai dengan kewenangannya.”
    • UU no 15 tahun 2006 pasal 7 ayat 3 yang berbunyi, “Penyerahan hasil pemeriksaan BPK kepada DPRD dilakukan oleh Anggota BPK atau pejabat yang ditunjuk.”
    • UU no 15 tahun 2006 pasal 7 ayat 4 yang berbunyi, “Tata cara penyerahan hasil pemeriksaan BPK kepada DPR, DPD, dan DPRD diatur bersama oleh BPK dengan masing-masing lembaga perwakilan sesuai dengan kewenangannya.”
    • UU no 15 tahun 2006 pasal 14 ayat 1 yang berbunyi, “Anggota BPK dipilih oleh DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD.”

    Hubungan DPD dengan Presiden

    di atur di dalam :

    • UUD 1945 pasal 23 ayat 2 yang berbunyi, “Rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara diajukan oleh Presiden untuk dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah.”
    • UUD 1945 pasal 23 ayat 3 yang berbunyi, “Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui rancangan anggaran pendapatan dan belanja negara yang diusulkan oleh Presiden, Pemerintah menjalankan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun yang lalu.”
    • UUD 1945 pasal 23F ayat 1 yang berbunyi, “Anggota Badan Pemeriksa Keuangan dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah dan diresmikan oleh Presiden.”
    • UU no 27 tahun 2009 pasal 227 ayat 3 yang berbunyi, “Keanggotaan DPD diresmikan dengan keputusan Presiden.”
    • UU no 27 tahun 2009 pasal 240 ayat 2 yang berbunyi, “Tugas panitia kerja dalam pembahasan rancangan undang-undang yang berasal dari DPR atau Presiden adalah melakukan pembahasan serta menyusun pandangan dan pendapat DPD.”

    Pasal 24 ayat (2) menyebutkan bahwa kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan di bawahnya serta oleh sebuah Mahkamah Konstitusi. Ketentuan tersebut menyatakan puncak kekuasaan kehakiman dan kedaulatan hukum ada pada MA dan MK. Mahkamah Agung merupakan lembaga yang mandiri dan harus bebas dari pengaruh cabang-cabang kekuasaan yang lain.

    Dalam hubungannya dengan Mahkamah Konstitusi, MA mengajukan 3 (tiga) orang hakim konstitusi untuk ditetapkan sebagai hakim di Mahkamah Konstitusi.

  • Peristiwa Mutasi GEN

    Mutasi GEN

    Mutasi berasal dari kata mutatus berarti perubahan. Mutasi didefinisikan sebagai perubahan materi genetik (DNA) yang dapat diwariskan secara genetis pada keturunannya. Penyebab mutasi disebut mutagen. Makhluk hidup yang menyebabkan mutasi disebut mutan. Mutasi dimanfaatkan untuk menghasilkan variasi genetik sehingga diperoleh organisme yang unggul. Namun, mutasi juga dapat menimbulkan kerugian, seperti kerusakan pada informasi genetik. Kerusakan tersebut dapat diwariskan dari generasi satu ke generasi berikutnya

    Macam-macam Mutasi

    Mutasi adalah perubahan materi genetik. Adapun organisme yang mengalami mutasi disebut mutan. Pada prinsipnya mutasi melibatkan tiga perubahan, yaitu perubahan struktur kromosom, perubahan jumlah kromosom setiap sel, dan perubahan pada molekul DNA dari satu genom. Berbagai jenis mutasi antara lain sebagai berikut.

    Mutasi berdasarkan tempatnya atau jenis sel yang mengalaminya

    1) Mutasi gametik

    Mutasi yang terjadi pada sel gamet. Sel gamet yang mengalami mutasi akan mewariskan sifat mutasi tersebut pada keturunannya. Mutasi gametik disebut mutasi germinal. Bila mutasi tersebut menghasilkan sifat dominan, akan terekspresi pada keturunannya. Bila resesif maka ekspresinya akan tersembunyi.

    Berdasarkan jenis kromosom yang mengalami mutasi pada sel gamet:

    a) Mutasi autosoma

    Mutasi sel kelamin yang terjadi pada kromosom autosom. Mutasi jenis ini menghasilkan mutasi yang dominan dan mutasi yang resesif.

    b) Mutasi tertaut kelamin

    Mutasi sel kelamin yang terjadi pada kromosom seks (kromosom kelamin), berupa tertautnya beberapa gen dalam kromosom kelamin

    2) Mutasi somatik

    Mutasi somatik adalah mutasi yang terjadi pada sel tubuh (sel somatik). Mutasi yang terjadi pada sel somatik bersifat tidak diwariskan secara genetik. Mutasi somatik dapat dialami oleh embrio/janis maupun orang dewasa.

    a) Mutasi somatik pada embrio/janin menyebabkan cacat bawaan.

    b) Mutasi somatik pada orang dewasa cenderung menyebabkan kanker.

    Mutasi berdasarkan arahnya

    Berdasarkan arahnya, mutasi terbagi menjadi mutasi maju dan mutasi mundur.

    1) Mutasi maju atau forward mutations, yaitu mutasi dari fenotipe normal menjadi abnormal.

    2) Mutasi balik atau back mutations, yaitu peristiwa mutasi yang dapat mengembalikan dari fenotipe tidak normal (abnormal) menjadi fenotipe normal.


    Mutasi berdasarkan jenisnya

    Berdasarkan jenisnya, mutasi terbagi menjadi mutasi gen dan mutasi kromosom

    1. Mutasi Gen

    Pada mutasi gen tidak terjadi perubahan lokus, bentuk maupun jumlah kromosom, tetapi menimbulkan perubahan pada m-RNA, dan akibatnya dapat mengubah protein pada sintesis protein sehingga dapat menghasilkan fenotip yang berbeda.

    Penyebab Mutasi Gen:

    Subtitusi (pertukaran), adalah peristiwa pertukaran atau pergantian basa nitrogen penyusun DNA, yang dibedakan menjadi:

    • Transisi adalah pergantian basa nitrogen sejenis, misalnya antara basa purin dengan purin atau pirimidin dengan pirimidin. Contoh: A – T diganti menjadi G – S, S – G menjadi T – A.
    • Transversi adalah pergantian basa nitrogen yang tidak sejenis, misalnya pergantian basa nitrogen purin dengan pirimidin atau sebaliknya. Contoh: T – A diganti menjadi A – T, G – S menjadi S – G.

    Adisi/Insersi (penambahan), peristiwa penambahan satu atau beberapa basa nitrogen.
    Delesi (pengurangan), peristiwa pengurangan satu atau beberapa basa nitrogen. Delesi ini dapat disebabkan oleh infeksi virus dan radiasi sinar radioaktif.

    Delesi atau defisiensi adalah peristiwa hilangnya sebagian kromosom karena patah. Delesi dapat menyebabkan sindrom tri-du chat. Delesi dapat dibedakan menjadi beberapa macam antara lain sebagai berikut.

    – Delesi terminal, yaitu delesi yang kehilangan ujung segmen kromosom.

    – Delesi intertitial/interkalar, yaitu delesi yang kehilangan bagian tengah kromosom.

    – Delesi cincin, yaitu delesi yang kehilangan segmen kromosom sehingga berbentuklingkaran seperti cincin.

    – Delesi loop, yaitu delesi cincin yang membentuk lengkungan pada kromosom lainnya. Hal ini terjadi pada waktu meiosis, sehingga memungkinkan adanya kromosom lain (homolognya) yang tetap normal.

    delesi2bdna

    2. Mutasi Kromosom

    Mutasi kromosom akan mempengaruhi beberapa gen, sehingga mutasi kromosom berakibat lebih nyata pada fenotip atau penampakan individu dibanding mutasi gen.

    1. Perubahan Struktur Kromosom
    • Inversi adalah peristiwa perubahan urutan lokus (gen) terbalik atau berpindah sebagai akibat dari kromosom yang terpilin sehingga menyebabkan terjadinya penyisipan gen-gen pada lokus dengan urutan yang berbeda dengan sebelumnya. Inversi dibedakan menjadi dua, yaitu parasentris dan perisentris. Inversi parasentris adalah perubahan urutan gen hanya terjadi pada satu lengan saja tanpa berpindah ke lengan yang lain melewati sentromer. Adapun inversi perisentris adalah perubahan urutan gen yang terjadi antara kedua lengan yang melewati sentromer.
    • Delesi dan Duplikasi. Pada proses delesi, lengan kromosom patah dan kehilangan sebagian lokusnya. Patahan tersebut dapat menempel pada lengan kromosom homolognya atau bebas tidak menempel pada lengan kromosom yang lain. Berdasarkan letak patahan kromosom, delesi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu delesi interkalar apabila patahannya terjadi di dua bagian sehingga menyebabkan bagian tengahnya hilang dan delesi terminal apabila patahannya terletak pada ujung lengan kromosom. Contoh pada delesi terminal adalah Sindoma Cri-du-cat. Duplikasi (penambahan) adalah terjadinya penambahan lokus dari patahan lengan kromosom homolognya. Duplikasi pada kromosom manusia dapat terjadi pada kromosom X yang disebut dengan Fragile X syndrome.
    • Translokasi adalah terjadinya pertukaran gen dari suatu kromosom ke kromosom lain yang bukan homolognya. Berdasarkan jumlah patahan dan cara pertukaran patahan kromosomnya, translokasi dibedakan menjadi tiga, yaitu: a) translokasi tunggal, apabila patahan dari kromosom satu akan menempel pada ujung kromosom lain yang bukan homolognya; b) translokasi perpindahan, apabila kromosom pertama patah di dua tempat dan kromosom yang satunya patah di satu tempat. Patahan kromosom yang di dua tempat akan menyisip pada patahan kromosom yang patahannya satu tempat. c) Translokasi resiprok dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut. c1) Translokasi resiprok homozigot : Translokasi homozigot ialah translokasi yang mengalami pertukaran segmen dua kromosom homolog dengan segmen dua kromosom non homolog. c2) Translokasi resiprok heterozigot : Translokasi heterozigot ialah translokasi yang hanya mengalami pertukaran satu segmen kromosom ke satu segmen kromosom nonhomolognya. c3) Translokasi Robertson : Translokasi Robertson ialah translokasi yang terjadi karena penggabungan dua kromosom akrosentrik menjadi satu kromosom metasentrik. Peristiwa semacam ini dapat disebut juga fusion (penggabungan).
    • Katenasi kromosom mengalami patah di dua tempat. Bagian patah ini lepas dan kromosom yang bersangkutan kemudian membulat, sehingga ujung-ujung kromosom yang patah akan saling berlekatan.
    • Isokromosom ialah mutasi kromosom yang terjadi pada waktu menduplikasikan diri, Pembelahan sentromernya mengalami perubahan arah pembelahan sehingga terbentuklah dua kromosom yang masing – masing berlengan identik (sama). Apabila dilihat dari pembelahan sentromernya maka isokromosom disebut juga fision Jadi peristiwanya berlawanan dengan translokasi Robertson (fusion) yang mengalami penggabungan.
    • Autoploidi: yaitu genom (n) mengganda sendiri karena terjadi gangguan saat meiosis.
    • Allopoliploidi: yaitu genom mengganda karena terjadi perkawinan antarspesies yang berbeda kromosomnya.
    • Anafase lag , yaitu tidak melekatnya kromatid pada gelendong, pada saat anafase meiosis I.
    • Nondisjungsi, yaitu gagal berpisahnya kromosom homolog pada waktu anafase dari meiosis.

    Macam-macam nondisjungsi:

    1. Monosomi = (2n – 1), salah satu kromosomnya hanya satu.
    2. Trisomi = (2n + 1), salah satu kromosomnya ada tiga.
    3. Tetrasomi = (2n + 2), salah satu kromosomnya ada empat.
    4. Nulisomi = (2n – 2), ada dua macam kromosom yang hanya satu.

    Aneusomi dapat mengakibatkan kelainan-kelainan pada manusia, antara lain:

    • Sindrom Turner, mengalami pengurangan kromosom Y-nya sehingga mempunyai kariotipe 2AA + XO. Orang yang mengalami sindrom Turner berkelamin wanita, tetapi ovarium tidak tumbuh.
    • Sindrom Klinefelter, penderita memiliki kromosom 2n + 1, Kariotipe: 22AA + XXY. Trisomi terjadi pada gonosomnya. Biasanya testis penderita tidak tumbuh, sehingga mandul (testiculair disgenesis). Gejala lain penderita ini adalah terjadi pertumbuhan payudara tetapi kelaminnya dikenal sebagai laki-laki.
    • Sindrom Down, penderita memiliki kromosom 2n + 1, kariotipe = 45A + XX atau 45A + XY. Trisomi terjadi pada autosom, pada kromosom nomor 21. Penderita menunjukkan gejala kaki pendek, mata sipit, berjalan lambat. Hal ini disebut mongolisme.
    • Sindom Patau, Penderita memiliki kromosom 2n + 1, kariotipe = 45A + XX atau 45A + XY. Trisomi pada autosom yang dapat terjadi pada kromosom nomor 13, 14, atau 15. Penderita menunjukkan gejala berkepala relatif lebih kecil, mata kecil, telinga rendah dan buruk, tuli, ada kelainan jantung.
    • Sindrom Edwards, penderita memiliki kromosom 2n + 1, kariotipe = 45A + XX atau 45A + XY. Trisomi pada autosom, mungkin terjadi pada kromosom nomor 16, 17, dan 18. Biasanya tengkoraknya lonjong, dada pendek dan lebar, telinga rendah dan tidak wajar.

    Penyebab Mutasi (Mutagen)

    • Mutagen Biologi: bahan biologi yang dapat menyebabkan terjadinya mutasi antara lain virus dan bakteri. Virus dapat menjadi mutagen utama karena kemampuan DNA/RNA virus yang mengendalikan peristiwa transkripsi dan translasi pada sel inangnya. Munculnya DNA virus diantara DNA sel inang dapat mempengaruhi metabolisme dan memunculkan senyawa karsinogenik. Bakteri, terutama bakteri patogen diduga dapat menghasilkan protein tertentu yang dapat mengganggu atau menghalangi sintesis protein dan merusak struktur DNA.
    • Mutagen Kimia: bahan kimia penyebab mutasi adalah pestisida (DDT, BHC, TEM), nitrogen mustrad, hidroksil amino (NH2OH), asam nitrit (HNO2), etil metana sulfonat, etil etan sulfonat, siklamat (pemanis buatan), akridrin (zat pewarna buatan).
    • Mutagen Fisika: bahan fisika yang dapat menyebabkan mutasi. Contoh: unsur radioaktif (torium, uranium), radiasi sinar X, sinar (α, β, γ).

    Mutasi Buatan (Mutasi Induksi)

    Mutasi buatan merupakan mutasi yang sengaja dibuat manusia. Ditinjau dari kepentingan manusia mutasi buatan dapat dilakukan untuk menghasilkan mutan yang lebih berguna atau lebih menguntungkan dari keadaan individu sebelumnya. Misalnya dalam proses pembuatan bibit tanaman yang unggul.

    Dampak Mutasi bagi Makhluk Hidup

    1. Mutasi gen dapat menyebabkan beberapa penyakit pada manusia, antara lain albinisme dan anemia sel sabit (sickle cell anemia). Penyakit sickle sell anemia adalah suatu bentuk abnormalitas pada eritroit yang disebabkan oleh gen resesif.
    2. Pada proses mutasi buatan, mutagen kebanyakan bersifat karsinogenik (zat pemacu terjadinya kanker).
    3. Dampak mutasi pada tanaman buah tanpa biji (partenokarpi) menyebabkan kesulitan pada tanaman untuk menghasilkan biji bagi tanaman generasi berikutnya.

    Keuntungan Mutasi bagi Manusia dan Makhluk Hidup Lain

    1. Tanaman mutan yang bersifat poliploidi yang dihasilkan dari induksi digitonin dan kolkisin. Individu poliploidi mempunyai ciri berbuah besar, tidak berbiji dan berproduksi tinggi.
    2. Mutasi radiasi dengan sinar gamma menghasilkan bibit unggul. Contoh: pada padi Pelita I dan II menghasilkan padi jenis Atomita I dan II, dimana bibit unggul ini mempunyai kelebihan tahan terhadap wereng coklat dan bakteri pucuk Xanthomonas oryzae dan dapat toleran terhadap air asin.
    3. Mutasi radiasi dengan isotop Co-60 dapat menghasilkan varietas kedelai unggul. Kedelai ORBA setelah dimutasikan menjadi varietas Muria yang mempunyai kelebihan antara lain: tanaman pendek, kompak dan tidak mudah rebah, potensi hasil tinggi, tahan terhadap penyakit karat daun, polong yang matang tidak mudah pecah, fiksasi nitrogen dalam akar lebih efektif.
    4. Mutasi radiasi menghasilkan jantan mandul untuk mengendalikan populasi hama. Radiasi pada wereng jantan akan mengakibatkan wereng menjadi mandul. Jantan mandul ini selanjutnya dilepas ke populasi wereng, sehingga menghambat terbentuknya keturunan dalam jumlah yang besar. Dengan demikian, populasi wereng lambat laun akan menurun.
    5. Penghambatan pertumbuhan dan perkembangan kanker dan HIV. Meradiasi sel kanker dan HIV menyebabkan sel-sel tersebut mengalami perubahan struktur DNA dan mengakibatkan dihasilkannya senyawa antipertumbuhan kanker dan anti-HIV sehingga terjadi penghambatan terhadap pertumbuhan sel kanker dan infeksi HIV pada sel darah putih.