Blog

  • Makalah Pancasila Dalam Konteks Ketatanegaraan Republik Indonesia

    Makalah Pancasila Dalam Konteks Ketatanegaraan Republik Indonesia

    Peran pancasila dalam konteks ketatanegaran negara kesatuan Republik Indonesia sangatlah penting. Tidak hanya sebagai dokumen yang menjadi dasar negara akan tetapi nilai-nilai luhur yang tergantung dalam Pancasila sangat penting dalam menjadi perekat kehidupan seluruh rakyat Indonesia yang terdiri dari berbagai suku dan bangsa.

    Sayangnya pada Praktiknya, ada banyak praktik pemerintahan yang dianggap menyimpan dari nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945. Padahal dalam konteks ketatanegaran, seluruh peraturan yang dibuat di semua level harus sejalan dengan Pancasila dan UUD 1945 tanpa terkecuali.


    Pancasila Dalam Konteks Ketatanegaraan Republik Indonesia

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Pancasila merupakan landasan dan dasar negara Indonesia yang mengatur seluruh struktur ketatanegaraan Republik Indonesia. Dalam pemerintahan Indonesia, masih banyak bahkan sangat benyak anggota-anggotanya dan juga sistem pemerintahannya yang tidak sesuai dengan nila-nilai yang ada dalam setiap sila Pancasila. Padahal jika membahas negara dan ketatanegaraan Indonesia mengharuskan ingatan kita meninjau dan memahami kembali sejarah perumusan dan penetapan Pancasila, Pembukaan UUD, dan UUD 1945 oleh para pendiri dan pembentuk negara Republik Indonesia.

    Dalam perumusan ketatanegaraan Indonesia tidak boleh melenceng dari nilai-nilai Pancasila, pembentukan karakter bangsa dilihat dari sistem ketatanegaraan Indonesia harus mencerminkan nilai-nilai dari ideologi bangsa yaitu Pancasila. Namun jika dalam suatu pemerintahan terdapat banyak penyimpangan dan kesalahan yang merugikan bangsa Indonesia, itu akan membuat sistem ketatanegaraan Indonesia berantakan dan begitupun dengan bangsanya sendiri.

    Untuk itulah dalam makalah ini, kami mengambil judul  “Pancasila dalam Konteks Ketatanegaraan Republik Indonesia”

    B. Rumusan Masalah

    Dalam makalah ini, kami merumuskan beberapa masalah, yaitu :

    1. Apa pengertian dari pancasila sebagai konteks ketatanegaraan NKRI?
    2. Apakah definisi UUD dan Konstitusi serta fungsinya bagi negara?
    3. Bagaimana UUD 1945 itu ?
    4. Apa saja yang terkait dengan Pembukaan UUD 1945?
    5. Bagaimanakah sistem pemerintahan negara menurut UUD 1945?
    6. Bagaimanakah kelembagaan negara menurut UUD 1945?

    C. Tujuan Penulisan

    Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah :

    1. Mengetahui pengertian pancasila dalam kontek ketatanegaraan NKRI
    2. Mengetahui definisi UUD dan Konstitusi serta fungsinya bagi negara
    3. Mengetahui UUD 1945?
    4. Mengetahui apa saja yang terkait dengan pembukaan UUD 1945
    5. Menegtahui sistem pemerintahan negara menurut UUD 1945
    6. Mengetahui kelembagaan negara menurut UUD 1945

    Bab II. Pembahasan

    A. Pengertian Pancasila dalam Konteks Ketatangeraan RI

    Sebagai dasar Negara, Pancasila merupakan suatu asas kerohanian dalam ilmu kenegaraan popular disebut sebagai dasar filsafat Negara (Philosofische gronslai). Dalam kedudukan ini Pancasila merupakan sumber nilai dan sumber norma dalam setiap aspek penyelenggaraan Negara, termasuk sebagai sumber tertib hukum di Negara Republik Indonesia. Konsekuensinya seluruh peraturan perundang-undangan serta penjabarannya senantiasa berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila pancasila.

    Pancasila adalah dasar falsafat Negara Indonesia sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945. Oleh sebab itu, setiap warga Indonesia harus mempelajari, mendalami, menghayati, dan mengamalkannya dalam segala bidang kehidupan. Untuk meningkatkan pemahaman Anda tentang arti kata Pancasila, sebaiknya kita membaca beberapa pengertian Pancasila menurut para tokoh pendiri bangsa berikut:

    1. Muhammad Yamin. Pancasila berasal dari kata Panca yang berarti lima dan Sila yang berarti sendi, atas, dasar atau peraturan tingkah laku yang penting dan baik. Dengan demikian Pancasila merupakan lima dasar yang berisi pedoman atau aturan tentang tingkah laku yang penting dan baik.
    2. Notonegoro. Pancasila adalah dasar falsafah negara indonesia, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa Pancasila merupakan dasar falsafah dan ideologi negara yang diharapkan menjadi pandangan hidup bangsa Indonesia sebagai dasar pemersatu, lambang persatuan dan kesatuan serta sebagai pertahanan bangsa dan negara Indonesia.
    3. Ir. Soekarno. Pancasila adalah isi jiwa bangsa Indonesia yang turun-temurun sekian abad lamanya terpendam bisu oleh kebudayaan Barat. Dengan demikian, Pancasila tidak saja falsafah negara, tetapi lebih luas lagi, yakni falsafah bangsa Indonesia.

    Negara Indonesia adalah Negara demokrasi yang berdasarkan atas hukum, oleh karena itu segala aspek dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan Negara diatur dalam suatu sistem perundang-undangan. Dalam pengertian inilah maka Negara dilaksanakan berdasarkan pada suatu konstitusi atau UUD Negara. Pembagian kekuasaan, lembaga-lembaga tinggi Negara, hak dan kewajiban warga Negara, keadilan sosial, dan lainnya diatur dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara. Hal inilah yang dimaksud dengan pengertian Pancasila dalam konteks ketatanegaraan Republik Indonesia.

    B. Defenisi UUD­/Konstitusi, Kedudukan UUD 1945, Sifat Serta Fungsinya

    1. Defenisi UUD­/Konstitusi

    Dalam ketatanegaraan, istilah UUD sering digunakan pula dengan istilah konstitusi dalam pengertian yang berbeda atau untuk saling menggantikan. Secara harfiah, istilah konstitusi dari bahasa Perancis “konstituer” yang berarti membentuk, dan diartikan sebagai “pembentuk suatu negara”. Sedangkan Indonesia menggunakan istilah UUD yang disejajarkan dengan istilah Grondwet dari belanda yang mempunyai pengertian suatu undang-undang yang menjadi dasar (Grond) dari segala hukum dalam suatu negara.

    Istilah konstitusi dan UUD di Indonesia sering disejajarkan, namun istilah konstitusi dimaknai dalam arti yang luas (materiil) yang lebih luas dari UUD. Konstitusi yang dimaksudkan adalah hukum dasar, baik yang tertulis (UUD) maupun yang tidak tertulis (convensi). Dengan demikian konstitusi memuat peraturan pokok yang fundamental mengenai sendi-sendi yang pertama dan utama dalam menegakan bangun yang disebut “negara”.

    2. Kedudukan UUD 1945

    Undang-Undang dasar mempunyai peranan penting sebab merupakan landasan structural dalam penyelenggaraan pemerintahan Negara. Sebagai landasan structural dalam penyelenggaraan pemerintahan Negara yang berisi aturan atau ketentuan pokok ketatanegaraan, bahkan lebih dari itu, yaitu untuk menjamin suatu system atau bentuk Negara serta cara penyelenggaraannya  beserta hak-hak dan kewajiban rakyatnya maka UUD harus merupakan hukum Negara tertinggi.

    Dalam pembahasan ini tidak dapat dilepaskan dengan eksistensi Pembukaan UUD 1945, yang merupakan deklarasi bangsa dan Negara Republik Indonesia, yang memuat pancasila sebagai dasar Negara, tujuan Negara serta bentuk Negara Republik Indonesia. Oleh karena itu, Pembukaan UUD 1945 dalam konteks ketatanegaraan Republik Indonesia memiliki kedudukan yang sangat penting karena merupakan staasfundamentalnorm (kaidah Negara yang fundamental), dan berada pada hierarki tertib hukum tertinggi di Negara Indonesia.

    3. Sifat UUD 1945

    UUD 1945 merupakan hukum tertinggi, norma dasar dan norma sumber dari semua hukum yang berlaku dalam negara di Indonesia, ia berisikan pola dasar dalam berkehidupan di Indonesia. Negara dengan segala fungsi dan tujuannya berusaha untuk dapat mewujudkannya dengan berbagai cara, oleh karena itu sebagai pengintegrasian dari kekuatan politik,  negara mempunyai bermacam-macam sifat, seperti memaksa, memonopoli, dan mencakup semuanya. Dengan sifat memaksa, negara dapat menggunakan kekerasan fisik secara sah untuk ditaatinya semua keputusan. Walaupun alasannya untuk mewujudkan tujuan bersama, sifat memaksa yang dimiliki oleh negara dapat disalahgunakan ataupun melampaui batas yang mungkin dapat menyengsarakan rakyatnya. Untuk mencegah adanya kemungkinan tersebut, konstitusi atau UUD disusun dan ditetapkan.

    Dalam teori konstitusi (UUD) dikenal sifat dari UUD yaitu luwes atau (fleksibel) atau kaku (rigid), tertulis dan tidak tertulis. Untuk menentukan apakah setiap UUD itu luwes atau kaku dipakai ukuran sebagai berikut:

    1. Cara mengubah konstitusi

    Ada dua cara mengubah UUD, pertama, UUD diubah dengan cara prosedur yang biasa, sebagaiman mengubah dan membuat UU biasa. dalam hal ini UUD itu memiliki sifat luwes (fleksibel). Seperti konstitusi inggris. Kedua, perubahan UUD yang memerlukan prosedur istimewa, maka sifat UUD itu adalah kaku (rigid).

    Seperti orde baru telah menjadi sakral atau suci dengan memberi yang sangat sulit untuk diubah dengan mengeluarkan ketetapan MPR tentang Referendum.

    2. Tertulis dan tidak tertulis

    Suatu konstitusi disebut tertulis apabila iya tertulis dalam suatu naskah atau beberapa naskah. Sedangkan suatu konstitusi disebut tidak tertulis, karena ketentuan-ketentuan yang mengatur suatu pemerintahan tidak tertulis dalam suatu naskah tertentu, melainkan dalam banyak hal dalam konvensi-konvensi atau UU biasa.

    Dalam teori hukum, sifat konstitusi dibedakan atas fleksibel dan rigid, yang dalam bahasa Indonesia, diterjemahkan dengan luwes dan kaku. Ada dua kriteria tolak ukurnya yaitu cara pembuatan/perubahan dan kemampuan dalam mengikuti perkembangan zaman (Kusnardi, dan Ibrahim, 1983:75). Suatu konstitusi disebut luwes apabila pembuatan dan perubahannya sama dengan pembuatan dan perubahan undang-undang biasa. Kriteria kedua dilihat dari kemampuan dalam mengikuti perkembangan zaman. Apabila konstitusi masih tetap mampu menampung dinamika perkembangan masyarakat, konstitusi tersebut dapat dikatakan bersifat luwes, dan apabila sebaliknya maka konstitusi tersebut disebut kaku.

    4. Fungsi UUD 1945

    Sebagaimana fungsi konstitusi pada umumnya, fungsi Undang-Undang Dasar 1945  pada umumnya dapat disebutkan antara lain: membatasi kekuasaan penguasa agar tidak bertindak sewenang-wenang, untuk melindungi hak asasi manusia, dan sebagai pedoman dalam penyelenggaraan pemerintahan agar pemerintahan berjalan dengan tertib dan lancar. Di samping itu, apabila dilihat dari substansi materi, Undang-Undang Dasar 1945 mengatur kehidupan nasional yang meliputi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang dapat dibedakan atas:

    1. Pasal-pasal yang berisi materi pengaturan system pemerintahan Negara, di dalamnya termasuk pengaturan system pemerintahan Negara, didalamnya termasuk pengaturan system tentang kedudukan, wewenang, dan saling hubungan antara kelembagaan Negara.
    2. Pasal-pasal yang berisi materi hubungan antara Negara dan warga Negara dan penduduknya serta berbagi konsepsi berbagai aspek kehidupan politik, ekonomi, social budaya, dan hokum.

    C. Undang-Undang Dasar 1945

    Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, atau disingkat UUD 1945 atau UUD ’45, adalah hukum dasar tertulis (basic law), konstitusi pemerintahan negara Republik Indonesia saat ini. Naskah UUD 1945 sebelum mengalami amandemen terdiri dari Pembukaan, Batang Tubuh, dan Penjelasan. Naskah tersebut secara resmi dimuat dalam Berita Republik Indonesia Tahun II No. 7 yang terbit tanggal 15 Februari 1946. UUD 1945 ditetapkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Antara Pembukaan, Batang Tubuh, dan Penjelasannya merupakan satu kebulatan yang utuh, dimana antara satu bagian dengan bagian yang lain tidak dapat dipisahkan.

    Yang dimaksud dengan UUD 1945 adalah keseluruhan naskah yang terdiri atas :

    1. Pembukaan yang terdiri atas 4 alinea,
    2. Batang tubuh yang terdiri atas 37 pasal yang dikelompokkan dalam 16 bab, 4 pasal aturan peralihan dan 2 ayat aturan tambahan
    3. Serta penjelasan yang terdiri dari atas penjelasan umum dan penjelasan khusus, yaitu penjelasan pasal demi pasal.

    UUD merupakan hukum dasar tertulis yang bukan satu-satunya hukum dasar, disampingnya masih ada hukum dasar yang tidak tertulis. UUD bersifat singkat, sifat singkatnya itu dikarenakan :

    1. UUD itu sudah cukup, apabila telah memuat aturan-aturan pokok saja, hanya memuat garis-gars besar sebagai instruksi kepada pemerintah dan lain-lain penyelenggara negara untuk melakukan tugasnya.
    2. UUD yang singkat itu menguntungkan bagi negara seperti Indonesia yang masih harus berkembang, harus hidup secara dinamis, dan masih akan terus mengalami perubahan.

    Semangat para penyelenggara negara dalam menyelenggarakan UUD 1945 sangat penting, oleh karena itu setiap penyelenggara negara, selain mengetahui teks UUD 1945, juga harus menghayati semangat UUD 1945. Dengan semangat penyelenggara yang baik, pelaksanaan dari aturan-aturan pokok yang tertera dalam UUD 1945 akan baik dan sesuai dengan maksud ketentuannya.

    D. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945

    1.      Makna pembukaan UUD 1945 bagi Perjuangan Bangsa Indonesia

    Apabila UUD 1945 merupakan sumber hukum tertinggi dari hukum yang berlaku di Indonesia, maka Pembukaan UUD 1945 merupakan sumber dari motivasi dan aspirasi perjuangan dan tekad bangsa Indonesia, yang merupakan sumber dari cita hukum dan cita moral yang ingin ditegakan baik dalam lingkungan nasional, maupun dalam hubungan pergaulan bangsa-bangsa di Dunia.

    Pembukaan UUD 1945 merupakan pokok-pokok kaidah yang menjadi landasan dan peraturan hukum yang tertinggi bagi hukum-hukum lainnya, termasuk hukum dasar yang tertulis maupun hukum dasar yang tidak tertulis (konvensi). Pokok-pokok kaidah Negara fundamental itu terdapat dalam pembukaan UUD 1945 yaitu sbb:

    1.      Dasar-dasar pembentukan Negara

    1. Tujuan Negara, yang menyatakan Negara Indonesia mempunyai fungsi dan tujuan.
    2. Asas politik Negara, yaitu pernyataan yang menyatakan bahwa Negara Indonesia yang berbentuk Republic dan berkedaulatan Rakyat
    3. Asas Kerohanian Negara, yaitu dasar falsafah Negara pancasila yang meliputi hidup kenegaraan dan tertib hokum Indonesia.

    2. Ketentuan diadakannya UUD Negara

    Ketentuan ini dapat terlihat kalam kalimat, “maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia dalam suatu UUD Negara Indonesia

    2. Makna Alenia-Alenia Pembukaan UUD 1945

    “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan” merupakan bunyi alenia pertama pembukaan UUD 1945  yang menunjukan keteguhan dan kuatnya pendirian bangsa Indonesia menghadapi masalah  “kemerdekaan lawan penjajahan”. Alenia ini mengungkapkan suatu dalil obyektif, karena dalam alinea pertama terdapat letak moral luhur dari pernyataan Indonesia. Alenia ini juga mengandung suatu pernyataan subyektif, yaitu aspirasi bangsa Indonesia untuk membebaskan diri dari perjuangan. Alasan bangsa Indonesia menentang penjajahan, karena bertentangan dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Hal ini berarti setiap hal atau sifat yang bertentangan atau bertentangan dengan pernyataan diatas juga harus secara sadar ditentang oleh Bangsa Indonesia.

    “Dan perjuangan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat adil dan makmur” merupakan bunyi alenia ke dua yang menunjukan kebangsaan dan penghargaan kita atas perjuangan bangsa Indonesia selama ini. Alenia ini juga menunjukan adanya ketetapan dan ketajaman penilaian :

    1. Perjuangan pergerakan di Indonesia telah sampai pada tingkat yang menentukan
    2. Momentum yng telah dicapai tersebut harus dimanfaatkan untuk menyatakan kemerdekaan.
    3. Kemerdekaan tersebut bukan merupakan tujuan akhir tetapi masih harus diisi dengan mewujudkan Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat adil dan makmur.

    “Atas berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa dan dengan didorong oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya” merupakan bunyi dari alenia ke tiga yang menjadi motivasi riil dan materiil Bangsa Indonesia untuk menyatakan kemerdekaannya, tetapi juga menjadi keyakinan/kepercayaannya, menjadi motivasi spiritualnya, karena menyatakan kemerdekaan itu diberkati oleh Allah SWT, serta menunjukan ketaqwaan tehadap Tuhan Yang Maha Esa serta merupakam suatu pengukuhan dari Proklamasi Kemerdekaan.

    “kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban Dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang dasar Negara Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada: ketuhanan Yang maha dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia” merupakan bunyi dari alenia ke empat yang merumuskan dengan padat sekali tujuan  dari prinsip-prinsip dasar untuk mencapai tujuan bangsa Indonesia setelah menyatakan dirinya merdeka.

    Dengan rumusan yang panjang dan padat, alenia keempat Pembukaan Undang-Undang dasar sekaligus menegaskan :

    1. Negara Indonesia mempunyai fungsi yang sekaligus menjadi tujuannya, yaitu seperti yang tertuang dalam alenia ke empat tersebut.
    2. Negara Indonesia berbentuk Republik dan berkedaulatan Rakyat.
    3. Negara Indonesia mempunyai dasar filsafah Pancasila.
    4. Pokok-Pokok Pikiran dalam Pembukaan UUD 1945

    Pembukaan UUD 1945 mempunyai fungsi atau hubungan langsung dengan UUD 1945 itu sendiri, bahwa Pembukaan UUD 1945 itu mengandung pokok-pokok pikiran yang diciptakan dan dijelmakan dalam UUD, yaitu dalam pasal-pasalnya.

    Ada 4 pokok pikiran yang sifat dan maknanya sangat dalam, yaitu :

    1. Pokok pikiran pertama menunjukan pokok pikiran persatuan, dengan pengertian yang lazim, penyelenggara negara dan setiap warga negara wajib mengutamakan kepentingan negara diatas kepentingan golongan maupun perorangan.
    2. Pokok pikiran yang kedua adalah kesadaran bahwa manusia Indonesia memiliki hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial bangsa.
    3. Pokok pikiran yang ketiga menyatakan bahwa kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat.
    4. Pokok pikiran keempat menyatakan bahwa UUD mengandung isi yang mewajibkan pemerintah dan penyelenggara negara untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita moral Rakyat yang luhur.
    5. Hubungan Pokok-Pokok Pikiran dalam Pembukaan UUD 1945 dengan pasal UUD 1945

    Hubungan antara Pembukaan UUD 1945 dengan Pasal-pasal UUD 1945, dapat dilihat dari beberapa aspek sebagai berikut :

    a. Ditinjau dari isi pengertian yang terkandung di dalam Pembukaan UUD 1945

    1. Dari alinea pertama, kedua, dan ketiga berisi rangkaian peristiwa dan keadaan yang mendahului terbentuknya negara yang merupakan rumusan dasar-dasar pemikiran yang mendorong tersusunnya kemerdekaan. Pernyataan tersebut tidak mempunyai hubungan organis dengan Batang Tubuh UUD 1945.
    2. Dari alenia keempat merupakan pernyataan yang dilaksanakan setelah negara Indonesia terwujud. Pernyataan tersebut mempunyai hubungan kausal dan organis dengn Pasal-pasal UUD 1945 yang mencakup beberapa aspek :
      • UUD itu ditentukan akan ada
      • Apa yang diatur oleh UUD adalah tentang pembentukan pemerintahan negara yang memenuhi berbagai persyaratan
      • Negara Indonesia berbentuk Republik yang berkedaulatan rakyat
      • Ditetapkannya dasar kerokhanian (Filsafat Negara Pancasila)

    b. Ditinjau dari pokok-pokok yang terkandung didalam Pembukaan UUD 1945

    Pokok-pokok pikiran yang terkandung didalam Pembukaan UUD 1945 disebutkan sebagai berikut :

    1. Negara mengatasi segala paham golongan dan paham perseorangan, dalam “Pembukaan” itu mengehendaki persatuan segenap bangsa Indonesia seluruhnya.
    2. Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat.
    3. Negara berkedaulatan rakyat, berdasar atas kerakyatan dan permusyawaratan perwakilan.
    4. Negara berdasarkan atas  Ketuhanan Yang Maha Esa, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.

    Pokok-pokok pikiran ini mewujudkan cita-cita hukum yang menguasai hukum dasar negara, UUD menciptakan pokok-pokok pikiran ini dalam pasal-pasalnya. Itulah hubungan antara Pembukaan dengan Pasal-pasal UUD 1945.

    c.        Ditinjau dari hakekat dan kedudukan Pembukaan UUD 1945

    Pembukaan mempunyai kedudukan sebagai Pokok kaidah Fundamental negara Republik Indonesia, dengan demikian Pembukaan memiliki kedudukan yang lebih tinggi daripada Pasal-pasal UUD 1945.

    E. Sistem Pemerintahan Negara menurut UUD 1945

    Secara garis besar gambaran tentang sistem pemerintahan negara yang dianut oleh UUD 1945 yang telah diamandemen adalah sebagai berikut :

    1. Kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD (pasal 1 ayat 2).

    Dalam UUD 1945 yang telah diamandemen, MPR tidak mempunyai kewenangan untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden, tetapi hanya sebatas melantik (pasal 3 ayat 3 dan pasal 8 ayat 3). Dengan demikian hanya dengan GBHN, UUD 1945 tidak lagi mengenal istilah GBHN sebagai produk MPR. Kewenangan terbesar MPR adalah menetapkan dan mengubah UUD (pasal 3 ayat 1) selain mengenai Pembukaan UUD dan bentuk Kesatuan Negara Republik Indonesia (pasal 37 ayat 5).

    2. Sistem Konstitusional

    Sistem konstitusional dalam UUD 1945 tercermin dalam ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

    1. Kedaulatan ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD (pasal 1 ayat 2).
    2. MPR hanya dapat memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut UUD (pasal 3 ayat 3).
    3. Presiden RI memegang kekuasaan pemerintah menurut UUD (pasal 4 ayat 1).
    4. Presiden dan/atau Wakil Presiden sebelum memangku jabatannya bersumpah atau berjanji memegang teguh UUD (pasal 9 ayat 1).
    5. Hak-hak DPR ditentukan oleh UUD (pasal 20A).
    6. Setiap UU yang berlaku tidak boleh bertentangan dengan UUD 9pasal 24C ayat1).
    7. Kewenangan lembaga negara ditentukan oleh UUD (pasal 24C ayat 1).
    8. Putusan dugaan pelanggaran oleh Presiden dan atau Wakil Presiden oleh Mahkamah Konstitusi menurut UUD (pasal 24C ayat 2).

    3.  Negara Indonesia adalah negara hukum (pasal 1 ayat 3)

    4. Presiden adalah pemegang kekuasaan pemerintah menurut UUD (pasal 4 ayat 1).

    Namun dalam kewajibannya Presiden dibantu oleh Wakil Presiden.

    5. Presiden adalah penyelenggara pemerintahan negara yang tertinggi. 

    Presiden memegang tanggungjawab atas jalannya pemerintahan menurut UUD, dan Presiden diberi kewenangan untuk membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas memberikan nasehat dan pertimbangan kepada Preisden.

    6.      Menteri negara ialah pembantu Presiden (pasal 17 ayat 1), oleh karena itu kedudukan menteri sangat tergantung pada Presiden (pasal 17 ayat 2)

    7.      Kekuasaan Kepala Negara tidak tak terbatas. Presiden selaku kepala negara mempunyai kekuasan yang sangat luas, meskipun tidak bersifat mutlak. Kekuasaan kepala negara yang tidak tak terbatas itu adalah dimana kontrol DPR atas berbagai kewenangan presiden sangatlah dominan.

    8.      Indonesia ialah negara kesatuan yang berbentuk Republik (pasal 1 ayat 1 dan pasal 18 ayat 1). NKRI dibagi atas daerah-daerah provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintah daerah.

    A.    Kelembagaan Negara menurut UUD 1945

    1.      Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)

    Keanggotaan MPR terdiri atas anggota DPR yang dipilih melalui pemilu, dengan suara terbanyak dan sedikitnya MPR bersidang sekali dalam lima tahun di ibukota negara. Kewenangan MPR adalah mengubah dan menetapkan UUD (pasal 3)

    2.      Presiden dan Wakil Presiden

    Presiden memegang kekuasaan pemerintah menurut UUD, dan dalam melakukan kewajibannya dibantu oleh seorang Wakil Presiden. Presiden berhak mengajukan RUU, dan menetapkan Peraturan Pemerintah untuk menjalankan UU (pasal 5). Presiden memegang masa jabatan selama lima tahun. Syarat untuk menjadi Presiden dan Wakil Presiden adalah :

    1. WNI sejak kelahirannya
    2. Tidak pernah menerima kewarganegaraan lain karena kehendaknya sendiri.
    3. Tidak pernah menghianati negara
    4. Mampu secaraa jasmani dan rohani untuk melakukan kewajibannya
    5. Syarat-syarat lainnya akan diatur dengan UU (pasal 6Syarat-syarat lainnya akan diatur dengan UU (pasal 6).

    3. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

    Keanggotaan DPR dipilih oleh pemilu dengan suara terbanyak. DPR memiliki fungsi legislatif, anggaran, dan pengawasan, untuk itu DPR diberikan hak-hak interpelasi, angket, menyatakan pendapat, mengajukan pertanyaan, menyampaikan usul dan  pendapat serta imunitas (pasal 20).

    4. Dewan Perwakilan Daerah (DPD)

    Anggota DPD juga dipilih oleh pemilu dengan suara terbanyak dari setiap provinsi. DPD bersidang paling sedikitnya sekali dalam setahun. DPD berhak mengajukan RUU kepada DPR dan ikut membahasnya sesuai dengan bidangnya.

    5. Komisi Pemilihan Umum (KPU)

    KPU biasa ditugaskan dalam rangka Pemilu agar terselenggara sesuai asas (luberjurdil).

    6. Bank Sentral

    Negara memiliki satu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan UU (pasal 23D).

    7. Badan Pengawas Keuangan (BPK)

    BPK diadakan untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang pengelolaan keuangan yang bebas dan mandiri. Hasil pemeriksaan keuangan negara diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD untuk ditindklanjuti (pasal 23E).

    8. Mahkamah Agung (MA)

    Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan, dan dilakukan oleh sebuah MA dan badan peradilan yang berada dibawahnya.

    9. Komisi Yudisial

    Komisi yudisial bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan pengangkatan hakim agung dan mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluruhan martabat  serta perilaku hakim.

    10. Mahkamah Konstitusi

    MK berwenang mengadili pada tingkat pertama dan tingkat terakhir yang putusannya bersifat final untuk mengkaji UU terhadap UUD, dan lain-lain.

    Bab III. Penutup

    A. Kesimpulan

    Sebagai dasar Negara, Pancasila merupakan suatu asas kerohanian dalam ilmu kenegaraan popular disebut sebagai dasar filsafat Negara (Philosofische gronslai). Dalam kedudukan ini Pancasila merupakan sumber nilai dan sumber norma dalam setiap aspek penyelenggaraan Negara, termasuk sebagai sumber tertib hukum di Negara Republik Indonesia. Konsekuensinya seluruh peraturan perundang-undangan serta penjabarannya senantiasa berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila pancasila.

    Dengan menggunakan sistem ketatanegaraan  berdasarkan pada nilai-nilai dan yang berhubungan dengan Pancasila, dapat menjadikan karakter suatu bangsa memiliki moral yang sesuai dengan yang tercermin dalam sila-sila Pancasila. Negara Indonesia dan masyarakat Indonesia dengan ketatanegaraannya berdasar pada Pancasila akan membawa dampak positif bagi terbentuknya bangsa Indonesia.

    B.     Saran

    Kepada semua pembaca khususnya mahasiswa Universitas Halu Oleo (UHO) atau siapa saja yang menyempatkan membaca makalah ini bila mendapat kekeliruan terhadap materi kami harap bisa meluruskannya dan memakluminya. Maka kami banyak berharap kepada para pembaca untuk tidak segan memberikan kritik,  saran, dan masukan yang membangun kepada kami.

    DAFTAR PUSTAKA

    Karsadi, dkk.2014. Pancasila di Perguruan Tinggi: Bentuk Moral, Karakter dan Budaya Bangsa. Kendari: FKIP-Universitas Halu Oleo

    Safiun, La Ode. 2014. Modul Pendidikan Pancasila. Kendari : FKIP-Universitas Halu Oleo

    Sugiarto, Ahmad. 2013. Makalah Pancasila Dalam Konteks Ketatanegaraan NKRIhttp://pend-pancasila.blogspot.com/2013/12/makalah-pancasila-dalam-konteks.html. Diakses pada tanggal 20 November 2014.

    Tim Pengajar Mata Kuliah Umum. 2014. Buku Ajar Pancasila. Kendari: Universitas Halu Oleo

  • Makalah Kebudayaan Indonesia

    Makalah Kebudayaan Indonesia

    Berikut ini adalah makalah dengan topik Kebudayaan Indonesia. Makalah ini membahas tentang perkembangan kebudayaan Indonesia, kondisi kebudayaan Indonesia, dan kebudayaan Indonesia banyak diambil oleh pihak lain.

    Kebudayaan Indonesia

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Budaya atau kebudayaan secara entimologi berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) yang kemudian diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan atau dapat pula diartikan sebagai mengolah tanah atau bertani. Kataculture juga kadang diterjemahkan sebagai “kultur” dalam bahasa Indonesia.

    Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan banyaknya pulau tersebut Indonesia memiliki beragam budaya yang sangat banyak sekali. Perkembangan budaya Indonesia telah dimulai sejak nenek moyang kita terdahulu. Namun, beberapa tahun kebelakangan ini kebudayaan di Indonesia berada dalam masa yang mengecewakan dimana banyak budaya kita yang lepas dari genggaman kita.

    Seperti yang telah kita ketahui, perkembangan budaya indonesia selalu dalam kondisi yang naik dan turun. Pada awalnya, Indonesia sangat banyak mempunyai peninggalan budaya dari nenek moyang kita terdahulu, hal seperti itulah yang harus dibanggakan oleh penduduk indonesia sendiri, tetapi belakangan ini budaya Indonesia mengalami masa penurunan terhadapa sosialisasi budaya bangsa sehingga penduduk kini telah banyak yang melupakan apa itu budaya Indonesia. Semakin majunya arus globalisasi rasa cinta terhadap budaya semakin berkurang, dan ini sangat berdampak tidak baik bagi masyarakat asli Indonesia. Terlalu banyaknya kehidupan asing yang masuk ke Indonesia, masyarakat kini telah berkembang menjadi masyarakat modern.

    Hal ini yang menyebabkan kebudayaan bangsa Indonesia banyak yang diambil oleh pihak lain, berikut merupakan data beberapa budaya Indonesia yang diklaim oleh pihak lain: batik dari Jawa oleh Adidas, Naskah kuno dari Riau oleh pemerintah Malaysia, Naskah kuno dari Sumatera barat oleh pemerintah Malaysia, Naskah kuno dari Sulawesi selatan oleh pemerintah Malaysia, Naskah kuno dari Sulawesi Tenggara oleh pemerintah Malaysia.

    B. Rumusan Masalah

    1. Bagaimana perkembangan kebudayaan Indonesia?
    2. Bagaimana kondisi kebudayaan Indonesia ?
    3. Mengapa kebudayaan Indonesia banyak diambil oleh pihak lain?

    C. Tujuan

    1. Mendeskripsikan perkembangan kebudayaan Indonesia
    2. Mendeskripsikan kondisi kebudayaan Indonesia dan
    3. Mendeskripsikan penyebab kebudayaan Indonesia banyak diklaim oleh pihak lain

    D. Manfaat Makalah

    1. Untuk mengetahui perkembangan kebudayaan Indonesia
    2. Untuk mengetahui kondisi kebudayaan Indonesia dan
    3. Untuk mengetahui penyebab kebudayaan Indonesia banyak diklaim oleh pihak lain

    E. Defenisi Operasional

    Kebudayaan dapat didefinisikan sebagai suatu keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakannya untuk memahami dan menginterpretasi lingkungan dan pengalamannya, serta menjadi pedoman bagi tingkah lakunya.

    Budaya atau kebudayaan secara entimologi berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) yang kemudian diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan atau dapat pula diartikan sebagai mengolah tanah atau bertani. Kataculture juga kadang diterjemahkan sebagai “kultur” dalam bahasa Indonesia.

    Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan banyaknya pulau tersebut Indonesia memiliki beragam budaya yang sangat banyak sekali. Perkembangan budaya Indonesia telah dimulai sejak nenek moyang kita terdahulu. Namun, beberapa tahun kebelakangan ini kebudayaan di Indonesia berada dalam masa yang mengecewakan dimana banyak budaya kita yang lepas dari genggaman kita.

    Budaya Indonesia adalah seluruh kebudayaan nasional, kebudayaan lokal, maupun kebudayaan asal asing yang telah ada di Indonesia sebelum Indonesia merdeka pada tahun 1945. Kebudayaan nasional adalah kebudayaan yang diakui sebagai identitas nasional.

    F. Ruang Lingkup

    Dalam karya tulis ini akan dijelaskan beberapa masalah mengenai bagaimana perkembangan budaya Indonesia dan pengaruhnya terhadap kehidupan manusia Indonesia kemudian faktor-faktor yang mempengaruhi kebudayaan bangsa Indonesia ini banyak diklaim oleh pihak lain.

    Bab II. Kajian Teori

    A. Perkembangan Kebudayaan Indonesia

    Berbicara tentang kebudayaan Indonesia yang ada dibayangan kita adalah sebuah budaya yang sangat beraneka ragam. Bagaimana tidak, Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, hal inilah yang menyebabkan Indonesia memiliki kebudayaan yang beraneka ragam.

    Kebudayaan dapat didefinisikan sebagai suatu keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakannya untuk memahami dan menginterpretasi lingkungan dan pengalamannya, serta menjadi pedoman bagi tingkah lakunya. Suatu kebudayaan merupakan milik bersama anggota suatu masyarakat atau suatu golongan sosial, yang penyebarannya kepada anggota-anggotanya dan pewarisannya kepada generasi berikutnya dilakukan melalui proses belajar dan dengan menggunakan simbol-simbol yang terwujud dalam bentuk yang terucapkan maupun yang tidak (termasuk juga berbagai peralatan yang dibuat oleh manusia). Dengan demikian, setiap anggota masyarakat mempunyai suatu pengetahuan mengenai kebudayaannya tersebut yang dapat tidak sama dengan anggota-anggota lainnya, disebabkan oleh pengalaman dan proses belajar yang berbeda dan karena lingkungan-lingkungan yang mereka hadapi tidak selamanya sama.

    Proses perkembangan budaya dapat terjadi melalui penetrasi. penetrasi kebudayaan adalah masuknya pengaruh suatu kebudayaan ke kebudayaan lainnya. Penetrasi kebudayaan dapat terjadi dengan dua cara:

    a. Penetrasi damai (penetration pasifique)

    Penetrasi damai merupakan proses masuknya sebuah kebudayaan dengan jalan damai. Misalnya, masuknya pengaruh kebudayaan Hindu dan Islam ke Indonesia.

    Contoh lainnyaseperti kebudayaan Tionghoa, kebudayaan India dan kebudayaan Arab. Kebudayaan India masuk melalui proses yang damai yaitu melalui penyebaran agama Hindu dan Buddha di Nusantara yang jauh sebelum Indonesia terbentuk.

    b. Penetrasi kekerasan (penetration violante)

    Masuknya sebuah kebudayaan dengan cara memaksa dan merusak. Contohnya, masuknya kebudayaan Barat ke Indonesia pada zaman penjajahan disertai dengan kekerasan sehingga menimbulkan goncangan-goncangan yang merusak keseimbangan dalam masyarakat. Wujud budaya dunia barat antara lain adalah budaya dari Belanda yang menjajah selama 350 tahun lamanya. Budaya warisan Belanda masih melekat di Indonesia antara lain pada sistem pemerintahan

    Secara garis besar kebudayaan Indonesia dapat kita klasifikasikan dalam dua kelompok besar. Yaitu Kebudayaan Indonesia Klasik dan Kebudayaan Indonesia Modern. Para ahli kebudayaan telah mengkaji dengan sangat cermat akan kebudayaan klasik ini. Mereka memulai dengan pengkajian kebudayaan yang telah ditelurkan oleh kerajaan-kerajaan di Indonesia. Sebagai layaknya seorang pengkaji yang obyektif, mereka mengkaji dengan tanpa melihat dimensi-dimensi yang ada dalam kerajaan tersebut. Mereka mempelajari semua dimensi tanpa ada yang dikesampingkan. Adapun dimensi yang sering ada adalah seperti agama, tarian, nyanyian, wayang kulit, lukisan, patung, seni ukir, dan hasil cipta lainnya.

    Seorang pengamat memberikan argumennya tentang kebudayaan indonesia modern. Dia mengatakan bahwa kebudayaan Indonesia modern dimulai ketika bangsa Indonesia merdeka. Bentuk dari deklarasi ini menjadikan bangsa Indonesia tidak dalam kekangan dan tekanan. Dari sini bangsa Indonesia mampu menciptakan rasa dan karsa yang lebih sempurna.

    B. Kondisi Kebudayaan Bangsa Indonesia

    Seperti yang telah kita ketahui, perkembangan budaya indonesia selalu dalam kondisi yang naik dan turun. Pada awalnya, Indonesia sangat banyak mempunyai peninggalan budaya dari nenek moyang kita terdahulu, hal seperti itulah yang harus dibanggakan oleh penduduk indonesia sendiri, tetapi belakangan ini budaya Indonesia mengalami masa penurunan terhadapa sosialisasi budaya bangsa sehingga penduduk kini telah banyak yang melupakan apa itu budaya Indonesia. Semakin majunya arus globalisasi rasa cinta terhadap budaya semakin berkurang, dan ini sangat berdampak tidak baik bagi masyarakat asli Indonesia. Terlalu banyaknya kehidupan asing yang masuk ke Indonesia, masyarakat kini telah berkembang menjadi masyarakat modern.

    Budaya Indonesia , seperti yang kita ketahui Indonesia memiliki budaya yang sangat banyak dan beragam. Dari keberagaman budaya di negara kita ini tetapi kurangnya masyarakat untuk melindungi dan melestarikannya. Seperti contohnya kebudayaan kita di claim oleh Negara tetangga, yang paling menjadi pusat perhatian belum lama ini “Batik” yang di claim oleh malaysia, setiap kejadian pasti ada hikmahnya yaa, terlihat dari hebohnya mengenai fenomena ini memberikan kesadaran diri bagi masyarakat untuk lebih melestarikan budaya kita bahkan pemerintah sempat membuat kabijakan “kamis batik” bagi seluruh masyarakat indonesia agar mau memakai batik guna menjaga kelestarian budaya batik di indonesia.

    Selain peran masyarakat dan pemerintah sangat dibutuhkan untuk melestarikan budaya Indonesia, menurut saya “Pendidikan” tidak kalah penting , karena dunia pendidikan sebagai fasilitator guna memperkenalkan budaya-budaya indonesia kepada anak-anak (generasi) muda indonesia, dan jadikan pelajaran budaya itu sebuah kewajiban tidak hanya sebagai pelajaran tambahan hal ini tidak menutup kemungkinan semua masyarakat akan megenal budaya yang kita miliki.

    Selanjutnya bagaimana kita menyadarkan diri kita sendiri dan orang lain tentang bagaimana pentingnya melestarikan budaya Indonesia. Ada suatu pepatah bijak mengatakan :

    “ Suatu Negara tidak akan menjadi Negara yang besar jika tidak mengetahui jati diri dari budaya Negara tersebut “.

    C. Penyebab Banyaknya Kebudayaan Indonesia yang Diklaim oleh Pihak Lain

    Beberapa penyebabnya diantaranya: 

    1. Faktor perkembangan masyarakat Indonesia yang notabene pembentuk ras melayu (jawa, minang, bugis, mandailing) yang awalnya berasal dari Indonesia lalu berimigrasi ke malaysia yang sebelumnya membawa kebudayaan asli indonesia lalu mengenalkannya ke khalayak di seluruh kawasan negara malaysia.
    2. Kebudayaan tradisional yang notabene telah berabad – abad ada dan tidak adanya saksi hidup pencipta kebudayaan tersebut (ex : lagu daerah memang tanpa pencipta).
    3. Malaysia merupakan negeri yang sedang mencari jati diri budayanya.
    4. Alasan serumpun dan seiman (muslim).
    5. Indonesia baru bertindak setelah diklaim sehingga membuat Malaysia keenakan mengklaim budaya Indonesia.
    6. Budayawan kita yang kurang mengerti akan kebudayaan sendiri , namun budayawan malaysia mengerti dan paham akan seluk beluk kebudayaan negara indonesia (khususnya melayu).
    7. Kesadaran generasi muda yang kurang akan pentingnya budaya.
    8. Sebagian besar masyarakat Indonesia belum menjadikan rasa ingin menjaga dan ingin melestarikan kebudayaanya sebagai suatu kebutuhan.

    Bab III. Penutup

    A. Kesimpulan

    Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan banyaknya pulau tersebut Indonesia memiliki beragam budaya yang sangat banyak sekali. Perkembangan budaya Indonesia telah dimulai sejak nenek moyang kita terdahulu. Namun, beberapa tahun kebelakangan ini kebudayaan di Indonesia berada dalam masa yang mengecewakan dimana banyak budaya kita yang lepas dari genggaman kita.

    B. Saran

    Kebudayaan bangsa Indonesia merupakan kebudayaan yang terbentuk dari berbagai macam kebudayaan suku dan agama sehingga banyak tantangan yang selalu merongrong keutuhan budaya itu tapi dengan semangat kebhinekaan sampai sekarang masih eksis dalam terpaan zaman. Kewajiban kita sebagai anak bangsa untuk tetap mempertahankannya budaya itu menuju bangsa yang abadi, luhur, makmur dan bermartabat.

    8

    DAFTAR PUSTAKA

    http://pengklaimanbudaya.blogspot.com/2013/03/pengklaiman-budaya-indonesia-oleh.html. diakses pada tanggal 15 April 2015

    http://piyapoenya.blogspot.com/2010/01/perkembangan-budaya-indonesia.html. diakses pada tanggal 15 April 2015

    http://regional.kompasiana.com/2014/04/19/keadaan-budaya-di-indonesia-650233.html. diakses pada tanggal 15 April 2015

  • Makalah Teori – Teori Sastra

    Untuk memahami dan menikmati karya sastra diperlukan pemahaman tentang teori sastra. Teori sastra menjelaskan kepada kita tentang konsep sastra sebagai salah satu disiplin ilmu humaniora yang akan mengantarkan kita ke arah pemahaman dan penikmatan fenomena yang terkandung di dalamnya. Dengan mempelajari teori sastra, kita akan memahami fenomena kehidupan manusia yang tertuang di dalam teori sastra.

    Teori Sastra

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Apakah Sastra itu? Pertanyaan ini tidak mudah dijawab. Setiap jawaban yang diberikan tidak akan menimbulkan kepuasan penanya. Namun demikian, jika seseorang ditanya tentang apakah ia pernah membaca karya sastra. Jawabannya, “ya, pernah atau belum”. Atau, jika seseorang ditanya apakah ia menyukai sastra, dengan segera pula timbul jawabannya, “ya” atau “tidak”, sesuai dengan pengalaman keseharian hidupnya bergaul dengan sastra. Ini berarti, secara konseptual yang ditanya tidak dapat menjelaskan tentang “apa itu sastra”, tetapi dalam keseharian ia mengenal “sastra sebagai suatu objek yang dihadapinya.

    Dalam kehidupan keseharian pula, pada umumnya orang menyukai sastra. Kata-kata mutiara, ungkapan-ungkapan yang bersifat persuasif yang merupakan salah satu ciri khas keindahan bahasa sastra sering kali digunakan orang dalam situasi berkomunikasi. Kenyataan ini menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan orang ke arah bersastra.

    Untuk memahami dan menikmati karya sastra diperlukan pemahaman tentang teori sastra. Teori sastra menjelaskan kepada kita tentang konsep sastra sebagai salah satu disiplin ilmu humaniora yang akan mengantarkan kita ke arah pemahaman dan penikmatan fenomena yang terkandung di dalamnya. Dengan mempelajari teori sastra, kita akan memahami fenomena kehidupan manusia yang tertuang di dalam teori sastra.

    Sebaliknya juga, dengan memahami fenomena kehidupan manusia dalam teori sastra kita akan memahami pula teori sastra. Melalui makalah ini, secara umum diharapkan Anda dapat memahami teori-teori sastra itu seperti apa sebagai bekal Anda dalam mempelajari apresiasi dan kajian sastra.

    B. Rumusan Masalah

    Dari pembahasan yang dimunculkan, setidaknya terdapat dua masalah pokok dalam makalah ini, diantaranya adalah:

    1. Apa itu teori sastra?
    2. Bagaimana hakikat sastra dan ruang lingkupnya?
    3. Apa saja macam-macam teori sastra?
    4. Bagaimana hubungan teori sastra dengan kritik sastra dan sejarah sastra?

    C. Tujuan

    1. Untuk mengetahui pengertian teori sastra
    2. Untuk mengetahui hakikat sastra dan ruang lingkupnya
    3. Untuk mengetetahui macam-macam teori sastra
    4. Untuk mengetahui hubungan teori sastra dengan kritik sastra dan sejarah sastra

    Bab II. Pembahasan

    A. Pengertian Teori Sastra

    Teori sastra ialah cabang ilmu sastra yang mempelajari tentang prinsip-prinsip, hukum, kategori, kriteria karya sastra yang membedakannya dengan yang bukan sastra. Secara umum yang dimaksud dengan teori adalah suatu sistem ilmiah atau pengetahuan sistematik yang menerapkan pola pengaturan hubungan antara gejala-gejala yang diamati. Teori berisi konsep/ uraian tentang hukum-hukum umum suatu objek ilmu pengetahuan dari suatu titik pandang tertentu. Suatu teori dapat dideduksi secara logis dan dicek kebenarannya (diverifikasi) atau dibantah kesahihannya pada objek atau gejala-gejala yang diamati tersebut.

    B. Hakikat sastra dan ruang lingkup ilmu sastra

    Pengertian tentang sastra sangat beragam. Berbagai kalangan mendefinisikan pengertian tersebut menurut versi pemahaman mereka masing-masing. Menurut A. Teeuw, sastra dideskripsikan sebagai segala sesuatu yang tertulis; pemakaian bahasa dalam bentuk tulis.

    Sementara itu, Jacob Sumardjo dan Saini K.M. mendefnisikan sastra dengan 5 buah pengertian, dan dari ke-5 pengertian tersebut dibatasi menjadi sebuah definisi. Sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, semangat, dan keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkret yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa. Secara lebih rinci lagi, Faruk mengemukakan bahwa pada mulanya pengertian sastra amat luas, yakni mencakup segala macam hasil aktivitas bahasa atau tulis-menulis. Seiring dengan meluasnya kebiasaan membaca dan menulis, pengertian tersebut menyempit dan didefinisikan sebagai segala hasil aktivitas bahasa yang bersifat imajinatif, baik dalam kehidupan yang tergambar di dalamnya, maupun dalam hal bahasa yang digunakan untuk menggambarkan kehidupan itu.

    Untuk mempelajari sastra lebih dalam lagi, setidaknya terdapat 5 karakteristik sastra yang mesti dipahami. Pertama, pemahaman bahwa sastra memiliki tafsiran mimesis. Artinya, sastra yang diciptakan harus mencerminkan kenyataan. Kalau pun belum, karya sastra yang diciptakan dituntut untuk mendekati kenyataan. Kedua, manfaat sastra. Mempelajari sastra mau tidak mau harus mengetahui apa manfaat sastra bagi para penikmatnya. Dengan mengetahui manfaat yang ada, paling tidak kita mampu memberikan kesan bahwa sastra yang diciptakan berguna untuk kemaslahatan manusia. Ketiga, dalam sastra harus disepakati adanya unsur fiksionalitas. Unsur fiksionalitas sendiri merupakan cerminan kenyataan, merupakan unsur realitas yang tidak ‘terkesan’ dibuat-buat. Keempat, pemahaman bahwa karya sastra merupakan sebuah karya seni. Dengan adanya karakteristik sebagai karya seni ini, pada akhirnya kita dapat membedakan mana karya yang termasuk sastra dan bukan sastra. Kelima, setelah empat karakteristik ini kita pahami, pada akhirnya harus bermuara pada kenyataan bahwa sastra merupakan bagian dari masyarakat. Hal ini mengindikasikan bahwa sastra yang ditulis pada kurun waktu tertentu memiliki tanda-tanda, yang kurang lebih sama, dengan norma, adat, atau kebiasaan yang muncul berbarengan dengan hadirnya sebuah karya sastra.

    Ilmu sastra sudah merupakan ilmu yang cukup tua usianya. Ilmu ini sudah berawal pada abad ke-3 SM, yaitu pada saat Aristoteles (384-322 SM) menulis bukunya yang berjudul Poetica yang memuat tentang teori drama tragedi. Istilah poetica sebagai teori ilmu sastra, lambat laun digunakan dengan beberapa istilah lain oleh para teoretikus sastra seperti The Study of Literatur, oleh W.H. Hudson, Theory of Literature Rene Wellek dan Austin Warren, Literary Scholarship Andre Lafavere, serta Literary Knowledge (ilmu sastra) oleh A. Teeuw.

    Ilmu sastra meliputi ilmu teori sastra, kritik sastra, dan sejarah sastra. Ketiga disiplin ilmu tersebut saling terkait dalam pengkajian karya sastra. Dalam perkembangan ilmu sastra, pernah timbul teori yang memisahkan antara ketiga disiplin ilmu tersebut. Khususnya bagi sejarah sastra dikatakan bahwa pengkajian sejarah sastra bersifat objektif sedangkan kritik sastra bersifat subjektif. Di samping itu, pengkajian sejarah sastra menggunakan pendekatan kesewaktuan, sejarah sastra hanya dapat didekati dengan penilaian atau kriteria yang ada pada zaman itu.

    Bahkan dikatakan tidak terdapat kesinambungan karya sastra suatu periode dengan periode berikutnya karena dia mewakili masa tertentu. Walaupun teori ini mendapat kritikan yang cukup kuat dari teoretikus sejarah sastra, namun pendekatan ini sempat berkembang dari Jerman ke Inggris dan Amerika. Namun demikian, dalam praktiknya, pada waktu seseorang melakukan pengkajian karya sastra, antara ketiga disiplin ilmu tersebut saling terkait.

    C. Macam-Macam Teori Sastra

    1. Teori Struktural

    Teori struktural merupakan sebuah teori sastra yang digunakan untuk menganalisis karya sastra berdasarkan strukturnya. Teori ini menggunakan pendekatan objektif yang mamandang karya sastra bersifat otonom dan terlepas dari pembaca maupun pengarangnya.

    Secara eksplisit tesis Watson mengemukakan bahwa dasar teorinya adalah strukturalisme genetik Goldman yang tak lain adalah pengembangan teori George Lukacs. Dalam tesisnya yang membahas tentang novel Indonesia dari rentang tahun 1920 sampai 1950, yang dilihat dari latar sosiokultural dan segi pandangan dunianya. Saama seperti Goldmann, Watson juga menaruh perhatian yang kuat pada teks sastra sebagai suatu struktur yang koheren.

    Akan tetapi dalam pengembangan tesisnya, ia ternyata tidak sepenuhnya setia pada kerangka teori yang ia gunakan. Ini disebabkan karena factor genesis yang tak tak dapat dijelaskan secara sosiokultural sebagaimana yang dijelaskan goldmann sehingga tersisiplah teori hegemoni Gramscian dalam analisisnya mengenai novel terbitan balai pustaka dan non balaipustaka. Keduanya terbatas pada sebuah eksplanasi berupa perubahan system nilai masyarakat dan diperhitungkannya sejumlah mediasi yang oleh Goldmann tak pernah terpikirkan, misalnya tentang mediasi tradisi sastra tradisional.

    Genesis novel Indonesia Novel Indonesia menurut Watson adalah novel yang terbit mulai tahun 1920 yang diterbitkan oleh balai pustaka. Novel Indonesia dibangun dari rentang tradisi yang sangat panjang sejak terjadinya perkembangan komunikasi di jawa dan sumatera, terutama sejak munculnya pers pribumi dalam bahasa melayu rendah dan jawa. Melayu rendah disini adalah sastra hasil pembaca cina peranakan karena ceritanya dianggap berbahan dari sastra tradisional cina.

    Pada tahun-tahun terakhir banyak novek realisme sosialis yang ditulis oleh penulis orang belanda atau indo-eropa yang tak lain adalah tiruan dari novel hindia belanda berbahasa belanda. Sirkulasi novel tersebut terbilang luas sehingga cukup membuat pemerintah colonial resah karena takut jika pada akhirnya, “melek huruf” ini akan mengganggu stabilitas keamanan politis kekuasaannya.

    Dalam teori struktural, bagian yang dianalisis meliputi tema, tokoh, alur, latar serta sudut pandang. Tema merupakan gagasan utama pada sebuah cerita, tokoh merupakan pelaku cerita. Istilah tokoh menunjuk kepada pelaku cerita, karakter menunjuk pada perwatakan tokoh, sedangkan penokohan merupakan perwujudan dan pengembangan tokoh dalam sebuah cerita.

    Yang dimaksud dengan latar yakni tempat terjadinya peristiwa dalam sebuah karya sastra, kemudian sudut pandang yakni titik pengisahan dalam karya sastra.

    Studi (kajian) sastra struktural tidak memperlakukan sebuah karya sastra tertentu sebagai objek kajiannya. Yang menjadi objek kajiannya adalah sistem sastra, yaitu seperangkat konvensi yang abstrak dan umum yang mengatur hubungan berbagai unsur dalam teks sastra sehingga unsur-unsur tersebut berkaitan satu sama lain dalam keseluruhan yang utuh.

    Meskipun konvensi yang membentuk sistem sastra itu bersifat sosial dan ada dalam kesadaran masyarakat tertentu, namun studi sastra structural beranggapan bahwa konvensi tersebut dapat dilacak dan dideskripsikan dari analisis struktur teks sastra itu sendiri secara otonom, terpisah dari pengarang ataupun realitas sosial. Analisis yang seksama dan menyeluruh terhadap relasi-relasi berbagai unsure yang membangun teks sastra dianggap akan menghasilkan suatu pengetahuan tentang sistem sastra.

    2. Teori Psikologi Sastra

    Menurut Harjana ( 1991: 60) pendekatan psikologi sastra dapat diartikan sebagai suatu cara analisis berdasarkan sudut pandang psikologi dan bertolak dari asumsi bahwa karya sastra selalu saja membahas tentang peristiwa kehidupan manusia yang merupakan pancaran dalam menghayati dan mensikapi kehidupan. Disini fungsi psikologi itu sendiri adalah melakukan penjelajahan kedalam batin jiwa yang dilakukan terhadap tokoh-tokoh yang terdapat dalam karya sastra dan untuk mengetahui lebih jauh tentang seluk-beluk tindakan manusia dan reponnya terhadap tindakan lainnya.

    Psikologi adalah kajian menguraikan kejiwaan dan meneliti alam bawah sadar pengarang. Sedangkan Hubungan antara sastra dan psikologi karena munculnya istilah psikologi sastra yang membahas tentang hukum-hukum psikologi yang diterapkan pada karya sastra, misalnya karakter tokoh-tokoh dalam suatu karya sastra diciptakan pengarang berdasarkan kondisi psikologis yang dibangun oleh pengarangnya.

    Psikologi sastra adalah teori sastra yang digunakan untuk menganalisis unsur kejiwaan yang ada di dalam karya sastra. Sigmund Freud membagi kepribadian manusia menjadi 3 aspek yakni id , ego, dan superego. Id merupakan kepribadian manusia yang berhubungan dengan aspek kesenangan, ego merupakan kepribadian manusia yang berusaha menekan id dengan berpegang kepada kenyataan, dan superego yakni kepribadian manusia yang lebih menekankan kesempurnaan dibanding dengan kepuasan serta berasal dari nurani yang berhubungan erat dengan moral.

    Teori sastra psikoanalisis menganggap bahwa karya sastra sebagai symptom (gejala) dari pengarangnya. Dalam pasien histeria gejalanya muncul dalam bentuk gangguangangguan fisik, sedangkan dalam diri sastrawan gejalanya muncul dalam bentuk karya kreatif. Oleh karena itu, dengan anggapan semacam ini, tokoh-tokoh dalam sebuah novel, misalnya akan diperlakukan seperti manusia yang hidup di dalam lamunan si pengarang. Konflik-konflik kejiwaan yang dialami tokoh-tokoh itu dapat dipandang sebagai pencerminan atau representasi dari konflik kejiwaan pengarangnya sendiri.

    Akan tetapi harus diingat, bahwa pencerminan ini berlangsung secara tanpa disadari oleh si pengarang novel itu sendiri dan sering kali dalam bentuk yang sudah terdistorsi, seperti halnya yang terjadi dengan mimpi. Dengan kata lain, ketaksadaran pengarang bekerja melalui aktivitas penciptaan novelnya. Jadi, karya sastra sebenarnya merupakan pemenuhan secara tersembunyi atas hasrat pengarangnya yang terkekang (terepresi) dalam ketaksadaran.

    Sepanjang masa hidupnya, Freud adalah seorang yang produktif. Meskipun ia dianggap sosok yang kontroversial dan banyak tokoh yang berseberangan dengan dirinya, Freud tetap diakui sebagai salah seorang intelektual besar. Pengaruhnya bertahan hingga saat ini, dan tidak hanya pada bidang psikologi, bahkan meluas ke bidang-bidang lain. Karyanya, Studies in Histeria (1875) menandai berdirinya aliran psikoanalisa, berisi ide-ide dan diskusi tentang teknik terapi yang dilakukan oleh Freud.

    Freud membagi mind ke dalam consciousness, preconsciousness dan unconsciousness. Dari ketiga aspek kesadaran, unconsciousness adalah yang paling dominan dan paling penting dalam menentukan perilaku manusia (analoginya dengan gunung es). Di dalam unsconscious tersimpan ingatan masa kecil, energi psikis yang besar dan instink. Preconsciousness berperan sebagai jembatan antara conscious dan unconscious, berisi ingatan atau ide yang dapat diakses kapan saja. Consciousness hanyalah bagian kecil dari mind, namun satu-satunya bagian yang memiliki kontak langsung dengan realitas.

    3.       Teori Kepribadian Abdul Aziz Ahyadi

    Kepribadian adalah suatu organisasi sistem jiwa raga yang dinamis dalam diri perorangan yang menentukan penyesuaian terhadap diri terhadap lingkungan. Teori Kepribadian Abdul Aziz Ahyadi merupakan teori yang menganalisis sisi kepribadian yang ada dalam karya sastra. Baik kepribadian masyarakat yang diceritakan, maupun kepribadian tokoh-tokohnya.

    4.       Sosiologi Sastra

    Karena karya sastra dianggap sebagai cerminan dari kehidupan sosial masyarakatnya, maka karya sasta bersifat unik. Karena imajinasi pengarang karya sastra dipadukan dengan kehidupan sosiak yang kompleks. Sosiologi sastra merupakan teori sastra yang menganalisis sebuah karya sastra didasarkan pada segi-segi kemasyarakatan. Karya sastra juga dianggap sebagai ekspresi pengarang. Disebabkan oleh tindakan manusia yang tidak dapat lepas dari interaksi sosial dan komunikasi serta kepribadian manusia dipengaruhi oleh sistem budaya, maka struktur sosial pengarang dapat mempengaruhi bentuk karya sastra itu sendiri.

    5.       Kritik Sastra Feminis

    Dalam arti leksikal, feminisme merupakan gerakan wanita yang menuntut persamaan hak sepenuhnya antara perempuan dan laki-laki namun bukan merupakan gerakan pemberontakan terhadap kaum laki-laki melainkan hanya menuntut gerakan peningkatan terhadap harkat dan martabat wanita. 

    Jadi dalam kritik sastra feminis, para kritikus sastra menginginkan suatu hak yang sama dalam mengungkapkan makna baru dalam karya sastra, serta menentukan ciri relevan yang ada dalam karya sastra sebab kritikus tersebut menggunakan cara dan pandangan baru dalam pengkajiannya.Kritikus sastra dapat mengkaji karya sastra melalui tiga tahap, yakni tahap pertama peneliti mengidentifikasi tokoh perempuan dalam karya sastra dan keududukannya dalam masyarakat, kemudian peneliti mencari tahu tujuan hidup tokoh perempuan yang igambarkan penulis, dan yang terakhir mengamati sikap penulis dalam menulis karya sastra.

    Teori sastra feminisme melihat karya sastra sebagai cerminan realitas sosial patriarki. Oleh karena itu, tujuan penerapan teori ini adalah untuk membongkar anggapan patriarkis yang tersembunyi melalui gambaran atau citra perempuan dalam karya sastra. Dengan demikian, pembaca atau peneliti akan membaca teks sastra dengan kesadaran bahwa dirinya adalah perempuan yang tertindas oleh sistem sosial patriarki sehingga dia akan jeli melihat bagaimana teks sastra yang dibacanya itu menyembunyikan dan memihak pandangan patriarkis.

    Di samping itu, studi sastra dengan pendekatan feminis tidak terbatas hanya pada upaya membongkar anggapan-anggapan patriarki yang terkandung dalam cara penggambaran perempuan melalui teks sastra, tetapi berkembang untuk mengkaji sastra perempuan secara khusus, yakni karya sastra yang dibuat oleh kaum perempuan, yang disebut pula dengan istilah ginokritik. Di sini yang diupayakan adalah penelitian tentang kekhasan karya sastra yang dibuat kaum perempuan, baik gaya, tema, jenis, maupun struktur karya sastra kaum perempuan. Para sastrawan perempuan juga diteliti secara khusus, misalnya proses kreatifnya, biografinya, dan perkembangan profesi sastrawan perempuan.

    Penelitian-penelitian semacam ini kemudian diarahkan untuk membangun suatu pengetahuan tentang sejarah sastra dan sistem sastra kaum perempuan.

    6.       Resepsi Sastra

    Resepsi sastra adalah kualitas keindahan yang timbul sebagai akibat hubungan antara karya sastra dengan pembaca. Jika peneliti menggunakan resepsi sastra dalam penelitiannya, maka harus ditentukan terlebih dahulu maksud pengarang yang sebenarnya, barulah mencari tahu reaksi dari pembaca setelah membaca karya sastra.

    Teori resepsi pembaca berusaha mengkaji hubungan karya sastra dengan resepsi (penerimaan) pembaca. Dalam pandangan teori ini, makna sebuah karya sastra tidak dapat dipahami melalui teks sastra itu sendiri, melainkan hanya dapat dipahami dalam konteks pemberian makna yang dilakukan oleh pembaca. Dengan kata lain, makna karya sastra hanya dapat dipahami dengan melihat dampaknya terhadap pembaca.

    Karya sastra sebagai dampak yang terjadi pada pembaca inilah yang terkandung dalam pengertian konkretisasi, yaitu pemaknaan yang diberikan oleh pembaca terhadap teks sastra dengan cara melengkapi teks itu dengan pikirannya sendiri. Tentu saja pembaca tidak dapat melakukan konkretisasi sebebas yang dia kira karena sebenarnya konkretisasi yang dia lakukan tetap berada dalam batas horizon harapannya, yaitu seperangkat anggapan bersama tentang sastra yang dimiliki oleh generasi pembaca tertentu.

    Horizon harapan pembaca itu ditentukan oleh tiga hal, yaitu

    1. kaidah-kaidah yang terkandung dalam teks-teks sastra itu sendiri,

    2. pengetahuan dan pengalaman pembaca dengan berbagai teks sastra, dan

    3. kemampuan pembaca menghubungkan karya sastra dengan kehidupan nyata.

    Butir ketiga ini ditentukan pula oleh sifat indeterminasi teks sastra, yaitu kesenjangan yang dimiliki teks sastra terhadap kehidupan real. Teori resepsi sastra beranggapan bahwa pemahaman kita tentang sastra akan lebih kaya jika kita meletakkan karya itu dalam konteks keragaman horizon harapan yang dibentuk dan dibentuk kembali dari zaman ke zaman oleh berbagai generasi pembaca.

    Dengan begitu, dalam pemahaman kita terhadap suatu karya sastra terkandung dialog antara horizon harapan masa kini dan masa lalu. Jadi, ketika kita membaca suatu teks sastra, kita tidak hanya belajar tentang apa yang dikatakan teks itu, tetapi yang lebih penting kita juga belajar tentang apa yang kita pikirkan tentang diri kita sendiri, harapanharapan kita, dan bagaimana pikiran kita berbeda dengan pikiran generasi lain sebelum kita. Semua ini terkandung dalam horizon harapan kita.

    7.       Teori Marxis

    Teori Marxis memberikan penekanan terhadap kehidupan manusia yang mana didalam kehidupan manusia itu sendiri ditentukan oleh sistem sosial dan ekonomi. Marxis memandang bahwa sejarah, budaya dan ekonomi saling berkaitan dalam memahami kelompok masyarakat. Sebab Marxisme sendiri merupakan faham yang percaya bahwa penentu dari suatu kehidupan adalah sosio ekonomi.

    8.       Sastra Poskolonial

    Merupakan kesusastraan yang membawa pandangan subversif terhadap penjajah dan penjajahan (Aziz, 2003: 200).

    9.        Stilistika Studi Sastra

    Merupakan ilmu yang menganalisis cara penggunaan dan gaya bahasa dalam suatu karya sastra.

    10.   Kajian Semiotik

    Semiotik adalah ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda (Hoed, 1992: 2). Dalam pandangan semiotik yang berasal dari teori Saussure, bahwa bahasa merupakan sebuah sistem tanda dan sebagai suatu tanda bahasa mewakili sesuatu yang lain yang disebut dengan makna. Jika dalam suatu teks kesastraan bahasa menjadi sebuah sistem tanda, maka bukan hanya mengarah pada tataran makna pertama melainkan pada tataran makna tingkat kedua.

    D.        Hubungan Teori Sastra dengan Kritik Sastra dan Sejarah Sastra

    Pada hakikatnya, teori sastra membahas secara rinci aspek-aspek yang terdapat di dalam karya sastra, baik konvensi bahasa yang meliputi makna, gaya, struktur, pilihan kata, maupun konvensi sastra yang meliputi tema, tokoh, penokohan, alur, latar, dan lainnya yang membangun keutuhan sebuah karya sastra. Di sisi lain, kritik sastra merupakan ilmu sastra yang mengkaji, menelaah, mengulas, memberi pertimbangan, serta memberikan penilaian tentang keunggulan dan kelemahan atau kekurangan karya sastra.

    Sasaran kerja kritikus sastra adalah penulis karya sastra dan sekaligus pembaca karya sastra. Untuk memberikan pertimbangan atas karya sastra kritikus sastra bekerja sesuai dengan konvensi bahasa dan konvensi sastra yang melingkupi karya sastra.

    Demikian juga terjadi hubungan antara teori sastra dengan sejarah sastra. Sejarah sastra adalah bagian dari ilmu sastra yang mempelajari perkembangan sastra dari waktu ke waktu, periode ke periode sebagai bagian dari pemahaman terhadap budaya bangsa.

    Perkembangan sejarah sastra suatu bangsa, suatu daerah, suatu kebudayaan, diperoleh dari penelitian karya sastra yang dihasilkan para peneliti sastra yang menunjukkan terjadinya perbedaan-perbedaan atau persamaan-persamaan karya sastra pada periode-periode tertentu.

    Secara keseluruhan dalam pengkajian karya sastra, antara teori sastra, sejarah sastra dan kritik sastra terjalin keterkaitan.

    BAB III

    PENUTUP

    Kesimpulan

    Dalam kehidupan sehari-hari pada umumnya orang menyukai sastra. Kata-kata mutiara, ungkapan-ungkapan yang bersifat persuasif yang merupakan salah satu ciri khas keindahan bahasa sastra sering kali digunakan orang dalam situasi berkomunikasi. Kenyataan ini menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan orang ke arah bersastra.

    Untuk memahami dan menikmati karya sastra diperlukan pemahaman tentang teori sastra. Teori sastra menjelaskan kepada kita tentang konsep sastra sebagai salah satu disiplin ilmu humaniora yang akan mengantarkan kita ke arah pemahaman dan penikmatan fenomena yang terkandung di dalamnya. Dengan mempelajari teori sastra, kita akan memahami fenomena kehidupan manusia yang tertuang di dalam teori sastra.

    DAFTAR PUSTAKA

    Atmazaki. (1990). Ilmu Sastra: Teori dan Terapan. Bandung: Angkasa Raya.

    Luxemburg, et.al. (1982). Pengantar Ilmu Sastra. Terjemahan Dick Hartoko. Jakarta: Gramedia.

    Wellek & Warren A.(1993). Teori Kesusasteraan (Diindonesiakan Melami Budianta) Jakarta: Gramedia.

  • Laporan Praktikum Senyawa Asam Karbosilat dan Ester

    Laporan Praktikum Senyawa Asam Karbosilat dan Ester

    Berikut ini adalah contoh laporan praktikum kimia dengan judul Senyawa Asam Karbosilat dan Ester. Praktikum untu bertujuan untuk mengetahui cara pembuatan senyawa ester.

    Senyawa Asam Karbosilat dan Ester

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Ester merupakan senyawa yang penting dalam industri dan secara biologis. Ester yang merupakan turunan asam karboksilat yang mana gugus – OH pada asam karboksilat (RCOOH) diganti menjadi gugus –R ( alkil ) sehingga menjadi ester dengan rumus RCOOR. Ester terdapat  pada hampir semua makhluk hidup terutama tumbuh-tumbuhan. Ester mempunyai sifat kimia yang sangat khas yaitu berbau cukup menyengat terutama berbau harum, sehingga ester banyak diproduksi oleh makhluk hidup untuk menarik lawan jenis maupun untuk membantu metabolisme dan aktivitasnya terutama pada tumbuh-tumbuhan yang digunakan untuk menarik serangga untuk membantu penyerbukan yang mana bau tersebut berasal dari campuran yang kompleks dari ester volatil. Oleh karena sifatnya itu ester banyak dimanfaatkan oleh manusia, baik yang diekstrak langsung dari tumbuh-tumbuhan dan hewan ataupun disintetis melalui reaksi-reaksi kimia.

    Etil asetat merupakan cairan tidak berwarna yang mempunyai berat molekul 88.12 g/mol dengan rumus molekulnya adalah C4H5O2. Senyawa ini adalah hasil reaksi dari asam karboksliat dan alkohol dengan bantuan katalis berupa asam sulfat pekat. Zat ini merupakan pelarut polar menengah yang volatile (mudah menguap) tidak beracun dan tidak higroskopis. Etil asetat dapat melarutkan air hingga 3% dan larut dalam air hingga kelarutan 8% pada suhu kamar. Kelarutannya semakin meningkat pada suhu yang lebih tinggi. Namun demikian, senyawa ini tidak stabil dalam air yang mengandung basa atau asam. Etil asetat sering disingkat EtOAc, dengan Et mewakili gugus etil san OAc mewakili asetat. Etil asetat diproduksi dalam skala besar sebagai pelarut. Etil asetat dibuat melalui reaksi Esterifikasi Fisher dari asam asetat dan etanol. Reaksi esterifikasi adalah reaksi pembentukan ester dengan cara merefluks sebuah asam karboksilat bersama alkohol dengan katalis asam.Etil asetat disintesis melalui reaksi esterifikasi Fischer dari asam asetat dan etanol, biasanya disertai katalis asam seperti asam sulfat.           

    CH3CH2OH + CH3COOH  CH3COOCH2CH3+ H2O

    Reaksi diatas merupakan reaksi reversibel dan menghasilkan suatu kesetimbangan kimia. Karena itu, rasio hasil dari reaksi diatas menjadi rendah jika air yang terbentuk tidak dipisahkan. Di laboratorium, produk etil asetat yang terbentuk dapat dipisahkan dari air dengan menggunakan aparatus  Dean-Stark. Etil asetat dapat dihidrolisis pada keadaan asam atau basa menghasilkan asam asetat dan etanol kembali. Katalis asam seperti asam sulfat dapat menghambat hidrolisis karena berlangsungnya reaksi kebalikan hidrolisis yaitu esterifikasi Fischer. Untuk memperoleh rasio hasil yang tinggi, biasanya digunakan asam kuat dengan proporsi stoikiometris, misalnya natrium hidroksida.Etil asetat merupakan salah satu jenis pelarut yang memiliki rumus molekul CH3COOC2H5.

    Produk turunan dari asam asetat ini memiliki banyak kegunaan serta pasar yang cukup luas seperti pengaroma buah dan pemberi rasa seperti untuk es krim, kue, kopi, teh atau juga untuk parfum, digunakan pada industri tinta cetak, cat dan tiner, lem, PVC film, polimer cair dalam industri kertas, serta banyak industri penyerap lainnya seperti industri farmasi, dan sebagainya.Pada skala industri, etil asetat diproduksi dari reaksi esterifikasi antara asam asetat (CH3COOH) dan etanol (C2H5OH)  dengan bantuan katalisdalam suasana asam (H2SO4).

    B. Tujuan Praitkum

    1. Mengetahui senyawa ester dan asam karboksilat
    2. Memahami cara pembentukan ester

    Bab II. Landasan Teori

    A. Asam Karbosilat

    Ester diturunkan dari asam karboksilat dengan mengganti gugus OH dengan gugus OR (R adalah gugus alkil atau aril). Ester merupakan senyawa organik yang bersifat netral, tidak bereaksi dengan logam Na dan PCl3. Ester termasuk salah satu turunan asam karboksilat yang diperoleh dengan mereaksikan suatu asam (karboksilat) dengan alkohol atau phenol.  Rumusnya: RCOOR’ dimana R dan R’ adalah gugus organik.

    Ester yang terrdiri dari asam-asam yang berat molekul rendah dan alkohol merupakan senyawa-senyawa cair yang tidak berwarna, sedikit larut dalam air dengan bau semerbak, dan mudah menguap. Ester dari beberapa asam karboksilat dengan rantai panjang terdapat secara alamiah di dalam lemak,lilin, dan minyak.

    Tabel 2.1 Rumus Umum dan Struktur Asaam Karboksilat dan Ester

    Kelompok SenyawaGugus FungsiRumus Umum
    Asam Karboksilat-COOHR-COOH
    Ester-COO-R-COOR’

    B. Sifat-sifat Ester

    I. Sifat-sifat Fisika Ester

    Sifat sifat ester secara fisika yaitu :

    1. Senyawa cair yang tidak berwarna
    2. Sedikit larut dalam air
    3. Bau semerbak
    4. Mudah menguap
    II. Sifat Kimia Ester

    Sifat sifat kimia yang dimiliki oleh ester adalah :

    1. Pada umumnya mempunyai bau yang harum, menyerupai bau buah-buahan
    2. Senyawa ester pada umumnya sedikit larut dalam air
    3. Ester lebih mudah menguap dibandingkan dengan asam atau alkohol pembentuknya
    4. Ester merupakan senyawa karbon yang netral
    5. Ester dapat mengalami reaksi hidrolisis
    6. Ester dapat direduksi dengan H2 menggunakan katalisator Ni dan dihasilkan dua buah senyawa alkohol
    7. Ester khususnya minyak atau lemak bereaksi dengan basa membentuk garam sabun) dan gliserol. Reaksi ini dikenal dengan reaksi safonifikasi/penyabunan.
    8. Hidrolisis Ester dapat terhidolisis dengan pengaruh asam membentuk alkohol dan asam karboksilat. Reaksi hidrolisis merupakan kebalikan dan pengesteran. Hidrolisis lemak atau minyak menghasilkan gliserol dan asam-asam lemak. Contoh hidrolisis gliseril tristearat menghasilkan gliserol dan asam stearat.

    Contoh : 

    R–COOR’  + H2O R –COOH + R’OH

                    Ester Asam Alkanoat + Alkohol

    Penamaan ester hampir menyerupai dengan penamaan basa.walaupun tidak benar-benar mempunyai kation dan anion, namun memiliki kemiripan dalam sifat lebih elektropositif dan keelektronegatifan. Suatu ester dapat dibuat sebagai produk dari suatu reaksi pemadatan pada suatu asam (pada umumnya suatu asam organik) dan suatu alkohol atau campuran zat asam karbol,walaupun ada cara-cara lain untuk membentuk ester. Pemadatan adalah suatu jenis reaksi kimia di mana dua molekul bekerja sama dan menghapuskan suatu molekul yang kecil, dalam hal ini dua gugus OH yang merupakan hasil eliminasi suatu molekul air.

    Pembentukan ester melalui asilasi langsung asam karboksilat terhadap alkohol, seperti pada esterifikasi Fischer lebih disukai ketimbang asilasi dengan anhidrarida asam atau asil klorida. Kelemahan utama asilasi langsung adalah konstanta kesetimbangan kimia yang rendah. Hal ini harus diatasi dengan menambahkan banyak asam karboksilat, dan pemisahan air yang menjadi hasil reaksi.

    Pemisahan air dilakukan melalui distilasi Dean -Stark atau penggunaan saringan molekul. Untuk mendapatkan ester yang tinggi dari reaksi kesetimbangan tersebut, reaksi harus diusahakan bergeser ke kanan dengan cara memberikan asam karboksilat atau alkohol berlebih, atau memisahkan antara ester yang terjadi dari hasil sampan reaksi. Penambahan dan pengurangan volume atau jumlah dan konsentrasi dapat mempengaruhi reaksi adalah sebagai berikut:

    1. Jika konsentrasinya dikurangi maka reaksi akan bergeser ke arah zat tersebut. Berarti jika konsentrasi etanol dikurangi maka produknya akan berkurang dan kestimbangan bergeser ke kiri.
    2. Jika konsentrasinya ditambah maka reaksi bergeser dari arah zat tersebut. Berarti jika konsentrasi asam asetat ditambah, maka produk akan bertambah karna bergeser ke kanan.
    3. Jika suhu dinaikkan maka reaksi akan bergeser ke arah kiri yaitu arah reaksi yang endoterm (+) dan produk akan berkurang. Jika suhu diturunkan (kalor dikurangi), maka reaksi akan bergeser ke arah kanan yaitu arah reaksi yang eksoterm (-).

    C. Esterifikasi

    Reaksi esterifikasi adalah suatu reaksi antara asam karboksilat dan alkohol membentuk ester. Esterifikasi dapat dikatalis oleh kehadiran ion H+. asam belerang sering digunakan sebagai suatu katalisator untuk reaksi ini. Nama ester berasal dari essig-ather jerman, sebuah nama kuno untuk menyebut etil asam cuka ester (asam cuka etil).

    Ester dapat dibuat oleh suatu reaksi keseimbangan antara suatu alkohol dan suatu asam karbon. Ester dinamai menurut kelompok alkil dari alkohol dan kemudian alkanoat (bagian dari asam karbon). Sebagai contoh, reaksi antara metanol dan asam butir menghasilkan ester metil butir C3H7-COO-CH3 seperti halnya air. Yang paling sederhana adalah H-COO-CH3,metil metanoat. Karena ester dari asam yang lebih tinggi, alkana menyebut dengan – oat pada akhiran. Secara umum Ester dari asam berbau harum meliputi benzoat seperti metil benzoat. Reaksi esterifikasi merupakan reaksi pembentukan ester dengan reaksi langsung antara suatu asam karboksilat dengan suatu alkohol.

    Seperti kebanyakan reaksi aldehida dan keton, esterifikasi suatu asam karboksilat berlangsung melalui serangkaian tahap protonasi dan detonasi. Oksigen karbonil diprotonasi, alkohol nukleofilik menyerang karbon positif dan eliminasi air akan menghasilkan ester

    Esterifikasi mereaksikan minyak lemak dengan alkohol. Katalis-katalis yang cocok adalah zat berkarakter asam kuat.karena hal ini, asam sulfat, asam sulfonat organik atau resin penukar kation asam kuat merupakan katalis-katalis yang biasa terpilih dalam praktek industrial. Esterifikasi biasa dilakukan untuk membuat biodiesel dari minyak berkadar asam lemak bebas tinggi .

    Faktor-faktor yang berpengaruh pada reaksi esterifikasi adalah waktu reaksi, pengadukan, katalisator,dan suhu reaksi. Proses esterifikasi dalam industri dapat dilakukan secara kontinyu maupun batch. Pemilihan kedua macam proses tersebut tergantung pada kapasitas produksinya. Untuk kapasitas produksi yang relatif kecil sebaiknya jenis yang digunakan adalah proses batch. Sedangkan proses esterifikasi kontinyu dipilih untuk kapasitas produksi yang relatif besar.

    I. Proses Batch Produksi Etil Asetat

    Proses produksi etil asetat secara batch pada prinsipnya adalah dengan memanaskan 30 bagian asam asetat 80%, 30 bagian etanol 95% dan 1 bagian asam sulfat dalam sebuah tangki silinder. Pemanasan dengan menggunakan steam yang dialirkan ke kolom fraksinasi. Suhu atas kolom fraksinasi dijaga 70oC agar dapat diperoleh komposisi ternary azeotrop, yaitu 83% etil asetat, 9% etanol dan 8% air. Uap hasil puncak dikondensasi, sebagian lagi direfluk, sebagian diambil sebagai produk.

    II. Proses Kontinyu Produksi etil asetat

    Proses produksi etil asetat secara kontiyu untuk memperoleh hasil yang maksimal. Asam asetat, etanol dan katalis asam sulfat direaksikan pada reaktor yang dilengkapi dengan pengaduk. Selanjutnya produk reaktor dipisahkan pada menara distilasi untuk memperoleh produk dengan kemurnian tinggi.

    D. Cara-Cara Lain untuk Membuat Ester

    1) Pembuatan Ester dari Alkohol dan Asil Klorida (Klorida Asam)

    Jika kita menambahkan sebuah asil klorida kedalam sebuah alkohol , maka reaksi yang terjadi cukup proresif pada suhu kamar menghasilkan sebuah ester dan awan-awan dari asap hydrogen yang asam dan beruap.Sebagai contoh, jika kita menambahkan etanol klorida kedalam etanol,maka akan terbentuk bannyak hydrogen klorida bersama dengan ester cair etil etanoat.

    CH3COCl + CH3CH2OH               CH3COOCH2CH3 + HCl

    2) Pembuatan Ester dari Alkohol dan Anhidrada Asam

    Reaksi-reaksi dengan anhidrida asam berlangsung lebih lambat dibanding reaksi -reaksi yang serupa dengan asil klorida, dan biasanya campuran reaksi yang terbentuk perlu dipanaskan. Mari kita ambil contoh etanol yang bereaksi dengan anhidrida etanoat sebagai sebuah reaksi sederhana yang melibatkan sebuah alkohol. Reaksi berlangsung lambat pada suhu kamar(atau lebih capat dari pemanasan). Tidak ada perubahan yang bias diamati pada cairan yang berwarna, tetapi sebuah campuran etil etanoat dan asam etanoat terbentuk.

    (H3CO)2O+CH3CH2OH      CH3COOCH2CH3 + CH3COOH

    Reaksi esterifikasi Fischer adalah reaksi pembuntukan ester dengan cara merefluks sebuah asam karboksilat bersama sebuah alkohol dengan katalis asam. Asam yang digunakan sebagai katalis biasanya biasanya adalah asam sulfat atau asam Lewis seperti skandium (III) triflat.

    Pembentukan ester melalui asilasi langsung asam karboksilat terhadap alkohol , seperti pada esterifikasi Fischer lebih disukai ketimbang asilasi dengan anhidrarida asam atau asil klorida. Kelemahan utama asilasi langsung adalah konstanta kesetimbangan kimia yang rendah. Hal ini harus diatasi dengan menambahkan banyak asam karboksilat, dan pemisahan air yang menjadi hasil reaksi. Pemisahan air dilakukan melalui distilasi Dean -Stark atau penggunaan saringan molekul.

    Mekanisme reaksi esterifikasi Fischer terdiri dari beberapa langkah.

    1. Transfer proton dari katalis asam ke atom oksigen karbonol, sehingga meningkatkan elektrofilisitas dari aatom karbon karbonil

    2.  Atom karbon karbonil kemudian diserang atom oksigen dari alkohol, yang bersifat nukleofilik sehingga terbentuk ion oksonium.

    3. Terjadi pelepasan proton dari gugus hidroksil milik alkohol, menghasilkan kompleks teraktivasi.

    4. Protonasi terhadap salah satu gugus hidroksil, yang diikuti pelepasan molekul air menghasilkan ester.

    2.3.2    Pembuatan Ester Berdasarkan Volatilitas.

    Golongan proses dalam proses pembuatan ester berdasarkan volalitas.

    ·         Golongan 1. Dengan ester yang sangat mudah menguap,seperti metil format,metil asetat,dan etil format,titik didih ester lebih rendah dari pada alkohol,oleh karena itu ester segera dapat dihilangkan dari campuran reaksi. Produksi metil asetat dengan metode destilasi bachaus merupaka sebuah contoh dari golongan ini.metanol dan asam asetat diumpankan kedalam kolom destilasi dan ester segera dipisahkan sebagai campuran uap dengan metanol dari bagian atas kolom.Air terakumulasi di dasar tangki dan selanjutnya dibuang.Ester dan alkohol dipisahkan lebih lanjut dalam kolom destilasi yang kedua.

    ·         Golongan 2. Ester dengan kemampuan menguap sebaikmya dipisahkan dengan cara menghilangkan air yang terbentuk secara destilasi.Dalam beberapa hal, campuran terner dari alkohol.air dan ester dapat terbentuk.kelompok  ini layak dipisahkan lebih lanjut: dengan etil asetat,semua bagian ester dipisahkan sebagai campuran uap dengan alkohol dan sebagian air,sedangkan sisa air akan terakumulasi dalam sistem.Dengan butil asetat,semua bagian air dipindahkan ke bagian atas dengan sedikit bagian dari ester  dan alkohol, sedangkan sisa ester terakmulasi dalam sistem.

    ·         Golongan 3. Dengan ester yang mempunyai volatilitas rendah,beberapa kemungkinan timbul.Dalam hal butil dan amil alkohol.Contoh proses untuk tipe seperti ini adalah pembuatan dibutil ftalat.Untuk menghasilkan ester dari alkohol yang lebih pendek (metil,etil,propil) dibutuhkan penambahan hidrokarbon seperti benzena dan toluena untuk memperbesar air yang terdestilasi.Dengan alkohol bertitik didih tinggi (benzil,furfil,b-feniletil) suatu cairan tambahan selalu diperlukan untuk menghilangkan kandungan air dari campuran.

    2.4       Reaksi-Reaksi Ester (Hidrolisis Ester-Ester Sederhana)

    2.4.1    Pengertian Hidrolisis

    Secara teknis, hidrolisis adalah sebuah reaksi dengan air. Reaksi inilah yang sebenarnya terjadi ketika ester dihirolisis dengan air atau dengan asam encer seperti asam hidroklorat encer. Hidrolisis ester dengan basa melibatkan reaksi dengan ion-ion hidroksida, tetapi hasil keseluruhannya sangat mirip sehingga dikategorikan dalam hidrolisis dengan air atau asam encer.

    2.4.2    Hidrolisis Menggunakan Air Atau Asam Encer

    ·         Reaksi dengan air murni sangat lambat sehingga tidak pernah digunakan. Reaksi ini dikatalisis oleh asam encer, sehingga ester dipanaskan di bawah refluks dengan sebuah asam encer seperti asam hidroklorat encer atau asam sulfat encer.

    ·         Berikut dua contoh sederhana dari hidrolisis menggunakan sebuah katalis asam:

    1.Hidrolisis Etil Etanoat

        CH3COOCH2CH3+H2O            CH3COOH + CH3CH2OH

      2. Hidrolisis Metil Propanoat

        CH3CH2COOCH3+H2O              CH3CH2COOH +CH3OH

    Perhatikan bahwa kedua reaksi di atas dapat balik (reversibel). Untuk melangsungkan hidrolisis sesempurna mungkin, harus digunakan air yang berlebih. Air diperoleh dari asam encer, sehingga ester perlu dicampur dengan asam encer yang berlebih.

    2.4.3    Hidrolisis menggunakan Basa Encer

    ·       Ini merupakan cara yang lazim digunakan untuk menghidrolisis ester. Ester dipanaskan di bawah refluks dengan sebuah basa encer seperti larutan natrium hidroksida.

    ·         Ada dua kelebihan utama dari cara ini dibanding dengan menggunakan asam encer. Reaksinya berlangsung satu arah dan tidak reversibel, dan produknya lebih mudah dipisahkan.

    ·         Mari kita mengambil contoh ester sama seperti kedua contoh di atas, tapi menggunakan larutan natrium hdroksida bukan sebuah asam encer:

    ·         Pertama, hidrolisis etil etanoat menggunakan larutan natrium hidroksida:

    · CH3COOCH2CH3  + NaOH    CH3COONa    +    CH3CH2OH

            etil etanoat                          natrium etanoat       etanol

    dan selanjutnya hidrolisis metil propanoat dengan cara yang sama:

     CH3CH2COOCH3+NaOH    CH3CH2COONa+  CH3OH

     metil propanoat               natrium  propanat     metanol

    Perhatikan bahwa terbentuk garam natrium bukan asam karboksilat sendiri. Campuran ini relatif mudah dipisahkan. Jika digunakan dan selanjutnya hidrolisis metil propanoat dengan larutan natrium hidroksida yang berlebih, tidak akan ada ester yang tersisa. Alkohol yang terbentuk bisa dipisahkan dengan distilasi. Pemisahan ini cukup mudah. Jika anda menginginkan terbentuk asam bukan garamnya, anda harus menambahkan asam kuat yang berlebih seperti asam hidroklorat encer atau asam sulfat encer ke dalam larutan yang tersisa setelah distilasi pertama.

    Jika anda melakukan ini, campuran akan dibanjiri dengan ion-ion hidrogen. Ion-ion hidrogen ini ditangkap oleh ion-ion etanoat (atau ion paropanoat atau ion apapun) yang terdapat dalam garam membentuk asam etanoat (atau asam propanoat, dan lain-lain). Karena asam-asam ini adalah asam lemah, maka ketika bergabung dengan ion hidrogen, cenderung tetap bergabung. Sekarang asam karboksilat bisa dipisahkan dengan distilasi.

    2.4.4    Hidrolisis ester-ester kompleks untuk membuat sabun

    ·         Pembahasan ini berkaitan dengan hidrolisis basa (dengan menggunakan larutan natrium hidroksida) ester-ester besar yang ditemukan dalam lemak dan minyak hewani dan nabati.

    ·         Jika ester-ester besar yang terdapat dalam lemak dan minyak hewani dan nabati dipanaskan dengan larutan natrium hdiroksida pekat, reaksi yang terjadi persis sama dengan reaksi pada ester-ester sederhana.

    ·         Terbentuk asam karboksilat – kali ini, garam natrium dari sebuah asam besar seperti asam oktadekanoat (asam stearat). Garam-garam ini merupakan komponen sabun yang penting, yaitu komponen yang melakukan pembersihan.

    ·         Juga terbentuk alkohol – kali ini, alkohol yang lebih rumit, propan-1,2,3-triol (gliserol). Karena hubungannya dengan pembuatan sabun, hidrolisis ester dengan basa terkadang disebut sebagai saponifikasi.

    2.4.5    Reaksi  ester dengan pereaksi Grinard

                Ester bereaksi dengan dua ekuivalen pereaksi grinard menghasilkan alkohol tersier. Reaksi berlangsung melalui serangan nukleofil pada gugus karbonil ester. Hasil awalnya, keton, bereaksi lebih lanjut menghasilkan alcohol tersier.

    Metode ini digunakan dalam pembuatan alcohol tersier damana paling sedikit dua dari 3 gugus alkil yang melekat pada atom karbon adalah identik.

    2.4.6    Reduksi Ester

    Ester dapat direduksi dengan litium hidrida menjadi alcohol

         O

                                                      LiAlH4       

                        R         C       OR’                           RCH2OH +  R‘OH

                             (ester)                                        (alkohol primer)

    2.5        Etil Asetat

    Etil asetat merupakan salah satu jenis pelarut yang memiliki rumus molekul CH3COOC2H5. Produk turunan dari asam asetat ini memiliki banyak kegunaan serta pasar yang cukup luas seperti pengaroma buah dan pemberi rasa seperti untuk es krim, kue, kopi, teh atau juga untuk parfum,digunakan pada industri tinta cetak, cat dan tiner, lem, PVC film, polimer cair dalam industri kertas, serta banyak industri penyerap lainnya seperti industri farmasi, dan sebagainya.

    Etil asetat disintesis melalui reaksi esterifikasi fischer dari asam asetat dan ethanol, biasanya disertai katalis asam seperti asam sulfat.

    Reaksinya :

      Etanol + Asam Asetat             Etil Asetat + Air

      C2H5OH + CH3COOH                  CH3COOC2H5 + H2O

    Reaksi di atas merupakan reaksi reversibel dan menghasilkan suatu kesetimbangan kimia. Etil asetat dapat dihidrolisis pada keadaan asam atau basa menghasilkan asam asetat dan ethanol kembali. Katalis asam sulfat dapat menghambat hidrolisis karena berlangsungnya reaksi kebalikan hidrolisis yaitu esterifikasi fischer.

    Etil asetat mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

    1. Tidak beracun dan tidak terhigrokopis.
    2. Merupakan pelarut polar menengah yang volatil (mudah menguap).
    3. Dapat melarutkan air hingga 3%, dan larut dalam air hingga kelarutan 8% pada suhu kamar.
    4. Merupakan penerima ikatan hidrogen yang lemah dan bukan suatu donor ikatan hidrogen karena tidak adanya proton yang bersifat asam (yaitu hidrogen yang terikat pada atom elektronegatif seperti flor, oksigen, dan nitrogen.
    5. Kelarutannya meningkat pada suhu yang lebih tinggi. Namun demikian, senyawa ini tidak stabil dalam air yang mengandung basa atau asam.

    2.5.1        Pembuatan Etil Asetat

    Pembuatan etil asetat dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu

    1. Esterifikasi fischer: merefluks asam dengan alkohol yang berlebihan dalam suasana asam.
    2. Mereaksikan garam perak karboksilat dengan alkil halide.
      Reaksi asam dengan sintesis Williamson dari ester berlangsung melalui pertukaran atom unsur dua molekul yang meliputi pelepasan OAg dan reaksi itu pada wujudnya tidak dihalangi oleh adanya gugus alkil yang bercabang. Kelemahan cara ini adalah panjangnya prosedur dan mahalnya biaya.
    3. Mereaksikan alkohol dengan anhidrida asam alkanoat.
    4. Mereaksikan halogen asam alkanoat dengan alkohol.

    2.6        Transesterifikasi

    Transesterifikasi (biasa disebut dengan alkoholisis) adalah tahap konversi dari trigliserida (minyak nabati) menjadi alkyl ester, melalui reaksi dengan alkohol, dan menghasilkan produk samping yaitu gliserol. Di antara alkohol-alkohol monohidrik yang menjadi kandidat sumber/pemasok gugus alkil, metanol

    adalah yang paling umum digunakan, karena harganya murah dan reaktifitasnya paling tinggi (sehingga reaksidisebut metanolisis). Jadi, di sebagian besar dunia ini, biodiesel praktis identik dengan ester metil asam-asam lemak (Fatty Acids Metil Ester (FAME)). Reaksi transesterifikasi trigliserida menjadi metil ester

    Transesterifikasi juga menggunakan katalis dalam reaksinya.Tanpa adanya katalis,konversi yang dihasilkan maksimum namun reaksi berjalan dengan lambat.Katalis yang biasa digunakan pada reaksi transesterifikasi adalah katalis basa, karena katalis ini dapat mempercepat reaksi. Produk yang diinginkan dari reaksi transesterifikasi adalah ester metil asam-asam lemak.Terdapat beberapa cara agar kesetimbangan lebih ke arah produk, yaitu: 

    1. Menambahkan metanol berlebih ke dalam reaksi
    2. Memisahkan gliserol
    3. Menurunkan temperatur reaksi (transesterifikasi merupakan reaksi eksoterm).

    2.6.1 Hal-hal yang Mempengaruhi Reaksi Transesterifikasi

    Pada intinya, tahapan reaksi transesterifikasi pembuatan biodiesel selalu menginginkan agar didapatkan produk biodiesel dengan jumlah yang maksimum. Beberapa kondisi reaksi yang mempengaruhi konversi serta perolehan biodiesel melalui transesterifikasi adalah sebagai berikut:

    a.       Pengaruh air dan asam lemak bebas

    Minyak nabati yang akan ditransesterifikasi harus memiliki angka asam yang lebih kecil dari 1. Banyak peneliti yang menyarankan agar kandungan asam lemak bebas lebih kecil dari 0.5% (<0.5%). Selain itu, semua bahan yang akan digunakan harus bebas dari air. Karena air akan bereaksi dengan katalis,sehingga jumlah katalis menjadi berkurang. Katalis harus terhindar dari kontak dengan udara agar tidak mengalami reaksi dengan uap air dan karbon dioksida.

    b.      Pengaruh perbandingan molar alkohol dengan bahan mentah

    Secara stoikiometri, jumlah alkohol yang dibutuhkan untuk reaksi adalah 3 moluntuk setiap 1 mol trigliserida untuk memperoleh 3 mol alkil ester dan 1 mol gliserol. Perbandingan alkohol dengan minyak nabati 4,8:1 dapat menghasilkankonversi 98% (Bradshaw and Meuly, 1944). Secara umum ditunjukkan bahwa semakin banyak jumlah alkohol yang digunakan, maka konversi yang diperoleh juga akan semakin bertambah. Pada rasio molar 6:1, setelah 1 jam konversi yang dihasilkan adalah 98-99%, sedangkan pada 3:1 adalah 74-89%.Nilai perbandingan yang terbaik adalah 6:1 karena dapat memberikan konversiyang maksimum.

    c.       Pengaruh jenis alkohol

    Pada rasio 6:1,metanol akan memberikan perolehan ester yang tertinggi dibandingkan dengaan menggunakan etanol atau butanol.

    d.      Pengaruh jenis katalis

    Alkali katalis (katalis basa) akan mempercepat reaksi transesterifikasi bila dibandingkan dengan katalis asam.Katalis basa yang paling populer untuk reaksi transesterifikasi adalah natrium hidroksida(NaOH), kalium hidroksida(KOH), natrium metoksida (NaOCH3),dan kalium metoksida(KOCH3).

    Katalis sejati bagi reaksi sebenarnya adalah ion metilat (metoksida). Reaksi transesterifikasi akan menghasilkan konversi yang maksimum dengan jumlah katalis 0,5-1,5%-b minyak nabati. Jumlah katalis yang efektif untuk reaksi adalah 0,5%-b minyak nabati untuk natrium metoksida dan 1%-b minyak nabati untuk natrium hidroksida.

    Bab III. Metode Praktikum

    A. alat dan bahan

    1. Labu didih dasar bulat
    2. Penangas air
    3. Kondensor Leibig
    4. Heating Mantel
    5. Erlenmeyer (50 ml)
    6. Gelas piala (100 ml)
    7. Corong pisah
    8. Gelas ukur (100 ml)
    9. Termometer
    10. Statip dan klem
    11. Lemari asam
    12. Corong
    13. Batang pengaduk

    3.2  Bahan-Bahan

    1. Etanol (C2H5OH 96%)
    2. Asam sulfat pekat
    3. Asam asetat (CH3COOH pa)
    4. Na2CO3 20%
    5. CaClanhidrat

    3.3 Prosedur Percobaan

    1. Masukkan asam asetat 14 ml ke dalam labu didih dasar bulat.
    2. Tambahkan etanol sebanyak 29 ml.
    3. Tambahkan asam sulfat pekat 5 ml hati-hati, labu digoyang sempurna sambil didinginkan dalam air.
    4. Labu kemudian disambungkan dengan kondensor refluks selama 70 menit.
    5. Setelah dingin, campuran reaksi didestilasi sampai didapat destilat pada suhu 74-76o C. Proses destilasi dihentikan jika tidak ada lagi destilat yang menetes.
    6. Hasil detilat dimasukkan kedalam corong pemisah, pisahkan lapisan airnya jika ada.
    7. Cuci lapisan ester dengan larutan Na2CO3 20% sebanyak dua kali didalam corong pisah. Hasilnya akan terbentuk dua lapisan. Buang lapisan bawah, sedangkan lapisan atas merupakan etil asetat.
    8. Keringkan etil asetat yang didapat dengan CaClAnhidrat secukupnya didalam gelas piala dan aduk dengan spatula. Setelah itu saring dengan kertas saring.
    9. Lakukan destilasi kembali terhadap ester hasil, kumpulkan destilat pada suhu 74-76C (untuk mendapatkan hasil yang lebih murni).

    Bab IV. Hasil dan pembahasan

    A. Hasil

    1. volume etanol yang dipakai = 29 ml
    2. volume asam asetat yang dipakai = 14 ml
    3. volume asam sulfat yang dipakai = 5 ml
    4. suhu destilat yang didapat pada tetesan pertama = 54oC
    5. 20 menit setelah tetesan ke-I = 67oC
    6. 20 menit setelah tetesan ke-II = 68oC
    7. 20 menit setelah tetesan ke-III = 66oC
    8. 20 menit setelah tetesan ke-IV = 64oC
    9. Volume etil asetat yang didapat dari proses destilasi = 21 ml
    10. Volume Na2COyang terpakai pada saat pencucian = 1,5 ml
    11. Berat CaClyang terpakai untuk pengeringan = secukupnya
    12. Volume etil asetat yang didapat setelah proses pencucian dan pengeringan = 17 ml
    13. Rendemen etil asetat yang didapat = 68,8 %

    B. Pembahasan

    Senyawa etil asetat yang dibuat dalam percobaan ini adalah ester dari etanol dan asam asetat, dengan wujud berupa cairan tak berwarna dan memiliki aroma khas (balon). Esterifikasi pada dasarnya adalah reaksi yang bersifat reversibel (dapat balik) karena ketika asam karboksilat (asam asetat) dan alkohol (etanol) dipanaskan untuk bereaksi maka akan terjadi reaksi kesetimbangan antara ester dan air, artinya bahwa ester dan air yang terbentuk dapat kembali menghasilkan reaktan-reaktannya yaitu asam asetat dan etanol. Oleh karena itu, untuk memperoleh hasil reaksi yang banyak maka diusahakan agar reaksi cenderung bergeser ke arah produk yaitu dengan cara reaktan dibuat berlebih yang dalam percobaan ini etanol dibuat berlebih ketika direaksikan dengan asam asetat.

    Pada pembuatan etil asetat hal pertama yang dilakukan adalah memasukkan etanol 29 ml dan asam asetat sebanyak 14 ml ke dalam labu didih dasar bulat, yang ditambah dengan beberapa batu didih. Fungsi batu didih adalah untuk menghomogenkan campuran, selain itu juga sebagai pemerata pemanasan. Kemudian ditambah dengan asam sulfat pekat sebanyak 5 ml sebagai katalis yang berguna untuk mempercepat reaksi dan menurunkan energi aktivasi yang dilakukan dalam lemari asam. Labu didih yang berisi larutan tersebut didinginkan dengan air yang terdapat pada panangas air dan digoyang sempurna. Hal ini dimaksudkan agar labu didih tidak pecah, karena terjadi reaksi eksoterm. Setelah itu larutan tersebut dipanaskan dengan kondensor refluks terbalik selama 70 menit dengan rentang suhu 74-76℃. Maksud dari refluks terbalik ialah larutan yang menguap dari labu didih akan masuk ke kondensor, dan akan kembali lagi ke labu didih.

    Pada saat refluks suhu harus dijaga konstan pada rentang 74-76 oC. Jika suhu terlalu rendah maka reaksi tidak akan sempurna dan jika suhu terlalu tinggi, maka etanol akan menguap, karena titik didih etanol adalah 78℃. Setelah 70 menit, kemudian larutan didinginkan. Kemudian larutan didestilasi sampai didapat destilat pada suhu 74-76oC. Proses destilasi ini bertujuan memisahkan etil etanoat (etil asetat) dengan air,katalis,sisa asam dan sisa etanol atau dengan kata lain untuk mendapatkan etil asetat murni. Karena produk lain dari reaksi esterifikasi adalah H2O yang dapat dipisahkan dengan destilat karena antara air dan etil asetat memiliki perbedaan titik didih (air : 1000C sedangkan etil asetat : 770C). Sehingga destilat (memiliki titik didih rendah akan keluar terlebih dahulu) adalah etil etanoat (etil asetat). Volume etil asetat setelah proses destilasi sebanyak 21 ml.

    Setelah itu, larutan etil asetat tersebut dicuci dengan Na2CO3 20% pada corong pemisah. Penambahan ini dimaksudkan untuk mengekstraksi asam sisa dalam larutan etil asetat karena Na2CO3 memiliki kemampuan untuk mengekstrak asam sisa menghasilkan garam natrium yang larut dalam air. Dari hasil percobaan terlihat bahwa garam natrium yang larut dalam air ini berada pada lapisan bawah sedangkan senyawa-senyawa organik berada pada lapisan atas. Pembentukan 2 lapisan ini disebabkan oleh adanya perbedaan berat jenis, dimana garam natrium yang larut dalam air memiliki berat jenis yang lebih besar daripada senyawa organik yang terbentuk ( berat jenis Na2CO3 : 2,25 gr/cm3, sedangkan berat jenis etil asetat : 0,89 gr/cm3). Selain itu, kepolaran juga sangat mempengaruhi terjadinya pemisahan lapisan ini, dimana garam natrium dalam air ini bersifat polar sedangkan senyawa-senyawa organik yang dihasilkan (etil asetat dan dietil eter) bersifat non polar.

    Berdasarkan sifat kelarutannya, senyawa polar tidak akan larut dalam pelarut non polar dan begitu pula sebaliknya, pelarut polar tidak dapat melarutkan senyawa non polar. Lapisan bawah yang terbentuk dibuang sehingga hanya menyisahkan lapisan atas (etil asetat). Kemudian larutan etil asetat ditambahkan 3 sendok CaCl2 anhidrat yang sebelumnya dipanaskan dalam oven selama 5 menit pada suhu 100­oC supaya dalam CaCl2 tidak ada lagi kandungan air. Hal ini dimaksudkan agar kadar air yang masih terdapat pada etil asetat tadi dapat diikat oleh CaCl2 anhidrat, dan terjadi proses pengeringan oleh CaCl2. Akan terbentuk 2 lapisan kembali dan lapisan bawah dibuang sehingga hanya menyisahkan lapisan atas yang berupa etil asetat murni.

    Volume etil asetat yang diperoleh adalah 17 ml, dimana volume yang diperoleh lebih kecil dibandingkan volume awal. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :

    1. Kemungkinan pada saat proses destilasi, ester masih tersisa pada labu didih yang tercampur pada asam asam.
    2. Reaksi esterifikasi merupakan reaksi reversibel dan berjalan lambat.

    Sehingga rendemen yang diperoleh dari percobaan ini adalah 68,8%. Sebenarnya hal ini sudah bagus, hanya saja bila ingin mendapatkan hasil yang lebih maksimum hal tersebut dapat dicapai yaitu dengan cara ekses reaktan yang besar, pemasangan alat destilasi harus rapat contohnya kondensor (tidak terdapat celah untuk etil asetat menguap, karena etil asetat mudah menguap), juga kondisi optimum untuk menghasilkan etil asetat yaitu pada suasana asam (penambahan H2SOsebagai katalis perlu diperbanyak juga, karena dapat mempercepat pembentukan reaksi), serta suhu operasi harus pada suhu optimum dan dijaga konstan.

    Bab V. Penutup

    A. Kesimpulan

    Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa : 

    1. Volume etil asetat murni yang diperoleh dari percobaan adalah 17 ml.
    2. Rendemen yang diperoleh dari hasil percobaan adalah 68,8 %.

    B. Saran

    1. Pada pembuatan ester kita harus menjaga suhunya agar konstan berkisar antara 74-76C, karena apabila suhu terlalu tinggi dan terlalu rendah, maka ester yang ingin kita buat hasilnya hanya sedikit
    2. Dalam pemasangan alat harus dilakukan dengan benar karena pada saat destilasi apabila pemasangan kondensor tidak rapat, maka etil asetat akan menguap sehingga hasil yang didapat akan sedikit.

    Daftar pustaka

    Fessenden, Ralph J, dan Fessenden, Joan S. 1997. Dasar-dasatr Kimia Organik. Jakarta: Bina Aksara.

    Keenan, Charles W, Kleinfelter, Donald C, dan Wood, Jesse H. 1992. Ilmu Kimia untuk Universitas.Jilid 2. Jakarta :Erlangga.

    Riawan, S. 1990. Kimia Organik Edisi 1. Jakarta :Binarupa Aksara..

    Tim kimia organic.2014.penuntun praktikum kimia organic.jambi:universitas jambi

    Wilbraham, Antony C. 1992. Pengantar Kimia Organik 1. Bandung:ITB.

  • Laporan Praktikum Pemisahan Komponen Campuran dan Analisis Melalui Endapan

    Pemisahan Komponen Campuran dan Analisis Melalui Endapan

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Apabila dua zat atau lebih dimasukkan kedalam suatu wadah, salah satu kemungkinan  yang terjadi yaitu zat tersebut akan bercampur. Suatu campuran terdiri atas larutan, koloid, dan suspensi. Koloid merupakan campuran zat heterogen (dua fase) antara dua zat atau lebih di mana partikel-partikel zat yang berukuran koloid tersebar secara merata di dalam zat lain. Campuran heterogen memiliki sifat tidak sama pada setiap bagian campuran, contohnya air dan minyak.Campuran merupakan kumpulan berbagai molekul, zat, ion, elektron, dan partikel lainnya yang ukurannya berbeda satu sama lain. Hal ini menyebabkan terjadinya perbedaan fasa, sehingga partikel yang ukurannya lebih besar dapat memisahkan diri (mengendap) dari partikel yang lebih halus jika dibiarkan lama atau dengan ditambahkan suatu indikator misalnya K2CrO4. Contoh lainnya yaitu dalam pembuatan air klorin pada percobaan sebelumnya, caranya yaitu dengan jalan memanaskan campuran MnO2 dan HCl, kemudian gas dialirkan kedalam air suling.Untuk memperoleh zat/unsur murni dari suatu campuran, kita harus melakukan pemisahan. Proses pemisahan digunakan untuk mendapatkan dua atau lebih produk yang lebih murni dari suatu campuran senyawa kimia. Metode pemisahan merupakan aspek penting dalam bidang kimia karena kebanyakan materi yang terdapat dialam berupa campuran.Hal inilah yang menjadi acuan dalam melakukan percobaan ini, mengamati proses pemisahan campuran dengan menggunakan cara pemisahan, yaitu ekstraksi, dekantasi, kromatografi, dan kristalisasi. Dalam percobaan ini, dapat dihitung kadar dari hasil akhir dalam proses pemisahan campuran. Sehingga dapat diketahui berapakah kadar yang diperoleh.1.2. Tujuan1)      Dapat memisahkan campuran dengan cara (1) sublimasi, (2) ekstraksi, (3) dekantasi (4) kristalisasi (5) kromatografi.2)      Dapat mengendapkan barium klorida dan menentukan persentase hasil dari barium kromat.3)      Dapat menentukan persentase barium klorida dalam suatu campuran.4)      Dapat mendalami dan menggunakan hukum stoikiometri dalam reaksi kimia.5)      Dapat mengembangkan keterampilan menyaring dan memindahkan endapan.1.3.Pertanyaan prapraktek1)      Apa yang dimaksud dengan pemisahan komponen dari campuran ?Jawab :Pemisahan komponen dari campuran adalah memisahkan komponen yang menyusun suatu campuran (zat terlarut) dengan pelarutnya (dapat berupa zat padat, cair dan gas).2)      Sebutkan cara-cara pemisahan yang anda ketahui dan jelaskan prinsipmya!Jawab:a.       Sublimasi adalah pemisahan padatan dari satu campuran berbentuk padatan dengan car penguapan. Prinsip yang digunakan berdasarkan perubahan fasa padat menjadi gas.b.      Ekstraksi adalah pemisahan komponen zat dari suatu campuran berdasarkan perbedaan kelarutan.c.       Dekantasi adalah proses pemisahan cairan dari padatannya dengan menuangkan perlahan. Prinsip yang digunakan berdasarkan perubahan fasa padat menjadi cair.d.      Kristalisasi adalah pemisahan zat padat dari campurannya berdasarkan kelarutan. Prinsip kerjanya ialah perbedaan titik uap.e.       Kromatografi adalah proses pemisahan suatu zat berdasarkan kecepatan migrasi.f.       Destilasi adalah proses pemisahan pada campuran zat-zat yang didasarkan pada perbedaan titik didihnya.3)      Apakah yang disebut dengan Rf dan apa perannya dalam proses pemisahan?Jawab :Rf adalah perbandingan dari jarak yang ditempuh oleh suatu solid (zat) terhadap jarak yang ditempuh pelarut. Peran Rf yaitu digunakan untuk keperluan identifikasi, nada-nada sering ditentukan dengan coraknya dengan harga Rf. Harga-harga Rf yang identik dari senyawa yang diketahui dan tidak diketahui.4)      Berikan definisi untuk: filtrat, %komposisi, endapan, stoikiometri, supernatan dan hasil teortitis!Jawab:Ø  Filtrat adalah zat hasil filtrasi (penyaringan) dari suatu campuranØ  %komposisi adalah persentase setiap unsur dalam senyawa.Ø  Endapan adalah komponen yang tidak larut dan biasanya terdapat pada bagian bawah suatu campuran.Ø  Stoikiometri adalah kajian tentang pengukuran partikel-partikel/ unsur-unsur yang terdapat dalam senyawa dalam reaksi kimia.Ø  Supernatan adalah perlahan-lahan (hati-hati)Ø  Hasil teoritis adalah banyaknya produk yang diperoleh dari reaksi yang berlangsung sempurna.5)      Bagaimana menguji apakah endapan telah sempurna?Jawab: Dengan memasukkan beberapa tetes larutan yang kita ujikan/reaksikan (K2CrO4) sehingga tidak lagi terlihat pengendapan.6)      Masalah apa yang terjadi jika endapan yang tejadi tidak sempurna?Jawab: Jika endapan yang terjadi tidak sempurna, maka sebagian bobot yang seharusnya mengendap terpaksa harus menguap karena masih menyatu dengan bagian larutan yang paling atas.7)      Apakah yang anda lakukan jika partikel endapan kelihatan dalam filtrat? Apakah sumber utama dari kesalahan percobaan tersebut?Jawab: Apabila partikel endapan kelihatan dalam filtrat maka harus dilakukan penyaringan kembali sampai tidak ada lagi partikel dalam filtrat. Sedangkan sumber utama dari kesalahan tersebut adalah kertas saring yang digunakan tidak sesuai atau praktikan yang kurang teliti dalam menyaring.

    Bab II. Landasan Teori

    Campuran adalah kumpulan berbagai molekul, zat, ion, elektron, dan partikel lainnya. Kita dapat mengukur tekanan, volume, suhu dan massa campuran. Kita juga dapat mengukur komposisi campuran secara eksperimental sehingga fraksi mol dan massa dapat ditentukan (Sulistiati, 2013:39).Suatu campuran diklasifikasi sebagai heterogen dan/ homogen. Campuran heterogen terdiri atas fasa-fasa tersendiri, dan sifat-sifat yang teramati adalah merupakan gabungan daripada fasa-fasa tunggal. Suatu campuran homogen terdiri atas fasa tunggal yang mempunyai sifat-sifat yang sangat berbeda dari komponen-komponen tunggalnya. Larutan didefinisikan sebagai zat homogen yang merupakan campuran dari dua komponen atau lebih yang dapat berupa gas, cairan, atau padatan. Larutan gas dibuat dengan mencampurkan satu gas dalam gas lainnya. Karena semua gas bercampur dalam semua perbandingan, maka setiap campuran gas adalah homogen dan ia merupakan larutan (Sastrohamidjojo, 2005 : 227).Jika dua zat yang berbeda dimasukkan dalam satu wadah ada 3 kemungkinan, yaitu bercampur, bereaksi dan tidak bercampur. Jika zat bercampur, maka sifat zatnya tidak berubah dan dapat dipisahkan kembali dengan cara fisika, seperti destilasi, kristalisasi, kromatografi, dan lain-lain. Di bumi ini jarang ditemukan zat murni, pada umumnya berupa campuran. Dua zat atau lebih disebut bercampur, bila partikelnya tersebar dalam wadah yang sama sehingga bersentuhan satu sama lain. Dua zat dapat bercampur apabila ada reaksi diantara partikelnya. Interaksi itu ditentukan oleh wujud dan sifat zatnya. Oleh sebab itu, campuran dapat dibagi atas: campuran gas dengan gas, gas dengan padat, cair dengan cair, cair dengan padat, dan padat dengan padat (Syukri,1999:350-351).

    Pemisahan kimia adalah proses pemisahan sampai ke skala molekular (skala kimia berarti pemisahan sampai ke partikel yang terkecil, sekecil atom dan molekul atau ion). Pemisahan kimia secara nyata sulit untuk dilakukan. Pekerjaan ini tidak mudah dilakukan, karena campuran alami adalah campuran sempurna. Dan upaya pemisahan campuran harus mengatasi semua gaya-gaya alami yang menyatukan senyawa-senyawa tadi dalam campuran sempurna. Langkah-langkah analisis kimia secara konvensional maupun secara modern menggunakan instrumentasi dapat diarahkan pada kondisi pemisahan yang sama. Komponen campuran heterogen mempunyai kecenderungan untuk memisahkan diri dengan sendirinya. Campuran homogen lebih sukar untuk dipisahkan karena komponen campuran mempunyai sifat fisika dan sifat kimia mirip. Harus digunakan metode lain untuk memisahkan komponen-komponennya yang memanfaatkan sifat-sifat kimia dari komponen dalam campuran tersebut. Pemisahan juga berarti berubahnya konsentrasi relatif dari komponen-komponen yang ada dalam suatu campuran dalam saru region tertentu sebagai akibat dari berpindahnya komponen-komponen tadi dari satu daerah dalam material ke daerah lainnya. Jika ditinjau dari  bahan asal campuran, kita mengenal bermacam-macam pemisahan. Cara-cara pemisahan ini juga didasarkan pada mekanisme proses yang akhirnya menghasilkan senyawa yang terpisah (Wonorahardjo,2013:8-10).

    Beberapa cara pemisahan yang ada antara lain adalah :1)      Pemisahan melalui pertukaran bahan/material. Disini ada bagian dari bahan yang berubah fase, baik melalui perubahan fisika dan perubahan kimia. Ada beberapa contoh untuk kategori ini yaitu: pelarutan, pengendapan, elektrolisis, dan penguapan.2)      Pemisahan melalui distribusi. Ada pula yang menggunakan perubahan kimia untuk mengambil zat yang diinginkan: adsorbsi, distribusi cair-cair, pertukaran ion, dan ekstraksi padat-cair.3)      Pemisahan berdasarkan perbedaan muatan. Untuk memisahkan dibutuhkan aplikasi muatan pula, baik berupa muatan listrik maupun muatan magnet, yang termasuk cara ini adalah: (a) elektroforesis dan kromatografi elektroforesis (b) pemisahan ion dalam spektrometri massa.4)      Pemisahan berdasarkan aliran partikel. Proses pemisahan ini untuk campuran yang tidak homogen ukurannya. Prinsip dari proses sederhana ini dapat digunakan untuk mengatur pemisahan sampai ke skala molekular bagi partikel-partikel yang tidak homogen ukurannya dengan lingkungannya. Cara pemisahannya yaitu sedimentasi dan filtrasi gel.Beberapa klasifikasi cara pemisahan antara lain :1)      Berdasarkan sifat fisika dan sifat kimia ada pemisahan fisika yakni destilasi, filtrasi dan ekstraksi. Ada juga pemisahan yang menggunakan metode perubahan kimia seperti pengendapan, kromatografi, dan elektrokimia.2)      Berdasarkan tipe proses ada klasifikasi proses mekanis, proses fisika, dan proses kimia.3)      Berdasarkan tipe fasenya, klasifikasi dilakukan jika ada fase awal yang berubah dan menjadi fase berikutnya dimana pemisahan terjadi (Wonorahardjo, 2013 : 11-12).Pemisahan campuran dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :1.      EkstraksiEkstraksi yaitu proses pemisahan komponen zat dari suatu campuran yang prinsip kerjanya adalah pemisahan berdasarkan kelarutan. Metode ini berdasarkan perbedaan koefisien distribusi zat terlarut dalam 2 larutan yang berbeda fasa dan tidak saling bercampur. Ekstraksi ini dilakukan dengan pertimbangan beberapa faktor, yaitu :-          Kemudahan dan kecepatan proses-          Kemurnian produk yang tinggi-          Rendah polusi-          Efektivitas dan selektivitas yang tinggiEkstraksi ini tidak melibatkan perubahan fasa sehingga tidak membutuhkan energi yang menambah biaya operasional. Prinsip metode ekstraksi cai-cair disebut ekstraksi cair atau pelarut. Pada ekstraksi, melibatkan pertukaran kation, seperti ekstraksi metal dengan asam karboksilat, melibatkan pertukaran anion, melibatkan pembentukan senyawa aditif. Tahapan yagn terjadi pada proses ekstraksi adalah sebagai berikut:-          Alat-alat utama serta pencampuran antara campuran dengan solven-          Pemisahan dua fasa yang terbentuk-          Pengambilan kembali solven dari tiap fasa yang terbentuk (Gozan, 2006 : 81-84).2.      DistilasiDistilasi adalah proses pemisahan yang paling sering digunakan. Distilasi untuk memisahkan bahan-bahan alam yang berupa zat cair atau untuk memurnikan cairan yang mengandung pengotor. Proses distilasi sering digabungkan dengan ekstraksi untuk mencapai tujuan pemisahan yang diinginkan. Prinsip utama metode distilasi berdasarkan perbedaan titik didih dari masing-masing senyawa komponen campuran pada tekanan yang tetap. Proses ini melibatkan kesetimbangan cair-uap. Kesetimabangan cair-uap sangat bergantung pada komposisi campuran yang hendak dipisahkan dan dijadikan dasar untuk memisahkan komponen campuran (Wonorahardjo, 2013 : 79).3.      SublimasiPada dasarnya dalah perubahan dari fase padat menjadi fase uap tanpa melalui fase cair. Proses ini sering disebut distilasi padatan. Cara ini ditempuh untuk menjaga keutuhan senyawa-senyawa yang tidak tahan panas. Cara lain yang mempunyai prinsip ini adalah dengan cara mengalirkan gas inert yang tidak mudah mengembun pada sublimasi (Wonorahardjo, 2013 : 98).4.      KromatografiMetode ini merupakan cara paling baik dalam proses pemisahan komponen kimia yang bercampur dalam sampel. Metode ini sangat handal dalam memisahkan senyawa yang mirip dengan mekanisme pemisahan yang melibatkan beberapa fase. Pemisahan berdasarkan perbedaan migrasi senyawa (Wonorahardjo, 2013 : 123).5.      FiltrasiFiltrasi merupakan metode pemisahan untuk memisahkan zat padat dari cairannya dengan menggunakan alat berpori (penyaring). Dasar metode pemisahan ini adalah perbedaan ukuran partikel antara pelarut dan zat terlarutnya. Hasil penyaringan disebut filtrat dan sisanya disebut residu. Metode ini dimanfaatkan untuk membersihkan air dari sampah pada pengolahan air, membersihkan preparat kimia di laboratorium (Rahayu,2009).6.      KristalisasiKristalisasi merupakan metode pemisahan untuk memperoleh zat padat yang terlarut dalam suatu larutan. Dasar metode ini adalah kelarutan bahan dalam suatu pelarut dan perbedaan titik beku. Kristalisasi ada dua cara yaitu kristalisasi penguapan dan kristalisasi pendinginan. Contohnya adalah pembuatan garam dapur dari air laut, pembuatan gula putih dari tebu (Rahayu,2009).7.      AdsorbsiAdsorbsi merupakan pemisahan untuk membersihkan suatu bahan dari pengotornya dengan cara penarikan bahan pengadsorbsi secara kuat sehingga menempel pada permukaan bahan pengadsorbsi. Contohnya untuk memurnikan air dari kotoran dan mikroorganisme dan memutihkan gula yang berwarna coklat karena terdapat kotoran (Rahayu,2009).III METODE PERCOBAAN
    Ø  Bahan :1)      0,1 gram NH4Cl2)      0,1 gram NaCl3)      0,1 gram SiO24)      100 ml air suling5)      Pelarut eluen = campuran butanol, asam asetat, air (1:1:4)6)      1 gram BaCl27)      25 ml K2CrO48)      Campuran yang mengandung BaCl2Ø  Alat :1)      Cawan penguap2)      Neraca3)      Bunsen4)      Gelas ukur5)      Kaca arloji6)      Bejana kromatografi7)      Gelas piala8)      Gunting9)      Kertas saring10)  Penotol (pipa kapiler)11)  Penganduk12)  Pipet tetes13)  Kaki tiga14)  Kasa3.1. Alat dan bahan3.2. Prosedur KerjaØ  Pemisahan komponen dari campuranA.    Pemisaha dengan cara konvensionalCawan penguap 
    NH4Cl, NaCl, SiO2Ditimbang 
    Cawan penguap + contohDitimbang sekitar 0,1 gram                                  Ditimbang dan diletakkan pada alat pemanasan                             Dipanaskan sampai asap putih betul-betul habis25 ml air suling                             Didinginkan dan ditimbang 
    Ditambahkan pada padatan yang terbentuk dan diaduk selama 5 menitDidekantasiDicuci dengan air sampai padatan bebas NaClCawan penguap +NaCl 
    Dipanaskan dan ditutup dengan kaca arlojiSampai terbentuk kristal NaCl kering dan ditimbang.Cawan + SiO2 + kaca arloji 
    dikeringkanSiO2 kering 
    didinginkanHasil pengamatanditimbangB.     Pemisahan dengan Kromatografi4-5 ml pelarut eluen (butanol, asam asetat, air) =1:1:4 
    Dimasukkan ke bejana kromatografi      Ditutup dengan kaca arlojiKertas saring       Dibentuk dengan ukuran 3×10 cm dan garis dalam 3×8,5 cmDibuat noda dengan tinta hitam dan merahDigantung dalam bejana Dibiarkan sampai diperoleh pemisahan yang baik       Pemisahan warna dan serapan pelarut diukur       Rf ditentukan dari setiap nodaHasil percobaan 
    Ø  Analisis melalui pengendapanA.    Persentase hasil barium kromatGelas piala 250 ml 
       Ditimbang          Ditambahkan 1 gram BaCl2          Ditambahkan 25 ml air suling          Diaduk sampai homogen          Ditambahkan 2 ml K2CrO4 0,2 M          Diaduk dan diamati endapan yang terbentuk          Dipanaskan          Disaring dengan kertas saring WathmanKertas saring + endapan         Dikeringkan, ditimbang, dicatat bobotnyaHasil percobaan          Hasil teoritis endapan dan persen hasil dihitungB.     Persentase barium klorida dalam campuranCampuran BaCl2 
    Dicatat bobotnyaProsedur A diulangiMassa BaCl2 dihitungHasil percobaanDihitung persentase BaCl2

    Bab IV. Hasil Percobaan

    4.1. Hasil PercobaanØ  Pemisahan komponen dari campuranA.    Pemisahan dengan cara konvensional1.      Bobot cawan penguap dan contoh semula  : 68, 268 gramBobot cawan penguap                                : 67, 968 gramBobot contoh                                                  : 0,3 gramBobot cawan penguap sesudah NH4Cl menyublim : 68,0297 gramBobot NH4Cl                                                            : 0,1249 gramPersentase NH4Cl                                                        : 41,63 %2.      Bobot cawan + kaca arloji + NaCl                     : 104, 1740 gramBobot cawan + kaca arloji                                  : 103,998 gramBobot NaCl                                                        : 0,18 gramPersentase NaCl                                                 : 60 %3.      Bobot cawan + SiO2                                          : 68, 29 gramBobot cawan                                                      : 68,2680 gramBobot SiO2                                                         : 0,022 gramPersentase SiO2                                                  : 7,3 %4.      Bobot sampel                                                     : 0,3 gramBobot NH4Cl + NaCl + SiO2                             : 0,3269 gramSelisih bobot                                                       : 0,0269 gramPersen bahan ayng terpisahkan                          : 108,93 %B.     Pemisahan dengan kromatografiNo. Noda                Rf                                         Warna1.                      7cm/8,2 cm = 0,8536                   merah2.                      8,2cm/8,2cm = 1                         hitamØ  Analisis melalui pengendapanA.    Persentase hasil barium kromatBobot piala + BaCl2                                                 : 92,7 gramBobot piala                                                               : 92 gramBobot BaCl2                                                             : 0,7 gramBobot kertas saring + endapan BaCrO4                   : 6,48 gramBobot kertas saring                                                  : 1,74 gramHasil nyata endapan BaCrO4                                   : 4,74 gramBobot endapan BaCrO4                                           : 4,74 gramPersen hasil BaCrO4                                                 : 467 %B.     Persentase barium klorida dalam campuranBobot piala + campuran                                           : 146,47 gramBobot piala                                                               : 113 gramBobot campuran                                                       : 33,47 gramBobot kertas saring + endapan BaCl2                      : 11.5 gramBobot kertas saring                                                  : 0,9 gramHasil nyata endapan BaCl2                                      : 9,31 gramMassa BaCl2                                                             : 0,3 gramPersentase BaCl2                                                      : 66,67 %4.2. PembahasanA.    Pemisahan dengan cara konvensional                     Pemisahan adalah  proses memisahkan komponen yang menyusun suatu campuran (zat terlarut) dengan zat terlarutnya (dapat berupa zat cair, padat dan gas). Cara-cara pemisahan ada banyak, yaitu sublimasi, ekstraksi, dekantasi, kristalisasi dan kromatografi. Kami tidak melakukan percobaan ini, dikarenakan listrik padam sehingga kami tidak dapat menggunakan timbangan untuk menimbang zat. Jadi, kami menggunakan data dari percobaan orang lain yaitu percobaan Akbar Sani pendidikan Biologi Unja 2012. Pada percobaan ini seharusnya digunakan cara pemanasan dan dekantasi. Dekantasi adalah proses pemisahan cairan dari padatannya dengan cara menuangkan secara perlahan-lahan.                     Pemisahan komponen pada percobaan ini dilakukan dengan menggabungkan NH4Cl, NaCl, SiO2 yang massa masing-masingnya adalah 0,1 gram. Jadi massa totalnya adalah 0,3 gram. Senyawa tersebut diletakkan didalam cawan penguap kemudian dipanaskan sampai asap putih benar-benar habis. Asap putih itu menandakan bahwa NH4Cl telah menyublim dan zat yang masih tersisa adalah NaCl dan SiO2. Dan setelah ditimbang lagi massanya berkurang menjadi 68,02927 gram. Massa NH4Cl didapatkan dari massa cawan penguap dan contoh dikurang dengan massa cawan setelah NH4Cl menyublim yaitu 0,1249 gram. Persentase NH4Cl dapat dicari yaitu 0,1249/0,3 x 100% = 41,63 %. Kemudian cawan penguap yang telah dingin ditambahkan 25 ml air suling dan diaduk. Campuran pada cawan dipisahkan dengan cara dekantasi yaitu dengan cara menuangkan secara perlahan-lahan. Cairan itu adalah NaCl dan padatannya adalah SiO2. Setelah itu masing-masing cawan berisi NaCl dan SiO2 dipanaskan hingga mendapat kristal NaCl 0,18 gram dan endapan SiO2 0,022 gram. Dari data ini, didapat persentase NaCl dan SiO2 yaitu 60% dan 7,33 %. Dari data tersebut, bobot sampel setelah diuraikan yaitu 0,1249 + 0,18 + 0,022 = 0,3269 gram. Persentasenya adalah 41,63 % + 60 % + 7,33% = 108,93 %.           Secara teori, persentase hasil pemisahan adalah 100% dan persentase masing-masing zatnya adalah 33,3% serta bobot masing-masingnya sesuai dengan bobot awalnya, yaitu 0,1 gram. Namun, pada percobaan ini dihasilkan 108,93% dan bobotnya sedikit berbeda dengan bobot awalnya. Hal ini terjadi dikarenakan adanya sedikit kesalahan dalam melakukan percobaan. Pemisahan ini dapat dikatakan berhasil, namun belum sempurna.B.     Pemisahan dengan kromatografi           Kromatografi adalah cara pemisahan zat padat dari campurannya berdasarkan perbedaan migrasi senyawa. Kami hanya melakukan percobaan ini. Bahan yang digunakan adalah campuran butanol, asam asetat dan air dengan perbandingan 1:1:4. Pada percobaan ini, dilakukan untuk melihat pemisahan komponen sampel berdasarkan perbedaan kepolaran atau sampel dengan pelarut yang digunakan. Pada percobaan ini, digunakan kertas saring ukuran 3×10 cm yang didalamnya diberi garis pinggir ukuran 3×8 cm dan telah diberi noda dari spidol berwarna merah dan hitam. Setelah kertas tadi dicelupkan dalam larutan eluen atau campuran tadi, warna yang terurai adalah warna merah menghasilkan warna putih, orange, dan kuning. Noda warna hitam menghasilkan pemisahan warna yaitu warna putih, ungu, coklat, dan biru. Warna noda-noda itu dibiarkan bergerak dan pelarutnya juga bergerak keatas, karena kertas saring merupakan kertas yang menyerap air. Dan ketika warna noda dan pelarut telah berhenti, artinya pemisahan telah selesai dan terjadi dengan sempurna. Noda warna hitam berhenti pada 8,2 cm. Dan noda merah berhenti pada 7 cm. Sedangkan pelarutnya berhenti pada 8,2 cm. Dari data ini, dapat dihitung Rf yaitu perbandingan jarak yang ditempuh zat dengan jarak yang ditempuh pelarut. Rf noda hitam adalah 1. Dan Rf noda merah adalah 0,8536.           Rf menunjukkan kecepatan noda bergerak pada ketas saring. Rf juga dapat dijadikan bukti untuk mengidentifikasi senyawa. Harga Rf yang sama, menunjukkan karakteristik zat sama. Bila harga Rf tidak sama, dapat dikatakan bahwa zat tersebut berbeda. Campuran butanol dan asam asetat dan air digunakan untuk memisahkan warna-warna campuran pada noda merah dan hitam dari tinta spidol. Jika menurut teori pemisahan warna yang juga menunjukkan pemisahan komponen dipengaruhi perbedaan fase gerak dan kepolaran senyawa.Ø  Analisis melalui pengendapanA.    Persentase hasil barium kromat          Suatu campuran terdiri atas larutan, koloid, dan suspensi. Dengan adanya koloid dan suspensi, memungkinakan terjadinya endapan jika dibiarkan lama atau diendapkan dengan K2CrO4. Data pada percobaan ini diperoleh dari data percobaan pada laporan Siti Rahmah pendidikan fisika pgmipau 2014. Hal ini dikarenakan kami tidak dapat melakukan percobaan yang disebabkan listrik mati sehingga kami tidak dapat melakukan penimbangan zat dan alat.          Prosedur yang seharusnya dilakukan adalah menimbang gelas piala. Kemudian menimbang gelas piala yang berisi BaCl2, yaitu 92,7 gram. Massa BaCl2 adalah 0,7 gram. 25 ml air suling ditambahkan dan diaduk sampai homogen. Ditambahkan 25 ml K2CrO4 0,2 M, diaduk kemudian diamati endapan yang terbentuk. K2CrOmeruapakn indikator pengendapan. K2CrO4 menjadikan partikel-partikel kasar dalam campuran mengendap dan membentuk larutan jernih sehingga bagian bawah dapat berupa endapan dan bagian atas dapat berupa larutan jernih. Apabila endapan BaCrO4 masih terbentuk, ditambahkan lagi K2CrO4 sampai endapan tidak terbentuk lagi. Kemudian dipanaskan sampai mendidih dan disaring dengan kertas saring Whatman. Endapan dikeringkan dan ditimbang yaitu 4,74 gram. Dari data tersebut dapat dihitung persentase BaCrO4 yaitu 467%.          Pada percobaan ini mungkin terjadi sedikit kesalahan karena persen hasilnya melebihi 100%. Secara teori, jika barium kromat mengendap sempurna maka persentasenya adalah 100%. Perbedaan hasil ini dapat terjadi dimungkinkan karena kurangnya penambahan K2CrO4 dan dalam proses pengeringan yang kurang.B.     Persentase barium klorida dalam campuran          Suatu campuran yang dipisahkan dengan cara pengendapan, akan menghasilkan endapan di bagian bawah dan larutan dibagian atas. Percobaan ini bertujuan untuk mencari persentase barium klorida dalam campuran. Data yang kami peroleh, berasal dari data percobaan orang lain, yaitu Akbar Sani pendidikan Biologi unja 2012.          Langkah kerja dari percobaan ini sama dengan percobaan A, namun disini akan dihitung persentase barium klorida dalam campuran. Bobot gelas piala dan campuran yang telah ditimbang yaitu 146,47 gram. Bobot campuran yang didapat yaitu 33,47 gram. Kemudian campuran tersebut diendapkan dan dipanaskan sampai mendidih. Endapan yang terbentuk diambil dengan kertas saring, dikeringkan dan ditimbang. Hasil endapan yang diperoleh yaitu 9,31 gram dan persentase BaCl2 adalah 66,67%. Jadi dapat disimpulkan dalam campuran tersebut mengandung BaCl2 sebesar 66,67% dan sisanya adalah zat lain.V PENUTUP5.1. Kesimpulan1)      Pemisahan campuran dapat dilakuakn dengan banyak cara, yaitu sublimasi, ekstraksi, dekantasi, kristalisasi dan kromatografi. Pada percobaan ini, pemisahan campuran dilakukan dengan cara dekantasi, kristalisasi, kromatografi, dan pengendapan. Namun, kami hanya melakukan pemisahan dengan cara kromatografi. Kromatografi adalah pemisahan komponen zat dari campuran berdasarkan perbedaan migrasi.2)      Barium klorida dapat diendapkan menggunakan K2CrO4, karena K2CrO4 ini merupakan larutan indikator pengendapan yang mudah larut dalam air dan menjernihkan larutan. Cara menentukan persentase barium kromat dalam campuran yaitu% BaCrO4  = massa endapan pada praktek/massa contoh semula  x 100%.3)      Barium klorida dapat dipisahkan dari campuran dengan cara pengendapan. Persentase barium klorida dapat dihitung dengan rumus :% BaCl2 = {(massa endapan-massa teori) : massa teori } x 100%.4)      Hukum stoikiometri digunakan dalam perhitungan bobot-bobot senyawa dalam campuran. Dalam mencari bobot zat secara teori menggunakan stoikiometri yaitu dalam mencari mol, perbandingan koefisien dan persen massa.5)      Menyaring dan memindahkan endapan dilakukan dengan menuangkan campuran pada kertas saring, sehingga endapan tertinggal pada kertas saring.DAFTAR PUSTAKAGozan, misri. 2006. Absobsi, leaching, dan ekstraksi pada industri kimia. Jakarta : Universitas  Indonesia.Rahayu,didah.2009.Kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliahweb/2008/DIDAH%RAHAYU20(0606371)/halaman 12.html (diakses pada jum’at, pukul 14.44 dan artikel di upload pada minggu, 11 januari 2009 pukul 22.16).Sastrohamidjojo, hardjono.2005. Kimia dasar. Yogyakarta : UGM.Sulistiati, ainie khuriati riza. 2013. Termodinamika. Yogykarta: Graha Ilmu.Syukri, s. 1999. Kimia dasar 2. Bandung : ITB.Wonorahardjo, surjani. 2013. Metode-metode pemisahan kimia. Jakarta : Akademia Permata
    LAMPIRANØ  Pemisahan komponen dari campuranA.    Pemisahan dengan cara konvensional1)      Bobot cawan penguap dan contoh semula     = 68,268 gram2)      Bobot cawan penguap                                                = 67,968 gram3)      Bobot contoh = (1-2)= 68,268 – 67,968                     = 0,3 gram4)      Bobot cawan penguap setelah NH4Cl menyublim = 68,0297 gram5)      Bobot NH4Cl = (1-4) = 68,268 – 68,0297                  = 0,1297 gram6)      Persentase NH4Cl = bobot NH4Cl yang menyublim   x 100 %                                             Bobot sampel                               = 0,1297   x 100%   = 41,63 %                                     0,37)      Bobot cawan + kaca arloji + NaCl                  = 104,1740 gram8)      Bobot cawan + kaca arloji                              = 103, 998 gram9)      Bobot NaCl = (7-8) = 0,18 gram10)  Persentase NaCl = massa NaCl     x 100%                              Massa contoh                            =  0,18 gram      x 100%                                 0,3 gram                            = 60 %11)  Bobot cawan + SiO2                                       = 68,29 gram12)  Bobot cawan                                                   = 68,2680 gram13)  Bobot SiO= (11-12) = 0,022 gram14)  Persentase SiO2 = bobot SiO2      X 100%                             Bobot contoh                        = 0,022 gram     x 100%                            0,3 gram                         = 7.3%15)  Bobot NH4Cl + NaCl + SiO2 = 0,1297 g + 0,18 g + 0,022 g             = 0,3296 gram16)  Selisih bobot = 0,3269 g – 0,3 g  = 0,0269 gram17)  Persen bahan yang dipisahkan = (0,3269 g : 0,3 g) x 100% = 108,93 %B.     Pemisahan dengan kromatografi1)      Noda merahRf =   jarak yang ditempuh zat       Jarak yang ditempuh pelarut     =  7 cm / 8,2 cm  = 0,85362)      Noda hitamRf =     jarak yang ditempu zat       Jarak yang ditempuh pelarut     = 8,2 cm / 8,2 cm = 1Ø  Analisis melalui pengendapanA.    Persentase hasil barium kromat1)      Bobot piala + BaCl2                            = 92,7 gram2)      Bobot piala                                          = 92 gram3)      Bobot BaCl2 = 1-2                              = 0,7 gram4)      Bobot kertas saring + endapan BaCrO         = 6,48 gram5)      Bobot kertas saring                                         = 1,74 gram6)      Bobot endapan  BaCrO4 = 4-5 = 6,48 – 1,74 = 4,74 gram7)      Persen hasil BaCrO4a.       Massa BaCrO4 secara teoritisn BaCl2 = 0,7 g / 208                                = 0,0033 molBaCl2 + K2CrO → BaCrO4 + 2 KCl0,0033 mol           0,0033 molg BaCrO4 = mol x Mr = 0,0033 mol x 253 = 0,8349 gramb.      Persen BaCrO4 = (g endapan – g teoritis)    x 100%                                         g teoritis                           = (4,74 – 0,8349)    x   100%                                     0,8349                           =  467 %B.     Persentase barium klorida dalam campuran1)      Bobot piala + campuran                                  =  146,47 g2)      Bobot piala                                                      = 113 g3)      Bobot campuran = 1-2 = 146,47 – 113           = 33,47 g4)      Bobot kertas saring + endapan BaCl2             = 11,5 g5)      Bobot kertas saring                                         = 0,9 g6)      Hasil nyata endapan BaCl2 = (11,5 – 0,9)      = 10,6 g7)      Persentase BaCl2%BaCl2 =    massa BaCl       x 100%                Massa campuran            =   10,6 g      x 100%                           = 31,67 %                33,47 g

  • Laporan Praktikum Identifikasi Gugus Fungsi

    Identifikasi Gugus Fungsi

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Dalam kehidupan sehari-hari kita banyak sekali menemukan bahan ataupun senyawa kimia yang diaplikasikan akan tetapi kita tidak mengetahui apakah yang terkandung dalan bahan dan senyawa tersebut. Bahan – bahan kimia banyak terdapat pada obat-obatan, sabun, sumber energi kimia, dan lain sebagainya.

    Gugus fungsi adalah gugus yang memberikan karakteristik kepada senyawa organik, oleh karena itu jika suatu molekul memiliki dua gugus fungsi berlainan dengan jarak  yang berjauhan, maka senyawa itu akan mempunyai sifat-sifat atau karakteristik dari masing-masing gugus fungsi, namun apabila letak kedua gugus fungsi tersebut berdekatan maka gugus fungsi itu akan saling berinteraksi sehingga akan memberikan sifat-sifat khusus pada senyawa yang bersangkutan yaitu akan memiliki sifat hasil gabungan dari kedua gugus yang diikatnya.

    Struktur dan reaksi yang menyangkut gugus fungsi paling penting dalam kimia organic, yaitu gugus karbonil (C=O). Gugus ini dimiliki oleh golongan senyawa aldehid, keton, asam karboksilat, ester dan turunan lainnya. Senyawa ini penting dalam banyak proses biologi dan sering merupakan mata niaga penting pula.

    Keton mempunyai dua gugus fungsi (Aril) yang terlihat pada karbon karbonil, sedangkan aldehida mempunyai sekurangnya satu atom hidrogen yang terikat pada karbon karbonilnya.Aldehida dan keton lazim terdapat dalam makhluk hidup. Gula ribosa dan hormon betina progesteron merupakan 2 contoh aldehid dan keton yang penting secara biologis. Keton sering digunakan pada parfum dan cat untuk menstabilisasi ramuan lainnya sehingga tidak berdegradasi dengan cepat. Kegunaan lainnya adalah sebagai pelarut dan zat antara dalam industri kimia.

    Ester adalah suatu senyawa organik yang terbentuk melalui penggantian satu (atau lebih) atom hidrogen pada gugus karboksil dengan suatu gugus organik (biasa dilambangkan dengan R’). Asam oksigen adalah suatu asam yang molekulnya memiliki gugus -OH yang hidrogennya (H) dapat menjadi ion H+. Banyak ester memiliki bau seperti bau buah-buahan, sehingga banyak senyawanya dijadikan perasa dan aroma buatan.

    Berdasarkan penjelasan di atas, maka dilakukan percobaan ini untuk mengamati berbagai reaksi terhadap gugus fungsi dan mengenal bagaimana sifat fisis maupun kimia dari masing-masing gugus fungsi, serta mengetahui apa saja ciri khas dari masing-masing senyawa yang direaksikan, seperti apakah benar senyawa ester itu memiliki aroma yang khassepertiwangi-wangian.

    1.2.        Tujuan

                                                          1.            Dapat mengenali sifat fisis dan kimia alkohol, aldehid, keton, asam karboksilat, halida, senyawa nitro, dan ester.

                                                          2.            Dapat melakukan uji yang khas untuk gugus fungsi.

    1.3.       Pertanyaan Pra Praktek

    1.      Bagaimana membedakan alkohol dengan hidrokarbon yaitu ?

    Alkohol– Mudah larut dalam Air- Titik didih Relatif lebih tinggi- Bereaksi dengan logam Na- Bereaksi dengan KCl3Hidrokarbon– Terdiri dari atom C dan H- Tidak mudah Larut dalam air

    2.      Mengapa Alkohol Mempunyai sifat diantara hidrokarbon dan air ?

    Karena gugus Fungsi alkohol menggunakan gugus OH, yang merupakan ikatan hidrogen dan didalam karbon dapat atom C dan H.

    3.        a). Bagaimana cara membuat ester di laboratorium ?

    Mereaksikan asam karboksilat dan alkohol serta sedikit asam sulfat pekat.

    Contoh            :

    As. Asetat  +  etanol                   etil asetat + air

    CH3COOH + C2H5OH                           CH3COOC2H5 + H2O

    b). Bagaimana cara membuat asam karboksilat di laboratorium ?

    Oksidasi alkohol primer dengan oksidator kuat

    Contoh : CH3  CH2 OH CH3              COOH + H2O

    4.      Tuliskan rumus molekul aldehid yang terbentuk dari oksidasi alkohol?

       R-CH + O2                       R-COH

    5.         Bagaimana membedakan asam organik dari basa organik ?

    Basa organik mengandung gugus fungsi NH2 dan pH-nya tinggi.

    Asam organik bareksi cepat dengan NaHCo3 menghasilkan gas Co2 dan pH-nya rendah.

    6.         Tulislah rumus asam yang terbentuk dari oksidasi alkohol ?

    R-OH                        R-COH                        R-COOH

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    Gugus fungsi senyawa karbon merupakan gugus atom/sekelompok atom yang menentukan sifat khas senyawa karbon tersebut. Gugus fungsi senyawa karbon merupakan bagian yang aktif, sebab bila senyawa karbon tersebut bereaksi maka yang mengalami perubahan adalah gugus fungsinya. Senyawa karbon dikelompokkan menjadi alkohol, eter, aldehid, keton, asam karboksilat dan ester (Sudarmo, 2006: 196).

    Dalam senyawa organik selalu dimulai dari senyawa hidrokarbon. Senyawa tersebut terbagi atas :

    a.       Hidrokarbon alifatik

    Adalah senyawa hidrokarbon yang tidak mengandung inti benzena, baik dalam senyawa yang berantai lurus dan bercabang maupun   .

    b.      Hidrokarbon aromatik

    Mengandung inti benzena, yaitu enam rantai kanan yang melingkar tapi stabil (Syukri, 1999:  686687)

                Aldehid dan keton yang kecil dapat larut secara bebas dalam air tetapi kelarutannya berkurang seiring dengan bertambahnya panjang rantai, sebagai contoh : metanol,etanol,dan propanon yang merupakan aldehid dan keton dengan berat molekul rendah dapat bercampur dengan air pada semua perbadingan volume. Alasan mengapa aldehid dan keton dapat larut adalah walupun aldehid dan keton tidak bisa saling berikatan hidrogen sesamanya. Namun, keduanya bisa berikatan hidrogen dengan molekul air. Sebab salah satu atom hidrogen sedikit bermuatan positif dalam sebuah molekul air bisa tertarik dengan baik ke salah satu pasangan elektron bebas pada atom oksigen dari sebuah aldehid atau keton membentuk ikartan Hidrogen (Clark, 2007:173).          

                Laju reaksi terhadap asam karboksilat tergantung terutama pada efek sterik dari alkohol dan asam karboksilat. Kuat asam dari asam karboksilat hanya memberikan sumbangan kecil dalam laju reaksi pembentukan ester. Kenaikan kereaktifan alkohol terhadap esterefikasi adalah :

                            Alkohol tersier < alkohol sekunder < alkohol primer

                Ester bertitik didih dan titik beku lebih rendah dari asam karbosilat penyusunnya. Ester suku rendah merupakan zat cair yang berbau harum, ester bersifat netral dan mudah terhidrolisis menjadi asam dan alkoholnya (Tim Kimia Dasar, 2010: 27).

                Alkohol atau alkanol adalah turunan hidrokarbon, umumnya alkana, dimana 1 atau lebih atom H-nya diganti dengan gugus hidroksil (-OH) atau gugus alkanol. Alkohol dapat digolongkan menjai 2 yaitu :

    a.       Menurut valensi dari alkohol dibedakan menjadi:

    1.      Alkohol valensi satu, misalnya etanol

    2.      Alkohol valensi dua, misalnya glikol

    3.      Alkohol valensi tiga, misalnya gliserol

    b.      Menurut kedudukan gugus OH pada atom sejenis atom C yang mengikat gugus OH dapat dibedakan menjadi:

    1.      Alkohol primer, jika gugus OH terikat padaa atom C primer (atom yang mengikat 1 atom C yang lainnya).

    2.      Alkohol sekunder, jika gugus OH terikat pada atom C sekunder (atom yang mengikat 2 atom C).

    3.      Alkohol tersier, jika gugus OH terikat pada atom C tersier yang mengikat 3 atom C lainnya.

    Fenol adalah senyawa yang memiliki sebuah gugus hidroksil yang terikat langsung pada cincin benzena. Meskipun memilki persamaan dengan alkohol namun secara kimiawi berbeda dengan alcohol (Petrucci, 1985: 76).

    Esterikasi adalah salah satu jenis reaksi dimana reaksi tersebut untuk menghasilkan ester. Ester merupakan sebuah hidrokarbon yang diturunkn dari asam karboksilat. Sebuah asam karboksilat mengandung gugus –COOH dan pada sebuah ester hidrogen di gugus ini digantikan oleh sebuah gugus hidrokarbon dari beberapa jenis. Ester dapat dihasilkan dengan caara mereaksikan antara sebuah alkohol dengan asam karboksilat, variabel yang berpengaruh adalah:

    1.      Suhu

    Hal ini dikarenakan sifat dari reaksi yang eksotermis dan suhu dapat memmpengaruhi harga konstanta kecepatan reaksi.

    2.      Perbandingan zat pereaksi

    Dikarenakan sifatnya reversibel maka salah satu perektan harus dibuat berlebih agar optimal dalam pembentukan produk ester yang ingin dihasilkan.

    3.      Pencampuran

    Dengan adanya pengadukan saat pencampuran maka molekul-molekul pereaktan dapat mengalami tumbukan yang lebih sering sehinggga reaksi dapat berjalan lebih optimal.

    4.      Katalis

    Sifat reaksi esterifikasi yang lambat membutuhkan katalis agar berjalan lebih cepat.

    5.      Waktu reaksi

    Jika waktu saat reaksi lebih lama maka kesempatan molekul-molekul untuk bertumbukan semakin lebih sering. Suatu asam karboksilat adalah suatu senyawa organik yang mengandung gugus karboksilat (-COOH), gugus karboksil mngandunng gugus karbonil dan sebuah gugus hidoksil, antar aksi dari kedua gugus ini mengakibatkan suatu keaktifan kimia yang unik dan untuk asam karboksilat (Fessenden, 1997: 221-223).

    BAB III

    METODE PRAKTIKUM

    3. 1     Alat dan Bahan

    Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah:

    ·         Tabung reaksi (100 ml, 150 ml, 150 mm, 75 mm )

    ·         pipet tetes

    ·         pengaduk

    ·         penangas air

    Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah:

    ·         0.5 ml alkohol

    ·         air

    ·         5 ml NaOH 10%

    ·         I2/KI 10%

    ·         2 ml K2Cr2O4 0.1 M

    ·         1 ml H2SO4 pekat

    ·         1 ml aldehid

    ·         3 ml NaHSO3 40%

    ·         alkohol

    ·         Asam organik dan Basa Organik

    ·         0,1 gr kristal asam sulfat

    ·         0,2 ml larutan asam

    ·         2 ml NaHCO310%

    ·         2 ml 0.1 M KMnO4

    ·         1 ml etanol

    ·         10 mg nitrobenzena

    ·         1,5 ml Fe(NH4)2(SO4)2  15%

    ·         1 ml KOH 15%

    ·         H6C6H4COOH, H2SO4, Air, CH3OH

    3.2          Prosedur Kerja

    ALKOHOL

    Tabung reaksi
    › dilarutkan 0,5 ml alkoholkedalam 5 ml air
    › ditambahkan 5 ml NaOH 10%
    › digoyangkan, diteteskan  I2/KI 10% sampai jelas warna coklat
    › dipanaskan dalam penangas air (suhu ≤ 60˚C)
    › ditambahkan lagi I2/KI sampai warna coklat tua bertahan selama 2 menit
    › dibiarkan
    › ditambahkan beberapa tetes NaOH 10%
    › diisi dengan akuades
    › dibiarkan selama 10 menit
    Hasil

    OKSIDASI ALKOHOL

    Tabung reaksi
    › dituangkan 2 ml K2Cr2O7 0,1 M
    › ditambahkan 1 ml H2SO4pekat
    › diaduk lalu didinginkan
    › ditambahkan 2 ml alcohol
    › diperhatikan warna dan bau yang terjadi
    Hasil

    ALDEHIDA DAN KETON

    Tabung reaksi
    › dimasukkan 1 ml aldehida dan 3 ml NaHSO3 40%
    › ditambahkan 1 atau 2 tetes alkohol, digoyangkan
    › jika terbentuk senyawa padat, tambahkan 3 ml air suling
    Hasil
    › diulangi dengan menggunakan keton
    Hasil

    KEASAMAN

    Tabung reaksi
    › dimasukkan 1 ml air suling
    › ditambahkan 0,1 g (bila padat) atau 1,2 ml (bila larutan) asam organik
    › diuji pH dengan kertas lakmus
    Hasil

    DEKARBOKSILASI

    Tabung reaksi
    › dimasukkan 0,1 g atau 0,2 ml asam salisilat
    › ditambahkan 2 ml NaHCO3 10%
    › diperhatikan gas CO2 yang timbul
    Hasil

    OKSIDASI

    Tabung reaksi
    › dituangkan 2 ml KmnO4
    › ditambahkan 1 ml etanol
    › diperhatikan perubahan warna dan bandingkan bau yang timbul
    Hasil

    SENYAWA NITRO

    Tabung reaksi
    › dimasukkan 10 g senyawa nitrobenzene
    › dicampurkan dengan 1,5 ml Fe(NH4)2 (SO4)2 15%
    › ditambahkan 1ml KOH 15%, diaduk kuat-kuat› diperhatikan warna endapan yang terjadi setelah 1 menit
    Hasil

    PEMBUATAN MINYAK GANDAPURA

    Tabung reaksi
    › dimasukkan 2 sudip asam salisilat HOC6H4COOH
    › ditambahkan 5 tetes H2SO4 3M dan 3 tetes air
    › ditambahkan 3-4 tetes methanol setelah 1,5 menit› ditempatkan pada penangas air selama 20-30 menit (suhu air sekitar 60oC)
    Hasil

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1.Hasil

    1.    Alkohol

    Oksidasi alkohol

    NONamaGolonganPengamatanHasil
    1MetanolAlkohol primerTerbentuk 4 lapisan (jingga, Hijau, biru muda, hitam),bau tidak menyengatAldehid
    2EtanolAlkohol primerKetika ditambahkan H2SO4 berubah menjadi merah bata. Ketika ditambahkan etanol berubah menjadi biru pekat dan terasa panas.keton
    3I-propanolAlkohol seknderWarna hijauketon
    4T-butanolAlkohol primerTerjadi perubahan warna menjadi cokelat dan terdapa senyawa yang memisah.Aldehid

    2.    Aldehid dan keton

    Uji Natrium bisulfit

    NONama senyawaPengamatanStruktur kimia produk
    12AsetonBenzaldehidTidak terjadi perubahanTerdapat senyawa memisah

    3.    Asam basa

    A. pH

    NONama senyawaAsam/BasaStruktur kimia
    1Asam salisilatAsam

    B. Uji Natrium bikarbonat

    NONama SenyawaPengamatanStruktur kimia Produk
    1Asam salisilatTimbulnya busa setelah dicampur larutan NaHCO3 adanya gelembung didinding tabung reaksiHOC6H4COOH + NaHCO3

    C. Oksidasi

    ·      Reaksi              : KMnO4 + CH3-CH2-OH  KOH + CH3CH2 + MnO4

    ·      Pengamatan     :

    Awalnya berwarna ungu setelah ditambahkan etanol warna berubah menjadi cerah muda kemudian lama kelamaan warna berubah menadi cokelat serta memiliki endapan dan baunya yang muncul menyengat , setelah ditambahkan etanol baunya mulai berkurang.

    ·      Kesimpulan      :

    Perubahan warna  menjadi cokelat , oksidasi menghasilkan asam etanoat.

    4.    Pembuatan minyak gandapura

    ·      Reaksi            : OHC6H4COOH + CH3OH  HOC6H4COOCH3 + H2O

    ·      Pengamatan     :

    Awalnya satu sudip asam salisilat diteteskan 5 tetes H2S04 3M dan 3 tetes air dan 4 tetes metanol membentuk endapan berwarna puith. Setelah dipanaskan pada suhu 60˚C terjadi gelembung udara dan menghasilkan aroma menyerupai minyak kayu putih. 

    ·      Kesimpulan      :

    Jadi reaksi ester pembuatan minyak gandapura menghasilkan aroma minyak kayu putih.

    4.2.Pembahasan

               Gugus Fungsi adalah atom yang paling menentukan sifat suatu senyawa. Gugus fungsi merupakan ciri khas dari suatu homolog.

    1.    Alkohol.

    Oksidasi alkohol

    Pada percobaan ini disiapkan 4 tabung reaksi yang masing- masing diisi dengan 2 ml K2CrO4 0,1 M dan 1 ml H2SO4. Setelah itu, isi tabung lalu diaduk dan didinginkan. Sesudah dingin, masing-masing tabung seharusnya diisi dengan 4 jenis alkohol (metanol, etanol, i-propanol, dan t-butanol) dan dilihat perubahan warna dan bau yang terjadi . Larutan K2CrO4 dengan H2SO4 diaduk hingga larutannya tercampur. setelah larut baru ditambahkan lagi dengan menuangkan alkohol ke dalam campuran.

    ·         Oksidasi metanol: terlihat 4 lapisan warna yaitujingga, hitam, biru, dan hijau.

    ·         Oksidasi etanol: padapercobaan ini kami menambahkan H2SO4 sehingga warnanya berubah menjadi merah bata. Dan jika ditambahkan etanol akan berubah menjadi warna birupekat dan menghasilkan panas.

    ·         i-propanol menghasilkan warna hijau.

    ·         t-butanol mengalami perubahan warna menjadi cokelat dan terdapat senyawa yang memisah.

    Dari percobaan ini didapatkan aldehid dan keton, sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa jika alkohol dioksidasi, akan dihasilkan senyawa yang berbeda yaitu berupa aldehida atau keton.

    2.    Aldehid dan keton.

    Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan tabung reaksi 50 ml dan dicampurkan 1 ml aldehid dengan 1 ml H2SO4 40% kemudian ditambahkan dengan   2 tetes alkohol, kemudian digoyangkan. Dari percobaan yang kami lakukan, kami menggunakan 2 senyawa yaitu aseton dan benzaldehid. Dimana pada senyawa aseton tidak terjadi perubahan dan pada senyawa benzaldehid terdapat senyawa memisah.

    3.    Asam dan basa

    A.  pH

    Pada percobaan kali ini menggunakan 1,2 ml asam salisilat ditambah 1 ml air suling. Kemudian diuji dengan lakmus didapat pH-nya sebesar 2. Seharusnya asam salisilat mempunyai pH sebesar 3,5 karena asam salisilat merupakan asam lemah. Hal lain mengenai asam salisilat adalah bila asam salisilat tercampur dengan anhidri asetat menyebabkan reaksi kimia yang mengubah alkohol asam salisilat menjadi asetat .

    B. Uji Natrium bikarbonat

    Pada percobaan kali ini menggunakan asam salisilat yang dimasukkan kedalam tabung reaksi lalu ditambahkan NaOH 10% pengamatan yang terjadi terdapatnya gas CO2.

    C.  Oksidasi

    Pada percobaan ini direaksikan 2 ml KMnO4 0,1 M dengan 1 ml etanol secara perlahan. Pada percobaan ini yang dilihat adalah perubahan warna dan bau yang di timbulkan dari reksi tersebut.

    Hasil dari percobaan ini adalah KMnO4 yang semula berwarna ungu, setelah ditambahkan etanol warna berubah menjadi merah muda kemudian lama kelamaan warna berubah menjadi cokelat serta memiliki endapan dan bau yang muncul menyengat, setelah ditambahkan etanol baunya mulai berkurang.

    Persamaan reaksinya: KMnO4 + C2H5OH  KOH+ C2H5+ MnO4

    Pada pengamatan ini warna ungu semakin pekat dan semakin lama berubah menjadi warna merah dan berbau alkohol.

    4.    Ester.

                Pembuatan minyak gandapura

            Ester dapat terbentuk dari reaksi asam anorganik atau organik dengan alkohol, ester biasanya mudah menguap dan mempunyai bau yang enak. Bau alami bunga-bungaan dan aroma buah-buahan merupakan salah satu bau dari beberapa ester.

            Dari percobaan ini direaksikan C6H4COOH dengan 5 tetes H2SO4 3M  kemudian setelah 1,5 menit ditambahkan 3-4 tetes metanol . Kemudian tabung reaksi diletakkan diatas penangas air selama 20 sampai 30 menit . setelah dipanaskan, pada campuran tersebut terdapat endapan berwarna putih dengan aroma seperti minyak kayu putih. Minyak gandapura termasuk jenis ester karena terbentuk dari asam karboksilat dan alkohol.

    Reaksi yang terjadi adalah:

    OHC6H4COOH + CH3OH  HOC6H4COOCH3 + H2O

    Penambahan asam sulfat pada percobaan ini berfungsi sebagai katalis yaitu untuk mempercepat reaksi antara asam salisilat dengan metanol.

    BAB V

    PENUTUP

    Kesimpulan

         Kesimpulan yang didapatkan dari percobaan kali ini adalah :

    1.      sifat fisis dan kimiaalkohol, eter, aldehid, keton, asam karboksilat, dan ester berbeda- beda dengan masing – masing memiliki sifat khastertentu dan juga memiliki fungsi yang berbeda – beda. Alkohol memiliki sifat fisis dan kimia . Sifat fisisnya adalah alkohol monohidroksida suku rendah (jumlah atom karbon 1 -4) berupa cairan tak berwarna dan dapat larut dalam segala perbandingan. Sifat kiminya, oksidasi alkohol primer dengan menggunakan natrium bikromat dan asam sulfat akan menghasilkan aldehid dan air. Aldehid dan keton, sifat fisisnya tidak mengandung hidrogen yang terikat pada oksigen, sehingga tidak dapat terjadi ikatan hidrogen seperti pada alkohol. Sifat kiminya, ditentukAn oleh gugus karbonil. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika pada beberapa sifat dari aldehid dan keton yang memiliki kesamaan. Asam karboksilat juga memiliki sifat fisis dan kimia, sifat fisisnya titik didih relatiif tinggi dan sifat kiminya larutan asam karboksilat bersifat asam lemah ditentukan dengan harga ka. Sifat fisis ester terletak antara keton dan eter dengan massa molekul relatif yang hampir sama dan sifat kimianya mengalami reaksi hidrolisis.

    2.      Dalam membedakan gugus fungsi yang satu dengan yang lain dapat dilakukan dengan uji identifikasi, sehingga ditemukan ciri khas gugus fungsi tersebut.

    DAFTAR PUSTAKA

    Clark.2007. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga

    Fesseden, Ralph. J. 1997. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga

    Petrucci. 1985. Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga

    Sudarmo. 2006. Kimia. Jakarta: Erlangga

    Syukri, S. 1999. Kimia Dasar I. Bandung: ITB

    Tim Kimia Dasar. 2010. Penuntun Kimia Dasar. Jakarta: BinapuraAksara

  • Laporan Praktikum Skala pH dan Penggunaan Indikator

    Skala pH dan Penggunaan Indikator

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Senyawa kimia yang paling sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari adalah asam basa, misalnya asam,salah satunya asam nitrat terkandung di dalam jeruk dan asam cuka. Dan basa biasanya terkandung di dalam sabun. Zat-zat yang berasa asam biasanya mengandung asam, dan zat-zat yang berasa licin dan pahit biasanya mengandung basa.

    Suatu larutan dapat dibedakan menjadi 3 golongan yaitu : larutan asam, larutan basa, dan larutan netral. Golongan larutan dapat kita ketahui dengan menggunakan indikator asam-basa, yaitu zat-zat warna yang akan menghasilkan warna-warna berbeda dalam larutan asam maupun larutan basa. Dengan adanya indikator kita dapat menentukan kekuatan asam maupun kekuatan basa dalam suatu zat. Kuat atau lemahnya suatu asam maupun suatu basa dapat dinyatakan dalam pH. Zat-zat yang memiliki pH di bawah 7 memiliki sifat asam, zat-zat yang memiliki pH di atas 7 memiliki sifat basa, sdangkan zat yang memiliki pH 7 merupakan larutan netral.pada basa, misalnya sabun akan terasa licin dan dapat membersihkan kulit, namun jika kita gunakan Natrium Hidroksida untuk membersihkan kulit, maka kulit akan terasa pedih, padahal sabun maupun Natrium hidroksida merupakan larutan yang memiliki sifat basa. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan kadar basa ang terkandung  di dalan kedua zat tersebut. Begitu pun dengan asam, jika asam yang terkandung di dalam jeruk maupun cuka dapat kita rasakan dengan memakannya, namun jika asam yang sering kita gunakan untuk melakukan praktikum di laboratorium. Jangankn untuk memakannya, menyentuhnya saja maka tangan kita akan gatal-gatal dan melepuh.

    Untuk itu pada praktikum kali ini kita dapat melakukan percobaan untuk mengetahui kebenaran  dari teori tentang asam maupun tentang basa, dan kita juga dapat mencoba mengukur kekuatan asam maupun kekuatan basa  suatu zat menggunakan indikator. Dan kita juga akan mencoba mengukur menggunakan pH meter.

    1.2  TUJUAN PRAKTIKUM

    ·         Dapat membuat larutan standar asam dan basa dalam berbagai konsentrasi

    ·         Dapat mengukur pH larutan dengan berbagai indikator

    ·         Dapat memilih indikator yang sesuai dengan pH

    ·         Dapat mengukur pH larutan dengan menggunakan pH meter

    1.3  PERTANYAAN PRA PRAKTEK

    1). Fenolftalen adalah salah satu indikator yang lazim, bagaimana warnanya dalam larutan asam? Dalam larutan basa?

    =  Dalam larutan asam  →  tidak berwarna

        Dalam larutan basa  → berwarna merah

    2). Apa yang di maksud dengan pH? Berapa pH larutan netral?

    = pH yaitu sama dengan logaritma dalam konsentrasi ion hidrogen dengan di beri tanda negatif

       pH larutan netral adalah 7.

    3).  Apabila 0,01 mol HCl ada dalam 10 lt larutan,berapa molaritasnya, berapa konsentrasi Hdan berapa pHnya?

    =                                        molar HCl   =       =       = 10-3 M

                      HCl                             H+     +    Cl

                              10-3                                                        10-3                10-3

                                                            pH   =  -log [H+]

                                                      = -log  [10-3]

                                                      =  3

    4). Bagaimana hubungan antara H+ dengan OH dalam larutan air jika [H+]  =  10-1 M  ?

    =                    H+      +     OH–                                            H2O

                      Kw     =     [H+]  [OH]

                      [OH]   =  

                                 =    =  10-10 M

    BAB II. LANDASAN TEORI

    Konsentrasi ion Hidrogen dan ion Hidroksida dalam larutan sangat menarik untuk di kaji lebih jauh, konsentrasi keduanya biasanya sangat kecil sehingga untuk mempermudah hitungan digunakan notasi ilmiah.ungkapan yang digunakan pH dan POH didefinisikan sebagai negatif logaritmakonsentrasi molar ion hidrogen dan ion hidroksida. Dalam bentuk persamaan matematis di tulis sebagai berikut :

    pH  =  – log [H+]  =  log   

    POH  =  – log [OH]  =  log 

    Lambang pH dambil dari bahasa prancis yaitu “pouvair hidrogane” artinya “ kekuatan hidrogen” menuju eksponsial. Dalam larutan netral atau air murni pH = POH = 7,00 , jika pH<7 artimya larutan bersifat asam, dan jika pH>7 artinya larutan bersifat basa. Kegunaan praktis dari pH adalah untuk menunjukkan keasaman dan kebasaan suatu larutan. Nilai pH suatu larutan dapat diukur secara akurat menggunakan pH meter. Instrumen initerdiri dari elektroda yang dibuat dari bahan khusus dan dicelupkan ke dalam larutan yang akan di ukur. Suatu potensial yang bergantung pada nlai pH dibangkitkan diantara elektroda-elektroda dan dibaca pada meter yang telah dikalibrasi langsung kedalam satuan pH. Walawpun tidak begitu tepat, indikator asam basa sering dgunakan untuk mengukur pH, sebab indikator tersebut biasanya berubah warna dalam rentang nilai pH tertentu (sunarya : 2002 : 89-90).

     Indikator asam basa biasanya dibuat dalam bentuk larutan. Dalam titrasi asam basa, sejumlah kecil larutan indikator ditanbahkan kedalam larutan yang ditritasi dalam bentuk lain kemudian dikeringkan. Jika kertas ini dibasahi dengan larutan yang sedang diuji, terjadi warna yang dapat digunakan sebagai penentu pH larutan. Kertas ini disebut kertas pH.

    Indikator asam basa umumnya digunakan jika penentuan pH yang diteliti tidak terlalu dipikirkan.Namun pengukuran pH yang paling tepat dilakukan adalah dengan alat ukur yang disebut pH meter         (Petrucci.1987 : 309).

    Menurut (Sukardjo. 2009 :179) Untuk mengetahui sifat asam atau basa suatu zat tidak dapat dilkukan langsung dengan mencicipi atau memegangnya. Mencicipi atau memegang zat secara langsung sangat bebahaya. Contohnya asam sulfat H2SO4, yang dalam kehidupan sehari-hari digunakan sebagai accu zuur (air aki). Bila tangan atau kulit terkena asam sulfat, akan melepuh seperti luka bakar dan bila mata terkena asam sulfat akan buta. Cara yang tepat untuk menentukan sifat asam atau basa suatu zat adalah dengan menggunakan zat petunuk yang disebut indikator. Indikator asam-basa adalah zat yang dapat berbeda warna jika berada dalam lingkungan asam atau lingkungan basa.

    Jika ion yang berasal dari senyawa sedikit larutan dapat memasuki reaksi asam basa dengan H3O+ atau OH, maka kelarutan senyawa akan dipengaruhi oleh pH. Contoh :Mg(OH)2. Ion OH yang diturunkan dari kesetimbangan kelarutan dapat bereaksi dengan H3O+ membentuk H2O.

                Mg(OH)            Mg2+  +  2OH                                 Ksp = 1,8.10-11

                OH                 H3O+ (aq)                            H2O

    Menurut prinsip Lechatelier, reaksi diatas mengganggu kesetimbangan yang ditunjukkan melalui pemakaian OH. Kesetimbangan bergeser ke kanan, melalui pelarut Mg(OH)2, untuk mengganti OH yang digunakan dalam reaksi. Dalam larutan agak asam, reaksi berlangsung sempurna dan Mg(OH)2 mempunyai kelarutan tinggi. Reaksi bersihnya adalah :

                Mg(OH) +  2 H3O             Mg+2 (aq)  +  4H2O

    (     petrucci : 1992 : 122    )

    pH meter merupakan contoh aplikasi elektroda membran yang berguna untuk mengukur pH larutan. pH meter dapat juga digunakan untuk menentukan titik akhir titrasi asam-basa pengganti indikator. Alat ini dilengkapi dengan elektroda gelas dan elektroda kalomel (SCE) atau gabungan dari keduanya ( elektroda kombinasi ). Logam perak yang dicelupkan kedalam larutan HCl 0,1 M bertindak sebagai elektroda pembanding 2. Sedangkan elektroda kalomel sebagai elektroda pembanding 1. Elektroda perak/perak klorida merupakan bagian dari elektroda glas tapi tidak peka terhadap pH.

    Hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan elektroda-elektroda ialah cairan dalam elektroda harus selalu dijaga lebih tinggi dari larutan yang diukur.(     Hendayana : 1994  : 108   )

    Menurut (Akhril Agus 1939 : 74)pH berasal dari bahasa Inggris ( power of hydrogen). Dari segi matematik, huruf sudah disepakati sebagai lambang dari negatif logaritma dari bilangan dasar 10.                    P = -10 log

                Untuk [OH] dan Kw dapat pula diambil bilangan ; hasil logaritma bilangan dasar 10 yaitu:

                pOH = – log [OH]     dan      pKw = – log Kw

    Hubungan negatif logaritma antara Kw, H+ dan OH :

    Kw    = [H+] [OH]

    -log Kw = – log [H+] [OH]

    karena pada suhu 25  Kw = 10-14

    -log 10-14 = – log [H+] +(-log [OH] )

    14 =  pH +   pOH

    Indikator asam basa merupakan senyawa yang warnanya dalam asam maupun basa berbeda. Tidak semua indikator berubah warnanya pada pH yang sama. Perubahan warna indikator bergantung pada [H+] dalam larutan keasaman atau kebasaan suatu larutan. Berikut tabel perubahan warna dengan interval pH dari berbagai indikator.

    No.IndikatorInterval pHPerubahan Warna
    1Metil Ungu0,2 – 3,0Kuning -Ungu
    2Timol Biru1,2 -2,8Merah – Kuning
    3Metil Jingga3,1 – 4,4Merah – Jingga -Kuning
    4Bromfenol Biru3,0 – 4,6Kuning -Biru – Ungu
    5Bromkresol Hijau3,0 – 5,0Biru – Merah
    6Kongo merah3,8 – 5,4Kuning – Biru
    7Metil Merah4,4 – 6,2Merah – Kuning
    8Bromkresol merah hijau5,2 – 6,8Kuning – Merah Jambu
    9Lakmus4,5 – 8,5Merah- Biru
    10Brontimol Biru6,0 – 7,6Kuning – Biru
    11Fenol merah6,8 – 8,2Kuning – Merah
    12Timol Biru8,0 – 9,6Kuning – Biru
    13Fenolftalein8,3 – 10,0Tak Bewarna – Merah
    14Timolftalein9,3 – 10,5Kuning – Biru
    15Alizarin Kuning10,0 – 12,0Kuning – Merah
    16Indigokarmin11,4 – 13,0Biru – Kuning
    17Trinitrobenzena12,0 – 14,0Tak Bewarna- Jingga

    (Tim Penyusun Kimia Dasar I . 2014: 57)

    BAB III. METODE PRAKTIKUM

    3.1 ALAT DAN BAHAN

    •  Alat Praktikum

    ·         Tabung reaksi

    ·         Pipet tetes

    ·         pH meter

    ·         bunsen

    ·         penangas air

    ·         label

        • Bahan Praktikum

    ·         HCl 0,01 M

    ·         Air suling

    ·         Air mendidih

    ·         NaOH 0,01 M

    ·         Indikator (metil jingga, metil merah, fenolftalen, alizarin kuning, brontimol biru )

    ·         Larutan cuka

    ·         Sari buah jeruk ( pulpy )

    ·         Minuman berkarbonat

    ·         Shampoo

    ·         Detergen cair

    ·         Amonia untu keperluan rumah tangga

    ·         Tablet aspirin

    3.2  PROSEDUR KERJA

    A. Daerah asam, pH 2 sampai pH 6

    Tabung reaksi

    Di isi dengan larutan HCl 0.01 M, larutan ini memiliki pH 2.

    1 ml larutan pH 2 Di encerkan dengan 9 ml air suling yang telah di    didihkan untuk mendapatkan pH 3. Larutan dengan cara yang sama untuk mendapatkan  pH 4-6.

    B. Daerah netral pH 7

    Tabung  reaksi

    D masukkan air yang telah didihkan, karena memiliki pH 7

    Tabung reaksi

    C. daerah basa pH 8-12

    Di isi dengan larutan NaOH 0.01 M, larutan ini memiliki pH 12.

    Di encerkan 1 ml larutan pH 12 dengan air suling yang telah   didihkan  untuk  mendapatkan pH 11. Lakukan cara yang sama untuk mendapatkan pH 10-8.

    Indikator

                                                    Di tetesi pada larutan pH 2 sampai pH 12.

    Hasil

    D. penunjuk pH berbagai zat

    5 Tabung reaksi

    Di masukkan 2 ml masing-masing zat cuka, sari buah,minuman  berkarbonat, shampoo, detergen, amonia untuk RT, soda kue, dan tablet aspirin ke dalam masing- masing tabung.

    indikator

    Dimasukkan 2 tetes ke dalam masing-masing tabung yang bersisi zat.

    Hasil

    Di bandingkan warnanya dengan larutan standard. Dan di tentukan pH nya

    E. Penentuan ph dengan menggunakan pH meter

    pH meter

    Di demonstarikan oleh asisten, sebelum di gunakan ph meter harus di kalibrasi.dan di celubkan elektrode kedalam larutan yang telah di buat.

    Hasil

    Di catat pembacaan pH meter dari larutan standar yang telah di pilih.

    BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 HASIL PRAKTIKUM

    pH ( standar)Jenis indikator
    MMMJPPBBAK
    2MerahMerahTak berwarnaKuningKuning
    3MerahMerahTak berwarnaKuningKuning
    4MerahJinggaTak berwarnaBiruKuning
    5MerahJinggaTak berwarnaBiruKuning
    6MerahJinggaTak berwarnaKuningKuning
    7MerahJinggaTak berwarnaBiruKuning
    8Merah mudaKuningTak berwarnaKuningKuning
    9Merah mudaKuningTak berwarnaKuningKuning
    10KuningKuningTak berwarnaHijauKuning
    11KuningKuningUnguBiruUngu
    12KuningKuningUnguBiruUngu

    1. Trayek ph indikator             :           metil merah     =          merah-kuning

    2. Trayek pH indikator            :           metil jingga     =          merah-jingga-kuning

    3. Trayek pH indikator            :           penoftalen       =          tidak berwarna- merah

    4. trayek pH indikator             :           brontimol biru =          kuning-biru

    5. Trayek pH indikator            :           alizarin kuning =          kuning-merah

    NONAMA ZAT/SAMPELJENISINDIKATOR
    MMMJPPBBAKpHKet
    1CukaMerahPinkTidak berwarnaKuningKuning<3,1Asam
    2Sari jerukMerahJinggaKuningKuningKuning3,1-4,4Asam
    3WipolKuningKuningKuningHijauMerah12Basa
    4AspirinMerahPinkTidak berwarnaKuningHijau<3,1Asam
    5SpriteMerahJinggaTidak berwarnaKuningKuning3,1-4,4asam
    6ShampooKuningKuningTidak berwarnaKuningKuning6,0-7,6Netral
    7DetergenKuningPinkTidak berwarnaHijaupink6Asam
    8Soda kueKuningKuningTidak berwarnaBirupink9Basa

    4.2 PEMBAHASAN

    Pada praktikum kali ini kita melakukan beberapa percobaan yaitu membuat larotan dengan pH 2-6, larutan pH 7, larutan pH 8-12, dan mengidentifikasikan sifat larutan dan pH_nya dari berbagai zat.

    Daerah asam pH 2-6

    Pada percobaan ini bertujuan untuk mendapatkan larutan yang memiliki pH 2-6, larutan dengan pH 2 dapat kita dapatkan dari larutan HCl 0,01 M, sedangkan untuk mendapatkan larutan yang memiliki pH 3-6 dapat kita peroleh dengan melakukan pengenceran larutanHCl 0,01 M dengan air suling yang telah didihkan. Tujuan dari air suling didihkan adalah untuk menghilangkan unsur CO2. Hasil dari pengenceran larutan HCl 0,01 M sebanyak 1 ml dengan air suling yang telah didhkan sebanyak 9 ml didapatkan larutan yang memiliki pH 3. Dan untuk mendapatkan larutan pH 4 dilakukan pengenceran pada larutan br pH 3 dengan perbandingan volume yang sama. Dan begitupun seterusnyauntuk mendapatkan larutan dengan pH 5 dan 6. Setelah didapatkan larutan yang memiliki pH 2-6, larutan tersebut disimpan hingga kita selesai membuat larutan pH 7-12. Kemudian dilakukan pengujian menggunakan indikator.

    Daerah netral pH 7

    Pada percobaan ini untuk mendapatkan larutan dengan pH 7 cukup menggunakan air sulung yang telah di panaskan karena air murni hanya mengion 0,000001 %. Pada air murni diperoleh [H+] atau [OH] maisng-masing 1 10-7 M, sehingga pH air yang didapatkan adalah 7.

    Daerah basa pH8-12

    Percobaan ini dilakukan sama seperti percobaan A yaitu dengan cara pengenceran menggunakan air suling yang telah dipanaskan. Pada percobaan ini dimulai dari mengencerkan larutan NaOH 0,01 M, karena larutan NaOH 0.01 M telah memiliki pH 12. Untuk mendapatkan larutan ber-pH 11 dilakukan pengenceran larutan pH 12 1ml dengan air suling yang telah dididihkan dengan volume 9 ml. Dan lakukan cara yang sama untuk mendapatkan larutan dengan pH 10-8. Setelah didapatkan semua larutan dari yang memiliki pH 2 sampai pH 12,kemudian ditetesi dengan 5 indikator ( metil merah, metil jingga, penoftalen, brontimol biru, alizarin kuning) untuk mendapatkan adanya perubahan warna. Dari perubahan warna yang di peroleh ada beberapa larutan yang jika ditetesi menghasilkan warna yang tidak sesuai dengan ndikator seperti indikator penolftalen yang ditetesi pada larutan dengan pH 11 dan pH 12 menghasilkan warna ungu begitupun dengan indikator brontimol biru yang ditetesi pada larutan dengan pH 10 menghasilkan warna hijau, sedangkan indikator tersebut tidak menghasilkan warna yang dtimbulkan. Hal tersebut dikarenakan ketidak jelian praktikan dalam melihat perubahan warna yang ditimbulkan.

    Karena terdapat kesalahan perbedaan warna pada pengujian warna pH menggunakan indkator (metil merah, metil jingga, penoftalen, brontimol biru, dan alizarin kuning) sehingga pengujian pH dlakukan dengan menggunakan indikator universal berupa kertas lakmus atau kerts pH, seperti yang terdapat pada buku kimia dasar karangan petrucci 1987dikatakan bahwa Indikator asam basa biasanya dibuat dalam bentuk larutan. Dalam titrasi asam basa, sejumlah kecil larutan indikator ditanbahkan kedalam larutan yang ditritasi dalam bentuk lain kemudian dikeringkan. Jika kertas ini dibasahi dengan larutan yang sedang diuji, terjadi warna yang dapat digunakan sebagai penentu pH larutan. Kertas ini disebut kertas pH. Namun penggunaan menggunakan indikator maupun kertas ph tidak terlalu tepat jika di bandingkan menggunakan pH meter.

    Penunjuk pH berbagai zat

    pada percobaan ini, bahan yang digunakan untuk diketahui jenis dan pH nya adalah larutan cuka,sari buah jeruk, minuman berkarbonat, shampoo, detrgen cair, amonia, soda kue,tablet aspirin.masing-masing zat di encerkan sesuai dengan pada penuntun, lalu masing-masing zat dimasukkan kedalam 5 tabung reaksi untuk ditetesi 5 indikator. Teteskan indikator ke masing-masing tabng reaksi, amati perubahan yang terjadi, dan tentuakan pH larutan dengan trayek grafik perubhan pH serta gunakan kertas pH untuk memastikan pH yang didapatkan. Hasil dari pH yang didapatkan bisa dilihatkan pada bagian hasil sedangkan grafik trayek pH dapat di lihat pada bagian lampiran. Nerdasarkan kertas pH, pH yang didapatkan adalah sebagai berikut ( pH asam cuka 3, pH sari buah 5, pH minuman berkarboanat 4, pH shampoo 8, pH detergen 12, soda kue 9, dan aspirin 6).

    BAB V. PENUTUP

    5.1 KESIMPULAN

    A.    Larutan standar asam basa ditentukan dengan mengencerkan larutan awal.

    Larutan awal terdiri dari 2 kategori :

    ~ larutan berasal dari senyawa cair

    ~ larutan berasal dari senyawa padat

    B.     Ph larutan dapat ditentukan dengan berbagai indicator. Jika senyawa asam, sebaiknya menggunakan indicator MO , BTB , MM , karena trayek phnya dibawah 7. Jika larutan basa gunakan PP dan alizarin kuning, karena trayek ph-nya diatas 7

    C.     Pengukuran ph larutan dengan indicator dapat dilakukan dengan menentukan indicator yang sesuai dengan membandingkan larutan tersebut dengn larutan stabdar yang diketahui ph-nya

    D.    PH meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur PH suatu larutan.

    DAFTAR PUSTAKA

    ·         Agus, Akhril.1939. Kimia Dasar. Jakarta : Erlangga.

    ·         Hendayana.1994.Kimia Dasar I. Bandung : Gramedia

    ·         Petrucci, Ralph H.1992. Kimia Dasar. Jakarta : Erlangga

    ·         Petrucci, Ralph.1987. Kimia Dasar. Bogor : Erlangga.

    ·         Sukardjo.2009.Kimia SMA/MA. Jakarta : Bailmu.

    ·         Tim Penyusun Praktikum Kimia Dasar. 2013. Penuntun Praktikum Kimia Dasar . Jambi : Universitas Jambi.

    LAMPIRAN

    Mm                                                        pH 2

    Mj

    Pp

    Bb

    Ak

                    1    2    3    4    5    6    7    8    9    10    11    12

    Mm                                                        pH 3

    Mj

    Pp

    Bb

    Ak

                    1    2    3    4    5    6    7    8    9    10    11    12

    Mm                                                        pH 4

    Mj

    Pp

    Bb

    Ak

    1    2    3    4    5    6    7    8    9    10    11    12

    Mm                                                                        pH 5

    Mj

    Pp

    Bb

    Ak

                    1    2    3    4    5    6    7    8    9    10    11    12

    Mm                                                        pH 6

    Mj

    Pp

    Bb

    Ak

                    1    2    3    4    5    6    7    8    9    10    11    12

    Mm                                                                        pH 7

    Mj

    Pp

    Bb

    Ak

                    1    2    3    4    5    6    7    8    9    10    11    12

    Mm                                                                        pH 8

    Mj

    Pp

    Bb

    Ak

                    1    2    3    4    5    6    7    8    9    10    11    12

    Mm                                                                                        pH 9

    Mj

    Pp

    Bb

    Ak

                    1    2    3    4    5    6    7    8    9    10    11    12

    Pada percobaan pH 10,11, dan 12. Tidak bisa dibuat trayek pH nya dikarenakan warna yang muncul pada percobaan tidak sesuai dengan warna yang seharusnya muncul.

    Mm                                                        asam cuka

    Mj

    Pp

    Bb

    Ak

                    1    2    3    4    5    6    7    8    9    10    11    12

    Mm                                                        sprite

    Mj

    Pp

    Bb

    Ak

                    1    2    3    4    5    6    7    8    9    10    11    12

    Mm        shampoo                                                                            

    Mj

    Pp

    Bb

    Ak

                    1    2    3    4    5    6    7    8    9    10    11    12

    Mm        soda kue                                                                             

    Mj

    Pp

    Bb

    Ak

                    1    2    3    4    5    6    7    8    9    10    11    12

  • Laporan Praktikum Reaksi Kimia dan Redoks

    Reaksi Kimia dan Redoks

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Reaksi kimia adalah suatu proses reaksi antar senyawa kimia yang mengakibatkan perubahan struktur dan molekul. Dalam suatu reaksi terjadi proses ikatan dimana senyawa pereaksi bereaksi menghasikan senyawa baru (produk). Dalam kimia reaksi itu merupakan salah satu cara untuk mengetahui sifat-sifat kimia, kemudian dicatat sebagai data kuantitatif. Adapun beberapa tujuan yang dilakukan dalam percobaan kali ini salah satunya yaitu,  dapat mengamati tanda-tanda terjadinya reaksi. Reaksi-reaksi kimia dapat dilihat dari adanya perubahan. Perubahan tersebut diantarnya yaitu, terjadinya perubahan warna, perubahan wujud, timbulnya gas, adanya endapan, dan perubahan suhu.

    Perubahan reaksi kimia sangat penting karena merupakan kemampuan dasar untuk praktikum-praktikum selanjutnya. Serta kita dapat mempelajari jenis reaksi kimia diantaranya yaitu, reaksi penggabungan, reaksi penguraian, reaksi penggantian, reaksi penggantian rangkap dan reaksi netralisasi. Pada percobaan kali ini, kita dapat mengamati terjadi nya reaksi ari senyawa dengan cara mereksikan dua buah zat atau lebih yang dibuktikan dengan adanya perubahan baik perubahan warna, bau, suhu, timbulnya gas dan endapan. Dan dapat menuliskan persamaan reaksi dengan cara mereaksikannya.

    1.2 Tujuan

    1.      Dapat Mempelajari jenis reaksi kimia secara sistematis

    2.      Dapat Mengamati tanda-tanda terjadinya reaksi

    3.      Dapat Menulis persamaan reaksi dengan benar

    4.      Dapat Menyelesaikan reaksi redoks dari setiap percobaan

    1.3 Pertanyaan Pra Praktek

    1.      Berikan definisi dari istilah-istilah berikut : katalis, deret elektromatif, reaksi eksotermik, endapan, produk dan pereaksi !

    Jawab :

    Ø  Katalis : adalah suatu zat yang dapat memepercepat laju reaksi, namun zat tersebut tidak ikut bereaksi.

    Ø  Deret elektromatif : adalah deret yang menyatakan kekuatan untuk mereduksi dari yang paling kuat ke yang paling lemah.

    Ø  Reaksi eksotermik : adalah reaksi kimia yang melepaskan energi dalam bentuk panas (kalor) ditandai dengan naiknya suhu.

    Ø  Endapan : adalah zat yang berada di dasar campuran yang merupakan salah satu ciri reaksi kimia.

    Ø  Produk : adalah hasil dari reaksi kimia

    Ø  Pereaksi : adalah zat-zat yang bereaksi

    2.      Terangkanlah arti lambang-lambang berikut : ∆, Wr, (s), (l), (g), dan (aq) !

    Jawab :

    Ø ∆     : perubahan

    Ø Wr   : energi rata-rata dalam reaksi kimia

    Ø (s)    : zat dalam bentuk solid (padat)

    Ø (l)    : zat dalam bentuk liquid (cairan)

    Ø (g)   : zat dalam bentuk gas

    Ø (aq) : zat dalam bentuk aquos (larutan)

    3.      Berapa kira-kira volume dalam tabung reaksi yang berisi sepersepuluh bagian?

    Jawab : untuk tabung reaksi 250 ml

       x 250 ml = 25 ml

    4.      Apakah warna indikator PP dalam larutan asam?

    Jawab :

    Tidak berwarna (bening)

    5.      Hitung massa atom Cu dari data berikut :

    Bobot cawan penguap + logam M                              = 45,82 g

    Bobot cawan penguap                                                = 45,361 g

    Bobot cawan penguap + logam Cu                             = 45,781 g

    Jawab :

    Massa atom Cu  = (bobt cawan penguap + Cu) – (bobot cawan)

                               = 45,781 – 45,361

                               = 0,42 g

    6.      Jelaskan apa yang dimaksud dengan oksidasi dan reduksi !

    Jawab :

    Ø Oksidasi : peristiwa pelepasan elektron dan biloksnya bertambah

    Ø Reduksi  : peristiwa penangkapan elektron dan biloksnya berkurang

    7.      Jelaskan apa yang dimaksud dengan oksidator dan reduktor !

    Jawab :

    Ø Oksidator : zat yang mengalami reduksi

    Ø Reduktor  : zat yang mengalami oksidasi

    II.LANDASAN TEORI

    2.1 Reaksi Kimia

    Persamaan reaksi merupakan bahasa ilmu kimia prsamaan reaksi menjelaskan secara kualitatif peristiwa yang terjadi jika dua pereaksi atau lebih bergbung dan secara kuantitatif menyatakan jumlah zat yng bereaksi serta jumlah produk reaksi.

    Reaksi kimia dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu :

    1)      Reaksi kimia yang berlangsung tanpa perpindahan electron

    2)      Reaksi kimia yang berlangsung dengan terjadinya perpindahan elektron

    Contoh reaksi kimia yang berlangsung tanpa perpindahan electron

    Ag+ (l) + NO3 (l) Na+(l) Cl(l)             AgCl (s) + Na+(l) + NO3(l)

    Ag+(l) +Cl(l)               AgCl(s)

                Reaksi yang disertai perpindahn elektron dari satu atom ke atom lain dikenal sebagai reaksi oksidasi reduksi (redoks), contoh :

    Na * + .Cl ∷          NaCl

    Sebuah atom netral natrium memberikan satu electron ke atom netral kalor hingga terbentuk muatan positif Na+ dan muatan negatif Cl .

    Reaksi kimia adalah proses yang mengonservasi sekelompok zat yang disebut reaktan, menjadi kelompok zat baru yang dinamakan produk. Dengan kata lain, reasi kimia adalah reaksi yang menghasilkan perubahan kimia. Memang dalam banyak kasus, tidak ada yang terjadi ketika sejumlah zat dicampur masing-masing mempertahankan komposisi dan zat aslinya. Kita memerlukan bukti sebelum kita dapat mengatakan bahwa suatu reaksi telah terjadi. Beberapa jenis bukti fisis yang diperlukan ditunjukkan berikut ini :

    Ø  Perubahan warna

    Ø  Pembentukan padatan dalam larutan jernih

    Ø  Evolusi gas

    Ø  Evolusi atau penyerapan kalor

    Meskipun pengmatan seperti ini biasanya menanadakan bahwa reaksi telah terjadi, bukti kuat masih memerlukan analisis kimia terperinci dari campuran reaksi untuk mengidentifikasi semua zat yang ada.(Petrucci.2007:108).

    2.2 Macam-macam Reaksi Kimia

    Umumnya reaksi-reaksi kimia digolongkan menurut jenisnya sebagai berikut :

    Ø  Reaksi penggabungan

    Yaitu reaksi di mana dua buah zat bergabung memebentuk zat ketiga. Kasus paling sederhana adalah jika dua unsur bereaksi memebentuk senyawa. Misalnya, logam natrium bereaksi dengan gas klorin memebentuk natrium klorida. Persamaan kimianya:

    Na(s) + Cl(g)                        2NaCl(s)

    Ø  Reaksi Penguraian

    Yaitu suatu reaksi senyawa tunggal membentuk dua atau lebih zat baru. Biasanya reaksi ini berlangsung dalam suhu tinggi. Beberapa senyawa yang dapat teruraidengan menaikkan suhu misalnya kclo3. senyawa ini jika dipanaska akan terurai menjadi KCl dan gas oksigen. Persamaan kimianya :

    KClO3(s)                   2KCl(s) + 3O2 (g)

    Ø  Reaksi pendesakan atau pergantian

    Yaitu suatu reaksi di mana suatu unsur bereaksi dengan suatu senyawa menggantikan unsur yang terdapat dalam senyawa itu. Misalnya, jika logam besi dicelupkan ke dalam larutan tembaga (II) nitrat, akan mengendapka logam tembaga. Persamaan kimianya :

    2Fe(s) + Cu (No3)2(aq)                             CU(s) + Fe(No3)2(aq)

    Ø  Reaksi metalesis (pembentukan ganda)

                Yaitu reaksi yang melibatkan petukaran bagian dari pereaksi. Jika pereaksi adalah senyawa ionik dalam bentuk larutan, bagian yang bertukaran adalah kation dan anion dari senyawa. Misalnya larutan kalium iodida yang tidak berwarna. Ion-ion di dalam larutan bereaksi memebentuk endapan berwarna kuning dari senyawa timbal (II) iodida. Persamaan kimianya :

    2KCl(aq) + Pb (No3)3(aq)                             2KNO3(aq) + Pbl2(s)

    Ø  Reaksi pembakaran

    Yaitu reaksi suatu zat dengan oksigen, biasanya bereaksi cepat disertai pelepasan kalor memebentuk nyala.

    Oksidasi adalah suatu proses yang mengakibatkan bilangan satu elektron atau lebih dari dalam zat (atom, ion dan molekul). Bila suhu unsur dioksidas, keadaan oksidasinya berubah ke harga yang lebih positif suatu zat pengoksidasi adalah suatu zat yang memeperoleh elektron dan dalam proses tertentu zat tersebut direduksi. Reduksi adalah suatu proses yang mengakibatkan hilangnya satu elektron atau lebih dari alam zat (atom, ion dan molekul). Bila suhu unsur direduksi, keadaan oksidasi berubah menjadi lebih negatif. Jadi suatu zat pereduksi adalah zat yang kehilangan elektron dalam proses itu zat ini dioksidasi (svehia.195:108).

    2.3 Reaksi Redoks

    Elektrokimia adalah cabang ilmu kimia yang berkenaan dengan interkonversi energi listrik dan energi kimia. Proses elektrokimia adalah reaksi redoks dimana dalam reaksi ini energi yang dilepas oleh reaksi spontan diubah menjadi listrik atau dimana energi listrik digunakan agar reaksi yang spontan bisa terjadi.

    Dalam reaksi redoks, electron-elektron ditransfer dari satu zat ke zat lain. Reaksi antara logam Mg dan HCl merupakan satu contoh reaksi redoks:

       0                 +1                                +2                   0

    Mg (s) + 2HCl (aq)              MgCl2 (aq) + H2 (g)   (Chang.2002:194)

    Menentukan reaksi redoks : dalam mencari bilangan oksidasi semua unsur dalam suatu reaksi, serta dapat mengetahui reaksi tersebut redoks serta menentukan unsur yang teroksidasi dan tereduksi, contoh :

    a.       2Na + Cl2              2NaCl , biloks Na = 0 ke +1(oksidasi)

                                                      , biloks Cl = 0 ke -1 (reduksi)

    b.      NaS +CaCl2          CaS + 2HCl , bilangan oksidasi semua unsur tetap.

    Jadi reaksi a dan b adalah redoks dan metethesis (Syukri.1999:112).

    Bilangan oksidasi unsur-unsur yang umum dikenal yaitu yang disusun berdasarkan posisinya dalam tabel periodik :

    ·         Unsur-unsur logam dapat memiliki bilangan oksidasi positif, sedangkan unsur-uunsur nonlogam dapat memiliki bilangan oksidasi positif atau negatif.

    ·         Bilangan oksidasi tertinggi yang dimiliki unsur golongan IA-VIIIA adalah sama dengan bilanganya dalam tabel periodik, sebagai contoh halogen adalah golongan VIIA, sehingga bilangan oksidasi tertinggi yang paling mungkin adalah+7

    Logam-logam transisi (golongan IB, IIIB – VIIIB) biasanya memiliki beberapa bilangan oksidasi yang mungkin (Raymond, 2004 : 84).

    2.4 Proses Oksidasi dan Reduksi

    Oksidasi adalah proses pelepasan elektron (e) dari suatu zat, sedanggkan reduksi adalah proses penangkapan electron oleh suatu zat. Pada waktu melepaskan e suatu zat berubah menjadi bentuk teroksidasinya, Karen zat itu bertindak sebagai zat pereduksi. Sebaliknya, zat pegoksidasi adalah zat yang menerima electron dank arena itu zat tersebut mengalami reduksi (Rivan.1994:319).

                Dalam mempelajari reaksi oksidasi dan reduksi biasanya reaksi ini dipisahkan mejadi dua bagian misalnya untuk reaksi sebagai berikut:

    Zn(s) + Cu(aq)             Zn2+(aq) + Cu(s)

    Dipisahkan menjadi dua setengah reaksi, yaitu:

    Oksidasi : Zn(s)                Zn2+ + 2e

    Reduksi : Cu2+ + 2e          Cu(s)

                Jumlah elektron yang dilepaskan dan jumlah electron yang diterima dapat dijumlahkan untuk memperoleh persamaan reaksi oksidasi reduksi yang sudah setara (Achmad.1999:51).

    2.5 Sistem Oksidasi Reduksi

                Contoh, bila logam zn dimasukkan kedalm larutan yang berisi Zn+ terdapat beda potensial antara larutan yang berisi ion inerst seperti Pt dimasukkan dalam timbul beda potensial antara larutan dan elektrodenya yang disebut potensial redoks.

                Esel = Eosel 

    (Sukardjo.1990:264).

    III.METODE PENELITIAN

    3.1 Alat dan Bahan

    a)      Alat

    –          Sudip

    –          Krus

    –          Pembakar Bunsen

    –          Tabung raksi

    –          Pipet tetes

    –          Lemari asam

    b)      Bahan

    –          0,1 serbuk Mg

    –          CuSO4.5H2O

    –          1 ml AgNO3 0,01 M

    –          0,1 g serbuk Cu

    –          1 ml HCl 0,01 M

    3.2 Prosedur Kerja

    A. Reaksi Penggabungan

    3.2 Prosedur Kerja

    Serbuk Mg
    Masukkan ke dalam krus seujung sudip
    Bakar pada nyala busen
    amati
    Hasil

    B. Reaksi penguraian

    Tabung Reaksi
    Masukkan CuSO45H2O
    panaskan dengan  busen
    Hasil
    amati
    Tabung reaksi 1

    C. Reaksi Penggantian Tunggal

    Isi dengan 1 ml larutan AgNO3 0,01 M dan masukkan kira-kira 0,1 g serbuk Cu
    Kocok hingga homogen
    Tabung reaksi 2
    Hasil
    Amati dan catat hasilnya
    Isi dengan 1 ml larutan HCl 0,1 M dan 0,1 g serbuk Mg
    Hasil
    Kocok hingga homogen

    D. Reaksi Penggantian Rangkap

    Hasil
    3 tabung reaksi (2)
    Tambahkan masing-masing 1ml larutan Na3PO4 0,1M
    Amati dan catat hasilnya
    Masukkan 1 ml AgNO3 0,01 M pada tabung IV, larutan Hg(NO3)0,1M pada tabung V dan larutan Al(NO3)2 0,1M pada tabung VI
    Hasil
    Masukkan 1 ml AgNO3 0,01 M pada tabung I, larutan Hg(NO3)0,1M pada tabung II dan larutan Al(NO3)2 0,1M pada tabung III
    Amati dan catat hasilnya
    3 tabung reaksi (1)
    Masing-masing tambahkan 1 ml KI 0,1 M

    CATATAN : khusus untuk tabung reaksi V jangan goyangkan tabung setelah penambahan Na3PO4

    3 tabung reaksi

    E. Reaksi Netralisasi

    Hasil
    Amati dan catat hasilnya
    Masukkan masing-masing 1 tetes indikator penolftalein
    Tetesi larutan NaOH 0,1M sampai terjadi perubahan warna
    Isi 1ml HNO3 0,1M pada tabung 1, 1ml H2SO4 0,1M pada tabung 2 dan 1ml H3PO4 O,1M pada tabung 3
    3 tabung reaksi

    f. Reaksi Redoks Serta Perubahan Warna

    Hasil
    Tetesi dengan larutan Na2C2O4 0,1M sampai terjadi perubahan  warna
    Masukkan 1ml HCl 6M pada tabung reaksi 3dan tambahkan 1g  kristal kmno4 panaskan dalam lemari asam, amati apa yang terjadi
    Masukkan 0,5ml larutan H2SO6 Mdan 0,5 ml larutan KMNO4  pada tabung 1
    Teteskan larutan KMnO4 ke tabung 2 dan amati setiap tetes penambahan sampai terjadi perubahan warna yang stabil dan catat  jumlah KMnO4 yang terpakai
    Masukkan 3ml larutan NHSO3 0,1M dan 1ml NaOH 0,1M  pada tabung 2 sambil dikocok
     tabung reaksi (1)

    G. Beberapa Reaksi Redoks

    jelaskan keadaan di atas  dengan menggunakan daftar elektrode reduksi
    Catat urutan logam sesuai dengan berkurangnya kereaktifan dan tulis persamaan reaksiny a
    Masukkan FeCl3 0,1M. Tambahkan 10 tetes H2SO1M dan 10 tetes KI 0,1M
    perhatikan apa yang terjadi
    tabung reaksi (4)
    panaskan 2 menit, kemudian tambahkan 1 tetes larutan kanji
    Hasil
     tabung reaksi (3)
    Masukkan larutan 5 tetes H2o3 0,1 M dan tambahkan 5 tetes H2SO4 1 M  dan 10 tetes KI 0,1 M 
    Kemudian tambahkan 1 tetes tepung kanji. Amati perubahan yang terjadi dan catat.
     tabung reaksi (2)
    Lakukan sebaliknya, dengan memasukkan logam Cu ke dalam larutan ZnSO4 0,5M. catat apa yng terjadi
    Masukkan larutan Pb(No3)0,5M dan NaNO3 0,5M , masukkan sedikit serbuk Mg
    Catat hasil pengamatan
    Masukkan 5 tetes H2O0,1M, tambahkan 5 tetes H2SO4 1M dan 10 tetes KI 0,1 M kemudian tambahkan 1 tetes  larutan kanji
    Masukkan 2ml larutan CuSO4 0,5M. tambahkan sepotong logam Zn biarkan beberapa menit. Catat hasilnya

    IV.HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Hasil

    PERSAMAAN REAKSIBUKTI TERJADINYA REAKSI
    a.      Reaksi PenggabunganMg + O2 àMgO2                       – terjadi perubahan warna hitam menjadi abu-abu dan terdapat uap
    b.      Reaksi penguraianCuSO45H2OàCuSO4+ 5H2– setelah danaskan warna serbuk zat menjadi memudar kemudian menjadi putih dan terbntuk uap air pada dinding tabung
    c.       Reaksi Penggantian Tunggal1.      Cu +  AgNOà Cu(NO3)+ 2Ag2.      Mg + HCl àMgCl2 + H2-terbentuk endapan-berbuih dan membentuk endapan
    d.     Reaksi penggantian rangkap1.      AgNO3+KlàAgl + KNO32.      Al(NO3) + Kl3.      AgNO3 + Na3PO4 à Ag3PO4 +3NaNO4.      Al(NO3)+ Na3PO4 à AlPO4– berubah warna menjad putih susu- berubah warna dan ada endapan menjadi kuning-  terdapat endapan dan berubah warna menjadi kuning bening- terbentuk endapan warnanya menjadi putih susu
    e.       Reaksi netralisasi1.      HNO3 + NaOH NaNO3 + H2O2.      H2SO4 + 2NaOH NaNO3 + H2O3.      H3PO4 + 3NaOH Na3PO+ 3H2O-terjadi perubahan warna pada tetesan ke dua lalu mulai kembali bening pada tetesan NaOH selanjutnya.
    f.       Reaksi redoks1.      Na2C2O4 + KMnO4 2NaMnO4 + K2C2O42.      NaHSO4 + KMnONaMnO4 +KHSO43.      HCl + KMnO4 KCl + HMnO4

    Untuk percobaan reaksi redok kami tdak melakukan karena bahan yang dibutuhkan tida tersedia

    BEBERAPA REAKSI REDOKS

    No.PercobaanPengamatanReaksi
    1.CuSO4+Logam ZnZnSO4+Logam CuSerbuk Mg + Pb(NO3)2Terbentuk gelembung/gas.–CuSO4+Zn ZnSO4+Cu–
    2.Serbuk Mg+NaNO3
    3.H2O2+H2SO4+Kl+kanji– terdapan   endapaan
    4.FeCl3+H2SO4+Kl+kanji-terdapat gelembung gas dan mengepulkan asap, warna menjadi putih dan mengendap dengan warna ungu muda

    Ada beberapa percobaan yang tidak kami lakukan karena bahan yang dibutuhkan tidak tersedia.

    4.2Pembahasan

    A.     Reaksi Penggabungan

                Pada percobaan ini langkah awal yang kami lakukan adalah mengambil seujung sudip Mg untuk dimasukkan ke dalam krus selanjutnya dibakar pada nyala bunsen selama dua menit. Bukti terjadinya reaksiyaitu adanya perubahan warna hitam menjdi abu-abu dan terdapat uap. Rumus reaksi, yaitu:  

    Mg + O2                        MgO2

    B.     Reaksi Penguraian

                Pada percobaan ini terlebih dahulu kami menyiapkan tabung reaksi yang telah dibersihkan. Selanjutnya kami mengambil seujung sudip kristal CuSO45H2O lalu dimasukkan pada tabung reaksi,kemudian panaskan dengan bunsen selama dua menit. Berdasarkan pengmatan yang diperoleh terjadi perubahan warna menjadi putih dan terbentuk up air pda dinding tabung. Rumus reaksi, yaitu:.

    CuSO45H2O                   CuSO4 + 5H2O

    C.     Reaksi Penggantian tunggal

    Pada percobaan ini dilakukan dua percobaan.yaitu :

    5.      Percobaan pertama :

                Hal yang pertama dilakukan yaitu menyiapkan tabung reaksi yang telah dibersihkan. Selanjutnya mengisi tabung reaksi tersebut dengan 1ml larutan AgNO3 0,01M dan kira-kira 0,1g serbuk Cu kemudian dikocok hingga homogen. Hasilnya yaitu larutan AgNO3 dan serbuk Cu menyatu dan terjadi endapan. Reaksinya :

    Cu + AgNO3                           Cu(NO3)2 + 2Ag

    6.      Percobaan kedua :

                Pada percobaan kedua ini kami memasukkan 1ml larutan HCl 0,1M pada tabung reaksi yang telah dibersihkan dan juga memasukkan kira-kira 0,1g serbuk Mg. Setelah diamati, hasilnya yaitu terdapat endapan dan muncul gas dalam bntuk buih. Reaksinya :

    Mg + 2HCl              MgCl2 + H2

     Hal ini menunjukkan bahwa terjadi reaksi pada larutan tersebut.

    D.    Reaksi Penggantian Rangkap

    ·               Pada percobaan ini, kami melakukan 6 percobaan untuk mengidentifikasi reaksi pengganti rangkap. Tetapi, dikarenakan tidak ada bahan untuk Hg(NO3)2, maka kami hanya melakukan 4 percobaan. Langkah pertama

    Dua tabung reaksi dimasukkan AgNO3 dan Pb(NO3) pada setiap tabung, lalu ditambahkan KI. Pada yang berisi AgNO3 + KI, terjadi perubahan warna, menjadi putih susu. Reaksinya :

    AgNO3 + KI           KNO3 + AgI

    Sedangkan pada tabung yang bereaksi antara Pb(NO3) + KI, terjadi warna, menjadi kuning dan terdapat endapan. Reaksinya :

    Pb(NO3) + KI                        KNO+ PbI

    ·         Langkah kedua

    Untuk langkah yang kedua sama dengan langkah yag pertama, yaitu dengan menyedikan dua tabung reaksi, yang masing-masing tabung berisi AgNO3 dan Pb(NO3). Kemudian disetiap tabung ditambahkan dengan larutan Na3PO4. Pada tabung yang berisi AgNO3 + Na3PO4, terjadi perubahan warna menjadi kuning bening dan terdapat endapan. Reaksinya:

    AgNO3 + Na3PO4               NaNO3 + Ag3PO4

    Sedangkan untuk tabung yang berisi   Pb(NO3) + Na3PO4, terjadi perubahan warna menjadi putih susu dan terbentuk endapn. Reaksinya :

    PbNO3 + Na3PO4                   NaNO3 + Pb3PO4

    E.     Reaksi Netralisasi

    Pada percobaan ini, kami melakukan 3 percobaan, namun karena bahan HNO3 dan H3PO4 yang tidak tersedia, maka kami hanya melakukan 1 percobaan, yaitu dengan menggunakan bahan H2SO4. Mula-mula larutan H2SO4 dimasukkan kedalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 1 tetes indikator PP, lalu tetesi dengan larutan NaOH. Hasil reaksi yang terjadi yaitu anya perubahan warna pada tetesan ke dua kemudian warna kembali kewujud semula pada pemberin NaOH.

                      Hal di atas menunjukkan bahwa terjadi reaksi pada setiap larutan dengan indikator terjaadinya perubahan warna.

    F.      Reaksi Redoks Serta Perubahan Warna

                     Pada percobaan kali ini kami tidak melakukan percobaan, karena bahan yang dibutuhkan tidak memadai

    G.    Beberapa Reaksi Redoks

                Pada percoban ini kami melakukan 4 percobaan, namun karena beberapa bahan yang tidak tersedia, maka kami melakuan 3 percobaan, yaitu kami mencampurkan :

    Ø  CuSO4 0,5M + sepotong logam Zn, Hasil pengamatan yang kami peroleh adalah sebagai berikut, pada logam Zn terdapat gelembung gas dan terjadi perubahan warna menjadi coklat kemerahan.

    Ø  H2O2 + H2SO4 + KI + amilum, Hsil pengamatan yang kami peroleh adalah terjadinya endapan.

    Ø FeCl3 + H2SO4 + KI + kanji, terdapat gelembung-gelembung gas, mengepulkan asap dan juga berwarna putih, kemudian setelah ditambahkan larutan kanji warna berubah menjadi ungu muda dan terdapat endapan.

    V.PENUTUP

    5.1  Kesimpulan

           Ada 5 jenis reaksi kimia :

    Ø  Reaksi penggabungan : sintesis satu jenis senyawa dari 2 zat atau lebih

    A + Z               AZ

    Ø  Reaksi penguraian : terpecahnya satu senyawa menjadi 2 zat atau lebih

    AZ                A + Z

    Ø  Reaksi penggantian : satu unsur menggantikan unsur lain dalam senyawa, unsur yang digantikan adlah yang letaknya lebih bawah dalam deret volta.

    A + BZ               AZ + B

    Ø  Reaksi penggantian rangkap : dua zat dalam larutan bertukar pasangan

    AX + BZ                AZ + BX         

    Ø  Reaksi netralisasi : asam dan basa bereaksi memebentuk garam dan air

    HX + BOH                 BX + HOH

    7.      Tanda- tanda terjadinya reaksi :

    Ø  Timbulnya gas

    Ø  Adanya endapan

    Ø  Terjadi perubahan warna

    Ø  Terjadinya perubahan suhu

    8.      Reaksi redoks yaitu reaksi reduksi dan oksidasi.

    Ø  Reaksi reduksi : peristiwa penangkapan elektron, melepaskan oksigen, mengikat H2 dan bioksnya berkurang.

    Ø  Reaksi oksidasi : peristiwa pelepasan elektron, penangkapan oksigen, melepaskan H2 dan koefisienya bertambah.

    DAFTAR PUSTAKA

              Achmad, Hiskia. 1999. KIMIA DASAR 1. Jakarta:UI press

    G.svehia . 1985. Reaksi Redoks . Surakarta ; Balaipustaka

    Petrucci . 2007 . Kimia Dasar . Jakarta ; Erlangga

    Raymond, Chang.2002. KIMIA DASAR. Jakarta: Erlangga

    Raymond, Chang . 2004 . Kimia Dasar 1 . Bandung ; Lautan Bariwasa

    Rivai, Harrizul.1994.ASAS PEMERIKSAAN KIMIA. Jakarta: UI Press

    Sukardjo, H.2008.KIMIA ORGANIK. Jakarta: Yudhistira

    Syukri,S . 1999 . Kimia Dasar 1 . Bandung ; ITB

    Yayan, Sunarya . 2010 . Kimia Dasar 1 . Bandung ; Yrama Widya

  • Makalah Kesetimbangan Kimia

    Kesetimbangan Kimia

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Pada dasarnya, istilah kesetimbangan berhubungan dengan apa yang kita sebut ”keseimbangan kimia” akan tetapi, keseimbangan ini merupakan keseimbangan Mekanik. Dalam keseimbangan mekanik, jika resultan gaya ( net force) pada suatu benda sama dengan nol, sehingga sebuah benda dikatakan kesetimbangan mekanik jika benda tersebut tidak sedang mengalami perubahan dalam gerakannya (percepatannya sama dengan nol).

    Ketika suatu reaksi kimia berlangsung dalam sebuah bejana yang mencegah masuk atau keluarnya zat-zat yang terlibat dalam reaksi tersebut. Maka besaran-besaran (kuantitas-kuantitas) dari komponen-komponen reaksi tersebut berubah ketika beberapa komponen tersebut digunakan dan komponen lainnya terbentuk.

    B. Rumusan Masalah

    1.      Apa yang dimaksud dengan kesetimbangan kimia ?

    2.      Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kesetimbangan kimia?

    3.      Bagaimana Keadaan, pergeseran dan ketetapan kesetimbangan kimia ?

    C.    Tujuan

    1.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Kesetimbangan Kimia.

    2.      Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesetmbangan kimia

    3.      Untuk mengetahui keadaan, pergeseran dan ketetapan Kesetimbangan

    Bab II. Pembahasan

    A. Definisi Kesetimbangan Kimia

    Kesetimbangan kimia adalah suatu keadaan di mana tidak ada perubahan yang teramati selama bertambahnya waktu reaksi. Jika suatu kimia telah mencapai keadaan kesetimbangan maka konsentrasi reaktan dan produk menjadi konstan sehingga tidak ada perubahan yang teramati dalam sistem. Meskipun demikian, aktivitas molekul tetap berjalan, molekul-molekul reaktan berubah mnjadi produk secara terus-menerus sambil molekul-molekul produk berubah menjadi reaktan kembali dengan kecepatan yang sama.

    Sedikit sekali reaksi kimia yang berjalan ke satu arah saja, kebanyakan adalah reaksi dapat balik. Pada awal reaksi dapat balik, reaksi berjalan ke arah pembentukan produk. Sesaat setelah produk tersebut, pembentukan reaktan produk juga mulai berjalan. Jika kecepatan reaksi maju dan reaksi balik adalah sama, dan dikatakan bahwa kesetimbangan kimia telah dicapai. Harus diingat bahwa kesetimbangan kimia melibatkan beberapa zat yang berbeda sebagai reaktan dan produk. Kesetimbangan antara dua fase zat-zat yang sama disebut kesetimbangan fisika, perubahan yang terjadi adalah proses fisika. Dalam peristiwa ini, molekul air yang meninggalkan fase cair adalah sama dengan jumlah molekul yang kembali ke fase cair.

    B.       Reaksi Searah dan Reaksi dapat Balik

    Menurut Konsep Stoikiometri, suatu zat yang direaksikan akan habis bereaksi jika perbandingan mol zat itu sama dengan perbandingan koefisiennya. Contohnya adalah reaksi berikut:

    Mg(s) + 2HCl(aq)  MgCl2(aq) + H2(g)

    Pada reaksi tersebut, jika perbandingan mol Mg dan HCl yang direaksikan adalah 1:2 maka Mg dan HCl habis bereaksi. Reaksi yang seperti ini disebut reaksi satu arah atau irreversible. Adakalanya pada reaksi kimia, reaktan tidak habis bereaksi, walaupun zat yang direaksikan sama dengan perbandingan koefisiennya. Contohnya adalah pada campuran gas nitrogen dan hidrogen jika dipanaskan menghasilkan gas amonia sesuai dengan persamaan reaksi.

    N2(g) + 3H2(g) 2NH3(g)

    Pada reaksi tersebut, setelah campuran dibiarkan beberapa lama terdapat campuran gas N2, gas H2, dan gas NH3. Ternyata gas NH3 yang terbentuk terurai kembali menjadi gas N2 dan gas H2 berdasarkan reaksi berikut.

    2NH3(g)  N2(g) + 3H2(g)

    Dalam hal ini reaksi tidak hanya berlangsung dari kiri ke kanan tetapi juga dari kanan ke kiri. Reaksi yang berlangsung dari kiri ke kanan maupun dari kanan ke kiri disebut reaksi dapat balik atau reversible. Jika laju reaksi ke kiri sama dengan laju reaksi ke kanan maka terjadi kesetimbangan.

    1.        Reaksi Satu Arah (Irreversible)

    Pada peristiwa reaksi satu arah, zat-zat hasil reaksi tidak dapat bereaksi kembali membentuk zat pereksi. Ciri-ciri reaksi satu arah adalah sebagai berikut.

    a.       Reaksi ditulis dengan satu anak panah.

    b.      Reaksi berlangsung satu arah dari kiri ke kanan

    c.       Zat hasil reaksi tidak dapat dikembalikan seperti zat mula-mula

    d.      Reaksi baru berhenti apabila salah satu atau semua reaktan habis.

    Contoh :

    Zn(s) + 2HCl(aq)  ZnCl2(aq) + H2(g)

    Pada reaksi tersebut Zn habis bereaksi dengan HCl menghasilkan ZnCl2 dan gas H2. ZnCl2 dan gas H2 tidak dapat bereaksi kembali membentuk Zn dan HCl.

    2.        Reaksi Dapat Balik (Reversible)

    Pada reaksi dua arah, zat-zat hasil reaksi tidak dapat bereaksi kembali membentuk zat pereaksi. Reaksi kesetimbangan kimia dapat terjadi bila reaksi yang terjadi merupakan reaksi dapat balik (reversible) . Ciri-ciri reaksi dapat balik adalah sebagai berikut:

    ·         Reaksi ditulis dengan dua anak panah yang berlawanan

    ·         Reaksi berlangsung dari dua arah, yaitu dari kiri kekanan dan dari kanan ke kiri.

    ·         Zat hasil reaksi dapat dikembalikan seperti zat mula-mula

    ·          Reaksi tidak pernah berhenti karena komponen zat tidak pernah habis.

    Contoh :

    PbSO4(aq) + 2NaI(aq) PbI2(s) + Na2SO4(l)

    Endapan PbI2 yang terbentuk dapat direaksikan dengan cara

    menambahkan larutan Na2SO4 berlebih.

    PbI2(s) + Na2SO4(l)   PbSO4(aq) + 2NaI(aq)

    Dalam penulisan reaksi dapat balik, kedua reaksi dapat

    digabung sebagai berikut.

    PbSO4(aq) + 2NaI(aq) PbI2(s) + Na2SO4(l)

    Apabila pada reaksi dapat balik laju reaksi ke kiri sama dengan laju reaksi ke kanan akan terjadi kesetimbangan kimia.

    C.      Keadaan Kesetimbangan

    Berbagai reaksi dapat balik tidak semuanya dapat mencapai kesetimbangan. Untuk mencapai kesetimbangan perlu beberapa syarat khusus, yaitu reaksinya dapat balik, sistemnya tertutup, dan bersifat dinamis. Sistem tertutup merupakan sistem reaksi di mana baik zat-zat yang bereaksi maupun zat-zat hasil reaksi tetap dalam sistem. Sistem tertutup tidak selamanya harus terjadi dalam wadah tertutup, kecuali pada reaksi gas. Keadaan setimbang adalah suatu keadaan dimana dua proses yang berlawanan arah berlangsung secara simultan dan terus menerus, tetapi tidak ada perubahan yang dapat diamati atau diukur. Cepat lambatnya suatu reaksi mencapai kesetimbangan bergantung pada laju reaksi, semakin besar laju reaksi maka semakin cepat. Kesetimbangan kimia hanya dapat berlangsung dalam sistem tertutup. Sementara itu, pada umumnya proses alami berlangsung dalam sistem terbuka. Berbagai proses alami seperti perkaratan logam, pembusukan dan lain sebagainya.

    1.        Jenis Kesetimbangan Berdasarkan  wujudnya

    Berdasarkan wujud zat yang ada dalam keadaan setimbang. Kesetimbangan yang semua komponennya satu fase disebut kesetimbangan homogen, sedangkan yang terdiri dari dua fase atau lebih disebut kesetimbangan heterogen.

    a.         Kesetimbangan Homogen

    Kesetimbangan homogen adalah reaksi kesetimbangan yang mengandung zat-zat yang homogen (berada dalam satu fase).

    ·         Kesetimbangan antara Gas dengan Gas

    Contoh:

    N2(g) + 3H2(g) ⇌ 2NH3(g)

    2NO2(g) ⇌ N2O4(g)

    H2(g) + Br2(g) ⇌ 2HBr(g)

    ·         Kesetimbangan antara Larutan dengan Larutan

    Contoh:

    C2H5OH(aq)+CH3COOH(aq) ⇌ CH3COOC2H5(aq)+ H2O(aq)

    b.      Kesetimbangan Heterogen

    Kesetimbangan heterogen adalah reaksi kesetimbangan yang mengandung zat-zat yang heterogen (berada dalam beberapa fase).

    ·         Kesetimbangan antara Zat Padat dengan Gas

    Contoh:

    CaCO3(g) ⇌ CaO(s) + CO2(g)

    ·         Kesetimbangan antara Gas dengan Zat Cair

    Contoh :

    H2O(g) ⇌ H2O(l)

    ·         Kesetimbangan antara Zat Padat dengan Larutan

    Contoh :         

    CuSO4. 5H2O(s) ⇌ CuSO4(s) + H2O(l)

    ·         Kesetimbangan antara gas, Zat Cair, dan Zat Padat

    Contoh :

    H2CO3(aq) ⇌ H2O(s) + CO2(g)

    D.      Pergeseran Kesetimbangan

    Seorang ahli kimia prancis, Henry Louis Le Chatelier (1850-1936) berpendapat sebagai berikut:   “Jika pada kesetimbangan reaksi dilakukan aksi-aksi tertentu, sistem akan mengadakan reaksi dengan menggeser kesetimbangan untuk menghilangkan pengaruh aksi tersebut.” Pendapat tersebut dikenal dengan azas Le Chatelier. Aksi-aksi yang dimaksud Chatelier adalah melakukan tindakan dengan mengubah konsentrasi, suhu, tekanan, dan volume sistem. Selanjutnya, keempat faktor itu disebutfaktor yang mempengaruhi kesetimbangan reaksi yang akan diuraikan sebagai berikut.

    1.        Pengaruh Konsentrasi

    Secara umum reaksi kesetimbangan adalah sebagai

    berikut:

    A + B ⇌ C

    Jika ada usaha untuk menambah konsentrasi dari salah satu zat pada reaksi setimbang, akan terdapat reaksi yang mengkonsumsi zat tambahan terrsebut. Sebaliknya, jika ada usaha untuk mengurangi konsentrasi salah satu zat pada reaksi setimbang, akan terdapat reaksi untuk menambah zat yang dikurangi tersebut.

    ·         Jika salah satu perekasi/reaktan/senyawa di ruas kiri diperbesar maka kesetimbangan akan bergeser ke ruas kanan/produk/hasil reaksi. Sebaliknya jika salah satu produk/hasil reaksi/ruas kanan diperbesar maka kesetimbangan akan bergeser ke ruas kiri/pereaksi/reaktan.

    ·         Jika salah satu pereaksi/reaktan/senyawa di ruas kiri diperkecil maka kesetimbangan kan bergeser ke ruas kiri/pereaksi/reaktan. Sebaliknya jika salah satu produk/hasil ekasi/senyawa ruas kanan diperkecil maka kesetimbangan akan bergeser ke ruas anan/produk/hasil reaksi.

    2.        Pengaruh Volume

    Secara umum reaksi kesetimbangan adalah sebagai berikut:

    A + B ⇌ C

    Sesuai dengan azas Le Chatelier, yaitu jika ada usaha untuk mengubah volume sistem, maka akan ada reaksi ke arah jumlah mol zat yang lebih besar atau jumlah mol yang lebih kecil. Usaha untuk menaikkan volume sistem sama dengan

    memperkecil konsentrasi zat secara menyeluruh. Hal ini mengakibatkan kesetimbangan bergeser ke jumlah mol terbesar. Sebaliknya jika ada usaha untuk menurunkan volume sistem, hal itu sama dengan memperbesar konsentrasi zat secara  menyeluruh yang mengakibatkan kesetimbangan bergeser ke jumlah mol terkecil.

    ·         Jika volume diperbesar maka kesetimbangan akan bergeser ke arah reaksi yang jumlah molekulnya terbanyak atau ke ruas yang jumlah angka koefisiennya terbanyak.

    ·         Jika volume diperkecil maka kesetimbangan akan bergeser ke arah reaksi yang jumlah molekulnya terkecil atau ke ruas yang jumlah angka koefisiennya terkecil.

    ·         Jika jumlah angka koefisien ruas kanan dan ruas kiri sama maka penambahan atau pengurangan volume tidak akan menggeser kesetimbangan.

    Contoh :

    BiCl3(aq) + H2O(l) . BiOCl(s) + 2HCl(aq)

    Ke arah mana kesetimbangan bergeser jika suhu tetap:

    ·         Ditambah BiCl3

    ·         Ditambah air

    ·         Ditambah BiOCl

    Penyelesaian:

    ·       Penambahan BiCl3 akan menggeser kesetimbangan ke kanan.

    ·   Memperbesar volume (penambahan air) akan menggeser kestimbangan ke kanan kareena koefisien ruas kanan lebih besar daripada koefisien ruas kiri. Koefisien ruas kiri = 1, yaitu koefisien BiCl3 sedangkan koefisien H2O tidak dihitung karena zat cair murni (l)\. Jumlah koefisien di ruas kanan = 2 yaitu koefisien dari HCl, sedangkan BiOCl tidak diperhitungkan karena bentuknya padat (s).

    ·       Penambahan BiOCl merupakan  omponen padat tidak dapat menggeser kesetimbangan

    3.        Pengaruh Tekanan

    Secara umum reaksi kesetimbangan adalah sebagai berikut:

    A + B  C

    Sesuai dengan azas Le Chatelier, yaitu jika ada usaha untuk mengubah tekanan sistem, maka ada reaksi ke arah jumlah mol gas yang lebih besar atau jumlah gas yang lebih kecil. Jika usaha yang dilakukan adalah menaikkan tekanan sistem, kesetimbangan akan bergeser ke jumlah mol terkecil. Sebaliknya, jika usaha yang dilakukan adalah menurunkkan tekanan sistem, kesetimbangan akan bergeser ke jumlah mol terbesar. engaruh tekanan berlawanan dengan pengaruh volume:

    ·         Jika tekanan diperbesar maka kesetimbangan akan bergeser ke arah reaksi yang jumlah molekulnya terkecil atau ke ruas yang jumlah angka koefisiennya terkecil.

    ·         Jika tekanan diperkecil maka kesetimbangan akan bergeser ke arah reaksi yang jumlah molekulnya terbesar atau ke ruas yang jumlah angka koefisiennya terbesar.

    ·         Jika jumlah angka koefisien ruas kiri dan ruas kanan sama maka penambahan atau pengurangan tekanan tidak akan menggeser kesetimbangan.

    4.        

    Pengaruh Suhu

              Perubahan konsentrasi, tekanan atau volume dapat mengubah posisi kesetimbangan, tetapi tidak mengubah nilai konstanta kesetimbangan. Hanya perubahan suhu yang dapat mengubah konstanta kesetimbangan. Pada reaksi kesetimbangan, terdapat reaksi endotermik (menyerap kalor) dan reaksi eksotermik (melepas kalor). Jadi peningkatan suhu menghasilkan reaksi endotermik dan penurunan suhu menghasilkan reaksi eksotermik. Perubahan konsentrasi, tekanan atau volume akan menyebabkan pergeseran reaksi tetapi tidak akan merubah nilai tetapan kesetimbangan. Hanya perubahan temperatur yang dapat menyebabkan perubahan tetapan kesetimbangan.

    ·    Jika suhu sistem kesetimbangan dinaikkan maka reaksi sistem menurunkan suhu dengan cara kesetimbangan bergeser ke pihak reaksi yang menyerap kalor (endoterm).

    ·   Jika suhu sistem kesetimbangan diturunkan maka reaksi sistem menaikkan suhu dengan cara kesetimbangan bergeser ke pihak reaksi yang melepas kalor (eksoterm).

    5.        Pengaruh Katalis

    Katalis meningkatkan laju terjadinya reaksi. Katalis mempengaruhi laju reaksi maju sama besar dengan reaksi balik. Jadi, keberadaan katalis tidak mengubah konstanta kesetimbangan, dan tidak mengeser posisi sistem kesetimbangan. Penambahan katalis pada campuran reaksi yang tidak berada pada kesetimbangan akan mempercepat laju reaksi maju dan reaksi balik sehingga campuran kesetimbangan tercapai lebih cepat. Campuran kesetimbangan yang sama dapat diperoleh tanpa katalis, tetapi kita mungkin harus menunggu lama agar kesetimbangan terjadi.

    Katalis mempengaruhi laju reaksi ke kanan maupun kekiri dan pengaruhnya sama. Keadaan setimbang tidak berubah (tidak dipengaruhi katalis), tetapi hanya mempercepat tercapainya kesetimbangan.

    E.       Ketetapan Kesetimbangan

    1.      Tetapan Kesetimbangan (Kc)

    Secara umum persamaan reaksi kesetimbangan atau reaksi dapat balik dapat dinyatakan dengan persamaan reaksi

    aA + bB → cC + dD

    dimana a, b, c, dan d adalah koefisien stokiometri dari A, B, C, dan D. Pada saat terjadi kesetimbangan maka harga tetapan kesetimbangan (K) dapat ditentukan. Nilainya ditentukan dengan menggunakan perbandingan konsentrasi zat-zatnya saat tercapai kesetimbangan.

    Tetapan kesetimbangan (K) untuk reaksi tersebut pada suhu tertentu dapat dinyatakan dengan persamaan.

    K =(〖[C]〗^(c  ) 〖[D]〗^d)/(〖[A]〗^a 〖[B]〗^b )

    a)      Untuk Reaksi Kesetimbangan Homogen

    Berdasarkan hukum kesetimbangan, perbandingan konsentrasi zat produk dengan konsentrasi zat pereaksi, masing-masing dipangkatkan dengan koefisiennya adalah tetap. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa persamaan tetapan kesetimbangan dapat ditentukan dari ersamaan reaksi kesetimbangannya. Perhatikan contoh berikut:

    Reaksi kesetimbangan: N2(g) + 3H2(g) ⇌ 2NH3(g)

    Kc =〖[NH3]〗^(2 )/(〖[N2]〗^ 〖[H2]〗^3 )

    b)      Untuk reaksi Kesetimbangan Heterogen

    Reaksi kesetimbangan heterogen adalah reaksi kesetimbangan yang terdiri dari zat-zat yang berbeda wujudnya. Reaksi kesetimbangan heterogen ada yang terdiri dari wujud padat, gas, dan cair. Beberapa contoh kesetimbangan heterogen dan harga Kc nya yaitu:

    Reaksi kesetimbangan: CaCO3(g) ⇌ CaO(s) + CO2(g)

    Kc =([CO2])/([CaCO3])

    Contoh Soal:

    Diketahui reaksi kesetimbangan: 2HI(g) ⇌ H2(g) + I2(g). Jika 1 mol gas HI dimasukkan ke dalam wadah sebesar satu Liter dan dipanaskan pada suhu tertentu terbentuk 0,2 mol gas I2, maka harga tetapan kesetimbangan Kc adalah ….

    c)        Hubungan Kc dari persamaan Reaksi yang sama

    Persamaan reaksi setara yang dimaksud adalah beberapa persamaan reaksi yang berasal dari satu persamaan reaksi kesetimbangan. Beberapa persamaan reaksi kesetimbangan

    tersebut diperoleh dengan membalikkan persamaan reaksi kesetimbangan tertentu atau mengalikan persamaan reaksi kesetimbangan tertentu dengan suatu bilangan. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini:

    ·       Secara umum reaksi kesetimbangan: A + B ⇌ C + D

     Kc = K1

    ·         Reaksi kesetimbangan di atas dibalik sehingga diperoleh reaksi kesetimbangan: C + D ⇌ A + B 

    Kc = K2

    ·         Persamaan reaksi kesetimbangan pada (a) dikali dua sehingga diperoleh reaksi kesetimbangan 2A + 2B ⇌ 2C + 2D

    Kc = K3

    2.        Tetapan Kesetimbangan Tekanan Parsial

    Untuk suatu sistem kesetimbangan yang melibatkan gas, pengukuran dilakukan terhadap tekanan, bukan terhadap konsentrasi. Tetapan kesetimbangan Kc diberi harga dalam konsentrasi yang dinyatakan dalam mol per liter atau molar, sedangkan tetapan kesetimbangan gas Kp diberi harga dalam tekanan parsial gas. Untuk menentukan persamaan tetapan kesetimbangan gas Kp, sama seperti menentukan persamaan tetapan kesetimbangan Kc, hanya saja satuan konsentrasi pada Kc diganti dengan tekanan parsial gas pada Kp.

    mA + nB ⇌ pC + qD

    Kc  = P P PA  PB   

    Kc =     (〖[Pc  ]〗^(P   ) 〖[PD]〗^q)/(〖[PA ]〗^m 〖[PB ]〗^n )       

    P= tekanan parsial senyawa gas

    Perbandingan tekanan parsial = perbandingan mol saat setimbang

    Jika diketahui tekanan total suatu reaksi gas maka tekanan parsial tiap-tiap zatnya dapat ditentukan :

                Tekanan Parsial Zat =(Mol zat setimbang)/(mol total saat setimbang )  x tekanan total

    Dalam ruang 1 liter sebanyak 0,6 mol gas PCl5 dipanaskan menurut reaksi

    PCl5 (g) → PCl3 (g) + Cl2 (g) Dalam kesetimbangan dihasilkan 0,2 mol gas Cl2, jika temperatur pada ruangan 300 K dan harga R= 0,082 atm L atm

    mol-1K-1 harga Kp….

    Penyelesaian:

    c.    Hubungan Kc dan Kp

    d.        Kesetimbangan Disosiasi

    Disosiasi adalah penguraian suatu zat menjadi beberapa zat lain. Dalam disosiasi juga terdapat kesetimbangan (baik homogen maupun heterogen). Untuk menyatakan perbandingan antara banyaknya zat-zat yang terurai dengan banyaknya zat mula-mula, dipakai istilah derajat disosiasi yang diberi lambang ( )

                                                         Harga

    Contoh :

    Reaksi penguraian

    2 SO3(g) ⇌ 2 SO2(g) + O2(g)

    Memiliki tetapan kesetimbangan K = 0,025 mol/L pada suhu tertentu. Untuk dapat membatasi penguraian 2 mol/L SO3 sampai 20 % saja, pada suhu tersebut berapa konstentrasi gas O2 yang ditambahkan?

    Penyelesaiian :

    BAB III

    PENUTUP

    A.      Kesimpulan

    Kesetimbangan kimia adalah suatu keadaan di mana tidak ada perubahan yang teramati selama bertambahnya waktu reaksi. Jika suatu kimia telah mencapai keadaan kesetimbangan maka konsentrasi reaktan dan produk menjadi konstan sehingga tidak ada perubahan yang teramati dalam sistem.

    Untuk mencapai kesetimbangan perlu beberapa syarat khusus, yaitu reaksinya dapat balik, sistemnya tertutup, dan bersifat dinamis. Sistem tertutup merupakan sistem reaksi di mana baik zat-zat yang bereaksi maupun zat-zat hasil reaksi tetap dalam sistem. Sistem tertutup tidak selamanya harus terjadi dalam wadah tertutup, kecuali pada reaksi gas. Keadaan setimbang adalah suatu keadaan dimana dua proses yang berlawanan arah berlangsung secara simultan dan terus menerus, tetapi tidak ada perubahan yang dapat diamati atau diukur.

    B.       Saran

    Dengan adanya makalah ini, pemakalah mengharapkan kritikan dan saran demi kesempurnaan makalah ini. Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber – sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggung jawabkan.

    Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan. Sekian materi dari pemakalah, apabila terdapat kesalahan pemakalah memohon maaf dengan sebesar-besarnya.

     DAFTAR PUSTAKA

    Keenan, dkk. 1984. Kimia untuk Universitas. Jakarta : Erlangga.

    Mulyani, Sri. 2005. Kimia Fisika 2. Surabaya : Universitas Negeri Malang.

    Sulami, Emi. 2006. Kimia. Jakarta : Gelora Aksara Pratama.

    Suminar. 2001. Prinsip-prinsip Kimia Modern. Jakarta : Erlangga.

    Rahayu, Nurhayati. 2011. Kimia. Jakarta: Gagas Media.

    Rusman. 2009. Kimia Fisik. Banda Aceh : Unsyiah press

  • Laporan Praktikum Kimia Analisis – Penetapan KAdar Golongan Asam Salisilat

    Penetapan Kadar Golongan Asam Salisilat

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Konsep paling mendasar dan praktis dalam kimia asam basa tidak diragukan lagi adalah reaksi netralisasi. Netralisasi dapat didefinisikan sebagai reaksi antara proton dan ion hidroksida membentuk air. Dalam pembahasan netralisasi tentu kita akan mendapatkan istilah titrasi.

    Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat yang lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatkan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya.

    Titran ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai titik ekuivalen. Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen”. Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi meka titik akhir titrasi dipilih sedikit mungkin dengan titik ekuivalen, hal ini dapat dilakukan dengan memilih indikator yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan.

    Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indikator disebut sebagai “titik akhir titrasi”. Titik akhir titrasi adalah keadaan dimana reaksi telah berjalan dengan sempurna yang biasanya ditandai dengan pengamatan visual melalui perubahan warna indikator.

    1.2 Tujuan Percobaan

    1.    Praktikum ini bertujuan membuat larutan standart larutan natrium hidroksida 0,01 N.

    2.    Praktikum ini bertujuan membuat standarisasi larutan standard natrium hidroksida dengan asam oksalat.

    3.    Praktikum ini bertujuan untuk menentukan kadar obat golongan asam  salisilat dalam sediaan tablet.

    Bab II. Tinjauan Pustaka

    II.1 Dasar Teori

    Titrasi adalah suatu metode untuk menetukan konsentrasi zat didalamlarutan. Titrasi dilakukan dengan mereaksikan larutan tersebut dengan larutanyang diketahui konsentrasinya. Reaksi di lakukan secara bertahap ( tetes demitete) hingga tepat mencapai titik stokiometri atau titik setara. ( Sunarya, 2007;168 )

    Asidimetri dan alkalimetri adalah proses penentuan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang diketahui dan diperlukan untuk bereaksisecara lengkap dengan jumlah contoh tertentu yang akan dianalisis.Contohsesuatu yang dianalisis dirujuk sebagai (tak diketahui). Proses analisis yangmelibatkan pengukuran yang seksama volume-volume suatu asam dan basayang saling menetralkan. ( Keenan, 1998 ; 442 )

    Pada proses titrasi ini digunakan suatu indikator yaitu suatu zat yang ditambahkan sampai seluruh reaksi selesai yang menyetarakan denganperubahan warna. Perubahan warna menandakan telah tercapainya titik akhirtitrasi. ( Brady, 1999; 217 )

    Dalam memilih suatu asam digunakan dalam larutan standar hendaknyadi perhatikan faktor-faktor berikut :

    1.   Asam itu harus kuat, yakni sangat terdisosiasi.

    2.   Asam tersebut tidak menguap.

    3.   Larutan asam harus stabil.

    4.   Garam dari asam tersebut harus mudah larut.

    5.   Asam tersebut bukan pengoksidasi yang kuat untuk menghancurkan

    Senyawa-senyawa organik yang digunakan sebagai indikator.Asam sulfat dan asam klorida paling banyak digunakan untuk larutan standarwalaupun waupun tidak satupun dari keduanya yang memenuhi syarattersebut. Asidimetri merupakan metode titrimetri atau volumetri yangdidasarkan pada pengukuran seksama jumlah volume asam yang digunakanbaik untuk zat-zat organik maupun anorganik. ( Haeria, 2011; 5 )

    NaOH merupakan basa yang paling lazim digunakan untuk titrasi asambasa. NaOH selalu terkontaminasi oleh sejumlah kecil pengotor yang palingserius diantaranya adalah Na2CO3.

         Alkalimetri merupakan metode titrimetri yang didasarkan pada pengukuranseksama jumlah jumlah volume basa yang digunakan. ( Haeria, 2011 ; 6 )

    Dalam praktik laboratorium adalah biasa untuk membuat larutan dariasam dan basa dengan konsentrasi yang diinginkan dan kemudianmenstandarisasi larutan terhadap standar utama. Membuat larutan standar dariasam klorida bisa dilakukan dengan langsung menimbang sebagian HCLyang diketahui densitasnya diikuti dengan pengenceran dalam labuvolumetri. Namun, lebih sering larutan asam tersebut di standarisasi dengancara yang biasa terhadap standar utama.

    Reaksi antara zat yang terpilih sebagai standar utama dan asam ataubasa harus memenuhi syarat-syarat untuk analisis titrimetrik. Selain itu, standarutama harus memenuhi karakteristik berikut ini:

    1.        Harus langsung tersedia dalam bentuk murni atau dalam keadaan yangdiketahui kemurniannya. Secara umum, jumlah total pengotor harus tidak melebihi 0,01 sampai 0,02 % dan seharusnya kita bisa mengujiadanya pengotor dengan adanya penguji kualitatif yang diketahuikepekaannya.

    2.   Zat tersebut harus mudah mengering dan tidak boleh terlalu higroskopiskarena hal itu dapat mengakibatkan air terikut pada saat penimbangan.Zat tersebut tidak boleh kehilangan berat saat terpapar udara.

    3.   Standar utama itu diinginkan memiliki berat ekuivalen yang tinggiuntuk meminimalkan akibat-akibat dari kesalahan saat penimbangan.

    4.   Asam atau tersebut lebih disukai yang kuat, yakni, sangat terdisosiasi.Namun demikian, asam atau basa lemah dapat digunakan sebagaistandar utama. (Day and Underwood. 2002 ; 155).

    Dalam penetuan titrasi , larutan yang dititrasi disebut titrat. Sedangkanlarutan pentitrasi disebut titran. Titran dituangkan dari buret tetes tetes demitetes kedalam larutan titrat sampai titik stokiometri tercapai. Titrasi asam basapada dasarnya adalah reaksi penetralan asam oleh basa atau sebaliknya.

    Perubahan warna suatu indikator tergantung konsentrasi ion hydrogen (H+) yang ada dalam larutan dan tidak menunjukkan kesempurnaan reaksiatau ketetapan netralisasi. Indikator pH asam basa adalah suatu indikator atauzat yang dapat berubah warna apabila pH lingkungan berubah. Misalnya birubrometil (BB), dilarutkan asam menjadi warna kuning, tetapi dalam larutanbasa menjadi biru. Tabel 6.3 mendaftarkan beberapa indikator asam basabersama dengan rentang pH meraka .

         Titrasi asam-basa merupakan cara yang tepat dan mudah untuk menentukan jumlah senyawa-senyawa yang bersifat asam dan basa.Kebanyakan asam dan basa organik dan organik dapat dititrasi dalam larutanberair, tetapi sebagian senyawa itu terutama senyawa organik tidak larut dalamair. Namun demikian umumnya senyawa organik dapat larut dalam pelarutorganik, karena itu senyawa organik itu dapat ditentukan dengan titrasi asambasa dalam pelarut inert. Untuk menentukan asam digunakan larutan bakuasam kuat misalnya HCl, sedangkan untuk menentuan basa digunakan larutanbasakuat misalnya NaOH. Tiik akhir titrasi biasanya ditetapkan denganbantuan perubahan indikator asam basa yang sesuai atau dengan bantuanperalatan seperti potensiometri, spektrofotometer, konduktometer.      ( Khopkar,1990 ; 128 )

         Titrasi asam basa sering disebut asidimetri dan alkalimetri, sedang untuk titrasi pengukuran lain-lain sering dipakai akhiran-ometri mengggantikan-imetri. Kata metri berasal dari bahasa Yunani yang berarti ilmu proses senimengukur. I dan O dalam hubungan mengukur sama saja, yaitu dengan atau dari (with atau off). Akhiran I berasal dari kata latin dan O berasal dari kataYunani. Jadi asidimetri dapat diartikan pengukuran jumlah asam ataupunpengukuran dengan asam (yang diukur dalam jumlah basa atau garam).(Khopkar,1990 ;124)      Dalam teori ionisasi, suatu larutan netral mengandung jumlah ionhidrogen dan ion hidroksida (H+dan CH-) Reaksi netralisasi mempunyai nilaiyang berarti untuk analisa kuantitatif harus berjalan sedemikian sempurna,reaksi ini dapat disimpulkan dengan cara-cara seperti misalnya : denganpembentukan suatu zat dengan derajat disosiasi yang kecil, denganmembebaskan gas dari suatu reaksi dengan pembentukan endapan dari suatureaksi dengan membebaskan suatu ion kompleks dengan menambah suatupereaksi yang berlebihan.

         Asidimetri dan alkalimetri termasuk penetapan titri metri denganreaksi netralisasi. Asidimetri merupakan metode titrimetri yang didasarkan pada pengukuran seksama jumlah volume asam yang digunakan, baik untuk zat-zatorganik maupun zat anorganik. Alkalimetri merupakan metode titrimetri yangdidasarkan pada pengukuran seksama jumlah volume basa yang digunakanindikator untuk metode netralisasi ini biasanya digunakan senyawa organik yang kompleks. Penambahan warna indikator pada titrasi tergantung pada ionH+.  Senyawa organik ini dapat berupa senyawa suatu asam atau basa yangsempurna mempunyai warna berbeda pada pH tertentu.( Sukri, 1990; 425 )

         Suatu larutan standar dapat di buat dengan cara melarutkan sejumlah senyawa baku tertentu yang sebelumnya senyawa tersebut ditimbang secara tepat dalam volume larutan yang di ukur dengan tepat .larutan standar ada 2 macam yaitu larutan baku primer dan larutan baku sekunder. Larutan baku primer mempunyai kemurnian yang tinggi, larutan baku sekunder harus dibakukan dengan larutan baku ptimer.  Suatu proses yang mana larutan baku sekunder dibakukan dengan laruutan baku primer disebut dengan standarisai. (Gandjar : 2007).

         Asam asetilsalisilat yang lebih dikenal sebagai asetosal atau aspirin adalah analgetik antipiretik dan antiinflamasi yang sangat luas digunakan dan digolongkan dalam obat bebas (Farmakologi dan Kemoterapi,1993).

    Tablet asam asetilsalisilat mengandung asam asetilsalisilat C9H8O4 dan tidak kurang dari 90,0 % dan tidak lebih dari 110,0 % dari jumlah yang tertera pada etiket (Farmakope Indonesia ed. IV, 32).

         Aspirin merupakan obat analgetik. Aspirin mungkin merupakan obat analgesika yang paling popular dan paling banyak digunakan disebabkan oleh sturktur kimianya yang sederhana dan harganya yang murah. Aspirin secara kimiawi dikenal dengan nama asam asetil salisilat, suatu molekul organic. Senyawa awal aspirin adalah salisin, yang ditemukan dalam batang kayu. Meskipun demikian aspirin dengan mudah dapat dibuat dari fenol dengan reaksi Kolbe. (Satiajit:2007 hal 2).

         Salah satu efek aspirin adalah pendarahan lambung yang sebagian disebabkan oleh sifat asamnya. Dalam lambung aspirin akan terhidrolisis menjadi asam salisilat. Gugus asam karboksilat (-COOH) dan gugus hidroksil fenolik (-OH) yang terdapat pada molekul aspirin akan membuat senyawa ini bersifat asam. Jadi penggunaan aspirin akan meningkatkan kondisi asam di lambung (Satyajit : 2007 hal 2).

    II. 2 Uraian Bahan

    1.      AQUADEST ( FI EDISI III HAL : 96 )

    Nama Resmi: AQUA DESTILLASI
    Nama Lain: Air Suling
    Pemerian: Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak   mempunyai rasa
    Kelarutan: –
    Kegunaan: Sebagai pelarut

    2.   Aspirin ( FI EDISI IV )

    Nama Resmi: ACIDUM ACETYLSALICYLIUM
    Nama Lain: Asam asetilsalisilat
    Pemerian: Hablur tidak berwarna, atau serbuk hablur putih, tidak berbau atau hamper tidak berbau, rasa asam.
    Kelarutan: Agak sukar larut dalam air, mudah larut dalam, etanol, larut dalam kloroform.
    Kegunaan: Analgetikum, antipiretikum

    3.   Phenolphthaleein ( FI EDISI III HAL : 675 )

    Nama Resmi: PENOLPHTALEEIN
    Nama Lain: Fenolftalein
    Pemerian: Serbuk hablur putih, putih, atau kekuningan.
    Kelarutan: Sukar larut dalam air, larut dalam etanol, agak sukar larut dalam eter.
    Kegunaan: sebagai indicator

    4.   Natrium Hidroksida ( FI EDISI III HAL : 421 )

    Nama Resmi: NATRII HIDROCIDUM
    Nama Lain: Natrium Hidroksida
    Pemerian: Bentuk batang massa hablur air keeping- keeping, keras dan rapuh dan menunjukkan susunan hablur putih mudah meleleh basa sangat katalis dan korosif segera menyerap karbondioksida.
    Kelarutan: sangat mudah larut dalam air
    Kegunaan: sebagai zat tambahan.

    BAB III

    PROSEDUR KERJA

    III.1 Alat dan Bahan

       III.1.1 Alat

    Adapun alat yang digunakan pada praktikum yaitu :

    1.      Buret 50 ml

    2.      Botol coklat

    3.      Corong

    4.      Gelas kimia 100 ml

    5.      Gelas ukur  paragraf

    6.      Labu rlemeyer 250 ml

    7.      Labu ukur 100 ml

    8.      Lumping dan alu

    9.      Lap kasar dan lap halus

    10.  Timbangan analitik

    11.  Tisu

       III.1.2 Bahan

    Adapun bahan yang digunakan pada praktikum yaitu :

    1.      Aquadest

    2.      Asetosal

    3.      Indikator pp

    4.      NaOH

    III.2 Prosedur Kerja

    Adapun prosedur kerja pada praktikum ini yaitu :

    Ø  Penetapan kadar asam asetosal dalam sediaan tablet :

    1.      Ditimbang 10 tablet asetosal yang akan digunakan

    2.      Dimasukan  kedalam  lumpang kemudian digerus hingga halus kemudian ditimbang kembali kurang lebih 300 mg dan dilarutkan dengan aquadest sampai volumenya 100 ml.

    3.      Dipipet 10 ml larutan aetosal dan  dimasukan dalam erlemeyer.

    4.      Ditambahkan 10 ml etanol dan ditambahkan 4 tetes indicator pp.

    5.      Diamati perubahan warna..

    BAB IV

    HASIL DAN PENGAMATAN

    4.1Hasil  dan Pengamatan

    4.1.1 Tabel hasil  pengamatan

    No.Berat SampelVolume titranPerubahan Warna
    V (Awal)V(Akhir)
    1.Asetosal 300 mg50 ml48,8 mlBening menjadi Merah muda
    2
    3

    persamaan reaksi

    4.1.2 Perhitungan Kadar Asetosal

    Dik : V.titran            : 50 – 48,8 = 1,2 ml

    N.titran            : 0,1

    Bst                   : 18,016

    Mg sampel       : 300 mg

    Dit : % Kadar …?

    Penyelesaian :

    =

    =

    =

    = 7,20 %

    BAB V

    PEMBAHASAN

    Pada praktiukum kali ini dilakukan percobaan mengenai penetapan kadar golongan asam salisilat dengan tujuan untuk menentukan kadar obat asetosal dalam sediaan tablet.

    Pada praktikum ini digunakan metode alkalimetri merupakan metode titrimetri yang didasarkan pada pengukuran seksama jumlah jumlah volume basa yang digunakan. ( Haeria, 2011 ; 6 )

    Sampel yang digunakan dalam percobaan ini adalah tablet asetosal dengan berat sampel 300 mg, kemudian sampel dilarutkan dengan 100 ml aquadest lalu diambil 10 ml dan dimasukan kedalam Erlenmeyer, kemudian ditambahkan lagi 10 ml etanol, setelah itu ditambahkan indicator PP.

    Tujuan ditambahkan alcohol karna alcohol bersifat polar dan asetosal bersifat polar jadi dapat sama-sama melarutkan. Dan penambahan indicator bertujuan untuk mendapatkan titik akhir titrasi yang mendekati titik ekuvalen dari tanda titrasi berada dalam rentang pH 8,3-10 (Connors,1997).

    Kemudian larutan dititrasi dengan NaOH sambil digoyang-goyangkan, ketika proses titrasi berlangsung gugus asetil dalam reaksi netralisasi ini lebih sukar lepas dari pada gugus karbonil (Gisvold, 1982).

                   Setelah dititrasi pada larutan sampel berubah wana dari bening menjadi merah muda. Adapun volume titrasi yang didapatkan yaitu 2 ml, dan persen kadar yang didapatkan dari hasil perhitungan yaitu 7,20 %, hal ini tidak sesuai dengan teori bahwa asetosal mengandung tidak kurang dari 99,5 % (Dirjen POM, 1979).

    apa itu asetosal ???

    pertanyaan penuntun????

    BAB VI

    PENUTUP

    VI.1 Kesimpulan

    Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

    1.      Kadar asetosal dalam tablet yang diperoleh sebessar 7,20 %, hal ini tidak sesuai dengan ketetapan farmakope yaitu menyatakan kadar astosal tidak kurang dari 99,5%.

    VI.2 Saran

    Seharusnya pada bahan yang ingin digunakan dalam praktikum dapat diperbanyak agar dapat menjadi bahan perbandingan terhadap percobaan yang lain.

    DAFTAR PUSTAKA

    Atkins,Peter and Lorette.Chemistry Molekul and Changes. New York; Freemanand Company. 1997.

    Brady,James.Kimia Universitas Asas Dan Struktur . Jakarta ; Binarupa Aksara.1999.

    Connors, Amaidon, Svela. 1997. Stabilitas Kimiawi Sedvafarmasi Edisi II Jilid 1. New York : John willey and sons.

    Dirjen POM.Farmakope Indonesia, Edisi Ke-III .Jakarta : Departemen KesehatanRI. 1979.

    Day,R.A dan A.L.Underwood. Analisis Kimia Kuantitatif . Jakarta; Erlangga. 2002.

    Gisvold, Wilson. 1982. Kimia Farmasi dan medicine Organik Edisi VIII Bagian II. Semarang press :

    Haeria.Penuntun Kimia Analitik.Makassar ; UIN Press. 2011.

    Keenan,C.W.Kimia Untuk Universitas.Jakarta; Erlangga. 1998.

    Khopkar, S.M., (1990),Konsep Dasar Kimia Analitik.Jakarta: UI press.

    Petrucci, Ralph. and Wilias.S. Harwood.General Chemistry. New Jersey;Prentice Hall.1997.

    Sukri.Kimia Dasar 2. Bandung; ITB. 1999

    Susanti, S dan Yeanny Wunas. Analisis Kimia Farmasi Kuantitatif .Makassar :LEMBAGA PENERBITAN UNHAS.1995.

    Snyder, Milton.K. Chemistry Structure and Reaction. New York; Holt.1996.

    Sunarya, Yayan. Mudah dan Aktif Belajar Kimia. Bandung; Invers.2007.

    Timberlake,Keren.C.General, Organik and Biological Chemistry. San Fransisco;Pearson Benjamin Cummings. 2004.