Blog

  • Makalah Kemampuan menganalisis instrumen Penilaian hasil belajar

    A.    Pendahuluan

    Kemampuan menganalisis instrumen penilaian hasil belajar adalah salah satu kemampuan kognitif tingkat tinggi yang penting untuk dikuasai siswa dalam pembelajaran yang dapat digunakan untuk mempermudah seseorang melakukan tugas atau mencapai tujuan secara efektif atau efisien yang ditujukan untuk mengetahui tercapainya tujuan pembelajaran dan juga proses pembelajaran yang telah dilakukan sebagai babak final dalam pembelajaran memiliki peran yang sangat penting. Ketepatan pemilihan metode penilaian hasil belajar, indikator yang digunakan dan jenis/alat penilaian memiliki adil besar dalam berhasil tidaknya proses penilaian.

     Evaluasi pembelajaran adalah proses untuk menentukan nilai pembelajaran yang dilaksanakan, dengan melalui kegiatan pengukuran dan penilaian pembelajaran. Evaluasi hasil belajar antara lain mengunakan tes untuk melakukan pengukuran hasil belajar.

    Dalam kesempatan kali ini. kami dari pemakalah akan memaparkan sedikit mengenai analisis hasil belajar yang akan menekankan dan mengulas mengenai indeks kesukaran, daya beda, distraktor dan pengenalan raseh. Adapun mengenai analisis hasil pembelajaran dengan ciri-ciri yang lainnya bisa dipelajari sendiri.

    B.     Pembahasan

    Sebuah Instrumen Evaluasi Hasil Belajar Hendaknya mementihi Syarat sebelum digunakan untuk mengevaluasi atau mengadakan penilaian agar terhindar dari kesalahan dan hasil yang tidak valid (tidak sesuai kenyataan sebenarnya). Alat evaluasi yang kurang baik dapat mengakibatkan hasil penilaian menjadi bisa atau tidak sesuainya hasil penilaian dengan kenyataan yang sebenarnya: Jika terjadi demikian perlu ditanyakan apakah persyaratan instrumen yang digunakan menilai sudah sesuai dengan kaidah-kaidah penyusunan instrumen.

    Instrumen   Evaluasi   yang  baik  memiliki   ciri-ciri   dan   harus memenuhi beberapa kaidah antara lain:

    •         Validitas

    •         Reliabilitas

    •         Objectivitas

    •         Pratikabilitas

    •         likomonis

    •         Indeks Kesukaran

    1.      Indeks kesukaran

    Instrumen yang baik terdiri dari butir-butir instrumen yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Butir soal yang terlalu mudah tidak mampu merangsang audiens mempertinggi usaha memecahkannya sebaliknya kalau terlalu sukar membuat audiens putus asa dan tidak memiliki semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya. Di dalam istilah evaluasi indeks kesukaran ini diberi simbul p yang dinyatakan dengan “proporsi”.

    Rumus mencari P adalah :

    P =  

    P =  indeks kesukaran

    B =  banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul

    JS = jumlah seluruh siswa peserta tes

    Contoh:  ada  20  orang  dengan   nama  kode  A   s.d   S  yang mengajarkan tes yang terdiri dari 20 soal. Jawaban tesnya dianalisis (1 = jawaban betul: 0 = jawaban salah)

    SiswaNomor SoalSkor siswa
    12345789101112131415161718192 0
    A1100101101101011110113
    B0100101100111100011111
    C1100111101011011011114
    D010011010001110001109
    U11(1010110111110111014
    F0001110I001110001008
    G1001001101011111I01113
    H000l00Il00011010101r9
    1111110110I111111011117
    .1011I101100111  Hl01011113
    K.110000t101011001101010
    L0010010000010001004
    M100010111111101011 1113
    N01100111101111110111.16
    O0111110000111000011K)
    P100000010111100001119
    QR~s0t01101101111000011U
    10101101110011110110114
    1011101100011100010110
    juml ah11

    Maka dapat ditafsirkan bahwa :

    –          Soal nomor I mempunyai taraf kesukaran 10/20=0.5

    –          Soal nomor 9 adalah soal yang tersukar karena hanya dapat dijawab betul oleh 2 orang P=2/20= 0.1

    –          Soal nomer 13 adalah yang paling mudah karena seluruh siswa peserta tes. dapat menjawab.

    Indeks kesukarannya= 20/20= 0.1

    Menurut ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering diklasifikasikan sebagai berikut:

    •         Soal dengan P 1,00 sampai 0,30 adalah soal sukar

    •         Soal dengan P 0,30 sampai 0,70 adalah soal sedang

    •         Soal dengan P 0,70 sampai 1,00 adalah soal mudah2

    2.      Daya beda

    Daya pembeda soal, adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai ( berkemampuan tinggi ) dengan siswa yang bodoh ( berkemampuan rendah ). Angka yang menunjukan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi, disingkat D.

    Seperti halnya indeks kesukaran, indeks diskriminasi ( daya pembeda ) ini berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Hanya bedanya, indeks kesukaran tidak mengenal tanda negative, tanda negative (-), tetapi pada indeks diskriminasi ada tanda negative. Panda negatif pada indeks diskriminasi digunakan jika sesuatu soal ” terbalik ” menunjukan kualitas testee. Yaitu anak pandai disebut bodoh dan anak bodoh disebut pandai.

    Dengan demikian ada tiga titik pada daya pembeda yaitu :

                            -1,00                              0,00                                      1.00

                    Daya pembeda               daya pembeda                      daya pembeda

                         Negative                         rendah                                   tinggi

                                                                                                             (Positif)

    Rumus mencari D.

    Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi adalah :

    D=BABB=PA-PB
    JBJB

    Keterangan :

    J                        =  Jumlah peserta tes.

    JA                     =  Banyaknya peserta kelompok atas.

    JB                      =  Banyaknya peserta kelompok bawah.

    BA                    = Banyaknya peserta kelopmok atas yang menjawab soal itu dengan benar.

    Text Box: BA
JA
BB                    = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar.

    Text Box: BB
JB
PA =                 = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar (ingat, P sebagai indeks kesukaran).

    PB =                  = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar.

    Contoh perhitungan .

    Dari hasil analisa tes yang terdiri dari 10 butir soal yang dikerjakan oleh 20 orang siswa, terdapat dalam table sebagai berikut : Tabel Analisa 10 butir soal, 20 soal.

    siswakelompo kNilai siswaSkor
    12345678910siswa
    AB10100011105
    BA011I1100117
    CA10101111118
    DB00100111105
    KA111111111110
    FB11000111106
    GB01000111116
    HB0I100101116
    IA11100111118
    JA11110010117
    KA11100111107
    LB01011001105
    MB01000001103
    NA00101111117
    OA11011111119
    PB01000100103
    QA110I0111118
    RA11110111108
    SB10100111106
    TB01010111106
    jumlah111512g61615172010

    Berdasarkan nama-nama siswa dapat kita peroleh skor- skor sebagai berikut:

    A =5             F  =6               K = 7                        P  = 3

    B = 7            G = 6               L  = 5                       Q = 8

    C = 8            H = 6               M =3                        R = 8

    D =5             I  =8                N =7                         S =6

    E =10           J  = 7               O =9                         T =6

    Dari angka-angka yang belum teratur kemudian dibuat array (urutan penyebaran), dari skor yang paling tinggi ke skor yang paling rendah.

                     Kelompok alas                     Kelompok bawah

                              10                                            6

                               9                                             6

                               8                                             6

                               8                                             6

                               8                                             6

                               8                                             5

                               7                                             5

                               7                                             5

                               7                                             3

                               7                                             3

                         10 orang                                 10 orang

    Array ini sekaligus menunjukan adanya kelompok atas ( JA ) dan kelompok bawah (/s) dengan pemiliknya sebagai berikut :

    B = 7A =5
    C = 8D = 5
    E = 10F = 6
    I = 8G = 6
    J = 7H = 6
    K = 7L = 5
    N = 7M =3
    0 = 9P = 3
    Q = 8S = 6
    R = 8T = 6
    10 orang10 orang

    Perhatikan pada tabel analisa 10 butir soal 20 siswa. Dibelakang nama siswa dituliskan huruf A atau 15 sebagai tanda kelompok. Hal ini untuk mempermudah menentukan HA dan Bg. BA = banyaknya siswa yang menjawab benar pada kelompok atas (A) BB = Banyak siswa yang menjawab benar pada kelompok bawah (B).

    Marilah kita perhatikan tabel analisa lagi, khusus untuk butir soal nomor 1.

    –          Dari kelompok atas yang menjawab betul 8 orang

    –          Dari kelompok bawah yang menjawab betul 3 orang

    Kita terapkan dalam rumus indeks diskriminasi :

    JA=10PA=0,8JB=10PB=0,3
    BA=8BB=3

    Maka D = PA-PB

    = 0,8-0,3

    = 0.5

    Dengan demikian maka indeks diskriminasi untuk soal nomor 1 adalah 0,5

    Sekarang kita perhatikan butir soal nomor 8 :

    JA=10PA=0,8JB=10PB=0,9
    BA=8BB=9

    Maka D = PA-PB

    = 0,8-0,9

    = -0.1

    Butir soal ini jelek lebih banyak dijawab benar oleh kelompok bawah dibandingkan dengan jawaban benar dari kelompok atas. Ini berarti bahwa untuk menjawab soal dengan benar, dapat dilakukan dengan menebak.

    Butir-butir soal yang baik adalah butir-butir soal yang mempunyai indeks diskriminasi 0,4 sampai 0,7

    Klarifikasi daya pembeda :

    D = 0,00 – 0,20 : jelek (poor)

    D = 0,20 – 0,40 : cukup (satisfactory)

    D = 0,40-0. 70 : baik (good)

    D = 0.70 – 1,00 : baik sekali (excellent)

    D = negatif, semuanya tidak baik. jadi semua butir soal yang mempunyai nilai D negatif sebaiknya dibuang saja.

    3.      Keberfungsian Distraktor

    Analisis fungsi distraktor dilakukan khusus untuk soal bentuk objektif model pilihan ganda {multiple choice item). Didalain soal pilihan ganda dilengkapi dengan beberapa altemative jawaban yang disebut dengan oplion (opsi). Opsi biasa berkisar antara 3 sampai dengan 5 buah. Dari opsi tersebut terdapat salah satu jawaban yang benar dan itu yang disebut dengan kunci jawaban, sedangkan sisanya merupakan jawaban salah yang disebut dengan distraktor (pengecoh)

    Distraktor dinyatakan telah dapat menjalankan fungsinya dengan baik apabila:

    a.       Paling tidak dipilih oleh 5% peserta tes.

    b.      Lebih banyak dipilih oleh kelompok bawah.

    4.      Pengenalan rasch

    Model rasch sering disebut dengan item analisis. Item analisis untuk tes krilerion yang juga sering disebut penilaian acuan patokan, pada prinsipnya juga melihat setiap item atas dasar tingkat kesulitan dan indeks pembeda yang dapat diuraikan seperti berikut.

    1)      Tingkat Kesulitan

    Tingkat kesulitan untuk tes kriterion, tidak terlalu mendasarkan pada kemampuan item dalam membedakan antara tinggi dan rendahnya siswa dalam menjawab soal pada suatu grup kelas. Kesulitan setiap item tes kriterion pada prinsipnya ditentukan oleh hasil belajar yang ingin diukur. Jika tugas dalam hasil pembelajaran memiliki tingkat kwsulitan tinggi maka tes yang dibuat oleh evaluator juga direncanakan memiliki tingkat kesulitan tinggi.

    Dalam les mengacu pada penilaian acuan patokan, tidak ada usaha yang dibuat untuk mengubah tingkat kesulitan item tanpa melihat tugas dalam proses pembelajaran. Agar meningkatkan daya pembeda atau mencapai penyebaran skor tes yang baik, forrnula baik untuk jenentukan kesulitan item dapat diaplikasikan pada tes dengan penilaian patokan. Walaupun demikian, hasilnya belum tentu dapat digunakan untuk memilih item atau memanipulasi kesulitan item yang ada. Hal ini terjadi karena hampir semua item pada tes kriterion biasanya mempunyai kesulitan tinggi atau rendah sesuai dengan instruksi tes yang direncanakan.

    2)      Indeks Pembeda

    Kemampuan item tes untuk membedakan antara siswa yang menjawab benar dalam kelompok tinggi dan siswa yang menjawab benar dalam kelompok rendah pada umumnya tidak terlalu penting untuk tes yang disusun dengan penilaian acuan patokan. Ada kemungkinan suatu item mempunyai indeks pembeda rendah atau mendekati 0; ini berarti para siswa dalam satu keklas memiliki dua peluang, yaitu

    a)                           semua menjawab benar, atau sebaliknya

    b)                           semua menjawab salah.

    Dalam analisis item dengan penilaian acuan normatif, maka item tersebut harus dibuang, karena tidak memiliki daya pembeda. Sebaliknya, pada analisis item dengan penilaian acuan patokan, item tersebut tetap memberikan informasi penting, yakni tentang siswa dalam penampilan hasil pembelajaran di kelas.

    Pertanyaan yang perlu dipertimbangkan oleh seorang evaluator dalam menganalisis item pengan penilaian acuan patokan adalah apakah item-item tes telah benar-benar mengukur pengaruh instruksional atau pengajaran seorang guru? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, seorang guru perlu dianjurkan perlunya menerapkan prinsip eksperimen semu (quasi experiment) di kelas. Eksperimen semua ini dapat dilakukan, slah satu caranya dengan memberikan tes yang sama dua kali. Pertama, pada saat pembelajaran berakhir, sebagai hasil pretes; kedua, sesudah proses pembelajaran berakhir, sebagai hasil postes, hasil yang dicapai adalah dapat diperolehnya indeks sensitivitas pengarung pengajaran (S) yang mengikuti formaula seperti berikut.

    S=Ra-Rb
    T

    Di mana :

    S        = Sensitivitas pengaruh pengajaran

    Ra      = jumlah siswa menjawab benar sesudah proses pengajaran

    Rb      = jumlah siswa menjawab benar sebelum proses pengajaran

    T        = total siswa yang mengikuti kedua proses testing.

    Contoh :

    Seorang guru hendak menerapkan analisis item untuk mendapatkan nilai sensitivitas pengaruh pengajaran pada sejumlah siswa dalam mata pelajarn statitiska. Hasilnya sebagai berikut.

    Sensitivitas Pengaruh Pengajaran

    ITEM12345
    Petes = bbababababa
    Postes = a
    Adi+++++
    Budi+++++ +
    Cinta+++++
    Dedi++++
    Eka++++++

    Dalam tabel tersebut, tanda (+) untuk jawaban benar, dan tanda (-) untuk jawaban salah dari setiap siswa yang namanya tercantum pada kolom pertama. Hasil pretes diberi tanda (b) dan hasil pretes dengan tanda (a). Apabila formula sensitivitas di atas digunakan untuk analisis item dalam suatu tes, hasilnya dapat dilihat seperti dalam tabel 12.1 . dari analisis sensitivitas pengajaran dengan formula diatas, maka akan diperoleh lima kemungkinan hasil sebagai berikut.

    Text Box: (5-0)
5
S=x=Ra-Rb
    T
    (5-5)5 

    Item   S=        =+1,00               skor ideal karena memiliki pengaruh sangat baik

    Item 2 S =        = 0,00              skor sangat mudah, tidak memiliki daya pembeda.

    (4-2)5 
    (0-5)5 
    (5-0)5 

    Item 3 S =          = 0,0              skor sangat sukar, tidak memiliki daya pembeda.

    Item 4 S = X =         = 1.0        skor ini merusak, karena tidak menunjukkan adanya sensitivitas pengaruh pengajaran.

    Item 5 S=       = 0,40                skor ini efektif, karena mempunyai nilai sensitivitas 0.40.

    Item ideal atau sempurna pada tes kriterion menghasilkan indeks 1,00. Dalam implementasi, item nilai indeks dikatakan efektif pada umumnya mempunyai nilai 0,00 sampai 1.00. Semakin tinggi nilai positif, dapat diartikan item lebih sensitif terhadap pengaruh pengajaran hasil belajar. Sebaliknya, item dengan nilai 0.0 dan nilai negatif berarti iteitl tidak merefleksikan pengaruh pengajaran yang terencana.

    Dalam tes kriterion pada umumnya selalu ada jawaban penjebak (distraeter).

    C.    Penutup

    Daya Pembeda Dari pemaparan makalah di atas maka dapat disimpulkan bahwa:

    Ciri-ciri Instrumen Evaluasi yang baik antara lain:

    1.      Validitas

    2.      Reliabilitas

    3.      Objectivitas

    4.      Pratikabilitas

    5.      Ekomonis

    6.      Indeks Kesukaran

    Dalam analisis instrumen hasil belajar ada empat metode yang dapat digunakan:

    a.       Indeks kesukaran

    b.      Daya beda

    c.       Keberfungsian kistraktor

    d.      Pengenalan rasch

    DAFTAR PUSTAKA

    Daryanto. 1999. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

    http://nurmaresti.wordprcss.com/2013/01 /06/cvaluasi-jcnis-non-tes/  

    http://www.nihayatulamai.com/index.php?option=com_content&view=article&id=35yo3Avvorkshop-analisis-soal&catid=6yo3Aguru-article&limitstart=2

    http://wwwqolbu.blogspot.com/2013/10/teknik-instrumen-evaluasi-hasil-Belajar.html

    Sukardi. 2008. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

    Suharsimi arikunto. 1993 Dasar-Dasar Evaluasi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

  • Makalah Teknik Analisis Item Hasil Belajar

    Teknik Analisis Item Hasil Belajar

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Tes, pengukuran dan penilaian merupakan tiga aspek yang saling berhubungan dalam kegiatan pembelajaran. Tes merupakan alat ukur, pengukuran merupakan proses pemberian angka yang bersifat kuantitatif dan penilaian merupakan proses pengambilan keputusan yang bersifat kualitatif berdasarkan hasil pengukuran.

    Pengukuran adalah proses pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan di mana seorang peserta didik telah mencapai karakteristik tertentu. Pengukuran dalam bidang pendidikan sangatlah kompleks. Kemampuan dalam pengukuran ini dibutuhkan keahlian tersendiri. Oleh sebab itu, kemampuan dalam membuat tes dan melakukan pengukuran dan penilaian merupakan kemampuan profesional yang harus dimiliki oleh guru.

    Tes merupakan cara penilaian yang dirancang dan dilaksanakan kepada peserta didik pada waktu dan tempat tertentu serta dalam kondisi yang memenuhi syarat-syarat tertentu yang jelas. Tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tulisan), atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan). Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran.

    Untuk dapat menentukan nilai, diperlukan adanya ukuran atau kriteria yang dijadikan dasar. Untuk menentukan bahwa suatu sistem itu baik atau kurang baik, perlu ada ketentuan tentang bagaimana yang baik tersebut, dan ketentuan inilah yang disebut kriteria.[1]

    Pencapaian hasil belajar siswa yang rendah tidak selalu menunjukkan kompetensi siswa yang rendah atau pembelajaran yang kurang bermakna. Pencapaian tersebut mungkin disebabkan oleh kualitas instrumen hasil belajar yang kurang memadai. Untuk meningkatkan kualitas instrumen hasil belajar dalam bentuk tes dapat dilakukan dengan cara analisis soal. Di samping itu hasil analisis juga dapat memberikan informasi untuk perbaikan pembelajaran jika ada masalah dalam pembelajaran. Analisis butir soal menghasilkan soal yang siap direvisi. Soal hasil revisi selanjutnya bisa dihimpun dalam bank soal.

    Pengembangan bank soal akan mempermudah guru atau sekolah dalam menyediakan soal yang sudah diketahui kualitasnya dalam aspek spesifikasi dan karakteristiknya. Tes adalah satu atau seperangkat pertanyaan yang direncanakan untuk memperoleh informasi akurat tentang hasil belajar. Pertanyaan tersebut harus mempunyai jawaban yang benar. Tes dapat berupa tes formatif yang dimaksudkan untuk mengetahui apakah siswa sudah atau belum memahami materi yang diajarkan oleh guru. Tes juga dapat berupa tes sumatif yang merupakan tes hasil belajar dalam suatu periode waktu tertentu sesuai kebutuhan (ujian akhir semester, ujian kenaikan kelas, dan sebagainya).

    Kedudukan evaluasi dalam proses belajar mengajar sangat penting dan tidak dapat dipisahkan. Demikian juga, agar proses evaluasi itu berfungsi dengan semestinya dan sesuai tujuan, maka alat evaluasi itu sendiri harus baik. Hal ini seringkali dilupakan oleh para praktisi pendidikan di lapangan, mereka hanya berhenti pada pelaporan hasil evaluasi tanpa merasa perlu untuk mengetahui seberapa baik alat evaluasi yang telah mereka gunakan. Alat evaluasi yang dimaksud adalah tes hasil belajar yang berisi butir-butir soal (item soal).

    B.     Perumusan Masalah

    Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan-permasalahan sebagai berikut :

    1.      Apa yang dimaksud dengan analisis butir soal?

    2.      Bagaimana teknik menganalisis butir soal secara kualitatif?

    C.     Tujuan Pembahasan

    Berdasarkan uraian latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan pembahasan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

    1.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan analisis butir soal;

    2.      Untuk mengetahui bagimana menganalisis butir soal secara kualitatif.

    BAB II

    PEMBAHASAN

    A.     Pengertian Analisis Butir Soal

    Kegiatan menganalisis butir soal merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan guru untuk meningkatkan mutu soal yang telah ditulis. Kegiatan ini merupakan proses pengumpulan, peringkasan, dan penggunaan informasi dari jawaban siswa untuk membuat keputusan tentang setiap penilaian.[2] Tujuan penelaahan adalah untuk mengkaji dan menelaah setiap butir soal agar diperoleh soal yang bermutu sebelum soal digunakan. Di samping itu, tujuan analisis butir soal juga untuk membantu meningkatkan tes melalui revisi atau membuang soal yang tidak efektif, serta untuk mengetahui informasi diagnostik pada siswa apakah mereka sudah atau belum memahami materi yang telah diajarkan.[3] Soal yang bermutu adalah soal yang dapat memberikan informasi setepat-tepatnya sesuai dengan tujuannya di antaranya dapat menentukan peserta didik mana yang sudah atau belum menguasai materi yang diajarkan guru.

    Dalam melaksanakan analisis butir soal, para penulis soal dapat menganalisis secara kualitatif, dalam kaitan dengan isi dan bentuknya, dan kuantitatif dalam kaitan dengan ciri-ciri statistiknya[4] atau prosedur peningkatan secara judgment dan prosedur peningkatan secara empirik. Analisis kualitatif mencakup pertimbangan validitas isi dan konstruk, sedangkan analisis kuantitatif mencakup pengukuran kesulitan butir soal dan diskriminasi soal yang termasuk validitas soal dan reliabilitasnya.

    Jadi, ada dua cara yang dapat digunakan dalam penelaahan butir soal yaitu penelaahan soal secara kualitatif dan kuantitatif. Kedua teknik ini masing-masing memiliki keunggulan dan kelemahan. Oleh karena itu teknik terbaik adalah menggunakan keduanya (penggabungan).

    B.     Teknik Analisis Butir Soal Tes Hasil Belajar secara Kualitatif

    Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, perlu segera diadakan pengolahan data. Secara garis besar, pekerjaan analisis data meliputi tiga langkah, yaitu :

    1.      Perispan;

    2.      Tabulasi; dan

    3.      Penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian.[5]

    Pada prinsipnya analisis butir soal secara kualitatif dilaksanakan berdasarkan kaidah penulisan soal (tes tertulis, perbuatan, dan sikap). Penelaahan ini biasanya dilakukan sebelum soal digunakan/diujikan.

    Aspek yang diperhatikan di dalam penelaahan secara kualitatif ini adalah setiap soal ditelaah dari segi materi, konstruksi, bahasa/budaya, dan kunci jawaban/pedoman penskorannya. Dalam melakukan penelaahan setiap butir soal, penelaah perlu mempersiapkan bahan-bahan penunjang seperti: (1) kisi-kisi tes, (2) kurikulum yang digunakan, (3) buku sumber, dan (4) kamus bahasa Indonesia.

    Ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk menganalisis butir soal secara kualitatif, diantaranya adalah teknik moderator dan teknik panel. Teknik moderator merupakan teknik berdiskusi yang di dalamnya terdapat satu orang sebagai penengah. Berdasarkan teknik ini, setiap butir soal didiskusikan secara bersama-sama dengan beberapa ahli seperti guru yang mengajarkan materi, ahli materi, penyusun/pengembang kurikulum, ahli penilaian, ahli bahasa, berlatar belakang psikologi. Teknik ini sangat baik karena setiap butir soal dilihat secara bersama-sama berdasarkan kaidah penulisannya. Di samping itu, para penelaah dipersilakan mengomentari/ memperbaiki berdasarkan ilmu yang dimilikinya. Setiap komentar/masukan dari peserta diskusi dicatat oleh notulis. Setiap butir soal dapat dituntaskan secara bersama-sama, perbaikannya seperti apa. Namun, kelemahan teknik ini adalah memerlukan waktu lama untuk rnendiskusikan setiap satu butir soal.

    Teknik panel merupakan suatu teknik menelaah butir soal yang setiap butir soalnya ditelaah berdasarkan kaidah penulisan butir soal, yaitu ditelaah dari segi materi, konstruksi, bahasa/budaya, kebenaran kunci jawaban/pedoman penskorannya yang dilakukan oleh beberapa penelaah. Caranya adalah beberapa penelaah diberikan: butir-butir soal yang akan ditelaah, format penelaahan, dan pedoman penilaian/ penelaahannya. Pada tahap awal para penelaah diberikan pengarahan, kemudian tahap berikutnya para penelaah berkerja sendiri-sendiri di tempat yang tidak sama. Para penelaah dipersilakan memperbaiki langsung pada teks soal dan memberikan komentarnya serta memberikan nilai pada setiap butir soalnya yang kriterianya adalah: baik, diperbaiki, atau diganti.

    Secara ideal penelaah butir soal di samping memiliki latar belakang materi yang diujikan, beberapa penelaah yang diminta untuk menelaah butir soal memiliki keterampilan, seperti  guru yang mengajarkan materi itu, ahli materi, ahli pengembang kurikulum, ahli penilaian, psikolog, ahli bahasa, ahli kebijakan pendidikan, atau lainnya.

    Dalam menganalisis butir soal secara kualitatif, penggunaan format penelaahan soal akan sangat membantu dan mempermudah prosedur pelaksanaannya. Format penelaahan soal digunakan sebagai dasar untuk menganalisis setiap butir soal. Format penelaahan soal yang dimaksud adalah format penelaahan butir soal: uraian, pilihan ganda, tes perbuatan dan instrumen non-tes.

    Agar penelaah dapat dengan mudah menggunakan format penelaahan soal, maka para penelaah perlu memperhatikan petunjuk pengisian formatnya. Petunjuknya adalah seperti berikut ini.

    1.          Analisislah setiap butir soal berdasarkan semua kriteria yang tertera di dalam format!

    2.          Berilah tanda cek (V) pada kolom “Ya” bila soal yang ditelaah sudah sesuai dengan kriteria!

    3.          Berilah tanda cek (V) pada kolom “Tidak” bila soal yang ditelaah tidak sesuai dengan kriteria, kemudian tuliskan alasan pada ruang catatan atau pada teks soal dan perbaikannya.

    Format Penelaahan Butir Soal Bentuk Uraian

    Mata Pelajaran      : ……………………………

    Kelas/semester      : ……………………………

    Penelaah                : ……………………………

    No.Aspek yang ditelaahNomor Soal
    123456789
    A.1234MateriSoal sesuai dengan indikator (menuntut tes tertulis untuk bentuk uraian)Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan sudah sesuaiMateri yang ditanyakan sesuai dengan kompetensi (urgensi, relevasi, kontinuitas, keterpakaian sehari-hari tinggi)Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan jenjang jenis sekolah atau tingkat kelas
    B5678KonstruksiMenggunakan kata tanya atau perintah yang menuntut jawaban uraianAda petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soalAda pedoman penskorannyaTabel, gambar, grafik, peta, atau yang sejenisnya disajikan dengan jelas dan terbaca
    C.910111213Bahasa/BudayaRumusan kalimat coal komunikatifButir soal menggunakan bahasa Indonesia yang bakuTidak  menggunakan kata/ungkapan yang menimbulkan penafsiran ganda atau salah pengertianTidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabuRumusan soal tidak mengandung

    Keterangan: Berilah tanda (V) bila tidak sesuai dengan aspek yang ditelaah!

    Format Penelaahan Soal Bentuk Pilihan Ganda

    Mata Pelajaran      : ……………………………

    Kelas/semester      : ……………………………

    Penelaah                : ……………………………

    No.Aspek yang ditelaahNomor Soal
    12345
    A.1MateriSoal sesuai dengan indikator (menuntut tes tertulis untuk bentuk pilihan ganda
    2.Materi yang ditanyakan sesuai dengan kompetensi (urgensi, relevasi, kontinyuitas, keterpakaian sehari-hari tinggi)
    3.Pilihan jawaban homogen dan logis
    4.Hanya ada satu kunci jawaban
    B.5.KonstruksiPokok soal dirumuskan dengan singkat, jelas, dan tegas
    6.Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban merupakan pernyataan yang diperlukan saja
    7.Pokok soal tidak memberi petunjuk kunci jawaban
    8Pokok soal bebas dan pernyataan yang bersifat negatif ganda
    9.Pilihan jawaban homogen dan logis ditinjau dari segi materi
    10.Gambar, grafik, tabel, diagram, atau sejenisnya jelas dan berfungsi
    11.Panjang pilihan jawaban relatif sama
    12.Pilihan jawaban tidak menggunakan pernyataan “semua jawaban di atas salah/benar” dan sejenisnya
    13.Pilihan jawaban yang berbentuk angka/waktu disusun berdasarkan urutan besar kecilnya angka atau kronologisnya
    14.Butir soal tidak bergantung pada jawaban soal sebelumnya
    C.15.Bahasa/BudayaMenggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia
    16.Menggunakan bahasa yang komunikatif
    17.Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu
    18.Pilihan jawaban tidak mengulang kata/kelompok kata yang sama, kecuali merupakan satu kesatuan pengertian

    Keterangan : Berilah tanda (V) bila tidak sesuai dengan aspek yang ditelaah!

    Format Penelaahan Soal Tes Perbuatan

    Mata Pelajaran      : ……………………………

    Kelas/semester      : ……………………………

    Penelaah    : ……………………………

    No.Aspek yang ditelaahNomor Soal
    123
    A.1.2.3.4.MateriSoal sudah sesuai dengan indikator (menuntut tes perbuatan: kinerja, hasil karya, atau penugasan)Pertanyaan dan jawaban yang diharapkan sudah sesuaiMateri sesuai dengan tuntutan kompetensi (urgensi, relevansi, kontinuitas, keterpakaian sehari-hari tinggi)Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan jenjang jenis sekolah taua tingkat kelas
    B.5.KonstruksiMenggunakan kata tanya atau perintah yang menuntut jawaban perbuatan/praktik
    6.7.8.Ada petunjuk yang jelas tentang cara mengejakan soalAda pedoman penskorannyaTabel, peta, gambar, grafik, atau sejenisnya disajkian dengan jelas dan  terbaca
    C.9.10.11.12.13.Bahasa/BudayaRumussan soal komunikatifButir soal menggunakan bahasa Indonesia yang bakuTidak menggunakan kata /ungkapan yang menimbulkan penafsiran ganda atau salah pengertianTidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabuRumusan soal tidak mengandung kata/ungkatpan yang dapat menyinggung perasaan siswa

    Keterangan: Berilah tanda (V) bila tidak sesuai dengan aspek yang ditelaah!

    Format Penelaahan Soal Non-Tes

    Nama Tes             : ……………………………

    Kelas/semester      : ……………………………

    Penelaah                : ……………………………

    No.Aspek yang ditelaahNomor Soal
    123
    A.1.2.MateriPernyataan/soal sudah sesuai dengan rumusan indikator dalam kisi-kisi.Aspek yang diukur pada setiap pernyataan sudah sesuai dengan tuntutan dalam kisi-kisi (misal untuk tes sikap: aspek koginisi, afeksi, atau konasinya dan pernyataan positif atau negatifnya)
    B.3.4.5.6.7.8.9.10.11.12.KonstruksiPernyataan dirumuskan dengan singkat (tidak melebihi 20 kata) dan jelas.Kalimatnya bebas dari pernyaatn yang tidak relevan objek yang dipersoalkan atau kalimatnya merupakan pernyataan yang diperlukan saja.Kalimatnya bebas dari pernyataan yang bersifat negatif  ganda.Kalimatnya bebas dari pernyataan yang mengacu pada masa lalu.Kalimatnya bebas dari pernyataan faktual atau dapat diinterpretasikan sebagai fakta.Kalimatnya bebas dari pernyataan dapat diinterpretasikan lebih d Kalimatnya bebas dari pernyataan yang mungkin disetujui atau dikosongkan oleh hampir semua responden.Setiap pernyataan hanya berisi satu gagasan secara lengkap.Kalimatnya bebas dari pernyaan yang tidak pasti pasti seperti semua, selalu, kadang-kadang, tidak satupun, tidak pernah.Jangan banyak menggunakan kata hanya, sekedar, semata-mata. Gunakan seperlunya.
    C.13.14.15.Bahasa/BudayaBahsa soa harus komunikatif  dan sesuai dengan jenjang pendidikan siswa atau responden.Soal harus menggunakan bahasa Indonesia baku.Soal tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu.

    Keterangan: Berilah tanda (V) bila tidak sesuai dengan aspek yang ditelaah!

    BAB III

    PENUTUP

    A.     Kesimpulan

    Ada dua cara yang dapat digunakan dalam penelaahan butir soal yaitu penelaahan soal secara kualitatif dan kuantitatif. Kedua teknik ini masing-masing memiliki keunggulan dan kelemahan. Oleh karena itu teknik terbaik adalah menggunakan keduanya (penggabungan).

    Ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk menganalisis butir soal secara kualitatif, diantaranya adalah teknik moderator dan teknik panel. Teknik moderator merupakan teknik berdiskusi yang di dalamnya terdapat satu orang sebagai penengah. Berdasarkan teknik ini, setiap butir soal didiskusikan secara bersama-sama dengan beberapa ahli seperti guru yang mengajarkan materi, ahli materi, penyusun/pengembang kurikulum, ahli penilaian, ahli bahasa, berlatar belakang psikologi.

    Teknik panel merupakan suatu teknik menelaah butir soal yang setiap butir soalnya ditelaah berdasarkan kaidah penulisan butir soal, yaitu ditelaah dari segi materi, konstruksi, bahasa/budaya, kebenaran kunci jawaban/pedoman penskorannya yang dilakukan oleh beberapa penelaah. Caranya adalah beberapa penelaah diberikan: butir-butir soal yang akan ditelaah, format penelaahan, dan pedoman penilaian/ penelaahannya. Pada tahap awal para penelaah diberikan pengarahan, kemudian tahap berikutnya para penelaah berkerja sendiri-sendiri di tempat yang tidak sama. Para penelaah dipersilakan memperbaiki langsung pada teks soal dan memberikan komentarnya serta memberikan nilai pada setiap butir soalnya yang kriterianya adalah: baik, diperbaiki, atau diganti.

    B.     Saran

    1.      Analisis butir soal secara kualitatif memerlukan ketelitian dan pengetahuan yang lebih, sehingga seyogyanya analisis ini dilakukan oleh para pakar dari berbagai disiplin ilmu yang terkait;

    2.      Analisis secara kualitatif ini, cenderung bersifat subjektif. Sehingga hendaknya para penganalisis melaksanakannya seobjektif mungkin, agar hasilnya optimal dan akuntabel;

    3.      Penganalisis hendaknya menggunakan prosedur standar yang telah dibakukan dalam menganalisis butir soal, sehingga tingkat error dapat diminimalisir.

    DAFTAR PUSTAKA

    Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Revisi VI, Cet. 13. Jakarta : Rineka Cipta.

    Aiken, Lewis R. 1994. Psychological Testing and Assessment, (Eight Edition), Boston: Allyn and Bacon.

    Anastasi, Anne and Urbina, Susana. 1997. Psicoholological Testing. (Seventh Edition). New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

    Nitko, Anthony J. 1996. Educational Assessment of Students, Second Edition. Ohio: Merrill an Imprint of Prentice Hall Englewood Cliffs.

    Sudjana, Nana & Ibrahim. 2009. Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Cet. 5. Bandung : Sinar Baru Algensindo.


    [1] Dr. Nana Sudjana & Dr. Ibrahim, M.A, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Cet. 5,  (Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2009), hal. 219.

    [2] Anthony Nitko, Educational Assessment of Students, Second Edition, (Ohio : Merrill an Imprint of Prentice Hall Englewood Cliffs, 1996), hal. 308.

    [3] Lewis R. Aiken, Psychological Testing and Assessment, Eight Edition, (Boston: Allyn and Bacon, 1994), hal. 63.

    [4] Susana Anastasi & Anne Urbina, Psicoholological TestingSeventh Edition,  (New Jersey: Prentice-Hall, Inc., 1997), hal. 72.

    [5] Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Revisi VI, Cet. 13, (Jakarta : Rineka Cipta, 2006), hal. 235.

  • Makalah Pengaruh Positivistik terhadap Dunia Ilmu Pendidikan

    Pengaruh Positivistik terhadap Dunia Ilmu Pendidikan

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang Masalah

    Berfikir dan pengetahuan merupakan dua hal yang menjadi ciri keutamaan manusia, tanpa pengetahuan manusia akan sulit berfikir dan tanpa berfikir pengetahuan lebih lanjut tidak mungkin dapat dicapai, oleh karena itu nampaknya berfikir dan pengetahuan mempunyai hubungan yang sifatnya siklikal.[1] Gerak sirkuler antara berfikir dan pengetahuan akan terus membesar mengingat pengetahuan pada dasarnya bersifat akumulatit, semakin banyak pengetahuan yang dimiliki seseorang semakin rumit aktivitas berfikir, demikian juga semakin rumit aktivitas berfikir semakin kaya akumulasi pengetahuan. Semakin akumulatif pengetahuan manusia semakin rumit, namun semakin memungkinkan untuk melihat pola umum serta mensistimatisirnya dalam suatu kerangka tertentu, sehingga lahirlah pengetahuan ilmiah (ilmu), disamping itu terdapat pula orang-orang yang tidak hanya puas dengan mengetahui, mereka ini mencoba memikirkan hakekat dan kebenaran yang diketahuinya secara radikal dan mendalam, maka lahirlah pengetahuan filsafat, oleh karena itu berfikir dan pengetahuan dilihat dari ciri prosesnya dapat dibagi ke dalam :

    1. Berfikir biasa dan sederhana menghasilkan pengetahuan biasa (pengetahuan eksistensial);
    2. Berfikir sistematis faktual tentang objek tertentu menghasilkan pengetahuan ilmiah (ilmu);
    3. Berfikir radikal tentang hakekat sesuatu menghasilkan pengetahuan filosofis (filsafat).

    Semua jenis berfikir dan pengetahuan tersebut di atas mempunyai poisisi dan manfaatnya masing-masing, perbedaan hanyalah bersifat gradual, sebab semuanya tetap merupakan sifat yang inheren dengan manusia. Sifat inheren berfikir dan berpengetahuan pada manusia telah menjadi pendorong bagi upaya-upaya untuk lebih memahami kaidah-kaidah berfikir benar (logika), dan semua ini makin memerlukan keahlian, sehingga makin rumit tingkatan berfikir dan pengetahuan makin sedikit yang mempunyai kemampuan tersebut, namun serendah apapun gradasi berpikir dan berpengetahuan yang  dimiliki seseorang tetap saja mereka bisa menggunakan akalnya untuk berfikir untuk memperoleh pengetahuan, terutama dalam menghadapi masalah-masalah kehidupan, sehingga manusia dapat mempertahankan hidupnya (pengetahuan macam ini disebut pengetahuan eksistensial).

    Berpengetahuan merupakan syarat mutlak bagi manusia untuk mempertahankan hidupnya, dan untuk itu dalam diri manusia telah terdapat akal yang dapat dipergunakan berfikir untuk lebih mendalami dan memperluas pengetahuan. Paling tidak terdapat dua alasan mengapa manusia memerlukan pengetahuan/ilmu yaitu : 1) manusia tidak bisa hidup dalam alam yang belum terolah, sementara binatang siap hidup di alam asli dengan berbagai kemampuan bawaannya; 2) manusia merupakan makhluk yang selalu bertanya baik implisit maupun eksplisit dan kemampuan berfikir serta pengetahuan merupakan sarana untuk menjawabnya. Dengan demikian berfikir dan pengetahuan bagi manusia merupakan instrumen penting untuk mengatasi berbagai persoalah yang dihadapi dalam hidupnya di dunia, tanpa itu mungkin yang akan terlihat hanya kemusnahan manusia.

    Filsafat dipandang sebagai bagian dari ilmu pendidikan yang merupakan perangkat nilai-nilai yang melandasi dan membimbing ke arah pencapaian tujuan pendidikan. Filsafat merupakan suatu sistem yang dapat menentukan sikap hidup, dari filsafat yang dianut tergambar nilai-nilai yang dipegang, juga harapan-harapan yang didambakan. Salah satu aliran filsafat yang terbentuk adalah positivisme.

    Positivisme yang dirintis oleh Augeste Comte (1798 – 1857) menganggap pengetahuan mengenai fakta objektif sebagai pengetahuan yang sahih. Filsafat positivisme Comte mengalami perkembangan dramatis dengan lahirnya kaum positivisme logis, khususnya di dalam lingkaran Wina (Vienna Circle). Kaum positivisme logis memusatkan diri pada bahasa dan makna. Bagi kaum positivisme logis, semua metafisika secara literal adalah “nonsense“, tanpa makna. Salah seoranag tokoh terkemuka yang tergolong positivisme logis pada lingkaran Wina adalah Rudolf Carnap (1891 – 1970).

    Beliau menyatakan bahwa pengetahuan manusia berkembang secara evolusi dalam tiga tahap, yaitu teologis, metafisik, dan positif. Pengetahuan positif merupakan puncak pengetahuan manusia yang disebutnya sebagai pengetahuan ilmiah. Sesuai dengan pandangan tersebut kebenaran metafisik yang diperoleh dalam metafisika ditolak, karena kebenarannya sulit dibuktikan dalam kenyataan. Auguste Comte mencoba mengembangkan Positivisme ke dalam agama atau sebagai pengganti agama. Hal ini terbukti dengan didirikannya Positive Societies di berbagai tempat yang memuja kemanusiaan sebagai ganti memuja Tuhan. Perkembangan selanjutnya dari aliran ini melahirkan aliran yang bertumpu kepada isi dan fakta-fakta yang bersifat materi, yang dikenal dengan Materialisme.

    Terminologi positivisme dicetuskan pada pertengahan abad 19 oleh salah satu pendiri ilmu sosiologi yaitu Auguste Comte. Comte percaya bahwa dalam alam pikiran manusia melewati tiga tahapan historis yaitu teologi, metafisik, dan ilmiah. Dalam tahap teologi, fenomena alam dan sosial dapat dijelaskan berdasarkan kekuatan spiritual. Pada tahap metafisik manusia akan mencari penyebab akhir (ultimate cause) dari setiap fenomena yang terjadi. Dalam tahapan ilmiah usaha untuk menjelaskan fenomena akan ditinggalkan dan ilmuwan hanya akan mencari korelasi antar fenomena. Pengembangan penting dalam paham positivisme klasik dilakukan oleh ahli ilmu alam Ernst Mach yang mengusulkan pendekatan teori secara fiksi (fictionalist). Teori ilmiah bermanfaat sebagai alat untuk menghafal, tetapi perkembangan ilmu hanya terjadi bila fiksi yang bermanfaat digantikan dengan pernyataan yang mengandung hal yang dapat diobservasi. Meskipun Comte dan Mach mempunyai pengaruh yang besar dalam penulisan ilmu ekonomi (Comte mempengaruhi pemikiran J.S. Mill dan Pareto sedangkan pandangan Mach diteruskan oleh Samuelson dan Machlup), pengaruh yang paling utama adalah ide dalam pembentukan filosofi ilmiah pada abad 20 yang disebut logika positivisme (logical positivism).

    Pengaruh positivisme dalam filosofi ilmiah menurun tajam mulai tahun 1960 sampai tahuan 1970. Tidak ada penerus yang dapat mengisi kekurangan dalam filosofi positivisme. Beberapa bentuk ajaran Popper nampaknya mampu untuk mengisi kekurangan ini. Karl Popper yang mengkritik induktivisme dan konfirmationisme, bapak dari falsifikasionisme dan rasionalisme kritis ini mempunyai cukup banyak pandangan dan pengaruh pada ahli filsafat generasi berikutnya. Mulai dari J. Agassi sampai Elie Zahar, dan termasuk beberapa pemikir seperti W.W. Bartley, P.K. Feyerabend, Noretta, Koertge, Imre Lakatos dan J.W.N. Watkins yang semua ahli filsafat tersebut mempunyai kritik atau pendapat yang dapat membuat pemikiran Popper terus berkembang. Pemikir lainnya adalah Thomas Kuhn yang telah berjasa dalam pengembangan ilmu pengetahuan normal dan revolusioner, paradigma dan matriks disiplin, serta pengembangan dalam analisis sosiologi yang menitikberatkan pada norma dan nilai ilmiah. Versi radikal dari pendekatan Kuhn adalah dalam ilmu sosiologi yang sekarang dikembangkan oleh grup sarjana dari Universitas Edinburgh, termasuk Barry Barnes dan David Bloor. Grup lain yang turut mengembangkan adalah Joseph Sneed dan Wolfgang Stegmuller dari sekolah strukturalis serta Ricahard Rorty dalam pengembangan pragmatis baru. Sampai saat ini belum diketahui secara pasti apakah pengembangan positivisme akan menjadi satu doktrin atau pandangan lain yang lebih sederhana dalam dunia ilmiah.

    B.     Perumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan-permasalahan sebagai berikut :

    1.      Bagaimana paradigma positivisme kaitannya dengan ilmu pengetahuan?

    2.      Bagaimana pengaruh positivisme terhadap dunia ilmu pendidikan?

    C.    Tujuan Pembahasan

    Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan pembahasan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

    1.      Untuk mengetahui paradigma positivisme kaitannya dengan ilmu pengetahuan;

    2.      Untuk mengetahui pengaruh positivisme terhadap dunia ilmu pendidikan.

    BAB II

    PEMBAHASAN

    A.    Paradigma Positivisme

    Orang yang pertama menggunakan istilah sosiologi adalah August Comte (1798-1857). Beliau mengatakan ada tiga tingkatan intelektual yang harus dilalui masyarakat, ilmu pengetahuan, individu atau bahkan pemikiran masyarakat dan dunia sepanjang sejarahnya. Pertama, tahap teologis yang menjadi teologis yang menjadi menerangkan segala sesuatu, bukanlah para dewa. Dengan demikian pandangan terhadap ciptaan tuhan  mengalami degradasi kekuasaan dihadapan manusia, Ketiga, pada tahun 1800 dunia memasuki tahap positivistikyang ditandai oleh keyakinan terhadap sains.

    Dasar-dasar filsafat ini dibangun oleh Saint Simon dan dikembangkan oleh Auguste Comte (1798-1857). Ia menyatakan bahwa pengetahuan manusia berkembang secara evolusi dalam tiga tahap, yaitu teologis, metafisik, dan positif. Pengetahuan positif merupakan puncak pengetahuan manusia yang disebutnya sebagai pengetahuan ilmiah. Sesuai dengan pandangan tersebut kebenaran metafisik yang diperoleh dalam metafisika ditolak, karena kebenarannya sulit dibuktikan dalam kenyataan. Auguste Comte mencoba mengembangkan Positivisme ke dalam agama atau sebagai pengganti agama. Hal ini terbukti dengan didirikannya Positive Societies di berbagai tempat yang memuja kemanusiaan sebagai ganti memuja Tuhan. Perkembangan selanjutnya dari aliran ini melahirkan aliran yang bertumpu kepada isi dan fakta-fakta yang bersifat materi, yang dikenal dengan Materialisme.

    Menurutnya, untuk menciptakan masyarakat baru yang serba teratur, maka perlu adanya perbaikan jiwa atau budi terlebih dahulu. Menurut Comte, pemikiran, jiwa atau budi manusia berkembang dalam tiga tahap atau zaman: zaman teologis, zaman ontologis atau metafisis, dan zaman positivistis.[4]

    Masa Comte haruslah mengabdikan ilmu yang disebutnya positif. Disamping matematika, fisika, biologi dalam ilmu ke masyarakatan pun semangat positif itu akan dapat kita alami dan daripada itu baiklah orang yang mengatakan bahwa ia tidak tahu saja.

    4

    Dengan demikian pada prinsipnya zaman positif atau zaman ketika orang tahu, bahwa tiada gunanya untuk berusaha mencapai pengenalan atau pengetahuan yang mutlak, baik pengenalan teologis maupun metafisis. Ia tidak lagi mau melacak asal dan tujuan terakhir seluruh alam semesta ini, atau melacak hakikat yang terjadi dari segala sesuatu yang berada dibelakang segala sesuatu. Sekarang orang berusaha menemukan hukum-hukum kesamaan dan urutan yang terdapat pada fakta-fakta yang telah dikenal atau yang disajikan kepadanya yaitu dengan pengamatan dengan memakai akalnya. Pada zaman ini pengertian menerangkan berarti fakta-fakta yang khusus dihubungkan dengan suatu fakta umum. Tujuan tertinggi dari zaman ini akan tercapai bilamana segala gejala telah dapat disusun dan diatur dibawah satu fakta yang umum saja seperti, gaya berat.

    Paham ini tidak hanya besar pengaruhnya dibidang filsafat, akan tetapi juga besar pengaruhnya dibidang ilmu-ilmu yang lain. Dalam hal ini terbukti Comte menjadi besar pengaruhnya dalam sosiologi. Pengaruh positivisme tampak pula dalam ilmu jiwa, logika, sejarah, dan kesusilaan.

    Nama positivisme diintroduksikan Aguste Comte dari kata positif yang artinya faktual. Menurut positivisme pengetahuan kita tidak boleh melebihi fakta-fakta. Positivisme menolak cabang filsafat seperti metafisika. Karena menanyakan hakikat benda-benda atau penyebab yang sebenarnya bagi positivisme tidak mempunyai arti apapun juga. Ilmu pengetahuan juga filsafat hanya menyelidiki fakta-fakta dan hubungannya. Tugas khusus filsafat antara mengkoordinasi ilmu-ilmu lain dan memperlihatkan kesatuan antara berbagai macam ilmu. Maksud positivisme sama dengan empirisme, yang menerima pengalaman bathiniah atau subjektif sebagai sumber pengetahuan.

    Positivisme adalah doktrin filosofi dan ilmu pengetahuan sosial yang menempatkan peran sentral pengalaman dan bukti empiris sebagai basis dari ilmu pengetahuan dan penelitian. Terminologi positivisme dikenalkan oleh Auguste Comte untuk menolak doktrin nilai subyektif, digantikan oleh fakta yang bisa diamati serta penerapan metode ini untuk membangun ilmu pengetahuan yang diabdikan untuk memperbaiki kehidupan manusia.

    Salah satu bagian dari tradisi positivisme adalah sebuah konsep yang disebut dengan positivisme logis. Positivisme ini dikembangkan oleh para filosof yang menamakan dirinya ‘Lingkaran Vienna’[5] pada awal abad ke duapuluh. Sebagai salah satu bagian dari positivisme, positivisme logis ingin membangun kepastian ilmu pengetahuan yang disandarkan lebih pada deduksi logis daripada induksi empiris. Kerangka pengembangan ilmu menurut tradisi positivisme telah memunculkan perdebatan tentang apakah ilmu pengetahuan sosial memang harus “diilmiahkan”. Kritik atas positivism berkaitan dengan penggunaan fakta-fakta yang kaku dalam penelitian sosial. Menurut para oponen positivism, penelitian dan pengembangan ilmu atas realitas sosial dan kebudayaan manusia tidak dapat begitu saja direduksi kedalam kuantifikasi angka yang bisa diverikasi karena realitas sosial sejatinya menyodorkan nilai-nilai yang bersifat kualitatif.[6] Menjawab kritik ini, kaum positivis mengatakan bahwa metode kualitatif yang digunakan dalam penelitian sosial tidak menemukan ketepatan karena sulitnya untuk di verifikasi secara empiris.

    Tokoh-tokoh yang paling berpengaruh dalam mengembangkan tradisi positivisme adalah Thomas Kuhn, Paul K. Fyerabend, W.V.O. Quine, dan filosof lainnya. Pikiran-pikiran para tokoh ini membuka jalan bagi penggunaan berbagai metodologi dalam membangun pengetahuan dari mulai studi etnografi sampai penggunaan analisa statistik.

    Pandangan empirisme semakin kuat pengaruhnya dalam cabang ilmu pengetahuan setelah munculnya pandangan August Comte (1798-1857) tentang Positivisme. Salah satu buah pikirannya yang sangat penting dan berpengaruh adalah tentang tiga tahapan/tingkatan cara berpikir manusia dalam berhadapan dengan alam semesta yaitu : tingkatan teologi, tingkatan metafisik, dan tingkatan positif.[7]

    Tingkatan Teologi (Etat Theologique). Pada tingkatan ini manusia belum bisa memahami  hal-hal yang berkaitan dengan sebab akibat. Segala kejadian dialam semesta merupakan akibat dari suatu perbuatan Tuhan dan manusia hanya bersifat pasrah, dan yang dapat dilakukan adalah memohon pada Tuhan agar dijauhkan dari berbagai bencana. Tahapan ini terdiri dari tiga tahapan lagi yang berevolusi yakni dari tahap animisme, tahap politeisme, sampai dengan tahap monoteisme.

    Tingkatan Metafisik (Etat Metaphisique). Pada dasarnya tingkatan ini merupakan suatu variasi dari cara berfikir teologis, dimana Tuhan atau Dewa-dewa diganti dengan kekuatan-kekuatan abstrak misalnya dengan istilah kekuatan alam. Dalam tahapan ini manusia mulai menemukan  keberanian dan merasa bahwa kekuatan yang menimbulkan bencana dapat dicegah dengan memberikan berbagai sajian-sajian sebagai penolak bala/bencana.

    Tingkatan Positif (Etat Positive). Pada tahapan ini manusia sudah menemukan pengetahuan yang cukup untuk menguasai alam. Jika pada tahapan pertama manusia selalu dihinggapi rasa khawatir berhadapan dengan alam semesta, pada tahap kedua manusia mencoba mempengaruhi kekuatan yang mengatur alam semesta, maka pada tahapan positif manusia lebih percaya diri, dengan ditemukannya hukum-hukum alam, dengan bekal  itu manusia mampu menundukan/mengatur (pernyataan ini mengindikasikan adanya pemisahan antara subyek yang mengetahui dengan obyek yang diketahui)  alam serta memanfaatkannya untuk kepentingan manusia, tahapan ini merupakan tahapan dimana manusia dalam hidupnya lebih mengandalkan pada ilmu pengetahuan.

    Dengan memperhatikan tahapan-tahapan seperti dikemukakan di atas nampak bahwa istilah positivisme mengacu pada tahapan ketiga (tahapan positif/pengetahuan positif) dari pemikiran Comte. Tahapan positif merupakan tahapan tertinggi, ini berarti  dua tahapan sebelumnya merupakan tahapan yang rendah dan primitif, oleh karena itu filsafat Positivisme merupakan filsafat yang anti metafisik, hanya fakta-fakta saja yang dapat diterima. Segala sesuatu yang bukan fakta atau gejala (fenomin) tidak mempunyai arti, oleh karena itu yang penting dan punya arti hanya satu yaitu mengetahui (fakta/gejala) agar siap bertindak (savoir pour prevoir).

    Hukum dalam 3 tahap ini berlaku dibidang ilmu pengetahuan sendiri. Segala ilmu pengetahuan semula dikuasai oleh pengertian-pengertian teologis, sesudah itu dikeruhkan oleh pemikiran metafisis, dan akhirnya tiba dizaman hukum-hukum positif yang cerah. Pengaturan ilmu pengetahuan yang berarti harus disesuaikan dengan pembagian kawasan gejala-gejala atau penampakan-penampakan yang dipelajari ilmu itu.

    Manusia harus menyelidiki dan mengkaji berbagai gejala yang terjadi beserta hubungan-hubungannya diantara gejala-gejala tersebut agar dapat meramalkan apa yang akan terjadi, Comte menyebut hubungan-hubungan tersebut dengan konsep-konsep dan hukum-hukum yang bersifat positif dalam arti berguna untuk diketahui karena benar-benar nyata bukan bersifat spekulasi seperti dalam metafisika. 

    B.     Pengaruh Positivistik bagi Dunia Ilmu Pendidikan

    Pandangan filosofis merupakan cara melihat pendidikan dari hakikat pendidikan dalam kehidupan manusia.[8] Selain itu, filsafat dapat diartikan juga sebagai pola pikir dengan ciri-ciri tertentu, yakni kritis, sistematis, logis, kontemplatif, radikal dan spekulatif.[9]

    Sementara itu, pengaruh positivisme yang sangat besar dalam zaman modern sampai sekarang ini, telah mengundang para pemikir untuk mempertanyakannya, kelahiran post modernisme yang narasi awalnya dikemukakan oleh Daniel Bell dalam bukunya The cultural contradiction of capitalism, yang salah satu pokok fikirannya adalah bahwa etika kapitalisme yang menekankan kerja keras, individualitas, dan prestasi telah berubah menjadi hedonis konsumeristis.[10]

    Positivisme merupakan salah satu akar utama dari filsafat modern selain analisis linguistik. Para postivitis Perancis abad ke-19, di bawah kepemimpinan Auguste Comte, berpegang bahwa pengetahuan (knowledge) harus didasarkan pada persepsi rasa (sense perception) dan investigasi ilmu pengetahuan (science) yang objektif, oleh karena itu, positivisme telah membatasi pengetahuan kepada statements  fakta yang dapat diobservasi dan hal-hal yang berkaitan dengannya, dan menolak pandangan dunia yang bersifat metafisik atau pandangan dunia yang berisi unsur-unsur yang tidak dapat diverifikasi secara empiris.  Sikap negatif terhadap setiap realitas di luar rasa (sense) manusia telah mempengaruhi banyak bidang-bidang pemikiran modern, termasuk pragmatisme, behaviorisme, naturalisme saintifik, dan gerakan analitik tersebut. Positivisme menjadi tempat berkumpul bagi kelompok ilmuwan abad 20 yang dikenal dengan nama ”Perkumpulan Vienna (Vienna Circle)”  . Kelompok ini terdiri dari ilmuwan ahli matematika, ahli logika simbol (symbolic logician) yang tertarik pada filsafat. Perkumpulan Vienna tersebut melihat filsafat sebagai logika sains dan bentuk pemikiran mereka yang kemudian dikenal sebagai positivisme logis. Tujuan utama kelompok ini adalah  untuk menemukan suatu sistem terminologis dan konseptual yang bersifat inklusif tapi umum (berlaku) terhadap semua sains. Perlu dicatat bahwa filsafat analitik merupakan istilah payung (umbrella term) yang mencakup beberapa pendirian yang agak berbeda yang biasanya mengacu kepada positvisme logis, empirisme logis, analisis linguistik, atomisme logis, dan analisis oxford.

    Pada dasarnya logical positivisme berfikir bahwa tidak ada dalil yang dapat diterima dengan penuh arti kecuali jika dapat diverifikasi dengan alasan-alasan formal  (yaitu : logika dan matematika) atau diverifikasi pada tataran empiris, atau data yang nyata.

    Model analitik positivistik logis dikenal dengan neo positivism dikembangkan oleh Bertrand Russell yang berakar pada dan meneruskan filsafat positivisme dari Comte yang merupakan peletak dasar pendekatan kuantitatif dalam pengembangan ilmu (science), dengan meletakkan matematika sebagai dasar bagi semua cabang ilmu.

     Positivisme memiliki pengaruh yang kuat pada metode ilmiah. Konsep-konsep positivisme menyumbangkan pendekatan baru dalam penemuan kebenaran ilmiah yang melahirkan revolusi paradigm. Prinsip dan prosedur dalam ilmu alam dan ilmu sosial,yang berasal dari asumsi John Stuart Mill (1843), terus hidup sampai sekarang sebagai paradigm metodologis. Mill tidak membedakan metodologi ilmu social dan ilmu kealaman.

    August Comte ( 1798-1857 ) positivisme mendominasi wacana ilmu pengetahuan pada awal abad 20-an dengan menetapkan criteria-kriteria yang harus dipenuhi oleh manusia maupun alam untuk disebut sebagai ilmu yang benar. Kriteria adalah eksplanatoris dan prediktif. Demi terpenuhnya kriteria-kriteria tersebut, maka ilmu-ilmu harus memiliki pandangan dunia positivistic sebagai berikut : 1)objektif, teori-teori tentang semesta haruslah bebas nilai; 2) fenomenalisme, ilmu pengetahuan hanya membicarakan tentang semesta yang yang teramati; 3) reduksionisme  semesta di reduksi menjadi fakta-fakta keras yang dapat diamati; 4) naturalisme, alam semesta adalah objek-objek yang bergerak secara mekanis seperti bekerjanya jam.

    Pengajaran utama dalam logika positivisme dikembangkan pada tahun 1920 oleh Moritz Schlich, Herbert Feigl, Kurt Gödel, Hans Hahn, Otto Neurath, Friedrich Waismann, Rudolf Carnap and kelompok lain yang sering disebut Vienna Circle.

    Logika positivisme menempati posisi sebagai filosofi empiris yang radikal, dan para pendirinya percaya bahwa hal ini merupakan awal babak baru dalam penyelidikan filosofi. Tujuan dari seluruh analisis filosofi adalah analisis logika dari ilmu yang dinyatakan sebagai positif, atau empiris, yang merupakan label dari logika positivisme.

    Tugas pertama bagi logika positivisme adalah mendefinisikan apa yang menjadi tuntutan dalam penyusunan suatu ilmu pengetahuan. Hasilnya adalah untuk menganalisis bentuk logika dari suatu pernyataan. Pernyataan yang tidak hanya analitis (sebagai contoh: definisi) atau sintetis (pernyataan yang merupakan bukti dari fakta) yang digolongkan sebagai nyata secara kognitif (cognitively significant) atau bermakna.

    Semua pernyataan lain tidak nyata secara kognitif bila: tidak bermakna, bersifat metafisik, dan tidak ilmiah. Analisis filosofi yang menggunakan pernyataan seperti itu mungkin sebagai ekspresi sikap emosi, atau sikap umum mengenai kehidupan, atau nilai moral, tetapi tidak dapat dinyatakan sebagai ilmu pengetahuan.

    Untuk menjalankan program ini, para pengikut logika positivisme membutuhkan kriteria yang obyektif yang dapat membedakan antara pernyataan sintetis yang tidak bermakna. Salah satu pemikiran awal untuk menjawabnya adalah mengemukakan prinsip dapat diverifikasi (verifiability): pernyataan hanya bermakna bila dapat diverifikasi. Sayangnya, pernyataan dalam bentuk universal (seperti: semua burung gagak berwarna hitam), yang sering digunakan dalam ilmu pengetahuan ternyata tidak dapat diverifikasi. Kriteria lainnya adalah dapat ditolak (falsifiability), sedangkan Ayer berpendapat harus dapat diverifikasi meskipun lemah, Carnap menambahkan dapat diubah bentuknya (translatability) ke dalam bahasa empiris dan dapat dikonfirmasi (confirmability). Tetapi, tidak ada satupun dari kriteria tersebut yang mampu membenarkan dalam memutuskan suatu persoalan. Dilema lain adalah adanya terminologi teori dalam pernyataan yang dibuat oleh ilmuwan. Beberapa ilmuwan positivis mengikuti Mach dalam mendesak untuk menghilangkan kriteria tersebut dalam dunia ilmiah, tetapi beberapa ilmuwan lain memegang teguh pernyataan tersebut.

    Program akhir dari para ilmuwan positivis adalah menggabungkan tesis dalam ilmu pengetahuan, yaitu semua ilmu pengetahuan dapat memanfaatkan metode yang sama.

    Hahn meninggal pada tahun 1934 dan Schlick dibunuh pada tahun 1936 oleh muridnya yang gila. Pada waktu Hitler berkuasa dan akhirnya memerangi para intelektual menjadi penyebab utama perpecahan dalam kelompok Vienna Circle pada tahun 1930. Logika positivisme mengalami modifikasi dan akhirnya digantikan selama dua dasa warsa dengan bentuk yang lebih matang dari pengajaran para positivis yang disebut logika empirisme (logical empiricism). Dikelompokkan melalui adanya perbedaan dalam membuat analisis, ahli falsafah yang mempunyai sumbangan pemikiran adalah Carnap, Ernest Nagel, Carl Hempel, dan Richard Braithwaite.

    Ide para ilmuwan positivis mendapat tantangan yang hebat pada pertengahan abad ke-20. Kemungkinan tetap diterimanya model hypothetico-deductive dalam struktur teori dan tesis pengujian tidak langsung tergantung dari kemampuan menjelaskan perbedaan antara terminologi yang dapat diobservasi (mengacu pada dapat diobservasi secara langsung sampai fakta tentang atom) dan terminologi yang tidak dapat diobservasi secara teoritis. Sayangnya dalam dunia ilmiah ada tingkatan observasi dan tidak ada batasan yang jelas antara terminologi teori yang mengacu pada hal yang tidak dapat diobservasi dan terminologi bukan teori yang mengacu pada hal yang dapat diobservasi. Lebih jauh lagi, karena hal yang berhubungan dengan observasi ini bukan aktivitas yang netral tetapi memerlukan pemilihan data dan interpretasi, maka ada yang berpendapat (dari kritik yang disampaikan Karl Popper dan Norwood Hanson) bahwa semua observasi tergantung dari teori. Berdasarkan konfirmasionisme, kegagalan memecahkan problem dalam induktif dari Hume dan sejumlah paradoks dalam penggalian pengesahan ilmu pengetahuan maka ilmuwan berusaha membangun pengesahan secara logis induktif. Bahkan Popper menantang untuk membuat pernyataan yang layak yang mempunyai probabilitas induktif yang tinggi. Pada akhirnya, banyak penjelasan dalam bermacam-macam ilmu pengetahuan tidak dapat memenuhi dua model hukum penjelasan ilmiah tersebut.

    Dalam konteks pendekatan positivistik logis, menurut Kunto Wibisono (1997), positivism merupakan suatu model dalam pengembangan ilmu pengetahuan (knowledge) yang di dalam langkah kerjanya menempuh cara melalui observasi, eksperimentasi, dan komparasi sebagaimana diterapkan dalam ilmu kealaman, dan model ini dikembangkan dalam ilmu-ilmu sosial.  Positivisme mempergunakan presisi, verifiabilitas, konfirmasi, dan eksperimentasi dengan derajat optimal,[11] dengan sejauh mungkin dapat melakukan prediksi dengan derajat yang optimal pula. Dengan demikian kebenaran ilmiah dan keberhasilan pendidikan  diukur secara positivistik, dalam arti yang benar  dan yang nyata haruslah konkrit, eksak, akurat, dan memberi kemanfaatan.

    Implikasi paham positivisme  dalam pengembangan ilmu pendidikan tidak mengenal ilmu pendidikan secara utuh, namun yang ada adalah ilmu-ilmu pendidikan seperti : psikologi pendidikan, sosiologi pendidikan, administrasi pendidikan, dll. Ilmu-ilmu tersebut merupakan aplikasi dari llmu murni sebagai ilmu dasarnya. Positivisme merupakan model pendekatan ilmiah kuantitatif dalam keilmuan, para penganutnya menyebut dirinya berparadigma ilmiah. 

    Dalam prinsip pendidikan haruslah dapat merangsang intelektual subjek didik untuk mencerahkan pemikiran yang akhirnya mencapai penerangan budi (moral light) serta pemahaman akan kebenaran (understanding of the truth). Dan ini memang sudah menjadi fitrah manusia yang selalu ingin tahu dan mencari kebenaran.[12] Selain itu, masyarakat pendidikan menghendaki agar pengajaran memperhatikan minat, kebutuhan dan kesiapan anak didik untuk belajar, serta dimaksudkan untuk mencapai tujuan-tujuan sosial sekolah.[13]

    BAB III

    PENUTUP

    A.    Kesimpulan

    Dasar-dasar filsafat positivisme dibangun dikembangkan oleh Auguste Comte (1798-1857). Ia menyatakan bahwa pengetahuan manusia berkembang secara evolusi dalam tiga tahap, yaitu teologis, metafisik, dan positif. Positivisme mendominasi wacana ilmu pengetahuan pada awal abad 20-an dengan menetapkan criteria-kriteria yang harus dipenuhi oleh manusia maupun alam untuk disebut sebagai ilmu yang benar. Kriteria adalah eksplanatoris dan prediktif. Demi terpenuhnya kriteria-kriteria tersebut, maka ilmu-ilmu harus memiliki pandangan dunia positivistik sebagai berikut : 1)objektif, teori-teori tentang semesta haruslah bebas nilai; 2) fenomenalisme, ilmu pengetahuan hanya membecarakan tentang semesta yang yang teramati; 3) reduksionisme  semesta di reduksi menjadi fakta-fakta keras yang dapat diamati; 4) naturalisme, alam semesta adalah objek-objek yang bergerak secara mekanis.

    Dalam konteks pendekatan positivistik logis, positivism merupakan suatu model dalam pengembangan ilmu pengetahuan (knowledge) yang di dalam langkah kerjanya menempuh cara melalui observasi, eksperimentasi, dan komparasi sebagaimana diterapkan dalam ilmu kealaman, dan model ini dikembangkan dalam ilmu-ilmu sosial.  Positivisme mempergunakan presisi, verifiabilitas, konfirmasi, dan eksperimentasi dengan derajat optimal, dengan sejauh mungkin dapat melakukan prediksi dengan derajat yang optimal pula. Dengan demikian kebenaran ilmiah dan keberhasilan pendidikan  diukur secara positivistik, dalam arti yang benar  dan yang nyata haruslah konkrit, eksak, akurat, dan memberi kemanfaatan.

    B.     Saran-saran

    1.      Pendidikan merupakan proses yang harus ditempuh oleh setiap manusia, oleh karena itu, seyogyanya positivism dapat diterapkan dalam konsep pendidikan tersebut;

    2.      Pendidikan dimulai sejak anak lahir dan sepanjang hayat (long life education), seyognyanya konsep-konsep positif empiris yang diutamakan dalam proses pendidikan tersebut.

    DAFTAR PUSTAKA

    …. Calhoun, C. 2002. Dictionary of the Social Science. Oxforf : Oxford University Press.

    …. Hasan Basri. 2009. Filsafat Pendidikan Islam, Cetakan 1. Bandung : Pustaka Setia.

    …. IG.A.K. Wardani. 2009. Perspektif Pendidikan SD, Edisi I, Cetakan 3. Jakarta : Universitas Terbuka.

    …. Ihat Hatimah. 2008. Pembelajaran Berwawasan Kemasyarakatan, Edisi I Cetakan 4. Jakarta : Universitas Terbuka.

    …. Qodri Abdillah Azizy. 2000. Pendidikan Islam, Demokratisasi dan Masyarakat Madani, Cet. 1. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

    …. Rahmat Raharjo. 2010. Inovasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam, Cetakan 1. Yogyakarta : Magnum Pustaka.

    …. Rahmat Raharjo. 2012. Pengembangan & Inovasi Kurikulum, Cetakan 1. Yogyakarta : Baituna Publishing.

    …. Sudarsono. 1993. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar, Cetakan 1. Jakarta : Rineka Cipta.

    …. Uhar Saputra. 2004. Filsafat Ilmu, Jilid 1. Kuningan : Universitas Kuningan.

    …. Uyoh Sadulloh. 2003.  Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung : Alfabeta.


    [1] Drs. Uhar Saputra, M.Pd, Filsafat Ilmu, Jilid 1, (Kuningan : Universitas Kuningan, 2004), hal. 15.

    [2] Dr. H. Rahmat Raharjo, M.Ag, Pengembangan & Inovasi Kurikulum, Cetakan 1, (Yogyakarta : Baituna Publishing, 2012), hal. 28.

    [3] Dr. H. Rahmat Raharjo, M.Ag, Inovasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam, Cetakan 1, (Yogyakarta : Magnum Pustaka, 2010), hal. 31.

    [4] Sudarsono, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar, Cetakan 1, (Jakarta : Rineka Cipta, 1993), 

    hal. 332

    [5] Calhoun, C, Dictionary of the Social Science, (Oxforf : Oxford University Press, 2002), hal. 436.

    [6] Ibid., hal. 437.

    [7] Drs. Uhar Saputra, M.Pd, Op. Cit.,  hal. 41.

    [8] Prof. Dr. IG.A.K. Wardani, dkk, Perspektif Pendidikan SD, Edisi I, Cetakan 3, (Jakarta : Universitas Terbuka, 2009), hal. 1.19.

    [9] Drs. Hasan Basri, M.Ag, Filsafat Pendidikan Islam, Cetakan 1, (Bandung : Pustaka Setia, 2009), hal. 9.

    [10] Drs. Uhar Saputra, M.Pd, Op. Cit. , hal. 42 – 43.

    [11] Uyoh Sadulloh,  Pengantar Filsafat Pendidikan, (Bandung : Alfabeta, 2003), hal. 22.

    [12] Dr. H. A. Qodri Abdillah Azizy, M.A, dkk, Pendidikan Islam, Demokratisasi dan Masyarakat Madani, Cet. 1, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2000), hal. 65 – 66.

    [13] Dra. Ihat Hatimah, M.Pd, dkk, Pembelajaran Berwawasan Kemasyarakatan, Edisi I Cetakan 4, (Jakarta : Universitas Terbuka, 2008), hal. 1.16.

  • Makalah Jenis-jenis Tes Prestasi Belajar

    Jenis-jenis Tes Prestasi Belajar

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang Masalah

    Dunia pendidikan, terlebih pendidikan formal merupakan suatu sistem yang sangat kompleks, yang penyelenggaraannya memerlukan waktu, biaya, tenaga dan kerjasama berbagai fihak. Semua dilakukan untuk menghasilkan output yang berkualitas dan siap guna di era kompetitif ini. Keberhasilan suatu pendidikan selain dipengaruhi oleh faktor-faktor diluar sistem, juga akan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor dalam sistem. Pengukuran, merupakan salah satu dari sekian faktor dalam sistem yang sangat menentukan keberhasilan pendidikan. Hasil belajar akan terlihat dengan adanya tingkah laku baru dalam tingkat pengetahuan berpikir atau kemampuan jasmaniah.

    Dengan dilakukannya pengukuran, seorang pendidik akan dengan mudah menilai sampai sejauh mana tingkat pemahaman, penguasaan, bahkan dengan mudah dapat dihimpun informasi sampai sejauh mana peserta didik mampu mengaplikasikan, membuat sintesa, membuat analisis dan apakah peserta didik telah mampu melakukan kritik terhadap suatu pelajaran. Hampir semua ahli teori belajar, baik pengikut faham behaviorisme maupun kognitivisme, menekankan pentingnya umpan-balik (feed back) berupa nilai guna meningkatkan belajar. Pengukuran dalam dunia pendidikan juga sangat membantu dalam pengambilan-pengambilan keputusan, baik keputusan yang sifatnya didaktik maupun administratif. Dimana pengambilan keputusan tersebut haruslah didasari oleh informasi-informasi yang tepat, akurat dan reliabel berkaitan dengan permasalahannya.

    Tes prestasi belajar adalah salah satu alat ukur hasil belajar yang dapat mencakup semua kawasan tujuan pendidikan, Benyamin S. Bloom membagi kawasan tujuan pendidikan mejadi tiga bagian, yaitu kawasan kognitif, kawasan afektif, dan kawasan psikomotorik. Fungsi utama tes prestasi dikelas adalah mengukur prestasi belajar para siswa.

    Banyaknya penggunaan tes prestasi belajar dalam proses pengambilan keputusan dalam dunia pendidikan, selanjutnya menempatkan tes prestasi belajar dalam beberapa fungsi, yaitu fungsi penempatan (placement), fungsi formatif, fungsi diagnostik dan fungsi sumatif.

    Fungsi penempatan adalah penggunaan hasil tes prestasi belajar untuk klasifikasi individu kedalam bidang atau jurusan, fungsi formatif adalah penggunaan tes prestasi belajar guna melihat sejauh mana kemampuan belajar yang telah dicapai oleh siswa dalam suatu program pendidikan, fungsi diagnostik adalah penggunaan tes prestasi belajar untuk mendiagnosis kesukaran-kesukaran dalam belajar, mendeteksi kelemahan-kelemahan siswa yang dapat diperbaiki segera, dan semacamnya, sedang fungsi sumatif adalah penggunaan hasil tes prestasi belajar untuk memperoleh informasi mengenai penguasaan pelajaran yang telah direncanakan sebelumnya dalam suatu program pelajaran. Tes sumatif merupakan pengukuran akhir dalam suatu program dan hasilnya dipakai untuk menentukan apakah siswa dapat dinyatakan lulus dalam program pendidikan tersebut atau apakah siswa dinyatakan dapat melanjutkan ke jenjang program yang lebih tinggi.

    B. Perumusan Masalah

    Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan-permasalahan sebagai berikut :

    1. Apa yang dimaksud dengan tes dan penilaian?
    2. Apa saja jenis-jenis tes prestasi belajar yang sering diselenggarakan di sekolah?

    C. Tujuan Pembahasan

    Berdasarkan uraian latar belakang masalah dan perumusan masalah di atas, maka tujuan pembahasan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

    1. Untuk mengetahui pengertian tes dan penilaian;
    2. Untuk mengetahui jenis-jenis tes prestasi belajar yang sering diselenggarakan di sekolah.

    Bab II. Pembahasan

    A. Tes, Pengukuran dan Penilaian

    Tes, pengukuran dan penilaian merupakan tiga aspek yang saling berhubungan dalam kegiatan pembelajaran. Tes merupakan alat ukur, pengukuran merupakan proses pemberian angka yang bersifat kuantitatif dan penilaian merupakan proses pengambilan keputusan yang bersifat kualitatif berdasarkan hasil pengukuran.

    Pengukuran adalah proses pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan di mana seorang peserta didik telah mencapai karakteristik tertentu. Pengukuran dalam bidang pendidikan sangatlah kompleks. Kemampuan dalam pengukuran ini dibutuhkan keahlian tersendiri. Oleh sebab itu, kemampuan dalam membuat tes dan melakukan pengukuran dan penilaian merupakan kemampuan profesional yang harus dimiliki oleh guru.

    Penilaian merupakan kegiatan pengukuran keberhasilan pembelajaran dengan cara mengumpulkan data dan berbagai informasi yang diperlukan untuk kemudian diolah, ditafsirkan, dan digunakan sebagai pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat keberhasilan belajar yang telah dicapai peserta didik setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

    Tes merupakan cara penilaian yang dirancang dan dilaksanakan kepada peserta didik pada waktu dan tempat tertentu serta dalam kondisi yang memenuhi syarat-syarat tertentu yang jelas. Tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tulisan), atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan). Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran.

    B. Jenis-Jenis Tes

    Ada dua jenis tes yakni tes uraian dan tes objektif. Tes uraian terdiri dari uraian bebas, uraian terbatas, dan uraian berstruktur. Sedangkan tes objektif terdiri dari beberapa bentuk, yakni bentuk pilihan benar-salah, pilihan berganda, menjodohkan, isian pendek dan melengkapi.

    1. Tes Uraian

    Tes uraian merupakan alat penilaian hasil belajar yang paling tua. Secara umum tes uraian adalah pertanyaan yang menuntut siswa menjawabnya dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberikan alasan, dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri. Dengan demikian, dalam tes ini dituntut kemampuan siswa dalam hal mengekspresikan gagasannya melalui bahasa tulisan.

    Adapun kelebihan atau keunggulan tes uraian ini antara lain adalah :

    1. dapat mengukur proses mental yang tinggi atau aspek kognitif tingkat tinggi;
    2. dapat mengembangkan kemampuan berbahasa, baik lisan maupun tulisan, dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa;
    3. dapat terlatih kemampuan berpikir teratur atau penalaran, yakni berfikir logis, analitis, dan sistematis;
    4. mengembangkan keterampilan pemecahan masalah (problem solving);
    5. adanya keuntungan teknis seperti mudah membuat soalnya sehingga tanpa memakan waktu yang lama, guru dapat secara langsung melihat proses berfikir siswa.

    Dilain pihak kelemahan atau kekurangan yang terdapat dalam tes ini antara lain adalah:

    1. sampel tes sangat terbatas sebab dengan tes ini tidak mungkin dapat menguji semua bahan yang telah diberikan, tidak seperti pada tes objektif yang dapat menanyakan banyak hal melalui sejumlah pertanyaan;
    2. sifatnya sangat subjektif, baik dalam menanyakan, dalam membuta pertanyaan, maupun dalam cara memeriksanya. Guru bisa saja bertanya tentang hal-hal yang menarik baginya, dan jawaban nya juga berdasarkan apa yang dikehendakinya;
    3. tes ini biasanya kurang reliabel mengungkap aspek yang terbatas, pemeriksaannya memerlukan waktu lama sehingga tidak praktis bagi kelas yang jumlah siswanya relatif besar.

    a.        Jenis-jenis Tes Uraian

    Bentuk tes uraian dibedakan menjadi uraian bebas (free essay) dan uraian terbatas (berstruktur).[3] Dalam uraian bebas jawaban siswa tidak dibatasi, bergantung pada pandangan siswa itu sendiri. Hal ini disebabkan oleh isi pertanyaan uraian bebas sifatnya umum. Melihat karakteristiknya, pertanyaan bentuk uraian bebas ini tepat digunakan apabila bertujuan untuk :

    1. mengungkapkan pandangan para siswa terhadap suatu masalah sehingga dapat diketahui luas dan intensitasnya;
    2. mengupas suatu persoalan yang kemungkinan jawabannya beraneka ragam sehingga tidak ada satupun jawaban yang pasti;
    3. mengembangkan daya analisis siswa dalam melihat suatu persoalan dari berbagai segi atau dimensinya.

    Kelemahan tes ini ialah sukar menilainya karena jawaban siswa bisa bervariasi, sulit menentukan kriteria penilaian, sangat subjektif karena bergantung pada guru sebagai penilainya.

    Bentuk kedua dari tes uraian adalah uraian terbatas. Dalam bentuk ini pertanyaan telah diarahkan kepada hal-hal tertentu atau ada pembatasan tertentu. Pembatasan bisa dari segi: ruang lingkupnya, sudut pandang menjawabnya, dan indikator-indikatornya.

    Dengan adanya pembatasan tersebut jawaban siswa akan lebih terarah sesuai dengan yang diharapkan. Cara memberikan penilaian juga lebih jelas indikatornya. Kriteria kebenaran jawaban bisa lebih mudah ditentukan. Oleh sebab itu, bentuk soal uraian terbatas terasa lebih terarah dan lebih tepat digunakan dari pada bentuk uraian bebas.

    Di samping kedua bentuk uraian di atas adal pula bentuk tes uraian yang disebut soal-soal berstruktur. Soal berstruktur dipandang sebagai bentuk antara soal-soal objektif dengan soal-soal esai. Soal berstruktur merupakan serangkaian soal jawaban singkat sekalipun bersifat terbuka dan bebas menjawabnya. Soal yang berstruktur berisi unsur-unsur pengantar soal, seperangkat data, dan serangkaian subsoal.

    b.      Menyusun Soal Bentuk Uraian

    Agar diperoleh soal-soal bentuk uraian yang dikatakan memadai sebagai alat penilaian hasil belajar, hendaknya diperhatikan hal-hal berikut :

    1)        Dari segi isi yang diukur

    Segi yang hendak diukur hendaknya ditentukan secara jelas abilitasnya, misalnya pemahaman konsep, aplikasi suatu konsep, analisis suatu permasalahan, dan aspek kognitif lainnya. Dengan kejelasan apa yang akan diungkapkan maka soal atau pertanyaan yang dibuat hendaknya mengungkapkan kemampuan siswa dalam abilitas tersebut.

    2)      Dari segi bahasa

    Gunakan bahasa yang baik dan benar sehingga mudah diketahui makna yang terkandung dalam rumusan pertanyaan. Bahasanya sederhana, singkat, tetapi jelas apa yang ditanyakan.

    3)      Dari segi teknis penyajian soal

    Hendaknya jangan mengulang-ulang pertanyaan terhadap materi yang sama sekalipun untuk asibilitas yang berbeda sehingga soal atau pertanyaan yang diajukan lebih komprehensif daripada segi lingkup materinya. Perhatikan waktu yang tersedia untuk mengerjakan soal tersebut sehingga soal tidak terlalu banyak atau terlalu sedikit. Bobot penilaian untuk setiap soal hendaknya dibedakan menurut tingkat kesulitan soal.

    4)      Dari segi jawaban

    Setiap pertanyaan yang diajukan sebaiknya telah ditentukan jawaban yang diharapkan, minimal pokok-pokoknya. Tentukan pula besarnya skor maksimal untuk setiap soal yang dijawab benar dan skor minimal bila jawaban dianggap salah atau kurang memadai.

    2.      Tes Objektif

    a.        Bentuk Soal Jawaban Singkat

    Bentuk soal jawaban singkat merupakan soal yang menghendaki jawaban dalam bentuk kata, bilangan, kalimat, atau simbol dan jawabannya hanya dapat dinilai benar atau salah.

    Kebaikan bentuk soal jawaban singkat :

    1)      Menyusun soalnya relatif mudah

    2)      Kecil kemungkinan siswa memberi jawaban dengan cara menebak

    3)      Menuntut siswa untuk dapat menjawab dengan singkat dan tepat

    4)      Hasil penilaiannya cukup objektif

    Kelemahan bentuk sosl jawaban singkat:

    1)      Kurang dapat mengukur aspek pengetahuan yang lebih tinggi

    2)      Memerlukan waktu yang agak lama untuk menilainya sekalipun tidak selama bentuk uraian

    3)      Menyulitkan pemeriksanaan apabila jawaban siswa membingungkan pemeriksa

    b.        Bentuk Soal Benar-Salah

    Bentuk soal benar-salah adalah bentuk tes yang soal-soalnya berupa pernyataan. Sebagian dari pernyataan itu merupakan pernyataan yang benar dan sebagian lagi merupakan pernyataan yang salah. Pada umumnya bentuk soal benar-salah dapat dipakai untuk mengukur pengetahuan siswa tentang fakta, definisi, dan prinsip.

    Kebaikan bentuk soal benar-salah:

    1. Pemeriksaan dapat dilakukan secara objektif dan cepat
    2. Soal dapat disusun dengan mudah

    Kelemahan bentuk soal benar-salah:

    1. Kemungkinan menebak dengan benar jawaban setiap soal adalah 50%
    2. Kurang dapat mengukur aspek pengetahuan yang lebih tinggi karena hanya menuntut daya ingat dan pengenalan kembali
    3. Banyak masalah yang tidak dapat dinyatakan hanya dengan dua kemungkinan (benar dan salah)

    c.         Bentuk Soal Menjodohkan

    Bentuk soal menjodohkan terdiri atas dua kelompok peryataan yang paralel. Kedua kelompok pertanyaan ini berada dalam satu kesatuan. Kelompok sebelah kiri merupakan bagian yang berisi soal-soal yang harus dicari jawabannya.

    Kebaikan bentuk soal menjodohkan:

    1)      Penilaiannya dapat dilakukan dengan cepat dan objektif

    2)      Tepat digunakan untuk mengukur kemampuan bagaimana mengidentifikasi antara dua hal yang berhubungan

    3)      Dapat mengukur ruang lingkup dua pokok bahasan atau subpokok bahasan yang lebih luas

    Kelemahan bentuk soal menjodohkan:

    1)      Hanya dapat mengukur hal-hal yang didasarkan atas fakta dan hafalan

    2)      Sukar untuk menentukan materi atau pokok bahasan yang mengukur hal-hal yang berhubungan

    d.        Bentuk Soal Pilihan Ganda

    Soal pilihan ganda adalah bentuk tes yang mempunyai satu jawaban yang benar atau paling tepat. Dilihat dari strukturnya, bentuk soal pilihan ganda terdiri atas :

    • Stem, yaitu pernyataan yang berisi permasalahan yang akan ditanyakan;
    • Option, yaitu sejumlah pilihan atau alternatif jawaban;
    • Kunci, yaitu jawaban yang benar atau paling tepat;
    • Distractor (pengecoh), yaitu jawaban-jawaban lain selain kunci jawaban.

    Selain bentuk soal pilihan ganda biasa, terdapat model bentuk pilihan ganda lainnya, yaitu bentuk soal hubungan antar hal (hah) dan bentuk pilihan ganda kompleks (pgk). Pada kedua bentuk soal tersebut, masing-masing pilihan jawabannya ditetapkan dan berfungsi sebagai petunjuk jawaban soal.

    Pada bentuk soal hubungan antar hal, siswa dituntut untuk mengidentifikasi hubungan sebab akibat antara pernyataan pertama (yang merupakan akibat) dan pernyataan kedua (yang merupakan sebab). Kedua pernyataan dihubungkan dengan kata “sebab”. Kedua pernyataan itu dapat benar, salah atau juga pernyataan yang satu benar dan yang lainnya salah.

    Kebaikan bentuk soal pilihan ganda :

    1)      Materi yang diujikan dapat mencakup sebagian besar dari bahan pengajaran yang telah diberikan;

    2)      Jawaban siswa dapat dioreksi (dinilai) dengan mudah dan cepat dengan menggunakan kunci jawaban;

    3)      Jawaban untuk setiap pertanyaan sudah pasti benar atau salah sehingga penilainnya bersifat objekif.

    Kelemahan bentuk soal pilihan ganda:

    1)      Kemungkinan untuk melakukan tebakan jawaban masih cukup besar

    2)      Proses berpikir siswa tidak dapat dilihat dengan nyata

    C.       Pengembangan Tes

    Satuan pendidikan diharapkan mampu meningkatkan kriteria ketuntasan belajar secara terus-menerus untuk mencapai kriteria ketuntasan ideal.[4] Dalam pengembangan tes, domain yang akan diukur dibagi menjadi domain kognitif, domain afektif, dan domain psikomotor. Level pembelajaran di atas akan sangat tergantung pada pencapaian level di bawahnya.

    Level pembelajaran domain kognitif:

    1.      Knowledge yaitu mengingat sesuatu

    2.      Comprehension yaitu menangkap/memahami arti sesuatu

    3.      Application yaitu menggunakan sesuatu dalam situasi konkrit

    4.      Analysis yaitu memecah sesuatu menjadi material pembentuknya

    5.      Synthesis yaitu menyusun bagian-bagian menjadi satu

    6.      Evaluation yaitu menilai sesuatu berdasar kriteria tertentu

    Kategori utama domain afektif:

    1.      Receiving phenomena yaitu kewaspadaan, mau mendengar

    2.      Responding to phenomena yaitu partisipasi aktif sebagai pembelajar

    3.      Valuing yaitu nilai seseorang melekat pada perilaku

    4.      Organization yaitu mengorganisasi nilai ke dalam prioritas

    5.      Characterization yaitu memiliki sistem nilai yang mengatur perilaku

    Kategori utama domain psikomotor:

    1.      Perception yaitu mampu melakukan pergerakan

    2.      Set yaitu kesiapan bertindak

    3.      Guided response yaitu melakukan imitasi, trial & error

    4.      Mechanism yaitu menjadi kebiasaan

    5.      Complex overt response yaitu pola pergerakan kompleks

    6.      Adaptation yaitu memodifikasi pola pergerakan

    7.      Origination yaitu menciptakan pergerakan baru

    Dalam mengukur indikator pencapaian hasil belajar baik kognitif, afektif maupun psikomotor dapat menggunakan berbagai macam bentuk tes baik tertulis maupun lisan. Domain kognitif dapat diukur menggunakan seperti misalnya tes lisan, tes pilihan ganda, tes obyektif, tes uraian, tes jawaban singkat, menjodohkan, dan tes unjuk kerja. Tes pada domain afektif untuk mengukur sikap dengan teknik antara lain observasi, pertanyaan langsung, dan laporan pribadi yang diukur dengan menggunakan skala Likert. Sedang hasil belajar psikomotor yang indikator keberhasilannya lebih berorientasi pada gerakan dan menekankan pada reaksi fisik atau keterampilan tangan.

    BAB III

    PENUTUP

    A.     Kesimpulan

    Tes merupakan alat ukur, pengukuran merupakan proses pemberian angka yang bersifat kuantitatif dan penilaian merupakan proses pengambilan keputusan yang bersifat kualitatif berdasarkan hasil pengukuran. Pengukuran adalah proses pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan di mana seorang peserta didik telah mencapai karakteristik tertentu. Pengukuran dalam bidang pendidikan sangatlah kompleks. Kemampuan dalam pengukuran ini dibutuhkan keahlian tersendiri. Oleh sebab itu, kemampuan dalam membuat tes dan melakukan pengukuran dan penilaian merupakan kemampuan profesional yang harus dimiliki oleh guru.

    Penilaian merupakan kegiatan pengukuran keberhasilan pembelajaran dengan cara mengumpulkan data dan berbagai informasi yang diperlukan untuk kemudian diolah, ditafsirkan, dan digunakan sebagai pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat keberhasilan belajar yang telah dicapai peserta didik setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

    Ada dua jenis tes yakni tes uraian dan tes objektif. Tes uraian terdiri dari uraian bebas, uraian terbatas, dan uraian berstruktur. Sedangkan tes objektif terdiri dari beberapa bentuk, yakni bentuk pilihan benar-salah, pilihan berganda, menjodohkan, isian pendek dan melengkapi.

    B.     Saran

    1.      Hendaknya para penyusun tes selalu memperhatikan kaidah-kaidah yang telah dibakukan dalam pembuatan tes tersebut, sehingga validitas dan reabilitas tes dapat teruji dengan baik;

    2.      Seyogyanya guru dalam setiap akhir pembelajaran selalu memberikan post test, sehingga berhasil atau tidaknya proses pembelajaran tersebut dapat diketahui;

    3.      Para penyusun tes, sebaiknya juga memperhatikan kondisi sosial budaya lokal setempat, sehingga hal-hal yang sensitif terhadap kondisi sosial budaya setempat dapat dihindari.

    DAFTAR PUSTAKA

    Raharjo,  Rahmat. 2010. Inovasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Yogyakarta : Magnum Pustaka.

    Raharjo, Rahmat. 2012. Pengembangan dan Inovasi Kurikulum Membangun Generasi Cerdas & Berkarakter untuk Kemajuan Bangsa. Yogyakarta : Baituna Publishing.

    Sudjana, Nana & Ibrahim. 2009. Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Cet. 5. Bandung : Sinar Baru Algensindo.

    Uno, Hamzah B. 2007. Profesi Kependidikan, Problema, Solusi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia, Ed. 1, Cet. 1, Jakarta : Bumi Aksara.


    [1] Prof. Dr. H. Hamzah B. Uno, M.Pd, Profesi Kependidikan, Problema, Solusi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia, Ed. 1, Cet. 1, (Jakarta : Bumi Aksara, 2007), hal. 44.

    [2] Dr. H. Rahmat Raharjo, M.Ag, Inovasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran, (Yogyakarta : Magnum Pustaka, 2010), hal. 60.

    [3] Dr. Nana Sudjana & Dr. Ibrahim, M.A, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Cet. 5, (Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2009), hal. 261.

    [4] Dr. H. Rahmat Raharjo, M.Ag, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, Membangun Generasi Cerdas & Berkarakter untuk Kemajuan Bangsa, (Yogyakarta : Baituna Publishing, 2012), hal. 56.

  • Makalah Analisis Butir Soal dengan SPSS

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang Masalah

    Pengertian tes, menurut Jahja Umar, dkk,  adalah himpunan pertanyaan yang harus dijawab atau pernyataan-pernyataan yang harus dipilih/ditanggapi atau tugas-tugas yang harus dilakukan oleh orang yang dites (tester) dengan tujuan untuk mengukur suatu aspek (perilaku) tertentu dari orang yang dites. Tes merupakan alat ukur, pengukuran merupakan proses pemberian angka yang bersifat kuantitatif dan penilaian merupakan proses pengambilan keputusan yang bersifat kualitatif berdasarkan hasil pengukuran. Pengukuran adalah proses pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan di mana seorang peserta didik telah mencapai karakteristik tertentu. Kemampuan dalam pengukuran ini dibutuhkan keahlian tersendiri. Oleh sebab itu, kemampuan dalam membuat tes dan melakukan pengukuran dan penilaian merupakan kemampuan profesional yang harus dimiliki oleh guru.

    Tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tulisan), atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan). Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran. Untuk dapat menentukan nilai, diperlukan adanya ukuran atau kriteria yang dijadikan dasar. Untuk menentukan bahwa suatu sistem itu baik atau kurang baik, perlu ada ketentuan tentang bagaimana yang baik tersebut, dan ketentuan inilah yang disebut kriteria.

    Pencapaian hasil belajar siswa yang rendah tidak selalu menunjukkan kompetensi siswa yang rendah atau pembelajaran yang kurang bermakna. Pencapaian tersebut mungkin disebabkan oleh kualitas instrumen hasil belajar yang kurang memadai. Untuk meningkatkan kualitas instrumen hasil belajar dalam bentuk tes dapat dilakukan dengan cara analisis soal. Di samping itu hasil analisis juga dapat memberikan informasi untuk perbaikan pembelajaran jika ada masalah dalam pembelajaran. Analisis butir soal menghasilkan soal yang siap direvisi.

    Pengembangan bank soal akan mempermudah guru atau sekolah dalam menyediakan soal yang sudah diketahui kualitasnya dalam aspek spesifikasi dan karakteristiknya. Tes adalah satu atau seperangkat pertanyaan yang direncanakan untuk memperoleh informasi akurat tentang hasil belajar. Pertanyaan tersebut harus mempunyai jawaban yang benar. Tes dapat berupa tes formatif yang dimaksudkan untuk mengetahui apakah siswa sudah atau belum memahami materi yang diajarkan oleh guru. Tes juga dapat berupa tes sumatif yang merupakan tes hasil belajar dalam suatu periode waktu tertentu sesuai kebutuhan.

    Kedudukan evaluasi dalam proses belajar mengajar sangat penting dan tidak dapat dipisahkan. Demikian juga, agar proses evaluasi itu berfungsi dengan semestinya dan sesuai tujuan, maka alat evaluasi itu sendiri harus baik. Hal ini seringkali dilupakan oleh para praktisi pendidikan di lapangan, mereka hanya berhenti pada pelaporan hasil evaluasi tanpa merasa perlu untuk mengetahui seberapa baik alat evaluasi yang telah mereka gunakan. Alat evaluasi yang dimaksud adalah tes hasil belajar yang berisi butir-butir soal.

    B. Perumusan Masalah

    Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan-permasalahan sebagai berikut :

    1. Apa yang dimaksud dengan analisis butir soal?
    2. Bagaimana teknik menganalisis butir soal dengan SPSS?

    C. Tujuan Pembahasan

    Berdasarkan uraian latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan pembahasan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

    1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan analisis butir soal;
    2. Untuk mengetahui bagimana menganalisis butir soal dengan SPSS.

    Bab II. Pembahasan

    A. Pengertian

    Analisis butir soal dengan komputer maksudnya adalah penelaahan butir soal secara kuantitatif yang penghitungannya menggunakan bantuan program komputer. Analisis data dengan menggunakan program komputer adalah sangat tepat. Karena tingkat keakuratan hitungan dengan menggunakan program komputer lebih tinggi bila dibandingkan dengan diolah secara manual atau menggunakan kalkulator/ tangan. Program komputer yang digunakan untuk menganalisis data modelnya bermacam-macam tergantung tujuan dan maksud analisis yang diperlukan.

    Program yang sudah dikenal secara umum adalah EXCEL, SPSS (Statitistical Program for Social Science), atau program khusus seperti ITEMAN (analisis secara kiasik), RASCAL, ASCAL, BILOG (analisis secara item respon teori atau IRT), FACETS (analisis model Rasch untuk data kualitati f). Untuk memahami program-program komputer di atas, bacalah manual programnya secara saksama, kemudian praktikkan dengan menggunakan program komputer sebagai latihannya. Berikut ini akan disajikan contoh program analisis data dengan menggunakan komputer, seperti program ITEMAN, RASCAL, ASCAL, BIGSTEP, QUEST.

    B. SPSS (Statistical Program for Social Science)

    SPSS merupakan sebuah program pengolah data yang sudah sangat dikenal di dalarn dunia pendidikan. Penggunaannya sangat mudah untuk dipahami para guru di sekolah. Semua data diketik di dalam format SPSS yang sudah disediakan. Setelah selesai, kemudian tinggal memilih statistik yang akan digunakan pada menu STATISTIC/ANALYZE. Misalnya uji validitas butir atau reliabilitas tes, diklik pada menu ANLYZE kemudian pilih CORELATE, pilih BIVARIAT, untuk uji reliabilitas pilih RELIABILITY. Di samping itu, program ini dapat digunakan untuk analisis data kuantitatif secara umum, misalnya untuk uji normalitas, homogenitas, dan linearitas data.

    Agar mudah pengoperasiannya dalam menggunakan program ini, sebaiknya para guru membaca terlebih dahulu manual/buku pedoman pengoperasiannya secara saksama. Berikut ini disajikan salah satu contoh penggunaan program SPSS yang digunakan untuk menguji uji normalitas, homogenitas, dan linearitas data, serta uji kesesuaian antara butir soal dan kisi­-kisinya (analisis faktor). Program SPSS selama ini sudah diproduksi beberapa versi, diantaranya versi 11, 12, maupun versi 13. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh pengetikan data dan analisisnya berikut ini :

    Motivasi Belajar (X)Prestasi belajar (Y)Jenis Kelamin
    60617570608070607969656885766589746281751212121212

    Setelah program SPSS dibuka, data di atas di masukkan ke dalam format SPSS. Caranya sangat mudah yaitu seperti berikut.

    1.     Klik “Variable View” (letaknya di sebelah kiri bawah).

    2.     Ketik X pada kolom “Name”.

    3.     Klik pada kolom “Label” kemudian ketik Motivasi Belajar.

    4.     Ketik Y pada kolom “Name” (di bawah X).

    5.     Klik pada kolom “Label” kemudian ketik Prestasi Belajar.

    6.     Ketik JK pada kolom “Name” (di bawah Y)

    7.     Klik pada kolom “Label” kemudian ketik Jenis Kelamin.

    8.     Klik pada kolom “Scale” kemudian klik pada “Nominal”.

    9.     Klik “Data View” (letaknya di sebelah kin bawah), kemudian masukkanlah data di atas (diketik) sesuai dengan kolomnya.

    1.  Menentukan Analisis Deskriptif

    Analyze

                               Descriptive statistics

                                           Frequencies

    §   Semua variable dimasukkan kedalam kotak ”Variables”

    §   Clik :    ”statistics”

    §   Klik :    mean, media, mod, sum

        Std deviation, variance, range, minimu, maximum, S.E mean.

                             Skewnes, curtosis

    §   Klik: ”Continue”

    §   Klik: ”Ok”

    Hasil:

    Statistic

    Motivasi BelajarPrestasi BelajarJenis Kelamin
    N     Valid       Missing MeanStd. Error of MeanMedianModeStd. DeviationVarianceSkewnessStd. error of skewness KurtosisStd. error of kurtosisRangeMinimumMaximumSumPercentiles   25                   50                   7510068.40002.49997869.500060.007.949962.48889.243.687-1.5121.33420.0060.0080.00684.0060.000069.500076.000010074.0002.8713174.500065.009.0798982.44444.307,687-1.0371.33427.0062.0089.00740.0065.000074.500082.00001001.5000.166671.50001.00.52705.27778.000.687-2.5711.3341.001.002.0015.001.00001.50002.0000

    Motivasi Belajar

    FrequencyPercentValid PercentCumulativePercent
    Valid                60.00                        61.00                        69.0070.0075.0079.0080.00311211130.010.010.020.010.010.010.030.010.010.020.010.010.010.030.040.050.070.080.090.0100.0

    Total                                    10                100.0           100.0

    Prestasi Belajar

    FrequencyPercentValid PercentCumulativePercent
    Valid                62.00                        65.00                        68.0074.0075.0076.0081.0085.0089.0012111111110.020.010.020.010.010.010.010.010.010.020.010.020.010.010.010.010.010.010.030.040.050.060.070.080.090.0100.0

    Total                                    10                100.0           100.0

    Jenis Kelamin

    FrequencyPercentValid PercentCumulativePercent
    Valid                1.00                        2.00                                 5550.050.050.050.050.0100.0

    Total                                    10                100.0           100.0

    2.     Uji Persyaratan Analisis

    a.      Contoh Uji Normalitas

    Analyze

    Descriptive statistics

    Explore

    –      Variabel X dan Y dimasukkan ke dalarn kotak “Dependent List:”

    –      Klik kotak “Plot” kemudian klik pada “Normality plots with tests”.

    –      Klik “Continue”

    –      Klik “OK”

    Rumusan hipotesis :

    H0 :  sample berasal dari populasi berdistribusi normal.

    H1 :  sample tidak berasal dad populasi berdistribusi normal.

    Kaidah penetapan:

    –      Jika signifikan > 0,05, sampel berasal dari populasi berdistribusi normal.

    –      Jika signifikan < 0,05, sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi normal.

    b.     Uji Homogenitas

    Analyze

            Descriptive statistics

                 Explore

    –      Variabel X dan Y dimasukkan ke dalam kotak “Dependent List.”

    –      Variabel jenis kelamin dimasukkan ke dalam kotak “:Factor List:”

    –      Klik kotak “Plot” kemudian klik pada “Normality plots with tests” dan “Untransformed”

    –      Klik “Continue”

    –      Klik “OK”

    Rumusan hipotesis:

    HO: variansi pada setiap kelompok sama (homogen).

    HI : variansi pada setiap kelompok tidak sama (tidak homogen)..

    Kaidah penetapan:

    –      Jika signi$kan > 0,05, variansi setiap sampel sama (homogen).

    c.       Contoh Uji Linearitas

    Analyze

            Compare Means

                 Means

    –      Variabel X dimasukkan ke dalam kotak “Dependent List:”

    –      Variabel Y dimasukkan ke dalam kotak “Independent List:”

    –      Klik kotak “Option” kemudian klik pada “Anova table and eta” dan “Test for linearity”

    –      Klik “Continue”

    –      Klik “OK”

    Rumusan hipotesis:

    H0:   Linearitas tidak dipenuhi.

    H1:   Linieritas dipenuhi.

    Kaidah penetapan:

    –      Jika signifikan > 0,05, linearitas tidak dipenuhi.

    –      Jika signifikan < 0,05, linearitas dipenuhi.

    –      Jika signifikan < 0,05, variansi setiap sampel tidak sama (tidak homogen).

    3.     Contoh Uji Perbedaan dengan t-tes

    Analyze

            Compare Means

             Independent-Sample T Test

    –      Variabel Y dimasukkan ke kotak “Test Variables”

    –      Variabel jenis kelamin dimasukkan ke kotak “Grouping variable”

    –      Klik “Define Groups” kemudian ketik 1 pada Group 1 dan ketik 2 pada Group 2. -Klik “Continue”

    –      Klik “OK”

    Rumusan hipotesis:

    H0 : tidak terdapat perbedaan antara variable X dan variable Y…

    H1 : terdapat perbedaan antara variable X dan variable Y …

    Kaidah penetapan:

    –      Jika signifikan > 0,05, HO diterima.

    –      Jika signifikan < 0,05, HO ditolak.

    4.     Contoh Uji Perbedaan/Pengaruh dengan ANOVA

    Analyze

    Compare means

             One-way ANOVA

    –      Variabel Y (pada eksperimen dan control) dimasukkan ke dalarn “Dependent List:”

    –      Variabel jenis kelamin dimasukkan ke dalam “Factor:”

    –      Klik “Options” kemudian klik “Homogeneity of variance test”.

    –      Klik “Continue”

    –      Klik “OK”

    Rumusan hipotesis:

    H0:  tidak terdapat perbedaan/pengaruh antara variable X dan variable Y

    H1:  terdapat perbedaanlpengaruh antara variable X dan variable Y

    Kaidah penetapan:

    –      Jika signifikan > 0,05, HO diterima.

    –      Jika signif kan < 0,05, HO ditolak.

    5.     Contoh Uji Hubungan dengan Korelasi

    Analyze

    Correlate

    Bivariate

    –      Variabel X dan Y dimasukkan ke dalam kotak “Variables”

    –      Klik “Pearson” “Two-Tailed”

    –      Klik “Options” kemudian klik “means and standard deviations”

    –      Klik “Continue”

    –      Klik “OK”

    Rumusan hipotesis:

    H0 : tidak terdapat hubungan antara variable X dan variable Y.

    H1 : terdapat hubungan antara variable X dan variable Y.

    Kaidah penetapan:

    –      Jika signifikan > 0,05, HO diterima.

    –      Jika signifikan < 0,05, HO ditolak.

    6.     Contoh Uji Hubungan dengan Regresi Linear

    Analyze

    Regression

    Linear

    –      Variabel Y dimasukkan ke kotak “Dependent”

    –      Variabel X dimasukkan ke kotak “Independents”

    –      Klik “Statistics” kemudian klik “estimates”, “model fit”, dan

    –      klik “Continue”.

    –      Klik “OK”

    Rumusan hipotesis:

    HO  : tidak terdapat hubungan antara variable X dan variable Y.

    H1   : terdapat hubungan antara variable X dan variable Y.

    Kaidah penetapan:

    –      Jika signifikan > 0,05, HO diterima.

    –      Jika signifikan < 0,05, HO ditolak.

    7.     Uji Kesesuaian antara Butir Soal dan Kisi-kisinya (Uji Konstruk dengan Analisis Faktor)

    a.     Analisis Faktor Eksploratori

    Kegiatan memvalidasi konstruk dilaksanakan setelah tes digunakan/diuji coba. Analisis faktor terdiri dari dua yaitu analisis faktor eksploratori dan konfirmatori. Analisis faktor konfirmatori menekankan pada estimasi parameter dan tes hipotesis, sedangkan analisis faktor eksploratori menekankan pada beberapa faktor yang menjelaskan hubungan antar-indikator dan estimasi muatan faktor.

    Untuk menguji validitas kesesuaian antara butir soal dan kisi-kisi konstruknya digunakan analisis faktor. Konsep validitas berhubungan dengan: (1) ketepatan, (2) kebermaknaan, dan (.3) kegunaan suatu skor tes.[3] Macam-macam validitas adalah validitas: (1) konten yang meliputi: definisi konsep dan definisi operasional; (2) konstruk, dan (3) kriterion-related. Terdapat empat teknik untuk menganalisis konstruk, yaitu dengan: (I) korelasi antarvariabel, (2) analisis multitrait­ multimethod, (3) analisis faktor, dan (4) prosedur known-groups.

    Analisis faktor dikembangkan oleh Charles Spearman tahun 1904 di USA. Analisis faktor adalah suatu nama generik yang diberikan pada suatu kelas metode statistik multivariat yang tujuan utamanya adalah Untuk mendefinisikan struktur dalam matriks data.[4] Tujuan utama analisis faktorr adaalah untuk menguji secara empirik huburngan antar butir soal dan untuk menentukan kelompok soal yang saling menentukan sebagai suatu faktor/konstruk yang diukur melalui instrumen. Jadi tujuan utamanya dapat disimpulkan menjadi 3, yaitu untuk menentukan: (1) faktor umum yang diperlukan terhadap jumlah patern korelasi antar semua pasangan tes dalam satu set tes; (2) faktor umum sesungguhnya (asli) yang menghitung untuk tes interkorelasi; (3) proporsi varian untuk suatu variabel observasi yang dihubungkan dengan varian faktor umum[5] atau sebagai pengenalan struktur melalui peringkasan data atau reduksi/pengurangan data.

    Adapun manfaat analisis faktor adalah: (1) memberitahu kita tes-tes dan ukuran­-ukuran yang saling dapat serasi atau sama tujuannya dan sejauhmana kesamaannya, (2) membantu menemukan dan mengidentifikasi kebutuhan- kebutuhan atau sifat-sifat fundamental yang melandasi tes dan pengukuran.

    Langkah atau prosedur penggunaan analisis factor eksploratori selalu memproses melalui 4 tahap, yaitu: (1) perhitungan korelasi matriks untuk semua variabel, (2) ekstraksi faktor untuk menentukan jumlah faktor, (3) rotasi, untuk membuat faktor lebih bermakna, dan (4) perhitungan skor setiap faktor untuk setiap case.

    Cara pengoperasional dalarn program SPSS adalah seperti berikut :

    Pilih menu STATISTIC atau ANALYZE

    DATA REDUCTION

    FACTOR

    Pada boks dialog variabel yang akan dianalisis dimasukkan ke kotak VARIABLES. Klik pada kotak DESCRIPTIVE (misal: klik “initial solution” pada kolom statistics dan “KMO and Bartlett’s test of sphericity” pada kolom correlation Matrix), EXTRACTION, ROTATION, SCORES, atau OPTION. Hasil print outnya terdiri dari beberapa tabel dan sebuah grafik “scree plot”.

    Berikut beberapa hasil print out analisis faktor eksploratori dan penafsirannya.

    (1)      Statistik Deskriptif

    (2)      Bartlett test of sphericity

    (3)      Pengukuran Sampling Kaiser Meyer Olkin (KMO)

    (4)      Matriks Korelasi antarbutir

    (5)      Matriks Korelasi Anti-image

    (6)      Ekstraksi Faktor

    (7)      Residuals

    (8)      Rotasi

    BAB III

    PENUTUP

    A.     Kesimpulan

    Analisis butir soal dengan komputer maksudnya adalah penelaahan butir soal secara kuantitatif yang penghitungannya menggunakan bantuan program komputer. Analisis data dengan menggunakan program komputer adalah sangat tepat. Karena tingkat keakuratan hitungan dengan menggunakan program komputer lebih tinggi bila dibandingkan dengan diolah secara manual atau menggunakan kalkulator/ tangan. Program komputer yang digunakan untuk menganalisis data modelnya bermacam-macam tergantung tujuan dan maksud analisis yang diperlukan. Program yang sudah dikenal secara umum adalah EXCEL, SPSS (Statitistical Program for Social Science).

    SPSS merupakan sebuah program pengolah data yang sudah sangat dikenal di dalarn dunia pendidikan. Penggunaannya sangat mudah untuk dipahami para guru di sekolah. Semua data diketik di dalam format SPSS yang sudah disediakan. Setelah selesai, kemudian tinggal memilih statistik yang akan digunakan pada menu STATISTIC/ANALYZE. Misalnya uji validitas butir atau reliabilitas tes, diklik pada menu ANLYZE kemudian pilih CORELATE, pilih BIVARIAT, untuk uji reliabilitas pilih RELIABILITY. Di samping itu, program ini dapat digunakan untuk analisis data kuantitatif secara umum, misalnya untuk uji normalitas, homogenitas, dan linearitas data.

    B.     Saran

    1.      Analisis butir soal dengan SPSS memerlukan ketelitian dan pengetahuan yang lebih, sehingga seyogyanya analisis ini dilakukan dengan hati-hati atau oleh para pakar dari berbagai disiplin ilmu yang terkait;

    2.      Analisis butir soal secara modern hendaknya dilaksanakan oleh para penganalisis melaksanakannya seobjektif mungkin, agar hasilnya optimal dan akuntabel;

    3.      Penganalisis hendaknya menggunakan prosedur standar yang telah dibakukan dalam menganalisis butir soal, sehingga tingkat error dapat diminimalisir.

    DAFTAR PUSTAKA

    Crocker, L. & Algina, J. 1986. Introduction to Classical and Modern Test, Theory. New York: Holt, Rinehart and Winston, Inc.

    Gable. Robert K. I986. Instrument Development in the Affective Domain. Boston: Kluwer-Nijhoff Publishing.

    Hair, J. F.; Anderson, R. E., Tatham, R. L., and Black, W. C. 1998. Multivariate Data, Analysis. New Jersey. Prentice-I-lall International, Inc.

    Sudjana, Nana Sudjana & Ibrahim. 2009. Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Cetakan  5Bandung : Sinar Baru Algensindo.

    Umar, Jahja, dkk. 2000. Penilaian dan Pengujian untuk Guru SLTP, Edisi Ke-1, Cetakan Ke-1Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Departemen Pendidikan Nasional.


    [1] Jahja Umar, Ph.D, dkk, Penilaian dan Pengujian untuk Guru SLTP, Edisi Ke-1, Cetakan Ke-1, (Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Departemen Pendidikan Nasional, 2000), hal. 11.

    [2] Dr. Nana Sudjana & Dr. Ibrahim, M.A, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Cet. 5,  (Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2009), hal. 219.

    [3] Robert K Gable,  Instrument Development in the Affective Domain, Boston: Kluwer-Nijhoff Publishing, 1986, hal. 71 – 77.

    [4] Hair, J. F.; Anderson, R. E., Tatham, R. L., and Black, W. C, Multivariate Data, Analysis. New Jersey, Prentice-I-lall International, Inc., 1998,  hal. 90.

    [5] Crocker, L. & Algina, J.,  Introduction to Classical and Modern Test, Theory,  New York: Holt, Rinehart and Winston, Inc, 1986, hal. 305 – 306.

  • Makalah Dampak Pembakaran Minyak Bumi

    Dampak Pembakaran Minyak Bumi

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Sumber Hidrokarbon utama di alam adalah minyak bumi . Penggunaan minyak bumi sangatluas , terutama bahan bakar dan juga bahan baku di industri petrokimia . Bagaimanasebenarnya proses pembentukan minyak dan gas alam serta pengolahan sampai menjadiproduk yang berguna ?Oleh Karena itu , Penyusun memilih minyak dan gas bumi untuk dijadikan bahan makalahini. Di latarbelakangi dengan keinginan penyusun untuk lebih mendalami, bukan saja hanyamengetahui. Karena di sekeliling kita telah banyak minyak bumi akan tetapi kita tidak mengetahui sejarah dari minyak bumi itu sendiri.Makalah ini berisikan hal-hal mengenai minyak bumi, dari mulai pembentukannya.,kegunaannya , perkembangannya dan lain ± lain.

    B. Rumusan Masalah

    Dalam penyusunannya, makalah ini dibatasi dengan pertanyaan :

    1. Bagaimana minyak bumi terbentuk ?
    2. Komponen apa saja yang terdapat pada minyak bumi ?
    3. Dimana daerah penyulingan minyak bumi?
    4. Apa saja kegunaan minyak bumi ?
    5. Bagaimana pegolahan minyak bumi ?

    BAB II

    PEMBAHASAN

    Pembentukan Minyak Bumi Apakah Minyak Bumi itu ?

                Dalam kehidupan sehari-hari manusia sering menggunakan sumber energi sebagai bahanbakar di antaranya: batu bara, bensin, minyak tanah, minyak diesel, solar LPG, lilin dsb.Bahan-bahan tersebut diperoleh dari minyak bumi.Berdasarkan teori, minyak bumi terbentuk dari proses pelapukan jasad renik (mikroorganisme) yang terkubur di bawah tanah sejak berjuta-juta tahun yang lalu. Dimanadua ratus juta yang lalu bumi lebih panas dibandingkan sekarang. Laut yang didiami jasadrenik berkulit keras sangat banyak jumlahnya jika jasad renik itu mati, kemudian membusuk sehingga jumlahnya makin lama makin menumpuk, kemudian tertutup oleh sedimen,endapan dari sungai, atau batuan-batuan yang berasal dari pergeseran bumi. Di sini kemudianterjadi pembusukan oleh bakteri anaerob, dan akibat pada tekanan tinggi sedimen, makasetelah berjuta-juta tahun terbentuklah minyak bumi dan gas alam tersebut.Karena proses pembentukan minyak bumi memerlukan waktu yang lama, maka minyak bumidigunakan pada sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui (anrenewable).Pada umumnya minyak bumi tampak hitam legam, pekat serta kurang menarik seperti padacontoh ini. Minyak bumi baru dapat digunakan sebagai bahan bakar minyak (BBM) maupunsebagai produk-produk lain setelah melalui proses pengolahanPada umunya minyak bumi terperangkap dalam bebatuan yang tidak berpori dalampergerakannya ke atas . Hal ini menjelaskan mengapa minyak bumi juga di sebut Petroleum .(Petroleum berasal dari bahasa Latin µpetrus¶ artinya batu dan µoleum¶ artinya minyak).Untuk memperoleh minyak bumi atau petroleum ini, dilakukan pengeboranKomponen apa saja yang ada pada minyak bumi ?Komponen minyak bumi (minyak mentah) antara lain 84% Karbon, 14% Hidrogen, 1-3%Belerang, < style=”font-weight: bold;”>Perkembangan Peradaban Manusia SetelahDitemukan Minyak BumiBumi terbentuk sekitar 5 milyar tahun yang lalu dan merupakan bagian dari proses terjadinyaalam semestaBeginilah keadaan permukaan bumi 600 juta tahun yang lalu ketika mulai ada bentuk bentuk kehidupan berupa binatang dan tumbuh – tumbuhan bersel tunggal.

    Pengolahan Minyak Bumi

    Minyak bumi di temukan bersama sama dengan gas alam. Minyak Bumi yang telah di pisahkan dari gas alam di sebut juga minyak mentah (crude oil). Minyak mentah dapat di bedakan menjadi :

    – Minyak Mentah Ringan (light crude oil) yang mengandung kadar logam dan belerang rendah , bewarna terang dan bersifat encer (viskositas rendah)
    – Minyak Mentah berat (heavy crude oil) yang mengandung kadar logam dan belerang tinggi, memiliki viskositas tinggi sehingga harus di panaskan agar meleleh
    Minyak mentah merupakan campuran yang kompleks dengan komponen utama alkana dan sebagian kecil alkena, alkuna, sikloalkana, aromatic, dan senyawa anorganik. Meskipun kompleks , namun terdapat cara mudah untuk memisahkan komponen – komponennya , yakni berdasarkan perbedaan nilai titik didihnya. Proses ini di sebut distilasi bertingkat . Selanjutnya untuk mendapatkan produk akhir sesuai yang diinginkan, maka sebagian hasil dari distilasi bertingkat perlu diolah lebih lanjut melalui proses konversi, pemisahan perngotor dalam fraksi, dan pencampuran fraksi


    1. Distilasi Bertingkat

    Dalam proses distilasi bertingkat, minyak mentah tidak di pisahkan menjadi komponen – komponen murni, melainkan ke dalam fraksi – fraksi, yakni kelompok–kelompok yang mempunyai kisaran titik didih tertentu . Hal ini di karenakan jenis komponen hidrokarbon begitu banyak dan isomer – isomer hidrokarbon mempunyai titik didih yang berdekatan.
    Proses distilasi bertingkat ini di jelaskan sebagai berikut :

    – Minyak mentah dipanaskan dalam boiler menggunakan uap air bertekanan tinggi sampai suhu -600ºC. Uap minyak mentah yang dihasilkan kemudian di alirkan ke bagian bawah menara distilasi
    – Dalam Menara distilasi, uap minyak mentah bergerak ke atas melewati pelat – pelat (tray). Setiap pelat memiliki banyak lubang yang di lengkapi dengan tutup gelembung (bubble cap) yang memungkinkan uap lewat.
    – Dalam pergerakannya, uap minyak mentah akan menjadi dingin . Sebagian uap akan mencapai ketinggian di mana uap tersebut akan terkondensasi membentuk zat cair . Zat cair yang di peroleh dalam suatu kisaran suhu tertentu ini disebut fraksi
    – Fraksi yang mengandung senyawa-senyawa dengan titik didih tinggi akan terkondensasi di bagian bawah menara distilasi. Sedangkan fraksi senyawa-senyawa dengan titik didih rendah terkondensasi di bagian atas menara

    Sebagian fraksi dari menara distilasi selanjutnya di alirkan ke bagian kilang minyak untuk proses konversi

    Untuk setip barel minyak mentah, kilang minyak dapat menghasilkan sekitar 57% bensin; 38% bahan baker diesel; bahan bakar jet; kerosin dan minyak baker; 4% LPG; dan sisanya residu padat.

    2. Proses konversi

    Proses konversi adalah penyusunan ulang struktur molekul hidrokarbon , yang bertujuan untuk memperoleh fraksi-fraksi dengan kuantitas dan kualitas sesuai permintaan pasar . Sebagai contoh, untuk memenuhi kebutuhan fraksi bensin yang tinggi, maka sebagian fraksi rantai panjang perlu diubah / dikonversi menjadi fraksi rantai pendek . Demikian pula, sebagian besar fraksi rantai lurus harus di konversi menjadi rantai bercabang / alisiklik / aromatic dibantingkan rantai lurus .
    Beberapa jenis proses konversi dalam kilang minyak adalah :

    – Perekahan (cracking)
    Perekahan adalah pemecahan molekul besar menjadi molekul-molekul kecil. Contohnya , perekahan fraksi minyak ringan / beratmenjadi fraksi gas, bensin, kerosin , dan minyak solar/diesel.

    – Reforming
    Reforming bertujuan mengubah struktur molekul rantai lurus menjadi rantai bercabang / alisiklik / aromatic. Sebagai Contoh , komponen rantai lurus (C3-C6) dari fraksi bensin diubah menjadi aromatic.

    – Alkilasi
    Alkilasi adalah penggabungan molekul-molekul kecil menjadi molekul besar.Contohnya penggabungan molekul propena dan butena menjadi komponen fraksi bensin .

    – Coking
    Coking adalah proses perekahan fraksi residu padat menjadi minyak baker dan hidrokarbon intermediate (produk antara). Dalam proses ini, dihasilkan kokas (coke). (Kokas di gunakan di industri aluminium sebagai electrode untuk ekstraksi logam Al).


    3. Pemisahan pengotor dalam Fraksi

    Fraksi-fraksi mengandung berbagai pengotor antara lain senyawa organic yang mengandung S,N,O;air;logam;dan garam anorganik. Pengotor dapat di pisahkan dengan cara melewatkan fraksi melalui :

    – Menara asam sulfat, yang berfungsi untuk memisahkan hidrokarbon tidak jenuh, senyawa nitrogen, senyawa oksigen, dan residu padat seperti aspal.
    – Menara absorpsi, yang mengandung agen pengering untuk memisahkan air.
    – Scrubber, yang berfugsi untuk memisahkan belerang / senyyawa belerang.

    4. Pencampuran Fraksi

    Pencampuran fraksi dilakukan untuk mendapatkan produk akhir sesuai yang di inginkan . Sebagai contoh :

    – Fraksi bensin di campur dengan hidrokarbon rantai bercabang / alisiklik / aromatic dan berbagai aditif untuk mendapatkan kualitas tertentu.
    – Fraksi minyak pelumas di campur dengan berbagai hidrokarbon dan aditif untuk mendapatkan kualitas tertentu
    – Fraksi nafta dengan berbagai kualitas (grade) untuk industri petrokimia .

    Selanjutnya produk-produk ini siap di pasarkan ke berbagai tempat , seperti pengisisan bahan baker dan industri petrokimia

    Kegunaan Minyak Bumi

    Kegunaan fraksi – fraksi yang diperoleh dari minyak bumi terkait dengan sifat fisisnya seperti titik didih dan viskositas, dan juga sifat kimianya.
    a. Gas
    Umumnya gas terdiri dari campuran metana, etana , propane atau isobutana, campuran gas ini kemudian dicairkan pada tekanan tinggi dan diperdagangkan dengan nama LPG (Liquipied Petroleum Gas ). Gas yang terdapat dalam LPG umumnya campuran propane, butana, dan isobutana. LPG biasanya dikemas dalam botol-botol baja yang beratnya 15 kg,dan dipakai sebagai bahan bakar rumah tangga.

    b. Bensin
    Bensin diperoleh sebagai hasil destilasi pada suhu 70-140. bensin banyak digunakan sebagai bahan bakar mobil dan motor

    c. Napta
    Napta dikenal sebagai bensin berat, dan diperoleh sebagai hasil destilasi yang mempunyai trayek titik didih antara 140-180.
    Napta digunakan sebagai bahan dasar untuk pembuatan senyawa-senyawa kimia yang lain misalnya :etilena dan senyawa aromatik yang sering digunakan untuk zat aditif pada bensin.

    d. Kerosin
    Kerosin mempunyai trayek didih antara 180-250. dalam kehiduan sehari-hari, kerosin diperdagangkan dengan nama minyak tanah.

    e. Minyak Diesel
    Minyakm diesel mempunyai trayek titik didih 25-350°C minyak diesel dipergunakan sebagai bahan bakar pada motor-motor diesel.

    f. Fraksi yang menghasilkan minyak pelumas
    Paraffin cair dan padat, teristimewa terdapat di Sumatera dan Kalimantan, paraffin dipergunakan sebagai bahan bakar

    g. Residu
    Residu yaitu zat-zat yang masih tertinggal dalam ketel. Menghasilkan petroleumasfalt yang dipakai pada konstruksi jalan

    Dampak Penggunaan Minyak Bumi

    Secara umum, kegiatan eksploitasi dan pemakaian sumber energi dari alam untuk memenuhi kebutuhan manusia akan selalu menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan (misalnya udara dan iklim, air dan tanah). Berikut ini disajikan beberapa dampak negatif penggunaan energi fosil terhadap manusia dan lingkungan:


    DAMPAK TERHADAP CUACA DAN IKLIM

    Selain menghasilkan energi, pembakaran sumber energi fosil (misalnya: minyak bumi, batu bara) juga melepaskan gas-gas, antara lain karbon dioksida (CO2), nitrogen oksida (NOx),dan sulfur dioksida (SO2) yang menyebabkan pencemaran udara (hujan asam, smog dan pemanasan global).

    Emisi NOx (Nitrogen oksida) adalah pelepasan gas NOx ke udara. Di udara, setengah dari konsentrasi NOx berasal dari kegiatan manusia (misalnya pembakaran bahan bakar fosil untuk pembangkit listrik dan transportasi), dan sisanya berasal dari proses alami (misalnya kegiatan mikroorganisme yang mengurai zat organik). Di udara, sebagian NOx tersebut berubah menjadi asam nitrat (HNO3) yang dapat menyebabkan terjadinya hujan asam.

    Emisi SO2 (Sulfur dioksida) adalah pelepasan gas SO2 ke udara yang berasal dari pembakaran bahan bakar fosil dan peleburan logam. Seperti kadar NOx di udara, setengah dari konsentrasi SO2 juga berasal dari kegiatan manusia. Gas SO2 yang teremisi ke udara dapat membentuk asam sulfat (H2SO4) yang menyebabkan terjadinya hujan asam.
    Emisi gas NOx dan SO2 ke udara dapat bereaksi dengan uap air di awan dan membentuk asam nitrat (HNO3) dan asam sulfat (H2SO4) yang merupakan asam kuat. Jika dari awan tersebut turun hujan, air hujan tersebut bersifat asam (pH-nya lebih kecil dari 5,6 yang merupakan pH “hujan normal”), yang dikenal sebagai “hujan asam”. Hujan asam menyebabkan tanah dan perairan (danau dan sungai) menjadi asam. Untuk pertanian dan hutan, dengan asamnya tanah akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman produksi. Untuk perairan, hujan asam akan menyebabkan terganggunya makhluk hidup di dalamnya. Selain itu hujan asam secara langsung menyebabkan rusaknya bangunan (karat, lapuk). Proses terjadinya hujan asam.


    Smog merupakan pencemaran udara yang disebabkan oleh tingginya kadar gas NOx, SO2, O3 di udara yang dilepaskan, antara lain oleh kendaraan bermotor, dan kegiatan industri. Smog dapat menimbulkan batuk-batuk dan tentunya dapat menghalangi jangkauan mata dalam memandang.

    Emisi CO2 adalah pemancaran atau pelepasan gas karbon dioksida (CO2) ke udara. Emisi CO2 tersebut menyebabkan kadar gas rumah kaca di atmosfer meningkat, sehingga terjadi peningkatan efek rumah kaca dan pemanasan global. CO2 tersebut menyerap sinar matahari (radiasi inframerah) yang dipantulkan oleh bumi sehingga suhu atmosfer menjadi naik. Hal tersebut dapat mengakibatkan perubahan iklim dan kenaikan permukaan air laut. Proses terjadinya efek rumah kaca 

    Emisi CH4 (metana) adalah pelepasan gas CH4 ke udara yang berasal, antara lain, dari gas bumi yang tidak dibakar, karena unsur utama dari gas bumi adalah gas metana. Metana merupakan salah satu gas rumah kaca yang menyebabkan pemasanan global.

    Batu bara selain menghasilkan pencemaran (SO2) yang paling tinggi, juga menghasilkan karbon dioksida terbanyak per satuan energi. Membakar 1 ton batu bara menghasilkan sekitar 2,5 ton karbon dioksida. Untuk mendapatkan jumlah energi yang sama, jumlah karbon dioksida yang dilepas oleh minyak akan mencapai 2 ton sedangkan dari gas bumi hanya 1,5 ton

    Dampak Terhadap Perairan

    Eksploitasi minyak bumi, khususnya cara penampungan dan pengangkutan minyak bumi yang tidak layak, misalnya: bocornya tangker minyak atau kecelakaan lain akan mengakibatkan tumpahnya minyak (ke laut, sungai atau air tanah) dapat menyebabkan pencemaran perairan. Pada dasarnya pencemaran tersebut disebabkan oleh kesalahan manusia. Pencemaran air oleh minyak bumi umumnya disebabkan oleh pembuangan minyak pelumas secara sembarangan. Di laut sering terjadi pencemaran oleh minyak dari tangki yang bocor. Adanya minyak pada permukaan air menghalangi kontak antara air dengan udara sehingga kadar oksigen berkurang.

    Dampak Terhadap Tanah


    Dampak penggunaan energi terhadap tanahdapat diketahui, misalnya dari pertambahan batu bara. Msalah yang berkaitan dengan lapisan tanah muncul terutama dalam pertambangan terbuka (Open Pit MiniJika terhirup dan masuk ke tubuh, sebagian besar akan ditimbun dalam tulang. Ketika orang mengalami stres, pebe diremobilisasi dari tulang dan masuk ke peredaran darah sehingga menimbulkan risiko keracunan. Dalam jangka panjang, penimbunan pebe bisa berbahaya.

    BAB III

    PENUTUP

    Kesimpulan

    Minyak bumi yang terbentuk berasal dari fosil yang mengalami pengendapan Berjuta-juta tahun lalu. Kemudian dilakukan pengeboran dan diproses / dengan proses destilsi hinggamenghasilkan minyak bumi. Adapun mutu bensin yang baik itu yang tidak menimbulkanpencemaran lingkungan.. Pengusahaan dan pemanfaatan minyak serta sumber daya energi lainnya secara tidak bertanggung jawab dan pembuangan Limbah secara sembarangan ,akan mengakibatkan pencemaran yang merupakan awal malapetaka yang dahsyat, berupa musnahnya semua bentuk kehidupan dari permukaan bumi dan membuat dampak terhadap tanah , perairan dan cuaca dan iklim.

    Saran

    Oleh karena minyak bumi itu proses pembentukannya lama, maka kita harus berhemat dalam pemanfaatannya, agar minyak bumi itu tidak cepat habis. Dan penggunaan bensin / bahan bakar haruslah yang tidak berdampak negatif terhadap lingkungan alam sekitarnya.

    DAFTAR PUSTAKA

     Tim penulis, 2006. Kimia 1 SMA dan MA,Jakarta; ESIS 

     http://speed-pro18.blogspot.com

    http://gopelajar.blogspot.com

  • Makalah Sejarah dan Tujuan Perserikatan Bangsa-Bangsa

    Sejarah dan Tujuan PBB

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) adalah organisasi internasional yang beranggotakan negara-negara berdaulat yang bertujuan menghindar menghindari perang dunia dan mala petaka kemanusiaan akibat perang. Piagam PBB ditandatangani oleh delegasi 51 negara pada tanggal 26 Juni 1945. Dan Piagam PBB mulai beroperasi pada tanggal 24 Oktober 1945. Seperti Liga Bangsa-Bangsa, tujuan utama PBB adalah menjaga perdamain dan keamanan internasional, menyelesaikan sengketa secara damai, melakukan tindakan kolektif,mencegah ancaman terhadap perdamaian, mempromosikan kerjasama sosial ekonomi internasional dan hak asasi manusia. Keanggotaan PBB terbuka bagi negara-negara yang cinta damai untuk mendukung penyelesaian sengketa secara damai

    B. Rumusan Masalah

    1. Bagaimana sejarah beridirinya PBB?
    2. Apa asas dan tujuan PBB?
    3. Bagaimana Struktur dan Peranan Organisasi PBB?

    Bab II. Pembahasan

    A. Sejarah Berdirinya PBB

    PBB didirikan di San Fransisco pada 24 Oktober 1945 setelah Konferensi Dumbarton Oaks di Washington, DC, namun Sidang Umum yang pertama – yang dihadiri wakil dari 51 negara – baru berlangsung pada 10 Januari 1946 di Church House, London. Sejak didirikan hingga tahun 2007, sudah tercatat ada 192 negara yang menjadi anggota PBB. Markas pertama PBB berada di San Francisco, namun sejak tahun 1946 sampai sekarang kantor pusatnya terletak di di New York.

    Church House adalah sebuah bangunan yang menjadi markas pusat dari perkumpulan gereja-gereja (Anglikan) di Inggris, terletak di sebelah selatan dari Dean’s Yard di sebelah Wesminter Abbey di kota London. Gereja ini pada saat itu diduga kuat menjadi salah satu tempat berkumpulnya tokoh-tokoh gereja yang menjadi seorang Freemason.

    Bangunan ini didisain oleh Sir Herbert Barker, sekitar tahun 1930-an, sebagai pengganti gedung yang terdahulu, yang diresmikan pada tahun 1902 oleh Coorperation of Church House yang berdiri sejak 1888. Bangunan ini dimaksudkan sebagai peringatan perayaan emas 50 tahun bertahtanya Ratu Victoria yang menjadi ratu sejak 1887. Batu pertama pembangunan bangunan ini diletakkan oleh Ratu Mary pada 26 Juni 1937 dan diresmikan oleh Raja George VI pada 10 Juni 1940.

    King George VI merupakan pendukung utama dan anggota aktif Craft (Freemason) dan pada tahun 1953 Uskup Anglikan ke XVI juga seorang Freemason (Lihat buku Christianity and Freemasonry; Kirby). Uskup Agung Geoffrey Fisher juga seorang Freemason, termasuk pula Uskup Agung Canterbury (1945-1961).

    Selanjutnya, diketahui bahwa istilah “United Nations” dicetuskan pertama kali oleh Franklin D. Roosevelt sewaktu masih berlangsung Perang Dunia II. Sosok Franklin D. Roosevelt perlu diketahui ternyata selain sebagai Presiden Amerika Serikat, ia juga merupakan anggota penting dari Organisasi Yahudi Freemasonry- yang memiliki beberapa organisasi underbow berkedok gerakan sosial dan amal seperti Lions Club dan Rotary Club. Setidaknya terdapat dua catatan mengenai aktivitasnya di organisasi Mason tersebut. Satu sumber menyatakan Rosevelt bergabung dengan sebuah organisasi Lodge pada tanggal 11 Oktober 1911. Sedangkan sumber lain menyatakan ia masuk pada 28 November 1911.

    Nama PBB/UNO digunakan secara resmi pertama kali pada 1 Januari 1942. Tujuannya untuk mengikat wakil-wakil Pihak Berseteru kepada prinsip-prinsip Piagam Atlantik serta untuk menerima sumpah dari mereka guna menjaga keamanan Kuasa Paksi. Setelah upaya itu, Pihak Berseteru terus memantapkannya dengan ditandatanganinya kesepakatan-kesepakatan dalam persidangan-persidangan di Moscow, Kaherah dan Taheran sewaktu masih berperang pada tahun 1943. Dari bulan agustus sampai Oktober 1944, wakil-wakil dari Perancis, Republik China, Inggris, Amerika Serikat dan Uni Soviet bertemu untuk memperincikan rancangan-rancangan di Estet Dumbarton Oaks, Washington, D.C.

    Dari pertemuan-pertemuan selanjutnya dicapailah rancangan pokok mengenai tujuan, wakil-wakil anggota dari tiap negara, struktur, serta susunan dewan untuk memelihara keamanan dan keselamatan antarbangsa, kerjasama ekonomi dan sosial antarbangsa. Rancangan ini telah dibicarakan dan diperdebatkan oleh beberapa wakil negara dan utusan bangsa.

    Pada 25 April 1945, persidangan PBB tentang penyatuan antar bangsa, dimulai di San Francisco. Selain dihadiri oleh wakil-wakil negara juga organisasi umum -termasuknya Lions Club yang diundang khusus untuk menggubah piagam PBB. Tak kurang 50 negara yang menghadiri persidangan ini menandatangani “Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa”. Polandia yang tidak menghadiri persidangan itu diberi satu tempat khusus, baru dua bulan kemudian tepatnya pada 26 Juni wakilnya menandatangani piagam itu.

    Selanjutnya, Perserikatan Bangsa Bangsa ditetapkan secara resmi pada 24 Oktober 1945, selepas piagamnya telah diratifikasi oleh lima anggota tetap Dewan Keamanan (DK), yaitu Amerika Serikat, Inggris, Uni Soviet, Perancis, Republik China serta diikuti anggota lainnya yang terdiri 46 negara di Church House, London, Inggris pada 10 Januari 1946 yang diikuti 51 negara.

    Kantor Pusat PBB saat ini dibangun di sebelah Sungai East (East River), New York City pada tahun 1949 di atas tanah yang dibeli dari John D. Rockefeller, Jr. dengan dana bersama sebanyak 8.5 juta dollar AS jadi bukan milik Amerika Serikat. John D. Rockfeller pun juga diketahui merupakan anggota Freemason. Arsiteknya dari berbagai bangsa, termasuknya Le Corbusier (Perancis), Oscar Niemeyer (Brazil), dan wakil-wakil dari beberapa negara yang lain. Tim ini diketuai oleh Wallace K. Harrison, Pimpinan Harrison & Abramovitz (NYC). Kantornya dibuka secara resmi pada 9 Januari 1951.

    Tokoh-tokoh PBB juga banyak sekali diisi oleh tokoh-tokoh dan pentolan anggota-anggota Freemason dan cabang-cabangnya. Dalam sebuah artikel tercatat nama U Thant (UN Secretary General), Robert Strange McNamara (US Secretary of Defense 1961-1968; President World Bank 1968-1981).

    B. ASAS-ASAS dan Tujuan PBB PBB.

    Asas PBB yakni :

    1. Asas Persamaan dan Kedaulatan
    2. Asas Itikad baik dari setiap anggota untuk memenuhi kewajiban yang timbul dari adanya piagam PBB
    3. Asas cara penyelesaian sengketa dengan cara damai
    4. Asas untuk tidak saling mencampuri urusan dalam negeri masing-masing
    5. Asas untuk memberikan bantuan yang diperlukan untuk setiap tindakan PBB dan untuk tidak mendukung apapun suatu negara yang sedang dikenai sanksi atau hukuman dari PBB.

    Tujuan PBB yakni :
    1.    Memelihara perdamaian dan keamanan dunia.
    2.    Mengembangkan hubungan persahabatan antarbangsa berdasarkan asas-asas persamaan derajat, hak menentukan nasib sendiri, dan tidak mencampuri urusan dalam negeri negara lain.
    3.    Mengembangkan kerjasama internasional dalam memecahkan masalah-masalah ekonomi, sosial, budaya, dan kemanusiaan.
    4.    Menyelesaikan perselisihan dengan cara damai dan mencegah timbulnya peperangan.
    5.    Memajukan dan menghargai hak asasi manusia serta kebebasan atau kemerdekaan fundamental tanpa membedakan warna, kulit, jenis kelamin, bahasa, dan agama.
    6.    Menjadikan pusat kegiatan bangsa-bangsa dalam mencapai kerja sama yang harmonis untuk mencapai tujuan PBB.
    C.    LOGO/LAMBANG PBB (PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA)
    Lambang PBB yang menampakkan globe dengan garis lintang dan bujur membentuk 33 kolom. Tak hanya itu, di dalam logo nya pun, terdapat segmen coretan sebanyak 33 juga berupa tebaran ranting dan dedaunan Akasia. Apakah hanya sekedar kebetulan? Simbol nomor 33 adalah melambangkan 33 tingkatan dalam organsasi rahasia Freemasonry produk Yahudi. Pohon akasia, mungkin bisa diartikan dengan ” semak yang membakar” yang Moses (Nabi Musa) temukan di tengah padang pasir dan merupakan kayu yang oleh Tuhan diperintahkan kepada Moses untuk gunakan sebagai bahan Bahtera / Kapal, Meja, dan Tempat Beribadah.

    D.    STRUKTUR KEANGGOTAAN PBB:
    1.    Majelis Umum PBB
    Majelis Umum PBB atau Sidang Umum PBB adalah salah satu dari enam badan utama PBB. Majelis ini terdiri dari anggota dari seluruh negara anggota dan bertemu setiap tahun dibawah seorang Presiden Majelis Umum PBB yang dipilih dari wakil-wakil. Pertemuan pertama diadakan pada 10 Januari 1946 di Hall Tengah Westminster di London dan termasuk wakil dari 51 negara.
    Pertemuan ini biasanya dimulai di Selasa ketiga bulan September dan berakhir pada pertengahan Desember. Pertemuan khusus dapat diadakan atas permintaan dari Dewan Keamanan, mayoritas anggota PBB. Pertemuan khusus diadakan pada Oktober 1995 untuk memperingati perayaan 50 tahun PBB.
        Tugas dan kekuasaan Majelis Umum    :
    1.    pelaksaan perdamaian dan keamanan internasional ;
    2.    kerja sama dilapangan perekonomian dan masyarakat internasional ;
    3.    sistem perwakilan internasional ;
    4.    keterangan-keterangan mengenai daerah-daerah yang belum mempunyai pemerintah sendiri ;
    5.    urusan keuangan ;
    6.    penerapan keanggotaan dan penerimaan anggota
    7.    perubahan piagam ;
    8.    hubungan dengan alat-alat perlengkapan lain

    Dalam melaksanakan tugasnya majelis umum membentuk berbagai badan, seperti; komite; komisi; konperensi dan agency. Badan-badan tersebut di antaranya :
         Komite prosedur
    a.    Pengadilan administrative
    b.    Komisi perlucutan senjata (dengan dewan keamanan)
    c.    Badan tenaga atom internasional (dengan mendengar pendapat dewan keamanan dan dewan ekonomi sosial).
    d.    Pasukan PBB
    e.    Badan penampung pengungsi di palestina
    f.    Konperensi PBB tentang perdagangan dan pembangunan.
    g.    Dana anak-anak PBB/UNICEF (dengn dewan ekonomi dan sosial)
    h.    Kantor komisaris tinggi PBB untuk pengungsi-pengungsi
    i.    Usaha patungan PBB dan FAO untuk urusan pangan sedunia
    j.    Program pembangunan PBB;
    k.    Organisasi pembangunan industri PBB;
    l.    Lembaga PBB untuk latihan dan penelitian;
    m.    Program lingkungan PBB;
    n.    Universitas PBB
         Tujuh komite (panitia) utama, yaitu;
    •         Panitia pertama     : tugasnya di bidang politik dan keamanan termasuk soal-soal
                                 pengaturan persenjataan.
    •         Panitia kedua       : tugasnya khusus untuk politik.
    •         Panitia ketiga      : tugasnya di bidang ekonomi dan keuangan.
    •         Panitia keempat     : tugasnya di bidang sosial, kemanusiaan dan kebudayaan.
    •         Panitia kelima     : tugasnya di bidang dekolonisasi (daerah-daerah yang tidak
                                 berpemerintahan sendiri)
    •         Panitia keenam     : tugasnya di bidang administrasi dan anggaran.
    •         Panitia ketujuh     : tugasnya di bidang hukum

    2.    Dewan keamanan PBB
    Dewan Keamanan PBB adalah badan terkuat di PBB. Tugasnya adalah menjaga perdamaian dan keamanan antar negara.
        Sedang badan PBB lainnya hanya dapat memberikan rekomendasi kepada para anggota, Dewan Keamanan mempunyai kekuatan untuk mengambil keputusan yang harus dilaksanakan para anggota di bawah Piagam PBB.
        Dewan Keamanan mengadakan pertemuan pertamanya pada 17 Januari 1946 di Church House, London dan keputusan yang mereka tetapkan disebut Resolusi Dewan Keamanan PBB.
         Anggota
        Dewan ini mempunyai lima anggota tetap. Mereka aslinya adalah kekuatan yang menjadi pemenang Perang Dunia II    :
      Republik Cina
      Perancis
      Uni Soviet
      Britania Raya
      Amerika Serikat
    Republik China dikeluarkan pada 1971 dan digantikan oleh Republik Rakyat Cina. Setelah Uni Soviet pecah, Rusia masuk menggantikannya.
    Dengan itu, anggota tetapnya kini adalah:
      Republik Rakyat Cina
      Perancis
      Rusia
      Britania Raya
      Amerika Serikat
    Kelima anggota tersebut adalah negara-negara yang boleh mempunyai senjata nuklir di bawah Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir.
    Sepuluh anggota lainnya dipilih oleh Sidang Umum PBB untuk masa bakti 2 tahun yang dimulai 1 Januari, dengan lima dari mereka diganti setiap tahunnya.
    Anggota dewan keamanan yang dipilih untuk saat ini adalah 1 Januari 2008 – 31
    Desember 2009 Negara Blok regional Duta besar    :
      Burkina Faso Afrika Michel Kafando
      Kosta Rika Amerika Latin dan Karibia Jorge Urbina
      Kroasia Eropa Timur Neven Jurica
      Libya Afrika (Arab) Jadallah Azzuz at-Talhi
      Vietnam Asia Lê Lương Minh
     1 Januari 2009 – 31 Desember 2010 Negara Blok regional Duta besar    :
      Austria Eropa Barat dan Lainnya Thomas Mayr-Harting
      Jepang Asia Belum ditentukan
      Meksiko Amerika Latin dan Karibia Belum ditentukan
      Turki Eropa Barat dan Lainnya Baki İlkin
      Uganda Afrika Belum ditentukan
         Tugas dan fungsi
    Dalam hal mempertahankan perdamaian dan keamanan internasional diserahkan kepada dewan keamanan, dengan syarat; semua tindakan dewan keamanan tersebut harus selaras dengan tujuan dan azas-azas PBB, tugas dan kewajiban dewan keamanan dapat dibagi atas beberapa golongan, yaitu :
      Menyelesaikan perselisihan dengan cara-cara damai, yaitu dengan cara yang didasarkan atas; persetujuan sukarela atau paksaan hukum dalam menjalankan persetujuan.
      Mengambil tindakan-tindakan terhadap ancaman perdamaian dan perbuatan yang berarti penyerangan.
        Memelihara perdamaian dan keamanan internasionaal selaras dengan azas-azas dan tujuan PBB.
        Menyelidiki tiap-tiap persengketaan atau situasi yang dapat menimbulkan pergeseran internasional
        Mengusulkan metode-metode untuk menyelesaikan sengketa-sengketa yang demikian atau syarat penyelesaian.
        Merumuskan rencana-rencana untuk menetapkan suatu sistem mengatur persenjataan
        Menentukan adanya suatu ancaman terhadap perdamaian atau tindakan agresi dan mengusulkan tindakan apa yang harus diambil
        Menyerukan untuk mengadakan sanksi-sanksi ekonomi dan tindakan lain yang bukan perang untuk mencegah atau menghentikan aggressor
        Mengadakan aksi militer terhadap seorang aggressor
        Mengusulkan pemasukan anggota-anggota baru dan syarat-syarat dengan negara-negara mana yang dapat menjadi pihak dalam setatus mahkamah internasional
        Melaksanakan fungsi-fungsi perwakilan PBB di daerah “strategis”.
        Mengusulkan kepada majelis umum pengangkatan seorang sekretaris jendral, dan bersama–sama dengan majelis umum, pengangkatan para hakim dari mahkamah internasional
        Menyampaikan laporan tahunan kepada majelis umum
    Dalam menjalankan tugasnya, Dewan Keamanan dibantu badan-badan dan program khusus seperti :
    UNIFIL    : Pasukan sementara PBB di Libanon
    UNIIMOG    : Pasukan peninjau militer di Iran-Irak
    UNTAC     : Pasukan sementara di Kamboja

    3.    Dewan Ekonomi dan Sosial Perserikatan bangsa-bangsa
    Dewan Ekonomi dan Sosial (Ecosoc) mempunyai angota 54 negar. Dewan ini bersidang sekurang – kurangnya 3 kali setahun di New York atau di tempat lain yang ditentukan.
         Tugas Dewan Ekonomi dan Sosial :
        Mengadakan penyelidikan dan menyusun laporan tentang soal-soal ekonomi, sosial, pendidikan, dan kesehatan di seluruh dunia
        Membuat rencana perjanjian tentang soal tersebut dengan negara-negara anggota untuk diajukan kepada Majelis Umum
        Mengadakan pertemuan-pertemuan internasional tentang hal-hal yang termasuk tugas dan wewenangnya.
    Dalam menjalankan tugasnya, Dewan Ekonomi dan Sosial ini dibantu oleh badan-badan khusus seperti :
    o    FAO (Food and Agriculture Organisation) = Organisasi Pangan dan Pertanian
    o    WHO (World Health Organisation) = Organisasi Kesehatan Sedunia
    o    ILO (International Labour Organisation) = Organisasi Buruh Internasional
    o    IMF (International Monetary Fund) = Dana Moneter Internasional
    o    IAEA (International Atomic Energi Agency) = Badan Tenaga Atom Internasional
    o    IBRD (International Bank for Reconstrustion and Development) = Bank Internasional untuk Pembangunan dan Rekonstruksi
    o    UPU (Universal Postal Union)Perhimpunan Pos Sedunia
    o    ITU (International Telecommunication Union)Persatuan Telekomunikasi Internasional
    UNHCR (United Nation High Commissioner for Refugees)Organisasi PBB yang mengurus para pengungsi
    o    UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultuural Organisation-Organisasi PBB untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan
    UNICEF (United Nations Children Fund)Badan PBB yang mengurusi anak-anak
    o    GATT Persetujuan tentang tarif dan perdagangan.

    4.    Dewan Perwalian PBB
    Perwalian PBB adalah suatu sistem perwalian internasional lebih jauh telah didirikan oleh anggota PBB untuk mengatur pemerintah daerah-daerah yang ditempatkan di bawah pengawasan PBB melalui persetujuan-persetujuan perwalian individual. (daerah-daerah yang demikian oleh karena itu disebut “daerah-daerah perwalian”).
         Tujuan
    a.    memelihara perdamaian dan keamanan internasional
    b.    mengusahakan kemajuan penduduk daerah perwalian agar mereka mencapai pemerintahan sendiri atau kemerdekaan
    c.    memberi dorongan agar mengakui dan menghormati hak-hak manusia dari rakyat-rakyat di dunia
    d.    memastikan perlakuan yang sama di daerah perwalian dalam persoalan-persoalan sosial, ekonomi, dan komersial untuk semua anggota PBB dan kebangsaan-kebangsaan mereka, serta perlakuan yang sama bagi kebangsaan semua anggota dalam mengatur keadilan di daerah-daerah yang di ambil dari negara-negara musuh akibat perang dunia kedua dan lain-lain yang secara sukarela ditempatkan dibawah sistem perwalian. Tidak satu pun negara yang menjadi anggota PBB dapat diatur pemerintahannya dibawah sistem perwalian.
         Tugas dan hak Dewan Perwalian
    Dewan Perwalian bertugas untuk menjalankan kewajiban Majelis Umum dalam hal-hal yang berhubungan dengan daerah-daerah perwalian, kecuali daerah-daerah strategis yang diurus oleh Dewan Keamanan. Atas dasar penyerahan kuasa itu Dewan Perwalian diberi hak untuk :
        Menimbang laporan-laporan yang disampaikan oleh negara-negara penguasa
        Menerima surat-surat permintaan lalu menyelidikinya secara bersamaan dengan negara-negara penguasa
        Menyelenggarakan kunjungan berkala ke masing-masing daerah perwalian yang disetujui oleh Negara penguasa
        Menjalankan pekerjaan-pekerjaan dengan syarat-syarat persetujuan perwalian.
         Keanggotaan
    Dewan Perwalian terdiri dari 3 golongan anggota ,yaitu :
        Anggota-anggota yang menguasai daerah perwalian
        Anggota-anggota tetap dewan keamanan yang tidak menguasai daerah perwakilan (Rusia dan Tiongkok)
    Sejumlah anggota yang dipilih untuk 3 tahun oleh majelis umum sehingga anggota-anggota yang memegang perwalian sama banyaknya dengan anggota-anggota yang tidak memegang perwalian
    Sekretariat PBB adalah salah satu badan utama dari PBB dan dikepalai oleh seorang Sekretaris Jendral PBB, dibantu oleh seorang staff pembantu pemerintah sedunia. Badan ini menyediakan penelitian, informasi, dan fasilitas yang dibutuhkan oleh PBB untuk rapat-rapatnya. Badan ini juga membawa tugas seperti yang diatur oleh Dewan Keamanan PBB, Sidang Umum PBB, Dewan Ekonomi dan Sosial PBB dan badan PBB lainnya. Piagam PBB menyediakan para staff dipilih berdasarkan aplikasi standar efisiensi, kompeten, dan integritas tertinggi, dikarenakan kepentingan mengambil dari tempat geografi yang luas.
    5.    Sekretaris Jendral
    Secretariat PBB bertugas melayani badan – badan PBB lainnya serta melaksanakan program – programmnya.

         Sekretaris PBB terdiri atas.
    •    Sekretariat Jenderal sebagai pemimpin yang dipilih dalam sidang Majelis Umum dengan rekomendasi dari Dewan Keamanan. Masa tugas Sekretaris Jenderal 5 tahun dan dapat dipilih kembali
    •    Wakil Sekretatias Jendral atau under secretary sebanyak 8 orang.
    •    Staf

         Tujuan Utama Sekretaris Jenderal PBB :
        Melaksanakan tugas – tugas administratif PBB, dan melaksanakan program – program dan kebijaksanaan badan – badan di lingkungan PBB;
        Membuat laporan tahunan kepada Majelis Umum PBB mengenai seluruh kegiatan PBB;
        Meminta kepada Dewan Keamanan unuk memperhatikan masalah yang menurut Sekretaris Jenderal PBB dapat menimbulkan gejolak yang mengancam Perdamaian dan keamanan dunia.
         Nama Sekretaris Jenderal PBB dari masa ke masa :
        Sir Gladwyn Jeb (1945-1946)
        Trygve Lie, Norwegia (1945-1953)
        Dag Hammarskjöld, Swedia (1953-1961)
        U Thant, Burma (1961-1971)
        Kurt Waldheim, Austria (1972-1981)
        Javier Pérez de Cuéllar, Peru (1982-1991)
        Boutros Boutros-Ghali, Mesir (1992-1996)
        Kofi Annan, Ghana (1997-2006) perkiraan tanggal pension
        Ban Ki-moon, Korea Selatan (2007-sekarang)

    6.    Mahkamah Internasional
    Mahkamah Internasional (International Court of Justice) berkedudukan di Den Haag, Belanda . Mahkamah merupakan badan kehakiman yang terpenting dalam PBB . Dewan keamanan dapat menyerahkan suatu sengketa hukum kepada mahkamah, majelis umum dan dewan keamanan dapat memohon kepada mahkamah nasehat atas persoalan hukum apa saja dan organ-organ lain dari PBB serta badan-badan khusus apabila pendapat wewenang dari majelis umum dapat meminta nasehat mengenai persoalan-persoalan hukum dalam ruang lingkup kegiatan mereka. Majelis umum telah memberikan wewenang ini kepada dewan ekonomi dan sosial, dewan perwakilan, panitia interim dari majelis umum , dan beberapa badan-badan antar pemerintah.
         Tugas Mahkamah Internasional PBB :
    1.    Memeriksa perselisihan di antara negara – negara anggota PBB yang diserahkan kepadanya;
    2.    Memberikan pendapat kepada Majelis Umum PBB, tentang penyeleseian sengketa di antara negara – negara anggota PBB;
    3.    Mendesak Dewan Keamanan untuk bertindak terhadap salah satu pihak yang berselisih apabila Negara tersebut tidak menghiraukan keputusan – keputusan Mahkamah Internasional;
    4.    Memberi nasihat tentang persoalan hokum kepada Majelis Umum dan Dewan Keamanan
         Keanggotaan
        Mahkamah terdiri dari lima belas hakim, yang dikenal sebagai ”anggota” mahkamah. Mereka dipilih oleh majelis umum dan dewan keamanan yang mengadakan pemungutan suara secara terpisah. Hakim-hakim dipilih atas dasar kecakapan mereka, bukan atas dasar kebangsaan akan tetapi diusahakan untuk menjamin bahwa sistem-sistem hukum yang terpenting didunia diwakili oleh mahkamah. Tidak ada dua hakim yang menjadi warga negara dari negara yang sama. Hakim-hakim memegang jabatan selama waktu sembilan tahun dan dapat dipilih kembali mereka tidak dapat menduduki jabatan lain selama masa jabatan mereka. Semua persoalan-persoalan diputuskan menurut suatu kelebihan dari hakim-hakim yang hadir, dan jumlah sembilan merupakan quorumnya. Apabila terjadi seri, maka ketua mahkamah mempunyai suara yang menentukan.

    BAB III

    PENUTUP


    A. KESIMPULAN

    Dengan demikian kita telah mengetahui berbagai aspek mengenai Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) Murupakan organisasi internasional yang terbesar dari segi jumlah anggotanya. Dan memiliki fungsi yang sangat strategis dan kehidupan berbangsa.Yang dalam proses pendirinyannya memiliki jalan panjang. Dan keberadaan PBB di tengah gelojak dunia sangat membantu untuk menyelesaiakan berbagi masalah di dunia ini seperti politik, sosial, budaya, dan sebagainya.

    Juga  fungsi serta tugas dari organisasi PBB dapat  dengan nyata kita rasakan di seluruh dunia seperti ketika bencana gempa dan tsunami yang melanda aceh dan nias. Dan juga proses perdamaian di berbagai belahan dunia lainnya.

    Tapi disisi lain kita terdapat fakta yang mencegangkan yaitu pengaruh zionisme di PBB. Mulai dari lambang, keanggotaan,dan pengambilan keputusan oleh PBB yang sangat menguntungkan negara maju  dan membebani negara negara berkembang seperti pinjaman IMF dan sebagainya.

    Kuatnya pengaruh zionis di PBB dapat kita liat pada saat agresi militer Israel ke Jalur Gaza, Palestina yang mempora-porandakan daerah itu. Dengan apa yang telah di lakukan oleh negara yahudi tersebut  PBB tidak memberi sanksi yang tegas terhadap Israel yang jelas-jelas merusak perdamaian dunia.

    Itulah PBB, kehadirannya sangat dibutuhkan oleh semua negara di dunia ini tapi disisi lain ketidak netralan PBB dalam mengambil setiap tindakan yang menyangkut tentang permasalahan dunia ini juga menjadi momok yang merugikan bagi sebagian negara.


    B. SARAN

    Bertolak dari peran PBB yang telah banyak memberikan sumbangsih, penyusun memberikan saran agar PBB terus mengupayakan agar masalah-masalah yang terjadi di Indonesia dan dunia pada umumnya dapat terselesaikan. Terkhusus kepada Palestina yang dijajah oleh Israel serta negara yang masih tersiksa demi menuju kedamaian antar Negara didunia.

    DAFTAR PUSTAKA

    Abubakar,Drs. H. Suardi,dkk.2007.Kewarganegaraan 2 Menuju Masyarakat Madani kelas XI.Jakarta:PT Ghalia Indonesia.

    Lemhanas,2001. Pendidikan Kewarganegaraan.Jakarta :PT Gramedia Pustaka Utama.

    H.S. Sunardi, Tri Purwanto Bambang.2012.Membangun Wawasan Kewarganegaraan 2. Solo. PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.

  • Makalah Pembantaian Westerling Sulawesi Selatan dan Monumen Korban 40.000 Jiwa

    Pembantaian Westerling Sulawesi Selatan

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Setelah berhasil mengalahkan Jepang, Komando Sekutu Asia Tenggara di Singapura mengutus tujuh perwira Inggris di bawah pimpinan Mayor A.G. Greenhalgh untuk datang ke Indonesia. Mereka tiba di Indonesia pada 8 September 1945 dengan tugas mempelajari dan melaporkan keadaan di Indonesia menjelang pendaratan rombongan Sekutu.

    Pada 16 September 1945 rombongan perwakilan Sekutu mendarat di Tanjung Priok (Jakarta) dengan menggunakan kapal Cumberland. Rombongan ini dipimpin Laksamana Muda W.R. Patterson. Dalam rombongan ini ikut pula C.H.O. Van der Plas yang mewakili Dr. H.J. van Mook, kepala NICA. Sekutu menugaskan sebuah komando khusus untuk mengurus Indonesia dengan nama Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI).

    1. Melucuti dan memulangkan tentara Jepang.
    2. Memulihkan keamanan dan ketertiban.
    3. Mencari dan mengadili para penjahat perang.

    AFNEI mulai mendaratkan pasukannya di Jakarta pada 29 September 1945. pasukan ini hanya bertugas di Sumatra dan Jawa, sedangkan daerah Indonesia lainnya diserahkan kepada Angkatan Perang Australia.

    Kedatangan pasukan Sekutu ke Indonesia semula mendapat sambutan baik. Akan tetapi, setelah diketahui mereka datang disertai orang-orang NICA, sikap bangsa Indonesia berubah menjadi penuh kecurigaan dan bahkan akhirnya bermusuhan. Bangsa Indonesia mengetahui bahwa NICA berniat menegakkan kembali kekuasaannya. Situasi berubah memburuk manakala NICA mempersenjatai kembali bekas anggota Koninklijk Nederlands Indies Leger (KNIL). Satuan-satuan KNIL yang telah dibebaskan Jepang kemudian bergabung dengan tentara NICA. Di berbagai daerah, NICA dan KNIL yang didukung Inggris (Sekutu) melancarkan provokasi dan melakukan teror terhadap para pemimpin nasional sehingga pecahlah berbagai pertempuran di daerah-daerah, salah satunya Ambarawa.

    khusus yang dipimpin Letjen. Sir Philip Christison ini mempunyai tugas sebagai berikut:

    1. Menerima penyerahan kekuasaan dari tangan Indonesia.
    2. Membebaskan para tawanan perang dan interniran Sekutu.

    B. Rumusan Masalah

    1. Apa Latar Belakang Keajadian Peristiwa Pembantaian Westerling ?
    2. Dari manakah Angka 40.000 Jiwa tersebut ?
    3. Bagaimana Kronologi Peristiwa Westerling ?

    Bab II. Pembahasan

    Perjuangan heroik rakyat Indonesia dalam mempertahankan dan memperjuangkan Kemerdekaannya sungguh tidak bisa diabaikan begitu saja, mereka bahu membahu dengan segala golongan, mulai dari petani, pedagang, guru, hingga para pelajar bersama dengan tentara tanpa mengenal rasa lelah, takut serta kelaparan berjuang menghadapi desingan peluru serta berondongan persenjataan modern milik para penjajah. Sungguh perjuangan yang sangat menguras tenaga dan airmata, mengorbankan segalanya baik nyawa ataupun harta. Beribu bahkan berjuta nyawa rakyat Indonesia melayang demi kemerdekaan bangsa ini, mereka rela menyerahkan nyawanya menjadi martir demi anak cucunya nanti.

    Seperti yang terjadi di 13 daerah : Makassar, Gowa, Takalar, Jeneponto, Bantaeng, Bulukumba, Sinjai, Maros, Pangkajene, Barru, Sidenreng Rappang, Pinrang, Polewali, dan Mandar di Sulawesi Selatan, dimana rakyat beserta tentara Indonesia berjuang mempertahankan daerahnya dari cengkeraman tentara sekutu yang mencoba membebaskan para tahanan tentara Belanda ( NICA ) yang dikenal sebagai Peristiwa Pembantaian Westerling atau peristiwa Korban 40.000 jiwa.

    A. Latar Belakang

    Peristiwa bersejarah ini, diawali kedatangan sebanyak 123 tentara pasukan Depot Speciale Troepen dipimpin Kapten Westerling, 5 Desember 1946 di kota Makassar. Pasukan yang ditempatkan di kamp militer Mattoangin itu merupakan tentara pembunuh terlatih. Diperintahkan pemimpin militer Belanda membantu tentara NICA (Nederlands Indisch Civil Administration) yang mendapat perlawanan pejuang dan rakyat di Sulsel.

    Tentara NICA/Belanda sudah terlebih dahalu mendarat bersama tentara sekutu, 23 September 1945 di Kota Makassar. Dimaksudkan bertugas membantu membebaskan tawanan perang dan melucuti tentara Jepang di Sulsel, setelah dinyatakan kalah perang. Akan tetapi, dalam kenyataan kehadiran tentara NICA membonceng tentara Sekutu justeru berupaya melakukan pendudukan dan penguasaan wilayah di Sulsel dalam suasana Indonesia saat itu baru saja menyatakan kemerdekaan, 17 Agustus 1945. Mereka mendapat perlawanan dari para pejuang dan rakyat di Sulsel dan semua daerah yang kini masuk wilayah Provinsi Sulawesi Barat.

    Setelah tentara NICA mendapat bantuan dari Westerling dan pasukannya, keinginan penguasaan Belanda terhadap wilayah Indonesia khusunya di Sulsel makin tampak. Gubernur Jenderal Belanda mengeluarkan surat keputusan No.1 Stbl. No.139 Tahun 1946, menyatakan Keadaan Darurat Perang (SOB) mulai 11 Desember 1946 di seluruh wilayah Sulsel, termasuk yang kini telah menjadi bagian dari Provinsi Sulawesi Barat. Padahal setahun sebelumnya, 17 Agustus 1945, atas nama bangsa Indonesia, Soekarno – Hatta Indonesia telah menyatakan Proklamasi kemerdekaan Indonesia.

    B. Angka Korban

    Sesungguhnya banyak yang meragukan jumlah korban pembantaiam ala Westerling itu benar-benar mencapai 40 ribu jiwa. Prof. Dr. Rasyid Asba, guru besar ilmu sejarah di Universitas Hasanuddin, meragukan angka korban sebesar 40 ribu jiwa itu bukanlah angka yang sebenarnya. Menurutnya, klaim korban 40 ribu jiwa itu berasal dari Kahar Muzakkar, tokoh DI-TII   saat masih menjadi ajudan Bung Karno tahun 1947. Saat itu, Bung Karno mengajak bangsa Indonesia berduka atas tewasnya 40 penumpang kereta akibat tindakan Belanda. Kahar pun mengomentari pernyataan Bung Karno itu dengan melaporkan bahwa tak begitu lama dari persitiwa kecelakaan kereta api itu, di Sulsel juga terjadi pembantaian oleh Westerling dengan angka korban mencapai 40 ribu jiwa. Saat itu Kahar Muzakkar protes karena  peristiwa memilukan ini tidak mendapat perhatian pemerintah pusat dan tidak dijadikan hari berkabung nasional.

    Prof Salim Said, seorang analis militer, ketika mewancarai Kapten Westerling pada tahun 1969, menyebut angka 40 ribu jiwa itu sebagai “klaim politik” Kahar Muzakkar. Salim Said menyamakan klaim politik Kahar Muzakkar itu dengan klaim bohong bahwa Indonesia dijajah Belanda selama 350 tahun lamanya. Westerling sendiri, dalam pengakuannya kepada Salim Said, mengaku jumlah korban hanya 463 orang. Meski demikian pada tahun 1947, delegasi Republik Indonesia menyampaikan klaim resmi ke Dewan Keamanan PBB mengenai aksi kebrutalan Belanda dalam agresi Militernya, bahwa jumlah korban pembantaian terhadap Sulsel oleh Westerling mencapai 40.000 jiwa. Tak urung hal ini menimbulkan kegaduhan internasional sampai pemerintah Belanda perlu untuk menurunkan tim investigasi tahun 1969 dan menyatakan bahwa korban hanya sekitar angka 3.000 rakyat Sulawesi yang dibantai oleh Pasukan Khusus pimpinan Westerling Angka 40.000 jiwa sejatinya memiliki keganjilan. Prosesi pembantaian Westerling yang dimulai pada subuh hari tanggal 11 Desember 1946 di desa Batua Makassar, dari 3000 jiwa yang dikumpulkan di lapangan terbuka, ada 44 lelaki yang dianggap “teroris” kemudian dieksekusi di tempat, termasuk 9 pemuda yang mencoba melarikan diri. Dua hari kemudian, 12-13 desember 1946 korban Westerling bertambah 81 orang, dengan menembaki membakar hangus desa-desa di Tanjung Bunga dan sekitarnya. Tanggal 14-15 desember 1946, ada 23 orang dibunuh oleh tentara Westerling, kemudian tanggal 16-17 desember 1946 ada 33 penduduk Sulsel yang dianggap gerilyawan dibunuh . Yang paling parah adalah periode dari tanggal 26 Desember 1946 hingga 3 Januari 1947, ada 257 orang yang dibunuh pasukan DST pimpinan Westerling di daerah Gowa.

    Aksi Westerling baru berakhir di 16-17 Februari 1947 di Mandar dengan korban 364 jiwa, dan benar-benar berhenti tanggal 21 Februari 1947 dimana Belanda kemudian menarik penuh pasukan DST dari Sulawesi Selatan, lebih dikarenakan bnerita kebrutalan pasukan ini sudah menyebar luas ke luar negeri. Kalau dihitung rata-rata korban perhari yang dibunuh Westerling, tarohlah sekitar 40-100 orang perhari, maka dari tanggal 11-Desember 1946 hingga 17 Februari 1947 yang memiliki rentang 68 hari sekira tanpa jeda, Westerling telah membunuh rakyat Sulawesi Selatan sekitar 2700 – 6800 jiwa. Angka ini jauh dari anggapan yang diyakini  masyarakat saat ini dan kemudian dicetak resmi dalam buku-buku sejarah: 40,000 jiwa!
    Berbeda dengan versi buku sejarah Indonesia yang menyebut jumlah korban pembantaian Westerling di Sulawesi Selatan tahun 1946-1947 sekitar 40,000 jiwa, pemerintah Belanda sendiri menengarai jumlah korban ‘hanya’ sejumlah antara 3000-5000 jiwa. Westerling sendiri dalam memoir nya di dua buku, otobiografi berjudul Memoires yang terbit tahun 1952, dan De Eenling yang terbit tahun 1982, hanya menyebutkan jumlah korban sekitar 400-600 jiwa. Menurut Petrik Matanasi, sejarahwan yang menetap di Yogyakarta, korban Westerling dalam peristiwa Pembantaian di Sulsel hanya berkisar pada ribuan dan tidak sampai puluhan ribu.

    C. Kronologi Peristiwa

     Keesokan harinya, 11 Desember 1946, seperti dicatat dalam Sejarah Perjuangan Angkatan 45 di Sulsel, di kampung Kalukuang, sekarang lokasi Monumen Peristiwa Korban 40.000 Jiwa, dan sekitarnya. Semua penduduk dewasa pria kembali dikumpulkan di lapangan, tanpa terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan semua lalu ditembak mati. Pembunuhan dipimpin langsung oleh Westerling.

    Hari-hari selanjutnya, Westerling bersama pasukannya kemudian bergerak ke berbagai daerah di Sulsel, melakukan pembunuhan terhadap pejuang dan rakyat dengan alasan melakukan pembersihan terhadap kaum pemberontak.

    Pendiri Badan Perjuangan Rakyat Republik Indonesia (BPRI) Parepare tahun 1945, Andi Abdullah Bau Masseppe yang kini telah ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia, menjadi salah satu dari korban pembunuhan sadis yang dilakukan oleh Westerling dan pasukannya.

    Bau Massepe bersama sejumlah pejuang ditembak mati oleh pasukan Westerling pada 2 Pebruari 1947 di Pinrang. Setelah sebelumnya pasukan Belanda melakukan pembakaran rumah dan penembakan terhadap banyak rakyat di Suppa, Pinrang.

    Pimpinan Gerakan Pemuda Tanete (GPT) di Barru, Andi Abdul Muis La Tenridolong yang juga kala itu digiring bersama Andi Abdullah Bau Massepe oleh pasukan Westerling ke Pinrang, sampai saat ini tidak diketahui dimana pusaranya.

    Tak mau ditangkap pasukan Westerling, Emmy Sailan meledakkan granat yang menyebabkan dirinya ikut gugur pada 22 Januari 1947 di Kampung Kassi-kassi, Makassar.

    Panglima Kelasykaran Lapris Ranggong Dg Romo (kini juga sudah ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional) gugur bersama pasukannya 28 Pebruari 1947 ketika melawan pasukan Westerling di Langgese.

    Markas Daerah Legiun Veteran RI Sulsel mencatat, Nica melakukan gerakan pembantaian di Tanjung Bunga, Jongaya (12 Desember 1946). Di utara menuju Maros (16 Desember 1946). Di Polombangkeng, Bontonompo, Palleko, Barombong (19 Desember 1946). Di Moncong Loe (26 Desember 1946), dan di Jeneponto, Taroang, Arungkeke (30 Desember 1946).

    Pembantaian terhadap pejuang dan rakyat Sulsel dilakukan Nica 3 Januari 1947 di Bulukumba. Kemudian, 9 Januari 1947 di Barrang Lompo, Barrang Caddi, dan Tana Keke. Di Parepare, Kampung Kulo, Rappang, 14 Januari 1947. Di Barru, dan Bacukiki, Parepare 16 Januari 1947. Di Takkalasi, Barru 17 Januari 1947. Di Parepare, Suppa, dan Kariango, Pinrang 19 Januari 1947. Di Kampung Majannang 20 Januari 1947. Di Suppa, Pinrang 22 Januari 1947. Di sepanjang pesisir melalui laut 23 – 28 Januari 1947. Di kampung Ballero dan Kualle, di Majene (kini sudah bagian dari Provinsi Sulbar) 1 Pebruari 1947. Di kampung Galung Lombok, Tinambung (sekarang Sulbar) 5 Pebruari 1947. Di kampung Lisu Tanete, Barru, 7 Pebruari 1947.

    Masing-masing daerah di Sulselbar punya catatan tentang perjuangan dan korban kebrutalan Westerling bersama pasukannya. Korban aksi tak berperikemanusian yang berlangsung hingga Mei 1947 di Sulsel, jumlahnya ada yang menyebut lebih dari 60.000 jiwa.

    Bab III. Penutup

    A. Kesimpulan

    Perjuangan rakyat Sul – sel sudah mencerminkan sikap nasionalisme, yang dimana mereka rela mati demi Negaranya yaitu Indonesia. Diceritkan bahwa telah terjadi pembantaian di Sul – sel yang membunuh rakyat secara massal dengan  Jumlah korban yang mencapai ribuan tersebut yang dilakukan oleh Raymond Pierre Paul Westerling. Pembantaian yang dilakukan selama kurang lebih 3 bulan ( 11 Desember 1946 – 21 Februari 1947) dengan rentang 72 hari tersebut.Demi menarik simpati Presiden Soekarno, Kahar Muzakkar mengklaim bahwa jumlah korban mencapai 40.000 .

    Saat itu, Bung Karno mengajak bangsa Indonesia berduka atas tewasnya 40 penumpang kereta akibat tindakan Belanda. Kahar pun mengomentari pernyataan Bung Karno itu dengan melaporkan bahwa tak begitu lama dari persitiwa kecelakaan kereta api itu, di Sulsel juga terjadi pembantaian oleh Westerling dengan angka korban mencapai 40 ribu jiwa.

    Saat itu Kahar Muzakkar protes karena  peristiwa memilukan ini tidak mendapat perhatian pemerintah pusat dan tidak dijadikan hari berkabung nasional. Meski demikian pada tahun 1947, delegasi Republik Indonesia menyampaikan klaim resmi ke Dewan Keamanan PBB mengenai aksi kebrutalan Belanda dalam agresi Militernya, bahwa jumlah korban pembantaian terhadap Sulsel oleh Westerling mencapai 40.000 jiwa. Tak urung hal ini menimbulkan kegaduhan internasional sampai pemerintah Belanda perlu untuk menurunkan tim investigasi tahun 1969 dan menyatakan bahwa korban hanya sekitar angka 3.000 rakyat Sulawesi yang dibantai oleh Pasukan Khusus pimpinan Westerling. Meski demikian, berapapun angka tepatnya korban yang jatuh di masa keberingasan Westerling tahun 1946-1947 di Sulawesi- Selatan, tetap bahwa peristiwa itu merupakan lembaran kelam sejarah penjajahan Belanda di Indonesia.

    Kekacauan pemerintahan dan dibiarkannya hukum rimba berlaku saat itu mengakibatkan seorang jagal bernama Westerling leluasa membunuh penduduk sipil tanpa didahului proses pengadilan yang benar. Rakyat Indonesia, khususnya keluarga korban pembantaian Westerling berhak untuk mendapatkan keadilan dari pemetintah Belanda, yang hingga saat ini sepertinya menganggap bahwa kekejaman Westerling dapat dimaklumi karena dalam keadaan darurat perang. Karenanya, pengadilan Belanda di tahun 1954 menyatakan Westerling tidak menanggung kesalahan apapun atas perbuatannya semasa perang. Untuk mengenang peristiwa tersebut, rakyat Sul – sel menjadikan tanggal 11 Desember sebagai hari pengorbanan

    B. Saran

    Seharusnya para penulis sejarah berhati-hati merilis angka korban, dan berusaha bijak dalam memaparkannya. Angka 40ribu jiwa memang akan mengoyak sisi emosionalitas dan menjadi perekat masyarakat Indonesia di masa-masa awal perjuangan, tapi apakah angka itu juga ampuh menarik simpati generasi muda yang lahir puluhan tahun kemudian? Alih-alih menimbulkan simpati pada generasi muda, mereka yang kritis dan tak begitu punya keterkaitan emosional pasti akan semakin menganggap bahwa kejadian itu hanya mitos yang tak punya dasar sejarah yang jelas.

    DAFTAR PUSTAKA
    http://id.wikipedia.org/wiki/Raymond_Westerling
    http://www.tuanguru.com/2011/12/peristiwa-korban-40000-jiwa-di-sulsel.html
    http://sejarahbangsaindonesia.blogdetik.com
    http://www.daengrusle.net/menakar-jumlah-korban-westerling/

  • Jenis-Jenis Validitas Instrumen

    Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar 1986).Suatu skala atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila instrumen tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Sedangkan tes yang memiliki validitas rendah akan menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran.

    Validitas tes biasa juga disebut sebagai kesahihan suatu tes adalah mengacu pada kemampuan suatu tes untuk mengukur karakteristik atau dimensi yang dimaksudkan untuk diukur. Sedangkan reliabilitas atau biasa juga disebut sebagai kehandalan suatu tes mengacu pada derajat suatu tes yang mampu mengukur berbagai atribut secara konsisten (Brennan, 2006). Konstruksi tes yang baik harus memenuhi kedua syarat tersebut, sehingga tes itu mampu memberikan gambaran yang sebenarnya terhadap kondisi testee (siswa) yang diuji.

    Sifat valid diperlihatkan oleh tingginya validitas hasil ukur suatu tes. Suatu alat ukur yang tidak valid akan memberikan informasi yang keliru mengenai keadaan subjek atau individu yang dikenai tes itu. Apabila informasi yang keliru itu dengan sadar atau tidak dengan sadar digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan suatu keputusan, maka keputusan itu tentu bukan merupakan suatu keputusan yang tepat.

    Pengertian validitas juga sangat erat berkaitan dengan tujuan pengukuran. Oleh karena itu, tidak ada validitas yang berlaku umum untuk semua tujuan pengukuran. Suatu alat ukur biasanya hanya merupakan ukuran yang valid untuk satu tujuan yang spesifik. Dengan demikian, anggapan valid seperti dinyatakan dalam “alat ukur ini valid” adalah kurang lengkap. Pernyataan valid tersebut harus diikuti oleh keterangan yang menunjuk kepada tujuan (yaitu valid untuk mengukur apa), serta valid bagi kelompok subjek yang mana? Istilah validitas ternyata memiliki keragaman kategori. Ebel (dalam Nazir 1988) membagi validitas menjadi concurrent validity, construct validity, face validity, factorial validity, empirical validity, intrinsic validity, predictive validity, content validity, dan curricular validity.

    – Concurrent Validity adalah validitas yang berkenaan dengan hubungan antara skor dengan kinerja.
    – Construct Validity adalah validitas yang berkenaan dengan kualitas aspek psikologis apa yang diukur oleh suatu pengukuran serta terdapat evaluasi bahwa suatu konstruk tertentu dapat dapat menyebabkan kinerja yang baik dalam pengukuran.
    – Face Validity adalah validitas yang berhubungan apa yang nampak dalam mengukur sesuatu dan bukan terhadap apa yang seharusnya hendak diukur.
    – Factorial Validity dari sebuah alat ukur adalah korelasi antara alat ukur dengan faktor-faktor yang yang bersamaan dalam suatu kelompok atau ukuran-ukuran perilaku lainnya, dimana validitas ini diperoleh dengan menggunakan teknik analisis faktor.
    – Empirical Validity adalah validitas yang berkenaan dengan hubungan antara skor dengan suatu kriteria. Kriteria tersebut adalah ukuran yang bebas dan langsung dengan apa yang ingin diramalkan oleh pengukuran.
    – Intrinsic Validity adalah validitas yang berkenaan dengan penggunaan teknik uji coba untuk memperoleh bukti kuantitatif dan objektif untuk mendukung bahwa suatu alat ukur benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur.
    – Predictive Validity adalah validitas yang berkenaan dengan hubungan antara skor suatu alat ukur dengan kinerja seseorang di masa mendatang.
    – Content Validity adalah validitas yang berkenaan dengan baik buruknya sampling dari suatu populasi.
    – Curricular Validity adalah validitas yang ditentukan dengan cara menilik isi dari pengukuran dan menilai seberapa jauh pengukuran tersebut merupakan alat ukur yang benar-benar mengukur aspek-aspek sesuai dengan tujuan instruksional.

    Sementara itu, Kerlinger (1990) membagi validitas menjadi tiga yaitu content validity (validitas isi), construct validity (validitas konstruk), dan criterion-related validity (validitas berdasar kriteria). Semua jenis kesahihan harus diperhatikan untuk semua jenis tes, hanya penekanan yang berbeda. Tes psikologi menekankan pada konstruksi tes, tes pencapaian belajar menekankan pada kesahihan isi, sedangkan tes seleksi menekankan pada kesahihan kriteria, terutama pada kesahihan prediktif.

    Pada pembahasan ini, akan dititik beratkan pada validitas ini, karena akan berbicara tentang tes hasil belajar. Validitas isi merupakan validitas yang diperhitumgkan melalui pengujian terhadap isi alat ukur dengan analisis rasional. Pertanyaan yang dicari jawabannya dalam validasi ini adalah “sejauhmana item-item dalam suatu alat ukur mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur oleh alat ukur yang bersangkutan?” atau berhubungan dengan representasi dari keseluruhan kawasan.

    Pengertian “mencakup keseluruhan kawasan isi” tidak saja menunjukkan bahwa alat ukur tersebut harus komprehensif isinya akan tetapi harus pula memuat hanya isi yang relevan dan tidak keluar dari batasan tujuan ukur. Walaupun isi atau kandungannya komprehensif tetapi bila suatu alat ukur mengikutsertakan pula item-item yang tidak relevan dan berkaitan dengan hal-hal di luar tujuan ukurnya, maka validitas alat ukur tersebut tidak dapat dikatakan memenuhi ciri validitas yang sesungguhnya.

    Apakah validitas isi sebagaimana dimaksudkan itu telah dicapai oleh alat ukur, sebanyak tergantung pada penilaian subjektif individu. Dikarenakan estimasi validitas ini tidak melibatkan komputasi statistik, melainkan hanya dengan analisis rasional maka tidak diharapkan bahwa setiap orang akan sependapat dan sepaham dengan sejauhmana validitas isi suatu alat ukur telah tercapai.

    Selanjutnya, validitas isi ini terbagi lagi menjadi dua tipe, yaitu face validity (validitas muka) dan logical validity (validitas logis). Face Validity (Validitas Muka). Validitas muka adalah tipe validitas yang paling rendah signifikasinya karena hanya didasarkan pada penilaian selintas mengenai isi alat ukur. Apabila isi alat ukur telah tampak sesuai dengan apa yang ingin diukur maka dapat dikatakan validitas muka telah terpenuhi.

    Dengan alasan kepraktisan, banyak alat ukur yang pemakaiannya terbatas hanya mengandalkan validitas muka. Alat ukur atau instrumen psikologi pada umumnya tidak dapat menggantungkan kualitasnya hanya pada validitas muka. Pada alat ukur psikologis yang fungsi pengukurannya memiliki sifat menentukan, seperti alat ukur untuk seleksi karyawan atau alat ukur pengungkap kepribadian (asesmen), dituntut untuk dapat membuktikan validitasnya yang kuat.

    Logical Validity (Validitas Logis). Validitas logis disebut juga sebagai validitas sampling (sampling validity). Validitas tipe ini menunjuk pada sejauhmana isi alat ukur merupakan representasi dari aspek yang hendak diukur. Untuk memperoleh validitas logis yang tinggi suatu alat ukur harus dirancang sedemikian rupa sehingga benar-benar berisi hanya item yang relevan dan perlu menjadi bagian alat ukur secara keseluruhan.
    Suatu objek ukur yang hendak diungkap oleh alat ukur hendaknya harus dibatasi lebih dahulu kawasan perilakunya secara seksama dan konkrit. Batasan perilaku yang kurang jelas akan menyebabkan terikatnya item-item yang tidak relevan dan tertinggalnya bagian penting dari objek ukur yang seharusnya masuk sebagai bagian dari alat ukur yang bersangkuatan. Validitas logis memang sangat penting peranannya dalam penyusunan tes prestasi dan penyusunan skala, yaitu dengan memanfaatkan blue-print atau tabel spesifikasi.

    Bila skor pada tes diberi lambang x dan skor pada kriterianya mempunyai lambang y maka koefisien antara tes dan kriteria itu adalah rxy inilah yang digunakan untuk menyatakan tinggi-rendahnya validitas suatu alat ukur.Pengukuran validitas sebenarnya dilakukan untuk mengetahui seberapa besar (dalam arti kuantitatif) suatu aspek psikologis terdapat dalam diri seseorang, yang dinyatakan oleh skor pada instrumen pengukur yang bersangkutan.

    Koefisien validitas pun hanya punya makna apabila apalagi mempunyai harga yang positif. Walaupun semakin tinggi mendekati angka 1 berarti suatu tes semakin valid hasil ukurnya, namun dalam kenyataanya suatu koefisien validitas tidak akan pernah mencapai angka maksimal atau mendekati angka 1. Bahkan suatu koefisien validitas yang tinggi adalah lebih sulit untuk dicapai daripada koefisien reliabilitas. Tidak semua pendekatan dan estimasi terhadap validitas tes akan menghasilkan suatu koefisien. Koefisien validitas diperoleh hanya dari komputasi statistika secara empiris antara skor tes dengan skor kriteria yang besarnya disimbolkan oleh rxy tersebut. Pada pendekatan-pendekatan tertentu tidak dihasilkan suatu koefisien akan tetapi diperoleh indikasi validitas yang lain.

    Menurut Suryabrata (2000), bahwa untuk mengetahui validitas isi dari sebuah instrumen dapat digunakan validasi dari pendapat ahli (profesional judgment). Koefisien validasi isi dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif oleh beberapa orang pakar (Gregory, 2000 dalam Koyan, 2002).  Untuk menetukan koefisien validitas isi, hasil penilaian dari kedua pakar dimasukkan ke dalam tabulasi silang 2 X 2 yang terdiri dari kolom A, B, C, dan D. Kolom A adalah sel yang menunjukkan ketidaksetujuan kedua penilai. Kolom B dan C adalah sel yang menunjukkan perbedaan pandangan antara penilai pertama dan kedua (penilai pertama setuju penilai kedua tidak setuju, atau sebaliknya). Kolom D adalah sel yang menunjukkan persetujuan antara kedua penilai. Validitas isi adalah banyaknya butir soal pada kolom D dibagi dengan banyaknya butir soal kolom A + B + C + D.

  • Analisis Butir Soal Secara Kuantitatif Dengan Pendekatan Klasik dan Modern

    Butir Soal Secara Kuantitatif

    Pengkajian soal secara kuantitatif maksudnya adalah Pengkajian butir soal didasarkan pada data empirik dari butir soal yang bersangkutan. Data empirik ini diperoleh dari soal yang telah diujikan.

    Pendekatan

    Ada dua pendekatan dalam analisis secara kuantitatif, yaitu pendekatan secara klasik dan modern.

    1. Klasik

    Analisis butir soal secara klasik adalah proses penelaahan butir soal melalui informasi dari jawaban peserta didik guna meningkatkan mutu butir soal yang bersangkutan dengan menggunakan teori tes klasik. Kelebihan analisis butir soal secara klasik adalah murah, dapat dilaksanakan sehari-hari dengan cepat menggunakan komputer, murah, sederhana, familier dan dapat menggunakan data dari beberapa peserta didik atau sampel kecil (Millman dan Greene, 1993: 358).

    Adapun proses analisisnya sudah banyak dilaksanakan para guru di sekolah seperti beberapa contoh di bawah ini.

    a. Langkah pertama yang dilakukan adalah menabulasi jawaban yang telah dibuat pada setiap butir soal yang meliputi berapa peserta didik yang:
    (1) menjawab benar pada setiap soal,
    (2) menjawab salah (option pengecoh),
    (3) tidak menjawab soal. Berdasarkan tabulasi ini, dapat diketahui tingkat kesukaran setiap butir soal, daya pembeda soal, alternatif jawaban yang dipilih peserta didik.

    b. Misalnya analisis untuk 32 siswa, maka langkahnya adalah
    (1) urutkan skor siswa dari yang tertinggi sampai yang terendah.
    (2) Pilih 10 lembar jawaban pada kelompok atas dan 10 lembar jawaban pada kelompok bawah.
    (3) Ambil kelompok tengah (12 lembar jawaban) dan tidak disertakan dalam analisis.
    (4) Untuk masing-masing soal, susun jumlah siswa kelompok atas dan bawah pada setiap pilihan jawaban.
    (5) Hitung tingkat kesukaran pada setiap butir soal.
    (6) Hitung daya pembeda soal.
    (7) Analisis efektivitas pengecoh pada setiap soal (Linn dan Gronlund, 1995: 318-319).

    Aspek yang perlu diperhatikan dalam analisis butir soal secara klasik adalah setiap butir soal ditelaah dari segi: tingkat kesukaran butir, daya pembeda butir, dan penyebaran pilihan jawaban (untuk soal bentuk obyektif) atau frekuensi jawaban pada setiap pilihan jawaban.

    2. Modern

    Analisis butir soal secara modern yaitu penelaahan butir soal dengan menggunakan Item Response Theory (IRT) atau teori jawaban butir soal. Teori ini merupakan suatu teori yang menggunakan fungsi matematika untuk menghubungkan antara peluang menjawab benar suatu soal dengan kemampuan siswa. Nama lain IRT adalah latent trait theory (LTT), atau characteristics curve theory (ICC).

    Asal mula IRT adalah kombinasi suatu versi hukum phi-gamma dengan suatu analisis faktor butir soal (item factor analisis) kemudian bernama Teori Trait Latent (Latent Trait Theory), kemudian sekarang secara umum dikenal menjadi teori jawaban butir soal (Item Response Theory) (McDonald, 1999: 8).

    Prosedur estimasi dapat dilakukan dengan tangan atau komputer. Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan dalam mengkalibrasi butir dan mengukir kemampuan orang dengan tangan (Wright and Linacre, 1992: 32-45) seperti berikut ini.

    a. Menyusun jawaban peserta didik untuk setiap butir soal ke dalam tabel. Dalam menyusun jawaban peserta didik untuk setiap butir ke dalam tabel perlu disediakan kolom:
    (1) siswa,
    (2) butir soal,
    (3) skor siswa, dan
    (4) skor butir soal. Data berbentuk angka 1 untuk jawaban benar dan 0 untuk jawaban salah.

    b. Mengedit data
    Pada langkah kedua ini perlu disediakan tambahan kolom:
    (1) proporsi skor siswa dan
    (2) proporsi skor butir soal. Proporsi skor peserta didik adalah skor siswa : jumlah butir soal; sedangkan proporsi skor soal adalah skor soal : jumlah siswa.

    c. Menghitung distribusi skor soal
    Berdasarkan skor soal yang sudah diedit, maka skor soal diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok berdasarkan skor yang sama. Untuk memudahkan penghitungan Distribusi skor butir soal, maka perlu disusun beberapa kolom di dalam tabel, seperti kolom:
    (1) kelompok skor soal (i) yaitu kelompok skor yang didasarkan pada skor soal yang sama, kolom ini berhubungan langsung dengan kolom 2 dan kolom 3;
    (2) nomor butir soal,
    (3) skor soal (Si),
    (4) frekuensi soal (Fi) yaitu jumlah soal yang memiliki skor soal sama;
    (5) proporsi benar (Pi) yaitu Si : jumlah peserta tes;
    (6) proporsi salah (1-Pi),
    (7) logit (log odds unit)-proporsi salah (Xi) yaitu Ln [(1 -Pi)/Pi],
    (8) hasil kali frekuensi soal dengan logit proporsi salah (FiXi),
    (9) kuadrat logit proporsi salah (FiXi)2 ,
    (10) hasil kali frekuensi soal dengan kuadrat logit proporsi salah(FiXi2),
    (11) inisial kalibrasi butir soal yaitu di° = Xi – nilal rata-rata skor soal, dan (12) hasil kali antara frekuensi soal dengan kuadrat nilai rata-rata skor coal (FIX ?).

    d. Menghitung distribusi skor peserta didik.
    Untuk memudahkan di dalam menghitung distribusi skor peserta didik perlu disusun beberapa kolom yaitu kolom:
    (1) kemungkinan skor peserta didik (r) yang disusun secara berurutan dimulai dan skor terendah sampai tertinggi;
    (2) skor peserta didik, yaitu berupa toli skor peserta didik; (3) frekuensi peserta didik (nr) yang memperoleh skor;
    (4) proporsi benar (Pi-) yaitu skor peserta didik dibagi jumlah soal,
    (5) logit proporsi benar (Yr) yaitu Ln [Pr/(1-Pr)];
    (6) perkalian antara frekuensi siswa dengan logit proporsi benar (nrYr);
    (7) logic proporsi benar yang dikuadraktan (Yr kuadrat);
    (8) hasil perkalian antara frekuensi peserta didik dengan logic proporsi benar yang dikuadratkan (nrYr kuadrat);
    (9) inisial pengukuran kemampuan peserta didik (br Yr);
    (10) perkalian antara frekuensi peserta didik dengan nilai rata-rata skor peserta didik (nrYr kuadrat).

    e. Menghitung faktor ekspansi kemampuan peserta didik (x) dan kesukaran butir soal (Y).
    Dalam menghitung faktor ekspansi diperlukan variasi distribusi kelompok skor soal (U) dan variance Panduan Analisis Butir Soal distribusi kelompok skor siswa (V).

    f. Menghitung tingkat kesukaran dan kesalahan standar butir soal. Dalam menghitung tingkat kesukaran dan kesalahan standar soal perlu disusun beberapa kolom di dalam tabel, yaitu kolom:
    (1) kelompok skor soal (i);
    (2) nomor soal;
    (3) inisial kalibrasi soal (d);
    (4) faktor ekspansi kesukaran soal terhadap penyebaran sampel (Y);
    (5) tingkat kesukaran soal atau Yd; = d;;
    (6) skor soal (S);
    (7) kesalahan standar kalibrasi soal yang dikoreksi

    g. Menghitung tingkat kemampuan dan kesalahan standar siswa
    Dalam menghitung tingkat kemampuan dan kesalahan standar siswadisusun beberapa kolom, yaitu kolom:
    (1) kemungkinan skor siswa (r);
    (2) inisial pengukuran kemampuan siswa (br);
    (3) faktor ekspansi kemampuan siswa terhadap keluasan tes (X); (4) tingkat kemampuan siswa (br) atau (Xbr);
    (5) kesalahan standar pengukuran kemampuan siswa yang dikoreksi (6) peserta tes.
    h. Menghitung probabilitas atau peluang menjawab benar setiap butir.

    Demikianlah pembahasan kali ini. Semoga bermanfaat. Amien.