Blog

  • Makalah Askep Pada Pasien Gawat Darurat Kasus Sistem Pencernaan Colik Abdomen dan Pendarahan Saluran Cerna

    Kasus Sistem Pencernaan Colik Abdomen dan Pendarahan Saluran Cerna

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Pertolongan penderita gawat darurat dapat terjadi dimana saja baik di dalam rumah sakit maupun di luar rumah sakit, dalam penanganannya melibatkan tenaga medis maupun non medis termasuk masyarakat awam. Pada pertolongan pertama yang cepat dan tepat akan menyebabkan pasien/korban dapat tetap bertahan hidup untuk mendapatkan pertolongan yang lebih lanjut.

    Adapun yang disebut sebagai penderita gawat darurat adalah penderita yang memerlukan pertolongan segera karena berada dalam keadaan yang mengancam nyawa,sehingga memerlukan suatu pertolongan yang cepat, tepat, cermat untuk mencegah kematian maupun kecacatan. Untuk memudahkan dalam pemberian pertolongan korban harus diklasifikasikan termasuk dalam kasus gawat darurat, darurat tidak gawat, tidak gawat tidak darurat dan meninggal.

    Salah satu kasus gawat darurat yang memerlukan tindakan segera dimana pasien berada dalam ancaman kematian adalah perdarahan saluran cerna baik saluran cerna bagian atas ataupun saluran cerna bagian bawah bila hal ini dibiarkan tentu akan berakibat fatal bagi korban atau pasien bahkan bisa menimbulkan kematian. Oleh karena itu kita perlu memahami penanganan kegawatdaruratan pada system pencernaan secara cepat,cermat dan tepat sehingga hal-hal tersebut dapat kita hindari.

    B. Tujuan Penulisan

    1.      Tujuan umum

    Diharapkan mahasiswa mengetahui tentang Asuhan Keperawatan pada klien Gawat Darurat pada kasus sistem pencernaan Colik abdomen dan Perdarahan Saluran Cerna.

    2.      Tujuan Khusus

    a.       Mahasiswa mengetahui konsep dasar Colik Abdomen

    b.      Mahasiswa mengetahui Asuhan keperawatan pada Colik Abdomen.

    c.       Mahasiswa mengetahui konsep dasar dari Perdarahan Saluran Cerna.

    d.       Mahasiswa mengetahui Asuhan keperawatan pada Perdarahan Saluran Cerna

    Bab II. Pembahasan

    A. Colik Abdomen

    1. konsep Teoritis Colik Abdomen

    A. Pengertian

    Colik Abdomen adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus intestinal (Nettina, 2008). Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan terhambatnya aliran isi usus ke depan tetapi peristaltiknya normal (Reeves, 2010). Collik abdomen adalah nyeri perut yang kadang timbul secara tiba-tiba dan kadang hilang dan merupakan variasi kondisi dari yang sangat ringan sampai yang bersifat fatal (Ilmu Penyait Dalam, 2001 : 92).

    B. Anatomi 

    Gaster terletak melintang dari kiri ke kanan melintasi abdomen bagian atas antara hati dan diafragma. Dalam keadaan kosong gaster berbentuk huruf J, gaster akan berakhir pada pylorus yang mempunyai sebuah otot sphincter yang berfungsi menutup dan membuka saat pengisian dan pengosongan lambung. Gaster berlanjut kedalam duodenum yang berjalan secara anatomis dan visual sulit dibedakan dan jejunum dan ileum, hanya saja panjang duodenum kira-kira 25cm dan berakhir pada ligament-ligamen treltz berupa sebuah ligament yang berjalan dari sisi kanan diafragma dekat dengan hiafus esophagus dan melekat pada perbatasan duodenum dan jejunum sisa dari usus halus adalah jejunum ¾ bagian akhir disebut ileum. Secara anatomis letak jejenum adalah diperut bagian kiri, sedangkan ileum dibagian kanan. Makanan masuk melalui sphincter pylorium keduodenum, maka sisa makanan akan melalui katub ileoccal valve, yang mencegah berbaliknya makanan dari usus besar kedalam usus halus. Pada ujung caecum terdapat appendix vermicularis. Colon (usus besar) lebih besar dari usus halus yang terdiri dari ceacum, colon pars desendens, colon pars aseenden, colon transversum dan rectum, lapisan usus besar terdiri dari tunika serosa tunika submukosa, tunika muskularis, tunika mukosa.

    C. Etiologi

    a. Mekanis

    1. Adhesi/perlengketan pascabedah (90% dari obstruksi mekanik).
    2. Karsinoma
    3. Volvulus
    4. Intususepsi
    5. Obstipasi
    6. Polip
    7. Striktur

    b. Fungsional (non mekanik)

    1. Ileus paralitik
    2. Lesi medula spinalis
    3. Enteritis regional
    4. Ketidakseimbangan elektrolit
    5. Uremia

    c. Etiologi yang lain yaitu

    1)      Inflamasi peritoneum parietal : perforasi peritonitis, opendisitis, diverti kulitis, pankreanitis, kolesistitis.

    2)       Kelainan mukosa viseral : tukak peptik, inflamatory bowel disease, kulitis infeksi, esofagitis.

    3)      Obstrukti viseral : ileus obstruksi, kolik bilier atau renal karena batu.

    4)      Regangan kopsula organ : hepatitis kista ovarium, pilelonefritis

    5)      Gangguan vaskuler : iskemia atau infark intestinal.

    6)      Gangguan motilitas : irritable bowel syndrome, dispepsia fungsional.

    7)      Ekstra abdominal : hespes trauma muskuloskeletal, infark miokard dan paru dan lainnya

    D. Manifestasi Klinis

    a.       Mekanika sederhana – usus halus atas

    Kolik (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas, distensi, muntah empedu awal, peningkatan bising usus (bunyi gemerincing bernada tinggi terdengar pada interval singkat), nyeri tekan difus minimal.

    b.      Mekanika sederhana – usus halus bawah

    Kolik (kram) signifikan midabdomen, distensi berat,muntah – sedikit atau tidak ada – kemudian mempunyai ampas, bising usus dan bunyi “hush” meningkat, nyeri tekan difus minimal.

    c.       Mekanika sederhana – kolon

    Kram (abdomen tengah sampai bawah), distensi yang muncul terakhir, kemudian terjadi muntah (fekulen), peningkatan bising usus, nyeri tekan difus minimal.

    d.      Mekanika obstruksi parsial

    Dapat terjadi bersama granulomatosa usus pada penyakit Crohn. Gejalanya kram nyeri abdomen, distensi ringan dan diare.

    e.       Strangulasi
                Gejala berkembang dengan cepat; nyeri parah, terus menerus dan terlokalisir; distensi sedang; muntah persisten; biasanya bising usus menurun dn nyeri tekan terlokalisir hebat. Feses atau vomitus menjadi berwarna gelap atau berdarah atau mengandung darah samar.

    E. Pemeriksaan Penunjang

    a.       Sinar x abdomen menunjukkan gas atau cairan di dalam usus

    b.      Barium enema menunjukkan kolon yang terdistensi, berisi udara atau lipatan sigmoid yang tertutup.

    c.       Penurunan kadar serum natrium, kalium dan klorida akibat muntah, peningkatan hitung SDP dengan nekrosis, strangulasi atau peritonitis dan peningkatan kadar serum amylase karena iritasi pancreas oleh lipatan usus.

    d.      Arteri gas darah dapat mengindikasi asidosis atau alkalosis metabolic.

    2Askep colic abdomen

    A. Pengkajian

    1.      Umum

                     Anoreksia dan malaise, demam, takikardi, diaforesisi, kekakuan abdomen, kegagalan untuk mengeluarkan feses atau flatus secara rectal, peningkatan bising usus, penurunan bising usus, retensi perkemihan dan leukositosis.

    2.      Khusus

    a.       Usus halus : berat, nyeri abdomen seperti kram, peningkatan distensi, mual, muntah pada awal mengandung makanan tak dicerna dan kim, elanjutnya muntah air dan mengandung empedu, hitam dan fekal, dehidrasi

    b.      Usus besar : ketidaknyamanan abdominal ringan, distensi berat, muntah fekal laten, dehidrasi.

    B. Diagnosa Keperawatan

    a.       Nyeri akut/kronis berhubungan dengan proses penyakit.

    b.      Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia (proses penyakit).

    c.       Ansietas berhubungan dengan status kesehatan (ancaman kematian).

          C. Perencanaan

    NoDx. KeperawatanNOCNIC
    1Nyeri akutSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam nyeri klien teratasi dengan criteria hasil :1.      Klien mengatakan rasa nyeri berkurang2.      Klien menunjukkan raut muka yang rileks3.      Klien mampu mendefinisikan rasa nyerinya.4.      Tanda vital klien dalam batas normal1.      Catat keluhan nyeri, termasuk lokasi lamanya.2.      Observasi TTV klien.3.      Kaji ulang faktor yang meningkatkan atau menurunkan nyeri.4.      Berikan makan sedikit tapi sering sesuai indikasi untuk pasien.5.      Identifikasi dan batasi makanan yang menimbulkan ketidaknyamanan.6.       Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi analgetik
    2.Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuhSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam nutrisi klien terpenuhi dengan criteria hasil :1.      Klien mau makan2.      Klien tidak merasa mual3.      Jumlah limfosit  dalam batas normal.4.      Tanda vital dalam batas normal1.      Kaji dan observasi TTV klien.2.      Dorong klien untuk makan makanannya sedikit demi sedikit.3.      Berikan makan sedikit tapi sering sesuai indikasi pasien.4.      Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian diit. 
    3.AnsietasSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24jam ansietas teratasi dengan criteria hasil :1.      Klien Menunjukkan rasa rileks2.      Klien tidak terlihat gelisah.3.      Menunjukkan pemecahan masalah1.      Awasi respon fisiologis seperti takipnea, palpitasi.2.      Catat petunjuk prilaku seperti gelisah, mudah terangsang, kurang kontak mata. 3.      Dorong pernyataan takut dan ansietas : berikan umpan balik.4.      Dorong orang terdekat tinggal dengan pasien.

    B.  Perdarahan Saluran Cerna

    1. Konsep Teoritis Perdarahan Saluran Cerna

    A. Definisi Perdarahan Saluran Cerna

    Perdarahan saluran cerna yaitu perdarahan yang bisa terjadi dimana saja di sepanjang saluran pencernaan, mulai dari mulut sampai anus. Bisa berupa ditemukannya darah dalam tinja atau muntah darah,tetapi gejala bisa juga tersembunyi dan hanya bisa diketahui melalui pemeriksaan tertentu. Saluran perncernaan dibagi menjadi 2 yaitu, perdarahan saluran cerna bagian atas dan saluran cerna bagian bawah. Saluran cerna bagian atas ( upper GI ) meliputi : mulut, faring, esophagus dan lambung. Sedangkan saluran cerna bagian bawah ( lower GI) meliputi : usus halus dan usus besar sampai anus.(Smaltzer, 2001).

    Perdarahan saluran cerna adalah suatu perdarahan yang bisa terjadi dimana saja di sepanjang saluran pencernaan, mulai dari mulut sampai anus. Bisa berupa ditemukannya darah dalam tinja atau muntah darah, tetapi gejala bisa juga tersembunyi dan hanya bisa diketahui melalui pemeriksaan tertentu. Perdarahan yang terjadi di saluran cerna bila disebabkan oleh adanya erosi arteri akan mengeluarkan darah lebih banyak dan tidak dapat dihentikan dengan penatalaksanaan medis saja (Mansjoer,2000).

    B. Klasifikasi

    Menurut Mansjoer,2000 Perdarahan saluran cerna dapat dibagi menjadi 2 yaitu :

    a.              Perdarahan saluran cerna bagian atas (Upper GI)

    b.              Perdarahan saluran cerna bagian bawah (Lower GI)

    C. Etiologi

    a.       Perdarahaan saluran cerna bagian atas (Upper GI)

    Perdarahan saluran cerna bagian atas ( Upper GI ) umumnya dapat disebabkan antara lain :

    1)      Ulkus peptikum

    2)      Varises esophagus pada hipertensi portal.

    3)      Gastritis erosive atau ulseratif :

    a)      Alcohol dalam jumlah besar

    b)      Obat-obatan  : salisilat, fenilbutazon, indometasin, kortikosteroid, reserpin dosis besar (oral/parenteral).

    c)       Stress berat : penyakit intracranial, luka bakar, sepsis.

    4)      Lain-lain : esofagitis, karsinoma lambung ( biasanya bersifat perdarahan kronik ), ruptura aneurisma aorta, laserasi hepar ( hemobilia ), uremi.

    b.      Perdarahan saluran cerna bagian bawah ( Lower GI) umumnya disebabkan antara lain:

    1)      Lesi daerah anus : hemoroid, fisura ani, fistula ani.

    2)      Penyakit rectum dan usus besar : karsinoma, polip, radang ( colitis ulseratif, penyakit crohn, amuba ) dan divertikulum.

    3)      Penyakit jejunum dan ileum : volvulus, enterokolitis nekrotikans ( keduanya pada bayi baru lahir ), invaginasi ( bayi dan anak-anak < 2 tahun ), divertikulum Meckel  (perdarahan banyak dan berulang pada anak dan dewasa muda), tifoid.

    D. Patofisiologi

                Pada gagal hepar sirosis kronis, kematian sel dalam hepar mengakibatkan peningkatan tekanan vena porta. Sebagai akibatnya terbentuk saluran kolateral dalam submukosa esofagus dan rektum serta pada dinding abdomen anterior untuk mengalihkan darah dari sirkulasi splenik menjauhi hepar.

                Dengan meningkatnya tekanan dalam vena ini, maka vena tersebut menjadi mengembang dan membesar (dilatasi) oleh darah (disebut varises). Varises dapat pecah, mengakibatkan perdarahan gastrointestinalmasif. Selanjutnya dapat mengakibatkan kehilangan darah tiba-tiba, penurunan arus balik vena ke jantung, dan penurunan curah jantung. Jika perdarahan menjadi berlebihan, maka akan mengakibatkan penurunan perfusi jaringan. Dalam berespon tergadap penurunan curah jantung, tubuh melakukan mekanisme konpensasi untuk mencoba mempertahankan perfusi.

                Mekanisme ini merangsang tanda-tanda dan gejala-gejala utama yang terlihat pada saat pengkajian awal. Jika volume darh tidak digantikan, penurunan perfusi jaringan mengakibatkan disfungsi seluler. Sel-sel akan berubah menjadi metabolisme anaerob, dan terbentuk asam laktat. Penurunan aliran darah dapat mengakibatkan efek pada seluruh sistem tubuh, dan tanpa suplai oksigen yang mencukupi sisem tersebut akan mengalami kegagalan.

    E. Komplikasi

    1)      Anemia

    2)      Dehidrasi

    3)      Nyeri dada-jika adajuga penyakit jantung

    4)      Syok

    5)      Kematian

    F. Penatalaksanaan

    a.       Penatalaksanaan Kolaboratif

    Intervensi awal mencakup 4 langkah :

    1)      Kaji keparahan pendarahan

    2)      Gantikan cairan dan produk darah untuk mengatasi shock

    3)      Tegakkan diagnosa penyebab perdarahan

    4)      Rencanakan dan laksanakan perawatan defenitif

    b.      Resusitasi cairan dan produk darah

    c.       Mendiagnosa penyebab perdarahan

    d.      Perawatan definitif.

    2. Asuhan Keperawatan Teoritis

    A. Pengkajian

    Pengkajian pada klien Hematemesis Melena yang merujuk pada pada kasus Perdarahan Gastrointestinal atas menurut Doengoes (2000) :

    1.      Anamnesis

    Anamnesis perlu ditanyakan tentang :

    1)      Riwayat penyakit dahulu : Hepatitis, penyakit hati menahun, alkoholisme, penyakit lambung, pemakaian obat-obat ulserogenik dan penyakit darah seperti leukemia dan lain-lain.

    2)      Pada perdarahan karena pecahnya varises esofagus, tidak ditemukan keluhan nyeri atau pedih di daerah epigastrium.

    3)      Tanda –gejala hematomesis dan melena timbul mendadak

    4)      Tanyakan perkiraan jumlah darah misalnya satu gelas, dua gelas atau lainnya.

    2.      Pemeriksaan Fisik

    1)      Keadaan umum

    2)      Kesadaran

    3)      Nadi, tekanan darah

    4)      Tanda-tanda anemia

    5)      Gejala hipovolemia

    6)      Tanda-tanda hipertensi portal dan sirosis hati : spider nevi, ginekomasti, eritema palmaris, capit medusae, adanya kolateral, asites, hepatosplenomegali dan edema tungkai.

    3.      Laboratorium

    1)      Hitung darh lengkap : penurunan Hb, Ht, peningkatan leukosit.

    2)      Elektrolit : penurunan kalium serum, peningkatan natrium, glukosa serum dan laktat.

    3)      Profil hematologi : perpanjangan masa protrombin, tromboplastin

    4)      Gas darah arteri : alkalasis respiratori, hipoksemia

    4.      Pemeriksaan Radiologis

    1)      Dilakukan dengan pemeriksaan esoesopagogram untuk daerah esofagus dan double contrast untuk lambung dan duodenum. Pemeriksaan tersebut dilakuakan pada berbagai posisi terutama pada 1/3 distal esofagus , kardia dan fundus lambunguntuk mencari ada tidaknya varises, sedini mungkin setelah hematemesis berhenti.

    5.      Pemeriksaan Endoskopi

    1)      Untuk menentukan asal dan sumber perdarahan

    2)      Keuntungan lain dapat diambil foto, aspirasi cairan dan biopsi untuk pemeriksaan sitopatologik.

    3)      Dilakukan sedini mungkin setelah hematemesis berhenti.

    B. Diagnosa Keperawatan

    a.       Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan aliran intrvena

    b.      Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan (kehilangan secara aktif)

    c.       Resiko gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemik karena perdarahan

    d.      Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit

    C. Intervensi Keperawatan

    a.       Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan aliran intravena

    Tujuan : pasien tidak akan mengalami infeksi nosokomial.

    Intervensi :

    1)      Pantau adanya distensi abdomen

    2)      Baringkan pasien pada bagian kepala tempat tidur yang ditinggikan jika segalanya memungkinkan.

    3)      Pertahankan fungsi dan patensi NGT dengan tepat.

    4)      Atasi segera mual

    5)      Pertahankan kestabilan selang intravena

    6)      Ukur suhu tubuh setiap jam

    7)      Pantau sistem intravena terhadap patensi, infiltrasi, dan tanda-tanda infeksi.

    8)      Ganti letak intravena setiap 48-72 jam jika perli.

    9)      Ganti larutan intravena sedikitnya tiap 24 jam

    10)  Gunakan teknik aseptik untuk saat mengganti balutan dan selang. Pertahankan balutan bersih dan steril

    b.      Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan (kehilangan secara aktif)

    Tujuan : kebutuhan cairan terpenuhi.

    Intervensi :

    1)      Catat karakteristik muntah dan/ atau drainase

    2)      Awasi tanda vital bandingkan dengan hasil yang normal klien sebelumnya.

    3)      Catat respon fisiologis individual pasien terhadap perdarahan, misalnya perubahan mental, kelemahan, gelisah, ansietas, pucat, berkeringat, takipnea, peningkatan suhu

    4)      Awasi masukan dan haluaran dan hubungkan dengan perubahan berat badan, ukur kehilangan darah/ cairan melalui muntah atau defekasi.

    5)      Pertahankan tirah baring mencegah muntah dan tegangan pada saat defekasi. Jadwalkan aktivitas untuk memberikan periode istirahat tanpa gangguan . hilangkan rangsangan berbahaya.

    6)      Berikan posisi semi fowler pada saat pemberian antasida

    7)      Kolaborasi : berikan cairan darah sesuai indikasi, berikan obat anti biotik sesuai indikasi, awasi pemeriksaan laboratorium : misalnya Hb/Ht.

    c.       Resiko gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemik karena perdarahan.

    Tujuan : resiko gangguan perfusi jaringan tidak terjadi

    Intervensi :

    1. Selidiki perubahan tingkat kesadaran, keluhan pusing/ sakit kepala
    2. Auskultasi nadi apikal. Awasi kecepatan jantung/irama bila EKG kontinu ada.
    3. Kaji kulit terhadap dingin, pucat, berkeringat, pengisian kapiler lambat dan nadi perifer lemah.
    4. Catat laporan nyeri abdomen, khususnya tiba-tiba nyeri hebatatau nyeri menyebar ke bahu
    5. Observasi kulit : pucat, kemerahan, ubah posisi dengan sering
    6. Kolaborasi : berikan oksigen tambahan sesuai indikasi, berikan cairan IV sesuai indikasi.

    BAB III

    PENUTUP

          A. Kesimpulan  

    1. Colic abdomen adalah  suatu rasa nyeri yang tejadi secara akut maupun kronik yang intensitasnya hilang datang karna ada permasalahan pada organ didalam perut.
    2. Colic abdomen umumnya terjadi akibat peradangan atau infeksi , apabila hal ini tidak teratasi dengan cepat maka akan berakibat fatal dan dapat mengganggu system pencernaan serta metabolisme pada tubuh manusia.
    3. Diagnose yang sering muncul antara lain nyeri akut, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dan ansietas.
    4. Perdarahan saluran cerna yaitu perdarahan yang bisa terjadi dimana saja di sepanjang saluran pencernaan, mulai dari mulut sampai anus. Bisa berupa ditemukannya darah dalam tinja atau muntah darah,tetapi gejala bisa juga tersembunyi dan hanya bisa diketahui melalui pemeriksaan tertentu.

    B. Saran

    Diharapkan kepada semua mahasiswa agar dapat mampu memahami mengenai colik abdomen dan perdarahan saluran cerna pada kasus gawat darurat, dimana pada kasus gawat darurat memerlukan tindakan segera dimana pasien berada dalam ancaman kematian.

    DAFTAR PUSTAKA

    H. Slamet Suyono. Prof. Dr. SpPD. KE., 2001.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, FKUI Jakarta.

    Marllyn E. Doenges dkk, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3, Jakarta

    Reeves, Charlene J et al. 2008. Medical-Surgical Nursing. Alih Bahasa Joko Setyono. Ed. I. Jakarta : Salemba Medika.

    Nettina, Sandra M. 2010. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa Setiawan dkk. Ed. 1. Jakarta:EGC.

    Azzam, Rohman. 2009. Perdarahan gastrointestinal hematemesis dan melena karena pecahnya varises esophagus.

     http://askep.blogdetik.com/2009/01/14/perdarahan-gastrointestinal-hematemisis-dan-melena-karena-pecahnya-varises-esopagus/. (diakses pada tanggal 4 februari 2017).

    Doenges, Marylin E, et. al. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien (3rd ed.). Jakarta:EGC.

  • Makalah Diet Penyakit

    Diet Penyakit

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Siring sekali kita melihat orang yang berdiet untuk mendapatkan tubuh yang ideal, biasanya orang tersebut tidak makan dalam porsi banyak, tidak makan makanan yang berlemak,dan yang terlalu bayak mengandung protein, ada juga yang ingin instan dengan mengkonsumsi obat-obatan, namun diet itu bukan hanya untuk menurunkan berat badan saja melainkan ada juga diet diet penyakit yang di lakukan untuk mencegah kambuh pada penyakit tertentu.

    Sudah lama diketahui bahwa makanan memegang peran penting dalam upaya pencegahan dan penyembuhan penyakit.oleh sebab itu baik dalam keadaan sehat maupun sakit,susunan makanan perlu diatur dengan baik. Di rumah sakit, pengaturan diet ini memerlukan kerja sama erat antara berbagai profesi terkait seperti dokter, perawat, dietisien, dan profesi kesehatan lain.

    B. Rumusan masalah

    Berdasarkan uraian di atas maka kita dapat mengambil beberapa masalah yang akan menjadi pembahasan kita yaitu :

    1. Apa saja jenis diet penyakit?
    2. Apa tujuan diet penyakit…?
    3. Dan apa syarat-syarat diet pada penyakit tertentu…?

    C.            Tujuan pembahasan

    Tujuan penulisan makalah ini adalah :

    1. Untuk menambah wawasan penulis dan pembaca
    2. Untuk mengetahui apa-apa saja yang termasuk diet penyakit, apa tujuan diet penyakit, dan apa syarat-syarat diet pada penyakit tertentu.

    Bab II. Pembahasan

    A. Pengertian Diet

    Diet sering disalah artikan sebagai usaha mengurangi makan untuk mendapatkan berat tubuh yang ideal, atau untuk mendapatkan bentuk tubuh yang ideal. Padahal, berdasarkan asal serapan katanya, arti ini yang sebenarnya adalah mengatur pola makan. Tentu saja, saat ini masih banyak orang yang menyalah artikan arti berat badan sendiri. Oleh karena itu perlu diluruskan mengenai arti menurunkan berat badan yang sebenarnya. Diet sangat akrab di kalangan kaum wanita, karena memang sebagian besar wanita tentu saja menginginkan tubuh yang ideal. Cara ini dipercaya dapat membantu mereka untuk mengkonsumsi makanan dengan porsi cukup yang dibutuhkan oleh tubuh, sehingga berat badan mereka juga tetap terkontrol dan terjaga Dalam kamus Gizi Pelengkap Kesehatan Keluarga 2009 keluaran Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi), Diet memiliki arti sebagai pengaturan pola dan konsumsi makanan serta minuman yang dilarang, dibatasi jumlahnya, dimodifikasi, atau diperolehkan dengan jumlah tertentu untuk tujuan terapi penyakit yang diderita, kesehatan, atau penurunan berat badan . Oleh karena itu Diet dapat di defenisikan sebagai usaha seseorang dalam mengatur pola makan dan mengurangi makan untuk mendapatkan berat badan yang ideal . Sekarang diet memiliki banyak jenis dari diet rendah kalori, diet rendag protein, diet jantung, diet rendah gula, diet rendah garam, hingga diet rendah purin (untuk penderita gout atau asam urat).Adapun demikian macammacam diet dan definisinya akan dirangkum dibawah ini :

    B.          Macam- macam Diet

    Diet terbagi kepada beberapa macam yaitu:

    1. Diet Energi Tinggi Protein Tinggi

    Diet energi tinggi protein tinggi ( ETPT ) adalah diet yang mengandung energi dan protein di atas kebutuhan normal. Diet diberikan dalam bentuk makanan biasa ditambah bahan makanan sumber protein tinggi seperti susu, telur, dan daging, atau dalam bentuk minuman enteral energi tinggi protein tinggi. Diet ini di berikan bila pasien telah mempunyai cukup nafsu makan dan dapat menerima makanan lengkap.

    a.       Tujuan Diet

    Tujuan diet energi tinggi protein tinggi adalah untuk :

    1)      Memenuhi kebutuhan energi dan protein yang menigkat untuk mencegah dang mengurangi kerusakan jaringan tubuh.

    2)      Menambah berat badan hingga mencapai berat badan normal.

    b.      Syarat Diet

    Syarat-syarat diet energi tinggi protein tinggi adalah :

    1)      Energi tinggi, yaitu 40-45 kkal/kg BB

    2)      Protein tinggi, yaitu 2,0-2,5 g/kg BB

    3)      Lemak cukup, yaitu 10-25% dari kebutuhan energi total.

    4)      Karbohidrat cukup, yaitu sisa dari kebutuhan energi total.

    5)      Vitamin dan mineral cukup, sesuai kebutuhan normal.

    6)      Makanan diberikan dalam bentuk mudah cerna.

    c.       Macam diet dan indikasi pemberian

    Diet energi tinggi protein tinggi di berikan kepada pasien :

    1)      Kurang energi protein (KEP)

    2)      Sebelum dan setelah operasi tertentu, multi trauma, serta selama radioterapi dan kemoterapi

    3)      Luka bakar berat dan baru sembuh dari penyakit dengan panas tinggi.

    4)      Hipertiroid, hamil, dan post-partum dimana kebutahan energi dan protein meningkat.

    Menurut keadaan, pasien dapat di berikan salah satu dari dua macam diet energi tinggi protein tinggi ( ETPT ) seperti di bawah :

    Ø  Diet energi tinggi protein tinggi I ( ETPT I )

    Energi : 2600 kkal, protein : 100 g ( 2 g/kg BB )

    Ø  Diet energi tinggi protein tinggi II ( ETPT II )

    Energi : 3000 kkal, protein : 125 g (2,5 g/kg BB )

    Bahan makanan yang di tambahkan pada makanan biasa

    Bahan makananETPT IETPT II
    Berat (g)UrtBerat (g)urt
    susu2001 gsl4002 gls
    Telur ayam501 btr1002 btr
    daging501 ptg  sdg1002 ptg sdg
    Formula komersial2001 gls2001 gls
    Gula pasir303 sdm303        sdm

    2.             Diet Energi Rendah

       Diet energi redah adalah diet yang kandungan energinya dibawah kebutuha normal, cukup vitamin dan mineral, serta banyak mengandung serat yang bermanfaat dalam proses penurunan berat badan. Diet ini membatasi makanan padat energi, seperti kue-kue yang banyak mengandung karbohidrat sederhana dan lemak, serta goreng-gorengan.

    a.       Tujuan diet

    Tujuan diet energi rendah adalah untuk :

    1)      mencapai dan mempertahankan status gizi sesuai dengan umur, gender, dan kebutuhan fisik.

    2)      Mencapai IMT normal yaitu 18,5-25 kg/.

    3)      Mengurangi asupan energi , sehingga tercapai penurunan berat badan sebanyak -1 kg/minggu. Pastikan bahwa  yang berkurang adalah sel lemak dengan mengukur tebal lemak lipatan kulit dan lingkar pinggang.

    b.      Syarat diet

    Syarat-syarat diet energi rendah adalah :

    1)      Energi rendah, ditunjukan untuk menurunkan berat badan. Pengurangan di lakukan secara bertahap dengan mempertimbangkan secara bertahap dengan mempertimbangkan kebiasaan makan dari segi kualitas maupun kuantitas. Untuk menurunkan berat badan sebanyak -1 kg / minggu, asupan energi di kurangi sebanyak 500-1000 kkal/hari kebutuhan normal. Perhitungan kebutuhan energi normal dilakukan berdasarkan berat badan ideal.

    2)      Protein sedikit lebih tinggi, yaitu 1-1,5 g/kg/BB/hari atau 15-20% dari kebutuhan energi total.

    3)      Lemak sedang yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total. Usahakan sumber lemak berasal dari makanan yang mengandung lemak tidak jenuh ganda yang kadarnya tinggi.

    4)      Karbohidrat sedikit lebih rendah, yaitu 55-65% dari kebutuhan energi total. Gunakan lebih banyak sumber karbonhidrat kompleks untuk memberi rasa kenyang dan mencegah konstipasi , sebagai alternatif , bisa di gunakan gula buatan sebagai pengganti gila sederhana.

    5)      Vitamin dan mineral cukup sesuai dengan kebutuhan.

    6)      Diajukan untuk 3 kali makan utama dan 2-3 kali makan selingan.

    7)      Cairan cukup, yaitu 8-10 gelas/hari.

    3.             Diet Garam Rendah

    Yang di maksut dengan garam dalam diet garam rendah adalah garam natrium seperti yang terdapat di dalam garam dapur (NaCl), soda kue (NaHC), baking powder, natrium benzoat, daan vetsin(mono sodium glutamat). Natrium adalah kation utama dalam cairan ekstraseluler tubuh yang mempunyai fungsi menjaga kontraksi otot. Asupan makanan sehari-hari umumnya mengandung lebih banyak natrium dari pada yang di butuhkan tubuh. Dalam keadaan normal, jumlah natrium yang di keluarkan tubuh melalui urin sama dengan jumlah yang di konsumsi, sehingga terdapat keseimbanga.

    Makanan sehari-hari biasanya cukup mengandung natrium yang di butuhkan, sehingga tidak ada penetapan  kebutuhan natrium sehari. WHO (1990) menganjurkan pembatasan konsumsi garam dapur hingga 6 gram sehari ( ekivalen denagn 2400 mg natrium).

    Asupan naatrum yang berlebihan, terutama dalam bentuk natrium klorida, dapat menyebabkan gangguan keseimbangan cairan tubuh, sehingga menyebabkan edema atau asites dan/atau hipertensi. Penyakit-penyakit tertentu seperti sirosis hati, penyakit ginjal tertentu,dekompensasio kordis, toksemia pada kehamilan dan hipertensi asensial dapat menyebabkan gejala edema atau asites atau hipertensi. Dalam keadaan demikian asupan garam natrium perlu dibatasi.

    a.       Tujuan diet

    Tujuan diet garam rendah adalah membantu menghilangkan retensi garam atau air dalam jarigan tubuh dan menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.

    b.      Syarat diet

    Syarat-syarat diet garam rendah adalah :

    1)      Cukup energi, protein mineren dan vitamin

    2)      Bentuk makan sesuai dengan keadaan penyakit

    3)      Jumlah ntrium di sesuaikan dengan berat tidaknya retensi garam atau air atau hipertensi.

    4.             Diet Serat Tinggi

    Serat makanan adalah poli sakarida nonpati yang terdapat dalam semua makanan nabti. Serat tidak dapat di cerna oleh enzim cerna tetapi berpengaruh baik untuk kesehatan. Serat terdiri atas dua golongan, yaitu serat larut air dan tidak larut air. Serat tidak larut air adalah selulosa, hemiselulosa, dan lignin yang banyak terdapat dalam bedak beras, gandum, sayuran, dan buah-buahan. Serat gologan ini dapat melancarkan defekasi sehingga mencegah obstipasi, hemoroid dan devertikolois. Serat larut air yaitu paktin, gum, dan mukilase yang bnyak terdapat dalam hevermout, kacang-kcangan, sayur, dan buah-buahan, serat golongan ini dapat mengikat asam empedu sehingga dapat menurunkan absorbsi lemak dan kolestrol darah, sehingga menurunkan resiko, mencegah, atau meringan kan penyakit jantung koronerdan deslipidemia. Serat dapat mencegah kanker kolon dengan mengikat dan mengeluarkan bahan-bahan karsinogen dalam usus.

    Pada umumnya, makanan serat tinggi mengandung energi rendah, denga demikian dapat membantu menurunkan berat badan. Diet serat tinggi menimbulkan rasa kenyang sehingga menunda rasa lapar. Saat ini di pasaran dapat produk serat dalam bentuk minuman, tetapi penggunaannya tidak di anjurkan. Asupan ,serat berlebihan dapat menumbulkan gas yang berlebihan dan diare, serta mengganggu penyerapan mineral seperti magnesium, zat besi, dan kalsium. Makanan tinggi serat alami lebih aman dan mengandung zat tinggi serta lebih murah. WHO menganjurkan asupan serta 25-30 g/hari.

    a.              Tujuan diet

              Tujuan diet serat tinggi adalah u tuk memberi makanan sesuai kebutuhan gizi yang tinggi serat sehingga dapat meransang peristaltik usus agar defekasi berjalan normal.

    b.             Syarat-syarat diet

    Syarat-syarat diet serat tinggi adalah :

    1)             Energi cukup sesuai dengan umur, gender, dan aktivitas

    2)             Protein cukup, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total

    3)             Lemak cukup, yaitu 10-25% dari kebutuhan energi total

    4)             Karbohidrat cukup, yaitu sisa dari kebutuhan energi total

    5)             Vitamin dan mineral tinggi, terutama vitamin B untuk memelihara kekuatan otot saluran cerna

    6)             Cairan tinggi, yaitu 2-2,5 liter untuk membantu memperlancar defekasi. Pemberian minum sebelum makan akan membantu meransang peristaltik usus.

    7)             Serat tinggi, yaitu 30-50 g/hari terutama serat tidak larut air yang berasal dari beras tumbuk, beras merah, roti  wbole wbeat, sayuran, dan buah.

    5.             Diet Sisa Rendah

    Diet sisa rendah adalah makanan yang terdiri dari bahan makanan rendah serat dan hanya sedikit meninggalkan sisa. Yang dimaksud dengan sisa adalah bagian-bagian makananan yag tidak diserap seperti yang terdapat didalam susu dan produk susu serta serat daging yang berserat kasar (liat). Disampig itu, makanan lain yang merangsang saluran cerna harus dibatasi.

    a.       Tujuan Diet

    Tujuan diet sisa rendah adalah untuk memberikan makanan sesuai kebutuhan gizi yang sedikit mungkin meingggalkan sisa sehingga dapat membatasi volume veses, dan tidak merngsang saluran cerna.

    b.      Syarat diet

    Syarta-syarat diet sisa rendah adalah:

    1). Energi cukup sesuai dengan umur, gender, dan aktifitas.

    2). Protein cukup, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total.

    3). lemak sedang, yaitu 10-25% dari kebutuhan energi total.

    4). Karbohidrat cukup, yaitu sisa kebutuhan energi total.

    5). Menghindari energi makanan berserat tinggi dan seang sehingga asupan serat maksimal 8 g/hari. Pembatasan ini disesuaikan dengan toleransi perorangan.

    6). Menghindari susu, produk susu, dan daging yang berserat kasar (liat) sesuai dengan toleransi perorangan.

    7). Meghindari makanan yang terlalu berlemak, terlalu manis, terlalu asam, dan berbumbu tajam.

    8). Makanan dimsak hingga lunak dan dihidangkan pada suhu tidak terlalu panas dan dingin.

    9). Makanan sering diberikan pada porsi kecil.

    10). Bila deberikan untuk jangka waktu lama atau dalam keadaan khusus, diet perl disertai suplai vitamin dan mineral, makanan formula, atau makanan perenteral.

    6.             Diet Pada Tindakan Bedah

    Pengaruh pembedahan terhadap metabolisme pasca bedah tergantug berat ringannya pembedahan, keadaan gizi pasien prabedah, dan pengaruh pembedahan terhadap kemampuan pasien untuk mencerna dan dan mengabsorpsi zat-zat gizi.

    Setelah pembedahan sering terjadi peningkatan ekskresi notrogen dan natrium yang dapat berlangsung selama 5-7 hari atau lebih pasca bedah. Peningkatan ekskresi kalsium terjadi setelah operasi besar, trauma kerangka tubuh, atau setelah lama tidak bergerak (imobilisasi). Demam meningkatkan kebutuhan energi, sedangkan luka dan pendarahan meningkatkan kebutuhan protein, zat besi, dan vitamin c. cairan yang hilang perlu diganti.

    1.             Diet pra-bedah

    Diet prabedah adalah pengaturan makann yang diberikan kepada pasien yang akan menjalani pembedahan.

    Pemberian diet prabedah tergantung pada:

    1)      Kedaan umum pasien, apakah normal atau tidak dalam hal status gizi, gula darah, tekanan darah, ritme jantung, denyut nadi, fungsi ginjal, dan suhu tubuh.

    2)      Macam pembedahan: (a). Bedah minor atau bedah kecil, seperti tindakan insisi, ekstirpasi, dan sirkumsisi atau khitan. (b). bedah manyor atau bedah besar, yang dibedakan dalam bedah saluran cerna (lambung, usus halus, dan usus besar) da bedah diluar saluran cerna (jantung, ginjal, paru, saluran kemih, tulang, dan sebagainya).

    3)      Sifat operasi : segera dalam keadaan darurat atau cito, sehingga pasien tidak sempat diberi diet prabedah. Berencana atau elektif. Pasien disiapkan dengan pemberian diet prabedah sesuai status gizi dan macam pembedahan.

    4)      Macam penyakit: (a). Penyakit utama yang membutuhkan pembedahan adalah penyakit saluran cerbna, jantug, ginjal, sluran pernpasan, dan tulang. (b). penyakit penerta yang dialami, misalnya penyakit diabetes melitus, jantung, dan hipertensi.

    a.         Tujuan diet pra-bedah

    Tujuan diet pra-bedah adalah untuk mengusahakan agar status gizi pasien dalam keadaan optimal pada suatu pembedahan, sehingga tersedia cadangan untuk mengatasi stres dan pnyembuhan luka.

    b.      Syarat diet

    Syarat- syarat diet pra-bedah adalah:

    1.      Energi.

    (a)    Bagi pasien dengan status gizi kurang diberikan sebanyak 40-45 kkal/kg BB.

    (b)   Bagi pasien dengan status gizi lebih diberikan sebanyak 10-25% dibawah kebutuhan energi normal.

    (c)    Bagi pasien degan status gizi baik diberikan sesuai dengan kebutuhan energi normal ditambahakan faktor stres sebesar 15% dari AMB (angka metabolisme basal).

    (d)   Bagi pasien dengn penyakit tertentu energi diberikan sesuai dengan peyakitnya.

    2.      Protein

    (a)    Bagi pasien dengan status gizi kurang, anemia, albumin rendah (< 2,5 mg/dl) diberikan protein tinggi 1,5-2,0 g/kg BB.

    (b)   Bagi pasien dengan status gizi baik atau kegemukan diberikan protein normal 0,8-1 g/kg BB.

    (c)    Bagi pasien dengan penyakit tertentu diberikan sesuai dengan penyakitnya.

    3.      Lemak cukup, yaitu 15,25% dari kebutuhan energi total. Bagi pasien dengan penyakit tertentu diberikan sesuai dengan penyakitnya.

    4.      Karbohidrat cukup, sebagai sisa dari kebutuha energi total untuk menghindari hipermetabolisme. Bagi pasien dengan penyakit tertentu, karbohidrat diberikan sesuai dengan penyakitnya.

    5.      Vitamin cukup, terutama vitamin B, C, dan K. Bila perlu ditambahkan dalam bentuk suplemen.

    6.      Mineral cukup. Bila perlu ditambahkan dalam bentuk suplemen.

    7.      Rendah sisa agar mudah dilakukan pembersihan saluran cerna atau klisma, sehingga tidak mengganggu proses pembedahan (tidak buang air besar atau air kecil di meja operasi).

    2.             Diet Pasca-bedah

    Diet pasca bedah adalah makanan yang diberikan kepada pasien setelah menjalani pembedahan. Pengaturan makanan sesudah pembedahan tergantng pada macam pembedahan dan jenis penyakit penyerta.

    a.       Tujuan diet pasca-bedah

    Tujuan diet pasca-bedah adalah untuk mengupayakan agar status gizi pasien kembali normal untuk mempercepat proses penyembuhan dan penigkatan daya tahan tubuh pasien, dengan cara sebagai berikut: (1) memberikan kebutuhan dasar (cairan, energi, protein). (2) mengganti kehilangan protein, glikogen, zat besi, dan zat gizi lain. (3) memperbaiki ketidak seimbangan elektrolit dan cairan.

    b.      Syarat diet

    Diet pasca-bedah adalah memberikan makanan secara bertahap mulai dari bentu cair, saring, lunak, dan biasa. Pemberian makanan dari tahap ke tahap tergantung pada macam pembedahan dan keadaan pasien seperti: (1) pasca-bedah kecil. Makan diusahakan secepat mungkin kembali seperti biasa atau normal. (2) pasca-bedah besar makanan diberikan secara berhati-hati sesuai dengan kemampuan pasien untuk menerimanya.

    7.             Diet Luka Bakar

    Luka bakar adalah kerusakan jaringan permukaan tubuh disebabkan oleh panas pada suhu tinggi yang menimbulkan reaksi pada seluruh sistem metabolisme. Luka bakar dpata disebabkan oleh ledakan, listrik, api, zat kimia, uap panas, minya panas, matahari, dan sebagainya.

    a.       Tujuan diet

    Tujuan diet luka bakar adalah untuk mempercepat penyembuhan dan mencegah terjadinya gangguan metabolik serta mempertahankan status gizi secara optimal selama proses penyembuhan, dengana cara :

    (1)   Mengusahakan dan mempercepat jaringan yang rusak.

    (2)   Mencegah terjadinya keseimbangan nitrogen yang negatif

    (3)   Memperkecil terjadinya hiperglikemia dan hipergliseridemia

    (4)   Mencegah terjadinya gejala-gejala kekrangan zat gizi micro

    b.      Syarat diet

    Syarat-syarat diet luka bakar adalah:

    (1)   Memberikan makanan dalam bentuk cair sedini mungkin atau nutrisi internal dini (NED)

    (2)   kebutuhan energi dihitung dengan pertimbangan kedalaman dan luas luka bakar, yaitu: (a). Merurut curreri: 25 kkal/kg BB aktual + 40 kkal x % luka bakar. (b). menurut asosiasi dietetik australia berdasarkan % luka bakar.

    (3)   Protein tinggi, yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total

    (4)   Lemak sedang, yaitu 15-20% dari kebutuhan energi total.

    (5)   Krbohidrat sedang yaitu 50-60% dari kebutuhan energi total

    (6)   Vitamin di berikan di atas angka kecukupan gizi (G) yang di anjurkan, untuk membantu mempercepat perumbuhan.

    (7)   Mineral tinggi, terutama zat besi, seng, natrium, kalium, kalsium, fosfor, dan magnesium.

    (8)   Cairn tinggi. Akibat luka bakar terjadi kehilangn cairan dan elektrolit secara intensif. Pada 48 jam pertama, pemberian cairan di tujukan untuk mengganti cairan yang hilang agar tidak terjadi shock.

    8.             Diet Komplikasi Kehamilan

    1). Diet Hiperemesis

    Hiperemesis adalah suatu keadaan pada awal kehamilan (sampai trisemester II) yang ditandai dengan rasa mual dan muntah yag berlebihan dalam waktu relatif lama.

    a.       Tujuan Diet Hiperemesis

    (1)   Mengganti persediaan glikogen tubuh dan mengontrol asidosis.

    (2)   Secara berangsur memberikan makanan berenergi dan zat gizi yang cukup.

    b.      Syarat diet Hiperemesis

    (1)   Karbohidrat tinggi, yaitu 75-80% dari kebutuhan energi normal

    (2)   Lemak rendah, yaitu < 10% dari kebutuhan energi total

    (3)   Protein sedang, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total

    (4)   Makanan diberikan dalam bentuk kering; pemberian cairan disesuaikan dengan keadaan pasien, yaitu 7-10 gelas per hari.

    2). Diet Preeklampsia

    Preeklampsia merupakan sindroma yang terjadi pada saat kehamilan masuk pada minggu kedua puluh dengan tanda dan gejala seperti hipertensi, proteinuria, kenaikan berat badan yang cepat (karena edema), mudah timbul kemerah-merahan, mual, muntah, pusing, nyeri lambung, oliguria, gelisah, dan kesadaran menurun.

    a.       Tujuan Diet Preeklampsia

    (1)   Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal

    (2)   Mencapai dan mempertahankan tekanan darah normal

    (3)   Mencegah atau mengurangi retensi garam atau air

    (4)   Mencapai keseimbangan nitroge

    (5)   Menjaga agar penambahan berat bada tidak melebihi normal

    (6)   Mengurangi atau mencegah timbulnya faktor resiko lain atau penyulit baru pada saat kehamila atau setelah melahirkan.

    b.      Syarat diet Preeklampsia

    (1)   Energi dan zat gizi cukup

    (2)   Gara diberikan rendah sesuai dengan berat ringannya retensi garam atau air.

    (3)   Protein tinggi (1 -2 g/kg berat badan)

    (4)   Lemak sedang, sebagian lemak berupa lemak tidak jenuh tunggal dan lemak tidak jenuh ganda.

    (5)   Vitamin cukup; vitamin C dan  diberikan sedikit lebih tinggi

    (6)   Mineral cukup terutama kalsium dan kalium

    (7)   Bentuk makanan sisesuaikan dengan kemampuan makan pasien

    (8)   Cairan diberikan 2500 l sehari.

    9.             Diet Penyakit Hati dan Kandung Empedu

    1)      Diet penyakit hati

    Hati merupakan salah satu alat tubuh yang berperan dalam metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein.

    a.       Tujuan Diet

    (1)   Eningkatkan regenerasi jaringan hati dan mencegah kerusakan lebih lanjut atau meningkatkan fungsi jaringan hati yang tersisa

    (2)   Mencegah katabolisme protein

    (3)   Mencegah penurunan berat badan atau meningkatkan berat badan bila kurang

    (4)   Mencegah atau mengurangi asites, farises esofagus, dan hipertensi portal.

    (5)   Mencegah koma hipatik

    b.      Syarat diet

    (1)   Energi tinggi untuk mencegah pemecahan protein, yang diberikan bertahap sesuai dengan kemampuan pasien, yaitu 40-45 kkal/kg BB.

    (2)   Lemak cukup yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total, dalam bentuk yang mudah dicerna atau dalam bentuk emulsi.

    (3)   Protein agak tinggi yaitu 1,25-1,5 g/kg BB agar terjadi anabolisme protein

    (4)   Vitamin dan mineral diberikan sesuai dengan tingkat defisiensi.

    (5)   Natrium diberikan rendah, tergantung tingkat edema dan asites

    (6)   Cairan diberikan lebih dari biasa, kecuali bila ada kontra indikasi

    (7)   Bentuk makanan lunak bila ada keluhan mual dan muntah atau makanan biasa sesuai kemampuan saluran cerna

    2)         Diet penyakit kandung empedu

    Fungsi utama kandung empedu adalah untuk mengkonsentrasikan dan menyimpan empedu yang diproduksi oleh hati

    a.       Tujuan diet

    (1)   Menurunkan berat badan bila kegemukan, yang dilakukan secara bertahap

    (2)   Membatasi makanan yang menyebabkan kembung atau nyeri abdomen

    (3)   Mengatasi malapsorbsi lemak

    b.      Syarat diet

    (1)   Energi sesuai kebutuhan

    (2)   Protein agak tinggi, yaitu 1-1,5 g/kg BB

    (3)   Pada keadaan akut, lemak tidak diperbolehkan sampai keadaan akutnya mereda, sedagkan pada keadaan kronis dapat diberikan 20-25% dari kebutuhan energi total.

    (4)   Bila perlu diberikan suplemen vitamin A, D, E, dan K.

    (5)   Sera tinggi terutama dalam bentuk pektin yang dapat mengikat kelebihan asam empudu dalam saluran cerna.

    (6)   Hindari bahan makanan yang dapat menimbulkan rasa kembung dan tidak nyaman

    10.         Diet penyakit diabetes melitu

    Diabetes melitus (DM) adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang mengalami penigkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan hormon insulin secara absolut atau relatif.

    a.       Tujuan diet

    (1)   Mempertahankan kadar glukosa darah supaya mendekati normal dengan menyeimbangkan asupan makanan dengan insulin (endogenous atau exogeous), dengan obat penurut glukosa oral dan aktifitas fisik

    (2)   Mencapai dan mempertahankan kadar lipida serum normal.

    (3)   Memberi cukup energi untuk mempertahankan atau mencapai berat badan normal

    (4)   Menghindari atau menangai komplikasi akut pasien yang menggunakan insulin seperti hipoglikemia, komplikasi jagka pendek, dan jangka lama serta masalah yang berhubungan dengan latihan jasmani

    (5)   Meningkatkan derajat kesehatan secara keseluruhan melalui gizi optimal

    b.      Syarat diet

    (1)   Energi cukup untuk mencapai dan mempertahankan berat badan normal

    (2)   Kebutuhan protein normal, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total.

    (3)   Kebutuhan lemak sedang, yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total, dalam bentuk < 10% dari kebutuhan energi total berasal dari lemak jenuh, 10 % dari lemak tidak jenuh ganda, sedangkan sisanya dari lemak tidak jenuh tunggal

    (4)   Kebutuhan karbohidrat adalah sisa dari kebutuhan energi total yaitu 60-70%.

    (5)   Penggunaan gula murni dalam minuman dan makanan tidak diperbolehkan kecuali jumlahnya sedikit sebagai bumbu.

    (6)   Penggunaan gula alternatif dalam jumlah terbatas

    (7)   Asupan serat dianjurkan 25 g/hari dengan mengutamakan serat larut air yang terdapat dalam sayur dan buah.

    (8)   Pasien DM dengan tekanan darah normal diperbolehkan mengkonsumsi natrium dalam bentuk garam dapur seperti orang sehat, yaitu 3000 mg/hari.

    (9)   Cukup vitamin dan mineral

    11.         Diet Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah

    1.      Diet Dislipidemia

    Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipit yang ditandai dengan peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma.

    a.       Tujuan diet

    (1)   Menurutkan berat badan bila kegemukan

    (2)   Mengubah jenis dan asupan lemak makanan

    (3)   Menurunkan asupan kolesterol makanan

    (4)   Meningkatkan asupan karbohidrat kompleks dan menurunkan asupan karbohidrat sederhana lipid

    b.      Syarat diet

    (1)   Energi yang dibutuhkan disesuaikan menurut berat badan dan aktifitas fisik

    (2)   Lemak sedang, <30% dari kebutuha energi total

    (3)   Protein cukup, yaitu 10-20% dari kebutuhan energi total

    (4)   Karbohidrat sedang, yaitu 50-60% dari kebutuhan energi total

    (5)   Serat tinggi, terutama serat larut air yang terdapat dalam apel, beras tumbuk atau beras merah, havermout, dan kacang-kacangan.

    (6)   Vitamin dan mineral cukup

    2.      Diet Penyakit Jantung

    Penyakit jantung terjadi akibat proses berkelanjutan dimana jantung secara berangsur kehilangan kemampuannya untuk melakukan fungsi secara normal.

    a.       Tujuan diet

    (1)   Memberikan makanan secukupnya tanpa memberatkan kerja jantung

    (2)   Menurutkan berat badan bila terlalu gemuk.

    (3)   Mecegah atau menghilangkan  penimbunan garam atau air.

    b.      Syarat diet

    (1)   Energi cukup, untuk mencapai da mempertahankan berat badan normal

    (2)   Protein cukup yaitu 0,8 g/kg BB

    (3)   Lemak sedang, yaitu 25-30% dari kebutuhan energi total, 10 % berasal dari lemak jenuh dan 10-15% lemak tidak jenuh

    (4)   Kolesterol rendah terutama jika disertai denagan dislipidemia

    (5)   Vitamin dan mineral cukup

    (6)   Garam rendah, 2-3 g/hari, jika disertai hipertensi atau edema.

    (7)   makanan mudah cerna dan tidak menimbulkan gas.

    (8)   Serat cukup untuk menghindari konstipasi.

    (9)   Cairan cukup, + 2 liter/hari sesuai dengan kebutuhan

    (10) Bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan penyakit, diberikan dalam porsi kecil.

    (11) Bila kebutuhan gizi tidak dapat dipenuhi melalui makanan dapat diberikan tambahan berupa makanan enteral, perenteral, atau suplemen gizi.

    3.      Penyakit stroke

    Stroke atau penyakit peredaran darah otak adalah kerusakan pada bagian otak yang terjadi bila pembuluh darah yang membawa oksigen dan zat-zat gizi ke bagian otak tersumbat atau pecah.

    a.       Tujuan diet

    (1)   Memberikan makanan secukupnya ntuk memeuhi kebutuhan gizi pasien dengan memperhatikan keadaan dan komplikasi penyakit

    (2)   Memperbaiki keadaan stroke, seperti disvagia, pneumonia, kelainan ginjal, dekubitus.

    (3)   Mempertahankan keseimbangan cairan elektrolit

    b.      Syarat diet

    (1)   Energi cukup yaitu 25-45 kkal/kgBB.

    (2)   Protei cukup, yaitu 0,8-1 g/kg BB.

    (3)   Lemak cukup, yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total.

    (4)   Karbohidrat cukup, yaitu 60-70% dari kebutuhan energi total

    (5)   Vitamin cukup, terutama vitamin A, riboflavin, , asam folat, , C, dan E.

    (6)   Mineral cukup, terutama kalsium, magnesium, dan kalium.

    (7)   Serat cukup, untuk membatu menurunkan kadar kolestrol darah dan mencegah konstipasi.

    (8)   Cairan cukup, yaitu 6-8 gelas/hari, kecuali pada keadaan edema dan asites, cairan di batasi.

    (9)   Bentuk makanan di sesuaikan keadaan pasien.

    (10)                Makanan di berikan dalam porsi kecil dan saring.

    12.         Diet Penyakit Ginjal Dan Saluran Kemih

    1.      Diet Sindroma Nefrotik

    sindroma nefrotik atau nefrosis adalah kumpulan manifestasi penyakit yang ditandai oleh ketidakmampuan ginjal untuk memelihara keseimbangan nitrogen sebagi akibat meningkatnya permeabilitas membran kapiler glomerulus.

    a.       Tujuan diet

    (1)   Mengganti kehilangan protein terutama albumin.

    (2)   Mengurangi edema dan menjaga keseimbangan cairan tubuh.

    (3)   Memonitor hiperkolesterolemia dan penumpukan trigliserida.

    (4)   Mengontrol hipertensi.

    (5)   Mengatasi anoreksia.

    b.      Syarat diet

    (1)   Eneri cukup untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen positif, yaitu 35 kkal/kg BB per hari.

    (2)   Protein sedang, yaitu 1,0 g/kg BB, atau 0,8 g/kg BB di tambahkan jumlah protein yang di keluarkan melalui urine.

    (3)   Lemak sedang, yaitu 15-20% dari kebutuhan energi total.

    (4)   Karbohidrat sebagai kebutuhan energi.

    (5)   Natrium dibatasi, yaitu 1-4 g sehari, tergantung berat ringannya edema

    (6)   Kolestrol dibatasi < 300 mg, begitu pula gula murni, bila ada peningkatan trigliserida darah.

    (7)   Cairan disesuaikan dengan banyaknya cairan di keluarkan melalui urin ditambah 500 ml pengganti cairan yang dikeluarkan melalui kulit dan pernapasan.

    2.      Diet Gagal Ginjal Akut

    Gagal ginjal akut terjadi karena menurunnya fungsi ginjal secara mendadak yang terlihat pada penurunan glomerulo filtration rate (GFR) atau tes kliren kreatinin (TKK) dan terganggunya kemampuan ginjal untuk mengeluarkan produk-produk sisa metabolisme.

    a.       Tujuan diet

    (1)   Memberikan maknan secukupnya tanpa memberatkan fungsi ginjal.

    (2)   Menurunkan kadar ureun darah.

    (3)   Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit

    (4)   Memperbaiki dan mempertahankan status gizi optimal dan mempercepat penyembuhan wanita.

    b.      Syarat diet

    (1)   Energi cukup untuk mencegah katabolisme, yaitu 25-35 kkal/kg BB.

    (2)   Protei di sesuaikan dengan katabolisme protein, yaitu 0,6-1,5 g/kg BB.

    (3)   Lemak sedang, yaitu, 20-30% dari kebutuhan energi total, atau antara 0,5-1,5 g/kg BB.

    (4)   Karbohidrat sebanyak sisa kebutuhan energi setelah dikurangi jumlah energi yang diperoleh dari protein dan lemak.

    (5)   Natrium dan kalium di batasi bila ada anuria.

    (6)   Cairan, sebagai pengganti cairan yang keluar melalui muntah, diare, dan urin + 500 ml.

    (7)   Bila kemampuan untuk makan rendah, makanan di berikan dalam bentuk formula enteral atau parenteral, tambahkan suplemen asam folat, vitamin , vitamin C, vitamin A, dan vitamin K.

    3.      Diet Penyakit Ginjal Kronik

    Penyakit ginjal kronik (chronic kidnei disease ) adalah keadaan dimana terjadi penurunan fungsi ginjal yang cukup berat secaraa perlahan-lahan (menahun) disebabkan oleh berbagai penyakit ginjal.

    a.       Tujuan diet

    (1)   Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal dengan memperhitungkan sisa fungsi ginjal, agar tidak memberatkan kerja ginjal.

    (2)   Mencegah dan menurunkan kadar ureun darah yang tiggi (uremia).

    (3)   Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit.

    (4)   Mencegah atau mengurangi progrevisitas gagal ginjal, dengan memperlambat turunnya laju filtrasi glomerulus.

    b.      Syarat diet

    (1)   Energi cukup, yaitu 35 kkal/kg BB.

    (2)   Protein rendah, yaitu 0,6-0,75 g/kg BB.

    (3)   Lemak cukup, yaitu 20-30% dari kebutuhan energi total.

    (4)   Karbohidrat cukup, yaitu kebutuhan energi total di kurangi energi yang berasal dari protein dan lemak .

    (5)   Natrium di batasi apabila ada hipertensi, edema, asites, oliguria, atau anuria.

    (6)   Kalium di batasi (40-70 mEq) apabila ada hiperkalemia( kalium darah  > 5,5 mEq), oliguria, atau anuria.

    (7)   Cairan dibatasi, sebanyak jumlah urin sehari di tambah pengeluaran cairan melalui keringat dan pernapasan (+500 ml).

    (8)   Vitamin cukup, bila perlu di berikan suplemen piridoksi, asam folat, vitamin C, dan vitamin D.

    13.         Diet Penyakit Gout Artritis

    Gout adalah suatu penyakit artritis yang di sebabkan oleh metabolisme abnormal purin yang ditadai dengan dengan meningkatnya kadar asam urat dalam darah.

    a.       Tujuan diet

    Tujuan diet gout atritis adalah untuk mencapai dan mempertahankan status gizi optimal serta menurunkan kadar asam urat dalam darah dan urin.

    b.      Syarat diet

    (1)   Energi sesuai dengan kebutuhan tubuh.

    (2)   Protein cukup, yaitu 1,0-1,2 g/kg BB atau 10-15 % dari kebutuhan energi total.

    (3)   Hindari bahan makanan sember protein yang mempunyai kandungan urin > 150 mg/100g.

    (4)   Lemak sedang, yaitu 10-20% dari kebuutuhan energi total.

    (5)   Karbohidrat dapat di berikan lebih banyak, yaitu 65-75% dari kebutuhan energi total.

    (6)   Vitamin dan mineral cukup sesuai dengan kebutuhan.

    (7)   Cairan di sesuaikan dengan urin yang keluar setiap hari.

    14.         Diet Penyakit Kanker

    Kanker adalah pembelahan dan pertumbuhan sel secara abnormal yang tidak dapat di kontrol sehingga cepat meyebar.

    a.       Tujuan diet

    (1)   Memberikan makanan yang seimbang sesuai dengan keadaan penyakit serta daya terima pasien.

    (2)   Mencegah ataau menghambat penurunan berat badan secara berlebihan.

    (3)   Mengurangi rasa mual, muntah, dan diare.

    (4)   Mengupayakan perubahan sikap dan perilaku sehat terhadap makanan oleh pasien dan keluarganya.

    b.      Syarat diet

    (1)   Energi tinggi, yaitu 36 kkal/kg BB untuk laki-laki dan 32 kkal/kg BB untuk perempuan.

    (2)   Protein tinggi, yaitu 1-1,5 g/kg BB.

    (3)   Lemak sedang, yaitu 15-20% dari kebutuhan energi total.

    (4)   Karbohidrat cukup, yaitu sisa dari kebutuhan energi total.

    (5)   Vitamin dan mineral cukup, terutama vitamin A, B kompleks, C dan E.

    (6)   Rendah iodium bila sedang menjalani medikasi radioaktif internal.

    (7)   Bila imunitas menurun (leukosit > 10 ul ) atau pasien akan menjalani kemoterapi agresif, pasien harus mendapat makanan yang steril.

    (8)   Poirsi makan kecil dan sering diberikan.

    15.         Diet Penyakit HIV/AIDS

    AIDS merupakan tahap akhir penyakit infeksi yang di sebabkan oleh HIV yang dapat menimbulkan infeksi pada sistem organ tubuh termasuk otak sehingga menyebabkan rusaknya sistem kekebalan tubuh.

    a.       Tujuan umum

    (1)   Memberikan intervensi gizi secara cepat dengan mempertimbangkan seluruh aspek dukungan gizi pada semua tahap dini penyakit infeksi HIV.

    (2)   Mencapai dan mempertahankan berat badan serta komposisi tubuh yang diharapkan, terutama jaringan otot.

    (3)   Memenuhi semua kebutuhan energi dan semua zat gizi.

    (4)   Mendorong perilaku sehat dan menerapkan diet, olahraga, dn relaksasi.

    b.      Tujuan khusus

    (1)   Mengatasi gejala diare, intoleransi laktosa, mual,dan mutah.

    (2)   Meingkatkan kemampuan untuk memusatkan perhatian, yag terlihat pada: pasien dapat di bedakan antara gejala anoreksia, perasaan kenyang, perubahan indra pengecap, da kesulita menelan.

    (3)   Mencapai dan mempertahankan berat badan normal.

    (4)   Mencegah penuruna berat badan yang berlebihan (terutama jaringan otot).

    (5)   Memberikan kebebasan pasien untuk memilih makanan yang adekuat sesuai dengan kemampuan makan dan jenis terapi yang diberikan.

    c.       Syarat diet

    (1)   Energi tinggi, pada perhitugan kebutuhan energi, diperhatikan faktor sres, aktivitas fisik, dan kenaikan suhu tubuh.

    (2)   Protein tinggi yaitu 1,1-1,5 g/kg BB untuk memelihara dan mengganti jaringan sel tubuh yang rusak.

    (3)   Lemak cukup, yaitu 10-25% dari kebutuhan energi total.

    (4)   Vitamin dan mineral tinggi, yaitu 1 kali ( 150%) angka keukupan gizi yang dianjurkan (AKG), terutama vitamin A, , C, E, folat, kalsium, magnesium, seng, dan selenium.

    (5)   Serat cukup, gunakan serat yang mudah cerna.

    (6)   Cairan cukup, sesuai dengan keadaan pasien.

    (7)   Elektrolit.

    (8)   Bentuk makanan di modifikasi sesuai dengan keadaan pasien.

    (9)   Makanan di berikan dalam porsi kecil da sering.

    (10)    Hindari makanan yang merangsang pencernaan baik secara mekanik, termik, maupun kimia.

    BAB III

    KESIMPULAN

                Diet adalah sebagai usaha seseorang dalam mengatur pola makan dan mengurangi makan untuk mendapatkan tubuh yang sehat dan berat badan yang ideal.

                Diet penyakit adalah salah satu usaha mengatur pola makan yang sehat dengan penyakit yang di derita agar cepat menuju angka kesembuhan dan mencegah penyakit itu kembali lagi.

    Macam-macam penyakit yang di perlukan diet :

    (1)        Diet pada tindakan bedah

    (2)        Diet luka bakar

    (3)        Diet komplikasi kehamilan

    (4)        Diet penyakit hati dan kandung empedu

    (5)        Diet penyakit diabetes melitus

    (6)        Diet penyakit jantug dan pembuluh darah

    (7)        Diet penyakit ginjal dan saluran kemih

    (8)        Diet penyakit gout artritis

    (9)        Diet penyakit kanker

    (10)    Diet penyakit HIV/AIDS

    Diet standar makanan khusus adalah :

    (1)   Diet energi tinggi protein tinggi

    (2)   Diet energi rendah

    (3)   Diet garam rendah

    (4)   Diet serat tinggi

    (5)   Diet sisa rendah

  • Reaksi Transfusi Darah yang Tidak Sesuai

    Reaksi Transfusi Darah

    Reaksi transfusi adalah respons sistemik tubuh terhadap darah yang tidak sesuai. Penyebabnya meliputi inkompatibilitas sel darah atau sensitivitas reaksi alergi pada komponen darah yang ditransfusikan atau pada kalium atau sitrat yang disimpan dalam darah. Transfusi drah juga dapat menyebabkan penyebaran penyakit infeksius. Beberapa jenis reaksi akut dapat berasal dari transfusi darah.

    reaksipenyababManifestasi klinismanajemenpencegahan
    Hemolisis akutInfuse seluruh darah , sel darah merah, atau komponen darah yang tidak sesuai, yang terdiri atas 10 ml atau lebih sel darah merah. Antibody pada plasma resipien melekat pada antigen saat mentransfusi sel darah merah menyebabkan pemecahan sel darah merah.Demam, hangat, nyeri punggung, memerah, takikardia, takipnea, hipotensi, kolaps pembuluh darah, hemoglobinuria, hemoglobinumea, pendarahan, gagal ginjal akut, syok, henti jantung, kematian.Hentikan tranfusi atasi syok, jika terjadi dapatkan sampel darah untuk pemeriksaan serologis dengan lambat untuk mencegah hemolisis selama pengambilan darah. Kirim specimen urine kelaboratorium. Pertahankan tekanan darah dengan memberikan cairan koloid IV. Berikan dierisis sesuaai pesan untuk mempertahankan aliran urine. Insersi kateter indwelling atau hitung jumlah urine. Untuk memantau jumlah keluaran urine per jam. Dialysis mungkin diperlukan jika gagal ginjal terjadi. Jangan memberikan transfusi darah merah lain yang mengandung komponen hingga pelayanan transfusi menyediakan unit darah yang baru.Verifikasi dengan teliti dan dokumentasikan identifikasi klien dari sampel ke komponen infuse.
    Febril, non-hemolitik (paling sering terjadi)Sensitifitas sel darah putih, platelet, atau protein plasma.Demam dan hangat yang tiba tiba (suhu meningkat lebih dari 1®C), sakit kepala, memerah, ansietas, nyeri ototHentikan infuse berikan antipiretik sesuai pesan; jangan berikan aspirin pada klien trombositopenia peringatan keselamatan: jangan memulai prosedur tranfusi.Mempertimbangkan produk darah yang mengandung sedikit leukosit (difiltrasi, dicuci, atau dibekukan).
    Reaksi elergi ringan (mild allergic)Sensitifitas protein plasma asing.Kemerahan, sakit, urtikariaBerikan antihistamin segera mungkin. Jika gejala ringan dan bersifat sementara, transfuse dapat dimulai dengan lambat. Peringatan keamanan: jangan memulai prosedur transfusi jika demam dan gejala pulmonary terjadi.Atasi reaksi profilaksis dengan antihistamin.
    anafilaksisInfuse protein IgA pada resipien defisiensi IgA yang memiliki antibody IgA.Ansietas, urtikaria, bunyi mengi, terjadi sianosis, syok, kemungkinan henti jantung.Hentikan tranfusi. Mulai RJP, jika diindikasihan. Siapkan efineprin untuk injeksi (0,4 ml untuk 1:1000 larutan per subkutan atau 0,1 ml untuk 1:1000 larutan yang dilarutkanpada 10 ml saline untuk penggunann IV). Peringatan keamanan: jangan memuli prosedur transfuse.Tranfusi produk sel darah merah secara ekstensif, dimana semua plasma telah dihilangkan. Gunakan donor darah dari darah yang defisiensi IgA.
    Kelebihan cairan sirkulasiPemberian cairan lebih cepat dari pada sirkulasiBatuk, dispnea, kongesti, pulmonary, (bunyi napas rales), sakit kepala hipertensi, taki kardia. Distensi vena leherPosisikan klien duduk dengan kaki pada posisi bergantung berikan dieresis, oksigen, morfin, flebotomi dapat dilakukanSesuaikan volume transfusi daan kecepatan aaliran berdasarkan keadaan klinis klien bagi alat transfusi kebentuk cairan kecil untuk memberikan ruang asupan cairan yang lebih baik
    sepsisTransfusi komponen darah yang terkontaminasiAwitan cepat panas, demam tinggi, muntah, diare, hipotensi, dan syok.Dapatkan kultur darah klien dan kirim kantung yang berisi darah sisi ke pelayanan transfusi untuk pemeriksaan lebih lanjut atasi septicemia-antibiotik, cairan Iv, vasepresor, steroid.Kumpulkan, proses, dan transfusi produk darah sesuai dengan standar bank darah dan infuse selama 4 jam sejak waktu awal

    Kategori kedua dari reaksi  transfusi meliputi penyakit yang ditransmisikan dari donor darah yang terinfeksi yang tidak menunjukkan gejala. Penyakit yang disebarkan melalui transfuse meliputi malaria, hepatitis, dan HIV/AIDS. Karena semua unit darah yang terkumpul harus melalui uji serologi dan skirining HIV dan HBV, maka resiko terserang infeksi dari transfusi darah telah berkurang.

    Kelebihan cairan sirkulasi merupakan risiko saat klien menerima seluruh transfuse darah atau packet RBC dengan jumlah yang besar untuk pendarahan massif, syok, atau ketika klien yang memiliki jumlah darah yang normal menerima darah.  Klien yang berisiko mengalami kelebihan cairan sirkulasi adalah reaksi transfusi darah dapat mengncam kehidupan, tetapi intervensi yang segera dapat mempertahankan stabilitas fisiologis klien. Ikuti pentunjuk tindakan yang diberikan saat reaksi terjadi :

    Pertahankan keamanan jika reaksi darah terjadi, hentikan tranfusi darah segera.

    1. Pertahankan jalur IV tetap terbuka dengan memberikan 0,9% normal saline melalui sistem “piggyback” kedaalam jalur IV dan aliran saline dengan cepat.
    2. Jangan menutup klem darah dan membuka klem normal salime 0,9% yang dihubungkan dengan set infuse selang Y. hal ini akan menyebabkan darah yang berada dalam selang Y terinfusi dengan klien. Metransfusi sedikit saja jumlaah darah yang tidak tepat dapat menyebabkan reaksi yang besar.
    3. Beritau petugas kesehatan segera.
    4. Tetap berada dismping klien, obervasi tanda dan gejala dan pantau tanda vital setiap 5 menit.
    5. Berikan obat emergensi seperti antihistamin, vasopresor, cairan, atau steroid sesuai instruksi atau protokol pemberi asuhan keperawatan.
    6. Persiapkan peralatan untuk melakukan resusitasi jantung paru.
    7. Dapaatkan spesimen urine, dan kirimkan kelaboratorium untuk menentukan ada atau tidak adanya hemoglobin sebagai akibat terjadinya hemolisis.
    8. Lindungi kantung darah, selang, berikan label, serta catat transfusi dan kembalikan kelaboratorium.
  • Makalah Askep Kasus Gout Artritis

    Kasus Gout Artritis

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Di masyarakat kini beredar mitos bahwa ngilu sendi berarti asam urat. Pengertian ini perlu diluruskan karena tidak semua keluhan dari nyeri sendi disebabkan oleh asam urat. Pengertian yang salah ini diperparah oleh iklan jamu/obat tradisional. Penyakit rematik banyak jenisnya. Tidak semua keluhan nyeri sendi atau sendi yang bengkak itu berarti asam urat. Untuk memastikannya perlu pemeriksaan laboratorium.

    Sebenarnya yang dimaksud dengan asam urat adalah asam yang berbentuk kristal-kristal yang merupakan hasil akhir dari metabolisme purin (bentuk turunan nukleoprotein), yaitu salah satu komponen asam nukleat yang terdapat pada intisel – sel tubuh. Secara alamiah, purin terdapat dalam tubuh kita dan dijumpai pada semua makanan dari sel hidup, yakni makanan dari tanaman (sayur, buah, kacang-kacangan) atau pun hewan (daging, jeroan, ikan sarden).

    Jadi asam urat merupakan hasil metabolisme di dalam tubuh, yang kadarnya tidak boleh berlebih. Setiap orang memiliki asam urat di dalam tubuh, karena pada setiap metabolisme normal dihasilkan asam urat. Sedangkan pemicunya adalah makanan dan senyawa lain yang banyak mengandung purin. Sebetulnya, tubuh menyediakan 85 persen senyawa purin untuk kebutuhan setiap hari. Ini berarti bahwa kebutuhan purin dari makanan hanya sekitar 15 persen. Sayangnya, fakta ini masih belum diketahui secara luas oleh masyarakat. Akibatnya banyak orang suka menyamaratakan semua makanan. Orang menyantap apa saja yang dia inginkan, tanpa mempertimbangkan kandungan didalamnya sangat tinggi. Produk makanan mengandung purin tinggi kurang baik bagi orang-orang tertentu, yang punya bakat mengalami gangguan asam urat. Jika mengonsumsi makanan ini tanpa perhitungan, jumlah purin dalam tubuhnya dapat melewati ambang batas normal. Beberapa jenis makanan dan minuman yang diketahui bisa meningkatkan kadar asam urat adalah alkohol, ikan hearing, telur, dan jeroan. Ikan hearing atau sejenisnya (sarden), dan jeroan merupakan sumber senyawa sangat potensial. Yang tergolong jeroan bukan saja usus melainkan semua bagian lain yang terdapatdalam perut hewan ±seperti hati, jantung, babat, dan limfa.

    Konsumsi jeroan memperberat kerja enzim hipoksantin untuk mengolah purin. Akibatnya banyak sisa asam urat di dalam darahnya, yang berbentuk butiran dan mengumpul di sekitar sendi sehingga menimbulkan rasasangat sakit. Jeroan memang merupakan salah satu hidangan menggiurkan, diantaranya soto babat, sambal hati, sate jantung, dan kerupuk limfa. Tetapi salahsatu dampaknya, jika tubuh kelebihan senyawa purin maka si empunya dirimengalami sakit pada persendian.

    B. Tujuan

    1.      Untuk Mengetahui Pengertian

    2.      Untuk mengetahui Etiologi

    3.      Untuk mengetahui Manifestasi Klinis

    4.      Untuk Mengetahui Patofisiologi

    5.      Untuk mengetahui Pemeriksaan Penunjang

    6.      Untuk mengetahui Pemeriksaan Fisik

    7.      Untuk mengetahui Penatalaksanaan Medis

    8.      Untuk mengetahui Penatalaksanaan keperawatan

    9.      Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan

    C. MANFAAT PENULISAN         

    Setelah menyelesaikan makalah ini diharapkan kami sebagai mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan mengenai penyebab serta upaya pencegahan penyakit Gout artritis agar terciptanya kesehatan masyarakat yang lebih baik. Bagi pembaca diharapkan agar pembaca dapat mengetahui tentang Gout arthritis lebih dalam sehingga dapat mencegah serta mengantisipasi diri dari penyakit Gout artritis. Bagi petugas kesehatan diharapkan dapat menambah wawasan dan informasi dalam penanganan Gout sehingga dapat meningkatkan pelayanan keperawatan yang baik. Bagi institusi kesehatan dapat menambah informasi tentang Gout artritis sehingga tercipta proses belajar mengajar yang efektif.

    Bab II. Tinjauan Pustaka

    A. Gout Artritis

    Artritis gout adalah suatu sindrom klinik yang mempunyai gambaran khusus, yaitu artritis akut. Artritis gout lebih banyak terdapat pada pria dari pada wanita. Pada pria sering mengenai usia pertengahan, sedangkan pada wanita biasanya mendekati masa menopause. Gout arthritis, atau lebih dikenal dengan nama penyakit asam urat, adalah salah satu penyakit inflamasi yang menyerang persendian. Gout arthritis disebabkan oleh penimbunan asam urat (kristal mononatrium urat), suatu produk akhir metabolisme purin, dalam jumlah berlebihan di jaringan. Penyakit ini sering menyerang sendi metatarsophalangeal 1 dan prevalensinya lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan perempuan. Kadang-kadang terbentuk agregat kristal besar yang disebut sebagai tofi (tophus) dan menyebabkan deformitas.

    Gout adalah peradangan akibat adanya endapan kristal asam urat pada sendi dan jari (depkes, 1992). Penyakit metabolik ini sudah dibahas oleh Hippocrates pada zaman Yunani kuno. Pada waktu itu gout dianggap sebagai penyakit kalangan sosial elite yang disebabkan karena terlalu banyak makan, anggur dan seks. sejak saat itu banyak teori etiologis dan terapeutik yang telah diusulkan.

    Gout adalah kerusakan metabolic yang ditandai dengan peningkatan konsentrasi serum asam urat dan deposit kristal asam urat dalam cairan sinovial dan disekitar jaringan sendi. Gout juga dapat didefinisikan sebagai kerusakan metabolisme purin herediter yang menyebabkan Peningkatan asam urat yang terakumulasi dalam jaringan tubuh dan sendi.Gout merupakan kelompok keadaan heterogenous yang berdasarkan efek genetic pada metabolisme purin (hiperuresemia). Pada keadaan ini biasa terjadi over sekresi asam urat atau detek renal yang mengakibatkan sekresi asam urat/kombinasi keduanya.

    Artritis pirai (gout) adalah jenis artropati kristal yang patogenesisnya sudah diketahui secara jelas dan dapat diobati secara sempurna. Secara klinis, artritis pirai merupakan penya-kit heterogen meliputi hiperurikemia, serangan artritis akut yang biasanya mono-artikuler. Terjadi deposisi kristal urat di dalam dan sekitar sendi, parenkim ginjal dan dapat menimbul-kan batu saluran kemih. Kelainan ini dipengaruhi banyak faktor antara lain gangguan kinetik asam urat misalhya hiperurikemia. Artritis pirai akut disebabkan oleh reaksi inflamasi jaring-an terhadap pembentukan kristal monosodium urat monohidrat. Tidak semua orang dengan hiperurikemia adalah penderita artritis pirai atau sedang menderita artritis pirai. Akan tetapi risiko terjadi artritis pirai lebih besar dengan meningkatnya konsentrasi asam urat darah.

    B. Etimologi Gout Artritis

    Gejala arthritis akut disebabkan oleh reaksi inflamasi jaringan terhadap pembentukan kristal monosodium urat monohidrat. Karena itu, dilihat dari penyebabnya, penyakit ini termasuk dalam kelainan metabolik. Kelainan ini berhubungan dengan gangguan kinetik asam urat yaitu hiperuresemia. Hiperuresemia terjadi karena :

    1. Pembentukan asam urat berlebihan

    a. Gout primer metabolik, disebabkan sintesis langsung yang bertambah

    b. Gout sekunder metabolik, disebabkan pembentukan asam urat berlebihan

    karena penyakit lain seperti leukimia, terutama bila diobati dengan sitostatistika, psoriasis, polisitemia vena dan mielofibrosis

    2. Kurangnya pengeluaran asam urat melalui ginjal.

    a. Ginjal yang sehat. Penyebabnya tidak diketahui.

    b. Gout sekunder renal, disebabkan oleh kerusakan ginjal, misalnya pada glomerulonefritis kronik atau gagal ginjal kronik

    3. Perombakan dalam usus yang berkurang. Namun secara klinis hal ini tidak penting.

    Tetapi beberapa kasus menunjukkan adanya hubungan dengan defek genetik dalam metabolisme purin. Imkompletnya metabolisme purin menyebabkan pembentukan kristal asam urat di dalam tubuh atau menimbulkan over produksi asam urat. Over produksi asam urat ini dapat juga terjadi secara sekunder akibat beberapa penyakit antara lain:

    • Sickle cell anemia

    • Kanker maligna

    • Penyakit ginjal

    Penurunan fungsi renal akibat penggunaan obat dalam waktu yang lama (diuretik) dapat menyebabkan penurunan ekskresi asam urat dari ginjal.Penyebab Gout dapat terjadi akibat hiperusemia yang di sebabkan oleh diet yang ketat atau starpasi, asupan makanan kaya purin (terang-terangan/jeron) yang berlebihan atau kelainan Herediter.

    C. PATOFISIOLOGI GOUT ARTRITIS 

    Asam urat adalah produk sisa metabolisme purin. Pada keadaan normal terjadi keseimbangan antara produksi dan ekskresi. Sekitar dua pertiga (2/3) Jumlah yang, diproduksi setiap hari diekskresikan melalui ginjal dan sisanya melalui feses.

     Serum asam urat normal dipertahankan antara 3,4 – 7,0 mg/dl pada pria dan 2,4 – 6,0 pada wanita, pada level lebih dari 7,0 mg/dl akan terbentuk kristal monosodium urat.

    Faktor-faktor yang merupakan presipitasi pembentukan kristal dan deposit di jaringan antara lain :

    • Penurunan PH cairan ekstraseluler

    • Penurunan protein plasma pengikat kristal-kristal urat

    • Trauma jaringan

    • Peningkatan kadar asam urat dari diet

    Biasanya menyerang satu persendian, terjadi secara tak terduga, terjadi pada malam hari yang dapat dipicu oleh trauma, konsumsi alkohol dan pembelahan. Pada level ini asam urat di dalam persendian menimbulkan respon inflamasi, selanjutnya leukosit Poli Morfo Nuklear (PMN) menginfiltrasi persendian dan memfagosit kristal-kristal urat yang menyebabkan kematian leukosit PMN, pengeluaran enzim-enzim lisosom serta mediator-mediator inflamasi lainnya kedalam jaringan. Hal ini menyebabkan sendi yang terserang terlihat kemerahan, papas, bengkak dan terasa nyeri.

    Sekitar 50% serangan gout arthritis akut terjadi pada sendi metatarsophalangeal tumit, sedangkan bagian tubuh lain yang juga mengalami serangan; ankle, tumit, lutut, jari-jari tangan dan siku. Nyeri bertambah dalam beberapa jam yang disertai keluhan demam serta peningkatan angka leukosit (white blood cell) dan sedimen rate.Serangan akut gout ini dapat terjadi dalam beberapa hari sampai beberapa minggu. Hampir 60% penderita mengalami serangan ulang setelah satu tahun.

    D. MANIFESTASI KLINIS GOUT ARTRITIS 

    Secara klinis ditandai dengan adanya atritis, tofi, dan batu ginjal. Yang penting diketahui bahwa asam urat sendiri tidak akan mengakibatkan apa-apa. Yang menimbulkan rasa sakit adalah terbentuk dan mengendapnya kristal monosodium urat. Pengendapannya dipengaruhi oleh suhu dan tekanan. Oleh sebab itu, sering terbentuk tofi pada daerah-daerah telinga, siku, lutut, dorsum pedis, dekat tendo Achilles pada metatarsofalangeal digiti I, dan sebagainya.

    Pada telinga misalnya, karena permukaannyayang lebar dan tipis serta mudah tertiup angin, kristal-kristal tersebut mudah mengendap dan menjadi tofi. Demikian pula di dorsum pedis, kalkaneus, dan sebagainya karena sering tertekan oleh sepatu. Tofi itu sendiri terdirri dari kristal-kristal urat yang diklilingi oleh benda-benda asing yang meradang, termasuk sel-sel raksasa. Serangan seringkali terjadipada malam hari. Biasanya sehari sebelum pasien tampak segar bugar tanpa keluhan. Tiba-tiba tengah malam terbangun karena rasa sakit yang hebat sekali.

    Daerah khas yang sering mendapat serangan adalah pangkal ibu jari kaki sebelah dalam, disebut podagra. Bagian ini tampak membengkak, kemerahan, daan nyeri sekali bila disentuh. Rasa nyeri berlangsung beberapa hari sampai satu minggu, lalu menghilang. Sedangkan tofi itu sendiri tidak sakit, tapi dapat merusak tulang. Sendi lutut juga merupakan tempat predileksi kedua untuk serangan ini.

    Tofi merupakan penimbunan asam urat yang dikelilingi reaksi radang pada sinovia, tulang rawan, bursa dan jaringan lunak. Sering timbul tulang rawan telinga sebagai benjolan keras. Tofi ini merupakan menifestasi lanjut dari gout yang timbul 5-10 tahun setelah serangan artritis akut pertama.

    Pada ginjal akan timbul sebagai berikut:

    1. Mikrotofi, dapat terjadi di tubuli ginjal dan menimbulkan nekrosis

    2. Pielonefritis kronis

    3. Tanda-tanda arterosklerosis dan hipertensi

    4. Tidak jarang ditemukan pada pasien dengan kadar asam urat tinggi dalam darah,

    Nefrolitiasis karena endapan asam urat tanpa adanya riwayat gout, yang disebut hiperurisemia asimtomatik. Pasien demikian sebaiknya dianjurkan mengurangi kadar asam uaratnya karena menjadi faktor resiko dikemudian hari ini dan kemudian terbentuknya batu asam urat di ginjal.

    E. PEMERIKSAAN PENUNJANG GOUT ARTRITIS 

    1. Serum asam urat

    Umumnya meningkat, diatas 7,5 mg/dl. Pemeriksaan ini mengindikasikan hiperuricemia, akibat peningkatan produksi asam urat atau gangguan ekskresi.

    2. Angka leukosit

    Menunjukkan peningkatan yang signifikan mencapai 20.000/mm3 selama serangan akut.

    Selama periode asimtomatik angka leukosit masih dalam batas normal yaitu 5000 –

    10.000/mm3.

    3. Eusinofil Sedimen rate (ESR)

    Meningkat selama serangan akut. Peningkatan kecepatan sedimen rate mengindikasikan proses inflamasi akut, sebagai akibat deposit asam urat di persendian.

    4. Urin spesimen 24 jam

    Urin dikumpulkan dan diperiksa untuk menentukan produksi dan ekskresi dan asam urat. Jumlah normal seorang mengekskresikan 250 – 750 mg/24 jam asam urat di dalam urin. Ketika produksi asam urat meningkat maka level asam urat urin meningkat. Kadar kurang dari 800 mg/24 jam mengindikasikan gangguan ekskresi pada pasien dengan peningkatan serum asam urat.Instruksikan pasien untuk menampung semua urin dengan peses atau tisu toilet selama waktu pengumpulan.

    Biasanya diet purin normal direkomendasikan selama pengumpulan urin meskipun diet bebas purin pada waktu itu diindikasikan.

    5. Analisis cairan aspirasi dari sendi yang mengalami inflamasi akut atau material aspirasi dari sebuah tofi menggunakan jarum kristal urat yang tajam, memberikan diagnosis definitif gout.

    6. Pemeriksaan radiografi

    Dilakukan pada sendi yang terserang, hasil pemeriksaan akan menunjukkan tidak terdapat perubahan pada awal penyakit, tetapi setelah penyakit berkembang progresif maka akan terlihat jelas/area terpukul pada tulang yang berada di bawah sinavial sendi.

    F. PENATALAKSANAAN GOUT ARTRITIS 

    Kolkisin adalah suatu agen anti radang yang biasanya dipakai untuk mengobati serangan gout akut, dan unluk mencegah serangan gout Akut di kemudian hari. Obat ini juga dapat digunakan sebagai sarana diagnosis. Pengobatan serangan akut biasanya tablet 0,5 mg setiap jam, sampai gejala-gejala serangan Akut dapat dikurangi atau kalau ternyata ada bukti timbulnya efek samping gastrointestinal. Dosis maksimurn adalah 4-8 rng, tergantung dari berat pasien bersangkutan. Beberapa pasien mengalami rasa mual yang hebat, muntah-muntah dan diarhea, dan pada keadaan ini pemberian obat harus dihentikan.

    Gejala-gejala pada sebagian besar pasien berkurang dalam waktu 10-24 jam sesudah pemberian obat. Kolkisin dengan dosis 0,5-2 mg per hari ternyata cukup efektif untuk mencegah serangan gout berikutnya secara sempurna atau mendekati sempurna. Penggunaan kolkisin setiap hari cenderung memperingan episode gout berikutnya, kalau memang serangan gout terjadi lagi. Penggunaan kolkisin jangka panjang tak memperlihatkan efek samping yang berat.

    Fenilbutazon, suatu agen anti radang, dapat juga digunakan unluk mengobati artritis gout akut. Tetapi, karena fenilbutazon menimbulkan efek samping, maka kolkisin digunakan sebagai terapi pencegahan. Indometasin juga cukup efektif.

    Terdapat tiga obat lain yang berguna untuk terapi penunjang atau terapi pencegahan. Alopurinol dapat mengurangi pembentukan asam urat. Dosis 100-400 mg per hari dapat menurunkan kadar asam urat serum. Probenesid dan Sulfinpirazin merupakan agen urikosurik, artinya mereka dapat menghambat proses reabsorpsi urat oleh tubulus ginjal dan dengan dernikian meningkatkan ekskresi asam urat. Pemeriksaan kadar asam urat serum berguna untuk menentukan etektivitas suatu terapi.

    Mungkin dianjurkan untuk menghindari makanan yang mengandung kadar purin yang tinggi. Di antara jenis makanan ini termasuk jerohan seperti hati, ginjal, roti manis dan otak. Sardin dan anchovy (ikan kecfi semacarn haring) sebaiknya dibatasi.

    Untuk membuang tofi yang besar, terutama kalau tofi mengganggu gerakan sendi, maka dilakukan pembedahan.

    BAB III

    TINJAUAN KASUS

    Pada tanggal 25 Januari 2017,  TN. M datang ke UGD dengan keluhan nyeri pada sendi. Klien berumur 48 tahun dan mengatakan kesulitan bergerak akibat nyeri pada sendi. Aktivitas menjadi terbatas berhubungan dengan nyeri pada sendi dan keterbatasan bergerak. Menurut hasil observasi perawat badan klien tampak lemas dan dehidrasi, Setelah ditanya kembali klien mengatakan sebelumnya makan daging sapi, bayam, teri dan sarden. Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda vital :

    Tensi                   : 100/70 mmHg

    Nadi                    : 68 x/menit

    RR                       :  20x/menit

    Suhu                    : 36,4 C

    Keadaan umum   : Lemah

    A. PENGKAJIAN  KEPERAWATAN GOUT ARTRITIS 

    No. RM                       :  13106230

    Ruang                          : Teuku umar

    Tgl/ jam MRS              : 25 Januari 2017

    Tgl pengkajian             : 25 januari 2017

    Dignosa medis              : Gout Atritis

    I. IDENTITAS

    a.   Biodata Klien

    Nama                     : TN. M

    Jenis kelamin         : laki-laki

    Umur                     : 48 tahun

    Agama                   : Islam

    Pekerjaan               : Tentara

    Alamat                  : Asrama kodim

    b.   Penanggung Jawab

    Nama                                     : Ny.A

    Jenis kelamin                        : Perempuan

    Umur                                      : 40 tahun

    Agama                                   : Islam

    Pekerjaan                             : Wiraswasta

    hubungan dengan klien     : Istri klien

    alamat                                  : Asrama kodim

    II. RIWAYAT KESEHATAN GOUT ARTRITIS 

    a.       Keluhan Utama

    Klien mengatakan lemas dan nyeri pada sendi.

    b.      Riwayat Penyakit Sekarang

    Klien menyatakan sudah nyeri sendi dari beberapa hari yang lalu sejak tanggal 19 januari 2017. Klien menyatakan sebelumnya mengkonsumsi daging sapi, bayam, teri dan sarden . Klien juga mengatakan badannya lemas.

    c.       Riwayat Penyakit dahulu

    Klien mengatakan sebelumnya Klien tidak pernah sakit seperti ini. Klien juga tidak pernah Masuk RS sebelumnya.

    d.      Riwayat Penyakit Keluarga

    Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami DM, Hipertensi, dan penyakit menurun lainnya.

    III. POLA AKTIVITAS SEHARI – HARI

    NoPola AktivitasDi RumahDi RS
    1.2.3.4.5.Nutrisi-          Makan-          MinumPola Eliminasi-          BAB-          BAKAktivitas FisikIstirahat TidurPersonal Hygiene-          Mandi-          Keramas-          Gosok Gigi-          Ganti Pakaian–          3x/ hari dengan porsi sedang  Nasi, lauk, sayur-          Air putih  ± 5 gelas/ hari (± 1000 cc)-          1 x / hari, dengan konsisten lunak dan berwarna kuning-          3 – 4x / hari ( ± 750 cc) berwarna jernih-         klien bekerja sebagai tentara dan waktu senggang biasanya digunakan klien untuk berkumpul bersama keluarganya-         klien tidur ± 7 jam / hari menggunakan kasur, bantal, guling, dengan penerangan terang-         2x/ hari3x / minggu-          2x / hari-          2x / hari–          3x/ hari dengan porsi sedang nasi, lauk, sayur-          air putih ± 7 gelas / hari (± 1500 cc )-          1 x / hari, dengan konsisten lunak dan berwarna kuning-          6 – 7x / hari (± 1400 cc) berwarna kuning jernih-          Klien hanya menghabiskan waktunya di tempat tidur- Klien tidur ± 12 jam / hari menggunakan kasur dengan peneranga terang-          1 x / hari-          1x / hari-          1x / hari-          1x / hari 

    IV. DATA PSIKOSOSIAL

    a.       Status Emosi

    Klien tampak tenang saat dilakukan pengkajian

    b.      Konsep Diri

    –     Body image

          Klien menerima penyakitnya dengan ikhlas dan menganggapnya sebagai cobaan dari Tuhan

    –     Self Ideal

          Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan pulang agar dapat beraktivitas seperti biasa dan dapat berkumpul dengan keluarganya kembali.

    –     Self Esteem

          Klien mengatakan diperlakukan dengan baik oleh dokter dan perawat

    –     Role Performance

          Klien di rumahnya berperan sebagai ayah yang selalu ada buat keluarga

    –     Self Identify

          Klien adalah seorang ayah dengan tiga orang anak dengan seorang istri

    c.   Interaksi Sosial

          Klien sangat kooperatif saat dilakukan pengkajian.

    d.   Spiritual

          Klien beragama Islam.

    V. PEMERIKSAAN FISIK 

    a. Keadaan Umum      : Lemah

    b. Kesadaran               : Composmentis

    c. TTV                         :  – TD : 100/70 mmHg            – N : 68x/ menit

                                           –  RR : 20x/ menit                – Suhu : 36,4 º C

    d. Kepala

    – Ekspresi Wajah   : Tenang

    – Rambut               :  Rambut beruban, persebaran merata, berminyak.

    – Wajah                  : Simetris, tidak ada luka

    – Mata                    : Sklera putih, Konjungtiva merah muda, dapat membuka mata secara spontan

    – Hidung                : Tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak ada Secret.

    – Mulut                  : Tidak ada sariawan, simetris, mukosa kering

    – Telinga               : Simetris, tidak ada serumen, fungsi pendengaran baik

                                  :  Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembengkakan vena jugularis

    e.       Thorax

    – Inspeksi    : Simetris, tidak ada benjolan dan luka

    – Palpasi      : Tidak ada nyeri tekan pada dada

    – Perkusi      : Suara paru sonor, suara jantung dullnes

    – Auskultasi : Tidak ada bunyi tambahan, irama jantung teratur

    f.       Abdomen

    – Inspeksi     : Bentuk perut datar

    – Auskultasi : bunyi usus 6x / menit

    – Perkusi      : Suara timpani

    – Palpasi      : Tidak ada pembesaran hepar

    g.      Ekstermitas

    – Atas              : Jari lengkap, terpasang infus RL pada tangan kanan

    – Bawah           : Jari lengkap

    h.      Genetalia  : Tidak dikaji

    VI. DATA PENUNJANG

    –      Asam urat            : 6.9 mg/dl

    –      glukosa sewaktu  : 71 mg/dl

    –      Cholesterol Total : 180 mg/dl

    –      Trigliserida           : 93 mg/dl

    VII.    TERAPI

    –      Infus RL 20 tt/i

    –      Injeksi Dexametason 1a/8j

            Novalgin           1a/8j

            Pumpisel  1a/h

    VIII. DATA SENJANG

    DS : 

    – klien mengatakan nyeri pada sendi

    –   klien mengatakan badannya terasa lemas

    –   klien mengatakan aktivitasnya terganggu

    –   klien mengatakan sebelumnya mengkonsumsi daging sapi, bayam, teri dan sarden

    DO :

     – Keluhan utama Lemah dan nyeri sendi

    – Suhu : 36,4 º C                   – TD : 100/70 mmHg

    – Nadi : 68 x / menit            – RR : 20 x /menit

    -keterbatasan dalam menggerakkan kaki

    – Mukosa bibir kering

    B.  ANALISA DATA GOUT ARTRITIS 

    NODATAETIOLOGIMASALAH
    1DS :         Klien mengatakan kaki dan tangan terasa linu dan kesemutan terlebih saat melakukan aktivitas.         Klien mengatakan sering terasa terganggu dengan sakitnya.         Kadang sendi di tangan dan kaki juga terasa sakitDO :         Ketika pengkajian klien sering mengurut kakinya         Hasil tes asam urat : 6.9 mg/dlKaku sendiHambatan mobilitas fisik
    2DS :-          Klien mengatakan hanya tahu penyakitnya asam urat namun tidak tahu tentang yang lainnya tentang asam urat.DO :-          Klien tampak bertanya tentang asam uratKurangnya mengenal masalah penyakitKurangnya pengetahuan

    C.  DIAGNOSA KEPERAWATAN GOUT ARTRITIS 

    1.      Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan kaku pada persendian.

    2.      Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya mengenal masalah penyakit.

    D.  RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN GOUT ARTRITIS 

    NODIAGNOSATUJUANINTERVENSIRASIONAL
    1Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan kaku pada persendian.Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 kali kunjungan di harapkan klien :-          Gerakan sendi klien kembali normal-          Klien tidak mengeluhkan linu dan kesemutan1. Monitor dari tanda – tanda inflamasi.2. Berikan klien latihan ROM3. Kontrol asam urat4.      Motivasi untuk berobat ke puskesmas1. Untuk menentukan intervensi selanjutnya2. Untuk melemaskan sendi3. Mengetahui kadar asam urat klien.4.      Berkolaborasi untuk pemberian obat klien
    2Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya mengenal masalah penyakit.Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 3 kali kunjungan diharapkan klien1.Memberikan pendidikan kesehatan mengenai asam urat-          Pengertian-          Tanda dan gejala-          Penyebab-          Komplikasi-          Pencegahan-          Diit2.      Motivasi klien untuk berobat ke puskesmas1. Menambahkan pengetahuan klien tentang asam urat2.      Berkolaborasi untuk pemberian obat

    E.  IMPLEMENTASI KEPERAWATAN GOUT ARTRITIS 

    HARI/TGLDIAGNOSAINTERVENSIEVALUASI
    RABU,25 JANUARI 2017Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan kaku pada persendian.Membina hubungan saling percaya2.     Mengkaji adanya inflamasi3.     Mengontrol kadar asam urat4.     Mengajarkan ROMS :-          Klien mengatakan kakinya masih linu dan sering kesemutan-          Klien mengatakan masih belum ingat teknik yang diajarkan hanya ingat sedikit.O :-          Klien mempraktekkan ROM dengan bantuan perawat-          UA : 6.9 mg/dlA :-          Asam urat klien tinggiP :-          Pendidikan kesehatan untuk pengetahuan klien-          Lanjutkan mengajarkan klien untuk latihan ROM- Motivasi klien untuk ke puskesmas
    KAMIS,26 JANUARI 2017Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya mengenal masalah penyakit.Melakukan pendidikan kesehatan mengenai asam urat :·         Pengertian·         Tanda dan gejala·         Penyebab·         DiitS :-          Klien mengatakan mengerti dengan penjelasan perawat.O :-          Klien dapat menyebutkan pengertian, tanda dan gejala, penyebab, dan diit asam uratA :-          Pengetahuan klien bertambah tentang asam uratP :-          Pendidikan kesehatan tentang apa yang boleh dimakan dan tikdak boleh.-          Motivasi klien untuk berobat ke puskesmas
    JUM`AT,27 JANUARI 2017Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya mengenal masalah penyakit.1.Mengontrol kadar asam urat2.Mengevaluasi latihan ROM3.Pendidikan kesehatan mengenai apa yang boleh dimakan dan yang tidak boleh dimakan.S :-          Klien mengatakan sudah pahan dengan penjelasan perawatO :-          Klien sudah bisa teknik ROM dengan bantuan perawat.-          UA : 6.9 mg/dl-          Klien dapat menyebutkan apa yang tidak boleh dimakan oleh penderita asam uratA :-          Pengetahuan klien bertambahP :-          Evaluasi akhir

    BAB IV

    PENUTUP

    A.           KESIMPULAN

    Kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut :

    a. Asam urat adalah hasil akhir dari katabolisme (pemecahan) purin. Purin adalah salah satu kelompok struktur kimia pembentuk DNA.

    b. Asam urat dikeluarkan dalam tubuh melalui feses (kotoran) dan urin, tetapi karena ginjal tidak mampu mengeluarkan asam urat yang ada menyebabkan kadarnya meningkat dalam tubuh. Hal lain yang dapat meningkatkan kadar asam urat adalah kita terlalu banyak mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung banyak purin. Asam urat yang berlebih selanjutnya akan terkumpul pada persendian sehingga menyebabkan rasa nyeri atau bengkak.

    c. Gejala Asam Urat seperti ; kesemutan dan linu, nyeri terutama malam hari atau pagi hari saat bangun tidur, sendi yang terkena asam urat terlihat bengkak, kemerahan, panas dan nyeri luar biasa pada malam dan pagi.

    B.            SARAN

    Pada kesempatan ini penulis akan mengemukakan beberapa saran sebagai bahan masukan yang bermanfaat bagi usaha peningkatan mutu pelayanan asuhan keperawatan yang akan datang, diantaranya :

    1.      Dalam melakukan asuhan keperawatan, perawat mengetahui atau mengerti tentang rencana keperawatan pada pasien dengan gout artritis, pendokumentasian harus jelas dan dapat menjalin hubungan yang baik dengan klien dan keluarga.

     2.      Dalam rangka mengatasi masalah resiko injuri pada klien dengan gout artritis maka tugas perawat yang utama adalah sering mengobservasi akan kebutuhan klien yang mengalami gout artritis.

    3.     Untuk perawat diharapkan mampu menciptakan hubungan yang harmonis dengan  keluarga sehingga keluarga diharapkan mampu membantu dan memotivasi klien dalam proses penyembuhan.

    DAFTAR PUSTAKA

    Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Volume 3. Jakarta : EGC.

    Helmi, Zairin Helmi. 2011. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Cetakan kedua. Jakarta :  Salemba Medika.

    Rasjad, Chairuddin. 2007. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Edisi 3. Cetakan kelima. Jakarta : Yarsif Watampone.

  • Makalah Askep Thalasemia

    Thalasemia

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Thalasemia merupakan kelainan genetik yang ditandai oleh penurunan atau tidak adanya sintesis atau beberapa rantainpolipeptida globin (Soegijanto S,2007).

    Berbagai penyakit kelainan darah merupakan penyakit yang relaif sulit untuk dihindari. Terlebih pengetahuan tentang penyakit ini belum merata hingga ke daerah. Begitu juga dengan penyakit thalassemia. World Heatlh Organization (WHO) menyatakan, insiden pembawa sifat thalassemia di Indonesia berkisar 6-10%, artinya dari setiap 100 orang, 6-10 orang adalah pembawa sifat thalassemia. Karena penyakit ini merupakan penyakit yang diturunkan, maka penderita penyakit ini telag terdeteksi sejak masih bayi (WHO, 2009).

    Thalasemia sudah ada di tengah masyarakat Indonesia. Hasil riset terbaru sangat mencengangkan. Dimana sekitar 20 juta penduduk Indonesia membawa gen penyakit talasemia. Mereka berpeluang mewariskan penyakit kelainan darah itu kepada keturunannya (Depaertemen Kesehatan, 2007).

    Data menunjukkan, terdapat 3.000 penderita thalasemia yang terdaftar dan tersebar di Pulau Jawa. Dari jumlah itu, 1.300 di antaranya tinggal di Jakarta. Untuk Indonesia, diperkirakan terdapat 3.000 penderita baru setiap tahun. Sementara di Thailand, terjadi penambahan penderita thalasemia sebanyak 12 ribu orang setiap tahunnya (Departemen Kesehatan, 2007).

    Untuk Provinsi Aceh sendiri sudah mencapai 280 orang yang terdata menderita thalasemia dan itu tersebar diseluruh kabupaten / kota di Aceh dan rata-rata pasien tersebut berada di bawah kemiskinan sehingga membutuhkan perhatian khusus (Dinkes ACEH, 2010).

    Penyakit  kelainan darah ini menyebabkan sel darah (hemoglobin) merah cepat hancur sehingga usia sel-sel darah menjadi lebih pendek dan tubuh kekurangan darah.

    Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis akan menyajikan sebuah makalah yang berjudul “ Asuhan Keperawatan Leukemia”. Semoga dengan adanya makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis pribadi dan pembaca sekalian..

    B. Tujuan Penulisan

    1.      Tujuan umum

    Diharapkan mahasiswa mengetahui Asuhan Keperawatan Thalasemia..

    2.      Tujuan Khusus

    a.       Mahasiswa mengetahui konsep teoritis Thalasemia.

    b.      Mahasiswa mengetahui asuhan keperawatan teoritis pada penderita Thalasemia.

    Bab II. Pembahasan

    A. Konsep Teoritis Thalasemia

    1.      Definisi Thalasemia

    Thalasemia merupakan kelainan genetik yang ditandai oleh penurunan atau tidak adanya sintesis atau beberapa rantainpolipeptida globin (Soegijanto S, 2007).

    Thalasemia adalah kelainan kongenital, anomali pada eritropoesis yang diturunkan dimana hemoglobin dalam eritrosit sangat kurang, oleh karenanya akan terbentuk eritrosit yang relatif mempunyai fungsi yang sedikit berkurang (Supardiman I,2007). Thalasemia merupakan kelainan genetik heterogen yang timbul akibat berkurangnya kecepatan sintesis rantai alfa atau beta (Hoffbrand A, dkk,2008).

    Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa thalasemia adalah sekelompok penyakit atau keadaan herediter dimana produksi satu atau lebih dari satu jenis rantai polipeptida terganggu. Secara garis besar sindrom thalasemia dibagi dalam dua golongan besar yaitu alfa dan beta sesuai kelainan berikutnya produksi rantai polipeptida.

    2.      Etiologi

    Menurut Wijaya, (2013) thalasemia alfa disebabkan oleh delesi gen (terhapus karena kecelakaan genetik) yang mengatur produksi tetramer globin, sedangkan pada thalasemia beta karena adanya mutasi gen tersebut. Individu normal yang mempunyai 2 gen alfa yaitu alfa thal 2 dan alfa thal 1 terletak pada tiap bagian pendek kromosom 16 (aa/aa). Hilangnya 1 gen (silent carrier) tidak memberikan gejala klinis sedangkan hilangnya 2 gen hanya memberikan manifestasi ringan atau tidak memberikan gejala klinis yang jelas. Hilangnya 3 gen (penyakit Hb H) memberikan anemia moderat dan gambaran klinis thalasemia alfa intermadia. Afinitas Hb H terhadap oksigen sangat terganggu dan destruksi eritrosit lebih cepat. Delesi ke 4 gen alfa adalah tidak kompatibel dengan kehidupan akhir intra-uterin atau neonatal, tanpa tranfusi darah.

    Gen yang mengatur produksi rantai beta terletak di sisi pendek kromosom 11. Pada thalasemia beta, mutasi gen disertai berkurangnya produksi mRNA dan berkurangnya sintesis globin dengan struktur normal. Dibedakan 2 golongan besar thalasemia beta :

    1)      Ada produksi sedikit rantai beta (tipe beta plus)

    2)      Tidak ada produksi rantai beta (tipe beta nol)

    Defisit sintesis globin beta hampir paralel dengan defisit globin beta mRNA yang berfungsi sebagai template untuk sintesis protein.

    3.      Klasifikasi Thalasemia

    Secara garis besar, thalasemia dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu thalasemia alpha dan thalasemia beta sesuai dengan kelainan berkurangnya produksi rantai polipeptida (Wijaya, 2013).

    a.       Thalasemia Alpha

    Thalasemia alpha biasanya disebabkan oleh delesi (penghapusan) gen. Secara normal terdapat empat buah gen globin alpha, oleh sebab itu beratnya penyakit secara klinis dapat digolongkan menurut jumlah gen yang tidak ada atu tidak aktif. Thalasemia dibagi menjadi (PMI Jatim. 2007) :

    1)      Silent Carrier state ( gangguan pada satu rantai globin allpha)

    Kelainan yang disebabkan oleh kurangnya protein alpha. Tetapi kekurangan hanya dalam tahap rendah. Akibatnya fungsi hemoglobin dalam eritrosit tampak normal dan tidak terjadi gejala klinis yang signifikan.  Silent carrier sulit dideteksi karena penderitanya masih dapat hidup normal. Umumnya, silent carrier baru terdeteksi ketika memiliki keturunan yang mengalami kelainan hemoglobin atau timbul thalasemia alpha.

    2)      Thalasemia alpha Trait (gangguan pada 2 rantai globin alpha)

    Thalasemia alpha trait sering tidak bersamaan dengan anemia, tapi volume eritrosit rata-rata (MCV), hemoglobin eritrosit rata-rata (MCH), dan konsentrasi hemoglobin eritrosit rata-rata (MCHC) semuanya rendah dan perhitungan sel darah merah di atas 5,5 x 1012 /L. Elektroforesis hemoglobin normal tetapi kadang-kadang benda hemoglobin H dapat diamati dalam sel darah merah yang diisolasi pada sediaan retikulosit dan pemeriksaan ratio sintesis rantai alpha/ beta diperlukan untuk kepastian diagnosis. Ratio alpha/beta normal 1:1 dan ini berkurang pada thalasemia alpha. Penderita hanya mengalami anemia kronis yang ringan dengan sel darah merah yang tampak pucat (hipokrom) dan lebih kecil dari normal (mikrositer) .

    3)      Hemoglobin H Disease (gangguan pada rantai globin alpha)

    Delesi tiga gen alpha menyebabkan anemia mikrositik hipokrom yang cukup berat (hemoglobin 7-11g/dl) disertai pembesaran limpa (splenomegali). Keadaan ini dikenal sebagai penayakit hemoglobin H karena hemoglonin H dapat dideteksi dalam eritrosit pasien melalui pemeriksaan elektroforesis atau persediaan retikulosit (Supandiman I, 2007). Gambaran klinis dari penderita dapat bervariasi dari tidak ada gejala sama sekali, hingga anemia yang berat yang disertai dengan splenomegali (PMI Jatim, 2007).

    4)      Thalasemia alpha Major (gangguan pada 4 rantai globin alpha)

    Thalasemia tipe ini merupakan kondisi  yang paling berbahaya pada thalasemia tipe alpha. Pada kondisi ini tidak ada rantai globin yang dibentuk sehingga tidak ada hemoglobin A atau hemoglobin F yng diproduksi. Pada awal kehamilan biasanya janin yang menderita thalasemia alpha major mengalami anemia, membengkak karena kelebihan cairan (hydrops fetalis), pembesaran hati dan limpa. Janin yang menderita kelainan ini biasanya mengalami keguguran atau meninggal tidak lama setelah dilahirkan (Wijaya, 2013).

    b.      Thalasemia Beta

    Thalasemia beta merupakan kelainan yang disebabkan oleh kurangnya produksi protein beta, talasemia beta terjadi jika terjadi mutasi pada satu atau dua rantai globin yang ada.

    Thalasemia beta dibagi menjadi (PMI Jatim, 2007) :

    1)      Thalasemia Beta Trait (Minor)

    Thalasemia Beta Trait (minor) merupakan kelainan yang diakibatkan kekurangan protein beta. Namun, kekurangannya tidak terlalu signifikan sehingga fungsi tubuh dapat normal. Gejala terparahnya hanya berupa anemia ringan sehingga dokter sering kali salah mendiagnosis. Penderita thalasemia minor sering di diagnosis mengalami kekurangan zat besi. Individu yang memiliki gejala seperti ini akan membawa kelainan genetiknya tersebut untuk diturunkan pada keturunannya kelak. Penderita thalasemia trait (minor) merupakan carrier pada thalasemia beta.

    2)      Thalasemia Intermedia

    Pada kondisi ini keduan gen mengalami mutasi tetapai masih bisa memproduksi sedikit rantai beta globin. Penderita biasanya mengalami anemia yang derajatnya tergantung dari mutasi gen yang terjadi.

          Anemia, pengapuran, dan pembesaran pembuluh darah merupakan gejala yang ditimbulkan oleh kekurangan protein beta dalam jumlah yang cukup signifikan. Rentang gejala thalasemia intermedia dengan thalasemia mayor hampir mirip sehingga penderita sering memperoleh kekacauan diagnosis. Indikator yang sering menjadi acuan adalah jumlah tranfusi darah yang diberikan pada penderita. Semakin sering penderita menerima tranfusi, maka dapat dikatagorikan sebagai thalasemia mayor. Tranfusi darah pada penderita thalasemia intermedia ditujukan untuk memperbaiki kualitas hidup, bukan mempertahankan hidup.

    3)      Thalasemia Major (Cooley’s anemia)

    Kelainan serius yang disebabkan karena tubuh sangat sedikit memproduksi protein beta sehingga hemoglobin yang terbentuk akan cacat atau abnormal. Penderitanya akan merasakan gejala anemia akut sehingga selalu membutuhkan tranfusi darah dan perawatan kesehatan secara rutin dan terus menerus. Frekuensi pemberian tranfusi darah sebaiknya sekitar 2-3 minggu. Namun, seringnya tranfusi akan menyebabkan penderita kelebihan zat besi dalam tubuhnya sehingga dapat menyebabkan gagal organ. Oleh karena itu, penderita thalasemia mayor juga harus menjalani terapi. Pada kondisi ini kedua gen mengalami mutasi sehingga tidak dapat memproduksi rantai beta globin. Biasanya gejala muncul pada bayi berumur 3 bulan berupa anemia yang berat (PMI Jatim, 2007).

    4.      Patofisiologi

    Penyebab anemia pada pasien Thalasemia bersifat primer atau sekunder. Primer adalah berkurangnya sintesis HbA dan eritropoesis yang tidak efektif disertai penghancuran sel-sel eritrosit intramedular. Sedangkan yang sekunder adalah karena defisiensi asam polat, bertambahnya volume plasma intravaskuler yang megakibatkan hemodilusi, dan destruksi eritrosit oleh sistem retikuloendotelial dalam limpa dan hati (Mansjoer,A, 2003).

    Pada pasien thalasemia terjadi penurunan sistesis rantai globin (alfa dan beta) sehingga menyebabkan anemia karena hemoglobinisasi eritrosit yang tidak efektif. Eritrosit yang normal dapat hidup sampai dengan 120 hari menjadi mudah rusak dan umur sel darah merah menjadi pendek kurang dari 100 hari. Pasien dengan thalasemia alfa disebabkan karena penurunan sintesis globin a, maka tidak menyebabkan perubahan pada persentase distribusi hemoglobin A, A2 dan F Thalasemia  beta terjadi akibat penurunan atau tidak adanya rantai globin b, hal ini disebabkan karena adanya mutasi. Mutasi ini disebabkan prematuritas rantai atau gangguan dalam transkip RNA dan dapat menyebabkan defek yang menyebabkan ekspresi rantai globin disebut B. Sedangkan yang dapat menyebabkan penurunan sistesis disebut B penurunan  rantai bea, menyebabkan rantai alfa tidak stabil sehingga berakibatkan pada membran eritrosit. Eritrosit dapat rusak sebelum waktunya sehingga meyebabkan anemia berat. Disisi lain pemecahan hemoglobin akan menghasilkan zat besi yang kemudian akan terjadi penimbunan pada hati, kulit dan limpabdan pada jangka waktu yang lama menimbulkan komplikasi yaitu kegagalan fungsi organ seperti hati. Endokrin dan jantung. (Suriadi, 2010).

    5.      Pathway 

    Skema 2.1. Patofisiologi Thalasemia

    (Yunanda, 2009)

    6.      Manifestasi Klinis

    Menurut Wijaya, (2013) pada thalasemia mayor gejala klinik telah terlihat sejak anak baru berumur kurangdari 1 tahun. Gejala yang terlihat anak lemah, puvcat, perkembangan fisik tidak sesuai dengan umur ; berat badan kurang. Pada anak yang besar sering dijumpai adanya gizi buruk, perut membuncit karena adnya pembesaran limpa dan hati yang mudah diraba. Adanya pembesaran limap dan hati tersebut mempengaruhi gerak si pasien karena kemampuannya terbatas. Limpa yag embesar ini akan mudah ruptur hanya karena trauma ringan saja.

    Gejala lain (khas) ialah bentuk muka yang megaloid, hidung pesek mata lebar dan tulang dahi membesar disebabkan karena gangguan perkembangan tulang muka dan tengkorak. (gambaran radiologist tulang memperlihatkan medulla yang lebar, korteks tipis dan trabekula kasar).

    Keadaan kulit kekuningan. Jika pasien telah sering mendapatkan tranfusi darah kulit menjadi kelabu serupa dengna besi akibat penimbunan besi dalam jaringan kulit. Penimbunan besi (hemosiderosis) dalam jaringan tubuh seperti pada hepar, limpa, jantung akan mengakibatkan gannguan fungsi faal alat-alat tersebut.

    7.      Pemeriksaan Diagnostik

    Menurut Wijaya, (2013) pemeriksaan diagnostik pada penderita thalasemia adalah  sebagai beikut :

    a.       Studi hematologi : terdapat perubahan- perubahan pada sel darah merah, yaitu mikrositosis, hipokromia, anisisitosis, poikilositosis, sel target, eritrosit yang immatur, penurunan hemoglobin dan hematokrit.

    b.      Elektroforesis hemoglobin : peningkatan hemoglobi F dan A2.

    8.      Penatalaksanaan

    Pengobatan pada penderita thalasemia dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu (Wijaya, 2013) :

    a.       Medikamentosa

    1)      Pemberian iron chelating agent (desferoxamine) diberikan setelah kadar feritin serum seudah mencapai 1000 mg/l atau saturasi transferin lebih 50% atau sekitar 10-20 kali tranfusi darah. Desferoxamine, dosis 25-50 mg/kg berat badan/hari intra vena melalui pompa infus dalam waktu 8-12 jam dengan minimal selama 5 hari berturut setiap selesai tranfusi darah.

    2)      Vitamin C 100-250 mg/hari selama pemberian khelasi besi, untuk meningkatkan khelasi besi.

    3)      Asam folat 2-5 mg/hari untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat.

    4)      Vitamin E 200-400 IU setiap hari sebagai anti oksidan dapat memperpanjang umur sel darah merah.

    b.      Splenektomi

    Splenektomi perlu dilakukan untuk mengurangi kebutuhan darah. Splenektomi harus ditunda sampai pasien berusia > 6 tahun karena tingginya resiko infeksi pasca splenektomi. Splenektomi dilakukan dengan indikasi :

    1)      Limpa yang terlalu besar, sehingga membatasi gerak penderita, menimbulkan peningktan intra abdominal dan bahaya terjadi repture.

    2)      Hiperslenisme ditandai dengan peningkatan kebutuhan tranfusi darah atau kebutuhan suspensi eritrosit melebihi 250 mh/kg berat badan dalam satu tahun.

    c.       Sufortif

    Pengobatan paling umum pada penderita thalasemia adalah tranfusi komponen sel darah merah. Tranfusi bertujuan untuk mensuplai sel darh merah sehat untuk sementara waktu bagi penderita. Tranfusi darah yang teratur perlu dilakukan untuk mempertahankan hemoglobinpenderita diatas 10 g/dl setiap saat. Hal ini biasanya membutuhkan 2-3 unit tiap 4-6 minggu. Dengan keadaan ini akan memberikan supresi sum-sum tulang yang adekuat, menurunkan tingkat akumulasi besi, dan dapat mempertahankan pertumbuhan dan perkembangan penderita. Pemberian darah dalam bentuk packed red cell (RPC), 3 ml/kg BB untuk setiap kenaikan hemoglobin 1 gr/dl.

    9.      Komplikasi

    Akibat anemia yang berat dan lama, sering terjadi gagal jantung. Tranfusi darah yang berulang-ulang dari proses hemolisis menyebabhkan kadar besi dalam darah tinggi, sehingga tertimbun dalam berbagai jaringan tubuh seperti hepar, limpa, kulit, jantung dan lain-lain. Hal ini dapat mengakibatkan gangguan fungsi alat tersebut (hemokromotosis). Limpa yang besar mudah ruptur akibat trauma yang ringan , kematian terutama disebabkan oleh infeksi dan gagal jantung (Price, 2007).

    10.  Prognosis

    Thalasemia homozigot umumya meninggla pada usia muda dan jarang mencapai usia dekade ke-3, walaupun digunakan antibiotik untuk mencegah infeksi dan pemberian chelating agents untuk mengurangi homosiderosis (harganya pun mahal, pada umumnya tidak terjangkau oleh penduduk negara berkembang). Thalasemia tumor trait dan thalasemia beta HbE yang umumnya mempunyai prognosis baik dan dapat hidup seperti biasa (Price, 2007).

    11.  Pencegahan

    a.       Pencegahan Primer  

    Pencegahan primer adalah mencegah seseorang untuk tidak menderita thalasemia ataupun menjadi carrier thalasemia yaitu konseling genetik pranikah. Konseling genetik pranikah (marniage counselling) untuk mencegah perkawinan diatara pasien thalasemia agar tidak mendapat keturunan yang homozigot atau varian-varian thalasemia dengan motalitas tinggi. Perkawinan antara 2 heterozigot (carrier) menghasilkan : 25% thalasemik (homozigot), 50% carrier (heterozigot) dan 25% normal (Gennie, 2007).

    b.      Pencegahan Sekunder

    Pecegahan sekunder pada penerita thalasemia dilakukan dengan cara (Gennie, 2007) :

    1)      Diagnosis Prenatal

    Diagnosis prenatal selain ditujukan untuk pasangan carrier, juga dimaksudkan bagi pasangan beresiko lainnya yang telah mempunyai bayi thalasemia. Tujuan dari diagnosis prenatal adalah untuk mengetahui sedini mungkin apakah janin yang dikandung menderita thalasemia mayor atau tidak. Diagnosis prenatal pada thalasemia dapat dilakukan pada usia 8-10 minggu kehamilan dengan sampel villi chorialis sehingga masih memungkinkan untuk melakukan terminasi jika di butuhkan.

    2)      Skrining

    Skrining merupakan pemantauan perjalanan penyakit dan pemantauan hasil terapi yang lebih akurat. Pemeriksaan ini meliputi :

    a)      Hematologi rutin untuk mengetahui kadar Hb dan ukuran sel-sel darah.

    b)      Gambaran darah tepi untuk melihat bentuk, warna dan kematangan sel-sel darah.

    c)      Feritin, Serum  Iron (SI) untuk melihat status besi.

    d)     Analisis hemoglobin untuk diagnosis dan menentukan jenis thalasemia.

    e)      Analisa DNA untuk diagnosis prenatal (pada janin) dan penelitian.

    3)      Tranfusi Darah

    Pemberian tranfusi darah berupa sel darah merah sampai kadar hemoglobin sekitar 11 g/dl. Kadar homoglobin setinggi ini akan mengurangi kegiatan hemopoesis yang berlebihan di dalam sum-sum tulang dan mengurangi absorpsi Fe dari traktus digestivus. Pasien dengan kadar Hb yang rendahuntuk waktu yang lama, perlu di tranfusi dengan hati –hati dan sedikit demi sedikit. Frekuensi sebaiknya sekitar 2-3 minggu. Sebelum dan sesudah pemberian tranfusi ditentukan hematokrit. Berat badan perlu dipantau paling sedikit 2 kali 1 tahun.

    c.       Pencegahan Tersier

    Pencegahan tersier adalah mengurangi ketidakmampuan dan megadakan rehabilitasi bagi penderita thalasemia. Pencegahan tersier bagi penderita thalasemia adalah dengan mendirikan pusat rehabilitasi medis bagi penderita thalasemia.

    B. Asuhan Keperawatan Teoritis

    Menurut Wijaya, (2013) asuhan keperwatan pada thalasemia adalah sebagai berikut :

    1.      Pengkajian

    a.       Indentitas : Nama, umur, alamat, diagnosa medos, tanggal MRS, keluarga yang dapat dihubungi, RM.

    b.      Riwayat Kesehatan

    1)      Riwayat Kesehatan Sekarang

    Anoreksia, lemah, diare, demam, anemia, ikterus ringan, BB menurun, perut membuncit, hepatomegali dan splenomegali.

    2)      Riwayat Kesehatan Dahulu

    Apakah klien pernah mengalami anemia.

    3)      Riwayat Kesehatan Keluarga

    Biasanya salah satu anggota keluarga pernah mengalami penyakit yang sama.

    c.       Pemeriksaan fisik

    1)      Keadaan umum ;

    Tingkat kesadaran : compos mentis, apatis atau koma

    TTV : peningkatan pada sistolik, suhu stabil dan nafas pendek

    2)      Kepala dan rambut : biasanya normal

    3)      Muka/wajah :

    Wajah seperti megaloid

    Pada mata : konjungtiva anemis dan sclera ikterik

    Pada bibir sianosis

    4)      Torak/dada

    Paru : nafas pendek, takipnea, ortopnea, dan dispnea.

    Jantung : bunyi jantung mur-mur sistolik

    5)      Leher

    Tidak ada pembesaran KGB

    6)      Abdomen

    Adanya pembesaran hati dan limfa serta nyeri abdomen

    7)      Ekstremitas

    Perubahan pada tulang : penipisan tulang ; penipisan korteks tulang punggung.

    8)      Kulit

    Warna pucat, terdapat koreng dan tungkai

    9)      Genetalia

    Perubahan pada seks sekunder

    d.      Pertumbuhan dan Perkembangan

    Biasanya terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang lambat.

    2.      Diagnosa Keperawatan

             Menurut Suriadi, (2010) diagnosa keperawatan yang mungkin akan  muncul adalah sebagai berikut :  

    a.       Perubahan perfusi jaringan b.d berkurangnya komponen seluler yang penting untuk menghantarkan Oksigen/zat nutrisi ke sel.

    b.      Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan kebutuhan pemakaian dan suplai oksigen.

    c.       Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurangnya selera makan.

    d.      Koping keluarga tidak efektif b.d dampak penyakit anak terhadap fungsi keluarga.

    e.       Resiko terjadi kerusakan integritas kulit b.d perubahan sirkulasi dan neurologis.

    f.       Resiko infeksi b.d pertahanan sekunder tak adekuat : penurunan Hb, leukopeni atau penurunan granulosit.

    g.      Perubahan tumbuh kembang b.d penurunan kemampuan fisik yang disebabkan oleh kelainan hematology dan efek penyakit dan terapi.

    3.      Intervensi

    No. Dx.KeperawatanIntervensiRasional
    1.1. Monitor TTV, pengisian kapiler, warna kulit dan membran mukosa.
    2. Tinggikan posisi kepala tempat tidur.
    3. Periksa adanya keluhan nyeri.
    4. Catat keluhan rasa dingin.
    5. Pertahankan suhu lingkungan dan tubuh hangat.
    6. Beri oksigen sesuai kebutuhan.
    7. Kolaborasi dalam pemeriksaan leb : Hb, HMT, SDM.
    1)      Perubahan tanda vital,warna kulit dan membran mukosa menunjukkan tanda perfusi jaringan.2)      Meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigen untuk kebutuhan seluler.3)      Iskemia seluler mempengaruhi jaringan miokardial.4)      Vasokontriksi ke organ vital menurunkan sirkulasi perifer.5)      Memaksimalkan transfer oksigen ke jaringan.6)      Memantau kadar oksigenasi.
    2.1)      Kaji kemampuan anak dalam melakukan aktivitas.2)      Monitor TTV, respon fisiologis selama, setelah melakukan aktivitas.3)      Beri informasi pada anak/keluarga untuk berhenti melakukan aktivitas jika terjadi peningkatan TTV atau pusing.4)      Beri bantuan dalam beraktivitas/ambulasi bila perlu.5)      Prioritaskan jadwal askep untuk meningkatkan istirahat1)      Mempengaruhi pilihan intervensi.2)      Manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan.3)      Rangsangan atau stres kardiopulmonal berlebihan dapat menimbulkan dekompensasi atau kegagalan.4)      Membantu dan memberi dukungan.5)      Mempertahankan tingkat energi dan meningkatkan regangan pada sistem jantung.
    3.1)      Kaji riwayat nutrisi dan makanan yang disukai.               2)      Observasi dan catat masukan makanan.3)      Timbang berat badan setiap hari.4)      Beri makanan sedikit tapi sering dan atau makan diantara waktu makan.5)      Konsul ahli gizi.6)      Beri obat/suplemen vitamin sesuai order.1)      Mengidentifikasi defisiensi,merencanakan intervensi.2)      Mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan.3)      Mengawasi penurunanan BB atau aktivitas intervensi nutrisi.4)      Makanan dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan pemasukan juga mencegah distensi gaster.5)      Membantu membuat rencana diet6)      Meningkatkan masukan protein dan kalori.
    https://googleads.g.doubleclick.net/pagead/ads?client=ca-pub-1335523326594307&output=html&h=280&slotname=1111649471&adk=2015025229&adf=2034252207&pi=t.ma~as.1111649471&w=336&lmt=1710346968&format=336×280&url=http%3A%2F%2Fkandafy.blogspot.com%2F2017%2F10%2Faskep-thalasemia.html&host=ca-host-pub-1556223355139109&wgl=1&dt=1714447216606&bpp=3&bdt=634&idt=3&shv=r20240425&mjsv=m202404250101&ptt=9&saldr=aa&abxe=1&cookie_enabled=1&eoidce=1&prev_fmts=336×280%2C0x0&nras=1&correlator=2404546212193&frm=20&pv=1&ga_vid=865850860.1714447217&ga_sid=1714447217&ga_hid=637282938&ga_fc=0&u_tz=480&u_his=2&u_h=900&u_w=1440&u_ah=900&u_aw=1440&u_cd=30&u_sd=2&adx=255&ady=15746&biw=1440&bih=779&scr_x=0&scr_y=12663&eid=44759875%2C44759926%2C44759837%2C31083069%2C44798934%2C31083151%2C95331042%2C95331555%2C95331695%2C31078668%2C31078670&oid=2&pvsid=3891604033467217&tmod=439255981&uas=0&nvt=1&ref=http%3A%2F%2Fkandafy.blogspot.com%2F2017%2F04%2FTBC.html&fc=896&brdim=0%2C0%2C0%2C0%2C1440%2C0%2C1440%2C900%2C1440%2C779&vis=1&rsz=%7C%7CoeEbr%7C&abl=CS&pfx=0&fu=0&bc=23&bz=1&psd=W251bGwsbnVsbCxudWxsLDNd&nt=1&ifi=2&uci=a!2&btvi=2&fsb=1&dtd=4352

    BAB III

    PENUTUP

    A. Kesimpulan

        Thalasemia adalah sekelompok penyakit atau keadaan herediter dimana produksi satu atau lebih dari satu jenis rantai polipeptida terganggu. Secara garis besar sindrom thalasemia dibagi dalam dua golongan besar yaitu alfa dan beta sesuai kelainan berikutnya produksi rantai polipeptida (Saferi, dkk, 2013).

    Penyakit  kelainan darah ini menyebabkan sel darah (hemoglobin) merah cepat hancur sehingga usia sel-sel darah menjadi lebih pendek dan tubuh kekurangan darah. Misalnya jika sel darah merah pada orang sehat bisa bertahan hingga 120 hari, pada penderita thalassemia sel darah merahnya hanya bertahan 20-30 hari. Penyakit ini muncul dengan gejala diantaranya anemia, pucat, sukar tidur, lemas dan tidak punya nafsu makan.

    B. Saran

    1.      Bagi mahasiswa

    Semoga dengan adanya makalah ini dapat memahami asuhan keperawatan Leukemia.

    2.      Bagi Institusi

    Semoga dengan adanya makalah ini dapat memudahkan dalam proses belajar mengajar.

    3.      Bagi perawat lain

    Semoga dengan adanya makalah ini dapat meningkatkan pengetahuan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.

    DAFTAR PUSTAKA

    Gennie, R.A. 2007.  Thalassemia: Permasalahan dan Penanganannya. Pidato

    Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Bidang Ilmu Patologi pada

    Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Medan (Di akses pada

    tanggal 18 Februari 2017).

    Departemen kesehatan. 2007. Deteksi Dini Thalasemia   http://www.litbang.

    depkes.go.id/aktual/anak/thalasemia060507.htm (Di akses pada tanggal 5

    18 Februari 2017).

    Price Sylvia, A.2007.Patologis : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.Jilid

                2.jakarta : EGC.

    Suriadi.dkk.2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak.Jakarta : Sagung Seto.

    Yunanda, Yuki. 2008.  Thalasemia.Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

     Utara. Medan

    Wijaya, Andra Saferi dkk.2013.Keperawatan Medikal Bedah 2.Yogyakarta :

                Nuhadika.

  • Makalah TBC Lengkap – Tuberculosis

    Tuberculosis

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosa, mycobacterium bovis serta Mycobacterium avium, tetapi lebih sering  disebakan oleh Mycobacterium tuberculosa. Pada tahun 1993, WHO telah mencanangkan kedaruratan global penyakit tuberkulosis di dunia, karena pada sebagian besar negara di dunia, penyakit tuberkulosis menjadi tidak terkendali. Di Indonesia sendiri, penyakit tuberkulosis merupakan masalah kesehatan yang utama. Pada tahun 1995, hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), menunjukkan bahwa penyakit tuberkulosis merupakan penyebab kematian nomor tiga (3) setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernafasan pada semua kelompok umur.

    Di Indonesia sendiri, karena sulitnya mendiagnosa tuberkulosis pada anak, maka angka kejadian tuiberkulosis pada anak belum diketahui pasti, namun bila angka kejadian tuberkulosis dewasa tinggi dapat diperkirakan kejadian tuberkulosis pada anak akan tinggi pula. Hal ini terjadi karena setiap orang dewasa dengan BTA positif akan menularkan pada 10-15 orang dilingkungannya, terutama anak-anak (Depkes RI, 2002).

    Lingkungan rumah merupakan salah satu faktor yang memberikan pengaruh besar terhadap status kesehatan penghuninya (Notoatmodjo, 2003). Lingkungan rumah merupakan salah satu faktor yang berperan dalam penyebaran kuman tuberkulosis. Kuman tuberkulosis dapat hidup selama 1 – 2 jam bahkan sampai beberapa hari hingga berminggu-minggu tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang baik, kelembaban, suhu rumah dan kepadatan penghuni rumah.

    B. Rumusan Masalah

    Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :

    1. Apa pengertian dari penyakit Tuberculosis ?
    2. Bagaimana Etiologi dari penyakit Tuberculosis?
    3. Apa yang menjadi agent, host dan environment penyakit Tuberculosis ?
    4. Faktor apa saja yang mampengaruhi kejadaian penyakit Tuberculosis ?
    5. Bagaimana cara penularan Penyakit Tuberculosis ?
    6. Bagaimana gejala dari penyakit Tuberculosis ?
    7. Bagaimana cara mendiagnosa penyakit Tuberculosis ?
    8. Bagaimana pencegahan Penyakit Tuberculosis ?
    9. Bagiamana cara pengobatan Penyakit Tuberculosis ?

    C. Tujuan Penulisan

    Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan makalah ini yaitu :

    1.     Untuk Mengetahui pengertian dari penyakit Tuberculosis

    2.    Untuk Mengetahui Etiologi dari penyakit Tuberculosis

    3.    Untuk Mengetahui agent, host dan environment dalam  penular penyakit  Tuberculosis

    4.    Untuk Mengetahui Faktor apa saja yang mampengaruhi kejadaian penyakit Tuberculosis

    5.    Untuk Mengetahui cara penularan penyakit Tuberculosis

    6.    Untuk Mengetahui gejala dari penyakit Tuberculosis

    7.    Untuk Mengetahui Diagnosa penyakit Tuberculosis

    8.    Untuk Mengetahui Pencegahan Penyakit Tuberculosis

    9.    Untuk Mengetahui pengobatan Penyakit Tuberculosis

    Bab II. Pembahasa

    A. Pengertian Tuberculosis (TB)

    Tuberculosis (TB) adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim paru. Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, terutama meningens, ginjal, tulang, dan nodus limfe (Suddarth, 2003). Tuberculosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dengan gejala yang bervariasi, akibat kuman mycobacterium tuberkulosis sistemik sehingga dapat mengenai semua organ tubuh dengan lokasi terbanyak di paru paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer (Mansjoer, 2000).

    Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi yang menyerang pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh bakteri yaitu mycobacterium tuberculosis, (Smeltzer, 2002). dapat  menyimpulkan bahwa, TB Paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman mycobakterium tuberculosis yang menyerang saluran pernafasan terutama parenkim paru.

    B. Etiologi Penyakit Tuberculosis

    Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, sejenis kuman yang berbentuk batang dengan ukuran panjang 1 – 4 µm dan tebal 0,3 – 0,6 µm dan digolongkan dalam basil tahan asam (BTA). (Suyono, 2001)

    C. Agent,Host dan Environment Penular Penyakit Tuberculosis

    Teori John Gordon, mengemukakan bahwa timbulnya suatu penyakit sangat dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu bibit penyakit (agent), penjamu (host), dan lingkungan (environment). Ketiga faktor penting ini disebut segi tiga epidemiologi (Epidemiologi Triangle), hubungan ketiga faktor tersebut digambarkan secara sederhana sebagai timbangan yaitu agent penyebab penyakit pada satu sisi dan penjamu pada sisi yang lain dengan lingkungan sebagai penumpunya.

    Bila agent penyebab penyakit dengan penjamu berada dalam keadaan seimbang, maka seseorang berada dalam keadaan sehat, perubahan keseimbangan akan menyebabkan seseorang sehat atau sakit, penurunan daya tahan tubuh akan menyebabkan bobot agent penyebab menjadi lebih berat sehingga seseorang menjadi sakit, demikian pula bila agent penyakit lebih banyak atau lebih ganas sedangkan faktor penjamu tetap, maka bobot agent penyebab menjadi lebih berat. Sebaliknya bila daya tahan tubuh seseorang baik atau meningkat maka ia dalam keadaan sehat. Apabila faktor lingkungan berubah menjadi cenderung menguntungkan agent penyebab penyakit, maka orang akan sakit, pada prakteknya seseorang menjadi sakit akibat pengaruh berbagai faktor berikut :

    Ø Agent

    Mycobacterium tuberculosis adalah suatu anggota dari famili Mycobacteriaceae dan termasuk dalam ordo Actinomycetalis. Mycobacterium tuberculosis menyebabkan sejumlah penyakit berat pada manusia dan penyebab terjadinya infeksi tersering.

    Masih terdapat Mycobacterium patogen lainnya, misalnya Mycobacterium leprae, Mycobacterium paratuberkulosis dan Mycobacterium yang dianggap sebagai Mycobacterium non tuberculosis atau tidak dapat terklasifikasikan (Heinz, 1993).

    Di luar tubuh manusia, kuman Mycobacterium tuberculosis hidup baik pada lingkungan yang lembab akan tetapi tidak tahan terhadap sinar matahari. Mycobacterium tuberculosis mempunyai panjang 1-4 mikron dan lebar 0,2- 0,8 mikron. Kuman ini melayang diudara dan disebut droplet nuclei. Kuman tuberkulosis dapat bertahan hidup pada tempat yang sejuk, lembab, gelap tanpa sinar matahari sampai bertahun-tahun lamanya. Tetapi kuman tuberkulosis akan mati bila terkena sinar matahari, sabun, lisol, karbol dan panas api (Atmosukarto & Soewasti, 2000).

    Kuman tuberkulosis jika terkena cahaya matahari akan mati dalam waktu 2 jam, selain itu kuman tersebut akan mati oleh tinctura iodi selama 5 menit dan juga oleh ethanol 80 % dalam waktu 2 sampai 10 menit serta oleh fenol 5 % dalam waktu 24 jam. Mycobacterium tuberculosis seperti halnya bakteri lain pada umumnya, akan tumbuh dengan subur pada lingkungan dengan kelembaban yang tinggi. Air membentuk lebih dari 80 % volume sel bakteri dan merupakan hal essensial untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup sel bakteri. Kelembaban udara yang meningkat merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri patogen termasuk tuberkulosis.

    Mycobacterium tuberculosis memiliki rentang suhu yang disukai, merupakan bakteri mesofilik yang tumbuh subur dalam rentang 25 – 40 C, tetapi akan tumbuh secara optimal pada suhu 31-37 C. Pengetahuan mengenai sifat-sifat agent sangat penting untuk pencegahan dan penanggulangan penyakit, sifat-sifat tersebut termasuk ukuran, kemampuan berkembang biak, kematian agent atau daya tahan terhadap pemanasan atau pendinginan.

    Agent adalah penyebab yang essensial yang harus ada, apabila penyakit timbul atau manifest, tetapi agent sendiri tidak sufficient/memenuhi syarat untuk menimbulkan penyakit. Agent memerlukan dukungan faktor penentu agar penyakit dapat manifest. Agent yang mempengaruhi penularan penyakit tuberkulosis paru adalah kuman Mycobacterium tuberculosis. Agent ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya pathogenitas, infektifitas dan virulensi. 

    Pathogenitas adalah daya suatu mikroorganisme untuk menimbulkan penyakit pada host. Pathogenitas agent dapat berubah dan tidak sama derajatnya bagi berbagai host. Berdasarkan sumber yang sama pathogenitas kuman tuberkulosis paru termasuk pada tingkat rendah. Infektifitas adalah kemampuan suatu mikroba untuk masuk ke dalam tubuh host dan berkembang biak didalamnya. Berdasarkan sumber yang sama infektifitas kuman tuberkulosis paru termasuk pada tingkat menengah. Virulensi adalah keganasan suatu mikroba bagi host. Berdasarkan sumber yang sama virulensi kuman tuberkulosis paru termasuk tingkat tinggi, jadi kuman ini tidak dapat dianggap remeh begitu saja.

    Ø Host

    Manusia merupakan reservoar untuk penularan kuman Mycobacterium tuberculosis, kuman tuberkulosis menular melalui droplet nuclei. Seorang penderita tuberkulosis dapat menularkan pada 10-15 orang (Depkes RI, 2002). Menurut penelitian pusat ekologi kesehatan (1991), menunjukkan tingkat penularan tuberkulosis di lingkungan keluarga penderita cukup tinggi, dimana seorang penderita rata-rata dapat menularkan kepada 2-3 orang di dalam rumahnya. Di dalam rumah dengan ventilasi baik, kuman ini dapat hilang terbawa angin dan akan lebih baik lagi jika ventilasi ruangannya menggunakan pembersih udara yang bisa menangkap kuman TB.

    Menurut penelitian Atmosukarto dari Litbang Kesehatan (2000), didapatkan data bahwa Tingkat penularan tuberkulosis di lingkungan keluarga penderita cukup tinggi, dimana seorang penderita rata-rata dapat menularkan kepada 2-3 orang di dalam rumahnya.

    Besar resiko terjadinya penularan untuk rumah tangga dengan penderita lebih dari 1 orang adalah 4 kali dibanding rumah tangga dengan hanya 1 orang penderita tuberkulosis.

    Hal yang perlu diketahui tentang host atau penjamu meliputi karakteristik; gizi atau daya tahan tubuh, pertahanan tubuh, higiene pribadi, gejala dan tanda penyakit dan pengobatan. Karakteristik host dapat dibedakan antara lain; Umur, jenis kelamin, pekerjaan, keturunan, pekerjaan, keturunan, ras dan gaya hidup.

    Host atau penjamu; manusia atau hewan hidup, termasuk burung dan anthropoda yang dapat memberikan tempat tinggal atau kehidupan untuk agent menular dalam kondisi alam (lawan dari percobaan). Host untuk kuman tuberkulosis paru adalah manusia dan hewan, tetapi host yang dimaksud dalam penelitia ini adalah manusia. Beberapa faktor host yang mempengaruhi penularan penyakit tuberkulosis paru adalah; kekebalan tubuh (alami dan buatan), status gizi, pengaruh infeksi HIV/AIDS.

    Ø Environment

    Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di luar diri host baik benda mati, benda hidup, nyata atau abstrak, seperti suasana yang terbentuk akibat interaksi semua elemen-elemen termasuk host yang lain. Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik dan non fisik, lingkungan fisik terdiri dari; Keadaan geografis (dataran tinggi atau rendah, persawahan dan lain-lain), kelembaban udara, temperatur atau suhu, lingkungan tempat tinggal.

    Adapun lingkungan non fisik meliputi; sosial, budaya, ekonomi dan politik  yang mempengaruhi kebijakan pencegahan dan penanggulangan suatu penyakit.

    D.     Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Penyakit Tuberculosis

    Penyakit TBC pada seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti : status sosial ekonomi, status gizi, umur dan jenis kelamin untuk lebih jelasnya dapat kita jelaskan seperti uraian dibawah ini:

    1.  Faktor Sosial Ekonomi.

               Disini sangat erat dengan keadaan rumah, kepadatan tempat penghunian, lingkungan perumahan dan sanitasi tempat bekerja yang buruk dapat memudahkan penularan TBC. Pendapatan keluarga sangat erat juga dengan penularan TBC, karena pendapatan yang kecil membuat orang tidak dapat hidup layak dengan memenuhi syarat-syarat kesehatan.

    2.  Status Gizi.

               Keadaan kekurangan gizi akan mempengaruhi daya tahan tubuh sesoeranga sehingga rentan terhadap penyakit termasuk TB-Paru. Keadaan ini merupakan faktor penting yang berpengaruh dinegara miskin, baik pada orang dewasa maupun anak-anak.

    3.  Umur.

              Penyakit TB-Paru paling sering ditemukan pada usia muda atau usia produktif (15 – 50) tahun. Dewasa ini dengan terjadinya transisi demografi menyebabkan usia harapan hidup lansia menjadi lebih tinggi. Pada usia lanjut lebih dari 55 tahun sistem imunologis seseorang menurun, sehingga sangat rentan terhadap berbagai penyakit, termasuk penyakit TB-Paru.

    4.  Jenis Kelamin.

             Penyakit TB-Paru cenderung lebih tinggi pada jenis kelamin laki-laki dibandingkan perempuan. Menurut WHO, sedikitnya dalam jangka waktu setahun ada sekitar 1 juta perempuan yang meninggal akibat TB-Paru, dapat disimpulkan bahwa pada kaum perempuan lebih banyak terjadi kematian yang disebabkan oleh TB-Paru dibandingkan dengan akibat proses kehamilan dan persalinan.

              Pada jenis kelamin laki-laki penyakit ini lebih tinggi karena merokok tembakau dan minum alkohol sehingga dapat menurunkan sistem pertahanan tubuh, sehingga lebih mudah terpapar dengan agent penyebab TB-Paru.

    E.    Cara Penularan Penyakit Tuberculosis

                 Cara penularan tuberkulosis paru melalui percikan dahak (droplet) sumber penularan adalah penderita tuberkulosis paru BTA(+), pada waktu penderita tuberkulosis paru batuk atau bersin. Droplet yang mengandung kuman TB dapat bertahan di udara selama beberapa jam, sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman, percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab.

               Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam saluran pernafasan. Setelah kuman TB masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan, kuman TB tersebut dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran nafas atau penyebaran langsung ke bagian tubuh lainnya. Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahaknya maka makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahaknya negatif maka penderita tersebut dianggap tidak menular.

    F.    Gejala Penyakit Tuberculosis

    1.     Batuk : Terjadi karena adanya infeksi pada bronkus. Dimulai dari batuk kering  kemudian setelah timbul peradangan menjadi batuk produktif (menghasilkan  sputum). Pada keadaan lanjut berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah  yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada ulkus dinding bronkus.

    2.    Sesak nafas (Dyspnea) : Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dimana infiltrasinya sudah setengah bagian paru. 

    3.    Nyeri dada :   Timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura (menimbulkan pleuritis)

    4.    Demam : Biasanya menyerupai demam influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya  tahan tubuh penderita dengan berat-ringannya infeksi kuman yang masuk. 

    5.    Malaise (keadaan lesu) :  Dapat berupa anoreksia (tidak ada nafsu makan), berat badan menurun, sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam.

    G.       Diagnosa Penyakit Tuberculosis

                 Yang menjadi petunjuk awal dari tuberkulosis adalah foto rontgen dada. Penyakit ini tampak sebagai daerah putih yang bentuknya tidak teratur dengan latar belakang hitam. Rontgen juga bisa menunjukkan efusi pleura atau pembesaran jantung (perikarditis).

    Pemeriksaan diagnostik untuk tuberkulosis adalah:

                 Tes kulit tuberkulin, disuntikkan sejumlah kecil protein yang berasal dari bakteri tuberkulosis ke dalam lapisan kulit (biasanya di lengan). 2 hari kemudian dilakukan pengamatan pada daerah suntikan, jika terjadi pembengkakand an kemerahan, maka hasilnya adalah positif.

                Pemeriksaan dahak, cairan tubuh atau jaringan yang terinfeksi. Dengan ebuah jarum diambil contoh cairan dari dada, perut, sendi atau sekitar jantung. Mungkin perlu dilakukan biopsi untuk memperoleh contoh jaringan yang terinfeksi.

                Untuk memastikan diagnosis meningitis tuberkulosis, dilakukan pemeriksaan reaksi rantai polimerase (PCR) terhadap cairan serebrospinalis.Untuk memastikan tuberkulosis ginjal, bisa dilakukan pemeriksaan PCR terhadap air kemih penderita atau pemeriksaan rontgen dengan zat warna khusus untuk menggambarkan adanya massa atau rongga abnormal yang disebabkan oleh tuberkulosis. Kadang perlu dilakukan pengambilan contoh massa tersebut untuk membedakan antara kanker dan tuberkulosis.

              Untuk memastikan diagnosis tuberkulosis pada organ reproduksi wanita, dilakukan pemeriksaan panggul melalui laparoskopi. Pada kasus-kasus tertentu perlu dilakukan pemeriksaan terhadap contoh jaringan hati, kelenjar getah bening atau sumsum tulang.

    H.      Pencegahan Penyakit Tuberculosis

              Sebenarnya seseorang bisa terhindar dari penyakit TBCdengan berpola hidup yang sehat dan teratur. Dengan system pola hidup seperti itu diharapkan daya tubuh seseorang akan cukup kuat untuk membersihkan perlindungan terhadap berbagai macam penyakit. Orang yang benar-benar sehat meskipun ia diserang kuman TBC, diperkirakan tidak akan mempan dan tidak akan menimbulkan gejala TBC.

               Menghindari kontak dengan orang yang terinfeksi penyakit tuberkulosis, mempertahankan status kesehatan dengan asupan nutrisi yang cukup, minum susu yang  telah dilakukan pasteurisasi, isolasi jika pada analisa sputum terdapat bakteri hingga dilakukan pengobatan, pemberian imunisasi BCG untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi oleh basil tuberkulosis virulen.

    I.    Pengobatan Penyakit Tuberculosis

    Jenis dan dosis OAT (Obat Anti Tuberculosis) :

    a. Isoniazid (H)

               Isoniazid (dikenal dengan INH) bersifat bakterisid, efektif terhadap kuman dalam keadaan metabolik aktif, yaitu kuman yang sedang berkembang. Efek samping yang mungkin timbul berupa neuritis perifer, hepatitis rash, demam Bila terjadi ikterus, pengobatan dapat dikurangi dosisnya atau dihentikan sampai ikterus membaik. Efek samping ringan dapat berupa kesemutan, nyeri otot, gatal-gatal. Pada keadaan ini pemberian INH dapat diteruskan sesuai dosis.

    b. Rifampisin (R)
             Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman semi-dorman (persisten). Efek samping rifampisin adalah hepatitis, mual, reaksi demam, trombositopenia. Rifampisin dapat menyebabkan warnam merah atau jingga pada air seni dan keringat, dan itu harus diberitahukan pada keluarga atau penderita agar tidak menjadi cemas. Warna merah tersebut terjadi karena proses metabolism obat dan tidak berbahaya.

    c. Pirazinamid (P)
              Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman yang berada dalam sel dengan suasana asam. Efek samping pirazinamid adalah hiperurikemia, hepatitis, atralgia.

    d. Streptomisin (S)
              Bersifat bakterisid, efek samping dari streptomisin adalah nefrotoksik dan kerusakan nervus kranialis VIII yang berkaitan dengan keseimbangan dan pendengaran.

    e. Ethambutol (E)
               Bersifat bakteriostatik, ethambutol dapat menyebabkan gangguan penglihatan berupa berkurangnya ketajaman penglihatan, buta warna merah dan hijau, maupun optic neuritis.

    BAB III
    PENUTUP

    A.  Kesimpulan

    Tuberculosis (TBC) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. 

    Agent penyebab Tuberculosis adalah Mycobacterium tuberculosis menyebabkan sejumlah penyakit berat pada manusia dan penyebab terjadinya infeksi tersering. Mycobacterium tuberculosis hidup baik pada lingkungan yang lembab akan tetapi tidak tahan terhadap sinar matahari.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit Tuberculosis Untuk terpapar penyakit TBC pada seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti : status sosial ekonomi, status gizi, umur, jenis kelamin, dan  faktor  toksis. 

    Cara penularan  tuberkulosis paru melalui percikan dahak (droplet) sumber penularan adalah penderita tuberkulosis paru BTA(+), pada waktu penderita tuberkulosis paru batuk atau bersin. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama.

    Pengobatan penyakit Tuberculosis. Terdapat 5 jenis antibotik yang dapat digunakan yaitu Antibiotik yang paling sering digunakan adalah Isoniazid (H), Rifampicin (R), Pirazinamid (P), Streptomisin (S) dan Etambutol (E). Jika penderita benar-benar mengikuti pengobatan dengan teratur, maka tidak perlu dilakukan pembedahan untuk mengangkat sebagian paru-paru. Kadang pembedahan dilakukan untuk membuang nanah atau memperbaiki kelainan bentuk tulang belakang akibat tuberkulosis.

    B.    Saran

    Adapun saran yang dapat kami berikan adalah dengan kita telah mengetahui apa itu penyakit Tuberculosis, kita dapat lebih menjaga lagi kesehatan kita yaitu dengan selalu menjaga lingkungan dan kesehatan diri kita sendiri supaya tetap bersih, mengingat bahwa penyakit ini adalah penyakit menular yang sangat berbahaya dan angka kematiannya cukup tinggi. 

     DAFTAR PUSTAKA

    http://fildza.wordpress.com/2008/04/24/penyakit-tuberkulosis/
    http://id.wikipedia.org/wiki/Tuberkulosis
    http://jundul.wordpress.com/2008/09/14/penularan-tbc/
    http://medicastore.com/tbc/penyakit_tbc.htm
    http://www.infopenyakit.com/2007/12/penyakit-tuberkulosis-tbc.html
    http://www.totalkesehatananda.com/tuberculosis6.html
    http://www.scribd.com/doc/32087430/makalah-TBC
    http://nawrihaysnainohdamor.blogspot.com/2013/03/makalah-tuberculosis.html

  • Makalah Hiperemesis Gravidarum

    Makalah Hiperemesis Gravidarum

    Berikut ini adalah contoh makalah dengan judul Hiperemesi Gravdidarum. Hiperemesi Gravdidarum secara umum adalah kondisi medis yang ditandai dengan perasaam mual dan muntah.

    Hiperemesis Gravidarum

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Hiperemesis Gravidarum (HG) adalah kondisi medis yang ditandai oleh mual dan muntah yang parah dan berkepanjangan selama kehamilan. Berbeda dengan mual dan muntah biasa yang sering disebut morning sickness, HG lebih serius dan dapat menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, dan penurunan berat badan yang signifikan.

    Gejala Hiperemesis Gravidarum dimulai dari Mual dan Muntah Berlebihan seperti Mual dan muntah yang terjadi hampir sepanjang hari, bukan hanya di pagi hari dan Ketidakmampuan untuk menahan makanan atau minuman. Kondisi lanjutan dari fase ini adalah dehidrasi dengan tanda-tanda seperti mulut kering, haus yang berlebihan, dan berkurangnya frekuensi buang air kecil.

      B. Tujuan penulisan

      Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai sarana pembelajaran bagi kami agar lebih memahami konsep pembelajaran asuhan yang diberikan kepada ibu hamil, ibu bersalin, dan ibu nifas, dengan cara di atas diharapkan kita sebagai seorang perawat dapat memberikan penatalaksanaan secara dini terhadap komplikasi dan penyulit tersebut.

      BAB II. Tinjauan Pustaka

      Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena pada umumnya menjadi buruk karena terjadi dehidrasi (Rustam Mochtar, 1998).

      Mual dan muntah biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat timbul setiap saat bahkan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu.

      Hiperemesis Gravidarum (Vomitus yang merusak dalam kehamilan) adalah nousea dan vomitus dalam kehamilan yang berkembang sedemikian luas sehingga menjadi efek sistemik, dehidrasi dan penurunan berat badan (Ben-Zion, MD, Hal:232)

      Hiperemesis diartikan sebagai muntah yang terjadi secara berlebihan selama kehamilan (Hellen Farrer, 1999, hal:112)

      A. Etiologi

      Penyebab Hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Frekuensi kejadian adalah 2 per 1000 kehamilan. Faktor-faktor predisposisi yang dikemukakan (Rustam Mochtar, 1998)

      • Umumnya terjadi pada Primigravida, mola hidatidosa, diabetes dan kehamilan ganda akibat peningkatan kadar HCG
      • Faktor organik, yaitu karena masuknya viki khoriales dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabollik akibat kehamilan serta resitensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan – perubahan ini serta adanya alergi yaitu merupakan salah satu respon dari jaringan ibu terhadap janin.
      • Faktor ini memegang peranan penting pada penyakit ini. Rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggungan sebagai ibu dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup.
      • Faktor endokrin lainnya : hipertyroid, diabetes dan lain-lain.

      B. Patologi

      Pada otopsi wanita meninggal karena Hiperemesis  gravidarum diperoleh keterangan bahwa terjadinya kelainan pada organ-organ tubuh adalah sebagai berikut :

      1. Hepar     : pada tingkat ringan hanya ditemukan degenerasi lemak sentrilobuler tanpa nekrosis
      2. Jantung : jantung atrofi, menjadi lebih kecil dari biasa. Kadang kala dijumpai perdarahan sub-endokardial
      3. Otak : terdapat bercak-bercak perdarahan otak dan kelainan seperti pada ensepalopati wirnicke
      4. Ginjal : ginjal tampak pucat dan degenerasi lemak dapat ditemukan pada tubuli kontorti   

      C. Patofisiologi

      Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen yang biasa terjadi pada trimester I. bila perasaan terjadi terus-menerus dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseto-asetik, asam hidroksida butirik dan aseton darah. Muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga caira ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium  dan klorida darah turun. Selain itu dehidrasai menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan berkuang pula tertimbunnya zat metabolik yang toksik. Disamping dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit. Disamping dehidraasi dan gangguan keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada selaput lendir esofagus dan lambung (sindroma mollary-weiss), dengan akibat perdarahan gastrointestinal.

      D. Tanda dan gejala

      Batas mual dan muntah berapa banyak yang disebut Hiperemesis  gravidarum tidak ada kesepakatan. Ada yang mengatakan bila lebih dari sepuluh kali muntah. Akan tetapi apabila keadaan umum ibu terpengaruh dianggap sebagai Hiperemesis  gravidarum. Menurut berat ringannya gejala dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu :

      Tingkatan I (ringan)

      • Mual muntah terus-menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita
      • Ibu merasa lemah
      • Nafsu makan tidak ada
      • Berat badan menurun
      • Merasa nyeri pada epigastrium
      • Nadi meningkat sekitar 100 per menit
      • Tekanan darah menurun
      • Turgor kulit berkurang
      • Lidah mengering
      • Mata cekung

      Tingkatan II (sendang)

      • Penderita tampak lebih lemah dan apatis
      • Turgor kulit mulai jelek
      • Lidah mengering dan tampak kotor
      • Nadi kecil dan cepat
      • Suhu badan naik (dehidrasi)
      • Mata mulai ikterik
      • Berat badan turun dan mata cekung
      • Tensi turun, hemokonsentrasi, oliguri dan konstipasi
      • Aseton tercium dari hawa pernafasan dan terjadi asetonuria

      Tingkatan III (berat)

      • Keadaan umum lebih parah (kesadaran menurun dari somnolen sampai koma)
      • Dehidrasi hebat
      • Nadi kecil, cepat dan halus
      • Suhu badan meningkat dan tensi turun
      • Terjadi komplikasi fatal pada susunan saraf yang dikenal dengan enselopati wernicke dengan gejala nistagmus, diplopia dan penurunan mental
      • Timbul ikterus yang menunjukkan adanya payah hati

      E. Pathways

      F. Pemeriksaan

      Ketika seorang wanita dating dengan keluhan mual dan muntah , riwayat berikut harus dikaji untuk membantu membedakan antara mual dan muntah akibat kehamulan atau kondisi patologis ini.

      1. Riwayat

      1. Frekuensi muntah
      2. Hubungan muntah dengan asupan makanan ( jenis dan jumlah )
      3. Riwayat pola makan ( jenis makanan dan minuman , jumlah, waktu pemberian, dan reaksinya)
      4. Riwayat pengobatan ( termasuk reaksi obat)
      5. Riwayat gangguan makan
      6. Riwayat diabetes
      7. Pembedahan abdomen sebelumnya.
      8. Frekuensi istirahat
      9. Kecemasan dalam kehamilan
      10. Dukungan keluarga

      2. Pemeriksaan fisik

      1. Berat badan ( dan hubungannya dengan berat badan sebelumnya)
      2. Suhu badan , denyut nadi, dan pernafasan
      3. Turgor kulit
      4. Kelembapan membrane mukosa
      5. Kondisi lidah ( bengkak, kering, pecah-pecah)
      6. Palpasi abdomen untuk melihat pembesaran organ , dan nyeri tekan.
      7. Pengkajian pertumbuhan janin.

      3. Laboratorium

      1. Pemeriksaan keton dalam urine
      2. Urinalis

      4. Pengkajian

      Kondisi yang mengindikasikan bahwa wanita mengalami dehidrasi meliputi turgor kulit buruk, peningkatan frekuensi nadi dan oernapasan, penurunan pengeluaran urine.

      G. Penanganan

      1. Pencegahan

      Pencegahan terhadap Hiperemesis  gravidarum diperlukan dengan jalan memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologis. Hal itu dapat dilakukan dengan cara :

      • Memberikan keyakinan bahwa mual dan muntah merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan berumur 4 bulan.
      • Ibu dianjurkan untuk mengubah pola makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil tetapi sering.
      • Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk makan roti kering arau biskuit dengan teh hangat
      • Hindari makanan yang berminyak dan berbau lemak
      • Makan makanan dan minuman yang disajikan jangan terlalu panas atau terlalu dingin
      • Usahakan defekasi teratur.

      2. Terapi obat-obatan
      Apabila dengan cara diatas keluhan dan gejala tidak berkurang maka diperlukan pengobatan

      • Tidak memberikan obat yang terotogen
      • Sedativa yang sering diberikan adalah phenobarbital
      • Vitamin yang sering dianjurkan adalah vitamin B1 dan B6
      • Antihistaminika seperti dramamine, avomine
      • Pada keadaan berat, anti emetik seperti diklomin hidrokhoride atau khlorpromazine.

      3. Hiperemesis  gravidarum tingkatan II dan III harus dirawat inap di rumah sakit
      Adapun terapi dan perawatan yang diberikan adalah sebagai berikut :
      a. Isolasi
      Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah dan peredaran udara baik. Jangan terlalu banyak tamu, kalau perlu hanya perawat dan dokter saja yang boleh masuk. Catat cairan yang keluar dan masuk. Kadang-kadang isolasi dapat mengurangi atau menghilangkan gejala ini tanpa pengobatan
      b. Terapi psikologik
      Berikan pengertian bahwa kehamilan adalah suatu hal yang wajar,normal dan fisiologik. Jadi tidak perlu takur dan khawatir. Yakinkan penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan dan dihilangkan masalah atu konflik yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.
      c. Terapi mental
      Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glukosa 5 %, dalam cairan gram fisiologis sebanya 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat ditambah dengan kalium dan vitamin khususnya vitamin B kompleks dn vitamin C dan bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino esensial secara intravena. Buat dalam daftar kontrol cairan yang amsuk dan dikeluarkan. Berikan pula obat-obatan seperti yang telah disebutkan diatas.
      d. Terminasi kehamilan
      Pada beberapa kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatrik bila keadaan memburuk. Delirium, kebutaan, takikardia, ikterik, anuria, dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organik.
      Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus terapeutik sering sulit diambil, oleh karena disatu pihak tidak boleh dilakukan terlalu capat dan dipihal lain tidak boleh menunggu sampai terjadi irreversible pada organ vital.

      Bab III. Asuhan Keperawatan

      A. Pengkajian

      1. Data Subjektif

      Nausea dan vomitus merupakan gejala-gejala utama. Pasien tidak dapat menahan makanan dan kehilangan berat badan. Beberapa pasien mengeluh air liurnya berlebihan/hipersalivasi.

      Riwayat haid: sebagian besar pasien sadar akan haid yang tidak datang dan mengetahui bahwa mereka hamil. Tetapi kadang-kadang pasien tidak dapat memberikan informasi yang penting ini, sehingga mengaburkan diagnosis.

      2. Data Objektif

      Pemeriksaan fisik

      1. Pemeriksaan umum: kulit dan membrane mukosa sering tampak kering dan turgor menurun. Pasien dapat menjadi kurus. Vomitus yang iritatif dapat membuat erosi pada bibir dan wajah; lidah tampak merah, kering dan pecah-pecah. Faring kering dan merah, dan pernapaan berbau busuk dengan bau seperti buah-buahan yang khas untuk ketoasidosis.
      2. Takikardia dan hipotensi dapat menunjukkan dehidrasi hipovolemia. Pada penyakit yang berat dan berkepanjangan, aberasi mental, delirium, sakit kepala, stupor dan koma dapat terjadi
      3. Pemeriksaan abdomen: temuan ini biasanya normal, meskipun rasa sakit dihepar dapat ditemukan
      4. Pemeriksaan pelvis: uterus lunak dan membesarkan sesuai dengan umur gestasi

      Kebutuhan Dasar Khusus
      *  Aktifitas istirahat
      Tekanan darah sistol menurun, denyut nadi meningkat (> 100 kali per menit).
      * Integritas ego
      Konflik interpersonal keluarga, kesulitan ekonomi, perubahan persepsi tentang kondisinya, kehamilan tak direncanakan.
      * Eliminasi
      Perubahan pada konsistensi; defekasi, peningkatan frekuensi berkemih Urinalisis : peningkatan konsentrasi urine.
      *  Makanan/cairan
      Mual dan muntah yang berlebihan (4 – 8 minggu) , nyeri epigastrium, pengurangan berat badan (5 – 10 Kg), membran mukosa mulut iritasi dan merah, Hb dan Ht rendah, nafas berbau aseton, turgor kulit berkurang, mata cekung dan lidah kering.
      * Pernafasan
      Frekuensi pernapasan meningkat.
      *  Keamanan
      Suhu kadang naik, badan lemah, icterus dan dapat jatuh dalam koma
      * Seksualitas
      Penghentian menstruasi, bila keadaan ibu membahayakan maka dilakukan abortus terapeutik.
      * Interaksi sosial
      Perubahan status kesehatan/stressor kehamilan, perubahan peran, respon anggota keluarga yang dapat bervariasi terhadap hospitalisasi dan sakit, sistem pendukung yang kurang.

      Tes Laboratorium
      * Pemeriksaan darah lengkap dengan apusan darah: nilai hemoglobin dan hematokrit yang meningkat menunjukkan hemokosentrasi berkaitan dengan dehidrasi. Anemia yang mungkin merupakan konsekuensi dari mal nutrisi.
      * Urinalisis: urin biasanya hanya sedikit dan mempunyai kosentrasi tinggi sebagai akibat dehidrasi. Aseton  menunjukkan asidosis starvasi.

      B.   Diagnosa Keperawatan

      Berdasarkan data pengkajian, diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien hyperemesis gravidarum adalah meliputi :
      1. Ketidakseimbngan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual-muntah
      2. Gangguan keseimbangan  cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan secara aktif
      3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum

      C, Intervensi

      NoDiagnosa keperawatanPerencanaan
      TujuanIntervensiRasional
      1.Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual-muntahDalam waktu 3x24jam setelah diberikan tindakan pemenuhan nutrisi klien terpenuhi

      Dengan criteria hasil :

      1. Berat badan ideal

      2. Bising usus normal

      3. Membrane mukosa lembab
      1. Timbang dan catat berat badan pasien pada jam yang sama setiap hari


      2. Pantau asupan dan haluaran pasien

      3. Kaji dan catat bising usus pasien satu kali setiap ergantian tugas jaga

      4. Auskultasi dan catat suara napas pasien setiap 4 jam
      1. Untuk mendapatkan pembacaan yang paling akurat

      2. Karena berat badan dapat meningkat sebagai akibat dari retensi cairan

      3. Untuk memantau peningkatan dan penurunannya

      4. Untuk memantau aspirasi
      2.Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan secara aktifDalam waktu 3×24 jam k
      1. Membrane mukosa lembab

      2. CRT kurang dari 3 detik

      3. TTV normal
      1. Pantau dan catat TTV setiap 2 jam atau sesering mungkin sesuai keperluan sampai stabil. Kemudian pantau dan catat TTV setiap 4 jam

      2. Ukur asupan dan haluaran setiap 1 sampai 4 jam. Catat dan laporkan perubahan yang signifikan termasuk urine, feses, muntahan, drainase luka, drainase nasogastrik, drainase slang dada, dan haluaran yang lain.

      3. Timbang pasien pada waktu yang sama setiap hari

      4. Kaji turgor kulit dan membrane mukosa mulut setiap 8 jam

      5. Berikan perawatan mulut dengan cermat setiap 4 jam

      6. Periksa berat jenis urin setiap 8 jam
      Takikardia, dispnea, atau hipotensi dapat mengindikasikan kekurangan volume cairan atau ketidakseimbangan elektrolit.

      Haluaran urine yang rendah dan berat jenis urine yang tinggi mengindikasikan hipovolemia

      Untuk memberikan data yang lebih akurat dan konsisten. Berat badan merupakan indicator yang baik untuk status cairan.

      Untuk memeriksa dehidrasi

      Untuk menghindari dehidrasi membrane mukosa

      Peningkatan berat jenis urine dapat mengindikasikan dehidrasi
      4.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisikSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam terjadi peningkatan toleransi aktivitas dengan criteria hasil :

      1. Melaporkan dan mendemonstrasikan peningkatan aktivitas fisik yang dapat diukur

      2. Skala mobilitas 0-1

      3. Skala kekuatan otot 5 (dapat melawan tahanan

      4.  Klien terlihat segar
      1. Kaji tingkat berfungsi pasien dengan menggunakan skala mobilitas fungsional. Komunikasikan tingkat ini pada staf

      2. Kecuali dikontraindikasikan,  lakukan ROM setiap 2 sampai 4 jam. Tingkatkan dari pasif ke aktif, sesuai toleransi pasien.

      3. Kaji
      kehilangan/gangguan keseimbangan gaya jalan, kelemahan otot

      4. Awasi TD, nadi, pernapasan, selama dan sesudah aktivitas. Catat respon terhadap tingkat aktivitas (mis. Peningkatan denyut jantung/TD, disritmia, pusing, dispnea, takipnea, dan sebagainya)
      Komunikasi diantara anggota staf dapat meyakinkan kontiunitas perawatan dan mempertahankan kemandirian

      Latihan ROM dapat mencegah kontraktur sendi dan atrofi otot

      Menunjukkan perubahan neurologi karena defisiensi vitamin B12 mempengaruhi kamanan pasien /resiko cedera

      Manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan

      D. Evaluasi
      * Pasien tidak lagi menunjukkan bukti penurunan berat badan
      * Pasien terhindar dari kerusakan kulit atau infeksi disekitar pemasangan slang
      * TTV tetap stabil
      * Volume cairan tetap adekuat
      * Pasien mempunyai turgor kulit normal dan membrane mukosa lembap
      * Berat jenis urin tetap di antara 1,005 dan 1,010
      * Pasien mempertahankan keseimbangan cairan ( asupan seimbang dengan haluaran)
      * Pasien menyatakan peningkatan rasa nyaman
      * Membrane mukosa mulut merah muda dan lembap
      * Pasien mempertahankan kekuatan otot dan ROM sendi
      * Pasien melakukan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang dapat ditoleransi

      Bab III. Penutup

      A. Kesimpulan

      Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

      1. Hiperemesis  gravidarum adalah mual muntah yang berlebihan pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umum pasien memburuk.
      2. Penyebab Hiperemesis  gravidarum secara pasti belum diketahui, faktor predisposisinya antara lain ; peningkatan kadar HCG, faktor organik, dan faktor endokrin lainnya.
      3. Secara patologik menunjukkan adanya kelainan-kelainan dalam berbagai alat tubuh seperti hati, jantung, otak dan ginjal
      4. Hiperemesis  gravidarum dapat mengakibatkan dehidrasi, kekurangan energi, tertimbun zat metabolik toksik, terganggunya keseimbangan elektrolit dan perdarahan gastrointestinal
      5. Hiperemesis  gravidarum terbagi dalam 3 tingkatan yaitu ringan, sedang dan berat
      6. Penanganan Hiperemesis  gravidarum pada tahap awal adalah pencegahan yaitu dengan memberikan konseling untuk menghadapi kehamilan dan komplikasinya
      7. Terapi yang diberikan pada kasus Hiperemesis  gravidarum adalah terapi obat-obatan, terapi psikologik, terapi parenteral dan isolasi. Apabila keadaan tetap memburuk terminasi kehamilan perlu dipertimbangkan.

      DAFTAR PUSTAKA

      Babak, Lowdermik, Jensen, 2004, Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4; Jakarta, EGC
      Doenges,E,Marilynn.2000.Rencana Asuhan Keperawatan.jakarta: EGC
      Mansjoer, A, dkk, (2001), Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3, Jakarta : Penerbit Media Aesculapius FKUI.
      Manuaba, Ida Bagus, 1999, Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita, Jakarta, Penerbit: Arcan
      Mochtar, R, (1998), Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi, edisi 2, Jilid 1, Jakarta : EGC.
      Mochtar, Rustam, 1998, Sinopsis Obsetri, Jilid I, Jakarta; EGC
      Morgan,Geri,dkk, 2009, Obstetri&Ginekologi panduan praktik,Jakarta: EGC
      Prawirohardjo, Sarwono, 2005, Ilmu Kebidanan, Jakarta; Tridasa Printer
      Sastrawinata,Sulaiman. 2005. Obstetri Patologi.edisi 2.Jakarta : EGC
      Taber, B, (1994), Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi, cetakan 1 Jakarta : EGC.
      Taylor,Cynthia M.2010.Diagnosis Keperawatan: dengan Rencana Asuhan.Jakarta:EGC
      Wiknjosastro,Hanifa, 2005, ilmu kebidanan, edisi 3, Jakarta: Yayasan Bina pustaka sarwono prawirohardjo

    1. Makalah Anemia Pada Ibu Hamil

      Makalah Anemia Pada Ibu Hamil

      Berikut ini adalah contoh makalah Anemia Pada Ibu Hamil. Makalah ini membahas tentang penyebab ibu hamil bisa mengalami anemia, pencegahan dan penangananya.

      Anemia Pada Ibu Hamil

      Bab I. Pendahuluan

      A. Latar Belakang

      Anemia khususnya pada ibu hamil sepertinya masih merupakan masalah klasik yang tidak pernah bisa ditangani dan memiliki dampak yang serius pada ibu dan bayi. Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu hamil dengan kadar hemoglobin (Hb) < 11g/dl pada trimester I dan III, sedangkan pada trimester II kadar Hb < 10,5g/dl (Kemenkes RI, 2013). Sebagian besar penyebab anemia pada ibu hamil di Indonesia adalah kekurangan zat besi. Kebutuhan yang meningkat pada masa kehamilan, rendahnya asupan zat besi merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya anemia defisiensi besi. Volume darah pada saat hamil meningkat 50%, karena kebutuhan meningkat untuk mensuplai oksigen dan makanan bagi
      pertumbuhan janin.

      Anemia dalam kehamilan merupakan masalah yang perlu mendapat penanganan khusus oleh karena prevalensinya yang masih tinggi. Berbagai negara termasuk Indonesia melaporkan angka prevalensi anemia pada wanita hamil masih tinggi. Badan Kesehatan Dunia (World Health Organizatin/WHO) melaporkan bahwa prevalensi ibu-ibu hamil yang mengalami anemia sekitar 35-75% serta semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia kehamilan. Kemenkes RI (2020), melaporkan bahwa menurut laporan Riskesdas 2018 sebanyak 48,9% ibu hamil di Indonesia mengalami anemia dan persentase ini mengalami peningkatan dibandingkan dengan data Riskesdas tahun 2013 yaitu 37,1%. Angka kejadian anemia di Provinsi Bali tahun 2019 adalah 5,07% (Dinas Kesehatan Provinsi Bali,
      2020) meningkat menjadi 5,78% pada tahun 2020. Sementara itu angka kejadian anemia di Kota Denpasar sebesar 4,7% meningkat menjadi 7,55% pada tahun 2020 dengan angka tertinggi ada di Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Puskesmas II Dinas Kesehatan Kecamatan Denpasar Utara yaitu 10,11% tahun 2019 dan meningkat menjadi 16,46% pada tahun 2020.

      Kejadian anemia yang tidak ditindaklanjuti dengan baik kemungkinan besar akan berdampak semakin buruk pada kesehatan ibu dan bayi serta meningkatkan angka kematian ibu dan bayi. Berdasarkan Supas tahun 2015 Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia pada tahun 2015 adalah 305 per 100.000 kelahiran hidup. Sementara pada tahun 2019 kematian ibu di Indonesia sebanyak 4221 orang dari 4.778.621 kelahiran hidup atau angka kematian ibu 88,33 per 100.000 kelahiran hidup. Perdarahan merupakan penyebab kematian ibu terbanyak yaitu 1280 kasus (30,32%), hipertensi dalam kehamilan 1066 kasus (25,2%) dan 207 kasus (4,9%) disebabkan oleh karena infeksi (Kemenkes RI, 2020). Angka kematian ibu di Provinsi Bali tahun 2019 adalah 67,6 per 100.000 kelahiran hidup dan 26,09% disebabkan oleh karena perdarahan.

      Dampak yang mungkin timbul pada ibu hamil dengan anemia adalah abortus. Penelitian (Rosadi et al., 2019) menyatakan bahwa ada hubungan antara ibu hamil anemia dengan kejadian abortus, sebesar 65,2% ibu hamil dengan anemia mengalami abortus. Ibu hamil dengan anemia dapat mengalami perpanjangan kala I atau terjadi partus lama. Hasil penelitian (Latifa et al., 2014) menunjukkan bahwa ibu bersalin yang anemia dan terjadi kala I lama sebanyak 68,4%. Anemia juga merupakan salah satu penyebab terjadinya perdarahan post partum. Penelitian (Satriyandari & Hariyati, 2017) menyatakan sebagian besar ibu hamil dengan anemia mengalami perdarahan postpartum yaitu sebanyak 77,8%. Ibu dengan anemia memiliki peluang 4,8 kali mengalami perdarahan postpartum dibanding ibu yang tidak anemia. Anemia pada wanita hamil juga berdampak pada beratnya infeksi selama kehamilan (Ani, 2013).

      Dampak awal yang terjadi pada janin adalah gangguan pertumbuhan janin dan partus prematurus yaitu bayi lahir sebelum waktunya yang dapat menimbulkan masalah pada bayi seperti Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) yang berujung pada kematian bayi. Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2019 Angka Kematian Neonatal (AKN) adalah 4,44 per 1000 kelahiran hidup dengan penyebab utama BBLR sebanyak 14,9% kelahiran hidup. Dinas Kesehatan Provinsi Bali (2020) melaporkan bahwa Angka Kematian Neonatal (AKN) adalah 3,5 per 1000 kelahiran hidup dengan BBLR menjadi penyebab utama sebesar 42%.

      Penerapan standar pelayanan antenatal yang sesuai standar diharapkan dapat menurunkan kejadian anemia pada ibu hamil. Standar pelayanan khususnya dalam upaya pencegahan anemia pada ibu hamil diantaranya adalah pemeriksaan hemoglobin, pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) dan kegiatan temu wicara yang membahas materi tentang anemia. Konsumsi TTD secara teratur pada ibu hamil dengan anemia yang disebabkan oleh defisiensi besi akan meningkatkan kadar Hb dalam sebulan setelah konsumsi TTD (Kementerian Kesehatan, 2020). Catatan ketiga indikator diatas tertulis di dalam buku Kesehatan Ibu Dan Anak (KIA) sehingga kepemilikan buku KIA menjadi sangat penting bagi semua ibu
      hamil.

      Beberapa penelitian seperti (Bagu et al., 2019) dan (Widyarni, 2019) mengatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang gizi, asupan makanan dan kepatuhan minum tablet Fe dengan angka kejadian anemia. Penelitian (Akmila et al., 2020) menyatakaan bahwa adanya hubungan antara faktor antenatal care dengan kejadian anemia pada ibu hamil. Angka kejadian anemia di UPTD Puskesmas II Dinas Kesehatan Kecamatan Denpasar Utara dalam 2 tahun terakhir menduduki urutan tertinggi di Kota Denpasar. Kenaikan pada tahun 2020 cukup signifikan yaitu mencapai 61,42% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk meneliti hubungan penerapan standar pelayananan antenatal khususnya dalam upaya pencegahan anemia pada ibu hamil dengan kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah UPTD Puskesmas II Dinas Kesehatan Kecamatan Denpasar Utara.

      B. Rumusan Masalah

      Adapun Rumusan masalah dalam makalah ini adalah:

      1. Apakah yang dimaksud dengan Anemia pada Ibu Hamil?
      2. Apakah yang menjadi faktor penyebab Ibu Hamil terkena anemia?
      3. Bagaimanakah cara mencegah anemia pada ibu hamil?

      Bab II. Pembahasan

      A. Anemia Pada Kehamilan

      Anemia adalah suatu penyakit kekurangan sel darah merah (WHO, 2011). Ibu hamil dikatakan mengalami anemia apabila kadar hemoglobin ibu kurang dari 11g/dl pada trimester satu dan tiga, serta kurang dari 10,5 g/dl pada trimester kedua (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2013).Ada beberapa tingkatan anemia ibu hamil yang dialami ibu hamil menurut WHO (2011), yaitu:

      1. Anemia ringan: anemia pada ibu hamil disebut ringan apabila kadar hemoglobin ibu 10,9 g/dl sampai 10g/dl.
      2. Anemia sedang: anemia pada ibu hamil disebut sedang apabila kadar hemoglobin ibu 9,9g/dl sampai 7,0g/dl.
      3. Anemia berat: anemia pada ibu hamil disebut berat apabila kadar hemoglobin ibu berada dibawah 7,0g/dl.
      1. Tanda dan gejala anemia

      Tanda ibu hamil mengalami anemia adalah pucat, glossitis, stomatitis, eodema pada kaki karena hypoproteinemia. Gejala ibu hamil yang mengalami anemia adalah lesu dan perasaan kelelahan atau merasa lemah, gangguan pencernaan dan kehilangan nafsu makan (Tewary, 2011).

      2. Tipe-tipe anemia

      Menurut Waryana (2010) dapat anemia digolongkan menjadi beberapa golongan, yaitu :

      a. Anemia defisiensi gizi besi

      Anemia jenis ini biasanya berbentuk normositik dan hipokromik. Keadaan ini paling banyak dijumpai pada kehamilan.

      b. Anemia megaloblastik

      Anemia ini biasanya berbentuk makrosistik, penyebabnya adalah karena kekurangan asam folat, namun jenis anemia ini jarang terjadi.

      c. Anemia hipoplastik

      Anemia hipoplastik disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang dalam membentuk sel-sel darah merah baru.

      d. Anemia hemolitik

      Anemia hemolitik disebabkan oleh penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang lebih cepat dari pembuatannya.

      3. Upaya pencegahan anemia

      Pencegahan dapat dilakukan dengan mengatur pola makan yaitu dengan mengkombinasikan menu makanan serta konsumsi buah dan sayuran yang mengandung vitamin C (seperti tomat, jeruk, jambu) dan mengandung zat besi (sayuran berwarna hijau tua seperti bayam). Kopi dan teh adalah minuman yang dapat menghambat penyerapan zat besi sehingga tidak dianjurkan untuk dikonsumsi (Arantika dan Fatimah, 2019).

      4. Penyebab anemia

      a. Penyakit infeksi

      Perdarahan patologis akibat penyakit atau infeksi parasit seperti cacingan dan saluran pencernaan juga berhubungan positif terhadap anemia. Darah yang hilang akibat infestasi cacing bervariasi antara 2-100cc/hari, tergantung beratnya infestasi. Anemia yang disebabkan karena penyakit infeksi, seperti seperti malaria, infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dan cacingan terjadi secara cepat saat cadangan zat besi tidak mencukupi peningkatan kebutuhan zat besi (Listiana, 2016).

      Kehilangan besi dapat pula diakibatkan oleh infestasi parasit seperti cacing tambang, Schistoma, dan mungkin pula Trichuris trichura. Hal ini lazim terjadi di negara tropis, lembab serta keadaan sanitasi yang buruk. Penyakit kronis seperti ISPA, malaria dan cacingan akan memperberat anemia. Penyakit infeksi akan menyebabkan gangguan gizi melalui beberapa cara yaitu menghilangkan bahan makanan melalui muntah-muntah dan diare serta dapat menurunkan nafsu makan. Infeksi juga dapat menyebabkan pembentukan hemoglobin (hb) terlalu lambat. Penyakit diare dan ISPA dapat menganggu nafsu makan yang akhirnya dapat menurunkan tingkat konsumsi gizi (Listiana, 2016).

      b. Umur

      Ibu yang berumur dibawah 20 tahun dan lebih dari 35 tahun lebih rentan menderita anemia hal ini disebabkan oleh faktor fisik dan psikis. Wanita yang hamil di usia kurang dari 20 tahun beresiko terhadap anemia karena pada usia ini sering terjadi kekurangan gizi. Hal ini muncul biasanya karena usia remaja
      menginginkan tubuh yang ideal sehingga mendorong untuk melakukan diet yang ketat tanpa memperhatikan keseimbangan gizi sehingga pada saat memasuki kehamilan dengan status gizi kurang. Sedangkan, ibu yang berusia di atas 35 tahun usia ini rentan terhadap penurunan daya tahan tubuh sehingga mengakibatkan ibu hamil mudah terkena infeksi dan terserang penyakit (Herawati dan Astuti, 2010).

      Ibu hamil pada umur muda atau di bawah 20 tahun perlu tambahan gizi yang banyak, karena selain digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan dirinya sendiri juga harus berbagi dengan janin yang sedang dikandung. Ibu hamil dengan umur yang tua di atas 35 tahun perlu energi yang besar juga karena fungsi organ yang makin melemah dan diharuskan untuk bekerja maksimal maka memerlukan tambahan energi yang cukup guna mendukung kehamilan yang sedang berlangsung (Kristiyanasari, 2010).

      Penelitian yang dilakukan oleh Dwi (2016), usia ibu hamil dapat mempengaruhi anemia jika usia ibu hamil relatif muda di bawah 20 tahun, karena pada umur tersebut masih terjadi pertumbuhan yang membutuhkan zat gizi lebih banyak. Jika zat gizi yang dibutuhkan tidak terpenuhi, akan terjadi kompetisi zat gizi antara ibu dan bayinya.

      c. Status gizi

      Melorys dan Nita (2017) menyebutkan dalam penelitiannya bahwa terdapat hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia pada ibu hamil. Kekurangan gizi tentu saja akan menyebabkan akibat yang buruk bagi ibu dan janin. Kekurangan gizi dapat menyebabkan ibu menderita anemia, suplai darah
      yang mengantarkan oksigen dan makanan pada janin akan terhambat, sehingga janin akan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Oleh karena itu, pemantauan gizi ibu hamil sangat penting dilakukan.

      Menurut Muliawati (2013) penilaian status gizi dapat dilakukan dengan menggunakan penilaian antropometri yang terdiri dari:

      1) Tinggi badan

      Tinggi badan dapat dijadikan sebagai salah satu syarat status gizi ibu hamil disebut baik. Tinggi badan ibu hamil dianggap memenuhi syarat, apabila memiliki tinggi minimal 145 cm.

      2) Berat badan

      Pertambahan berat badan secara teratur selama kehamilan yang tercatat dan membandingkan hal tersebut dengan berat badan sebelum hamil adalah salah satu metode untuk mengetahui atau memantau status gizi seorang ibu hamil. Kenaikan berat badan yang ideal selama kehamilan adalah 10kg hingga 12 kg dengan perhitungan pada trimester pertama kenaikan kurang lebih satu kilogram, trimester kedua kurang lebih tiga kilogram dan trimester tiga kurang lebih enam kilogram. Ibu hamil yang dapat mencapai kenaikan berat badan tersebut ibu dapat dikatakan memiliki status gizi yang baik.

      3) Lingkar lengan atas (LILA)

      Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) adalah suatu cara untuk mengetahui risiko kekurangan energi kronis wanita usia subur. Wanita usia subur adalah wanita dengan usia 15 sampai dengan 45 tahun yang meliputi remaja, ibu hamil, ibu menyusui dan pasangan usia subur (PUS). Ambang batas LILA wanita usia subur (WUS) dengan resiko kekurangan energi kronis (KEK) adalah 23,5cm, yang diukur dengan menggunakan pita ukur.

      4) Gizi atau nutrisi ibu hamil

      Gizi pada masa kehamilan sangat penting, bukan saja karena makanan yang diperoleh mempengaruhi kesehatan ibu dan bayi, tetapi juga berpengaruh saat menyusui nanti. Kebutuhan energi untuk kehamilan yang normal memerlukan kira-kira 80.000 kalori selama kurang lebih 280 hari.

      6. Dampak anemia

      a. Abortus

      Penelitian yang dilakukan oleh Aryanti (2016) menyebutkan bawah terdapat hubungan antara anemia dengan abortus. Hal ini disebabkan oleh metabolisme ibu yang terganggu karena kekurangan kadar hemoglobin untuk mengikat oksigen. Efek tidak langsung yang dapat diakibatkan oleh ibu dan janin
      antara lain terjadinya abortus, selain itu ibu lebih rentan terhadap infeksi dan kemungkinan bayi lahir prematur.

      b. Ketuban pecah dini

      Ketuban pecah dini dapat disebabkan oleh anemia karena karena sel-sel tubuh tidak cukup mendapat pasokan oksigen sehingga kemampuan jasmani menjadi menurun. Anemia pada wanita hamil dapat meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Risiko kematian maternal, angka
      prematuritas, berat badan bayi lahir rendah, dan angka kematian perinatal dapat meningkat oleh hal tersebut (Usman, 2017).

      c. Perdarahan postpartum

      Penelitian Frass (2015) dalam Rizky, dkk. (2017) yang melaporkan bahwa terdapat hubungan antara anemia dengan risiko perdarahan postpartum. Anemia pada kehamilan menyebabkan oksigen yang diikat dalam darah kurang sehingga jumlah oksigen berkurang dalam uterus dan menyebabkan otot-otot uterus tidak berkontraksi dengan adekuat sehingga menimbulkan perdarahan postpartum, sehingga ibu hamil yang mengalami anemia memiliki kemungkinan terjadi perdarahan postpartum 15,62 kali lebih besar dibandingkan ibu hamil yang tidak mengalami anemia.

      d. Kala I lama

      Ibu bersalin dengan anemia akan lebih mudah mengalami keletihan otot uterus yang mengakibatkan his menjadi terganggu. Apabila his yang ditimbulkan sifatnya lemah, pendek, dan jarang maka akan mempengaruhi turunnya kepala dan pembukaan serviks atau yang disebut inkoordinasi kontraksi otot rahim, yang akhirnya akan mengganggu proses persalinan. His yang ditimbulkannya sifatnya lemah, pendek, dan jarang hal ini di sebabkan oleh proses terganggunya pembentukan Adenosin Trifosfat (ATP). Salah satu senyawa terpenting dalam pembentukan ATP adalah oksigen. Energi yang di hasilkan oleh ATP merupakan salah satu faktor yang berperan dalam terjadinya suatu kontraksi otot. Anemia dapat menyebabkan jumlah sel darah merah berkurang sehingga oksigen yang diikat dalam darah sedikit kemudian menghambat aliran darah menuju otot yang sedang berkontraksi, sehingga mengakibatkan kinerja otot uterus tidak maksimal (Ulfatul, dkk., 2014).

      e. Berat badan lahir rendah (BBLR)

      Penelitian yang dilakukan oleh Siti dan Siti (2018) menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara anemia dan kejadian berat badan lahir rendah (BBLR). Anemia pada kehamilan akan menyebabkan terganggunya oksigenasi maupun suplai nutrisi dari ibu terhadap janin, akibatnya janin akan mengalami gangguan
      penambahan berat badan sehingga terjadi BBLR.

      Ibu hamil yang mengalami anemia pada trimester pertama berisiko 10,29 kali melahirkan BBLR dibandingkan dengan ibu yang tidak anemia dan ibu yang mengalami anemia pada trimester kedua kehamilan berisiko sebesar 16 kali lebihbanyak melahirkan bayi berat badan lahir rendah (BBLR) daripada ibu yang tidak anemia (Labir, dkk., 2013).

      B. Kekurangan Energi Kronis (KEK)

      Kekurangan energi kronik (KEK) adalah salah satu keadaan malnutrisi dimana keadaan ibu menderita kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronik) yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu secara relatif atau absolut. (Suprariasa, dkk., 2013).

      Tanda dan gejala kekurangan energi kronis (KEK) Muliawati (2013) menyebutkan bahwa tanda seseorang memiliki kekurangan energi kronis adalah pada ukuran lingkar lengan atas di bawah 23,5 cm.

      Pengkuran lingkar lengan atas (LILA) pada ibu hamil

      a. Pengertian

      Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) adalah pengukuran antropometri yang dilakukan kepada ibu hamil untuk mengetahui status resiko KEK (Supariasa, dkk., 2013).

      b. Tujuan pengukuran lingkar lengan atas (LILA)

      Menurut Supariasa, dkk. (2013), tujuan dari pengukuran LILA adalah:

      1. Mengetahui risiko kekurangan energi kronis wanita usia subur (WUS), baik ibu hamil maupun calon ibu, untuk menapis wanita yang mempunyai risiko melahirkan bayi berat lahir rendah.
      2. Meningkatkan perhatian dan kesadaran masyarakat agar lebih berperan dalam pencegahan dan penanggulangan kekurangan energi kronis.
      3. Mengembangkan gagasan baru dikalangan masyarakat dengan tujuanmeningkatakan kesejahteraan ibu dan anak.
      4. Mengarahkan pelayanan kesehatan pada kelompok sasaran wanita usia subur yang menderita kekurangan energi kronis.
      5. Meningkatkan peran dalam upaya perbaikan gizi wanita usia subur yang menderita kekurangan energi kronis.

      c. Cara pengukuran lingkar lengan atas (LILA)

      Pengukuran LILA dapat dilakukan melalui urutan-urutan yang berikut (Utami, 2016):

      1. Subjek diminta untuk beridiri maupun duduk
      2. Menanyakan lengan yang aktif digunakan, apabila lengan kanan aktif yang diukur adalah lengan kiri begitu pula sebaliknya.
      3. Meminta subjek untuk membuka lengan baju yang akan diukur
      4. Ukur LILA pada mid point. Cara menentukannya adalah dengan meminta subjek menekuk lengan 900 kemudian mengukur panjang lengan. Hasil pengukuran kemudian di bagi dua, hasil pembagian adalah mid point.
      5. Ukur ukuran lingkar lengan atas dengan pita ukur yang menempel sepenuhnya pada lengan.
      6. Catat hasil pengukuran

      Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran LILA adalah pengukuran dilakukan di bagian tengah antara bahu dan siku lengan kiri (kecuali orang kidal, lengan yang diukur lengan kanan). Lengan harus pada posisi bebas, lengan baju dan otot lengan dalam keadaan tidak tegang atau kencang dan alat ukur dalam keadaan baik.

      Dampak kekurangan energi kronis pada kehamilan Menurut Waryana (2010), dampak dari KEK pada kehamilan antara lain:

      1. Terhadap ibu dapat menyebabkan risiko dan komplikasi antara lain : anemia, perdarahan, berat badan tidak bertambah secara normal dan terkena penyakit infeksi.
      2. Terhadap persalinan dapat mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya (prematur) dan perdarahan.
      3. Terhadap janin dapat mengakibatkan keguguran atau abortus, bayi lahir dengan keadaan meningggal, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR).

      C. Hubungan Status Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada Ibu Hamil dengan Kejadian Anemia

      Kekurangan energi kronis (KEK) merupakan suatu keadaan dimana status gizi seseorang buruk yang disebabkan karena kurangnya konsumsi pangan sumber energi yang mengandung zat gizi makronutrien yakni zat gizi yang diperlukan banyak oleh tubuh dan mikronutrien yang diperlukan sedikit oleh tubuh. Kebutuhan wanita hamil meningkat dari biasanya dan peningkatan jumlah konsumsi makan perlu ditambah terutama konsumsi pangan sumber energi untuk memenuhi kebutuhan ibu dan janin (Rahmaniar, 2013).

      Energi di dalam tubuh dihasilkan oleh zat gizi makro yang dikonversikan menjadi energi. Energi diperlukan juga untuk membantu proses gerakan otot saluran pencernaan, sehingga gerakan ini membantu saluran pencernaan dapat membantu proses penyerapan zat besi pada usus. Seseorang
      dengan IMT kurang dari 18 dikaitkan dengan keadaan kekurangan berat badan atau bila jauh di bawah 18 atau ukuran LILA kurang dari 23,5 cm dikaitkan dengan keadaan kurang energi kronis (KEK). Hal tersebut terjadi bila konsumsi energi lebih rendah dari kebutuhan yang mengakibatkan sebagian cadangan energi tubuh dalam bentuk lemak akan digunakan. Pemecahan jaringan lemak akan diikuti dengan penurunan berat badan sebanyak lemak yang digunakan.

      Umumnya orang yang kekurangan energi protein signifikan dengan kekurangan zat gizi lain seperti kurang zat besi yang akan menyebabkan anemia (Heny, dkk., 2017) Penelitian yang dilakukan oleh Dwipayana (2018) juga menyebutkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara ibu hamil dengan lingkar lengan atas <23,5cm cenderung mengalami KEK, yang berarti ibu sudah mengalami keadaan
      kurang gizi dalam jangka waktu yang telah lama.

      Ibu hamil yang tidak mengalami KEK, cenderung lebih kecil tidak mengalami anemia dibandingkan mengalami anemia. Ibu hamil yang tidak mengalami KEK biasanya lebih menjaga pasokan nutrisi yang di konsumsi selama kehamilannya dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung gizi seimbang, baik makronutrien maupun mikronutrien, disertai konsumsi Vitamin C sehingga ibu hamil kemungkinan kecil mengalami anemia, namun pada trimester I biasanya ibu hamil mengalami mual dan muntah, apabila mengkonsumsi vitamin C dapat menyebabkan peningkatan asam lambung, oleh karena itu untuk membantu penyerapan zat besi disertai dengan konsumsi air putih. Ibu hamil yang tidak KEK kemudian mengalami anemia, kemungkinan disebabkan cara menjaga zat besi di dalam makanan tidak disertai dengan konsumsi makanan ataupun konsumsi air putih yang dapat membantu penyerapan zat besi, karena konsumsi kafein dapat menghambat penyerapan zat besi (Aminin, dkk., 2014).

    2. Laporan Asuhan Kebidanan Ada Ibu Anemia

      Asuhan Kebidanan Ada Ibu Anemia

      Bab I. Pendahuluan

      A. Latar Belakang

      Menurut WHO kejadian anemia saat hamil berkisar anatara 20% sampai 89% dengan menetapkan Hb 11gr % sebagai dasarnya. Angka kejadian anemia dalam kehamilan di Indonesia menunjukan nilai yang cukup tinggi. (Manuaba. I.B.G).

      Berdasarkan hasil survey cepat anemia gizi pada ibu hamil di Palembang pada tahun 2006 jumlah ibu hamil yang mengalami anemia gizi sebesar 27,30%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan prevalensi anemia gizi dibandingkan hasil pengukuran kada Hb tahun 2001 sebesar 20,60%. (Data Kesehatan Provinsi Sumsel, 2007).

      Setiap tahun sekitar 160 juta perempuan seluruh dunia dalam keadaan hamil. Sebagian besar kehamilan ini berlangsung dengan aman. Namun, sekitar sekitar 15% menderita komplikasi berat, dengan sepertiganya merupakan  komplikasi yang mengancam jiwa ibu. Komplikasi ini mengakibatkan kematian lebih dari setengah juta setiap tahun. (Saifudin, 2010).

      B. Tujuan Penulisan

      Agar mampu memeberikan asuhan kebidanan secra komprehensif, cepat dan tepat kepada ibu hamil dengan anemia.

      Bab II. Kajian Pustaka

      2.1 Definisi

      Kehamilan di definisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan  dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. (Sarwono, 2008 : hal 213). Kehamilan, persalinan dan nifas pada dasarnya merupakan proses alamiah yang di alami oleh seorang  wanita.

      Anemia adalah Kondisi dimana berkurangnya sel darah merah (eritrosit) dalam sirkulasi darah atau massa hemoglobin sehingga tidak mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen keseluruh jaringan.(Wasnidar, 2007.hal 20).        

      Anemia adalah kekurangan kadar hemoglobin atau sel darah merah < 11 gr % atau suatu keadaan dengan junlah eritrosit yang beredar atau konsentrasi hemoglobin menurun (Maimunah 2005 ).

      Ibu hamil dikatakan anemia jika hemoglobin darahnya kurang dari 11 gr %. Bahaya anemia pada ibu hamil tidak hanya berpengaruh pada keselamatan dirinya saja, tetapi juga pada janin yang dikandungnya (wibisono, Hermawan,dkk 2009).

      Penyebab paling umum dari anemia pada kehamilan adalah kekurangan zat besi, hal ini penting dilakukan pemeriksaan untuk anemia pada kunjungan pertama kehamilan bahkan jika tidak mengalami anemia pada saat kunjungan pertama, masih mungkin terjadi anemia untuk kunjungan berikutnya (Proverawati 2011).

      Anemia juga disebabkan oleh kurangnya konsumsi makanan yang mengandung zat besi atau adanya gangguan penyerapan zat besi dalam tubuh (Wibisono,Hermawan dkk,2009).

      2.1.1        Etiologi

      1.      Penyebab pada kehamilan antara lain adalah :

      a.       Kekurangan gizi (malnutrisi)

      b.      Kurang zat besi dalam diet

      c.       Mal absorpsi

      d.      Kehilangan darah banyak, persalinan yang lalu.

      e.       Penyakit-penyakit kronik : TBC, Paru, cacing usus, malaria, dan
      Iain-lain.

      f.       Dua penyebab yang paling sering ditemukan adalah anemia akibat
      defisiensi besi dan perdarahan.

      a)      Defisiensi zat besi.

      Gastrointestinal dapat menghambat suplai makanan dalam lambung sehingga kadar zat besi yang dikandung didalam makanan tidak dapat diserap dengan baik oleh tubuh.

      b)      Perdarahan.

      Perdarahan dapat disebabkan karena persalinan, menstruasi

      2.1.2        Patofisiologi

      Selama kehamilan terjadi peningkatan volume darah (hypervolemia). Hypervolemia merupakan  hasil dari peningkatan volume plasma dan eritrosit (sel darah merah) yang berada dalam tubuh tetapi peningkatan ini tidak seimbang yaitu volume plasma peningkatannya jauh lebih besar sehingga member efek yaitu konsentrasi hemoglobin berkurang dari 12 g/100 ml. (Sarwono,2010 hal 450-451).pengenceran darah (hemodilusi) pada ibu hamil sering terjadi dengan peningkatan volume plasma 30%-40%, peningkatan sel darah 18%-30% dan hemoglobin 19%. Secara fisiologis hemodilusi untuk membantu meringankan kerja jantung.

      Hemodulusi terjadi sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya pada kehamilan 32-36 minggu. Bila hemoglobin ibu sebelum hamil berkisar 11 gr% maka dengan terjadinya hemodilusi akan mengakibatkan anemia hamil fisiologis dan Hb ibu akan menjadi 9,5-10 gr%.

      2.1.3        Tanda-Tanda Anemia dalam Kehamilan

      1.      Tubuh ibu hamil cenderung terlihat lemah dan lemas

      2.      Nafsu makan dan konsentrasi menurun

      3.      Sakit kepala, pandangan berkunang-kunang

      4.      Wajah, selaput lendir mata, kelopak mata, bibir dan kuku penderita terlihat pucat

      5.      Sering mengantuk dan malaise

      2.1.4        Gejala Anemia Pada Ibu Hamil

      1.      Mual muntah

      2.      Badan terasa letih

      3.      Nafsu makan berkurang

      4.      Sering merasa pusing

      2.2      Klasifikasi Anemia dalam Kehamilan

      2.2.1        Anemia Defisiensi Besi

      Adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah. Pengobatannya yaitu, keperluan zat besi untuk wanita hamil, tidak hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan adalah pemberian tablet besi. Pengobatannya adalah:

      ü  Terapi Oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu fero sulfat, fero glukonat atau Na-fero bisirat. Pemberian preparat 60 mg/ hari dapat menaikan kadar Hb sebanyak 1 gr%/ bulan. Saat ini program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis anemia (Saifuddin, 2002).

      ü  Terapi Parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak tahan akan zat besi per oral, dan adanya gangguan penyerapan, penyakit saluran pencernaan atau masa kehamilannya tua (Wiknjosastro, 2002). Pemberian preparat parenteral dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg (20 mg) intravena atau 2 x 10 ml/ IM pada gluteus, dapat meningkatkan Hb lebih cepat yaitu 2 gr% (Manuaba, 2001).

      Untuk menegakan diagnosa Anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan anamnesa. Hasil anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang dan keluhan mual muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat sachli, dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III. Hasil pemeriksaan Hb dengan sachli dapat digolongkan sebagai berikut:

      a.       Hb 11 gr% : Tidak anemia

      b.      Hb 9-10 gr% : Anemia ringan

      c.       Hb 7 – 8 gr%: Anemia sedang

      d.      Hb < 7 gr% : Anemia berat

      2.2.2        Anemia Hipoplastik

      Adalah anemia yang disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel darah merah baru. Untuk diagnostik diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan diantaranya adalah darah tepi lengkap, pemeriksaan pungsi ekternal dan pemeriksaan retikulosi.

      Disebabkan oleh karena sum-sum tulang kurang mampu membuat sel-sel darah baru. Etiologi anemia hipoplastik karena kehamilan hingga kini diketahui dengan pasti, kecuali yang disebabkan oleh sepsis, sinar roentgen, racun dan obat-obatan.(Sarwono,2010).

      2.2.3        Anemia hemolotik

      Disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat dari pembuatannya. Wanita dengan anemia hemolitik sukar menjadi hamil, apabila ia hamil maka anemianya biasa menjadi lebih berat. Sebaliknya mungkin pula pada kehamilan menyebabkan krisis hemolitik pada wanita yang sebelumnya tidak menderita anemia.menyebabkan krisis hemolitik pada wanita yang sebelumnya tidak menderita anemia.

      2.2.4        Anemia megaloblastik

      Anemia karena defisiensi asam folik, jarang sekali karena defisiensi vitamin B12 Hal ini erat hubungannya dengan defisiensi makanan.

      2.5  Faktor Resiko Anemia pada Ibu Hamil

      2.5.1        Umur

      Umur ibu adalah lama waktu hidup atau sejak dilahirkan sampai ibu tersebut hamil. Ada banyak hal yang menyebabkan terjadinya berbagai komplikasi pada masa kehamilan diantaranya adalah umur ibu pada saat hamil. Jika umur ibu terlalu muda yaitu usia kurang dari 20 tahun, secara fisik dan panggul belum berkembang optimal sehingga dapat mengakibatkan resiko kesakitan dan kematian pada masa kehamilan, dimana pada usia kurang dari 20 tahun ibu takut terjadi perubahan pada postur tubuhnya atau takut gemuk.           

      Ibu cenderung mengurangi makan sehingga asupan gizi termasuk asupan zat besi kurang yang berakibat bisa terjadi anemia. Sedangkan pada usia di ats 35 tahun, kondisi kesehatan ibu mulai menurun, fungsi rahim mulai menurun, serta meningkatkan komplikasi medis pada kehamilan sampai persalinan (Anonim, 2010).

      2.5.2        Paritas

      Paritas adalah jumlah persalinan yang pernah di alami oleh ibu baik lahir hidup maupun lahir mati. Paritas 1-3 merupakan paritas I paling aman di tinjau dari sudut kematian maternal paritas I dan parits tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian lebih tinggi. Resiko pada paritas 1 dapat di kurangi atau di cegah dengan keluarga berencana. Sebagian kehamilan pada paritas tinggi adalah tidak direncanakan. ( Sarwono, 2010 ).

      Setelah kehamilan yang ketiga resiko anemia (kurang darah) meningkat. Hal di sebabkan karena pada kehamilan yang berulang menimbulkan kerusakan pada pembuluh darah dan dinding uterus yang biasanya mempengaruhi sirkulasi nutrisi ke janin.

      2.5.3        Status Gizi Ibu Hamil

      Anemia merupakan salah satu masalah utama penyebab angka kematian ibu di Indonesia dan sering terjadi pada ibu hamil. Biasanya Anemia di temukan pada wania hamil yang jarang mengkonsumsi sayuran segar, khususnya jenis daun-daunan hiaju yang mentah ataupun makanan yang kandungan protein hewani.

      Status gizi dinilai berdasarkan perhitungan Antropometri WHO NCHS ( National Center Of Health Statistic ), yaitu pengukuran dan berbagai dimensi fisik tubuh seperti barat terhadap umur (BB/U), tinggi badan terhadap umur (TB/U) dan berat badan terhadap tinggi badan terhadap tinggi badan (BB/TB) dan di kelompokkan. Menurut klasifikasi Departemen Kesehatan Indonesia menjadi gizi buruk (BB/U < 60 %), gizi kurang (BB/U 60-80%) dan gizi lebih (BB/U > 110%).

      Ibu hamil memerlukan jumlah zat gizi yang relative besar. Hal ini berkaitan dengan pertumbuhan janin di dalam kandungan. Peningkatan kebutuhan zat gizi ini terutama berupa vitamin B1, (Thiamin), Vitami E2 (Riboflapin), Vitamin A,D dan B1, Mineral,La, dan Fe.

      Kondisi gizi dan komsumsi ibu hamil yang kurang akan menyebabkan anemia dan berpengaruh terhadap kondisi janin dan bayi yang di lahirkan. Kekurangan gizi pada saat hamil akan menimbulkan berbagai kesulitan. Oleh karena itu, kecukupan gizi yang dianjurkan bayi ibu hamil harus dapat terpenuhi. ( Hadju Veni, 2004 hal 11 ).

      2.5.4        Pengetahuan

      Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan atau kognitif yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan lebih bersifat pengenalan suatu benda secara subjektif.  Keadaan anemia ini bisa disebabkan karena pengetahuan ibu hamil tentang gizi yang rendah, sehingga masalah konsumsi dari menu makanaan masih rendah dan tidak teratur.  Selain memang jumlah zat besi yang dapat di serap dari bahan makanaan hanya sedikit. 

      Kurangnya pengetahuan dan salah konsep tentang kebutuhan gizi dan nilai pangan adalah  umum dijumpai setiap negara di dunia. Kemiskinan dan kekurangan persediaan pangan yang bergizi merupakaan faktor penting masalah kurang gizi. Sebab lain yang penting dari gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan gizi atau kemampuan untuk menerapkan informasi dalam kehidupan sehari-hari. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Karena dari pengalaman dan penelitian  ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan, menurut Roger (1974).

      2.6  Bahaya Anemia dalam Kehamilan, Persalian, Nifas dan Janin

      2.6.1        Bahaya Anemia dalam Kehamialan

      a.       Resiko terjadi abortus

      b.      Persalinan permaturus

      c.       Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim

      d.      Mudah menjadi infeksi

      e.       Ancaman dekompensasi kordis (Hb <6 gr %)

      f.       Mengancam jiwa dan kehidupan ibu

      g.      Mola hidatidosa

      h.      Hiperemesis gravidarum

      i.        Perdarahan anterpartum

      j.        Ketuban pecah dini (KPD)

      2.6.2        Bahaya Anemia dalam Persalinan

      a.       Gangguan kekuatan his

      1. Kala pertama dapat berlangsung lama, dan terjadi partus terlantar
      2. Kala dua berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering memerlukan tindakan operasi kebidanan.
      3. Kala tiga dapat di ikuti retensio placenta dan perdarahan post partum karena atonia uteri.
      4. Kala empat dapat terjadi perdarahan post partum sekunder dan atonia uteri.

      2.6.3        Bahaya Anemia dalam Masa Nifas

      a.       Perdarahan post partum karena atonia uteri dan involusio uteri memudahkan infeksi puerperium

      b.      Pengeluaran ASI berkurang

      c.       mpensasi kordis mendadak setelah persalinan

      d.      Mudah terjadi infeksi mammae.

      2.6.4        Bahaya Anemia Bagi Janin

      Sekalipun tampaknya janin mampu menyerap berbagai keutuhan dari ibunya, tetapi dengan anemia akan mengurangi kemampuan metabolism tubuh sehingga menggangu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Akibat anemia dapat terjadi gangguan dan bentuk :

      a.       Kematian intra uteri

      b.      Persalinan prematuritas tinggi

      c.       Berat badan lahir rendah (BBLR)

      d.      Kelahiran dengan anemia

      e.       Dapat terjadi cacat bawaan

      f.       Bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal

      g.      Intelegensi rendah, oleh karena kekurangan oksigen dan nutrisi yang menghambat pertumbuhan janin.

      2.7      Diagnosa Anemia pada Ibu Hamil

      Menegakkan diagnosa pada ibu hamil dilakukan dengan melakukan hal dibawah ini, antara lain:

      2.7.1         Anamnesa

      Pada anemnese akan didapatkan keluhan lelah, sering pusing, mata berkunang -kunang dan keluhan mual, muntah lebih berat pada hamil muda.  (Manuaba, I.B.G, 2010). Bila terdapat keluhan lemah, Nampak pucat, mudah pingsan,sementara masih dalam batas normal, maka perlu dicurigai anemia defesiensi zat besi ( Saifuddin A.B, 2002 hal.282 ).

      2.7.2        Pemeriksaan darah

      Pemeriksaan darah yang dilakukan pada ibu hamil bertujuan untuk mengetahui kadar Hb yang ada dalam darah ibu. Pemeriksaan Hb pada ibu hamil dilakukan sebanyak dua  kali trimester I dan trimester III. Pemeriksaa  Hb bertujuan untuk mengetahui apakah  ibu hamil dengan anemia yang ringan, sedang atau berat.

      2.8      Pencegahan dan Penanganan Anemia pada Ibu Hamil

      2.8.1  Pencegahan Anemia Pada Ibu Hamil

      Untuk menghindari terjadinya anemia sebaiknya ibu hamil melakukan pemeriksaan sebelum hamil sehingga dapat di ketahui data dasar kesehatan ibu tersebut, dalam pemeriksaan kesehatan di sertai pemeriksaan laboratorium termasuk pemeriksaan tinja sehingga Untuk mencegah anemia pada ibu hamil.

      Menurut Depkes RI, 2007 yang harus dilakukan adalah:

      ü  Mengkonsusmsi makanan bergizi seimbang dengan asupan zat besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan zat besi pada tubuh. Yaitu makanan yang mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral.

      ·         Karbohidrat dapat diperoleh dari nasi, ubi, jagung, gandum, dan roti.

      ·         Lemak dapat diperoleh dari santan, kulit ayam, margarine.

      ·         Protein dapat diperoleh dari telur, ikan, tempe, susu, daging.

      ·         Vitamin dapat diperoleh dari buah-buahan seperti jeruk, pepaya,bayam.

      ·         Mineral dapat diperoleh dari air minum yang dikonsumsi.

      ü  Hindari minum teh atau kopi bersamaan dengan makan akan mempersulit penyerapan zat besi, untuk itu jangan meminum tablet Fe bersamaan dengan kopi atau teh.

      ü  Mengkonsumsi zat besi pada wanita hamil dianjurkan 18 mg per hari.

      ü  Periksa secepat mungkin apabila terdapat tanda-tanda anemia agar langkah pencegahan bisa segera dilakukan.

      2.8.2        Penanganan Anemia pada Ibu Hamil

      2.8.2.1  Anemia Ringan

      Pada kehamilan dengan kadar Hb 9-10 gr% masih di anggap ringan sehingga hanya perlu di perlukan kombinasi 60 mg/hari zat besi dan 500 mg asam folat peroral sekali sehari. ( Arisman, 2004 Hal. 150 – 151 ).

      2.8.2.2  Anemia Sedang

      Pengobatan dapat di mulai dengan preparat besi feros 600-1000 mg/hari seperti sulfat ferosus atau glukonas ferosus. ( Wiknjosastro, 2005 Hal. 452 ).

      2.8.2.3   Anemia Berat

      Pemberian preparat besi 60 mg dan asam folat 400 mg, 6 bulan selama hamil, dilanjutkan sampai 3 bulan setelah melahirkan. ( Arisman, 2004 hal 153 ).

      BAB III

      TINJAUAN KASUS

      (7 LANGKAH HELEN VARNEY)

      ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. N UMUR KEHAMILAN 18- 19 MINGGU

      DENGAN ANEMIA RINGAN

      Langkah I: Pengumpulan Data

      Identitas Pasien

      Nama               : Ny N                                                 Nama               : Tn. R

      Umur               : 25 tahun                                            Umur               : 30 tahun

      Suku/Bangsa   : Jawa/Indonesia                                 Suku/Bangsa   : Jawa/Indonesia

      Agama             : Islam                                                 Agama             : Islam

      Pendidikan      : SMP                                                  Pendidikan      : SMP

      Pekerjaan         : Wiraswasta                                        Pekerjaan         : Wiraswasta

      Alamat                        : Jln. Peterongan                                  Alamat                        : Jln. Peterongan

      Anamnesa (data subjektif)

      Pada Tanggal              : 28-juli-2014                           Pukul: 10.00 Wib

      Oleh                            : Eva sari

      1.        Alasan Kunjungan Saat ini: Memeriksakan Kehamilan yang Pertama

      2.      Keluhan                                : mudah lelah dan sering sakit kepala

      3.      Riwayat menstruasi           :

      ·         Menarchea             : 14 tahun

      ·         Siklus haid                        : 28 hari

      ·         Banyaknya                        : 3x ganti doek dalam satu hari

      ·         Dismenore             : hari pertama

      ·         Lamanya               : 6-7 hari

      ·         Warna darah          : merah

      ·         Sifat darah                        : Encer

      4.      Riwayat kehamilan nifas yang lalu

      Tgl lahir/umurUsia kehamilanJenis persalinanKomplikasipenolongbayinifas
      ibuBayiJenis kelaminBerat badanPanjang badankeadaanlaktasikeadaan
      HAMILINI

      5.      Riwayat kehamilan ini

      ·         HPHT                    : 21-Maret-2014

      ·         TTP                       : 28-Desember-2014

      ·         Keluhan                 :

      ü  Trimester I             : Mual dan Muntah

      ü  Trimester II           : Mudah lelah

      ü  Trimester III          : –

      ·         Pergerakan anak pertama kali                   : –

      ·         Pergerakan anak dalam 24 jam terakhir    : 20 kali/menit

      ·         Keluhan yang dirasakan                :

      ü  Rasa lelah                                                  : Ada

      ü  Mual dan muntah                                      : Tidak Ada

      ü  Nyeri perut                                                : Tidak Ada

      ü  Sakit kepala berat/terus-menerus              : Tidak Ada

      ü  Penglihatan Kabur                                                : Tidak Ada

      ü  Rasa nyeri/panas pada waktu BAK          : Tidak Ada

      ü  Rasa gatal pada vulva, vagina                   : Tidak Ada

      ü  Pengeluaran cairan per vaginam                : Tidak Ada

      ü  Nyeri kemerahan, tegang pada tungkai    : Tidak Ada

      ü  Edema                                                       : Tidak Ada

      ·                     Obat-obatan yang dikonsumsi                                    : Tidak Ada

      ·                     Kekhawatiran khusus                                      : Tidak Ada

      ·                     Pola Eliminasi

      ü  BAK               : frekuensi       : sebelum hamil           : 4-5 kali/hari

                                                       Saat Hamil                 : 7-8 kali/hari

      ü  BAB                frekuensi         : sebelum hamil           : 1 kali/hari

                                                      Saat hamil                   : i kali/2 hari

      ·         Pola aktivitas sehari-hari:

      ü  Sebelum hamil :

      Tidur siang                  : 1 jam

      Tidur malam                : 7-8 jam

      ü  Saat hamil                   :

      Tidur siang                  : tidak pernah

      Tidur malam                : 6-7 jam

      ü  Sebelum hamil : melakukan aktivitas sendiri dirumah, seperti biasanya, yaitu mencuci, memasak, dan menyapu.

      ü  Saat hamil                   : mengurangi aktivitas seperti sebelum hamil dan dibantu oleh suami

      ·         Sexsualitas                  : 2x/minggu

      ·         Imunisasi                     :

      ü  TT I                 : Belum didapatkan

      ü  TT II                : Belum didapatkan

      ·       Kontrasepsi                 : Suntik

      6.      Riwayat kesehatan                        :

      ·         Riwayat penyakit yang pernah diderita:

      ü  Penyakit Jantung                           : Tidak Ada

      ü  Penyakit Ginjal                             : Tidak Ada

      ü  Penyakit Asma/TBC/Paru             : Tidak Ada

      ü  Penyakit Hepatitis                         : Tidak Ada

      ü  Penyakit DM                                 : Tidak Ada

      ü  Penyakit Hipertensi                       : Tidak Ada

      ü  Penyakit Epilepsi                          : Tidak Ada

      ü  Lain-lain                                        : Tidak Ada

      ·         Riwayat penyakit keluarga                       :

      ü  Penyakit Jantung                           : Tidak Ada

      ü  Penyakit Hipertensi                       : Tidak Ada

      ü  Penyakit DM                                 : Tidak Ada

      ü  Gamelli                                          : Tidak Ada

      ü  Lain-lain                                        : Tidak Ada

      7.      Riwayat sosial dan Ekonomi:

      ·         Status perkawinan                                                             : syah

      ·         Kawin usia                                                                        : 22 Tahun

      ·         Dengan suami usia                                                            : 27 Tahun

      ·         Usia perkawinan                                                               : 3 Tahun

      ·         Kehamilan ini                                                                    : direncanakan

      ·         Respon ibu dan keluarga terhadap perkawinan ini           : baik

      ·         Dukungan suami/keluarga terhadap kehamilan                : ada

      ·         Hubungan ibu dengan keluarga suami                              : baik

      ·         Pengambil keputusan dalam keluarga                               : suami

      ·         Pola makan dan minum                                                     :

      ü  Sebelum hamil       :           makan 3 kali sehari

      Pagi                       : 1 piring nasi+ 1 potong ikan+1 gelas air putih

      Siang                     : 1 piring nasi+1 potong ikan+1 mangkok sayur+1 gelas

                                     Air putih

      Malam                   : 1 piring nasi+1potong tempe+1 mangkok sayur+1

                                     Gelas teh

      ü  Saat hamil             : makan 2 kali sehari

      Pagi                       : 1 piring nasi+1 potong tahu+1 mangkok sayur+1 gelas

                                     Susu

      Siang                     : 1 gelas susu+1 biji buah pisang, kadang-kadang Cuma

                                     Minum air putih

      Malam                   : 1 piring nasi+1potong ikan+1 mangkok sayur+1 gelas

                                     Gelas susu

      ü  Minum                   : 8 gelas/hari

      ·           Perubahan makan yang dialami   : Ada

      ·           Kebiasaan merokok                      : Tidak Ada

      ·           Minuman keras                             : Tidak Ada

      ·           Mengkonsumsi Obat terlarang     : Tidak Ada

      Pemeriksaan fisik (data objektif)

      1.    Keadaan umum                            :  baik

      2.    Pemeriksaan fisik                         :

      ·         BB sebelum hamil                 : 50 kg

      ·         BB saat hamil                       : 55 kg

      ·         TB                                         : 160 cm

      ·         LILA                                                : 26 cm

      3.                                                                                      Tanda Vital                       :

      ·         TD                                         : 100/70 mmHg

      ·         Pols                                       : 80x/i

      ·         RR                                        : 24x/i

      ·         S                                            : 36

      4.                                                                                      Kepala       :

      ·         Kulit kepala                          : bersih

      ·         Distribusi rambut                  : merata

      ·         Wajah                                    : simetris, tidak ada oedema, tidak ada cloasma

                                                     Gravidarum, sedikit pucat

      5.                                                                                      Mata          : simetris

      ·         Konjungtiva                           : pucat

      ·         Scelera                                    : tidak ikterus/putih

      6.                                                                                      Hidung      : simetris

      ·         Polip                                      : tidak Ada

      7.                                                                                      Mulut        :

      ·         Lidah                                                : bersih, terdapat stomatitis, tidak ada caries

                                                     Caries pada gigi

      8.                                                                                      Telinga      : simetris

      ·         Serumen                                : Tidak Ada

      9.                                                                                      Leher                     :

      ·         Luka bekas operasi                           : Tidak Ada

      ·         Pembesaran kelenjer limfe                : Tidak Ada

      ·         Pembesaran kelenjer Tyroid              : Tidak Ada

      10.     Dada                                                      :

      ·         Mamae                                       : simetris

      ·         Puting susu                                : menonjol

      ·         Areola mamae                           : hiperpigmentasi

      ·         Pengeluaran                               : belum ada

      11.     Aksila                                                    :

      ·         Pembesaran getah bening          : Tidak Ada

      12.          Abdomen                                            : simetris

      ·         Luka bekas operasi                    : Tidak Ada

      ·         Pembesaran                               : Ada

      ·         Linea                                         : nigra

      ·         Pemeriksaan khusus kebidanan (palpasi)

      o   Leopold     I                      : Ballotemen (+)

      o   Leopold     II                     : –

      o   Leopold     III                    : –

      o   Leopold     IV                    : –

      ·          Auskultasi                                    : _

      ·         Perkusi                                          : Reflek patella (+)

      13.  Pemeriksaan panggul luar                                     :

      ·         Distansia spinarum                                    : 23 cm

      ·         Dinstansia cristarum                                  : 29 cm

      ·         Konjugata ekterna                                     : 18 cm

      ·         Lingkar panggul                                        : 90 cm

      14.  Genetalia                                                               :

      ·         Varises                                                      : Tidak Ada

      ·         Kemerahan                                                : Tidak Ada

      ·         Bekas Luka                                               : Tidak Ada

      15.  Nyeri periksa Costa Vertebrae Angel Tendernes (CVAT)           : Tidak Ada

      16.  Ekstremitas                                   :

      ·         Odema                              : Tidak Ada

      ·         Varises                              : Tidak Ada

      ·         Reflek Patella                    : Tidak Ada

      17.  Pemeriksaan Penunjang                :

      ·         Hb                                     : 9 gr%

      ·         Glukosa urine                    : –

      ·         Proteine urine                    : –

      ·         Golongan darah                : –

      Langkah II: Iterpretasi Data dan Diagnosis Masalah

      Diagnosa:

      Dx: Ny. N  G1P0A0 usia kehamilan 18 – 19 minggu dengan anemia ringan

      ü  d/d: Ibu mengatakan ini kehamilan pertama

            Ibu mengatakan tidak pernah keguguran

            Terdapat linea nigra

      ü  usia kehamilan 18 minggu

      d/d: HPHT 21-maret-2014

             ANC 28-juli-2014

      ANC:        28-07-2014

      HPHT:       21-03-2014

      __________________      –

                        7-4×4   =16 minggu

                            4×2  =8 hari +7 hari = 15 hari =2 minggu 1 hari

      Jadi usia kehamilan ibu adalah 18 minggu

      ü  anemia:

      d/d:            Hb= 9gr%

      o   konjungtiva pucat

      o   ibu sering merasa lelah

      o   nafsu makan ibu berkurang

      masalah:   

      nafsu makan ibu berkurang dan ibu sering merasa lelah

      kebutuhan:

      ·         berikan dukungan mental pada ibu

      ·         berikan penkes tentang gizi pada ibu hamil

      ·         anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup

      ·         upaya untuk mengatasi rasa lelah ibu

      Langkah III: antisipasi masalah dan diagnosa potensial

             Ibu hamil G1P0A0 berpotensi anemia sedang

      Langkah IV: Tindakan Segera

      Tidak Ada

      Langkah V: Perencanaan

      1.  jelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu

      2. jelaskan kepada ibu tentang keluhan yang dirasakan

      3. berikan penkes tentang gizi ibu hamil

      4.  anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup

      5. berikan ibu tablet Fe

      6. beritahu ibu tentang cara mengkonsumsi obat penambah darah yang benar

      7. anjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang

      Langkah VI: Pelaksanaan

      1.menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu:

                         TD:           100/70 mmHg

                         Pols:         80x/i

                         RR:           24x/i

                         Suhu:        36 c

                         LILA:       26 cm

                         Hb:           9 gr%

      2.      menjelaskan  kepada ibu bahwa keluhan ibu yang sering lelah itu terjadi karena kurangnya nutrisi yang masuk kedalam tubuh ibu, maka ibunya mengalami penurunan kadar Hb sehingga ibu merasa lelah dan lemas.

      3.      Memberikan penkes tentang gizi bagi ibu hamil, yaitu bahwa ibu hamil harus mengkonsumsi makanan yang sehat dan seimbang, yaitu makanan yang mengandung karbohidrat yang dapat diperoleh ibu dari nasi, jagung, kentang dan gandum. Makanan yang mengandung protein, yang dapat diperoleh ibu dari ikan, tempe, tahu dan telur. Makanan yang mengandung lemak yang dapat diperoleh ibu dari santan, dan margarine. Makanan yang ,mengandung vitamin yang dapat diperoleh ibu dari buah-buhan seperti pepaya, jeruk. Makanan yang mengandung mineral dapat diperoleh ibu dari air yang diminumnya seperti air putih.

      4.      Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup, yaitu dengan mengurangi aktivitas ibu, tidur siang 2 jam dan tidur malam 8 jam. Mengurangi aktivitas ibu agar ibu tidak terlalu lelah dan capek.

      5.      Memberikan tablet Fe pada ibu, gunanya untuk menambah darah ibu

      6.      Mengajarkan cara mengkonsumsi tablet Fe yang benar yaitu tidak mengkonsumsi tablet Fe dengan air teh, karena akan menghambat absorbsi zat besinya bagi tubuh ibu

      7.      Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang, apabila ibu merasakan pusing, atau masalah ibu yang sering capek tidak bisa diatasi juga.

      Langkah VII: Evaluasi

      1.             Ibu sudah tahu dan mngerti dengan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan kepadanya

      2.             Ibu sudah tahu dan mengerti dengan keluhan yang dirasakannya

      3.             Ibu sudah tahu dan mengerti dengan gizi dan makanan sehat seimbang untuk ibu hamil

      4.             Ibu sudah tahu dan menegrti kenapa ibu dianjurkan untuk istirahat yang cukup

      5.             Ibu sudah tahu dan mengerti fungsi pemberian tablet Fe padanya

      6.             Ibu sudah tahu dan mengerti tentang cara mengkonsumsi tablet Fe yang benar

      7.             Ibu sudah tahu dan mengerti tentang perlunya kujungan ulang, dan ibu mau melakukannya

      8.             Ibu sudah tahu dan mengerti tentang apa yang disampaikan kepadanya

      9.             Ibu bisa mengulang apa yang disampaikan kepadanya

      10.         Ibu mau melakukan anjuran yang diberikan kepadanaya

      BAB IV

      PENUTUP

      4.1 .    Kesimpulan

           Kehamilan di definisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan  dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. (Sarwono, 2008 : hal 213). Kehamilan, persalinan dan nifas pada dasarnya merupakan proses alamiah yang di alami oleh seorang  wanita.

          Anemia adalah Kondisi dimana berkurangnya sel darah merah (eritrosit) dalam sirkulasi darah atau massa hemoglobin sehingga tidak mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen keseluruh jaringan.(Wasnidar, 2007.hal 20).

      Penyebab paling umum dari anemia pada kehamilan adalah kekurangan zat besi, hal ini penting dilakukan pemeriksaan untuk anemia pada kunjungan pertama kehamilan bahkan jika tidak mengalami anemia pada saat kunjungan pertama, masih mungkin terjadi anemia untuk kunjungan berikutnya (Proverawati 2011).

      Untuk menghindari terjadinya anemia sebaiknya ibu hamil melakukan pemeriksaan sebelum hamil sehingga dapat di ketahui data dasar kesehatan ibu tersebut, dalam pemeriksaan kesehatan di sertai pemeriksaan laboratorium termasuk pemeriksaan tinja sehingga di ketahui adanya infeksi parasit. (Manuaba, I. B. G. 2010)

      Pengobatan efektif anemia pada ibu hamil dilakukan dengan menghilangkan penyebabnya atau memperbaiki kelainan primernya. Suplemen besi, asam folat, dan vitamin B12 bisa diberikan pada penderita anemia akibat pendarahan dan defisiensi besi. Hasil penelitian Sood, S K membuktikan bahwa wanita hamil yang mendapat pil besi ditambah dengan asam folat dan vitamin B12 kadar Hbnya naik lebih tinggi dari pada wanita hamil yang mendapatkan pil besi saja

      4.2      Saran

           Semoga pada makalah ini dapat diambil pembelajarannya dan bisa diterima dan dibaca oleh pembaca dan penilai. Penulis menyarankan agar dapat membaca makalah ini dikarenakan penulis membuatnya bertujuan untuk menambah pengetahuan kita.

           Penulis sadar akan kekurangan penulisan makalah ini. Maka dari itu tim penulis mengharapkan kritikan dan saran untuk membuat makalah ini menjadi lebih sempurna dan bermanfaat.

    3. Makalah Adab Dengan Teman Sebaya dan Teman yang Lebih Tua dalam Islam

      MONDAY 29 JANUARY 2018

      Bagikan :

      Tweet

      Makalah Adab Dengan Teman Sebaya dan Teman yang Lebih Tua dalam Islam

      BAB I

      PENDAHULUAN

      A.   Latar Belakang  Masalah

      Di antara kelaziman hidup bermasyarakat adalah budaya saling hormat menghormati, saling menghargai satu sama lain, dalam keluarga sangatlah penting di tanamkan abad dan tatakrama yang sopan terhadap kedua orang dan santun apabila berbicara terhadap keduanya.

      Di zaman yang modern seperti sekarang ini telah banyak pergeseran tentang adab atau prilaku sehingga menjurus kepada dekadensi moral, anak dengan orang tua tiada jarak yang memisahkan seperti layaknya teman sebaya, murid dengan guru sudah tidak bisa lagi dibedakan baik dalam perkataan, perbuatan ataupun prilaku dalam kehidupan sehari-hari yang seakan-akan tidak mencerminkan prilaku seorang guru ataupun peserta didik.

      Oleh karena itu dalam makalah ini kami akan membahas tentang “Adab pergaulan dalam Islam dengan teman sebaya dan teman lebih tua”.

      B.   Rumusan Masalah

      1.    Bagaimana adab pergaulan dalam Islam dengan teman sebaya?

      2.    Bagaimana adab pergaulan dalam Islam dengan teman yang lebih tua?

      C.   Tujuan

      1.    Untuk mengetahui adab pergaulan dalam Islam dengan teman sebaya.

      2.    Untuk mengetahui adab pergaulan dalam Islam dengan teman yang lebih tua.

      3.    Untuk memenuhi slah satu tugas mata Pelajaran Aqidah Akhlak.

      baca Juga :Makalah beramal shalih dan toleransi dalam Islam

      BAB II

      PEMBAHASAN

      A.   ADAB PERGAULAN DENGAN TEMAN SEBAYA DAN TEMAN LEBIH TUA

      adab (ادب) dalam bahasa arab yang artinya budi pekerti, tata krama, atau sopan santun. arti adab secara keseluruhan yaitu segala bentuk sikap, prilaku atau tata cara hidup yang mencerminkan nilai sopan santun, kehalusan, kebaikan, budi pekerti atau akhlak. orang yang beradab adalah orang yang selalu menjalani hidupnya dengan aturan atau tata cara.

      Adab adalah norma atau aturan mengenai sopan santun yang didasarkan atas aturan agama, terutama Agama Islam. Norma tentang adab ini digunakan dalam pergaulan antarmanusia, antartetangga, dan antarkaum. Sebutan orang beradab sesungguhnya berarti bahwa orang itu mengetahui aturan tentang adab atau sopan santun yang ditentukan dalam agama Islam. Namun, dalam perkembangannya, kata beradab dan tidak beradab dikaitkan dari segi kesopanan secara umum dan tidak khusus digabungkan dalam agama Islam.

      Selaku makhluk sosial, kita tentu tidak akan hidup hanya seorang diri saja. Kita membutuhkan yang namanya teman dalam hidup kita. Namun, dalam mencari teman kita harus selektif dan hati-hati. Tidak semua orang harus kita jadikan teman, dan setelah kita mendapatkannya, kita tidaklah asal-asalan di dalam bergaul dengannya.

      1.    Carilah Teman Yang Baik

      Dalam mencari teman, carilah teman yang selalu mengingatkan kita dalam kebaikan, yang bisa menuntun kita menuju jalan-Nya. Karena teman yang baik bisa menjadi syafa’at bagi kita pada hari kiamat kelak.

      2.    Etika Berinteraksi

      Ketika kita bertemu dengan seorang Muslim hendaklah kita mengucapkan salam walaupun kita tidak mengenalnya, dan berilah senyuman karena senyuman itu sebagian dari ibadah. Dan juga ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam berintraksi dengan teman sebaya, di antaranya :

      a.    Menyikapi Teman Sebagai Saudara

      Karena umat Muslim itu ibarat satu tubuh, jika ada organ tubuh kita yang tersakiti maka anggota yang lain juga ikut merasakannya. Sebagaimana hendaknya kaum Muslimin, jika saudaranya yang satu iman sedang tersakiti, maka kaum Muslimin yang lainnya akan merasakan sakit tersebut.

      Jika teman kita sedang kesulitan maka kita pun harus membantunya, dan selalu menemaninya baik dikala susah maupun senang.

      b.    Saling Menghormati dan Menghargai

      Kaum Muslimin adalah seluruhnya sama, yang membedakan mereka hanyalah kadar iman dan takwa masing-masing. Namun, antara satu dengan yang lainnya haruslah menciptakan rasa hormat dan saling menghargai antara satu dengan yang lain. Yang muda menghormati yang tua dan yang tua menyayangi yang muda. Jika terdapat perbedaan pendapat antara satu dengan yang lainnya, hendaknya disikapi dengan rasa lapang dada dan saling menghargai pendapat. Sebab satiap orang memiliki pemikiran berbeda-beda. Dan juga tidak semua yang akan menolong kita adalah berasal dari orang-orang yang memiliki kedudukan atau kekayaan. Bisa jadi kita dibantu oleh saudara kita yang miskin dan tidak memiliki pangkat. Sebagaimana sabda Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam,

      Artinya : “Tiadalah kamu mendapat pertolongan dan rezeki, kecuali dari orang-orang lemah dari kalangan kamu”. (HR. Bukhari)

      Dari sini jangan sampai kita meremehkan dan tidak menjunjung kehormatan saudara kita. Sebab sebagaimana yang disebutkan tadi, semua kaum Muslimin itu sama.

      c.    Bersikap Amanah (dapat dipercaya) dan Jujur

      Apabila teman memberikan amanah terhadap kita,kita harus bisa menjaganya dan berlaku jujur karena kepercayaan mahal harganya. Jika sebuah kepercayaan sudah kita ingkari maka kepercayaan untuk kedua kalinya tidak akan sama.

      d.    Berprasangka Baik

      Sebagai kaum Muslimin, hendaknya kita mengedepankan perasangka baik terhadap saudara kita. Jangan sampai kita mudah su’u dzan (buruk sangka) terhadap kawan atau saudara kita. Sebab Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,

      إياكم والظنَّ فإنَّ الظنَّ أكذبُ الحديث   

      Artinya : “Jauhilah dari kalian perasangka buruk, sebab perasangka buruk adalah sedusta-dustanya perkataan” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

      e.    Niat Untuk Berteman Bukan Untuk Memanfaatkan

      Sering kita temui dari banyak teman yang hanya memanfaatkan temannya saja. Padahal tujuan utama dari berteman adalah agar kita mendapatkan tempat tatkala kita sendiri dan sedang mendapat kesulitan.

      Lihatlah temanmu disaat kamu sedang tertimpa kesulitan, maka kamu akan tahu mana temanmu yang SEJATI dan mana temanmu yang PENGKHIANAT. Teman sejati akan menemani kita dikala suka maupun duka. Namun, pengkhianat hanya ada janji belaka, tatkala kesukaran terjadi ia akan melupakan janjinya.

      ·         Mengalah Untuk Memulai Pembicaraan

      Hendaknya kita mempersilahkan dia untuk memulai berbicara, sebab kita yang memiliki satu lisan dan dua telinga, menunjukkan agar kita banyak mendengar dan sedikit berbicara.

      Namun apabila teman kita pendiam maka hendaklah kita yang memulai pembicaraan tersebut, agar suasana tidak membosankan ( Boring ). Dan agar tetap terjalin kebersamaan.

      f.     Saling Bekerjasama, Tolong-menolong, dan Melindungi

      Artinya : ”Allah akan slalu menolong hambanya selama hamba itu mau menolong saudaranya… .”(HR. Muslim)

      وَ تَعَاوَنُوْا عَلَى الْبِرِّ وَ التَّقْوَى وَ لاَ تَعَاوَنُوْا عَلَى الإِثْمِ وَ الْعُدْوَانِ

      Artinya : “Saling tolong-menolonglah kamu di dalam kebajikan dan taqwa, dan janganlah saling tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan.” (Qs. Al-Maidah : 2)

      g.    Saling Menasehati

      إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

      Artinya : “Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al-Ashr : 3)

      h.    Tidak Mencela dan tidak memanggilnya dengan panggilan yang buruk

       Artinya : “… Cukup seseorang dikatakan jahat apabila ia menghina saudaranya yang Muslim, diharamkan bagi setiap Muslim atas Muslim lainnya dari darahnya, hartanya, dan kehormatannya.” (HR. Muslim)

      Artinya : “Seorang mu’min bukanlah orang yang suka mencela, tidak suka melaknat, tidak berbuat keji dan tidak berkata kotor.” ( HR Ahmad dan At-Tirmidzi )

      i.      Tidak menggunjing (menyebarkan aib dan kekurangannya)

      “Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, karena sebagian prasangka itu adalah dosa. Janganlah kalian saling mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah sebagian kalian menggunjing sebagian yang lainnya, apakah salah seorang di antara kalian suka memakan bangkai saudaranya yang sudah mati ? Tentu kalian tidak menyukainya. Bertaqwalah kepada Alloh, sesungguhnya Alloh Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (Qs. Al-Hujurot : 12)

      j.      Tidak saling mendengki, tidak saling menipu, dan tidak saling membenci

      لاَ تَحَاسَدُوْا وَ لاَ تَنَاجَشُوْا وَ لاَ تَبَاغَضُوْا وَ لاَ تَدَابَرُوْا

      Artinya : ”Janganlah kalian saling mendengki, jangan saling menipu, jangan saling membenci dan jangan saling membelakangi!”  (HR. Ahmad dan Muslim)

      k.    Tidak saling mendzalimi

      Ini sebagaimana firman Allah Ta’ala dalam hadits qudsi yang berbunyi,

      يَا عِبَادِيْ إِنِّيْ حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلَى نَفْسِيْ وَ جَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّمًا فَلاَ تَظَالَمُوْا

      l.      Jangan Kau Biarkan Ia Selama Tiga Hari

      لاَ يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ

      Artinya  : “Tidak halal bagi seorang Muslim untuk memboikot saudaranya lebih dari tiga hari.” (HR Ahmad, Al-Bukhori, Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi)

      Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu berkata, “Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Tidak halal bagi seorang Mukmin untuk mendiamkan saudaranya yang mukmin di atas tiga hari, jika telah lewat tiga hari lalu saling bertemu, kemudian salah satunya mengucapkan salam kepadanya. Jika ia menjawabnya maka mereka berdua mendapat pahala, namun jika ia tidak menjawabnya, maka yang Muslim telah lepas dari dosa akibat mendiamkan, dan dosa kembali kepada yang tidak menjawab.” (HR. Al-Baihaqi).

      B.   Adab terhadap orang yang lebih tua

      Sabagai umat Islam kita harus menghormati dan memuliakan orang yang lebih tua dari kita. Karena yang demikian itu merupakan ajaran akhlak Islam yang paling ditekankan sebagai sikap terpuji yang mempunyai nilai kewajiban Ilahi.

      Terutama kepada orang yang paling dekat dan yang paling berjasa dengan kita, seperti orang tua kita sendiri, yang telah bersusah payah melahirkan kita, membesarkan dan mengasuh kita sejakkecil hingga dewasa.

      Maka prioritas utama kita dahulukan kepada keduanya sebelum kita menghormati dan memuliakan orang lain.

      Allah swt. berfirman yang artinya : “Dan Tuhanmu telah mempertahankan agar kamu jangan menyembah selain Dia, dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai usia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan keduanya perkataan “AH” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah keduanya perkataan yang baik.

      Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagai mereka berdua telah mendidik aku waktukecil”. ( QS. Al-Isra : 23-24 )

      Makna yang terkandung dalam ayat tersebut diatas adalah menghendaki kita agar berbuat baik, ramah, berakhlak mulia, bersikap taa’t kepada ibu dan bapak. Sikap dan perbuatan menghormati orang yang lebih tua itu kecuali merupakan kewajiban Ilahi, juga memiliki nilai kemanusiaan yang sangat tinggi. Sebab itu merupakan kewajiban Ilahi maka sebagai imbalan kebaikannya, Allah swt. akan memberikan pahala yang besar kepada yang mampu bersikap demikian itu.

      Lebih-lebih kesediaan menghormati dan menghargai jasa pendahulu kita yang didasari dengan sikap ikhlas dengan motiv ingin mendapat ridlo Allah, niscaya Allah swt memberikan pertolongan dan perlindungan kepada siapa saja yang bersikap demikian.

      Setiap orang muslim harus berlaku hormat terhadap orang-orang muslim yang sudah lanjut usia / orang tua, orang tua yang paling dekat dari kita adalah orang tua kita yaitu ibu bapak. karenanya berlaku sopan, hormat dan memuliakannya adalah merupakan kewajiban yang tidak dapat ditawar-tawar.

      Sikap lemah lemah lembut, ramah, dan patuh kepada kedua ibu dan bapak adalah satu bukti bahwa si anak memiliki rasa terima kasih dan sebagai bahwa dia adalah termasuk anak yang saleh / salehah.

      Rasa hormat kepada orang tua, kedua ibu dan bapak, dapat dibuktikan dengan :

      1. Sikap yang ramah terhadap keduanya
      2. Taat kepada keduanya
      3. Mendengarkan nasehatnya, dan melaksanakannya
      4. Tidak membantah perintahnya
      5. Berbicara dengan sopan
      6. Tidak menyakiti hatinya
      7. Bila mereka sudah tua, maka si anak harus melindungi dan mengurusnya.
      8. Mendoakan keduanya, baik mereka yang masih hidup maupun mereka yang sudah meninggal

      Kemudian dapat disamakan juga dengan kedudukan orang tua kita yaitu saudara-saudara bapak / ibu, mertua, bapak angkat dan lain-lain. Maka kepada mereka juga kita pun harus hormat dan bersikap ramah. Disampingitu kita harus bersikap hormat kepada orang lebih tua dari kita, dalam lingkungan keluarga, tetangga, lingkungan pekerjaan ataupun dimana kita berada. Orang lebih usianya dari kita wajib kita hormati dan patut kita muliakan.

      Bab III. Penutup

      A.   Kesimpulan

      Dari pembahasan siatas dapat disimpulkan sebagai berikut :

      Diantara adab dengan teman sebaya adalah Menyikapi Teman Sebagai Saudara, Saling Menghormati dan Menghargai, Bersikap Amanah (dapat dipercaya) dan Jujur, Saling Bekerjasama, Tolong-menolong, dan Melindungi, dan lain sebagainya.

      Rasa hormat kepada orang tua, kedua ibu dan bapak, dapat dibuktikan dengan :

      1. Sikap yang ramah terhadap keduanya
      2. Taat kepada keduanya
      3. Mendengarkan nasehatnya, dan melaksanakannya
      4. Tidak membantah perintahnya
      5. Berbicara dengan sopan
      6. Tidak menyakiti hatinya
      7. Bila mereka sudah tua, maka si anak harus melindungi dan mengurusnya.
      8. Mendoakan keduanya, baik mereka yang masih hidup maupun mereka yang sudah meninggal.

      B.   Saran

      Dalam kehidupan sehari-hari kita harus beradab sesuai dengan tuntunan Agama Islam baik dengan teman sebaya dan teman lebih tua.

      Dalam makalah ini masih banyak kekurangan, maka mohon untuk kritik dan sarannya yang bersifat membantu.
      Baca Juga : Makalah Tauhid, Macam-Macam dan Ruang Lingkup Tauhid (Lengkap)

      DAFTAR PUSTAKA

      http://tyoelbungry.blogspot.co.id/2016/07/adab-bergaul-dengan-teman-sebaya.html

      https://id.wikipedia.org/wiki/Adab

      http://islamic-true.blogspot.co.id/2015/12/pengertian-adab-dan-macam-macamnya.html

      http://www.perpusta.life/2017/04/adab-bergaul-dengan-yang-lebih-tua.html

      http://amiie23new.blogspot.co.id/2013/11/makalah-adab-terhadap-sesama_17.html