Penulisan daftar pustaka adalah bagian penting dari sebuah karya tulis ilmiah. Baik itu pada pembuatan makalah, laporan praktikum, skripsi, tesis, disertasi, buku sampai penulisan Jurnal. Daftar pustaka memberikan jaminan sebarapa dalam teori yang disusun oleh penulis dan menulis karya tulisnya.
Daftar isi
Daftar Pustaka
Daftar pustaka atau bibliografi merupakan bagian yang menunjukkan seluruh sumber yang dijadikan penulisa sebagai rujuan dalam karya tulisnya. Sumber ini dihimpun dalam satu kesatuan dari seluruh bagian karya tulis selanjutnya disusun sebagai sebuah daftar pustaka.
Daftar pustaka memiliki peran sebagai berikut :
Berisi informasi mengenai kedalam dan ruang lingkup studi yang dilakukan penulis.
Memerikan landasan mengenai teori yang dipaparkan oleh penulis berdasarkan daftar pusatkanya.
Sebagai bentuk etik yakni keterbukaan dan kejujuran penulis terkait dengan sumber-sumber yang digunakan dalam tulisan.
A. Fotmat Penulisan
Penulisan daftar pustaka dilakukan dalam banyak format. Hal ini bergantung dari kiblat dan asoisasi dari penerbit yang dugunakan. Misalnya saja kampus-kampus Indonesia banyak menggunakan format APA kecuali UIN yang kebanyakan dicampur dengan sistem catatan kaki (footnote).
Kendati ada banyak fotmat yang digunakan, ada informasi wajib yang muncul di setiap formal. Informasi tersebut adalah :
Nama para penulis
tahun diterbitkan
judul tulisan
data publikasi yang berisi :
Nama tempat penerbit
Nomor, edisi, volume,
Lokasi (buku)
Halaman (untuk sebagaian format)
B. Gaya Selingkung
Dalam proses penulisan daftar pustaka, format dan gaya selingkung kembali ke format yang dipilih. Misalnya APA menyusun daftar pustaka secara alfabetis, sedangkan Vancouver menyusun rujukan sesuai dengan nomor urut yang digunakan di badan artikel.
Secara umum gaya selingkung daftar pustaka sebagai berikut:
Ditulis 1 spasi, spasi antar sumber 1,5
Baris pertama sejajar dengan pias (margin) pada sisi kiri.
Jika dua bari, maka bari kedua dan seterusnya masuk 8 ketukaan
Format MLA
Caine, Donald B. Batas Nalar. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2005.
Gennep, Arnold Van. The Ritus of Passage. Chicago: Chicago University Press, 1992.
Oemarjati, Boen S. “Tanggung Jawab dalam Koeksistensi Berbudaya” dalam Memaknai Kembara Bahasa dan Budaya (ed. Riris K. Toha-Sarumpaet). Jakarta: UI Press, 2012.
Format APA
Caine, Donald B. (2005). Batas Nalar. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.
Gennep, Arnold Van. (1992). The Ritus of Passage. Chicago: Chicago University Press.
Oemarjati, Boen S. (2012). “Tanggung Jawab dalam Koeksistensi Berbudaya” dalam Memaknai Kembara Bahasa dan Budaya (ed. Riris K. Toha-Sarumpaet). Jakarta: UI Press.
Apabila pengarang dalam sumber lebih dari satu orang, maka nama penulis pertama saja yang dibalik sedangkan nama pengarang kedua tidak. Apabila penulisnya empat orang atau lebih, maka setelah nama penulis pertama cukup ditulis kata dan ‘dkk’ yang artinya ‘dan kawan-kawan’ yang dalam istilah Latin adalah et.al. Contoh:
Dua Penulis:
Gustianti, Rina dan Yulia Nazaruddin. (2005). 2012: Kiamat Tak Jadi Datang. Jakarta: CV. Tiga Pena Mandiri.
Tiga Penulis:
Gustianti, Rina, Syahrial, dan Yulia Nazaruddin. (2005). 2012: Kiamat Tak Jadi Datang. Jakarta: CV. Tiga Pena Mandiri.
Empat Penulis:
Gustianti, Rina, dkk. (2005). 2012: Kiamat Tak Jadi Datang. Jakarta: CV. Tiga Pena Mandiri.
Ada juga format daftar pustaka: na-ta-ju-ko-pe (nama, tahun, judul, kota, penerbit).
HURUF MIRING
Huruf miring untuk menuliskan judul buku/tulisan dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Pusat Bahasa. 2011. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Edisi Keempat (Cetakan Kedua). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
TANDA TITIK (.)
Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, tahun, judul tulisan (yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru), dan tempat terbit.
Misalnya:
• Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional(.) 2008 (.) Peta Bahasa di Negara Kesatuan Republik Indonesia (.) Jakarta.
• Moeliono, Anton M. 1989. Kembara Bahasa. Jakarta: Gramedia.
TANDA KOMA (,)
Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
Misalnya:
• Gunawan(,) Ilham. 1984. Kamus Politik Internasional. Jakarta: Restu Agung.
• Halim, Amran (Ed.) 1976. Politik Bahasa Nasional. Jilid 1. Jakarta: Pusat Bahasa.
• Tulalessy, D. dkk. 2005. Pengembangan Potensi Wisata Bahari di Wilayah Indonesia Timur. Ambon: Mutiara Beta.
TANDA TITIK DUA (:)
Tanda titik dua dipakai di antara
(a) jilid atau nomor dan halaman,
(b) surah dan ayat dalam kitab suci,
(c) judul dan anak judul suatu karangan, serta
(d) nama kota dan penerbit dalam daftar pustaka.
Misalnya:
• Horison, XLIII, No. 8/2008(:) 8
• Surah Albaqarah(:) 2—5
• Dari Pemburu ke Terapeutik(:) Antologi Cerpen Nusantara
• Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Jakarta(:) Pusat Bahasa.
Contoh:
Susunlah daftar pustaka dengan kepustakaan berikut.
a. Ronald Gaylord pada tahun 1998 menerbitkan Design of Steel Structures di Mcgraw-Hill Book Company, Tokyo.
b. Pada tahun 2007 Suharto Maksan menerbitkan buku Sektor Pertambangan dan Energi di penerbit Teknik Pertambangan, Yogyakarta.
c. Bustanul Arifin tahun 2007 menulis skripsi Masa Depan Pemanfaatan Batu Bara untuk Tenaga Listrik, Universitas Trisakti Jakarta.
d. Prof. Dr. Syahrul Basri menerbitkan buku di PT UB Karyono, Yogyakarta, pada tahun 1995 berjudul Administrasi dan Efisiensi Bekerja.
e. Lutfi Abdi, B.A., bukunya Persaingan Bisnis diterbitkan di Bandung, tahun 1998 oleh Cikapundung.
f. Buku Koperasi Pedesaan yang dikarang Prof. Dr. Mubyarto diterbitkan oleh PT Ghalia Indonesia Jakarta pada tahun 1996.
g. Nama penulis : Prof. Dr. Ida Bagus Oka;
Judul buku : Indonesia Menghadapi Ekonomi Global;
Penerbit : Ganesha;
Tempat (kota) : Bandung;
Tahun : 1990.
Jawaban:
Format (na-ta-ju-ko-pe):
a. Gaylord, Ronald. 1998. Design of Stell Structures. Tokyo: Mcgraw-Hill Book Company.
b. Maksan, Suharto. 2007. Sektor Pertambangan dan Energi. Yogyakarta: Teknik Pertambangan.
c. Arifin, Bustanul. 2007. Masa Depan Pemanfaatan Batu Bara untuk Tenaga Listrik. Jakarta: Universitas Trisakti.
d. Basri, Syahrul. 1995. Administrasi dan Efisiensi Bekerja. Yogyakarta: PT UB Karyono.
e. Mubyarto. 1996. Koperasi Pedesaan. Jakarta: PT Galia Indonesia.
f. Abdi, Lutfi. 1998. Persaingan Bisnis. Bandung: Cikapundung.
g. Oka, Ida Bagus. 1990. Indonesia Menghadapi Ekonomi Global. Bandung: Ganesha.
Gaylord, Ronald. Design of Stell Structures. Tokyo: Mcgraw-Hill Book Company. 1998.
Maksan, Suharto. Sektor Pertambangan dan Energi. Yogyakarta: Teknik Pertambangan. 2007.
Mubyarto. Koperasi Pedesaan. Jakarta: PT Galia Indonesia. 1996.
Oka, Ida Bagus. Indonesia Menghadapi Ekonomi Global. Bandung: Ganesha. 1990.
Susunlah daftar pustaka dengan kepustakaan berikut.
a. Dr. Samhudi menulis artikel Pertambangan di Era Globalisasi. Dalam Jawa Pos. 20 November 1999. Semarang.
b. Hendra Budiman tahun 1998 menulis artikel Potensi Batu Bara di Kalimantan dalam Republika 13 November 1998. Jakarta.
c. Muchtar Chamdy tahun 1993 menulis makalah Prospek Energi Panas Bumi dalam Antologi Dr. Kartanegara berjudul Ketenagaan Buatan di Gramedia Jakarta tahun 2008.
d. Drs. Abdul Mutalib menulis artikel “Usaha Meningkatkan Produktivitas Kerja” pada 19 Juli 1998 dalam Media Indonesia, Jakarta.
e. Dr. Ir. Ismiati Amin menulis artikel “Keluarga Sehat dan Sejahtera” dalam Femina No. 7 bulan Juli 1997, tahun penerbitan ke-10 yang terbit di Jakarta.
Jawaban:
Format (na-ta-ju-ko-pe):
Sahmudi. 1999. “Pertambangan di Era Globalisasi.” Dalam Jawa Pos. November XX. Semarang.
Budiman, Hendra. 1998. “Potensi Batu Bara di Kalimantan.” Dalam Republika. November, XIII. Jakarta.
Chamdy, Muchtar. 2008. ”Prospek Energi Panas Bumi.” Dalam Antologi Dr. Kartanegara. Ketenagaan Buatan. Jakarta: Gramedia.
Mutalib, Abdul. 1998. “Usaha Meningkatkan Produktivitas Kerja.” Dalam Media Indonesia. Juli, XIX. Jakarta.
Amin, Ismiati. 1997. “Keluarga Sehat dan Sejahtera.” Dalam Femina No.7. Juli, X. Jakarta.
Format APA dan disusun sesuai abjad nama penulis:
Amin, Ismiati. (1997). “Keluarga Sehat dan Sejahtera.” Dalam Femina No.7. Juli, X. Jakarta.
Chamdy, Muchtar. (2008). ”Prospek Energi Panas Bumi.” Dalam Antologi Dr. Kartanegara. Ketenagaan Buatan. Jakarta: Gramedia.
Budiman, Hendra. (1998). “Potensi Batu Bara di Kalimantan.” Dalam Republika. November, XIII. Jakarta.
Mutalib, Abdul. (1998). “Usaha Meningkatkan Produktivitas Kerja.” Dalam Media Indonesia. Juli, XIX. Jakarta.
Sahmudi. (1999). “Pertambangan di Era Globalisasi.” Dalam Jawa Pos. November XX. Semarang.
Historisnya, pencemaran udara bukanlah masalah baru karena sudah terjadi ribuan tahun yang lalu. Letusan gunung dan kebakaran hutan adalah dua sumber pencemar alami yang menghasilkan asap, abu, debu, CO2 dan H2S. Dengan mekanisme swabersih, self-cleansing di atmosfer seperti dispersi, flokulasi, sedimentasi, absorpsi, adsorpsi dan hujan maka pencemaran udara tidak menjadi parah.
Jika ada satu atau lebih kontaminan di udara yang kadar, sifat dan durasinya merugikan flora, fauna dan manusia maka telah terjadi pencemaran udara bukan sekedar pengotoran udara. Sumber utamanya adalah aktivitas manusia seperti transportasi dan industri yang banyak mengemisi pencemar padat, cair dan gas. Penanganan limbah padat dan cair dengan teknik bioproses yang memanfaatkan mikroba sudah lama dilakukan. Sedangkan intensifikasi aplikasinya untuk limbah gas khususnya di Indonesia baru dasawarsa terakhir abad ke-20 yang lalu dimulai.
Ekonomis, itulah keunggulan rekayasa bioproses dibandingkan dengan proses fisikokimia seperti scrubber yang menggunakan pelarut (absorban) untuk menyisihkan limbah gas. Selain biaya investasi dan O-M yang tinggi, pengoperasian proses fisikokimia juga lebih rumit dan timbul masalah baru pada lingkungan akibat lumpur/sludge toksik yang dihasilkannya. Ide dasar bioproses limbah gas sama dengan limbah cair yakni pemanfaatan kemampuan mikroba untuk mendegradasi pencemar organik yang digunakan sebagai sumber karbon dan pertumbuhan sel. Pada kondisi ini, semua pencemar diubah menjadi produk akhir yang tidak berbahaya seperti CO2, H2O dan biomassa baru dan efektif untuk pencemar organik yang konsentrasinya relatif rendah, antara dari 1 – 5 g/m3.
Bioproses Ide dasar bioproses adalah beternak mikroba pendegradasi polutan. Aplikasi dan jenis reaktornya mengalami perkembangan yang masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Beberapa di antaranya dibahas secara singkat berikut ini.
a. Biofilter. Jenis ini adalah pionir bioreaktor yang mekanisme interaksi proses fisika dan biologinya menggunakan media kompos, tanah dan material kasar untuk mencegah penurunan tekanan yang terlalu tinggi. Luas permukaan gas-cairan relatif besar antara 300 – 1.000 m2/m3. Transfer massa polutan terjadi pada media yang diselimuti biofilm. Biofilter telah digunakan di industri untuk menyisihkan polutan seperti alkohol, senyawa aromatik, alifatik dan ester.
b. Trickle-Bed (Trickling Filter). Tipe kedua adalah trickle-bed yang aplikasinya sangat luas di bidang pengolahan air limbah, terdiri atas kolom media untuk pertumbuhan mikroba. Air bernutrien secara kontinu disemprotkan ke dalam aliran udara. Dengan cara ini, kelembaban, temperatur, dan suplai nutrien dapat dikendalikan lebih baik daripada biofilter. Sangat baik untuk mengolah limbah gas seperti hidrokarbon terklorinasi, aromatik, alkohol, aldehid, keton, ammonia dan sulfur. Kekurangannya, terbentuk lapisan air yang menghalangi transfer pencemar yang sulit larut di dalam air dari udara ke biomassa.
c. Bioscrubber. Pada jenis ini, air disemprotkan di atas media tetapi mikrobanya tidak ditumbuhkan di sini. Mikroba dibiakkan pada tangki lain tempat terjadinya biodegradasi pencemar. Air mengabsorbsi polutan gas lalu dibawa ke tanki lumpur aktif untuk didegradasi. Karena kontaminan harus larut dalam air maka tipe ini tidak cocok digunakan untuk senyawa yang sulit larut dalam air. Untuk meningkatkan transfer massanya perlu ditambahkan pelarut organik sebagai absorban.
d. Bioreaktor membran. Inilah bioreaktor terbaru untuk menyisihkan hidrokarbon terklorinasi yang sulit larut di dalam air. Reaktor terdiri atas membran hidrofobik yang memisahkan fase gas dengan fase cair. Biomassa tumbuh pada bagian cair dan pencemar serta oksigen didifusikan melalui membran. Kelebihan tipe membran ini, ia merupakan gabungan antara biofilter dan trickle-bed. Seperti pada biofilter, membran bioreaktor memiliki kemampuan transfer massa yang sangat baik sehingga cocok digunakan untuk menyisihkan hidrokarbon yang sulit larut. Sama dengan trickle-bed, fase cair memungkinkan penyisihan produk akhir yang toksik dan suplai nutrien dan air.
Bioreaktor Membran Aplikasi membran sudah luas digunakan dalam menangani limbah seperti penyisihan zat padat, retensi biomassa, aerasi bioreaktor dan ekstraksi pencemar dalam air limbah. Sekarang pengembangan bioreaktor membran untuk mengolah limbah gas juga makin banyak. Pada tipe ini pencemar gas ditransfer melalui membran menuju fase cair yang isinya mikroba pendegradasi pencemar. Dua tipe bahan membran untuk kontak gas-cairan ini adalah bahan hidrofobik dan dense material seperti karet silicone. Biomassa tumbuh dalam bentuk biofilm pada membran tapi dapat juga tersuspensi di dalam fase cair. Kekurangan tipe ini adalah biofilmnya tidak stabil dan/atau clogging pori-pori akibat biomassanya yang berlebihan.
Bioreaktor limbah gas memanfaatkan mikroba untuk mendegradasi pencemar gas organik yang didifusikan ke fase cair menjadi produk tidak berbahaya seperti CO2, H2O dan mineral. Sebagai contoh adalah Xanthobacter Py2 yang mampu mendegradasi TCE (Trichloroethene) dengan kehadiran substrat propene. Biomembran adalah alternatif tipe bioreaktor konvensional pengolah limbah gas seperti biofilter media kompos. Kelebihannya, ada fase air diskrit yang menyebabkan humidifikasi biomassa menjadi optimal dan penyisihan produk degradasi sehingga tidak terjadi inaktivasi biomassa.
Fungsi membran: sebagai interface antara fase gas dan fase cair. Interface (antarmuka) gas-cair tersebut dapat dihasilkan misalnya dengan membran hollow fibre yang interface-nya lebih besar daripada kontaktor gas-cair tipe lain. Bagian reaktor membran juga tidak ada yang bergerak (moving parts), mudah di scale-up, dan aliran gas dan cairan dapat divariasikan dengan bebas tanpa timbul masalah genangan (flooding), beban (loading) atau buih (foaming) seperti yang sering terjadi pada diffuser (bubble columns).
Kendala Bioproses Meskipun bioproses sangat baik digunakan untuk mengolah bermacam pencemar tetapi ada beberapa pencemar yang sulit disisihkan.
a. Pencemar yang sulit larut di dalam air sehingga degradasinya menjadi terbatas karena driving force-nya kecil agar terjadi transfer massa. Dengan demikian, ketebalan lapisan air antara fase gas dengan mikroba menjadi kecil.
b. Kekurangan kedua adalah untuk pencemar yang sulit dibiodegradasi. Beberapa polutan organik terklorinasi tidak dapat didegradasi dalam kondisi aerob sehingga sulit disisihkan. Sedangkan sebagian hidrokarbon terklorinasi dapat didegradasi secara aerob tetapi perlu substrat tambahan untuk pertumbuhan mikroba (cometabolisme).
c. Aspek ketiga adalah toksisitas polutan akibat konsentrasinya terlalu tinggi. Sebagai contoh adalah konsentrasi tinggi senyawa-antara (intermediate) hasil biodegradasi seperti akumulasi senyawa antara asam-asaman di dalam biofilter yang kelebihan etanol. Tidak hanya yang berkonsentrasi tinggi, senyawa-antara yang rendah konsentrasinya pun dapat menjadi toksik bagi mikroba. Senyawa intermedit biodegradasi trichlorethene (TCE) yang karsinogenik dapat menghasilkan dampak buruk pada mikroba pendegradasi TCE. Senyawa TCE ini terdistribusi luas pada air tanah dan tanah sehingga menjadi bahaya potensial bagi manusia.
Derasnya penurunan kualitas udara terutama di sekitar kawasan industri dapat menimbulkan gangguan bau, estetika dan bahaya pada kesehatan. Peningkatan perhatian masyarakat terhadap isu lingkungan, dapat mendesak pemerintah secara tidak langsung untuk lebih serius menangani masalah pencemaran khususnya polusi udara. Pihak industri pun dapat memanfaatkan teknologi ini yang relatif ekonomis dibandingkan proses fisikokimia jika ingin masuk ke pasar global karena audit lingkungannya memenuhi syarat. Dengan demikian, teknologi pemanfaatan mikroba menjadi alternatif yang baik di masa datang.**
Sedimentasi adalah unit operasi yang luas diterapkan di PDAM, baik untuk pemisah partikel diskrit maupun partikel flok dalam proses koagulasi – flokulasi. Fenomena serupa terjadi juga di unit Grit Chamber. Hanya saja, unit operasi ini biasanya diterapkan di IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah). Perbedaannya dengan sedimentasi, Grit Chamber berfungsi untuk menyisihkan partikel grit seperti pasir, serpihan halus kaca, kerikil kecil, lanau (silt), ampas kopi, dan material yang tak membusuk dengan berat jenis lebih besar daripada berat jenis air. Berat jenis grit tersebut juga lebih besar daripada berat jenis zat padat organik di dalam air limbah.
Tujuan penerapan Grit Chamber adalah untuk melindungi peralatan mekanis dari abrasi akibat partikel padat dan keras, mengurangi endapan di dalam pipa, terutama di belokan pipa. Pada instalasi digester aerob dan anaerob, unit Grit Chamber digunakan untuk mengurangi frekuensi pembersihan digester akibat akumulasi grit. Tanpa unit yang mengawali rangkaian IPAL ini (biasanya IPAL domestik, terutama yang combined sewer, yakni saluran air limbah yang juga berfungsi untuk menyalurkan air hujan) dikhawatirkan terjadi kerusakan pompa dan penyumbatan pipa atau kanal penyalur air limbah. Untuk IPAL industri, terutama industri yang air limbahnya lebih banyak mengandung senyawa terlarut dan koloid, maka Grit Chamber ditiadakan, diganti dengan equalization tank.
Seperti halnya unit sedimentasi di PDAM, setelah rentang waktu tertentu, terjadilah akumulasi grit di dasar Grit Chamber. Akumulasi endapan ini harus dikeluarkan secara gravitasi dengan membuka gate valve pengurasannya. Air yang mengalir bersama grit ini harus dialirkan kembali ke saluran air limbah untuk diolah karena kaya zat organik (BOD-nya masih tinggi). Dengan kata lain bisa disebutkan bahwa Grit Chamber tidak mampu menurunkan BOD atau COD. Efeknya kecil terhadap penurunan BOD. Inilah sebabnya, ia disebut sebagai unit praolah (pretreatment). Adapun grit yang terkumpul lantas diangkut ke tempat pembuangannya di lahan yang cekung atau di TPA sanitary landfill. Bisa juga distabilisasi dulu dengan kapur sebelum diurug di lahan TPA.
Tipe Grit Chamber yang biasa diterapkan di IPAL ada tiga, (1) Velocity Controlled Grit Chamber atau Horizontal Flow Grit Chamber dengan alat ukur Parshall Flume; (2) Aerated Grit Chamber, ada aerasi untuk mengurangi pembusukan; (3) Constant Level – Short Term Grit Chamber. Jenis yang dipasang bergantung pada maksud pembuatannya, apakah untuk air limbah yang tinggi beban organiknya (biodegradable) ataukah untuk air limbah yang mayoritas berisi pasir yang cepat mengendap. Yang dibahas selanjutnya adalah tipe pertama, yaitu horizontal flow karena bisa mudah dianalisis dengan hukum klasik partikel diskrit untuk unit sedimentasi, yaitu Stokes’ Law.
Pada tipe aliran horizontal, airnya mengalir secara horizontal dan kecepatan alirannya dikendalikan oleh dimensi unit, influent distribution gate, dan pelimpah di ujung efluen. Bentuk bak tipe aliran horizontal ini bisa segiempat, bisa juga lingkaran dan di bagian ujungnya (outlet) dipasang weir khusus. Yang pertama dibuat dan banyak diterapkan adalah berbentuk segiempat dengan pengontrol kecepatan aliran air. Minimum dibuat dua unit agar salah satunya dapat dibersihkan dan operasional tetap berjalan normal. Unit ini didesain untuk kecepatan mendekati 0,3 m/d (1 fps) dan untuk memberikan kesempatan kepada grit agar mengendap di dasar saluran. Dengan kecepatan tersebut maka mayoritas zat organik akan terbawa aliran, tetapi dapat mengendapkan grit. Pembersihannya dengan dua cara juga, yaitu secara mekanis dan dengan tangan (manual). Unit mekanis digunakan di instalasi dengan debit pengolahan di atas 40 liter/detik.
Berkaitan dengan desainnya, faktor desain yang biasa diterapkan ialah kecepatan aliran air dan waktu tinggal (detensi: 45 detik s.d 1,5 menit). Kecepatan ini harus dikendalikan untuk meminimalkan endapan zat organik yang bisa membusuk di dalam ruang grit. Pada Grit Chamber tradisional, yaitu unit yang kali pertama dikembangkan dalam pengolahan air limbah, overflow rate yang digunakan adalah 900 kali kecepatan partikel terkecil yang akan disisihkan. Partikel ini biasanya berukuran 0,2 mm dengan berat jenis (specific gravity) antara 1,3 – 2,65. Meskipun demikian, ada saja zat organik yang ikut mengendap sehingga perlu dilengkapi dengan fasilitas pembersihan (washing unit) untuk menyisihkan zat organik dari grit.
Tabel 1. Rentang kecepatan endap dan waktu detensi.
Parameter
Satuan
Rentang
Tipikal
Waktu detensi
detik
45 – 90
60
Kecepatan horizontal
m/d
0,25 – 0,4
0,3
Kecepatan endap grit:
* diameter 0,21 mm
m/menit
1,0 – 1,3
1,15
* diameter 0,15 mm
m/menit
0,6 – 0,9
0,75
Sumber : Metcalf- Eddy, 2003
Terakhir, fasilitas yang perlu dilengkapi di bagian hulu Grit Chamber adalah bar screen dan kominutor (comminutor). Bar screen untuk menyisihkan sampah, ranting, dan kominutor untuk memotong benda-benda yang lolos dari bar screen sehingga ukurannya menjadi relatif seragam. Fasilitas screen dan kominutor ini dapat memudahkan operasi dan perawatan Grit Chamber. *
Tips Menulis Kutipan (Sitasi) dan Referensi (Daftar Pustaka)
Ilmu dan teknologi yang kita pelajari sekarang tidak jatuh dari langit. Ada proses panjang dari tahun ke tahun. Peneliti tahun ini membaca penelitian tahun lalu. Yang tahun lalu ini pun membaca penelitian yang tahun lalunya lagi.Yang tahun lalunya lagi ini pun membaca penelitian yang tahun tahun tahun lalunya lagi. Begitu turun-temurun. Ini yang disebut dengan sanad, meminjam istilah dalam periwayatan hadits. Sanad dalam makna ilmu dan teknologi (ayat-ayat kauniyah) adalah rantai estafet ilmu dan teknologi yang ditulis dalam bentuk artikel (makalah) di jurnal ilmiah atau di dalam buku teks (buku ajar). Juga di dalam laporan penelitian seperti Tugas Akhir (skripsi), tesis, disertasi, monografi, modul, dan buku ilmiah populer.
Di bawah ini akan dibahas secara khusus tentang sitasi dan referensi di dalam laporan Tugas Akhir. Bab yang riil hasil pekerjaan mahasiswa dalam melaksanakan TA adalah Bab Hasil dan Pembahasan (H & P). Di bab inilah mahasiswa menjelaskan hasil yang diperolehnya dengan argumentasi yang menguatkan hasil penelitiannya. Argumen ini harus dapat dipercaya oleh pembaca (dosen, mahasiswa, peneliti lain, bahkan orang awam). Tidak boleh hanya menuliskan hasil penelitian tanpa memberikan penjelasan (pembahasan) yang cukup. Juga tidak boleh berhenti hanya pada penjelasan opini pribadi saja. Harus dibahas juga hasil penelitian para peneliti lain, baik yang ditulis di laporan TA, di jurnal, atau di buku teks. Baik yang hasilnya sesuai dengan hasil penelitiannya maupun yang berbeda atau bahkan yang berlawanan dengan hasil penelitiannya.
Apabila mahasiswa tidak mencantumkan hasil-hasil penelitian dari peneliti lain di Bab H & P, maka mungkin saja di dalam Bab Daftar Pustaka tidak ada yang bisa dituliskan sebagai referensinya. Apalagi kalau ditulis dalam format jurnal ilmiah yang meniadakan bab Kajian Kepustakaan (Studi Pustaka). Lebih parah lagi kalau “rumusan masalah” tidak didasarkan pada bacaan artikel jurnal atau buku yang melatari pelaksanaan penelitian tersebut. Padahal ide penelitian biasanya diperoleh setelah membaca artikel jurnal ilmiah peneliti sebelumnya. Kekosongan (gap) ilmu yang dirasakan setelah membaca artikel ilmiah tersebut adalah latar belakang yang bisa dijadikan rumusan masalah dan tujuan dalam penelitian selanjutnya.
Bagaimana faktanya? Mahasiswa lebih banyak menulis kutipan dari artikel jurnal, dari buku teks, dan dari TA di Bab Kajian Kepustakaan (Studi Pustaka). Namun sering terjadi berupa kopitel (kopi – tempel, copy – paste) saja. Ini menjadi riskan apabila terdeteksi kesamaannya (similarity) lebih dari 20%. Bisa digugat dan dinyatakan plagiasi atau jiplakan, tiruan. Untuk menghindari plagiasi ini maka mahasiswa wajib taat pada tataatur, tatacara penulisan kutipan dari sumber-sumber ilmiah. Semua yang dirujuk atau dikutip harus dituliskan di Bab Daftar Pustaka dan ditulis juga dalam bentuk sitasi (kutipan) di badan laporan. Ada tatacara sitasi yang jamak diterapkan di jurnal ilmiah. (Ini akan ditulis di judul khusus agar fokus bahasannya). Bisa juga dibaca di berbagai jurnal ilmiah dari berbagai ilmu dan teknologi.
Oleh sebab itu, mahasiswa yang menulis Bab H & P tetapi tidak merujuk pada kutipan yang ditulis di Bab Studi Pustaka seperti orang yang menulis hasil penelitian tetapi tidak peduli pada penelitian sebelumnya. Seolah-olah dua bab tersebut tidak berkaitan. Padahal erat korelasinya. Pertanyaannya, untuk apa menulis Bab Studi Pustaka, bahkan sangat tebal, tetapi sama sekali tidak digunakan sebagai alat untuk mengolah (membahas) hasil penelitian? Untuk apa menulis Bab Studi Pustaka tetapi tidak dimanfaatkan sebagai sarana informasi untuk menguatkan hasil penelitian? Itu sebabnya, upayakan semua referensi yang disitasi (dikutip) di dalam Bab Studi Pustaka dijadikan bahan analisis, bahan perbandingan terhadap hasil penelitian. Minimal 70% referensi yang ditulis di Daftar Pustaka digunakan sebagai “pisau” analisis Bab H & P.
Referensi atau Daftar Pustaka (Daftar Kepustakaan)
Ada sejumlah cara yang berbeda dalam menuliskan referensi. Semuanya betul. Yang penting adalah lengkap informasi yang dituliskannya dan konsisten. Semuanya ditulis dengan pola yang sama. Tetapi HANYA ada satu tatatulis di dalam satu judul jurnal atau program studi. Ini ditetapkan oleh kalangan internal prodi atau pengelola jurnal. Semua pihak wajib mengikuti tatatulis yang ditetapkan agar artikelnya bisa diterbitkan di jurnal tersebut.
Di bawah ini beberapa contoh tatatulis 1. Cahyana, Gede. H., PDAM Bangkrut? Awas Perang Air, Sahara Golden Press, 2004. 2. Cahyana, Gede. H., IPAM Filtrasi Multitahap, Majalah Air Minum, ISSN 0126-2785, Edisi 155, 2008. 3. Galvis, Gerardo. Development and Evaluation of Multistage Filtration Plants: An Innovative, Robust and Efficient Water Treatment Technology. University of Surrey. Centre for Environmental Health Engineering (CEHE). United Kingdom, 1999.
Ada juga jurnal yang meminta tatatulis dengan huruf kapital (nama belakang penulis), tanpa nomor urut.
JACOBSON, G., McLEAN, S. (2003). Biological monitoring of low level occupational xylene exposure and the role of recent exposure. Ann Occup Hyg 47(4). p. 331-336.
LEIDEL. (1994). Occupational ExposureSampling Strategy Manual. NationalInstitute of Occupational Safety and Health.
LUNBERG, I dan SOLLENBERG. J., (1986). Correlation of Xylene Exposure and Methyl Hippuric Acid Excretion in Urine Among Paint Industry Workers. Scand JWork Environ Health 12(2). 149-153.
Secara umum, format APA Style:
a. Penulisan Daftar Pustaka Jurnal Bentuk Cetak (Satu Penulis)
Ready, R. (2000). Mothers’ personality and its interaction with child temperament as predictors of parenting behavior. Journal of Personality and Social Psychology, 79, 274-285.
Jacoby, W. G. (1994). Public attitudes toward government spending. American Journal of Political Science, 38(2), 336-361.
Dubeck, L. (1990). Science ficPon aids science teaching. Physics Teacher, 28, 316‐318.
Cotton, F. A. (1998): Kinetics of gasification of brown coal, Journal ofAmerican Chemical Society, 54, 38–43.
b. Penulisan Daftar Pustaka Jurnal Bentuk Cetak (2 Penulis) Wassman, J., & Dasen, P.R. (1998). Balinese spatial orientation. Journal of Royal Anthropological Institute, 4, 689-731.
c. Penulisan Daftar Pustaka Jurnal Bentuk Cetak (3 Penulis) Lin, M.G., Hoffman, E.S., & Borengasser, C. (2013). Is social media too social for class? A case study of Twitter use. Tech Trends, 57(2), 39-45.
d. Penulisan Daftar Pustaka Jurnal Cetak (>7 Penulis) Yonkers, K. A., Ramin, S. M., Rush, A. J., Navarrete, C. A., Carmody, T., March, D., . . . Leveno, K. J. (2001). Onset and persistence of postpartum depression in an inner-city maternal health clinic system. American Journal of Psychiatry,158(11), 1856-1863. doi:10.1176/appi.ajp.158.11.1856
*Pada nama ke-6, gunakan tanda titik-titik (…) sebelum menuliskan nama pengarang ke-7.
e. Penulisan Daftar Pustaka Jurnal Online atau Internet Spreer, P., Rauschnabel, P.A. (2016, September). Selling with technology: Understanding the resistance to mobile sales assistant use in retailing. Journal of Personal Selling & Sales Management, 36(3), 240-263. doi:10.1080/08853134.2016.1208100
f. Cara Penulisan Daftar Pustaka dari Jurnal Internet (tanpa doi)
Jameson, J. (2013). E-Leadership in higher education: The fifth “age” of educational technology research. British Journal of Educational Technology, 44(6), 889-915.
Contoh Penulisan Daftar Pustaka Jurnal MLA Style
Berikut ini MLA style. a. Penulisan Daftar Pustaka Jurnal (Satu Penulis)
Smith, John. “Studies in pop rocks and Coke.” Weird Science 12 (2009): 78-93. Print.
Smith, John. “Studies in pop rocks and Coke.” Weird Science 12.3 (2009): 78-93. Print.
Jonathan, Karim. “Beyond Growth: Library and Development.” Annals of Library Research 40. 5 (2015): 1111‐1130. Print.
b. Penulisan Daftar Pustaka 2 atau 3 Orang Penulis
Smith, John, Jane Doe, and Bob Anderson. “Studies in pop rocks and Coke.” Weird Science 12 (2009): 78-93. Print.
c. Cara Penulisan Pustaka dari Jurnal > 3 Orang
Smith, John, et al. “Studies in pop rocks and Coke.” Weird Science 12 (2009): 78-93. Print.
d. Penulisan Daftar Pustaka Online atau Internet
Johansson, Sara. “A Participle Account of Blackfoot Relative Clauses.” The Canadian Journal of Linguistics 58.2 (2013): 217-38.Project Muse. Web. 5 Mar. 2015.
Jobe, Karen D. “Women and the Language of Hackerdom: The Gendered Nature of Hacker Jargon.” Kairos 5.2 (2000): n. pag. Web. 23 Mar. 2005.
Ada lagi yang lainnya. Silakan dipelajari dengan cara membaca jurnal-jurnal ilmiah berbagai bidang ilmu.
If you do not read, you can not have a special knowledge with a deep thinking (Gede H. Cahyana).
Penulisan daftar pustaka harus mengikuti aturan atau standar tertentu. Tujuannya untuk membuat pembaca lebih paham landasan dan dukungan dari penulisan karya ilmiah.
Daftar isi
Penulisan Daftar Pustaka
Bab I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Dalam membuat sebuah karangan atau buku pastilah dibagian akhir dari karangan tersebut terdapat daftar pustaka. Penulisan daftar pustaka ini sangat penting karena dengan adanya daftar pustaka kita dapat mengetahui darimana sumber dari isi sebuah karangan atau buku tersebut dibuat, tetapi terkadang banyak kesalahan dalam penulisan daftar pustaka.
Definisi daftar pustaka sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah daftar yang mencantumkan judul buku, nama pengarang, penerbit dan sebagainya. Yang ditempatkan pada bagian akhir suatu karangan atau buku dan disusun berdasarkan abjad. Daftar sendiri didefinisikan sebagai catatan sejumlah nama atau hal yang disusun berderet dari atas ke bawah.
Salah satu fungsi dari daftar pustaka adalah untuk memberikan arah bagi para pembaca buku atau karya tulis yang ingin meneruskan kajian atau untuk melakukan pengecekan ulang terhadap karya tulis yang bersangkutan. Fungsi dari daftar pustaka adalah untuk memberikan apresiasi atau penghargaan terhadap penulis buku atau karya tulis yang dirujuk terhadap hasil karyanya yang turut menyumbang peran dalam penulisan karya tulis yang kita tulis. Dan fungsi lain daftar pustaka yang tak kalah penting adalah menjaga profesionalitas kita (jika kita sebagai seorang penulis karya tulis) terhadap tulisan yang kita buat.
Tentu saja penyusunan sebuah daftar pustaka harus mengedepankan asas kemudahan. Oleh karena itu, diterbitkanlah sebuah format atau cara penulisan daftar pustaka seperti yang sering kita dapatkan dibuku-buku sekolah. Maka dari itu kami membuat makalah tentang daftar pustaka yang didalamnya terdapat bagaimana cara menulis daftar pustaka.
B. Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan daftar pustaka?
Apa saja fungsi dari daftar pustaka?
Apa saja peran dari daftar pustaka?
Apa saja manfaat dan tujuan dai daftar pustaka?
Bagaimana cara penulisan daftar pustaka?
C. Tujuan Makalah
Untuk mengetahui pengertian dari daftar pustaka
Untuk mengetahui fungsi dari daftar pustaka
Untuk mengetahui peran dari daftar pustaka
Agar mengetahui manfaat dan tujuan dari daftar pustaka
Agar mengetahui cara penulisan daftar pustaka yang baik dan benar
D. Manfaat Penulisan
Penulisan makalah yang berjudul Daftar Pustaka ini bermanfaat untuk memperluas pengetahuan kita mengenai fungsi, peran, dan juga cara penulisan daftar pustaka yang baik dan benar, karena tak jarang dari kita semua yang terkadang salah dalam penulisan daftar pustaka yang diambil dari berbagai sumber.
Bab II. Pembahasan
A. Pengertian Daftar Pustaka
Definisi daftar pustaka atau bibliografi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah daftar yang mencantumkan judul buku, nama pengarang, penerbit dan sebagainya yang ditempatkan pada bagian akhir suatu karangan atau buku dan disusun berdasarkan abjad. Daftar sendiri didefinisikan sebagai catatan sejumlah nama atau hal yang disusun berderet dari atas ke bawah.
Daftar pustaka disusun menurut urutan abjad nama belakang penulis pertama. Daftar pustaka ditulis dalam spasi tunggal. Antara satu pustaka dan pustaka berikutnya diberi jarak satu setengah spasi. Baris pertama rata kiri dan baris berikutnya menjorok ke dalam.
Daftar pustaka berisi sumber-sumber tertulis yang dikutip dan digunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah, karena itu sumber tertulis lain yang tidak dikutip meskipun pernah dibaca penulis dalam kaitannya dengan penulisan karya tulis ilmiah tidak perlu dimasukan dalam daftar pustaka. Penulisan pustaka disusun menurut abjad dari nama penulisnya dan nama keluarga harus ditulis lebih dahulu tanpa menyertakan gelar.
B. Fungsi Daftar Pustaka
Daftar pustaka memiliki fungsi sebagai berikut :
Sebagai salah satu cara untuk memberikan berbagai referensi yang berhubungan bagi pembaca untuk melakukan sebuah kajian lanjutan maupun kajian ulang yang berhubungan dengan tema buku tersebut.
Sebagai sebuah bentuk apresiasi terhadap penulis baik penulis buku maupun karya tulis atas karyanya yang telah memberikan manfaat dan peranan terhadap penulisan sebuah buku atau karya tulis.
Sebagai alat untuk melihat kembali kepada sumber aslinya, yang sering dikerjakan oleh para ilmuwan, sehingga mereka dapat menetapkan benar tidaknya pengutipan bahan atau referensi itu.
Sebagai pelengkap dari sebuah catatan kaki, yang digunakan untuk mengetagui lebih jauh tentang sumber acuan yang terdapat pada catatan kaki tersebut.
C. Peran Daftar Pustaka
Daftar pustaka memiliki peran sebagai berikut :
Sebagai penggambaran dari sumber tulisan yang diperoleh
Sebagai peninjauan tentang pengetahuan pengalaman bahkan pertanggungjawaban penulis buku rujukan tersebut.
Untuk mengantisipasi tuduhan plagiasi intelektual
D. Manfaat dan Tujuan Daftar Pustaka
Penulisan Daftar Pustaka memiliki tujuan dan manfaat diantaranya :
Ciri khas Karya Tulis Ilmiah.
Rujukan, Kajian atau Sumber Ilmu Pengetahuan terkait.
Memberikan Kepuasan Batin untuk Penulis, Penerbit dan Sebagainya.
Mengetahui kota atau tempat terbit.
Membangun Kepercayaan Pembaca.Membantu Pembaca mencari bahan bacaan atau ilmu pengetahun terkait isi karya tulis.
E. Cara Penulisan Daftar Pustaka
I. Cara penulisan daftar pustaka yang diambil dari buku
a. Unsur-unsur yang digunakan adalah:
Nama Penulis diikuti tanda titik (.)
Tahun Terbit diikuti tanda titik (.)
Judul buku ditulis miring (italic) diikuti tanda titik (.)
Kota penerbit diikuti tanda titik dua (:)
Nama perusahaan penerbit diikuti tanda titik (.)
Contoh :
Wiyajakusuma, M. 2009. Mukjizat Air Putih. Yogyakarta: Data Media.
b. Hal-hal yang perlu diperhatikan:
Tulis nama penulis sesuai dengan huruf alfabet (A-Z).
Apabila nama penulis sama namun judul buku berbeda, maka dibawah nama diberi tanda garis panjang sebanyak 10 sekaligus mengurutkan tahun yang lama ketahun yang lebih baru.
Wijayakusuma,M.2009. Mukjizat Air Putih. Yogjakarta: Data Media.
__________. 2010. Khasiat Air Putih. Yogjakarta: Data Media.
Apabila mendapatkan buku dengan dua penulis, maka nama kedua penulis tersebut di tulis semua.
Arikunto Suharsimi, Cepi Safruddin.2010.Evaluasi Program Pendidikan.Jakarta: Bumi Aksara
Jika nama penulis banyak (lebih dari satu orang), maka penulis utama yang dicantumkan kemudian diberi tanda koma dan diikuti dkk (dan kawan-kawan).
Zuhdi, dkk. 2008. Cara Menulis Buku. Malang: Rena Press.
Jika penulis buku orang asing, maka penulisan namanya dibalik dan diikuti tanda koma. Hal ini dikarenakan nama asing meletakkan nama sendiri di belakang nama keluarga atau nama marga.
Harrison, P. 1987. The Greening of Africa. Penguin Books: New York.
II. Penulisan Daftar Pustaka yang diambil dari Penelitian
Dalam penulisan daftar pustaka yang diambil dari penelitian (jurnal, skripsi, tesis, dll) hampir sama dengan penulisan yang diambil dari buku. Namun letak perbedaannya hanya menambahkan jenis penelitian dengan diikuti tanda kurung.
Unsur-unsur yang digunakan adalah:
Nama Penulis diikuti tanda titik (.)
Tahun Terbit diikuti tanda titik (.)
Judul penelitian ditulis miring (italic) dan ditambah jenis penelitian diikuti tanda kurung kemudian tanda titik (.)
Kota penerbit diikuti tanda titik dua (:)
Nama Perguruan Tinggi diikuti tanda titik (.)
Contoh :
Mardiyati, I. 2011. Pengaruh Motivasi dan Kompetensi terhadap Kinerja Guru di Mediasi Komitmen Sekolah Studi Kasus di SMK Negeri se-Kecamatan Pati (Tesis). Semarang: Universitas STIKUBANK.
III. Penulisan Daftar Pustaka yang diambil dari Artikel
Artikel yang dimaksud dapat diambil dari internet maupun majalah atau media cetak lainnya.
a. Untuk artikel dari Majalah unsur-unsur yang digunakan adalah:
Nama Penulis diikuti tanda titik (.)
Tahun Terbit diikuti tanda titik (.)
Judul artikel diikuti tanda titik (.)
Dilanjutkan nama Media Cetak ditulis miring (italic)
Djaali. 2007. Peningkatan Mutu Pendidikan Nasional Melalui Program Sertifikasi. Buletin BSNP.
b. Untuk artikel dari Internet unsur-unsur yang digunakan adalah:
Nama Penulis diikuti tanda titik (.)
Judul artikel ditulis miring (italic) dan diberi tanda petik (“ ”) diikuti tanda titik (.)
Tahun Terbit diikuti tanda titik (.)
Alamat website lengkap dengan tanggal, bulan, tahun dan waktu mengakses atau mendownload dengan tanda kurung diikuti tanda titik (.)
Syafudin, Ahmad. “Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat makalah”.April 4, 2015. https://www.tipspendidikan.site/2015/04/hal-halyangperludiperhatikandalam.html (November 16, 2016).
IV. Penulisan Daftar Pustaka yang diambil dari Jurnal atau Journal
Seiring dengan era digital, Jurnal bukan hanya dari jurnal cetak yang dijilid dari berbagai volume, namun ada jurnal digital yang menjadi sumber referensi di era digital ini. Karena perpustakaan modern sudah mempublikasikan jurnal online agar lebih mudah diakses. Bagaimana Penulisan daftar pustaka jurnal,
Untuk artikel dari Jurnal Cetak unsur-unsur yang digunakan adalah :
Nama Pengarang atau Penulis (Tulis nama dari nama belakang kemudian nama depan Berdasarkan Alphabetis)
Tahun Penerbitan Jurnal
Judul Jurnal
Penulisan Nama Penerbit
Penulisan volume atau edisi jurnal
Contoh
Aria, N. 2015. Cara Penulisan Daftar Pustaka. Jurnal pendidikan, 12.
Tambahan:
Apabila daftar pustaka tidak ditemukan, maka nama diganti dengan anonym, tahun diganti dengan tanpa tahun
Sebaiknya pisahkan daftar pustaka dari buku dan internet atau media cetak.
Gelar tidak diikutkan dalam penulisan daftar pustaka
Bab III. Penutup
A. Simpulan
Definisi daftar pustaka atau bibliografi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah daftar yang mencantumkan judul buku, nama pengarang, penerbit dan sebagainya yang ditempatkan pada bagian akhir suatu karangan atau buku dan disusun berdasarkan abjad. Di dalam daftar pustaka pun memiliki beberapa fungsi dan juga peran. Dalam menulis daftar pustaka kita tidak boleh sembarangan, ada beberapa cara penulisan daftar pustaka. Cara menulis daftar pustaka tidak semua sama. Daftar pustaka sendiri dapat di peroleh dari berbagai sumber seperti dari buku, internet ataupun penelitian.
B. Saran
Makalah ini menjelaskan tentang berbagai macam kaidah penulisan daftar pustaka yang baik dan benar. Kami berharap agar makalah yang kami buat bermanfaat bagi teman-teman dan menambah wawasan tentang daftar pustaka.
DAFTAR PUSTAKA
Ekosusilo,M,Drs.1995.Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.Semarang: Dahara Prize
Syaifudien, Ahmad. “Cara Menulis Daftar Pustaka yang Baik dan Benar”.April 14, 2015. https://www.tipspendidikan.site/2015/04/hal-halyangperludiperhatikandalam.html (November 16, 2016).
wikipedia. “Daftar Pustaka”. Mei 11, 2015.https://id.m.wikipedia.org/wiki/DaftarPustaka (November 13, 2016).
Artikel jurnal adalah rujukan penting dalam penulisan karya ilmiah baik itu artikel jurnal sendiri, skripsi, tesisi dan disertasi. Ada tata cara menulis daftar pustaka dari jurnal.
Daftar isi
Menulis Daftar Pustaka
Untuk menulis daftar pustaka dari jurnal hal pertama yang dilakukan adalah mengumpulkan informasi mengenai data artikel. Data-data tersebut adalah
Nama Penulis
Tahun Terbit
Judul Artikel
Nama Jurnal
Volume Jurnal
Nomor Jurnal
Halaman Artikel
Setelah mendapatkan informasi tersebut langkah berikutnya adalah menentukan gaya selingkung penulisan daftar pustaka artikel yang dirujuk. Ada beberapa jenis Daftar Pustaka yang populer seperti
APA Style
Chicago
GOST
MLA (Modern Language of America)
AMA (American Medical Association)
Vancouver
Turabian
Harvard
Berikut ini panduan penulisan daftar pustaka dari artikel Jurnal.
A. APA Style
APA Style adalah gaya penulisan daftar pustaka yang sesuai dengan American Psychological Association. Format penulisanya secara umum adalah
Nama, (tahun). Judul Artikel ditulis miring. Nama Jurnal, Volume (nomor), Halaman.
1. Jika pengarang berjumlah satu orang
Ahmad Dahlan. (2024). Peran Pendekatan Saintifik Pada Pembelajaran Fisika SMA Negeri 1 Tanjung Puluh. Jurnal Pendidikan Fisika, 4 (3), 44-52.
2. Pengarang dua sampai tiga orang
Ahmad Dahlan, Hutabarat, Amir & Yusnia. Studi Kasus Kekerasan Pada Remaja di Sulawesi Selatan. Jurnal Konseling Indonesia, 34 (2), 11-17.
3. Jika pengarang berjumlah lebih dari tiga orang
Stevens, Izzie., Cohen, J., Ferrence, R., & Rehm, J. (2008). Surgery for Trauma Patients. Surgeon Profession Journal, 3(1), 48-55.
B. Vancouver
Vancouver banyak digunakan dalam artikel kesehatan dan sains. Penulisan Daftar pustaka ini ditandai dengan nomor. Berbeda dengan APA yang disusun alfabetis, Vancouver menggunakan nomor pada bada artikel. Penulisan nomor [1].
Aturan penulusannya sebagai berikut
nama author ditulis maksimal 6, selanjutnya digantikan dengan et al.
nama jurnal ditulis dengan versi singkat (abbreviation name tanpa menggunakan tanda titik setelah singkatan)
tahun ditulis tanpa disertai bulan dan tanggal
nomor halaman ditulis versi singkat (contoh: 653–659 ditulis menjadi 653–9)
DOI ditulis berupa URL https dan tidak diakhiri dengan tanda titik
Contoh penulisanya sebagai berikut.
Lin HY, Lee YT, Chan YW, Tse G. Animal models for the study of primary and secondary hypertension in humans. Biomed Rep. 2016;5(6):653–9. https://doi.org/10.3892/br.2016.784
Budaya adalah sesuatu yang sangat menarik jika dicermati lebih dekat yang setiap belahan dunia memiliki ragam budaya yang menarik dan bernilai tinggi. Budaya juga merupakan slahsatu hal yang dapat dipelajari dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Jepang (bahasa Jepang : Nippon/Nihon , nama resmi : Nipponkoku/Nihonkoku adalah sebuah negara kepulauan di Asia Timur. Letaknya di ujung barat Samudra Pasifik, di sebelah timur laut Jepang,dan bertetangga dengan Republik Rakyat Cina, Korea dan Rusia. . Pulau-pulau paling utara berada di Laut Okhotsk, dan wilayah paling selatan berupa kelompok pulau-pulau kecil di Laut Cina Timur, tepatnya di sebelah selatan Okinawa yang bertetangga dengan Taiwan.
Jepang merupakan Negara yang di juluki Negara matahari dan Negara bunga sakura, mengapa demikian? Karena di Negara jepang mayoritas beragama Shinto yang menyembah matahari sehingga disebut Negara matahari, sedangkan julukan Negara bunga sakura di berikan karena banyak bunga sakura yang tumbuh si tanah jepang, bahkan untuk menyambut musim semi sakura orang jepang mempunyai suatu tradisi, yaitu biasa disebut perayaan hanami (perayaan melihat mekarnya bunga) sebagai symbol kebahagiaan karena datangnya musim semi, di mana di saat itu bunga sakura mekar dengan cantiknya. Di setiap budayanya mempunyai arti tersendiri. Dari zaman jomon sampai zaman hesei sekarang, orang jepan mampu melestarikan kebudayaannya sendiri.
B. Rumusan Masalah
Adapun beberapa masalah yang dapat dirumuskan dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut.
Apa saja pakaian Tradisonal Jepang ?
Apa keunikan upacara minum teh di Jepang ?
Apa itu Geisha dan bagaimana sejarahnya ?
C. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dan manfaat dibuatnya makalah ini adalah agar para pembaca :
Dapat mengetahui dan memahami pakaian tradisonal Jepang .
Dapat mengetahui dan memahami upacara minum teh dan keunikannya.
Dapat mengetahui dan memahami sejarah Geisha.
Bab II. Pembahasan
A. Baju Tradisional Jepang
Baju tradisional jepang adalah kimono, kimono di bagi menjadi 2 macam yaitu kimonowanita dan kimono pria. Kimono wanita ini masih di bagi menjadi beberapa macam diantaranya adalah:
1. Tomesode
Menurut urutan tingkat formalitas, tomesode adalah pakaian paling formal setara dengan baju malam. Istilah tomesode berasal tradisi wanita yang sudah menikah atau sudah menjalani genbuku untuk memperpendek lenganfurisode yang dikenakannya semasa gadis. Kimono jenis ini merupakan pakaian yang dikenakan istri nakōdo sewaktu hadir di pesta pernikahan.. Corak pertanda keberuntungan seperti burung jenjang atau seruniberada pada bagian bawah kimono. Posisi corak kain disesuaikan dengan usia pemakai, semakin berumur pemakainya, corak kain makin diletakkan di bawah.
· Kurotomesode
Kimono paling formal dan biasanya di pakai wanita yang sudah menikah. Kurotomesode adalah Kimono yang terbuat dari kain krep berwarna hitam tanpa motif tenun. Kurotomesode hanya dikenakan sebagai pakaian formal ke pesta pernikahan sanak keluarga, pesta-pesta, serta upacara yang sangat resmi.
· Irotomesode
Kimono yang di pakai oleh wanita dewasa yang sudah menikah/belum menikah untuk menghadiri acara formal. Terbuat dari kain krep berwarna.
2. Furisode
Adalah kimono berlengan lebar yang dikenakan wanita muda yang belum menikah. Dibuat dari bahan berwarna cerah, motif kain berupa bunga dan tanaman, keindahanmusim, binatang, atau burung yang digambar dengan tangan memakai teknik yuzen. Kain bisa bertambah mewah dengan tambahan bordiran benang emas. Menurut urutan tingkat formalitas, furisode adalah kimono paling formal setara dengankurotomesode, irotomesode, dan homongi. Furisode dikenakan sebagai pakaian terbaik untukpesta perkawinan (ketika hadir sebagai tamu atau sebagai baju pengantin wanita), miai, dan upacara resmi, seperti seijin shiki, wisuda, atau resepsi sesudah wisuda (shaonkai). Alas kaki untuk furisode adalah zōri berhak tinggi.
3. Homongi
Adalah salah satu jenis kimono formal untuk wanita yang menikah atau belum menikah.Menurut urutan tingkat formalitas, homongi berada setingkat di bawah irotomesode.Dikenakan bersama fukuro obi, homongi dipakai sewaktu diundang ke pesta pernikahan yang bukan diadakan sanak keluarga, upacara minum teh, merayakan tahun baru, dan pesta-pesta. Sewaktu membeli kimono, pemakai bisa memesan lebar lengan kimono sesuai keinginan. Wanita yang belum menikah memakai homongi dengan bagian lengan yang lebih lebar.
Ciri khas homongi disebut eba yakni corak kain yang saling tepat bertemu di perpotongan kain (bagian jahitan kimono)
4. Iromuji
Iromuji adalah kimono semiformal, namun bisa dijadikan kimono formal bila iromuji tersebut memiliki lambang keluarga (kamon). Sesuai dengan tingkat formalitas kimono, lambang keluarga bisa terdapat 1, 3, atau 5 tempat (bagian punggung, bagian lengan, dan bagian dada). Iromoji dibuat dari bahan tidak bermotif dan bahan-bahan berwarna lembut, merah jambu, biru muda, atau kuning muda atau warna-warna lembut. Iromuji dengan lambang keluarga di 5 tempat dapat dikenakan untuk menghadiri pesta pernikahan. Bila menghadiri upacara minum teh, cukup dipakai iromuji dengan satu lambang keluarga.
5. Tsukesage
Tsukesage adalah kimono semiformal untuk wanita yang sudah atau belum menikah. Menurut tingkatan formalitas, kedudukan tsukesage hanya setingkat dibawah homongi. Kimono jenis ini tidak memiliki lambang keluarga. Tsukesage dikenakan untuk menghadiri upacara minum teh yang tidak begitu resmi, pesta pernikahan, pesta resmi, atau merayakan tahun baru..
6. Komon
Komon adalah kimono santai untuk wanita yang sudah atau belum menikah. Ciri khas kimono jenis ini adalah motif sederhana dan berukuran kecil-kecil yang berulang.Komon dikenakan untuk menghadiri pesta reuni, makan malam, bertemu dengan teman-teman, atau menonton pertunjukan di gedung.
7. Tsumugi
Tsumugi adalah kimono santai untuk dikenakan sehari-hari di rumah oleh wanita yang sudah atau belum menikah. Walaupun demikian, kimono jenis ini boleh dikenakan untuk keluar rumah seperti ketika berbelanja dan berjalan-jalan. Bahan yang dipakai adalah kain hasil tenunan sederhana dari benang katun atau benang sutra kelas rendah yang tebal dan kasar. Kimono jenis ini tahan lama, dan dulunya dikenakan untuk bekerja di ladang.
8 . Yukata
Adalah baju sesudah mandi adalah jenis kimono yang dibuat dari bahan kain katun tipis tanpa pelapis. Dibuat dari kain yang mudah dilewati angin, yukata dipakai agar badan menjadi sejuk di sore hari atau sesudah mandi malam berendam dengan air panas.
Sedangkan kimono pria di bagi menjadi 2 yaitu: kimono formal dan kimono santai
1. Kimono formal
Yaitu berupa setelan montsuki hitan dengan hakama dan haori berupa setelan montsuki hitam dengan hakama dan haori
Bagian punggung montsuki dihiasi lambang keluarga pemakai. Setelan montsuki yang dikenakan bersama hakama dan haori merupakan busana pengantin pria tradisional. Setelan ini hanya dikenakan sewaktu menghadiri upacara sangat resmi, misalnya resepsi pemberian penghargaan dari kaisar/pemerintah atau seijin shiki.
2. Kimono santai atau kinagashi:
Pria mengenakan kinagashi sebagai pakaian sehari-hari atau ketika keluar rumah pada kesempatan tidak resmi. Aktor kabuki mengenakannya ketika berlatih. Kimono jenis ini tidak dihiasi dengan lambang keluarga.
2.2 Upacara Minum Teh
Upacara minum teh (茶道 sadō, chadō, jalan teh) adalah ritual tradisional Jepang dalam menyajikan teh untuk tamu. Pada zaman dulu disebut chatō (茶の湯) atau cha no yu. Upacara minum teh yang diadakan di luar ruangan disebut nodate. Ruangan khusus untuk minum teh yang disebut chashitsu. Upacara minum teh mencerminkan kepribadian dan pengetahuan tuan rumah yang mencakup antara lain tujuan hidup, cara berpikir, agama, apresiasi peralatan upacara minum teh dan cara meletakkan benda seni di dalam ruangan upacara minum teh. Pada umumnya, upacara minum teh menggunakan teh bubuk matcha yang dibuat dari teh yang digiling halus. Upacara minum teh menggunakan matcha disebut matchadō, sedangkan bila menggunakan teh hijau jenis sencha disebut senchadō.
Minuman teh mulai diperkenalkan di Jepang pada abad ke 9 oleh seorang biksu Budha dari Cina. Dari situlah, teh mulai dikenal oleh warga Jepang dan mulai menjadi kebudayaan Jepang.
Pada mulanya di Cina kebiasaan minum teh pada awalnya hanya sebagai pengobatan, dan seiring waktu maka teh juga dinikmati sebagai minuman biasa yang menyenangkan. Pada awal abad ke 9, seorang penulis Cina, Lu Yu menulis suatu catatan mengenai budaya minum teh dan langkah-langkah persiapan minum teh. Kehidupan Lu Yu ini sangat terpengaruh oleh agama Budha, terutama dari sekolah yang kemudian dikenal di Jepang sebagai Zen. Ide-idenya mempunyai pengaruh yang kuat terhadap perkembangan upacara minum teh di Jepang ini.
Pada abad ke 12, jenis baru dari teh, yaitu matcha, mulai diperkenalkan. Teh yang terbuat dari bubuk teh hijau ini pertama kali digunakan dalam ritual keagamaan di biara Budha. Pada abad ke 12, samurai-samurai mulai meminum teh ini, dan dasar-dasar upacara minum teh mulai dibuat.Pada abad ke 16, tradisi minum teh ini telah menyebar ke seluruh lapisan masyarakat di Jepang.
Sen no Rikyu adalah seorang figur tokoh sejarah dalam upacara minum teh yang paling terkenal dan dihormati di Jepang. Dia memperkenalkan konsep ichi-go ichi-e(一期一会, one time, one meeting), sebuah keyakinan bahwa sebuah pertemuan harus dihargai karena pertemuan tersebut belum tentu dapat terulang kembali. Ajarannya menyebabkan perkembangan bentuk-bentuk baru dalam arsitektur, perkebunan, karya seni dan tentu saja dalam upacara Sadou ini. Prinsip-prinsip yang diperkenalkannya, yaitu kehormatan, ketenangan, dan kemurnian masih menjadi pusat dalam upacara minum teh hingga sekarang ini.
Alat-alat untuk memulai Sadou :
Okama = alat pemanas air
Mizu sashi = wadah air bersih buat ocha
Koboshi = tempat wadah untuk mencuci bekas teh . Onatsume = gelas tempat ocha Ocha syaku = ocha untuk sado Cha sen = alat buat mengaduk teh Hisyaku = centong air Senshu = kipas Kaishi = tempat okashi/makanan untuk minum teh Kashi kiri = alat pemotong kue Ojiku = kaligrafi Ikebana = rangkaian bunga
Cara Membuat teh :
Masukkan Bubuk Teh Hijau dengan Chasaku
Tuangkan Air Panas dengan Hishaku
Kocok Teh aduk dengan chasen, dilakukan dengan cepat agar teh berbusa.
Jika tidak berbusa, itu tandanya gagal dan teh akan terasa kurang nikma
Tata Cara Minum Teh : . -Duduk dengan rapi . -Membungkukan badan dan Berkata otemae chodai itashimasu . -Mangkuk teh diletakkan di tangan kiri dan tangan kanan memutar mangkuk teh ke kanan sebanyak 2 kali sambil menatap ornamen atau hiasan dalam mangku -Teh di Minum Perlahan-lahan sambil dinikmati sampai habis -Selesai minum teh, bagian bibir dibersihkan dengan jari, putar mangkuk ke kiri dengan melihat ornamen mangkuk dan membungkuk mengucapkan terima kasih -Semuanya yang di atas harus dilakukan secara teratur
C. Geisha
Geisha adalah seorang seniman wanita tradisional Jepang yang berprofesi sebagai wanita penghibur bagi para laki-laki. Mereka memang menghibur seutuhnya, menemani mengobrol, memberi solusi terhadap masalah, petuah yang bijak, dan hal-hal baik lain yang sepertinya dibutuhkan oleh para kepala rumah tangga sedang bermasalah. Namun, jangka sangka bahwa Geisha merupakan sosok yang melayani dalam hal seksualitas, meskipun ada di antaranya yang berbuat seperti itu, menyalahi aturan pemerintah yang berlaku bagi para Geisha, seniman satu ini hanya bertugas menjadi sebatas “Sahabat” saja. Mereka akan dengan baik mendengar curahan isi hati si penyewa, berada di sampingnya ketika minum-minum, berbincang-bincang hingga terlelap dalam tidur.
Di Jepang sendiri, kawasan Gion di kota lama Kyoto terkenal sebagai pusat kegiatan Geisha. Mereka dididik dengan baik di sana dari umur sekian tahun untuk menjadi seorang Geisha, dibekali pengetahuan dan memainkan alat musik. Namu, sebelum Minna-san mencari dan bercengkerana dengan para Geiko alias Geisha, sebaiknya membaca thread ini sampai habis karena ada beberapa hal yang perlu Minna-san ketahui.
Geisha di jepang sendiri sesuatu yang tabu untuk dibicarakan, tetapi semua orang di seluruh dunia sudah tahu apa itu geisha. Kenapa tabu ? karena pemahaman Geisha suka disalahartikan oleh sebagian orang bahwa Geisha itu selalu dengan konotasi yang negatif.
Maka dari itu kita akan kupas sedikit tentang Geisha. Bagaimana Semua ini dimulai..???
Sejarah
Sejarah geisha dimulai dari awal pemerintahan Tokugawa, di mana Jepang memasuki masa damai dan tidak begitu disibukkan lagi dengan masalah-masalah perang. Seorang calon geisha harus menjalani pelatihan seni yang berat selagi usia dini. Berlatih alat musik petik shamizen yang membuat calon geisha harus merendam jarinya di air es. Berlatih alat musik lainnya juga seperti tetabuhan kecil hingga taiko. Berlatih seni tari yang menjadi kunci kesuksesan seorang geisha, karena geisha papan atas umumnya adalah penari, tari Topeng Noh yang sering dimainkan oleh geisha dihadirkan bagi masyarakat kelas atas berbeda segmennya dengan pertunjukkan Kabuki yang lebih disukai rakyat jelata.
Geisha (bahasa Jepang:芸者 “seniman”) adalah seniman-penghibur (entertainer) tradisional Jepang. Kata geiko digunakan di Kyoto untuk mengacu kepada individu tersebut. Geisha sangat umum pada abad ke-18 dan abad ke-19, dan masih ada sampai sekarang ini, walaupun jumlahnya tidak banyak. Di Kansai, istilah “geiko” (芸妓) dan geisha pemula “maiko” (舞妓) digunakan sejak Restorasi Meiji. Istilah “maiko” hanya digunakan di distrik Kyoto. Pengucapan ˈgi ʃa (“gei-” – “key”) atau “gadis geisha” umum digunakan pada masa pendudukan Amerika Serikat di Jepang, mengandung konotasi prostitusi. Di Republik Rakyat Cina, kata yang digunakan adalah “yi ji,” yang pengucapannya mirip dengan “ji” dalam bahasa Mandarin yang berarti prostitusi. Geisha belajar banyak bentuk seni dalam hidup mereka, tidak hanya untuk menghibur pelanggan tetapi juga untuk kehidupan mereka Rumah-rumah geisha (“Okiya”) membawa gadis-gadis yang kebanyakan berasal dari keluarga miskin dan kemudian melatih mereka. Semasa kanak-kanak, geisha seringkali bekerja sebagai pembantu, kemudian sebagai geisha pemula (maiko) selama masa pelatihan.
Intinya bahwa Geisha itu bukan wanita penghibur, PSK, ataupun ladies Escort yang bisa dibawa tidur oleh kaum adam, tetapi justru awal mulanya mereka ada karena tuntutan karir dan zaman bahwa wanita bisa juga sebagai entertainer. Setelah 100 tahun sejak Geisha ada , ketidakpastian mengenai Keberadaan Geisha sendiri mulai bergeser sedikit demi sedikit. Di Jepang banyak sekali kaum adam saat itu (suami) yang tidak puas dengan rumah tangganya, nah karena kehebatan Geisha yg bisa menghibur, menari, melawak dan menyanyi maka tidak heran banyak kaum para suami/lelaki yang ingin mencari Geisha sebagai pasangan hidupnya. Dan inilah salah satu contoh pergeseran Geisha yang tadinya mereka adalah entertainer sejati menjadi buruan kaum adam yang sifatnya hanya pelarian dari kenyataan hidupnya.
Pakaian / Tata Busana Geisha Busana: Ditahun 1930 , seorang Geisha tampil bak supermodel , cantik, anggun, mempunyai tubuh yang seksi dan juga masih menghormati adat istiadat kuno jepang. Dan uniknya wanita Geisha sangat menutupi bagian auratnya yang bisa mengundang nafsu kaum adam, ini terlihat dari pakaian para geisha (kimono) seperti dibawah ini. Dan yang terbuka hanya bagian leher belakang yang berbentuk V. semakin panjang bentuk V-nya kebawah berarti sang Geisha semakin provokatif.
Memakai Kimono tidak mudah karena baju kimono memiliki 12 lapisan. dan itu harus sesuai dengan masing-masing setelannyaUntuk memakainya memakan waktu sekitar 1 Jam lebih. Dan setelah kimono terpakai si wanita harus menyesuaikan gerakannya. Untuk menentukan Geisha Muda dan Geisha Senior, lihat saja warna kerahnya. jika warna kerahnya Merah berarti Geisha Muda, dan jika kerah warna putih berarti Geisha Senior.
Soal Rambut, Geisha kadang memakai wig atau juga rambutnya di bentuk dengan cara me-wax agar lebih mengembang. dan yang perlu dihindari adalah terlalu sering mencuci rabut ataupun menyisir rambutnya yg bisa mengakibatkan kerontokan rambut ataupun ramput tidak dapat mengembang .
Ketrampilan apa yang harus dimiliki oleh seorang Geisha? . 1. Kemampuan menari tradisional . 2. Kemampuan Menyanyi . 3. Kemampuan berkomunikasi . 4. Kemampuan Melawak
Kerahasian yang tidak boleh dilakukan oleh seorang Geisha pada saat dia menghibur dan mereka harus pandai merahasiakan hal tersebut : 1.Tidak boleh terlihat sedih , apalagi menangis 2.Tidak boleh menerima dan memberi cinta 3.Tidak boleh memilih cinta 4.Tidak boleh terlihat emosional apalagi melakukan kekerasan
Karena yang dilarang sifatnya adalah sesuatu hal yang suci yang diberikan tuhan kepada manusia yaitu CINTA. Jadi , Geisha itu bukan seorang PSK. mereka adalah pekerja seni sejati, melestarikan kebudayaannya, menghibur dan membuat orang lain bahagia. tapi kalau dilihat apa yang dikorbankan bagi seorang Geisha agar bisa menghibur sungguh ironis dan tidak seimbang. tapi untungnya dunia ini sudah modern dan kita sekarang punya kebebasan untuk memilih mana yang baik dan mana yang salah.
Bab III. Penutup
A. Kesimpulan
Demikian makalah ini kami sususun, mohon maaf bila banyak kekurangan. Namun ada beberapa point yang dapat kami simpulkan yang berupa penilaian atau argumentasi terhadap budaya jepang.
Keanekaragaman budaya jepang memiliki nilai esensi yang tinggi dengan karakteristik yang berbeda-beda.
Indonesia perlu memaplikasikan program-program masyarakat jepang dalam mempertahankan budyanya.
Kebudayaan jepang memiliki nilai budaya yang tinggi, yang sampai sekarang masih mengkombinasikan budaya tradisionalnya ditengah zaman modern saat ini.
Kebudayaan Jepang sangat tertata, rapih dan lebih tradisionalis
Semoga makalah ini dapat memberikan inspirasi bagi kita semua untuk selalau menjaga dan melestarikan budaya agar dapat menjadi buah tangan bagi cucu kita nanti. Terimakasih atas semua pihak yang telah mendukung tersusunya makalah ini
DAFTAR PUSTAKA
Suka Jepang .[2015]. Macam Tradisi & Budaya Jepang, Budaya Tradisional Hingga Modern
.[Online]. Tersedia: http://sukajepang.com/macam-macam-budaya-jepang/ diakses pada tanggal : [04 Oktober 2016]
Pengamatan Morfologi Profil, Pengambilan Contoh dan Pembuatan Preparat Tanah
Bab I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Profil tanah merupakan penampang tegak tanah yang memperlihatkan berbagai lapisan tanah. Pengamatan profil sangat penting dalam mempelajari sifat-sifat tanah secara cepat dilapangan, terutama yang berkaitan dengan genetis dan klasifikasi tanah. Sidik cepat beberapa sifat fisik, kimia dan biologi tanah juga biasanya dilakukan dengan bersamaan dan merupakan bagian pengamatan profil tanah. Evaluasi terhadap sifat-sifat tanah ini kemudian dilanjutkan secara lebih rinci di laboratorium dengan menggunakan contoh tanah.
Contoh tanah dibedakan atas beberapa macam tergantung pada tujuan dan cara pengambilan. Bila contoh tanah diambil pada setiap lapisan untuk mempelajari perkembangan profil menetapkan jenis tanah maka disebut “contoh tanah satelit”. Contoh tanah yang diambil dari beberapa tempat dan digabung untuk menilai tingkat kesuburan tanah disebut “contoh tanah komposit”. Pengambilan contoh tanah secara komposit dapat menghemat biaya analisis bila dibandingkan dengan pengambilan secara individu ( Peterson dan calvin, 1986 ). Adalagi contoh tanah yang diambil dengan pengambilan sampel (care) dan disebut dengan contoh tanah utuh, yang biasanya digunakan untuk menetapkan sifat tanah disebut contoh tanah utuh karena strukturnya asli seperti apa adanya di lapangan sedangkan contoh tanah yang sebagian atau seluruh strukturnya telah rusak disebut contoh tanah terganggu.
B. TUJUAN PRAKTIKUM Adapun tujuan dari kedua acara praktikum ini adalah : Untuk mempelajari sifat-sifat dari beberapa jenis tanah pada setiap lapisan atau horison Mengambil contoh tanah di lapangan untuk dianalisis di laboratoirum. Menyiapkan contoh tanah sebelum dianalisis. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Ada beberapa macam definisi tanah, menurut Joffe dan Marbut ( ahli ilmu tanah dari USA ), tanah adalah tubuh alam (natural body) yang terbentuk dan berkembang sebagai akibat bekerjanya gaya-gaya alam atau natural forces terhadap bahan-bahan alam (natural material ) dipermukaan bumi. Tanah tersusun atas : bahan mineral, udara dan air tanah. Susunan utama tanah berdasarkan volume dari jenis tanah dengan tekstur berlempung, berdebu dengan catatan tanaman dapat tumbuh dengan baik yaitu udara 25 %, air 25 %, mineral 45 % dan bahan organik 5 %. Horison adalah lapisan-lapisan tanah yang terbentuk karena hasil dari proses pembentukkan tanah. Horison-horison yang menyusun profil tanah dari atas ke bawah adalah : a. Horison O Horison ini diketemukan pada tanah di dalam hutan yang belum terganggu dan merupakan horison organik yang terbentuk di atas lapisan mineral. Horison ini terdiri dari horison O1 yang mana bentuk asli sisa-sisa tanaman masih dapat dibedakan dengan jelas dan O2 dimana sisa-sisa tanaman tidak dapat dibedakan dengan jelas. b. Horison A Horison A nerupakan horison yang berada di permukaan tanah yang terdiri atas campuran antara bahan organik dan bahan mineral dan merupakan horison pencucian atau eliviasi dari bahan-bahan seperti liat, asam-asam organik serta kation-kation terutama Ca, K, Na dan Mg. c. Horison C Horison ini merupakan lapisan bahan induk tanah yang telah mengalami pelapukan. Proses pelapukkan yang terjadi pada horison ini baru pada tahap pelapukan fisik dan belum mengalami perubahan secara kimiawi. Pengaruh mahluk hidup belum mencapai horison ini. d. Horison D atau R Horison merupakan sumber bahan penyusun tanah yang sangat menentukan sifat-sifat tanah yang terbentuk. Tanah yang berkembang dengan berbagai proses tersebut memiliki sifat-sifat yang berbeda-beda. Perbedaan itu meliputi : perbedaan sifat profil tanah seperti dan susunan horison, kedalaman solum tanah, kandungan bahan-bahan organik dan liat, Kandungan air dan sebagainya. Batas suatu horison dengan horison lain dalam suatu profil tanah dapat dilihat dengan jelas atau baur. Disamping itu bentuk topografi dan batas horison dapat rata, berombak. Tidak teratur dan terputus. Warna tanah merupakan petunjuk untuk beberapa sifat tanah, penyebab perbedaan warna pada umumnya karena perbedaan kandungan bahan organik. Makin tinggi kandungan bahan organik maka warna tanah akan semakin gelap, warna tanah ditentukan dengan menggunakan warna baku dalam buku “Munsell Soil Color Chart” dalam warna baku disusun oleh 3 variabel yaitu Hue, Value dan Chroma. Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah. Berdasarkan perbandingan butir pasir, debu dan liat maka tanah dikelompokkan ke dalam beberapa macam kelas tekstur yaitu : Kasar terdiri dari pasir dan pasir berlempung Agak kasar terdiri dari lempung berpasir dan lempung berpasir halus. Sedang : lempung berpasir sangat halus, lempung, lempung bedebu dan debu Agak halus : lempung liat, lempung liat berpasir, dan lempung liat berdebu. Halus : liat berpasir, liat berdebu dan liat. Untuk mengukur baisanya digunakan segitiga tekstur tanah. Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butir tanah. Gumpalan struktur terjadi karena butir-butir pasir pasir, debu dan liat terikat satu sama lain oleh perekat seperti bahan organik, oksidasi dan lain-lain. Konsistensi tanah menunjukkan kekuatan daya kohesi butir tanah atau daya adhesi butir tanah dengan benda lain. Bulk density, menunjukkan perbandingan antara berat tanah kering dengan volume tanah termasuk volume pori tanah. Pori tanah adalah bagian yang tidak terisi bahan padat tanah ( terisi oleh udara dan air ). Terbagi atas pori makro dan mikro. Cole merupakan sifat mengembang ( bila basah ) dan mengerut ( bila kering ). Nilai-Nematoda merupakan nilai untuk menunjukkan tingkat kematangan tanah. Sifat – sifat lain dari tanah yaitu keadaan batuan pada ( pan ), kedalaman efektif dan lereng
BAB III METODELOGI
a. Bahan dan alat Adapun bahan dan alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah parang, cangkul, meteran, pisau lapang, buku standar warna, daftar isian alat tulis, aquades, kantong plastik, ring sampel, lem, lebel, kertas koran, tampir atau nyiru, lumpang dan ayakan 2 dan 0,5 mm. b. Metode dan cara kerja Metode yang digunakan adalah terjun langsung ke lapang. Adapun cara kerja adalah : Dipilih tempat yang sesuai untuk pembuatan profil, dibersihkan dari vegetasi yang menutupi permukaan. Dibuat lubang profil. Penampang pengamatan sebaiknya sebelah atas lereng sinar matahari. Pengamatan jangan dilakukan pada waktu hujan, disemprotkan bagian kering dengan aquades dan terkena Menentukan batas lapisan (horison ) dengan menusuk profil pada sisi pengamatan dengan pisau lapang dambil meremas gumpalan tanah ditangan kiri atau dengan cara memukul-mukul untuk mengetahui perbedaan bunyinya. Diperhatikan perbedaan warna, tekstur dan kepadatan lapisan kemudian diukur kedalaman masing-masing horison dari atas ke bawah. Digunakan kriteria penilaian kemudian diisi tabel isian di buku penuntun praktikum Untuk pengambilan contoh tanah dilakukan dengan pisau lapang sebanyak 2 kg pada masing-masing horison dan dimasukkan ke dalam kantong plastik, diberi label dan keterangan lalu ikat dengan karet Untuk pengambilan contoh tanah utuh dilakukan dengan bantuan ring sampel. Dimasukkan ring sampel pelan-pelan, ditekan dengan menggunakan papan datar lalu dikeluarkan. Masukkan ke dalam plastic dan diberi label. Untuk persiapan preparat, kita keringkan udara tanah terganggu diatas tanpir yang telah dialasi dengan koran. Bongkah tanah yang besar dikecilkan, sisa tumbuhan, akar dan batuan dipisahkan lalu tata dengan baik. Dikering dan dianginkan selama 2-3 hari Setelah kering tanah ditumbuk dan diayak dengan ayakan. Tanah ini disimpan dalam kantong plastik yang telah diberi label, sisanya dalam kantong plastik dengan kode yang sama. Tanah ini digunakan untuk analisis berat jenis, kadar air, kering angin, tekstur dan DHL. Diambil contoh tanah secukupnya lalu diayak dengan ayakan. Disimpan dalam kantong plastik dan diberi label. Tanah ini digunakan untuk analisis bahan organik Disimpan tanah dalam ring sampel analisis bahan organik. Pengukuran tanah ini digunakan untuk konduktivitas hidrolika, tanah jenuh, berat volume dan kadar lengas.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Pengamatan Adapun hasil praktikum yang saya dapat adalah : • Lokasi Pengamatan : Depan Lab Agro • Profil nomor : 01 • Bahan induk : Tupa Vulkan Masam • Tumbuhan : Akasia,semak-semak,kelapa sawit • Posisi tanah : Summit • Kelembaban : Lembab • Kelerengan (%) : • Drainase : Sedang • Tingkat erosi : Sedang • Pemerian oleh : Mita Seprianti
Pembahasan Pada pembahasan ini, dapat diuraikan dari hasil praktikum yang telah dilakukan dilokasi antara Depan Lab Agro, tanaman atau tumbuhan yang hidup diatasnya kebanyakan semak-semak ,akasia, kelapa sawit. Horison yang ditemukan pada praktikum ini ada 5 yaitu horison A1, A2 horison peralihan, Horison B1, horison B2 serta horison B3. Pembahasan masing horison adalah sebagai berikut : Horison A1 ( 0 – 18 cm ) Merupakan horison di permukaan tanah yang terdiri dari campuran bahan organik dan bahan mineral dan horison eluviasi ( horison yang mengalami pencucian ) terhadap liat, Fe, Ai dan bahan organik. Horison ini memiliki kedalaman 0-18 cm yang terletak atau batas horison atas dan jelas. Warna tanah yang ditemukan pada horison ini adalah red (merah) artinya kandungan bahan organiknya sedikit. Pada tanah ini drainasenya tidak begitu baik. Tekstur tanah adalah liat berdebu. Struktur tanahnya : Granular, dimana tingkat perkembangan tanah lemah ( butir struktur tanah mudah hancur ), bulat dan porous. Konsentrasi tanah pada horison A1 bersifat agak pelastis, perakaran 80 % dengan batasan horizon yang jelas bergelombang.
Horison A2 (18-28 cm) Merupakan horizon dipermukaan tanah yang terdiri dari campuran bahan organic dan mineral. Horison ini memiliki kedalaman 18-28 cm. Warna tanah yang ditemukan adalah red (merah). Konsistensi, remah artinya tanah ini konsistensinya baik sehingga mudah diolah, tidak melekat pada alat pengolah tanah yang bersifat plastis. Perakaran 70 % dengan batasan horizon yang jelas bergelombang.
Horison B1 (28-43 cm) Merupakan horison iluviasi dari bahan yang tercuci diatasnya ( liat, Fe, Al, bahan organik ). Peralihan dari horison A ke Bahan-bahan lebih menyerupai B. warna tanah yellowish red. Teksturnya adalah liat berdebu yang cirinya adalah rasa halus, berat, agak licin, sangat lekat, dapat dibentuk bola teguh dan mudah digulung. Strukturnya adalah gumpal tidak bersudut. Bahan-bahan dengan iklim basah. Konsistensi gembur; mudah diolah, tingkat porositasnya relaitf tinggi. Perakaran 40 %. Konsistensinya bersifat plastis dengan batas horizon yang tidak jelas bergelombang.
Horison B2 (43-68 cm) Merupakan horison peralihan dari B ke Horison C namun lebih menyerupai B. warna tanah yellowish red.Teksturnya adalah liat artinya rasa halus dengan debu Struktur tanahnya adalah gumpal tidak bersudut dengan perakaran 20 %. Konsistensinya bersifat plastis dengan batasan horizon tidak jelas bergelombang yang artinya bahwa akar tidak dapat menembus tanah.
Horison B3 ( > 68 cm) Warna tanah yellowish red. Teksturnya adalah liat artinya rasa halus dengan debu. Struktur tanahnya adalah gumpal bersudut dengan perakaran 10 %. Konsistensinya bersifat sangat plastis dengan batasan horizon tidak jelas bergelombang yang artinya bahwa akar tidak dapat menembus tanah.
2. KESIMPULAN Kesimpulan dari pembahasan diatas adalah profil tanah disusun oleh lapisan-lapisan tanah atau lebih dikenal dengan horison-horison. Horison yang menyusun solum tanah adalah horison A ( A1, A2, A3 ) dan horison Bahan-bahan ( B1, B2, B3 ) serta ditambah dengan horison C dan horison Reaksi yang kedua horison ini tidak kami ketemukan dalam praktikum dan tanah terdiri dari hasil pelapukkan batuan yang bercampur dengan bahan organik. Proses perkembangan atau penyusunan tanah yang berbeda akan mengakibatkan perbedaan sifat-sifat tanah pada suatu daerah. Sifat fisik tanah pada setiap lapisan / horison dipengaruhi oleh tekstur tanah, struktur tanah, konsistensi tanah, porositas tanah, warna tanah, drainase tanah, Bulk density cole serta keadaan perakaran dan lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Tim pengasuh Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah. 2002. Petunjuk Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Lab. Ilmu Tanah. Fakultas pertanian . Universitas Bengkulu. Bengkulu. Soeparti, Goeswono. 1983. Sifat Dan Ciri Tanah. IPB. Bogor Hakim, Nurhayati, dkk. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung Harejowigeno, Sarwono. 1995. Ilmu Tanah. Cv. Akademika Pressindo. Jakarta Abdula. 2006. Ilmu Tanah. Swadaya; Jakarta. Suharti. 2004. Dasar-Dasar Ilmu tanah. Faperta Unib; Bengkulu.
Seperti kita ketahui bahwa tanaman adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan yang memiliki manfaat sangat besar terutama bagi kepentingan manusia. Sebagian besar produk/hasil tanaman tersebut dimanfaatkan oleh manusia untuk kepentingan hidup dan kehidupannya. Namun sebaliknya, produk/hasil tanaman tersebut juga diminati makhluk hidup lain yaitu hama. Fenomena inilah yang menyebabkan manusia harus senantiasa berusaha agar produk/hasil tanaman yang dibudidayakan tersebut terhindar dari gangguan organisme pengganggu tanaman. Dalam agro-ekosistem, tanaman yang kita usahakan dinamakan produsen, sedangkan herbivora yang makan tanaman dinamakan konsumen pertama, sedangkan karnivora yang makan konsumen pertama adalah konsumen kedua. Herbivora yang berada pada tanaman tidak semuanya menimbulkan kerusakan. Ada herbivora yang keberadaannya dikehendaki ada juga yang tidak. Herbivora yang keberadaannya tidak dikehendaki karena dapat menimbulkan kerusakan pada tanaman yang dibudidayakan disebut hama. Jadi selama keberadaannya ditanaman tidak menimbulkan kerusakan secara ekonomis, maka herbivora tersebut belum berstatus hama. Hama adalah semua herbivora yang dapat merugikan tanaman yang dibudidayakan manusia secara ekonomis. Akibat serangan hama produktivitas tanaman menjadi menurun, baik kualitas maupun kuantitasnya, bahkan tidak jarang terjadi kegagalan panen. Oleh karena itu kehadirannya perlu dikendalikan, apabila populasinya di lahan telah melebihi batas Ambang Ekonomik. Dalam kegiatan pengendalian hama, pengenalan terhadap jenis-jenis hama (nama umum, siklus hidup, dan karakteristik) serta gejala kerusakan tanaman menjadi sangat penting agar tidak melakukan kesalahan dalam mengambil langkah/tindakan pengendalian.
Penyakit tumbuhan dapat ditinjau dari dua sudut yaitu sudut biologi dan sudut ekonomi, demikian juga penyakit tanamannya. Kerusakan yang ditimbulkan oleh penyakit tumbuhan dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar terhadap masyarakat. Kerusakan ini selain disebabkan oleh karena hilangnya hasil ternyata juga dapat melalui cara lain yaitu menimbulkan gangguan terhadap konsumen dengan adanya racun yang dihasilkan oleh jamur dalam hasil pertanian tersebut.
Tumbuhan menjadi sakit apabila tumbuhan tersebut diserang oleh pathogen (parasit) atau dipengaruhi oleh agensia abiotik (fisiopath). Oleh karena itu, untuk terjadinya penyakit tumbuhan, sedikitnya harus terjadi kontak dan terjadi interaksi antara dua komponen (tumbuhan dan patogen). Interaksi ketiga komponen tersebut telah umum digambarkan sebagai suatu segitiga, umumnya disebut segitiga penyakit (disease triangle).
Setiap sisi sebanding dengan total jumlah sifat-sifat tiap komponen yang memungkinkan terjadinya penyakit. Sebagai contoh, jika tumbuhan bersifat tahan, umumnya pada tingkat yang tidak menguntungkan atau dengan jarak tanam yang lebar maka segitiga penyakit – dan jumlah penyakit – akan kecil atau tidak ada, sedangkan jika tumbuhan rentan, pada tingkat pertumbuhan yang rentan atau dengan jarak tanam rapat, maka sisi inangnya akan panjang dan jumlah potensial penyakit akan bertambah besar. Dengan cara yang sama, patogen lebih virulen, dalam jumlah berlimpah dan dalam keadaan aktif, maka sisi patogen akan bertambah panjang dan jumlah potensial penyakitnya lebih besar. Juga keadaan lebih menguntungkan yang membantu patogen, sebagai contoh suhu, kelembaban dan angin yang dapat menurunkan tingkat ketahanan inang, maka sisi lingkungan akan menjadi lebih panjang dan jumlah potensial penyakit lebih besar.
1.2 Tujuan Untuk dapat mengenal cirri-ciri perubahan morfologi bagian tanaman dan membedakan penyebab perubahan tersebut.
Bab II. Kajian Pustaka
Mengenal kerusakan pada tanaman yang disebabkan oleh berbagai pengganggu akan sangat membantu dalam diagnosis. Diagnosis merupakan proses yang sangat penting. Hasil diagnosis akan menentukan keberhasilan suatu pengelolaan penyakit tanaman. Kegagalan suatu diagnosis akan menyebabkan kegagalan dalam tahap pengendalian. Sebagai contah klasik dikemukakan oleh Fry (1982) pada pertanaman bit gula dipinggiran kota New York terjadi masalah kekerdilan tanaman. Dugaan awal kekerdilan tersebut disebabkan oleh karena kekurangan hara. Namun ternyata aplikasi pemupukan tidak menyelesaikan masalah. Konsultasi dengan ahli penyakit tanaman menyimpulkan bahwa tanaman terserang oleh nematoda Heterodera schachtii. Dengan demikian diagnosis yang baik harus memiliki efektivitas yang tinggi. Disamping itu diagnosis juga harus cepat. Keterlambatan hasil diagnosis karena berbagai hal dapat menyebabkan penyakit sudah berkembang pesat, sehingga hasil tidak dapat diselamatkan. Disamping efektif dan cepat, diagnosis juga harus murah. Biaya diagnosis yang mahal tidak akan terjangkau oleh petani kecil, sehingga mereka enggan pergi ke klinik untuk memeriksakan tanaman.
Ganguan merupakan suatu proses interaksi anatara berbagai factor yang mempengaruhi. Hasil proses interaksi tersebut dapat dilihat dengan adanya kerusakan pada tanaman, Karena tanaman yang terganggu oleh pengganggu tertentu sering menunjukkan kerusakan akan tertentu pula. Beberapa jenis hama tidak hanya memakan bagian tubuh tanaman tetapi juga mengeluarkan substansi tertentu yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Beberapa jenis hama yang lain akan meninggalkan bebas aktivitas yang khas.
Banyak macam patogen tumbuhan dan tidak sedikit diantaranya yang mempunyai arti ekonomi penting. Setiap macam tanaman dapat diserang oleh banyak macam patogen tumbuhan, begitu pula satu macam patogen ada kemungkinan dapat menyerang sampai berpuluh-puluh tanaman. Sering pula terjadi, bahwa patogen tumbuhan tertentu dapat menyerang satu macam organ tanaman atau ada pula yang menyerang berbagai macam organ tanaman. Sebagai akibat dari reaksi tersebut maka suatu kerusakan tertentu akan tampak pada tanaman. Perkembangan selanjutnya, bagian pathogen atau pathogen itu sendiri dapat menampakkan diri pada permukaan tanaman inang yang abnormal. Abnormalitas atau perubahan-perubahan yang ditunjukkan oleh tanaman sakit sebagai akibat adanya serangan agensia penyakit-penyakit (pathogen) tersebut disebut gejala, sedangkan pengenal yang ditunjukkan oleh selain reaksi tanaman inang disebut tanda. Contoh tanda penyakit misalnya miselium jamur, spora atau konidi jamur, badan buah jamur, mildew, sklerosium, koloni baketri yang berupa lendir, dan sejenisnya. Parasit yang menyebabkan penyakit pada tanaman pada umumnya membentuk bagian vegetatifnya di dalam jaringan tanaman sehingga tidak tampak dari luar. Tetapi walaupun demikian ia membentuk bagian reproduktifnya pada permukaan tanaman yang diserangnya atau hanya sebagian tampak pada permukaan tersebut. Selan itu sering pula pembentukan propagul dalam bentuk istirahat pada permukaan tanaman. Pada beberapa kasus hampir seluruh bagian dari parasit termasuk, propagul vegetatif dan generatif terdapat pada bagian luar tanaman sehingga dapat dilihat. Dalam hubungan ini untuk penamaan penyakit dapat didasarkan pada struktur patogen yang terlihat: • Mildew Merupakan penyakit tanaman dimana patogen terlihat sebagai pertumbuhan pada permukaan luar dari bagian tanaman yang terserang. Biasanya tampak dalam bentuk yang berwarna keputih-putihan pada daun, cabang atau buahnya. • Downy Mildew Merupakan pertumbuhan yang ditandai dengan lapisan seperti bulu-bulu kapas. • Powdery Mildew Merupakan bentuk yang terdapat pada permukaan tanaman yang tampak sebagai lapisan pupur. • Karat Gejala pada permukaan tanaman seperti karat. Hal ini karena adanya kumpulan spora yang keluar dari stomata dengan warna seperti karat (merah kecoklat-coklatan). • Smut (Gosong) Gejala ini menyerupai tepung berwarna kehitam-hitaman dan terdapat pada organ perbungaan, batang, daun dan sebagainya. • Kudis Patogen (tubuh buah) yang muncul pada permukaan bagian yang terserang berbentuk agak kasar seperti kudis. • Cacar Bagian tanaman biasanya daun muda yang terserang mengelupuh (seperti cacar) dan pada bagian yang menonjol terbentuk lapisaan tubuh buah. • Bercak ter (Tarspot) Bagian yarig terserang agak menonjol dan berwarna hitam. Bagian yang hitam tersebut terdiri dari tubuh buah cendawan.
Perubahan yang ditunjukkan suatu penyakit dapat hanya setempat atau menyeluruh. Abnormalitas yang timbul hanya setempat atau hanya terbatas pada daerah tertentu saja di bagian tubuh tanaman disebut abnormalitas lesional atau local, sedangkan abnormalitas yang timbul pada seluruh tubuh tanaman disebut abnormalitas sistemik. Abnormalitas yang tampak sebenarnya disebabkan oleh adanya perubahan sel-sel bagian tanaman yang bersangkutan.
Penyakit dapat dikenal dengan mata telanjang dari gejalanya atau simptomnya. Penyakit tumbuhan dialam yang belum ada campur tangan manusia adalah hasil interaksi antara pathogen, inang dan lingkungan. Sedangkan penyakit tanaman yang terjadi setelah campur tangan manusia adalah hasil interaksi antara pathogen, inang, lingkungan dan manusia.
Tanaman individual dapat menunjukkan gejala: perubahan warna, perubahan bentuk, kelayuan, dan pertanaman dapat menunjukkan kelompok gejala yang membentuk gambaran penyakit atau sindrom. Dari gambaran penyakit ini orang menentukan penyebabnya atau mengadakan diagnosis. Untuk diagnosis biasanya dilakukan dilapangan atau di laboratorium. Penyakit disebabkan oleh penyebab abiotik dan biotik. Penyebab penyakit abiotik disebut fisiopath, sedang penyebab penyakit yang biotic disebut pathogen. Gejala morfologi penyakit tumbuhan dibedakan atas tiga pokok yaitu : nekrosis (matinya sel, jaringan atau seluruh organ), hipoplasia (terjadinya hambatan pertumbuhan), dan hyperplasia (terjadinya pertumbuhan yang luar biasa). 1. gejala nekrosis Yaitu tipe kerusakan yang disebabkan karena adanya kerusakan pada sel atau kerusakan bagian sel atau matinya sel. Terdapat berbagai bentuk gejala nekrotik yang disebabkan oleh berbagai patogen yang berbeda pada bagian tanaman yang, diserangnya: Bercak. Sel-sel yang rnati hanya terjadi pada luasan terbatas dan biasanya bewarna kecoklat-coklatan. Sebelum terjadi di kematian sel warnanya agak kekuning-kuningan. Bagian jaringan yang mati seringkali sobek dan terpisah dari jaringan yang ada sekitarnya yang. masih sehat. Gejala tersebut disebut shot-hole atau tembus peluru. Bentuk, lesio dari bercak ini dapat bundar, segi empat bersudut, atau tidak teratur. Sisi bercak berwarna jingga, coklat, dan sebagainya seringkali pada bercak tersebut terlihat adanya tubuh buah. Streak dan shipe. bagian yang nekrotik memanjang masing-masing sepanjang tulang daun dan di antara tulang daun Kanker. Terjadi kematian sel kulit batang terutama pada tanaman berkayu. Permukaan bercaknya agak tertekan kebawah atau bagian kulitnya pecah sehingga terlibat bagian kayunya. Pada bagian yang pecah tersebut dapat terlihat adanya tubuh buah cendawan. Blight. Menyerupai bentuk yang terbakar. Gejala ini terjadi jika sel-sel organ tanaman mati secara cepat (daun, bunga, ranting dan sebagainya). Bagian tanaman tersebut menjadi coklat atau hitam. Damping – off (lodoh). Keadaan di mana batang tanaman diserang permukaan tanah. Bagian tanaman yang terserang disekitar permukaan tanah tertekan sehingea tidak mampu untuk menahan beban yang berat dari bagian atas tanaman. Terbakar, scald atau scorch. Bagian tanaman yang sukulen mati atau berwarna coklat akibat temperatur tinggi. Busuk. Bagian yang terserang mati, terurai dan berwarna coklat. Hal ini disebabkan oleh serangan cendawan dan bakteri yang menguraikan ikatan antara dinding sel oleh berbagai enzym. Tergantung dari bagian tanaman yang, terserang maka terdapat berbagai gejala busuk seperti busuk akar, busuk batang, busuk- pucuk, busuk buah. Tergantung pada tipe pembusukan maka terdapat busuk basah, busuk lunak, busuk kering. Layu. Efek dari gejala layu ini daunnya kehilangan ketegarannya dan layu. Gejala ini diakibatkan oleh kerusakan bagian perakaran, penyumbatan saluran air atau oleh senyawa yang beracun yang dikeluarkan oleh patogen yang terbawa oleh aliran air kebagian atas tanaman. Die-back. Terjadi kematian ranting atau cabang dari bagian ujung atasnya dan meluas kebagian sebelah bawahnya. Gugur daun, bunga, buah sebelum waktunya. Hal ini disebabkan oleh gangguan fisiologi atau sebagai akibat tidak langsung oleh gangguan patogen. Perubahan organ tanaman (transportasi) dari organ tanaman jadi bentuk lain. Bagian tanaman diganti oleh struktur cendawan, seperti bunga yang baru terbuka mengandung kumpulan. spora (smut) atau perbungaan yang seharusnya dibentuk dirubah menjadi bentuk daun (filodi). Klorosis karena rusaknya klorofil.
2. Gejala Hipoplasia Yaitu type kerusakan yang disebabkan karena adanya ambatan atau terhentinya pertumbuhan (underdevelopment) sel atau bagian sel. Terdapat berbagai bentuk gejala hipoplastik yang disebabkan oleh berbagai patogen yang berbeda pada bagian tanaman yang, diserangnya:
Etiolasi : tumbuhan menjadi pucat, tumbuh memanjang dan mempunyai daun-daun yang sempit karena mengalami kekurangan cahaya. Kerdil (atrophy) : gejala habital yang disebabkan karena terhambatnya pertumbuhan sehingga ukurannya menjadi lebih kecil daripada biasanya. Klorosis : terjadinya penghambatan pembentukan klorofil sehingga bagian yang seharusnya berwarna hijau menjadi berwarna kuning atau pucat. Bila pada daun hanya bagian sekitar tulang daun yang berwarna hijaumaka disebut voin banding. Sebaliknnya jika bagian-bagian daun di sekitar tulang daun yang menguning disebut voin clearing. Perubahan simetri : hambatan pertumbuhan pada bagian tertentu yang tidak disertai dengan hambatan pada bagian di depannya, sehingga menyebabkan terjadinya penyimpangan bentuk. Roset : hambatan pertumbuhan ruas-ruas (internodia) batang tetapi pembentukan daun-daunnya tidak terhambat, sebagai akibatnya daun-daun berdesak-desakan membentuk suatu karangan. Klorosis karena terhambatnya pembentukan klorofil.
3. gejala hiperplasia Yaitu tipe kerusakan yang disebabkan karena adanya pertumbuhan sel atau bagian sel atau bagian sel yang melebihi (overdevelopment) dari pada pertumbuhan biasa. Terdapat berbagai bentuk gejala hipoplastik yang disebabkan oleh berbagai patogen yang berbeda pada bagian tanaman yang, diserangnya: Erinosa : terbentuknya banyak trikom (trichomata) yang luar biasa sehingga pada permukaan alat itu (biasanya daun) terdapat bagian yang seperti beledu. Fasiasi (Fasciasi, Fasciation) : suatu organ yang seharusnya bulat dan lurus berubah menjadi pipih, lebar dan membelok, bahkan ada yang membentuk seperti spiral. Intumesensia (intumesoensia) : sekumpulan sel pada daerah yang agak luas pada daun atau batang memanjang sehingga bagian itu nampak membengkak, karena itu gejala ini disebut gejala busung (cedema). Kudis (scab) : bercak atau noda kasar, terbatas dan agak menonjol. Kadang-kadang pecah-pecah. Di bagian tersebut terdapat sel-sel yang berubah menjadi sel-sel gabus. Gejala ini dapat dijumpai pada daun, batang, buah atau umbi. Menggulung atau mengeriting : gejala ini disebabkan karena pertumbuhan yang tidak seimbang dari bagian-bagian daun. Gejala menggulung terjadi apabila salah satu sisi pertumbuhannya selalu lebih cepat dari yang lain, sedang gejala mengeriting terjadi apabila sisi yang pertumbuhannya lebih cepat bergantian. Pembentukan alat yang luar biasa terdiri atas Antolisis (antholysis) : perubahan dari bunga menjadi daun-daun kecil dan Enasi : pembentukan anak daun yang sangat kecil pada sisi bawah tulang daun. Perubahan Warna : perubahan yang dimaksud di sini adalah perubahan yang bukan klorosis yang terjadi pada suatu organ (alat tanam). Prolepsis : berkembangnya tunas-tunas tidur atau istirahat (dormant) yang berada dekat di bawah bagian yang sakit, berkembang menjadi ranting-ranting segar yang tumbuh vertikal dengan cepat yang juga dikenal dengan tunas air. Rontoknya alat-alat : rontoknya daun, bunga atau buah yang terjadi sebelum waktunya dan dalam jumlah yang lebih besar dari biasanya. Rontoknya alat tersebut karena terbentuknya lapisan pemisah (abcission layar) yang terdiri dari sel-sel yang berbentuk bulat dan satu sama lain terlepas. Sapu (witches broom) : berkembangnya tunas-tunas ketiak atau samping yang biasanya tidur (latent) menjadi seberkas ranting-ranting rapat. Gejala ini umumnya disertai dengan terhambatnya perkembangan ruas-ruas (internodia) batang, daun pada tunas baru. Sesidia (cecidia) atau tumor : pembenkakan setempat pada jaringan tumbuhan sehingga terbentuk bintil-bintil atau bisul-bisul. Bintil ini dapat terdiri dari jaringan tanaman dengan atau tanpa koloni patogennya. Klorosis karena pigmen maupun klorofil yang berlebihan.
4. gejala Injury Yaitu tipe kerusakan yang disebabkan karena adanya aktivitas hama tertentu atau setiap bentuk penyimpangan fisiologis tanaman sebagai akibat aktivitas atau serangan OPT.
BAB III METODOLOGI 1.1 Alat dan Bahan Praktikum 1.1.1 Alat • Loup 1.1.2 Bahan • Tanaman/ bagian tanaman yang tidak normal.
1.2 Cara kerja 1. Memperhatikan dengan teliti dan menggambar skematis tanaman atau bagian tanaman sampel yang tersedia, terutama pada bagian yang mengalami kerusakan. 2. Mencatat apa saja yang berubah jika dibandingkan dengan yang normal 3. Mengamati dan menggambar ada tidaknya tanda penyakit atau keberadaan binatang hama serta menuliskan cirri-ciri yang membedakan dari kerusakan lainnya. 4. Menjelaskan bagaimana mekanisme terjadinya kerusakan tersebut.
BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN 4.1 Hasil 01. Daun Berlobang
Nama inang : Kedelai Jenis Hama : Belalang Gejala serangan : terdapat bercak-bercak yang khas berwarna coklat muda atau kelabu, dan terdapat juga lobang-lobang besar memanjang pada daun.
02. Bulir Kepipis
Nama inang : Padi Jenis Hama : Gejala serangan : bulir padi kempes/layu dan berubah warna menjadi agak kecoklatan..
03. Buah Berlobang
Nama inang : Buah coklat Jenis Hama : Gejala serangan : terdapat lubang-lubang pada permukaan buah berwarna hitam. kerusakan terjadi akibat adanya aktivitas hama tertentu. 04. Daun Keperakan
Nama inang : Daun Beringin Jenis Hama : Thrips Gejala Serangan : daun-daun bawah mempunyai bercak-bercak, dan menggulung. Gejala ini banyak disebabkan oleh beberapa jenis hama. 05. Batang Digerek
Nama inang : Ubi kayu Jenis Hama : Gejala Serangan : Pada batang ubi menjadi berwarna hitam pada bagian tengah batang.
06. Gall pada Umbi
Nama inang : Kentang Jenis Hama : Gejala Serangan : Terdapat tonjolan-tonjolan kecil pada bagian permukaan buah. Kerusakan ini disebabkan oleh nemathoda.
07. Gall pada Akar
Nama inang : Jenis Hama : Gejala kerusakan : Terdapat bintil-bintil pda bagian akar. Kerusakan ini disebabkan oleh nemathoda.
4.2 Pembahasan Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa mekanisme terjadinya kerusakan penyakit pada tanaman dapat terjadi oleh beberapa penyebab pathogen dan hama. Pada tanaman kedelai salah satu penyakit yang timbul adalah bercak-bercak. Penyakit ini disebabkan oleh jamur Cercospora sojina Hara yang juga disebut sebagai C. daizu Miura. C.sojina bertahan pada daun dan batang maupun biji. Hama pada tanaman kedelai yang mengakibatkan daun berlobang ini memiliki tipe alat mulut penggigit pengunyah, contohnya pada belalang. Konidium dipencarkan oleh angin, khusunya pada saat tanaman mulai masak. Gejala-gejala yang timbul pada tanaman yang sakit adalah terdapat bercak-bercak yang khas berwarna coklat muda atau kelabu pada daun, dengan tepi coklat ungu atau coklat kemerahan. Di sekitar bercak tedapat jaringan klorotik, dan terdapat juga lobang-lobang besar memanjang pada daun. Hama yang terdapat pada tanaman padi adalah Walang sangit (Leptocorixa acuta) walang sangit sering sekali menjadi penyebab utama rusaknya bulir padi, sehingga bulir pada jadi hampa dan kempes. Walang sangit memiliki cirri-ciri yaitu : mempunyai dua pasang sayap, sepasang tebal dan sepasang lagi seperti selaput, memiliki tipe alat mulut menusuk mengisap, dan metamorfosisnya tidak sempurna. Penyebab kerusakannya adalah Leptocorixa acuta, aktifnya pagi hari, warna serangga hijau kekuning-kuningan sesuai dengan warna bulir padi yang disenanginya. Telur diletakkan dalam kelompok pada permukaan daun, bentuknya seperti biji gulma. Gejala serangan : Butir padi stadium matang susu menjadi hampa atau setengah hampa karena cairannya dihisap oleh hama ini, terdapat lubang bekas tusukan berwarna abu-abu kekuning-kuningan. Kadang-kadang di sekeliling lubang berubah menjadi coklat karena adanya serangan cendawan Helmintosperium oryzae. Serangga ini berbau tidak enak bila dipegang. Pada buah coklat hama yang menyebabkan terjadinya kerusakan adalah hama dengan tipe alat mulut pencucuk pengisap. Gejala serangan dengan cara membuat liang gerakan pada bagian yang diserang, larva memakan dan merusak jaringan keping batang sehingga bagian yang terserang tampak berwarna hitam/kecoklatan. Serangan yang berat mengakibatkan jaringan kulit terputus, batang menjadi layu dan mengering, karena akar tidak berfungsi normal untuk menghisap air dan unsure hara dari dalam tanah. Pada hama thrips dengan tipe alat mulut pemarur-penghisap, gejala serangan yang ditimbulkan yaitu Daun-daun baru yang akan membuka menjadi tergulung dan tumbuh tegak. Hama ini berukuran sangat kecil dan lembut. Ketika muda berwarna kuning dan dewasa kecokelatan dengan kepala hitam. Didaun terdapat titik-titik putih keperakan bekas tusukan, kemudian berubah menjadi kecokelatan. Daun yang cairannya diisap menjadi keriput dan melengkung ke atas. Thrips sering bersarang di bunga, ia juga menjadi perantara penyebaran virus. sebaiknya dihindari penanaman cabai dalam skala luas dapat satu hamparan. Dengan pergiliran tanaman adalah langkah awal memutus perkembangan Thrips. Pengendalian jenis serangga ini dengan memasang perangkap kertas kuning IATP (Insect Adhesive Trap Paper), dengan cara digulung dan digantung setinggi 15 Cm dari pucuk tanaman. Gunakan pengendalian dengan insektisida secara bijaksana. Pada batang yang digerek oleh hama akan memiliki tanda pada daun tanaman yang terserang terdapat bercak-bercak putih bekas gerekan yang tidak teratur. Bercak putih ini menembus kulit luar daun. Gejala serangan pada batang ubi ditandai adanya lobang gerek pada permukaan batang. Apabila ruas-ruas batang tersebut dibelah membujur maka akan terlihat lorong-lorong gerek yang memanjang. Gerekan ini kadang-kadang menyebabkan titik tumbuh mati, daun muda layu atau kering. Biasanya dalam satu batang terdapat lebih dari satu ulat penggerek. Telur penggerek batang diletakkan pada permukaan atas maupun bawah daun. Biasanya dalam kumpulan yang terdiri dari 7 – 30 telur yang tersusun seperti genting, dalam 2 – 3 baris atau 3 – 5 baris. Larva yang baru menetas panjangnya + 2,5 mm, dan berwarna kelabu. Semakin tua umur larva, warna badan berubah menjadi kuning coklat dan kemudian kuning putih, disamping itu warna garis-garis hitam membujur pada permukaan abdomen sebelah atas juga semakin jelas. Larva muda yang baru menetas hidup dan menggerek jaringan dalam pupus daun yang masih menggulung, sehingga apabila gulungan daun ini nantinya membuka maka akan terlihat luka-luka berupa lobang grekan yang tidak teratur pada permukaan daun. Setelah beberapa hari hidup dalam pupus daun, larva kemudian akan keluar dan menuju ke bawah serta menggerek pelepah daun hingga menembus masuk ke dalam ruas batang. Selanjutnya larva hidup dalam ruas-ruas batang tebu. Di sebelah luar ruas-ruas muda yang digerek akan didapati tepung gerek. Apabila ruas terserang dibelah secara membujur, maka terlihat lorong-lorong gerek yang lebar dan jalannya tidak teratur. Pada satu ruas dapat ditemukan lebih dari satu ekor larva. Kepompong penggerek batang agak keras dan berwarna coklat kehitaman. Kepompong betina biasanya mempunyai badan lebih besar daripada yang jantan. Imago mempunyai sayap dan dada berwarna kecoklatan. Abdomen imago betina biasanya juga lebih besar daripada yang jantan. Pengendalian penggerek batang pada ubi dapat dilakukan dengan cara yaitu: 1. Memilih bibit, bagal, rayungan yang bebas penggerek. 2. Menanam varietas tahan, yakni M 442-51, F 156, Nco 376, Ps 46, Ps 56 s/d 58, dan Ps 61. 3. Menjaga kebersihan kebun dari tanaman glagah dan rumput-rumputan. 4. Pergiliran tanaman (apabila dimungkinkan). Puru akar/umbi (gall) Ada dua teori mengenai terbentuknya puru akar: 1. Terjadi akibat bergabungnya beberapa sel menjadi satu, kemudian dindingnya larut. 2. Terjadi sebagai akibat adanya pembelahan sel yang giat tetapi tidak diikuti oleh terbentuknya dinding pemisah, sehingga dalam satu sel . Pada tanaman yang kita teliti dari praktikum ini yaitu: Tanaman kentang yang mengalami puru pada umbi dengan adanya bintil-bintil yang timbul di permukaan umbi kentang, dan tanaman yang mengalami puru pada akar dengan adanya bintil-bintil yang timbul pada akar tanaman. Puru akar (root knot) akibat adanya nematoda endoparasit yg masuk ke dalam akar tanaman, sehingga akar bereaksi membentuk puru/gall (Meloidogyne sp.). Tumbuhan yg terinfeksi nematoda puru akar, luka akar, akar bercabang lebih lebat, ujung akar rusak, busuk akar, diikuti gejala tanpa ciri-ciri khas di atas permukaan tanah. Efek infeksi nematoda yg paling menonjol mengurangi pertumbuhan. Tanda utama serangan nematoda adanya tanaman dg pertumbuhan jelek pd tempat tertentu di antara tanaman yg sehat. PENGENDALIAN NEMATODA PARASITIK TUMBUHAN A. Sanitasi: 1. Karantina tanaman mencegah penyebaran nematoda ke tanaman/daerah lain. 2. Disinfeksi tanaman mencelupkan bibit tanaman ke dalam air panas yg mengandung nematisida. 3. Mencegah penyebaran nematoda oleh air irigasi menahan air yg mengandung/tertular nematoda di dalam bak penampungan sampai nematoda mengendap. B. Kultur Teknis: 1. Pergiliran tanaman ketidaksesuaian nematoda dg tanaman inang 2. Pemberoan 3. Penggenangan 4. Pengaturan waktu tanam 5. Penanaman tanaman perangkap 6. Penanaman tanaman tahan nematoda 7. Penggunaan bibit bebas nematoda C. Fisik: 1. Pembakaran 2. Penguapan panas 3. Pencelupan ke dalam air panas D. Hayati: 1. Parasit Artrobotrys oligospora, Meria conoispora, Bacillus penetrans 2. . Predator Mononchus sp. 3. Tanaman yg mengeluarkan zat nematisidal Tagetes sp., Crotalaria sp., Asparagus sp.
BAB V KESIMPULAN
Dari penelitian dan pengamatan yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa: Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa mekanisme terjadinya kerusakan penyakit pada tanaman dapat terjadi oleh beberapa penyebab pathogen dan hama. Ganguan merupakan suattu proses interaksi anatara berbagai factor yang mempengaruhi. Abnormalitas atau perubahan-perubahan yang ditunjukkan oleh tanaman sakit sebagai akibat adanya serangan agensia penyakit-penyakit (pathogen) tersebut disebut gejala, sedangkan pengenal yang ditunjukkan oleh selain reaksi tanaman inang disebut tanda. Gejala nekrotik yaitu tipe kerusakan yang disebabkan karena adanya kerusakan pada sel atau kerusakan bagian sel atau matinya sel. Contoh: bercak (nekrose), hawar (bligh), busuk (rot), mato ujung (die back), klorosis karena rusaknya klorofil. Gejala Hipoplastik yaitu type kerusakan yang disebabkan karena adanya ambatan atau terhentinya pertumbuhan (underdevelopment) sel atau bagian sel. Contoh: kerdil, roset, atropi, klorosis karena terhambatnya pembentukan klorofil. Gejala hiperplastik yaitu tipe kerusakan yang disebabkan karena adanya pertumbuhan sel atau bagian sel atau bagian sel yang melebihi (overdevelopment) dari pada pertumbuhan biasa. Contoh : sapu (withes broom), tunas air (proplepsis), tumor, erinose, keriting (curling), fasiasi, kudis (scab), klorosis karena pigmen maupun klorofil yang berlebihan. Gejala yaitu tipe kerusakan yang disebabkan karena adanya aktivitas hama tertentu atau setiap bentuk penyimpangan fisiologis tanaman sebagai akibat aktivitas atau serangan OPT. Babarapa gejala serangan hama pada tanaman yang diteliti pada praktikum ini, yaitu: 1. Daun berlobang, disebabkan oleh hama belalang yang memiliki tipe alat mulut penggigit pengunyah. Gejala kerusakannya daun menjadi berlobang. 2. Bulir padi kepipis, disebabkan oleh hama walang sangit yang memiliki tipe alat mulut pencucuk pengisap. Gejala kerusakannya bulir padi menjadi hampa/tidak berisi dan kempes. 3. Buah berlobang, disebabakan oleh hama dengan tipe alat mulut pencucuk pengisap. Gejala kerusakannya buah berlobang dan berwarna hitam/kecoklatan. 4. Daun keperakan, disebabkan oleh hama thrips dengan tipe alat mulut pemarut penghisap. Gejala kerusakannya adanya daun-daun baru yang akan membuka menjadi tergulung dan tumbuh tegak, dan terdapat titik-titik putih keperakan bekas tusukan. 5. Batang digerek, disebabkan oleh hama penggerek batang yang memiliki tipe alat mulut penggerek. Gejala kerusakannya terdapat lobang gerek pada permukaan batang dan bagian tengah batang akan terdapat warna hitam memanjang. 6. Gall pada buah dan akar, disebabkan oleh nemathoda. Gejala kerusakannya adanya bintil-bintil yang timbul di permukaan umbi dan adanya bintil-bintil yang timbul pada akar tanaman.
BAB VI DAFTAR PUSTAKA
Arief, arifin. 1994. Perlindungan Tanaman Hama Penyakit dan Gulma. Usaha Nasional. Surabaya. Hari. 2008. Capung Langka. http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/index/assoc/HASHa300.dir/doc.pdf//hansamunahito.multiply.com/journal/item/1/Capunge_Langka Purnomo,B. 2009. Penuntun Praktikum Daslintan. Ps agroekotek. Faperta Unib; Bengkulu Sudarmo, subiyakto. 1995. Pengendalian Hama dan Gulma Pada Tanaman Perkebunan. Kanius.Yogyakarta. Triharso. 2004. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta Wagiman, F.X. 2003. Hama Tanaman : Cemiri Morfologi, Biologi dan Gejala Serangan. Jurusan Hama Dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. Yogayakarta. Wiyono, Suryo. 2007. Perubahan Iklim dan Ledakan Hama dan Penyakit Tanaman. IPB; http://disbunjatim.co.cc/hama_tanaman/penggerek_batang.htm
Contoh laporan praktikum fisik dasar dengan juudl Indeks bias Refraktometer.
Daftar isi
Penentuan Indeks Bias Refraktometer
Bab I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Refraktometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur indeks bias suatu zat cair. Indeks bias adalah ukuran bagaimana cahaya dibengkokkan atau dibiaskan saat melewati suatu bahan. Percobaan dengan refraktometer umumnya dilakukan untuk berbagai tujuan, termasuk analisis kualitas bahan, pengukuran konsentrasi larutan, dan identifikasi zat.
Refraktometer bekerja berdasarkan prinsip refraksi cahaya. Ketika cahaya melewati batas antara dua media dengan indeks bias yang berbeda, cahaya akan berubah arah. Derajat perubahan arah ini tergantung pada indeks bias kedua media. Hukum Snellius menggambarkan hubungan antara sudut datang dan sudut bias, serta indeks bias kedua media.
Pengukuran Konsentrasi: Refraktometer sering digunakan untuk mengukur konsentrasi larutan. Misalnya, dalam industri makanan dan minuman, refraktometer digunakan untuk mengukur kadar gula dalam jus buah atau minuman lainnya. Pengujian Kemurnian: Di laboratorium kimia, refraktometer digunakan untuk menentukan kemurnian zat. Zat yang lebih murni akan memiliki indeks bias yang lebih spesifik. Kontrol Kualitas: Dalam berbagai industri, refraktometer digunakan untuk memonitor dan mengontrol kualitas produk dengan mengukur konsentrasi bahan tertentu dalam produk akhir.
B. Rumusan Masalah
Seberapa besarkah indeks bias refraktometer?
Bab II. Kajian Pustaka
Indeks bias pada medium didefinisikan sebagai perbandingan antara kecepatan cahaya dalam ruang hampa dengan cepat rambat cahaya pada suatu medium (Wikipedia, 2010).
Indeks bias suatu zat adalah perbandingan kecepatan cahaya dalam udara dengan kecepatan cahaya dalam zat tersebut.
Pembiasan cahaya adalah pembelokan cahaya ketika berkas cahaya melewati bidang batas dua medium yang berbeda indeks biasnya. Indeks bias mutlat suatu bahan adalah perbandingan kecepatan cahaya diruang hampa dengan kecepatan cahaya dibahan tersebut. Indeks bias relative medium kedua terhadap medium pertama adalah perbandingan indeks bias antara medium kedua dengan indeks bias medium pertama. Pembiasan cahaya menyebabkan kedalam semu dan pemantulan sempurna.
Pembiasan cahaya adalah peristiwa penyimpangan atau pembelokan cahaya karena melalui dua medium yang berbeda kerapatan optiknya. Pembiasan cahaya dapat terjadi dikarenakan perbedaan laju cahaya pada kedua medium. Laju cahaya pada medium yang rapat lebih kecil dibandingkan dengan laju cahaya pada medium kurang rapat. Menurut Christian Huggeas (1629-1695) “perbandingan laju cahaya ruag hampa dengan cahaya dalam suatu zat dinamakan indeks bias” (Johan, 2008).
Dalam pembiasan, berlaku hukum snellius. Hukum snellius adalah rumusan matematika yang memberikan hubungan antara sudut dating dan sudut bias pada cahaya atau gelombang lainnya yang melalui batas antara dua medium isotopic berbeda, seperti udara dan gelas. Hukum ini diambil dari matematika Belanda Willebrord Snellius yang merupakan salah satu penemunya. Hukum ini juga dikenal sebagai Hukum Dascartes atau Hukum Pembiasan (Wikipedia, 2010
Pada sekitar tahun 1621, ilmuwan Belanda bernama Willebrord Snell (1591-1626) melakukan eksperimen untuk mencari hubungan antara sudut datang dengan sudut bias. Hasil eksperimen ini dikenal dengan nama Snell yang berbunyi :
Sinar datang, sinar bias dan garis normal terletak pada satu bidang datar.
Hasil bagi sinus sudut dating dengan sinus sudut bias merupakan bilangan tetap dan disebut indeks bias (Johan, 2008)
Arah pembiasan cahaya dibedakan menjadi dua macam :
1. Mendekati garis normal
Cahaya dibiaskan mendekati garis normal jika cahaya merambat dari medium optic kurang rapat kemudian optic lebih rapat. Contoh cahaya merambat dari udara kedalam air
2. Menjauhi garis normal
Cahaya dibiaskan menjauhi garis normal jika cahaya merambat dari medium optic lebih rapat kemudian optic kurang rapat. Contohnya cahaya merambat dari air keudara (Johan, 2008).
Pengukuran indeks bias penting untuk :
Menilai sifat dan kemurnian suatu medium salah satunya berupa cairan.
Mengetahui konsentrasi larutan-larutan.
Mengetahui nilai perbandingan komponen dalam campuran dua zat cair.
Mengetahui kadar zat yang diekstrasikan dalam pelarut.
Refraktometer adalah alat ukur untuk menentukan indeks bias cairan atau padat, bahan transparan dan refractometry. Prinsip pengukuran dapat dibedakan, oleh cayaha, penggembalaan kejadian, total refleksi, ini adalah pembiasan (refraksi) atau reflaksi total cahaya yang digunakan. Sebagai prisma umum menggunakan semua tiga prinsip, satu dengan insdeks bias dikenal (Prisma). Cahaya merambat dalam transisi antara pengukuran prisma dan media sampel (n cairan) dengan kecepatan yang berbeda indeks bias diketahui dari media sampel diukur dengan defleksi cahaya (Wikipedia Commons, 2010).
Refraktometer abbe adalah refraktometer untuk mengukur indeks cairan, padatan dalam cairan atau serbuk dengan indeks bias dari 1,300-1,700 dan persentase padatan 0-95%. Alat untuk menentukan indeks bias minyak, lemak, gelas optic, larutan gula, dan sebagainya. Indeks bias antara 1,300 -1,700 dapat dibaca langsung dengan ketelitian sampai 0,001 dan 0,0002 dari gelas skala didalam.
Ada 4 jenis refraktometer:
Refraktometer genggam tradisional
Refraktometer genggam digital
Refraktometer labolatorium (refraktometer abbe)
Refraktometer inline
Bagian –bagian refraktometer:
a. Day light plate
Terbuat dari kaca. Fungsinya mencegah prisma tergores debu dan benda asing dan agar sampel yang diteteskan pada prisma tidak jatuh atau tumpah
b. Prisma
Merupakan komponen sensitive terhadap goresan. Berfuingsi untuk membaca skala atau indeks bias dari zat terlarut dan mengubah cahaya polikromatis menjadi monokromatis.
c. Knop pengatur skala
Berfungsi untuk mengkalibrasi alat menggunakan aquades. Cara kalibrasi yaitu obeng minus diletakkan pada knop pengatur skala, lalu diputar-putar hingga rapatan jenis menunjukkan hasil 1000.
d. Lensa
Berfungsi memfokuskan cahaya yang berada pada bagian handle.
e. Handle/pegangan
Berfungsi untuk memegang refraktometer dan menjaga suhu tetap stabil
f. Biomaterial skip
Berfungsi untuk menstabilkan suhu (20 0C) dengan range suhu 15-20 0C dan berada pada bagian dalam handle.
g. Skala
Berfungsi sebagai pembacaan specific gravity atau rapatan jenis, indeks bias, dan konsentrasi suatu zat yang dianalisis.
h. Lensa pembesar
Berfungsi untuk melihat dan memperjelas ketajaman skala.
i. Eye places
Berfungsi untuk melihat pembacaan skala dengan menggunakan detector mata.
Prinsip pengukuran indeks bias:
Bila seberkas cahaya monokromatik datang dari ruang hampa udara (medium A) dan mengenai permungkaan batas suat cairan atau zat padat (media B), maka cahaya ini pada titik singgung akan dibelokkan, sudut datang a adalah lebih besar dari sudut b.
Bab III. Metode Praktikum
A. Alat dan Bahan
a. Alat
Refraktometer
Pipet tetes
Gelas piala 100 ml
Tissue
b. Bahan
Beberapa minyak (ol. Anisi. Ol. Eucalipty.,ol. Menthae, ol. Olivarum,.ol ricini)
Alcohol
Air suling
B. Prosedur Kerja
Prisma dibersihkan dan dikeringkan dengan alcohol
Prisma ditetesi dengan air suling dan dirapatkan hingga diperoleh garis batas yang jelas antara gelap dan terang
Skala diatur sampai garis batas berimpit dengan titik-titik potong dari dua garis yang bersilangan sehingga indeks bias dapat dibaca pada skala, dan suhunya juga diamati.
Pengukuran terhadap beebrapa sampel juga dilakukan dengan cara yang sama.
V. MONOGRAFI
a. Air suliung
Nama resmi aqua destilata. Peperian cairan jernih, tidak bewarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa, penyimpanan dalam wadah terrtutup baik, rumus h2o, kegunaan sebagai zat tambahan pelarut.
b. Gliserin
Cairan jernih seperti sirup, tidak bewarna, rasa manis, kelarutan dapat bercampur dalam air dan etanol, tidak larut daklan kloroform. Dalam eter, dalam minyak lemak, dan dalam minyak menguap. Higroskopik dan netral terhasap lakmus. Bobot jenis tidak kurang dari 1,249 .
c. Aleum anisi
Minyak anis adalah minyak atsiri yang diperoleh dengan cara penyulingan uap buah kering illicium verum atau buah masak kering. Pemerian cairan jernih, tidak bewarna atau kuning pucat, terlihat bebas air, bau seperti bau buah hancur. Rasa manis dan aromatic, menghablur pada pendinginan, suhu beku tidak lebih rendah dari 15. Rotasi noptik -2 sampai +1. Indeks bias 1,533 sampai 1,560. Wadah penyimpan tertutup rapat, terisi penuh, terlindung dari cahaya, pada suhu tidak lebih dari 25 C.
d. Oleum eucalipty
Minyak eucalipty adalah minyak atsiri yang diperoleh dengan destilasi uap dan retifikasi dari daun segar atau cabang segar dari berbagai spesies eucalyptus. Pemerian cairan tidak bewarna atau kuning pucat, bau aromatis seperti kamfer diikuti rasa dingin. Indeks bias 1,458-1,470. Larut dalam 5 bagian volume etanol P 70%.penyimpanan dalam wadah terisi penuh, kedap udara, dan simpan pada suhu tidak lebih dari 25 C.
e. Oleum methae
Minyak permen adalah minyak atsiri yang diperoleh dengan destilasi uap dibagian diatas tanah tanaman berbunga menthe piperita linne yang segar. Dimurnikan dengan cara destilasi dan tidak dimentolisasi sebagian ataupun keseluruhan. Pemerian cairan tidak bewarna atau kuning pucat, bau khas kuat menusuk, rasa pedas diikuti rasa dingin jika udara dihirup melaui mulut. Kelarutan dalam etanol 70%. Satu bagian volume dilarutkan dalam 3 bagian volume etanol 70% tidak terjadi opelesensi. Iundeks bias antara 1,465-1,495. Penyimpanan diwadah tertutup rapat dan hindarkan dari panas berlebih.
f. Oleum olivarum
Minyak zaitun adalah minyak lemak yang diperoleh dari buah masak europae linne. Pemerian, minyak , bewarna kuning pucat atau kuning kehijauan terang, dan rasa khas lemah, dengan rasa ikutan agak pedas. Sukar larut dalam etanol. Bercampur dengan eter, dengan kloroform, dan karbon sulfide. Wadah dan penyimapanan dalam wadah tertutup rapat dan hindarkan dari panas berlebih.
g. Oleum ricini
Minyak jarak adalah minyak lemak yang diperoleh dari biji ricinus linne, tidak mengandung bahan tambahan, pemerian cairan kental, transparan, kuning pucat, atau hamper tidak bewarna, bau lemah, bebas dari bau asing dan tengik, rasa khas. Larut dalam etanol . dapat bercampur dengan atanol mutlak, dengan asam asetat glasial, dengan kloroform dan dengan eter. Disimpan dalam wadah etrtutup rapat dan terhindar dari panas berlebih.
Bab IV. Hasil dan Pembahasan
a. Hasil
Tabel pengamatan indeks bias
No
Sampel
Suhu(0C)
Indeks bias percobaan
Indeks bias menurut FI
1
Ol. Anisi
30,8
1,482765
1,553-1,560
2
Ol. Eucalipty
31,2
1,47745
1,458-1,470
3
Ol.ricini
31,2
1,474735
1,477-1,481
4
Ol. Olivarum
31,4
1,467705
1,533
5
Ol. Methae
31,8
1,45566
1,465-1,495
6
Aquadest
31,5
1,332
1,3320
7
Gliserin
31,9
1,45565
1,46
8
Larutan 2,5 ml
31,7
11,455655
1,46
9
Larutan 5 ml
31,8
1,455655
1,46
10
Larutan 7,5 ml
31,8
1,455655
1,46
b. Pembahasan
Pada percobaan ini dilakukan pengukuran indekas bias dari beberapa sampel yaitu ol. Anisi, ol.eucalipty, ol. Ricini, ol. Mathae, ol. Olivarum, aquadest, gliserin,dan larutan aquadest yang ditambah 2,5 ml, 5 ml, dan 7,5 ml gliserin dengan menggunakan alat refraktometer.
Prinsip kerja dari alat ini adalah didasarkan pada pengukuran sudut kritis yaitu sudt terkecil dari luas bidang dengan garis normal dalam medium yang indeks biasnya terbesar.
Sebelum refraktometer dipakai, refraktometer dibersihkan dengan menggunakan aquades dan dibiarkan sampai kering, setelah itu permungkaannya ditetesi dengan= sampel yang ada secara bergantian, sambil mengamati skala pada refraktometer tersebut dengan memutarnya.
Dari percobaan yang telah dilakukan, kami mendapati indeks bias yang berbeda dari semua sampel yang ada, dan setelah kami bendingkan dengan FI , ternyata yang nilainya sama hanyalah aquadest, sedangkan sampel yang lain memiliki nilai indeks bias yang lebih dan kurang dari ketetapan yang ada dalam FI.
Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa perbedaan indeks bias dipengaruhi oleh konsentrasi sampel, kerapatan, kecepatan cahaya, serta pengamatan skala yang kurang tepat.
Bab V. Kesimpulan dan Saran
a. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan, ternayat indeks bias yang didapat berbeda dengan FI, kevuaili pada aquadest yang sama dengan yang ditetapkan FI yaitu 1,332. Sedangkan sampel yang lain memiliki nilai indeks bias yang lebih dan kurang dari ketetapan yang ada dalam FI. Adanya perbedaan tersebut dipengaruhi oleh konsentrasi sampel, kerapatan, kecepatan cahaya, serta pengamatan skala yang kurang tepat.
b. Saran
Sebaiknya pada percobaan selanjutnya dibutuhkan ketelitian yang lebih , terutama dalam mengamati skala yang ada pada refraktometer guna mendapatkan hasil yang lebih akurat.