Blog

  • Makalah Geografi Benua dan Samudra

    Geografi Benua dan Samudra

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Geografi adalah ilmu yang mempelajari tentang lokasi serta persamaan dan perbedaan (variasi) keruangan atas fenomena fisik dan manusia di atas permukaan bumi. Kata geografi berasal dari Bahasa Yunani yaitu geo (“Bumi”) dan graphein (“menulis”, atau “menjelaskan”).

    Geografi juga merupakan nama judul buku bersejarah pada subyek ini, yang terkenal adalah Geographia tulisan Klaudios Ptolemaios (abad kedua).

    Geografi lebih dari sekedar kartografi, studi tentang peta. Geografi tidak hanya menjawab apa dan dimana di atas muka bumi, tapi juga mengapa di situ dan tidak di tempat lainnya, kadang diartikan dengan “lokasi pada ruang.” Geografi mempelajari hal ini, baik yang disebabkan oleh alam atau manusia. Juga mempelajari akibat yang disebabkan dari perbedaan yang terjadi itu.

    Pada makalah geografi ini akan secara khusus mempelajari tentang hal hal yang berkaitan dengan  benua dan samudera.

    B. Rumusan Masalah

    Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah:

    1. Apa yang dimaksud dengan Benua?
    2. Apa yang dimaksud dengan Samudra?

    C. Tujuan

    Adapun tujuan yang ingin dicapai melalui penulisan dan penyusunan makalah ini adalah :

    1. Untuk memenuhi tugas mata pelajaran IPS di kelas IX A di MT’s YATPI Godong tahun ajaran 2014 / 2015.
    2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Benua.
    3. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Samudra

    D.    METODE PENGUMPULAN DATA

    Pengumpulan data dilakukan dengan mengambil data melalui browsing dari internet.

    Bab II. Pembahasan

    A. Benua

    Daratan yang luas dinamakan benua. Benua yang satu dengan benua yang lain dipisahkan oleh perairan. Wilayah perairan yang memisahkan benua-benua di dunia disebut samudra. Di dunia ada 5 benua yaitu: benua Asia, Afrika, Amerika, Eropa dan Australia. Sedangkan untuk samudra ada 4 yaitu samudra Hindia, Pasifik, Atlantik dan Arktik. Berikut kita akan membahas satu persatu benua-benua yang ada di dunia.

    1. Benua Asia
    • Letak dan Batas Wilayah

    Benua Asia merupakan benua terbesar di dunia terletak antara 11 LS – 80 LU dan 25 BT – 170 BT.

    Benua Asia memiliki batas-batas :

    1. Sebelah Utara berbatasan dengan Samudra Arktik dan Selat Bering.
    2. Sebelah Timur berbatasan dengan Samudra Pasifik.
    3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudra Hindia.
    4. Sebelah Barat berbatasan dengan Laut Merah, Laut Tengah
    • Keadaan Iklim

    Benua Asia memiliki kondisi iklim berikut ini:

    1. Iklim tropis atau iklim panas terdapat di kawasan Asia Selatan dan Asia Tenggara.
    2. iklim subtropis terdapat di sebagian besar wilayah Asia Timur.
    3. Iklim dingin di wilayah Siberia.
    4. Iklim gurun di Asia Barat (Timur Tengah) dan kawasan Asia bagian Tengah (Gurun Gobi)
    • Keadaan Penduduk

    Beberapa ras yang dominan di Benua Asia antara lain meliputibeikut ini.

    1. Ras Kaukasoid banyak terdapat di Asia bagian Utara seperti Rusia,Serbia, dan negara-negara pecahan Uni Soviet.
    2. Ras Mongoloid terdapat di wilayah Asia Timur dan Asia Tenggara.
    3. Ras Negroid terdapat di wilayah-wilayah seperti Papua.
    4. Ras campuran Kaukasoid Negroid terdapat di Asia Barat dan Asia Selatan 

    2.    BENUA AFRIKA

    –        Letak dan Batas Wilayah

    Secara astronomis, Benua Afrika terletak antara 37 LU – 34 LS dan17 BB – 51 BT. Adapun batas-batas wilayahnya meliputi berikut ini.

    1. Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Tengah, Terusan Suez, dan Laut Merah.
    2. Sebelah Timur berbatasan dengan Samudra Hindia.
    3. Sebelah Selatan dan Barat berbatasan dengan Samudra Atlantik

    –        Keadaan iklim

    Benua Afrika memiliki beberapa macam kondisi iklim. Sebagianbesar wilayah Benua Afrika beriklim tropis. Sementara wilayah Afrika bagian Utara dan Afrika bagian Selatan beriklim subtropis. Namun demikian, bentang alam Benua Afrika yang banyak gurun memengaruhi kondisi iklimnya. Oleh karena itu Benua Afrika terkenal dengan iklim panas dengan suhu tinggi dan curah hujan sedikit

    –        Keadaan Penduduk

    Penduduk Benua Afrika dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok besar berikut ini.

    1. Orang Negro meliputi Negro Sudan dan Negro Bantu terdiri dari 70% penduduk Afrika.
    2. Orang Hamit banyak mendiami Afrika Utara dan Timur Laut
    3. Orang ras khusus yang masih primitif seperti ras Pygmy di hutan Kongo, ras Bushmen di Gurun Kalahari, dan ras Hottentot.
    4. Orang Eropa (orang kulit putih) yang banyak menghuni negara Afrika Selatan

    3.    BENUA AMERIKA

    –        Letak dan Batas Wilayah

    Luas wilayahnya ± 42.292.000 km. Secara astronomis Benua Amerika terletak antara72 LU_59 LS dan antara 36_163 BB. Adapun batas-batas wilayahnya adalah berikut ini.

    1. Sebelah Utara berbatasan dengan Samudra Arktik
    2. Sebelah Timur berbatasan dengan Samudra Atlantik.
    3. Sebelah Barat dan Selatan berbatasan dengan Samudra Pasifik.

    –        Keadaan Iklim

    Berdasarkan letak astronomis dan keadaan alamnya, iklim di Benua Amerika meliputi berikut ini

    1. Iklim dingin (kutub) di Alaska dan Kanada Utara
    2. Iklim tropis meliputi Amerika Tengah dan sebagian besar AmerikaSelatan
    3. Iklim subtropis atau sedang meliputi Amerika Serikat dan AmerikaSelatan bagian Selatan.
    4. Iklim gurun terdapat di bagian Barat Amerika

    –        Keadaan Penduduk

    Penduduk asli Amerika yaitu orang Eskimo dan Indian. Namun demikian mayo-ritas penduduknya adalahmigran yang berasal dariEropa, sementara sisanyaadalah imigran dari Afrika dan Asia.

    4.    BENUA EROPA

    1. Letak dan Batas Wilayah

    Secara astronomis Benua Eropa terletak di antara 35 LU – 71 LU dan di antara 9 BB – 60 BT. Adapaun batas-batas wilayahnya adalah meliputi berikut ini.

    1. Sebelah Utara berbatasan dengan Samudra Arktik.
    2. Sebelah Timur berbatasan dengan Benua Asia.
    3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Hitam dan Laut Tengah.
    4. Sebelah Barat berbatasan dengan Samudra Atlantik.

    – Keadaan Iklim

    Iklim Benua Eropa dikelompokkan menjadi berikut ini.

    1. Iklim laut, terdapat di Eropa Barat Laut.
    2. Iklim kontinental, terdapat di Eropa Timur.
    3. Iklim mediteran, terdapat di Eropa bagian Selatan.
    4. Iklim tundra, terdapat di Eropa bagian Tengah.
    5. Iklim dingin (kutub), terdapat di Eropa bagian Utara)

    –        Keadaan Penduduk

    Secara umum penduduk Eropa berkulit putih yang termasuk Ras Kaukasoid. Beberapa suku bangsa di Benua Eropa diantaranya adalah suku bangsa Nordik yang banyak mendiami wilayah semenanjung Skandinavia,Jerman, dan Belanda; suku bangsa Alpen yang menghuni wilayah di sekitar Pegunungan Alpen. Suku bangsa Mediterania yang mendiami wilayah Eropa Selatan dan suku bangsa Slavia yang mendiami wilayah Eropa Timur

    5. Benua Australia

    Letak dan Batas Wilayah

    Benua Australia memilikiluas ±7.686.848 km. Secara astronomis Benua Australia terletak antara10 LS_43 LS dan antara 113 BT_155 BT

    Adapun secara geografis Benua Australia memiliki batas-batas berikut ini.

    1. Sebelah Utara berbatasan dengan Indonesia
    2. Sebelah Timur berbatasan dengan Samudra Pasifik dan Selandia Baru.
    3. Sebelah Selatan dan Barat berbatasan dengan Samudra Hindia

    –        Keadaan Iklim

    Benua Australia memiliki iklim yang bervariasi. Berdasarkan letak lintang dan keadaan alamnya, iklim di Benua Australia dibedakan menjadiiklim tropis dan iklim laut sedang. Iklim tropis terdapat di Australia bagian Utara. Iklim subtropis terdapat di Australia bagian Selatan.Sementara iklim laut sedang dialami oleh wilayah di Selatan Victoriadan Tasmania. Sementara daerah-daerah gurun banyak dipengaruhi oleh iklim gurun.

    –        Keadaan Penduduk

    Sebagian besar penduduk Australia adalah orang kulit putih yangmerupakan imigran dari Eropa. Sementara yang lain adalah imigran dari Asia. Penduduk asli adalah orang Aborigin yang tinggal didaerah-daerah pedalaman yang kering dan tandus. Orang Aborigin memiliki senjata khas yaitu bumerang

    6.    BENUA ANTARTIKA

    Antarktika (dari bahasa Yunani ἀνταρκτικός “antarktikos”, lawan kata arktik atau anti-arktik) merupakan benua yang meliputi Kutub Selatan Bumi. Tempat terdingin di muka bumi ini sebagian besar tertutup es sepanjang tahun. Meskipun legenda dan spekulasi tentang sebuah Terra Australis (“Tanah Selatan”) sudah ada sejak zaman kuno, penemuan benua yang pertama kali diterima umum terjadi pada 1820 dan pendaratan yang pertama tercatat tahun 1821. Namun demikian, peta yang dibuat Laksamana Piri Reis tahun 1513 memuat sebuah benua selatan yang diduga sebagai pantai Antarktika.

    Dengan luas 13.200.000 km², Antarktika adalah benua terluas kelima setelah EurasiaAfrikaAmerika Utara, dan Amerika Selatan namun populasinya terkecil jauh di bawah yang lain (umumnya dihuni oleh para peneliti dan ilmuwan untuk batas waktu tertentu saja). Benua ini juga memiliki ketinggian tanah rata-rata tertinggi, kelembaban rata-rata terendah, dan suhu rata-rata terendah di antara semua benua di bumi.

    B.    SAMUDRA

    Samudra atau Lautan adalah laut yang luas dan merupakan massa air asin yang sambung-menyambung meliputi permukaan bumi yang dibatasi oleh benua ataupun kepulauan yang besar. Samudra meliputi 71% permukaan bumi, dengan area sekitar 361 juta kilometer persegi, isi samudra sekitar 1.370 juta km³, dengan kedalaman rata-rata 3.790 meter. Bagian yang lebih kecil dari samudra adalah laut, selat, teluk. Di bawah ini merupakan daftar 5 samudra di dunia, dari yang terluas sampai dengan yang terkecil:

    1.    Samudra Pasifik (179,7 juta km²)

    Samudra Pasifik adalah kumpulan air terbesar di dunia. Ia mencakup kira-kira sepertiga permukaan Bumi, dengan luas sebesar 179,7 juta km² (69,4 juta mi²). Panjangnya sekitar 15.500 km dari Laut Bering di Arktik hingga batasan es di Laut Ross di Antartika di selatan. Samudra Pasifik mencapai lebar timur-barat terbesarnya pada sekitar 5 derajat U garis lintang, di mana ia terbentang sekitar 19.800 km dari Indonesia hingga pesisir Kolombia. Batas sebelah barat samudra ini biasanya diletakkan di Selat Malaka. Titik terendah permukaan Bumi—Palung Mariana—berada di Samudra Pasifik. Samudra ini terletak di antara Asia dan Australia di sebelah barat, Amerika di sebelah timur, Antartika di sebelah selatan dan Samudra Arktik di sebelah utara. Samudra Pasifik berisi sekitar 25.000 kepulauan (lebih dari jumlah kepulauan yang berada di lautan dunia lainnya jika digabung), yang mayoritas terletak di selatan khatulistiwa.

    2.    Samudra Atlantik (106,4 juta km²)

    Samudra Atlantik adalah samudra terbesar kedua di dunia, meliputi sekitar 1/5 permukaan Bumi. Kata Atlantik berasal dari mitologi Yunani yang berarti “Laut Atlas”. Samudra ini berbentuk huruf S, memanjang dari belahan bumi utara ke belahan bumi selatan, terbagi dua oleh garis khatulistiwa menjadi Atlantik Utara dan Atlantik Selatan. Dibatasi oleh Amerika Utara dan Amerika Selatan di bagian barat samudera dan Eropa dan Afrika di bagian timur samudra. Mencakupi sekitar 20% permukaan Bumi, Samudra Atlantik berada di urutan kedua terbesar dalam segi ukurannya setelah Samudra Pasifik. Bersama dengan lautan di sekitarnya ia mempunyai luas sebesar 106.450.000 km², jika lautan di sekitarnya tidak dihitung, luasnya 82.362.000 km². Jumlah wilayah yang mengalir ke Samudra Atlantik lebih besar empat kali daripada Samudra Pasifik maupun Samudra Hindia. Volume Samudra Atlantik dengan lautan sekitarnya adalah 354.700.000 km³ dan tanpanya adalah 323.600.000 km³.

    Kedalaman rata-rata Samudra Atlantik, dengan lautan di sekitarnya adalah 3.332 m (10.932 kaki); tanpanya adalah 3.926 m (12.877 kaki). Kedalaman terbesar, 8.605 m (28.232 kaki), berada di Palung Puerto Riko. Lebar Samudra Atlantik beragam, dari 2.848 km (1.769 mil) di antara Brasil dan Liberia hingga sekitar 4.830 km (3.000 mil) antara Amerika Serikat dan sebelah utara Afrika.

    3.    Samudra Hindia (73,440 juta km²)

    Samudra Hndia atau Samudra Indonesia adalah kumpulan air terbesar ketiga di dunia, meliputi sekitar 20% permukaan air Bumi. Di utara dibatasi oleh selatan Asia; di barat oleh Jazirah Arabia dan Afrika; di timur oleh Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, Kepulauan Sunda Kecil, dan Australia; di selatan oleh Antartika. Samudra ini dipisahkan dengan Samudra Atlantik oleh 20° timur meridian, dan dengan Samudra Pasifik oleh 147° timur meridian. Samudra Hindia atau Samudra India adalah satu-satunya samudra yang menggunakan nama negara yaitu India.

    4.    Samudra Antarktika (20,327 juta km²)

    Samudera Antartika atau Lautan Selatan adalah massa air laut yang mengelilingi benua Antartika. Ia merupakan samudra terbesar keempat dan telah disepakati untuk disebut sebagai samudra oleh Organisasi Hidrografik Internasional (IHO) pada 2000. Sebelum itu, pandangan umum adalah Samudra Atlantik, Samudra Hindia dan Samudra Pasifik langsung berbatasan dengan bibir pantai Antartika.

    Temperatur air laut bervariasi antara 10 dan -2°C. Badai siklon berjalan dari arah timur mengelilingi benua dan sering sekali merupakan badai kuat karena adanya perbedaan temperatur yang nyata antara dataran es dengan laut terbuka. Wilayah samudra dari lintang 40 LS sampai ke Lingkar Antartika merupakan wilayah dengan kecepatan angin rata-rata paling kuat dibandingkan tempat manapun di permukaan bumi. Pada musim dingin, samudra membeku hingga mencapai 65° LS di sektor Pasifik dan sampai 55° LS di sektor Atlantik, temperatur permukaan turun hingga di bawah 0 °C. Pada beberapa titik di pantai benua, masih ditemukan daerah bebas es, hal ini disebabkan adanya angin yang kuat yang terus menerus berhembus dari dalam benua ke arah samudra.

    Selimut es Antartika membesar dari minimum 2,6 juta km² pada bulan Maret mencapai 18,8 juta km² pada bulan September, berarti luasnya meningkat hampir 7 kali lipat. Arus Sirkumpolar Antartika (sepanjang 21.000 km) bergerak ke arah timur; merupakan arus samudra terbesar di dunia, mengalirkan 130 juta m³ air per detik, berarti 100 kali lipat seluruh aliran air sungai yang ada di dunia.

    5.    Samudra Arktik (14,056 juta km²)

    Samudra Arktik berlokasi di belahan utara bumi dan kebanyakan berada di wilayah Arktik Kutub Utara, adalah samudra terkecil dan terdangkal di antara lima samudra di dunia. Meskipun Organisasi Hidrografik Internasional (IHO) menganggapnya sebagai samudra, para ahli samudra menyebutnyaLaut Mediteranian Arktik atau Laut Arktik, mengklasifikasikannya sebagai satu dari Laut Mediteranian yang tergabung dalam Samudra Atlantik.

    Banyak bagian dari samudra Arktik yang tertutup oleh es, baik pada musim dingin atau sepanjang tahun. Suhu dan kadar garam di samudra Arktik bervariasi tergantung musim tergantung dari es yang menutupinya sedang mencair atau meleleh; kadar garamnya adalah yang terendah dari rata-rata lima samudra lainnya, dikarenakan rendahnya penguapan, juga dikarenakan terbatasnya keluarnya air dari samudra ke daerah sekitarnya dengan masukan air tawar ke samudra dalam jumlah yang besar. Jumlah es-es yang mencair pada musim panas mencapai 50%.

    BAB III

    PENUTUP

    A.     SIMPULAN

    Dari uraian yang diuraikan dalam bab pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan sbb :

    1.    Ada lima samudra di bumi yaitu:

    ·         Samudra Antarktika / Lautan Selatan

    ·         Samudra Arktik

    ·         Samudra Atlantik

    ·         Samudra Hindia

    ·         Samudra Pasifik / Lautan Teduh

    2.    Benua merupakan tanah daratan yang sangat luas di atas muka bumi. Setiap benua mempunyai lebih daripada satu negara.

    Umumnya, terdapat 7 benua:

    ·         Afrika

    ·         Amerika Selatan

    ·         Amerika Utara

    ·         Antartika

    ·         Asia

    ·         Eropah

    ·         Oceania

    Namun begitu, sesetengah orang mengatakan terdapat cuma 5 benua. Mereka menggabungkan Amerika Utara dan Amerika Selatan sebagai satu benua, manakala Antartika pula tidak dikira sebagai benua kerana tidak didiami secara kekal.

    B.    SARAN

    Demikianlah makalah yang kami  buat ini, mudah – mudahan apa yang saya paparkan bisa menjadi tambahan pengetahuan bagi kita semua untuk lebih mengenal mengenai Benua Dan Samudra. Kami menyadari apa yang kami paparkan dalam makalah ini tentu  masih belum  sesuai apa yang di harapkan dengan  ini saya berharap masukan yang lebih banyak lagi dari guru pembimbing dan teman – teman semua.

    .

    DAFTAR PUSTAKA

    http://belajarbersamapgsd.blogspot.com/2012/10/benua-di-dunia.html

    (Diunduh Hari  Senin, 12  Januari  2015)


    http://ms.wikipedia.org/wiki/Benua

    (Diunduh Hari  Senin, 12  Januari  2015)


    http://taufikpunyea.blogspot.com/2013/03/samudra-atau-lautan-adalah-laut-yang.html

    (Diunduh Hari  Senin, 12  Januari  2015)

  • Makalah Menulis Paragraf Ilmiah

    Menulis Paragraf Ilmiah

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Secara universal kesulitan dalam membuat karya tulis ilmiah yang paling utama adalah bagaimana cara penulis mengungkapkan ide, gagasan atau pikiran menjadi kalimat dalam bahasa ilmiah. Kalimat dalam karya tulis ilmiah tidak dapat berdiri sendiri. Akan tetapi saling terkait antara kalimat satu dengan kalimat yang lain. Kemudian dari kalimat-kalimat tersebut digabungkan dalam bentuk paragraf yang padu. Paragraf yang memberikan pembahasan yang efektif dan efisien serta memberikan pemahaman bagi pembacanya.

    Berdasar pada pendapat seorang ahli, Uti Darmawati dan Anton Suprayanto paragraf merupakan bagian dalam suatu karangan yang memiliki gagasan pokok. Dan menurut Arifin seorang ahli bahasa bahwa paragraf merupakan seperangkat kalimat yang membicarakan suatu gagasan, dan topik pokok dari sebuah pembahasan. Gagasan pokok merupakan kalimat yang menjadi pokok permasalahan dalam paragraf selanjutnya diikuti gagasan penjelas. Kalimat dalam paragraf harus runtut dan saling berkaitan.

    Pengertian paragraf secara luas adalah gabungan kalimat yang terdiri dari kalimat topik atau kalimat utama dan kalimat-kalimat lain yang menjelaskan topik atau kalimat utama. Kalimat topik merupakan kalimat utama yang mengandung gagasan pokok. Sedangkan kalimat penjelas merupakan kalimat yang menjelaskan topik tersebut. Kadang kala dalam kenyataannya tak jarang ditemukan alinea atau paragraf yang hanya terdiri atas satu kalimat saja. Dan hal tersebut memang dimungkinkan. Namun dalam pembahasan makalah kali ini¸ tipikal paragraf yang seperti itu dijadikan sebagai pengecualian atau disingkirkan, karena dianggap kurang ideal. Selain dari segi bentuk yang kuranmg ideal, jika ditelaah dari segi komposisi atau penyusun paragrafnya, alinea semacam itu jarang dijumpai dalam bentuk karya tulis ilmiah. Alinea sesederhana itu seringkali dipergunakan dalam karya tulis sastra.

    Agar karya tulis dapat disajikan dengan menawan, maka penulis atau penyaji karya tulis harus menguasai materi mengenai paragraf. Materi tersebut meliputi: pengertian, jenis jenis, syarat pembuatan paragraf dan sebagainya. Berikut beberapa yang dapat dijabarkan mengenai paragraf.

    B. Rumusan Masalah

    1. Apa yang dimaksud dengan paragraf?
    2. Apakah syarat, fungsi, ciri-ciri dan jenis-jenis paragaraf?
    3. Apakah pengertian penalaran dan jenis-jenisnya?
    4. Bagaimana menentukan topic, mengembangkan topik dan menyimpulkan topic dalam sebuah karangan?

    C. Tujuan Rumusan Masalah

    1. Mengetahui pengertian paragraph
    2. Mengertahui syarat-syarat, fungsi, cirri-ciri dan jenis-jenis dalam sebuah paragraf.
    3. Mengetahui pengertian penalaran dan jenis-jenisnya.
    4. Mengertahui bagaimana cara menentukan, mengembangkan, dan menyimpulkan topik dalam sebuah karangan.

    Bab II. Pembahasan

    A.                Pengertian Paragraf

    Paragraf atau alinea ialah sekumpulan kalimat yang saling berkaitan antar kalimat satu dengan kalimat lainnya. Paragraf dapat disebut juga sebagai karangan singkat, hal ini karena dalam bentuk tersebut penulis dapat menuangkan ide-ide sehingga membentuk suatu topik pembicaraan yang baik dan benar.
                Menurut salah satu pakar bahasa, yaitu Finoza (2007) mengartikan paragraf sebagai satuan bentuk bahasa yang merupakan gabungan dari beberapa kalimat[2]. Dalam 1 paragraf terdapat beberapa kalimat, kalimat-kalimat itu merupakan kalimat pengenal, kalimat utama atau kalimat topik, kalimat penjelas, serta kalimat penutup. Kalimat tersebut terangkai menjadi 1 kesatuan yang membentuk sebuah gagasan. Panjang pendeknya sebuah paragraf menjadi suatu penentu seberapa banyaknya ide pokok paragraf yang diungkapkan.
                Dengan adanya sebuah paragraf, kita dapat membedakan yang mana gagasan mulai dan berakhir. Kita akan kesusahan dalam membaca sebuah tulisan atau buku jika tidak ada paragraf, karena seolah-olah terasa disuruh untuk membaca secara terus menerus hingga selesai. Kita pun susah dalam memusatkan pikiran pada satu gagasan ke gagasan lainnya.

    Gagasan utama dapat tersurat pada suatu kalimat ataupun tersirat pada keseluruhan paragraf. Kalimat yang memuat gagasan utama dapat disebut sebagai kalimat utama yang dapat terdapat di awal, akhir, ataupun di awal dan akhir paragraf. Selain itu, paragraf juga merupakan bagian dari satuan bahasa yang lebih besar disebut wacana. Suatu wacana umumnya dibentuk dengan lebih dari satu paragraf.

    B.                 Syarat-Syarat Paragraf

    Paragraf yang baik ialah paragraf yang dapat menyampaikan pikiran dengan baik kepada para pembaca. Adapun syarat dari sebuah paragraf yaitu: mempunyai kesatuan, kepaduan dan kelengkapan.

    1.                  Kesatuan

    Kesatuan yaitu sebuah paragraf harus dapat dibangun dengan satu pikiran yang jelas. Pikiran tersebut dijabarkan ke dalam bentuk pikiran pokok serta beberapa pikiran jelas. Hubungan pikran satu dengan pikiran lainnya mengindikasikan bahwa paragraf tersebut mempunyai kesatuan.

    2.                  Kepaduan

    Kepaduan terwujud dari adanya hubungan kompak pada antarkalimat pembentuk paragraf. Kepaduan yang baik dapat terjadi apabila terdapat hubungan timbal balik antara kalimat wajar serta dapat dengan mudah dipahami. Ada berbagai cara agar paragraf mempunyai kepaduan yang kompak, yaitu dengan memakai kata ganti, kata penghubung, dan perincian, serta urutan pikiran.

    3.                  Kelengkapan

    Suatu paragraf dikatakan sudah lengkap apabila terdapat beberapa kalimat penjelas yang dapat menunjang kalimat pokok.

    C.                Ciri-Ciri Paragraf Ada Empat, yaitu :

    1.                  Peletakan kata dalam kalimat pertama ke dalam sebanyak 5 spasi bagi jenis karangan yang biasa.

    2.                  Menggunakan pikiran utama yang dinyatakan dalam kalimat utama atau kalimat topik.

    3.                  Setiap paragraf menggunakan suatu kalimat topik dan selebihnya adalah sebuah kalimat pengembang yang memiliki fungsi untuk menjelaskan, mendeskripsikan, atau menerangkan pikiran utama yang ada dalam kalimat utama.

    4.                  Menggunakan pikiran penjelas yang dituangkan dalam kalimat penjelas. Kalimat penjelas tersebut mempunyai isi tentang detail-detail dari kalimat utama. Paragraf bukanlah sekumpulan dari kalimat topik. Paragraf hanya berisikan 1 kalimat topik dan terdapat beberapa kalimat penjelas. Setiap kalimat penjelas tersebut berisi tentang detail yang spesifik dan tidak mengulang pikiran penjelas yang lainnya.

    D.                Fungsi-fungsi  paragraf ada lima[3] yaitu :

    1.                  Dapat mengekspresikan gagasan yang dituangkan dalam tulisan dengan memberikan bentuk sebuah pikiran dan perasaan ke dalam rangkaian kalimat yang tersusun dengan logis dalam suatu kesatuan.

    2.                  Menandai peralihan gagasan baru untuk sebuah karangan yang terdapat beberapa paragraf, ganti paragraf dapat berarti juga ganti pikiran.

    3.                  Memudahkan pengorganisasian gagasan untuk yang menulis serta memudahkan dalam pemahaman bagi pembaca.

    4.                  Memudahkan pengembangan topik sebuah karangan ke dalam satuan unit pemikiran yang lebih kecil.

    5.                  Memudahkan pengendalian variabel, terlebih pada suatu karangan yang mempunyai beberapa variabel.

    E.                 Jenis-jenis paragaraf

    Paragraf dibagi menjadi beberapa macam dan bentuknya. Pertama dibagi berdasarkan letak kalimat topik atau kalimat utama, kemudian berdasarkan sifat isinya atau bentuk pengembangannya dan berdasarkan posisi dan fungsinya dalam karangan[4].

    1.                  Pembagian paragraf berdasarkan pada letak kalimat topik dapat dibagi :

    a.                   Paragraf deduksi

    Kalimat topik pada awal paragraf pada umumnya berisi pikiran utama yang bersifat umum. Kalimat selanjutnya berisi kalimat pikiran penjelas. Isi kalimat ini berupa: penjelas, uraian, analis, contoh-contoh, keterangan, atau rincian topik.

    Contoh paragraf deduksi:

    Pemuda warga desa Tenteram memutuskan melaksanakan jam belajar masyarakat dengan tertib. Sebelumnya, banyak anak sekolah yang dibiarkan di luar rumah, dan hanya duduk duduk di pinggir jalan pada saat jam jam belajar. Para pemuda mulai mendatangi orang tua dan memberi pengertian pentingnya belajar bagi anak anak mereka. Apabila warga menemukan anak-anak mereka sedang kumpul – kumpul di pinggir jalan pada saat jam belajar, mereka akan diperingatkan dan diajak untuk belajar bersama. Jam belajar masyarakat dimulai pukul 18.00 sampai pukul 20.00.Kalimat utama dalam paragraf di atas adalah kalimat yang pertama  yaitu , Pemuda warga desa tenteram memutuskan melaksanakan jam belajar masyarakat dengan tertib.

    b.                  Paragraf induksi

    Paragraf diakhiri kalimat topik dan diawali kalimat penjelas. Artinya paragraf ini menyajikan kasus khusus, contoh, penjelasan, keterangan, atau analisis lebih dahulu, barulah ditutup dengan kalimat topik. Dengan demikian paragraf ini menggunakan penalaran induktif.

    Contoh paragraf induksi:

    Asap rokok sangat berbahaya jika masuk ke dalam tubuh manusia. Hal ini dikarenakan asap rokok mengandung zat-zat beracun, seperti karbon monoksida. Selain itu, di dalam batang rokok juga ditemukan berbagai macam racun yang sangat berbahaya, diantaranya adalah nikotin, merkuri, bahkan ada juga bahan racun yang sejatinya digunakan sebagai bahan baku roket. Apabila zat-zat beracun ini terhirup dan masuk ke dalam tubuh manusia secara terus-menerus akan membuat kerusakan pada bagian paru-paru bahkan menyebabkan kematian. Terlebih lagi, rokok juga memiliki zat lain yang tak kalah mengerikan, yaitu, Tar. Bahan ini merupakan abu sisa pembakaran rokok. Jika Tar masuk ke dalam tubuh manusia, maka akan menyebabkan penyakit yang disebut dengan kanker paru-paru. Oleh karena itu, rokok sangat membahayakan kesehatan manusia bahkan bisa juga menyebabkan kematian. 

    c.                   Paragraf kombinasi

    Kalimat topik dalam sebuah paragraf pada hakikatnya hanya satu. Penempatan kalimat topik yang kedua berfungsi untuk menegaskan kembali pikiran utama kalimat tersebut. Namun demikian, penempatan kalimat topik pada awal dan akhir paragraf berpengaruh pada penalaran. Kalimat topik pada awal paragraf menimbulkan sifat deduktif, pada akhir bersifat induktif, pada awal dan akhir menyebabkan paragraf bersifat deduktif-induktif.

    Contoh paragraf kombinasi:

    Saat ini mencari pekerjaan sangatlah sulit. Hal ini dikarenakan minimnya jumlah lapangan pekerjaan dibandingkan dengan jumlah para pencari kerja. Jumlah orang-orang yang mencari kerja ini meningkat setiap tahunnya akibat dari meledaknya jumlah penduduk, sayang

    nya peningkatan ini tidak diikuti dengan bertambahnya jumlah lapangan kerja. Akibatnya pengangguran terjadi di mana-mana. Bahkan kini tidak hanya mereka yang tidak memiliki pendidikan tinggi saja, tetapi para sarjana pun mulai kesulitan untuk mencari sebuah pekerjaan yang layak dikarenakan minimnya lapangan pekerjaan. Oleh karena itu, banyak sekali para pencari kerja yang menjadi pengangguran.

    d.                  Paragraf penuh

    Paragraf penuh maksudnya paragraf penuh dengan kalimat topik, seluruh kalimat yang membangun paragraf sama pentingnya sehingga tidak satupun kalimat yang khusus menjadi kalimat topik. Paragraf ini sering dijumpai dalam uraian-uraian yang bersifat deskriptif dan naratif terutama dalam karangan fiksi.

    Contoh paragraf penuh:

    Tiang bendera yang berdiri tegak di pinggir lapangan upacara itu terbuat dari besi. Tinggi tiang itu sekitar 7 meter. Tiang tersebut dicat putih. Di ujung tiang terlihat sang merah putih berkibar. Bendera tersebut baru saja dikibarkan pada upacara Senin pagi.

    2.                  Pembagian paragraf berdasarkan pada sifat isinya atau bentuk pengembangannya :

    a.                   Paragraf argumentasi

    Merupakan salah satu bentuk paragraf yang berisi gagasan, pikiran, atau pendapat dengan membahas suatu masalah yang bertujuan untuk mempengaruhi pembaca atau meyakinkan pihak lain dengan argumen-argumen yang disajikan secara logis dan dan obyektif. Dengan menunjukkan kebenaran ilmiah berdasarkan data atau bukti dan fakta. Paragraf ini dipakai dalam karya ilmiah, skripsi, tesis dan disertasi.

    Contoh paragraf argumentasi

    Saat ini sampah berserakan di mana – mana. Hal ini bisa kita lihat di sekeliling kita. Sampah – sampah tersebut biasanya berasal dari orang – orang yang tidak bertanggung jawab dan malas membuang sampah pada tempatnya. Sampah – sampah yang berkumpul itu menimbulkan bau yang tidak sedap sehingga mencemarkan udara. Selain itu, tumpukan sampah tersebut menjadi sarang berbagai macam penyakit yang sangat berbahaya. Sumber penyakit tersebut akan terbawa dengan udara sehingga akan terhirup oleh kita. Akibatnya, kita akan menjadi sakit dan tentunya juga akan menular kepada orang lain yang menghirup udara yang sama tersebut.

    b.                  Paragraf persuasi

    Paragraf yang isinya berupa ajakan dengan mempromosikan sesuatu dengan cara mempengaruhi atau mengajak pembaca. Tujuan utamanya adalah membujuk, merayu, mengajak dan meyakinkan pihak lain untuk mengikuti apa yang diinginkan oleh penulis atau pembicara. Bentuk tulisan yang menggunakan paragraf ini antara lain iklan di majalah, surat kabar, radio selebaran, kampanye dan sebagainya.

    Contoh paragraf persuasi:

    Rumah yang menjadi tempat tinggal kita bersama keluarga adalah tempat yang paling memiliki peran penting bagi kita. Bagaimana tidak? Di sanalah kita bersama Ayah, ibu, adik, kakak, dan keluarga lainnya berkumpul. Di rumahlah kita memiliki waktu terbanyak untuk bercengkerama dengan keluarga. Agar selalu nyaman bersama keluarga, rumah haruslah selalu bersih dan sedap dipandang. Oleh karena itu, janganlah kita malas untuk selalu membersihkan rumah setiap hari.

    c.                   Paragraf deskripsi

    Merupakan paragragraf yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu dengan bahasa tentang suatu hal atau peristiwa secara obyektif. Dengan harapan pembaca seolah-olah melihat keadaan dan peristiwa tersebut secara langsung. Paragraf deskripsi biasanya digunakan dalam karya sastra dan biografi seseorang.

    Contoh paragraf deskripsi:

    Kali kecil di depan rumah temanku terlihat sangat kotor. Warna airnya hitam pekat dan berminyak. Di pinggir kali, tampak pula tumpukan sampah yang umumnya berupa kantong plastik dan botol plastik bekas. Kotoran-kotoran itu terlihat menghambat laju air mengalir dan membuat air tergenang. Dari genangan air itu, tercium bau busuk yang menyengat hidung. 

    d.                  Paragraf eksposisi

    Merupakan paragraf yang memaparkan suatu fakta atau kejadian tertentu yang berisi pemaparan pikiran atau pendapat dengan harapan dapat memperluas wawasan atau pengetahuan dan pandangan orang lain. Bentuk paragraf ini biasa dipakai untuk memaparkan cara membuat sesuatu, cara menggunakan sesuatu, cara kerja sebuah mesin, cara mengonsumsi obat-obatan dan sebagainya.

    Contoh paragraf eksposisi:

    Kekuatan persaudaraan sangatlah kuat. Kekuatan yang dimiliki persaudaran sama halnya dengan sebuah sapu lidi. Sapu lidi yang terikat dengan baik dengan lidi lidi yang dimilikinya akan memiliki ketahanan yang sangat kuat. Sama halnya dengan kekuatan persaudaran yang tidak akan goyah bila mereka semua saling terikat dan tidak tercerai berai. Sama halnya dengan sapu lidi yang tercerai berai hingga tinggal lidi lidinya saja yang sangat lemah dan mudah patah, kekuatan persaudaran pun akan seperti itu, bila mereka tercerai berai, mereka akan lemah dan bahkan menjadi kelemahan buat mereka. Oleh karena itulah, jagalah persaudaran kalian dengan erat dan jangan biarkan dia melonggar.

    e.                   Paragraf narasi

    Merupakan paragraf yang menuturkan rangkaian peristiwa atau keadaan yang dikaitkan dengan kurun waktu tertentu dalam bentuk penceritaan. Sehingga narasi lebih dikenal dengan cerita yang menceritakan suatu peristiwa atau kejadian yang obyektif maupun imajenatif. Bentuk paragraf ini biasanya digunakan dalam bentuk riwayat hidup, novel, cerpen dan roman.

    Contoh paragraf narasi:

    Di sebuah hutan, hiduplah 2 orang anak kembar yatim-piatu yang bernama Safira dan Safria. mereka tinggal di sebuah gubuk dan keseharian mereka selalu berburu binatang untuk dimakan. Setelah beberapa lama kemudian, kedua anak tersebut ditemukan oleh saudagar kaya yang kebetulan sedang ingin berburu juga. Safira dan Safria pun di bawa ke rumah sang saudagar dan dijadikan sebagai aanak angkatnya.

    3.                  Pembagian paragraf berdasarkan posisi dan fungsinya dalam karangan

    a.                   Paragraf pembuka

    Merupakan paragraf yang berfungsi sebagai pengantar menuju masalah yang akan dijelaskan atau dibicarakan. Sebagai bagian yang mengawali sebuah karangan paragraf pembuka harus dapat difungsikan untuk mengantar pokok pembicaraan, menarik minat dan perhatian pembaca, menyiapkan atau menata pikiran pembaca untuk mengetahui isi seluruh karangan.

    Paragraf pembuka harus disajikan dalam bentuk yang menawan pembaca. Untuk itu bentuk-bentuk berikut ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan menulis paragraf pembuka, Yaitu:

    1)      Kutipan, peribahasa, anekdot

    2)      Uraian mengenai pokok pembicaraan

    3)      Sesuatu tantangan atas pendapat atau pernyataan seseorang

    4)      Uraian mengenai maksud dan tujuan penulis

    5)      Uraian tentang pengalaman pribadi

    6)      Sebuah pertanyaan

    7)      Memberikan latar belakang, suasana atau watak

    8)      Melukiskan sejarah atau riwayat hidup seseorang

    9)      Membuka karangan dengan satu definisi istilah

    10)  Memulai karangan dengan percakapan yang menarik

    11)  menyentak pembaca dengan suatu pertanyaan

    12)  memberikan ringakasan isi karangan

    contoh paragraf pembuka:

    Saudara mengira sudah menjadi orang yang baik di negeri ini. Padahal, belum tentu. Pernahkah Saudara naik jembatan penyeberangan kalau melintas di jalan? Mungkin tak pernah sama sekali. Saudara tergolong punya disiplin yang, maaf, sangat kurang.

    b.                  Paragraf penghubung atau pengembang

    Merupakan paragraf yang bertujuan mengembangkan pokok pembicaraan suatu karangan yang telah dirumuskandalam paragraf pembuka yang berisi contoh-contoh dalam ilustrasi inti permasalahan dan uraian permasalahan.

    Paragraf pengembang dalam karangan dapat difungsikan untuk:

    1)      mengemukakan inti persoalan

    2)      memberi ilustrasi dan contoh

    3)      menjelaskan hal yang akan diuraikan pada paragraf berikutnya

    4)      meringkas paragraf sebelumnya

    5)      mempersiapkan dasar atau landasan bagi simpulan

    contoh paragraf pengembang:

    Tiba-tiba dari kamar dekat dapur terdengar suara tangisan seorang wanita, semua anak muda itu pun kaget. Kobil dan Jamal berniat untuk menyelidikinya. Sesampainya di depan kamar dekat dapur itu, suaranya semakin keras terdengar. Tiba-tiba nenek penghuni rumah tua itu muncul di belakang mereka dan tangisan seorang cewek itu pun menghilang.

    c.                   Paragraf penutup

    Merupakan paragraf yang berfungsi untuk mengakhiri bagian karangan (sub bab, bab) atau seluruh karangan. Paragraf ini berisi simpulan yang dipaparkan dalam paeagrafpenghubung, tetapi dapat juga berisi penegasan kembali tentang maksud penulis dalam paragraf penghubung.

    Penyajian paragraf penutup untuk mengakhiri karangan bagian karangan bagian akhir harus memperhatikan:

    1)      sebagai bahan penutup, paragraf ini tidak boleh terlalu panjang, untuk menyeimbangkan antaraparagraf pembuka, penghubung dan penutup

    2)      isi paragraf harus berisi simpulan sementara atau simpulan sementsrs atau simpulan akhir sebagai cerminan inti uraian.

    3)      hendaknya paragraf ini dapat menimbulkan kesan yang mendalam bagi pembacanya.

    Contoh paragraf penutup:

    Demikian proposal yang kami buat. Semoga usaha kafe yang kami dirikan mendapat ridho dari Tuhan YME serta bermanfaat bagi sesame. Atas segala perhatiannya, kami ucapkan terima kasih.

    F.                 Teknik atau pola pengembangkan paragraf

    Yang dimaksud dengan pola pengembangan paragraf ialah cara penulisan yang merangkai informasi yang dihimpunnya menurut kerangka dan runtutan tertentu, dimana informasi dituangkan dalam kalimat kemudian kalimat dirangkai secara berurutan dengan wajar dan tertip serta sesuai dengan pola atau teknik pengembangan paragraf[5].

    Di dalam sebuah paragraf, biasanya terdapat lebih dari satu pola susunan pernyataan atau rincian. Dalam pola pengembangan paragraf terdapat Sembilan pola pengembangan yang sering dilakukan oleh seorang penulis[6], yaitu :

    1.                  Pola alamiah, yakni pola pengembangan paragraf yang didasarkan pada urutan ruang dan waktu (kronologis). Penyampaian informasi ini dilakukan secara runtut dengan harapan dapat membantu memudahkan pemahaman pembaca.

    Contohnya : cara menggunakan kosmetik Mawar Terurai untuk memelihara kesehatan rambut yang tersusun dengan runtuta waktu.

    “Cara merawat kesehatan rambut dengan kosmetik Mawar Terurai sangat mudah. Mula-mula keramaslah dengan sempurna. Ambillah sedikit Mawar Terurai, lalu usapkanlah pada rambut dengan lembut dan perlahan seta diamkan sebentar. Selanjutnya bilaslah rambut sampai bersih, keringkan dan akhirnya tatalah”.

    Biasanya urutan langkah itu ditandai dengan ‘rambu’ yang menyatakan runtutan waktu dan ruang, seperti : pertama, mula-mula, kemudian, sesudah itu, selanjutnya, setelah itu dll[7].

    2.                  Pola klimaks dan anti klimaks. Pola klimaks yakni teknik pengembangan paragraf yang dimulai dari hal yang kurang penting menuju ke hal yang sangat penting, sedangkan pola anti-klimaks yakni teknik pengembangan paragraf yang dimulai dari informasi yang sangat penting menuju informasi yang kurang penting.

    Berikut ini contoh paragraf dengan pola klimaks :

    “Dengan zakat, tidak akan muncul kecemburuan sosial antara yang kaya dengan yang miskin. Selain itu, zakat dapat menciptakan hubungan kasih sayang, dan dapat menghilangkan rasa saling benci diantara sesame. Membayar zakat wajib hukumnya bagi mereka yang sudah mampu.

    Sedangkan contoh paragraf dengan pola anti-klimaks adalah :

    “Membayar zakat wajib hukumnya bagi mereka yang sudah mampu. Dengan zakat, tidak akan muncul kecemburuan sosial antara yang kaya dengan yang miskin. Selain itu, zakat dapat menciptakan hubungan kasih sayang, dan dapat menghilangkan rasa saling benci diantara sesama”[8].

    3.                  Pola Deduksi (umum-khusus) dan  Induksi (khusus umum). Pengembangan paragraf dengan model Deduksi dimulai dari sesuatu gagsan yang sifatnya umum dan diikuti dengan perincian-perincian yang sifatnya khusus dan terperinci. Sebaliknya yang dimaksud dengan pengembangan paragraf dalam model induksi adalah pengembangan yan dimulai dari hal-hal yang sifatnya khusus, mendetail, terperinci, menuju ke hal-hal yang sifatnya umum.

    Contoh paragraf Deduktif (letak kalimat utama diawal) :

    “(1) Semua isi alam ini ciptaan Tuhan. (2) Ciptaan Tuhan yang paling berkuasa di dunia ini adalah manusia. (3) Manusia diizinkan oleh Tuhan memanfaatkan isi alam ini sebaik-baiknya. (4) Akan tetapi, tidak diizinkan menyiksa, mengabaikan, dan menyia-nyiakan”.

                Contoh paragraph Induktif (letak kalimat utama diakhir)

    “(1) Sudah beberapa kali Pancasila dirongrong bahkan hendak diubah dan dipecah-pecah. (2) Namun, setiap usaha yang hendak mengubah, merongrong, dan memecah-mecah itu ternyata gagal. (3) Betapa pun usaha itu dipersiapkan dengan cara yang teliti dan matang, semuanya dapat dihancurleburkan. (4) Oleh karena itu menegaskan bahwa Pancasila benar-benar sakti, tidak dapat diubah dan dipecah-pecah”.

    4.                  Pola perbandingan dan pertentangan, yakni teknik pengembangan paragraf yang dilakukan dengan cara membandingkan dan mepertentangkannya sehingga menunjukkan persamaan danperbedaan antara kedua hal.

    Contoh pola perbandingan da pertentangan :

    “Watak dan nasib para tokoh wayang sudah ditentukan oleh dalang, ada yang ditentukan berwatak jahat dan ada yang berwatak baik. Dalang memainkan wayang menurut keinginannya. Bahkan setiap gerakan gerakan para wayang itu ditentukan oleh dayang”

    “Banyak orang yang berpendapat bahwa kita seperti wayang , ada yang menguasai kita, ada yang menggerakkan setiap gerak kita, dan kita harus pasrah pada apa yang terjadi pada diri kita. Benarkah demikian? Jelas pendapat ini tidak sepenunya benar, kita adalah manusia bukan wayang. Jadi kita bebas menentukan apa yang kita lakukan”.

    5.                  Pola analogi, yakni pola pengembangan paragraf yang dilakukan dengan cara membandingkan atau menyamakan sesuatu yang sudah dikenal dengan sesuatu yang kurang dikenal, akan tetapi tujuannya adalah untuk menjelaskan hal yang kurang dikenal tersebut.

    Contohnya : “ Manusia dan tumbuhan adalah sama-sama makhluk ciptaan tuhan. Bedanya manusia adalah mahluk yang dikarunia akal sedangkan tumbuhan tidak. Dengan akal budi manusia dapat membedakan hal yang baik dan buruk. Akan tetapi tidak dengan tumbuhan. Tumbuhan adalah mahluk ciptaan Allah yang tidak berakal… (diuraikan dengan detail, sehingga penjelasan tentang tumbuhan mendominasi isi karangan)”.[9]

    6.                  Pola contoh-contoh (Generalisasi), yakni pola pengembangan paragraph yang dilakukan dengan cara menyajikan hal-hal konkret (contoh-contoh) yang dapat memberikan bukti (penjelasan) secara lebih umum kepada pembaca. Contohnya sebagai berikut :

    “Hewan yang umumnya tergolong buas umumnya bertaring dan berkuku tajam. Sebagai contoh harimau yang memiliki kuku tajam dan bertaring. Begitupula srigala, hewan ini juga tergolong buas karena memang mempunayi taring dan kuku yang tajam”.

    7.                  Pola sebab akibat, yakni teknik pengembangan paragraf yang dilakukan dengan cara menjadikan sebab sebagai ide pokok, sementara akibat sebagai penjelas. Contohnya adalah : “Dia adalah mahasiswa yang malas belajar (sebab), oleh karena itu dia tidak dapat mengerjakan tugasnya (akibat 1) dan dinilai kurang baik oleh gurunya (akibat 2) sehingga nilainya rendah (akibat 3)”.

    8.                  Pola definisi luas, yakni pola pengembangan paragraf yang didalamnya berisi pemberian penjelasan tentang sesuatu dengan kalimat untuk memperjelas definisi. Contohnya adalah “Perbuatan wajib adalah perbuatan yang jika dilaksanakan mendapat pahala dan jika ditinggalkan mendapat dosa. Ada tiga jenis perbuatan antara perintah dan laranga n yaitu : sunnah, mubah, dan makruh. Perbuatan mubah adalah…..(dan seterusnya hingga tuntas dan terperinci)”[10].

    9.                  Pola Klasifikasi yaitu pola pengembangan paragraph yang dilakukan dengan cara mengelompokkan hal-hal yang sama untuk memperjelas kalimat utama. Contoh “harimau tergolong hewan yang buas karena bertaring dan mempunyai kuku tajam, begitupula singa yang memiliki gigi taring dan kuku tajam. Dengan demikian hewan yang bertaring dan berkuku tajam tergolong hewan buas”.

    G.                Pengertian penalaran dan jenis-jenisnya

    1.                  Pengertian

    Menulis merupakan proses bernalar. Untuk menulis mengenai suatu topik kita harus berfikir, menghubung-hubungkan berbagai fakta, membandingkan dan sebagainya. Setiap saat selama hidup kita, terutama dalam keadaan jaga (tidak tidur), kita selalu berfikir. Menulis merupakan kegiatan mental. Pada waktu kita berfikir, dalam benak kita timbul serangkaian gambar sesuatu yang tidak hadir secara nyata. Kegiatan ini mungkin tidak terkendali, terjadi dengan sendirinya, tanpa kesadaran, misalnya melamun. Kegiatan yang lebih tinggi dilakukan secara sadar, tersusun dalam urutan yang saling berhubungan, dan bertujuan untuk sampai kepada suatu kesimpulan. Jenis kegiatan berfikir yang terakhir inilah yang disebut kegiatan bernalar. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian penalaran adalah :

    a.                  Proses berpikir logis, sistematis, terorganisasi dalam urutan yang paling berhubungan sampai simpulan.

    b.                   Menghubung-hubungkan fakta atau data sampai dengan suatu simpulan.

    c.                   Proses menganalisis suatu topik sehingga menghasilkan suatu simpulan atau pengertian bare.

    d.                   Dalam karangan terdiri dua variabel atau lebih, penalaran dapat diartikan mengkaji, membahas, atau menganalisis dengan menghubung-hubungkan variabel yang dikaji sampai menghasilkan suatu derajat hubungan suatu simpulan.

    e.                   Pembahasan suatu masalah sampai menghasilkan suatu simpulan yang berupa pengetahuan atau pengertian baru

    2.         Metode penalaran ada dua macam yaitu :

    a.         Penalaran Induktif,

    yaitu adalah proses berpikir untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus.

    Macam-Macam Silogisme di dalam Penalaran Induktif:

    Di dalam penalaran induktif terdapat tiga bentuk penalaran induktif, yaitu generalisasi, analogi dan hubungan kausal.

    1)                  Generalisasi

    Proses penalaran yang mengandalkan beberapa pernyataan yang mempunyai sifat tertentu untuk mendapatkan simpulan yang bersifat umum.

    Contoh generalisasi :

    Jika ada udara, manusia akan hidup.

    Jika ada udara, hewan akan hidup.

    Jika ada udara, tumbuhan akan hidup.

    Jadi, jika ada udara mahkluk hidup akan hidup.

    2)                  Analogi

    Cara penarikan penalaran dengan membandingkan dua hal yang mempunyai sifat yang sama.

    Contoh analogi :

    Nina adalah lulusan Akademi Amanah.

    Nina dapat menjalankan tugasnya dengan baik.

    Ali adalah lulusan Akademi Amanah.

    Oleh Sebab itu, Ali dapat menjalankan tugasnya dengan baik

    3)                  Hubungan Kausal

    Penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan.

    Macam hubungan kausal :

    a. Sebab- akibat.

    Hujan turun di daerah itu mengakibatkan timbulnya banjir.

    b. Akibat – Sebab.

    Andika tidak lulus dalam ujian kali ini disebabkan dia tidak belajar dengan baik.

    c. Akibat – Akibat.

    Ibu mendapatkan jalanan di depan rumah becek, sehingga ibu beranggapan jemuran di rumah basah.

    b.         Penalaran Deduktif,

    Penalaran deduktif yaitu adalah cara berpikir dengan berdasarkan suatu pernyataan dasar untukmenarik kesimpulan. Di dalam penalaran deduktif terdapat entimen macam-macam silogisme, yaitu silogisme kategorial, silogisme hipotesis, silogisme alternatif dan silogisme entimen.

    1)                  Silogisme Kategorial

    Silogisme kategorial disusun berdasarkan klasifikasi premis dan kesimpulan yang kategoris. Premis yang mengandung predikat dalam kesimpulan disebut premis mayor, sedangkan premis yang mengandung subjek dalam kesimpulan disebut premis minor.

    Silogisme kategorial terjadi dari tiga proposisi, yaitu:

    Premis umum : Premis Mayor (My)

    Premis khusus remis Minor (Mn)

    Premis simpulan : Premis Kesimpulan (K)

    Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan disebut term mayor, dan predikat simpulan disebut term minor.

    Contoh silogisme Kategorial:

    My : Semua mahasiswa adalah lulusan SLTA

    Mn : Badu adalah mahasiswa

    K : Badu lulusan SLTA

    2)                  Silogisme Hipotesis

    Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional hipotesis.

    Konditional hipotesis yaitu, bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen.

    Contoh :

    My : Jika tidak ada air, manusia akan kehausan.

    Mn : Air tidak ada.

    K : Jadi, Manusia akan kehausan.

    3)                  Silogisme Alternatif

    Silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif.

    Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Simpulannya akan menolak alternatif yang lain.

    Contoh

    My : Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor.

    Mn : Nenek Sumi berada di Bandung.

    K : Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.

    4)                  Silogisme Entimen

    Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan.

    Contoh:

    (a). Dia menerima hadiah pertama karena dia telah menang dalam sayembara itu.

    (b) Anda telah memenangkan sayembara ini, karena itu Anda berhak menerima hadiahnya. namun silogisme kategorial dapat dibedakan menjadi dua saja, yaitu silogisme kategorial dan silogisme tersusun.

    H.                Cara-cara membuat karangan dengan baik, dan benar dalam aturan.
    1. Merumuskan tema dan menetukan judul suatu karangan.
    Sebelum membuat karangan, tentukanlah dahulu tema karangan yang akan dibuat. Tema ini yang akan mempengaruhi seluruh isi dari karangan yang akan dibuat. Pilihlah tema-tema yang sedang hangat atau tema yang menjadi kesenangan Anda. Hal ini akan sangat membatu untuk mengembangkan karangan untuk dapat menghasilkan karya yag baik.
    Setelah mendaptkan tema, tentukan juga judul karangan yang akan dibuat. Usahakan membuat judul yang singkat dan menarik pembaca untuk membaca karangan tersebut agar tidak mudah bosan atau jenuh.
    2. Mengumpulkan bahan-bahan dari berbagai sumber terpecaya.
    Setelah mendapatkan tema, yang harus dilakukan adalah mengumpulkan bahan pendukung yang berupa topik-topik yang berhubungan dengan tema untuk dikembangkan menjadi sebuah karangan. Topik-topik tersebut antara lain, pengertian, tujuan, jenis, contoh, dan lain-lain.  Catatlah semua topik untuk memudahkan penseleksian bahan atau topik.
    3. Menseleksi bahan-bahan yang telah ada agar teepercaya dan baik
    Setelah mendapatkan topik, seleksilah topik-topik tersebut yang sesuai dengan tema karangan dan penting. Hindari membahas topik-topik yang tidak penting untuk di bahas yang membuat karangan tidak menarik.
    4. Mengembangkan kerangka karangan sesuai permasalahan dengan baik.
    Jika sudah mendapatkan tema, judul dan topik, buatlah karangan yang utuh dengan cara mengembangkan kerangka karangan yang telah dibuat. Perluas topik-topik yang telah ditentukan pada kerangka dan usahakan jangan membahas topik yang tidak ada di dalam kerangka karangan.

    BAB III

    PENUTUP

    A.                Kesimpulan.

    Paragraf atau alenia ialah sekumpulan kalimat yang saling berkaitan antar kalimat satu dengan kalimat lainnya. Paragraf dapat disebut juga sebagai karangan singkat, hal ini karena dalam bentuk tersebut penulis dapat menuangkan ide-ide sehingga membentuk suatu topik pembicaraan yang sesuai dengan syarat, fungsi dan tujuan tertentu yang sesuai dengan tata aturan dalam kaidah bahasa Indonesia.
                Dalam paragraf , jenis paragraf terbagi menjadi tiga macam. Pertama dibagi berdasarkan letak kalimat topik atau kalimat utama, kemudian berdasarkan sifat isinya atau bentuk pengembangannya dan berdasarkan posisi dan fungsinya dalam karangan

    Penalaran adalah merupakan suatu corak atau cara seseorang mengunakan nalarnya dalam menarik kesimpulan sebelum akhirnya orang tersebut berpendapat dan dikemukakannya kepada orang lain.

    Dimana penalaran dibagi dua macam yaitu penalaran induktif dan deduktif. Kedua jenis penalaran tersebut mempunyai maksud dan Silogisme yang berbeda. penalaran deduktif adalah proses penyimpulan pengetahuan khusus dari pengetahuan yang lebih umum atau universal.sedangkan penalaran induktif adalah proses berpikir untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus. Oleh karena itu dalam pembuatan karangan ilmiah haruslah menggunakan cara-cara diatas agar pembaca mengerti tentang isi yang ada dalam buku.

  • Makalah Bilangan Cacah

    Bilangan Cacah

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Bilangan cacah merupakan bilangan yang dimulai dari nol, satu, dua, tiga, dan seterusnya. Bilangan cacah bisa digunakan dalam perhitungan praktis matematis. Apabila bilangan cacah dihubungkan dengan operasi bilangan, maka akan ditemukan adanya operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Selain itu, akan pula ditemukan hitungan campuran dari operas pada bilangan cacah.

    Pada hakikatnya, secara intuitif siswa telah mengenal bilangan cacah sebelum mereka masuk sekolah dasar. Misalnya, ketika seorang anak duduk di taman kanak-kanak, anak tersebut cenderung sudah memahami makna bilangan. Hal itu dapat kita lihat dari aktivitas mental yang mereka tunjukkan. Misalnya ketika dibagikan permen, dimana masing-masing dari mereka mendapatkan satu permen, anak akan menerima hal itu. Namun jika ada satu siswa yang mendapatkan dua permen sedangkan yang lain satu permen, maka akan timbul suatu pertanyaan ataupun protes dari siswa siswa yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa siswa sudah memiliki sense of number(kepekaan terhadap bilangan baik terminologi, sifat, prinsip, maupun operasinya). Kepekaan inilah yang nantinya, akan mempermudah mereka dalam mempelajari materi bilangan cacah pada tahap berikutnya. Jadi, sebenarnya disini kita hanya tinggal mengaplikasikan apa yang telah para siswa alami di dalam kehidupan sehari-hari ke dalam wadah yang bisa dikatakan lebih formal, yakni di institusi pendidikan tepatnya mata pelajaran matematika bab bilangan cacah.

    B. Rumusan Masalah

    1. Bagaimana sejarah bilangan cacah?
    2. Bagaimana pengertian bilangan cacah?
    3. Bagaimana operasi hitung bilangan cacah?

    C. Tujuan Pembahasan

    1. Untuk menjelaskan sejarah bilangan cacah.
    2. Untuk menjelaskan pengertian bilangan cacah.
    3. Untuk menjelaskan operasi hitung bilangan cacah.

    Bab II. Pembahasan

    A. Sejarah dan Bilangan Cacah

    Sebenarnya sejak awal peradaban, manusia telah mengenal ilmu matematika. Hanya saja pada waktu itu matematika tidak memakai angka-angka seperti pada zaman sekarang. Pada zaman dahulu untuk menunjukkan bilangan, manusia hanya menggunakan simbol-simbol seperti potongan kayu, simpul-simpul pada kayu atau anggota badan, seperti tangan.

    Tetapi seiring perkembangan zaman, penggunaan simbol untuk menunjukan bilanganpun mulai ditinggalkan. Hal ini terjadi karena para matematikawan mulai berlomba-lomba dalam mengembangkan sistem bilangan. Pada Awalnya, berhitung dengan bilangan hanya terdiri dari 1,2,3,4,5,6,7,8,dan 9. Dan baru kemudian pada sekitar abad kedelapan, seorang matematikawan muslim dari negeri persia yang dikenal dengan nama Al-Khawarizmi, menyempurnakan sistem ini dengan memperkenalkan bilangan nol. Sehingga, terdapat suatu sistem bilangan 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9…. yang kemudian disebut sebagai bilangan cacah.

    Penemuan bilangan nol ini dilatar belakangi oleh sebuah penjelasan di dalam al-qur’an yang secara tersurat membahas tentang operasi pengurangan. Tepatnya pada surat al-Ankabut ayat 14, Allah swt. berfirman:

    Artinya: “Dan sesungguhnya kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun. Maka mereka ditimpa banjir besar, dan mereka adalah orang-orang yang zalim.”

    Bila dikaji lebih mendalam, tanpa kita sadari ayat diatas sebenarnya menyuratkan tentang operasi hitung pengurangan 1000-50. Hal inilah yang mendorong Al-Khawarizmi untuk mulai mengembangkannya secara lebih lanjut. Ia berfikir bahwa di dalam kehidupan, kelak kita tidak akan hanya berbicara tentang 1000-50, tetapi pengurangan-pengurangan yang lain tentunya. Semisal 20-19, 24-6 dan lain sebagainya. Lalu bagaimana jika pada saatnya akan ditemui 2-2, 5-5, ataupun 1000-1000?, maka pengurangan inilah yang menghasilkan bilangan baru, yaitu 0 (nol atau nil atau null) dan 0 bukan bilangan asli.

    Jadi, bisa disimpulkan bahwa dari penemuan Al-Khawarizmi diatas diperlukan sebuah himpunan bilangan baru yang dapat menampung semua bilangan asli yakni 1, 2, 3, 4,….. dan bilangan 0. Gabungan dari 2 jenis bilangan tersebutlah yang kemudian menghasilkan sebuah himpunan baru bernama himpunan bilangan cacah (whole numbers). Yang perlu diingat dalam bilangan cacah, membilang dimulai dari yang tidak ada, yang dilambangkan dengan 0 (nol), 1, 2, 3,….

    Ada juga sumber lain yang menyebutkan bahwa bilangan cacah mempunyai satu nama lain, yakni gugus bilangan asli. Karena, awal kegiatan manusia pada peristiwa membilang dimulai ketika seorang anak mulai mengelompokkan benda-benda menjadi gugus-gugus. Mungkin yang diamati mula-mula adalah jemari yang ada pada tangan mereka, maka dilihatnya ada lima jari yang berbeda rupa tetapi mempunyai kemiripan. Maka “lima” adalah sifat banyaknya   benda pada tangan. Kemudian, dari hal itulah manusia mulai menciptakan lambang bagi masing-masing bilangan. Orang babilonia menciptakan lambang–lambang khusus bagi enampuluh bilangan asli pertama, tetapi penemuan yang paling praktis untuk penggunaan sehari-hari adalah penggunaan lambang hindu-arab 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 untuk bilangan

    “satu”, ”dua”, ”tiga”, ”empat”, ”lima”, ”enam”, ”tujuh”, ”delapan”, ”sembilan”. Kemudian, diciptakankan lambang 0 untuk bilangan “nol” yang merupakan bilangan kardinal gugus kosong.

    B. Pengertian Bilangan Cacah

    Dari penjelasan sebelumnya, sebenarnya sudah dapat dipahami mengenai apa pengertian bilangan cacah itu. Tetapi untuk lebih jelasnya disini kami akan memaparkan secara lebih mendalam mengenai pengertian bilangan cacah. Bilangan cacah dapat didefinisikan sebagai :

    1.        Himpunan bilangan bulat yang tidak negatif, yaitu {0, 1, 2, 3 …}.

    2.        Himpunan bilangan asli ditambah 0. Jadi, bilangan cacah harus bertanda positif. Himpunan bilangan cacah : C = {0, 1, 2, 3, 4, ….}

    3.        Bilangan yang digunakan untuk menyatakan cacah anggota atau kardinalitas suatu himpunan. Maksudnya, jika suatu himpunan yang karena alasan tertentu tidak mempunyai anggota sama sekali, maka cacah anggota himpunan itu “nol” dan dinyatakan dengan lambang atau angka “0”. Jika anggota dari suatu himpunan hanya terdiri dari satu anggota saja maka cacah anggota tersebut adalah “satu” dan dinyatakan dengan lambang atau angka “1”, dan demikian seterusnya.

    Jadi, singkatnya bilangan cacah adalah bilangan yang dimulai dari angka nol. Bilangan cacah biasanya disimbolkan dengan huruf “C” (cacah) ataupun “W” (whole). Sehingga apabila kita ingin menuliskan himpunan bilangan cacah ataupun seluruh unsur bilangan cacah kita bisa menuliskannya seperti ini C= (0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12,…dst.)

    Himpunan bilangan cacah juga memuat beberapa himpunan bilangan lainnya, seperti:

    1.        Himpunan bilangan asli = {1, 2, 3, 4, …}

    2.        Himpunan bilangan genap = {0, 2, 4, 6, …}

    3.        Himpunan bilangan ganjil = {1, 3, 5, 7, …}

    4.        Himpunan bilangan kuadrat = {0, 1, 4, 9, …}

    5.        Himpunan bilangan prima = {2, 3, 5, 7, …}

    6.        Himpunan bilangan tersusun (komposit) = {4, 6, 8, 12, …}[7]

    C.      Operasi Hitung Bilangan Cacah

    1.        Penjumlahan

    Pada awalnya siswa belajar penjumlahan dengan menggunakan obyek, misalnya: jika dua apel dan tiga buah apel  yang diambil dari suatu keranjang buah maka banyak apel yang terambil dari keranjang adalah penjumlahan 2+3. Ide mengambil bersama dan menggabungkan merupakan makna dari penjumlahan.

    Adapun dalam hal ini, definisi pada bilangan cacah  adalah jika suatu R memiliki r elemen, dan himpunan S merupakan himpunan saling lepas maka penjumlahan r dan s dinyatakan dengan r+s yang merupakan elemen dari gabungan himpunan R dan S.[8]

    Selanjutnya dapat digunakan cara yang lebih praktis, yaitu dengan menggunakan penjumlahan bersusun sebagaimana ditunjukan berikut ini:

    3 2 5

    2 5 6 +

       1 1

    7

    5         +

      5  8  1

    Sifat operasi pada penjumlahan bilangan cacah:

    a.         Bilangan cacah bersifat tertutup terhadap operasi penjumlahan. Makna dari sifat tertutup operasi penjumlahan pada bilangan cacah adalah jika suatu bilangan cacah dijumlahkan suatu bilangan cacah maka hasilnya merupakan bilangan cacah.[9]

    b.        Memiliki identitas penjumlahan yaitu nol. Identitas adalah jika suatu bilangan a dioperasikan dengan bilangan lain misal b dan hasilnya bilangan itu sendiri (a) maka dikatakan b sebagai identitas. Maka, b + 0 = 0 + b= b

    c.         Berlaku sifat asosiatif (pengelompokkan) pada operasi penjumlahan untuk sembarang bilangan cacah a, b, c berlaku: a + (b + c) =(a + b) + c

    d.        Sifat komulatif pada penjumlahan a + b = b + a[10]

    2.      Pengurangan

    Pengurangan dapat dipahami sebagai pengambilan suatu obyek dari suatu kumpulan obyek. Proses pengambilan atau pengurangan dapat dinyatakan sebagai kebalikan dari proses penggabungan atau penjumlahan.[11] Jika dalam penjumlahan, jumlahnya dan salah satu penjumlahnya sudah diketahui,  maka proses penentuan unsur penjumlahan yang lainnya menuntut operasi pengurangan. Oleh karena itu, dalam prakteknya jika sebuah bilangan cacah a dikurangi dengan bilangan cacah b menghasilkan bilangan cacah c (dilambangkan a-b = c), maka operasi bilangan yang terkait adalah b+c = a.[12]

    Pada operasi pengurangan tidak memenuhi sifat- sifat yang dimiliki oleh  operasi penjumlahan, kecuali sifat tertutup.

    Sifat–sifat pengurangan antara lain seperti berikut:

    a.         Operasi pengurangan tidak memenuhi sifat tertutup, sebab tidak setiap a dan b bilangan cacah menghasilkan a-b bilangan cacah pula.

    b.        Operasi pengurangan tidak memenuhi sifat pertukaran, sebab tidak untuk setiap a dan b akan berlaku a – b = b –  a. Pengurangan a – b = b – a hanya akan dipenuhi oleh bilangan-bilangan yang sama, yakni a = b.

    c.         Operasi pengurangan juga tidak memenuhi sifat identitas, sebab kita dapat menentukan sembarang bilangan cacah a sehinga a – 0 ≠ 0 – a. Misalnya a = 2, maka 2 – 0 ≠ 0 – 2.

    d.        Begitu juga operasi pengurangan juga tidak memenuhi sifat pengelompokkan. Sebab bisa diperoleh bilangan-bilangan cacah a,b dan c sehingga menghasilkan ketidaksamaan (a – b) – c ≠ a – (b – c). Contohnya jika a = 8, b = 4, c = 2, maka nilai untuk pengurangan (a – b) – c =  (8 – 4) – 2 = 4 -2 = 2, sedangkan nilai untuk pengurangan 8 – (4 – 2)= 8 – 2 = 6. Sehingga jelas, 2 ≠ 6.[13]

    Ada juga beberapa macam konsep pengurangan pada bilangan cacah, di antaranya :

    a.         Konsep mengambil

    Contoh: Ada 9 telur di dalam kulkas. Jika 3 telur diambil oleh ibu, berapa banyak telur yang tersisa?

    9 – 3 = 6 Jadi, ada 6 telur yang tersisa di dalam kulkas.

    b.        Konsep membandingkan

    Contoh: Zahrok memiliki 12 sosis, sedangkan Alik memiliki 5 sosis. Berapa lebihnya sosis Zahrok dari sosis Alik?

    12 – 5 = 7 Jadi, Zahrok mempunyai 7 sosis lebih banyak dari Alik.

    c.          Konsep menambahkan bilangan yang sesuai[14]

    Di dalam keranjang sudah ada 5 buah apel. Jika Vivi ingin mengisi keranjang tersebut dengan 10 buah apel, maka berapa banyak apel yang harus ditambahkan Vivi ke dalam keranjang tersebut?

    5 +…= 10  jadi 10 – 5 = 5 Jadi, apel yang harus ditambahkan pada keranjang tersebut adalah 5 buah.

    Pengurangan bilangan cacah meliputi pengurangan bilangan satu digit, pengurangan bilangan dua digit dengan bilangan satu digit, dan pengurangan multidigit.

    a.         Pengurangan bilangan satu digit dengan bilangan satu digit dapat digunakan bantuan tongkat, lidi, sedotan, ataupun jari tangan.

    b.        Pengurangan bilangan dua digit oleh bilangan satu digit dapat digunakan hitung mundur atau melengkapkan sampai dengan bilangan yang dimaksud. Sebagai contohnya 13 – 5, dapat diselesaikan dengan cara berhitung mulai dari angka 5 dan berhenti pada angka 13. Setiap kali berhitung satu, jari ditekuk satu dan banyaknya jari yang ditekuk merupakan hasil dari pengurangan yang dimaksud.

    c.         Pengurangan multi digit

    Untuk mengilustrasikan pengurangan dapat digunakan benda konkrit sebagaimana pada penjumlahan. Model untuk pengurangan bilangan dua digit dikurangi bilangan dua digit dapat  digunakan tongkat ataupun pengurangan bersusun yang dapat dilakukan berdasarkan nilai tempatnya.[15]

    3.        Perkalian

    Untuk bilangan cacah r dan s, hasil dari r dan s adalah jumlah s sebanyak r kali. Hal ini ditulis sebagai :

    r x s = s + s + s + s……+ s            sebanyak r[16]

    Alogaritma (urutan langkah-langkah logis penyelesaian masalah yang disusun secara logis dan sistematis) menggunakan perkalian bersusun untuk perkalian 3 x 145 dapat dijelaskan sebagai berikut: pertama  kalikan lima 5 dengan 3. Tuliskan 5 pada digit satuan dan 1 puluhan pada digit puluhan seperti tampak pada gambar dibawah ini. Selanjutnya 4 dikalikan 3 sehingga diperoleh 12. Sisa 1 puluhan pada pengerjaan sebelumnya ditambahkan pada 12 sehingga diperoleh 13 dan ditulis 3 pada digit puluhan dan menyimpan 1 pada digit ratusan . Pola itu dilanjutkan sehingga diperoleh hasil 435. Proses tersebut dapat diamati dibawah ini:

    1 1

    1 4  5

           3 x

    4  3  5[17]

    Adapun sifat-sifat operasi perkalian bilangan cacah adalah sebagai berikut:

    1.        Operasi perkalian pada bilangan cacah bersifat tertutub

    2.        Ada unsur identitas pada perkalian

    3.        Berlaku sifat komutatif pada operasi perkalian seperti

    a x b = b x a

    4.        Berlaku sifat asosiatif pada operasi perkalian seperti

    a x (b x c) = (a x b) x c[18]

    4.        Pembagian

    Operasi pembagian pada dasarnya merupakan kebalikan dari operasi perkalian. Jika sebuah bilangan cacah a dibagi bilangan cacah b menghasilkan bilangan cacah c (dilambangkan dengan a : b = c), maka konsep perkalian yang bersangkutan adalah c x b = a. operasi pembagian pada dasarnya juga merupakan suatu proses pencarian tentang bilangan yang belum diketahui. Karena bentuk pembagian dapat dipandang sebagai suatu bentuk operasi perkalian dengan salah satu faktornya belum diketahui.[19]

    Sebagaimana operasi pengurangan maka operasi pembagian juga tidak memenuhi sifat komutatif (pertukaran), assosiatif (pengelompokan), identitas, dan juga tidak memenuhi sifat distributif (penyebaran), akan tetapi memenuhi sifat tertutup.

    Operasi` pembagian dalam bilangan cacah memiliki memiliki beberapa sifat, seperti yang tertera di bawah ini:

    Untuk semua bilangan bulat p, q, dan r berlaku sifat-sifat:

    1)        Pembagian dengan bilangan 0

           0 ÷ p = 0

    2)        Pembagian dengan bilangan 1

            p ÷ 1 = p

    3)        Distributif perkalian terhadap penjumlahan (satu sisi)

            (q + r) ÷ p = (q ÷ p) + (r ÷ p)

    4)        Distributif perkalian terhadap penjumlahan (satu sisi)

            (q – r) ÷ p = (q ÷ p) – (r ÷ p)

    Untuk setiap a, b, c, p, q dan r bilangan cacah berlaku

    1)        sifat bilangan 0 dalam pembagian

    0 : a = 0 untuk a ≠ 0

    a : 0 = tak didefinisika

    0 : 0 = tidak tentu

    2)        ( a:b ) : c = a : ( b: c)                   ; syarat : b faktor dari a dan c faktor dari b[20]

    3)        ( abc) : ( pqr) = a/p x b/q x c/r    ; syarat  : a, b, c,p, q, r merupakan bilangan    asli.

    p faktor dari a

    q faktor dari b

    r faktor dari c

    4)        a : b = ( ca) : ( cb)                       ; syarat : c≠ 0 dan b faktor dari a

    5)        a : b = [ a/c] : [b/c]                      ; syarat  b faktor dari a dan c faktor dari b

    6)        ( a : b) : c = a : ( b: c)                  ; syarat : b dan c faktor-faktor dari a

    7)        ( a : b) : c = ( a :c ) : b                 ; syarat : b dan c faktor-faktor dari a

    8)        Sifat distributif pembagian terhadap penjumlahan:

    ( a + b) : c = [ a/c] + [b/c]           ; syarat : c faktor dari a dan b

    9)        Sifat distributif pembagian terhadap pengurangan :

    ( a – b) : c = a/c – b/c                  ; syarat : a > b dan c faktor dari a dan b

    10)    Jika a < b , c faktor dari a dan b maka a/c < b/c[21]

    Dalam operasi bilangan cacah, pembagian juga memiliki dua konsep  yaitu yang pertama adalah konsep partisi, dimana proses untuk menentukan hasil pembagian 22 : 2 diilustrasikan memiliki 2 puluhan dan 2 satuan, kemudian 2 puluhan tadi dipisahkan kedalam 2 tempat sehingga tiap-tiap tempat berisi 1 puluhan. Begitupun dengan 2 satuan dipisahkan kedalam 2 tempat sehingga tiap-tiap tempat berisi 1 satuan. Sehingga pada akhirnya masing-masing kelompok memiliki anggota 1 puluhan dan 1 satuan, jadi hasil dari 22 : 2 = 11 (1 puluhan + 1 satuan 10 + 1).  Dan yang kedua adalah konsep pengukuran atau juga biasa disebut pengurangan berulang sehingga sisanya nol. Misalnya 10 : 2 = 10 – 2 – 2 – 2 – 2 – 2. Hasil dari pembagian tersebut adalah jumlah pengulangan angka yang dikurangkan, pada contoh diatas hasilnya adalah 5. Seperti halnya di dalam operasi pengurangan bilangan cacah, di dalam operasi pembagian ini juga tidak berlaku sifat-sifat pertukaran, identitas, pengelompokan, dan distributif.

    BAB III

    PENUTUP

    A.      Kesimpulan

    1.        Sejarah bilangan cacah berawal ketika seorang matematikawan muslim dari negeri persia yang dikenal dengan nama Al-Khawarizmi, menyempurnakan sistem bilangan dengan memperkenalkan bilangan nol. Penemuan ini dilatar belakangi oleh sebuah penjelasan di dalam al-qur’an yang secara tersurat membahas tentang operasi pengurangan, yakni pada surat al-Ankabut ayat 14.

    2.        Bilangan cacah merupakan bilangan yang dimulai dari angka nol. Bilangan cacah biasanya disimbolkan dengan huruf “C” (cacah) ataupun “W” (whole).

    3.        Operasi hitung pada bilangan cacah terdiri dari operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Dan masing-masing dari operasi tersebut mempunyai sifatnya tersendiri.

    B.       Saran

    Saran sehubungan dengan materi yang dibahas yakni bilangan cacah, menurut kelompok kami hendaknya sebagai calon pendidik, dalam mengajarkan materi mengenai bilangan cacah kepada siswa-siswi MI/SD kelak kita hendaknya mengaitkan materi yang kita ajarkan kedalam kehidupan sehari-hari agar siswa-siswi bisa lebih mudah mengerti. Dan saran sehubungan dengan makalah ini, tiada gading yang tak retak dengan kata lain makalah ini tak luput dari kekurangan. Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik dari berbagai pihak demi lebih baiknya makalah ini.

    DAFTAR PUSTAKA

    Abdussakir. 2009. Matematika 1: Kajian Integratif Matematika dan Al-Qur’an. Malang: UIN-Malang Press.

    Al-Qur’an dan Terjemahnya. Surah Al-Ankabut ayat 14.

    Fathani, Abdul Halim. 2009. Matematika Hakikat dan Logika. Yogyakarta: Arruz Media.

    Hutahuruk, Naipopos. 2004. Kamus Matematika. Jakarta: Erlangga.

    Musrikah. 2014.  Matematika untuk Guru MI/SD. Tulungagung: IAIN Tulungagung Press.

    Mutijah dan Ifada Novitasari. 2009. Bilangan dan Aritmatika. Yogyakarta: Grafindo Literamedia.

    Nasoetion, Andi Hakim. 2001.  Landasan Matematika.  Jakarta:  Bhratara Karya Aksara.

    Rahayu, Nurhayati. 2009. Matematika itu Gampang. Jakarta: Transmedia.

    Setyo Winarni, Endang. 2011. Matematika Untuk PGSD. Bandung: Remaja Rosdakarya

    Soewito. 2002. Pendidikan Matematika 1. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti P2TK.

    Teguh. 2005. Pembelajaran Konsep Nilai Tempat Bilangan Cacah di Kelas Rendah Sekolah Dasar. Yogyakarta: Edukasi Press.

    Wahyu Purnomo, Yoppy. 2015. Pembelajaran Matematika untuk PGSD. Jakarta: Erlangga.

  • Makalah Fungsi dan Peranan Gerakan Pramuka dalam Proses Pendidikan Bangsa

    Makalah Fungsi dan Peranan Gerakan Pramuka dalam Proses Pendidikan Bangsa

    Berikut ini adalah makalah dengan judul fungsi dan peranan gerakan pramuka. Makalah menjelaskan manfaat yang didapatkan peserta didik yang mengikuti kegiatan gerakan pramuka terkait dengan pendidikan karakter.

    Fungsi dan Peranan Gerakan Pramuka dalam Proses Pendidikan Bangsa

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Pendidikan pramuka sebenarnya dapat berlangsung di dalam maupun di luar sekolah. Akan tetapi berkaitan dengan diterapkannya kurikulum 2013 di beberapa sekolah, ternyata pendidikan pramuka mulai di masukkan ke dalam ekstrakulikuler wajib. Latar belakang dimasukkanya Pendidikan kepramukaan ke dalam ekstrakulikuler wajib adalah karena di dalam kepramukaan mengandung proses pembentukan kepribadian, kecakapan hidup, dan akhlak mulia melalui penghayatan dan pengamalan nilai nilai kepramukaan bagi siswa.

    Hal ini senada dengan tujuan kurikulum 2013 yang utamanya bertujuan untuk membentuk karakter peserta didik ke arah yang lebih baik serta mengajarkan peserta didik untuk mandiri dalam menyelesaikan permasalahan berkaitan dengan materi yang ia pelajari. Dengan dimasukkannya pramuka ke dalam ekstrakulikuler wajib maka hal tersebut akan turut membantu tercapainya tujuan kurikulum 2013 untuk membentuk karakter peserta didik sebab di dalam pramuka juga diajarkan prinsip kemandirian dan lain sebagainya yang dirasa sejalan dengan apa yang dicanangkan di kurikulum 2013.

    B. Rumusan Masalah

    1. Bagaimana tujuan dan fungsi gerakan pramuka?
    2. Bagaimana tugas pokok gerakan pramuka?
    3. Bagaimana pelaksanaan pendidikan pramuka?
    4. Bagaimana sifat kepramukaan?

    C. Tujuan Pembahasan

    1. Untuk menjelaskan tujuan dan fungsi gerakan pramuka.
    2. Untuk menjelaskan tugas pokok gerakan pramuka.
    3. Untuk menjelaskan pelaksanaan pendidikan pramuka.
    4. Untuk menjelaskan sifat kepramukaan.

    Bab II. Pembahasan

    A. Fungsi Gerakan Pramuka

    Sebelum kita membahas mengenai tugas pokok gerakan pramuka, alangkah lebih baiknya bagi kita untuk mengetahui terlebih dahulu apakah fungsi dari gerakan pramuka itu sendiri:

    1. Fungsi

    Sebagai sebuah organisasi, gerakan pramuka memiliki fungsi. Fungsi gerakan pramuka tersebut selaras dengan tugas pokok gerakan pramuka. Fungsi gerakan pramuka adalah sebagai penyelenggara pendidikan nonformal di luar sekolah dan di luar keluarga. Pendidikan tersebut menjadi wadah pembinaan dan pengembangan kaum muda dengan ciri khusus. Ciri khususnya adalah penerapan prinsip dasar kepramukaan, metode kepramukaan, dan sistem among.

    Selain sebagai penyelenggara pendidikan nonformal, gerakan pramuka juga berfungsi sebagai wadah untuk mencapai tujuan  gerakan pramuka. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan berbagai usaha yang meliputi :

    1. Pendidikan dan Pelatihan Pramuka
    2. Pengembangan Pramuka
    3. Pengabdian masyarakat dan orang tua
    4. Permainan yang berorientasi pada pendidikan

    Kepramukaan merupakan proses pendidikan dengan bentuk kegiatan yang menarik, menyenangkan, sehat, teratur yang dilakukan di alam terbuka dengan prinsip dasar kepramukaan, yang sasaranya adalah pembentukan karakter peserta didiknya. Serta proses kegiatan belajar mandiri untuk mengembangkan diri, baik mental, moral, emosional, sosial sebagai individu maupun anggota masyarakat.

    Pendidikan kepramukaan diartikan secara luas sebagai suatu proses pembinaan yang berkesinambungan bagi sumber daya manusia pramuka, baik sebagai individu maupun anggota masyarakat, sasaranya adalah menjadikan mereka sebagai manusia mandiri, peduli, bertanggung jawab dan berpegang teguh pada nilai dan norma agama, bangsa dan masyarakat. Untuk itu kepramukaan berfungsi sebagai:

    1. Bagi peserta didik : Permainan (game) yang menarik, menyenangkan, dan menantang serta mengandung pendidikan. Gerakan pramuka tidak berarti kegiatan yang tanpa aturan dan hanya bermain-main semata melainkan menyelenggarakan permainan yang mampu digunakan sebagai media membina dan mengembangkan karakter, kesehatan dan keterampilan. Oleh sebab itu fungsi permainan dalam kepramukaan harus mengandung unsur norma dan tujuan yang ingin dicapai, membentuk badan dan jiwa yang sehat, menyenangkan, menarik, mencerminkan ikatan sosial kemasyarakatan, mengedepankan kedisiplinan, taat pada aturan dan tata tertib kegotong royongan, kesukarelaan, adanya bimbingan kedewasaan pada anak, remaja dan pemuda, membangun persaudaraan, diterapkan dengan metode yang tepat dan jelas, diorganisasikan secara baik, melatih kepemimpinan, dan adanya keseimbangan antara menttal dan fisik.
    2. Bagi pembina atau orang dewasa berfungsi sebagai pengabdian untuk meraih tujuan pendidikan kepramukaan. Untuk itu diperlukan sikap taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, ikhlas dan tanpa pamrih, dedikasi tinggi, budi pekerti yang luhur, jujur dan sportif, tidak bersifat koersial, dan mengembangkan pengalaman.
    3. Bagi masyarakat berfungsi sebagai alat untuk mencapai sasaran dan tujuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara oleh karena itu penyelenggaraan pendidikan kepramukaan harus disesuaikan dan diserasikan dengan kebutuhan, kondisi, situasi dan perkembnagn masyarakat. Serta sebagai alat pembinaan dan pengembangan generasi muda bagi masyarakat.

    B. Tugas Pokok Gerakan Pramuka

    Adapun tugas pokok gerakan pramuka utamanya adalah untuk melaksanakan pendidikan bagi kaum muda di lingkungan luar sekolah. Pendidikan ini dicanangkan untuk melengkapi pendidikan di lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah. Pendidikan tersebut dimaksudkan untuk mencapai tujuan gerakan pramuka. Adapun secara lebih rinci terdapat enam tugas pokok gerakan pramuka, antara lain sebagai berikut:

    1. Tugas pokok gerakan pramuka adalah menyelenggarakan pendidikan kepramukaan bagi anak dan pemuda Indonesia menuju ke tujuan gerakan pramuka sehinga dapat membentuk tenaga kader pembangunan yang berjiwa pancasila dan sanggup serta mampu menyelengarakan pembangunan masyarakat, bangsa, dan negara.
    2. Dalam melaksanakan pendidikan kepramukaan tersebut gerakan pramuka selalu memperhatikan keadaan, kemampuan, kebutuhan, serta minat peserta didiknya.
    3. Ada dua tugas lain yang perlu diperhatikan yakni:
      1. Gerakan pramuka berkewajiban melaksanakan “Eka Prasetia Panca Karsa”.
      2. Karena kepramukaan bersifat nasional, maka kegiatan gerakan pramuka harus disesuaikan dengan kepentingan nasional. Kepentingan nasional bangsa Indonesia ini tercantum dalam “Garis Besar Haluan Negara”. Gerakan pramuka dalam rangka ikut serta dalam membentuk pelaksanaan GBHN tersebut selalu mengikuti kebijakan pemerintah dan segala peaturan perundang-undangannya.
    4. Gerakan pramuka hidup dan bergerak ditengah masyarakat dan berusaha membentuk tenaga kader pembangunan yang berguna bagi masyarakat. Oleh karena itu gerakan pramuka juga harus memperhatikan keadaan, kemampuan, adat, dan harapan masyarakat, dalam hal ini termasuk jua orang tua peserta pramuka. Sehingga gerakan pramuka terutama pada satuan-satuannya dapat menyiapkan tenaga pramuka sesuai dengan apa yang diharapkan orang tua peserta pramuka dan masyarakat setempat.
    5. Dalam pelaksanaan kegiatannya, gerakan pramuka menggunakan PDMPK (Prinsip-prinsip Dasar Methodik Pendidikan Kepramukaan), sistem among, dan berbagai metode penyajian lainnya. Para peserta pramuka mendapatkan pembinaan dalam satuan gerak sesuai dengan usia dan bidang kegiatannya, dengan mengikuti pada syarat kecakapan umum, khusus, dan pramuka garuda.
    6. Sasaran yang ingin dicapai dengan pendidikan kepramukaan itu ialah:
      1. Kuat keyakinan beragamanya
      2. Tinggi mental dan moralnya, serta berjiwa Pancasila
      3. Sehat, segar, dan kuat jasmaninya
      4. Cerdas tangkas dan terampil
      5. Berpengetahuan luas dan dalam
      6. Berjiwa kepemimpinan dan patriotik
      7. Berkesadaran nasional dan peka terhadap perubahan lingkungan
      8. Berpengalaman banyak

    C. Pelaksanaan Pendidikan Kepramukaan

    1. Dasar Hukum Pendidikan Kepramukaan

    Dasar hukum pendidikan kepramukaan sebagai kegiatan ekstrakurikuler wajib pada setiap jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah:

    1. Undang-undang Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5169).
    2. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2014.
    3. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 Tahun 2008 tentang Pembinaan Kesiswaan.
    4. Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Nomor 231 Tahun 2007 Tentang Petunjuk Penyelenggaraan Gugus depan Gerakan Pramuka.
    5. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 63 Tahun 2014 tentang Pendidikan Kepramukaan sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Pendidikan kepramukaan dilaksanakan untuk menginternalisasikan nilai ketuhanan, kebudayaan, kepemimpinan, kebersamaan, sosial, kecintaan alam, dan kemandirian pada peserta didik. Diharapkan nilai-nilai dalam sikap dan keterampilan sebagai muatan kurikulum 2013 dan muatan pendidikan kepramukaan dapat bersinergi secara koheren.
    2. Kedudukan Pendidikan Kepramukaan

    a. Pendidikan Kepramukaan Sebagai Ekstrakulikuler Wajib

    Ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan peserta didik di luar jam belajar kurikulum standar. Kegiatan ekstrakurikuler ditujukan agar peserta didik dapat mengembangkan kepribadian, minat, dan kemampuannya di berbagai bidang di luar bidang akademik. Ekstrakurikuler wajib merupakan program ekstrakurikuler yang harus diikuti oleh seluruh peserta didik, terkecuali bagi peserta didik dengan kondisi tertentu yang tidak memungkinkan untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler tersebut. Gerakan pramuka adalah organisasi yang dibentuk oleh pramuka untuk menyelenggarakan pendidikan kepramukaan.

    Pendidikan kepramukaan adalah proses pembentukan kepribadian, kecakapan hidup, dan akhlak mulia pramuka melalui penghayatan dan pengamalan nilai-nilai kepramukaan.

    Pendidikan kepramukaan sebagai ekstrakurikuler wajib dapat digambarkan sebagai berikut:

    Lokus normatif pendidikan kepramukaan sebagai ekstrakurikuler wajib dalam kurikulum 2013, berada pada irisan konseptual-normatif dari mandat Undang-undang No. 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional dengan Undang-undang No. 12 tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka. Secara substantif-pedagogis, irisan tersebut menunjukkan bahwa filosofi dan tujuan Pendidikan Nasional memiliki koherensi dengan tujuan gerakan pramuka, dalam hal bahwa keduanya mengusung komitmen kuat terhadap penumbuh-kembangan sikap spiritual, sikap sosial, dan keterampilan/kecakapan sebagai insan dan warga negara Indonesia dalam konteks nilai dan moral Pancasila. Secara programatik penyelenggaraan pendidikan kepramukaan dalam konteks implementasi Kurikulum 2013 dikembangkan, lalu dikembangkanlah “Desain Induk Pendidikan Kepramukaan” sebagai ekstrakurikuler wajib, yakni sebagai berikut:

    Desain Induk pendidikan kepramukaan sebagai ekstrakurikuler wajib dalam konteks kurikulum 2013, pada dasarnya berwujud proses aktualisasi dan penguatan capaian pembelajaran kurikulum 2013, ranah sikap dalam bingkai KI-1, KI-2, dan ranah keterampilan dalam KI-4, sepanjang yang bersifat konsisten dan koheren dengan sikap dan kecakapan kepramukaan. Dengan demikian terjadi proses saling interaktif dan saling menguatkan (mutually interactive and reinforcing). Secara programatik, ekstrakurikuler wajib pendidikan kepramukaan diorganisasikan ke dalam beberapa model seperti yang tertera pada tabel di bawah ini:

    1. Model Blok
      1. Diikuti oleh seluruh siswa.
      2. Dilaksanakan pada setiap awal tahun pelajaran.
      3. Untuk kelas I, kelas VII dan kelas X diintegrasikan di dalam Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS).
      4. Untuk SD/MI dilaksanakan selama 18 Jam, SMP/MTs dan SMA/MA/SMK/MAK dilaksanakan selama 36 Jam.
      5. Penanggungjawab kegiatan adalah Kepala Sekolah selaku Ketua Mabigus.
      6. Pembina kegiatan adalah Guru Kelas/Guru Mata pelajaran selaku Pembina Pramuka dan/atau Pembina Pramuka serta dapat dibantu oleh Pembantu Pembina (Instruktur Muda/Instruktur Pramuka).
    2. Model Aktualisasi
      1. Diikuti oleh seluruh siswa.
      2. Dilaksanakan setiap satu minggu satu kali.
      3. Setiap satu kali kegiatan dilaksanakan selama 120 menit.
    3. Model Reguler
      1. Diikuti oleh siswa yang berminat mengikuti kegiatan Gerakan Pramuka di dalam Gugus Depan.
      2. Pelaksanaan kegiatan diatur oleh masing-masing Gugus Depan.

    b. Pendidikan Kepramukaan Sebagai Pembentuk Karakter Bangsa

    1. Memberi bekal bagi peserta didik atau kaum muda dalam mengikuti pembelajaran yang edukatif, kreatif, dan aktif.
    2. Menanamkan nilai-nilai kewajiban dalam berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa dan sesama manusia.
    3. Mengembangkan nilai karakter guna mewujudkan nilai-nilai luhur pancasila.
    4. Membentuk insan-insan yang bertakwa dan sesuai dengan dasa darma pramuka.[8]

    2.  Muatan Nilai yang Terkandung di dalam Pendidikan Kepramukaan

    a. Muatan Nilai Sikap dan Keterampilan dalam Kurikulum 2013

    Sesuai dengan landasan filosofis dan kerangka dasarnya, Kurikulum 2013, memiliki karakteristik mengandung muatan sikap spiritual, sikap sosial, dan keterampilan yang sangat signifikan. Muatan sikap dan keterampilan dikemas secara generik dalam KI-1, KI-2, dan KI-4. Masing-masing Muatan Sikap dan Keterampilan dalam Kurikulum 2013 adalah:

    1) Beriman 28) Cermat

    2) Kebhinneka-tunggalikaan  29) Taat aturan

    3) Toleransi 30) Rasa ingin tahu

    4) Kebersamaan 31) Pantang menyerah

    5) Syukur 32) Berpikir logis

    6) Disiplin  33) Kreatif

    7) Tanggung-jawab 34) Inovatif

    8) Percaya diri ; 35) Produktif

    9) Berani 36) Menghargai

    10) Cinta tanah air 37) Ilmiah

    11) Pemaaf 38) Tekun

    12) Jujur 39) Hati-hati

    13) Ksatria 40) Terbuka

    14) Rela berkorban 41) Bijaksana

    15) Teladan 42) Bersahaja

    16) Sadar kewajiban dan hak Rasa kebanggaan

    17) Demokratis  44) Estetis

    18) Cakap 45) Gotong royong

    19) Peduli Partisipatif

    20)    Santun                                             47)  Imajinatif

    21)    Kritis                                               48)  Citra diri

    22)    Sopan                                              49)  Sadar bahaya

    23)    Cekatan                                           50)  Kerjasama

    24)    Peka                                                51)  Sadar

    25)    Tanggap                                          52)  Berbagi

    26)    Komunikatif                                   53)  Sportif

    27)    Mandiri                                           54)  Cinta mandiri

    Selan itu juga mengandung beberapa internalisasi nilai seperti:

    1. Intervensi
    2. Pemberian keteladanan
    3. Habituasi/pembiasaan
    4. Mentoring/pendampingan
    5. Penguatan

    b.        Muatan Nilai Sikap dan Kecakapan Pendidikan Kepramukaan

    Muatan nilai sikap dan kecakapan pendidikan kepramukaan yang terkandung dan dikembangkan dalam “Syarat Kecakapan Umum” (SKU) adalah:

    1. Keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa
    2. Ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
    3. Kecintaan pada alam
    4. Kecintaan kepada sesama manusia
    5. Kecintaan kepada tanah air Indonesia
    6. Kecintaan kepada bangsa Indonesia
    7. Kedisiplinan
    8. Keberanian
    9. Kesetiaan
    10. Tolong menolong
    11. Bertanggungjawab
    12. Dapat dipercaya
    13. Jernih dalam berpikir
    14. Jernih dalam berkata
    15. Jernih dalam berbuat
    16. Hemat
    17. Cermat
    18. Bersahaja
    19. Rajin
    20. Terampil

    3. Pola, Metode, dan Teknik Penerapan Pendidikan Kepramukaan

    a. Pola Kegiatan Pendidikan Kepramukaan

    Pola kegiatan pendidikan kepramukaan adalah sebagai berikut:

    1. Upacara pembukaan dan penutupan : (Perindukan Siaga, Pasukan Penggalang, dan Ambalan Penegak).
    2. Keterampilan Kepramukaan (Scouting Skill) : Simpul dan Ikatan (Pioneering), Mendaki Gunung (Mountenering), Peta dan Kompas (Orientering), Berkemah (Camping), Wirausaha, Belanegara, Teknologi, dan Komunikasi.

    b. Metode Pendidikan Kepramukaan

    1) Pengamalan Kode Kehormatan Pramuka

    Kode kehormatan pramuka yang terdiri dari trisatya dan dasa darma pramuka merupakan janji dan komitmen diri serta ketentuan moral pramuka dalam pendidikan kepramukaan. Kode kehormatan pramuka harus dilaksanakan oleh seluruh anggota Gerakan pramuka baik dalam kehidupan pribadi maupun masyarakat secara sukarela dan ditaati demi kehormatan diri.

    2) Belajar Sambil Melakukan

    3) Sistem Berkelompok

    Sistem berkelompok atau beregu dilaksanakan agar peserta didik memperoleh kesempatan belajar memimpin dan dipimpin berorganisasi, memikul tanggungjawab, mengatur diri,  menempatkan diri, bekerja sama dalam kerukunan (gotong royong). Sistem berkelompok dilaksanakan agar anggota muda dan anggota dewasa muda memperoleh kesempatan belajar memimpin dan dipimpin, berorganisasi, memikul tanggungjawab, mengatur diri, menempatkan diri, bekerja dan bekerjasama dalam kerukunan.

    4) Kegiatan yang Menantang

    Kegiatan menantang dan progesif serta mengandung pendidikan yang sesuai dengan perkembangan rohani dan jasmani anggota muda dan anggota dewasa muda. Akan tetapi segala kegiatan disesuaikan dengan kemampuan mental dan jasmani peserta didik meskipun perencanaan kegiatan kepramukaan dirumuskan secara umum.

    5) Kegiatan di Alam Terbuka

    Kegiatan dialam terbuka memotivasi peserta didik untuk dapat menjaga lingkungan dan setiap kegiatan hendaknya selaras dengan alam. Kegiatan ini memberikan pengalaman tentang adanya saling ketergantungan antara unsur-unsur alam dan kebutuhan untuk melestarikanya dan menghormati keseimbangan alam.

    6) Sistem Tanda Kecakapan

    Tanda kecakapan merupakan tanda yang menunjukan keterampilan dan kecakapan tertentu.

    7) Sistem Satuan Terpisah untuk Putera dan Puteri

    Sistem satuan terpisah lengkapnya satuan-satuan terpisah untuk anggota-anggota putera dan untuk anggota puteri.

    8) Kiasan Dasar

    Kiasan dasar yang dimaksud adalah alam pikiran yang mengandung kiasan (gambar) sesuatu yang disanjung dan didambakan. Kiasan dasar adalah ungkapan yang digunakan secara simbolik dalam menjalankan atu menyelenggarakan kegiatan kepramukaan. Kiasan dasar tidak hanya menarik, menantang dan merangsang, tetapi harus menyesuaikan dengan minat, kebutuhan, situasi dan kondisi anggota muda dan anggota dewasa muda.

    c. Teknik Penerapan Pendidikan Kepramukaan

    1)        Praktik Langsung                            6)   Lagu

    2)        Permainan                                       7)   Gerak

    3)        Perjalanan                                       8)   Widya Wisata

    4)        Diskusi                                            9)   Simulasi

    5)        Produktif                                        10) Napak Tilas

    4. Prosedur Pelaksanaan Pendidikan Kepramukaan

    a.        Prosedur Pelaksanaan Model Blok Kurikulum 2013 Pendidikan Kepramukaan sebagai Ekstrakurikuler Wajib

    1)        Peserta didik dibagi dalam beberapa kelompok, setiap kelompok didampingi oleh seorang Pembina Pramuka.

    2)        Pembina Pramuka melaksanakan Kegiatan Orientasi Pendidikan Kepramukaan.

    3)        Guru kelas/guru mata pelajaran yang bukan Pembina Pramuka membantu pelaksanaan kegiatan.

    b.        Prosedur Pelaksanaan Model Aktualisasi Kurikulum 2013 Pendidikan Kepramukaan sebagai Ekstrakurikuler Wajib:

    1. Guru kelas/guru mata pelajaran mengidentifikasi muatan-muatan pembelajaran yang dapat diaktualisasikan di dalam kegiatan Kepramukaan.
    2. Guru menyerahkan hasil identifikasi muatan-muatan pembelajaran kepada Pembina Pramuka untuk dapat diaktualisasikan dalam kegiatan Kepramukaan.
    3. Setelah pelaksanaan kegiatan kepramukaan, Pembina Pramuka menyampaikan hasil kegiatan kepada guru kelas/guru mata pelajaran.[

    5. Penilaian Pendidikan Kepramukaan

    Penilaian Pendidikan Kepramukaan mencakup hal-hal sebagai berikut:

    a.        Garis besar penilaian pendidikan kepramukaan

    1)        Penilaian dilakukan secara kualitatif.

    2)        Kriteria keberhasilan lebih ditentukan oleh proses dan keikutsertaan peserta didik.

    3)        Peserta didik diwajibkan untuk mendapatkan nilai minimal baik pada kegiatan ekstrakurikuler wajib pada setiap semester.

    4)        Nilai yang diperoleh pada kegiatan pendidikan kepramukaan sebagai ekstrakurikuler wajib berpengaruh terhadap kenaikan kelas peserta didik.

    5)        Bagi peserta didik yang belum mencapai nilai minimal perlu mendapat bimbingan terus menerus untuk mencapai nilai baik.

    b.        Teknik Penilaian

    1)        Teknik penilaian sikap dilakukan melalui observasi, penilaian diri, dan penilaian antarpeserta didik.

    2)        Teknik penilaian keterampilan dilakukan melalui demonstrasi keterampilannya.

    c.         Media Penilaian Pendidikan Kepramukaan

    1)        Jurnal/buku harian

    2)        Portofolio

    d.        Proses Penilaian Pendidikan Kepramukaan

    1)        Proses penilaian ilaksanakan setiap kali latihan dan setiap hari di dalam proses pembelajaran.

    2)        Aspek penilaian menitikberatkan pada ranah nilai sikap. Keterampilan kepramukaan merupakan pendukung terhadap penilaian pendidikan kepramukaan itu sendiri.

    3)        Proses Penilaian sikap dilaksanakan dengan metode observasi.

    4)        Proses Penilaian keterampilan kepramukaan disesuaikan dengan kompetensi dasar dari masing-masing tema dan mata pelajaran sebagai penguatan yang bermuatan nilai sikap dan keterampilan dalam kurikulum 2013.

    5)        Proses penilaian dilakukan oleh teman, guru kelas/guru matapelajaran, pemangku kepentingan dan/atau pembina pramuka.

    6)        Rekapitulasi penilaian dilakukan oleh guru kelas/guru matapelajaran selaku pembina pramuka.[15]

    6.        Mekanisme Pelaksanaan Pendidikan Kepramukaan

    a.        Perencanaan Program Kerja

    1)        Program Kerja Gugus Depan

    a)        Program ini diawali dengan musyawarah gugus depan atau disingkat “Mugus” adalah kegiatan yang sangat penting dalam upaya memajukan dan menjaga kelangsungan kehidupan gugus depan. Mugus dilaksanakan 3 tahun sekali, dengan kegiatan pokok sebagai berikut:

    (1)     Evaluasi kegiatan 3 tahun sebelumnya

    (2)     Merencanakan program gugus depan 3 tahun ke depan

    (3)     Memilih pengurus gugus depan yang baru.

    b)        Program kerja tahunan di gugus depan harus selalu diwujudkan sebagai pedoman kegiatan. Program kerja adalah rencana kerja yang ditetapkan berdasarkan ketentuan hasil Mugus. Proses pelaksanaan pembuatan program kerja tahunan dilakukan oleh Ketua Gudep, Pembina Satuan, Pembina Pramuka, Pembantu Pembina, dengan pengarahan Majelis Pembimbing Gudep. Penyusunan program kerja dengan menyerap aspirasi peserta didik yang berasal dari Dewan Siaga, Penggalang, Penegak, dan Pandega.

    2)        Program Kegiatan Satuan

    Program kegiatan satuan meliputi program: Perindukan Siaga, Pasukan penggalang, Ambalan Penegak, dan Racana Pandega.

    3)        Program Kegiatan Siaga

    a)        Pencapaian SKU (Siaga: Mula, Bantu, Tata)

    b)        Peminatan SKK (Syarat Kecakapan Khusus yakni kecakapan tertentu yang diminati dipilih sendiri oleh peserta didik).

    c)        Kegiatan pelantikan dilakukan sebagai apresiasi prestasi yang dicapai oleh peserta didik golongan Siaga.

    d)       Pesta dan Pertemuan Besar Siaga. Contoh: Wide game, kunjungan antar perindukan, pameran hasil karya Siaga, dan Bazar Siaga.

    e)        Kegiatan partisipasi (mengikuti kegiatan tingkat Kwartir Ranting dan Cabang)

    f)         Persari (perkemahan satu hari-tanpa menginap)

    g)        Pencapaian Syarat Pramuka Garuda

    h)        Pindah Golongan (dari Siaga menuju Penggalang).

    4)        Program Kegiatan Penggalang

    a)        Pencapaian SKU (Penggalang Ramu, Rakit, Terap)

    b)        Pengayaan peningkatan keterampilan SKK

    c)        Pelantikan

    d)       Partisipasi dan prestasi, Semisal: Jambore, Lomba Tingkat atau LT, Gladian Pemimpin Regu (Dianpinru), Jota (Jamboree on the air), Joti (Jamboree on the internet),  Pengenalan Saka

    e)        Pengembangan Wawasan, semisal: Latihan Gabungan.

    5)        Program Kegiatan Penegak

    a)        Pencapaian SKU (Penegak: Bantara, Laksana)

    b)        Peminatan SKK

    c)        Pelantikan

    d)       Partisipasi dan prestasi, semisal: Raimuna pertemuan pramuka penegak dan pandega putra dan putri, Perkemahan Wirakarya (Community Development Camp), Musppanitera (Musyawarahnya Penegak dan Pandega), Pertisaka (Perkemahan Bakti Satuan Karya), Geladian Pimpinan Satuan Penegak, Latihan Pengembangan Kepemimpinan (LPK),  Kursus Instruktur Muda, Kursus Pengelola Dewan Kerja (KPDK), Pendidikan Bela Negara (PBN), Sidang Paripurna (untuk dewan kerja), dan Pelatihan tanggap bencana, Gladian pemimpin satuan, Jota (Jamboree on the air), Joti (Jamboree on the internet), Unit-unit Kegaiatan yang sesuai dengan minat peserta didik dan kebutuhan Kwartir (SAR/Brigade Penolong, Marching Band, Protokol, Olahraga), Pengembangan Wawasan (Latihan Gabungan, Seminar, Simposium, Kolokium, Diskusi), Pencapaian Syarat Pramuka Garuda, dan Bakti Masyarakat.

    6)        Program Latihan

    a)        Program Latihan Mingguan

    b)        Program Latihan Bulanan

    c)        Program Latihan Enam Bulanan[16]

    b.        Pelaksanaan Program

    1)        Pelaksanaan Program Kerja Gugus Depan

    a)        Unsur Pelaksana

    (1)     Majelis pembimbing memberikan bantuan moril, materiil, dan organisatoris.

    (2)     Ketua gudep memimpin terselenggaranya semua program kerja gugus depan dan program latihan, dibantu pembina satuan, pembantu pembina satuan dan anggota pandega.

    b)        Unsur Pendukung

    (1)     Orang tua memberikan pengawasan dan bantuan sesuai kesepakatan.

    (2)     Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai pasal 36, UU No. 12 Tahun 2010, tentang Gerakan Pramuka.

    c)        Materi Kegiatan

    Materi kegiatan gugus depan bersumber dari Prinsip dasar dan metode kepramukaan, Nilai Kepramukaan, Keputusan: Munas, Musda, Muscab, Musran, dan Mugus.

    d)       Sarana, Prasarana dan Pendanaan

    (1)     Sarana prasarana disediakan oleh sekolah.

    (2)     Dana diperoleh dari sumber-sumber yang sesuai dengan aturan perundangan.

    2)        Pelaksanaan Program Latihan

    Program latihan dibuat bersama oleh Ketua Gugus Depan, Pembina dengan melibatkan peserta didik (Siaga, Penggalang, Penegak).

    a)        Unsur Pelaksana

    (1)     Pembina satuan dan pembantu Pembina melaksanakan seluruh program latihan.

    (2)     Pemimpin perindukan (sulung), pemimpin pasukan (pratama), dan  pemimpin ambalan (pradana) membantu proses pelaksanaan kegiatan latihan.

    b)        Unsur Pendukung

    Majelis pembimbing dan orangtua memberikan motivasi kegiatan latihan.

    c)        Materi Latihan

    Semua aspek hidup yang berisikan nilai dan kecakapan, yang disusun oleh Pembina dan peserta didik.

    d)       Tempat Kegiatan

    Alam terbuka, Tempat khusus (tempat ibadah, tempat bakti, tempat kegiatan pendidikan lainnya).

    e)        Waktu Kegiatan

    (1)     Sesuai yang ditetapkan dalam program kegiatan mingguan, bulanan, dan 6 bulanan.

    (2)     Bila tidak tercapai bisa ditetapkan kemudian melalui musyawarah dewan.[17]

    7.        Daya Dukung Pendidikan Kepramukaan

    a.        Kompetensi Kepala Sekolah

    Dalam Pendidikan Kepramukaan, kepala sekolah mempunyai tanggung jawab terhadap keterlaksanaan Kurikulum 2013 melalui pendidikan Kepramukaan. Untuk itu kompetensi kepala sekolah dalam Pendidikan Kepramukaan adalah sebagai berikut:

    1. Minimal mempunyai sertifikat kursus orientasi Majelis Pembimbing Gugus Depan Gerakan Pramuka dan atau berijasah KMD.
    2. Memberikan bimbingan dan bantuan yang bersifat moral, organisatoris, material, finansial, dan konsultatif kepada pembina pramuka, guru, peserta didik, dan gudep di sekolahnya.
    3. Memfasilitasi pemenuhan kebutuhan sarana, prasarana, dan sumber belajar dalam pelaksanaan pendidikan kepramukaan.
    4. Mengadakan hubungan koordinasi, kerjasama dan saling memberi informasi dengan pemangku kebijakan, gugus depan dan kwartir ranting/cabang.
    5. Memberikan laporan pelaksanaan ekstrakurikuler pendidikan Kepramukaan kepada orang tua melalui raport peserta didik dan lembaga lain yang terkait secara periodik maupun secara insidentil.
    6. Menghadiri musyawarah gugus gepan, musyawarah kwartir ranting dan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh gugus depan atau di tingkat kwartir.

    b.        Kompetensi Guru Kelas/Guru Mata pelajaran yang menjadi Pembina Pramuka

    Karena pelaksanaan Kurikulum 2013 dikembangkan secara terpadu, guru kelas/guru matapelajaran haruslah mempunyai kompetensi pendidikan kepramukaan. Dengan begitu, guru dapat mengaitkan, menghubungkan, dan memadupadankan tema/topik mata pelajaran dengan menu Pendidikan Kepramukaan. Berkaitan dengan hal itu, berikut ini kompetensi yang harus dikuasai guru:

    1. Mengaktualisasikan materi pembelajaran dengan pendidikan Kepramukaan.
    2. Memiliki kemampuan membina peserta didik dalam pelaksanaan pendidikan kepramukaan yang dibuktikan dengan sertifikat sekurang-kurangnya KMD.
    3. Menerapkan prinsip dasar kepramukaan, metode kepramukaan, sistem among dan kiasan dasar dalam proses pembinaan.
    4. Mengikuti perkembangan kegiatan kepramukaan bernuansa kekinian (up to date), bermanfaat bagi peserta didik, dan masyarakat lingkungannya, serta tetap berada dalam koridor ketaatan terhadap Kode Kehormatan Pramuka.
    5. Mampu memerankan diri sebagai:
      1. Orang tua yang dapat memberi penjelasan, nasihat, pengarahan, dan bimbingan.
      2. Guru yang dapatmengajarkan berbagai keterampilan dan pengetahuan.
      3. Kakak yang dapat melindungi, mendampingi, dan membimbing adik-adiknya, yang memberi kesempatan untuk memimpin dan mengelola.
      4. Teman yang dapat dipercaya, bersama-sama menggerakkan kegiatan-kegiatan agar menarik, menyenangkan dan penuh tantangan sesuai usia golongan Pramuka.
      5. Konsultan, tempat bertanya dan berdiskusi tentang berbagai masalah.
      6. Motivator yang mampu memotivasi untuk meningkatkan kualitas diri dengan berkreativitas, berinovasi, dan aktualisasi diri, dan membangun semangat untuk maju.
      7. Fasilitator yang dapat memfasilitasi kebutuhan dalam kegiatan peserta didik.[19]

    c. Kompetensi Pembina Pramuka

    Pembina Pramuka adalah anggota dewasa yang memiliki komitmen tinggi terhadap prinsip-prinsip dalam Kepramukaan, secara sukarela bergiat bersama peserta didik, sebagai mitra yang peduli terhadap kebutuhan peserta didik, dengan penuh kesabaran memotivasi, membimbing, membantu, serta memfasilitasi kegiatan pembinaan peserta didik. Berikut ini komptensi pembina Pramuka:

    1. Mempunyai kemampuan membina yang dibuktikan oleh (sekurang-kurangnya) berijasah KMD dan atau KML.
    2. Memberi pengayaan dengan mengikuti perkembangan sehingga kegiatan kepramukaan bernuansa kekinian (up to date), bermanfaat bagi peserta didik dan masyarakat lingkungannya, serta tetap berada dalam koridor ketaatan terhadap Kode Kehormatan Pramuka.
    3. Menghidupkan, membesarkan gugus depan dengan selalu memelihara kerjasama yang baik dengan orang tua/wali Pramuka dan masyarakat.
    4. Melaporkan hasil pendidikan kepramukaan kepada orang tua dan masyarakat melalui nilai raport ektrakurikuler wajib.
    5. Mempunyai tanggung jawab terhadap:
      1. Terselenggaranya kepramukaan yang teratur dan terarah sesuai dengan visi dan misi Gerakan Pramuka.
      2. Terjaganya pelaksanaan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan pada semua kegiatan Pramuka.
      3. Pembinaan pengembangan mental, moral, spiritual, fisik, intelektual, emosional, dan sosial peserta didik, sehingga memiliki kematangan dalam upaya peningkatan kemandirian serta aktivitasnya di masyarakat.
      4. Terwujudnya peserta didik yang berkepribadian, berwatak, berbudi pekerti luhur, dan sebagai warga yang setia, patuh dan berguna bagi bangsa dan negaranya.
      5. Dalam pengabdiannya, Pembina Pramuka bertanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa, Masyarakat, gugus depan, dan diri pribadinya sendiri.
    6. Memerankan diri sebagai
      1. Orang tua yang dapat memberi penjelasan, nasehat, pengarahan dan bimbingan.
      2. Guru yang mengajarkan berbagai keterampilan dan pengetahuan.
      3. Kakak yang dapat melindungi, mendampingi dan membimbing adik-adiknya, yang memberi kesempatan untuk memimpin dan mengelola satuannya.
      4. Mitra, teman yang dapat dipercaya, bersama-sama menggerakkan kegiatan agar menarik, menyenangkan, dan penuh tantangan sesuai usia golongan Pramuka.
      5. Konsultan, tempat bertanya, dan berdiskusi tentang berbagai masalah.
      6. Motivator, memotivasi untuk meningkatkan kualitas diri dengan berkreativitas, berinovasi, dan aktualisasi diri, membangun semangat untuk maju.
      7. Fasilitator, memfasilitasi kebutuhan dalam kegiatan peserta didik.

    d. Sarana dan Prasarana

    Secara umum sarana kepramukaan diartikan sebagai semua fasilitas yang menunjang proses pendidikan kepramukaan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan kepramukaan termasuk personil dan kurikulum. Sedangkan prasarana kepramukaan adalah fasilitas dasar untuk menjalani fungsi Gerakan Pramuka. Sarana dan prasarana adalah unsur penunjang dalam pelaksanaan pendidikan kepramukaan di gugus depan. Sarana dan prasarana tersebut memerlukan sistem pengelolaan yang mencakup perencanaan, pengadaan, pendataan, pemanfaatan, pemeliharaan, penghapusan, serta pemutahiran. Gugus depan harus memiliki kelengkapan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk menunjang pelaksanaan kegiatan dan pedoman tentang sistem klasifikasi, inventarisasi dan infromasi keberadaannya. Merujuk pada standar sarana dan prasarana gugus depan sebagaimana dipersyaratkan dalam akreditasi gugus depan, idealnya gugus depan memiliki sarana dan prasarana sebagai berikut:

    1. Sanggar gugus depan
    2. Bendera Merah Putih
    3. Bendera gugus depan
    4. Bendera WOSM
    5. Bendera Semaphore
    6. Bendera Morse 
    7. Peluit 
    8. Tongkat
    9. Tali
    10. Kompas
    11. Peta Topografi
    12. Tenda Regu
    13.  Tenda Dapur
    14. Alat kebersihan
    15. Kotak P3K
    16. Peralatan Dapur
    17. Lemari
    18. Buku-buku Kepramukaan

    Dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan latihan rutin, gugus depan hendaknya memiliki alat pembelajaran yang dapat mendukung keefektifan proses pembelajaran pendidikan kepramukaan. Pramuka golongan siaga sekurang-kurangnya memiliki teks pancasila, teks dwi satya, dan teks dwi darma. Sedangkan untuk golongan penggalang, penegak, dan pandega memiliki teks pancasila, teks tri satya, dan teks dasa darma.

    e. Sumber Belajar

    Pendidikan Kepramukaan diharapkan mendukung pembentukan kompetensi sosial peserta didik. Di samping itu pendidikan kepramukaan juga dapat digunakan sebagai wadah dalam penguatan pembelajaran berbasis pengamatan maupun dalam usaha memperkuat kompetensi keterampilannya. Pendidikan kepramukaan dilaksanakan dengan menggunakan Prinsip Dasar Kepramukaan yang terdiri atas:

    1. Iman dan Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
    2. Peduli terhadap bangsa, tanah air, sesama hidup, dan alam seisinya
    3. Peduli terhadap diri sendiri
    4. Taat kepada kode kehormatan Pramuka

    Maka dari itu, alam merupakan sumber belajar dalam pendidikan Kepramukaan. Pembina Pramuka sebagai pendidik wajib memahami bahwa semua kegiatan pendidikan yang diberikan kepada peserta didik merupakan pencerminan dari prinsip dasar Kepramukaan. Selain itu Pembina Pramuka wajib memahami:

    1. Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan merupakan ciri khas yang membedakan pendidikan Kepramukaan dengan pendidikan lainnya.
    2. Prinsip Dasar dan Metode Kepramukaan merupakan dua unsur proses pendidikan terpadu yang harus diterapkan dalam setiap kegiatan.

    f.         Pembiayaan

    Agar pengelolaan gugus depan dapat berjalan secara berkesinambungan diperlukan suatu pembiayaan gugus depan yang tetap. Usaha-usaha pemenuhan pembiayaan gugus depan dapat dilakukan melalui berbagai cara antara lain:

    1)        Iuran Anggota

    Iuran anggota pada hakikatnya merupakan alat pendidikan bagi peserta didik dengan tujuan untuk memupuk rasa kebersamaan dan memiliki rasa turut memiliki Gerakan Pramuka. Besar iuran anggota ditentukan di dalam musyawarah gugus depan.

    2)        Penggalangan Dana (fundrising)

    Dalam pelaksanaan kegiatan, gugus depan dapat meminta dukungan bantuan pendanaan. Caranya dengan melakukan pendekatan kepada perorangan maupun kepada dunia usaha dan dunia industri (Dudi), masyarakat dan sumber lain yang tidak mengikat dan tidak bertentangan dengan AD dan ART Gerakan Pramuka.

    3)        Bantuan Pemerintah dan Pemerintah Daerah

    Bantuan Pemerintah dan Pemerintah Daerah melalui dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan Bantuan Operasional Sekolah Daerah (BOSDA), APBD atau sumber dana lainnya.

    4)        Wirausaha

    Merupakan aktivitas usaha yang dilakukan oleh Gugus Depan yang berupa jasa, pembuatan produk, dan/atau kemitraan dengan pihak lain.

    g.        Kemitraan dengan Pemangku Kepentingan

    Untuk menunjang pelaksanaan pendidikan dan kegiatan kepramukaan di tingkat gugus depan, Pembina gugus depan perlu mengadakan hubungan dan kerjasama dengan berbagai pihak, antara lain: orang tua, tokoh-tokoh masyarakat, dan dunia usaha atau dunia industry. Demikian juga halnya dengan Mabigus. Agar Mabigus dapat berperan nyata dan aktif, serta dapat memberi bimbingan dan bantuan secara konsepsional, efisien dan efektif, maka perlu dibina hubungan kerja yang serasi dan erat antara Pembina Gudep dengan Mabigus. Mabigus bersidang sekurang-kurangnya sekali dalam waktu enam bulan, dipimpin oleh Ketua Mabigus.

    D.      Sifat Kepramukaan

    1.        Menurut AD GP Bab III Pasal 7

    a.         Gerakan pramuka adalah gerakan kepanduan Indonesia.

    b.        Gerakan pramuka adalah organisasi pendidikan yang keanggotaannya bersifat sukarela, tidak membedakan suku, ras, golongan, dan agama.

    c.         Gerakan pramuka bukan organisasi kekuatan sosial-politik dan tidak menjalankan kegiatan politik praktis.

    d.        Gerakan pramuka ikut serta membantu masyarakat dengan melaksanakan pendidikan bagi kaum muda, khususnya pendidikan non formal di luar sekolah dan luar keluarga.

    e.         Gerakan pramuka menjamin kemerdekaan tiap-tiap anggotanya untuk memeluk agama dan kepercayaannya masing-masing dan beribadat menurut agama dan kepercayaan masing-masing dan beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu.

    2.        Menurut Resolusi Konperensi Kepramukaan Sedunia di Kopenhagen (Denmark) tahun 1924

    Resolusi Konperensi Kepramukaan Sedunia yang diadakan di Kopenhagen (Denmark) tahun 1924, telah menetapkan tiga ciri khas sifat kepramukaan:

    a. Nasional

    Nasional dalam hal ini mengandung arti bahwa suatu organisasi kepramukaan di suatu negara haruslah bersifat nasional yang disesuaikan dengan keadaan, kebutuhan, dan kepentingan masyarakat, bangsa,  dan negaranya.

    b. Internasional

    Internasional dalam hal ini mengandung arti bahwa kepramukaan di negara manapun di dunia ini, harus mampu membina dan mengembangkan rasa persaudaraan dan persahabatan antara sesama manusia (sesama pramuka), tanpa membeda-bedakan latar belakang suku, bangsa, kepercayaan, agama, golongan, maupun tingkatan sosial apapun.

    c. Universal

    Universal dalam hal ini mengandung arti bahwa dimanapun juga di dunia ini, dalam melaksanakan pendidikan kepramukaan itu, akan  selalu didasarkan pada prinsip dasar metodik kepramukaan, sebagai landasan universal.

    3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka

    Di dalam undang-undang tersebut tercantum bahwasanya “Gerakan pramuka bersifat mandiri, sukarela dan nonpolitis”. Hal tersebut mengandung artian bahwa keanggotaan gerakan pramuka bersifat sukarela, yang berarti tidak ada unsur kewajiban dan paksaan. Gerakan pramuka juga bukan merupakan organisasi kekuatan sosial politik dan bukanlah bagian dari salah satu organisasi kekuatan sosial politik manapun. Semua jajaran gerakan pramuka tidak dibenarkan ikut serta dalam kegiatan yang bersifat politik praktis. Gerakan pramuka juga memberi kebebasan kepada anggotanya untuk beribadat menurut agama dan kepercayaan masing-masing. Membina anggotanya agar meningkatkan ketakwaan dan menjalankan kewajiban terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta menumbuhkan dan memupuk kerukunan hidup beragama dan kerukunan antar umat beragama dengan saling menghormati dan menghargai agama dan kepercayaan orang lain.

    E. Hiburan

    1. Tepuk Pramuka

    a.  Tepuk Bodden Powell

    Tepuk 3x…….Kembang randu
    Tepuk 3x…….Kruwel-kruwel
    Tepuk 3x…….Bapak pandu
    Tepuk 3x…… Bodden Powell

    b. Tepuk Coca-cola

    Tepuk 3x……Coca-coca

    Tepuk 3x……Cola-cola

    Tepuk 3x……Coca-cola

    Tepuk 3x……zeeepppp…….berrrrrrrrrrrrrr

    2. Yel-yel

    a. Pasukan Rakus

    Kami bukan pasukan rakus…

    Tiap hari makannya mie rebus…

    Mie rebus tak cukup lima kardus…

    Masih ditambah tujuh ekor tikus…,

    Kami bukan pasukan loyo…

    Tiap hari makannya kacang ijo…

    Kacang ijo tak cukup lima kilo…

    Masih ditambah tujuh kodok ijo…,

    Tul jaenab jaejatul jaedi…

    Di PGMI cah telu “A” nomer siji…

    b. Isuk-isuk

    Wayahe Isuk-isuk…

    Aku eruh bakul Gethuk…

    Gethuke empuk-empuk…

    Bakule muni “gethuk”…

    Wetengku langsung krucuk…

    Aku tuku sak pincuk…

    Wayahe awan-awan…

    Aku eruh bakul bakwan…

    Bakwane Pak Samiran…

    Bakule muni “bakwan”…

    Wetengku rakaruan…

    Aku tuku sak wajan…

    Wayahe sore-sore…

    Aku eroh bakul sate…

    Satene gede-gede…

    Bakule muni “sate”…

    Wetengku langsung luwe…

    Aku tuku selawe…

    Wayahe bengi-bengi…

    Aku eroh bakul bakmi…

    Bakmine bu Katemi…

    Bakule muni “bakmi”…

    Wetengku langsung muni…

    Aku tuku sak panci…

    F.  Review Pertanyaan Diskusi

    1. Jelaskan apa saja kendala yang biasa kita hadapi dalam pelaksanaan kegiatan pramuka! (Whenitiya Nofariyani)

    Ada banyak kendala yang kita temui dalam pelaksanaan kegiatan pramuka selama ini, terutama dalam pelaksanaan pramuka sebagai ekstrakurikuler wajib, sebab pada hakikatnya tidak semua siswa tertarik dan minat untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pramuka, nah kebijakan ditetapkannya pramuka sebagai ekstrakurikuler wajib mau tak mau memaksa mereka untuk mengikutinya hal ini tentunya tak sesuai dengan prinsip kesukarelaan yang dianut pramuka. Sementara kendala yang lain diantaranya adalah kurangnya pembinaan kegiatan pramuka di beberapa sekolah, kurangnya dana untuk pembinaan kegiatan pramuka terutama di sekolah-sekolah yang jumlah muridnya tergolong sedikit.

    2. Jelaskan pengertian dan tujuan dari diterapkannya model blok, model aktualisasi, dan model reguler pada pendidikan kepramukaan! (Rahayu Septi Nur Azizah)

    a.  Model blok adalah bentuk kegiatan pendidikan kepramukaan yang dilaksanakan pada awal peserta didik masuk di satuan pendidikan. Adapun tujuan dari diterapkannya model ini adalah sebagai wadah pengenalan pendidikan kepramukaan yang menyenangkan dan menantang kepada seluruh peserta didik.

    b. Model aktualisasi adalah bentuk kegiatan pendidikan kepramukaan yang dilaksanakan dengan mengaktualisasikan kompetensi dasar mata pelajaran yang relevan dengan metode dan prinsip dasar kepramukaan.

    c.  Model reguler adalah bentuk kegiatan pendidikan kepramukaan yang dilaksanakan pada gugus depan yang ada di satuan pendidikan dan merupakan kegiatan pendidikan kepramukaan secara utuh. Adapun tujuan dari diterapkannya model ini adalah untuk meningkatkan nilai-nilai dan keterampilan peserta didik sesuai dengan tuntutan IPTEK.

    3. Jelaskan mengapa pramuka dijadikan sebagai ekstrakulikuler wajib dalam kurikulum 2013! (Widayatul Fitriani)

    Pramuka dijadikan ekstrakurikuler wajib di kurikulum 2013 yang pertama adalah karena ada dasar legalitasnya yakni UU No 12 tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka. Dan alasan yang kedua adalah karena pramuka mengajarkan banyak nilai, mulai dari kepemimpinan kebersamaan, sosial, kecintaan alam, hingga kemandirian intinya hampir sewarnalah dengan apa yang diajarkan di kurikulum 2013, jadi saling menguatkan.

    Bab III. Penutup

    A. Kesimpulan

    1. Fungsi Gerakan Pramuka

    1. Bagi peserta didik : Permainan (game) yang menarik, menyenangkan, dan menantang serta mengandung pendidikan.
    2. Bagi pembina atau orang dewasa berfungsi sebagai pengabdian untuk meraih tujuan pendidikan kepramukaan. Untuk itu diperlukan sikap taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, ikhlas dan tanpa pamrih, dedikasi tinggi, budi pekerti yang luhur, jujur dan sportif, tidak bersifat koersial, dan mengembangkan pengalaman.
    3. Bagi masyarakat berfungsi sebagai alat untuk mencapai sasaran dan tujuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara oleh karena itu penyelenggaraan pendidikan kepramukaan harus disesuaikan dan diserasikan dengan kebutuhan, kondisi, situasi dan perkembnagn masyarakat. Serta sebagai alat pembinaan dan pengembangan generasi muda bagi masyarakat.

    2. Tugas Pokok Gerakan Pramuka utamanya adalah untuk melaksanakan pendidikan bagi kaum muda di lingkungan luar sekolah. Pendidikan ini dicanangkan untuk melengkapi pendidikan di lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah.

    3. Pelaksanaan pendidikan kepramukaan dilandaskan pada

    4. Sifat kepramukaan ada tiga yaitu nasional, internasional dan universal.

    B. Saran

    1. Untuk calon pendidik diharapkan mampu menanamkan jiwa kepramukaan dalam diri setiap peserta didik serta harus telaten dan penuh semangat dalam proses penyampaian pembelajaran.

    2. Untuk makalah ini kami sadar bahwa makalah yang kami susun tidak luput dari kesalahan oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang bersifat mebangun demi lebih baiknya makalah ini.

    DAFTAR PUSTAKA

    Azwar, Azrul. 2011. Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar. Jakarta: Kwartir Nasional Gerakan Pramuka.

    Banna, A. Hasan Al. 2004. Penjabaran SKU dan Aba-aba Isyarat. Ponorogo: Gudep 15089 PonPes Darussalam Gontor.

    Bob Sunardi, Andri. 2001. Boy Man Ragam Latihan Pramuka. Bandung: Nusantara Muda.

    Cabang, Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tingkat. 2012. Bahan Serahan Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar (KMD). Semarang: Pusat Pendidikan dan Pelatihan.

    Dani, Agus S. dan Budi Anwari. 2015. Buku Panduan Pramuka Penggalang. Yogyakarta: Andi Offset.

    Endah, Alam. Tugas Pokok, Tujuan, dan Fungsi Gerakan . http://alamendah.blogspot.co.id/2014/08/tugas-pokok-tujuan-dan-fungsi-gerakan.html. (Diakses pada selasa 18 Oktober 2016, pukul 18.09 WIB).

    Lukys, Riyanto. 2003. Pegangan Lengkap Gerakan Pramuka. Surabaya: Terbit Terang.

    Maftuh, Asep Mochamad. 2008. Buku Pegangan Pembina Pramuka. Cimahi: Darussalam.

    Mashudi. 2003. Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar. Jakarta: Kwartir Nasional Gerakan Pramuka.

    Mukson. 2009. Panduan Materi Pramuka Penggalang. Semarang: Luxuary Offset.

    Pramuka, Kwartir Nasional Gerakan. 2010. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka. Jakarta: Depdikbud.

    Suratno, Ringsung. 2004. Materi Dasar Kepramukaan dan Agenda Pramuka. Semarang: Sinar Jaya.

    T. Anggadiredja, Jana. 2011. Panduan Teknis Kursus Pembina Pramuka Mahir. Jakarta: Kwartir Nasional Gerakan Pramuka.

    Yusup, Jaenudin dan Tini Rustini. 2016. Panduan Wajib Pendidikan Pramuka. Jakarta: B Media.

  • Makalah Bahasan Indonesia Kalimat Efektif

    Kalimat Efektif

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi yang digunakan manusia dengan sesama anggota masyarakat lain pemakai bahasa itu. Bahasa itu berisi pikiran, keinginan, atau perasaan yang ada pada diri si pembicara atau penulis. Bahasa yang digunakan itu hendaklah dapat mendukung maksud secara jelas agar apa yang dipikirkan, diinginkan, atau dirasakan itu dapat diterima oleh pendengar atau pembaca. Kalimat yang dapat mencapai sasarannya secara baik disebut dengan kalimat efektif.

    Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat dan dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Kalau gagasan yang disampaikan sudah tepat, pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas, dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya. Akan tetapi, kadang-kadang harapan itu tidak tercapai. Misalnya, ada sebagian lawan bicara atau pembaca tidak memahami apa maksud yang diucapkan atau yang dituliskan. Supaya kalimat yang dibuat dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat, unsur kalimat yang digunakan harus lengkap dan eksplisit. Artinya, unsur-unsur kalimat seharusnya ada yang tidak boleh dihilangkan. Sebaliknya, unsur-unsur yang seharusnya tidak ada tidak perlu dimunculkan. Kelengkapan dan keeksplisitan semacam itu dapat diukur berdasarkan keperluan komunikasi dan kesesuaiannya dengan kaidah (Mustakim, 1994:86).

    Dalam karangan ilmiah sering kita jumpai kalimat-kalimat yang tidak memenuhi syarat sebagai bahasa ilmiah. Hal ini disebabkan oleh, antara lain, mungkin kalimat-kalimat yang dituliskan kabur, kacau, tidak logis, atau bertele-tele. Dengan adanya kenyataan itu, pembaca sukar mengerti maksud kalimat yang kita sampaikan karena kalimat tersebut tidak efektif. Berdasarkan kenyataan inilah penulis tertarik untuk membahas kalimat efektif dengan segala permasalahannya.

    B. Rumusan Masalah

    Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah :

    1. Apa yang dimaksud dengan kalimat efektif?
    2. Apa ciri-ciri kalimat efektif?
    3. Apa syarat yang mendasari kalimat efektif?
    4. Bagaimana struktur kalimat efektif?

    C.        Tujuan Pembahasan

    1.      Agar tidak terjadi kesalahan dalam penggunakan bahasa Indonesia sehingga menjadi  baik dan benar

    2.      Mengetahui apa dan bagaimana penggunaan kalimat efektif dalam berbahasa

    3.      Menjaga kemurnian bahasa Indonesia

    E.        Manfaat Pembahasan

    1.      Manfaat untuk diri sendiri: agar bisa memahami bagaimana yang dikatakan dengan kalimat efektif.

    2.      Manfaat untuk kelompok: agar kita bisa menjaga budaya Bahasa Indonesia yang baik dan mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

    Bab II. Pembahasan

    A. Pengertian Kalimat Efektif

    Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan penutur/penulisnya secara tepat sehingga dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Efektif dalam hal ini adalah ukuran kalimat yang memiliki kemampuan menimbulkan gagasan atau pikiran pada pendengar atau pembaca. Dengan kata lain, kalimat efektif  adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara secara tepat sehingga pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya.

    Efektif mengandung pengertian tepat guna, artinya sesuatu akan berguna jika dipakai pada sasaran yang tepat. Pengertian efektif dalam kalimat adalah dan ketepatan penggunaan kalimat dan ragam bahasa tertentu dalam situasi kebahasaan tertentu pula. Beberapa definisi kalimat efektif menurut beberapa ahli bahasa :

    1. Kalimat efektif adalah kalimat yang bukan hanya memenuhi syarat-syarat komunikatif, gramatikal, dan sintaksis saja, tetapi juga harus hidup, segar, mudah dipahami, serta sanggup menimbulkan daya khayal pada diri pembaca. (Rahayu: 2007)
    2. Kalimat efektif adalah kalimat yang benar dan jelas sehingga dengan mudah dipahami orang lain secara tepat. (Akhadiah, Arsjad, dan Ridwan:2001)
    3. Kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi kriteria jelas, sesuai dengan kaidah, ringkas, dan enak dibaca. (Arifin: 1989)
    4. Kalimat efektif dipahami sebagai kalimat yang dapat menyampaikan informasi dan informasi tersebut mudah dipahami oleh pembaca. (Nasucha, Rohmadi, dan Wahyudi: 2009)
    5. Kalimat efektif di pahami sebagai sebuah kalimat yang dapat membantu menjelaskan sesuatu persoalan secara lebih singkat jelas padat dan mudah di mengerti serta di artikan. (ARIF HP: 2013)

    Dari beberapa uraian di atas dapat diambil kata kunci dari definisi kalimat efektif yaitu sesuai kaidah bahasa, jelas, dan mudah dipahami. Jadi, kalimat efektif adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa, jelas, dan mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca.

    Kalimat efektif syarat-syarat sebagai berikut:

    1. secara tepat mewakili pikiran pembicara atau penulisnya.
    2. mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar atau pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.

    B. Ciri-ciri Kalimat Efektif

    1. Kesejajaran

    Memiliki kesamaan bentukan/imbuhan. Jika bagian kalimat itu menggunakan kata kerja berimbuhan di-, bagian kalimat yang lainnya pun harus menggunakan di- pula.

    1.      Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan.

    Kalimat tersebut tidak memiliki kesejajaran antara predikat-predikatnya. Yang satu menggunakan predikat aktif, yakni imbuhan me-, sedang yang satu lagi menggunakan predikat pasif, yakni menggunakan imbuhan di-.

    Kalimat itu harus diubah :

    1. Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan

    2. Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan.

    2. Kehematan

    Kalimat efektif tidak boleh menggunakan kata-kata yang tidak perlu. Kata-kata yang berlebih. Penggunaan kata yang berlebih hanya akan mengaburkan maksud kalimat.

    Bunga-bunga mawar, anyelir, dan melati sangat disukainya.

    Pemakaian kata bunga-bunga dalam kalimat di atas tidak perlu. Dalam kata mawar,anyelir,dan melati terkandung makna bunga.

    Kalimat yang benar adalah:

    Mawar,anyelir, dan melati sangat disukainya.

    3. Penekanan

    Kalimat yang dipentingkan harus diberi penekanan.

    Caranya:

    • Mengubah posisi dalam kalimat, yakni dengan cara meletakkan bagian yang penting di depan kalimat.

    Contoh :

    1. Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain
    2. Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini.

    • Menggunakan partikel; penekanan bagian kalimat dapat menggunakan partikel –lah, -pun, dan –kah.

    Contoh :

    1. Saudaralah yang harus bertanggung jawab dalam soal itu.

    2. Kami pun turut dalam kegiatan itu.

    3. Bisakah dia menyelesaikannya?

    • Menggunakan repetisi, yakni dengan mengulang-ulang kata yang dianggap penting.

    Contoh :

    Dalam membina hubungan antara suami istri, antara guru dan murid, antara orang tua dan anak, antara pemerintah dan rakyat, diperlukan adanya komunikasi dan sikap saling memahami antara satu dan lainnya.

    • Menggunakan pertentangan, yakni menggunakan kata yang bertentangan atau berlawanan makna/maksud dalam bagian kalimat yang ingin ditegaskan.

    Contoh :

    1. Anak itu tidak malas, tetapi rajin.

    2. Ia tidak menghendaki perbaikan yang sifatnya parsial, tetapi total dan menyeluruh.

    2.2.5.     Kelogisan

    Kalimat efektif harus mudah dipahami. Dalam hal ini hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.

    Contoh :

    Waktu dan tempat saya persilakan.

    Kalimat ini tidak logis/tidak masuk akal karena waktu dan tempat adalah benda mati yang tidak dapat dipersilakan. Kalimat tersebut harus diubah misalnya ;

    Bapak penceramah, saya persilakan untuk naik ke podium.

    2.2.6.     Kesepadanan

    Yang dimaksud dengan kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik.

    Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa ciri, seperti tercantum di bawah ini:

    * Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas.

    Ketidakjelasan subjek atau predikat suatu kalimat tentu saja membuat kalimat itu tidak efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam bagi untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di depan subjek.

    Contoh:

    a. Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Salah)

    b. Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Benar)

    * Tidak terdapat subjek yang ganda.

     Contoh:

    a. Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen.

    b. Saat itu saya kurang jelas.

    Kalimat-kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara berikut :

    a. Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para dosen.

    b. Saat itu bagi saya kurang jelas.

    * Kalimat penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal.

    Contoh:

    a. Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama.

    b. Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Sedangkan dia membeli sepeda motor Suzuki.

    Perbaikan kalimat-kalimat ini dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, ubahlah kalimat itu menjadi kalimat majemuk dan kedua gantilah ungkapan penghubung intrakalimat menjadi ungkapan penghubung antarkalimat, sebagai berikut:

    a. kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama. Atau

    Kami datang terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara pertama.

    b. Kakaknya membeli sepeda motor Honda, sedangkan dia membeli sepeda motor Suzuki.

    Atau Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Akan tetapi, dia membeli sepeda motor Suzuki.

    * Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.

    Contoh:

    a. Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu.

    b. Sekolah kami yang terletak di depan bioskop Gunting.

    Perbaikannya adalah sebagai berikut:

    a. Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.

    b. Sekolah kami terletak di depan bioskop Gunting.

    2.2.7.     Keparalelan

    Yang dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat itu. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan nomina. Kalau bentuk pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba.

    Contoh:

    a. Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes.

    b.Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, memasang penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.

    Kalimat (a) tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang mewakili predikat terdiri dari bentuk yang berbeda, yaitu dibekukan dan kenaikan. Kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara menyejajarkan kedua bentuk itu.

    Harga minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes.

    Kalimat (b) tidak memiliki kesejajaran karena kata yang menduduki predikat tidak sama bentuknya, yaitu kata pengecatan, memasang,pengujian, dan pengaturan. Kalimat itu akan baik kalau diubah menjadi predikat yang nomial, sebagai berikut:

    Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, pemasangan penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.

    2.2.8.      Ketegasan

    Yang dimaksud dengan ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan pada ide pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu ditonjolkan. Kalimat itu memberi penekanan atau penegasan pada penonjolan itu. Ada berbagai cara untuk membentuk penekanan dalam kalimat.

    ·         Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).

    Contoh:

    Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya.

    Penekanannya ialah presiden mengharapkan.

    Contoh:

    Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.

    Penekanannya Harapan presiden.

    Jadi, penekanan kalimat dapat dilakukan dengan mengubah posisi kalimat.

          ·         Membuat urutan kata yang bertahap

    Contoh:

    Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar.

    Seharusnya:

    Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar.

    ·         Melakukan pengulangan kata (repetisi).

    Contoh:

    Saya suka kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.

    ·         Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan

    Contoh:

    Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.

    ·         Mempergunakan partikel penekanan (penegasan).

    Contoh:

    Saudaralah yang bertanggung jawab.

    2.2.9.     Kecermatan dalam Pemilihan dan Penggunaan Kata

    Yang dimaksud dengan cermat adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran ganda.

    Dan tepat dalam pilihan kata. Perhatikan kalimat berikut.

    a.       Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.

    b.      Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima ribuan.

    Kalimat (a) memilikimakna ganda, yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa atau perguran tinggi.

    Kalimat (b) memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah uang, seratus ribu rupiah atau dua puluh lima ribu rupiah.

    Perhatikan kalimat berikut.

    ·  Yang diceritakan menceritakan tentang putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.

    Kalimat ini salah pilihan katanya karena dua kata yang bertentangan, yaitu diceritakan dan menceritakan. Kalimat itu dapat diubah menjadi

    Yang diceritakan ialah putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.

    2.2.10    Kepaduan

    Yang dimaksud dengan kepaduan ialah kepaduan ialah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.

    a.Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak

    simetris.Oleh karena itu, kita hindari kalimat yang panjang dan bertele-tele.

    Misalnya:

    Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan yang secara tidak sadar bertindak keluar dari kepribadian manusia Indonesia dari sudut kemanusiaan yang adil dan beradab

    b.Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam

    kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.

    Contoh:

    Surat itu saya sudah baca.

    Saran yang dikemukakannya kami akan pertimbangkan.

    Kalimat di atas tidak menunjukkan kepaduan sebab aspek terletak antara agen dan verbal. Seharusnya kalimat itu berbentuk

    a. Surat itu sudah saya baca.

    b. Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan.

    c.Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau tentang

    antara predikat kata kerja dan objek penderita.

    Perhatikan kalimat ini :

    a. Mereka membicarakan daripada kehendak rakyat.

    b. Makalah ini akan membahas tentang desain interior pada rumah-rumah adat.

    Seharusnya:

    a. Mereka membicarakan kehendak rakyat.

    b. Makalah ini akan membahas desain interior pada rumah-rumah adat.

    2.3.      Syarat-syarat Kalimat Efektif

    Syarat-syarat kalimat efektif adalah sebagai berikut:

    1.    Secara tepat mewakili pikiran pembicara atau penulisnya.

    2.   Mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar atau pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.

    2.4.      Struktur Kalimat Efektif

    Struktur kalimat efektif  haruslah benar. Kalimat itu harus memiliki kesatuan bentuk, sebab kesatuan bentuk itulah yang menjadikan adanya kesatuan arti. Kalimat yang strukturnya benar tentu memiliki kesatuan bentuk dan sekaligus kesatuan arti. Sebaliknya kalimat yang strukturnya rusak atau kacau, tidak menggambarkan kesatuan apa-apa dan merupakan suatu pernyataan yang salah.

    Jadi, kalimat efektif selalu memiliki struktur atau bentuk yang jelas. Setiap unsur yang terdapat di dalamnya (yang pada umumnya terdiri dari kata) harus menempati posisi yang jelas dalam hubungan satu sama lain. Kata-kata itu harus diurutkan berdasarkan aturan-aturan yang sudah dibiasakan. Tidak boleh menyimpang, aalagi bertentangan. Setiap penyimpangan biasanya akan menimbulkan kelainan yang tidak dapat diterima oleh masyarakat pemakai bahasa itu.

    Misalnya, Anda akan menyatakan Saya menulis surat buat papa. Efek yang ditimbulkannya akan sangat lain, bila dikatakan:

    1.    Buat Papa menulis surat saya.

    2.    Surat saya menulis buat Papa.

    3.    Menuis saya surat buat Papa.

    4.    Papa saya buat menulis surat.

    5.    Saya Papa buat menulis surat.

    6.    Buat Papa surat saya menulis.

    Walaupun kata yang digunakan dalam kalimat itu sama, namun terdapat kesalahan. Kesalahan itu terjadi karena kata-kata tersebut (sebagai unsur kalimat) tidak jelas fungsinya. Hubungan kata yang satu dengan yang lain tidak jelas. Kata-kata itu juga tidak diurutkan berdasarkan apa yang sudah ditentukan oleh pemakai bahasa.

    Demikinlah biasanya yang terjadi akibat penyimpangan terhadap kebiasaan struktural pemakaian bahasa pada umumnya. Akibat selanjutnya adalah kekacauan pengertian. Agar hal ini tidak terjadi, maka si pemakai bahasa selalu berusaha mentaati hokum yag sudah dibiasakan.

    BAB III

    PENUTUP

    3.1.Kesimpulan

    Ø  Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara secara tepat sehingga pndengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas dan lengkap seperti apa yang dimasud oleh penulis atau pembicaranya.

    Ø  Unsur-unsur dalam kalimat meliputi : subjek (S), prediket (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket).

    Ø  Ciri-ciri kalimat efektif yaitu : Kesepadanan, keparalelan, ketegasan, kehematan, kecermatan, kepaduan, kelogisan.

    3.2.Saran

    Pada kenyataannya, pembuatan makalah ini masih bersifat sangat sederhana dan simpel. Serta dalam Penyusunan makalah inipun masih memerlukan kritikan dan saran bagi pembahasan materi tersebut.

    Daftar Pustaka

    Ali, Lukman dkk. 1991. Petunjuk Praktis Berbahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

    Badudu, J.S. 1983. Membina Bahasa Indonesia baku. Bandung: Pustaka Prima.

    Finoza, Lamuddin. 2002.. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Insan Mulia.

    Razak, Abdul. 1985. Kalimat Efektif. Jakarta: Gramedia.

    http:////Pengertian, Ciri, dan Penggunaan Kalimat Efektif.html.

    Contoh Kalimat Efektif dan Kalimat Tidak Efektif

    http://arifharypurnomo.blogspot.com/2013/10/kalimat-efektif-ciri-ciri-dan-contoh.html

  • Makalah Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus

    Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Pembelajaran untuk anak berkebutuhan khusus (student with special needs) membutuhkan suatu pola tersendiri sesuai dengan kebutuhannya masing-masing, yang berbeda antara satu dan lainnya. Dalam penyusunan program pembelajaran untuk setiap bidang studi, hendaknya guru kelas sudah memiliki pribadi setiap peserta didiknya. Data pribadi yakni berkaitan dengan teristik spesifik, kemampuan dan kelemahannya, kompetensi yang dimiliki, dan tingkat perkembangannya.

    Karakteristik spesifik student with special needs pada umumnya berkaitan dengan tingkat perkembangan fungsional. Karakteristik spesifik tersebut meliputi tingkat perkembangan sensorimotor, kognitif, kemampuan berbahasa, keterampilan diri, konsep diri, kemampuan berinteraksi sosial, serta kreativitasnya. Untuk mengetahui secara jelas tentang karakteristik dari setiap siswa, guru terlebih dahulu melakukan skrining atau asesmen agar mengetahui secara jelas mengenai kompetensi diri peserta didik bersangkutan.Tujuannya agar saat memprogramkan pembelajaran, sudah dipikirkan mengenai : intervensi pembelajaran yang dianggap cocok. Asesmen di sini adalah kegiatan untuk mengetahui kemampuan dan kelemahan setiap didik dalam segi perkembangan kognitif dan perkembangan sosial, pengamatan yang sensitif. Kegiatan ini biasanya memerlukan penginstrumen khusus secara baku atau dibuat sendiri oleh guru kelas. Guru yang mumpuni adalah guru yang mampu mengorganisir kegiatan mengajar di kelas melalui program pembelajaran individual dengan latihan kemampuan dan kelemahan setiap individu siswa. Pola kegiatan pembelajaran ini kita kenal dengan nama lain sebagai individualized educa-jarogram (IEP). Selama proses kegiatan pembelajaran, guru kelas ditantang untuk dapat memberikan intervensi khusus guna mengatasi bentuk kelainan-kelainan perilaku yang muncul,agar pembelajaran dapat berjalan dengan lancar.

    Adanya perbedaan karakteristik setiap peserta didik berkebutuhan khusus, akan memerlukan kemampuan khusus guru. Guru dituntu memiliki kemampuan berkaitan dengan cara mengombinasikan kemampuan dan bakat setiap anak dalam beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut meliputi kemarnpuan berpikir, melihat, mendengar, berbicara, dan cara bersosialisasi. Hal-hal tersebut diarahkan pada keberhasilan dari tujuan akhir pembelajaran, yaitu perubahan perilaku ke arah pendewasaan. Kemampuan guru semacam itu merupakan kemahiran seorang guru dalam menyelaraskan keberadaanya dengan kurikulum yang ada, kemudian diramu menjadi sebuah program pembelajaran individual.

    Model pembelajaran terhadap peserta didik berkebutuhan khusus, yang dipersiapkan oleh para guru di sekolah, ditujukan agar peserta didik mampu untuk berinteraksi terhadap lingkungan sosial. Pembelajaran tersebut disusun secara khusus melalui penggalian kemampuan diri peserta didik yang paling dominan dan didasarkan pada Kurikulum Berbasis Kompetensi.

    Model bimbingan terhadap peserta didik berkebutuhan khusus seyoganya difokuskan dahulu terhadap perilaku nonadaptif atau perilaku menyimpang sebelum mereka melakukan kegiatan program pembelajaran individual. Bimbingan semacam ini dapat diterapkan melalui upaya-upaya pengondisian lingkungan yang dapat mencapai perkembangan optimal dalam upaya mengembangkan perilaku-perilaku efektif sesuai dengan tugas-tugas perkembangannya.

    1.2. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

    1. Bagaimanakah klasifikasi anak berkelainan fisik ?
    2. Bagaimanaka klasifikasi  anak berkelainan mental emosional ?
    3. Bagaimanaka klasifikasi anak berkelainan akademik ?

    1.3.Tujuan

    Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut

    1.           Untuk mengetahui karakteristik anak berkelainan fisik

    2.             Untuk mengetahui karakteristik anak berkelainan mental emosional

    3.           Untuk mengetahui karakteristik anak berkelainan akademik? 

    Bab II. Pembahasan

    Kali ini saya akan membahas sedikit tentang Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) merupakan istilah yang digunakan untuk menyebutkan anak-anak luar biasa atau mengalami kelainan dalam konteks pendidikan. Anak Berkebutuhan Khusus tersebut memiliki keunikan tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya yang membedakan mereka dari anak-anak normal pada umumnya serta mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan lingkungan sehingga untuk mengembangkan potensinya dibutuhkan pendidikan dan pengajaran khusus.

    2.1. Anak Berkelainan Fisik

    A.  Anak tunanetra adalah anak-anak yang mengalami kelainan atau gangguan fungsi penglihatan, yang memiliki tingkatan atau klasifikasi yang berbeda-beda. secara pedagogis membutuhkan layanan pendidikan khusus dalam belajarnya di sekolah. Berdasarkan tingkatannya, dapat diklasifikasi sebagai berikut:

           1. Berdasarkan Tingkat Ketajaman Penglihatan

    Seseorang yang dikatakan penglihatannya normal, apabila hasil tes Snellen menunjukkan ketajaman penglihatannya 20/20 atau 6/6 meter. Sedangkan untuk seseorang yang mengalami kelainan penglihatan kategori Low vision (kurang lihat), yaitu penyandang tunanetra yang memiliki ketajaman penglihatan 6/20m-6/60m. Kondisi yang demikian sesungguhnya penderita masih dapat melihat dengan bantuan alat khusus. Selanjutnya untuk seseorang yang mengalami kelainan penglihatan katergori berat, atau The blind, yaitu penyandang tunanetra yang memiliki tingkat ketajaman penglihatan 6/60m atau kurang. Untuk yang kategori berat ini, masih ada dua kemungkinan (1) penderita adakalanya masih dapat melihat gerakan-gerakan tangan, ataupun (2) hanya dapat membedakan gelap dan terang. Sedangkan tunanetra yang memilki ketajaman penglihatan dengan visus 0, sudah sama sekali tidak dapat melihat.

    2. Berdasarkan adaptasi Pedagogis,

    Kirk, SA (1989) mengklasifikasikan penyandang tunanetra berdasarkan kemampuan penyesuaiannya dalam pemberian layanan pendidikan khusus yang diperlukan. Klasifikasi dimaksud adalah:

    a. Kemampuan melihat sedang (moderate visual disability), dimana pada taraf ini mereka masih dapat melaksanakan tugas-tugas visual yang dilakukan orang awas dengan menggunakan alat bantu khusus serta dengan bantuan cahaya yang cukup.

    b. Ketidakmampuan melihat taraf berat (severe visual disability). Pada taraf ini, mereka memiliki penglihatan yang kurang baik, atau kurang akurat meskipun dengan menggunakan alat Bantu visual dan modifikasi, sehingga mereka membutuhkan banyak dan tenaga dalam mengerjakantugas-tugas visual.

    c. Ketidakmampuan melihat taraf sangat berat (profound visual disability) Pada taraf ini mereka mengalami kesulitan dalam melakukan tugas-tugas visual, dan tidak dapat melakukan tugas-tugas visual yang lebih detail seperti membaca dan menulis. Untuk itu mereka sudah tidak dapat memanfaatkan penglihatannya dalam pendidikan, dan mengandalkan indra perabaan dan pendengaran dalam menempuh pendidikan.

    B. Tunarungu adalah istilah yang menunjuk pada kondisi ketidakfungsian organ pendengaran atau telinga seseorang anak. Kondisi ini menyebabkan mereka mengalami hambatan atau keterbatasan dalam merespon bunyi-bunyi yang ada di sekitarnya. Tunarungu terdiri atas beberapa tingkatan kemampuan mendengar, yang umum dan khusus. Ada beberapa klasifikasi anak tunarungu secara umum, yaitu:

    1.  Klasifikasisi umum

    a)   The deaf, atau tuli, yaitu penyandang tunarungu berat dan sangat berat dengan tingkat ketulian di atas 90 dB.

    b)   Hard of Hearing, atau kurang dengar, yaitu penyandang tunarungu ringan atau sedang, dengan derajat ketulian 20 – 90 dB.

    2. Klasifikasi Khusus

    a)   Tunarungu ringan, yaitu penyandang tunarungu yang mengalami tingkat ketulian 25– 45 dB Yaitu sesorang yang mengalami ketunarunguan taaf ringan, dimana ia mengalami kesulitan untuk merespon suara-suara yang datangnya agak jauh. Pada kondisi yang demikian, seseorang anak secara pedagogis sudah memerlukan perhatian khusus dalam belajarnya di sekolah, misalnya dengan menempatkan tempat duduk di bagian depan, yang dekat dengan guru.

    b)    Tunarungu sedang, yaitu penyandang tunarungu yang mengalami tingkat ketulian 46 – 70 dB Yaitu seseorang yang mengalami ketunarunguan taraf sedang, dimana ia hanya dapat mengerti percakapan pada jara 3-5 feet secara berhadapan, tetapi tidak dapt mengikuti diskusi-diskusi di kelas. Untuk anak yang mengalami ketunarunguan taraf ini memerlukan adanya alat bantu dengar (hearing aid), dan memerlukan pembinaan komunikasi, persepsi bunyi dan irama.

    c)    Tunarungu berat, yaitu penyandang tunarungu yang mengalami tingkat ketulian 71 – 90 dB. Sesorang yang mengalami ketunarunguan taraf berat, hanya dapat merespon bunyi-bunyi dalam jarak yang sangat dekat dan diperkeras. Siswa dengan kategori ini juga memerlukan alat bantu dengar dalam mengikuti pendidikannya di sekolah. Siswa juga sangat memerlukan adanya pembinaan atau latihan-latihan komunikasi dan pengembangan bicaranya.

    d)    Tunarungu sangat berat (profound), yaitu penyandang tunarungu yang mengalami tingkat ketulian 90 dB ke atas Pada taraf ini, mungkin seseorang sudah tidak dapat merespon suara sama sekali, tetapi mungkin masih bisa merespon melalui getaran-getaran suara yang ada. Untuk kegiatan pendidikan dan aktivitas lainnya, penyandang tunarungu kategori ini lebih mengandalkan kemampuan visual atau penglihatannya.

    C. Anak tunadaksa adalah anak-anak yang mengalami kelainan fisik, atau cacat tubuh, yang mencakup kelainan anggota tubuh maupun yang mengalami kelainan gerak dan kelumpuhan, yang sering disebut sebagai cerebral palsy (CP), dengan klasifikasi sebagai berikut:

    Menurut tingkat kelainannya, anak-anak tunadaksa dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

    Cerebral palsy (CP) :

         1.    Ringan, dapat berjalan tanpa alat bantu, mampu berbicara dan dapat menolong dirinya sendiri.     

         2.    Sedang, memerlukan bantuan untuk berjalan, latihan berbicara, dan mengurus diri sendiri.

         3.    Berat, memerlukan perawatan tetap dalam ambulansi, berbicara, dan menolong diri sendiri.

    Berdasarkan letaknya

    1.    Spastic, kekakuan pada sebagian atau seluruh ototnya.

    2.   Dyskenisia, gerakannya tak terkontrol (athetosis), serta terjadinya kekakuan pada seluruh tubuh yang sulit digerakkan (rigid).

    3.    Ataxia, gangguan keseimbangan, koordinasi mata dan tangan tidak berfungsi, dan cara berjalannya gontai.

    4.    Campuran, yang mengalami kelainan ganda

    Polio

    1. Tipe spinal, kelumpuhan pada otot-otot leher, sekat dada, tangan dan kaki

    2.    Tipe bulbair, kelumpuhan fungsi motorik pada satu atau lebih saraf tepi yang menyebabkan adanya gangguan pernapasan.

    3.  Tipe bulbispinalis, gangguan antara tipe spinal dan bulbair.

    4.  Encephalitis, yang umumnya ditandai dengan adanya demam, kesadaran menurun, tremor, dan kadang-kadang kejang.

    2. 2   Anak Berkelainan Mental Emosional

    A.  Klasifikasi anak tunagrahita,untuk memahami klasifikasi anak tunagrahita maka perlu disesuaikan dengan klasifikasinya karena setiap kelompok tunagrahita memiliki klasifikasi yang berbeda-beda. Sesuai dengan bidang bahasan pada materi ini akan dibahas klasifikasi akademik tunagrahita sebagai berikut:

    Ada beberapa klasifikasi atau pengelompokkan tunagrahita berdasarkan berbagai tinjauan diantaranya:

    1.      Berdasarkan kapasitas intelektual (sekor IQ)

    ·         Tunagrahita ringan IQ 50 – 70

    ·         Tunagrahita sedang IQ 35 – 50

    ·         Tunagrahita berat IQ 20 – 35

    ·         Tunagrahita sangat berat memiliki IQ di bawah 20

    2.      Berdasarkan kemampuan akademik

    ·         Tunagrahita mampudidik

    ·         Tunagrahita mampulatih

    ·         Tunagrahita perlurawat

    3.      Berdasarkan tipe klini pada fisik

    ·         Down’s Syndrone (Mongolism)

    ·         Macro Cephalic (Hidro Cephalic)

    ·         Micro Cephalic

    Pengklasifikasian anak tunagrahita perlu dilakukan untuk memudahkan guru dalam menyusun program layanan/pendidikan dan melaksanakannya secara tepat. Perlu diperhatikan bahwa perbedaan individu (individual deferences) pada anak tunagrahita bervariasi sangat besar, demikian juga dalam pengklasifikasi terdapat cara yang sangat bervariasi tergantung dasar pandang dalam pengelompokannya. Klasifikasi itu sebagai berikut :

    1.  Klasifikasi yang berpandangan medis, dalam bidang ini memandang variasi anak tunagrahita dari keadaan tipe klinis. Tipe klinis pada tanda anatomik dan fisiologik yang mengalami patologik atau penyimpangan. Kelompok tipe klinis di antaranya:

    a)  Down Syndrom (dahulu disebut Mongoloid)

    Pada tipe ini terlihat raut rupanya menyerupai orang Mongol dengan ciri: mata sipit dan miring, lidah tebal dan terbelah-belah serta biasanya menjulur keluar, telinga kecil, tangan kering, semakin dewasa kulitnya semakin kasar, pipi bulat, bibir tebal dan besar, tangan bulat dan lemah, kecil, tulang tengkorak dari muka hingga belakang tampak pendek.

    b)  Kretin

    Pada tipe kretin nampak seperti orang cebol dengan ciri: badan pendek, kaki tangan pendek, kulit kering, tebal, dan keriput, rambut kering, kuku pendek dan tebal.

    c)  Hydrocephalus

    Gejala yang nampak adalah semakin membesarnya Cranium (tengkorak kepala) yang disebabkan oleh semakin bertambahnya atau bertimbunnya cairan Cerebro-spinal pada kepala. Cairan ini memberi tekanan pada otak besar (cerebrum) yang menyebabkan kemunduran fungsi otak.

    d) Microcephalus, Macrocephalus, Brachicephalus dan Schaphocephalus

    Keempat istilah tersebut menunjukkan kelainan bentuk dan ukuran kepala, yang masing-masing dijelaskan sebagai berikut:

    1. Microcephalus : bentuk ukuran kepala yang kecil
    2. Macrocephalus : bentuk ukuran kepala lebih besar dari ukuran normal
    3. Brachicephalus : bentuk kepala yang melebar
    4. Schaphocephalus: memiliki ukuran kepala yang panjang sehingga menyerupai menara.

    e)  Cerebral Palsy (kelompok kelumpuhan pada otak)

    Kelumpuhan pada otak mengganggu fungsi kecerdasan, di samping kemungkinan mengganggu pusat koordinasi gerak, sehingga kelainan cerebral palsy terdiri tunagrahita dan gangguan koordinasi gerak. Gangguan koordinasi gerak menjadi kajian bidang penanganan tunadaksa, sedangkan gangguan kecerdasan menjadi kajian bidang penanganan tunagrahita.

    f)  Rusak otak (Brain Damage)

    Kerusakan otak berpengaruh terhadap berbagai kemampuan yang dikendalikan oleh pusat susunan saraf yang selanjutnya dapat terjadi gangguan kecerdasan, gangguan pengamatan, gangguan tingkah laku, gangguan perhatian, gangguan motorik.

    2.  Klasifikasi yang berpandangan pendidikan, memandang variasi anak tunagrahita dalam kemampuannya mengikuti pendidikan. Kalangan American Education (Moh. Amin, 1995:21) mengelompokkan menjadi Educable mentally retarded, Trainable mentally retarded dan Totally / costudial dependent yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia : mampu didik, mampu latih, dan perlu rawat. Pengelompokan tersebut sebagai berikut:

    1. Mampu didik, anak ini setingkat mild, Borderline, Marginally dependent, moron, dan debil. IQ mereka berkisar 50/55-70/75.
    2. Mampu latih, setingkat dengan Morderate, semi dependent, imbesil, dan memiliki tingkat kecerdasan IQ berkisar 20/25-50/55.
    3. Perlu rawat, mereka termasuk Totally dependent or profoundly mentally retarded, severe, idiot, dan tingkat kecerdasannya 0/5-20/25

    3.  Klasifikasi yang berpandangan sosiologis memandang variasi tunagrahita dalam kemampuannya mandiri di masyarakat, atau peran yang dapat dilakukan masyarakat. Menurut AAMD (Amin, 1995:22-24) klasifikasi itu sebagai berikut :

    a)  Tunagrahita ringan; tingkat kecerdasan (IQ) mereka berkisar 50-70, dalam penyesuaian sosial maupun bergaul, mampu menyesuaikan diri pada lingkungan sosial yang lebih luas dan mampu melakukan pekerjaan setingkat semi terampil.

    b)  Tunagrahita sedang; tingkat kecerdasan (IQ) mereka berkisar antara 30-50; mampu melakukan keterampilan mengurus diri sendiri (self-helf); mampu mengadakan adaptasi sosial di lingkungan terdekat; dan mampu mengerjakan pekerjaan rutin yang perlu pengawasan atau bekerja di tempat kerja terlindung (sheltered work-shop).

    c)  Tunagrahita berat dan sangat berat, mereka sepanjang kehidupannya selalu tergantung bantuan dan perawatan orang lain. Ada yang masih mampu dilatih mengurus sendiri dan berkomunikasi secara sederhana dalam batas tertentu, mereka memiliki tingkat kecerdasan (IQ) kurang dari 30.

    4.  Klasifikasi yang dikemukakan oleh Leo Kanner (Amin, 1995:22-24), dan ditinjau dari sudut tingkat pandangan masyarakat sebagai berikut:

    a)  Tunagrahita absolut, termasuk kelompok tunagrahita yang jelas nampak ketunagrahitannya baik berada di pedesaan maupun perkotaan, di masyarakat petani maupun masyarakat industri, di lingkungan sekolah, lingkungan keluarga dan di tempat pekerjaan. Golongan ini penyandang tunagrahita kategori sedang.

    b)  Tunagrahita relatif, termasuk kelompok tunagrahita yang dalam masyarakat tertentu dianggap tunagrahita, tetapi di tempat masyarakat lain tidak dipandang tunagrahita. Anak tunagrahita dianggap demikian ialah anak tunagrahita ringan karena masyarakat perkotaan yang maju dianggap tunagrahita dan di masyarakat pedesaan yang masih terbelakang dipandang bukan tunagrahita.

    c)  Tunagrahita semu (pseudo mentally retarded) yaitu anak tunagrahita yang menunjukan penampilan sebagai penyandang tunagrahita tetapi sesungguhnya ia mempunyai kapasitas kemampuan yang normal. Misalnya seorang anak dikirim ke sekolah khusus karena menurut hasil tes kecerdasannya rendah, tetapi setelah mendapat pengajaran remedial dan bimbingan khusus menjadikan kemampuan belajar dan adaptasi sosialnya normal.

    5.  Klasisikasi menurut kecerdasan (IQ), dikemukakan oleh Grosman (Hallahan & Kauffman, 1988:48) sebagai berikut:

    TERMIQ RANGE FOR LEVEL
    Mild Mental RetardationMederate Mental RetardationSevere Mental RetardationProfound Mental Retardation55-70 to Aprox, 7035-40 to 50-5520-25 to 35-40bellow 20 or 25

    Klasifikasi tunagrahita dari berbagai pandangan tersebut jika dipadukan akan membentuk tabel sebagai berikut:  

    Klasifikasi tunagrahita dari berbagai pandangan tersebut jika dipadukan akan membentuk tabel sebagai berikut: Kemampuan dalam pendidikanSosiologisTingkatkecacatanTingkat kecerdasan (IQ)
    Mampu didikRingan,mild, marginally, dependent, moron.Debil55-70 to Aprox 70
    Mampu latihSedang, moderate, semi dependent.Imbesil35-40 to 50-55
    Perlu rawatBerat, severe, totally dependent, profound.Idiot20-25 to 35-40 bellow 20 or 25

    B.  Klasifikasi anak Tunalaras, adalah anak-anak yang mengalami gangguan perilaku, yang ditunjukkan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, baik di sekolah maupun dalam lingkungan sosialnya. Pada hakekatnya, anak-anak tunalaras memiliki kemampuan intelektual yang normal, atau tidak berada di bawah rata-rata. Kelainan lebih banyak banyak terjadi pada perilaku sosialnya. Beberapa klasifikasi yang menonjol dari anak-anak berkebutuhan khusus yang mengalami kelainan perilaku sosial ini adalah:

    1.    Berdasarkan perilakunya

    1. Beresiko tinggi; hiperaktif suka berkelahi, memukul, menyerang, merusak milik sendiri atau orang lain, melawan, sulit konsentrasi, tidak mau bekerjasama, sok aksi, ingin menguasai oranglain, mengancam, berbohong, tidak bisa diam, tidak dapat dipercaya, suka mencuri, mengejek, dan sebagainya.
    2. Beresiko rendah; autism, kawatir, cemas, ketakutan, merasa tertekan, tidak mau bergaul, menarik diri, kurang percaya diri, bimbang, sering menangis, malu, dan sebagainya.
    3. Kurang dewasa; suka berfantasi, berangan-anagan, mudah dipengaruhi, kaku, pasif, suka mengantuk, mudah bosan, dan sebagainya
    4. Agresif; memiliki gang jahat, suka mencuri dengan kelompoknya, loyal terhadap teman jahatnya, sering bolos sekolah, sering pulang larut malam, dan terbiasa minggat dari rumah.

    2.    Berdasarkan Kepribadian

    1. Kekacauan perilaku
    2. Menarik diri (withdrawll)
    3. Ketidakmatangan (immaturity)
    4. Agresi sosial

    2.3  Anak Berkelainan Akademik

    Anak berbakat dalam konteks ini adalah anak-anak yang mengalami kelainan intelektual di atas rata-rata. Berkenaan dengan kemampuan intelektual ini Cony Semiawan (1997:24) mengemukakan, bahwa diperkirakan satu persen dari populasi total penduduk Indonesia yang rentangan IQ sekitar 137 ke atas, merupakan manusia berbakat tinggi (highly gifted), sedangkan mereka yang rentangannya berkisar 120-137 yaitu yang mencakup rentangan 10 persen di bawah yang satu persen itu disebut moderately gifted. Mereka semua memiliki talen akademik (academic talented) atau keberbakatan intelektual.

    Beberapa klasifikasi yang menonjol dari anak-anak berbakat umumnya hanya dilihat dari tingkat inteligensinya, berdasarkan standar Stanford Binet, yaitu meliputi :

    1.    kategori rata-rata tinggi , dengan tingkat kapasitas intentelektual (IQ): 110-119

    2.    kategori superior, dengan tingkat kapasitas intelektual (IQ) :120-139, dan

    3.    kategori sangat superior, dengan tingkat intelektual (IQ) :140-169

    Ketiga klasifikasi tersebut, sebenarnya yang masuk kategori anak berbakat dalam kontek pendidikan anak berkebutuhan khusus di sini.

    A.  Klasifikasi Anak Berkesulitan Belajar,

    Berkesulitan belajar merupakan salah satu jenis anak berkebutuhan khusus yang ditandai dengan adanya kesulitan untuk mencapai standar kompetensi (prestasi) yang telah ditentukan dengan mengikuti pembelajaran konvensional. Learning disability merupakan suatu istilah yang mewadahi berbagai jenis kesulitan yang dialami anak terutama yang berkaitan dengan masalah akademis.

    Adapun klasifikasi anak berkesulitan belajar spesifik yang merupakan jenis kelainan unik tidak ada kesamaan antara penderita satu dengan lainnya. Untuk mengklasifikasikan anak berkesulitan belajar spesifik dapat dilakukan berdasar pada tingkat usia dan juga jenis kesulitannya, yaitu:

    1.    Kesulitan Berlajar Perkembangan

    Pengelompokkan kesulitan belajar pada anak usia di bawah 5 tahun (balita) adalah kesulitan belajar perkembangan, hal ini dikarenakan anak balita belum belajar secara akademis, tetapi belajar dalam proses kematangan prasyarat akademis, seperti kematangan persepsi visual-auditory, wicara, daya deferensiasi, kemampuan sensory-motor dsb.

    2.    Kesulitan Belajar Akademik

    Anak-anak usia sekolah yaitu usia di atas 6 tahun masuk dalam kelompok kesulitan belajar akademik, disebabkan karena kesulitan belajar akademik anak-anak ini mengalami kesulitan bidang akademik di sekolah yang sangat spesifik yaitu kesulitan dalam satu jenis/bidang akademik seperti berhitung/matematika (diskalkulia), kesulitan membaca (disleksia), kesulitan menulis (disgraphia), kesulitan berbahasa (disphasia), kesulitan/tidak terampil (dispraksia), dsb.

    Untuk lebih jelasnya hubungan antara kesulian belajar perkembangan dengan kesulitan akademik dapat dijelaskan sebagai berikut:

    Ada klasifikasi lain yang berdasarkan dari jenis gangguan atau kesulitan yang dialami anak yaitu:

    1.      Dispraksia, merupakan gangguan pada keterampilan motorik, anak terlihat kurang terampil dalam melakukan aktivitas motorik. Seperti sering menjatuhkan benda yang dipegang, sering memecahkan gelas kalau minum.

    2.      Disgraphia, kesulitan dalam menulis ada yang memang karena gangguan pada motoris sehingga tulisanya sulit untuk dibaca orang lain, ada yang sangat lambat aktibitas motoriknya, dan juga adanya hambatan pada ideo motorik sehingga sering salah atau tidak sesuai apa yang dikatakan dengan yang ditulis.

    3.      Diskalkulia, adalah kesulitan dalam menghitung dan matematika hal ini sering dikarenakan adanya gangguan pada memori dan logika.

    4.      Disleksia, merupakan kesulitan membaca baik membaca permulaan maupun pemahaman.

    5.      Disphasia, kesulitan berbahasa dimana anak sering melakukan kesalahan dalam berkomunikasi baik menggunakan tulis maupun lisan.

    6.      Body awarness, anak tidak memiliki akan kesadaran tubuh sering salah prediksi pada aktivitas gerak mobilitas seperti sering menabrak bila berjalan.

    BAB III

    PENUTUP

    A. Simpulan

    Karakteristik anak berkebutuhan khusus pada umumnya berkaitan dengan tingkat perkembangan fungsional. Karakteristik spesifik tersebut meliputi tingkat perkembangan sensorimotor, kognitif, kemampuan berbahasa, ketrampilan diri, konsep diri, kemampuan berinteraksi sosial, serta kreativitasnya. Untuk mengetahui secara jelas tentang karakteristik dari setiap siswa, guru terlebih dahulu melakukan skrining atau asesmen agar mengetahui secara jelas mengenai kompetensi diri peserta didik bersangkutan.Tujuannya agar saat memprogramkan pembelajaran, sudah dipikirkan mengenai : intervensi pembelajaran yang dianggap cocok. Asesmen di sini adalah kegiatan untuk mengetahui kemampuan dan kelemahan setiap didik dalam segi perkembangan kognitif dan perkembangan sosial, pengamatan yang sensitif.

    Adanya perbedaan karakteristik setiap peserta didik berkebutuhan khusus, akan memerlukan kemampuan khusus guru. Guru dituntu memiliki kemampuan berkaitan dengan cara mengombinasikan kemampuan dan bakat setiap anak dalam beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut meliputi kemarnpuan berpikir, melihat, mendengar, berbicara, dan cara bersosialisasi. Hal-hal tersebut diarahkan pada keberhasilan dari tujuan akhir pembelajaran, yaitu perubahan perilaku ke arah pendewasaan. Kemampuan guru semacam itu merupakan kemahiran seorang guru dalam menyelaraskan keberadaanya dengan kurikulum yang ada, kemudian diramu menjadi sebuah program pembelajaran individual.

    B. Saran

    Saran ini ditujukan kepada para pembaca khususunya pemerintah dan pihak-pihak yang terlibat di dunia pendidikan agar memberikan perhatian dan pelayanan secara khusus mengingat karakteristik dari anak berkemampuan khusus itu bermacam-macam dan memerlukan pelayanan yang optimal seperti layaknya anak normal.

    DAFTAR PUSTAKA

    http://arnishinezt.blogspot.com/2013/09/anak-berkebutuhan-khusus.html

    http://susilofy.wordpress.com/2010/10/18/anak-berkebutuhan-khusus/

    Abdul Salim Chairi, dkk. 2009. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Secara Inklusif. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

    Hadis Abdul. 2006. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Autistik. Bandung: Alfabeta.

    IG.A.K.Wardani, dkk. 2008. Pengantar Pendidikan Luar Biasa. Jakarta: Universitas Terbuka.

    Ihsan. 2009. Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus. Diakses dari http://ihsan.com/artikel/karakteristik-anak-berkebutuhan-khusus.html pada tanggal 29 Februari 2012.

    Sutratinah Tirtonegoro. 2001. Anak Supernormal dan Program Pendidikannya. Yogyakarta: Bumi Aksara.

  • Makalah Psikologi Pendidikan – Anak Berkebutuhan Khusus

    Makalah Psikologi Pendidikan – Anak Berkebutuhan Khusus

    Berikut ini adalah contoh makalah psokologi pendidikan dengan judul anak berkebutuhan Khusus. Makalah ini membahas tentang defenisi dan jenis-jenis anak berkbutuhan khusus serta pembahasan tentang penanganannya.

    Anak Berkebutuhan Khusus

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Tidak setiap anak yang dilahirkan di dunia ini selalu mengalami perkembangan normal. Banyak di antara mereka yang dalam perkembangannya mengalami hambatan, gangguan, kelambatan, atau memiliki faktor-faktor resiko sehingga untuk mencapai perkembangan optimal diperlukan penanganan atau intervensi khusus. Kelompok inilah yang kemudian dikenal sebagai anak berkebutuhan khusus atau anak luar biasa.

    Dalam memahami anak berkebutuhan khusus atau anak luara biasa, sangat diperlukan adanya pemahaman mengenai jenis-jenis kecacatan (anak berkebutuhan khusus) dan akibat-akibat yang terjadi pada penderita. Anak berkebutuhan khusus disebut sebagai anak yang cacat dikarenakan mereka termasuk anak yang pertumbuhan dan perkembangannya mengalami penyimpangan atau kelainan, baik dari segi fisik, mental, emosi, serta sosialnya bila dibandingkan dengan nak yang normal.

    Karakteristik spesifik anak berkebutuhan khusus pada umumnya  berkaitan dengan tingkat perkembangan fungsional. Karakteristik spesifik tersebut meliputi tingkat perkembangan sensorik motor, kognitif, kemampuan berbahasa, keterampilan diri, konsep diri, kemampuan berinteraksi social, serta kreatifitasnya.Adanya perbedaan karakteristik setiap peserta didik berkebutuhan khusus, akan memerlukan kemampuan khusus guru. Guru dituntut memiliki kemampuan beraitan dengan cara mengombinasikan kemampuan dan bakat setiap anak dalam beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut meliputi kemampuan berpikir, melihat, mendengar, berbicara, dan cara besosialisasikan. Hal-hal tersebut diarahkan pada keberhasilan dari tujuan akhir pembelajaran, yaitu perubahan perilaku kearah pendewasaan.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:

    1. Apa yang dimaksud dengan anak berkebutuhan khusus?
    2. Apa saja jenis-jenis anak berkebutuhan khusus?
    3. Apa saja yang menyebabkan anak menjadi berkebutuhan khusus?
    4. Bagaimana cara menangani anak berkebutuhan khusus?
    5. Bagaimana metode pendidikan terhadap anak berkebutuhan khusus?

    C.  Tujuan Penulisan

    Dari beberapa rumusan masalah yang telah disebutkan, maka akan tercapai beberapa tujuan dalam penulisan ini. Diantaranya yaitu:

    1. Mengetahui pengertian dari anak berkebutuhan khusus;
    2. Mengetahui jenis-jenis anak berkebutuhan khusus;
    3. Mengetahui sebab-sebab terjadinya anak berkebutuhan khusus;
    4. Mengetahui cara menangani anak berkebutuhan khusus;
    5. Mengetahui metode pendidikan terhadap anak berkebutuhan khusus.

    D.  Manfaat Penulisan

    Penelitian yang penulis lakukan ini diharapkan memberikan manfaat secara teoretis maupun praktis.

    1. Teoritis

    Manfaat secara teoritis adalah diharapkan mampu memperkaya teori-teori berkaitan dengan psikologi, psikologi pendidikan, karakteristik anak berkebutuhan khusus, dan upaya mengatasi anak berkebutuhan khusus.

    2. Praktis

    a. Bagi mahasiswa

    1. Meningkatkan pengetahuan tentang psikologi pendidikan khususnya mengenai anak berkebutuhan khusus;
    2. Menjadikan pedoman dalam mengatasi upaya menangani anak berkebutuhan khusus.

    b.    Bagi penulis

    1. Memperbaiki, meningkatkan, dan mengembangkan pemikiran serta pengetahuan tentang anak berkebutuhan khusus;
    2. Sebagai salah satu kriteria kelulusan dalam mata kuliah psikologi pendidikan.

    Bab II. Pembahasan

    A. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus

    National Information Center for Children and Youth with Disabilities (NICHCY) menyatakan bahwa “Children with special needs or special needs refer to children who have disabilities or who are at risk or developing disabilities”. Anak Berkebutuhan Khusus adalah anak yang mengalami keterbatasan atau keluarbiasaan, baik fisik, mental-intelektual, social, maupun emosional, yang berpengaruh secara signifikan dalam proses pertumbuhan atau perkembangannya dibandingkan dengan anak lain yang seusia dengannya.

    Anak berkebutuhan khusus (anak luar biasa) didefinisikan sebagai anak yang memerlukan pendidikan dan layanan khusus untuk mengembangkan potensi kemanusiaan mereka secara sempurna. Penyebutan sebagai anak berkebutuhan khusus, dikarenakn  dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, anak ini membutuhkan bantuan layanan pendidikan, layanan sosial, layanan bimbingan dan konseling, dan berbagai jenis layanan lainnya yang bersifat khusus.

    Dalam percakapan sehari hari, anak berkebutuhan khusus dijuluki sebagai “orang luar biasa“, dikarenakan mereka memiliki kelebihan yang luar biasa, misalnya orang yang terkenal memiliki kemampuan intelektual yang luar biasa, memiliki kreatifitas yang tinggi dalam melahirkan suatu temuan-temuan yang luar biasa dibidang iptek,religius, dan di bidang-bidang kehidupan lainnya.

    Dalam dunia pendidikan, kata luar biasa juga merupakan julukan atau sebutan bagi mereka yang memiliki kekurangan atau mengalami berbagai kelainan dan penyimpangan yang tidak di alami oleh orang normal pada umumnya. Kelainan atau kekurangan itu dapat berupa kelainan dalam segi fisik, psikis, sosisal, dan moral.

    Pengertian “luar biasa“ dalam dunia pendidikan mempunyai ruang lingkup pengertian yang lebih luas daripada pengertian berkelainan atau cacat dalam percakapan sehari hari. dalam dunia pendidikan istilah luar biasa mengandung arti ganda, yaitu mereka yang menyimpang ke atas karena mereka memiliki kemampuan yang luar biasa dibanding dengan orang normal pada mereka yang menyimpang umumnya dan mereka yang mnyimpang ke bawah, yaitu mereka yang menderita kelainan atau ketunaan dan kekurangan yang tidak di derita oleh orang normal pada umumnya. Contoh orang yang menyimpang ke atas dari segi kemampuan intelektual ( otak ), misalnya professor B.J Habibie, karena dia memiliki inteligensi di atas orang normal dan kemampuan intelektual dibidang “aerodinamika“ yang berkelas dunia sehingga beliau di juluki sebagai orang yang jenius di bidangnya, sedangkan contoh orang yang menyimpang ke bawah ialah orang yang lambat dan sulit dalam belajar.

    B. Jenis-Jenis Anak Berkebutuhan Khusus

    Dalam dunia pendidikan, anak berkebutuhan khusus di klasifikasikan atas beberapa kelompok sesuai dengan jenis kelainan anak. Berikut ini akan dijelaskan beberapa jenis-jenis anak berkebutuhan khusus, sebagai berikut:

    1. Anak Tuna Netra

    Anak yang mempunyai kekurangan secara indrawi, yakni indra penglihatan. Meskipun indra penglihatannya bermasalah, intelegensi yang mereka miliki masih dalam taraf normal. Hal-hal yang berhubungan dengan mata diganti dengan indra lain sebagai kompensasinya.

    2. Anak Tuna Rungu

    Anak yang mempunyai  kelainan pada pendengarannya. Mereka mengalami kesulitan dalam berinteraksi dan bersosialisasi terhadap orang lain terhadap lingkungan termasuk pendidikan dan pengajaran. Anak tuna rungu dibagi menjadi 2 yaitu, tuli (the deaf), dan kurang dengar (hard of hearing).

    3. Anak Tuna Daksa

    Anak yang mempunyai kelainan pada tubuhnya yakni kelumpuhan. Anak yang mengalami kelumpuhan ini disebabkan karena polio dan gangguan pada syaraf motoriknya.

    4. Anak Tuna Wicara

    Anak yang mengalami kelainan pada proses berbicara atau berbahasa. Anak yang seperti ini mengalami kesulitan dalam berbahasa atau berbicara sehingga tidak dapat dimengerti oleh orang lain.

    5. Kelainan Emosi

    Anak yang mengalami gangguan pada tingkat emosinya. Hal ini berhubungan dengan masalah psikologisnya. Anak yang mengalami kelainan emosi ini dibagi menjadi 2 macam yaitu:

    a.  Gangguan Perilaku, ciri-cirinya yaitu:

    1. Suka mengganggu di kelas
    2. Tidak sabaran, terlalu cepat beraksi
    3. Tidak menghargai orang lain
    4. Suka menentang
    5. Suka menyalahkan orang lain
    6. Sering melamun.

    b.  Gangguan Konsentrasi (ADD/Attention Deficit Disorder), gejala-gejalanya terjadi paling sedikit selama 6 bulan. Gejala-gejala tersebut diantaranya yaitu:

    1. Tidak mendengarkan orang lain berbicara
    2. Sering gagal dalam memperhatikan objek tertentu
    3. Sering tidak melaksanakan perintah dar orang lain.

    c.  Anak Hiperaktif (ADHD/Attention Deficit with Hiperactivity Disorder), gejala-gejalanya yaitu:

    1. Tidak bisa diam
    2. Ketidakmampuan untuk member perhatian yang cukup lama
    3. Hiperaktivitas
    4. Canggung
    6. Keterbelakangan Mental

    Anak yang memiliki mental yang sangat rendah, selalu membutuhkan bantuan orang lain karena tidak mampu mengurus dirinya sendiri, kecerdasannya terbatas, apatis, serta perhatiannya labil. Berdasarkan intelegensinya, anak yang terbelakang mentalnya  terbagi menjadi beberapa bagian yaitu:

    1. Idiot, yaitu anak yang paling rendah taraf intelegensinya (IQ > 20), perkembangan jiwanya tidak akan bertambah melebihi usia 3 tahun, meskipun pada dasarnya usianya sudah remaja atau dewasa.
    2. Imbesil, yaitu anak yang mempunyai (IQ 20-50), perkembangan jiwanya dapat mencapai usia 7 tahun, bisa diajari untuk memelihara diri sendirivdalam kebutuhan yang paling sederhana.
    3. Debil atau moron, yaitu anak yang mempunyai (IQ 50-70), keterbelakangan Debil tidak separah dua jenis di atas. Perkembangan jiwanya dapat mencapai hingga 10 ½ tahun. Orang Debil ini dapat memenuhi kebutuhannya sendiri.
    7. Psikoneurosis

    Anak yang mengalami psikoneurosis pada dasarnya adalah anak yang normal. Mereka hanya mengalami ketegangan pribadi yang terus menerus, selain itu mereka tidak bisa mengatasi masalahnya sendiri sehingga ketegangan tersebut tidak kunjung reda. Psikoneurosis ini dibagi menjadi 3 yaitu:

    1. Psikoneurosis kekhawatiran, Adalah anak yang mempunyai rasa khawatir yang berlebihan dan tidak beralasan.
    2. Histeris, adalah anak yang secara tidak sadar melumpuhkan salah satu anggota tubuhnya, sesunguhnya secara organis tidak mengalami kelainan.
    3. Psikoneurosis obsesif, adalah anak yang memiliki pikiran-pikiran dan dorongan-dorongan tertentu yang terus menerus.
    8. Psikosis

    Psikosis disebut juga dengan kelainan kepribadian yang besar karena seluruh kepribadian orang yang bersangkutan terkena dan orang tersebut tidak dapat hidup dengan normal.

    9. Psikopathi

    Kelainan tingkah laku, maksudnya penderita psikopathi ini tidak dapat memperdulikan norma-norma sosial. Mereka selalu berbuat semaunya sendiri tanpa mempertimbangkan kepentingan orang lain, hingga sering sekali merugikan orang lain. Dan penderita psikopathi ini tidak menyadari adanya kelainan pada dirinya.

    C. Sebab-Sebab Anak Berkebutuhan Khusus

    Ada tiga faktor yang menyebabkan anak berkebutuhan khusus yaitu:

    1. Peristiwa Pra Natal (dalam kandungan)

    Berbagai macam penyakit yang dapat menyebabkan kelainan pada janin saat ibu hamil diantaranya adalah:

    1. Keracunan darah (Toxaenia) pada ibu-ibu yang sedang hamil dapat menyebabkan janin tidak memperoleh oksigen secara maksimal, sehingga mempengaruhi syaraf-syaraf otak yang dapat menyebabkan gangguan pada sistem syaraf dan ketunaan pada bayi.
    2. Infeksi karena penyakit kotor (penyakit kelamin / spilis yang diderita ayah atau ibu), toxoplasmosis (dari virus binatang seperti bulu kucing), trachma dan tumor. Tumor dapat terjadi pada otak yang berhubungan pada indera penglihatan akibatnya kerusakan pada bola mata dan pendengaran akibatnya kerusakan dalam selaput gendang telinga.
    3. Kekurangan vitamin atau kelebihan zat besi sehingga ibu keracunan yang mengakibatkan kelainan pada janin yang menyebabkan gangguan pada mata. Juga kerusakan pada otak sehingga menyebabkan terganggu fungsi berfikirnya atau verbal komunikasi, kerusakan pada organ telinga sehingga hilangnya fungsi pendengaran.

    2. Natal (saat kelahiran)

    Pada saat terjadinya kelahiran yang mungkin hanya memakan waktu yang cukup singkat akan tetapi jika penanganan yang tidak tepat akan mengancam perkembangan bayinya. Diantara nya adalah:

    1. Lahir prematur
    2. Kelahiran yang dipaksa dengan menggunakan vacum
    3. Proses kelahiran bayi sungsang.

    3. Post Natal (setelah kelahiran)

    Berbagai peristiwa yang dialami dalamkehidupannya seringkali dapat mengakibatkan seseorang kehilangan salah satu fungsi organ tubuh atau fungsi otot dan syaraf. Bahkan dapat pula kehilangan organ itu sendiri. Penyebab ketunaan yang terjadi setelah kelahiran diantaranya:

    1. Terjadi insident
    2. Kekurangan vitamin atau gizi
    3. Penyakit panas tinggi dan kejang-kejang.

    D. Cara Menangani Anak Berkebutuhan Khusus

    Tidak dapat dipungkiri, pengasuhan anak berkebutuhan khusus (ABK) memerlukan tambahan energi, pemikiran, serta biaya yang lebih tinggi dibanding mengasuh anak-anak pada umumnya. berikut ini akan dijelaskan langkah-langkah dalam menangani anak berkebutuhan khusus di antaranya adalah sebagai berikut:

    1. Penguatan kondisi mental orang tua

    Strategi ini membutuhkan peran aktif orang tua dalam melakukan pengasuhan anak berkebutuhan khusus. Beberapa strategi yang dibutuhkan oleh orang tua anak berkebutuhan khusus diantaranya perlu menyediakan waktu untuk dirinya sendiri, bekerjasama dalam pengasuhan dengan pasangan, dan aktif dalam mencari informasi mengenai anak berkebutuhan khusus. Orang tua perlu menyediakan waktu untuk dirinya sendiri, sebagai bentuk apresiasi terhadap diri sendiri yang sudah menyediakan waktu ekstra dan tenaga sehari-hari untuk mengasuh anak berkebutuhan khusus.

    2.  Dukungan sosial yang memadai

    Dukungan sosial memegang peranan luar biasa bagi keberlangsungan pengasuh anak berkebutuhan khusus. Dukungan sosial dapat berupa dorongan moral, yang menguatkan dari masyarakat sekitar maupun keluarga terdekat. Melalui dukungan sosial, diharapkan orang tua anak berkebutuhan khusus dapat berbagi pengalaman tentang pola asuh anak berkebutuhan khusus.

    Hal ini belum banyak terlihat di lingkungan masyarakat kita, mengingat masih kuatnya kepercayaan bahwa memiliki anak berkebutuhan khusus merupakan “karma” dariTuhan. Sehingga,kecenderungan yang ada keluarga dengan anak berkebutuhan khusus cenderung “dikucilkan” masyarakat. Untuk menghapus kecenderungan ini perlu peran pemerintah untuk memberikan edukasi kepada masyarakat umum tentang anak berkebutuhan khusus. Edukasi ini dapat disampaikan melalui jalur media atau pos-pos pelayanan masyarakat untuk menyentuh masyarakat di area pinggiran atau pedesaan.

    3. Peran aktif pemerintah

    Peran aktif pemerintah dalam menyediakan pelayanan kesehatan dan konsultasi yang dapat dijangkau masyarakat. Hal ini merupakan faktor yang sangat vital bagi masyarakat umum terutama bagi mereka yang berada pada kelas sosial menengah ke bawah. Tidak dapat dipungkiri, pelayanan konsultasi dan kesehatan masih merupakan sesuatu hal yang mahal.

    Dengan menyediakan konsultasi anak berkebutuhan khusus yang mudah dijangkau masyarakat, diharapkan anak berkebutuhan khusus mendapat pelayanan konsultasi yang mudah dan murah. Pemerintahpun, harus menyediakan fasilitas penangan anak berkebutuhan khusus secara terpadu. Saat ini, pemerintah sudah memberikan perhatian kepada anak berkebutuhan khusus melalui pembentukan Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa (PSLB) di bawah koordinasi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

    4. Layanan bimbingan dan konseling

    a.    Layanan Individu

    Layanan individu pada ABK meliputi layanan pribadi sosial yang berfungsi sebagai sarana ABK untuk dapat memiliki penerimaan diri, konsep diri yang baik dan adaptasi terhadap lingkugannya.

    b.    Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok

    Layanan bimbingan kelompok dimaksudkan untuk memberikan bantuan kepada individu melalui kegiatan kelompok. Di dalam kegiatan tersebut terjadi dinamika yang menyeluruh bagi seluruh peserta layanan, sehingga pesan utama dari setiap materi layanan dapat ditangkap dengan baik oleh anak.

    c.    Bimbingan Belajar

    Kegiatan bimbingan yang diberikan kepada anak agar dapat mencapai keberhasilan belajar secara optimal. Dimana bimbingan belajar secara kebih spesifik diperuntukan bagi ABK yang mengalami masalah kesulitan belajar. Kesulitan belajar disni dapat mencakup beberapa dimensi yang diderita oleh ABK sebagaimana termaktub dalam ketoriasi ABK di awal. Diamana gangguan seperti disleksia, diskalkulia, dan disgrafika merupakan suatu hambatan yang harus dapat dipecahkan bersama oleh konselor dan konseli.

    d.   Bimbingan Karir

    Bimbingan karir bagi ABK tetap merupakan suatu keharusan yang harus diberikan, hal ini sesuai dengan prinsip bimbingan yang melihat individu secara utuh dalam hal bakat dan potensi yang harus dikembangkan. Bimbingan karir dapat dimaknai sebagai sebuah usaha untuk mengarahkan ABK untuk dapat memahami potensi dirinya, mengetahui jenis-jenis karir yang tepat dan memahami konteks ruang lingkup dunia karir yang akan dijalani, hal ini berkaitan dengan proses adaptasi serta penyikapan terhadap hambatan-hambatan dalam berkarir.

    e.    Referal

    Layanan referal atau alih tangan kasus dimaksudkan sebagai sebuah tibdak lanjut bilamana dirasa program layanan yang ada di sekolah tidak cukup mampu untuk mengatasi masalah anak ABK, sehingga perlu untuk dirujuk kepada pihak lain yang lebih ahli dalam memberikan jenis bantuan yang sesuai dengan kebutuhan anak. Kegiatan ini memerlukan sinergisitas yang baik antara berbagai pihak yang terkait dengan ABK, dalam hal ini tentu saja adalah lembaga sekolah, orang tua, guru BK dan para ahli terkait.

    E.  Cara Mengajar Anak Berkebutuhan Khusus

    Cara Praktis dalam pengajaran Anak Berkebutuhan Khusus memuat informasi yang menunjang metode pengajaran guru. Untuk itu guru harus mengikuti pelatihan pendidikan inklusif yang praktis dan komprehensif agar dapat memahami dan menerapkan lebih baik strategi-strategi yang digunakan dalam pendidikan inklusif. 

    Adapun cara mengajar anak berkebutuhan khusus adalah sebagaiberikut:

    1. Bersikap baik dan positif,
    2. Gunakan seting kelas yang sesuai,
    3. Bicaralah dengan jelas dengan posisi wajah menghadap siswa,
    4. Menfaatkan semua metode komunikasi,
    5. Gunakan strategi pengajaran yang efisien
    6. Utamakan dukungan teman sebaya
    7. Manfaatkan materi pengajaran yang ada sebaik mungkin
    8. Beri penjelasan pada semua anak mengenai diabilitas
    9. Buatlah kelas anda seaksesibel mungkin dan 
    10. Berbagilah pengalaman. Kesemua prinsip pengajaran tersebut juga dapat diterapkan pada kelas regular.

    Bab III. Penutup

    A. Kesimpulan

    Anak berkebutuhan khusus  (anak luar biasa) di definisikan sebagai anak yang memerlukan pendidikan dan layanan khusus untuk mengembangkan potensi kemanusiaan mereka secara sempurna. Penyebutan sebagai anak berkebutuhan khusus, dikarenakan  dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, anak ini membutuhkan bantuan layanan pendidikan, layanan sosial, layanan bimbingan dan konseling, dan berbagai jenis layanan lainnya yang bersifat khusus.

    Dalam dunia pendidikan, anak berkebutuhan khusus di klasifikasikan atas beberapa kelompok sesuai dengan jenis kelainan anak, yakni Anak Tuna Netra, Anak Tuna Rungu, Anak Tuna Daksa, Anak Tuna Wicara, Kelainan Emosi, Keterbelakangan Mental, Psikoneurosis, Psikosis, Psikopathi.

    Ada tiga faktor yang menyebabkan anak berkebutuhan khusus yaitu: Peristiwa Pra Natal (dalam kandungan), Natal (saat kelahiran), Post Natal (setelah kelahiran).

    Dalam penanganan anak berkebutuhan khusus, terdapat tiga hal yang perlu diperhatikan, diantaranya yaitu penguatan kondisi mental orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus, dukungan sosial yang kuat dari tetangga dan lingkungan sekitar anak berkebutuhan khusus tersebut, dan yang terakhir adalah peran aktif  pemerintah dalam  menjadikan pelayanan kesehatan dan konsultasi bagi anak berkebutuhan khusus.

    Cara Praktis dalam pengajaran Anak Berkebutuhan Khusus memuat informasi yang menunjang metode pengajaran guru. Untuk itu guru harus mengikuti pelatihan pendidikan inklusif yang praktis dan komprehensif agar dapat memahami dan menerapkan lebih baik strategi-strategi yang digunakan dalam pendidikan inklusif. 

    B. Saran

    Setelah mengetahui dan memahami segala sesuatu hal yang berhubungan dengan anak berkebutuhan khusus, sangat diharapkan bagi masyarakat indonesia terutama bagi para pendidik dalam menyikapi dan mendidik anak yang menyandang berkebutuhan khusus dengan baik dan sesuai dengan yang diharapkan. Karena pada dasarnya anak seperti itu bukan malah dijauhi akan tetapi didekati dan diperlakukan sama dengan manusia normal lainnya akan tetapi caranya yang berbeda

    DAFTAR PUSTAKA

    Dwinita, Dina.2012. Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Anak Berkebutuhan Khusus, dalam Jurnal Ilmiah Pendidikan Khusus Vol. 1.  Padang: UNP.

    Ahmadi, Abu. 2008. Psikologi Belajar.Jakarta: PT Rineka Cipta.

    Purwanto, Heri. 1988. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: UPI.

    Sarwono, Wirawan. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: RajawaliPers.

    Tohirin. 2009.  Bimbingan dan Konseling Di Sekolah Madrasah: Berbasis Integrasi. Jakarta: Rajawali Pers.

    Marsudi, Saring. 2010. Layanan Bimbingan Konseling di Sekolah. Surakarta: UMP Press.

    Abdurrahman, Mulyono. 2012. Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

    Walgito, Bimo. 2010. Bimbingan dan Konseling: Studi dan Karir. Yogyakarta: Penerbit Andi.

    Ketut Sukardi, Dewa & Desak P.E. Nila Kusmawati. 2008. Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

  • Makalah AMDAL Pada Pabrik Kecap, Saus dan Kerupuk

    AMDAL Pada Pabrik Kecap, Saus dan Kerupuk

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan hasil pertanian, kehutanan, perkebunan, peternakan, dan perikanan. Tidaklah heran jika sebagian besar kegiatan usaha yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia ialah kegiatan usaha yang berkaitan dengan pertanian (agroindustri). Pengembangan agroindustri merupakan pilihan yang sangat strategis dan menjadi semakin penting sejalan dengan upaya pemerintah dalam mengembangkan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru di luar minyak dan gas. Meskipun demikian pengembangan agroindustri masih menghadapi banyak kendala dan tantangan. Salah satu tantangan yang kini harus dihadapi manajemen agroindustri ialah bagaimana dampak – dampak terhadap lingkungan. Isu ini menjadi sangat penting sejalan dengan meningkatnya kesadaran dan apresiasi masyarakat terhadap kualitas lingkungan yang baik.

    Salah satu dari industri agroindustri adalah industri dengan menggunakan olahan dari rempah- rempah kedelai, tepung, tomat dan lainnya. Banyak industri yang menggunakan bahan tersebut untuk digunakan untuk proses produksinya. Industri yang akan dibahas adalah industri bergerak dalam pembuatan saos, kecap, dan kerupuk yang ada di Pabrik CV Z yang berlokasi Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang.

    Imbas adanya industri saos, kecap, dan kerupuk yang berada pada kawasan perumahan warga sekitar, ini membuat pabrik tersebut akan berdampak juga pada kawasan tersebut. Salah satunya masalah limbah yang dihasilkan dari proses produksi. Limbah yang dihasilkan dari itu akan berdampak negatif bagi kesehatan lingkungan dan lingkungan warga. Meskipun begitu dengan adanya industri juga berdampak positif juga.

    Dengan adanya dampak- dampak yang ditimbulkan dalam proses produksi dan keberadaan industri tersebut maka saya mengangkat tema ini sebagai makalah yang akan kami bahas. Dalam kaitannya dampak-dampak lingkungan ini maka akan ditinjau dari beberapa aspek yaitu aspek ekonomi, fisik, sosial dan pencemaran. Dan akhirnya kita dapat menganalisa dampak-dampak lingkungan yang didampakkan oleh industri ini dari berbagai aspek.

    B. Rumusan Masalah

    1. Apa yang dimaksud dengan analisis mengenai dampak lingkungan atau AMDAL?
    2. Bagaimana proses analisis mengenai dampak lingkungan atau AMDAL itu?
    3. Bagaimana analisis dampak lingkungan berdampak ekonomi?
    4. Bagaimana analisis dampak lingkungan berdampak fisik?
    5. Bagaimana analisis dampak lingkungan berdampak sosial?
    6. Bagaimana analisis dampak lingkungan berdampak pencermaran?

    C. Tujuan

    1. Mengatahui tentang apa itu analisis mengenai dampak lingkungan atau AMDAL.

    2. Mengetahui tentang bagaimana proses analisis mengenai dampak lingkungan atau AMDAL

    3. Mengetahui tentang dampak lingkungan berdampak ekonomi.

    4. Mengetahui tentang dampak lingkungan berdampak fisik.

    5. Mengetahui tentang dampak lingkungan berdampak sosial

    6. Mengetahui tentang dampak lingkungan berdampak pencemaran.

    1.4  MANFAAT

    1. Bagi penulis dapat dijadikan ilmu pengetahuan dalam mengetahui tentang apa dan bagaimana AMDAL, dampak ekonomi, fisik, sosial, dan pencemaran Pabrik CV Z.
    2. 2. Bagi pembaca diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang apa dan bagaimana AMDAL, dampak ekonomi, fisik, sosial, dan pencemaran Pabrik CV Z

    Bab II. Pembahasan

    2.1    PENGERTIAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN

    Amdal adalah kajian mengenai dampak besar dan penting untuk pengambilan keputusan suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan (Peraturan Pemerintah No.27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan).

    AMDAL sendiri merupakan suatu kajian mengenai dampak positif dan negatif dari  kegiatan/proyek, yang dipakai pemerintah dalam memutuskan apakah suatu kegiatan/proyek Iayak atau tidak Iayak Iingkungan. Kajian dampak positif dan negatif tersebut biasanya disusun dengan mempertimbangkan aspek fisik, kimia, biologi, sosial-ekonomi, sosial ­budaya dan kesehatan masyarakat.Suatu rencana kegiatan dapat dinyatakan tidak layak lingkungan, jika berdasarkan hasil kajian AMDAL, dampak negatif yang timbulkannya tidak dapat ditanggulangi oleh teknologi yang tersedia. Demikian juga, jika biaya yang diperlukan untuk menanggulangi dampak negatif Iebih besar daripada manfaat dari dampak positif yang akan ditimbulkan, maka rencana kegiatan tersebut dinyatakan tidak layak lingkungan. Suatu rencana kegiatan yang diputuskan tidak Iayak Iingkungan tidak dapat dilanjutkan pembangunannya.

    2.2 TUJUAN AMDAL

    Secara umum tujuan AMDAL adalah : Menjaga dan meningkatkan kualitas lingkungan aneka pencemaran sehingga dampak negatifnya menjadi serendah mungkin. Dalam pelaksanaannya yang menjadi tujuan AMDAL yaitu :

    1. Bahan bagi perencanaan pembangunan wilayah.
    2. Membantu proses pengambilan keputusan tentang kelayakan lingkungan hidup dari rencana usaha dan/atau kegiatan.
    3. Memberi masukan untuk penyusunan rencana pengelolaan dan pemantau lingkungan hidup.
    4. Memberi informasi bagi masyarakat atas dampak yang ditimbulkan dari suatu rencana usaha dan atau kegiatan.
    5. Memberikan alternatif solusi minimalisasi dampak negatif
    6. Digunakan untuk mengambil keputusan tentang penyelenggaraan/pemberi ijin usaha dan/atau kegiatan. (http://ml.scribd.com/doc/49530355/Tujuan-AMDAL, diakses tanggal 14 September 2012).

    2.3 MANFAAT AMDAL

    Apa manfaat atau guna AMDAL. Ada banyak manfaat yang bisa didapatkan dengan mengikuti Porsedur AMDAL yang benat. Berikut ini beberapa secara umum manfaat yang bisa diperoleh dari adanya AMDAL:

    1. Sebagai materi/bahan bagi perencanaan pembangunan wilayah.
    2. Membantu proses pengambilan keputusan yang benar tentang kelayakan lingkungan hidup dari  rencana usaha dan/atau kegiatan/program.
    3. Memberi masukan guna penyusunan disain secara rinci teknis dari rencana usaha dan/atau kegiatan.
    4. Memberi masukan bagi penyusunan rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.Memberi informasi bagi masyarakat umum atas dampak yang ditimbulkan dari suatu rencana usaha dan atau kegiatan.
    5. AMDAL memberikan alternatif solusi minimalisasi dampaktidak baik (negatif).
    6. AMDAL digunakan untuk mengambil keputusan tentang penyelenggaraan atau pemberian ijin usaha dan/atau kegiatan.

    Bagi pemerintah, AMDAL sendiri bermanfaat untuk:

    1. Mencegah terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan serta pemborosan sumber daya alam secara lebih luas. Menghindari timbulnya konflik dengan masyarakat dan kegiatan lain di sekitarnya.
    2. Menjaga agar pelaksanaan pembangunan tetap sesuai dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Perwujudan tanggung jawab pemerintah dalam pengelolaan.

    2.4 ANALISA DAMPAK TEKNOLOGI DAN LINGKUNGAN PADA PABRIK CV. Z DI KECAMATAN DIWEK KABUPATEN JOMBANG

    Setelah mengetahui analisa dampak lingkungan, tujuan dan manfaat sendiri maka mengacu untuk menganalisa dampak-dampak teknologi dan lingkungan yang ada di CV Z yang memproduksi olahan antara lain saos, kecap dan kerupuk. Didalam dampak-dampak yang ditimbulkan maka ada beberapa aspek yang mempengaruhi dampak dari lingkungan sekitar maupun lingkungan warga sekitar yang berada dikawasan sekitar. Berikut aspek-aspek dampak yang ditinjau dari ekonomi, fisik, sosial, dan pencemaran antara lain  :

    2.4.1 Dampak ditinjau dari Aspek Ekonomi

    Dampak secara ekonomi dalam sebuah pabrik juga berdampak pada masyarakat sekitar sebagai imbas atas pendirian pabrik. Imbas dari pabrik seharusnya diimbangi dengan tingkat kesejahteraan masyarakat sekitar. Berikut dampak-dampak yang ditinjau dari aspek ekonomi antara lain:

    Dampak Positif

    a.) Meningkatnya tingkat kesejahteraan masyarakat sekitar dengan adanya pabrik saos, kecap dan kerupuk serta dapat mengurangi pengangguran dalam lingkup pabrik.

    Dengan adanya pabrik di lingkungan masyarakat ini merupakan momentum untuk meningkatkan kesejahteraan. Biasanya masyarakat akan berdampak positif semenjak adanya pabrik. Pabrik juga membutuhkan karyawan dalam melakukan produksinya. Sebagian dari masyarakat sekitar yang di kawasan pabrik akan mendapatkan kerja atau yang ingin bekerja di pabrik tersebut sehingga akan mengurangi pengangguran di sebagian masyarakat tersebut.

    b.) Meningkatkan lapangan pekerjaan

    Di samping pihak pabrik yang memberikan sebagian untuk di perkerjakannya dalam proses produksi, tentunya masyarakat juga diuntungkan dengan adanya pabrik tersebut. Untuk memenuhi kebutuhan karyawan yang ada di dalamnya, masyarakat sekitar pabrik juga  memanfaatkannnya dengan membuka warung-warung yang menyediakan makanan atau minuman untuk karyawan disaat karyawan istirahat ataupun disaat pulang kerja sehingga menambah tingkat kesejahteraannya.

    Dampak Negatif

    a.) Dekatnya dengan pertanian warga

    Di dalam kawasan pabrik tersebut terdapat persawahan yang dekat dengan pabrik tersebut sehingga dapat mengurangi hasil dari panen para petani karena proses pencemaran air yang dibuang ke aliran sungai. Saat pembuangan di aliran sungai, pihak petani yang dirugikan karena sungai tersebut tercemar sehingga dapat mengurangi tingkat kualitas dari air. Dengan begitu pertumbuhan pertanian akan kurang maksimal, sehingga produktivitas akan kurang maksimal juga.

    2.4.2 Dampak ditinjau dari Aspek Fisik.

    Dampak yang ditinjau dari aspek fisik yaitu satu proses masuknya bahan atau energi ke dalam lingkungan yang dapat menyebabkan timbulnya perubahan yang tidak dikehendaki baik dari segi kimiawi ataupun biologis sehingga berdampak negatif bagi kesehatan, Keberadaan makhluk hidup khususnya manusia dan organisme lainnya.

    a.) Faktor bau yang dihasilkan saat produksi yang menyebabkan masalah bagi masyarakat sekitar

    Pemprosesan  pada produksi saus, kecap dan kerupuk pihak yang dirugikan adalah masyarakat. Karena setiap proses produksi bau yang dikeluarkan dalam proses produksi menyengat terutama di sekitar perumahan warga yang dekat. Selain itu tempat perusahaan tepat di depan jalan utama sehingga proses produksi juga tercium bagi pengguna jalan yang melintas.

    b.) Keruhnya air di aliran sungai akibat limbah proses produksi.

    Setelah proses produksi dalam pembuatan saus, kecap dan kerupuk tentunya limbah air dalam produksi akan banyak. Dengan banyaknya limbah air saat produksi menyebabkan pembuangan kealiran sungai sehingga air dalam sungai akan menjadi keruh dan juga ikan atau sejenisnya akan terkena dampaknya.

    c.) faktor kebisingan pada pabrik saus, kecap dan kerupuk

    Salah satu dari proses produksi juga menimbulkan dampak signifikan terhadap lingkungan kerja dalam pabrik, seperti : gangguan pendengaran, emosi yang tidak stabil dan gangguan kejiwaan lainnya.

    2.4.3 Dampak ditinjau dari Aspek Sosial

    Analisis dampak lingkungan yang melibatkan aspek sosial yang berkaitan dengan upaya untuk mengetahui bagaimana pola hidup seseorang dalam memaknai perusahaan tersebut. Di samping itu norma-norma sosial terhadapnya.

    a.) Sebagian proses perekrutan karyawan dilakukan diluar masyarakat sekitar

    Dampak yang mendasar dari masyarakat selain pada dari pencemaran adalah proses perekrutan. Meskipun sebagian masyarakat sekitar mendapatkan pekerjaan di pabrik tersebut tetapi sebagian lagi proses tersebut dilakukan diluar masyarakat sekitar. Ini berarti masyarakat yang tidak berdampak langsung juga merasakan, sehingga pihak masyarakat sekitar kurang empati terhadap pabrik dan dapat mengurangi kepercayaan masyarakat sekitar.

    b.) Banyak bermunculan Home industri yang bergerak hampir sama terutama pada kerupuk.

    Ketika masyarakat sekitar tidak diberikan pekerjaan dari pabrik atau karyawan yang ingin berusaha sendiri dengan usaha rumahan. Keinginan tersebut membuat persaingan yang terdapat di kawasan tersebut menjadi ketat

    2.4.4 Dampak ditinjau dari Aspek Pencemaran

    Ditinjau dari aspek pencemaran dari limbah pabrik saus, kecap, dan kerupuk umumnya terdiri dari limbah cair, emisi udara dan limbah padat. Limbah cair polutan utamanya berupa bahan organik,  sedangkan limbah padat berupa bahan-bahan organik seperti ampas kedelai / bungkil. Bahan-bahan ini mudah terdegradasi secara biologis dan jika tidak ditangani dengan baik akan mengakibatkan pencemaran lingkungan.

    Sumber- sumber Pencemaran yang diakibatkan dalam perusahaan saus, kecap dan kerupuk dapat diuraikan sebagai berikut:

    a.) Pencemaran Air dari proses pencucian, perendaman sampai proses akhir.

    Pembuatan saus, kecap, dan kerupuk pasti tidak lepas dari proses- proses yang mana membutuhkan tahap- tahap yang tidak sedikit. Dalam pembuatan ini membutuhkan banyak air dalam melakukan produksi, mulai dari pencucian, perendaman, pengambilan sari dari kedelai, pemasakan, penyaringan. Ketika melalui proses yang begitu banyak sehingga berdampak pada proses pembuangan yang besar. Dengan produksi dengan skala sedang belum cukup untuk menampung begitu banyak volume air dalam penampungan sehingga jalan terakhir dengan dibuang kealiran sungai.

    b.) Kualitas udara melalui cerobong

    Ketika proses pemasakan dalam pembuatan saus, kecap dan kerupuk ini merupakan proses yang akan menimbulkan senyawa-senyawa karbon sisa pembakaran yang banyak. Melalui beberapa cerobong broiler senyawa-senyawa karbon tersebut dapat keluar. Meskipun ini tidak berdampak langsung oleh masyarakat sekitar pabrik ini, namun pencemaran udara masih terjadi saat pembuangan asap ke udara.

    c.) Kerusakan tanah akibat dari penguraian sisa-sisa bahan buangan oleh mikroorganisme dan Penumpukan bahan-bahan padat. Meskipun penumpukan bahan-bahan padat dari proses produksi tidak sampai keluar dari penampungan tetapi dengan banyaknya padatan dan dibawa arus oleh limbah lama-kelamaan akan terseret keluar ke aliran sungai sehingga akan menjadi busuk dan bau.

    BAB III

    PENUTUP

    3.1 KESIMPULAN

    Amdal adalah kajian mengenai dampak besar dan penting untuk pengambilan keputusan suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan (Peraturan Pemerintah No.27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.

    AMDAL sendiri merupakan suatu kajian mengenai dampak positif dan negatif dari  kegiatan/ proyek, yang dipakai pemerintah dalam memutuskan apakah suatu kegiatan/proyek Iayak atau tidak Iayak Iingkungan. Kajian dampak positif dan negatif tersebut biasanya disusun dengan mempertimbangkan aspek fisik, kimia, biologi, sosial-ekonomi, sosial ­budaya dan kesehatan masyarakat. Dengan demikian dampak-dampak negatif dari dari perusahaan saus, kecap dan kerupuk dapat diminimalisir dengan baik dan tidak menganggu kegiatan masyarakat sekitar. Melihat dampak yang ditimbulkan maka bagaimana dampak dari perusahaan saus, kecap, dan kerupuk ini mengurangi dampak dari proses produksinya.

    3.2 SARAN

    1. Penampungan dari air limbah dari proses produksi diperbanyak sehingga tidak mencemari lingkungan terutama di aliran sungai sehingga tidak menganggu ekosistem yang ada di dalam sungai

    2. Limbah padatan dari proses produksi yang menyebabkan akan menjadi busuk dan bau mungkin dapat dimanfaatkan untuk mengolahnya untuk dibuat camilan atau penampungan khusus

    DAFTAR PUSTAKA

     http://ml.scribd.com/doc/49530355/Tujuan-AMDAL

  • Makalah AMDAL – Penapisan dan Pelingkupan

    Penapisan dan Pelingkupan Dalam AMDAL

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Setiap kegiatan pembangunan pada dasarnya dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan, tetapi tidak semua kegiatan menimbulkan dampak penting. Penentuan ada tidaknya dampak penting sesungguhnya cukup pelik, karena lingkungan merupakan ruang yang luas terdiri dari berbagai komponen atau sub komponen (fisik kimia, biologi, sosekbud). Selain itu manusia mempunyai keterbatasan untuk dapat menguasai dan mengerti tingkah laku berbagai peubah dari komponen lingkungan. Di lain sisi AMDAL adalah alat untuk perencanaan pembangunan, bukan alat birokrasi.

    AMDAL sesungguhnya suatu telaah yang dilakukan secara bertahap yaitu penapisan (screening), pelingkupan (scoping), identifikasi (identification), prakiraan (prediction), dan evaluasi (evaluation) yang kemudian dilanjutkan dengan pengelolaan dan pemantauan lingkungan (RKL dan RPL).

    Mengingat pasal 16 UU No.4 Tahun 1982 dan kelancaran pembangunan maka penapisan dilakukan oleh pemerintah melalui peraturan perundang-undangan. Sehingga kegiatan pembangunan yang berwawasan lingkungan dapat dilakukan lebih efisien dan efektif. Penapisan dilakukan secara sederhana dengan komplikasi yang minimum dan kepercayaan yang maksimum bahwa suatu proyek akan atau tidak menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan.

    B. Rumusan Masalah

    1.      Apakah pengertian penapisan?

    2.      Bagaimana metode penapisan?

    3.      Apakah tujuan proses penapisan?

    4.      Apa saja kriteria penapisan?

    5.      Apakah pengertian pelingkupan?

    6.      Apakah tujuan pelingkupan?

    7.      Apakah manfaat pelingkupan?

    8.      Apa saja ruang lingkup pelingkupan?

    9.      Kapankah waktu pelaksanaan pelingkupan?

    1.3. Tujuan

    1.      Memahami pengertian penapisan

    2.      Mengetahui Bagaimana metode penapisan

    3.      Mengetahui Apakah tujuan proses penapisan

    4.      Mengetahui Apa saja kriteria penapisan

    5.      Mengetahui Apakah pengertian pelingkupan

    6.      Mengetahui Apakah tujuan pelingkupan

    7.      Mengetahui Apakah manfaat pelingkupan

    8.      Mengetahui Apa saja ruang lingkup pelingkupan

    9.      Mengetahui Kapankah waktu pelaksanaan pelingkupan

    Bab II. Pembahasan

    2.1. Pengertian Penapisan dalam Amdal

    Penapisan adalah langkah dalam menentukan perlu tidaknya kegiatan atau usaha dilengkapi dengan kajian AMDAL.  Pada awalnya penapisan dilakukan dengan proses secara : bertahap, meninjau/ mempertimbangkan daftar kegiatan atau lingkungan yang sensitif, serta menggunakan matrik.  Pada tahun 2001 telah ditetapkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup  Nomor 17 Tahun 2001 tentang Jenis Usaha dan/ atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.   Selanjutnya Kep Men Nomor 17 Tahun 2001 saat ini sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaan sehingga dipandang perlu diadakan perubahan.  Sehingga berdasarkan berbagai pertimbangan dan mengingat berbagai Undang-Undang dan peraturan maka ditetapkan : Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006  Tentang Jenis Rencana Usaha dan / Atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. Per Men LH No.05 Th.2012

    Proses penapisan atau kerap juga disebut proses seleksi wajib AMDAL adalah proses untuk menentukan apakah suatu rencana kegiatan wajib menyusun AMDAL atau tidak. Di Indonesia, proses penapisan dilakukan dengan sistem penapisan satu langkah. Ketentuan apakah suatu rencana kegiatan perlu menyusun dokumen AMDAL atau tidak dapat dilihat pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL

    2.2. Metode Penapisan

    Di Indonesia di kenal dengan metode penapisan satu langkah, tetapi tidak hanya dalam amdal ada juga metode yang dipakai. Berikut akan dijelaskan 2 metode penapisan dalam amdal,

    1.      Metode penapisan bertahap

    Dalam metode ini penapisan dilakukan secara bertahap dalam beberapa langkah secara berurutan.Penapisan menurut PP 29 tahun 1986, terdiri atas 2 langkah.
    Pertama dengan daftar dan kedua dengan PIL.Pada umumnya penapisan hanya terdiri atas 2 atau 3 langkah saja. Dalam melakukan tugasnya, pejabat yang berwenang menapis berdasarkan kriteria yang eksplisit atau implicit dan memasukkan usulan proyek ke dalam salah satu dari tiga kelompok, seperti pada bagan berikut :

    Dalam Metode ini Penapisan Di lakukan secara bertahap dengan beberapa langkah secara berurutan.Pada umumnya Penapisan hanya terdiri atas 2 atau 3 langkah saja dalam melakukan tugasnya,Pejabat yang berwenang menapis berdasrkan criteria yang explicit atau implisit.dan memasukan usulan proyek ke dalam salah satu dari tiga kelompok

    1)      Kelompok pertama ialah proyek yang dari pengalaman dan literature di ketahui dengan tingkat kepercayaan yang tinggi.yaitu tidak ada keraguan.akan menyebabkan dampak penting ,dampak penting ini di pengaruhi oleh ukuran,Rancang bangun dan lokasi proyek tersebut.

    2)      Kelompok kedua ialah proyek yang dari pengalaman dan Literatur di ketahui dengan tingkat kepercayaan yang tinggi tidak akan menyebabkan dampak penting.

    3)      Kelompok ketiga ialah Proyek yang meragukan apakah akan atau tidak akan menyababkan dampak penting.

    Kelompok ini harus di tapis lebih lanjut untuk menentukan perlu atau tidak perlunya di  AMDAL.Dalam Konteks AMDAL Penentuan nilai Penting Bukanlah suatu aktifitas ilmiah murni,melainkan suatu keputusan pengelolaan (Management Decision).Dengan menggunakan Informasi Ilmiah yang tersedia dan dengan Memperhatikan Kondisi social,ekonomi dan Politik. Oleh karena itu kehidupan kita tidak terisolasi dari dunia Internasional,Kondisi social,ekonomi dan politik internasional pun harus kita perhatikan,terutama karena kepedulian lingkungan merupakan masalah yang peka. Jika pada suatu ketika di luar daftar positif mempunyai petunjuk akan mempunyai dampak penting,pejabat yang berwenang dapat memutuskan keharusan yang di lakukan AMDAL untuk Proyek Tersebut.

    Daftar Positif secara Periodis di kaji kembali dan di perbaharui berdasar pengalaman yang di dapat.Kriteria yang banyak di pakai untuk penapisan ialah karakteristik Proyek ,Misalnya jenis Volume dan Penyimpanan Bahan Baku dan lokasi proyek dan nilai ambang ,Besarnya biaya proyek sering di gunakan sebagai nilai ambang ,yaitu proyek yang melebihi suatu nilai tertentu di haruskan melakukan AMDAL.

    Dasar pertimbanganya adalah biaya sering merupakan petunjuk tentang antara lain:

    ·         Luasnya lahan proyek

    ·         Teknologi  yang sering di pakai

    ·         Volume  Bahan Baku

    ·         Produk

    ·         Limbah

    Akan Tetapi penggunaan besarnya biaya sebagai nilai ambang dapat Juga Menyesatkan ,Misalnya: Industri dengan teknologi canggih memerlukan investasi yang tinggi,Tetapi mempunyai dampak biofisik yang relative kecil,Walaupun dampak sosialnya dapat besar.Biaya yang tinggi dapat juga di sebabkan oleh investasi dalam alat pencegahan pencemaran yang mahal.

    Nilai Ambang Lain yang di Gunakan Ialah nilai ambang Teknik antara lain:

    1)      Besarnya Fisik proyek dan

    2)      Volume

    Nilai ambang teknik Merupakan Indikasi yang lebih baik dari pada nilai ambang biaya,Namun di dalam praktek sering juga terdapat Kesulitan,sebab terjadinya dampak penting tidak hanya di tentukan oleh proyek contohnya  antara lain jenis :

    ü  Spesifikasi Bangunan,Peralatan dan lokasi melainkan juga oleh lokasi proyek menurut tataguna lahan antara lain Wilayah industry,Pemukiman dan pertanian

    ü  Letak Geografi Antara lain daerah pantai dan pegunungan

    ü  Daya dukung Lingkungan  Antara Lain Karkteristik sebaran udara dan air

    ü  Pentahapan proyek Antara lain konstruksi  operasi dan modifikasi

    ü  Oleh karena itu misalnya terjadi dampak komulatif karena penempatan industry di suatu wilayah industry industry yang di bangun efeknya dapat melampaui ambang batas daya dukung lingkungan walaupun sebenarnya jumlah limbahnya rendah.

    2.      Metode penapisan satu langkah 

    Penapisan dapat didasarkan pada kriteria eksplisit yang berupa daftar yang memuat jenis proyek yang tanpa keraguan akan menyebabkan dampak penting. Oleh karena dampak tidak saja ditentukan oleh jenisnya proyek, melainkan juga oleh sifat lingkungan, daftar tersebut dilengkapi dengan bagian yang memuat lingkungan yang rentan.Proyek dalam daftar ini atau proyek yang berlokasi dalam daerah rentan diharuskan melakukan AMDAL.

    Metode penapisan satu langkah ini adalah metode penapisan yang digunakan oleh Indonesia.Metode dengan daftar positif sangat sederhana.Pemerintah membuat daftar proyek yang harus dikenakan AMDAL.Daftar ini digunakan sebagai kriteria penapisan, yang ada dalam daftar harus membuat AMDAL dan yang tidak ada dalam daftar tidak perlu membuat AMDAL.Karena metode ini sederhana dan mudah, maka hasilnya dapat dicapai dengan cepat dan konsisten.

    Metode penapisan satu langkah ini memerlukan birokrasi yang pendek.Jumlah tenaga yang diperlukan dapat dibatasi, persyaratan tingkat pendidikan dan pengalaman juga tidak tinggi.Ini sangat penting untuk Indonesia, terutama di daerah.Metode ini tidak menambah ekonomi biaya tinggi.

    Pemerintah Membuat daftar proyek yang harus di kenakan AMDAL,Daftar ini di gunakan sebagai criteria Penapisan ,yang ada dalam daftar harus membuat AMDAL,yang tidak ada dalam daftar tidak perlu membuat AMDAL.Karena sederhana dan Mudah.,hasilnya dapat di capai dengan cepat dan konsisten.Dengan metode ini  apabila di perlukan AMDAL itu ada dalam tahap perencanaan yang dini,sehingga AMDAL itu dapat di Intergrasikan  kedalam proses studi kelayakan .Metode penapisan satu langkah ini memerlukan Birokrasi  yang pendek ,jumlah tenaga yang di perlukan dapat di batasi, persyaratan tingkat pendidikan dan pengalaman juga tidak tinggi,ini sangat penting untuk Indonesia,Terutama di daerah, Metode ini tidak Menambah ekonomi Biaya Tinggi.

    2.3.Tujuan Proses Penapisan

    Penapisan bertujuan untuk memilih rencana pembangunan mana yang harus dilengkapi dengan analisis mengenai dampak lingkungan. Langkah ini sangat penting bagi pemrakarsa untuk dapat mengetahui sedini mungkin apakah proyeknya akan terkena AMDAL. Hal ini berkenaan dengan perencanaan biaya dan waktu.

    Seperti yang terdapat pada pasal 16 undang-undang No. 4 tahun 1982, hanya rencana proyek yang diprakirakan akan mempunyai dampak penting terhadap lingkungan saja yang diwajibkan untuk dilengkapi dengan AMDAL. Dengan penapisan ini diharapkan kepedulian kita terhadap lingkungan tidak akan mengakibatkan bertambahnya waktu, tenaga dan biaya yang berlebihan yang diperlukan untuk pembangunan.

    2.4.Kriteria Penapisan/screening

    v  Tingkat besar : kementakan intensitas setiap dampak potensial

    v  Prevalensi : luasnya dampak yang akhirnya akan terjadi misalnya karena dampak kumulatif

    v  Lama dan frekuensi : apakah dampak bersifat jangka panjang atau jangka pendek

    v  Resiko : kementakan terjadi efek negatif yang serius

    v  Nilai penting : nilai yang diberikan pad adaerah tertentu (regional dan nasional)

    v  Penanggulangan : apakah masalah dapat ditanggulangi.

    2.5.Pengertian pelingkupan

    Pelingkupan merupakan proses konsultasi dengan semua pihak terkait. seperti penduduk yang akan terkena dampak, pemrakarsa proyek, ahli teknis, dan perencana untuk mengidentifikasi  concerns dan issues.  Ditambahkan pula bahwa pelingkupan memberikan masukan tentang aspek mana yang harus dikaji dengan mendalam dan aspek mana yang tidak perlu memperoleh perhatian saksama.  Pertanyaan yang harus dijawab dalam pelingkupan adalah seberapa besar masalahnya

    Pelingkupan merupakan suatu proses awal (dini) untuk menentukan llngkup permasalahan dan mengidentifikasi dampak panting (hipoetis) yang terkait dengan rencana kegiatan.

    Pelingkupan merupakan bagian yg tak terpisahkan dari penyusunan kerangka acuan (KA) dan hasilnya dpt berpengaruh pd kualitas dokumen AMDAL.

    2.6.Tujuan Pelingkupan

    Tujuan pelingkupan diantaranya adalah:

    a.       Menetapkan batas wilayah studi dan batas/horison waktu prakiraan dampak.

    b.      Mengidentifikasi dampak panting terhadap lingkungan yang dipandang
    relevan ntuk ditelaah secara mendalarn dalam penyusunan ANDAL/SEL

    c.       Menetapkan tingkat kedalaman studi ANDAL/SEL sesuai dangan sumberdaya
    yang tersedia (waktu, dana, tenaga),

    d.      Menetapkan lingkup studi dan rancangan studi ANDAL/SEL secara sistematis

    e.       Menelaah kegiatan/proyek-proyek lain yang terkait dan terletak di wilayah studi

    2.7.Manfaat Pelingkupan

    Manfaat pelingkupan diantaranya adalah:

    a)      Dapat langsung diarahkan pada hal-hal yang menjadipokok bahasan secara mendalam .

    b)      Menghindari timbulnya konflik dan tertundanya kegiatan pembangunan proyek

    c)      Biaya, tenaga, dan waktu bisa lehih efektif dan efisien berkat terfokusnya studi hanya pada dampak penting.

    d)     Penyusunan ANDAL dapat berlangsung dengan lebih terarah berkat adanya kejelasan lingkup studi, kedalaman, dan strategi pelaksanaan studi.

    2.8.Ruang Lingkup pelingkupan

    Ruang lingkup studi yang dirumuskan melalui pelingkupan adalah :

    a).   Mengidentifikasi isu utama atau main         

           issues

    b).   Menentukan wilayah studi

    c).   Waktu berlangsungnya dampak (time

            boundary)

    Penentuan wilayah studi merupakan proses pengambilan daerah sampel. Isu utama atau prioritas dampak menjadi dasar untuk menentukan komponen-komponen yang akan distudi.  Sedang waktu berlangsungnya dampak akan dipergunakan untuk memprakirakan berapa lama dampak akan berlangsung

    2.9.Waktu Pelaksanaan Pelingkupan

    1. Saat penapisan proyek (rencana kegiatan)

    Bertujuan untuk menetapkan apakah suatu rencana kegiatan:

    ·         Tidak memerlukan proses AMDAL.

    ·         Perlu AMDAL karena jelas menimbulkan dampak.

    ·         Perlu dokumen PIL terlebih dahulu karena perilaku dampak belum diketahui.

    1. Saat penyusunan Kerangka Acuan (KA)

    Merupakan proses kelembagaan, karena diikutsertakannya berbagai pihak.

    ·         Pemrakarsa

    ·         Instansi yang berwenang

    ·         Tokoh masyarakat

    ·         Para pakar

    Bermanfaat sesuai dengan tujuan pelingkupan

    1. Saat penyusunan ANDAL, RKL DAN RPL

    Dilakukan oleh penyusun dokumen tersebut.

    Tujuannya agar senantiasa berada dalam konteks penelaahan dampak penting lingkungan seperti dimaksud dalam kerangka acuan.

    Bersifat teknis:

    ·         Kegiatan pengumpulan data

    ·         Analisis data

    ·         Rekomendasi UPL dan UKL

    ·         Diarahkan untuk keperluan kajian dampak penting

    Proses Pelingkupan (untuk menyusun Kerangka Acuan):

    1. Identifikasi dampak potensial

    Tentang rencana kegiatan atau proyek yang diusulkan, yang bersumber dari:

    Ø  Pemrakarsa kegiatan

    Ø  Masyarakat

    Ø  Pakar

    Ø  Instansi pemerintah

    1. Evaluasi segenap dampak potensial

    Untuk menghasilkan dampak penting hipotetis dengan meniadakan dampak potensial yang tidak relevan atau yang kurang atau tidak penting

    1. Pemusatan (focussing) segenap dampak penting hipotetis dengan maksud agar terancang lingkup dan sistematis dengan fokus bahasan pada dampak penting

    BAB III

    PENUTUP

    3.1.Kesimpulan

    Analisis dampak lingkungan adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan padalingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan di Indonesia.Proses penapisan atau kerap juga disebut proses seleksi wajib AMDAL adalah proses untuk menentukan apakah suatu rencana kegiatan wajib menyusun AMDAL atau tidak.

    AMDAL sesungguhnya suatu telaah yang dilakukan secara bertahap yaitu penapisan (screening), pelingkupan (scoping), identifikasi (identification), prakiraan (prediction), dan evaluasi (evaluation) yang kemudian dilanjutkan dengan pengelolaan dan pemantauan lingkungan (RKL dan RPL).

    Proses penapisan atau kerap juga disebut proses seleksi wajib AMDAL adalah proses untuk menentukan apakah suatu rencana kegiatan wajib menyusun AMDAL atau tidak. Sedangkan Pelingkupan merupakan proses konsultasi dengan semua pihak terkait. seperti penduduk yang akan terkena dampak, pemrakarsa proyek, ahli teknis, dan perencana untuk mengidentifikasi  concerns dan issues.

    3.2.Saran

    Dalam proses pembangunan haruslah diperhatikan mengenai proses penapisan dan pelingkupan apakah bangunan tersebut layak amdal atau tidak. Sehingga tidak mempengaruhi masyarakat sekitar serta dalam cakupan yang lebih luas yaitu lingkungan hidup.

    Daftar Pustaka

    http://www.bangazul.com/analisis-mengenai-dampak-lingkungan-amdal-1/

    http://muhamadzulfakar.blogspot.com/2013/11/peraturan-tentang-amdal.html

    https://staff.blog.ui.ac.id/andreas.pramudianto/2012/12/17/modul-hukum-lingkungan-untuk

    pelatihan-amdal/

    http://ekashawty.blogspot.com/2013/09/makalah-amdal-lengkap.html

    http://chumbucket08.blogspot.com/2012/01/analisis-mengenai-dampak-lingkungan.html

    Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

    http://regional.kompas.com/read/2011/02/18/20185198/Penambangan.Pasir.Besi.Bergantung.

    Amdal

     BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1.Latar Belakang

    Setiap kegiatan pembangunan pada dasarnya dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan, tetapi tidak semua kegiatan menimbulkan dampak penting. Penentuan ada tidaknya dampak penting sesungguhnya cukup pelik, karena lingkungan merupakan ruang yang luas terdiri dari berbagai komponen atau sub komponen (fisik kimia, biologi, sosekbud). Selain itu manusia mempunyai keterbatasan untuk dapat menguasai dan mengerti tingkah laku berbagai peubah dari komponen lingkungan. Di lain sisi AMDAL adalah alat untuk perencanaan pembangunan, bukan alat birokrasi.

    AMDAL sesungguhnya suatu telaah yang dilakukan secara bertahap yaitu penapisan (screening), pelingkupan (scoping), identifikasi (identification), prakiraan (prediction), dan evaluasi (evaluation) yang kemudian dilanjutkan dengan pengelolaan dan pemantauan lingkungan (RKL dan RPL).

    Mengingat pasal 16 UU No.4 Tahun 1982 dan kelancaran pembangunan maka penapisan dilakukan oleh pemerintah melalui peraturan perundang-undangan. Sehingga kegiatan pembangunan yang berwawasan lingkungan dapat dilakukan lebih efisien dan efektif. Penapisan dilakukan secara sederhana dengan komplikasi yang minimum dan kepercayaan yang maksimum bahwa suatu proyek akan atau tidak menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan.

    1.2.Rumusan Masalah

    1.      Apakah pengertian penapisan?

    2.      Bagaimana metode penapisan?

    3.      Apakah tujuan proses penapisan?

    4.      Apa saja kriteria penapisan?

    5.      Apakah pengertian pelingkupan?

    6.      Apakah tujuan pelingkupan?

    7.      Apakah manfaat pelingkupan?

    8.      Apa saja ruang lingkup pelingkupan?

    9.      Kapankah waktu pelaksanaan pelingkupan?

    1.3. Tujuan

    1.      Memahami pengertian penapisan

    2.      Mengetahui Bagaimana metode penapisan

    3.      Mengetahui Apakah tujuan proses penapisan

    4.      Mengetahui Apa saja kriteria penapisan

    5.      Mengetahui Apakah pengertian pelingkupan

    6.      Mengetahui Apakah tujuan pelingkupan

    7.      Mengetahui Apakah manfaat pelingkupan

    8.      Mengetahui Apa saja ruang lingkup pelingkupan

    9.      Mengetahui Kapankah waktu pelaksanaan pelingkupan

    BAB II

    PEMBAHASAN

    2.1. Pengertian Penapisan dalam Amdal

    Penapisan adalah langkah dalam menentukan perlu tidaknya kegiatan atau usaha dilengkapi dengan kajian AMDAL.  Pada awalnya penapisan dilakukan dengan proses secara : bertahap, meninjau/ mempertimbangkan daftar kegiatan atau lingkungan yang sensitif, serta menggunakan matrik.  Pada tahun 2001 telah ditetapkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup  Nomor 17 Tahun 2001 tentang Jenis Usaha dan/ atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.   Selanjutnya Kep Men Nomor 17 Tahun 2001 saat ini sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaan sehingga dipandang perlu diadakan perubahan.  Sehingga berdasarkan berbagai pertimbangan dan mengingat berbagai Undang-Undang dan peraturan maka ditetapkan : Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006  Tentang Jenis Rencana Usaha dan / Atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. Per Men LH No.05 Th.2012

    Proses penapisan atau kerap juga disebut proses seleksi wajib AMDAL adalah proses untuk menentukan apakah suatu rencana kegiatan wajib menyusun AMDAL atau tidak. Di Indonesia, proses penapisan dilakukan dengan sistem penapisan satu langkah. Ketentuan apakah suatu rencana kegiatan perlu menyusun dokumen AMDAL atau tidak dapat dilihat pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL

    2.2. Metode Penapisan

    Di Indonesia di kenal dengan metode penapisan satu langkah, tetapi tidak hanya dalam amdal ada juga metode yang dipakai. Berikut akan dijelaskan 2 metode penapisan dalam amdal,

    1.      Metode penapisan bertahap

    Dalam metode ini penapisan dilakukan secara bertahap dalam beberapa langkah secara berurutan.Penapisan menurut PP 29 tahun 1986, terdiri atas 2 langkah.
    Pertama dengan daftar dan kedua dengan PIL.Pada umumnya penapisan hanya terdiri atas 2 atau 3 langkah saja. Dalam melakukan tugasnya, pejabat yang berwenang menapis berdasarkan kriteria yang eksplisit atau implicit dan memasukkan usulan proyek ke dalam salah satu dari tiga kelompok, seperti pada bagan berikut :

    Dalam Metode ini Penapisan Di lakukan secara bertahap dengan beberapa langkah secara berurutan.Pada umumnya Penapisan hanya terdiri atas 2 atau 3 langkah saja dalam melakukan tugasnya,Pejabat yang berwenang menapis berdasrkan criteria yang explicit atau implisit.dan memasukan usulan proyek ke dalam salah satu dari tiga kelompok

    1)      Kelompok pertama ialah proyek yang dari pengalaman dan literature di ketahui dengan tingkat kepercayaan yang tinggi.yaitu tidak ada keraguan.akan menyebabkan dampak penting ,dampak penting ini di pengaruhi oleh ukuran,Rancang bangun dan lokasi proyek tersebut.

    2)      Kelompok kedua ialah proyek yang dari pengalaman dan Literatur di ketahui dengan tingkat kepercayaan yang tinggi tidak akan menyebabkan dampak penting.

    3)      Kelompok ketiga ialah Proyek yang meragukan apakah akan atau tidak akan menyababkan dampak penting.

    Kelompok ini harus di tapis lebih lanjut untuk menentukan perlu atau tidak perlunya di  AMDAL.Dalam Konteks AMDAL Penentuan nilai Penting Bukanlah suatu aktifitas ilmiah murni,melainkan suatu keputusan pengelolaan (Management Decision).Dengan menggunakan Informasi Ilmiah yang tersedia dan dengan Memperhatikan Kondisi social,ekonomi dan Politik. Oleh karena itu kehidupan kita tidak terisolasi dari dunia Internasional,Kondisi social,ekonomi dan politik internasional pun harus kita perhatikan,terutama karena kepedulian lingkungan merupakan masalah yang peka. Jika pada suatu ketika di luar daftar positif mempunyai petunjuk akan mempunyai dampak penting,pejabat yang berwenang dapat memutuskan keharusan yang di lakukan AMDAL untuk Proyek Tersebut.

    Daftar Positif secara Periodis di kaji kembali dan di perbaharui berdasar pengalaman yang di dapat.Kriteria yang banyak di pakai untuk penapisan ialah karakteristik Proyek ,Misalnya jenis Volume dan Penyimpanan Bahan Baku dan lokasi proyek dan nilai ambang ,Besarnya biaya proyek sering di gunakan sebagai nilai ambang ,yaitu proyek yang melebihi suatu nilai tertentu di haruskan melakukan AMDAL.

    Dasar pertimbanganya adalah biaya sering merupakan petunjuk tentang antara lain:

    ·         Luasnya lahan proyek

    ·         Teknologi  yang sering di pakai

    ·         Volume  Bahan Baku

    ·         Produk

    ·         Limbah

    Akan Tetapi penggunaan besarnya biaya sebagai nilai ambang dapat Juga Menyesatkan ,Misalnya: Industri dengan teknologi canggih memerlukan investasi yang tinggi,Tetapi mempunyai dampak biofisik yang relative kecil,Walaupun dampak sosialnya dapat besar.Biaya yang tinggi dapat juga di sebabkan oleh investasi dalam alat pencegahan pencemaran yang mahal.

    Nilai Ambang Lain yang di Gunakan Ialah nilai ambang Teknik antara lain:

    1)      Besarnya Fisik proyek dan

    2)      Volume

    Nilai ambang teknik Merupakan Indikasi yang lebih baik dari pada nilai ambang biaya,Namun di dalam praktek sering juga terdapat Kesulitan,sebab terjadinya dampak penting tidak hanya di tentukan oleh proyek contohnya  antara lain jenis :

    ü  Spesifikasi Bangunan,Peralatan dan lokasi melainkan juga oleh lokasi proyek menurut tataguna lahan antara lain Wilayah industry,Pemukiman dan pertanian

    ü  Letak Geografi Antara lain daerah pantai dan pegunungan

    ü  Daya dukung Lingkungan  Antara Lain Karkteristik sebaran udara dan air

    ü  Pentahapan proyek Antara lain konstruksi  operasi dan modifikasi

    ü  Oleh karena itu misalnya terjadi dampak komulatif karena penempatan industry di suatu wilayah industry industry yang di bangun efeknya dapat melampaui ambang batas daya dukung lingkungan walaupun sebenarnya jumlah limbahnya rendah.

    2.      Metode penapisan satu langkah 

    Penapisan dapat didasarkan pada kriteria eksplisit yang berupa daftar yang memuat jenis proyek yang tanpa keraguan akan menyebabkan dampak penting. Oleh karena dampak tidak saja ditentukan oleh jenisnya proyek, melainkan juga oleh sifat lingkungan, daftar tersebut dilengkapi dengan bagian yang memuat lingkungan yang rentan.Proyek dalam daftar ini atau proyek yang berlokasi dalam daerah rentan diharuskan melakukan AMDAL.

    Metode penapisan satu langkah ini adalah metode penapisan yang digunakan oleh Indonesia.Metode dengan daftar positif sangat sederhana.Pemerintah membuat daftar proyek yang harus dikenakan AMDAL.Daftar ini digunakan sebagai kriteria penapisan, yang ada dalam daftar harus membuat AMDAL dan yang tidak ada dalam daftar tidak perlu membuat AMDAL.Karena metode ini sederhana dan mudah, maka hasilnya dapat dicapai dengan cepat dan konsisten.

    Metode penapisan satu langkah ini memerlukan birokrasi yang pendek.Jumlah tenaga yang diperlukan dapat dibatasi, persyaratan tingkat pendidikan dan pengalaman juga tidak tinggi.Ini sangat penting untuk Indonesia, terutama di daerah.Metode ini tidak menambah ekonomi biaya tinggi.

    Pemerintah Membuat daftar proyek yang harus di kenakan AMDAL,Daftar ini di gunakan sebagai criteria Penapisan ,yang ada dalam daftar harus membuat AMDAL,yang tidak ada dalam daftar tidak perlu membuat AMDAL.Karena sederhana dan Mudah.,hasilnya dapat di capai dengan cepat dan konsisten.Dengan metode ini  apabila di perlukan AMDAL itu ada dalam tahap perencanaan yang dini,sehingga AMDAL itu dapat di Intergrasikan  kedalam proses studi kelayakan .Metode penapisan satu langkah ini memerlukan Birokrasi  yang pendek ,jumlah tenaga yang di perlukan dapat di batasi, persyaratan tingkat pendidikan dan pengalaman juga tidak tinggi,ini sangat penting untuk Indonesia,Terutama di daerah, Metode ini tidak Menambah ekonomi Biaya Tinggi.

    2.3.Tujuan Proses Penapisan

    Penapisan bertujuan untuk memilih rencana pembangunan mana yang harus dilengkapi dengan analisis mengenai dampak lingkungan. Langkah ini sangat penting bagi pemrakarsa untuk dapat mengetahui sedini mungkin apakah proyeknya akan terkena AMDAL. Hal ini berkenaan dengan perencanaan biaya dan waktu.

    Seperti yang terdapat pada pasal 16 undang-undang No. 4 tahun 1982, hanya rencana proyek yang diprakirakan akan mempunyai dampak penting terhadap lingkungan saja yang diwajibkan untuk dilengkapi dengan AMDAL. Dengan penapisan ini diharapkan kepedulian kita terhadap lingkungan tidak akan mengakibatkan bertambahnya waktu, tenaga dan biaya yang berlebihan yang diperlukan untuk pembangunan.

    2.4.Kriteria Penapisan/screening

    v  Tingkat besar : kementakan intensitas setiap dampak potensial

    v  Prevalensi : luasnya dampak yang akhirnya akan terjadi misalnya karena dampak kumulatif

    v  Lama dan frekuensi : apakah dampak bersifat jangka panjang atau jangka pendek

    v  Resiko : kementakan terjadi efek negatif yang serius

    v  Nilai penting : nilai yang diberikan pad adaerah tertentu (regional dan nasional)

    v  Penanggulangan : apakah masalah dapat ditanggulangi.

    2.5.Pengertian pelingkupan

    Pelingkupan merupakan proses konsultasi dengan semua pihak terkait. seperti penduduk yang akan terkena dampak, pemrakarsa proyek, ahli teknis, dan perencana untuk mengidentifikasi  concerns dan issues.  Ditambahkan pula bahwa pelingkupan memberikan masukan tentang aspek mana yang harus dikaji dengan mendalam dan aspek mana yang tidak perlu memperoleh perhatian saksama.  Pertanyaan yang harus dijawab dalam pelingkupan adalah seberapa besar masalahnya

    Pelingkupan merupakan suatu proses awal (dini) untuk menentukan llngkup permasalahan dan mengidentifikasi dampak panting (hipoetis) yang terkait dengan rencana kegiatan.

    Pelingkupan merupakan bagian yg tak terpisahkan dari penyusunan kerangka acuan (KA) dan hasilnya dpt berpengaruh pd kualitas dokumen AMDAL.

    2.6.Tujuan Pelingkupan

    Tujuan pelingkupan diantaranya adalah:

    a.       Menetapkan batas wilayah studi dan batas/horison waktu prakiraan dampak.

    b.      Mengidentifikasi dampak panting terhadap lingkungan yang dipandang
    relevan ntuk ditelaah secara mendalarn dalam penyusunan ANDAL/SEL

    c.       Menetapkan tingkat kedalaman studi ANDAL/SEL sesuai dangan sumberdaya
    yang tersedia (waktu, dana, tenaga),

    d.      Menetapkan lingkup studi dan rancangan studi ANDAL/SEL secara sistematis

    e.       Menelaah kegiatan/proyek-proyek lain yang terkait dan terletak di wilayah studi

    2.7.Manfaat Pelingkupan

    Manfaat pelingkupan diantaranya adalah:

    a)      Dapat langsung diarahkan pada hal-hal yang menjadipokok bahasan secara mendalam .

    b)      Menghindari timbulnya konflik dan tertundanya kegiatan pembangunan proyek

    c)      Biaya, tenaga, dan waktu bisa lehih efektif dan efisien berkat terfokusnya studi hanya pada dampak penting.

    d)     Penyusunan ANDAL dapat berlangsung dengan lebih terarah berkat adanya kejelasan lingkup studi, kedalaman, dan strategi pelaksanaan studi.

    2.8.Ruang Lingkup pelingkupan

    Ruang lingkup studi yang dirumuskan melalui pelingkupan adalah :

    a).   Mengidentifikasi isu utama atau main         

           issues

    b).   Menentukan wilayah studi

    c).   Waktu berlangsungnya dampak (time

            boundary)

    Penentuan wilayah studi merupakan proses pengambilan daerah sampel. Isu utama atau prioritas dampak menjadi dasar untuk menentukan komponen-komponen yang akan distudi.  Sedang waktu berlangsungnya dampak akan dipergunakan untuk memprakirakan berapa lama dampak akan berlangsung

    2.9.Waktu Pelaksanaan Pelingkupan

    1. Saat penapisan proyek (rencana kegiatan)

    Bertujuan untuk menetapkan apakah suatu rencana kegiatan:

    ·         Tidak memerlukan proses AMDAL.

    ·         Perlu AMDAL karena jelas menimbulkan dampak.

    ·         Perlu dokumen PIL terlebih dahulu karena perilaku dampak belum diketahui.

    1. Saat penyusunan Kerangka Acuan (KA)

    Merupakan proses kelembagaan, karena diikutsertakannya berbagai pihak.

    ·         Pemrakarsa

    ·         Instansi yang berwenang

    ·         Tokoh masyarakat

    ·         Para pakar

    Bermanfaat sesuai dengan tujuan pelingkupan

    1. Saat penyusunan ANDAL, RKL DAN RPL

    Dilakukan oleh penyusun dokumen tersebut.

    Tujuannya agar senantiasa berada dalam konteks penelaahan dampak penting lingkungan seperti dimaksud dalam kerangka acuan.

    Bersifat teknis:

    ·         Kegiatan pengumpulan data

    ·         Analisis data

    ·         Rekomendasi UPL dan UKL

    ·         Diarahkan untuk keperluan kajian dampak penting

    Proses Pelingkupan (untuk menyusun Kerangka Acuan):

    1. Identifikasi dampak potensial

    Tentang rencana kegiatan atau proyek yang diusulkan, yang bersumber dari:

    Ø  Pemrakarsa kegiatan

    Ø  Masyarakat

    Ø  Pakar

    Ø  Instansi pemerintah

    1. Evaluasi segenap dampak potensial

    Untuk menghasilkan dampak penting hipotetis dengan meniadakan dampak potensial yang tidak relevan atau yang kurang atau tidak penting

    1. Pemusatan (focussing) segenap dampak penting hipotetis dengan maksud agar terancang lingkup dan sistematis dengan fokus bahasan pada dampak penting

    BAB III

    PENUTUP

    3.1.Kesimpulan

    Analisis dampak lingkungan adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan padalingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan di Indonesia.Proses penapisan atau kerap juga disebut proses seleksi wajib AMDAL adalah proses untuk menentukan apakah suatu rencana kegiatan wajib menyusun AMDAL atau tidak.

    AMDAL sesungguhnya suatu telaah yang dilakukan secara bertahap yaitu penapisan (screening), pelingkupan (scoping), identifikasi (identification), prakiraan (prediction), dan evaluasi (evaluation) yang kemudian dilanjutkan dengan pengelolaan dan pemantauan lingkungan (RKL dan RPL).

    Proses penapisan atau kerap juga disebut proses seleksi wajib AMDAL adalah proses untuk menentukan apakah suatu rencana kegiatan wajib menyusun AMDAL atau tidak. Sedangkan Pelingkupan merupakan proses konsultasi dengan semua pihak terkait. seperti penduduk yang akan terkena dampak, pemrakarsa proyek, ahli teknis, dan perencana untuk mengidentifikasi  concerns dan issues.

    3.2.Saran

    Dalam proses pembangunan haruslah diperhatikan mengenai proses penapisan dan pelingkupan apakah bangunan tersebut layak amdal atau tidak. Sehingga tidak mempengaruhi masyarakat sekitar serta dalam cakupan yang lebih luas yaitu lingkungan hidup.

    Daftar Pustaka

    http://www.bangazul.com/analisis-mengenai-dampak-lingkungan-amdal-1/

    http://muhamadzulfakar.blogspot.com/2013/11/peraturan-tentang-amdal.html

    https://staff.blog.ui.ac.id/andreas.pramudianto/2012/12/17/modul-hukum-lingkungan-untuk

    pelatihan-amdal/

    http://ekashawty.blogspot.com/2013/09/makalah-amdal-lengkap.html

    http://chumbucket08.blogspot.com/2012/01/analisis-mengenai-dampak-lingkungan.html

    Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

    http://regional.kompas.com/read/2011/02/18/20185198/Penambangan.Pasir.Besi.Bergantung.

    Amdal

  • Ekologi dalam AMDAL

    Ekologi dalam AMDAL

    Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan lingkungannya dan yang lainnya. Berasal dari kata Yunani oikos (“habitat”) dan logos (“ilmu”). Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya. Istilah ekologi pertama kali dikemukakan oleh Ernst Haeckel (1834 – 1914). Dalam ekologi, makhluk hidup dipelajari sebagai kesatuan atau sistem dengan lingkungannya.

    Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik antara lain suhu, air, kelembaban, cahaya, dan topografi, sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling memengaruhi dan merupakan suatu sistem yang menunjukkan kesatuan.

    Ekologi merupakan cabang ilmu yang masih relatif baru, yang baru muncul pada tahun 70-an. Akan tetapi, ekologi mempunyai pengaruh yang besar terhadap cabang biologinya. Ekologi mempelajari bagaimana makhluk hidup dapat mempertahankan kehidupannya dengan mengadakan hubungan antar makhluk hidup dan dengan benda tak hidup di dalam tempat hidupnya atau lingkungannya.  Ekologi, biologi dan ilmu kehidupan lainnya saling melengkapi dengan zoologi dan botani yang menggambarkan hal bahwa ekologi mencoba memperkirakan, dan ekonomi energi yang menggambarkan kebanyakan rantai makanan manusia dan tingkat tropik.

    Para ahli ekologi mempelajari hal berikut :

    1. Perpindahan energi dan materi dari makhluk hidup yang satu ke makhluk hidup yang lain ke dalam lingkungannya dan faktor-faktor yang menyebabkannya.
    2. Perubahan populasi atau spesies pada waktu yang berbeda dalam faktor-faktor yang menyebabkannya.
    3. Terjadi hubungan antarspesies (interaksi antarspesies) makhluk hidup dan hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungannya.

    Kini para ekolog(orang yang mempelajari ekologi)berfokus kepada Ekowilayah bumi dan riset perubahan iklim.

    B. Kaitan AMDAL dengan Ekologi sebagai Dasar Kajian AMDAL

    Kebutuhan akan pembangunan semakin meningkat seiring dengan perkembangan kebutuhan manusia dalam hal mencari keuntungan sebanyak-banyaknya dari hasil pembangunan tersebut. Pembangunan dilakukan melalui berbagai pertimbangan, terutama mengenai dampak yang dihasilkan dari kegiatan pembangun tersebut.

    AMDAL merupakan suatu keharusan untuk mengidentifikasi dampak penting dari kegiatan pembangunan yang akan dilakukan. Ekologi mencakup seluruh hubungan organisme dengan lingkungannya merupakan dasar kajian AMDAL, yaitu sebagai dasar kajian untuk mengkaji dampak penting dari suatu kegiatan pembangunan terhadap ekologi.

    a. Kelestarian lingkungan

    Kelestarian lingkungan mencakup kesehatan lingkungan tanpa pencemaran lingkungan atau polusi, merupakan salah satu dasar kajian AMDAL. Kelestarian lingkungan merupakan keinginan bersama dan tidak akan mau jika harus terganggu dengan adanya kegiatan pembangunan. Amdal bertujuan untuk mengidentifikasi dampak penting dari suatu kegiatan terhadap kelestarian lingkungan. Misalnya, mencari data mengenai separah bagaimana dampak yang dihasilkan dari suatu kegiatan atau usaha yang akan dijalankan. Tanpa AMDAL, kegiatan pembangunan mungkin akan langsung dilaksanakan tanpa mempertimbangkan berbagai dampaknya terhadap kelestarian lingkungan yang secara otomatis dapat merusak atau mencemari kelestarian lingkungan.

    Jadi AMDAL sangat berperan penting dalam perencanaan pembangunan demi menjaga kelestarian lingkungan dengan mempertimbangkan dampak negatif atau penting tehadap lingkungan dengan hasil kegiatan atau usaha tersebut.

    b. Kelangsungan makhluk hidup

    Kelangsungan makhluk hidup mencakup diantaranya pertumbuhan yang sehat terhadap tumbuh-tumbuhan, pepohonan, dan hewan yang dapat berkembang biak dengan baik dalam lingkungan tertentu. Demi menjaga agar tetap terjaganya kelangsungan makhluk hidup dengan baik dari dampak suatu kegiatan pembangunan oleh manusia, AMDAL merupakan suatu keharusan yang harus dilakukan untuk mengkaji dampak penting yang diakibatkan suatu kegiatan pembangunan terhadap kelangsungan makhluk hidup.

    Kelangsungan makhluk hidup ditunjuk sebagai salah satu dasar kalian Amdal karena kelangsungan makhluk hidup harus tetap terjaga. Dampak yang telah dikaji dengan Amdal dari kegiatan pembangunan tersebut setidaknya bisa dikurangi atau dicegah demi tetap terjaganya kelangsungan makhluk hidup tanpa membatalkan kegiatan tersebut.

    c. Keseimbangan antara lingkungan Biotik dan Abiotik

    Demi untuk tetap terjaganya keseimbangan lingkungan biotik abiotik dimana setiap makhluk hidup dapat saling berinteraksi dengan baik dengan lingkungannya. Amdal berperan sebagai pengkaji dari dampak suatu kegiatan pembangunan, yang dengan diketahuinya secara pasti dampak yang akan terjadi dari kegiatan tersebut, dampak tersebut bisa diatasi demi tetap terjaganya keseimbangan antara lingkungan biotik dan abiotik, yaitu tdk memusnahkan salah satu populasi yang dapat berakibat pada keseimbangan lingkungannya dan juga lingkungan yang tidak tercemari oleh kegiatan tersebut

    C.    Aturan Hukum Mengenai Lingkungan

    Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Sedangkan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup. Sedangkan ruang lingkup lingkungan hidup Indonesia meliputi ruang, tempat Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berwawasan nusantara dalam melaksanakan kedaulatan, hak berdaulat, dan yurisdiksinya. Berikut aturan hukum mengenai Lingkungan Hidup:

    1.    Undang-Undang Lingkungan Hidup

    Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, menyatakan bahwa lingkungan hidup merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.

        Peraturan Menteri Lingkungan Hidup

    PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2012 TENTANG JENIS RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG WAJIB MEMILIKI ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP

    Menetapkan : PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA TENTANG JENIS RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG WAJIB MEMILIKI ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP.

    D.    Ekologi atau Lingkungan Mempengaruhi Status Kesehatan

    Lingkungan atau Ekologi merupakan komponen paradigma keperawatan yang mempunyai implikasi sangat luas bagi kelangsungan hidup manusia, khususnya menyangkut status kesehatan seseorang. Lingkungan yang dimaksud dapat berupa lingkungan internal dan eksternal yang berpengaruh, baik secara langsung maupun tidak langsung pada individu, kelompok/ masyarakat seperti lingkungan yang bersifat biologis, psikologis, social, cultural dan spiritual, iklim, system perekonomian serta politik. Jika keseimbangan lingkungan ini tidak dijaga dengan baik maka akan dapat menyebabkan berbagai macam penyakit. 

    Lingkungan atau ekologi sangat berpengaruh besar dalam status kesehatan manusia, lingkungan yang bersih sudah pasti ditempati oleh masyarakat yang sehat, sedangkan lingkungan yang tidak bersih atau kotor atau kumuh sudah pasti ditempati oleh masyarakat yang sering terserang penyakit.

    Seperti yang kita ketahui bahwa kehidupan masyarakat di daerah kita sangatlah beragam, banyak sekali masyarakat yang membudayakan hidup bersih dan pengaruh nya baik bagi mereka, di daerah tersebut sedikit sekali orang yang terserang penyakit, namun tidak sedikit juga masyarakat yang hidupnya jauh dari kebersihan bahkan bisa dikatan kumuh, banyak faktor dan berbagai hal yang menyebabkan itu terjadi, maka mereka yang hidup jauh dari kebersihan akan sangat banyak diserang penyakit. Disinilah peran petugas kesehatan untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang lingkungan nya tidak bersih yaitu dengan cara memberikan penyuluhan-penyuluhan dan cara lainya. Agar setiap jengkal wilayah dan semua manusia di negara ini bersih dan sehat.

    Hubungan manusia dengan lingkungan, dengan tingkah lakunya, dengan penyakitnya dan cara-cara dimana tingkah lakunya dan penyakitnya mempengaruhi evolusi dan kebudayaannya selalu melalui proses umpan balik. Pendekatan ekologis merupakan dasar bagi studi tentang masalah-masalah epidemiologi, cara-cara dimana tingkah laku individu dan kelompok menentukan derajat kesehatan dan timbulnya penyakit yang berbeda-beda dalam populasi yang berbeda-beda. Sebagai contoh pada penyakit malaria ditemukan pada daerah berikilim tropis dan subtropis sedangkan pada daerah beriklim dingin tidak ditemukan penyakit ini, juga pada daerah diatas 1700 meter diatas permukaan laut malaria tidak bisa berkembang.

    Contoh lain, semakin maju suatu bangsa, penyakit yang dideritapun berbeda dengan bangsa yang baru berkembang. Penyakit-penyakit infeksi seperti malaria, demam berdarah, TBC, dll pada umumnya terdapat pada Negara-negara berkembang, sedangkan penyakit-penyakit noninfeksi seperti stress, depresi, kanker, hipertensi umumnya terdapat pada negara-negara maju. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi yang berbeda pada kedua kelompok tersebut.

    E.     Contoh Kasus Pencemaran Lingkungan

    1.    Kasus pencemaran lingkungan oleh PT Galuh Cempaka

    September 2008 kejahatan lingkungan yang telah di lakukan oleh PT Galuh Cempaka yang merupakan sebuah perusahaan tambang patungan antara PT ANTAM 20 % dan Perusahaan asing BDI Mining Corp. 80 % sudah nampak jelas. Dalam beberapa tahun belakangan ini pencemaran maupun dampak pertambangan Galuh Cempaka telah merusak dan mengganggu aktivitas pertanian masyarakat di Desa Palam, Guntung Manggis dan Cempaka. Material pasir pun sebagai sisa dari aktivitas pertambangan intan dijual dengan ketidakjelasan hasilnya.

    Terkait dengan PT Galuh Cempaka yang ada di Kalsel, menurut organisasi nonpemerintah yang fokus pada persoalan lingkungan ini, perusahaan tersebut telah melakukan kejahatan lingkungan, yaitu sengaja melakukan pembuangan limbah atau zat ke aliran sungai yang dapat membahayakan bagi kesehatan dan keselamatan orang banyak. “Perbaikan sistem pengolahan air limbah (Sispal) yang dilakukan oleh PT Galuh Cempaka adalah suatu keharusan yang dilakukan oleh sebuah perusahaan, dan itu memang sudah termasuk dalam dokumen AMDAL yang telah mereka buat sendiri, dan itu tidak menghilangkan kasus kejahatan lingkungan yang telah dilakukan PT Galuh Cempaka

    Menurut Walhi Kalsel, salah satu alat bukti terjadinya kejahatan lingkungannya adalah hasil penelitian tim gabungan Pemerintah Kota Banjarbaru dan Pemerintah Provinsi Kalsel, melalui Bappedalda, yang mengakibatkan tingkat keasaman air sungai (ph) mencapai 2,97, sedangkan Peraturan Gubernur (Pergub) Kalsel mencantumkan ph normal senilai 6 hingga 9. Selain itu, PT Galuh juga membuang limbah timbal mencapai 0,84, padahal sesuai Pergub Kalsel hanya dibolehkan 0,1. “Ini tentu saja bertentangan dengan UU Lingkungan Hidup No 23 Tahun 1997 Bab VI tentang Persyaratan Penataan Lingkungan Hidup Pasal 20 ayat 1 “Tanpa suatu keputusan izin, setiap orang dilarang melakukan pembuangan limbah ke media lingkungan hidup,” ujar Hegar menjelaskan. Juga dengan KUHP Pasal 202 ayat (1) Barang siapa memasukkan barang sesuatu ke dalam sumur, pompa, sumber atau ke dalam perlengkapan air minum untuk umum atau untuk dipakai oleh atau bersama-sama dengan orang lain, padahal diketahuinya bahwa karena perbuatan itu air lalu berbahaya bagi nyawa atau kesehatan orang, diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun (matabuana.com).

    2.    Kasus pencemaran lingkungan oleh PT Adaro Indonesia

    Pada Bulan oktober 2009 Pencemaran sungai Balangan terjadi justru tidak lama setelah Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) RI memberikan penghargaan peringkat HIJAU kepada PT. ADARO Indonesia dalam Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (PROPPER) Tahun 2009.

    Sungai Balangan, merupakan sungai besar yang membelah kabupaten Balangan dimana bagian hilirnya sampai wilayah Amuntai (Hulu Sungai Utara), Negara (Hulu Sungai Selatan), Margasari (Tapin) hingga ke Muara Sungai Barito &ndash; Banjarmasin. Sungai yang menjadi urat nadi masyarakat, khususnya kabupaten Balangan dan Amuntai ini sejak Sabtu (24/10) secara fisik telah berubah warna menjadi coklat kehitaman. Ini membuktikan bahwa sungai tersebut telah tercemar sebagai dampak dari aktivitas pertambangan batubara PT ADARO Indonesia. Hal ini juga secara langsung diakui oleh pihak perusahaan melalui Manager External Relationnya Yunizar Andriansyah.

    Berdasarkan informasi dan pantauan WALHI Kalsel di lapangan, beberapa dampak langsung yang telah dirasakan masyarakat antara lain;

    –       Ribuan warga di 4 Kecamatan Kabupaten Balangan yakni Kecamatan Paringin, Juai, Paringin Utara dan Kecamatan Lampihong saat ini tidak bisa mengakses langsung air sungai Balangan untuk keperluan sehari-hari. Demikian juga yang dialami masyarakat di 4 Kecamatan Kabupaten Hulu Sungai Utara (Kecamatan Amuntai Tengah, Babirik, Sei Pandan dan Banjang).

    –       Terancamnya sumber ekonomi para petambak ikan di sepanjang sungai Balangan yang sebagian besar menggunakan jala apung. Bahkan menurut laporan ikan-ikan yang mereka budidayakan sudah ada yang mulai mati.

    –       Terganggunya operasional PDAM di Balangan dan Amuntai hingga terhentinya layanan distribusi air bersih ke warga selama 3 hari. Keruhnya sungai Balangan ini juga menyebabkan biaya tinggi bagi PDAM dalam memproduksi air bersihnya.

    –       Warga yang terpaksa memanfaatkan sungai Balangan untuk keperluan sehari-hari sudah ada yang mengalami gatalgatal. Belum ada laporan dari warga yang menderita penyakit seperti diare dll, namun apabila ini terus berlangsung tentunya sangat berbahaya buat masyarakat khususnya pada balita yang rentan akan penyakit.

    Tercemarnya sungai Balangan ini juga telah menuai protes dari sejumlah masyarakat. Pada hari Senin (26/10) dimana masyarakat Paringin &ndash; Kabupaten Balangan melakukan aksi di depan DPRD Balangan. Kemudian pada hari rabunya giliran masyarakat Amuntai &ndash; Kabupaten Hulu Sungai Utara berbondong-bondong mendatangi kantor PT ADARO Indonesia di Dahai &ndash; Paringin. WALHI Kalsel juga mendapat info bahwa gabungan masyarakat Amuntai dan Balangan akan melakukan aksi besar-besaran apabila pemerintah dan instansi terkait lamban menangani kasus ini.

    WALHI Kalsel sangat prihatin dan menyayangkan pencemaran sungai Balangan ini justru terjadi tidak lama setelah Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) RI memberikan penghargaan kepada PT. ADARO Indonesia dalam Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan HIdup (PROPPER) Tahun 2009 dengan peringkat HIJAU. Artinya ADARO dalam hal ini telah 2 kali mendapat predikat terbaik dalam pengelolaan lingkungan hidup seluruh perusahaan di Indonesia dari KLH setelah tahun 2008 yang lalu memperoleh penghargaan yang sama.

    Sebagai bentuk tanggung jawab atas terjadinya pencemaran di Sungai Balangan ini, maka dengan ini WALHI Kalsel meminta kepada KLH untuk;

    1. Mencabut predikat HIJAU yang selama ini diberikan kepada PT ADARO Indonesia dan selanjutnya KLH harus meninjau kembali proyek PROPPER yang selama ini hanya lebih banyak digunakan sebagai green wash perusahaan dan cenderung abai terhadap ancaman penderitaan rakyat. PROPPER juga sarat dengan kepentingan dan membuka peluang terjadinya penyalahgunaan wewenang (korupsi) oleh pejabat KLH.

    2. Mendesak KAPOLDA Kalsel agar segera melakukan penyelidikan atas kejahatan lingkungan yang telah dilakukan PT ADARO Indonesia.

    3. Meninjau ulang AMDAL PT. ADARO Indonesia, karena WALHI Kalsel menganggap AMDAL tersebut telah gagal dalam menjawab problem pengelolaan lingkungan hidup perusahaan. Selanjutnya memberi sanksi kepada pembuat AMDAL beserta Komisi AMDALnya.

    4. Menuntut kepada PT ADARO Indonesia secepatnya merehabilitasi sungai Balangan yang telah tercemar dan harus bertanggung jawab kepada masyarakat serta pihak-pihak selama ini telah dirugikan.

    F.     Dampak Ekologi

    1.      Dampak Positif
    Kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar yang bertambah yang mana itu dapat mengurangi tingkat pengangguran khususnya di lingkungan masyarakat tersebut.

    2.      Dampak Negatif Dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat walaupun tidak begitu signifikan.
    Polusi udara yang mana dapat mengganggu tingkat kesehatan masyarakat.  
    Polusi suara yang berasal dari mesin produksi. Dapat mengganggu kenyamanan masyarakat sekitar.

    DAFTAR PUSTAKA

    http://beruangbernad.blogspot.com/2013/06/makalah-analisis-dampak-lingkungan.html

    http://klikpeace.blogspot.com/2013/01/kajian-ekologi-dan-amdal-analisis.html