Blog

  • Makalah Fenomena Jilbab Ketat – Jilbob

    Makalah Fenomena Jilbab Ketat – Jilbob

    Makalah Fenomena Jilbab Ketat atau JIlbob ini membahas adanya penyimpangan perilaku di kalangan remaja putri dalam mengenakan pakaian sebagai simbol agama yakni jIlbab.

    Fenomena Jilbab Ketat

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Kerudung atau Jilbab merupakan kata yang tidak asing lagi diperdengarkan oleh telinga kita saat ini. Suatu kain yang berfungsi sebagai penutup aurat wanita kini sedang ramai dipergunakan sebagai trend center dunia fashion. Banyak terdapat model dan tipe-tipe jilbab disugguhkan kepada wanita muslimah untuk mempercantik diri. Bahkan sampai diadakan suatu pameran untuk mengenalkan produk jilbab dengan berbagai model.

    Dewasa ini sering kali kita menjumpai wanita-wanita muslimah yang menggunakan berbagai model jilbab. Di kalangan mahasiswa, terdapat banyak model jilbab. Hal ini membuktikan bahwa ketertarikan wanita muslim untuk mengembangkan fashionnya melalui jilbab.

    Minimnya pengetahuan tentang hakikat menggunakan jilbab serta tuntunan yang diberlakukan oleh agama islam, membuat wanita-wanita muslim seenakknya mengenakan jilbab. Pada dasarnya jilbab berfungsi untuk menutup aurat kewanitaan agar terhindar dari hal maksaiat. Akan tetapi, terkadang saat ini hanya digunakan sebagai kedok atau identitas bagi wanita-wanita tertentu agar terkesan baik, sopan, santun, dan berbudi luhur. Dan bahkan hanya dijadikan sebagai trend dan fashion style saja. Bila fenomena ini terus berkelanjutan, betapa mirisnya kondisi wanita muslim dan harga diri dari wanita muslim sekarang ini.

    Untuk menghadapi fenomena-fenomena dewasa ini tentang pengetahuan menggunakan jilbab. Maka, akan dibahas tentang hakikat berjilbab, fungsi jilbab, manfaat jilbab, dan hukum serta ketentuan berjilbab. Selain itu, pembahasan ini agar bermanfaat bagi pembaca dan dijadikan sebagai suatu pengetahuan yang berupa referensi menggunakan jibab yang baik dan benar sesuai syariat islam yang sesungguhnya.

    Bab II. Pembahasan

    A. Definisi Jilbab Dalam Al-Qur’an

    Imam Qurthubi dalam tafsirnya mengatakan; Jilbab berarti kain yang lebih besar ukurannya dari khimar (kerudung), sedang yang benar menurutnya jilbab adalah kain yang menutup semua badan.

    القَمِيصُ: ثَوبٌ واسِعٌ للمرأة دون المِلحَفَة أو ما يُغَطّى به ثِيابَها من فوقُ كالملحفة أو هو الخمار

    (Jilbab adalah) gamis (al qomiish) pakaian yang luas, tapi selain selubung/selimut (al mihafah), atau sesuatu yang dipakai olehnya untuk menyelimuti pakaiannya mulai dari atas seperti selubung/selimut (al mihafah). Atau, dia adalah al khimar (penutup kepala).Arti kata jilbab ketika Al Quran diturunkan adalah kain yang menutup dari atas sampai bawah, tutup kepala, selimut, kain yang di pakai lapisan kedua oleh wanita dan semua pakaian wanita, ini adalah beberapa arti jilbab seperti yang dikatakan Imam Alusiy dalam tafsirnya Ruuhul Ma`ani.

    Dari atas tampaklah jelas kalau jilbab yang dikenal oleh masyarakat indonesia dengan arti atau bentuk yang sudah berubah dari arti asli jilbab itu sendiri, dan perubahan yang demikian ini adalah bisa dipengaruhi oleh berbagai factor, salah satunya adalah sebab perjalanan waktu dari masa Nabi Muhammad SAW. sampai sekarang atau disebabkan jarak antar tempat dan komunitas masyarakat yang berbeda yang tentu mempunyai peradaban atau kebudayaan berpakaian yang berbeda.
    Allah SWT dalam Al Quran berfirman:

    يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّبِيُّ قُل لِّأَزۡوَٰجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَآءِ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ يُدۡنِينَ عَلَيۡهِنَّ مِن جَلَٰبِيبِهِنَّۚ ذَٰلِكَ أَدۡنَىٰٓ أَن يُعۡرَفۡنَ فَلَا يُؤۡذَيۡنَۗ وَكَانَ ٱللَّهُ غَفُورٗا رَّحِيمٗا ٥٩

    Artinya: Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

    Asbabun Nuzul

    Pada suatu riwayat dikemukakan bahwa Siti Saudah (istri Rasulullah) keluar rumah untuk sesuatu keperluan setelah diturunkan ayat hijab. Ia adalah seorang yang badannya tinggi besar sehingga mudah dikenal orang. Pada waktu itu Umar melihatnya, dan ia berkata: “Hai Saudah. Demi Allah, bagaimana pun kami akan dapat mengenalmu. Karenanya cobalah pikir mengapa engkau keluar?” Dengan tergesa-gesa ia pulang dan saat itu Rasulullah barada di rumah Aisyah sedang memegang tulang sewaktu makan. Ketika masuk ia berkata: “Ya Rasulallah, aku keluar untuk sesuatu keperluan, dan Umar menegurku (karena ia masih mengenalku)”. Karena peristiwa itulah turun ayat ini (S. Al Ahzab: 59) kepada Rasulullah SAW di saat tulang itu masih di tangannya. Maka bersabdalah Rasulullah: “Sesungguhnya Allah telah mengizinkan kau keluar rumah untuk sesuatu keperluan.”

    Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa istri-istri Rasulullah pernah keluar malam untuk mengqadla hajat (buang air). Pada waktu itu kaum munafiqin mengganggu mereka yang menyakiti. Hal ini diadukan kepada Rasulullah SAW, sehingga Rasul menegur kaum munafiqin. Mereka menjawab: “Kami hanya mengganggu hamba sahaya.” Turunnya ayat ini (S. Al Ahzab: 59) sebagai perintah untuk berpakaian tertutup, agar berbeda dari hamba sahaya.

    Ayat di atas turun ketika wanita merdeka (seperti wanita-wanita sekarang) dan para budak wanita (wanita yang boleh dimiliki dan diperjual belikan) keluar bersama-sama tanpa ada suatu yang membedakan antara keduanya, sementara madinah pada masa itu masih banyak orang-orang fasiq (suka berbuat dosa) yang suka mengganggu wanita-wanita dan ketika diperingatkan mereka (orang fasiq) itu menjawab kami mengira mereka (wanita-wanita yang keluar) adalah para budak wanita sehingga turunlah ayat di atas bertujuan memberi identitas yang lebih kepada wanita-wanita merdeka itu melalui pakaian jilbab.

    Ayat ini terletak dalam Al Quran setelah larangan menyakiti orang-orang mukmin yang berarti sangat selaras dengan ayat sesudahnya (ayat jilbab), sebab berjilbab paling tidak, bisa meminimalisir pandangan laki-laki kepada wanita yang diharamkan oleh agama, dan sudah menjadi fitrah manusia, dipandang dengan baik oleh orang lain adalah lebih menyenangkan hati dan tidak berorentasi pada keburukan, lain halnya apabila pandangan itu tidak baik maka tentu akan berdampak tidak baik pula bagi yang dipandang juga yang melihat, nah, kalau sekarang kita melihat kesebalikannya yaitu ketika para wanita lebih senang untuk dipandang orang lain ketimbang suaminya sendiri maka itu adalah kesalahan pada jiwa wanita yang perlu dibenarkan sedini mungkin dan dibuang jauh jauh terlebih dahulu sebelum seorang wanita berbicara kewajiban berjilbab.

    B. Fungsi Jilbab yang Dicarikan Dari Berbagai Sumber:

    1. Melindungi muslimah dari fitnah. Sebagai gambaran, tragedi yang dikisahkan dalam Al-Qur’an tentang Nabi Yusuf AS sangatlah jelas. Wanita memang menarik , tapi bukan berarti ia hidup untuk menarik perhatian lawan jenis.Tetapi wanita muslim hidup hanya untuk Allah SWT yakni Tuhannya, dengan cara menjalankan keinginan Tuhannya, yang membuat dirinya jauh dari fitnah . Allah memerintah muslimah untuk menutup auratnya ( Jilbab ), demi kebaikan hidup muslimah sendiri. Agar tidak diganggu oleh laki-laki yang bernafsu liar. Jilbab ini dapat meredam daya tarik tubuh luar biasa , sehingga seorang muslimah akan jauh dari godaan laki-laki pengumbar hawa nafsu.
    2. Mengangkat derajat dirinya di mata Allah. Dengan jilbab, seorang muslimah akan menjaga prilaku dan meluruskan niatnya hanya karena Allah SWT. Jilbab adalah menjalankan kewajibannya, bukan sekedar trend berbusana. Jilbab menutupi aurat yg memang seharusnya tidak boleh dilihat oleh kaum pria (bukan muhrim), karena itu adalah kewajiban berarti jilbab menyelamatkan kita dari dosa dan memberi kita nilai lebih sebagai seorang muslimah di mata Allah,SWT karena telah menjalankan perintah-Nya.
    3. Menciptakan lingkungan sehat. Dengan berbusana muslim dan berjilbab, ia menjadi kuntributor bagi lingkungan yang sehat dan amanah. Terus menggali keimanan dan menjadi suri tauladan bagi lingkungan, minimal dalam keluarganya sendiri. Muslimah yg memakai jilbab akan terlihat sopan dalam berpakaian dibandingkan dengan kebanyakan dari mereka yg tidak memakai jilbab, dan kebanyakan dari para muslimah yang berjilbab lebih pintar mengatur cara berbicara dengan orang lain, sopan dalam bahasa, santun dalam bertindak.
    4. Perisai dari perbuatan tercela. Menggunakan jilbab memiliki nilai kemuliaan dalam Islam, keindahan dalam Islam. Menjadi benteng kekuatan dari perbuatan tercela dan tipu daya syetan. Apabila niat memakainya adalah hanya untuk Allah, dan karena Allah semata, serta tujuan hanya untuk melaksanakan perintah Allah semata. Kejahilan kaum adam lebih cenderung ke wanita yang berpakaian terbuka dibandingkan dengan yang berpakaian tertutup, tentu kita sangat menghindari hal-hal seperti itu, tapi kebanyakan dari mereka yang berpakaian terbuka lebih senang digoda oleh para lelaki, untuk itulah mereka berpakaian terbuka.

    C. Jilbab Ketat – Pakaian Ketat

    Saat ini pakaian ketat sudah menjadi trend mode yang tidak mengenal usia. Trend fashion saat ini sepertinya mewajibkan kita untuk tampil trendi dan kurus. Saat ini, iklan-iklan di berbagai media juga menampilkan model-model cantik dengan berpakaian ketat agar lebih menarik. Memang benar jika saat ini persepsi orang tentang kecantikan adalah tampil langsing atau mungkin malah kurus dengan pakaian yang ketat. Namun, kebanyakan orang tidak menyadari dengan menggunakan pakaian ketat justru menimbulkan bahaya bagi dirinya. Banyak diantaranya para remaja yang gemar mengenakan pakaian ketat tanpa mengetahui bahaya pakaian tersebut bagi kesehatannya.

    Di antara fenomena yang sekarang menjamur dan berbahaya adalah model pakaian ketat dan terlihatnya bentuk lekuk tubuh seorang wanita. Padahal Allah dan Rasul Nya menyuruh kaum wanita untuk mengenakan hijab yang mentupi seluruh anggota tubuh agar tidak terlihat sedikitpun auratnya.
    Ironisnya banyak diantara wanita yang lalai akan hal itu. Bahkan sebagian mereka mengenakan jilbab yang bermodel dan berbagai gaya dengan istilah jilbab gaul untuk menarik pandangan laki laki.
    Dalil yang menunjukan hendaknya wanita tidak memakai pakiaan ketat adalah hadits dari Usamah bin Zaid di mana pernah berkata:


    عن أسامة بن زيد قال: ‘كساني رسول الله – صلى الله عليه وسلم – قبطية كثيفة كانت مما أهدى له دِحْيَةُ الكلبي فكسوتها امرأتي، فقال رسول الله – صلى الله عليه وسلم – : مالك لا تلبس القبطية؟ فقلت: يا رسول الله! كسوتها امرأتي، فقال: مرها أن تجعل تحتها غلالة فإني أخاف أن تصف حجم عظامها’ رواه أحمد وابن أبي شيبة  والبزار والطبراني، والضياء في المختارة

    “Rosululllah Shalallahu ‘alahi wa Salam pernah memakaikanku baju Quthbiyyah yang tebal. Baju tersebut lalu di hadiahkan oleh Dihyah Al Kalbi kepada beliau. Lalu aku memakaikan baju itu kepada isteriku. Suatu kala Rasulullah Shalallahu ‘alahi wa salam menanyakanku: “kenapa baju Quthbiyyahnya tidak engkau pakai?” kujawab : “baju tersebut aku pakaikan kepada isteriku wahai Rosulullah”, lantas beliau berkata “suruh ia memakai baju rangkap di dalamnya karena aku khawatir Quthbiyyah itu menggambarkan bentuk tulangnya” .( HR. Ahmad)

    Ini adalah penjelasan dalil yang menunjukan dilarangnya mengenakan pakaian yang membentuk lekuk tubuh. Adapun pakaian Quthbiyyah adalah produksi dari mesir yang tipis. Jika tidak di kenakan baju rangkap di dalamnya maka akan nampak bentuk lekuk tubuhnya sehingga nampaklah aurat wanita. Bahkan nampak pula warna kulitnya.

    Syaikh Al Albani rahimahullah pernah mengatakan , “tujuan pakaian muslimah adalah agar tidak menggoda. Tujuan  ini bisa tercapai hanya dengan wanita berbusana longgar. Adapun berbusana ketat walau itu menutupi warna kulit, namun masih menampakan bentuk lekuk tubuh seluruhnya atau sebagiannya. Sehingga hal ini pun menggoda pandangan para pria. Dan sangat jelas hal ini menimbulkan kerusakan tanpa di ragukan lagi. Sehingga pakaian muslimah haruslah longgar ( tidak ketat).”

    Syaikh Sholih Al Fauzan pernah di tanya mengenai hukum memakai pakaian ketat yang menampakan bentuk lekuk tubuh. Maka beliau jawab : “tidak boleh wanita mengenakan pakaian ketat yang menampakan bentuk lekuk tubuh kecuali di depan suami barulah di perbolehkan. Karena suami boleh melihat pada seluruh tubuh istrinya. Dan begitu pula tidak boleh memakai kaos kaki yang menampakan bentuk lekuk betis dan pahanya, bahkan tidak boleh sampai memperindah kaki dengan kaus kaki tersebut. Juga perlu diketahui bahwa pakaian ketat seperti ini punya efek bahaya. Sampai disebutkan oleh Dr. Wajih Zainul Abidin dalam perkataan beliau pada majalah kuwaitiyyah bahwa pakaian ketat pada wanita tidaklah lepas dari bahaya di antaranya membahayakan kulit.

    D. Batasan Aurat Laki-Laki Dan Wanita Menurut 4 Madzhab

    I. Batas-batas aurat wanita

    a. Menurut Madzhab Syafi’ie, ada 2 qaul:

    Qaul pertama: Aurat wanita merdeka dihadapan laki-laki ajnabi ialah seluruh tubuh badan tanpa kecuali.
    Qaul kedua: Aurat wanita dihadapan laki-laki ajnabi ialah seluruh tubuh badan kecuali muka dan telapak tangan. Walau bagaimanapun, jika menampakkan muka dan dua telapak tangan yang dapat menimbulkan fitnah kepada wanita itu, maka wajiblah ia menutup seluruh tubuhnya tanpa kecuali. Fitnah ialah apa yang tampak pada dirinya yang mana jika melihatnya dapat mendatangkan nafsu syahwat.

    b. Menurut Madzhab Hambali, ada 2 qaul:

    Qaul pertama: semua anggota wanita adalah aurat tanpa kecuali kepada laki-laki ajnabi.

    Qaul kedua: semua anggota tubuh wanita bagi laki-laki ajnabi adalah aurat kecuali muka dan dua telapak tangan. Tapi jika menampakkan aurat adalah menimbulkan fitnah baginya, maka wajiblah juga menutupinya.

    c. Menurut Madzhab Hanafi, ada 2 qaul:

    Qaul pertama: aurat wanita merdeka dihadapan laki-laki ajnabi adalah seluruh tubuh kecuali muka dan dua telapak tangan. Tapi jika menampakkan aurat adalah menimbulkan fitnah baginya, maka wajib menutupnya.Qaul kedua: semua anggota tubuh wanita bagi laki-laki ajnabi adalah aurat, kecuali uka dan dua telapak tangan hingga ke pergelangan tangan dan dua telapak kaki.

    d. Menurut Madzhab Maliki:

    Aurat wanita merdeka dihadapan laki-laki adalah seluruh tubuh kecuali muka dan dua telapak tangan. Tapi jika menampakkan aurat adalah menimbulkan fitnah baginya, maka wajib menutupnya.
    Jadi dapat diketahui bahwa batas aurat wanita yang telah ditetapkan oleh syariat menurut pendapat dan fatwa madzhab adalah: Pertama: Di hadapan laki-laki bukan mahramnya adalah seluruh tubuh. Maksudnya termasuk rambutnya, mukanya, kedua telapak tangannya dan telapak kakinya. Hukum ini berdasarkan sabda Nabi Muhammad SAW yang bermaksud: “sesungguhnya wanita itu ialah aurat.”(HR. Al-Bazar dan At-Tirmidzi)

    Ketika sendirian atau di hadapan laki-laki mahramnya atau di hadapan wanita Islam yang baik akhlaknya, batas auratnya adalah antara pusar hingga lutut. Namun, demi menjaga adab wanita sebaiknya menutup aurat secara sempurna agar tidak menimbulkan fitnah.

    Kedua: Di hadapan wanita kafir dan wanita yang rendah akhlaknya, aurat wanita itu adalah seluruh tubuhnya kecuali anggota dzahir ketika bekerja, yaitu kepala, muka, leher, dari dua telapak tangan hingga siku, serta dua telapak kaki. Selain itu haram membukanya.

    Aurat wanita sahaya (hamba) kepada laki-laki mahramnya dan sesame perempuan, auratnya adalah dari pusat hingga lutut. Sedangkan dengan laki-laki ajnabi yaitu seluruh tubuhnya.

    II. Batas-batas aurat laki-laki
    1. Imam Hanafi dan Imam Hambali berpendapat: Laki-laki diwajibkan menutup auratnya diantara pusat hingga lutut jika dilihat oleh laki-laki atau wanita ajnabi kecuali kepada istrinya. Selain istrinya maka diharamkan melihat aurat di antara pusat sampai dengan lututnya.
    2. Imam Maliki dan Imam Syafi’ie berpendapat: Aurat laki-laki ada dua keadaan, yaitu: 1.) Auratnya dengan sesama laki-laki dan wanita mahramnya adalah antara pusat sampai dengan lutut. 2.) Aurat dengan perempuan yang bukan mahramnya adalah seluruh tubuh.

    Bab III. Penutup

    A. Kesimpulan

    Jilbab adalah gamis (al qomiish) pakaian yang luas, tapi selain selubung/selimut (al mihafah), atau sesuatu yang dipakai olehnya untuk menyelimuti pakaiannya mulai dari atas seperti selubung/selimut (al mihafah). Atau, dia adalah al khimar (penutup kepala).Arti kata jilbab ketika Al Quran diturunkan adalah kain yang menutup dari atas sampai bawah, tutup kepala, selimut, kain yang di pakai lapisan kedua oleh wanita dan semua pakaian wanita, ini adalah beberapa arti jilbab seperti yang dikatakan Imam Alusiy dalam tafsirnya Ruuhul Ma`ani.

    kebanyakan orang tidak menyadari dengan menggunakan pakaian ketat justru menimbulkan bahaya bagi dirinya. Banyak diantaranya para remaja yang gemar mengenakan pakaian ketat tanpa mengetahui bahaya pakaian tersebut bagi kesehatannya.

    Ringkasnya menutup aurat adalah kewajiban seorang wanita muslimah dan laki laki tepat ketika dia berikrar menjadi seorang muslim, tidak ada menunda-nunda dalam memakainya dan tanpa pertimbangan apapun dengan cara yang minimal atau maksimal.

  • Makalah Masyarakat dan Komunitas

    Masyarakat dan Komunitas

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Manusia adalah makhluk yang selalu berinteraksi dengan sesamanya. Manusia tidak dapat mencapai apa yang diinginkan dengan dirinya sendiri.Karena manusia menjalankan peranannya dengan menggunakan simbol untuk mengkomunikasikan pemikiran dan perasaanya. Manusia tidak dapat menyadari individualitas, kecuali melalui medium kehidupan sosial.

    Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat hidup sendiri atau mencukupi kebutuhan sendiri. Meskipun dia mempunyai kedudukan dan kekayaan, dia selalu membutuhkan manusia lain. Setiap manusia cenderung untuk berkomunikasi, berinteraksi, dan bersosialisasi dengan manusia lainnya.

    Hakekat manusia sebagai makhluk sosial dan politik akan membentuk hukum, mendirikan kaidah perilaku, serta bekerjasama dalam kelompok yang lebih besar.Kerjasama sosial merupakan syarat untuk kehidupan yang baik dalam masyarakat yang saling membutuhkan

    Dari tulisan diatas kita bisa merumuskan bahwa kita sudah sering mendengar atau memperbincangkan tentang konsep dan hakikat manusia sebagai makhluk sosial yang membutuhkan manusia lain. Termasuk hidup bermasyarakat, ataupun hidup di dalam suatu komunitas. Tetapi dewasa ini, masih banyak mahasiswa yang belum mengetahui secara pasti apa sebenarrnya definisi dari “Masyarakat” (Society) dan “Komunitas” (Community) serta ciri-ciri dari Masyarakat dan Komunitas.

    B.     Rumusan Masalah

    1.      Apa yang dimaksud dengan Masyarakat dan Komunitas?

    2.      Apa perbedaan dari Masyarakat dan Komunitas?

    3.      Bagaimana ciri-ciri Masyarakat dan Komunitas?

    C.    Tujuan Penulisan

    1.      Mahasiswa  Kesehatan Masyarakat mampu mendeskripsikan pengertian Masyarakat dan Komunitas.

    2.      Mahasiswa  Kesehatan Masyarakat mampu memahami perbedaan dari Masyarakat dan Komunitas.

    3.      Mahasiswa  Kesehatan Masyarakat dapat mengetahui ciri-ciri Masyarakat dan Komunitas.

    BAB II

    PEMBAHASAN

    A.    MASYARAKAT (SOCIETY)

    1.      Pengertian Masyarakat dan Komunitas

    a.      Menurut Wikipedia Bahasa Indonesia, menyatakan bahwa:

    Masyarakat(sebagai terjemahan istilahsociety) adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistemsemi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut.

    Kata “masyarakat” sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab, musyarak. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antar entitas-entitas, sedangkan kata society berasal dari bahasa latinsocietas, yang berarti hubungan persahabatan dengan yang lain. Societas diturunkan dari kata socius yang berarti teman, sehingga arti society berhubungan erat dengan kata sosial. Secara implisit, kata society mengandung makna bahwa setiap anggotanya mempunyai perhatian dan kepentingan yang sama dalam mencapai tujuan bersama.

    b.      Menurut Beberapa Ahli, berpendapat bahwa:

    1.      Ralp Linton (1936)

    Masyarakat adalah sekelompok manusia yang telah cukup lama dan bekerja sama, sehingga mereka itu dapat mengorganisasikan dirinya sebagai salah satu kesatuan sosial dengan batas tertentu.

    Pengertian ini menunjukkan adanya syarat-syarat sehingga disebut masyarakat, yakni adanya pengalaman hidup bersama dalam jangka waktu cukup lama dan adanya kerjasama diantara anggota kelompok, memiliki pikiran atau perasaan menjadi bagian dari satu kesatuan kelompoknya. Pengalaman hidup bersama menimbulkan kerjasama, adaptasi terhadap organisasi dan pola tingkah laku anggota-anggota. Faktor waktu memegang peranan penting, sebab setelah hidup bersama dalam waktu cukup lama, maka terjadi proses adaptasi terhadap organisasi tingkah laku serta kesadaran berkelompok.

    2.      John Lewis Gillin dan John Gillin (Gillin & Gillin) 1945

    Masyarakat itu adalah kelompok manusia yang terbesar yang mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap dan perasaan persatuan yang sama. Masyarakat itu meliputi pengelompokan-pengelompokan yang lebih kecil.

    Pengertian ini menunjukkan bahwa masyarakat itu meliputi kelompok manusia yang kecil sampai dengan kelompok manusia dalam suatu masyarakat yang sangat besar, seperti suatu Negara. Seperti kita ketahui bersama suatu Negara juga memiliki tradisi, sikap, dan perasaan persatuan yang sama dengan keteraturan.

    3.      Melville J. Herskovits atau Herkovits (1955)

    Masyarakat adalah sekelompok individu yang di organisasikan yang mengikuti satu cara hidup tertentu. Pengertian ini menekan adanya ikatan anggota kelompok untuk mengikuti cara-cara hidup teretntu yang ada di dalam kelompok masyarakat.

    4.      Koentjaningrat (1980)

    Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat berlanjut (continue) dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama.

    5.      Selo Soemardjan

    Masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama, yang menghasilkan kebudayaan.

    6.      Abdul Syani (1987)

    Masyarakat merupakan kelompok-kelompok makhluk hidup dengan realitas-realitas baru yang berkembang menurut hukum-hukumnya sendiri dan berkembang menurut pola perkembangan tersendiri. Manusia diikat dalam kehidupan kelompok karena rasa sosial yang serta merta dan kebutuhan.

    7.      Hassan Shaidly

    Masyarakat sebagai suatu golongan besar-kecil dari beberapa manusia, yang dengan atau sendirinya bertalian secara golongan dan mempunyai pengaruh kebatinan satu sama lain.

    B. KOMUNITAS (COMMUNITY)

    a.      Menurut Wikipedia Bahasa Indonesia, menyatakan bahwa:

    Komunitas adalah sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme yang berbagi lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan dan habitat yang sama. Dalam komunitas manusia, individu-individu di dalamnya dapat memiliki maksud, kepercayaan, sumber daya, preferensi, kebutuhan, risiko, kegemaran dan sejumlah kondisi lain yang serupa. Komunitas berasal dari bahasa latin communitas yang berarti “kesamaan”, kemudian dapat diturunkan dari communis yang berarti “sama, publik, dibagi oleh semua atau banyak”. (Wenger, 2002: 4).

    Menurut Crow dan Allan, Komunitas dapat terbagi menjadi 3 komponen:

    ·         Berdasarkan Lokasi atau Tempat

    Wilayah atau tempat sebuah komunitas dapat dilihat sebagai tempat dimana sekumpulan orang mempunyai sesuatu yang sama secara geografis. Dan saling mengenal satu sama lain sehingga tercipta interaksi dan memberikan konstribusi bagi lingkungannya.

    ·         Berdasarkan Minat

    Sekelompok orang yang mendirikan suatu komunitas karena mempunyai ketertarikan dan minat yang sama, misalnya agama, pekerjaan, suku, ras, hobi maupun berdasarkan kelainan seksual. Komunitas berdasarkan minat memiliki jumlah terbesar karena melingkupi berbagai aspek, contoh komunitas pecinta animasi dapat berpartisipasi diberbagai kegiatan yang berkaitan dengan animasi, seperti menggambar, mengkoleksi action figure maupun film.

    ·         Berdasarkan Komuni

    Komuni dapat berarti ide dasar yang dapat mendukung komunitas itu sendiri.

    b.      Menurut Beberapa Ahli, berpendapat bahwa:

    1.      Vanina Delobelle

    Suatu komunitas adalah group beberapa orang yang berbagi minat yang sama, yang terbentuk oleh 4 faktor, yaitu:

    1)      Komunikasi dan keinginan berbagi (sharing): Para anggota saling menolong satu sama lain.

    2)      Tempat yang disepakati bersama untuk bertemu.

    3)      Ritual dan kebiasaan: Orang-orang datang secara teratur dan periodic

    4)      InfluencerInfluencer atau berpengaruh merintis sesuatu hal dan para anggota selanjutnya ikut terlibat

    Menurut Vanina, komunitas mempunyai beberapa aturan sendiri, yaitu:

    1)      Saling berbagi (Share): Mereka saling menolong dan berbagi satu sama lain dalam komunitas.

    2)      Komunikasi: Mereka saling respon dan komunikasi satu sama lain.

    3)      Kejujuran: Dilarang keras berbohong. Sekali seseorang berbohong, maka akan segera ditinggalkan.

    4)      Transparansi: Saling bicara terbuka dan tidak boleh menyembunyikan sesuatu hal.

    5)      Partisipasi: Semua anggota harus disana dan berpartisipasi pada acara bersama komunitas.

    2.      Kertajaya Hermawan, 2008

    Komunitas adalah sekelompok orang yang saling peduli satu sama lain lebih dari yang seharusnya, dimana dalam sebuah komunitas terjadi relasi pribadi yang erat antar para anggota komunitas tersebut karena adanya kesamaan ketertarikan (interest) atau nilai (values).

    3.      Soenarno, 2002

    Komunitas adalah sebuah identifikasi dan interaksi sosial yang dibangun dengan berbagai dimensi kebutuhan fungsional.

    4.      George Hillery Jr

    Merumuskanbahwa kebanyakan defenisi dari komunitas tersebut memfokuskan makna komunitas sebagai:

    (1) The common elements of area;

    (2) Common ties;

    (3) Social interaction.

    Kemudian, George menyimpulkan pengertian komunitas sebagai “people living within a specific area, sharing common ties, and interacting with one another” (orang-orang yang hidup di suatu wilayah tertentu dengan ikatan bersama dan satu dengan yang lain saling berinteraksi).

    5.      Christensson dan Robinson

    Merumuskan bahwa konsep komunitas mengandung empat komponen, yaitu:

    1) People;

    2) Place or territory;

    3) Social interaction;

    4) Psychological identification.

    Sehingga kemudian mereka menyimpulkan pengertian komunitas sebagai ”people the live within a geographically bounded are who are involved in social interaction and have one or more psychological ties with each other and with the place in which they live” (orang-orang yang bertempat tinggal di suatu daerah yang terbatas secara geografis, yang terlibat dalam interaksi sosial dan memiliki satu atau lebih ikatan psikologis satu dengan yang lain dan dengan wilayah tempat tinggalnya).

    6.      Prof. Dr. Soerjono Soekanto

    Istilah  community dapat di terjemahkan sebagai “masyarakat setempat”, istilah lain menunjukkan pada warga-warga sebuah kota, suku, atau suatu bangsa . Apabila  anggota-anggota suatu kelompok baik itu kelompok besar atupun kecil, hidup bersama sedemikian rupa sehingga mereka merasakan  bahwa kelompok tersebut dapat memenuhi kepentingan-kepentingan hidup yang utama, maka kelompok tadi dapat disebut masyarakat setempat. Intinya mereka menjalin hubungan sosial (social relationship).

    Dan dapat disimulkan bahwa masyarakat setempat (community) adalah suatu wilayah kehidupan sosial yang ditandai oleh suatu derajat hubungan sosial yang tertentu.  Dasar-dasar dari masyarakat setempat adalah lokalitas dan perasaan semasyarakat setempat.

    2.      PERBEDAAN MASYARAKAT DAN KOMUNITAS

    A.    Masyarakat

    a.       Ciri-ciri Masyarakat

    Masyarakat merupakan gambaran nyata kehidupan bersama manusia yang memiliki bentuk-bentuk struktural seperti kelompok sosial dan budaya, pelapisan/golongan masyarakat dan pranata/lembaga sosial yang memiliki derajat tertentu sehingga menyebabkan pola-pola perilaku dari anggota suatu masyarakat itu berbeda-beda. Adapun ciri-ciri masyarakat antara lain:

    1)      Adanya interaksi antar warga masyarakat.

    2)      Adanya kontinuitas/kesinambungan waktu.

    3)       Adanya adat istiadat, norma, hukum, dan aturan- aturan tertentu yang mengatur pola tingkah laku warga.

    4)      Adanya rasa identitas diantara para warga masyarakat.

    b.      Faktor-Faktor Pendorong Manusia Hidup Bermasyarakat

    1)      Dorongan biologis yang terdapat dalam naluri manusia, seperti :

    a)      Hasrat untuk memenuhi kepentingan makan dan minum.

    b)      Hasrat untuk membela diri.

    c)      Hasrat untuk mengadakan keturunan.

    2)      Faktor lainnya adalah ikatan pertalian darah, persamaan nasib, persamaan agama, persamaan cita-cita kebudayaan, dan kesadaran bahwa mereka menempati daerah yang sama.

    c.       Unsur-unsur Masyarakat

    Unsur-unsur masyarakat meliputi berikut ini :

    (1) golongan sosial            (3) kelompok sosial

    (2) kategori  sosial             (4) perkumpulan/asosiasi

    B.     Komunitas

    Komunitas merupakan pengertian masyarakat dalam arti sempit, karena komunitas merupakan bagian dari suatu masyarakat yang bertempat tinggal di suatu wilayah geografis dengan batas-batas tertentu dan ditandai oleh suatu derajat hubungan sosial tertentu, serta didasari oleh loyalitas dan perasaan se-komunitas (perasaan komuniti) yang kuat dari para anggotanya.

    1)      Ciri-ciri komunitas

    a)      Adanya kesatuan wilayah (teritorialitas) terbatas.

    b)      Adanya kesatuan adat-istiadat

    c)      Berlaku nilai-nilai kolektif.

    d)     Adanya rasa identitas dan loyalitas terhadap komunitas

    2)      Faktor-faktor pendorong terbentuknya komunitas

    (a)    Adanya ikatan lokasi (lokalitas).

    (b)   Seperasaan.

    (c)    Saling memerlukan.

    (d)   Adanya perasaan komuniti

    (e)    Sepenanggungan

    BAB III

    PENUTUP

    A.    Kesimpulan

    Dari paparan atau penjelasan diatas, maka penulis dapat merumuskan bahwa sesuai dengan makalah  “Masyarakat dan Komunitas’’ kami menyimpulkan bahwa:

    Masyarakat adalah sekelompok manusia yang bertempat tinggal tetap dengan batas-batas wilayah yang jelas, saling berinteraksi, menganut dan menjunjung tinggi sistem norma dan kebudayaan tertentu, sedangkan Komunitas (masyarakat setempat) adalah bagian masyarakat yang bertempat tinggal dalam wilayah tertentu, terikat oleh rasa solidaritas yang tinggi, dan memiliki perasaan komuniti sebagai pengaruh kesatuan tempat tinggalnya.

    B.     Saran

    Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya karena terbatasnya waktu, kurangnya pengetahuan serta rujukan/ referensi yang berhubungan dengan judul makalah ini. Kami banyak berharap para pembaca yang budiman memberikan kritik dan saran yang membangun kepada kami agar dalam penulisan makalah yang selanjutnya kami dapat meminimalkan kesalahan.

  • Makalah Menstruasi

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Beberapa wanita mengalami sebuah kondisi yang dikenal sebagai amenore, atau kegagalan bermenstruasi selama masa waktu perpanjangan. Kondisi ini dapat disebabkan oleh bermacam-macam faktor termasuk stres, hilang berat badan, olahraga berat secara teratur, atau penyakit. Sebaliknya, beberapa wanita mengalami aliran menstruasi yang berlebihan, kondisi yang dikenal sebagai menoragi. Tidak hanya aliran darah menjadi banyak, namun dapat berlangsung lebih lama dari periode normal.

    B.Rumusan Masalah

    Dari uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah bagaimana gambaran tentang siklus menstruasi.

    C. Tujuan Penulisan

    Tujuan penulisan dalam makalah ini adalah untuk mengetahui gambaran tentang siklus menstruasi.

    BAB II

    PEMBAHASAN

    A. Pengertian Menstruasi

    Menstruasi atau haid mengacu kepada pengeluaran secara periodik darah dan sel-sel tubuh dari vagina yang berasal dari dinding rahim wanita. Menstruasi dimulai saat pubertas dan menandai kemampuan seorang wanita untuk mengandung anak, walaupun mungkin faktor-faktor kesehatan lain dapat membatasi kapasitas ini. Menstruasi biasanya dimulai antara umur 10 dan 16 tahun, tergantung pada berbagai faktor, termasuk kesehatan wanita, status nutrisi, dan berat tubuh relatif terhadap tinggi tubuh. Menstruasi berlangsung kira-kira sekali sebulan sampai wanita mencapai usia 45 – 50 tahun, sekali lagi tergantung pada kesehatan dan pengaruh-pengaruh lainnya. Akhir dari kemampuan wanita untuk bermenstruasi disebut menopause dan menandai akhir dari masa-masa kehamilan seorang wanita. Panjang rata-rata daur menstruasi adalah 28 hari, namun berkisar antara 21 hingga 40 hari. Panjang daur dapat bervariasi pada satu wanita selama saat-saat yang berbeda dalam hidupnya, dan bahkan dari bulan ke bulan tergantung pada berbagai hal, termasuk kesehatan fisik, emosi, dan nutrisi wanita tersebut.

    Menstruasi merupakan bagian dari proses reguler yang mempersiapkan tubuh wanita setiap bulannya untuk kehamilan. Daur ini melibatkan beberapa tahap yang dikendalikan oleh interaksi hormon yang dikeluarkan oleh hipotalamus, kelenjar dibawah otak depan, dan indung telur. Pada permulaan daur, lapisan sel rahim mulai berkembang dan menebal. Lapisan ini berperan sebagai penyokong bagi janin yang sedang tumbuh bila wanita tersebut hamil. Hormon memberi sinyal pada telur di dalam indung telur untuk mulai berkembang. Tak lama kemudian, sebuah telur dilepaskan dari indung telur wanita dan mulai bergerak menuju tuba Falopii terus ke rahim. Bila telur tidak dibuahi oleh sperma pada saat berhubungan intim (atau saat inseminasi buatan), lapisan rahim akan berpisah dari dinding uterus dan mulai luruh serta akan dikeluarkan melalui vagina. Periode pengeluaran darah, dikenal sebagai periode menstruasi (atau mens, atau haid), berlangsung selama tiga hingga tujuh hari. Bila seorang wanita menjadi hamil, menstruasi bulanannya akan berhenti. Oleh karena itu, menghilangnya menstruasi bulanan merupakan tanda (walaupun tidak selalu) bahwa seorang wanita sedang hamil. Kehamilan dapat di konfirmasi dengan pemeriksaan darah sederhana.

    B. Peristiwa

    Proses Menstruasi 

    Siklus menstruasi berkaitan dengan pembentukan sel telur dan pembentukkan endometrium. Lamanya siklus haid yang normal atau dianggap siklus haid klasik adalah 28 hari ditambah atau dikurangi dua sampai tiga hari. Siklus ini dapat berbeda pada wanita yang sehat dan normal. Siklus haid mulai teratur jika wanita sudah berusia 25 tahun. Siklus ini dikendalikan oleh hormone-hormon reproduksi yang dihasilkan oleh hipotalamus, hipofisis, dan ovarium.

    Fase dalam siklus haid, yaitu:

    a. Fase Folikel

    Pada akhir siklus menstruasi, hipotalamus mengeluarkan hormone gonadotropin. Hormone ini akan merangsang hipofisis untuk melepaskan FSH (Follicle Stimulating Hormone) atau hormone pemicu pertumbuhan folikel. Pada awal siklus berikutnya pada hari pertama sampai ke-14,folikel akan melanjutkan perkembangannya karena pengaruh FSH dalam ovarium. Setelah itu terbentuk folikel yang sudah masak (folikel de Graaf) dan menghasilkan hormone estrogen yang berfungsi menumbuhkan endometrium dinding rahim dan memicu sekresi lendir.
    b. Fase Estrus

    Kenaikan estrogen digunakan untuk mempertahankan pertumbuhan dan merangsang terjadinya pembelahan sel-sel endometrium uterus. Selain itu juga berperan dalam menghambat pembentukan FSH oleh hipofisis untuk menghasilkan LH (Luteinizing Hormone) yang berperan dalam merangsang folikel de graaf yang telah masak untuk melakukan ovulasi dari ovarium.
    Ovulasi umumnya berlangsung pada hari ke-14 dari siklus haid. Biasanya pada setiap ovulasi dihasilkan 1 oosit sekunder.

    c. Fase Luteal

    LH merangsang folikel yang telah kosong untuk membentuk korpus atau uteum (badan kuning). Selanjutnya korpus ini menghasilkan progestron yang mengakibatkan endometrium berkembang tebal dan lembut serta banyak pembuluh darah. Selama 10 hari setelah ovulasi,progesterone berfungsi mempersiapkan uterus untuk kemungkinan hamil. Uterus pada tahap ini siap menerima dan member sel telur yang telah dibuahi (zigot).
    Jika tidak terjadi fertilisasi corpus luteum berubah menjadi corpus albicans dan berhenti menghasilkan progesterion.

    d. Fase Menstruasi / Perdarahan

    Apabila fertilisasi tidak terjadi,produksi progesterone mulai menurun pada hari ke-26. Corpus luteum (badan kuning) berdegenerasi dan lapisan uterus bersama dinding dalam rahim luruh (mengelupas) pada hari ke-28 sehingga terjadi pendarahan.
    Biasanya haid berlangsung selama 7 hari. Setelah itu dinding uterus pulih kembali. Selanjutnya karena tidak ada lagi progesterone yang dibentuk,maka FSH dibentuk lagi kemudian terjadilah proses oogenesis,dan siklus haid dimulai kembali. Siklus haid akan berhenti jika terjadi kehamilan.

    Namun ada yang menyebutkan bahwa pada tiap siklus, dikenal dengan 3 masa utama,yaitu:
    a. Masa haid selama 2 sampai 8 hari

    Pada waktu itu endometrium dilepas, sedangkan pengeluaran hormon-hormon ovarium paling rendah (minimum).

    b. Masa proliferasi sampai hari ke-14

    Endometrium tumbuh kembali, disebut juga endometrium melakukan proliferasi. Antara hari ke-12 sampai ke-14 dapat terjadi pelepasan ovum dari ovarium yang disebut ovulasi.

    c. Masa sekresi

    Terjadi perubahan dari korpus rubrum menjadi korpus luteum yang mengeluarkan progesterone. Di bawah pengaruh progesteron ini,kelenjar endometrium yang tumbuh berkelok-kelok mulai bersekresi dan mengeluarkan getah yang mengandung glikogen dan lemak. Pada akhir masa ini stroma endometrium berubah kea rah sel-sel desidua, terutama yang berada di seputar pembuluh-pembuluh arterial. Keadaan ini memudahkan adanya nidasi (menempelnya ovum pada dinding rahim setelah dibuahi).

    C. Masalah

    Infeksi Selama Menstruasi

    Setiap wanita akan mengalami ketidaknyamanan fisik selama proses pembuangan dari dalam rahim yang lebih kerap di kenai dengan proses menstruasi. Menstruasi merupakan proses yang dialami tubuh dalam mempersiapkan diri untuk kegiatan produktifitas selanjutnya. 

    Proses menstruasi yang teratur merupakan tanda utama kesehatan dan kesuburan produktifitas pada tubuh setiap wanita – Suatu proses alamiah yang telah berlangsung sejak zaman dahulu.

    Oleh karena itu, proses menstruasi pada wanita kerap dianggap sebagai sesuatu yang dianggap suci dan patut di hormati.

    Gejala umum infeksi bakteria yang sering dijumpai selama menstruasi:

    a. Demam

    b. Radang pada permukaan vagina

    c. Gatal-gatal pada kulit

    d. Radang vagina

    e. Radang Servik (Rongga Mulut Rahim)

    f. Radang Selaput Rahim

    g. Leucorrhea / Keputihan

    h. Rasa panas atau sakit pada bagian bawah perut

    i. Demam, pusing dan mual, sering buang air kecil, rasa sa kit saat buang air kecil, nyeri/sakit pada bagian pinggang dan kelelahan juga merupakan berbagai gejala infeksi bakteria selama menstruasi yang dapat menyebabkan penyakit kandungan yang lebih serius.

    Mengapa wanita mudah terjangkit infeksi bakteria selama menstruasi?
    Itu dikarenakan lebih kurang sebanyak 107 bakteri per sentimeter persegi ditemukan diatas pembalut wanita biasa, kondisi demikianlah yang membuat pembalut biasa menjadi sarang pertumbuhan bakteri merugikan walau hanya setelah 2 jam pemakaian.

    Kesalahan yg kerap dilakukan saat pemakaian pembalut wanita :
    a. Membuka dan memasang pembalut tanpa mencuci tangan terlebih dahulu

    b. Menyimpan pembalut ditempat lembab seperti kamar mandi\

    c. Menggunakan pembalut yg telah kadaluarsa

    d. Pemilihan pembalut tanpa mempertimbangkan kualitas pembalut

    e. Memakai pembalut yg mengandung bahan penghilang bau atau pewangi

    f. Pemakaian pembalut yg terlalu lama

    D. Penyebab Dan Mengatasi Nyeri Haid 

    Nyeri haid sering terjadi selama periode menstruasi wanita. Hal ini biasanya terjadi kapan saja dari hanya setelah ovulasi sampai akhir menstruasi. Nyeri haid kebanyakan terjadi di wilayah perut bagian bawah baik secara terpusat (suprapubik atau pusat) atau pada samping dan dapat menyebar ke paha atau punggung bagian bawah. Rasa sakit, cenderung mereda secara bertahap sampai masa menstruasi berakhir.

    Pada bagian awal dari siklus menstruasi tubuh wanita secara bertahap mempersiapkan dinding rahim untuk kehamilan dengan proses penebalan lapisan dalam rahim. Setelah ovulasi, jika pembuahan tidak terjadi, lapisan dalam tersebut akan dikeluarkan dari tubuh melalui menstruasi. Selama proses ini jaringan akan mengalami kerusakan dari memproduksi senyawa kimia seperti prostaglandin, yang menyebabkan dinding otot rahim berkontraksi dan kontraksi ini membantu untuk membersihkan jaringan dari rahim melalui vagina dalam bentuk aliran menstruasi . Namun, kontraksi ini juga cenderung untuk membuat pembuluh darah dari rahim menyempit, sehingga mengurangi pasokan oksigen ke rahim, dan ini mengakibatkan rasa sakit yang luarbiasa seperti kram saat menstruasi. Proses ini terjadi pada setiap wanita yang menstruasi, maka banyak perempuan biasanya mengalami beberapa tingakatan nyeri selama periode menstruasi mereka dan ini tidak selalu normal. Rasa nyeri saat haid cenderung berkurang dengan bertambahnya umur dan juga jumlah anak yang dilahirkan. Namun, ketika rasa nyeri haid terjadi secara berlebihan dan menyakitkan, atau mengganggu kegiatan sehari-hari seorang wanita, maka menjadi tidak normal dan secara medis disebut sebagai dismenorea (dysmenorrhea). Gejala lain yang dapat dikaitkan dengan dysmenorrhea termasuk mual, muntah, perubahan kebiasaan buang air besar (diare atau sembelit), sakit kepala, pusing, disorientasi, pingsan, kelelahan, dan hipersensitif terhadap suara, cahaya, bau dan sentuhan.

    Sekarang, dismenorea dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis, primer dan dismenorea sekunder. Jenis utama mengacu pada dismenorea dengan tidak diketahui penyebabnya (yaitu penyebab fisik atau psikogenik tidak dapat ditemukan untuk rasa sakit). Jenis sekunder, umumnya dapat disebabkan oleh beberapa kondisi medis berikut (tidak hanya terbatas pada kondisi dibawah):
    a. Penyakit radang panggul

    b. Penyakit seksual menular

    c. Fibroid

    d. Alat Kontrasepsi yang terbuat dari tembaga

    e. Kista ovarium

    f. Endometriosis

    g. Premenstrual syndrome (PMS)

    h. Stres dan kecemasan

    Pengobatan dismenorea mencakup pengobatan rasa sakit yang ditimbulkan serta terapi khusus untuk mengetahui penyebabnya dismenorea.

    D. Pengedalian dan Antisipasi Teknik

    Pengobatan Rasa sakit mencakup:

    a. Terapi obat – memberikan jenis obat tertentu yang diketahui efektif terhadap nyeri haid

    b. Obat anti-inflamasi non-steroid seperti ibuprofen, piroksikam, diklofenak, dll

    c. Resep penghilang rasa sakit lainnya, seperti pentazocine, codeine tramadol,, dll
    d. Kontrasepsi hormonal (pil KB)

    e. Minum minuman hangat

    f. Mandi air hangat

    g. Meletakkan bantal pemanas (heating pad) di perut bagian bawah

    h. Melakukan pijat ringan dengan ujung jari secara melingkar di atas perut bagian bawah
    i. Menghindari makanan berat (makan ringan namun sering)

    j. Meningkatkan asupan serat makanan (mengambil lebih banyak buah, sayuran, biji-bijian, buah dll) dan mengurangi asupan garam, gula, alkohol dan (kopi) kafein.

    k. Mengangkat kaki selama beberapa menit sambil berbaring atau berbaring pada satu sisi dengan lutut ditekuk kedalam

    l. Berlatih teknik relaksasi

    Terapi khusus meliputi semua perawatan mengetahui penyebab dismenorea sekunder seperti

    a. Antibiotik, misalnya dalam pengobatan penyakit seksual menular atau radang panggul
    b. Bedah, misalnya untuk fibroid, kista ovarium, dll

    c. Terapi hormonal, misalnya dalam mengobati endometriosis

    d. Anti-depressants, misalnya dalam mengatasi PMS

    e. Suplemen gizi, misalnya tiamin (vitamin B1), magnesium, vitamin E, seng, omega-3 asam lemak, dll, telah terbukti untuk menghilangkan atau mengurangi nyeri haid, terutama pada dismenore primer. Tiamin, pada banyak wanita, telah terbukti memberikan hasil positif mengatasi dismenorea primer, karena tidak hanya menekan rasa nyeri belaka.

    BAB III

    PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Siklus menstruasi berkaitan dengan pembentukan sel telur dan pembentukkan endometrium. Lamanya siklus mesntruasi yang normal atau dianggap siklus haid klasik adalah 28 hari ditambah atau dikurangi dua sampai tiga hari. Siklus ini dapat berbeda pada wanita yang sehat dan normal. Siklus menstruasi mulai teratur jika wanita sudah berusia 25 tahun. Siklus ini dikendalikan oleh hormone-hormon reproduksi yang dihasilkan oleh hipotalamus, hipofisis, dan ovarium.

    Fase dalam siklus menstruasi, yaitu:

    a. Fase Folikel

    b. Fase Estrus

    c. Fase Luteal

    d. Fase Menstruasi / Perdarahan

    B. Saran

    Disarankan kepada semua wanita agar mengetahui dan bagaimana caranya menghadapai masa menstruasi. 

    DAFTAR PUSTAKA

    Kusmiyati, Yuni dkk.2009. Perawatan Ibu Hamil. Jogjakarta: Fitramaya

    Manuaba, IBG dkk.2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

    http://ns-nining.blogspot.com/2008/10/materi-menstruasi.html

    Wiknjosastro, Hanifa. 2008. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo: Jakarta.

  • Laporan Askep Diare Pada Anak

    Diare Pada Anak

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Demam thypoid merupakan salah satu penyakit infeksi endemis di Asia, Afrika, Amerika latin, Karibia, Oceania dan jarang terjadi di Amerika Serikat dan Eropa. Menurut data WHO, terdapat 16 juta hingga 30 juta kasus thypoid di seluruh dunia dan diperkirakan sekitar 500,000 orang meninggal setiap tahunnya akibat penyakit ini. Asia menempati urutan tertinggi pada kasus thypoid ini, dan terdapat 13 juta kasus dengan 400,000 kematian setiap tahunnya.

    Kasus thypoid diderita oleh anak-anak sebesar 91% berusia 3-19 tahun dengan angka kematian 20.000 per tahunnya. Di Indonesia, 14% demam enteris disebabkan oleh Salmonella Parathypi A. Demam tifoid pada masyarakat dengan standar hidup dan kebersihan rendah, cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka kejadian tinggi pada daerah tropik dibandingkan daerah berhawa dingin. Penyakit ini banyak diderita oleh anak-anak, namun tidak menutup kemungkinan untuk orang dewasa. Penyebabnya adalah kuman sallmonela thypi atau sallmonela paratypi A, B dan C.

    Penyakit typhus abdominallis sangat cepat penularanya yaitu melalui kontak dengan seseorang yang menderita penyakit typhus, kurangnya kebersihan pada minuman dan makanan, susu dan tempat susu yang kurang kebersihannya menjadi tempat untuk pembiakan bakteri salmonella, pembuangan kotoran yang tak memenuhi syarat dan kondisi saniter yang tidak sehat menjadi faktor terbesar dalam penyebaran penyakit typhus.

    Dalam masyarakat, penyakit ini dikenal dengan nama thypus, tetapi didalam dunia kedokteran disebut dengan Tyfoid fever atau thypus abdominalis, karena pada umumnya kuman menyerang usus, maka usus bisa jadi luka dan menyebabkan pendarahan serta bisa mengakibatkan kebocoran usus.

    Untuk itu kami menyusun makalah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Demam Tifoid” dengan tujuan agar mahasiswa memahami dan mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan demam tifoid.

    B.     Tujuan

    1.      Tujuan umum :

    Mahasiswa dapat mengetahui dan mencegah terjadinya demam tifoid serta mengimplementasikan asuhan keperawatan demam thypoid di lapangan.

    2.      Tujuan khusus :

    a.         Mengetahui konsep medik dan asuhan keperawatan pada penyakit demam tifoid

    b.        Mampu mengaplikasikan tindakan keperawatan sesuai konsep dan sesuai indikasi klien

    C.    Manfaat Penulisan

    1.      Mendapatkan pengetahuan tentang penyakit demam tifoid

    2.      Mendapatkan pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan demam tifoid

    BAB II

    TINJAUAN TEORITIS

    A.    KONSEP DEMAM TIFOID

    1.      Pengertian

    Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 7 hari, gangguan pencernaan dan dan gangguan kesadaran (Mansjoer, 2000). Demam tifoid adalah penyakit menular yang bersifat akut, yang ditandai dengan bakterimia, perubahan pada sistem retikuloendotelial yang bersifat difus, pembentukan mikroabses dan ulserasi Nodus peyer di distal ileum. (Soegeng, 2002).

    Tifus abdominalis adalah suatu infeksi sistem yang ditandai demam, sakit kepala, kelesuan, anoreksia, bradikardi relatif, kadang-kadang pembesaran dari limpa/hati/kedua-duanya (Djauzi & Sundaru; 2003). Typhus Abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu minggu dan terdapat gangguan kesadaran (Suryadi, 2001).

    2.      Etiologi

    Etiologi typhoid adalah salmonella typhi, salmonella para typhi A. B dan C. Ada dua sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus mengekresi salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun.

    3.      Manifestasi Klinis

    Masa inkubasi 10-14 hari. Penyakit ini mempunyai tanda-tanda yang khas berupa perjalanan yang cepat yang berlangsung kurang lebih 3 minggu. Gejala Demam Tifoid antara lain sebagai berikut :

    Ø  Demam > 1 minggu terutama pada malam hari

                Demam tidak terlalu tinggi dan berlangsung selama 3 minggu. Minggu pertama peningkatan suhu tubuh berfluktuasi. Biasanya suhu tubuh meningkat pada malam hari dan menurun pada pagi hari. Pada minggu kedua suhu tubuh terus meningkat dan pada minggu ke tiga suhu berangsur-angsur turun dan kembali  normal.

    Ø  Nyeri kepala

    Ø  Malaise

    Ø  Letargi

    Ø  Lidah kotor

    Ø  Bibir kering pecah-pecah (regaden)

    Ø  Mual, muntah

    Ø  Nyeri perut

    Ø  Nyeri otot

    Ø  Anoreksia

    Ø  Hepatomegali, splenomegali

    Ø  Konstipasi, diare

    Ø  Penurunan kesadaran

    Ø  Macular rash, roseola (bintik kemerahan) akibat emboli basil dalam kapiler

    Ø  Epistaksis

    Ø  Bradikardi

    Ø  Mengigau (delirium)

    4.      Patofisiologi


    1.      Pemeriksaan Diagnostik

    a.       Pemeriksaan leukosit

    Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid.

    b.      Pemeriksaan SGOT dan SGPT

    Sgot Dan Sgpt pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid.

    c.       Biakan darah

    Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor :

    1)      Teknik pemeriksaan Laboratorium

    Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung.

    2)      Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit

    Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah dapat positif kembali.

    3)      Vaksinasi di masa lampau

    Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah negatif.

    4)      Pengobatan dengan obat anti mikroba

    Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin negatif.

    d.      Uji Widal

    Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita tifoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu :

    1)      Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman).

    2)      Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel kuman).

    3)      Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman)

    Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita tifoid (Widiatuti, 2001).

    2.      Penatalaksanaan

    a.       Perawataan

    1)      Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam atau 14 hari untuk mencegah komplikasi perdarahan usus.

    2)      Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila ada komplikasi perdarahan.

    b.      Diet

    1)      Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein.

    2)      Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.

    3)      Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.

    4)      Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari.

    c.       Obat-obatan

    1)      Kloramfenikol.

    Dosis yang diberikan adalah 4 x 500 mg perhari, dapat diberikan secara oral atau intravena, sampai 7 hari bebas panas

    2)      Tiamfenikol.

    Dosis yang diberikan 4 x 500 mg per hari.

    3)      Kortimoksazol.

    Dosis 2 x 2 tablet (satu tablet mengandung 400 mg sulfametoksazol dan 80 mg trimetoprim)

    4)      Ampisilin dan amoksilin.

    Dosis berkisar 50-150 mg/kg BB, selama 2 minggu

    5)      Sefalosporin Generasi Ketiga.

    Dosis 3-4 gram dalam dekstrosa 100 cc, diberikan selama ½ jam per-infus sekali sehari, selama 3-5 hari

    6)      Golongan Fluorokuinolon

    a)      Norfloksasin                    : dosis 2 x 400 mg/hari selama 14 hari

    b)      Siprofloksasin                  : dosis 2 x 500 mg/hari selama 6 hari

    c)      Ofloksasin                       : dosis 2 x 400 mg/hari selama 7 hari

    d)     Pefloksasin                      : dosis 1 x 400 mg/hari selama 7 hari

    e)      Fleroksasin                      : dosis 1 x 400 mg/hari selama 7 hari

    f)       Kombinasi obat antibiotik. Hanya diindikasikan pada keadaan tertentu seperti: Tifoid toksik, peritonitis atau perforasi, syok septik, karena telah terbukti sering ditemukan dua macam organisme dalam kultur darah selain kuman Salmonella typhi. (Widiastuti S, 2001).

    B.     KONSEP KEPERAWATAN

    1.      Pengkajian

    a.       Identitas klien

    b.      Dapat terjadi pada anak laki-laki dan perempuan, kelompok umur yang terbanyak adalah diatas umur lima tahun. Faktor yang mendukung terjadinya demam thypoid adalah iklim tropis social ekonomi yang rendah sanitasi lingkungan yang kurang.

    c.       Keluhan utama

    Pada pasien typus abdominalis keluhan utamanya adalah demam.

    d.      Riwayat penyakit sekarang

    Demam yang naik turun remiten, demam dan mengigil lebih dari satu minggu.

    e.       Riwayat penyakit dahulu

    Tidak didapatkan penyakit sebelumnya.

    f.       Riwayat penyakit keluarga

    Keluarga ada yang karier

    g.      Riwayat psiko social dan spiritual

    Kelemahan dan gangguan interaksi sosial karena bedrest serta terjadi kecemasan.

    h.      Riwayat tumbuh kembang

    Tidak mengalami gangguan apapun, terkadang hanya sakit batuk pilek biasa

    i.        Activity Daily Life

    1)      Nutrisi : pada klien dengan demam tifoid didapatkan rasa mual, muntah, anoreksia, kemungkinan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

    2)      Eliminasi : didapatkan konstipasi dan diare

    3)      Aktifitas : badan klien lemah dan klien dianjurkan untuk istirahat dengan tirah baring sehingga terjadi keterbatasan aktivitas.

    4)      Istirahat tidur : klien gelisah dan mengalami kesulitan untuk tidur karena adanya peningkatan suhu tubuh.

    5)      Personal hygiene : klien dianjurkan bedrest sehingga mengalami gangguan perawatan diri. Perlu kaji kebiasaan klien dalam personal hygiene seperti tidak mencuci tangan sebelum makan dan jajan di sembarang tempat.

    j.        Pemeriksaan fisik

    1)      Mata : kelopak mata cekung, pucat, dialtasi pupil, konjungtifa pucat kadang di dapat anemia ringan.

    2)      Mulut : Mukosa bibir kering, pecah-pecah, bau mulut tak sedap. Terdapat beslag lidah dengan tanda-tanda lidah tampak kering dilatasi selaput tebal dibagian ujung dan tepi lidah nampak kemerahan, lidah tremor jarang terjadi.

    3)      Thorak : jantung dan paruh tidak ada kelainan kecuali jika ada komplikasi. Pada daerah perangsang ditemukan resiola spot.

    4)      Abdomen : adanya nyeri tekan, adanya pembesaran hepar dan limpa, distensi abdomen, bising usus meningkat

    5)      Ekstrimitas : Terdapat rosiola dibagian fleksus lengan atas.

    2.      Diagnosa Keperawatan

    a.       Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses inflamasi kuman salmonella thypi.

    b.      Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, mual, muntah dan anoreksia.

    c.       Resiko devisit volume cairan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, kehilangan cairan berlebih akibat muntah dan diare.

    d.      Gangguan pola eliminasi BAB berhubungan dengan konstipasi

    e.       Ansietas berhubungan dengan proses hospitalisasi, kurang pengetahuan tentang penyakit dan kondisi anaknya

    1.      Intervensi Keperawatan

    NoDiagnosa KeperawatanTujuanIntervensiRasional
    1Peningkatan suhu tubuh (Hipertermi) berhubungan dengan proses infeksi Salmonella Typhi.Tujuan :Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3 x
    24 jam, suhu tubuh normal.Kriteria hasil :–          TTV dalam batas normal–          TD : 80-120/60-80 mmhg–          N : 120-140 x/i (bayi), 100-120 (anak)–          S : 36,5-370C–          P : 30-60 x/i (bayi), 15-30 x/i (anak)

    ü  Observasi tanda-tanda vitalü  Beri kompres pada daerah dahiü  Anjurkan untuk banyak minum air putihü  Kolaborasi pemberian antiviretik, antibiotikü  Tanda-tanda vital berubah sesuai tingkat perkembangan penyakit dan menjadi indikator untuk melakukan intervensi selanjutnyaü  Pemberian kompres dapat menyebabkan peralihan panas secara konduksi dan membantu tubuh untuk menyesuaikan terhadap panasü  Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyakü  Mempercepat proses penyembuhan, menurunkan demam. Pemberian antibiotik menghambat pertumbuhan dan proses infeksi dari bakteri
    2Resiko pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, mual, muntah dan anoreksia.Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam kekurangan nutrisi tidak terjadi.Kriteria hasil :-           Nafsu makan meningkat,-          Tidak ada keluhan anoreksia, nausea,-          Porsi makan dihabiskan
    ü  Kaji kemampuan makan klienü  Berikan makanan dalam porsi kecil tapi seringü  Beri nutrisi dengan diet lunak, tinggi kalori tinggi proteinü  Anjurkan kepada orang tua klien/keluarga untuk memberikan makanan yang disukaiü  Anjurkan kepada orang tua klien/keluarga untuk menghindari makanan yang mengandung gas/asam, pedasü  Kolaborasi. Berikan antiemetik, antasida sesuai indikasiü  Untuk mengetahui perubahan nutrisi klien dan sebagai indikator intervensi selanjutnyaü  Memenuhi kebutuhan nutrisi dengan meminimalkan rasa mual dan muntahü  Memenuhi kebutuhan nutrisi adekuatü  Menambah selera makan dan dapat menambah asupan nutrisi yang dibutuhkan klienü  dapat meningkatkan asam lambung yang dapat memicu mual dan muntah dan menurunkan asupan nutrisiü  Mengatasi mual/muntah, menurunkan asam lambung yang dapat memicu mual/muntah
    3Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, kehilangan cairan berlebih akibat muntah dan diare.Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24
    jam, tidak terjadi defisit volume cairan
    Kriteria hasil :-          Tidak terjadi tanda-tanda dehidrasi,-          Keseimbangan intake dan output dengan urine normal dalam konsentrasi jumlah
    ü  Kaji tanda dan gejala dehidrasi hypovolemik, riwayat muntah, kehausan dan turgor kulitü  Observasi adanya tanda-tanda syok, tekanan darah menurun, nadi cepat dan lemahü  Berikan cairan peroral pada klien sesuai kebutuhanü  Anjurkan kepada orang tua klien untuk mempertahankan asupan cairan secara dekuatü  Kolaborasi pemberian cairan intravenaü  Hipotensi, takikardia, demam dapat menunjukkan respon terhadap dan atau efek dari kehilangan cairanü  Agar segera dilakukan tindakan/ penanganan jika terjadi syokü  Cairan peroral akan membantu memenuhi kebutuhan cairanü  Asupan cairan secara adekuat sangat diperlukan untuk menambah volume cairan tubuhü  Pemberian intravena sangat penting bagi klien untuk memenuhi kebutuhan cairan
    4Gangguan pola eliminasi BAB berhubungan dengan konstipasiTujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, pola eliminasi kembali normal.
    Kriteria hasil :-          Klien melaporkan BAB lancar-          Konsistensi lunak
    ü  Kaji pola eliminasi klienü  Auskultasi bising ususü  Selidiki keluhan nyeri abdomenü  Observasi gerakan usus, perhatikan warna, konsistensi, dan jumlah fesesü  Anjurkan makan makanan lunak, buah-buahan yang merangsang BABü  Kolaborasi. Berikan pelunak feses, supositoria sesuai indikasiü  Sebagai data dasar gangguan yang dialami, memudahkan intervensi selanjutnyaü  Penurunan menunjukkan adanya obstruksi statis akibat inflamasi, penumpukan fekalitü  Berhubungan dengan distensi gasü  Indikator kembalinya fungsi GI, mengidentifikasi ketepatan intervensiü  Mengatasi konstipasi yang terjadiü  Mungkin perlu untuk merangsang peristaltik dengan perlahan
    5Ansietas berhubungan dengan proses hospitalisasi, kurang pengetahuan tentang penyakit dan kondisi anaknyaTujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, kecemasan teratasi
    Kriteria hasil :-          Ekspresi tenang-          Orang tua klien tidak sering bertanya tentang kondisi anaknya
    ü  Kaji tingkat kecemasan yang dialami orang tua klienü  Beri penjelasan pada orang tua klien tentang penyakit anaknyaü  Beri kesempatan pada orang tua klien untuk mengungkap kan perasaan nyaü  Libatkan orang tua klien dalam rencana keperawatan terhadap anaknyaü  Untuk mengeksplorasi rasa cemas yang dialami oleh orang tua klienü  Meningkatkan pengetahuan orang tua klien tentang penyakit anaknyaü  Mendengarkan keluhan orang tua agar merasa lega dan merasa diperhatikan sehingga beban yang dirasakan berkurangü  Keterlibatan orang tua dalam perawatan anaknya dapat mengurangi kecemasan

    BAB III

    ASUHAN KEPERAWATAN

    A. PENGKAJIAN

    1.      Identitas Klien          

    Nama                                       : An. D

    Tempat/Tanggal Lahir : Mandailing/04 September 2008

    Nama Ayah/ibu                       : Tn. N/Ny. I

    Pekerjaan Ayah                       : TNI-AD

    Pekerjaan Ibu                          : IRT

    Alamat                                                : Asrama 122, Dolok Masihule

    Suku                                        : Mandailing

    Agama                                     : Islam

    Pendidikan                              : SMA

    2.      Keluhan Utama

    Ibu klien mengatakan anaknya demam selama 5 hari, demamnya naik turun dan tidak membaik dengan obat penurun panas yang telah diberikan.

    3.      Riwayat Kehamilan dan Kelahiran

    a.       Prenatal                

    Ibu klien mengatakan tidak ada masalah selama kehamilan An. D, ibu klien memeriksakan kandungannya ke bidan setempat dan dokter kandungan.

    b.      Natal                     

    Ibu klien mengatakan kelahiran An. D secara normal dan dibantu oleh bidan setempat dengan BB An. D adalah 2.8 Kg dan An. D tidak mengalami masalah.

    c.       Postnatal               

    Ibu klien mengatakan tidak ada mengalami pendarahan hebat ataupun masalah lainnya setelah kelahiran An. D

    4.      Riwayat Masa Lalu

    a.       Penyakit waktu kecil        

    Orang tua klien mengatakan sewaktu kecil An. D sering mengalami demam, batuk dan pilek.

    b.      Pernah dirawat dirumah sakit      

    Ibu klien mengatakan bahwa An. D sebelumnya tidak pernah di rawat di Rumah Sakit, apabila sakit hanya diberikan obat yang diperoleh dari bidan setempat.

    c.       Obat-obat yang digunakan           

    Ibu klien selalu menyediakan obat paracetamol di rumahnya.

    d.      Tindakan (operasi)            

    Tidak ada

    e.       Alergi                               

    Ibu klien mengatakan bahwa An. D tidak ada riwayat alergi baik makanan/pun minuman.

    f.       Kecelakaan

    Ibu klien mengatakan An. D tidak pernah dan jangan sampai terjadi kecelakaan.

    g.      Imunisasi

    Ibu klien mengatakan bahwa imunisasi An. D sudah lengkap karena sangat penting bagi anak.

    5.Riwayat Keluarga 

    1.      Riwayat Sosial

    a.       Yang mengasuh

    Ny. I dan Tn. N

    b.      Hubungan dengan anggota keluarga        

    Terjalin baik, An. D sering bermain dengan abangnya dan bercanda dengan kedua orang tuanya.

    c.       Hubungan dengan teman sebaya 

    Ibu klien mengatakan An. D sering bermain dengan anak-anak di sekitar rumahnya

    d.      Pembawaan secara umum            

    Ibu klien mengatakan bahwa An. D sangat ceria, baik dan ramah dengan orang yang sudah dikenalnya.

    e.       Lingkungan rumah                                   

    Ibu klien mengatakan bahwa An. D tinggal di asrama tentara dengan kondisi rumah bersih, menyatu antara 1 dengan lainnya, komunikasi antar tetangga terjalin dengan sangat baik.

    2.      Kebutuhan Dasar

    a.       Makanan

    1)      Makanan yang disukai/ tidak disukai

    Ibu klien mengatakan bahwa sebelum sakit, makanan yang disukai An. D adalah telur, buah apel, dan jajanan. Selama sakit, An. D masih menyukai telur dan buah apel, sedangkan ikan, pisang, pepaya An. D kurang suka.

    2)      Selera

    Ibu klien mengatakan bahwa An. D selera makan hanya dengan telur, dan kecap saja sudah cukup.

    3)      Alat makan yang dipakai

    Piring, sendok, dan cangkir.

    4)      Pola makan/jam

    Ibu klien mengatakan bahwa An. D sebelum sakit makan 3x/hari dan dihabiskan. Selama sakit makan 3x/hari itupun tidak dihabiskan.

    b.      Pola tidur

    1)      Kebiasaan sebelum (perlu mainan, dibacakan cerita, benda yang dibawa tidur)

    Ibu klien mengatakan bahwa An. D kebiasaan sebelum tidur tidak ada, terkadang ibu klien harus mengelus-elus punggung An. D karena sakit.

    2)      Tidur siang

    Ibu klien mengatakan bahwa An. D jarang sekali tidur siang karena lebih banyak dihabiskan untuk bermain.

    c.       Mandi

    Ibu klien mengatakan bahwa An.D mandi 2 x /sehari, pagi sebelum pergi kesekolah, dan sore hari, sedangkan selama sakit An. D belum pernah mandi.

    d.      Aktivitas bermain

    Ibu klien mengatakan bahwa An. D setelah pulang dari sekolah langsung bermain bersama teman-teman di sekitar rumah. Selama sakit hanya berbaring di tempat tidur.

    e.       Eliminasi

    Ibu klien mengatakan bahwa An. D sebelum sakit BAB sebanyak 1 x/hari, dan BAK tidak tentu, sedangkan selama ± 1 minggu sampai sekarang (29 April 2013) belum ada BAB, dan BAK ± 4 x/hari selama di rawat.

    3.      Keadaan Kesehatan Saat Ini

    a.       Diagnosa  medis                : Susp. Typhoid Fever

    b.      Tindakan operasi               : Tidak ada

    c.       Status cairan                      : Ringer Laktat

    d.      Status nutrisi                     : Diet M2 TKTP

    e.       Obat-obatan                      :

    –          Cotrimoxazole 2 x cth I

    –          PCT 3 x1 tab

    –          Lactulosa 3 x cth I

    f.       Aktivitas                            : An. D terbaring lemah di tempat tidur, aktivitas

      dibantu dan klien terpasang infus di kaki kanan.

    g.      Tindakan keperawatan      :

    –          Melakukan pemeriksaan Tanda-tanda Vital

    –          Menganjurkan orang tua klien melakukan kompres hangat

    –          Menjelaskan pentingnya memakai pakaian yang tipis dan menyerap keringat

    –          Menganjurkan An. D untuk banyak istirahat selama fase akut

    h.      Hasil lab                            :      Tanggal 28 April 2013

    –          Haemoglobin       : 15.6 g/dl

    –          Hematokrit          : 46,9 %

    –          Leukosit               : 9.800/ml

    –          Trombosit            : 189.000/ml

    –          LED                     : 5 mm

    –          Widal                   :

    ·         O       : 1/80 1/80 1/40 1/80

    ·         H       : 1/40 1/40 1/80 1/80

    i.        Foto roentgen                    : Tidak ada

    j.        Lain-lain                            : Tidak ada

    4.      Pemeriksaan Fisik

    a.       Keadaan umum                : Lemah, tingkat kesadaran : Composmentis

    b.      TB/BB                              : 118 cm, 27 Kg

    c.       Lingkar kepala                 : 49 cm

    d.      Kepala                   

    Tulang kepala normosefalik, rambut hitam, kulit kepala bersih, tekstur lembut, distribusi rapat, dan kuat, tidak teraba massa, nyeri tekan (-), frontal teraba panas.

    e.       Mata                      

    Ketajaman penglihatan baik, sklera putih (tidak ada perdarahan), konjungtiva merah muda, ptosis (-), refleks cahaya (+ 2), pupil isokor.

    f.       Leher                               

    Trakea tepat berada di garis tengah, pembesaran tyroid (-), nyeri tekan (-), refleks menelan (+).

    g.      Telinga                            

    Ketajaman terhadap suara (+), tidak ada serumen, cairan (-), simetris antara d/s, kelainan bentuk (-)

    h.      Hidung    

    Septum digaris tengah, pernafasan cuping hidung (-), tidak beringus, bersih, dan tidak ada nyeri tekan.                

    i.        Mulut                  

    Bibir kering, caries gigi (-), beslag (+), gusi merah muda, otot maseter (+), gerakan lidah baik.

    j.        Dada                   

    Thorak simetris, ekspansi dada baik, vibrasi dinding dada sama, puting (+2), deformitas (-), fraktur iga (-), nyeri tekan (-). 

    k.      Paru- paru                        

    Suara napas vesikuler, RR : 32 x/i, bunyi paru resonan

    l.        Jantung                

    Bunyi S1 dan S2 terdengar jelas, tidak terdengar bunyi jantung tambahan, HR : 130 x/i.        

    m.    Perut                    

    Umbilikus simetris, acites (-), suepel (+), nyeri tekan (-), peristaltik usus (+) 8 x/i, tekstur kulit lembut dan elastis (< 2 detik)

    n.      Punggung                        

    Massa (-), luka (-), nyeri tekan (-)

    o.      Genetalia                         

    Bentuk normal, skrotum (+), meatus uretra (+), testis (+2), nyeri tekan (-)

    p.      Ektremitas

    1)      Ekstremitas atas         : Edema (-), ekstremitas hangat, luka (-), terdapat bekas pemasangan infus (dekstra), jari lengkap, kekuatan otot (+)

    a.       Ekstremitas bawah      : Tidak ada varises, nyeri tekan (-), kekuatan otot (+)

    5          5

    4          4

    q.      Tanda vital

    a.    RR                               : 32      x/menit

    b.    HR                               : 130    x/menit

    c.    TD                               : 85/60 mmHg

    d.   Temp                           : 38,1   0C

    5.      Pemeriksaan Tinggkat Perkembangan

    a.       Kemandirian bergaul       

    An. D mudah berinteraksi dengan orang lain

    b.      Motorik halus                  

    An. D sudah bisa menggambar, mewarnai dan menjelaskan gambar yang telah dibuatnya

    c.       Motorik kasar                  

    An. D dapat menangkap bola dan melemparkannya, dapat melompat dan dapat berjalan dengan 1 kaki

    d.      Kognitif                          

    An. D dapat mengingat nama ayah dan ibunya, dapat menjumlahkan penjumlahan yang sederhana (misalnya 1 + 1 = 2)

    e.       Bahasa                              :

    Bahasa yang digunakan sehari-hari oleh An. D adalah bahasa Indonesia. An. D berbicara dengan sangat jelas dan mudah dimengerti.

    6.      Pemeriksaan Penunjang      

    Pemeriksaan laboraturium (terlampir dihalaman 39)

    7.      Ringkasan Riwayat Keperawatan

    Dari hasil pengkajian didapatkan hasil bahwa An. D demam selama 5 hari, suhu tubuh 38,1 0C, BAB (-) selama 1 minggu, peristaltik usus 8 x/i, An. D rewel, muntah (-), mual (-), tingkat kesadaran : composmentis, ekstremitas bawah (+4), An. D terbaring lemah di tempat tidur.

    8.      Masalah Keperawatan

    a.       Peningkatan suhu tubuh

    b.      Gangguan pola eliminasi

    c.       Intoleransi aktivitas

    B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN

    1.      Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan proses infeksi Salmonella Typhi.

    2.      Gangguan pola eliminasi (BAB) berhubungan dengan konstipasi

    3.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik, tirah baring

    ANALISA DATA

    NoDataEtiologiMasalah
    1Ds :ü  Ibu klien mengatakan demam ± selama 5 hari demam bersifat naik turun, ibu klien mengatakan sudah memberi obat penurun panas tetapi tidak membaikDo :ü  Teraba panasü  An.D rewelü  T    : 38.1 0cü  RR : 32 x/iü  HR : 120 x/iü  Pct 3×1 tabInvasi bakteri salmonela typhi melalui makanan atau minuman 
    Terjadi peradangan pada saluran cerna 
    Dilepaskannya zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang 
    Demam tipoid 
    Peningkatan suhu tubuh (hipertermi)
    Peningkatan suhu tubuh (hipertermi)
    2Ds :ü  Ibu klien mengatakan bahwa An. D sebelum sakit BAB sebanyak 2 x/hari, sedangkan selama ± 1 minggu sampai sekarang (29 April 2013) belum ada BABü  Ibu klien mengatakan makanan yang disukai An. D adalah telur, buah apel, dan jajanan. Sedangkan pisang, pepaya dan ikan An. D kurang sukaDo :ü  Makan nasi + telur + kecapü  Makan apel (+)ü  Peristaltik usus (8 x/i)ü  BAB (-)ü  Mual, muntah (-)ü  Abdomen : Suepelü  Suara abdomen : TympaniTerjadi peradangan pada saluran cerna 
    Penurunan kerja motilitas usus 
    Konstipasi 
    Gangguan pola eliminasi (BAB)
    Gangguan pola eliminasi (BAB)
    3Ds :ü  Ibu klien mengatakan badan anaknya lemasDo :ü  k/u : lemahü  Kekuatan otot (+4)ü  Terbaring di tempat tidurü  Terpasang infusü  Aktivitas dibantu Ny. IProses infeksi virus Salmonella Typhi 
    Penurunan sistem metabolisme tubuh 
    Kelemahan fisik 
    Imobilisasi 
    Intoleransi aktivitas
    Intoleransi aktivitas

    C.    INTERVENSI KEPERAWATAN

    NoDiagnosa KeperawatanRencana Tindakan Keperawatan
    TujuanIntervensiRasional
    1Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) b/d proses infeksi Salmonella TyphiSetelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 x 12 jam, diharapkan suhu klien menurun.KH :1.      Suhu tubuh dalam batas normal (36-37 0C)2.      Membran mukosa lembab3.      Pengisian kapiler < 2 detik4.      An. D tidak rewel (rileks)-           1.      Ukur tanda-tanda vital setiap 2/4 jam2.      Observasi membran mukosa bibir, pengisian kapiler dan turgor kulit3.      Anjurkan untuk minum ± 2-2,5 L/menit4.      Anjurkan kompres hangat pada dahi, ketiak, dan lipat paha5.      Anjurkan untuk tirah baring/pembatasan aktivitas selama fase akut6.      Anjurkan untuk menggunakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat7.      Kolaborasi dalam pemberian terapi sesuai indikasi8.      Observasi hasil pemeriksaan darah dan feses9.      Observasi adanya peningkatan suhu terus menerus, distensi abdomen, dan nyeri abdomen1.      Sebagai dasar untuk menentukan intervensi2.      Untuk identifikasi tanda-tanda dehidrasi akibat demam3.      Kebutuhan cairan dalam tubuh cukup mencegah terjadinya demam4.      Kompres hangat memberi efek vasodilatasi pembuluh darah sehingga mempercepat penguapan panas5.      Menurunkan kebutuhan metabolisme tubuh sehingga menurunkan panas6.      Pakaian tipis memudahkan penguapan panas saat penurunan panas klien akan banyak mengeluarkan keringat7.      Untuk menurunkan panas/mengontrol panas, untuk mengatasi infeksi dan mencegah penyebaran infeksi, dan penggantian cairan akibat penguapan panas tubuh8.      Untuk mengetahui perkembangan penyakit typus dan efektifitas terapi9.      Peningkatan suhu terus menerus setelah pemberian antipiretik dan antibiotik kemungkinan terjadinya komplikasi perforasi usus.
    2Gangguan pola eliminasi (BAB) b/d konstipasiSetelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 x 12 jam, diharapkan pola eliminasi klien kembali normal.KH :1.      BAB 1 x/hari2.      Konstipasi lunak3.      Warna feces kuning4.      Tidak berlendir1.      Kaji pola eliminasi klien2.      Asukultasi bunyi usus3.      Kaji adanya keluhan nyeri abdomen4.      Anjurkan makan-makanan yang lunak, buah-buahan yang merangsang BAB5.      Kolaborasi dalam pemberian terapi sesuai indikasi1.      Sebagai data dasar gangguan yang dialami memudahkan intervensi selanjutnya2.      Penurunan menunjukkan adanya obstruksi statis akibat inflamasi, penumpukan fekalit3.      Menandakan adanya gas di perut sehingga mengakibatkan terjadinya distensi abdomen4.      Makanan lunak serta buah-buahan yang kaya akan serat dapat mengatasi konstipasi5.      Dapat merangsang peristaltik usus secara perlahan sehingga masalah konstipasi teratasi
    3Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik, tirah baringSetelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 x 12 jam, diharapkan klien dapat melakukan aktivitas secara bertahap.KH :1.      TTV dalam batas normal2.      Tidak ada keluhan lelah3.      Kekuatan otot meningkat1.      Kaji tingkat toleransi klien terhadap aktivitas2.      Kaji jumlah makanan yang dikonsumsi klien setiap hari3.      Anjurkan klien untuk tidah baring selama fase akut4.      Jelaskan pentingnya pembatasan aktivitas selama perawatan5.      Bantu klien melakukan aktivitas sehari-hari sesuai kebutuhan6.      Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas sehari-hari7.      Berikan kesempatan pada klien melakukan aktivitas sesuai kondisi klien1.      Sebagai dasar untuk menentukan intervensi2.      Untuk mengidentifikasi intake nutrisi klien3.      Untuk menurunkan metabolisme tubuh dan mencegah iritasi usus4.      Untuk mengurangi peristaltik usus sehingga mencegah iritasi usus5.      Kebutuhan aktivitas klien terpenuhi dengan energi minimal, sehinga mengurangi peristaltik usus6.      Partisipasi keluarga meningkatkan kooperatif klien dalam perawatan7.      Meningkatkan partisipasi klien dapat meningkatkan harga diri dan meningkatkan toleransi aktivitas

    D.    IMPLEMENTASI

    NoHari/TglDiagnosaKeperawatanImplementasiEvaluasi
    1SELA
    S
    A30A
    P
    R
    I
    L2013
    Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) b/d proses infeksi Salmonella Typhi1.      Mengukur tanda-tanda vital An. DH :§  T : 38,1 0C§  RR : 28 x/i§  HR : 128 x/iR : An. D rewel (menangis), dan tidak tenang2.      Mengamati membran mukosa bibir, pengisian kapiler dan turgor kulit pada An. DH :·         Bibir kering·         CRT & turgor kulit < 2 detik3.      Menganjurkan An. D untuk banyak minum ± 2-2,5 L/hariH : Minum (+)R : An. D tidak sulit minum4.      Menganjurkan ibu untuk melakukan kompres hangat pada dahi, ketiak, dan lipat pahaH : Ibu melakukan kompres hangat di dahiR : Ny. I mengambil handuk kecil dan air hangat dan melakukan kompres hangat5.      Menjelaskan kepada ibu klien tentang pentingnya tirah baring/pembatasan aktivitas selama fase akutH : Ibu memahami manfaat tirah baring selama fase akut (demam)R : Ibu dan An. D memperhatikan penjelasan yang diberikan6.      Menjelaskan kepada Ibu klien tentang pentingnya menggunakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat bagi An. DH : Baju An. D tipis dan menyerap keringatR : Ibu sudah memahami pentingnya pakaian tipis dan menyerap keringat bagi An. D7.      Berkolaborasi dalam pemberian terapi sesuai indikasiH :·         IVFD RL 30 gtt/i·         Cotrimoxazole 2 x cth II·         Paracetamol 3 x 1 tabR : An. D mau meminum obat yang telah diberikan dan tidak ada tanda-tanda alergi8.      Melihat hasil pemeriksaan darah dan fesesH :·         Hb : 15,6 g/dl·         Ht : 46,9 %·         Leu : 9.103/ml·         Tromb : 189. 103/ml·         LED : 5 mm·         Widal :ü  O : 1/80 1/80 1/40 1/80ü  H : 1/40 1/40 1/80 1/809.      Mengamati adanya peningkatan suhu terus menerus, distensi abdomen, dan nyeri abdomenH : Suhu masih 38,1 0C, distensi abdomen (-), suepel (+)R : An. D mengatakan tidak merasakan sakit dibagian perutS :ü  Ibu klien mengatakan badan anaknya masih panas, walaupun sudah dikompresü  Ibu mengatakan An. D sudah diberikan banyak minumü  Ibu klien mengatakan bahwa An. D tidak banyak berakivitas hanya berbaring di tempat tidurü  Ibu klien mengatakan sudah memberikan pakaian yang tipis dan menyerap keringatü  Ibu klien mengatakan sudah memberikan obat penurun panas yang diberikanO :ü  Teraba panas di dahiü  T : 38 0C, RR : 130 x/i, HR : 30 x/iü  Kompres (+)ü  Minum (+)ü  Terbaring di tempat tidurü  Bibir lembabü  Memakai baju tipis dan menyerap keringatü  Abdomen : suepelü  Paracetamolü  IVFD RL 30 gtt/iA :Masalah peningkatan suhu tubuh teratasi sebagianP : Intervensi dilanjutkan :ü  Kaji TTVü  Anjurkan banyak minumü  Anjurkan untuk kompres hangatü  Kolaborasi dalam pemberian terapi
    2Gangguan pola eliminasi (BAB) b/d konstipasi1.      Menanyakan kepada ibu pola eliminasi An. DH : ibu klien mengatakan An. D belum BAB ± 1 mingguR : An. D mengatakan tidak sesak BAB, Ibu klien mengatakan cemas karena AN. D tidak BAB selama ± 1 minggu2.      Mendengarkan suara peristaltik ususH : Terdengar peristaltik usus3.      Mengkaji adanya keluhan nyeri abdomenH : abdomen : suepel, nyeri (-)R : An. D mengatakan tidak ada sakit dibagian perut4.      Menganjurkan ibu klien untuk memberikan makan-makanan lunak, dan buah-buahan yang merangsang BAB (pisang, pepaya)H : M2 TKTP (pakek telur), makan buah apelR : Ibu klien mengatakan memberikan makanan yang di sediakan oleh RS dan pakek telur, Ibu klien mengatakan An. D hanya mau makan buah apel5.      Berkolaborasi dalam pemberian terapi sesuai indikasiH : Lactulosa 3 x cth IR : An. D mengatakan belum ada BAB S :ü  Ibu klien mengatakan bahwa An. D belum ada BABü  An. D mengatakan tidak merasakan sakit pada perutnyaü  An. D mengatakan tidak ada sesak BABü  An. D mengatakan tidak suka makan buah pepaya dan pisangü  An. D mengatakan sudah minum obatO :ü  BAB (-)ü  Abdomen : suepelü  M2 TKTP + telur rebusü  Makan apel (+)ü  Lactulosa 3 x cth IA :Masalah pola eliminasi belum teratasiP : Intervensi dilanjutkan :ü  Kaji eliminasi klienü  Auskultasi bunyi ususü  Anjurkan makan-makanan lunak dan buahü  Kolaborasi dalam pemberian terapi
    3Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik, tirah baring1.      Mengkaji tingkat toleransi klien terhadap aktivitasH : Hanya bisa duduk dan terbaringR : An. D mengatakan badanya lemah2.      Mengkaji jumlah makanan yang dikonsumsi klienH : Diet M2 TKTP 3x/hari, makan roti (+), makan buah (+)R : Ibu klien mengatakan An. D makan 3 x/hari tetapi tidak dihabiskan3.      Memberi penjelasan kepada ibu untuk menjaga An. D agar tidak banyak bergerakH : An. D hanya terbaring di tempat tidurR : Ibu klien mengatakan akan membatasi aktivitas An. D4.      Membantu klien melakukan aktivitas sesuai kebutuhanH : Membantu An. D dudukR : An. D mengatakan senang bisa duduk5.      Melibatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas sehari-hariH : Ibu klien bekerja sama dengan baikR : Ibu klien mengatakan mau membantu perawat6.      Memberikan kesempatan pada klien melakukan aktivitas sesuai indikasiH : Bermain handphoneR : An. D senang bermain bola di HPS :ü  Ibu klien mengatakan bahwa An. D hanya bisa berbaring dan duduk di tempat tidurü  Ibu klien mengatakan anaknya sulit bergerak karena terpasang infus di kaki sebelah kananO :ü  Berbaring di tempat tidurü  Terpasang infus di kaki sebelah kananü  k/u : lemahA :Masalah aktivitas belum teratasiP : Intervensi dilanjutkan :ü  Kaji tingkat toleransi klien terhadap aktivitasü  Bantu melakukan aktivitas sehari-hari sesuai kebutuhanü  Anjurkan untuk tiraj baring selama fase akutü  Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas sehari-hari
    1RABUO1M
    E
    I2013
    Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) b/d proses infeksi Salmonella Typhi1.      Mengukur tanda-tanda vital An. DH :§  T : 36,2 0C§  RR : 28 x/i§  HR : 92 x/iR : An. D sudah membaik dan terlihat lebih segar2.      Menganjurkan ibu klien untuk memberikan banyak minum apabila demamH : Minum (+)R : Ibu klien akan memberikan banyak minum apabila An. D demam3.      Menganjurkan ibu untuk melakukan kompres hangat apabila demam terulang kembaliH : Ibu akan melakukan kompres hangat apabila demam lagiR : Ibu klien mengucapkan terima kasih atas anjuran yang diberikan4.      Berkolaborasi dalam pemberian terapi sesuai indikasiH :·         IVFD RL 30 gtt/i·         Cotrimoxazole 2 x cth II·         Paracetamol 3 x 1 tabR : An. D mau meminum obat yang telah diberikanS :ü  Ibu klien mengatakan bahwa anaknya sudah tidak demam lagiü  Ibu mengatakan akan menjalankan anjuran yang telah diberikan apabila anaknya demam lagiü  Ibu klien mengatakan masih memberikan obat penurun panas karena takut demamnya terulang lagiü  Ibu klien berterima kasih atas penjelasan yang telah diberikan kepadanyaO :ü  Ekspresi wajah ibu klien terlihat senangü  k/u : membaikü  T : 36,5 0C, RR : 28 x/i, HR : 92 x/iü  Minum (+)ü  Bibir lembabü  Paracetamol 3 x 1 tabü  IVFD RL 30 gtt/iA :Masalah peningkatan suhu tubuh sudah teratasiP : Intervensi dihentikan.
    2Gangguan pola eliminasi (BAB) b/d konstipasi1.      Menanyakan eliminasi kepada An. DH : BAB (-)R : An. D mengatakan belum ada BAB, Ibu klien mengatakan anaknya tidak ada merasakan sesak BAB.2.      Mendengarkan suara peristaltik ususH : Terdengar peristaltik ususR : An. D mengatakan tidak ada sesak BAB3.      Mengingatkan kembali ibu klien untuk memberikan makan-makanan lunak, dan buah-buahan yang merangsang BAB (pisang, pepaya)H : M2 TKTP (pakek telur), makan pisang (+)R : Ibu klien mengatakan anaknya pagi ini makan dengan nasi, telur, dan sayur bening4.      Berkolaborasi dalam pemberian terapi sesuai indikasiH : Diet M2 TKTP, Lactulosa 3 x cth I S :ü  Ibu klien mengatakan bahwa anaknya sudah BAB tetapi sedikitü  Ibu klien mengatakan feces anaknya keras dan bau, berwarna kuningü  Ibu klien mengatakan anaknya juga makan pisang walaupun harus dipaksa terlebih dahuluü  Ibu klien mengatakan siang ini anaknya makan dengan nasi yang telah disediakan dan pakai telurO :ü  Peristaltik usus (+) 12 x/iü  M2 TKTP + telur rebusü  Makan pisang (+) ¼ bagianü  Lactulosa 3 x cth IA :Masalah pola eliminasi teratasiP : Intervensi dihentikan
    3Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik, tirah baring1.      Mengevaluasi tingkat toleransi klien terhadap aktivitasH : Duduk dan berbaringR : An. D mengatakan badanya sudah tidak lemas lagi dan ingin berjalan2.      Membantu klien melakukan aktivitas sesuai kebutuhanH : hanya bisa duduk karena terpasang infus di kaki kananR : An. D mengatakan minta dilepaskan infusnya3.      Mengingatkan untuk tirah baring apabila masih lemahH : k/u : membaikR : An. D mengatakan ya4.      Melibatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas sehari-hariH : Makan dibantu, kencing dibantu, dan duduk mandiriR : Ibu klien mengatakan aktivitas anaknya masih harus dibantuS :ü  Ibu klien mengatakan bahwa infus anaknya sudah dilepas jam 11.00 wibü  Ibu klien mengatakan anaknya sudah membaik karena sudah bisa berjalan dan bermain bersama teman 1 ruanganü  Ibu klien mengatakan senang karena anaknya besok sudah boleh pulangü  Ibu klien mengatakan akan menjaga anaknya agar tidak terlalu kecapaian karena belum sembuh betulü  Ibu klien mengucapkan terima kasih karena sudah perduli dengan anaknyaO :ü  Ekspresi ibu klien senangü  An. D terlihat senang dan bermain bersama teman 1 ruanganü  k/u : baikü  tampak lebih segarA :Masalah aktivitas teratasiP : Intervensi dihentikan oleh mahasiswa. Terapi pengobatan dilanjutkan oleh pegawai ruangan

    BAB IV

    PENUTUP

    A.    Kesimpulan

    Typhoid adalah suatu penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna dan gangguan kesadaran. Penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhi, salmonella type A.B.C penularan terjadi secara pecal, oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi. 

    Cara pencegahan penyakit typoid yang dilakukan adalah cuci tangan setelah dari toilet dan khususnya sebelum makan atau mempersiapkan makanan, hindari minum susu mentah (yang belum dipasteurisasi), hindari minum air mentah, rebus air sampai mendidih dan hindari makanan pedas.

    A.    Saran

    Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan maka dengan adanya makalah ini, diharapkan pembaca dapat memahami tentang penyakit typoid dengan baik



    DAFTAR PUSTAKA

    Djauzi & Sundaru. 2003. Imunisasi Dewasa. Jakarta : FKUI

    Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius

    Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit, Edisi 2. Jakarta : EGC

    Suryadi. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta : CV Agung Setia

    Syamsuhidayat, W. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC

  • Makalah Persalinan Normal

    Persalinan Normal

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Persalinan merupakan suatu proses alami yang akan berlangsung dengan sendirinya, tetapi persalinan pada manusia setiap saat terancam penyulit yang membahayakan ibu maupun janinnya sehingga memerlukan pengawasan, pertolongan dan pelayanan dengan fasilitas yang memadai. Persalinan dibagi menjadi empat tahap penting dan kemungkinan penyulit dapat terjadi pada setiap tahap tersebut ( Manuaba, IG, 1999 )

    Pada persalinan terjadi perubahan fisik yaitu : ibu akan merasa sakit pinggang, sakit perut, merasa kurang enak, capai, lesu, tidak nyaman, tidak bisa tidur nyenyak. Dan perubahan psikis yang terjadi yaitu merasa ketakutan sehubungan dengan diri sendiri, takut kalau terjadi bahaya terhadap dirinya pada saat persalinan, takut tidak dapat memenuhi kebutuhan anaknya, takut yang dihubungkan dengan pengalaman yang sudah lalu, misalnya mengalami kesulitan pada persalinan yang lalu, ketakutan karena anggapan sendiri bahwa persalinan itu merupakan hal yang membahayakan ( Ibrahim,C, 1993 )

    Ibu merupakan kesatuan dari Bio Psikososial Spiritual maka perlu perhatian khusus dari bidan yang dalam menyiapkan fisik dan mental guna meningkatkan serta mencegah komplikasi lebih lanjut. Bidan merupakan salah satu tenaga dari team pelayanan kesehatan yang keberadaannya paling dakat dengan ibu yang mempunyai peran penting dalam mengatasi masalah melalui asuhan kebidanan. Dalam melaksanan asuhan kebidanan bidan dituntut memiliki wawasan yang luas, trampil dan sikap profesional, karena tindakan yang kurang tepat sedikit saja dapat menimbulkan komplikasi. Oleh karenanya diharapkan semua persalinan yang dialami ibu dapat berjalan normal dan terjamin pula keselamatan baik ibu dan bayinya. Dalam hal ini Penulis mencoba melakukan study kasus pada Ny. A G1PoAumur 28 tahun di BPS Siti Musa’adah, Beringin, Ngaliyan, Semarang.

          B. TUJUAN

    Tujuan Umum

    Mendapatkan gambaran secara nyata dan mengembangkan pola pikir ilmiah dalam memberikan asuhan kebidanan pada kasus persalinan normal sesuai standart Asuhan Persalinan Normal ( APN ) melalui penerapan manajemen kebidanan

    Tujuan Khusus

    1. Mampu melakukan anamnesa dengan menggunakan komunikasi yang baik dan benar kepada ibu bersalin, serta menggunakan bahasa yang mudah dimengerti.
    2. Mampu melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang secara lengkap dengan benar dan tepat pada ibu bersalin.
    3. Mampu menganalisa masalah berdasarkan data atau informasi yang telah diperoleh melalui anamnesa dan pemeriksaan yang dilakukan.
    4. Mampu membuat suatu perencanaan tindakan berdasarkan analisa yang telah ditentukan.
    5. Mampu melaksanakan asuhan secara komprehensif sesuai dengan perencanaan yang telah disusun.
    6. Mampu melakukan evaluasi dari prosedur pemeriksaan yang dilakukan.
    7. Mampu membuat pendokumentasian menggunakan metode SOAP.

    BAB II

    TINJAUAN TEORI

    A. DEFINISI PERSALINAN

    1.      Persalinan adalah  suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina atau jalan lahir ke dunia luar (Prawiroharjo,S, 1999).

    2.      Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hidup cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu (UNPAD,1983).

    3.      Persalinan adalah  proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janin.

    B. PROSES PERSALINAN

    Pada proses persalinan menurut (Mochtar,R, 2001) di bagi 4 kala yaitu :

           1).Kala 1 : Kala pembukaan

                              Waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan lengkap (10 cm). Dalam kala pembukaan dibagi menjadi 2 fase :

    a).        Fase laten

    ·      Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap

    ·      Pembukaan kurang dari 4 cm

    ·      Biasanya berlangsung kurang dari 8 jam

    b).        Fase aktif

    ·      Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat (kontraksi adekuat / 3 kali atau lebih dalam 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih)

    ·      Serviks membuka dari 4 ke 10, biasanya dengan kecepatan 1cm/lebih              perjam hingga pembukaan lengkap (10)

    ·      Terjadi penurunan bagian terbawah janin

    ·      Berlangsung selama 6 jam dan di bagi atas 3 fase, yaitu :

    Berdasarkan kurva friedman :

    ·         Periode akselerasi, berlangsung selama 2 jam pembukaan menjadi 4cm

    ·         Periode dilatasi maksimal, berlangsung selama 2 jam pembukaan berlangsung cepat dari 4 menjadi 9cm

    ·         Periode diselerasi, berlangsung lambat dalam waktu 2 jam pembukaan 9cm menjadi 10cm / lengkap

           2). Kala II : Kala pengeluaran janin

    Waktu uterus dengan kekuatan his ditambah kekuatan mengejan mendorong janin hingga keluar.

    Pada kala II ini memiliki ciri khas :

    ·      His terkoordinir, kuat, cepat dan lebih lama kira-kira 2-3menit sekali

    ·      Kepala janin telah turun masuk ruang panggul dan secara reflektoris menimbulkan rasa ingin mengejan

    ·      Tekanan pada rektum, ibu merasa ingin BAB

    ·      Anus membuka

    Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum meregang, dengan his dan mengejan yang terpimpin kepala akan lahir dan diikuti seluruh badan janin.

    Lama pada kala II ini pada primi dan multipara berbeda yaitu :

    ·      Primipara kala II berlangsung 1,5  jam – 2 jam

    ·      Multipara kala II berlangsung  0,5 jam – 1 jam

    Pimpinan persalinan

    Ada 2 cara ibu mengejan pada kala II yaitu menurut dalam letak berbaring, merangkul kedua pahanya dengan kedua lengan sampai batas siku, kepala diangkat sedikit sehingga dagu mengenai dada, mulut dikatup; dengan sikap seperti diatas, tetapi badan miring kearah dimana punggung janin berada dan hanya satu kaki yang dirangkul yaitu yang sebelah atas

    (JNPKR dan Depkes, 2002)

           3). Kala III : Kala uri

    Yaitu waktu pelepasan dan pengeluaran uri (plasenta). Setelah bayi lahir kontraksi rahim berhenti sebentar, uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat dan berisi plasenta  yang menjadi tebal 2 kali sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul his pengeluaran dan pelepasan uri, dalam waktu 1 – 5 menit plasenta terlepas terdorong ke dalam vagina dan akan lahir spontan atau dengan sedikit dorongan (brand androw, seluruh proses biasanya berlangsung 5 – 30 menit setelah bayi lahir. Dan pada pengeluaran plasenta biasanya disertai dengan pengeluaran darah kira – kira 100-200cc.

    Tanda kala III terdiri dari 2 fase :

          1) Fase pelepasan uri

    Mekanisme pelepasan uri terdiri atas:

    a.    Schultze

    Data ini sebanyak 80 % yang lepas terlebih dahulu di tengah kemudian terjadi reteroplasenterhematoma yang menolak uri mula – mula di tengah kemudian seluruhnya, menurut cara ini perdarahan biasanya tidak ada sebelum uri lahir dan banyak setelah uri lahir.

    b.    Dunchan

    Lepasnya uri mulai dari pinggirnya, jadi lahir terlebih dahulu dari pinggir (20%)

    Darah akan mengalir semua antara selaput ketuban

    c.    Serempak dari tengah dan pinggir plasenta

          2) Fase pengeluaran uri

    Perasat-perasat untuk mengetahui lepasnya uri yaitu :

          1 Kustner

    Meletakkan tangan dengan tekanan pada / diatas simfisis, tali pusat diregangkan, bila plasenta masuk berarti belum lepas, bila tali pusat diam dan maju (memanjang) berarti plasenta sudah terlepas.

          2) Klien

    Sewaktu ada his kita dorong sedikit rahim, bila tali pusat kembali berarti belum lepas, bila diam/turun berarti sudah terlepas.

          3) Strastman

    Tegangkan tali pusat dan ketuk pada fundus, bila tali pusat bergetar berarti  belum lepas, bila tidak bergetar berarti sudah terlepas.

          4)  Rahim menonjol diatas symfisis

          5)  Tali pusat bertambah panjang

          6)  Rahim bundar dan keras

          7)  Keluar darah secara tiba-tiba

           4). Kala IV:  Kala pengawasan

    Yaitu waktu setelah bayi lahir dan uri selama 1-2 jam dan waktu dimana untuk mengetahui keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan post partum.

    C.MEKANISME PERSALINAN

    Mekanisme persalinan merupakan gerakan-gerakan janin pada proses persalinan yang meliputi langkah sbb :

    a) Turunnya kepala, meliputi :

    ·         Masuknya kepala dalam PAP

    ·         Dimana sutura sagitalis terdapat ditengah – tengah jalan lahir tepat diantara symfisis dan promontorium ,disebut synclitismus.Kalau pada synclitismus os.parietal depan dan belakang sam tingginya jika sutura sagitalis agak kedepan mendekati symfisis atau agak kebelakang mendekati promontorium disebut Asynclitismus.

    ·         Jika sutura sagitalis mendekati symfisis disebut asynclitismus posterior jika sebaliknya disebut asynclitismus  anterior.

    b) Fleksi

    Fleksi disebabkan karena anak didorong maju dan sebaliknya mendapat tahanan dari pinggir PAP serviks, dinding panggul atau dasar panggul.

    c) Putaran paksi dalam

    Yaitu putaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan memutar ke depan ke bawah symfisis.

    d) Ekstensi

    Setelah kepala di dasar panggul terjadilah distensi dari kepala hal ini disebabkan karena lahir pada intu bawah panggul mengarah ke depan dan keatas sehingga kepala harus mengadakan ekstensi untuk melaluinya.

    e) Putaran paksi luar

    Setelah kepala lahir maka kepala anak memutar kembali kearah punggung anak torsi pada leher yang terjadi karena putaran paksi dalam.

    f) Ekspulsi

    Setelah kepala melakukan putaran paksi luar sesuai arah punggung dilakukan pengeluaran anak dengan gerakan biparietal sampai tampak ¼ bahu ke arah anterior dan posterior dan badan bayi keluar dengan sangga susur.

    2.4         58 LANGKAH ASUHAN PERSALINAN NORMAL

    1.    Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua

    ·      Ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran

    ·      Ibu merasa takanan yang semakin meningkat pada rektum dan vagina

    ·      Perineum tampak menonjol

    ·      Vulva dan sfingter ani membuka

    2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk menolong persalinan dan penatalaksanaan komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk asfiksia à tempat yang datar dan keras, 2 kain dan 1 handuk bersih dan kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi.

    ·      Menggelar kain di atas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal bahu bayi

    ·      Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di dalam partus set

    3.        Pakai celemek plastik.

    4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan handuk yang bersih dan kering.

    5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk periksa dalam.

    6. Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang memakai sarung tangan  DTT atau steril) dan letakkan di partus set/wadah DTT atau steril (pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik).

    7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi dengan DTT.

    ·      Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan dengan seksama dari arah depan ke belakang

    ·      Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia

    ·      Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan dan rendam larutan klorin 0,5 %)

    8. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap.

    ·         Bila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap maka lakukan amniotomi.

    9. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, kemudian lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik dalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan.

    10. Periksa DJJ setelah kontraksi/saat relaksasi uterus untuk memastikan bahwa DJJ  dalam batas normal (120 – 160x/menit).

    ·                Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ  tidak normal

    ·                Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ, dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf

    11. Beritahu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik dan bantu ibu menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya.

    ·                         Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif)

    ·                         Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk meneran dengan benar

    12. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran (bila ada rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman).

    13. Laksanakan bimbingan meneran saat ibu marasa ada dorongan kuat untuk meneran.

    ·                         Bimbing ibu agar dapat meneran secara baik dan efektif

    ·                         Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai

    ·                         Bantu ibu mengambil posisi nyaman sesuai pilihannya (kecuali posisi berbaring terlentang dalam waktu yang lama)

    ·                         Anjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi

    ·                         Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu

    ·                         Berikan cukup asupan cairan per oral (minum)

    ·                         Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai

    ·                         Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah 120  menit (2 jam) meneran (primigravida) atau 60 menit (1 jam) meneran (multigravida)

    14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.

    15. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi di perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm).

    16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong.

    17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan.

    18. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.

    19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka lindungi perineum dengan tangan yang dilapisi dnegan kain bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk meneran perlahan atau bernafas cepat dan dangkal.

    20. Seka dengan lembut muka, mulut, dan hidung bayi dengan kasa/kain bersih.

    21. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi.

    ·                         Jika tali pusat melilit leher secara  longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi

    ·                         Jika tali pusat  melilit leher secara kuat, klem tali pusat  di dua tempat dan potong diantara dua klem tersebut

    22. Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.

    23. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparetal. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.

    24. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas.

    25. Seteleh tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk diantara mata kaki dan pegang masing-masing mata kaki ibu jari dan jari-jari lainnya).

    26. Penilaian segera bayi baru lahir.

    27. Keringkan tubuh bayi, bungkus kepala dan badan bayi kecuali bagian tali pusat.

    28. Jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2cm distal dari klem pertama.

    29.  Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit dan lakukan pengguntingan (lindungi perut bayi) tali pusat diantara 2 klem tersebut.

    30. Ganti handuk yang basah dengan handuk/kain baru yang bersih dan kering, selimuti dan tutup kepala bayi dan biarkan tali pusat terbuka. Tali pusat tidak perlu ditutup dengan kassa atau diberi yodium tapi dapat dioles dengan antiseptik.

    ·         Jika bayi mangalami kesulitan bernafas, lihat penatalaksanaan asfiksia

    31. Berikan bayi  kepada ibunya dan anjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan untuk memulai pemberian ASI.

    32. Letakkan kain bersih dan kering pada perut ibu, periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil tunggal).

    33. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik agar uterus berkontraksi baik.

    34. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).

    35. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.

    36. Letakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas simpisis untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.

    37. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang-atas (dorsokranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur di atas.

    ·               Jika uterus tidak segera  berkontraksi minta ibu, suami datau anggota keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu

    38. Lakukan penegangan dan dorongan dorso kranial hingga plasenta terlepas. Minta ibu meneran sambil  penolong  menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorsokranial).

    39. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada tempat yang telah disediakan.

    ·               Jika selaput ketuban robek, pakai serung tangan DTT atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.

    40. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras)

    ·         Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15 detik masase.

    41. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian meternal maupun fetal dan pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan palsenta ke dalam kantung plastik atau tempat khusus.

    42. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan panjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.

    43. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.

    44. Celupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5 %, bilas kedua tangan tersebut dengan air DTT dan keringkan dengan kain yang bersih dan kering.

    45. Selimuti bayi dan tutupi bagian kepalanya dengan handuk atau kain bersih dan kering.

    46. Minta ibu memulai pemberian ASI secara dini (30-60 menit setelah bayi lahir).

    47. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.

    ·               2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan

    ·               Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan

    ·               Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan

    ·               Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan yang sesuai untuk penatalaksanaan atonia uteri

    48. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.

    49. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.

    50. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15menit selama 1jam pertama pascapersalinan dan setiap 30menit selama jam kedua pascapersalinan.

    ·      Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam pertama pascapersalinan

    ·      Melakukan tindakan ynag sesuai untuk temuan yang tidak normal.

    51. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5 % untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi.

    52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.

    53. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir, dan darah. Bantu ibu memakai pakaian bersih dan kering.

    54. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkannya.

    55. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5 %.

    56. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5 %, balikkan bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin 0,5 % selama 10menit.

    57. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.

    58. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan asuhan kala IV dan lakukan penimbangan bayi, beri tetes mata profilaksis dan vitamin K 0,

    ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN NORMAL

    TERHADAP Ny. “S” DI RUANGAN BERSALIN

    RUMAH SAKIT ACEH TAMIANG

    TAHUN 2013

    I. PENGUMPULAN DATA DASAR

    Tanggal : 13-02-2013 Jam : 02.00 WIB

    A.    1.  Identifikasi Klien

    Nama                           : Ny.S                          Nama Suami                : Tn.T

    Umur                           : 24 tahun                    Umur                           : 28 tahun

    Suku/Bangsa               : Jawa / Indonesia       Suku/Bangsa               : Jawa

    Agama                         : Islam                         Agama                         : Islam

    Pendidikan                  : SMA                         Pendidikan                              : SMA

    Pekerjaan                     : IRT                            Pekerjaan                     : PETANI

    Alamat                        : Kampung Jawa         Alamat                                   :KampungJawa Sungai Liput                                                                                   Sungai Liput

    2. Keluhan Utama

    Ibu mengeluh ingin melahirkan dan nyeri perut bagian  bawah dari vagina keluar lendir berwarna kecoklatan, bercampur sedikit darah, ibu mulas-mulas dan nyeri perut yang menjalar kepinggang sejak tanggal 13 febuary 2013

    3.      Keluhan sejak kunjungan terakhir

    Ibu berkunjung 8 hari yang lalu dan tidak  mengalam i keluhan yang berat dan  kehamilannya normal

    4.      Tanda-tanda persalinan

    Ibu datang pada pukul 14.39 WIB dengan  his (+) yang frekuensinya 2-3 kali dalam 10 menit dengan lama 20 detik dengan kekuatan sedang

           5.      Pengeluaran pervaginam

    Lendir kecoklatan bercampur sedikit darah dan tidak ada air ketuban yang keluar

           6.      Masalah-masalah khusus

    Ibu tidak mengalami kelainan lain yang beresiko yang mempengaruhi riwayat persalinannya dan kondisi umum ibu baik

    7.      Riwayat kehamilan sekarang

    HPHT : 12-5-2012                         TP : 13-02-2013

    Ibu haid sebelumnya teratur, lamanya 7 hari, banyaknya 2-3 ganti doek, dengan siklus 28 hari. ANC dilakukan secara teratur 1 bulan sekali sampai umur kehamilan 9 bulan di bidan . Selama hamil ibu tidak mengalami keluhan berat.

    8.      Riwayat imunisasi

    Selama hamil ibu imunisasi TT 2 kali

    TT I                    : pada usia kehamilan 5 bulan dibidan

    TT II                   : pada usia kehamilan 6 bulan dibidan

    9.      Pergerakan janin dalam 24 jam terakhir

    Ibu merasakan sebelum mulas dirasakan gerakan janin sangat kuat, setelah mulas timbul, ibu merasakan gerakan janin kuat sebanyak 6-7 kali.

    10.  Makan minum terakhir

    Sebelum mulas, ibu makan  minum biasa, tetapi setelah mulas timbul rasa malas makan, tetapi ibu banyak minum air putih

    11.  Pola eliminasi

    a.       Buang air besar terakhir

    Hari ini ibu sudah BAB, ibu biasa BAB 1 x/hari, pada pagi hari, tidak ada keluhan

    b.      Buang Air Kecil terakhir : ibu BAK  lebih sering

    B.     Pemeriksaan

    1.      Pemeriksaan umum

    a.      Keadaan  umum   ibu : baik

    b.      Kesadaran         : Composmentis

    c.      Tanda vital              

    TD                               : 110/60 mmHg          

    RR                               : 20 x/m

    Pols                             : 78 x/m                      

    Temp                           : 360 C

    d.      Tinggi badan      : 155 cm

    e.       Berat badan       : 54

    BB sebelum hamil      : 48 kg

    BB sesudah hamil      : 56 kg

    Kenaikan  BB selama hamil  : 8 kg

    2.       Pemeriksaan fisik

    a.       Kepala                                       : tidak ada benjolan dan lesi

    b.       Rambut                                     :  Bersih dan terawat

    c.       Muka                                         : simetris, keadaan bersih

    d.       Mata                                          : baik

    e.       Hidung                                      : baik 

    f.       Mulut dan gigi                           : bersih dan harum

    g.       Telinga                                      : Pendengaran baik      

    h.       Leher

    1)      Kelenjar tiroid                            :  tidak ada

    2)      Vena jugularis                            :  tidak ada

    3)      Kelenjar getah bening                :  tidak ada 

    i.        Dada                                         :  simetris kanan kiri, gerakan dada seirama,

    j.        Payudara                                   : puting susu menonjol, pengeluaran kolostrum sudah ada

    k.      Punggung dan pinggang  : tidak ada nyeri pinggang

    l.        Ekstremitas atas dan bawah

    1)      Jari-jari                                                   : lengkap        

    2)      Oedema tangan, kaki                             : tidak ada

    3)      Kekakuan otot dan sendi                       : tidak ada

    4)      Kemerahan                                             : tidak ada

    5)      Varises                                                   : tidak ada

    6)      Refleks                                                   : baik

    7)      Fungsi ekstremitas                                 :  baik

    m.    Abdomen                                                : 

    1)      Inpeksi 

    a)      Bekas luka                                              :  tidak ada

    b)      Konsistensi                                            :  keras

    c)      Pembesaran                                            :  sesuai usia kehamilan

    d)     Benjolan                                                 :  tidak ada

    e)      Pembesaran liver                                    :  tidak ada

    f)       Kandung kemih                                     :  kosong

    Keadaan vesika urinaria                            :  kosong

    2)      Palpasi

    a)      Leopold I                                               :  3 jari di bawah px

    b)      Leopold II                                             :  Puka

    c)      Leopold III                                            :  kepala

    d)     Leopold IV                                             :  sudah masuk PAP

    e)      TBJ                                                                                                             3)      Auskultasi

    Denyut  jantung  janin                        :  ada

    DJJ                                                      :  150 x/menit

    n.      Genetalia

    1)      Inpeksi                                                                                                        2)      Pengeluaran pervaginam            :  normal

    o.      Rektum Hemoroid                  :  tidak ada

    3.      Pemeriksaan dalam

    Pemeriksaan dalam atas indikasi pemantauan persalinanan Pukul 17:00 WIB keadaan perineum elastis, serviks tebal dan lembut, pembukaan 3 cm, ketuban (+) persentasi  janin kepala, penurunan bagian terendah 4/5, his timbul 2x dalam 10 menit lamanya 20, kepala di hodge II

    II.       INTERPRETASI DATA DASAR

    1.   Diagnosa

    G1P­­­0A0 hamil 38-40 minggu, janin tunggal, hidup, intrauterin, presentasi kepala, puka, inpartu kala I fase laten

    Dasar :

    DS    :  a.   Ibu mengatakan anak pertama

    b.   Ibu mengatakan mulas dan nyeri perut dibagian bawah serta mengeluarkan lendir kecoklatan bercampur sedikit darah

    DO   :  a.   TP : 13-02-2013

    b.   Pada pemeriksaan dalam pukul 15.39 WIB didapat pembukaan     3 cm, serviks tebal dan lembut, ketuban positif, kepala di hodge II, his 2 dalam 10 menit lamanya 20 detik pengeluaran blood slym

    2.   Masalah: nyeri pinggang

    DS    :  Ibu terlihat gelisah dan kesakitan

    DO   :  His timbul 2 dalam 10 menit, lamanya 20 detik

    3.      Kebutuhan : penyuluhan

    a.    Informasi tentang keadaan ibu

    b.    bagaimana cara mengurangi rasa nyeri

    c.    Persiapan menghadapi persalinan

    d.   Pemantauan kemajuan persalinan

    e.    Menganjurkan suami atau keluarga untuk mendampingi selama persalinan

    f.     Pemberian asupan nutrisi

    III.    IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL YANG BERHUBUNGAN

    Potensial terjadinya partus lama

    Dasar         :      1 . Ibu inpartu kala I awal

           2 . Ibu hamil anak pertama

    IV.    IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TERHADAP TINDAKAN  SEGERA / KOLABORASI

    Tidak ada

     V.       RENCANA MANAJEMEN

    1.      Beritahu ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan

    ·         Jelaskan pada ibu tentang kondisinya saat ini

    ·         Jelaskan kondisinya saat ini

    ·         Jelaskan tentang kemajuan persalinan

    2.      Persiapan ruangan untuk persalinan

    3.      Persiapkan perlengkapan, bahan-bahan dan obat-obatan yang dibutuhkan

    4.      Persiapan rujukan

    5.      Dukung dan anjurkan suami atau keluarga untuk mendampingi ibu

    6.      Anjurkan ibu untuk mencoba posisi yang nyaman selama persalinan

    7.      Anjurkan ibu supaya tetap mendapat asupan nutrisi selama persalinan

    8.      Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya

    9.      Jelaskan manfaat meneran efektif dan ajarkan serta pimpin ibu meneran yang baik dan efektif

    10.  Jaga lingkungan tetap bersih untuk pencegahan infeksi

    11.  Yakinkan ibu bahwa persalinan akan lancar

    12.  Lakukan pengawasan kala II / observasi dengan partograf

    VI.    IMPLEMENTASI LANGSUNG

    1.      Memberitahukan pada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan, bahwa;

    ·           Kondisi ibu saat ini telah memasuki proses persalinan dengan ada tanda-tanda persalinan yaitu mulas-mulas pada perut bagian bawah keluar lendir berwarna kecoklatan bercampur sedikit darah

    ·           Kondisi bayinya sehat dengan posisi normal dan DJJ 134 x/menit

    ·           Proses persalinannya telah memasuki 3-4 cm

    2.      Menyiapkan ruangan untuk persalinan

    3.      Menyiapkan  perlengkapan persalinan

    ·           Menyipakan alat persalinan : partus set, heating set, radian warner

    ·           Menyiapkan alat resusitasi

    ·                Menyiapkan pakaian bayi

    ·               Menyiapkan alat penanganan syok dan perdarahan

    4.      Mempersiakan rujukan jika terjadi penyulit dalam persalinan

    5.      Mendukung dan menganjurkan suami dan keluarga untuk mendampingi ibu

    6.      Menganjurkan ibu untuk mencoba posisi yang nyaman selama persalinan

    7.      Menganjurkan ibu supaya tetap mendapat asupan nutrisi selama persalinan    dengan makan dan minum

    8.   Menganjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemih

    9.  Menjelaskan manfaat meneran efektif pada ibu yaitu apabila ibu meneran dengan baik, dapat membantu mempercepat penurunan kepala dan pengeluaran bayi

    b.    Mengajarkan dan memimpin ibu cara mengejan yang baik dan efektif yaitu mengejan yang dilakukan pada saat his dan bila telah memasuki kala II persalinan sehingga diagfragma berfungsi lebih baik, badan ibu dilengkungkan dan dengan dagu di dada, kaki ditarik kearah badan sehingga lengkungan badan dapat membantu mendorong janin.

    10. Menjaga lingkungan tetap bersih untuk pencegahan infeksi

    11. Meyakinkan ibu bahwa persalinan akan lancar

    12  Melakukan pengawasan kala II dengan partograf

    BAB V

    PENUTUP

    A.     KESIMPULAN

    1.        Bahwa dalam menegakkan diagnosa yang tepat maka haruslah dilakukan pengkajian pad ibu yang akan brsalin secara menyeluruh yang meliputi anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan dalam dan pemeriksaan laboratorium.

    2.        Dalam memberikan asuhan kebidanan pada proses bersalin penolong  (bidan) harus memahami kondisi psikologi ibu dan langkah pada memberikan pertolongan dengan harapan persalinan berlangsung aman, nyaman, dan bersih tanpa adanya komplikasi yang mungkin terjadi.

    3.        Bahwa psikoogi ibu dalam bersalin juga perlu diperhatikan yaitu dengan mengikutsertakan orang terdekat sehingga ibu mendapat support selama persalinan, karena dengan psikologi ibu yang baik juga berpegaruh baik dengan proses persalinan  

    B.     SARAN

    1.   Untuk Bidan

    Dalam menolong persalinan agar berpedoman pada 58 langkah asuhan persalinan normal serta tidak mengabaikan aseptik dan antiseptik dalam penanganannya lebih memperhatikan kebutuhan klien baik fisik dan mental yaitu dengan melakukan pengkajian menyeluruh sehinga dapat memberikan asuhan kebidanan yang komprehensif.

    2.   Untuk Keluarga

    Hendaknya selalu memberikan dorongan dan semangat kepada ibu, dan selalu membantu ibu dalam proses persalianan dan  memenuhi kebutuhannya.

  • Makalah Askep Tifoid

    Askep Tifoid

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Demam thypoid merupakan salah satu penyakit infeksi endemis di Asia, Afrika, Amerika latin, Karibia, Oceania dan jarang terjadi di Amerika Serikat dan Eropa. Menurut data WHO, terdapat 16 juta hingga 30 juta kasus thypoid di seluruh dunia dan diperkirakan sekitar 500,000 orang meninggal setiap tahunnya akibat penyakit ini. Asia menempati urutan tertinggi pada kasus thypoid ini, dan terdapat 13 juta kasus dengan 400,000 kematian setiap tahunnya.

    Kasus thypoid diderita oleh anak-anak sebesar 91% berusia 3-19 tahun dengan angka kematian 20.000 per tahunnya. Di Indonesia, 14% demam enteris disebabkan oleh Salmonella Parathypi A. Demam tifoid pada masyarakat dengan standar hidup dan kebersihan rendah, cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka kejadian tinggi pada daerah tropik dibandingkan daerah berhawa dingin. Penyakit ini banyak diderita oleh anak-anak, namun tidak menutup kemungkinan untuk orang dewasa. Penyebabnya adalah kuman sallmonela thypi atau sallmonela paratypi A, B dan C.

    Penyakit typhus abdominallis sangat cepat penularanya yaitu melalui kontak dengan seseorang yang menderita penyakit typhus, kurangnya kebersihan pada minuman dan makanan, susu dan tempat susu yang kurang kebersihannya menjadi tempat untuk pembiakan bakteri salmonella, pembuangan kotoran yang tak memenuhi syarat dan kondisi saniter yang tidak sehat menjadi faktor terbesar dalam penyebaran penyakit typhus.

    Dalam masyarakat, penyakit ini dikenal dengan nama thypus, tetapi didalam dunia kedokteran disebut dengan Tyfoid fever atau thypus abdominalis, karena pada umumnya kuman menyerang usus, maka usus bisa jadi luka dan menyebabkan pendarahan serta bisa mengakibatkan kebocoran usus.

    Untuk itu kami menyusun makalah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Demam Tifoid” dengan tujuan agar mahasiswa memahami dan mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan demam tifoid.

    B. Tujuan

    1.      Tujuan umum :

    Mahasiswa dapat mengetahui dan mencegah terjadinya demam tifoid serta mengimplementasikan asuhan keperawatan demam thypoid di lapangan.

    2.      Tujuan khusus :

    a.         Mengetahui konsep medik dan asuhan keperawatan pada penyakit demam tifoid

    b.        Mampu mengaplikasikan tindakan keperawatan sesuai konsep dan sesuai indikasi klien

    C. Manfaat Penulisan

    1.      Mendapatkan pengetahuan tentang penyakit demam tifoid

    2.      Mendapatkan pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan demam tifoid

    Bab II. Kajian Pustaka

    A.    KONSEP DEMAM TIFOID

    1.      Pengertian

    Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 7 hari, gangguan pencernaan dan dan gangguan kesadaran (Mansjoer, 2000). Demam tifoid adalah penyakit menular yang bersifat akut, yang ditandai dengan bakterimia, perubahan pada sistem retikuloendotelial yang bersifat difus, pembentukan mikroabses dan ulserasi Nodus peyer di distal ileum. (Soegeng, 2002).

    Tifus abdominalis adalah suatu infeksi sistem yang ditandai demam, sakit kepala, kelesuan, anoreksia, bradikardi relatif, kadang-kadang pembesaran dari limpa/hati/kedua-duanya (Djauzi & Sundaru; 2003). Typhus Abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu minggu dan terdapat gangguan kesadaran (Suryadi, 2001).

    2.      Etiologi

    Etiologi typhoid adalah salmonella typhi, salmonella para typhi A. B dan C. Ada dua sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus mengekresi salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun.

    3.      Manifestasi Klinis

    Masa inkubasi 10-14 hari. Penyakit ini mempunyai tanda-tanda yang khas berupa perjalanan yang cepat yang berlangsung kurang lebih 3 minggu. Gejala Demam Tifoid antara lain sebagai berikut :

    Ø  Demam > 1 minggu terutama pada malam hari

                Demam tidak terlalu tinggi dan berlangsung selama 3 minggu. Minggu pertama peningkatan suhu tubuh berfluktuasi. Biasanya suhu tubuh meningkat pada malam hari dan menurun pada pagi hari. Pada minggu kedua suhu tubuh terus meningkat dan pada minggu ke tiga suhu berangsur-angsur turun dan kembali  normal.

    Ø  Nyeri kepala

    Ø  Malaise

    Ø  Letargi

    Ø  Lidah kotor

    Ø  Bibir kering pecah-pecah (regaden)

    Ø  Mual, muntah

    Ø  Nyeri perut

    Ø  Nyeri otot

    Ø  Anoreksia

    Ø  Hepatomegali, splenomegali

    Ø  Konstipasi, diare

    Ø  Penurunan kesadaran

    Ø  Macular rash, roseola (bintik kemerahan) akibat emboli basil dalam kapiler

    Ø  Epistaksis

    Ø  Bradikardi

    Ø  Mengigau (delirium)

    5.      Pemeriksaan Diagnostik

    a.       Pemeriksaan leukosit

    Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid.

    b.      Pemeriksaan SGOT dan SGPT

    Sgot Dan Sgpt pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid.

    c.       Biakan darah

    Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor :

    1)      Teknik pemeriksaan Laboratorium

    Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung.

    2)      Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit

    Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah dapat positif kembali.

    3)      Vaksinasi di masa lampau

    Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah negatif.

    4)      Pengobatan dengan obat anti mikroba

    Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin negatif.

    d.      Uji Widal

    Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita tifoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu :

    1)      Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman).

    2)      Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel kuman).

    3)      Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman)

    Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita tifoid (Widiatuti, 2001).

    2.      Penatalaksanaan

    a.       Perawataan

    1)      Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam atau 14 hari untuk mencegah komplikasi perdarahan usus.

    2)      Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila ada komplikasi perdarahan.

    b.      Diet

    1)      Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein.

    2)      Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.

    3)      Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.

    4)      Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari.

    c.       Obat-obatan

    1)      Kloramfenikol.

    Dosis yang diberikan adalah 4 x 500 mg perhari, dapat diberikan secara oral atau intravena, sampai 7 hari bebas panas

    2)      Tiamfenikol.

    Dosis yang diberikan 4 x 500 mg per hari.

    3)      Kortimoksazol.

    Dosis 2 x 2 tablet (satu tablet mengandung 400 mg sulfametoksazol dan 80 mg trimetoprim)

    4)      Ampisilin dan amoksilin.

    Dosis berkisar 50-150 mg/kg BB, selama 2 minggu

    5)      Sefalosporin Generasi Ketiga.

    Dosis 3-4 gram dalam dekstrosa 100 cc, diberikan selama ½ jam per-infus sekali sehari, selama 3-5 hari

    6)      Golongan Fluorokuinolon

    a)      Norfloksasin                    : dosis 2 x 400 mg/hari selama 14 hari

    b)      Siprofloksasin                  : dosis 2 x 500 mg/hari selama 6 hari

    c)      Ofloksasin                       : dosis 2 x 400 mg/hari selama 7 hari

    d)     Pefloksasin                      : dosis 1 x 400 mg/hari selama 7 hari

    e)      Fleroksasin                      : dosis 1 x 400 mg/hari selama 7 hari

    f)       Kombinasi obat antibiotik. Hanya diindikasikan pada keadaan tertentu seperti: Tifoid toksik, peritonitis atau perforasi, syok septik, karena telah terbukti sering ditemukan dua macam organisme dalam kultur darah selain kuman Salmonella typhi. (Widiastuti S, 2001).

    B.     KONSEP KEPERAWATAN

    1.      Pengkajian

    a.       Identitas klien

    b.      Dapat terjadi pada anak laki-laki dan perempuan, kelompok umur yang terbanyak adalah diatas umur lima tahun. Faktor yang mendukung terjadinya demam thypoid adalah iklim tropis social ekonomi yang rendah sanitasi lingkungan yang kurang.

    c.       Keluhan utama

    Pada pasien typus abdominalis keluhan utamanya adalah demam.

    d.      Riwayat penyakit sekarang

    Demam yang naik turun remiten, demam dan mengigil lebih dari satu minggu.

    e.       Riwayat penyakit dahulu

    Tidak didapatkan penyakit sebelumnya.

    f.       Riwayat penyakit keluarga

    Keluarga ada yang karier

    g.      Riwayat psiko social dan spiritual

    Kelemahan dan gangguan interaksi sosial karena bedrest serta terjadi kecemasan.

    h.      Riwayat tumbuh kembang

    Tidak mengalami gangguan apapun, terkadang hanya sakit batuk pilek biasa

    i.        Activity Daily Life

    1)      Nutrisi : pada klien dengan demam tifoid didapatkan rasa mual, muntah, anoreksia, kemungkinan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

    2)      Eliminasi : didapatkan konstipasi dan diare

    3)      Aktifitas : badan klien lemah dan klien dianjurkan untuk istirahat dengan tirah baring sehingga terjadi keterbatasan aktivitas.

    4)      Istirahat tidur : klien gelisah dan mengalami kesulitan untuk tidur karena adanya peningkatan suhu tubuh.

    5)      Personal hygiene : klien dianjurkan bedrest sehingga mengalami gangguan perawatan diri. Perlu kaji kebiasaan klien dalam personal hygiene seperti tidak mencuci tangan sebelum makan dan jajan di sembarang tempat.

    j.        Pemeriksaan fisik

    1)      Mata : kelopak mata cekung, pucat, dialtasi pupil, konjungtifa pucat kadang di dapat anemia ringan.

    2)      Mulut : Mukosa bibir kering, pecah-pecah, bau mulut tak sedap. Terdapat beslag lidah dengan tanda-tanda lidah tampak kering dilatasi selaput tebal dibagian ujung dan tepi lidah nampak kemerahan, lidah tremor jarang terjadi.

    3)      Thorak : jantung dan paruh tidak ada kelainan kecuali jika ada komplikasi. Pada daerah perangsang ditemukan resiola spot.

    4)      Abdomen : adanya nyeri tekan, adanya pembesaran hepar dan limpa, distensi abdomen, bising usus meningkat

    5)      Ekstrimitas : Terdapat rosiola dibagian fleksus lengan atas.

    2.      Diagnosa Keperawatan

    a.       Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses inflamasi kuman salmonella thypi.

    b.      Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, mual, muntah dan anoreksia.

    c.       Resiko devisit volume cairan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, kehilangan cairan berlebih akibat muntah dan diare.

    d.      Gangguan pola eliminasi BAB berhubungan dengan konstipasi

    e.       Ansietas berhubungan dengan proses hospitalisasi, kurang pengetahuan tentang penyakit dan kondisi anaknya

    3.      Intervensi Keperawatan

    NoDiagnosa KeperawatanTujuanIntervensiRasional
    1Peningkatan suhu tubuh (Hipertermi) berhubungan dengan proses infeksi Salmonella Typhi.Tujuan :Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3 x
    24 jam, suhu tubuh normal.Kriteria hasil :–          TTV dalam batas normal–          TD : 80-120/60-80 mmhg–          N : 120-140 x/i (bayi), 100-120 (anak)–          S : 36,5-370C–          P : 30-60 x/i (bayi), 15-30 x/i (anak)

    ü  Observasi tanda-tanda vitalü  Beri kompres pada daerah dahiü  Anjurkan untuk banyak minum air putihü  Kolaborasi pemberian antiviretik, antibiotikü  Tanda-tanda vital berubah sesuai tingkat perkembangan penyakit dan menjadi indikator untuk melakukan intervensi selanjutnyaü  Pemberian kompres dapat menyebabkan peralihan panas secara konduksi dan membantu tubuh untuk menyesuaikan terhadap panasü  Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyakü  Mempercepat proses penyembuhan, menurunkan demam. Pemberian antibiotik menghambat pertumbuhan dan proses infeksi dari bakteri
    2Resiko pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, mual, muntah dan anoreksia.Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam kekurangan nutrisi tidak terjadi.Kriteria hasil :-           Nafsu makan meningkat,-          Tidak ada keluhan anoreksia, nausea,-          Porsi makan dihabiskan
    ü  Kaji kemampuan makan klienü  Berikan makanan dalam porsi kecil tapi seringü  Beri nutrisi dengan diet lunak, tinggi kalori tinggi proteinü  Anjurkan kepada orang tua klien/keluarga untuk memberikan makanan yang disukaiü  Anjurkan kepada orang tua klien/keluarga untuk menghindari makanan yang mengandung gas/asam, pedasü  Kolaborasi. Berikan antiemetik, antasida sesuai indikasiü  Untuk mengetahui perubahan nutrisi klien dan sebagai indikator intervensi selanjutnyaü  Memenuhi kebutuhan nutrisi dengan meminimalkan rasa mual dan muntahü  Memenuhi kebutuhan nutrisi adekuatü  Menambah selera makan dan dapat menambah asupan nutrisi yang dibutuhkan klienü  dapat meningkatkan asam lambung yang dapat memicu mual dan muntah dan menurunkan asupan nutrisiü  Mengatasi mual/muntah, menurunkan asam lambung yang dapat memicu mual/muntah
    3Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, kehilangan cairan berlebih akibat muntah dan diare.Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24
    jam, tidak terjadi defisit volume cairan
    Kriteria hasil :-          Tidak terjadi tanda-tanda dehidrasi,-          Keseimbangan intake dan output dengan urine normal dalam konsentrasi jumlah
    ü  Kaji tanda dan gejala dehidrasi hypovolemik, riwayat muntah, kehausan dan turgor kulitü  Observasi adanya tanda-tanda syok, tekanan darah menurun, nadi cepat dan lemahü  Berikan cairan peroral pada klien sesuai kebutuhanü  Anjurkan kepada orang tua klien untuk mempertahankan asupan cairan secara dekuatü  Kolaborasi pemberian cairan intravenaü  Hipotensi, takikardia, demam dapat menunjukkan respon terhadap dan atau efek dari kehilangan cairanü  Agar segera dilakukan tindakan/ penanganan jika terjadi syokü  Cairan peroral akan membantu memenuhi kebutuhan cairanü  Asupan cairan secara adekuat sangat diperlukan untuk menambah volume cairan tubuhü  Pemberian intravena sangat penting bagi klien untuk memenuhi kebutuhan cairan
    4Gangguan pola eliminasi BAB berhubungan dengan konstipasiTujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, pola eliminasi kembali normal.
    Kriteria hasil :-          Klien melaporkan BAB lancar-          Konsistensi lunak
    ü  Kaji pola eliminasi klienü  Auskultasi bising ususü  Selidiki keluhan nyeri abdomenü  Observasi gerakan usus, perhatikan warna, konsistensi, dan jumlah fesesü  Anjurkan makan makanan lunak, buah-buahan yang merangsang BABü  Kolaborasi. Berikan pelunak feses, supositoria sesuai indikasiü  Sebagai data dasar gangguan yang dialami, memudahkan intervensi selanjutnyaü  Penurunan menunjukkan adanya obstruksi statis akibat inflamasi, penumpukan fekalitü  Berhubungan dengan distensi gasü  Indikator kembalinya fungsi GI, mengidentifikasi ketepatan intervensiü  Mengatasi konstipasi yang terjadiü  Mungkin perlu untuk merangsang peristaltik dengan perlahan
    5Ansietas berhubungan dengan proses hospitalisasi, kurang pengetahuan tentang penyakit dan kondisi anaknyaTujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, kecemasan teratasi
    Kriteria hasil :-          Ekspresi tenang-          Orang tua klien tidak sering bertanya tentang kondisi anaknya
    ü  Kaji tingkat kecemasan yang dialami orang tua klienü  Beri penjelasan pada orang tua klien tentang penyakit anaknyaü  Beri kesempatan pada orang tua klien untuk mengungkap kan perasaan nyaü  Libatkan orang tua klien dalam rencana keperawatan terhadap anaknyaü  Untuk mengeksplorasi rasa cemas yang dialami oleh orang tua klienü  Meningkatkan pengetahuan orang tua klien tentang penyakit anaknyaü  Mendengarkan keluhan orang tua agar merasa lega dan merasa diperhatikan sehingga beban yang dirasakan berkurangü  Keterlibatan orang tua dalam perawatan anaknya dapat mengurangi kecemasan

     BAB III

    ASUHAN KEPERAWATAN

    A. PENGKAJIAN

    1.      Identitas Klien          

    Nama                                       : An. D

    Tempat/Tanggal Lahir : Mandailing/04 September 2008

    Nama Ayah/ibu                       : Tn. N/Ny. I

    Pekerjaan Ayah                       : TNI-AD

    Pekerjaan Ibu                          : IRT

    Alamat                                                : Asrama 122, Dolok Masihule

    Suku                                        : Mandailing

    Agama                                     : Islam

    Pendidikan                              : SMA

    2.      Keluhan Utama

    Ibu klien mengatakan anaknya demam selama 5 hari, demamnya naik turun dan tidak membaik dengan obat penurun panas yang telah diberikan.

    3.      Riwayat Kehamilan dan Kelahiran

    a.       Prenatal                

    Ibu klien mengatakan tidak ada masalah selama kehamilan An. D, ibu klien memeriksakan kandungannya ke bidan setempat dan dokter kandungan.

    b.      Natal                     

    Ibu klien mengatakan kelahiran An. D secara normal dan dibantu oleh bidan setempat dengan BB An. D adalah 2.8 Kg dan An. D tidak mengalami masalah.

    c.       Postnatal               

    Ibu klien mengatakan tidak ada mengalami pendarahan hebat ataupun masalah lainnya setelah kelahiran An. D

    4.      Riwayat Masa Lalu

    a.       Penyakit waktu kecil        

    Orang tua klien mengatakan sewaktu kecil An. D sering mengalami demam, batuk dan pilek.

    b.      Pernah dirawat dirumah sakit      

    Ibu klien mengatakan bahwa An. D sebelumnya tidak pernah di rawat di Rumah Sakit, apabila sakit hanya diberikan obat yang diperoleh dari bidan setempat.

    c.       Obat-obat yang digunakan           

    Ibu klien selalu menyediakan obat paracetamol di rumahnya.

    d.      Tindakan (operasi)            

    Tidak ada

    e.       Alergi                               

    Ibu klien mengatakan bahwa An. D tidak ada riwayat alergi baik makanan/pun minuman.

    f.       Kecelakaan

    Ibu klien mengatakan An. D tidak pernah dan jangan sampai terjadi kecelakaan.

    g.      Imunisasi

    Ibu klien mengatakan bahwa imunisasi An. D sudah lengkap karena sangat penting bagi anak.

    5.      Riwayat Keluarga

    Genogram :

    6.      Riwayat Sosial

    a.       Yang mengasuh

    Ny. I dan Tn. N

    b.      Hubungan dengan anggota keluarga        

    Terjalin baik, An. D sering bermain dengan abangnya dan bercanda dengan kedua orang tuanya.

    c.       Hubungan dengan teman sebaya 

    Ibu klien mengatakan An. D sering bermain dengan anak-anak di sekitar rumahnya

    d.      Pembawaan secara umum            

    Ibu klien mengatakan bahwa An. D sangat ceria, baik dan ramah dengan orang yang sudah dikenalnya.

    e.       Lingkungan rumah                                   

    Ibu klien mengatakan bahwa An. D tinggal di asrama tentara dengan kondisi rumah bersih, menyatu antara 1 dengan lainnya, komunikasi antar tetangga terjalin dengan sangat baik.

    7.      Kebutuhan Dasar

    a.       Makanan

    1)      Makanan yang disukai/ tidak disukai

    Ibu klien mengatakan bahwa sebelum sakit, makanan yang disukai An. D adalah telur, buah apel, dan jajanan. Selama sakit, An. D masih menyukai telur dan buah apel, sedangkan ikan, pisang, pepaya An. D kurang suka.

    2)      Selera

    Ibu klien mengatakan bahwa An. D selera makan hanya dengan telur, dan kecap saja sudah cukup.

    3)      Alat makan yang dipakai

    Piring, sendok, dan cangkir.

    4)      Pola makan/jam

    Ibu klien mengatakan bahwa An. D sebelum sakit makan 3x/hari dan dihabiskan. Selama sakit makan 3x/hari itupun tidak dihabiskan.

    b.      Pola tidur

    1)      Kebiasaan sebelum (perlu mainan, dibacakan cerita, benda yang dibawa tidur)

    Ibu klien mengatakan bahwa An. D kebiasaan sebelum tidur tidak ada, terkadang ibu klien harus mengelus-elus punggung An. D karena sakit.

    2)      Tidur siang

    Ibu klien mengatakan bahwa An. D jarang sekali tidur siang karena lebih banyak dihabiskan untuk bermain.

    c.       Mandi

    Ibu klien mengatakan bahwa An.D mandi 2 x /sehari, pagi sebelum pergi kesekolah, dan sore hari, sedangkan selama sakit An. D belum pernah mandi.

    d.      Aktivitas bermain

    Ibu klien mengatakan bahwa An. D setelah pulang dari sekolah langsung bermain bersama teman-teman di sekitar rumah. Selama sakit hanya berbaring di tempat tidur.

    e.       Eliminasi

    Ibu klien mengatakan bahwa An. D sebelum sakit BAB sebanyak 1 x/hari, dan BAK tidak tentu, sedangkan selama ± 1 minggu sampai sekarang (29 April 2013) belum ada BAB, dan BAK ± 4 x/hari selama di rawat.

    8.      Keadaan Kesehatan Saat Ini

    a.       Diagnosa  medis                : Susp. Typhoid Fever

    b.      Tindakan operasi               : Tidak ada

    c.       Status cairan                      : Ringer Laktat

    d.      Status nutrisi                     : Diet M2 TKTP

    e.       Obat-obatan                      :

    –          Cotrimoxazole 2 x cth I

    –          PCT 3 x1 tab

    –          Lactulosa 3 x cth I

    f.       Aktivitas                            : An. D terbaring lemah di tempat tidur, aktivitas

      dibantu dan klien terpasang infus di kaki kanan.

    g.      Tindakan keperawatan      :

    –          Melakukan pemeriksaan Tanda-tanda Vital

    –          Menganjurkan orang tua klien melakukan kompres hangat

    –          Menjelaskan pentingnya memakai pakaian yang tipis dan menyerap keringat

    –          Menganjurkan An. D untuk banyak istirahat selama fase akut

    h.      Hasil lab                            :      Tanggal 28 April 2013

    –          Haemoglobin       : 15.6 g/dl

    –          Hematokrit          : 46,9 %

    –          Leukosit               : 9.800/ml

    –          Trombosit            : 189.000/ml

    –          LED                     : 5 mm

    –          Widal                   :

    ·         O       : 1/80 1/80 1/40 1/80

    ·         H       : 1/40 1/40 1/80 1/80

    i.        Foto roentgen                    : Tidak ada

    j.        Lain-lain                            : Tidak ada

    9.      Pemeriksaan Fisik

    a.       Keadaan umum                : Lemah, tingkat kesadaran : Composmentis

    b.      TB/BB                              : 118 cm, 27 Kg

    c.       Lingkar kepala                 : 49 cm

    d.      Kepala                   

    Tulang kepala normosefalik, rambut hitam, kulit kepala bersih, tekstur lembut, distribusi rapat, dan kuat, tidak teraba massa, nyeri tekan (-), frontal teraba panas.

    e.       Mata                      

    Ketajaman penglihatan baik, sklera putih (tidak ada perdarahan), konjungtiva merah muda, ptosis (-), refleks cahaya (+ 2), pupil isokor.

    f.       Leher                               

    Trakea tepat berada di garis tengah, pembesaran tyroid (-), nyeri tekan (-), refleks menelan (+).

    g.      Telinga                            

    Ketajaman terhadap suara (+), tidak ada serumen, cairan (-), simetris antara d/s, kelainan bentuk (-)

    h.      Hidung    

    Septum digaris tengah, pernafasan cuping hidung (-), tidak beringus, bersih, dan tidak ada nyeri tekan.                

    i.        Mulut                  

    Bibir kering, caries gigi (-), beslag (+), gusi merah muda, otot maseter (+), gerakan lidah baik.

    j.        Dada                   

    Thorak simetris, ekspansi dada baik, vibrasi dinding dada sama, puting (+2), deformitas (-), fraktur iga (-), nyeri tekan (-). 

    k.      Paru- paru                        

    Suara napas vesikuler, RR : 32 x/i, bunyi paru resonan

    l.        Jantung                

    Bunyi S1 dan S2 terdengar jelas, tidak terdengar bunyi jantung tambahan, HR : 130 x/i.        

    m.    Perut                    

    Umbilikus simetris, acites (-), suepel (+), nyeri tekan (-), peristaltik usus (+) 8 x/i, tekstur kulit lembut dan elastis (< 2 detik)

    n.      Punggung                        

    Massa (-), luka (-), nyeri tekan (-)

    o.      Genetalia                         

    Bentuk normal, skrotum (+), meatus uretra (+), testis (+2), nyeri tekan (-)

    p.      Ektremitas

    1)      Ekstremitas atas         : Edema (-), ekstremitas hangat, luka (-), terdapat bekas pemasangan infus (dekstra), jari lengkap, kekuatan otot (+)

    a.       Ekstremitas bawah      : Tidak ada varises, nyeri tekan (-), kekuatan otot (+)

    5          5

    4          4

    q.      Tanda vital

    a.    RR                               : 32      x/menit

    b.    HR                               : 130    x/menit

    c.    TD                               : 85/60 mmHg

    d.   Temp                           : 38,1   0C

    10.  Pemeriksaan Tinggkat Perkembangan

    a.       Kemandirian bergaul       

    An. D mudah berinteraksi dengan orang lain

    b.      Motorik halus                  

    An. D sudah bisa menggambar, mewarnai dan menjelaskan gambar yang telah dibuatnya

    c.       Motorik kasar                  

    An. D dapat menangkap bola dan melemparkannya, dapat melompat dan dapat berjalan dengan 1 kaki

    d.      Kognitif                          

    An. D dapat mengingat nama ayah dan ibunya, dapat menjumlahkan penjumlahan yang sederhana (misalnya 1 + 1 = 2)

    e.       Bahasa                              :

    Bahasa yang digunakan sehari-hari oleh An. D adalah bahasa Indonesia. An. D berbicara dengan sangat jelas dan mudah dimengerti.

    11.  Pemeriksaan Penunjang      

    Pemeriksaan laboraturium (terlampir dihalaman 39)

    12.  Ringkasan Riwayat Keperawatan

    Dari hasil pengkajian didapatkan hasil bahwa An. D demam selama 5 hari, suhu tubuh 38,1 0C, BAB (-) selama 1 minggu, peristaltik usus 8 x/i, An. D rewel, muntah (-), mual (-), tingkat kesadaran : composmentis, ekstremitas bawah (+4), An. D terbaring lemah di tempat tidur.

    13.  Masalah Keperawatan

    a.       Peningkatan suhu tubuh

    b.      Gangguan pola eliminasi

    c.       Intoleransi aktivitas

    B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN

    1.      Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan proses infeksi Salmonella Typhi.

    2.      Gangguan pola eliminasi (BAB) berhubungan dengan konstipasi

    3.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik, tirah baring

    ANALISA DATA

    NoDataEtiologiMasalah
    1Ds :ü  Ibu klien mengatakan demam ± selama 5 hari demam bersifat naik turun, ibu klien mengatakan sudah memberi obat penurun panas tetapi tidak membaikDo :ü  Teraba panasü  An.D rewelü  T    : 38.1 0cü  RR : 32 x/iü  HR : 120 x/iü  Pct 3×1 tabInvasi bakteri salmonela typhi melalui makanan atau minuman 
    Terjadi peradangan pada saluran cerna 
    Dilepaskannya zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang 
    Demam tipoid 
    Peningkatan suhu tubuh (hipertermi)
    Peningkatan suhu tubuh (hipertermi)
    2Ds :ü  Ibu klien mengatakan bahwa An. D sebelum sakit BAB sebanyak 2 x/hari, sedangkan selama ± 1 minggu sampai sekarang (29 April 2013) belum ada BABü  Ibu klien mengatakan makanan yang disukai An. D adalah telur, buah apel, dan jajanan. Sedangkan pisang, pepaya dan ikan An. D kurang sukaDo :ü  Makan nasi + telur + kecapü  Makan apel (+)ü  Peristaltik usus (8 x/i)ü  BAB (-)ü  Mual, muntah (-)ü  Abdomen : Suepelü  Suara abdomen : TympaniTerjadi peradangan pada saluran cerna 
    Penurunan kerja motilitas usus 
    Konstipasi 
    Gangguan pola eliminasi (BAB)
    Gangguan pola eliminasi (BAB)
    3Ds :ü  Ibu klien mengatakan badan anaknya lemasDo :ü  k/u : lemahü  Kekuatan otot (+4)ü  Terbaring di tempat tidurü  Terpasang infusü  Aktivitas dibantu Ny. IProses infeksi virus Salmonella Typhi 
    Penurunan sistem metabolisme tubuh 
    Kelemahan fisik 
    Imobilisasi 
    Intoleransi aktivitas
    Intoleransi aktivitas

    C.    INTERVENSI KEPERAWATAN

    NoDiagnosa KeperawatanRencana Tindakan Keperawatan
    TujuanIntervensiRasional
    1Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) b/d proses infeksi Salmonella TyphiSetelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 x 12 jam, diharapkan suhu klien menurun.KH :1.      Suhu tubuh dalam batas normal (36-37 0C)2.      Membran mukosa lembab3.      Pengisian kapiler < 2 detik4.      An. D tidak rewel (rileks)-           1.      Ukur tanda-tanda vital setiap 2/4 jam2.      Observasi membran mukosa bibir, pengisian kapiler dan turgor kulit3.      Anjurkan untuk minum ± 2-2,5 L/menit4.      Anjurkan kompres hangat pada dahi, ketiak, dan lipat paha5.      Anjurkan untuk tirah baring/pembatasan aktivitas selama fase akut6.      Anjurkan untuk menggunakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat7.      Kolaborasi dalam pemberian terapi sesuai indikasi8.      Observasi hasil pemeriksaan darah dan feses9.      Observasi adanya peningkatan suhu terus menerus, distensi abdomen, dan nyeri abdomen1.      Sebagai dasar untuk menentukan intervensi2.      Untuk identifikasi tanda-tanda dehidrasi akibat demam3.      Kebutuhan cairan dalam tubuh cukup mencegah terjadinya demam4.      Kompres hangat memberi efek vasodilatasi pembuluh darah sehingga mempercepat penguapan panas5.      Menurunkan kebutuhan metabolisme tubuh sehingga menurunkan panas6.      Pakaian tipis memudahkan penguapan panas saat penurunan panas klien akan banyak mengeluarkan keringat7.      Untuk menurunkan panas/mengontrol panas, untuk mengatasi infeksi dan mencegah penyebaran infeksi, dan penggantian cairan akibat penguapan panas tubuh8.      Untuk mengetahui perkembangan penyakit typus dan efektifitas terapi9.      Peningkatan suhu terus menerus setelah pemberian antipiretik dan antibiotik kemungkinan terjadinya komplikasi perforasi usus.
    2Gangguan pola eliminasi (BAB) b/d konstipasiSetelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 x 12 jam, diharapkan pola eliminasi klien kembali normal.KH :1.      BAB 1 x/hari2.      Konstipasi lunak3.      Warna feces kuning4.      Tidak berlendir1.      Kaji pola eliminasi klien2.      Asukultasi bunyi usus3.      Kaji adanya keluhan nyeri abdomen4.      Anjurkan makan-makanan yang lunak, buah-buahan yang merangsang BAB5.      Kolaborasi dalam pemberian terapi sesuai indikasi1.      Sebagai data dasar gangguan yang dialami memudahkan intervensi selanjutnya2.      Penurunan menunjukkan adanya obstruksi statis akibat inflamasi, penumpukan fekalit3.      Menandakan adanya gas di perut sehingga mengakibatkan terjadinya distensi abdomen4.      Makanan lunak serta buah-buahan yang kaya akan serat dapat mengatasi konstipasi5.      Dapat merangsang peristaltik usus secara perlahan sehingga masalah konstipasi teratasi
    3Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik, tirah baringSetelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 x 12 jam, diharapkan klien dapat melakukan aktivitas secara bertahap.KH :1.      TTV dalam batas normal2.      Tidak ada keluhan lelah3.      Kekuatan otot meningkat1.      Kaji tingkat toleransi klien terhadap aktivitas2.      Kaji jumlah makanan yang dikonsumsi klien setiap hari3.      Anjurkan klien untuk tidah baring selama fase akut4.      Jelaskan pentingnya pembatasan aktivitas selama perawatan5.      Bantu klien melakukan aktivitas sehari-hari sesuai kebutuhan6.      Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas sehari-hari7.      Berikan kesempatan pada klien melakukan aktivitas sesuai kondisi klien1.      Sebagai dasar untuk menentukan intervensi2.      Untuk mengidentifikasi intake nutrisi klien3.      Untuk menurunkan metabolisme tubuh dan mencegah iritasi usus4.      Untuk mengurangi peristaltik usus sehingga mencegah iritasi usus5.      Kebutuhan aktivitas klien terpenuhi dengan energi minimal, sehinga mengurangi peristaltik usus6.      Partisipasi keluarga meningkatkan kooperatif klien dalam perawatan7.      Meningkatkan partisipasi klien dapat meningkatkan harga diri dan meningkatkan toleransi aktivitas

    D.    IMPLEMENTASI

    NoHari/TglDiagnosaKeperawatanImplementasiEvaluasi
    1SELA
    S
    A30A
    P
    R
    I
    L2013
    Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) b/d proses infeksi Salmonella Typhi1.      Mengukur tanda-tanda vital An. DH :§  T : 38,1 0C§  RR : 28 x/i§  HR : 128 x/iR : An. D rewel (menangis), dan tidak tenang2.      Mengamati membran mukosa bibir, pengisian kapiler dan turgor kulit pada An. DH :·         Bibir kering·         CRT & turgor kulit < 2 detik3.      Menganjurkan An. D untuk banyak minum ± 2-2,5 L/hariH : Minum (+)R : An. D tidak sulit minum4.      Menganjurkan ibu untuk melakukan kompres hangat pada dahi, ketiak, dan lipat pahaH : Ibu melakukan kompres hangat di dahiR : Ny. I mengambil handuk kecil dan air hangat dan melakukan kompres hangat5.      Menjelaskan kepada ibu klien tentang pentingnya tirah baring/pembatasan aktivitas selama fase akutH : Ibu memahami manfaat tirah baring selama fase akut (demam)R : Ibu dan An. D memperhatikan penjelasan yang diberikan6.      Menjelaskan kepada Ibu klien tentang pentingnya menggunakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat bagi An. DH : Baju An. D tipis dan menyerap keringatR : Ibu sudah memahami pentingnya pakaian tipis dan menyerap keringat bagi An. D7.      Berkolaborasi dalam pemberian terapi sesuai indikasiH :·         IVFD RL 30 gtt/i·         Cotrimoxazole 2 x cth II·         Paracetamol 3 x 1 tabR : An. D mau meminum obat yang telah diberikan dan tidak ada tanda-tanda alergi8.      Melihat hasil pemeriksaan darah dan fesesH :·         Hb : 15,6 g/dl·         Ht : 46,9 %·         Leu : 9.103/ml·         Tromb : 189. 103/ml·         LED : 5 mm·         Widal :ü  O : 1/80 1/80 1/40 1/80ü  H : 1/40 1/40 1/80 1/809.      Mengamati adanya peningkatan suhu terus menerus, distensi abdomen, dan nyeri abdomenH : Suhu masih 38,1 0C, distensi abdomen (-), suepel (+)R : An. D mengatakan tidak merasakan sakit dibagian perutS :ü  Ibu klien mengatakan badan anaknya masih panas, walaupun sudah dikompresü  Ibu mengatakan An. D sudah diberikan banyak minumü  Ibu klien mengatakan bahwa An. D tidak banyak berakivitas hanya berbaring di tempat tidurü  Ibu klien mengatakan sudah memberikan pakaian yang tipis dan menyerap keringatü  Ibu klien mengatakan sudah memberikan obat penurun panas yang diberikanO :ü  Teraba panas di dahiü  T : 38 0C, RR : 130 x/i, HR : 30 x/iü  Kompres (+)ü  Minum (+)ü  Terbaring di tempat tidurü  Bibir lembabü  Memakai baju tipis dan menyerap keringatü  Abdomen : suepelü  Paracetamolü  IVFD RL 30 gtt/iA :Masalah peningkatan suhu tubuh teratasi sebagianP : Intervensi dilanjutkan :ü  Kaji TTVü  Anjurkan banyak minumü  Anjurkan untuk kompres hangatü  Kolaborasi dalam pemberian terapi
    2Gangguan pola eliminasi (BAB) b/d konstipasi1.      Menanyakan kepada ibu pola eliminasi An. DH : ibu klien mengatakan An. D belum BAB ± 1 mingguR : An. D mengatakan tidak sesak BAB, Ibu klien mengatakan cemas karena AN. D tidak BAB selama ± 1 minggu2.      Mendengarkan suara peristaltik ususH : Terdengar peristaltik usus3.      Mengkaji adanya keluhan nyeri abdomenH : abdomen : suepel, nyeri (-)R : An. D mengatakan tidak ada sakit dibagian perut4.      Menganjurkan ibu klien untuk memberikan makan-makanan lunak, dan buah-buahan yang merangsang BAB (pisang, pepaya)H : M2 TKTP (pakek telur), makan buah apelR : Ibu klien mengatakan memberikan makanan yang di sediakan oleh RS dan pakek telur, Ibu klien mengatakan An. D hanya mau makan buah apel5.      Berkolaborasi dalam pemberian terapi sesuai indikasiH : Lactulosa 3 x cth IR : An. D mengatakan belum ada BAB S :ü  Ibu klien mengatakan bahwa An. D belum ada BABü  An. D mengatakan tidak merasakan sakit pada perutnyaü  An. D mengatakan tidak ada sesak BABü  An. D mengatakan tidak suka makan buah pepaya dan pisangü  An. D mengatakan sudah minum obatO :ü  BAB (-)ü  Abdomen : suepelü  M2 TKTP + telur rebusü  Makan apel (+)ü  Lactulosa 3 x cth IA :Masalah pola eliminasi belum teratasiP : Intervensi dilanjutkan :ü  Kaji eliminasi klienü  Auskultasi bunyi ususü  Anjurkan makan-makanan lunak dan buahü  Kolaborasi dalam pemberian terapi
    3Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik, tirah baring1.      Mengkaji tingkat toleransi klien terhadap aktivitasH : Hanya bisa duduk dan terbaringR : An. D mengatakan badanya lemah2.      Mengkaji jumlah makanan yang dikonsumsi klienH : Diet M2 TKTP 3x/hari, makan roti (+), makan buah (+)R : Ibu klien mengatakan An. D makan 3 x/hari tetapi tidak dihabiskan3.      Memberi penjelasan kepada ibu untuk menjaga An. D agar tidak banyak bergerakH : An. D hanya terbaring di tempat tidurR : Ibu klien mengatakan akan membatasi aktivitas An. D4.      Membantu klien melakukan aktivitas sesuai kebutuhanH : Membantu An. D dudukR : An. D mengatakan senang bisa duduk5.      Melibatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas sehari-hariH : Ibu klien bekerja sama dengan baikR : Ibu klien mengatakan mau membantu perawat6.      Memberikan kesempatan pada klien melakukan aktivitas sesuai indikasiH : Bermain handphoneR : An. D senang bermain bola di HPS :ü  Ibu klien mengatakan bahwa An. D hanya bisa berbaring dan duduk di tempat tidurü  Ibu klien mengatakan anaknya sulit bergerak karena terpasang infus di kaki sebelah kananO :ü  Berbaring di tempat tidurü  Terpasang infus di kaki sebelah kananü  k/u : lemahA :Masalah aktivitas belum teratasiP : Intervensi dilanjutkan :ü  Kaji tingkat toleransi klien terhadap aktivitasü  Bantu melakukan aktivitas sehari-hari sesuai kebutuhanü  Anjurkan untuk tiraj baring selama fase akutü  Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas sehari-hari
    1RABUO1M
    E
    I2013
    Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) b/d proses infeksi Salmonella Typhi1.      Mengukur tanda-tanda vital An. DH :§  T : 36,2 0C§  RR : 28 x/i§  HR : 92 x/iR : An. D sudah membaik dan terlihat lebih segar2.      Menganjurkan ibu klien untuk memberikan banyak minum apabila demamH : Minum (+)R : Ibu klien akan memberikan banyak minum apabila An. D demam3.      Menganjurkan ibu untuk melakukan kompres hangat apabila demam terulang kembaliH : Ibu akan melakukan kompres hangat apabila demam lagiR : Ibu klien mengucapkan terima kasih atas anjuran yang diberikan4.      Berkolaborasi dalam pemberian terapi sesuai indikasiH :·         IVFD RL 30 gtt/i·         Cotrimoxazole 2 x cth II·         Paracetamol 3 x 1 tabR : An. D mau meminum obat yang telah diberikanS :ü  Ibu klien mengatakan bahwa anaknya sudah tidak demam lagiü  Ibu mengatakan akan menjalankan anjuran yang telah diberikan apabila anaknya demam lagiü  Ibu klien mengatakan masih memberikan obat penurun panas karena takut demamnya terulang lagiü  Ibu klien berterima kasih atas penjelasan yang telah diberikan kepadanyaO :ü  Ekspresi wajah ibu klien terlihat senangü  k/u : membaikü  T : 36,5 0C, RR : 28 x/i, HR : 92 x/iü  Minum (+)ü  Bibir lembabü  Paracetamol 3 x 1 tabü  IVFD RL 30 gtt/iA :Masalah peningkatan suhu tubuh sudah teratasiP : Intervensi dihentikan.
    2Gangguan pola eliminasi (BAB) b/d konstipasi1.      Menanyakan eliminasi kepada An. DH : BAB (-)R : An. D mengatakan belum ada BAB, Ibu klien mengatakan anaknya tidak ada merasakan sesak BAB.2.      Mendengarkan suara peristaltik ususH : Terdengar peristaltik ususR : An. D mengatakan tidak ada sesak BAB3.      Mengingatkan kembali ibu klien untuk memberikan makan-makanan lunak, dan buah-buahan yang merangsang BAB (pisang, pepaya)H : M2 TKTP (pakek telur), makan pisang (+)R : Ibu klien mengatakan anaknya pagi ini makan dengan nasi, telur, dan sayur bening4.      Berkolaborasi dalam pemberian terapi sesuai indikasiH : Diet M2 TKTP, Lactulosa 3 x cth I S :ü  Ibu klien mengatakan bahwa anaknya sudah BAB tetapi sedikitü  Ibu klien mengatakan feces anaknya keras dan bau, berwarna kuningü  Ibu klien mengatakan anaknya juga makan pisang walaupun harus dipaksa terlebih dahuluü  Ibu klien mengatakan siang ini anaknya makan dengan nasi yang telah disediakan dan pakai telurO :ü  Peristaltik usus (+) 12 x/iü  M2 TKTP + telur rebusü  Makan pisang (+) ¼ bagianü  Lactulosa 3 x cth IA :Masalah pola eliminasi teratasiP : Intervensi dihentikan
    3Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik, tirah baring1.      Mengevaluasi tingkat toleransi klien terhadap aktivitasH : Duduk dan berbaringR : An. D mengatakan badanya sudah tidak lemas lagi dan ingin berjalan2.      Membantu klien melakukan aktivitas sesuai kebutuhanH : hanya bisa duduk karena terpasang infus di kaki kananR : An. D mengatakan minta dilepaskan infusnya3.      Mengingatkan untuk tirah baring apabila masih lemahH : k/u : membaikR : An. D mengatakan ya4.      Melibatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas sehari-hariH : Makan dibantu, kencing dibantu, dan duduk mandiriR : Ibu klien mengatakan aktivitas anaknya masih harus dibantuS :ü  Ibu klien mengatakan bahwa infus anaknya sudah dilepas jam 11.00 wibü  Ibu klien mengatakan anaknya sudah membaik karena sudah bisa berjalan dan bermain bersama teman 1 ruanganü  Ibu klien mengatakan senang karena anaknya besok sudah boleh pulangü  Ibu klien mengatakan akan menjaga anaknya agar tidak terlalu kecapaian karena belum sembuh betulü  Ibu klien mengucapkan terima kasih karena sudah perduli dengan anaknyaO :ü  Ekspresi ibu klien senangü  An. D terlihat senang dan bermain bersama teman 1 ruanganü  k/u : baikü  tampak lebih segarA :Masalah aktivitas teratasiP : Intervensi dihentikan oleh mahasiswa. Terapi pengobatan dilanjutkan oleh pegawai ruangan

     BAB IV

    PENUTUP

    A.    Kesimpulan

    Typhoid adalah suatu penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna dan gangguan kesadaran. Penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhi, salmonella type A.B.C penularan terjadi secara pecal, oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi. 

    Cara pencegahan penyakit typoid yang dilakukan adalah cuci tangan setelah dari toilet dan khususnya sebelum makan atau mempersiapkan makanan, hindari minum susu mentah (yang belum dipasteurisasi), hindari minum air mentah, rebus air sampai mendidih dan hindari makanan pedas.

    B.     Saran

    Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan maka dengan adanya makalah ini, diharapkan pembaca dapat memahami tentang penyakit typoid dengan baik.

    DAFTAR PUSTAKA

    Djauzi & Sundaru. 2003. Imunisasi Dewasa. Jakarta : FKUI

    Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius

    Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit, Edisi 2. Jakarta : EGC

    Soegeng, S. 2005. Ilmu Penyakit Anak “Diagnosa dan Penatalaksanaan”. Jakarta : Salemba Medika

    Suryadi. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta : CV Agung Setia

    Syamsuhidayat, W. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC

  • Laporan Askep Bronchopneumonia Pada Anak

    Askep Bronchopneumonia Pada Anak

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Bronchopneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagaian bawah yang mengenai parenkim paru. Bronchopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak Infiltrat (Whalley and Wong, 1996).

    Bronchopneumina adalah frekwensi komplikasi pulmonary, batuk produktif yang lama,tanda dan gejalanya biasanya suhu meningkat, nadi meningkat, pernapasan meningkat (Suzanne G. Bare, 1993).

    Bronchopneumonia disebut juga pneumoni lobularis, yaitu radang paru-paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda-benda asing (Sylvia Anderson, 1994).

    Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa Bronkopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat yang disebabkan oleh bakteri,virus, jamur dan benda asing.

    Pneumonia pada anak dibedakan menjadi :

    1. pneumonia lobaris
    2. pnuemonia intertisial
    3. bronko pneumonia

    Bronko pneumonia disebut juga pnuemonia lobaris, yaitu radang paru – paru yang disebabkan oleh virus, bakteri, jamur dan benda – benda asing.

    B. Etiologi

    Umumnya adalah bakteri, yaitu streptococcus pneumonia dan Haemophillus Influenza pada bayi dan anak kecil ditemukan staphylococus aureus sebagai penyebab pneumonia yang berat, serius dan sangat progresif dengan mortilitas tinggi. Bronchopenomonia ada juga yang disebabkan oleh virus, yaitu Respiratory syntical virus, virus influenza, virus sitomegalik dan ada juga yang disebabkan oleh jamur, yaitu Citoplasma Capsulatum, Criptococcus Nepromas, Blastomices Dermatides, Cocedirides Immitis, Aspergillus Sp, Candinda Albicans, Mycoplasma Pneumonia. Aspirasi benda asing.

    Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya Bronchopnemonia adalah daya tahantubuh yang menurun misalnya akibat malnutrisi energi protein (MEP), penyakit menahun, pengobatan antibiotik yang tidak sempurna.

    C.           Patofisiologi

    Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya disebabkan oleh virus penyebab Bronchopneumonia yang masuk ke saluran pernafasan sehingga terjadi peradangan broncus dan alveolus. Inflamasi bronkus ditandai adanya penumpukan sekret, sehingga terjadi demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual. Bila penyebaran kuman sudah mencapai alveolus maka komplikasi yang terjadi adalah kolaps alveoli, fibrosis, emfisema dan atelektasis

    Kolaps alveoli akan mengakibatkan penyempitan jalan napas, sesak napas, dan napas  ronchi. Fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi paru dan penurunan produksi surfaktan sebagai pelumas yang berpungsi untuk melembabkan rongga pleura. Emfisema (tertimbunnya cairan atau pus dalam rongga paru) adalah tindak lanjut dari pembedahan. Atelektasis mngakibatkan peningkatan frekuensi napas, hipoksemia, acidosis respiratori, pada klien terjadi sianosis, dispnea dan kelelahan yang akan mengakibatkan terjadinya gagal napas. Secara singkat patofisiologi dapat digambarkan pada skema proses sebagai berikut:

    Gambaran patofisiologi

    D.           Gejala Klinis

    Bonkopneumonoia biasa nya di dahului oleh infeksi saluraran nafas bagian atas selama beberapa hari. Suhu biasa nya mencapai 39-40°c. Anak sangat gelisah, dispea, pernafasan cepat dan  dangkal disertai dengan pernafasan cuping hidung dan sianosis di sekitar hidung dan mulut. Batuk biasa nya tidak di jumpai di awal penyakit, anak akan mendapatkan batuk setelah beberapa hari, dimna pada awlanya berupa batuk kering kemudian menjadi batuk produktif.

    E.            Pemeriksaan Diagnostik.

    a.    Pengambilan sekret secara broncoscopy dan fungsi paru untuk preparasi langsung, biakan dan test resistensi dapat menemukan atau mencari etiologinya.

    b.    Secara laboratorik ditemukan leukositosis biasa 15.000 – 40.000 / m dengan pergeseran LED meninggi.

    c.    pemeriksaan darah: Hb di bawah 12 gr %,

    d.   Foto thorax bronkopeumoni terdapat bercak-bercak infiltrat pada satu atau beberapa lobus, jika pada pneumonia lobaris terlihat adanya konsolidasi pada satu atau beberapa lobus.

    F.            Penatalaksaan medis

    o  Oksigen 1-2L/menit

    o  IVFD dekstose 10%: nad 0,9 %: 3:1 + kcl 10 mEq/500 ml cairan ,jumlah cairan sesuai BB, kenaikan suhu ,status dehidrasi.

    o  jika sesk terlalu hebat ,bisa di berikan makanan enteral bertahap melalui selang nasogastrik dengan feeding drip.

    o  koreksi ganguan asam basa elektrolit

    G.           Komplikasi

    Komplikasi dari bronkopneumonia adalah sebagai berikut:

    a.    Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps paru merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang.

    b.    Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.

    c.    Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.

    d.   Infeksi sitemik.

    e.    Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.

    f.     Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.

    BAB II

    LANDASAN TEORISTIS KEPERAWAATAN

    A.           DATA DASAR PENGKAJIAN

    Aktivitas/istirahat

    Gejala : lemah, kelelahan, insomia

    Tanda : letargi penurunan toleransi terhadap aktivitas

    Sirkulasi

    Gejala: riwayat adanya/ GJK kronik

    Tanda : takikardi tampak kemerahan atau pucat

    Itegritas ego

    Gejala : adanya stresor, masalah finansial

    Makanan atau cairan

    Gejala : kehilangan nafsu makan, mual/muntah riwaya DM

    Tanda : distensi abdomen, hipertensi bunyi usus, kulit kering dengan tugor buruk tampak malnutrisi

    Neuro sensori

    Gejala : sakit kepala daerah prontal/infuenza

    Tanda : perubahan mental/bungung/somolen.

    Nyeri kenyamanan

    Gejala : sakit kepala nyeri dada/plauritik, meningkatkan oleh batuk

    Tanda : melindungi area yang sakit pasien umumnya tidur pada posisi yang sakit untuk membatasi gerak.

    Pernafasan

    Gejala : riwayat adanya ISK kronik, PPOM, merokok, takipnea, dipsnea progresif, pernafasan dangkal, penggunaan otot aksesori, pelebaran nasal.

    Tanda : sputum merah muda berkarat atau puruler, perkusi pekak diatas area yang kosolidasi dan premitus taktil dan vokal bertahap meningkat dengan konsulidasi bunyi nafas menurun tidak ada diatas area yang terlibat.

    Keamanan

    Gejala : riwayat gangguan sistem imun, demam 38,5-39 0C

    Tanda : berkeringat mengigil beulang, gemetar.

    Penyuluhan/pembelajaran

    Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan akohol kronis.

    Pertimbangan : dorongan menunjukan lama dirawat 6-8 hari

    Rencana pemulangan : bantuan perawatan diri tugas pemeliharaan rumah.

    BAB III

    LAPORAN KASUS

    A.           PENGKAJIAN

    1.             IDENTITAS ANAK

    Nama                                            :  AGL (Inisial)

    Anak ke                                        :  3 Dari 3 Bersaudara

    Jenis Kelamin                               :  Laki – laki

    Umur                                            :  2 Tahun                               

    Tempat Lahir                                :  Padang

    Tanggal Masuk Rumah Sakit       :  8 Januari 2011

    Tanggal Pengkajian                      :  10 Januari 2011

    Diagnosa Medis                           :  BP

    2.           GENOGRAM

    Ket :

    : laki-laki

    perempuan

    meninggal

    :pasien

    :tinggal serumah

    3.             RIWAYAT MASA LAMPAU

    Penyakit yang pernah diderita     :  Deman biasa, Batuk, Pilek

    Alergi                                           :  Udang

    Kecelakaan                                   :  Belum Pernah mengalami

    Imunisasi                                      :  Campak(+), TT(-), BCG(-), DPT (-), POLIO(-).

    Tidakan yang dilakukan               :  Tidak Ada

    Pernah dirawat                             :  Belum pernah

    Lama dirawat                               :  Tidak ada

    4.             RIWAYAT  KESEHATAN KELUARGA

    Orang Tua                                    :  Thypus

    Saudara Kandung                                    :  6 Bersaudara Si ibu anak ke 4

    Penyait Keturunan                       :  Tidak ada

    Anggota Klrg yg meninggal        :  Kakak Pasien

    Penyebab                                      :  Setelah 4 (empat) hari Post Operasi

    5.             POLA KEBIASAAN SEHARI – HARI

    NOJENIS KEBUTUHANSEBELUM MASUK RSSESUDAH MASUK RS
    A.NUTRISIa.       Makanan yang di sukaib.      Makanan yang tidak di sukaic.       Makanan Pantangand.      Nafsu Makane.       Porsi Makan yang di habiskanf.       Alat Makan yang di pakaiSejenis Makanan ringanUdangSelaera makan adasikit, tapi seringPiring, TanganTidak ada nafsu makanPermen, minyakAnoreksiaTidak ada nafsu makanPiring, di sulang oleh ibu nya
    B.Minumana.       Jumlah Minuman dalam seharib.      Minunam Kesukaanc.       Hal –hal yang menghambat dalam pemenuhan cairan± 4 gelas sehariMinuman yang  tidak streril (X-tea, montea dan sebagai nya)Kurang minumInput cairan ± 3 gelas sehari
    C.Pola Tidura.       Tidur siang……jamb.      Tidur malam…jamc.       Kebiasaan tidur± 5 jam± 8 jamSering ngigauTidak tentuPola tidur tergangguGelisah
    D.Kebersihan Diria.    Mandio  Mandi………x/hario  Peralatan mandi yang dipakaio  Dibantu oleh keluarga/ perawat/ mandirib.    Rambuto  Cuci rambuto  Pakai shampooc.    Sikat Gigio  Berapa x/ hario  Memakai odold.   Mengganti pakaiano  Berapa x/ hari2x sehariSabunIbunya2x sehariJhonson kid2x sehariPepsoden2x sehariBelum adaAir hangat (menyeka)Belum ada sama sekaliTidak adaTidak adaTidak adaTidak ada1 x
    E.Eliminasia.    BABo  Berapa kali sehario  Warna BABo  Konsistensio  Baub.    BAKo  Berapa kali sehario  Warna BAKo  BauTidak  teraturCoklet kehitamanPadat, sedikit mengejanKhasSeringKuningKhasBelum ada BABBelum ada BABBelum ada BABBelum ada BABSeringKuningKhas
    F.Pola Aktifitas Bermain(Sesuai umur)Bermain bola, motor – motoran, canda dan tawa sama ibu dan ayahnyaTidak ada aktifitas
    G.Psikologi Perkembangan( D.D.S.T )o   Motorik haluso   Motorik kasaro   Sosialo   BahasaAdaAdaBaikPadangTidak dijumpaiTidak dijumpaiTidak merespon perawatPadang
    H.Pengetahuan orang tua KesehatanKurang pengetahuan tentang penyakit pada anaknyaKurang pengetahuan tentang penyakit pada anaknya
    I.Keadaan kesehatan saat inio   Diagnosa  Mediso   Status Nutrisio   Status Cairano   Status KebersihanBPAdekuatTidak adekuatBaikBPTidak adekuatTidak adekuatKurang baik
    J.Data Penunjango   Laboratoriumo   RadiologiTidak adaTidak adaTidak adaTidak ada
    K.Terapi/ Obat – obatanOBH-Ambroxol(dari pertama masuk ruangan sampai hri selasa)Rabu-sabtu-Inj.Ampicillin 350 gram / 8 jam /iv-chloramfenicol 200gr/8 jam/IV- Ambroxol 40gr 3×1 + salbutamol

    6.             PEMERIKSAAN FISIK

    1.    TB/BB                                     :83 cm/10,5 kg

    2.    Kepala

    a.    Bentuk                                : normal

    b.   Rambut                               : normal, tidak kering

    3.    Mata

    a.    Pupil                                    : normal

    b.   Seklera                                : anemis

    c.    Konjungtiva                        : pucat

    d.   Ketajaman Penglihatan       : 6/6 normal

    e.    Reflek Cahaya                    : ada

    f.    Pemakaian alat bantu          : tidak dijumpai

    4.    Hidung

    a.    Polip                                    : tidak dijumpai

    b.   Pendarahan                         : tidak dijumpai

    c.    Penciuman                          : normal

    d.   Peradangan                         : tidak dijumpai

    e.    Fungsi Penciuman               : normal

    5.    Mulut

    a.    Bau                                     : ( – )

    b.   Mukosa gusi                        : merah

    c.    Peradangan                         : tidak dijumpai

    d.   Gigi                                     : kurang baik

    e.    Perdarahan                          : tidak dijumpai

    f.    Kebersihan                          : ya

    g.   Pungsi pengecapan             : di jumpai

    h.   Kemampuan menelan         : aktif

    6.    Gigi

    a.    Jumlah                                 : 28

    b.   Gigi berlubang                    : ada

    c.    Caries                                  : tidak dijumpai

    7.    Tonsil

    a.    Peradangan                         : tidak dijumpai

    b.   Lidah                                  : bercak putih

    c.    Bibir                                    : kering

    8.    Telinga

    a.    Seruman                              : ada

    b.   Cairan                                 : tidak dijumpai

    c.    Peradangan                         : tidak dijumpai

    9.    Jantung

    a.    Bunyi jantung                     : S1, S2 (veskuler)

    b.   Irama jantung                      : lub dub lub dub

    c.    Nyeri dada                          : tidak dijumpai

    10.                        Leher

    a.    Kelenjar getah bening         : ada

    b.   Kelenjar tiroid                     : ada tapi pelan

    c.    Vena jugularis                     : teraba

    11.                        Paru-paru

    a.    Bentuk paru                        : normal

    b.   Bunyi nafas                         : wheezing, ronkhi

    c.    Irama pernafasan                : ireguler

    d.   Kembangkan                       : tidak mengembang secara sempurna

    12.                        Abdomen

    a.    Inspeksi                               : simetris

    b.   Palpasi                                 : tidak ada nyeri

    c.    Perkusi                                : gembung

    d.   Auskultasi                           : tidak terdengarnya bising usus dengan                                   menggunanakan stetoskop

    13.                        Genetalia                                 : normal

    14.                        Kulit                                        : normal

    15.                        Ekstrimitas                 

    a.    Bentuk kekuatan                 : ada

    b.   Rentang gerak                     : aktif

    c.    Refeks                                 : babiski ( – ), patella (+)

    16.                         Tanda-tanda vital                   :

    17.                        Kepandaian anak sekarang     :motorik keras

    18.                        Tanda-tanda vital sign                        :

    19.                        Tingkat kesadaran                   :composmentis

    20.                        Kesadaran umum                    :

    BAB III

    LAPORAN KASUS

    A.           ANALISA DATA

    NODATAETIOLOGIMASALAH
    1.2.3.4. Ds:o  ibu mengatakan An.Agil batuk berdahak.Do:o  RR : 36 x/io  Wheezing (+)o  Sianosis (-)o  Ronki basah (+)o  Batuk (+)o  O2 = 2 L / io  Dahak (+)o  Adanya cairan encer berwarna putiho  Nebule ventolin ½ A & Nacl 0,9 % (1:1)o  Klien terpasang O2 1-2L/menitDs:o  Ibu ps mengatakan An. Agil demamDo:o  Temp : 38,5 ° Co  Mengigil (-)o  Kejang (-)o  Klien tampak lemah , pucato  Klien tidak dapat ber aktifitaso  Klien tidak bisa merespon perawat dengan baiko  Batuk (+)o  RewelDs:o  ibu ps mengatakan An. Agil jarang minumDo 😮  N : 98x/io  RR : 26X/Io  BB: 10 Kgo  Turgor Kulit Keringo  Mukosa bibir keringo  Lemah, pucat (+)           o  Jumlah inteke ±1 litero  Jumlah auput ±1 literDs:o   Ibu mengatakan An. Agil tidak ada nafsu makan selama di RSDo:o  Lemaso  Porsi ¼ pirino  penurunan volume feseso  Distensi Abdomeno  Berat badan sebelum masuk RS 13kg. sesudah masuk RS 10,5  kg.o  Diet yang diberikan M2o  Muntah (-)Penumpukan secret di jalan nafasProses inflamasiTidak adekuat intake dan output cairan anoreksiaBersihan jalan nafas tidak efektifHipertermiKurang nya volume cairan tubuhPerubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

    B.            PRIORITAS MASALAH

    1.    Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret di tandai dengan batuk produktif.

    2.    Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi di tandai dengan lemah & pucat.

    3.    Kurang volume cairan tubuh berhubungan dengan dehidrasi di tandai dengan Integritas kulit.

    4.    Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.

    NODIAGNOSA KEPERAWATANRENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
    TUJUANINTERVENSIRASIONAL
    1.2.3.4.Bersihan jalan nafas tidak efektif.Hipertermi.Kurang volume cairan tubuh.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x 24 jam Bersihan jalan nafas kembali efektif dgn kriteria hasil : sekret dapat keluar.

    Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x 24 jam hipertermi teratasi dgn kriteria hasil: suhu tubuh kembali normal.Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x 24 jam dehidrasi teratasi dgn kriteria hasil: volume cairan elektrolit dalam tubuh terpenuhi.Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x 24 jam masalah teratasi dgn kriteria hasil: asupan nutrisi adekuat.
    o  kaji frekuensi / kedalaman dan gerakan dada.o  Anjurkan ibu memberikan posisi senyaman mungkin.o  Observasi karekteristik batuk.o  Berikan Expectoran 3×1 sehari .o  Kaji perubahan vital sign.o  Anjurkan berikan paracetamol 3×1 sehari.o  Berikan konpress air hangat.o  Anjurkan pasien untuk beristirahat.o  berikan penkes pada keluarga pasien agar pasien di beri minum sesering mungkin.o  Berikan cairan oral sedikit nya 2500/hari atau sesuai kondisi individual.o  Kaji turgor kulit,  kelembaban , membran mukosa(Bibir,lidah).o  Catat laporan mual dan muntah.o  Kaji tanda vital,tanda dan gejala dehidrasi.o  Kolaborasi pelaksanaan terapi definitif.o  Kaji status nutrisi pasien.o  Anjurkan pasien untuk sering makan.o  Tanyakan makanan kesukaan pasien.o  Timbang berat badan pasien.o  Kolaborasi ahli gizi.o  Melihat adanya gerakan dada asimetris.o  Melegakan jalan nafas.o  Memperbaiki keefektifan upaya batuk.o  Membantu meringan kan batuk pasien.o  Untuk mengetahui perubahan terhadap demam.o  Untuk menurunkan demam.o  Menurunkan demam dan melancarkan sirkulasi darah.o  Membantu pengeluaran keringat.o  Untuk memenuhi kebutuhan cairan menurunkan resiko dehidrasi .o  Indikator langsung ke adekuatan volume cairan meskipun membran mukosa.o  Adanya gejala ini menurunkan masukan oral.o  Menilai status dehidrasi dan keseimbangan asam basa dan elektrolit.o  Pemberian obat secara kasual atau oral penting penyebab dehidrasi.o  Untuk mengetahui pemenuhan nurtisi pasien.o  Untuk pemenuhan asupan nutrisi.o  Untuk membantu pemenuhan nutrisi.o  Untuk mengetahui peningkatan nutrisi.o  Untuk menentukan diet pasien.

    C.            RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

    D.           IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

    NoNo. DxHari/Tgl/JamImplementasiEvaluasiParaf
    1ISenin/10-01-2011/11.20 wibo  menganjurkan pada keluarga Ps untuk melakukan batuk efektif dgn menekan dada.o  Menganjurkan keluarga ps berikan posisi senyaman mungkin pada An agil dgn posisi semi fowler.o  Ajarkan keluarga ps untuk melakukan fisioterapi dada.o  Anjurkan pada kluarga untuk minum air hangat.o  Klien terpasang O2 1-2L/Menito  Kaji TTV, pernafasan, irama dan kedalaman nafasS 😮  Ibu ps menyetujui anjuran penkes dari perawatO:o  keluarga ps mempraktekkan posisi tidur semi fowler wizeeng (+) ronkhi kering (+) batuk (+) O2 =2 L/io  Keluarga ps melakukan batuk efektif dan memperaktekannya.o  Keluarga ps antusias dan kooperatif saat perwat memberikan penkes.A 😮  Masalah jalan nafas belum teratasi.P 😮  Intervensi di lanjutkano   kaji ulang  batuk, penumpukan sekret.o   Berikan posisi senyaman mungkin.o   Kaji ulang TTV
    2.IISenin/10-1-2011/10.40 wibo  Menganjurkan kelurga ps memberikan minum sesering mungkin pada An agil.o  Menganjurkan keluarga ps untuk memberikan kompres air hangat.o  Menganjurkan keluarga ps memberikan paracetamol 3×1 sehari.o  Menganjurkan kelurga ps menyeka ekstrimitas atas maupun bawah.o  Bekerja sama dengan tim medis tuk memberikan anti piretik pada pasienS 😮  Keluarga ps menerima anjuran atau penkes dari perawatO 😮  T:37,5 o  RR:28X/io  Lemah, pucat (+), tidak dapat beraktivitas, batuk (+)o  Keluarga ps kooperatif dalam memperaktekan penkes dari perawat.A 😮  Masalah belum teratasiP 😮  Melanjutkan pengkajian pada ps An agil.o   Anjurkan kelurga ps memberikan minum sesering mungkin pada An agil.o  anjurkan keluarga ps untuk memberikan kompres air hangat.Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat.
    3.IIIsenin/11-1-2011/10.40 Wibo  Menganjurkan keluarga ps An agil untuk memberikan minum sesering mungkin.o  Menganjurkan keluarga ps An agil untuk banyak mengkonsumsi buah yang mengandung vit E(Apel, bengkoang).o  Kaji berat badano  Mengkaji turgor kulit setelah dan sebelum diberikan masukan cairan.o  Kolaborasi dgn dokter dan perawat ruangan yang sedang bertugasS 😮  Keluarga ps mengatakan An agil kurang minum.O 😮  BB : 10.5 kgo  Pengeluaran urin lancaro  Tugor kulit jeleko  Lemah (+)o  Pucat (+)A 😮  Masalah belum teratasiP 😮   intervensi di lanjutkano   kaji turgor kulit pso   anjurkan pda keluarga untuk minum sesering mungkin dengan air hangato   Pantau masukan dan pengeluaran cairano   Kolaborasi dengan tim medis
    4.5.6.7.8.7.                    5.        6.        9.7.        IVIIIIIII VIIVSenin /12-1-2011/09.45Selasa/ 13-1-2011/ 11.00Selasa/13-1-2011/ 11.00Selasa/13-1-2011/11.00Selasa/13-1-2011/11.00Rabu / 14-1-2011Rabu / 14-1-2011o  mengkaji status nutrisio  menganjurkan pasien untuk sering makan.o  Memberikan makanan kesukaan pasien.o  Menganjurkan pada keluarga ps untuk makan penuh protein, dan makan buah2an.o  Mengkaji berat badan.o  Kolaborasi dengan ahli gizio   Mengkaji batuk, penumpukan sekret di jalan nafaso   Memberikan posisi senyaman mungkin untuk membebaskan jalan nafas.o   Kaji ulang TTV, frekuensi dan kedalaman nafaso   Menganjurkan pasien untuk minum air hangat.o   Kolaborasi dengan tim mediso   Anjurkan kelurga ps memberikan minum sesering mungkin pada An agil.o   anjurkan keluarga ps untuk memberikan kompres air hangat.o   Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat.o   Mengkaji turgor kulit pso   Menganjurkan pda keluarga untuk minum sesering mungkin dengan air hangato   Memantau masukan dan pengeluaran cairano   Memberikan suasana yang aman dan tenang.Kolaborasi dengan tim mediso   Kaji status nutrisio   Makanan yang di sediakan rumah sakit  habis ½ dari porsi yang di sediakan dengan diet M2.o   Kaji BBo   Kolaborasi dengan ahli gizi.-          Kaji pernafasan dan karekteristik batuk-          Beri posisi semi fowler pada pasien-          Kolaborasi dengan tim mediso   Kaji Status Nutrisio   Kolaborasi dengan ahli giziS 😮  Ibu ps mengatakan An. Agil sudah mau makan.O 😮  Berat badan bertambah 1,5 kgo  Pasien tampak segaro  Tugor kulit baik.o  Dapat beraktivitas.A 😮  Masalah kekurangan nutrisi belum teratasi.P 😮  Intervensi di lanjutkan.o   Kaji status nutrisio   Kaji BBo   Kolaborasi dengan ahli gizi.S : ibu ps mengatakan sesak agil sudah kurang, tapi batuk nya masih parahO :    –      Batuk  (+), warna putih jernih.o   Ibu pasien mempraktekkan pa yg di anjurkan oleh perawat tentang fisioterapi dadao   Wheezing (+), Ronki (+)o   RR : 28*/io   Sesak berkurang, O2 tidak terpasang.o   Terapi medis 😮   Ambroxol syr + salbutamolo   Inj. CloramfenicolA : Masalah sudah mulai teratasiP: Intervensi di lanjutkan-          Kaji pernafasan dan karekteristik batuk-          Beri posisi semi fowler pada pasien-          Kolaborasi dengan tim medisS : ibu pasien mengatakan An. Agil sudah tidak demam lagi.0 :   T : 36,2 °C       Batuk (+)A : Masalah sudah teratasiP : Intervensi di hentikanS :  Ibu pasien mengatakan agil sudah mau minumO : turgor kulit baik     Pengeluaran urin : lancar    Minum ± 2 aQua besar dalam sehari ± 2500 L   Cairan parenteral Ecosol RL/ 12 jam   Wajah tampak mulai segarA : Masalah sudah teratasi.P : Intervensi di hentikan.   S : Ibu ps mengatakan nafsu makan An.agil sudah mulai meningkat.O : – Makanan yang di sediakan rumah sakit  habis ½ dari porsi     yang di sediakan dengan diet M2.-          BB meningkat menjadi 11 kg-          Selain nasi dari rumah sakit pasien juga makan nasi yang di beli ibu nya.-          Lemah (+)A :  Masalah belum teratasiP  : Intervensi di lanjutkano   Kaji Status Nutrisio   Kolaborasi dengan ahli giziS : ibu ps mengatakan agil sudah tidak swsakO :    –      Batuk  (-).o   Ibu pasien mempraktekkan pa yg di anjurkan oleh perawat tentang fisioterapi dadao   Wheezing (-), Ronki (-)o   RR : 26x/io   Sesak (-)o   O2 tidak terpasang.o   Ambroxol syr + salbutamol (+)o   Inj. Cloramfenicol (+)A : Masalah teratasiP: Intervensi di hentukanS : Ibu ps mengatakan pasien sudah mau makan.O : – Makanan yang di sediakan rumah sakit  habis 1 dari porsi     yang di sediakan dengan diet M2.-          BB meningkat menjadi 12 kg-          Selain nasi dari rumah sakit pasien juga makan nasi yang di beli ibu nya.-          Lemah (-)A :  Masalah  teratasiP  : Intervensi di hentikan
  • Mastitis dan Penyumbatan Saluran ASI

    Daftar isi

    Mastitis

    Mastitis disebabkan karena infeksi (hampir selalu karena bakteri daripada jenis kuman lainnya) yang biasanya terjadi pada ibu menyusui. Namun dapat pula terjadi pada wanita mana saja, bahkan saat ia tidak sedang menyusui, bahkan juga dapat terjadi pada bayi baru lahir, dengan jenis kelamin apapun. Tidak ada yang tahu secara pasti mengapa beberapa wanita mengalami mastitis sedang yang lainnya tidak. Bakteri dapat masuk ke payudara melalui retakan atau lecet pada puting, tetapi wanita yang putingnya tidak lecet juga dapat mengalami mastitis, dan banyak juga wanita yang putingnya retak atau lecet malah tidak mengalaminya.

    Mastitis berbeda dengan saluran tersumbat, karena saluran tersumbat bukanlah infeksi, sehingga tidak perlu diobati dengan antibiotik. Pada saluran tersumbat, ibu merasakan sakit, bengkak dan pengumpulan massa di payudara. Kulit yang menutupi saluran tersumbat biasanya berwarna merah, tapi tidak semerah pada mastitis. Tidak seperti mastitis, saluran tersumbat tidak selalu diikuti dengan demam, walaupun bisa saja demam terjadi. Mastitis biasanya lebih sakit daripada saluran tersumbat, tapi keduanya bisa terasa cukup sakit. Karena itu, tidak mudah membedakan antara mastitis ringan dan saluran tersumbat yang parah. Ada kemungkinan juga saluran tersumbat berkembang menjadi mastitis, sehingga menjadi lebih rumit. Bagaimanapun, tanpa adanya benjolan dalam payudara, berarti tidak ada mastitis ataupun saluran tersumbat. Di Perancis, para  dokter mengenali sesuatu yang mereka sebut “lymphangite” yaitu ketika ibu merasakan sakit, kulit yang merah terbakar, bersamaan dengan demam, namun tidak ada benjolan yang sakit di payudara. Kelihatannya, banyak yang tidak percaya lymphangite ini memerlukan pengobatan dengan antibiotik. Saya pernah melihat beberapa kasus yang sesuai dengan gambaran ini, dan kenyataannya masalah tersebut hilang tanpa ibu meminum antibiotik. Tapi kemudian, seringkali mastitis yang sangat bengkak juga bisa hilang tanpa ibu meminum antibiotik.Seperti hampir semua masalah menyusui, pelekatan yang buruk, dan dengan demikian pengosongan payudara menjadi kurang baik, membuat ibu mengalami saluran tersumbat dan mastitis.

    Saluran tersumbat

    Saluran tersumbat hampir selalu dapat terselesaikan tanpa pengobatan khusus antara 24 hingga 48 jam setelah terjadi. Selama sumbatan itu masih ada, bayi mungkin saja rewel ketika menyusu di payudara tersebut karena aliran ASI akan lebih lambat dari biasanya. Hal ini mungkin disebabkan karena adanya tekanan dari benjolan yang menekan saluran lain. Saluran tersumbat dapat diatasi lebih cepat jika :Teruskan menyusui pada payudara yang sakit, dan kosongkan payudara dengan lebih baik. Hal ini dapat dilakukan dengan :Sedapat mungkin melakukan pelekatan yang baik (lihat lembar informasi “Ketika Melekat/When Lacthing” juga video klip bagaimana melekatkan bayi pada situs nbci.ca)Menggunakan tekanan pada payudara untuk menjaga ASI tetap mengalir (lihat lampiran informasi “Penekanan Payudara/Breast Compression” dan video klip bagaimana melekatkan bayi pada situs nbci.ca). Letakkan tangan di sekitar saluran yang tersumbat dan jika tidak terlalu sakit, tekan saat bayi sedang menyusui.Susui bayi dengan posisi sedemikian rupa sehingga dagu bayi ”mengarah” pada saluran yang tersumbat. Jadi, bila saluran tersumbat ada pada bagian luar bawah  payudara (arah jam 7), maka menyusui bayi dengan posisi football dapat sangat membantu.

    Hangatkan area yang terinfeksi. Anda bisa melakukan ini dengan bantalan penghangat atau botol berisi air panas, tetapi hati-hati untuk tidak membakar kulit dengan menempelkan yang terlalu panas untuk waktu yang terlalu lama.

    Coba untuk beristrirahat. Tentu saja, dengan kehadiran seorang bayi baru tidaklah mudah untuk beristirahat. Cobalah untuk tidur. Bawa bayi bersama Anda ke tempat tidur dan susui dia di sana.

    Lepuh atau blister (gelembung)Kadang-kadang, namun tidak selalu, saluran tersumbat diikuti dengan lepuh atau gelembung pada ujung puting. Warna putih datar pada puting bukan lepuh atau blister. Bila tidak ada rasa sakit pada gumpalan yang ada di payudara, hal ini menimbulkan kerancuan untuk menyebut lepuh atau blister pada puting sebagai saluran yang tersumbat. Lepuh atau blister, biasanya, terasa sakit dan merupakan salah satu penyebab rasa sakit pada puting yang terjadi setelah beberapa hari pertama. Beberapa ibu mengalami blister pada hari-hari pertama menyusui karena pelekatan yang buruk. Tidak ada seorangpun yang tahu mengapa seorang ibu tiba-tiba mengalami lepuh atau blister beberapa minggu setelah kelahiran bayinya.Blister seringkali timbul tanpa ibu memiliki saluran yang tersumbat.

    Bila blister terasa sangat menyakitkan (biasanya seperti itu), akan membantu untuk membukanya, karena ini dapat membuat Anda terbebas dari rasa sakit. Anda dapat membukanya sendiri, namun lakukan hal ini hanya sekali saja. Bagaimanapun, bila Anda merasa perlu untuk mengulang prosesnya, atau bila Anda tidak dapat melakukannya sendiri, yang terbaik adalah temui dokter Anda atau datang ke klinik kami.Bakar jarum jahit atau pin, biarkan sampai dingin, dan tusukkan pada blister.Jangan menggali di sekitarnya; cukup angkat bagian atas atau sisi blister.Coba untuk menekan di bawah blister; Anda mungkin dapat mengeluarkan isi seperti pasta gigi melalui kulit vblister yang sekarang terbuka. Jika Anda mengalami saluran tersumbat bersamaan dengan blister, hal ini mungkin dapat mengakibatkan sumbatan terbuka. Menyusui bayi pada payudara yang sakit juga dapat melepaskan sumbatan pada payudara.Setelah Anda menusuk lepuh atau blister, mulai gunakan “salep puting serbaguna” setiap habis menyusui kira-kira selama seminggu. Alasannya adalah untuk menghindari infeksi dan juga untuk mengurangi resiko kembalinya lepuh atau blister. Lihat lembar informasi mengenai Salep Puting Serbaguna (All Purpose Nipple Oinment). Anda memerlukan resep untuk mendapatkan salep ini.

    Ultrasonografi (USG) untuk saluran tersumbat

    Kebanyakan saluran tersumbat akan hilang dalam 48 jam. Bila saluran tersumbat belum hilang dalam 48 jam atau lebih, terapi USG seringkali berhasil. Kebanyakan klinik fisioterapi atau pengobatan untuk olahraga sekitar dapat melakukannya untuk Anda. Bagaimanapun, sangat sedikit yang menyadari kegunaan USG ini untuk menyembuhkan saluran yang tersumbat. Terapis USG yang sudah berpengalaman dengan teknik ini akan lebih berhasil.

    Beberapa ibu telah mencoba menggunakan ujung datar pada sikat gigi elektronik untuk menghasilkan terapi serupa “USG”. Dan sepertinya memberikan hasil yang cukup baik.Bila dua terapi pada dua hari berturut-turut tidak membantu menyelesaikan masalah tersumbatnya saluran, tidak perlu mendapatkan perawatan lagi. Saluran tersumbat Anda harus diperiksa dengan dokter Anda atau di klinik kami. Walaupun begitu, biasanya masalah ini hanya membutuhkan satu macam terapi penyembuhan. USG juga dapat menghindari terulangnya kembali saluran tersumbat yang biasanya terjadi di bagian yang sama pada payudara.Dosis USG adalah 2 watt/cm² selama lima menit pada area yang terkena, sehari sekali untuk sampai dua terapi. Lesitin adalah suplemen makanan yang sepertinya dapat membantu beberapa ibu untuk menghindari saluran tersumbat. Karena lesitin dapat menurunkan kekentalan dari ASI dengan meningkatkan persentase asam lemak tak jenuh ganda pada ASI. Lesitin aman untuk dikonsumsi, relatif murah, dan dapat bekerja setidaknya pada beberapa ibu. Dosisnya adalah 1200 mg empat kali setiap hari.

    Mastitis

    Bila Anda mulai mendapati gejala-gejala mastitis (gumpalan yang terasa sakit di payudara, kulit kemerahan dan sakit pada payudara, demam) cobalah untuk beristirahat. Tidur dan bawa bayi Anda bersama Anda sehingga Anda tetap dapat terus menyusui sementara tetap di tempat tidur. Istirahat adalah pertolongan yang baik untuk melawan infeksi.

    Tetap teruskan menyusui pada bagian yang sakit. Seharusnya bisa sembuh tanpa harus menyusui di payudara yang lain. Tentu saja, bila terasa amat sakit sehingga Anda tidak dapat menyusui pada payudara yang sakit, tetap lanjutkan menyusui pada payudara yang lain, setelah rasa sakitnya berkurang, baru susui bayi pada payudara yang terkena mastitis. Terkadang saat Anda memerah ASI, Anda tidak akan merasa terlalu sakit, tapi tidak selalu, jadi bila memang memungkinkan, lanjutkan menyusui pada area yang terkena mastitis. Ibu dan bayi saling berbagi kuman.Panas membantu melawan infeksi. Mengosongkan payudara juga dapat membantu. Gunakan botol berisi air panas atau bantalan pemanas tetapi hati-hati agar tidak membakar kulit.

    Demam dapat membantu melawan infeksi. Orang dewasa biasanya merasa sangat tidak nyaman ketika mereka sedang demam dan Anda akan berusaha untuk menurunkan demam karena alasan ini. Tapi Anda tidak perlu menurunkan demam karena demam memang seharusnya ada. Demam tidak membuat ASI menjadi buruk!Kentang (diambil dari Bridget Lynch, RM, Komunitas Bidan di Toronto). Dalam 24 jam pertama ketika gejala-gejala mulai tampak, meletakkan irisan kentang mentah pada payudara dapat meringankan rasa sakit, pembengkakan, dan kemerahan akibat mastitis.Potong tipis memanjang 6 sampai 8 kentang mentah yang sudah dicuci.Letakkan pada mangkuk besar berisi air dengan suhu ruang dan diamkan selama 15 sampai 20 menit.Letakkan irisan kentang basah pada area yang terkena mastitis dan diamkan selama 15 sampai 20 menit.Buang kentang setelah 15 atau 20 menit, dan ambil kentang yang baru dari dalam mangkuk.Ulangi proses ini dua kali lagi sampai anda meletakkan irisan kentang tiga kali dalam satu jam.Beri jeda selama 20 sampai 30 menit, kemudian ulangi prosedur di atas.Mastitis dan AntibiotikUmumnya, lebih baik untuk menghindari antibiotik karena mastitis dapat sembuh dengan sendirinya dan antibiotik dapat mengakibatkan Anda mengalami infeksi Candida (jamur) pada puting dan/atau payudara. Pendekatan yang kami lakukan adalah sebagai berikut :Jika Anda telah memiliki gejala konsisten mastitis selama kurang dari 24 jam, kami akan memberikan resep untuk antibiotik, tetapi menyarankan Anda menunggu sebelum mulai minum obat.Bila dalam 8 hingga 12 jam, gejala Anda memburuk (lebih sakit, kemerahan pada kulit meluas atau gumpalan yang terasa sakit semakin membesar), mulai gunakan antibiotik.Bila dalam 24 jam berikutnya, gejala Anda tidak memburuk, tapi juga tidak membaik, gunakan antibiotik.Bila dalam 24 jam berikutnya, gejala Anda berkurang, maka hampir selalu  mastitis tersebut akan terus berkurang dan menghilang tanpa perlu menggunakan antibiotik. Dalam kasus ini, gejala akan terus berkurang dan akan hilang dalam 2 sampai 7 hari ke depan. Demam akan hilang dalam 24 jam, sakit akan lenyap dalam 24 sampai 72 jam dan gumpalan pada payudara akan menghilang dalam 5 hingga 7 hari ke depan. Biasanya gumpalan perlu waktu lebih dari 7 hari untuk benar-benar hilang, tapi selama ukurannya semakin kecil, ini adalah hal yang bagus.Bila Anda telah mengalami gejala konsisten mastitis lebih dari 24 jam dan gejala tersebut tidak membaik, Anda harus segera mulai mengkonsumsi antibiotik.Bila Anda akan mulai mengkonsumsi antibiotik, Anda harus menggunakan antibiotik yang benar. Amoxicillin, penicillin sederhana dan beberapa antibiotik lainnya yang sering digunakan untuk mengobati mastitis, tidak membunuh bakteri yang hampir selalu menyebabkan mastitis (Staphylococcus aureus). Beberapa antibiotik yang membunuh Staphylococcus aureus meliputi: cephalexin (pilihan biasa kami), cloxacillin, dicloxacillin, flucloxacillin, amoxicillin dikombinasikan dengan asam clavulinic, clindamycin dan ciprofloxacin. Antibiotik yang dapat digunakan oleh masyarakat yang methicillin-resistant Staphylococcus aureus (CA-MRSA): cotrimoxazole dan tetracycline.Semua antibiotik tersebut dapat digunakan saat ibu menyusui dan tidak perlu menghentikan proses menyusui.Anda tidak harus menghentikan menyusui bila Anda terinfeksi MRSA! Bagaimanapun, menyusui dapat menurunkan resiko bayi terkena infeksi.Obat untuk rasa nyeri/demam (ibuprofen, acetaminophen, dan lainnya) dapat membantu Anda  mengatasi rasa sakit ini. Jumlah yang masuk ke dalam ASI, seperti juga halnya dengan obat lain, adalah sangat kecil. Acetaminophen mungkin kurang berguna dibandingkan dengan obat lainnya (seperti ibuprofen) yang memiliki efek anti-inflamasi.Abses Payudara Operasi bukan lagi pilihan pengobatan terhadap abses payudara.  Kami telah mendapatkan hasil yang lebih baik dengan USG untuk menemukan abses dan memasukkan kateter ke dalamnya dan mengeringkannya. Ibu yang menggunakan prosedur ini tidak perlu berhenti menyusui bahkan pada area yang terinfeksi, dan dapat menyelesaikan proses penyembuhan dalam seminggu. Prosedur ini dilakukan dengan intervensi radiolog, bukan seorang ahli bedah. Tanya kepada dokter Anda untuk memeriksa hasil penelitian ini: Dieter Ulitzsch, MD, Margareta K. G. Nyman,MD, Richard A. Carlson, MD. Breast Abscess in Lactating Women: US-guided Treatment. Radiology 2004; 232:904–909.Untuk abses yang kecil, seringkali hanya membutuhkan aspirasi dengan jarum suntik ditambah antibiotik, walaupun mungkin perlu dilakukan pengulangan aspirasi lebih dari satu kali.Benjolan yang tidak kunjung hilang.Bila Anda memiliki benjolan yang tidak juga hilang atau tidak kunjung mengecil lebih dari beberapa minggu, sebaiknya Anda diperiksa oleh dokter atau ahli bedah yang pro-menyusui. Anda tidak perlu berhenti menyusui untuk pemeriksaan benjolan pada payudara tersebut (USG, mammogram dan bahkan biopsi tidak mengharuskan Anda untuk berhenti menyusui, bahkan pada sisi yang terkena). Ahli bedah yang pro-menyusui tidak akan meminta Anda untuk menghentikan menyusui sebelum ia dapat melakukan pengujian-pengujian untuk memeriksa benjolan payudara tersebut.Pertanyaan? Pertama-tama kunjungi laman nbci.ca atau drjacknewman.com. Jika informasi yang Anda butuhkan tidak ada, klik Contact Us dan tulis pertanyaan Anda ke dalam email. Informasi juga tersedia di dalam Dr. Jack Newman’s Guide to Breastfeeding (atau The Ultimate Breastfeeding Book of Answers); dan/atau DVD kami, Dr. Jack Newman’s Visual Guide to Breastfeeding (tersedia dalam bahasa Perancis atau dengan teks dalam bahasa Spanyol, Portugis dan Itali); dan/atau The Latch Book and Other Keys to Breastfeeding Success; dan/atau L-eat Latch and Transfer Tool; dan/atau GamePlan for Protecting and Supporting Breastfeeding in the First 24 Hours of Life and Beyond.

  • Pengertian Gizi dan Zat Gizi Definisi Pada Makanan

    Pengertian Gizi (nutrient) – adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan serta mengatur proses-proses kehidupan (Almatsier, 2005). Menurut Sediaoetama, 1997 (dalam Santoso, 2004), gizi atau makanan merupakan bahan dasar penyusunan bahan makanan yang mempunyai fungsi sumber energi atau tenaga,  menyokong pertumbuhan badan, memelihara dan mengganti jaringan tubuh, mengatur metabolisme dan berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh.

    Pengertian Gizi dan Zat Gizi Definisi Pada Makanan

    Pengertian Zat gizi – Secara umum zat gizi kita kenal  ialah : karbohidrat atau hidrat arang, protein, atau zat putih telur, lemak vitamin-vitaimin dan mineral. Ada kelompok ahli yang menambahkan air oksigen dengan alasan ini belum diterima oleh semua ahli (Sediaoetama, 2000). Penjelasan singkat kelima zat gizi tersebut adalah :

    1. Karbohidrat atau hidrat arang
    2. Protein atau zat putih telur 
    3. Lemak 
    4. Vitamin 
    5. Mineral

    Manfaat zat gizi

    Penggolongan bahan makanan berdasarkan fungsi dari zat gizinya menurut Sediaoetama, (2000) adalah :

    1. Zat gizi penghasil energi, yaitu karbohidrat, lemak dan protein. Zat gizi ini sebagian besar dihasilkan oleh bahan makanan pokok. Zat tenaga dari makanan pokok digunakan untuk pertumbuhan dan untuk beraktivitas.  
    2. Zat gizi pembangun sel, terutama diduduki oleh protein sehingga bahan pangan lauk-pauk tergolong dalam bahan makanan sumber zat pembangun berguna untuk perkembangan. 
    3. Zat gizi pengatur, ke dalam kelompok ini termasuk vitamin dan mineral. Zat pengatur diperlukan anak agar organ tubuh anak berfungsi dengan baik. 

    Sumber – sumber zat gizi 

    1. Bahan makanan sumber karbohidrat : beras, jagung, kentang, singkong,ubi, tepung terigu, mie, talas.
    2. Bahan makanan sumber protein nabati : tempe, tahu, kacang ijo, kacang kedelai, kacang merah, kacang tanah. Bahan makanan sumber protein hewani : telur, ikan, ayam, daging, hati, udang, lele, teri, susu. 
    3. Bahan makanan sumber  vitamin dan mineral : sayur dan buah 
    • buahan termasuk golongan bahan makanan sumber zat pengatur, sumber zat pengatur terutama sayuran berwarna hijau tua seperti daun singkong, daun kacang panjang, daun melinjo, daun pepaya, kangkung, bayam, sawi hijau serta sayuran yang berwarna kuning, jingga seperti  wortel, tomat, labu kuning. Demikian pula sayuran golongan kacang – kacangan seperti kacang panjang, buncis, kecipir. Buah – buahan seperti : pepaya, nanas, jambu air, mangga, nangka masak, pisang, jeruk, jambu biji, rambutan,  apel (Santoso, 2004).

    2.6.3.4  Bahan makanan sumber lemak : minyak tumbuh – tumbuhan (minyak kelapa, kelapa sawit, kacang tanah, kacang kedelai, jagung, dan sebagainya), mentega, margarin, dan lemak hewan (lemak daging dan ayam). Sumber lemak lain adalah kacang – kacangan, biji – bijian, daging dan ayam gemuk, krim, susu, keju, kuning telur, serta makanan yang dimasak dengan lemak atau minyak. Buah yang mengandung banyak lemak adalah apokat (Almatsier, 2003).  

    Pengertian Zat Gizi

    Akibat Kekurangan Zat Gizi 

    1. Kekurangan makanan sumber  zat tenaga (karbohidrat dan lemak)  akan mengganggu pertumbuhan anak.
    2. Dampak jangka pendek kekurangan protein terhadap perkembangan anak adalah penurunan kesadaran, mengalami gangguan bicara dan gangguan perkembangan lainnya. Dampak jangka panjang kekurangan protein adalah penurunan kecerdasan, gangguan pemusatan perhatian, gangguan penurunan rasa percaya diri. 
    3. Kekurangan zat pengatur (vitamin dan mineral) pada anak akan mengakibatkan berbagai penyakit akibat defisiensi vitamin misalnya sariawan, beri – beri, dll (Santoso, 2004).

    Cara Mengolah Bahan Makanan  

    Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengolah bahan makanan yang baik agar zat gizi yang terkandung dalam makanan tidak hilang : 

    1. Beras hanya dicuci dua kali saja.
    2. Daging dan ikan : masak sampai betul-betul matang, bila digoreng tidak boleh sampai kering. 
    3. Sayuran : di cuci dahulu, baru dipotong-potong, masak sayuran jangan terlalu lama (jangan sampai lunak dan berubah warna). 
    4. Buah-buahan : sebaiknya dikonsumsi dalam keadaan segar agar kandungan vitaminnya tidak hilang
      (Depkes RI, 2006).

    Cara Menyusun Hidangan Sehat 

    1. Susunlah makanan sehari hari berdasarkan triguna makanan yaitu yang mempunyai tiga guna yaitu sumber tenaga, sumber pembangun, sumber pengatur. 
    2. Gunakan bahan makanan secara beraneka ragam, setiap hari dan tersedia di daerah setempat. 
    3. Manfaatkan hasil pekarangan untuk meningkatkan gizi keluarga. 
    4. Pilih bahan makanan sesuai kemampuan daya beli dan disukai keluarga. 
    5. Gunakan garam beryodium untuk memasak makanan bagi keluarga. 
    6. Kenalkan sedini mungkin makanan tradisional yang bergizi dan disukai oleh anak
      (Depkes  RI, 2006).

    Daftar Pustaka Pengertian Gizi dan Zat Gizi Definisi Pada Makanan
    Almatsier, Sunita. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : EGC.

    Departemen kesehatan RI.  2006. Buku Kader Posyandu Dalam Usaha Perbaikan Gizi Keluarga. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.

    Santoso, Sugeng dan Rianti, Anne Lies. 2004.  Kesehatan Dan Gizi. Jakarta : Rineka Cipta.

  • Makalah Asuhan Kebidanan Perawatan Mastitis

    Makalah Asuhan Kebidanan Perawatan Mastitis

    Makalah Askeb Mastitis

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Periodepascapartum adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput janin (menandakan akhir periode intrapartum) hingga kembalinya traktus reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil. Ingat bahwa perubahan ini adalah pada kondisi tidak hamil, bukan kondisi prahamil, seperti yang sering dikatakan. Kondisi organ prahamil hilang selamanya, paling mencolok setelah pertama kali hamil dan melahirkan, tetapi juga pada setiap kehamilan selanjutnya.

    Periode ini disebut juga puerperium, dan wanita yang mengalami puerperium puerpera. Periode pemulihan pascapartum berlangsung sekitar 6 minggu.

    Kehamilan, persalinan dan menyusui merupakan proses fisiologi yang perlu dipersiapkan oleh wanita dari pasangan subur agar dapat dilalui dengan aman. Selama masa kehamilan, ibu dan janin adalah unit fungsi yang tak terpisahkan. Kehamilan, persalinan dan menyusui merupakan proses fisiologi yang perlu dipersiapkan oleh wanita dari pasangan subur agar dapat dilalui dengan aman. Selama masa kehamilan, ibu dan janin adalah fungsi yang tak terpisahkan.

    B. TUJUAN PENULISAN

    1. Tujuan Umum

    Agar penulis mendapatkan pengetahuan dan pengalaman yang nyata dari teori yang diperoleh sehingga penulis mampu melakukan dan menerapkan asuhan kebidanaan pada ibu hamil.

    2. Tujuan Khusus

    Dalam melakukan asuhan kebidanan pada ibu dengan mastitis, mahasiswa diharapkan mampu :

    a.       Melakukan pengkajian data.

    b.      Mengindetifikasikan diagnosa, masalah dan kebutuhan.

    c.       Menentukan antisipasi maslah potensial.

    d.      Mengindentifikasi kebutuhan segera.

    e.       Melakukan rencana asuahn kebidanan.

    f.       Melakukan pelaksanaan askeb.

    g.      Mengevaluasikan hasil asuhan kebidanan sesuai dengan rencana yang ditetapkan.

    C.    MAMFAAT

    Mendapat pengetahuan serta dapat menerapkan apa yang telah didapatkan dalam perkuliahan dengan kasus nyata dalam melaksanakan asuhan kebidanan dan sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan makalah.

    Bab II. Pembahasan

    A. Defenisi Mastitis

    Mastitis adalah peradangan pada payudara yang dapat disertai infeksi atau tidak, yang disebabkan oleh kuman terutama Staphylococcus aureus melalui luka pada puting susu atau melalui peredaran darah. Penyakit ini biasanya menyertai laktasi, sehingga disebut juga mastitis laktasional atau mastitis puerperalis. Infeksi terjadi melalui luka pada puting susu, tetapi mungkin juga melalui peredaran darah. Kadang-kadang keadaan ini bisa menjadi fatal bila tidak diberi tindakan yang adekuat.

    Abses payudara, penggumpalan nanah lokal di dalam payudara, merupakan komplikasi berat dari mastitis. Macam-macam mastitis dibedakan berdasarkan tempatnya serta berdasarkan penyebab dan kondisinya.

    Mastitis berdasarkan tempatnya dibedakan menjadi 3, yaitu:

    1. Mastitis yang menyebabkan abses di bawah areola mammae.
    2. Mastitis di tengah-tengah mammae yang menyebabkan abses di tempat itu
    3. Mastitis pada jaringan di bawah dorsal dari kelenjar-kelenjar yang menyebabkan abses antara mammae dan otot-otot di bawahnya.

    Sedangkan pembagian mastitis menurut penyebab dan kondisinya dibagi pula menjadi 3, yaitu :

    1. Mastitis periductal

    Mastitis periductal biasanya muncul pada wanita di usia menjelang menopause, penyebab utamanya tidak jelas diketahui. Keadaan ini dikenal juga dengan sebutan mammary duct ectasia, yang berarti peleburan saluran karena adanya penyumbatan pada saluran di payudara.

    2. Mastitis puerperalis/lactational

    Mastitis puerperalis banyak dialami oleh wanita hamil atau menyusui. Penyebab utama mastitis puerperalis yaitu kuman yang menginfeksi payudara ibu, yang ditransmisi ke puting ibu melalui kontak langsung.

    3. Mastitis supurativa

    Mastitis supurativa paling banyak dijumpai. Penyebabnya bisa dari kuman Staphylococcus, jamur, kuman TBC dan juga sifilis. Infeksi kuman TBC memerlukan penanganan yang ekstra intensif. Bila penanganannya tidak tuntas, bisa menyebabkan pengangkatan payudara/mastektomi.

    B. Anatomi Fisiologi Payudara

    1. Anatomi Payudara

    Secara fisiologi anatomi payudara terdiri dari alveolusi, duktus laktiferus, sinus laktiferus, ampulla, pori pailla, dan tepi alveolan. Pengaliran limfa dari payudara kurang lebih 75% ke aksila. Sebagian lagi ke kelenjar parasternal terutama dari bagian yang sentral dan medial dan ada pula pengaliran yang ke kelenjar interpektoralis.

    2. Fisiologi payudara

    Payudara mengalami tiga perubahan yang dipengaruhi hormon. Perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa fertilitas, sampai ke klimakterium dan menopause. Sejak pubertas pengaruh ekstrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium dan juga hormon hipofise, telah menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus.

    Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur menstruasi. Sekitar hari kedelapan menstruasi payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum menstruasi berikutnya terjadi pembesaran maksimal. Kadang-kadang timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang menstruasi payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak mungkin dilakukan. Pada waktu itu pemeriksaan foto mammogram tidak berguna karena kontras kelenjar terlalu besar. Begitu menstruasi mulai, semuanya berkurang.

    Perubahan ketiga terjadi waktu hamil dan menyusui. Pada kehamilan payudara menjadi besar karena epitel duktus lobul dan duktus alveolus berproliferasi, dan tumbuh duktus baru.

    Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui duktus ke puting susu.

    C. Penyebab

    Penyebab utama mastitis adalah statis ASI dan infeksi. Statis ASI biasanya merupakan penyebab primer yang dapat disertai atau menyebabkan infeksi.

    1.      Statis ASI

    Statis ASI terjadi jika ASI tidak dikeluarkan dengan efisien dari payudara. Hal ini terjadi jika payudara terbendung segera setelah melahirkan, atau setiap saat jika bayi tidak mengisap ASI, kenyutan bayi yang buruk pada payudara, pengisapan yang tidak efektif, pembatasan frekuensi/durasi menyusui, sumbatan pada saluran ASI, suplai ASI yang sangat berlebihan dan menyusui untuk kembar dua/lebih.

    2.      Infeksi

    Organisme yang paling sering ditemukan pada mastitis dan abses payudara adalah organisme koagulase-positif Staphylococcus aureus dan Staphylococcus albus. Escherichia coli dan Streptococcus kadang-kadang juga ditemukan. Mastitis jarang ditemukan sebagai komplikasi demam tifoid.

    D. Faktor Predisposisi

    Beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko mastitis, yaitu :

    1.      Umur

    Wanita berumur 21-35 tahun lebih sering menderita mastitis dari pada wanita di bawah usia 21 tahun atau di atas 35 tahun.

    2.      Paritas

    Mastitis lebih banyak diderita oleh primipara.

          3.   Serangan sebelumnya

    Serangan mastitis pertama cenderung berulang, hal ini merupakan akibat teknik menyusui yang buruk  yang tidak diperbaiki.

         4.    Melahirkan

    Komplikasi melahirkan dapat meningkatkan risiko mastitis, walupun penggunaan oksitosin tidak meningkatkan resiko.

         5.    Gizi

    Asupan garam dan lemak tinggi serta anemia menjadi faktor predisposisi terjadinya mastitis. Antioksidan dari vitamin E, vitamin A dan selenium dapat mengurangi resiko mastitis.

         6.    Faktor kekebalan dalam ASI

    Faktor kekebalan dalam ASI dapat memberikan mekanisme pertahanan dalam payudara.

         7.    Stres dan kelelahan

    Wanita yang merasa nyeri dan demam sering merasa lelah dan ingin istirahat, tetapi tidak jelas apakah kelelahan dapat menyebabkan keadaan ini atau tidak.

          8.   Pekerjaan di luar rumah

    Ini diakibatkan oleh statis ASI karena interval antar menyusui yang panjang dan kekurangan waktu dalam pengeluaran ASI yang adekuat.

          9.   Trauma

    Trauma pada payudara karena penyabab apapun dapat merusak jaringan kelenjar dan saluran susu dan hal ini dapat menyebabkan mastitis.

    E. Gejala Mastitis

              Adapun gejala-gejala Mastitis adalah :

    1. Nyeri payudara dan tegang atau bengkak.
    2. Kemerahan dengan batas jelas.
    3. Biasanya hanya satu payudara.
    4. Terjadi antara 3-4 minggu pasca persalinan

    F. Pencegahan

    Perawatan puting susu pada waktu laktasi merupakan usaha penting untuk mencegah mastitis. Perawatan terdiri atas membersihkan puting susu dengan sabun sebelum dan sesudah menyusui untuk menghilangkan kerak dan susu yang sudah mengering. Selain itu yang memberi pertolongan kepada ibu yang menyusui bayinya harus bebas dari infeksi stapilococus. Bila ada kerak atau luka pada puting sebaiknya bayi jangan menyusu pada mamae yang bersangkutan sampai luka itu sembuh. Air susu ibu dikeluarkan dengan pijatan.

    G. Pengobatan

    Segera setelah mastitis ditemukan, pemberian susu kepada bayi dari mamae yang sakit dihentikan dan diberi antibiotika. Dengan tindakan ini terjadinya abses sering kali dapat dicegah karena biasanya infeksi disebabkan oleh Stapilococus aureus. Penicilin dalam dosis cukup tinggi dapat diberikan. Sebelum pemberian penicilin dapat diadakan pembiakan air susu, supaya penyebab mastitis benar-benar diketahui. Bila ada abses dan nanah dikeluarkan sesudah itu dipasang pipa ke tengah abses agar nanah dapat keluar terus. Untuk mencegah kerusakan pada duktus laktiferus sayatan dibuat sejajar dengan jalannya duktus-duktus itu.

    H. Posisi Menyusui Yang Benar

    Posisi bayi saat menyusui sangat menentukan kebersihan pemberian ASI dan mencegah lecet punting susu, pastikan ibu memeluk bayinya dengan benar berikan bantuan dan dukungan jika ibu memerlukannya. Terutama jika ibu pertama kali menyusui atau ibu berusia sangat muda.

    Posisi menyusui yang benar :

    1. Lengan ibu menopang kepala, leher dan seluruh badan bayi (kepala dan tubuh berada pada satu garis lurus) muka bayi menghadap ke payudara ibu. Hidung bayi didepan putting susu ibu, posisi bayi harus sedemikian rupa sehingga perut bayi ketubuh ibunya.
    2. Ibu mendekatkan bayi ketuban ibunya (maka bayi kepayudara ibu) dan mengamati bayi siap menyusu, membuka mulut, bergerak mencari dan menoleh.
    3. Ibu menyentuhkan putting susu kebibir bayi, menunggu hingga mulut bayi terbuka lebar kemudian mengarahkan mulut bayi ke putting susu ibu sehingga bibir bayi dapat menangkap putting susu sendiri.


    Tanda-tanda posisi bayi menyusu dengan baik :

    1. Dagu menyentuh payudara ibu.
    2. Mulut terbuka lebar.
    3. Hidung bayi mendekati dan kadang-kadang menyentuh payudara ibu.
    4. Mulut bayi mencakup sebanyak mungki areola (tidak hanya putting saja). Lingkar areola atas terlihat lebih banyak dibandingkan lingkar areola bawah.
    5. Lidah bayi menopang putting dan areola bagian bawah.
    6. Bibir bawah bayi melengkung keluar.
    7. Bayi menghisap kuat dan dalam secara perlahan dan kadang-kadang disertai berhenti sesaat.

    I. Penanganan dan Peran Bidan

    a.       Payudara dikompres dengan air hangat.

    1. Untuk mengurangi rasa sakit dapat diberikan pengobatan analgetika.
    2. Untuk mengatasi infeksi diberikan antibiotika.
    3. Bayi mulai menyusu dari payudara yang mengalami peradangan.
    4. Anjurkan ibu selalu menyusui bayinya. fadlie.web.id
    5. Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi dan istirahat cukup.

    Bab III. Manajemen Asuhan Kebidanan

    A. Pengkajian

    A. Indetitas

    Nama istri                    : Ny. R

    Umur                           : 28 Tahun

    Suku / bangsa              : Aceh / Indonesia

    Pendidikan                  : SMA

    Alamat                                    : Benyeut

    Nama suami                : Tn. S

    Umur                           : 30 Tahun

    Suku / bangsa              : AceH / Indonesia

    Pendidikan                  : SMA

    Alamat                                    : Benyeut

    B.     Anamnes pada tanggal : 03-07-2013                    pukul : 16.00 WIB

    1.      Alasan utama : ibu sudah merasakan adanya tanda-tanda mastitis.

    Tanda-tanda :

    1. Payudara bengkak, terlihat membesar.
    2. Teraba keras dan benjol-benjol
    3. Nyeri pada payudara
    4. Merasa lesu
    5. Suhu badan meningkat, suhu lebih dari 38oC

    2.      Tanda-Tanda Vital :

    –          TD             : 110/80 mmHg

    –          Temp         : 37° C

    –          Pols           : 74

    –          RR             : 20

    B.     INTERPRESTASI DATA

    Ibu       G:2      P:1       A:0      dengan mastitis usia 28 tahun

    K/U     : Nyeri payudara

    C.      ANTISIPASI DIAGNOSA DAN MASALAH PETENSIAL

    –          Jika mastitis tidak ditangani maka akan terjadi abses pada payudara.

    D.      TINDAKAN SEGERA ATAU KOLABORASI

    –          Untuk sementara ini belum adanya tanda-tanda bahaya, jika ditemukan tanda-tanda bahaya lakukan rujukan.

    E.     RENCANA MANAJEMEN

    –          Beritahau ibu tentang kondisi ibu

    –          Beri support kepada ibu dan keluarga

    –          Anjurkan ibu untuk makan dan minum

    –          Anjurkan ibu untuk istirahat

    –          Beritahu ibu menjaga kebersihan mammae

    F.     PENATALAKSANAAN

    –          Memberitahu ibu tentang kondisi ibu

    –          Memberi support kepada ibu dan keluarga

    –          Menganjurkan ibu untuk makan dan minum

    –          Menganjurkan ibu untuk istirahat

    G.    EVALUASI

    Hari : Rabu                  Tanggal : 03-07-2013              Pukul : 20.00 WIB

    K/U :

    –          Ibu mengerti dengan keadaanya saat ini

    –          Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan bidan

    –          Ibu berjanji akan melakukan atau menjelaskan semua anjuran yang diberikan bidan

    –          Ibu bisa melakukan perawatan payudara selama menyusui

    –          Ibu bisa melakukan teknik menyusui yang benar

    TTV :

    –          TD             : 110/80 mmHg

    –          Temp         : 36°C

    –          Pols           : 24 x/m

    –          RR             : 80 x/m

    ASUHAN KEBIDANAN DALAM BENTUK SOAP

    S  :   

    –          Ibu mengatakan payudara masih sedikit sakit dan masih teraba keras

    –          Ibu mengatakan ASI nya belum lancar

    –          Ibu mengatakan badannya sudah tidak panas lagi

    O :    

    –          Pada perabaan payudara masih agak sedikit keras

    –          Keadaan umum ibu membaik

    –          ASI sudah mulai keluar tapi belum lancar

    –          Tanda-tanda Vital

    TD             : 110/80 mmHg

    Temp         : 36°C

    Pols           : 24 x/m

    RR             : 80 x/m

     : Ibu dengan G 2  P 1  A 0 ,  mastitis

    Dasar :

    –          Payudara masih sedikit nyeri, keras, teraba benjol-benjol

    –          ASI sudah lancar

    –          Tanda-tanda vital

    TD             : 110/80 mmHg

    Temp         : 36°C

    Pols           : 24 x/m

    RR             : 80 x/m

    P  :

    –          Memberitahu ibu tentang kondisi ibu saat ini.

    –          Memberi support kepada ibu dan keluarga.

    –          Minta ibu tetap mnyusui.

    –          Mengajurkan pada ibu untuk menyusui bayinya sampai 6 bulan.

    –          Mengajarkan pada ibu teknik menyusui yang benar.

    –          Menganjurkan ibu untuk tetap melakukan perawatan payudara selama menyusui.

    –          Menganjurkan ibu untuk banyak mengkomsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan dan anjurkan ibu untuk banyak minum.

    –          Anjurkan pada ibu untuk meneruskan terapi yang diberikan.

    –          Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup.

    Bab IV. Pembahasan

    Mastitis adalah infeksi pada payudara yang terjadi pada 1-2 % wanita yang menyusui. Mastitis umum terjadi pada minggu 1-5 setelah melahirkan terutama pada primipara. Infeksi terjadi melalui luka pada puting susu, tetapi mungkin juga melalui peredaran darah. Mastitis ditandai dengan nyeri pada payudara, kemerahan area payudara yang membengkak, demam, menggigil dan penderita merasa lemah dan tidak nafsu makan. Terjadi beberapa minggu setelah melahirkan. Penyebab adalah infeksi Stapilococus aureus.

          Penyebab :

    Infeksi payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang banyak ditemukan pada kulit yang normal (Staphylococcus aureus).Bakteri seringkali berasal dari mulut bayi dan masuk ke dalam saluran air susu melalui sobekan atau retakan di kulit (biasanya pada puting susu). Mastitis biasanya terjadi pada wanita yang menyusui dan paling sering terjadi dalam waktu 1-3 bulan setelah melahirkan. Sekitar 1-3% wanita menyusui mengalami mastitis pada beberapa minggu pertama setelah melahirkan. Pada wanita pasca menopause, infeksi payudara berhubungan dengan peradangan menahun dari saluran air susu yang terletak di bawah puting susu. Perubahan hormonal di dalam tubuh wanita menyebabkan penyumbatan saluran air susu oleh sel-sel kulit yang mati. Saluran yang tersumbat ini menyebabkan payudara lebih mudah mengalami infeksi.

    Bab V. Penutup

    A.    KESIMPULAN

    Mastitis ditangani dengan antibiotika. Infeksi payudara atau mastitis perlu diperhatian oleh ibu-ibu yang baru melahirkan. Infeksi ini biasanya terjadi kira-kira 2 minggu setelah melahirkan yang disebabkan adanya bakteri yang hidup di permukaan payudara. Perubahan hormonal di dalam tubuh wanita menyebabkan penyumbatan saluran air susu oleh sel-sel kulit yang mati. Saluran yang tersumbat ini menyebabkan payudara lebih mudah mengalami infeksi jika tidak segera diobati bisa terjadi abses.

    .

    B.     SARAN

    1.      Bagi Instusi Pendidikan

    Lebih meningkatkan bimbingan akademik kepada mahasiswa.

    2.      Bagi Mahasiswa

    Lebih meningkatkan pengetahuan dan rajin belajar sehingga bisa menerapkan apa yang telah didapatkan dilapangan.

    3.      Bagi Tenaga Kesehatan

    Diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan dengan mengikuti berbagai seminar tentang kesehatan.

    Daftar Pustaka

    Doenges M. 2000.  Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. EGC : Jakarta

    Dixon M., dkk. 2005. Kelainan Payudara, Cetakan I. Dian Rakyat : Jakarta

    Ikatan Bidan Indonesia, 2004, Asuhan Persalinan Nomal, Jakarta

    Mansjoer, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3.  Jakarta.

    Prawirohadjo, S., 2001, Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta.

    Schwarz Richard H., dkk. 1997. Kedaruratan Obstetri, Edisi III. Widya Medika : Jakarta

    Tapan. 2005. Kanker, Anti Oksidan dan Terapi Komplement.  Elex Media Komputindo : Jakarta
     http://ikhsanbeck.blogspot.com/2015/05/makalah-asuhan-keperawatan-mastitis.html
    www.ikhsanbeck.blogspot.com