Blog

  • Laporan Praktikum Radiasi Inframerah

    Telah dilakukan percobaan mengenai radiasi inframerah. Tujuan diadakannya percobaan ini ialah menentukan energi kalor yang diterima oleh air, mengetahui pengaruh suhu terhadap kalor, dan mengetahui hubungan panjang gelombang dengan energi kalor. 

    Radiasi Inframerah

    I. PENDAHULUAN

    Radiasi merupakan salah satu peristiwa yang hubungan-nya erat sekali dengan kehidupan disekitar kita ini. radiasi atau yang dikenal dengan pancaran dapat dikatakan sebagai energi yang bergerak melalui media yang dapat diserap oleh lingkungan. Namun tidak semua benda atau bahan dapat menyerap energi itu. Radiasi yang terjadi bermacam-macam. Bahkan radiasi juga disebut perpindahan kalor. Misalnya dalam radiasi inframerah ini, misalkan saja bila sepotong logam yang dipanaskan,mula-mula akan tampak memijar dengan mengeluarkan warna merah tua, apabila suhunya terus dinaikkan warnanya berangsur-angsur berubah menjadi kuning. Menurut toeri hal ini dapat terjadi karena ketika suhu rendah maka banyaknya radiasi kecil dan panjang gelombangnya relatif panjang. Oleh karena itu untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap kalor, dan menentukan energi yang diserap air, serta hubungan panjang gelombang dengan energi kalor maka dilakukanlah percobaan Radiasi Inframerah ini.

    Pembuktian mengenai cahaya yang dilakukan selama ini kebanyakan memperlakukan cahaya sebagai suatu gejala gelombang. Sebenarnya cahaya memiliki sifat yang ada kaitannya dengan pertikel. Energinya tidak disebar merata pada muka gelombang, tetapi energinya dilepaskan dalam bentuk buntelan-buntelan seperti partikel. Sebuah buntelan kuantum energi elektro-magnetik seperti itu disebut sebuah foton. Cahaya memiliki sifat dualisme, dimana cahaya dapat dikatan sebagai gelombang dan juga pertikel. Jika sebuah cahaya diamati dengan metode gelombang maka akan menghasilkan sifat gelombang. Dimana cahaya mempunyai panjang gelombang, bisa dibiaskan, dapat difraksikan, dan sifat yang lain. Tetapi apabila diteliti dengan metode partikel akan menunjukkan sifat partikel. Dimana cahaya bisa mempengaruhi elektron dan mempunyai energi yang terkuantisasi. Persamaan mengenai cahaya bersifat gelombang adalah sebagai berikut :

    Sedangkan persamaaan cahaya yang bersifat partikel sebagai berikut :

    (1.2)

    Paul Dirac menyatakan bahwa cahaya dan gelombang elektromagnetik pada umumnya adalah partikel yang berperilaku seperti gelombang [4].

    Kalor merupakan perpindahan energi internal. Kalor mengalir ke bagian lain atau dari satu sistem ke sistem yang lain. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan temperatur. Selama pengaliran terjadi tidak dapat diketahui proses keseluruhannya. Kalor belum diketahui sewaktu proses berlangsung. Kuantitas yang diketahui selama proses berlangsung ialah laju aliran Q yang merupakan fungsi waktu. Bila benda panas ditempelkan pada benda lebih dingin maka kedua suhu berubah hingga keduanya menjadi sama. Proses ini digambarkan sebagai aliran kalor dari benda yang lebih panas ke benda yang lebih dingin. Sebenarnya hal ini tidak selalu benar karena kalor akan dianggap sebagai suatu zat yang terkandung di dalam materi. Sebaliknya kalor dianggap seperti kerja. Kalor merupakan cara bagaimana energi dipertukarkan antara system dengan lingkungan, karena kalor bentuk perpindahan energi[5].

    Gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang dapat merambat walaupun tidak ada mediumnya. Keberadaan gelombang elektromagnetik didasarkan pada hipotesis para ilmuwan. Dimana, bahwa gelombang elektromagnetik diramalkan menjalar dengan kecepatan atau kelajuan cahaya. Cahaya sendiri bukanlah satu-satunya contoh dari gelombang elektromagnetik. Dimana sifat dari interaksi gelombang elektromagnetik dengan materi bergantung pada frekuensinya. Gelombang cahaya merupakan gelombang yang dapat ditangkap atau dicermati oleh manusia [6].

    Radiasi termal dapat didefinisikan radiasi elektro magnet yang dipancarkan oleh suatu benda karena suhunya. Radiasi termal juga merupakan salah satu di antara jenis-jenis radiasi elektromagnetik yang ada pda kehidupan disekitar kita[3].

    Sedangkan perambatan radiasi termal berlangsung dalam bentuk kuantum-kuantum yang diskrit atau tidak continue sehingga secara matematis, nilai energi pada setiap kuantumnya yaitu sebesar :

    Dimana h merupakan tetapan Planck yang besarnya h=6.625×10-34Js. Bila menganggap setiap kuantum sebagai suatu partikel yang memiliki energi, massa, dan momentum, seperti molekul gas, maka radiasi dapat digambarkan sebagai gas foton yang dapat mengalir dari satu tempat ke tempat yang lain. Jika dihubungkan dengan teori relativistik antara massa dan energi maka secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut :

    Bila disubstitusikan dari persamaan (1.3) dengan persamaan (1.4) didapatkan :

    Gambar (1.1) : Spektrum Gelombang Elektromagnetik[6].

    Suatu benda yang mempunyai suhu lebih panas dari lingkungannya maka jumlah energi yang dipancarkan akan lebih besar daripada yang diserapnya tiap satuan waktu. Hal ini terjadi karena adanya kehilangan energi dan benda menjadi dingin bila tidak ditambahi panas dengan cara lain[5] .

    Cahaya yang dipancarkan oleh benda hitam disebut radiasi benda hitam. Benda yangpaling mendekati radiasi benda hitam adalah radiasi dari sebuah lubang kecil pada sebuah rongga. Cahaya yang masuk pada lubang ini akan dipantulkan dan energinya diserap oleh dinding rongga berulang kali, tanpa memperdulikan bahan dinding dan panjang gelombang radiasi yang masuk (selama panjang geombang tersebut lebih kecil dari diameter lubang). Lubang ini (bukan rongga) merupakan pendekatan dari sebuah benda hitam. Jika rongga dipanaskan spectrum yang dipancarkan lubang akan berupa spectrum kontinu dan tidak bergantung pada bahan pembuat rongga[4].

    Kehitaman permukaan terhadap radiasi termal tidak selalu bisa dilihat secara visual. Contohnya permukaan yang ditutup jelaga tampak hitam bila terlihat oleh mata normal, ternyata bagi spektrum radiasi termal juga hitam. Contoh lain salju dan es, keduanya tampak terang bagi mata, namun hitam untuk spectrum radiasi termal panjang gelombang panjang[3].

    Gelombang inframerah memiliki panjang gelombang sebesar 10-3 m dilihat untuk panjang gelombang dari cahaya tampak sampai mencapai 7×10-7 m. Gelombang inframerah ini dihasilkan oleh molekul dan benda pada suhu kamar yang mudah diserap oleh sebagian bahan. Sehingga energi inframerah yang diserap oleh suatu zat menjadi energi internal karena menggoncangkan atom-atom dari suatu bahan sehingga meningkatkan getaran dan gerak translasi yang mengakibatkan peningkatan temperatur[6]..

    Contoh dalam kehidupan sehari-hari ialah matahari yang merupakan sumber alami radiasi inframerah. Contoh buatan manusia seperti laser, pemanas, LED (Light Emission Diode)[1].

    Nilai panjang gelombang yang menyebabkan intensitas radiasinya bernilai maksimum puncak kurva untuk suhu tertentu, Nilai panjang gelombang yang bersesuaian dengan puncak kurva disebut dengan λmaksimum. Nilainya akan menurun bila suhu benda pemancar radiasi dinaikkan. Hubungan antara λmaksimum dan suhu T bila dituliskan.

    Persamaan di atas dikenal sebagai Hukum Pergeseran Wien. Maka dapat disimpulkan puncak spektrum bergeser kea rah panjang gelombang yang lebih pendek (frekuensi tinggi) ketika suhu bertambah[2].

    1. METODE

    Gambar (2.1) : Rangkaian Percobaan Radiasi Inframerah sebelum dittutup.

    Gambar (2.2) : Rangkaian Percobaan Radiasi Inframerah setelah ditutup.

    Percobaan radiasi inframerah ini menggunakan alat dan bahan seperti tabung berwarna hitam, tabung dipolis (bening), termometer, lampu dengan daya 55W, 60W dan 100W, stopwatch, dan tissu. Bahan yang digunakan untuk setiap percobaan yaitu air es. Tabung hitam dan dipolis digunakan sebagai bahan penyerap kalor dari sumber energi lampu. Stopwatch untuk menghitung waktu ketika terjadi perubahan suhu.

    Langkah awal percobaan radiasi inframerah ini dimulai dengan disiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam percobaan seperti pada gambar (2.1), kemudian suhu ruangan pada saat itu diukur dan dicatat. Dilanjutkan dengan dimasukkannya air es pada tabung yang kemudian diukur suhu air es yang akan digunakan dalam percobaan dan dicatat hasilnya. Lalu termometer dipasang menggantung pada tabung yang sudah berisi air es seperti pada gambar (2.2). Kemudian lampu dinyalakan dan diukur kenaikan suhu pada air es dengan menggunakan termometer setiap 30 detik. Hasil pengukurannya dicatat. Percobaan ini dilakukan dengan 10 kali. Percobaan ini menggunakan dua variasi tabung, yaitu tabung hitam dan tabung dipolis (bening). Percobaan pertama menggunakan tabung dipolis selanjutnya dengan cara yang sama menggunakan tabung hitam. Percobaan ini juga menggunakan tiga variasi daya lampu, yaitu lampu 55W, 60W, dan 100W. Sehingga nanti diperoleh data suhu yang kemudian dengan menggunakan persamaan (1.5) maka akan didapatkan nilai panjang gelombang dari energi kalor yang dipancarkan.

    Untuk mempermudah melakukan percobaan ini, dapat dilihat Flow Chart dibawah ini :

    Gambar (2.3) : Flow Chart Percobaan Radiasi Inframerah.

    1. HASIL DAN PEMBAHASAN

    Pada percobaan radiasi inframerah ini, terjadi beberapa kejadian atau fenomena yang diawali dari pancaran sinar lampu pijar, ketika lampu pijar dinyalakan maka lampu dianggap sebagai sumber energi yang memancarkan cahaya. Pancaran cahaya dari lampu diterima oleh tabung terjadi peristiwa radiasi. Tabung menyerap energi dari lampu terjadi peristiwa konduksi. Energi yang diserap tabung yang berisi air es terjadi peristiwa konveksi sehingga suhu air naik menyebabkan perubahan suhu pada skala teermometer.

    Pada dasarnya cahaya sendiri memiliki sifat kembar atau disebut dengan dualisme. Sifat ini berarti pada kondisi tertentu, cahaya dapat memiliki sifat partikel dan pada kondisi tertentu juga cahaya dapat memiliki sifat gelombang. Sebuah cahaya hanya dapat memiliki satu sifat, artinya meskipun cahaya bersifat dualisme tidak berarti cahaya bisa memiliki sifat keduanya secara bersamaan. Jika dalam suatu kondisi tertentu cahaya berupa partikel maka cahaya tersebut tidak akan memiliki sifat dualismenya sebagai gelombang. Cahaya memang memiliki kedua sifat tersebut tetapi kedua sifat tersebut tidak akan bisa muncul secara bersamaan. Percobaan ini menganggap bahwa cahaya sebagai partikel. Bukan sebagai gelombang, karena dalam percobaan ini nilai dari panjang gelombangnya tidak masuk dalam range panjang gelombang referensi yang sudah ada, meskipun dalam percobaan ini didapatkan nilai panjang gelombangnya.

    Sehingga akan diperoleh data-data hasil dari percobaan inframerah ini berupa perubahan suhu serta perubahan kenaikan suhu. Dari data tersebut dihitung nilai panjang gelombang dan nilai energi kalornya. Untuk menghitung energi kalor yang diterima oleh air digunakan rumus persamaan (1.3), sedangkan untuk menghitung panjang gelombangnya maka digunakan rumus persamaan (1.5). Serta diketahui pula nilai dari konstanta Planck sebesar (h = 6.63 x 10-34 Jsmassa air (m =0.1 kg), massa jenis air (ρair = 1000 kg/m3)kalor jenis air (c air =4200 J/kg °C), dan nilai kecepatan cahaya (c cahaya = 3 x 108)Sehingga pada percobaan radiasi inframerah ini akan diperoleh nilai dari kalor yang diterima oleh air dan panjang gelombangnya, sebagai berikut :

    Tabel 3.1 : Data Hasil Percobaan Lampu 55 Watt pada Tabung Hitam

    Not (s)T (oC)Q (J)λ (m)
    1300.52109.47E-28
    26014204.73E-28
    3901.56303.16E-28
    412028402.37E-28
    51502.510501.89E-28
    6180312601.58E-28
    7210312601.58E-28
    82403.514701.35E-28
    92703.514701.35E-28
    10300416801.18E-28

    Tabel 3.2 : Data Hasil Percobaan Lampu 55 Watt pada Tabung Dipolish

    Not (s)T (oC)Q (J)λ (m)
    130000.00E+00
    2600.52109.47E-28
    39014204.73E-28
    412014204.73E-28
    515028402.37E-28
    618028402.37E-28
    721028402.37E-28
    82402.510501.89E-28
    92702.510501.89E-28
    10300312601.58E-28

    Berdasarkan data hasil percobaan radiasi inframerah pada lampu 55 Watt dapat dibandingkan hasil dari keduanya bahwa ketika lampu tersebut dinyalakan energi rata-rata yang diserap oleh tabung hitam adalah 1029 J dan terjadi perubahan suhu yang hampir konstan naik 1derajat disetiap pengulangannya, dan juga didapatkan panjang gelombang rata-ratanya sebesar 2.87 x 10-28m. Sedangkan pada lampu yang dipolish energi rata-rata yang diserap adalah sebesar 693 J dan pada tabung ini terjadi perubahan suhu yang lama. Rata-rata panjang gelombang yang didapatkan sebesar 3.14 x 10-28m. Perubahan suhu yang terjadi menunjukkan keterkaitan banyak sedikitnya energi yang diserap dan panjang pendeknya panjang gelombang. Dimana pada percobaan di lampu 55 Watt ini, energi yang diserap oleh tabung hitam lebih besar dibandingkan dengan tabung dipolis, sehingga panjang gelombang pada tabung hitam lebih pendek daripada tabung dipolis.

    Sedangkan untuk lampu 60 Watt, diperoleh data hasil perhitungan sebagai berikut :

    Tabel 3.3 : Data Hasil Percobaan Lampu 60 Watt pada Tabung Hitam

    Not (s)T (oC)Q (J)λ (m)
    1300.52109.47E-28
    26014204.73E-28
    39014204.73E-28
    412028402.37E-28
    515028402.37E-28
    6180312601.58E-28
    7210416801.18E-28
    8240521009.47E-29
    9270625207.89E-29
    10300729406.76E-29

    Tabel 3.4 : Data Hasil Percobaan Lampu 60 Watt pada Tabung Dipolis

    Not (s)T (oC)Q (J)λ (m)
    1300.52109.47E-28
    26014204.73E-28
    39014204.73E-28
    412028402.37E-28
    51502.510501.89E-28
    6180312601.58E-28
    7210312601.58E-28
    8240312601.58E-28
    92703.514701.35E-28
    103004.518901.05E-28

    Dari data hasil percobaan radiasi inframerah yang didapatkan pada lampu 60 Watt ini dapat dibandingkan hasil dari keduanya bahwa ketika lampu tersebut dinyalakan energi rata-rata yang diserap oleh tabung hitam adalah 1323 J dan terjadi perubahan suhu yang hampir konstan naik 1derajat disetiap pengulangannya, dan juga didapatkan panjang gelombang rata-ratanya sebesar 2.88 x 10-28m. Sedangkan pada lampu yang dipolish energi rata-rata yang diserap adalah sebesar 1008 J dan pada tabung ini terjadi perubahan suhu yang lama. Rata-rata panjang gelombang yang didapatkan sebesar 3.03 x 10-28m. Perubahan suhu yang terjadi menunjukkan keterkaitan banyak sedikitnya energi yang diserap dan panjang pendeknya panjang gelombang. Dimana pada percobaan di lampu 60 Watt ini, energi yang diserap oleh tabung hitam lebih besar dibandingkan dengan tabung dipolis, sehingga panjang gelombang pada tabung hitam lebih pendek daripada tabung dipolis.

    Pada percobaan di lampu 100 Watt, akan didapatkan data hasil perhitungan sebagai berikut :

    Tabel 3.5 : Data Hasil Percobaan Lampu 100 Watt pada Tabung Hitam

    Not (s)T (oC)Q (J)λ (m)
    13014204.73E-28
    26014204.73E-28
    39028402.37E-28
    412028402.37E-28
    5150312601.58E-28
    6180416801.18E-28
    7210521009.47E-29
    8240521009.47E-29
    9270625207.89E-29
    10300625207.89E-29

    Tabel 3.6 : Data Hasil Percobaan Lampu 100 Watt pada Tabung Dipolis

    Not (s)T (oC)Q (J)λ (m)
    1300.52109.47E-28
    2600.52109.47E-28
    39014204.73E-28
    412028402.37E-28
    5150312601.58E-28
    6180312601.58E-28
    7210416801.18E-28
    8240521009.47E-29
    9270521009.47E-29
    10300625207.89E-29

    Hasil percobaan radiasi inframerah yang didapatkan pada lampu 100 Watt ini dapat dibandingkan hasil dari keduanya bahwa ketika lampu tersebut dinyalakan energi rata-rata yang diserap oleh tabung hitam adalah 1470 J dan terjadi perubahan suhu yang hampir konstan naik 1derajat disetiap pengulangannya, dan juga didapatkan panjang gelombang rata-ratanya sebesar 2.04 x 10-28m. Sedangkan pada lampu yang dipolish energi rata-rata yang diserap adalah sebesar 1260 J dan pada tabung ini terjadi perubahan suhu yang lama. Rata-rata panjang gelombang yang didapatkan sebesar 3.31 x 10-28m. Perubahan suhu yang terjadi menunjukkan keterkaitan banyak sedikitnya energi yang diserap dan panjang pendeknya panjang gelombang. Dimana pada percobaan di lampu 100 Watt ini, energi yang diserap oleh tabung hitam lebih besar dibandingkan dengan tabung dipolis, sehingga panjang gelombang pada tabung hitam lebih pendek daripada tabung yang dipolis.

    Setelah diketahui hasil perhitungan nilai panjang gelombang pada percobaan radiasi inframerah dari masing-masing lampu dan tabungnya maka dapat diambil satu garis atau kesimpulan bahwa besarnya nilai panjang gelombang pada percobaan ini tidak merupakan atau tidak termasuk dalam range panjang gelombang, karena nilai panjang gelombang yang dihasilkan sangat kecil dan jauh dari panjang gelombang referensi sinar inframerah. Sehingga dalam percobaan ini, sinar yang dikeluarkan pada lampu pijar tidak merupakan sinar radiasi inframerah sehinggatidak merupakan cahaya tampak, dimana cahaya tampak sendiri adalah cahaya yang dapat dilihat oleh manusia. Dari teori ini, dapat dihubugkan dengan fenomena yang terjadi saat melakukan percobaan, yakni cahaya yang dihasilkan oleh lampu baik yang 55W, 60W maupun 100W, cahayanya tidak dapat dilihat oleh mata manusia, sehingga dari data perhitungan yang dihasilkan ini, bahwasannya cahaya yang dikeluarkan oleh lampu pijar tidak merupakan cahaya tampak sehingga tidak dapat dilihat oleh manusia.

    Berdasarkan tujuan yang ada, ternyata sinar yang dihasilkan dalam percobaan ini bukan merupakan sinar inframerah. Karena dalam percobaan ini, nilai panjang gelombangnya tidak masuk dalam range panjang gelombang referensi yang sudah ada seperti pada gambar (1.1). Hal ini terjadi karena adanya beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu besarnya panjang gelombang dalam percobaan ini ialah perubahan suhu dari besar energi kalor yang diserap oleh benda. Nilai dari gelombang inframerah referensi nilainya jauh lebih besar dibandingkan dengan hasil panjang gelombang dari percobaan ini. Hal ini dikarenakan percobaan yang dilakukan bukan berada ditempat vakum melainkan percobaan ini dilakukan di ruang tertutup yang dimana masih dapat dipengaruhi oleh cahaya lain. Kemudian waktu yang digunakan juga terlalu singkat, sehingga energy kalor yang dihasilkan juga semakin kecil dan energi yang diserap oleh tabung juga tidak dihitung. Sehingga hal-hal inilah yang dapat mempengaruhi nilai dari panjang gelombangnya.

    Dari hasil perhitungan yang didapatkan bahwasannya percobaan ini haruslah dilakukan diruangan yang benar-benar vakum dan tidak hanya pada ruangan yang tertutup, karena jika dilakukan pada ruangan yang tertutup, maka nantinya pasti masih ada cahaya luar yang masuk. Sehingga akhirnya dapat mempengaruhi dari nilai panjang gelombang yang akan didapatkan, hal ini sesuai dengan teori yang terdapat pada persamaan (1.3), dimana jika nanti dilakukan percobaan maka kelajuan atau kecepatan dari lampu akan dianggap sama dengan kelajuan cahaya matahari.

    Dan dari percobaan yang telah dilakukan ini, maka akan dapat kita dihubungkan dengan fenomena-fenoma yang terjadi pada radiasi termal, radiasi inframerah dan radiasi benda hitam. Dimana contoh kejadian yang ada pada radiasi termal ini adalah jika ada suatu benda yang yang memancarkan radiasi karena suhunya dalam percobaan radiasiinframerah ini kejadian lampu pijar yang memancarkan radiasi kepada tabung merupakan contoh dari radisai termal. Sedangkan fenomena yang terjadi pada radiasi benda hitam sendiri itu yaitu ketika suatu lubang kecil yang memancarkan radiasi pada sebuah rongga, dan cahayanya dipantulkan kembali namun energinya tetap diserap oleh rongga tersebut, dan pada percobaan radiasi inframerah ini, kejadian tersebut sama seperti ketika lampu pijar memancarkan radiasi atau cahaya kepada tabung, maka tabung tersebut akan memantulkan kembali cahaya dari lampu itu namun energi dari radiasi tersebut diserap oleh tabung yang kemudian disalurkan kepada air yang ada di tabung tersebut.

    1. KESIMPULAN

    Dari percobaan radiasi inframerah ini maka dapat disimpulkan bahwa nilai energi kalor yang diterima air pada lampu 55W pada tabung hitam 1029 J sedangkan tabung dipolis sebesar 798 J. Lampu 60 W energi rata-rata yang diserap oleh tabung hitam sebesar 1323 J dan energi rata-rata yang diserap oleh gelas dipolis 1008 J. Lampu 100W energi rata-rata 1470 J yang diserap oleh tabung hitam dan energi rata-rata 1260 J yang diserap oleh gelas dipolis. Hal ini bisa terjadi karena semakin besar perubahan suhu maka menunjukkan energi kalor yang diserap juga semakin besar sehingga panjang gelombangnya akan semakin pendek.

    DAFTAR PUSTAKA

    [1] Anies. 2005. Electrical Sensitivity. Jakarta : Erlangga.

    [2] Beiser, Arthur. 1982. Konsep Fisika Modern. Jakarta : Erlangga.

    [3] Holmat, J. P. 1997. Perpindahan Kalor. Jakarta : Erlangga.

    [4] Krane, Kenneth. 1992. Fisika Modern. Jakarta : UI Press.

    [5] Sears, Francis Westone dan Mark W Zemansky. 1983. Fisika untuk Universitas I. Bandung : Binacipta

    [6] Jewett, Serway. 2004. Physics for Scientist and Engineers 6th edition. California State Polytechnic University, Pomona

  • Laporan Praktikum Penggunaan Alat Ukur – VOM Tegangan Searah

    Telah dilakukan percobaan penggunaan alat ukur VOM (volt-ohm miliampermeter) dengan tujuan mempelajari karakteristik VOM pada pegukuran tegangan searah, arus searah dan tegangan bolak balik serta mengukur tegangan, hambatan dan arus dengan VOM meter.

    Penggunaan Alat Ukur

    I. PENDAHULUAN

       VOM (volt-ohm-miliampermeter) adalah peralatan listrik yang sering dijumpai bila bekerja yang berhubungan dengan kelistrikan. Alat ini bisa digunakan untuk mengukur harga resistan (tahanan), tegangan AC, tegangan DC, dan arus DC. Berdasarkan fungsinya, alat ini terdiri dari Amperemeter, Voltmeter dan Ohmmeter. Di dalam VOM terdapat sebuah kumparan putar (moving coil d’Arsonval). Alat ini menggunakan gerak d’Arsonval yaitu gerakan dasar kumparan putar magnet permanen[1].

    Alat ukur analog dengan jarum penunjuk menggunakan prinsip kumparan putar, dimana prinsip kerjanya adalah kawat tembaga dililitkan pada inti besi berbentuk silinder yang membentuk sebuah kumparan dan diletakkan diantara kutub-kutub sebuah magnet permanen berbentuk sepatu kuda dengan potongan-potongan besi lunak yang menempel di atasnya. Pada saat diberi arus listrik maka sisi kumparan yang dekat dengan kutub utara dan kutub selatan mengalami gaya Lorentz yang sama tetapi berlawanan arah, yang akan menyebabkan kumparan berputar dan arah jarum menyimpang untuk menunjukkan pada skala tertentu. Angka yang di tunjukkan pada skala menyatakan besar arus yang di ukur[5].

    Amperemeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur kuat arus listrik. Amperemeter bekerja sesuai dengan gaya Lorentz dan gaya magnetis. Aru syang mengalir pada kumparan yang di selimuti medan magnet akan menimbulkan gaya Lorentz yang dapat menggerakkan jarum amperemeter. Semakin besar arus yang mengalir, maka semakin besar pula simpangannya. VOM yang bekerja sebagai ampermeter memiliki rangkaian galvanometer yang dihubungkan parallel dengan resistor shunt dengan hambatan R yang rendah seperti gambar 1.1 berikut

    Gambar 1.1 VOM sebagai Ampermeter

    Voltmeter merupakan alat yang berfungsi untuk mengukur tegangan listrik. Gaya megnetik akan timbul dari interaksi antar medan magnet dan kuat arus. Gaya magnet tersebut akan mampu membuat jarum alat pengukur voltmeter bergerak saat ada gaya listrik. Ketika VOM sebagai alat ukur voltmeter rangkaiannya adalah galvanometer yang dirangkai seri dengan resistor yang mempunyai hambatan R yang tinggi seperti gambar 1.2 berikut.

    Gambar 1.2 VOM sebagai Voltmeter

    Ohmmeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur hambatan listrik. Pembacaan Voltmeter, Amperemeter dan Ohmmeter ditunjukkan denga jarum penunjuk skala galvanometer. Galvanometer bekerja dengan prinsip gaya antara medan magnet dan kumparan kawat pembawa arus. Ketika VOM sebagai alat ukur ohmmeter rangkaiannya adalah seperti gambar 1.3 berikut.

    Gambar 1.3 VOM sebagai Ohmmeter

    Prinsip kerja ammeter adalah menggunakan deleksi magnetik, dimana arus melewati koil di sebuah medan mafnet dari magnet permanen yang menciptakan tenaga putaran dan menyebabkan koil berputar searah jarum jam. Jarak dari koil yang berputar adalah sebanding dengan arus DC. Untuk pengukuran tegangan DC, nilai besar hambatan dihubungkan secara seri dengan mikroammeter, dengan tujuan untuk membatasi arus yang melewatinya. Tegangan yangdiperoleh dapat dihitung dari arus yang mengalir dan nilai resistansi. Petunjuk pengukuran tegangan AC sama dengan pengukuran tegangan DC. Sebuah pengoreksi diperlukan untuk mengkonversi dari arus AC ke arus DC sebelum melewati mikroammeter. Ini bisa dicapai dengan menggunakan dua dioda yang dikalibrasi oleh dua resistor dengan tujuan untuk memberi nilai rms secara benar untuk bentuk gelombang sinusoidal. Untuk pengukuran arus DC, resistor lemah dihubungkan secara paralel dengan sebuah mikroammeter dan kemudian pembagian arus diberikan untuk menghitung nilai arus. Untuk pengukuran hambatan, baterai dimultimeter dan satu set resistor digunakan untuk pengukuran. Ketika resistor dihubungkan, rangkaian ditutup dan arus akan mengalir. Kemudian nilai hambatan akan dapat dihitung[3].

    Di dalam VOM terdapat sebuah kumparan putar (moving coil d’Arsonval), sumber tegangan berupa baterai dan resistor shunt. Saat VOM dialiri arus listrik, maka akan menyebabkan terjadinya induksi elektromagnetik pada kumparan sehingga menjadikan kumparan tersebut berputar. Akibatnya kumparan menjadi magnet sementara dengan kutub polaritas yang sama dengan magnet permanen sehingga terjadi tolak menolak. Adanya tolak-menolak ini dapat menyebabkan jarum penunjuk dapat bergerak. Pergerakan jarum penunjuk ini diimbangi oleh gaya pegas yang ada pada VOM[2].

    Resistor merupakan komponen pasif yang dibuat untuk mendapatkan hambatan tertentu. Agar dapat menggunakan resistor dengan baik kita perlu mengetahui beberapa hal seperti bahan pembuatnya, nilai hambatan, toleransi, resapan daya. Nilai hambatan suatu resistor ditenetukan oleh tebal dan panjang lapisan. Untuk nilai hambatan yang tinggi lapisan karbon dibuat berbentuk spiral. Resistor karbon menggunakan cincin sandi warna yang dicatkan pada bahan resistor untuk menyatakan nilai hambatan. Untuk resistor dengan toleransi 10% dan 5% digunakan empat buah cincin[4].

    II. METODE

    Langkah awal dalam praktikum pengunaan alat ukur ini yaitu menyiapkan alat-alat yang akan digunakan, yaitu sumber tegangan DC, multitester atau VOM, resistor-resistor, dan transformator AC (VariAC). Percobaan awal adalah pengukuran tegangan searah (DC). Langkah awal yang harus dilakukan adalah peralatan dirangkai sama seperti gambar 2.1, kemudian diberi tegangan DC yang bersumber dari power supply sebesar 6V, 9V dan 12V yang akan disambungkan dengan resistor RAB 20kΩ, dan resistor RBC 33kΩ. Kemudian diukur besar tegangan pada Rab dan Rbc, karena tegangan yang diberikan dari sumber sebesar 6V, 9V dan 12V maka digunakan range pada VOM sebesar 10 dan 50V. Kemudian dihitung tegangan maksimum dan minimumnya. Sebelum itu harus menghitung Rmax dan Rmin dengan menggunakan persamaan dibawah ini:

    Setelah didapat Rmax dan Rmin, kemudian Setelah itu dihitung besar tegangan maksimum dan minimum dengan persamaan:

    Gambar 2.1 Rangkaian pada pengukuran tegangan DC

    Percobaan kedua adalah pengukuran arus searah (DC). Rangkaian disusun secara seri dengan menggunakan sebuah resistor seperti gambar 2.2. Lalu rangkaian dihubungkan dengan sumber arus dan alat ukur VOM. Tentukan titik acuan ab dan bc serta ditentukan pula nilai tegangan yang akan dipakai dan nilai range VOM. Kemudian dilakukan pengukuran terhadap arus searah dan didapatkan nilai kuat arus dari alat ukur VOM. Nilai resistor yang digunakan adalah 20 kΩ sebagai RAB dan 33 kΩ sebagai RBC ,dengan menaikkan tegangan dan range VOM. Tegangan yang digunakan yaitu 5 V dan 9 V. Kemudian dihitung besar Imin dan Imax pada rangkaian dengan persamaan.:

    Lalu dihitung juga besar R dalamnya dengan menggunakan persamaan dibawah ini:

    Dimana Rin adalah hambatan dalam, Rtot adalah hambatan total yang terdapat pada rangkaian, dan R adalah hambatan yang terbaca pada rangkaian.

    Gambar 2.2 Rangkaian pada pengukuran arus DC

    Untuk percobaan ketiga yaitu pengukuran tegangan bolak-balik (AC) dengan menggunakan 2 buah resistor. dengan sumber arus dan alat ukur VOM. Tegangan AC diukur yang terbaca pada titik ab dan ac seperti gambar 2.3. Dan untuk pengukuran ini, digunakan persamaan (1) dan (2) untuk mendapatkan Rmax dan Rmin kemudian untuk mencari Vmax dan Vmin digunakan persamaan (3) dan (4).

    Gambar 2.3 Rangkaian Pada Pengukuran Tegangan AC

    III. HASIL DAN PEMBAHASAN

    Berdasakan percobaan yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil pengukuran tegangan searah dengan RAB (20±5%)kΩ dan RBC (33±5%) kΩ, arus searah (DC) dengan variasi tegangan sumber 5V dan 9V, dengan range untuk VOM pada tegangan sumber 5V adalah 0.25 dan 9V digunakan range VOM 25.. Data percobaan dapat dilihat dalam table dibawah ini.

    3.1 Pengukuran tegangan DC

    Pada percobaan pengukuran tegangan DC didapatkan data sebagai berikut:

    Tabel 1. Hasil Pengukuran Tegangan DC pada Vab

    No.ԑ (V)Range VOMVab (V)Error
    Vukur (V)Vmin (V)Vmaks (V)
    16101.81.1631.0780.518
    1.81.1631.0780.518
    1.81.1631.0780.518
    29102.61.6791.5570.536
    2.61.6791.5570.536
    2.61.6791.5570.536
    3125042.5832.3950.465
    42.5832.3950.465
    42.5832.3950.465

    Tabel 2. Hasil Pengukuran Tegangan DC pada Vbc

    No.ԑ (V)Range VOMVbc (V)Error
    VukurVminVmaks
    16102.40.9630.8500.06
    2.40.9630.8500.06
    2.40.9630.8500.06
    29102.81.1230.9920.176
    2.81.1230.9920.176
    2.81.1230.9920.176
    3125072.8082.4790.546
    72.8082.4790.546
    72.8082.4790.546

    3.2 Pengukuran Arus DC

    Pada percobaan pengukuran arus DC di peroleh data sebagai berikut:

    Tabel 3. Hasil Pengukuran Arus DC

    Noԑ (V)Range VOM (mA)I (mA)Rin (kΩ)Error
    I ukurI minI maks
    150.250.000240.00020.000261.0420.04
    0.000240.00020.000261.0420.04
    0.000240.00020.000261.0420.04
    29250.00050.00040.000470.90.111
    0.00050.00040.000470.90.111
    0.00050.00040.000470.90.111

    3.3 Pengukuran Tegangan AC

    Pada percobaan pengukuran tegangan AC di dapatkan data sebagai berikut:

    Tabel 4. Hasil Pengukuran Tegangan AC pada Vab

    No.ԑ (V)VabError
    Vukur (V)Vmin (V)Vmaks (V)
    11242.5832.3950.606
    1242.5832.3950.606
    1242.5832.3950.606
    21553.2292.9940.606
    1553.2292.9940.606
    1553.2292.9940.606
    31885.1674.7910.606
    1885.1674.7910.606
    1885.1674.7910.606

    Tabel 5. Pengukuran Tegangan Ac pada Vbc3

    No.ԑ (V)VbcError
    Vukur (V)Vmin (V)Vmaks (V)
    11272.8082.4790.5
    1272.8082.4790.5
    1272.8082.4790.5
    21593.6103.1870.6
    1593.6103.1870.6
    1593.6103.1870.6
    318104.0113.5410.5
    18104.0113.5410.5
    18104.0113.5410.5

    Dari data hasil percobaan dan perhitungan diatas dapat terlihat bahwa bahwa untuk data tegangan pada hambatan AB dan BC dapat dianalisa bahwa semakin besar hambatannya maka semakin besar pula tegangannya karena namun pada besar arus I pada data dapat dianalisa bahwa semakin besar tegangan sumber maka semakin besar aris listriknya . Untuk analisa perhitungan dapat dianalisa bahwa yang pertama tentang Vmin dan Vmaks serta Imin dan Imaks dapat dianalisa bahwa nilai tersebut dapat digunakan sebagai validasi.Adapun V min dan Vmax serta I min dan I max dapat digunakan sebagai ketelitian dan kebenaran data ukur untuk tegangan maupun arus. Ketika data sesuai dengan range antara batas minimal dan maksimal maka dapat dikatakan bahwa data itu adalah data yang benar karena harga V min dan V maks bergantung pada besar toleransi resistor tersebut. Dalam penggunan multimeter maka harus bisa menentukan range nya terlebih dahulu. Penentuan range ini jangan sampai suatu besaran yang kita cari sangat kecil atau melebihi dari range yang ditentukan, sehingga error yang terjadi sangat besar jika nilai yang ingin dicari sangat jauh dari rangenya. Pada pengukuran hambatan dalam pada rangkaian diperoleh hasil yang berbeda-beda. Hal ini dikarenakan hambatan dalam (R in) pada VOM menyesuaikan dengan arus yang diukur. Ketika arus besar, maka R in-nya kecil sehingga jarum penunjuk pada VOM hanya mengalami penyimpangan yang cukup kecil.

    Untuk perhitungan nilai error bila dihubungkan dengan tegangan dan arus, dengan nilai batas Vmax dan Vmin, bahwa data yang memiliki error besar yang telah keluar dari batas range V max dan V min. Hal ini terjadi terutama karena kesalahan pembacaan dan penggunaan skala range. Semakin tepat penggunaan akan semakin akurat pembacaannya dan tidak akan keluar dari batas Vmax dan Vmin.

    IV. KESIMPULAN

    Dari percobaan penggunaan alat ukur yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa karakteristik dari VOM dapat mengukur arus DC, Tegangan DC dan tegangan AC. VOM pengukur DC mempunyai kepekaan yang lebih tinggi daripada untuk mengukur tegangan AC, untuk itu pada tegangan AC digunakan penyearah tegangan dan penggunaan VOM untuk mengukur tegangan diparalel dengan R, sedangan untuk mengukur arus, VOM diseri dengan R serta untuk mengukur hambatan, VOM diparalel dengan R tanpa dihubungkan dengan sumber tegangan.

    DAFTAR PUSTAKA

    Cooper, William David.1994. Instrumentasi Elektronik dan Teknik Pengukuran. Jakarta:Erlangga.

    Giancoli, Douglas. 2001. FISIKA. Jakarta: Erlangga

    Sadiku, Alexander.2007. Fundamentals of Electric Circuit. USA :Mc Graw-Hill Company

    Sutrisno. 1986. ElektronikaTeori Dasar dan Penerapannya. Bandung: ITB.

    http://easyphysicslearn.blogspot.com/2012/06/prinsip-dan-cara-kerja-galvanometer.html

  • Laporan Praktikum Photovoltaic Fisika Modern

    Photovoltaic Fisika Modern

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Matahari merupakan sumber energy utama dan dapat dimanfaatkan sebagai energy listrik dengan menggunakan sebuah sel surya dengan menerapkan system teknologi photovoltaic. Ketika sinar matahari menyinari sel maka electron-elektron dilepaskan dan mengalir ke seluruh lapisan-lapisan kimia yang ada dipermukaan sel sehingga menghasilkan arus listrik yang kecil yang dihimpun didalam konduktor logam. Sel surya ini sangat bermanfaat yaitu dapat digunakan untuk menghidupkan listrik. Oleh karena itu dilakukan percobaan ini untuk mempelajari fenomena photovoltaic pada sel surya.

    Pada photovoltaic terjadi efek fotolistrik. Suatu energi dari elektron-elektron bebas oleh cahaya pada frekuensi dari suatu cahaya. Ketika peristiwa itu terjadi diketahui bahwa penyebab dari semua itu adalah elektron-elektron yang memancarkan pada saat frekuensi cahaya pada keadaan tinggi.

    Suatu contoh yaitu pada percobaan fotolistrik ialah, ketika permukaan sebuah logam disinari oleh seberkas cahaya dan sejumlah elektron terpancar dari permukaannya, susunan dari percobaan ini dapat diperlihatkan pada gambar yang ada pada berikut ini :

     Gambar 1 Alat untuk mengamati fotolistrik.

    Fenomena yang terjadi pada fotolistrik ini hampir sama dengan sistem kerja dari filter. Dimana jika ada sejumlah electron (foton) yang terpancar dari suatu sumber cahaya, maka filter akan menyerap cahaya foton-foton tersebut dan kemudian akan diteruskan. Kenyataan lain bahwa cahaya membawa energi teleh lebih jelas bagi orang-orang yang pernah memfokuskan sinar matahari pada sepotong kertas dan membakar lubang kertas tersebut dapat dikatakan bahwa energi yang dibawa oleh cahaya akan dapat merambat seperti pada gelombang. Karena cahaya disini dapat bersifat sebagai partikel dan juga gelombang.

    Cahaya banyak sekali manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Cahaya dapat dijadikan sebagai sumber energi bagi makhluk hidup. dimana energi dialam ini banyak sekali bentuknya. Ada energi terbarukan dan energi tak terbarukan. Energi yang tak terbarukan apabila digunakan terus menerus maka akan cepat habis. Untuk itu diperlukan sumber energi alternatif lain. Salah satunya yaitu energi listrik yang dibangkitkan oleh energi cahaya dengan menggunakan bantuan dari solar cell.

     Solar cell merupakan pembangkit listrik yang mampu mengkonversikan energi cahaya menjadi energi listrik. Energi matahari sesungguhnya merupakan sumber energi yang paling menjanjikan mengingat sifatnya yang berkelanjutan serta jumlahnya yang sangat besar. Solar cell tersusun dari unit terkecil yaitu sel, lalu kumpulan sel membentuk modul, dan kumpulan modul membentuk area. Solar cell juga memakai bahan semikonduktor sebagai bagian dari penyusunnya.

    Solar cell terbuat dari bahan semikonduktor yang terdiri dari tipe p dan tipe n yang ditunjukkan pada gambar 3. Dimana proses photoelectric dikenal sebagai photovoltaic. Photovoltaic adalah teknologi yang menghasilkan daya lisrik (DC) diukur dalam (Watt) dari semikonduktor ketika diterangi foton. Selama cahaya menyinari solar cell yang merupakan sel pada elemen photovoltaic, itu menghasilkan tenaga listrik. Ketika cahaya berhenti menyinari, tenaga listrikpun ikut berhenti. Solar cell tidak perlu diiisi ulang seperti pada baterai. Berikut adalah gambar solar cell.

    Gambar 2.  Solar Cell

    Bahan semikonduktor sendiri merupakan bahan dengan konduktivitas listrik  yang berada di antara insulator (isolator) dan konduktor. ada dua macam jenis semikonduktor, yakni semikonduktor intrinsik (murni) dan jenis semikonduktor ekstrinsik (tak murni). Contoh dari semikonduktor murni adalah silikon dan germanium, silikon dan germanium merupakan 2 jenis semikonduktor yang sangat penting dalam elektronika, keduanya terletak pada kolom ke empat dalam tabel periodik dan mempunyai elektron valensi empat. Jika sebuah ikatan kovalen terputus, maka akan terjadi kekosongan atau lubang (hole) pada daerah dimana terjadi kekosongan akan terdapat kelebihan muatan positif dan daerah yang ditempati elektron bebas mempunyai kelebihan muatan negatif. Kedua muatan inilah yang nantinya dapat menimbulkan adanya aliran listrik dalam semikonduktor murni.

    Selain semikonduktor murni terdapat pula semikonduktor tidak murni, semikonduktor tidak murni ini merupakan semikonduktor yang telah tercampur dengan bahan pengotor yang berupa atom-atom lain yang kecil. Ada dua jenis dari semikonduktor tidak murni ini, pertama semikonduktor tipe-n yang kedua semikonduktor tipe-p. Semikonduktor tipe-n merupakan semikonduktor tidak murni karena ini dibuat dengan menambahkan sejumlah atom pengotor pentravalen (antinony, phorporus, atau arsenic) pada silikon murni. Tipe semikonduktor ini memiliki elektron bebas yang dapat digunakan sebagai penghantar listrik, dan dia menghasilakan muatan negatif dari kristal yang netral. Sedangkan untuk membuat semikonduktor tipe-p dibuat dengan menambahkan sejumlah atom kecil pengotor trivalen (almunium, boron, galium, atau indium) pada semikonduktor murni. Sedangkan tipe semikonduktor ini kelebihan muatan positif. Adapun dalam solar sell sendiri terdapat semikonduktor tipe-n dan juga tipe-p. Dimana kedua jenis semikonduktor, tipe-n dan tipe-p disambungkan (lihat Gambar 3) karena tipe-n banyak muatan negatif dan tipe-p banyak muatan positif, dari muatan yang dihasilkan keduanya inilah yang nantinya akan menghasilkan aliran listrik.

    Gambar 3. Skema pengoperasian Photovoltaic

    Percobaan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh cahaya lampu pijar terhadap output solar sell, mengetahui pengaruh lebar solar cell terhadap daya output solar cell, mengetahui pengaruh panjang gelombang cahaya terhadap output daya solar cell. Selain itu juga bertujuan agar praktikan mampu menjelaskan fenomena photovoltaic pada solar cell. Dimana untuk menghitung daya sendiri digunakan persamaan sebagai berikut :

    P = V. I ………………………………………………………..(1)

    dengan P adalah daya (Watt) , V adalah tegangan (Volt) dan I adalah arus dengan satuan (Ampere).

    Bab III. Metode Praktikum

    Langkah pertama yang dilakukan dalam praktikum ini yaitu disiapkan peralatan-peralatan yang diperlukan dalam praktikum ini. Alat – alat yang digunakan dalam percobaan Photovoltaic ini adalah solar cell 2,5cm x 5cm , solar cell 5cm x 5cm, Circuit diagram, Lighting module, Base unit,  filter warna merah, kuning dan biru, 2 buah multimeter, power supply , test lead black serta test lead red dan kabel. Percobaan Photovoltaic ini dibagi menjadi dua percobaan yaitu percobaan pengukuran arus dan percobaan perngukuran tegangan.


    Gambar 4. Rangkaian untuk mengukur arus

    Setelah dirangkai, dimana pada percobaan pertama ini solar cell dipasang seri terhadap multimeter, yang kemudian nilai tegangan (V) input ditentukan dan akan dicari nilai I outputnya. Selain itu untuk percobaan yang kedua yaitu untuk pengukuran tegangan, langkah awalnya rangkai peralatan dan bahan seperti pada gambar 5 berikut ini :

    Gambar 5. Rangkaian untuk mengukur tegangan

    Setelah rangkaian dirangkai, untuk mendapatkan nilai tegangannya, yaitu dipercobaan yang kedua ini, solar cell dipasang secara paralel terhadap multimeter. Dan akan didapatkan nilai V output nya.

    Dari masing-masing percobaan baik percobaan pada pengukuran arus dan pengukuran tegangan akan divariasi oleh filter warna (merah, kuning, dan biru), dimana filter ini berfungsi sebagai penyaring cahaya yang masuk. Dari data yang diperoleh yakni Vout dan Iout tersebut, maka akan dapat diukur nilai dari suatu daya output solar cell.

    Untuk mempermudah dalam memahami langkah percobaan ini, digunakan flowchart seperti dibawah ini :

    Gambar 6. Flowchart percobaan Photovoltaic

    Bab IV. Hasil dan Pembahasan

    A. Hasil

    Dari percobaan yang telah dilakukan dapat diketahui fenomena yang terjadi pada photovoltaic. Jadi photovoltaic merupakan teknologi yang digunakan untuk merubah cahaya menjadi sumber listrik dengan menggunakan solar cell yang terdiri dari semikonduktor-n dan semikonduktor-p. Ketika sinar surya mengenai semikondiktor sel surya tersebut maka akan terbentuk hole dan elektron bebas. Dari sinilah nantinya akan terbentuk arus listrik, sehingga ketika rangkaian tersebut dihubungkan dengan photovoltaic tersebut akan memiliki nilai arus dan juga tegangan. Percobaan ini dilakukan dengan 2 variasi solar cell besar dan solar cell kecil.  

    A. Pada Solar cell kecil.

    Dari percobaan yang telah dilakukan yakni dengan menggunakan solar cell kecil didapatkan nilai V output dan I output dari solar cell. Selain itu pada percobaan ini dilakukan variasi dengan menggunakan filter warna yang nantinya digunakan untuk melihat pengaruh panjang gelombang terhadap daya output solar cell, dari teori yang telah dijelaskan bahwa panjang gelombang cahaya dapat dilihat dari warna yang dipancarkannya. Untuk percobaan kali ini digunakan tiga filter warna yakni merah, kuning dan biru. Secara teori warna merah memiliki panjang gelombang yang lebih panjang kemudian kuning lalu biru. Dan dijelaskan pula dalam teori bahwa semakin panjang, panjang gelombang maka energi yang diahsilkan akan semakin kecil. Sedangkan jika semakin kecil panjang gelombang maka energi yang dihasilkan akan semakin besar. Selain itu percobaan kali ini dilakukan dengan menggunakan variasi tegangan input sebesar 1,5V;2V dan 2,3V.

         Variasi tegangan input ini dilakukan agar dapat  mengetahui pengaruh dari lebar solar cell terhadap daya output solar cell. Secara teori dijelaskan bahwa lebar dari solar cell mempengaruhi pada luas pada solar cell itu sendiri, semakin luas atau semakin lebar maka daya output yang dihasilkan pun semakin besar.Pada percobaan ini didapatkan data nilai Vout dan Iout sehingga dapat di tentukan nilai Pout dengan persamaan hukum ohm dan didapatkan seperti pada tabel di bawah ini :

    Tabel 3.1 Data hasil percobaan pada solar cell kecil.

    FilterVin (V)Vout (mV)Iout (mA)P out (mW)
    Merah1.57242531275
    1.57242431272
    1.57242531275
    1.57242531275
    2.00346183688
    2.00346083680
    2.00346083680
    2.00346083680
    2.349478136214
    2.349478136214
    2.349478136214
    2.349478136214
    Kuning1.57241331239
    1.5724132826
    1.57241331239
    1.57241331239
    2.00345162706
    2.00345162706
    2.00345162706
    2.00345162706
    2.349469104690
    2.349469104690
    2.349469104690
    2.349469104690
    Biru1.5724082816
    1.5724082816
    1.5724082816
    1.5724082816
    2.00344652230
    2.00344652230
    2.00344652230
    2.00344652230
    2.34946483712
    2.34946483712
    2.34946483712
    2.34946483712

    Dari hasil percobaan di atas dapat diketahui bahwa semakin besar nilai Vinput yang digunakan maka akan semakin besar pula nilai Vout dan Iout, sehingga nilai daya outputnya pun juga semakin besar. Sehingga dari percobaan yang dilakukan dapat diketahui pengaruh intensitas cahaya terhadap daya output ialah semakin besar intensitas cahaya yang diguanakan maka semakin besar pula nilai daya output yang dihasilkan. Sehingga benar adanya terori di atas.

    Dari tabel 3.1 di atas untuk solar cell kecil dapat dilihat bahwa nilai  daya yang dihasilkan jika dilihat dari variasi warna, warna merah memiliki daya yang lebih besar, lalu warna kuning dan terakhir adalah warna biru. Karena energi berbanding lurus dengan daya, sedang energi berbanding terbalik dengan panjang gelombang, maka jika dilihat dari hasil di atas warna merah memiliki energi tertinggi dan memiliki panjang gelombang terkecil. Kemudian disusul warna kuning dan terakhir adalah warna biru. Jika dilihat hasil percobaan ini tidak sesuai dengan teori, karena semakin panjang panjang gelombang daya pun semakin besar, hal ini karena filter pada percobaan ini terdapat karakteristik khusus dan juga karena lampu pijar yang digunakan lebih banyak mendistribusikan panjang gelombang merah.

                B. Pada Solar Cell besar.

    Pada percobaan dengan menggunakan solar cell besar ini, juga akan didapatkan nilai V output dan I output dari solar cell. Selain itu pada percobaan ini juga dilakukan variasi dengan menggunakan filter warna yang nantinya digunakan untuk melihat pengaruh panjang gelombang terhadap daya output solar cell, dari teori yang telah dijelaskan bahwa panjang gelombang cahaya dapat dilihat dari warna yang dipancarkannya. Untuk percobaan kali ini digunakan tiga filter warna yakni merah, kuning dan biru. Secara teori warna merah memiliki panjang gelombang yang lebih panjang kemudian kuning lalu biru. Dan dijelaskan pula dalam teori bahwa semakin panjang, panjang gelombang maka energi yang diahsilkan akan semakin kecil. Sedangkan jika semakin kecil panjang gelombang maka energi yang dihasilkan akan semakin besar. Selain itu percobaan kali ini dilakukan dengan menggunakan variasi tegangan input sebesar 1,5V;2V dan 2,3V.

    Dilakukannya variasi tegangan input ini agar dapat  mengetahui pengaruh dari lebar solar cell terhadap daya output solar cell. Secara teori dijelaskan bahwa lebar dari solar cell mempengaruhi pada luas pada solar cell itu sendiri, semakin luas atau semakin lebar maka daya output yang dihasilkan pun semakin besar.  

    Sehingga pada percobaan ini akan diperoleh nilai dari Vout dan Iout yang nantinyaakan dapat di tentukan nilai Pout-nya dengan menggunakan rumus persamaan hukum ohm dan didapatkan hasilnya seperti pada tabel berikut dibawah ini :

    Tabel 3.2 Data hasil percobaan pada solar cell besar.

    FilterVin (V)Vout (mV)Iout (mA)P out (mW)
    Merah1.572354.862128.8
    1.572365.362191.8
    1.572365.262191.2
    1.57236562190
    2.003419145866
    2.003419145866
    2.003418145852
    2.003418145852
    2.349451229922
    2.349450229900
    2.349449229878
    2.349449229878
    Kuning1.572344.751723.5
    1.572344.251721
    1.572344.151720.5
    1.57234451720
    2.003400114400
    2.003401114411
    2.003401114411
    2.003401114411
    2.349431177327
    2.349431177327
    2.349431177327
    2.349430177310
    Biru1.572339.741358.8
    1.572339.441357.6
    1.572339.441357.6
    1.572339.341357.2
    2.003396.7103967
    2.003396103960
    2.003394103940
    2.003399103990
    2.349425156375
    2.349425156375
    2.349425156375
    2.349425156375

            Dari data yang telah di dapatkan pada percobaan dengan menggunakan solar cell besar seperti yang tertera pada tabel diatas, dapat diketahui bahwa sama halnya saat menggunakan solar cell kecil. Dimana nilai daya yang dihasilkan untuk variasi filter warna, warna merah memiliki daya paling besar, kemudian kuning lalu biru. Dan untuk intensitas cahaya, semakin besar nilai Vin nya maka besar daya yang dihasilkan pun semakin besar.

          Sedangkan untuk mengetahui pengaruh lebar solar cell terhadap daya output solar cell ini dapat dibanding-kan antara tabel (3.1) dengan tabel (3.2), dari pembandi-ngan dua solar cell tersebut dapat dilihat bahwa semakin lebar solar cell yang digunakan maka akan menghasilkan Vout yang kecil tetapi menghasilkan Iout yang  jauh lebih besar , sehingga daya yang dihasilkan pun semakin besar. Hal ini dikarenakan semakin lebar solar cell yang digunakan maka luasan tersebut semakin besar. Pada dasarnya muatan-muatan electron yang ada pada solar cell besar lebih banyak daripada solar cell kecil karena pengaruh luasannya karena pada prinsipnya solarcell menggunakan prinsip semikonduktor yaitu ketika solar cell diberikan sinar surya maka electron-elektron dipita valensi mendapatkan energy yang cukup untuk berpindah ke pita konduksi sehingga hole pada pita konduksi terisi penuh dan jika solar cell tersebut dihubungkan dengan rangkaian listrik, muatan electron yang ada pada pita konduksi akan bergerak sehingga timbul arus . Jika solar cell yang dipakai semakin besar maka electron yang mengalir juga akan semakin banyak sehingga arus yang dihasilkan semakin besar.

    Adapun untuk mengetahui pengaruh intensitas cahaya lampu pijar, lebar solar cell dan panjang gelombang cahaya terhadap daya keluaran solar cell sesuai dengan tujuan percobaan ini dapat digunakan grafik di bawah ini dan grafik lebih lengkapnya di lampiran untuk menganalisanya.

    Gambar 6. Grafik Vin terhadap Pout untuk solar cell kecil.

         Dilihat dari grafik di atas, diketahui bahwa warna merah memiliki garis yang hampir mendekati linear, sehingga dalam percobaan ini data yang didapatkan memiliki nilai error yang kecil. Sedangkan untuk warna kuning dan biru memiliki garis yang hampir linear juga, akan tetapi merah lebih jauh dibanding kuning.

         Selain itu dapat diketahui pula hubungan antara Vin dengan Pout, yang mana semakin besar nilai Vin maka makin besar pula nilai Pout nya. Hal ini berlaku untuk semua filter warna. Karena grafik menunjukkan grafik yang linier, hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara Vin dan Pout adalah berbanding lurus.

         Sedangkan pada percobaan yang kedua yaitu dengan menggunakan solar cell besar, dapat diketahui pula hubungan antara Vin dengan Pout-nya. Dan dapat dilihat juga dari gambar grafik (7), diketahui bahwa warna merah dan kuning memiliki garis yang hampir mendekati linear, sehingga dalam percobaan ini data yang didapatkan memiliki nilai eror yang kecil. Sedangkan untuk warna  biru memiliki garis yang hampir linear juga, akan tetapi merah dan kuning lebih jauh dibanding biru, sama halnya pada solar cell kecil.

    Gambar 7. Grafik solar cell besar Vin terhadap Pout.

         Dari grafik yang ada dapat diketahui bahwa hubungan antara Vin dengan Pout, yakni semakin besar nilai Vin yang dimasukkan maka semakin besar pula nilai Pout yang dihasilkan. Hal ini berlaku untuk semua filter warna. Seperti halnya pada solar kecil, pada solar besar juga menunjukkan arah grafik yang linier, hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara Vin dengan Pout adalah berbanding lurus.

    IV.  KESIMPULAN

    Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

    1.  Photovoltaic merupakan teknologi yang digunakan untuk mengubah cahaya menjadi listrik dengan menggunakan solar cell dengan prinsip semikonduktor.

    2.  Semakin besar intensitas yang digunakan, maka semakin besar pula daya outputnya.

    3.  Semakin panjang panjang gelombang, maka daya outputnya juga semakin besar.

    4.  Semakin lebar lebar solar cell, semakin besar pula daya outputnya.

    UCAPAN TERIMA KASIH

       Penulis mengucapkan terima kasih kepada Budiana, Dita Viantyas, Friska Ayu F, Setiawan Abdillah sebagai asisten laboratorium fisika modern yang telah membimbing dalam melakukan praktikum, dan teman-teman yang telah membantu dalam melakukan praktikum.

    DAFTAR PUSTAKA

    [1]    Beiser, Arthur. 1987. Konsep Fisika Modern. Jakarta:Erlangga.

    [2]    Giancoli, C. Douglas. 2001. FisikaJilid2EdisiKelima. Jakarta:Erlangga.

    [3]    Halliday, Resnik.1999. Fisika Edisi 3 Jilid 2. Jakarta:Erlangga.

    [4]    Lestie. 1978.SolarEnergy Conversion.New York: Permagon Press

    [5]    Luque, Antonio. 2003. Handbook of Photovoltaic Sciences and Engineering. USA:Chichester.

    [6]   Utami, Hesti.2000. Mengenal Cahaya dan Optik.  Ganesa, Jakarta Krane, Kenneth.S. 1992. Fisika Modern.Jakarta :UI Press.

  • Laporan Praktikum Transistor Sebagai Penguat Tegangan

    Transistor Sebagai Penguat Tegangan

    Bab I. Pendahuluan

    B. Tujuan

    Adapun tujuan yang ingin dicapai dari praktikum kali ini, adalah :

    1. Memahami cara kerja rangkaian common emitter
    2. Menghitung hfe dan hoe dari kurva karakteristik keluaran transisitor
    3. Membuat transisitor bekerja dengan titik q ditengah garis beban, pada daerah saturasi, dan pada cut off, serta menjelaskan bentuk – bentuk isyarat keluaran pada saat transistor bekerja pada titik operasi yang bersangkutan
    4. Mengukur hambatan masukan penguat dan hambatan keluaran penguat
    5. Mengukur tanggapan amplitude penguat

    Bab II. Kajian Pustaka

    Penguat common emmitor adalah penguat yang kaki emitter transistor digroundkan, lalu input dimasukkan kebasis dan output diambil pada kaki kolektor. Penguat common emitter juga mempunyai karakter sebagai penguat tegangan.

    Penguat common emitter mempunyai karakteristik sebagai berikut :

    1. Sinyal outputnya berbalik fasa 180 derajat terhadap sinyal input
    2. Sangat mungkin terjadi osilasi karena adanya umpan balik positif, sehingga sering dipasang umpan balik negative untuk mencegahnya
    3. Sering dipakai pada penguat frekuensi rendah (terutama pada sinyal audio )
    4. Mempunyai stabilitas penguatan yang rendah karena bergantung pada kestabilan suhu dan bias transistor

    Jika tegangan keluaran turun oleh pertambahan arus beban, maka VBE (tegangan basis – emitter) bertambah dan arus beban besar, sehingga titik q bergeser keatas sepanjang garis beban ( Sutrisno,1986:172 ).

    Rangkaian common emitter (CE) adalah rangkaian yang paling sering digunakan untuk berbagai aplikasi yang menggunakan transistor. Dinamakan rangkaian CE, sebab titik ground atau titik tegangan 0 Volt dihubungkan pada titik emitter. Pada rangkaian CE sering digunakan rangkaian ekuivalen h. Harga – harga parameter h seperti :

                                            .    .    . (1)

    Daerah kerja transistor normal adalah pada daerah aktif dimana arus Ic konstan terhadap berapapun nilai Vce. Daerah kerja ini disebut daerah linear ( linear region ). Jika hukum Kirchoff pada pembagi tegangan dan arus diterapkan pada rangkaian CE,maka diperoleh hubungan :

                                                           .    .    . (2)

    Dan untuk daerah saturasi mulai dari VCE = 0 sampai kira – kira 0,7 Volt ( Malvino,2003:91).

    Emitter menjadi bagian bersama untai masukan dan keluaran. Resistansi keluarannya adalah resistansi didalam penguat yang terlihat oleh beban, resistansi keluaran diperoleh dengan membuat Vs = 0 dan RL (hambatan beban) = . Dengan menghubungkan pembangkit luar pada ujung keluaran, maka arus mengalir kedalam penguat.

    Konfigurasi emitter lebih sering digunakan sebagai penguat arus, sesuai nama emitter dipakai bersama sebagai terminal masukan atau keluaran. Arus input dalam konfigurasi ini adalah iB dan arus emitter :

    , karenanya besar arus kolektor adalah :

    , atau

      disederhanakan dengan nisbah transferan sebagai dan besarnya arus cut off kolektor sebagai

      , dengan demikian didapat

     merupakan bentuk sederhana persamaan arus keluaran (kolektor) dalam bentuk arus masukan (basis) dan nisbah ( Thomas,2002:61-62).

    Transistor berfungsi sebagai penguat tegangan dengan menggunakan konfigurasi common emitter. Rangkaian emitter bersama ( common emitter ) adalah rangkaian BJT yang menggunakan terminal emitter sebagai terminal bersama yang terhubung ke sinyal basis (ground), sedangkan terminal masukan dan keluaran terletak masing – masing pada terminal basis dan terminal kolektor. Berikut merupakan skema sederhana dari rangkaian penguat BJT :

    Dari gambar dapat dilihat bahwa rangkaian inputnya adalah basis dan output adalah kolektor, sedangkan emitter dihubungkan ke ground ( Siregar W,2004:96 ).

    III.             ALAT DAN KOMPONEN

    Adapun alat dan komponen yang digunakan, adalah :

    a.       Catu daya

    b.      Multimeter (digital/analog)

    c.       Osiloskop (CRO) jejak ganda (dual trace)

    d.      Sinyal generator atau generator audio (AFG)

    e.       Transistor NPN, BC-107 atau 2N3904 atau C-547 atau yang ekuivalen

    f.        Papan rangkaian (dibuat dahulu)

    g.       Resistor dan kapasitor yang spesifikasinya sesuai dengan desain

    IV.              PROSEDUR PERCOBAAN

    a.       Digunakan peruntut lengkung ( curve tracer) , dicatat bentuk lengkung ciri keluaran transistor yang digunakan, ditentukan hfe dan hoe langsung dari lengkung cirinya

    b.      Diberikan tegangan Vcc = 12 Volt pada rangkaian gambar 8

    c.       Tanpa diberi isyarat masukan, diatur potensiometer VR agar VCE = 6V. Pada keadaan ini dihitung arus IC dengan diukur beda tegangan kedua ujung RC. Kemudian diukur VBE dan IB menggunakan multimeter. Kemudian dimasukkan isyarat sinusoidal dengan frekuensi 1 KHz dan diatur tegangan isyarat masukan agar isyarat keluaran tidak cacat bentuknya

    d.      Diukur dan dicatat tegangan keluaran Vo dan isyarat masukan Vi dengan osiloskop

    e.       Diulangi untuk harga frekuensi yang berbeda untuk menentukan tanggapan amplitude

    V.                 DATA HASIL

    Transistor sebagai penguat tegangan ( common emitter )

                F          Vcc          Vin          Vout
           108 Hz          5 V        3,57 V         12,3 V
           210 Hz          5 V        3,57 V         10,6 V
           306 Hz          5 V        3,57 V         7,07 V
           518 Hz          5 V        3,57 V         1,76 V
           1000 KHz          5 V        3,57 V         1,04 V

    VI.              PEMBAHASAN

    Penguat common emitter adalah penguat yang kaki emitter transistor digroundkan, lalu input dimasukkan ke basis dan output diambil pada kaki kolektor. Penguat common emitter juga mempunyai karakteristik sebagai penguat tegangan.

    Pada literature diketahui gambar penguat common emitter sebagai berikut :

    Hari ini dengan praktikum berjudul ‘’ Transistor sebagai penguat tegangan (common emitter)’’, diukur tegangan keluaran Vo dan isyarat masukan Vi dengan osiloskop. Alat dan komponen yang digunakan dalam praktikum kali ini, antara lain catu daya DC, multimeter digital, osiloskop, signal generator, transistor tipe NPN, papan rangkaian dan resistor serta kapasitor. Selanjutnya, kami mulai dengan membuat rangkaian seperti yang ada dipenuntun :

    Dalam praktikum yang telah dilakukan, digunakan RB1 sebesar 100 kΏ,RB2 22 kΏ, kapasitor emitter (CE) 220 , RC 22 kΏ resistor emitter (RC) 1K,C1 1 dan C2 10 Tegangan input yang digunakan adalah 3,57 V dan Vcc sebesar 5 V. Setelah itu diperoleh hasil : pada frekuensi 108 Hz tegangan keluarannya (Vout) adalah 12,3 V ; frekuensi 220 Hz tegangan keluarannya (Vout) 10,6 V; pada frekuensi 306 Hz tegangan keluarannya (Vout) sebesar 7,07 V ; frekuensi 518 Hz tegangan keluaranya (Vout) sebesar 1,76 V ; dan yang terakhir 1 KHz didapat (Vout) tegangan keluaran sebesar 1,04 V.

    Seperti yang diketahui prinsip yang dipakai dalam transistor sebagai penguat yaitu arus kecil pada basis dipakai untuk mengontrol arus yang lebih besar yang diberikan ke kolektor melalui transistor tersebut. Kelebihan dari transistor penguat bukan sekedar menguatkan sinyal, namun transistor juga dapat dipakai sebagai penguat arus, penguat daya dan tegangan. Perbandingan antara Vout dan Vin (KV) pada percobaan ini adalah, seperti ditunjukkan pada persamaan dibawah :

     dengan demikian pada percobaan pertama atau pada frekuensi 108 Hz diperoleh KV (perbandingan) sebesar :

                                           KV = 3,445 V

    Jadi, KV pada frekuensi 108 Hz adalah 3,445 V. Dengan persamaan yang sama diperoleh pada KV frekuensi 210 Hz sebesar 2,97 V; frekuensi 306 Hz sebesar 1,98 V; frekuensi 518 Hz sebesar 0,49 V; dan terakhir frekuensi 1 KHz diperoleh KV sebesar 0,39 V. Jika digambarkan kurva perbandingan antara KV dan frekuensi masukan, maka :

         Dari kurva diatas, dapat dilihat bahwa seakin besar frekuensi masukan yang diberikan maka nilai perbandingan KVnya akan semakin kecil. Pada praktikum ini tidak dilakukan pengukuran pada arus C dan arus B sehingga nilai hfe dapat dihitung secara teori sebagai berikut :

    Karena VBB = IB . RB, maka

    VB = IB x

    4,09 = IB x

    4,09 = IB x

    4,09 = IB x 0,183 . 105

    IB =  = 2.10-4 = 20 mA

    Sedangkan untuk arus Ic :

    Ic =

       =

      =  = 2. 10-4 A = 20 mA

    Dengan demikian, maka :

    Karena  , maka , dimana :

    Dengan demikian  IE = IC / , atau IE = 20 mA / 0,5 = 40 mA.

    Sementara untuk mencari hoe adalah :

     =  dimana rc = 25 mA

    Maka : rc = 25 / 40 mA = 0,625 Ώ

    Sehingga : 1 / hoe = rc / 1 +

    1 / hoe = 0,625 / 1 + 1

    1 / hoe = 0,625 / 2 = 1 / hoe = 0,3125

    Hoe = 1 / 0,3125 = 3,2 Ώ

    Didapatlah impedansi masukan dengan persamaan :

    Ri = RB // hie

    Dimana hie = (1 + hfe) . 25 / IE mA

    = (1 + 1) .  = 50 / 40 mA = 1,25 Ώ

    Maka : Ri = RB // hie

    = RB1 // RB2 // hie

    =  // hie

    =  // 1,25 Ώ

    = 18032,78 Ώ // 1,25 Ώ

    =

    =  = 1,249 Ώ

    Sedangkan, impedansi keluarannya adalah :

    Ro =  

    =  // 22.000 Ώ

    = 0,3125 Ώ // 22.000 Ώ

    =

    =  = 0,3124 Ώ

    VII.           KESIMPULAN

    Dari praktikum dengan judul ‘’ Transistor sebagai penguat tegangan (common emitter)’’, dapat disimpulkan bahwa :

    a.       Transistor dapat digunakan sebagai penguat tegangan. Pada rangkaian ini, bagian emitter transistor ditanahkan. Arus kecil pada basis dipakai untuk mengontrol arus yang lebih besar pada kolektpr melalui transistor tersebut. Isyarat masukan, masuk melalui basis dan keluar melalui kolektor pada tanah AC

    b.      Menentukan hfe berdasarkan kurva karakteristik, digunakan dua lengkung untuk dua nilai. Dari grafik ditentukan arus kolektor, maka

    Sedangkan nilai hoe ditentukan dari kemiringan lengkung ciri static keluaran pada titik q

    c.       Untuk mengukur hambatan masukan penguat

    Sedangkan untuk mengukur hambatan keluaran

    d.      Penguat tegangan ditunjukkan pada persamaan KV = Vo / Vi

    Pada rangkaian percobaan diketahui Vo = – (hfe.ib) . ( 1/ hoe // Rc )

    Dan Vi = ib . hie, maka

    e.       Titik q bergeser sepanjang garis beban jika suhu naik, karena arus Ic dipengaruhi oleh suhu. Perubahan titik q ini disebabkan oleh arus penjemukan yang menyebrang sambungan B-C dalam tegangan mundur berubah dengan suhu atau karena perubahan VBE (q) terhadap suhu

    VIII.        DAFTAR PUSTAKA

    Malvino,A.P. 2003. Elektronik Principle. Mc Graw : Hill

    Siregar,W. 2004. Electrical Utilities. Jakarta : Erlangga

    Sutrisno. 1986. Elektronika : Teori Dasar I dan Penerapannya. Bandung    : ITB

    Thomas,R. 2002. Dasar Elektronika. Yogyakarta : Andi Yogyakarta

  • Makalah Kimia Unsur

    Kimia Unsur

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Beberapa unsur ditemukan di alam dalam keadaan bebas dan jumlahnya melimpah seperti oksigen dan nitrogen.  Ada juga unsur yang ditemukan di alam dalam keadaan bebas, tetapi jumlahnya relatif kecil seperti emas dan perak (logam mulia) dan gas mulia. Sebagian besarnya, unsur-unsur ditemukan di alam dalam bentuk senyawa baik berupa batuan, garam, maupun terlarut dalam air laut.

    Di alam semesta, unsur yang paling banyak adalah gas hidrogen, berikutnya gas helium, dan sisanya unsur-unsur lainnya. Di kerak (kulit) bumi, oksigen adalah unsur yang paling banyak. Di urutan berikutnya berturut-turut adalah silikon, aluminium, besi, kalsium, dan sisanya unsur-unsur lainnya. Di atmosfer, kelimpahan unsur di urutan pertama, kedua, ketiga, dan keempat berturut-turut adalah nitrogen, oksigen, argon, dan sisanya unsur-unsur lainnya. Sementara itu di dalam tubuh manusia, berturut-turut  mulai dari unsur yang paling banyak adalah oksigen, karbon, hidogen, dan sisanya unsur-unsur lainnya.

    Berdasarkan sifat kelogaman, dari 90 unsur yang terdapat di alam, sebanyak 64 unsur dikategorikan sebagai logam, 9 unsur termasuk metaloid, dan sisanya 17 unsur termasuk non logam. Berdasarkan kemiripan sifatnya (kemiripan sifat ditentukan dari kesamaan jumlah elektron valensinya), unsur-unsur yang ada digolongkan ke dalam dua macam golongan, yaitu golongan A (golongan IA sampai VIIIA) dan golongan B (golongan IB sampai VIIIB). Berada dalam satu golongan artinya sifatnya mirip karena memiliki jumlah elektron valensi yang sama. Golongan dalam tabel periodik berada dalam lajur vertikal. Sedangkan lajur-lajur horizontal menunjukan periode-periode unsur. Terdapat tujuh periode unsur, yaitu peride 1 sampai periode 7. Sulit dibayangkan jika kita hidup tanpa adanya unsur kimia karena semua benda yang ada di alam ini mengandung unsur kimia, baik dalam bentuk logam atau unsur bebasnya, senyawanya, atau paduan logamnya. Tak bisa dipungkiri, selain memberikan manfaat, beberapa unsur kimia memberikan dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan. Kegunaan dan dampak dari unsur-unsur kimia beserta cara mencegah dan menanganinya tidak terlepas dari sifat yang dimiliki unsur-unsur tersebut. Melalui makalah ini kami harapkan pembaca dapat memahami dan mengetahui kimia unsur lebih spesifik lagi.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan pada latarbelakang, maka dalam ada beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu:

    1. Bagaimanakh sifat-sifat unsur dalam pembagian tertentu?
    2. Bagaimanakah persamaan dan perbedaan antar unsur dalam 1 golongan atau dalam 1 periode berdassarkan pengelompokannya?
    3. Bagaimanakah pembuatan masing-masing unsur?

    C. Ruang Lingkup

    1. Sifat-sifat unsur dalam penggolongan tertentu
    2. Persamaan dan perbedaan masing-masing unsur
    3. Pembuatan masing-masing unsur

    Bab II. Pembahasan

    A. Gas Mulia

    Gas mulia adalah sebutan untuk unsur-unsur golongan VIIIA. Unsur-unsur gas mulia adalah helium (He), neon (Ne), argon (Ar), kripton (Kr), xenon (Xe), dan radon (Rn). Gas mulia diperoleh dari udara bebas, kecuali radon diperoleh dari rongga batuan uranium. Helium selain diperoleh dari udara bebas juga dapat diperoleh dari pemisahan gas alam.

    Gas mulia merupakan golongan unsur yang paling stabil. Hal ini ditunjukan oleh keberadaannya di alam adalah dalam bentuk unsur bebasnya. Kestabilannya disebabkan oleh energi ionisasinya yang sangat tinggi dan elektron valensinya yang duplet untuk helium dan oktet untuk unsur gas mulia lainnya. Dalam tabel periodik, gas mulia berada di kolom paling kanan. Ini artinya energi ionisasi gas mulia paling tinggi dibandingkan energi ionisasi golongan unsur lainnya. Sementara itu, di alam unsur-unsur selain gas mulia umumnya berada dalam bentuk senyawa. Keadaan seperti ini menunjukan ketidakstabilannya yang disebabkan oleh energi ionisasinya yang relatif rendah dan elektron valensinya yang tidak duplet (untuk hidrogen) atau tidak oktet (untuk unsur-unsur selain hidrogen). Tidak ada senyawa alaminya dari unsur gas mulia, tetapi senyawa buatannya telah berhasil dibuat. XePtF6 menjadi senyawa pertama dari unsur gas mulia yang telah berhasil dibuat oleh N. Bartlett. Berikutnya senyawa gas mulia yang telah berhasil dibuat adalah senyawa dari unsur kripton (KrF4 dan KrF2) dan unsur radon (RnF2). Energi ionisasi He, Ne, dan Ar lebih tinggi dibandingkan energi ionisasi Kr, Xe, dan Rn, sehingga He, Ne, dan Ar relatif lebih stabil dibandingkan Kr, Xe, dan Rn. Oleh karena itu, senyawa dari He, Ne, dan Ar sampai saat ini belum dapat dibuat, sedangkan senyawa dari Kr, Xe, dan Rn telah berhasil dibuat seperti tersebut di atas. Gas mulia larut dalam air membentuk klatrat. Klatrat adalah keadaan terjebaknya atom-atom gas mulia dalam struktur heksagonal molekul-molekul air. Makin ke bawah dalam golongannya, unsur gas mulia makin larut dalam air. Hal ini disebabkan makin ke bawah, ukuran atom gas mulia makin besar sehingga makin mudah membentuk klatrat (makin mudah larut dalam air).

    Cara mendapatkan gas mulia dari udara bebas adalah dengan mendestilasi udara tersebut. Destilasi adalah cara pemisahan campuran menjadi zat-zat tunggal dengan dasar perbedaan titik didih di antara zat-zat yang ada dalam campuran tersebut tidak berbeda jauh. Khusus untuk Rn hanya diperoleh melalui isolasi gas Rn dari rongga batuan uranium.

    Masing-masing gas mulia mempunyai kegunaannya. He berguna sebagai pengisi balon udara, pencampur oksigen pada tabung penyelam, dan sebagai pendingin untuk suhu mendekati 0 K. Ne, Ar, dan Kr, ketiganya berguna untuk pengisi bola lampu, lampu TL, lampu reklame (Ne berwarna merah, Ar berwarna merah muda, Kr berwarna putih, dan Xe berwarna biru) dan pendingin pada reaktor nuklir. Xe untuk obat bius pada pembedahan. Senyawa Xe dengan oksigen, seperti XeO3, XeO4 merupakan oksidator yang sangat kuat. Rn bersifat radioaktif dan berguna untuk terapi kanker.

    B.     HALOGEN

    Semua unsur halogen ditemukan di alam dalam bentuk senyawanya. Hal ini disebabkan karena unsur-unsur halogen bersifat sangat reaktif akibat dari keelektronegatifannya yang besar, bahkan paling besar di antara semua golongan unsur yang ada. Garam dari air laut adalah sumber utama unsur-unsur halogen.

    Unsur halogen bereaksi autoredoks dengan air. Kecuali flourin (F2) bereaksi dengan air membentuk asam halida dan gas oksigen. Semua unsur halogen bereaksi dengan logam membentuk garam halida. Hidrokrabon tak jenuh (mempunyai ikatan rangkap) akan mengalami reaksi adisi bila direaksikan dengan unsur-unsur halogen. Unsur-unsur halogen bila bereaksi dengan sesamanya akan membentuk senyawa interhalogen.

    Ada beberapa teknik untuk mendapatkan unsur-unsur halogen. Khusus untuk flourin diperoleh dari elektrolisis KHF2. Cl2, Br2, dan I2 dapat diperoleh dari reaksi pendesakan, reaksi oksidasi garam halidanya dengan KMnO4/MnO2, dan atau elektrolisis larutan/lelehan garamnya. Untuk Cl2 dapat juga diperoleh dari Downs, Gibbs, Deacon, dan Dows.

    Asam dari unsur halogen ada dua macam, yaitu asam halida (HX) dan asam oksihalogen (HXO). Urutan tingkat keasaman dari asam halida adalah HI>HBr>HCl>HI. 
    Tingkat keasaman asam halida dipengaruhi oleh jari-jari unsur halogennya. 
    Makin besar jari-jari atomnya, maka gaya tarik inti terhadap pasangan elektron 
    ikatan makin lemah, sehingga atom H mudah lepas dari molekul asam halidanya. 
    Atom H mudah dilepas itu menunjukan larutan senyawa halida makin asam karena 
    dalam larutan makin banyak mengandung ion-ion H+. Adapun urutan tingkat keasaman asam oksihalogen adalah HClO>HBrO>HIO. Yang mempengaruhi tingkat keasamannya adalah keelektronegatifannya. Yang sifatnya lebih elektronegatif akan memiliki sifat lebih asam. Kalau asam oksihalogen dibentuk dari unsur halogen yang sama, maka yang mempengaruhi tingkat keasamannya adalah jumlah atom O yang diikat. Makin banyak jumlah atom O yang diikat, maka sifatnya akan semakin asam. Jadi urutan tingkat keasamannya (misalnya senyawa oksihalogen dari atom Cl) adalah:

    HClO4>HClO3>HClO2>HClO

    Kegunaan unsur/senyawa halogen:

    Pendingin: freon (CFC)/gas AC

    Fotografi: AgI, AgBr

    Pupuk batang & akar:KCl

    Pengawet kayu: NaF

    Ukiran gelas: HF

    Anti septik: I2/betadine

    Desinfektan: Ca(OCl)2/kaporit 

    C.    ALKALI (IA) dan ALKALI TANAH (IIA) 

    Alkali dan alkali tanah bersumber dari air laut, batuan, dan peluruhan unsur radioaktif. Litium diperoleh dari batuan spodumen (LiAl(SiO3)2, natrium dari air laut berupa garam dapur (NaCl) dan dari sendawa chili (NaNO3), Kalium dari batuan karnalit (KCl.MgCl2), sesium dari pollusit (CsAl(SiO3)2) dan fransium dari luruhan Ac-277 dengan emisi sinar alfa.Berilium diperoleh dari beril (Be3Al2Si8O18), magensium dari magnesit (MgCO3) dan dolomit/cangkang telur (MgCO3.CaCO3), kalsium dari batu kapur (CaCO3) dan gips (CaSO42H2O), stronsium dari stronsianit (SrCO3), barium dari barit (BaSO4) dan witerit (BaCO3), dan radium dari luruhan Th-230 dengan memancar sinar alfa. 

    Di alam, unsur-unsur alkali dan alkali tanah berada dalam bentuk senyawanya. Hal ini di sebabkan karena alkali dan alkali tanah besifat sangat reaktif, mudah teroksidasi sehingga keadaannya akan selalu bersenyawa dengan atom-atom unsur lain. Kereaktifan dan kemudahan teroksidasi unsur-unsur alkali dan alkali tanah disebabkan oleh energi ionisasi dan potensial reduksi standarnya (E0) yang kecil. Baik alkali maupun alkali tanah bereaksi dengan air dingin, kecuali Be tidak bereaksi dengan air dan Mg bereaksi dengan air panas. Hasil reaksi antara air dengan alkali/alkali tanah adalah senyawa basa dan gas hidrogren.

    Reaksi alkali dan alkali tanah dengan O2 akan membentuk tiga jenis senyawa, yaitu senyawa oksida (biloks O=-2), peroksida (biloks O=-1), dan superoksida (biloks O=-1/2).

    Reaksi dengan H2 membentuk senyawa hidrida. Reaksi dengan unsur halogen membentuk garam halida. Reaksi dengan asam membentuk garam halida dan gas hidrogen. Semua alkali tanah bereaksi dengan gas nitrogen membentuk garam nitrida. Dari unsur alkali, hanya Li yang dapat  bereaksi dengan N2 membentuk garam nitrida/LiN3.

    Uji nyala alkali dan alkli tanah memberikan warna yang khas untuk setiap unsurnya. Dalam uji nyalanya unsur-unsur alkali: Li berwarna merah, Na berwarna kuning, K berwarna bungur, Rb berwarna kuning biru, Cs berwarna biru dan unsur-unsur alkali tanah: Ca berwarna orange, Sr berwarna merah, dan Ba berwarna hijau.

    Dalam uji kelarutan garamnya dalam air, semua garam IA larut dalam air kecuali LiF dan Li2CO3. Untuk mendapatkan unsur-unsur alkali dan alkali tanah hanya bisa dilakukan dengan elektrolisis lelehan garamnya saja. Elektrolisis lelehan garam NaCl dan LiCl untuk mendapatkan Li dan Na disebut proses Downs dan elektrolisis lelehan garam MgCl2 untuk mendapatkan Mg disebut proses Dow. Berikut adalah kegunaan garam dan logam alkali dan alkali tanah, NaCl: bumbu masakan/pengawet. NaOH: bahan baku pembuatan sabun/detergen. Senyawa alkali tanah: campuran kembang api. Magnalium (Mg, Al, dan Ca) dan Duralumin ( Mg,Al,  Cu, dan Mn): konstruksi pesawat terbang/mobil. CaSO42H2O (Gips): pembalut tulang patah dan kapur tulis. MgSO47H2(garam inggris): obat cuci perut.

    D.    PERIODE III

    Unsur-unsur yang ada dalam periode iii adalah natrium (Na), magnesium (Mg), Aluminium (Al), silikon (Si), Fosfor (P), sulfur (S), klor (Cl), argon (Ar). Na diperoleh dari air laut berupa garam dapur (NaCl), magnesium diperoleh dari magnesit (MgCO3) dan cangkang telur/dolomit (MgCO3.CaCO3), aluminium diperoleh dari bauksit (Al2O3.2H2O), silikion diperoleh dari pasir kuarsa/silika (SiO2), fosfor diperoleh dari apatit/batu karang (Ca3(PO4)2), sulfur diperoleh langsung dalam bentuk unsurnya dari tanah belerang, klor dari air laut berupa garam dapur, dan argon diperoleh dalam bentuk unsur bebasnya dari udara bebas.

    Na bereaksi dengan air dingin dan Mg bereaksi dengan air panas. Al bereaksi dengan air hanya dengan uapnya. Hasil reaksi dengan air dari ketiga unsur tersebut membentuk senyawa basa dan gas hidrogen. Si dan P tidak beraksi dengan air. S bereaksi dengan air dalam suhu yang tinggi membentuk H2S dan O2. Cl bereaksi autoredoks dengan H2O membentuk HCl dan HClO. Ar sama sekali tidak bereaksi dengan air. Si mempunyai tingkat titik leleh tertinggi di antara unsur-unsur dalam periode ketiga. Urutan tingkat titik leleh berikutnya setelah Si dari unsur-unsur periode ketiga adalah Al>Mg>Na>S>P>Cl>Ar. Dalam satu periode jari-jari atom semakin ke kiri makin besar. Na mempunyai jari-jari atom paling besar dan Ar mempunyai jari-jari atom paling kecil di antara jari-jari atom unsur lainnya dalam periode ketiga. Untuk sifat periodik lainnya, yaitu kelektronegatifan, energi ionisasi, dan afinitas elektron, makin ke kanan dalam satu periode harganya makin besar. Kecuali keelektronegatifan VIIIA, harganya adalah nol. Kecuali energi ionisasi IIA lebih besar dari IIIA dan energi ionisasi VA lebih besar dari VIA. Kecuali afinitas elektron IIA lebih kecil dari IA, afinitas elektron VA lebih kecil dari IVA, dan afinitas elektron VIIA lebih kecil dari VIIA. Dalam periode ketiga, unsur yang mempunyai bentuk alotropi adalah sulfur dan fosfor. Alotropi adalah sifat zat yang beda, tetapi masih tersusun dari unsur yang sama. Sulfur mempunyai dua alotropi yaitu rombik (suhu di bawah 960C) dan monoklin (suhu di atas 960C). Sama halnya dengan sulfur, fosfor juga mempunyai dua alotropi, yaitu fosfor berwarna putih dan fosfor berwarna merah. Fosfor putih beracun dan dapat berfosforesensi, sedangkan fosfor merah tidak beracun dan tidak berfosforesensi. Sifat basa untuk unsur-unsur periode ketiga, makin ke kiri makin kuat, sedangkan sifat asam makin ke kanan makin kuat. Khusus untuk Al bersifat amfoter yaitu dapat bereaksi dengan basa maupun asam. Sifat amfoter dari Al dijadikan dasar untuk mendapatkan Al2O3 murni dari bauksit (Al2O32H2O). Yang selanjutnya leburan Al2O3 murni dielektrolisis untuk mendapatkan logam Al.

    Untuk mendapatkan unsur Na dan Mg dapat dilakukan dengan mengelektrolisis lelehan garamnya. Elektrolisis lelehan garam NaCl untuk mendapatkan Na disebut proses Downs dan elektrolisis lelehan garam MgCl2 untuk mendapatkan Mg disebut proses Dow. Sedangkan Al diperoleh dari bauksit (Al2O3.2H2O) dengan mengelektrolisis leburan Al2O3. Proses elektrolisis leburan Al2O3 untuk mendapatkan Al disebut proses hall. Si diperoleh dari reduksi pasir kwarsa/SiO2 dengan karbon/C. P diperoleh dari proses wohler yaitu pemanasan batu karang dengan pasir, yang dilanjutkan dengan reaksi reduksi menggunakan karbon. Adapun untuk mendapatkan S dilakukan proses frasch yaitu belerang dalam tanah ditekan dengan udara dan uap air bersuhu dan tekanan tinggi. Cl diperoleh dari eletrolisis baik larutan maupun lelehan garamnya. Sementara itu, unsur terakhir dari periode ketiga dari kiri ke kanan yaitu argon diperoleh dari destilasi udara bebas dan dari reaksi udara bebas dengan karbid (CaC2).

    Adapun kegunaan unsur-unsur periode ketiga adalah Na untuk industri sabun, penyedap, dan pemanis. Ar untuk pengisi bola lampu dan lampu reklame. Mg dengan Al dan Ca (magnalium) untuk rangka pesawat terbang. Cl sebagai bahan untuk plastik dan freon. Si untuk transistor, chips komputer, gelas, keramik, pengering (silika gel). untuk membuat asam sulfat H2SO4 sebagai bahan untuk pupuk, kertas, baterai, tekstil, farmasi dan lain-lain, dan P untuk membuat H3PO4 sebagai bahan pupuk fosfat.

    E.     UNSUR-UNSUR TRANSISI PERIODE IV

    Unsur-unsur transisi periode IV adalah skandium (Sc), titanium (Ti), vanadium (V), kromium (Cr), mangan (Mn), besi (Fe), kobal (Co), nikel (Ni), tembaga (Cu), dan seng (Zn). Sc diperoleh dari Sc2O3XH2O, Ti diperoleh dari rutil/ TiO2, V diperoleh dari vanadit/ Pb(VO2)2, Cr dari PbCrO4, Mn dari batu kawi (pirolusit)/MnO2, Fe dari hematit/Fe2O3 dan magnetit/Fe3O4, Co dari CoS, Ni dari NiS, Cu dari CuFS2 (kalkopirit) dan seng dari ZnS (seng blende).

    Ciri-ciri dari unsur-unsur transisi periode IV adalah elektron valensi tengah mengisi d, semuanya logam, biloks bervariasi (kecuali Sc3+ dan Zn2+), senyawanya berwarna (kecuali Sc3+, Zn2+, dan Ti4+), bersifat paramagnetik/menarik medan magnet (dikarenakan mempunyai elektron tidak berpasangan pada orbital sub kulitnya), membentuk kompleks koordinasi, dan dapat digunakan sebagai katalis. Misalnya Ni untuk katalis hidrogenasi, Fe untuk katalis proses Haber-Bosch, dan V2O5 untuk katalis proses kontak dalam pembuatan H2SO4

    Teknik untuk mengolah bijih menjadi logamnya disebut teknik metalurgi. Langkah – langkah dalam teknik metalurgi adalah:

    1.    Flotasi, yaitu membersihkan bijih logam dari pengotornya dengan teknik pengapungan oleh buih detergen.

    2.    Pemanggangan, yaitu cara untuk mengolah bijih logam menjadi senyawa oksidanya dengan mengalirkan gas O2 dalam suhu tinggi ke dalam bijih logam yang sudah dibersihkan.

    3.    Reduksi, yaitu proses mengolah senyawa oksida logam menjadi logamnya dengan reaksi reduksi menggunakan karbon.

    4.    Elektrolisis, yaitu proses memurnikan logam kotor yang diperoleh dari proses reduksi menjadi logam murninya.

    BAB III

    PENUTUP

          A.    Kesimpulan

    Sifat-sifat unsur kimia dapat kita ketahui dari sifat fisis dan kimianya. Sama seperti pada unsur-unsur dari gas mulia dan halogen. Dari sifat fisis kita dapat mengetahui penampilan dari suatu unsur namun tanpa melibatkan pengubahan zat itu menjadi zat lain, serta dari sifat kimianya kita dapat mengetahui reaksi-reaksi yang dapat dialami oleh zat itu, seperti kereaktifan, daya oksidasi, daya reduksi, sifat asam, dan sifat basa.

          B.     Saran

    Agar lebih memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang unsur-unsur kimia, perbanyaklah membaca referensi baik melalui artikel-artikel, jurnal maupun buku-buku yang berkaitan tentangnya.

    DAFTAR PUSTAKA

    Pangajuanto, Teguh. 2009. KIMIA 3. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

    Anonim. 2013. Makalah Kimia Unsur. http://andinelangsa.blogspot.com. Diakses pada tanggal 29 Mei 2013. Makassar.

  • Laporan Praktikum Transistor Sebagai Sakelar

    Transistor Sebagai Sakelar

    A.    Tujuan

    1.      Mengetahui cara menggunakan transistor sebagai saklar elektronik

    2.      Mampu merancang rangkaian transistor sebagai sakelar elektronik

    3.      Mampu menganalisa rangkaian transistor sebagai saklar elektronik

    4.      Mampu mengaplikasikan transistor sebagai saklar elektronik

    B.     Dasar teori

    Transistor adalah suatu komponen aktif dibuat dari bahan semikonduktor. Ada dua macam transistor, yaitu transisitor dwikutub (bipolar) dan transistor efek medan (field effect transistor-FET). Transistor digunakan didalam rangkaian untuk memperkuat isyarat, artinya isyarat lemah pada masukan diubah menjadi isyarat yang kuat pada keluaran. Transistor dwikutub dibuat dengan menggunakan semikonduktor ekstrinsik jenis p dan jenis n, yang disusun seperti gambar.

    Ketiga bagian transistor ini disebut emitter, basis, dan kolektor. Emitor berasal dari kata bahasa Inggris “Emitter” yang berarti pengeluaran. Basis berasal dari kata bahasa Inggris ‘base’ yang berarti tumpuan atau landasan, dan kolektor berasal dari kata ‘collector’ yang berarti pengumpul (Sutrisno,1986:117-119).

    Sakelar adalah suatu alat dengan dua sambungan dan bisa memiliki dua keadaan, yaitu keadaan on dan keadaan off. Keadaan off/tutup merupakan suatu keadaan dimana tidak ada arus yang megalir. Keadaan on /buka merupakan satu keadaan yang mana arus bisa mengalir dengan bebas atau dengan kata lain (secara ideal) tidak ada resistivitas dan besar voltase pada sakelar sama dengan nol. Dalam keadaan saturasi dan over saturation, voltase kolektor-kolektor emitor kecil (itu berarti dalam situasi ini transistor merupakan (sedikitnya) mendekati sakelar tertutup. Kalau transistor dipakai hanya pada dua titik tersebut (titik putus dan titik saturasi atau saturasi berlebihan), berarti transistor dipakai sebagai sakelar.  

    Arus kolektor maksimal terdapat dari voltase supply dibagi dengan resistivitas dari resistor kolektor,berarti arus kolektor maksimal adalah arus paling besar yang bisa mengalir ketika voltase kolektor – emitor nol. Satu contoh dimana transistor dipakai sebagai sakelar adalah dalam rangkaian elektronika digital. Dalam elektronika digital biasanya hanya terdapat dua keadaan, yaitu voltase ada atau voltase nol atau dengan kata lain hany terdapat keadaan on dan keadaan off (Blocher,2003:143-144).

    Dengan mengatur bias sebuah transistor sampai transistor jenuh, maka seolah akan didapat hubungan singkat antara kaki kolektor dan emitor. Dengan memanfaatkan fenomena ini maka transistor dapat difungsikan sebagai saklar elektronik. Sebuah rangkaian sakelar elektronik dengan menggunakan transisitor PNP dan transistor NPN. Tampak TR3 PNP dan TR4 PNP dipakai menghidupkan dan mematikan led. Ketika kita membutuhkan rangkaian yang dapat menyalakan led ketika cahaya dari lingkungansekitar meredup. Rangkaian ini boleh jadi merupakan satu bagian dari sebuah keamanan (Bishop,2004:73).

    Jika pada basis lebih besar atau sama dengan Ib, titik kerja Q berada pada ujung atas pada garis beban.

    Transistor yang ditunjukkan pada gambar tersebut kelihatan seperti sebuah saklar yang tertutup. Sebaliknya jika arus basis nol, transistor bekerja pada ujung bawah garis beban dan transistor seperti sebuah sakelar yang terbuka. Dalam merancang saklar transistor ada suatu kondisi dinamakan kondisi soft saturation artinya transistor dibuat hamper saturasi, dimana arus basis hanya cukup mengoperasikan transistor pada ujung atas dari garis beban. Soft saturation tidak dapat diandalkan pada produksi massa karena ada perubahan-perubahan pada Bdc dan Ib (sat). kondisi yang lain adalah kondisi hard saturation. Artinya bahan transistor tersebut mempunyai arus basis yang cukup untuk membuat transistor tersebut saturasi pada semua harga dari Bdc untuk menghadapi produksi massa (Burhan dan Abtokhi,2009).

    Transistor dapat digunakan sebagai sakelar elektronik dengan membuat transistor tersebut berada dalam kondisi cutoff (sakelar terbuka, arus tidak mengalir). Atau saturasi (Saklar tertutup, sehingga arus mengalir) (Budiharto,2008:17).  

       C.    Alat dan komponen

    1.      Transistor

    2.      Resistor

    3.      LED

    4.      Projectboard

    5.      Catu daya

    6.      Multimeter

                      D.   Prosedur percobaan

                      a. transistor sebagai sakelar dengan Rs

    1. Susunlah rangkaian seperti gambar dibawah ini. Tentukan Q1, R1, R2, V1 dan V2.

    2. Ukur besar tegangan R2 dan LED

    3. Tutup saklar. Apa yang terjadi pada LED?

    4. Ukur kembali besar tegangan R5 dan LED

    5. Ukur besar Is dan Ic. Hitung besar penguatan transistor

    6. Buktikan nilai Is, Ic, dan VR1 menggunakan persamaan      

    b. transistor sebagai sakelar tanpa Rs

    1. Susunlah rangkaian seperti gambar berikut. Tentukan Q1, R1, V1, dan V2  

    2. Ukur besar tegangan R1 dan LED

    3. Tutup sakelar. Apa yang terjadi pada LED!

    4. Ukur kembali besar tegangan R1 dan LED

    5. Ukur besar Is dan Ic. Hitung besar penguatan transistor

    6. Buktikan nilai Is dan Ic menggunakan persamaan      

     E. Tabel Data     

    NoVzV1VR1VR2IcIbVled
    1.4V1V2,2 V0,2 V5,6 x10^-3 A5,12 x10^-3 A1,1V
    2.4V3V2,4 V1,8 V6,15 x10^-3 A6,15 x10^-3 A1,75V
    3.4V4V2,4 V2,6 V6,15 x10^-3 A6,67 x10^-3 A1,8V
    4.4V6V2,6 V4,2 V6,67 10^-3A1 x10^-3 A1,8V
    5.4V12V2,8 V10 V7,17 x10^-3 A2,5 x10^-3 A1,95V

               F. Pembahsan 

      Pada praktikum kali ini yaitu transistor sebagai sakelar bertujuan untuk mengetahui cara menggunakan, merangkai, menganalisa, dan mengaplikasikan transistor sebagai sakelar elekttronik. Alat dan komponen yang digunakan yaitu transistor, resistor, LED, projectboard, catudaya, dan multimeter.

    Resistor yang digunakan bernilai 390 ohm. Setelah di cek menggunakan multimeter digital, transistor bertipe NPN. Rangkaian percobaan dapat dilihat pada gambar berikut.

          Untuk mengukur tegangan pada resistor digunakan multimeter dengan menggunakan 2 sumber tegangan yaitu Vz (Tegangan tetap) dan V1 (tegangan yang diubah-ubah) secara berangsur dari kecil ke besar sebagaimana terdapat pada tabel.

    Dapat dilihat pula pada tabel dengan Vz (tegangan tetap) yaitu 4V dan V1 diubah secara teratur menuju tegangan yang lebih besar, tegangan pada resistor pertama yang melalui led dari kaki kolektor juga menjadi semakin besar dengan perubahan yang teratur. Begitupula dengan tegangna resistor kedua yang tanpa melalui led dengan tegangan tetap disamping kaki basic, tegangannya menunjukkan nilai yang semakin besar dengan jarak yang kontinyu. Pada lampu led semakin menyala terang dengan tegangan yang juga semakin besar. Sehingga saat tegangan V1 diperkecil maka transistor berfungsi sebagai sakelar. Transistor sebagai sakelar (solud sake) disini digunakan untuk mengendalikan nyala pada led. Jadi, kuat lemahnya nyala pada led membuktikan apakah transistor dapat berfungsi sebagai sakelar. Jikalau tegangan V1 diberikan dengan nilai tinggi, maka nyala led semakin redup karena arus keluaran pada kaki kolektor (Ic) adalah nol. Sama dengan kaki basis yang arus masuknya adalah nol (Ib). maka tegangan maksimum berada dikaki kolektor (Vcc). Kondisi ini membuat arus tidak bisa memasuki rangkaian. Disinilah transistor berperan sebagai sakelar.

    Satu sakelar adalah suatu alat dengan dua sambungan dan bisa memiliki dua keadaan, yaitu keadaan on dan off. Keadaan on merupakan satu keadaan yang mana arus dapat mengalir dengan bebas atau ideal tidak ada resistivitas dan besar voltase pada sakelar sama dengan nol. Keadaan off merupakan suatu keadaan dimana tidak ada arus yang mengalir. Kalau transistor dipakai hanya pada dua titik tersebut berarti transistor dipakai sebagai sakelar (Blocher,2003:143).

    Untuk menentukan arus yang masuk pada kaki basis digunakan rumus berikut

    Sedangkan penentuan arus yang keluar pada kaki kolektor dapat digunakan rumus:

    Sehingga untuk asil perhitungan arus (Ic) dan (Ib) dapat dilihat pada tabel.

    Ada dua keadaan dimana transistor dapat digunakan sebagai sakelar elektronik yaitu pada keadaan cut off (sakelar terbuka, arus tidak tidak mengalir) dan atau saturasi yaitu sakelar tertutup sehingga arus mengalir.

    Maka dari itu dari percobaan ini dapat ditarik kesimpulan bahwa saat Vz (tegangan tetap) dan Vi (tegangan input) diperbesar maka arus yang mengalir semakin kecil. Hal ini dapat dibuktikn dengan kuat lemahnya nyala lampu led. Apabila arus yang mengalir semakin besar maka nyala lampu led akan semakin terang dengan tegangna yang kecil, dan sebaliknya. Nyala lampu akan redup bila tegangan semakin besar dengan arus yang semakin besar. Dan disaat Vz dan Vi kecil maka disitulah transistor berperan sebagai sakelar fullon.

                  G. Kesimpulan

    1.      Transistor memiliki tiga kaki yaitu basic sebagai tumpuan, emitor sebagai pengeluaran dan kolektor sebagai pengumpul. Untuk penggunaannya, antara kolektor dan basis dipasang tegangan panjar mundur melalui catu daya Vcc. Nyatalah muatan mayoritas yang dikeluarkan oleh emitor bertumpu dibasis dan ditampung oleh kolektor.

    2.      Rangkaian pada transistor sebagai sakelar elektronik yaitu sebagai berikut.

    3.    Pada saat transistor sebagai sakelar tertutup (saturasi) adalah ketika arus masuk basis (Ib) lebih besar dari arus masuk basis tidak diberikan arus (Ib) adalah nol. Dan arus keluarannya (Ic) adalah nol disebut saklar terbuka.

    4.    Pengaplikasian transistor sebagai sakelar dapat digunakan pada motor, solenoid, atau lampu.

     Daftar Pustaka

                  Bishop, Owen.2004.Elektroniks : A First course.USA : LTD

                  Blocher,Richard.2004.Dasar Elektronika.Yogyakarta : Andi

                  Budiharto,W.2008.Interfacing Computer dan Mikrontoler. Jakarta : PT. Elex Media Koputindo

                  Burhan dan Ahmad Abtokhi.2009.Perancangan Alat Pengaman Motor dengan memanfaattkan        sensor Getar dan gelombang Radio fm. Malang : UIN Maulana Malik Ibrahim

                  Sutrisno.1986.Elektronika Teori dan Penerapannya Jilid 1.Bandung : ITB

  • Laporan Praktikum Pengenalan Komponen Elektronika

    Pengenalan Komponen Elektronika

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Elektronika adalah ilmu yang mempelajari alat listrik arus lemah yang dioperasikan dengan cara mengontrol elektron atau partikel bermuatan listrik dalam suatu alat seperti alat elektronika dan lain sebagainya. Sejarah elektronika dimulai dari abad ke-20, dengan melibatkan tiga komponen utama yaitu tabung hampa udara (vacuum tube), transistor, dan sirkuit terpadu (IC). Pada tahun 1883, Thomas Alva Edison menemukan bahwa elektron bias berpindah dari sebuah konduktor ke konduktor lainnya melewati ruang hampa. Elektronika sendiri mempunyai beberapa komponen yang sifatnya mengatur segala aliran elektron yang melewati rangkaian elektronika.

    Komponen elektronika merupakan sebuah alat yang berupa benda yang menjadi bagian pendukung suatu rangkaian elektronik yang dapat bekerja sesuai dengan kegunannya. Komponen elektronika terdiri dari satu atau lebih bahan elektronika, yang terdiri dari satu atau beberapa unsur materi  dan jika disatukan, untuk desain rangkaian yang diinginkan dapat berfungsi sesuai dengan fungsi masing-masing komponen, ada yang untuk mengatur arus dan tegangan, meratakan arus, menyekat arus, memperkuat sinyal arus dan masih banyak fungsi lainnya.

    Pengenalan komponen elektronika sangat penting dipelajari karena merupakan dasar untuk melakukan percobaan selanjutnya. Karena tanpa mengenal bentuk dan kegunaan dari komponen elektronika kita tidak dapat melakukan percobaan selanjutnya. Komponen elektronika meliputi 3 komponen yaitu, komponen aktif, komponen pasif, dan komponen penunjang. Komponen aktif merupakan komponen yang dalam pengoperasiannya membutuhkan sumber tegangan, meliputi Dioda, Transistor dan Integrated Circuit.

    Komponen pasif merupakan komponen yang pengoperasiannya tidak memerlukan sumber tegangan yang meliputi Resistor, Induktor dan Kapasitor. Komponen penunjang merupakan komponen yang tidak harus ada dalam rangkaian meliputi Saklar, Baterai, konektor. Komponen penunjang juga dapat diketahui kondisinya apabila berada dalam suatu rangktoraian.

    B. Rumusan Masalah

    1. Apa saja yang termasuk komponen aktif, komponen pasif dan komponen penunjang?
    2. Bagaimana cara menguji komponen elektronika dengan menggunakan multimeter?

    C. Tujuan Praktikum

    1. Untuk mengetahui komponen yang termasuk dalam komponen aktif, komponen pasif dan komponen penunjang.
    2. Untuk mengetahui bagaimana cara menguji komponen elektronika dengan menggunakan multimeter.

    Bab II. Kajian Pustaka

    Elektronika adalah cabang ilmu pengetahuan dan teknologi yang mempelajari teori dan penggunaan kelas peralatan dimana terjadi penyaluran elektron lewat hampa,gas, atau semikonduktor. Tabung- tabung hampa, tabung berisi gas, transistor dan sebagainya merupakan contoh dari alat-alat tersebut dan dikenal sebagai peralatan elektronika. Gerakan electron dari alat-alat ini biasanya dikendalikan oleh penggunaan medan listrik (Chattopadyay,1989).

    Terdapat 3 komponen pada komponen elektronika yang meliputi, komponen pasif, komponen aktif dan komponen penunjang.

    A. Komponen Elektronika Pasif

    Komponen pasif adalah komponen elektronika yang dalam pengoperasiannya tidak membutuhkan sumber tegangan atau sumber arus tersendiri. Komponen pasif pada umumnya digunakan sebagai pembatas arus, pembagi tegangan, tank circuit dan filter pasif. Komponen elektronika yang digolongkan sebagai komponen pasif diantarnya adalah resistor, kapasitor, induktor (Kho, 2016).  Komponen –komponen pasif meliputi:

    I. Resistor

    Resistor adalah komponen dasar elektronika yang digunakan untuk membatasi jumlah arus yang mengalir dalam satu rangkaian. Sesuai dengan namanya resistor bersifat resistif dan umumnya terbuat dari bahan karbon. Dari hukum Ohm diketahui, resistansi berbanding terbalik dengan jumlah arus yang mengalir melaluinya. Satuan resistansi dari suatu resistor disebut Ohm atau dilambangkan dengan simbol Ω (Omega). Untuk menyatakan resistansi sebaiknya disertakan batas kemampuan dayanya. Berbagai macam resistor di buat dari bahan yang berbeda dengan sifat-sifat yang berbeda (Ahmad, 2007).

    II. Kapasitor

    Kapasitor ialah komponen elektronika yang mempunyai kemampuan menyimpan elektron-elektron selama waktu yang tidak tertentu. Kapasitor berbeda dengan akumulator dalam menyimpan muatan listrik terutama tidak terjadi perubahan kimia pada bahan kapasitor, besarnya kapasitansi dari sebuah kapasitor dinyatakan dalam farad. Pengertian lain Kapasitor adalah komponen elektronika yang dapat menyimpan dan melepaskan muatan listrik. Struktur sebuah kapasitor terbuat dari 2 buah plat metal yang dipisahkan oleh suatu bahan dielektrik. Bahan-bahan dielektrik yang umum dikenal misalnya udara vakum, keramik, gelas dan lain-lain (Ahmad, 2007).

    III. Induktor

    Induktor atau kumparan adalah komponen elektronika yang dibuat dari kawat email yang dibuat sedemikian rupa sehingga memiliki nilai reaktansi. Induktor dapat digunakan untuk menahan arus AC dan melewatkan arus DC. Karakteristik- karakteristik listrik dari sebuah inductor ditentukan oleh sejumlah factor diantaranya bahan inti, jumlah lilitan, dan dimensi fisik kumparan.

    Dalam prakteknya setiap kumparan memiliki baik induktansi (L) maupun reaktansi (XL). Jika pada ujung-ujung inductor diberi sumber tegangan luar, maka arus akan mengalir seiring dengan berpindahnya energy dari sumber untuk membangkitkan medan magnetic (Bakri,2008).

    B. Komponen Elektronika Aktif

    Komponen aktif merupakan komponen elektronika yang dalam pengoperasiannya membutuhkan sumber tegangan atau sumber arus dari luar (Bakri,2008)

    I. Dioda

    Dioda adalah komponen pasif yang dibuat dari bahan semikonduktor. Dioda berfungsi untuk mengalirkan arus listrik DC dalam satu arah saja. Dioda dibangun menggunakan dua lempeng bahan semikonduktor tipe P dan tipe N. Dioda memiliki 2 kaki yaitu kaki Anoda dan Kaki Katoda, pada prinsipnya dioda akan mengalirkan arus DC dari Anoda ke Katoda. Pada aplikasi lain dioda dapat berfungsi sebagai penyearah gelombang AC.

    II. Transistor

    Transistor merupakan komponen aktif dengan arus, tegangan atau daya keluarannya dikendalikan oleh arus masukan. Transistor dapat berfungsi sebagai penguat sinyal dan dapat juga berfungsi sebagai saklar elektronik. Transistor terdiri dari dua tipe yaitu transisor NPN dan PNP. Kemudian dari dua tipe tersbut transistor dibagi lagi mejadi dua jenis menjadi transistor bipolar dan transistor unipolar. Transistor bipolar memiliki 3 kaki yaitu basis, colektor dan emitor, sedangkan transistor unipolar memiliki tiga kaki yaiut gate, source dan drain (Blocher,2003).

    III. Integrated Circuit

    IC (Integrated Circuit) berfungsi ebagai penguat, Switching, pengontrol hingga media penyimpanan, sebagai Otak dalam sebuah Peralatan Elektronika (Kho, 2016).

    C. Komponen Elektronika Penunjang

    Komponen penunjang adalah komponen yang tidak harus ada dalam rangkaian. Komponen penunjang meliputi Saklar, Baterai dan Relay (Bakri,2008).

    I. Saklar

    Saklar adalah komponen elektronika yang bekerja sebagai pemutus atau pemilih sinyal secara mekanik. Saklar memiliki dua bagian utama yaitu kontaktor dan tuas saklar (Blocher,2003).

    II. Baterai

    Alat listrik kimiawi yang menyimpan energi dan mengeluarkan tenaganya dalam bentuk listrik            (Kho,2016).

    III. Relay

    Adapun fungsi dari adalah Relay digunakan untuk menjalankan Fungsi Logika (Logic Function), Untuk memberikan Fungsi penundaan waktu (Time Delay Function), Untuk mengendalikan sirkuit tegangan tinggi dengan bantuan dari signal tegangan rendah. Untuk melindungi motor ataupun komponen lainnya dari kelebihan tegangan ataupun hubung singkat (Kho,2015).

    Bab III. Metode Praktikum

    A. Alat dan Bahan

    1. Multimeter digital (1 buah)
    2. Resistor Batu (1 buah)
    3. Resistor Cincin (1 buah)
    4. Resistor Variabel (1 buah)
    5. Kapasitor (1 buah)
    6. Dioda Penyearah (1 buah)
    7. Dioda Zener (1 buah)
    8. LED (1 buah)
    9. Integrited Circuit (1 buah)
    10. Transistor (1 buah)
    11. Transistor Top (1 buah)
    12. Konektor (1 buah)
    13. Baterai (1 buah)
    14. Saklar (1 buah)

    Bab IV. Hasil dan Pembahasan

    A .Hasil Pengamatan

    I. Komponen Aktif
    NONama KomponenSpesifikasiKondisiNilai Terukur Keterangan
    1.Transistor3N3055baik0,501Termasuk dalam
    M02520,504komponen ( NPN)
    2.Transistor topiM32955baik0,513Komponen (NPN)
    M03330,539
    3.Dioda penyearahNE404baik0,470Memiliki polaritas
    4.Dioda zener4730APEbaik0,672Memiliki polaritas
    5.IC23232EKrusakKaki(kurang  lengkap)
    6.LEDbaikLampu menyala
    II. Komponen Pasif
    NONama KomponenSpesifikasiKondisiNilai TerukurKeterangan
    1.Resistor cincin68,0 ± 5%baik68,0Layak pakai
    2.Resistor batu10w6,8WJrusak8,1WNilai yang terukur melebihi nilai toleransi
    3.Resistor variabelB10Kbaik9,87Kaki kakinya ketika diputar berlawanan arah jarum jam
    4.Kapasitor3,3 μF2,5Vbaik3,4 μFNilai yang terukur mendekati nilai spesifikasi dan tidak berpengaruh banyak
    III. Komponen Penunjang
    NoNama KomponenSpesifikasiKondisiNilai TerukurKeterangan
    1KonektorTidak layakAda kawat yang putus
    2SakelarBaik/ layakLayak digunakan

    B. Pembahasan

    Sebelum kita melakukan pengujian terhadap komponen maka perlu mengetahui probe yang ada pada multimeter. Probe yang berwarna merah menandakan  positif  dan probe yang berwarna hitam menandakan negatif. Selain dilakukan pengujian terhadap komponen, pada praktikum ini kita juga menuliskan spesifikasi yang terdapat pada komponen. Adapun komponen yang diuji adalah komponen aktif, komponen pasif, dan komponen penunjang.

    I. Komponen Aktif

    Adapun komponen aktif yang kami uji yaitu:

    a. Transistor dengan spesifikasi 3N3055 M0252 jenis spesifikasi tersebut merupakan kode produksi dari transistor tersebut. Setelah diuji menggunakan multimeter digital transistor tersebut diperoleh nilai 0,501 dan 0,504 Ω dapat diketahui bahwa transistor tersebut merupakan jenis NPN.  Cara menentukannya yaitu probe merah dihubungkan pada basis dan probe hitam dihubungkan pada kolektor, muncul nilai tegangan pada multimeter. Kemudian probe hitam dipindahkan ke emitor dan muncul nilai tegangan pada multimeter. Jenis transistor tersebut adalah NPN karena pada basis yang dihubungkan adalah probe merah (+) dan muncul nilai tegangan pada multimeter. Jenis transistor tipe NPN (transistor positif), yaitu transistor hanya dapat bekerja mengalirkan arus listrik apabila basis dialiri tegangan arus positif. Transistor tersebut baik karena kaki – kakinya masih lengkap dan di layar multimeter muncul nilai tegangan tertentu

    b. Transistor topi dengan spesifikasi M32955 M03333 jenis spesifikasi tersebut merupakan kode produksi dari transistor tersebut. Setelah diuji menggunakan multimeter digital, diperoleh nilai 0,513 dan 0,539 Ω dapat diketahui bahwa transistor tersebut merupakan jenis NPN. Cara menentukannya yaitu probe merah dihubungkan pada basis dan probe hitam dihubungkan pada kolektor, muncul nilai tegangan pada multimeter. Kemudian probe hitam dipindahkan ke emitor dan muncul nilai tegangan pada multimeter. Jenis transistor tersebut adalah NPN karena pada basis yang dihubungkan adalah probe merah (+) dan muncul nilai tegangan pada multimeter. Jenis transistor tipe NPN (transistor positif), yaitu transistor hanya dapat bekerja mengalirkan arus listrik apabila basis dialiri tegangan arus positif. Transistor tersebut baik karena kaki – kakinya masih lengkap dan di layar multimeter muncul nilai tegangan tertentu

    c. Dioda penyearah dengan spesifikasi N0404 jenis spesifikasi tersebut merupakan kode produksi dari dioda tersebut.  Untuk mengetahui kondisi dari dioda penyearah maka dilakukan pengujian dengan menggunakan multimeter digital. Pada saat menggunakan multimeter digital kabel yang negative dihubungkan dengan katoda dan kabel yang positif dihubungkan dengan anoda, kemudian baca hasil hasilnya yaitu 0,470 V. Dioda tersebut termasuk jenis dioda silikon. Apabila kabel yang negatif dihubungkan dengan anoda dan kabel positif dengan katoda  terdapat nilai tegangan pada multimeter sehingga dapat disimpulkan bahwa dioda dalam kondisi yang baik.

    d. Dioda zener dengan spesifikasi 4730AP jenis spesifikasi tersebut merupakan kode produksi dari dioda tersebut. Untuk mengetahui kondisi dari dioda zener maka dilakukan pengujian dengan menggunakan multimeter digital. Pada saat menggunakan multimeter digital kabel yang negative dihubungkan dengan katoda dan kabel yang positif dihubungkan dengan anoda, kemudian baca hasilnya yaitu 0,672 V. Dioda tersebut termasuk jenis dioda silikon.  Dioda tersebut bersifat polaritas.

    e. LED Untuk mengetahui kondisi dari LED maka dilakukan pengujian dengan menghubungka LED dengan baterai, LED tersebut menyala dapat dikatakan bahwa keadaannya masih baik.

    f. Integrated Circuit dengan spesifikasi 23232. Pada IC tidak diuji menggunakan multimeter, melainkan memeriksa kakinya apakah dalam kondisi baik atau kakinya tidak patah.  

    2. Komponen Pasif

    Komponen pasif adalah komponen elektronika yang dalam pengoperasiannya tidak membutuhkan sumber tegangan atau sumber arus tersendiri. Adapun pada praktikum ini komponen pasif yang diuji adalah:

    a.    Resistor cincin  dengan spesifikasi 68,0 . Pada resistor ini nilai resistansinya dicantumkan dalam bentuk kode warna. Dengan spesifikasi 68,0  artinya resistor ini memiliki resistansi sebesar 68,0 dengan toleransi sebesar 5 %. Hal ini dapat dilihat dari kode warnanya yaitu biru, abu-abu, hitam, dan emas. Adapun hasil yang didapatkan dengan menggunakan multimeter digital yaitu 68,0 Ω yang artinya sama nilai resistansi dari resistor sehingga dapat dikatakan bahwa resistor ini dalam kondisi yang baik.

    b.    Resistor batu dengan spesifikasi 10W6,8ΩJ. Arti dari spesifikasi tersebut bahwa kapasitas daya pada resistor ini memiliki nilai daya maksimum yang mampu dilewatkan oleh resistor sebesar 10 watt dengan resistansi sebesar 6,8 Ω dan huruf J bermakna toleransi sebesar 5%. Pada saat dilakukan pengukuran, probe dihubungkan kearah kutub resistor tanpa memperhatikan kutub positif atau kutub negatifnya. Pada multimeter digital apabila nilai yang didapatkan mendekati nilai dari resistansinya maka bisa dikatakan resistor tersebut dalam keadaan baik. Tapi dari percobaan yang kami lakukan, nilai yang kami dapatkan 8,1 Ω nilai tersebut tidak mendekati dari nilai resistansi dari resistor tersebut, jadi bisa dikatakan bahwa resistor tersebut rusak.

    c.    Resistor variabel dengan spesifikasi B10K. Arti dari spesifikasi tersebut bahwa B itu adalah tipe linier dan kode angkanya ialah 10k artinya sama dengan 10.000 Ohm (Ω), 10.000 Ω dapat kita persingkat dengan menambah huruf KΩ, jadi 10KΩ. Namun penulisannya sering disingkat menjadi 10K. Pada multimeter digital apabila nilai yang didapatkan mendekati nilai dari resistansinya maka bisa dikatakan resistor tersebut dalam keadaan baik. Dari percobaan yang kami lakukan, nilai yang kami dapatkan 9,87Ω nilai tersebut tmendekati dari nilai resistansi dari resistor tersebut, jadi bisa dikatakan bahwa resistor tersebut baik.

    d.    Kapasitor  dengan spesifikasi 3,3 μF2,5V. Arti dari spesifikasi tersebut yaitu nilai kapasitor itu adalah 3,3 µF dan bisa bekerja pada tegangan maximal 2,5 V. Untuk melakukan pengujian terlebih dahulu kita perlu mengetahui yang mana kutub positif dan kutub negatifnya. Kutub positif ditandai dengan kaki yang  panjang dan kutub negative yang memiliki kaki yang lebih pendek. Pada saat pengujian dprobe positif diletakkan pada kutub positif dan probe negative diletakkan pada kutub negative. Adapun hasil yang didapatkan dengan multimeter digital 3,4 nF. Komponen dianggap layak karena nilai  yang terukur menghampiri nilai spesifikasi dan tidak berpengaruh banyak.

    3.    Komponen Penunjang

    a.    Konektor dalam kondisi tidak baik karena kawat yang ada di dalam konektor tersebut putus.

    b.    Saklar dalam kondisi baik karena pada saat di uji multimeter berbunyi

    KESIMPULAN

    1.    Adapun yang termasuk komponen aktif yaitu Dioda, Transistor, IC, LED. Komponen pasif meliputi Resistor,Kapasitor,Transformator, dan yang termasuk komponen penunjang adalah Konektor, Saklar, dsb.

    2.    Adapun cara menguji kondisi komponen dengan multimeter yaitu hubungkan probe dengan komponen dan perhatikan apabila komponen tersebut berpolaritas perhatikan kutubnya.

    DAFTAR PUSTAKA

    Ahmad, Jayadin. 2007. Ilmu Elektronika. Jakarta: WordPress

    Bakri, A. Haris.2008. Dasar-Dasar Elektronika. Makassar: UNM

    Blocher,Richard.2003.Dasar Elektronika.Yogyakarta:Andi Yogyakarta

    Chattopadyay,D. 1989. Foundation of Electronic.Calcutta Citty: University of 

     Calcutta

    Kho, Dhikson.2016 ”jenis-jenis komponen elektronika beserta fungsi dan simbolnya”

    http://teknikelektronika.com/jenis-jenis-komponen-elektronika-beserta-fungsi-dan-simbolnya/   Share

  • Laporan Praktikum Fluida Dinamis Teorema Torricelli

    Praktikum Teorema Torricelli

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Air merupakan salah satu jenis Fluidaatau zat yang dapat mengalir. Hal ini dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari karena air mengalir secara alami dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah. Contof fenomena fluida seperti air yang ada di sungai, air keran dan sejenisnya.

    Fluida merupakan zat dengan gaya tarik antar partikel lemah. Zat cair adalah fluida dengan jarak antar partikel yang berdekata sedangakn gas adalah fluida dengan jarak antar partikel yang saling berjauhan. Jarak antar partikel ini mempengaruhi gaya-gaya fluida.

    Karakteristik gerak fluida dipengaruhi oleh hukum-hukum fisika dengan tinjaun makro. Hukum fisika yang paling banyak diturunkan untuk mengetahui karakteristik fluida dalah hukum Newton Tentang Gerak. Hal ini jelas terlihat secara sederhana melalui dengan gerakan air yang selalu mengalir ke bawah dimana arah gravitasi menarik ke arah bawah.

    B. Rumusan Masalah

    1. Bagaimana cara mengukur kecepatan air yang keluar dari botol pada tiap lubang dengan ketinggian tertentu terhadap permukaan ?
    2. Apa yang dimaksud fluida ?
    3. Apa yang dimaksud fluida dinamis dan fluida ideal ?

    C. Tujuan

    1. Menghitung kecepatan air yang keluar dari botol pada tiap lubang dengan ketinggian tertentu terhadap permukaan.
    2. Mengetahui pengertian fluida.
    3. Mengetahui pengertian fluida dinamis dan fluida ideal.

    Bab II. Kajian Teori

    A. Fluida

    Fluida adalah zat yang dapat mengalir. Kata Fluida mencakup zat car, air dan gas karena kedua zat ini dapat mengalir, sebaliknya batu dan benda-benda keras atau seluruh zat padat tidak digolongkan kedalam fluida karena tidak bisa mengalir. Susu, minyak pelumas, dan air merupakan contoh zat cair. dan Semua zat cair itu dapat dikelompokan ke dalam fluida karena sifatnya yang dapat mengalir dari satu tempat ke tempat yang lain. Selain zat cair, zat gas juga termasuk fluida. Zat gas juga dapat mengalir dari satu satu tempat ke tempat lain. Hembusan angin merupakan contoh udara yang berpindah dari satu tempat ke tempat lain. 

    Fluida merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Setiap hari manusia menghirupnya, meminumnya, terapung atau tenggelam di dalamnya. Setiap hari pesawat udara terbang melaluinya dan kapal laut mengapung di atasnya. Demikian juga kapal selam dapat mengapung atau melayang di dalamnya. Air yang diminum dan udara yang dihirup juga bersirkulasi di dalam tubuh manusia setiap saat meskipun sering tidak disadari. Fluida ini dapat  dibagi menjadi 2 yaitu, fluida statis dan fluida dinamis.  

    B. Pengertian Fluida Dinamis

    Fluida Ideal adalah fluida yang tidak dapat ditempatkan dan bagian- bagiannya tidak mengalami gaya gesekan, fluida ideal disebut juga fluida yang tidak kompersibel yaitu fluida yang tidak mengalami perubahan volume karena tekanan, mengalir tanpa gesekan dan alirannya stasioner. Aliran stasioner yaitu aliran fluida yang mengikuti garis air atau garis tertentu. Fluida dinamis adalah fluida yang mengalir atau bergerak terhadap sekitarnya. Pada pembahasan fluida dinamis, kita akan mempelajari mengenai persamaan kontinuitas, dan Hukum Bernoulli beserta penerapannya. Fluida ideal mempunyai ciri-ciri berikut ini :

    1. Alirannya tunak (steady), yaitu kecepatan setiap partikel fluida pada satu titik tertentu adalah tetap, baik besar maupun arahnya. Aliran tunak terjadi pada aliran yang pelan.
    2. Alirannya tak rotasional, artinya pada setiap titik partikel fluida tidak memiliki momentum sudut terhadap titik tersebut. Alirannya mengikuti garis arus (streamline
    3. Tidak kompresibel (tidak termampatkan), artinya fluida tidak mengalami perubahan volume (massa jenis) karena pengaruh tekanan.
    4.  Tak kental, artinya tidak mengalami gesekan baik dengan lapisan fluida di sekitarnya maupun dengan dinding tempat yang dilaluinya. Kekentalan pada aliran fluida berkaitan dengan viskositas.

    C. Besaran Fluida Dinamis

    Debit adalah banyaknya fluida yang mengalir tiap detik.

    Q= v.A \ \ \ \ \ ...(1)

    jika

    v = \frac{s}{t} \ \ \ \ \ ...(2)

    Maka persamaan (1) dapat ditulis menjadi

    Q = \frac{s}{t}A = \frac{V}{t} \ \ \ \ \ ...(3)

    Ket
    Q = debit aliran (m3/s)
    A = luas penampang (m2)
    V = volume fluida  (m3)
    v  =  kecepatan aliran (m/s)

    fluida yang keluar dari lubang

    D. Persamaan Kontinuitas

    P_1+\frac{1}{2}\rho v_1^2+ ρgh_1 = P_2+\frac{1}{2}\rho v_2^2+ ρgh_2  \ \ \ \ \ ...(4)

    Dalam waktu yang sama jumlah fluida yang mengalir pada penampang A1  sama dengan jumlah fluida yang mengalir pada penampang A2.

     A = luas penampang (lingkaran) (m2)

    A = \pi r^2

    D. Azas Bernoulli

    5.1  Prinsip Bernoulli

    Sebuah istilah di dalam mekanika fluida yang menyatakan bahwa pada suatu aliran fluida, peningkatan pada kecepatan fluida akan menimbulkan penurunan tekanan pada aliran tersebut. Prinsip  ini sebenarnya merupakan penyederhanaan dari Persamaan Bernoulli yang menyatakan bahwa jumlah energi pada suatu titik di dalam suatu aliran tertutup sama besarnya dengan jumlah energi di titik lain pada jalur aliran yang sama. Prinsip ini diambil dari nama ilmuwan Belanda/Swiss yang bernama Daniel Bernoulli.

    5.2  Azas Bernoulli

    Asas Bernoulli dikemukakan pertama kali oleh Daniel Bernoulli (1700 – 1782). Dalam kertas kerjanya yang berjudul “Hydrodynamica”, Bernoulli menunjukkan bahwa ”begitu kecepatan aliran fluida meningkat maka tekanannya justru menurun”. 

    Asas Bernoulli adalah “tekanan fluida di tempat yang kecepatannya tinggi lebih kecil daripada di tempat yang kecepatannya lebih rendah”. Jadi semakin besar kecepatan fluida dalam suatu pipa maka tekanannya makin kecil dan sebaliknya makin kecil kecepatan fluida dalam suatu pipa maka semakin besar tekanannya.

    5.3  Persamaan Azas Bernoulli

    Jika m adalah massa zat cair yang berpindah. ρ ( rho) adalah massa jenis zat cair dan m/ρ adalah volume zat cair yang berpindah. Maka jumlah semua usaha yang menggerakkan zat cair adalah sama dengan bertambahnya energi kinetik dan energi potensial.

    Wtot                                          =          Ek + Ep

                            P. A1 . v1 . t – P2 . A2 . v2.t    =          ½ m (v2– v12) + m.g (h– h1)

    Karena             A1 . v1 . t         =          A2 . v2 . t         = V (Volume)

    P1 . V         –    P. V               =          ½ m (v2– v12) + m.g (h– h1)

    V = m / ρ

    P1 . m / ρ    –     P2 . m / ρ          =          ½ m (v2– v12) + m.g (h– h1)

    Pρ           –    Pρ                =          ½ (v2– v12) + g (h– h1)      [dikalikan ρ]

    P               –    P2                           =          ½ ρ v22   –   ½ ρ v12   +   ρ g h  –   ρ g h1

    Ket :    A1        = luas penampang 1 (m2)

    P1         = tekanan pada

       penampang 1 (N/m2)

    v1         = kecepatan pada

                   penampang 1 (m/s)

    g          = percepatan graviasi bumi  

                   (m/s2)

    h1         = tinggi penampang 1 (m)

    P2         = tekanan pada

                   penampang 2 (N/m2)

    v2         = kecepatan pada

                   penampang 2 (m/s)

    h2         = tinggi penampang 2 (m)

    ρ          = massa jenis fluida (kg/m3)

    Persamaan diatas disebut juga sebagai Persamaan Bernoulli. Persamaan Bernoulli sangat berguna untuk penggambaran kualitatif berbagai jenis aliran fluida. Persamaan Bernoulli diatas dikenal sebagai persamaan untuk aliran lunak, fluida inkompresibel, dan nonfiskos.

    5.4  Aplikasi/penerapan azas bernoulli :

    a.       Azas bernoulli digunakan untuk menentukan gaya angkat pada sayap dan badan pesawat terbang sehingga diperoleh ukuran presisi yang sesuai.

    b.      Azas Bernoulli dipakai pada penggunaan mesin karburator yang berfungsi untuk mengalirkan bahan bakar dan mencampurnya dengan aliran udara yang masuk. Salah satu pemakaian karburator adalah dalam kendaraan bermotor, seperti mobil.

    c.       Azas Bernoulli berlaku pada aliran air melalui pipa dari tangki penampung menuju bak-bak penampung. Biasanya digunakan di rumah-rumah pemukiman.

    d.      Azas Bernoulli juga digunakan pada mesin yang mempercepat laju kapal layar.

    e.      Azas Bernoulli pada praktikum ini diterapkan pada tangki atau botol berlubang, lebih jelasnya akan dijelaskan dibawah  ini.

    6.      Penerapan Azas Bernoulli pada Botol Berlubang

    Skema persamaan Bernoulli untuk fluida dalam tangki / botol dan terdapat kebocoran dalam ketinggian tertentu pada percobaan ini.

    Perhatikan gambar diatas, P1 = P2 = tekab=nan udara luar (Po), karena lubang kebocoran kecil, makapermukaan air pada bejana turun sangat lambat drhingga v1 dapat diabaikan atau v1 = 0 dan v2 = v, maka persamaan Bernoulli menjadi :

    P_1 + \frac{1}{2}ρ v_1^2 + ρgh_1 = P_2 + \frac{1}{2}ρv_2^2+ρgh_2

    Po +   ½ ρ 0   +         ρ g h                      =          Po   +   ½ ρ v2   +   ρ g h  

    0   +   0            +         ρ g h                     =             0     +   ½ ρ v2   +   ρ g h  

                                        ρ g h                     =          ½ ρ v2   +   ρ g h  

                                        ½ ρ v2              =          ρ g (h   –    h2)

                                               v               =          

    Jika kebocorannya didasar tangki / botol h2 = 0 maka persamaannya menjadi :

    v          =        Ket :    v = kecepatan air pada lubang kebocoran (m/s)

    g = percepatan gravitasi bumi (m/s2)

    h1 = jarak lubang ke permukaan air (m)

                    Untuk mencari waktu yang diperlukan air untuk jatuh ke tanah yaitu dengan rumus :

                            t           =          

    Ket :    t = waktu yang diperlukan air untuk jatuh ke tanah (s)

    g = percepatan gravitasi bumi (m/s2)

    h2 = jarak lubang ke dasar tangki / botol (m)

    Untuk mencari lintasan air (fluida) yang jatuh ke tanah pada tangki berlubang

    x          = v . t                          

    x          =  .     

                            x          = 

                            x          = 2 

    Ket :    x = jarak atau lintasan air  yang jatuh ke tanah pada tangki yang berlubang (m)

    g = percepatan gravitasi bumi (m/s2)

    h1 = jarak lubang ke permukaan air (m)

    h2 = jarak lubang ke dasar tangki / botol (m)

    7.      Teorema Torricelli

    Torricelli mengatakan bahwa kelajuan fluida menyembur keluar dari lubang yang terletak pada jarak h dibawah permukaan atas fluida dalam tangki sama seperti kelajuan yang akan diperoleh sebuah benda jatuh bebas dari ketinggian h. Teorema ini hanya berlaku jika ujung wadah terbuka terhadap atmosfer dan luas lubang jauh lebih kecil dari lusa penampang wadah. 

    X = V . t                                   Ket :    v  = Kecepatan semburan

    t   = Waktu zat cair dari lubang sampai ke lantai

    x  = Jarak jatuhnya zat cair kelantai

    Bab III. Metode Praktikum

    A Alat dan Bahan

    Alat dan Bahan :           

    1. 2 buah botol
    2. Air secukupnya
    3. Paku yang dipanasi / pelubang botol
    4. Penggaris
    5. Spidol

    B. Langkah Kerja

    1. Siapkan seluruh peralatan yang digunkan dalam praktikum
    2. Lakukan pemotongan pada botol pada bagian atasnya,kemudan berilah lubang pada botol dengan menggunakansolder atau paku yang dipanaskan sejumlah buah dengan jarak yang sama.
    3. Ukur tinggi botol, volume botol dan diameter botolmenggunakan penggaris dan centimeter.
    4. Isi botol dengan air sampai penuh dengan 3 buahlubangnnya ditutup dengan latban, kemudian latban paalubang pertama dibuka hitung waktunya air keluar sampaitidak mengalir lagi dengan menggunakan stopwatch.
    5. Isi kembali botol dengan air sampai penuh dimana ke tiga lubang ditutup kembali, buka lubag ke dua hitung waktunya air keluar sampai air tidak mengalir lagi denganmenggunakan stopwatch.
    6. Isi kembali botol dengan air sampai penuh dimana ke tigalubang ditutup kembali, buka lubang ke tiga hitngwaktnya air keluar sampai air tidak mengalir lagi denganmenggunakan stopwatch.
    7. Setelah menghitung waktunya air keluar dari botolcatatlah beberapa data penting dari percobaan ( waktu untuk tumpahnya air hingga habis dari dalam botol waktunya ) dengan stopwatch dan alat tulis yang ada.Selain itu selama seluruh kegiatan berlangsung kamera foto digunakan untuk merekam.
    8. Membaandingkan data setiap perlakuan dan tuangkan kedalam bentuk tabel serta diskusikan hasil analisa pecobaan serta membandingkannya dengan hasil teori.

    Bab IV. Hasil dan Pembahasan

    A. Hasil Pengamatan

    v  Percobaan 1

    a.       Botol 1 dipegang pada ketinggian tertentu

    Ø  Lubang ke – A

    Lubang ke –Tinggi h1 dan h2Jarak jatuh air ke tanah (x)t (waktu)
    Ah1 = 0,12 mh2 = 0,265 m0,32 m11 s

    Ø  Lubang ke – B

    Lubang ke –Tinggi h1 dan h2Jarak jatuh air ke tanah (x)t (waktu)
    Bh1 = 0,14 mh2 = 0,245 m0,16 m17 s

    Ø  Lubang ke – C

    Lubang ke –Tinggi h1 dan h2Jarak jatuh air ke tanah (x)t (waktu)
    Ch1 = 0,16 mh2 = 0,225 m0,04 m33 s

                Data pengamatan total percoban 1 pada botol 1

    Lubang botol ke –Tinggi (h1 dan h2 )Jarak air jatuh ( x )t (waktu)
    Ah1 = 0,12 mh2 = 0,265 m0,32 m11 s
    Bh1 = 0,14 mh2 = 0,245 m0,16 m17 s
    Ch1 = 0,16 mh2 = 0,225 m0,04 m33 s

    b.      Botol 2 dipegang pada ketinggian tertentu

    Data total percobaan 1 pada botol 2

    Ø  Lubang ke – A = Lubang ke – B = Lubang ke – C

    Lubang ke –Tinggi h1 dan h2Jarak jatuh air ke tanah (x)t (waktu)
    Ah1 = 0,12 mh2 = 0,265 m0,32 m11 s
    Bh1 = 0,12 mh2 = 0,265 m0,32 m11 s
    Ch1 = 0,12 mh2 = 0,265 m0,32 m11 s

    v  Percobaan 2

    a.       Botol 1 dilepas pada ketinggian tertentu

    Air di botol tidak keluar, karena tekanan didalam lebih besar daripada tekanan diluar botol. Serta kecepatannya lebih tinggi dan tekanannya rendah sehingga air tidak keluar.

    b.      Botol 2 dilepas pada ketinggian tertentu

    Air di botol tidak keluar, karena tekanan didalam lebih besar daripada tekanan diluar botol. Serta kecepatannya lebih tinggi dan tekanannya rendah sehingga air tidak keluar.

    v  Percobaan 3

    a.       Botol 1 ditarik keatas / dilempar ke atas

    Air di botol tidak keluar, karena tekanan didalam lebih besar daripada tekanan diluar botol. Serta kecepatannya lebih tinggi dan tekanannya rendah sehingga air tidak keluar.

    b.      Botol 2 ditarik keatas / dilempar ke atas

    Air di botol tidak keluar, karena tekanan didalam lebih besar daripada tekanan diluar botol. Serta kecepatannya lebih tinggi dan tekanannya rendah sehingga air tidak keluar.

    E.       Hitungan berdasarkan Teori

    v  Percobaan 1

    a.        Botol 1 dipegang pada ketinggian tertentu

    Ø  Lubang ke – A

    Diketahui :

    h1        = 0,12 m

    h2        = 0,265 m

    d          = 0,05 m

    A         = πd2

                = 19,625 . 10-4 m2

                Ditanya :

    a.       x

    b.      t

    c.       v

    d.      Q (debit air)

    Jawab :

    a.       x =2 

    x = 2                                               

    x = 2                                

    x = 2.0,18

    x = 0,36 m

    b.      t =  

    t =        

    t =       

    t =            

    t = 0,23 s

    c.       v = 

    v = 

    v =  = 1,55 m/s

    d.      Q   = A . v

    = 19,625 . 10-4 . 1,55

    = 30,42 . 10-4 m3/s

    Ø  Lubang ke – B

    Diketahui :

              h1 = 0,14 m

              h2 = 0,245 m

              d = 0,05 m

              A     = πd2

                      = 19,625 . 10-4 m2

                Ditanya :

    a.       x

    b.      t

    c.       v

    d.      Q (debit air)

    Jawab :

    a.       x =2 

    x = 2                                   

    x = 2 . 0,09                                   

    x = 0,18 m

    b.      t =  

    t =        

    t =   

    t =            

    t = 0,22 s

    c.       v = 

    v = 

    v = 

    v = 1,67 m/s

    d.      Q   = A . v

    = 19,625 . 10-4 . 1,67

    = 32,77 . 10-4 m3/s

    Ø  Lubang ke – C

                Diketahui :                 

                h1        = 0,16 m

                h2        = 0,225 m

                d          = 0,05 m

                A         = πd2

           = 19,625 . 10-4 m2

    Ditanya :

    a.       x

    b.      t

    c.       v

    d.      Q (debit air)

    Jawab :

    a.       x =2 

    x = 2                                               

    x = 2                                

    x = 2 . 0,19

    x = 0,38 m

    b.      t =  

    t =        

    t =     

    t =            

    t = 0,21 s

    c.       v = 

    v = 

    v = 

    v = 1,78 m/s

    d.      Q   = A . v

    = 19,625 . 10-4 . 1,78

    = 34,93 . 10-4 m3/s

    Data Total Percobaan botol 1

    Tinggi Lubang botol ke – (h1 dan h2)xWaktu Air yang keluar (t)Kecepatan air yang keluar dari lubang (v)Debit Air (Q)
    Ah1 =0,12 mh2 = 0,265mPengamatanx= 0,32 mTeori x = 0,36 mPengamatant = 11 sTeori t = 0,23 s1,55 m/s30,42 . 10-4 m3/s
    Bh1 = 0,14 mh2 = 0,245 mPengamatanx= 0,16 mTeori x = 0,18 mPengamatant = 17 sTeori t = 0,23 s1,67 m/s32,77 . 10-4 m3/s
    Ch1 =0,16 mh2 = 0,225 mPengamatanx= 0,04 mTeori x = 0,38 mPengamatant = 33 sTeori t = 0,23 s1,78 m/s34,93 . 10-4 m3/s

    b. Botol 2 dipegang pada ketinggian tertentu

    Ø  Lubang ke – A = Lubang ke – B = Lubang ke –  C

    Diketahui :

    h1        = 0,12 m

    h2        = 0,265 m

    d          = 0,05 m

    A         = πd2

                = 19,625 . 10-4 m2

    Ditanya :

    a.       x

    b.      t

    c.       v

    d.      Q (debit air)

    Jawab :

    a.       x =2 

    x = 2                                               

    x = 2                                

    x = 2.0,18

    x = 0,36 m

    b.      t =  

    t =        

    t =     

    t =            

    t = 0,23 s

    a.       v = 

    v = 

    v = 

    v = 1,55 m/s

    b.      Q   = A . v

    = 19,625 . 10-4 . 1,55

    = 30,42 . 10-4 m3/s

    Data Total Percobaan botol 2 (Lubang A = Lubang B = Lubang C)

    Tinggi Lubang botol ke – (h1 dan h2)xWaktu Air yang keluar (t)Kecepatan air yang keluar dari lubang (v)Debit Air (Q)
    Ah1 =0,12 mh2 = 0,265mPengamatanx= 0,32 mTeori x = 0,36 mPengamatant = 11 sTeori t = 0,23 s1,55 m/s30,42 . 10-4 m3/s

    v  Percobaan 2

    a.    Botol 1 dilepas pada ketinggian tertentu

    Air di botol tidak keluar, karena tekanan didalam lebih besar daripada tekanan diluar botol. Serta kecepatannya lebih tinggi dan tekanannya rendah sehingga air tidak keluar.

    b.    Botol 2 dilepas pada ketinggian tertentu

    Air di botol tidak keluar, karena tekanan didalam lebih besar daripada tekanan diluar botol. Serta kecepatannya lebih tinggi dan tekanannya rendah sehingga air tidak keluar.

    v  Percobaan 3

    a.     Botol 1 ditarik keatas / dilempar ke atas

    Air di botol tidak keluar, karena tekanan didalam lebih besar daripada tekanan diluar botol. Serta kecepatannya lebih tinggi dan tekanannya rendah sehingga air tidak keluar.

    b.    Botol 2 ditarik keatas / dilempar ke atas

    Air di botol tidak keluar, karena tekanan didalam lebih besar daripada tekanan diluar botol. Serta kecepatannya lebih tinggi dan tekanannya rendah sehingga air tidak keluar.

    Bab V. Penutup

    A.  Kesimpulan

    a.       Fluida adalah zat yang dapat mengalir..

    b.      Fluida Ideal adalah fluida yang tidak dapat ditempatkan dan bagian- bagiannya tidak mengalami gaya gesekan, fluida ideal disebut juga fluida yang tidak kompersibel yaitu fluida yang tidak mengalami perubahan volume karena tekanan, mengalir tanpa gesekan dan alirannya stasioner.

    c.       Asas Bernoulli adalah “tekanan fluida di tempat yang kecepatannya tinggi lebih kecil daripada di tempat yang kecepatannya lebih rendah”. Jadi semakin besar kecepatan fluida dalam suatu pipa maka tekanannya makin kecil dan sebaliknya makin kecil kecepatan fluida dalam suatu pipa maka semakin besar tekanannya.

    d.      Asas Bernoulli yang dapat digunakan untuk melakukan kalkulasi kebocoran pada tangki air yang seperti akan praktekkan menggunakan alat sederhana.

    e.      Dalam menentukan kecepatan air yang jatuh, waktu dan lintasan air yang jatuh didapatkan dari persamaan berboulli :

    f.        Sehingga dari persamaan bernoulli tersebut, didapatkan rumus kecepatan air yang mengalir yaitu : 

    v         =     { jika h2 = 0}

    h.  Serta dapat menentukan waktu air yang jatuh ke tanah dengan rumus :

    t           =          

    h.  Menentukan lintasan atau jarak jatuhnya air ke tanah dengan rumus :

         x          = 2 

    i. Percobaan teori torricelli digunakan untuk menentukan kecepatan aliran zat cair, koefisien kontraksi zat cair yang keluar dari lubang kebocoran.

    Aliran air dari lubang kebocoran dari atas ke bawah semakin panjang jaraknya (X) dan kecepatannya berkurang dari bawah ke atas. Percobaan teori torricelli membuktikan kebenaran teori torricelli dan menambah pemehaman tentang persamaan bernaouli.

    j.   Pada percobaan ini, disimpulkan bahwa saat botol di lempar ke atas atau dijatuhkan akan menyebabkan air tidak keluar karena saat melempar atau menjatuhkannya dengan kecepatan tinggi sehingga tekanannya rendah (tekanan didalam lebih besar daripada tekanan diluar botol).

    B. Saran

    a.       Pada saat melakukan percobaan diatas kursi dengan ketinggian tertentu dibutuhkan dasar tempat jatuhnya air yang keluar harus kering agar titik jatuh air terlihat sehingga mempermudah pengamatan.

    b.      Pada saat menjatuhkan atau melepaskan botol ke tanah,  diperlukan ketelitian dalam mengamati air keluar atau tidak.

    c.       Pada saat melempar botol keatas, diperlukan ketelitian dalam mengamati air keluar atau tidak.

    d.      Dalam mengukur, kita harus benar-benar teliti.

    e.       Pengukuran juga harus tepat.

    f.       Dalam penggunaan rumus, harus teliti dalam menghitung.

    DAFTAR PUSTAKA

    http://harryprayoga6.blogspot.co.id/2015/04/praktikum-fluida-dinamis.html

    winipuspa.blogspot.com/2014/04/laporan-praktikum-fluida-dinamis.html

    lailamscdr.blogspot.com/2015/…/laporan-hasil-praktikum-fluida-statis.html

    dotpontok.blogspot.com/2012/04/laporan-fluida-dinamis-wmiiw.html

    http://yunan057.blogspot.co.id/2013/12/laporan-praktikum-fisika-dasar-teorema.html

    LAMPIRAN

  • Contoh Laporan Studi Kasus Kesulitan Belajar Peserta Didik

    Kesulitan Belajar Peserta Didik

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam menciptakan kehidupan yang cerdas, sebab kualitas kehidupan bangsa ditentukan oleh faktor pendidikan. Dan menciptakan manusia yang berkualitas, bukanlah tugas yang ringan mengingat siswa sebagai salah satu sumber daya manusia serta sebagai asetnasional yang memiliki potensi yang besar dalam menentukan kehidupan suatu bangsa.

    Di samping itu, perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi membawa dampak dalam segala bidang, khususnya dunia pendidikan. Dalam bidang pendidikan bimbingan berkembang dengan pesat, yang pada akhirnya mendapat tempat dan peranan yang penting dalam keseluruhan proses pendidikan.

    Isi dan praktik pendidikan di Indonesia diturunkan dari aspirasi dan cita-cita bangsa Indonesia yang tersimpulkan di dalam Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, serta didasarkan pada berbagai aturan pokok dan aturan pelaksanaan sebagaimana termuat di dalam batang tubuh UUD 1945, UU Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri, dan pedoman teknis penyelenggaraannya.

    Kegiatan bimbingan dan konseling sebagai bagian integral dari upaya pendidikan, mengacu kepada aspirasi dan cita-cita bangsa serta berbagai aturan dan pedoman tersebut. Bimbingan dan konseling ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa melalui berbagai pelayanan kepada peserta didik bagi pengembangan pribadi dan potensi mereka seoptimal mungkin (Prayitno, 1999:1).

    Di sekolah, kegiatan bimbingan dan konseling diselenggarakan oleh pejabat fungsional yang secara resmi dinamakan Guru Pembimbing (atau Guru Kelas di sekolah dasar). Dengan demikian, kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan kegiatan atau pelayanan fungsional yang bersifat profesional atau keahlian dengan dasar keilmuan dan teknologi (Prayitno, 1999:1). Salah satunya adalah SMK TELEKOMUNIKASI DARUL ULUM yang mempunyai peranan sangat penting dalam mengantarkan siswa ke arah kehidupan yang lebih baik, kreatif, inovatif, dan sesuai dengan yang dicita-citakan.

    Sebagai seorang pengajar, guru harus bisa berperan sebagai orang tua dan teman bagi siswa, harus mengenal kepribadian siswa, menyadari kekurangan dan kelebihan siswa, serta menyadari bahwa setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda dan perlu mendapatkan perhatian lebih. Guru dituntut untuk dapat memahami karakteristik siswanya, terutama siswa yang mengalami kesulitan belajar. Untuk dapat memahami serta mengetahui kesulitan belajar yang dialami siswa, maka perlu adanya suatu kegiatan studi kasus yang merupakan salah satu upaya untuk mempelajari siswa dengan metode pengumpulan data yang menyeluruh dan mendalam.

    Studi kasus ini dilakukan karena adanya siswa atau klien yang mempunyai kesulitan, khususnya kesulitan dalam belajar dan pergaulan dengan lingkungannya, serta masalah pribadi yang berimbas pada sulitnya memotivasi diri untuk belajar dan memahami materi yang diajarkan oleh guru serta membutuhkan perhatian khusus, khususnya dalam permasalahan kesulitan belajar mata pelajaran bahasa Arab.

    Berdasarkan latar belakang di atas, praktikan mencoba untuk membantu siswa klien dalam menyelesaikan masalahnya dan berusaha untuk memotivasi siswa, yang akan dipaparkan dalam Laporan Layanan Bimbingan Siswa yang berjudul Layanan Bimbingan Siswa Ditinjau Dari Tingkat Kesulitan Siswa Dalam Belajar Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar.”

    B. Tujuan Studi Kasus dan Layanan Bimbingan Siswa

    Bimbingan dinyatakan sebagai bantuan yang diberikan kepada individu agar individu tersebut (Gunawan, 1987:41):

    1. Mengerti dirinya dan lingkungannya, yang meliputi pengenalan kemampuan, bakat khusus, minat, cita-cita, dan nilai-nilai hidup yang dimilikinya untuk perkembangan dirinya.

    2.        Mampu memilih, memutuskan, dan merencanakan hidupnya secara bijaksana baik dalam bidang pendidikan, pekerjaan dan sosial pribadi. Termasuk di dalamnya membantu individu untuk memilih bidang studi, karier, dan pola hidup pribadinya.

    3.        Mengembangkan kemampuan dan kesanggupannya secara maksimal.

    4.        Memecahkan masalah yang dihadapi secara bijaksana, termasuk memberikan bantuan menghilangkan kebiasaan-kebiasaan buruk atau sikap hidup yang menjadi sumber timbulnya masalah.

    5.        Mengelolah aktivitas kehidupannya, mengembangkan sudut pandangnya, dan mengambil keputusan serta mempertanggungjawabkannya.

    6.        Memahami dan mengarahkan diri dalam bertindak serta bersikap sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan.

    Kegiatan layanan bimbingan siswa bertujuan untuk mengenal latar belakang pribadi siswa yang mengalami kesulitan belajar, khususnya kesulitan belajar bidang studi, serta memahami dan menetapkan jenis dan sifat kesulitan belajar, faktor-faktor penyebabnya dan penetapan kemungkinan pemecahannya, baik cara pencegahan maupun penyembuhannya.

    C.      Sasaran Studi kasus

    Sasaran studi kasus adalah individu yang menunjukan gejala atau masalah yang serius, sehingga memerlukan bantuan yang serius pula. Yang biasanya dipilih menjadi sasaran bagi suatu studi kasus adalah peserta didik yang menjadi suatu problem (problem case); jadi seorang peserta didik membutuhkan bantuan untuk menyesuaikan diri dengan lebih baik, asal murid itu dalam keadaan sehat rohani/ tidak mengalami gangguan mental.

    D.      Tempat dan Waktu Pelaksanaan

    Tempat studi kasus ini adalah di SMK TELEKOMUNIKASI DARUL ULUM REJOSO PETERONGAN, JOMBANG. Dan waktu pelaksanaan studi kasus ini dilakukan di awal pelaksanaan program pengalaman lapangan pada tanggal 10 Juli 2011 hingga akhir sampai tanggal 1 september 2011.

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    Dalam bab ini akan dibahas tentang : (1) motivasi belajar, (2) studi kasus, (3) penanganan, (4) strategi belajar mengajar dan penilaian, dan (5) bimbingan dan konseling.

    A.    Motivasi Belajar

    Motivasi berasal dari kata Inggris Motivation yang berarti dorongan, pengalasan, dan motivasi. Jadi, motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu yang dianggapnya penting dan merupakan suatu kebutuhan.

    Motivasi dibagi menjadi dua, yaitu :

    1.      Motiv Insting adalah dorongan yang timbul dari diri sendiri, misalnya belajar, ingin menambah ilmu pengetahuan atau ingin berhasil.

    2.      Motiv Instrik adalah dorongan yang timbul dari luar dirinya, misalnya ingin mendapatkan pujian.

    Motivasi merupakan penggerak dan pendorong seseorang untuk melakuka kegiatan belajar. Karena itu hendaknya diberikan secara kontinyu baik di awal maupun ketika sedang berlangsungnya proses belajar mengajar.

    Menurut Dimyati dan Madjiono (2002),

    Belajar merupakan suatu tindakan dan perilaku siswa atau individu yang kompleks dengan arti bahwa siswa mengalami perubahan mental dan perilaku dari negatif ke positif.

    Belajar juga merupakan kegiatan yang kompleks, karena dengan belajar akan diperoleh suatu hasil belajar yang berupa kapabilitas, yaitu setelah belajar orang akan memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai (Dimyati dan Madjiono 2002:10-11).

    Sedangkan menurut Skinner,

    Belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya akan menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar, maka responnya menurun.

    Susanto (2000:28) mengatakan bahwamotivasi belajar dapat ditandai dengan 6 (enam) macam tingkah laku atau dimensi, sebagai berikut.

    1.        Perhatian, motivasi belajar siswa tinggi jika mereka memusatkan perhatian pada kegiatan belajar lebih besar daripada tingkah laku yang bukan kegiatan belajar.

    2.        Waktu belajar, siswa mempunyai motivasi belajar tinggi jika siswa menghabiskan waktu yang cukup untuk kegiatan belajar.

    3.        Usaha, siswa mempunyai motivasi belajar tinggi jika mereka belajar secara intensif, mengeluarkan banyak energi dan kemampuan untuk menyelesaikannya.

    4.        Irama perasaan, siswa mempunyai motivasi belajar tinggi jika siswa merasa gembira, mempunyai keyakinan diri dan tegar pada situasi yang ada.

    5.        Eksistensi, motivasi belajar dapat ditandai dengan melakukan kegiatan belajar pada jam-jam bebas belajar atau istirahat.

    6.        Penampilan, motivasi belajar dapat ditunjukkan dengan diselesaikannya tugas belajar.

    Secara konseptual, motivasi berkaitan erat dengan prestasi atau perolehan belajar. Siswa yang tinggi motivasi belajarnya, umumnya baik prestasi belajarnya. Sebaliknya, siswa yang rendah motivasinya, rendah pula prestasi belajarnya.

    Berdasarkan uraian di atas, praktikan dapat menyimpulkan bahwa motivasi belajar adalah suatu dorongan atau kekuatan yang membantu seseorang untuk belajar menuju suatu proses perubahan yang kompleks, yang terjadi di dalam diri individu dengan adanya perubahan mental dan perilaku dari negatif menjadi positif atau menjadi lebih baik, serta pebelajar akan memiliki suatu keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai yang unggul sesuai dengan tujuan belajar dan tujuan pendidikan.       

    B.     Studi Kasus

    1.      Studi kasus merupakan pendekatan untuk meneliti gejala sosial dengan menganalisa suatu kasus secara mendalam dan utuh. Lebih spesifik Djumhur (1975:64) mengemukakan bahwa

    Studi kasus adalah teknik mempelajari siswa secara mendalam untuk membantu memecahkan masalah yang dihadapinya.

    2.      Dalam buku Petunjuk Pelaksanaan Pengalaman Lapangan (PPL) Keguruan Universitas Negeri Malang (2007:35)

    Praktik layanan studi kasus kesulitan belajar bidang studi adalah upaya mengenal, memahami dan menetapkan siswa yang mengalami kesulitan belajar, khususnya kesulitan belajar bidang studi, dengan kegiatan mengidentifikasi, mendiagnosis, memprognosis, dan memberikan pertimbangan pemecahan masalah.

    3.      Bog dan dan Biklen (Ainin, 2006:68),

    Studi kasus (case study) merupakan suatu rancangan penelitian yang memfokuskan pada satuan unit, seorang anak, suatu kelompok kecil, suatu sekolah atau kelas, suatu komunitas tertentu, dan suatu peristiwa.

    Dari uraian di atas, praktikan dapat menyimpulkan bahwa studi kasus merupakan suatu teknik/cara untuk mempelajari siswa secara mendalam untuk dapat memahami, mengenal, dan membantu mereka dalam memecahkan masalah yang sedang mereka hadapi dengan cara mengidentifikasi, mendiagnosis, memprognosis, dan memberikan pertimbangan pemecahan masalah.

    C.    Mengatasi Kesulitan Belajar dan Perhatian

    Ada beberapa petunjuk yang dapat membantu siswa dalam memusatkan perhatian dan mengatasi kesulitan belajar. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk membantu siswa dalam belajar, yaitu mengawali belajar dengan berdoa, memberi stimulus kepada siswa tentang materi yang akan diajarkan, melakukan tanya jawab, mengusahakan agar perhatian, pikiran, perasaan, dan minat mereka tetap fokus terhadap materi yang dipelajari dengan menggunakan media pembelajaran, mengajak mereka untuk melihat dan menemukan hal-hal baru dalam kehidupan mereka sehari-hari sesuai dengan materi yang sedang dipelajari, serta membantu menyelesaikan problem dan kesulitan-kesulitan yang sedang dihadapi siswa baik sebelum maupun sesudah proses belajar mengajar.

    Selain itu, dapat pula dengan membuat ringkasan dari materi yang telah diajarkan seperti: membuat skema/bagan yang menarik dan jelas, menggunakan huruf besar dan huruf tebal, atau dengan mewarnai dan menggarisbawahi bagian-bagian yang penting.     

    D.    Strategi Belajar Mengajar dan Penilaian

    Guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar karena guru merupakan fasilitator dalam menyampaikan suatu ilmu pengetahuan dan juga dalam mendidik siswanya. Begitu pula dengan siswa yang merupakan pelaku/objek yang melakukan kegiatan belajar dan menerima suatu ilmu untuk membentuk selfconcept bagi dirinya sendiri.

    Mengajar adalah usaha untuk menciptakan suatu sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar secara optimal. Dan untuk menciptakan suatu lingkungan belajar yang terarah, menyenangkan, serta bermakna, maka harus ada komponen-komponen yang mendukung proses belajar mengajar tersebut, antara lain: tujuan pengajaran, guru, peserta didik, materi pembelajaran, metode pengajaran, media pembelajaran, administrasi, serta finansial.

    Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan pengajaran akan dapat tercapai dan berhasil apabila kualitas pengajarannya tinggi dan sesuai dengan konteks kehidupan yang dialami oleh siswanya.

    Di dalam proses belajar mengajar, guru juga melakukan proses evaluasi atau penilaian untuk mengumpulkan informasi tentang kompetensi siswa dalam kegiatan belajar mengajar secara menyeluruh, kontinu, objektif, dan membimbing, yang meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap siswa untuk memperbaiki kekurangan serta mempertahankan dan mengembangkan aspek-aspek yang sudah baik. Menilai dapat diartikan sebagai suatu kegiatan pengambilan keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik dan buruk.      

    E.     Bimbingan dan Konseling

    1.        Pengertian Bimbingan dan Konseling

    a.    PP No. 28 dan No. 29 Tahun 1990 dan PP No. 72 Tahun 1991 pada dasarnya mengemukakan bahwa

    Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan (Prayitno, 1999:66).

    b.    Partowisastro (1992:12) menyatakan bahwa

    Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada seseorang agar memperkembangkan potensi-potensi yang dimiliki, mengenali dirinya sendiri, mengatasi persoalan-persoalan sehingga dapat menentukan sendiri jalan hidupnya secara bertanggung jawab tanpa bergantung pada orang lain.

    c.    Donald G. Mortenson dan Alan M. Schmuller dalam bukunya yang berjudul “Guidance in Today’s School” (Sukardi, 1984:12) mengartikan

    Konseling sebagai suatu proses hubungan seorang dengan seorang, dimana yang seorang dibantu oleh orang lainnya untuk meningkatkan pengertian dan kemampuannya dalam menghadapi masalahnya.

    d.   Herbert M. Murks, Jr. & Bufford Stefflre (Sukardi, 1984:13), merumuskan

    Konseling sebagai suatu proses yang learning-oriented atau suatu proses yang berorientasikan belajar, yang dilaksanakan dalam suatu lingkungan sosial, antara seorang dengan seorang, dimana seorang konselor harus memiliki kemampuan profesional dalam bidang keterampilan dan pengetahuan psikologis. Konselor berusaha membantu klien dengan metode yang sesuai atau cocok dengan kebutuhan klien tersebut dalam hubungannya dengan keseluruhan program, agar supaya individu dapat mempelajari lebih baik tentang dirinya sendiri, belajar bagaimana memanfaatkan pemahaman tentang dirinya untuk memperoleh tujuan-tujuan hidup yang lebih realistis, sehingga klien dapat menjadi anggota masyarakat yang berbahagia dan lebih produktif.

    e.    Pepinsky and Pepinsky,1954 dalam bukunya yang berjudul “Counselling Theory and Practise” (Sukardi, 1984:14), mengemukakan bahwa

    Konseling adalah suatu proses interaksi yang (a) terjadi antara dua orang individu yang disebut konselor dan klien, (b) terjadi dalam situasi yang bersifat pribadi (profesional), (c) diciptakan dan dibina sebagai suatu cara untuk memudahkan terjadinya perubahan-perubahan tingkah laku klien, sehingga ia memperoleh keputusan yang memuaskan kebutuhannya.

    f.     Dalam SK Mendikbud No. 025/O/1995 tentang Petunjuk Teknis Ketentuan Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya menyatakan bahwa

    Bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok, agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar, dan bimbingan karier, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku (Prayitno, 1999:10).

    Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa layanan bimbingan siswa adalah suatu proses pemberian bantuan secara terus-menerus dan sistematis dari seorang pembimbing (konselor) kepada yang dibimbing (klien) baik secara perorangan maupun kelompok untuk mencapai kemandirian dan perkembangan yang optimal dalam bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar, dan bimbingan karier, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku, serta  membantu dalam pengambilan keputusan terhadap masalah yang mereka hadapi.

    2.        Fungsi Layanan Bimbingan Siswa 

    Pelayanan bimbingan dan konseling mengemban sejumlah fungsi yang hendak dipenuhi melalui palaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling. Fungsi-fungsi tersebut antara lain (Prayitno, 1999:68).

    1.        Fungsi pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan kepentingan pengembangan peserta didik.

    2.        Fungsi pencegahan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan tercegahnya atau terhindarnya peserta didik dari berbagai permasalahan yang mungkin timbul, yang akan dapat mengganggu, menghambat, ataupun menimbulkan kesulitan dan kerugian-kerugian tertentu dalam proses perkembangannya.

    3.        Fungsi pengentasan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan terentaskannya atau teratasinya berbagai permasalahan yang dialami oleh peserta didik.

    4.        Fungsi pemeliharaan dan pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan terpelihara dan terkembangkannya berbagai potensi positif peserta didik dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan.

    Sedangkan menurut kurikulum 1975 (Gunawan, 1987:45), fungsi bimbingan dapat dibedakan menjadi:

    1.        Fungsi penyaluran, yang membantu siswa untuk memilih jurusan, lanjutan sekolah, atau memilih kegiatan-kegiatan kurikuler lainnya.

    2.        Fungsi adaptasi, yang memberikan bantuan kepada staf sekolah untuk mengadaptasikan pengajaran dengan kemampuan, minat, dan kebutuhan para siswa.

    3.        Fungsi penyesuaian, yang memberikan bantuan kepada siswa untuk memperoleh penyesuaian pribadi dan memperoleh kemajuan dalam perkembangannya secara optimal.

    3.        Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling

    Dalam pelaksanaan pelayanan bimbingan di sekolah, terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan. Di bawah ini beberapa prinsip bimbingan yang telah disetujui oleh banyak ahli bimbingan, antara lain:

    1.        Bimbingan memberi perhatian utama dan sistematis terhadap perkembangan pribadi setiap individu.

    2.        Cara utama bimbingan dilaksanakan tergantung pada proses perilaku individu. Hal ini disebabkan perhatian bimbingan terhadap perkembangan pribadi. 

    3.        Bimbingan berorientasi pada kerja sama antara konselor dan konseli tanpa adanya paksaan. Siswa tak dapat dipaksa untuk diserahkan kepada petugas bimbingan.

    4.        Setiap manusia memiliki kemampuan untuk mengembangkan dirinya. Menacker menyarankan agar konselor percaya bahwa setiap orang memiliki kemampuan untuk mengaktualisasikan dirinya sendiri.

    5.        Bimbingan didasarkan pada pengakuan terhadap martabat dan nilai individu sebagai manusia, sama seperti hak individu itu untuk menentukan pilihannya sendiri.

    6.        Bimbingan adalah proses pendidikan yang kontinyu. Bimbingan seharusnya dimulai dari sekolah dasar sampai dengan selesai sekolah atau sepanjang hidup manusia (Gunawan, 1987:51).

    4.        Asas-asas Bimbingan dan Konseling

    Penyelenggaraan layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling selain dimuati oleh fungsi dan didasarkan pada prinsip-prinsip bimbingan, juga dituntut untuk memenuhi sejumlah asas bimbingan sebagai berikut.

    1.        Asas kerahasiaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menuntut dirahasiakannya segenap data dan keterangan tentang peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan, yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui orang lain.

    2.        Asas kesukarelaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan peserta didik (klien) mengikuti/menjalani layanan/kegiatan yang diperuntukkan baginya.

    3.        Asas keterbukaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan/kegiatan bersikap terbuka dan tidak pura-pura, baik di dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya.

    4.        Asas kegiatan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan berpartisipasi secara aktif di dalam penyelenggaraan layanan/kegiatan bimbingan.

    5.        Asas kemandirian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menunjuk pada tujuan umum bimbingan dan konseling, yaitu peserta didik (klien) sebagai sasaran layanan bimbingan dan konseling diharapkan menjadi individu-individu yang mandiri dengan ciri-ciri mengenal dan menerima diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan, serta mewujudkan diri sendiri.

    6.        Asas kekinian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar objek sasaran layanan bimbingan dan konseling ialah permasalahan peserta didik (klien) dalam kondisinya sekarang.

    7.        Asas kedinamisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar isi layanan terhadap sasaran layanan (klien) yang sama kehendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.

    8.        Asas keterpaduan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar berbagai layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis, dan terpadukan.

    9.        Asas kenormatifan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar segenap layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada dan tidak boleh bertentangan dengan nilai dan norma-norma yang ada, yaitu norma-norma agama, hokum dan peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan yang berlaku.

    10.    Asas keahlian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional.

    11.    Asas alih tangan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan peserta didik (klien) mengalih-tangankan permasalahan itu kepada pihak yang lebih ahli.

    12.    Asas tut wuri handayani, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat menciptakan suasana yang mengayomi (memberikan rasa aman), mengembangkan keteladanan, memberikan rangsangan dan dorongan, serta kesempatan yang seluas-luasnya kepada peserta didik (klien) untuk maju (Prayitno, 1999:71-75).

    BAB III

    IDENTIFIKASI KASUS

    A.    Identitas Anak

    1.      Identitas Siswa

    a.       Nama siswa                 : 

    b.      Kelas                           : 

    c.       Jenis kelamin               : 

    d.      Tempat/tanggal lahir   : 

    e.       Alamat asal                 : Ponorogo- Mojokerto

    f.       Alamat sekarang         : 

    g.      Suku bangsa                : Indonesia

    h.      Agama                         : Islam

    i.        Kedudukan anak         : anak ke 2 dari 3 saudara

    j.        Status anak                  : 

    2.      Ayah dari siswa yang bersangkutan

    a.       Nama lengkap             :

    b.      Tempat/tanggal lahir   :

    c.       Alamat asal                 : Mojokerto

    d.      Suku bangsa                : Indonesia

    e.       Agama                         : Islam

    f.       Pendidikan terakhir     : SLTP/ Sederajat

    g.      Pekerjaan                     : Karyawan/ Swasta

    3.      Ibu dari siswa yang bersangkutan

    a.       Nama lengkap             :

    b.      Tempat/tanggal lahir   :

    c.       Alamat asal                 : Ponorogo

    d.      Suku bangsa                : Indonesia

    e.       Agama                         : Islam

    f.       Pendidikan terakhir     : SLTP/ Sederajat

    g.      Pekerjaan                     : Ibu Rumah Tangga

    4.      Wali dari siswa yang bersangkutan

    a.       Nama lengkap             :

    b.      Tempat/tanggal lahir   :

    c.       Alamat asal                 :

    d.      Suku bangsa                : Indonesia

    e.       Agama                         : Islam

    f.       Pendidikan terakhir     : SLTP/ Sederajat

    g.      Pekerjaan                     : Karyawan/ Swasta

    5.      Pendidikan saudara siswa

    NoSekolahTahun LulusTempat SekolahKeterangan
    1.SMK TelkomJombang
    2.Belum Sekolah
    3.

    6.      Pendidikan siswa

    a.       Asal sekolah sebelum memasuki sekolah ini:  MTsN Jetis Ponorogo

    b.      Riwayat sekolah Anda mulai dari TK:

    NoSekolahTahun LulusTempat SekolahKeterangan
    1.Tk Dharma WanitaPonorogo
    2.SDN BajangPonorogo
    3.MTsN JetisPonorogo
    4SMK TELKOM DUJombang

    B.     Riwayat Anak

    1.      Pendidikan siswa

    a.       Asal sekolah sebelum memasuki sekolah ini:  MTsN Jetis Ponorogo

    b.      Riwayat sekolah Anda mulai dari TK:

    NoSekolahTahun LulusTempat SekolahKeterangan
    1.Tk Dharma WanitaPonorogo
    2.SDN BajangPonorogo
    3.MTsN JetisPonorogo
    4SMK TELKOM DUJombang

    2.      Tidak Pernah tidak naik kelas

    3.      Tidak Pernah tidak lulus ujian:

    4.      Sebelum masuk SMK, Siswa tidak mengetahui tentang SMK TELKOM DU REJOSO

    5.      Siswa Masuk Sekolah SMK TELKOM dikarenakan adanya dorongan dari orang tua sehingga siswa terpaksa menuruti.

    6.      Dan siswa Mengambil Program Multimedia Dikarenakan dorongan dari orang tua sehingga secara langsung memaksakan kehendak siswa untuk tetap harus mengikuti orang tua.

    7.      Siswa berencana setelah lulus untuk melanjutkan keperguruan tinggi Poltek Malang

    8.      Siswa menyukai pekerjaan menulis, karena dengan menulis, siswa bisa mencurahkan semua yang siswa alami. Dan siswa mencita-citakan ingin menjadi Dirut dalam suatu perusahaan.

    9.      Siswa mencita-citakan untuk menjadi atlet bola volly

    10.  Kegiatan Ekstrakulikuler yang di sukai siswa adalah volly

    11.  Menurut siswa, kesulitan yang akan timbul dalam menggapai cita-cita adalah adanya pertentangan keinginan dan harapan orang tua.

    C.    FASILITAS DAN KEBIASAAN BELAJAR SISWA / KLIEN

    12.  Siswa Memiliki Tempat belajar sendiri, akan tetapi keadaan tempat belajar pun dirasa kurang oleh siswa dikarenakan fasilitas dan tempat yang kurang strategis.

    13.  Kebiasaan siswa belajar ketika menjelang ada ulangan saja.

    14.  Ketika belajar siswa dibantu oleh kakak kelas dan teman-teman asramanya

    15.  Siswa hanya menyempatkan waktu belajar hanya kurang dari 1 jam saja

    16.  Siswa mengikuti kegiatan yang ada di asrama pada waktu diluar jam sekolah.

    17.  Hobi yang diminati siswa adalah bermain voly atau olahraga yang menyenangkan

    18.  Pelajaran keterampilan siswa yang dipilih adalah A3D dan A2D

    19.  Siswa saat ini sedang tinggal di asrama DU (pondok pesantren) dan sedang mendalami agamanya.

    20.  Perabot yang ada Diasrama: Meja, Almari Pakaian, dll

    21.  Bangunan tempat tinggal siswa di asrama dari tembok

    22.  Penerangan di asrama siswa cukup

    23.  Jarak dari asrama ke sekolah sekitar 0.5 km

    24.  Transportasi ke sekolah dengan jalan kaki

    25.  Sarana belajar yang Anda miliki:  Alat tulis, Meja belajar, Buku paket, Buku perlengkapan lainnya.

    26.  Siswa mempunyai teman asramanya belajar di Asramanya

    D.    DATA LINGKUNGAN SOSIAL

    1.        Dorongan Orang Tua Untuk Belajar : Tidak/dikarenakan siswa jauh dari orang tua (Mondok)

    2.        Suasana DiAsrama : Mendukung

    3.        Sikap Terhadap guru : Menghormati dan kadang acuh terhadap pelajaran yang disampaikan

    4.        Sikap Terhadap pelajaran : kadang-kadang acuh seperti tidak ada motivasi sama sekali

    5.        Sikap Terhadap Teman : Baik/ penghibur teman yang sedih

    6.        Bersikap Pemalu : Kadang

    7.        Bersikap Pendiam : Kadang

    8.        Cara Belajar : Menyendiri

    BAB IV

    PELAKSANAAN BIMBINGAN KONSELING

    Layanan bimbingan siswa ini merupakan upaya untuk mengenal, memahami, menetapkan, dan membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar. Pemberian bantuan terhadap siswa ini dapat berupa layanan konseling, bimbingan atau pengarahan yang diberikan kepada klien demi kebaikan siswa di masa yang akan datang. Dalam kegiatan layanan bimbingan siswa ini, praktikan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut : (1) identifikasi masalah, (2) analisa data, (3) sintesa, (4) diagnosa, (5) prognosa, (6) treatment (pemberian bantuan), dan (7) follow up (tindak lanjut)

    Mengidentifikasi kasus bertujuan untuk menentukan siswa yang diperkirakan mengalami kesulitan belajar dan memerlukan bantuan/penanganan untuk meningkatkan motivasi/hasil belajarnya. Dalam mengidentifikasi masalah, praktikan berusaha untuk mencari informasi yang berkaitan dengan klien agar dapat menentukan letak kesulitan maupun masalah-masalah yang sedang dihadapi klien.

    A.      Analisa Data

    Analisa data dilakukan terhadap semua data yang telah dikumpulkan melalui beberapa instrumen, yang kemudian diklasifikasikan berdasarkan teknik dan instrument pengumpulannya. Melalui analisa data ini, diharapkan dapat mengetahui secara rinci permasalahan yang sedang dihadapi oleh Siswa, dimana hasilnya nanti akan digunakan untuk membuat diagnosis masalah Siswa.

    1.      Hubungan Siswa dengan Keluarga dan Orang Lain

    Hubungan antara Siswa dengan keluarganya Sangat buruk terutama dengan ayah tirinya. Dan dikarenakan Siswa Jauh dari orang tua karena sekarang masih “mondok” maka ada sedikit terputusnya komunikasi orangtua dengan siswa. Begitu pula hubungan klien dengan saudara tirinya yang kurang begitu dekat karena klien merasa bahwa saudaranya lebih disayang dari pada client. Dan Klient tinggal di asramanya hingga sekarang masih kesulitan dalam mencari teman yang benar-benar dapat dipercaya.   

    2.      Keadaan Tempat Tinggal Siswa

    Klien tidak tinggal bersama keluarganya melainkan tinggal di pondok pesantren Darul Ulum Asrama2 Rejoso Peterongan Jombang.

    3.      Riwayat Pendidikan Siswa

    Menurut hasil wawancara dan angket, klien sama sekali tidak tahu tentang SMK TELEKOMUNIKASI DU dan bahkan tidak pernah merencanakan untuk masuk atau sekolah. Klien mengetahui informasi tentang SMK TELEKOMUNIKASI DU REJOSO dari orangtua client, kemudian menuruti orangtua untuk sekolah di SMK TELEKOMUNIKASI DU tersebut dengan alasan karena orangtua ingin klien mendapatkan pelajaran agama di samping pelajaran umum. Status klien di SMK TELEKOMUNIKASI DU adalah sebagai siswa dan sekaligus sebagai santriwati di Pondok Pesantren Darul ulum.

    Di samping klien juga sering mengalami kesulitan dalam belajar sehingga menghalangi cita-cita klien untuk berprestasi. Klien sangat tidak menyukai pelajaran matematika dan fisika karena dianggap sulit oleh klien..

    4.      Sarana dan Prasarana Belajar

    Jarak antara pondok dan sekolah sangat dekat sehingga klien cukup berjalan kaki untuk sampai ke sekolah. Dan biaya hidup di Jombang ini seluruhnya ditanggung oleh orang tua siswa yang dikirimkan langsung kepada klien. Klien tidak memiliki sarana belajar sendiri/khusus, dan buku diktat yang dimiliki siswa untuk menunjang prestasi belajarnya juga tidak lengkap.

    Hasil Observasi :

    Hasil data observasi berupa pengamatan secara langsung terhadap pola tingkah laku klien di lingkungan sekolah, antara lain :

    1.      Di dalam kelas klien cenderung sering emosi.

    2.      Klien kurang bersemangat dalam belajar dan tidak memperhatikan pelajaran.

    3.      Klien mudah putus asa dalam menghadapi kesulitan dan kurang percaya diri.

    4.      Klien merupakan orang yang tertutup dan sulit untuk diajak komunikasi dan cuek.

    Hasil Wawancara :

    Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan keadaan dan permasalahan yang sedang dihadapi klien. Teknik wawancara juga dimaksudkan untuk menjalin hubungan yang erat dan akrab dengan klien, sehingga dapat membantu klien dalam mengatasi masalahnya tanpa ada hambatan.

    Wawancara dilakukan dalam suasana yang akrab agar klien mempunyai kesempatan yang lebih banyak dan leluasa untuk mengungkapkan masalahnya. Wawancara dapat dilakukan di sekolah pada saat jam pelajaran, saat istirahat, atau saat jam pelajaran berakhir.

    Data yang diperoleh dari wawancara pada dasarnya memunculkan masalah antara lain klien merasa kesulitan dalam memotivasi diri sendiri untuk belajarnya.. kurangnya motivasi dalam belajar, kurangnya rasa percaya diri, sikap klien yang mudah putus asa dalam menghadapi setiap masalah, serta sikap tertutup klien, menjadikan klien tidak dapat mengembangkan potensinya dan menjadi lebih baik.

    1.        Masalah Keluarga dan Kehidupan Ekonomi Klien

    ¬  Keluarga

    a.    Klien adalah anak kedua dari 3 bersaudara

    b.    Klien selalu bertengkar dengan kelaurganya terutama ayah tirinya

    c.    Klien merasa kurang senang berada di rumah

    ¬  Ekonomi

    a.  Klien merasa tidak puas dengan keadaan hidupnya yang sekarang

    2.        Masalah Agama dan Moral Klien

    a.    Klien kurang merasakan manfaat beragama

    3.      Masalah Hubungan Sosial dan Berorganisasi

    a.    Klien merasa bingung bila berhadapan dengan orang banyak

    b.    Klien tidak berminat pada organisasi

    c.    Klien selalu gagal dalam usaha mencari teman

    4.        Masalah Rekreasi/Hobi dan Penggunaan Waktu

    a.    Klien lebih suka buku hiburan daripada buku pelajaran

    b.    Klien tidak dapat menggunakan waktu luang dengan baik

    c.    Waktu klien banyak terpakai untuk melakukan hobi/keinginannya

    5.      Masalah Penyesuaian Terhadap Kurikulum dan Kegiatan Pembelajaran

    a.     Klien merasa pelajaran di sekolah terlalu berat

    b.    Klien merasa kesulitan dalam mengerti isi buku pelajaran

    c.     Klien merasa kesulitan dalam menangkap dan mengikuti pelajaran

    d.    Klien merasa enggan membaca buku di perpustakaan

    e.     Pelajaran yang bersifat hitungan sangat sulit bagi klien

    f.     Klien sering mendapat angka rendah

    g.    Bahan pelajaran sulit diingat oleh klien

    h.    Ada beberapa pelajaran yang tidak klien senangi

    i.      Klien tidak memperhatikan pelajaran tertentu karena kepribadian gurunya yang tidak klien senangi

    j.      Klien suka meremehkan mata pelajaran tertentu/menganggapnya tidak perlu

    k.    Di dalam kelas klien sering ramai sendiri/ bercanda dengan teman

    6.       Masalah Kegiatan Belajar di Asrama

    a.    Klien belajar kalau ada ulangan

    b.    Klien belajar tidak teratur waktunya

    c.    Klien tidak suka belajar/malas belajar

    d.   Klien sukar memusatkan pikiran waktu belajar

    e.    Klien sulit mengingat pelajaran yang sudah dihafalkan

    f.     Klien tidak dapat menerapkan cara belajar yang baik

    g.    Klien belajar dengan cara membayangkan atau diingat-ingat saja

    h.    Klien sering menyalin pekerjaan teman

    i.      Klien sering mengantuk kalau belajar

    j.      Klien suka mengulur-ulur waktu untuk belajar

    k.    Klien kesulitan untuk memulai belajar

    7.      Masalah Masa Depan yang Berhubungan dengan Jabatan

    a.    Klien berkeinginan kerja setelah lulus Dari SMK Telkom

    b.    Klien bingung untuk menentukan pilihan setelah lulus dari SMK Telkom karena adanya dorongan orangtua agar client melanjutkan ke perguruan tinggi/universitas

    c.    Cita-cita klien tidak sesuai dengan keinginan orangtua

    8.      Masalah Muda Mudi dan Asmara

    a.    Klien mulai tertarik dengan lawan jenis

    b.    Klien sering mencampuradukkan masalah pribadinya dengan masalah yang ada di sekolahnya

    A.      Diagnosis Kasus

    Diagnosis merupakan suatu usaha untuk memahami masalah yang sedang dihadapi klien. Tujuan diagnosis adalah untuk mengetahui lokasi kesulitan klien, jenis kesulitan klien, dan latar belakang kesulitan klien.

    Dalam melakukan diagnosis diperlukan data-data siswa kasus (klien) yang ditempuh dengan menggunakan metode analisis, wawancara, observasi, dan angket. Prosedur yang dilakukan adalah menetapkan lokasi kesulitan klien, menetapkan jenis kesulitan klien, dan mengetahui latar belakang kesulitan klien.

    Berikut dipaparkan hasil diagnosis atas data klien.

    1.      Lokasi Kesulitan Klien

    Berdasarkan data yang telah disintesa, dapat diketahui lokasi kesulitan yang dihadapi klien. Secara umum, lokasi kesulitan siswa dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok yaitu : masalah pribadi klien, masalah keluarga dan kehidupan ekonomi, masalah sosial, masalah penyesuaian diri/adaptasi, dan masalah kegiatan belajar.      

    2.      Jenis Kesulitan Klien

    Berdasarkan data yang telah dikumpulkan melalui berbagai teknik yang telah diidentifikasi dan dianalisis, dapat diketahui jenis masalah yang dihadapi klien sebagai berikut.

    a.    Pribadi Klien

    ·      Klien sering merasa iri hati dan curiga terhadap orang lain

    ·      Klien merasa rendah diri

    ·      Klien ingin lebih menarik dan unggul dari teman yang lain

    ·      Klien sering menyesali diri sendiri

    ·      Klien merupakan orang yang bersifat tertutup

    ·      Klien adalah orang yang mudah marah dan sering tidak sabar

    ·      Klien adalah orang yang tidak dapat menerima kritik dan mudah tersinggung

    ·      Klien sering merasa cemas bila ada ulangan

    b.    Masalah Keluarga dan Kehidupan Ekonomi Klien

    ¬  Keluarga

    ·       Klien adalah anak kedua dari tiga bersaudara

    ·       Klien selalu bertengkar dengan keluarganya terutama ayahnya

    ·       Klien merasa kurang senang berada di rumah

    ¬  Ekonomi

    ·      Klien merasa tidak puas dengan keadaan hidupnya yang sekarang

    c.    Masalah Agama dan Moral Klien

    ·      Klien kurang merasakan manfaat beragama

    d.   Masalah Hubungan Sosial dan Berorganisasi

    ·      Klien merasa bingung bila berhadapan dengan orang banyak

    ·      Klien tidak berminat pada organisasi

    ·      Klien selalu gagal dalam usaha mencari teman

    ·      Klien sering dibenci teman-teman di sekolah

    e.    Masalah Penyesuaian Terhadap Kurikulum dan Kegiatan Pembelajaran

    ·      Klien merasa pelajaran di sekolah terlalu berat

    ·      Klien merasa kesulitan dalam mengerti isi buku pelajaran

    ·      Klien merasa kesulitan dalam menangkap dan mengikuti pelajaran

    ·      Klien merasa enggan membaca buku di perpustakaan

    ·      Pelajaran yang bersifat hitungan sangat sulit bagi klien

    ·      Klien sering merasa khawatir kalau mendapat giliran maju

    ·      Klien sering mendapat angka rendah

    ·      Bahan pelajaran sulit diingat oleh klien

    ·      Ada beberapa pelajaran yang tidak klien senangi

    ·      Klien tidak memperhatikan pelajaran tertentu karena kepribadian gurunya yang tidak klien senangi

    ·      Klien suka meremehkan mata pelajaran tertentu/menganggapnya tidak perlu

    ·      Di dalam kelas klien sering ramai sendiri/bercanda dengan teman

    f.     Masalah Kegiatan Belajar

    ·      Klien belajar kalau ada ulangan

    ·      Klien belajar tidak teratur waktunya

    ·      Klien tidak suka belajar/malas belajar

    ·      Klien sukar memusatkan pikiran waktu belajar

    ·      Klien sulit mengingat pelajaran yang sudah dihafalkan

    ·      Klien tidak dapat menerapkan cara belajar yang baik

    ·      Klien belajar dengan cara membayangkan atau diingat-ingat saja

    ·      Klien sering menyalin pekerjaan teman

    ·      Klien sering mengantuk kalau belajar

    ·      Klien suka mengulur-ulur waktu untuk belajar

    ·      Klien kesulitan untuk memulai belajar

    3.      Latar Belakang Kesulitan Klien

    a.       Masalah Keluarga dan Kehidupan Ekonomi Klien

    Latar belakang masalah keluarga klien adalah klien merasa kurang senang berada di rumah dan selalu bertengkar dengan keluarganya terutama ayahnya, dikarenakan klient menganggap ayahnya pilih kasih terutama pada adiknya yang termasuk anak kandung dari ayah tirinya. Sedangkan latar belakang masalah kehidupan ekonomi klien adalah klien merasa tidak puas dengan keadaan hidupnya yang sekarang.

    1. Masalah Agama dan Moral Klien

    Latar belakang masalah agama dan moral klien adalah klien kurang merasakan manfaat beragama sehingga dia menjadi anak yang malas beribadah.

    1. Masalah Hubungan Sosial dan Berorganisasi

    Latar belakang masalah sosial klien adalah klien kurang dapat bersosialisasi dengan teman maupun lingkungannya karena klien merupakan orang yang sangat tertutup dan minder/kurang percaya diri, dia juga sering dijauhi teman-temannya karena sifatnya yang selalu ingin berkuasa.

    1. Masalah Penyesuaian Terhadap Kurikulum dan Kegiatan Pembelajaran

    Latar belakang masalah penyesuaian diri klien terhadap kurikulum dan kegiatan pembelajaran adalah klien merasa kesulitan dalam menerima dan mengerti pelajaran, serta merasa bahwa pelajaran di sekolah terlalu berat dan membosankan. Klien juga kurang bersemangat dalam belajar sehingga sering mendapat nilai rendah. 

    1. Masalah Kegiatan Belajar

    Latar belakang masalah kegiatan belajar adalah klien malas untuk belajar dan belajar kalau ada ulangan, sering mengulur-ulur waktu belajar, tidak dapat memusatkan pikiran pada saat belajar dan hanya membayangkan atau mengingat-ingat saja materi pelajaran. Karena itu, dia tidak dapat menerapkan cara belajar yang baik karena kurang adanya motivasi belajar dalam diri klien.

    Jadi Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan, diketahui bahwa klien mempunyai masalah yang berkaitan dengan kedisiplinan dan motivasi belajarnya, konsentrasi belajar yang kurang, dan sikap tertutup klien yang menghalangi klien untuk mengembangkan potensinya secara optimal.

    B.       Prognosa

    Prognosis adalah suatu tahap meramalkan kemungkinan yang terjadi berkaitan dengan permasalahan klien atau suatu langkah pemberian layanan bimbingan kepada klien yang berupa penetapan pemberian jenis atau teknik bantuan yang dapat diberikan kepada klien. Hal ini diperlukan untuk merubah keadaan yang lebih positif dapa diri klien. Prognosa ditetapkan berdasarkan hasil diagnosa yang telah dilakukan untuk memprediksikan kemungkinan yang dihadapi klien apabila masalahnya tidak teratasi. Dan atas dasar inilah akan ditetapkan alternatif-alternatif bantuan atau pertolongan, karena kemungkinan yang terjadi jika klien terus berlarut-larut dalam permasalahan yang merugikan, terutama dalam mencapai prestasi belajar dan juga masa depannya maka akan berdampak negatif terhadap perkembangan klien. Dan atas dasar inilah akan ditetapkan alternatif-alternatif bantuan atau pertolongan karena apabila tidak segera dibantu, maka :

    1.  Klien akan merasa percuma mengikuti pelajaran karena kurang adanya motivasi dan tidak dapat konsentrasi.

    2.        Klien akan tertinggal pelajaran yang akan mengakibatkan prestasi klien semakin merosot dan terancam tidak akan naik kelas.

    3.    Potensi yang dimiliki klien tidak dapat berkembang secara optimal dan akan semakin malas untuk belajar.

    4.        Klien akan semakin tidak percaya diri, selalu pesimis bahwa dia tidak bisa berprestasi, serta akan tetap bersikap tertutup kepada orang lain.

    5.        Klien akan merasa tertekan/depresi karena tidak nyaman dengan lingkungannya di kelas.

    Berdasarkan latar belakang kesulitan belajar yang dihadapi klien pada diagnosa di atas, maka jenis bantuan yang dapat diberikan kepada klien adalah :

    1.        Bantuan penyuluhan

    2.        Rimidial Teaching

    3.        Bimbingan belajar pribadi dan sosial

    4.  Membantu menemukan seseorang yang dapat dipercaya sebagai tempat curhat seperti teman dekat/sahabat.

    5.        Memberikan motivasi kepada klien.

    Apabila masalah yang dihadapi klien dapat segera diatasi, maka kemungkinan yang akan terjadi pada klien adalah :

    1.        Klien akan lebih semangat dan konsentrasi dalam belajar.

    2.      Klien akan dapat mengejar pelajaran yang tertinggal, sehingga dapat meningkatkan prestasinya serta bisa naik kelas.

    3.        Potensi yang ada dalam diri klien akan dapat berkembang secara optimal sehingga akan membuat klien semakin rajin belajar.

    4.   Klien akan menjadi semakin percaya diri dan selalu optimis dalam meraih prestasi, serta akan lebih terbuka kepada orang lain.

    5.        Klien akan lebih nyaman di kelas karena memiliki banyak teman dan orang-orang yang dia percaya.

    C.      Treatment (pemberian bantuan)

    Treatment  adalah bantuan yang diberikan kepada klien sesuai dengan jenis dan latar belakang masalah yang dihadapi klien. Treatment atau pemberian bantuan ini bertujuan untuk menentukan alternatif pemecahan masalah yang sedang dihadapi klien sehingga klien dapat kembali belajar dengan baik dan mencapai hasil yang optimal, serta penyesuaian yang sehat.

    Pemberian bantuan dilakukan dengan cara pendekatan individual dan pelimpahan kepada ahli yang sesuai dengan bidangnya. Pemberian bantuan hanyalah memberi alternatif pemecahan masalah bukan sebagai satu-satunya cara memecahkan masalah, karena sebenarnya yang harus mengambil keputusan dalam masalahnya adalah siswa yang bersangkutan atau klien itu sendiri.

    Pemberian bantuan merupakan suatu langkah tindak lanjut dari kegiatan prognosis. Langkah-langkah yang ditempuh meliputi identifikasi masalah klien, perencanaan pemberian bantuan, dan pelaksanaan pemberian bantuan.

    Kegiatan Pemberian Bantuan, antara lain :

    1.    Memberikan bimbingan tentang belajar yang baik dengan harapan agar klien memiliki sikap disiplin dalam belajar dan menyadari akan pentingnya belajar yang baik dengan membuat jadwal kegiatan belajar dengan baik.

    2. Memberikan informasi tentang penggunaan waktu luang yang baik dengan harapan agar klien dapat mengisi waktu luangnya dengan kegiatan yang positif.

    3.  Pemberian motivasi kepada klien, yaitu dengan memberikan dorongan dan membesarkan hati klien untuk lebih percaya diri terhadap semua usaha yang akan dan telah dilakukannya demi kemajuan diri klien, terutama dalam menumbuhkan semangat klien untuk belajar dan berprestasi.

    4.  Rimidial Teaching yang diberikan kepada siswa untuk mata pelajaran yang dianggap sulit dan kurang disukai klien, yang meliputi : bimbingan, memberikan soal-soal latihan, memberikan wawasan akan pentingnya sebuah catatan yang rapi dan teratur, serta menganjurkan untuk mengikuti pelajaran tambahan (les) untuk bidang studi yang dirasa sulit.

    5.  Bimbingan pribadi dan sosial atau kelompok, yaitu dengan memberikan penjelasan tentang keuntungan belajar bersama/kelompok, serta menyarankan kepada klien untuk lebih aktif dalam kegiatan ekstra di sekolah.

    6.   Memberikan sedikitnya waktu luang untuk klien agar bisa mencurahkan hatinya. Agar bisa menghilangkan sedikit banyaknya kepeningan yang ada didalam dirinya

    D.      Follow Up (tindak lanjut)

    Follow up atau tindak lanjut adalah kegiatan yang dilakukan setelah bimbingan untuk mengetahui tingkat keberhasilan usaha pemberian bantuan yang telah dilakukan kepada klien di dalam mengatasi kesulitan belajar dan memotivasi klien. Prosedur tindak lanjut, antara lain: mengamati kegiatan belajar klien baik di dalam maupun di luar kelas, melakukan wawancara dengan guru bidang studi dan klien, serta melihat hasil belajar siswa dengan cara melihat perbandingan nilai raport siswa sebelum dan sesudah diadakannya layanan bimbingan.    

    Adapun langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam tindak lanjut adalah sebagai berikut :

    1.        Melakukan interview/wawancara dengan klien tentang kemajuan prestasinya dan menanyakan apakah masih ada masalah lain yang mengganggu kegiatan belajarnya.

    2.        Melakukan observasi terhadap kegiatan klien di sekolah.

    3.        Melakukan pendekatan kepada klien agar lebih akrab serta mendampinginya pada saat mata pelajaran tertentu yang dianggap sulit.

    4.   Mencoba untuk mengajaknya berbicara dan bercanda untuk menghilangkan rasa minder serta sifat tertutup klien.

    5.   Memberikan soal-soal latihan mata pelajaran untuk mengetahui tingkat kemampuannya dalam mata pelajaran tersebut serta menumbuhkan rasa suka terhadap pelajaran.

    Dari beberapa langkah tindak lanjut yang dilakukan oleh praktikan di atas, sudah mulai tampak perkembangan perubahan sikap dalam diri klien meskipun belum secara maksimal karena untuk dapat mengetahui keberhasilan siswa dengan permasalahan yang ada diperlukan waktu yang cukup lama. Namun ada beberapa perubahan sikap yang positif dalam diri klien seperti : klien sudah mulai terbuka dan mau berbicara atau bercanda dengan orang-orang di sekitarnya, mulai tumbuhnya semangat belajar dalam diri klien terutama dalam mata pelajaran IPS, klien mulai berani untuk mengungkapkan perasaan atau masalah yang dihadapinya meski tidak seluruhnya, klien juga mulai mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya melalui hobi volinya.

    Dengan adanya perkembangan perubahan perilaku klien tersebut, maka guru mata pelajaran harus banyak memberikan kesempatan kepada klien untuk lebih aktif di dalam kelas, misalnya meminta siswa maju ke depan, menjawab pertanyaan secara lisan, mendampingi serta membantu klien jika mengalami kesulitan dalam belajar, dan guru dapat menggunakan permainan atau metode-metode lain dalam mengajarkan pelajaran IPS agar siswa lebih tertarik.   

    BAB V

    PENUTUP

    A.      Kesimpulan

    Dalam dunia pendidikan, peran guru sangatlah penting dalam menentukan dan meningkatkan kualitas pendidikan. Tugas guru tidaklah ringan karena disamping sebagai pendidik, mereka juga merupakan fasilitator dalam mentransfer ilmu pengetahuan, serta berkewajiban untuk membenahi sikap dan moral siswanya. Sebagai seorang guru yang profesional, tugas guru tidak hanya mengajar di kelas tetapi juga mempunyai kewajiban membantu siswa ke arah perkembangan yang optimal. Oleh karena itu guru juga harus menguasai dasar-dasar layanan bimbingan siswa.

    Dari hasil kegiatan dalam memberikan layanan bimbingan siswa, maka dapat disimpulkan:

    1.        Layanan bimbingan siswa adalah suatu kegiatan yang sangat penting yang harus dikuasai oleh pendidik untuk membantu siswa dalam mencapai prestasi belajar secara optimal.

    2.  Layanan bimbingan siswa adalah upaya untuk mengenal, memahami, dan menetapkan klien dengan kegiatan mendiagnosa, memprognosa, dan memberikan pertimbangan pemecahannya.

    3.  Studi kasus adalah suatu metode yang dilakukan oleh pendidik untuk mengenal siswanya secara mendalam serta berusaha untuk menentukan alternatif pemecahan masalah yang sedang dihadapi oleh siswanya.

    4.    Agar dapat memberikan layanan bimbingan dengan baik, maka perlu adanya penguasaan konsep dan teknik bimbingan, serta langkah-langkah yang telah ditentukan.

    5.   Untuk mengetahui tingkat keberhasilan belajar siswa, maka guru harus melakukan evaluasi dan juga bekerjasama dengan berbagai pihak, antara lain klien, teman klien, wali kelas, para guru, orang tua klien, serta lembaga yang menangani masalah siswa-siswi-nya yaitu lembaga Bimbingan dan Konseling.

    B.       Saran

    Keberhasilan dari studi kasus ini tergantung pada kesadaran diri klien. Pada akhir laporan ini, praktikan merasa perlu untuk memberikan saran yang mungkin dapat bermanfaat dalam membantu klien, orang tua klien, guru/wali kelas, dan sekolah, yaitu :

    1.        Saran untuk klien

    ·  Klien diharapkan lebih terbuka lagi dalam mengutarakan masalah yang sedang dihadapinya agar masalah tersebut dapat diatasi dan mendapatkan solusi untuk menyeleaikannya.

    ·      Klien hendaknya lebih konsentrasi dan bersemangat dalam belajar.

    ·      Klien hendaknya tidak minder terhadap teman-temannya.

    ·      Klien hendaknya tidak merasa malu atau takut untuk bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya.

    ·      Hendaknya lebih teratur dalam belajar, tidak malas, dan tidak mengulur-ulur waktu untuk belajar.

    ·      Hendaknya lebih semangat dan tidak malas dalam beribadah

    ·      Berusaha untuk berkomunikasi dengan teman dan tidak sering menyendiri.

    ·      Harus menghilangkan rasa malu atau takut jika disuruh maju ke depan.

    ·      Klien hendaknya dapat memanfaatkan waktu luang untuk kegiatan yang positif. 

    2.        Saran untuk orang tua klien

    ·      Orang tua klien hendaknya lebih meluangkan waktunya untuk memperhatikan klien.

    · Orang tua siswa diharapkan mempunyai kesadaran tinggi dalam mengawasi dan mengontrol perkembangan anaknya.

    ·      Berusaha untuk mendidik anaknya agar disiplin baik dalam belajar maupun beribadah.

    ·   Hendaknya lebih memahami permasalahan yang sedang dihadapi oleh anaknya dan berusaha untuk membantu menyelesaikan masalah mereka dengan memberikan motivasi atau dorongan terhadap minat belajar mereka, serta memberikan perhatian dan pengertian.

    ·  Selalu menjalin kerjasama dengan pihak guru, konselor, dan personil sekolah lainnya untuk mengetahui perkembangan anaknya.

    3.        Saran untuk guru/wali kelas

    ·   Guru hendaknya memberikan perhatian khusus kepada siswa selama dia belum mampu mengatasi masalahnya

    ·      Hendaknya mengadakan pendekatan belajar kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar.

    ·  Guru hendaknya mengadakan hubungan dan kerjasama yang kontinyu dengan orang tua untuk mengetahui perkembangan belajar siswanya.

    ·      Memberikan motivasi agar siswa lebih semangat dalam belajar.

    ·  Guru hendaknya memberikan pembinaan dan pengarahan kepada siswa tentang cara-cara belajar yang efektif.

    4.        Saran untuk sekolah

    Program Layanan Bimbingan dan Konseling di sekolah hendaknya menjadi program yang terpadu dan dilakukan secara berkelanjutan dengan selalu melakukan hubungan dan kerjasama dengan orang tua siswa demi tercapainya tujuan belajar. Disamping itu, konselor harus terus memberikan layanan bimbingan belajar pada klien dengan memberikan motivasi dalam belajar serta membantu memecahkan setiap masalah yang dihadapi oleh klien agar klien mau  mengubah sikapnya dan berusaha untuk meningkatkan prestasi akademiknya.

    DAFTAR PUSTAKA

    Ainin, Mochammad. 2006. Metodologi Penelitian Bahasa Arab. Pasuruan: Hilal Pustaka.

    Dimyati dan Madjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

    Djumhur, I, Moh. Surya. 1975. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Bandung: CV Ilmu.

    Gunawan, Yusuf. 1987. Pengantar Bimbingan dan Konseling Buku Panduan Mahasiswa. Jakarta: PT Prenhallindo, Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik (APTIK)

    Munandir. 1991. Kode Etik Jabatan Konselor. Malang: PBB IKIP Malang.

    Partowisastro. 1992. Diagnosis dan Pemecahan Kesulitan Belajar. Jakarta: Erlangga.

    Prayitno. 1999. Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

    Sukardi, Dewa Ketut. 1984. Pengantar Teori Konseling (Suatu Uraian Ringkas). Jakarta Timur: Ghalia Indonesia.

    Surya, Mohammad. 1988. Dasar-dasar Penyuluhan (Konseling). Jakarta: DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI. Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.

    Susanto, Pudjo. 1999. Strategi Belajar Mengajar Biologi untuk Sekolah Menengah. Malang: FMIPA – UM.

  • Makalah Kebaya – Bahasa Jawa

    Kebaya

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A.       Latar Belakang

    Kebaya yaiku blus tradhisional kang dienggo wong wadon ing Indonésia. Kebaya digawé saka bahan kang tipis lan biyasané dienggo karo sarung, sléndhang, jarik utawa bathik. Kebaya uga kena dienggo karo songket lan klambi tradhisional liyané. Kebaya asalé saka tembung arab abaya kang tegesé sandhangan. Sadurungé taun 1600 ing Pulo Jawa, kebaya mung dienggo karo kulawarga krajan. Ing jaman jajahan Belanda wong Eropa banjur nganggo kebaya. Kebaya dadi klambi resmi. Kebaya banjur divariasi bentuk lan motifé, ana kang nganggo kain sutra, nganggo sulaman werna-werna. Saiki kebaya uga dhimodifikasi karo rok lan clana jean. Kebaya uga nduwéni model kang werna-werna. Ana kang simétris lan asimétris. Kebaya dimodifikasi karo payèt, bordiran lan renda-renda. Sabe dhaerah ing Indonesia nduweni kebaya khas dhewe-dhewe, kayata kebaya Jawa, kebaya Bali, lan liya-liyané.

    B.        Rumusan Masalah

    1.        Opo iku Kebaya ?

    2.        Sejarah Kebaya ?

    3.        Perkembangan kebaya ing nusantara ?

    C.        Tujuan

    1.        Neragake opo iku kebaya

    2.        Neragake sejarah kebaya

    3.        Ngerti perkembangan kebaya ing nusantara

    BAB II

    PEMBAHASAN

    A.       Sejarah Kebaya

    Kebaya – asalé saka tembung Arab ” abaya ” kang tegese sandhangané. Kebaya dipunyakini asli saka China atusan taun kepungkur. Banjur nyebar kanggo Malaka , Jawa , Bali, Sumatera, lan Sulawesi . Sawisé Jawa sing njupuk Panggonan atusan taun, klambi Ditampa ing budaya lan lokal khusus .

    Sadurunge 1600, ing pulo Jawa, kebaya iku klambi mung lungse dening
     kulawarga kerajaan ana. Sak periode Walanda kontrol pulo, wanita Eropah wiwit nganggo kebaya minangka formal sugih . Sak iki wektu, kebaya diganti saka mung kanthi nggunakake mori kain sutra karo nggunakake warni sulaman .

    Padha sandhangan disebut ” kebaya Jeng ” iki pisanan nemokke dening wong Peranakan saka Melaka . Padha nyandhang sarong lan ayu manik sepatu disebut ” sepatu Bukit Manek “. Saiki, Jeng kebaya punika nglakoni nganyari maneh , lan kondhang ing antarane non- Asia wanita.

    Swara wektu, Desain Batik Sarongsimagem sarongs batik diganti lan eroded tambahan. Menapa malih, sak pendhudhukan Jepang , ing wektu bangsa kreativitas lan produktivitas kanggo suda kanggo tingkat paling . Pendhudhukan Jepang ing Indonesia Cut perdagangantekstil garis lan ndhukung peralatan, pungkasanipun akeh omah produksi ditutup kebaya lan batik iku mung perusahaan sawetara bisa urip.

    Wiwit wektu iku, kebaya tipis ngambah dibusak. Wanita pejuang kamardikan sing isih bisa nggunakake kebaya (paling jinis kebaya lan kebaya encim Kartini ), bali memopulerkannya , senadyan gadhah kanggo saingan karo sandhangan kulon sing dianggep luwih ” mbebasake ” wanita saka sasi symbolization kebaya, kang ngurung wanita ing corsets lan dawa puteran kain ( model Batik Sarongsimagem sarongs batik Modern ).

    Sandhangan kang mirip kebaya diarani nyonya kebaya. Sandhangan iki digawé karo wong-wong pranakan Melaka. Wong-wong iku nganggo sandhangan iki karo sarung lan sepatu kanthi hiasan manik-manik kang diarani kasut manek.

    Kebaya nduwéni lengen kang dawa, biyasané dienggo karo ngisoran kang dawa. Kebaya iku sandhangan kang khusus dianggo wong wadon. Kebaya biyasané dienggo ing acara resmi kayata nganténan, resépsi, kartininan, lan acara-acara penyambutan tamu agung. 

    B.        Perkembangan Kebaya ing Nusantara

    Kebaya Indonesia nasional sugih . Klambi nasional asalé saka Jawa kebaya desain mbek lan budaya hegenomi dominasi saka suku 200 sing dadi bagéan saka Indonesia. Kebaya Ing pepadhan dikembangaké saka pola dhasar sing wis paling saka wilayah klambi . Miturut asil panaliten conducted ing buku Traditional Busana ing macem-macem wilayah Indonesia, kang dikenal wanita sing bentenaken dening sugih kaos mbukak kategori ing ngarep (kaya kebaya ) lan sandhangan sing mbukak ing mburi (kaya sandhangan kurung ) karo jeneng utawa istilah .

    Ing kolonial kaping, kebaya rasukan bisa sabenere nuduhake beda ing sosial kelas wong saka kabeh mlaku gesang. Wanita Walanda nganggo kebaya, karo motif saka sing lungse dening wanita Jawa . Sregala ngagem batik , karo sutra, Beludru utawa brocade kebaya . Biasa wong nganggo batik lan kebaya diprodhuksi. Kebaya bisa mbedakake wanita menyang basa sosial kothak punika standar, kang menehi pratondo grup ètnis , pendhudhukan lan status sosial wong sing dadi leluhure utawa sing bojo lanang .

    Sawisé kamardikan Indonesia, kebaya rasukan duwe beda makna lan kawujudan . Yen ing jaman revolusi iku simbol saka identitas pribumi , banjur jaman Soekarno utawa nalika Indonesia bangunan , kebaya gadhah ciri nasional. Kebaya wis dadi ciri khas Indonesia kebaya lan batik wiwit sawijining Bukak minangka sugih nasional dening Gubernur Jakarta Ali Sadikin ing 1968 padha liyane fokus ing pangaruh formal .

    Ing sajarah Indonesia kebaya desain dala pembangunan kanggo tanggal tabet menawa kebaya nglakoni proses transformasi loro enculturation lan Jawa liyane saka njero uga saka njaban negara Indonesia. Mulai jaman kolonial menyang saiki rancangan kebaya ngalami akèh owah-owahan akeh . Nganti taun 1970-an , perancang wiwit nggawe Buzz ing kreatifitas ditibakake uga terus berkembang sawijining inovasi ing rancangan kebaya dadi warna banget , contone , saka desain, materi, panggunaan partner . Kebaya ora mung pasangan saka kain dawa lan sarung tangan piyambak nanging bisa uga dadi rok, kain dawa, celonone malah jins.

    Pembangunan dina fashion nimbulaké macem-macem opsi kanggo wanita sugih . Kepinginan goleki modern lan prasaja , efficient sabab nyandhang kebaya fashion wiwit nilar dening wanita. Sing cenderung kanggo nyandhang sandhangan liyane desain outweigh nyandhang kebaya fashion nalika viewed saka Nilai saka practicality lan modern kesengsem . Kedadean wis tontonan sing ana owah-owahan ing fungsi saka kebaya amerga mung digunakake ing tartamtu acara, contone , palakrami, Lebaran , uga formal acara. Iki wis mimpin menyang idea saka Indonesia fashion desainer kanggo inovasi lan berkembang sing kreatifitas ing rancangan kebaya, kebaya telpon supaya bisa ditampa uga gadhah dhewe Nilai kanggo wanita Indonesia.

    BAB III

    PENUTUP

    Supaya kita digawe kertas bisa migunani kanggo wong sing maca lan nambah wawasan kanggo wong-wong sing maca kertas iki. Lan penulis ngapunten yen ana kasalahan ing nulis kata lan kalimat ora cetha, ngerti, lan tulung aja straightforwardly tergabung menyang pepati.

    Lan kita uga nyana yen kertas iki bakal nambah maca motivasi lan gegayuhanipun mengapai ing pengin, amarga aku digawe kertas iki nduweni teges banget jero.

    Dadi mugia tutup kita manut lan kita matur nuwun sanget.