Blog

  • Makalah Pencak Silat

    Pencak Silat

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Pencak silat adalah kata mejemuk. Pencak dan Silat mempunyai pengertian yang sama dan merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat pribumi Asia Tenggara, yakni kelompok masyarakat etnis hyangmerupakan penduduk asli Negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Kata Pencak biasa digunakan oleh masyarakat pulau Jawa, Madura, dan Bali, sedangkan Silat biasa digunakan oleh masyarakat di wilayah Indonesia lainnya maupun di Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam serta di Thailand (bagian Selatan), bdan Filipina. Penggabungan kata pencak dan silat menjadi kata majemuk untuk pertama kalinya dilakukan pada waktu dibentuk suatu organisasi persatuan dan perguruan Pencak dan perguruan Silatdi Indonesia yang diberi nama Ikatan Pencak Silat Indonesia, disingkat IPSI pada tahun 1948 di Surakarta.

    Sejak saat itu, pencak silat menjadi istilah resmi di Indonesia. perguruan-perguruan yang mengajarkan Pencak dan Silat asal Indonesia di berbagai Negara kemudian juga menggunakan istilah Pencak Silat. Di dunia internasional Pencak Silat menjadi istilah resmi sjak dibentuknya Organisasi Federatif Internasional yang diberi nama Persekutuan Pencak Silat Antarbangsa, disingkat PERSILAT, di Jakarta pada tahun 1980. Walaupun demikian, karena kebiasaan kata Pencak dan Silat masih digunakan secara terpisah. Dalam makalah ini akan diuraikan secara singkat beberapa hal sekitar Pencak Silat yang meliputi sejarah perkembangan, teknik dasar pencak silat, dan beberapa hal lainnya

    B. Tujuan

    1. Memberikan wawasan yang lebih luas tentang pencak silat untuk penulis dan pembaca
    2. Dapat menjadikan makalah ini sebagai referensi dalam pembelajaran tentang materi pencak silat

    C. Rumusan Masalah

    1. Apa definisi pencak silat menurut isti’lah dan etimologi?
    2. Bagimana sejarah singkat pencak silat?
    3. Aspek dan bentuk apa saja dalam pencak silat?
    4. Nilai Postif apa yang dapat diambil dari pencak silat?
    5. Jenis-jenis organsisasi pencak silat?

    Bab II. Pembahasan

    A. Pencak Silat

    Pencak silat adalah adalah suatu seni bela diri tradisional yang berasal dari Indonesia. Seni bela diri ini secara luas lebih dikenal di negara-negara Asia, seperti: Indonesia, Malaysia, Brunei, Singapura, Filipina, dan Thailand. Di Indonesia sendiri terdapat induk organisasi pencak silat yang diberi nama Ikatan Pencak Silat Indonesia atau yang lebih dikenal dengan IPSI. Sedangkan suatu organisasi yang mewadahi dan memfasilitasi federasi-federasi pencak silat di berbagai negara adalah Persekutuan Pencak Silat Antara Bangsa atau PERSILAT yang merupakan bentukan dari Indonesia, Singapura, Malaysia, dan Brunei Darussalam.

    Sedangkan menurut versi lain, pencak silat adalah olahraga be;a diri yang memerlukan banyak konsentrasi. Dimana setiap konsentrasi dipengaruhi oleh kebudayaan. Sehingga tiap daerah memiliki cirri khas dan aliran pencak silat. Misalnya pencak silat dari daerah Jawa Barat yang terkenal dengan aliran Cimande dan Cikalong. Di Jawa Tengah terkenal dengan aliran Merpati Putih. Sedangkan di Jawa Timur dengan aliran Perisai Diri.

    Secara etimologi,Isti’lah silat lebih dikenal secara luas di Asia Tenggara, akan tetapi khusus di Indonesia isti’lah yang digunakan adalah pencak silat. Isti’lah ini digunakan untuk mempersatukan berbagai aliran seni bela diri tradisional yang berkembang pesat di Indonesia. Nama pencak digunakan di Jawa, sedangkan silat digunakan di Sumatera, Semenanjung Malaya, dan Kalimantan. Perbedaan dan cirri khas dari kata pencak dan silat adalah bahwa pencak lebih mengedepankan unsure seni dan penampilan keindahan gerakan, sedangkan silat adalah inti ajaran bela diri dalam pertarungan.

    B. Sejarah Pencak Silat

    Berawal dari nenek moyang bangsa Indonesia yang memiliki cara dalam melindungi diri dan mempertahankan hidupnya dari tantangan alam, sehingga mereka menciptakan bela diri dengan menirukan gerakan binatang yang ada di alam sekitarnya, seperti : gerakan kera, harimau, ular, burung elang. Bela diri juga berkembang dari keterampilan suku-suku asli Indonesia dalam berburu dan berperang dengan menggunakan parang, perisai, dan tombak.

    Bela diri juga sudah ada sejak zaman kerajaan-kerajaan besar, seperti kerajaan Sriwijaya, dan Majapahit, yang mana memilik pendekar-pendekar dan prajurit yang kemahirannya dalam pembelaan diri dapat diandalkan. Sedangkan menurut penilit silat Donald F. Draeger, untuk mengetahui sejarah dan berkembangnya silat dapat dilihat dari berbagai artefak senjata yang ditemukan dari masa klasik (Hindu-Budha) serta pahatan relief-relief yang berisikan sikap-sikap kuda silat di Candi Prambanan dan Borobudor. Sementara itu Sheikh Shamsuddin berpendapat bahwa terdapat pengaruh ilmu bela diri dari Cina dan India dalam silat. Hal ini karena sejak awal kebudayaan Melayu telah mendapat pengaruh dari kebudayaan yang dibawa oleh pedagang maupun perantau dari India, Cina, dan mancanegara lainnya.

    Perkembangan silat secara historis mulai tercatat ketika penyebarannya banyak dipengaruhi oleh kaum penyebar agama Islam pada abad ke-14 di nusantara. Kala itu pencak silat diajarkan bersama-sama dengan pelajaran agama di surau atau pesantren. Silat menjadi bagian dari latihan spiritual.

    Silat lalu berkembang dari ilmu beladiri dan seni tari rakyat, menjadi bagian dari pendidikan bela negara untuk menghadapi penjajah asing. Dalam sejarah perjuangan melawan penjajah Belanda, tercatat para pendekar yang mengangkat senjata, seperti Panembahan Senopati, Sultan Agung, Pangeran Diponegoro, Teuku Cik Di Tiro, Teuku Umar, Imam Bonjol, serta para pendekar wanita, seperti Sabai Nan Aluih, Cut Nyak Dhien, dan Cut Nyak Meutia.

    Menyadari pentingnya mengembangkan peranan pencak silat maka dirasa perlu adanya organisasi pencak silat yang bersifat nasional, yang dapat pula mengikat aliran-aliran pencak silat di seluruh Indonesia. Pada tanggal 18 Mei 1948, terbentuklah Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI). Kini IPSI tercatat sebagai organisasi silat nasional tertua di dunia.

    Beberapa organisasi silat nasional maupun internasional mulai tumbuh dengan pesat. Seperti di Asia, Amerika Serikat dan Eropa. Silat kini telah secara resmi masuk sebagai cabang olah raga dalam pertandingan internasional, khususnya dipertandingkan dalam SEA Games.

    C. Aspek dan Bentuk Pencak Silat

    Terdapat 4 aspek utama dalam pencak silat, yaitu:

    1. Aspek Mental Spiritual: Pencak silat membangun dan mengembangkan kepribadian dan karakter mulia seseorang. Para pendekar dan maha guru pencak silat zaman dahulu seringkali harus melewati tahapan semadi, tapa, atau aspek kebatinan lain
    2. Aspek Seni Budaya: Budaya dan permainan “seni” pencak silat ialah salah satu aspek yang sangat penting. Istilah Pencak pada umumnya menggambarkan bentuk seni tarian pencak silat, dengan musik dan busana tradisional.
    3. Aspek Bela Diri: Kepercayaan dan ketekunan diri ialah sangat penting dalam menguasai ilmu bela diri dalam pencak silat. Istilahsilat, cenderung menekankan pada aspek kemampuan teknis bela diri pencak silat.
    4. Aspek Olah Raga: Ini berarti bahwa aspek fisik dalam pencak silat ialah penting. Pesilat mencoba menyesuaikan pikiran dengan olah tubuh.. Aspek olah raga meliputi pertandingan dan demonstrasi bentuk-bentuk jurus, baik untuk tunggal, ganda atau regu.

    D. Nilai Positif Adanya Pencak Silat

    Beberapa nilai positif yang diperoleh dalam olahraga beladiri pencak silat adalah:

    1. Kesehatan dan kebugaran
    2. Membangkitkan rasa percaya diri
    3. Melatih ketahanan mental
    4. Mengembangkan kewaspadaan diri yang tinggi
    5. Membina sportifitas dan jiwa ksatria
    6. Disiplin dan keuletan yang lebih tinggi

    E. Jenis Organisasi Pencak Silat di Tingkat Nasional maupun Internasional

    1. PERSILAT : Persekutuan Pencak Silat Antar Bangsa
    2. IPSI : Ikatan Pencak Silat Indonesia
    3. FP2STI : Forum Pecinta dan Pelestari Silat Tradisional Indonesia
    4. PESAKA Malaysia : Persekutuan Silat Kebangsaan Malaysia
    5. PERSISI : Persekutuan Silat Singapore
    6. EPSF : European Pencak Silat Federation

    Bab III. Penutup

    A. Kesimpulan

    Pencak silat adalah adalah suatu seni bela diri tradisional yang berasal dari Indonesia. Seni bela diri ini secara luas lebih dikenal di negara-negara Asia maupun Eropa. Terbukti dari banyaknya organisasi-organisasi pencak silat yang tumbuh dengan pesat, seperti:  PERSILAT di Indonesia, IPSI, PESAKA di Malaysia.

    Berkembangnya seni pencak silat tidak terlepas dari sejarah awal mulanya berdiri pencak silat. Berawal dari nenek moyang bangsa Indonesia yang berusaha untuk mempertahankan dirinya dari ancaman dan tantangan alam, Kerajaan-kerajaan besar yang memiliki prajurit dan pendekar-pendekar yang siap berperang, Pahlawan nasional bangsa Indonesia, seperti pangeran Diponegoro yang melawan penjajah, sampai pada akhirnya bela diri berkembang seiring berkembangnya jaman.

    B.     Saran

                Pencak silat merupakan salah satu warisan yang patut untuk terus dijaga dan dikembangkan. Melalui serangkaian proses perputaran zaman sampai pada akhirnya pencak silat menjadi hak paten sebagai cabang olahraga yang diakui baik dari nasional maupuan internasional. Maka sudah sepatutnya pencak silat harus terus dijaga, dilestarikan, dan dikembangkan.

    DAFTAR  PUSTAKA

    Giyanto Tri.modul pencak silat

    http://wisbenbae.blogspot.com/2011/04/asal-mula-seni-bela-diri-pencak-silat.html

  • Makalah Peran Mikroba Dalam Industri

    Peran Mikroba Dalam Industri

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Bioteknologi merupakan suatu kajian yang berhubungan dengan penggunaan organisme hidup atau produknya dalam proses industri berskala besar. Bioteknologi mikroorganisme adalah aspek bioteknologi industri yang berhubungan dengan proses yang melibatkan mikroorganisme. Bioteknologi mikroorganisme kadang-kadang disebut mikrobiologi industri, suatu bidang yang lama dan sudah diperbaharui pada beberapa tahun terakhir ini karena penambahan teknik rekayasa genetika.

    Mikrobiologi industri merupakan suatu usaha memanfaatkan mikroba sebagai komponen untuk industri atau mengikutsertakan mikroba dalam proses, yang bertujuan untuk menghasilkan produk bernilai ekonomi dan bermanfaat. Mikrobiologi industri awalnya dimulai dengan proses fermentasi alkohol, seperti pada pembuatan “beer” dan “wine” (minuman dibuat dari buah anggur). Proses mikrobial dikembangkan untuk produksi bahan farmasi seperti antibiotika, produksi makanan tambahan seperti asam amino, serta produksi enzim, dan produksi industri kimia seperti butanol dan asam sitrat (Dwidjoseputro, 1992).

    Tidak semua mikroorganisme yang ada dapat digunakan dalam industri. Mikroorganisme yang diisolasi dari alam memperlihatkan pertumbuhan sel seperti komponen fisiologi utamanya, sedangkan mikroorganisme industri merupakan organisme yang dipilih secara hati-hati sehingga dapat membuat satu atau banyak produk khusus. Bahkan jika mikroorganisme industri merupakan salah satu yang sudah diisolasi dengan teknik tradisional, mikroorganisme tersebut menjadi organisme yang sangat ‘termodifikasi” sebelum memasuki industri berskala-besar (Suriawiria, 1995).

    Penentuan produk industri menggunakan jasa mikroorganisme sangat tergantung dari sifat-sifat mikroorganisme yang dipilih. Mikroorganisme yang dipilih harus memenuhi kriteria-kriteria, antara lain: memiliki sifat-sifat yang stabil, mampu tumbuh pesat, tidak patogenik, memiliki sifat potensial menjamin proses biotransformasi berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Mikroorganisme yang terpilih ini berupa galur-galur unggul. Sedangkan penentuan media dan bagian pengendali proses lainnya disesuaikan dengan spesifikasi sifat mikroorganisme serta enzim-enzimnya (Haffandi, 2011).

    Berdasarkan latar belakang diatas, dalam makalah ini akan dibahas mengenai mikrobiologi industri yang meliputi mikroorganisme yang berperan dalam mikrobiologi industri, faktor-faktor dan syarat-syarat yang harus dipenuhi serta bagaimana peranan mikroba sebagai penghasil produk dalam bidang industri.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dikemukakan beberapa masalah yang akan dikaji dalam makalah ini, yaitu sebagai berikut.

    1. Mikroorganisme apa saja yang berperan dalam industri?
    2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi mikroorganisme dalam industri?
    3. Apakah syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam proses mikrobiologi industri?
    4. Bagaimana peranan mikroba dalam mikrobiologi industri?

    C. Tujuan Penulisan

    Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan tulisan ini adalah sebagai berikut.

    1. Untuk mengetahui mikroorganisme apa saja yang berperan dalam industri.
    2. Untuk mengetahui Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi mikroorganisme dalam industri.
    3. Untuk mengetahui syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam proses mikrobiologi industri.
    4. Untuk mengetahui bagaimana peranan mikroba dalam mikrobiologi industri.

    D. Manfaat Penulisan

    I. Bagi Mahasiswa

    Dapat menambah pengetahuan mengenai mikroorganisme yang berperan dalam penghasil produk di bidang industri, faktor-faktor yang mempengaruhi proses mikrobiologi industri serta syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam proses mikrobiologi industri.

    II. Bagi Masyarakat

    Dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai proses-proses yang terjadi dalam pembuatan berbagai produk olahan yang dalam pembuatannya menggunakan bantuan mikroorganisme.

    Bab II. Pembahasan

    A. Mikroorganisme yang Berperan dalam Industri

    1)    Bakteri

    Ada berbagai macam bakteri yang berperan penting dalam industri khususnya proses fermentasi, antara lain sebagai berikut (Anonim, 2010):

       1.      Acetobacter acetii

                Bakteri ini penting dalam produksi asam asetat yang mengoksidasi alkohol sehingga menjadi asam asetat. Banyak terdapat pada ragi tapai, yang menyebabkan tapai yang melewati 2 hari fermentasi akan menjadi berasa asam.

       2.      Acetobacter xylinum

    Bakteri ini digunakan dalam pembuatan nata de coco. Acetobacter xylinum mampu mensintesis selulosa dari gula yang dikonsumsi. Nata yang dihasilkan berupa pelikel yang mengambang di permukaan substrat. Bakteri ini juga terdapat produk kombucha yaitu fermentasi dari teh.

       3.      Bacillus sp.

                Bacillus sp. merupakan genus dengan kemampuan yang paling luas. Pada mulanya hanya digunakan untuk menghasilkan enzim amilase. Namun kini berkembang untuk bioinsektisida yang diwakili Bacillus thuringiensis maupun untuk penanganan limbah Bacillus subtilis dan Bacillus megaterium. Melalui rekayasa genetika, kini bakteri ini juga digunakan untuk produksi bahan baku plastik ramah lingkungan.

       4.      Bividobacterium sp.

                Bakteri ini bersifat anaerob dan digunakan sebagai mikroba probiotik. Produk probiotik dari bakteri ini biasanya berbentuk padat.

       5.      Lactobacillus sp.

                Bakteri ini cukup populer karena selain dapat digunakan dalam produksi asam lakat juga berperan dalam fermentasi pangan seperti yogurt, saurkeraut dan juga produk probiotik yang saat ini banyak diminati masyarakat. Probiotik merupakan mikrobia yang dikonsumsi untuk mengatur flora usus. Asam laktat dari bakteri ini dapat dibuat poli asam laktat sebagai bahan baku plastik ramah lingkungan.

    1)        Khamir

    Khamir ada yang yang bermanfaat dan ada pula yang membahayakan manusia. Khamir banyak dimanfaatkan dalam bidang industri yaitu proses fermentasi pada pembuatan roti, bir, wine, vinegar dan sebagainya. Khamir yang tidak diinginkan adalah yang ada pada makanan dan menyebabkan kerusakan pada saurkraut, jus buah, sirup, molase, madu, jelly, daging dan sebagainya.

    Khamir yang memiliki peranan yang menguntungkan diantaranya sebagai berikut (Black, 2002):

       1.      Saccharomyces cerevisiae, merupakan khamir yang paling populer dalam pengolahan makanan. Khamir ini telah lama digunakan dalam industri wine dan bir. Dalam industri pangan, khamir digunakan dalam pengembang adonan roti dan dikenal sebagai ragi roti.

       2.      Saccharomyces roxii, adalah khamir yang digunakan dalam pembuatan kecap dan berkontribusi pada pembentukan aroma.

    1)        Jamur

    Jamur yang memiliki peranan yang menguntungkan diantaranya sebagai berikut (Pelczar, 1988): 

     1.    Aspergillus niger. Jamur ini digunakan dalam pembuatan asam sitrat. Asam sitrat merupakan salah satu asam organik yang banyak digunakan dalam bidang industri pangan  misalnya pada pembuatan permen dan minuman kemasan. Jamur ini sering mengontaminasi makanan misalnya roti tawar.

      2.    Rhizopus oryzae. Jamur ini penting pada pembuatan tempe. Aktivitas jamur Rhizopus oryzae menjadikan nutrisi pada tempe siap dikonsumsi manusia. Aktivitas enzim yang dihasilkan menjadikan protein terlarut meningkat. Produk tempe kini juga telah dikembngkan menjadi isoflavon yang penting bagi kesehatan.

     3.    Neurospora sitophila. Jamur ini merupakan sumber beta karoten pada fermentasi tradisional. Produk oncom yang dikenal di Jawa Barat adalah hasil fermentasi yang dilakukan Neurospora sitophila. Produksi spora untuk sumber beta karoten yang dapat disubstitusikan pada makanan juga telah diteliti. Selain mampu memberikan asupan, beta karoten juga merupakan sumber warna yang cukup menarik.

     4.    Monascus purpureus. Jamur ini dikalangan mikrobiolog jarang dikenal karena produk yang dihasilkan. Mula pertama jamur ini ditemukan di Jawa namun menjadi produk utama Cina dengan nama angkak. Angkak adalah fermentasi pada beras. Jamur ini menghasilkan pewarna alami yang umumnya digunakan pada masakan Cina. Saat ini telah ditemukan adanya zat aktif pada ngkak yang dapat membantu kesehatan dan telah dikemas dalam bentuk kapsul.

     5.    Penicillium sp. Jamur ini paling terkenal karena kemampuannya menghasilkan antibiotika yang disebut pensilin. Sejak pertama kali dikenal terus digunakan sampai sekarang. Jamur pengasil antibiotika saat ini telah banyak diketahui sehingga ragam antibiotik pun semakin banyak. Selain itu pembuatan antibiotika, spesies yang lain juga digunakan dalam pembuatan keju khusus.

    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mikroorganisme dalam Industri

    Kegiatan mikroba dipengaruhi oleh faktor lingkungannya. Perubahan dilingkungan dapat mengakibatkan terjadinya perubahan sifat morfologi dan fisiologi mikroorganisme. Beberapa golongan mikroorganisme resisten terhadap perubahan lingkungan karena dengan cepat melakukan adaptasi dengan lingkungan. Faktor-faktor lingkungan yang sering mempengaruhi pertumbuhan mikroba antara lain (Anonim, 2010):

    a)         Suhu

    Suhu merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan mikroba. Beberapa mikroba mampu hidup dalam kisaran suhu yang luas. Terkait dengan suhu pertumbuhan maka dikenal suhu minimum, maksimum dan optimum. Suhu minimum adalah suhu yang paling rendah dimana kegiatan mikroba masih berlangsung. Suhu optimum adalah suhu yang paling baik untuk kehidupan mikroba. Sedangkan suhu maksimum adalah suhu tertinggi yang masih dapat menumbuhkan mikroba tetapi pada tingkat kegiatan fisisologi yang paling rendah.

    Atas dasar suhu perkembangannya mikroba dapat dibedakan menjadi 3 golongan, yaitu psikofil, mesofil dan termofil.

    ·         Mikroba psikofil/kriofil dapat tumbuh pada suhu antara 0C-30C, dengan suhu optimum 15OC. Kebanyakan tumbuh ditempat-tempat dingin, baik di daratan maupun dilautan.

    ·         Mikroba mesofil mempunyai suhu optimum antara 25-37oC, dengan suhu minimum 15oC dan suhu maksimum antara 45-55oC. Mikroba ini biasa hidup pada tanah dan perairan.

    ·         Mikroba termofil mempunyai suhu pertumbuhan antara 40-75oC, dengan suhu optimum 55-60oC.

    b)        Kelembaban

    Tiap jenis mikroba mempunyai kelembaban optimum tertentu. Pada umumnya khamir dan bakteri membutuhkan kelembapan yang lebih tinggi dibandingkan jamur. Banyak mikroba yang tahan tahan hidup dalam keadaan kering untuk waktu yang lama. Misalnya mikroba yang membentuk spora dan mentuk-bentuk Krista.

    c)          pH

    Berdasarkan pH yang ada, mikroba dikenal dengan asidofil, neurofil, dan alkalifil. Asidofil adalah mikroba yang dapat tumbuh pada pH antara 2,0-5,0. Mikroba neutrofil adalah mikroba yang mampu tumbuh pada kisaran pH 5,5-8,0 sedangkan mikroba alkalifil dapat tumbuh pada kisaran pH 8,4-9,5. Bakteri memerlukan pH 6,5-7,5, khamir memerlukan pH 4,0-4,5, sedangkan jamur mempunyai kisaran pH yang luas.

    d)        Ion-ion logam

    Ion-ion logam berat seperti Hg, Ag, Cu, Au dan Pb pada kadar yang sangat rendah dapat bersifat toksik. Daya bunuh logam berat pada kadar rendah disebut oligodinamik. Ion-ion logam dapat mengganggu sistem enzim sel. Misalnya Hg++ akan bergabung dengan gugus sulfidril (-SH) dalam enzim sehingga aktivitas enzim dengan gugus aktif sulfidril akan terhambat aktivitasnya. Ion-ion Li++ dan Zn++ bersifat toksik bagi Lactobacillus dan Leuconostoc, namun demikian jika Ph diturunkan maka peracunan Li++ dan Zn++ dapat dikurangi.

    e)         Iradiasi

    Radiasi pengion dicirikan oleh energi yang sangat tinggi dan kemampuan penetrasi yang besar. Demikian juga sifat letalnya. Penggunaan radiasi pengion terutama pada bidang farmasi, kedokteran,proses industri, serta digunakan dalam bidang mikrobiologi, misalnya menggunakan sinar ultraviolet dan sinar gamma.

    ·       Sinar UV yang paling efektif dalam membunuh mikroorganisme adalah yang memiliki panjang gelombang yang dekat dengan 260 nm, dengan energi kuantum sekitar 4,9 Ev. Sinar dengan panjang gelombang dibawah 200 nm tidak efektif karena mudah diserap oleh oksigen atmosfir. Sinar dengan panjang gelombang 360-450 nm umumnya disebut UV gelombang panjang dan biasa digunakan untuk menstimulasi flourisensi, misalnya untuk menunjukkan adanya pigmen pseudomonas pada telur.

                Penggunaan lain UV pada bidang industri bahan makanan adalah pada ruang pendingin yang dipergunakan untuk menyimpan daging. Tujuannya dalah untuk menunda pertumbuhan mikroba permukaan. Iradiasi ultraviolet dengan internsitas 2 mW/cm2 terhadap pseudomonas pada daging dapat mengurangi kecepatan pertumbuhannnya menjadi 85% bila dibandingkan dengan kontrol, dan akan menjadi 75% bila intensitas pada permukaan 24 mW/cm2.

    ·       Sinar gamma, iradiasi gamma telah digunakan sebagai metode dalam pengawetan pangan di beberapa Negara seperti Belgia, Perancis, Jepang dan Belanda. Di Indonesia sendiri baru dilakukan dalam skala laboratorium. Proses dilakukan dengan penyinaran pangan dengan menggunakan kobalt radioisotope (60oC). Iradiasi akan mempengaruhi fungsi metabolisme dan fragmentasi DNA yang dapat mengakibatkan kematian sel mikroba sehingga memperbaiki kualitas mikrobiologis pangan dengan mengurangi jumlah jasad perusak dan pathogen.

    Selain faktor di atas, mikroba juga melakukan interaksi, sebab di alam jarang dijumpai mikroba yang hidup sebagai biakan murni, tetapi selalu berada dalam asosiasi dengan jasad lain. Interaksi antar mikroba dapat terjadi antara dua mikroba yang sama ukuran selnya (dua sel bakteri, dua sel protozoa) atau antara dua sel yang berbeda ukurannya (sel bakteri dengan sel protozoa). Dua sel yang ukurannya sama memiliki kebutuhan nutrisi yang kurang lebih sama, sebab susunan molekul suatu sel pada umumnya relatif sama. Berbeda halnya jika ukuran sel berbeda, kebutuhan ruang berbeda. Protozoa membutuhkan ruang ribuan kali lebih besar daripada bakteri. Begitu juga dengan kebutuhan nutrisinya. Contohnya interaksi antar Pseudomonas synoyanea dengan Sterptococcus lactis yang menyebabkan terjadinya warna biru pada susu.

    2.3 Syarat-syarat yang Harus Dipenuhi dalam Proses Mikrobiologi Industri

    Dari segi perindustrian, mikroba merupakan pabrik zat kimia yang mampu melakukan perubahan yang dikehendaki. Mikroba merombak bahan mentah dan mengubah bahan mentah menjadi suatu produk baru. Beberapa prasyarat yang harus dipenuhi dalam proses mikrobiologi industri, antara lain (Waluyo, 2005):

      a.    Organisme

    Organisme yang akan digunakan harus dapat menghasilkan produk dalam jumlah yang cukup banyak. Karakteristik penting yang harus dimiliki mikroorganisme industri yaitu harus tumbuh cepat dan menghasilkan produk yang diharapkan dalam waktu yang relatif singkat, memiliki sifat-sifat genetik yang stabil, mampu menghasilkan substansi yang menarik, serta dapat dipelihara dalam periode waktu yang sangat panjang di laboratorium. Mikroba yang digunakan dalam industri adalah kapang, khamir, bakteri, dan virus.

      b.    Medium

    Substrat yang digunakan oleh organisme untuk membuat produk baru harus murah dan tersedia dalam jumlah yang banyak. Misalnya, limbah yang banyak mengandung nutrisi dari industri persusuan dan industri kertas untuk menghasilkan bahan-bahan yang bernilai tinggi.

      c.    Hasil

    Fermentasi industri dilakukan dalam tangki-tangki yang besar kapasitasnya dapat mencapai 200.000 liter. Produk metabolisme mikroba biasanya merupakan campuran heterogen yang terdiri dari sel-sel mikroorganisme dalam jumlah yang sangat banyak, komponen-komponen medium yang tidak terpakai, dan produk-produk metabolisme yang tidak dikehendaki. Karena itu, harus dikembangkan metode-metode yang mudah dilaksanakan dalam skala besar untuk memisahkan dan memurnikan produk akhir yang diinginkan.

      d.   Tidak berbahaya bagi manusia, dan secara ekonomik penting bagi hewan dan tumbuhan.

      e.    Bersifat non-patogen dan bebas toksin, atau jika menghasilkan toksin harus cepat di-inaktifkan.

      f.     Mudah dipindahkan dari medium biakan. Di laboratorium, sel mikroorganisme pertama kali dipindahkan dengan sentrifugasi, tetapi sentrifugasi bersifat sulit dan mahal untuk industri skala-besar.

      g.    Mikroorganisme lebih disukai jika berukuran besar, karena sel lebih mudah dipindahkan dari biakan dengan penyaringan (dengan bahan penyaring yang relatif murah). Sehingga, fungi, ragi, dan bakteri berfilamen lebih disukai. Bakteri unisel, berukuran kecil sehingga sulit dipisahkan dari biakan cair.

      h.    Mikroorganisme industri harus dapat direkayasa secara genetik. Rekayasa genetika pada mikroba bertujuan untuk meningkatkan efektivitas kerja mikroba tersebut (misalnya mikroba untuk fermentasi, pengikat nitrogen udara, meningkatkan kesuburan tanah, mempercepat proses kompos dan pembuatan makanan ternak, mikroba prebiotik untuk makanan olahan), untuk menghasilkan bahan obat-obatan dan kosmetika, serta Pembuatan insulin manusia dari bakteri (Sel pankreas yang mempu mensekresi Insulin digunting, potongan DNA itu disisipkan ke dalam Plasmid bakteri) DNA rekombinan yang terbentuk menyatu dengan Plasmid diinjeksikan lagi ke vektor, jika hidup segera dikembangbiakkan.

    2.4 Peranan Mikroba dalam Mikrobiologi Industri

    A. Produksi Bahan Kimia Farmasi yang Bernilai Komersil

    1. Antibiotika

    Antibiotika merupakan senyawa kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme, dan dapat menghambat atau membunuh mikroorganisme lain. Perkembangan antibiotika sebagai zat untuk pengobatan penyakit infeksi lebih banyak mempengaruhi penggunaan obat dibandingkan dengan perkembangan antibiotik itu sendiri. Antibiotika merupakan produk metabolisme sekunder. Meskipun hasilnya relatif rendah dalam sebagian besar industri fermentasi, tetapi karena aktivitas terapetiknya tinggi maka menjadi memiliki nilai ekonomik tinggi, oleh karena itu antibiotika dibuat secara komersial melalui fermentasi mikroba. Beberapa antibiotika dapat disintesis secara kimia, tetapi karena kompleksitas bahan kimia antibiotika dan cenderung menjadi mahal, maka tidak memungkinkan sintesis secara kimia dapat bersaing dengan fermentasi mikroorganisme.

    Penggunaan antibiotika secara komersial, pertamakali dihasilkan oleh fungi berfilamen dan oleh bakteri kelompok Actinomycetes. Seringkali, sejumlah senyawa kimia berhubungan dengan keberadaan antibiotika, sehingga dikenal famili antibiotik. Antibiotika dapat dikelompokkan berdasarkan struktur kimianya. Sebagian besar antibiotika digunakan secara medis untuk mengobati penyakit bakteri, meskipun sebagian diketahui efektif menyerang penyakit fungi. Secara ekonomi dihasilkan lebih dari 100.000 ton antibiotika per tahun, dengan nilai penjualan hampir mendekati $ 5 milyar.

    Tabel  1: Beberapa antibiotika yang dihasilkan secara komersial

    AntibiotikaMikrorganisme penghasilTipe mikroorganisme
    BasitrasinSefalosporinKloramfenikolSikloheksimidSikloserinErytromisinGriseofulvinKanamisinLinkomisinNeomisinNistatinPenisilinPolimiksin BStreptomisinTetrasiklinBacillus subtilis Cephalosporium sp.Sintesis senyawa kimia (dulu oleh Streptomycesvenezuelae) Streptomyces griseus Streptomyces orchidaceus Streptomyces erythreus Penicillium griseofulvin Streptomyces kanamyceticus Streptomyces lincolnensis Streptomyces fradiae Streptomyces noursei Penicillium chrysogenum Bacillus polymyxa Streptomyces griseus Streptomyces rimosusBakteri pembentuk-spora
    FungiActinomyceteActinomyceteActinomyceteFungiActinomyceteActinomyceteActinomyceteActinomyceteFungiBakteri pembentuk-sporaActinomyceteActinomyceteActinomycete

    a) Pencarian Antibiotika Baru

    Bahan antibiotik yang sudah diketahui, lebih dari 8.000, dan beberapa ratus antibiotika ditemukan dalam beberapa tahun. Dan sejumlah peneliti mempercayai bahwa berbagai antibiotika baru dapat ditemukan lagi jika penelitian dilakukan terhadap kelompok mikroorganisme selain Streptomyces, Penicillium, dan Bacillus. Sekali diketahui urutan struktur gen mikroorganisme penghasil-antibiotika, dengan teknik rekayasa genetika memungkinkan pembuatan antibiotika baru.

    Cara utama dalam menemukan antibiotika baru yaitu melalui screening. Dengan pendekatan tersebut, sejumlah isolat yang kemungkinan mikroorganisme penghasil-antibiotika yang diperoleh dari alam dalam kultur murni, selanjutnya isolat tersebut diuji untuk produksi antibiotika dengan bahan yang diffusible, yang menghambat pertumbuhan bakteri uji. Bakteri yang digunakan untuk pengujian, dipilih dari berbagai tipe, dan mewakili atau berhubungan dengan bakteri patogen.

    Prosedur pengujian mikroorganisme untuk produksi antibiotika adalah metode gores silang, pertamakali digunakan oleh Fleming. Dengan program pemisahan arus, ahli mikrobiologi dapat dengan cepat mengidentifikasi, apakah antibiotika yang dihasilkan termasuk baru atau tidak. Sekali ditemukan organisme penghasil antibiotika baru, antibiotika dihasilkan dalam sejumlah besar, dimurnikan, dan diuji toksisitas dan aktivitas terapeutiknya kepada hewan yang terinfeksi. Sebagian besar antibiotika baru gagal menyembuhkan hewan uji, dan sejumlah kecil dapat berhasil dengan baik. Akhirnya, sejumlah antibiotika baru ini sering digunakan dalam pengobatan dan dihasilkan secara komersial.

    Tabel 2. Klasifikasi antibiotika sesuai dengan struktur kimianya

    AntibiotikaContoh
    1. Antibiotika mengandung-karbohidrat– Gula murni- Aminoglikosida- Ortosomisin- N-glikosida- C-glikosida- Glikolipid2. Lakton makrosiklik– Antibiotik makrolida- Antibiotik polien- Ansamisin- Makrotetrolida3. Quinon dan antibiotika yang berhubungan.- Tetrasiklin- Antrasiklin- Naftoquinon- Benzoquinon4. Antibiotika peptida dan asam amino– Turunan asam amino- Antibiotik b-laktam- Antibiotik peptida- Kromopeptida- Depsipeptida- Peptida pembentuk-selat5. Antibiotika heterosiklik mengandung nitrogen– Antibiotika nukleosida6. Antibiotika heterosiklik mengandung oksigen– Antibiotika polieter7. Turunan alisiklik– Turunan sikloalkan- Antibiotika steroid8. Antibiotik aromatik– Turunan benzen- Antibiotika aromatik terkondensasi- Eter aromatik9. Antibiotika alifatik– Senyawa mengandung fosforNojirimisinStreptomisinEverninomisinStreptotrisinVankomisinMoenomisinEritromisinKandisidinRifamisinTetranaktinTetrasiklinAdriamisinAktinorodinMitomisinSikloserinPenisilinBasitrasinAktinomisinValinomisinBleomisinPolioksinMonensinSikloheksimidaAsam fusidatKloramfenikolGriseofulvinNovobiosinFosfomisin
  • Makalah Enzim Dalam Industri Pangan

    Enzim Dalam Industri Pangan

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Enzim berperan sangat penting dalam industri pangan, baik produk pangan tradisional maupun maupun desain produk pangan yang baru. Sebelum dikenalnya teknologi modern, pemanfaatan enzim sudah dilakukan dengan tidak sengaja. Misalnya, pada proses pengolahan minuman beralkohol dan keju. Proses malting pada pengolahan minuman beralkohol berkembang aktivitas enzim amilase dan protease yang memecah pati dan protein pada mashing biji-bijian menghasilkan gula dan zat gizi lain yang dibutuhkan oleh yeast pada proses selanjutnya. Demikian pula pada pengolahan keju, peran enzim protease sangat penting dalam memecah misel kasein sehingga terbentuk curd pada tahapan pembuatan keju. Dengan kemajuan teknologi, peran enzim dalam produksi pangan sudah dilakukan optimasi terhadap kondisi proses sehingga aktivitas enzim dapat berjalan seperti yang diharapkan.

    Contoh lain dari peran enzim untuk menghasilkan mutu pangan yang baik adalah proses produksi daging saat pemotongan hewan. Proses perubahan otot menjadi daging diperlukan kerja enzim, sehingga daging yang dihasilkan mempunyai mutu yang baik. Pentingnya hewan diistirahatkan sebelum dipotong, membunuhnya tanpa trauma, dan melayukan daging beberapa jam atau hari, dilakukan sebelum peran enzim selama proses tersebut diketahui. Sekarang telah diketahui bahwa pada saat hewan diistirahatkan sebelum dipotong menjamin ketersediaan glikogen sebagai substrat dari kerja enzim post mortem enzim. Proses glikolisis post mortem dan protease dalam proses konversi otot menjadi daging sangat penting untuk proses selanjutnya dan memperbaiki mutu daging.

    Banyak produk pangan lain yang didesain dengan mengembangkan kerja enzim, baik langsung maupun tidak langsung. Contoh produk-produk pangan akibat kerja enzim secara tidak langsung adalah produk pangan fermentasi yang melibatkan mikroorganisme seperti yogurt, tempe, kecap, tape, sosis, dan lain-lainnya. Aktivitas enzim yang dimanfaatkan dalam proses produksi pangan secara endogenus berasal dari tanaman, hewan, maupun mikroorganisme. Aktivitas enzim endogenus dapat dimanipulasi dengan melakukan optimasi terhadap kondisi kerja enzim (pH dan suhu) atau meningkatkan ekspresi enzim dengan teknik rekayasa genetik. Karena keterbatasan penggunaan teknik manipulasi tersebut, maka berkembang ide untuk menambahkan enzim dari sumber lain (enzim eksogenus) untuk memperbaiki reaksi-reaksi yang sudah ada atau menginisiasi reaksi-reaksi baru. Pemanfaatan dan manipulasi kerja enzim telah pula dipergunakan untuk mendesain produk pangan fungsional.

    Ada beberapa enzim yang telah digunakan secara umum dalam industri pangan, salah satunya enzim a-amilase. Enzim a-amilase digunakan dalam industri hidrolisis pati, bir, roti, dan deterjen. Dalam industri hidrolisis pati, enzim digunakan untuk mencairkan pati yang tergelatinasi. Enzim tersebut berfungsi menurunkan viskositas pati dan menghidrolisis menjadi maltodekstrin. Enzim a-amilase (1,4-a-glukanohidrolase) merupakan endoglukanase yang menghidrolisis ikatan internal a-l,4 glikosidik. Sebelum digunakan a-amilase termostabiI, enzim amilase dari B.sllbtilis dan B. amyloliquefaciens yang digunakan harus ditambahkan sebelum dan sesudah tahap gelatinasi pada suhu tinggi. Dengan ditemukan a-amilase dari B. Licheniformis maka tahap ini dapat dieliminasi. Enzim a-amiloglukosidase (1,4-a-D-glukan glukohidrolase atau glukoamilase) dari cendawan digunakan dalam produksi sirup glukosa yang setara dengan dekstrosa sebesar 95 sampai 97%. Enzim tersebut memiliki aktivitas exoacting yaitu melepaskan glukosa dari ujung pereduksi maltodekstrin. Bila diinginkan diperoleh sirup glukosa yang setara dengan dektrosa lebih dari 98% perIu ditambahkan pululanase dari Klebsiella aerogenes. Enzim ini ternyata tidak stabil karena secara cepat dapat kehilangan aktivitas pada pH 4.5 dan suhu 60°C (Thomas & Kenealy 1986).

    Enzim a-amilase dari cendawan termostabil Aspergillus niger dan A. oryzae digunakan untuk produksi sirupmaltosa. Enzim cendawan tersebut berbeda dari enzim a-amilase bakteri, yaitu produk utamanya adalah maltosa,disamping itu juga menghasilkan dekstrin dan glukosa dalam jumlah terbatas. Berdasarkan alasan ekonomi, a-amilase cendawan sering digunakan bersamaan dengan amiloglukosidase untuk menghasilkan sirup campuran yang setara dengan dekstran sebesar 60%.

    Sirup campuran yang dihasilkan dapat digunakan sebagai substrat murah dalam industri bir dan fermentasi. Enzim isomerase digunakan untuk mengubah glukosa menjadi fruktosa dalam industri sirup jagung berkadar fruktosa tinggi. Fruktosa yang merupakan isomer D-glukosa adalah pemanis alami yang paling manis. Untuk tujuan isomerisasi ini digunakan enzim xilosa isomerase. Dalam industri modern, penggunaan xilosa isomerase dilakukan dalam reaktor fixed-bed dalam bentuk terimobilisasi. Xilosa isomerase yang sering digunakan berasal dari B. coagulans,Streptomyces albus, Arthrobacter spp., dan Actinoplanes missouriellsis.

    Dua enzim karbohidrase penting lainnya yang digunakan dalam industri ialah pektinase dan laktase. Pektinase digunakan untuk menjernihkan jus buah. Laktase digunakan pada industri keju untuk memecah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa (Thomas & Kenealy 1986). Enzim proteolitik memiliki peranan kira-kira dua pertiga dari total pasar industri berbasis enzim. Dari total protease yang digunakan dalam industri, 25% di antaranya merupakan protease alkalin termostabil yang digunakan dalam industri deterjen. Dari uraian tersebut terlihat betapa enzim termostabil sangat berpotensi untuk diaplikasikan dalam industri modern yang berbasis enzim.

    Meskipun kemajuan yang dicapai dalam aplikasi enzim telah sangat luas selama dekade terakhir ini, namun pengetahuan tentang fisiologi, metabolisme, enzimologi, dan genetika dari mikrob penghasil enzim masih terbatas. Oleh karena itu, penelitian mendalam tentang sifat-sifat molekuler enzim dan gen-gennya untuk dapat memahami bagaimana mereka menjalankan fungsinya pada suhu tinggi, bahkan pada suhu di atas 100o masih diperlukan.

    Bab II. Pembahasan

    A. Enzim dalam pengolahan pangan

    Penggunaan enzim dalam industri pangan dilakukan karena enzim merupakan alat yang ideal digunakan untuk memanipulasi bahan-bahan biologis. Beberapa keuntungan penggunaan enzim dalam pengolahan pangan adalah aman terhadap kesehatan karena bahan alami, mengkatalisis reaksi yang sangat spesifik tanpa efek samping, aktif pada konsentrasi yang rendah, dapat diinaktivasi, dan dapat digunakan sebagai indikator kesesuaian proses pengolahan. Walaupun demikian, dari ribuan enzim ditemukan oleh para ahli biokimia, hanya sebagian kecil enzim dapat dimanfaatkan dalam industri pangan. Hal ini disebabkan oleh ketidaksesuaian kondisi reaksi enzim, ketidakstabilan enzim selama pengolahan, atau karena biaya yang terlalu mahal untuk menggunakan enzim dalam pengolahan pangan.

    Pada saat enzim dipertimbangkan untuk digunakan dalam industri pangan, maka sangat penting dijamin bahwa pemanfaatan enzim tersebut akan memberikan keuntungan secara komersial. Enzim dapat bermanfaat untuk konversi bahan baku menjadi bahan yang lebih mudah diolah pada tahapan proses selanjutnya. Selain untuk pengolahan yang lebih efisien dan aman, enzim dalam industri pangan dapat dimanfaatkan untuk mendesain produk pangan yang lebih mudah dicerna saat dikonsumsi. Degradasi makromolekul menjadi senyawa yang lebih sederhana dan mudah diserap di dalam saluran pencernaan sangat diperlukan oleh orang yang bermasalah dengan produksi enzim-enzim pencernaan.

    Ada dua cara penggunaan enzim dalam pengolahan pangan, yaitu memanfaatkan enzim yang alami ada dalam produk pangan (enzim endogenus) dan menambahkan enzim dari luar ke dalam bahan pangan yang diolah (enzim eksogenus). Enzim endogenus dapat berasal dari bahan baku pangan (nabati atau hewani) maupun dari mikroorganisme yang digunakan dalam proses fermentasi produk pangan. Enzim eksogenus sudah banyak diproduksi secara komersial untuk dapat dimanfaatkan dalam proses pengolahan pangan. Beberapa produk enzim yang digunakan dalam pengolahan pangan dapat dilihat pada Tabel 1.

    Secara alami enzim terdapat dalam sel dari mikroorganisme, jaringan tanaman dan jaringan hewan. Keterlibatan enzim dalam pengolahan pangan tidak semua menguntungkan. Enzim yang merugikan dapat menyebabkan kerusakan pangan seperti pembusukan, perubahan flavor, warna, tekstur dan kandungan gizi pangan. Untuk itu, dalam pengolahan pangan, inaktivasi enzim yang tidak menguntungkan tersebut perlu dilakukan. Namun beberapa enzim alami pada makanan apabila dikonsumsi segar dapat membantu kerja pencernaan dan kerja pankreas untuk sekresi enzim tidak bekerja berat. Bahan pangan yang melalui pemasakan (pemanasan) akan menginaktifkan enzim-enzim alami yang terdapat dalam makanan segar. Apabila kita selalu mengonsumsi makanan yang dimasak dalam waktu yang lama, maka akan terjadi kekurangan enzim yang kronis (chronic enzyme deficiency) yang memberi kecendrungan pada penyakit kanker.

    I. Enzim Pada Industri Bir

    Pembuatan bir (bahasa Inggris: brewing, dibaca; bruwing) adalah proses yang menghasilkan minuman beralkohol melalui fermentasi. Metode ini digunakan dalam produksi bir, sake, dan anggur. Brewing memiliki sejarah yang panjang, dan bukti arkeologi menunjukkan bahwa teknik ini telah digunakan di Mesir kuno. Berbagai resep bir ditemukan dalam tulisan-tulisan Sumeria. Tempat pembuatan bir dinamakan brewery (bahasa Inggris) atau brauerei (bahasa Jerman). Teknologi pembuatan bir mengalami perubahan yang cukup besar dari abad ke abad, dan bahkan dewasa ini setiap pembuat punya caranya sendiri. Tetapi, secara umum, hampir semua bir mengandung empat bahan dasar: barli, hop, air dan ragi.

    Seluruh proses pembuatan bir dapat dibagi menjadi empat tahap: pembuatan malt, pengolahan wort, fermentasi dan pematangan. Pembuatan malt : semua bir dibuat dari malt. Malt ini, tergantung kebiasaan, dibuat dari bulir jelai, gandum, atau kadang gandum hitam. Selama tahap ini, barli disortir, ditimbang, dan dibersihkan. Setelah itu, barli direndam dalam air dengan tujuan supaya barli itu berkecambah. Prosesnya memakan waktu antara lima sampai tujuh hari pada suhu sekitar 14oC. Hasilnya adalah malt hijau, yang dipindahkan ke oven khusus untuk dikeringkan di kiln. Proses perkecambahan menghasilkan beberapa enzim, terutama α-amilase dan β-amilase, yang akan digunakan untuk mengubah pati dalam bulir menjadi gula. Kadar air dalam malt hijau itu diturunkan hingga antara 2% sampai 5% agar berhenti berkecambah. Setelah dikeringkan, kecambah dibuang dari butiran malt, lalu malt itu digiling. Kemudian, tahap berikutnya bisa dimulai. Pengolahan wort Malt yang telah digiling dicampur dengan air untuk menghasilkan adonan, yang kemudian dipanaskan perlahan-lahan dalam sebuah proses yang dinamai mashing. Mashing biasanya memakan waktu 1 sampai 2 jam.

    Pada suhu tertentu, enzim-enzimnya mulai mengubah sarinya menjadi gula sederhana. Tetapi ini berlangsung lebih dari empat jam dan menghasilkan wort yang kemudian disaring sampai bersih. Berikutnya adalah proses pendidihan, yang menghentikan kegiatan enzim. Selama pendidihan, hop ditambahkan ke dalam wort untuk menghasilkan rasa pahit bir yang khas. Setelah kira-kira dua jam dididihkan, wort didinginkan sampai suhu tertentu. Fermentasi inilah tahap terpenting dalam proses pembuatan bir. Dengan bantuan ragi, gula sederhana dalam wort diubah menjadi alkohol dan karbon dioksida. Lama fermentasi yang berlangsung tidak lebih dari seminggu, dan suhu proses itu bergantung pada jenis bir misalnya ale (bir keras) atau lager (bir ringan) yang dihasilkan.

    Bir mentah itu kemudian dipindahkan ke dalam tangki-tangki di ruang penyimpanan bawah tanah untuk dimatangkan. Selama tahap ini, terbentuklah rasa serta aroma bir yang khas dan juga gelembung-gelembung dari karbon dioksida. Bir mengalami pematangan selama suatu periode dari tiga minggu sampai beberapa bulan, bergantung pada jenis bir. Akhirnya, bir yang telah jadi itu dikemas dalam gentong atau botol dan siap dikirim ke tempat tujuan akhir.

    II. Enzim Pada Produksi High Fructose Corn Syrup

    Pembuatan HFCS (High Fructose Corn Syrup) dapat dilakukan dengan tersediaanya substrat pati jagung dan enzim isomerase yang mampu merubah glukosa menjadi fruktosa. Kini telah berkembang penggunaan “immobilized enzymes”, suatu enzim yang dikurung dalam sejenis kapsul, sehingga substrat dan produknya saja yang dapat masuk ke luar, sedang enzimnya tidak ke luar (immobilize) dari kapsulnya. Dengan demikian penggunaannya dapat berulang-ulang, sampai mengalami stadium “fatigue”.

    Salah satu produk HFCS (yang pertama diproduksi) mengandung 71 persen padatan terlarut, dengan susunan 42 persen fruktosa, 52 persen dekstrosa (glukosa) dan 6 persen gula-gula lain. Karena kandungan dektrosanya, suhu penyimpanan sebaiknya dilakukan pada 80 – 900F, untuk mencegah terjadinya kristalisasi glukosa. Skema produksi HFCS terlihat pada Gambar 1.

    Gambar 1. Skema produksi HCFS 42 %

    Untuk per ton pati diperlukan enzym liquefaction amylase sebanyak 1.15 kg, enzim sacharifikasi 0.85 kg, enzim isomerase 0.70 kg, filter aw 5.54, “active carbon” 6.00 kg. NaCI 10.9 kg dan HCI 56.20 kg. Untuk perhitungan tahun 1983 biaya bahan tambah tersebut meliputi Rp. 80.000,- per ton HFCS.

    a. Likuifikasi

    Kanji pati jagung (40 – 45%) dimasukkan ke dalam pompa dengan dicampur enzim amilase dan cofaktor. PH diatur sampai sekitar 6.8 sebelum ditambah dengan enzim. Dan kemudian dinjeksikan uap air panas sehingga mencapai suhu reaksi enzim yaitu 1040C. Dengan tekanan uap, mampu sekaligus mengocok sehingga mempercepat reaksi.

    Penambahan enzim dilakukan dan produk dibiarkan pada suhu 930C selama 60 menit sehingga proses likuifikasi berlangsung lengkap. Pada tahap tersebut seluruhpati telah dirubah sehingga mencapai dekstrose-eqivalen (DE) sekitar 15 – 20.

    b. Sacharifikasi

    Campuran didinginkan sehingga mencapai 600C, suhu yang optimal untuk proses sacharifikasi. Karena reaksinya exotherm maka ada kecenderungan proses menyebabkan bertambahnya suhu, karena itu harus diturunkan dan dikendalikan. Pengendalian suhu sangat penting pada tahap sacharifikasi. Produk akhir mencapai DE 95 – 98.

    Whitaker (1972) mengatakan dalam kurun waktu 50 tahun mendatang, khususnya dalam penelitian daging, perkembangan teknologi enzim akan mengarah ke masalah pemanfaatan enzim selama pemeraman daging (kaskas) sehingga dapat dicapai sesingkat mungkin. Dengan teknologi enzim yang maju misalnya dengan pengendalian enzim dalam daging, digabung dengan penambahan enzim yang spesifik akan dapat mencernakan polimer-polimer yang bertanggung jawab terhadap keempukan daging berbagai enzim daging tersebut, enzim kolagenase akan banyak berperan, diharapkan daging yang memenuhi mutu yang dikehendaki tanpa mengalami proses pemeraman. Dengan demikian cara tersebut akan sangat lebih ekonomis dibanding harus menunggu proses pemeraman yang lamanya 2 – 3 minggu atau lebih.

    Pada hakekatnya yang menyebabkan kekerasan daging itu bukan jumlahnya kolagen tetapi mutu atau jenis kolagen yang menentukan kekerasan daging. Enzim spesifik tersebut (kolagenase) diperlukan untuk mencegah pemeraman dan terjadinya penuaan.

    Enzim kolagenase tersebut dapat diperoleh dari mikroba khususnya yang diisolasi dari kulit yang telah disamak C. histolyticum, yang memiliki keaktifan enam kali lebih aktif dari kolagenase ternak.

    Bahkan enzim kolagenase tersebut telah berkembang penggunaannya untuk mencegah proses penuaan pada manusia sehingga dapat lebih awet muda. Usaha-usaha mencari enzim anti crosslink tersebut akan berkembang maju di masa depan. Bjorksten (1977) dalam mencari jenis enzim tersebut telah menemukan dan mengisolasi Ca-activated (“micro-protease”) dari B. ceresu, yang istimewa dari enzim tersebut adalah ukurannya yang sangat kecil, dengan demikian memungkinkan memasuki dan menembus serat-serat kolagen. Enzim-enzim yang mampu memecah ikatan C-N akan besar perannya dalam memecahkan cross-link.

    Enzim yang mampu menghambat bahkan menyetop terjadinya senescen = kelayuan dan penuaan pada buah khususnya memantapkan kemudaan, kelayuan dan kerenyahan produk hortikultura akan terus mendapat perhatian khususnya enzim yang berasal dari mikroba.

    c. Refining sirup dekstrosa

    Proses refining dimulai dengan proses filtrasi. Filtrasi dilakukan secara vakum yang mampu menjaring protein, serat atau padatan lain dengan cara sirup ampas dikeringkan untuk kemudian dibuat pellet untuk makanan ternak.

    Sirup yang telah disaring tersebut dipompakan ke dalam kolom karbon aktif dan ion exchange dalam bentuk seri untuk lebih memurnikan sirup. Kolom karbon aktif biasanya terdiri dari dua buah kolom yang mampu menampung aliran sirup dnegan “retention time” 400 jam, yang diperlengkapi dengan alat distributor yang menjamin distribusi sehomogen mungkin.

    Setelah melalui karbon aktif, sirup tersebut dialirkan dalam tangki-tangki “ion exchange” dan kemudian disaring lagi untuk memisahkan adanya karbon yang terikut dalam sirup.

    Fungsi “ion-exchange” ialah untuk menghilangkan zat-zat mineral dalam sirup dan residu protein atau zat-zat warna yang mungkin lolos dari kolom karbon aktif.

    Tahap berikutnya adalah pengentalan kembali dengan dilakukan evaporator.

    d. Isomerisasi

    Glukosa dan fruktosa adalah merupakan isomer satu dengan yang lainnya, artinya memilih berat molekul dan susunan atom yang sama tetapi dengan struktur konfigurasi yang berbeda.

    Glukosa dapat dirubah strukturnya menjadi fruktosa atau sebaliknya, fruktosa dapat dirubah menjadi glukosa dengan pertolongan enzim yang sama yaitu glukosa-isomerase. Proses perubahan tersebut disebut “enzymatic glucose-isomerization”.

    Karena enzim tersebut “reversible” artinya dapat mengkatalis ke aksi bolak-balik maka produk akhir selalu merupakan campuran dari biak glukosa maupun fruktosa. Relatif komposisi campuran dari kedua jenis gula tersbut dapat bervariasi tergantung kondisi reaksi, suhu dan keasaman dimana proses isomerasi berlangsung. High Fructose yang diproduksi mengandung fruktosa 42 persen, 50 persen glukosa dan 8 persen oligomerasi (gula lain).

    Sirup kental dengan kadar padatan 45 persen dimasukkan ke dalam isomerasi selama 15 menit untuk mengatur pH 8.0 dan penambahan Mg sulfat sebagai promts, sirup dipompakan ke dalam kolom-kolom isomerasi. Sebelum proses dimulai, suhu kasar dan suhu tepat (600C) diatur secara cermat, dilakukan di aerasi dalam kolom sehingga mencapai kevakuman 254 mm Hg dan enzim gluko isomerasenya telah pula disiapkan. Adanya oksigen terlarut dapat memblokir reaksi isomerasi.

    Dalam industri yang berskala besar proses isomerasi dilakukan pada sembilan kolom reaktor (fixed bed, densiflow) dan beberapa “immobilized enzym” kolom reaktor. Enzim dalam kolom secara cepat berubah secara isomerisasi, glukose menjadi fruktosa.

    Kadar sirup glukosa harus diatur selalu tetap yaitu antara 42.5 – 43 persen agar “flowrate”nya konstan.

    e. Refining HFS

    “High Fructose Syrup” yang diperoleh kemudian ditampung dalam tangki penampung dan kemudian dialirkan ke dalam filter, karbon aktif dan “ion-exchange” kolom seperti yang digunakan dalam proses pemurnian sirup glukosa.

    Karbon aktif mengambil senyawa berwarna yang terjadi selama proses isomerasi dan “ion-exchange” mengambil garam anorganik yang digunakan dalam proses isomerasi sehingga kadar abu dapat ditekan menjadi serendah mungkin.

    Sirup HFS yang diperoleh disaring lagi, dipanaskan pada suhu di bawah diskolom HFS untuk meningkatkan kekentalan sirup sehingga mencapai kadar padatan terlarut 71 persen, disaring lagi baru ditampung ke dalam tangki-tangki penyimpanan.

    III. Enzim Pada Produksi Gula Xilosa dengan Enzum Xilanase

    Jenis mikroorganisme yang sudah umum menghasilkan xilanase ialah jamur dan bakteri. Beberapa jenis bakteri dan jamur diketahui mampu menghasilkan xilanase secara ekstraseluler. Xilanase dari Clostridium acetobuty-licum telah diteliti oleh Lee et al. (1985), yaitu dari 20 strain Clostri-dium sp. ternyata C. acetobutylicum NRRL B527 dan ATCC 824 menghasilkan xilanase terbanyak. Strain NRRL B527 menghasilkan xilanase pada pH 5,2, sedangkan strain ATCC 824 menghasilkan xilanase, xilopiranosidase, dan arabinofuranosidase pada kultur anaerob. 

    Bacillus sp. penghasil xilanase bersifat alkalofilik yang telah diteliti adalah Bacillus sp. YC 335 (Park etal., 1992), Bacillus sp. 41M-1 (Nakamura et al., 1993), dan Bacillus sp.TAR-1 yang juga bersifat termofilik (Nakamura et al., 1994). Kubata et al. (1992) telah mengisolasi Aeromonascaviae ME-1 penghasil xilanase I dari usus herbivorous insect, sedangkan Dung et al. (1993) melakukan penelitian β-1,4-xilanase 2 dan 3 dari Acaviae W-61. Irawadi (1992) berhasil memproduksi selulase dan xilanase dari Neurospora sitophila pada substrat padat limbah kelapa sawit. Richana et al. (2000) telah melakukan isolasi bakteri penghasil xilanase alkalofilik yang berasal dari tanah berkapur pH 7,9.

    Dalam memproduksi enzim dari mikroorganisme, hal yang penting untuk dikerjakan adalah mulai menggunakan strain mikroorganisme yang paling aktif yang tersedia. Suatu program seleksi strain harus dilakukan dengan mengambil kultur dari alam atau koleksi kultur, dan melakukan pengujian-pengujian aktivitas enzim. Persyaratan utama dalam seleksi adalah kemudahan metodologi, sehingga pengujian yang cepat untuk sejumlah besar strain dapat dikerjakan.

    Jenis mikroorganisme yang sudah umum menghasilkan xylanase ialah dari golongan jamur dan bakteri. Meskipun enzim yang dihasilkan oleh golongan bakteri memiliki ketahanan pada temperatur yang lebih tinggi dibanding jamur, namun aktifitas xylanase dari golongan jamur jauh lebih tinggi dari bakteri. Disamping itu, level produksi yang tinggi dan kemudahan dalam cultivikasi membuat jamur lebih banyak digunakan dalam produksi enzim skala industri (Bergquist et al, 2002).

    Adapun jenis jamur yang berpotensi menghasilkan enzim xylanase yaitu jamur Aspergillus niger dan Trichoderma ressei.

    Aspergillus niger adalah mould dari klas fungi imperfecti, tersebar dimana-mana pada bermacam substrat antara lain terdapat pada buah-buahan, sayur-sayuran dan makanan lain yang telah busuk. Jamur ini berperan dalam mendekomposisi polisakarida di dalam kayu, mempunyai suhu pertumbuhan 300C – 370C, pH : 4 – 6 dan aerob.

    Menurut tinjauan umum A.niger diklasifikasikan sebagai berikut:

    Divisi : Fungi imperfecti

    Sub kelas : Hyphomyces

    Ordo : Monoliales

    Famili : Monoleaceae

    Genus : Aspergillus

    Spesies : Niger

    (Dwijoseputro, 1984)

    Pemanfaatan Xilanase Sebagai Gula Xilosa

    Xilanase juga dapat digunakan untuk menghidrolisis xilan (hemiselulosa) menjadi gula xilosa. Xilan banyak diperoleh dari limbah pertanian dan industri makanan. Pengembangan proses hidrolisis secara enzimatis merupakan prospek baru untuk penanganan limbah hemiselulosa (Biely, 1985; Rani dan Nand, 1996;Beg et al., 2001).

    Gula xilosa banyak digunakan untuk konsumsi penderita diabetes. Di Malaysia gula xilosa banyak diguna-kan untuk campuran pasta gigi karena dapat berfungsi memperkuat gusi. Dengan beragamnya kegunaan gula xilosa maka perlu adanya inovasi ke arah produksi xilosa tersebut.Inovasi tersebut muncul diantaranya apabila enzim penghidro-lisis lignoselulosa tersebut sudah tersedia.

    Adakalanya untuk mem-proses gula xilosa belum diminati karena kurang ekonomis meng-ingat kandungan xilan sangat rendah dibandingkan dengan selulosa. Namun demikian, perlu dipertimbangkan untuk melakukan proses multienzim sehingga hasilnya tidak hanya xilosa saja (dari xilan) tetapi juga glukosa (dari selulosa dan oligo sakarida lainnya). Sedangkan adanya teknologi baru seperti teknologi membran, di mana dapat memisahkan komponen sesuai ukuran molekul maupun berat molekul maka dapat dilakukan fraksinasi glukosa dan xilosa dengan mudah.

    Pemanfaatan Xilanase untuk Makanan Ternak

    Van Paridon et al. (1992) telah melakukan penelitian pemanfaatan xilanase untuk campuran makanan ayam boiler, dengan melihat pengaruhnya terhadap berat yang dicapai dan efisiensi konversi makanan serta hubungannya dengan viskositas pencernaan. Hal yang sama juga di-lakukan oleh Bedford dan Classen (1992), yang melaporkan bahwa campuran makanan ayam boiler dengan xilanase yang berasal dari T.longibrachiatum ternyata mampu mengurangi viskositas pencernaan, sehingga meningkatkan pencapaian berat dan efisiensi konversi makanan.

    Pemanfaatan Xilanase untuk Makanan dan Minuman

    Xilanase dapat juga digunakan untuk menjernihkan juice, ekstraksi kopi, minyak nabati, dan pati (Wongdan Saddler, 1993). Kombinasi dengan selulase dan pektinase dapat untuk penjernihan juice dan likuifikasi buah dan sayuran (Beg et al.,2001).

    Efisiensi xilanase dalam perbaikan kualitas roti yang telah dilakukan, yaitu xilanase yang berasal dari Aspergillus niger var awamori yang ditambahkan ke dalam adonan roti menghasilkan kenaikan volume spesifik roti dan untuk lebih meningkatkan kualitas roti maka perlu dilakukan kombinasi penambahan amilase dan xilanase (Maatet al., 1992).

    Sekalipun potensi penggunaan enzim xilanase cukup beragam tetapi untuk memproduksi juga masih menghadapi beberapa kendala, antara lain tidak tersedianya strain mikroorganisme unggul dan kurangnya pengetahuan tentang teknologiproduksi enzim. Di lain pihak, pakar dari negara maju mengakui bahwa negara yang kaya akan keanekaragaman hayati, termasuk Indonesia, merupakan sumber mikroorganisme maupun tanaman yang potensial untuk bioproses (Fox, 1994).

    Melihat potensi bahan limbah berlignoselulosa yang melimpah, serta kekayaan sumber keanekaragaman hayati mikroorganisme di Indonesia, maka perlu dilakukan inovasi ke arah industri enzim. Xilanase yang sangat beragam penggunaannya dapat diproduksi sendiri di Indonesia seandainya memiliki strain mikroorganisme unggul penghasil xilanase dan menguasai teknologi produksinya.

    Ekstraksi secara mekanis memiliki keuntungan dalam pengambilan sari buah dari daging buahnya karena caranya yang sederhana, biaya murah, tekanan dapat disesuaikan dengan jenis bahan, dan alat pengempa dapat untuk bermacam-macam bahan.

    IV. Enzim Pada Proses Penjernihan Sari Buah dengan Enzum Pektinase

    Pada proses produksi sari buah, metode pengambilan sari buah dari buah asalnya biasa menggunakan metode ekstraksi. Buah yang diekstrak akan menghasilkan saribuah. Sari buah yang diperoleh biasanya masih mengandung partikel padat. Sehingga perlu dihilangkan agar mendapatkan sari buah yang jernih. Penghilangan dapat dilakukan dengan penyaringan. Pemisahan dengan didiamkan beberapa waktu akan terjadi pengendapan padat karena adanya gaya gravitasi partikel padat, kemudian dapat diambil bagian jernihnya. Proses penjernihan yang lebih efisien dapat dilakukan dengan menggunakan bantuan enzim, yaitu enzim pektinase.

    Enzyme treatment

    Perlakuan pemberian enzim dapat membantu proses penjernihan sari buah. Enzim yang digunakan adalah pektinase, yaitu enzim yang memecah pektin, suatu substrat polisakarida yang ditemukan di dinding sel tumbuhan. Salah satu pektinase yang banyak digunakan secara komersial adalah poligalakturonase. Hal ini dikarenakan petin merupakan suatu matriks mirip jelly yang merekatkan sel-sel tumbuhan dan merekatkan antar dinding sel tumbuhan, seperti serbut selulosa. Oleh karenanya, enzim ini berperan dalam proses yang melibatkan degradasi bahan yang berasal dari tumbuhan, seperti mempercepat ektraksi jus dari buah-buahan.

    Pektinase biasanya merupakan campuran dari beberapa enzim, seperti selulase, yang digunakan secara luas dalam industri jus untuk membantu ekstraksi, menjernihkan, dan memodifikasi jus. Selain itu, enzim yang termasuk dalam kelompok pektinase adalah poligalakturonase, pektin metil esterase, dan pektin lyase.

    Penambahan enzim pectin membantu penjernihan dalam 2 cara: (1) enzim pektin menyebabkan koagulasi dan sedimentasi bahan-bahan tersuspensi dan kandungan koloid yang terdapat dalam jus, dan (2) penambahan enzim memperkecil viskositas jus dan sebagai akibatnya mempermudah dan mempercepat filtrasi.

    V. Enzim Lipase untuk Produk Bakery

    Enzim lipase merupakan salah satu enzim yang memiliki sisi aktif sehingga dapat menghidrolisis triasilgliserol menjadi asam lemak dan gliserol. Enzim lipase dapat digunakan untuk menghasilkan emulsifier, surfaktant, mentega, coklat tiruan, protease untuk membantu pengempukan daging, mencegah kekeruhan bir, naringinase untuk menghilangkan rasa pahit pada juice jeruk, glukosa oksidase untuk mencegah reaksi pencoklatan pada produk tepung telur dan lain-lain.

    Sumber-sumber enzim lipase antara lain : bakteri (S. aureus), kapang (Aspergillus niger, Rhizopus arrhizus), tanaman yang menghasilkan trigliserida (kacang-kacangan), pancreas, susu.

    Aplikasi enzim lipase untuk sintesis senyawa organik semakin banyak dikembangkan, terutama karena reaksi menggunakan enzim lipase bersifat regioselektif dan enansioselektif. Aktifitas katalitik dan selektivitas enzim, tergantung dari struktur substrat, kondisi reaksi, jenis pelarut, dan penggunaan air dalam media.Contohnya biosintesis senyawa pentanol, hexanol & benzyl alkohol ester, serta biosintesis senyawa terpene ester menggunakan enzim lipase yang berasal dari Candida antartica dan Mucor miehei.

    DAFTAR PUSTAKA

    Budiman , Albar & Setyawan ,Sigit . Pengaruh Konsentrasi Substrat, Lama Inkubasi Dan

    Ph Dalam Proses Isolasi Enzim Xylanase Dengan Menggunakan Media Jerami

    Padi . Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro :

    http://www.foodreview.biz/login/index.php

    http://sudarmantosastro.wordpress.com
    http://aguskrisnoblog.wordpress.com/2011/01/13/rekayasa-genetika-mikroorganisme-penghasil-enzim-lipase
  • Makalah Suku Bunga

    Suku Bunga

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Semakin banyaknya jasa keuangan perbankan di negara Indonesia, seharusnya diimbangi dengan pengetahuan tentang suku bunga. Namun banyak orang yang kurang paham mengenai tingkat dan perilaku suku bunga, bahkan pengertian dari bunga dan suku bungapun ada yang belum tahu sama sekali. Di sini saya mencoba memaparkan beberapa penjelasan tentang tingkat dan perilaku suku bunga.

    Bunga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar oleh bank dan atau nasabah sebagai balas jasa atas transaksi antara bank dan nasabah. Suku bunga merupakan salah satu variabel dalam perekonomian yang senantiasa diamati secara cermat karena dampaknya yang luas. Ia mempengaruhi secara langsung kehidupan masyarakat keseharian dan mempunyai dampak penting terhadap kesehatan perekonomian suatu negara.

    B. Rumusan Masalah

    1. Apa pengertian dari suku bunga?
    2. Apa saja teori-teori suku bunga?
    3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat suku bunga?
    4. Bagaimana peran suku bunga dalam perekonomian?

    Bab II. Pembahasan

    A. Pengertian Suku Bunga

    Suku bunga adalah harga yang dibayar “peminjam” (debitur) kepada “pihak yang meminjamkan” (kreditur) untuk pemakaian sumber daya secara interval waktu tertentu. Jumlah peminjaman yang diberikan disebut principal, dan harga yang dibayar biasanya diekspresikan sebagai presentase dari principal per unit waktu (umumnya, setahun).

    Suku bunga yang menyediakan jangkar bagi suku bunga- suku bunga yang lain, yaitu suku bunga riil jangka pendek yang bebas risiko. Yang dimaksud dengan suku bunga riil adalah suku bunga yang akan berlakau dalam perekonomian jika harga rata- rata barang dan jasa diperkirakan tetap kostan selama usia peminjaman. Yang dimaksuddenagn suku bunga bebas risiko adalah suku bunga pinjaman dimana peminjamnya tidaka akan gagal memenuhi kewajiban aapun. Yang dimaksud jangka pendek adalah suku bunga dari pinjaman yang akan jatuh tempo dalam setahun. Semua suku bunga yang lain berbeda dengan suku bunga yang ini sesuai aspek- aspek tertentu dari pinjaman, seperti jangka waktu jatuh tempo atau default risk-nya, atau karena adanya inflasi.

    I. Fungsi Suku Bunga

    Adapun fungsi suku bunga menurut Sunariyah (2004:81) adalah :

    1. Sebagai daya tarik bagi para penabung yang mempunyai dana lebih untukdiinvestasikan.
    2. Suku bunga dapat digunakan sebagai alat moneter dalam rangka mengendalikan penawaran dan permintaan uang yang beredar dalam suatu perekonomian. Misalnya, pemerintah mendukung pertumbuhan suatu sektor industri tertentu apabila perusahaan-perusahaan dari industri tersebut akan meminjam dana. Maka pemerintah memberi tingkat bunga yang lebih rendah dibandingkan sektor lain.
    3. Pemerintah dapat memanfaatkan suku bunga untuk mengontrol jumlah uang beredar. Ini berarti, pemerintah dapat mengatur sirkulasi uang dalam suatu perekonomian.

    B. Teori Suku Bunga

    I. Teori Suku Bunga Klasik

    Kaum di era klasik mengungkapkan bahwa suku bunga itu menentukan besarnya tabungan maupun investasi yang akan dilakukan dalam perekonomian yang menyebabkan tabungan yang tercipta pada penggunaan tenaga kerja penuh akan selalu sama yang dilakukan oleh pengusaha. Terlepas dari teori ekonomi mikro, teori klasik menjelaskan bahwa tingkat bunga merupakan nilai balas jasa dari modal. Dalam teori klasik, stok barang modal dicampuradukkan dengan uang dan keduanya dianggap mempunyai hubungan subtitusif. Semakin langka modal, semakin tinggi suku bunga. Sebaliknya, semakin banyak modal semakin rendah tingkat suku bunga(Nasution dalam Badriah Sappewali, 2001).

    Investasi juga merupakan fungsi dari suku bunga. Makin tinggi suku bunga, keinginan masyarakat untuk melakukan investasi juga semakin kecil. Alasannya, seorang pengusaha akan menambah pengeluaran investasinya apabila keuntungan yang diharapkan dari investasi lebih besar dari suku bunga yang harus dibayar untuk dana investasi tersebut merupakan ongkos untuk penggunaan dana (Cost of Capital). Makin rendah suku bunga, maka pengusaha akan lebih terdorong untuk melakukan investasi, sebab biaya penggunaan dana juga makin kecil.

    Keseimbangan tingkat bunga berada pada titik i0 dimana jumlah tabungan sama dengan jumlah investasi. Apabila tingkat bunga berada diatas i0, berarti jumlah tabungan melebihi keinginan pengusaha untuk melakukan investasi. Para pemilik dana akan bersaing untuk meminjamkan dananya dan persaingan ini akan menekan tingkat bunga turun kembali ke posisi i0. sebaliknya, bila tingkat bunga rendah berada di bawah i0, maka para pengusaha akan bersaing untuk mendapatkan dana yang relatif lebih besar jumlahnya.

    Persaingan ini akan mendorong tingkat bunga naik lagi ke i0, misalnya terjadi kenaikan efisiensi produksi, maka akan mengakibatkan keuntungan yang diharapkan meningkat sehingga pada tingkat bunga yang sama para pengusaha bersedia membayar dana yang lebih besar untuk membiayai investasi, atau untuk dana investasiyang sama jumlahnya, para pengusaha bersedia membayar tingkat bunga yang lebih tinggi. Keadaan ini ditunjukkan dengan bergesernya kurva permintaan investasi ke kanan atas, sehingga keseimbangan tingkat bunga yang baru adalah pada titik i1 (Nopirin, 1993).

    II. Teori Suku Bunga Keynes

    Pandangan berbeda diberikan oleh Keynes. Menurutnya, tingkat bunga itu merupakan suatu fenomena moneter. Artinya, tingkat bunga ditentukan oleh penawaran dan permintaan uang (ditentukan dalam pasar uang). Uang akan mempengaruhi kegiatan ekonomi (GNP), sepanjang uang ini mempengaruhi tingkat bunga. Perubahan tingkat bunga selanjutnya akan memengaruhi keinginan untuk mengadakan investasi dengan demikian akan mempengaruhi GNP (Nopirin, 1992).

    Keynes mengasumsikan bahwa perekonomian belum mencapai full employment. Oleh karena itu, produksi masih dapat ditingkatkan tanpa mengubah tingkat upah maupun tingkat harga. Dengan menurunkan tingkat bunga, investasi dapat dirangsang untuk meningkatkan produk nasional. Dengan demikian setidaknya untuk jangka pendek, kebijaksanaan moneter dalam teori keynes berperan untuk meningkatkan produk nasional.

    Pertama, Keynes menyatakan bahwa masyarakat mempunyai keyakinan bahwa ada suatu tingkat bunga yang normal. Jika memegang surat berharga pada waktu tingkat bunga naik (harga turun) mereka akan menderita kerugian. Mereka akan menghindari kerugian ini dengan cara mengurangi surat berharga yang dipegangnya dan dengan sendirinya menambah uang yang dipegang.

    Kedua, sehubungan dengan biaya memegang uang kas. Makin tinggi tingkat bunga, makin besar pula biaya memegang uang kas, sehingga keinginan memegang uang kas juga semakin rendah sehingga permintaan akan uang kas naik. Dari kedua penjelasan diatas, dijelaskan adanya hubungan negatif antara tingkat bunga dengan permintaan akan uang tunai. Permintaan uang ini akan menetukan tingkat bunga. Tingkat bunga berada dalam keseimbangan apabila jumlah uang kas yang diminta sama dengan penawarannya (Nopirin, 1993).

    III. Teori Suku Bunga Hicks

    Hicks mengemukakan teorinya bahwa tingkat bunga berada dalam keseimbangan pada suatu perekonomian bila tingkat bunga ini memenuhi keseimbangan sektor moneter dan sektor rill. Pandangan ini merupakan gabungan dari pendapat klasik dan keynesian, dimana madzhab klasik mengatakan bahwa bunga timbul karena uang adalah produktif artinya bahwa bila seseorang memiliki dana maka mereka dapat menambah alat produksinya agar keuntungan yang diperoleh meningkat. Jadi uang dapat meningkatkan produktivitas sehingga orang ingin membayar bunga. Sedangkan menurut keneysian bahwa uang bisa produktif dengan metode spekulasi di pasar uang dengan kemungkinan memperoleh keuntungan, dan keuntungan inilah sehingga orang ingin membayar bunga.

    IV. Teori Yang Lain

    Menurut Karl dan Fair (2001:635) suku bunga adalah pembayaran bunga tahunan dari suatu pinjaman, dalam bentuk persentase dari pinjaman yang diperoleh dari jumlah bunga yang diterima tiap tahun dibagi dengan jumlah pinjaman.

    Pengertian suku bunga menurut Sunariyah (2004:80) adalah harga dari pinjaman. Suku bunga dinyatakan sebagai persentase uang pokok per unit waktu. Bunga merupakan suatu ukuran harga sumber daya yang digunakan oleh debitur yang harus dibayarkan kepada kreditur.

    Menurut Lipsey, Ragan, dan Courant (1997 : 471) suku bunga adalah harga yang dibayarkan untuk satuan mata uang yang dipinjam pada periode waktu tertentu. Menurut Lipsey, Ragan, dan Courant (1997 : 99-100) suku bunga dapat dibedakan menjadi dua yaitu suku bunga nominal dan suku bunga riil. Dimana suku bunga nominal adalah rasio antara jumlah uang yang dibayarkan kembali dengan jumlah uang yang dipinjam. Sedang suku bunga riil lebih menekankan pada rasio daya beli uang yang dibayarkan kembali terhadap daya beli uang yang dipinjam. Suku bunga riil adalah selisih antara suku bunga nominal dengan laju inflasi. Menurut Samuelson dan Nordhaus (1998) suku bunga adalah pembayaran yang dilakukan atas penggunaan sejumlah uang.

    Menurut Prasetiantono (2000) mengenai suku bunga adalah : jika suku bunga tinggi, otomatis orang akan lebih suka menyimpan dananya di bank karena ia dapat mengharapkan pengembalian yang menguntungkan. Dan pada posisi ini, permintaan masyarakat untuk memegang uang tunai menjadi lebih rendah karena mereka sibuk mengalokasikannya ke dalam bentuk portfolio perbankan (deposito dan tabungan). Seiring dengan berkurangnya jumlah uang beredar, gairah belanja pun menurun. Selanjutnya harga barang dan jasa umum akan cenderung stagnan, atau tidak terjadi dorongan inflasi. Sebaliknya jika suku bunga rendah, masyarakat cenderung tidak tertarik lagi untuk menyimpan uangnya di bank.

    C. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Suku Bunga

    Faktor –faktor yang memengaruhi besar kecilnya penetapan suku bunga (pinjaman dan simapanan) adalah sebagai berikut.

    1.      Kebutuhan dana

    Apabila bank kekurangan dana sementara pemohonan pinjaman meningkat, maka yang dilakukan oleh bank agar dana tersebut cepat terpenuhi dengan meningkat kan suku bunga simpanan. Peningkatan bunga simpanan secara atomatis akan meninkat pula  bunga pinjaman.

    2.        Persaingan

    Dalam memperebutkan dana simpanan, maka disamping faktor promosi, yang paling utama pihak perbankan harus memerhatikan pesaing. Dalam arti jika untuk bunga simpanan rata-rata 16%, maka jika hendak membutuhkan dana cepat sebaiknya bunga simpanan kita naikkan diatas bunga pesaing misalnya 16%. Namun sebliknya untuk bunga pinjaman kita harus berada dibawa bunga pesaing.

    3.      Kebijakan pemerintah

    Baik bunga simpanan maupun bunga pinjaman kita tidak boleh melebihi bunga yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.

    4.      Harga laba yang di inginkan

    Sesuai dengan target yang diinginkan, jika laba yang diinginkan besar, maka bunga ikut besar dan sebaliknya.

    5.      Jangka waktu

    Semakin panjang jangka waktu pinjaman, akan semakin tinggi bunganya, hal ini disebabkan besar kemungkinan resiko dimasa akan datang.

    6.      Kualitas jaminan

    Semakin likuid jaminan yang diberikan, semakin rendah bunga kredit yang dibebankan dan sebaliknya.

    7.        Reputasi perusahaan

    Bonafiditas suatu perusahaan yang akan memperoleh kredit sangat menentukan tingkat suku bunga yang akan dibebankan nantinya, karena biasanya perusahaan yang bonafid kemungknan risik macet  kredit dimasa mendatang relatif kecil dan sebaliknya.

    8.        Produk yang kompetitif

    Produk yang dibiayai tersebut laku dipasaran.      

    9.        Hubungan baik.

    Biasanya bank menggolongkan nasabahnya antara nasabah utama (primer) dan nasabah biasa (sekunder). Penggolongan ini didasarkan keaktifan dan loyaritas nasabah yang bersangkutan dengan pihak bank. Nasabah utama biasanya mempunya hubungan yang baik denga pihak bank sehingga dalam penentuan suku bunganya pun berbeda dengan nasabah biasa.

    10.           Jaminan pihak ketiga

    Dalam hal ini pihak yang memberikan jaminan kepada penerima kredit.biasanya jika pihak yang memberikan jaminan bonafid, baik dari segi kemampuan membayar , nama baik maupun loyaritasnya terhadap bank, maka bunga yang dibebankanpun berbeda.

    D. Peran Suku Bunga dalam Perekonomian

    Tingkat bunga menentukan jenis-jenis investasi yang akan memberi keuntungan kepada para pengusaha. Para pengusaha akan melaksanakan investasi yang mereka rencanakan hanya apabila tingkat pengembalian modal yang mereka peroleh melebihi tingkat bunga. Dengan demikian besarnya investasi dalam suatu jangka waktu tertentu adalah sama dengan nilai dari seluruh investasi yang tingkat pengembalian modalnya adalah lebih besar atau sama dengan tingkat bunga.

    Apabila tingkat bunga menjadi lebih rendah, lebih banyak usaha yang mempunyai tingkat pengembalian modal yang lebih tinggi daripada tingkat suku bunga. Semakin rendah tingkat bunga yang harus dibayar para pengusaha, semakin banyak usaha yang dapat dilakukan para pengusaha. Semakin rendah tingkat bunga semakin banyak investasi yang dilakukan para pengusaha (Sukirno, 1998).

    Bab III. Penutup

    A. Simpulan

    Suku bunga adalah pendapatan (bagi kreditor) atau beban bagi (debitor) yang diterima atau dibayarkan oleh kreidtor atau debitor .

    Teori suku bunga ada tiga, diantaranya:

    1.      Teori suku bunga klasik

    Teori klasik menjelaskan bahwa tingkat bunga merupakan nilai balas jasa dari modal.

    2.      Teori suku bunga Keynes

    Menurutnya, tingkat bunga itu merupakan suatu fenomena moneter. Artinya, tingkat bunga ditentukan oleh penawaran dan permintaan uang (ditentukan dalam pasar uang).

    3.      Teori suku bunga hicks

    Hicks mengemukakan teorinya bahwa tingkat bunga berada dalam keseimbangan pada suatu perekonomian bila tingkat bunga ini memenuhi keseimbangan sektor moneter dan sektor rill.

    Faktor- faktor yang mempengaruhi suku bunga antara lain : kebutuhan dana, persaingan, kebijakan pemerintah, harga laba yang diinginkankan, jangka waktu, kualitas jaminan, reputasi perusahaan, produk yang kompetitif, hubungan baik dan jaminan pihak ketiga.

    Tingkat bunga menentukan jenis-jenis investasi yang akan memberi keuntungan kepada para pengusaha. Para pengusaha akan melaksanakan investasi yang mereka rencanakan hanya apabila tingkat pengembalian modal yang mereka peroleh melebihi tingkat bunga.

    DAFTAR PUSTAKA

    Paul A Samuelson dan William D. Nordhaus, 1986, Ekonomi Jilid Kedua, Jakarta: Erlangga

    Frank J. Fabozzi, Franco Modigliani dan Michael G. Febri, 1999, Pasar dan Lembaga Keuangan, Jakarta: Salemba Empat

    Karhi Nishar dan Winard, 1997, Ilmu Ekonomi, Bandung: CV Mandar Maju

    Sadono Sukirno, 2000, Makroekonomi Modern, Jakarta: PT Raja Grafindo

  • Makalah Tanaman Herbal

    Tanaman Herbal

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Indonesia adalah Negara kepulauan terbesar didunia, Negara yang memiliki begitu banyak keanekaragaman baik habitat, maupun flora dan fauna yang dimilikinya. Keanekaragaman ini pula membuat Indonesia memiliki banyak keanekaragaman hayati termasuk juga keanekaragaman tanaman obat tradisional atau lebih sering dikenal dengan tanaman herbal.

    Pengobatan tradisional dan obat tradisional telah menyatu dengan masyarakat, digunakan dalam mengatasi berbagai masalah kesehatan baik di desa maupun di kota-kota besar. Kemampuan masyarakat untuk mengobati sendiri, mengenai gejala penyakit dan memelihara kesehatan. Untuk ini pelayanan kesehatan tradisional merupakan potensi besar karena dekat dengan masyarakat, mudah diperoleh dan relatif lebih murah daripada obat modern.

    Pada masyarakat modern ini, masyarakat belum begitu tahu tentang manfaat apa saja yang dapat kita peroleh dari tanaman herbal untuk kesehatan, itu dikarenakan masyarakat lebih mengenal obat – obatan dari bahan kimia, baik karena anjuran dari resep dokter yang lebih sering memberikan resep untuk membeli obat – obatan kimia di apotek atau pun karena mudah didapatkan di toko atau warung terdekat, sehingga membuat masyarakat kurang mengetahui kelebihan tersendiri yang dimiliki tanaman herbal ketimbang obat – obatan kimia yang biasa mereka konsumsi, bahkan terkadang masyarakat saat membeli obat tidak begitu tahu kandungan obat yang diresepkan oleh dokter.

    Contoh nyata penggunaan tanaman herbal dalam zaman moderen ini seperti Jeruk Nipis yang mampu mengobati penyakit demam, dan batuk dengan kandungan fellandren dan sitral digunakan dalam obat batuk Komix Jeruk Nipis, Daun Jambu biji mengobati penyakit diare dengan kandungan komponen flavonoid seperti tanin sehingga digunakan dalam komposisi obat Diapet. Itu adalah beberapa contoh tanaman herbal yang digunakan untuk beberapa penyakit ringan namun sering terjangkit di dalam masyarakat sehingga menjadikan obat herbal tersebut sangat bermanfaat selain karena faktor mudah didapatkan di alam, harganya cendrung lebih terjangkau, dan tidak memiliki efek samping seperti halnya yang diakibatkan oleh obat – obatan kimia. Mungkin kalau orang – orang yang memiliki uang yang cukup mereka dapat memperoleh pengobatan herbal misalnya pengobatan herbal ala china oleh tabib yang menanganinya atau mencari obat herbal diapotek, Di sisi lain ada  masyarakat yang tidak berkecukupan dan mereka memilih untuk menggunakan sebagai pengobatan karena mudah didapatkan di alam dan murah. Tetapi sebagian besar masyarakat dalam meracik tanaman herbal sebagai obat, mereka hanya didasarkan  kata orang lain ataupun pengalaman sendiri, tanpa mengetahui kandungannya bahkan tanaman herbal yang mereka ketahuipun masih terbatas, contoh yang paling terkenal seperti jeruk nipis, daun jambu biji, kunyit, temulawak dan sebagainya, sehingga masyarakat begitu menginginkan info yang cukup tentang tanaman apa saja yang dapat digunakan sebagai obat.

    B. Rumusan Masalah

    1. Apakah ada pengaruh tanaman herbal bagi kesehatan ?
    2. Apa sajakah kelebihan Tanaman herbal ketimbang obat-obatan dari bahan Kimia untuk kesehatan?
    3. Tanaman herbal apa sajakah yang dapat kita gunakan sebagai obat ?        

    C. Tujuan

    Sesuai dengan dengan masalah diatas, tujuan penelitian ini adalah :

    1. Memberikan penjelasan tentang kelebihan obat herbal dari pada obat kimia.
    2. Menjelaskan kepada kita lebih menghargai obat-obatan herbal.

    D. Manfaat

    1. Memberikan wawasan tentang manfaat tanaman herbal yang dapat di gunakan manusia untuk menyebuhkan penyakit.
    2. Membuat kita lebih mengoptimalkan potensi negri ini seperti tanaman obat, baik dalam pemanfaatannya maupun kelestariannya.

    Bab II. Pembahasan

    Pengobatan secara tradisional tertua yang tercatat dalam sejarah yaitu pada Bangsa Yunani kuno juga banyak menyimpan catatan mengenai penggunaan tanaman obat yaitu Hyppocrates ( tahun 466 sebelum masehi ) membuat himpunan keterangan terinci mengenai ribuan tanaman obat dalam De Materia Medica. Orang- orang Yunani kuno juga telah melakukan pengobatan herbal. Zaman Mesir kuno ( tahun 2500 sebelum masehi ) yang ditulis dalam Papyrus Ehers meyebutkan Sejumlah besar resep penggunaan produk tanaman untuk pengobatan berbagai penyakit, gejala-gejala penyakit dan diagnosanya, Pada saat itu, para pendeta Mesir kuno telah melakukan dan mempraktekkan pengobatan Herbal. Dalam kepercayaan agama Islam tentang pengobatan, telah disabdakan oleh Rasullullah SAW “Setiap kali Allah menurunkan penyakit, pasti Allah menurunkan (pula) obatnya.” (HR. Bukhari-Muslim).

    SKN (Sistem Kesehatan Nasional) juga menyatakan bahwa pengobatan tradisional yang terbukti berhasil guna dan berdayaguna terus dilakukan pembinaan dan bimbingan serta dimanfaatkan untuk pelayanan kesehatan masyarakat. UU kesehatan No. 23 Tahun 1992 pasal 47 menyatakan pengobatan tradisional yang mencakup cara, obat dan pengobatan atau perawatan cara lainnya dapat dipertanggung jawabkan maknanya. Sumber pengobatan di dunia mencakup tiga sektor yang saling terkait, (Young, 1980) Sumber pengobatan di dunia mencakup tiga sektor, yaitu pengobatan rumah tangga/ pengobatan sendiri menggunakan obat, obat tradisional, atau cara tradisional, pengobatan medis yang dilakukan oleh oleh perawat, dokter, puskesmas, atau rumah sakit, serta pengobat tradisional. Dalam pemilihan sumber pengobatan di susunlah suatu criteria tentang sumber pengobatan tersebut. (Young, 1980), Kriteria yang digunakan untuk memilih sumber pengobatan adalah pengetahuan tentang sakit dan pengobatannya, keyakinan terhadap obat/ pengobatan, keparahan sakit, dan keterjangkauan biaya dan jarak. Dari empat kriteria tersebut, keparahan sakit menduduki tempat yang dominan. Sebagaimana diketahui bahwa pola penyakit di Indonesia (bahkan di dunia) telah mengalami pergeseran dari penyakit infeksi (yang terjadi sekitar tahun 1970 ke bawah) ke penyakit-penyakit metabolik degeneratif (sesudah tahun 1970 hingga sekarang).

    Hal ini seiring dengan laju perkembangan tingkat ekonomi dan peradaban manusia yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu dan teknologi dengan berbagai penemuan baru yang bermanfaat dalam pengobatan dan peningkatan kesejahteraan umat manusia. Dalam data statistik tentang kematian akibat efek samping obat-obatan yang diperoleh, Isa (2009:1) mengatakan, Untuk mengatasi penyakit mereka mengutamakan cepat sembuh walaupun cuma sesaat. Pola hidup ini harus di bayar mahal. Di Amerika saja, efek samping obat – obatan bertanggung jawab atas kematian 100.000 pasien setiap hari.

    Menurut WHO, negara negara di Afrika, Asia dan Amerika Latin menggunakan obat herbal sebagai pelengkap pengobatan primer yang mereka terima. Bahkan di Afrika, sebanyak 80% dari populasi menggunakan obat herbal untuk pengobatan primer (WHO, 2003). Faktor pendorong terjadinya peningkatan penggunaan obat herbal di negara maju adalah usia harapan hidup yang lebih panjang pada saat prevalensi penyakit kronik meningkat, adanya kegagalan penggunaan obat modern untuk penyakit tertentu di antaranya kanker serta semakin luas akses informasi mengenai obat herbal di seluruh dunia (Sukandar EY,2006).

    WHO merekomendasi penggunaan obat tradisional termasuk herbal dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat, pencegahan dan pengobatan penyakit, terutama untuk penyakit kronis, penyakit degeneratif dan kanker. WHO juga mendukung upaya- upaya dalam peningkatan keamanan dan khasiat dari obat tradisional (WHO, 2003). Penggunaan obat tradisional secara umum dinilai lebih aman dari pada penggunaan obat modern. Hal ini disebabkan karena obat tradisional memiliki efek samping yangrelatif lebih sedikit dari pada obat modern.

    A. Tanaman herbal bagi kesehatan

    Ada masyarakat yang berpendapat kalau reaksi obat kimia lebih cepat dibanding obat dari tanaman herbal, padahal reaksi yang lama dalam pengobatan hal tersebut sangatlah wajar karena obat bukanlah cabai yang saat dimakan makan rasa pedasnya akan dirasakan saat itu juga sehingga ada beberapa orang yang bertanya adakah Pengaruh tanaman herbal bagi kesehatan.

    Berikut ini adalah kasus yang terjadi sekitar tahun 1985, terdapat banyak pasien di salah satu rumah sakit di Jawa Tengah yang sebelumnya mengkonsumsi daun keji beling. Pada pemeriksaan laboratorium dalam urine-nya ditemukan adanya sel-sel darah merah (dalam jumlah) melebihi normal. Hal ini sangat dimungkinkan karena daun keji beling merupakan diuretik kuat sehingga dapat menimbulkan iritasi pada saluran kemih. Akan lebih tepat bagi mereka jika menggunakan daun kumis kucing (Ortosiphon stamineus) yang efek diuretiknya lebih ringan dan dikombinasi dengan daun tempuyung (Sonchus arvensis) yang tidak mempunyai efek diuretik kuat tetapi dapat melarutkan batu ginjal berkalsium.

    Pada periode sebelum tahun 1970-an banyak terjangkit penyakit infeksi yang memerlukan penanggulangan secara cepat dengan mengunakan antibiotika (obat modern). Pada saat itu jika hanya mengunakan Obat herbal atau Jamu yang efeknya lambat, tentu kurang bermakna dan pengobatannya tidak efektif. Sebaliknya pada periode berikutnya hinga sekarang sudah cukup banyak ditemukan turunan antibiotika baru yang potensinnya lebih tinggi sehingga mampu membasmi berbagai penyebab penyakit infeksi.

    Akan tetapi timbul penyakit baru yang bukan disebabkan oleh jasad renik, melainkan oleh gangguan metabolisme tubuh akibat konsumsi berbagai jenis makanan yang tidak terkendali serta gangguan faal tubuh sejalan dengan proses degenerasi. Penyakit ini dikenal dengan sebutan penyakit metabolik dan degeneratif. Yang termasuk penyakit metabolik antara lain : diabetes, hiperlipidemia, asam urat, batu ginjal dan hepatitis; sedangkan penyakit degeneratif diantaranya : rematik, asma, ulser, haemorrhoid dan pikun. Untuk menanggulangi penyakit tersebut diperlukan pemakain obat dalam waktu lama sehinga jika mengunakan obat modern dikawatirkan adanya efek samping yang terakumulasi dan dapat merugikan kesehatan. Oleh karena itu lebih sesuai bila menggunakan obat alam/OT, walaupun penggunaanya dalam waktu lama tetapi efek samping yang ditimbulkan relatif kecil sehingga dianggap lebih aman.

    Dari dua kasus yang terjadi diatas dapat disimpulkan

    Dari dua kasus yang terjadi diatas dapat disimpulkan bahwa tanaman herbal berpengaruh terhadap kesehatan manusia, meskipun telah ditemukan antibiotik terbaru yang efektif untuk meyembuhkan penyakit. Namun peran tanaman herbal yang sedikit memiliki efek samping bagi tubuh sulit digantikan.

    B. Kelebihan Obat Herbal dalam Penyembuhan Penyakit

    1. Tidak Menimbulkan Efek Samping

    Obat herbal benar-benar merupakan produk alami yang telah tersedia di alam. Pengolahan obat ini pun dilakukan secara alami, bahkan tradisional, tanpa pencampuran bahan kimia atau sintetis. Oleh sebab itulah, dapat dipastikan bahwa obat-obatan herbal sama sekali tidak memiliki efek samping sehingga sangat aman digunakan.

    2. Bebas Racun

    Obat-obatan kimia atau obat farmasi merupakan racun sehingga tidak boleh dikonsumsi secara sembarang. Namun, ada yang berbeda dari obat herbal. Yaitu, bebas racun. Dengan demikian, obat herbal sangat aman dikonsumsi oleh siapa pun. Bahkan, obat herbal dapat dijadikan sebagai peluruh racun di dalam tubuh atau detoksifikasi.

    3. Menghilangkan Akar Penyakit

    Umumnya, obat-obatan kimia hanya bekerja untuk menyembuhkan gejala penyakit. Namun, tidak demikian dengan obat-obatan herbal. Selain menyembuhkan gejala penyakitnya, obat-obatan herbal bekerja hingga menghilangkan akar penyakitnya.

    Cara kerja yang berbeda ini disebabkan efek obat herbal yang bersifat menyeluruh (holistik). Akhirnya, pengobatan tidak hanya terfokus pada penghilangan penyakit, tetapi juga pada peningkatan sistem kekebalan tubuh sebagai cara untuk melawan penyakit

    4. Mengandung Banyak Khasiat

    Misalnya, jintan hitam atau yang lebih terkenal dengan sebutan habbatussauda yang dapat menyembuhkan asam urat, migren, diabetes, hepatitis, bahkan kanker. Contoh lain, bawang putih yang bersifat antivirus serta mampu menguatkan jantung dan menurunkan kolesterol.

    C. Jenis tanaman herbal, Kandungan dan Manfaatnya

    Berikut ini kandungan dalam beberapa tanaman herbal yang sering di manfaatkan didalam tanaman herbal :

    NoNama TumbuhanNama Ilmiah TumbuhanBagian yang digunakanCara pengelolahanManfaat
    1JaheZingiber officinale RoscUmbi atau RimpangDirebus dan ditumbukMenghangatkan Badan
    2.Kencur Kaempferia galanga L.Umbi atau RimpangDirebusObat Batuk, sakit kepala, melancarkan dahak
    3.Kunyit Curcuma domestica ValUmbi atau RimpangDitumbuk atau direbusMengobati diare dan masuk angin
    4.Lengkuas Languas galangal L. StunztUmbi atau RimpangDitumbukMenghilangkan panu dan bersifat anti bakteri.
    5.Temulawak Curcuma xanthorrhiza RoxbUmbi atau RimpangDirebusMengatasi sembelit dan memperkuat sekresi empedu
    6.Alang-alang Imperata Cylindrica BeavUmbi atau RimpangDitumbuk dan direbusMelancarkan air seni
    7.Mengkudu Morinda CitrifoliaBuahDijusMengobati penyakit radang usus, susah buang air kecil, batuk, amandel, dan lever.
    8.Jeruk nipis Citrus aurantifoliaBuahDijusMengobati penyakit demam, batuk kronis, kurang darah, menghilangkan bau badan.
    9Jintan Trachyspermum roxburghianumsynDaunDirebusMengobati batuk, mules, dan sariawan
    10.Pacar cina Aglaiae ordorota LourDaunDirebusMengobati penyakit gonorhoe 
    11Saga Abrus precatoriusDaunDirebusMengobati batuk dan sariawan
    12Sirih Chavica betle LDaunDirebus atau digosokMengobati batuk,antiseptika , dan obat kumur.

    Bab III. Penutup

    A. Kesimpulan

    Dari hasil penelitian yang telah saya lakukan dapat saya tarik kesimpulan :

    1. Tanaman obat adalah tanaman yang memiliki khasiat obat dan digunakan sebagai obat dalam penyembuhan maupun pencegahan penyakit.
    2. Bagian dari tumbuh tumbuhan yang paling sering dijadikan obat adalah daun. Namun akar juga terkadang digunakan dalam pembuatan obat tradisional.
    3. Cara pengolahan obat tradisional masih sederhana, yaitu sengan cara ditumbuk dan direbus 
    4. Dalam penggunaan tanaman obat tradisional tetap membutuhkan dosis yang tepat.
    5. Penggunaan tanaman obat tradisional harus mempunyai ketepatan waktu penggunaan. Artinya ketepatan waktu penggunaan obat tradisional menentukan tercapai atau tidaknya efek yang diharapkan.
    6. Dalam segi penyembuhan meskipun tanaman herbal umumnya lebih lambat dalam pengobatan penyakit dibanding penyembuhan menggunakan Obat – obatan kimia, namun pengobatan secara tradisional menggunakan tanaman herbal jauh lebih aman bagi tubuh dengan sangat sedikit efek samping yang ditimbulkannya, bebas racun, mudah di produksi, menghilangkan akar penyakit, mudah diperoleh, murah dan mempunyai banyak khasiat.

    DAFTAR PUSTAKA

    ‘Ibad, HM. Agus Ibnu, keterampilan khusus di bidang pengobatan dan perawatan kecantikan tradisional, salatiga, hasil karya putra nusantara, 1991

    AR, mb Rahimsyah, pengobatan  cara helbal dan pijat refleksi, lingkar media.

    Denia, Ariani, kotak obat tradisional dari peredaranwww.kompas.co.id, pekan baru, 2003

  • Makalah Analisis Peran Aktif Masyarakat Terhadap Pengelolaan Limbah

    Analisis Peran Aktif Masyarakat Terhadap Pengelolaan Limbah

    Bab I. Pendahuluan

    A. Pendahuluan

    Dalam kehidupan manusia didalam sebuah masyarakat tidak lepas dari kebutuhan akan sesuatu hal untuk menunjang kehidupan. Dalam memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut  banyak sekali produk-produk yang diciptakan untuk memenuhi hal tersebut. Dari produk-produk yang dihasilkan dapat benilai positif dan negative. Hal negative yang dapat dihasilkan adalah sisah dari produk-produk tersebut atau bisa disebut juga sebagai limbah.

    Dimana masyarakat bermukim, disanalah berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Limbah itu sendiri adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga). Untuk menguragi dampak negative dari limbah tersebut sekarang banyak sekali bemunculan idea atau gagasan yang dapat dilakukan dalam memanfaatkan limbah tersebut dengan tujuan untuk mengurangi dampak negative dari limbah.

    B. Rumusan masalah

    Berdasarkan penjelasan di atas disini akan dibahas tentang pemanfaatan limbah. Dan yang menjadi masalah disini adalah bagaimana limbah diolah dan peranan masyarakat terhapat pemanfaatan limbah tersebut.

    C.Tujuan

    1. Untuk mengetahui lebih jelas tentang limbah
    2. Untuk mengetahui cara memanfaatkan limbah 
    3. Dan untuk mengetahui peranan masyarakat dalam mengolah limbah tersebut.

    Bab II. Pembahasan

    A. Pengertian Limbah

    Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga). Dimana masyarakat bermukim, disanalah berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus (black water), dan ada air buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya (grey water).

    Limbah padat lebih dikenal sebagai sampah, yang seringkali tidak dikehendaki kehadirannya karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia Senyawa organik dan Senyawa anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah.

    B. Jenis Limbah

    Secara umum yang disebut limbah adalah bahan sisa yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan proses produksi, baik pada skala rumah tangga, industri, pertambangan, dan sebagainya. Bentuk limbah tersebut dapat berupa gas dan debu, cair atau padat. Di antara berbagai jenis limbah ini ada yang bersifat beracun atau berbahaya dan dikenal sebagai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Limbah B3).

    I. Limbah Beracun (Limbah B3)

    Suatu limbah digolongkan sebagai limbah B3 bila mengandung bahan berbahaya atau beracun yang sifat dan konsentrasinya, baik langsung maupun tidak langsung, dapat merusak atau mencemarkan lingkungan hidup atau membahayakan kesehatan manusia.Yang termasuk limbah B3 antara lain adalah bahan baku yang berbahaya dan beracun yang tidak digunakan lagi karena rusak, sisa kemasan, tumpahan, sisa proses, dan oli bekas kapal yang memerlukan penanganan dan pengolahan khusus. Bahan-bahan ini termasuk limbah B3 bila memiliki salah satu atau lebih karakteristik berikut: mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi, bersifat korosif, dan lain-lain, yang bila diuji dengan toksikologi dapat diketahui termasuk limbah B3.

    II. Limbah Organik

    Limbah organik adalah limbah yang dapat diuraikan secara sempurna oleh proses biologi baik aerob atau anaerob. Limbah organik mudah membusuk, seperti sisa makanan, sayuran, daun-daunan kering, potongan-potongan kayu, dan sebagainya. Limbah organik terdiri atas bahan-bahan yang besifat organik seperti dari kegiatan rumah tangga maupun kegiatan industri.

    Limbah ini juga bisa dengan mudah diuraikan melalui proses yang alami. Limbah ini mempunyai sifat kimia yang stabil sehingga zat tersebut akan mengendap kedalam tanah, dasar sungai, danau, serta laut dan selanjutnya akan mempengaruhi organisme yang hidup didalamnya.

    Limbah organik dapat mengalami pelapukan (dekomposisi) dan terurai menjadi bahan yang lebih kecil dan tidak berbau (sering disebut dengan kompos). Kompos merupakan hasil pelapukan bahan-bahan organik seperti daun-daunan, jerami, alang-alang, sampah, rumput, dan bahan lain yang sejenis yang proses pelapukannya dipercepat oleh bantuan manusia.

    Limbah organic dibagi menjadi dua, yaitu:

    –            Limbah organic basah

    Limbah ini memiliki kandungan air yang cukup tinggi. Contohnya kulit buah dan sisa sayuran.

    –            Limbah organic kering

    Limbah ini memiliki kandungan air yang relative sedikit. Contohnya kayu, ranting pohon, dedaunan kering, dan lain lain.

    III. Limbah Anorganik

    Limbah anorganik adalah limbah yang tidak bisa diuraikan oleh proses biologi. Limbah ini tidak dapat diuraikan oleh organisme detrivor atau dapat diuraikan tetapi dalam jangka waktu yang lama. Limbah ini tidak dapat membusuk, oleh karena itu dapat dijadikan sampah komersil atau sampah yang laku dijual untuk dijadikan produk lainnya.

    Limbah anorganik yang dapat di daur ulang, antara lain adalah plastik, logam, dan kaca. Namun, limbah yang dapat didaur ulang tersebut harus diolah terlebih dahulu dengan cara sanitary landfill, pembakaran (incineration), atau penghancuran (pulverisation).

    Akibat dari limbah seperti ini (plastik,styrofoam, dll) adalah menumpuk semakin banyak dan menjadi polutan pada tanah misalnya, selain menggangu pemandangan.

    C. Pemanfaatan Limbah  

    Limbah organic maupun limbah anorganik dapat kita daur ulang. Daur ulang merupakan upaya untuk mengolah barang atau benda yang sudah tidak dipakai agar dapat dipakai kembali.

    2.3.1  Limbah Organik  

    Limbah organik dapat dimanfaatkan baik secara langsung (contohnya untuk makanan ternak) maupun secara tidak langsung melalui proses daur ulang (contohnya pengomposan dan biogas). Contoh limbah organic yang dapat kita daur ulang yaitu sisa-sisa dedaunan dan kayu serut.

    Sisa-sisa dedaunan dapat kita proses menjadi pupuk kompos yang sangat bagus. Tetapi, untuk hasil yang maksimal diperlukan usaha yang maksimal pula. Jika kita dapat memprosesnya dengan baik, maka sisa dedaunan itu dapat kita gunakan sebagai pupuk organic yang ramah lingkungan dan kualitas bagus.

    2.3.2  Limbah Anorganik 

    Limbah anorganik dapat kita proses menjadi sebuah benda yang memiliki nilai seni atau nilai guna. Beberapa limbah anorganik yang dapat dimanfaatkan melalui proses daur ulang, misalnya plastik, gelas, logam, dan kertas.

    –          Limbah plastik

    Limbah plastik biasanya digunakan sebagai pembungkus barang. Plastik juga digunakan sebagai perabotan rumah tangga seperti ember, piring, gelas, dan lain sebagainya. Keunggulan barang-barang yang terbuat dari plastik yaitu tidak berkarat dan tahan lama.

    Banyaknya pemanfaatan plastik berdampak pada banyaknya sampah plastik. Padahal untuk hancur secara alami jika dikubur dalam tanah memerlukan waktu yang sangat lama. Cobalah kalian kubur sampah plastik selama beberapa bulan, kemudian gali lagi penutup tanahnya dapat dipastikan bahwa plastik tersebut akan tetap utuh.

    Karena itu, upaya yang dapat dilakukan adalah memanfaatkan limbah plastik untuk didaur ulang menjadi barang yang sama fungsinya dengan fungsi semula maupun digunakan untuk fungsi yang berbeda.

    Misalnya ember plastik bekas dapat didaur ulang dan hasil daur ulangnya setelah dihancurkan dapat berupa ember kembali atau dibuat produk lain seperti sendok plastik, tempat sampah, atau pot bunga.

    Plastik dari bekas makanan ringan atau sabun deterjen dapat didaur ulang menjdai kerajinan misalnya kantong, dompet, tas laptop, tas belanja, sandal, atau payung. Botol bekas minuman bisa dimanfaatkan untuk membuat mainan anak-anak. Sedotan minuman dapat dibuat bunga-bungaan, bingkai foto, taplak meja, hiasan dinding atau hiasan-hiasan lainnya.

    –          Limbah logam

    Sampah atau limbah dari bahan logam seperti besi, kaleng, alumunium, timah, dan lain sebagainya dapat dengan mudah ditemukan di lingkungan sekitar kita. Sampah dari bahan kaleng biasanya yang paling banyak kita temukan dan yang paling mudah kita manfaatkan menjadi barang lain yang bermanfaat.

    Sampah dari bahan kaleng dapat dijadikan berbagai jenis barang kerajinan yang bermanfaat. Berbagai produk yang dapat dihasilkan dari limbah kaleng di antaranya tempat sampah, vas bunga, gantungan kunci, celengan, gift box, dan lain-lain.

    –            Limbah Gelas atau Kaca

    Limbah gelas atau kaca yang sudah pecah dapat didaur ulang menjadi barang-barang sama seperti barang semula atau menjadi barang lainseperti botol yang baru, vas bunga, cindera mata, atau hiasan-hiasan lainnya yang mempunyai nilai artistik dan ekonomis.

    –            Limbah kertas

    Sampah kertas kelihatannya memang mudah hancur dan tidak berbahaya seperti sampah plastik. Namun walau bagaimanapun yang namanya sampah pasti menimbulkan masalah jika berserakan begitu saja.

    Sampah dari kertas dapat didaur ulang baik secara langsung ataupun tak langsung. Secara langsung artinya kertas tersebut langsung dibuat kerajinan atau barang yang berguna lainnya. Sedangkan secara tak langsung artinya kertas tersebut dapat dilebur terlebih dahulu menjadi kertas bubur, kemudian dibuat berbagai kerajinan.

    Hasil daur ulang kertas banyak sekali ragamnya seperti kotak hiasan, sampul buku, bingkai photo, tempat pensil, dan lain sebagainya.

    D. Peran Aktif Masyarakat 

    Masalah Limbah di berbagai kota besar di Indonesia sebetulnya dapat dipecahkan dengan baik sebagaimana yang berhasil dilakukan di negara maju apabila peran aktif masyarakat meningkat. Pada umumnya proses pengelolaan limbah dengan basis partisipasi aktif masyarakat terdiri dari beberapa tahapan proses, antara lain :

    1. Mengupayakan agar limbah dikelola, dipilah dan diproses tahap awal mulai dari tempat timbulan limbah itu sendiri (dalam hal ini mayoritas adalah lingkungan rumah tangga). Upaya ini setidaknya dapat mengurangi timbulan limbah yang harus dikumpulkan dan diangkut ke TPS sehingga bebannya menjadi berkurang.
    2. Pada fase awal di tingkat rumah tangga setidaknya diupayakan untuk mengolah limbah organik menjadi kompos dan limbah anorganik dipilah serta mengumpulkan menurut jenisnya sehingga memungkinkan untuk di daur ulang.

    Limbah organik sebenarnya telah dapat diproses menjadi kompos di setiap rumah tangga pada tong-tong sampah khusus kompos (Komposter BioPhoskko) yang mampu memproses limbah menjadi kompos untuk periode tampung antara 5 hingga 7 hari dengan bantuan aktivator GreenPhoskko “A” (mikroba pengurai) dan Bulking Agent (penggembur). Bila proses pengomposan di tiap rumah tangga belum mungkin dilakukan, selanjutnya petugas sampah mengangkut limbah/sampah yang telah terpilah ke tempat pembuangan sampah sementara untuk diproses. Hasil pengamatan di beberapa tempat pembuangan sampah atau TPS di beberapa bagian kota diketahui bahwa masing-masing limbah anorganik sangat memiliki nilai ekonomi.

    1. Pewadahan dan pengumpulan dari wadah tempat timbulan sampah sisa yang sudah dipilah ke tempat pemindahan sementara. Pada tahapan ini beban kerja petugas pembuangan sampah/limbah menjadi lebih ringan.
    2.  Pengangkutan ke tempat pembuangan atau ke tempat pengolahan sampah terpadu. Pada tahapan ini diperlukan kotak penampungan sampah/limbah dan gerobak pengangkut limbah/sampah yang sudah dipilah.
    3.  Tahapan selanjutnya adalah pengolahan limbah yang tidak memungkinkan untuk diolah di setiap lingkungan rumah tangga di TPS. Tempat pembuangan sampah sementara (TPS) yang ada dengan menggunakan pendekatan ini kemudian diubah fungsinya menjadi semacam pabrik pengolahan sampah terpadu, yang produk hasil olahnya adalah kompos, bahan daur ulang dan limbah yang tidak dapat diolah lagi.
    1. Tahapan akhir adalah pengangkutan sisa akhir sampah, limbah yang tidak dapat didaur ulang atau tidak dapat dimanfaatkan lagi ke tempat pembuangan sampah akhir (TPA). Pada fase ini barulah proses penimbunan atau pembakaran sampah akhir dapat dilakukan dengan menggunakan incinerator, sekitar 5-10 % sampah yang tidak dapat di daur ulang.

    Bab III. Penutup

    A. Kesimpulan

    Dengan peran aktif masyarakat dalam menangani limbah dapat sangat membantu dalam mengurangi limbah/sampah yang ada, dan dapat memberikan bnayak dampak positif dari peran aktif masyarakat tersebut. Diataranya, menambah penghasilan dari pemrosesan limbah yang telah dilakukan, menciptakan lapangan kerja baru dalam penanganan atau pengolahan limbah terutama limbah anorganik yang dapat dijadikan karya seni atau barang yang dapat dijual kembali dan mungkin dapat dimanfaatkan kembali.

    B. Saran

    Dalam menggunakan produk-produk usahakanlah yang bahannya dapat didaur ulang dengan mudah agar tidak menimbulkan limbah yang menumpuk dan menyebabkan banyak masalah yang terjadi. Untuk menciptakan lingkungan yang bersih, dapat dihujudkan dengan peranan aktfik masyarakat dalam memilih dan memanfaatkan limbah, dan sediakanlah tempat untuk membedakan jenis limbah dan pisahkanlah limbah kedalam jenisnya contohnya limbah dari tumbuhan seperti daun atau kulit buah dapat dibunang di tempat limbah /sampah organic dan limbah seperti plastik dapat dibuang ditempat limbah /sampah anorganik.

  • Hubungan Reaksi Redoks Dengan Perkaratan Besi

    Hubungan Reaksi Redoks Dengan Perkaratan Besi

    Perkaratan besi adalah fenomenan reaksi redoks yang terjadi secara alami. Reaksi ini selanjutnya disebut sebagai korosi yang peristiwa dimana logam mengalami penurunan kualitas akibat perubahan struktur kimia pada bagian permukaan.

    Korosi Besi

    Korosi atau Perkaratan adalah peristiwa berkaratnya logam karena berekasi dengan oksigen. Pada umumnya Reaksi korosi tidak dikehendaki sehingga peristwa dianggap sebagai proses degradasi kualitas logam.

    Logam besi (Fe(s)) memeliki konfigurasi elektron [Ar] 3d⁶ 4s². Struktur ini membuat besi bisa dengan mudah mengalami oksidasi (karbonat) dengan senyawa oksigen yang memiliki ion negatif seperti Air. Senyawa Besi ini akan beraksi dengan oksigen dan air yang ada di udara bebas dengan bentuk

    Fe2O3.nH2O

    Reaksi korosi dapat diamati karena memiliki perubahan fisik seperti bentuk warna yang merah-merahan.


    Reaksi Redoks pada Besi

    Korosi merupakan proses elektrokimia. Pada korosi besi, bagian tertentu dari besi itu berlaku sebagai anode, di mana besi mengalami oksidasi.

    Fe(s) <–> Fe2+(aq) + 2e

    Elektron yang dibebaskan di anode mengalir ke bagian lain dari besi itu yang bertindak sebagai katode, di mana oksigen tereduksi.

    O2(g) + 4H+(aq) + 4e <–> 2H2O(l)

    atau

    O2(g) + 2H2O(l) + 4e <–> 4OH(aq)

    Ion besi(II) yang terbentuk pada anode selanjutnya teroksidasi membentuk ion besi(III) yang kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi, yaitu karat besi. Mengenai bagian mana dari besi itu yang bertindak sebagai anode dan bagian mana yang bertindak sebagai katode, bergantung pada berbagai faktor, misalnya zat pengotor, atau perbedaan rapatan logam itu.

    Korosi dapat juga diartikan sebagai serangan yang merusak logam karena logam bereaksi secara kimia atau elektrokimia dengan lingkungan. Ada definisi lain yang mengatakan bahwa korosi adalah kebalikan dari proses ekstraksi logam dari bijih mineralnya. Contohnya, bijih mineral logam besi di alam bebas ada dalam bentuk senyawa besi oksida ataubesi sulfida, setelah diekstraksi dan diolah, akan dihasilkan besi yang digunakan untuk pembuatan baja atau baja paduan. Selama pemakaian, baja tersebut akan bereaksi dengan lingkungan yang menyebabkan korosi (kembali menjadi senyawa besi oksida).

    Deret Volta dan hukum Nernst akan membantu untuk dapat mengetahui kemungkinan terjadinya korosi. Kecepatan korosi sangat tergantung pada banyak faktor, seperti ada atau tidaknya lapisan oksida, karena lapisan oksida dapat menghalangi beda potensial terhadap elektrode lainnya yang akan sangat berbeda bila masih bersih dari oksida.

    Ini adalah reaksi oksidasi yang terjadi

    Korosi secara keseluruhan merupakan proses elektrokimia. Pada korosi besi, bagian tertentu dari besi sebagai anode, di mana besi mengalami oksidasi.

    Fe(s) à Fe2+(aq) + 2e–

    Elektron yang dibebaskan dalam oksidasi akan mengalir ke bagian lain untuk mereduksi oksigen.

    O2(g) + 2 H2O(l) + 4e– à 4 OH–(l)

    Ion besi(II) yang terbentuk pada anode akan teroksidasi membentuk besi(III) yang kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi Fe2O3·xH2O yang disebut karat.

  • Makalah Sejarah Tahapan Perkembangan Zaman Pada Masa Pra-Aksara di Indonesia

    Makalah Sejarah Tahapan Perkembangan Zaman Pada Masa Pra-Aksara di Indonesia

    Berikut ini adalah makalah sejarah dengan topik tahapan perkembangan zaman pada masa pra-aksara di Indonesia. Tujuan dari pembuatan makalah ini membahas pembagaian dan periodisasi masa pra aksara.

    Tahapan Perkembangan Zaman Pada Masa Pra-Aksara di Indonesia

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Masa Praaksara adalah masa dimana manusia belum mengenal tulisan atau disebut masa prasejarah atau nirleka yang artinya tidak adanya tulisan. Masa praaksara berlangsung dari adanya manusia sampai manusia mengenal tulisan. Kita dapat mengetahui masa praaksara melalui peninggalan-peninggalan yang bukan berupa tulisan seperti: fosil, artefak, dan alat-alat yang digunakan pada masa praaksara.

    Salah satu ciri kehidupan masyarakat Indonesia pada masa awal adalah adanya cara hidup berkelompok. Meskipun masih sangat sederhana, manusia purba telah mengerti akan pentingnya kerja sama dalam kehidupan mereka.

    Generasi penerus sekarang ini sudah banyak yang tidak mengenal sejarah-sejarah tentang zaman praaksara atau kehidupan awal masyarakat Indonesia. Padahal hal tersebut sangat penting bagi ilmu pengetahuan. Tujuan kami menyusun makalah ini untuk menjelaskan tahapan perkembangan pada masa praaksara.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

    1. Bagaimana tahapan perkembangan kehidupan pada masa praaksara di Indonesia?
    2. Apa sajakah jenis;jenis manusia purba yang hidup pada zamannya  ?
    3. Apa sajakah peninggalan-peninggalan pada masa praaksara di Indonesia

    C. Tujuan

    Dalam menyelesaikan masalah yang telah dibahas sebelumnya, maka tujuan yang ingin kami capai adalah:

    1. Dapat menjelaskan proses muncul dan tahapan perkembangan kehidupan pada masa praaksara di Indonesia
    2. Untuk mengetahui jenis-jenis manusia purba di Indonesia.
    3. Untuk mengetahui peninggalan- peninggalan pada masa praaksara di Indonesia

    D. Metode

    Metode yang kami gunakan untuk menyusun makalah ini, yaitu melalui studi pustaka dan pengambilan dari berbagai sumber di internet.

    Bab II. Pembahasan

    A. Pembagaian Zaman Praaksara

    Praaksara berasal dari gabungan kata  pra dan aksara. Pra artinya sebelum dan aksara berarti tulisan. Dengan demikian, yang dimaksud masa praaksara adalah masa sebelum manusia mengenal bentuk tulisan. Masa praaksara disebut juga dengan masa nirleka (nir artinya tidak ada, dan leka artinya tulisan), yaitu masa tidak ada tulisan. Masa praaksara disebut juga dengan masa prasejarah,yaitu suatu masa dimana manusia belum mengenal tulisan.

    Pemenuhan kebutuhan hidup masih diperoleh dengan cara berburu dan meramu bahan makanan yang tersedia di alam.

    Dalam perkembangannya, masyarakat prasejarah mulai menemukan benda-benda dari logam untuk bercocok tanam. Penemuan benda-benda dari logam ini sekaligus menandai mulai berakhirnya zaman prasejarah yang disebut juga zaman protosejarah.

    I. Zaman Prasejarah Berdasarkan Geologi 

    Zaman praaksara di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi beberapa tahapan.

     a. Archaeikum atau Azoikum (Zaman Tertua)

    Zaman ini berlangsung kurang lebih 2.500 juta tahun. Keadaan kulit bumi masih labil, masih menyerupai gumpalan bola gas, dan kulit bumi sangat panas karena masih dalam proses pembentukan. Oleh karena itu, pada zaman ini belum ada tanda-tanda kehidupan.

    b. Paleozoikum atau Zaman Primer (Zaman Kehidupan Tua)

    Zaman ini berlangsung kurang lebih 340 juta tahun. Keadaan bumi masih belum stabil, iklim masih berubah-ubah dan curah hujan sangat besar, secara berangsur-angsur tempratur bumi mendingin. Akan tetapi pada zaman ini mulai ada tanda-tanda kehidupan seperti makhluk bersel satu atau mikroorganisme, hewan-hewan kecil yang tidak bertulang punggung, jenis-jenis ikan, amfibi dan reptil. Adapula jenis-jenis tumbuhan ganggang dan rerumputan. Zaman ini ditandai dengan munculnya kehidupan darat yang berasal dari air. Pada masa itu telah muncul tumbuhan dan hewan dan berkembang pertama kalinya, termasuk tumbuhan paku, paku ekor kuda, amfibi, serangga,dan reptil. 

    c. Mesozoikum  atau Zaman Skunder (Zaman Kehidupan Pertengahan)

    Zaman ini berlangsung kurang lebih 140 juta tahun. iklim semakin membaik.Pohon-pohon yang besar dan hewan yang hidup di darat mulai muncul. Beberapa jenis amfibi tumbuh menjadi besar sekali bahkan ada yang melebihi seekor buaya. Mulai muncul beragam hewan bertubuh besar seperti berbagai jenis hewan reptil dinosaurus dan gajah purba atau mamut. Menjelang berakhirnya  masa ini mulai muncul berbagai jenis burung dan binatang menyusui.

    Masa mesozoikum dikenal sebagai zaman reptil: dinosaurus menjadi penguasa hampir sepanjang masa ini, namun kemudian punah secara mendadak pada 65 juta tahun yang lalu, hal ini diperkirakan akibat tumbukan meteorid raksasa, yang membuat bumi diliputi debu. Pada akhir masa ini mulai muncul jenis mamalia.

    d. Neozoikum atau Kainozoikum (Zaman Kehidupan Baru)

    Zaman ini berlangsung kurang lebih 60 juta tahun yang lalu sampai sekarang. Keadaan bumi semakin membaik, perubahan cuaca tidak begitu besar dan kehiddupan berkembang dengan pesat. Zaman ini dibagi atas dua zaman yaitu zaman tersier dan zaman kwarter.

    1. Zaman Tersier (Zaman Ketiga)

    Pada zaman ini binatang-binatang menyusui berkembang pesat, sedangkan reptil-reptil raksasa lambat laun lenyap. Hal terpenting pada zaman ini munculnya  jenis perimata seperti kera dan monyet. Setelah zaman reptil raksasa punah, terjadi perkembangan

    jenis kehidupan lain seperti munculnya primata dan burung tak bergigi berukuran besar yang menyerupai burung unta.Sementara itu, muncul pula fauna laut seperti ikan dan moluska,sangat mirip dengan fauna laut yang hidup sekarang.Sedangkan tumbuhan berbunga terus berevolusi menghasilkan banyak variasi seperti semak belukar, tumbuhan merambat,dan rumput.

    hal-hal penting yang berkaitan dengan zaman tersier adalah sebagai berikut:

    1. berlangsung sekitar 60 juta tahun
    2. ditandai dengan perkembangan binatang menyusui jenis primata. Contoh binatang tersebut adalah kera.

    2. Zaman Kwarter(Zaman Keempat)

    Ciri-ciri zaman kuarter adalah sebagai berikut:

    1. merupakan zaman yang terpenting karena dimulainya adanya kehidupan manusia
    2. zaman ini dibagi menjadi dua, yaitu zaman pleistosen dan holosen.           

    Pembagian zaman kuarter

    1. Zaman pleistosen(Dillivium)

    Zaman ini berlangsung sekitar 600.000 tahun. Zaman ini disebut juga zaman es(zaman glacial).pada kala pleistosen diperkirakan manusia purba mulai muncul.

    Disebut zaman glasial karena  temperature bumi saat itu sanagat rendah dan gletser yang berada di wilayah kutub utara mencair hingga menutupi sebagian benua-benua besar seperti Asia,Eropa dan amerika .meluasnya permukaan es menyebabkan turunnya permukaan air laut.pada saat itu di Indonesia bagian barat terbentuk paparan Sunda dan di sebelah timur paparan Sahul,zaman plestosin terdiri dari tiga lapisan yaitu:

    1. Plestosiin bawah dengan manusia pendukung yaitu pithecanthropus robustus,pithechanthropus mojokertensis,dan meganthrpus palaeojavanicus
    2. Plestosin tengah dengan manusia pendukung pithecanthropus erectus
    3. Plestosin atas dengan manusia pendukung yaitu homo wajakensis dan homo solooensis

    2)      Zaman holosenal(Dlivium)

    Zaman ini berlangsung kira-kira 20.000 tahun yang lalu dan berkembang sampai sekarang.
    Ciri-ciri Homo Sapiens sama dengan manusia zaman sekarang. Manusia modern seperti manusia sekarang,diperkirakan muncul pada kala Holosen ini.

    II.  Zaman Prasejarah Berdasarkan Arkeologi

    Pembagian menurut arkeologi yaitu ilmu yang mempelajari tentang hasil-hasil benda-benda dari kebudayaan yang telah lalu atau ilmu yang mempelajari benda-benda purbakala, pembagian ini didasarkan pada bahan-bahan dari peninggalan yang berasal dari kebudayaan manusia itu sendiri. Berdasarkan benda-benda peninggalan perkembangan kebudayaan prasejarah maka priodesisasi dibagi sebagai berikut:

    a. Zaman Batu

    Zaman batu menunjuk pada suatu periode di mana alat-alat kehidupan manusia purba saat itu dibuat dari batu. Walaupun ada juga alat-alat tertentu yang terbuat dari kayu dan tulang. Akan tetapi secara dominan alat-alat yang digunakan terbuat dari zaman batu. Zaman batu dapat dibagi menjadi beberapa periode sebagai berikut :

    1. Zaman Batu Tua (Paleolitikum)

    Pengertian paleolithikum, berasal dari dua kata yaitu paleos yang artinya tua dan lithikum dari kata lithos yang berarti batu, karena itu zaman paleolithikum sering disebut juga dengan zaman batu tua.

    Zaman batu tua diperkirakan berlangsung selama 50.000-10.000 SM. Manusia yang hidup pada zaman ini adalah Manusia Peking dan Manusia Jawa. Ciri-ciri kehidupan zaman batu tua antara lain hidup berpindah-pindah atau nomaden, berburu, dan mengumpulkan bahan makanan yang disediakan alam (food gathering) dan manusia berjuang memenuhi kebutuhan hidupnya atau mempertahankan kelompok manusia lainnya.

    Pada zaman batu tua, alat-alat yang dibuat sangat kasar serta sederhana. Cara pembuatannya hanya dibentur-benturkan antara batu yang satu dengan batu yang lainnya, sehingga menyerupai kapak dan dipergunakan sebagai alat. Menurut Teuku Jacob, pada zaman batu tua telah terdapat bahasa sebagai alat komunikasi, meskipun dalam tingkat yang sederhana.berdasarkan ciri kehidupan masyarakat pada masa palaeolitikum manusia pada zaman itu masuk dalam tahap meramu dan berburu tingkat awal yaitu masa di mana kehidupan manusia masih berpusat pa,/da upaya mempertahankan diri di tengah-tengah alam yang penuh tanatangan dengan kemampuan yang terbatas dengan manusia pendukungnya adalah manusia jenis pithecanthropus,meganthropus palaeojavanicus,homo soloensis,homo wajakensis,dengan ciri-ciri sebagai berikut:

    1. Hidupnya berpindah-pindah(nomaden) dan menggantungkan makanan pada alam (food gathering),binatang perburuan yang dicaro antara lain gajah,banteng,badak,rusa kerbau liar dan juga ikan dan kerang laut,sedangkan bahan makanan yang di cari adalah ubi,daun-daunan,dan buah-buahan,
    2. Mengenal kebutuhan berkelompok dan hubungan berkelompok sangat erat
    3. Memiliki pemimpin yang dihormati dan di taati
    4. Mengenal pembagian kerja yaitu laki-laki bertugas untuk berburu dan meramu dan wanita bertugas mengumpulkan dan menyeleksi buah-buahan yang dapat di makan serta memelihara anak-anaknya

    Kehidupan ekonomi masa berburu dan meramu tingkat awal memiliki ciri-ciri berikut:

    1. Food gathering
    2. Makanan dikumpulkan dengan cara berburu dan meramu
    3. Kebutuhan akan tempat tinggal biasanya memilih di tempat yang dekat dangan sumber air  maupun di gua-gua di lereng bukit ya itu gua yang bagian atasnya terlindung dari batu karang yang di sebut abris sous roche

    berdasarkan tempat penemuannya hasil kebudayaan pada zaman palaeolitikum dibagi menjadi dua yaitu:

    1) kebudayaan pacitan

    Tahun 1935 von koeningswald mengadakan penggalian di kali baksoko, desa punung,pacitan,jawa timur menemukan kapak genggam,kapak perimbas,kapak penetah,pahat genggam,flake(alat serpih),benda-benda tersebut di temukan di lapisan trinil yang merupakan lapisan plestosen tengah,pada lapisan ini ditemukan pithecanthropus erectus di temukan di desa trinil,tetapi di sini tidak di temukan alat-alat tesebut sehingga para ahli membandingkan dengan penemuan fosil yang serupa dengan pithecanthropus erectus yaitu sinarthropus pekinensis,di gua choukouten,peking,cina disini banyak di temukan alat-alat batu seperti pada kebudayaan pacitan oleh karena itu para ahli menyimpulkan bahwa pendukung utama kebudayaan pacitan adlah pithecan thropus erectus berasal dari masa plestosen tengah yang merupakan masa perkembangan budaya batu terawal di Indonesia. Selain di Pacitan,alat-alat tersebut ditemukan pula di beberapa daerah di indo, sepertidi suka bumi(jawa barat),perigi dan gombong (jawa tengah),tambangsawah(Bengkulu),lahat (Sumatra selatan), kalianda (lampung), awing bangkal (Kalimantan selatan),cabenge(Sulawesi selatan),sembiran dan trunyan(bali),batu tring(sumbawa),maumere(flores),atambua(timor).

    2) kebudayaan ngandong

    Di temukan di daerah sekitar ngandong dan sidorejo dekat ngawi,jawa timur berupa kapak-kapak gengam dari batu dan alat-alat serpih,dan alat-alat dari tulang berupa alat penusuk (belati)alat-alat budaya ngandong juga ditemukan di sangiran (jateng),cabenge(sulsel)alat yang ditemukan adalah flakes dan alat-alat dari batu kalsedon. Selain itu di dekat Sangiran ditemukan alat sangat kecil dari betuan yang amat indah. Alat ini dinamakan Serbih Pilah Kebudayaan Ngandong juga didukung oleh penemuan lukisan pada dinding goa seperti lukisan tapak tangan berwarna merah dan babi hutan ditemukan di Goa Leang Pattae (Sulawesi Selatan)

    Von koeningwalds1931 dan 1933 menemukan fosil pithecanthropus di ngandong,lembah bengawan solo.

    2. Zaman Batu Tengah(Mesolitikum)

    Zaman ini disebut juga dengan zaman batu tengah atau zaman batu madya, yang diperkirakan berlangsung pada masa holosen (10.000-20.000 tahun yang lalu). Pada zaman mesolitikum kehidupan manusia tidak jauh berbeda dengan zaman paleolitikum, yaitu berburu dan menangkap ikan. Ciri-ciri peralatan yang digunakan terbuat dari batu yang telah di asah tajamnya, zaman ini merupakan peralihan dari zaman batu tua (paleolitikum) ke zaman batu baru(neolitikum)

    Pada zaman ini manusia sudah mempunyai tempat tinggal agak tetap dan bercocok tanam secara sederhana(berladang) menanam umbi-umbian, cara hidup pada zaman batu tengah adalah sebagian masih food gathering dan berburu. Perkembangan kebudayaan pada zaman ini berlangsung lebih cepat dari masa sebelumnya. Hal ini disebabkan antara lain:

    • Keadaan alam yang sudah lebih stabil, yang memungkinkan manusia dapat hidup dengan lebih tenang, sehingga dapat mengembangkan kebudayaannya.
    • Manusia pendukungnya adalah dari jenis homo sapiens, makhluk yang lebih cerdas dibandingkan pendahulunya.

    Ciri khas zaman batu tengah adalah kejikkenmoddinger (sampah dapur yang terdiri dari kulit kerang dan siput setinggi 7m) ditemukan di sepanjang pantai timur pulau sumatra dan abris sous roche(gua yang dipakai sebagai tempat tinggal manusia prasejarah). Kjokkenmoddinger dan abris sous roche pertama kali diteliti dan ditemukan oleh Van Stein Callenfels pada tahun 1925.

    3.  Zaman Batu Baru(Neolitikum)

    Zaman Neolitikum berarti zaman batu muda.Di Indonesia,zaman Neolitikum dimulai  sekitar 1.500 SM.cara hidup pada masa neolitikum adalah food producting,yaitu dengan cara bercocok tanam dan memelihara ternak.Pada masa itu manusia sudah mulai menetap di rumah panggung untuk menghindari bahaya binatang buas. Masa ini merupakan masa bercocok tanam bersamaan dengan berkembangnya kemahiran mengasah alat-alat batu serta mulai dikenalnya teknologi pembuatan tembikar.

    Pada masa ini,manusia purba telah mulai membuat lumbung-lumbung guna menyimpan padi dan gabah.Tradisi seperti ini masih dapat dilihat pada masyarakat Badui di Banten.

    Dua jenis peralatan yang digunakan yakni beliung persegi (bagian barat)dan kapak lonjong menyebar di Indonesia bagian Timur yang di datangkan dari Jepang kemudian menyebar ke Taiwan, Filipina, Sulawesi Utara, Maluku,

    4. Zaman Batu Besar(Megalitkum)

    Zaman Meghalitikum (mega berarti besar, dan lithikum atau lithos berarti batu). Disebut juga zaman batu besar. Disebut zaman megalitikum karena pada zaman ini ditemukan peralatan yang terbuat dari batu-batu besar. Pada zaman ini, manusia sudah mengenal kepercayaan animisme (kepercayaan terhadap roh nenek moyang atau (leluhur) yang mendiami benda-benda, seperti pohon) dan dinamisme (kepercayaan bahwa segala sesuatu memiliki kekuatan atau tenaga gaib yang dapat memengaruhi terhadap keberhasilan atau kegagalan dalam kehidupan manusia). Dari hasil peninggalannya, diperkirakan manusia pada zaman megalitikum ini sudah mengenal bentuk kepercayaan rohaniah, yaitu dengan cara memperlakukan orang yang meninggal dengan diperlakukan secara baik diperlakukan secara baik sebagai bentuk penghormatan.

    Hasil budayanya berupa bangunan-bangunan besar yang berfungsi sebagai sarana pemujaan kepada roh nenek moyang. Kebudayaan ini berlangsung hingga zaman logam; bahkan sampai saat ini kita masih dapat menjumpainya di berbagai daerah di Indonesia sebagai sisa-sisa tradisi budaya meghalitikum. Adapun hasil budaya megalitikum ini meliputi Menhir, dolmen, sarkofagus, kubur batu, punden berundak, waruga, Bali.

    b. Zaman Logam

    Pada zaman logam, manusia sudah dapat membuat peralatan dari logam yang ternyata lebih kuat dan mudah dikerjakan daripada batu. logam harus dilebur dahulu sebelum dipakai sebagai bahan pembuatan peralatan manusia.Oleh karena itu, pada zaman logam, kebudayaan manusia mestinya lebih tinggi daripada zaman batu. Zaman logam ini dibagi menjadi dua bagian yakni zaman perunggu dan zaman besi.

    Kemampuan nenek moyang kita membuat benda-benda dengan bahan dasar logam diperoleh dari orang-orang yang berimigrasi dari Dongson (Vietnam). selain sebagai alat upacara, karena dianggap mempunyai kekuatan magis.

    1) Zaman Tembaga

    Pada zaman ini,manusia baru mengenal peralatan dari logam.Peralatan ini tidak ditemukan di Indonesia, hanya ditemukan di beberapa Negara seperti Malaysia, Thailand, Kamboja, dan Vietnam. Sehingga di Indonesia langsung di susul oleh masuknya zaman perunggu. peralatan yang berhasil dibuat seperti periuk, belanga, dan sebagainya.

    2) Zaman Perunggu

    Pada zaman perunggu manusia telah mendapatkan logam campuran yang lebih keras daripada tembaga. Perunggu merupakan hasil campuran antara tembaga dengan timah. Penguasaan teknologi pengolahan dari tembaga dan timah ini membentuk keterampilan pertukangan masyarakat zaman perunggu. Oleh sebab itu zaman ini disebut dengan zaman perundagian.

    Benda-benda yang diciptakan pada zaman perunggu digunakan sebagai alat-alat upacara ataupun lambing kebesaran. Teknik pembuatannya melalui a cire perdue yaitu dengan membuat model terlebih dahulu dari barang yang akan dibuat dan teknik bivolveyaitu dengan menggunakan cetakan. Peralatan yang dikenal luas pada zaman ini adalah kapak perunggu. Selain kapak perunggu, ada juga tombak besar yang bermata besar seperti kapak. Tombak ini diberi hiasan yang indah dan diperkirakan digunakan untuk upacara keagamaan.

    Jenis barang yang terbuat dari perunggu seperti Nekara dan moko, Candrasa, Kapak corong.

    Bab III. Penutup

    A. Kesimpulan

    Priodesasi masa prasejarah berdasarkan ilmu geoligi ini dilakukan untuk mengetahui terbentuknya bumi dari masa awal sampai seperti saat ini, melalui lapisan-lapisan bumi. Melalui lapisan-lapisan bumi kita akan mengetahui usia fosil dan benda-benda purbakala. Semakin dalam  dari permukaan tanah  tempat ditemukannya fosil atau benda tersebut maka dpat disimpulkan bahwa usia benda itu semakin tua dan sebaliknya. Melalui pemeriksaan laboratorium, akan diketahui berapa kira-kira usia bumi beserta makhluk yang pernah menghuninya.berikut adalah uraian mengenai tahapan-tahapan terciptanya bumi.

    Pembabakan  prasejarah berdasarkan ilmu arkeologi  bertujuan untuk mengetahui usia manusia purba berdasarkan peninggalan purbakala. Benda-benda tersebut dapat berupa perkakas rumah tangga, patung, coretan di gua, dan fosil purba. Manusia purba menggunakan alat-alat untuk memenuhi kebutuhannya seperti mencari dan mengolah makanan dengan menggunakan perkakas dari batu atau benda-benda alam lainnya yang keras seperti kayu dan tulang.

    Kehidupan masyarakat di Indonesia terus mengalami perkembangan, yakni dari masa berburu dan mengumpulkan makanan kemudian berkembang ke masa menetap dan bercocok tanam. Dalam masa menetap dan bercocok tanam masyarakat kemudian berusaha membuat atau menciptakan berbagai macam peralatan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka maka lahirlah budaya.

    Budaya yang semula merupakan budaya batu mulai dari batu tua,madya, dan muda lalu berkembag ke budaya batu besar dan budaya besi atau perunggu bersamaan dengan lahrnya budaya batu besar (megalitikum) maka berkembang pula system kepercayaan masyarakat seperti animisme dan dinamisme

    DAFTAR PUSTAKA

    : http://id.shvoong.com/humanities/history/2266640-pembagian-zaman-prasejarah-berdasarkan-geologi/#ixzz2rLPihCnr

     Wayan Badrika I. 2006. Sejarah Untuk SMA Kelas X,  Jakarta. Erlangga

    Haspari,Ratna dan M.Adil. 2013. Sejarah Indonesia Untuk SMA/MA kelas X. Jakarta. Erlangga

    Ari Listiyani, Dwi. 2009. Sejarah untuk kelas X, Jakarta. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional

    Dwiyantara, Heru. 2010. Materi Inti dan Soal Jawab Sejarah. Solo. Tiga Serangkai

    Habib Mustofo, M dkk. 2003. Sejarah Untuk Kelas 1 SMA. Malang. Yudhistira

  • Makalah Statistik Analisis Regres

    Statistik Analisis Regres

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Regresi linear adalah alat statistik yang dipergunakan untuk mengetahui pengaruh antara satu atau beberapa variabel terhadap satu buah variabel. Variabel yang mempengaruhi sering disebut variabel bebas, variabel independen atau variabel penjelas. Variabel yang dipengaruhi sering disebut dengan variabel terikat atau variabel dependen. Regresi linear hanya dapat digunakan pada skala interval dan ratio.

    Secara umum regresi linear terdiri dari dua, yaitu regresi linear sederhana yaitu dengan satu buah variabel bebas dan satu buah variabel terikat; dan regresi linear berganda dengan beberapa variabel bebas dan satu buah variabel terikat. Analisis regresi linear merupakan metode statistik yang paling jamak dipergunakan dalam penelitian-penelitian sosial, terutama penelitian ekonomi. Program komputer yang paling banyak digunakan adalah SPSS (Statistical Package For Service Solutions).

    B. Rumusan Masalah

    Dari latar belakang diatas maka rumusan dalam penulisan makalah ini adalah “bagaimana mendeskripsikan tentang analisis regresi”.

    C. Tujuan

    Berdasarkan latar belakang diatas maka tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang analisis regresi.

    Bab II. Kajian Pustaka

    A. Regresi Linear Sederhana

    Analisis regresi linear sederhana dipergunakan untuk mengetahui pengaruh antara satu buah variabel bebas terhadap satu buah variabel terikat. Persamaan umumnya adalah:

    y = a + bx

    Dengan Y adalah variabel terikat dan X adalah variabel bebas. Koefisien a adalah konstanta (intercept) yang merupakan titik potong antara garis regresi dengan sumbu Y pada koordinat kartesius.

    Langkah penghitungan analisis regresi dengan menggunakan program SPSS adalah:

    Analyse → regression → linear.

    Pada jendela yang ada, klik variabel terikat lalu klik tanda panah pada kota dependent. Maka variabel tersebut akan masuk ke kotak sebagai variabel dependen. Lakukan dengan cara yang sama untuk variabel bebas (independent). Lalu klik OK dan akan muncul output SPSS.

    Interpretasi Output

    1. Koefisien determinasi

    Koefisien determinasi mencerminkan seberapa besar kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan varians variabel terikatnya. Mempunyai nilai antara 0 – 1 di mana nilai yang mendekati 1 berarti semakin tinggi kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan varians variabel terikatnya.

    1. Nilai t hitung dan signifikansi

    Nilai t hitung > t tabel berarti ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat, atau bisa juga dengan signifikansi di bawah 0,05 untuk penelitian sosial, dan untuk penelitian bursa kadang-kadang digunakan toleransi sampai dengan 0,10.

    1. Persamaan regresi

    Sebagai ilustrasi variabel bebas: Biaya promosi dan variabel terikat: Profitabilitas (dalam juta rupiah) dan hasil analisisnya Y = 1,2 + 0,55 X. Berarti interpretasinya:

    1. Jika besarnya biaya promosi meningkat sebesar 1 juta rupiah, maka profitabilitas meningkat sebesar 0,55 juta rupiah.
    2. Jika biaya promosi bernilai nol, maka profitabilitas akan bernilai 1,2 juta rupiah.

    Interpretasi terhadap nilai intercept (dalam contoh ini 1,2 juta) harus hati-hati dan sesuai dengan rancangan penelitian. Jika penelitian menggunakan angket dengan skala likert antara 1 sampai 5, maka interpretasi di atas tidak boleh dilakukan karena variabel X tidak mungkin bernilai nol. Interpretasi dengan skala likert tersebut sebaiknya menggunakan nilai standardized coefficient sehingga tidak ada konstanta karena nilainya telah distandarkan.

    Contoh: Pengaruh antara kepuasan (X) terhadap kinerja (Y) dengan skala likert antara 1 sampai dengan 5. Hasil output yang digunakan adalah standardized coefficients sehingga y = 0,21 x dan diinterpretasikan bahwa peningkatan kepuasan kerja akan diikuti dengan peningkatan kinerja atau penurunan kepuasan kerja juga akan diikuti dengan penurunan kinerja. Peningkatan kepuasan kerja dalam satu satuan unit akan diikuti dengan peningkatan kinerja sebesar 0,21 (21%).

    B. Regresi Linear Berganda

    Analisis regresi linear berganda sebenarnya sama dengan analisis regresi linear sederhana, hanya variabel bebasnya lebih dari satu buah. Persamaan umumnya adalah:

    y = a + b1x1 + b2x2 + …. + bnxn.

    Dengan Y adalah variabel bebas, dan X adalah variabel-variabel bebas, a adalah konstanta (intersept) dan b adalah koefisien regresi pada masing-masing variabel bebas.

    Interpretasi terhadap persamaan juga relatif sama, sebagai ilustrasi, pengaruh antara motivasi (X1), kompensasi (X2) dan kepemimpinan (X3) terhadap kepuasan kerja (Y) menghasilkan persamaan sebagai berikut:

    y = 0,235 + 0,21 x1 + 0,32 x2 + 0,12 x3

    1. Jika variabel motivasi meningkat dengan asumsi variabel kompensasi dan kepemimpinan tetap, maka kepuasan kerja juga akan meningkat
    2. Jika variabel kompensasi meningkat, dengan asumsi variabel motivasi dan kepemimpinan tetap, maka kepuasan kerja juga akan meningkat.
    3. Jika variabel kepemimpinan meningkat, dengan asumsi variabel motivasi dan kompensasi tetap, maka kepuasan kerja juga akan meningkat.

    Interpretasi terhadap konstanta (0,235) juga harus dilakukan secara hati-hati. Jika pengukuran variabel dengan menggunakan skala Likert antara 1 sampai dengan 5 maka tidak boleh diinterpretasikan bahwa jika variabel motivasi, kompensasi dan kepemimpinan bernilai nol, sebagai ketiga variabel tersebut tidak mungkin bernilai nol karena Skala Likert terendah yang digunakan adalah 1.

    Analisis regresi linear berganda memerlukan pengujian secara serempak dengan menggunakan F hitung. Signifikansi ditentukan dengan membandingkan F hitung dengan F tabel atau melihat signifikansi pada output SPSS. Dalam beberapa kasus dapat terjadi bahwa secara simultan (serempak) beberapa variabel mempunyai pengaruh yang signifikan, tetapi secara parsial tidak. Sebagai ilustrasi: seorang penjahat takut terhadap polisi yang membawa pistol (diasumsikan polisis dan pistol secara serempak membuat takut penjahat). Akan tetapi secara parsial, pistol tidak membuat takut seorang penjahat. Contoh lain: air panas, kopi dan gula menimbulkan kenikmatan, tetapi secara parsial, kopi saja belum tentu menimbulkan kenikmatan.

    Penggunaan metode analisis regresi linear berganda memerlukan uji asumsi klasik yang secara statistik harus dipenuhi. Asumsi klasik yang sering digunakan adalah asumsi normalitas, multikolinearitas, autokorelasi, heteroskedastisitas dan asumsi linearitas..

    Langkah-langkah yang lazim dipergunakan dalam analisis regresi linear berganda adalah 1) koefisien determinasi; 2) Uji F dan 3 ) uji t. Persamaan regresi sebaiknya dilakukan di akhir analisis karena interpretasi terhadap persamaan regresi akan lebih akurat jika telah diketahui signifikansinya. Koefisien determinasi sebaiknya menggunakan Adjusted R Square dan jika bernilai negatif maka uji F dan uji t tidak dapat dilakukan.

    Bentuk-bentuk regresi yang juga sering digunakan dalam penelitian adalah regresi logistik atau regresi ordinal.

    Pertanyaan-pertanyaan yang sering muncul

    1. Dalam uji regresi sederhana apakah perlu menginterpretasikan nilai F hitung?

    Uji F adalah uji kelayakan model (goodness of fit) yang harus dilakukan dalam analisis regresi linear. Untuk analisis regresi linear sederhana Uji F boleh dipergunakan atau tidak, karena uji F akan sama hasilnya dengan uji t.

    2. Kapan menggunakan uji satu arah dan kapan menggunakan uji dua arah?

      Penentuan arah pengujian adalah berdasarkan masalah penelitian, tujuan penelitian dan perumusan hipotesis. Jika hipotesis sudah menentukan arahnya, maka sebaiknya digunakan uji satu arah, tetapi jika hipotesis belum menentukan arah, maka sebaiknya menggunakan uji dua arah. Penentuan arah pada hipotesis berdasarkan tinjauan literatur. Contoh hipotesis dua arah: Terdapat pengaruh antara kepuasan terhadap kinerja. Contoh hipotesis satu arah: Terdapat pengaruh positif antara kepuasan terhadap kinerja. Nilai t tabel juga berbeda antara satu arah dan dua arah. Jika menggunakan signifikansi, maka signifikansi hasil output dibagi dua terlebih dahulu, baru dibandingkan dengan 5%.

      3. Apa bedanya korelasi dengan regresi?

        Korelasi adalah hubungan dan regresi adalah pengaruh. Korelasi bisa berlaku bolak-balik, sebagai contoh A berhubungan dengan B demikian juga B berhubungan dengan A. Untuk regresi tidak bisa dibalik, artinya A berpengaruh terhadap B, tetapi tidak boleh dikatakan B berpengaruh terhadap A. Dalam kehidupan sehari-hari kedua istilah itu (hubungan dan pengaruh) sering dipergunakan secara rancu, tetapi dalam ilmu statistik sangat berbeda. A berhubungan dengan B belum tentu A berpengaruh terhadap B. Tetapi jika A berpengaruh terhadap B maka pasti A juga berhubungan dengan B. (Dalam analisis lanjut sebenarnya juga ada pengaruh yang bolak-balik yang disebut dengan recursive, yang tidak dapat dianalisis dengan analisis regresi tetapi menggunakan (structural equation modelling).

        C. Analisis Regresi Linier Ganda

        Analisis regresi linier ganda terdiri dari satu variabel dependen dan beberapa variabel independen. Analisis regresi linier ganda dinyatakan dengan hubungan persamaan regresi:

        Y’ = a + b1X1 + b2X2 + ….. + bnXn

        (Sudjana 2005: 349).

        Keterangan :

        X1, X2, …, Xk        : Variabel independen

        Y                           : Variabel dependen

        a                            : Konstanta

        b                            : Koefisien regresi

        Pada analisis regresi linier ganda ada enam uji pokok, yaitu:

        1.      Uji Kelinieran

        Hipotesis:

        H: Persamaan regresi tidak linier

        H1 : Persamaan regresi linier

        Berdasarkan pengolahan data dengan SPSS, jika nilai sig pada output ANOVA lebih dari α (5%) maka H0 diterima (Trihendradi 2006: 157).

        2.      Uji Koefisien

        Hipotesis:

        H0 : Koefisien regresi tidak signifikan

        H1 : Koefisien regresi signifikan

        Berdasarkan pengolahan data dengan SPSS, jika nilai sig pada output Coefficients lebih dari α (5%) maka H0 diterima (Trihendradi 2006: 158).

        3.      Uji Normalitas Data

        Berdasarkan teori statistika model linier hanya variabel dependen yang mempunyai distribusi diuji normalitasnya, sedangkan variabel independen diasumsikan bukan merupakan fungsi distribusi, jadi tidak perlu diuji normalitasnya. Salah satu cara untuk menguji kenormalan data yaitu dengan uji Kolmogorov-Smirnov.

        Hipotesis:

        H0 : Variabel adalah normal

        H1 : Variabel adalah tidak normal

        Berdasarkan pengolahan data dengan SPSS, jika nilai sig pada output NPar Tests lebih dari α (5%) maka H0 diterima.

        Selain itu kenormalan data dapat juga dideteksi dari penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau melihat grafik histograf dari residualnya. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis histograf menuju pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas (Sukestiyarno 2008: 14).

        4.      Uji Multikolinearitas

        Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas. Jadi uji multikolinearitas terjadi hanya pada regresi ganda. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi tinggi diantara variabel bebas. Gejala multikolinearitas dapat dideteksi dengan melihat nilai Variance Inflasi Factor (VIF) dan tolerance pada output Coefficients. Multikolinearitas terjadi jika VIF berada di atas 10 dan nilai tolerance di atas 1 (Sukestiyarno 2008: 14).

        5.      Uji Autokorelasi

        Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antar error satu dengan error yang lainnya. Gejala autokorelasi dapat dideteksi dengan menggunakan uji Durbin Watson (DW) pada output Model Summary. Ketentuan jika -2 < DW < 2 berarti tidak terjadi autokorelasi (Sukestiyarno 2008: 14).

        6.      Uji Heteroskedastisitas

        Heteroskedastisitas terjadi apabila error atau residual dari model yang diamati tidak memiliki varian yang konstan dari satu observasi ke observasi lainnya. Pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat diagram residual terhadap variabel bebas pada output Scatterplot. Jika nilai error membentuk pola tertentu tidak bersifat acak terhadap nol maka dikatakan terjadi heteroskedasti (Sukestiyarno 2008: 14).

        Model persamaan regresi linier ganda dapat dilihat pada output Coefficients. Sedangkan untuk mengetahui besarnya nilai kontribusi variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat dapat dilihat pada output Model Summary (Sukestiyarno 2008: 19).

        Bab III. Penutup

        A. Kesimpulan

        Dari penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa analisis regresi linear sederhana dipergunakan untuk mengetahui pengaruh antara satu buah variabel bebas terhadap satu buah variabel terikat. Persamaan umumnya adalah:

        Y = a + b X.

        Dengan Y adalah variabel terikat dan X adalah variabel bebas. Koefisien a adalah konstanta (intercept) yang merupakan titik potong antara garis regresi dengan sumbu Y pada koordinat kartesius.

        Langkah penghitungan analisis regresi dengan menggunakan program SPSS adalah: Analyse –> regression –> linear. Pada jendela yang ada, klik variabel terikat lalu klik tanda panah pada kota dependent. Maka variabel tersebut akan masuk ke kotak sebagai variabel dependen. Lakukan dengan cara yang sama untuk variabel bebas (independent). Lalu klik OK dan akan muncul output SPSS.

        Dalam analisis regresi linier ganda terdiri dari satu variabel dependen dan beberapa variabel independen. Analisis regresi linier ganda dinyatakan dengan hubungan persamaan regresi:

        Y’ = a + b1X1 + b2X2 + ….. + bnXn

        DAFTAR PUSTAKA

        Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

        Sugiyono. 2004. Statistik Nonparametris. Bandung: CV Alfabeta.

        Sukestiyarno. 2008. Workshop Olah Data Penelitian dengan SPSS. Semarang: UNNES.

        Trihendradi, C. 2006. Langkah Mudah Menguasai Analisis Statistik Menggunakan SPSS 15. Yogyakarta: Andi Offset.

      1. Makalah Periodisasi Sejarah Hinduisme Zaman Brahmana

        Periodisasi Sejarah Hinduisme Zaman Brahmana

        Bab I. Pendahuluan

        A. Latar Belakang

        Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat, karunia, serta kasih sayang terbesar-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Periodisasi Sejarah Hinduisme (Zaman Brahmana)” .Makalah ini disusun bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Agama Hindu. Selain itu sebagai upaya untuk membuka wawasan para masyarakat dan khususnya mahasiswa/i UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk melestarikan kekayaan yang dimiliki Dunia.

        Kami menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dan keterbatasan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sekalian demi memperbaiki makalah ini untuk penulisan lain di kemudian hari.Semoga makalah ini dapat mendatangkan manfaat bagi kita semua. Sekian dan terimakasih.

        B. Rumusan Masalah

        1. Bagaimana Asal-Usul Kaum Pendeta (Brahmana)?
        2. Bagaimana Penjelasan Tentang Korban?
        3. Bagaimana Penjelasan Tentang Kasta dan Asrama?
        4. Bagaimana Penjelasan tentang Dewa-dewa dalam agama Hindu Brahmana?

        C. Tujuan Makalah

        1. Bagaimana Asal-Usul Kaum Pendeta (Brahmana) ?
        2. Bagaimana Penjelasan Tentang Korban?
        3. Bagaimana Penjelasan Tentang Kasta dan Asrama?
        4. Bagaimana Penjelasan tentang Dewa-dewa dalam agama Hindu Brahmana?

        Bab II. Pembahasan

        A. Agama Brahmana

        Agama Brahmana bersumber pada Kitab Brahmana, yaitu bagian Kitab Weda yang kedua. Kitab-kitab ini ditulis oleh para imam atau Brahmana dalam bentuk prosa. Isinya memberi keterangan tentang kurban.

        Hal ini disebabkan karena zaman ini adalah suatu zaman yang memusatkan keaktifan rohaninya pada kurban. Oleh karena itu kitab-kitab ini menguraikan upacara-upacara kurban, membicarakan nilainya serta mencoba mencari asal-usul kurban itu. Pada zaman Brahmana timbul perubahan-perubahan suasana. Ciri-ciri zaman ini adalah:

        1. Kurban mendapat yang berat.
        2. Para imam menjadi golongan yang paling berkuasa.
        3. Perkembangan kasta dan asrama.
        4. Dewa-dewa berubah perangainya.
        5. Timbulnya Kitab-kitab Sutra.

        Seluruh kitab suci agama Brahma terbagi ke dalam dua golongan, menilik sumber-asal dari kitab-kitab tersebut, yaitu :

        1. Sruti, yakni setiap kitab yang berisikan ajaran yang langsung diwahyukan Brahma ( Zat Tunggal Maha Pencipa ) kepada setiap rishi ( orang suci), yaitu Kitab Suci Veda.
        2. Smriti, yakni setiap tradisi ( ucapan, perbuatan, tulisan ) yang mengandung ajaran seseorang rishi ( orang suci ) atau ajaran seseorang acharya (guru) ataupun ajaran avatar ( inkarnasi-ilahi ) seumpama krishna dan lainnya. Di dalam himpunan Smitri itu termasuk Brahmanas, Upanishads, Mahabharata, Bhagavadgita, Ramayana, Purna, dan Lainnya.

        Kitab – kitab yang termasuk golongan kedua itu pada masa belakangan melalui wewenang resmi dinyatakan kitab suci ( secret books ) guna menghambat suatu tantangan ataupun keragu – raguan. Dengan begitu kedudukan smriti itu disamakan dengan kedudukan sruti.

        Komentar – komentar atas satu persatu kitab itu dipanggilkan dengan Brahma-sutras, yakni benang sulam melalui himpunan Brahmanas. Kitab-kitab berisikan komentar itu disusun oleh para acharya pada abad-abad menjelang dan sesudah tahun Masehi.

        Disamping itu lahir kesusasteraan yang mengambil themanya dari keyakinan agamawi ataupun sesuatu ajaran agamawi mengenai masalah kehidupan dan kemasyarakatan, kitab-kitab golongan itu dipanggilkan dengan Brahma-shartras. Termasuk dalam golongan Brahma-shastras itu ialah kitab-kitab mengenai berbagai cabang ilmu pengetahuan seumpama astronomi, ketabiban, logika, matematika, bahasa, dan lainnya. Baik Brahma-sustras maupun Brahma-shastras itu tidaklah termasuk ke dalam himpunan kitab suci.

        Brahmanas itu bermakna hal-hal yang berkaitan dengan Brahman, Kodrat universil yang menjadi tumpuan. Kebaktian (relating to the brahman, ritual and universal power). Brahmanas itu berisikan interpretasi (penapsiran) atas ajaran-ajaran keagamaan yang terkandung dalam himpunan nyanyian Veda. Penafsiran itu bermula timbul lebih kurang pada 1.000 dan 800 tahun sebelum Masehi, berbentuk prosa.

        Ciri khusus dari Brahmanas itu berisikan wewenang kependetaan (secerdotalism) di dalam setiap upacara kebaktian. Justru menempati kedudukan terpenting di dalam Agama Hindu, yaitu nama pada masa belakangan terhadap Agama Brahma.

        Buat pertama kalinya barulah di dalam Brahmanas itu dijumpai larangan memakan daging lembu (SBE, 26:11), dan sang istri tidak boleh makan sama-sama dengan sang suami(SBE, 12:259, 43:369-370), dan idea tentang reinkarnasi (hidup berulang kali ke dunia, samsara) adalah di dalam Brahmanas buat pertama kalinya dijumpai ajaran serupa itu.

        B. Korban

        Pada zaman Weda Purba kurban masih menjadi alat untuk mempengaruhi para dewa, agar mereka berkenan menolong manusia. Namun pada zaman itu juga sudah tampak adanya gejala-gejala magi, yaitu bahwa kurban dipandang sebagai alat untuk memaksa para dewa menolong manusia. Jadi sebenarnya kurban itu sendiri sudah dipandang memiliki daya magis, yang lebih berkuasa daripada para dewa. Pandangan yang demikian itu pada zaman Brahmana berkembang hingga mencapai puncaknya. Sebab di dalam Brahmana, kurban menjadi alat untuk memperoleh kekuasaan atas dunia sekarang dan akhirat, atas yang tampak dan yang tak tampak, atas yang bernyawa dan yang tak bernyawa.

        Barangsiapa dapat berhasil memperoleh daya itu, dialah Tuhan dunia. Perubahan pandangan atas kurban yang demikian itu sudah barang tentu memerlukan keterangan yang agak mendalam. Oleh karena itu pada zaman ini timbullah karangan, bahwa kurban sebenamya sudah ada sejak dulu. Penciptaan dunia umpamanya adalah hasil kurban yang dilakukan oleh dewa tertinggi, Prajapati atau Brahma. Bahkan lebih dari itu, kurban dilepaskan dari diri dewa-dewa, dijadikan suatu daya suatu kesaktian yang berdiri sendiri, yang selalu berada di mana-mana, yang dapat dipergunakan sebagai jembatan manusia menuju kebahagiaan.

        Secara mitologis kurban digambarkan sebagai suatu makhluk hidup yang memiliki anggota-anggota tubuh antara lain tangan, kaki, dan sebagainya. Jika semua anggota-anggota itu dapat disusun secara harmonis, dengan perantaraan mantra-mantra, maka bentuklah rupa kurban. Rupa kurban ini dapat menjadikan upacara kurban berhasil.[5]

        Permasalahan paling pokok di dalam Brahmanas itu ialah korban-soma (soma sacrifice), yakni upacara kebaktian yang terpandang paling suci diantara seluruh kebaktian di dalam Veda. Soma itu sejenis cairan minuman yang memberikan sifat-sifat kedewasan bagi yang meminumnya dan memabukkan.

        Brahmana itu terdiri atas 13 bagian, dan bagian yang terpandang paling penting ialah Shapatra-Brahmana, berisikan petunjuk-petunjuk tentang perusha-medha (pengorbanan diri) dan berbagai korban lainnya.

        Sedangkan Aitareya-Brahmana berisikan petunjuk-petunjuk tentang upacara kebaktian terbesar, yakni Rajasuya, tentang penunjukan raja dan upacara korban beserta tata cara penunjukan ganti raja.

        Tentang korban Soma itu ditegaskan di dalam Satapatha Brahmana ayat 2, 3, 1, 5 sebagai berikut : “ Matahari sudah pasti akan tidak terbit bilamana sang Imam (priest) tidak melakukan korban.”

        Disamping korban Soma itu berlaku pula korban-Hewan, yahng disebut dengan Asva-medha (korban-kuda), berlaku sepanjang tahun. Mengenai korban-Hewan itu dinyatakan sebagai berikut :

        Barang siapa memakan korban Asva-medha niscaya akan mencapai seluruh hasratnya dan memperoleh seluruh idamannya, (SBE, 44 :347). Inilah penebusan obat bagi setiap sesuatunya. Dia yang melakukan Asva-Medha akan menebus seluruh dosanya, (SBE, 4 4 :328).

        Setiap jenis korban itu mestilah dilakukan melalui sang Pendeta karena hal itu dipanndang amal yang teramat penting di dalam agama. Di dalam kitab suci agama-agama lainnya mungkin tidka dijumpai sesuatu ajarean seperti ajaran di dalam Brahmanas itu bahwa “ person’s salvation”. (penyelamatan diri seseorang) amat tergantung pada memberikan bayaran kepada sang pendeta yang memimpin kebaktian, (depends upon paying fees to officiating priest).

        C. Kasta dan Asrama

        I. Kasta

        Pada zaman ini timbullah kasta-kasta, yaitu kasta Brahmana (para imam), kasta Ksatria yang (memerintah), kasta Waisya (para pekerja), dan kasta Sudra (rakyat jelata, hamba-hamba). Asal mula kasta-kasta ini tidaklah jelas.

        Di dalam Kitab Rg- ‘Weda disebutkan, bahwa kasta-kasta itu timbul dari anggota tubuh Purusa, pencipta dunia. Mulutnya menjadi kasta Brahmana, kedua tangannya menjadi kasta Ksatria, pahanya menjadi kasta Waisya. dan kakinya menjadi kasta Sudra. Menurut para ahli bangsa Arya sebelum masuk India sudah mengenal kasta, yaitu golongan imam, prajurit, dan pekerja. Kemudian sesudah bangsa Arya memperkenankan bangsa pribumi India masuk ke dalamnya, terbentuklah golongan Sudra. Hal ini dikuatkan oleh kenyataan, bahwa bangsa Iran juga sudah mengenal dua turun-temurun, yaitu golongan imam dan golongan prajurit.

        Agama Brahmana mengenal adanya Kasta-kasta, yaitu Kasta Brahmana (pendeta), Ksatria (pemegang tampuk pemerintah), Waisya (pekerja), dan Sudra (rakyat biasa). Sebenarnya dalam Rigweda hanya ada dua ‘’varna’’ saja, yaitu Arya Varna (kulit kuning) dan Dasyu Varna (kulit hitam). Menurut Bleeker, sistem ini berpangkal pada empat golongan tua dari Suku Arya, yaitu golongan pendeta (Brahmana), golongan perwira (ksatria), golongan pedaganng atau petani (waisya), dan golongan buruh atau budak (sudra). Di luar keempat kasta ini masih ada lagi suatu kasta atau golongan yang tidak boleh didekati atau disentuh, yaitu kasta paria (outcast). E.A. Gait mengatakan bahwa pada mulanya bangsa Arya tidak suka akan perkawinan campur antar suku, tidak suka makan bersama dengan suku yang lebih rendah apalagi dengan orng yang berkulit hitam.

        Akan tetapi, akibat peperangan beberapa suku kekurangan istri sehingga terpaksa terpaksa kawin dengan orang-orang pribumi. Jelas bahwa anak-anak mereka ini akan dianggap lebih rendah status sosial mereka. Demikianlah keturunan kedua telah menimbulkan kelas antara bangsa Arya asli dan bangsa Pribumi, yaitu orang-orang yang darah campuran.

        Prinsip dasar peraturan catur varna (empat kasta) adalah endogamis. Perpindahan kasta tidak diperbolehkan dan juga tidak mungkin. Artinya, seorang laki-laki harus hanya kawin dengan wanita dari kasta yang sama, dan anaknya lahir dalam kasta yang sama dengan orang tuanya.

        Varna atau Kasta yang lebih tinggi selalu mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dan lebih ‘’enak.’’ Hal ini tercantum dalam kitab undang-undang Manawa Dharma Sastra. Di dalamnya antara lain ditetapkan bahwa sesuatu kejahatan akan lebih ringan kalau yang melakukannya seorang Brahmana dari pada kalau kejahatan tersebut dilakukan oleh seorang ksatria, dan akan lebih berat lagi kalau yang melakukannya seorang dari golongan yang lebih rendah.

        Dalam kenyataan peraturan-peraturan tersebut tidak selalu dipatuhi sepenuhnhya. Perkawinan campur antar varna cukup banyak terjadi. Karena itu terdapat varna campuran yang memiliki kedudukan tersendiri dai samping keempat varna yang asal. Kelompok ini sering disebut dengan ‘’Jati.’’

        Kalau kita kembali kepada Rigweda, maka akan ditemukan pengertian kasta berdasarkan korban dewa untuk menciptakan dunia. Dikatakan bahwa ada suatu makhluk azali yang besar, laki-laki, yang disebut Purusa. Menurut Honig, makhluk ini memiliki seribu kepala, mata dan kakinya menutupi bumi bahkan masih menonjol sepuluh dim.

        Purusa adalah segala yang ada dan yang akan ada, dan disebut sebagai ‘’dewa yang tidak dapat mati’’. Seperempat bagian badannya adalah makhluk yang makan dan tidak makan, dan tigaperempat lainnya merupakan makhluk abadi di langit. Para dewa melakukan persembahan korban dengan purusa ini. Ketika ia dipotong-potong, mulutnya menjadi Brahmana, lengannya menjadi ksatria, pahanya menjadi Waisya, dan dari kakinya muncul sudra.

        Matanya menjadi matahari, nafasnya menjadi angin, dari pusatnya ke luar ruang langit, dari telinganya terjadi mata angina dan seterusnya. Nampaknya persoalan kasta tetap merupakan persoalan yang sulit dipecahkan sampai saat ini.

        II. Asrama

        Dengan adanya kasta atau warna timbullah juga yang disebut warnasramadharma, yaitu suatu konsep sosial yang memberikan peraturan-peraturan bagi tindakan-tindakan yang sesuai dengan tingkatan hidup orang menurut warna atau kastanya, Hidup manusia dibagi menjadi 4 asrama atau tingkatan hidup, yaitu: a. Brahmacarya, tahap menjadi murid. Pada waktu anak berumur 12 tahun, ia harus belajar kepada seorang guru. Jika ia sudah diterima dengan suatu upacara, maka ia disebut dwija, yaitu orang yang sudah lahir kedua kali. la harus belajar 12 tahun lamanya. Selama menjadi murid ia harus mempelajari Kitab Weda Samhita, melayani api suci dan menolong gurunya dengan menggembalakan ternaknya atau mengemis. Jika ia sudah selesai belajar, masuklah ia ke dalam asrama berikutnya,

        Grhastha, tahap menjadi kepala keluarga. Dalam tahap ini ia harus berkeluarga dan mempunyai anak sebanyak mungkin, terlebih-lebih anak lelaki. Hal ini disebabkan karena anak lelaki mempunyai tugas keagamaan. Selanjut- nya orang harus memenuhi tugasnya sebagai kepala keluarga dengan berkurban, mempelajari Weda lebih lanjut dan bersedekah. Jika ia sudah tua dan sudah memenuhi tugas hidupnya, ia masuk ke dalam asrama berikutnya.

        Wanaprastha, atau tahap menjadi penghuni hutan (pertapa). la harus meninggalkan anak cucunya dan pergi ke hutan, untuk mempelajari Kitab-kitab Aranyaka, serta merenungkan kurban- kurban rohani. Akhirnya ia memasuki asrama terakhir, yaitu:

        Sannyasa atau tahap hidup penyangkalan. la harus meninggal- kan segala sesuatu, mengembara, hidup tanpa rumah, sebagai pengemis yang tidak memiliki apa-apa. Di dalam tahap ini ia harus mempelajari Kitab-kitab Upanisad. Dalam praktiknya sering tahap ketiga dan keempat digabung.

        Asrama adalah tingkatan hidup. Dalam agama Brahmana disebutkan adanya empat tingkatan hidup yang harus dilalui oleh setiap orang penganut agama tersebut. Sebelum memasuki keempat tingkatan tersebut setiap orang harus lebih dahulu melakukan upacara upanayana, yaitu upacara menjadikan seseorang anak menjadi “dwija’’ dan resmi sebagai anggota kasta, serta siap memasuki tingkatan hidup yang pertama, yaitu kehdupan sebagai Brahmacarin.

        Anak tadi akan meninggalkan rumah orang tuanya dan menetap sebagai siswa (sisya) di kediaman seorang guru untuk mempelajari isi kitab Veda dan pengetahuan keagamaan lainnya. Ia harus tunduk terhadap gurunya dan istri guru, patuh melaksanakan segala perintahnya dan harus mencari makan sendiri dengan cara minta-minta. Sebagai imbalannya ia akan menerima pelajaran dari guru terutama tentang dharm dan kitab suci.

        Kalau pelajarannya sudah selesai, anak segera pulang dan kaawin. Mulailah ia memasuki tingkat kedua, Grhasta, yang dimulai dengan perkawinan. Upacara perkawinan termasuk upacara terpenting yang diselenggarakan di rumah. Selesai melakukan upacara ini, kedua mempelai melangkah sebanyak tujuh langkah ke timur-laut sambal diperciki air suci.

        Sambal memegang tangan istrinya, suami mengucapkan mantra-mantra kemudian membawa api suci yang harus tetap menjadi kepala keluarga yang bertanggungjawab mendidik anak-anaknya dan melaksanakan kewajiban terhadap para dewa dengan menjalankan sesaji dan upacara korban. Ia juga harus melaksanakan kewajibannya yang berhubangan dengan kemasyarakatan. Tingkatan ketiga adalah Vanaprastha (kehidupan di hutan; Vana = hutan). Tingkatan ini adalah tingkatan yang harus ditempuh apabila seseorang sudah mencapai usia lanjut.

        Segala kewajibannya sebagai kepala keluarga diserahkannya kepada anak laki-laki. Adakalanya ia masuk hutan bersama istrinya supaya dapat memberikan ketenangan dan keheningan berfikir dalam upayanya mencapai kesempurnaan hidup. Segala ikatan duniawi harus dilepaskannya untuk sepenuhnya mengabdikan diri secara keagamaan. Tingkatan terakhir, atau yang keempat, ialah Sanyasin, yaitu tingkat pertapa yang telah lepas dari kehidupan dunia. Sekalipun ia masih hidup di dunia ini namun ia sama sekali telah melepaskan diri dari permasalahan dunia sehingga terbuka kesempatan untuk mencapai moksa.

        Barangkali benar bila dikatakan bahwa dalam  kenyataannya sistem catur asrama di atas hanya berlaku bagi para ‘’dwija’’ dan hanya  orang yang ingin hidup sempurna saja yang melakukannya.[10]

        III. Dewa dan Dewi

        Kurban dipandang sebagai alat yang dapat menjadikan manusia sebagai Tuhan dunia, maka dengan sendirinya dewa-dewa tak lagi memegang peranan penting di dalam hidup keagamaan orang. Pada zaman ini ada beberapa dewata yang sudah tak pernah disebut- sebut lagi, dan ada dewa-dewa yang hanya diturunkan kedudukan- nya, umpamanya Dewa Waruna. Dari pengawas rta ia menjadi dewa laut. Dewa Indra dan Dewi Sawitri disamakan dengan Surya, dan sebagainya. Akan tetapi hidup manusia memang tak mungkin tanpa ke- kuasaan yang dianggap lebih tinggi daripada manusia. Maka ada juga dewa-dewa yang dinaikkan kehormatannya, umpamanya Dewa Wisnu, Prajapati, dan beberapa dewa lainnya. Sebaliknya ada juga tambahan dewa-dewa, yang abstrak, yang jauh dari manusia. Mereka menjadi bahan-bahan pemikiran spekulatif saja. 

        Agama hindu menyebut adanya banyak dewa individual. Berbagai dewa dan dewi adalah personifikasi dari aspek Tuhan yang sama (iswara). Sebagai contoh, ketika umat Hindu membayangkan Iswara sebagai pemberi ilmu dan pengetahuan, aspek Iswara tersebut diidentifikasi sebagai Dewi Saraswati.

        Dewi Laksmi adalah personifikasi Iswara sebagai pemberi kekayaan dan kemakmuran. Tidak berarti bshwa Iswara adalah penguasa segala dewa-dewi. Iswara hanyalah nama yang digunakan untuk merujuk kepada kepribadian Tuhan secara umum, dan tidak merujuk kepada dewa-dewi tertentu.[11]

        Kurban dipandang sebagai alat yang dapat menjadikan manusia sebagai Tuhan dunia, maka dengan sendirinya dewa-dewa tak lagi memegang peranan penting di dalam hidup keagamaan orang. Pada zaman ini ada beberapa dewata yang sudah tak pernah disebut- sebut lagi, dan ada dewa-dewa yang hanya diturunkan kedudukan- nya, umpamanya Dewa Waruna. Dari pengawas rta ia menjadi dewa laut.

        Dewa Indra dan Dewi Sawitri disamakan dengan Surya, dan sebagainya. Akan tetapi hidup manusia memang tak mungkin tanpa ke- kuasaan yang dianggap lebih tinggi daripada manusia. Maka ada juga dewa-dewa yang dinaikkan kehormatannya, umpamanya Dewa Wisnu, Prajapati, dan beberapa dewa lainnya. Sebaliknya ada juga tambahan dewa-dewa, yang abstrak, yang jauh dari manusia. Mereka menjadi bahan-bahan pemikiran spekulatif saja.

        Bab III. Penutup

        A. Kesimpulan

        Agama Brahmana bersumber pada Kitab Brahmana, yaitu bagian Kitab Weda yang kedua. Kitab-kitab ini ditulis oleh para imam atau Brahmana dalam bentuk prosa. Isinya memberi keterangan tentang kurban.

        Hal ini disebabkan karena zaman ini adalah suatu zaman yang memusatkan keaktifan rohaninya pada kurban. Oleh karena itu kitab-kitab ini menguraikan upacara-upacara kurban, membicarakan nilainya serta mencoba mencari asal-usul kurban itu. Pada zaman Brahmana timbul perubahan-perubahan suasana. Ciri-ciri zaman ini adalah:

        a. Kurban mendapat yang berat.

        b. Para imam menjadi golongan yang paling berkuasa.

        c. Perkembangan kasta dan asrama.

        d. Dewa-dewa berubah perangainya.

        e. Timbulnya Kitab-kitab Sutra.

        DAFTAR PUSTAKA

        Ali, Mukti, Agama-Agama Di Dunia (Yogyakarta : IAIN SUNAN KALIJAGA PRESS, 1988)

        Hajiwijono, Harun, Agama Hindu dan Budha (Jakarta: PT BPK Gunung, 2008)

        Sou’yb, Joesoef : Agama Agama Besar di Dunia (Jakarta : Al Husna Zikra, 1996)

        Ardhana Suparta. Sejarah perkembangan AGAMA HINDU di Indonesia. Surabaya: Paramita, 2002

        Arifin Muhammad. Menguak Misteri Ajaran Agama-Agama Besar. Jakarta: Golden Terayon Press, 1986

        Mukti Ali. Agama-Agama di Dunia. Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Press,1988. Cet. Ke-1

        Tim Prima Pena. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: GITAMEDIA PRESS. Cet.I

        Titib Made. TEOLOGI & SIMBOL-SIMBOL dalam AGAMA HINDU. Surabaya: Paramita, 2003

        Viresvarananda Svami. Brahma Sutra Pengetahuan Tentang Ketuhanan. Surabaya: Paramita, 2004