Blog

  • Cara Mencari Keturunan F1 sampai F2 pada Persilangan Dihibrid – Hukum Mendel 2

    Persilangan menurut Hukum Mendel II.

    Jika disilangkan antara tanaman berbiji bulat kuning dengan tanaman berbiji kisut hijau, maka keturunan F1 dan F2 -nya dapat dijelaskan seperti berikut ini.

    Parental ( P1 ) :BbYy( bulat kuning )Xbbyy( kisut hijau )
    Gamet :BY, By, bY, byby
    F1 ( keturunan Pertama ) :BYBybYbybyBbYyBulat kuningBbyyBulat hijaubbYykisut kuningbbyyKisut hijau
    F2 ( keturunan kedua ) :Diperoleh dengan menyilangkan sesama F1Yaitu :1. BbYy X BbYy, 2. BbYy X Bbyy, 3. BbYy X bbYy, 4. BbYy X bbyy5. Bbyy X Bbyy, 6. Bbyy X bbYy , 7. Bbyy X bbyy8. bbYy X bbYy, 9. bbYy X bbyy10. bbyy X bbyyGunakan bagan punnet seperti  waktu mencari keturunan F1, untuk mempermudah Anda dalam mencari keturunan kedua ( F2 –nya )Contoh : 1. Persilangan antara BbYy dengan BbYyBYBybYbyBYBBYYBulat kuningBBYyBulat kuningBbYYBulat kuningBbYyBulat kuningByBBYyBulat kuningBByyBulat hijauBbYyBulat kuningBbyyBulat hijaubYBbYYBulat kuningBbYyBulat kuningbbYYkisut kuningbbYykisut kuningbyBbYyBulat kuningBbyyBulat hijaubbYykisut kuningBbyyKisut hijauPerbandingan / rasio fenotip F2 dari persilangan tersebut adalah : bulat kuning : bulat hijau : kisut kuning : kisut hijau =    9 : 3 : 3 : 1Lanjutkan seperti contoh di atas untuk persilangan-persilangan berikutnya ( 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 )
  • Inhibitor Enzim

    Pada setiap proses fisiologi tubuh selalu diperlukan enzim. Sebagai biokatalisator, enzim akan bekerja optimal bila kondisi fisik lingkungan mendukung sesuai dengan karakter spesifik enzim. Namun demikian, kerja enzim akan terhambat bila ada pengaruh inhibitor/penghambat.

    Banyak senyawa asing yang dapat menghambat kinerja enzim dalam melaksanakan tugas sebagai biokatalisator. Senyawa tersebut dapat berupa zat an organik (kation logam) maupun zat organik. Terdapat berbagai macam inhibitor, yaitu :

    1. inhibitor kompetitif 
    2. inhibitor non kompetitif
    3. inhibitor irreversible

    Inhibitor kompetitif mempunyai struktur hampir sama dengan substrat, sehingga mampu bersaing dengan substrat untuk berikatan dengan sisi aktif enzim. Apabila hal ini terjadi, maka laju reaksi akan menurun. Penambahan substrat asli merupakan upaya untuk  mengatasi hal tersebut. Enzim suksinat dehidrogenase akan mengalami hambatan kerja bila dalam lingkungannya terdapat malonat.

    Inhibitor non kompetitif tidak mempunyai struktur yang sama dengan substrat, namun mampu membentuk kompleks enzim inhibitor pada bagian selain sisi aktif enzim. Dengan demikian inhibitor jenis ini dapat mengubah struktur enzim. Walaupun substrat asli berikatan pada enzim, enzim tidak akan dapat mengkatalis reaksi. Ion cianida akan mengikat Fe pada enzim sitokrom pada sistem respirasi.

    Inhibitor irreversible akan berikatan secara kuat dengan enzim. Kondisi tersebut menjadikan enzim tidak aktif dan tidak dapat kembali seperti semula (irreversible). Enzim asetilkolin-esterase akan terhambat bila pada lingkungannya terdapat senyawa diisopropilfluorofosfat 

  • Sejarah Pembangunan Monas – Monumen Nasional

    Pembangunan Monas

    Menomen ini terletak persis di Pusat Kota Jakarta. Tugu Monas merupakan tugu kebanggaan bangsa Indonesia, selain itu monas juga menjadi salah satu pusat tempat wisata dan pusat pendidikan yang menarik bagi warga Indonesa baik yang dijakarta maupun di luar Jakarta. Tujuan pembangunan tugu monas adalah untuk mengenang dan mengabadikan kebesaran perjuangan Bangsa Indonesia yang dikenal dengan Revolusi 17 Agustus 1945, dan juga sebagai wahana untuk membangkitkan semangat patriotisme generasi sekarang dan akan datang.

    Monas mulai dibangun pada bulan Agustus 1959. Keseluruhan bangunan Monas dirancang oleh para arsitek Indonesia yaitu Soedarsono, Frederich Silaban dan Ir. Rooseno. Pada tanggal 17 Agustus 1961, Monas diresmikan oleh Presiden Soekarno. Dan mulai dibuka untuk umum sejak tanggal 12 Juli 1975.

    Tugu Monas punya ciri khas tersendiri, sebab arsitektur dan dimensinya melambangkan kias kekhususan Indonesia. Bentuk yang paling menonjol adalah tugu yang menjulang tinggi dan pelataran cawan yang luas mendatar. Di atas tugu terdapat api menyala seakan tak kunjung padam, melambangkan keteladanan semangat bangsa Indonesia yang tidak pernah surut berjuang sepanjang masa.

    http://satupedang.blogspot.com/2015/08/sejarah-pembangunan-monas-monumen.html

    Bentuk dan tata letak Monas yang sangat menarik memungkinkan pengunjung dapat menikmati pemandangan indah dan sejuk yang memesona, berupa taman di mana terdapat pohon dari berbagai provinsi di Indonesia. Kolam air mancur tepat di lorong pintu masuk membuat taman menjadi lebih sejuk, ditambah dengan pesona air mancur bergoyang.

    Di dekat pintu masuk menuju pelataran Monas itu juga nampak megah berdiri patung Pangeran Diponegoro yang sedang menunggang kuda. Patung yang terbuat dari perunggu seberat 8 ton itu dikerjakan oleh pemahat Italia, Prof Coberlato sebagai sumbangan oleh Konsulat Jendral Honores, Dr Mario di Indonesia.

    Gagasan Pembangunan Monas

    Gagasan awal pembangunan Monas muncul setelah sembilan tahun kemerdekaan diproklamirkan. Beberapa hari setelah peringatah HUT ke-9 RI, dibentuk Panitia Tugu Nasional yang bertugas mengusahakan berdirinya Tugu Monas. Panitia ini dipimpin Sarwoko Martokusumo, S Suhud selaku penulis, Sumali Prawirosudirdjo selaku bendahara dan dibantu oleh empat orang anggota masing-masing Supeno, K K Wiloto, E F Wenas, dan Sudiro.

    Panitia yang dibentuk itu bertugas mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan pembangunan Monas yang akan didirikan di tengah lapangan Medan Merdeka, Jakarta . Termasuk mengumpulkan biaya pembangunannya yang harus dikumpulkan dari swadaya masyarakat sendiri.

    Setelah itu, dibentuk panitia pembangunan Monas yang dinamakan ”Tim Yuri” diketuai langsung Presiden RI Ir Soekarno. Melalui tim ini, sayembara diselenggarakan dua kali. Sayembara pertama digelar pada 17 Februari 1955, dan sayembara kedua digelar 10 Mei 1960 dengan harapan dapat menghasilkan karya budaya yang setinggi-tingginya dan menggambarkan kalbu serta melambangkan keluhuran budaya Indonesia.

    Dengan sayembara itu, diharapkan bentuk tugu yang dibangun benar-benar bisa menunjukan kepribadian bangsa Indonesia bertiga dimensi, tidak rata, tugu yang menjulang tinggi ke langit, dibuat dari beton dan besi serta batu pualam yang tahan gempa, tahan kritikan jaman sedikitnya seribu tahun serta dapat menghasilkan karya budaya yang menimbulkan semangat kepahlawanan.

    Oleh Tim Yuri, pesan harapan itu dijadikan sebagai kriteria penilaian yang kemudian dirinci menjadi lima kriteria meliputi harus memenuhi ketentuan apa yang dinamakan Nasional, menggambarkan dinamika dan berisi kepribadian Indonesia serta mencerminkan cita-cita bangsa, melambangkan dan menggambarkan “api yang berkobar” di dalam dada bangsa Indonesia, menggambarkan hal yang sebenarnya bergerak meski tersusun dari benda mati, dan tugu harus dibangun dari benda-benda yang tidak cepat berubah dan tahan berabad-abad.

    Namun, dua kali sayembara digelar, tidak ada rancangan yang memenuhi seluruh kriteria yang ditetapkan panitia. Akhirnya, ketua Tim Yuri menunjuk beberapa arsitek ternama yaitu Soedarsono dan Ir F Silaban untuk menggambar rencana tugu Monas. Keduanya arsitek itu sepakat membuat gambarnya sendiri-sendiri yang selanjutnya diajukan ke ketua Tim Yuri (Presiden Soekarno), dan ketua memilih gambar yang dibuat Soedarsono.

    Dalam rancangannya, Soedarsono mengemukakan landasan pemikiran yang mengakomodasi keinginan panitia. Landasan pemikiran itu meliputi kriteria Nasional. Soedarsono mengambil beberapa unsur saat Proklamasi Kemerdekaan RI yang mewujudkan revolusi nasional sedapat mungkin menerapkannya pada dimensi arsitekturnya yaitu angka 17, 8, dan 45 sebagai angka keramat Hari Proklamasi.

    http://satupedang.blogspot.com/

    Bentuk tugu yang menjulang tinggi mengandung falsafah “Lingga dan Yoni” yang menyerupai “Alu”sebagai “Lingga” dan bentuk wadah (cawan-red) berupa ruangan menyerupai “Lumpang” sebagai “Yoni”. Alu dan Lumpang adalah dua alat penting yang dimiliki setiap keluarga di Indonesia khususnya rakyat pedesaan. Lingga dan Yoni adalah simbol dari jaman dahulu yang menggambarkan kehidupan abadi, adalah unsur positif (lingga) dan unsur negatif (yoni) seperti adanya siang dan malam, laki-laki dan perempuan, baik dan buruk, merupakan keabadian dunia.

    Bentuk seluruh garis-garis arsitektur tugu ini mewujudkan garis-garis yang bergerak tidak monoton merata, naik melengkung, melompat, merata lagi, dan naik menjulang tinggi, akhirnya menggelombang di atas bentuk lidah api yang menyala. Badan tugu menjulang tinggi dengan lidah api di puncaknya melambangkan dan menggambarkan semangat yang berkobar dan tak kunjung padam di dalam dada bangsa Indonesia.

    Proses Pembangunan Monas

    Pembangunan tugu Monas dilaksanakan melalui tiga tahapan yaitu tahap pertama (1961-1965), kedua (1966-1968), dan tahap ketiga (1969-1976). Pada tahap pertama pelaksanaan pekerjaannya dibawah pengawasan Panitia Monumen Nasional dan biaya yang digunakan bersumber dari sumbangan masyarakat.

    Tahap kedua pekerjaannya masih dilakukan dibawah pengawasan panitia Monas. Hanya saja, biaya pembangunannya bersumber dari Anggaran Pemerintah Pusat c.q Sekertariat Negara RI. Pada tahap kedua ini, pembangunan mengalami kelesuan, karena keterbatasan biaya.

    Tahap ketiga pelaksanaan pekerjaan berada dibawah pengawasan Panitia Pembina Tugu Nasional, dan biaya yang digunakan bersumber dari Pemerintah Pusat c.q Direktorat Jenderal Anggaran melalui Repelita dengan menggunakan Daftar Isian Proyek (DIP).

    Ruang Museum Sejarah

    Ruang museum sejarah yang terletak tiga meter dibawah permukaan halaman tugu memiliki ukuran 80X80 meter. Dinding serta lantai di ruang itu pun semuanya dilapisi batu marmer. Di dalam ruangan itu, pengunjung disajikan dengan 51 jendela peragaan (diorama) yang mengabadikan sejarah sejak jaman kehidupan nenek moyang bangsa Indonesia, perjuangan mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan bangsa Indonesia hingga masa pembangunan di jaman orde baru. Di ruangan ini pula, pengunjung juga dapat mendengar rekaman suara Bung Karno saat membacakan Proklamasi.

    http://satupedang.blogspot.com/

    Ruang Kemerdekaan

    Sementara di ruang kemerdekaan yang berbentuk amphitheater terletak di dalam cawan tugu, terdapat empat atribut kemerdekaan meliputi peta kepulauan Negara RI , Lambang Negara Bhinneka Tunggal Ika, dan pintu Gapura yang berisi naskah Proklamasi Kemerdekaan.

    Di pelataran puncak tugu yang terletak pada ketinggian 115 meter dari halaman tugu memiliki ukuran 11X11 meter, pengunjung dapat mencapai pelataran itu dengan menggunakan elevator (lift-red) tunggal yang berkapasitas sekitar 11 orang.

    Di pelataran yang mampu menampung sekitar 50 orang itu juga disediakan empat teropong di setiap sudut, dimana pengunjung bisa melihat pemandangan Kota Jakarta dari ketinggian 132 meter dari halaman tugu Monas.

    Lidah api yang terbuat dari perunggu seberat 14,5 ton dengan tinggi 14 meter dan berdiameter 6 meter, terdiri dari 77 bagian yang disatukan. Seluruh lidah api dilapisi lempengan emas seberat 35 kilogram, dan kemudian pada HUT ke-50 RI, emas yang melapisi lidah api itu ditambah menjadi 50 kilogram.

  • Makalah HAM Dalam Prespektif Islam

    HAM Dalam Prespektif Islam

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Tiada hari tanpa Hak Asasi Manusia (HAM), baik dalam kejadian-kejadian nyata ataupun hanya sekedar bahan pembicaraan para pakar, aktivis HAM, lembaga-lembaga Nasional maupun Internasionnal.
    Pada hakekatnya, HAM adalah sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa, yang melekat pada diri manusia, bersifat kodrah, universal dan abadi, yang berkaitan dengan hakekat dan martabat manusia.

    Melihat kenyataannya sekarang, HAM yang pada hakekatnya adalah anugerah Tuhan, yang merupakan harkat dan martabat menusia tidak lagi menduduki kedudukannya. Fenomenanya bahwa penindasan terhadap HAM kerap sekali menjadi topik utama dalam kehidupan. Problema HAM juga telah berkembang sedemikian rupa sehingga menjadi dilema global. Karena antara pihak-pihak yang tertindas hak-hak dan kebebasannya dengan pihak yang menindas, sama-sama dalam satu rekayasa global. Fenomena tersebuut dapat dicontohkan dalam dunia kekuasaan politik, ekonomi dan budaya.

    Yang lebih parah lagi sebuah fenomena diatas justru kecenderungan itu terlihat pada hak-hak paling individual seperti hak bicara, hak berfikir dan hak untuk mencintai sesama manusia. Tentunya dapat dikatakan sebuah penindasan nurani yang terasa lebih kejam dibanding penindasan-penindasan fisik.
    Melihat fenomena-fenomena diatas timbul pertanyaan besar yaitu bagaimanakah hakekat sebenarnya Hak Asasi Manusia itu, dan seperti apa HAM itu jika melihat kenyataannya sekarang seperti itu. Dalam konteks Islam, agama universal yang mengajarkan keadilan bagi semua manusia tanpa pandang bulu, sebagai agama kemanusiaan yang meletakkan manusia pada posisi yang sangat mulia, bagaimana islam berpandangan mengenai HAM. Kedua hal tersebut adalah sebuah konsepsi yang sangat penting untuk dibahas.

    Bab II. Konsep Dasar

    Dalam pembahasan kali ini, yang pertama kita bahas adalah konsep dasar dari HAM itu sendiri. Secara etimologi, hak merupakan unsur normative yang berfungsi sebagai pedoman perilaku, melindungi kebebasan, kekebalan serta menjamin adanya peluang bagi manusia dalam menjaga harkat dan martabatnya. Sedangkan asasi berarti yang bersifat paling mendasar atau fundamental. Dengan demikian, hak asasi berarti hak yang paling mendasar yang di miliki oleh manusia sebagai fitrah, sehingga tak satupun makhluk dapat mengintervensinya apalagi mencabutnya.

    Yang di maksud di atas bahwa Hak asasi adalah hak yang paling mendasar atau hak dasar manusia yaitu hak-hak manusia yang pokok yang tidak dapat di pisahkan dari badannya dan tidak di kurangi oleh siapapun juga. Misalkan hak hidup, hak kemerdekaan, hak untuk mengejar kebahagiaan dan sebagainya. Hak untuk hidup adalah hak yang paling asasi yang dimiliki manusia dan tak satu pun manusia ini memiliki kewenangan untuk mencabut kehidupan manusia yang lain.

    Selanjutnya adalah tentang konsep HAM dalam Islam. Islam memandang bahwa kedudukan manusia adalah sama dan hanya dibedakan dari sudut pandang ketaqwaannya, tidak ada paksaan dalam beragama, dan tidak boleh satu kaum menghina kaum yang lain. Demikian pula tentang hak asasi manusia. Sebelumnya telah disebutkan bahwa HAM adalah hak kodrati yang dianugerahkan Allah SWT, kepada setiap manusia dan hak dapat dicabut atau dikurangi oleh kekuasaan atau badan apapun. Hak-hak Allah yang diberikan Allah itu bersifat permanent dan kekal.

    Menurut kalangan ulama’ Islam, terdapat dua konsep tentang hak dalam Islam: hak manusia (haq al insan) dan hak Allah. Hak manusia itu bersifat relatif sedangkan hak Allah adalah mutlak., tetapi antara kedua hal tersebut saling melandasi satu sama lain. Hak Allah melandasi hak manusia demikian juga sebaliknya, sehingga dalam praktiknya tidak bisa dipisahkan satu dari yang lainnya. Contohnya dalam pelaksanaan hak Allah berupa ibadah shalat. Seseorang muslim yang taat memiliki kewajiban mewujudkan pesan moral ibadah shalat dan mengucapkan salam diakhir salam adalah tuntutan bagi setiap muslim untuk menebar keselamatan bagiorang sekelilingnya atas dasar keagungan Allah . Dengan ungkapan lain, hak Tuhan dan hak manusia dalam Islam terkandung dalam ajaran ibadah sehari-hari. Islam tidak memisahkan antara hak Allah dan hak manusia.

    Sedangkan hak manusia, seperti hak kepemilikan, setiap manusia berhak untuk mengelola harta yang dimilikinya. Namun demikian, Islam menekankan bahwa pada setiap hak manusia terdapat hak Allah. Walaupun seseorang berhak memanfaatkan hartanya, tetapi ia tidak boleh menggunakan harta keluarganya untuk tujuan yang bertentangan dengan ajaran Allah. Oleh karena itu kewajiban mengeluarkan zakat bagi setiap muslim yang mampu merupakan contoh lain dari ajaran Islam tenrang kepedulian sosial yang harus dijalankan oleh pemeluk Islam.

    Yang terjadi sekarang atau realitas yang ada sekarang tentang HAM terutama HAM adalah Islam banyak yang perlu dibalas. Diantaranya adalah mengenai HAM adalah hak dasar manusia pada realitas yang ada memang benar adanya. Setiap manusia mempunyai hak untuk hidup dan terbukti sebagian besar bahkan semua manusia mendapatkannya. Tetapi kenyataanya masih ada orang yang tidak mendapatkan hak itu, yang lebih parah lagi sekarang banyak orang yang dengan sengaja maupun tidak begitu tega merampas hak dasar manusia itu yang menjadi hak pokok manusia itu. Contohnya yang sederhana adalah makin banyaknya kasus pembunuhan, mutilasi, dan malah terjadi seorang ibu tega membunuh janinnya sendiri dengan jalan aborsi tentunya hal demikian telah merampas hak seseorang untuk hidup. Padahal di Negara kita adalah mayoritas penduduknya adalah agama Islam. Kemungkinan pun dapat terjadi bahwa saya yang mengalami kasus tersebut ada orang Islam sendiri. Sebagai umat Islam tentunya tahu bahwa hanya Allah yang berhak mencabut nyawa seseorang secara kasar hanya Allah yang berhak merampas kehidupan seseorang . manusia tidak mempunyai hak sedikitpun dalam hal tersebut.

    Kasus diatas adalah hak untuk hidup dalam artiannya hak untuk hidup di dunia, kemudian hak bertahan hidupnya banyak terlibat. Banyak orang yang direngggut hak untuk bertahan hidupnya pada masa sekarang. Realitas yang terjadi banyak pengangguran di kalangan masyarakat. Mereka tidak diberi kesempatan untuk memperoleh haknya untuk mempertahankan kehidupannya. Pekerjaan yang dimiliki seseorang sangatlah bergantung dengan kelangsungan hidupnya. Karena hanya dengan bekerja mereka mendapatkan penghasilan yang kemudian digunakan untuk membelikan sesuatu demi kelangsungan hidupnya.

    Salah satu contoh lagi adalah hak manusia, seperti yang dijelaskan sebelumnya yaitu hak kepemilikan seseorang. Islam telah menekankan bahwa hak kepemilikan harus memiliki nilai sosial dalam kata lain dalam hak kepemilikan seseorang terdapat juga hak orang lain. Realitas sekarang, belum semua orang islam sadar tentang hak orang lain yang ada pada hak miliknnya. Masih banyak umat islam yang belum mau sadar diri mengeluarkan zakat yang itu adalah hak orang lain. Buktinya kalangan uumat islam masih banyak yang tergolong miskin. Angka kemiskinan dibanding angka kekayaan lebih banyak angka kemiskinan.

    Bab III. Analisa Konsep

    Setelah membahas konsep-konsep dasar yang kemudian didialogkan dengan fenomena-fenomena sosial, sekarang akan dianalisa tentang pembahasan-pembahasan tersebut. Yang pertama adalah tentang Hak Dasar manusia yaitu hak hidup yang kemudian dilihat realitas yang ada. Hal tersebut dapat diianalisa bahwa Hak Asasi Manusia tidak selamanya didapatkan walaupun hak itu yang paling dasar manusia sekalipun yang seharusnya dimiliki setiap orang. Melihat realitasnya yang terjadi banyak pembunuhan, yang artinya hak seseorang telah dirampas haknya. Sehingga dapat dikatakan bahwa hal tersebut tidak lagi sepenuhnya ada pada masing-masing individu.

    Islam mempunyai sunber kuat tentang HAM, yaitu Al-Qur’an dan Hadits. Al-qur’an dan Hadits banyak memaparkan tentang hak-hak yang dimiliki setiap manusia baik didunia maupun di akhirat nanti Al-qur’an dan Hadits juga memaparkan tentang batasan-batasan hak yang dimiliki seseorang. Salah satu contohnya adalah bahwa ada hak orang lain yang ada pada hak masing-masing seseorang. Jika umat islam mempunyai dasar pijakan yang kuat tentang hak yang dimilikinnya. Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa masih terjadi pelanggaran-pelanggaran HAM tersebut. Dapat dikatakan bahwa umat islam dalam memahami atau dalam menerapkan hakya masih belum maksimal bahkan masih belum bisa mengaplikasikan dalam kehidupan.

    Selanjutnya tentang hak kepemilikan menusia. Telah disebutkan bahwa ternyata umat islam sekarang masih ada yang belum mau sadar diri mengeluarkan zakatnya. Padahal mereka mengetahui bahwa mengeluarkan zakat bagi yang dirasa mampu wajib hukumnya. Terbukti bahwa orang tersebut belum paham betul tentang ajaran-ajaran agamanya yaitu agama Islam. Pengetahuan mereka tentang Islam sangatlah kurang. Padahal mereka juga tahu kalau mereka memepunyai kitab suci yang dapat digunakan sebagai pijakan, tetapi sejalan dengan realitas yang ada banyak yang tidak mau mempelajarinya bahkan hanya sekedar membacanya pun tidak.

    Karena pemahaman dan pengetahuan mereka tentang Islam tidak begitu banyak, sehigga mereka menimbulkan kesalahan-kesalahan yang dapat merugika orang lain. Salah satu akibatnya adalah kemiskinan terjadi di kalangan masyarakat. Kalau saja umat Islam yang merasa mempunyai kewajiban mengeluarkan zakatnya, sadar tentang hal itu, dan dapat melaksanakan kewajibannya tersebut, tentunya kemiskinan yang terjadi dapat ditanggulangi. Zakat yang dikeluarkan dapat membantu warga atau masyarakat yang kurang mampu untuk mengatasi masalah kemiskinannya.

    Hal demikian bukan hanya tiap individu-individu yang terlibat. Peran serta pemerintah dan tokoh-tokoh juga diperlukan peranannya dalam mengatasi masalah HAM yang terjadi. Pemerintah dibutuhkan dalam hal sistem peraturannya atau dapat juga sistem undang-undangnya, dapat dikatakan pula dalam hal fasilitas atau pelayanannya. Undang-undang mengenai HAM harus dipertegas dan memberikan tindakan tegas bagi yang melanggarnya. Pemerintah juga dapat membentuk badan-badan khusus atau lembaga-lembaga yang bertindak dalam mengenai HAM. Memang sudah ada lembaga-lembaga yang telah berdiri, contohnya lembaga perlindungan anak yang bergerak dalam hal hak-hak pada anak. Lembaga perlindungan wanita yang melindungi hak-hak kaum wanita, dan masih banyak lagi lembaga-lembaga yang berdiri. Yang perlu di pertanyakan apa sudah berfungsikah lembaga-lembaga perlindungan hak tersebut dan apa buktinya. Padahal kenyataannya masih banyak hak-hak yang tidak dilindungi oleh pemerintah. Dapat dikatakan telah dilindungi, tetapi belum sepenuhnya.

    Contoh lain adalah mengenai zakat tersebut yang telah dicontohkan di atas. Memang sudah ada badan khusus yang menangani zakat bagi umat Islam. Sama pertanyaannya, apakah sudah berjalan atau sudah maksimalkah dalam kerjanya. Bisa saja berjalan dalam artian mereka menampung zakat-zakat orang yang mengeluarkan zakat yang kemudian diberikan oleh fakir miskin, tetapi apa sudah maksimalkah dalam bekerjanya kalau melihat realitanya masih banyak masyarakat yang kekurangan. Berarti banyak terjadi penyelewengan-penyelewengan. Banyak yang melakukan pelanggaran-pelanggaran yang seharusnya tidak mereka lakukan.

    Tidak hanya pemerintah, tokoh-tokoh agama Islam juga mempunyai peranan penting dalam hal ini. Kalau pemerintah mempunyai peranan dalam fasilitas atau pelayanannya, maka tokoh-tokoh agama mempunyai peranan dalam hal spiritualnya. Para ulama’ Islam mempunyai kewajiban dalam pemahaman umat muslim mengenai ajaran-ajaran Islam. Salah satu contohnya adalah mengenai zakat. Sangat perlu bagi umat Islam memahami arti zakat. Pemahaman dan kesadaran hal tersebut sangat menimbulkan dampak positif bagi seluruh umat Islam. Dampak tersebut salah satu contohnya adalah berkurangnya angka kemiskinan, sehingga tidak banyak lagi yang merasa dirinya kekurangan atau merasa dirinya miskin.

    Memang terbukti dalam realitas, bahwa konsep tentang ada hak orang lain dalam masing-masing hak seseorang. Telah dijelaskan bahwa terdapat hak Allah dalam hak manusia. Wujud aplikasinya adalah mengenai ibadah-ibadah yang dilakukan umat muslim. Dan juga terdapat hak orang lain dan hak Allah dalam hak-hak kepemilikan seseorang. Wujudnya adalah dalam hal kewajiban umat muslim untuk mengeluarkan zakat.

    Bab IV. Penutup

    Hak asasi manusia adalah hak kodrati yang bersifat permanent dan kekal yang merupakan anugerah Allah SWT yang sangat mulia. Sebagai makhluk Allah yang paling sempurna dan sangat mulia, sudah menjadi hal yang umrah dalam memahami HAM dengan benar. Tidak hanya butuh pemahaman tapi juga pengaplikasiannya dalam kehidupan masyarakat. Hak-hak asasi manusia dapat diperoleh jika mereka menghargai hak-hak orang lain juga. Peran serta pihak-pihak lain juga sangat perlu dalam mewujudkan hak asasi manusia tersebut.

    Kita sebagai umat muslim sudah menjadi kewajiban kita peduli tentang hak-hak kita. Peduli dalam artian bahwa kita dalam mewujudkan hak-hak kita juga perlu memperhatikan hak-hak orang lain yang terdapat di dalam hak-hak kita. Hal tersebut dapat kita laksanakan kalau kita mempunyai ilmu-ilmu yang menjelaskan tentang hal-hal tersebut. Oleh karena itu kita dituntut untuk mencari ilmu sebanyak-banyaknya demi pemahaman kita tentang konsep HAM tersebut. Jika umat Islam di seluruh dunia sadar dan paham tentang haknya, tentunya kesejahteraan dan perdamaian abadi dapat terwujud sesuai dengan harapan.

    DAFTAR PUSTAKA

    Hakiem, M. Luqman, Ed. 1993. Deklarasi Islam tentang HAM. Surabaya: Risalah Gusti
    Trianto, S.Pd. dan Titik Triwulan. 2007. Falsafah Negara dan Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
    Ubaedillah, A. dan Abdul Roozak. Pendidikan Kewarganegaraan, Demokrasi Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

  • Makalah Peran Mahasiswa Dalam Perwujudan Civil Society

    Peran Mahasiswa Dalam Perwujudan Civil Society

    Bab I. Pendahuluan

    Masyarakat Madani adalah sebuah tatanan masyarakat sipil (civil society) yang mandiri dan demokratis. masyarakat madani lahir dari proses penyemaian demokrasi, hubungan keduanya bagaikan ikan dan air.

    Masyarakaat sipil pada umumnya memiliki peran yang penting dan fungsi yang berbeda dengan lembaga negara yang dikenal dewasa ini.

    Beberapa istilah yang dan penggagas yang mengacu pada pengertian masyarakat sipil, sebagaimana yang dirumuskan oleh Dawam Raharjo :

    INDONESIA ASING
    Masyarakat sipil
    (mansour Fakih)

    Masyarakat Warga
    (Soetandyo Wignyosubroto)

    Masyarakat Kewargaan
    (Franz-Magnis Suseno dan M.Ryas Rasyid)

    Masyarakat Madani
    (Anwar Ibrahim,Nurcholid Madjid,M.Dawam Rahardjo)

    Civil Cociety (tidak diterjemahkan)
    (M.AS.Hikam) Koinonia politike (Aristoteles)

    Societas Civilis (Cicero)

    Commonitas Civilis
    Comonitas Politika
    Societe Civile
    (Tocquivile)

    Burgerlishe Gesellschaft
    (Hegel)

    Civil Cociety
    (Adam Ferguson)

    Civitas Etat

    Pemuda atau biasa disebut dengan generasi muda adalah konsep-konsep yang sering kali diberati oleh nilai-nilai.hal ini terutama karena keduanya bukanlah semata-mata istilah ilmiah,tapi,sering lebih merupakan pengertian ideologis dan kulturil.”pemuda Harapan Bangsa”,”Pemuda Pemilik Masa Depan” atau “Pemuda Harus Dibina”,dan sebagainya.memperlihatkan betapa saratnya nilai yang melekat pada kata Pemuda tersebut.

    Kata-kata Pemuda yang lebih seringnya dikenal oleh masyarakat sebagai devinisi dari Mahasiswa-Mahasiswi, yang berarti mahasiswa tak lain adalah sebagai masa depan dan harapan bangsa dalam menuju dan mewujudkan masa depan bangsa yang benar-benar diharapkan sepenuhnya,

    “Masa depan bangsa ditangan pemuda” merupakan sebuah artian bahwa masa depan bangsa tergantung pada mahasiswa.bagaimana sepak terjang para mahasiswa Indonesia dalam mewujudkan masa depan bangsa yang gemilang dan benar-benar diharapkan oleh seluruh warga negara bangsa tersebut, terutama bangsa Indonesia.

    Permasalahan yang akan saya bahas disini adalah bagaimana cara pemuda/mahasiswa untuk mewujudkan civil society atau yang biasa disebut oleh masyarakat Indonesia sebagai masyarakat madani yang baik dan benar.serta apa peran mahasiswa/pemuda dalam mewujudkan masyarakat madani khususnya di Indonesia.serta apa yang semestinya dilakukan pemuda/mahasiswa dalam lingkungan masyarakat madani agar sebuah masyarakat madani yang telah dibangun oleh para pemuda/mahasiswa dapat terjaga keutuhannya sehingga terwujudlah apa yang diharapkan oleh bangsa Indonesia pada umumnya.

    Bab II. Konsep Dasar

    Di era globalisasi ini,keadaan masyarakat dunia khususnya masyarakat Indonesia dapat dikatakan mengalami penurunan dalam banyak hal,maka masyarakat madani (civic Society) tidak banyak ditemukan.salah satu ciri masyarakat yang sekarang adalah masyarakat yang kurang mempunyai kepedulian terhadap sesama,toleransi,dan hal-hal yang bertolak belakang dengan ciri-ciri masyarakat madani yang lain.

    Banyak konflik yang timbul di kalangan masyarakat Indonesia dikarenakan hal-hal tersebut.maka,dibutuhkan upaya dari para mahasiswa,khususnya para mahasiswa Indonesia untuk mengatasi hal-hal tersebut agar tercipta masyarakat madani (civil society) yang diharapkan bangsa.

    Jadi,mahasiswa/pemuda harus mempunyai planning,sistem,program kerja,nilai-nilai,cara kerja,serta mempunyai potensi dan strategi dalam mewujudkan masyarakat madani tersebut.

    Salah satu cara mengetahui bagaimana cara pemuda/mahasiswa untuk membentuk masyarakat madani pada masyarakatnya masing-masing khususnya masyarakat Indonesia adalah dengan melihat kembali bagaimana pemuda-pemuda pada zaman sebelum orde baru membangun sebuah masyarakat yang dapat dikatakan sebagai masyarakat yang baik yang dapat dicatat dalam sejarah bangsa Indonesia.

    Hal yang tersebut juga disesuaikan dengan keadaan masyarakat pada zaman reformasi pada abad yang ke 21 ini,jadi,pemuda/mahasiswa yang akan membentuk sebuah masyarakat madani (civil society) di negara Indonesia ini tidak sekedar menerapkan metode-metode dan planning serta cara dan program kerja mereka pada masyarakat Indonesia,tetapi juga perlunya untuk meninjau secara teliti bagaimana kondisi dan situasi serta sejarah masyarakat Indonesia pada umumnya agar tidak meninbulkan kekeliruan dalam pelaksanaan visi dan misinya yang ditujukan untuk masyarakat.

    Bab III. Analisa Konsep

    Masyarakat madani (civil society) yang secara umum dapat diartikan sebagai suatu masyarakat atau intitusi sosial yang memiliki ciri antara lain :kemandirian, toleransi, keswadayaan, kerelaan menolong satu sama lain, dan menjunjung tinggi norma dan etika yang disepakatinya secara bersama-sama.di Indonesia, secara historis, upaya untuk merintis lahirnya institusi semacam ini sudah muncul sejak masyarakat kita mulai bersentuhan dengan pendidikan modern, berkenalan dengan sistem kapitalisme global, dan modernisasi. pada masa itulah masyarakat mulai mendirikan organisasi-organisasi modern yang dipelopori oleh gerakan pemuda Indonesia yang sebagian besar memiliki pemikiran yang maju.

    Setelah zaman semakin maju, segala sesuatu serba modern dan instant, pemuda Indonesia pun mulai banyak yang berpikiran secara kritis dalam pembangunan bangsa yang idealis. maka, permasalahan dan problem sosial di negara Indonesia pun tidak kalah rumit dan banyak yang menjadi pekerjaan rumah dan tantangan bagi para pemuda/mahasiswa Indonesia di era globalisasi ini.

    Pada umumnya problem sosial tersebut di Indonesia bertalian erat dengan mobilitas geografis dari penduduk.khususnya urbanisasi dalam arti proses daerah menjadi kota.perubahan mata pencaharian agraris menjadi nonagraris.gerak penduduk masuk kota,serta perubahan-perubahan pola tingkah laku yang mendampingi proses pengkotaan.

    Dalam memasuki era pembangunan 25 tahun ini, sebaiknya Indonesia dilihat dari pandangan sebagai berikut : pembangunan nasional memperlihatkan lebih dari sekedar perubahan dari satu ke lain keadaan. pembangunan nasional tercipta dari satu keinginan yang tersirat atau tersurat untuk melaksanakan suatu perubahan dan mempercepatnya. sehingga yang lebih disukai, sesuatu keadaan atau seperangkat sasaran dicapai dan dihasilkan lebih cepat dibanding dengan tidak dilakukannya apa-apa. pembangunan menghendaki sasaran serta motivasi serta membutuhkan perubahan-perubahan kelembagaan.

    Indonesia memasuki abad ke 21 sebagai negara berkembang yang mampu mencapai GNP 400 dolar per-kapita.sehingga dapat melepaskan sebutan sebagai negara terbelakang. abad ke 21 diyakini sebagai pemuda sebagai milik mereka. sehingga sudah selayaknya apabila mereka turut mencoba memikirkan bentuk dan isi negara. para teknokrat dari generasi tua dalam meencanakan dan membuat masa depan dituduh melupakan buat siapa sebenarnya mereka bekerja itu? Saat itulah kegelisahan penuda/para mahasiswa terlihat dengan jelasnya dan merekapun mulai mendapat perhatian dari pemerintah.

    Kecemasan kaum muda sebenarnya berlatar belakang banyak seperti peledakan penduduk, krisis pendidikan,birokrasi dan otoritas serta masalah-masalah sosial ekonomis. Kadar ketidak puasan mereka dapat berlipat ganda sesuai dengan perkembangan kekompleksan situasi di tanah air dan protes dalam segala bentuk merupakan jawaban yang wajar. Meskipun disebutkan bahwa masalah terpenting adalah “kurang kepastian generasi muda terhadap masa depan”, itu tidak berarti bahwa mereka bersikap pasif dan ragu-ragu saja.munculnya gerakan ZPG (Zero Population Growth Movement) dikalangan mahasiswa di Yogyakarta pada akhir tahun 1972 menunjukkan kesadaran mereka akan parahnya masalah kependudukan ditanah air kita .

    Sebelum mahasiswa memulai sepak terjang mereka,maka harus dikoreksi terlebih dahulu hal-hal yang bersangkutan dengan mereka,yang pertama-tama yang harus diperhatikan para mahasiswa yang akan melaksanakan suatu misi sebagai agen of change adalah memperbaiki penampilannya, karena mau tidak mau masyarakat di zaman ini akan memandang seseorang dari segi lahiriahnya terlebih dahulu meskipun tidak semua segi lahiriah itu menggambarkan suatu sisi yang paling dalam dari setiap orang, tapi itulah adanya masyarakat kita pada zaman sekarang ini, dan setidaknya suatu penampilan itu akan dapat meyakinkan masyarakat bahwa mahasiswa itu telah dapat dikatakan pantas meskipun hanya untuk sekedar berbicara di depan mereka.

    Hal penting lain yang seharusnya mendampingi sisi lahiriah/penampilan itu adalah sisi rohani, yang biasa dikenal dari segi nilai-nilai, moral, serta karakter yang ada dalam diri mereka.apabila memang ada yang perlu untuk dikoreksi, maka harus dikoreksi/diperbaiki terlebih dahulu sebelum memulai memperbaiki masyarakat. hal ini merupakan hal yang sangat penting bagi para mahasiswa, karena image mahasiswa adalah sebagai agen of change, karena mahasiswa tetaplah akan hidup dengan masyarakat umum dimanapun ia hidup, karena memang mereka adalah tetap sebagai manusia biasa yang termasuk makhluk sosial, sedangkan semua makhluk sosial pasti membutuhkan bantuan orang lain,jadi bagaimana mereka dapat merubah style masyarakat yang jelek apabila mahasiswa yang dikenal sebagai “agen of chagen” nya sendiri belum bisa dikatakan sebagai “agen of change” yang pantas setidaknya yang benar-benar dapat dicontoh, meskipun hanya sekedar membangun image yang baik, dengan wibawa, karisma dan pandangan yang positif di kalangan masyarakat agar mendapat suatu kepercayaan yang mutlak serta pantas untuk dijadikan sebagai contoh dalam masyarakat untuk berbagai golongan.karena tanpa adanya suatu kepercayaan, masyarakat tidak akan mau memandang mahasiswa tersebut walaupun hanya dengan sebelah mata.setelah sekiranya nilai-nilai dan moral pada diri mahasiswa itu sendiri telah mencukupi/dapat dikatakan pantas untuk terjun dan berkiprah di tengah masyarakatnya, image keluarga juga harus dibangun, karena keluarga merupakan bacckground dari mahasiswa itu.jadi, mau tidak mau masyarakat juga akan menilai setiap orang dari keluarganya.apabila seseorang/mahasiswa datang dari keluarga yang mempunyai nama baik yang utuh,maka masyarakat secara otomatis akan menghormatinya sebagaimana masyarakat itu menghormati keluarganya. maka image mahasiswa untuk pertama kalinya harus dibangun dari diri sendiri, setelah itu meluas kepada keluarga dan kerabat-kerabatnya, lalu, mahasiswa dapat dikatakan pantas untuk berbicara di depan publik.dengan demikian pulalah kepercaya dirian seorang mahasiswa atas diri sendiri dapat terbangun dengan sempurna tanpa mengkhawatirkan dampak negatif yang mungkin akan timbul dari dirinya dan keluarganya, karena demikian itulah yang dikatakan sebagai kekonsekuensian diri terhadap diri sendiri dan masyarakat. apabila itu semua tidak tercukupi secara lazim, maka dapat diprediksikan apabila seorang mahasiswa yang mempunyai kepribadian, kebiasaan serta image yang jelek dimata masyarakat sedang berbicara di depan publik/mencontohkan sesuatu meskipun itu baik adanya, sedangkan statusnya bukan orang yang ber-image baik di depan masyarakatnya dari dirinya sendiri maupun dari pihak keluarganya,sudah dapat dipastikan ia tidak akan mendapatkan respon yang baik dari masyarakatnya.dan sudah dapat dipastikan pula bahwa apapun yang ia sampaikan itu tidak akan berpengaruh sedikitpun kepada masyarakatnya walaupun memang ia mengajarkan suatu nilai-nilai kebajikan.

    Mahasiswa harus memiliki planning dalam mewujudkan masyarakat madani (civil society) maksudnya mahasiswa/pemuda Indonesia harus memiliki rencana atas apa yang harus mereka lakukan .dimulai dengan planning/rencana, mahasiswa dapat memprediksikan segala sesuatu yang akan mereka lakukan dengan mempertimbangkan dampak yang dimungkinkan akan terjadi sebagai hasil dari apa yang akan mereka kerjakan dengan demikian, dapat dihindari dampak negatif yang diperkirakan akan timbul dari sepak terjang mereka dengan begitu, apa yang akan mereka lakukan telah terkonsep dengan konsep yang benar-benar matang dan sebaik-baiknya.

    Apabila mahasiswa hidup di dalam suatu desa yang penduduknya belum merupakan penduduk yang madani, maka tidak mudah untuk langsung dengan instant dan mudah untuk mengubah style/cara hidup penduduk tersebut seperti masyarakat madani, yang diperlukan mahasiswa setelah melihat pada kepribadian dan dirinya sendiri serta keluarganya adalah menyusun semacam planning atau program kerja dengan sebaik-baiknya agar dapat diperkirakan dan diatur apa saja yang akan dilakukan untuk menghadapi masyarakat yang akan dihadapi.agar semua yang akan dilaksanakan sebagai terkonsep dengan apik, serta harus mempunyai visi dan misi sebagai dasarnya agar dapat diterima masyarakat dengan tanpa keraguan dan pertanyaan yang tidak pasti.

    Etos kerja mahasiswa juga harus diperhatikan pada masalah ini, karena cara kerjalah yang akan menentukan hasilnya. akankah hasil itu optimal atau hanya sekedar hasil saja tanpa memprioritaskan keidealisan cara kerja yang tidak diketahui akankah hasilnya terbentuk secara perfect dan sesuai dengan apa yang diinginkan.

    Image mahasiswa sebagai agen of change bukanlah image yang terkesan main-main, tapi itu merupakan sebuah beban yang harus diemban oleh para mahasiswa dengan penuh tanggung jawab. jika image itu terselewengkan sedikit saja oleh salah satu mahasiswa yang tidak bertangguang jawab, maka hilanglah image tersebut dari semua mahasiswa.hal yang mudah diketahui oleh masyarakat secara langsung salah satunya adalah etos kerja.bagaimana etos kerja mahasiswa di lapangan? apakah etos kerja yang dimiliki oleh mahasiswa tersebut berkwalitas atau tidak? Dapat dipertanggung jawabkan atau tidak? dan yang paling penting apakah ada keserasian antara etos kerja dengan planning yang telah disusun oleh mahasiswa sebelum memulai mengerjakan misinya? Hal-hal yang demikian sangatlah penting.

    Komunikasi adalah salah satu hal yang penting, bahkan dapat dikatakan sebagai hal yang terpenting dalam mewujudkan civil society. karena cara berkomunikasi adalah hal yang paling sensitif dikalangan masyarakat pada masa ini.apabila seorang mahasiswa melakukan sedikit saja kesalahan dalam berkomunikasi, maka bisa diperkirakan akan timbul kesalah pahaman dikalangan masyarakat.dan ketika kesalah pahaman itu muncul dikalangan masyarakat, maka pesan akan masyarakat madani (civil society) yang dibawa sebagai misi utama mahasiswa, tidak akan pernah tersampaikan dengan baik dan memuaskan.

    Segala sesuatu dapat diselesaikan dengan komuikasi yang baik dan sesuai dengan situasi dan kondisi, begitupun misi-misi mahasiswa tidak akan tercapai tanpa adanya komunikasi yang baik disesuaikan dengan komposisi masyarakat yang dihadapi, dengan adanya kemampuan mahasiswa untuk me-manage suatu komunikasi yang baik, dan selama mereka dapat menggunakannya dengan seksama,maka masyarakat madani (civil society) akan dengan mudah terbentuk dikalangan masyarakat di era ini, tanpa adanya pertikaian apalagi pertumpahan darah yang tidak diinginkan.

    Seperti ketika di suatu desa yang didalamnya terdapat beberapa organisasi yang salah satunya adalah organisasi pemuda yang dimayoritasi oleh mahasiswa seperti karang taruna, dan satu organisasi lainnya para bapak-bapak yang berkecimpung didalamnya, seperti perkumpulan RT/RW. mahasiswa karang taruna yang terdiri dari para mahasiswa yang berpotensi selalu mempunyai ide-ide baru untuk memajukan desanya, tetapi dikarenakan adanya organisasi RT/RW yang secara konteks lebih tua dan lebih berhak atas segala keputusan, maka ide-ide brilian tersebut tidak akan dapat langsung disalurkan kepada semua warga desa, apabila ide-ide itu dilakukan secara langsung tanpa adanya suatu komunikasi yang efektif seperti musyawarah antar karangtaruna dan RT/RW, maka RT/RW dapat berfikir bahwa secara tidak langsung karangtaruna telah merendahkan organisasi RT/RW tersebut dengan pandangan tidak menghormati yang lebih tua serta dapat pula dikatakan bahwa karangtaruna mengesampingkan atau istilahnya meloncati para sesepuh desa yang ada.padahal saat itu image mahasiswa yang ada adalah sebagai orang yang menghormati yang lebih tua.dengan tindakan yang demikian, maka mahasiswa telah mencoreng namanya sendiri,tetapi bukan hanya namanya sendiri, juga nama karang taruna dan semua pemuda di desa tersebut.lain halnya apabila organisasi karangtaruna ketika memiliki sebuah ide yang gemilang dan berniat untuk menerapkannya dalam masyarakat untuk perwujudan masyarakat madani,berkomunikasi/mengadakan sebuah musyawarah dahulu dengan pihak organisasi yang ada di RT/RW, dan mencari jalan keluar yang bijaksana untuk masa depan warga bersama,itu memungkinkan terwujudnya kerukunan dan rasa saling menghormati dan menyayangi serta rasa segan antara anggota RT/RW, karangtaruna serta masyarakat desa itu sendiri. dengan demikian, bukanlah hal yang mustahil ide-ide cemerlang dari golongan mahasiswa karang taruna itu akan terlaksana dengan mudah tanpa adanya kendala dari berbagai pihak. setelah itu, lahirlah kerjasama antar kedua organisasi tersebut tanpa membedakan status dan umur. jadi, dengan komunikasi yang baik dan jelas, segala problema bahkan yang berat dan susah sekalipun akan dengan mudah teratasi.

    Setiap mahasiswa diakui sebagai sosok yang berpendidikan tinggi dikalangan masyarakat, maka setiap tindakan yang diputuskan dan dilaksanakan oleh setiap mahasiswa akan menjadi contoh atau kiblat masyarakat dalam berbuat, dan semua mahasiswa Indonesia secara langsung maupun tidak langsung telah dituntut untuk menjaga nama baik mereka dengan berbuat hal-hal yang baik dan cenderung mengarah pada kata-kata perfect dan idealis. dan karena mahasiswa juga secara langsung maupu tidak langsung berdakwah kepada masyarakat mengenai apapun yang berhubungan dengan moral dan etika, dan dua hal tersebutlah yang juga dibutuhkan mahasiswa dalam perwujudan dan pembentukan masyarakat madani (civil society) di kalangan masyarakat sekitar mereka.

    Hal lain yang selalu dilaksanakan mahasiswa untuk berperan dalam masyarakat demi mewujudkan masyarakat madani adalah dengan mengadakan KKN (Kuliah Kerja Nyata) atau PPL (Praktek Pengayaan Lapangan) yang diselenggarakan oleh universitas-universitas di Indonesia, hal ini merupakan kesempatan emas bagi para mahasiswa untuk menjalankan misinya sebagai agen of changedalam mewujudkan masyarakat madani (civil society) di daerah-daerah yang telah ditentukan sebagai obyek yang akan dibentuk sebagai masyarakat madani, hal ini mempunyai pengaruh yang luar biasa di tengah masyarakat yang digembleng dan menjadi obyek mahasiswa tersebut.KKN juga kerap kali turut membantu dalam proses pembangunan desa-desa terpencil misalnya,juga orang-orang/warga desa yang masih awam dalam hal pengetahuan atau bahkan bagi warga yang buta huruf.

    Hal ini juga merupakan wadah sebagai sarana belajar bagi mahasiswa-mahasiswa di suatu universitas, karena dengan sarana KKN ini,mahasiswa bisa langsung belajar di lapangan dengan mempraktekkan ilme pengetahuan yang diperoleh diruangan kuliah serta mereka dituntut untuk dapat mengaplikasikan pengetahuan tenis.yang juga dikenal sebagai belajar sambil bekerja.

    Dengan KKN atau PPL, mahasiswa menjadi pelopor pembaharuan dan pembangunan di daerah terpencil dan pedesaan, pengetahuan mahasiswa baik secara umum mauu khusus, dimanfaatkan untuk kepentingan setempat. misalnya mahasiswa pertanian dalam bidang khususnya dapat mengadakan penyuluhan di bidang pertanian dan bagaimana cara-cara peningkatan pertanian.mahasiswa kedokteran dan kesehatan juga dapat bertugas dalam hal kesehatan dan perbaikan gizi di masyarakat, disamping bantuan pengetahuan umum dan teknis pada bidang-bidang diluar studiya,dalam pada itu bantuan tenaga jasmani dalam berbagai proyek pembangunan seperti pembangunan saluran irigasi tertier, pembangunan gedung sekolahan, dan perbaikan kampung akan merupakan bagian terpenting pula dalam pengerahan tenaga sukarela mahasiswa.

    Bab IV. Penutup

    Mahasiswa dapat dikatakan sebagai teladan bagi semua warga negara Indonesia karena selain merupakan agen of change, mahasiswa merupakan sosok yang berpendidikan tinggi di tengah masyarakat. Khususnya dikalangan masyarakat Indonesia, dengan munculnya image bahwa mahasiswa merupakan orang yang berpendidikan tersebut, maka image itu harus dijaga dan dipertahankan dengan jalan menjaga etika dan moral yang pasinya akan dinilai oleh semua warga negara Indonesia kapan dan simana saja, tidak perduli siapapun mahasiswa tersebut. jadi, hal-hal yang diperlukan untuk membangun masyarakat madani (civil society) tersebut seperti planning, progrm kerja, etos kerja dan cara kerja harus diperhatikan dengan seksama oleh siapa saja yang berinisial sebagai mahasiswa Indonesia pada khususnya. Karena saat ini yang perlu diingat oleh para mahasiswa Indonesia adalah berperan dalam masyarakat dan hal yang menjadi pokok dan pendahuluannya adalah moral dan etika.

    Dengan terpenuhinya hal-hal yang telah disebutkan diatas, maka Insya Allah apa yang menjadi visi dan misi penuda/mahasiswa Indonesia akan tercapai yaitu mewujudkan masyarakat madani (civil society) di tengah bangsa Indonesia,dengan adanya civil society di Indonesia dan dengan dibudidayakannya masyarakat yang madani di seluruh daerah Indonesia, maka bukanlah hal yang tidak mungkin apabila bangsa Indonesia akan menjadi negara yang maju dan bukan hanya negara yang berkembang seperti sekarang ini.

  • Makalah Teori dan Model Komunikasi

    Teori dan Model Komunikasi

    Bab I. Pendahuluan

    A. Latar Belakang

    Komunikasi selalu diperlukan dalam hidup manusia dan dalam banyak hal dalam aktivitas manusia pasti menyentuh komunikasi. Fenomena komunikasi terdapat dimana saja. Artinya komunkasi berada dimanapun dan kapan pun juga. Oang berkomunikasi adalah nuntuk menyatakan dan mendukung identitas diri, untuk membangun kontak sosial dengan orang sekitar kita, dan untuk mempengaruhi orang lain untuk merasa, berfikir, atau berperilaku seperti yang kita inginkan. Hidup kita sehari-hari sangat dipengaruhi oleh komunikasi, juga pesan dari orang yang tidak diketahui dari dunia bagian lain dimasa lampau.

    Ilmu Komunikasi dapat dikatakan sangat penting untuk dipelajari. pada dasarnya Ilmu komunikasi mencakup semua pernyataan antar manusia baik melalui media massa dan retorika maupun yang dilakukan secara langsung. Dalam objekk kajian dalam ilmu komunikasi, ada pembahasan terssendiri mengenai Teori Komunikasi. Dalam pembahasan Teori Komunikasi, komunikasi dijadikan sebagai pusat kehidupan manusia. Sebagai pernyataan pengantar yaitu bagaimana sarjana dari dari berbagai tradisi ilmu menggambarkann dan menjelaskan pengalaman manusia yang universal ini, sekaligus berusaha memberi jawaban agar memahami interaksi sosial manusia. Dalam Teori Komunikasi juga dipelajari bagaimana seseorang mampu berkomunikasi secara baik dan benar.

    Mengingat Teori Komunikasi sangat penting dipelajari, berikuut adalah makalah yang membasan tentang Teori Komuniikasi baik mencakul apa iti Teori komunikasi beserta apa-apa yang ada ddidalam Teori Komunikasi. Disamping itu dalam makalah ini juga akan dibahas Model-Model Komunikasi yang juga tidak kalah pentingnya untuk diketahui.

    Bab II. Pembahasan

    A. Teori Komunikasi

    1. Pengertian Teori dan Teori Komunikasi

    Setiap orang menggunakan teori. Kita tidak dapat hidup tanpa teori. Teori menuntun kita dalam membuat keputusan dan bertindak, juga berubah dari waktu saat kita mengamati sesuatu yang baru dan menerapkan perspektif baru. Mengenai pengertian teori, banyak yang mendefinisikan beragam. Teori adalah seperangkat dalil atau prinsip umum yang kait mengait (hipotesis yang diuji berulangkili) mengenai aspek-aspek suatu realitas. Definisi terssebut menerabgkan bahwa teori berfungsi menerangkan, meramalkan/memprediksi, dan menemukan keterpautan fakta-fakta secara sistematis.

    Dalam referensi lain dikatakan bahwa, secara umum istilah teori dalam ilmu sosial mengandung beberapa pengertian sebagai berikut:

    Teori adalah abtraksi dari realitas

    1. Teori terdiri dari sekumpulan prinsip-prinsip dan definisi-definisi yang secara konseptual mengorgganisasi aspek-aspek dunia empiris secara sistematis.
    2. Teori terdiri dari asumsi-asumsi, proposisi-proposisi, dan aksioma-aksioma dasar yang saling berkaitan.
    3. Teori terdiri dari teorema-reorema yakni generaliasi-generalisasi yang diterima/terbukti secara empiris.

    Dari pengertian-pengertian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa teori pada dasarnya merupakan ”konseptualisasi atau penjelasan logis dan empiris tetang suatu fenomena. Menurut pengertian tersebut, teori memiliki dua ciri umum. Pertama, semua teoti adalah ”abstraksi” tentang suatu hal. Dengan demikian teori sifatnya terbatas. Kedua, semua teori adalah konstruksi ciptaan individual manusia. Oleh sebab itu sifatnya relatif dalam arti tergantung pada cara pandang si pencipta teori, sifat dan aspek hal yang diamati, serta kondisi-kondisi lain yang mengikat seperti waktu, tempat dan lingkungan di sekitarnya.

    Bedasarkan uraian diatas, secara sederhana dapat dikatakan bahwa Teori Komunikasi pada dasranya merupakkan ” Konseptualisasi atau penjelasan logis dan empiris tentang fenomena peristiwa komunikasi dalam kehidupan manusia. peristiwa yang dimaksud, seperti yang dimaksud oleh Berger dan Caffe, mencakup produksi, proses, dan pengaruh dari sistem-sistem tanda dan lambang yang terjadi dalam kehidupan manusia.

    Teori komunikasi menjadikan kita lebih kompeten dan adiftif. Dengan mempelajari teori komunikasi kita dapat memperoleh pengertian yang memungkinkan kita untuk beradaptasi dalam lingkungan yang kompleks.

    2. Jenis-Jenis Teori Komunikasi

    Menurut Littlejohn (1989), berdasarkan metode penjelasan sera cakupan objek pengamatannya, secara umum teori-teori komunikasi, dapat dibagi dalam dua kelompok. Kelompok petama disebut kelompok ”teori-teori umum” (general theories). Kelompok kedua adalag kelompok ”teori-teori kontektual” (contextual theories).

    Ada empat jenis teori yang diklasifikasikan masuk kedalam kelompok teori-teori umum: (1) teori-teori fungsional dan struktural, (2) teori-teori behavioral dan kognitif (3) teori-teori konvensional dan interaksional, serta (4) teori-teori kritis dan interpretif. Sementara kelompok teori-teori kontektual terdiri dari teori-teori tentang (1) komunikasi antar pribadi, (2) komunikasi kelompok, (3) komunikasi organisasi (4) komunikasi massa.

    Teori-Teori Umum

    1) Teori-Teori Fungsional dan Struktural
    Ciri dari jenis teori in (meskipun istilah fungsional dan struktural barang kali tidak tepat) adalah adanya kepercayaan atau padangan tentang berfungsinya secara nyata struktur yang berada diluar diri pengamat. Menurut pandangan ini, seorang pengamat adalah bagian dari strukktur. Oleh karena itu cara pandangnya juga akan dipengaruhi oleh struktur yang berada diluar dirinya.
    2) Teori-Teori ”Behavioral” dan ”Cognitif”
    Teori-Teori ini memusatkan pengkajiannya pada diri manusia secara individual. Teori ini juga mengutamakan analisis variabel. Komunikasi, menurut pandanagn teori ini, dianggap sebagai manifestasi dari tingkah laku, proses berfikir.
    3) Teori-Teori Konvensional dan Interaksional
    Teori-teori ini berpandangan bahwa kehidupan sosial merupakan suatu proses interaksi yang membangun, memelihara serta mengubah kebiasaan-kebiasaan tertentu,termasuk dalam hal ini bahasa dan simbol-simbol. Komunikasi menurut teori ini dianggap sebagai alat perekat masyarakat. Teori ini melihat struktur sosial sebagai produk dan dari interaksi.
    4) Teori-Teori Kritis dan Interpretatif
    Karakter secara umum dalam teori ini adalah. Pertama, pendekatan terhadap peran subjektivitas yang didasarkan pada pengalaman individual. Kedua, makna atau ”meaning” merupakan konsep kinci pada teori ini. Pendekatan teori interpretatif cenderung menghindari sifat0sifat preskriftif dan keputusan-keputusan absolut tentang fenomena yang diamati. Sementara teori-teori kritis cenderung menggunakan keputusan-keputusan yang absolut, preskriptif dan juga politis sifatnya.

     Teori-Teori Kontektual
    1) Intrapersonal Communication
    Adalah proses komunkasi yang terjadi dalam diri seseorang. Yang jadi pusat perhatian disini adalah bagaimana jalannya proses pengelolaan informasi yang dialami seseorang melalui sistem syarat dan inderanya. Teori-teori intra pribadi umumnya membahas mengenai poses pemahaman, ingatan, dan interpresrasi terhadap simbol-simnbol yang ditangkap melalui panca indera.
    2) Intrapersonal Communication
    Komunikasi antar perorangan dan bersifat pribadi baik yang terjadi secara lagsung (tanpa medium) ataupun tidak langsung (melalui medium). Kegiatan-kegiatan seperti percakapan tatap muka, percakapan melalui telefon, surat menyurat, merpakan contoh dalam teori ini.
    3) Komunikasi Kelompok
    Komunikasi kelompok ini memofokuskan pembahasannya pada interaksi diantara oarng-orang dalam kelompok-kelompok kecil. Komunikasi kelompok juga melibatkan komunikasi antar pribadi. Teori ini antara lain membahas tentang dinamika kelompok, efisiensi dan efektivitas pwnyampaian informasi dalam kelompok, pola dan bentuk komunikasi, serta pembuatan keputusan.
    4) Komunikasi Organisasi
    Kemunikasi organisasi menunjuk pada pola-pola dan bentuk dalam komunikasi yang terjadi dalam konteks dan jaringan organisasi. Komunikasi organisasi melibatkan bentuk-bentuk komunikasi formal dan informal, serta bentuk-bentuk komunkasi antar pribadi dan komunikasi kelompok.
    5) Komunkasi massa
    Komunikasi massa adalah media massa yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang besar. Proses komunikasi massa melibatkan aspek-aspek komunikasi intra pribadi, komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok dan komunikasi organisasi. Pada umumnya memfokuskan pada hal-hal yang menyangkut struktur media, hubungan media dan masyarakat, hubungan antar media dan khalayak, aspek-aspek budaya dari komunikasi massa, serta dampak atau hasil komunikasi massa terhadap individual.

    3. Teori-Teori Dalam Komunikasi

    Teori-Teori Komunikasi berlangsung secara sinambung. Dalam artti kata suatu teori yang digunakan sebagai landasan pemikiran dalam suatu penelitian atau dipakai sebagai pendekatan dalam menelaah suatu fenomena. berikut adalah teori-teori dalam komunikasi.

    1) Four Theoris of the Press( Empat Teori Pers)

    a. Authoritian theory (Teori Otoriter)
    Teori otoriter yang acapkali disebut pula sistem otoriter berkaitan erat dengan sistem pengawasan terhadap media massa yang daya pengaruhhnya dinilai amat kuat. Teori ini menyatakan hubungan antara media massa dengan masyarakat ditentukan oleh asumsi-asumsi filsafati yang mendasar tentang manusia dan negara.b. Libertarian theory (teori liberal)
    Teori liberal menitikberatkan superioritasnya pada prinsip kebebasan perorangan, penilaiandan aksioma bahwa kebenaran, jika deberi kebebasan,akan muncul sebagai pemenang dalam setiap perjuangan
    c. Soviet Communist Thory ( Teori Komunis soviet)
    Konsep teori ini adalah kebebasan di Uni Soviet yang merupakan Negara komunis adalah kebebasan negative, yakni kebebasan dari, sedangkan konsep kebebasan pada system tanggung jawab social adalah kebebasan positif, yaitu kebebasan untuk. Jika dikataan bahwa per/media massa di Unisoviet itu bebas, bukan bebas untuk menyatakan pendapat, melainkan bebas dari kapitalime, individuallisme, borjusi dan anarki.
    d. Social Responsibility (Teori Tanggung jawan Sosial)
    Dasar pemikiran teori ini ialah bahwa kebabasan dari kewajiban berlangsung secara beriringan, dan pers yang menikmati kedudukan dalam pemerintahan yang demokrati, berkewajiban untuk bertanggung jawab kepada masyarakat dalam melaksanakan melaksanakan fungsi-fungsi tertentu yang hakiki.

    2) Individual Differences Theory ( Teori Perbedaan Individual)
    Teori ini menelaah perbedaan-perbedaan diatara individi-individu sebagai sasaran media massa ketika mereka diterpa sehingga menimbulkan efek tertetu. Menurut teori ini individu-individu sebagai anggota khalayak sasaran media massa secara selektif, menaruh perhatian kepada pesan-pesan terutama jika berkaitan dengan kepentingannya, konsisten dengan sikap-sikapnya, sesuai dengan kepercayaannya yang didukung oleh nilai-nilainya.
    Anggapan dasar teori ini ialah bahwa manusia amat bervariasi dalam organisasi psikologinya secara pribadi. Variasi ini sebagian dimulai dari dukungan perbedaan secara biologis, tetapi ini dikerenakan pengetahuan secara individual yang berbeda.
    3) Social Categories theory (Teori Kategori Sosial)
    Teori kategori sosial menyatakan adanya perkumpulan-perkumpulan, kebersamaan-kebersamaan atau ketegori-kategori sosial pada masyakat urban-industrial yang perilakunya ketika diterpa perangsang-perangsang tertentu hampir-hampir seragam.
    Asumsi dasar dari teori kategori Sosial ialah teori sosiologis yang menyatakan bahwa meskipun masyarakat modern sifatnya heterogen, penduduk yang memiliki sejumlah ciri yang sama akam mempunyai pola hidup tradisional yang sama.
    4) Social Relationship Theory (Teori Hubungan Sosial)
    Tori ini menunjukan bahwa hubungan social secara informal berperan penting dalam mengubah perilaku seseorang ketika diterpa pesan komunkasi massa.
    5) Cultural Norms Theory (Teori Norma Budaya)
    Teori ini pada hakikatnya adalah bahwa media massa melalui penyajiannya yang selektif dan penekananya pada tema-tema terentu, menciptakan kesan-kesan pada khalayak di mana norma-norma budaya umum mengenai topic yang diberi bobot itu, mana norma-norma mengenai suatu hal tertentu, maka media komunikai secara tiddak langsung akaan mempengaruhi perilaku.

    6) Social Learning Theory (Teri Belajar Secara Sosial)
    Teori belajar secara tradisional menyatakan bahwa belajar terjadi denga cara menunjukan tanggapan (response) dan mengalami efek-efek yang timbul. Penentu utama dala belajar adalah peneguhhan, dimana tanggapan akan diulangi (jadi dipelajari) jika organisme mendapat ganjaran (reward). Tanggapan tidak akan diulangi kalau oganisme mendapat hukuman atau bila anggapa tidak memimpinnya ke tujuan yang dikehendaki. Jadi, perilaku diatur secar eksternal oleh kondisi stimulus yang ditimbulkan oleh kondisi-kondisi peneguhan.

    B. Model-Model Komunikasi

    Untuk lebih memahami fenomena komunikasi, perlu menggunakan model-moddel komunkasi. Model adalah representasi suatu fenomena, baik nyata ataupun abstak, denagn menonjolkan unsur-unsur terpenting fenomena tersebut. Berikut adalah pembahasn mengenai model-model komunikasi.

    1. Pengertian Model Komunikasi

    Mennurut Sereno dan Mortensen, suatu model komunikasi merupakan deskripsi ideal mengenai apa yang dibutuhkan untuk terjadinya komunikasi. Suatu model merepresentasikan secara abstrak ciri-ciri penting dan menghilangkan rincian komunikasi yang tidak diperlukan dalam “dunia nyata”.
    B. Aubrey Fisher mengatakan model adalah analogi yang mengabstraksikan dan memilih bagian dari keseluruhan, unsur, sifat atau komponen yang penting dari fenomena yang dijadikan model.

    Model adalah gambaran informal untuk menjelaskan atau menerapkan teori. Dengan kata lain, model adalah teori yang lebih disederhanakan. Atau, seperti dikatakan warner J. Severin dan James W. Tankard, Jr medel membantu merumuskan suatu teori dan menyarankan hubungan. Oleh karena hubungan antara model dengan teori begitu erat, model sering dicampurkan dengan teori.model

    2. Fungsi dan Manfaat Model

    Gordon Wiseman dan Larry Barker, mengemukakan bahwa model komunikasi mempunyai tiga fungsi. Pertama, melukiskan proses komunikasi, kedua, menunjukan hubungan visual, dan ketiga, membantu dalam menemukan dan memperbaiki kemacetan komunikasi.

    Deutsc menyebutkan baha model itu mempunyai empar fungsi : mengorganisasikan (kemiripan data dan hubungan) yang teerjadinya tidak diketahui); prediktif, memungkinkan peramalan dari sekedar tipe ya atau tidak hingga yang; antitatif yang berkenaan dengan kapan dan berapa banyak; pengukuran, mengukur fenomena yang diprediksi.Untuk manfaat dari model komunikasi, Irwin D.J. Bross menyebutkan beberapa keuntungan diantaranya, model menyediakan.kerangka rujukan untuk memikirkan masalah bila medel awal tidak berhasil memprediksi.

    Raymond S. Ross, mengemukakan bahwa model memberi pengliatan yang lain, berbeda, dan lebihdekat: model menyediakan kerangkan rujukan, menyaranka kesenjangan informasional, menyoroti problem abstraksi, dan menyatakan suatu problem dalam bahasa simbolik bila terdapat pelunag untuk menggunakan gambar atau simbol.

    3. Model-Model KomunikasiOleh karena komunikasi bersifat dinamis, sebenarnya komunikasi sulit

    dimodelkan. Akan tetapi, seperti disarankan dimuka, penggunaan model berguna untuk mengidentifikasian unsur-unsur komunikasi dan bagaimana unsur-unsur teerssebut berhubungan. Sejauh ini terdapat ratusan model komunikasi yang telah dibuat parapakar. Kekhasan suatu model komunikasi juga dipengaruhi oleh latar belakang keilmuan (pembuat) model tersebut, paradigma yang digunakan, kondisi teknologis, dan semangat zaman yang melingkunginya. Berikut akan dibahas sebagaian kecil saja dari sekian banyak model komunikasi tersebut, khususnya model-model yang sangat popular.

    1) Model S – RModel stimulus – respon (S – R) adalah model komunikasi paling dasar. Model ini

    dipengaruhi oleh disiplin psikologi, kkususnya yang beralian behavioristik. Model terebut menggambarkan hubungan stimulus-respons. Model ini menunjukan komunikasi sebagai suatu proses ”aksi-reaksi” yang sangat sederhana. Bila seorang lelaki berkedip kepada seorang wanita, dan wanita, dan wanita itu tersipu malu. Atau bila saya tersenyum dan kemudian anda membala senyuman saya, itulah pola S-R.

    Model S-R menggabaikan komunikasi sebagai suatu proses, khususnya yang berkenaan dengan faktor manusia. Secara implisit ada aumsi dalam model S-R ini bahwa perilaku (respons) manusia dapat diramalkan. Ringkasnya, komunkasi dianggap sebagai satatis, yang menganggap manusia selalu berperilaku karena kekuatandari luar (stimulus), bukan berdasarkan kehendak, keinginan, atau kemauan bebasnya. Model ini lebih sesuai bila diterapkan pada sistem pengendalian suhu udara alih-alih pada perilaku manusia.

    2) Model Aristoteles
    Model Aristetoles adalah model komunikasi paling klasik, yang sering juga disebut model restoris (rhetorical model). Filosof Yunani Aristoteles adalah tokoh paling didi yang mengkaji komunikasi, yang intinya adalah persuasi. Ia berjasa dalam merumuskan model komunikasi non verbal pertama. Komunikasi terjadi ketika seorang pembicara menyampaikan pembicaranya kepada khalayak dalam upaya mengubah sikap mereka. Tepatya, mengemukakan tiga unsur dasar proses komunikasi, yaitu pembicara(speaker), pesan(mesaggge), dan pendengar(listener).
    Model komunikasi Aristoteles jelas sangat sederhana, malah terlalu sederhana dipadang dari perspektif sekarang, karena tidak memuat unsur-unsur lainnya yang dikenal dalam komunikasi, seperti saluran, umpan balik, efek, dan kendala atau gangguan komunikasi.
    Salah satu kelemahan model ini adalah bahwa komunikasi dianggap sebagai fenomena yang statis. Seseorang berbicara, pesannya berjalan kepada khalayak, dan khalayak mendengarkan. Tahap-tahap dalam peristiwa itu berurutan alih-alih terjadi secara simultan. Disamping itu, model ini juga berfokus pada komunikasi yang bertujuan (disengaja) yang teerjadi ketika seseorang berusaha berusaha membujuk orang lain untuk menerima pendapatnya.

    3) Model Lasswel
    Model komunikasi Lasswel berupa ungkapan verbal, yakni,
    Who
    Says What
    In Which Channel
    To Whom
    With What Effect
    Model ini dikemukakan Harold Lasswell tahun 1948 yang menggambarkan proses komunikasi dan fungsi-fungsi yang diembannya dalam masyarakat. Lasswell mengemukakan tiga funggsi komunikasi, yaitu :pertama, pengawasan lingkungan yang mengingatkan anggota-anggota masyarakat akan bahaya dan peluang dalam lingkungan; kedua, korelasi berbagai bagian terpisah dalam masyarakat yang merespons lingkungan ; ketiga, transmisi warisan sosial dari sesuatu generasi ke generasi lainnya .
    Model Lasswell sering diterapkan dala komunikasi massa. Model tersebut mengisyaratkan bahwa lebih dari satu saluran dapat membawa pesan. Unsur sumber (who) merangsang pertanyaan mengenai pengendalian pesan (misalnya oleh ”penjaga gerbang”), sedangkan unsur pesan (says what) meruupakan bahan untuk analisis isi. Saluran komunikasi (in which channel) dikaji dalam analisis media. Unsur penerima (to whom) dikaitan dengan analisis khalayak, sementara unsure pengaruh (with what effect), jelas berhubungan dengan studi mengenai akibat yang ditimbulkan pesan komunkasi massa pada khalayak pembaca, pendengar atau pemirsa.

    4) Model Shannon dan Weaver
    Salah satu model awal komunikasi dikemukakan Claude Shannon dan Warren Weaver pada 1949 dalam buku the Mathematical Theory of Communication. Model yang sering disebut model matematis atau model teori informasi itu mungkin adalah model yang pengarunya paling kuat atas model dan teori komunikasi lainnya. Shannon adalah seorang insinyur pada Bell Telephone dan ia berkepentingan dengan penyampain pesan yang cermat melalui telepon. Weaver mengebangkan konsep Shannon untuk menerapkannya pada semua bentuk komunikasi.
    Model Shannon dan Weaver ini menyoroti problem penyampaian pesan berdasarkan tingkat kecermatannya. Model ini melukiskan seuatu sumber yang menyandi atau menciptakan pesan dan menyampaikannya melalui suatu saluran kepada seseorang penerima yang menyandi balik atau mencipta ulang pesan tersebut. Dengan kata lain, model Shannon dan Weaver mengasumsikan bahwa sumber informasi menghasilkan suatu pesan untuk dikomunikasikan dari seperangkat pesan yang dimungkinkan. Pemancar ( transmitter) mengubah pesan menjadi suatu sinyal yang sesuai dengan saluran yang digunakan. Saluran (channel) adalah medium yang mengirimkan sinyal (tanda) dari transmitter ke penerima (receiver). Dalam percakapan, sumber iinformasi adalah otak, ttansmitter-nya adalah mekanisme suara yang menghasilkan lewat udara (sebagai saluran) . penerima (receiver), yakni mekanisme pendengaran, melakuka operasi yang sebaliknya yang dilakukan transmitter dengan merekontruksi pesan dari sinyal. Sasaran ( destination) adalah (otak) orang yang menjadi tujuan pean itu.

    5) Model Schhramm
    Wilbur Schramm membuat model komunikasi, dimilai dengan model kominikasi manusia yang sederhana (1954), lal model yang lebih rumit yang memperhitingkan pengalaman dua individu yang mencoba berkomunikasi, hingga ke model komunikasi yang dianggap interaksi dua individu. Model pertama mirip dengan model Shannon dan Weaver. Dalam model yang kedua Schramm memperkenalkan gagassan bahwa kesamaan dalam bidang pengalaman sumber dan sasaran-lah yang sebenarnya dikomunikasikan, karena bagian sinyal itulah yang dianut sama oleh sumber dan sasaran. Model ketiga Schramm menganggap komunikasi sebagai interaksi dengan kedua pihak yang menyandi, menafsirka, menyandi-balik, mentransmisikan, dan menerima sinyal.
    Menurut Wilbur Schramm, komunikasi senantiasa membutuhkan setidaknya tiga unsur : sumber (sourse), pesan (mesagg), sasaran (destination). Sumber boleh jadi individu (berbicara, menggambar, memberi isyarat) atau suatu organisasi komuniasi.

    6) Model Newcomb
    Theodore Newcomb (1953) memandang komunikasi dari perspektif psikologi-sosial. Modelnya mengingatkan kita akan diagram kelompok yang dibuat oleh para psikolog sosial dan merupakan formulasi awal mengenai konsistensi kognitif. Dalam model komunikasi tersebut, yang sering juga disebut model ABX atau model Simetri-Newcomb menggambarkan bahwa seseorang A, menyampaikan informasi kepada seseorang lainnya, B, mengenai sesuatu, X. Model tersebut mengasumsikan bahwa orientasi A (sikap) terhadap B dan terhadap X saling bergantung, dan ketiganyaa merupakan suatu sistem yang terdiri dari empat orientasi.
    1. Orientasi A terhadap XX, yang meliputi sikap terhadap X sebagai objek yang harus didekati atau dihindari dari atribut kognitif (kepercayaan dan tatanan kognitif)
    2. Orientasi A terhadap B, dalam penngertian yang sama
    3. Orientasi B terhadap X
    4. Orientasi B terhadap A

    7) Model Wesley dan MacLean
    Tahun 1957, Bruce Wesley dan Maclean, keduanya teoritisi komunikasi, merumuskan suatu model yang mencakup komunikasi antar pribadi dan kommunikasi masssa, dan memesukan umpan balik sebagi bagian integral dari proses komunikasi. Model Wesley dan Maclean ini depengaruhi model Newcomb, selain juga model Lasswell dab model Shannon dan Weaver. Mereka nemanbahkan jumlah peristiwa, gagasan, objek dan orang yang yang tidak terbatas (dari X1 hingga X00), yang kesemuannya merupakan “objek orientasi”, menempatkan suatu peran C diantara Adan B, dan menyediakan umpan balik.
    Menuruut kedua pakar ini, pembedaan dalam umpan balik inilah yang membedakan komunikasi antar pribadi denagn komunikai massa. Umpan balik dari penerima bersifat segera dalam komunikasi antar pribadi, sementara dalam komunikasi massa bersifat minimal dan/atau tertunda. Sumber dalam komunkasi antar pribadi lebih beruntung daripada dalam komunikasi masa dalam arti bahwa dalam komunikasi antarpribadi sumber dapat lansung memanfaatkan umpan balik dari penerima untuk mengetahui apakah pesannya mencapai sasaran dan sesuai dengan tujuan komunikasinya atau tidak.

    8) Model Gerbner
    Medel Gerbner (1956) merupakan perluasan dari model Lasswell. Model ini terdiri dari model verbal dan model diagrametik. Model verbal Gerbner adalah sebagai berikut
    1. Seseorang (sumber, komunikator)
    2. Mempersepsi suatu kejadian
    3. Dan bereaksi
    4. Dalam satu situasi
    5. Melalui suatu alat (saluran, media, rekayasa fisik, fasilitas admistratif dan kelembagaan untuk distribusi dan kontrol)
    6. Untuk menyediakan materi
    7. Dalam suatu bentuk
    8. Dan konteks
    9. Yang mengandung isi
    10. Yang mempunyai suatu konsekuensi

    Sementara itu, model diagrametik Gerbner adalah seperti yang pada gambar (terletak pada keterangan gambar)

    1. Seseorang diperlihatkan sebagai M yang berarti manusia (man) atau sebagai M bila urutkan komunikasinya melibatkan alat mekanis. M mungkin pengirim atai penerima peesan-pesannya dimaknai berdasarkan letaknya dalam urutan komunikasi.
    2. E’ adalah kejadian (event) sebagaiman diperepsi oleh M
    3. S/E adalah pernyataan mengenai peristiwa
    4. SEE adalah sinyal mengenai pernyataan mengeai kejadian
    5. SSSE adalah hasil yang dikomunikasikan

    9) Model Berlo

    sebuah model lain yang dikenal luas adalah model David K. Berlo, yang ia kemukakan pada tahun 1960. model ini dikenal dengan model SMCR, kepanjangan dari source (saluran), mesagge (pesan), Channel (saluran), Receiver (penerima). Sebagaimana dikemukakan Berlo, sumber adalah pihak yang menciptakan pesan, baik seseorang ataupun suatu kelompok. Pesan adalah terjemahan gagasan kedalam suatu simbolik, seperti bahasa atau isyarat. Saluran adalh medium yang membawa pesan, dan penerima adalah orang yang menjadi sasarna komunikasi.

    Berlo juga menggambarkan kebutuhan penyandi (encoder ) dan penyandi-balik (decoder) dalam proses komunikasi. Enkoder bertangung jawab mengekspresikan maksud sumber dalam bentuk suatu pesan. dalam situasi tatap-muka, fungsi penyandian dilakukan lewat mekanisme vikal dan sistem otot sumber yang menghasilkan pesan verbal dan nonverbal. Akan tetapi, munhkin juga terdapat seorang lain menyandi suatu pesan.

    Bab III. Penutup

    A. Kesimpulan

    Komunikasi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan sosial yang multidisipliner. Ilmu komunikasi adalah pengetahuan tentang peristiwa komunikasi yang diperoleh melalui suatu penelitian tentang sistem, proses, dan pengaruhnya yang dilakukan secara rasional dan sistematik serta kebenarannya dapat diuji dan digeneralisasikan. Sementara itu teori komunikasi menunjuk pada konseptualisasi atau penjelasan logis mengenai fenomena peristiwa komunikasi dalam kehidupan manusia.

    Berdasarkan metode penjelasan dan cakupan objek pengamatannya, teori-teori terdiri atas dua kelompok. Pertama, teori-teori umum yang mencakup teori-teori fungsional dan struktural, teori-teori behavioral dan kognitif, teori-teori konvensional dan interaksioanl, dan teori-teori kritis dan interpretatif. Kedua, teori-teorikontekstual yang meliputi teori-teori mengenai komunikasi intrapribbadi, komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi dan komunikasi massa,.

    Model adalah gambaran informal untuk menjelaskan atau menerapkan teori atau dengan kata lain model adalah teori yang lebih disederhanakan. Oleh karena itu hubungan antara teori dengan model begitu erat, model sring dicampur adukkan dengan teori.

    DAFTAR PUSTAKA

    Fisher, B. Aubrey, 1986, Teori-teori Komunikasi. Penyunting: Jalaluddin Rakhmat, Penerjemah: Soejono Trimo. Bandung: Remaja Rosdakarya.
    Mulyana, Dedy, 2005, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya
    Prof. Uchjana, Onong Effendy.,M.A, 2003, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi . Bandung : PT.Citra Aditya Bakti.
    S.Djuarsa Sendjaja, Ph.D. Teori Komunikasi.
    Devito A. Joseph, Komunikan antar Manusia, edisi ke lima. Jakarta : Profesional books.

  • Pemikiran Rasionalisme, Empirisme dan Positivisme

    a) Rasionalisme

    Rasionalisme merupakan aliran filsafat yang sangat mementingkan rasio. Dalam rasio terdapat ide-ide dan dengan itu orang dapat membangun suatu ilmu pengetahuan tanpa menghiraukan realitas di luar rasio. Aliran Rasionalisme berlangsung dari pertengahan abad ke XVII sampai akhir abad ke XVIII. Pada zaman ini, hal yang khas bagi ilmu pengetahuan adalah penggunaan yang eksklusif daya akal budi (rasio) untuk menemukan kebenaran.

    Tokoh-tokoh aliran rasionalisme, antara lain: Rene Descartes (1596 -1650), Nicholas Malerbranche (1638 -1775), B. De Spinoza (1632 -1677 M), G.W.Leibniz (1946-1716), Christian Wolff (1679 -1754) dan Blaise Pascal (1623 -1662 M).

    b) Empirisme

    Empirisme berasal dari kata Yunani yaitu emperia yang berarti pengalaman inderawi. Oleh karena itu, empirisme dinisbatkan kepada paham yang memilih pengalaman sebagai sumber utama pengenalanan dan yang dimaksudkan dengannya adalah baik pengalaman lahiriah yang menyangkut dunia maupun pengalaman batiniah yang menyangkut pribadi manusia. Pada dasarnya empirisme sangat bertentangan dengan Rasionalisme. Rasionalisme mengatakan bahwa pengenalan yang sejati berasal dari rasio, sehingga pengenalan inderawi merupakan suatu bentuk pengenalan yang kabur. Sebaliknya empirisme berpendapat bahwa pengetahuan berasal dari pengalaman sehingga pengenalan inderawi merupakan pengenalan yang paling jelas dan sempurna.

    Tokoh-tokoh aliran empirisme, antara lain: Francis Bacon (1210 -1292), Thomas Hobbes ( 1588 -1679), John Locke ( 1632 -1704), George Berkeley ( 1665 -1753), David Hume ( 1711 -1776), dan Roger Bacon ( 1214 -1294).

    c) Positivisme

    Positivisme berasal dari kata “positif”, yang artinya dengan factual, yaitu apa yang berdasarkan fakta-fakta. Menurut positivisme, pengetahuan tidak boleh melebihi fakta. Positivisme hanya menyelidiki fakta-fakta dan hubungan yang terdapat antara fakta-fakta. Positivisme berkaitan erat dengan apa yang dicita-citakan oleh empirisme. Hanya saja, positivisme mengandalkan fakta-fakta belaka bukan berdasarkan pengalaman, seperti empirisme. Tokoh aliran positivisme, antara lain: Auguste Comte (1798-1857).

  • Bahasa dan Pikiran Menurut Sapir – Whorf

    a.      Hipotesis Bahasa Menurut Sapir – Whorf

    Sudah kita ketahui bahwa kelebihan manusia adalah berfikir. Selama dekade terakhir ini ada perdebatan sengit antara bahasa dan pikiran. Ada yang berpendapat bahwa bahasa dan pikiran adalah suatu etentitas yang berdiri sendiri-sendiri. Sebagian lagi ada yang berpendapat bahwa bahasa dan pikiran tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Banyak orang yang mendukung mengenai pendapat kedua ini. Salah satu gagasan yang terkenal mengenai hubungan antara perbedaan bahasa (antara “peta” dan realitas) secara antarbudaya adalah hipotesis Sapir – Whorf yang sering disebut tesis Whorfian.[1]

    Edward Sapir adalah seorang antropolog linguistik yang mengajar di Universitas Yale, Sapir berpendapat bahwa bahasa dan budaya tidak bisa dipisahkan seperti koin yang tidak bsia dipisahkan diantara kedua gambarnya.

    Bahasa <———-> Budaya

    Ilustrasi di atas menunjukan kaitan timbal balik antara bahasa dengan budaya. Budaya adalah sebuah realitas yang ditentukan dengan bahasa, dan bahasa adalah sesuatu yang diwariskan secara kultural. Namun demikian, Sapir lebih menekankan bahwa bahasa yang menjadi penentu cara persepsi kita akan kenyataan.Lebih lanjut, Sapir menegaskan pendapatnya dengan menyatakan, “hilangkan komunitas sosial, maka individu tidak akan pernah dapat belajar untuk berbicara, artinya mengkomunikasikan ide sesuai dengan tradisi dari masyarakat tertentu”.

    Sapir memandang bahwa kajian-kajian dalam Linguistik yang umumnya berkisar tentang pemahaman mengenai simbol, istilah atau terminologi Linguistik sebaiknya mulai beralih dan lebih terfokus kepada upaya memahami elemen-elemen bahasa yang menunjang terjadinya kesepahaman antara pengujar dan pendengar. Hal ini diperkuat oleh pendapat Sapir –yang berbeda dengan Sausurre – yang menyatakan bahwa bahasa itu ada sejauh penggunaannya. Dikatakan dan didengar, ditulis dan dibaca.[2]

    Sedangkan Benjamin L. Worf adalah seorang ahli penanggulangan ahli, yang dikenal Sapir lewat kuliahnya yang diikuti Whorf. Karena minatnya sangat besar dalam bahasa, maka Whorf pun melakukan penelitian, antara lain tentang bahasa Indian Hopi.

    Hipotesis Sapir – Whorf menyatakan bahwa dunia yang kita ketahui terutama ditentukan oleh bahasa dalam budaya kita. “Kramsch (2001:11, 77) juga mengemukakan bahwa orang berbicara dengan cara yang berbeda karena mereka berpikir dengan cara yang berbeda. Mereka berpikir dengan cara yang berbeda karena bahasa mereka menawarkan cara mengungkapkan (makna) dunia luar di sekitar mereka dengan cara yang berbeda pula”[3]

    Menurut Edward Sapir dan Benyamin Whorf, bahasa tidak saja berperan sebagai suatu mekanisme untuk berlangsungnya komunikasi, tetapi juga sebagai pedoman ke arah kenyataan sosial.[4] Dengan kata lain, bahasa tidak saja menggambarkan persepsi, pemikiran dan pengalaman, tetapi juga dapat menentukan dan membentuknya. Dengan arti lain orang-orang yang berbeda bahasa : Indonesia, Inggris, Jepang, China, Korea, dan lain sebagainya cenderung melihat realitas yang sama dengan cara yang berbeda pula. Implikasinya bahasa juga dapat digunakan untuk memberikan aksen tertentu terhadap suatu peristiwa atau tindakan, misalnya penekanan, mempertajam, memperlembut, mengagungkan, melecehkan dan lain sebagainya[5].

    Prinsip demikian tidak jauh berbeda dari pokok bahasan bidang studi sosiolinguistik (sosiologi bahasa) yang mempelajari hubungan antara struktur bahasa atau tindakan berujar (speech performance) dengan struktur sosial (dalam bentuk interaksi). Hubungan itu dapat dilihat sebagai berikut[6] :

    1.         Bahasa dan cara berujar (speech) merupakan indikator atau petunjuk atau pencerminan ciri-ciri struktur sosial. Misalnya status sosial atau posisi kelas sosial dapat ditunjukkan dari penggunaan kata-kata dalam bahasa. Dengan cara analisis demikian kita dapat menentukan kedudukan individu dalam struktur sosial.

    2.       Struktur sosial yang menentukan cara berujar atau perilaku bahasa. Dalam hal ini terjadi perubahan-perubahan pada standar bahasa baku dan dialek dengan berubahnya konteks dan topik pembicaraan.

    Para peneliti membagi hipotesis Whorf menjadi dua bagian, yaitu :

    1.             Determinisme Linguistik

    Bahasa memandang bahwa struktur bahasa mengendalikan pikiran dan norma – norma budaya. Dengan arti lain manusia hanyalah sekedar hidup disuatu bagian kecil dunia yang dimungkinkan bahasa yang digunakannya. Jadi dunia yang kita ketahui terutama ditentukan oleh bahasa yang diajarkan oleh budaya kita. Maka perbedaan bahasa mempresentasiakn juga perbedaan dasar dalam pandangan dunia berbagai budaya.

    2.             Relativitas Linguistik

    Bahasa mengasumsikan bahwa karakteristik bahasa dan norma budaya saling mempengaruhi. Dengan arti lain, budaya dikontrol dan sekaligus mengontrol bahasa. Berdasarkan interpretasi ini bahasa menyediakan kategori-kategori konseptual yang mempengaruhi bagaimana persepsi penggunaannya dikode dan disimpan.

    Beberapa uraian para ahli dalam hipotesis ini adalah sebagai berikut :

    1.             Bahasa Mempengaruhi Pikiran

    Pemahaman terhadap kata mempengaruhi pandangan terhadap realitas. Pikiran dapat terkondisikan oleh bahasa yang digunakan manusia.

    2.             Pikiran Mempengaruhi Bahasa

    Pendukung pendapat ini adalah Jean Peaget, yang meneliti kognitif anak. Ia melihat bahwa aspek koginit anak akan mempengaruhi bahasa yang digunakan oleh anak

    3.             Bahasa dan Pikiran Saling Mempengaruhi

    Hubungan timbal balik antara pikiran dan bahasa ditemukan oleh Benyamin Vigotski. Seorang ahli semantik yang memperbaharui penelitian Jean Piageat yang mengatakan bahwa bahasa dan pikiran saling mempengaruhi. Hal ini diterima oleh ahli kognitif.[7]

    b.      Implikasi Hipotesis Bahasa Sapir – Whorf

    Bahasa memberikan pandangan perseptual dan sekaligus memaksakan pandangan konseptual tertentu. Bahasa pula merupakan kacamata untuk melihat realitas budaya. Maka hipotesis bahasa Sapir – Whorf mempunyai implikasi dari pada kebudayaan saat ini, diantaranya :

    1.      Jika suatu komunitas budaya menggunakan banyak kosakata untuk suatu hal atau suatu aktivitas, maka hal atau aktivitas tersebut adalah penting dalam komunikasi budaya tersebut.

    Misalnya : kata salju dalam budaya Eskimo diantaranya, Qana (salju yang sedang turun, serpihan salju), Akilukak (salju lunak), Aput (salju diatas tanah), Kaguklaich (salju yang tertiup angin membentuk jajaran dam Qinuqsuq (timbunan salju)

    2.      Lebih dari cara mempengaruhi mempersepsi objek dan lingkungan kita, bahasa dan pikiran juga mempengaruhi tindakan kita.

    Misalnya : salah satu temuan menunjukkan bahwa orang Inggris menekankan waktu dan jumlah sedangkan pembicara orang Navaho menekankan ciri-ciri bentuk.

    3.      Adanya hubungan yang erat antara bahasa dan pikiran adalah sebenarnya bahasa (lewat penciptaan kata-kata, istilah-istilah, dan julukan-julukan baru) dapat digunakan oleh suatu rezim atau sekelompok orang untuk merendahkan, mendiskriminasi dan menguasai kelompok orang lainnya.

    Misalnya : Orang Amerika menggunakan kata Negro untu kelompok yang berkulit hitam.

  • Teori Komunikasi Kewenangan Chester Barnard

    Kewenangan merupakan syaraf yang berfungsi sebagai penggerak dari berbagai kegiatan-kegiatan. Wewenang dalam diri yang bersifat formal harus didukung pula dengan wewenang bersifat informal, untuk mendapatkan kerjasama yang baik dengan bawahan. Wewenang juga sangat dipengaruhi oleh Ilmu Pengetahuan, kepemimpinan dan pengalaman. Wewenang berfungsi untuk menjalankan kegiatan-kegiatan yang ada dalam sebuah organisasi.

    Mary Parker Follett mengatakan bahwa kewenangan dari pimpinan dapat hilang apabila ia (pimpinan) tidak mendapat persesuaian dengan para bawahannya. Oleh karena itu Mary P. Follett menganjurkan bahwa suatu kerja sama (team work) antara pimpinan dan bawahan adalah mutlak. Kepemimpinan dan kewenangan bukan merupakan pengertian yang tunggal (single) tetapi jamak (plural), karena menyangkut banyak orang yang bekerja dalam organisasi itu.

    Kewenangan (authority) menurut Miss M.P.Follett bukan kedudukan (position), bukan suatu hak yang legal (menurut hukum) dan juga bukan sekedar mengepalai orang-orang ataupun mengeluarkan perintah. Kewenangan (authority) adalah usaha mempengaruhi bawahan yang merupakan suatu integrasi atas dasar konsensus secara suka rela. Apabila bawahan diberikan pengertian dengan kenyataan-kenyataan yang ada dan diajak berbicara bersama dalam suatu situasi yang baik, tidak perlu perintah selalu diberikan, tetapi dengan memberikan suatu prosedur kerja yang baik adalah lebih efektif daripada selalu mengeluarkan perintah. Atas dasar teorinya ini Miss P. Follett tidak hanya meletakkan asas-asas hubungan antar manusia (human relation) dalam administrasi/managemen, tetapi juga dinamika daripada kelompok pekerjaan dan teknik daripada hubungan perburuhan yang modern.

    Kewenangan atau otoritas merupakan sebuah hak untuk melimpahkan sebuah pekerjaan untuk mencapai suatu tujuan. Kewenangan pun akan menjadi nyata jika diterima. Chester Barnard, mengatakan kewenangan terletak pada persetujuan yang mempunyai daya kekuatan (potentiality of assent) yaitu yang tersebar luas berujud kesetiaan, kesadaran anggota tentang tujuan bersama daripada organisasi itu. Maksudnya ialah kesetiaan dan kesadaran melaksanakan tujuan daripada suatu program, sekalipun para pejabat yang terendah mempunyai kewenangan yang nyata (actual power) untuk mengambil keputusan yang terakhir dalam batas wewenangnya.

    Kewenangan merupakan suatu fungsi kemauan untuk bekerjasama. Barnard menyebutkan empat syarat yang harus dipenuhi sebelum seseorang menerima sebuah pesan yang bersifat otoritatif, yaitu :

    1.       Orang tersebut memahami pesan yang dimaksud, karena apabila yang dikirim pesan tidak memahami pesan yang dimaksud secara jelas, maka tidak bisa merespon pesanya secara benar (miscommunication).

    2.    Orang tersebut percaya bahwa suatu pesan tersebut tidak bertentangan dengan tujuan organisasi, karena pesan yang disampaikan disini yaitu sebuah pesan secara otoritatif (mempunyai kewenangan/kekuasaan) jadi jelas tidak bertentangan dengan tujuan organisasi.

    3.    Orang tersebut percaya bahwa pada saat ia memutuskan untuk bekerjasama, bahwa pesan yang dimaksud sesuai dengan minatnya, karena apabila tidak sesuai dengan minatnya maka pesan tersebut akan diabaikan

    4.   Orang tersebut mempunyai kemampuan fisik dan mental untuk melaksanakan pesan, karena agar bisa menindak lanjuti apa yang telah disampaikan.

    Empat premis diatas terkenal dengan Teori Penerimaan Kewenangan, yakni kewenangan yang berasal dari tingkat atas organisasi. Barnard menunjukan bahwa banyak pesan tidak dapat dianalisis akan tetapi kebanyakan arahan, perintah dan pesan perusasif termasuk ke dalam zona acuh tak acuhnya seseorang (zone of indifference).

    Untuk menggambarkan gagasan tentang zone of indifference, bayangkanlah suatu garis horizontal yang mmepunyai skala 0% sebagai titik pusatnya dan 100% dikedua ujungnya. Semakin lebar zona tersebut, semakin menjauh ia memanjang menuju ujung-ujungnya. Kemauan 100% untuk bekerjasama memperlihatkan zona yang memanjang dengan kedua arahnya menuju skala 100%. Suatu penolakan yang mutlak (arahan, perintah, permohonan) menunjukann suatu zona yang arahnya nol.

    100%  <————————-   0   —————————>100%

    Mau                            Penolakan                                      Mau

    Wewenang yang dikemukakan dalam sebuah pesan dalam sebuah organisasi dirancang untuk memperlebar zona acuh tak acuh pegawainya. Maka setiap bawahan akan berbeda respon dalam zona tersebut, ada bawahan yang menerima dengan legowo, ada bawahan yang sedikit menerima bahkan adapula yang dengan jelas menolaknya.

    Dalam hal ini maka Barnard di akhir tahun 1930 mengembangkan komunikasi sebagai suatu dinamika yang penting dalam ilmu perilaku organisasi. Maka agar wewenang seseorang dapat diterima oleh bawahannya diperlukan :

    1.   Kekuasaan (power), yaitu kekuatan untuk melakukan hak tersebut, dengan cara mempengaruhi individu, kelompuk ataupun keputusan. Menurut jenisnya kekuasaan dibagi menjadi dua bagian, yaitu :

    a.  Kekuasaan posisi, besarnya kekuasaan tergantung pada posisi orang tersebut. Semakin tinggi posisi maka semakin tinggi kekuasaannya.

    b. Kekuasaan pribadi, kekuasaan ini berasal dari pengikut. Semakin banyak pengikutnya maka semakin tinggi kekuasaannya.

    2.       Tanggung jawab dan akuntabilitas, tanggung jawab atau responsibility ialah memenuhi kewajiban untuk melakukan sesuatu yang timbul bila seorang bawahan menerima wewenang dari atasan. Akuntabilitas permintaan pertanggungjawaban untuk diperhatikan bahwa wewenang yang diberikan harus sama dengan besarnya tanggung jawab yang akan diberikan, dan memberikan kebebasan atas keputusan-keputusan yang akan diambil.

    3.     Pengaruh (influence) ialah transaksi dimana seseorang akan dibujuk oleh orang lain untuk melaksanakan suatu kegiatan yang sesuai dengan harapan orang yang mempengaruhi. Pengaruh dapat timbul dari status jabatan, kekuasaan atau penguasaan komunikasi yang lebih baik.

    Barnard menyamakan kewenangan dengan komunikasi yang efektif. Penolakan suatu komunikasi sama dengan penolakan kewenangan komunikator. Dengan menerima suatu pesan atu perintah dari orang lain, seseorang memberikan kewenangan kepada perumus pesan dan karenanya menerima kedudukannya sebagai bawahan.[2]

    Karena itulah Tannenbaum menyatakan bahwa “luas kewenangan yang dimiliki seorang atasan ditentukan oleh luas penerimaan” bawahannya. Keputusan untuk tidak menerima kewenangan dan pesan seorang atasan karena tak menghasilakan keuntungan yang memadai, dapat menghasilkan kerugian seperti penghukuman, kerugian uang atau pertentangan sosial. Dalam beberapa organisasi kekhawatiran akan tindakan-tindakan pemaksaan itu mungkin menghasilkan kemauan untuk menerima suatu pesan, sedangkan kerugian tersebut malah tidak mengahsilkannya.

    Terlepas dari kaitan yang erat antara kewenangan dan komunikasi, Barnard menganggap teknik-teknik komunikasi (tertulis dan lisan) penting untuk mencapai tujuan organisasi akan tetapi menganggap teknik-teknik tersebut sebagai sumber masalah organisasi.[3] “teknik-teknik komunikasi menentukan bentuk dan ekonomi internal organisasi. ketiadaan teknik yang sesuai akan menghilangkan kemungkinan menerima tujuan sebagai suatu dasar organisasi”. maka, terutama Barnad-lah yang menjadikan komunikasi sebagai suatu bagian yang penting dari teori organisasi dan manajemen. Tampaknya ia sepenuhnya yakin bahwa komunikasi merupakan kekuatan organisasi.

    Dalam bukunya yang berjudul The Funcionts of Executive Barnard menjelaskan bahwa pengertian dan pemahaman pesan dalam berkomunikasi harus terjadi sebelum otoritas itu dapat dikomunikasikan dari atasan kepada bawahannya. Chester Barnard mendaftar tujuh faktor komunikasi yang berperan dalam menciptakan dan memelihara otoritas yang objektif di dalam sebuah organisasi :

    1. Saluran komunikasi harus diketahui secara pasti

    2. Harus ada saluran komunikasi formal dalam setiap organisasi

    3. Komunikasi harus berjalan secara efektif dan efisien

    4. Garis komunikasi formal keseluruhannya hendaknya dipergunakan secara normal

    5. Orang-orang yang bekerja sebagai pengatur jalur komunikasi haruslah orang yang cakap

    6. Garis komunikasi seharusnya tidak dapat gangguan sementara organisasi sedang berfungsi

    7.  Setiap komunikasi haruslah disahkan

  • Pemikiran Filsafat Plotinus

    Pendahuluan

    Permulaan abad pertengahan dimulai sejak Plotinus. Pada masa Plotinus agama menjadi satu hal yang besar pengaruhnya terhadap pemikiran filsafat pada saat itu. Maka saat itu filsafat berwatak spiritual. 

    Thales (624-546) digelari sebagai filosof pertama dengan pertanyaannya “dari bahan dasar apakah alam semesta ini?” thales menjawabnya : air. Jawaban itu tidak memuaskan, pertanyaannya lebih berkualitas daripada jawabannya. Plotinuslah, kira-kira 800 tahun kemudian (sekitar 8 abad) sebagai orang yang mula-mula menyusun jawaban yang lumayan terhadap pertanyaan itu. Itulah yang bernama teori emanasi, sebuah teori yang yang menjelaskan bahwa banyaknya makhluk, tidak berarti lantas dalam Yang Esa ada pengertian yang banyak pula, karena menurutnya Tuhan tidak sebanyak makhluk, dan alam ini diciptakan melalui proses Emanasi. “The One” sendiri, tidak berubah, dan penciptaan tidak dalam kerangka ruang dan waktu, yang justru diciptakan kemudian. 

    Tujuan utama Filsafat Plotinus ini adalah untuk bersatu dengan Tuhan, melalui indera, tentang alam, menuju jiwa Ilahi. Satu kesamaan yang kiranya tak mengherankan dengan Wahdatul Wujud dan Ittihad (kebersatuan dengan Tuhan) dalam khazanah Islam kemudian, jika menyadari bahwa mereka mungkin sekali belajar dari sumber-sumber yang sama dan dapat saling mempengaruhi, terlepas dari benar-salahnya paham Wahdatul Wujud dan Ittihad ini. Penting dicatat, bahwa Ilmu/sains tidaklah penting bagi Plotinus, maka penjelasan ilmiah tentang alam semesta juga tidak penting.

    Pada saat itu akal (di Barat) benar-benar kalah pada masa ini (terutama pada Filsafat Plotinus, Augustinus, Anselmus), bahkan pemanfaatan akal diganti oleh Augustinus mutlak dengan Iman, sebelum penghargaan terhadap Akal sempat muncul kembali kemudian pada masa Thomas Aquinas di akhir masa Abad Pertengahan.

    Secara ringkas Plotinus adalah filosof pertama yang mengajukan teori penciptaan alam semesta. Ia mengajukan sebuah teori emanasi, sebuah teori yang banyak dipakai oleh filsuf Islam. Teori tersebut merupakan sebuah jawaban dari pertanyaan Thales kira-kira delapan abad sebelumnya; apa bahan alam semesta ini? Plotinus menjawab : bahannya adalah Tuhan. Filsafat Plotinus kebanyakan bernafas mistik, bahkan pendapatnya Filsafat bertujuan untuk pemahaman mistik. Secara umum Plotinus disebut Plotinisme atau Neo-Platonisme karena ajaran Plotinus berkaitan dengan ajaran Plato. Filsafat Platonisme bersifat teosentris, yang terkenal dengan konsepnya yaitu metafisika atau transedens. Konsep Transedens meyakini dengan adanya tiga realitas, yaitu:

    1. The One/ Tuhan

    2. The Mind/ ide-ide objek

    3. The Soul/ satu jiwa dunia dan banyak dunia-dunia kecil

    PEMIKIRAN FILSAFAT PLOTINUS

    A. Kehidupan Plotinus

    Plotinus dilahirkan pada tahun 204 M di Mesir, di daerah Lycopolis. Pada tahun 232 dia pergi ke Alexandria untuk belajar filsafat, pada seorang guru yang bernama Animonius Saccas selama 11 tahun. Pada tahun 243 ia mengikuti Raja Gordianus III berperang melawan Persia, pada saat itu ia ingin menggunakan kesempatannya untuk mempelajari Persia dan India. Tapi sebelum ia mempelajarinya Raja Gordianus terbunuh pada tahun 244, sedangkan Plotinus bisa menyelamatkan diri ke Antakya (Antioch).

    Pada usia 40 tahun plotinus pergi ke Roma. Di Roma Plotinus menjaid pemikir terkenal dan patut diperhitungkan. Pada tahun 270 Plotinus meninggal dunia di Minturnae, Campania, Italia. Muridnya yang bernama Porphyry mengumpulkan tulisannya yang berjumlah 54 karangan. Karangan itu dikumpulkan menjadi 6 set, setiap set berisi 9 karangan. Masing-masing set disebut ennead.

    Ennead pertama berisi masalah etika, mengenai masalah kebajikan, kebahagiaan, kejahatan dan masalah pencabutan dari kehidupan. Ennead kedua berisi tentang penciptaan alam semesta. Ennead ketiga berisi tentang implikasi filsafat tentang dunia, seperti iman, kuasa Tuhan. Ennead keempat membahas masalah sifat dan fungsi jiwa. Ennead kelima membahas tentang roh ketuhanan. Ennead keenam membahas tentang berbagai topik seperti tentang kebebasan kemauan. (free will), tentang ada yang menjadi realitas. 

    a. Kedudukan Plotinus

    Sebelum filsafat kuno mengakhiri zamannya, seorang filosof membangun sebuah sistem yang disebut dengan Neo-Platonisme. Ia adalah seorang metafisikawan yang besar, orang itu bernama Plotinus. Nama ini sering tertukar dengan nama Plato, yang ajarannya diperbaharuinya dengan menggunakan nama Neo-Platonisme.

    Pengaruhnya jelas sangat besar. Pengaruhnya ada pada Teologi Kristen juga pada rennainsance. Mungkin semua filsosof yang mementingkan suara hati (iman) dapat dikatakan dipengaruhinya, seperti Goethe, Kant dan banyak lagi yang lain. 

    b. Pengikut Plotinus

    Sesudah Plotinus, hanya sedikit filosof berbobot yang dihasilkan, antara lain ialah Porphyry (233-301). Ia amat suci bahkan sering dikatakan ia menyiksa diri. Dialah yang menyebarkan karangan Plotinus dalam bentuk ennead itu. Pandangan Porphyry sama seperti Plotinus ia juga bersifat teosentris. 

    Ia mengatakan bahwa orang yang bijak adalha ornag yang menghormati Tuhan walaupun dalma keadaan diam. Orang yang bodoh akan menodai Tuhan walaupun dalam keadaan berdo’a dan bertaubat. 

    Pengikut Plotinus yang lain ialah Iamblichus yang meninggal pada tahun 330, juga menekankan hal-hal supernatural. Menurut pendapatnya manusia tidak mungkin memahami Tuhan dan ajaran Tuhan. 

    Pengikut lainnya adalah Proclus, menurut pendapatnya bahwa manusia tidak akan selamat tanpa iman. Agama memainkan peranan amat penting dalam filsafatnya. 

    B. Metafisika Plotinus

    Dalam berbagai hal Plotinus memang bersandar pada doktirn-doktrin Plato. Mereka menganut realitas idea. Menurut Plato idea itu umum, maksudnya setiap objek hanya mempunyai satu ideanya. Sedangkan menurut Plotinus idea itu partikular, sama dengan dunia partikular. Perbedaan antara mereka ialah pada titik tekan ajaran mereka masing-masing. 

    Plotinus kurang memperhatikan masalah sosial berbeda dengan Plato. Plotinus pun tidak mempercayai bahwa kemanusiaan bisa dipelajari melalui filsafat. Oleh karena itu, Plotinus tidak mengembangkan filsafatnya dalam bidang politik. Matematika Plotinus tidak sehebat Plato. Didalam hal materi bukan realitas plotinus sama dengan Plato, tetapi ia tidak tegas karena ia juga mengatakan bahwa materi itu jahat dan sumber kejahatan.

    Sistem metafisika Plotinus dinamakan dengan konsep Transedens, menurut pemikirannya, bahwa di dalam pikiran itu hanya ada tiga realitas, yaitu :

    1. The One

    The One (Yang Esa) maksudnya adalah Tuhan dalam pandangan Philo. Yaitu sesuatu yang tidak mungkin dipahami melalui sains atau logika. Ia berada di luar eksistensi dan segala nilai. Jika kita mencoba mendefinisikannya akan gagal. Kita mungkin mengetahui esensinya, bahwa Tuhan merupakan pokok atau prinsip yang berada di belakang akal dan jiwa. Ia merupakan pencipta semesta alam.

    The One tidak dapat didekati melaui pancaindera dan tidak dapat dipahami melalui akal logis. Tuhan itu transedens hanya bisa didekati dengan tanda-tanda kekuasaan-Nya. Penangkapan terhadap Yang Esa itu ada akan tetapi bukan dengan akal. Objeknya tidak dapat didefiniskan dan tidak dapat di lambangkan melalui suara atau huruf.

    2. The Mind

    Realitas kedua adalah Nouns atau bisa pula disebut dengan Mind. Ini adalah gambaran dari Yang Esa dan didalamnya mengandung idea-idea plato. Idea-idea itu ada dan merupakan bentuk asli objek-objek . kandungan Nouns merupakan satu kesatuan, untuk menghayatinya mesti dengan permenungan.

    3. The Soul

    Soul itu mengandung makna satu jiwa dunia dan mempunyai dunia-dunia kecil. Jiwa dunia dapat dilihat dari dua aspek. Ia adalah energi di belakang dunia dan pada waktu yang sama ia adalah bentuk-bentuk alam semesta.

    Jiwa manusia juga mempunyai dua aspek, yang pertama aspek intelek yang tunduk pada reinkarnasi dan aspek yang kedua yaitu irasional. Yang irasional ini sama dengan moral pada Kant., yang intelek itu sama dengan akal logis. 

    Teori tentang tiga ralitas ini mengingatkan pada Teologi trinitas yang dianut oleh Kristen, tampak banyak persamaannya. Teologi Trinitas pada masaa Plotinus sedang masa pembentukan atau sedang masa perumusan. 

    Pusat doktrin pada agama Kristen bahwa Tuhan ada dalam tiga pribadi, Bapak, Anak dan Roh kudus. Akan tetapi mereka mengakatakan bahwa Tuhan itu Esa dalam substansinya. Hal ini merupakan suatu hal misteri yang terdapat dalam pemahaman akal logis. Tapi Trinitas dengan substansinya Yang Esa bukanlah suatu hal yang berlawanan dengan akal logis. Melainkan suatu konsep yang tidak bisa dipahami dengan akal logis. Pernyataan yang sederhana tentang Trinitas adalah : “Tuhan adalah Tiga dalam Satu dan Satu dalam Tiga; Tuhan adalah Bapak dan Bapak adalah Tuhan, Tuhan adalah Anak dan Anak adalah Tuhan, Tuhan adalah Roh Kudus dan Roh Kudus adalah Tuhan”.

    Jika teori realitas Plotinus tidak bisa di pahami dengan akal logis. Maka apalagi tiga realitas dalam satu realitas atau Tiga dalam Satu dalam Trinitas.

    Didalam ajaran Plotinus jiwa tidak bergantung pada materi, karena materi seratus persen pasif sedangkan jiwa seratus persen aktif. Oleh karena itu jiwa merupakan esensi dari tubuh material. Tubuh itu materi. Tubuh yang material itu merupakan prinsip-prinsip ketiadaaan, penuh dengan kejahatan dan keterbatasan. 

    Plotinus mengatakan bahwa kita tidak boleh menyangka bahwa dunia ini merupakan sumber ketidakbahagiaan karena banyaknya ketidakkenalan didalamnya. Akan tetapi dunia itu indah dan yang teratur, dibuat oelh Sang Maha Besar. Alam semesta meupakan suatu kebijakan dari-Nya.

    Tentang penciptaan. Plotinus berpendapat bahwa Yang Esa adalah Yang paling Awal, Sebab pertama. Disinilah teori penciptaan yang terkenal dengan Emanasi. Suatu teori yang belum pernah diajukan oleh filosof yang lain. Tujuan pertama teori ini ialah untuk menjelaskan bahwa yang banyak (makhluk) ini tidak menimbulkan pengertian bahwa didalam Yang Esa tidak menimbulkan pengertian yang banyak. Maksudnya, teori emanasi tidak menimbulkan pengertian bahwa Tuhan tidak sebanyak makhluknya.

    Alam semesta ini diciptakan melalui proses emanasi. Emanasi itu tidak berlangsung didalam waktu. Emanasi itu seperti cahaya yang beremanasi dari matahari. Dengan beremanasi itu The One tidak mengalami perubahan. Untuk memahani emanasi itu ada baiknya diikuti uraian Hatta sebagai berikut :

    Yang Esa itu adalah semuanya, akan tetapi tidak mengandung sesuatu pun dari barang yang banyak (makhluk). Dasar yang banyak itu tidak mungkin yang banyak itu sendiri, dasar yang banyak adalh Yang Esa. Di dalam yang Esa itu yang banyak itu belum ada, sebab di dalam-Nya yang banyak itu tidak ada, tetapi yang banyak itu datang dari Dia. Karena Yang esa itu sempurna yang tidak memerlukan apa-apa lagi. Maka beremanasilah dari Dia yang banyak itu. 

    Di dalam filsafat klasik Yang Asal itu merupakan sebagai Yang Bekerja atau sebagai penggerak pertama. Disitu dikemukakan dua hal yang bertentangan, seperti yang bekerja dan yang dipertentangkan, idea dan benda, pencipta dan ciptaan. Penggerak itu berada di luar alam nyata, sifatnya transedens. Pada Plotinus terdapat pandangan lain. Padanya tidak ada yang bertentangan. Padanya alam ini terjadi pada yang melimpah, yang mengalir itu tetap menjadi bagian yang Melimpah itu. Bukan Tuhan berada di dalam alam, melainkan alam berada di dalam Tuhan. Hubungannya sama dengan hubungan benda dalam bayangannya. Makin jauh yang mengalir itu dari Yang Asal, makin ia tidak sempurna, tidak lengkap, tidak cukup, tidak sama dengan yang asal. Kesempurnaan bayangan itu bertingkat menurut jaraknya dari Yang Asal. Sama dengan cahaya, semakin jauh dari sumber cahaya, semakin kurang terangnya, akhirnya ujung cahaya akan lenyap dari kegelapan.

    Emanasi tidak berada dalam ruang dan waktu. Ruang dan waktu terdapat dalam tingkat yang paling rendah dalam emanasi. Ruang dan waktu itu suatu pengertian tentang dunia benda. Untuk menjadikan alam, soul mula-mula menghamparkan sebagian dari kekekalan-Nya lalu membungkusnya dengan waktu. Selanjutnya, energinya bekerja terus. Menyempurnakan alam semesta itu. Waktu berisi kehidupan yang bermacam-macam, waktu bergerak, sehingga menghasilkan waktu sekarang, lampau dan yang akan datang.

    Waktu dalam filsafat Plotinus tidak berpisah dengan jiwa, ia merupakan sesuatu yang inheren dalam jiwa. Bila mencapai suatu kesatuannya yang asli, maksudnya bila terpisah dengan jiwa, waktu itu akan hilang, misalnya jika ia menyatu dengan alam semesta ini. 

    C. Keberadaan Ilmu Pada Masa Plotinus

    Pada masa Plotinus, idea keilmuan tidak begitu maju. Ia menganggap sanins lebih rendah daripada metafisika, metafisika lebih rendah daripada keimanan. Surga lebih berarti daripada bumi, sebab surga itu tempat peristirahatan yang paling mulia. Bintang-bintang adalah tempat tinggal para dewa. Ia juga mengakui adanya hantu yang bertempat tinggal diantara bumi dan bintang-bintang. Semua hal itu memperlihatkan rendahnya mutu sains Plotinus.

    Plotinus disebut musuh Naturalisme. Ia membedakan dengan tegas antara tubuh dengan jiwa. Jiwa tidak dapat dipahami dengan ukuran-ukuran badaniah; fakta alam harus dipahami sesuai dengan tendensi spritualnya.

    D. Pemikiran Filsafat Plotinus

    a. Tentang Jiwa menurut Plotinus

    Untuk memahami pemikiran filsafat Plotinus, sebaiknya memahami dulu filsafatnya tentang jiwa. Menurutnya, jiwa ialah suatu kekuatan ilahiyah yang merupakan sumber kekuatan. Alam semesta merupakan sesuatu yang berada pada jiwa. Jiwa tidak bersifat kuantitaf karena jiwa merupakan sesuatu yang tidak dapat dibagi. Sekalipun demikian, ada juga yang mengatakan bahwa jiwa itu sebenarnya adalah satu. Alasana itu ada karena kita merasakan antara jiwa saya dengan jiwa ornag lain; jika teman menderita maka saya merasakan penderitaan itu. 

    Dengan pernyataan di atas jiwa itu banyak. Setiap individu mempunyai jiwanya masing-maisng. Tetapi diantara jiwa mempunyai kesatuannya. Jiwa yang satu itu masuk kedalam segala jiwa, akan tetapi tidak membelah dirinya. Inilah yang dimaksud dengan identetas dalam varietas, sama halnya sains yang mempunyai dengan banyak cabang tetapi tetap dalam satu kesatuan. Sementara bagian-bagiannya selalu di bimbing oleh ke-satu-annya. Ia tetap berasal daru Yang Satu itu.

    Pada Plotinus didapati juga reinkarnasi. Sama halnya dengan Plato ia menganut paham bahwa jiwa ada sebelum dilahirkan yang berarti jiwa itu importal. Reinkarnasi ditentukan oleh kehidupan kita di dunia. Jiwa yang bersih tidak ada kaitannya dengan kehidupan dunia, akan tetapi dia akan kembali kepada Tuhan. Jiwa yang kotor akan kembali lagi kepada kehidupann yang kotor, seperti kejahatan, hewan, tumbuhan sesuai dengan tingkat kejahatan jiwa tersebut.

    Menurutya jiwa yang rendah itu ingatannya pada teman-teman, isteri, anak-anak, kampung halaman. Hal ini merupakan jiwa yang rendah. Jika ingin mempunyai jiwa yang tinggi, maka harus lupa penuh pada sesuatu yang menimbukan jiwa rendah tersebut. Dia selalu ingat pada Yang Tinggi. Dalam dunia ini, sebaiknya manusia membuang segala kemauandan segala ingatan kecuali kepada Yang Maha Tinggi. Jiwa yang tinggi ialah jiwa yang tidak ingat kepada apa-apa kecuali kepada Tuhan Yang Tinggi.

    b. Etika dan Estetika Plotinus

    Etika Plotinus bermula pada pandangannya terhadap politik. Bahwa seseorang adalah wajar memenuhi tugas-tugasnya sebagai warga negara yang baik sekalipun ia tidak tertarik pada masalah politik. Tidak seperti pengikutnya Augustinus misalnya. Plotinus tidak menganggap begitu tinggi kehidupan pertapa; perenungannya lah yang lebih penting.

    Dalam masalah ini ia membahas masalah kebebasan kehendak. Manusia mempunyai kebebasan berkehendak, tetapi tidak dapat dipahami secara lahiriah. Manusia jahat menjadi budak hawanafsunya, jadi tidak bebas. Mengenai kualitas perbuatannya, manusia harus bertanggung jawab karena ia diberikan pikiran untuk memilih dan kebebasan untuk menentukan pilihan. Memilih yang jahat berarti menuju kepada ketakbebasan, memilih yang baik berarti menuju kepada kebebasan.

    Estetika atau keindahan pun memiliki arti spiritual, karena itu estetika dekat sekali dengan kehidupan moral. Esensi keindahan tidak terletak pada harmoni dan simetri. Esensi keindahan tidak terletak pada esensi harmoni dan simetri. Keindahan itu menyajikan keintiman antara Tuhan yang Maha Sempurna. Menurutnya pula bahwa keindahan itu bertingkat, dari keindahan inderawi dan keindahan ilahiyah. 

    Keindahan menyatakan dirinya dengan penglihatan, akan tetapi ada juga keindahan untuk didengar. Pikiran meningkatkan keindahan yang lebih tinggi. Misalnya keindahan tindakan, keindahan penemuan akaln dan keindahan kebijaksanaan. Lebih tinggi lagi ialah keindahan dalam argumen.

    Konsep keindahan menurut Plotinus berhubungan juga dengan pandangannya tentang kejahatan. Kejahatan menurut Plotinus tidak mempunyai realitas metafisis. Perbuatan jahat adalah perbuatan aku yang rendah. Aku yang rendah itu bukanlah aku yang ada pada realitas manusia. Aku yang berupa realitas adalah aku yang murni. Aku yang murni itu terdiri atas logos dan nouns. Logos menerima dari nouns (akal) idea-idea kekal. Dengan perantaraan logos (pikiran), jiwa hanya dapat melakukan pekerjaann-pekerjaan yang mulia, yang tujuannya bersatu dengan Tuhan.

    Kejahatan bukanlah realitas. Kejahatan itu digunakan sebagai syarat kesempurnaan alam. Didalam alam ditemukan hal-hal yang bertentangan. Putih-hitam, panas-dingin, tertalar-tak tertalar, indah-tak indah, baik-buruk, semuanya merupakan anggota dari sebuah kehidupan. Jumalah mereka itu merupakan suatu kekompakan dari alam semesta.

    E. Tujuan Filsafat Plotinus

    Tujuan Filsafat plotinus ialah tercapainya kebersatuan dengan Tuhan. Caranya mengenalnya ialah pertama-tama dengan mengenal alam melalui panca indera dengan ini kita mengenal keagungan Tuhan, kemudian kita menuju jiwa dunia, setelah itu menuju jiwa illahi. Jadi perenungan itu dimulai dengan perenungan mengenai alam menuju jiwa illahi. Objeknya dari yang jamak kemudian kepada Yang Esa. 

    Yang hendak dicapai adalh prinsip realitas. Itu ada dalam jiwa yang satu. Kita dapat mengenal itu dengan kemampuan yang ada pada diri kita. Itu merupakan kebijaksanaan yang ada pada kita dari Dia. Didalam kita ada sesuatu seperti Dia. Dimanapun kita berada, kita akan berahapan dengan keber-Ada-annya. Dengan semacam ini jiwa akan sampai kepada prinsip realitas, begitulah yang diungkapkan Plotinus. 

    Pada tingkat terakhir ini tidak ada lagi keterpisahan, tidak ada lagi jarak, tidak ada lagi kesadaran antara ruang dan waktu, tidak ada lagi sesutu tentang kejamakan, semua ini mencakup semua kategori. Itu suatu keadaan yang jarang terjadi, bahkan Plato pun hanya mengalami beberapa kali. Caranya mudah, yaitu dengan menyucikan roh. Benda disekitar kita diabaikan sama sekali. Jiwa semata hidup di alam pikiran dan alam roh. Hanya itu cara bersatu dengan Tuhan. Itu hanya dapat dilakukan dengan mengembangkan perasaan. Keluar dari diri sendiri. Inilah yang dimaksud dengan extace. Pengalaman mistik itu berada diatas akal.